Kamis, 20 April 2017

Cersil ke 29 Pendekar Yoko Tamat

Cersil ke 29 Pendekar Yoko Tamat Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cersil ke 29 Pendekar Yoko
kumpulan cerita silat cersil online
Cersil ke 29 Pendekar Yoko
MeIihat orang menangis sungguhan, walaupun Kwe Yang
tahu jelas ayahnya tidak pernah mati, namun soalnya
mengenai ayah dan anak mau-tak-mau hatinya ikut pilu juga,
maka cepat katanya: "Toahwesio, kau tak perlu berduka, Kwe
tayhiap tidak pernah meninggal."
"Ah, jangan ngaco, ia benar-benar sudah meninggal anak
perempuan mana tahu akan urutan orang tua?" sahut Hoatong
sambil menggeleng kepala.
"Aku baru saja keluar dari Siangyang, masakah aku tak
tahu, malahan baru kemarin aku melihat muka Kwe-tayhiap,"
kata Kwe Yang.
Tanpa ragu-ragu lagi sekarang Hoat-ong, saking girangnya
ia menengadah dan bergeIak-tawa. "Ah, kiranya kau adalah
puteri Kwe tayhiap," katanya kemudian, Namun mendadak ia
geleng-geleng kepala Iagi: "Salah, salah! puteri Kwe tayhiap
itu kukenal, namanya Kwe Hu, umurnya sekarang sedikitnya
sudah lebih 3O puluh tahun."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak tahan akan pancingan kata-kata orang, segera Kwe
Yang menegaskan "lalah cnciku, ia bernama Kwe Hu dan aku
bernama Kwe Yang."
Girang luar biasa hati Hoat-ong, ia membatin. "Hari ini
benar-benar Thian memberkahiku, rejeki ini telah menubruk
sendiri padaku." - Maka segera ia-pun berkata: "Jika begitu,
jadi Kwe-tayhiap memang benar tidak meninggal."
Melihat orang benar-benar bergirang, Kwe Yang
menyangka paderi ini berhati bajik dan senang karena
mendengar ayahnya masih segar-bugar, ia menegaskan lebih
jauh: "Aku bilang tidak meninggal tentu tidak meninggal dia
adalah ayahku, masakah aku mendustai kau?"
"Batk, baik, baik! Aku percaya, nona Kwe, malahan akupun
tak perlu pergi ke Siangyang lagi, Sudilah kau sampaikan pada
ayahmu bahwa kawan lama Cumulangtnah mengirim salam
pada nya," kata Hoat ong.
ia tahu pasti sebentar Kwe Yang akan tanya tentang
urusan Nyo Ko, maka ia sengaja memberi hormat, lalu
menarik kudanya terus hendak pergi, Betul saja segera
terdengar Kwe Yang berteriak: "Hai, hai! Toahwesio, kenapa
kau tak tahu aturan?"
"Tidak tahu aturan?" Hoat-ong menegas pula tak
mengerti.
"Bukankah aku sudah beritahukan keadaan ayahku, tapi
kau belum juga ceritakan keadaan Nyo Ko, sebenarnya
dimanakah dia?" tanya Kwe Yang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ah, benar, aku menjadi lupa!" ujar Hoat-ong. "Kemarin
dulu baru saja aku ber-omong2 sama dengan dia di lembah
pegunungan sebelah utara Sinyang, ia sedang berlatih pedang
di sana, saat ini mungkin nusih belum pergi, bolehlah kau
mencarinya ke sana."
Kwe Yang mengkerut kening oleh penjelasan itu. "Lembah
gunung begini banyak, cara bagaimana aku bisa
menemukannya? Terangkanlah lebih jelas," pintanya.
Hoat ong pura-pura berpikir, lalu katanya: "Baiklah, sebab
aku juga akan ke utara, biarlah kubawa kau ke sana."
Keruan Kwe Yang berjirang, "Ah, sungguh terima kasih,"
katanya,
Lalu Hoat-ong menuntun kudanya ke hadapan anak dara
itu dan katanya: "Silakan nona cilik menunggang, paderi tua
berjalan kaki."
"Ah, mana boleh jadi." sahut Kwe Yang.
"Tidak apa," kata Hoat-ong tertawa. "Empat kaki kuda ini
belum tentu lebih cepat daripada kedua kaki paderi tua."
Selagi Kwe Yang hendak cemplak keatas kuda, tiba-tiba ia
berseru: "Ai, sialan! Toahwesio, aku merasa lapar, kau
memhawa makanan tidak?"
Dari buntalannya Hoat-ong mengeluarkan sebungkus
rangsum kering, walaupun Kwe Yang tidak biasa dengan
makanan begitu, apa lagi panganan kaum paderi, namun
sudah lapar, terpaksa dimakannya sebagian sekedar
menangsal perutnya, lalu ia keprak kuda berangkat diikuti
Hoat ong yang berjalan di sampingnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba anak dara itu ingat pada kata-kata orang tadi
bahwa "Empat kaki kuda ini belum tentu lebih cepat daripada
kedua kaki paderi tua." Maka mendadak ia pecut kudanya
sambil berseru: "Toa-hwesio, kutunggu kau di depan sana." -
Habis itu, secepat terbang ia larikan kudanya.
Kuda itu sangat bagus dan tangkas, sekali ber-lari, Kwe
Yang merasa tetumbuhan di tepi jalan sekejap saja sudah jauh
tertinggal di belakang. sebentar saja belasan li sudah
ditempuhnya, ketika, ia menoleh dan berkata dengan tertawa:
"Toahwesio, dapatkah kau menyusul aku?"
Namun ia menjadi heran dan terkejut, ternyata Kim lun
Hoat-ong tak kelihatan bayangannya, sebaliknya mendadak ia
lantas mendengar suara seorang berseru di dalam hutan di
depan sana: "Nona Kwe, kudaku itu kurang cepat, kau harus
memecutnya lekas."
Kwe Yang menjadi tambah heran "Kcnapa ia malah sudah
berada di depan?"
Segera ia keprak kuda pula, maka terlihatlah Kim-Iun
Hoat-ong lagi berjalan dengan "Ienggang-kangkung"
seenaknya di depan, ia pecut kudanya agar berlari lebih
kencang, tapi jaraknya selalu belasan tombak di belakang
Hoat-ong, Di tanah datar utara Siangyang itu debu selalu
bertebaran oleh larinya kuda, tapi Hoat ong yang berjalan di
depan itu seakan2 kaki tak menempel tanah, debu sedikitpun
tidak mengepul.
Diam-diam Kwe Yang sangat kagum, pikirnya: "Jika dia
tidak memiliki ilmu silat setinggi ini memangnya juga tidak
sesuai menjadi sobat kental ayah." Dan dari kagum itu ia
menjadi hormat, maka serunya lantas: "Hai Toahwesio, kau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
adalah orang tua, lebih baik kau yang menunggang kuda
saja."
"Buat apa kita mesti banyak buang tempo di tengah jalan,
tidakkah lebih cepat bertemu dengan Toakoko-mu akan lebih
baik?" sahut Hoat-ong menoleh sambil tertawa.
Tatkala itu kuda tunggangan Kwe Yang sudah mulai
payah, larinya tidak secepat mula-mula lagi maka jaraknya
dengan Hoat-ong semakin jauh.
Pada saat itulah, tiba-tiba dari arah utara ada suara
derapan kuda puIa, dua penunggang kuda secepat terbang
sedang mendatangi
"Marilah kita tahan kuda-2 mereka ini, dengan menukar
kuda ini tentu kau bisa berlari lebih cepat," demikian kata Hoat
ong.
Tak lama kemudian, kedua penunggang kuda itu sudah
datang dekat.
"Marilah turun dulu!" bentak Hoat-ong mendadak sambil
kedua tangannya terpentang mengadang di tengah jalan.
Kedua kuda itu terkejut hingga meringkik sambil berdiri
menegak, Tapi penunggangnya ternyata sangat mahir,
tubuhnya masih tetap menempel di atas pelana tak sampai
terjatuh.
"Siapa kau? Apa cari mampus?" bentak serang di
antaranya dengan gusar. Berbareng itu, pecutnya diayun terus
menyabet.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hai, Tua-thau kui, Tian-jing-kui, kawan sendiri semua,
jangan berkelahi!" seru Kwe Yang cepat.
Ternyata kedua orang itu memang benar adalah si setan
berkepala besar dan setan berjenggot panjang dari Se-san itkhut
kui,
Tapi saat itu tangan kiri Hoat-ong sudah meraih pecut Toa
thau-kau yang menyabet tadi terus ditarik kuat-kuat. Tak
terduga, meski Toa-thau-kui orangnya ceboI, namun
bertenaga raksasa pembawaan, pula pecut itu adalah bikinan
kulit sampi yang sangat ulet, tenaga tarikan Hoat-ong yang
beratus kati itu ternyata tidak membikin pecut itu menjadi
putus, juga tidak terlepas dari tangan Toa thau-kui.
"Bagus!" seru Hoat-ong, Diam-diam ia tambahi tenaga,
Dan karena saling betot itulah, segera terdengar suara
"peletak" yang keras, yang kalah adalah kuda tunggangan Toa
thau-kui yang patah tulang punggungnya terus terkulai ke
tanah.
Toa thau-kui menjadi murka, sekali melompat turun,
segera hendak menubruk maju dan melabrak Hoat-ong.
"Nanti dulu," teriak Tiang jiu-kui tiba-tiba, Lalu tanyanya
pada Kwe Yang: "Jisiocia, kenapa kau berada bersama dengan
Kim-lun Hoat-ong?"
Dahulu Kim lun Hoat ong bersama Nyo Ko pernah datang
ke Coat-ceng-kok, itu lembah tempat bersemayamnya
Kongsun Ci, maka Tiang jiu-kui Hoan Jt-ong kenal padanya,
"Ah, kau telah salah kenali orang ia bernama
Cumulangmah, sobat baik ayah," sahut Kwe-Yang tertawa.
"Padahal Kim-lun Hoat-ong itu adalah musuh bebuyutan ayah,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ucapanmu ini kan "kepala sampi tidak cocok dengan mulut
kuda-" (maksudnya salah wesel)?"
"Di mana kau ketemu dengan Hwesio ini?" tanya Tiang jiu
Iau.
"Baru saja kami bertemu," sahut Kwe Yang "Hwesio besar
ini bilang ayah sudah meninggal, coba, lucu bukan? Dan
sekarang ia hendak membawa aku pergi mencari Toakoko."
"Jisiocia, lekas kembali, Hwesio ini bukan orang baik-baik,
ia mendustai kau," seru Toa-thau-kui.
Tapi Kwe Yang masih ragu-ragu, ia mendustai aku?"
tanyanya.
"Ya," sahut Toa-thau-kui. "Siu tiau hiap berada di selatan
sana, kenapa ia membawa kau ke utara?"
Kim lun Hoat-ong hanya tersenyum saja walaupun
kedoknya terbongkar katanya tiba-tiba. "Dua orang cebol ini
suka mengacau-belo." - Habis itu sedikit tubuhnya bergerak,
cepat sekali mendekati kedua "setan" itu terus menghantam
batok kepala mereka dengan kedua tangan.
Belasan tahun ini Hoat ong telah giat berlatih "Liong jiopan
yok-kang" (ilmu sakti tenaga naga dan gajah), semacam
ilmu kebatinan tenaga gaib, "Liong jio pan yok-kang" ini
seluruhnya bertingkat tiga belas, konon selama ini tiada
pernah satu orangpun yang sanggup melatih diri hingga lebih
dari tingkat sepuluh.
Namun Kim-lun Hoat-ong adalah orang berbakat luar
biasa, dengan telaten dan giat akhirnya ia dapat menembus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ke atas tingkat sepuluh dan kini sudah mencapai tingkatan
kesebelas.
Dahulu ia dikalahkan Nyo Ko bersama Siao-liaong-Ii, hal
mana dirasakannya sebagai suatu noda besar dalam hidupnya,
kini ilmu kepandaiannya sudah maju berlipat ganda, pada
kesempatan raja Mongol memimpin pasukan sendiri ke
selatan, sekalian iapun ikut serta dengan tujuan hendak balas
dendam mematikan Nyo Ko dan Siao-liong-li berdua dengan
ilmu pukulannya yang maha sakti ini.
Kembali tadi, ketika kedua tangan lawan memukul, cepat
Toa-thau-kui menangkis, tapi segera terdengar suara "krak",
seketika tangannya patah, menyusul batok kepalanyapun
pecah, tanpa menjengek sedikitpun terus binasa.
Kepandaian Tiang-jiu-kui lebih ulet, ia tahu pukulan musuh
sangat lihay, maka dengan sekuat-nya ia angkat kedua
tangannya buat menahan, maka terasalah suatu kekuatan
yang maha besar menindih tubuh, seketika pandangannya
menjadi gelap, orangnyapun terus roboh.
Terkejut sekali Kwe Yang, "Hai, kedua orang ini adalah
kawanku, berani kau mencelakai mcreka?" bentaknya gusar.
DaIam pada itu, meski roboh dan muntah darah,
mendadak Tiang-jiu-kui melompat bangun terus merangkul
kedua kaki Hoat-ong erat-erat sambil ber-seru: "lekas lari
nona Kwe, Iekas!"
Segera Hoat-ong mencengkeram punggung Tiang jiu kui
dan hendak mengangkatnya untuk dibanting, tapi mati-matian
Tiang-jiu kui ingin melindungi Kwe Yang, kedua tangannya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bagai gelang besi saja memegang erat-erat kedua kaki orang,
sekalipun tenaga Hoat-ong sangat besar, untuk sesaat juga
sukar menariknya lepas.
Terkejut dan gusar sekali Kwe Yang, usianya kecil, tapi
pembawaannya berbudi luhur, kini ia pun sudah tahu Hoat
ong tidak bermaksud baik padanya. tapi ia toh tidak mau lari
meninggalkan Tiang jiu-kui.
Segera ia bertolak pinggang, dengan suara keras
bentaknya: "Hai, Hwesio jahat, kenapa kau begini keji? Lekas
lepaskan Tiang-jiu-kui, biar nona ikut kau pergi."
"Lekas lari, nona, jangan..." demikian seru Tiang jiu-kui
tapi belum lagi habis ucapannya jiwanya ternyata sudah
melayang.
Mayat Tiang-jiu kui kemudian diangkat Hoat-ong dan
dibuang ke tepi jalan, lalu katanya dengan menyeringai bengis
"Nah, kalau mau lari, kenapa tidak lekas naik kuda?"
Selama hidup Kwe Yang tak pernah benci pada siapapun,
meski diketahuinya Loh Yu-ka dibunuh Hotu, tapi ia tidak
menyaksikan sendiri, ia hanya berduka dan tidak dendam, tapi
kini melihat Hoat-ong begini kejam, tanpa terasa ia menjadi
benci padanya, maka dengan melotot ia pandang orang tanpa
gentar sedikitpun
"Nona cilik, kau tidak takut padaku?" tanya Hoat- ong.
"Takut apa?" sahut Kwe Yang sengit "Mau bunuh, lekas
kau bunuh aku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun Hoat-ong lantas unjuk jempolnya dan memuji:
"Hebat, memang hebat, ayah ksatria tidak nanti melahirkan
puteri pengecut."
Dengan benci Kwe Yang memandang Hoat ong sekejap
lagi, pikirnya hendak mengubur jenazah kedua kawannya, tapi
tak ada alat penggali disitu, sesudah berpikir, ia angkat mayat
Tiang jiu kui dan Toa thau-kui ke atas kuda, tali pelana dibalik
untuk mengikat mayat itu, lalu ia depak pantat kuda dan
berkata: "Kuda, kuda, lekas antar majikanmu pulang."
Karena sakit didepak, kuda itu lantas berlari pergi ke arah
mendatang tadi.
* * * *
Bercerita tentang Ui Yoksu dan Nyo Ko, keduanya
bergandengan tangan dengan cepat menuju ke selatan, maka
sekejap saja beberapa puluh li sudah mereka tcmpuh,
mendekati lohor, sampailah mereka di kota Swansia.
Mereka masuk kesuatu restoran besar, pesan daharan dan
saling menceritakan pengalaman masing-masing selama ini.
Ketika Ui Yok-su menyinggung diri Thia Eng dan Liok Bu
biang berdua, selama belasan tahun ini mereka hidup menyepi
dikediaman leluhur, yaitu Leng oh, daerah Siangciu, hanya
Sah-koh, itu cucu murid Ui,Yok-su yang gendeng, tinggal
bersama dengan mereka.
Mendengar itu, Nyo Ko menghela napas panjang.
Setelah minum beberapa cawan arak, kemudian Nyo Ko
bertanya: "Ui tocu, selama belasan tahun ini Wanpwe selalu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mencari engkau orang tua, sebab ingin sekali menanya
sesuatu padamu, barulah hari ini harapanku terkabul.
Watakku makin tua makin aneh, entah adik hendak tanya
apa padaku?" sahut Ui Yok su tertawa.
Selagi Nyo Ko hendak buka suara pula, tiba-tiba terdengar
suara tangga berdetak, ada orang naik ke atas loteng restoran
itu, seluruhnya tiga orang.
Ketika mendengar suara tindakan orang, segera Ui Yok Su
dan Nyo Ko menduga orang-orang yang datang ini berilmu
silat sangat tinggi, Kemudian setelah melihat orangnya, segera
Nyo Ko kenal satu di antaranya ialah Siau siang cui, orang
kedua bermuka hitam, ia tak kenal, sedang orang ketiga ialah
In Kik-si, itu saudagar bangsa Persi yang berkepandaian lihay.
Dalam pada itu Siau-siang-cu dan In Kik-si juga sudah
melihat Nyo Ko, mereka menjadi ter-kesiap dan berhenti,
keduanya saling mengedip mata, lalu hendak turun kembali ke
bawah.
"Eeeh, sobat lama bertemu lagi, kenapa buru-buru lantas
hendak pergi?" sengaja Nyo Ko menegur dengan tertawa ejek.
"Baik-baikkah Nyo-tayhiap selama ini?" segera In Kik si
menyapa dan soja...
Sebaliknya Siau siang cu masih dendam karena dulu di
Cong lam-san lengannya dipatahkan Nyo Ko, selama belasan
tahun ini kepandaiannya juga sudah banyak maju, namun ia
tahu masih bukan tandingan Nyo Ko. maka tak ia gubris
teguran Nyo Ko, juga tidak menoleh,.lalu hendak melangkah
turun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Orang bermuka hitam yang datang bersama mereka itu
juga seorang jago terkemuka di bawah Kubilai, selamanya
sangat tinggi hati, bersama In Kik-si dan Siau-siang cu mereka
keluar mencari berita, siapapun tidak terpandang sebelah
mata oleh-nya.
Kini melihat kedua kawannya begitu jeri pada Nyo Ko, ia
melirik hina ke arah Nyo Ko, lalu berteriak: "Nanti dulu, Siauheng,
kalau ada orang jahat berani merintangi kesenangan
kita, biar Siaute mengusirnya pergi." Hubis berkata, sebelah
tangannya yang terpentang lebar segera mencengkeram ke
pundak Nyo Ko dengan maksud mencekalnya untuk
dilemparkan ke jalan umum.
Melihat telapak tangan orang lapat-2 bersemu hitam biru,
Nyo Ko tahu orang tentu berlatih "Tok-joa-cio" atau ilmu
pukulan pasir beracun, tiba-tiba pikirannya tergerak, "Ya,
kenapa aku tidak gunakan tenaga orang ini untuk tanya Ui-
Iocianpwe tentang Lam-hay Sinni?" demikian pikirnya.
Tatkala itu tangan orang bermuka hitam itu sudah hampir
menyentuh pundaknya, mendadak Nyo Ko baliki tangannya
menyampuk, "plak-plak" tahu-tahu orang itu malah kena
ditempeleng dua kali olehnya.
Terperanjat Ui Yok-su menyaksikan itu. "Cepat benar
pukulannya ini!" diam-diam ia memuji.
Dan melulu sekali serangan ini saja sudah terlihatlah ilmu
silat ciptaan Nyo Ko sendiri telah menjadi suatu aliran
terkemuka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara terdengar lagi suara "plak plak" dua kali, kedua
pipi Siau-siang-cu telah dipersen tamparan pula. Hanya In Kiksi
yang bebas dari tempelengan itu, karena Nyo Ko melihat
orang tadi berlaku sopan.
"Nyo-laute, ilmu pukulan ciptaanmu ini sungguh hebat
sekali, lohu (aku yang tua) ingin sekali melihat
keseluruhannya, entah dapat tidak?" kata Ul Yok-su dengan
tertawa.
"Justru ingin kuminta petunjuk Locianpwe," sahut Nyo Ko.
Segera tubuhnya bergerak cepat, ia mainkan ilmu pukulan
"lm-jiau siau-hun-cio hoat" yang hebat itu.
Maka tertampaklah lengan bajunya me-lambai2 telapak
tangannya naik turun, tiba- tipu serangan "Bu tiong-seng yu",
lain saat gerakan "Ki jin yu-:hian", ia mengurung S'au-siangcu,
In Kik-si dua praog bermuka hitam itu di tengah-tengah
angin pukulannya.
Ketiga orang itu serasa terombang ambing di tengahtengah
gelombang badai, ter huyung2 dan sempoyongan
terbawa oleh angin pukulan Nyo Ko, jangankan melawan
sedang untuk berdiri tegak saja susah.
"Sungguh hebat," puji Ui Yok su. "Hari ini lohu dapat
menyaksikan ilmu pukulan Iaute ini sambil minum arak,
sungguh hidupku ini tidak kecewa."
"Locianpwe sukalah memberi petunjuk "sejurus!" teriak
Nyo Ko mendadak, Ketika telapak tangan-nya mendorong,
tahu-tahu Siau-siang cu "dikirim" ke hadapan Ui Yok-su,
Tak berani ayal Ui Yok-cu, cepat telapak tangan kirinya
menyurung juga ke depan, tubuh Siau-siang cu dikembalikan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ke sana, Tapi segera tertampak lelaki muka hitam itu
menubruk datang lagi, cepat Vi Yok su angkat cawannya
menenggak arak sambil ayun tangan mendorongnya pergi
puIa.
Melihat gerak pukulan orang memang sangat kuat dan
hebat, tapi juga tidak terlalu luar biasa. dalam hati Nyo Ko
berpikir "Agaknya kalau aku tidak menggunakan seluruh
tenaga takkan dapat memancing ilmu pukulan yang dia
pelajari dan Lam-hay Sin-ni."
Maka ia pusatkan napasnya dan himpun tenaga
pukulannya secara cepat Siau siang-cu, In Kik-si dan lelaki
muka hitam itu silih berganti didorongnya ke depan Ui Yok su.
Terpakia Ui Yok-su mengembalikan lagi, tapi terasa daya
tekanan serudukan ketiga orang itu semakin berat dan susul
menyusul bagai datangnya gelombang ombak, satu lebih kuat
dan lebih tinggi dan yang lain.
"Tenaga pukulan bocah ini makin lama makin kuat,
sungguh bakat yang susah dicari dalam dunia persilatan!"
demikian diam-diam Ui Yok-su membatin.
Dan pada saat itu juga, orang bermuka hitam itu kembali
melayang datang, bahkan kedua kakinya terus menjejak
kemukanya. Cepat Ui Yok-su menyampuknya pergi pula
namun tanpa terasa sedikit tergoncang itulah arak dalam
cawannya terciprat keluar beberapa tetes, menyusul mana In
Kik-si dan Siau-siang-cu juga telah menubruk datang lagi,
yang satu dari depan dan yang lain dari samping.
"Bagus!" seru Ui Yok- su, ia letakkan cawan araknya,
dengan kedua tangannya ia dorong ke depan. Begitulah,
kedua orang - Nyo Ko dan Ui Yok-su - lantas saling operTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
mengoper dari jarak beberapa tombak bagai orang main bola
basket, Siau siang cu bertiga bagai bola saja terombangambing
di antara tenaga pukulan kedua orang itu se akan2
terbang kian kemari di udara.
Namun baru "lm jian siau hunjio" Nyo Ko itu dimainkan
sampai tengah jalan, Loh-eng-cio-hoat" Ui Yok-su sudah
tampak di bawah angin. Waktu itu secepat panah tubuh In
Kik-si menubruk kearahnya, Yok-su menaksir tenaganya tak
cukup untuk melawan tenaga dorongan Nyo Ko sekali ini,
segera ia gunakan jarinya untuk menyentik, "crit", terdengar
suara lirih tajam, suatu kekuatan halus tapi kuat terus
meluncur ke depan dan seketika tenaga pukulan Nyo Ko itu
terpatahkan.
Be runtun2 Ui Yok-su menyelentik tiga kali, maka tiga kali
gedebukan, tubuh Siau-sing-cu: It Kik-si dan lelaki muka hitam
itu terbanting semua di atas papan loteng dan semaput.
Kalau "Loh cng cio hoat" sedikit kalah kuat daripada
tenaga Nyo Ko, tapi tenaga sakti jarinya "Tan-ci sin-thong"
ternyata sama kuatnya, siapapun tiada yang lebih unggul.
Maka bergelak ketawalah kedua orang itu, mereka kembali
ke tempat duduk masing-masing, menuang arak dan pasang
omong pula.
"llmu pukulan adik ini, kalau soal tenaga, hanya "Hang
liong-sip pat ciang" menantuku Kwe Cing yang dapat
menandingi, sedangkan Loh-eng-cio Lohu masih kalah
setingkat demikian kata Ui Yok-su kemudian.
Berulang-ulang Nyo Ko menyatakan terima kasih dengan
rendah hati. Lalu tanyanya: "Konon kabarnya Lociaopwe
pernah mendapat petunjuk Lam-hay Sin-ni dan dapat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mempelajari sejurus Cio-hoat (ilmu pukulan), entah dapatkah
Wanpwe melihatnya untuk menambah pengalaman?"
"Ltm-hay Sin-ni? siapakah dia? selamanya belum pernah
aku mendengar namanya," sahut Ui Yok-su heran.
Seketika berubah air muka Nyo Ko, ia berdiri, dengan
suara gemetar ia menegas: "Apakah di dunia ini hakikatnya
tiada seorang Lam-hay Sin-ni"
Melihat perubahan wajah orang yang aneh itu, Ui Yok-su
rada terkejut juga, maka jawabnya dengan ragu-ragu:
"Apakah mungkin seorang kosen yang belum lama ini baru
terkenal. Lohu suka hidup menyendiri, maka belum kenal akan
namanya."
Terpaku Nyo Ko berdiri, begitu cemas perasaannya, serasa
hatinya akan melompat keluar dari rongga dadanya, katanya
dalam hati: "Dengan jelas Kwe-pekbo menyatakan bahwa
Liongji telah ditolong pergi oleh Lam hay Sin-ni, siapa tahu
semua itu bohong belaka dan sengaja mendustai aku!"
Berpikir sampai di sini, tiba-tiba ia berteriak sambit
menengadah, suaranya menggetar sukma, air mata pun
meleleh.
"Ada kesulitan apakah Laute, dapatkah kau jelaskan, boleh
jadi Lohu dapat membantu sebisa-nya," tanya Yoksu.
Tapi Nyo Ko lantas memberi hormat sambil berkata
dengan suara parau: "Perasaan Wanpwe kacau luar biasa
hingga tindak tanduk kurang wajar harap dimaafkan."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis itu, lengan bajunya mengebas ia putar tubuh terus
turun ke bawah, terdengarlah tuara "krak-krak" beberapa kali,
beberapa undak tangga telah hancur kena diinjaknya.
Ui Yok-su menjadi bingung, ia menggumam sendiri: "Lamhay
Sin-ni, Lam-hay Sin-ni? siapakah gerangannya?"
Sementara itu Nyo Ko telah berlari pergi seperti kerasukan
setan, ia lari dan lari terus, dalam beberapa hari tanpa makan
tanpa tidur, ia pikir hanya mati letih barulah takkan ingat Siao
liong li, sebenarnya kelak masih dapat bertemu tidak, saat itu
sama sekali tak berani dibayangkannya.
Tidak berapa lama, tibalah ia di tepi sungai besar, Nyo Ko
tak tahan lagi oleh hancurnya perasaan itu, ketika dilihatnya
ada sebuah perahu menepi segera ia melompat naik, ia
berikan sepotong perak pada si tukang perahu dan tanpa
menanya kemana perahu itu bakal berlayar, segera ia rebah di
situ terus tidur.
Air sungai mengalir dengan derasnya, perahu layar yang
ditumpangi Nyo Ko itu terus laju, setiap kota dagang pasti
kapal itu berlabuh beberapa hari buat bongkar-muat barang,
agaknya itu adalah sebuah kapal barang yang hilir-mudik di
sungai Tiang-kang itu.
Hati Nyo Ko saat itu seakan-akan kosong blong, ke
manapun serupa baginya, maka iapun tidak perduIi kapal itu
akan berlayar atau berlabuh, ia lewatkan hari-hari itu dengan
minum arak, di malam hari ia suka bersiul panjang dan
termenung-menung tanpa kenal waktu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Si tukang perahu dan saudagar yang mencarter" kapal itu
tampak akan uang Nyo Ko yang bayar tanpa tawar itu, mereka
menyangka dia adalah pengelana sinting, maka siapapun tiada
yang mengurusnya.
Suatu hari, tibalah kapal itu di Kang-im, seorang saudagar
sekapal telah mohon diri pada Nyo Ko dan bilang akan pergi
ke Ka-hin dan Lim-an untuk membeli sutera.
Mendengar kata-kata Ka hin", mendadak Nyo Ko terkejut
dan berpikir "Dahulu ayahku tewas secara mengenaskan oleh
Ui Yong di kelenteng Ong-uat jiang dalam kota Ka-hin, entah
di manakah kuburannya? Aku tak bisa mengubur jenazah ayat
secara baik-baik benar-benar aku seorang anak tak berbakti."
Berpikir akan itu, segera ia tinggalkan perahu itu dan
mendarat terus menuju ke Ka-hin. Tatkala itu sudah masuk
musim dingin, meski di daerah Kanglam tidak sedingin daerah
utara, tapi di mana-mana juga salju bertebaran, Nyo Ko
memakai mantel ijuk dan bertopikan caping, menujulah dia ke
Ka hin.
Sampai di kota itu, cuaca sudah gelap, ia mencari suatu
rumah makan serta tanya jalan ke kelenteng Ong tiat jiang, di
bawah hujan salju yang lebat ia pergi kesana.
Ketika sampai di kelenteng itu, waktu sudah dekat tengah
malam, salju masih terus turun, gelap gulita keadaannya, Tapi
Nyo Ko sanggup melihat dimalam gelap, ia lihat Tiat jiang-bio
atau "keIenteng tombak besi" itu sudah bobrok, pintu sudah
lapuk, sedikit didorong lantas roboh.
Nyo Ko masuk ke dalam, di-mana-mana terlihat penuh
debu dan galagusi-bersinggasana, suatu tanda tiada
penghuninya, ia berdiri ter mangu2 di tengah ruangan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kelenteng, terbayang olehnya ketika ayahnya tewas di situ
dahulu hingga sejak lahirnya tiada pernah melihat muka
ayahnya sendiri, sungguh nasib malang itu jarang terdapat di
dunia-ini, ia menjadi berduka hingga makin menambah pilu
hatinya.
Ia periksa sekitar kelenteng itu, ia pikir sudah lebih 30
tahun ayahnya meninggal dengan sendirinya tiada
meninggalkan sesuatu tanda apa-apa. ia pergi ke belakang
kelenteng, ia lihat di bawah apitan dua pohon ada dua
kuburan, di depan kuburan2 itu masing-masing berdiri sebuah
batu nisan yang penuh tertutup oleh salju.
Ketika Nyo Ko kebas lengan bajunya hingga salju
berhamburan oleh angin kebasannya itu, maka tertampaklah
pada batu nisan sebelah kiri tertulis "Kuburan Bok-si dari
keluarga Nyo".
Diam-diam Nyo Ko pikir siapakah gerangan wanita Se Bok
ini? Waktu batu nisan sebelah lain dipandangnya, seketika tak
tahan lagi rasa gusarnya.
Kiranya batu nisan itu tertulis: "Kuburan mu-id durhaka
Nyo Khong", dan dipinggirnya tertulis ebaris huruf kecil yang
berbunyi "Guru tak beriImu Khu Ju-ki"
Pikir Nyo Ko dengan gusar: "lmam tua ini benar-benar tak
berbudi, ayahku sudah meninggal kenapa harus mendirikan
batu nisan untuk mencela kelakuannya? Dalam hal mana
ayahku durhaka? Hm kalau aku tidak pergi ke Coan cin kau
dan mengobrak abriknya, rasanya hatiku tidak puas"
Habis itu, tangannya diangkat terus hendak menghantam
batu nisan itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi selagi tangan hendak digablokkan, tiba-tiba terdengar
dari arah barat sana berkumandang datang suara tindakan
kaki yang cepat, suaranya begitu aneh, seperti beberapa
tokoh dunia persilatan yang hebat, tapi juga mirip jalannya
dua ekor binatang, sewaktu kaki menginjak tanah, sebelah kiri
antap dan sebelah kanan enteng sungguh aneh luar biasa.
Nyo Ko mendengar suara itu justru menuju ke kelenteng
ini, maka cepat ia masuk kembali keruangan tengah kelenteng
dan sembunyi di belakang patung malaikat yang sudah
doyong, hendak dilihatnya mahluk aneh apakah yang datang
itu?
Sebentar saja suara tindakan kaki itu sudah sampai di
depan kelenteng, tapi lantas berhenti tak bergerak lagi,
agaknya seperti kuatir kalau di dalam kelenteng sudah ada
sembunyi musuh, selang sejenak, barulah masuk.
Ketika Nyo Ko mengintip keluar, hampir saja ia tertawa
geli.
Kiranya yang masuk kelenteng ini seluruhnya empat
orang, kaki kiri keempat orang ini sudah putus semua, masing
orang memakai sebatang tongkat dan di pundak kiri masingmasing
dirangkai seutas rantai besi yang saling terkunci,
sebab itulah waktu berjalan, empat tongkat menutul tanah
berbareng, lalu empat kaki keempat orang juga melangkah
maju bersama.
Orang yang paling depan berkepala gundul pelontos,
tangan kiri sudah buntung, kaki kiri putus separoh, sudah
cacat bertambah cacat, Orang kedua jidatnya jendul, terdapat
tiga uci2 yang besar. Orang ketiga bertubuh kecil pendek dan
orang keempat adalah Hwesio berbadan tegap.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko terheran-heran, macan orang-orang apakah dan
kenapa saling dirantai tanpa terpisahkan?
Lalu terdengarlah suara gemerantang yang nyaring, si
gundul tadi mengeluarkan geretan api dan menyalakan
sepotong sisa lilin.
Maka jelaslah sekarang Nyo Ko melihatnya ternyata kecuali
orang pertama yang gundul ini, tiga orang lainnya berlubang
mata, tapi tiada biji matanya.
Karena itu barulah ia mengerti persoalannya, kiranya
ketiga orang buta itu menggunakan si gundul ini sebagai
penunjuk jalan mereka.
Kemudian si gundul mengangkat lilin dan memeriksa
sekitar kelenteng, maka keempat orang itu menjadi seperti
berbaris beriring-iringan, jarak mereka masing-masing tidak
lebih tiga kaki. Namun Nyo Ko yang sembunyi di belakang
patung tak diketahui mereka.
Sesudah memeriksa, keempat orang itu masuk lagi ke
ruangan dalam, lalu si gundul itu berkata : "Kwa lolhau tidak
membocorkan jejak kita, jika ia mengundang bala bantuan,
tentu sudah disembunyikannya di sini dahulu."
"Ya, benar, ia sudah berjanji sekatapun takkan dibocorkan
pada orang lain, orang semacam dia ini selamanya
berpambekan tinggi, dalam hal "kepercayaan" sangatlah di
beratkan, "demikian ujar orang ketiga.
Tapi orang yang ber-uci2 itu lantas berkata: "Soa toako,
kau kira si tua she Kwa itu akan datang atau tidak?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"ltulah sukar kukatakan, kurasa ia takkan datang, masakah
dia begitu bodoh sengaja mengantarkan kematian?" ujar
orang pertama tadi.
"Tapi Kwa-lolhau ini adalah orang yang pertama dari
Kanglam chit-koay, dahulu mereka bertaruh dengan imam
keparat Khu Ju-ki dan jauh-jauh tanpa kenal lelah pergi ke
Mongol memberi pelajaran silat kepada Kwe Cing, hal ini
ketika tersiar di Kangouw, semuanya memuji akan janji emas
Kanglam chit-koay, sekali berkata, pasti pegang janji. Kita
justeru mengingat hal ini barulah melepaskan dia pergi."
Jelas terdengar perjakapan mereka itu oleh Nyo Ko, diamdiam
ia pikir: "Eh, kiranya mereka sedang menantikan Kwakongkong
di sini?"
Dalam pada itu orang kedua yang jendul ber-kata: "Tapi
aku bilang dia pasti takkan datang, Peng-toako, beranikah kau
bertaruh, coba lihat..."
Tapi belum habis ucapannya, tiba-tiba terdengar suara
tindakan orang datang dari arah timur, juga langkah yang
sebelah antap dan sebelah lagi enteng, ada orang datang lagi
menggunakan tongkat, cuma sekarang seorang diri saja.
Sejak kecil Nyo Ko sudah lama tinggal bersama Kwa Tin ok
di Tho-hoa-to, maka begitu dengar segera ia tahu orang tua
itulah yang datang.
Terdengarlah si orang ketiga yang kecil kurus tadi
bergelak-tawa, katanya: "Nah, Kau laute, Kwa-lothau benarbenar
telah datang, masih berani kau bertaruh tidak?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Keparat, benar-benar tak takut mati dia, sungguh aneh,"
orang kedua tadi mengomel.
Lalu terdengar suara ketokan nyaring beberapa kali, suara
ketokan tongkat besi, Hui thian pian hok Kwa Tin-ok tampak
masuk ke dalam kelenteng, terus berdiri tegak di tengah
ruangan.
"Kwa Tin ok telah datang menurut janji, inilah Kim hoagiok
loh wan buatan Tho hoa-to, seluruhnya berjumlah 12
butir, setiap orang makan tiga butir," demikian katanya.
Berbareng tangannya mengayun, sebuah botol kecil lantas
ditimpukkan ke arah sikakek gundul tadi.
"Terima kasih!" sahut si gundul girang, ia sambuti botol
kecil yang dilemparkan kepadanya itu.
"Urusan pribadi Lohu sudah selesai, sekarang sengaja
datang buat terima kematian," tiba-tiba Kwa Tin-ok berkata, ia
tegak leher berdiri di tengah ruangan, jenggotnya yang sudah
putih ter-gerak2, sikapnya sewajarnya saja.
"Soa-toako, karena dia sudah memberikan Kiu -hoa-giokloh-
wan pada kita hingga luka dalam kita bakal sembuh, tua
bangka inipun tiada permusuhan apa-apa dengan kita, biarlah
kita ampuni dia saja," kata siorang kedua yang kepala
barjendul itu.
"Ha, Kau-laute." jengek si orang ketiga, "kata peribahasa
"piara harimau cari penyakit", hatimu yang lemah ini mungkin
kita berempat nanti harus jadi korban semua, Kini meski ia
belum membocorkan rahasia kita, tapi siapa berani menjamin
ia akan tutup mulut selamanya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis itu mendadak ia membcntak: "HayoIah, turun
tangan!"
Dan keempat orangpun melompat bangun cepat dan
berdiri diempat sudut, dengan tepat Kwa-Tin-ok terkurung ditengah-
tengah.
"Kwa-Iothau," kata si kakek gundul dengan suara serak,
"lebih 30 tahun yang lalu kita telah menyaksikan bersama
kematian Nyo Khong di sini, sungguh tidak nyani har iini
kaupun menyusulnya, ini namanya sudah suratan nasib."
Tapi mendadak Kwa Tin-ok ketok keras-keras tongkatnya
kelantai, dengan gusar katanya, "Nyo Kong itu terima
mengaku musuh sebagai ayah, jual tanah air untuk
kenikmatan sendiri, ia seorang rendah yang tak tahu malu,
sedang aku Kwa Tin-ok adalah laki-laki sejati yang dapat
mempertanggung jawabkan segala tindak-tandukku kepada
negara maupun bangsa, mengapa kau bandingkan aku Huinian-
pian-hok dengan manusia rendah itu?"
"Hm, kematianmu sudah di depan mata, masih berlagak
pahlawan gagah?" jengek si pendek, orang ketiga tadi.
Habis itu, mereka sama-sama menghantamkan setelah
tangan ke atas kepala Kwa Tin-ok.
Merasa dirinya bukan tandingan keempat lawan ini, Tin-ok
berdiri tegak dengan tongkatnya tanpa menangkis.
Maka terdengarlah suara menyambarnya angin yang
keras, menyusul suara "blung" dibarengi berhamburnya debu
pasir, keempat orang itu merasa tmpat yang terkena pukulan
mereka itu rasanya tidak betul, bukannya mengenai tubuh
manusia.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera si kakek gundul itu dapat melihat jelas dalam
lingkaran yang mereka kepung itu Kwa Tinok sudah
menghilang, tempat dimana orang berdiri tadi sudah tertukar
patung bobrok dari kelenteng itu.
Dan karena pukulan keempat orang itu kena kepala
patung, maka seketika hancur menjadi bubuk.
Keempat orang itu tiga diantaranya adalah buta, tapi si
kakek gundul itu bermata tajam, namun hanya sekejap saja
tahu-tahu Kwa Tinok bisa berubah menjadi patung, hal ini
sunggun bikin terkejut tidak kepalang, empat orang itu
sekaligus membalik ke beIakang.
Maka terlihatnya seorang laki-laki berumur 30-an
berlengan tunggal sudah berdiri disitu dengan wajah gusar,
Kwa Tin-ok tercengkeram tengkuknya dan terangkat tinggi.
"Berdasar apa kau berani mencaci-maki ayah-ku?"
demikian lelaki buntung itu membentak Tin-ok.
"Siapakah saudara?" tanya Tin-ok tak gentar.
"Aku puteranya Nyo Khong, Nyo Ko ada-nya," sahut Nyo
Ko. "Ketika tinggal di Tho-hoa-to dulu, tidaklah jelek kau
terhadapku tapi kenapa dibelakang kau memaki dan
memfitnah mendiang ayahku?"
"Hm," jengek Tin-ok dingin, "sejak dahulu-kala, manusia
yang mati meninggalkan nama, tapi ada juga orang yang
turunkan nama busuk, baik atau busuk semuanya perbuatan
manusia, mana bisa menyumbat mulut orang agar tidak
menyebutkannya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat orang sedikitpun tidak gentar, Nyo Ko tambah
gusar, ia angkat tubuh Tin-ok dan dibanting kelantai sambil
membentak: "Cobalah katakan, kenapa ayahku rendah dan
kotor?"
Melihat begini hebat dan tangkasnya Nyo Ko, si kakek
gundul tadi diam-diam menarik tiga kawannya terus hendak
mengeluyur pergi, Namun sedikit Nyo Ko melesat tahu-tahu
sudah mengadang diambang pintu, "Hmm kalau tidak bicara
yang jelas, siapapun tidak akan hidup keluar dari kelenteng
ini," demikian bentaknya.
Mendadak keempat orang itu menggertak sekaligus dan
memukul ke depan.
"Bagus!" sambut Nyo Ko, iapun dorong sebelah
tangannya.
Belum lagi tangan beradu tangan, tahu-tahu keempat
orang itu sudah merasa suatu tenaga pukulan yang maha
besar menindih ke arah mereka.
Tanpa ampin lagi mereka terjengkang kebelakang dan
menerbitkan suara gedubrakan yang keras, tubuh keempat
orang menindih di atau patung tadi hingga patung itu remuk
ber-keping2.
Di antara empat orang itu, siorang kedua yang punya tiga
uci2 di batok kepala itu berkepandaian paling lemah, justru
kepalanya tepat menumbuk dada patung itu, keruan seketika
ia semaput
"Kalian berempat ini siapa? Kenapa terantai menjadi satu
begini dan kenapa bisa berjanji untuk bertemu dengan Kwa
Tin-ok di sini?" tanya Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya kakek, gundul ini adalah Soa Thong-thian, orang
kedua yang ber-uci2 itu adalah Sute-nya, Kau Hay-thong,
yang pendek kecil adalah Peng Lian-hou dan Hwesio yang
tinggi besar itu adalah Lian-ti Siang jin.
Ada persoalan apakah antara KwaTin-ok dengan keempat
orang buntung itu?
Cara bagaimana Nyo Ko menyelesaikan mereka?
(Bacalah jilid ke - 58)
Jilid 58
Lebih 30 tahun yang lalu mereka tertangkap oleh Lo wantong
Ciu Pek-thong dan diserahkan pada Khu Ju-ki dan Ong
Ju-it untuk mengurung mereka dalam Tiong-yang kiong di
Cong-Iam-san, kalau mereka sudah insaf baru akan
dibebaskan.
Akan tetapi keempat orang ini sukar mengubah watak
jahat mereka, dengan segala jalan mereka berusaha melarikan
diri, tapi setiap kali kena dibekuk kembali.
Ketika untuk ketiga kalinya mereka hendak merat, Peng
Lian Iiou, Kau Thong-hay dan Ling-ti Siangjin bertiga telah
membunuh beberapa anak murid Coan-cin kau yang menjaga
mereka, setelah tertangkap kembali, sebagai hukuman yang
setimpal mereka telah dikutungi sebelah kaki dan mata
mereka dibutakan, hanya Soa Thong-thian yang tidak
mencelakai jiwa manusia, selamat kedua matanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika Nyo Ko belajar silat di Tiong-yang-kiong, karena
waktunya tidak lama, pula selalu menderita, maka keempat
orang hukuman itu tak dikenalnya, Sampai 16 tahun yang lalu,
ketika jago-jago Mongol membakar Tiong-yang-kiong, dalam
keadaan kacau-balau itu dapatlah Soa Thong-thian berempat
meloloskan diri.
Dan karena ketiganya buta, terpaksa bergantung pada Soa
Thong thian sebagai penuntun jalan. Peng Lian-hou kuatir
kalau orang tinggal pergi sendiri, maka ia berkeras tidak mau
tanggalkan rantai yang masih mengikat tubuh mereka
berempat.
Sesudah lari dari Tiong-yang-kiong, Soa Thong thian cs.
masih kuatir kalau-kalau dapat dibekuk kembali oleh orangorang
- Coan-cin pay, maka diam-diam mereki lari ke daerah
Kanglam dan selalu sembunyi menyepi dipedusunan.
Hari itu kebetulan mereka ke pergok Kwa Tin-ok, ilmu silat
Tin-ok jauh bukan tandingan keempat orang itu, maka sekali
gebrak sudah kalah, ketika ditanya barulah diketahui Kwa Tinok
ada keperluan dan tiada maksud mencari mereka.
Meski mereka tiada permusuhan atau dendam tapi
pendirian berbeda, pula kuatir orang membocorkan tentang
jejak mereka, maka Soa Thong thian cs. bermaksud
membunuh Tin ok.
Waktu itu Tin-ok berkata bahwa ia harus pergi ke Leng-ohtin
di daerah Siangcu., bila urusan selesai ia sendiri akan
datang kembali buat terima kematian, kalau keempat orang
itu bersedia memberi hidup lebih lama beberapa hari padanya,
ia akan mengambilkan beberapa pil "Kiu hoaJnok loh-wan
yang sangat mujarab untuk luka-luka dalam, obat buatan Ui
Yok-su dari Tho-boa-tot sebagai balas budi itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Memangnya keempat orang itu sejak kakinya dipatahkan
selalu menderita sakit encok yang jahat, kini mendengar Tinok
bersumpah takkan membocorkan tempat sembunyi
mereka, juga takkan mengajak pembantu, barulah kemudian
mereka tetapkan harinya untuk bertemu kembali di kelenteng
Ong- tiat-jiang di Ka hin ini.
BegituIah sehabis menutur kejadian-kejadian itu, lalu Soa
Thong-thian berkata: "Nyo-kongcu, waktu ayahmu masih
hidup, kami semuanya adalah tamu undangannya, Sampai ia
meninggal, kami sedikitpun tidak salah padanya, maka
haraplah suka mengingat kebaikan dulu2 itu dan membiarkan
kami pergi!"
Dahulu Soa Thong-thian cs. adalah jago-jago kelas tinggi
di kalangan Kangouw, sekalipun golok mengancam
ditengkuknya juga tak nanti gentar, tapi sejak mereka
dikurung lama, kaki buntung, mata buta, jiwa mereka menjadi
melempem, semangat jantan hilang, kini tanpa segan-segan
mohon ampun pada Nyo Ko.
Tapi Nyo Ko tak menggubris mereka, katanya pula pada
Kwa Tin-ok: "Kau pergi ke Leng-oh tin, apakah untuk
menemui Thia Eng daa Liok Bu siang taci beradik? Dan untuk
urusan apa?"
Tiba-tiba Tio-ok menengadah tertawa panjang, katanya.
"Wahai Nyo Ko, Nyo Ko, kau bocah ini benar-benar tak tahu
urusan!"
"Kenapa aku tak tahu urusan?" lahut Nyo Ko gusar.
"Aku Hui-thian-pian-bok (kelelawar terbang di langit,
julukan Tin-ok) sudah tidak pikirkan jiwa lapuk ini lagi,
sekalipun di masa muda, aku KwaTin-ok juga tak pernah takut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pada siapapun, betapa tinggi ilmu silatmu paling banyak
hanya dapat me-nakut2i sebangsa manusia-sia yang takut
mati dan tamak hidup, tapi Kanglam chit-koay apa kau kira
kena digertak orang?" demikian sahut Tin ok.
Melihat sikap orang yang gagah berani, tanpa terasa Nyo
Ko menaruh hormat, maka katanya tagi: "Kwa-Iokongkong,
ya, akulah yang salah tapi lantaran kata-kata-mu tadi
menghina mendiang ayahku, terpaksa aku berlaku tidak
sopan. Nama Kwa kongkong terkenal diseluruh jagat, Nyo Ko
sejak kecil juga sangat kagum, selamanya tak berani
kurangajar."
"Beginilah baru pantas," ujar Tin-ok, "Aku melihat
kelakuanmu tidak jelek, pula telah berjasa besar di Siangyang,
maka aku anggap kau adalah tokoh kelas satu. Tapi kalau
macam ayahmu dahulu, sekalipun berbicara saja aku merasa
mual."
Amarah Nyo Ko berkobar lagi oleh olok-olok itu, dengan
suara keras ia tanya: "Sebenarnya ayahku berbuat salah
apakah, coba terangkan."
Harus diketahui bahwa di antara kawan-kawan yang
pernah dikenal Nyo Ko tidak sedikit orang yang ibu seluk beluk
ayahnya dahulu, tapi karena sungkan mengolok-olok ayah
seorang "Sin-tiau-hiap" maka semua orang sungkan
membicarakannya, sekalipun ditanya Nyo Ko sendiri.
Namun dasar Kwa Tin-ok selamanya pandang kejahatan
sebagai musuh, wataknya keras jujur, ia tak urus apakah
ceritanya nanti akan menyinggung perasaan Nyo Ko atau
tidak, segera saja ia ceritakan seluruhnya dari awal sampai
akhir, tentang bagaimana Nyo Khong tak kenal budi, malahan
sekongkoI dengan Auyang Hong hingga lima kawannya dari
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kanglam-chit-koay terbinasakan dan akhirnya menggaplok
punggung Ui Yong, tapi senjata makan tuan, duri landak
kutang Ui Yong yang tanpa sengaja tertempel racun ularnya
Auyang Hong itu malah membinasakan Nyo Khong sendiri.
"Kejadian pada malam itu, beberapa orang inipun
menyaksikannya, Soa Thong thian, Peng Lian hou, coba kalian
katakan, apakah aku Kwa-Iothai pernah berbohong?"
demikian kata Tin-ok akhirnya.
Beberapa perkataan paling akhir ini diucapkannya dengan
sangat keras hingga bikin kaget beberapa puluh ekor burung
gagak yang berada di menara kelenteng itu terbang ke udara
dengan suara yang berisik.
"Ya, malam itu juga terdapat burung-burung gagak
begini..." tutur Soa Thong-thian. "Nih, tanganku ini justru
karena digaruk sekali oleh Nyo-kongcu, kalau Peng-hengte ini
tidak cepat bertindak tanganku ini terus ditabasnya, mungkin
jiwaku akan dan melayang pada malam itu juga."
Sungguh tidak kepalang rasa pedih dan pilu Nyo Ko pada
saat itu, ia memegangi kepalanya dan duduk termangu-mangu
dengan muka muram, sekali-sekali tak diduganya bahwa
ayahnya ternyata seorang yang begitu jahat dan keji,
sekalipun namanya dan perbuatannya sendiri sekarang lebih
cemerlang juga sukar mencuci bersih noda ayahnya itu.
Begitulah, untuk sesaat di dalam kelenteng menjadi sunyi,
keenam orang tiada yang buka suara, hanya suara gaok masih
terus berisik tiada hentinya.
Selang agak lama, berkatalah Kwa Tin-ok, "Nyo-kongcu,
kau telah berjasa besar di Siangyang, betapapun dosa ayahmu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
juga sudah tertutup semua, Di alam baka pasti ia akan senang
karena kau bisa tebus kesalahan orang tua."
Nyo Ko coba merenungkan segala apa yang dialaminya
selama ini, sejak ia kenal suami isteri Kwe Cing, selalu Ui Yong
menaruh prasangka padanya, segala kesalah pahaman dulu2
semuanya disebabkan ayahnya itu. Tapt kalau tiada ayah
darimanakah datangnya dirinya ini? Namun banyak kematian
dan rasa kesalnya selama ini sesungguhnya juga gara-gara
perbuatan mendiang ayahnya. Tanpa terasa ia menghela
napas panjang oleh segala suka duka itu.
"Kwa-lokongkong," tanyanya kemudian, "Apakah Thia Eng
dan Liok Bu-siang berdua taci beradik baik-baik saja?"
"Ya, mereka menjadi begitu girang ketika mendengar kau
membakar gudang perbekalan musuh di Sinyang dan
membasmi dua ribu pasukan perintis Mongol," sahut Tin-ok,
"la tanya pula tentang keadaanmu selama ini dan berita Siaoliong-
Ii, nyata kedua taci-beradik itu sangat terkenang
padamu,"
"Ai, kedua adik ini juga sudah 16 tahun aku tak
melihatnya," kata Nyo Ko kemudian habis itu mendadak ia
menoleh terus membentak pada Sa Thong thian: "Nah, Kwakongkong
sudah berjanji hendak serahkan jiwanya pada
kalian, ia orang tua selamanya sekali bicara tidak pernah
pungkir janji, sekarang kalian lekas turun tanganlah, dan
sesudah kalian membunuhnya baru aku membunuh juga
kalian berempat anjing ini untuk membalaskan sakit hatinya."
Soa Thong thian dan Peng Lian-bou menjadi tertegun,
sungguh mereka tidak pernah dengar ada bunuh membunuh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
cara demikian. Maka kata So Thong thian kemudian: "Nyotayhiap,
kami tuli tahu hingga berlaku kurangajar pada Kwa
lohiap (pendekar tua Kwa), harap kalian berdua suka
memaafkan kami."
"Jika begitu, nah, ingat baik-baik, kalian sendiri yang tidak
menepati janji dan tak inginkan jiwa Kwa-kongkong," kata Nyo
Ko.
"Ya, ya," sahut Soa Thong thian cepat, "Terhadap budi
luhur Kwa-lohiap kami selamanya juga sangat kagum."
"Nah, sekarang lekas enyah, lain kali jangan ke tumbuk
lagi ditanganku," bentak Nyo Ko.
Keruao Soa Thong-thian cs. seakan2 mendapat lotere,
sesudah memberi hormat, dengan cepat mereka lari keluar
kelenteng itu.
Nyo Ko menolong jiwa Kwa Tin-ok itu sangatlah menjaga
kehormatannya sebagai seorang ksatria, tentu saja Kwa Tinok
berterima kasih. Dan sesudah membersihkan pecahan
patung di ruangan itu, lalu mereka berduduk untuk omong2.
"Aku pergi ke Leng-oh-tio adalah sebab urusan Kwe-jikohnio,"
demikian tutur Tin-ok.
"Ha," Nyo Ko rada terkejut "Ada apakah nona kecil ini?"
"Kedua puteri Kwe Cing itu masing-masing punya
kenakalannya sendiri-sendiri, sungguh bikin orang kepala
pusing," ujar Tin-ok. "Entah mengapa, tiba-tiba Kwe Yang si
anak dara itu meninggalkan rumah tanpa pamit entah ke
mana, Sudah tentu orang tuanya menjadi kelabakan, kemana-
mana orang dikirim untuk mencarinya, tapi sama sekali
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tiada kabar beritanya, karena aku si buta ini tiada pekerjaan
apa-apa di Siangyang, maka aku juga keluar untuk
mencarinya. Jurusan timur, utara dan barat sudah ada orang
yang pergi, aku lebih paham keadaan daerah Kanglam maka
aku lantas ke selatan sini."
"Dan apakah sudah mendapatkan beritanya?" tanya Nyo
Ko.
"Beberapa hari yang lalu secara kebetulan aku mendengar
percakapan dua orang kurir bangsa Mongol, katanya puteri
kecil Kwe-tayhiap dari Siang-yang telah tertawan ke dalam
pasukan Mongol mereka.
"Haya! Apakah kabar ini betul atau bohong?"
"Kedua kurir Mongol itu berbicara dalam bahasa mereka
dan menyangka tiada orang lain yang paham, tak tahunya aku
pernah tinggal belasan tahun di negeri Mongol, tentu saja
semuanya kudengar dengan jelas," kata Tin-ok pula.
"He, kalau begitu jadi berita ini tidaklah bohong?" tanya
Nyo Ko terkejut.
"Ya, maka dalam gusarku segera kupersen ke-dua kurir
Mongol itu masing-masing sebiji "Tok-cit-le" dan hendak
kulapor ke Siangyang, siapa tahu di tengah dan kepergok
empat setan tadi," tutur Tin-ok
"Aku pikir jiwaku tidak jadi soa!, tapi berita nona Kwe
Yang harus disampaikan makanya aku minta mereka memberi
kelonggaran beberapa hari, kupergi jke Leng-oh tin yang
berdekatan dan memberitahukan pada Thia Eng dan Liok Bu
siang. Mendengar berita itu, segera kedua nona itu berangkat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ke utara dan aku menepati janji datang kemari mengantarkan
kematian.
Sungguh tidak nyana sekarang ke empat setan jahat ini
sendiri tak dapat dipercaya, sampai saat terakhir mereka tidak
berani - turun tangan. Haha, hahaha!"
"Apakah Kwa-kongkong pernah mendengar cerita kedua
kurir Mongol itu tentang cara bagaimana tertawannya nona
Kwe dan apakah berbahaya jiwanya?" tanya Nyo Ko sesudah
pikir sejenak.
"ltulah aku tidak mendengar," sahut Tin-ok,
"Urusan ini sangat gawat, sekarang juga boanpwe pergi ke
sana dan berusaha menolong sebisanya," kata Nyo Ko pula,
"Dan Kwa-kongkong sendiri bolehlah menyusul belakangan
saja."
"Baiklah, ada kau yang pergi menolongnya, hatiku akan
merasa lega, biarlah aku menunggu kabar baik saja di
Siangyang," sahut Tin ok.
Nyata sejak menyaksikan apa yang dilakukan Nyo Ko di
Siangyang tempo hari, hati orang tua ini sudah sangat kagum
atas kemampuannya.
"Tapi Wanpwe ada sesuatu permintaan aku mohon
bantuanmu Kwa-kongkong." pinta Nyo Ko "Yalah sukalah kau
mengganti sebuah batu nisan kuburan ayahku, tulislah
puteranya Nyo Ko yang mendirikannya."
"Baiklah, pasti akan kukerjakan dengan baik," sahut Tin
ok.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan berangkatlah Nyo Ko segera sesudah memberi hormat
pad orang itu. ia membeli dua ekor kuda dulu di Ka-hin dan
sepanjang jalan bergantian kuda terus menuju ke Sin-yang
tanpa berhenti Maka tidak seberapa hari sudah dekatlah
dengan perkemahan pasukan Mongol.
Kiranya raja Mongol yang pimpin pasukan hendak
menggempur Siangyang ini, ketika tanpa tahu sebab
musababnya kedua pasukan perintisnya terbasmi di Sinya dan
Tengciu, ia menjadi ragu-ragu akan kekuatan pasukan Song
yang sebenarnya, maka pasukan induknya berkemah di antara
Lamyang, kedua pihak belum pernah bertempur.
Maka terlihatlah panji2 ber-kibar2, senjata gemerlapan,
perkemahan yang berderet-deret memanjang tak kelihatan
ujungnya.
Menunggu sesudah malam, Nyo Ko menyelundup ke
perkemahan musuh untuk menyelidiki, ia lihat penjagaan
sangat keras, disiplin sangat baik.
Kekuatan tentara Mongol itu memang sangat hebat. Lebihlebih
kemah di mana raja berdiam, penjagaan lebih ketat lagi.
Meski tinggi ilmu silat Nyo Ko, tapi di ketahuinya tidak sedikit
orang-orang gagah dalam pasukan musuh, betapapun tangkas
sukar juga melawan orang banyak, maka iapun tak berani
sembarangan unjuk diri.
Malam itu ia hanya dapat menyelidiki perkemahan bagian
timur, besoknya dilanjutkan bagian selatan dan lain hari
perkemahan barat, ber-turut-urut empat malam empat bagian
pertengahan musuh itu selesai diintainya, tapi masih belum
memperoleh kabar berita Kwe Yang itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akhirnya Nyo Ko menawan seorang perwira musuh, di
bawah ancaman perwira itu telah mengaku terus terang
bahwa sesungguhnya tidak pernah terdengar tentang puteri
Kwe Cing dari Siangyang.
Namun Nyo Ko masih ragu-ragu, ia selidiki lagi beberapa
hari, kemudian baru percaya memang Kwe Yang tidak disekap
di situ, Pikirnya: "Againya Kwe-pepek sudah dapat menolong
puterinya pulang, atau mungkin kedua kurir Mongol itu juga
mendengar dari orang lain jadi hanya berita bohong-belaka.
Sementara itu musim scmi sudah tiba, bunga mekar
mewangi. janji Siao-liong-Ii 16 tahun yang lalu sudah hampir
tiba, maka Nyo Ko lantas menuju ke utara, pergi ke Coatccng-
kok atau lembah putus cinta.
* * * *
Mengenai Kwe Yang hari itu setelah disaksikannya Kim-Iun
Hoat-ong secara keji membinasakan Tiang-jiu kui dan Toathau-
kui berdua, dalam hati ia menjadi berduka, iapun insaf
takkan bisa lolos dari cengkeraman elmaut, maka dengan
tegak ia menantang: "Hayolah, bunuhlah aku, tunggu
apalagi?"
"Hendak membunuh kau adalah terlalu mudah?" sahut Kim
lun Hoat-ong tertawa "Tapi hari ini aku sudah membunuh dua
orang, sudah cukup, lewat berapa hari lagi nanti akan
kusembelih kau. Sekarang lekas turut aku pergi."
Kwe Yang pikir percuma saja hendak membangkang,
biarlah nanti tunggu kesempatan untuk meloloskan diri, Maka
iapun cempIak ke atas kuda dan jalan pelahan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja Kim-Iun Hoat-ong sangat senang, pikirnya:
"Hongsiang dan Hongte (raja dan adik Raja) ingin sekali
mencabut jiwa Kwe Cing, tapi selama ini tidak berdaya, Hari
ini aku dapat menawan puteri kesayangannya, dengan
sandera ini mau tak mau Kwe Cing harus tunduk kepala dan
turut perintah, seumpama Kwe Cing tak mau takluk, pelahan
kita siksa lahir batin nona ini dibawah benteng dihadapan Kwe
Cing, biar dia ngenas dan kacau pikiran, tatkala itu sekali
gempur pasti Siangyang akan bobol.
Sampai hari sudah malam, mereka mondok di-rumah tepi
jalan, Tapi penghuni rumah sudah kabur, rumah itu kosong
melompong. Hoat-ong mengeluarkan rangsum kering dan
diberikan sedikit pada Kwe Yang, anak dara itu disuruh tidur di
dalam kamar, ia sendiri duduk sila bersemedi di ruangan luar.
Kwe Yang gulang-guIing dipembaringannya tak bisa pulas.
Sampai tengah malam, secara berindap-indap ia mengintip ke
ruangan tengah, ia lihat Hoat-ong masih duduk sila
menghadap tembok, sayup-sayup terdengar suara
mendengkurnya pelahan, agaknya sudah tertidur.
Girang sekali Kwe Yang, perlahan-lahan ia melompat
keluar jendola, ia robek kain buntalannya menjadi empat buat
bungkus telapak kaki kuda, lalu binatang itu dituntunnya
pelahan, Sesudah agak jauh dan melihat Hoat ong tidak
mengejar barulah ia cemplak kuda dan dilarikan secepat
terbang.
Ia pikir kalau Hoat ong mengetahui dirinya sudah lari,
maka akan mengejarnya kearah Siangyang, jadi ke selatan,
tapi sekarang ia sengaja berlari ke jurusan barat laut,
betapapun dia takkan menemukan aku, Begitulah ia keprak
kudanya sekaligus berlari lebih satu jam, karena binatang itu
sudah payah, barulah ia lambatkan setindak demi setindak,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sepanjang jalan ia selalu menoleh kalau-kalau Hoat-ong
mengejarnya, sampai hari sudah terang tanah, kira-kira sudah
beberapa puluh li jauhnya, hati anak dara ini barulah lega.
Sementara itu ia telah memasuki suatu jalan kecil
pegunungan yang menanjak, makin lama makin tinggi, setelah
membelok ke sana, tiba-tiba terdengar suara ngorok orang
tidur sekeras guntur, seorang terlentang melintang di tengah
jalan lagi mendengkur. Ketika Kwe Yang mengawasinya
hampir saja ia merosot jatuh dari kudanya.
Ternyata orang yang malang melintang di tengah jalan itu
berkepala gundul dan berjubah kuning siapa lagi dia kalau
bukan Kim-lun Hoat-ong, sungguh sukar dimengerti cara
bagaimana orang tahu-tahu sudah berada dibagian depannya
malah.
Lekas-lekas Kwe Yang memutar kudanya terus lari ke
bawah bukit, ketika ia menoleh, Hoat-ong tertampak masih
enak-enak tidur tak mengejarnya.
Sekali ini ia tidak menuju ke jalan tadi, tapi ke arah
tenggara, ke tempat yang sepi, Setelah setanakan nasi, tibatiba
terlihat di atas suatu pohon di depan sana ada seorang
menjungkir, kedua kakinya menggantoI pada dahan pohon
dan sedang menyengir padanya, Kurangajar! Siapa lagi dia
kaku bukan Hoat-ong?
Namun Kwe Yang tidak lagi terkejut, sebaliknya ia menjadi
gusar, damperatnya: "Hwesio keparat, kau mau mencegat
boleh cegat saja, kenapa mesti permainkan nonamu?" Habis
berkata, ia keprak kudanya ke depan, ketika sudah dekat,
mendadak pecutnya disabetkan ke muka orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia lihat Hoat ong sama sekali tidak berkelit, tepat sekali
ujung pecut mengenai mukanya, Pada saat itu juga kuda
tunggangan Kwe Yang sudah nelewati tubuh Hoat-ong yang
tergantung itu, ketika Kwe Yang menarik pecutnya, mendadak
suatu tenaga maha besar telah melibatnya hingga tanpa kuasa
tubuhnya mencelat ke udara.
Kiranya ketika pecut sampai dimuka Hoat-ong, secepat
kilat Hoat-ong buka mulut dan gigit kening2 ujung pecut,
karena tubuhnya tergantung menjungkir, maka ia terayun
tinggi ke atas hingga Kwe Yang ikut terangkat.
Meski tubuh di atas udara, namun Kwe Yang tidak menjadi
gugup, ketika dilihatnya Hoat ong hendak mengayunnya
kembali, cepat ia lepaskan pecutnya terus terlepas ke bawah.
Hoat-ong terkejut, ia kuatir anak dara itu terbanting luka,
maka cepat melompat turun dulu dan menangkapnya sambil
berseru: "Awas!"
Tapi Kwe Yang juga tidak kurang cerdiknya, ia sengaja
berteriak-teriak: "Tolong!" - Dan ketika tubuhnya sudah dekat
Hoat-ong, mendadak kedua tangannya memukul berbareng,
tepat sekali dada Hoat-ong kena digenjotnya.
Serangan Kwe Yang ini cepat sekali lagi di luar dugaan,
sekalipun ilmu silat Hoat-ong sangat tinggi, orangnya juga
cerdik, namun tak sanggup berkelit lagi, kedua kakinya
menjadi lemas dan orangnya terkulai ke tanah, kaku tak
berkutik
Tidak tersangka oleh Kwe Yang bahwa sekali akan
berhasil, karuan ia kegirangan cepat ia angkat sepotong batu
besar terus hendak dikepruk ke atas kepala Hoat-ong yang
gundul itu. Tapi selamanya belum pernah ia membunuh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
orang, meski ia benci orang telah membunuh dua kawannya,
namun ketika hendak turun tangan hatinya menjadi tak tega,
ia tertegun sejenak, lalu batu besar itu diletakkannya kembali.
Sebagai gantinya ia tutuk "Thian-teng-hiat" di tengkuk
Hoat-ong, "Peng-hong-hiat" dipunggung, "Sin-hong-hiat" di
dada, "Jing ling-hiat" di lengan dan "Hok-hou-hiat" di atas
mata, sekaligus tanpa berhenti ia tuluk tiga belas tempat jalan
darah orang, anak dara ini masih belum puas, ia angkat empat
potong batu yang beratnya hampir beratus kati, batu-batu itu
ia tindih di atas badan Hoat-ong.
"Wahai, Hwesio jahat, hari ini nona tidak ingin membunuh
kau, maka selanjutnya harus kau perbaiki diri dan jangan
mencelakai orang lain lagi," demikian kata Kwe Yang
kemudian.
Habis itu, ia kebut2 bajunya yang berdebu, lalu cemplak
kudanya hendak tinggal pergi.
Namun kedua mata Kim-lun Hoat ong yang ber-kilau2
terus memandanginya, tiba-tiba katanya dengan tertawa:
"Hati nona cilik ternyata berprikemanusiaan, Hwesio tua
sangat suka padamu." Lalu terdengarlah suara keras beberapa
kali, beberapa potong batu tadi telah membal semua, lalu
orangnya melompat bangun, aneh, entah mengapa, ke-13
tempat jalan darah yang ditutuk Kwe Yang tadi sudah terlepas
semua.
Dalam terkejutnya hingga Kwe Yang ternganga tanpa bisa
buka suara.
Kiranya meski Hoat-ong terkena pukulannya tadi, dadanya
terasa sakit juga, tapi selisih kepandaian mereka terlalu jauh,
mana mungkin dua kali pukul itu Kwe Yang merobohkan HoatTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
ong? Apalagi hendak menutuknya hingga tak berkutik? ia
hanya pura-pura saja dan hendak melihat apa yang hendak
diperbuat anak dara itu.
Ketika melihat Kwe Yang tak jadi mengepruknya dengan
batu, diam-diam ia merata suka akan kebaikan hati anak dara
itu, pintar dan cerdik, jauh lebih baik daripada murid-murid
yang pernah ia terima.
Tanpa terasa timbul keinginan Hoat-ong akan menjadikan
Kwe Yang sebagai muridnya, apalagi mengingat usianya sudah
lanjut, sedang muridnya yang dulu seperti Darba, orangnya
jujur, bertenaga raksasa, tapi otaknya kurang tajam untuk
bisa memahami intisari pelajaran Lwekang yang tinggi, sering
Hotu orangnya tak berbudi, dalam keadaan berbahaya tidak
segan-segan selamatkan diri dan menjerumuskan guru malah.
Karena itu, kadang-kadang Hoat-ong menjadi sedih, kuatir
ilmu kepandaiannya itu akan terpendam begitu saja.
Kini melihat Kwe Yang berbakat bagus, boleh dikatakan
susah dicari, walau puteri musuh, tapi usianya masih muda.
tidaklah sukar untuk mengubahnya, asal diajarkan ilmu
kepandaian hebat padanya, lama2 dengan sendirinya anak
dara itu akan melupakan segala persoalan yang Ialu.
Justeru orang-orang Bu-lim atau kalangan persilatan pada
umumnya sangat pandang berat soal murid dan keturunan,
sekali Hoat ong timbul pikiran begitu, untuk sementara soal2
menggempur Siangyang memaksa Kwe Cing menyerah dan
lain-lain, telah di-kesampingkannya semua.
Melihat biji mata orang mengerling tajam, tapi tidak buka
suara, segera Kwe Yang melompat turun dari kudanya dan
katanya: "Kepandaian Hwesio tua memang hebat, sayangnya,
tidak mau berbuat baik."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kalau kau kagum kepandaianku, asal kau angkat guru
padaku, aku lantas ajarkan seluruh kepandaianku ini padamu,"
ujar Hoat-ong tertawa.
"Cis" semprot Kwe Yang, "Guna apa aku mempelajari
kepandaian Hwesio? Toh aku tidak ingin menjadi Nikoh?"
"Apakah belajar kepandaianku harus menjadi Nikoh?"
sahut Hoat-ong tertawa, "Kau menutuk jalan darahku, aku
bisa meIepaskan diri. Kau menindih badanku dengan batubatu
besar, batu-batu itu bisa terpental sendirinya. Kau lari
menunggang kuda, tahu-tahu aku sudah tidur di depanmu,
apakah semua kepandaian ini tidak menarik?"
Kwe Yang pikir kepandaian-kepandaian itu memang
menarik juga, tapi Hwesio tua ini adalah orang jahat mana
boleh mengangkat guru padanya? Pula ia sendiri buru-buru
hendak mencari Nyo Ko, tiada tempo buat mengobrol maka
katanya sambil geleng kepala: "Lebih tinggi lagi kepandaianmu
juga tak mungkin kuangkat sebagai guru."
"Darimana kau tahu aku orang jahat?" tanya Hoat ong.
"Sekali hantam kau telah membinasakan Tiang jiu-kui dan
Toa thau-kui, apakah itu tidak jahat?" sahut Kwe Yang,
"Mereka tiada dendam dan tidak bermusuhan dengan kau,
kenapa kau turun tangan begitu keji?"
"Itu justru karena aku hendak mencari kuda untukmu,
mereka sendiri yang menyerang aku lebhih dulu, kau sendiri
menjadi saksi tadi." kata Hoat ong. "Coba, bila kepandaianku
sedikit rendah, mungkin aku sudah mati dihantam mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seorang Hwesio harus welas-asih, kalau tidak terpaksa, tidak
nanti membunuh orang."
Tapi Kwe Yang menjengek tak percaya, Katanya: "Dan
bagaimana kehendakmu sehenarnya? Kalau kau orang baikbaik,
kenapa aku tak boleh pergi?"
"Bila aku larang kau pergi?" sahut Hoat-ong. "Kau
menunggang kuda ke timur, tidak larang, ke barat, aku juga
tidak mencegah, aku hanya tidur di tengah jalan, apakah aku
menghalangi kau?"
"Jika begitu, kau lepaskan aku pergi mencari Nyo Ko, Nyo
toako, dan jangan mengikuti aku," kata Kwe Yang.
"Itu tak boleh" ujar Hoat-ong geleng kepala. "Kau harus
mengangkat guru padaku. belajar silat 20 tahun dengan aku,
habis itu, kemana kau pergi, siapa ingin kau cari, boleh
sesukamu."
"Kau Hwesio ini kenapa begini tak tahu aturan, aku tidak
suka angkat guru padamu, kenapa kau paksa?" damprat Kwe
Yang.
"Kau anak dara cilik inilah yang tidak kenal adat, guru
pandai seperti aku, kemana bisa kau cari di seluruh jagat?"
sahut Hoat-ong pula. "Sekalipun orang lain menyembah tiga
kali padaku dan mohon dengan sangat agar aku menerimanya
sebagai murid, belum tentu aku mau. Tapi kini kau diberi
kesempatan bagus, kau malah berlagak jual mahal, sungguh
aneh?"
"Tak malu, hm, tak malu," tiba-tiba Kwe Yang meng olokolok.
"Macam guru apakah kau ini? Paling banyak kau bisa
menangkan aku seorang gadis cilik, apanya harus diherankan?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi apa kau bisa menangkan ayah-ibuku? Bisa menangkan
Gwakong ku Ui Yok-su? jangankan mereka seumpama
Toakoko Nyo Ko saja, kau tak sanggup melawannya!"
"Siapa bilang? Siapa bilang aku tak sanggup melawan Nyo
Ko si anak ingusan?" tanya Hoat ong cepat tanpa pikir.
"Semua ksatria, setiap pahlawan di kolong langit ini semua
bilang begitu," sahut Kwe Yang. "Tempo hari waktu ada
pertemuan besar para pahlawan di Siangyang, semuanya juga
bilang bahwa tiga orang Kim lun Hoat-ong takkan mampu
menangkan seorang Sin-tiau-tayhiap Nyo Ko yang berlengan
tunggal."
Sudah tentu apa yang dikatakannya memang untuk bikin
marah Kim-lun Hoat-ong saja, namun yang omong tidak
sengaja, yang mendengar justru kena. Sebab belasan tahun
yang lalu memang benar-benar beberapa kali Kim-lun Hoatong
dikalahkan oleh Nyo Ko, ia sangka ini kejadian benarbenar
selalu dibuat buah tutur semua ksatria diseluruh jagat.
Keruan tidak tahan api amarahnya, bentaknya segera:
"Jika Nyo Ko si anak busuk itu berada di sini, biar dia
mengicipi lihaynya aku punya "Liong- jio pan-yok-kang" (ilmu
sakti tenaga naga dan gajah), setelah dia tahu rasa barulah
akan ketahuan sebenarnya dia Nyo Ko lebih hebat atau aku
Kim-lun Hoat-ong yang lebih lihay."
Pikiran Kwc Yang jadi tergerak melihat orang benar-benar
penasaran maka katanya pula: "Ah, sudah terang kau tahu
Toakoko ku sekarang tidak berada disini, lantas kau meniup
harga diri setinggi langit, coba kalau kau bernyali besar,
kenapa tak kau pergi mencarinya untuk bertanding? Kau
punya ilmu sakti tenaga babi dan anjing..!."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"llmu sakti naga dan gajah!" demikian Hoat-ong
memotong membetulkan.
"Kalau kau menangkan dia, barulah naga dan gajah, tapi
kalau kau tak tahan sekali gebuk, paling banyak hanya jadi
babi dan anjing saja!" ujar Kwe Yang, "Jika ilmu silatmu bisa
menangkan dia, tak perlu kau paksa aku, dengan sendirinya
aku menyembah kau sebagai guru, Cuma aku yakin mungkin
kau tak berani mencari dia, maka percuma soal ini
dibicarakan. Menurut aku, boleh jadi melihat bayangannya
saja kau sudah ketakutan dan lari ter birit2."
Hoat-ong adalah seorang cerdik, sudah tentu iapun tahu
akan kata-kata pancingan Kwe Yang. Tapi selama hidupnya ia
sangat tinggi menilai dan lantaran pernah dikalahkan Nyo Ko,
maka sekarang "ilmu sakti bertenaga naga dan gajah-nya
sudah dilatihnya hingga tingkatan ke-11, memangnya ia sudah
mencari Nyo Ko buat tuntut balas ketika dahulu, Kini
mendengar kata-kata Kwe Yang itu, tak tahan ia menyahut
keras-keras: "Tadinya aku bilang Nyo Ko berada di mana, itu
melulu untuk membohongi ktu, sayangnya aku jusleru tak
tahu anak itu mengumpat di mana, bila tahu, ha, ajaklah kalau
aku tidak meluruk ketempatnya dan menghajarnya hingga dia
me-nyembah2 minta ampun!"
"Hahahaha," tiba-tiba Kwe Yang ter-kekeh2, tembangnya
bertepuk tangan: "Hwesio gundul membual anggap diri tiada
bandingan, sekali melihat Nyo Ko datang, tancap gas lari
tunggang Ianggang!.
Hoat ong menjengeknya sekali lalu membisu tanpa
berkata.
"Ya, meski aku tidak tahu sekarang Nyo Ko berada di
mana sekarang, tapi lewat sebulan lagi pasti ia akan datang ke
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
suatu tempat, hal itu aku malah tahu," kata Kwe Yang
kemudian.
"Datang ke mana?" tanya Hoat-ong.
"Percuma juga kukatakan padamu? Toh kau lak berani
pergi menemuinya. jangan-jangan nanti bikin kau tak ?nak
makan tak nyenyak tidur," kala Kwe Yang,
Hoat-ong menjadi gemas kena di kili2, "Katakan, coba
katakan!" teriaknya sengit.
"la akan datang ke Coat ceng kok, di atas jurang Toanjong-
ke, ia akan bertemu kembali dengan isterinya, Siao-liongli,"
kata Kwe Yang. "Tapi, Hwesio besar, ada lebih baik jangan
kau antar kematian ke sana, seorang Nyo Ko saja bikin hati
terkejut dan daging kedutan, apalagi ditambah seorang Siao-
Iiong li."
Memangnya selama belasan tahun ini Kim-lui Hoat-ong
giat berlatih "ilmu sakti bertenaga nagi dan gajah" justru
maksudnya ingin melawan "Giok li-soh-sim-kiam-hoat" yang
dimainkan Nyo Ko dan Siao-liong-li bersama, kalau dia tidak
yakin akan satu dapat mengalahkan dua, tak nanti ia datang
ke daerah Tionggoan lagi, Kini kena di kili2 Kwe Yang, ia
menjadi semakin murka, dari murka iapun tertawa maIah.
"Ya, marilah sekarang juga kita pergi ke Coat-ceng-kok,
kalau aku dapat mengalahkan Nyo Ko dan Siao-Iiong-li
berdua, lalu bagaimana nanti?" tanyanya segera.
"Jika benar-benar ilmu silatmu begitu tinggi, hm, masakah
aku tidak cepatan mengangkat guru pada-mu? Bukankah itu
sukar dicari?" sahut Kwe Yang. "Cuma sayang, Coat-ceng-kok
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu tempatnya jauh dan sepi, tidak mudah hendak
mencarinya."
"Kebetulan aku pernah ke sana, tak perlu kau kuatir," ujar
Hoat-ong tertawa, "Dan kini waktunya masih cukup lama, mari
kau ikut kupergi ke perkemahan pasukan Mongol dulu, setelah
selesai kan beberapa urusan, lantas kita pergi ke Coat cengkok."
Mendengar orang mau pergi ke Coat-ceog-kok untuk
bertanding dengan Nyo Ko, dalam hati Kwe Yang menjadi
sangat lega, pikirnya diam-diam: "Kuatirku kalau kau tak mau
pergi kesana, Kini kau mau pergi sendiri, ha, tahu rasa kau
nanti! Kau Hwesio jahat ini tampaknya garang, nanti kalau
sudah ketemu Toakoko, mungkin kau akan mcngkerel seperti
celurut."
Maka iapun pergilah ikut Hoat-ong ke tengah pasukan
Mongol.
Waktu itu yang dipikir oleh Hoat-ong hanya ingin
menjadikan Kwe Yang sebagai murid ahliwaris-nya, ia yakin
asal dapat menaklukkan hati anak dara ini, kelak tentu akan
menjadi muridnya yang terkemuka, Mata sepanjang jalan ia
sangat ramah tamah pada si nona.
Harus diketahui, dalam kalangan Bu-lim, guru pandai
susah dicari, tapi murid berbakat juga sukar didapatkan, murid
harus pilih guru, guru juga ingin pilih murid.
Begitulah sepanjang jalan Hoat-ong selalu ajak bicara dan
bergurau dengan Kwe Yang, ia semakin merasakan anak dara
ini sangat pintar, otaknya tajam, diam-diam ia sangat girang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kadang-kadang bila Kwe Yang berduka oleh kematian Toathau-
kui dan Tiang-jiu-kui dan mencela kekejian Hoat ong,
selalu Hoat-ong anggap sepi saja tanpa gusar, malahan ia
anggap anak dara ini seorang berperasaan tidak seperti Hotu
yang rendah budi.
Pasukan Mongol di mana Hoat-ong membawa Kwe Yang
ke sana adalah perkemahan pasukan bagian selatan yang
dipimpin Kubilai, adik raja Mongol tatkala itu, sebaliknya
tempat yang dicari Nyo Ko adalah pasukan utara yang
dipimpin Monko, si raja sendiri, Soalnya karena percakapan
kedua kurir Mongol yang didengar Kwa Tin-ok itu kurang
lengkap hingga Nyo Ko buang2 tempo percuma padahal waktu
Nyo Ko berangkat ke Coat-ceng kok, tidak lama Hoat-ong dan
Kwe Yang juga lantas berangkat seperti sudah direncanakan
itu.
Jarak mereka tiada ratusan li, tapi jalan Nyo Ko lebih
cepat, pula tidak sabar karena ingin lekas bertemu dengan
Siao liong li, maka ia tiba lebih dulu beberapa hari daripada
Hoat-ong dan Kwe Yang.
Di lain pihak, sejak minggatnya puteri bungsunya itu, siang
malam Kwe Cing dan Ui Yoc sangat berkuatir. Belasan hari
kemudian, beberapa anak murid Kay-pang yang ditugaskan
pergi mencari kabar juga pulang dengan tangan hampa.
Selang beberapa hari pula, mendadak Thia Eng dan Bu
siang datang di Siangyang dan membawa kabar buruk berasal
dari Kwa Tin-ok itu bahwa Kwe Yang telah tertawan oleh
pasukan Mongol.
Keruan Kwe Cing dan Ui Yong sangat terkejut. Malam itu
juga Ui Yong bersama Thia Eng lantas menyelidiki ke
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perkemahan musuh, tapi serupa saja seperti Nyo Ko,
merekapun tidak memperoleh suatu tanda-tanda.
Bahkan malam ketiga mereka kcpergok patroli Mongol
hingga Ui Yong dan Thia Eng terkepung beberapa puluh
perwira, syukur Ui Yong dan Thia Eng bukanlah orang lemah,
dengan ilmu silat mereka yang hebat akhirnya dapat lolos dari
kepungan musuh.
Melihat gelagatnya, Ui yong menduga puteri kecil itu tentu
tiada di dalam pasukan Mongol itu, tapi sedikitpun belum
mendapatkan beritanya, inilah bukan alamat baik, maka
sesudah berunding dengan Kwe Cing, ia putuskan akan keluar
kota mencari sendiri ia membawa sepasang rajawali putih
piaraannya itu itu untuk menjaga bila perlu dapat dibuat
mengirim surat.
Thia Eng dan Liok Bu siang berkeras ingin ikut serta,
kebetulan bagi Ui Yong bisa mendapat dua pembantu yang
kuat, maka mereka bertiga lantas mengitari kemah pasukan
Mongol terus menuju ke barat laut.
Menurut taksiran Ui Yong, kepergian Kwe Yang itu adalah
hendak menasehatkan Nyo Ko supaya jangan mencari pikiran
pendek. Dahulu bertemunya mereka ada di sekitar tambangan
Hongleng, sekali ini tentunya si nona akan pergi ke sana pula,
karena itu bila lebih dulu ke Hongleng, besar kemungkinan
akan mendapat jejaknya.
Ketika mereka bertiga berangkat dari Siang-yang, saat itu
masih musim dingin, sepanjang jalan mereka mencari kabar
dan setiba di tambangan Hongleng, sementara sudah masuk
musim semi, salju sudah cair, sungai sudah mengalir normal.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong bertiga mencari keterangan selengan harian di
kota tambangan itu, tukang perahu, pengurus hotel, tukang
kereta, kuli pikul, semuanya bilang tidak melihat nona seperti
yang ditanyakan itu.
""Suci (kakak guru)," kata Thia Eng pada Ui Yong. "hendak
lah kau tak perlu kuatir. Ketika Yang-ji lahir, hari itu juga
lantas digondol lari oleh Kim-lun Hoat ong dan Li Bok-chiu,
dua momok yang paling disegani itu, Kalau dulu tidak apaapa,
rasanya sekarang juga tak ada bahaya"
Ui Yong hanya menghela napas tanpa menjawab. Mereka
meninggalkan kota tambangan itu dan menuju kejurusan
pegunungan sepi.
Suatu hari, sang surya memancarkan sinarnya yang
hangat, angin selatan silir2 sejuk, tetumbuhan sudah banyak
mekar berbunga, musim semi semakin menarik.
"Suci," kata Thia Eng tiba-tiba sambil menunjuk bunga Tho
yang menarik kepada Ui Yong sekedar menghiburnya, "musim
semi di daerah utara belum lagi mulai, tapi di sini bunga Tho
sudah mekar dengan indahnya, malahan pohon Tho dipulau
Tho hoa-to kita biasanya sudah lama berbuah!"
Sembari berkata Thia Eng memetik juga sekuntum bunga
Tho yang indah itu.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar suara ngung-aungnya
tawon, seekor tawon besar terbang mengitari bunga Tho yang
dipegang Thia Eng, itu, kemudian lantas hinggap dan
menyelusup masuk ke dalam kelopak bunga itu untuk
menghisap sari bunganya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat tawon itu berwarna putih kelabu, badannya
berlipat ganda daripada tawon umumnya, hati Ui Yong jadi
tergerak. Agaknya ini adalah Giok hong (tawon putih) piaraan
Siao-liong li, kenapa bisa muncul di sini?" demikian katanya
heran.
"Ya." sahut Liok Bu siang, "Marilah kita menguntit tawon
ini terbang menuju ke mana?"
SeteIah selesai menghisap sari bunga, kemudian tawon itu
terbang mengitari udara beberapa kali, lalu menuju ke baratlaut.
Lekas-lekas Ui Yong mengikutinya dengan ilmu en tengi
tubuh yang cepat.
Agak lama tawon itu terbang, ketika ketemukan tumbuhan
bunga, kembali berhenti, kemudian terbang lagi dan berhenti
pula beberapa kali, akhirnya bertambah lagi dengan dua ekor
tawon lain.
Menjelang petang, mereka bertiga telah menguntit sampai
di suatu lembah gunung yang indah sekali pemandangannya,
di tanah disektar sana terdapat beberapa sarang tawon
terbuat dari kayu, Sampai di situ, ketiga ekor tawon tadi lantas
menyusup ke dalam sarangnya.
Ketika mereka memandang pula, di tanah datar sebelah
lain terdapat tiga-empat buah rumah ada dua rase kecil
sedang bermain.
Tiba-tiba pintu rumah gubuk yang tengah terpentang dan
keluarlah seorang tua bermuka merah bercahaya, rambut
hitam ke putih2-an, nyata dialah Lo-wan-tong Ciu Pek-thong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Keruan Ui Yong sangat girang, segera ia berteriak "Hai,
Lo-wan-tong, lihatlah, siapa ini yang datang?"
Melihat Ui Yong, Ciu Pek-thong juga ketawa gembira,
Segera ia berlari maju menyambut, tapi baru beberapa
langkah, mendadak selebar mukanya merah jengah, lalu putar
tubuh terus menyelinap masuk rumah lagi, pintu digabrukkan
dan terkunci rapat.
Ui Yong menjadi heran oleh kelakuan si tua nakal itu, ia
gedor pintu rumah sambil berseru. "Hayo, Lo-wan-tong,
kenapa kedatangan tamu malah bersembunyi?"
"Tidak buka, tidak buka!" sahut Ciu Pek-thong dari dalam.
"Haha, kau tak mau buka, sebentar kubuka ruang
kucingmu ini," kata Ui Yong dengan tertawa.
Pada saat lain, tiba-tiba pintu rumah sebelah sana juga
terpentang, seorang menyapa dengan tertawa. "Haha,
pegunungan sunyi telah kedatangan tamu agung, Hwesio tua
mengaturkan selamat datang!"
Ketika Ui Yong menoIeh, terlihatlah lt teng taysu berdiri di
depan pintu dengan bersenyum simpul dan sedang memberi
hormat. Segera Ui Yong membalas hormat orang dan
menyapa juga:
"Eeh, kiranya Taysu telah menjadi tetangga Lo wan-thong,
sungguh tidak nyana, Dan entah mengapa mendadak Lo wantong
menutup pintu dan tidak terima tamu?"
lt-teng terbahak-bahak mendengar itu, katanya: "Jangan
urus dia! Mari;ah silakan masuk kemari!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lalu merekapun masuk ke rumah It-teng Taysu itu dan
disuguh teh oleh tuan rumah.
"Kwe-hujin, coba kau menerkanya, siapakah penghuni di
rumah gubuk sebelah kanan itu?" kata It-teng kemudian
Ui Yong ingat kelakuan Ciu Pek-thong tadi yang tiba-tiba
bermuka merah jengah, segera pikirannya bergerak, tahulah
dia sebab musababnya, maka jawabnya dengan bersajak.
Ia mengucapkan sebuah sajak gubahan Lau-kuhui alias
Eng-koh sekarang, yang merindukan kekasih. Karena itu Itteng
Tay-su tertawa memuji: "Kwe-hujin sungguh hebat,
segala apa tak terlepas dari dugaanmu."
Lalu ia melongok keluar dan rncmanggil: "Eng-koh, Engkoh,
marilah menemui kawan cilik kita."
Tidak lama, datanglah Eng-koh membawa senampan
minuman beserta makanan manisan, buah2 an, kacang dan
lain-lain. Segera Ui Yong memberi hormat dan kelima orang
lantas pasang omong dengan meriah.
Kiranya It-teng Tay-su, Eng-koh dan Ciu Pek-thong setelah
menyelesaikan suka-duka selama berpuluh tahun, lalu mereka
tinggal bersama menyepi di lembah beribu bunga ini sambil
bercocok tanam piara tawon dan lain-lain, segala kejadian
yang merikuhkan dahulu sudah terlupa semua.
Walaupun begitu, ketika mendadak Ciu Pek-ong melihat Ui
Yong, tanpa terasa ia menjadi kikuk, maka ia lantas sembunyi
dan tutup pintu rapat2, meski sembunyi di dalam rumah,
namun ia tetap pasang kuping mendengarkan percakapan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kelima orang itu, ketika didengarnya cerita Ui Yong tentang
pertemuan besar kaum ksatria di Siangyang, kemudian
tentang terbongkarnya kedok Hotu yang menyamar bagai Ho
Su-ngo, sampai tempat yang mengasyikkan, tiba-tiba Ui Yong
sengaja membelokkan ceritanya, maka Pek-thong tak tahan,
ia menerobos ke rumah langsung tanya Ui Yong:
"Lalu bagaimana dengan keparat Hotu itu? Apakah ia
berhasil lolos?"
Begitulah malamnya Ui Yong bertiga lantas menginap di
rumah Eng-koh, Bcsok paginya, ketika Ui Yong keluar,
dilihatnya tangan Ciu Pek-thong membawa seekor tawon putih
sedang ber jingkrak2 kegirangan.
"Lo-wan tong, ada apakah begitu gembira?" tanya Ui Yong
tertawa.
"Haha, Ui Yong cilik, kepandaianku makin lama makin
tinggi, kau kagum tidak?" demikian sahut Pek-thong.
Ui Yong sudah kenal sifat si tua nakal itu. Selama hidupnya
melulu ada dua kesenangan kesatu ilmu silat dan kedua ialah
main-main dan menerbitkan onar.
Ia menduga tentu Ciu Pek thong telah menciptakan
semacam ilmu silat aneh, maka ia menjadi ingin melihatnya
juga, jawabnya segera: "IImu silat Lo-wan tong sudah sangat
kukagumi sejak dulu, hal ini tak perlu ditanya lagi. Tapi selama
beberapa tahun ini apa ada ciptaan ilmu silat baru lagi yang
aneh-aneh dan bagus?"
"Bukan, bukan ilmu silat." sahat Ciu Pek-thong
menggeleng kepala, "llmu silat paling hebat terakhir yang
kulihat adalah "lm-jian-siau-hun-cio" ciptaan si bocah Nyo Ko,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lo-wan-tong sudah mengaku kalah, Maka soal ilmu silat
jangan dibicarakan lagi."
Diam-diam Ui Yong heran, pikirnya: "Hebat benar Nyo Ko
ini, yang kecil seperti Kwe Yang, yang tua ada juga Lo Wantong
yang begitu kesemsem padanya. Entah ilmu pukulan Im
jian-siau-hun-cio" itu bagaimana macamnya?"
Maka kemudian iapun tanya Ciu Pct-ihoDg: "Lalu kau
bilang makin lama makin pandai. ilmu sakti apakah itu?"
Ciu Pek thong angkat tinggi2 tangannya, ia tidak lantas
menjawab, ia unjukkan tawon putih iti dengan rasa bangga
lalu katanya. "ialah mengenai kepandaianku memiara tawon,"
"Tawon ini adalah pemberian Siao-liong li padamu, apanya
yang mengherankan?" ujar Ui Yong.
"lnilah kau tidak paham," kata Pea-thoMg "Tawon yang
Siao liong-li berikan padaku memang betul adalah jenis yang
sangat bagus, tapi sesudah Lo-wan-tong memelihara lebih
giat, kini dapat kuperoleh sejenis bibit tawon yang tiada
bandingan di seluruh jagat, Bctapapun hebat orang pandai
juga tiada yang bisa menciptakannya, mana bisa Siao-liong-li
dibandingkan aku lagi."
"Hahaha" Ui Yong tertawa, "Makin tua Lo-wan-tong makin
bermuka tebal, pandai sekali kau me-niup2 diri sendiri setinggi
langit, se akan2 di jagat ini tiada bandingannya."
Namun Pek-thong tidak marah, malahan dengan terkekeh2
ia berkata lagi. "Ui Yong cilik, coba aku ingin tanya.
Manusia adalah makhluk tercerdik dari segala makhluk hidup,
tubuh orang banyak yang suka dilisik dengan gambar dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tulisan. Tapi kecuali manusia, di antara tubuh binatang apakah
ada yang terdapat tulisan?"
"Harimau ada yang Ioreng2, macan tutul ber-tutul2, kupukupu
dan ular berbisa, badan mereka semuanya berlipat
ganda lebih mengherankan daripada tisikan gambar di atas
badan manusia segala," ujar Ui Yong.
"Ya, tetapi pernahkah kau melihat di badan sebangsa
serangga dan penyengat ada tulisannya?" kata Pek-thong.
"Apa kau maksudkan dari pembawaannya" Memang belum
pernah," sahut Ui Yong.
"Baik, nah, ini biar kutunjukkan," kata Pek thong sembari
ulur tangannya kedepan mata Ui Yong.
Maka tertampaklah tawon besar di tengah-tengah telapak
tangannya itu pada kedua sayapnya benar-benar terdapat
tisikan tulisan, Waktu Ui Yong menegasi, ia lihat pada sayap
kiri tawon putih itu tertulis huruf "Aku berada di" dan di sayap
kanan juga ada tiga huruf "Coat-ceng-kok", Setiap hurufnya
sebesar beras menir, tapi tulisannya jelas, terang dibuat
dengan tisikan jarum yang paling lembut.
Ui Yong jadi terheran-heran, ia menggumam sendiri: "Aku
berada di Coat-ceng-kok, Aku berada di Coat-cengkok." -
Diam-diam ia pikir pula:"Andai keenam huruf ini pasti bukan
pembawaan, tapi ada orarg sengaja menisiknya. Kalau
menuruti tabiat Lo-wan-tong, tak mungkin ia melakukan
pekerjaan yang makan tempo dan harus sabar-
Tapi segera ia berpendapat lain lagi, katanya dengan
terlawa: "AIi begini saja kenapa bilang aneh? Kau minta Eng
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
koh tisikkan enam huruf ini, masakan kau mampu
membohongi aku?"
Muka Pek-thong menjadi merah sahutnya: "Kau boleh
tanya Eng koh apakah aku minta dia menisik tulisan di sini?"
"Tentu saja dia akan membela kau, jika kau bilang
matahari dari barat, tentu saja ia akan berkata: "Ya, ya,
benar, matihari muncul dari arah barat"!" ujar Ui Yong
tertawa.
Selebar muka Lo-wan-tong semakin menjadi merah,
merahnya maIu2, rasa kikuk dan terasa penasaran pula.
Karena itu ia lepaskan tawon ditangannya itu, lalu tangan
Ui Yong ditariknya sambil berkata: "Mari, mari, biar
kutunjukan, boleh kau periksa sendiri."
Ia seret Ui Yong ke suatu sarang tawon di tanah datar
sebelah sana, Sarang tawon itu berdiri sendiri jauh dari yang
lain-lain. Ketika Pek-thong gerakkan tangannya, segera dua
ekor tawon dapat ditangkapnya.
"Nih, lihat!" katanya.
Waktu Ui Yong mengamat-amat-i, benar juga pada kedua
sayap tawon2 itu juga ada tulisannya dan serupa tadi terdiri
dari enam huruf, yang kiri "Aku berada di" dan yang kanan
"Coat-ceng kok."
Heran sekali Ui Yong, pikirnya diam-diam: "Betapa-pun
aneh pencipta makhluk juga tak mungkin menciptakan tawon
seperti ini. Pasti di balik ini ada sebab-sebabnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka katanya puIa: "Cobalah. Lo-wan tong, kau tangkap
lagi beberapa ekor!"
Segera Pek-thong menangkap empat tawon pula dua
diantaranya bersih sayapnya, tapi dua ekor lainnya ada pula
tisikan enam huruf serupa itu.
Melihat Ui Yong termangu-mangu, terang sudab mengaku
kalah. Pek-thong menjadi senang, katanya dengan tertawa
"Nah, apa yang bisa kau katakan lagi? Hari ini kau kalah tidak
dengan Lo-wan-tong?"
Ui Yong tidak menjawab, tapi ia menggumam huruf itu:
"Aku berada di Coat-ceng kok"
Sesudah beberapa kah ia ulangi, tiba-tiba ia melompat dan
berseru: "Ya, tahulah aku sekarang itu harus dibaca menjadi
"Aku berada didasar Coat-ceng-kok!, siapakah yang berada di
dasar Coat ceng-kok? jangan-jangan Yang-ji?"
Segera ia tanya Ciu Pek-thong: "Lo-wan-tong tawon2 ini
bukan kau yang piara sendiri, tapi datang dari lain tempat,
betul tidak?"
Kembali wajah Pek-thong merah lagi,sahutnya: "Eh, aneh,
darimana kau tahu?"
"Tentu saja aku tahu," kata Ui Yong, "Tawon ini sudah
berapa hari bersarang di sini?"
"Tidak terhitung hari lagi, tapi sudah beberapa tahun!"
sahut Pek-thong. "Mula-mula aku tidak perhatikan bahwa di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sayap tawon2 ini ada tulisannya, baru beberapa hari yang lalu
dapat kulihat."
"Benar-benar sudah beberapa tahun?" desak Ui Yong, "Ya,
kenapa kudustai kau?" jawab Pek-thong, Ui Yong termenungmenung
scjenak, segera ia kembali ke rumah sebelah sana
dan berunding dengan It-teng Taysu, Thia Eng dan Liok Busiang,
semuanya juga merasa di dasar Coat ceng-kok pasti
ada apa-apanya.
Karena kuatirkan puterinya, segera Ui Yong bersama Thia
Eng dan Liok Bu-siang mohon diri hendak berangkat ke sana,
Segera pula I-teng menyatakan ikut serta.
Melihat kawan-kawan pada pergi, sudah tentu Lo-wantong
tak mau kesepian, ia berkeras mengajak Eng Koh juga
turut.
Ui Yong menjadi lega dengan bertambahnya pembantu
tiga tokoh terkemuka itu, ia pikir dengan enam orang baik
mengadu pikiran maupun adu kekuatan, mungkin diseluruh
jagat ini tiada tandingan lagi, sekalipun Yang ji jatuh
dicengkeraman orang jahat, tentu dapat ditolong keluar.
Maka enam orang bersama sepasang rajawali lantas
menuju kearah barat beramat-ramai.
* * **
Kembali tentang Nyo Ko karena janji pertemuan
kembalinya dengan Siao-liong li sudah hampir tiba, maka ia
tak berani ayal, ia jalan terus siang-malam menuju Coat-ceng
kok atau Iembah putus cinta.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setiba di tempat tujuan, menurut perhitungan masih
kurang lima hari daripada hari yang di janjikan Siao liong-li 16
tahun yang lalu.
Lembah ini sepi nyenyak, gedung2 megah yang dahulu
dibangun suami-istri Kongsun Ci dan anak muridnya yang
berbaju hijau sudah ambruk atau bobrok.
Sejak 16 tahun yang lalu Nyo Ko tinggalkan lembah itu,
setiap beberapa tahun sekali pasti ia dalang dan tinggal lagi di
lembah itu dengan harapan kalau-kalau Lam-hay Sin-ni
menaruh belas kasihan dan mendadak memulangkan Siao
liong-li, Walaupun setiap kali ia harus kembali dengan tangan
hampa dan lesu, tapi setiap kali selalu beberapa tahun lebih
dekat dengan waktu yang dijanjikan itu.
Kini ia mengunjungi tempat lama pula, ia lihat keadaan
sunyi penuh semak belukar, sedikitpun tiada tanda-tanda
pernah diinjak manusia.
Segera ia berlari ke Toan jong-khen atau karang patah
hati, ia melalui jembatan batu yang melulu terdiri dari selonjor
batu panjang, kemudian meraba-raba tulisan di atas dinding
tebing yang ditinggalkan Siao liong li dahulu.
Dengan jarinya ia masukkan ke dekukan tulisan itu dan
mengkorek keluar lumut2 yang menutupi huruf-hurufnya,
maka segera ter-tampaklah kedua baris tulisan dengan jelas.
Pelahan Nyo Ko membacanya: "Siao-Iiong li sampaikan
pesan pada suamiku Nyo Ko, hendaklah jaga diri baik-baik,
harus sabar menanti untuk berkumpul kembali."
BegituIah sehari penuh ia termenung2 memandangi kedua
batu tulisan itu, malamnya ia tidur di atas pohon dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ranjang tali seperti dahulu. Besoknya ia pesiar ke seluruh
lembah itu, ia lihat tanaman Ceng-hoa atau bunga cinta yang
dulu dibabat olehnya bersama Thia Eng dan Liok Bu- siang itu
kini tidak berkembang lagi, tapi bunga merah yang olehnya
diberi nama "Liong-Ii-hoa" atau bunga puteri Liong, sedang
mekar dengan indahnya.
Maka ia petik seikat bunga merah itu dan ditaruh didepan
tebing yang terdapat tulisan Siao-liong-li itu, BegituIah,
dengan perasaan tertekan ia lewatkan hari, sampai tanggal 7
bulan tiga, Nyo Ko sudah dua hari dua malam tidak pernah
tidur.
Sampai itu, ia tak mau berpisah setengah langkahpun dari
karang patah hati itu. Sejak pagi ia menanti, dari pagi hingga
siang dan siang berganti sore, setiap ada angin meniup atau
pohon bergerak, segera ia melompat bangun melongak-longok
sekitarnya, tapi bayangan Siao-liong-li tetap tidak tertampak?
"Sejak Nyo Ko mendengar kata-kata Ui Yok-su tempo hari,
ia lantas tahu tentang "Lam-hay Sin-ni" adalah hanya
karangan Ui Yong belaka, tapi tulisan di tebing itu jelas adalah
tulisan tangan Siao-liong li yang tak bisa dipalsukan. Maka ia
tetap berharap sang isteri akan penuhi janji dan bisa
berkumpul kembali.
Sementara itu sang surya sudah silam, hati Nyo Ko juga
tenggelam mengikuti silamnya sang petangnya, Ketika
matahari tertutup oleh puncak gunung, Nyo Ko menjerit dan
berlari ke atas puncak.
Di tempat setinggi itu, bola merah membara kembali
tertampak bulat lagi, hatinya menjadi sedikit lega, asal sang
surya belum menghilang, berarti tanggal 7 bulan tiga itupun
belum lagi lalu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun demikian akhirnya sang surya tetap silam di ufuk
barat sana, Nyo Ko masih terpaku di puncak gunung itu,
keadaan sunyi dan kosong belaka, hawa dingin menusuk
tulang, cuaca remang-remang sudah mulai, ia berdiri terpaku,
lama sekali tetap tidak bergerak.
Lewat agak lama, bulan sabit perlahan-lahan tampak
tergantung di tengah cakrawala, bukan saja hari tanggal 7
sudah akan lalu, bahkan malam inipun akan lalu dengan
cepat. Tetapi Siao liong-li masih tetap tidak muncul,
Bagai patung saja semalam suntuk Nyo Ko berdiri terpaku
di puncak gunung itu sampai sang surya muncul di sebelah
timur indah perrnai suasana pagi di pegunungan, burung
berkicauan merdu, bunga mekar mewangi, sungguh
memabukkan orang musim semi ini.
Namun hati Nyo Ko waktu itu dingin bagai es, lapat-lapat
suatu suara seperti mendenging ditepi telinganya "Tolol!
Sudah lama ia mati, 16 tahun yang lalu ia sudah mati, ia tahu
dirinya kena racun tak dapat sembuh dan kaupun takmau
hidup sendirian, maka ia telah bunuh diri dan mendustai kau
untuk menunggu 16 tahun padanya, Tolol, begitulah cintanya
padamu, apakah sampai hari ini masih kau tidak mengerti
akan jalan pkirannya?"
Pelahan Nyo Ko turun dari puncak gunung itu dengan raga
tanpa jiwa, sehari-semalam ia tidak makan minum, ia merasa
mulutnya kering, ia datang ketepi sungai kecil dan meraup air
untuk diminum, ketika menunduk, mendadak terlihat
bayangan dirinya di dalam air, tertampak kedua pelipisnya
telah ke-putih2an.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini ia berusia 36 tahun, mestinya seutas rambut putihpun
tiada, tapi kini mendadak kedua pelipisnya tertampak putih,
mukanya kotor, hampir ia tak mengenali dirinya sendiri.
Mendadak ia melompat menuju ke depan karang Toan
keng khe, ia pandang kedua baris tulisan guratan Siao liong li
itu, tiba-tiba ia berteriak keras: " 16.tahun kemudian, bertemu
lagi di sini, cinta kasuh suami isteri, janganlah ingkar janji!
Tapi, Siao-liong-Ii, wahai, Siao liong li, tulisan yang kau ukir
sendiri ini, kenapa sekarang kau malah tidak menepati janji?"
Suaranya begitu keras menggema di angkasa raya,
seluruh lembah gunung seakan-akan tergetar, dari empat
penjuru berkumandang kembali suara- "Kenapa kau tidak
menepati janji? Tidak menepati janji? Tidak menepati janji?"
Dasar pembawaan Nyo Ko memang berwatak keras dan
mudah tersinggung, kini segala harapannya sudah hampa
belaka, pikirnya: "Jika Liong-ji sudah meninggal 16 tahun yang
lalu, sungguh tiada artinya bagiku hidup sendiri selama ini."
Ia memandangi jurang Toan jong khe yang entah berapa
dalamnya itu, ia mengguman pelahan: "Dahulu mendadak kau
menghilang tanpa bekas, agaknya kau telah terjun ke dalam
jurang ini, Selama 16 tahun ini, apakah kau tidak kesepian ?"
Begitulah tiba-tiba pandangannya terasa kabur, bayangan
Siao-liong-ii seakan2 muncul di kelopak matanya, sayup-sayup
seperti terdengar pula suara Siao-liong-li sedang
memanggilnya didasar jurang: "Nyo-long, Nyo-Iong! janganlah
berduka janganlah berduka!". Tiba-tiba Nyo Ko pejamkan
mata dan tubuhnya melayang ke depan, ia terjun ke dalam
jurang.
* * * *
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kembali mengenai Kim-lun Hoat-ong yang membawa Kwe
Yang menuju ke Coat ceng-kok ini.
Hoat-ong benar-benar adalah manusia aneh, di waktu
ganas, kejamnya melebihi binatang berbisa, tapi karena ia
sudah ambil ketetapan akan menerima Kwe Yang sebagai
ahliwarisnya, sepanjang jalan ia menjadi begitu
memperhatikan diri anak dara itu, begitu sayang bagai puteri
sendiri saja. Sebaliknya karena benci pada Hoat-ong yang
telah membinasakan Tiang jiu-kui dan Toa-thau-kui secara
keji, maka Kwe Yang selalu bersikap dingin.
Hari itu, mereka tiba sampai di Coat ceng-kok ". tiba-tiba
terdengar suara teriakan orang yang sangat keras: "Kenapa
kau tidak menepati janji?" suara itu penuh rasa penasaran,
putus asa dan menderita sekali.
Ketika kemudian suara yang menggema itu berkumandang
kembali dari balik lembah gunung, Kwe Yang terkejut,
scrunya: "Ha, itulah suara Toakoko, lekas kita mencarinya ke
sana." - Sembari berkata segera ia mendahului memburu ke
lembah pegunungan itu.
Mendengar lawan besar sudah dekat, semangat Kimlun
Hoat ong terbangkit seketika, segera dari buntalannya ia
keluarkan "panca-roda", senjatanya yang istimewa, yaitu lima
roda yang terdiri dari lima macam logam: emas, perak,
tembaga, besi dan timah.
Walaupun sekarang ilmu sakti tenaga naga dan gajah
sudah dilatih hingga tingkatan ke-11, namun seIama 16 tahun
ini ia yakin Nyo Ko dan Siao-liong-li pasti juga tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melewatkan waktu percuma, maka Hoat-ong sedikitpun tak
berani meremehkannya.
Begitulah Kwe Yang berlari menuju tempat datangnya
suara, tak lama "jurang patah hati" itu sudah dekat, terlihatlah
waktu itu Nyo Ko masih terdiri di atas karang, belasan tangkai
bunga merah bergerak2 di sekitarnya.
Melihat jurang itu sangat curam, Kwe Yang lidak berani
melayang ke sana, maka serunya: "Toa-koko, aku telah
datang!"
Namun Nyo Ko sudah hancur luIuh hatinya, ternyata tidak
mendengar seruan anak dara itu.
Dari jauh melihat kelakuan orang agak aneh, cepat Kwe
Yang berteriak: Toakoko, aku masih menyimpan sebuah jarum
emas pemberianmu kau harus dengar kata-ku, jangan kau
bunuh diri!"
Sembari berkata, tanpa pikir lagi ia berlari hendak
mendekati Nyo Ko melalui belandar batu jurang itu, Namun
sampai di tengah jalan, terlihatlah Nyo Ko telah terjun ke
bawah jurang yang tak terperikan dalamnya.
Keruan kejut Kwe Yang tidak kepalang dan terasa
sukmanya terbang ke awang2, sesaat itu juga entah terpeleset
karena terkejut atau sebab berpikir hendak menolong Nyo Ko,
atau mungkin juga karena sudah mendalam cintanya dan rela
menyusulnya ke alam baka, mendadak anak dara itu pun ikut
terjun ke bawah jurang.
Tatkala itu Kim-iun Hoat ong kira-kira ketinggalan
beberapa tombak di belakang, melihat Kwe Yang jatuh ke
bawah, cepat ia melesat maju buat menolong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Betapa pesat ilmu entengi tubuh Hoat ong ini seperti anak
panah terlepas dari busurnya, namun toh masih terlambat
sedikit, ketika memburu sampai di tepi jurang, tubuh Kwe
Yang sudah terjerumus ke bawah.
Tanpa pikir lagi Hoat-ong gunakan gerakan "To-kwa kimkau"
atau kaitan emas gantung terbalik, dengan kakinya
menggantoI di tepi jurang, tubuhnya merosot ke bawah untuk
menuj Kwe Yang.
Cara Hoat-ong ini sesungguhnya sangat berbahaya, kalau
sedikit meleset, bcleh jadi ia sendiripun akan tergelincir masuk
jurang, Maka terdengarlah suara "bret", kain baju Kwe Yang
sobek sebagian sedang tubuh anak dara itu masih terus
tenggelam ke bawah jurang, kabut tebal yang menutupi dari
jurang itu segera menelan Kwe Yang tanpa bekas Hoat ong
menghela napas gegetun, ia menjadi lesu, sepotong kain baju
masih dipeganginya, ia termangu-mangu memandang ke
dalam jurang.
Selang agak lama, tiba-tiba didengarnya di seberang sana
ada seorang menegurnya: "Hai, Hwesio, apa yang kau lakukan
di sini?"
Hoat-ong menoleh, ia lihat di atas gunung sana berdiri
enam orang, yang paling depan seorang tua bermuka muda,
ialah Ciu Pek-thong. Di samping-nya berdiri tiga wanita yang
dikenalnya sebagai Ui ong, Thia Eng, dan Liok Bu-siang.
Dan di belangnya adalah seorang Hwesio tua beralis
jenggot putih dan seorang wanita tua berbaju hitam mulus,
dua orang terakhir ini tak dikenalnya, yakni It-teng Taysu dan
Eng Koh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sudah beberapa kali Hoat-ong kenal kepandaian-Ciu Pekthong.
ia tahu ilmu silat si tua ini luar biasa lihaynya,
selamanya iapun rada jeri padanya, apalagi kini bertambah Ui
Yong yang merangkap pelajaran Tang-sia dan Pak-kay,
orangnya cerdik isinya banyak.
Lebih-lebih dalam keadaan berduka atas kematian Kwe
Yang, sesungguhnya tiada niat lagi buat bermusuhan, maka
katanya kemudian dengan muram: "Nona Kwe Yang telah
terjun ke dalam jurang ini?"
"Ha?" semua orang terkejut. Terutama Ui Yong sebagai
ibu, ia paling tergoncang hatinya, dengan suara gemetar ia
menegas: "Apa benar katamu?"
"Untuk apa aku dusta? Bukankah ini kain baju nya?" sahut
Hoat ong sembari menggeraki sobekan baju Kwe Yang yang
masih dipegangnya itu.
Melihat kain itu memang benar-benar adalah sobekan baju
puterinya, seketika Ui Yong menggigil seakan-akan terjerumus
ke dalam jurang es dan tak sanggup buka suara.
Segera Ciu Pek thong menjadi gusar, damperat nya:
"Hwesio busuk, kenapa kau membunuh nona cilik itu? Hatimu
benar-benar kejam amat!"
"Bukan aku yang membunuhnya," sahut Hoat ong.
"Tanpa sebab kenapa ia bisa terjun ke dalam jurang?"
debat Pek-thong "Kalau bukan kau mendorongnya, tentu kau
yang memaksanya!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tidak temua," sahut Hoat-ong geleng kepala. "Aku malah
bermaksud menerimanya sebagai murid ahliwarisku, mana
mau sembarangan aku membunuhnya?"
"Fui," mendadak Ciu Pek-thong meludahi orang dengan
riak kental. Lalu damperatnya: "Kentut, kentut! Engkongnya
adalah Ui losia, ayahnya Kwe Cing dan ibunya Ui Yong, siapa
di antara mereka yang lebih hebat daripada kau Hwesio busuk
ini? Mana sudi mengangkat guru padamu untuk mewarisi
ilmumu yang apek? Huh, melulu aku Lo-wan-tong saja jika
mau mengajarkan beberapa jurus padanya juga lebih hebat
daripada segala gelangmu yang rombengan ini?"
"Jarak Pek thong dengan Hoat-ong cukup jauh, tapi riak
kental yang disemprotkan itu bagai sebutir peluru saja
mengarah kemukanya, Lekas-lekas ia mengegos dan diamdiam
kagum.
Sebaliknya Lo-wan-tong bertambah senang karena orang
tak berani menjawab damperatannya tadi, dengan suara keras
ia mendesak pula: "Nah, tentunya dia tak sudi mengangkat
guru padamu, bukan? Dan kau berkeras hendak menerimanya
sebagai murid?"
Hoat-ong mengangguk.
"Nah, apa yang perlu dikatakan lagi, bukankah karena itu
lantas kau mendorongnya ke dalam jurang?" teriak Pek-thong
pnla.
Namun perasaan Hoat-ong masih cemas oleh kematian
Kwe Yang ia menghela napas dan menyahut: "Aku tidak
mendorong dia. Tapi sebab apa ku tidak mengerti !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu Ui Yong sudah agak tenang, sekali ia kertak
gigi, pentung bambu diangkat terus menubruk kearah Hoatong.
Dengan gaya "bong" mengurung, bayangan pentungan
berkelebat kian kemari, seketika tubuh Hoat ong dikurung oleh
pentungnya.
Karena ingin membalas dendam puterinya, di atas
belandar batu yang lebarnya hanya satu dua kaki itu Ui Yong
meluncurkan tipu-tipu serangan mematikan secara ber tubi2.
Meski ilmu silat Hoat-ong sebenarnya lebih tinggi daripada
Ui Yong, tapi tak berani juga ia mengadu jiwa, melihat
permainan pentung orang sangat hebat, kalau ia terlibat
sedikit saja hingga Ciu Pek-thong maju membantu, pula
ditempat yang berbahaya, tentu ia akan sulit melawannya.
Mendadak ia tutul kakinya melompat mundur, habis itu ia
bersiul panjang, tahu-tahu ia melayang Iewat di atas kepala Ui
Yong.
Cepat Ui Yong angkat pentungnya menyodok ke atas, tapi
kena di tangkis oleh roda perak Hoat-ong. Ketika Ui Yong
membalik tubuh, saat itu Ciu Pek thong sudah
memberondongkan pukulan dan tendangan, sudak bergebrak
dengan Hoat-ong.
Mengingat dirinya saorang guru besar suatu aliran silat
tersendiri melihat lawannya tak bersenjata, Hoat ong
menyelipkan rodanya ke pinggang juga, lalu dengan tangan
kosong ia layani Pek-thong.
Dalam pada itu Ui Yong sudah memburu datang,
pentungnya terus menyodok ke punggung Hoat-ong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sejak Hoat-ong berhasil melatih "Liong jio-pio-yok-kang"
hingga tingkatan ke-11, selamanya belum pernah digunakan,
kini ketemu lawan tangguh, kebetulan baginya untuk
mencobanya. Ketika melihat jotosan Ciu Pek-thong tiba, cepat
iapun balas menjotos dengan kepalan lawan kepalan.
Pek-thong terperanjat ia tahu tenaga kepalan orang tentu
hebat, maka tak berani keras lawan keras, Sedikit ia tekan ke
bawah, digunakannya pukulan Khong-bing-kun" atau pukulan
"terang-terang kosong.
Tenaga pukulan Hoat-ong itu beratnya melebihi ribuan
kati, meski tidak sekuat naga atau gajah, tubuh manusia tak
mungkin sanggup menahan-nya, tapi ketika saling beradu
dengan tenaga pukulan Ciu Pek-thong, tiba-tiba terasa
mengenai tempat kosong, diam-diam Hoat ong heran,
menyusul cepat tangan kiripun dihantamkan.
Sementara itu Lo-wan-tong sudah dapat mengetahui
tenaga Hoat-ong ternyata besar luar biasa. Tapi dasar
pembawaannya "gila silat", asal mengetahui siapa mempunyai
semacam kepandaian istimewa, pasti ia ingin jajal.
Tapi selama hidupnya tenaga pukulan sebesar Hoat-ong
ini belum pernah didengarnya, apalagi melihat. Seketika ia
menjadi bingung macam apakah ilmu silat orang ini? segera ia
keluarkan 72 jurus Khong-bing-kun yang "terang-terang
kosong" itu untuk melawan tenaga pukulan orang yang maha
kuat.
Dengan begitu, tenaga raksasa Hoat-ong menjadi tak
berguna, Beberapa kali Hoat-ong melontarkan serangan, tapi
tidak mencapai sasarannya, keruan ia menjadi kesal tidak
kepalang, ilmu sakti yang sudah dilatihnya, belasan tahun
baru sekali keluar ternyata sudah tidak berguna.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat lain tiba-tiba didengarnya samberan angin dari
belakang, pentung bambu Ui Yong kembali menutuk lagi ke
"Ling-tay-hiat" di punggungnya, tanpa pikir ia menyampuk ke
belakang, "krak", seketika pentung bambu Ui Yong itu kena
disampuknya remuk, bahkan sisa tenaganya menggoncangkan
debu pasir hingga berhamburan.
Ui Yong melompat pergi terkejut, ia kenal kelihayan Hoatong,
tapi kepandaian orang sekarang ternyata jauh lebih
hebat daripada dulu, sekali gaplok bikin remuk pentung
bambunya, ilmu pukulan apakah itu?
Nampak Ui Yong terdesak, cepat Thia Eng dan Liok Bu
siang mengerubut maju dari kanan-kiri, yang satu bersenjata
seruling kemala dan yang lain berpedang.
"Awas." segera Ui Yong memperingatkan kepada mereka.
Betul saja, menyusul terdengarlah suara "krak-krak" dua
kali, seruling dan pedang sudah patah semua.
Oleh karena berduka oleh kematian Kwe Yang yang
mengenaskan Hoat-ong tidak ingin mencelakai nyawa manusia
lagi, maka ia hanya mcmbentak: "Minggir!" Dan tidak
mendesak Thia Eng dan Bu-siang lebih jauh.
Ilmu kepandaian Eng Koh sebenarnya belum setinggi Ui
Yong, tapi ilmu "Ni jiu-kang" atau ilmu belut, sangat tepat
untuk berkelit dan mengegos, ketika dilihatnya Hoat-ong
hendak angkat kaki, segera iapun maju menyerang.
Namun sekali Hoat-ong menangkis, berbareng terus
memotong ke pinggang Eng Koh. Ketika mendadak terasa
sesuatu tenaga maha besar menubruk pinggangnya, lekasTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
lekas Eng Koh mengegal-egolkan tubuhnya seperti belut, dan
terhindarlah tenaga pukulan Hoat-ong itu.
Hoat-ong tidak tahu kepandaian Eng Koh sebenarnya
belum mencapai tingkatan kelas wahid, tapi beberapa kali
menghantam selalu dapat di hindarkan orang dengan gaya
yang sangat aneh, ia sangat terkejut, ilmu sakti yang sangat ia
aguI-kan untuk menjagoi kolong langit ini ternyata seorang
wanita saja tak mampu merobohkannya, mau -tak-mau ia
menjadi jeri, ia tak berani terlibat lebih lama lagi, sekali
tubuhnya melesat, cepat ia menyingkir ke kiri.
"Jangan Iari!" bentak Pek thong sambil mengudak.
Selagi Hoat ong hendak membaliki tangan menyerang,
tiba-tiba terdengar suara mencicit pelahan, suatu hawa hangat
tahu- menyerang mukanya, itulah "lt yang-ci" atau ilmu jari
betara surya, ilmu kepandaian khas It-teng Taysu, yang telah
mencegat larinya.
Sejak tadi Hoat-ong tidak memperhatikan paderi tua ini,
siapa duga tenaga tutukan jarinya ini ternyata sedemikian
hebatnya.
Tatkala itu ilmu "lt-yang-ci" It-teng Taysu, sudah mencapai
puncak kesempurnaannya, tenaga tutukannya meski
tampaknya lambat dan halus, tapi sebenarnya kuat luar biasa
tak tertahankan.
Dalam terkejutnya Hoat-ong cepat berkelit, habis itu
barulah ia balas menyerang sekali. "Melihat tenaga pukulan
Hoat-ong keras luar biasa, It-teng Taysu juga tak berani
menyambutnya dari depan, dengan enteng ia melangkah
mundur beberapa tindak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yang satu adalah paderi berilmu dari selatan dan yang lain
adalah orang kosen dari benua barat, sesudah saling gebrak
sekali, masing-masing tiada yang berani memandang rendah
lawannya lagi.
Ciu Pek-thong ingin menjaga harga diri, ia tidak mau
mengerubuti melainkan berdiri mengawasi saja di samping.
Jarak antara It-tcng dan Hoat-ong tadinya tiada beberapa
kaki, tapi sesudah serang menyerang, yang satu menutuk,
yang lain memukuI, akhirnya jarak mereka makin jauh hingga
lebih dua tombak, masing-masing mengeluarkan tenaga
sepenuhnya dan menyerang dari jauh.
Kepala It-teng Taysu tampak mulai menguap, terang sekali
sedang pusatkan seluruh Lwekangnya, Ui Yong jadi kuatir,
usia It-teng sudah tua hingga tak sanggup melawan Hoat-ong
pula hatinya sedih oleh kematian putrinya, sebenarnya ia tiada
niat adu jiwa dengan musuh, tapi bila melihat serang
menyerang kedua orang masih begitu dasyatnya, ia tidak
berani sembarangan menerjang maju.
Selagi ia tak berdaya, tiba-tiba terdengar suara
mencuitnya rajawali di udara, pikirannya tergerak, segera ia
bersuit sambil menunjuk Hoat-ong.
Melihat itu, sekali bercuit, sepasang rajawali tu lantas
menubruk turun ke atas kepala Hoat-ong.
Jika Sin-tiau kawan Nyo Ko itu yang datang mungkin Hoatong
akan jeri, tapi sepasang rajawali mi hanya badannya yang
besar, tetap burung biasa saja, mana bisa menakuti Hoat-ong?
Cuma saat itu ia lagi pusatkan pikiran dan tenaga buat
melawan It-teng Taysu, sedikitpun tak berani ayal, kini
mendadak disergap kedua rajawali dari atas, terpaksa ia ayun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tangan kirinya ke atas, dengan tenaga pukulan kuat
menghantam sepasang rajawali.
Karena tak tahan, cepat rajawali itu terbang ke atas lagi,
Dan karena godaan itu, keadaan It teng Taysu lantas di atas
angin. Lekas-lekas Hoat-ong kerahkan tenaga baru kemudian
bisa mengimbangi lagi.
Sepasang rajawali itu sudah lama dipiara U Yong dan
sudah pintar, ketika mendengar suitan Ui Yong yang
mendesak terus, padahal musuh terlalu lihay, meteka tak
berani menubruk lagi seperti tadi, melainkan hanya
menyamber kian kemari di atas kepala Hoat ong saja,
walaupun tidak bisa melukainya, tapi perhatian Hoat ong
banyak terkacau.
Sebenarnya tenaga pukulan Hoat-ong masih lebih unggul
daripada lt teng, tapi kalau soal ilmu kebatinan ia jauh kalah,
ditambah kini ia merasa gegetun oleh matinya Kwe Yang,
semangatnya memang sudah tak tenang kena dikacau lagi
oleh rajawali itu, keruan ia menjadi gopoo. Segera hal ini
diketahui It-teng. Sambil tersenyum It-teng lantas mendesak
maju setengah langkah.
Ui Yong sendiri meski sangat berduka akan kematian
puterinya, tapi kecerdikannya tidak pernah berkurang ketika
melihat It-teng melangkah maju, mendadak iapun
menggertak: "Kwe Cing, Nyo Ko, kebetulan kedatangan kalian,
lekas tangkap dia be.ramai-ramai!"
Padahal tidak mungkin Ui Yong menyebut nama sang
suami, teriakannya ini melulu gertak sambel belaka untuk
mengejutkan Hoat-ong, sebab bila ia bilang "Cing-koko" itu,
dan kalau sempat berpikir, rasa kaget itupun akan berkurang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Benar saja, ketika tiba-tiba Hoat-ong mendengar suara
"Kwe Cing dan Nyo Ko" berdua, ia terperanjat, pikirnya "Jika
kedua jago ini dalang juga. "Melayanglah jiwaku!"
Pada saat itulah, kembali It teng mendesak maju setengah
langkah pula.
Rupanya kedua rajawali di atas udara itupun melihat ada
kesempatan, mendadak rajawali yang betina bercuit keras
terus menubruk cepat ke bawah untuk mencakar biji mata
Hoat ong.
"Binatang!" damperat Hoat-ong sengit, berbareng sebelah
tangannya digablokkannya.
Tak terduga sergapan rajawali betina itu hanya pura-pura
belaka, ketika dekat mukanya mendadak membelok ke atas
lagi, sebaliknya rajawali yang jantan diam-diam malah
menyerang dari samping, ketika Hoat-ong mengetahui namun
cakar rajawali itu sudal menyentuh kepalanya yang gundul.
Terkejut dan gusar sekali Hoat-ong, sehelai tangannya
menyampuk ke atas, "plok", segera bulu-bulu bertebaran,
rajawali jantan itu berhasil mencengkeram kopiah emas Hoatong
terus terbang pergi tapi sampukan Hoat-ong itupun
sangat keras, rajawali jantan itu sudah terbang sampai
ditengah udara akhirnya tak tahan dan mendadak terjungkal
terjerumus ke dalam jurang yang tak terkirakan dasarnya.
Ui Yong, Thia Eng, Liok Bu siang dan Eng Koh menjerit
kaget, sedang Ciu Pek thong menjadi gusar, "Hwesio apek,"
segera ia memaki, "Lo-wan-tong tak mau pakai aturan
Kangouw lagi segala, mungkin harus dua lawan satu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sekaligus." Habis itu, secara bertubi2 ia kirim hantaman ke
punggung Kim-Iun Hoat-ong.
Dalam pada itu si rajawali betina melihat yang jantan
terjerumus ke dalam jurang, sekali bercuit panjang, tahu-tahu
yang betina inipun ikut menerjun ke bawah hingga lama sekali
tak nampak naik kembali. Karena dikeroyok dari muka
belakang, mau tak-mau Kim-lun Hoat-ong menjadi jeri
sekalipun tinggi ilmu silatnya, mana mungkin melawan
keroyokan dua jago tertinggi ini?
Maka ia tak berani terlibat lebih lama, Mendadak terdengar
suara gemerantang, roda2 emas dan perak menyamber
sekaligus, yang depan menahan tutukan "lt-yang ci" dan
bagian belakang menolak serangan "Khong-bing-kun",
tubuhnya terus mencelat pergi dan cepat sekali sudah
melintasi tanah bukit sana, dengan membentak-bentak,
segera Ciu Pek-thong mengudak.
Sesudah berhasil meloloskan diri, Hoat-ong terus lari
dengan cepat, ia tahu bila kena ditahan lagi oleh Ciu Pekthong,
mungkin beberapa ratus jurus takkan bisa ketahuan
unggul atau ator, tatkala itu It-teng Taysu tentu akan
menyusul tiba dan jiwanya boleh jadi akan melayang di
lembah sunyi ini.
Tiba-tiba dilihatnya di depan membentang hutan vang
lebat, ia menjadi girang, cepat ia berlari ke sana. Tak terduga
mendadak terdengar suara mendenging yang cepat sebutir
batu kecil tahu-tahu menyamber keluar dari dalam hutan.
Jarak hutan itu dengan Hoat-ong masih ada beratus
tindak, tapi entah tenaga sakti apa yang menyambitkan batu
sekecil itu, dari suara mendenging nya teranglah keras luar
biasa dan mengarah badan Hoat-ong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lekas Hoat-ong angkat rodanya menyampuk dibarengi
suara benturan, batu itu pecah berantai hingga muka Hoatong
sendiri keciprat beberap butir krikil.
Terkejut Hoat-ong, pikirnya "Batu sekecil ini disambitkan
dari tempat jauh, tapi rodaku kena ke bentur mundur, nyata
tenaga orang ini tidak di bawah Lo wan-tong dan Hwesio tua
tadi, sungguh tidak nyana di jagat ini masih terdapat jago
sebanyak ini."
Sedang ia tertegun, terlihatlah dari dalam huti muncul
seorang tua berjubah hijau.
Ciu Pek-thong menjadi girang, segera ia berseru: "Ui losia!
Hwesio apek itu telah membinasakan cucu perempuanmu,
lekas kau ikut menangkapnya.
Orang yang muncul dari hutan itu memang Tho-hoa-to-cu
Ui Yok-su adanya.
Sejak ditinggalkan Nyo Ko, ia meneruskan
pengembaraannya lagi ke utara, satu hari ketika singgah
minum di suatu pedusunan, tiba-tiba terlihat sepasang
rajawali terbang lewat, ia tahu kalau bukan Ui Yong, tentulah
Kwe Hu atau Kwe Yang yang berada di sekitar sini, maka
diam-diam ia menguntit hingga sampai di Coat ceng kok ini.
Karena tidak ingin dilihat puterinya, ia hanya menguntit
dari jauh saja, sampai akhirnya dilihatnya It-teng Taysu dan
Ciu Pek-thong ber-turut-urut bergebrak melawan Kim-lun
Hoat-ong, ia merasa paderi asing ini benar-benar seorang
lawan tangguh yang jarang diketemukan, ia menjadi ketarik
dan ikut turun tangan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka berkatalah Hoat-ong sembari gosok-gosok kedua
rodanya hingga mengeluarkan suara nyaring: "Apakah kau ini
Tang-sia Ui Yok-su?"
"Betul," sahut Yok-su mengangguk. "Ada petunjuk apakah
Taysu?"
"Waktu berada ditempatku, kudengar di daerah Tionggoan
terdapat Tang-sia, Se tok, Lam-te, Pak-kay dan Tiong-sinthong.
lima orang lihay. Hari ini beruotung bisa bertemu dan
ternyata memang bukan omong kosong belaka," demikian
sahut Hoat-ong, "Dan di manakah yang empat orang itu?"
Tiong sin-thong (Ong Tiong-yang), Pak-kay dan Se-tok
sudah lama meninggal," kata Yok-su, "Paderi agung inilah Lam
te yang kau tanya, sedang yang ini adalah Ciu-heng, Sutenya
Tiong-sin-thong,"
"Jika Suhengku masih hidup, hm, tak nanti kau mampu
menahan 10 jurus serangannya," kata Pek-thong.
Tatkala itu mereka bertiga telah mengepung Hoat-ong di
tengah-tengah, Dalam keadaan begitu Hoat-ong menjadi
serba susah, ia pandang It-teng Taysu, lain saat melihat Ciu
Pek thong dan sebentar2 ia memandang Ui Yok-su puIa.
Habis itu mendadak ia menghela napas panjang, lima
rodanya dilempar ke tanah, lalu katanya: "Jika satu lawan
satu, siapapun tiada yang kutakuti."
"Betul," kata Pek-thong. "Tapi hari ini kita buka bertanding
untuk rebut gelar juara segala, siapa ingin main satu lawan
satu denganmu? Hwesio apek kau sudah terlalu banyak
melakukan kejahatan, dan sekarang kau lekas bunuh diri
saja."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Lima tokoh besar Tionggoan, dua diantaranya sudah
kulihat kini, meski aku mati ditangan kalian bertiga juga tidak
kecewa," sahut Hoat ong. "Cuma layang ilmu Liong-jio panyok-
kang terputus sampai di tanganku, selanjutnya di jagat ini
tiada ahli warisnya lagi."
Habis berkata, sebelah tangannya diangkat terus hendak
menabok batok kepalanya sendiri.
Ketika mendengar kata-kata "Liong-jio-pan-yok-kang",
mendadak Ciu Pek-thong jadi ketarik, secepat kilat ia
melompat maju dan menangkis tangan Hoat-ong itu dan
bcrkata: "Nanti dulu!"
"Aku lebih suka mati daripada dihina, apa yang kau
inginkan lagi?-" kata Hoat-ong mendongkol
"Kau bilang sayang Ltong-jio pan-yok-kang tiada ahli
warisnya, kenapa tidak kau turunkan saja padaku, kemudian
kau boleh bunuh diri," sahut Pek-thong tertawa.
Tapi sebelum Hoat ong buka suara pula, tiba-tiba
terdengar suara rajawali betina yang telah membawa rajawali
jantan dari dalam jurang, kedua rajawali itu sama basah
kuyup, agaknya di dalam jurang itu adalah sebuah kolam air.
Rajawati jantan itu bulunya serawutan tak keruan,
napasnya sudah kempas kempis, tapi cakarnya masih
mencengkeram kopiah emas Hoatong dengan kencang.
SeteIah meletakkan yang jantan, rajawali betina
mendadak terjun lagi ke bawah jurang, ketika naik pula, di
atas punggungnya menunggang satu orang ternyata adalah
Kwe Yang yang disangka sudah mati itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Keruan Ui Yong terkejut bercampur girang, cepat ia
berseru: "Yang-ji... Yang-ji!" - ia memburu maju untuk
menurunkan puterinya itu dari punggung rajawali betina.
Melihat Kwe Yang ternyata tak kurang suatu apapun,
Hoat-oag juga tercengang, Waktu Ciu Pek thong masih
menahan tangan Hoat-ong, sekali si tu nakal ini kedipi It-teng
dan Ui Yok-su, segera Tang sia dan Lam-te turun tangan
berbareng, dengan cepat ketiak kanan dan dan kiri Hoat-ong
sekalian kena ditutuk.
Apa yang terjadi di dalam jurang?
Bagaimana nasib Nyo Ko dan tindakan apa yang akan
digunakan Ciu Pek - thong dan lain-lain terhadap Kim-Iun
Hoat-ong?
(Bacalah jilid 59)
Jilid 59
Menyusul itu Ciu Pek-thong menambahi sekali gebuk pada
"Ci-yang-hiat" di punggungnya sambil tertawa: "Nah, tidurlah
sebentar!" Maka lemaslah kedua kaki Hoat-ong, ia lantas
deprok terduduk.
It-teng bertiga saling pandang dengan tercengang,
sungguh Hwesio ini lihay luar biasa, beruntun tubuhnya kena
ditutuk dan digebuk tapi masih tidak roboh menggeletak.
Lalu merekapun mendekati Kwe Yang untuk menanya
keadaannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Mak," demikian anak dara itu menutur," ia berada di
bawah... di bawah... lekas menolongnya .... lekas
menolongnya..." saking cemas dan kuatir hanya beberapa
kata-kata itu saja dapat diucapkannya, lalu jatuh pingsan.
"Tidak apa," ujar It-teng sesudah pegang nadi Kwe Yang.
Segera ia memijit beberapak kali pinggang anak dara itu,
selang tak lama, Kwe Yang siuman.
"Di manakah Toakoko, apakah dia sudah naik?." tanyanya
segera setelah anak dara itu menenangkan diri.
"Apakah Nyo Ko juga berada di bawah sana?" tanya Ui
Yong cepat.
Kwe Yang mengangguk, sahutnya pelahan: "Ya, Tentu..."
Dalam hati iapun berkata: "Jika ia tidak di bawah, untuk apa
aku ikut terjun ke sana?"
Melihat badan puterinya basah kuyup, " Ui Yong menanya
lagi: "Apakah di bawah adalah sebuah kolam air?"
Kwe Yang mengangguk saja, ia pejamkan matanya, tak
sanggup lagi buka suara, hanya menunjuk ke bawah jurang.
"Kalau Nyo Ko memang berada di bawah sana, terpaksa
suruh Tiau-ji mengambilnya naik," ujar Ui Yong, Lalu ia bersuit
buat memanggil rajawali betina tadi.
Tapi aneh, sudah berapa kali ia bersuit rajawali betina itu
masih tidak menggubrisnya. Ui Yong menjadi heran, sudah
berpuluh tahun kedua rajawali ini sangat penurut, kenapa
sekarang anggap angin perintahnya?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka kembali ia ulangi suitannya, ia lihat2 rajawali betina
itu pentang sayap dan terbang lagi-lagi, sesudah mengitar
beberapa kali dan bersuara memilukan, mendadak burung itu
menjungkal ke bawah secepat batu meteor.
"Celaka!" keluh Ui Yong dalam hati, segera iapun
berteriak: "Tiau-ji"
Akan tetapi sudah terlambat, rajawali itu tertumbuk batu
cadas hingga kepala pecah dan sayap patah terus mati.
Semua orang terkejut, waktu memeriksa binatang itu,
kiranya rajawali jantan sudah dingin beku dan sudah lama
mati. Semua orang menjadi terharu oleh jiwa setia sehidup
semati sepasang burung itu, Ui Yong paling berduka hingga
hampir mencucurkan air mata.
"Suhu, Suci, jika Nyo-toako berada di bawah jurang, cara
bagaimana kita harus menolongnya naik?" kata Thia Eng
kemudian.
"Yang-ji" tanya Ui Yong sambil mengusap matanya yang
basah, "Sebenarnya bagaimanakah keadaan di dalam jurang
sana?"
Sementara Kwe Yang sudah pulih kembali semangatnya,
maka tuturnya: "Begitu aku jatuh ke bawah, dengan cepat ku
tenggelam ke dasar kolam, dalam keadaan gugup akupun
kemasukan beberapa cegukan air Kemudian entah... entah
mengapa aku terapung ke permukaan air dan dan Nyo toako
telah menjambak rambutku terus diangkat ke atas..."
Ui Yong rada lega mendengar itu, katanya. "Apakah di tepi
kolom itu ada guanya yang dapat dibuat berdiri?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, di tepi kolom itu banyak pepohonan" sahut Kwe Yang.
"Oh," kata Ui Yong "Dan sebab apa kau terjun kebawah?"
"Waktu aku diangkat ke atas, Nyo toako juga menanya
aku seperti itu," tutur Kwe Yang. "Aku lantas keluarkan jarum
emas dan serahkan padanya, kataku : "Aku meminta agar
engkau menjaga dirimu dan janganlah mencari pikiran
pendek."
Tanpa berkedip ia memandangi aku, tak lama kemudian
rajawali jantan itu jatuh ke bawah, menyusul yang betina
lantas datang membawa kawannya ke atas, lalu datang lagi
membawa aku.
Kuminta Nyo- toako juga naik, tapi ia tidak membuka
suara dan aku dinaikkan nya keatas punggung rajawali Mak,
suruhlah rajawali itu turun kebawah lagi untuk
menjemputnya."
Sementara Ui Yong tak mau memberi tahu tentang
kematian kedua rajawali, ia tanggalkan baju luarnya sendiri
untuk menutupi badan sang puteri yang basah itu.
"Tampaknya sementara Ko-ji tidak berbahaya, lekas kita
pintal seutas tambang panjang untuk menjemputnya naik!"
kata Ui Yoog kemudian kepada kawan-kawannya.
Be ramai-ramai semua orang lantai mengelotoki kulit
pohon untuk dibikin tali, Kecuali Hoat-ong yang tertutuk jalan
darahnya, Kwe Yang belum pulih dari letihnya, selebihnya ikut
kerja keras.
Meski mereka adalah jago silat terkemuka, namun untuk
mengikal tambang tidaklah lebih pandai daripada tukang yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
biasa, maka sibuk sampai hari sudah gelap baru ratusan
tombak tambang itu dapat mereka, pilin, tampaknya masih
jauh dari cukup.
Thia Eng mengikat sebuah batu pada ujung tambang itu
dan diturunkan ke bawah jurang, ujung tambang yang lain
diikat pada dahan sebuah pohon, tali itu terus dipilin dan
makin panjang terus menurun ke bawah.
Satu malam suntuk mereka kerja terus, sampai besok
paginya, Kwe Yang juga ikut membantu dan tambang itupun
terus bertambah panjang, Tapi Nyo Ko yang katanya berada di
bawah jurang itu sama sekali tak mengirimkan sesuatu tanda
atau berita.
Ui Yok-su mulai kuatir, ia keluarkan serulingnya terus
ditiup dengan tenaga dalamnya yang hebat, suara seruling
begitu nyaring merdu tersiar ke dalam jurang, kalau Nyo Ko
mendengar suara seruling itu pasti akan bersiul panjang untuk
menjawabnya. Siapa tahu keadaan masih tetap sunyi saja.
Sesudah berpikir sejenak, Ui Yong memotong sepotong
kayu, dengan ujung pedang ia ukir beberapa huruf di atas
kayu itu, bunyinya singkat: "Apa selamat? Harap jawab!" -
Lalu batang kayu itu dilemparkan ke dalam jurang, Namun
sudah lama sekali, tetap tiada sesuatu suara di dalam jurang
sana hingga semua orang menjadi kuatir.
Meski jurang sangat dalam, tapi panjang tambang agaknya
sudah mencapai dasarnya, biarlah ku turun melihatnya," kata
Thia Eng.
"Aku saja yang turun!" seru Ciu Pek-thong tiba-tiba, dan
tanpa menunggu jawaban orang lain, cepat saja ia merosot
turun dengan tambang itik hanya sekejap saja orangnya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sudah menghilang menembus kabut yang mengapung di
permukaan jurang.
Agak lama kemudian, secepat kera Ciu Pek-thong
merembet naik lagi, rambut dan jenggotnya berlepotan lumut,
berulang-ulang si tua ini menggeleng kepala dan berkata:
"Sedikitpun tiada bayangannya, mana ada Nyo Ko segala?"
Karena itu, semua orang memandangi Kwe Yang dengan
rasa sangsi.
"Tadi Toakoko berada di bawah, kenapa bilang tidak ada?"
kata Kwe Yang pasti, "la duduk di atas pohon besar di tepi
kolam.
Thia Eng tidak mau banyak bicara, "Segera ia merosot
turun dengan tambang, menyusul Liok Bu-siang ikut turun dan
ber-turut-urut Eng Koh selanjutnya Ui Yok Su dan It teng
Taysu juga ikut turun ke bawah. Bagi mereka pertama-tama
kuatirkan keselamatan Nyo Ko, kedua tertarik dan ingin
mengetahui apa macamnya pemandangan di bawah jurang
itu.
Ui Yong yang turun paling belakang memberi pesan pada
sang puteri: "Yang ji, kesehatanmu belum puIih, jangan kau
ikut turun. jika Nyo- toako berada di bawah, dengan kawankawan
begini banyak kita pasti dapat menolongnya ke atas"
Meski perasaan sangat kuatir. tapi Kwe Yang mengiakan
dengan mengembeng air mata.
Ui Yong pandang pula Hoat-ong yang deprok di tanah itu,
ia kuatir kalau-kalau Lwekang terlalu lihay hingga dapat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melepaskan tutukan yang sebenarnya harus lewat 12 jam baru
bisa punah sendirinya maka ia mendekatinya dao menu pula
dipunggung, dada dan kedua lengannya di tempat-tempat
yang melumpuhkan, habis itu baru ia menyusul melorot
kebawah jurang.
Daya merosotnya makin lama makin cepat, dalam sekali
jurang itu hingga lama barulah sampai dibawah. Ia lihat
dibawah jurang itu memang benar ada sebuah kolam yang
berair biru ke hijau-hijauan, Ui Yoksu cs berdiri di tepi kolam
lagi memeriksa dengan teliti, tapi jejak Nyo Ko tidak terlihat
dikiri kolam sana, di atas pohon terdapat lebih 30 buah sarang
tawon, terdengar suara mendengungnya tawon yang
mengitari sarang2 nya, nyata itulah tawon putih.
Tergerak pikiran Ui Yong, katanya cepat: "Ciu-toako, lekas
kau tangkap seekor tawon itu, coba kita lihat apakah
disayapnya juga terdapat tulisan."
Ciu Pek-thong menurut, ia tangkap seekor tawon itu, tapi
tiada terdapat sesuatu tulisan. "
Waktu Ui Yong memeriksa sekitar jurang itu ternyata
empat penjuru melulu dinding tebing yang beratus2 tombak
tingginya, terang tiada jalan tembusan lain, pohon-pohon
besar di tepi kolam berbentuk fiftfa2 daQ tak diketahui apa
namanya, waktu m'en (Sigak, kab,ui rapat menutupi
permukaan jurang ibmgga tak tertembus sinar matahari.
Sedang ia termenung-menung, mendadak terdengar Ciu
Pek-thong berseru: "Hai, seekor ini ada tulisan-nya!"
Lekas Ui Yong mendekatinya dan benarlah kedua sayap
tawon itu tertisik tulisan," bunyinya tetap "Aku berada didasar,
Coat-ceng kok."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di antara orang-orang yang hadir sekarang, Ui Yong
sendiri yang paling pandai menyelam, tanpa disuruh lagi ia
ringkaskan bajunya, ia telan sebutir pil "Kiu hoa-giok-loh-wan"
untuk menjaga kemungkinan ular air berbisa dan lain-lain,
habis itu ia terjun ke dalam kolam.
Cepat Ui-Yong menyelam ke bawah, makin dalam air
kolam itu semakin dingin hingga serasa menusuk tulang,
Diam-diam Ui Yong terkejut melihat air hijau berlumut se
akan2 membeku itu. Tapi ia belum putus asa, sesudah
menongol kepermukaan air buat hirup udara, lalu ia menyelam
lebih mendalam lagi.
Ketika sampai tempat yang sangat dalam, dari dasar
kolam itu dengan sendirinya timbul semacam daya penolak
yang kuat, sekalipun Ui Yong sudah berusaha sebisanya juga
tak sanggup menyelam sampai dasar kolam.
ApapuIa dinginnya tak tertahan, sekitarnya juga tiada
tanda-tanda yang aneh, terpaksa ia timbul kembali ke atas
Melihat Ui Yong kedinginan hingga bibirnya ke biru2an,
rambutnya mengkilat putih, ternyata terbeku selapis es tipis,
sungguh semua orang ter-kejut sekali.
Lekas-lekas Thia Eng dan Liok Bu-siang mengumpulkan
kayu kering dan membakar api unggun untuk menghangatkan
badan Ui Yong.
Sementara itu Kwe Yang yang ditinggalkan di atas jurang
sana sedang berpikir: "Walaupun Toa-koko tak dapat naik,
pasti Gwakong dan ibu akan menyeretnya dengan paksa.
Kenapakah ia membunuh diri? Apakah Siao-liong-Ii benarbenar
sudah mati? selamanya takkan bertemu lagi dengan
dia?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah selagi ia termangu-mangu, tiba-tiba didengarnya
suara rintihan Kim-Iun Hoat-ong.
Waktu Kwe Yang berpaling, ia lihat urat daging di muka
orang berkerut2 seperti kejang, terang sedang menderita
sekali "Hm, ini namanya kualat, makanya jangan suka
membunuh orang?" demikian jengek anak dara itu.
Tapi Hoat-ong masih terus meng aduh2 semakin keras,
sorot matanya mengunjuk rasa minta dikasihani.
Betapapun memang hati Kwe Yang bajik dan welas-asih, ia
menjadi tak tega akhirnya, maka tanyanya: "Kenapa? Sangat
sakitkah?"
"lbumu telah tutuk " Leng-tay-hiat" dan " Ki koat-hiat"
dipunggung dan dadaku, maka seluruh badanku serasa digigit
beratus ribu semut, sakit dan gatal luar biasa, kenapa ia tak
mau tutuk sekalian aku punya " Tan-tiong-hiat" dan " Giokcim-
hiat?" sahut Hoat-ong,
Kwe Yang terkesiap, ia sudah pernah belajar ilmu Tiamhiat
dengan ibunya dan tahu tempat-tempat "Tantiong" dan "Giokcin"
adalah jalan darah penting di tubuh manusia, asal sedikit
terluka saja bisa terbinasa, maka katanya: "lbuku tidak
menghabiskan jiwamu, kau tidak berterima kasih, masih
cerewet apa?"
"Kalau ia tutuk kedua jalan darahku itu, rasa pegal
kesemutanku akan banyak berkurang," kata Hoat-ong
sungguh-sungguh "Begini tinggi ilmu kepandaian-ku, masakah
hanya sekali tutuk bisa bikin jiwaku melayang?"
Akan tetapi Kwe Yang tak percaya, "Ah, jangan kau
bohong," jengeknya. "Kata ibu, tempat "Tan tiong dan GiokTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
cim" sedikit tertutuk lantas jiwa melayang. Kau hanya pegal
kesemutan, bolehlah bersabar sebentar, segera ibu dan lainlainnya
akan kembaii."
Nona Kwe." kata Hoat-ong pula, " sepanjang jalan
bagaimana aku memperlakukan dirimu?"
"Baik juga," sahut Kwe Yang. "Cuma kau telah membunuh
Tiang jiu-kui dan Toa-thau-kui, pula membunuh kedua
rajawaliku, lebih baik lagi kau padaku juga aku tidak mau
terima."
"Baiklah, bunuh orang ganti jiwa, sebentar kau boleh,
bunuh aku untuk balas sakit hati kawanmu," jelas Hot-ong,
"Tapi sepanjang jalan aku begitu baik padamu, apa balas
budimu?"
"Coba katakan cara bagaimana membalasnya?" tanya Kwe
Yang.
"Harap kau tutuk Tan-tiong dan Giok-cim di punggung dan
dadaku masing-masing sekali, biar mengurangi penderitaanku,
itupun sudah membalas budi padaku" kata Hoat ong.
Namun Kwe Yang geleng-geleng kepala, "Tidak, kau ingin
aku membunuhmu, hm, mana mau aku melaksanakannya!"
sahutnya.
"Hayolah, tutuklah tak nanti aku mati" pinta Hoat-ong.
"Sebentar bila ibumu datang, malahan aku ingin minta ampun
padanya, tidak nanti aku mati secara begini mudah."
Mendengar orang bicara dengan sungguh-sungguh, Kwe
Yang menjadi ingin coba-coba, maka dengan pelahan ia tutuk
dada orang sekali.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ehm, segar rasanya, tutuklah lebih keras," kata Hoat-ong
sambil menarik napas dalam-dalam
Segera Kwe Yang tutuk lebih kuat, ia lihat Hoat-ong
bersenyum, sedikitpun tidat menderita, mukanya dari merah
berubah pucat, lalu merah lagi.
Habis itu Hoat-ong berkata: "Nah, lebih keras lagi
sedikit....!"
Kwe Yang menurut, ia pakai ilmu menutuk yang
dipelajarinya dari ayah-bundanya dan menutuk pula sekali di
"Tan tiong-hiat" di dada orang.
"Ah, baiklah sekarang, dadaku tidak pegal lagi! Nah, aku
tidak mati, bukan?" kata Hoat-ong.
Kwe Yang sangat heran oleh kekebalan orang, katanya
kemudian "Sekarang aku menutuk lagi Giok-cim-hiat."
Mula-mula iapun tutuk pelahan seperti tadi, lalu tambahi
sedikit lebih keras.
"Banyak terima kasih, banyak terima kasih!" ujar Hoatong.
Lalu ia pejamkan mata menghimpun tenaga, mendadak
ia melompat bangun sambil membentak "Marilah pergi!"
Keruan terperanjat luar biasa Kwe Yang, "Kau... kau..."
tapi tak sempat ia berkata lebih banyak, sekali Hoat ong
mencekal, pergelangan tangannya dipegang terus diseret
pergi.
Nyata ilmu melancarkan jalan dan membuka tempat
tutukan justeru adalah Lwekang khas yang sangat hebat bagi
golongan pertapaan di Tibet. Ketika Kwe Yang menutuk "TanTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
tiong" dan "Giok-cim" kedua tempat jalan darah, diam-diam
Hoat-ong sudah menghimpun tenaga melancarkan kembali
aliran darahnya. Kalau Kwe Yang kuatir tutukannya itu akan
menewaskan orang, padahal justeru malah membuka jalan
darahnya.
BegituIah sambil menyeret Kwe Yang, segera Kim-lun
Hoat-ong berlari pergi, tapi baru beberapa tombak jauhnya,
tiba-tiba timbul pikiran jahatnya. ia lihat tambang yang terikat
didahan pohon itu, ia pikir asal tambang ini diputuskan, Ciu
Pek-thong, It-teng, Ui Yok-su dan lain-lain pasti akan terbinasa
di dalam jurang itu, maka cepat ia melompat ke sana terus
hendak memutuskan tali tambang itu.
Tentu saja Kwe Yang terkejut, tanpa pikir sikutnya
menyodok pinggang Hoat-ong di tempat Nan-ik.hiat"
Salah Hoat-ong sendiri, ia terlalu panjang sepele anak dara
itu, maka sikutan itu dengan tepat mengenai jalan darah itu
hingga sebagian tubuhnya sesaat lemas tak bertenaga.
Segera Kwe Yang meronta melepaskan cekalan orang,
kedua tangannya memegang punggung Hoat-ong dan
berkata: "Aku dorong kau ke dalam jurang, biar kau
terbanting mampus!"
Terkejut sekali Hoat-ong, diam-diam ia pusatkan tenaga
dalam buat punahkan jalan darah sikutan anak dara tadi,
sedang lahirnya tidak menjadi gugup, ia ter babak2 dan
menggertak: "Hahaha, melulu sedikit kepandaianmu yang tak
berarti-ini masakah mampu mendorong diriku?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Gertakan ini ternyata bikin Kwe Yang menjadi ragu-ragu,
Padahal saat itu Hoat-ong belum terlepas jalan darahnya, asal
sedikit ia dorong, tentu akan terjerumus ke dalam jurang, atau
dengan lain jalan, umpama menutuk pula beberapa kali jalan
darahnya yang lain, tentu Hoat ong akan lumpuh.
Cuma tadi tutukannya malah bikin Hoat-ong berbangkit
kembali, maka Kwe Yang pikir, tiada gunanya menutuknya
lagi, sebab itulah ia melompat pergi dan berlari ke tepi jurang.
"Lebih baik aku mati bersama-sama dengan ibu saja!"
katanya tiba3 terus hendak terjun ke dalam-jurang.
Terkejut Hoat-ong melihat anak dara itu telah menjadi
nekat, saat itulah tutukan dapat dipunahkannya, tak sempat
lagi ia putuskan tambang tadi, tapi cepat menubruk ke arah
Kwe Yang.
Cepat Kwe Yang berlari pula, ia melompat kian kemari di
antara batu-batu cadas dan menyusuri pohon-pohon besar.
Jika di tempat datar, sekali lompat saja pasti Hoat-ong bisa
menangkapnya kembali, tapi di puncak karang Toan jong-khe
ini penuh batu-batu besar dan pohon-pohon, Kwe Yang
sengaja menyusup ke sana dan mengumpet ke sini, makin lari
makin jauh, seperti orang lagi main kucing2an dengan Hoatong.
Sesudah lama, akhirnya sekali menubruk dapatlah tangan
Kwe Yang dipegang Hoat-ong.
Ketika main umpet2an dengan Hoatong, Kwe Yang sudah
mulai melupakan apa yang terjadi tadi, kini sesudah kepegang
barulah ia sadar akan gelagat jelek, cepat ia berteriak. Tapi
secepat itu pula Hoat-ong sudah dekap muIutnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itulah terdengar berkumandang suara Liok Busiang
sedang menanyai "He, Kwe Yang ci -iik telah lari
kemana?"
Diam-diam Hoat-ong gegetun, karena telah kehilangan
kesempatan baik, maka ia tutuk jalan darah yang membikin
gagu, Kwe Yang diseret pergi Padahal saat itu baru Liok Busiang
saja yang naik keatas, kalau Hoat-ong mau mengulangi
memutuskan tambang masih keburu, sebab melulu Liok Bu
siang seorang tak mungkin bisa menahannya. Tapi karena ia
sudah rasakan betapa lihaynya It-teng Tay-su, Ciu Pek-thong
dan Ui Yok-su, nyalinya sudah ciut, ia bersyukur dapat
menyelamatkan diri, mana berani lagi ia mencari penyakit?
Kiranya sesudah memeriksa dan mencari di bawah, jurang
dan tidak mendapatkan sesuatu tanda, Ui Yong dan lain-lain
menduga Nyo Ko tidak menemukan sesuatu bahaya, maka
sesudah berunding, mereka memutuskan untuk naik kembali
ke atas.
Orang yang pertama naik itu adalah Liok Bu-siang,
menyusul Thia Eng dan Eng Koh.
Ketika Ui Yong sudah naik, segera didengarnya Thia Eng
bertiga sedang berteriak-teriak memanggil: "Kwe Yang cilik, di
mana kau?"
Melihat puterinya dan Hoat ong telah menghilang semua,
sungguh tidak kepalang cemasnya Ui Yong. Ketika Ui Yok-su,
Ciu Pek-thong dan Itteng ber-turut-urut sudah naik pu!a,
mereka telah mencari ke segala pelosok lembah gunung itu,
tapi bayangan Hoat-ong dan Kwe Yang sama sekali tidak
tertampak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sampai di mulut lembah, tiba-tiba diketemukan sebelah
sepatu anak dara itu.
"Ah, tak perlu kuatir, Suci." ujar Thia Eng. "Tentu Hoatong
yang menggondol Yangji ke selatan, Yang ji sengaja
tinggalkan sepatunya agar diketahui kita. Sungguh bocah ini
sangat cerdik, tidak kalah dari ibunya."
Bila Ui Yong ingat cerita Kwe Yang bahwa Hoat-ong
berniat paksa anak dara itu menjadi murid ahliwarisnya, ia
pikir untuk sementara mungkin tidak berbahaya, maka rasa
kuatirnya banyak berkurang.
Segera rombongan mereka balik ke selatan, sepanjang
jalan merekapun mencari tahu jejak Hoat-ong dan Kwa Yang.
Tidak beberapa hari, mereka mendengar berita pasukan
Mongol mengepung Siang yang dan sudah terjadi
pertempuran besar di luar kota itu, kedua pihak sama-sama
ada kalah menangnya, kedudukan Siangyang sangat genting.
Musuh telah menggempur Siangyang, kita harus lekas
kembali ke sana, urusan Yang-ji uutuk sementara terpaksa tak
bisa dipikirkan lagi," kata Ui Yong dengan kuatir.
Semua orang menyatakan benar dan bersedia ikut pergi.
walaupun sebenarnya It-teng Taysu, Ui Yok su dan Ciu Pekthong
cs. tidak ingin mengurus soal2 keduniawian lagi, tapi
mati-hidup dari Song besar tergantung hancur atau utuhnya
Siang-yang, pertempuran yang menentukan ini tidak
memungkinkan mereka berpeluk tangan.
Begitulah mereka lantas percepat perjalanan maka tiada
seberapa hari mereka sudah sampai di luar kota Siangyang
Dipandang dari jauh, panji ber-kibar2, senjata gemilapan,
suara tiupan tanduk meng-huk2 sahut-menyahut, derap kuda
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kian kemari Siangyang tampak terkurung rapat2 oleh pasukan
Mongol.
Walaupun sudah banyak berpengalaman, melihat situasi
demikian ini, merekapun terperanjat.
"Kekuatan musuh terlalu besar, meski kita berilmu silat
tinggi juga sukar mendekati benteng kota, terpaksa menanti
hari gelap nanti baru cari jalan lain" demikian kata Ui Yong.
Mereka sembunyi di dalam hutan, kccuali-Ciu Pek-thong
yang selalu periang, yang lain-lain berhati sedih semua.
Sampai dekat tengah malam, dengan Ui Yong sebagai
pembuka jalan, mereka bertujuh lantas menerjang ke dalam
perkemahan musuh.
Betapapun tinggi ilmu silat ketujuh orang ini namun begitu
besar tentara Mongol, perkemahan berderet2 tak terhitung
panjangnya, baru setengah jalan mereka menerjang sudah
diketahui patroli musuh, sekali gembreng ditabuh ber-talu2,
seketika terkepung, walaupun begitu keruan yang lain
ternyata tenang-tenang saja tidak kacau, suatu tanda betapa
disiplin dan terlatihnya pasukan Mongol.
Ui Yong menjadi kuatir, begitu hebat pasukan musuh,
untuk mematahkan kepungan musuh atas Siangyang kali ini
rasanya tidak mudah, sementara itu Ciu Pek-thong telah
berhasil merampas dua tombak panjang terus mendahului
membuka jalan, Ui Yok-su dan It teng jalan mungkur untuk
menahan kejaran musuh, empat wanita ter-apit di-tengahtengah
dan menyerbu terus ke depan.
Baiknya di dalam pasukan tentara yang besar, karena
kuatir kena kawan sendiri maka perajurit Mongol tak berani
melepaskan panah, kalau di tanah lapang dan dihujani panah,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
betapapun tangkas Ciu Pek-thong dan Ui Yok-su cs, juga tak
mampu menahannya.
Sambil bertempur mereka maju terus, sedang pasukan
musuh makin lama makin banyak, berpuluh2 tombak selalu
menusuk ke arah mereka bergantian.
Tapi di mana angin pukulan Ciu Pek-thong, Ui Yok-su dan
It-teng Taysu sampai, di situ segera senjata2 musuh patah
dan orangnya terluka atau mampus, sungguhpun demikian
tentara Mongol itu ternyata pantang mundur.
"Ui-Iosia, kita bertiga tua bangka ini tampaknya hari ini
akan mampus disini," kata Lo-wan tong tiba-tiba dengan
tertawa, "Masa paling baik kan berdaya agar empat anak dara
ini saja ditolong keluar.
"Fui," semprot Eng Koh. "Omong tidak-genah, masakan
aku sudah nenek2 dianggap anak dara? Hendak mati biarlah
kita mati bersama, tiga anak dara ayu inilah yang harus
ditolong."
Diam-diam Ui Yong berkuatir, pikimya: "Selamanya Lo
wan-tong tidak pernah kenal takut, kenapa sekarang tiba-tiba
bilang jiwanya bakal melayang di sini, tampaknya alamat tidak
baik!"
Tapi tentara musuh merubung bagai semut, kecuali
melawan mati-matian, hakekatnya tak berdaya lain.
Sesudah beberapa deret perkemahan musuh di tembus
lagi, tiba-tiba Ui Yong melihat di sebelah kiri sana terdapat dua
kemah besar berwarna hitam, ia pernah ikut Jengis Khan
menggempur ke benua barat, ia tahu kemah demikian ini
biasanya dipakai sebagai gudang rangsum.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba pikirannya tergerak, Mendadak ia melompat ke
samping dan berhasil merampas sebuah obor seorang
perajurit musuh terus berlari ke kemah gudang rangsum itu.
Segera perajurit Mongol berteriak-teriak mengejarnya, tapi
Ui Yong sangat sebat, sekali menyelusup, segera ia masuk ke
kemah itu, obornya diangkat, segala benda dibakarnya. Maka
sekejap saja dua kemah besar itu sudah kebakaran beberapa
tempat, habis itu Ui Yong menerobos keluar lagi bergabung
dengan rombongan Ciu Pek-thong.
Benda yang tertumpuk didalam kemah itu tidak sedikit
terdiri dari barang yang mudah terbakar, maka cepat saja api
sudah menjilat dengan hebatnya.
Lo-wan-tong menjadi tertarik, iapun takmau ketinggalan
dari perajurit musuh ia dapat merampas dua obor, iapun pergi
menyulut api ke mana-mana, malahan tanpa sengaja suatu
kandang kuda kena dibakarnya, keruan seketika kacau balau
oleh lari-kuda-kuda yang tunggang-langgang, maka pasukan
Mongol menjadi kalang kabut.
Waktu itu Kwe Cing berada di kota Siangyang dan
mendengar pasukan musuh di utara benteng kacau-balau, ia
memeriksa ke atas benteng dan melihat api menjulang tinggi
di tengah perkemahan musuh, ia tahu ada orang mengaduk di
perkemahan pasukan Mongol itu, maka cepat ia kirim 2000
perajurit dan memerintahkan Bu Tun-si dan Bu Siu-bun
berdua menggempur keluar benteng.
Waktu kedua saudara Bu itu sudah beberapa li di luar
kota, terlihatlah Ui Yok-su memayang Liok Bu-siang, It-teng
Taysu mendukung Ciu Pek-thong tujuh orang dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menunggang lima ekor kuda sedang mendatangi dengan
cepat.
Kedua saudara Bu tak berani menyongsong maju, tapi
pasukan yang dipimpinnya itu lantas tersebar ambil
kedudukan untuk menahan kejaran tentara musuh, dengan
begitu, barisan belakang dijadikan barisan depan untuk
melindungi rombongan Ui Yong masuk ke kota.
Kwe Cing sudah menanti di atas benteng, melihat ayah
mertua, isteri tercinta, It teng Taysu, Lo-wan-tong datang
semua ia sangat girang dan lekas-lekas membuka pintu
benteng menyambut keluar.
Ia lihat pinggang Liok Bu-siang terluka tombak musuh,
punggung Ciu Pek thong kena tiga panah, jenggot dan alisnya
kelimis terbakar, luka kedua orang ternyata tidak enteng.
Ui Yong sendiri, Thia Eng dan Eng Koh juga terluka kena
panah, cuma tidak berbahaya.
It teng dan Ui Yok-su sama-sama mahir ilmu pertabiban,
setelah memeriksa luka Liok Bu-siang dan Lo wan-tong,
mereka mengkerut kening dan bermuka muram tanpa
berkata.
"Toan hongya, Ui-losia, kalian tak perlu sedih, Lo-wantong
sudah dapat firasat dan yakin takkan mampus," demikian
tiba-tiba Ciu Pek-thong buka suara dengan tertawa. "Maka
paling baik kalian curahkan perhatian untuk menyembuhkan si
anak dara Bu siang saja."
Begitulah Lo-wan-tong masih terus berkelakar dengan Ui
Yok-su, tapi terhadap It-teng Taysu ia sangat
menghormatinya, bahkan rada-rada takut, meski lt-teng sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lama menjadi Hwesio, namun sebutan "Toan-hongya" masih
terus dipakainya.
Melihat Lo wan-tong sanggup menahan sakit dan masih
berkelakar, Ui Yok-su dan It-teng menjadi sedikit tega, Hanya
keadaan Liok Bu-siang yang menguatirkan, gadis ini masih tak
sadarkan diri. Thia Eng terus menunggui di tepi ranjangnya
dan diam-diam mengucurkan air mata.
Besok paginya baru terang tanah, diluar kota sudah
terdengar tiupan tanduk disertai genderang yang bertalu2
pasukan Mongol telah mulai menyerang besar-besaran.
Pembesar Siangyang yang resmi, gubemur Lu Bun-hwan
memimpin pasukan menjaga di empat penjuru pintu benteng.
Kwe Cing dan Ui Yong mengawasi dari atas benteng, terlihat
pasukan musuh membanjir datang bagai semut.
Di antara serangan pasukan Mongol beberapa kali ke
Siangyang, persiapan sekali inilah yang paling lihay, Baiknya
Kwe Cing pernah lama tinggal dalam pasukan Mongol di masa
mudanya, sehingga paham siasat apa yang dipakai tentara
Mongol untuk menggempur benteng, segala serangan musuhmusuh
selalu digagalkan, pertarungan sengit itu berlangsung
sampai hari sudah petang, perajurit Mongol tewas lebih 2000
jiwa, tapi dari belakang masih terus membanjir dan
menggempur benteng dengan gagah berani.
Di dalam kota Siangyang kecuali beberapa puluh ribu
perajurit ada pula ratusan ribu penduduk sipil, semua orang
tahu mati-hidup mereka bergantung pada pertahanan kota ini,
maka setiap orang muda2 yang masih kuat, semua
memanggul senjata memenuhi kewajiban pertahanan kota,
sekalipun yang tua, wanita dan anak-2 juga tak mau
ketinggalan dan membantu di garis belakang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka seketika di dalam maupun di luar kota menjadi
gegap-gempita, panah berseliweran di atas udara bagai
belalang terbang.
Kwe Cing sendiri dengan tangan menghunus pedang
memimpin pertahanan kota di atas benteng. Ui Yong berdiri di
sampingnya dan menyaksikan pertempuran yang semakin
sengit itu.
Tiba-tiba terdengar perajurit Mongol di bawah benteng
berseru: "Banswee (Dirgahayu)!Banswe! Ban-banswe!"
Suara itu dari jauh mendekat bagai gelombang ombak
saja, sampai akhirnya beratus ribu perajurit berteriak
berbareng sehingga seakan-akan langit ambruk dan
menggempa bumi, Laiu tertampaklah sebuah.panji besar
berkibar tinggi, beberapa perwira mengiringi seorang dengan
payung kencana, Sesudah dekat, ternyata raja Monko sendiri
yang maju ke garis depan.
Melihat raja mereka datang sendiri, perajurit Moogol
menjadi tambah bersemangat. Ketika panji merah berkibar,
satu pasukan beijumlah 20 ribu orang terus menggempur
pintu benteng utara dengan mati-matian, ini adalah pasukan
cadangan raja Mongol yang terlatih dan paling tangkas, pula
semua perajurit ingin berjasa dihadapan rajanya, maka begitu
tangga bersandar tembok benteng segera bagai semut
berebut naik ke atas.
"MariIah saudara2, hari ini biar raja musuh melihat sendiri
betapa gagah perwiranya rakyat Song kita yang jaya!" teriak
Kwe Cing sambil mengangkat tangannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitu keras suara Kwe Cing hingga perajurit Song
serentak terbangkit semangatnya, semuanya bertempur matimatian
mengenyahkan penjajah.
Mayat perajurit Mongol yang menggempur benteng itu
tampak makin lama makin banyak dan bertambah tinggi
tertumpuk, tapi bala bantuan masih terus membanjir tiada
putus2nya.
Kurir yang selalu berada di samping raja Monko tampak
mondar-mandir meneruskan perintah.
Tatkala itu tiba-tiba terdengar petugas itu berteriak
"Dengarlah para perajurit dan bintara! Titah raja," barang
siapa yang paling dulu menginjak ke atas benteng, siapa
lantas dianugerahi pangkat walikota Siangyang."
Mendengar itu, bersoraklah perajurit Mongol, segera ada
beberapa orang yang tak takut mati terus merangsang ke atas
benteng.
Kurir itu membawa panji merah dan wira-wiri meneruskan
perintah sang raja. Kwe Cing menjadi gusar, ia pentang busur
terus memanah, pesat amat panah itu dan tepat menembus
dada petugas musuh itu hingga terjungkal dari kudanya.
Perajurit Mongol berteriak-teriak lagi, sesaat semangat
mereka sirap, tapi hanya sebentar, kembali sepasukan
cadangan baru tiba pula dibawah benteng.
Dengan tombak panjang di tangan Yalu Ce berlari
kehadapan Kwe Cing dan berkata: "Gakhu, Gakbo (ayah dan
ibu mertua), musuh sukar digempur mundur, biarlah anak
keluar benteng menerjangnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baik, bawalah 3000 perajurit, cuma harus hati-hati" sahut
Kwe Cing.
Cepat Yalu Ce turun dari benteng, tidak lama kemudian,
genderang dipukul riuh sckali, begitu pintu benteng terbuka,
1000 anggota Kay-pang dan 2000 tentara negeri di bawah
pimpinan Yalu Ce dengan tombak dan tameng terus
menerjang ke depan.
Di bagian pintu utara pasukan Mongol sedang
menggempur benteng, ketika mendadak melihat pasukan
Song menerjang keluar, cepat mereka putar tubuh terus lari
mundur, Segera Yalu Ce pimpin pasukannya memburu, tapi
mendadak terdengar tiga kali suara meriam, dua pasukan
MongoI telah mengepung dari kanan kiri hingga 3000 orang
yang dipimpin Yalu Ce terkepung di-tengah-tengah.."
Pasukan Mongol itu berjumlah lebih 20 ribu orang, keruan
tiga ribu orangnya Yalu Ce terkepung rapat, namun mereka
tak gentar, terutama seribu anggota Kay-pang itu semuanya
berilmu silat bagus dan sanggup satu lawan sepuluh, mereka
bertempur dengan mati-matian. sedang sepasukan tentara
Mongol yang lain kembali memasang tangga menggerapah ke
atas benteng lagi.
Melihat sebagian pasukan Mongol sudah tertahan oleh
Yalu Ce, segera Kwe Cing memberi perintah pada kedua
saudara Bu agar membiarkan perajurit Mongol menyerbu
masuk dari gugusan benteng, Sesudah kedua Bu terima
perintah itu dan undakan pasukannya, sekejap saja beratus
dan beribu perajurit Mongol berhasil merangkak sampai di
atas benteng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat itu, Lu Bun hwan menjadi ketakutan hingga
mukanya pucat lesi, badannya gemetar, mulut ternganga.
Namun Kwe Cing tenang-tenang saja, ia biarkan perajurit
Mongol naik kira-kira lima ribu orang, tiba-tiba panji kuning
mengebas, sekonyong-konyong genderang berbunyi, Cu Cu-liu
dan Bu Sam-thong masing-masing memimpin sepasukan
tentara cadangan segera menyerbu keluar dari tempat
sembunyi mereka, seketika saja gugusan benteng yang bobol
tadi tertutup rapat, perajurit Mongol yang lain tak dapat naik
Iagi. sedang lima ribu orang musuh yang berada di dalam
benteng itu terjeblos ke dalam kepungan.
Begitulah, jika di luar benteng pasukan Song terkepung,
sebaliknya di atas benteng pasukan Mongol juga terkurung,
Sedang pertempuran di ketiga pintu benteng yang lain masih
berlangsung dengan sengit luar biasa.
Betapa gagah berani perlawanan pasukan Song itu
sungguh sangat mengagumkan raja Mongol, diam-diam ia
memuji dan insaf salah duga atas kekuatan lawan, sementara
itu sudah tengah malam, sinar bulan purnama, langit bersih,
angin silir2 sejuk, sebaliknya di permukaan bumi saat itu
beratus ribu manusia sedang bertempur mati-matian.
Pertempuran ini berlangsung sejak pagi hingga tengah
malam, kerugian masing-masing pihak sama besarnya.
Pasukan Song menang pada tempat, sebaliknya pasukan
Moogol menang jumlah lebih banyak, Selang agak lama, tibatiba
sepasukan tentara Song menyerang ke tanah bukit sana,
lekas-lekas pasukan pengawal raja Mongol yang berada di
tanah bukit itu melepaskan panah.
Di tempat tinggi raja MongoI dapat melihat jelas dalam
pasukan Song itu ada seorang panglima setengah umur.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bersenjata sepasang tumbak, menunggang seekor kuda besar
sedang terjang ke sana ke mari tak tertahankan meski panah
berhamburan seperti hujan ke arahnya, tapi seluruhnya kena
di tangkis dan disampuk oleh tumbak2nya.
"Orang yang gagah ini, siapakah dia?" tanya Monko pada
bawahannya.
"Lapor Sri Baginda, orang ini Kwe Cing adanya," kata
seorang panglima tua di sampingnya.
"Ai, kiranya dia, benar-benar gagah perkasa, namanya
bukan omong kosong belaka!" puji Monko tak tertahan.
Mendengar raja mereka memuji musuh, ada empat
perwira merasa kurang senang, sekali berte-riak, beramairamai
mereka lantas menerjang maju memapak Kwe Cing.
Akan tetapi betapa tangkas dan besar tenaga sakti Kwe
Cing, mana keempat perwira itu sanggup melawannya, hanya
sekali dua gebrakan saja, keempat perwira itu ber-turut-urut
sudah dibinasakan.
Maka perwira2 Mongol yang laih menjadi jeri, tiada yang
berani pamer lagi di hadapan raja mereka, hanya dari jauh
mereka menghujani panah. Kwe Cing keprak kuda hendak
menerjang ke atas bukit itu, tapi beratus senjata perajurit
musuh rapat menghadangnya, beberapa kali ia berusaha
merangsang maju. tapi selalu terdesak mundur.
Mendadak kudanya terkena panah hingga meringkik terus
roboh. Perajurit2 Mongol bersorak senang terus merubung
maju, Tak terduga mendadak Kwe Cing melompat bangun,
sekali tumbaknya menusuk, ia binasakan seorang bintara
musuh dan mencemplak keatas kuda rampasan ini, dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
putar tumbak dan menghantam dengan tangan dari dekat,
dalam sekejap saja belasan perwira dan perajurit musuh kena
dimatikan pula.
Melihat di antara sekian banyak perajuritnya ternyata tiada
seorangpun yang mampu mendekati Kwe Cing, diam-diam ia
mengerut kening, Tiba-tiba ia memberi perintah: "Barang
siapa bisa membunuh Kwe Cing akan diberi hadiah selaksa
tahil emas dan kenaikan pangkat tiga tingkat sekaligus."
Karena janji yang menarik ini, serentak pasukan Mongol
lantas membanjir maju.
Nampak keadaan rada gawat, pula dirinya tidak mampu
mendekati raja musuh, mendadak Kwe Cing hantam mundur
beberapa pengeroyoknya, lalu mementang busur dan
melepaskan panah ke arah Monko. Begitu pesat anak panah
itu meluncur secepat kilat terus menyamber ke muka raja itu.
Terkejut para pengawal Monko, dua bintara yang berdiri di
sampingnya cepat mengadang di depan junjungan mereka,
maka tidak ampun lagi panah itu menembus bintara yang
pertama, bahkan terus menembus dada bintara yang kedua
yang berdiri dibelakangnya hingga mirip sujen sate.
Metihat betapa hebat serangan panah itu, muka Monko
menjadi pucat, di bawah iring-iringan pengawalnya cepat
mundur ke bawah bukit, Padas saat itulah kembali pasukan
MongoI ber-teriak sepasukan Song menerjang datang pula,
seorang paling depan memutar sepasang gayuh besi sedang
menghantam dan menpepruk dengan hebatnya, kiranya dia
Su-sui Hi-un, si nelayan dari sungai Su itu muridnya It-teng
Taysu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Rupanya Ui Yong menjadi kuatir karena melihat sang
suami seorang diri terkepung musuh, maka Su-sui Hiun
diperintahkan memimpin dua ribu tentara untuk memapaknya.
Dalam pada itu, karena melihat raja mereka mengundurkan
diri, semangat perajurit Mongol rada terguncang, barisan
merekapun kelihatan rada kacau.
Keadaan itu dapat dilihat jelas oleh Ui Yong yang
mengawasi di atas benteng, cepat ia memberi perintah:
"Beramai-ramai kita berteriak bahwa raja Mongol sudah mati!"
Maka gegap gempitalah suara teriakan perajurit Song yang
menyorakkan: "Hura, raja Mongol sudah mati! Raja Mongol
sudah mati!" Bahkan di antara perajurit yang fasih bercakap
bahasa Mongol segera berteriak dalam bahasa itu.
Mendengar teriakan itu, para perajurit Mongol menoleh ke
belakang dan melihat panji kebesaran raja mereka benarbenar
sedang mundur ke belakang, di sekitar panji itu
kelihatan pula kacau-balau, mereka menyangka raja benarbenar
sudah tewas, seketika semangat tempur mereka patah
dan beruntung mundur dengan cepat.
Segera Ui Yong memberi perintah mengejar, pintu
benteng segera terpentang, tiga puluh ribu perajurit cadangan
terus menerjang keluar, tiga ribu orang yang dipimpin Yalu Ce
sudah gugur hampir se-paroh, sisanya kini sekalian ikut
menguber musuh.
Tapi pasukan Mongol, sudah banyak pengalaman
bertempur, meski kalah, formasi mereka tidak buyar, mereka
mundur teratur ke utara, maka pasukan Song juga tidak
berani terlalu mendesak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hanya lima ribu orang Mongol yang menyerbu kedalam
benteng tadi tiada seorangpun yaug tersisa hidup.
Setelah pasukan musuh mundur seluruhnya, sementara itu
hari sudah terang tanah, pertempuran sengit ini bertarung
tidak kurang daripada 12 jam, mayat bergelimpangan
bertumpang tindih, darah menggenang bagai air sungai,
tombak patah, golok putus, panji sobek, semuanya berserakan
memenuhi jalan sepanjang berpuluh Ii.
Dalam pertempuran ini pihak Mongol kehilangan lebih 30
ribu perajurit pilihannya, sedangkan pihak Siangyang gugur
belasan ribu jiwa, Semenjak bangsa Mongol menjajah ke
selatan, pertempuran inilah yang terdahsyat dan paling
banyak menelan korban.
Setelah mengundurkan pasukannya sejauh 40 li, Monko
memerintahkan berkemah. Teringat keadaan berbahaya tadi,
dalam hati masih tak tenteram rasanya.
Tak lama kemudian, adik raja, Kubilai, datang menghadap
dan menyampaikan sembah bakti pada Sri Baginda.
"Adikku," kata Monko pada Kubilai, "mendiang ayah kita
suka memuji akan gagah perwiranya Kwe Cing, setelah aku
menyaksikan sendiri tadi barulah aku benar-benar kagum dan
putus asa pula."
"Kakak Baginda tak perlu kuatir, hamba sudah mempunyai
suatu akal yang pasti akan bikin Kwe Cing menyerah tanpa
berkutik dan Siangyang dengan cepat akan bobol," kata
Kubilai.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Girang sekali Monko, cepat ia tanya apa tipu akal itu.
Kubilai tidak lantas menjawab, ia menoleh kepada
pengawalnya dan berkata: "Silakan Koksu (imam negara)
masuk!" - Nyata datangnya Kubilai disertai Kim-lun Hoat-ong.
Dalam pada itu, sesudah pasukan Siangyang dapat
menggempur mundur musuh, seluruh kota di mana-mana
terdengar suara tangisan yang memilukan, ada ibu bertangis
kehilangan anak, ada isteri menangisi suami, suasana
tenggelam dalam keadaan berduka cita.
Tanpa mengaso segera Ui Yong pergi memeriksa dan
menghibur bawahannya, lalu pergi memeriksa keadaan
lukanya Ciu Pek-thong dan Liok Bu siang, ternyata luka
mereka sudah baikan. malahan Lo-wan-tong sudah tak sabar
lagi rebah di pembaringan, ia sudah keluyuran ke taman.
Melihat muka orang yang kini kelimis, Kwe Cing dan Ui Yong
merasa geli.
Besok paginya, selagi Kwe Cing hendak berunding situasi
militer dengan Lu Bun-hwan. tiba-tiba ada laporan, katanya
ada sepasukan tentara Mongol sekira 10 ribu orang sedang
menuju ke arah pintu benteng utara, Lu Bun-hwan terkejut
bahwa musuh berani datang lagi, Kwe Cing juga segera naik
ke atas benteng untuk memeriksa.
Maka tertampaklah pasukan musuh itu ambil kedudukan di
tempat 3-4 li jauhnya dari kota dan tidak menyerang, Selang
tak lama, beribu tukang telah mendatangkan batu dan
mendirikan cagak terus membangun sebuah panggung yang
tingginya belasan tombak.
Tatkala itu Ui Yok-su, Ui Yong, It teng Taysu dan Cu Cu-liu
juga sudah naik ke atas benteng, demi melihat tentara Mongol
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tiba-tiba mendirikan panggung, mereka menjadi heran dan
bingung.
"Jika panggung itu oleh musuh akan digunakan untuk
mengintai keadaan dalam benteng, tempatnya tidak
seharusnya begitu jauh, apalagi kalau tentara kita
memanahnya dengan api, segera bisa terbakar lalu apa
gunanya?" demikian pendapat Cu liu,
Ui Yong pun tak mengerti akan maksud tujuan musuh itu
meskipun sudah coba menyelami.
Dan sesudah panggung itu berdiri, beberapa ratus serdadu
Mongol dengan kereta2 kuda tampak mengangkut datang
kayu2 bakar terus ditumpuk di sekitar panggung tampaknya
panggung itu seperti hendak dibakar.
Cu-liu semakin heran, katanya: "Apakah musuh hendak
pakai ilmu gaib? Atau hendak bersembahyang?"
"Sudah lama aku tinggal di tengah pasukan Mongol, tapi
selamanya tak pernah melihat cara aneh ini," ujar Kwe Cing.
Tengah bicara, kembali tertampak beribu serdadu Mongol
lagi ayun cangkul dan sekop, sedang menggali sebuah parit
yang lebar dan dalam di sekitar panggung, Tanah yang digali
itu menggunduk melingkari parit itu hingga berwujud seperti
pagar.
"Haha, kota Siangyang adalah bekas kediaman Cukat
Liang di jaman Samkok, tapi bangsa asing ini berani main
kayu di depan rumah nabi, sungguh terlalu menghina bangsa
kita?" demikian jengek Ui Yok-su dengan gusar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu di tengah bunyi genderang ber-turut-urut
datang pula empat pasukan musuh terus melingkari keempat
penjuru panggung tadi dengan macam-macam senjata siap di
tangan, panggung itu menjadi terkurung rapat.
Mendadak terdengar dentuman meriam sekali, suara
genderang lantas berhenti, keadaan sunyi senyap, dari jauh
dua penunggang kuda berlari kebawah panggung itu. Kedua
penunggang itu turun dari kuda terus bergandengan tangan
naik keatas panggung.
Karena jaraknya jauh dari benteng, maka muka kedua
orang itu tak jelas kelihatan, hanya lapat-lapat seperti seorang
pria dan seorang perempuan.
Sedang semua orang ter-hcran2, sekonyong-konyong Ui
Yong menjerit kaget, terus roboh ke belakang dan pingsan.
Lekas semua orang menolongnya siuman dan sama menanya
sebab apakah?"
Dengan wajah pucat Ui Yong berkata dengan suara
gemetar "ltulah Yang-ji, itulah Yang-ji!"
Terkejut semua orang dan saling pandang. "Apakah jelas
kau melihatnya, Kwe-hujin?" tanya Cu liu.
"Meski tidak terang melihat mukanya, tapi menurut
dugaan, pastilah dia," kata Ui Yong. "Musuh tak berhasil
membobol benteng, sekarang ternyata pakai akal keji,
sungguh rendah dan tidak tahu malu."
Mendengar penuturan itu, segera Ui Yok-su dan Cu Cu-Iiu
paham duduknya perkara, merekapun sangat gusar sebaliknya
Kwe Cing masih belum mengerti tanyanya: "Kenapa Yang ji
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bisa berada diatas panggung itu? Tipu keji apa yang akan
dipakai musuh?"
"Cing koko," kata Ui Yong dengan bersemangat, "Tak
beruntung Yang ji jatuh dalam cengkeraman musuh, mereka
sengaja bikin panggung dan taruh Yangji di atasnya sebagai
umpan, tipuannya memaksa kau menyerah jika kau tak
menyerah mereka akan bakar panggung itu agar kita berdua
ngenas dan berduka, hilang semangat dan pikiran kacau,
dengan begitu mereka bisa menggempur lebih leluasa tanpa
perlawanan kita."
"Sebab apa Yang ji jatuh di tangan musuh?" tanya Kwe
Cing terkejut dan gusar.
"Ya, karena kesibukan militer beberapa hari ini, kukuatir
pencarkan perhatianmu maka tidak kuceritakan padamu,"
sahut Ui Yong.
Lalu iapun menceritakan pengalamannya di Coatceng-kok,
di mana Kwe Yang kena digondol Kim lun Hoat-ong.
Mendengar Nyo Ko menghilang dalam jurang, berulangulang
Kwe Cing menanya lebih jelas, betapa perhatiannya
pada Nyo Ko kelihatan sekali pada wajahnya.
Betapa tinggi budi luhur Kwe Cing, tanpa pikirkan puteri
sendiri yang menghadapi bahaya dibakar, tapi tanya dulu
keselamatan Nyo Ko, sungguh bikin semua orang sangat
mengaguminya.
Scsudah selesai mendengarkan penuturan Ui Yong,
dengan mengkerut kening kata Kwe Cing: "Yong-ji, inilah
kesalahanmu mati hidup Ko-ji belum diketahui, kenapa kau
meninggalkannya pergi?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selamanya Kwe Cing sangat menghormat dan cinta
isterinya, tak pernah mencelanya dihadapi orang luar, kini
celaan itu diucapkannya dengan sungguh-sungguh, Ui Yong
menjadi merah mukanya.
"Kwe hujin sudah menyelam ke dalam telaga hingga
hampir beku kedinginan dan keadaan Nyo Ko juga sudah kami
selidiki memang betul-betul tidak berada dijurang itu, pula
nona Kwe jatuh di tangan musuh, maka beramai-ramai kami
mengusulkan mengejar kembali, hal ini tak bisa menyalahkan
Kwe hujin" demikian It teng Taysu menjelaskan
Karena itu, terpaksa Kwe Cing tak berani bilang apa-apa
lagi, hanya dengan gemas ia berkata pula: "Anak dara ini
selalu bikin gara-gara saja, kalau sampai Ko-ji terjadi apa-apa,
hati kita apakah bisa tenteram? Hari ini biarlah dia dibakar
mati musuh saja beres!"
Dengan cemas diam-diam Ui Yong turun dari benteng,
Mendadak pintu benteng dibuka, dengan menunggang kuda
sendirian cepat ia kabur ke utara, Keruan semua orang sangat
terkejut Beruntun-runtun Kwe Cing, Ui Yok-su, It-teng, Cu Culiu
dan lain-nya cemplak kuda menyusulnya.
Setiba di depan panggung tinggi tadi, mereka berhenti
dalam jarak yang tak dicapai panah musuh, maka terlihatlah di
atas panggung berdiam dua orang yang satu berjubah kuning,
ialah Kim-lun Hoat-ong, sedang lainnya adalah gadis remaja
dengan kedua tangannya diikat pada sebuah cagak. Siapa lagi
dia kalau bukan Kwe Yang.
Meski gusar karena anak dara itu suka timbulkan onar,
tapi kasih-sayang ayah, mau-tak-mau Kwe Cing menjadi
kuatir, teriaknya keras-keras: "Yang-ji, jangan kuatir, ayah-ibu
datang buat menolong kau!?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Betapa kuat tenaga dalamnya, suara teriakannya itu
dengan jelas terkirim sampai di atas panggung itu, Waktu itu
Kwe Yang sudah dalam keadaan sadar-tak-sadar terpanggang
sinar matahari yang terik, ketika mendadak mendengar suara
ayah-nya, segera iapun berteriak-teriak. "Ayah, ibu!"
Cuma panggung itu terlalu tinggi, jaraknya juga jauh,
maka suaranya tak terdengar oleh ayah-bundanya.
Sementara itu Kim-lun Hoat ong sedang tertawa terbahakbahak,
katanya lantang: "Kwe-tayhiap, tidaklah sulit jika kau
ingin aku membebaskan puterimu, soalnya tergantung apakah
kau punya keberanian tidak?"
Selamanya Kwe Cing sangat tenang, makin berbahaya
keadaan yang dihadapi, makin tenang pikirannya, kini
mendengar kata-kata Hoat-ong itu, sama sekali ia tidak gusar,
jawabnya: "Ada persoalan apa,-" silakan Hoat-ong
menunjukkan"
"Kalau memang kau mempunyai rasa cinta kasih seorang
ayah terhadap puterinya, segera kau naik panggung sini dan
menyerahkan diri, kita satu tukar satu, puterimu segera
kubebaskan," demikian kata Hoat-ong.
Nyata ia tahu Kwe Cing sangat tinggi budi, tidak nanti
untuk seorang puterinya mau mengorbankan jiwa penduduk
seluruh kota Siangyang, oleh sebab itu ia sengaja keluarkan
kata-kata pancingan supaya Kwe Cing masuk perangkap
sendiri.
Tak terduga Kwe Cing ternyata tak dapat ditipu, jawabnya
lantang: "Jika musuh asing itu tidak takut padaku, kenapa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kalian tawan puteriku? Dan kalau musuh takut padaku, suatu
tanda Kwe Cing bukanlah manusia tak berguna, kenapa mesti
mati tanpa arti?"
"Hm, orang berkata ilmu silat Kwe-tayhiap lihay, gagah
perkasa, tapi nyatanya hanya seorang manusia takut mati dan
tamak hidup," demikian jengek Hoat-ong.
Kata-kata pancingan ini bila dipakai terhadap orang lain
mungkin akan berhasii, tapi Kwe Cing memikul tanggung
jawab atas keselamatan seluruh penduduk kota, ia anggap
sepi saja kata-kata orang dan diganda tersenyum belaka tanpa
menggubris. Tapi Bu Sam-thong dan Su-sui Hi un menjadi
murka, segera mereka hendak menerjang maju, namun Itteng
Taysu keburu mencegah mereka.
"Kwe-tayhiap," terdengar Hoat-ong berseru pula,
"puterimu pintar dan cerdik, sebenarnya aku sangat
menyukainya dan berniat menjadikan dia murid ahliwarisku.
Tapi Hongsiang ada titah, bila kau tidak takluk, segera anak
dara ini akan dibakar di atas panggung ini. jangankan kau
sakit hati atas puterimu yang malang ini, sekalipun aku sendiri
juga merasa sayang, maka harap kau suka memikirkannya
dalam-dalam."
Kwe Cing menjengek tanpa menjawab, ia lihat berpuluh
serdadu musuh sudah siapkan obor disamping tumpukan kayu
bakar di bawah panggung itu, asal sekali Hoat-ong memberi
perintah, segera api akan disulut.
Berpuluh ribu serdadu musuh mengepung panggung
dengan rapat, hanya manusia biasa saja mana mampu
menembusnya? Pula sesudah dekat, kalau api sudah menjilat
panggung itu, cara bagaimana bisa menolong puteri kecil itu?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu Kwe Cing mendongak, ia lihat muka puterinya
pucat lesu, tak tahan hatinya bagai disayat. Cukup lama Kwe
Cing ikut di dalam pasukan Mongol, dahulu ia kenal serdadu
Mongol yang kejam tak kenal ampun, sehari saja tidak segan
membunuh beratus ribu wanita maupun kanak-anak, apalagi
kini hanya Kwe Yang, mirip saja seekor semut yang tak
berarti.
Karena itu, dengan mengertak gigi ia berteriak: "Wahai,
Yang-ji, dengarlah, ayah bundamu berjuang untuk negara dan
bangsa, mati-hidup tidak terpikir. Kau adalah puteri ibu
pertiwi, kau harus berani berkorban dengan gagah perwira,
dan jangan takut. Hari ini bila ayah-ibu tak bisa menolong kau,
kami kelak pasti akan membunuh paderi jahat ini untuk
membalas sakit hatimu. Mengertikah kau?"
Dengan mengembeng air mata Kwe Yang mengangguk
teriaknya dari jauh: "Ya, ayah dan ibu, anak tak gentar!"
"ltulah puteriku sejati!" seru Kwe Cing.
Habis ini, ia tanggalkan gandewa dari pinggangnya, panah
dipasang terus dijebretkan beruntun2 tiga kali, kontan tiga
serdadu musuh yang memegang obor di bawah panggung itu
terjungkal tiga panah itu ternyata menembus dada mereka.
Harus diketahui ilmu memanah dan menunggang kuda
Kwe Cing diperoleh dari ahli panah Caepo yang tersohor di
MongoI waktu Kwe Cing tinggal disana dahulu, ditambah lagi
tenaga dalamnya yang luar biasa kini, serdadu Mongol lantas
berteriak-teriak sambil angkat perisai untuk melindungi tubuh.
"Marilah kembali" kata Kwe Cing kemudian pada
rombongannya terus putar kuda dan kembali ke kota.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setiba di atas benteng lagi, Ui Yong termangu-mangu
memandangi panggung di mana puterinya terikat, pikirannya
kacau tak terlukiskan.
"Yong ji, mari kita pakai barisan 28 bintang untuk
menempur musuh," kata Ui Yok-su tiba-tiba
Ui Yong terkesiap, sahutnya: "Tapi meski menang kalau
musuh lantas bakar panggung itu, lantas apa daya kita?"
"Asal kita bunuh musuh sekuat tenaga, mati-hidup Yang ji
kita serahkan pada takdir," sela Kwe Cing tiba-tiba dengan
bersemangat "Gakhu, mohon tanya, barisan 28 bintang itu
cara bagaimanakah mengaturnya?"
"Perubahan barisan bintang-bintang ini sangat ruwet",
sahut Yok su tertawa "Aku menciptakan barisan 28 bintangbintang
ini, sebab dahulu menyaksikan "Thiankeng-pak-tautin"
kaum Coan cin-kau, tujuanku hendak menandingi imamimam
Coan-cin itu."
"Bagus, dalam hal ilmu pasti dan segala ilmu mujijat
lainnya, Ui-Iosia memang menjagoi seluruh kolong langit,
sekalipun Ong Tiong-yang hidup kembali juga tak lebih unggul
daripadamu, barisan bintang-bintang ciptaanmu ini pasti
sangat hebat," demikian It-teng ikut bersuara.
Yok su tidak lantas menjawab, ia berpikir sejenak, lalu
katanya "Barisanku ini tujuannya melulu untuk bertempur
dengan jumlah beberapa puluh orang jagoan Bu-lim saja,
sebenarnya tak pernah terpikir akan dipakai dalam
pertempuran melawan beratus ribu tentara ini. Tapi kalau
diubah sedikit rasanya masih dapat dilakukan. sayangnya
sekarang kekurangan satu orang dan sepasang rajawali kita."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cobalah memberi penjelasan lebih lanjut," pinta It-teng.
"Kalau kedua rajawali itu tidak dibinasakan paderi keparat
itu, bila barisan kita dikerahkan segera kedua binatang itu
disuruh terbang ke atas panggung untuk menolong Yang-ji,
tapi sekarang hal itu tak mungkin lagi," demikian kata Ui Yok-
Su.
"Tentang barisan 28 bintang ini, hanya menurut
perubahan "pancabuta" (unsur lima macam," api, air, bumi
hawa dan eter) saja, harus dipimpin lima jagoan tinggi, kita
sudah mempunyai empat orang untuk empat jurusan: timur,
selatan, utara, di tengah, tapi barat, Se-tok Auyang Hong
sudah mati dan tiada penggantinya, pula Lo-wan-tong terluka,
jika ada Nyo Ko di sini, orang ini cerdik pandai ilmu silatnya
tidak di bawah mendiang Auyang Hong, tapi kini ke mana
harus mencarinya? pimpinan untuk jurusan barat ini sungguh
membikin aku rada ragu-ragu"
Mendengar nama Nyo Ko disebut, Kwe Cing memandang
jauh ke utara melampaui panggung tinggi musuh itu dan
bergumam: "Ya, mati atau hidup-kah Koji sekarang sungguh
bikin orang sangat berkuatir."
"Ya, sebab apakah Nyo Ko yang katanya bertemu Kwe
Yang didasar jurang, tapi mengapa rombongan Ui Yong tidak
menemukannya? Sebab apa dalam waktu tiada satu hari Nyo
Ko menghilang tanpa bekas?
Kiranya saking berduka dari putus asa karena merasa
takkan berjumpa pula dengan Siao liong-li, maka Nyo Ko telah
terjun kedalam jurang dengan anggapan pasti akan hancur
lebur tubuhnya untuk menghabisi riwayatnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak terduga sampai lama melayang ke bawah, akhirnya
terdengar suara "plung" yang keras, tubuhnya tercemplung
masuk kolam air. Betapa tinggi ia terjun dari atas, dengan
sendirinya daya tekanan itu amat kerasnya, maka ia
tenggelam lurus ke bawah entah berapa dalamnya, mendadak
matanya terbeliak, lapat-lapat seperti dilihatnya ada sebuah
gua air, selagi ia hendak menegasi, daya tolak air kolam yang
keras luar biasa telah mengapungkan tubuhnya ke atas lagi,
pada saat itulah Kwe Yang pun ikut kecemplung ke dalam
kolam.
Karena kejadian aneh yang susul menyusul itu, maka
tanpa pikir Nyo Ko menunggu Kwe Yang mengambang ke atas
air, lalu menyeretnya ke tepi serta menanyai "Adik cilik,
kenapa kau terjatuh ke bawah sini?"
"Melihat kau terjun, aku lantas ikut terjun ke sini," sahut
Kwe Yang.
"Tobat! ampun!" kata Nyo Ko geleng-geleng kepala,
"Apakah kau tak takut mati?".
"Kau tak takut mati, akupun tak takut," sahut Kwe Yang
pula dengan tersenyum.
Hati Nyo Ko jadi tergerak pikirnya diam-diam: "Apakah
mungkin usia semuda ini ternyata sudah mendalam cintanya
padaku?" Berpikir demikian, tanpa merasa kedua tangannya
rada gemetar.
Tiba-tiba Kwe Yang mengeluarkan sebuah jarum emas, ia
angsurkan pada Nyo Ko dan bertanya: "Toakoko, dahulu
waktu kau memberikan tiga jarum padaku, kau bilang setiap
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jarum ini berlaku bagiku mengajukan sesuatu permintaan
padamu dan engkau pasti takkan menolak. Kini aku
memohonpadamu: Tidak peduli apakah Liong-cici dapat
bertemu kembali denganmu atau tidak, janganlah sekali-sekali
kau mencari pikiran pendek."
"Apakah jauh-jauh kau datang dari Siangyang, perlunya
melulu untuk memohon hal ini padaku?" tanya Nyo Ko dengan
suara terputus-putus sambil memandangi jarum emas itu.
"Ya, benar," sahut Kwe Yang penuh girang. "laki-laki sejati
sekali berkata harus dapat dipercaya, apa yang kau pernah
sanggupkan padaku, jangan kau mungkir janji."
Nyo Ko menghela napas panjang sekali. seorang hidup
ingin mati, tapi dari mati kembali hidup melalui suatu proses
tertentu, betapapun tadinya ia berkeras ingin mati, tak
mungkin untuk sekali lagi mencari mati, hal ini adalah
kelaziman manusia tanpa kecuali.
Kini demi dilihatnya sekujur badan Kwe Yang basah kuyup,
kedinginan hingga giginya gemertak saling beradu, tapi rasa
girang pada wajahnya tidak tertutup oleb semua itu, lekas Nyo
Ko mengumpulkan kayu kering hendak menyalakan api, tapi
ketikan api yang mereka bawa sudah ikut basah semua, tak
bisa digunakan lagt, terpaksa ia berkata: "Adik cilik, kau
latihan Lwekang dulu dua kali, supaya hawa dingin tidak
menyerang badanmu hingga menimbulkan sakit."
"Marilah kita berdua berlatih semua," sahut Kwe Yang.
Lalu merekapun duduk berendeng menjalankan darah dan
mengatur napas, Sejak kecil Nyo Ko sudah digembleng tidur di
atas batu kemala dingin di dalam kuburan kuno di Cong-lamsan
itu, maka sedikit hawa dingin ini bukan apa-apa baginya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia ulur tangan memegang punggung Kwe Yang, maka
mengalir hawa hangat melalui "Sin-tong-hiat" dipunggung
anak dara itu dan perlahan-lahan merata ke seluruh tubuhnya.
Tidak lama kemudian, Kwe Yang merasa seluruh badannya
hangat kembali dan lebih segar.
Lalu Nyo Ko tanya untuk apa anak dara itu datang pula ke
Coat-ceng kok. Dengan terus terang Kwe Yang lantas
menceritakan pengalamannya.
Nyo Ko menjadi gusar, katanya: "Kim-Iun Hoat-ong ini
benar-benar jahat, marilah kita cari jalan naik ke atas biar
Kakak ajar dia hingga setengah mati."
Pada saat mereka bicara itulah mendadak dari atas jatuh
seekor burung raksasa ke dalam kolam, itulah rajawali jantan,
keruan Kwe Yang terkejut, lekas-lekas mereka memeriksa
rajawali itu yang ternyata terluka amat parah.
Tak lama, menyusul rajawali betina turun ke bawah dan
membawa yang jantan ke atas, ketika untuk kedua kalinya
turun pula, Nyo Ko dukung Kwe Yang ke atas punggung
binatang itu. ia sangka tentu rajawali itu akan turun pula
untuk menjemputnya, siapa tahu ditunggu hingga lama sekali
masih tiada sesuatu suara.
Sudah tentu tak diketahuinya bahwa saat itu rajawali
betina sudah mati menumbukkan diri pada batu cadas
menyusul rajawali yang jantan.
Menunggu hingga lama dan rajawali betina itu tetap tidak
datang, lalu Nyo Ko memeriksa keadaan sekitar kolam itu,
tiba-tiba dilihatnya di atas pohon-pohon besar berjajar2
beberapa puluh sarang tawon, sarang tawon ini berlipat ganda
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
besarnya daripada sarang tawon biasa, pula tawon2 yang
meng-aum2 berseliweran itu ternyata adalah jenis tawon putih
yang dulu biasa dipiara Siao liong li di kuburan kuno itu.
Tanpa terasa Nyo Ko berseru terkejut dan hingga seketika
terpaku di tempatnya. Selang agak lama barulah ia mendekati
sarang tawon itu, ia lihat di pinggir sarang tawon terpoles
tanah liat, terang buatan manusia, lapat-lapat dikenalinya
sebagai karya Siao-liong-li.
Nyo Ko tenangkan semangatnya, ia pikir: "Jangan-jangan
dahulu ketika Liong-ji terjun ke bawah sini, lalu ia bertempat
tinggal di sini?" - tapi ketika ia periksa sekitarnya, tempat ini
melulu dinding tebing curam bagai di dasar sebuah sumur
saja, di atas penuh kabut putih yang menutupi sinar matahari.
Nyo Ko coba ketok2 dan mencari sesuatu tanda pada
dinding bata itu, tapi tiada sesuatu yang mencurigakan hanya
ada beberapa pohon yang kulitnya seperti pernah dikeletek
orang, pula ada tetumbuhan seperti pernah dicangkok
ketempat lain, sesaat itu rasa suka duka berkecamuk
memenuhi benaknya, hatinya berdebar-debar, kini ia yakin
bahwa Siao liong li pun pernah tinggal di sini, cuma sudah
lewat 16 tahun lamanya, sampai har iini apakah orangnya
masih sehat walafiat, siapa yang tahu?
Biasanya Nyo Ko tidak percaya setan malaikat segala, tapi,
dalam cemasnya ia berlutut dan komat-kamit berdoa: "Thian
yang maha kasih, ber-kahilah aku untuk bertemu sekali lagi
dengan Liong ji."
Setelah berdoa, Nyo Ko mencari lagi sebentar, tapi tetap
tidak ditemukan sesuatu, ia duduk di atas pohon dan berpikir
"Jika Liong-ji sudah mati, seharusnya tertinggal juga kerangka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tulangnya di sini, kecuali kalau tulangnya tenggelam di dalam
kolam."
Berpikir sampai di sini, mendadak ia melompat turun, ia
berkata: "betapapun juga pasti akan kuselidiki sampai
segalanya menjadi jelas, sebelum melihat tulang-belulangnya,
hatiku belum lega."
Segera ia menerjun ke dalam kolam terus menyelinap ke
dasarnya.
Makin dalam makin dingin rasanya di bawah kolam itu,
meski Nyo Ko tidak takut dingin, tapi daya tolak air dibagian
bawah terlalu kuat, walaupun beberapa kali Nyo Ko berusaha
menerjang ke bawah, tapi tetap tak bisa mencapai dasarnya,
sedangkan napasnya sudah makin memburu, terpaksa ia
apungkan diri keatas, setelah merangkul sepotong batu besar,
kembali ia terjun pula ke dalam kolam.
Sekali ini orangnya berikut batunya terus tenggelam
dengan cepat, mendadak pandangannya terbeliak, pikiran Nyo
Ko tergerak, lekas-lekas ia menyelidiki ke arah yang terang,
tiba-tiba terasa pusar air yang menggulung tubuhnya terus
terhanyut dengan ketatnya, ternyata di tempat yang terang itu
memang ada sebuah gua.
Nyo Ko melepaskan batu besar yang dirangkulnya itu,
segera ia menyelam ke gua itu, ternyata gua itu menembus
miring ke atas, cepat Nyo Ko mengapungkan diri mengikuti
lorong gua itu, selang sejenak, tahu-tahu kepalanya sudah
menongol ke permukaan air, sinar matahari menyorot dengan
terangnya, bunga semerbak mewangi, ternyata di situ
terdapat suatu "dunia luar"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ia tidak lantas mendarat, ia melihat sekitarnya
pemandangan menghijau permai, bunga mekar menarik,
tempat itu seperti sebuah taman bunga yang besar, tapi di
sekitarnya tiada suatu bayangan orangpun.
Girang dan kejut Nyo Ko, cepat ia melompat keluar air,
kemudian terlihat olehnya di tempat sejauh beberapa puluh
tombak sana terdapat beberapa buah rumah petak.
Nyo Ko berlari ke sana, tapi mendadak ia berhenti pula,
lalu selangkah demi selangkah ia mendekati rumah-rumah
petak itu, dalam hati ia pikir: "Jika dalam rumah-rumah petak
ini tetap tidak diperoleh beritanya Liong-ji, lalu bagaimana
baiknya?"
Makin dekat dengan rumah-rumah itu, jalannya makin
lambat, dalam hati ia kuatir kalau-kalau harapannya yang
terakhir inipun buyar
"Akhirnya sampai juga di depan rumah petak, waktu ia
dnogarkan sekitarnya, sunyi senyap, tiada suara orang, tiada
berkicaunya burung, hanya suara mendengungnya tawon
yang pelahan.
Dengan tabahkan diri, Nyo Ko lantai menegur beberapa
kali, namun tiada jawaban dari rumah itu, pelahan Nyo Ko
dorong daun pintu rumah, maka terpentanglah pintu itu
dengan mengeluarkan suara kriat-kriut.
Ketika Nyo Ko melangkah masuk, sekilas saja ia pandang
ke dalam, tak tahan lagi sekujur badannya mendadak tergetar
ia lihat panjangnya dalam rumah sangat sederhana, tapi rajin
dan resik luar biasa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di tengah ruangan hanya sebuah meja dua sebuah kursi,
lain tidak. Tapi letak meja kursi itu ternyata sudah sangat
dikenalnya, serupa benar dengan keadaan meja kursi
diruangan batu dalam kuburan kuno.
Tanpa pikir Nyo Ko berjalan membelok ke kanan, betul
saja di sana adalah sebuah kamar, lewat kamar ini ada lagi
sebuah kamar yang lebih "besar" sebagian meja-kursi dan
pembaringan di dalam kamar ini sama saja seperti apa yang
terdapat di kamar tidur Nyo Ko di kuburan kuno dahulu, cuma
perabot rumah di kuburan kuno itu seluruhnya terbuat dari
batu, sedangkan yang di sini terbikin dari kayu.
Sesudah masuk kedalam kamar itu, sambil me-rabai alatalat
perabot kamar itu, air mata Nyo Ko sudah mengembeng,
kini tak dapat ditahan !agi, air matanya meleleh membasahi
pipinya.
Tiba-tiba terasa sebuah tangan yang halus lemas tetesan2
membelai rambutnya, lalu suatu suara lemah lembut telah
menanya padanya: "Ko-ji urusan apakah yang membuat kau
sedih?"
Suara itu, lagunya, cara membelai rambutnya, seluruhnya
mirip benar dengan cara Siao-liong-ii dahulu bila sedang
menghiburnya, Mendadak Nyo Ko membalik tubuh, maka
tertampaklah di depannya berdiri seorang perempuan berbaju
putih, kulit badannya putih bagai salju, mukanya cantik bagai
bunga sedang mekar, siapa lagi dia kalau bukan Siao-liong li
yang dirindukannya siang dan malam selama 16 tahun ini?
Kedua orang saling menjublek sekian saat, lalu sama-sama
berseru pelahan terus saling rangkul. Sungguh-sungguh. atau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mimpikah ini? Benar-benar ataukah khayal? Yang jelas rasa
rindu selama 16 tahun ini seketika itu tak bisa diutarakan
seluruhnya?
Lewat agak lama barulah Nyo Ko berkata: "Liong-ji
wajahmu masih tetap cantik molek, tapi aku sudah tua."
"Tidak, kau tidak tua," sahut Siao liong li dengan
pandangan penuh arti. "Tapi aku punya Ko-ji kini sudah
dewasa,"
Sebenarnya umur Siao-liong-It banyak lebih tua daripada
Nyo Ko, tapi sejak kecil ia sudah berdiam di Ko bong atau
kuburan kuno dan belajar Lwekang dari gurunya, segala cita
rasa dan napsu sudah di hilangnya jauh-jauh, sebaliknya Nyo
Ko sejak kecil sudah kenyang menderita dan banyak berduka,
maka ketika keduanya kawin, wajah mereka tampaknya
sepadan.
Dan setelah menikah hingga berpisah selama 16 tahun,
Nyo Ko merana dan merantau kemana-mana, siksaan batin
itulah yang membikin rambut di kedua pelipisnya sudah mulai
memutih, sebaliknya Siao liong-Ii yang tinggal di tengah
jurang, walaupun tidak kurang derita rindunya, tapi latihan
selama berpuluh tahun di masa kecilnya itu tidaklah percuma,
malahan ia kembali berlatih Lwekang ajaran gurunya dahulu
tidak banyak berpikir dan sedikit urusan, seorang diri tinggal di
dalam jurang rasanya juga tidak begitu sunyi, kini mereka
bersua kembali, Nyo Ko malahan tampaknya lebih tua.
Sudah 16 tahun Siao-liong li tidak berbicara, kini meski
sangat girang hatinya, tapi rasanya menjadi tidak lancar
hendak bercakap-cakap. Tapi bicarapun tidak perlu buat
mereka, hanya saling pandang sambil tersenyum penuh arti,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sampai akhirnya Nyo Ko menarik tangan Siao-Liong li dan
diajaknya keluar.
"Liong ji, alangkah girangku!" kata Nyo Ko kemudian,
mendadak ia jumpalitan beberapa kali bagai anak kecil.
Memang waktu kecilnya Nyo Ko suka berjumpalitan seperti
ini dan Siaoliong-li suka gunakan tangannya untuk mengusap
keringat di jidatnya, kini tanpa terasa iapun keluarkan
saputangan mengusap beberapa kali di jidat Nyo Ko,
walaupun sebenarnya Nyo Ko tidak berkeringat.
Waktu Nyo Ko periksa sapatangan itu, ia lihat terbuat dari
serat kulit pohon yang kasar, karena itu ia dapat
membayangkan betapa menderitanya Siao-liong li hidup
selama 16 tahun di lembah terasing ini, ia menjadi terharu, ia
mem-belai2 rambut Siao-liongli dan bertanya: "Liong-ji,
sungguh menderita sekali kau selama 16 tahun ini."
Siao liong li menghela napas, sahutnya. "jika aku tidak
dibesarkan di kuburan kuno itu, selama 16 tahun ini pasti tak
sanggup bertahan."
Apa yang dikatakan ini memang benar, kalau umpamanya
Nyo Ko yang harus tinggal seorang diri di lembah sunyi ini,
sekalipun tinggi ilmu silatnya tak nanti sanggup hidup sendiri
selama 2-3 tahun.
Harus diketahui sejak kecil Siao liong-li dibesarkan didalam
istana kuburan kuno, meski mula-mula ada Suhu dan Sunpopo
yang merawatnya, dan kemudian berkawankan Nyo Ko,
tapi ia sudah biasa hidup bebas sendirian, sedikit sekali
bersandar pada orang lain.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan karena hidup sepi dalam panjang itulah dapat ia
bertahan melewatkan penghidupan ymg tak mungkin ditahan
oleh orang lain.
Begitu mereka berdua duduk berendeng diatas batu besar
dan saling mengutarakan rasa rindu selama ini...
Dahulu waktu mengetahui Siao liong-li terlalu mendalam
terkena racun dan sukar disembuhkan lagi, Nyo Ko menjadi
putus asa, iapun tidak ingin hidup lagi tanpa Siao liong li,
walaupun ia sendiri jaga terkena racun Coat-hoa atau bunga
cinta, ia sengaja buang separoh obat pil "Coat ceng-tan" yang
bisa menyembuhkan racun yang diidapnya.
Melihat itu, malamnya Siao-liong-li tidak bila tidur, ia pikir
pergi datang, ia tahu kecuali ia sendiri mati dulu untuk
melenyapkan harapan Nyo Ko barulah ada kemungkinan
menyembuhkan racun Ceng-hoa di dalam badannya.
Tapi kalau ia perlihatkan tanda membunuh diri, itu berarti
mempercepat kematian Nyo Ko juga. ia berpikir terus hingga
jauh malam, akhirnya ia mengukir beberapa baris huruf itu
dikarang Toan jong-khe, ia sengaja "menetapkan janji
pertemuan kembali sesudah 16 tahun lagi, habis itu barulah ia
terjun ke dalam jurang untuk membunuh diri.
"Kenapa kau menjanjikan 16 tahun? jika kau berjanji 8
tahun saja, bukankah kita akan bertemu kembali lebih dari 8
tahun?" tanya Nyo Ko gegetun.
"Aku tahu cintamu padaku terlalu mendalam kalau melulu
8 tahun yang singkat itu, pasti takkan padamkan watakmu
yang kesap bagai api," sahut Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ai, siapa nyana meski sudah 16 tahun, akhirnya kau tetap
terjun kemari."
"Ya, itulah tandanya orang lebih baik cinta murni," ujar
Nyo Ko tertawa. "Umpama rasa rindu ku padamu menjadi
dingin, paling banyak aku menangis di atas karang, lalu pergi,
dengan begitu kita menjadi takkan bertemu lagi untuk selamalamanya."
Siao-liong li menghela napas panjang oleh nasib mereka
yang diluar dugaan ini.
Mereka terdiam agak lama, kemudian Nyo Ko tanya pula:
"Dan sesudah kau terjun ke dalam kolam ini, lantas
bagaimana?"
"Dalam keadaan sadar-tak-sadar aku jatuh ke dalam
kolam, ketika mengapung ke atas lantas terbawa oleh pusaran
air masuk gua es itu dan terhanyut sampai di sini, sejak itu
aku lantas hidup sendirian" tutur Siao liong li.
"Di sini tiada burung maupun binatang, tapi di dalam
kolam itu tidak sedikit terdapat ikan, juga buah2an disekitar
sini tidak pernah habis, cuma tiada kain, terpaksa harus
mengupas kulit pohon untuk ditenun menjadi baju."
"Tatkala itu bukankah kau terkena racun "Peng-pek-ginciam"
dan racunnya sudah meresap, di dunia ini tiada obat
yang bisa menyembuhkan lagi, tapi kenapa bisa menjadi baik
di dasar lembah ini?" tanya Nyo Ko.
"Waktu aku sampai di sini, beberapa hari kemudian racun
dalam badan lantas bekerja hebat, seluruh tubuh se akan2
dibakar, kepala sakit hendak pecah, rasanya tidak tahan lagi,
tapi lantas teringat waktu malam pernikahan kita di kuburan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kuno itu kau telah mengajarkan cara duduk diatas ranjang
kemala dingin untuk menjalankan aliran darah secara terbalik,
meski tidak dapat menolak keluar racun, tapi rasa menderita
banyak berkurang," demikian tutur Siao liong-li. "Namun di sini
tiada ranjang kemala dingin, yang ada hanya es beku yang
entah berapa tuanya di dasar kolam air itu, aku, lantas
menyelam kembali ke dasar kolam dan masuk gua es itu, aku
berdiam sebentar di sana.
Kadang-kadang akupun datang ke tepi kolam ketika
terjatuh mula-mula itu, aku menengadah ke atas dengan
harapan bisa memperoleh sedikit kabarmu. Pada suatu hari,
tiba-tiba kulihat beberapa ekor tawan terbang turun
menembus kabut yang menutupi permukaan jurang itu,
terang itulah tawon tinggalan Lowan-tong yang dibawanya
main-main ke Coat-ceng-kok itu, aku menjadi ketarik, segera
aku buatkan sarang dan memeliharanya.
BeIakangan makin banyak tawon yang datang dan setiap
kali aku minum madu tawon yang aku unduh, rasa sakit
badanku lantas banyak berkurang, sungguh tidak nyana kasiat
madu tawon ini ternyata sangat mujarab untuk memunahkan
racun.
Begitulah aku meminum madu tawon dalam jangka
panjang, kumatnya racun dalam badan juga berkurang, mulamula
setiap hari kumat, lalu beberapa hari kumat sekali,
kemudian hingga beberapa bulan sekali, paling akhir selama
5-6 tahun ini, satu kali saja tak pernah kumat lagi, agaknya
sudah sembuh."
"Ah, itulah tandanya orang berhati baik tentu dibalas
baik," ujar Nyo Ko senang. "Coba kalau dahulu kau tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hadiahkan tawon pada Lo-wan-tong dan ia tak membawanya
ke Coat ceng-kok, tentu penyakitmu pun takkan bisa sembuh."
"Dan sesudah sembuh penyakitku..." demikian Siao-liong-li
melanjutkan "aku jadi sangat rindu padamu, tapi sekitar
jurang itu tingginya beratus tombak dan terdiri dari dinding2
tebing yang curam, cara bagaimana bisa naik ke atas? Maka
dengan duri bunga aku menisik enam huruf "Aku berada
didasar Coa ceng-kok" di atas sayap tawon putih itu dengan
harapan sesudah tawon itu terbang ke atas akan diketemukan
orang.
Selama beberapa tahun ini sudah beribu ekor tawon yang
kutisik tulisan di atas sayapnya, tapi tetap tiada kabar berita
yang dibawanya kembali, makin lama aku semakin putus asa,
aku merasa hidup ini takkan bisa melihat kau lagi."
"Ah. akupun terlalu ceroboh, kalau begitu," seru Nyo Ko
mendadak sambil tepuk paha penuh menyesal "Setiap kali
kudatangi Coat ceng-kok, selalu aku melihat tawon putih, tapi
selamanya tak pernah menangkapnya seekor untuk diperiksa."
"Sebenarnya hal itupun timbul dari pikiranku yang sudah
kehabisan akal," sahut Siao-liong-Ii tersenyum, "Padahal siapa
bisa menduga bahwa di atas badan binatang sekecil itu tertisik
tulisan? Begitu lembut tulisan itu, sekalipun beratus tawon itu
terbang lewat di depan matamu juga takkan kau perhatikan.
Harapanku hanya kalau-kalau kebetulan ada seekor tawon itu
masuk jaring lahan2 dan Thian menaruh belas kasihan
sehingga dapat kau lihat serta menolongnya, tatkala itu tentu
tulisan di atas sayapnya akan dapat kau baca."
Ia tidak tahu bahwa tulisan disayap tawon itu akhirnya
dapat diketahui oleh Ciu Pek-teng yang suka main-main piara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tawon itu dan arti tulisan itu kena diterka oleh Ui Yong yang
kecerdasannya melebihi orang biasa.
Begitulah, setelah lama bercakap-cakap, akhirnya menjadi
lapar, Siao liong-li mengajaknya masuk rumah dan
menyuguhkan senampan ikan, ada pula buah2an dan madu
tawon.
Setelah kenyang makan barulah ganti Nyo Ko
menceritakan pengalamannya selama 16 tahun ini. Siao-liongli
sendiri biasanya tidak banyak menghiraukan soal2
keduniawian, yang diharap asal dia dapat bertemu kembali
dengan Nyo Ko dan rasanya sudah puas, maka sekalipun
cerita Nyo Ko itu kadang-kadang mengenai kejadian aneh dan
hal-hal lain yang mendebarkan hati, paling-paling Siao-liong li
hanya tersenyum saja, cerita2 itu bagai angin lalu saja di-tepi
telinganya. sebaliknya Nyo Ko terus menerus bertanya tentang
segala sesuatu selama Siao-liong-li tinggal di dasar jurang ini.
Sepanjang malam mereka pasang omong hingga hari
sudah hampir pagi barulah mereka tidur.
Waktu mendusin, hari sudah lewat lohor, kata Nyo Ko:
"Liong ji, kita akan hidup sempai tua di sini atau berdaya
kembali kedunia fana di atas sana!"
Menurut pendapat Siao-liong-li, ia lebih suka hidup aman
tenteram dengan Nyo Ko di jurang ini, tapi Nyo Ko suka
keramaian, betapapun cintanya pada Siao-liong-li, tetap tak
biasa hidup sunyi terpencil.
Maka kata Nyo Ko pula: "Lebih baik kita berusaha naik
saja, kalau di atas sana tidak menyenangkan nanti kita
kembali ke sini lagi, cuma... cuma untuk naik ke atas kiranya
sangatlah sulit,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ia menyelam lagi ke tepi kolam melalui gua es itu, maka
tertampaklah dari atas menjulur seutas tambang yang sangat
panjang, di tepi kolam terdapat bekas-bekas kaki orang,
malahan ada segunduk api unggun yang apinya masih belum
sirap sama sekali"
"Ah, ada orang datang mencari kita, malahan sudah
menyelam ke dalam kolam," kata Nyo Ko.
Ia mengitari tepi kolam itu, tiba-tiba dilihatnya ada batang
pohon besar terdapat ukiran dua baris tulisan yang berbunyi:
It-teng, Pek-thong, Eng Koh, Yong, Eng, Bu - siang, ke sini
mencari Nyo Ko tidak ketemu dan pulang dengan masgul."
Nyo Ko menjadi sangat terharu, katanya: "Mereka ternyata
tak pernah melupakan diriku!"
"Ya siapapun tiada yang lupa padamu," ujar Siao-liong-Ii
"Mereka telah melorot ke bawah sini dengan tambang
panjang ini, meski sudah menyelam, tapi karena tidak
melompat dari tempat setinggi ratusan tombak, daya
tenggelamnya tidak dalam, maka gua es itu tak mereka lihat,"
kata Nyo Ko. "Coba, kalau akupun turun dengan memakai
tambang, tentu takkan dapat menemukan kau."
"Ya, makanya aku bilang segala apa memang sudah
takdir," sahut Siau-liong-li.
"Tidak, ini namanya di mana ada kemauan, batupun akan
luluh karenanya," kala Nyo Ko.
Lalu ia mencoba tarik tambang itu dan ternyata sangat
kuat, maka katanya pula: "Biar aku naik dulu, entah Kimlun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hoat-ong itu di atas tidak, Tapi kalau It-teng Tay-su dan Lowan-
tong sudah kesitu agaknya Hoat-ong sudah kabur pergi."
Habis ini ia bertanya lagi: "Liong-ji, ilmu silatmu telantar
tidak? jika tak dapat kau memanjat, biar kupanggul kau."
"Meski selama 16 tahun tiada kemajuan, tapi apa yang
dulu kupelajari rasanya masih tetap," sahut Siao-liong li.
Nyo Ko berpaling sambil tertawa, lalu ia pegang tambang
panjang itu, sedikit ia gunakan tenaga, cepat ia melompat ke
atas lebih setombak tingginya. Meski lenganya tinggal sebelah,
tapi dibantu kedua kakinya, tidak lama ia sudah panjat sampai
di-atas jurang, Menyusut Siao-liong li pun merambat naik
dengan tali tambang itu.
Kedua orang berdiri sejajar di depan karang Toan jongkhe,
sambil memandangi dua baris tuIisan-yang diukir Siaoliong-
Ii dahulu didinding batu itu, sungguh mereka merasa
seperti baru hidup kembali.
Mereka tertawa saling pandang, betapa suka ria hati
mereka saat itu, rasa penderitaan selama 16 tahun ini sudah
buyar seluruhnya bagai asap ter-tiup angin.
Nyo Ko memetik setangkai bunga merah "Liong-li-hoa"
dan disuntingkan pada sanggulnya, bunga merah di atas kulit
badan yang putih, seketika sukar diketahui apakah bunga
merah itu yang menambah kecantikan orangnya atau wajah
orang yang cantik itu yang menambah keindahan bunganya?
* * *
Kembali berceritera tentang Kim lun Hoat-ong yang
membangun sebuah panggung tinggi diluar kota Siangyang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan hendak membakar Kwe Yang untuk memaksa Kwe Cing
takluk pada pihak Mongol dan Ui Yok-su bilang akan mengatur
suatu "barisan 28 bintang-bintang untuk menempur musuh.
Bagaimana nasib Kwe Yang yang terancam dibakar itu?
Cara bagaimana Ui Yok-su mengatur siasatnya dan apakah
Nyo Ko dan Siao-liong li akan datang membantu mereka?
(Bacalah jilid ke - 60 tamat)
Jilid 60
Kwe Cing telah melaporkan hal itu pada gubernur militer
kota Lu Bun-hwan agar memberi mandat, supaya Ui Yok su
dapat mengatur siasat dan membagi tugas pada para perwira
dan prajurit.
Tatkala itu para ksatria yang hadir sudah bubar sebagian
besar, yang masih tinggal di situ seluruhnya adalah pahlawanlawan
yang berjiwa patriot, maka semuanya berkumpul di
lapangan militer menunggu perintah.
"Mereka mengerahkan 40 ribu orang untuk mengepung
panggung, kalau kita pakai orang yang banyak, jika kita
menang rasanya juga tidak mengherankan ," kata Ui Yok-su,
"Maka kitapun hanya perlu 40 ribu orang, menurut Sun Cu,
yang penting mahir mengatur, satu lawan satu, apa
susahnya?"
Maka Ui Yok-su lantas naik ke atas podium panglima,
katanya pula: "Barisan bintang-bintang kita ini seluruhnya
terbagi dalam lima kesatuan menurut hitungan pancabuta."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Habis ini, segera ia kumpulkan semua komandan
pasukan, ia memberi petunjuk dan penjelasan seperlunya,
katanya lagi: "Perubahan2 kita yang sangat ruwet ini seketika
sukar dipahami, tapi pertempuran hari ini harus dipimpin oleh
lima tokoh silat terkemuka yang paham perobahan pancabuta,
komandan pasukan harus menurut petunjuk kelima pemimpin
dan menjalankan perintahnya."
Maka pergilah para komandan pasukan itu dengan
menerima perintah itu.
Lalu Ui Yok-su mulai membagi tugas, katanya: "Kesatuan
tengah tergolong bumi, dipimpin oleh Kwe Cing dengan
jumlah prajurit delapan ribu orang, pasukan ini harus
mengarah bagian tengah musuh, tujuannya menolong Kwe
Yang, tidak perlu harus menghancurkan musuh. Setiap prajurit
membawa kantong pasir, begitu menyerbu sampai di bawah
panggung, segera gunakan pasir untuk menyirapkan api yang
berkobar untuk menolong anak dara di atas panggung itu."
Kwe Cing terima tugas itu dan berdiri ke samping.
"Dan kesatuan jurusan selatan tergelong api," demikiin Ui
Yok-su melanjutkan "Harap It-teng Taysu yang memimpin
delapan ribu orang. pasukan ini yang seribu orang melindungi
pimpinan, tujuh ribu orang lainnya terbagi menjadi tujuh regu,
masing-masing dipimpin oleh Cu Culiu, Bu Sam-thong, Su-sui
Hi-un, Bu Tun-si dan Bu Siu-bun serta kedua isteri mereka,
Yalu Yan dan Wanyen Peng."
It-teng Taysu dan Cu Cu-liu cs. juga menerima perintah itu
dan pergi mengatur tentaranya masing-masing.
Lalu kata Ui Yok-su pula: "Barisan utara tergolong air, di
bawah pimpinan Ui Yong dengan delapan ribu orang, seribu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
diantaranya mengawal pimpinan, tujuh ribu orang lainnya
terbagi di bawah Yalu Ce, Nio Tianglo, Kwe Hu dan para
Tianglo lain dari Kay-pang."
Ui Yong pun menerima perintah itu dengan baik, Kesatuan
ini terdiri dari anak murid Kaypang sebagai kekuatan inti,
rata2 orangnya berkepandaian tinggi.
Sesudah membagi ketiga kesatuan tadi, kemudian Ui Yoksu
meneruskan "Dan jurusan timur tergolong hawa, kesatuan
ini biar aku Tang-sia Ui Yok-su sendiri yang memimpinnya,
jumlah orangnya juga delapan ribu."
Semua orang pikir, jurusan timur dipimpin Tang sia, Lamte
mengepalai selatan, sedang anak murid Pak-kay menduduki
utara. Kwe Cing adalah panglima pusat, memangnya dia juga
murid keturunan Ong Tiong-yang, cara mengatur Ui Yok su itu
memang tepat. Tapi masih ada jurusan barat, gerangan
siapakah yang akan mengepalai jurusan ini?
Sementara terdengar Ui Yok-su berkata pula:
"Dan jurusan barat akan dipimpin oleh pejabat ketua
Coan-cin-kau, Li Ci-siang."
Mendengar ini, semua orang merasa baik soal kepandaian
maupun tenarnya nama, pimpinan jurusan ini jauh lebih lemah
daripada yang lain-lain.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar seorang ber-teriak:
"Hai, Ui-Iosia, kenapa kau jadi lupa padaku?"
Waktu dipandang, kiranya yang bersuara itu adalah Lowan-
tong Ciu Pek-thong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ciu-heng," sahut Yok-su, lukamu belum sembuh, belum
dapat bekerja berat, sebenarnya jurusan barat ini harus kau
pimpin, tapi..."
"Ah, hanya luka kecil saja, kenapa dipikirkan?" sahut Pek
thong cepat "Biarlah aku memimpin jurusan barat itu saja,
He,Ci-siang, apa kau berani berebut dengan aku?"
"Tecu tak berani," sthut Li Ci-siang sambil memberi
hormat.
"Emangnya aku sudah tahu kau takkan berani" ujar Pekthong
tertawa. Habis itu segera ia ambil panah tanda tugas
dari tangan Li Ci-siang.
Terpaksa kata Ui Yok-su kemudian: "jika begitu, hendaklah
Ciu heng suka ber hati-hati Kaupun memimpm delapan ribu
orang, seribu di antaranya harap Eng Koh suka memimpinnya
untuk mengawal kau, tujuh regu lain biar dipimpin masingmasing
oleh Li Ci-siang dan anak murid Coan cin kau yang
lain."
Habis membagi tugas, lalu Ui Yok-su memerintahkan
semua prajurit menerima perlengkapan seperlunya ke gudang,
bila kemudian bendera kebesarannya memberi tanda, 40 ribu
orang terbagi dalam 5 jurusan timur, barat, utara selatan dan
tengah.
Dengan suara lantang ia memberi petuah agar parajurit2
itu bertempur mati-matian menghancurkan musuh. Segera
anjuran itu disambut dengan sorak-sorai yang bergemuruh
penuh semangat Ketika meriam berdentum tiga kali, empat
pintu benteng terbuka, lima pasukan itu lantas keluar
berbareng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Perubahan barisan bintang-bintang ini ternyata aneh
sekali, pasukan timur itu setiap orangnya menggendong
sepotong kayu cagak yang panjang, ketika sudah menyerbu
mendekati sebelah timur panggung, seribu perajuritnya lantas
gunakan perisai untuk menahan panah musuh, sedang tujuh
ribu orang lainnya segera gunakan cagak kayu dan dipasang
disitu menurut petunjuk Ui Yok-su yang telah mengaturnya
menurut perhitungan Pat-kwa dan pancabuta, maka sekejap
saja bagian timur panggung itu sudah tertutup.
Pasukan jurusan barat berinti anak murid Coancin-kau,
para Tosu itu memang sudah paham barisan bintang-bintang,
maka terlihatlah sinar pedang gemerlapan hingga terpaksa
perajurit MongoI menghamburkan panah untuk mencegah
lajunya.
Mendadak terdengar suara teriakan bergemuruh di bagian
utara, itulah Ui Yong yang memimpin anak murid Kaypang
dengan membawa banyak sekali pipa air terus semprotkan air
berbisa ke tubuh perajurit musuh.
Racun air yang disemprotkan itu ternyata sangat jahat,
seketika sangat sakit tubuh yang terkena, sebentarpun
melepuh dan bernanah, karena tak tahan, perajurit Mongol lari
tunggang langgang mundur ke selatan.
Tapi tiba-tiba terlibat bagian selatan asap mengepul tinggi
Kiranya It-teng Taysu bersama delapan ribu anak buahnya
telah melakukan serangan dengan api, menggunakan
sebangsa belerang dan bahan lain yang mudah terbakar, api
menyembur terus dari bumbung besi yang khusus mereka
bawa.
Melihat gelagat jelek, segera perajurit Mongol mundur ke
bagian tengah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun Kwe Cing sudah siap, ia pimpin delapan ribu
orangnya dan maju pelahan, ketika dilihatnya keadaan
pasukan musuh kacau, segera ia mengerahkan pasukannya
menerjang ke tengah menuju ke panggung.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar disamping panggung
itu suara tiupan tanduk, sekali berteriak dari dalam parit yang
sengaja digali itu menongol keluar berpuluh ribu topi baja.
Kiranya pimpinan pihak Mongol juga pandai mengatur
siasat, kecuali di sekitar panggung jelas kelihatan 40 ribu
orang, tapi di dalam tanah galian itu bersembunyi lagi
beberapa puluh ribu perajurit Iain.
Dari jauh Kwe Cing menyangka itu hanya parit biasa yang
digali musuh, siapa tahu justru di situlah tersembunyi
kekuatan cadangan musuh.
Karena itulah, terdesaknya pasukan Mongol tadi segera
berubah, meski barisan bintang-bintang itu dapat menerjang
kacau pasukan musuh, tapi kalau hendak membasminya jelas
tak bisa lagi.
Maka terdengarlah genderang dipukul dengan kerasnya,
pasukan Song dan Mongol telah saling tempur, pasukan
penjaga disamping panggung lantas menghamburkan panah
hingga beberapa kali Kwe Cing terpaksa harus mundur
kembali.
Setelah hampir sejam kedua pihak bertempur dengan
sengitnya, mendadak Ui Yok-su mengibarkan bendera hijau,
sekonyong-konyong pasukan sebelah timur berganti
menyerang keselatan, pasukan barat menggempur ke utara,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
karena perubahan barisan ini, kembali pasukan musuh
menjadi kacau lagi.
Meski perajurit Song hanya 40 ribu orang, tapi pertama
karena barisan bintang-bintang ini sangat hebat, kedua
dipimpin oleh jago-jago silat terkemuka pada jaman ini,
ketiga, setiap perajurit Song merasa berterima kasih pada Kwe
Cing suami-isteri, mereka bertekad akan menolong puteri
kesayangannya. Oleh sebab itulah meski jumlah orang Mongol
berlipat ganda namun tidak sanggup menahannya.
Sesudah berlangsung agak lama, mendadak Ui Yok-su
bersiul panjang dan keras, bendera isyarat mengebas
beberapa kali, pasukan berpanji hijau mundur ke tengah,
pasukan panji merah menuju ke sebelah barat, pasukan panji
kuning berganti ke utara, panji putih menggempur bagian
timur, panji hitam mengarah ke slatan, kembali barisan
berubah lagi.
Dari atas panggung Kim-lun Hoat-ong dapat menyaksikan
pertempuran hebat di bawah panggung itu, dalam hati diamdiam
ia terperanjat sekali, Pikirnya: "Sungguh tidak nyana di
daerah Tionggoan ternyata terdapat orang kosen seperti ini,
sejak kini tak berani lagi aku memandang sepele orang
Tionggoan."
Sementara itu dilihatnya perajurit2 Mongol yang mati atau
luka makin lama makin banyak, pasukan panji kuning terus
mendesak ke panggung itu, walaupun ia gunakan Kwe Yang
sebagai sandera, tapi toh tidak tega benar-benar
membakarnya, ia menoleh dan memandang anak dara itu, ia
lihat meski kedua kaki dan tangan terikat, tapi kepala anak
dara mendongak, sikapnya gagah tak gentar sedikitpun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kwe Yang cilik," seru Hoat-ong, "lekas kau minta ayahmu
menyerah, aku akan menghitung dari satu sampai sepuluh,
jika ayahmu tidak takluk, segera aku memberi perintah
membakarmu."
"Apa kehendakmu boleh sesukamu. jangankan satu
sampai sepuluh, kau boleh menghitung satu sampai seribu
atau sejuta juga aku tak peduli," sahut Kwe Yang dingin.
"Hm, apa kau kira aku tak berani membakar kau?" Hoat
ong menjadi gusar.
"Haha, sungguh kasihan kau ini," jengek Kwe Yang tibatiba.
"Kasihan apa kau bilang?" bentak Hoat ong.
"Ya,kasihan. Sebab kau tak sanggup melawan ayahku, tak
sanggup menandingi Gwakongku Ui-losia, tak lebih unggul
dari pada Itteng Taysu, tak berani pada Toakokoku Nyo Ko,
paling-paling kau hanya mampu meringkus aku disini,"
demikian Kwe Yang mengolok-olok.
"Caramu ini, biarpun seorang perajurit Siangyang kami
juga tidak sudi melakukan ini Hoat-ong,aku justeru ingin
menasehatkan kau."
"Apa? Nasihat?" seru Hoat-ong sengit
"Ya," sahut Kwe Yang. "Manusia hidup seperti kau ini apa
artinya? Ada lebih baik kau terjun ke bawah panggung dan
membunuh diri saja!"
Kwe Yang tidak pikirkan mati-hidupnya lagi, sejak kecil
memang tajam kata-katanya, selamanya tak pernah kalah adu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
muIut, keruan kini Hoat-ong kewalahan saking gusarnya
serasa dadanya akan meledak.
"Wahai, dengarlah Kwe Cing!" segera ia berteriak keraskeras.
"Aku akan menghitung dari satu sampai sepuluh, apabila
kau masih belum mau takluk, segera ku perintahkan
membakar panggung ini."
"Boleh kau lihat apakah aku Kwe Cing manusia yang suka
takluk atau bukan?" sahut Kwe Cing.
"Wahai, Kim lun Hoat-ong!" tiba-tiba Ui Yok-su
menyambung.
"Kau salah menaksir musuh, inilah ketidak pintaranmu,
Kau menghina seorang dara cilik, ini namanya tidak berbudi."
"Kau tak berani bergebrak terang-terangan dengan kami
untuk menentukan menang atau kalah, ini namanya tidak
berani."
"Manusia yang tidak pintar, tidak berbudi, tiada keberanian
tapi masih berani kau bicara tentang pahlawan dan ksatria
segala? Kau tertangkap oleh kami di Coat ceng-kok. untuk
menyelamatkan jiwamu kau telah menyembah "ping-pitulikur"
(27-kali) kepada Kwe Yang cilik, kemudian kau di-ampuninya.
Haha, manusia takut mati dan tamak hidup semacam kau ini
ternyata masih ada muka untuk menjadi Koksu (iman negara
MongoI) segala?"
Sebenarnya tentang menyembah minta ampun kepada
Kwe Yang segala tiada pernah terjadi, tapi Ui Yok-su sengaja
gembar-gembor di hadapan umum, di depan pasukan MongoI,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
agar Hoat-ong serba salah, hendak mendebat, sulit, tidak
mendebat, juga salah.
Bangsa Mongol justru paling menghormati orang gagah
berani dan pandang hina pada manusia pengecut, kini
mendengar gemboran Ui Yok-su itu tanpa terasa banyak yang
menengadah ke atas panggung dengan pandangan hina.
Ui Yok-su sudah berpikir panjang, sebelum berangkat ia
sudah minta Ui Yong menterjemahkan kata-kata untuk
mengolok-olok Hoat-ong ini ke-dalam bahasa Mongol. Kini
digemborkaanya dihadapan berpuluh ribu perajurit yang
sedang bertempur itu sehingga terdengar jelas.
Dan karena mendengar pemimpin dipihak sendiri adalah
manusia rendah dan hina, tanpa terasa pasukan Mongol
menjadi kurang semangat, sebaliknya perajurit Song semakin
gagah menyerbu musuh.
Melihat gelagat jelek, Kim-Iun Hoat-ong yang berada di
atas panggung itu segera berteriak lagi: "Wahai, Kwc Cing,
dengar kau, aku akan menghitung dari satu sampai sepuluh,
apabila kata-kata "sepuluh" terucapkan, puteri kesayanganmu
segera akan terbakar menjabi arang. Nah, satu., . . .. dua. . .
...tiga.... empat... lima..."
"Begitulah setiap kata-kata diucapkan ia sengaja berhenti
sejenak dengan harapan Kwe Cing yang tak tahan oleh
desakan itu akan menyerah atau sedikitnya juga akan patah
semangat, lalu tak berani bertempur lagi.
Dilain pihak, Kwe Cing, Ui Yok-su, It-teng Taysu, Ui Yong,
dan Ciu Pek-tong yang memimpin lima pasukan, ketika
mendengar Hoat ong mulai menghitung, sedangkan di bawah
panggung beratus serdadu Mongol sudah mengangkat obor
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mereka tinggal menunggu komando. bila tanda diberikan
segera panggung itu akan dibakar
Karena itu Kwe Cing dan lain-lain menjadi kuatir dan
gusar, mati-matian mereka menerjang ke depan panggung
buat menolong Kwe Yang.
Tapi barisan pemanah bangsa Mongol yang terkenal
tangkas itu sudah siap, di bawah hujan panah itu segera
terlihat Su-sui Hi-un, Nio tianglo, Bu Siu-bun cs, terluka panah
semua, malahan ada beberapa anak murid Kay pang dan
Coan-cin-kau yang gugur.
Sebelumnya Ui Yong sudah suruh Kwe Hu meminjamkan
"Nui-wi-ka" atau kutang berduri landak kepada kakeknya, Ui
Yok-su, sebab pertempuran ini berbahaya luar biasa, apabila
karena ingin menolong Kwe Yang, tapi jiwa ayahnya harus
berkorban atau terluka, hal ini benar-benar akan membuat Ui
Yong menyesal selama hidup.
Karena maksud baik sang puteri itu sukar di tolak,
terpaksa Ui Yok-su menerimanya, tapi diam-diam ia pinjamkan
baju pusaka itu kepada Ciu Pek-thong. Sebab itulah meski luka
Pek-thong belum sembuh, tapi ia sudah berani terobosan kian
kemari di bawah hujan panah dan senjata musuh tanpa luka.
Malahan ketika melihat panah musuh yang mengenai
tubuhnya jatuh semua, hati si tua nakal itu menjadi riang,
terus saja ia menyerbu maju, di mana tangannya tiba, di
situlah segera musuh menggeletak.
Sementara itu terdengar Hoat-ong sudah menghitung
sampai . . . . delapan. . . . . sembilan. sepuluh! Baik,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bakarlah!" Dan sekejap saja asap lantas ber-guIung2, api
berkobar dengan hebat.
Walaupun sebenarnya delapan ribu perajurit panji kuning
semuanya membawa kantong pasir, tapi karena tak sanggup
menyerbu sampai di dekat panggung, terpaksa mereka tiada
bisa berbuat apa-apa.
Pikiran Ui Yong menjadi butek ketika dilihatnya api
menjilat dengan hebatnya, mukanya pucat dan orangnya
sempoyongan. Lekas Yalu Ce memayang ibu mertua itu dan
katanya: "Hendaklah Gakbo mengaso dulu ke garis belakang,
sekalipun jiwaku harus berkorban, Yang-moay pasti akan
kutolong.
Pada saat itulah sekonyong-konyong terdengar suara
teriakan gemuruh hebat memecah bumi, dari garis belakang
pasukan MongoI mendadak menyerbu tiba dua pasukan
berkuda dan langsung menggempuf benteng kota Siangyang.
Terdengarlah teriakan "Ban swe, Banswe!" yang hirukpikuk,
panji kebesaran raja Mongol, Monko, tertampak di
angkat tinggi2 dan cepat sekali sudah sampai di bawah
benteng Siangyang, di bawah pimpinan sang raja mereka,
pasukan Moagol itu bertambah semangat menggempur
benteng.
Di lain pihak, tatkala itu Kwe Cing dengan satu tangan
membawa perisai dan tangan lain bertombak, sebenarnya
tinggal ratusan tindak dari panggung, betapapun barisan
pemanah menghujam panah tetap tak bisa melukainya.
Tampaknya sebentar lagi ia pasti dapat melompat ke atas
panggung, tiba-tiba di dengarnya di bagian belakangnya
keadaan menjadi kacau, ia terkejut, pikirnya: "Celaka,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terperangkap oleh tipu musuh "memancing harimau
tinggalkan gunung". Sedangkan gubernur kota lemah dan
penakut walaupun kekuatan tentara cukup, tapi tiada
pimpinan, mungkin urusan bisa runyam."
Sebenarnya ke-40 ribu tentara dari barisan bintangbintang
ini kuat menandingi beratus ribu patukan Mongol
melawan dengan gigihnya, sedangkan raja Mangol tanpa
pikirkan. pertempuran besar yang sedang berlangsung itu
terus memimpin sendiri pasukan lain untuk menggempur
benteng Siangyang.
Tiba-tiba Kwe Cing berganti pikiran, ia membatin. "Urusan
anak soal kecil, pertahanan kota lebih penting! Karena itu,
segera ia berteriak: "Gakhu, kita jangan urus anak Yang gagal
lagi, lekas kembali menggempur bagian belakang musuh!"
Waktu Ui Yok-su memandang, ia lihat api berkobar-kobar
tambah hebat, Hoat-ong lagi turun setindak demi setindak dari
tangga panggung itu. Kini di atas panggang melulu tinggal
Kwe Yang saja yang teringkus. Sudah, tentu Ui Yok-su juga
bisa berpikir, ia mengerti seorang Kwe Yang tidak dapat
dibandingkan dengan hancur atau selamatnya kota Siangyang.
Karena itu, ia menghela napas panjang dari berkata:
"Sudahlah, Lalu ia kibarkan panji hijau dan menarik
pasukannya kembali ke selatan.
Kwe Yang yang teringkus di atas panggung itu
menyaksikan ayah-bunda dan Gwakongnya tak berdaya
menolongnya, sedangkan atap tebal dan api menganga
membakar dengan hebatnya mengitari panggung, ia tahu,
sebentar lagi dirinya bakal terbakar mati.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mula-mula iapun takut sekali, tapi akhirnya ia menjadi
tenang malah, ia memandangi jauh ke depan, ia pikir:
"Sebentar lagi aku akan mati, tapi entah saat ini Toakoko
berada di mana, apakah sudah naik kembali dari jurang itu?"
Begitulah, memandangi lereng2 gunung yang jauh itu, ia
menjadi terkenang pada waktu berkumpul dengan Nyo Ko
walaupun hanya beberapa hari saja, Meski selanjutnya tiada
harapan buat bertemu pula, tapi rasanya sudah puas hidup ini.
Pada saat itulah, tiba-tiba terdengar sesuatu suara nyaring
yang sayup-sayup terbawa angin, begitu tajam suara itu
hingga suara gemuruh pertempuran beratus ribu perajurit itu
seakan2 tenggelam di bawah pengaruh suara itu.
Terkesiap hati Kwe Yang, Suara itu mirip benar dengan
suara siulan Nyo Ko tatkala dulu menggetarkan kawanan
binatang-binatang buas. Waktu ia menoleh ke arah datangnya
suara itu, ia lihat pasukan MongoI di arah barat-laut itu
tunggang-langgang tersiak minggir ke dua samping hingga
terbelah menjadi satu jalan, dua orang tampak sedang datang
dengan cepat bagai bahtera laju didorong angin buritan, di
depan kedua orang itu sebagai pembuka jalan adalah seekor
burung raksasa, kedua sayapnya terpentang menyabet ke
kanan dan ke kiri hingga panah yang menghujam terpental
pergi semua.
Burung raksasa ini tangkas dan ganas luar biasa, nyata
itulah Sin-tiau atau rajawali sakti kawan Nyo-Ko itu, betapa
kuat kedua sayapnya ternyata tiada satupun panah yang bisa
melukainya.
Girang luar biasa Kwe Yang, waktu ia mengawasi kedua
orang yang datang itu satu berkopiah hijau berbaju kuning,
siapa lagi kalau bukan Nyo Ko dan di sebelahnya seorang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
wanita cantik berbaju putih mulus, Keduanya sama-sama
menggunakan pedang yang diputar kencang sambil menyusul
di belakang Sin-tiau terus menerjang ke arah panggung.
"Toakoko, apakah wanita inilah Siao-liong-li?" demikian
saking ingin tahu Kwe Yang lantas berteriak menanyakan.
Memang tidak salah wanita di samping Nyo Ko itu adalah
Siao-liong-li, cuma jaraknya terlalu jauh, maka teriakan Kwe
Yang itu tidak terdengar oleh Nyo Ko.
Begitulah dengan tangkas si rajawali sakti menyampuk
semua anak panah yang berhamburan, bila ada pcrajurit atau
perwira Mongol yang berani merintangi, segera Nyo Ko dan
Siao-liong-li menggulingkan mereka dengan pedang.
Dengan saling melindungi, tidak antara lama mereka
sudah menerjang sampai di depan panggung itu.
"Jangan kuatir, adik cilik, aku datang menolong kau!" seru
Nyo Ko.
Sementara itu sebagian tangga panggung itu sudah
terbakar, tapi sekali enjot, Nyo Ko melompat ke undukan
tangga bagian tengah terus memanjat ke atas.
Pada saat itulah mendadak dari atas angin pukulan yang
maha dahsyat telah menghantamnya, nyata itulah Kim-lun
Hoat-ong yang melontarkan pukulan saktinya.
Lekas-lekas Nyo Ko baliki tangannya menyambut maka
terdengar suara "plak" yang keras kedua tenaga raksasa
saling bentur, tubuh masing-masing terguncang semua,
tangga panggung itupun ikut ter-goyang-goyang hampir
patah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sekali jajal saja kedua orang sama-sama terkejut, sungguh
tidak terduga, 16 tahun tidak bertemu, kepandaian lawan
ternyata sudah banyak lebih maju.
Melihat keadaan sangat genting, tak mungkin mengadu
tenaga di tengah-tengah tangga itu, mendadak Nyo Ko angkat
pedangnya menusuk ke atas, susul-menyusul ia membabat
kaki orang terus menusuk perut lawan.
Berada diatas Kim lun Hoat-ong dapat mengeluarkan
senjata rodanya buat menempur Nyo Ko, tapi roda bentuknya
pendek, terpaksa ia harus membungkuk untuk bisa
menghantam orang, hal ini sangat tidak leluasa, maka
terpaksa ia mundur ke atas panggung.
Karena itu, bertubi2 Nyo Ko mengirim beberapa kali
tusukan lagi ke arah punggung Hoat-ong, namun Hoat-ong
tidak menoleh, hanya gunakan kepandaian "thing-hong-piao
gi" atau mendengarkan angin membedakan senjata, ia ayun
roda ke belakang buat menangkis, punggungnya seakan2
bermata, tiap tangkisannya sangat tepat
"Bangsat gundul, hebat juga!" mau-tak-mau Nyo Ko
memuji ketangkasan orang.
Ketika Hoat-ong sudah menginjak di atas panggung, sekali
membalik, segera roda emasnya me-ngepruk kepaia Nyo Ko.
Syukur Nyo Ko sempat mengegos ke samping, berbareng itu
pedangnya menegak ke atas, tubuhnya mencelat dan selagi
terapung di udara. ia menubruk ke bawah dengan pedang
menusuk kemuka musuh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lekas-lekas Hoat-ong angkat roda emas buat menangkis,
sedang roda perak di tangan lain lantas mengetok ke batang
pedang Nyo Ko.
Tadi mereka sudah saling gebrak di atas tangga, Nyo Ko
merasa tenaga Hoat-ong sangat kuat dan berat, belum pernah
seumur hidupnya ketemukan lawan setangguh ini, maka diamdiam
ia sangat heran, ia pikir dengan gemblengannya di
tengah ombak, tenaganya cukup kuat untuk melawan
gelombang ombak, 16 tahun yang lalu Hoat-ong sudah bukan
tandingannya tapi tadi ketika ia menghantam hampir-hampir
saja dirinya tak sanggup menahannya malah?
Karena pikiran itu, demi nampak kedua roda orang maju
berbareng, ia tidak menghindarinya melainkan pedang
disendal, ia sengaja hendak menjajal tenaga Hoat-ong yang
sebenarnya.
Maka terdengarlah suara gemerincing keras, kalau orang
lain pasti takkan tahan oleh tenaga sendalan Nyo Ko ini, tapi
Hoat-ong punya "ilmu sakti bertenaga naga dan gajah" dan
sudah terlatih sampai tingkatan ke-11, ketika kedua tenaga
raksasa kembali berbentur, maka- terdengarlah suara "kletak",
pedang Nyo Ko yang kalah, patah menjadi beberapa potong,
sedang sepasang roda Kim-lun Hoat-ong juga terlepas dari
cekalan, terpental jatuh ke bawah panggung, sial bagi tiga
pemanah Mongol, kepala mereka pecah terketok oleh roda2
itu.
Setelah gebrakan ini, kedua orang sama-sama melompat
mundur, tangan mereka merasa pedas kesemutan. Namun
Hoat ong masih belum kehabisan senjata ia masih mempunyai
serep, segera roda besi dan roda tembaga dikeluarkannya
terus menubruk maju pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebaliknya Nyo Ko tiada mempunyai senjata lain, terpaksa
lengan baju kirinya mengebas, ia balas menghantam dengan
tangan kanan.
"Hai, hai, Hwesio besar, memangnya aku sudah bilang kau
tak mampu menandingi Toakokoku, sekarang benar tidak?"
demikian Kwe Yang lantas berteriak-teriak, "Ha, masih berani
kau berlagak pandai, kenapa sekarang kau bersenjata untuk
melawan dia yang bertangan kosong?"
Tapi Hoat-ong hanya menjengek saja, ia tidak menjawab,
permainan kedua rodanya makin kencang.
Tatkala itu Ui Yok-su, Kwe Cing dan Ui Yong cs. lagi
pimpin pasukannya kembali menolong kota Siangyang, ketika
mendadak melihat Nyo Ko, Siau-liong li dan Sin-tiau muncul
terus menyerbu keatas panggung, tentu saja semangat
mereka terbangkit. Segera Ui Yok- su geraki panji
komandonya, ia menarik kelima pasukannya masing3 empat
ribu orang menjadi berjumlah 20 ribu orang untuk
menggempur bagian belakang musuh yang sedang
menyerang benteng kota itu, sisanya 20 ribu orang tetap
diformasi semula, tetap mengepung panggung untuk
membantu Nyo Ko.
Walaupun pasukan Song sudah berkurang se-paroh, tapi
demi nampak Nyo Ko sudah naik ke atas panggung, mereka
menjadi gagah berani, dengan 1 lawan 10 mereka bertempur
mati-matian. Cuma pasukan pemanah Mongol berjaga terlalu
rapat dan kuat hingga beberapa kali pasukan Song menyerbu
maju dan selalu kena di desak mundur lagi.
Dalam pada itu di bawah benteng Siangyang pertempuran
juga sedang berjalan dengan sengitnya antara yang
menggempur dan yang bertahan, gubernur militer kota, Lu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bnn-hwan, dengan uniform lengkap, tidak berani memimpin
sendiri ke atas benteng melainkan mengkeret sembunyi di
dalam kamar dengan dua selir kesayangannya, dengan badan
gemetar sebentar2 menyebut sabda Buddha, lalu saat
bertanya kuatir bagaimaaa suasana pertempuran di luar?
Pada saat itulah dengan bertangan kosong dan berlengan
tunggal Nyo Ko telah menempur kedua roda besi dan tembaga
Kim-lun Hoat-ong hingga lebih dari 400 jurus.
Ilmu silat yang dilatih kedua orang itu meski berbeda, tapi
sama-sama lihaynya dan makin lama makin kuat sementara
itu asap tebal dari bawah panggung membuat mata ketiga
orang di atas panggung menjadi pedas.
Walaupun Nyo Ko tak bersenjata, tapi tidak pernah ia
terdesak di bawah angin. Dalam pertarungan sengit itu, Hoatong
merasa panggung itu rada bergoyang, ia tahu tentu kaki
panggung sudah terbakar, sebentar lagi pasti akan ambruk,
tatkala mana tak terhindarkan dirinya tentu akan gugur
bersama dengan Nyo Ko dan Kwe Yang.
Pula melihat pukulan Nyo Ko makin lama makin aneh,
kalau ratusan jurus lagi, mungkin ia sendiri akan terdesak.
Dalam gugupnya, mendadak pikiran jahatnya timbuI, tiba-tiba
roda besinya ia hantam ke pundak kanan Nyo Ko, selagi orang
mengegos secepat kilat roda tembaganya terus disambitkan
ke muka Kwe Yang.
Gadis itu terikat disatu cagak, dengan sendirinya badannya
tak dapat bergerak apalagi hendak menghindari? Keruan Nyo
Ko sangat terkejut lekas-lekas ia melompat dengan lengan
bajunya ia sabet jatuh roda tembaga orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun jago silat waktu bertarung sebenarnya sedetikpun
tak boleh lengah, karena pikirannya di pusatkan untuk
menolong Kwe Yang, penjagaan diri sendiri menjadi terbuka,
Hoat- ong tidak sia-sia-kan kesempatan itu, tangannya
mengulur dan roda besinya terus mengiris ke paha kiri Nyo
Ko.
Dalam keadaan badan terapung, lekas-lekas Nyo Ko
depakkan kaki kirinya ke pergelangan tangan musuh, namun
roda besi Hoat-ong lantas membalik ke bawah. sekali ini Nyo
Ko tak mampu lagi menghindar "cret", betis kanan terkena
roda besi itu dan mengucurkan darah, lukanya ternyata tidak
enteng.
Dalam kagetnya Kwe Yang menjerit kuatir.
Dalam pada itu Hoat-ong sudah mengeluarkan serep
rodanya yang masih satu itu, rodi timah, kembali dengan
sepasang roda ia menyerang katapt cuma bukan diarahkan
pada Nyo Ko, tapi selalu mengincar Kwe Yang.
Kiranya ia tahu meski Nyo Ko terluka, tapi hendak
mengalahkannya tidak mungkin terjadi dalam waktu singkat,
karena itu ia melulu mengincar Kwe Yang, dengan demikian
Nyo Ko pasti akan berusaha menolongnya dan kedudukan
lawan dengan sendirinya akan berada dipihak terdesak.
"Toakoko, jangan kau urus aku, kau bunuh saja Hwesio
jahat ini untuk balaskan sakit hatiku!" demikian Kwe Yaog
berseru.
Tiba-tiba terdengarlah suara tertahan Nyo Ko, kiranya
puodak kirinya terluka oleh roda musuh lagi, luka ini ternyata
lebih berat, hingga tangannya hampir-hampir tak bisa
diangkat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di bawah panggung Siao-liong-li dan Sin tiau bertama Ciu
Pek-thong telah menghalau pemanah2 Mongol bersama agar
mereka tak sempat melepaskan panah pada Nyo Ko dan Kwe
Yang. Tapi seluruh perhatian Siao liong li tidak pernah
meninggalkan diri Nyo Ko, di samping putar senjatanya
membunuh musuh, saban2 ia mendongak memandang ke atas
panggung.
Ketika mendadak dilihatnya badan Nyo Ko penuh
berlepotan darah, hatinya mencelos, kagetnya tidak kepalang.
Tatkala itu tangga panggung sudah putus terbakar, tiada
jalan lagi untuk naik ke atas buat membantu , pikiran Siaoliong-
ii seakan2 kabur, hanya pedangnya masih diputar
membacok dan membabat tapi otaknya seperti kosong plong
tak tahu berada dimana dan sedang melakukan apa?
Menghadapi bahaya, beberapa kali Nyo Ko mengeluarkan
ilmu pukulan "lm-jian-siau-hun-cio" untuk gempur musuh, tapi
untuk memainkan ilmu pukulan ini, jiwa dan raga harus
bersatu, padahal sejak ia bertemu kembali dengan Siao-liongli,
ia menjadi girang dan periang, darimana bisa lagi timbul
perasaan "lm-jian-siau-hun" atau hati muram jiwa merana?
Meski dalam keadaan berbahaya, tetap tiada sedikitpun
rasa rindunya seperti berpisah tcm-po hari, maka setiap gerak
serangannya selalu berselisih sedikit daripada kehendaknya
dan tak dapat menunjukkan daya saktinya lagi.
Di sebelah sana Kwe Cing cs. juga sudah melihat keadaan
Nyo Ko yang menempur musuh dengan bertangan kosong dan
sudah terluka, tapi jaraknya terlalu jauh, cara bagaimana
mereka bisa membantunya?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba pikiran Ui Yong tergerak, ia samber pedang Yalu
Ce dan dilemparkan pada sang suami, sambil berseru:
"Lemparkan ke atas panggung kepada Koji!"
Kwe Cing menurut, maka meluncurlah pedang itu di atas
busurnya terus dijepretkan, maka meluncurlah pedang itu
dengan pesatnya dengan mengeluarkan sinar ber-kilau2.
Pedang itu cukup berat bentuknya juga berlainan daripada
anak panah biasa, kalau bukan bidikkan tenaga sakti Kwe Cing
sukar juga hendak diluncurkannya ke atas panggung, Maka
menyamberlah pedang itu dengan cepatnya ke punggung Nyo
Ko. Ketika sudah dekat, mendadak lengan baju Nyo Ko
mengebas kebelakang hingga dengan tepat dapat melibat
batang pedang itu.
Saat itulah kebetulan roda Hoat-ong juga lagi dihantamkan
padanya, segera Nyo Ko tarik pedangnya terus menusuk
melalui sela-sela kedua roda musuh.
Tak terduga, sebab pundaknya terluka, gerak-geriknya
menjadi terganggu, pula pedang ini bukan Hiantiat-pokiam
yang tajam tiada bandingan, maka ketika roda Hoat-ong
menjepit terus memuntir kedua rodanya, "pletak" kembali
pedang Nyo Ko patah.
Menyaksikan itu, semua orang dibawab panggung terkejut
luar biasa.
Diam-diam Nyo Ko insaf juga bawa hari ini pasti celaka,
bukan saja tak dapat menotng Kwe Yang, bahkan jiwa sendiri
akan melayang di panggung ini. Karena itu, dengan cemas ia
memandang sekejap ke arah Siao-liong-li sembari berseru:
"Selamat tinggal, Liong-ji, jagalah dirimu baik-baik!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan pada saat itu juga, sebuah roda Hoatong telah
mengepruk ke atas kepalanya, Dalam keadaan sudah putus
asa, dengan lesu dan kurang semangat Nyo Ko kebas lengan
bajunya menangkis dan sebelah tangannya memukul.
Di luar dugaan, segera terdengar suara "plak" yang keras,
pukulannya dengan tepat mengenai pundak Kim-lun Hoat-ong.
Menyusul itu terdengar Ciu Pek-thong berteriak di bawah
panggung: "Bagus sekali tipu pukulan "to-ni-tay-sui"
(berlepotan tanah membawa air) itu!"
Nyo Ko melengak. Tapi lantaran itu pula barulah ia sadar,
Kiranya dalam keadaan putus asa dan lesu, tanpa terasa ia
telah keluarkan tipu serangan "tho-ni-tay-sui", suatu jurus dari
ilmu pukulan im-jian-siau-hun-cio". ilmu pukulan ini harus
timbul sendirinya dari lubuk hati, dari lubuk hati meneruskan
perasaan ke lengan dan lengan menggerakkan tangan,
semuanya tergantung sang perasaan. Rahasia ini sekalipun
Ciu Pek-thong yang serba lengkap mempelajari ilmu silat
macam apapun juga tak mampu memahaminya.
Sejak Nyo Ko bertemu kembali dengan Siao-liong li, ilmu
pukulan ciptaannya ini sudah kehilangan "daya guna" nya,
baru pada saat yang paling kritis, dalam hati merasa akan
berpisah untuk selamanya dengan Siao liong-li, pada detik
rasa dukanya itulah tanpa terasa kekuatan daripada ilmu
pukulan "lm-jian-siau hun-co" itu timbul dengan sendirinya.
Dan karena pundaknya kena digebuk sekali, tubuhnya
sempoyongan Hoat-ong terkejut dan heran tapi segera ia
menubruk maju pula.
Nyo Ko mengegos mundur, lalu ia memberondongi tiga
kali serangan "Uk- put-ciong-sim" (keinginan ada, tenaga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kurang), "To hing-gik-si" (jalan terbalik, berbuat melawan)
dan "Yok-yu-soh-sit" (se-akan-2 kehilangan sesuatu).
Menyusul mana dengan tipu "Heng-si-cau bak" atau mayat
berjalan bangkai bergerak, kakinya segera menendang.
Tendangan ini datangnya mendadak dan tak terduga, tak
sanggup lagi Hoat-ong menghindarinya, tepat sekali kena
"Tan-tiong-hiat" dadanya, Sambil menjerit keras-keras dan
muntahkan darah tegar, tanpa ampun lagi Hoat-terjungkal ke
bawah panggung.
Melihat itu, tanpa berjanji pasukan Song dan pasukan
Mongol sama berteriak berbareng, Bedanya pasukan Song itu
bersorak gembira, sebaliknya pasukan Mongol berteriak kaget.
Saat itu panggung sudah mulai bergoyang mengeluarkan
suara "krak-krek" yang keras, Nyo Ko tahu gelagat jelek,
keadaan sudah mendesak, tak sempat lagi untuk memutus tali
ringkusan Kwe Yang maka sekali telapak tanggannya
memotong, ia hantam patah cagak kayu yang mengikat anak
dara itu, lalu orangnya bersama cagaknya diangkatnya
sembari berseru: "Tiau-heng, terimalah kami!" Ia incar baikbaik
punggung rajawali sakti terus melompat ke atasnya.
Tangkas sekali Sin-tiau itu, meski tak bisa terbang, tapi
sekali loncat setinggi dua-tiga tombak, dengan enteng saja
Nyo Ko bersama Kwe Yang jatuh dengan tepat di atas
punggungnya dan perlahan-lahan turun ke tanah.
Dan pada saat itulah, didahului suara gedubrakan yang
gemuruh, api dan asap berhamburan panggung tinggi itu
sudah ambruk rata dengan tanah.
Tatkala Kim lun Hoat-ong ditendang terjungkal ke bawah
oleh Nyo Ko, walaupun terluka parah, tapi ia masih berusaha
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyelamatkan diri, dengan menahan napas ia berguling
sekali di tanah. Selagi hendak berbangkit kembali tiba-tiba
terdengar olehnya di belakang seorang sedang ketawa
terbahak-bahak, tahu-tahu pinggangnya dirangkul terus
ditahan diatas tanah lagi. Menyusul Hoat-ong merasa seperti
beratus, beribu jarum tajam menusuk masuk semua ke dalam
tubuhnya.
Kiranya yang merangkul dan menindihnya itu bukan lain
ialah Lo-wan-tong Ciu Pek-thong, Si tua nakal ini memakai
baju kutang berduri landak, benda pusaka Ui Yok su, benda ini
tak mempan segala senjata, sebaliknya penuh berduri lancip
bagai landak.
Memangnya Hoat-ong sudah terluka parah, kini kena
dirangkul terus ditindih Lo wan-tong, keruan jiwanya
melayang tanpa ampun.
Ketika panggung tinggi itu ambruk, cepat Ciu Pek thong
melompat pergi, sedang Hoat-ong lantas terkubur dibawah
puing panggung berapi itu.
Melihat puteri kesayangan terhindar dari elmaut, saking
girangnya hingga Ui Yong mencucurkan air mata. Sungguh
tidak terkatakan rasa terima kasihnya pada Nyo Ko. sekalipun
saat itu ia diharuskan mati untuk Nyo Ko usanya iapun rela,
Maka cepat ia mendekati sang puteri untuk membuka tali
pengikatnya.
Segera pula semangat Kwe Cing, Ui Yok su, It-teng Taysu,
Kwe Hu dan lain-lain terbangun, sebaliknya pasukan Mongol
yang mengepung panggung itu melihat pemimpinnya sudah
mati, seketika mereka menjadi kacau-balau, ditambah lagi
diterjang pasukan Song kian-kemari, tentu saja tambah
pontang-panting tak keruan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Gempur balik ke Siangyang, bunuh raja itu!" teriak Kwe
Cing keras-keras.
Maka bersoraklah pasukan Song, mereka memutar tubuh
terus menerjang pasukan Mongol yang lagi menggempur
benteng itu.
Melihat luka Nyo Ko, Siao-Iiong-li menyobek kain bajunya
untuk membalut lukanya, saking terharunya hingga tangannya
gemetar, tapi tak sanggup buka suara.
"Rasa kuatir mu di bawah panggung batu jauh lebih
menderita daripada aku yang bertarung di atas panggung
tadi," ujar Nyo Ko tertawa.
Sementara itu terdengar suara teriakan pasukan Song
yang hiruk-pikuk memecah bumi dan secara gagah berani
sedang menerjang musuh.
Dari jauh Nyo Ko melihat formasi pasukan musuh sangat
teratur, pula jumlahnya berlipat ganda daripada pasukan
Song, berkali-kali pasukan Song menyerbu maju bagai
gelombang ombak yang susuI-menyusuI, tapi sama sekali tak
bisa memboboIkan pertahanan pasukan Mongol.
"Liong-ji," kata Nyo Ko, "meski lawan tangguh sudah
mampus, tapi pasukan musuh belum kalah, Marilah kita
menyerbu, Kau letih tidak?"
Betapa bersemangat kata-kata Nyo Ko bagian depan itu,
sedang kata-kata terakhir itu berubah menjadi begitu halus
lembut penuh kasih sayang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siao-liong li tersenyum, jawabnya: "Jika kau bilang serbu,
hayolah, serbu!"
"Toakoko," tiba-tiba suara seorang anak dara berkata di
sampingnya, "sungguh cantik Liong cici seperti dewi
kayangan."
Siao-liong-li berpaling pada Kwe Yang, sahutnya sambil
tertawa: "Adik cilik, banyak terima kasih atas doamu atas
pertemuan kembali kami, Toa-kokomu telah banyak bercerita
tentang kebaikanmu, ia sengaja membawa aku ke Siangyang
sini buat bertemu dengan kau."
"Dan hanya engkaulah yang setimpal berjodohkan dia,"
ujar Kwe Yang sambil menghela napas.
Lalu Siao-liaong-li menggandeng tangan anak dara itu
dengan sangat akrabnya, sebenarnya terhadap siapapun
selalu Siao liong-li bersikap dingin, tapi sepanjang jalan ia
mendengar cerita Nyo Ko yang memuji-muji Kwe Yang, pula
melihat dalam usia sekecil anak dara ini, meski menghadapi
ancaman elmaut tadi tetap tak gentar, maka sikap Siao-liong-li
menjadi berubah dari pada biasanya.
Sementara itu Nyo Ko telah membawakan beberapa ekor
kuda yang tak bertuan lagi, katanya: "Marilah naik, aku
membuka jalan, kita terjang musuh bersama!"
Segera ia mendahului cemplak kudanya dan dilarikan
paling depan. Dengan kencang Siao-liongli dan Kwe Yang
mengikut di belakangnya.
Mereka menuju ke selatan, terlihatlah tangga pencakar
langit berderet2 bersandar pada tembok benteng, tentara
Mongol bagai semut banyaknya sedang memanjat ke atas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika mereka memandang dari suatu tempat yang tinggi,
terlihat di sebelah barat beribu tentara Mongol lagi mengurung
Yalu Ce bersama 200 orang anak buahnya.
Tentara Mongol itu semuanya bersenjata golok sepanjang
lima kaki dan berbentuk melengkung, maka satu persatu anak
buah Yalu Cc banyak yang kena dibabat terguling, Kwe Hu
kelihatan memimpin sepasukan tentara lain sedang menerjang
hendak menolong suaminya, tapi kena ditahan oleh pasukan
Mongol yang berjumlah ribuan orang.
Suami isteri hanya dapat melihat dari jauh saja, tapi tak
bisa berhimpun menjadi satu.
Menyaksikan perajurit2 di samping suaminya makin lama
makin berkurang, hati Kwe Hu benar-benar seperti disayatsayat.
ia tahu dalam pertempuran besar demikian, bila sampai
terkepung sendirian, betapapun tinggi ilmu silatnya juga tak
terhindar dari kematian.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar Nyo Ko ber-seru.
"Kwe-toakounio (nona Kwe besar), asal kau menyembah tiga
kali padaku, segera aku menolong suamimu!"
Kalau turuti watak Kwe Hu yang congkak dan tinggi hati,
jangankan disuruh menyembah, sekalipun mati juga ia tak
mau kalah mulut pada Nyo Ko. Tapi kini jiwa sang suami
bergantung di ujung rambut, tanpa ragu-ragu lagi ia keprak
kuda mendekati Nyo Ko, sekali melompat turun, benar saja ia
lantas tekuk lutut dan hendak menyembah sungguh-sungguh.
Melihat itu, Nyo Ko malah terkejut, lekas ia menarik
bangun orang, ia menyesal atas katanya tadi yang rendah
budi, "Maafkan aku telah salah omong, jangan kau anggap
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sungguh Yalu-heng adalah sahabatku yang terbaik, tidak
mungkin aku tidak menolongnya?"
Habis itu, ia mengumpulkan delapan ekor kuda lagi, yang
empat ekor ia satu baris di depan dan empat ekor lain
tergandeng satu baris di belakang, dengan dua baris kuda
muka belakang masing-masing empat ekor itu, segera ia
melompat ke atasnya, dengan tangan tunggal ia pegang
delapan tali kendali, sekali ia bersuit segera ia terjang pasukan
musuh.
Walaupun "tank-kuda" dikendalikan Nyo Ko ini belum
terlatih, tapi dengan tenaga saktinya tidak sukar untuk
mengendalikannya, Maka 32 tapak kaki segera ber-detak2
kedepan hingga debu pasir berhamburan, Nyo Ko sendiri
dengan Gin-kang yang tinggi, melompat ke sana ke sini di atas
ke delapan ekor kuda itu.
Ketika tentara Mongol tertegun menyaksikan ilmu
menunggang kuda yang aneh menyerbu ke-dalam pasukan
mereka. Sekali lengan baju Nyo Ko mengebas, sebuah panji
segera kena dirampasnya terus di tancapkan di atas pelana.
Dengan mem bentak2 segera perwira dan bintara Mongol
hendak merintangi, tapi di mana panji Nyo Ko rampasan tadi
menyabet, sekaligus tiga perwira musuh terguling dari
kudanya.
Ketika itu Yalu Ce kelihatan tinggal tiga tombak jauhnya,
segera NyoKo berseru: "Yalu heng lekas melompat ke atas!"
Berbareng itu, sekali panji diayunkan, segera Yalu Ce
melompat tinggi ke udara, cepat Nyo Ko menggulung dengan
panjinya hingga dengan tepat tubuh Yalu Ce terbungkus oleh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kain panji itu Dua orang delapan kuda segera menerjang
keluar kepungan musuh.
"Nyo hengte," kata Yalu Ce menghela napas lega, "banyak
terima kasih atas pertolonganmu, Tapi anak buahku masih ada
yang terkepung, tidak mungkin aku menyelamatkan jiwa
sendiri, Biarlah aku bertempur lagi dan mati bersama dengan
mereka."
Tiba-tiba pikiran Nyo Ko tergerak, katanya: "Marilah,
kaupun merampas sebuah panji besar!" Habis ini, ia
mengeluarkan geretan dan kain panji di tangannya itu ia
bakar.
"Akal bagus!" seru Yalu Ce. Segera iapun dapat merampas
sebuah panji dan menyulutnya dengan api panji Nyo Ko yang
sudah berkobar-kobar itu.
Sambil membentak-bentak, panji berapi itu mereka ubatabitkan,
kembali mereka menyerbu ketengah pasukan musuh
lagi.
Dengan diputarnya kedua panji berapi yang menari kian
kemari di udara, asal sedikit kesenggol siapapun pasti akan
kepala gosong dan rambut hangus.
Walaupun pasukan Mongol gagah berani, tapi menghadapi
api, tak bisa tidak mereka harus mundur, sementara itu
bawahan Yalu Ce tadi sudah tinggal 50-60 orang saja, segera
mereka menerjang keluar dari kepungan.
Dengan sisa perajuritnya itu, Yalu Ce berkumpul di atas
tanah bukit sana sekedar melepas lelah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba Kwe Hu mendekati Nyo Ko terus menyembah
"Nyo-toako, selama hidup aku selalu tak baik padamu, tapi
kau berbudi luhur, kejelekanku kau balas dengan kebajikan
dan kini engkau telah menolong..." Berkata sampai di sini
suaranya menjadi parau dan tenggorokan seakan2 tersumbat.
Memang Beberapa kali Nyo Ko pernah menoIongnya, tapi
selalu merasa sirik dan dengki padanya. Sudah terang orang
ada budi padanya, tapi rasa jemunya sukar dilenyapkan sering
ia merasa Nyo Ko terlalu angkuh dan suka agulkan
kepandaiannya yang tinggi serta sengaja pamer.
Dan baru sekarang sesudah Nyo Ko menolong jiwa suaminya,
Kwe Hu benar-benar merasa berterima kasih, baru ia
insaf kesalah pahamannya yang duIu2.
Maka lekas-lekas Nyo Ko membalas hormat orang,
sahutnya: "Adik Hu, sejak kecil kita hidup bersama dan suka
cekcok, padahal hubungan kita bagai kakak dan adik, asal kini
kau tidak jemu lagi padaku, itupun aku sudah merasa
senang."
Kwe Hu tertegun oleh sebutan itu, sekilas segala kejadian
di masa kanak-anak terbayang olehnya.
"Ya, apakah karena aku jemu padanya? Ataukah benci
padanya? Bu-si Hengte begitu baik dan suka me-nyanjung2
padaku, tapi ia selamanya tak gubris diriku, Padahal asal
sedikit turuti kemauanku, sedikit pikirkan diriku, rasanya aku
mati untuknya juga rela.
Sebab apakah aku benci padanya tanpa alasan? Rupanya,
diam-diam aku suka padanya, tapi sedikitpun ternyata aku
tidak terisi di dalam hatinya," demikianlah ia memikir.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Aneh juga, selama 20-an tahun ini, Kwe Hu tidak tahu
akan perasaan hatinya sendiri, setiap ingat Nyo Ko, selalu ia
pandang orang sebagai musuhnya, padahal dalam hati
kecilnya, betapa perhatian dan rindunya pada Nyo Ko tidaklah
dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Mungkin itulah yang dikatakan : "Cinta yang dalam,
bencinya juga mendalam." Sejak kecil sifat Kwe Hu sudah
tinggi hati, ia anggap seharusnya Nyo Ko mesti
menjunjungnya seperti kedua saudara Bu yang begitu
penurut.
Akan tetapi, sedikitpun Nyo Ko ternyata tidak paham
perasaannya, sebaliknya ia sendiripun juga tidak paham akan
perasaan Nyo Ko.
Lebih-lebih Kwe Cing dan Ui Yong, kedua orang tua ini
merasa Kwe Hu dan Nyo Ko ini dilahirkan sebagai musuh, asal
bertemu pasti cekcok, sampai akhirnya lengan Nyo Ko
buntung ditebas Kwe Hu hampir-hampir urusan meluas
sampai batas-batas yang sukar diatasi.
Kini terasa benci dan sirik itu sudah hilang barulah Kwe Hu
sadar, kiranya perasaannya pada Nyo Ko sesungguhnya begitu
mesra, begitu mendalam. Waktu ia menyerbu musuh untuk
menolong kakak Ce, sebenarnya hatiku lebih kuatir untuk
siapa kah? inilah aku tak bisa menerangkan. Sudah tentu kini
aku tak mencintainya lagi, tapi dulu, kenapa aku menjadi
begitu benci padanya?" demikian pikirnya.
Begitulah di tengah-tengah pertempuran yang gegap
gempita itu, mendadak Kwe Hu menjadi jelas akan perasaan
hatinya sendiri:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Pada hari ulang tahun Yang-moay, ia telah memberikan
tiga hadiah besar padanya dan kenapa aku harus begitu benci
padanya ? ia membongkar kedok Hotu dan mendukung Cekoko
menjadi pangcu dari Kay-pang, kenapa diam-diam aku
malah marah? Ah, Kwe Hu, Kwe Hu! Nyata kaulagi cemburu
pada adik perempuannya sendiri! Soalnya sedemikian budinya
yang manis kepada Yang-moay, tapi selamanya tak pernah
sedikitpun begitu baik terhadapku,"
Berpikir sampai di sini, tanpa terasa ia mendongkol dan
gusar lagi, dengan sengit ia melotot sekejap ke arah Nyo Ko
dan Kwe Yang, tapi mendadak ia sadar lagi.
"Ah, kenapa aku pikirkan hal-hal ini? Bukankah aku sudah
menjadi wanita yang bersuami, pula kakak Ce juga sangat
cinta padaku."
BegituIah, akhirnya ia menghela napas panjang, walaupun
hidupnya tidak kekurangan sesuatu apa, tapi dalam lubuk
hatinya yang paling dalam seakan2 tertinggal semacam rasa
penyesalan yang tak terkatakan.
Biasanya apa yang dikehendakinya pasti terpenuhi, tapi
sesuatu yang justru sangat diinginkannya malahan tidak di
peroleh. Sebab itulah selama hidupnya ini terkadang ia
sendiripun tidak paham: "Sebab apa sifatnya begitu keras?
Sebab apa diwaktu orang lain sedang bergirang, ia sendiri justru
mendongkol dan marah tanpa sebab?
Wajahnya sebentar marah sebentar pucat, ia terus
memikirkan perasaannya yang aneh itu. Tapi Nyo Ko, Siaoliong
li, Yalu Ce dan Kwe Yang es sedang memandang jauh
mengikuti pertempuran dahsyat yang sedang berlangsung di
depan benteng Siangyang,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terlihat tentara Mongol bagai semut sedang merembet ke
atas benteng, Kwe Cing dan Ui Yok-su cs. dengan perajuritnya
sedang menggempur dari belakang musuh itu, namun
jumlahnya sedikit, sukar menggulingkan pasukan besar musuh
yang racnggcmpur benteng itu.
Sedangkan panji kebesaran raja Mongol tertampak
perlahan-lahan mendekati kota, rupanya pasukan penjaga
kota sudah patah semangatnya, tak sanggup lagi
menggempur turun pasukan musuh yang merembes ke atas
benteng itu.
Melihat itu, Kwe Yang berseru kuatir: "Toa-koko,
bagaimana baiknya? Bagaimana baiknya ini?"
Diam-diam Nyo Ko pikir: "HidupKu ini bisa berjumpa pula
dengan Liong ji, sesungguhnya Thian berlaku murah padaku,
harini walaupun harus mati, rasaku tidak menyesal lagi, Lakilaki
sejati harus bela tanah air dan berkorban dimedan bakti,
inilah tempat berpulang yang paling tepat bagiku."
Berpikir itu, seketika semangatnya me nyala2, serunya
segera: "MariIah, Yalu-heng, kita menerjang musuh lagi!"
"Bagus sekali!" sahut Yalu Ce tanpa pikir.
"Maritah kita ikut menyerbu!" Siao liong li dan Kwe Yang
pun berseru berbareng.
"Baik," kata Nyo Ko. "Aku merintis di depan, kalian
kumpulkan sebanyaknya tombak yang panjang dan ikut di
belakangku."
Segera Yalu Ce memberi perintah bawahannya
mengumpulkan tumbak2 yang berserakan di medan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pertempuran itu, mereka masing-masing membawa beberapa
buah juga.
Dengan tumbak di tangan, segera Nyo Ko cemplak kuda
menerjang kedepan, Sin-tiau, Si rajawali sakti selalu
mendampingi kudanya, sayapnya yang kuat itu seakan-akan
perisai Nyo Ko dan menyampuk panah yang berhamburan
datang itu, Siao-liong-li, Yalu Ce, Kwe Yang berempat
mengintil dibelakang dengan kencang.
Ternyata jurusan yang di arah Nyo Ko itu adalah di mana
kelihatan panji kebesaran raja Mongol berkibar.
Keruan Yalu Ce terkejut, ia tahu, sekali raja Morigol berani
memimpin tentara sendiri, tentu penjagaan sudah diatur keras
dan rapat sekali, Kini jumlah pihaknya yang tiada seratus
orang ini bukankah cuma antarkan kematian bila berani
menerjangnya? Tapi bila ingat jiwanya yang tadi hampir
meliyang, tapi tertolong oleh Nyo Ko, maka kemana saja
diajak, kelautan api atau masuk air mendidih juga pasti akan
diturutnya.
Begitulah dalam sekejap saja mereka sudah menerjang
mendekati benteng Siangyang, Ketika pengawal Monko
melihat serbuan rombongan Nyo Ko yang hebat itu, segera
ada 200 orang dikerahkan untuk menahannya.
Tapi sekali Nyo Ko ayunkan tangannya yang tunggal itu,
pesat bagai panah sebatang lembing atau tumbak lantas
meluncur ke depan dan menembus dada seorang perwira
musuh, habis itu ia sambut pula sebatang lembing lain dari
Yalu Ce terus ditumpukkan lagi dan kembali perwira musuh
kedua terjungkal.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Keruan pasukan Mongol itu menjadi kacau dan rombongan
Nyo Ko dengan cepat menerjang lewat.
Terkejut sekali para pengawal Monko, beramai-ramai
mereka angkat senjata menghadang maju, tapi tumbak Nyo
Ko sekali tusuk, satu orang pasti terguling, siapa yang
merintangi pasti mati.
Harus diketahui tenaga sakti lengan tunggal Nyo Ko itu
terlatih di bawah damparan ombak badai, betapa kuat
sambitan lembingnya itu, sekalipun batu cadas juga tembus,
jangankan badan manusia. Setiap lembingnya selalu
diincarkan pada perwira2 yang memakai topi baja yang mudah
dikenal, maka sekejap saja 17 tumbak sudah membunuh 17
perwira Mongol yang perkasa.
Dengan serangan kilat ini, meski berpuluh ribu tentara
terhimpun di bawah benteng, tapi ke mana rombongan Nyo
Ko sampai, di situ lantas kacau balau, sekaligus Nyo Ko telah
menerjang sampai di depan raja Mongol.
Dengan mati-matian pengawal pribadi Monko maju
bertahan. Maiahan beberapa orang di antaranya terus
mengaling-aling di depan junjungan mereka sebagai tameng.
Ketika Nyo Ko membaliki tangannya hendak menerima
tumbak lagi dari Yalu Ce. ternyata mendapat tempat kosong.
Kiranya mereka sudah keterjang pasukan musuh hingga
terpisah.
Sementara itu Nyo Ko melihat muka raja MongoI
mengunjuk rasa gugup dan kuatir, kuda-segera diputar lantas
hendak kabur. Tiba-tiba Nyo Ko bersuit panjang, sekali kaki
mengenjot pelana kuda, tubuhnya terus mencelat ke atas dan
menubruk ke sana.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Belasan perajurit pengawal raja segera putar senjata
mereka menusuk ke atas, tapi mendadak Nyo Ko
berjumpalitan sekali diudara, tahu-tahu tubuhnya melayang
lewat di atas senjata2 musuh.
Melihat gelagat jelek, sekali tarik kudanya, segera raja
Mongol itu kabur ke depan dengan cepat.
Kuda tunggangan raja Mongol itu adalah binatang pilihan,
larinya begitu cepat bagai terbang, Namun Nyo Ko tetap
mengubernya dengan kencang ilmu entengkan tubuh yang
tinggi. Dan di belakangnya menyusul pula beratus perajurit
pengawal Mongol
Melihat keadaan begitu, pasukan kedua pihak, di atas dan
di bawah benteng, untuk sementara menjadi lupa bertempur
dan mereka sama berteriak-teriak, pasukan Mongol berteriak
mengharap kuda junjungan mereka berlari lebih cepat,
sebaliknya pasukan Song berteriak membeli semangat pada
Nyo Ko agar bisa membekuk raja.
Diam-diam Nyo Ko bergirang melihat raja Mongol kabur
terpencil sendirian Pikirnya, betapapun cepat kau kabur,
akhirnya pasti akan kutangkap.
Tak terduga kuda tunggangan Monko yang bernama "Huihun
cuirt atau kuda awan mengapung itu ternyata luar biasa
sedikit mengenjot, sekali melompat lantas beberapa meter ke
depan. Meski Nyo Ko sudah mengudak sekuatnya, tapi
malahan semakin jauh ketinggalan.
Tiba-tiba Nyo Ko menyamber sebatang tumbak, lalu
ditimpukkannya ke punggung Monko sekuat tenaga,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tampaknya lembing itu meluncur bagai panah dan segera
bakal menancap di punggung orang, saking tegangnya sampai
kedua pihak sama ternganga menahan napas, Siapa tahu
mendadak kuda "Hui hun-cui" itu memancal ke depan hingga
lembing itu jatuh satu kaki jauhnya dibelakang punggung raja
Mongol itu.
Maka berteriak pula pasukan kedua pihak. pasukan Song
merasa sayang, gegetun, sebaliknya pasukan Mongoi
bersyukur girang.
Waktu itu jarak Kwe Cing, Ui Yok-so, Ui Yong Ciu Pekthong
dan Ii-teng semuanya sangat jauh, mereka hanya ikut
berkuatir saja tanpa bisa membantu Nyo Ko. Sebaliknya
perajurit dan perwira Mongol juga melulu bisa ber- teriakteriak
memberi semangat saja, walaupun ada maksud
berkorban untuk junjungan mereka, tapi mana dapat
menyandak lari-nya "Hui hun cui" yang begitu pesat?
Ketika Monko menoleh ke belakang dan melihat Nyo Ko
semakin ketinggalan jauh, ia menjadi lega, Segera ia belokkan
kudanya menuju ke barat, ke pasukannya yang berada di situ.
Maka sambil berteriak-teriak pasukan Mongol itupun maju
memapaki.
Dan jika sampai keduanya bergabung, lebih tinggi lagi
kepandaian Nyo Ko juga tak berdaya pula untuk menangkap
raja musuh itu.
Melihat usahanya akan gagal, Nyo Ko menjadi gegetun
sekali tiba-tiba bergerak pikirannya, ia pikir tombak terlalu
berat, sukar mencapai jauh,kenapa tidak pakai batu saja?
Karena itu, cepat ia jemput dua potong batu kecil
seadanya, ia gunakan "Tan-ci-sin-thong" atau ilmu sakti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
selentikan jari, dua batu itu satu persatu diselentikan ke
depan.
Maka terdengarlah suara mendenging tajam dua kali,
suatu tanda betapa pesat menyambernya batu itu dan
keduanya kena pantat kuda "Hui-hun-cui" hingga karena
kesakitan, sembari meringkik, binatang itu berjingkrak terus
berdiri menegak.
Monko adalah seorang raja yang tangkas dan gagah
perwira, sejak kecil sudah banyak ikut bertempur dengan
kakeknya, yaitu Jengis Khan, Hidup-nya boleh dikatakan
dibesarkan di atas kuda dan di tengah senjata.
Kini meski menghadapi bahaya, tapi sama sekali tidak
menjadi gugup, cepat ia tarik gendewa terus memanah ke
belakang sambil kedua kakinya mengempit kencang kudanya
yang menegak itu.
Tapi sedikit menunduk, Nyo Ko hindarkan panah orang,
habis itu secepat terbang ia melompat maju, sedang
tangannya sudah dapat meraup sepotong batu lagi, waktu ia
sambitkan sekuatnya, dengan tepat mengenai punggung
Monko.
Betapa hebat tenaga sambitan Nyo Ko itu, keruan Monko
tak tahan, tulang iganya patah, orangnya terjungkal dari
kudanya dan terbanting binasa.
Melihat raja mereka terguling dari kuda, seluruh pasukan
MongoI menjadi kacau, beramai-ramai merubung maju dari
segala jurusan.
Segera Kwe Cing memberi tanda serangan umum. Begitu
pula pasukan Song yang berada di dalam benteng segera ikut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyerbu keluar. Ditambah lagi barisan 28 bintang yang
dipimpin Ui Yok-su lantas menggempur musuh ke sana ke sini.
Dalam keadaan kacau balau, pasukan Mongol saling injakmenginjak,
yang mati tak terhitung banyaknya, sepanjang
jalan penuh senjata yang ditinggalkan, akhirnya kabur tanpa
teratur ke utara.
Selagi Kwe Cing memimpin pasukannya mengejar musuh,
tiba-tiba terlihat dari arah barat muncul lagi sepasukan musuh
yang barisannya sangat rajin teratur, dari panjinya dapat
diketahui itu adalah pasukan yang dipimpin adik raja, yaitu
Kubilai.
Akan tetapi sekali pasukan Mongol sudah kalah,
keadaannya bagai air bah melanda dan seketika tak mungkin
bisa ditahan, Betapapun Kubilai atur tentara dengan baik,
tetap keterjang pasukan kalah yang mundur bagai arus
menerjang itu, seketika pasukannya ikut kacau.
Melihat gelagat jelek segera Kubilai putar pasukannya, ia
sendiri dengan pasukan pribadinya perlahan-lahan mundur ke
utara dengan teratur.
Sejak terjadi pertempuran antara pasukan Mongol dan
kerajaan Song, selamanya pihak Mongol belum pernah
mengalami kekalahan begitu besar, lebih-lebih raja mereka
gugur dimedan pertempuran, hal ini sangat mempengaruhi
semangat tentaranya.
PuIa menurut tradisi bangsa Mongol, takhta kerajaan
bukan diteruskan putera mahkota, tapi di-calonkan oleh suatu
dewan yang terdiri dari keluarga raja, pengeran2, pembesarbesar
dan panglima yang terkemuka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini Monko sudah mati, buru-buru Kubiiai ingin bisa naik
takhta, maka iapuu cepat pimpin pasukannya pulang ke utara.
Kelak 13 tahun kemudian, barulah pasukan Mongol datang
menggempur Siangyang lagi.
Ketika Kwe Cing pimpin pasukannya kembali ke kota,
tampaklah gebernur Lu Bun-nwan beserta stafnya lengkap
sudah menunggu di pintu gerbang untuk menyambutnya.
Begitu pula rakyat berjubel-jubel diluar benteng sambil
membawakan arak dan segala macam daharan sebagai
hiburan bagi pasukan yang menang itu.
Kwe Cing menggandeng tangan Nyo Ko, ia terima secawan
arak yang disuguhkan oleh seorang penduduk tua, tapi ia
angsurkan pada Nyo Ko, katanya. "Ko-ji, harini kau telah
berjasa begini besar, namamu akan harum tersiar ke-manamana,
ini sudahlah pasti, seluruh rakyat penduduk kota inipun
tiada yang tak berterima kasih padamu."
Terharu sekali Nyo Ko oleh pujian Kwe Cing itu, ada
sepatah kata yang sudah tersimpan lebih 20 tahun di dalam
hatinya dan belum pernah diucapkan kini tak tertahan lagi,
dengan suara lantang segera ia menjawab: "Kwe pepek, jika
waktu kecil siautit (keponakan) tidak mendapat perawatan dan
pengajaranmu, mana mungkin terjadi seperti hari ini?"
Lalu kedua orang bergandengan tangan masuk kota
bersama,terdengarlah suara sorak sorai rakyat yang gegap
gempita menyambut mereka. Tiba-tiba Nyo Ko teringat
kejadian dulu: "Lebih 20 tahun yang lalu Kwe-pepek juga
menggandeng tanganku mengantar aku ke Cong lam-san
untuk belajar silat, perhatiannya padaku hingga sekarang
sedikitpun tidak pernah berubah. Tapi aku sendiri telah
berbuat onar, bikin gara-gara, mendurhakai guru dan
menghianati agama, Coba bila aku terus tersesat ke jalan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang tak benar, tidak nanti hari ini aku bisa bergandcngan
tangan lagi dengan Kwe-pepek." Berpikir demikian tanpa
terasa Nyo Ko merasa malu sendiri.
Malamnya di dalam kota telah diadakan perjamuan besar
untuk merayakan kemenangan yang gilang gemilang itu. Di
tengah suasana yang gembira itu, tiba-tiba Kwe Cing berduka
sebab terkenang pada Ang Chit-kong. Katanya: "Dahulu kalau
bukan Khu totiang (Khu Ju-ki) dari Coan cin-kau yang berbudi
itu dan ketujuh In'su (guru berbudi) jauh-jauh mencariku ke
Mongol, pula mendapat didikan dari Ang-loinsu, tidak mungkin
aku Kwe Cing bisa berjasa sedikit seperti hari ini? Kini kita
bergembira di sini, di antara para Insu, kecuali Kwa-Ioinsu,
selebihnya sudah wafat semua, kalau ingat beliau2 itu,
sungguh aku menjadi berduka."
Mendengar itu, lt-teng Taysu dan yang lain-lain ikut
muram,sebaliknya Lu Bun hwan sama sekali tak mengerti
seluk-beluknya, katanya dalam hati: "Orang-orang ini benarbenar
tidak tahu aturan, dalam perayaan yang gembira ria ini
malah berbicara tentang orang mati segala."
Sementara itu Kwe Cing telah berkata lagi "Kalau urusan di
sini sudah selesai, besok juga aku ingin berangkat ke Hoa-san
untuk berziarah ke makam Insu."
"Kwe-pepek," sela Nyo Ko, "memangnya aku lagi hendak
bilang begitu, Marilah kita pergi beramai-ramai."
Memang Ui Yok-su, It-teng dan Ciu Pek-thong juga sudah
kangen pada sobat tua yang telah meninggal lebih 20 tahun
itu, segera saja mereka menyatakan setuju.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan perjamuan itu terus berlangsung dengan meriah
hingga jauh malam.
Besok paginya, diam-diam Kwe Cing dan rombongannya
lantas berangkat menuju ke Hoa-san. Kesehatan Ciu Pekthong,
Liok Bu-siang, Su-si Hengte dan Su sui Hi-un belum
sembuh betul, mereka menunggang kuda dan berjalan
pelahan.
Baiknya tiada urusan penting, maka perjalanan mereka
dilakukan seenaknya saja.
Tidak seberapa hari tibalah mereka sampai di Hoa-san,
ketika Ciu Pek-thong cs sudah sembuh-semuanya. Maka
naiklah mereka ke atas gunung itu, Nyo Ko menunjukkan
tempat di mana jenazah Ang Chit-kong dan Auyang Hong di
kubur dulu.
Ui Yong sudah membawakan sayur-mayur, ayam daging
dan lain-lain sesajen, segera ia membikin tungku dan
menyalakan api, ia bikin beberapa macam masakan yang
paling disukai mendiang Ang Chit-kong sebagai sesajen
sembahyang, Lalu para ksatria itupun menjalankan
penghormatan dan mengheningkan cipta.
Kuburan Auyang Houg letaknya di samping kuburan Ang
Chit-kong, tapi dendam Kwe Cing pada Auyang Hong boleh
dikatakan sedalam lautan, bila ingat beberapa gurunya yang
berbudi, seperti Ju Jong, Han Po-ki dan lain-lain terbunuh
secara keji, meski kejadian sudah lewat berpuluh tahun, tapi
rasanya masih sangat benci padanya.
Hanya Nyo Ko saja yang mengingat budi kebaikan Auyang
Hong dulu yang mengaku anak angkat padanya, ia berlutut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan menyembah di hadapan makam ayah angkat itu, bersama
Siao-liong li.
Ciu Pek-thong maju ke depan kuburan Auyang Hong itu, ia
membungkuk memberi hormat, katanya: "Wahai Lo-tok-but
(makhluk berbisa tua, julukan Auyang Hong), hidupmu dulu
banyak melakukan kejahatan, sesudah mati kau menjadi
tetangga Lo-kiau-hua (pengemis tua, Ang Chit-kong), boleh
dikatakan kau yang beruntung. Hari ini semua orang datang
berziarah ke makam Lo kiau-hua, sebaliknya melulu dua bocah
saja yang menyembah padamu, kalau ditanah baka kau tahu,
seharusnya kau menyesali keganasan semasa hidupmu dulu?"
Mendengar doa sembahyang yang lucu aneh itu, semua
orang menjadi geli.
Kemudian semua orang ambil mangkok dan sumpit,
mereka hendak dahar di depan kuburan itu. Tiba-tiba dari
balik gunung sana berkumandang terbawa angin suara
beradunya senjata serta bentak -membentak orang,
tampaknya seperti ada orang sedang berkelahi.
Dasar watak Ciu Pek-tbong paling getol mengenai sesuatu,
cepatan saja ia mendahului berlari ke tempat ramai-ramai itu,
Kemudian semua orangpun menyusulnya.
Lewat dua tanjakan, di suatu tanah datar yang sempit
terkumpul 30 - 40 orang yang beraneka macam bentuknya,
tinggi-pendek, gemuk-kurus, tua muda, laki- perempuan, ada
paderi, ada pereman semua bersenjata.
Orang-orang itu sedang bertengkar, melihat kedatangan
rombongan Ciu Pek-thong dan Kwe Cing, disangka kaum
pelancongan biasa, maka tak digubrisnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terdengar seorang laki-laki tinggi besar telah berkata
dengan suara lantang. "Diam, diam! Kita jangan "hantam
kromo" tak keruan. Sebutan "juara ilmu silat" tidak mungkin
diperoleh dengan jalan ribut-ribut begini. Kini para orang
gagah sudah berkumpul semua di sini, kenapa kita tidik saling
ukur kepandaian masing-masing dengan ilmu pukulan atau
senjata? Barang siapa bisa menangkan seluruh pertandingan,
kita bersama lantas menyerah dan mengangkat dia sebagai
juara."
"Betul," timbrung seorang Tojin berjenggot panjang
bersenjatakan pedang. "Menurut cerita di kalangan Bu-Iim,
dahulu pernah terjadi "Hoa-san-lun-kiam (pertandingan
pedang di Hoa san) sekarang kita juga boleh coba-coba
bertanding, lihat saja siapakah gerangannya yang akan
menduduki tempat tertinggi?"
Segera semua orang bersorak menyatakan akur, malahan
ada beberapa orang diantaranya tanpa disuruh terus
melompat ke tengah sambil berteriak: "Hayolah, siapa berani
maju menghadapi aku?"
Melihat itu, Ciu Pek-thong, Ui Yok-su dan It-teng dan lainlain
saling pandang dengan bingung karena di antara orangorang
itu tiada seorangpun yang mereka kenal.
"Hoasan lunkiam" atau pertandingan pedang Hoa-san
yang disebut itu, ketika untuk pertama kalinya diadakan, Kwe
Cing sendiripun belum Iahir. Tatkala itu terjadi berebut sebuah
kitab yang bernama "Kiuim-cin-keng". Untuk itu Tang-sia, Setok,
Lam-te, Pak-kay dan Tiong-sin-thong, yaitu nama-nama
julukan Ui Yok-su. Auyang Kong, Toan-Ti-hin (lt-teng Taysu
sekarang), Ang Chit-kong dan Ong Tiong-yang telah
berkumpul di puncak tertinggi Hoasan untuk mengukur
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tenaga, akhirnya Tiong-sin thong Ong Tiong-yang menjagoi
tokoh-tokoh lainnya dan dapat menangkan gelar "Juara."
25 tahun kemudian, Ong Tiong-yang telah wafat, ketika Ui
Yok-su dan lain-lain untuk kedua kalinya mengadakan "Hoasan
lun-kiam", sekali ini kecuali keempat tokoh yang lama, yaitu
Tang-sia, Se tok, Lam te dan Pak-kay, bertambah lagi Ciu Pekthong,
Kiu Jian yim dan Kwe Cing bertiga, tapi sesudah saling
gebrak, semuanya meiasa kepandaian masing-masing belum
mencapai tingkatan yang susah diukur, untuk mendapatkan
gelar "Juara" sesungguhnya belum bisa.
Sungguh tak terduga setelah berpuluh tahun kemudian,
kini ternyata ada lagi serombongan tokoh silat kalangan Bu-
Iim yang ingin mengadakan "Hoa-san lun-kiam" ketiga kalinya.
Hal ini tentu saja bila Ui Yok-su dan lain-lain rada heran,
tapi yang lebih aneh ialah berpuluh orang di depannya ini
tiada yang mereka kenal. Apakah mungkin karena diri mereka
seperti kodok di dalam sumur yang tak tahu di luar langit
masih ada langit orang pandai ada yang lebih pandai.
Sementara itu terlihat beberapa orang itu sudah mulai
saling gebrak, tapi baru beberapa jurus tak tertahan lagi Ui
Yok-su dan Ciu Pek-thong akan rasa geli mereka. Sampai
orang alim seperti It-teng juga ikut geli, sejenak pula, saking
tak tahan, Ui Yok-su, Ciu Pek-thong, Nyo Ko dan Ui Yong
lantas tertawa ter pingkal2
Ternyata ilmu silat beberapa orang yang saling labrak itu
terlalu rendah, hakikatnya cuma sebangsa jual jamu di
Kangouw saja, entah mengapa merekapun bisa datang ke
Hoa-san dan me-niru2 hendak mengadakan "Hoa-san-lunkiam"
segala.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika mendengar suara tertawa Ciu Pek-thong dan lainlain,
pertarungan beberapa orang itu lantas berhenti dan
melompat mundur "Hai, manusia tak kenal mati-hidup! Tuantuan
besar sedang bertanding silat di sini, kenapa kalian
malah ter-kekek2 dan peringas-peringas di sini? Hayo, lekas
pergi dari sini jika ingin selamat!"
Tiba-tiba Nyo Ko bergelak ketawa, begitu keras dan
panjang suaranya hingga menggema angkasa bagai bunyi
guntur gemuruh. Mula-mula rombongan orang itu berwajah
pucat, menyusul badan gemetar, lalu senjatanya berjatuhan.
"Nah, lekas enyah!" beatak Nyo Ko kemudian
Sesudah terpaku sebentar, mendadak orang itu berteriak
ramai, berbareng lari sipat-kuping ke bawah gunung, saking
ketakutan sampai banyak yang jatuh bangun tak berani
menoleh lagi, lapat-lapat terdengar ada di antaranya berseru:
"Lekas lari, lekas lari! itulah Sin-tiau-tayhiap!"
Dan sekejap saja mereka sudah kabur bersih. Saking
gelinya Eng Koh dan Kwe Hu terpingkal-pingkal sembari
pegangi perut.
"Manusia yang suka mengelabui orang dan memajukan
nama di mana-mana selalu ada, tapi tidak nyana di puncak
Hoa-san inipun diketemukan bangsa-bangsa sedemikian ini,"
ujar Ui Yok-su gegetun.
"Dahulu di seluruh jagat terkenal ada "Ngo Coat" (panca
mahajana, lima tokoh terkemuka)", tiba-tiba Ciu Pek-thong
menyela. "Kini Se-tok, Pak-kay dan Tiong-sin thong sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mati, lalu tokoh yang masih hidup di jaman ini ada berapa
orang lagi yang dapat di-disebut "Ngo-Coat"?
Sahut Ui Yong dengan tertawa: "lt-teng Taysu dan ayahku
makin hari makin tinggi ilmunya, dahulu saja sudah termasuk
dalam hitungan "Ngo Coat" dan kini lebih-lebih tak perlu
disangsikan. Dan kalau mau bicara secara jujur, suamiku
sendiri adalah murid Pak-kay, iapun dapat termasuk satu di
antara "Ngo Coat" itu. Usia Ko-ji meski muda tapi ilmu silatnya
susah diukur, di antara angkatan muda siapa yang bisa
membandinginya, apalagi iapun anak angkat Auyang Hong,
jadi Tang dan Lam adalah orang lama, sedang Se dan Pak
harus diteruskan oleh suamiku dan Ko ji."
"Salah, salah!" sahut Pek-thong tiba-tiba sambil gelenggeleng
kepala.
"Kenapa salah?" tanya Ui Yong.
"Ya, salah," kata Pek thong. "Auyang Hong BerjuIuk Setok,
tapi hati dan tindak tanduk si Nyo Ko ini sama sekali tidak
Tok (racun, artinya kejam), kalau iapun disebut Se-tok, kan
tidak cocok?"
"Benar! Cing-koko juga tidak jadi pengemis pula lt-teng
Taysu sekarangpun tidak menjadi Hongte lagi." ujar Ui Yong,
"Maka menurut aku, julukan kalian sekarang kudu
diperbaharui Tang-sia, julukan ayah, adalah "trade mark"
lama, itu tak perlu diganti, It teng Taysu tidak lagi jadi
Hongte, tapi menjadi Hwesio, ia harus di sebut "Lam-ceng"
(paderi diri selatan), Mengenai Ko-ji (Nyo Ko), biar kuhadiahi
dia julukan "Ong" (bebas, tak terkekang), kalian bilang tepat
tidak?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus!" seru Ui Yok-su pertama-tama menyatakan akur,
"Haha, sejak kini, satu Tang-sia dan yang lain Se-ong, satu
tua dan satu muda, kita semua memang pasangan yang
setimpal"
"Ah, usiaku masih terlalu muda, mana berani berdiri
sejajar dengan para Cianpwe," ujar Nyo Ko merendah diri.
"Aha, adik cilik, kau salah jika bilang begitu," seru Ui Yoksu,
"Kau kan sudah pakai julukan "Ong" ( berlaku bebas )?
Kalau berdasarkan namamu yang tersohor dan ilmu silatmu,
masakan tidak lebih tinggi daripada Lo-wan-tong?"
Ui Yok-su tahu puterinya (Ui Yong) sengaja tidak
menyebut Ciu Pek-thong, perlunya biar si tua nakal itu tak
tahan, lalu muring-muring sendiri, maka iapun sengaja
membumbui sekalian.
Nyo Ko pun paham maksud hati ayah dan anak itu, ia
saling pandang dengan Siao-liong-li sambil tersenyum, dalam
hati ia berpikir "Julukan "Ong" ini memang sangat tepat."
Diluar dugaan Ui Yok-su, sama sekali Ciu Pek-thong tidak
ribut malahan, ia tanya: "Jika Lamceng dan Se-ong sudah
ganti merek semua, lalu "Pak-kay" bagaimana, harus diganti
apa?"
"Ksatrta seluruh jagat di jaman ini kalau menyebut Kweheng.
semuanya sebut "Kwe-tayhiap padanya," demikian "Cu
Cu-liu ikut buka suara. Selama berpuluh tahun ini ia
mempertahankan Siangyang dengan susah payah, membela
tanah air dan melindungi rakyat, orang gagah perwira seperti
dia sejak dulu hingga sekarang susah juga dicari
bandingannya, Maka menurut aku, kalau kita sebut dia "PakTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
hiap" (pendekar dari utara) rasanya semua orangpun akan
setuju.
Mendengar itu, segera It-teng Taysu dan Bu Sam-thong
dan lain-lain bertepuk tangan memuji nama baik itu.
"Nah, Tang-sia, Se-ong, Lam ceng dan Pak-hiap sudah ada
orangnya semua, lalu yang tengah, siapa yang harus
menduduki untuk menggantikan Tiong-sin-thong Ong Tiongyang?"
ujar Ui Yok-su. Sembari berkata ia sengaja melirik
sekejap ke arah Ciu Pek thong, lalu menyambung pula: "Nyohujin
(nyonya Nyo, maksudnya Siao liong-li) adalah ahliwaris
satu-satu-nya dari Kobong-pay, dahulu nama Lim Tiau-eng
menggetarkan Kangouw, meski Ong Tiong-yang sendiri juga
jeri padanya. Dengan ilmu pedang Giok-li-kiam-hoat ciptaan
Ko-bong-pay yang khas itu, kalau dahulu Lim-lihiap juga ikut
menghadiri Hoa-san- lun-kiam, jangankan nama Ngo-coat
harus diubah, bisa jadi gelar "juara" yang diperoleh Ong
Tiong-yang itu juga sukar dipertahankan. Kini ilmu silat Nyo
Ko berasal ajaran sang isteri, muridnya saja termasuk "Ngo
Coat" baru, gurunya tentu saja tak perlu di-sangsikan lagi,
Sebab itulah Nyo hujin tepat sekali menduduki tempat
tengah."
Namun Siao-liong-li tidak pernah ketarik oleh segala nama
pujian itu, dengan tersenyum ia menjawab: "Ah, sekali-sekali
aku tak berani menerimanya."
"Jika tidak mau, tentunya harus Yong-ji," kata Ui Yok-su
puIa, "Meski ilmu silatnya tidak terlalu tinggi, tapi banyak tipu
akal, pintar dan cerdik, kalau dia termasuk satu diantara Ngocoat
juga pantas."
"Bagus, bagus!" seru Ciu Pek-thong tiba-tiba sembari
bertepuk tangan tertawa. "Terus terang, kau Ui-losia, KweTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
tayhiap apa segala, semuanya tak pernah bikin hatiku kagum
dan takluk betul, hanya Ui Yong si bocah ini memang cerdik
dan licin, asal Lo-wan tong ketumbuk dia lantas mati kutu.
Kalau dia dimasukkan satu diantara Ngo-coat, itulah memang
paling tepat."
Semua orang jadi tercengang mendengar ucapan itu.
Sungguh kalau bicara tentang ilmu silat, sekalipun Ui Yok-su
dan It-teng juga merasa kalah sedikit, sebabnya nama Ciu
Pek-thong tidak di-ungkap mereka sebenarnya melulu ingin
bergurau untuk menggodanya saja.
Siapa tahu dasar pembawaan Ciu Pek-thong memang jujur
polos, sedikitpun hatinya tiada rasa iri dan- dengki meski
pembawaannya gemar silat, tapi tak pernah timbul pikiran cari
nama untuk menjagoi dunia, maka sama sekali tidak terpikir
olehnya apakah ia sendiri harus termasuk di dalam Ngo-coat
atau tidak.
Maka tertawalah Ui Yok-su, katanya: "Wahai, Lo-wan-tong,
kau memang benar-benar hebat. Soal "nama" aku Ui Losia
memandangnya dingin. It-teng Taysu anggap " nama" hanya
khayalan belaka. Hanya kau, hatimu kosong bersih, hakikatnya
tidak pernah berpikir tentang "nama" segala, nyata kau lebih
hebat setingkat lagi dari pada kami, Haha, Tang-sia, Se-ong,
Lam-ceng, Pak-hiap Tiong wan-tong di antara Ngo coat,
kaulah yang tertinggi.
Mendengar sebutan "Tangsia, Se-ong, Lam ceng, Pakhiap,
Tiong wan-tong" itu, semua orang lantas bersorak
memuji, tapi merasa geli pula.
Setelah kedudukan "Ngo Coat" ditetapkan, semua orang
lantas gembira ria, dengan berpencar mereka pergi pesiar
sendiri-sendiri menikmati keindahan pegunungan Hoa-san.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mula-mula Kwe Yang ikut di belakang sang ibu, Ui Yong, ia
lihat Nyo Ko bergandengan tangan dengan Siao-liong li
dengan mesranya menuju ke arah lain, katanya tiba-tiba pada,
ibunya: "Mak, sekarang boleh aku ikut pergi bersama Nyotoako
dan Liong-cici dengan bebas, bukan?"
Ui Yong mendadak diam tertegun sejenak, tapi lantas
tersenyum penuh arti.
-TAMAT
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru