Rabu, 19 April 2017

Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko

Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
-Begitulah sampai lama sekali walaupun si-imam menjadi
poros barisan bintang-bintang itu telah beberapa kali bergerak
dengan cepat, namun tetap tidak berhasil mengepung Kwe
Ceng, Dalam terkejutnya imam itu menjadi gusar pula, ia tidak
mau menyerah mentah-mentah, segera ia putar barisannya
pula dengan cepat.
Nampak pertarungan yang ramai ini, yang paling senang
adalah Nyo Ko. ia lihat ketujuh imam itu seperti orang gila saja
berlari-lari cepat mengitari Kwe Ceng, sebaliknya dengan
tenang saja Kwe Ceng melangkah beberapa tindak ke kiri atau
ke kanan, ke timur atau ke barat menurut keadaan musuh,
dari mula sampai akhir ketujuh imam itu ternyata tak berani
sembarang menyerang dengan senjata mereka, makin
menonton semakin ketarik hingga saking senangnya Nyo Ko
bertepuk tangan.
Dalam pada itu tiba-tiba terdengar Kwe Ceng berseru:
"Maaf!"
Habis ini mendadak ia menyerobot cepat dua langkah ke
kiri, sekarang barisan bintang-bintang itu berbalik berada di
bawah ke arah maka Kwe Ceng menyerobot kalau ketujuh
imam itu tidak ikut menggeser ke arah yang sama, tentu
mereka harus menghadapi bahaya yang mengancam jiwa
mereka, Oleh karena itu terpaksa ketujuh imam ini harus
mengikuti gerak arah Kwe Ceng.
Dengan demikian, maka ketujuh imam ini sudah terjeblos
dalam keadaan tak dapat melepaskan diri lagi, kemana Kwe
Ceng pergi, ketujuh orang ikut ke sana, Kwe Ceng cepat, para
imam pun cepat dan kalau lambat mereka turut lambat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diantara ketujuh imam ini rupanya Tokoh atau imam
wanita itu yang paling cetek kepandaiannya, setelah dibawa
putar belasan kali oleh Kwe Ceng, ia sudah merasa kepala
pusing dan napas tersengal-sengal, tampaknya segera akan
terbanting jatuh, Tetapi ia insaf kalau barisan bintang-bintang
mereka kehilangan seorang saja, maka seketika akan menjadi
pincang dan daya pertahanan mereka akan runtuh. Dalam
keadaan terpaksa ia hanya bisa mengertak gigi bertahan
sekuatnya.
Walaupun usia Kwe Ceng boleh dibilang tidak muda lagi,
tetapi semenjak ia tirakat di Tho-hoa-to. bersama isterinya Ui
Yong, paling akhir ini sudah jarang bergaul dengan dunia luar,
selama itu pula hati kanak-anak-nya ternyata belum menjadi
hilang, Kini nampak ketujuh imam itu dapat dipancing hingga
lari-lari, ia menjadi senang dan timbul kembali hati mudanya.
"Hari ini tanpa sebab tanpa alasan kalian telah
mendamperat padaku, kalian mencaci aku sebagai maling
cabul, menuduh aku bisa gunakan ilmu sihir pula, kini kalau
aku tidak betul-betul unjuk sedikit ilmu sihir padamu, mungkin
kalian sangka aku boleh dihina begitu saja ?" demikian ia pikir.
Karena itu, ia lantas berteriak pada Nyo Ko: "Lihat Ko-Ji,
saksikan ilmu sihir yang aku keluarkan ini !" Habis ini
mendadak dengan sekali loncat, ia melompat ke atas satu
batu cadas.
Ketujuh imam itu kini sudah berada di bawah pengaruh
Kwe Ceng, maka begitu dia loncat ke atas batu, jika ketujuh
imam ini tidak ikut meloncat, segera titik kelemahan barisan
mereka akan kelihatan. Oleh sebab itu diantaranya ada
beberapa imam jadi ragu-ragu, namun imam yang menduduki
tempat Thian-toan atau pemimpinnya, dengan sekali bersuit,
segera ia pimpin barisannya melompat ke-atas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di luar dugaan, belum sampai mereka menancap kaki di
atas, sekoyong2 Kwe Ceng melompat turut lagi, habis ini ia
lantas ganti tempat yang lain, keruan teraksa para imam itu
memburu dan meniru pula dan begitu seterusnya terjadi uberuberan.
Sampai akhirnya tiba-tiba Kwe Ceng meloncat ke atas
puncak satu pohon.
"Sungguh celaka, entah darimana munculnya iblis seperti
dia ini, pamor Coan-cin-kau hari ini pasti akan runtuh
seturuhnya", demikian diam-diam para imam itu mengeluh.
Sekalipun dalam hati mereka memikir, tetapi kaki mereka
tidak berani berhenti, mereka masing-masing mencari dahan
pohon sendiri-sendiri yang bisa dibuat singgah dan terus ikut
meloncat ke atas.
"Lebih baik di bawah saja !" Kwe Ceng menggoda dengan
ketawa dan betul saja ia lantas lompat turun pula, bahkan
berbareng ia ulur tangan hendak menjambret kaki imam yang
menduduki tempat Khay-yang.
Sebenarnya letak kelihayan Pak-tau-tin atau barisan
bintang-bintang itu adalah karena bisa bahu-membahu
dengan kerja sama yang rapat sekali, kini Kwe Ceng
menyerang pada satu tempat, otomatis dua imam yang
menduduki tempat serangkaian terpaksa melompat turun buat
membantu dan karena turunnya yang dua ini, mau tidak mau
imam-imam yang lain ikut turun pula dan dengan demikian
seluruh barisan menjadi terpengaruh.
Yang paling senang oleh karena pertarungan ramai ini
adalah Nyo Ko, ia terpesona dalam girang tercampur kejut,
Katanya dalam hati: "Apabila pada suatu hari aku bisa belajar
hingga sehebat kepandaian Kwe-pepek sekalipun seumur
hidupku harus menderita juga aku rela"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi lantas terpikir pula: "Namun seumur hidupku ini
mana bisa belajar kepandaian setinggi ini dari dia kecuali si
budak Kwe Hu dan kedua saudara Bu yang beruntung itu, Hm,
sudah jelas ia maksudnya Kwe Ceng) tahu kepandaian orang
coan-cin-kau jauh dibawahnya, tapi ia justru sengaja kirim aku
untuk belajar silat pada imam-imam busuk ini."
Begitulah makin dipikir Nyo Ko semakin dongkol hingga ia
berpaling ke jurusan lain, ia tidak mau lihat Kwe Ceng
mempermainkan ketujuh imam tadi Akan tetapi sifat anakanak
mana bisa tahan lama, tidak antara lama ia menjadi
kepingin tahu apa jadinya dengan imam-imam yang digoda
itu, maka tidak tahan lagi ia berpaling kembali untuk
menyaksikan pertempuran ramai dan lucu itu.
Sementara itu sesudah puas mempermainkan para imam,
diam-diam Kwe Ceng berpikir: "Sesudah begini, tentunya
mereka harus percaya bahwa aku betul-betul adalah Kwe
Ceng, Jadi orang hendaklah jangan keterlaluan harus jaga
kebaikan di hadapan Khu-cin-jin nanti."
Dalam pada itu ia sedang goda ketujuh imam tadi hingga
putar kayun dengan kencang, mendadak ia berdiri diam sambil
Kiongciu serta berkata : "Tujuh To-heng, maaf saja, sekarang
silahkan menunjuk jalannya."
Diluar dugaan, imam yang menduduki tempat Thian-koan
dan sebagai pemimpin tadi ternyata berwatak sangat keras,
karena melihat ilmu silat lawannya semakin kuat, ia semakin
yakin orang pasti tidak bermaksud baik terhadap perguruan
mereka, maka meski menghadapi musuh setangguh ini, sama
sekali ia pantang mundur.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hm, maling cabul." demikian segera ia menjawab dengan
suara lantang, "Coan-cin-kau kami paling benci pada segala
perbuatan kejahatan, maka sekali-kali jangan kau harap bisa
melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak tahu malu di
Cong-lam-san ini !"
Kwe Ceng bingung oleh damperatan yang tak keruan
juntrungannya ini, "Apa perbuatanku yang tidak kenal malu ?"
demikian ia tanya.
""Hm, pura-pura bodoh." jengek imam Thian-koan itu.
"Melihat kepandaianmu yang tinggi ini, tentunya kau bukan
sebangsa manusia yang suka berbuat kotor, aku nasehati kau,
lekas kau turun kembali, sana !"
Meski imam ini masih mendamperat, tetapi di balik katakata
yang diucapkan ini ia telah unjuk juga rasa kagumnya
terhadap ilmu kepandaian Kwe Ceng.
"Jauh-jauh Cayhe sengaja datang dari selatan dan ingin
bertemu Khu-cinjin untuk sesuatu keperluan, sebelum
bertemu mana boleh kembali turun gunung ?" demikian jawab
Kwe Ceng.
Mendengar jawaban ini, tiba-tiba air muka imam hian-koan
itu berubah hebat.
"Hm, jadi kau ingin ketemu Khu-cinjin ? Baiklah, coba
katakan, sebenarnya ada urusan apa ?" tanyanya dengan
dingin.
"Sejak kecil Cayhe menerima budi besar dari Ma cinjin dan
Khu-cinjin, karena sudah belasan tahun tidak bertemu, maka
aku menjadi kangen sekali," sahut Kwe Ceng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun jawaban ini ternyata makin menambah sikap
permusuhan dari imam itu. Kiranya soal "budi" dan dendam"
dalam kalangan Kangouw paling di-utamakan, sering kali
karena soal sakit hati, di mulut dia bilang datang buat balas
budi padahal yang benar maksudnya hendak membalas
dendam, Imam Thian-koan itu suka pegang teguh
pandangannya sendiri, maka kata-kata Kwe Ceng yang
diucapkan dengan setulus hati justru diterima kebalikannya.
"Jangan-jangan guruku Giok-yang Cinjin juga kau katakan
ada budi padamu," demikian ia menjengek lagi.
Karena kata-kata ini, Kwe Ceng jadi ingat pada masa yang
silam, masa mudanya dengan peristiwa yang terjadi dalam
istana Thio-ong-hu, dimana Giok-yang-cu (atau Giok-yang
Cinjin) Ong Ju-it tanpa pikirkan bahaya telah menandingi
gerombolan musuh yang jauh lebih banyak untuk menolong
dirinya, atas kejadian itu memang tidak sedikit budi yang dia
terima dari Ong Ju-it. Oleh sebab ini, tanpa ragu-ragu lagi ia
lantas jawab : "O, kiranya To-heng adalah murid Giok-yang
Cinjin, memang betul juga 0ng-cinjin ada budi terhadap
Cayhe, bila dia juga berada di atas gunung, sudah tentu akan
lebih baik lagi."
Diluar dugaan, ketujuh imam ini malah menjadi gusar,
dengan suara bentakan yang murka, senjata mereka segera
menyamber, dengan cepat mereka menyerang tujuh tempat di
tubuh Kwe Ceng secara serentak.
Akan tetapi mana bisa Kwe Ceng diserang dengan
gampang dengan sedikit mengegos ia sudah melangkah ke
samping, kembali ia duduki tempat bintang Pak-kek atau
kutub utara yang menjadi kelemahan barisan para imam itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"He, bicara dulu," demikian ia teriaki imam-imam Coancin-
kau ini, "Cayhe Kwe Ceng sama sekali tidak mengandung
maksud jahat kesini, dengan cara bagaimana baru-kalian mau
percaya bahwa aku benar-benar Kwe Ceng adanya ?"
"Kau sudah merebut enam pedang anak murid Coan-cinkau
yang duluan, kenapa tidak sekalian rampas lagi tujuh
pedang kami ini ?" sahut imam Thian-coan tadi.
Dalam pada itu imam yang menduduki tempat Thian-koan
yang sejak tadi sebenarnya tutup mulut saja, kini mendadak
ikut menyela dengan suara yang pecah.
"Maling cabul anjing, rupanya kau hendak pamer
kepandaianmu di hadapan sundel kecil keluarga Liong itu ?
Hm, apa kau kira Coan-cin-kau kami gampang kau hina ?"
demikian ia mencaci maki
Keruan Kwe Ceng menjadi gusar.
"Apa kau bilang ?" sahutnya dengan muka merah. "Nona
keluarga Liong ?" Siapa dia ? aku Kwe Ceng selamanya tidak
pernah kenal dia."
"Haha, jika kau berani, kenapa kau tidak memaki dia
sebagai perempuan busuk, sebagai sundel cilik !" kata imam
Thian-koan pula dengan bergelak tawa.
Mendengar orang mengumbar kata-kata kotor, Kwe Ceng
menjadi tertegun, dasarnya ia memang jujur dan patuh pula
adat peraturan, ia pikir wanita she Liong yang disebut itu
entah orang macam apakah, mana boleh tanpa sebab dan
alasan aku mencaci makinya. Karena pikiran ini, ia lantas
menjawab: "Kenapa aku harus memaki dia ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hahaha!" tertawa beberapa imam itu berbareng "Nah,
bukankah kau sudah mengaku sendiri ?"
Dasar Kwe Ceng memang tidak pandai menggunakan
otak, kini orang secara serampangan memaksakan suatu
tuduhan padanya, semakin lama ia merasa semakin ruwet, ia
hanya pikir dengan paksa terjang saja ke Tiong-yang-kiong
untuk menemui Khu Ju-ki dan Ong Ju-it tentu segala urusan
akan menjadi beres.
"Kini Cayhe akan naik ke atas, kalian merintangi lagi,
jangan kalian menyesali Cayhe tidak segan-segan," dengan
dingin ia memberi peringatan.
Tapi ketujuh imam itu tiba-tiba melangkah maju setindak
dengan senjata siap sedia.
"Jangan kau pakai ilmu sihir, kita boleh coba ukur
kepandaian dalam ilmu sejati," dengan suara keras imam
Thian-soan tadi menantang.
Kwe Ceng hanya tertawa, segera ia ambil satu keputusan,
maka ia lantas menjawab: "Aku justru hendak unjuk -- sedikit
ilmu sihir pada kalian, tanpa tanganku menyenggol senjata
kalian sedikitpun aku, sanggup merampas ketujuh pedang
kalian,"
Ketujuh imam itu saling pandang, dari wajah mereka
tertampak perasaan tidak percaya.
"Bagus, kami akan coba-coba ilmu kepandaianmu dalam
hal tendangan," seru salah satu imam.
"Akupun tidak perlu gunakan kaki," sahut Kwe Ceng.,
"Pendeknya tidak nanti aku menyenggoI barang sedikitpun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
senjata maupun anggota badan kalian, tetapi senjata kalian
akan kurampas, kalau sampai tersentuh, anggap saja aku
kalah dan segera aku turun gunung untuk selamanya tidak
akan naik ke sini lagi."
Mendengar orang buka mulut besar, ketujuh imam itu
menjadi marah semua, Tanpa tunggu lagi, Begitu imam Thiankoan
geraki pedangnya, segera ia bawa barisannya
mengerubut maju.
Namun dengan kepala menunduk Kwe Ceng lantas
menerjang dengan cepat, ia menduduki titik bintang Pak-kek
lagi dan dengan langkah cepat mengarah ke kiri, ia
menyerang sajap kiri barisan para imam.
Imam Thian-koan yang menjadi pemimpin barisan kenal
lihaynya orang, maka lekas-lekas ia bawa barisannya memutar
ke kanan, dengan demikian supaya bisa berhadapan dengan
Kwe Ceng dan supaya kelemahan barisannya tidak kentara.
Diluar dugaan., sekali Kwe Ceng sudah mengincar sayap
kiri, tetap ia serang bagian kiri dan tidak putar balik, meski
tempo-tempo cepat dan kadang-kadang lambat, tetap ia
berlari mengincar bagian kiri, oleh karena ia bisa menduduki
tempat bintang Pak-kek dengan kukuh, mau tidak mau
ketujuh imam itu harus ikut memutar ke kiri juga.
Begitulah makin lari semakin cepat Kwe Ceng juga
menguber, sampai akhirnya kecepatannya boleh dikatakan
melebihi kuda, makin lama makin luas pula tempat yang
dibuat putar hingga berupa satu lingkaran selebar belasan
tombak.
Tetapi ketujuh imam ini tergolong tidak lemah juga, meski
mereka dipaksa dalam kedudukan yang terbalik dipengaruhi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
orang, namun barisan mereka sedikitpun belum kacau,
mereka bertujuh masih menduduki tempatnya masing-masing
dengan kuat dan tetap, hanya tubuh mereka saja yang tidak
bisa dikuasai lagi masih terus ikut lari terbawa oleh Kwe Ceng.
Diam-diam Kwe Ceng harus puji juga keuletan tujuh imam
Coan-cin-kau ini, maka langkahnya tidak pernah ia kendurkan,
tiba-tiba dia malah pergiat kakinya hingga berlari memutar
sebagai roda angin saja.
Mula-mula ketujuh imam itu masih bisa paksakan diri ikut
berlari terus, tetapi lama kelamaan Gin-kang atau ilmu
entengkan tubuh imam-imam itu lantas tertampak, imam
Thian-koan paling tinggi Ginkangnya, ia lari paling depan dan
disusul dengan imam yang menduduki tempat Thian-ki dan
Thian-heng, sedang imam yang lain perlahan-lahan menjadi
ketinggalan hingga barisan mereka lambat laun makin
renggang, Tentu saja mereka terperanjat, pikir mereka: "Jika
musuh mau gempur barisan kita pada saat ini mungkin
barisan bintang ini tidak bisa dipertahankan lagi."
Walaupun mereka sudah tahu bakal celaka, tapi karena
sudah terlanjur, mereka tak pikirkan lain lagi, mereka hanya
bisa berbuat sepenuh tenaga dan keluarkan seluruh
kepandaian untuk lari lebih cepat mengikuti Kwe Ceng yang
masih terus berputar.
Sebagai contoh dapat dilukiskan umpamanya kita ikat
sepotong batu dengan seutas tali lalu kita putar secepat
mungkin, diwaktu batu berputar kencang dan mendadak kita
lepaskan, maka batu itu, pasti akan mencelat jauh dengan tali
pengikatnya tadi.
Sama halnya sekarang dengan ketujuh imam itu, mereka
telah dipengaruhi Kwe Ceng yang makin putar makin cepat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sampai pedang mereka terangkat di atas kepala, makin cepat
mereka berlari, makin tidak kuat memegang pedang mereka
seakan-akan ada satu tenaga maha besar yang menariknya
dan hendak merebut pedang dari tangan mereka.
"Lepas!" sekonyong-konyong terdengar Kwe Ceng
membentak. Berbareng ini ia meloncat cepat ke kiri.
Oleh karena tidak menduga-duga akan kejadian itu, ketika
imam-imam itu mendadak lihat Kwe Ceng meloncat ke atas,
terpaksa mereka harus ikut melompat ke-atas juga. Dan aneh,
entah mengapa ketujuh pedang yang mereka pegang itu
semuanya tidak bisa mereka pertahankan lagi, seluruhnya
telah terlepas dari cekalan, seperti tujuh ular perak saja
ketujuh pedang itu menyamber ke dalam hutan yang berjarak
belasan tombak jauhnya.
Dalam pada itu mendadak pula Kwe Ceng berdiri tegak,
dengan ketawa kemudian ia berpaling.
Sebaliknya wajah ke tujuh imam itu menjadi pucat seperti
mayat, mereka berdiri terpaku di tempatnya, hanya masing
masing tetap menduduki tempat barisannya, barisan mereka
sama sekali belum menjadi kacau. Melihat keadaan ini diamdiam
Kwe Ceng memuji juga atas kegigihan imam-imam itu.
Sementara imam Thian-koat tadi tiba-tiba bersuit sekali,
menyusul ini semuanya lantas mundur ke belakang batu-batu
cadas dan menghilang.
Ada kejadian apa sebenarnya di Cong-lam-san sehingga
kedatangan Kwe Ceng berdua dimusuhi para tosu Coan-cinkau?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siapa gerangangan gadis she Liong yang dimaki nona cabul
itu?
Liku-liku apa pula yang masing-masing akan dialami Kwe Ceng
dan Nyo Ko di Cong-lam-san ini ?
- Bacalah jilid ke 5
Jilid 5
"Ko-ji, marilah kita naik gunung sekarang," teriak Kwe
Ceng.
Tapi meski sudah dua kali ia memanggil, belum juga ada
sahutan dari Nyo Ko, waktu ia coba mencari namun bayangan
Nyo Ko sudah tak tertampak lagi, yang dia ketemukan hanya
sebuah sepatu kecil yang ketinggalan di semak-semak di
belakang pohon sana.
Tentu saja Kwe Ceng terkejut, ia mengerti ke-Tho-hoa-to,
meski setiap hari ia tetap berlatih diri lain yang mengira di
samping dan telah menculik si Nyo Ko. Tetap bila ia pikir para
imam tadi hanya salah paham saja terhadap dirinya, pula
Coan-cing-kau selamanya suka bantu yang lemah dan
berantas kejahatan, tidak nanti satu anak kecil dibikin susah
oleh mereka, maka ia tidak menjadi kuatir lagi.
Dengan kumpulkan tenaganya, segera ia berlari cepat
mendaki keatas.
Sudah ada belasan tahun Kwe Ceng tirakat di Thoa-hoato,
meski setiap hari ia tetap berlatih diri, namun sudah sekian
lamanya belum pernah ia bergebrak dengan orang, karena itu
kadang-kadang terasa kesepian olehnya, kini kebetulan bisa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bergebrak seru dengan para imam tadi, maka diam-diam ia
merasa cukup puas.
Sementara di jalannan pegunungan semakin sulit
ditempuh, tak antara lama, bahkan awan hitam menutup raut
sang dewi malam, mendadak udara-pegunungan cerah
menjadi gelap guIita, Karena keadaan ini, Kwe Ceng menjadi
ragu-ragu, ia pikir: "Tempat ini aku belum apal, jangan-jangan
para To-heng itu main tipu muslihat, betapapun aku harus
waspada."
Karenanya ia lantas lambatkan langkahnya, ia jalan
pelahan saja. sesudah maju lagi, tiba-tiba awan hitam tadi
terpencar di tiup angit, rembulan memancarkan sinarnya
dengan terang benderang, ia dengar di balik gunung sana
sayup-sayup ada suara napas orang yang hampir ratusan
banyaknya, meski suara napas itu sangat pelahan, namun
karena jumlah orangnya banyak, maka Kwe Ceng dapat
mengetahuinya. Tetapi ia tidak menjadi gentar, sesudah
kencangkan ikat pinggangnya, segera ia melanjutkan
perjalanan pula, setelah melintasi satu lereng gunung, tibatiba
ia menjadi kaget.
Kiranya di depannya terdapat satu lapangan yang sangat
luas dengan sekelilingnya dikitari gunung-gunung, keadaannya
sangat angker dan bagus sekali, Di bawah gunung yang
terdapat lapangan luas itu terdapat pula satu kolam besar,
karena sorotan sinar bulan, maka air kolam menjadi berkelapkelip
kemilauan.
Di depan kolam besar kelihatan ratusan imam yang berdiri
terpencar, para imam ini semuanya memakai kopiah kuning
dan jubah kelabu, tangan menghunus pedang, sinar pedang
yang gemerdepan menyilaukan mata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika Kwe Ceng mengawasi kiranya para imam itu tiaptiap
tujuh orang tergabung menjadi satu kelompok hingga
seluruhnya ada empat belas barisan bintang Thian-keng-paktau-
tin. Tiap-tiap tujuh Pak-tau-tin kecil ini terbentuk pula
menjadi satu Pak-tau-tin yang besar, sungguh hebat sekali
keadaan barisan bintang raksasa ini, karena itu diam-diam
Kwe Ceng berkuwatir.
Dalam pada itu tiba-tiba terdengar satu imam dalam
barisan raksasa itu bersuit, habis ini di 98 imam itu dengan
cepat terpencar, ada yang di depan ada yang di belakang,
sekaligus berubahlah barisan bintang mereka, segera Kwe
Ceng terkurung di-tengah-tengah. Tiap-tiap imam itu siap
sedia dengan pedang terhunus, mereka memandang dengan
mata tak berkedip dan semuanya bungkam.
"Dengan hati tulus Cayhe mohon bertemu Khu-cin-jin,
maka harap para To-heng jangan merintangi," segera Kwe
Ceng menyapa dengan memberi hormat kepada para imam
itu.
"llmu kepandaianmu cukup hebat, kenapa kau tidak tahu
harga diri dan mau berkomplot dengan kaum siluman ?
Hendaklah kau lekas insaf bahwa selamanya wanita suka
menyesatkan orang, sayang kalau puluhan tahun latihan
kepandaianmu hanya dibuang dalam sekejap saja !" demikian
imam berjenggot panjang dalam barisan itu menjawab Nada
suaranya rendah, tetapi setiap, kata diucapkannya dengan
jelas, suatu tanda tenaga dalamnya sudah kuat sekali, lagu
kata-katanya juga sungguh-sungguh nyata ia menasihati
orang dengan setulus hati.
Sudah tentu Kwe Ceng merasa geli dan mendongkol
pikirnya dalam hati: "Para imam hidung kerbau ini entah
anggap aku ini manusia macam apa? Coba kalau Yong-ji
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berada didampingku, pasti tidak akan terjadi kesalahan paham
seperti sekarang ini."
Oleh karena itu, dia lantas menyahut: "Siluman apa dan
wanita apa yang kau maksudkan ? Sungguh Cayhe sama
sekali tidak tahu-menahu, jika Cayhe bertemu dulu dengan
Khu-cinjin, tentu segalanya akan menjadi terang"
"Kau bisa ketemu beliau jika mampu boboIkan Pak-tau-tin
dari Coan-cin-kau kami ini," kata imam berjenggot pandang
tadi.
"Cayhe hanya seorang diri, pula ilmu kepandaianku terlalu
rendah, mana berani melawan ilmu mujijat kalian ? Harap saja
anak yang aku bawa itu dibebaskan dan silakan memberi
kesempatan padaku buat menemui Khu-cin-jin," sahut Kwe
Ceng.
"Hm, kau masih coba berlagak dan putar lidah? Di depan
Tiong-yang-kiong di Cong-lam-san ini mana boleh kau maling
cabul ini berbuat tidak semena-mena?" mendadak imam
jenggot panjang membentak. Habis ini pedangnya memutar
ke atas dengan membawa samberan angin yang santar hingga
menerbitkan suara ngaungan yang bergema.
Karena inilah imam yang lain serentak gerakan senjata
mereka juga, sekaligus 98 batang pedang berputar kian
kemari hingga menerbitkan angin yang keras, sinar pedang
yang berpantulan tersusun seperti satu jaringan sinar perak
Diam-diam Kwe Ceng mengeluh oleh susunan barisan
bintang-bintang ini, ia pikir dengan seorang diri mana mungkin
bisa menandingi lawan yang begitu banyak?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu sebelum dia bisa ambil sesuatu keputusan,
ke-96 imam itu sudah lantas merubung maju dri kedua belah,
sinar pedang mereka menyamber rapat hingga boleh
dikatakan lalat saja sukar menerobos.
"Hayo, senjata apa yang kau pakai, lekas kau keluarkan!"
terdengar si imam jenggot panjang membentak.
"Rupanya barisan Pak-tau-tin mereka tidak gampang
dipecahkan, tetapi kalau hendak mencelakai aku, rasanya
mereka juga tidak mampu, Biarlah aku melihat cara
bagaimana permainan barisan mereka ini," demikian Kwe
Ceng membatin.
Maka dengan sekonyong-konyong ia memutar pergi, ia lari
menduduki tempat di ujung barat-daya, berbareng ia
keluarkan tipu pukulan "ciam-liong-bat-yong" atau naga
selulup jangan digunakan, satu tipu pukulan yang lihay dari
ilmu pukulan "Hang-liong-sip-pat-ciang" (ilmu pukulan
penakluk naga)" yang meliputi delapan belas jurus. Sekali
tangannya diulur lalu ditarik pula terus mendadak didorong
lagi ke samping.
Karena serangan ini, ketujuh imam muda yang menjaga
barisan ujung barat-daya itu lekas-lekas pindahkan pedang
mereka ke tangan kiri, lalu sambil bergandengan tangan
mereka ulur telapak tangan kanan untuk menyambut pukulan
Kwe Ceng tadi.
Tak tahunya ilmu pukulan ini sudah dilatih Kwe Ceng
sedemikian rupa sehingga di atas puncaknya kesempurnaan,
tenaga dorongannya tadi luar biasa kerasnya, yang paling
lihay justru terletak pada tenaga tarikan kembalinya tadi. Oleh
karena itu, sepenuh tenaga ketujuh imam itu menahan
dorongannya, diluar dugaan menyusul satu kekuatan yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
maha besar malah menarik lagi ke depan, keruan ketujuh
imam muda ini tak bisa tancap kaki lebih kuat lagi, tanpa
kuasa mereka terbanting jatuh, Meski segera mereka bisa
melompat bangun, namun tidak urung muka mereka sudah
kotor penuh debu hingga mereka merasa malu.
Nampak betapa lihaynya Kwe Ceng, sekali turun tangan
tujuh anak muridnya kena dibanting roboh, tentu saja imam
jenggot panjang tadi sangat terkejut, segera ia bersuit
panjang, ia geraki ke-14 Pak-tau-tin mereka dan bergandeng
menjadi satu secara berderet-deret.
Dalam keadaan demikian, sekalipun berlipat ganda pula
tenaga pukulan Kwe Ceng juga tidak mungkin sanggup
mendorong ke-98 imam yang banyak ini. Maka ia tak berani
menyerang secara keras lawan keras lagi, segera ia keluarkan
Gin-kang atau ilmu entengi tubuh, ia menerobos ke sana
kemari diantara barisan orang, ia pikir mencari lubang dahulu
untuk kemudian baru turun tangan mematahkan barisan
lawan.
Sesudah lari sini dan lompat sana, ia sengaja pancing
barisan musuh supaya berubah tempat, namun segera ia tahu
kalau hanya kekuatan seorang diri saja sungguh sulit untuk
mematahkan barisan bintang-bintang ini, sementara itu makin
lama barisan itu semakin ciut garis kepungan mereka, Kwe
Ceng merasa hendak berkelit atau hindarkan diri makin
lamapun semakin sulit.
Karenanya diam-diam Kwe Ceng berusaha cara bagaimana
untuk menerjang keluar kepungan musuh Ketika mendadak ia
mendongak, ia lihat jauh di Iamping gunung sebelah kanan
sana berdiri satu kuil yang sangat megah, ia taksir tentu itulah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiong-yang-kiong, ia lihat kira-kira belasan li jauhnya kuil itu,
ia memperhitungkan suara teriakannya masih bisa mencapai
istana itu, maka diam-diam ia kumpulkan seluruh tenaga
dalamnya, sesudah siap, mendadak ia berseru keras: "Tecu
(anak murid) Kwe Ceng mohon bertemu! Tecu Kwe Ceng
mohon bertemu !"
Begitu keras suara teriakan hingga seperti bunyi guntur di
siang hari sampai kuping para imam itu terasa pekak, bahkan
tergetar sampai kepala pusing dan mata kabur, seketika daya
serangan mereka menjadi kendor.
"Awas, jangan sampai kena dikibuli maling cabul ini,"
lekas-lekas jenggot panjang tadi memberi semangat pada
kawan-kawannya.
Kwe Ceng menjadi gusar mendengar orang berulang kali
memaki dirinya, ia pikir : "Barisan bintang-bintang ini berada
dibawah pimpinannya, asal aku hantam roboh orang ini, ular
tanpa kepala, tentu barisan ini tidak sulit lagi untuk
dihancurkan." - Karena itu, segera ia buka serangan lagi, ia
selalu incar si-imam jenggot panjang.
Di luar dugaannya, keistimewaan barisan bintang-bintang
ini justru adalah memancing musuh untuk menggempur pucuk
pimpinannya, dengan demikian barisan-barisan dalam
kelompok kecil lainnya segera mengepung dari kedua sayap,
kalau terjadi begini berarti musuh sudah terjebak ke dalam
jaring-jaring mereka.
Syukur Kwe Ceng bukan sembarang orang, baru beberapa
langkah ia menguber imam jenggot panjang itu, segera ia
merasa gelagat tidak menguntungkan, tiba-tiba ia merasakan
daya tekanan dari belakang bertambah hebat, begitu pula dari
kedua sayap mengerubut maju secara ber-bondong-bondong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Satu kali ia hendak belok ke kanan, tetapi dua barisan kecil
dari depan telah menyerang berbareng dengan 14 pedang.
Tempat yang diarah ke 14 pedang para imam ini ternyata
tepat dan bagus hingga Kwe Ceng hendak berkelit tak bisa,
hendak mengegos pun tak sempat.
Namun begitu menghadapi bahaya demikian ini, dalam
hati Kwe Ceng bukannya menjadi takut, sebaliknya hawa
amarahnya semakin memuncak, pikirnya dalam hati:
"Sekalipun kalian dakwa aku sebagai maling cabul segala, tapi
sebagai orang beragama seharusnya berwelas-asih, kenapa
tiap-tiap seranganmu begini keji? Apa memang sengaja
hendak melenyapkan jiwaku ?"
Mendadak ia meloncat ke samping, berbareng sebelah kaki
melayang, sekali tendang ia bikin satu imam muda terpental,
sedang tangan kiri di-ulur pula buat merebut pedang orang,
dengan senjata rampasan ini ia tangkis tujuh pedang yang
sementara itu telah menyerang lagi dari sebelah kanan, Maka
terdengarlah suara nyaring beradunya senjata, tahu-tahu
ketujuh pedang musuh sudah ter-kutung semua, sebaliknya
pedang yang Kwe Ceng pegang masih baik-baik saja tanpa
rusak.
Hendaklah diketahui bahwa pedang yang dirampas Kwe
Ceng itu tiada bedanya dengan pedang para imam yang
terkutung itu dan bukannya lebih tajam, soalnya karena
tenaga dalamnya sengaja dia salurkan ke ujung pedangnya
dan sekali gus bikin tujuh pedang musuh tergetar putus.
Mungkin saking kaget oleh ketangkasan Kwe Ceng ini
hingga muka ketujuh imam tadi jadi pucat dan mulut
temganga.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nampak barisan kawannya bobol, lekas-lekas dari samping
dua barisan kecil merubung maju untuk melindungi barisan
yang duluan, Diam-diam Kwe Ceng ingin men-coba-coba lagi
kekuatannya sendiri demi nampak 14 imam kedua kelompok
barisan pendatang ini tangan bergandeng tangan, tenaga 14
orang telah tergabung menjadi satu. Maka sengaja ia ajun
pedang rampasannya, sekali tempel, senjata ke -14 imam itu
segera melengket dengan pedang Kwe Ceng ini.
"Awas !" tiba-tiba Kwe Ceng berseru, berbareng tangannya
sedikit diangkat, maka terdengar suara "krak" yang riuh,
ternyata ada duabelas batang pedang para imam itu yang
patah. Masih dua batang lagi telah mencelat terbang ke udara.
Tentu saja luar biasa terperanjatnya imam-imam itu,
lekas-lekas mereka melompat mundur.
Walaupun sekaligus senjata para imam itu kena
dipatahkan dan dilempar pergi, namun Kwe Ceng tidak merasa
puas seluruhnya, pikirnya: "Nyata kepandaianku masih belum
sampai pada tingkatan yang paling tinggi, maka dua pedang
tadi masih belum bisa kubikin patah sekalian."
Dalam pada itu, para imam sudah bertambah waspada,
cara mereka menyerang pun lebih hati-hati, tetapi semakin
kencang pula kepungan mereka, sebaliknya karena belum bisa
membikin patah semua pedang tadi, Kwe Ceng merasa
barisan musuh dijaga lebih kuat, dalam hati ia menjadi raguragu,
ia pikir jangan sampai diriku akhirnya kecundang, urusan
jangan sampai terlambat lebih baik turun tangan lebih dulu.
Habis ini dengan sedikit mendak tubuh, mendadak Kwe
Ceng meloncat ke sudut timur laut, dengan tindakan ini ia
tahu kedua kelompok barisan kecil dari jurusan barat-daya
pasti akan putar maju, namun ia sudah siap, meski hanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sebatang pedang yang dia pegang, tapi dalam sekejap saja ia
sudah menusuk empatbelas kali, 14 titik putih gemerdep
menyamber berbareng, tiap-tiap tusukannya tepat mengenai
"yang-kok-hiat" di pergelangan tangan ke - 14 imam itu.
Meski cara menggeraki tangan Kwe Ceng tidak keras,
tetapi para imam itu sudah rasakan tangan mereka tak
bertenaga lagi, ke 14 pedang merekapun terjatuh ke tanah.
Luar biasa kejut para imam itu, dengan tersipu-sipu
mereka melompat mundur, dan ketika pergelangan tangan
mereka periksa, nyata "Yong-kok-hiat" yang kena ditutul tadi
sedikit tanda merah, tetapi setetes darahpun tidak mengucur
keluar, Sungguh hebat serangan Kwe Ceng ini, dia gunakan
ujung pedang yang tajam itu untuk menusuk Hiat-to, tetapi
sedikitpun tidak bikin lecet kulit daging, sungguh suatu
kepandaian yang luar biasa.
Keruan para imam itu terperanjat, dalam hati mereka bisa
membayangkan juga apabila Kwe Ceng mau tabas putus
tangan mereka tadi sebenarnya bukan urusan sulit.
Kini sudah ada 5 kali 7 atau 35 pedang yang telah terlepas
dari cekalan.
Imam yang berjenggot panjang tadi semakin gusar, ia
tahu juga Kwe Ceng masih belum keluarkan seluruh
kepandaiannya, tetapi untuk menjaga pamor Coan-cin-kau
tidak merosot, berulang kali ia memberi perintah lagi, ia
persempit pula lingkaran barisannya, ia pikir dengan kepungan
98 imam, secara desak-mendesak saja akan gencet mampus
lawannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebaliknya hati Kwe Ceng menjadi gemas juga, batinnya :
"Para To-heng ini sungguh tidak kenal baik dan jelek, agaknya
terpaksa aku harus hajar mereka supaya kapok."
Tanpa ayal lagi segera ia mulai buka serangan baru,
dengan Ginkang yang lihay ia menyusur kesana dan memutar
kemari, hanya sekejap saja barisan bintang para imam itu
sudah tampak rada kacau.
Melihat gelagat jelek, lekas-lekas imam jenggot panjang
tadi memberi perintah agar kambrat-kambratnya berlaku
tenang dan tetap jaga rapat kedudukan barisan mereka, ia
insyaf apabila sampai ikut Kwe Ceng berlari, maka akhirnya
barisan mereka pasti akan kocar-kacir dipatahkan. Tetapi demi
mereka berdiri tenang tak bergerak, Kwe Ceng sendiri jadi
gagal usahanya.
"To-heng ini (maksudnya imam jenggot panjang) sangat
paham akan rahasia barisannya, nyata dengan cepat ia bisa
ambil tindakan," demikian diam-diam Kwe Ceng membatin.
"Biarlah aku berteriak beberapa kali lagi, coba ada suara
sahutan dari Khu-totiang atau tidak"
Selagi ia mendongak hendak buka mulut, sekilas
tertampak olehnya pada pojok kuil yang megah di atas
gunung sana lapat-lapat ada berkelebatnya sinar putih,
agaknya seperti ada orang sedang bertempur dengan senjata
tajam, hanya sayang karena jaraknya terlalu jauh, maka gerak
tubuh orangnya tidak jelas, lebih-lebih suara beradunya
senjata tidak bisa kedengaran.
Hati Kwe Ceng tergerak "Siapakah yang bernyali begitu
besar, berani dia ngacau ke Tiong-yang-kiong ? Rupanya
kejadian malam ini ada sesuatu yang mencurigakan"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena itu, ia ingin lekas memburu ke kuil di atas gunung
untuk melihat apa yang terjadi, cuma para imam masih terus
merintanginya dengan mati-matian.
Akhirnya Kwe Ceng menjadi tak sabar, tiba-tiba tangan
kirinya memukul dengan gerak tipu "kian-liong-cay-thian"
(melihat naga di sawah), sedang tangan kanan dengan tipu
pukulan "kong-liong-yu-hwe" (naga pembawa sial), sekali
serang ia keluarkan ilmu kepandaiannya hantam kanan-kiri
dengan kedua tangannya.
Karena serangan kanan-kiri ini, maka barisan bintang
raksasa itu terpaksa membagi 49 orang buat menahan
serangan dari kiri dan 49 orang lainnya menahan hantaman
dari sebelah kanan.
Diluar dugaan, belum penuh gerak serangan Kwe Ceng
tadi dilontarkan, ditengah jalan tiba-tiba berubah, gerak tipu
"kian-liong-tjay-thian" mendadak berubah menjadi "kongliong-
yu-hwe" dan sekaligus Kwe Ceng gerakkan kedua tangan
dengan tipu pukulan Kian-liong-cay-dian dan Kong-liong-yuhwe
kekanan dan kiri lalu diputar balik secara berlawanan
sebaliknya.
Sebenarnya ilmu pukulan, dari kanan-kiri, kedua tangan
sekaligus mengeluarkan tipu serangan yang berlainan, bahkan
ditengah jalan tipu serangan itu bisa berubah, sungguh orang
tidak pernah dengar atau menyaksikannya (dari mana Kwe
Ceng memperoleh ajaran ilmu pukulan kanan-kiri dengan
serangan yang berlainan, pada kesempatan lain akan
diceritakan tersendiri).
Padahal barisan Pak-tau-tin besar sebelah kiri sedang
keluarkan tenaga buat menahan tipu "kian-liong-cay-thian"
dan barisan sebelah kanan menangkis tipu "kong-liong-yuTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
hwe", karena perubahan yang terbalik ini, maka tertampaklah
bayangan Kwe Ceng berkelebat, tahu-tahu dia telah meloncat
keluar dari celah-celah himpitan kedua barisan besar itu,
sebaliknya masing-masing pihak dari ke-49 imam itu karena
tidak pernah menyangka akan tindakan lawan itu, keruan
lantas terdengar suara gedebukan yang ramai, kedua barisan
itu telah saling tumbuk dan saling seruduk, banyak pedang
yang patah dan tangan terluka, ada pula yang muka babak
belur dan hidung mancur, beberapa puluh orang telah
menderita luka semua.
Imam berjenggot panjang tadi meski sempat hindarkan
diri lebih cepat, namun tidak urung ia ikut kelabakan juga,
saking gemasnya, segera ia kerahkan seluruh barisannya terus
mengudak pula. Tetapi karena amarahnya ini justru telah
melanggar pantangan ilmu silat dari golongan Coan-cin-kau
yang mengutamakan ketenangan sementara itu Kwe Ceng
berlari cepat di depan dan dari belakang ke-98 imam itu
mengudak dengan kencang.
Tatkala sampai ditepi sebuah kolam besar, Kwe Ceng lihat
di depan hanya air belaka, namun ia tidak kurang akal,
mendadak ia lemparkan pedang rampasannya lurus
kepermukaan air.
Meski pedang ini terbuat dari baja, namun kekuatan yang
Kwe Ceng gunakan begitu tepat, maka batang pedang ini
meloncat-loncat terapung di atas air beberapa kali
Kesempatan inilah digunakan Kwe Ceng dengan baik, ia
melayang ke tengah kolam, dengan kaki kanan ia tutul
pelahan di atas batang pedang, Pada saat pedang itu
tenggelam kedalam kolam, namun Kwe Ceng sudah pinjam
tenaga tutulan tadi untuk melompat sampai di seberang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebaliknya para imam itu yang sial, mereka sedang
mengudak dengan kencangnya dan tak keburu mengerem
lagi, maka terdengarlah suara "plang-plung" yang ramai
beberapa puluh kali, nyata ada 40-50 orang yang telah
kecemplung ke dalam kolam. Sedang beberapa puluh yang di
belakang menginjak punggung imam-imam yang depan,
karena inilah mereka bisa berhenti ditepi kolam.
Sedang imam-imam yang kecemplung tadi karena tak bisa
berenang, banyak yang megap-megap dan ber-teriak-teriak
minta tolong, cepat imam-imam lainnya yang bisa berenang
memberi pertolongan dan dengan sendirinya tidak sempat
buat menguber Kwe Ceng lagi.
Diwaktu para imam ini tunggang langgang, tiba-tiba Kwe
Ceng dengar suara genta yang ditabuh keras berkumandang
dari Tiong-yang-kiong, itu istana kaum Coan-cin-kau. Suara
genta itu dibunyikan secara titir, keras dan kerap, agaknya
seperti tanda bahaya.
Waktu itu Kwe Ceng baru lepaskan diri dari rintangan para
imam dan lagi berlari menuju Tiong-yang-kiong secepatnya,
ketika ia dengar suara genta rada aneh, ia telah merandek
dan mendongak maka terlihatlah olehnya di belakang kuil suci
itu ada sinar api yang berkobar-kobar menjulang tinggi.
Tentu saja Kwe Ceng kaget, pikirnya : "Kiranya hari ini
memang benar ada orang hendak gempur Coan-cin-kau, aku
harus lekas pergi menolongnya." Dalam pada itu ia dengar
suara teriakan para imam tadi telah menyusul dari belakang
lagi.
Kini Kwe Ceng baru mengerti tentunya imam-imam ini
telah salah sangka dirinya adalah musuhnya, kuil mereka
sedang terancam bahaya, sudah tentu mereka lebih kalap dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hendak adu jiwa dengan dirinya, Namun iapun tidak urus
mereka lagi melainkan dengan cepat ia lari terus ke atas.
Dengan Ginkang atau ilmu entengi tubuh yang Kwe Ceng
dapat belajar juga dari Coan-cin-kau, yakni ajaran Ma Giok,
maka tidak sampai waktu satu tanakan nasi ia sudah tiba
sampai di depan Tiong-yang-kiong, ia lihat api sudah berkobar
dan menjalar hebat, Tetapi aneh, ratusan To-su atau imam
dari Coan-cin-kau yang masing-masing memiliki ilmu silat
tinggi itu ternyata tiada satu-pun yang keluar buat
memadamkan api.
Diam-diam Kwe Ceng merasa kuatir. Waktu ia mengamati
lagi, kiranya api menjalar dari bagian belakang istana yang
megah itu terbukti bagian depannya masih utuh.
Cepat ia melintasi pagar tembok yang tinggi itu dan
melompat masuk pelataran depan kuil itu, maka terlihatlah
olehnya dipendopo sana sudah berjubel-jubel orang yang lagi
saling hantam dengan mati-matian.
Waktu Kwe Ceng menegasi pula, ia lihat ada 49 orang
imam berjubah kuning yang tersusun menjadi tujuh barisan
Pak-tau-tin sedang menandingi serangan 60 atau 70 orang
musuh. Para musuh pendatang itu ada yang tinggi ada yang
pendek, gemuk atau kurus, seketikapun tak dapat dilihat
dengan terang.
Hanya kepandaian silat dan golongan para pendatang ini
masing-masing berlainan, ada yang memakai senjata dan ada
yang menggunakan tangan kosong, mereka terus merangsak
dengan penuh tenaga.
Sebenarnya tidak lemah ilmu silat para penyerang ini pula
jumlahnya lebih banyak, maka para imam Coan-cin-kau sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mulai terdesak di bawah angin, cuma lawan mereka
menyerang dan menghantam secara perseorangan, sebaliknya
ke-tujuh barisan bintang para imam itu bisa bahu-membahu
dan bantu membantu, mereka menjaga diri dengan sangat
rapat, Meski para musuh sangat lihay tak mampu mendesak
para imam itu barang selangkahpun.
Melihat pertarungan besar-besaran ini, Kwe Ceng menjadi
heran, Selagi ia hendak membentak dan tanya, tiba-tiba ia
dengar di dalam istana kuil itu ada suara samberan angin yang
menderu-deru, ternyata di dalam sana masih ada rombongan
lain lagi yang sedang bertempur.
Dari angin pukulan yang kedengaran itu, agaknya orang
yang bergebrak di dalam istana itu ilmu silatnya jauh lebih
tinggi daripada para penyerang yang berada di luar.
Lekas-lekas Kwe Ceng memburu maju, ia mengegos dan
menerobos masuk, ia berkelit ke kiri terus menyusup ke
kanan, tahu-tahu ia sudah menyelip masuk melalui Pak-tau-tin
para imam, Tentu saja imam-imam Coan-cin-kau sangat
kaget, berbareng mereka saling memperingatkan kawannya,
tapi karena musuh dari luar terlalu hebat tekanannya, maka
mereka tidak sanggup membagi sebagian untuk mengudak
Kwe Ceng.
Di dalam istana itu sebenarnya terang benderang oleh
belasan lilin yang besar, tatkala itu api yang berkobar dari
ruangan belakang sudah menjalar ke depan, dari pancaran
sinar api yang berkobar itu bercampurkan asap tebal yang
menghembus terbawa angin, sinar lilin di dalam ruangan
hanya kelihatan remang-remang saja.
Sementara Kwe Ceng lihat di dalam istana itu berderetderet
tujuh imam duduk sila di atas ka-suran yang bundar,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
telapak tangan kiri mereka saling tempel, hanya tangan kanan
mereka yang dikeluarkan untuk menahan kepungan belasan
orang musuh.
Begitu datang Kwe Ceng tidak periksa pihak musuh
melainkan terus pandang dulu pada ketujuh imam Coan-cinkau,
ia lihat di antara tujuh orang itu yang tiga sudah berumur
dan yang empat masih muda, yang tua itu masing-masing
ialah Ma Giok, Khu Ju-ki dan Ong Ju-it, sedang empat imam
yang muda hanya seorang saja yang dia kenal, yakni In Cipeng,
murid Khu Ju-ki.
Ketujuh imam inipun memasang jaring-jaring barisan Paktau-
tin, mereka berduduk saja tanpa bergerak Diantara tujuh
imam ini ada satu di antaranya yang kepalanya menunduk dan
sedikit membungkuk hingga mukanya tidak tertam-pak jelas.
Demi nampak Ma Giok bertujuh berada dalam keadaan
terancam, seketika darah Kwe Ceng jadi panas, iapun tidak
peduli lagi siapa dan darimana adanya musuh itu, dengan
sekali bentakan yang menggeledek segera ia mendamperat :
"Kawanan bangsat yang kurangajar, berani kalian main gila ke
Tiong-yang-kiong sini ?"
Berbareng itu kedua tangan mengulur, sekaligus ia dapat
mencengkeram punggung dua orang musuh, selagi ia
bermaksud membanting sasaran pertama ini, tak terduga
kedua orang ini ternyata tergolong jagoan tinggi, walaupun
punggung mereka kena dijamberet, namun kedua kaki mereka
ternyata masih terpaku di lantai dan tidak kena dibanting.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja Kwe Ceng terkejut, pikirannya: "Darimanakah
mendadak bisa datang lawan keras begini banyak ? Pantas
kalau Coan-cin-kau hari ini harus menderita kekalahan."
Sambil berpikir iapun sembari kerjakan serangan lain,
mendadak ia kendurkan jamberetan-nya tadi, menyusul
kakinya lantas melayang, ia serampang kaki kedua orang
lawannya.
Pada waktu itu kedua lawannya sedang mengeluarkan
kepandaian "Cian-kin-tui" atau tindihan seberat ribuan kati,
yakni semacam ilmu yang bikin tubuhnya menjadi berat untuk
melawan tarikan pwe Ceng tadi, sama sekali tidak mereka
duga bahwa Kwe Ceng bisa ubah serangannya secepat itu.
Tanpa ampun lagi mereka kena diserampang hingga tubuh
mereka mencelat keluar pintu.
Tentu saja pihak penyerang itu terkejut tatkala
mengetahui pihak lawan kedatangan bala bantuan, Akan
tetapi karena mereka yakin pasti akan dipihak pemenang,
maka datangnya Kwe Ceng tidak mereka perhatikan, hanya
ada dua orang yang segera maju dan membentak "Siapa kau
?"
Namun Kwe Ceng tidak menggubris, tanpa berkata ia
sambut kedua orang ini dengan gablokan kedua telapak
tangannya secara susul-menyusul.
Sungguh tidak pernah diduga kedua orang itu, belum
mereka mendekat atau mendadak tenaga pukulan Kwe Ceng
sudah bikin tergetar mereka hingga tak bisa berdiri tegak,
tanpa ampun lagi dupiali suara "bluk" terdengar, punggung
mereka tertumpuk pada dinding tembok dengan keras hingga
darah segar muncrat keluar dari mulut mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nampak empat kawan mereka roboh beruntun-runtun,
keruan para musuh yang lain menjadi jeri, seketika tiada lagi
yang berani maju buat mencegat.
Di lain pihak Ma Giok, Khu Ju-ki dan Ong Ju-it segera
mengenali Kwe Ceng dalam hati mereka menjadi girang luar
biasa, "Orang ini datang, Coan-cin-kau kami tidak perlu kuatir
lagi!" demikian kata mereka dalam hati.
Sementara Kwe Ceng sama sekali tidak pandang sebelah
mata pada para musuh itu, bahkan ia lantas berlutut ke
hadapan Ma Giok buat memberi hormat tanpa gubris musuhmusuh
yang lain. "Tecu Kwe Ceng memberi hormati" demikian
ia berkata.
Tatkala itu rambut alis Ma Giok, Khu Ju-ki dan Ong Ju-it
sudah putih karena usia mereka yang sudah menanjak,
mereka hanya memanggut sambil bersenyum dan angkat
tangan buat balas hormat.
"Awas, Kwe-heng!" tiba-tiba In Ci-peng berseru
memperingatkan Kwe Ceng.
Dalam pada itu, Kwe Ceng sudah merasa di belakang
kepalanya ada mendesisnya angin, ia tahu ada musuh
melakukan pembokongan, tetapi iapun tidak menoleh atau
berpaling, dengan tangan menahan di lantai, tubuhnya lantas
terangkat ke atas dan diwaktu turunnya, kedua lututnya
dengan tepat menindih di atas punggung kedua pembokong
ini Dengan demikian Kwe Ceng masih tetap berlutut, hanya di
bawah lututnya telah bertambah dengan dua orang
pengganjel.
Kiranya dengan secara tepat dan hebat sekali Kwe Ceng
telah gunakan lututnya untuk menumbuk jalan darah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
penyerang gelap tadi, keruan dengan lemas kedua orang itu
terkulai ke lantai dan dipakai sebagai kasur pengganjel Kwe
Ceng.
Ma Giok tersenyum melihat kejadian ini, katanya:
"Bangunlah, Ceng-ji, belasan tahun tak berjumpa, rupanya
kepandaianmu sudah jauh lebih maju!"
"Cara bagaimana harus selesaikan beberapa orang ini,
harap Totiang memberi petunjuk," kata Kwe Ceng sambil
berdiri.
Tetapi sebelum Ma Giok menjawab, tiba-tiba Kwe Ceng
mendengar di belakangnya ada dua orang secara berbareng
bersuara tertawa "haha", suara tertawaan ini sangat aneh
sekali, kalau yang satu tajam menusuk telinga, adalah yang
lain sebaliknya nyaring menarik. Cepat Kwe Ceng menoleh,
maka tertampaklah olehnya di belakangnya sudah berdiri dua
orang.
Kedua orang ini yang satu adalah paderi Tibet yang
berjubah merah, kepalanya memakai kopiah berlapis emas,
wajahnya kurus, Sedang yang satu lagi memakai baju kuning,
tangan mencekal sebuah kipas lempit, angkuh dan tampan,
nyata sekali seorang putera bangsawan.
Kedua orang ini berdiri dengan sikap yang tenang dan
tidak banyak bicara, terang sekali mereka adalah dua musuh
tangguh, sama sekali berbeda dengan para musuh yang lain.
Oleh karenanya Kwe Ceng tak berani pandang enteng kedua
musuh yang lain.
Oleh karenanya Kwe Ceng tak berani pandang enteng
kedua musuh ini, dengan membungkuk badan ia lantas
memberi hormat dahulu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Siapakah kalian berdua? Ada keperluan apakah datang ke
sini?" demikian ia menegur.
"Dan kau sendiri siapa? Untuk apa kau datang kemari ?"
dengan tertawa putera bangsawan tadi balas bertanya.
"Tayhe (aku yang rendah) she Kwe bernama Ceng, adalah
murid beberapa guru yang berada di sini ini," sahut Kwe Ceng
tetap dengan ramah.
"Sungguh tidak nyana dalam Coan-cin-kau ternyata masih
ada tokoh seperti kau ini," ujar si putera bangsawan itu
dengan tertawa.
Meski umur putera bangsawan itu belum ada tiga puluhan,
namun cara mengucapkan kata-katanya ternyata berlagak
seperti orang tua saja, seperti tidak pandang sebelah mata
pada Kwe Ceng.
Sebenarnya Kwe Ceng hendak terangkan bahwa dirinya
bukan anak murid Coan-cin-kau, tetapi karena kata-kata orang
yang pandang rendah padanya, mau-tak-mau rada panas juga
hatinya.
Memangnya iapun tidak pandai bicara, maka ia tidak ingin
banyak pmong, ia hanya menjawab singkat saja: "Kalian
berdua ada permusuhan apakah dengan Coan-cin-kau ?
(Mengapa perlu mengerahkan kekuatan begini banyak dan
kobarkan api membakar kuil ini ?"
"Siapakah kau ini ? Berdasarkan apa kau berani jikut
campur urusan ?" sahut Kui-kong-cu (putera bangsawan) itu
dengan ketawa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku justru ingin ikut campur tahu," sahut Kwe Ceng
ketus.
Dalam pada itu berkobarnya api semakin hebat dari telah
menjalar lebih dekat lagi, tampaknya tidak lama lagi kuil
Tiong-yang-kiong itu pasti akan terbakar menjadi tumpukan
puing.
Tiba-tiba putera bangsawan itu geraki kipas lempitnya,
dikembangkan terus ditutup lagi, maka sekilas tertampaklah
pada kertas kipasnya yang putih itu terlukis setangkai bunga
Bo-tan yang indah.
"Kawan-kawan ini aku yang bawa kemari," kemudian ia
berkata dengan ketawa sambil melangkah maju, "asal kau
mampu menerima tiga puluh gebrakan dari aku, segera aku
mengampuni kawanan imam hidung kerbau ini!"
Mendengar kata-kata orang yang sombong ini, Kwe Ceng
pun sungkan bicara lebih banyak lagi, tiba-tiba ia ulur tangan
kanannya, sekali bergerak ia pegang kipas lempit orang terus
ditarik dengan keras.
Dengan tarikan ini, kalau putera bangsawan itu tidak
melepaskan kipasnya, maka seluruh tubuhnya pasti akan ikut
terseret.
Diluar dugaan, begitu Kwe Ceng membetot badan Kuikong-
tju itu hanya sempoyongan sedikit saja, sedang kipasnya
masih belum terlepas dari cekalannya.
Tentu saja Kwe Ceng terkejut, pikirnya: "Orang ini masih
begini muda, namun sudah sanggup menahan tenaga
tarikanku tadi, di jagat ini ternyata masih ada orang pandai
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seperti dia, kenapa selamanya aku belum pernah
mendengarnya ?"
Oleh karena pikiran itu, segera pula ia tambah tenaga
tarikannya terus menjambret lagi sambil membentak : "Lepas
!"
Sekonyong-konyong muka putera bangsawan itu bersemu
guram, tetapi hanya sekilas saja lantas lenyap lagi, mukanya
kembali sudah putih bersih pula. Kwe Ceng mengerti orang
lagi menahan tenaga tarikannya dengan Lwekang yang tinggi,
jika pada saat ini juga ia tambahi tenaga tarikan-nya, asal
muka orang tiga kali mengunjuk semu guram, maka dapat
dipastikan jerohannya (isi perut) akan terluka parah.
Akan tetapi hati Kwe Ceng memang berbudi, ia pikir orang
ini bisa berlatih diri sampai tingkatan sedemikian,
sesungguhnya bukan soal gampang, maka ia tidak ingin
melukai orang dengan tenaga berat, ia tersenyum dan
mendadak lepaskan tangannya.
Meski Kwe Ceng sudah buka tangannya, tapi nyatanya
kipas lempit itu masih terletak di telapak tangannya, pula
tenaga Kui-kong-cu yang membetot kembali masih tetap
besar, namun aneh, tenaga telapak tangan Kwe Ceng ternyata
telah dia salurkan dari kipas ke tangan lawan, meski putera
bangsawan itu sudah merebut dengan sekuat tenaga, toh
tenaga menariknya selalu dipatahkan Kwe Ceng, dengan
demikian kedua belah pihak menjadi bertahan, tidak maju dan
tidak mundur, sungguhpun putera bangsawan itu sudah
mengeluarkan seluruh kemahirannya, tetapi satu sentipun
belum sanggup ia tarik kepihaknya. Maka insaflah dia bahwa
ilmu silat lawan masih jauh di atasnya, karena ingin memberi
muka padanya, maka lawan tidak rebut kipasnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mengingat akan ini, segera ia lepaskan tangannya terus
melompat pergi, mukanya menjadi merah malu.
"Mohon tanya she dan nama tuan yang terhormat,"
katanya kemudian sambil membungkuk badan.
"Ah, nama Tjayhe tiada harganya disebut, cuma Ma-cinjin,
Khu-cinjin dan Ong-cinjin yang berada di sini ini memang
semuanya adalah guru Tjayhe yang berbudi," sahut Kwe
Ceng.
Karena jawaban ini, Kui-kong-cu itu setengah percaya
setengah sangsi, ia pikir tadi pihaknya sudah gempur Coancin-
chit-to (tujuh imam Coan-cin-kau) dan yang tertampak
lihay hanya barisan bintang Thian-keng-pak-tau-tin mereka,
jika bergebrak satu lawan satu, maka tiada satupun Tosu itu
mampu menandingi dirinya, kenapa anak muridnya malah bisa
begini lihay ?
Dalam sangsinya, kembali ia mengamat-amati Kwe Ceng
lagi, sudah tentu yang tertampak olehnya, Kwe Ceng memakai
baju dari kain kasar yang tiada bedanya dengan petani biasa
saja.
Dan selagi ia hendak buka mulut pula mengucapkan
beberapa kata-kata halus untuk kemudian membawa
begundalnya buat mundur teratur, tiba-tiba dari luar terdengar
suara mengaungnya tabuhan khim (kecapi), suara khim ini
sangat lembut tetapi merdu, karena itu setiap orang yang
mendengar sama tergetar hatinya.
Mendengar suara tabuhan khim itu, air muka Kui-kong-cu
itu kelihatan rada berubah. "llmu silatmu sungguh
mengejutkan orang, aku merasa sangat kagum, sepuluh tahun
lagi aku akan datang kembali minta petunjuk, karena masih
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ada urusan lain yang belum selesai, baiklah sekarang juga aku
mohon diri," demikian katanya pada Kwe Ceng. Habis berkata,
kembali ia memberi hormat pula,
"Sepuluh tahun kemudian tentu aku tunggu kau disini,"
sahut Kwe Ceng membalas hormat orang.
Sementara itu putera bangsawan itu sudah putar tubuh
dan jalan keluar, tetapi baru sampai depan pintu, tiba-tiba ia
menoleh dan berkata pula: "Urusanku dengan Coan-cin-kau
hari ini aku terima mengaku kalah, hanya kuharap To-yu
(kawan dalam agama) dari Coan-cin-kau janganlah ikut
campur lagi atas urusan pribadiku."
Menurutt peraturan Kangouw, kalau seseorang sudah
mengaku kalah dan terima menyerah, pula sudah menentukan
harinya untuk kemudian adu kepandaian lagi, maka sebelum
tiba hari yang dijanjikan meskipun saling pergok lagi di tengah
jalan, sekali-kali tidak boleh saling labrak dulu.
Oleh karena itulah, maka Kwe Ceng lantas menjawab :
"Ya, sudah tentu."
Maka tersenyumlah Kui-hong-cu itu, segera ia hendak
melangkah pergi pula.
Diluar dugaan, mendadak Khu Ju-ki telah menyentaknya
dengan suara keras: "Tidak perlu sampai sepuluh tahun aku
Khu Ju-ki pasti pergi mencari kau."
Mendengar suara bentakan yang kuat hingga anak telinga
tergetar seakan-akan pecah, hati putera bangsawan itu
menjadi keder, ia ragu-ragu apa orang tadi belum
mengeluarkan seluruh kepandaian untuk melawannya?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karenanya ia tak berani tinggal lebih lama lagi, segera ia
bertindak pergi dengan cepat.
Sesudah memandang Kwe Ceng sekejap dengan mata
melotot, paderi Tibet itu pun ikut pergi bersama kawankawannya
yang lain.
Kwe Ceng lihat kawanan musuh ini berwajah lain dari
biasanya, hidung besar dan berewokan, rambut keriting serta
mata dekuk, tampaknya seperti bukan orang dari negeri
sendiri maka dalam hati ia tidak habis mengerti serta menaruh
curiga, sementara ia dengar suara saling adunya senjata dan
suara bentakan di ruangan depan sudah mulai berhenti juga,
ia tahu tentu musuh sudah mundur pergi
Dalam pada itu ia lihat Ma Giok bertujuh sudah pada
berdiri, disamping itu terdapat pula satu orang yang
menggeletak terlentang di lantai, waktu Kwe Ceng maju
melihatnya, ia kenal bukan lain dari Kong-ling-cu Hek Taythong,
satu diantara Coan-cin-chit-cu atau tujuh tokoh dari
Coan-cin-kau.
Kiranya Ma Giok dan lain meski terancam oleh bahaya api,
tapi mereka tetap duduk tenang tanpa bergerak sebabnya
karena ingin melindungi kawan yang terluka ini.
Waktu Kwe Ceng memeriksanya, ia lihat muka Hek Taythong
pucat seperti kertas, napasnya lemah dan matanya
tertutup rapat, terang sekali menderita luka berat, Ketika Kwe
Ceng buka jubah orang, ia menjadi lebih terkejut lagi, ia lihat
di dada imam terdapat bekas lima jari tangan dengan terang
sekali, warna bekas jari ini matang biru dan dekuk ke dalam
daging.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Di kalangan Bu-lim belum pernah kudengar ada yang
mempunyai ilmu kepandaian semacam ini. Apa karena belasan
tahun aku terasing di Tho-hoa-to dan semua kejadian di bumi
ini sudah berubah jauh?" demikian ia pikir, Maka segera ia
berjongkok dan mengeluarkan ilmu It-yang-ci atau tutukan jari
sakti, berulang dua kali ia tutuk bagian bawah bahu Hek Taythong.
Dua kali tutukan ini meski tidak bisa menyembuhkan luka
dan hilangkan racun pada luka Hek Tay-thong itu, namun
dalam duabelas jam keadaan luka boleh dipercaya tidak bakal
meluas dan memburuk,
Sementara itu api sudah makin hebat berkobarnya dan
sukar ditolong lagi, lekas-lekas Khu Ju-ki angkat Hek Taythong.
"Hayo, lekas keluar !" demikian ajaknya cepat.
"He, dimanakah anak yang aku bawa ? siapakah yang
menahan dia? jangan sampai ia dimakan api!" tanya Kwe
Ceng tiba-tiba.
Tadi Khu Ju-ki cs. sedang melawan musuh dengan
segenap perhatian mereka, dengan sendirinya ia tidak tahu
seluk-beluk urusan Nyo Ko yang dibawa kemari mereka
menjadi bingung.
"Anak ? Anak siapa? Dimana dia?" demikian tanya mereka
berbareng.
Dan sebelum Kwe Ceng menjawab, diantara sinar api yang
berkobar-kobar itu, tiba-tiba ada berkelebatnya bayangan
orang, sesosok tubuh yang kecil tahu-tahu telah melompat
turun dari atas belandar rumah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku berada di sini, Kwe-pepek," demikianlah seru anak
kecil itu dengan ketawa. Siapa lagi dia kalau bukan Nyo Ko ?
Tentu saja Kwe Ceng terkejut bercampur girang. "Kenapa
kau bisa sembunyi di atas belandar rumah ?" lekas ia tanya.
"Tadi, waktu aku dengan ketujuh imam busuk itu..."
"Hus, kurangajar !" bentak Kwe Ceng memotong sebelum
Nyo Ko meneruskan "Hayo, lekas memberi hormat kepada
para Co-su-ya (kakek guru)."
Karena bentakan itu, Nyo Ko melelet-lelet lidah-nya, ia tak
berani membantah, segera ia berlutut ke hadapan Ma Giok,
Khu Ju-ki dan Ong Ju-it bertiga untuk menjura.
Ketika sampai gilirannya harus menjura pada In Ci-peng,
Nyo Ko lihat orang masih muda, maka lebih dulu ia berpaling
menanya Kwe Ceng: "Kwe-pepek, apakah dia Co-su-ya juga ?
Agaknya tidak perlu lagi aku menjura, ya ?"
"Dia ini In-supek (paman guru), lekas menjura," sahut
Kwe Ceng.
Terpaksa Nyo Ko harus menjura lagi, sungguhpun dalam
hati seribu kali tidak sudi.
Habis ini, Kwe Ceng lihat Nyo Ko lantas berdiri dan tidak
menjura pula pada tiga imam setengah umur yang lain, maka
kembali ia membentak: "Ko-ji, kenapa kurangajar ? Hajo,
menjura lagi!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kalau harus menunggu aku selesai menjura, mungkin
tidak keburu lagi, nanti jangan Kwe-pepek salahkan aku,"
dengan tertawa Nyo Ko menjawab.
Kwe Ceng sudah kenal anak ini kelakuannya sangat aneh
dan nakal, banyak pula tipu akalnya, Maka ia lantas tanya :
"Soal apa yang tidak keburu lagi ?"
"ltu, di sana ada satu paman To-su diringkus orang dalam
kamar, kalau tidak ditolong, mungkin akan terbakar mati oleh
api," sahut Nyo Ko.
"Kamar yang mana? Lekas katakan !" tanya Kwe Ceng
dengan cepat.
"Eeeh, nanti dulu, coba aku ingat-ingat dulu, ai, kenapa
aku jadi lupa," demikian Nyo Ko menjawab dengan ketawa.
Tentu saja In Ci-peng menjadi gemas, ia melototi sekejap
pada Nyo Ko, habis ini dengan langkah cepat ia berlari ke
kamar sebelah timur, ia dobrak pintu kamar, tapi tiada
seorangpun yang tertampak, kembali ia berlari ke kamar
murid angkatan ketiga yang biasa buat melatih, ketika ia
tendang terpentang pintu kamar ini, ternyata seluruh kamar
sudah penuh dengan asap yang tebal, remang-remang
kelihatan pada satu imam yang teringkus di tiang ranjang,
mulutnya menganga dan sedang berteriak-teriak minta tolong
dengan suara yang serak, mungkin saking lamanya ia
menjerit-jerit.
Melihat keadaan sudah mendesak, cepat In Ci-peng cabut
pedangnya, dengan sekali tabas, ia potong tali pengikat dan
bebaskan imam itu dari ancaman maut.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu Khu Ju-ki, Kwe Ceng, Nyo Ko dan lain sudah
selamatkan diri keluar kuil, mereka sudah berdiri di atas tanah
tanjakan dan sedang menyaksikan mengamuknya jago merah
yang menjilat-jilat semakin hebat itu, oleh karena diatas
gunung memang tidak gampang didapatkan air yang cukup,
maka tanpa berdaya mereka menyaksikan kuil yang megah itu
lambat laun ambruk untuk achirnya menjadi tumpukan puing
belaka.
Watak Khu Ju-ki sangat keras dan berangasan kini
menyaksikan kuil mereka yang bersejarah ini ditelan mentahmentah
oleh api, ia mengutuk tidak habisnya pada musuh
yang mengobarkan api itu.
Selagi Kwe Ceng hendak tanya siapakah sebenarnya
musuh yang datang itu dan kenapa turun tangan sejara keji
begini, tiba-tiba ia lihat sebelah tangan In Ci-peng mengempit
satu imam sedang menerobos keluar di antara gumpalan yang
tebal.
Karena kepelepekan oleh asap tebal itu, imam yang
dikempit In Ci-peng masih terbatuk-batuk hingga kedua
matanya mengucurkan air mata,tapi demi nampak Nyo Ko,
dadanya hampir meledak saking gusarnya, tanpa pikir lagi
segera ia ulur tangan terus menubruk bocah itu.
Akan tetapi perbuatan orang hanya diganda tertawa oleh
Nyo Ko, ketika imam itu menubruk tiba, dengan cepat ia
sembunyi kebelakang Kwe Ceng.
Rupanya imam itu belum kenal siapa adanya Kwe Ceng,
maka dia telah mendorong dadanya dengan maksud
kesampingkan orang agak lebih leluasa menangkap Nyo Ko,
Siapa duga dorongannya itu laksana kena pada dinding saja,
sedikitpun Kwe Ceng tidak bergerak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena itu, sesaat imam itu menjadi kesima, tapi segera ia
tuding Nyo Ko dan mencaci maki: "Anak jadah, berani kau
pedayai To-ya (tuan imam), hampir aku terbakar mampus
karena perbuatanmu !" demikian teriaknya murka.
"Ceng-kong, apa yang kau katakan ?" tiba-tiba Ong Ju-it
membentaknya dari samping.
Kiranya Tosu atau imam yang kena "dikerjai" Nyo Ko ini
adalah cucu-murid Ong Ju-it dan bernama Ceng-kong, tadi ia
beruntung bisa diselamatkan dari elmaut atas pertolongan In
Ci-peng, dalam sengitnya begitu nampak Nyo Ko segera ia
menubruk maju untuk adu jiwa, sama sekali tidak terpikir
olehnya bahwa para paman guru dan kakek gurunya juga
berada disitu.
Kini mendadak dibentak Ong Ju-it, baru dia ingat telah
berlaku kurang sopan, keruan ia berkeringat dingin saking
takutnya.
"Ya, Tecu patut mampus", katanya kemudian dengan
tangan lurus ke bawah.
"Urusan apakah sebenarnya, katakan ?" bentak Ong Ju-it
lagi.
"Semuanya karena Tecu sendiri yang tak becus, harap
Cosuya memberi ampun," sahut Ceng-kong.
Karena jawaban yang lain daripada yang ditanya, Ong Ju-it
mengkerut kening.
"Memangnya siapa yang bilang kau becus ? Aku hanya
tanya ada urusan apakah sebenarnya?" ulangi Ong Ju-it.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tadi, Tecu diperintah Thio Ci-goan-Susiok menjaga di
belakang, kemudian Thio-susiok membawa anak... anak..."
sebenarnya Ceng-kong hendak berkata "anak jadah,"
untung ia lantas ingat sedang berhadapan dengan Cosuya,
maka tak berani ia keluarkan kata-kata kotor, lekas ia ganti:
"anak... anak kecil ini dan diserahkan padaku, ia bilang anak
ini ikut naik gunung bersama musuh tetapi dapat ditawan
Thio-susiok, maka aku diperintahkan mengawasinya, dan
jangan sampai anak ini melarikan diri. Oleh karena itu, Tecu
lantas membawanya ke dalam kamar latihan di sebelah timur
itu, Siapa duga, duduk tidak lama mendadak anak... anak kecil
ini pakai tipu muslihat, katanya ingin kencing, dan minta aku
lepaskan tali yang meringkus tangannya itu, Tecu tidak mau
diakali, maka dengan tanganku sendiri kubukakan celananya
biar kencing, Siapa tahu, bocah ini memang berhati jahat,
habis kencing hingga bikin sebagian lantai basah kuyup, waktu
aku mengikat celananya lagi, mendadak dia dorong aku
dengan keras."
Bercerita sampai disini, mendadak terdengar Nyo Ko
ketawa ngikik, karuan Ceng-kong menjadi gusar.
"Anak... anak apa yang kau tertawakan ?" damperatnya
dengan gemas.
Tetapi Nyo Ko hanya angkat kepala ke atas, pandang saja
tidak ia menjawab : "Aku tertawa sendiri, peduli apa dengan
kau ?"
Sudah tentu Ceng-kong tidak menyerah mentah-mentah,
ia hendak adu mulut dengan bocah ini kalau saja Ong Ju-it
tidak membentaknya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tak perlu kau ribut-ribut dengan anak kecil, lekas
teruskan ceritamu," kata Ong Ju-it.
"Ya, ya," sahut Ceng-kong ketakutan, "Engkau tak tahu,
Cosuya, anak ini licin luar biasa. Pada waktu aku didorong
jatuh telentang di atas lantai yang basah kuyup dengan air
kencingnya itu dan selagi aku hendak melompat bangun buat
persen dia beberapa kali tamparan, tiba-tiba dengan cengarcengir
ia malah mendekati aku dan berkata : "Wah, To-ya, aku
telah bikin kotor pakaianmu !"
Mendengar cara Ceng-kong menirukan suara perkataan
Nyo Ko yang masih kanak-anak hingga kedengaran lucu
sekali, semua orang diam-diam merasa geli. Hanya Ong Ju-it
yang mengkerut kening lagi, dalam hati ia damperat habishabisan
cucu-muridnya yang bikin malu di depan orang
banyak ini.
"Mendengar kata-kata-nya itu, aku mengira dorongannya
padaku tadi disebabkan tidak sengaja, maka akupun tidak
menyalahkan dia lebih jauh," demikian Ceng-kong
melanjutkan ceritanya, "Sementara itu ia mendekati aku,
tampaknya seperti hendak bantu membangunkan aku, tapi
kedua tangannya terikat, maka tidak bisa berbuat apa-apa, tak
tahunya, mendadak dia melompat dan mencemplak ke atas
tubuhku, ia menunggangi aku yang masih telentang, bahkan
mulutnya terus ditempelkan keleherku dan menggigit
tenggorokanku".
Bercerita sampai di sini, tanpa terasa Ceng-kong merabaraba
lehernya, agaknya masih terasa sakit oleh bekas gigitan
tadi itu.
"Dengan sendirinya aku terperanjat," sambungnya lagi,
"aku berusaha membaliki tubuh buat banting dia, siapa duga,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia menggigit lebih kencang, kalau sekali lagi dia gigit mungkin
jalan pernapasanku bisa putus, Karena terpaksa, aku tak
berani berkutik, dengan jalan halus aku lantas memohon:
"Sudahlah, tentu kau ingin aku lepaskan tali pengikatmu,
bukan ?" ia angguk-angguk atas pertanyaanku ini, sebaliknya
aku masih ragu-ragu, maka kembali ia perkeras lagi
gigitannya, saking sakitnya sampai aku berteriak-teriak.
Pikirku waktu itu: "Biarlah aku lepaskan talinya, asal dia
tidak menggigit lagi, masakan satu anak kecil saja aku kalah
?" Maka aku lantas lepaskan tali pengikatnya, Tak terduga,
begitu tangannya merdeka, segera ia cabut pedangku terus
menodong ulu hatiku dan mengancam, bahkan senjata
berbalik makan tuan, ia malah gunakan tali yang mengikat dia
tadi untuk meringkus diriku pada tiang ranjang, ia mengiris
sepotong kain bajuku pula dan menyumbat mulutku,
belakangan kuil kita terbakar hendak lari aku tak dapat, ingin
berteriak juga tak bisa, kalau bukan In-susiok tadi yang
menolong, tentu Tecu sudah terbakar hidup-hidup karena
anak kecil ini?"
Habis bercerita, dengan mata melotot ia pandang Nyo Ko
dengan murka.
Sesudah mendengar penuturunnya, semua orang sebentar
pandang Nyo Ko, saat lain memandang Ceng-kong pula, yang
satu tubuhnya kurus kecil, sedang yang lain berperawakan
tinggi besar, tetapi yang gede kena dikibuli hingga tak
berdaya, saking gelinya, semua orang itu sama tertawa terbahak-
bahak.
Ceng-kong menjadi bingung, ia cakar-cakar kuping dan
garuk-garuk kepala dan tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ceng-ji," kata Ma Giok kemudian dengan tertawa,
"apakah ini puteramu? Agaknya dia telah lengkap menurunkan
tabiat sang ibu, oleh karena itu begini nakal dan cerdik."
"Bukan," sahut Kwe Ceng, "dia adalah putera tinggalan
dalam perut dari adik angkatku, Nyo Khong."
Ketika mendadak dengar nama Nyo Khong disebut, hati
Khu Ju-ki terkesiap, Kemudian ia coba mengamat-amati Nyo
Ko, betul juga ia lihat wajah bocah ini rada-rada mirip dengan
Nyo Khong.
Khu Ju-ki ada hubungan guru dan murid dengan Nyo
Khong, walaupun kemudian Nyo Khong berkelakuan kurang
baik, tamak kedudukan dan serakah akan kemewahan, terima
mengaku musuh sebagai bapak, namun bila Khu Ju-ki ingat
semua itu, selalu ia merasa dirinya kurang sempurna mendidik
anak muridnya itu, hingga akibatnya Nyo Khong tersesat,
maka seringkali dalam hati ia merasa menyesal. Kini demi
mendengar Nyo Khong mempunyai keturunan tentu saja ia
sangat girang, lekas-lekas ia bertanya lebih jelas.
Begitulah tanpa menghiraukan Tiong-yang-kiong mereka
sudah habis ditelan api, sebaliknya Ma Giok dan Khu Ju-ki
mendengarkan penuturan Kwe Ceng tentang diri Nyo Ko
dengan penuh perhatian.
"Ceng-ji, dengan ilmu silatmu seperti sekarang ini boleh
dikatakan sudah jauh di atas tingkatan kami, kenapa tidak kau
sendiri mengajar dia?" demikian kata Khu Ju-ki kemudian
setelah mendengar bahwa Kwe Ceng sengaja membawa Nyo
Ko ke Cong-lam-san buat belajar silat."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hal ini akan kuterangkan kelak," sahut Kwe Ceng, "Hanya
kedatangan Tecu sekarang telah banyak bikin ribut para Toheng,
inilah, yang bikin hatiku terasa tidak enak sekali."
Habis ini ia lantas menuturkan pula tentang kesalahan
paham sewaktu ia naik gunung tadi sehingga saling gebrak
dengan para imam yang memasang jaring-jaring Pak-tau-tin
buat mencegatnya.
Mendengar cerita ini, seketika Khu Ju-ki menjadi marah.
"Sungguh tak berguna, Ci-keng memimpin barisan luar,
kenapa kawan atau lawan tidak bisa membeda-bedakan,"
katanya, "Memangnya aku merasa heran kenapa barisan yang
kita pasang begitu kuat di luar itu bisa begitu cepat dibobol
musuh hingga menerjang ke atas gunung, kita diserang dalam
keadaan belum siap. Hm, kiranya dia telah kerahkan Pak-tautin
yang dia pimpin untuk merintangi kedatanganmu."
Semakin berkata, tertampak Khu Ju-ki semakin menjadi
gusar.
"Mungkin itu disebabkan salah paham," ujar Kwe Ceng,
"ketika berada di bawah gunung, tanpa sengaja Tecu telah
tepuk hancur batu pilar yang terukir syair buah tangan
Totiang, mungkin inilah yang menimbulkan salah paham."
mendengar keterangan ini, air muka Khu Ju-ki berubah
menjadi tenang kembali.
"O, kiranya begitu, kalau demikian tidak bisa menyalahkan
mereka," ujarnya, "Memangnya begitu kebetulan, sebab
musuh yang hendak menyerang Tiong-yang-kiong kita hari ini
justru diketahui memakai tanda serangan dengan menepuk
pilar batu yang kau katakan itu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Siapakah sebenarnya orang-orang yang datang tadi?
Kenapa begitu besar nyali mereka?" tanya Kwe Ceng.
"Cerita ini terlalu panjang, Ceng-ji," sahut Khu Ju-ki
dengan menghela napas, "lni, biar aku tunjukan sesuatu
benda dulu padamu."
Habis ini ia lantas berjalan menuju ke belakang gunung.
"Ko-ji, kau tinggal disini, jangan sembarang pergi," pesan
Kwe Ceng pada Nyo Ko, Lalu ia ikut di belakang Kho Ju-ki.
Agak lama mereka menanjak, akhirnya mereka sampai di
atas satu puncak yang tinggi, Khu Ju-ki membawa Kwe Ceng
menuju belakang satu batu pegunungan yang besar, "Disini
juga terukir tulisan-tulisan," katanya.
Waktu itu hari sudah magrib, di belakang batu besar ini
terlebih gelap lagi, ketika Kwe Ceng meraba batu yang
diunjuk, betul juga ia rasakan di atas batu itu terukir tulisan, ia
meraba lagi tiap-tiap huruf, akhirnya tahulah dia, kiranya itu
adalah sebaris syair.
Oleh karena ia meraba huruf-huruf itu menuruti goresan
yang terukir di atas batu, mendadak Kwe Ceng terkejut, terasa
olehnya bahwa goresan tulisan itu persis cocok dengan jari
tangannya, seperti orang itu menulis di batu ini dengan jari
tangan saja, "Ditulis dengan tangan?" tanpa tertahan ia
berseru.
"Ya, kejadian ini kalau diceritakan memang terlalu
mengejutkan orang, memang betul ditulis dengan jari tangan
!" kata Khu Ju-ki.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Mana bisa? Apa di dunia ini terdapat dewa?" kata Kwe
Ceng ragu-ragu.
"Orang yang menulis ini bukan saja ilmu silatnya sangat
tinggi tiada bandingannya, bahkan banyak tipu akalnya, meski
bukan dewa, namun terhitung seorang luar biasa yang sukar
diketemukan," sahut Khu Ju-ki.
Tentu saja Kwe Ceng menjadi sangat kagum.
"Siapakah dia? Dapatkah lotiang memperkenalkannya
pada Tecu?" tanyanya cepat.
"Aku sendiri belum pernah melihat orang-nya," sahut Ju-ki.
"Duduklah kau, biar aku ceritakan sebab musababnya
sehingga terjadi peristiwa seperti hari ini."
Kwe Ceng menurut, ia duduk di atas batu itu.
"Arti bunyi syair ini apa kau paham?" tiba-tiba Khu Ju-ki
menanya.
Waktu itu usia Kwe Ceng sudah menginjak setengah umur,
tetapi lagu suara pertanyaan Khu Ju-ki masih tetap seperti
belasan tahun yang lalu sewaktu Kwe Ceng masih muda, akan
tetapi Kwe Ceng sedikitpun tidak pikirkan hal ini, ia tetap
menjawabnya dengan sangat menghormat.
"Bagian depan Tecu masih paham, tetapi bagian belakang
yang menguraikan urusan pribadi Tiong-yang Cosu, itulah
Tecu tidak begitu mengerti," demikian sahutnya.
"Tahukah kau orang macam apakah Tiong-yang Co-su
itu?" tanya Khu Ju-ki lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Ceng jadi tercengang mendengar orang mendadak
tanya tentang diri Ong Tiong-yang, itu cakal-bakal dari Coancin-
kau.
"Tiong-yang Cosu adalah "Khay-san-pi-co" (cakal-bakal)
Coan-cin-kau, dahulu ketika Hoa-san-lun-kiam, ilmu silatnya
diakui nmnor satu di jagad ini," sahutnya kemudian.
"Itu memang tidak salah, tetapi waktu mudanya?" tanya
Ju-ki pula.
"ltulah aku tidak tahu," sahut Kwe Ceng sambil
menggoyang kepala.
"Nah, tahulah kau bahwa asalnya Tiong-yang Co-su bukan
imam," kata Khu Ju-ki. "Diwaktu mudanya dia sangat benci
pada tentara Kim yang menjajah tanah air kita dan
membunuhi rakyat kita, pernah dia kerahkan pasukan sukarela
untuk melawan pasukan Kim hingga terjadi suatu pergerakan
yang menggemparkan belakangan karena pasukan Kim terlalu
kuat, beberapa kali ia mengalami kekalahan hingga banyak
panglimanya tewas dan perajuritnya hancur, saking
menyesalnya kemudian dia menjadi To-su (imam), Tatkala itu
ia menyebut dirinya sebagai "Hoat-su-jin" (orang mati yang
masih hidup), terus-menerus beberapa tahun ia menetap di
dalam satu kuburan kuno di atas gunung ini, selangkahpun tak
pernah ia keluar dari pintu kuburan itu, maksud kiasannya,
yalah meski orangnya masih hidup, namun tiada seperti orang
yang sudah mati, ia hidup tidak sudi hidup berdampingan di
tanah air sendiri dengan musuh bangsa Kim."
"O, kiranya begitu," ujar Kwe Ceng.
"Kejadian itu berlangsung sampai beberapa tahun," Ju-ki
melanjutkan pula, "tidak sedikit sobat-andai mendiang guruku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu telah datang mencari padanya, banyak yang minta dia
keluar dari kuburan untuk membikin pergerakan yang lebih
hebat lagi, Akan tetapi mendiang guruku rupanya sudah putus
asa dan patah hati, iapun merasa tiada muka buat bertemu
dengan bekasnya di kalangan Kangouw, maka ia tetap tidak
mau keluar dari kuburan.
Keadaan demikian itu berlangsung sampai delapan tahun
kemudian, tiba-tiba kedatangan seorang lawan yang
dianggapnya paling kuat, musuh ini telah mencaci-makinya
dengan segala kata-kata yang mencemoohkan dan menghina
diluar kuburan, ber-turut-urut musuh itu memancing selama
tujuh hari tujuh malam, agaknya Sian-su (mendiang guruku)
menjadi tak tahan, ia lantas keluar dari kuburan buat
bergebrak dengan musuh tadi.
Tak terduga, begitu dia keluar, segera orang itu
menyambut padanya dengan bergelak ketawa: "Haha,
akhirnya kau keluar juga, maka tidak perlu lagi kau kembali
kedalam!" Karena itu Sian-su sadar bahwa dirinya telah kena
tertipu, tetapi maksud tujuan orang itu adalah baik, yalah
sayang terhadap kepandaian Siau-su yang begitu bagus harus
terpendam lenyap di dalam kubur, oleh karenanya sengaja
pakai kata-kata yang pedas untuk memancingnya keluar dari
kuburan.
Setelah mengalami kejadian itu, kedua orang dari lawan
berubah menjadi kawan dan dengan bahu-membahu pergi
mengembara Kangouw lagi."
"Siapakah gerangan cianpwe (orang angkatan tua) itu ?"
tanya Kwe Ceng dengan kagum. "Apa dia satu di antara Tongsia,
Se-tok, Lam-te atau Pak-kay ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bukan," jawab Khu Ju-ki. "Kalau soal ilmu silat, orang ini
masih berada di atas keempat tokoh besar itu, cuma karena
dia adalah wanita, biasanya tidak suka unjuk diri di kalangan
umum, maka orang luar jarang yang tahu akan dia, namanya
pun tidak tersohor."
"Ah, kiranya dia seorang wanita, itulah lebih hebat lagi,"
ujar Kwe Ceng rada kaget.
"Ya, sebenarnya cianpwe ini menaruh hati terhadap Siansu,
ia sudah menyerahkan diri untuk mengikat perjodohan
dengan Sian-su," tutur Ju-ki lagi "Tetapi Sian-su mengatakan
bahwa musuh belum dihancurkan, mana boleh berumah
tangga, Oleh karena itu, terhadap asmara yang dilontarkan
Cianpwe itu ia hanya berlagak bodoh dan pura-pura tidak tahu
saja.
Tak tahunya cianpwe itu juga berambekan besar dan
tinggi hati, ia menyangka Sian-su telah pandang rendah
padanya, ia menjadi gusar sekali, Kedua orang yang tadinya
lawan dan sudah berubah menjadi kawan itu, oleh karena
cinta berbalik menjadi sakit hati lagi, mereka kemudian
berjanji untuk bertanding di atas Cong lam-san ini untuk
menentukan siapa yang lebih unggul"
"ltu sebenarnya tidak perlu," kata Kwe Ceng.
"Memangnya !" ujar Khu Ju-ki. "Sian-su pun tahu akan
maksud baik orang, maka sepanjang jalan ia selalu mengalah,
Siapa tahu cianpwe itu ternyata berwatak aneh, ia bilang:
Semakin kau mengalah, semakin nyata kau pandang rendah
padaku - Karena tiada jalan lain, terpaksa Sian-su bergebrak
dengan dia, sampai beberapa ribu jurus mereka bertempur,
selama itu Sian-su tidak keluarkan tipu serangan yang
mematikan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak tahunya cianpwe itu menjadi gusar malah, katanya:
"Baik, memang kau tidak niat bertarung dengan aku, kau
anggap aku ini orang macam apa?" - Tetapi kata Sian-su :
"Daripada bertanding secara kasar, tidakkah lebih baik
bertanding secara halus ?" - jawab orang itu: "Begitupun
boleh, jika aku kalah, selamanya tidak akan kutemui kau lagi,
dengan demikian biar kau merasa tenang dan senang"
Tetapi Sian-su balas menanya : "Dan jika kau yang
menang, lalu apa yang kau inginkan ?" - Karena pertanyaan
guruku itu, cianpwe wanita itu menjadi merah mukanya, ia
menjadi gelagapan tak bisa menjawab, akhirnya dengan
kertak gigi ia menjawab : "Jika aku me-nang, kau punya
kuburan Hoat-su-jin-bong ini harus serahkan untuk aku
tinggal."
Syarat ini bikin Sian-su menjadi serba susah, harus
diketahui sekali tinggal dia sudah delapan tahun mendiami
kuburan kuno itu, tidak sedikit tinggalan karya jeri-payahnya,
kini jika begitu saja direbut orang, inilah yang dia sayangkan,
tapi Sian-su membatin kepandaiannya masih sedikit lebih
tinggi daripada orang, ia pikir terpaksa harus kalahkan dia
agar kelak tidak banyak rewel dan di-goda tiada habisnya,
maka ia lantas tanya.
Cara bagaimana akan bertanding, "Hari ini kita sudah
sama-sama letih, biarlah besok malam kita tentukan siapa
yang menang atau kalah," demikian sahut Cianpwe itu.
"Besok malamnya, kembali kedua orang bersua lagi di sini,
Kata orang itu: "Sebelum kita bertanding, kita harus samasama
bersumpah dahulu." jawab guruku: "Bersumpah apa lagi
?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Begini," kata cianpwe itu," jika kau bisa mengalahkan
aku, segera juga aku bunuh diri di sini, dengan begitu pasti
tidak akan bertemu dengan kau lagi, sebaliknya jika aku yang
menang, kau harus sucikan diri, terserah kau mau menjadi
Hwesio atau menjadi Tosu. Tapi tidak peduli jadi Hwesio atau
Tosu, kau harus mendirikan kuil di atas gunung ini dan
mengawani aku selama sepuluh tahun." Dalam hati mendiang
guruku mengerti bahwa dengan syarat itu, dirinya disuruh
menjadi Hwesio atau Tosu, itu berarti selama hidupnya
diharuskan tidak beristri
"Tetapi buat apa aku harus menangkan kau hingga
memaksa kau bunuh diri ? Dan kalau aku harus mengawani
kau sepuluh tahun di atas gunung ini, hal inipun sulit,"
demikianlah pikir guruku, Oleh karenanya ia menjadi raguragu
tidak bisa menjawab.
"Kemudian cianpwe itu lantas berkata pula: "Pertandingan
secara halus kita ini sangat mudah begini, kau gunakan jari
tanganmu untuk mengukir beberapa tulisan di atas batu ini,
demikian pula akupun mengukirnya beberapa huruf, lalu kita
lihat tulisan siapa yang lebih baik, itulah dia yang menang."
Mendengar cara ini, Sian-su tercengang, katanya :
"Menulis di atas batu dengan jari tangan ?"
"Ya, itu namanya bertanding ilmu tenaga jari, kita boleh
lihat siapa yang mengukir lebih dalam." - Namun Sian-su
geleng-geleng kepala saja, jawabnya kemudian: "Aku toh
bukan dewa, mana sanggup aku mengukir tulisan di atas batu
dengan jari tangan ?" -
"Tetapi kalau aku bisa, apa kau mau mengaku kalah ?"
tanya orang itu. Dalam keadaan demikian Sian-su jadi di
pojokkan pada keadaan yang serba susah, maju salah,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mundurpun keliru, Tetapi kemudian ia pikir dijagad ini pasti
tidak mungkin ada orang yang sanggup mengukir tulisan di
atas batu dengan jari tangan, kebetulan urusan ini bisa di
selesaikan sampai disini, dengan demikian pertandingan ini
dapat dianggap tidak pernah ada, maka ia lantas berkata:
"Sudah tentu jika kau bisa, aku lantas ngaku kalah, Tetapi
kalau kaupun tak bisa, kita boleh anggap seri, tiada yang
menang dan tiada yang kalah, selanjutnya kita pun tidak perlu
bertanding lagi."
Karena itu, tiba-tiba orang itu tertawa dengan rasa pedih :
"Bagus, kalau begitu sudah pasti kau akan jadi Tosu,"
demikian katanya sambil dengan tangan kiri meraba-raba
sejenak di atas batu, habis ini ia ulur jari telunjuk tangan
kanan terus menggores di atas batu itu.
"Sian-su menjadi ternganga ketika menyaksikan debu,
batu itu bertebaran, betul saja orang telah menulis sehuruf
demi sehuruf, dalam kagetnya sampai tak sanggup ia bicara
lagi, Dan tulisan yang terukir dengan tangan itu bukan lain
adalah bagian depan dari syair ini.
"Tentu saja Sian-su menjadi lesu dan terima kalah, ia tidak
bisa bicara lagi, besoknya dia lantas sucikan diri menjadi Tosu,
dia mendirikan sebuah kuil kecil di dekat kuburan itu, dan itu
adalah Tiong-yang-kiong yang asli."
Kwe Ceng jadi terheran-heran oleh cerita itu, waktu ia
merabanya lebih terang, betul saja memang tulisan di atas
batu itu bukannya ditatah, juga bukan ukiran, melainkan
betul-betul digores dengan jari tangan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kalau begitu, ilmu kepandaian dalam hal tenaga jari
cianpwe itu sesungguhnya sangat mengejutkan orang,"
katanya kemudian.
Karena ucapannya ini, tiba-tiba Khu Ju-ki mendongak dan
ketawa terbahak-bahak.
"Ceng-ji, kejadian ini bisa mengelabui mendiang guruku,
bisa menipu aku, juga bisa menipu kau, tetapi kalau waktu itu
isterimu berada disini, pasti tidak bisa mengelabui matanya,"
demikian katanya.
Kwe Ceng menjadi lebih heran hingga kedua matanya
terpentang lebar.
"Apa? Apa didalam hal ini terdapat sesuatu yang tidak
beres?" tanyanya.
"Sudah tentu, hal itu tak perlu dikatakan lagi," sahut Khu
Ju-ki. "Coba kau pikir, pada jaman ini, kalau soal tenaga jari,
siapa jago yang nomor satu?"
"Sudah tentu ialah Toan Hong-ya, It-teng Taysu punya Ityang-
ci," kata Kwe Ceng.
"Nah, dengan tenaga jari It-teng Taysu saja, sekalipun di
atas kayu, belum tentu dia mampu menulis sesuka hatinya,
apa lagi di atas batu? Lebih-lebih lagi orang lain?" ujar Khu Juki,
"Karena itu juga sesudah Sian-su menjadi imam, terhadap
kejadian itu ia masih terus memikirnya dengan tidak habis
mengerti. Belakangan dia telah berjumpa dengan bapak
mertuamu, Ui Yok-su Cianpwe, secara tak langsung guruku
telah menyinggung kejadian itu, setelah Ui-tocu berpikir
sebentar, kemudian ia bergelak ketawa, katanya: "Kepandaian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu akupun bisa. Cuma sekarang aku belum melatihnya,
sebulan lagi pasti aku datang kembali kesini,"
Habis berkata, dengan terbahak-bahak ia lantas mohon
diri dari guruku.
"Betul saja sebulan kemudian Ui-tocu telah datang lagi,
lalu bersama Sian-su mereka datang ke sini memeriksa batu
ini. Tadinya syair yang ditulis cianpwe wanita itu sebenarnya
masih belum selesai, baru bagian depan yang maksudnya
menghendaki Sian-su tirakat saja meniru caranya Thio Liang di
jaman ahala Han. Sesudah Ui-tocu pakai tangan kiri merabaraba
rada lama di atas batu, kemudian ia ulur tangan kanan
terus menulis di atas batu, dia telah menyambung syair
cianpwe wanita yang masih belum selesai itu yang artinya
menghormat dan memuji diri guruku.
"Melihat jari tangan mertuamu bisa menulis diatas batu,
sama halnya seperti dahulu dilakukan cianpwe wanita itu,
Sian-su menjadi lebih-lebih heran dan terkejut, pikirnya dalam
hati: ilmu silat Ui Yok-su jelas masih kalah setingkat di
bawahku, kenapa diapun memiliki tenaga jari yang begini
lihay?"
Begitulah sesaat itu guruku merasa tidak habis mengerti -
Mendadak, iapun ulur jari tangannya menutul ke atas batu itu,
sungguh aneh, batu itu ternyata lantas berlubang oleh
tusukan jarinya, Tempatnya disini, coba kau boleh merabanya"
Berbareng itu Khu Ju-ki tarik tangan Kwe Ceng ke suatu
tempat di tepi batu itu, Ketika Kwe Ceng meraba dan
dapatkan satu lubang kecil, ia coba masukkan jari telunjuknya,
betul saja seperti cetakan, persis dapat dimasuki jarinya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tetapi Kwe Ceng masih sangsi, ia pikir jangan-jangan batu
cadas ini memang lunak dan berlainan dengan batu
umumnya, maka coba-coba ia gunakan tenaga jarinya dan
dikorek dengan keras, namun yang dia rasakan kesakitan
belaka, sebaliknya batu itu sedikitpun tidak bergerak.
Khu Ju-ki tertawa berbahak-bahak.
"Memang, kalau kau tentu tak akan mengetahui rahasia
yang tersembunyi di balik kejadian ini," demikian katanya
kemudian. "Kiranya sebelum tangan cianpwe wanita itu
menulis di atas batu, lebih dulu ia telah raba-raba agak lama
di atas batu dengan sebelah tangannya yang lain, tangan yang
buat meraba-raba itu menggenggam "Hoa-sek-tan (obat
penglebur batu), ia telah bikin permukaan batu itu menjadi
lunak dan dalam waktu sekira setengah jam, permukaan batu
tidak akan mengeras kembali. Rahasia ini rupanya dapat
dipecahkan oleh Ui-tocu, ia bilang sebulan buat melatih
kepandaian itu kepada guruku, sebenarnya ia turun gunung
untuk mengumpulkan obat buat bikin "Hoa-sek-tan", habis itu
baru ia datang lagi dan menirukan cara orang menulis di atas
batu."
Kwe Ceng menjadi kagum sekali atas kecerdasan bapak
mertuanya itu. Tiba-tiba ia menjadi ingat orang tua itu telah
lama tinggalkan Tho-hoa-to, ia menjadi rindu terhadap Ui Yoksu.
Sudah tentu Khu Ju-ki tidak tahu apa yang sedang
dipikirkan Kwe Ceng, maka ia telah menyambung lagi
ceritanya.
"Ketika mula-mula Sian-su menjadi Tosu, perasaannya
sebenarnya sangat tertekan, tetapi setelah banyak membaca
kitab-kitab ajaran To (Tao), akhirnya ia menjadi pandai dan
menginsafi segala apa di dunia ini tergantung jodoh dan tidak,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
maka iapun lebih mendalam lagi mempelajari ilmu agama kita
untuk lebih mengembangkannya.
Kalau dipikir, jika bukan gara-gara pancingan itu cianpwe
wanita, mungkin dijagat ini tidak bakal terdapat Coan-cin-kau,
aku Khu Ju-ki tentu pula tidak bisa seperti hari ini dan kau
Kwe Ceng lebih-lebih tidak diketahui akan berada di mana."
Kwe Ceng angguk-angguk membenarkan ucapan itu.
"Entah cara bagaimana harus menyebut nama Licianpwe
(wanita tingkatan tua) itu, apa dia masih hidup kini ?"
tanyanya kemudian.
"Kecuali guruku sendiri, dijagat ini tiada orang lain lagi
yang mengetahui nama aslinya, sedang Sian-su pun tidak
pernah katakan pada orang," sahut Ju-ki. "Jauh sebelum
terjadi Hoa-san-lun-kiam yang pertama kali cianpwe itu sudah
meninggal kalau tidak, dengan ilmu silatnya yang tinggi serta
wataknya yang tinggi hati itu, mana mungkin dia tidak ikut
serta dalam pertandingan Hoa-san itu."
"Dan entah dia meninggalkan keturunan tidak?" ujar Kwe
Ceng.
Tiba-tiba Khu Ju-ki menghela napas panjang.
"Soalnya justru terletak disini," katanya kemudian,
"Seumur hidup Locianpwe itu tidak pernah menerima murid,
dia hanya punya satu dayang yang selalu mendampingi dan
melayani segala keperluannya, kedua orang ini tinggal
bersama di dalam kuburan kuno itu, selama belasan tahun
ternyata tidak pernah melangkah keluar dan seluruh ilmu silat
Locianpwe itupun diturunkan semua pada dayangnya,
Dayangnya ini biasanya tidak pernah injakkan kakinya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dikalangan Kangouw, di kalangan Bu-lim pun jarang yang
kenal dia, tetapi ia malah mempunyai dua orang murid, yang
besar she Li, mungkin kau pernah mendengar namanya, di
kalangan Kangouw orang menyebut dia Jik-lian Sian-cu Li Bokchiu."
"Ah, kiranya dia ini," seru Kwe Ceng mendadak
"Perempuan ini keji sekali, kiranya asalnya dari sini."
"Kau pernah ketemu dia ?" tanya Khu Ju-ki.
"Ya, beberapa bulan yang lalu pernah bergebrak sekali
dengan dia di daerah Kanglam, ilmu silatnya memang sangat
hebat," sahut Kwe Ceng.
"Dan kau telah melukai dia ?" tanya Ju-ki lagi.
"Tidak," jawab Kwe Ceng menggoyang kepala "Tapi dia
yang turun tangan keji dan bunuh beberapa orang sekaligus,
kelakuannya memang terlalu ganas dan keji, kalau
dibandingkan Tang-si (Si-mayat tembaga) Bwe Ciau-hong
dahulu, mungkin melebihi jahatnya,"
"Lebih baik kalau kau tidak melukai dia, kalau tidak, tentu
akan banyak menimbulkan kesulitan saja," ujar Khu Ju-ki.
"Dan dia punya Sumoay she Liong..."
"Ha, kiranya wanita she Liong itu ?" potong Kwe Ceng
dengan hati terkesiap.
Mendengar lagu suara Kwe Ceng ini, air muka Khu Ju-ki
rada berubah juga.
"Kenapa ? Apa kau pernah lihat dia ? Apa telah terjadi
sesuatu ?" tanyanya cepat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tidak, Tecu tidak pernah bertemu dia," sahut Kwe Ceng
demi nampak wajah Khu Ju-ki rada aneh, "Cuma waktu aku
naik gunung tadi, para To-yu di sini berulang-ulang memaki
aku sebagai maling cabul, pula bilang kedatanganku ini
disebabkan oleh wanita she Liong itu, keruan aku sendiri
menjadi bingung."
Khu Ju-ki bergelak ketawa pula setelah tahu duduknya
perkara, Tetapi segera ia menghela napas pula.
"Ya, rupanya memang Tiong-yang-kiong harus mengalami
bencana seperti hari ini," katanya kemudian "Kalau bukannya
kejadian-kejadian yang menimbulkan salah paham itu, bukan
saja Pak-tau-tin besar yang berjaga di luar pasti dapat
menahan datangnya kawanan penyatron itu, bahkan kaupun
bisa lebih cepat sampai di atas gunung, dan tentu pula Heksute
tidak sampai kena dilukai musuh."
Melihat air muka Kwe Ceng penuh mengunjuk rasa
bingung, maka Khu Ju-ki lantas menerangkan lagi.
"Hari ini adalah ulang tahun ke-20 dari si nona she Liong
itu," demikian ia kata.
"Oh, ulang tahunnya yang ke-20?" mengulang Kwe Ceng.
Tetapi ulang tahun ke-20 seorang wanita kenapa bisa
menimbulkan malapetaka bagi Coan-cin-kau, dalam hatinya
masih tetap tidak mengerti barang sedikitpun."
"Gadis she Liong bernama apa sudah tentu orang luar
tiada yang tahu, cuma kawanan pendatang itu pada menyebut
dia Siao-liong-li (gadis cilik she Liong), maka kitapun boleh
menyebutnya dengan nama ini," sambung Khu Ju-ki. "Pada
suatu malam dua puluh tahun yang lalu, di luar Tiong-yangkiong
kita mendadak terdengar suara tangisan bayi, tentu saja
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
para kawan dalam istana merasa heran, ketika mereka pergi
melihatnya, kiranya di luar pintu terdapat satu buntalan yang
membungkus satu orok dan terletak di lantai.
"Sudah tentu para kawan menjadi bingung karena semua
orang yang tinggal di Tiong-yang-kiong ini adalah imam,
semua lelaki, mana bisa memelihara seorang orok sedemikian
ini, akan tetapi sebagai imam yang berdasarkan welas-asih
tidak bisa tinggal diam, Selagi serba susah itu, tiba-tiba dari
belakang gunung muncul seorang wanita setengah umur,
sesudah menyapa lalu ia bilang: "Bayi ini sungguh kasihan,
biarlah aku yang memeliharanya !""
"Tatkala itu kami tiada tinggal di istana, para kawan
menjadi girang demi mendengar wanita itu suka menerima
orok itu tanpa syarat, maka segera orok itu diserahkan
padanya. Belakangan sesudah Ma-suheng dan aku pulang,
mereka telah ceritakan kejadian itu dan menjelaskan rupa
serta dandanan wanita setengah umur itu, maka tahulah kami
dia ialah itu dayang yang tinggal di dalam kuburan Dia pernah
beberapa kali melihat kami dari Coan-cin-chit-cu, cuma
selamanya tidak pernah pasang omong.
Maski kedua keluarga boleh dibilang tetangga dekat, tapi
karena persengketaan orang tua, maka seperti tidak kenal
saja, selamanya tidak pernah saling berhubungan Dan setelah
kami dengar cerita itu, kamipun tidak perhatikan urusan itu
dalam hati.
"Belakangan setelah muridnya si Jik-lian-sian-cu Li Bokchiu
turun gunung, orang ini berhati kejam, ilmu silatnya
justru sangat tinggi, maka dunia Kangouw telah morat-marit
oleh perbuatannya yang menggemparkan. Beberapa kali
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Coan-cin-kau mengadakan sidang dan bermaksud memberi
hajaran padanya, namun selalu teringat pada wanita tua
dalam kuburan itu hingga selama itu belum pernah turun
tangan, Kami lantas tulis surat yang panjang lebar dengan
ramah dan di kirim kedalam kuburan." Akan tetapi, surat itu
seperti batu yang tenggelam ke dalam laut, selamanya tidak
pernah terima balasan, sebaliknya terhadap kelakuan Li Bokchiu
masih tetap dibiarkan, sedikitpun tidak mengurusnya.
"Kira-kira lewat sepuluh tahun lagi, tiba-tiba diluar kuburan
itu kami lihat dipasang kain putih di antara semak-semak yang
tumbuh lebat, kami lantas tahu itu To-yu (kawan se-agama)
telah meninggal, maka kami berenam (tatkala itu Coan-cinchit-
cu sudah kehilangan Tam Ju-toan yang tewas ditangan
Auwyang Hong, cerita ini pada kesempatan lain akan
disajikan) lantas melayat ke kuburan itu. Tapi baru selesai
kami menjalankan penghormatan tiba-tiba di dalam semaksemak
lebat itu keluar satu gadis cilik yang umurnya antara
sepuluh tahun, ia membalas hormat kami dan menyatakan
terima kasih.
Katanya pula: "Sewaktu Suhu hendak mangkat, beliau
telah pesan Tecu menyampaikan kepada para Totiang bahwa
orang itu (maksudnya Li Bok-chiu) yang banyak melakukan
kejahatan, Suhu sendiri ada jalan buat hajar dia, maka diharap
kalian tak perlu kuatir"
Habis berkata, ia putar tubuh dan masuk kembali ke dalam
kuburan, sebenarnya kami ingin menanya lebih jauh, namun
sudah tidak keburu lagi, Sian-su sendiri pernah meninggalkan
pesan bahwa siapa saja dilarang melangkah barang
selangkahpun ke pintu kuburan itu. Hanya dalam hati saja
kami merasa heran, sebab To-yu itu sudah mati, dengan cara
apa lagi yang dia tinggalkan untuk menghajar muridnya ?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kami melihat gadis cilik itu sebatang-kara dan harus
dikasihani kami lantas berdaya-upaya buat membantunya,
kami coba mengirim sedikit makanan padanya, tetapi aneh,
tiap-tiap kali selalu ditolaknya kembali.
Tampaknya dara cilik ini wataknya juga aneh serupa
dengan Cosu (kakek guru) dan Suhu-nya. Belakangan oleh
karena kami banyak urusan dan jarang tinggal di rumah, lalu
kabar berita tentang nona kecil inipun sedikit sekali terdengar
lagi.
Dan entah mengapa, tiba-tiba Li Bok-chiu pun menghilang
dari kalangan Kangouw dan tidak cari gara-gara 1agi. Kami
mengira To-yu itu memang benar mempunyai akal bagus buat
bikin takut muridnya, maka diam-diam kami sangat kagum
padanya.
"Lalu kembali lewat beberapa tahun lagi, itulah kejadian
tiga tahun yang baru lampau, tatkala itu aku dan Ong-sute
(Ong Ju-it) ada urusan harus pergi ke daerah barat, di sana
kami tinggal di rumah seorang pendekar terkemuka dan
mendengar suatu kabar yang sangat mengejutkan Katanya
tiga tahun lagi, semua kaum setan iblis dan golongan agama
liar akan berkumpul di Cong-lam-san untuk melakukan
sesuatu.
Cong-lam-san adalah pangkalan Coan-cin-kau, mereka
berani naik ke sini sudah tentu tujuannya hendak menyatroni
golongan agama kita, mana boleh kita tidak berjaga-jaga?
Tetapi aku dan Ong-sute masih kuatir kabar itu tidak benar,
kami selidiki pula melalui pihak ketiga, tapi nyata hal itu bukan
bikinan belaka dan memang sungguh-sungguh.
Cuma maksud tujuan mereka ke Cong-lam-san ternyata
bukan menyatroni agama kita, melainkan mempunyai maksud
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tertentu terhadap Siao-liong-Ii yang tinggal di dalam kuburan
kuno itu."
Kwe Ceng menjadi heran oleh cerita ini.
"Dia hanya satu dara cilik yang selamanya tidak pernah
keluar pintu pula, kenapa para penyatron itu bisa ikat
permusuhan dan taruh dendam padanya?" tanyanya dengan
tidak mengerti
"Memang apa sebab musabab yang sebenarnya di
belakang layar itu, kita adalah orang luar, maka tidak begitu
jelas," sahut Khu Ju-ki. "Tetapi dasar Ong-sute paling suka
cari tahu, dia telah menyelidiki ke mana-mana, akhirnya
diketahui bahwa peristiwa itu sengaja diusik dan dikobarkan
oleh Siao-liong-li punya suci (kakak seperguruan perempuan)
sendiri."
"Ha, Jik-lian-sian-cu Li Bok-chiu?" sela Kwe Ceng heran.
"Ya, tidak salah," kata Khu Ju-ki. "Katanya sesudah Suhu
mereka mengajarkan ilmu silat beberapa tahun pada Li Bokchiu,
kemudian dapat dilihatnya bahwa jiwa perempuan itu
tidak baik, maka dengan alasan sudah tamat belajar, Li Bokchiu
lantas disuruh turun gunung.
"Diwaktu gurunya masih hidup, meski Li Bok-chiu sudah
banyak melakukan kejahatan, namun masih rada jeri, tapi
sesudah gurunya mati, ia lantas pakai kedok hendak melayat
buat serbu ke dalam kuburan itu, ia bermaksud usir sang
Sumoay dan mengangkangi semua benda mestika yang
tersimpan di dalamnya.
Tak tahunya, di dalam kuburan itu ternyata banyak
terpasang alat-alat rahasia jebakan yang aneh-aneh dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bagus, meski Li Bok-chiu cukup lihay, namun setelah banting
tulang akhirnya dia bisa menembus dua lapis pintu kuburan
itu, di depan pintu lapisan ketiga dia melihat ada sepucuk
surat tinggalan Suhu padanya.
Kiranya gurunya sebelumnya sudah menduga akan
kedatangannya, Maka dalam surat wasiat itu tertulis bahwa
pada tahun ini, bulan dan hari itu adalah genap ulang tahun
ke-20 Sumoay-nya, pada saat itu Sumoay ini akan turun
gunung buat mencari ayah-bunda kandungnya, maka kalau
bersua di kalangan Kangouw, hendaklah dia mengingat
hubungan seperguruan suka banyak memberi bantuan dan
perlindungan.
Dalam surat wasiat itu dipesan pula agar dia suka perbaiki
kelakuannya yang jahat, kalau tidak, akhirnya pasti akan
menelan akibat perbuatannya sendiri.
"Tak terduga, bukannya Li Bok-chiu insaf, bahkan ia
sangat gusar oleh isi surat sang guru itu, segera ia serbu
masuk ke dalam pintu lapisan ke-tiga, tetapi disini ia telah
terjebak oleh jarum berbisa yang memang sudah dipasang
sebelumnya oleh gurunya, kalau bukan Siao-liong-li memberi
obat dan menyembuhkan lukanya, mungkin seketika itu juga
jiwanya sudah melayang.
Karena itu ia baru kenal lihaynya kuburan itu, terpaksa ia
keluar kembali dan turun gunung. Tetapi kalau hanya begitu
saja, mana dia terima? Belakangan kembali beberapa kali dia
menyerbu kuburan itu,tiap-tiap kali selalu dia menderita
kecelakaan, Bahkan penghabisan kalinya ia malah bergebrak
dengan Sumoay-nya. Tatkala itu usia Siao-liong-li baru 16 atau
17 tahun saja, namun ilmu silatnya ternyata sudah jauh di
atas kakak seperguruannya ini, kalau bukan sengaja dia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bermurah hati, untuk melayangkan jiwa Li Bok-chiu mungkin
bukan soal sulit...."
"Kejadian itu mungkin disebabkan berita yang tersiar di
kalangan Kangouw itu kurang benar," tiba-tiba Kwe Ceng
memotong cerita orang.
"Kenapa kau tahu?" tanya Ju-ki.
"Tecu sendiri sudah pernah mengetahui kepandaian Li
Bok-chiu," sahut Kwe Ceng. "llmu silat perempuan ini
sesungguhnya ada bagian unggulnya yang tersendiri, kalau
umur Siao-liong-li belum ada 20 tahun, betapa bagus lagi ilmu
silatnya kukira susah juga buat menangkan dia."
"Cerita itu Ong-sute mendengar dari salah seorang
kawannya dari Kay-pang, soal Siao-liang-li mengalahkan Li
Bok-chiu, apa itu benar atau tidak, karena waktu itu toh tiada
orang ketiga yang melihatnya, sudah tentu tiada seorangpun
yang tahu dengan pasti, cuma di kalangan Kangouw memang
tersiar cerita itu," ujar Khu Ju-ki.
"Dan karena itulah, hati Li Bok-chiu semakin dendam, ia
tahu Suhunya telah pilih kasih dan menurunkan ilmu silat yang
lebih lihay pada sang Sumoay, Maka ia sengaja menyiarkan
kabar bahwa pada nanti tahun ini, bulan dan hari itu, Siaoliong-
li dari kuburan "Hoat-su-jin-bong" akan mengadakan
sayembara buat memilih jodoh.
Bahkan dia tambahi pula bahwa siapa saja yang bisa
menangkan Siao-liong-li, bukan saja Siao-liong-li akan
menyerahkan diri-nya, bahkan semua harta mestika dalam
kuburan itu, kitab-kitab ilmu silat dan macam-macam lagi akan
di-hadiahkan seluruhnya pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Para penyatron itu sebenarnya tidak mengetahui siapa dan
macam apakah Siao-liong-li itu, tetapi Li Bok-chiu justru
sengaja bikin propaganda, katanya dia punya sumoay masih
jauh lebih cantik dari pada dia.
Seperti kau sendiri sudah lihat, kecantikan Jik-lian-sian-cu
itu jarang ada bandingannya di kalangan Bu-lim, sekalipun
puteri bangsawan atau gadis hartawan juga tak bisa
menandingi dia."
Benarkah gembong-gembong penjahat itu jadi ikut sayembara
memperebutkan Siao-liong-li setelah dipukul " mundur dari
Tiong-yang-kiong?
Bagaimana pula nasib Nyo Ko yang ditinggal di Tiong-yangkiong
?
Dapatkah Li Bok-chiu merebut kuburan dan mengalahkan
Siao-liong-li ?
- Bacalah jilid ke-6 -
Jilid 6
Mendengar orang memuji kecantikannya Li Bok-chiu,
dalam hati Kwe Ceng diam-diam berkata: "Begitu saja kenapa
harus heran? Aku punya Yong-ji saja sudah beratus kali lebih
ayu dari pada dia."
Padahal ini hanya pendapat pribadi Kwe Ceng saja yang
tentu memuji isterinya sendiri. Memang, kalau bicara tentang
kecantikan, keluwesan, Ui Yong memang jauh lebih unggul
tetapi kalau soal gaya, sebaliknya Li Bok-chiu lebih menarik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dan justru memang tidak sedikit manusia serong di
kalangan Kangouw yang terpikat oleh kecantikan Li Bok-chiu,
cuma, kesatu karena usianya sudah tidak muda lagi, kedua,
disebabkan pula tangannya yang gapah dan tidak kenal
ampun, maka tidak sembarang orang berani "sir" padanya, "
demikian sambung Khu Ju-ki pula.
"Dan kini demi mendengar bahwa Li Bok-chiu mempunyai
Sumoay yang maha cantik, bahkan secara terang-terangan
mengadakan sayembara untuk mencari jodoh, keruan saja,
siapapun pingin coba-coba peruntungan?"
Sampai disini, maka mengertikah Kwe Ceng akan
duduknya perkara sebenarnya.
"O, jadi para pendatang ini hendak meminang?" katanya
kemudian, "Pantas makanya para To-heng disini pada mencaci
maki padaku sebagai maling cabul segala."
Ju-ki ketawa terbahak-bahak oleh penuturan Kwe Ceng ini.
"Begitulah, maka setelah aku dan Ong-sute mendapat
berita itu, kami pikir meski Siao-liong-li dengan kami hanya
sekedar kenal saja, tetapi hubungan tetangga dekat, pula
pergaulan orang tua kedua belah pihakpun lain dari pada yang
lain. Laginya para siluman dan maling cabul itu jika betul-betul
berani mengeluruk kesini, ini berarti pula sama sekali tidak
pandang sebelah mata pada Coan-cin-kau, apakah kami bisa
antapi begitu saja orang malang-melintang di atas gunung
Cong-lam-san kita ? Oleh sebab itulah, lantas kami undang
semua jago Coan-cin-kau dari berbagai angkatan, sepuluh hari
sebelumnya kami sudah berkumpul di Tiong-yang-kiong.
Di samping kami giat berlatih Pak-tau-tin-hoat, kami
mengirim surat pula pada Siao-liong-li di dalam kuburan untuk
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memperingatkan dia agar berjaga-jaga. Siapa duga, surat
kami itu tetap seperti batu tenggelam di samudera raya saja,
Siao-liong-li sama sekali tidak menggubris kemauan baik kami
itu."
"Jangan-jangan dia sudah tiada di dalam kuburan itu lagi,"
ujar Kwe Ceng.
"Tidak, setiap hari kami memandangnya dari jauh di atas
gunung, masih tetap kami lihat ada asap dapur yang
mengepul keluar dari kuburan," sahut Khu Ju-ki. "Kau boleh
lihat itu, di sebelah sana itu !" - sembari berkata ia tunjukkan
dengan jarinya ke arah barat.
Waktu Kwe Ceng memandang menurut arah yang
ditunjuk, ia lihat sebelah barat gunung lebat dan rindang,
tanah seluas belasan li yang tertampak hanya hutan belaka,
iapun tidak tahu dimana letak "Hoat-su-jin-bong" yang
dimaksudkan itu.
"Dan sesudah kami berunding, kami ambil keputusan akan
wakilkan Siao-liong-li buat menghadapi musuh," kata Khu Juki
lagi. "Kami kirim orang pergi mencari berita, lima hari
sebelumnya, para penyelidik itu telah kembali semua dan
betul saja diperoleh kabar bahwa tidak sedikit kawanan
penjahat yang bernyali besar hendak naik Cong-lam-san untuk
ikut sayembara dan melamar Siao-liong-li.
Ada beberapa di antaranya yang keder terhadap Tiongyang-
kiong yang letaknya berdekatan, mereka telah mundur
teratur, tetapi selebihnya karena mendapat dukungan dua
orang pentolan besar, mereka telah ambil kepastian naik ke
sini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mereka telah berjanji berkumpul di kuil di bawah gunung
itu dan memakai tanda tepukan tangan pada pilar batu itu.
Dan karena tidak sengaja kau telah tepuk pilar batu itu, pula
kau unjuk kepandaianmu yang cukup mengejutkan pantas
kalau para cucu muridku itu menjadi geger dan salah sangka
padamu.
"Tentang kedua pentolan iblis itu kalau dibicarakan
memang cukup besar juga nama mereka, cuma selama ini
mereka tidak menginjakkan kaki ke daerah Tionggoan, kaupun
sudah belasan tahun menetap di Tho-hoa-to, maka kau tidak
kenal mereka, itu putera bangsawan adalah Pangeran dari
Monggol, katanya masih anak-cucu keturunan lurus Jengis
Khan. selamanya dia tinggal di tanah barat, entah dapat
ajaran dari pendekar mana, meski umurnya masih muda,
namun sudah berhasil meyakinkan ilmu silat yang tinggi dan
mengejutkan.
Orang menyebut dia Pangeran Hotu. Kau pernah tinggal
lama di tanah gurun itu, pula sangat dekat pergaulanmu
dengan bangsawan Monggol, apa kau ingat akan asal-usul
orang ini?"
"Pangeran Hotu, pangeran Hotu ?" demikian Kwe Ceng
komat-kamit mengulangi beberapa kali nama itu, iapun
mengenangkan kembali wajah putera bangsawan yang cakap
itu, tetapi sama sekali dia tidak ingat anak keturunan siapakah
dia ini. ia hanya merasa sikap putera bangsawan ini memang
agung, diantara mata-alisnya pun mengunjuk sikap-sikap yang
angker berwibawa, ia cukup kenal Jengis Khan dengan
keempat puteranya, rupa keem-pat putera Jengis Khan itu
sama sekali tiada yang sama dengan Pangeran Hotu ini.
"Ya, mungkin dia hanya sengaja menaikkan harga diri saja
dan membual", kata Khu Ju-ki pula, "Tetapi permulaan tahun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ini, begitu dia datang di daerah Tionggoan, sekaligus ia
melukai Ho-lam-sam-hiong (tiga jagoan dari Holam),
belakangan di Kamsiok seorang diri dia bunuh pula Lanciuchit-
pa (tujuh buaya darat dari Langciu), karena itu, namanya
seketika terpandang tinggi dan berkumandang, tetapi kami
sama sekali tidak duga bahwa dia justru bisa ikut dalam
urusan Siao-liong-li ini.
"Sedang tokoh lain lagi adalah paderi Tibet, dia adalah
Ciangkau (penjabat ketua agama) dari sekte Bitcong di Tibet,
namanya Darba, dia memang sudah lama terkenal kalau
dihitung dia masih sama tingkatannya dengan aku. Dia adalah
Hwesio, dengan sendirinya tujuan kedatangannya ini bukan
buat melamar Siao-liong-Ii, maka maksudnya kalau bukan
memamerkan kepandaian dan menggemilangkan namanya,
tentunya dia mengincar harta mestika yang tersimpan dalam
kuburan milik mendiang guruku itu, bukan, mustail tujuannya
meliputi kedua-duanya tadi.
"Sedang para penyatron yang lain itu, karena tampilnya
kedua orang tadi, mereka sudah tiada pikiran buat melamar
puIa, mereka pikir asal bisa ikut serbu ke atas gunung dan
membongkar kuburan kuno, sedikit banyak tentu mereka bisa
membagi rejeki, oleh karena ituIah, hari ini yang naik ke
Cong-lam-san ternyata berjumlah ratusan orang banyaknya.
Sebenarnya Pak-tau-tin yang kami pasang itu masih bisa
menahan seluruh penyatron kelas rendahan itu di bawah
gunung, sekalipun tidak bisa tangkap hidup-hidup mereka,
sedikitnya tidak nanti mereka mampu mendekati Tiong-yangkiong.
Tetapi rupanya memang Coan-cin-kau kita harus
mengalami malapetaka ini hingga terjadi salah paham atas
dirimu, ya, apa yang perlu dikatakan lagi ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Ceng menjadi sangat menyesal oleh kejadian itu, ia
ingin mengucapkan beberapa kata yang bersifat mohon maaf,
Tetapi dengan tertawa Khu Ju-ki sudah keburu mencegahnya.
"Tidak perlu kau menyesal benda-benda yang musna itu
hanya barang-barang di luar tubuh, jiwa raga sendiri saja
tidak perlu dibuat sayang, kenapa harus urus lagi bendai di
luar tubuh itu ?" katanya pula, "Kau sudah latih Lwekang
selama belasan tahun, apakah sedikit pengertian ini saja kau
belum paham?"
Kwe Ceng tersenyum, ia mengiakan kata-kata orang.
"Begitulah, selagi kau dikerubuti Pak-tau-tin dengan
seluruh kekuatannya tadi, di lain pihak kedua pentolan iblis itu
berkesempatan membawa begundalnya menyerbu sampai di
depan Tiong-yang-kiong. Begitu datang mereka lantas
kobarkan api, ketika Hek-sute mendahului maju melabrak
pangeran Hotu, rupanya dia terlalu pandang enteng pihak
musuh, pula ilmu silat Hotu memang berlainan dari pada
orang biasa dan sangat aneh, karena sedikit lengah, Hek-sute
kena sekali pukulannya di dada.
Dengan sendirinya lekas-lekas kami pasang barisan
bintang-bintang untuk melindunginya. Tetapi karena
kekurangan tenaga Hek-sute, anak murid yang menggantikan
tempatnya masih selisih jauh kepandaiannya, maka daya
tekanan barisan kita sukar dikerahkan seluruhnya. Coba, kalau
kau tidak datang tepat pada waktunya, mungkin hari ini Coancin-
kau sudah dihancurkan orang.
"Kini kalau diingat lagi, bila kau tidak ke sini, sungguhpun
para penyatron tingkat rendahan pun tidak mampu naik ke
atas, tetapi untuk menahan Pangeran Hotu dan Darba berdua
jelas juga tidak bisa. Kedua orang ini kalau bahu-membahu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menempur Pak-tau-tin kita, walaupun kami belum pasti
dikalahkan, tapi sukar juga memperoleh kemenangan..."
Bercerita sampai disini, tiba-tiba terdengar suara bunyi
"hauuuuh hauuuh hauuuuuh"
di jurusan barat, mendadak ada orang membunyikan
tanduk Suara tiupan tanduk itu begitu seram, sayup-sayup
seperti mengandung maksud bunuh membunuh dan seperti
suatu tantangan yang ditujukan pada seorang.
"Binatang, binatang !" mendadak Khu Ju-ki memaki
dengan gusar, Sambil memandang ke rimba di sebelah barat
gunung, ia berkata pula pada Kwe Ceng: "Ceng-ji, bangsat itu
telah adakan perjanjian sepuluh tahun dengan kau, ia mengira
dalam sepuluh tahun ini dapat berbuat sewenang-wenang
sesukanya, dengan demikian supaya kau tidak bebas ikut
campur urusannya, tetapi di bumi ini mana ada persoalan
yang begini mudah. Mari, kita ke sana !"
"Apakah pangeran Hotu itukah ?" tanya Kwe Ceng.
"Siapa lagi kalau bukan dia," sahut Ju-ki. "Dia justru
sedang menantang Siao-liong-Ii!"
Sembari berkata, iapun bertindak cepat turun gunung,
Tanpa ayal lagi segera Kwe Ceng menyusul di belakangnya.
Setelah beberapa li mereka tempuh, terdengarlah oleh
mereka suara bunyi tanduk tadi di-sebul semakin keras,
diantara suara "hu-hu" itu bahkan masih terseling pula suara
"ting-ting-ting" yang nyaring dari bunyi keleningan suara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
keleningan ini menunjukkan tanda bahwa itu padri Tibet Darba
pun sudah ikut turun tangan.
Khu Ju-ki menjadi gusar oleh kelakuan kedua orang itu.
"Hm, dua jago terkemuka sama-sama menghina seorang gadis
cilik, sungguh tidak tahu malu," demikian damperatnya pula.
Sambil berkata, kakinya pun tidak pernah kendor, ia lari
makin cepat, maka sekejap kemudian mereka sudah sampai di
pinggang gunung, Dari sini setelah membelok satu tebing lagi,
maka tertampaklah oleh Kwe Ceng di depan sana tumbuh
sebuah hutan, di luar hutan itu berdiri beberapa puluh orang
yang beraneka macam potongannya, ada yang tinggi, besar,
pendek atau gemuk, jelas kelihatan mereka bukan lain adalah
kawanan penyatron yang menyerbu Tiong-yang-kiong tadi.
Karena itu, Khu Ju-ki dan Kwe Ceng tidak lantas unjukkan
diri, mereka sembunyi dulu di belakang dinding batu itu untuk
melihat gelagat.
Sementara tertampak Pangeran Hotu bersama Darba
berdiri sejajar, yang satu meniup tanduk dan yang lain
menabuh keleningan, suaranya teratur dan sahut menyahut,
maksudnya memancing keluar Siao-liong-li yang mereka
inginkan.
Tetapi meski sudah lama mereka ribut-ribut sendiri di
dalam hutan itu masih tetap sunyi tiada suara yang membalas.
Sebab itu, Hotu meletakkan alat tiupnya, lalu dengan
suara lantang ia berteriak: "Aku adalah Pangeran Hotu dari
Monggol, dengan hormat aku menghaturkan selamat berulang
tahun kepada Siao-liong-li!".
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Baru habis ia berkata, tiba-tiba dari dalam hutan bergema
tiga kali suara "creng-creng-creng", mungkin itulah jawaban
Siao-liong-li dengan menabuh Khim (semacam alat musik,
kecapi).
Pangeran Hotu menjadi senang karena dirinya digubris,
Maka dia lantas buka suara pula: "Menurut kabar, nona Liong
telah sesumbar hendak mengadakan sayembara pada hari ini
untuk memilih jodoh, karena itu, aku yang bodoh sengaja
datang meminta petunjuk, harap nona Liong tidak segansegan
memberi tuntunan !"
Diluar dugaannya, mendadak suara Khim tadi berbunyi
keras dan tinggi nadanya, agaknya tanda merasa gusar. Meski
para penyatron itu tidak paham tentang seni suara, tetapi
mendengar suara Khim yang lain itu, merekapun tahu itu
adalah tanda sedang mengusir tetamu.
Akan tetapi Hotu ternyata belum mau sudah, dengan
ketawa dia pentang mulut lagi:
"Keluargaku cukup mampu, wajahku pun tidak jelek,
lamaranku ini rasanya belum merendahkan dirimu, nona Liong
sendiri adalah gadis pendekar di jaman ini, kiranya engkaupun
tidak perlu kikuk-kikuk."
Dan baru selesai ia bicara, mendadak suara Khim berubah
menjadi santar dan cepat, lapat-lapat seperti mengandung arti
mendamperat. Begitu hebat suara tahunan Khim itu, sehingga
bagi yang mendengarkan terasa sangat tidak enak sekali
beberapa orang diantara kawanan penyatron itu sam pai
menutup kuping tak berani mendengarkan lagi.
Karena itu, Hotu pandang sekejap pada Darba, paderi
Tibet itu mengangguk-angguk. Maka Hotu lantas berseru lagi:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Jika nona sudah tidak mau unjuk diri, terpaksa aku
mengundang secara kekerasan"
Habis berkata, sekali ia memberi tanda pada para
begundalnya, segera ia mendahului masuk ke hutan lebat itu
dengan langkah lebar, tindakannya ini segera diikuti kawankawannya
secara beramai-ramai. Dalam hati mereka memikir:
"Sampai Coan-cin-kau yang terhitung golongan paling lihay
dikalangan Bu-lim saja tak sanggup menahan kami, apa lagi
hanya seorang Siao-liong-li, apa yang dia bisa berbuat ?"
Karena kuatir didahului kawan yang lain, mereka jadi
saling berebut di depan agar bisa lebih cepat mendapat bagian
rejeki harta mestika dalam kuburan kuno itu.
Melihat musuh sudah bertindak lekas Khu Ju-ki melompat
keluar dari tempat sembunyinya dan berseru: "Hai, tempat ini
adalah tempat keramat mendiang guruku Tiong-yang Cinjin,
lekas kalian mundur kembali!"
Mendengar suara teriakan itu, semua orang itu rada
terkesiap juga, akan tetapi toh langkah mereka tidak pernah
berhenti, mereka masih terus menyerbu ke dalam hutan.
"Ceng-ji, hayo turun tangan saja !" ajak Khu Ju-ki pada
Kwe Ceng, ia menjadi gusar akan perbuatan kawanan bandit
itu.
Tetapi baru mereka akan menyusul masuk ke dalam hutan
yang lebat itu, mendadak terdengar suara teriakan dan jeritan
para penyatron itu, tahu-tahu mereka berlari kembali seperti
kesetanan. Karuan Khu Ju-ki dan Kwe Ceng terheran-heran,
sementara itu terlihat beberapa puluh orang sudah berlari
keluar seperti terbang cepatnya, dan mati-matian menyusul
Hotu dan Darba pun berlari keluar dengan langkah lebar,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
keadaan mereka yang menyedihkan itu, dibanding sewaktu
mereka di-gempur mundur dari Tiong-yong-kiong oleh Kwe
Ceng tadi entah berapa kali lipat lebih hebat.
Diam-diam Khu Ju-ki dan Kwe Ceng menjadi bingung,
mereka heran dengan ilmu kepandaian apakah Siao-liong-Ii
mampu mengusir kawanan penyatron ini ?
Tetapi pikiran mereka itu hanya timbul sekilas saja, sebab
tiba-tiba terdengar suara "ngaung-ngaung-ngaung" yang riuh
ramai suara mendengung itu tadinya masih jauh, tapi sebentar
saja sudah mendekat, di bawah sinar rembulan yang remangremang
itu tertampak segumpal benda abu-abu entah
binatang apa dengan cepat terbang keluar dari dalam hutan
dan sedang mengudak di atas kepala para penyerbu itu.
Kwe Ceng menjadi heran oleh kejadian ini. "Apakah itu ?"
tanyanya.
Akan tetapi Khu Ju-ki sendiri tidak tahu, ia geleng kepala
tidak menjawab, dengan mata tidak berkesip ia pandang ke
depan terus, ia lihat diantara petualang-alang itu ada
beberapa yang lambat larinya, kepala mereka segera disamber
gerombolan binatang tadi, habis itu, beberapa petualang itu
seketika jatuh terguling, mereka menjerit-jerit sambil dekap
kepala, tampaknya rasa sakitnya sukar ditahan.
"He, tawon, kenapa warna putih ?" seru Kwe Ceng terkejut
sesudah kemudian mengenali binatang terbang itu.
Selagi ia berkata, gerombolan tawon putih itu kembali
sudah membikin terguling beberapa orang lagi dengan
antupannya. Dalam sekejap saja di rimba raya itu terdapat
belasan orang yang bergelimpangan sambil menjerit-jerit
kesakitan dengan suara yang mengerikan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aneh, diantup tawon, seumpama memang sakit,
seharusnya tidak sampai begitu jahat, apakah mungkin
antupan tawon putih ini luar biasa lihaynya ?" demikian Kwe
Ceng ber-tanya-tanya dalam hati
Dalam pada itu ia lihat bayangan abu-abu tadi masih
menyamber kian kemari, seperti sesosok asap tebal saja yang
menyembur dengan cepat, gerombolan tawon putih itu
mendadak menyamber dari depan Khu Ju-ki.
Melihat datangnya gerombolan tawon putih ini begitu
ganas dan hebat, agaknya sukar ditahan, maka Kwe Ceng
berpikir hendak menyingkir tetapi tidak demikian dengan Khu
Ju-ki, tiba-tiba imam Coan-cin-kau ini mengumpulkan
napasnya, sekali pentang mulut ia terus meniup dengan
sekuatnya.
Gerombolan tawon itu sebenarnya sangat cepat
terbangnya, ketika mendadak terasa tiupan angin yang keras
memapak dari depan, keruan daya serbuan mereka tertahan,
dan ketika Khu Ju-ki untuk kedua kalinya menyebul pula,
kembali angin santar menyarnber lagi
Kwe Ceng dapat mengikuti cara itu dengan baik, maka
iapun meniru dengan menyebulkan ha-wanya dengan keras, ia
gabungkan kekuatan angin tiupannya dengan tiupan Khu Juki.
Keruan saja kekuatan angin ini menjadi sangat kuat,
rombongan tawon putih jadi tak tahan hingga beberapa ratus
tawon yang paling depan terpaksa menggeser arah dan
menyamber lewat disamping kedua orang ini terus mengudak
Hotu dan Darba Iagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Belasan petualang yang bergelimpangan di tanah itu
makin ngeri jeritan mereka, saking menderitanya sampai
mereka meratap-ratap dan merintih-rintih, berteriak bapak
dan memanggil ibu, malahan ada yang minta-minta ampun,
"Kami berbuat salah, mohon dewi Siao-liong-li suka ampuni
jiwa kami!" demikian mereka memohon.
Diam-diam Kwe Ceng menjadi heran oleh kelakuan para
petualang ini, "orang-orang ini tergolong manusia yang tak
kenal takut di kalangan Ka-ngouw, sekalipun sebelah lengan
atau sebelah kaki mereka ditabas kutung, belum tentu mereka
mau merintih kesakitan dan meminta ampun, kenapa antup
tawon sekecil ini saja ternyata begini lihay ?" demikian ia pikir.
Sementara itu ia dengar suara tabuhan Khim
berkumandang pula dari dalam rimba raya itu, menyusul mana
dari pucuk pohon yang rindang itu tertampak mengepul keluar
asap putih yang tipis-tipis, segera Khu Ju-ki dan Kwe Ceng
mencium bau wangi bunga yang sedap sekali. Selang tak
lama, suara "ngung-ngung-ngung" tadi dari jauh kembali
mendekat lagi, rombongan tawon putih itu dami mencium bau
wangi telah terbang kembali ke dalam rimba, kiranya Siaoliong-
li sengaja bakar dupa untuk menarik kembali pasukan
tawonnya, Meski sudah dua puluh tahun Khu Ju-ki menjadi
tetangga Siao-liong-li, tapi selamanya tidak pernah
mengetahui bahwa gadis jelita ini ternyata memiliki
kepandaian begini tinggi, ia menjadi kagum dan ketarik.
"Kalau sebelumnya tahu tetangga cantik kita ini begini
besar kesaktiannya, Coan-cin-kau kita tentunya tidak perlu
banyak urusan lagi," demikian ia kata.
Ucapan ini sebenarnya dia tujukan pada Kwe Ceng,
suaranya tidak keras, Tetapi aneh, Siao-liong-li yang berada
dalam rimba itu seperti mengetahui maksudnya itu, tiba-tiba
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
suara Khim tadi berubah menjadi lunak dan merdu yang
mengandung maksud pernyataan terima kasih.
"Hahaha, hendaklah nona jangan pakai adat istiadat lagi,"
kata Khu Ju-ki dengan suara lantang sambil bergelak ketawa"
Khu Ju-ki bersama anak murid Kwe Ceng, dengan hormat
mengucapkan selamat atas ulang tahun nona."
Atas ucapan ini, tiba-tiba suara Khim itu berbunyi "crengcreng"
dua kali lagi, habis ini lantas berhenti, suara lenyap,
keadaan pun kembali sunyi.
Dalam pada itu mendengar jeritan dan teriakan orangorang
yang bergelimpangan di tanah itu, hati Kwe Ceng
menjadi kasihan.
"Totiang, Cara bagaimana kita bisa tolong orang-orang ini
?" ia coba tanya Khu Ju-ki.
"ltu tidak perlu," sahut Ju-ki. "Liong-kohnio (nona Liong)
sendiri tentu bisa bereskan sendiri Marilah kita pergi saja."
Begitulah, maka mereka lantas kembali ke arahnya sendiri,
sepanjang jalan Kwe Ceng ceritakan pula secara ringkas
mengenai diri Nyo Ko. Mendengar kisah-derita bocah yang
mengharukan itu, Khu Ju-ki telah menghela napas panjang.
"Memangnya patriot seperti pamanmu Nyo Thi-sim itu,
mana boleh terputus keturunan ?" demikian katanya
kemudian, "Kau tak usah kuatir, pasti aku akan lakukan
sepenuh tenagaku untuk mendidik anak itu dengan baik."
Tentu saja Kwe Ceng sangat girang oleh kesanggupan itu,
di tengah jalan juga ia lantas menjura menghaturkan terima
kasihnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tadi kau cerita bahwa ada orang menyelundup ke Thohoa-
to untuk membuat peta rahasia, pula terdapat anak murid
Kay-pang yang tersangkut di dalamnya, sebenarnya ada
urusan apakah ?" kemudian Khu Ju-ki bertanya lagi
"Totiang mungkin masih ingat didalam Kay-pang itu
terdapat seorang murid murtad yang disebut Peng-tianglo ?"
kata Kwe Ceng.
"Aha, kiranya dia itu," sahut Ju-ki. "Sungguh tidak kecil
nyali orang ini, apa mungkin dia berani cari gara-gara ke
pulaumu Tho-hoa-to ?"
"Sesudah aku tukar pikiran dengan Yong-ji, dia bilang
kalau hanya Peng-tianglo seorang diri saja, tidak nanti dia
berani main gila, tentu di belakangnya masih ada orang lain
lagi yang menjadi tulang punggungnya," ujar Kwe Ceng.
"Tetapi dengan ilmu kepandaian Yong-ji sekarang ini,
ditambah keadaan pulau yang diatur sedemikian itu, jika ada
orang berani coba main gila ke sana, maka orang itu
sesungguhnya sudah bosan hidup, urusan ini kau justru boleh
tak usah kuatir," kata Khu Ju-ki.
Kwe Ceng mengangguk setuju dengan kata-kata orang.
Begitulah sambil bercakap-cakap kemudian mereka tiba
kembali di depan Tiong-yang-kiong yang sudah runtuh itu,
tatkala itu hari sudah terang, para imam sedang sibuk
membersihkan reruntuhan puing, ada pula yang sedang
tebang kayu untuk membangun tempat meneduh darurat.
Kemudian Khu Ju-ki mengumpulkan semua Tosu Coan-cinkau
itu, ia perkenalkan Kwe Ceng kepada mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dia adalah murid Ong-sute, namanya Thio Ci-keng,"
demikian Khu Ju-ki perkenalkan pada Kwe Ceng imam
berjenggot panjang yang pernah memimpin Pak-tau-tin di
bawah gunung buat merintangi dirinya itu. "Tentang
kepandaian, di antara murid angkatan ketiga dia terhitung
yang paling tinggi, maka boleh suruh dia saja yang memberi
pelajaran pada Ko-ji."
Kwe Ceng sudah pernah bergebrak dengan Thio Ci-keng,
ia tahu ilmu silatnya memang betul hebat, maka dalam hati ia
sangat girang, segera dia perintahkan Nyo Ko menjalankan
penghormatan angkat guru pada Thio Ci-keng.
Habis itu Kwe Ceng tinggal beberapa hari lagi di Cong-lamsan,
iapun pesan wanti-wanti pada Nyo Ko agar belajar
dengan giat, kemudian baru dia mohon diri kembali ke Thohoa-
to.
Apabila teringat oleh Khu Ju-ki pada waktu memberi
pelajaran silat pada Nyo Khong (ayah Nyo Ko) dahulu, dia
membiarkan Nyo Khong tinggal di dalam istana kerajaan Kim
dengan segala kemewahan dan kejayaan hidupnya, sehingga
membuat suatu kesalahan yang maha besar, maka ia pikir
sekali ini Nyo Ko harus dilakukan pengawasan yang keras dan
diberikan pelajaran se-baik-baik-nya supaya anak ini tidak
sampai terjerumus menuju jalan yang sama dengan mendiang
ayahnya.
Karena itu, dia lantas panggil menghadap Nyo Ko, dengan
kata-kata pedas dan suara bengis dia memberi petuah harus
turut ajaran guru, tidak boleh malas dan teledor sedikitpun.
Untuk tinggal di Cong-lam-san saja sebenarnya Nyo Ko
sudah merasa tak betah, apalagi kini kena didamperat habishabisan,
sudah tentu sukar dijelaskan perasaannya, dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menahan melelenya air mata dia mengiakan saja, tetapi begitu
Khu Ju-ki pergi, tak tertahan lagi ia lantas menangis sedih.
"Kenapa ? Apa Co-su-ya salah mengatai kau ?" tiba-tiba
dari belakang seorang menegur pada-nya.
Nyo Ko kaget, lekas-lekas ia usap air matanya dan
menoleh, ia lihat orang yang berdiri di belakangnya itu bukan
lain adalah Suhunya sendiri, Thio Ci-keng. Maka lekas-lekas
tangannya dia luruskan dan menjawab dengan hormat:
"Bukan ?"
"Kalau begitu, kenapa kau menangis ?" tanya Thio Ci-keng
pula.
"Tecu terkenang pada Kwe-pepek, maka hati menjadi
sedih," sahut Nyo Ko.
Tadi terang-terangan Thio Ci-keng mendengar paman
gurunya, Khu Ju-ki, dengan suara bengis memberi pesan pada
Nyo Ko, tapi sekarang anak ini justru pakai alasan terkenang
pada Kwe Ceng, tentu saja dalam hati ia semakin kurang
senang, pikirnya: "Anak sekecil ini tabiatnya sudah begini licin,
kalau tidak diberi hukuman yang berat, nanti kalau sudah
besar mana bisa dibina lagi?"
Oleh karena itu, dengan menarik muka ia lantas
membentak: "Hm, terhadap Suhu sendiri, kau berani berdusta
?"
Karena Nyo Ko menyaksikan sendiri para imam Coan-cinkau
ini kena dihajar hingga tunggang-langgang oleh Kwe
Ceng, ia lihat pula Khu Ju-ki dan lain-lain kena dilabrak hingga
kerepotan oleh Hotu dan Darba dengan begundalnya, semua
itu berkat bantuan Kwe Ceng baru mereka bisa terhindar dari
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bahaya, maka dalam hati dia sudah yakin bahwa ilmu silat
para imam ini biasa saja dan tiada yang dapat dikagumi.
Terhadap Khu Ju-ki saja dia tidak kagum, apalagi terhadap
Thio Ci-keng ?
Memang hal ini adalah kesalahan Kwe Ceng yang telah
berbuat teledor, dia tidak menjelaskan dahulu pada Nyo Ko
bahwa Coan-cin-kau adalah sumber asli ilmu silat, dahulu ilmu
silat Ong Tiong-yang telah diakui sebagai nomor satu di muka
bumi ini, tiada satu jago pun dari golongan lain yang mampu
melawannya.
Sedang Kwe Ceng bisanya kalahkan para imam itu,
soalnya karena imam-imam itu belum terlatih sampai
dipuncaknya ilmu, sekali-kali bukan ilmu silat Cona-cin-kau
yang tak berguna, Oleh karena kekurangan penjelasan dari
Kwe Ceng inilah hingga mengakibatkan peristiwa-peristiwa
yang banyak terjadi di kemudian hari.
Begitulah, ketika Nyo Ko melihat gurunya marah, dalam
hati ia pikir: "Aku angkat guru padamu sebenarnya karena
terpaksa, sekalipun kelak aku bisa belajar sepandai kau, tetapi
apa gunanya kalau cuma sepandai itu saja ? Untuk apa
sekarang kau berlagak galak ?"
Oleh karena pikiran yang memandang hina orang ini,
maka Nyo Ko telah berpaling kesamping, ia tidak menjawab
Thio Ci-keng tadi.
Tentu saja Ci-keng menjadi gusar !
"Aku tanya kau, kenapa kau tidak menjawab?" ia
membentak pula dengan suara yang lebih keras.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Suhu ingin aku menjawab apa, segera akan kujawab
apa," demikian sahut Nyo Ko dengan bandel.
Mendengar kata-kata yang ketus ini, amarah Thio Ci-peng
tak bisa ditahan lagi, tangannya terus me-nampar, "plak",
seketika pipi Nyo Ko merah bengap.
Nyo Ko menjerit dan menangis, mendadak ia angkat kaki
terus lari pergi.
Akan tetapi dengan cepat Ci-keng dapat menjambretnya,
"Hendak kemana kau?" tanyanya.
"Lepaskan aku, tidak sudi aku belajar silat padamu lagi,"
teriak Nyo Ko.
Tentu saja Ci-keng bertambah panas hatinya.
"Anak haram, kau bilang apa?" bentaknya.
Namun Nyo Ko sudah pepet, ia menjadi nekat
"lmam busuk, imam anjing, boleh kau pukul mati aku saja
!" demikian segera ia balas mencaci maki.
Di jaman feodal dulu, hubungan antara guru dan murid
dipandang penting sekali, di kalangan Bu-lim atau dunia
persilatan, hubungan guru dan murid dipandang seperti ayah
dan anak saja, sekalipun sang guru hendak hukum mati
muridnya, yang menjadi muridpun tak berani membantah.
Kini Nyo Ko sebaliknya berani mencaci maki gurunya,
sungguh ini suatu perbuatan murtad yang terkutuk yang
selamanya jarang terlihat dan terdengar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena itu, dalam gusarnya, muka Ci-keng menjadi merah
padam, ia angkat tangannya terus hendak menempeleng lagi.
Diluar dugaannya, sekonyong-konyong Nyo Ko melompat
maju terus merangkul lengannya yang terangkat itu, bahkan
bocah ini pentang mulutnya menggigit sini sana hingga
akhirnya jari Thio Ci-keng kena digigit dengan kencang.
Kiranya sejak Nyo Ko mendapat ajaran rahasia ilmu silat
dari Auyang Hong, meski dia berlatih tidak teratur, tapi soal
Lwekang sedikit banyak dia sudah punya landasan, Dalam
keadaan marah, Thio Ci-keng menganggap Nyo Ko hanya satu
anak kecil, maka sedikitpun dia tidak berjaga-jaga hingga kena
dirangkul dan dicokot, dia ternyata tak sanggup lepaskan
gigitan Nyo Ko meski dia sudah kipat-kipatkan lengannya.
Justru jari tangan adalah anggota badan orang yang paling
lemah, sakitnya paling susah di-tahan, Dalam kesakitan Cikeng
angkat sebelah tangan yang Iain terus menggebuk
pundak Nyo Ko dengan keras.
"Kau cari mampus ? Hajo, lepas !" ia membentak lagi.
Akan tetapi Nyo Ko dilahirkan dengan watak yang keras
dan tidak kenal apa artinya takut, apa lagi kini dalam keadaan
murka dan nekad, sekali pun dibawah ancaman senjata belum
tentu dia mau lepaskan begitu saja.
Tetapi karena digebuk pundaknya hingga terasa kesakitan,
gigitannya semakin tambah kuat, maka terdengarlah suara
"kletak", tulang jari kena digigit patah.
Dalam keadaan demikian, Thio Ci-keng tak bisa pikir
panjang lagi, ia ayun tinjunya terus me-ngetok dengan gemas
ke atas batok kepala Nyo Ko dipentangnya, jari telunjuk
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tangan kanannya barulah bisa ditarik keluar dari mulut kecil
yang masih terkatup kencang itu.
Maka tertampaklah tangannya berlumuran darah, tulang
jarinya sudah patah, meski dia bisa gunakan obat luka untuk
menyambung tulang jari, tapi sejak itu jarinya tidak bertenaga
lagi, dengan sendirinya ilmu silatnya lantas banyak terhalang,
Dalam sengitnya, tak tahan lagi Ci-keng tambahi pula
beberapa kali tendangan ke tubuh Nyo Ko yang sudah
menggeletak di tanah itu.
Kemudian Ci-keng robek sedikit kain baju untuk membalut
luka jarinya, waktu dia memeriksa sekelilingnya, untung tiada
orang lain, ia pikir kalau kejadian ini sampai dilihat orang luar
dan disiarkan ke kalangan Kangouw, pasti dia akan kehilangan
muka, Lalu dia ambil satu ember air dingin dan disiram ke
muka Nyo Ko.
Tetapi setelah sadar, kembali Nyo Ko menyeruduk maju
lagi sambil menghantam kalang-kabut bagai banteng ketaton.
"Binatang, apa betul-betul kau tidak ingin hidup lagi ?"
bentak Thio Ci-keng sambil jamberet dada Nyo Ko.
Akan tetapi Nyo Ko tetap tidak mau menyerah
"Kau bangsat, imam anjing, imam busuk, kau sendiri yang
binatang !" balasnya memaki.
Karena tak tahan gusarnya oleh caci-maki balasan ini,
kembali Thio Ci-keng ayun tangannya memberikan sekali
tamparan pula, sekarang dia sudah berjaga-jaga, jika Nyo Ko
berani balas menghantam tentu takkan bisa mendekatinya,
Maka dalam sekejap saja Nyo Ko telah ditendang beberapa
kali hingga jungkir-balik dan jatuh-bangun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam keadaan demikian, jika Thio Ci-peng mau melukai
Nyo Ko, sebenarnya dengan gampang saja bisa dia lakukan,
namun apapun juga anak ini adalah muridnya sendiri, jika
gunakan pukulan berat, kemudian kalau ditanya para paman
guru dan Suhu, cara bagaimana harus menjawabnya ?
Sebaliknya Nyo Ko masih terus menggeluti orang dengan
ngawur dan nekat meski tubuhnya beberapa kali kena
digenjot Ci-keng, rasanya juga tidak kepalang sakitnya, tetapi
sedikitpun dia pantang mundur.
Akhirnya Thio Ci-keng menjadi kewalahan sendiri, meski ia
masih pukul dan tendang Nyo Ko yang masih terus
menyeruduk secara membabi-buta, tetapi dalam hati tidak
kepalang menyesalnya, ia lihat bocah ini meski tubuhnya
sudah babak-belur, tetapi makin lama malah semakin berani
sampai akhirnya, karena tiada jalan lain, ia tutuk Hiat-to di
bahu Nyo Ko dan membuatnya tidak berkutik lagi
Nyo Ko menggeletak di tanah, tetapi diantara sinar
matanya jelas kelihatan penuh mengandung rasa murka.
"Kau murid murtad ini, sekarang kau menyerah tidak ?"
kata Thio Ci-keng.
Akan tetapi Nyo Ko hanya menjawab dengan mata
melotot, sedikitpun dia tidak unjuk rasa takluk.
Ci-keng duduk di atas sepotong batu, napas nya empasempis,
Kalau dia bertanding dengan jagoan tinggi, meski
berlangsung satu jam atau tiga perempat jam, sekali-kali tidak
akan memburu, kini kaki-tangannya tidak capek, tetapi dalam
hati luar biasa gusarnya hingga dia tak bisa berdiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah guru dan murid ini saling mendelik berhadapan
seketika itu Ci-keng menjadi kehabisan akal, ia tidak tahu cara
bagaimana agar mendapatkan jalan yang baik untuk
membereskan perkara anak binal ini.
Selagi ia merasa kesal, tiba-tiba terdengar suara genta
ditabuh keras, ia kenal itu adalah tanda panggilan Ciangkau
mereka, Ma Giok, yang sedang mengumpulkan semua anak
murid Coan-cin-kau. Keruan Ci-keng terkejut.
"Jika kau tidak bandel lagi, aku lantas bebaskan kau,"
katanya pada Nyo Ko, Habis ini ia lantas menutuk pula buat
lancarkan jalan darah orang.
Siapa tahu, begitu Nyo Ko melompat bangun, segera ia
hendak menyeruduk maju lagi.
"Aku sudah tidak pukul kau, kau mau apalagi ?" dengan
gusar Ci-keng membentak.
"Tapi selanjutnya kau pukul aku tidak ?" tanya Nyo Ko.
Sementara suara genta tadi terdengar ditabuh makin riuh,
Ci-keng tak berani ayal, terpaksa ia menjawab : "Jika kau
berlaku baik-baik, kenapa aku harus pukul kau ?"
""Baiklah kalau begitu, Suhu," kata Nyo Ko. "Kau tidak
pukul aku, aku lantas panggil kau Suhu, tetapi sekali kau
pukul aku, selamanya tidak nanti aku mau mengaku kau
sebagai guru Iagi."
Ci-keng tersenyum getir oleh kepala batu si bocah ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ciangkau sedang memanggil para anak murid, mari lekas
ikut ke sana," katanya kemudian.
Tetapi demi melihat baju Nyo Ko sudah robek dan kumal,
mukanya pun babak belur, Ci-keng kuatir kalau ditanya orang,
maka dia bersihkan tubuh Nyo Ko, habis ini ia tarik tangan
bocah ini terus berlari ke depan Tiong-yang-kiong yang sudah
runtuh itu.
Sementara itu tempat bekas Tiong-yang-kiong oleh para
imam Coan-cin-kau sudah didirikan belasan buah rumah atap
alang-alang, ketika Ci-keng dan Nyo Ko sampai di sana, para
imam yang lain sudah berbaris berdiri di sana dengan teratur,
sedang Ma Giok, Khu Ju-ki dan Ong Ju-it bertiga kelihatan
berduduk menghadap keluar.
Kemudian Ma Giok menepuk tangan sekali, seketika
keadaan menjadi sunyi senyap, para imam tak berani berisik
lagi.
"Kita telah terima berita dari Tiang-seng cinjin dan Jingceng
Sanjin yang dikirim dari Soasay, katanya urusan di sana
sangat sulit diselesaikan, maka Tiang-jun Cinjin dan Giok-yang
Cinjin (Khu Ju-ki dan Ong Ju-it) berdua hari ini juga akan
berangkat membantu ke sana, untuk itu mereka perlu
membawa serta sepuluh anak murid," demikian dengan suara
lantang Ma Giok berpidato,
Karena pengumuman ini, para imam banyak yang saling
pandang, ada yang kaget dan heran, ada pula yang murka.
Kemudian dengan suara keras Khu Ju-ki lantas menyebut
nama sepuluh anak murid Coan-cin-kau, ia pesan: "Lekas
masing-masing menyiapkan apa yang perlu, supaya besok
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pagi-pagi bisa lantas ikut berangkat. Yang lain-lain bolehlah
bubar sekarang !"
Sesudah itu, maka suara berisik segera terdengar iagi,
para imam itu sama mempercakapkan tentang urusan penting
itu yang ternyata ada hubungannya dengan Jik-lian-sian-cu Li
Bok-chiu.
Tengah mereka saling berunding, Khu Ju-ki sendiri telah
mendekati Thio Ci-keng dan berkata padanya: "Sebenarnya
aku hendak bawa serta kau, tetapi karena kuatir pelajaran Koji
terhalang, maka sekali ini tidak perlu kau ikut pergi!"
Habis ini sekilas tertampak olehnya muka Nyo Ko babakbelur
dan matang-biru, tentu saja ia kaget.
"He, kenapa kau ? Dengan siapa kau telah berkelahi ?"
tanyanya cepat.
Keruan Thio Ci-keng kerupekan, ia gugup sekali, ia kuatir
kalau-kalau Nyo Ko menceritakan apa yang terjadi dengan
terus terang, tentu paman gurunya ini akan mendamperat
habis-habisan padanya, maka lekas-lekas ia mengedipi mata
memberi tanda pada Nyo Ko agar jangan bilang.
Akan tetapi Nyo Ko sudah mengambil keputusannya
sendiri, waktu melihat Ci-keng kerupekan, ia pura-pura tidak
tahu, dia sengaja bicara dengan tidak jelas dan tidak
menjawab pertanyaan orang, Dengan sendirinya Khu Ju-ki
menjadi gusar.
"Siapakah yang berani pukul kau sedemikian rupa ? Hayo
katakan, sebenarnya siapa yang salah ? Lekas bilang !"
bentaknya Ju-ki lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar suara Khu Ju-ki yang makin bengis ini, dalam
hati Ci-keng semakin ketakutan.
"Bukan berkelahi, tetapi Tecu sendiri jatuh kesandung dan
tergelincir ke jurang," sahut Nyo Ko kemudian.
Sudah tentu Khu Ju-ki tidak gampang percaya.
"Kau bohong, tanpa sebab kenapa bisa jatuh kesandung?"
desaknya lagi.
"Tadi Co-su-ya telah ajar Tecu agar belajar secara giat..."
"Ya, kenapa ?" sela Khu Ju-ki.
"Dan sesudah Co-su-ya pergi, Tecu pikir memang benar
apa yang Co-su-ya ajarkan itu," demikian Nyo Ko
menyambung, "maka selanjutnya Tecu pasti akan giat belajar
supaya lekas maju, dengan begitu baru tidak mengecewakan
harapan Co-su-ya."
Dengar obrolan Nyo Ko ini, lambat laun air muka Khu Ju-ki
berubah tenang kembali, ia bersuara sekali lagi tanda
membenarkan.
"Tapi siapa duga mendadak datang seekor anjing gila,"
demikian sambung Nyo Ko lagi, "tiba-tiba anjing gila itu
menubruk ke arah Tecu sambil mencakar dan menggigit
serabutan, Tecu balas tendang dan hantam untuk mengusir
anjing gila itu, tetapi makin lama anjing gila itu semakin
ganas. Karena Tecu takut kena digigit, maka terpaksa angkat
langkah seribu, dan karena kurang hati-hati, Tecu telah
tergelincir ke jurang, Syukur Suhu keburu datang hingga aku
dapat ditolongnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Atas keterangan ini Khu Ju-ki masih setengah percaya dan
separoh sangsi, ia coba pandang Thio Ci-keng, maksudnya
bertanya apa yang dituturkan Nyo Ko itu betul atau tidak ?
Dalam hati tidak kepalang gusar Thio Ci-keng, ia sedang
membatin: "Bagus, kau anak busuk ini berani mencaci maki
aku sebagai anjing gila?"
Akan tetapi karena keadaan terdesak, ia tak berani
menyangkal pembohongan Nyo Ko tadi maka terpaksa ia
mengangguk dan menjawab : "Yar memang Tecu yang
menolongnya."
Karena kepastian ini barulah Khu Ju-ki mau percaya.
"Sesudah aku berangkat, kau harus ajarkan ilmu dasar
aliran kita padanya dengan sesungguh hati, tiap-tiap sepuluh
hari Ma-supek akan mengadakan pemeriksaan ulang untuk
memberi petunjuk tempat-tempat yang penting," demikian ia
memberi pesan pula sebelum melangkah pergi.
Dalam hati Ci-keng sebenarnya seribu kali tidak rela, tetapi
kata-kata sang paman gurunya ini, mana ia berani
membantah, terpaksa ia mengangguk mengiakan.
Sebaliknya Nyo Ko merasa sangat senang karena berhasil
paksa gurunya menyerah dengan mengaku diri sebagai anjing
gila, maka apa yang dikatakan Khu Ju-ki tadi boleh dikatakan
tiada yang dia dengar.
Begitu Khu Ju-ki bertindak pergi beberapa puluh langkah
Thio Ci-keng tak bisa menahan api amarahnya yang membara,
tanpa pikir segera tangannya diangkat terus hendak
menghantam batok kepala Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Khu-suco !" cepat Nyo Ko memanggil Khu Ju-ki sebelum
tangan orang mampir di kepalanya.
Mendengar teriakan ini, Khu Ju-ki menoleh dengan
bingung, "Apa apa ?" tanyanya.
Dalam pada itu tangan Ci-keng masih terangkat ke atas,
karena menolehnya sang paman guru, tak berani ia menabok
terus, keruan lagaknya menjadi kikuk dan serba salah,
terpaksa ia pura-pura meng-garuk-garuk rambut di pelipisnya.
Sedang Nyo Ko lantas berlari pada Khu Ju-ki, katanya "Cosu-
ya, nanti kalau kau pergi, karena tiada yang melindungi
aku, banyak Supek dan susiok di sini akan menggebuki aku."
Tentu saja pengaduan ini bikin Khu Ju-ki menarik muka.
"Ngaco-belo, mana bisa terjadi begitu !" bentaknya.
Akan tetapi meski di luarnya dia bersikap bengis, dalam
hati sebenarnya Khu Ju-ki orangnya welas-asih, tiba-tiba ia
jadi teringat Nyo Ko memang sudah piatu dan harus
dikasihani, maka segera ia pesan lagi dengan suara keras: "Cikeng,
kau harus menjaga bocah ini dengan baik, jika terjadi
apa-apa atas dirinya, sekembaliku hanya kau yang kumintai
pertanggungan jawab."
Terpaksa, kembali Ci-keng menyanggupi lagi.
Begitulah, petang harinya sehabis bersantap malam,
dengan perasaan masih kebat-kebit kuatir dihajar gurunya
lagi, Nyo Ko datang di ruangan tempat sang Suhu, sesudah
berhadapan dengan Ci-keng, ia memanggil dengan tangan
lurus ke bawah: "Suhu !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tatkala itu adalah waktunya mengajarkan ilmu silat, Thio
Ci-keng duduk semadi di pembaringannya, sejak tadi ia sudah
ber-pikir-pikir: "Anak ini begini nakal, kalau kini tidak
dikendalikan dengan baik, kelak kalau ilmu silatnya sudah
tinggi, siapa lagi yang sanggup pengaruhi dia ? Akan tetapi
Khu-supek dan Suhu justru perintahkan aku mengajarkan ilmu
silat padanya, jika aku tidak mengajarkan, hal ini tak boleh
jadi pula."
Begitulah lama ia pikir dan masih belum ambil sesuatu
keputusan, ketika melihat datangnya Nyo Ko yang seperti
takut-takut, tapi sinar matanya mengerling terang, wajahnya
seperti ketawa tetapi tidak ketawa, keruan lagak Nyo Ko ini
semakin bikin marah padanya.
"Ah, ada satu akal," tiba-tiba tergerak pikirannya,
"sementara ini sedikitpun dia belum paham akan ilmu
kepandaian golongan sendiri, asal aku melulu mengajarkan dia
istilah-istilahnya, tetapi caranya berlatih sedikitpun tidak
kukatakan padanya, dengan demikian meski beratus kali dia
ingat akan istilah-istilah ilmu Lwekang yang aku ajarkan juga
tiada gunanya. Dan kalau, Suhu dan para Supek menanyakan,
aku boleh pakai alasan bahwa dia sendiri I yang tidak mau
giat belajar."
Begitulah, setelah ambil ketetapan ini, lalu dengan
tersenyum dan suara halus ia memanggil: "Ko-ji, maju sini!"
"Kau akan pukul aku tidak ?" tanya Nyo Ko ragu-ragu.
"Aku akan ajarkan ilmu padamu, untuk apa pukul kau ?"
sahut Ci-keng.
Nampak sikap orang yang berubah ramah tamah ini, hal
ini sama sekali tak Nyo Ko duga. Maka dengan pelahan ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melangkah maju, hanya dalam hati ia tetap waspada dan
berjaga-jaga akan segala kemungkinan, ia kuatir kalau orang
pakai tipu muslihat
Sudah tentu kelakuan bocah ini dapat dilihat Thio Ci-keng,
namun ia pura-pura tidak tahu,
"llmu kepandain Coan-cin-kau kita harus dilatih mulai dari
dalam sampai keluar, berbeda sekali dengan ilmu Gwa-keh
yang melatihnya justru dari luar kedalam," demikian kemudian
ia berkata, "Dan kini aku akan ajarkan intisari ilmu kita
padamu, kau harus meng-ingat-ingatnya dengan baik"
Habis ini dia lantas uraikan istilah kunci berlatih Lwekang
dari Coan-cin-kau pada Nyo Ko.
Dasar kecerdasan Nyo Ko memang melebihi orang biasa,
meski hanya mendengarkan sekali saja, namun dia sudah bisa
ingat betul Dia juga berpikir sendiri: "Suhu terang benci dan
marah padaku, mana bisa dia ajarkan aku ilmu kepandaian
sejati ? Jangan-jangan dia sengaja ajarkan aku dengan segala
istilah-istilah palsu yang tak berguna ?"
Oleh karena itulah, lewat tak lama, ia pura-pura lupa apa
yang diajarkan padanya tadi, ia meminta petunjuk lagi pada
Thio Ci-keng. Namun Ci-keng dapat mengulangi lagi sama
seperti semula.
Besoknya, ketika Nyo Ko pura-pura tanya pula, ia dengar
Ci-keng menguraikan lagi tetap sama dengan yang kemarin,
barulah dia mau percaya ajaran bukanlah palsu, Sebab kalau
palsu atau bikinan belaka, beruntun-runtun menyebut tiga kali
pasti tidak sama tiap-tiap kata atau istilahnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah, ber-turut-urut sudah lewat sepuluh hari, selama
itu Ci-keng hanya ajarkan istilah kosong saja pada Nyo Ko,
tetapi cara atau praktek belajarnya sama sekali tidak
diajarkannya.
Pada hari kesepuluh Ci-keng membawa Nyo Ko pergi
menemui Ma Giok dan melaporkan bahwa dia sudah
mengajarkan bocah itu dengan dasar-dasar ilmu silatnya
bahkan dia suruh Nyo Ko membaca diluar kepala dihadapan
Ciangkau Co-su-ya. Melihat Nyo Ko betul-betul membaca
diluar kepala dengan tepat, satu huruf saja tiada yang salah,
keruan Ma Giok menjadi senang, berulang kali ia puji anak ini
memang pintar.
Ma Giok adalah seorang imam berilmu dan tidak suka
berpikir kearah yang jelek, dengan sendirinya dia tidak
menyangka akan tipu muslihat Thio Ci-keng.
Begitulah, sang tempo berlalu dengan cepat, sekejap mata
saja beberapa bulan sudah lalu. Selama ini, Nyo Ko boleh
dikatakan sudah kenyang mengapal istilah-istilah Lwekang
yang diajarkan Thio Ci-keng, akan tetapi prakteknya
sedikitpun belum pernah diajarnya, maka soal ilmu silat
hakekatnya dia masih sama saja seperti mula-mula naik
gunung, Tetapi Nyo Ko pintar luar biasa, mana bisa dia tidak
tahu bahwa kepandainya terhalang ? Hanya dalam belasan
hari saja dia lantas tahu bahwa gurunya sengaja
mempermainkan dirinya, tetapi kalau orang tak mau memberi
pelajaran, iapun tak berdaya, terpaksa ia harus menunggu
kembalinya Khu Ju-ki untuk melaporkan padanya.
Tetapi tunggu sampai sekian lama, belum juga Khu Ju-ki
kembali Meski usia Nyo Ko masih kecil, tetapi dia pintar
membawa diri, kalau dalam hati rasa bencinya terhadap Suhu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
semakin hebat dan makin menjadi, sebaliknya diluar dia justru
bertambah menghormat dan menurut.
Diam-diam Thio Ci-keng menjadi senang melihat tipu
muslihatnya berhasil, katanya dalam hati: "Hm, kau berani
membangkang terhadap guru, lihat saja, akhirnya siapa yang
rugi ?"
Sementara itu tibalah waktunya akhir tahun, menurut
kebiasaan Coan-cin-kau yang turun temurun sejak Ong Tiongyang,
tiap-tiap tahun, tiga hari sebelum tahun baru, para anak
murid harus mengadakan pertandingan besar dari ilmu silat
yang mereka latih, dengan demikian untuk mengetahui sampai
dimana kemajuan masing-masing.
Dan karena temponya sudah dekat, maka para anak murid
Coan-cin-kau itu kelihatan sibuk sekali berlatih diri siang dan
malam.
Hari itu adalah sepuluh hari sebelum tiba hari
pertandingan, para anak murid Coan-cin-kau biasanya pada
membagi diri dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
latih, ini disebut "repetisi", Begitu pula, hari itu Thio Ci-keng
dan Cui Ci-hong cs. yang menjadi muridnya Ong Ju-it telah
berkumpul disuatu lapangan di sebelah timur untuk berlatih,
Oleh karena Ong Ju-it tiada di rumah, dengan sendirinya
urusan diserahkan dibawah pimpinan murid yang tertua, ialah
Thio Ci-keng. Di samping sana anak murid angkatan keempat
sedang sibuk sendiri, ada yang terlatih ilmu pukulan, ada yang
main senjata atau pertunjukan Lwekang mereka.
Ada pula yang melepaskan Am-gi atau senjata rahasia,
semua ini diunjukkan dihadapan Thio Ci-keng untuk diberi
penilaian siapa diantaranya yang paling bagus.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Apa yang disebut anak murid angkatan ke-empat itu yalah
seangkatan dengan Nyo Ko. Oleh karena Coan-cin-kau
didirikan oleh Ong Tiong-yang, maka dia adalah cakalbakalnya,
sedang Ma Giok bertujuh yang disebut Coan-cinchit-
cu itu adalah muridnya Ong Tiong-yang, mereka disebut
anak murid angkatan kedua: Thio Ci-keng, In Ci-peng, Cui Cihong
dan Nyo Khong, mendiang ayah Nyo Ko, mereka adalah
murid Coan-cin-chit-cu, maka disebut angkatan ketiga:
akhirnya tingkatannya Nyo Ko inilah yang disebut angkatan
keempat.
Oleh karena Nyo Ko paling lambat masuk perguruan, maka
dia menduduki tempat yang paling belakang, bila dia
menyaksikan para imam kecil yang umurnya sebaya dengan
dirinya itu semua pandai pukulan dan paham silat, masingmasing
mempunyai kemahirannya sendiri, dalam hati kecilnya
bukannya merasa kagum dan iri, sebaliknya dia justru merasa
dendam dan sakit hati.
Di lain pihak Ci-keng dapat melihat wajah-Nyo Ko yang
mengunjuk rasa penasaran, maka dia sengaja hendak bikin
malu anak ini dihadapan orang banyak, ia menanti sesudah
selesai pertandingan dua imam kecil, lalu dengan suara keras
ia memanggil namanya Nyo Ko.
Mendengar dirinya disebut, Nyo Ko menjadi tertegun
"Sedikitpun kau tidak ajarkan ilmu silat padaku, untuk apa kau
panggil aku maju kedepan ?" demikian ia pikir.
Akan tetapi Thio Ci-keng sudah mengulangi teriakannya
lagi: "Ko-ji, kau dengar tidak ? Hayo lekas maju !"
Terpaksa Nyo Ko tampil ke muka, ia membungkuk badan
memberi hormat sambil berkata : "Tecu Nyo Ko menghadap
Suhu disini!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Umurnya tidak seberapa tua dari pada kau, bolehlah kau
bertanding dengan dia," demikian Ci-keng menunjuk salah
satu imam kecil yang menang dalam pertandingan tadi.
"Tecu sama sekali tidak bisa silat, mana sanggup
bertanding dengan Suheng ?" sahut Nyo Ko.
Thio Ci-keng menjadi marah. "Telah setengah tahun aku
mengajar padamu, kenapa kau bilang tak bisa silat ? Lalu apa
yang kau lakukan selama setengah tahun ini ?" demikian ia
mendamperat.
Nyo Ko tak bisa menjawab dan menunduk.
"Kau sendiri yang malas, tak mau giat belajar, dengan
sendirinya kau ketinggalan jauh," demikian kata Ci-keng pula,
"Sekarang aku ingin tanya kau apa yang sudah kuajarkan dan
kau harus menjawab."
Habis ini berulang kali ia menyebut empat istilah yang
pernah dia ajarkan pada Nyo Ko, dengan sendirinya semuanya
dijawab Nyo Ko dengan tepat.
"Nah, bagus, sedikitpun tidak salah, maka bolehlah kau
pergunakan intisari keempat istilah itu untuk turun kalangan
dan bergebrak dengan Suheng," dengan tersenyum Ci-keng
berkata.
Kembali Nyo Ko tercengang, "Tecu tidak bisa," jawabnya
lagi.
Dalam hati Thio Ci-keng menjadi senang melihat kelakuan
Nyo Ko yang serba susah itu, tetapi wajahnya sebaliknya dia
sengaja unjuk rasa gusar..
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau sudah apalkan istilah-istilah penting tadi tapi kau
tidak berlatih, sekarang kau pakai alasan segala, hayo, lekas
saja turun kalangan," bentaknya pula.
Para imam mendengar sendiri Nyo Ko mengapalkan istilahistilah
pelajaran di luar kepala tanpa sedikitpun yang salah,
tapi kini tak berani maju ke tengah kalangan, maka
diantaranya sama menyangka anak ini merasa jeri,
diantaranya ada yang berhati baik lantas menganjurkan maju
saja, sebaliknya banyak pula yang tak suka padanya lantas
pada bergirang, bahkan diam-diam mentertawai.
Mendengar banyak suara yang mendesak dan
menganjurkannya, sebaliknya banyak pula yang bersuara
menyindir, akhirnya api amarahnya membakar segera Nyo Ko
tekadkan hati, ia pikir biarlah aku adu jiwa saja hari ini.
Karenanya segera dia melompat ke tengah kalangan,
begitu berhadapan, tanpa bicara lagi dia ajun kedua
tangannya, ke atas dan ke bawah, terus menghantam kalangkabut
mengarah kepala imam kecil tadi.
Melihat datangnya Nyo Ko ketengah kalangan, pertama
tidak menjalankan penghormatan seperti lazimnya, pula tidak
menurut peraturan perguruan yang harus merendah diri minta
petunjuk pada pihak lawan, diam-diam imam kecil itu sudah
merasa heran, apalagi kini melihat Nyo Ko menghantam dan
menyerangnya dengan membabi-buta seperti orang gila,
keruan ia terkejut, terpaksa dia main mundur terus-menerus.
Di lain pihak Nyo Ko sudah tidak menghiraukan mati-hidup
sendiri lagi, ia sudah nekat, mendadak ia menerjang maju.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kembali imam kecil itu dipaksa harus mundur beberapa
tindak, tetapi segera ia lihat bagian bawah Nyo Ko tak terjaga,
tanpa ayal lagi segera ia miring kesamping terus ajun sebelah
kakinya, dengan gerak tipu "hong-sau-lok-yap" atau angin
santar menyapu daun rontok dengan cepat ia menyerampang
kaki Nyo Ko.
Karena tidak me-nyangka-nyangka, keruan Nyo Ko tak
mampu berdiri tegak lagi, ia terpelanting jatuh hingga
hidungnya bocor mengeluarkan kecap, mukanya pun babakbelur.
Melihat jatuhnya Nyo Ko sangat mengenaskan dan lucu,
tidak sedikit imam yang menonton itu mentertawainya.
Akan tetapi Nyo Ko betul-betul bandel, begitu ia
merangkak bangun, tanpa mengusap dulu darah hidungnya
yang mengucur, dengan kepala menunduk segera ia seruduk
lagi si imam kecil tadi.
Nampak datangnya orang cukup hebat, lekas-lekas imam
kecil itu mengegos. Diluar dugaannya, tipu serangan Nyo Ko
ini sama sekali tidak menurut aturan, tahu-tahu ia pentang
kedua tangan terus merangkul karenanya kaki kiri lawannya
kena dipegangnya.
Namun imatn cilik itupun tidak lemah, segera ia angkat
telapak tangan kanan terus meng-genjot pundak Nyo Ko, tipu
ini disebut "Thian-sin-he-hoan" atau malaikat langit turun ke
bumi, ini adalah tipu serangan yang tepat untuk menghalau
musuh bila bagian bawah sendiri terserang.
Tetapi Nyo Ko sama sekali tak pernah belajar silat dalam
pratek, baik di, Tho-hoa-to maupun di Cong-lam-san ini, maka
tipu serangan apa yang dilontarkan pihak lawan sama sekali ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tidak kenal, keruan tidak ampun lantas terdengar suara "plak"
yang keras, pundaknya kena dihantam mentah-mentah hingga
terasa sakit.
Namun meski sudah berulang kali ia digebuk orang,
bukannya Nyo Ko mundur teratur, sebaliknya makin kalah
menjadi makin kalap, kembali ia gunakan kepalanya buat
menyeruduk lagi, sekali imam cilik itu kena ditumbuk
perutnya, hingga jatuh terjengkang, bahkan segera
ditunggangi Nyo Ko di atas tubuhnya.
Kesempatan ini telah digunakan Nyo Ko untuk ayun
bogemnya dan menjotos kepala orang dengan gemas.
Namun imam kecil itu tidak mandah dijotos, dalam
kalahnya dia coba berusaha memperoleh kemenangan,
mendadak ia pakai sikutnya untuk menyodok dada Nyo Ko,
dan selagi Nyo Ko meringis kesakitan, segera ia meronta
melepaskan diri terus melompat bangun, berbareng pula ia
baliki tangannya untuk mendorong, karena Nyo Kotidak
berjaga-jaga, maka kembali ia kena dibanting jatuh dengan
berat,
"Syukur Nyo-sute suka mengalah," demikian imam cilik itu
berkata sambil membungkuk,
Ini adalah adat-istiadat Coan-cin-kau apabila mengakhiri
suatu pertandingan Menurut biasa, jika salah satu diantara
saudara seperguruan itu sudah menang atau kalah, segera
kedua pihak harus berhenti semua.
Siapa tahu Nyo Ko ternyata tidak kenal aturan segala,
seperti kerbau gila saja kembali ia menyeruduk dengan nekat,
tetapi hanya dua-tiga kali gebrakan kembali dia mencium
tanah pula, namun semangat tempur Nyo Ko yang tidak kenal
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyerah ini harus dipuji makin dihajar, semakin berani pula,
bahkan iapun geraki kaki tangannya semakin cepat buat
melawan.
"Nyo Ko, sudah terang kau kalah, masih hendak
bertanding apa lagi ?" demikian Ci-keng berteriak padanya.
Tetapi mana Nyo Ko mau gubris, ia masih terus
menendang, menyepak, tangannya juga memukul dan
menggebuk serabutan, sedikitpun dia pantang mundur.
Semula para imam sama merasa geli juga oleh kelakuan
bocah ini, dalam hati mereka berpikir : "Dalam ilmu silat Coancin-
kau mana ada cara main seruduk seperti ini ?"
Tetapi kemudian sesudah menyaksikan Nyo Ko makin
kalap, mereka menjadi kuatir akan terjadi bencana, maka
beramai-ramai mereka lantas berseru: "Sudahlah, sudahlah,
sesama saudara seperguruan jangan jadi sungguhan !"
Namun Nyo Ko masih tidak mau berhenti
Setelah berlangsung lagi beberapa saat, akhirnya imam
cilik itu menjadi keder sendiri, sekarang dia hanya main
berkelit dan menghindar saja dan tak berani berdekatan
dengan Nyo Ko lagi
Kata pribahasa: "seorang adu jiwa, seribu orang tak bisa
melawan. Begitu juga dengan keadaan Nyo Ko yang sedang
mengamuk Apalagi selama setengah tahun ini ia telah
kenyang segala hinaan di atas Cong-lam-san, kini ia justru
hendak melampiaskan semua sakit hatinya itu, sedang soal
mati-hidup dirinya sendiri sudah tak terpikir olehnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena itulah, sungguhpun ilmu silat imam cilik itu jauh
menang, namun dia tak memiliki semangat bertempur seperti
Nyo Ko, sehingga akhirnya ia menjadi pecah nyali ia tak berani
layani Nyo Ko lagi melainkan terus berlari mengitari kalangan
dan diuber oleh Nyo Ko dari belakang.
"lmam busuk, imam maling, enak saja kau pukul orang,
sesudah gebuki aku sekarang kau hendak lari ?" demikian dari
belakang Nyo Ko terus mencaci-maki.
Tentu saja caci-makinya, yang tidak pandang bulu ini
menyinggung pula orang Iain, sebab sembilan dari sepuluh
orang yang menonton disamping itu justru adalah Tosu atau
imam, kini Nyo Ko mencaci-maki semaunya, mereka menjadi
dongkol dan geli "Bocah ini betul-betul harus dihajar !"
demikian mereka membatin.
Dalam pada itu Nyo Ko masih terus mengudak imam kecil
tadi Mungkin saking gugupnya karena diuber terus, akhirnya
imam cilik itu berteriak minta toIong, "Suhu, Suhu !" demikian
ia menggembor dengan takut.
Thio Ci-keng lantas bersuara, ia membentak-bentak agar
Nyo Ko berhenti, Tak tahunya, sedikitpun Nyo Ko tidak
menggubrisnya, ia masih kejar imam cilik itu dengan nekat.
Selagi keadaan tambah runyam, tiba-tiba terdengar suara
geraman dari kalangan penonton, mendadak satu imam besar
gemuk melompat keluar, meski badan imam ini gendut tetapi
gerak-geriknya ternyata sangat gesit begitu dia melompat
maju, dengan sekali jamberet segera belakang baju Nyo Ko
kena dia pegang terus diangkat, bahkan segera terdengar
suara "plak-plak-pIak" tiga kali, kontan ia persen Nyo Ko tiga
kali tempelengan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pukulan itu ternyata sangat keras hingga seketika pipi Nyo
Ko merah bengkak, hampir-hampir saja Nyo Ko jatuh
semaput.
Waktu ia awasi, kiranya orang ini adalah Ceng-kong yang
memang dendam hati padanya.
Seperti diketahui pada hari pertama Nyo Ko naik gunung,
pernah Ceng-kong hampir terbakar hidup-hidup karena
diselomoti bocah ini, sebab itulah Ceng-kong sering dicemooh
dan dibuat buah tertawaan para saudara seperguruannya,
katanya orang tua kalah dengan bocah cilik Oleh sebab itu
juga, selalu Ceng-kong dendam atas kejadian itu. Kini ia
menyaksikan Nyo Ko bikin gara-gara lagi, tentu saja ia
gunakan kesempatan itu untuk melampiaskan sakit hatinya.
Buat Nyo Ko sendiri memangnya ia sudah tidak pikirkan
jiwa dirinya sendiri lagi, kini demi mengenali Ceng-kong, ia
lebih-lebih yakin dirinya pasti tidak bakal diampuni pula, cuma
ia kena dicekal kuduknya, ingin meronta buat melepaskan
diripun tidak mampu lagi.
Dalam pada itu, dengan tertawa ejek kembali Ceng-kong
menambahi Nyo Ko tiga kali tamparan lagi.
"Kau tidak tunduk pada kata-kata Suhu, itu berarti kau
adalah murid murtad perguruan kita, maka siapa saja boleh
menghajar kau !" demikian Ceng-kong membentak habis ini ia
angkat tangannya dan akan hajar Nyo Ko lagi.
Diantara penonton di samping itu terdapat adik
seperguruan Thio Ci-keng yang bernama Cui Ci-kong. Pribadi
Ci-kong lebih jujur dan suka bela keadilan, Tadi ia lihat cara
bertanding Nyo Ko, semua gerak serangannya sedikitpun tidak
mirip dengan ilmu silat ajaran perguruan sendiri, pula ia cukup
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kenal jiwa sang Suheng Thio Ci-keng yang sempit, ia kuatir
jangan-jangan didalam terdapat soal lain, maka kini demi
nampak Ceng-kong hajar Nyo Ko dengan pukulan-pukulan
yang kejam tanpa kenal ampun, ia menjadi kuatir kalau-kalau
bocah ini terluka parah.
"Berhenti, Ceng-kong !" cepat dia membentak
menghentikan tindakan murid keponakannya itu.
sebenarnya Ceng-kong belum puas dengan
tempelengannya tadi, namun sang Susiok sudah membentak,
mau-tak-mau ia harus melepaskan Nyo Ko.
"Susiok tidak tahu bahwa bocah ini luar biasa lincahnya,
kalau tidak diberi hajaran yang setimpal mana bisa tata-tertib
perkumpulan kita dipertahankan lagi ?" demikian Ceng-kong
masih kurang terima.
Tetapi Cui Ci-hong tidak gubris padanya, ia mendekati Nyo
Ko, ia lihat kedua belah pipi anak ini bengkak semua dan
matang-biru, hidung dan mulutnya berlepotan darah pula,
wajahnya sangat harus dikasihani. Karena itu, dengan suara
halus ia menghibur dan menanya: Nyo Ko, Suhu mengajarkan
kepandaian padamu, kenapa kau tidak melatihnya dengan
giat, sebaliknya kau berkelahi dengan para Suheng secara
ngawur ?"
"Hm, Suhu apa ? Hakikatnya sedikitpun dia tidak
mengajarkan kepandaian padaku," sahut Nyo Ko dengan
gemas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dengan jelas ku dengar kau mengapalkan istilah-istilah
pelajaran di luar kepala tadi, sedikitpun kau tidak salah
mengapalkan," ujar Cui Ci-hong.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru