Rabu, 25 April 2018

Komik Anyar Baru Naga Sakti Sungai Kuning 3 Tamat KPH

-----
Para pimpinan Pouw-beng-pang sudah siap untuk
mengeroyok dan melihat ini, kembali Giok Cu tertawa
mengejeki "Heh-heh, kiranya yang bernama Can Hong San
hanyalah banyak lagak dan seorang pengecut besar,
beraninya mengandalkan keroyokan. Cih, kalian ini belasan
orang laki-laki pengecut tak tah malu!"
Tiga belas orang itu saling pandang dan muka mereka
berubah merah. Bagaimanapun juga, mereka adalah orangorang
yang terkenal dengan ilmu kepandaian mereka yang
tinggi, terkenal sebagai jagoan-jagoan. Tentu saja amat
memalukan kalau sekarang mereka mengeroyok seorang
gadis muda! Yang merasa paling malu adalah Hong San. Dia
biasanya menyombongkan dan mengandalkan ilmu-ilmunya,
tentu saja ucapan yang amat menghina itu dirasakannya
sebagai suatu tamparan keras pada mukanya. Mukanya yang
tampan itu berubah, penuh kerut merut sehingga nampak buas
dan kejam, matanya menjadi kemerahan pula, dengan
lenyaplah senyumnya, hidungnya yang besar itu kembang
kempis seperti hidung kuda, sinar matanya mencorong aneh
dan tiba-tiba dia menangis! Tentu saja semua yang
memandang dengan heran. Seperti seorang anak-anak yang
ngambek, Hong San melangkah maju menghampiri Giok Cu
dan berkata merengek.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kau .......... kau menghinaku......... uhu-hu, kau
menghinaku............!"
Giok Cu terkejut dan terheran, lalu tersenyum mengejek.
"Engkau memang pantas dihina, engkau orang gila!"
Dan tiba-tiba saja pemuda itu tertawa bergelak! Sikap ini
tentu saja membuat semua orang merasa seram. Ha-ha-ha,
Nona Bu Giok Cu, kami mengajakmu baik-baik, engkau
menolak malah menghina. Hemmm, terpaksa aku akan
menggunakan kekerasan dan kalau engkau kalah olehku,
berarti engkau menjadi tawananku dan engkau harus taat
kepadaku, tunduk dan mentaati semua perintahku. Mengerti?"
"Can Hong San, kiranya engkau bukan saja pengecut
besar, akan tetapi juga gila dan amat jahat. Engkau srigala
berbulu domba, sungguh berbahaya sekali dan sudah menjadi
kewajibanku untuk membasmi manusia iblis macam engkau.
Majulah dan tidak perlu banyak cerewet lagi!" Pada dasarnya,
Giok Cu memang seorang gadis yang lincah dan pandai
bicara, maka Hong San merasa kewalahan untuk saling
serang melalui kata-kata. Akan tetapi dia melihat pedang
tumpul di tangan gadis itu dan dia lalu menyimpan pedang dan
sulingnya.
"Hemmm, Manis, lihat. Menghadapi pedang tumpul itu, aku
tidak akan mengunakan senjata!"
Melihat ini, Giok Cu juga menyimpan kembali pedangnya.
"Tak perlu berlagak, kaki tanganku juga cukup kuat untuk
menghajarmu tanpa senjata!"
Giranglah hati Hong San bahwa dia berhasil memancing
sehingga gadis itu mau berkelahi tanpa senjata. Dia tidak ingin
melukai gadis ini, dan kalau mungkin dia akan
menundukkannya tanpa melukai. Sayang kalau sampai kulit
yang halus mulus itu lecet apalagi terluka berdarah. Dia sudah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
membayangkan bahwa malam ini tentu gadis itu akan berada
dalam rangkulannya. Betapapun lihainya gadis itu,
menghadapi mereka yang tiga belas orang banyaknya,
mustahil ia akan mampu melepaskan diri! Begitu Giok Cu
berhenti bicara, tanpa banyak cakap lagi tiba-tiba Hong San
sudah menerjang dengan tubrukan seperti seekor harimau
menubruk seekor domba. Kedua tangannya mencengkeram
dari kanan kiri ketika tubuhnya meloncat dan menerkam ke
arah Giok Cu.
Melihat cara penyerangan macam itu, Giok Cu tersenyum
mengejek. Dikiranya ia gadis macam apa dapat diserang
secara kasar seperti itu? Dengan sigap ia menggeser tubuh ke
kiri, lalu dari arah kanan tubuh lawan yang masih meloncat itu,
mengirim pukulan bertubi dengan kedua tangan, yang kiri
menghantam pelipis yang kanan menghantam lambung,
kakinya menyusul gerakan itu dengan tendangan kilat!
Tentu saja Hong San terkejut bukan main. Dia telah keliru
menilai lawan dan kini dia sendirilah yang menjadi sibuk bukan
main. Tubuhnya masih di udara dan lawan telah mengirim
serangan kilat bertubi. Dia sibuk mengelak menangkis, akan
tetapi karena tubuhnya masih di udara, ketika tangannya
menangkis tendangan, tubuhnya terpental jauh hampir saja
dia terbanting kaiau dia tidak cepat berjungkir balik sampai
lima kali! Dia tidak terluka, akan tetapi terkejut setengah mati,
dan dia pun marah. Tahulah dia sekarang bahwa Giok Cu
adalah seorang gadis yang sama sekali tidak boleh dipandang
ringan. Sambil mengeluarkan suara menggereng nyaring dia
sudah meloncat ke depan Giok Cu. Gerengan ini bukan
sekedar yang dikeluarkan karena marah, melainkan suatu ilmu
yang diwarisi dari ayahnya, yaitu yang disebut Sai-cu Ho-kang
(Suara Auman Singa). Pengaruh dari gerengan ini hebat sekali
sehingga sekali seekor singa menggereng, calon korbannya
sudah menjadi lumpuh dan tidak mampu lari lagi!
Akan tetapi, sebagai seorang murid dari tokoh sakti Hek-bin
Hwesio, tentu saja Giok Cu tidak terpengaruh oleh gerengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang mengandung kekuatan khi-kang itu. Ia mengerahkan sinkangnya
dan hanya memandang dengan senyum simpul,
seperti seorang dewasa melihat tingkah brengsek seorang
anak-anak yang nakal.
Hong San menyerang lagi, dan sekali ini karena dia tidak
lagi memandang rendah lawan, serangannya hebat karena dia
sudah mainkan ilmu silat Koai-liong-kun (Silat Naga Siluman).
Kedua tangannya itu mencakar-cakar dan mengeluarkan
suara bercicitan mengerikan. Terkesiap juga Giok Cu melihat
serangan kedua tangan yang dahsyat itu. Ia mengelak dengan
langkah mundur menjauhkan jarak. Akan tetapi betapa
kagetnya ketika tiba-tiba kedua tangan itu mulai panjang dan
melanjutkan cakarannya yang tadi dielakkan dengan mundur
sehingga tidak sampai. Kedua lengan pemuda itu dapat mulur!
Hampir saja pundak Giok Cu terkena cakaran tangan Hong
San dan sambil menangkis, ia sempat terhuyung. Kesem
patan ini dipergunakan oleh Hong San untuk mencoba
mendesak gadis itu dengan jurus-jurus berikutnya dari ilmu
silat Koai-liong-kun yang disertai ilmu dengan mulur itu. Giok
Cu menjadi gemas. Pemuda itu mempergunakan ilmu dari
golongan sesat. Biarpun sejak menjadi murid Hek-bin Hwesio
ia tidak pernah lagi melatih ilmu-ilmu golongan hitam yang
pernah ia pelajari dari Ban-tok Mo-li, akan tetapi menghadapi
ilmu sesat dari lawan, ia pun menangkis sambil balas
mencakar dan kini ia sudah mengerahkan ilmu dari Ban-tok
Mo-li.! Kedua tangannya berubah kehitaman, terutama kuku
jari tangannya. Kuku itu mengandung hawa beracun yang
mematikan! Melihat itu, Hong San terbelalak. Kiranya gadis itu
memiliki ilmu silat golongan sesat yang demikian dahsyat dan
berbahaya. Dia maklum betapa berbahayanya kuku
menghitam seperti itu dan sebentar saja dia sudah terdesak
hebat dan selalu mengelak sambil berlompatan mundur
dengan hati ngeri.
Karena tidak mampu lagi menahan desakan lawan, tanpa
malu-malu lagi Hong San mencabut suling dan pedangnya,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
memutar kedua senjata ini, sulingnya memapaki lengan lawan
dan menotok ke arah pergelangan, sedang pedangnya
membabat ke arah leher!
"Tranggggg............!" Kembali Hong San terkejut karena
begitu pedangnya bertemu dengan pedang buruk di tang gadis
itu yang menangkisnya, bunga api berpijar dan pedangnya
terpental keras. Namun, dia sudah dapat mengatur !
seimbangan tubuhnya dan kini dia m nyerang dengancepat
dan gencar, mengeluarkan semua kepandaiannya dan
mengerahkan seluruh tenaga karena Hong San kini yakin
betapa lihainya gadis ini dan kalau dia tidak berhati-hati, tidak
mengeluarkan seluruh yang ada padanya, Akan sukarlah
baginya mencapai kemenangan.
Terjadilah perkelahian yang amat seru dan dahsyat. Semua
orang yang berada di situ memandang bengong, kaget dan
kagum melihat betapa gadis jelita itu bukan saja mampu
menandingi Hong San, bahkan agaknya membuat pemuda
perkasa itu kewalahan! Can Hong San adalah putera Cui-beng
Sai-kong Can Siok, seorang datuk sesat, seorang yang
bahkan memiliki ilmu hitam dan mendirikan aliran agama baru
penyembah Thian-te Kwi-ong. Hong San bukan saja telah
mewarisi semua ilmu ayahnya, bahkan tingkatnya sudah
melampaui ayahnya dan Jika pun dalam perkelahian antara
ayah Jan anak yang aneh telah berhasil membunuh Cui-beng
Sai-kong! Hal ini saja sudah membuktikan bahwa Hong San
amat lihai. Kalau saja lawannya, Bu Giok Cu, hanya menjadi
murid Ban-tok Mo-li, mustahil gadis ini akan mampu
menandingi Hong San. Bahkan andaikata. Ban-tok Mo-li
sendiri yang maju, iblis betina itu pun tidak akan mampu
mengalahkan Hong San!
Akan tetapi, Giok Cu telah digembleng oleh Hek-bin
Hwesio, seorang pendeta dan pertapa yang sakti. llmu-iilmu
yang diberikan oleh Hek-bin Hwesio kepada gadis ini adalah
ilmu-ilmu tingkat tinggi yang jauh lebih ampuh di bandingkan
dengan ilmu-ilmu yang sesat seperti yang dipelajari Hong San.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Oleh karena itu, dalam penghimpunan tenaga murni pun Giok
Cu masih lebih bersih dan masih menang setingkat. Apalagi
ditambah bahwa Giok Cu pernah menjadi murid tokoh sesat,
maka ia mengenal ciri-ciri ilmu yang dimainkan Hong San,
atau setidaknya ia tidak akan kaget menghadapi tipu-muslihat
dalam ilmu golongan hitam itu.
Pedang di tangan Giok Cu boleh jadi amat kasar dan buruk,
lagi tumpul. Namun itu bukanlah senjata sembarang saja,
melainkan sebuah senjata pusaka yang amat ampuh. Hek-bin
Hwesio mengatakan kepada muridnya bahwa pedang itu
disebutnya Seng-kang-kiam (Pedang baja Bintang) dan
menurut dongengnya, pedang kuno itu terbuat dari baja yang
terkandung dalam batu bintang yang turun dari langit! Pedang
terbuat dari semacam baja yang teramat keras dan kuat dan
agaknya itulah yang menyebabkan mengapa pedang itu tidak
dapat dibuat dengan baik, melainkan kasar dan tumpul. Akan
tetapi keras dan kuatnya sungguh luar biasa sekali sehingga
setiap kali pedang di tangan Hong San bertemu dengan Sengkang-
kiam maka pedang pemuda itu terpental keras! Padahal,
pedang yang dipergunakan pemuda itu pun bukan pedang
biasa, melainkan pedang yang cukup ampuh, peninggalan dari
Cui-beng Sai-kong.
Pertandingan itu semakin seru dan kini bayangan kedua
orang itu lenyap terbungkus sinar pedang mereka, juga saking
cepatnya gerakan mereka sehingga tubuh mereka hanya
menjadi bayangan. Namun, sesungguhnya walaupun kelihatan
seimbang, diam-diam Hong San mulai bermandi keringat
dingin karena dia terdesak hebat dan beberapa kali hampir
saja sinar pedang Seng-kang-ku menyentuh tubuhnya.
Dengan penasaran dan juga marah, tiba-tiba dia
mengeluarkan suara melengking dan tubuhnya nampak
melayang ke atas. Giok Cu juga loncat dan mereka mengadu
senjata udara.
"Tranggg.............! Trakkk!!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Keduanya melayang turun dan ternyata suling di tangan
Hong San telah remuk bertemu dengan pedang tumpul.
Pemuda ini membalik dan memandan lawan dengan marah,
lalu dia mengeluarkan suara melengking lagi, tubuhnya
meloncat ke atas seperti seekor burung garuda hendak
menyambar mangsanya Namun, Giok Cu juga meloncat ke
atas menyambut serangan itu dan kembali terdengar suara
nyaring bertemunya pedang diikuti percikan bunga api. Ketika
keduanya turun, semua orang melihat betapa pundak Hong
San berdarah, bajunya robek. Dia telah terluka karena pundak
kirinya diserempet pedang yang nyaris membabat leher tadi!
Dengan wajah pucat Hong San memandang lawannya,
keringat membasahi dahinya. Hampir dia tidak dapat
menerima kenyataan ini. Dia telah dikalahkan oleh seorang
perempuan! Seorang gadis muda. Hampir tak masuk akal ini!
Akan 'tetapi dia pun amat cerdik. Dia tahu bahwa kalau
dilanjutkan, dia pasti akan kalah, bahkan bukan mustahil dia
akan roboh dan tewas di tangan gadis cantik jelita yang amat
lihai itu. Tanpa malu-malu lagi dia menoleh kepada para
pimpinan Pouw-beng-pang dan sekutunya.
"Kawan-kawan, mari kita bunuh mata-mata pemerintah ini!"
Kim-bwe-eng Gan Lok memberi isyarat kepada kawankawannya,
lalu dia sendiri sudah mengeluarkan senjatanya
yang nampak dahsyat, yaitu sebatang golok yang berkilauan
saking tajamnya, dan pada gagang golok itu terpasang tantai.
Mula-mula, begitu tangan kanannya memegang golok, tangan
kirinya tiba-tiba bergerak ke arah pinggangnya dan begitu
tangan itu membuat sentakan tiba-tiba tiga batang Hui-to
(pisau terbang) menyambar ke arah leher, dada dan perut
Giok Cu! Pisau-pisau terbang itu menjadi tiga sinar emas yang
meluncur cepat dan mengeluarkan bunyi berdesing. Bukan
main berbahayanya serangan itu dan nama besar ketua ini
pun karena pisau-pisau terbangnya. Pisau itu berbentuk ekor
burung garuda kuning emas.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Biarpun ia bersikap tenang dan waspada, tak urung Giok
Cu terkejut juga ketika ada tiga sinar meluncur cepat
menyambar tubuhnya di tiga bagian itu. Namun, dengan
cekatan, ia memutar pedang tumpulnya menjadi gulungan
sinar seperti perisai lebar menutupi tubuhnya. Terdengar
suara berdentingan dan tiga buah Hui-to (pisau terbang) itu
pun terpental ke kanan kiri. Akan tetapi pada saat itu, sinar
putih yang terang menyilaukan telah menyambar dari depan.
Kembali Giok Cu harus memutar pedangnya menangkis.
Belum pernah berhadapan dengan senjata golok sepert itu,
dapat disambitkan seperti golok terbang dan kalau ditangkis
lawan atau dielakkan, golok itu dapat ditarik kembali dengan
rantai yang diikatkan pada gagangnya. Sungguh merupakan
senjata yang berbahaya sekali.
Pada saat itu, Kim-kauw-pang Pouw In Tiong juga sudah
maju menyerang, dan berturut-turut ketiga orang Kim-bwehouw
dan para pembantu lain ikut mengeroyok, hanya Yalami
Cin yang berdiri bertolak pinggang dan hanya menjadi
penonton. Dia adalah seorang suku Hui, bahkan menjadi
kepala suku bangsa. 'seperti lajimnya, para kepala suku
adalah orang-orang yang tinggi hati dan menganggap diri
sendiri sebagai raja. Oleh karena itu, dia merasa amat rendah
kalau harus mengeroyok seorang wanita, mengandalkan
demikian banyaknya orang yang terdiri dari laki-laki yang
menjadi pemimpin dan yang kesemuanya memiliki ilmu
kepandaian tinggi. Juga, dia rasa yakin bahwa dikeroyok
belasan orang yang demikian lihainya, sudah pasti bahwa
gadis itu akan kalah dan dapat dirobohkan.
Dugaan Yalami Cin memang tidak berlebihan. Betapapun
lihainya Giok Cu betapapun ampuhnya pedang Seng-kan kiam
di tangannya itu, menghadapi pengeroyokan demikian
banyaknya lawan yang rata-rata memiliki kepandaian tinggi
membuat ia repot bukan main. Masih untung baginya bahwa ia
tadi mempergunakan perhitungan tepat, yaitu sudah khawatir
akan terjadinya pengeroyokan sehingga ia memilih tempat
yang penuh pohon itu, bukan di tempat terbuka. Kalau ia harus
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menghadapi pengeroyokan seperti itu di tempat terbuka, tentu
tidak akan mampu bertahan terlalu lama. Akan tetapi, dengan
adanya pohon-pohon itu, ia dapat menyelinap di antara pohonpohon
dan pengeroyokan itu tidak dapat terlalu ketat karena
tubuhnya terlindung dari serangan yang datang dari belakang
pohon. Dan ia memiliki gin-kang (ilmu meringankan tubuh)
yang baik sekali membuat tubuhnya bagaikan seekor tupai
saja berloncatan dan menyelinap di antara pohon-pohon dan
berputaran di situ. Dengan akal seperti itu, untuk sementara ia
mampu mempertahankan diri, bahkan mampu kadang-kadang
membalas serangan para pengeroyok. Akan tetapi agaknya
tidak ada kemungkinan sama sekali baginya untuk meloloskan
diri dari kepungan.
Hong San sudah mulai tertawa-tawa lagi dengan senang.
"Nona manis, lebih baik engkau menyerah dengan tubuh yang
mulus dan utuh daripada harus menyerah dengan tubuhmu
hancur menjadi bahan bakso!"
Akan tetapi, Giok Cu menjawab ejekan ini dengan tusukan
kilat dari balik pohon yang membuat Hong San harus cepat
meloncat ke belakang. Giok Cu tidak mampu mengejar karena
begitu ia muncul dari balik pohon itu, empat batang senjata
yang sudah siap telah menyambarnya dari berbagai penjuru,
la meloncat dan cepat menyelinap kembali ke balik sebatang
pohon besar, menghadapi serangan tiga orang pengeroyok
lain dan bagian belakangnya terlindung sebatang pohon yang
besar.
Biarpun keadaan tempat perkelahian yang penuh pohonpohon
besar itu membantunya, tetap saja Giok Cu terdesak
terus dan tidak mungkin dapat melepaskan diri dari kepungan
yang ketat, keadaannya berbahaya sekali karena dianggap
sebagai mata-mata pemerintah yang harus dibunuh, karena
kalau tidak akan merupakan bahaya besar bagi persekutuan
pemberontak itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tring-tring-tranggg........!" Kembali Giok Cu berhasil
menangkis dan memukul runtuh tiga batang pisau terbang
yang dilontarkan Kim-bwe-eng Gan Lok, pang-cu dari Pouwbeng-
pang. Pada saat itu dua batang golok menyambar dari
kanan kiri dan sebatang pedang menusuk dari depan. Giok Cu
yang berdiri membekangi pohon besar, segera memutar
tubuhnya. Kembali terdengar suara dentingan nyaring dan
nampak bunga berpijar ketika pedangnya berhasil menangkis
tiga serangan itu sekaligus. Akan tetapi ketika ia menyelinap
ke belakang pohon, ia agak terhuyung karena kakinya
tersandung akar pohon. Kesempatan ini dipergunakan oleh
Can Hong untuk menyerangnya dengan capingnya yang lebar.
Caping itu dilontarkannya, berpusing dan menuju ke arah Giok
Cu. ketika gadis itu menggerakkan pedangnya menangkis,
caping itu terpental akan tetapi pada saat itu, pedang di tangan
Hong San sudah menusuk ke arah tenggorokanl Giok Cu
terkejut akan tetapi masih sempat merendahkan tubuh dan
miring.
"Srttttt!" Bajunya di pundak kiri robek dan pundaknya
terluka sedikit, lecet dan berdarah. Akan tetapi, karena terlalu
bersemangat dalam penyerangan, pedang di tangan Hong
San yang menyerempet pundak itu menancap pada batang
pohon. Selagi Giok Cu hendak mempergunakan kesempatan
ini untuk menyerang, dari kanan kiri sudah datang dengan
bertubi lagi sehingga terpaksa, ia mengurungkan niatnya
menyerang Hong San dan sebaliknya ia meloncat lagi ke
pohon lain di mana kembali ia telah diserbu. Giok Cu menjadi
sibuk sekali ini ia sudah mulai merasa lelah.
Tiba-tiba nampak bayangan berkelebat dan muncul
seorang pemuda tinggi besar yang berpakaian sederhana.
Tangannya memegang sebatang ranting kayu, akan tetapi
begitu dia memutar ranting kayu itu menyerang tiga orang
yang sedang mendesak Giok Cu, tiga orang itu terhuyung ke
belakang karena dari ranting kayu itu menyambar hawa
pukulan dahsyat sedangkan ujung ranting nampak berubah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi belasan batang menyambar-nyambar dengan totokan
maut ke arah jalan darah di tubuh mereka.
"Nona, cepat lari........... naik ke atas pohon!" kata Pemuda
Tinggi Besar itu sambil memutar tongkatnya melindungi.
Begitu tongkat diputar, timbul angin yang dahsyat dan
terdengar suara bersiutan mengejutkan.
Giok Cu baru sadar bahwa jalan satu-satunya memang
melarikan diri lewat pohon-pohon itu. Mengapa tadi ia tidak
memikirkan hal itu? Pohon-pohon di situ besar dan bagian
atasnya seperti sambung-menyambung, maka dengan jalan
berloncatan dari pohon ke pohon, lebih besar harapan untuk
melarikan diri. Karena ia sudah merasa kewalahan
menghadapi pengeroyokan orang sedemikian banyaknya dan
kesemuanya lihai, tanpa berpikir panjang lagi Giok Cu segera
mengerahkan gin-kangnya dan tubuhnya sudah melayang ke
atas pohon! Sementara itu, pemuda tinggi besar itu sudah
mengamuk. Tongkatnya berubah menjadi gulungan sinar
kehijauan yang menerjang ke sana-sini, menutup jalan bagi
para pengeroyok yang hendak melakukan pengejaran
terhadap Giok Cu.
Sementara itu, melihat pemuda ini, Hong San terkejut
sekali. Inilah pemuda yang pernah menggagalkan dia
memperkosa ibu muda yang cantik manis itu, dan ini pula
orang yang menggagalkan perampokan atas diri Liu Tai-jin.
Karena dia sudah merasakan kelihaian pemuda tinggi besar
itu, maka dia pun berseru lantang.
"Bunuh dia! Dia antek Liu Tai-jin dari kota raja!"
Mendengar ini, mereka yang tadi mengeroyok Giok Cu kini
maju mengepung pemuda tinggi besar itu. Pemuda itu
agaknya juga tidak ingin melawan melainkan hanya ingin
menyelamatkan Giok Cu. Buktinya, dia yang tadi mutar
tongkatnya, setelah melihat gadis itu melayang naik ke atas
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pohon, dia segera meloncat naik ke atas pohon dengan
gerakan yang indah dan cepat.
"Kejar! Bunuh dia!" Hong San seru akan tetapi pada saat
itu, terdengar suara Yalami Cin yang berteriak lantang.
"Jangan kejar! Kalau kalian memusuhi Huang-ho Sin-liong,
kami suku bangsa Hui tidak akan mau bekerja sama lagi!!
Mendengar ucapan ini, Kim-bwe-Gan Lok cepat berteriak.
"Saudara kalian, jangan kejar. Biarkan dia pergi!
Hong San mengerutkan alisnya, akan tetapi dalam keadaan
seperti itu tidak berani menentang keputusan pang-cu, apalagi
mendengar ucapan kepala suku Hui. Hanya diam-diam dia
merasa tidak setuju sama sekali.
"Gan Pangcu, sudah jelas bahwa orang itu adalah
pembantu Liu Tai-jin kota raja, kenapa dia dibiarkan pergi?"
tanyanya, penasaran dan mendengar pertanyaan itu, Kimbwe-
eng Gan Lok memandang kepada Yalami Cin, seolaholah
pertanyaan itu dia operkan kepada kepala suku bangsa
Hui itu.
Yalami Cin maklum bahwa semua orang memandang
kepadanya dan mengharapkan jawabannya, maka dia pun
berkata dengan suara angkuh. "Aku, Yalami Cin, kepala suku
Hui yang mempunyai hampir sepuluh ribu orang pengikut,
selamanya tidak akan mau memusuhi Huang-ho Sin-liong.
Kami berani tanggung bahwa dia bukanlah kaki tangan
pemerintah, bukan pula antek pembesar korup. Huang-ho Sinliong
adalah seorang pendekar yang selalu membela rakyat,
dan entah sudah berapa rakyat kami yang menerima
pertolongannya dari ta¬ngan penjahat-penjahat. Oleh karena
itu, sungguh tidak mungkin kalau kami harus memusuhinya!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Gan Pangcu mengangguk-angguk. "Kami pun pernah
mendengar nama besarnya sebagai seorang patriot dan
pendekar besar. Nah, Saudara Can, sekarang sudah jelas
mengapa kami tidak mengejar Huang-ho Sin-liong. Agaknya
engkau membencinya, akan tetapi kita harus mendahulukan
kepentingan perjuangan daripada kepentingan pribadi. Mari
kita kembali dan melanjutkan pembicaraan di sana."
Mereka semua kembali ke sarang gerombolan itu untuk
mengadakan perundingan dan menentukan langkah
selanjutnya. Biarpun hatinya tidak puas karena Giok Cu dapat
meloloskan diri namun Hong San yang mengharapkan
kedudukan dan kemuliaan, ikut pula dengan mereka dan sejak
hari itu dia di terima sebagai anggauta pimpinan, bahkan
dijadikan pembantu utama Gan Pang cu karena dia memiliki
ilmu kepandaia paling lihai di antara para pembantu lainnya.
Ketika dia ikut bersama ketua Pouw-beng-pang dan para
pembantunya dia teringat kepada Bu Giok Cu dan diam-diam
dia mengambil keputusan bahwa setelah dia memperoleh
kedudukan yang baik, dia tentu akan berusaha menyebar
penyelidik dan mencari di maná adanya wanita yang lihai akan
tetapi juga cantik jelita dan terutama sekali yang telah
menjatuhkan hatinya itu.
ooOOoo
Mereka berloncatan turun dari pohon, kemudian
melanjutkan lari dengan cepat sekali seperti dua orang yang
sedang berlumba lari, meninggalkan hutan itu dan mendaki
bukit, bahkan melewati puncak dan turun lagi di sebelah sana
bukit. Keduanya mengerahkan tenaga dan Gin-kang (ilmu
meringankan tubuh), seolah-olah sudah bersepakat tanpa kata
untuk mengadu lari. Keduanya merasa heran dan juga kagum
karena betapapun mereka mengerahkan seluruh tenaga,
ternyata mereka tetap saja lari berdampingan, tidak ada yang
kalah atau menang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Keduanya berhenti, atau Giok Cu yang berhenti terlebih
dahulu dan pemuda tinggi besar itu pun berhenti. Tubuh Giok
Cu bermandi peluh akan tetapi pemuda itu hanya berkeringat
sedikit saja di dahinya. Hal ini tidak aneh, karena tadi Giok Cu
telah memeras tenaga ketika menghadapi pengeroyokan.
Mereka berdiri, dalam jarak empat meter, saling pandang
dengan penuh selidik. Pemuda itu yang bukan lain adalah Si
Han Beng tidak memperlihatkan kekagumannya. Seorang
gadis yang cantik jelita dan tadi dia sudah melihat sendiri
betapa lihainya gadis itu menghadapi pengeroyokan belasan
orang yang rata-rata memiliki ilmu kepandaian tinggi. Bahkan
dia sudah merasakan sendiri betapa hebatnya ilmu berlari
cepat gadis ini. Di lain pihak Giok Cu juga memandang
dengan penasaran dan heran. Dia mengenal pemuda tinggi
besar yang telah menyelamatka Liu Tai-jin ketika kereta
pembesar itu dikeroyok banyak orang, bahkan ia sendiri sudah
pernah berkelahi selama beberapa jurus melawan pemuda itu
ketika la membantu Hong San yang terdesak oleh pemuda
tinggi besar ini.
"Aneh........ !" Tepat keduanya mengeluarkan kata ini,
seperti diatur dan dalam waktu yang bersamaan.
"Apanya yang aneh, Nona?" tanya Han Beng.
"Engkau juga mengatakan aneh. Jelaskan dulu mengapa
engkau mengatakan ,ineh, apanya yang aneh, baru nanti akan
kujawab pertanyaanmu," kata Giok Cu.
Han Beng tersenyum dan tidak merasa tersinggung.
Biarpun belum banyak pengalamannya dengan wanita, namun
sudah beberapa kali dia bergaul dengan wanita dan mulai
mengenal watak umum dari makhluk ini. Lembut, menarik,
menyembunyikan kekuatan dalam tubuh yang nampak lemah,
ingin dimanja, ingin dipentingkan, selalu ingin menang!
"Nona, aku merasa aneh dan heran sekali melihat engkau
dikeroyok mereka tadi. Bukankah tadi ketika mereka hendak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
merampok kereta Liu Tai-jin, engkau membantu mereka dan
bahkan ikut menyerangku? Mengapa keadaannya kini menjadi
terbalik?"
"Aku juga merasa aneh dan heran melihat engkau.
Bukankah tadi engkau menjadi kaki tangan dan pelindung Liu
Tai-jin, pembesar korup itu? Dan mengapa pula sekarang
engkau membant aku?"
Kembali Han Beng tersenyum. Pertanyaan dibalas
pertanyaan pula, tanpa menjawab pertanyaannya lebih dulu.
Bukan main gadis ini dan agaknya memang perlu diberi
keterangan yang jelas karena melihat sikapnya dan katakatanya,
agaknya gadis ini menganggap Liu Tai-jin sebagai
seorang pembesar korup.
"Ah, kiranya Nona salah sangka sama sekali. Liu Tai-jin
bukanlah seorang pembesar korup. Dia adalah utusan Kaisar
dia seorang petugas dari istana yang melakukan penelitian
dan penyelidik tentang pelaksanaan pengumpulan tenaga
kerja untuk membuat terusan dan ............ "
"Hemmm, seperti aku tidak mengerti saja!" kata Giok Cu
galak, memotong ucapan Han Beng. "Aku sudah mengenal
baik isi perut pembesar daerah. Mereka memaksa rakyat
untuk dijadikan pekerja paksa tanpa bayaran, dan biaya untuk
itu masuk ke kantung mereka sendiri! Aku tahu bahwa Liu Taijin
datang dari kota raja untuk mengadakan pemeriksaan
terhadap pelaksanaan pengumpulan tenaga kerja itu di daerah
Siong-an, di istana Can Tai-jin melakukan korupsi besarbesaran
dan memaksa rakyat jelata untuk bekerja tanpa
bayaran. Aku menyaksikan sendiri dalam rumah makan itu
betapa Cang Tai-jin telah menyerahkan sepeti emas permata
dan dua orang gadis remaja sebagai suapan kepada Liu Tai-
Jin. Pembesar makan sogokan macam itu yang kaukatakan
bukan seorang pembesar korup?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku tidak menyalahkan kalau engkau salah paham, Nona.
ketahuilah, Liu Tai-jin adalah seorang pembesar yang jujur
dan tegas dalam menindak para pembesar daerah yang korup.
Seluruh perjalanannya dari kotaraja kedaerah-daerah, sudah
dikenal orang dan entah berapa banyaknya pembesar korup
yang telah ditindaknya. Tentu saja engkau menganggap dia
seorang pembesar yang mau menerima sogokan. Akan tetapi
ketahuilah bahwa kalau dia menerima peti harta dan dua
orang gadis itu, hanya diterima untuk dijadikan bukti
penyelewengan Cang Tai-jin! Dia tidak mungkin dapat
menindak Cang Tai-jin tanpa bukti, dan sogokan itulah
buktinya!"
"Ahhh.......!" Giok Cu benar terkejut mendengar ini, hal yang
sama sekali tidak pernah disangkanya. "Tapi ...........
bagaimana dengan dua orang gadis remaja itu? Aku tadinya
hanya ingin membebaskan mereka."
"Jangan khawatir, mereka diperlakukan dengan baik dan
terhormat. Liu Ta-jin maklum bahwa mereka pun sama sekali
tidak berdaya karena mereka dari keluarga miskin yang sudah
dijual kepada Cang Tai-jin. Mereka akan diajukan sebagai
saksi kelak kalau Pembesar Cang itu ditindak."
"Akan tetapi, kalau sudah jelas Pembesar Cang itu
melakukan penyelewengan, mengapa tidak terus ditangkap
dan ditindak saja? Bukankah Liu Tai-jin memiliki wewenang
dan kekuasaan."
"Hal itu belum dilakukan, Nona, karena ada hal-hal lain
yang sedang diselidiki oleh Liu Tai-jin," kata Han Beng dan
tentu saja dia tidak berani bercerita tentang tugasnya
menyelidiki desas-desus tentang terlibatnya Cang Tai-jin
dalam gerombolan pemberontak.
"Kau maksudkan dengan hal-hal lain itu apakah
gerombolan pemberontak yang dipimpin perkumpulan Pouwbeng-
pang itu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng terkejut dan wajahnya berseri mendengar ini. Ah,
benar juga. Gadis ini agaknya mengetahui banyak tentang
pemuda bercaping lebar itu dan tentang orang-orang yang
mengadakan persekutuan untuk menentang pemerintah!
Penyelidikan yang dilakukan untuk membantu Liu Tai-jin akan
menjadi mudah kalau dia memperoleh keterangan dari gadis
ini.
"Ah, kiranya Nona tahu akan hal itu? Aku telah
menceritakan semuanya, Nona, maka kuharap sukalah
kiranya Nona juga menceritakan tentang mereka, tentang
mengapa Nona yang tadinya bekerjasama dengan mereka kini
tiba-tiba saja kulihat dikeroyok oleh mereka yang agaknya
berusaha keras untuk membunuhmu."
"Nanti dulu," kata Giok Cu, masih belum merasa puas.
"Engkau baru menceritakan tentang Liu Tai-jin, akan tapi
belum bercerita tentang dirimu. Apakah engkau petugas
pemerintah yang membantu Liu Tai-jin?"
Han Beng menggelengkan kepalan "Sama sekali bukan,
Nona. Bahkan baru sekarang aku bertemu dengan pembesar
itu, yaitu ketika keretanya dihadang."
"Kalau bukan apa-apanya, mengapa pula engkau
membelanya mati-matian ketika keretanya diserbu?" Berkata
demikian, Giok Cu menatap wajah pemuda itu dengan
pandang mata tajam menyelidik. Diam-diam ia kagum. Wajah
pemuda mungkin tidak setampan wajah Hong San yang
pesolek, akan tetapi cukup ganteng dan gagah sekali, penuh
kejantanan.
"Nona, aku akan men bela siapa saja yang berada di pihak
benar, menantang kejahatan dan membela mereka yang
terancam bahaya oleh kekerasan orang lain. karena itulah,
melihat betapa kereta pembesar itu terancam bahaya, padahal
itu sudah mendengar bahwa pembesar Itu seorang petugas
yang jujur dan adil, aku segera membantunya. Demikian pula
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
melihat engkau, seorang wanita, dikeroyok belasan orang itu,
aku pun segera turun tangan membantumu."
Giok Cu tersenyum, senyum yang agak sinis. "Hemmm,
kalau begitu aku berhadapan dengan seorang pendekar
besar, ya? Siapa tadi? Kepala suku Hui Itu menyebutmu
Huang-ho Sin-liong, betapa gagahnya julukan itu!"
Wajah Han Beng menjadi kemerahan. Aih, itu hanya pujian
kosong saja dari mereka yang telah berhasil kutolong. Tidak
ada artinya sama sekali, dan aku bukan seorang pendekar
besar. Mungkin karena aku suka merantau di sepanjang
Sungai Huang-ho, maka aku mendapat julukan seperti itu.
Terlalu berlebihan!" Dia berhenti sebentar, dan melihat gadis
itu tidak menjawab, hanya tersenyum, dia pun melanjutkan.
"Sekarang,harap kau suka menceritakan tentang engkau dan
mereka itu, Nona."
"Aku pun secara kebetulan saja lewat di Siong-an dan di
dalam rumah makan Ho-tin, aku melihat penyogokan yang
dilakukan Cang Tai-jin kepada Liu Tai-jin. Mengenai peti harta
itu, aku tidak peduli. Akan tetapi melihat dua orang gadis
remaja itu yang juga di hadiahkan kepada Liu Tai-jin, hatiku
menjadi panas dan aku bermaksud untuk membebaskan dua
orang gadis itu. Sama sekali tidak mempunyai sangkut-paut
atau hubungan dengan yang lain-lain itu
"Akan tetapi, kulihat engkau bekerjasama dengan pemuda
bercaping lebar itu. Dia lihai dan ...."
"Ah, dia itu Can Hong San dan pun baru berkenalan
dengan dia di rumah makan Ho-tin. Dia pun bermaksud
menghadang dan menghajar Liu Tai-jin yang dianggapnya
seorang pembesar korup pemakan sogokan. Dia hendak
merampok peti harta itu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau begitu, dia pun tidak tahu akan hal yang sebenarnya
dan mengira Liu Tai-jin seorang pembesar korup. Kalau
demikian halnya, seperti juga engkau, dia pun seorang
pendekar yang menentang penindasan, bukankah demikian,
Nona?"
"Hemmm, tadinya begitulah kusangka."
"Apakah kenyataannya kemudian lain?'
"Ketika kami berdua mengejar kereta pembesar itu sampai
di hutan, ternyata kereta itu telah diserang oleh sekelompok
orang. Kami tidak mengenal siapa mereka, dan kami hendak
turun tangan sendiri. Aku ingin membebaskan dua orang gadis
dan Can Hong San itu hendak merampas peti harta, dan
engkau muncul menggagalkan kami."
"Tapi, mengapa lalu engkau dikeroyok oleh mereka, Nona?
Dan kulihat pemuda bercaping itu pun ikut mengeroyoknu."
Giok Cu menarik napas panjang dan menggigit bibirnya
karena gemas. Melihat deretan gigi putih rapi itu menggigit
bibir bawah yang merah basah, Han Beng mengalihkan
pandang matanya. Terlalu indah dan berbahaya bagi batinnya
kalau dipandang terus, pikirnya. Baru memandang sekilas
saja, darah mudanya sudah bergejolak dan jantungnya
berdebar.
"Mereka itu adalah para pimpinan Pouw-beng-pang,
perkumpulan yang katanya merupakan perkumpulan para
pendekar yang melindungi rakyat yang tertindas. Mereka
bersekutu dengan suku bangsa Hui yang dipimpin oleh orang
Hui yang tinggi besar itu, dan orang-orang Pouw-beng-pang
yang mengaku sebagai para pejuang itu juga bersekutu
dengan Cang Tai-jin "
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ahhh......... ! Kalau begitu benar dugaan Liu Tai-jin!" kata
Han Beng dengan girang. Ternyata dari gadis ini dia telah
mendengar segala yang hendak diketahuinya! "Lalu mengapa
mereka itu mengeroyokmu dan hendak membunuhmu?"
"Can Hong San yang menjemukan itu!" Giok Cu berkata
gemas. "Dia juga masuk menjadi sekutu mereka yang jelas
hendak memberontak terhadap pemerintah dan mereka
membujuk agar aku ikut lalu bersekutu dengan mereka. Aku
menolak dan pergi. Mereka mengejar dan aku lalu mereka
keroyok."
"Akan tetapi mengapa?"
"Mengapa? Mudah saja diketahui. Karena aku tidak mau
menjadi sekutu mereka dan hendak pergi, mereka khawatir
karena aku telah mengetahui rahasia mereka."
"Ah, begitukah? Sungguh keji mereka !"
"Dan engkau muncul menolongku! Hemmm, dilihat begitu,
aku menjadi penasaran sekali. Pertama, kita pernah
bertanding beberapa gebrakan, akan tetapi ketika itu aku
mengeroyokmu bersama Can Hong San. Kemudian, engkau
menghindarkan aku dari bahaya. Seolah-olah aku lemah
sekali dan engkau yang jagoan!" Wajah Giok Cu menjadi
merah dan ia memandang dengan mulut cemberut dan marah!
"Aih, siapa bilang begitu, Nona?"
"Aku yang bilang begitu!"
"Akan tetapi aku tidak menganggap begitu. Engkau lihai
sekali dan aku.........."
"Engkau kelihatan seperti lebih lihai dariku, akan tetapi aku
belum mau percaya sebelum melihat buktinya engkau dapat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengalahkan aku. Hayo keluarkan senjatamu dan mari kita
menguji kepandaian kita masing-masing!"
"Aku tidak pernah menggunakan senjata ............ " kata Han
Beng dan dia mengerutkan alisnya. Gadis ini agak tinggi hati
walaupun dia sudah yakin akan kelihaiannya dan diam-diam
dia pun ingin sekali mencoba sampai di mana kehebatan gadis
yang amat menarik hatinya ini. "Aku tidak ingin berkelahi,
Nona."
"Siapa yang mengajakmu berkelahi Tidak ada hal yang
membuat kita bermusuhan, akan tetapi sebelum aku
mengukur sendiri kepandaianmu, selamanya aku akan merasa
penasaran. Hayo, kita coba dengan tangan kosong saja kalau
begitu! Lihat pukulan!" Setelah berkata demikian, Giok Cu
maju menyerang dengan tamparan kedua tangan yang
dilakukan bertubi dari kanan dan kiri!
"Wuuuttttt ...............! Wuuuttttt.......... !"
Han Beng kagum. Tamparan itu mendatangkan angin
pukulan yang amat dahsyat, tanda bahwa gadis cantik ini
memiliki tenaga sin-kang yang kuat. Dia mengelak dengan
menarik tubuhnya ke belakang. Akan tetapi, gerakan gadis itu
lincah dan cepat bukan main. Begitu kedua tamparannya
luput, dara itu sudah menerjang lagi dengan kecepatan seperti
seekor burung walet menyambar-nyambar! Kedua tangannya
seolah berubah menjadi enam, menyerang Han Beng ke
manapun tubuh pemuda ini menghindar.
"Plak! Plakkk!" Karena tak mungkin mengelak terus dari
serangan bertubi-tubi itu, Han Beng menangkis dua kali dan
keduanya terkejut karena pertemuan Kedua tangan mereka
mendatangkan getaran yang amat kuat. Han Beng mulai
merasa gembira. Gadis ini ternyata memang hebat, pikirnya
dan timbullah kegembiraannya untuk bertanding benar-benar,
hitung-hitung berlatih dengan seorang lawan yang tangguh.
Selama meninggalkan gurunya, Pek I Tojin di puncak ThaiKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
san, belum pernah ia bertemu dengan lawan sedemikian
tangguhnya, kecuali pemuda bercaping itu. Dia pun kini
membalas dan terjadilah pertandingan yang amat hebat dan
seru. Angin menyambar-nyambar di sekeliling mereka,
menggerakkan daun pada ujung ranting-ranting pohon,
bahkan banyak daun berguguran, terdengar suara bersiutan
nyaring dan tubuh kedua orang itu tidak lagi nampak
bentuknya, berubah menjadi dua bayangan orang yang
berkelebat. Pertandingan yang dahsyat, bagaikan dua ekor
naga saja yang saling serang memrebutkan mustika!
Makin lama Han Beng menjadi semakin kagum. Tak
disangkanya sama sekali bahwa gadis itu benar-benar
merupakan lawan yang demikian hebatnya sehingga tidak
akan mudah baginya untuk dapat mengalahkannya! Dia tahu
setelah mereka bertanding selama puluhan jurus, bahwa
hanya satu saja keunggulannya, yaitu dalam hal tenaga sinkang.
Dia telah berkali-kali mengadu kekuatan ketika
menangkis sedikit demi sedikit menambah tenaganya sampai
dia dapat mengukur bahwa kuatan sin-kang gadis itu masih
berada di bawah kekuatannya sendiri. Kalau menghendaki,
dengan keunggulan tenaga sakti ini, tentu dia akan mampu
mengalahkannya. Akan tetapi tidak, dia tidak tega melakukan
hal itu. Dia tidak ingin menyinggung perasaannya,
membuatnya malu dan penasaran.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 20
Di lain pihak, Giok Cu juga terkejut bukan main, di samping
kekagumannya. Pemuda tinggi besar ini memang luar biasa!
Pantas ketika ia membantu Hong San mengeroyoknya,
mereka berdua tidak mampu mendesak pemuda ini. Memang
hebat bukan main, kokoh kuat bagaikan batu karang. Dia
merupakan satu-satunya lawan yang pernah dihadapinya,
yang membuat ia kehabisan akal. Semua ilmunya telah ia
keluarkan, bahkan ilmu-ilmu silat yang pernah dipelajarinya
dari Ban-tok Mo-li ia keluarkan, namun tanpa hasil. Uap panas
menghitam yang keluar dari tangannya, membuyar ketika
bertemu dengan hawa pukulan yang keluar dari kedua telapak
tangan pemuda itu, hawa yang lembut namun mengandung
kekuatan yang dahsyat. Beberapa kali, ketika mereka terpaksa
mengadu telapak tangan, ia terhuyung mundur dan kedua
tangannya terasa kesemutan! Makin bahwa dengan tangan
kosong ia tidak akan mampu menang, Giok Cu yang masih
penasaran dan ingin menguji sampai sepenuhnya, lalu
meloncat ke belakang dan ia sudah menghunus pedangnya.
Pedang Seng-kang-kiam yang tumpul!
"Sudah cukup mengadu ilmu silat, tangan kosong, mari kita
coba dengan senjata.........!" Giok Cu tidak dapat menahan
napasnya yang terengah dan juga merasa betapa di dada
bagian ulu hati terasa berat dan nyeri, la memejamkan mata
sebentar dan napasnya memburu.
"Ah, Nona.........! Engkau ........ engkau terluka dalam ........!
Sungguh aneh, aku......... aku tidak memukulmu, tapi....... jelas
engkau menderita luka dalam. Cepat bersila nona dan
kumpulkan hawa murni melakukan pernapasan dan perlahanlahan
usir hawa dalam dada itu!"
Giok Cu terkejut sekali dan ia merasakan sesuatu kelainan
pada ulu hatinya yang terasa semakin nyeri. Teringatlah ia
akan nasehat Hek-bin Hwesio ketika mengajarkan latihan
pernapasan lan penghimpunan hawa sakti secara bersih,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ketika hwesio sakti itu menggemblengnya. Hek-bin Hwesio
memperingatkan agar ia tidak mempergunakan ilmu silat yang
pernah dipelajarinya dari Ban-tok Mo-li, terutama ilmu yang
mengandung hawa beracun hitam. "Ilmu itu membahayakan
lawan, juga membahayakan dirimu sendiri, Giok Cu," demikian
antara lain hwesio sakti itu berkata. "Kalau engkau
mempergunakan ilmu itu dan bertemu dengan lawan tangguh
yang memiliki sin-kang lebih kuat darimu, engkau dapat
terluka oleh hawa beracun itu yang membalik."
Kini ia teringat akan nasehat itu, maka cepat ia pun
menyarungkan pedangnya, dan duduk bersila sambil
memejamkan mata. Kedua kaki bersila di atas paha, kedua jari
manis bertemu dan duduknya seperti kedudukan Kwan Im
Pouw-sat. Dengan cepat ia menghimpun tenaga murni dan
membiarkan hawa murni berputar-putar di pusar, lalu perlahar
lahan, dengan sin-kang, ia mendorong keluar hawa yang
menyesak di ulu hati Perlahan-lahan, hawa itu didorong luar
melalui mulutnya sedikit demi dikit.
Han Beng terpesona. Melihat gadis itu membuka mulut dia
seolah-olah melihat hawa beracun itu keluar, seperti air
memancar dan hal ini mengingatkan dia akan sesuatu.
Matanya terbelalak dan tak pernah berkedip dia menganati
wajah yang matanya terpejam itu, melihat hidung itu, mulut
yang terbuka itu, kemudian perlahan-lahan dia menghampiri
mengitari dan memperhatikan kulit tengkuk yang kebetulan
nampak karena rambut gadis itu agak awut-awutan dan bagian
tengkuk terbuka sehingga nampaklah kulit tengkuk yang putih
mulus akan tetapi di tengah-tengah nampak sebuah titik hitam
sekali. Sebuah tahi lalat hitam. Han Beng merasa betapa
jantungnya berdebar tegang dan seperti orang kebingungan
dia lari lagi ke depan disitu, kini dia berlutut agar dapat
memandang dan mengamati wajah gadis itu lebih jelas lagi.
Seperti sedang mimpi Han Beng mengamati wajah itu dan dia
menjadi semakin yakin.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu membuka matanya dan hampir ia menjerit ketika
melihat pemuda tinggi besar itu berlutut di depannya, dekat
hanya dalam jarak satu meter dan pemuda itu sedang
mengamati wajahnya seperti orang mengamati sebuah lukisan
yang aneh!
"Heiiiii! Apa yang kaulakukan ini? Mengapa engkau
memandangku seperti itu?" la membentak dan suaranya
nyaring mengejutkan. Han Beng yang memang sedang
termenung itu, sedang melayang kepada kenangan lama,
terkejut sekali dan dengan gugup dia pun menjawab dengan
kacau, menurutkan jalan pikirannya yang tadi mengenangkan
peristiwa masa lalu.
"Aku....... aku sudah memijat-mijat perutmu sampai kempis
kembali!" Han Beng kaget sendiri mendengar ucapannya itu,
apalagi Giok Cu. Gadis ini terbelalak, mukanya berubah merah
sekali, matanya mencorong dan ia pun meloncat berdiri dan
menghunus pedangnya.
"Kau....... kau berani kurang ajar padaku, ya? Kaukira aku
sudah kalah tadi dan kau boleh membuka mulut mengeluarkan
kata-kata yang bukan-bukan untuk menghinaku?"
"Eh, maaf......... sabarlah........ tenanglah sekali lagi maaf.
Aku teringat akan masa lampau.......... engkau.......... bukankah
engkau Giok Cu. Bu Giok Cu?"
Kini Giok Cu terbelalak memandang kepada pemuda itu,
alisnya berkerut lalu ia menghardik. "Hemmm, engkau tentu
sudah mendengar namaku disebut orang tadi, apa anehnya
itu?"
"Tidak.......... , tidak, Giok Cu. Ah, lupakah engkau
kepadaku? Lupakah engkau ketika kita berdua di Sungai
Huang-ho berkelahi melawan naga, eh, ular itu, ke mudian
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perut kita kembung oleh air dan aku memijat perutmu agar
airnya keluar dari perut? Kau lupa kepadaku?"
Kini sepasang mata yang jeli dan bersinar-sinar bagaikan
sepasang bintang itu terbelalak, dengan penuh selidik
mengamati wajah Han Beng dan terbayanglah peristiwa
belasan tahun yang lalu itu. Terkenanglah ia akan peristiwa
yang amat hebat itu, ketika nyawanya berada dalam
cengkeraman maut yang mengerikan, berkelahi dengan ular di
air Sungai Huang-ho, terancam pusaran air, dan dijadikan
keroyokan banyak sekali tokoh-tokoh kang-ouw yang memiliki
ilmu kepandaian tinggi. Di tempat itu pula ayah dan ibunya
tewas, setelah menderita luka parah pukulan Sin-tiauw Liu
Bhok Ki seperti yang diceritakan gurunya yang pertama, yaitu
Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu. Tentu saja ia ingat kepada anak
laki-laki yang menjadi kawan sependeritaan dalam peristiwa
itu, anak laki-laki yang memang sudah menjadi sahabatnya
sebelum terjadinya peristiwa itu karena orang tua mereka
sama-sama pengungsi yang melarikan diri dari kerja paksa
dan sama-sama menggunakan perahu dan bertemu di Sungai
Kuning!
"Kau............ aku Si Han Beng .......?" Tanyanya, masih
gagap karena ragu-ragu.
Han Beng tertawa, bukan main gembira rasa hatinya
karena pertanyaan gadis itu membuktikan bahwa memang
benar dia berhadapan dengan Giok Cu!
"Benar, Giok Cu. Aku kawanmu senasib itu!"
"Han Beng...........! Benar engkau ini? Ah, engkau telah
menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa dan berilmu
tinggi, bahkan aku ........ aku sendiri kalah olehmu .........”
"Ah, tidak, Giok Cu. Engkau tidak kalah, hanya engkau
menderita luka.dalam, bukan karena pertandingan kita tadi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan engkau sendiri......... wah, Giok Cu, sungguh tadinya
bagaimana mungkin aku dapat mengenalmu? Engkau
sekarang, telah menjadi seorang gadis yang......... amat cantik
jelita, dan memiliki ilmu kepandaian yang hebat pula! Eh,
maafkan aku, Giok Cu, mungkin aku terlalu lancang dan harus
menyebutmu nyonya...........?"
Wajah Giok Cu berubah merah dan mulutnya cemberut,
akan tetapi ia tidak marah. Bagaimana ia bisa marah kepada
Han Beng, kawan baiknya ketika mereka masih kecil itu?
Dahulu, setelah peristiwa hebat di Sungai Kuning yang
membuat mereka saling berpisah, sering kali ia terkenang
kepada kawan baiknya itu.
"Han Beng, jangan macam-macam! Aku belum menjadi
nyonya, belum menikah."
Han Beng tertawa lepas dan gadis itu mengamati
wajahnya. Masih seperti dulu tawanya, pikirnya, bebas dan
membayangkan kejujuran.
"Kenapa engkau mentertawakan aku?" la bertanya, alisnya
berkerut.
"Aku senang sekali, Giok Cu!"
"Senang? Aku belum menikah dan engkau senang?"
Kini kedua pipi Han Beng yang menjadi kemerahan, dan dia
menjawab gagap, "Oh, tidak ............... ! Aku senang bertemu
denganmu dan aku senang engkau masih galak seperti dulu!"
Giok Cu juga tertawa dan melihat gadis itu tertawa, jantung
di dalam dada Han Beng berdebar keras. Alangkah manisnya
Giok Cu! Ingin dia merangkul, ingin dia memondong, ingin dia
membawa gadis itu menari-nari saking gembira, hatinya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dan engkau masih canggung seperti dulu. Berapa anakmu
sekarang, Han Beng?"
"Anak?" Sepasang mata yang lebar itu terbelalak. "Aku
tidak beranak!"
"Tentu saja, anak bodoh! Bukan engkau yang beranak,
akan tetapi isterimu." Giok Cu sudah terseret dan hanyut
dalam suasana dahulu sehingga, seperti dahulu, ia berani
memaki Han Beng anak bodoh!
Han Beng tersenyum, girang agaknya mendengar makian
sayang ini. "Isteri siapa? Aku belum beristeri."
Wajah yang cantik jelita itu berseri dengan cerahnya dan
hal ini nampak nyata oleh Han Beng. "Wah, aku girang sekali
mendengar engkau belum menikah, Han Beng!" kata Giok Cu
dan giginya yang berderet putih rapi itu tersembul di balik
sepasang bibirnya yang merekah.
"Kenapa, Giok Cu? Kenapa hatiku girang mendengar
engkau belum menikah dan engkau pun gembira mendengar
aku belum menikah?"
Mendengar pertanyaan ini, kembali wajah Giok Cu menjadi
kemerahan.
"Ihhh, jangan menyangka yang bukan-bukan, engkau! Aku
girang mendengar engkau belum menikah karena kalau
sudah, isterimu tentu akan cemburu melihat kita bercakapcakap!"
"Sungguh aneh, aku pun berpikir demikian!"
"Kau hanya tiru-tiru saja!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Seperti dulu ketika mereka masih kecil, Han Beng yang
selalu mengalah dan tersenyum menyudahi pertengkaran
yang timbul. "Giok Cu, mari duduk yang enak dan kita saling
menceritakan riwayat kita masing-masing semenjak kita saling
berpisah di Sungai Huang-ho itu."
Mereka duduk berhadapan, di atas batu datar yang terdapat
di tempat itu. Sejenak mereka saling pandang, penuh
perhatian, penuh kegembiraan dan akhirnya Giok Cu
menghela napas panjang. Mengenangkan masa lalu, ia
teringat kepada ayah ibunya dan ia merasa berduka.
"Engkau berceritalah dulu," katanya.
"Nanti dulu, Giok Cu. Sebelum itu perlu aku merasa yakin
benar bahwa lukamu di dalam tubuh itu tidak berbahaya.
Kalau perlu, mari kubantu engkau menghalau luka itu agar
sembuh sama sekali."
Giok Cu menggeleng kepala. "Tidak perlu, bukan luka oleh
pukulan musuh melainkan karena salahku sendiri, dan nanti
kuceritakan tentang itu."
"Apakah tidak sebaiknya kalau kita pulang ke rumahmu dan
bicara saja sana? Aku ingin sekali bertemu dengan Ayah
Ibumu........... " Han Beng menghentikan bicaranya ketika
melihat betapa tiba-tiba gadis itu memandang kepadanya
dengan wajah berubah pucat dan mata muram. "Kenapa Giok
Cu..........?" tanyanya khawatir.
"Ayah Ibuku telah tewas!"
"Ohhh ........ ! Kalau begitu sama dengan Ayah Ibuku
........... " kata Han Beng menyesal.
“Ahhh! Ayah Ibumu juga tewas, Han Beng?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pemuda itu mengangguk dan keduanya termenung. Kalau
tadi mereka saling bertemu, keduanya menjadi gembira sekali,
kini mereka merasa bahwa ada ikatan yang lebih erat di antara
mereka karena mereka berdua ternyata memiliki nasib yang
sama pula!
"Biar kuceritakan saja semua pengalamanku, Giok Cu.
Ketika terjadi peristiwa hebat di sungai itu, ketika para tokoh
kang-ouw yang tadinya berebutan anak naga, kemudian
berbalik memperebutkan kita karena kita telah minum darah
anak naga atau ular itu, kita saling berpisah. Aku tentu sudah
tewas atau setidaknya ditawan orang jahat kalau saja tidak
ditolong oleh Suhuku yang pertama. Suhu itu pun tentu takkan
mampu melindungi aku kalau tidak dibantu oleh Suhuku ke
dua. Dan di dalam perebutan di sungai itulah Ayah dan Ibuku
tewas, entah oleh siapa, Giok Cu. Aku lalu mengikuti Suhuku
yang pertama selama lima tahun, lalu Suhu ke dua selama
lima tahun, kemudian aku masih berguru lagi kepada seorang
tosu. Baru saja aku turun dari Gunung Thai-san dan Suhu
menasehati aku untuk membebas rakyat yang tertindas oleh
adanya kerja paksa pembuatan terusan, juga untuk
menentang kejahatan."
"Aih, gurumu tiga orang. Pantas sekali engkau menjadi
begini lihai."
"Dangan terlalu memujiku, Giok Cu Sekarang ceritakanlah
pengalamanmu. Ingin sekali aku mendengar."
"Pengalamanku biasa saja, tidak sehebat engkau. Tentu
engkau telah menjadi seorang pendekar yang hebat, maka
orang-orang Hui itu sampai begitu sayang kepadamu, bukan
hanya menyebutmu Huang-ho Sin-liong, akan tetapi juga
mereka tidak mau menentangmu."
"Engkau terlalu merendahkan dirimu Giok Cu. Sudahlah,
jangan goda aku yang sudah ingin sekali mendengar
riwayatmu. Ceritakanlah."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Seperti engkau, ketika terjadi keributan di Sungai Huangho
itu, aku pun diselamatkan oleh seorang wanita sakti yang
kemudian menjadi guruku. Selama tujuh tahun aku
digembleng oleh guruku itu. Kemudian, aku bertemu dengan
guruku yang ke dua dan dari guruku ke dua ini, seorang
hwesio tua yang lebih sakti lagi, aku dilatih selama lima tahun.
Nah, aku turun gunung dan seperti engkau pula, Suhu
menasehati aku untuk menentang kejahatan dan melindungi
rakyat yang tertindas. Tentu saja aku menentang para pejabat
yang memaksa rakyat untuk bekerja membuat terusan sebagai
kerja paksa tanpa bayaran. Bukankah keluarga kita menderita
malapetaka justeru karena adanya kerja paksa itu? Dan di
dalam keributan itu, Ayah dan Ibu juga tewas oleh orang
jahat."
Han Beng tidak puas mendengar cerita yang singkat itu.
Dia tidak merasa bahwa dia sendiri pun tadi menceritakan
pengalamannya dengan singkat pula, hanya garis besarnya
saja. Dia memang pada dasarnya tidak pandai bicara.
"Lalu bagaimana engkau dapat menderita luka di sebelah
dalam tubuhmu kalau tidak terkena pukulan lawan seperti kau
katakan tadi?"
Giok Cu teringat akan subonya dan ia menarik napas
panjang. Subonya ia adalah penolongnya, akan tetapi ternyata
juga merupakan orang yang mencelakakannya. Memang, ia
disayang dan diajari ilmu-ilmu milik subonya. Akan tetapi sejak
ia kecil, subonya sudah memberi tanda merah pada lengannya
itu. Tanda merah yang membuat ia selama hidupnya tidak
akan berani menjadi isteri orang! Dan sekarang, ternyata ilmuilmu
dari subonya itu juga berbahaya bagi nyawanya. Tepat
seperti dikatakan oleh Hek Bin Hwesio, gurunya kedua bahwa
menggunakan llrnu-ilmu sesat dari subonya itu amat
berbahaya. Kalau ia bertanding dengan orang yang memiliki
kekuatan yang lebih besar, maka hawa beracun yang
dipergunakan dalam pukulannya seperti yang diajarkan
subonya itu akan dapat membalik dan melukai diri sendiri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, itu memang salahku sendiri. Ketahuilah bahwa Suboku
adalah seorang datuk sesat yang mengajarkan ilmu-ilmu yang
mengandung hawa beracun kepadaku. Setelah aku berguru
kepada hwesio tua itu, Suhu meberitahu bahwa amat
berbahaya bagiku kalau mempergunakan ilmu-ilmu dari Subo
itu dalam perkelahian melawan lawan yang tangguh. Aku tidak
mentaati nasehatnya dan aku telah nenggunakan ilmu-ilmu
sesat itu sehingga aku terluka, maka itu adalah kesalahanku
sendiri."
"Siapakah Subomu itu, Giok Cu?"
"Subo berjuluk Ban-tok Mo-li bernama Phang Bi Cu
............"
"Ahhhhh .........!" Han Beng berseru, kaget karena dia sudah
amat mengenal nama datuk sesat itu. Bahkan puteri dari Bantok
Mo-li itu, ialah Sim Lan Ci, adalah Nyonya Coa Siang Lee
yang telah menjadi saudara angkatnya!
"Engkau sudah mengenal Subo?" tanya Giok Cu sambil
memandang tajam penuh selidik.
"Tidak, akan tetapi aku sudah sering mendengar nama
besarnya. Dan siapa nama Suhumu yang ke dua itu?"
"Nama Suhu adalah Hek bin Hwesio. Apakah engkau juga
sudah mengenalnya?''
Dengan jujur Han Beng menggeleng kepala. "Aku hanya
pernah mendengar ilmu kepandaian Hek-bin Hwesio amat
tinggi. Tidak heran engkau begini lihai Giok Cu. Kiranya murid
Lo-cianpwe (Orang Tua Sakti) Hek-bin Hwesio."
"Han Beng, engkau ingin tahu segalanya dariku, akan tetapi
engkau sendir tidak menceritakan apa-apa tentang dirimu.
Siapakah nama guru-gurumu itu Tentu mereka merupakan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
orang-orang yang sakti di dunia kang-ouw maka engkau dapat
memiliki ilmu kepandaian sehebat itu."
"Ah, boleh jadi guru-guruku pandai akan tetapi aku sendiri
hanya seorang murid bodoh yang masih harus banyak belajar.
Guruku yang pertama berjuluk Liu Bhok Ki, yang ke dua Sinciang
Kai-ong dan yang ke tiga adalah Pek I Tojin........ eh,
kenapa kau?"
Giok Cu tidak mendengarkan lagi nama-nama berikutnya
setelah mendenga nama guru pertama dan ia sudah bangkit
berdiri, memandang kepada Han Ben dengan sinar mata
bersinar aneh dan muka kemerahan karena marah.
"Liu Bhok Ki ............ ? Sin-tiauw Liu Bhok Ki ..............?"
"Benar dia, apakah engkau sudah kenal dengan Suhu, Giok
Cu?"
"Tentu saja aku kenal! Di mana dia sekarang? Di mana aku
dapat bertemu dengan Sin-tiauw Liu Bhok Ki............ ?"
Han Beng yang berwatak jujur itu tidak melihat perubahan
sikap gadis itu. Dia bahkan merasa girang bahwa Giok Cu
mengenal suhunya. "Suhu Liu Bhok Ki masih berada di tempat
pertapaan-nya yang dulu, yaitu di puncak Kim-hong-san di
lembah Sungai Kuning ............."
"Bagus sekali! Sekarang juga aku akan mencarinya di
sana!" Berkata demikian, gadis itu siap untuk pergi
meninggalkan tempat itu. Akan tetapi tentu saja sikap ini
membuat Han Beng terkejut dan heran. Dia sudah melangkah
ke depan Giok Cu, memandang gadis itu dengan penuh
selidik.
"Giok Cu, nanti dulu. Mengapa engkau tergesa-gesa
mencari Suhu Liu Bhok Ki? Ada urusan apakah dengan dia?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukan urusanmu, dan engkau tidak boleh mencampuri. Ini
urusan pribadiku!"
"Akan tetapi, ada apakah, Giok Cu ? Aku adalah
sahabatmu, dan aku muridnya ........... "
"Hemm, jadi engkau hendak membelanya, ya?"
"Membelanya? Apa maksudmu? Engkau .......... engkau
mau apakah mencari Suhu?"
"Aku hendak membunuhnya!"
Tentu saja Han Beng merasa terkejut bukan main sehingga
sejenak dia tidak mampu mengeluarkan kata-kata, hanya
memandang kepada Giok Cu dengan mata terbelalak. Lalu dia
teringat bahwa gadi ini adalah murid Ban-tok Mo-li, ibu
kandung Sim Lan Ci. "Giok Cu, apakah engkau diutus Ban-tok
Mo-li untuk memusuhi Suhu Liu Bhok Ki?" Suaranya
mengandung teguran. Sikap ini membuat Giok Cu menjadi
marah.
"Kalau betul engkau mau apa? Engkau hendak membela
gurumu? Boleh!" tantangnya dan gadis itu sudah mencabut
pedangnya yang tumpul.
"Sabarlah, Giok Cu. Engkau sendiri tadi mengaku bahwa
gurumu itu, Ban-Tok Mo-li adalah seorang datuk sesat. Kalau
engkau mewakili Ban-tok Mo-li untuk menyerang Suhu karena
urusan Sim Lan Ci, maka aku dapat memberi penjelasan.
Suhu tidak bersalah, bahkan kini dia sudah berbaik dengan
Sim Lan Ci dan suaminya, Coa Siang Lee."
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan itu. Aku
hendak membunuh Liu Bhok Ki bukan karena diutus Subo,
melainkan urusan pribadiku. Dia telah berdosa besar dan
bagaimanapun juga, Han Beng, aku harus membunuhnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau engkau hendak membelanya, terpaksa engkau pun
akan kuhadapi sebagai musuh! Aku siap mempertaruhkan
nyawa untuk tugas ini!"
Tentu saja Han Beng menjadi semakin kaget. Tentu ada
urusan yang amat besar telah terjadi antara gurunya yang
pertama itu dengan gadis ini. Kalau tidak begitu, tidak mungkin
Giok Cu mendendam sehebat ini.
"Giok Cu, aku bukan hendak membela Suhu, hanya aku
sungguh tidak mengerti mengapa engkau memusuhi Suhu
seorang pendekar yang budiman. Katakanlah agar aku tidak
penasaran, Giok Cu mengapa engkau hendak membunuh
Suhu Liu Bhok Ki?"
"Karena dia telah membunuh Ayah dan Ibuku!"
Han Beng tersentak kaget, matanya melebar dan mukanya
menjadi agak pucat, bahkan dia seperti menerima pukulan
pada mukanya yang membuat dia terhuyung ke belakang
sampai lima langkah.
"Tidak ........ tidak mungkin .........!" Dia berteriak. "Tidak
mungkin Suhu Liu Bhok Ki melakukan kekejian itu! Mengapa
dia harus membunuh Ayah Ibumu? Ah, engkau salah sangka,
Giok Cu, Suhu Liu Bhok Ki sama sekali tidak membunuh Ayah
Ibumu. Akulah yang menjadi saksinya. Sebelum dia
membawaku pergi kami berdua telah bertemu dengan Ayah
Ibumu karena aku mencari orang tuaku dan bahkan mereka
diobati oleh guruku itu!”
"Diobati dengan racun! Ayah Ibuku telah diobati dengan
racun oleh gurumu yang jahat itu, maka aku telah bersumpah
bahwa aku akan membunuh Sin-tiauw Liu Bhok Ki!"
"Hemmm, hal itu tidak mungkin sama sekali, Giok Cu. Suhu
Sin-tiauw Liu Bhok Ki adalah seorang pendekar yang gagah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perkasa, bagaimana mungkin dia membunuh orang dengan
obat beracun? Pula, kalau memang dia hendak membunuh
Ayah Ibumu, mengapa pula harus memakai racun? Tentu dia
dapat melakukannya dengan mudah."
"Akan tetapi, Ayah Ibuku tewas karena racun setelah
mereka diobati Sin-tiauw Liu Bhok Ki, maka tidak salah lagi.
Dialah yang membunuh Ayah Ibuku, dan kini aku ingin
membalaskan kematian mereka. Siapapun tidak boleh
menghalangi, engkau pun tidak!"
"Nanti dulu, Giok Cu, aku tidak akan menghalangimu
bahkan mungkin aku juga akan menuntut guruku kalau
memang dia demikian jahatnya. Akan tetapi aku tidak melihat
sebab mengapa guruku membunuh orang tuamu. Apakah
engkau melihat sendiri ketika guruku memberi obat beracun
kepada orang tuamu?"
"Aku melihat sendiri Ayah Ibuku mati karena keracunan!"
"Dan engkau melihat guruku yang memberi racun kepada
mereka?"
"Tentu saja aku tidak melihat. Akan tetapi, Ayah dan Ibu
sendiri yang mengatakan bahwa baru saja engkau dan Liu
Bhok Ki datang dan gurumu itu telah mengobati mereka. Dan
di depan mataku, tiba-tiba saja mereka berdua itu mati
keracunan. Siapa lagi kalau bukan gurumu yang telah
meracuninya?"
Han Beng mengerutkan alisnya. Sungguh mustahil gurunya
meracuni ayah ibu Giok Cu.
"Giok Cu, siapakah yang mengatakan kepadamu bahwa
guruku yang memberi obat beracun? Ketika engkau beradabersama
orang tuamu, siapa yang berada di situ?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku mengajak Subo untuk lebih dulu mencari orang tuaku
sebelum ia membawaku pergi. Subo berada di sana menjadi
saksi dan Subo yang mengatakan bahwa orang tuaku tewas
karena obat beracun yang diberikan oleh Sin-tiauw Liu Bhok
Ki."
"Ah, aku mengerti sekarang! Giok Cu, bukan guruku Liu
Bhok Ki yang meracuni Ayah Ibumu, melainkan Ban-tok Mo-li
sendiri!"
Giok Cu mengerutkan alisnya. "Hemm, tidak mungkin!
Untuk apa ia meracuni dan membunuh orang tuaku kalau ia
hendak mengambil aku sebagai muridnya?”
"Mari kita pikirkan baik-baik dan dengan hati dan kepala
dingin, Giok Cu. Percayalah, aku masih sahabatmu yang
dahulu. Kalau benar guruku Sin-tiauw Liu Bhok Ki membunuh
Ayah Ibumu, aku sendiri yang akan menuntutnya dan meminta
pertanggungan jawabnya. Akan tetapi, mari kita selidiki.
Guruku itu seorang pendekar besar, dan dia sama sekali tidak
mempunyai alasan mengapa harus meracuni orang tuamu.
Kalau dia hendak membunuh orang, tentu dilakukannya
dengan pukulan saktinya, bukan menggunakan racun! Dan
sekarang kita selidiki keadaan Subomu, Ban-tok Mo-li itu. Ia
seorang datuk sesat yang tidak segan melakukan kekejaman
bagaimana pun juga. Dari julukannya saja diketahui bahwa ia
seorang ahli racun dan engkau sendiri tentu tahu bahwa ia ahli
pula. melakukan pukulan beracun seperti yang juga kau
pelajari. Jadi, mudah sekali baginya untuk memberi pukulan
beracun kepada Ayah Ibumu, dan engkau pada waktu itu tentu
tidak akan mengetahuinya. Dan ia mempunyai niat untuk
membawamu sebagai murid. Mungkin ia takut Ayah Ibumu
akan melarangmu, maka ia membunuh mereka, dan sengaja
ia melempar fitnah kepada guruku agar engkau tidak
mendendam kepadanya melainkan kepada guruku."
Giok Cu adalah seorang gadis yang cerdik sekali.
Mendengar semua ucapan Han Beng itu, hatinya tergerak. Ia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
cukup mengenal subonya, seorang wanita iblis yang amat
kejam sehingga apa yang dikatakan Han Beng itu bukan suatu
hal yang mustahil dilakukan subonya. Akan tetapi, ia tidak
mempunyai bukti, maka ia mulai meragu.
ooOOoo
"Tapi ........ tapi ............. Subo mengatakan bahwa Sin-tiauw
Liu Bhok Ki yang membunuh Ayah Ibuku, dan selama
bertahun-tahun ini, di dalam hatiku sudah keambil keputusan
bahwa suatu hari aku akan nenemui Liu Bhok Ki untuk
membalas dendam atas kematian Ayah Ibuku!"
"Ingatlah, Giok Cu. Bagaimana kalau engkau yang terburu
nafsu berhasil membunuh guruku Liu Bhok Ki dan kemudian
mendapat kenyataan bahwa pembunuh orang tuamu bukan
Sin-tiauw Liu Bhok Ki melainkan Ban-tok Mo-li sendiri?"
"Ahhhhh ............. " Giok Cu menjadi semakin ragu, " tapi
........... tapi ..........., apa yang harus kulakukan.........?"
"Giok Cu, dengarlah baik-baik. Kita masih sahabat seperti
dahulu, bukan? Dahulu, kita menghadapi ular itu bersama, kita
bersama menggigitnya sampai dia mati. Kita bersama
menghadapi ancaman maut di tangan orang-orang jahat. Nah,
maukah engkau kuajak untuk bersama-sama pula
menghadapi semua ini? Aku akan membantumu, Giok Cu.
Demi langit dan bumi, aku tidak akan memihak Suhu kalau
memang dia bersalah. Kita selesaikan dulu urusan di sini
urusan yang penting sekali karena akan terjadi
pemberontakan. Kita menghadap Liu Tai-jin, maksudku bukan
menghadap beliau, melainkan menyampaikan semua hasil
penyelidikan kita tentang Cang Ta-jin dan para pemberontak.
Keteranganmu merupakan berita yang penting sekali.
Sesudah itu, barulah kita berdua akan mengunjungi mereka."
"Mereka siapa maksudmu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Pertama, kita kunjungi guruku, Si tiauw Liu Bhok Ki dan
aku yang akan terang-terangan bertanya apakah di telah
membunuh orang tuamu dengan obat beracun!"
"Tentu dia menyangkal ................."
"Kalau memang dia melakukan perbuatan itu, aku tanggung
dia tidak akan menyangkal, Giok Cu. Aku mengenal benar
orang macam apa adanya guruku. Dia amat keras dan jujur,
amat tinggi menghargai diri dan kehormatan sehingga menjadi
angkuh. Kalau. dia melakukan sesuatu, pasti dia akan
mengakuinya kepada siapapun juga. Dia paling membenci
sikap pengecut."
"Lalu bagaimana setelah kita menemui gurumu dan dia
menyangkal?"
"Setelah itu, kita pergi menemui gurumu, Ban-tok Mo-li."
"Ia akan memusuhiku karena aku telah melarikan diri
darinya dan membuatnya marah." Giok Cu berhenti sebentar
lalu melanjutkan. "Aku kini tidak takut kepadanya dan aku
akan mampu menandinginya, akan tetapi ......... bagaimana
kalau ia pun menyangkal bahwa ia telah membunuh Ayah
Ibuku? Apakah aku hanya akan puas dengan keterangan dua
orang itu dan tidak lagi membalaskan kematian orang tuaku?"
"Kita coba saja dulu, Giok Cu. perkembangannya
bagaimana nanti kita lihat dan kita tentukan tindakan kita lebih
lanjut. Maukah engkau bekerja sama dengan aku seperti dulu
ketika kita menghadapi mereka yang hendak menawan kita di
sungai itu?"
Giok Cu teringat akan masa dulu dan ia pun tersenyum,
mengangguk.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah, Han Beng. Tapi, bagaimana dengan orang tuamu
sendiri? Siapakah yang membunuh mereka?"
"Mereka terbunuh dalam keributan itu. Demikian banyaknya
orang kang-ouw yang jahat dan pandai di sana sehingga sukar
diselidiki siapa yang telah membunuh Ayah dan Ibu. Akan
tetapi ketika tadi aku melihat engkau dikeroyok aku melihat
dua orang yang kalau tidak salah dahulu ikut pula
memperebutkan anak naga, kemudian memperebutkan diri
kita di Sungai Huang-ho."
"Eh? Benarkah? Aku tidak mengenal mereka! Yang
manakah?"
"Dahulu guruku Sin-tiauw Liu Bhok Ki pernah menceritakan
siapa adanya mereka yang ikut memperebutkan diri kita
seorang demi seorang, dan kalau tidak salah yang
menggunakan golok rantai bertubuh tinggi kurus tadi, dan
seorang lagi yang gendut pendek dan tongkatnya dilapisi
warna emas."
"Hemmm, mereka adalah ketua Pouw beng-pang yang
bernama Kim-bwe-eng Gan Lok dan wakilnya yang bernama
Kim-kauw-pang Pouw In Tiong!"
"Tepat sekali! Hanya bedanya, ketuanya yang berjuluk Gan
Lok itu menurut Suhu berjuluk Kiu-bwe-houw (Harimau Ekor
Sembilan) dan senjatanya pecut ekor sembilan dan cakar
harimau, bukan golok rantai seperti sekarang. Akan tetapi
jelas mereka berdua itu yang dulu juga ikut memperebutkan
kita."
Dugaan Han Beng memang tepat. Ketua Pouw-beng-pang
itu memang tokoh kang-ouw yang dahulu berjuluk Kiu-bwehouw
dan bersenjata pecut ekor sembilan. Akan tetapi setelah
dia terlibat dalam pemberontakan dan menjadi buruan
pemerintah, dia lalu mengubah julukannya menjadi Kim-bweKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
eng dan mengganti pula senjatanya dengan golok rantai.
Perubahan julukan dan senjata ini, sedikit banyak
menolongnya dalam pelarian sampai dia menjadi ketua Pouwbeng-
pang seperti sekarang.
Setelah menyetujui ajakan Han Beng untuk bekerja sama,
pemuda dan gadis itu lalu melakukan perjalanan cepat,
memasuki kembali kota Siong-an.
"Kita harus berhati-hati," kata Han Beng. "Sebaiknya
memasuki kota Siong-an pada malam hari. Bagaimanapun
juga, kepala daerah kota itu, Cang Tai-jin, adalah sekutu
pemberontak dan tentu dia menyebar petugas untuk mengejar
kita."
"Mengapa kita berkunjung ke Siong-an ?" tanya Giok Cu.
"Liu Tai-jin telah memesan kepadaku bahwa kalau aku
hendak menghubunginya, aku dapat mengadakan kontak
dengan seorang pedagang obat yang membuka toko obat di
kota Siong-an. Orang itu bernama Kui Song dan dia adalah
mata-mata dari Liu Tai-jin."
Mereka berdua menanti di luar kota sampai hari menjadi
gelap, barulah mereka menggunakan ilmu kepandaian mereka
memasuki kota itu dengan meloncat pagar tembok kota dan
bagaikan dua bayangan mereka berkelebatan mencari rumah
tinggal Kui Song.
ooOOoo
Tidak sukar mencari toko itu. Mereka berdua berjalan
mondar-mandir beberapa kali di jalan depan toko obat itu.
Setelah melihat keadaan di toko itu sepi, juga di jalan mulai
sepi karena malam mulai larut, dan para penjaga toko obat itu
mulai menutup toko, mereka lalu menghampiri para penjaga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
toko. Karena mengira mereka hendak membeli obat, seorang
penjaga toko menyambut mereka.
"Kongcu dan Siocia (Tuan Muda dan Nona) hendak
mencari obat apakah?"
"Kami hendak menawarkan rempah-rempah dan obat-obat
yang kami bawa dari hulu sungai. Apakah Paman Kui Song
ada? Kami ingin bicara sendiri perdagangan ini dengan dia."
Penjaga toko itu memandang dengan mata menyelidik.
"Kalau hendak menawarkan dagangan, sebaiknya kalau besok
pagi saja engkau datang lagi. Kui Sin-she (Tabib Kui) sedang
beristirahat dan tidak boleh diganggu."
"Hemmm, akan tetapi selain menawarkan dagangan, juga
kami mempunyai urusan penting, mengenai pesanan Paman
Kui. Harap sampaikan kepadanya bahwa kami perlu bertemu
karena urusan yang amat penting."
Orang itu kembali mengamati Han Beng dan Giok Cu, lalu
bertanya denga hati-hati.
"Siapakah Ji-wi (Anda Berdua) dan keperluan apakah yang
penting itu. Akan kusampaikan kepada Kui Sin-she."
"Katakan saja bahwa aku orang she Si membawa berita
penting untuk orang she Liu."
Kini penjaga toko itu tidak banyak cakap lagi, lalu masuk ke
dalam dan dua orang kawannya melanjutkan pekerjaan
mereka menutup toko. Tak lama kemudian, dia kembali lagi
bersama seorang pria berusia lima puluh tahun, bertubuh
tinggi kurus, berpakaian seperti seorang sastrawan dan
memiliki pandang mata yang tajam.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Melihat Han Beng, dia mengamati dengan tajam, lalu
bertanya dengan suara lirih.
"Huang-ho Sin-liong ................ ?"
Han Beng mengangkat kedua tangan ke depan dada. "Aku
Si Han Beng mempunyai urusan penting dengan Paman Kui
Song. Dan ini adalah Nona Bu Giok Cu, seorang sahabat
baik."
Kui Song cepat membalas penghormatan mereka. "Mari,
silakan masuk. Kita bicara di dalam saja," katanya sambil
melempar pandang dengan penuh perhatian ke jalan raya. Dia
mengangguk lega ketika melihat suasana yang sunyi di luar.
Sambil mengantar dua orang tamunya masuk, dia berkata
kepada tiga orang penjaga toko itu, "Setelah tutup kalian
berjaga di luar."
Setelah masuk ke dalam, ternyata rumah itu luas juga dan
selain tiga orang pria yang bertugas menjaga toko dan
menjaga di luar, di dalam terdapat pula dua orang pemuda
yang bertugas sebagai pelayan pula. Padahal, seperti juga
yang berada di luar, mereka berlima itu adalah lima orang
perajurit pengawal yang memiliki kepandaian silat lumayan,
dan sengaja diperbantukan kepada Kui Song yang bertugas
sebagai seorang penyelidik atau mata-mata. Tidak ada
seorang pun wanita di situ. Kui Song tidak begitu bodoh untuk
memboyong keluarganya yang berada di kotaraja, karena di
Siong-an dia mempunyai tugas yang berbahaya. Kalau
tugasnya gagal dan ketahuan pihak musuh, nyawanya
terancan bahaya. Di kota raja, Kui Song mempunyai
kedudukan sebagai seorang perwira tinggi. Karena dia
mengerti tentang obat-obatan, maka dia menyamar sebagai
seorang tabib yang berdagang obat di kota itu.
Setelah mereka duduk di ruangan dalam, Kui Song berkata,
"Harap Si Tai-hiap jangan heran bahwa aku sudah menduga
bahwa engkau adalah Huang-ho Sin liong yang terkenal itu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
karena aku sudah menerima keterangan dari Liu Tai-jin!
tentang dirimu. Oleh karena itu, begitu! pembantuku melapor
bahwa ada tamu she Si yang hendak menyampaikan berita!
penting untuk Liu Tai-jin, aku segera dapat menduga siapa
adanya engkau. Dan maafkan aku, bagaimana dengan Nona
Bu ini? Aku belum mengenalnya."
"Justeru ialah yang menjadi pembawa berita dan
keterangan yang teramat penting tentang gerombolan
pemberontak karena ia baru saja keluar dari sana dan sempat
melihat dan mendengar tentang persekutuan mereka itu. Nona
Bu ini adalah seorang sahabatku yang dapat dipercaya
sepenuhnya, dan ia adalah seorang pendekar wanita yang
amat lihai."
Mendengar ini, Kui Song segera bangkit dan memberi
hormat kepada Giok Cu. "Ah, kalau begitu, harap maafkan
aku, Li-hiap (Pendekar Wanita). Nah, sekarang harap Ji-wi
suka menceritakan, berita apa yang amat penting itu?"
"Bahwa terdapat bukti adanya persekutuan antara Cang
Tai-jin dengan pihak gerombolan pemberontak dan tentang
perkumpulan Pouw-beng-pang yang bersekutu dengan orangorang
Hui untuk memberontak dengan dalih berjuang demi
kepentingan rakyat tertindas," kata Han Beng. Mendengar
ucapan itu, wajah Kui Song berseri.
"Itu sungguh berita yang amat penting! Memang itulah yang
ditunggu-tunggu oleh Liu Tai-jin. Tuntutan terhadap Cang Taijin
sebagai seorang yang menyalahgunakan tugas dan
wewenang-nya, memaksa rakyat untuk menjadi pekerja paksa
tanpa bayaran membuat terusa memang merupakan urusan
besar, akan tetapi lebih besar lagi kalau dia bersekutu dengan
gerombolan pemberontak. Si Tai-hiap, harap ceritakari dengan
jelas."
"Nona Bu ini yang dapat bercerita lebih jelas. Kami sengaja
hendak menyampaikan hal ini kepada Paman Kui Song,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
karena kami tidak ada waktu untu'k menghadap sendiri
kepada Liu Tai-jin. Juga kami tidak ingin mencampuri urusan
pemerintah, hanya ingin membantu untuk menentang
kejahatan saja. Giok Cu, ceritakanlah."
Giok Cu lalu menceritakan tentang semua hal yang dilihat
dan didengarnya Betapa Cang Tai-jin, kepala daerah Siong-an
bersekutu dengan gerombolan pemberontak dan sebagai
utusan dari wakilnya, dia mengutus Kim-bwe Sam houw, tiga
orang tokoh sesat yang amat terkenal di daerah Siong-an itu.
Kemudian ia juga bercerita tentang Kim-kauw-pang Pouw In
Tiong, juga tentang Yalami Cin, kepala suku Hui yang
bersekutu dengan para pemberontak yang bersembunyi di
balik nama pejuang pembela rakyat itu!
Mendengar keterangan itu, Kui Song gembira bukan main.
"Ah, sungguh keterangan kalian ini amat penting! Tak
kusangka mereka sudah bergerak sejauh itu! Mereka
mempunyai anak buah kurang lebih lima ratus orang ditambah
orang-orang Hui kurang lebih dua ribu orang? Berbahaya
sekali! Kalau mereka bergerak sekarang, kota Siong-an dapat
mudah mereka duduki. Penjagaan di sini tidak begitu kuat. Ah,
berita ini harus cepat kusampaikan kepada Liu Tai-jin di kota
raja! Ji-wi telah berjasa besar dan akan dilaporkan kepada Liu
Tai-jin. Kalau kemudian Liu Tai-jin melaporkan ke istana, tentu
Ji-wi akan mendapat anugerah besar dari Sribaginda Kaisar.
Liu Tai-jin adalah seorang atasan yang amat adil dan
bijaksana."
Giok Cu mengerutkan alisnya dan menjawab dengan suara
yang dingin.
"Aku tidak pernah mengharapkan ini balasan jasa! Aku
tidak menganggap ini sebagai jasa, melainkan sebagai
kewajiban, maka tidak perlu Paman membuat laporan."
"Apa yang dikatakan Nona Bu benar, Paman Kui. Kami
sudah merasa cukup puas kalau pemberontakan itu dapat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dibasmi sebelum terjadi perang yang hanya akan
menyengsarakan rakyat. Dan kami percaya bahwa Liu Tai-jin
akan menyeret pembesar-pembesar seperti Cang Tai-jin itu ke
pengadilan. Kalau rakyat tidak dipaksa bekerja, kalau diberi
jaminan dan penerangan yang baik tanpa paksaan dan
tekanan, aku yakin rakyat akan dengan suka rela membantu
penyelesaia pembuatan terusan itu. Jangan rakyat yang sudah
miskin itu ditindas dan dijadikan kerja paksa lagi."
"Jangan khawatir, Tai-hiap dan Li-hiap. Biarpun di manamana
terdapat pembesar-pembesar korup yang menekan
rakyat semacam Cang Tai-jin, namun masih ada pemimpinpemimpin
seperti Liu Tai-jin yang menjalankan tugasnya
dengan baik, bijaksana, dan adil."
Setelah menceritakan semua yang mereka ketahui tentang
gerombolan pemberontak, Han Beng dan Giok Cu pergi
meninggalkan rumah obat itu dengan diam-diam. Mereka
menyelinap ke dalam kegelapan malam dan malam itu juga
mereka keluar kota.
"Menurut keterangan guruku, Kui-bwe-houw Gan Lok yang
kini mengubah julukan menjadi Kim-bwe-eng itu memang
seorang tokoh kang-ouw yang tidak segan melakukan apa
saja demi memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri. Akan
tetapi yang mengherankan adalah Kim-kauw-pang Pouw In
Tiong. Menurut Suhu, dia seorang jagoan dari Lu-liang-san,
seorang yang biarpun wataknya sombong namun suka
berlagak sebagai pendekar yang menentang kejahatan. Heran
bagaimana dia pun terlibat ke dalam gerakan pemberontakan
itu," kata Han Beng ketika mereka sudah meninggalkan kota
Siong-an.
"Hemmm, apa anehnya? Harta dan kedudukan dapat
membuat orang lupa diri? Menurut wejangan guruku, yaitu
Hek-bin Hwesio, pikiran yang bergelimang nafsu amatlah
cerdiknya, bagaikan bisikan iblis yang amat licin penuh
muslihat sehingga segala perbuatan yang dilakukan, selalu
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
nampak benar dan baik saja, walaupun pada dasarnya
mengandung pamrih untuk kesenangan pribadi,” kata Giok Cu.
Diam-diam Han Beng merasa girang dan kagum. Biarpun
pernah menjadi murid seorang wanita iblis seperti Ban-tok Moli
yang tersohor kejam sekali, ternyata Giok Cu beruntung
mendapat gemblengan lahir batin dari seorang sakti dan
bijaksana seperti Hek-bin Hwesio.
"Memang benar sekail wejangan Suhumu itu, Giok Cu.
Kurasa Kim-kauw-pang Pouw In Tiong juga ditipu oleh
pikirannya sendiri. Tentu dia menganggap bahwa dengan
menjadi wakil ketua Pouw-beng-pang, dia telah melakukan
tugas sebagai seorang pendekar, yaitu membela rakyat yang
tertindas. Nama perkumpulannya saja Pouw-beng-pang
(Perkumpulan Pembela Rakyat). Tentu saja di lubuk hatinya,
dia tahu bahwa yang terutama mendorongnya adalah
pemberontakan yang didasari keinginan untuk memperoleh
kedudukan tinggi. Namun, nafsu telah menghapus kesadaran
itu, dan dia melihat bahwa semua yang dilakukan itu benar
dan baik. Oleh karena itulah, guruku Pek I Tojin selalu
mengatakan bahwa kita harus berhati-hati terhadap musuh tak
nampak yang berada di dalam diri kita sendiri, yaitu nafsu
yang menguasai hati dan pikiran."
Giok Cu mengangguk-angguk, kemudian ia berhenti
melangkah. Han Beng juga berhenti. Dia melihat betapa gadis
itu melihat ke atas dan dia pun menengadah. Betapa indahnya
malam itu. Tiada awan secuwil pun, langit bersih, agak
kehitaman dan ditaburi laksaan bintang yang berkilauan
dengan indahnya, ada yang bersinar terang, ada yang
berkedip-kedip, laksaan jutaan, tak terhitung banyaknya!
Sejenak menyelinap kesadarannya betapa ajaibnya semua itu,
betapa agungnya, betapa indah dan betapa besarnya alam,
dan betapa maha kuasa Sang Pencipta! Kedua orang muda itu
bagaikan terpesona dan akhirnya Giok Cu menarik napas
panjang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ada apakah, Giok Cu?" tanya Han Beng ketika mendengar
helaan napas itu.
Giok Cu menundukkan muka dan mereka saling pandang.
"Tidak apa-apa, aku hanya mengagumi keindahan alam."
"Memang indah," kata Han Beng.
"Hidup tidaklah seindah ini ............ " kembali gadis itu
menarik napas panjang, teringat akan semua pengalaman
hidupnya semenjak ditinggal mati ayah dan ibunya.
"Memang tidak seindah ini," kata pula Han Beng.
"Masih jauhkah tempat tinggal Sin-tiauw Liu Bhok Ki dari
sini, Han Beng."
Sejenak Han Beng tidak menjawab, seperti terkejut
diingatkan akan urusan gadis itu dengan gurunya. Kalau tadi,
alam nampak indah dan hidup terasa demikian bahagia, kini
dia seperti ditarik lari ke dalam kehidupan yang penuh
persoalan, penuh pertentangan! Dia menarik napas panjang,
teringat betapa masih banyak hal yang harus dia hadapi, halhal
yang tidak mengenakkan hati.
"Tidak begitu jauh. Kita menuju ke Sungai Huang-ho, lalu
mencari perahu dan melanjutkan perjalanan dengan perahu.
Lebih cepat dan tidak melelahkan. Setelah tiba di kaki Bukit
Kim-hong-san di lembah sungai, kita mendarat dan mendaki
bukit. Dalam waktu paling lama lima hari kita akan tiba di
tempat pertapaan Suhu Liu Bhok Ki."
Karena kota Siong-an letaknya di dekat sungai itu, maka
menjelang tengah malam mereka sudah tiba di tepi sungai.
Mereka berhasil menyewa sebuah perahu kecil dan tukang
perahu, seorang laki-laki berusia empat puluh tahunan, suka
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengantar mereka sampai ke kaki Bukit Kim-hong-san
dengan bayaran yang pantas.
Perahu kecil saja, biliknya di tengah-tengah yang terlindung
atap sederhana itu hanya dapat memuat seorang saja.
Han Beng mempersilakan Giok Cu mengaso dalam bilik
sempit itu, sedangkan dia sendiri duduk di kepala perahu
bersama tukang perahu, bahkan membantunya mendayung
perahu yang mengikuti aliran air yang tidak begitu deras. Giok
Cu tidak rikuh lagi, lalu mengaso dan merebahkan diri
telentang di dalam bilik perahu. Tak lama kemudian ia pun
sudah tidur nyenyak karena memang tubuhnya terasa lelah
sekali.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Giok Cu sudah
terbangun dari tidurnya dan ia pun keluar dari dalam bilik itu.
Melihat Han Beng masih duduk di kepala perahu bersama
tukang perahu, ia lalu menghampiri.
"Engkau tidurlah. Semalam engkau tidak tidur, engkau tentu
lelah," katanya.
Han Beng menggeleng kepalanya. "Aku tidak mengantuk
dan semalam aku sudah duduk mengaso di sini. Alam indah
bukan main dan rasa lelah pun hilang. Lihat, matahari
demikian indahnya, Giok Cu," katanya, menunjuk ke depan.
Bagian sungai itu lebar sekali seperti lautan dan matahari
nampak seperti sebuah bola merah yang amat besar, dan
sinarnya belum menyilaukan mata. Giok Cu memandang bola
yang perlahan-lahan muncul dari permukaan air di depan, ia
kagum bukan main. Memang penglihatan itu indah sekali.
Sukar membayangkan betapa bola kemerahan seperti emas
yang indah dan redup itu sebentar lagi akan menjadi bola api
yang selain panas, juga tidak mungkin dapat dipandang mata
karena menyilaukan. Lebih sukar untuk mengerti betapa bola
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
api yang teramat jauh itu menjadi sumber tenaga, bahkan
menjadi sumber kehidupan di permukaan bumi! Setiap kali kita
melihat matahari, sepatutnya kita bersukur dan memuji nama
Sang Maha Pencipta yang demikian penuh kuasa dan kasih
sayang kepada seluruh alam semesta, terutama begitu kasih
sayang kepada manusia.
Kini matahari telah berubah menjadi bola emas yang cerah
sekali, mulai tak tahan mata memandang gemilangnya sinar
matahari, dan bola emas itu membuat jalan emas di
permukaan air Sungai Huang-ho. Bola emas yang mulai
berkobar dan menggugah seluruh permukaan bumi dari tidur
lelap.
Tiba-tiba perhatian Han Beng dan Giok Cu tertarik akan
munculnya sebuah perahu besar yang datang dari tepi dan
agaknya sengaja menghadang perjalanan perahu kecil
mereka. Tukang perahu juga melihatnya dan tiba-tiba tukang
perahu itu menggigil ketakutan.
"Celaka ........... kita dihadang bajak sungai ............!"
bisiknya. Mendengar ini, Han Beng dan Giok Cu memandang
penuh perhatian. Di atas perahu besar itu nampak belasan
orang dan beberapa orang di antara mereka memegang golok
besar. Wajah mereka beringas dan jelas nampak bahwa
mereka adalah orang-orang kasar yang sudah biasa
mempergunakan kekerasan untuk memaksakan kehendak
mereka. Bajak sungai! Dan pada layar perahu yang setengah
berkembang itu terdapat gambar tengkorak putih. Terdengar
para bajak itu mulai berteriak-teriak dan tertawa-tawa ketika
mereka melihat seorang gadis cantik di atas perahu kecil yang
mereka hadang.
Kemudian nampak seorang laki-laki tinggi besar bermuka
hitam menjenguk ke bawah dan melihat betapa para bajak itu
minggir untuk memberi tempat Si Muka Hitam itu, mudah
diduga bahwa tentulah dia itu kepalanya. Melihat Giok Cu, Si
Muka Hitam juga tertawa dan terdengar dia berseru nyaring.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Heiii, perahu yang di bawah, Serahkan gadis itu kepadaku,
baru perahu boleh lewat dengan aman! Kalau tidak, gadis itu
akan kami rampas dan kalian akan kami bunuh, kami jadikan
umpan ikan, ha-ha-ha!"
Giok Cu marah sekali, akan tetapi ia didahului Han Beng
yang berkata tenang, "Giok Cu, engkau tinggallah menjaga di
sini, biar aku yang menghadapi mereka. Ini adalah wilayahku!"
Setelah berkata demikian, sekali meloncat, Han Beng telah
melayang ke atas perahu besar.
Giok Cu ingin menyusul, akan tetapi ia teringat bahwa Han
Beng berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning),
maka ia pun tersenyum. Han Beng telah menjadi seorang
pendekar yang mengambil sungai itu sebagai wilayahnya, di
mana ia menentang semua kejahatan di sepanjang sungai!
Sementara itu, para bajak terkejut melihat pemuda tinggi
besar dan tampan gagah itu melayang seperti terbang saja ke
atas perahu mereka. Akan tetapi, karena mereka berjumlah
enam belas orang, tentu saja mereka tidak takut dan segera
mereka menyambut pemuda itu dengan bacokan-bacokan
golok besar di tangan mereka. Akan tetapi, begitu pemuda itu
menggerakkan kaki dan tangannya, empat orang bajak
berteriak kesakitan, golok mereka beterbangan dan tubuh
mereka pun terlempar ke luar dari perahu besar. Air sungai
muncrat ketika tubuh mereka menimpa air. Sementara itu,
begitu para bajak laut menyerbu lagi, kembali empat orang
terlempar oleh kaki tangan Han Beng dan tubuh mereka
terbanting ke air.
Melihat betapa dalam dua gebrakan saja Han Beng telah
melemparkan delapan orang anak buahnya keluar perahu,
kepala bajak sungai yang bermuka hitam itu menjadi terkejut,
akan tetapi juga marah sekali. Dia mengeluarkan bentakan
nyaring dan menyerang dengan senjatanya, yaitu sebatang
tombak panjang yang besar dan berat. Ujung tombak yang
runcing itu meluncur ke arah perut Han Beng! Namun, pemuda
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ini dengan tenang saja miringkan tubuh sehingga tombak itu
lewat di samping pinggangnya dan begitu ia menurunkan
tangan kanan, dia telah menangkap tombak itu. Si Kepala
Bajak mencoba untuk menarik tombaknya, namun sama sekali
tidak berhasil. Dia semakin marah dan melepaskan tangan
kanannya dari gagang tombak, melangkah maju dan
menghantamkan tangan kanannya dengan kepalan yang
besar itu ke arah muka Han Beng! Pemuda itu menyambutnya
dengan tangan kiri yang terbuka.
"Plakkkk!" Kepalan tangan kanan kepala bajak yang kuat
dan besar itu bertemu dengan telapak tangan Han Beng yang
segera mencengkeram, dan kepala bajak itu menjerit-jerit
kesakitan, mencoba untuk menarik tangannya namun tidak
dapat terlepas. Dua orang bajak menyerang dengan golok,
namun dua kali kaki Han Beng melayang dan tubuh dua orang
itu pun terlempar keluar dari perahu!
"Aduh, ampun.............. aduhhhhh, ampun............. Taihiap.............
!" Kepala bajak itu mengaduh-aduh karena
kepalan tangan yang dicengkeram itu seperti dipanggang
dalam api saja rasanya. Panas dan nyeri bukan main, sampai
menusuk ke tulang sumsum dan meremas jantung.
"Hemmm, orang macam engkau ini seharusnya dibasmi!"
kata Han Beng sambil mendorongkan tangannya dan
cengkeramannya dilepaskan. Kepala bajak itu terjengkang dan
dia memegangi tangan kanannya yang tulang-tulangnya
remuk itu dengan tangan kiri, mengaduh-aduh. Ketika dia
melihat anak buahnya masih memegang goloknya, dia
membentak.
"Buang senjata kalian dan berlutut minta ampun kepada
Tai-hiap!"
Sisa bajak yang tinggal lima orang itu dengan ketakutan
lalu membuang golok mereka dan menjatuhkan diri berlutut,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengangguk-angguk seperti sekumpulan ayam mematuki
beras sambil minta ampun.
Sepuluh orang bajak yang terlempar ke air sungai tadi tidak
menderita luka. Mereka berenang dan menuju ke perahu kecil,
dengan maksud untuk menangkap gadis cantik di perahu itu.
Akan tetapi, mereka disambut hantaman dayung oleh Giok Cu.
Biarpun ada yang mencoba untuk menyelam dengan maksud
menggulingkan perahu, namun dayung itu tetap saja dapat
menghantam mereka dalam air dan berturut-turut, sepuluh
orang bajak sungai itu pingsan dan tubuh mereka hanyut
perlahan-lahan?
Han Beng melihat hal itu. Dia khawatir kalau bajak-bajak
yang dipukuli dayung oleh Giok Cu itu tewas, maka dia pun
berkata kepada para bajak, "Kalian selamatkan dulu kawankawan
kalian itu!"
Kepala bajak yang masih meringis kesakitan karena bukubuku
jari tangan kanannya patah-patah, memerintah, "Cepat
tolong mereka!" Dan lima orang anak buahnya itu berloncatan
ke air, berenang dan masing-masing menjambak rambut dua
orang kawan yang pingsan dan menyeret mereka ke perahu.
Biarpun dengan susah payah, akhirnya mereka berhasil juga
menyeret tubuh sepuluh orang bajak yang pingsan itu ke atas
perahu.
"Ampun, Taihiap Kami seperti buta saja, tidak mengenal
seorang gagah. Bukankah Tai-hiap ini Huang-ho Sin-liong?"
Han Beng mengangguk. "Sebetulnya, sudah menjadi
tugasku untuk membunuh kalian semua!"
"Ampun, Tai-hiap, ampunkan kami ........... kami tidak
mengenal Tai-hiap maka berani berbuat lancang.........."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hmmm, keparat kau! Jadi kalau berhadapan dengan yang
kuat kalian tidak berani, akan tetapi kalau berhadapan dengan
orang lemah kalian lalu berbuat jahat dan sesuka hati kalian?"
"Ampun, kami tidak berani lagi....." kata kepala bajak.
Pada saat itu, nampak bayangan berkelebat dan Giok Cu
telah berdiri di perahu itu. Melihat ini, kepala bajak dan anak
buahnya menjadi semakin terkejut. Baru mereka tahu bahwa
bukan hanya Huang-ho Sin-liong yang lihai, bahkan nona yang
cantik itu pun lihai bukan main. Dari caranya merobohkan
sepuluh orang bajak di air dan caranya meloncat dari perahu
kecil ke perahu besar saja sudah membuktikan kelihaiannya.
"Han Beng, kenapa tidak kau bunuh saja semua tikus
sungai ini?" kata Giok Cu, sengaja berkata demikian untuk
menakut-nakuti mereka. Dan benar saja, mendengar ucapan
itu, kepala bajak dan anak buahnya yang kini banyak yang
sudah siuman dari pingsan, segera mengangguk-angguk
sambil berlutut ke arah gadis itu.
"Lihiap, ampunkan kami .......... kami bertaubat ..................."
"Ingin kami mengetahui, bagaimana caranya kalian akan
bertaubat. Kalau sekarang kami mengampuni kalian, lalu
kalian kembali akan merajalela dengan perahu kalian ini dan
menghadang orang-orang untuk dibajak?" tanya Han Beng.
"Ampun, kami tidak berani lagi. Dahulunya kami adalah
nelayan yang mencari ikan dan menjual tenaga untuk
mengangkut barang dagangan dengan perahu. Kami akan
kembali bekerja seperti dulu ............. "
"Hemmm, hendak kami lihat apakah kalian akan
memegang janji ini. Sekali ini kami suka membebaskan kalian,
akan tetapi ingat, kalau satu kali lagi kami mendapatkan kalian
membajak, kami tidak akan mengampuni kalian lagi!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baik, Tai-hiap. Dan terima kasih, Tai-hiap, Li-hiap!" Kepala
bajak itu dengan girang mengangguk-anggukkan kepalanya
dan dia sudah lupa akan tangannya yang nyeri bukan main.
"Mari, Giok Cu, kita lanjutkan perjalanan." Mereka berdua
lalu meloncat ke dalam perahu kecil mereka dan menyuruh
tukang perahu mengembangkan layar agar pelayaran dapat
dipercepat.
Akan tetapi tukang perahu itu bahkan mendayung
perahunya ke tepi. "Maafkan, saya tidak berani lagi
melanjutkan. Pengalaman tadi sudah cukup bagi saya. Saya
harus mengingat nasib anak isteri di rumah. Kalau saya mati di
dalam pelayaran ini, biarpun Ji-wi membayar banyak,apa
gunanya uang?"
Giok Cu dan Han Beng saling pandang. Lalu Giok Cu
berkata, "Kami membutuhkan perahu ini. Kalau engkau tidak
berani mengantar kami pun tidak mengapa, akan tetapi
perahumu ini harus diserahkan kepada kami. Akan kubeli,
jangan khawatir. Kami bukan bajak-bajak macam tadi yang
suka merampas milik orang lain!"
Mendengar ini, tukang perahu itu memandang dengan
wajah berseri. Dia lalu memberi harga yang pantas dan tanpa
menawar lagi Giok Cu membayarnya. Tukang perahu itu
menghaturkan terima kasih dan cepat meninggalkan tempat
yang dianggapnya amat berbahaya itu.
"Wah, engkau mengeluarkan banyak uang untuk membeli
perahu ini, Giok Cu," kata Han Beng.
"Tidak mengapa, aku mempunyai uang, hasil menjual
gelang emas pemberian Subo dahulu. Sekarang perahu ini
milik kita, lebih leluasa dan dapat kita pergunakan selama kita
masih membutuhkan. Kalau sudah tidak kita pakai, dapat
dijual atau diberikan kepada nelayan miskin."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini mereka berdua melanjutkan perjalanan dan beberapa
hari kemudian perahu mereka 'pun mereka daratkan di kaki
Bukit Kim-hong-san. Tempat itu sunyi, maka Han Beng lalu
menarik perahu itu ke darat dan menyembunyikannya ke
semak belukar sehingga tidak nampak dari luar. Setelah itu
mereka melanjutkan perjalanan mendaki bukit.
ooOOoo
Liu Tai-jin menerima laporan pembantunya, yaitu Tabib Kui
Song dari Siong-an tentang pemberontakan itu dan tentang
keterlibatan Cang Tai-jin dengan para pemberontak.
Mendengar laporan yang lengkap ini, Liu Tai-jin merasa girang
sekali.
"Di mana adanya Huang-ho Sin-liong dan Nona Pendekar
itu sekarang?" tanyanya karena dia mempunyai keinginan
untuk menarik dua orang muda perkasa yang sudah berjasa
besar itu menjadi pembantunya.
"Sayang sekali, Tai-jin. Mereka berdua mengatakan bahwa
mereka sudah cukup memenuhi kewajiban dan mereka tidak
ingin terlibat dengan urusan pemerintah, juga mereka tidak
mengharapkan balas jasa. Mereka telah pergi karena masih
mempunyai banyak urusan pribadi yang harus mereka
selesaikan."
Pejabat tinggi itu menarik napas. "Sudah kuduga, memang
para pendekar itu lebih suka berkelana dengan bebas, tidak
mau terikat. Bagaimanapun juga, selama masih ada pendekarpendekar
seperti mereka itu, negara menjadi aman dan
kejahatan pun berkurang."
"Akan tetapi, Tai-jin, menurut keterangan yang saya
dapatkan, di antara para pemberontak itu pun terdapat banyak
mereka yang menamakan diri pejuang dan pendekar!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, di mana ada pendekar menjadi pemberontak? Kalau
memang rakyat tertindas, mereka akan menentang para
penindas. Akan tetapi, sekarang ini rakyat tertindas oleh
pejabat-pejabat yang korup. Kalau pemberontakan itu
dimaksudkan untuk merebut kekuasaan dan mencari
kedudukan, apalagi bersekutu dengan pejabat korup seperti
Cang Tai-jin, jelas bahwa pendekar yang bergabung di situ
adalah pendekar sesat! Orang yang pada dasarnya hanya
mencari kesenangan pribadi dan berkedok sebagai pendekar.
Lihat Huang-ho Sin-liong itu. Dialah seorang pendekar sejati!
Tidak mau menerima imbalan jasa, tidak mempunyai pamrih
keuntungan pribadi dalam sepak terjangnya. Sayang dia tidak
mau membantu kita, kalau kita memiliki tenaga seperti dia,
alangkah baiknya."
"Akan tetapi, kalau dia menjadi pembantu Tai-jin, berarti dia
menjadi seorang petugas negara, bukan seorang pendekar
lagi!"
Pembesar itu tersenyum. "Benar juga engkau. Nah,
sekarang kita harus mempersiapkan pasukan untuk
membasmi para pemberontak dan menangkap Cang Tai-jin!"
Liu Tai-jin lalu menghubungi panglima yang segera
mempersiapkan pasukan yang terdiri tidak kurang dari tiga
ribu orang. Berangkatlah pasukan itu dengan cepat menuju ke
Siong-an dan sarang pemberontak di bukit itu dikepung! Para
pemberontak menjadi terkejut sekali karena tidak menduga
bahwa rahasia mereka terbuka, tidak menduga bahwa tempat
itu demikian cepat dikepung pasukan pemerintah. Kim-bweeng
Gan Lok lalu memerirtahkan para pembantunya untuk
mengatur pasukan melakukan perlawanan. Juga orang-orang
Hui, di bawah pimpinan Yalami Cin, melakukan perlawanan
mati-matian. Namun, pertempuran itu hanya berlangsung
setengah hari saja. Banyak pemberontak dapat ditewaskan
atau dilukai dan lebih banyak lagi yang melarikan diri kocarkacir.
Kim-bwe-eng Gan Lok dan Kim-pauw-pang Pouw In
Tiong tewas dalam pertempuran itu. Akan tetapi Can Hong
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
San yang amat cerdik itu, sebelum keadaan terlalu berbahaya
bagi dirinya, sudah lebih dulu lolos dan melarikan diri dari
tempat itu. Begitu melihat bahwa persekutuan itu tidak
mempunyai harapan, dia pun cepat meninggalkannya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 21
Bahkan ketika dia pergi, dia masih sempat membawa
sekantung emas dari kamar "beng-cu" Gan Lok sehingga kini
di dalam buntalan pakaiannya, terdapat emas yang cukup
banyak! Dia maklum bahwa cita-cita besar itu telah runtuh dan
dia harus dapat menemukan pegangan lain yang lebih kuat.
Ayahnya telah tiada, dan dia sekarang hidup seorang diri,
maka dia harus dapat menggantikan kedudukan ayahnya yang
pernah jaya! Ayahnya telah gagal dalam usahanya
memperoleh kedudukan tinggi. Selama dua tahun ayahnya
meninggalkan dia, meninggalkan pertapaannya di Himalaya
untuk bertualang dan dari ayahnya dia mendengar bahwa
ayahnya telah mendirikan suatu kelompok penganut atau
penyembah Thian-te Kwi-ong (Raja Iblis Bumi Langit) dan
menurut ayahnya, banyak orang yang sudah menjadi
pengikutnya, dan yang menyebarkan kepercayaan itu,
terutama sekali adanya seorang murid dan pembantunya,
yaitu Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu! Dia itulah yang harus
dicarinya. Dia harus menggantikan kedudukan ayahnya,
mengepalai kelompok itu dan memperkuat diri!
Dia sama sekali tidak merasa menyesal bahwa dia telah
membunuh ayahnya sendiri. Ayah kandungnya. Kalau tidak
dibunuhnya, tentu dia yang mati di tangan ayahnya. Bahkan
kebetulan sekali ayahnya mati, karena dia dapat malang,
melintang, menggantikan kedudukan ayahnya. Dia pernah
mendengar dari ayahnya akan nama tokoh-tokoh dunia kangouw
yang kiranya akan dapat dijadikan sekutunya. Mereka itu
selain Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu, juga Ban-tok Mo-li
Phang Bi Cu, yang tinggal di Ceng-touw. Kemudian Siangkoan
Hok, kepala bajak laut yang tinggal di Pulau Hiu, dan Ouw Kok
Sian, majikan daerah pegunungan Liong-san. Dia harus
menemui mereka, mengajak mereka bersekutu dengan
menggunakan nama ayahnya. Kalau mereka tidak mau, akan
dipaksanya!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah, pada suatu pagi tibalah dia di kota Ceng-touw
di Propinsi Shan-tung. Tidak sukar baginya untuk menemukan
rumah Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu yang amat terkenal di dunia
kang-ouw. Setelah menemukan rumah Ban-tok Mo-li, rumah
yang megah dan indah itu, dia pun langsung saja memasuki
pekarangan rumah dengan sikap yang amat tenang.
Memang rumah itu tempat tinggal Ban-tok Mo-li Phang Bi
Cu. Sekitar enam tujuh tahun yang lalu, Bu Giok Cu pernah
tinggal di tempat itu sebagai murid Ban-tok Mo-li yang cantik
dan lihai. Akan tetapi sekarang, keadaan wanita iblis itu sudah
mengalami banyak perubahan. Kini Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu
sudah berusia lima puluh tujuh tahun, sudah seorang nenek.
Akan tetapi nenek yang bagaimana! Biarpun usianya sudah
ima puluh tujuh tahun, ia masih nampak cantik pesolek,
dengan pakaian mewah! Dan tentang ilmu kepandaian, ia
malah lebih lihai dan lebih matang dibandingkan tujuh tahun
yang lalu. Seperti kita ketahui, tujuh tahun yang lalu, karena
tidak cocok dengan perbuatan gurunya yang menjadi pengikut
penyembah Thian-te Kwi-ong dan menjadi kekasih Lui Seng
Cu, tokoh sesat yang memimpin kelompok penyembah Raja
Iblis itu, Giok Cu, melarikan diri dari rumah itu. Ia dikejar oleh
Ban-tok Mo-li dan Lui, Seng Cu, dan tentu sudah tertawan
kembali kalau saja tidak ditolong oleh Hek-bin Hwesio dan
kemudian menjadi muridnya.
Sejak dihajar oleh Hek-bin Hwesioi itulah, Ban-tok Mo-li dan
Lui Seng Cu lebih banyak berdiam di rumah. Akan tetapi
mereka tidak tinggal diam, sebaliknya mereka berdua itu
menggembleng diri dengan bermacam ilmu, menggabungkan
ilmu mereka berdua, dan selain itu juga mereka
memperkembang-luaskan! penyembahan Thian-te Kwi-ong
sehingga memperoleh banyak sekali pengikutl Dengan ilmu
silat dan sihir yang dikuasa Lui Seng Cu, mereka dapat
menarik minat banyak orang, terutama sekali dari dunia sesat.
Bahkan kini, untuk melakukan upacara sembahyang pemujaan
Thian-te Kwi-ong, di samping kanan rumah Ban-tok Mo-li
didirikan sebuah bangunan seperti kelenteng dan di sini
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ditaruh sebuah patung Thian-te Kwi-ong yang menyeramkan.
Dan mulai terkenallah suatu aliran kepercayaan atau agama
baru yang dikenal dengan sebutan Thian-te-kauw (Agama
Bumi Langit)!
Namun, tidak seperti agama lain yang menganjurkan
kehidupan beribadat dan saleh, di mana para petugasnya
mengenakan pakaian sederhana bahkan ada yang diharuskan
mencukur rambut, berpantang makanan bernyawa dan
pantang kesenangan duniawi, para pengikut Thian-te-kauw ini
tidak ada pantangan apa pun! Bahkan para anggauta yang
bekerja di dalam kelenteng itu, baik prianya maupun
wanitanya, terdiri dari orang-orang muda yang tampan dan
cantik, mengenakan pakaian serba indah pesolek, berdandan
dan berias muka! Satu-satunya tanda bahwa mereka adalah
petugas dan anggauta Thian-te-kauw hanyalah adanya
lencana di dada mereka, tanda gambar bulatan Im Yang
berwarna merah dan putih!
Banyak orang berduyun datang untuk menjadi anggauta,
atau sekedar untuk bersembahyang di dalam kelenteng itu
minta berkah, minta ringan jodoh, obat, rejeki dan sebagainya.
Atau ada yang hanya ingin mengagumi para pelayan
kelenteng yang cantik-cantik dan tampan-tampan! Dan lebih
daripada itu, mereka itu murah senyum, mudah bergaul dan
mudah pula diajak kencan!
Akan tetapi, keadaan yang menyenangkan dan menarik
minat masyarakat biasa ini hanya di luar saja. Di sebelah
dalam, Lui Seng Cu yang dibantu Ban-tok Mo-li memperkuat
diri! Mereka menarik banyak tokoh sesat untuk bergabung dan
bersekutu, juga di samping itu, para anggauta yang sudah
dipercaya, lalu digembleng ilmu silat sehingga kini jumlah
anggauta Thian-te-kauw yang sudah lihai ilmu silatnya
terdapat ratusan orang. Mereka ini lalu disebar ke daerah lain
untuk memperkembangkan Thian-te-kauw. Selama tujuh
tahun saja, Thian-te-kauw meluas dan memiliki cabang di
banyak tempat, dengan kelenteng-kelenteng yang mewah dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menyenangkan. Mulailah banyak uang mengalir masuk,
karena pandainya para anggauta Thian-te-kauw menyebar
berita bahwa kelenteng Thian-te-kauw amat manjur dan
bahwa Thian-te Kwi-ong memenuhi segala permintaan orang.
Mungkin karena amat percaya, maka banyak orang terkabul
keinginan hati mereka setelah melakukan sembahyang di
kelenteng Thian-te-kauw, dan untuk imbalan, mereka memberi
sumbangan yang besar sehingga Thian-te-kauw, dalam waktu
tujuh tahun saja, menjadi perkumpulan agama baru yang
kaya!
Demikianlah keadaan Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu dan Lui
Seng Cu sekarang. Lui Seng Cu dahulunya merupakan
seorang perampok tunggal yang ditakuti karena dia lihai
sekali. Terutama sekali permainan goloknya amat dahsyat.
Golok besarnya itulah yang membuat dia di juluki orang Hokhouw
Toa-to (Si Golok Besar Penaluk Harimau). Akan tetapi
setelah dia bertemu dan ditalukkan oleh mendiang Cui-beng
Sai-kong, dia lalu menjadi murid dan pembantu datuk besar
itu, bahkan lalu menjadi penyebar kepercayaan baru yang
memuja Thian-te Kwi-ong itu. Melalui kepercayaan ini pula dia
berhasil memikat hati Ban-tok Mo-li yang kemudian menjadi
pembantu dan juga kekasihnya. Bahkan tempat tinggal Bantok
Mo-li di kota Ceng-touw dijadikan pusat Thian-te-kauw!
Ketika Can Hong San memasuki pekarangan dan melihat
banyak orang mendatangi bangunan kuil di sebelah rumah
besar itu, dia pun tertarik dan menuju ke kuil itu. Di depan kuil
itu dia melihat papan yang bertulisan dengan huruf besar
THIAN TE KAUW dan dia pun menahan senyumnya. Agaknya
pembantu dan murid ayahnya, Hok-houw Toa-to Li Seng Cu
bekerja dengan amat baiknya menyebar-luaskan agama baru
itu, pikirnya. Kalau ayahnya masih hidup, tentu dia akan
senang sekali. Kini karena ayahnya sudah tidak ada, dialah
yang senang. Thian-te-kauw! Inilah sesuatu yang dapat
dijadikan dasar untuk memperkuat diri! Dan dia sudah
sepatutnya menjadi ketua Thian-te-kauw! Kiranya, selain
ayahnya, hanya dia seorang yang mampu mengubah diri
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi Thian-te Kwi-ong! Dia lalu memasuki kuil dan melihatlihat
keadaan. Seorang anggauta Thian-te-kauw yang
bertugas di kuil itu menghampirinya. Dia seorang pria muda
yang tampan dan usianya kurang lebih dua puluh tahun,
namun sikapnya ramah sekali, keramahan yang merupakan
syarat dari tugasnya.
“Selamat pagi, Kongcu. Dapatkah saya membantumu?
Hendak sembahyang apakah ? Pemujaan? Atau pernyataan
syukur?"
Hong San tersenyum. Dia melihat betapa para petugas di
kuil itu semua masih muda dan para tamu pria dilayani
pelayan pria yang muda dan tampan, pura tamu wanita
dilayani gadis-gadis yang manis pula. Tidak seperti kuil biasa.
Mereka berpakaian seragam putih kuning, bukan jubah
pendeta, dan hanya di dada mereka terdapat tanda anggauta
Thian-te-kauw.
"Terima kasih, aku ingin sembahyang dan ada
permohonan," katanya.
Pelayan kuil itu mendekat dan bertanya dengan suara lirih.
"Permohonan apakah, Kongcu? Jodoh? Rejeki? Pangkat?
Obat?"
Hong San juga berbisik ketika menjawab, "Aku ingin
mengajukan permohonan agar berhasil menjadi ketua sebuah
perkumpulan."
Pemuda itu terbelalak dan menatap wajah Hong San.
"Kongcu masih semuda ini sudah memiliki cita-cita besar!
Sungguh mengagumkan! Kedudukan ketua? Kedudukan......
itu sama dengan pangkat. Mari, Kongcu, jangan khawatir, saya
akan memberi petunjuk bagaimana caranya melakukan
sembahyang mengajukan permohonan." Dengan cekatan dan
menyenangkan, pemuda itu lalu menjadi penunjuk cara
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bersembahyang. Hong San menurut saja dan setelah
bersembahyang mengajukan permohonannya untuk "menjadi
ketua perkumpulan" tanpa menyebut nama perkumpulan itu,
dia dianjurkan untuk mengambil jawaban melalui "ciam", yaitu
batang-batang bambu yang bernomor. Setelah memperoleh
nomor jawaban, pelayan kuil itu mengambilkan kertas bertulis
yang nomornya sama dengan nomor batang bambu yang
terpilih oleh Hong San. Hong San menerima kertas itu dan
membaca syair yang ditulis dengan indahnya.
Bulan sedang cemerlang
langit tiada awan
hindari bayang-bayang
agar mencapai tujuan.
"Boleh saya tafsirkan syair jawaban ini untukmu, Kongcu?"
tanya Si Petugas.
Hong San tersenyum. Tidak ditafsirkan pun dia sudah tahu,
akan tetapi dia hendak melihat bagaimana petugas itu
bergaya. Diberikannya kertas jawaban itu. Si Petugas yang
masih muda membacanya lalu mengangguk-angguk dengan
wajah cerah.
"Aih, ternyata Thian-te Kwi-ong memberkahimu, Kongcu.
Permohonanmu terkabul! Coba dengarkan. Bulan sedang
cemerlang, langit tiada awan, berarti bahwa waktunya amat
baik bagi Kongcu dan tidak terdapat halangan sesuatu untuk
mencapai tujuan. Akan tetapi di sini ada kalimat hindari
bayang-bayang agar mencapai tujuan. Kongcu diperingatkan
agar berhati-hati dan jangan tergoda, jangan goyah dan
mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada kedudukan ketua
yang hendak Kongcu capai. Nah, jawaban ini jelas dan juga
amat baik, bukan?"
Hong San mengangguk dan tersenyum. Dia dapat
menduga bahwa tentu semua jawaban di kuil itu mengandung
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
harapan yang menyenangkan bagi para tamu, dengan diberi
syarat tertentu. Kalau dia gagal, misalnya, maka jawaban itu
tetap tepat karena bukankah di situ sudah diperingatkan
tentang bayang-bayang yang harus dihindarkan? Kalau gagal
berarti dia tidak berhasil menghindarkan bayang-bayang itu!
Sungguh jawaban yang amat cerdik. Menyenangkan dan
memberi harapan sekaligus juga bersyarat untuk menjaga
kegagalan.
Dia mengucapkan terima kasih dan menyerahkan
sumbangan yang cukup besar. Petugas itu menerima dengan
gembira. "Semoga Thian-te Kwi-ong memberkatimu, Kongcu.
Untung sekali Kongcu datang hari ini karena mulai besok,
selama tiga hari, kuil akan tutup dan tidak menerima tamu."
"Eh, kenapa?"
"Perkumpulan kami akan mengadakan perayaan ulang
tahun untuk ke tiga kailnya bagi Kauw-cu (Kepala Agama)
kami."
"Kenapa harus ditutup?"
"Karena kami seluruh petugas harus menghadiri upacara
perayaan itu yang akan diadakan di sini. Terpaksa tidak
melayani umum selama tiga hari."
"Jadi yang boleh hadir hanyalah para anggauta Thian-tekauw?"
"Benar, Kongcu. Tentu saja ada pula tamu-tamu yang
diundang, yaitu sahabat dari para pimpinan kami. Nah,
selamat jalan, Kongcu. Semoga Kongcu berhasil menjadi
ketua perkumpulan itu. Oya, perkumpulan apakah itu,
Kongcu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sambil melangkah pergi, Hong San menjawab singkat,
"Thian-te-kauw."
Petugas itu terbelalak dan bengong memandang Hong San
yang melangkah pergi meninggalkan kuil. Dia ragu-ragu Keliru
dengarkah dia? Ataukah ada nama perkumpulan yang sama?
Ataukah pemuda yang nampaknya kaya raya itu memang
sinting? Kemudian dia mengangkat pundak. Bagaimanap juga,
pemuda itu telah memberi derma yang cukup banyak untuk
kuil mereka. Dia pun melupakan Hong San dan melayani tamu
lain. Hari itu memang banyak tamu berkunjung ke kuil karena
sudah tersiar kabar bahwa kuil Thian-te-kauw atau juga kuil
Thian-te Kwi-ong akan berlibur dan ditutup selama tiga hari.
Mendengar laporan petugas tadi bahwa mulai besok Thiante-
kauw akan mengadakan perayaan ulang tahun dari kauwcu,
Hong San tidak jadi berkunjung kepada Ban-tok Mo-li.
Sebaliknya, dia mencari keterangan tentang Thian-teauw
kepada penduduk Ceng-touw dan mendengar bahwa kauw-cu
(ketua agama) Thian-te-kauw adalah Hok-houw Toa-to Lui
Seng Cu, sedangkan Ban-tok Mo-li adalah pangcu (ketua
perkumpulan) Thian-te-pang yang berdiri sebagai
perkumpulan yang mengurus tentang Thian-te-kauw dan
penyebarannya. Dia lalu kembali ke rumah penginapan di
mana ia menyewa sebuah kamar. Kini tahulah dia bahwa
murid mendiang ayahnya itu mengangkat diri menjadi ketua
Thian-kauw dan agaknya ada persekutuan antara dia dengan
Ban-tok Mo-li yang nenjabat ketua perkumpulan Thian-tepang.
Baik sekali pikirnya dan dia mengambil keputusan untuk
mengangkat diri menjadi ketua umum di atas kedua orang
pemimpin itu, baik secara halus maupun Kasar. Untuk itu dia
telah membuat persiapan. Bagaimanapun juga, murid ayahnya
itu masih setia menggunakan patung buatan ayahnya, yaitu
patung Thian-te Kwi-ong yang menyeramkan, presis wajah
patung itu dengan topeng yang dibawanya untuk keperluan
mengubah diri menjadi Thian-te Kwi-ong! Ilmu mengubah diri
dengan penyamaran yang amat rapi ini dia pelajari dari
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ayahnya, berikut ilmu sihir dan penggunaan obat pasang yang
mengeluarkan asap tebal.
ooOOoo
Keterangan yang diberikan petugas kuil kepada Hong San
itu memang benar. Thian-te-kauw yang urusan luarnya
dilaksanakan oleh perkumpulan Thian-te-pang, akan
mengadakan perayaan ulang tahun dari ketua perkumpulan
agama itu. Ketua Thian-te-kauw adalah Hok-houw Toa-to Lui
Seng Cu dan kalau semua anggauta mengenakan pakaian
biasa walaupun para petugas kuil berseragam kuning putih,
namun ketuanya ini kalau bertemu dengan orang luar atau
kalau kebetulan keluar dari kuil selalu mengenakan jubah
longgar berwarna kuning walaupun rambutnya tidak dicukur.
Tiga tahun yang lalu, setelah bersama Ban-tok Mo-li berhasil
mengembangkan Thian-te-kauw, Hok-houw Toa-to Lui Seng
Cu secara resmi, disaksikan semua anggauta dan para tamu
undangan, menyatakan dirinya sebagai kauw-cu (kepala
agama) dari Thian-te-kauw. Sedangkan Ban-tok Mo-li Phang
Bi Cu diangkat menjadi pangcu (ketua perkumpulan) dari
Thian-te-pang.
Karena kedua orang ketua ini dapat bekerja sama dengan
amat baiknya dan keduanya memang merupakan tokoh-tokoh
yang berkepandaian tinggi, maka Thian-te-pang menjadi
perkumpulan yang besar dan berpengaruh, sedangkan Thiante-
kauw juga menarik banyak orang menjadi anggautanya.
Kedua orang tokoh ini tidak bodoh. Mereka tidak mau lagi
sembarangan melakukan upacara korban kepada Thian-Te
Kwi-ong dengan darah pemuda dan perawan. Kalau hal ini
mereka lakukan, maka mereka melaksanakannya dengan
sembunyi dan hanya untuk kepentingan mereka memperkuat
ilmu hitam mereka saja. Bagi para anggauta dan penganut,
korban berupa sumbangan barang berharga atau uang.
Untuk menyambut perayaan peringatan ulang tahun yang
ke tiga, semua anggauta Thian-te-pang datang berkumpul.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jumlah mereka tidak kurang dari tiga ratus orang! Dan mereka
juga mengundang sahabat-sahabat mereka yang terdiri dari
tokoh-tokoh dunia kang-ouw para tokoh sesat yang biarpun
tidak menjadi anggauta Thian-te-pang dan bukan penganut
Thian-te-kauw, namun merupakan sahabat dari Ban-tok Mo-li
atau dari Lui Seng Cu.
Sejak pagi, sudah berdatangan para anggauta dari luar
daerah Ceng-touw utusan dari cabang-cabang, dan
berdatangan pula para undangan, yaitu tokoh-tokoh kang-ouw
yang jumlahnya lebih dari dua puluh orang. Di antara mereka
yang mendapat tempat kehormatan di panggung bersama dua
orang ketua itu adalah para sahabat lama seperti Siang koan
Bok dengan puteranya Siangkoan Tek, Ouw Kok Sian dengan
muridnya Ban To dan masih banyak lagi. Dua orang murid
utama Thian-te-pangcu Lui Seng Cu, yaitu Siok Boan dan Poa
Kian So menjadi penyambut para tamu undangan itu dan
mereka berdua mempersilakan para tamu yang terpilih untuk
duduk di panggung kehormatan. Yang lainnya duduk di kursi
sebelah bawah bersama utusan dari cabang-cabang,
kemudian paling belakang duduk para anggauta Thian-tepang.
Di atas panggung yang luas itu, selain kursi para pengurus
dan para undangan yang mendapat tempat kehormatan juga
terdapat sebuah meja sembahyang besar penuh dengan
hidangan sembahyang dan di belakang meja berdirilah sebuah
patung yang menyeramkan, yaitu patung Thian-te Kwi-ong
yang mereka sembah dan puja.
Dengan sikap ramah pang-cu dan kauw-cu yang duduk
sebelah menyebelah di atas panggung menyambut para tamu
yang sebelum dipersilakan duduk lebih dahulu memberi
hormat kepada mereka sambil mengucapkan selamat.
Sebagai Thian-te Pang-cu, Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu nampak
anggun berwibawa. Dalam usianya yang sudah hampir enam
puluh tahun itu, wanita ini masih nampak mu dan cantik. Hal ini
dibantu sekali ole wataknya yang pesolek, dengan pakai serba
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
indah terbuat dari sutera ya mahal, rambutnya yang disanggul
ke atas dihiasi perhiasan emas permata dan san bil
tersenyum-senyum manis nenek itu duduk mengipasi dirinya
dengan sebuah kipas yang dipegang di tangan kirinya. Setiap
kali menerima kehormatan dari tamu yang baru tiba, ia
menutup kipas itu dan membalas penghormatan dengan
merangkap kedua tangan di depan dada. Dilihat begitu saja, ia
merupakan seorang nenek yang masih cantik dan pesolek,
dan kipas itu nampaknya seperti perlengkapan pakaian saja
atau untuk bergaya. Akan tetapi, bagi yang sudah, mengenal
siapa Ban-tok Mo-li, akan memandang kipas yang indah itu
dengan hati ngeri dan gentar. Mereka tahu bahwa kipas di
tangan wanita itu merupakan sebuah senjata yang ampuh dan
berbahaya sekali.
Di sebelah kanan Ban-tok Mo-li duk Lui Seng Cu yang
berjuluk Hok-hoi Toa-to dan yang menjadi Thian-te Kauw-Cu
atau Kepala Agama. Dia mengenakan pakaian jubah kuning
yang juga terbuat dari sutera mahal, dan rambutnya yang
masih nampak hitam itu diikat dengan kain sutera putih. Kakek
ini usianya sudah enam puluh tahun, akan tetapi dia nampak
jauh lebih muda. Hal ini yang dipakai untuk berpropaganda
bahwa penyembah Thian-te Kwi-ong akan diberkahi umur
panjang dan awet muda. Dengan sikap yang dibuat-buat
seperti sikap seorang alim, dia menyambut para tamu yang
datang mengucapkan selamat kepadanya.
Akhirnya tibalah saatnya upacara dimulai. Pertama-tama
akan diadakan sembahyangan besar-besaran. Seorang di
antara murid-murid Thian-te-pang sudah membakar ujung hioswa
dan kedua orang ketua itu sudah bangkit dari tempat
duduk mereka. Akan tetapi pada saat itu, di depan tempat
perayaan, tepat di tengah-tengah lorong yang menuju ke situ,
nampak asap tebal mengepul setelah terdengar suara ledakan
keras. Tentu saja semua orang menjadi kaget, tidak terkecuali
dua orang ketua itu. Mereka sudah berloncatan menuju ke
halaman itu. Akan tetapi, setelah asap tebal itu perlahan-lahan
buyar tertiup angin dan akhirnya terbang ke udara, di situ tidak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
nampak sesuatu. Semua orang bertanya-tanya siapa
gerangan yang menimbulkan ledakan yang diikuti asap tebal
itu. Tidak nampak seorang pun di situ yang asing bagi mereka.
Lui Seng Cu saling pandang dengan Phang Bi Cu. Kedua
orang ketua ini terkejut dan heran. Akan tetapi diam-diam Lui
Seng Cu merasa ngeri. Asap tebal itu mengingatkan dia akan
gurunya, yaitu Cui-beng Sai-kong. Akan tetapi, tidak mungkin
gurunya muncul seperti itu, apalagi sekarang tidak nampak
seorang pun manusia di dalam asap tebal itu. Semenjak gagal
dalam usahanya mengadu domba antara para to-su dan para
hwesio, Cui-beng Sai-kong melarikan diri dan tak pernah pula
Lui Seng Cu mendengar tentang gurunya itu, apalagi bertemu.
Dan dia pun segera melegakan hatinya. Andaikata benar
gurunya yang datang, dia tidak perlu takut karena bukankah
selama ini dia berjasa dengan mengembangkan Thian-tekauw
yang didirikan oleh Cui-beng Sai-kong?
Setelah masing-masing menerima segenggam hio-swa
(dupa biting) dari seorang petugas, dua orang ketua itu
menghadap ke arah patung Thian-te Kwi-ong di belakang
meja sembahyang untuk mulai sembahyang, disaksikan oleh
semua tamu dan juga para anggauta Thian-te-kauw yang
sudah menjatuhkan diri berlutut dan menghadap ke arah
patung intuk ikut menghormati patung itu.
Akan tetapi pada saat itu terdengar suara yang datangnya
dari patung itu! “Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu, engkau telah
mengkhianati Thian-te Kwi-ong!"
Tentu saja Lui Seng Cu dan juga Ban-tok Mo-li terkejut
bukan main. Bahkan Lui Seng Cu menatap patung itu iengan
muka berubah pucat, dan timbul lagi dugaannya bahwa
gurunya tentu telah hadir di situ walaupun belum
memperlihatkan diri. Agaknya gurunya bersembunyi di balik
patung itu, maka dengan sikap hormat dia menghadap ke arah
patung dan berkata, suaranya lirih.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu yang mulia harap suka memperlihatkan diri dan
mendengarkan keterangan teecu. Sama sekali teecu (murid)
tidak pernah mengkhianati Thian-te Kwi-ong."
"Hemmm, masih hendak menyangkal? Engkau mengangkat
dirimu sendiri menjadi kauw-cu, engkau bahkan mendirikan
Thian-te-pang dan mengangkat seorang wanita menjadi pangcu,
bukankah itu mengkhianati pendiri Thian-te-kauw?"
Lui Seng Cu menjadi semakin ketakutan. "Harap Suhu
ampunkan teecu, karena teecu tidak tahu ke mana harus
mencari Suhu, maka teecu bertindak sendiri tanpa
sepengetahuan Suhu. Teecu tidak bermaksud hendak
mengkhianati........”'
"Aku bukan Suhumu!" kata suara iti dan tiba-tiba dari
belakang patung nampak bayangan orang berkelebat dan
tahu. tahu di atas meja sembahyang telah berdiri seorang
pemuda tampan! Terkejut dan marahlah Lui Seng Cu yang
merasa dipermainkan, apalagi melihat pemuda itu berani
berdiri di atas meja yang dikeramatkan!
"Siapa engkau?" bentaknya marah.
Hong San tersenyum mengejek. Dia tadi menggunakan
peledak mendatangkan asap tebal untuk mencari kesempatan
menyelinap tanpa diketahui orang dan bersembunyi di balik
patung. Kini dia berdiri tegak dan memandang kepada Lui
Seng Cu, matanya mencorong tajam dan terdengar suaranya
lantang, terdengar oleh semua anggauta dan tamu yang hadir
di tempat itu.
"Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu dan seluruh penganut
Thian-te-kauw, dengarlah baik-baik. Pendiri Thian-te-kauw,
yaitu yang mulia Cui-beng Sai-kong Can Siok telah
meninggalkan dunia ini dan telah bersatu dengan junjungan
kita Thian-te Kwi-ong! Dan sebagai pengganti atau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
penerusnya, ada seorang puteranya, yaitu aku sendiri.
Namaku Can Hong San dan mendiang ayah Can Siok telah
mewariskan kepemimpinan Thian-te-kauw kepadaku. Akulah
yang berhak memimpin Thian-te-kauw dan menunjuk para
pimpinan yang membantuku. Li, Seng Cu telah bertindak
lancang tanpa perkenanku yang melanjutkan kepemimpinan
Ayahku!"
ooOOoo
Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu pernah mendengar dari Cuibeng
Sai-kong bahwa gurunya itu memang mempunya
seorang putera, akan tetapi dia tidak pernah bertemu dengan
putera suhunya itu. Suhunya berasal dari tempat yang amat
jauh, yaitu di Pegunungan Himalaya dan ketika dia bertemu
dengannya orang sakti itu sedang dalam perantauan. Dia tidak
pernah mendapat kesempatan berkunjung ke tempat asal
gurunya itu. Kini, mendengar bahwa pemuda tampan itu
mengaku putera Cui-ben Sai-kong, apalagi katanya berhak
untuk meneruskan kepimpinan Cui-beng Sai kong yang
dikatakan telah bersatu dengan Thian-te Kwi-ong atau telah
meninggal dunia, tentu saja dia tidak mau menerima semudah
itu. Apalagi dia telah dipermainkan dan direndahkan di depan
semua anggauta dan para tamu, oleh seorang pemuda asing!
Pemuda ini berani memaki dia sebagai seorang
pengkhianat. Padahal, dialah kauw-cu dari Thian-te-kauw,
orang nomor satu dari perkumpulan agama itu. Kalau yang
muncul ini gurunya, Cui-beng Sai-kong, tentu dia mau tunduk
karena gurunya itu selain sakti, juga terbukti bahwa gurunya
dapat mengubah dirinya menjadi dewa atau raja iblis presis
seperti patung itu. Maka, marahlah hatinya dan matanya
terbelalak memandang kepada pemuda yang berdiri secara
kurang ajar di atas meja sembahyang itu.
"Orang muda sombong dan lancang!" bentaknya dengan
suara mengguntur, "tidak kusangkal bahwa pendiri Thian-tekauw
adalah Suhuku Cui-beng Sai-kong, akan tetapi beliau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang memberi tugas kepadaku untuk menyebar-luaskan dan
mengembangkan Thian-te-kauw. Karena beliau tidak ada,
hanya akulah yang berhak menjadi kauw-cu! Engkau ini orang
muda sombong berani mengaku sebagai putera Suhu!
Sungguh kurang ajar!" Dia lalu memberi aba-aba kepada para
murid utama, "Kepung dan tangkap jahanam yang telah
menghina agama kita ini!"
Dua puluh lebih murid tingkat atas perkumpulan itu sudah
maju dan bergerak mengepung. Akan tetapi dengan gerakan
yang indah dan cepat seperti burung terbang saja, tubuh Hong
San sudah melayang turun dari atas meja sembahyang dan
berdiri di tengah ruangan, menghadapi tuan rumah dan para
tamu agung yang duduk di atas panggung kehormatan.
"Lui Seng Cu, beginikah sikap se¬orang kauw-cu? Hanya
garang kalau menyuruh anak buah mengeroyok? Aku bukan
musuh Thian-te-pang, bahkan aku pemimpin besarnya,
menggantikan kedudukan Ayahku, maka aku tidak melawan
anak buah Thian-te-pang, kecuali kalau mereka itu memang
patut dijatuhi hukuman. Biarlah para Saudara yang gagah dan
hadir di sini menjadi saksi. Aku Can Hong San adalah putera
pendiri Thian-te-kauw, maka tentu aku akan mampu
mengalahkan engkau yang hanya dua tahun saja dilatih silat
oleh mendiang Ayahku. Kalau aku kalah olehmu, engkau
berhak menjadi pemimpin Thian-te-kauw dan aku akan
mundur. Akan tetapi kalau engkau kalah olehku, itu
membuktikan bahwa keteranganku tadi semua benar."
"Suhu, biar teecu (murid) yang menghajar bocah sombong
ini!" terdengar teriakan dan dua orang pemuda berloncatan
dari kursi mereka menghadapi Hong San. Mereka itu adalah
dua orang murid utama Lui Seng Cu, yaitu Siok Boan yang
berusia dua puluh delapan tahun, berperut gendut dan
bertubuh gagah namun mukanya kekanak-kanakan, dan
sutenya bernama Poa Kian So yang bertubuh pendek dan
hidungnya pesek sekali. Mereka adalah dua orang murid
andalan Lui Seng Cu. Melihat guru mereka yang kini
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
berkedudukan tinggi sebagai kauw-cu itu dihina oleh seorang
pemuda asing, mereka sudah marah sekali dan tanpa
diperintah mereka maju mewakili guru mereka untuk
menghajar pemuda sombong itu.
"Aku akan bantu kalian menghajar bocah kurang ajar itu!"
terdengar bentakan lain dan seorang pemuda yang bertubuh
kurus kering dan bermuka pucat meloncat maju pula. Pemuda
kurus kering berusia dua puluh tujuh tahun ini adalah Ji Ban
To, murid dari datuk sesat Ouw Kok Sian yang juga hadir
ditempat itu bersama murid utamanya inii Sebetulnya antara
Ouw Kok Sian dan Luj Seng Cu hanya ada hubungan kenalan
yang saling menyegani saja dan tidak sepatutnya kalau Ji Ban
To yang datang mengikuti gurunya sebagai tamu kini langsung
turun tangan membantu tua rumah menghadapi seorang
lawan. Kalau hal ini dilakukan oleh Ji Ban To adalah karena
pemuda ini melihat betapa di situ hadir pula banyak murid
wanita Thian te-ka w, dan hampir semua murid atas anggauta
wanita ini masih muda dan cantik, juga rata-rata bersikap
genit. Inilah yang mendorongnya untuk terjun ke dalam
pertentangan itu, untuk menjual lagak dan memamerkan
kepandaian di depan para anggauta Thian-te-kau terutama
para anggauta wanitanya. Melihat muridnya maju tanpa
perintahnya Ouw Kok Sian hanya mengerutkan alis akan
tetapi tidak melarang karena dia pun ingin melihat muridnya
berjasa. Dia melihat betapa Thian-te-kauw makin banyak
pengikutnya dan Thian-te-pang menjadi perkumpulan yang
kuat dan kaya raya, maka amat baik untuk mendekati
perkumpulan ini.
Melihat majunya tiga orang pemuda ini, seorang pemuda
lain yang juga duduk sebagai tamu terhormat di atas
panggung, hanya tersenyum, senyum mengejek. Dia adalah
seorang pemuda tinggi kurus yang berwajah tampan dan
berpakaian mewah. Seorang pesolek yang berusia kurang
lebih dua puluh tujuh tahun. Pemuda ini bernama Siangkoan
Tek, yang datang bersama ayahnya pula, yaitu Siangkoan
Bok, majikan Pulau Hiu yang terkenal sebagai datuk para
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bajak laut di sepanjang pantai Shantung. Siangkoan Tek
seorang pemuda pesolek yang mata keranjang. Dia pun,
seperti Ji Ban to ingin memamerkan kepandaian dan membuat
jasa di Thian-te-pang untuk menarik perhatian para anggauta
perempuan perkumpulan itu. Akan tetapi Siangkoan Tek
memiliki watak yang angkuh. Dia merasa bahwa ilmunya jauh
lebih tinggi daripada tiga orang pemuda itu yang sudah
menjadi kenalannya sejak lama. Dia tidak mau merendahkan
diri dengan melakukan pengeroyokan.
Sementara itu, melihat tiga orang pemuda itu
menghadapinya dengan sikap menantang, Hong San
tersenyum mengejek. Dia bertanya kepada dua orang pemuda
yang maju lebih dulu.
"Apakah kalian berdua murid Lui Sei Cu dan kalian juga
anggauta Thian-te kauw?"
"Benar sekali!" jawab Siok Boan tegas. "Karena itu, kami
mewakili Su dan Thian-te-kauw untuk menghajarmu!"
"Bagaimana dengan engkau? Apakai engkau juga
anggauta Thian-te-kauw? Hong San bertanya kepada Ji Ban
To.
Ji Ban To menggeleng kepala. "Aku adalah seorang tamu,
murid dari Suh Ouw Kok Sian yang menjadi tamu kehormatan.
Sebagai seorang tamu yang baik, aku tidak dapat tinggal diam
saja melihat tuan rumah dihina orang, namaku Ji Ban To!"
Ketika mengeluarkan kata-kata ini, pemuda kurus kering itu
membusungkan dadanya yang kerempeng sambil mengerling
ke arah tempat duduk para gadis anggauta Thian-te-kauw
yang manis-manis itu.
Hong San tertawa mengejek. "Ha-ha-ha, kalian ini seperti
cucu-cucu muridku yang hendak melawan kakek guru. Nah,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
majulah, hendak kulihat sampai di mana kemajuan
kepandaian cucu-cucuku!"
Mendengar ucapan itu, tiga orang pemuda itu menjadi
marah bukan main. Mereka dianggap cucu-cucu murid! Tidak
ada penghinaan yang lebih hebat daripada itu, karena
dipandang rendah sekali.
"Can Hong San manusia sombong, sambutlah serangan
kami!" bentak Siok Boan yang mendahului sutenya,
menyerang dengan dahsyat sekali, menghantamkan kepalan
tangan kanan ke arah kepala Hong San. Sutenya, Poa Kian
So, juga mengeluarkan bentakan dan menyerang pula dari
samping kiri dengan ccngkeraman tangan kiri ke arah dada
Hong San.
Menghadapi serangan dua orang ini Hong San mengelak
dua kali dan pada saat itu, Ji Ban To memekik dan kaki
kanannya menendang. Kaki itu kurus hanya tulang dibungkus
kulit, akan tetapi karena terlatih dan tendangan itu memang
dahsyat, maka tidak boleh dipandang ringan. Hong San juga
mengelak dengan miringkan tubuhnya. Dia membiarkan tiga
orang pengeroyoknya mengepung dan melancarkan serangan
bertubi kepadanya. Semua serangan itu dengan mudah dapat
dia gagalkan dengan elakan atau tangkisan. Dia belum
mempergunakan kepandaiannya, belum mengerahkan tenaga
sin-kangnya sehingga kelihatannya perkelahian itu berjalan
seru, bahkan nampaknya Hong San di desak terus oleh tiga
orang pengeroyoknya sehingga tidak sempat membalasnya.
Akan tetapi sesungguhnya tidak demikian. Tiga orang itu
memiliki tingkat kepandaian yang jauh dibawah tingkat
kepandaian Hong San. Kalau tadi dia mengejek bahwa
mereka itu seperti cucu-cucu muridnya, ejekan ini bukan
hanya kosong belaka. Tingkat kepandaian Hong San memang
sudah tinggi, sebanding dengan tingkat kepandaian mendiang
Cui-beng Sai-kong, maka tingkat kepandaian tiga orang
pemuda itu memang pantas menjadi cucu muridnya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau Hong San tidak cepat merobohkan tiga orang
lawannya, hal itu bukan karena dia beriktikad baik atau
menaruh hati kasihan kepada mereka, sama sekali tidak.
Hanya dia ingin mendatangkan kesan yang mendalam bahwa
dia benar seorang pemimpin yang bukan saja mampu
menundukkan anggautanya, juga mampu bersikap murah,
seperti seorang guru besar terhadap muridnya.
Karena dia tidak menonjolkan diri, maka dalam penglihatan
para murid Thian-te-kauw yang tingkat kepandaiannya belum
begitu tinggi, nampaknya Hong San terdesak terus oleh tiga
orang itu tanpa mampu membalas serangan sehingga
mulailah para anggauta itu bersorak memberi semangat
kepada dua orang kakak seperguruan mereka dan seorang
tamu yang membela tuan rumah. Bahkan Siangkoan Tek,
yang tingkat kepandaiannya sudah jauh melampaui tingkat
dua orang murid Thian-te-kauw itu, tertipu pula. Dia
menganggap bahwa kepandaian pemuda yang datang
mengacau itu tidak berapa tinggi! Akan tetapi mereka yang
sudah tinggi tingkat kepandaiannya, seperti Ban-tok Mo-li, Lui
Seng Cu, Siangkoan Bok, Ouw Kok Sian dan masih ada
beberapa orang lagi di pihak tamu undangan, diam-diam
terkejut. Mereka ini melihat betapa Hong San seolah-olah
mempermainkan tiga orang pengeroyoknya, hanya mengelak
atau menangkis dan sengaja tidak mau membalas! Dan yang
membuat mereka terkejut adalah kecepatan gerakan pemuda
itu. Beberapa serangan para pengeroyok itu nampaknya pasti
akan mengenai tubuhnya akan tetapi pada detik terakhir, dia
menggerakkan tubuhnya dan serangan itu luput!
Tiga orang pengeroyok itu pun terkejut dan merasa
penasaran sekali. Sudah jelas bahwa orang yang mereka
keroyok itu tidak mampu membalas, nampak repot sekali
mengelak dan menangkis, akan tetapi anehnya, tidak sebuah
pun pukulan yang mengenai sasaran, bahkan menyentuh pun
tidak mampu! Mereka menjadi semakin penasaran dan
menyerang semakin ganas dan cepat, seolah mereka bertiga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu berlumba untuk lebih dahulu merobohkan lawan yang
mereka keroyok.
Akan tetapi, Hong San yang sudah merasa cukup menahan
serangan mereka, tiba-tiba menggerakkan tubuhnya dengan
cepat sekali. Dari kedua tangannya menyambar hawa pukulan
yang amat kuat. Ketika dia mengembangkan kedua lengannya
dengan gerakan mendorong sambil mengeluarkan seruan
keras, tubuh tiga orang pengeroyok itu terlempar dan terus
terpelanting sampai ke bawah panggung!
"Bocah sombong, terpaksa aku turun tangan
menghajarmu!" Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan
semua orang melihat bahwa Siangkoan Tek, seorang di antara
tamu kehormatan, telah meloncat di depan Hong San deng
pedang telanjang di tangannya. Ayahnya Siangkoan Bok
terkejut melihat ini akan tetapi dia tidak sempat mencegahnya,
dan karena puteranya sudah maju, tentu akan memalukan
sekali dan menjatuhkan nama besarnya kalau dia menyuruh
anaknya mundur kembali. Maka, dia pun hanya menonton
dengan penuh perhatian siap setiap saat untuk melindungi
puteranya.
Melihat seorang pemuda tinggi kurus dan tampan pesolek
berdiri di depannya dengan pedang di tangan, Hong San
bertanya, "Apakah engkau juga seorang cucu muridku?"
Siangkoan Tek memandang dengan mata melotot. "Aku
Siangkoan Tek bukan anggauta atau murid Thian-te pang,
akan tetapi sebagai seorang tamu yang dihormati, aku tidak
bisa membiarkan saja engkau membikin kacau di sini. Kalau
engkau memang sudah bosan hidup keluarkan senjatamu dan
lawanlah pedangku!" Berkata demikian, Siangkoan Tek
mengelebatkan pedangnya dan terdengar suara mendesing
disertai kilatan sinar pedang. Pemuda ini tidak boleh
disamakan dengan tiga orang pemuda yang baru saja kalah
tadi. Dia sudah menguasai semua ilmu ayahnya dengan baik
sehingga tingkat kepandaiannya hanya sedikit di bawah
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tingkat ayahnya. Ini pula yang membuat ayahnya membiarkan
dia menghadapi pemuda yang dianggap pengacau itu, karena
bagaimanapun juga, Siangkoan Bok percaya akan
kemampuan puteranya.
Hong San teringat akan keterangan yang pernah dia dengar
dari ayahnya. "Aku pernah mendengar nama besar Majikan
Pulau Hiu yang bernama Siangkoan liok, tidak tahu apakah
engkau ada hubungan dengan dia, Sobat?"
Siangkoan Tek membusungkan dadanya. "Beliau adalah
Ayahku!"
"Aha! Pantas engkau begini gagah. Aku akan merasa
senang sekali kalau kelak Thian-te-pang mendapat bantuan
seorang muda seperti engkau!"
"Tidak perlu banyak cakap, keluarkan senjatamu dan
lawanlah aku!" Siang-koan Tek kembali membentak. Kalau
bukan di tempat ramai dan disaksikan banyak orang, tentu dia
sudah menyerang lawan yang tidak bersenjata itu agar cepat
dia dapat merobohkannya.
Hong San tidak gentar menghadapi pedang di tangan
Siangkoan Tek, akan tetapi dia pun maklum bahwa
perbuatannya yang nekat ini tentu akan mendapat tentangan
dari semua orang, maka di harus memperlihatkan ilmu
kepandaiannya untuk menundukkan mereka semua. Dengan
sikap tenang dia pun mencabut sebatang suling dari ikat
pinggangnya.
"Aku sudah siap berpi-bu (mengadu ilmu silat) dengan
siapa saja yang tidak mau mengakui bahwa akulah yang
paling berhak memimpin Thian-te-kauw sebagai penerus
mendiang Ayahku, Cui-beng Sai-kong Can Siok! Dan untuk
menghadapi senjatamu, aku cukup mempergunakan suling
ini!" Setelah berkata demikian, Hong San menempelkan suling
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu di bibirnya dan dia pun meniup dan memainkan sebuah
lagu rakyat melalui suara sulingnya yang merdu.
Semua orang merasa heran dan juga terkejut. Benarkah
pemuda itu demikian lihainya sehingga berani menghadapi
Hnngkoan Tek yang lihai dengan pedangnya itu, hanya
dengan sebatang suling? Apalagi, dia kini meniup sulingnya
itu, seperti memandang rendah lawan dan
mempermainkannya.
Siangkoan Tek adalah seorang yang sudah biasa bertindak
sewenang-wenang dan curang. Dia sudah menantang, dan
lawan sudah mengeluarkan suling yang diakuinya sebagai
senjata, maka dia pun tidak membuang waktu lagi. Melihat
lawan meniup suling dengan asyik dan seolah-olah tidak
menghiraukan dirinya itu, dia merasa dipandang rendah, akan
tetapi juga melihat kesempatan baik. Maka, dia segera
menggerakkan pedangnya dan tanpa banyak cakap lagi dia
sudah menyerang. Pedangnya mendatangkan sinar
menyilaukan mata ketika menyambar dan membacok ke arah
leher Hong San!
Hong San menanti sampai pedang itu menyambar dekat,
baru dia menekuk kedua lututnya sehingga tubuhnya
merendah dan pedang itu menyambar lewat di atas kepalanya.
Dan sambil mengelak itu, dia masih terus meniup suling, nya,
melanjutkan nyanyian lagu rakyat itu. Siangkoan Tek
menghujankan serangan bertubi-tubi, menusuk membacok
membabat dari segala jurusan, susul me nyusul, namun
semua itu dapat dielakkan oleh Hong San tanpa banyak
kesulitan dan dia masih terus melanjutkan permainan
sulingnya. Baru setelah lagu itu selesai dimainkan dengan
sulingnya, dii menggerakkan sulingnya untuk menangkis
pedang dari samping, lalu membalas dengan totokakantotokan
ke arah jalan darah. Serangannya cepat dan tidak
terduga sehingga dalam beberapa gebrakan saja, Siangkoan
Tek mulai terdesak!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tranggggg .... cringgggg ...........!" Bunga api berpijar-pijar
ketika pedang berkali-kali hertemu dengan suling dan
akibatnya, tubuh Siangkoan Tek terhuyung dan pedangnya
hampir terlepas dari tangani Baru dia terkejut bukan main.
Juga semua orang yang hadir di situ terkejut, Singkoan Bok
bukan hanya terkejut, melainkan juga amat khawatir karena
dia dapat menduga bahwa pemuda yang menggunakan suling
sebagai senjata itu benar-benar lihai bukan main dan
puteranya itu terancam bahaya. Oleh karena itu, tanpa malumalu
lagi, dia pun meloncat dari tempat duduknya. Pada saat
itu suling di tangan Hong San mengirim totokan ke arah
pundak Siangkoan Tek dan hampir mengenai sasaran.
"Tranggggg ........!!" Suling itu tertahan oleh sebatang
pedang yang digerakkan di tangan Siangkoan Bok. Melihat
munculnya seorang kakek bertubuh pendek tegap dengan
muka hitam, Hong San meloncat ke belakang.
"Maaf, apakah Paman juga seorang tokoh Thian-te-pang?"
tanyanya.
"Henimm, aku hanya seorang tamu, ergkau sudah
mengenal namaku tadi. Aku Majikan Pulau Hiu."
"Ah, kiranya orang tua gagah pemilik Pulau Hiu!" kata Hong
San dan dia memandang heran. Kakek ini memiliki wajah
begini buruk, akan tetapi puteranya demikian tampannya.
"Ayah, kita hajar saja manusia sombong ini, untuk apa
bicara lebih banya teriak Siangkoan Tek yang berbesar hati
lagi melihat majunya ayahnya.
"Aku sudah banyak mendengar tentang majikan Pulau Hiu,
dan kalau aku memimpin Thian-te-kauw, tentu aku ingin
menarik Paman sebagai seorang sahabat kata pula Hong San.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Sombong! Siapa percaya bahwa engkau pemimpin Thiante-
kauw? Lihat pedangku!" Siangkoan Tek yang sudah marah
sekali karena merasa penasaran dan malu bahwa dia sama
sekali tidak mampu mengalahkan lawannya, kini menyerang,
diikuti ayahnya yang juga sudah menggerakkan pedangnya.
"Hemmm, kalian ini Ayah dan ana agaknya harus mengenal
dulu siapa aku sebetulnya!" kata Hong San sambil memutar
sulingnya menyambut serangan dua orang lawannya itu.
Biarpun dikeroyok dua, Hong San masih saja mengenakan
caping merahnya yang lebar, dan kini sulingnya berubah
menjadi sinar bergulung-gulung yang mengeluarkan suara
melengking-lengking seolah-olah suling itu yang ditiupnya.
Dan ayah bersama puteranya dari Pulau Hiu itu segera
terdesak dan dua sinar pedang mereka terimpit oleh sinar
suling yang menjadi semakin kuat.
Sejak tadi Ouw Kok Sian menonton dengan hati panas.
Muridnya, Ji Ban To tadi terlempar ke bawah panggung.
Biarpun tidak menderita luka parah, namun peristiwa itu tentu
saja merupakan suatu tamparan yang memalukan bagi dia
sebagai gurunya. Melihat betapa Siangkoan Bok sudah maju
menghadapi pemuda pengacau itu, dia merasa tidak enak
kalau harus berdiam diri. Pertama, dia harus memperlihatkan
setia kawan dan membantu Thian-te-pang, dan ke dua, dia
harus membalaskan penghinaan atas diri muridnya tadi. Sekali
meloncat, Ouw Kok Sian sudah terjun ke medan perkelahian
sambil menggerakkan sepasang goloknya. Dia seorang yang
mengandalkan keahlian bersilat sepasang golok.
Hong San cepat menangkis ketika ada sinar golok
menyambar. Terdengar suara nyaring dan nampak bunga api
berpijar dan Ouw Kok Sian terkejut sekali karena tangkisan
suling itu hampir saja membuat golok kanannya terlepas dari
tangannya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Heiii, tahan dulu! Siapakah Paman yang ikut
menentangku? Apakah seorang tokoh Thian-te-pang?" tanya
Hong San.
"Aku Ouw Kok Sian dari Pegunungan Liong san, seorang
tamu yang tidak saja melihat orang mengacau dalam pesta
tuan rumah!" jawab Ouw Kok Sian sambil menyerang lagi.
Siangkoan Bok Siangkoan Tek juga sudah menerjang maju
dengan marahnya.
"Ha-ha-ha, sekarang mulai ramai-Hong San tertawa. "Akan
tetapi, aku pingin menarik Raja Pegunungan Liong, san
sebagai sahabat, bukan menjadi musuh. Baik, aku melayani
kalian bertiga main-main sebentar!" Setelah berkata demikian,
Hong San kembali bergerak cepat dan tubuhnya lenyap
menjadi bayangan yang dibungkus gulungan sinar sulingnya.
Tiga orang lawannya terkejut dan bingung, namun mereka
menyerang membabi-buta ke arah bayangan itu. HongSan
tidak mau main-main lagi. tiga orang pengeroyoknya ini sama
sekali tidak boleh disamakan dengan tiga orang pemuda yang
pertama kali mengeroyoknya. Apalagi sekarang mereka itu
memegang senjata dan dia tidak ingin melukai mereka.
Terpaksa dia harus mempergunakan kelincahan tubuhnya
untuk berkelebatan, menghindarkan diri dari Sambaran
senjata mereka dan membalas dengan totokan-totokan yang
dapat merobohkan akan tetapi tidak sampai mematikan atau
melukai dengan parah.
Wajah Lui Seng Cu berubah agak pucat. Dia tahu bahwa
tingkat kepandaian Siangkoan Bok atau Ouw Kok Sian tidak
banyak selisihnya dengan tingkatnya sendiri. Pemuda
pengacau itu ternyata tidak membual saja. Dia sungguh lihai
bukan main. Jelaslah baginya bahwa kalau dia seorang diri
saja menghadapi pemuda itu, dia tentu akan kalah! Juga Bantok
Mo-li mengerutkan alisnya. Pemuda itu sungguh lihai
sekali. Ia sendiri tentu akan kewalahan kalau menghadapi
pengeroyokan tiga orang itu. Akan tetapi pemuda itu enakKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
enak saja, nampaknya bukan hanya dapat mendesak tiga
orang pengeroyoknya, juga seperti mempermainkan mereka.
Lui Seng Cu memberi isyarat kepa Ban-tok Mo-li untuk
maju mengeroyok lawan yang berbahaya itu. Ban-tok Mo-li
mengerutkan alisnya. Bagi iblis betina ini sungguh memalukan
kalau sebagai seorang pangcu ia harus mengeroyok seorang
pemuda! Apalagi, nama Ban-tok Mo-li sudah terkenal di
seluruh dunia kang-ouw. la pun percaya akan kepandaiannya
sendiri yang masih lebih tinggi dibandingkan Lui Seng Cu.
Akan tetap karena yang mengajaknya adalah rekannya, ia
merasa tidak enak untuk menolak dan mereka berdua sudah
bangkit berdiri lalu berloncatan ke tengah panggung.
Melihat betapa dua orang ketua itu sudah maju, diam-diam
Hong San merasa ragu juga. Dia tidak takut kepada mereka,
akan tetapi bagaimana kalau mereka nanti mengerahkan
seluruh anak buah Thian-te-pang untuk mengeroyoknya?
Kalau sudah demikian, dengan sendirinya dia dianggap
sebagai musuh Thian-te-Pang dan hal ini sama sekali tidak
dikehendakiriya. Dia ingin agar mereka menerimanya dengan
baik, dan untuk itu dia harus dapat meyakinkan mereka.
"Hok-houw Toa-to dan Ban-tok Mo-li! Kalian berani
menentangku? Lihat baik-baik, siapa aku ini!" tiba-tiba tubuh
pemuda itu lenyap menjadi sesosok bayangan yang meloncat
kebelakang meja sembahyang dan menghilang dibalik patung
Thian-te Kwi-ong! Ketika lima orang pengeroyok itu hendak
menjenguk ke balik meja, tiba-tiba terdengar ledakan dan
nampak asap tebal menutupi patung dan meja sembahyang.
Semua orang terkejut bukan main dan mereka terbelalak
memandang ke arah asap tebal. Ketika perlahan-lahan asap
itu membuyar, nampaklah betapa patung sebesar orang itu
sudah berdiri di atas meja sembahyang! Atau lebih tepat,
patung itu masih berada di tempatnya yang tadi akan tetapi
ada kembarannya yang kini mendadak hidup dan berdiri di
atas meja!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Wajah Lui Seng Cu menjadi semakin pucat. Hanya
gurunyalah yang mampu mengubah diri menjadi Thian-te Kwiong!
Maka, tanpa ragu lagi dia lalu menjatuhkan diri berlutut di
atas panggung menghadap ke arah "patung hidup" di atas
meja sembahyang itu, sambil menangguk-anggukkan kepala
ke atas lantai panggung. "Hamba Lui Seng Cu mengaku
bersalah, mohon ampun .............!"
Ban-tok Mo-Ii terkejut, demikian pula seluruh anggauta
Thian-te-kauw. Kalau Sang Kauw-cu (Kepala Agama) sendiri
sudah begitu menghormati mahluk itu mereka tidak ragu lagi
bahwa tentu itulah penjelmaan Thian-te Kwi-ong! Ban tok Mo-Ii
dan para anggauta juga segera menjatuhkan diri berlutut
menghadap patung hidup itu. Para tamu juga terkejut dan
mereka semua bangkit berdiri, tidak menjatuhkan diri berlutut
namun berdiri dengan sikap hormat. Siangkoan Bok,
Siangkoan Tek, dan Ouw Kok Sian juga cepat mundur dan
berdiri dengan sikap hormat dan bingung. Mereka juga heran
sekali melihat betapa patung itu kini menjadi dua dan yang
sebuah lagi hidup! Memang patung hidup itu mengenakan
pakaian seperti yang dipakai pemuda pengacau tadi, akan
tetapi wajahnya jelas berubah menjadi wajah patung Thian-te
Kwi-ong. Tadinya mereka menduga bahwa tentu pemuda
pengacau itu yang mengenakan kedok, akan tetapi setelah
mengamati penuh ketelitian, mereka mau percaya bahwa itu
bukan semacam topeng, melainkan wajah yang
sesungguhnya karena wajah itu hidup, tidak mati seperti
topeng atau kedok!
Kini patung hidup itu mengembangkan kedua lengannya ke
depan dan terdengar suaranya, suara yang parau besar dan
dalam, tidak seperti suara pemuda tadi. Suaranya aneh dan
penuh wibawa. "Para pemujaku, dengarlah baik-baik dan taati
perintahku! Cui-beng Sai-kong Can Siok telah kupanggil
karena aku membutuhkannya dalam kerajaanku! Dan aku
menunjuk puteranya, Can Hong San, kini menjadi
penggantinya memimpin kalian semua!" Tiba-tiba terdengar
lagi ledakan dan nampak lagi asap hitam tebal. Ketika asap
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menbuyar, patung hidup itu sudah lenyap dan yang nampak
adalah Can Hong San yang sudah berdiri di atas meja
sembahyang. Dengan gerakan indah pemuda itu melompat
turun dari atas meja, menghadapi Lui Seng Cu dan Bani tok
Mo-Ii.
Dua orang pimpinan Thian-te-kauw itu bangkit berdiri dan
sejenak mereka mengamati wajar Hong San. Pemuda ini pui
tersenyum dan terdengar suaranya lantang gembira.
"Apakah kalian masih belum mau percaya? Thian te Kwiong
sendiri yang berkenan memberitahu kalian! Aku adalah
Can Hong San, aku putcra tunggal mendiang Cui beng Saikong
Can Siok dan aku yang ditugaskan untuk menjadi
penggantinya." Lalu dia memandang kepada Siangkoan Bok,
Sjangkean Tek dau Ouw Kok Sian sambil berkata, "Aku
sungguh tidak ingin bermusuhan dengan Sam-wi, melainkan
ingin bersahabat. Silakan sam-wi mundur kembali ke tempat
masing-masing karena urusan ini adalah urusan pribadi antara
para pimpinan Thian-te-kauw."
Tiga orang itu belum sampai dirobohkan, jadi belum
kehilangan muka. Akan tetapi mereka maklum kalau tadi
dilanjutkan, mereka pun akan roboh. Kini, mereka
mendapatkan kesempatan baik untuk mundur tanpa
kehilangan muka, karena urusan pribadi antara para pimpinan
Thian-te-kauw memang tidak sepatutnya mereka ikut
mencampuri. Mereka pun kembali ke tempat duduk masingmasing
dan yang berdiri di panggung hanya tinggal dua orang
ketua itu yang berhadapan dengan Hong San.
Sejenak Hong San saling tatap dengan dua orang ketua itu
dan dia tahu bahwa biarpun mereka berdua kini agaknya
percaya kepadanya, namun masih terdapat keraguan dan
ketidak-puasan.
"Bagaimana sekarang pendapat kalian? Apakah kalian
sudah percaya kepadaku dan mau mengakui aku sebagai
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pengganti Cui-beng Sai-kong dan memimpin Thian-te-kauw?"
tanya Hong San den sikap tenang, ramah dan suara lembut.
"Hemmm, bagaimana kami harus menjawab?" Lui Seng Cu
menjawab. "Memang kami sudah menyaksikan sendiri bahwa
engkau dapat mengubah diri menjadi pujaan kami Thian-te
Kwi-ong, akan tetapi .......... engkau masih begini muda,
sedangkan memimpin Thian-te-kauw membutuhkan seorang
yang sudah berpengalaman agar perkumpulan ini dapat
meperoleh kemajuan."
"Juga seorang ketua harus memiliki ilmu kepandaian yang
tinggi sehingga akan mampu menjaga nama dan kehormatan
perkumpulan yang diasuhnya, sambung Ban-tok Mo-li.
Hong San tersenyum. "Pendapat kalian berdua memang
benar. Aku pun berpendapat demikian. Oleh karena itu, aku
tidak ingin menurunkan kalian dari kedudukan kalian yang
sekarang. Hok-hou Toa-to tetap menjadi Kauw-cu dan Ban tok
Mo-li tetap menjadi Thian-te Pang cu. Akan tetapi kalian
berdua berada dibawah pengawasan dan kekuasaanku,
karena aku yang menjadi pemimpin umum. Pekerjaan seharihari
boleh kalian laksanakan, akan tetapi segala hal yang
penting harus lebih dahulu mendapat persetujuanku. Dan
tentang ilmu kepandaian, kalau yang kuperlihatkan tadi belum
meyakinkan hati kalian, nah, kalian boleh maju sendiri untuk
mengujiku" Berkata demikian, tangan kanan .Hong San
bergerak dan tahu-tahu dia telah memegang sebatang pedang
di tangan kanan, dan sulingnya masih berada di tangan
kirinya.
"Lui Seng Cu, engkau terkenal dengan julukan Hok-houw
Toa-to, ingin sekali aku mencoba kehebatan golok besarmu
dan melihat sampai di mana kemajuanmu menerima
bimbingan ilmu silat dari Ayahku!" katanya dan kini suaranya
mengandung wibawa dan tegas, tidak lagi bersikap seperti
orang bermain-main seperti tadi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Lui Seng Cu juga tidak berani mengajak Ban-tok Mo-li
untuk melakukan pengeroyokan lagi. Bagaimanapun juga, dia
sudah hampir merasa yakin bahwa pemuda ini memang
pengganti Cui-be Sai-kong, entah puteranya entah muridnya,
namun buktinya mampu mengubah diri menjadi raja iblis itu.
Dan kesempatan mengadu ilmu silat ini pun memberi
kesempatan baginya untuk membuktikan apakah benar
pemuda ini putera gurunya, karena kalau hal ini benar tentu
pemuda itu mengenal ilmu-ilmu yang dipelajarinya dari Cuibeng
kong.
Tanpa mengeluarkan kata-kata lagi, Lui Seng Cu sudah
mencabut sebatang golok besar yang berkilauan saking
tajamnya. Sebelum menjadi murid Cui-beng Sai-kong, Lui
Seng Cu sudah menjadi perampok tunggal yang di takuti.
Karena kebetulan saja, yaitu berjumpa dengan Cui-beng Saikong
dan hendak merampoknya, maka dia berkenalan dengan
pendiri Thian-te-kauw itu. Denga mudah dia dikalahkan dan
sejak itula dia menjadi pengikut dan menerima pelajaran dan
Cui-beng Sai-kong. Bukan hanya tentang penyembahan Thian
kui-mo, akan tetapi sedikit ilmu sihir dan juga ilmu silat Koailiong-
kun (Silat Naga Setan).
"Lui Seng Cu, engkau boleh mulai menyerangku!" kata
Hong San. Nada suaranya sudah memerintah.
"Lihat serangan!" Lui Seng Cu berseru. Biarpun kauw-cu ini
nampaknya sudah percaya dan tunduk kepada Hong San
namun ketika dia menyerang tahulah Hong San bahwa
sebenarnya di dalam hatinya kauw-cu ini masih merasa
penasaran. Dalam serangan itu terkandung kemaarahan dan
kebencian sehingga serangan itu merupakan gerakan dahsyat
yang amat berbahaya dan mematikan, liong San dapat
mengerti kemarahan Kauw-cu ini. Bagaimanapun juga, tentu
orang yang sudah berpengalaman ini masih merasa
penasaran kalau harus mempunyai atasan seorang pemuda
seperti dia! Maka, dia pun ingin memamerkan kepandaiannya.
Melihat serangan golok itu, dia tahu bahwa dari ayahnya,
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kauw-Cu ini hanya menerima pelajaran Koai-Liong kiam saja
yang agaknya kini di sesuaikan dengan gerakan golok. Dia
memutar pedangnya, dengan jurus-jurus dari ilmu pedang
Koai-liong kiam dan karena memang tingkat kepandaian
pemuda ini jauh lebih tinggi, maka Liu Seng Cu seolah-olah
menghadapi sebuah dinding baja yang amat kuat, yang
menolak seluruh jurus serangannya! Dia pun mengenal
gerakan pedang pemuda itu yang memainkan ilmu pedang
Koai liong kiam, akan tetapi demikian hebatnya permainan itu
sehingga pandangan matanya menjadi silau dan dia seperti
berhadapan dengan dinding baja yang sudah ditembus!
Setelah lewat tiga puluh jurus, habislah sudah semua jurus
Koai liong kiam dia mainkan untuk menyerang, pemuda itu
dan kini dia pun yakin bahwa memang pemuda ini telah
mewarisi ilmu-ilmu dari gurunya, bukan hanya ilmu silat, akan
tetapi juga ilmu mengubah diri menjadi Thian-te Kwi-ong. Tibatiba
dia teringat akan sesuatu. Biarpun tidak banyak, dia
pernah mempelajari ilmu sihir. Belum tentu pemuda ini
mengenal sihir pula dan kalau demikian halnya, Betapapun
lihainya ilmu silat pemuda ini, kalau sampai dapat dia kuasai
dengan sihirnya, maka dia akan mampu menundukkannya! Di
samping harapan ini, juga dia dapat mempergunakannya
sebagai ujian sampai di mana pemuda ini mewarisi ilmu-ilmu
dari Cui-beng Sai-kong yang diaku sebagai ayahnya itu.
"Can Hong San, berlututlah engkau!" tiba-tiba kauw-cu itu
membentak sambil mengerahkan seluruh kekuatan sihirnya.
Semua anggauta Thian-te-kauw memandang dengan hati
tegang. Mereka semua tahu bahwa kauw-cu mereka memiliki
ilmu sihir yang amat kuat dan dia dapat memaksa setiap orang
dengan perintah sihirnya. Akan tetapi, terjadilah hal yang
sama sekali tidak mereka duga. Pemuda yang memegang
pedang dan suling itu sama sekali tidak berlutut, bahkan dia
berkata dengan suara yang nyaring.
"Engkaulah yang berlutut di depanku, Lui Seng Cu!" Dan
kauw-cu itu tiba-tiba saja menjatuhkan diri berlutut di depan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San! Lui Seng Cu terkejut bukan main. Tadi pemuda itu
sama sekali tidak terpengaruh oleh bentakannya dan ketika
pemuda itu menjawab, dia sama sekali tidak merasakan
kekuatan sihir yang memaksanya untuk berlutut, akan tetapi
tiba-tiba saja dua buah lututnya disambar ujung suling dan
itulah yang memaksanya jatuh berlutut karena kedua kakinya
terasa lumpuh!
Akan tetapi, untuk mengambil orang, Hong San cepat
menghampiri, dengan gerakan cepat tanpa diketahui orang,
dia telah membebaskan totok? itu dan menarik lengan Kauwcu
itu bangkit berdiri kembali. Kini Kauw-cu sudah takluk benar
karena dia tahu bahwa dia berhadapan dengan orang yang
jauh lebih pandai darinya. Dia merasa seperti berhadapan
dengan gurunya saja! Dia memberi hormat dan berkata lirih,
"Can Kongcu (Tuan Muda Can), saya mengaku kalah."
Dengan kepala tertunduk kauw-cu itu lalu mundur dan duduk
kembali tempat semula. Akan tetapi dia segera berbisik
kepada dua orang muridnya, Siok Ban dan Phoa Kian So yang
tadi juga kalah ketika mengeroyok Hong San, agar mereka
berdua mempersiapkan tempat duduk yang paling baik untuk
pemuda yang kini berhadapan dengan Ban-tok Mo li itu. Dia
sendiri lalu menonton dan ingin tahu Bagaimana Ban-tok Mo-li
akan menandingi pemuda yang luar biasa itu. Ban-tok Mo-li
adalah seorang yang amat cerdik, juga ia memiliki tingkat
kepandaian yang lebih tinggi dibandingkan Liu Seng Cu, atau
para tamu yang hadir disitu. Sesuai dengan julukannya, yaitu
Ban-tok Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun), ia seorang ahli
dalam menggunakan racun sehingga ilmu silatnya menjadi
semakin berbahaya lagi. Bukan hanya pukulan telapak
tangannya yang mengandung hawa beracun, bahkan kukukuku
jari tangannya mengandung racun, dan ia dapat pula
mempergunakan ludah beracun untuk menyerang lawan! Ia
tadi sudah melihat kehebatan pemuda itu bermain senjata.
Golok Lui Seng Cu yang amat lihai itu pun sama sekali bukan
tandingan pemuda itu. Kalau ia mempergunakan sepasang
senjatanya, yaitu kipas dan pedang, agaknya akan berat pula
baginya, untuk dapat keluar sebagai pemenang Maka
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengingat akan keahliannya mempergunakan racun dalam
pukulannya, pun ingin mengajak pemuda itu untuk bertanding
dalam tangan kosong dulu sebelum terpaksa menggunakan
kipas dai pedangnya. Seperti juga Lui Seng Cu tentu saja ia
tidak rela kalau harus menjadi bawahan seorang pemuda,
kecuali kalau ia sudah yakin bahwa pemuda itu jauh lebih lihai
daripadanya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 22
"Can Kongcu," ia menirukan panggilan yang dipergunakan
Lui Seng Cu tadi. "Sebenarnya aku sendiri pun mulai percaya
bahwa engkau adalah pewaris dari pendiri Thian-te-kauw dan
engkau berhak memimpin perkumpulan kita. Akan tetapi
karena kemunculanmu Begini tiba-tiba, tentu saja hati kami
menjadi penasaran. Karena itu, aku pun Ingin sekali menguji
kepandaianmu, dan lebih dulu aku ingin menguji ilmu
kepandaianmu bertangan kosong."
Hong San memandang dan hatinya kagum. Wanita ini
kabarnya sudah berusia lima puluh tahun lebih, bahkan hampir
enam puluh tahun, akan tetapi sungguh orang takkan percaya
kalau melihatnya. Pantasnya ia baru berusia tiga puluh tahun
lebih! Masih cantik dan bentuk tubuhnya masih padat dan
ramping, dan anehnya, ada sesuatu yang menarik hanya pada
wajah itu, seperti wajah seorang wanita yang pernah
dikenainya. Perasaan pemuda ini memang tidak menipunya.
Yang membuat ia merasa kenal adalah karena wajah Ban-tok
Mo-li Pha Bi Cu mirip sekali, hanya berbeda usia dengan
wajah puterinya, yaitu Sim Lan Ci, isteri Coa Siang Lee yang
hampir saja menjadi korban perkosaan Hong San Hong San
tersenyum. Dia sudah mendengar dari ayahnya bahwa Bantok
Mo-li adalah seorang wanita yang lihai lebih lihai
dibandingkan Lui Seng Cu. Dari nama julukannya saja dia pun
sudah menduga bahwa wanita ini tentu ahli racun dan memiliki
pukulan-pukulan beracun maka sengaja menantangnya
bertanding dengan tangan kosong. Tentu saja dia tidak
merasa gentar. Ayahnya adalah seorang datuk besar
golongan sesat, dan dia sudah banyak belajar dari ayahnya
tentang pukulan yang mengandung hawa beracun dan
bagaimana untuk mengatasinya.
"Baik sekali, Ban-tok Mo-li. Aku pun tidak ingin kita yang
hanya menguji kepandaian sampai terluka oleh senjata tajam
walaupun aku tahu bahwa kedua tangan dan kedua kakimu
tidak kalah ampuhnya dibandingkan senjata tajam Pedang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bagaimanapun. Nah, aku sudah siap!" Dia pun menyimpan
kembali pedang dan sulingnya, lalu berdiri tegak menghadapi
Ban-tok Mo-li, kelihatan tenang saja dan acuh, namun diamdiam
dia siap siaga dengan penuh kewaspadaan.
"Can Kongcu, sambut seranganku!" Ban-tok Mo-li tanpa
sungkan lagi mendahului, membuka serangan dengan pukulan
tangan kanan terkepal ke arah muka disusul cengkeraman
tangan kiri yang membentuk cakar ke arah perut.
"Bagus sekali!" Hong San memuji sambil mengelak ke
belakang, akan tetapi kaki kanan wanita itu menyusul dengan
tendangan dahsyat mengarah dadanya!"
"Plakkk!" Hong San menangkis dan tubuh Ban-tok Mo-li
berputar di atas sebelah kaki saking kerasnya tangkisan itu.
Namun, wanita itu tidak menjadi gugup, bahkan sambil
berputar, kaki tetap melancarkan tendangan susu bertubi-tubi.
Hong San berloncatan mengelak, ia membalas dengan
tamparan tangannya kearah wanita itu. Karena tamparan
hebat, maka terpaksa Ban-tok Mo-li menghentikan desakan
tendangannya untuk mengelak. Kemudian ia mengeluarkan
gerengan halus seperti seekor kucing yang dielus lehernya
dan ke dua lengannya tergetar. Hong San melihat betapa
kedua tangan dan sebagian lengan yang nampak dari lengan
baju itu berubah menghitam! Tahulah dia bahwa wanita itu
telah mengeluarkan simpanannya yaitu kedua tangan bahkan
sampai lengan yang mengandung hawa beracun yang amat
berbahaya, maka diam-diam dia pun mengerahkan tenaga sinkangnya
untuk melindungi tubuh dari hawa racun.
"Hyaaaaattt ...........!!" Wanita itu mengluarkan bentakan
melengking dan ia sudah menerjang dengan gerakan yang
amat cepat dan kuat. Angin pukulannya desir dan
mengeluarkan suara bersuitan, dibarengi hawa panas dan bau
yang amis. Itulah ilmu silatnya yang paling hebat dan
mengerikan, yang diberi nama Ban-tok Hwa-kun (Silat Bunga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
selaksa Racun). Kedua tangan itu, sampai ke kuku-kukunya,
mengandung racun yang dapat menghanguskan kulit dan
daging lawan.
Hong San menyambutnya dengan ilmu Koai-liong-kun (Silat
Naga Iblis) yang dahsyat dan ganas. Dia menjaga diri dengan
hati-hati sekali jangan sampai kulitnya tergores kuku-kuku
runcing melengkung beracun itu. Karena dia memíliki si-kang
yang kuat, maka dari semua gerakannya timbul angin pukulan
yang mendorong pergi semua hawa beracun yang keluar dari
gerakan kedua tangan lawan.
Semua orang yang menonton pertandingan itu merasa
tegang. Bukan main hebatnya gerakan Ban-tok Mo-li, bukan
saja gerakannya amat cepat sehingga tubuhnya berubah
menjadi bayangan, namun juga amat kuat karena setiap
tangannya menampar atau memukul, terdengar angin bersiut.
Akan tetapi mereka amat kagum kepada Hong San. Pemuda
itu sama sekali tidak nampak terdesak, melainkan membalas
dengan serangan dahsyatnya sehingga pertandingan itu
berlangsung amat seru dan menegangkan
Akan tetapi hal ini disengaja oleh Hong San. Dia melihat
betapa wanita ini lebih lihai dan kelak akan dapat menjadi
tangan kanannya yang boleh diandalkan. Selain itu, gairahnya
sudah bangkit oleh gerak-gerik wanita yang usianya sudah
lanjut namun masih cantik menarik ini, dan dia tidak ingin
menanam kebencian dalam hati wanita itu. Kalau dia
menghendaki, tentu pertandingan itu tidak akan berlangsung
lama itu. Dia sengaja mengalah dan membuat pertandingan itu
nampak seru dan ramai. Setelah lewat lima puluh jurus,
barulah dia mencari kesempatan baik dan ketika kedua tangan
lawannya itu menyerang dengan cakaran dari kanan dan kiri,
tiba-tiba tubuhnya meluncur ke atas dan berjungkir balik, lalu
di meluncur turun menyerang dari atas den gan kedua tangan
melakukan pukulan dasyat ke arah ubun-ubun kepala lawan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ihhhhh ........!" Ban-tok Mo-li terkejut bukan main karena
serangan itu sungguh dahsyat dan tidak mungkin baginya
untuk mengelak lagi. Satu-satunya jalan hanya mengangkat
kedua tangan menangkis dengan resiko terluka dalam karena
tentu tenaga pemuda itu ditambah berat badannya akan
merupakan beban yang sukar dapat ditahannya.
"Dukkk!" Ban-tok Mo-li terkejut ketika kedua lengannya
bertemu dengan sebuah lengan saja, itu pun lunak. Ia segera
menduga bahwa tentu tangan lain pemuda itu akan
menyerangnya, namun terlambat. Jari tangan kiri Hong San
sudah menotok punggungnya dan seketika tubuh Ban-tok Moli
menjadi lemas, kehilangan tenaga dan ketika Hong San
melayang turun, ia pun terhuyung dan hampir jatuh.
"Mo-li, hati-hati .........!" Hong San menubruk, tangan kanan
memegang pundak akan tetapi tangan kiri dengan gerakan
yang luar biasa cepatnya sehingga tidak nampak oleh
siapapun, memegang payudara kanan Ban-tok Mo-li. Hanya
memijat sekali saja namun tentu saja. terasa sekali oleh
wanita itu, yang juga merasa betapa totokan itu telah
dibebaskan pula oleh Hong San ketika pemuda itu menahan
sehingga ia tidak sampai terjatuh itu.
Wajah Ban-tok Mo-li menjadi merah sekali, akan tetapi
bibirnya tersenyum dan matanya menatap tajam wajah yang
tampan itu. Bukan main bocah ini, kirnya. Masih begitu muda,
tampan pandai bicara, lincah Jenaka, dan miliki ilmu
kepandaian sehebat itu! Bukan itu saja, bahkan tadi pemuda
itu sempat memijat dadanya dan hal ini saja sudah jelas
baginya bahwa kecantikannya masih sempat dikagumi
pemuda i tu. Jantungnya berdebar dan ia melihat kesempatan
baik untuk memperoleh seorang kekasih baru yang selain
muda, tampan, akan tetapi juga lihai sekali dan agaknya akan
menjadi seorang atasannya! Akan tetapi, ia harus menjaga
nama besarnya, bukan hanya sebagai pang-Cu dari Thian-tepang,
akan tetapi juga sebagai Ban-tok Mo-li yang namanya
sudah terkenal di seluruh dunia kang-ouw. Biarpun tadi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kekalahannya tidak kelihatan mutlak berkat sikap Hong San,
namun tetap saja semua orang melihat betapa ia terhuyung
akan jatuh dan bahkan dibantu oleh Hong San sehingga tidak
jadi terpelanting jatuh. Kini ia habis memperlihatkan
kehebatannya bermain senjata, bukan saja kepada Hong San
akan tetapi juga kepada semua orang yang berada di situ.
Selain itu, juga ingin membuktikan sendiri kehebatan pedang
dan suling di tangan pemuda itu.
"Singgggg .........!" Nampak sinar merah berkelebat dan
tangan kanannya sudah memegang sebatang pedang yang
kemerahan dan tangan kirinya memegang sebatang kipas
yang terbuka dan di atas Kipas itu nampak gambar kelabang
dan kalajengking, seolah-olah memberi isarat bahwa kipas itu
mengandung racun seperti binatang itu! Pedang kemerahan
itu pun merupakan pedang beracun yang disebut Ang-tok Pokiam
(Pedang Pusaka Racun Merah). Ban-tok Mo-li memiliki
dua batang pedang. Yang sebuah lagi adalah Cui-mo Hekkiam
yang hitam dan pedang hitam ini telah ia beri kepada Sim
Lan Ci, puterinya. Yang pegangnya itu, Ang-tok Po-kiam juga
merupakan pedang pusaka yang ampuh karena telah
direndam racun ular mer ahyang amat berbahaya. Jangankan
sampai tertusuk atau terbacok pedang itu, baru tergores
sedikit saja kulitnya, kalau sudah berdarah, maka luka itu akan
melepuh dan kalau tidak cepat mendapatkan obat pemunah,
racunnya akan naik dengan darah dan membuat seluruh tubuh
yang dilalui racun itu melepuh membengkak!
"Can Kongcu, hebat ilmu silatmu dengan tangan kosong.
Sekarang, harap tidak bersikap pelit, berilah petunjuk
kepadaku dalam ilmu silat bersenjata jelas bahwa ucapan
Ban-tok Mo-li itu mulai merendahkan diri dan menghormat,
seperti orang bicara kepada lawan yang lebih tua atau lebih
tinggi kedudukannya. Senang hati Hong San mendengar itu
dan dia pun ingin memamerkan ilmu kepandaiannya kepada
wanita cantik ini dan kepada semua orang yang hadir.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dia tidak mengeluarkan suling dan pedang seperti tadi,
melainkan kini memegang suling di tangan kanan dan dia
mengambil caping (topi lebar) dengan tangan kiri!
"Mo-li, bagaimanapun juga, aku adalah seorang pria dan
engkau seorang wanita. Tidak enak kalau aku harus
menggunakan senjata tajam terhadap seorang wanita. Nah,
aku menggunakan suling dan capingku ini saja dan kita mainmain
sebentar. Aku sudah siap, Ban-tok Mo-li, engkau boleh
mulai menyerangku!"
Diam-diam Ban-tok Mo-li mendongkol juga. Pemuda ini
terlalu memandang rendah kepadanya, pikirnya. Betapapun
lihainya pemuda itu, kalau senjatanya hanya suling dan caping
bambu, mana akan mampu menghadapi pedang dan kipasnya
yang merupakan senjata senjata beracun yang ampuh sekali?
Hemm pikirnya. Kalau engkau kalah dan mati terluka oleh
senjataku, salahmu sendiri dan engkau layak mampus karena
telah memandang rendah kepadaku. Akan tetapi kalau engkau
dengan senjata seperti itu mampu menandingiku, sungguh
pantas menjadi atasanku dan lebih pantas la menjadi
kekasihku! Dengan pikiran demikian, Ban-tok Mo-li
mengeluarkan jerit melengking dan pedangnya berkelebat
menjadi sinar merah menyambar denga tusukan ke arah ulu
hati, sedangkan kipasnya ditutup dan ditusukkan sebagai
totokan ke arah leher.
Hong San menangkis pedang denga santai, menggunakan
sulingnya dan totokan kipas itu pun dapat dihalau dengan
menggerakkan capingnya yang lebar. Caping itu dapat
bertugas seperti perisai dan ketika gagang kipas menyambar,
terdengar bunyi keras dan tahulah Ban-tok Mo-li bahwa caping
yang dipandangnya rendah itu ternyata hanya di luarnya saja
merupakan anyaman bambu, akan tetapi di sebelah dalamnya
terlindung baja atau besi atau semacam logam yang kuat. Ia
pun tidak berani memandang rendah dan memainkan pedang
dan kipasnya dengan cepat sehingga nampak gulungan sinar
yang menyambar-nyambar.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hong San menggerakkan sulingnya dan terdengar suling itu
seperti ditiup dan dimainkan. Dan caping itu ternyata mampu
melindungi tubuhnya dari sambarang hawa beracun dari
pedang dan kipas! Sebaliknya, dari kanan kiri atas atau bawah
caping, mencuat suling secara tiba-tiba dan sukar diduga,
melakukan totokan-totokan yang amat cepat. Ban-tok Mo-li
menjadi bingung dan beberapa kali nyaris jalan darah dibagian
depan tubuhnya tertotok. Setidaknya, ujung suling sudah
menyentuh bagian-bagian tubuhnya yang peka dan ia pun
semakin kagum. Pemuda itu masih sempat main-main dan
menyatakan berahinya lewat sentuhan-sentuhan ujung suling!
Tentu saja amat sukar diduga dari mana suling itu akan
mencuat ke luar karena tertutup caping. Sedangkan semua
serangan pedang dan kipasnya selalu dapat dihindarkan oleh
Hong San.
Akhirnya, setelah lewat hampir lima puluh jurus, tenaga
Ban-tok Mo-li mulai berkurang dan napasnya mulai memburu
Hong San tidak mau membikin malu wanita itu, maka ujung
sulingnya secepal kilat menotok siku kanan dan ketika pedang
lawan terlepas dari tangan yang mendadak lumpuh itu, dia
cepat menempel pedang dengan sulingnya dan memutar
pedang itu sedemikian rupa sel hingga terus menempel pada
sulingnya dan tidak sampai jatuh!
Ban-tok Mo-li terkejut dan cepat melompat ke belakang.
Dirampasnya pedang dari tangannya sudah merupakai bukti
cukup jelas bahwa ia memang kalah pandai. Diam-diam ia
berterima kasih kepada Hong San yang memberi ia kekalahan
terhormat, tidak sampai terluka atau roboh, bahkan pedangnya
pun tidak sampai terjatuh ke lantai! Hong San lalu
menggerakkan tangan dan pedang itu terlepas dari suling, lalu
melayang ke arah Ban-tok Mo-li yang menerima dengan
tangan kanannya dan wanita ini pun memberi hormat kepada
pemuda itu tanpa malu lagi.
"Can Kongcu telah memberi petunjuk kepadaku, aku
merasa kagum sekali dan mengaku kalah." Kemudian, wanita
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu berdiri menghadap ke arah mereka yang duduk di bawah
panggung, lalu berkata dengan suara lantang, "Para anggauta
Thian-te-pang, dengarlah. Mulai detik ini, aku memerintahkan
kalian semua untuk mengakui dan menerima Can Kongcu
sebagai pemimpin kita semua!"
Ucapan yang nyaring ini disambut tepuk sorak para
anggauta Thian-te-pang yang sudah merasa kagum sekali
melihat betapa pemuda tampan itu dapat mengalahkan
kauwcu dan pangcu, suatu hal yang mereka anggap luar biasa
sekali. Apalagi mereka tadi pun menyaksikan dengan mata
kepada sendiri betapa pemuda itu mampu mengubah diri
menjadi Thian-te Kwi-ong yang hidup!
Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu juga segera bangkit
menghampiri Can Hong San dengan sikap hormat dia
mempersilakan pemuda itu duduk di kursi kehormatan yang
berada di antara dia dan Ban-tok Mo-li. Tempat itu memang
telah diaturnya ketika pemuda itu bertanding melayani Ban-tok
Mo-li. Dia sudah menduga bahwa Ban-tok Mo-li juga bukan
tandingan pemuda sakti itu, maka.dia sudah mengatur sebuah
tempat duduk terhormat bagi Hong San.
Tentu saja Hong San merasa gembira sekali melihat sikap
dua orang itu! Setelah duduk di atas kursi di antara mereka,
dia lalu berkata kepada mereka.
"Hek-houw Toa-to dan Ban-tok Mo-li, seperti sudah
kukatakan tadi, aku datang untuk menuntut hakku sebagai ahli
waris mendiang Ayahku, menjadi orang nomor satu dalam
Thian-te-pang. Akan tetapi itu bukan berarti aku merampas
kedudukan kalian. Aku tidak ingin repot bekerja menjadi
kauwcu atau pang-cu. Biarlah kalian lanjutkan kedudukal
kalian sebagai kauwcu dan pangcu, akan tetapi kalian adalah
pembantu-pembantuku. Akulah pemimpin umumnya, dan aku
tidak ingin disebut pemimpin atau ketua, cukup kalau kalian
dan semua anggauta menyebut aku Can Kongcu saja. Akan
tetapi seluruh harta milik dan pemasukan uang harus berada
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
di bawah pengamatanku dan aku yang menentukan dan
mengatur semuanya. Mengertikah kalian?"
Tentu saja kedua orang ini merasa girang sekali. Mereka
tidak kehilangan muka dan juga tidak kehilangan kekuasaan.
Maka keduanya mengangguk-angguk dan secara langsung
maka kauwcu dari Thian-te-kauw itu bangkit berdiri dan
dengan lantang dia lalu bicara kepada semua orang yang
hadir.
"Para tamu yang terhormat, sobat-sobat dan para anggauta
Thian-te-kauw dan Thian-te-pang! Kami mengumumkan
bahwa mulai detik ini, Kongcu Can Hong San ini menjadi
pemimpin besar kita. Semua harus tunduk kepada perintahnya
dan kebijaksanaannya. Ketahuilah bahwa Kongcu adalah
putera dari mendiang Suhu kami, yaitu Cui-beng Sai-kong,
pendiri Thian-te-kauw. Hidup Can Kong-cu!"
Serentak para anggauta, juga para tamu berteriak, "Hidup
Can Kongcu!"
Hong San tersenyum-senyum penuh kegembiraan. "Nah,
mari kita lanjutkan pesta perayaan ini. Urusan dalam
perkumpulan kita dapat kita bicarakan lain waktu di antara kita
sendiri."
Para tamu lalu datang satu demi satu untuk
memperkenalkan diri kepada Hong San. Di antara mereka itu,
yang merasa amat kagum dan menyatakan ingin sekali
membantu sepenuhnya adalah Siangkoan Tek, putera
Siangkoan Bok, Ji Ban To murid Ouw Kok Sian, dan dua orang
murid Lui Seng Cu sendiri, yaitu] Siok Boan dan Poa Kian So.
Empat orang pemuda ini merasa kagum bukan main kepada
Hong San dan mereka berempat merasa gembira untuk dapat
membantu seorang seperti Hong San. Dan Hong San sendiri
senang kepada mereka, apalagi mengingat bahwa mereka
adalah murid-murid dan putera orang-orang yang pandai dan
berpengaruh. Ketika hidangan dikeluarkan, Hong San bahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengundang mereka berempat itu untuk duduk semeja
dengan dia, bersama Ban-tok Mo-li dan lui Seng Cu.
Can Hong San merasa betapa bintangnya terang. Dia
memberi selamat pada dirinya sendiri yang sudah memilih
tempat yang amat tepat baginya. Apalagi setelah dia
mendapat kenyataan bahwa Thian-te-pang telah merupakan
sebuah perkumpulan yang kaya! Dia dapat mempergunakan
kekayaan itu sesuka hatinya. Selain itu, juga mulai hari itu,
Ban-tok Mo-li, wanita yang masih amat cantik dan
menggairahkan itu, wanita yang memiliki banyak sekali
pengalaman, selalu menemaninya dan melimpahkan cinta
yang berkobar-kobar kepadanya. Lebih menyenangkan
hatinya lagi, para anggauta Thian-te-pang yang wanita,
banyak di antara mereka yang muda dan cantik, agaknya juga
berlomba untuk mendekatinya dan menjadi kekasihnya! Sekali
pukul saja, Hong San kini telah dibanjiri harta, kedudukan
terhormat, wanita-wanita cantik dan segala kesenangan dapat
diraihnya dengan amat mudahnya!
ooOOoo
Liu Bhok Ki yang berjalan seora diri meninggalkan rumah
suami isteri Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci itu sungguh jauh
berbeda dengan Liu Bhok Ki ketika datang ke dusun itu
kemarin. Kini dia melangkah dengan hati ringan dengan dada
lapang dan perasaan penuh bahagia. Dia merasa seolah-olah
ada batu besar sekali yang selama bertahun talah menekan
hatinya, kini telah lenyap membuat dadanya terasa lapang
sekali. Kakek berusia enam puluh tahun yang bertubuh tinggi
besar itu nampak lebih muda dari biasanya. Dadanya yang
bidang itu makin membusung, langkahnya bagaikan langkah
seekor harimau jantan dan sepasang matanya mencorong,
bibirnya yang terhias kumis dan jenggot itu tersenyum cerah,
bahkan ketika mendaki bukit itu, dia setengah berlari sambi
bersenandung! Sin-tiauw Liu Bhok Ki Si Rajawali Sakti itu
bersenandung! Sungguh suatu hal yang luar biasa sekali dan
kalau ada orang yang sudah mengenalnya mendengar
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
senandung itu, tentu dia akan terheran-heran. Pendekar yang
biasanya berwatak kasar dan keras itu hampir tidak pernah
kelihatan bergembira, dan pada hari ini dia berjalan kaki
seorang diri sambil bersenandung!
Tidak mengherankan kalau kita mengingat akan keadaan
hidup pendekar yang perkasa ini. Sejak muda dia menderita
sakit hati, dendam yang setinggi langit sedalam lautan.
Hatinya disakiti oleh isterinya yang mengkhianatinya, yang
melakukan penyelewengan dengan pria lain. Padahal dia amat
menyayangi isterinya itu! Dendam ini membuatnya seperti gila
dan membuat dia menjadi seorang yang luar biasa kejamnya
terhadap dua orang yang berjina itu. Dia menyimpan kepala
isterinya dan kasih isterinya, dan setiap hari dia seperti
menyiksa dua buah kepala itu! Bahkan lebih dari itu, dia
mendendam kepada keturunan dan keluarga dengan istennya
dan kekasih isterinya. Kepada putera kekasih isterinya putera
keponakan isterinya datang untuk membalas dendam dan
membunuhnya, dia menangkap mereka, bahkan dengan
memberi obat perangsang dia membuat mereka itu
terangsang dan melakukan hubungan suami isteri. Dia ingin
menghukum mereka itu sehebatnya. Dia ingin merasa berdua
itu menjadi suami isteri, saling mencinta, kemudian selagi
mereka hidup bahagia, dia ingin muridnya merusak
kebahagiaan rumah tangga mereka dengan merayu si isteri
atau memperkosanya, agar hancur luluh hati mereka dua!
Akan tetapi, ternyata muridnya, Si Han Beng, tidak
melakukan perintahnya itu, bahkan membela mereka. Dan
dalam keadaan marah itu, suami isteri putera mereka pun
menyerahkannya di tangannya. Dan dia pun sadar! Dia sadar
akan semua kesalahannya, sadang betapa dia menjadi seperti
gila karena cemburu dan dendam. Terutama sekali anak
mereka itulah yang membuatnya sadar, seorang anak kecil
berusia tiga tahun yang lucu dan pemberani! Dan kini dia telah
bebas!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dan baru sekarang dia mengenal apa yang dinamakan
kebahagiaan itu! Kebahagiaan adalah kebebasan! Bebas dari
segala perasan seperti marah, dendam, benci, iri, malu, takut
dan sebagainya. Juga bebas dari perasaan senang yang
timbul dari nafsu. Sebelum ini dia terikat oleh senang dan
susah, puas dan kecewa yang bukan lain hanya permainan
daya-daya rendah atau nafsu-nafsu dalam dirinya.
Ketika dia tiba di tepi sebuah hutan kecil di lereng bukit,
tiba-tiba pendengarannya yang tajam menangkap suara orang
berkelahi. Tak salah lagi, suara berdentingnya senjata-senjata
tajam saling bertemu, dan terdengar pula teriakan-teriakan
banyak orang. Liu Bhok Ki adalah seorang pendekar perkasa
yang berjuluk Sin-tiauw, tentu saja setiap kali ada perkelahian
atau adu ilmu silat, hatinya tertarik sekali. Apalagi suara orang
berkelahi itu terjadi di dalam hutan, maka dia pun merasa
khawatir kalau-kalau sedang terjadi kejahatan di dalam hutan
itu. Dia segera mengerahkan tenaganya dan berlari cepat
memasuki hutan.
Ketika dia tiba di tempat terbuka tengah hutan itu, dia
melihat seorang wanita muda yang memegang sepasa
pedang dikeroyok oleh sedikitnya lima belas orang! Dan di situ
sudah men geletak lima orang dalam keadaan terluka.
Agaknya gadis itu mengamuk berhasil merobohkan lima
orang, akan tetapi pengeroyoknya masih banyak dan di antara
para pengeroyok terdapat dua orang laki-laki setengah tua
yang cukup lihai. Gadis itu telah menderita beberapa luka,
pakaiannya sudah berlepotan darah dan gerakannya mulai
mengendur sehingga ia terancam bahaya maut!
Melihat ini, tentu saja Liu Bhok tak dapat tinggal diam saja.
Dia melihat betapa kini dua orang di antara para pengeroyok
yang paling lihai itu memang "masing-masing
mempergunakan sebatang golok besar, mendesak Si Gadis
berbaju hijau. Gadis itu melawan matian-matian, memutar
sepasang pedangnya, namun terdesak dan terhuyung.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tranggggg.. ..........!" Pertemuan pedang kanannya dengan
golok seorang di antara dua pengeroyok itu demikian kerasnya
sehingga pedang di tangan gadis itu terpental dan lepas dari
tangannya. Padahal, pada saat itu, orang ke dua sudah
mengayun goloknya membacok ke arah kepalanya. Sungguh
berbahaya sekali keadaan gadis itu dan agaknya sudah tidak
ada waktu lagi baginya untuk dapat menghindarkan diri dari
bacokan kilat itu.
Tiba-tiba nampak sinar putih meluncur dari samping dan
sinar ini menangkis golok yang membacok kepala gadis
berbaju hijau.
"Plakkk!" Sinar putih itu ternyata sehelai sabuk sutera yang
telah menangkis golok, sekaligus menggulungnya dan sekali
tarik, golok di tangan laki-laki itu terlepas dan berpindah ke
tangan Liu Bhok Ki!
Semua pengeroyok terkejut melihat munculnya seorang
laki-laki berusia enam puluh empat tahun yang tinggi besar
dan gagah perkasa. Mereka merasa penasaran sekali karena
mereka sudah hampir berhasil merobohkan wanita itu, akan
tetapi kini muncul seorang kakek yang menggagalkan usaha
mereka! Dua orang lihai yang agaknya menjadi pemimpin
rombongan itu, dengan marah lalu memberi aba-aba untuk
mengeroyok Liu Bhok Ki!
Liu Bhok Ki melihat betapa gadis berbaju hijau itu
terhuyung dan jatuh terduduk, lalu gadis itu memejamkan
mata dan agaknya sedang menderita nyeri yang hebat. Dia
pun cepat mendekati gadis itu, tanpa ragu lagi dia menotok
punggungnya sehingga gadis itu roboh pingsan dan segera
dipondongnya gadis itu. Pada saat itu, belasan orang itu sudah
maju mengeroyoknya.
Liu Bhok Ki menggerakkan sabuk putihnya dan tubuhnya
berloncatan bagaikan seekor rajawali sakti, menyambarnyambar
dan dalam waktu beberapa menit saja, hampir
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
semua senjata di tangan para pengeroyok telah terampas dari
tangan mereka. Ada yang terlibat sabuk dan ditarik lepas, ada
yang terlepas karena pergelangan tangan pemegangnya
tertotok ujung sabuk. Dan sabuk itu pun lalu lecut-lecut seperti
cambuk dengan mengeluarkan suara ledakan-ledakan. Kocarkacirlah
para pengeroyok itu dan tak lama kemudian mereka
semua melarikan diri sambil membawa teman-teman yang tadi
terluka oleh gadis itu.
Liu Bhok Ki berdiri dengan memondong tubuh gadis yang
pingsan itu, se¬jenak memandang kepada mereka yang
melarikan diri. Pada saat itu baru dia rasa keadaan hatinya
sudah mengalami perubahan yang luar biasa. Tanpa
disengaja, tadi dalam perkelahian itu, dia sama sekali tidak
mau melukai berat para pengeroyoknya, apalagi merobohkan
dan membunuhnya! Padahal, dahulu kalau dia berhadapan
dengan lawan, dia tidak mengenal ampun lagi! Lebih-lebih lagi
kalau lawannya itu orang-orang jahat. Dan gerombolan yang
mengeroyok seorang wanita seperti itu, mana bisa disebut
orang-orang baik?
Liu Bhok Ki tidak menyesali perubahan pada dirinya, hanya
merasa heran saja, kemudian dia membawa pergi gadis itu
keluar dari dalam hutan, membawanya mendaki bukit dan
setelah tiba puncak, di mana terdapat sebatang pohon yang
lebat daunnya, dia berhenti merebahkan tubuh gadis itu ke
atas tanah bertilamkan rumput tebal.
Dengan lembut dia menyadarkan gadis itu dari pingsannya.
Gadis itu membuka matanya dan begitu melihat seorang lakilaki
duduk di dekatnya, ia mengeluarkan seruan tertahan dan
cepat meloncat bangun dengan sikap menyerang. Akan tetapi
karena luka-lukanya, ia pun terpelanting dan tentu akan roboh
terbanting kalau saja Liu Bhok Ki tidak menangkap lengannya.
"Nona, tenanglah. Aku bukan musuhmu. Mereka itu sudah
melarikan diri."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Gadis itu mengamati wajah Liu Bhok Ki dan teringatlah dia
bahwa kakek itu yang tadi muncul menyelamatkan sambaran
golok. Akan tetapi ia pun teringat bahwa setelah itu, kakek itu
merontoknya sehingga ia roboh dan tidak ingat apa-apa lagi.
"Tapi .......... tapi kenapa engkau menotokku dan membuat
aku pingsan?" tanyanya penuh keraguan dan dengan sikap
masih siap untuk menyerang walaupun seluruh tubuhnya
terasa nyeri, dan terutama sekali luka di paha kirinya
mendatangkan rasa panas bukan main.
"Aku terpaksa, Nona. Kalau tidak kubikin pingsan, tentu
engkau akan tetap mengamuk dan hal itu berbahaya sekali
karena engkau sudah terluka parah. Tentu engkau tidak mau
pula kupondong. Setelah membuat engkau pingsan dan
memondongmu, aku berhasil memaksa mereka melarikan
diri."
Sepasang mata yang tajam itu mengamati Liu Bhok Ki
penuh perhatian, kemudian ketegangannya melunak dan ia
pun terkulai dan jatuh terduduk, lalu terdengar suaranya
lemah, "Harap Lo-cian-pwe sudi memaafkan aku. Karena tidak
mengenal maka aku tadi mengira Lo-cian-pwe seorang di
antara mereka dan aduhhh ............." la mengeluh dan
kedatangannya memijat-mijat paha kiri.
"Cukup, jangan banyak cakap dulu Nona. Engkau terluka
parah dan agaknya yang paling parah adalah luka di pahamu.
Biarkan aku memeriksanya. Aku mengerti sedikit ilmu
pengobatan."
Agaknya gadis itu sudah percaya penuh kepada Liu Bhok
Ki. Ia hanya mengangguk dan membiarkan kakek itu
memeriksa luka di paha kirinya. Ketika melihat betapa celana
di bagian paha dirobek dan penuh darah, Liu Bhok berkata,
"Maaf, untuk dapat memeriksa dengan baik, celana ini
terpaksa dirobek sedikit di bagian yang terluka. Engkau tidak
keberatan, Nona?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Gadis itu menggeleng kepala. Dengan hati-hati Liu Bhok Ki
merobek sedikit celana itu di bagian paha yang terluka
sehingga luka itu pun nampak jelas. Liu Bhok Ki adalah
seorang laki-laki jantan yang usianya sudah enam puluh tahun
lebih. Walaupun sudah bertahun-tahun dia tidak pernah dekat
dengan wanita, namun dia telah mampu menundukkan gejolak
nafsunya sehingga melihat kulit paha yang putih mulus itu dia
sama sekali tidak tergerak. Yang menjadi pusat perhatiannya
hanyalah luka itu. Luka tusukan yang tidak berapa lebar, dan
dalamnya juga tidak sampai mengenai tulang. Akan tetapi
melihat keadaan luka yang membengkak dan kehitaman itu,
dia mengerutkan alisnya.
"Nona, engkau terluka oleh senjata beracun!"
Gadis itu mengangguk. "Yang melukai aku di paha adalah
sebatang pisau yang dipergunakan secara curang oleh
seorang di antara kedua pemimpin gerombolan itu. Mungkin
pisau itu yang beracun. Aughhh ........... nyeri, panas rasanya
.............!" Gadis itu mengeluh.
"Untung bahwa racun ini hanya racun biasa saja, Nona.
Belum terlalu jauh menjalar, hanya di sekitar luka. Engkau
tidak berkeberatan kalau aku menyedot racun itu dan luka di
pahamu?" Sejenak mereka saling pandang dan melihat sinar
mata tajam yang penuh kejujuran itu, gadis itu lalu
mengangguk.
Liu Bhok Ki lalu menundukkan mukanya dan menyedot luka
itu dengan mulut. Di mengerahkan sin-kang sehingga
sedotannya itu kuat sekali. Setelah menyedot dia meludahkan
darah bercampur racun yang tersedot, lalu mengulangi lagi.
Sampai lima kali dia menyedot dan setiap kali disedot, gadis
itu merasakan kenyerian yang menusuk jantung namun dia
mempertahankan diri dan tidak mau mengeluh, hanya
menggigit bibir sendiri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah, sekarang kurasa racun itu sudah keluar semua," kata
Liu Bhok Ki sambil menyusut bibirnya, dan memeriksa luka itu.
"Dengan obat luka tentu akan cepat sembuh." Dia lalu
mengeluarkan obat bubuk dari saku bajunya, menaburkan
obat itu kedalam luka dan membalut paha itu dengan kain
bersih robekan sabuknya. Setelah itu, dia memeriksa luka-luka
lain, akan tetapi hanya luka biasa saja, tidak berbahaya.
Gadis itu kembali memberi hormat "Lo-cian-pwe telah
menolong diriku bahkan telah menyelamatkan nyawaku. Kalau
tidak ada Lo-cian-pwe, tentu aku sudah tewas di tangan
gerombolan itu."
"Sudahlah, Nona. Engkau tidak perlu banyak sungkan dan
tidak boleh terlalu banyak bicara. Jawab saja secara pendek
hal-hal pokok yang ingin kuketahui. Gerombolan apakah
mereka tadi?"
"Mereka perampok-perampok," jawab gadis itu.
"Bagaimana engkau bentrok dengan mereka? Jelaskan
singkat saja."
"Ketika aku lewat di sini aku melihat mereka itu merampok
sebuah keluarga yang lemah. Aku menolong keluarga itu dan
berhasil mengusir para perampok. Akan tetapi mereka itu
datang lagi membawa dua orang yang lihai tadi dan aku
terdesak."
Liu Bhok Ki mengangkat tangan. "Cukup, Nona. Aku
melihat engkau lemah kali, kalau bicara engkau menjadi
pu¬cat dan nampak kesakitan. Apakah ada sesuatu yang
terasa sakit?"
"Dalam dadaku .......... nyeri dan kalau bicara .......... ah,
semakin nyeri."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Coba aku memeriksanya," kata Liu Bhok Ki dan dia pun
berdiri di belakang gadis itu, lalu berlutut sedangkan gadis itu
duduk bersila. Liu Bhok Ki menempelkan telapak tangannya
pada punggung itu, menekan-nekan.
"Ah, ternyata selain luka beracun pahamu,, juga engkau
menderita luka dalam oleh pukulan yang cukup kuat Nona."
"Tadi ............. Si Muka Hitam itu ............ berhasil memukul
punggungku."
"Hemmm, sekarang ke manakah engkau hendak pergi?"
tanya Liu Bhok Ki kini sudah berada kembali di depan gadis itu
sambil memperhatikan wajah yang bulat berkulit putih dan
bermata tajam itu.
"Aku akan melanjutkan perjalanan mungkin ke kota raja.
Aku sedang mencari Pamanku ........... " kata gadis itu lirih dan
hati-hati karena kalau dipakai bicara, dadanya seperti ditusuk
rasanya.
Liu Bhok Ki menggeleng-geleng kepalanya. "Nona, engkau
perlu mengaso dan perlu perawatan. Keadaanmu tidak
memungkinkan engkau melakukan per jalanan, apalagi yang
jauh dan seorang diri pula. Engkau seorang gadis muda, itu
akan menghadapi banyak rintangan di jalan dan dalam
keadaan seperti ini, kalau itu akan berbahaya sekali. Kalau
engkau mau, Nona, marilah engkau ikut bersamaku. Aku akan
melanjutkan perjalanan dengan berperahu sehingga tidak
melelahkan dan kalau tiba di tempat tinggalku, aku akan
merawatmu sampai sembuh. Kalau engkau sudah sembuh
dan sehat kembali, baru engkau dapat melanjutkan
perjalananmu. Sekarang tidak perlu banyak bicara. Kalau
engkau mau, marilah."
Gadis itu nampak ragu dan bingung, ucapan kakek itu
memang benar. Ia terluka parah dan dalam keadaan seperti
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu, kalau muncul orang-orang jahat, dan mengganggunya,
tentu ia tidak akan mampu membela diri lagi. Akan tetapi, ia
baru saja bertemu dengan kakek ini. Sama sekali tidak
mengenalnya dan tidak tahu orang macam apakah adanya
kakek Ini.
"Lo-cian-pwe ........ siapakah ......... ?" Akhirnya ia
memberanikan diri bertanya belum mengambil keputusan.
Liu Bhok Ki tersenyum. Dia dapat menduga apa yang
membuat gadis itu meragu, maka dia pun menjawab, "Harap
engkau jangan khawatir, Nona. Aku Bhok Ki. disebut orang
Sin-tiauw dan selamanya aku tidak pernah berbuat jahat
apalagi kepada seorang gadis muda yang sepantasnya
menjadi anakku."
Sepasang mata bintang itu terbelak "Ah, kiranya Lo-cianpwe
adalah Sin tiauw Liu Bhok Ki? Paman pernah bercerita
kepadaku tentang Lo-cian-pwe."
"Siapakah Pamanmu itu?"
"Dia bernama Lie Koan Tek "
"Lie Koan Tek? Tokoh Siauw-Lim pai itu? Pantas kulihat
tadi permainan siang-kiam (sepasang pedang) darimu adalah
ilmu pedang Siauw Lim-pai. Kiranya engkau murid Siauw limpai!
bagaimana, Nona? Apakah engkau menerima usulku tadi
demi kebaikan sendiri?"
Keraguan kini lenyap sama sekali dan mata gadis itu.
Sudah lama ia dengar tentang nama besar Sin-tiauw Liu Bhok
Ki sebagai seorang pendekar perkasa walaupun menurut
pamannya, watak pendekar ini aneh dan keras. Namun, ia
tidak melihat kekerasan dalam sepak terjangnya tadi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Baiklah, Lo-cian-pwe dan sebelumnya terima kasih atas
kebaikan Lo-cian-pwe kepadaku."
"Hemmm, siapakah namamu? Sudah pantasnya aku
mengetahuinya." Gadis itu agak tersipu. Orang telah
melimpahkan bantuan kepadanya dan ia pun lupa untuk
memperkenalkan namanya! "Namaku Bi Lan, Lo-cian-pwe."
"Nah, Bi Lan, mari kau ikut dengan aku. Terpaksa engkau
harus kupondong karena kakimu itu akan menjadi bengkak
kalau kau pakai berjalan jauh. Sungai itu tidak berapa jauh lagi
dan setelah tiba di sana, kita selanjutnya menggunakan
perahu."
Gadis itu tidak membantah, dan ia melawan perasaan
malunya dengan memejamkan mata ketika merasa betapa
tubuhnya diangkat oleh lengan yang kokoh kuat itu.
Sambil memondong tubuh gadis i Liu Bhok Ki
mempergunakan ilmu berlari cepat sehingga dalam waktu dua
jam saja dia sudah tiba di Sungai Huang ho. Dia lalu menyewa
perahu melanjutkan perjalanan sampai ke kaki bukit Kimhong-
san di lembah Huang-ho. Kemudian, kembali dia
memondong tubuh Bi Lan mendaki puncak dan semenjak hari
itu Sin-tiauw Liu Bhok Ki merawat Bi Lan dengan penuh
perhatian. Gadis itu merasa terharu dan bersukur sekali
karena kakek itu merawatnya dengan penuh ketelitian seolaholah
ia dirawat oleh ayahnya sendiri.
Setelah gadis itu agak pulih kesehatannya dan tidak lagi
nyeri dadanya kalau bicara, barulah Liu Bhok Ki menanyakan
riwayatnya. Bi Lan kini tinggal sedikit lemah saja, akan tetapi
luka-lukanya sudah sembuh, baik luka di badan maupun luka
di dalam dadanya.
Kwi Bi Lan hidup berdua saja dengan ibunya karena
ayahnya telah meninggal dunia ketika ia masih kecil. Oleh
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pamanya, yaitu Lie Koan Tek adik kandung ibunya, ia
dimasukkan ke dalam perguruan silat seorang murid Siauwlim-
pai, bahkan kemudian pamannya itu melanjutkan memberi
pelajaran ilmu silat Siauw-Lim pai kepada keponakannya itu.
Bi Lan dan ibunya hidup di sebuah dusun sebagai petani.
Biarpun agak jarang, namun Lie Koan Tek tentu singgah di
dusun itu kalau dia kebetulan melakukan perjalanan melalui
daerah itu sehingga hubungan antara paman dan keponakan
itu cukup akrab. Akan tetapi, dua bulan yag lalu, ibu Bi Lan
jatuh sakit dan meninggal dunia. Tentu saja Bi Lan yang
menjadi sebatangkara itu merasa ber¬duka sekali. Hanya
dibantu oleh para tetangga, ia mengurus penguburan jenazah
Ibunya, dan setelah itu ia hidup menyendiri kesepian.
Pamannya Lie Koan Tek yang sudah lama tidak pernah
datang itu ditunggu-tunggunya, akan tetapi tidak pernah
muncul. Akhirnya, Bi Lan mengambil keputusan nekat untuk
mencari pamannya.
"Paman memberi dua alamatnya kepada kami, yaitu di kuil
Siauw-lim-dan di kota raja. Karena kota raja lebih dekat, maka
saya hendak menyusul dan mencarinya di sana, Lo-cian-pwe."
Liu Bhok Ki mengelus jenggotnya merasa iba kepada gadis
ini. Bi Lan telah memiliki ilmu silat Siau lim-pai yang cukup
tangguh namun kepandaian itu masih belum cukup untuk
bekal seorang gadis muda yang cantik melakukan perjalanan
seorang diri.
"Kota raja itu ramai dan luas, Bi Lan. Tahukah engkau di
mana rumah tinggal Lie Koan Tek?"
Bi Lan menarik napas panjang. "Paman Lie Koan Tek tidak
pernah memberitahu dengan jelas di mana letaknya hanya di
kota raja saja. Saya akan mencari keterangan di sana."
"Aih, sungguh berbahaya sekali, Bi Lan. Perjalanan ke kota
raja cukup jauh dan melalui daerah-daerah rawan, banyak
sekali orang jahat di dunia ini engkau tentu akan menemui
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
banyak halangan. Biarpun aku tahu bahwa engkau telah
menguasai ilmu silat cukup baik, namun kiranya masih belum
cukup untuk melindungi dirimu dari gangguan para tokoh sesat
di dunia kang-ouw."
"Bagaimanapun juga, saya harus berani menghadapi
bahaya itu, Lo-cian-pwe. Saya tidak mungkin hidup
sebatangkara saja di dunia ini. Saya masih mempunyai
seorang paman, maka saya akan menumpang hidup pada
Paman Lie Koan Tek."
"Memang benar pendapatmu itu. Akan tetapi setelah
engkau bertemu denganku, bagaimana mungkin aku
membiarkan engkau pergi menempuh bahaya seperti itu? Bi
Lan, terus terang saja, aku merasa kasihan kepadamu dan
kalau engkau suka, biarlah engkau tinggal beberapa lama di
sini. Aku akan mengajarkan beberapa ilmu silat kepadamu
agar engkau lebih kuat dan lebih mampu membelamu di
dalam perjalananmu mencari Pamanmu. Bagaimana
pendapatmu?"
Mendengar ucapan penolongnya itu, Bi Lan menjadi girang
sekali dan segera ia menjatuhkan diri berlutut di depan
pendekar tua itu. "Sungguh berlimpahan Suhu, menumpuk
budi kebaikan terhadap diri teecu, semoga Tuhan yang akan
membalasnya. Teecu mentaati perintah Suhu Liu Bhok Ki
tersenyum, hatinya merasa lega sekali dan diapun memegang
kedua pundak gadis itu dan menyuruhnya bangkit dan duduk
kembali di atas pembaringannya.
"Cukup, Bi Lan. Aku hanya ingin melengkapi
kepandaianmu, akan tetapi kalau engkau suka mengakui aku
sebagai gurumu, aku pun merasa gembira sekali. Ketahuilah
bahwa selama hidupku, hanya mempunyai seorang saja murid
dan kini kepandaiannya sudah jauh melampaui kepandaianku
sendiri. Dan kau adalah murid ke dua, padahal engkau sudah
menguasai banyak ilmu silat Siau lim-si dan aku hanya akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menambahi beberapa jurus saja untuk memperkuat dirimu dan
sebagai bekal."
Demikianlah, mulai hari itu Bi Lan menjadi murid Sin-tiauw
Liu Bhok Ki d setelah tubuhnya sehat kembali, mulailah ia
merima gemblengan kakek perkasa itu yang mengajarkan
jurus-jurus pilihan dari Hui-tiauw Sin-kun (Silat sakti Rajawali
Terbang) dan juga dia pemberi petunjuk tentang ilmu siangkiam
pedang pasangan) kepada gadis itu sehingga dalam
waktu tiga bulan saja, Bi Lan telah memperoleh kemajuan
pesat. Gadis yatim piatu itu pun tahu diri. lama tinggal di
pondok gurunya sebagai murid, ia bukan hanya
mengantungkan diri sendiri dengan mempelajari ilmu ilat saja.
la rajin bekerja membersihkan pondok, mencuci pakaian,
memasak dan menyediakan semua keperluan suhunya
dengan penuh perhatian. Biarpun ia seorang gadis yang
pendiam, namun ia selalu bersikap ramah, lembut dan penuh
hormat kepada gurunya sehingga kakek perkasa itu merasa
semakin sayang kepadanya.
Pada suatu hari, pagi-pagi sekali Bi Lan sudah memasak
air dan membuatkan air teh panas untuk gurunya, kemudian ia
menyapu pekarangan dan membawa pakaian kotor ke sumber
air untuk mencucinya. Gurunya baru saja bangun dan kini
gurunya sedang berlatih silat untuk melemaskan otot-otot.
Setiap pagi, untuk setengah jam lamanya, Sin tiauw Liu Bhok
Ki selalu bersilat untuk menjaga kesehatan dan kesegaran
tubuhnya.
Liu Bhok Ki merasa segar dan gembira hatinya pagi itu.
Semenjak Bi Lan berada di situ sebagai muridnya, Bhok Ki
merasa seolah-olah kehidupan menjadi lebih menyenangkan.
Kalau dahulu kadang-kadang dia merasa kesepian sekali,
merasa betapa hidupnya sudah tidak ada guna dan
manfaatnya lagi baik bagi diri sendiri apalagi bagi orang lain,
merasa tidak dibutuhkan manusia lain, kini dia merasa
sebaliknya. Bi Lan membutuhkan bimbingannya! Dan dia
merasa berguna, juga tidak lagi merasa kesepian. Kalau saja
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Bi Lan itu puterinya! Dia menghentikan latihannya menyeka
keringat dan duduk di atas batu di pekarangan depan
rumahnya itu. Pekarangan itu sekarang nampak bersih. Daundaun
pohon kering tertumpuk sudut dan terbakar. Bungabunga
tumbuh dengan segarnya. Memang tempat tinggalnya
telah berubah sejak Bi Lan datang di situ. Pekarangan selalu
bersih, bunga-bunga subur berkembang, dalam rumah juga
bersih, semua pakaiannya tercuci bersih dan setiap hari pun
ada saja sayur dimasak gadis itu dengan lezatnya. Kalau saja
Bi Lan itu puterinya, pikirnya lagi. Akan tetapi, dia
mengerutkan alisnya. Andaikata puterinyaa, setelah menikah
pun akan meninggalkannya' Demikianlah hidup, pikirnya
sambil menarik napas panjang. Tidak ada pertemuan tanpa
perpisahan.
Memang demikianlah keadaan hidup ini. Kita selalu
diombang-ambingkan senang dan susah. Senang kalau
bertemu dan berkumpul, lalu susah kalau berpisah. Senang
kalau mendapatkan, susah kalau kehilangan. Senang susah
menjadi dua hal bertentangan yang silih berganti
mencengkeram dan mempermainkan kita. Dan kita selalu
menghendaki senang dan menolak susah. Bagaimana
mungkin? Senang dan susah merupakan dua muka yang tak
dapat disahkan, seperti dua permukaan dari satu mata uang
yang sama. Kalau kita mengejar senang, tentu akan bertemu
susah pula. Bahkan adanya senang karena ada susah dan
sebaliknya. Kalau tidak ada senang, bagaimana tahu akan
susah. Kalau tidak ada susah pun tidak mungkin mengenal
senang. Seperti terang di gelap, seperti siang dan malam.
Biasanya, kalau ada kesadaran pada kita sehingga kita
berusaha untuk mengatasi kesusahan, maka yang ingin kita
atasi, yang ingin kita tiadakan atau h ilangkan, tentu hanya
susah itu saja. sebaliknya, senang ingin tetap kita rangkap dan
kita miliki! Padahal keadaan seperti ini tidak mungkin.
Keinginan ini pun timbul karena ingin senang, dengan cara
ingin terlepas dari susah. Jadi yang masih sama saja! Bahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
susah itu sudah membuat ancang-ancang hendak menerka
begitu kita menginginkan senang!
Susah dan senang bukan suatu keadaan, melainkan
buatan hati dan pikir belaka. Merupakan kerjasama antara hati
dan akal pikiran. Pikiran yang bergelimang nafsu yang timbul
dari dayanya rendah selalu ingin mengulang segala
pengalaman yang mengenakkan dan Menghindari segala
pengalaman yang tidak enak. Kalau bertemu pengalaman
yang mengenakkan, yang menguntungkan, maka hati pun
senanglah. Kalau pikiran bertemu peristiwa yang dianggap
tidak kuak dan merugikan, maka hati pun susah.
Enak atau tidak enak ini timbul dari an daya-daya rendah.
Suatu pengalaman yang mengenakkan selalu dikejar oleh
pikiran, ingin diulang sampai menjadi suatu kebiasaan. Segala
yang menyerangkan ingin dijadikan miliknya. Dari kemilikan
ini, makin besarlah rasanya.si aku, makin berarti. Kemilikan ini
yang memupuk dan membesarkan aku. Karena itu, kalau
terpisah dari yang dimilikinya, yang mengenakkan dan
menyenangkan atau menguntungkan, hati terasa sakit.
Peristiwa yang terjadi di dunia ini tidaklah baik ataupun
buruk. Baik buruknya hanya merupakan pendapat saja dari
hati dan pikiran yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
Suatu peristiwa yang saja dapat saja mendatangkan penilaian
yang saling bertentangan bagi satu orang karena tergantung
dari keadaan hati dan pikirannya. Seseorang menjadi sahabat
baik kita karena kita menganggap dia mengenakkan hati,
menguntungkan atau menyenangkan. Kalau dia pergi atau
merasa susah, merasa kehilangan kita selalu ingin agar dia
dekat dengan kita. Akan tetapi, suatu ketika dia melakukan
sesuatu yang merugikan kita tidak mengenakkan hati kita, dan
diapun menjadi tidak menyenangkan! Kalau pergi kita merasa
senang! Padahal, sebel itu kalau dia pergi kita merasa susah!
Jelah bahwa senang dan susah adalah keada hati yang timbul
dari pertimbangan pikir yang selalumengejar enak dan
menghindarkan yang tidak enak.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua itu wajar. Hidup memang sudah disertai daya-daya
rendah yang menjadi alat untuk mempertahankan hidup. Kalau
daya-daya rendah itu tetap berfungsi menjadi alat, maka hidup
pun baiklah. Yang gawat adalah kalau daya-daya rendah
demikian kuatnya sehingga menjadi penguasa dan
memperalat kita. Hidup kita seolah-olah hanya untuk mengejar
pemuasan nafsu belaka. Pengejaran pemuasan nafsu Inilah
yang menimbulkan perbuatan-perbuatan yang menimpang
dari kebenaran. Bukan lagi hawa nafsu yang menjadi kuda dan
kendalinya dan di tangan kita, melainkan kita yang menjadi
kuda, dikendalikan nafsu!
Banyak daya upaya manusia untuk mengembalikan fungsi
nafsu daya-daya rendah ini di tempatnya semula, yaitu
sebagai hamba, sebagai alat dan daya upaya ini dilakukan
melalui bermacam-macam agama, melalui ancaman hukuman
dan harapan-harapan. Bahkan ada yang sengaja menjauhkan
diri dari keramaian dunia, bertapa di tempat-tempat sunyi agar
daya-daya rendah tidak mendapatkan sasaran, agar nafsunafsu
dalam diri tidak dapat hidup subur karena tidak adanya
pupuk. Ada pula usaha melalui nasihat-nasihat, petuah.
Namun, betapa sedikitnya hasil yang diperoleh dari semua
usaha itu. Nafsu tetap merajalela di antara manusia. Manusia
pada umum masih saja diperbudak nafsu daya-daya rendah
sehingga perbuatan-perbuat sesat, jahat dan menyeleweng
daripada kebenaran terjadi di seluruh dunia.
Selama usaha untuk menalukkan nafsu ini timbul dari hati
dan akal pikiran maka selalu akan gagal. Karena hati dan akal
pikiran sudah bergelimang dengan daya-daya rendah,
sehingga apa pun yang dilakukan hati dan akal pikiran, selama
berpamrih pula. Hati dan akal pikiran sudah mengerti bahwa
perbuatan yang dilakukan itu tidak benar, namun hanya dan
akal pikiran sendiri tidak berada karena memang sudah
diperhamba oleh nafsu, sudah dipegang oleh nafsu semua
kendalinya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Hanya Tuhan yang akan mampu mengubah segalanyal
Tuhan Maha Pencipta Tuhan pula yang menciptakan semua
yang berada dalam diri manusia, Tuhan pula yang
menganugerahkan nafsu sebag alat untuk hidup. Maka kalau
alat itu merajalela dan mengubah kedudukannya menjadi
penguasa, hanya Tuhan yang menciptakannya saja yang akan
dapat fnengubahnya. Oleh karena itu, satu-satunya usaha
yang dapat ditempuh oleh kita hanyalah menyerah kepada
Tuhan! Menyerah dengan pasrah, menyerah dengan Ikhlas,
dengan sabar dan tawakal. Kita membiarkan pintu hati terbuka
dan sekali cahaya Tuhan masuk, maka kekuasaan luhan yang
akan membersihkan semua kekotoran dalam batin kita,
kekuasaan Tuhan yang akan mengadakan perombakan,
menaruh segalanya di tempatnya yang benar, dan
mengadakan pembaharuan. Kalau sudah begitu, maka
kekuasaan Tuhan yang akan memegang kendali dan memberi
bimbingan.
Liu Bhok Ki duduk termenung, mengenangkan hidupnya
yang penuh kepahitan. Semenjak kematian isterinya, tiga
puluh tahun lebih yang lalu, sinar matahari kebahagiaan
seolah-olah selalu bersembunyi, tertutup awan gelap baginya.
Kemudian, setelah dia terbebas dari tekanan dendam, baru
dia merasa lega dan bebas. Dan perjumpaannya dengan Bi
Lan seolah-olah merupakan cahaya terang dan membuatnya
merasa berbahagia sekali Ketika pikirannya membayangkan
betapa gadis itu suatu ketika akan pergi ninggalkannya, untuk
mencari pamannya alisnya berkerut dan dia cepat mengusir
bayangan yang menyedihkan itu.
Tiba-tiba dia memandang ke depan dan alisnya berkerut
kembali! Dia lihat dua sosok tubuh orang mendaki puncak
bukit itu. Dari gerakan mereka tahulah dia bahwa dua orang
yang mendaki puncak itu adalah orang-orang yang memiliki
kepandaian tinggi. Hatinya marasa tegang. Apakah dalam
keadaannya yang sekarang ini pun datang gangguan? Siapa
yang berani mendaki bukit ini kalau bukan mereka yang
datang dengan niat buruk terhadap dirinya? Sudah lama dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
meninggalkan dunia kang ouw sehingga boleh dibilang dia
sudah putus hubungan dengan para tokoh persilatan, maka
tidak masuk di akal kalau ada tokoh kang-ouw yang sengaja
datar berkunjung dengan iktikad baik. Dia sudah siap siaga,
akan tetapi tetap duduk dengan sikap tenang.
Bahkan ketika kedua orang itu sudah tiba di depannya, Liu
Bhok Ki tidak mengangkat muka memandang, melainkan tetap
menunduk, akan tetapi tentu saja dia mengikuti gerakan
mereka itu pendengarannya.
"Suhu ...........!"
Suara ini yang membuatnya cepat angkat muka. Seorang
pemuda tinggi besar yang tampan dan gagah berdiri di
depannya, bersama seorang gadis yang cantik jelita! Pemuda
itu segera menjatuhkan diri berlutut di depannya dan kembali
suaranya yang amat dikenalnya itu menggetarkan perasaan
Liu Bhok Ki.
"Suhu ............. !"
Wajah Liu Bhok Ki kini berseri, sinar matanya mencorong
dan suaranya terdengar penuh kegembiraan ketika dia
berseru, "Han Beng muridku ............!" Semenjak peristiwa
yang terjadi di rumah Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci, yaitu
pertemuannya yang terakhir kalinya dengan muridnya, dia
merasa semakin kagum dan sayang kepada muridnya ini.
Seorang murid yang berani menyerahkan nyawanya demi
untuk menyadarkan hatinya yang ketika itu menjadi buta dan
mabuk oleh dendam. Sejak itulah dia merasa betapa selama
puluhan tahun hidupnya dipenuhi racun dendam, selama
puluh tahun hatinya terhimpit oleh gunung dendam yang
membuat hidup terasa seperti dalam neraka. Dan muridnya
inilah yang menghapus racun itu, yang menyingkirkan gunung
itu, yang membuat dia menjadi seorang manusia yang bebas.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu sehat dan baik-baik saja, bukan?" Han Beng berkata
lagi.
Liu Bhok Ki mengangguk dan kini dia memandang kepada
gadis cantik yang datang bersama muridnya itu. Seorang
gadis yang wajahnya cantik, berbentuk bulat telur, dengan
tubuh yang tinggi semampai dan ramping, pakaiannya rapi
dan bersih, bibirnya yang merah sehat itu selalu tersenyum,
matanya jeli dan kocak. Gagang pedang yang tersembul
belakang pundak itu saja menunjukkan bahwa gadis ini bukan
seorang wanita lemah.
"Han Beng, siapakah Nona yang datang bersamamu ini?"
Sebelum Han Beng menjawab, Giok Cusudah mengangkat
kedua tangan di depan dadanya dan memberi hormat. "Locian-
pwe, dua belas tahun yang lalu Lo-cian-pwe pernah
berjumpa dengan saya di Sungai Huang-ho. Apakah Lo-Cianpwe
sudah melupakan saya?" Berkata demikian, Giok Cu
menatap wajah Si Rajawali Sakti itu dengan pandang mata
tajam penuh selidik.
"Eh? Bertemu di Huang-ho? Kapankah itu, Nona? Dan di
mana?" Dia bertanya heran.
"Dua belas tahun yang lalu, di atas perahu dekat pusaran
maut ketika terjadi perebutan anak naga. Ketika itu, seperti
juga Han Beng, saya dijadikan perebutan oleh para tokoh
kang-ouw, dan Ayah Ibu saya menderita luka di atas perahu
mereka ........" Giok Cu bukan sekedar mengingatkan, akan
tetapi juga memancing sambil menatap tajam wajah Pendekar
tua itu.
Sin-tiauw Liu Bhok Ki mengingat-ingat dan membayangkan
peristiwa yang terjadi dua belas tahun yang lalu itu. Peristiwa
memperebutkan anak naga Sungai Huang-ho yang takkan
terlupakan selama hidupnya karena dalam peristiwa itulah dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bertemu dengan Han Beng yang kemudian menjadi muridnya.
Teringatlah dia akan seorang gadis cilik yang kemudian ikut
pula diperebutkan orang-orang kang-ouw karena seperti juga
Han Beng, gadis itu telah bergulat dengan "anak naga" dan
menggigit serta menghisap darah anak naga itu.
"Ahhhhh ........... sekarang aku ingat! Engkau adalah gadis
cilik yang pemberani itu yang bersama Han Beng melawan
anak naga dan berhasil membunuhnya dan menghisap pula
darahnya. Bukankah engkau gadis cilik itu?"
Bukan itu yang dikehendaki Giok "Benar, Lo-cian-pwe. Dan
Lo-cian-pwe tentu masih ingat kepada Ayah Ibunya berada
dalam perahu dalam keadaan terluka. Lo-cian-pwe bersama
Han Beng datang dengan perahu lain dan naik perahu orang
tuaku, bukan? Tentu Lo-cian-pwe masih ingat apa yang terjadi
dengan Ayah Ibuku pada waktu itu ia sengaja tidak
melanjutkan karena ingin memancing pendekar tua itu. Tanpa
berpikir panjang lagi, Liu Bhok Ki sudah tentu saja ingat akan
semua itu. Dia mengangguk-angguk. "Ya benar, aku ingat
semuanya. Setelah menyelamatkan Han Beng dari tangan
tokoh-tokoh sesat itu, Han Beng mengajak aku mencari kedua
orang tuanya. Akan tetapi gagal, dan kami bertemu dengan
orang tuamu di perahu yang juga menderita luka-luka. Aku
bahkan masih sempat mengobati mereka sebelum kami
berdua meninggalkan mereka."
Giok Cu memandang semakin tajam dan penuh selidik
sehingga Liu Bhok Ki terheran, lalu berseru, "Ah, Nona,
kenapa engkau memandangku seperti itu?"
Sejak tadi Han Beng hanya diam saja, bahkan
menundukkan mukanya. Dia mengerti akan sikap Giok Cu. Dia
tahu bahwa gadis itu, walaupun percaya kepadanya, namun
masih merasa penasaran dan ingin mendengar sendiri
pengakuan gurunya, dan kini gadis itu memancing-mancing
agar Liu Bhok Ki menceritakannya apa yang sesungguhnya
terjadi ketika itu. Dia sengaja diam saja tidak mau mencampuri
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
karena dia yakin akan kebersihan gurunya maka tidak perlu
dia membelanya. Biarlah gadis itu mendapat keyakinan sendiri
setelah bicara dengan gurunya yang dia percaya dapat
mengusut semua keraguan dari hati Giok Cu. "Lo-cian-pwe,
apakah yang Lo-cia pwe lakukan ketika naik ke perahu Ayah
Ibuku?" tanyanya dan pandang matanya menatap tajam. Liu
Bhok Ki memandang heran.
"Eh? Apa yang kulakukan? Aku bertanya kepada orang
tuamu tentang orang tua Han Beng, kemudian melihat mereka
menderita luka-luka, aku lalu mengobatinya."
"Apakah ketika Lo-cian-pwe mengobati mereka, Ayah dan
Ibuku itu menderita luka-luka parah?"
Liu Bhok Ki menggeleng kepala dengan tegas. "Sama
sekali tidak! Luka yang mereka derita hanya luka di luar saja,
dan aku yakin setelah kuobati ketika itu mereka tentu sembuh
kembali."
Giok Cu membayangkan ketika ia bersama subonya berada
di perahu ayah Ibunya itu. Ayah ibunya yang ia temukan dalam
keadaan terluka, akan tetapi mereka tidak parah, dan mereka
bercerita bahwa mereka diserang oleh orang-orang jahat,
mereka terluka dan hanya seorang saja pembantu mereka
selamat. Yang lain tewas. Juga ayah bundanya yang
menceritakannya bahwa orang tua Han Beng tewas. Juga
ayahnya bercerita bahwa Han Beng dan Liu Bhok Ki, pendekar
tua itu yang mengobati mereka, demikian cerita ayahnya. Dan
tiba-tiba Ban-tok Mo-li yang berseru keras mengatakan bahwa
ayah bundanya diracuni Liu Bhok Ki dan ayah ibunya tiba-tiba
terkulai dan tewas dengan muka berubah menghitam! Racun
yang amat keras dan dapat menewaskan orang seketika. Hal
itu tentu saja baru diketahuinya setelah ia mempelajari ilmu
dari Ban-tok Mo-li. Ayah ibunya tewas oleh racun jahat yang
merenggut nyawa orang seketika, bukan racun yang
membunuh perlahan-lahan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kalau benar Liu Bhok Ki yang meracuni ayah ibunya, tentu
ayah ibunya sudah tewas ketika ia dan Ban-tok Mo-li tiba
perahu mereka. Jelas bahwa ayah ibunya tewas oleh racun
yang membunuh mereka seketika, dan racun itu pasti bukan
dari Liu Bhok Ki datangnya dan lebih masuk akal kalau Bantok
Mo-li yang meracuni mereka!
"Lo-cian-pwe adalah seorang pendekar yang gagah
perkasa, tentu Lo-cian-pwe tidak sudi untuk berbohong, dan
bukan seorang pengecut yang tidak berar mempertanggung
jawabkan perbuatannya ...........”
"Heiiiii! Nona, apa maksud kata-katamu itu?" Liu Bhok Ki
terbelalak dan wajahnya yang gagah itu menjadi kemerahan,
matanya mengeluarkan sinar mencorong.
"Ketika Lo-cian-pwe berada di perahu orang tua saya itu,
Lo-cian-pwe mengobati ataukah meracuni mereka?"
Dengan alis berkerut dan mata mencorong pendekar tua itu
bertanya, suaranya dalam dan berwibawa, "Nona, mengapa
engkau bertanya demikian? Aku telah mengobati mereka.
Kenapa aku harus meracuni mereka? Tidak ada alasan sama
sekali! Dan mengapa pula engkau menduga bahwa aku telah
meracuni orang tuamu?"
"Karena ketika saya dan Subo tiba di perahu orang tua
saya itu, saya menemukan mereka dalam keadaan terluka dan
tak lama kemudian mereka tewas keracunan. Dan menurut
keterangan Subo (Ibu Guru), mereka itu tewas karena Lo-tanpwe
yang meracuni mereka."
Liu Bhok Ki semakin terkejut. "Aku meracuni mereka?
Gilakah sudah Subomu itu? Siapa gurumu itu yang bermulut
demikian lancang melempar fitnah kepadaku?"
"Subo adalah Ban-tok Mo-li ..............."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ahhhhh! Pantas kalau begitu! Iblis betina ahli racun itu
yang mengatakannya? Ha-ha-ha, Nona. Kalau ada orang yang
dapat membunuh orang lain dengan racun tanpa diketahui,
orang itu adalah Ban-tok Mo-li! Jelas bahwa Ban-tok Mo-li
itulah yang telah meracuni orang tuamumu, bukan aku!"
“Akan tetapi, ia adalah guru saya. Bagaimana mungkin ia
yang sudah mengambil saya sebagai murid, membunuh orang
tua saya?" Giok Cu membantah.
Tiba-tiba Liu Bhok Ki tertawa. "Hal ha-ha! Alangkah
lucunya, akan tetapi juga amat penasaran! Nona, engkau
mengaku sebagai murid Ban-tok Mo-li akan tetapi agaknya
engkau belum mengenal siapa adanya gurumu itu! Ia seorang
tokoh sesat yang amat jahat, seorang wanita iblis yang tidak
segan melakukan kejahatan dalam bentuk apa pun juga. Dan
engkau agaknya lebih percaya kepada Ban-tok Mo-li daripada
kepadaku, bahkan menduga bahwa aku yang telah membunuh
orang tuamu? Heiii, Hai Beng, apa alasanmu engkau
mengajak murid Ban-tok Mo-li ini datang ke sini?”
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 23
Han Beng yang sejak tadi memang diam saja dan masih
berlutut, kini bangkit berdiri. "Suhu, teecu sudah mencoba
untuk meyakinkan hati Giok Cu bahwa Suhu sama sekali tidak
membunuh orang tuanya, dan teecu juga sudah menduga
bahwa yang membunuh mereka adalah Ban-tok Mo-li sendiri.
Akan tetapi Giok Cu masih belum puas. Untuk meyakinkan
hatinya, maka ia ingin mendengar sendiri keterangan dari
Suhu. Karena itulah maka ia datang bersama teecu
menghadap Suhu."
"Akan tetapi, ia menjadi murid Ban-tok Mo-Ii, bagaimana
dapat dipercaya? Ban-Tok Mo-li amat jahat, dan orang yang
menjadi muridnya............ "
"Akan tetapi, Suhu! Giok Cu akhir-akhir ini telah menjadi
murid Hek-bin Hwesio selama lima tahun!" Han Beng
membela.
Sepasang mata Liu Bhok Ki kembali terbelalak ketika ia
mendengar ucapan muridnya itu dan dia memandang gadis itu
dengan sinar mata penuh kagum. Kalau gadis ini sudah
menjadi murid hwesio yang sakti itu, maka lain persoalannya!
"Ah, kiranya begitu? Nona, kalau begitu, tentu engkau
sudah cukup dewasa dan bijaksana untuk menilai dan
menduga siapa sebenarnya pembunuh Ayah Ibumu. Apakah
engkau masih meragukan aku dan masih ada sangkaan
bahwa aku yang telah membunuh Ayah Ibumu yang tidak
kukenal, kubunuh begitu saja tanpa alasan sama sekali?
Andaikata aku mempunyai kepentingan harus membunuh
Ibumu pun, aku tidak akan mempergunaka racun, Nona.
Kiranya pukulanku masih cukup ampuh untuk membunuh
orang kalau hal itu kukehendaki."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu menarik napas panjang. "Maafkan saya, Lo-cianpwe.
Tentu Lo-cian pwe dapat mempertimbangkan bagaimana
perasaan saya yang melihat Ayah Ibu tewas di depan mata
saya karena di bunuh dan diracuni orang. Setelah mendengar
keterangan dan pendapat Han Beng memang saya mulai
menyangsikan pemberitahuan Subo Ban-tok Mo-li yang
dahulu tentu saja saya percaya sepenuhnya. Sejak kecil, saya
mengandung dendam yang mendalam terhadap Lo-cian-pwe
yang saya anggap sebagai pembunuh orang tua saya. Akan
tetapi, saya merasa belum puas kalau tidak bertemu sendiri
dengan Lo-cian-pwe."
"Hemmm, aku dapat mengerti, Nona. Dan bagaimana
pendapatmu sekarang! Apakah engkau masih juga belum
yakin bahwa aku bukan pembunuh orang tuamu?"
Giok Cu agak tersipu, akan tetapi ia memang seorang gadis
yang tabah dan memiliki watak yang lincah maka ia pun
tersenyum. "Sekarang saya baru yakin bahwa bukan Lo-cianpwe
yang membunuh Ayah Ibuku. Dari sini saya akan
menemui Subo Ban-tok Mo-li dan akan menuntut agar ia
berterus terang tentang kematian Ayah dan Ibu saya."
Liu Bhok Ki tertawa, hatinya merasa lega sekali. "Tidak ada
orang lain yang membunuh orang tuamu dengan racun yang
jahat, Nona ............"
"Lo-cian-pwe, harap jangan membuat saya merasa
sungkan dengan sebutan nona. Lo-cian-pwe adalah guru Han
Beng ia, sudah menjadi sahabat baik saya sejak kami masih
kecil, maka harap Lo-cian-pwe menyebut nama saya saja
tanpa nona. Nama saya Bu Giok Cu."
Sepasang mata Liu Bhok Ki berseru dan dia mulai suka
kepada gadis yang Sikapnya lincah dan terbuka ini. "Baiklah
Giok Cu. Aku bukan orang yang suka melempar fitnah dan
menuduh yang bukan-bukan. Akan tetapi, agaknya engkau
belum mengenal benar watak dari Ban-tok Mo li walaupun
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
wanita itu per nah menjadi gurumu. Aku percaya bahwa Bantok
Mo-li sajalah yang akan dapat melakukan kekejaman
seperti itu, membunuh orang tuamu yang sama sekal tidak
dikenalnya dan tidak bersalah apapun. Dan kurasa ia
membunuh mereka bukan tanpa alasan, la melihat bahwa
engkau telah menghisap darah anak naga, maka ia ingin
mengambilmu sebagai murid. Dan agaknya ia ingin
memutuskan seluruh ikatanmu dengan keluargamu, dan untuk
itu, ia tidak segan membunuh orang tuamu sehingga engkau
menjadi sebatangkara dan tentu saja amat tergantung
kepadanya."
Giok Cu mengangguk-angguk. "Agaknya pendapat Lo-cianpwe
itu memang benar. Dan terus terang saja, sekarang Ini
hubungan antara kami sudah putus sebagai guru dan murid,
bahkan ia menganggap saya sebagai musuh. Hampir saja
beberapa tahun yang lalu saya sudah mati di tangannya kalau
saja tidak muncul Suhu Hek-bin Hwesio yang menyelamatkan
saya dan kemudian mengambil saya sebagai murid."
"Bagus sekali kalau begitu, Giok Cu. Ketahuilah bahwa
orang yang dibenci dan dimusuhi Ban-tok Mo-li adalah orang
yang baik. Dan aku percaya bahwa engkau seorang gadis
yang baik, apalagi engkau telah menjadi murid Hek-bin
Hwesio."
Pada saat itu, muncullah Kwa Bi Lan dari dapur. Han Beng
memandang dengan heran. Tak disangkanya bahwa di tempat
tinggal suhunya terdapat seorang gadis yang tidak dikenalnya.
Seorang gadis yang cantik manis, dengan wajah bulat dan
kulit putih mulus, sepasang matanya tajam berwibawa dan
hidungnya mancung. Namun, gadis itu nampak kaget melihat
bahwa di situ terdapat dua orang tamu, seorang pemuda dan
seorang gadis yang tidak dikenalnya dan ia pun hanya berdiri
dengan muka ditundukkan dan tidak mengeluarkan kata apa
pun, bahkan kelihatan canggung dan ragu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu, siapakah Nona ini?" Han Beng yang bertanya
kepada gurunya.
Liu Bhok Ki tertawa. "Ha-ha-ha, aku sampai lupa, Han
Beng, atau memang belum sempat bicara tentang dirinya.
Gadis ini adalah Kwa Bi Lan dan ia Sumoimu (Adik
Seperguruanmu), Han Beng Lalu dia berkata kepada Bi Lan,
"Bi Lan inilah Si Han Beng, muridku dan Suhengmu seperti
yang pernah kuceritakan kepadamu."
"Suheng ............ !" kata Bi Lan lirih dengan muka
kemerahan sambil mengangkat kedua tangan di depan dada
sebagai penghormatan.
"Sumoi!" kata Han Beng dengan girang, lalu membalas
penghormatan itu lantas berkata kepada suhunya. "Ah, kiranya
Suhu mempunyai seorang murid baru? Teecu merasa girang
sekali!"
"Hanya kebetulan saja aku bertemu dengan Bi Lan ketika
dia dikeroyok banyak penjahat. Aku membantunya dan ia pun
menjadi muridku. Ketahuilah, Han Beng, bahwa Sumoimu ini
hidup sebatangkara dan ia tadinya dalam perjalanan mencari
Pamannya, yaitu Lie Koan Tek. Engkau pernah mendengar
nama itu, bukan?"
"Tentu saja! Bukankah dia itu pendekar Siauw-lim-pai yang
terkenal gagah perkasa itu, Suhu? Ah, Sumoi, kiranya engkau
keponakan pendekar terkenal itu? Mari perkenalkan, Sumoi.
Ini adalah Bu Giok Cu, seorang sahabatku sejak kecil, dan ia
adalah murid .......... Hek Bin Hwesio.”
Bi Lan kagum mendengar ini. "Enci Giok Cu, sungguh
mengagumkan sekali bahwa engkau adalah murid dari Locian-
pwe Hek Bin Hwcsio. Dia adalah Paman Guru dari para
pimpinan Siauw-lim-pai dan masih terhitung Susiok couw
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
(Paman Kakek Guru) dariku. Kalau begitu, engkau masih
terhitung Bibi Guruku sendiri!"
Giok Cu tersenyum dan muncul kelincahan dan
keramahannya, la merangkul Bi Lan. "Ihhh, Adik Bi Lan.
Engkau hanya satu dua tahun lebih muda dariku kukira, maka
tidak sepantasnya kalau aku menjadi Bibi Gurumu. Biarlah kita
menjadi enci adik saja. Engkau sebatangkara, bukan? Sama
dengan aku, maka kita seperti enci adik. Dan sebagai Suheng
dari Han Beng, engkau tentu lihai bukan main dan aku sama
sekali tidak patut menjadi Bibi Gurumu."
Bi Lan yang pendiam menjadi gembira sekali bertemu
dengan Giok Cu yang ramah dan lincah, dan keduanya sudah
akrab sekali. Melihat ini, Liu Bhok Ki tersenyum. "Giok Cu,
engkau masuklah ke dalam dan bantulah Bi Lan di dapur. Aku
ingin bercakap-cakap dengan Han Beng dan mendengarkan
segala pengalamannya semenjak kami saling berpisah."
Giok Cu juga tidak malu-malu lagi dan kedua orang gadis
itu bergandeng tangan masuk ke dalam rumah. Liu Bhok Ki
mengajak Han Beng untuk bercakap-cakap di ruangan luar
dan dia pun minta kepada pemuda itu untuk menceritakan
semua pengalamannya.
Dengan singkat Han Beng menceritakan semua
pengalamannya semenjak dia neninggalkan suhunya, menjadi
murid Sin-ciang Kai-ong, kemudian menjadi nurid Pek I Tojin
dan betapa dia kemudian dikenal sebagai Huang-ho Sin-long
(Naga Sakti Sungai Kuning). Tentu saja Liu Bhok Ki merasa
gembira dan kagum bukan main, terutama mendengar bahwa
muridnya itu telah menjadi murid Pek I Tojin yang sakti! Juga
gembira mendengar betapa muridnya telah membantu
pemerintah membasmi gerombolan penjahat yang mengadu
domba antara para hwesio dan para tosu. Ketika Han Beng
menceritakan bahwa dia mengangkat saudara dengan Coa
Siang Lee Liu Bhok Ki gembira bukan main.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus, bagus, Han Beng. Berita yang paling
membahagiakan hatiku. Engkau akan menebus, walaupun
sedikit dosaku terhadap Ayah Coa Siang Lee dan Bibi Sim Lan
Ci. Ah, aku girang sekali. Dan pesanku kepadamu, Han Beng,
kelak jangan engkau melupakan anak mereka yang bernama
Thian Ki itu. Dialah yang telah menyadarkan aku dari
cengkeraman dendam! Kelak kau wakililah untuk mendidiknya,
Han Beng, menjadikan dia seorang pendekar yang budiman.
Han Beng menarik napas panjang. "Suhu Kakak Coa Siang
Lee dan isterinya sudah bersumpah dan mengambil
keputusan bahwa mereka tidak akan memberi pelajaran ilmu
silat kepada Thian Ki. Mereka telah mengalami betapa
pahitnya kehidupan para ahli silat yang selalu dimusuhi orang.
Mereka hendak menjadikan Thian Ki seorang biasa saja agar
tidak memiliki banyak musuh kelak dan dapat hidup tenteram
dan berbahagia, tidak seperti ayah ibunya."
Liu Bhok Ki juga menarik napas panjang. "Hemmm, itu
adalah perkiraan mereka. Apakah kalau orang tidak dapat
membela diri lalu tidak ada yang datang mengganggu?
Bahkan yang lemah akan selalu ditindas oleh yang kuat. Akan
tetapi, tentu saja tidak baik menentang kehendak mereka.
Mereka yang berhak menentukan bagaimana harus mendidik
putera mereka. Akan tetapi, jangan lupakan keponakanmu itu
dan andaikata engkau kelak tidak diperbolehan menjadi
gurunya, engkau amatilah ia untuk membalas budi anak itu
kepadaku, Han Beng."
Hati pemuda itu merasa terharu. Memang, gurunya ini baru
sadar setelah melihat Thian Ki yang berlutut di depannya.
Seolah-olah anak itu yang menyadarkannya. Padahal, yang
menyadarkan manusia hanya Tuhan, dan kekuasaan Tuhan
dapat menyusup kemanapun juga, dapat pula menyusup ke
dalam diri Thian Ki yang dipergunakan oleh Tuhan untuk
menyadarkan Liu Bhok Ki dari mabuk dendam.
"Teecu berjanji akan mentaati pesan Suhu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Wajah pendekar tua itu berseri karena dia merasa yakin
bahwa muridnya ini kelak akan memegang janjinya. Kemudian
dengan hati-hati dia bertanya. "Han Beng, sejauh manakah
hubunganmu dengan Giok Cu?"
Terkejut hati Han Beng mendengar pertanyaan itu. Dia
memandang wajah gurunya dengan penuh selidik, akan tetapi
segera menjawab karena melihati sikap gurunya itu
bersungguh-sungguh. "Suhu, apakah yang Suhu maksudkan?
Sejak kecil teecu telah berkenalan dan menjadi sahabat Giok
Cu, bahkan keluarga kami menjadi sahabat, senasib
sependeritaan karena melarikan diri mengungsi dari
jangkauan tangan para petugas yang memaksa orang menjadi
pekerja paksa. Tentu saja kami bersahabat baik, Suhu."
"Yang kumaksudkan, sampai sejauh manakah
keakrabanmu dengan Giok Cu?" Wajah Han Beng menjadi
kemerahan.
Teecu tetap tidak mengerti, Suhu. Hubungan kami wajar
saja, sebagai dua orang sahabat yang sama-sama kehilangan
orang tua dalam perjalanan bersama. Bahkan sama-sama
bergulat dengan ular, eh, anak naga itu, lalu bersama pula
menjadi rebutan orang-orang kang-ouw. Anehkah kalau kami
menjadi sahabat amat akrab, Suhu?"
Pendekar tua itu mengangguk-angguk. Muridnya ini
berwatak polos dan jujur, dan biarpun usianya sudah cukup
dewasa, sudah dua puluh empat tahun, namun agaknya masih
hijau dalam urusan pergaulan dengan wanita sehingga tidak
dapat menangkap maksud pertanyaannya tadi. Dia tidak mau
mendesak, tidak ingin menyinggung perasaan muridnya dan
mengotori perasaan murni antara dua orang sahabat itu.
"Sekarang akan kutanyakan hal lain, Han Beng. Apakah
selama ini engkau telah menemukan calon jodohmu? Apakah
engkau sudah menjatuhkan hatimu kepada seorang gadis
yang kaupilih sebagai calon isterimu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ditanya demikian, Han Beng terbelalak, tersipu dan menjadi
bingung. "Teecu .......... teecu ............ tidak mengerti ...............
eh, maksud teecu, teecu belum berpikir sama sekali tentang
perjodohan, Suhu."
"Jadi belum ada pilihan?" Suhunya mendesak dan terpaksa
Han Beng men geleng kepala walaupun di dasar hatinya dia
tahu benar bahwa hatinya telah memilih seorang gadis, bahwa
dia mencinta seorang gadis. Dahulu, pernah dia merasa
tertarik kepada Souw Hui Im, akan tetapi setelah mendengar
Hui Im telah bertunangan dengan pemuda lain, dia pun
“mundur teratur" dan mengalah, meninggalkan Hui Im
bersama tunangannya walaupun dia maklum pula bahwa Hui
Im mencintanya. Kemudian dia bertemu dengan Giok Cu
seketika dia jatuh cinta. Akan tetapi, bagaimana dia berani
menyatakan rasa hatinya ini kepada suhunya? Giok Cu sendiri
belum tahu akan rahasia hatinya itu. Maka, mendengar
desakan itu, dia pun menggeleng tanpa menjawab.
"Bagus sekali! Aduh, betapa lega dan senangnya rasa
hatiku mendengar bahwa engkau belum mempunyai pilihan,
muridku. Dengar baik-baik, Han Beng. Engkau tahu betapa
aku sayang sekali kepadamu, dan bahwa engkau selain
sebagai muridku, juga kuanggap sebagai anakku sendiri
karena engkau sudah tidak mempunyai orang tua atau sanak
keluarga."
Han Beng merasa terharu. "Terima kasih banyak atas
segala budi kebaikan Suhu," katanya.
"Karena itulah, Han Beng, aku amat memperhatikan
keadaan dirimu. Engkau kini sudah berusia dua puluh empat
tahun. Dan sebagai guru, juga pengganti orang tuamu, aku
ingin sekali melihat engkau hidup berbahagia, berumah tangga
dengan baik, memiliki seorang isteri yang pilihan dan
mempunyai anak-anak yang sehat. Dan Thian agaknya
menaruh kasihan kepadaku, maka Dia mengirimkan eorang
calon mantu itu kepadaku. Han Beng, aku ingin agar engkau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
suka berjodoh dengan Kwa Bi Lan, Sumoimu tadi. Bagaimana
pendapatmu, Han Beng? Bukankah ia seorang gadis yang
memenuhi syarat sebagai seorang isteri yang baik, la cukup
cantik, bakatnya dalam ilmu silat baik sekali, murid Siauw-limpai
dan selama ia hidup di sini aku melihat bahwa ia seorang
anak yang rajin dari pandai, mengatur rumah tangga, juga
wataknya pendiam dan sopan berbudi bahasa baik."
Han Beng terpukau dan berdiam diri, tak bergerak seperti
telah berubah menjadi patung. Dia terkejut bukan main, lebih
kaget daripada kalau diserang dengan pedang secara tibatiba.
Dia tidak mampu menjawab, bahkan tidak mampu
berpikir karena pikirannya sudah berputar putar tidak karuan,
mengikuti gerak jantungnya yang berdebar karena terguncang
oleh kata-kata suhunya tadi.
Liu Bhok Ki dapat memaklumi keadaan muridnya dan dia
tertawa. "Ha-ha-ha, jangan engkau tertegun seperti itu, Han
Beng. Engkau seorang laki-laki, apa anehnya kalau tiba
saatnya engkau harus beristeri? Pikirlah baik-baik. Kala
engkau sudah beristeri, dengan seorang isteri sebaik Bi Lan,
hidupmu akan tenteram. Berumah tangga, berkeluarga, dan
engkau bekerja untuk menghidupi keluargamu. Tidak menjadi
seorang pengelana yang tidak menentu hidupnya, tidak
menentu pekerjaan dan tempat tinggalnya. Dan aku sudah tua,
muridku. Aku ingin pula mondok di rumah tanggamu,
mengasuh Cucu-cucuku kelak, ha-ba-ha!"
Han Beng merasa tersudut. Apa yang harus dia katakan?
Dia tahu bahwa gurunya ini memiliki watak yang jujur akan
tetapi keras bukan main. Kalau dia begitu saja menjawab
bahwa dia tidak setuju dan menolak usul gurunya, tentu dia
akan menyakiti hati gurunya yang dihormati dan disayangnya
itu. Akan tetapi dia pun tentu saja tidak mungkin dapat
menerima ikatan jodoh semudah itu! Dia belum mengenal Bi
Lan, belum tahu akan watak atau isi hati gadis itu. Dia dan Bi
Lan bukanlah dua ekor ayam atau anjing atau sapi yang dapat
dikawinkan begitu saja. Bagaimana mungkin dia dapat hidup
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
di samping seorang wanita selama hidupnya, kalau dia tidak
mencinta wanita itu dan sebaliknya wanita itu tidak
mencintanya? Dan di sana masih ada Giok Cu? Bagaimana
mungkin dia meninggalkan Giok Cu dan menikah denngan
gadis lain? Dia harus lebih dulu mengetahui isi hati Giok Cu,
dan mengetahui pula isi hati Bi Lan. Bahkan yang terpenting
adalah isi hati Giok Cu, karena bagaimanapun perasaan Bi
Lan terhadap dirinya, tidak begitu penting baginya. Dia tidak
mencinta Bi Lan bahkan berkenalan pun baru saja. Yan
penting, kalau memang Giok Cu mencintanya, tidak mungkin
dia menikah dengan Bi Lan atau gadis lain mana pun Kecuali
kalau Giok Cu tidak mencintainya, mungkin baru dia dapat
memenuhi permintaan gurunya, semata-mata demi membalas
budi kebaikan gurunya itu.
"Hei, Han Beng, kenapa engkau dian saja? Jawablah!"
Seruan Liu Bhok Ki ini menyadarkan Han Beng dan dengan
gagap dia menjawab, Bagaimana teecu harus menjawab
Suhu? Urusan ini ......... terlalu tiba-tiba dan teecu sendiri
bingung. Teecu membutuhkan waktu untuk memikirkan usul
Suhu ini."
Pendekar tua itu mengangguk dan tersenyum. "Baiklah,
engkau memang terlalu berhati-hati. Kuberi waktu padamu.
Berapa lama engkau hendak memikirkan persoalan ini dan
memberi jawaban pasti kepadaku?"
Han Beng yang lebih dulu ingin menyelami perasaan hati
Giok Cu terhadap di rinya, lalu berkata, "Suhu, teecu sudah
berjanji kepada Giok Cu untuk menghadap Suhu dan bertanya
tentang kematian orang tuanya. Kemudian dari sini, kami akan
mendatangi Ban-tok Mo-li untuk menuntut pertanggungan
jawab dari wanita iblis itu. Nah, setelah teecu menemaninya
bertemu dengan Ban-tok Mo-li, barulah teecu akan kembali ke
sini dan memberi jawaban yang pasti kepada suhu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Liu Bhok Ki adalah seorang pendekar besar. Dia
menghargai kehormatan lebih besar daripada nyawa. Kalau
dia sudah mengeluarkan janji, sampai matipun harus dia
hadapi untuk memenuhi janji itu. Maka, mendengar bahwa
muridnya sudah berjanji kepada Giok Cu untuk menemaninya
menghadap Ban-tok Mo-li dia pun mengangguk-angguk, dan
tidak mau dia melarang. Apalagi dia tahu bahwa gadis
bernama Giok Cu adalah seorang teman sejak kecil dari Han
Beng maka sudah sewajarnya kalau Han Beng membantunya
mencari pembunuh ayah ibu gadis itu.
"Baiklah, Han Beng. Engkau boleh menemani Giok Cu
menemui Ban-tok Mo-li sambil berpikir-pikir tentang
keinginanku menjodohkan engkau dengar Bi Lan. Setelah
selesai urusan dengan Ban-tok Mo-li itu, engkau segera
kembalilah kesini dan kita membuat persiapan untuk perayaan
pernikahanmu."
Han Beng mengangkat muka memandang kepada gurunya.
"Akan tetapi, Suhu. Bagaimana mungkin Suhu sudah dapat
demikian memastikan? Padahal, baru saja teecu bertemu
dengan Sumoi. Belun tentu Sumoi okan menyetujui ikatan itu!”
Liu Bhok Ki tersenyum. "Aku yakin ia tidak akan menolak, la
seorang gadis yang baik dan penurut. Aku akan mencari
pamannya, Lie Koan Tek, yang merupakan wali tunggalnya
dan akan kubicarakan tentang urusan perjodohan kalian itu
dengan pendekar Siauw-lim-pai itu."
Han Beng tidak menjawab lagi, akan tetapi hatinya merasa
tidak enak bahkan khawatir sekali.
ooOOoo
Kaisar Yang Ti (604 - 618) merupakan kaisar ke dua dari
wangsa Sui, setelah menggantikan mendiang Kaisar Yang
Cien yang merupakan kaisar pertama dari dinasti Sui. Kaisar
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Yang Cien memulai dengan penggalian terusan-terusan yang
menghubungkan Sungai Huang-ho dan Sungai Yang-ce. Dan
setelah dia meninggal dalam tahun 604, penggantinya, yaitu
Kaisar Yang Ti yang sekarang melanjutkan pekerjaan itu,
bahkan memperluasnya sehingga terusan itu digali sampai ke
Hang-couw.
Kaisar Yang Ti bukan hanya giat melakukan penggalian
terusan yang besar artinya bagi lalu-lintas perdagangan,
namun dia juga terkenal giat dengan gerakan balatentaranya
untuk menundukkan negara-negara tetangga. Juga dia amat
aktip dalam gerakan politik untuk memperkuat kedudukannya
dan memperluas kekuasaan kerajaannya. Bahkan saja
Tongkin dan Annam di bagian selatan dia serbu, bahkan di
utara dia pun melakukan gerakan.
Pada waktu itu, daerah utara didiami bermacam suku
bangsa yang oleh bangsa Han dianggap sebagai bangsa "liar".
Di antara mereka adalah bang Toba, Turki dan Mongol.
Mereka semua adalah bangsa Nomad yang berpindah-pindah
untuk mencari daerah subur untuk memelihara ternak, dan
daerah di mana terdapat banyak binatang untuk diburu. Dan
seringkali terjadi perselisihan dan pertempuran antara sukusuku
bangsa itu karena mereka memperebutkan daerah yang
subur.
Keadaan mereka yang hidup saling bermusuhan itulah
yang dimanfaatkan oleh Kaisar Yang Ti. Dia mengirim orangorangnya
yang pandai untuk memperuncing pertentangan
antara suku-suku bangsa itu, mendukung yang satu
membasmi yang lain. Dengan cara demikian, kedudukan
suku-suku bangsa itu menjadi lemah dan setelah itu barulah
bala tentara dinasti Sui menyerbu akhirnya daerah utara dapat
dikuasainya tanpa menemukan perlawanan yang berarti
karena suku-suku bangsa itu sudah menjadi lemah karena
saling gempur sendiri. Untuk memuaskan ambisinya yang
besar, Yang Ti belum merasa cukup dengan menaklukkan
daerah utara barat itu. Dia masih mencoba untuk menguasai
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Timur laut, yang sekarang termasuk daerah Mancuria dan
Korea. Namun, berkali-kali pasukannya mengalami kegagalan.
Di samping ambisinya yang besar sehingga dia seringkali
memimpin pasukannya sendiri untuk memperluas kekuasaan
dan wilayahnya, dan melanjutkan penggalian terusan, juga
Kaisar Yang Ti terkenal sebagai seorang kaisar yang mata
keranjang. Selir dan dayangnya tak terhitung banyaknya. Dan
dia begitu mata keranjang sehingga dia memaksa dua orang
selir ayahnya, ketika ayahnya masih hidup, untuk menjadi
kekasihnya. Bahkan setelah ayahnya meninggal dunia, dia
menarik dua orang selirnya yang masih muda itu menjadi
selirnya sendiri. Hal ini tentu saja membuat beberapa orang
menteri yang setia mengerutkan alisnya. Bagaimanapun juga,
selir-selir itu adalah isteri mendiang ayahnya, jadi termasuk ibu
tirinya! Menurut catatan yang kemudian ditinggalkan dan
diketahui umum setelah Kerajaan Sui jatuh, Kaisar Yang Ti
termasuk mempunyai permaisuri, dua orang wakil permaisuri,
enam selir utama dan tujuh puluh dua selir muda. Di samping
itu masih ada tiga ribu orang perawan-perawan istana yang
menjadi dayang dan juga setiap orang dari para gadis ini dapat
saja setiap waktu diharuskan melayani kaisar yang tidak
pernah merasa puas itu!
Semua pembesar tinggi di istana tahu belaka bahwa Kaisar
Yang Ti merupakan seorang laki-laki yang menjadi hamba
nafsu berahinya dan selalu dia memenuhi dorongan nafsunya
dengan cara yang menyolok dan kadang tidak tahu malu.
Ketika dia mengadakan pembukaan dan pelayaran pertama
merayakan selesainya penggalian terusan yang
menghubungkan Sungai Huang-ho dan Yang-ce, atau
menghubungkan daerah utara dan selatan, dia menggunakan
perahu di terusan yang lebarnya sekitar tiga puluh kaki itu.
Perahunya besar dan mewah, dan dia memerintahkan
beberapa ratus orang perawan istana atau dayang-dayang
muda yang cantik manis untuk menarik perahunya hilir mudik
di tepi terusan itu. Ratusan orang gadis remaja yang cantik itu
sambil bernyanyi-nyanyi dan tertawa-tawa, menarik tali yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dihias kembang-kembang, diiringi suling dan yang-kim. Dari
perahunya, Kaisar Yang Ti menikmati penglihatan yang amat
indah menggairahkan itu. Pakaian para dayang yang beraneka
warna, dari sutera yang halus, membayangkan bentuk-bentuk
tubuh para gadis remaja yang bagaikan kembang sedang
mulai mekar. Bayangan para dayang itu terpantul di dalam air
dalam keadaan terbalik. Mendengarkan suara mereka
bernyanyi dan tertawa merdu, melihat gerakan tubuh mereka
yang lemah gemulai, goyangan pinggang dan pinggul, cukup
mendorong gairah dalam hati kaisar itu dan nafsu berahinya
berkobar. Untuk melayani hasratnya, di perahu yang besar itu
telah siap para selirnya sehingga Sang Kaisar, di balik tirai
perahu, dapat melampiaskan nafsunya sepuas hati sambil
mendengarkan nyanyian dan tertawaan para dayang remaja.
Apalagi kalau sedang di dalam istana, bahkan di waktu
melakukan perjalanan daratpun, Sang Kaisar yang menjadi
budak nafsu-nafsunya itu tidak pernah lupa mengajak
beberapa orang selir terkasih. Keretanya sengaja dibangun
secara istimewa, besar dan panjang, bukan hanya cukup
untuk dia duduk dilayani lima enam orang selir, bahkan tempat
duduk itu dapat pula dijadikan tempat tidur! Tirai kereta itu
dihiasi permata mutu manikam dan keleningan kecil-kecil yang
mengeluarkan bunyi musik, suara ini dapat menyembunyikan
suara-suara lain yang keluar dari kerongkongan sang Kaisar
dan para selirnya.
Dalam keroyalannya yang luar biasa, yang jauh melampaui
kemewahan para kaisar dahulu, Kaisar Yang Ti mengutus
seorang ahli bangunan terbesar di aman itu, yaitu Siang Seng,
untuk membangun sebuah istana yang amat indah di Lokyang.
Bangunan istana yang luar biasa besarnya dan
megahnya dan dikerjakan siang malam selama satu setengah
tahun oleh tidak kurang dari lima puluh ribu orang tukang yang
pandai! Sungguh merupakan suatu pekerjaan berat juga suatu
kemewahan dan keroyalan yang luar biasa. Istana induk yang
amat megah dan mewah itu dikelilingi tiga puluh enam istana
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
yang lebih kecil, dibangun di antara hutan bunga beraneka
ragam dan warna!
Istana induk menjulang tinggi, berkilauan ditimpa sinar
matahari, seperti sebuah menara raksasa dari emas. Di
beranda yang mengelilingi setiap loteng setiap hari kalau
kaisar berada di situ ratusan orang gadis dayang bermain
musik, menari dan bernyanyi sambil berbisik-bisik, bersendau
gurau dan hujan senyum manis dan kerling memikat, dan
pakaian mereka yang tipis hampir tembus pandang itu
membayangkan tubuh mereka yang mulai matang.
Kamar Sang Kaisar sendiri memang dibangun sebagai
tempat untuk pelesir untuk bersenang-senang mengumbar
nafsu bersama para selir dan dayang. Ruangan kamar itu
amat luas, terlalu luas untuk sebuah kamar tidur, sebuah
ruagan yang dapat menampung seratus meja. Tempat ini
merupakan harem Sang Kaisar, di mana para selir yang
terpilih untuk menghiburnya hari itu, sedikitnya tiga puluh
orang, dengan pakaian minim hampir telanjang, berkeliaran,
bermain-main, bersendau-gurau atau hanya rebahan di atas
lantai yang ditilami kasur dengan bulu-bulu harimau dan
permadani dari barat. Ruangan itu penuh dengan cermin yang
dipasang di sekelilingnya, pada dinding. Dari lubang-lubang di
dinding mengepul lembut asap dupa harum dari bermacam
bunga, sehingga mereka yang berada di dalam ruangan itu
merasa seolah-olah mereka berada di dalam sebuah taman
yang penuh bunga mekar. Lampu-lampu gantung beraneka
warna, dengan lilin di dalamnya, menambah semarak dan
romantis ruangan itu.
Begitu Sang Kaisar memasuki ruangan itu, delapan orang
pengawal thaikam (orang kebiri) menyambutnya sambil
berlutut dan mereka dengan hormat membantunya
menanggalkan pakaian kebesaran, menggantikannya dengan
pakaian yang longgar dari sutera dan kulit harimau. Para
thaikam itu lalu keluar dan berjaga di luar ruangan. Kaisar
sendiri disambut oleh salam halus "Ban-swe" (Panjang Usia)
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
oleh mulut para wanita muda yang cantik itu. Tangan-tangan
kecil lembut dan halus putih mulus segera menyuguhkan
anggur gin-seng, buah-buahan, manisan atau daging
panggang, apa saja yang dikehendaki Sang Kaisar sudah
tersedia di tempat itu.
Bahkan di dalam sejarah, kaisar terkenal pula sebagai
seorang yang menyuruh para ahli di jaman itu menciptakan
segala macam alat untuk memuaskan nafsunya yang tak
kunjung padam, segala macam perabot atau alat yang ditujuk
untuk mendatangkan kesenangan yang lebih. Barulah Sang
Kaisar ini agak menjadi jinak dan tidak seliar sebelumnya
setelah ia mendapatkan seorang selir baru Han Cun Ji. Selir
inilah yang dapat merebut hatinya, dan semenjak ada selir ini,
Kaisar Yang Ti tidak begitu haus lagi, seolah-olah segala rasa
lapar dan hausnya telah terpuaskan oleh Sang Selir yang
terkasih ini.
Dan timbul kembali nafsunya untuk bertualang, untuk
menundukkan daerah-daerah yang belum dikuasainya. Dalam
hal ini pun dia kadang-kadang melampaui batas kekuatan
pasukannya. Ketika dia memimpin pasukannya dan matimatian
berusaha untuk menundukkan daerah Shansi Utara,
pasukannya terpecah belan oleh siasat pihak musuh dan
hanya dengan pasukan pengawal yang tidak begitu besar
jumlahnya, Kaisar Yang Ti terkepung oleh suku bangsa Turki.
Nyaris keselamatan kaisar itu terancam hebat kalau saja pada
saat itu tidak muncul seorang perwira yang bersama
pasukannya dengan gagah berani menerjang dan
membobolkan kepungan, berhasil menyelamatkan Kaisar
Yang Ti dari ancaman maut. Perwira yang gagah perkasa ini
adalah Li Si Bin, yang kelak merupakan seorang tokoh yang
amat penting dalam sejarah karena perwira ini pula yang kelak
menjatuhkan Kerajaan Sui dan bahkan kelak dia akan menjadi
seorang kaisar yang terkenal di dalam jaman dinasti
berikutnya yaitu dinasti Tang (618-907)!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Demikianlah sedikit tentang keadaan kaisar yang berkuasa
di jaman cerita ini terjadi. Ketika itu, istana megah dan mewah
di Lok yang sedang dibangun dan hampir selesai karena
pembangunan sudah berlangsung setahun.
ooOOoo
Pada suatu pagi, dua orang muda memasuki kota Lokyang.
Mereka bukan lain adalah Han Beng dan Giok Cu.
Mereka telah meninggalkan Kim-hong-san setelah tinggal di
rumah Liu Bhok Ki dan murid barunya, Kwa Bi Lan selama
belasan hari lamanya. Ketika mereka berpamit untuk pergi
mengunjungi Ban-tok Mo-li di Ceng-touw, Liu Bhok Ki
menyetujuinya. Pendekar tua ini ingin agar muridnya, Han
Beng, segera menyelesaikan tugas yang dijanjikan kepada
Giok Cu, lalu pulang dan memberikan! jawaban pasti tentang
usul ikatan perjodohan dengan Bi Lan. Dan pandangan mata
yang berpengalaman dari Liu Bhok Ki melihat betapa ada
perubahan sikap dalam diri gadis yang menjadi muridnya! itu
setelah Han Beng dan Giok Cu pergi.! Muridnya itu, yang
tadinya biarpun pendiam selalu bergembira, kini setelah Han
Beng pergi, gadis itu nampak seringkah termenung, bahkan
murung! Hal ini bagi Liu Bhok Ki merupakan suatu pertanda
baik!
Beberapa kali, secara halus dia memancing pendapat Bi
Lan tentang Han Beng. "Bagaimana pendapatmu tentang Si
Han Beng, Suhengmu itu, Bi Lan?" tanyanya sambil lalu ketika
mereka membicarakan dua orang muda yang baru saja
meninggalkan tempat itu.
"Suheng Si Han Beng? Ah, dia seorang yang baik sekali,
gagah perkasa dan ramah. Teecu mendapatkan petunjuk
berharga ketika melatih Hui-tiauw Sin-kun di bagian yang
paling sulit, Suhu."
Liu Bhok Ki mengangguk-angguk dan tersenyum.
"Memang, dia kini telah menjadi seorang pendekar yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
gagah perkasa. Naga Sakti Sungai Kuning! Ha-ha, sungguh
aku bangga mempunyai murid seperti dia. Kau tahu, sekarang
kepandaiannya jauh melampaui tingkatku, dia dua kali lebih
lihai daripada aku, ha-ha-ha "
Bi Lan semakin kagum. "Sungguh hebat. Teecu juga
bangga mempunyai Suheng seperti dia, Suhu."
Liu Bhok Ki tidak mendesak terus atau memancing terus.
Pertemuan antara dua orang muridnya itu baru satu kali
terjadi, dan tidak enak kalau bertanya tentang perasaan hati
gadis pendiam itu tentang Han Beng. Biarlah, dia akan
menanti dengan sabar. Dia hampir yakin bahwa Bi Lan pasti
menerima dengan hati terbuka kalau dijodohkan dengan Han
Beng. Yang mengkhawatirkannya adalah kalau Han Beng
yang menolak mengingat betapa akrabnya hubungan
muridnya itu dengan Giok Cu.
Kita kembali kepada Han Beng dan Giok Cu. Mereka tiba di
Lok-yang karena mereka tertarik mendengar bahwa di kota itu
dibangun sebuah istana yang amat megah dan mewah, amat
indah sehingga berita tentang pembangunan itu terdengar
sampai jauh, menjadi bahan pergunjingan orang. Ada yang
mengagumi ada pula yang mencela karena kaisar terlalu royal.
Berita-berita yang mereka dengar di sepanjang perjalanan itu
menarik perhatian mereka, terutama sekali Giok Cu.
"Kaisar macam apa yang kita miliki sekarang?" Gadis itu
mengepal tinju. "Rakyat diperas dan dipaksa untuk bekerja
sampai mati menggali terusan. Suhu Hek Bin Hwesio pernah
menjelaskan kepadaku bahwa bagaimanapun juga, niat
menggali terusan itu masih dapat dibenarkan karena kalau hal
itu sudah dilaksanakan, maka rakyat pula yang akan banyak
menerima keuntungan. Terusan itu dapat dimanfaatkan oleh
rakyat, bukan saja untuk mengairi sawah ladang di daerah
yang dilalui terusan, akan tetapi juga m ereka dapat
mengangkut hasil ladang ke kota lain dengan lebih mudah dan
murah. Biarlah, walau pelaksanaannya mengorbankan banyak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
rakyat, terusan itu kelak akan berguna pula bagi rakyat. Akan
tetapi istana yang besar dan indah? Apa gunanya untuk
rakyat? Hanya untuk kesenangan kaisar dan keluarganya
saja! Dan pembangunan itu menggunakan uang negara yang
besar! Sungguh membikin hatiku penasaran dan aku harus
melihat pembangunan itu dengan mata sendiri."
Han Beng dapat mengerti akan kemarahan di hati Giok Cu.
Dia sendiri, kalau tidak digembleng oleh Pek I Tojin tentang
kehidupan dan isinya, pasti akan merasa penasaran pula.
Akibat pembangunan dan penggalian Terusan Besar gadis itu
kehilangan ayah ibunya, seperti juga dia. Gadis itu masih
bersabar dan menerima nasib. Nasihat Hek Bin Hwesio
agaknya menyadarkannya bahwa kematian ayah ibunya
sebagai akibat penggalian terusan itu dapat dianggap, sebagai
pengorbanan karena kelak terusan itu akan dinikmati pula oleh
rakyat banyak. Akan tetapi pembangunan istana yang megah
dan mewah? Memang membuat orang merasa penasaran,
setidaknya orang-orang yang masih menghargai keadilan di
dunia ini. Betapa banyaknya rakyat jelata yang hidup di bawah
garis kemiskinan, untuk makan esok hari pun masih belum ada
ketentuan. Dan kaisar mereka membangun istana untuk
pelesir. Padahal, biaya untuk membangun istana itu kalau
dibagikan rakyat yang kelaparan, akan menolong puluhan ribu,
bahkan mungkin ratusan ribu nyawa orang!
Pagi itu, Han Beng dan Giok Cu memasuki kota Lok-yang.
"Giok Cu, akui pesan kepadamu dengan sungguh, agar
engkau suka menahan kesabaran hatimu. Jangan menurutkan
hati yang panas kalau melihat bangunan istana itu. Ingat kalau
engkau menimbulkan keributan, hal itu sama sekali tidak akan
menolong rakyat, tidak akan menghentikan pembangunan itu.
Sebaliknya, engkau hanya akan menimbulkan kekacauan
yang membahayakan kita sendiri."
"Aku tidak takut!" jawab gadis itu lantang.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng tersenyum. Giok Cu sungguh merupakan
seorang gadis yang tabah dan pemberani, terlalu pemberani
malah. Teringatlah dia akan anak perempuan yang menjadi
sahabatnya dahulu. Sejak kecil Giok Cu memang nakal,
manja, lincah Jenaka dan pemberani. Betapa seorang anak
perempuan berani melawan seekor ular anak naga! Untuk
membantu dia yang telah digigit ular itu, Giok Cu juga
menggigit ular dengan keberanian luar biasa! Dan kini, setelah
menjadi seorang gadis yang dewasa, cantik jelita, dan memiliki
ilmu silat tinggi, tentu saja keberaniannya semakin hebat!
"Aku percaya bahwa engkau tidak takut, Giok Cu. Aku pun
tidak menghadapi ancaman bahaya. Akan tetapi untuk apa kita
membiarkan diri dalambahaya kalau bukan untuk suatu tujuan
yang memang perlu sekali kita lakukan. Dalam hal
pembangunan istana ini kita tidak mempunyai kepentingan
apa pun dan tidak akan dapat mencampuri sama sekali. Dan
kita masih menghadapi tugas yang lebih penting, yaitu
mencari Ban-tok Mo-li, maka tidak perlu terjun ke dalam
bahaya untuk yang tidak ada sangkut pautnya dengan kita."
Biarpun ia berwatak keras dan berani namun Giok Cu
setelah menjadi murid Hek Bin Hwesio, sudah dibiasakan
menggunakan pikiran sehat. Ia dapat memahami ucapan Han
Beng tadi dia pun mengangguk.
"Baiklah, Han Beng. Aku pun hanya ingin melihat seperti
apa bangunan istana yang menjadi bahan percakapan semua
orang itu. Setelah melihat kita akan melanjutkan perjalanan ke
Ceng-touw."
Tentu saja Han Beng menjadi girang sekali. Makin lama dia
merasa semakin kagum dan suka kepada gadis yang dulu
menjadi sahabat baiknya di waktu kecil ini. Seorang gadis
yang lincah Jenaka dan pandai bicara, akan tetapi juga
bijaksana dan mau menerima pendapat orang lain! Biasanya,
gadis yang lincah dan pandai seperti ini suka berwatak tinggi
hati dan merasa pintar sendiri sehingga nampak
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kebodohannya. Akan tetapi Giok Cu tidak. Ia dapat menerima
pendapat orang lain dan menyetujuinya kalau dianggapnya
pendapat itu patut dituruti karena memang tepat dan benar.
"Kalau begitu, kita tidak perlu bermalam di sini, bukan? Hari
ini masih pagi, kita dapat melihat-lihat sehari ini dan siang
nanti kita melanjutkan perjalanan menuju ke Ceng-touw.
Bagaimana pendapatmu?" kata Han Beng.
Giok Cu mengangguk. "Kalau tidak terjadi sesuatu dan
kalau tidak ada sesuatu yang menarik, memang tidak perlu
kita bermalam di sini. Mari kita melihat bangunan istana itu!"
Dan keduanya tak lama kemudian sudah terpukau
memandang bangunan istana itu dari luar pagar, dari tempat
yang agak jauh karena selain para pekerja, mereka atau orang
luar tidak diperkenankan memasuki pagar. Dari jauh pun
sudah nampak bangunan yang hebat itu Istana induknya
sudah jadi dan menjulang tinggi di atas pohon-pohon, sudah
nampak megah walaupun belum dicat. Para pekerja yang
seperti semut banyaknya, sepagi itu sudah bekerja, karena
memang siang malam pembangunan itu dikerjakan tiada
hentinya. Mereka kini sudah mulai dengan bangunanbangunan
lebih kecil yang mengelilingi bangunan induk, sudah
jadi lebih dan dua puluh buah.
"Bukan main............!" kata Han Beng tertegun karena
selama hidupnya belum pernah dia melihat bangunan sehebat
itu. "Alangkah besar dan luasnya!"
"Hemmm, entah berapa banyak emas dan perak
dikeluarkan untuk membiayai bangunan itu. Akan tetapi lihat,
Han Beng, para pekerja itu bekerja dengan giat dan gembira.
Jelas bahwa mereka bukanlah pekerja-pekerja paksa, bahkan
mungkin mereka mendapatkan perlakuan baik dan gaji yang
cukup besar," kata Giok Cu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ternyata bukan hanya mereka saja yang berada di luar
pagar dan melihat pembangunan istana itu. Ada pula belasan
orang lain dan di antara mereka terdapat empat orang pemuda
yang usianya antara dua puluh sampai dua puluh lima tahun.
Mereka itu berpakaian seperti para pemuda kota, dengan
lagak yang tinggi hati dan nakal. Sudah lajim bahwa lebih
mudah bagi syaitan atau nafsu untuk menggoda hati orang
apabila orang itu berkumpul dengan orang-orang lain yang
sepaham. Seorang pemuda mungkin tidak akan begitu berani
berlagak atau berbuat sesuatu yang tidak layak, tidak begitu
nampak kenakalannya. Akan tetapi kalau pemuda itu
berkumpul dengan pemuda-pemuda lain yang menjadi
kawannya, maka dia pun akan menjadi berbeda daripada
kalau dia seorang diri saja. Kalau dia seorang diri, walaupun
nafsu mendorong dan membujuknya untuk melakukan hal-hal
yang tidak patut, masih ada rasa takut, rasa malu dan
sebagainya yang menghalangi dia melakukan tindakan yang
didorong nafsu dan setan. Akan tetapi, kalau sudah
berkelompok, maka rasa takut, malu atau yang lain itu pun
menipis atau bahkan lenyap sama sekali! Menghadapi
segerombolan orang muda, setan menjadi lebih leluasa
menggoda hati.
Demikian pula dengan empat orang pemuda itu. Tadinya,
mereka bersikap biasa,melihat pembangunan istana,
mengagumi keindahan bentuk istana yang megah itu seperti
para penonton lainnya. Akan tetapi begitu muncul seorang
gadis cantik seperti Giok Cu, sikap mereka berubah sama
sekali. Kini mereka tidak lagi nonton bangunan, melainkan
nonton gadis cantik dan mulailah mereka menyeringai,
tersenyum atau tertawa, saling berbisik sambil melirik ke arah
Giok Cu. Godaan nafsu atau godaan setan memang seperti
berkobarnya api, dari sedikit lalu makin lama makin membesar
kalau tidak segera dipadamkan. Kalau tadinya mereka itu
menyeringai dan berbisik-bisik, akhirnya bisikan mereka
menjadi semakin keras sehingga terdengar orang lain, dan
suara ketawa mereka pun makin keras.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Yang laki-laki memang banyak harapan diterima bekerja.
Lihat bentuk badannya tinggi besar seperti kuli kasar. Tentu
dia diterima sebagai kuli angkat-angkat batu dan kayu!" kata
seorang di antara mereka sambil melirik ke arah Han Beng
dan Giok Cu.
"Memang, potongan badannya seperti kuli kasar. Dia
dibutuhkan untuk pembangunan ini. Akan tetapi perempuan
itu, mana mungkin diterima walaupun ia ........... hemmm,
cantik dan manis seperti malu?" orang ke dua berkata sambil
terkekeh. Teman-temannya juga tertawa.
"Kenapa tidak? Di manapun kalau perempuan, apalagi
yang jelita seperti ia, pasti diterima dengan tangan terbuka
..............."
“............. dan pakaian terbuka .........” Ha-ha-ha!" Mereka
tertawa-tawa kembali.Han Beng dan Giok Cu mendengar
percakapan itu, akan tetapi karena percakapan itu tidak jelas
menyinggung mereka maka keduanya pun diam saja,
walaupun sepasang alis Giok Cu sudah berkerut karena ialah
satu-satunya wanita situ, maka siapa lagi yang dibicarakan
kalau bukan dirinya? Akan tetapi masih ingat akan pesan Han
Beng tadi, maka ia pun pura-pura tidak mendengar saja.
"Akan tetapi seorang gadis, disuruh bekerja apa?"
"Bekerja apa? Biar ia duduk atau berdiri saja di tempat
pekerjaan, tanggung para pekerja semakin bersemangat
dalam pekerjaan dan lupa untuk pulang, ha-ha-ha!"
"Dan malamnya tentu akan dijadi rebutan oleh para
mandornya!"
"Ihhh, sayang sekali kalau hanya mendapatkan mandor.
Lebih baik mendapatkan aku, setidaknya Ayahku mempunyai
toko yang cukup besar!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Menjadi milikku lebih tepat! Ayahku pegawai pemerintah!"
Ramailah empat orang itu berebutan, merasa bahwa
masing-masing lebih pan¬tas memiliki wanita itu.
"Sudahlah, siapa tahu ia menginginkan menjadi seorang di
antara dayang Kaisar? Kabarnya tempat ini kelak akan penuh
dengan dayang dan selir Kaisar."
"Ssssst, lihat. Ia membawa pedang! jangan-jangan ia
seorang wanita kang-ouw!"
"Ah, mana mungkin? Lihat, kulitnya begitu mulus, halus dan
pinggangnya ramping. Ia wanita seratus prosen, lemah
gemulai. Pedang itu tentu hanya untuk menakut-nakuti saja,
ha-ha-ha!"
"Bunga yang indah biasanya tidak harum baunya!"
"Siapa bilang! Bunga mawar itu indah dan harum. Coba
kudekati, baunya harum atau tidak!"
Wajah Giok Cu semakin merah dan ia tentu akan mengajak
Han Beng pergi dari situ karena takut kalau tidak tahan lagi,
akan tetapi pada saat itu, pemuda bermuka bopeng karena
penyakit cacar yang bicara paling akhir tadi sudah melangkah
dan mendekatinya, mendekatkan muka dan hidungnya
kembang kempis mencium-cium. Jarak antara muka itu
dengan pundaknya hanya dua jengkal saja. Begitu beraninya
pemuda itu!
"Aduh, harum ........., harum ..........!" pemuda itu berseru
dan tiga orang kawannya tertawa dan memuji "keberanian"
kawam mereka yang muka bopeng dan agaknya menjadi
pemimpin mereka itu.
"Wuuuttt .............. plakkk! Aduuuuuh.............!”
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Tubuh pemuda muka bopeng itu terpelanting dan mulutnya
bocor mengucurkah darah karena empat buah giginya copot
ketika tangan Giok Cu menamparnya tadi. Gadis itu tidak
dapat menahan kemarahannya lagi. Masih untung bagi
pemuda itu bahwa Giok Cu tidak menggunakan tenaga sakti.
Kalau ia mempergunakan tenaga saktinya, bisa remuk tulang
rahang pemuda itu, atau kalau ia menggunakan tenaga
beracun, pemudi muka bopeng itu tentu tewas seketika! Kini,
hanya giginya empat buah copol dan bibirnya pecah-pecah
berdarah. Dia melompat bangun dan menjadi marah bukan
main.
"Perempuan rendah, berani engkau memukulku?"
bentaknya dan dia pun menyerang dengan tubrukan seperti
seekor biruang menubruk domba, dan tiga orang kawannya
juga berebut maju untuk menangkap gadis yang sejak tadi
telah membuat mereka tergila-gila. Mereka berempat masih
lebih terpengaruh keinginan untuk merangkul gadis itu
daripada untuk memukul.
Giok Cu menggerakkan kaki tangannya. Terdengar empat
orang pemuda itu mengaduh. Pertama adalah Si Muka
Bopeng yang menyerang lebih dulu, menerima tendangan
pada perutnya.
"Ngekkk! Aughhhhh ...............!" Dia muntah-muntah dan
memegangi perutnya, tidak
dapat bangkit kembali, hanya berjongkok sambil muntah dan
mengaduh karena perutnya seketika mulas. Agaknya usus
buntunya kena tertendang ujung sepatu Giok Cu, nyeri bukan
main, seperti ditusuk-tusuk jarum rasa perutnya.
Orang ke dua dari kiri disambut sambaran tangan kiri yang
mengenai dadanya. "Plakkk! Hukkk............!" Pemuda itu pun
terpelanting, dan tidak mampu bangkit, hanya duduk terbatukbatuk
seperti mendadak sakit asmanya kambuh terengahengah
terasa sesak dan nyeri dalam dada.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Orang ke tiga dari kanan juga disambar tangan kanan
mengenai lehernya dan dia pun terpelanting, lalu bergulingan
dengan leher bengkok karena lehernya terasa nyeri seperti
patah tulangnya. Bahkan suaranya mengaduh tidak jelas lagi!
Orang ke empat disambut tendangan pula sehingga
terjengkang dan karen kepalanya dengan kerasnya
membentur tanah, maka dia pun pingsan seketika mungkin
gegar otak!
Gegerlah para penonton di situ. Da pada saat itu, terdengar
bunyi roda kereta dan derap kaki kuda. Sebuah kereta
berhenti di situ, dikawal oleh selosin pasukan pengawal.
Semua orang minggir dan seorang laki-laki berusia lima puluh
lima tahun yang sikapnya agung dan berwibawa, turun dari
kereta. Dia melihat kearah empat pemuda yang masih belum
dapat bangkit bahkan seorang masih pingsan dan yang tiga
lagi mengaduh-aduh, memijat perut, ada yang mengurut-urut
dada, ada yang lehernya bengkok. Kemudian dia memandang
kepada gadis cantik jelita yang, berdiri tegak dengan kedua
tangan bertolak pinggang, muka merah karena marah.
"Apa yang terjadi disini?" Pria berpakaian pembesar itu
bertanya dan dia pun maju menghampiri tempat keributan itu.
Giok Cu yang sudah marah, membalik dan menghadapi lakilaki
itu. Disangkanya laki-laki itu tentu hendak membela empat
orang pemuda itu maka ia pun berkata dengan nada
menantang, Siapa saja yang menibela empat ekor tikus busuk
ini akan kuhajar!”
Akan tetapi pembesar itu sama sekali tidak nampak takut,
melainkan menentang pandangan mata Giok Cu dengan tajam
penuh selidik. "Siapa yang membela siapa, Nona? Kami hanya
bertanya apa yang telah terjadi disini? Mengapa terjadi
perkelahian di sini?"
Sebelum gadis itu menjawab dengan ketus, tiba-tiba Han
Beng berseru girang "Liu Tai-jin! Aih, Giok Cu, apakah engkau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak mengenalnya? Dia adalah Liu Tai-jin, utusan dari kota
raja yang kita jumpai di kota Siong-an itu!"
Giok Cu segera teringat dan ia pun seperti Han Beng
memberi hormat. "Liu Tai-jin, maafkan saya," katanya. Tentu
saja ia teringat. Pernah bersama Can Hong San ia bahkan
menghadang pembesar ini yang disangkanya jahat dan korup.
Pembesar itu memang Liu Tai-jin, pembesar kepercayaan
kaisar dari kota raja yang suka diutus menjadi peneliti dan
pemeriksa para petugas dan memberi hukuman kepada
mereka yang korup dan nyeleweng. Dia pun segera ingat
kepada Han Beng.
"Ah, kiranya Huang-ho Sin-liong yang berada di sini!"
serunya dan dia pun cepat membalas penghormatan mereka.
"Dan Nona ini adalah Li-hiap (Pendekar Wanita) yang gagah
perkasa itu!"
Seorang di antara pemuda yang tadi pingsan, kini sudah
siuman dan mereka berempat menjadi pucat dan mendekam
dengan tubuh menggigil ketika mendengar ucapan pembesar
itu bahwa pemuda dan gadis yang mereka ganggu tadi adalah
dua orang pendekar yang gagah perkasa! Bahkan pemuda itu
adalah Naga Sakti Sungai Kuning yang namanya
menggetarkan seluruh lembah Sungai Huang-ho! Mereka ingin
melarikan diri, akan tetapi kedua kaki mereka tidak dapat
digerakkan karena menggigil. Bahkan dua orang di antara
mereka, saking takutnya, tak dapat menahan lagi bocor di
tempat sehingga celana mereka basah kuyup!
"Tai-hiap, Li-hiap, apa yang terjadi di sini?" pembesar itu
bertanya sambil memandang kepada empat orang pemuda itu.
"Maafkan saya, Liu Tai-jin," kata Giok Cu. "Mereka itu
bersikap kurang ajar karena saya seorang wanita, mulut
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka kotor sekali dan sikap mereka tidak sopan sehingga
terpaksa saya menghajar mereka!"
Pejabat tinggi itu dengan mata mencorong dan alis berkerut
memandang kepada empat orang pemuda itu. Melihat
keadaan mereka, dia pun tersenyum.
"Li-hiap, kami kira hajaran itu sudah cukup bagi mereka.
Apakah perlu di tambah lagi?"
Mendengar ini, empat orang yang sudah ketakutan
setengah mati, bukan hanya karena mendengar bahwa dua
oran muda yang mereka ganggu adalah pendekar-pendekar
sakti, juga mereka takut sekali kepada Liu Tai-jin yang terkenal
sebagai seorang pejabat tinggi yang selain besar
kekuasaannya, juga adil dan tegas, tidak mau disogok, segera
menjatuhkan diri berlutut di depan Giok Cu.
"Li ........... hiap, ampunkan kami, ampunka kami........... "
kata Si Muka Bopeng, dan tiga orang kawannya juga ikut pula
mohon ampun.
Giok Cu menggangguk kepada Liu Tai-jin. Memang mereka
itu kurang ajar, akan tetapi hajaran yang diberikan tadi sudah
lebih dari cukup.
"Asal kalian berjanji mulai sekarang Tidak ugal-ugalan dan
tidak akan mengganggu wanita lagi, aku tidak akan
mematahkan semua tulang kaki tanganmu!"
Mendengar ini, empat orang itu menjadi semakin ketakutan
dan seperti empat ekor ayam mematuk gabah, mereka
mengangguk-angguk membenturkan dahi di tanah sambil
berkata berulang-ulang,
" ........... tidak berani lagi, tidak berani lagi......... tidak berani
lagi ..............."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nah, cukuplah. Berterima kasihlah kalian kepada Liu Taijin
yang bijaksana, kalau tidak ada beliau, tentu aku tidak mau
memberi ampun kepada kalian!"
Empat orang pemuda itu lalu berlutut menghadap Liu Tai-jin
dan mengucapkan terima kasih berulang-ulang. Liu Tai-jin
tersenyum, senang melihat sikap Giok Cu. Kalau ada
beberapa orang pendekar seperti gadis ini di setiap kota, tentu
akan aman keadaannya. "Sudah, kalian pergilah!" katanya dan
empat orang itu lalu bangkit, terhuyung-huyung meninggalkan
tempat itu. Orang-orang yang melihat peristiwa itu diam-diam
merasa kagum kepada Giok Cu yang selain merupakan
seorang pendekar wanita yang lihai, juga ternyata menjadi
kenalan Liu Tai-jin yang disegani semua orang.
"Tai-hiap dan Li-hiap, bagaimana kalian dapat berada di
sini? Apakah hanya kebetulan saja, ataukah memang sengaja
datang untuk melihat pembangunan istana ini?"
"Dalam perjalanan, kami mendengar semua orang
membicarakan pembanguna istana di Lok-yang ini, maka kami
sengaja lewat di sini untuk menontonnya, kata Han Beng.
"Kalau begitu, mari masuk saja. Ji-wi (Kalian Berdua) dapat
melihat keadaan di sebelah dalam istana. Mari naiklah ke
dalam kereta kami."
Han Beng dan Giok Cu naik ke dalam kereta bersama
pembesar itu dan para penonton memandang dengan kagum
dan juga iri melihat betapa dua orang muda itu mendapat
kesempatan yang amat langka itu, yaitu melihat keadaan
istana itu dari dalam!
Han Beng dan Giok Cu mengagumi istana yang luar biasa
megahnya itu. Biarpun belum dicat, namun istana itu sudah
nampak indah bukan main. Liu Tai-jin membawa mereka
berkeliling dan menerangkan segalanya kepada mereka
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sehingga dua orang muda itu semakin kagum dan juga
merasa senang sekali mereka telah mendapatkan kesempatan
yang demikian baiknya. Setelah melihat-lihat, Liu Tai-jin
mengajak mereka memasuki sebuah ruangan yang dia
pergunakan untuk tempat duduk apabila dia datang ke tempat
itu. Mereka duduk berhadapan dan pelayan menghidangkan
minuman dan makanan kecil. Liu Tai-jin lalu menyuruh semua
pelayan dan pengawal untuk meninggalkan ruangan dan
membiarkan mereka bertiga bercakap-cakap.
"Ji-wi (Kalian) tentu heran melihat aku bertugas di sini,"
pejabat tinggi itu berkata.
Han Beng dan Giok Cu memandang kepadanya dan Han
Beng berkata, "Memang kami merasa agak heran. Bukankah
Tai-jin biasanya bekerja sebagai pejabat yang mengontrol
pekerjaan para petugas, dan memberantas penyelewengan
yang dilakukan para pejabat di luar kota raja.
Liu Tai-jin menghela napas panjang, lalu mengangguk.
"Memang benar. Itulah pekerjaanku dan aku senang dengan
pekerjaan itu. Aku paling membenci pembesar yang
melakukan korup, menindas rakyat dan mencuri uang negara,
menumpuk harta kekayaan untuk diri sendiri dan tidak
melaksanakan tugas dengan sebaiknya. Demi mencari harta,
banyak pula pembesar yang bertindak sewenang-wenang,
bahkan curang, membenarkan yang salah dan menyalahkan
yang benar. Aku senang sekali bekerja memberantas segala
penyelewengan itu walaupun pekerjaan itu amat berbahaya
dan membuat aku dibenci dan dimusuhi banyak pejabat. Akan
tetapi Sri baginda terlalu percaya kepadaku sehingga untuk
pembangunan istana ini pun beliau memerintahkan aku untuk
melakukan pengamatan di sini agar pekerjaan dilaksanakan
sebaik mungkin, agar bahan-bahan bangunannya tidak dicuri,
dikurangi mutunya dan tidak terjadi korupsi. Nah, begitulah.
Terpaksa aku harus bekerja menjadi pengawas di tempat ini."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau Tai-jin yang menangani, tentu pembangunan ini
cepat selesai dengan baik," kata Giok Cu.
Liu Tai-jin tertawa, tahu bahwa pujian pendekar wanita itu
bukan sekedar basa-basi belaka. "Pembangunan negara baru
akan berhasil kalau semua petugas dan karyawannya bekerja
dengan jujur dan setia, kalau semua pekerja, dari yang tinggi
sampai yang paling rendah, tidak menjadi hamba nafsu
rendah untuk menyenangkan diri sendiri dan melakukan
korupsi. Semua tenaga harus bersatu untuk pembangunan,
barulah pembangunan itu akan berhasil dengan baik.Tidak
mungkin hanya tergantung pada satu orang saja. Tugasku di
sini hanya mengawasi dan menjamin lancarnya pekerjaan dan
bersihnya para pekerja. Akan tetapi, para tukang itulah yang
menangani. Tanpa para tukang, bahkan tanpa para kuli kasar,
pembangunan tidak akan selesai. Semua harus bersatu dan
bekerja sama. Aih, maaf. Aku lupa bahwa Ji-wi bukan petugas
negara. Apakah Ji-wi akan lama tinggal di Lok-yang?"
Giok Cu menggeleng kepala. "Tidak Tai-jin. Mungkin hari ini
juga kami aka melanjutkan perjalanan."
"Ji-wi akan pergi ke manakah?"
"Kami bermaksud pergi ke Ceng touw "
Pembesar itu nampak terkejut mendengar ini, dan
wajahnya berseri, pandang matanya penuh harap. "Ke Ceng
touw.......... ? Ah, kalau saja aku tidak terikat oleh tugasku
mengawasi pembangunan istana Lok-yang ini, tentu aku
sudah pergi ke Ceng-touw. Ada perkembangan yang amat
gawat di sana!"
"Perkembangan yang amat gawat Apakah itu, Tai-jin? Apa
yang telah terjadi di sana?" Giok Cu bertanya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ji-wi dapat membantu kami dalam hal ini," kata pembesar
itu. "Kalau -Ji wi pergi ke Ceng-touw, tolonglah selidik
kebenaran berita yang kami dengar tentang sebuah
perkumpulan agama baru yang kabarnya makin besar
pengaruh dan kekuasaannya sehingga tidak saja perkumpulan
itu menundukkan perkumpulan lain dan menguasai dunia
kang-ouw, bahkan mereka mulai menanamkan pengaruh
mereka kepada para pejabat setempat. Gerakan mereka di
luar bukan urusanku, melainkan tugas para petugas
keamanan untuk mengawasi mereka. Akan tetapi kalau
mereka sudah menanamkan kuku mereka mencengkeram
para pejabat, ini berbahaya sekali, dapat menyeret para
pejabat ke dalam kesesatan dan harus dicegah."
"Liu Tai-jin, perkumpulan agama apakah itu?" tanya Giok
Cu, jantungnya berdebar karena ia sudah dapat menduga.
Perkumpulan agama apalagi kalau bukan Thian-te-kauw yang
menyembah Thian-te Kwi-ong, perkumpulan yang dipimpin
oleh Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu dan Ban-tok Mo-li?
"Perkumpulan Thian-te-pang yang berdasarkan agama
baru Thian-te-kauw dan berpusat di Ceng-touw."
Mendengar ini, Han Beng memandang tajam, akan tetapi
dia pun diam saja, dan dia hanya menyerahkan kepada Giok
Cu untuk membicarakan urusan itu. Dia tahu bahwa
perkumpulan itu dipimpin oleh Ban-tok Mo-li guru pertama
gadis itu, seperti yang pernah diceritakan Giok Cu kepadanya.
"Jangan khawatir, Tai-jin. Kami berdua akan menyelidiki
dan kelak akan memberi laporan kepada Tai-jin." kata Giok Cu
dengan sikap sungguh-sungguh.
Wajah pembesar itu makin berseri. "Ah, terima kasih,
Lihiap. Legalah hatiku mendengar kesanggupan Ji-wi. Akan
tetapi, harap Ji-wi berhati-hati, karena menurut keterangan
yang kuperoleh, perkumpulan itu dipimpin oleh orang-orang
yang amat lihai. Akan tetapi, rakyat menganggap perkumpulan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu sebagai perkumpulan agama yang baik, mereka
mempunyai sebuah kuil pula, dari banyak orang datang
bersembahyang Dilihat dari luar, mereka itu seperti orangorang
beribadat dan hidup saleh akan tetapi di balik semua itu,
mereka merupakan gerombolan orang sesat yang amat
berbahaya. Kalau sampai mereka dapat mencengkeram dan
mempengaruhi, para pejabat, maka mereka merupakan
bahaya besar karena dapat menghasut agar para pejabat itu
memberontak terhadap pemerintah."
Han Beng dan Giok Cu mengangguk-angguk. Mereka
berjanji akan berhati-hati dan kelak akan memberi laporan.
Kemudian, setelah menerima jamuan makan dari pembesar
yang bijaksana itu, Han Beng dan Giok Cu melanjutkan
perjalanan menuju Ceng-touw. Di tengah perjalanan, mereka
membicarakan apa yang mereka dengar dari Liu Tai-jin tadi.
"Tak salah lagi, yang dimaksudkan Liu Taijin tentulah
perkumpulan penyembah Thian-te Kwi-ong yang dipimpin oleh
iblis busuk Lui Seng Cu dan dibantu oleh Ban-tok Mo-li," kata
Giok Cu yang sejak meninggalkan guru pertama itu tidak
pernah lagi menyebut su-bo (ibu guru) kepada Ban-tok Mo-li
yang memang tidak dianggapnya sebagai guru lagi. Mana ada
Guru hendak mencelakai bahkan hendak membunuh
muridnya? Kalau dulu tidak ada Hek Bin Hwesio, tentu ia telah
tewas di tangan Ban-Tok Mo-li dan Lui Seng Cu.
“Akan tetapi, maksud kita berkunjung kepadanya hanya
untuk bertanya tentang kematian orang tuamu, Giok Cu. Kita
tidak perlu mencampuri urusan perkumpulan mereka, hanya
menyelidiki saja bagaimana sesungguhnya pengaruh mereka
terhadap para pejabat untuk kelak kita laporkan kepada Liu
Taijin,” Kata Han Beng.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 24
"Hemmm. engkau tidak tahu mereka itu orang-orang
macam apa, Han Beng! Mereka itu jahat sekali. Untuk
keperluan agama mereka yang sesat, mereka itu tidak segansegan
untuk membunuhi muda-mudi, dan melakukan segala
macam bentuk percabulan. Mengerikan sekali! Dan mungkin
saja kini tokoh-tokoh sesat sudah mulai membantu mereka,
maka kita harus berhati-hati. kalau perlu, bukan saja aku akan
menyelidiki tentang kematian orang tuaku, akan tetapi juga
aku siap untuk menghancurkan dan membasmi mereka!"
"Akan tetapi kita tidak boleh lengah dan memandang
rendah kekuatan lawan, Giok Cu. Sebaiknya sebelum kita
berkunjung ke sana, lebih dulu kita menyampaikan surat
kepada Souw Ciangkun seperti yang dipesankan Liu Taijin."
Giok Cu mengangguk setuju. Sebelum berpisah dengan Liu
Taijin, pembesar itu menitipkan surat untuk pasukan
keamanan di luar kota Ceng-touw dan minta kepada mereka
untuk membicarakan Thian-te-kauw dengan Souw Ciangkun.
Souw Ciangkun adalah seorang panglima yang usianya
sudah lima puluh tahun dan sikapnya berwibawa. Dia
termasuk seorang panglima yang setia dan jujur, yang
membenci penyelewengan dan dia amat kagum kepada Liu
Taijin. Maka, ketika dia mendengar bahwa dua orang muda
yang berkunjung ke bentengnya itu adalah utusan Liu Taijin,
tergopoh-gopoh dia menyambut dan mempersilakan mereka
duduk di ruangan dalam.
Dia merasa agak heran juga meliha betapa utusan pejabat
tinggi yang dihormatinya itu adalah seorang pemudi dan
seorang gadis muda, akan tetap setelah membaca surat Liu
Taijin, dia memandang kagum kepada mereka. "Aih kiranya
Tai-hiap adalah Huang-ho Sin liong, dan Nona adalah seorang
pendekar wanita yang berilmu tinggi! Menurut surat dari Liu
Taijin, Ji-wi akan membantu dalam penyelidikan terhadap
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian-te-kauw. Memang perkumpulan itu amat mencurigakan,
dan makin lama semakin kuat saja. Akan tetapi karena mereka
tidak melakukan sesuatu yang melanggar hukum, kami pun
tidak dapat bertindak apa-apa. Kalau menurut Ji-wi,
perkumpulan itu melakukan kejahatan apakah?"
Giok Cu diam-diam merasa heran. Panglima ini nampaknya
gagah dan baik, akan tetapi mengapa begitu lengah?
Bagaimana mungkin sebagai seorang panglima pasukan
keamanan, sampai tidak dapat tahu apa yang dilakukan oleh
perkumpulan seperti Thian-te-kauw itu?
"Maaf, Ciangkun. Tentu Ciangkun lebih mengetahui
daripada kami dan kami bahkan memerlukan keterangan yang
sejelasnya dari Ciangkun untuk bekal penyelidikan kami."
katanya dengan lembut, dan Han Beng mendengarkan dengan
perasaan heran. Akan tetapi dia dapat menduga bahwa tentu
gadis yang cerdik itu berpura-pura saja dan ingin memancing
keterangan dari perwira tinggi itu.! Dia tahu bahwa gadis itu
tentu saja mengenal Thian-te-kauw lebih baik, karena pernah
hidup di antara mereka bahkan sebagai murid Ban-tok Mo-li,
seorang di antara para pimpinan mereka.
Perwira tinggi itu tersenyum dan dia menarik napas
panjang, bersandar di kursinya dan memandang kepada dua
orang muda itu. "Kalau menurut penyelidikan kami, biarpun
Thian-te-kauw makin kuat dan makin banyak anggautanya,
namun perkumpulan itu belum pernah melakukan
pelanggaran. Mereka rnemiliki sebuah kuil yang bahkan
menolong banyak orang. Dan mereka mengajarkan
persaudaraan antara sesama manusia, bahkan mengajarkan
cinta kasih antara manusia. Mereka terbagi menjadi dua
bagian. Bagian perkumpulan disebut Thian-te-pang dan
diketuai seorang wanita bijaksana yang disebut Phang Toa-nio
(Nyonya Phang), seorang yang amat pandai dan ramah."
Giok Cu mencatat di dalam hatinya". Kiranya bekas
gurunya itu, Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, telah menjadi ketua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian-te-pang dan kini dipuji-puji oleh panglima pasukan
keamanan!
"Menarik sekali!" serunya untuk menutupi perasaan
herannya.
Souw Ciangkun tersenyum. "Memang para anggauta Thiante-
pang itu dilatih ilmu silat, akan tetapi apa anehnya itu?
Ketuanya, Phang Toanio adalah seorang ahli silat yang amat
pandai, dan kegiatan berlatih silat itu pun tidak melanggar
hukum dan baik-baik saja. Kemudian, ada bagian lain yang
hanya mengurus soal keagamaan saja, yaitu Thian-te-kauw
dan Kauwcu nya (Kepala Agamanya) adalah Losuhu (Bapak
Pendeta) Lui Seng Cu .........."
Giok Cu menahan ketawanya. Tahulah ia bahwa bekas
subonya telah bersekutu dengan Hok-houw Toa-to Lui Seng
Cu untuk bersama-sama memimpin perkumpulan agama
sesat itu dengan membagi tugas sebagai pangcu (ketua
perkumpulan) dan kauwcu (kepala agama).
"Ciangkun, kami mendengar bahwa perkumpulan itu
mempunyai banyak pemimpin yang berilmu tinggi. Benarkah
itu?" Han Beng bertanya untuk menambah umpan agar
perwira itu bercerita lebih banyak lagi. Mendengar nada cerita
perwira itu memuji-muji para pimpinan perkumpulan itu, dia
pun berhati-hati dan tidak mengemukakan pendapatnya,
apalagi dia memang tidak begitu mengenal perkumpulan itu,
maka dia menyerahkan saja pembicaraan tadi sebagian besar
kepada Giok Cu yang tentu saja lebil mengenalnya, bahkan
mengenal dengan baik sekali.
"Memang benar, mereka memiliki banyak anggauta
pimpinan yang lihai ilmu silatnya dan luas pandangannya!
akan tetapi semua itu tidak ada artinya kalau dibandingkan
dengan bimbingan khusus yang diberikan oleh Kwi-ong."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kwi-ong (Raja Iblis) ............?" Giok dia bertanya, benarbenar
heran karena sebelum pernah ia mendengar tentang
pimpinan langsung dari Kwi-ong itu.
Perwira tinggi itu tertawa. "Memang bagi orang lain tentu
terdengar mengejutkan. Akan tetapi sesungguhnya, sebutan
Kwi-ong itu hanya untuk merendahkan diri saja. Sebenarnya
Thian-te Kwi-ong adalah seorang dewa yang ditugaskan turun
ke dunia untuk mengajarkan persaudaraan dan cinta kasih!"
Ini merupakan hal yang baru bagi Giok Cu, apalagi Han
Beng. "Siapakah Itu Kwi Ong, Ciangkun, dan kalau dia bawa,
bagaimana dia dapat membimbing langsung?" tanya pula Giok
Cu.
"Mungkin kalian sudah mendengar bahwa Thian-te-kauw
memuja Thian-te Kwi-ong yang dibuatkan patungnya. Dan
sekarang, kadang-kadang patung itu hidup! Dan menurut
pengakuan Thian-te Kwi-ong sendiri, agar tidak mengejutkan
semua orang, kadang-kadang beliau menjelma sebagai
seorang pemuda tampan yang menjadi penasehat. Dan tentu
saja ilmu kepandaiannya tak dapat diukur, ia maklum dia
bukan manusia." Perwira tinggi itu menerangkan dengan suara
yang serius. Pada saat itu, cuping hidung Giok Cu bergerakgerak.
Ia mencium suatu. Keharuman yang aneh bagi orang
lain, akan tetapi yang pernah diciumnya dahulu ketika ia masih
menjadi murid Ban-tok Mo-li dan sejak subonya itu menjadi
sekutu Lui Seng Cu. Bau harum dupa yang khas dipergunakan
untuk upacara sembahyang kepada Thian-te Kwi-ong.
Bagaimana kini bau dupa itu dapat tercium di dalam benteng?
Biarpun hanya lembut, namun cukup dapat ditangkap oleh
penciuman Giok Cu yang tajam dan ia pun dapat menduga
bahwa bau dupa itu datang dari balik sebuah pintu kamar yang
tertutup. Bahkan penglihatannya yang tajam dapat melihat
membocornya asap tipis keluar dari celah-celah daun pintu
kamar itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu menjadi curiga. Ada yang tidak beres dalam kamar
itu, pikirnya. Dan mungkin perwira tinggi ini tidak
mengetahuinya. Tiba-tiba saja tubuhnya berkelebat dan ia
sudah meloncat jauh ke depan daun pintu kamar yang
tertutup, mengejutkan Han Beng dan Souw Ciangkun. Giok Cu
mendorong pintu itu terbuka dan ia terbelalak. Han Beng juga
melompat mendekatinya. Mereka berdua melihat keadaan
dalam kamar itu yang aneh. Ada sebuah meja sembahyang
yang besar di dalam kamar itu, dengan patung kecil yang
dikenal oleh Giok Cu sebagai patung Thian-te Kwi-ong! Dan di
atas meja itu, selain lilin bernyala dan dupa mengepul, sebagai
pengganti hidangan sembahyang, nampak seorang gadis
bertelanjang bulat rebah telentang! Rambutnya yang panjang
hitam itu terurai, tubuhnya sama sekali telanjang bulat. Dan di
kanan kiri meja itu berdiri masing-masing tiga orang gadis
yang lain yang hanya mengenakan jubah sutera tipis yang
tembus pandang dan di bawah jubah itu tidak terdapat pakaian
lain! Enam orang gadis itu nampak terkejut bukan main.
"Heiiiii! Kalian tidak boleh mengganggu mereka!" Terdengar
seruan Souw Ciangkun dan perwira tinggi ini sudah berada
dekat Giok Cu dan Han Beng, wajahnya merah sekali, dan
matanya nampak gelisah dan marah.
"Souw Ciangkun, apa artinya ini?' Giok Cu membentak
dengan alis berkerut. Teringat ia akan pengorbanan perawan
dalam sembahyangan patung Thian-te Kwi-ong. Apakah gadis
yang telanjang bulat itu pun calon korban yang akan dibunuh
di atas meja sembahyang sebagai korban terhadap Thian-te
Kwi-ong? Kalau begitu ia memandang kepada perwira itu
dengan mata terbelalak.
"Tutupkan daun pintunya dan jangan ganggu mereka, Lihiap.
Aku akan memberi penjelasan." kata perwira itu akan
tetapi suaranya gemetar dan kini wajahnya berubah pucat
walaupun sinar matanya masih mengandung kemarahan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi tiba-tiba terjadi hal yang dianggap aneh oleh
Giok Cu. Gadis remaja yang telanjang bulat dan tadi rebah
telentang di atas meja sembahyang itu kini bangun dan cepatcepat
menyambar pakaian dan menutupi tubuhnya. Seolaholah
ia dalam keadaan sadar sama sekali, tidak terbius atau
pingsan seperti biasa para korban upacara keji itu! Dan enam
orang gadis lainnya juga kini dengan terburu-buru
mengenakan pakaian mereka, pakaian sopan dan jubah
mereka bergambar lingkaran Im-yang merah putih. Seorang di
antara mereka, yaitu gadis yang tadi bertelanjang bulat dan ini
sudah mengenakan pakaian dan menyanggul rambutnya,
memberi hormat kepada perwira tinggi itu.
"Agaknya ada gangguan, Souw Ciangkun. Sebaiknya kalau
upacara kita ditunda sampai lain kali saja. Kami akan kembali
lagi kalau saatnya yang baik tiba seperti dikehendaki oleh Kwiong.
Mereka bertujuh lalu memberi hormat kepada Souw
Ciangkun, tanpa melirik ke arah Giok Cu dan Han Beng,
kemudian mereka membawa peralatan sembahyang mereka
dan keluar beriringan dari ruangan itu seperti kelompok
anggauta perkumpulan agama yang tertib dan sopan. Para
penjaga di luar pun tidak berani bersikap kurang ajar kepada
tujuh gadis ini yang dianggap orang-orang yang saleh dari
perkumpulan agama yang terpandang di kota itu.
"Ciangkun, sekarang kami minta penjelasan!" Giok Cu
berkata setelah tujuh orang gadis itu pergi. "Kiranya Ciangkun
juga seorang anggauta Thian te Kwi-ong? Dan tadi gadis itu
hendak dijadikan korban, dibunuh di meja semba yang,
bukan?"
"Ah, tidak! Tidak! Engkau tidak mengerti, Nona, Tidak
kusangkal bahwa aku memang merupakan seorang anggauta
baru yang akan dilantik hari ini sebagai anggauta yang sah.
Apa salahnya kala aku menjadi anggauta sebuah
perkumpulan agama yang mengajarkan persaudara dan cinta
kasih? Aku tidak melangg tugas dan hukum!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm, dan pengesahan itu dengar mengorbankan
seorang gadis perawan, membunuhnya di atas meja
sembahyang tadi, bukan?" Giok Cu mengejek, dan dara
perkasa ini teringat akan pesan Liu Taijin bahwa Thian-tekauw
kini mulai menanamkan pengaruhnya pada para pejabat.
Perwira tinggi ini agaknya sudah mulai terpengaruh pula!
"Tidak, sama sekali tidak! Dahulu menurut penjelasan para
pimpinan Thiar> ii-kauw, memang ada kebiasaan kuno seperti
itu, mengorbankan seorang perawan dalam upacara
pengangkatan anggauta baru. Akan tetapi sekarang, setelah
Kwi-ong berkenan memimpin sendiri, kebiasaan diubah. Yang
dikorbankan hanya kegadisannya, bukan nyawanya!"
"Ihhhhh ..............!" Giok Cu mengerutkan alisnya dan
memandang jijik. "Jadi engkau akan memperkosa gadis tadi
sebagai upacaranya?"
Wajah perwira tinggi itu berubah merah. "Engkau salah
mengerti, Lihiap.bukan memperkosa, melainkan ia dengan
suka rela menyerahkan diri. Itulah inti persaudaraan dan cinta
kasih! Kami melakukannya dengan dasar cinta kasih............"
"Omong kosong! Upacara cabul! Jahat, keji sekali!
Ciangkun, kiranya apa yang dikatakan Liu Taijin benar. Thiante-
kauw sudah menanamkan cakarnya kepada para pejabat
termasuk engkau! Kami harus melaporkan hal ini kepada Liu
Taijin!" kata Giok Cu marah. Tiba-tiba terjadi perubahan sikap
perwira tinggi itu. Dia menengadah lalu tertawa bergelak-gelak
seperti orang gila! "Ha-ha-ha-ha-ha!" Siapa berani menentang
Thian-te Kwi-ong berarti mampus! Yang mentaatinya akan
hidup bahagia dan panjang usia, akan tetapi yang menentang
akan mati! Ha-ha-ha! Thian-te Kwi-ong tak terkalahkan, ha-haha-
ha-ha!" Dia mengeluarkan peluit dan terdengar suara
nyaring ketika dia meniupnya dan terdengar derap kaki banyak
orang. Tempat itu telah terkepung oleh ratusan orang perajurit!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ha-ha-ha-ha, kalian takkan dapat lolos lagi. Hayo kalian
semua maju, tangkap dan bunuh dua orang mata-mata musuh
ini!"
Mendengar perintah atasan mereka, puluhan orang
perajurit memasuki ruangan dengan senjata di tangan. Melihat
ini, tahulah Han Beng dan Giok Cu bahwa keselamatan
mereka terancam. Mereka tentu saja mampu membela diri,
akan tetapi bagaimana mungkin menang melawan ribuan
perajurit yang berada di dalam benteng itu? Mereka tidak akan
mampu lolos dan akhirnya mereka akan tewas tercincang!
Akan tetapi, Giok Cu adalah seorang gadis yang cerdik
sekali. Melihat para perajurit itu siap mengeroyok, secepat kilat
ia menotok tengkuk Souw Ciangkun, membuat perwira tinggi
itu tak mampu menggerakkan kaki tangan yang mendadak
menjadi lumpuh. Sambil menodongkan pedang yang sudah
dicabutnya ke leher perwira tinggi itu, ia berteriak.
"Mundur semua! Kalau ada yang berani menyerang,
kubunuh Souw Ciangkun!
Ancamannya ini berhasil. Para perajurit itu mundur dan
bingung, tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. Souw
Ciangkun yang sudah tidak mampu menggerakkan kaki
tangannya itu masih tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha-ha! Kalian maju, tangkap dan bunuh mereka
berdua! Aku tidak bisa mati, ha-ha-ha, Thian-te Kwi-ong akan
melindungiku, usiaku akan mencapai seratus tahun. Ha-ha-haha,
siapa menentang Thian-te Kwi-ong akan mati konyol!"
Ketika perajurit itu sedang ragu dan bingung, dan anjuran
perwira yang tertawa-tawa itu membuat mereka bergerak lagi
untuk mengeroyok, tiba-tiba terdengar bentakan nyaring,
"Kalian semua mundur!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika para perajurit mengenal orang yang memberi abaaba
itu, mereka mundur dan muncullah seorang perwira tinggi
lain yang usianya sebaya dengan Sou Ciangkun, tubuhnya
tinggi kurus dan sinar matanya tajam. Dia maju menghadap
Han Beng dan Giok Cu yang memandang dengan waspada
dan siap siag Giok Cu masih menodongkan pedangnya di
leher Souw Ciangkun.
"Nona, harap lepaskan dia. Agaknya telah terjadi sesuatu
dengan dia dan pikirannya tidak wajar lagi." kata perwira itu
dengan tegas.
Giok Cu melepaskan Souw Ciangkun yang roboh dengan
lemas karena kedua kakinya masih lumpuh oleh totokan Giok
Cu. Akan tetapi, biarpun sudah terguling roboh, Souw
Ciangkun masih tertawa-tawa dan berteriak-teriak memuji-muji
Thian-te Kwi-ong!
Perwira itu mengangguk kepada Han Beng dan Giok Cu.
"Aku adalah Panglima Yap, komandan ke dua di benteng ini."
Kemudian dia menghadapi para perajurit yang masih
berkerumun di situ dan di luar pintu pun penuh perajurit yang
ingin tahu apa yang telah terjadi.
"Komandan Souw sedang sakit, biar aku yang mengurus
dia. Kalian semua tinggalkan tempat ini dan atur penjagaan
yang ketat, jangan perbolehkan siapa juga memasuki
benteng!" Perintahnya tegas dan semua perajurit mundur.
Setelah Souw Ciangkun seperti orang gila Itu, tertawa-tawa
dan berteriak-teriak memang Yap Ciangkun yang merupakan
komandan yang paling tinggi kedudukannya.
"Sudah beberapa lamanya aku memperhatikan keadaan
Souw Ciangkun. Aku sudah menaruh kecurigaan ketika para
gadis dari Thian-te-kauw itu dibiarkan masuk benteng. Ketika
Ji-wi memperkenalkan diri sebagai utusan Liu Taijin yang
hendak menghadap Souw Ciangkun, diam-diam aku
memperhatikan. Ternyata terjadi seperti apa yang kami
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
khawatirkan. Souw Ciangkun agaknya sudah terjebak oleh
perkumpulan agama yang penuh rahasia itu."
"Ha-ha-ha, kalian akan mampus semua kalau menentang
Thian-te Kwi-ong........ ha-ha-ha!"
"Lihiap dan Tai-hiap, dapatkah dia dibiarkan pingsan tanpa
menderita?" Yap Ciangkun bertanya. "Karena dia atasanku,
bagaimanapun aku tidak berani bertindak kasar terhadap
dirinya."
Han Beng mengangguk dan sekali di menepuk tengkuk
Souw Ciangkun, komandan yang seperti gila itu terkulai
pingsan. Yap Ciangkun memanggil empat orang perajurit
pengawal dan memerintahkan mereka untuk mengangkat
tubuh Souw Ciangkun.
"Biarkan dia di dalam kamar dan jaga baik-baik. Dia
menjadi tahanan sementara'" perintahnya.
Setelah Souw Ciangkun diangkut pergi, Yap Ciangkun lalu
mempersilakan Han Beng dan Giok Cu duduk. Mereka duduk
berhadapan, lalu dengan singkat Yap Ciangkun menceritakan
tentang Thian-te-pang. "Mereka memang tidak melakukan
sesuatu yang mencurigakan. Hubungan mereka dengan para
pejabat sangat baik sekali, bahkan ada kalanya mereka
membantu petugas menenteramkan keadaan dan membasmi
para penjahat yang berani mengganggu ketenteraman sekitar
daerah Ceng-touw. Karena Souw Ciangkun juga berhubungan
baik dengan para pimpinan mereka, maka aku sebagai
wakilnya tidak dapat berbuat sesuatu. Sampai akhirnya aku
mendengar dari para penyelidikku bahwa seringkali ada
anggauta Thian-te-kauw wanita dibiarkan bermalam di kamar
Souw Ciangkun! Mulailah aku curiga sampai terjadi peristiwa
hari ini. Ji-wi adalah utusan Liu Taijin. Tugas apakah yang Jiwi
bawa?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kami dipesan oleh Liu Taijin untuk menghubungi Souw
Ciangkun yang menjadi kepala pasukan keamanan di sini,
untuk bekerja sama menyelidiki keadaan Thian-te-kauw. Liu
Taijin telah mendengar berita bahwa Thian-te-kauw mulai
mempengaruhi para pejabat, dan kami memang akan
melakukan penyelidikan ke sarang mereka."
"Tugas itu berbahaya sekali! Aku mendengar bahwa
pimpinan mereka mempunyai banyak orang yang berilmu
tinggi, apalagi seorang pemuda yang menjadi pemimpin
umumnya. Kabarnya dia bukan manusia melainkan
penjelmaan dari Thian-te Kwi-ong yang mereka puja."
"Kami dapat menjaga diri, Ciangkun. Kami mempunyai
urusan pribadi dengan seorang pimpinan mereka. Urusan
mengenai diri Souw Ciangkun, kami serahkan kepada
Ciangkun, karena itu bukan tugas kami untuk mengurusnya.
Kelak kami akan melaporkan kepada Liu Taijin seperti yang
kami janjikan. Nah, kami akan segera pergi, Ciangkun," kata
Giok Cu. Perwira itu bangkit dan mengantar mereka sampai ke
pintu gerbang benteng. Setelah mereka pergi Yap Ciangkun
segera membuat persiapan sendiri dan dia pun mengirim
laporan kepada atasannya mengenai persoalan Souw
Ciangkun. Dia tidak tahu bahwa Souw Ciangkun telah berada
di bawah pengaruh sihir dari Lui Seng Cu, kauw-cu dari Thiante-
kauw. Karena pengaruh sihir itulah maka dia seperti orang
nekat dan gila, membela Thian-te Kwi-ong mati-matian biarpun
dia mengalami guncangan hebat ketika rahasianya terbuka
dan ketahui oleh dua orang pendekar utusan Liu Taijin tadi.
ooOOoo
"Braaakkkkk ........ !" Meja marmar bundar itu hancur
berkeping-keping ketika Can Hong San memukulkan
tangannya yang terbuka saking marahnya mendengar laporan
tujuh orang gadis muda cantik itu. Baru saja tujuh orang gadis
itu menghadap Kauwcu Lui Seng Cu melaporkan kegagalan
mereka ketika hendak melakukan upacara sembahyang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pengangkatan Souw Ciangkun sebagai anggauta yang sah
dari Thian te-kauw. Lu Seng Cu marah, dan dia pun membawa
tujuh orang gadis itu menghadap "pemimpin umum" yang
mereka sebut Can Kongcu, dan yang dikenal sebagai
penjelmaan Thian-te Kwi-ong sendiri, juga yang mengaku
sebagai putera mendiang Cui-beng Sai-kong. Can Hong San
di lapori karena dialah yang mengatur agar Souw Ciangkun
ditarik menjadi anggauta Kalau mereka sudah dapat mengait
komandan pasukan keamanan menjadi anggauta yang setia,
maka keamanan dan kekuasaan mereka pun akan terjamii
sepenuhnya! Setelah tujuh orang gadis itu membuat
laporannya di depan Can Hong San, pemuda itu demikian
kecewa da n marahnya sehingga dia memukul hancur meja
marmar di depannya. Tujuh orang gadis itu berlutut dengan
tubuh menggigil ketakutan. Bahkan Lui Seng sendiri juga agak
pucat menghadapi kemarahan pemuda yang dia tahu selain
amat lihai, juga amat kejam itu.
"Siapakah kedua orang tamu Souw Ciangkun yang
menggagalkan upacara itu?" bentaknya marah.
Di antara tujuh orang gadis itu, hanya gadis yang tadinya
akan dijadikan "korban" yang paling berani menjawab. Hal ini
tidaklah aneh karena ia merupakan seorang di antara gadisgadis
anggauta Thian-te-kauw yang paling disayang oleh Can
Kongcu, yang setiap saat boleh dengan sesuka hatinya
memilih para gadis anggauta Thian-te-kauw untuk
Melayaninya.
"Kami masih berada di dalam kamar tu ketika Souw
Ciangkun menjamu kedua orang tamunya, Kongcu. Kami tidak
dapat mendengar banyak, akan tetapi kami mendengar dari
percakapan mereka bahwa mereka adalah utusan seorang
pejabat tinggi dari Lok-yang, dan kami mendengar Souw
Ciangkun menyebut seorang diantara mereka sebagai Huangho
Sin-liong................"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, dia lagi!!" Can Hong San berseru dan sekali ini dia
benar-benar kaget bukan main. Tentu saja dia mengenal siapa
itu Huang-ho Sin-liong. Sudah dua kali dia dipencundangi oleh
pendekar itu. Pertama kali ketika dia hendak memperkosa Sim
Lan Ci, dan kedua kalinya ketika pendekar itu menolong Bu
Giok Cu yang hampir ditawannya dengan bantuan para
sekutunya, yaitu mendiang Gan Lok dan lain-lain. Dan
sekarang kembali pendekar itu yang menggagalkan upacara
pengangkatan Souw Ciangkun sebagai anggauta Thian-tekauw!
"Apakah Kongcu sudah mengenal Huang-ho Sin-liong?"
tanya Lui Seng Cu Ketua Thian-te-kauw.
"Tentu saja aku mengenal dia. Kalian gadis-gadis sial ini
boleh mundur. Eh nanti dulu, coba ceritakan siapa wanita yang
datang bersama Huang-ho Sin-hona itu!"
"Maaf, Kongcu, kami tidak mengenal namanya ................"
"Bodoh! Ceritakan bagaimana rupanya! usianya,
pakaiannya! Engkau biasanya cerdik, Lee Cia, hayo ceritakan
bagaimana keadaan gadis itu!" katanya kepada gadis yang
tadi akan dikorbankan dalam upacara pengangkatan Souw
Ciangkun sebagai anggauta.
Lee Cia, gadis yang berkulit putih mulus itu, mengingatingat,
"la seorang gadis yang usianya tentu sudah dua puluh
tahun lebih, wajahnya cantik jelita, bentuk wajahnya bulat telur
dengan dagu runcing keras, bibirnya merah basah tanpa
gincu, bedaknya tipis, bajunya Indah dan bersih, berwarna
merah muda dan punggungnya terdapat sebatang pedang. Ia
nampak galak dan keras sekali ..............."
"Ahhhhh .............. Si Keparat! Ia tentu Bu Giok Cu.
.................!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini Thian-te Kauw-cu Lui Seng Cu yang memandang
dengan mata terbelalak kepada pemuda itu. "Bu Giok Cu
..................?
Apakah Kongcu juga mengenalnya?"
"Tentu saja aku mengenalnya! Kauw-cu, cepat kumpulkan
semua pimpinan ke sini, dan kalian gadis-gadis sial boleh
pergi. Malam nanti engkau datang ke kamarku, aku mau
bicara, Lee Cia!!" kata Hong San. Lee Cia tersipu dengan
muka merah, akan tetapi ia tersenyum dan matanya berseri
karena hatinya merasa girang sekali. Hampir setiap orang
gadis anggauta Thian-te-kauw yang menerima pelajaran sesat
menjadi hamba nafsu dan mereka itu mengharap-harap
menerima panggilan dari Can Kongcu untuk melayaninya!
Lui Seng Cu tergopoh keluar dan memanggil semua
pimpinan perkumpulan itu. Berbondong mereka datang
memasuki kamar di mana Can Hong San menanti dengan
tidak sabar. Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu yang menjadi pang-cu
masuk dengan sikap tenang. Di antara para pembantu Hong
San, wanita inilah yang tidak begitu menjilat dan takut, karena
selain ia menjadi pangcu, juga ia adalah seorang wanita yang
biar tua boleh menganggap Hong San sebagai kekasihnya
juga muridnya dalam urusan pelampiasan naf¬su, dalam
bidang mana ia tentu saja sudah berpengalaman sekali
dibandingkan Hong San yang masih muda itu. Selain Ban-tok
Mo-li Phang Bi Cu dan Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu sebagai
pang-cu dan kauw-cu juga hadir di siti Siangkoan Tek putera
Siangkoan Bok majikan Pulau Hiu, Ji Ban To murid dari Ouw
Kok Sian majikan Pegunungan Liong-San, juga dua orang
murid Lui Seng Cu sendiri, yaitu Siok Boan dan Poa Kian So.
Empat orang pemuda ini dengan senang hati menjadi
pembantu Can Hong San yang sakti. Siangkoan Bok dan Ouw
Kok Sian sendiri hanya menjadi sahabat saja dari orang-orang
Thian-te-kauw, tidak ikut membantu karena mereka
merupakan datuk-datuk dari daerah mereka sendiri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Setelah enam orang pembantunya hadir, Hong San
menyambut mereka dengan ucapan yang nadanya
mengandung Kekhawatirannya. "Kita kedatangan musuh
besar yang harus kita hadapi dengan berhati-hati! Mereka
adalah Huang-ho Sin-Liong dan Bu Giok Cu!"
"Ihhhhh! Giok Cu .............?" Ban-tok Mo-li berseru kaget
sekali. Ia tadi hanya pendengar dari Lui Seng Cu bahwa Can
Kongcu mengundang semua pembantu untuk berkumpul dan
membicarakan urusan penting. Lui Seng Cu tidak sempat
bercerita tentang Giok Cu, maka kini mendengar nama bekas
muridnya itu, ia tentu saja terkejut dan heran.
Mendengar nada suara pangcu itu Hong San memandang
kepadanya. "Engkau sudah mengenalnya, Pangcu?" Di depan
orang banyak, kedua orang ini bersikap resmi, saling
menyebut pangcu kongcu, tidak seperti kalau mereka halnya
berdua, maka sebutan mereka berubah menjadi "sayang",
"manis" dan berbagai sebutan mesra lagi.
"Mengenalnya?" Ban-tok Mo-li tersenyum lebar dan ia
memang masih nampak cantik walaupun usianya sudah lima
puluh tujuh tahun, dengan gigi yang masih rapi dan kulit muka
putih yang belur kisut, atau kalaupun agak kisut maka keriput
ini tertutup bedak dan gincu tebal! "Heh-heh, tentu saja
mengenalnya karena ia adalah muridku sendiri bahkan seperti
anak angkat karena sejak berusia sepuluh tahun ia berada di
sini sampai beberapa tahun yang lalu.
"Muridmu?" Hong San terbelalak, sudah mengukur ilmu
kepandaian pangcu ini. Walaupun lihai namun belum mampu
menandinginya, sedangkan tingkat kepandaian Bu Giok Cu
hebat, seimbang dengan tingkatnya sendiri! 'Tapi ............ ilmu
silatnya amat hebat! Jauh melebihi kemampuanmu, Pangcu!"
Berkerut alis Ban-tok Mo-li. Tentu saja tidak enak perasaan
hatinya kalau di Ucapan orang banyak dikatakan bahwa
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kepandaiannya jauh di bawah tingkat kepandaian muridnya
sendiri!
"Hemmm, mungkin selama kurang lebih enam tahun ini ia
belajar lagi, makin giat berlatih sedangkan aku semakin malas
saja." katanya acuh. "Di manakah mereka berdua itu
sekarang, kongcu? Kita harus menghancurkan mereka agar
tidak selalu menjadi gangguan kelak!"
Hong San lalu menceritakan tentang laporan tujuh orang
gadis itu, betapa upacara peresmian Souw Ciangkun menjadi
anggauta Thian-te-kauw telah gagal karena munculnya dua
orang pendekar muda itu. "Mereka pasti akan mencari kita di
sini, dan karena itu kalian kukumpulkan agar kita dapat
melakukan rencana dan persiapan menyambut musuh
berbahaya itu."
Mereka lalu berunding dan mengatur siasat. Hong San
perintahkan kepada para pembantunya itu untuk
mempersiapkan diri, memberitahu kepada para tokoh sesat
yang sudah bersahabat dengan mereka, bahkan banyak tokoh
sesat yang menjadi pemuja Thian-te Kwi-ong.
Dugaan Can Hong San memang tepat Han Beng dan Giok
Cu pada suatu pagi dua hari kemudian, muncul di kuil Thia tekauw!
Mereka berdua bukan orang-orang ceroboh atau bodoh.
Mereka sudah menduga bahwa pihak Thian-te-kauw tentu
sudah membuat persiapan untuk menyambut mereka, karena
tujuh orang gadis yang mereka jumpai di dalam benteng dan
sedang melakukan upacara sembahyang untuk meresmikan
pengangkatan anggauta Thian-te-kauw baru, yaitu Sou-
Ciangkun, tentu tidak tinggal diam dan sudah membuat
laporan kepada pimpinan mereka. Namun, mereka berdua
adalah orang-orang gagah yang sama sekali tidak menjadi
gentar. Pula, mereka tidak akan mencampuri urusan Thian tekauw,
melainkan untuk bertemu dengan Thian-te Pang-cu
untuk urusan pribadi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Pagi itu kuil masih sepi pengunjung. Bahkan ketika Han
Beng dan Giok Cu melewati pintu gerbang pertama yang
paling luar, tidak nampak seorang pun anggauta Thian-tekauw!
Sunyi seolah-olah tempat itu sudah ditinggalkan orang.
Sunyi dan lengang, akan tetapi pintu-pintu gerbang menuju ke
kuil itu terbuka lebar.
Perasaan tegang memang ada, namun dua orang muda
yang gagah perkasa itu melangkahi ambang pintu gerbang
pertama dan tibalah mereka di pekarangan paling depan, dan
seratus meter di depan terdapat sebuah pintu gerbang ke dua.
Juga pintu gerbang ini terbuka lebar walaupun di situ tidak
nampak ada penjaga. Han Beng dan Giok Cu juga memasuki
pintu gerbang ini dan mereka tiba di pekarangan kuil.
kesibukan kuil belum nampak, dan ketika mereka melangkah
maju menghampiri pintu depan kuil yang terbuka lebar,
mereka mendengar suara gaduh di belakang mereka Ketika
keduanya menengok, ternyata pintu gerbang pertama dan ke
dua yang tadi mereka lewati tertutup dari luar!
Mereka saling pandang, maklum bahwa mereka telah
masuk perangkap musuh Ketika mereka memandang lagi
muncullah banyak kepala di balik tembok yang mengelilingi
tempat itu, dan ketika mereka membalik, ternyata di depan kuil
telah muncul sedikitnya lima puluh orang anggauta Thian-tekauw
pria dan wanita yang kesemuanya memegang golok
atau pedang, dengan gambar tanda Im-yang putih dan merah
di dada. Mereka itu berdiri berjajar tak bergerak, hanya
memandang kepada Han Beng dan Giok Cu dengan mata
mengancam.
Melihat ini, Giok Cu tersenyum mengejek. Ia sudah berjanji
kepada Han Beng untuk menghadapi Ban-tok Mo-li seorang
dan tidak akan mencari keributan dengan Thian-te-kauw.
Maka, melihat betapa para anggauta Thian-te-kauw semua
mengepung tempat itu dengan sikap bermusuh, ia lalu
mengerahkan khi-kang dan terdengarlah suaranya melengking
nyaring dan menggetarkan seluruh tempat itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ban-tok M li Kami datang untuk bertemu dan bicara
dengan engkau, untuk urusan pribadi yang tidak ada sangkut
pautnya dengan Thian-te-kauw! Kami tidak mempunyai urusan
dengan Thian-te-kauw. Keluarlah dan temui kami!" .
Para anggauta Thian-te-kauw terkejut sekali dan banyak di
antara mereka yang terhuyung karena tidak tahan menerima
getaran suara yang mengandung tenaga khi-kang amat
kuatnya itu. Kini, mereka yang berdiri tepat di depan pintu kuil,
terkuak dan terbuka. Muncullah Ban-tok Mo-li dan Lui Seng
Cu. Ban-tok Mo-li nampak cantik dan anggun, dengan pakaian
kebesaran seorang pang-cu, tersenyum dan memegang
kipasnya, melangkah perlahan menghampiri Giok Cu dan Han
Beng. Di sampingnya berjalan Lui Seng Cu, dan orang ini
nampak lucu karena mengenakan jubah pendeta yang
longgar, pakaian kauw-cu, akan tetapi di punggungnya
nampak gagang goloknya, dan tangannya memegang sebuah
kebutan pendeta. Dia pun melangkah dengan sikap angkuh
dan tenang. Di belakang mereka berjalan belasan orang yang
nampaknya bengis dan kuat dan di antara mereka nampak
pula empat orang pemuda yang dikenal baik ole Giok Cu
karena mereka itu bukan lai adalah Siangkoan Tek, Ji Ban To,
Sio Boan dan Poa Kian So. Tidak nampak pemuda yang
mereka dengar sebagai pemimpin umum, yang dikabarkan
sebagai penjelmaan Thian-te Kwi-ong itu.
Dengan gaya memandang rendah Ban-tok Mo-li menatap
wajah Giok Cu penuh selidik, lalu ia tersenyum ramah. "Aih
kiranya muridku Giok Cu yang datang Giok Cu, apakah
engkau merindukan Subomu dan sengaja datang untuk
menengok? Subomu sudah menjadi Pang- cu sekarang dan
engkau akan kuberi kedudukan yang sesuai dengan
kepandaianmu, Giok Cu."
"Ban-tok Mo-li!" Giok Cu membentak. "Tidak perlu banyak
bujuk rayu. Sejak engkau dan Lui Seng Cu ingin membunuhku
beberapa tahun yang lalu, aku tidak Menganggap engkau
sebagai guruku lagi!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Ban-tok Mo-li mengerutkan alisnya. "Muridku yang murtad,
memang sejak kecil engkau selalu membangkang dan murtad.
Kalau engkau sudah tidak menganggap aku sebagai gurumu,
lalu mau apa engkau datang ke sini?"
"Ban-tok Mo-li, aku sengaja mencarimu untuk menuntut
pertanggungan jawabmu atas kematian Ayah Ibuku.
Mengakulah, apa yang telah kaulakukan kepada Ayah Ibuku di
perahu dahulu itu?"
Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu mengerutkan alisnya dan
mengamati wajah bekas murid itu. "Giok Cu, apa maksudmu
bertanya seperti itu? Engkau melihat sendiri ketika kita naik ke
perahu Ayah Ibumu. Mereka luka-luka, kemudian mereka
tewas keracunan ............."
"Mereka tewas keracunan secara mendadak, ketika engkau
berada di dekat mereka!" kata Giok Cu memancing.
Ban-tok Mo-li tersenyum, sikapnya tenang saja karena ia
percaya akan kekuatan pihaknya. "Giok Cu, apakah engkau
sudah menjadi gila? Engkau melihat sendiri bahwa aku tidak
menyerang mereka. Mereka itu sudah keracunan ketika kita
naik ke perahu mereka dan menurut pengakuan mereka, baru
saja Liu Bhok Ki mengobati mereka, maka jelas bahwa Liu
Bhok Ki yang meracuni mereka. Engkau tahu sendiri, bukan?"
"Bohong! Bohong dan fitnah ya kaukatakan itu, Ban-tok Moli!"
Han Beng berseru marah.
Ban-tok Mo-li memandang kepada pemuda itu dan sinar
matanya mencorong marah.
"Siapakah engkau? Hemmm, agaknya engkau yang dijuluki
Huang-ho Sin liong itu. Benarkah?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar. Namaku Si Han Beng engkau bicara bohong tadi,
Ban-tok li. Suhu Liu Bhok Ki tidak akan meracuni orang! Dia
seorang pendekar besar, selamanya tidak menggunakan
racun. Rajawali Sakti Liu Bhok Ki hanya mengandalkan kaki
tangan dan sabuknya sama sekali tidak pernah menggunakan
racun!"
"Huh, jadi engkau ini hanya murid Liu Bhok Ki saja? Tapi
........ aku pernah melihatmu. Benar ............ ! Engkau ........
bukankah engkau anak yang dulu bersama Giok Cu telah
menemukan anak naga dan menghisap darah anak naga itu?"
"Benar, Ban-tok Mo-li. Dan kuharap engkau cukup gagah
untuk mengakui perbuatanmu dan mempertanggungjawabkan
darinya, tidak melakukan fitnah kepada orang lain yang sama
sekali tidak bersalah."
"Bu Giok Cu, engkau yang kudidik lama bertahun-tahun
sebagai murid terkasih, engkau datang menuduhku dan
engkau malah percaya kepada keterangan pemuda ini?" Bantok
Mo-li berseru penasaran kepada Giok Cu.
"Aku telah mendengar sendiri keterangan Lo-cian-pwe Liu
Bhok Ki dan aku percaya kepadanya! Dan aku memang lebih
percaya bahwa engkau yang telah membunuh Ayah bundaku
dengan racun, Ban-tok Mo-li. Pertama, karena engkaulah
orang yang sudah biasa menggunakan racun, sesuai dengan
julukanmu. Ke dua biarpun aku pernah menjadi muridmu, aku
sudah mengenal watakmu yang jahat dan kejam, bahkan
pernah aku nyaris tewas di tanganmu dan tangan pendeta
palsu Lui Seng Cu ini. Ban-tok Mo-Ii apakah engkau demikian
pengecut dan penakut untuk mengakui bahwa yang
membunuh Ayah Ibuku adalah engkau?"
Wajah wanita itu berubah merah karena marah dimaki
sebagai pengecut dan penakut oleh bekas muridnya sendiri.
Bagi orang golongan sesat, membunuh bukan merupakan
perbuatan yang mealukan atau dianggap buruk, bahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dianggap sebagai perbuatan yang membanggakan hati! Maka,
ia pun sama seka tidak merasa malu, bahkan dengan sikap
bangga ia mengakui perbuatannya.
"Bocah sombong Bu Giok Cu! Kalau benar demikian, habis
engkau mau apa? Memang, aku telah membunuh Ayah Ibumu
karena pada waktu itu aku menganggap mereka sebagai
penghalang bagiku untuk mengambil engkau sebagai murid.
Dan aku merasa menyesal mengapa engkau tidak kubunuh
sekalian pada waktu itu sehingga sekarang engkau tidak
hanya mendatangkan kepusingan saja."
Biarpun ia sudah menduga sebelumnya, tetap saja wajah
Giok Cu berubah bucat seketika, kemudian menjadi merah
sekali ketika ia mendengar pengakuan dari Ban-tok Mo-li itu.
Dengan sinar mata mencorong seperti berapi, tubuh tegak
lurus dan tangan kiri bertolak pinggang, telunjuk kanannya
menuding ke arah muka Ban-tok Mo-li, Giok Cu berkata
dengan suara yang nyaring dan penuh kemarahan.
"Ban-tok Mo-li! Bagus engkau telah mengakui perbuatanmu
yang keji! Sekarang bersiaplah engkau! Aku datang untuk
menagih hutang, membalas atas kematian Ayah Ibuku!" Giok
Cu melangkah maju menghadapi wanita yang pernah menjadi
gurunya itu.
"Bu Giok Cu, dengan sedikit isyaratku saja, engkau akan
dikepung puluhan orang anak buahku dan engkau akan mati
konyol, biarpun engkau dibantu oleh Huang-ho Sin-liong. Akan
tetapi, kami dari Thian-te-pang adalah orang-orang gagah!
Kalau memang engkau menantangku, beranikah engkau
bertanding dengan aku di lian-bu-thia (ruangan berlatih silat)
dan tidak di depan kuil ini agar tidak mengganggu mereka
yang akan sembahyang dan mencemarkan pekarangan kuil
yang suci?"
Giok Cu tersenyum mengejek. Ia dan Han Beng sudah
berani datang ke tempat itu, ke sarang musuh, tentu saja
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mereka tidak takut, apalagi ditantang untuk bertanding di
ruangan bermain silat. "Di mana pun dan kapan pun
tantanganmu akan kuhadapi!"
Akan tetapi Han Beng cepat berkat "Ban-tok Mo-li,
kedatangan kami ini tidak ada hubungannya dengan Thia tepang
atau Thian-te-kauw. Dan aku pun tidak akan mencampuri
pertandingan, dengan Giok Cu. Akan tetapi, kalau sampai
terjadi kecurangan, kalau engkau mengeroyok Giok Cu,
terpaksa aku akan ikut campur dan mencegah kecurangan itu!
Kami tidak ingin bermusuhan dengan Thian-te-kauw!"
Ban-tok Mo-li tertawa genit. "Hik-hik, aku akan bertanding
melawan bekas muridku, perlu apa aku harus dibantu orang
lain? Bahkan kalau perlu engkau boleh membantu Giok Cu,
aku tidak takut menghadapi pengeroyokan kalian dua orang
muda yang sombong ini!"
"Ban-tok Mo-li, tidak perlu banyak cerewet. Mari kita segera
bertanding sampai seorang di antara kita roboh!"
Giok Cu membentak. Sambil tertawa Ban-tok Mo-li lalu
masuk ke dalam, diikuti oleh Giok Cu dan Han Beng, juga
diikuti Lui Seng Cu dan para pimpinan Perkumpulan itu. Giok
Cu tentu saja masih hafal akan keadaan di rumah itu. Kiranya
kuil itu dibangun di bagian depan dan menembus ke pinggir
rumah bekas gurunya, dan lian-bu-thia yang dulu tidak begitu
besar, kini telah dirombak dan menjadi sebuah ruangan yang
luas, yang cukup untuk berlatih seratus orang! Ruangan ini
tertutup dan tidak mempunyai jendela, hanya ada sebuah
pintu di depan, pintu besi yang kokoh. Dengan langkah tenang
dan gagah, Giok Cu mengkuti Ban-tok Mo-li memasuki
ruangan itu bersama Han Beng, diiringkan oleh para tokoh
Thian-te-pang.
Setelah tiba di dalam ruangan langsung saja Giok Cu
berdiri di tengah-tengah dengan sikap menantang. "Mari kita
selesaikan urusan antara kita. Aku sudah siap, Ban-tok Mo-li!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
katanya sambil memandang kepada wanita itu. Han Beng
berdiri di sudut dengan sikap tenang, namun waspada karena
dia tetap merasa curiga bahwa orang-orang sesat itu dapat
benar-benar bersikap gagah dan dapat dipercaya. Dia tidak
khawatir sama sekali kalau memang terjadi pertandingan yang
jujur, karena dia percaya sepenuhnya akan kelihaian Giok Cu.
Yang dikhawatirkan adalah kalau orang-orang sesat itu
menggunakan pengeroyokan atau jalan lain yang curang.
Maka, biarpun dia nampak tenang saja berdiri sambil bersilang
lengan di dada dia tetap waspada menjaga segala
kemungkinan yang dapat terjadi.
Ban-tok Mo-li masih belum banyak. benar akan
pemberitahuan Can Kongcu bahwa bekas muridnya itu kini
memiliki kepandaian yang amat tinggi, jauh lebih lihai
dibandingkan kepandaiannya sendiri! Ia tidak percaya! Dan ia
pun tidak takut, karena di situ terdapat Lui Seng Cu dan para
tokoh lain, bahkan di situ terdapat pula Can Kongcu yang
masih belum muncul, akan tetapi yang ia tahu tentu sedang
melakukan pengintaian.
Dengan langkah gemulai Ban-tok. Mo-li Phang Bi Cu
menghampiri Giok Cu di tengah ruangan itu sambil mencabut
pedang dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya tetap
memegang kipasnya. Begitu pedang tercabut, nampak anar
merah. Itulah Ang-tok Po-kiam (Pedang Pusaka Racun Merah)
yang ampuh sekali karena selain terbuat dari baja pilihan, juga
pedang itu sudah direndam racun merah bertahun-tahun
sehingga lawan yang terkena sekali goresan saja sudah
terancam maut!
Namun Giok Cu sama sekali tidak merasa jerih. Ia sudah
mengenal habis-habis semua senjata dan kepandaian bekas
gurunya. Ia tahu benar keadaan pedang pusaka yang
berwarna merah itu,bahkan ia pun mengenal kipas di tang kiri
lawan itu. Kipas itu nampaknya tidak berbahaya, namun ia
tahu bah kipas itu lebih berbahaya daripada p dang karena
kipas itu mengandung jarum-jarum halus beracun yang dapat
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menyambar dari dalam gagang kipas yang suda dipasangi
alat. Juga selain kedua ujung gagang kipas yang runcing
mengandun racun pula, juga kebutan kipas itu mendatangkan
bau harum yang juga dapa membuat kepala menjadi pening.
Ia mengenal pula bekas gurunya sebagai manusia beracun
sehingga pukulan tangannya, cakaran kukunya, bahkan
ludahnya mengandung racun yang dapat mematikan lawan!
"Bu Giok Cu, sudah begitu bosan hidupkah engkau maka
begini tergesa-gesa minta mati?" tegur Ban-tok Mo-li dengan
senyum mengejek.
"Ban-tok Mo-li, dua belas tahun yang lalu engkau telah
membunuh Ayah dan Ibuku yang sama sekali tidak bersalah
kepadamu. Sekarang aku, Bu Giok Cu anak mereka, menuntut
balas atas kematian mereka yang penasaran itu. Ban-ok Mo-li
bersiaplah engkau untuk menghadap Ayah Ibuku dan
mempertanggung-jawabkan perbuatanmu yang jahat dan
kejam!"
"Hi-hi-hik, engkau ini bekas muridku berani membuka mulut
besar? Nah, kau makanlah pedangku!" Berkata demikian,
wanita itu sudah menusukkan pedangnya, tanpa memberi
kesempatan pada bekas muridnya untuk mencabut
senjatanya. Memang wanita ini licik sekali dan sama sekali
tidak merasa malu untuk melakukan kecurangan. Sinar merah
berkelebat menyambar ketika pedang Itu menusuk ke arah
dada Giok Cu. Gadis ini cepat meloncat ke belakang dan
ketika tangan kanannya bergerak, ia sudah mencabut pedang
pusaka Seng-kang-kiam pemberian Hek Bin Hwesio. Melihat
pedang yang tumpul itu, dan buruk, Ban-tok Mo-li terkekeh
geli.
"Hi-hi-heh-heh, Giok Cu. Pedang apa yang kaukeluarkan
itu? Untuk memotong sayur pun belum tentu dapat, begitu
tumpul dan buruk! Dan engkau hendak melawan Ang-tok Pokiam
dan kipas dengan pedang tumpul itu? Ha-ha!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tak perlu banyak cerewet. Lihat pedang!" Giok Cu
membentak dan sudah menyerang dengan pedangnya.
Terdengar suara berdesing dari didahului angin menyambar
keras, pedang itu sudah menyambar pula ke arah leher lawan.
Ban tok Mo-li yang masih tersenyum itu terkejut, senyumnya
berubah dan ia cepat menggerakkan pedangnya menangkis
sambil mengerahkan tenaga saktinya, dengan maksud begitu
kedua pedang bertemu, ia akan membarerengi dengan
serangan kipasnya.
"Tranggggg ............!" Nampak bunga api berpijar dan Bantok
Mo-li terhuyung dan hampir saja pedangnya terlepas dari
tangannya! Tentu saja hal ini sama sekali tidak pernah
disangkanya sehingga rencana serangannya gagal sama
sekali, bahkan hampir saja ia terpelanting! Dengan muka
pucat, ia memungut pedang dari samping dan menyerang
dengan dahsyat, penuh rasa penasaran dan kemarahan.
Melihat ini, Giok Cu mengelak. Akan tetapi, kipas itu
menyambar, mengebut kearah mukanya. Giok Cu menahan
napas agar tidak perlu menyedot bau harum beracun dari
kipas itu, dan ketika ujung gagang kipas menyambar sebagai
lanjutan penyerangan dengan totokan, kembali ia mengelak ke
belakang. Pada saat itu, nampak sinar lembut hitam
menyambar dari gagang kipas. Hal ini pun sudah diduga oleh
Giok Cu maka gadis ini dengan mudah memutar pedang
memukul runtuh semua jarum halus beracun.
"Huhhh, engkau memang hanya pandai menggunakan
racun dengan curang! Tak tahu malu!" bentak Giok Cu dan kini
ia pun menyerang dengan pedangnya. Ia sama sekali tidak
sudi menggunakan ilmu yang pernah dipelajarinya dari Bantok
Mo-li, melainkan menggunakan ilmu yang pernah
dipelajarinya dari Hek-bin Hwesio. Dan tentu saja keadaan
Giok Cu lebih untung. Semua serangan lawan sudah
dikenalnya dengan baik, dan ia tahu bagaimana cara
menghindarkan semua serangan itu. Sebaliknya, Ban-tok Mo-li
bingung menghadapi permainan pedang Giok Cu yang sama
sekali tidak dikenalnya. Juga wanita sesat ini kalah jauh dalam
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kekuatan tenaga sakti, bahkan pedangnya yang biasanya
amat diandalkan itu sekali ini kehilangan keampuhannya
menghadapi pedang tumpul Seng kang-kiam!
Setelah lewat tiga puluh jurus, Ban tok Mo-li tak mampu
membalas serangan lagi. la terdesak dan terhimpit hanya
mampu memutar pedang melindungi tubuhnya dan main
mundur terus. Melihat ini, tentu saja Lui Seng Cu tidak mau
membiarkan saja pangcu itu terancam bahaya.
"Bu Giok Cu, lepaskan pedangmu. Tiba-tiba dia
membentak. Sejak tadi kauwcu ini memang sudah berkemak
kemik membaca mantra dan mengerahkan kekuatan sihirnya,
dan tiba-tiba ki dia melalui bentakannya hendak mengua sai
Giok Cu dengan ilmu sihirnya.
Giok Cu merasa betapa jantungny tergetar dan hanpir ia
melepaskan pedang. Akan tetapi gadis ini pernah digembleng
oleh Hek Bin Hwesio, dan ia sudah dilatih hebat sehingga kini
me¬miliki kekuatan batin yang mampu menolak pengaruh
sihir.
"Lui Seng Cu pendeta palsu!" Ia pun membentak dan
pedangnya semakin mendesak Ban-tok Mo-li, sedikit pun ia
tidak terpengaruh oleh kekuatan sihir yang melepaskan Thiante
Kauw-cu (Kepala Agama Thian-te-kauw) itu. Melihat itu Lui
Seng Cu terkejut dan dia pun meloncat ke depan sambil
mencabut golok besarnya.
"Heiiiii, tidak boleh curang main keroyokan!" bentak Han
Beng sambil meloncat maju dan ketika tangan kanannya
mendorong ke arah Lui Seng Cu, Kauwcu ini hampir
terjengkang oleh sambaran angin dahsyat.
Pada saat itu terdengar ledakan disusul asap tebal dan
muncullah seorang sosok tubuh yang menyeramkan. Arca
Thian-te Kwi-ong agaknya telah hidup! Orang yang muka dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pakaiannya mirip patung Thian-te Kwi-ong yang disembahsembah
itu telah muncul di situ, membawa sebatang pedang
kuno yang panjang dan berat. Semua orang terkejut tak
terkecuali Han Beng dan Giok yang segera berlompatan ke
belakang dan mereka kini berdiri berdamping untuk saling
melindungi. Mata mereka terbelalak memandang ke arah
setan itu yang berdiri tegak. Semua pengurus dan anggauta
Thian-te-kauw segera memberi hormat.
"Si Han Beng dan Bu Giok Cu! Menyerahlah kalian karena
kalian sudah dikepung!" kata "Raja Setan" itu. "Kalau kalian
menakluk, akan kami beri kedudukan yang baik, kalau kalian
melawa kalian akan mati konyol!"
Dan tiba-tiba saja, pintu ruangan itu ditutup dan banyak
asap berembus dari luar, memasuki lian-bu-thia itu.
"Han Beng, awas asap beracun! Kita harus menerjang
keluar!" teriak Giok Cu. Han Beng terkejut dan dia pun
menahan napas. Akan tetapi, Ban-tok Mo-li sudah tertawa
bergelak dan bersama Lui Sen Cu dan para tokoh sesat
mereka menghadang dan mengeroyok dua orang pendekar
muda itu sehingga mereka tidak dapat keluar. Apalagi pintu
besi itu sudah ditutup dari luar, sementara itu asap beracun
yang mengandung bius itu semakin tebal. Ternyata bahwa
Ban-tok mo-li sudah memberi obat penawar kepada rekanrekannya
sehingga mereka itu menyedot asap tanpa pengaruh
apa-apa. sebaliknya, Han Beng dan Giok Cu tidak berani
bernapas. Mereka menahan napas, akan tetapi tentu saja
mereka tidak mungkin dapat bertahan terlalu lama, apalagi
mereka dikeroyok banyak lawan. Akhirnya, tanpa tersentuh
senjata lawan, Han Beng dan Giok Cu roboh terpelanting dan
pingsan!
Ketika Han Beng dan Giok Cu siuman kembali, mereka
mendapatkan diri mereka sudah duduk di atas kursi dan
masing-masing terbelenggu kaki tangan mereka, terikat pada
kursi sehingga tidak mampu berkutik. Mereka masih berada di
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
lian-bu-thia tadi, akan tetapi kini tidak ada lagi asap harum
yang mengandung bius. Di depan mereka, dalam jarak
sepuluh meter, nampak belasan orang itu duduk pula berjajar
di atas kursi. Yang paling depan adalah seorang pemuda yang
tampan dan yang selalu tersenyum-senyum, didampingi oleh
Kauwcu Lui Seng Cu di sebelah kirinya Pangcu Ban-tok Mo-li
di sebelah kananya. Para pengurus lainnya dan para tokoh
sesat duduk di belakang tiga orang ini. Sikap mereka seperti
suatu paruturan pengadilan yang hendak menghakimi Han
Beng dan Giok Cu sebagai pesakitan!
Ketika Han Beng dan Giok Cu memandang kepada pemuda
itu, mereka terbelalak.
"Engkau ............!" Giok Cu dan Han Beng berseru, hampir
berbareng saking herannya bertemu dengan musuh lama itu
situ.
"Jangan kurang ajar!" bentak Ban tok Mo-li kepada dua
orang tawanan itu "Kalian berhadapan dengan Can Kong
penjelmaan dari Thian-te Kwi-ong. Bersikaplah hormat!"
Akan tetapi Giok Cu tersenyum mengejek. "Penjelmaan
Thian-te Kwi-ong Hemmm, memang dia iblis cilik! Hong San,
ular kepala dua yang pernah membantu gerombolan
pemberontak yang gagal! Dan sekarang menyelundup ke
dalam Thian-te Kwi-ong! Bagus-bagus!"
Hong San tidak marah, bahkan tertawa bergelak. "Bu Giok
Cu, engkau makin cantik saja, ha-ha-ha. Dan engkau masih
tetap bernyali besar tabah dan penuh semangat, pantang
mundur walaupun sudah menjadi tawanan. Sungguh sikap
seorang calon isteri ketua yang besar! Bu Giok Cu, ketahuilah
bahwa aku ini telah menjadi pemimpin besar dari Thian-tepang
yang memiliki kekuasaan besar. Kami bukanlah
perkumpulan orang jahat, melainkan perkumpulan yang gagah
dan membela kepentingan umum. Aku tahu bahwa engkau
dan juga Huang-ho Sin-liong Si Han Beng adalah pendekarKANGZUSI
WEBSITE http://kangzusi.com/
pendekar yang gagah perkasa. Oleh karena itu, biarpun kalian
telah beberapa kali melakukan perbuatan yang menentangku,
namun aku masih suka mengampuni kalian, kalau kalian suka
membantu perjuangan kami. Kelak, kalau kita lberhasil, kalian
tentu akan mendapatkan bagian dan memperoleh kedudukan
tinggi. Nah, Bu Giok Cu, kalian sudah tak berdaya. Kalau
engkau suka menjadi isteriku yang terhormat, dan Si Han
Beng suka menjadi pembantuku "
"Tutup mulutmu yang kotor!" bentak Bu Giok Cu. "Aku lebih
suka mati daripada menjadi isteri seorang keji dan jahat
macam engkau!"
"Can Hong San," kata Han Beng d ngan suara tenang
namun tegas. "Kalau engkau memang seorang laki-laki yang
jantan, bebaskan kami dan mari kita mengadu kepandaian
untuk menentukan siapa yang lebih kuat di antara kita.
Sebaliknya, kalau engkau hanya seorang iblis yang licik dan
curang, setidaknya engkau tentu mengenal malu untuk
mencurangi seorang wanita. Bebaskan Bu Giok Cu dan kau
siksa dan bunuh saja aku. Giok Cu tidak bersalah apa-apa
kepadamu!"
"Tidak! Can Hong San manusia terkutuk! Si Han Beng
hanya ikut dengan aku ke sini. Akulah yang memiliki urusan
pribadi dengan Si Iblis Betina Ban-Tok Mo-li. Ia telah
membunuh Ayah Ibuku dan aku akan mencabut nyawanya
untuk melenyapkan penasaran Ayah dan Ibuku! Bebaskan
Han Beng, aku yang bertangung jawab! Kalau engkau
memang jantan, biarkan aku bertanding mengadu nyawa
dengan Ban-tok Mo-li, kemudian engkau boleh menandingiku
dan mengeroyok aku kalau engkau berani!"
Dimaki dan dicela seperti itu, Hong ban hanya tersenyum
mengejek. "Ha-ha-ha, enak saja kalian bicara. Kalian adalah
tawanan kami, kalian tidak berdaya dan kamilah yang
menentukan syarat, bukan kalian." Hong San tertawa-tawa
mengamati pedang tumpul buruk milik Bu Giok Cu yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
dirampasnya. Pedang itu butut dan tumpul, sama sekali tidak
menarik, namun dia tahu bahwa itu adalah sebatang pedang
pusaka yang ampuh. Memang, Seng-kang-kiam (Pedang Baja
Bintang) milik Bu Giok Cu itu adalah sebatang pedang yang
langka, pemberian dari Hek Bin Hwesio.
"Hemmm, agaknya kalian saling mencinta. Kalian saling
berebut untuk mengorbankan diri asal yang lain dibebaskan.
Mengagumkan sekali. Cinta kasih seperti itu jarang ditemui di
jaman ini ha-ha-ha!" Kembali Hong San tertawa. Dia sengaja
bersikap demikian karena di ingin sekali mengambil hati dua
ora muda yang dia tahu amat lihai itu. Mereka berdua itu jauh
lebih lihai dibandingkan semua pembantunya. Kalau saja Si
Han Beng dan Bu Giok Cu mau membantu dia, tentu
kedudukannya akan menjadi semakin kuat dan dia tidak akan
takut menghadapi siapapun juga.
Mendengar ucapan itu, wajah Bu Giok cu menjadi
kemerahan. Juga Han Beng merasa betapa jantungnya
berdebar keras. Betapa tepatnya ucapan Hong yang tentu saja
hanya merupakan ejekan itu. Dia memang mencinta Giok Cu
dan akan rela mengorbankan nyawanya untuk keselamatan
gadis itu. Akan tetapi dia juga marah sekali karena tahu bahwa
ucapan itu tentu saja merupakan hal yang amat memalukan
Giok Cu, bahkan juga menghina.
"Maaf, Can Kongcu. Gadis itu pernah menjadi sahabatku,
oleh karena itu, kalau Pangcu memperbolehkan, serahkan
saja kepadaku. Aku cinta padanya dan aku akan
membujuknya agar ia suka bekerjasama dengan kita." kata Ji
Ban To, pemuda kurus kering bermuka pucat, murid Ouw Kok
Sian yang dahulu pernah menggoda Giok Cu itu.
"Berikan saja kepadaku, Can Kong-cu. Aku sanggup
menundukkan Giok Cu!" seru Siok Boan pemuda yang gendut
dan mukanya seperti kanak-kanak itu. Dia murid dari Lui Seng
Cu yang menjadi Kauw-cu dari Thian-te-kauw.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kepadaku saja, Can Kongcu! Aku dapat membikin ia
jinak!" teriak pula Poa Kian So, sute dari Siok Boan, yang
berhidung pesek dan bertubuh pendek. Memang dua orang
murid dari Lui Seng Cu ini pernah tergila-gila kepada Giok Cu
ketika gadis ini masih menjadi murid han-tok Mo-li, seperti juga
Ji Ban To.
"Aih, sungguh kalian bertiga tidak tahu diri!" kata Siangkoan
Tek, pemuda putera Siangkoan Bok yang juga menjadi
pembantu utama di dalam perkumpulan Thian-te-pang itu.
"Akulah yang pantas menjadi suami Bu Giok Cu. Can Kongcu
berikan saja ia kepadaku!"
Melihat betapa empat orang pera pembantunya itu
memperebutkan Giok Cu, Hong San tertawa. "Ha-ha-ha,
engkau mendengar sendiri, Giok Cu dan Han Beng. Hanya
ada dua pilihan bagi kalian. Pertama, kalian menakluk kepa
kami dan berjanji menjadi pembantu kami yang setia, berjuang
bersama kami dan mendapatkan kedudukan yang terhormat
dan mulia. Dan ke dua, kalau kalian menolak, terpaksa aku
membiarkan empat orang pemuda yang sudah tergila-gila
kepada Giok Cu ini untuk memilikinya, mempermainkannya
sepuas ha nya mereka di depan matamu, Han Beng. Mereka
akan memperkosanya sampai gadis yang kaucinta ini mati di
depan matamu, kemudian barulah kami akan menyiksamu
sampai mati. Nah, kalian pilih yang mana?"
"Aku pilih mati daripada harus takluk padamu!" bentak Giok
Cu dan tiba-tiba gadis itu mengerahkan tenaga dan bersama
kursinya sudah meloncat ke depan. Ji Ban To yang ingin
berjasa tertubruk untuk menangkapnya, akan tetapi gadis itu
bersama kursinya menerjang ke arahnya dengan kekuatan
hebat.
"Bresssss ............!" Ji Ban To mengaduh dan tubuhnya
terjengkang, bergulingan di terjang gadis yang masih
terbelenggu kaki tangannya pada kursi itu!
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Itu pula jawabanku, keparat!" Han Beng berseru dan dia
pun meniru perbuatan Giok Cu. Tubuhnya yang masih
terbelenggu pada kursinya itu menerjang ke depan, ke arah
Can Hong San. Akan tetapi pemuda sakti ini dengan mudah
mengelak sambil menggerakkan kaki menendang sehingga
tubuh Han Beng yang tidak mampu menggerakkan kaki
tangan Itu terpental ke samping oleh tendangan itu. Siangkoan
Tek yang mencabut pedang menubruk ke arah Han Beng dan
menyerang dengan bacokan ke arah perut pemuda yang
terbelenggu itu. Han Beng melihat kesempatan baik sekali.
Diam-diam dia mengerahkan sin-kang sepenuhnya untuk
melindungi kakinya dan ketika pedang menyambar, dia malah
menyambut dengan kaki yang terbelenggu, pedang itu
membabat belenggu ke kakinya. Pedang itu berkelebat.
"Brettttt!" Kain celana dan belenggu itu terbabat putus, dan
kulit kaki kanan Han Beng tergores sedikit karena sudah
dilindungi kekebalan. Kedua kakinya bebas! Han Beng
meloncat dan sekali kaki kirinya menendang, tubuh Siangkoan
Tek terlempar sampai lima meter jauhnya dan terbanting
keras. Padahal Siangkoan Tek memiliki tingkat kepandai yang
cukup tinggi. Namun tendangan tadi merupakan tendangan
yang khas dari ilmu silat Hui-tiauw Sin-kun sehingga
Siangkoan Tek yang sudah memandang rendah lawan yang
terbelenggu itu terkena tendangan. Untung yang tertendang
pahanya sehingga dia tidak sampai terluka parah, hanya nyeri
dan terkejut saja.
Dua orang tawanan itu mengamuk. Han Beng yang sudah
bebas kedua kakinya, walaupun kedua tangan masih
terbelenggu dan kursi itu masih melekat dipunggung,
mengamuk dengan tendangannya dangan kedua kakinya.
Giok Cu juga mengamuk. Gadis ini masih terbelenggu kaki
tangannya pada kursi, akan tetapi kursi itu menerjang ke sanasini
dengan ganasnya!
Betapapun juga, dua orang tawanan ia tidak dapat bergerak
leluasa dan di situ terdapat banyak orang lihai. Kalau Hong
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
San dan para pembantunya menghendaki, tentu tidak terlalu
sukar bagi mereka untuk menghentikan amukan duia orang itu
dengan serangan yang mematikan.
"Jangan bunuh mereka!" beberapa kali Hong San berseru.
'Tangkap dan lumpuhkan saja. Aku masih belum selesai
dengan mereka!" Dalam seruannya ini terkandung
kemarahannya. Dia akan menyikat dua orang musuh itu
sepuas hatinya sebelum membunuhnya.
Hong San dan para pembantunya kini mengepung dua
orang tawanan yang mengamuk itu dan kini baik Han Beng
maupun Giok Cu menjadi bulan-bulanan kemarahan mereka.
Mereka itu memukul, menendang dan dua orang itu
terbanting-banting dan terguling-guling bersama kursi mereka.
Dalam keadaan terbelenggu pada kursi itu, tentu saja gerakan
mereka tidak leluasa sama sekali. Namun mereka adalah dua
orang muda yang memiliki ilmu kepandaian tinggi, memiliki
tenaga dalam yang kuat sekali sehingga biarpun kaki tangan
mereka terbelenggu, namun luncuran tubuh mereka dengan
kursi itu masih berbahaya bagi lawan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 25
Apalagi karena Hong San beberapa kali memberi
peringatan agar dua orang itu jangan dibunuh. Para
pembantunya menyimpan senjata mereka dan hanya
mencoba untuk menangkap kedua orang yang mengamuk itu
dengan kaki tangan mereka. Inilah yang berbahaya karena
siapa berani menghadapi terjangan Han Beng atau Giok Cu
dengan tangan, tentu akan kena hantaman tubuh yang
menjadi satu dengan kursi itu sehingga terjengkang dan
terguling-guling!
"Yang lain mundur, biarkan aku, Pang-cu dan Kauwcu
bertiga saja yang menangkap mereka!" kata Hong San setelah
melihat beberapa orang pembantunya empat roboh sampai
terguling-guling. Dia sendiri membiarkan tubrukan Han Beng
lewat dengan elakan, dan kakinya menyambar.
"Dukkk!" Tubuh Han Beng terpenting ketika dadanya kena
ditendang tanpa dan mampu mengelak atau menangkis.
Ban-tok Mo-li dan Lui Seng Cu juga berhasil menangkap
Giok Cu dari kanan kiri, menangkap sandaran kursinya dan
gadis perkasa itu tidak mampu berkutik pula.
Agaknya tidak ada harapan lagi bagi Han Beng dan Giok
Cu untuk dapat menyelamatkan diri dari tangan para pim pinan
Thian-te-pang itu dan mereka terancam bahaya maut,
terutama sekali Giok Cu yang telah diancam akan di perkosa
sampai mati di depan Han Beng kalau mereka berdua tidak
mau menakluk dan membantu perkumpulan itu.
Dengan marah sekali Han Beng terguling-guling oleh
tendangan Hong San tadi, mengerahkan lagi tenaganya dan
tubuhnya meluncur kembali ke arah Hong San, bagaikan
sebuah peluru besar yang ditembakkan dari mulut meriam.
Tidak mungkin mengelak dari serangan peluri manusia seperti
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
itu. Hong San menyambut dengan hantaman kedua tangannya
sambil mengerahkan sin-kang. Ketika Han Beng meluncur ke
arahnya, dia sudah siap memasang kuda-kuda dan kedua
tangannya dengan jari terbuka menghantam ke arah lawan.
"Desssss........!!" Kembali Han Beng bersama kursinya
terlempar oleh hantaman kedua tangan itu, bahkan nampak
sandaran kursi itu patah-patah. Akan tetapi juga Hong San
terhuyung ke belakang karena ketika dia memukul, Han Beng
juga mengerahkan sin-kangnya sehingga pukulan lawan itu
membalik.
Han Beng terbanting dan terguling-guling, matanya
berkunang dan walaupun dia tidak sampat terluka parah,
namun kepalanya terasa pening. Hantaman tadi kuat sekali.
Ketika dia bergulingan, kebetulan sekali Giok Cu juga
bergulingan di dekatnya.
"Han Beng, kau............ kau larilah.............,jangan
korbankan diri untuk aku............ ini urusanku, biar aku yang
mengamuk sampai mati." Giok Cu berkata dengan napas
terengah-engah.
"Giok Cu, kalau perlu, kita akan mati bersama." bisik Han
Beng kembali. Mendengar ini, Giok Cu menahan tangisnya! la
tahu bahwa mereka berdua tak berdaya dan kalau
melanjutkan mengamuk dalam keadaan terbelenggu seperti
itu akhirnya mereka berdua pasti akan tewas. Tidak ada
harapan sama sekali untuk dapat meloloskan diri. Dan Han
Beng mengatakan siap untuk mati bersama!
"Han Beng ........ aku .......... cinta ........ padamu ............" Ia
membuat pengakuan terakhir ini, bukan hanya untuk
menyatakan rasa terima kasih dan keharuannya, melainkan
untuk membuka rahasia hatinya sendiri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku juga cinta padamu, Giok Cu.” jawab Han Beng,
suaranya terharu namun mengandung kebahagiaan besar
walaupun dia tahu pula bahwa mereka berdua akan mati.
Mendengar percakapan singkat itu Hong San mengangkat
tangan member isarat kepada para pembantunya untul
berhenti menyerang.
"Ha-ha-ha, Si Han Beng, bagus sekar kalian saling
menyatakan cinta. Kalau benar engkau mencinta Giok Cu,
menyerahlah. Kalau kalian menyerah dan mau membantu
kami, maka aku akan merayakan pernikahan kalian berdua.
Kalian akan menjadi suami isteri yang hidup berbahagia
bersama kami disini. sebaliknya, kalau kalian tetap menolak,
kau akan melihat gadis yang kau cinta ini menderita
penghinaan di depan matamu dan akhirnya kalian akan
tersiksa sampai mati. Nah, pilihan yang mudah, bukan? Untuk
yang terakhir kali, aku tawarkan kalian menakluk dan
membantu kami."
"Apa yang dikatakan Can Kongcu memang benar dan
menguntungkan sekali untukmu, Giok Cu. Ingat, engkau
adalah bekas muridku dan engkau tahu betapa aku sayang
padamu. Menyerahlah, Giok Cu, muridku!" Ban-tok Mo-li ikut
membujuk, tahu betapa Hong San yang ditakutinya itu ingin
sekali agar dua orang pemuda perkasa itu menyerah dan
bersekutu dengan mereka.
Giok Cu dan Han Beng saling pandang dan sejenak
pandang mata mereka bertaut, penuh kasih sayang, juga
penuh kebulatan tekad untuk melawan sampai akhir.
"Lebih baik mati daripada menyerah bentak Giok Cu.
"Can Hong San iblis busuk, kami adalah orang-orang yang
rela mati mempertahankan kehormatan dan kebenaran Han
Beng juga membentak dan kembali keduanya mengerahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tenaga dan bergulingan dengan cepat untuk menyerang lawan
dengan menghantamkan tubuh yang kaki tangannya
terbelenggu itu kepada lawan. Han Beng menyerang kearah
Hong San sedangkan Giok Cu menyerang kearah Ban-tok Moli.
Akan tetapi, dua orang yang diterjang itu mengelak dengan
loncatan ke samping, kemudian menendang.
Tubuh Han Beng dan Giok Cu kembali terlempar dan
membentur dinding. Sejak tadi Han Beng dan Giok Cu
berusaha melepaskan belenggu kaki tangan, akan tetapi tidak
berhasil. Kalau saja belenggu itu dari besi, mungkin mereka
akan mampu mematahkannya. Akan tetapi itu terbuat dari kulit
kerbau yang kuat, ulet dan juga agak lentur sehingga tidak
dapat dibikin putus.
Keadaan dua orang muda perkasa itu kini gawat sekali.
Mereka dapat dijadikan bulan-bulanan tendangan atau
pukulan tanpa mampu membalas, bahkan tentu saja para
pimpinan Thian-te-pang yang lihai itu dengan mudah akan
dapat menotok jalan darah mereka atau menggunakan asap
pembius. Hanya karena Hong San ingin sekali menarik
mereka menjadi sekutu yang untuk sementara menyelamatkan
mereka, dan kini kenekatan mereka membuat para pimpinan
Thian-te-pang menjadi kewalahan juga.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar bunyi terompet dan
tambur yang riuh tendah dan saling sahutan, terdengar datang
dari empat penjuru. Tentu saja hal ini membuat Hong San dan
para pembantunya di ruangan itu terkejut bukan main. Pada
saat itu, lima orang anak buah mereka datang berlarian
dengan muka pucat dan napas terengah-engah.
"Celaka ..........., Kongcu............. celaka............... tempat
kita sudah terkepung pasukan pemerintah yang besar
jumlahnya!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar laporan ini, wajah para pimpinan Thian-te-pang
itu menjadi pucat. "Akan tetapi, bagaimana mungkin teriak
Hong San. "Hubungan pasukan dengan kita amat baik!"
"Aihhh, ini tentu karena gagalnya gadis-gadis itu ketika
melantik Souw Ciangkun............!" kata Lui Seng Cu dengan
suara penuh kekhawatiran.
"Benar .......... Kongcu ............ yang memimpin adalah Yap
Ciangkun!" kata pula anak buah yang melapor. "Yap Ciangkun
merintahkan agar seniua pimpinan Thian te-pang menyerah."
Wajah Hong San yang tadinya pucat kini berubah merah.
"Jahanam! Dikiranya kita takut? Dua orang yang menjadi
biang keladi ini harus kubunuh lebih dulu!" bentaknya dan
Hong San sudah mencabut pedang Seng-kang-kiam, pedang
butut tumpul milik Giok Cu yang telah dirampasnya, lalu dia
menghampiri Giok Cu yang masih rebah miring terbelenggu
dengan kursi. Gadis itu memandang padanya dengan mata
mencorong penuh kebencian dan keberanian, sedikit pun tidak
merasa takut.
"Can Hong San keparat busuk, pengecut hina. Lepaskan
belenggu ini dan mari kita berkelahi kalau memang engkau
masih mempunyai nyali!" teriaknya.
"Perempuan tak tahu diuntung!" kata flong San. "Karena
keadaan darurat terpaksa kubunuh dulu engkau, kemudian
pemuda kekasihmu itu!" Dia mengangkat tangan mengayun
pedang dan Giok Cu Inenghadapi maut itu dengan mata
terbuka. Pada saat pedang terayun, ada sinar hitam
menyambar, tepat mengenai pergelangan tangan Hong San.
"Tukkk .............!" Hong San terkejut dan melompat ke
belakang, tidak jadi menggerakkan pedang untuk membunuh
Giok Cu, dan pada saat itu, nampak dua bayangan berkelebat
dan tahu-tahu di situ telah berdiri seorang tosu tua dan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
seorang hwesio yang sama tuanya. Tosu itu usianya tentu
sudah mendekati delapan puluh tahun, rambut dan kumis
jenggotnya putih, pakaiannya pun putih semua. Sedangkan
hwesio itu usianya sebaya kulit dan mukanya hitam, perutnya
gendut dan wajahnya cerah tersenyum lebar
"Omitohud ..............! Seng-kang-kiam itu tidak boleh berada
di tanganmu.........!!” katanya kepada Hong San dan lengan
kirinya bergerak, ujung lengan baju yang lebar itu sudah
menyambar ke arah mu'ka Hong San. Pemuda itu bukan
orang lemah. Melihat serangan yang dahyat itu, yang didahului
oleh angin pukulan yang amat kuat, dia cepat miringkan
tubuhnya dan pedang di tangannya bergerak membacok. Akan
tetapi, pedang itu bertemu dengan benda lunak dan ternyata
itu adalah lengan baju yang kanan, yang telah menyambut
pedang itu dan melibatnya, kemudian sekali membuat
gebrakan sentakan pedang itu telah berpindah tangan! Hong
San terkejut sekali dan melompat ke belakang.
"Suhu .............!" kata Giok Cu girang melihat hwesio itu
yang bukan lain adala Hek Bin Hwesio!
"Suhu ..........!" Han Beng juga berseri kepada tosu itu yang
bukan lain adalah Pek | Tojin, susiok-couw dan juga suhunya
itu.
"Omitohud, anak nekat ............!" Hek Bin Hwesio
menghampiri Giok Cu, menggerakkan pedang tumpul itu dan
belenggu kaki tangan gadis itu pun putus semua, puga Pek I
Tojin menghampir Han Beng, akan tetapi dia tidak melepaskan
belenggu kaki tangan muridnya.
"Siancai .........., apakah engkau tidak mampu melepaskan
diri dari belenggu Itu, Han Beng?"
"Belenggu ini ulet dan lentur Suhu ....................."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hemmm, kalau begitu jangan mencoba untuk membikin
putus, melainkan meloloskan tanganmu dengan Sia-kuthoatmu
(Ilmu Melepas Tulang Melemaskan Badan)." Han
Beng baru teringat akan ilmu yang pernah dipelajarinya itu.
Tapi dalam keadaan terancam, dia tidak ingat untuk
mempergunakan ilmu itu. Dengan ilmu itu, dia dapat
melepaskan sambungan tulang, melemaskan otot-ototnya
sehingga bagian tubuh seperti lengan atau kaki dapat menjadi
lunak dan lemas, menja kecil sekali hanya seperti tulang
terbungkus kulit saja. Dia membuat kedua lengannya lemas.
Otot-ototnya mengendur dan tulang-tulangnya seperti dapat
terlepas dan dengan demikian, mak tidak begitu sukar baginya
untuk menarik kedua tangannya lepas dari ikatan tali kerbau.
Demikian pula dengan mudah dia melepaskan ikatan kakinya,
lalu berlutut di depan Pek I Tojin seperti jug Giok Cu yang
sudah berlutut di depan Hek Bin Hwesio.
Pada saat itu terdengar suara pertempuran di luar. Hong
San dan para pembantunya hendak lari keluar, akan tetapi
beberapa orang anak buah lari masuk dalam keadaan luka.
"Celaka, Kongcu ............ sebagian besar teman telah
menyerah kita jauh kalah banyak ............. dan rumah ini sudah
di kepung ketat!!" Baru saja dia bicara demikian, sebatang
panah meluncur dari luar dan dia pun roboh. Dan kini di
ambang pintu ruangan yang luas itu muncullah seorang
perwira tinggi yang berwajah keren.
"Yap Ciangkun ..............!" Han Beng meemanggil, juga
Giok Cu mengenal panglima itu.
Yap Ciangkun mengangguk dan tersenyum. "Kiranya Ji-wi
masih selamat. Syukurlah dan rumah ini sudah kami kepung.
Para pimpinan perkumpulan jahat Ini harus kami tangkap
semua!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, Yap Ciangkun!" kata Giok Cu. "Sebelum
Ciangkun melakukan penangkapan, aku ingin menyelesaikan
urusan pribadiku dengan Ban-tok Mo-li!"
Yap Ciangkun mengerutkan alisnya, akan tetapi mengingat
akan kelihaian gadis itu, dia pun mengangguk. "Baiklah, Lihiap."
Dia lalu memberi isyarat kepada pasukannya untuk siap
dengan anak panah mereka untuk melindungi Giok Cu.
Melihat ini, Can Hong San tertawa tergelak. Pemuda ini
amat cerdik dan dia pun melihat bahwa kini sukarlah baginya
untuk dapat meloloskan diri. Menerjang keluar sama dengan
bunuh diri, oleh karena itu satu-satunya jalan haruslah
membela diri secara gagah.
"Ha-ha-ha, kalian ini mengakunya saja pendekar gagah,
akan tetapi ternyata hanyalah pengecut-pengecut yang
berlindung di belakang pasukan pemerintah. Pendekar macam
apakah itu? Si Han Beng, engkau dijuluki orang Huang-Sinliong,
Naga Sakti Sungai Kuning. Kiranya nama itu hanya
kosong belaka karena kenyataannya kini engkau hanya
menjadi penunjuk jalan bagi pasukan pemerintah. Kalau
memang engkau gagah, mari kita bertanding dengan taruhan
nyawa. Kalau engkau kalah olehku, aku berhak untuk hidup
dan harus dibiarkan lolos tanpa gangguan. Sebaliknya kalau
aku kalah, biarlah kubayar dengan nyawa!"
Han Beng adalah seorang pemuda yang pada dasarnya
berwatak pendiam dan tidak pandai bicara. Biarpun dia tahu
bahwa Hong San membual dan memutar balikkan kenyataan,
namun dia tidak pandai membalas dan hanya berkata tenang.
"Sesukamu engkau hendak berkata apa, Can Hong San. Yang
jelas, aku tidak mendatangkan pasukan, dan aku tidak
mempunyai permusuhan pribadi denganmu .........."
"Hong San, manusia pengecut yang bermulut busuk!" Giok
Cu memotong percakapan Han Beng yang tenang itu dengan
suaranya yang lantang. "Siapa percaya omonganmu yang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
berbau busuk penuh kebohongan itu? Aku dan Han Beng
datang ke sini untuk berurusan pribadi dengan Ban-tok Mo-li,
dan engkau mengerahkan anak buahmu untuk mengeroyok,
bahkan menggunakan asap pembius menangkap kami. Siapa
yang pengecut? sekarang, setelah engkau melihat pihakmu
tidak berdaya, engkau berlagak sebagai orang gagah! Cih,
alangkah tebalnya mukamu, dapat mengeluarkan kata-kata
dan memperlihatkan sikap semacam itu. Han Beng, sambut
tantangannya itu dan binasakan saja manusia iblis ini, karena
kalau dibiarkan hidup, dia pun hanya akan menyebar
kejahatan di antara manusia. Dan engkau, Ban-tok Mo-li,
engkau telah membunuh Ayah Ibuku yang tidak berdosa.
Majulah dan terimalah pembalasanku agar arwah Ayah Ibu
dapat tenang!"
Menghadapi Giok Cu yang lincah galak dan pandai bicara
itu, Hong San tak mampu bersuara lagi. Mukanya berubah
sebentar merah sebentar pucat karena bermacam perasaan
mengaduk hatinya. Ada marah, dan malu, ada pula benci,
akan tetapi juga takut. Bagaimanapun juga dia adalah putera
mendiang Cui-beng Sai-kong Can Siok, pendiri Thian-te-pang
yang besar. Ayahnya adalah seorang datuk sesat yang
disegani dan ditakuti dunia kang ouw, oleh karena itu,
bagaimanapun juga dia harus memperlihatkan sikap yang
gagah!
"Sing-singgggg .............!" Nampak sinar berkelebat ketika
tangan kanannya mencabut pedang sedangkan tangan kirinya
mencabut suling. Dia memang nampak gagah sekali. Can
Hong San memiliki ketampanan yang khas karena ada darah
Nepal mengalir di tubuhnya. Hidungnya terlalu mancung dan
matanya yang lebar itu terlalu hitam. Hidung mancung yang
agak besar dan bibir yang merah itu menunjukkan betapa dia
memiliki gairah nafsu yang besar.
Melihat ini, Yap Ciangkun berseru dengan suaranya yang
berwibawa, "Can Hong San, menyerahlah untuk kami tangkap
karena engkau menggerakkan Thian-Te-Pang melakukan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perbuatan yang melanggar hukum. Tidak perlu melawan
karena pasukanku telah mengepung dan semua anak buahmu
telah menakluk!"
"Yap Ciangkun, perkenankanlah kami menghadapi para
penjahat ini secara kami sendiri, yaitu sesuai dengan
peraturan di dunia persilatan."
"Maksudmu bagaimana, Tai-hiap?" Tanya Yap Ciangkun.
"Can Hong San menantangku, maka terpaksa harus
kulayani. Juga Bu Giok Cu mempunyai urusan dengan Ban-tok
Mo-li dan Hok-houw Toa-to Lui Seng Cu. Maka, kami berdua
ingin menyelesaikan urusan ini melalui pertandingan silat."
Yap Ciangkun mengerutkan alisnya.
"Tapi ........... tapi justeru mereka bertiga itulah pucuk
pimpinan perkumpulan sesat ini yang harus kami tangkap dan
kami seret ke pengadilan. Kalau mereka mati, bagaimana
kami dapat menuntut mereka?"
"Omitohud, jangan khawatir, Ciangkun." kata Hen Bin
Hwesio sambil terkekeh. "Ada pin-ceng (aku) di sini dan ada
pula Pek I Tojin, tidak akan yang mati, ha-ha-ha!"
"Benar, kami dua orang tua tidak suka melihat
pembunuhan. Kami yang akan mencegah agar jangan ada
pembunuhan." kata Pek I Tojin.
Biarpun di dalam hatinya Giok tidak setuju dengan
pendapat gurunya akan tetapi ia tidak berani membantah. Ia
harus membunuh Ban-tok Mo-li untuk membalas kematian
ayah ibunya.
Yap Ciangkun mengangguk-angguk "Baiklah kalau begitu,
akan tetapi anak buah yang lain itu harus ditangkap dulu!" Dia
lalu memberi isyarat kepada pasukan pengawalnya untuk
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menangkap semua orang kecuali Ban-tok Mo-li, Lui Seng Cu,
dan Can Hong San.
Merasa bahwa mereka pun memiliki kepandaian,
Siangkoan Tek mencabut pedangnya. Juga Ji Ban To, murid
Ouw kok Sian, telah mencabut sepasang golaknya. Dua orang
pemuda lain, yaitu Siok Boan dan Poa Kian So, murid-murid
Lui Seng Cu, juga sudah siap dengan senjata golok di tangan.
Empat orang pemuda ini agaknya tidak mau menyerah begitu
saja. Mereka adalah murid-murid datuk sesat, tentu saja
merasa malu kalau harus menyerah tanpa melawan. Melihat
sikap empat orang itu, Bu Giok Cu maklum bahwa dua belas
orang pengawal Yap Ciangkun belum tentu akan mampu
menandingi mereka, maka ia pun berkata, "Yap Ciangkun, biar
aku yang menangkapkan empat ekor anjing kecil ini untukmu!"
Giok Cu menerima pedang tumpul Seng-kang-kiam dari
tangan Hek Bin Hwesio, kemudian ia pun maju menghampiri
empat orang pemuda yang sudah siap itu. Melihat ini, Han
Beng merasa tidak tega. Kalau dikeroyok empat, berbahaya
juga bagi Giok Cu, maka dia pun melangkah maju.
"Biar aku membantu Giok Cu!"
Melihat para lawannya memegang senjata tajam, Han Beng
yang tidak biasa menggunakan senjata tajam, melolos sabuk
suteranya. Dia telah mewarisi llmu sabuk dari Sin-tiauw Liu
Bhok Ki dan biarpun sabuk sutera itu lemas dan lunak, namun
di tangannya dapat menjadi senjata yang ampuh.
Siangkoan Tek adalah seorang pemuda yang cerdik. Dia
tahu akan nama besar Huang-ho Sin-liong Si Han Beng maka
belum apa-apa dia sudah merasa jerih untuk menghadapi
pendekar itu Terhadap Bu Giok Cu dia tidak begitu gentar
karena sepanjang pengetahuannya gadis itu hanyalah murid
Ban-tok Mo li. Tentu saja dia tidak tahu bahwa gadis itu telah
menjadi murid Hek Bin Hwesio yang membuat ia menjadi jauh
lebih lihai daripada ketika ia masih menjadi murid Ban-tok Moli.
Karena menganggap bahwa lebih menguntungkan kalau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
bertanding melawan Giok Cu, maka sambil mengeluarkann
bentakan nyaring dia sudah menggerakkan pedangnya
menyerang Giok Cu. Ji Ban To meniru Siangkoa Tek dan dia
pun sudah menggerakkan pasang goloknya, membantu
Siangkoan Tek dan mengeroyok Giok Cu. Gadis itu
mengeluarkan suara mengejek dari hidungnya.
"Huh, monyet-monyet kecil, memang sudah sejak dahulu
kalian harus kuhajar!" Dan dia pun menggerakkan pedang
tumpulnya untuk menyambut serangan dua orang pemuda.
"Trang-trang-tranggggg ............. !" Pedang yang tumpul itu
berkelebat dengan kepalan yang sukar diikuti pandang mata
oleh dua orang pemuda itu dan mereka terkejut setengah mati
ketika merasa betapa tangan mereka yang memegang senjata
seperti lumpuh. Kekejutan mereka bertambah ketika mereka
melihat betapa senjata mereka itu patah ujungnya!
Giok Cu tersenyum mengejek menatap wajah mereka yang
berubah pucat itu. "Hi-hik, kalian takut? Hayo berlutut dan
menyerah menjadi tawanan Yap Ciangkun!"
Siangkoan Tek adalah putera tokoh esat Siangkoan Bok
yang terkenal sebagai majikan Pulau Hiu. Dia sudah
menganggap diri sendiri sebagai seorang tokoh yang tinggi
ilmu silatnya. Tentu saja dia memiliki keangkuhan dan biarpun
dia memang gentar menghadapi pedang butut yang ternyata
ampuh itu tentu saja dia tidak sudi untuk berlutut dan
menyerah sedemikian mudahnya. Demikian pula dengan Ji
Ban To, murid Ouw Kok Sian seorang tokoh yang menguasai
daerah Pegunungan Liong san Dia merasa penasaran sekali
dan sambil mengeluarkan bentakan nyaring, dia menyerang
lagi dengan sepasang goloknya yang sudah buntung
ujungnya. Siangkoan Tek juga membantunya dan tiga batang
senjata itu berkelebatan mendesing-desing, menyerang Giok
Cu bagaikan hujan lebat. Namun gadis ini tersenyum
mengejek, dengan amat mudahnya menghindarkan diri
dengan loncatan ke sana-sini.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sementara itu, Siok Boan dan Poa Kian So, dua orang
murid Lui Seng C tentu saja merasa malu kalau harus
menyerah begitu saja. Apalagi mereka melihat guru mereka
yang menjadi kauw-cu dari Thian-te-kauw, masih berdiri tegak
dan menantang. Mereka adalah murid Kauw-cu, tentu saja
kedudukan mereka cukup tinggi dan terhormat di perkumpulan
itu. Kini, melihat majunya Giok Cu dan Han Beng, mereka
berdua lalu menggerakkan golok besar di tangan mereka,
mengeroyok Han Beng yang hanya memegang sehelai sabuk
sutera putih. Dari kanan kiri mereka menyerang golok mereka
berubah menjadi gulungan sinar putih yang menyambarnyambar
ke arah tubuh Han Beng.
Pemuda tinggi besar ini dengan sikap tenang
menghindarkan diri dengan geseran-geseran kaki yang amat
gesit. Kalau dia menghendaki tentu dengan sekali pukul dia
akan mampu merobohkan bahkan menebaskan dua orang
lawan yang terlalu lemah baginya itu, namun dia tidak ingin
membunuh orang, hanya ingin membantu Yap Ciangkun untuk
menangkap mereka. Oleh karena itu, dia pun hanya mengelak
ke sana-sini sambil menannti kesempatan baik untuk
membuat mereka berdua itu tidak berdaya tanpa harus
melukai mereka.
Dalan hal ini, Han Beng yang berhati-hati tegar tidak
melukai lawan kalah cepat dengan Giok Cu. Giok sendiri tidak
mau membunuh dua orang pengeroyoknya karena memang
dia berjanji membantu Yap Ciangkun hanya untuk menangkap
para pimpiran Thian te-pang, akan tetapi ia bukan pantas
melukai, bahkan ingin menghajar ke dua orang pemuda yang
pernah bersikap kurang ajar terhadap dirinya. Kalau
membayangkan perbuatan dua orang pengeroyoknya itu,
Siangkoan Tek dan Ji Ban To ketika ia masih menjadi murid
Ban-tok Mo li, ingin rasanya ia membunuh mereka! Siangkoan
Tek pernah mengganggunya secara keterlaluan hingga
terpaksa ia menggunakan akal memancing Siangkoan Tek
yang ketika itu lebih lihai darinya untuk masuk laut. Ia lebih
pandai berenang maka menyeret Siangkoan Tek ke laut dan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perutnya kembung. Apalagi Ji Ban To Bersama sutenya,
mendiang Cak Su, berberdua pernah menangkapnya dan
inginmemperkosanya. Untung muncul Ban tok Mo-Ii yang
membunuh Cak Su melukai Ji Ban To. Mengingat perbuatan
mereka itu saja, ingin benar rasanya menghajar mereka
sampai sepuas hatinya. Akan tetapi, Giok Cu masih tahu
bahwa di situ hadir Hek Bin Hwesio gurunya yang telah
berhasil merubah sifatnya yang tadinya ganas dan keras. Ia
rasa tidak enak dan malu kepada gurunya itu kalau sampai ia
bertindak terkeras terhadap dua orang pengeroyoknya itu.
"Hyaaaaattttt ...........!!" Tiba-tiba Giok Cu mengeluarkan
teriakan melengking nyaring dan pedang tumpul di tangannya
nyambar dengan amat cepatnya.
"Trak! Trak! Trak!" Dua orang pengeoyok itu mengeluarkan
seruan kaget karena senjata mereka kini buntung dan hanya
tinggal gagangnya saja. Sebelum mereka sempat
menenangkan hati, tangan kiri Giok Cu telah menampar
pundak mereka. Terdengar bunyi tulang patah dan dua orang
itu terpelanting dan tangan kiri memegang pundak kanan yang
terasa nyeri bukan main karena tulang pundak kanan mereka
telah remuk oleh tamparan tangan Giok Cu tadi. Empat orang
perajurit pengawal segera maju dan meringkus mereka,
membelenggu tangan mereka dan membawa mereka keluar.
Melihat betapa Giok Cu telah merobohkan dua orang
pengeroyoknya, Han Beng merasa tidak enak. Dia pun
mengeluarkan bentakan nyaring, sabuk sutera putih di
tangannya menyambar tahu-tahu telah membelit golok besar
dua orang kakak beradik seperguruan dan sekali tarik, golok
mereka telah terlepas dari pemiliknya. Setelah lepaskan golokgolok
itu ke samping kembali sabuk itu berkelebat dua kali kini
menjadi seperti tongkat dan ujungnya menotok jalan darah di
dada kedua orang lawan. Siok Boan dan Poa Kian mengeluh
dan roboh lemas tak mampu bergerak lagi karena telah
tertotok! dengan cepat empat orang pengawal menyeret
mereka keluar dari ruangan itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kini, Giok Cu dan Han Beng berhadapan dengan Ban-tok
Mo-li, Lui Seng Cu, dan Can Hong San. Giok Cu yang tak ingin
kedahuluan Han Beng karena ia ingin sekali menghadapi Bantok
Mo-li, segera melangkah maju. "Kalian bertiga adalah
tokoh-tokoh utama Thian-kauw dan Thian-te-pang. Nah,
sekarang aku yang maju lebih dulu. Siapa di antara kalian
bertiga yang ingin melawati aku? Kutantang Ban-tok Mo-li
untuk melawan aku!"
"Dan aku menantang Can Hong San untuk melawan aku!"
kata Han Beng mendahului, maklum bahwa di antara mereka
bertiga, Hong San yang paling pandai.
"Kalian tidak mengandalkan pengeroyokan?" Ban-tok Mo-li
bertanya dengan sikap curiga.
"Ban-tok Mo-li, kami bukanlah orang-orang berjiwa
pengecut macam kalian?" Giok Cu membentak marah. "Kita
bertanding satu lawan satu, tidak ada yang boleh dibantu
orang lain. Di sini ada Suhuku Hek Bin Hwesio yang menjadi
saksi, dan ada pula Yap Ciangkun dan para perajurit yang
menjadi saksi!"
"Bagus! Kalau begitu, engkau akan mampus di tanganku!"
bentak Ban-tok Mo-Ii yang sudah menjadi nekat karena ia pun
tidak melihat jalan keluar.
"Nanti dulu, Pangcu!" kata Lui Seni Cu sambil maju ke
depan. "Sebelum Pangcu yang maju, biarlah aku sebagai
Kauw-cu (Kepala Agama) dari Thian-te-kauw yang lebih dulu
maju. Bu Giok Cu, kutantang engkau untuk bertanding
melawanku kalau engkau berani!" Lui Sen Cu juga sudah
putus asa melihat betapa tempat itu telah dikepung oleh
pasukan apalagi di situ terdapat dua orang kakek yang sakti.
Dia tidak akan dapat melarikan diri, oleh karena itu, dia pun
ingin melawan sampai akhir dan daripada melawan yang
paling akhir, sendirian saja lebih baik dia maju lebih dulu selagi
masih ada teman-temannya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus! Aku memang ingin sekali menghajarmu, Lui Seng
Cu. Engkau dahulu adalah seorang perampok jahat kemudian
engkaulah yang menyeret Ban Tok Mo-li sehingga ia ikutikutan
dalam perkumpulan iblis Thian-te-kauw itu. Majulah!"
Lui Seng Cu maklum bahwa Giok Cu sekarang tidak boleh
disamakan dengan Giok Cu dahulu ketika masih menjadi
murid Ban-tok Mo-Ii. Tadi pun dia sudah melihat kelihaian
gadis itu ketika merobohkan Siangkoan Tek dan Ji Ban To
secara mudah, hal ini saja sudah membuktikan bahwa Giok
Cu amat lihai. Namun dia mengandalkan kekuatan sihirnya
sebagai kauw-cu Thian-te-kauw, mengandalan pula
pengalamannya yang tentu sudah lebih luas dan banyak
dibandingkan gadis itu. Dengan golok besar di tangan, ia pun
maju menghadapi Giok Cu. Akan tetapi dia tidak segera
menyerang, melainkan berdiri tegak, golok besarnya
diacungkan ke arah Giok Cu, matanya memandang terbelalak
tak pernah berkedip, dan mulutnya berkemak-kemik. Dia
membaca mantera dan mengerahkan kekuatan sihirnya untuk
menguasai gadis itu. Sihir ini biasa dia pergunakan untuk
mempengaruhi korban-korban sembahyangan sehingga
korban itu akan lupa diri dan menurut saja apa yang akan
dilakukan atas dirinya.
Giok Cu yang melihat sikap Kauw cu itu, tadinya merasa
geli, akan tetapi tiba-tiba ia merasa tubuhnya lemas. Pada
saat itu, terdengar suara tertawa dari Hek Bin Hwesio.
"Ha-ha-ha-ha, omitohud ..........., lawanmu itu seperti anjing
saja pandai menggonggong, Giok Cu. Berhati-hatilah engkau!"
Dan terjadilah keanehan yang membuat semua orang
terbelalak akan tetapi juga merasa geli karena tiba-tiba saja
Lui Seng Cu mengeluarkan suara dan dari mulutnya. "Hunghung-
huk-huk-huk Suara itu presis suara anjing yang marah,
menggonggong dan menyalak-nyalak Giok Cu tertawa dan
suara ketawa ini agaknya yang menyadarkan Lui Seng Cu.
Wajah Kauw-cu ini seketika menjadi pucat ketika dia menoleh
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
kearah Hek Bin Hwesio dan tahulah dia bahwa di depan
hwesio hitam itu, dia sama sekali tidak berdaya. Kiranya
hwesio tua Itu tahu bahwa dia mempergunakan ilmu bilur dan
sihir itu bahkan membalik dan menghantam dirinya sendiri
sehingga di luar kesadarannya dia tadi menggonggong seperti
anjing.Tentu saja hal ini amat memalukan. Wajah yang pucat
kini berubah menjadi kemerahan dan tanpa banyak cakap lagi,
tanpa mengeluarkan peringatan, dia telah mengayun golok
besarnya dan menyerang Giok Cu!
"Singgggg ..............!" Golok besar itu menyambar di atas
kepala Giok Cu karena ketika golok itu membabat leher, gadis
itu cepat merendahkan tubuhnya sehingga golok itu
menyambar lewat di atas kepalanya. Akan tetapi, sebagai
susulan, kaki Lui Seng Cu menendang dengan kuatnya ke
arah bawah pusar.
"Ihhhhh!" Giok Cu marah sekali dan ia pun meloncat ke
belakang untuk menghindarkan diri dari serangan yang
sifatnya tidak sopan itu. Agaknya Lui Seng Cu sudah tidak
mengindahkan lagi aturan, dia menyerang mati-matian dan
hendak mempergunakan segala cara untuk mencari
kemenangan. Kini goloknya sudah menyambar-nyambar lagi
dengan ganasnya. Biarpun ia memegang sebatang pedang
pusaka, yaitu pedang Seng-kan kiam yang walaupun nampak
butut tumpul namun ampuh bukan main, namun ia terlalu
cerdik untuk menggunakan pedangnya menangkis golok
lawan. Golok itu tebal dan berat, juga tenaga Seng Cu amat
besar, ilmu goloknya ganas dan dahsyat sehingga tidak
percuma dia berjuluk Hok-houw Toa-to (Golok Besar Penaluk
Harimau). Kalau menangkis dan mengadu tenaga, biar
pedangnya tidak mungkin dapat rusak namun ada bahaya
pedangnya akan terlepas dari pegangan. Untuk membuntungi
golok itu pun bukan hal yang mudah mengingat golok itu tebal
dan berat juga ia menduga bahwa tentu golok itu terbuat dari
baja yang baik dan tidak mudah dirusakkan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu kini mempergunakan ilmunya, meringankan tubuh,
mengandalkan kelincahan gerakannya untuk menghindarkan
diri dari semua sambaran golok, dan setiap ada kesempaian,
pedangnya meluncur dan mengirim serangan balasan yang
juga amat berbahaya bagi lawan.
Terjadilah per tandingan yang amat hebat, seru dan
menegangkan hati. Karena ilmu golok Lui Seng Cu memang
ganas, maka nampaknya saja dia lebih baik menyerang,
menekan dan mendesak gadis itu sehingga Yap Ciangkun dan
merasa pengawalnya memandang dengan alis berkerut dan
hati khawatir. Namun Han Beng, Pek I Tojin dan Hek Bin
Hwesio menonton dengan sikap tenang saja. Mereka bertiga
maklum bahwa Giok Cu masih lebih unggul dan tidak akan
kalah. Mereka mengerti bahwa gadis itu menyayangi
pedangnya agar tidak sampai rusak kalau beradu dengan
golok yang besar dan berat itu.
Lui Seng Cu sendiri yang merasa betapa beratnya
menghadapi gadis itu. Terlalu lincah gerakan gadis itu
baginya, terlalu cepat sehingga dia merasa seperti mengejar
bayangannya sendiri! goloknya tak pernah dapat menyentuh
lawan, padahal dia sudah mengerahkan seluruh tenaganya
sehingga kini napasnya mulai memburu dan tenaganya mulai
berkurang. Sebaliknya, gadis itu semakin gesit saja sehingga
pandang mata mulai kabur.
ooOOoo
Tiba-tiba Giok Cu mengubuh geraknya, pedangnya
membuat gerakan melengkung dan pada saat golok di tangan
Lui Seng Cu meluncur lewat, pedang tumpul itu menusuk ke
arah lengan ya memegang golok.
"Aughhh ....!" Lui Seng Cu berseru keras dan tak mungkin
dapat mempertahankan goloknya lagi karena lengan
kanannya tiba-tiba kehilangan tenaga sama sekali. Pedang
tumpul itu hanya membuat lengan itu lumpuh saja, karena
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Giok Cu teringat akan ucapan Hek Bin Hwesio bahwa di situ
tidak akan terjadi pembunuhan. Kakinya bergerak menendang
ke arah lutut dan robohlah Lui Seng Cu. Sambungan lutut
kanannya terlepas dan dia tidak mampu bangkit kembali.
Empat orang pengawal segera maju dan membelenggu kedua
lengannya belakang dan membawanya pergi.
"Ban-tok Mo-li, sekarang maju engkau!" Giok Cu
menantang, suaranya jelas mengandung kemarahan dan
dendam.
"Giok Cu, engkau mengasolah dulu, aku yang maju!" kata
Han Beng yang melompat ke depan. "Can Hong San, majulah,
mari kita bermain-main sejenak!"
Melihat betapa Lui Seng Cu roboh, hati Hong San sudah
menjadi gentar. Akan tetapi karena tidak melihat jalan keluar,
dia pun menghadapi Han Beng dengan suling dan pedangnya.
Sikapnya gagah dan dia nampak tenang saja, seolah-olah dia
percaya akan kemampuan diri sendiri. Bagaimanapun juga,
dia adalah putera mendiang Cui-beng Sai-kong dan memiliki
kepandaian tinggi. Namun, di lubuk hatinya, dia merasa gentar
menghadapi Si Han Beng. Dia sudah tahu akan kehebatan
pemuda tinggi besar itu, akan tetapi tidak ada jalan lain untuk
menghindari pertandingan ini.
"Lihat pedang!" bentaknya dengan sikap gagah. Pedangnya
menyambar diikuti gerakan suling yang menotok ke arah dada.
"Bagus!" Han Beng berseru sambil mengelak, kagum juga
karena serangan itu selain indah juga berbahaya. Akan tetapi,
baru saja dia mengelak, sinar pedang dan sinar suling itu
sudah menyambar-nyambar lagi. Demikian cepatnya gerakan
serangan Hong San, susul-menyusul dan sambungmenyambung.
Terpaksa Han Beng meloncat ke belakang
untuk melepaskan diri dari desakan serangan beruntun itu.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Beng, pakailah pedangku!" Giok Cu berseru sambil
melemparkan pedangnya ke arah Han Beng. Sebenarnya Han
Beng tidak perlu meminjam pedang, akan tetapi karena Giok
Cu telah melemparkan pedangnya kepadanya, terpaksa dia
menerimanya.
"Terima kasih, Giok Cu." katanya.
Hong San mempergunakan kesempatan selagi Han Beng
menyambut pedang yang dilontarkan itu, menyerang dengan
sulingnya, menotok ke arah tengkuk Han Beng yang baru
menoleh untuk menyambar pedang yang melayang ke
arahnya.
Biarpun dia tidak melihat serangan ini, namun pendengaran
Han Beng amat tajam dan dia tahu bahwa tengkuknya
berancam, maka dia melempar tubuh ke samping sambil
tangannya menyambar pedang lalu bergulingan dan melompat
berdiri lagi dengan pedang Seng-kang-Kiam di tangan.
Hong San merasa penasaran sekali. Dia mengeluarkan
suara melengking nyaring dan dia sudah menyerang lagi
dengan pedang dan suling, gerakannya semakin cepat dan
dahsyat. Namun kini Han Beng memutar Seng-kang-kiam dan
ada sinar dingin yang menyilaukan mata melindungi tubuhnya.
"Tranggggg......!" Nampak bunga api berpijar dan Hong San
cepat menarik kembali pedangnya. Untung bahwa yang
dipegang juga bukan pedang murahan, melainkan pedang
yang terbuat dari baja yang baik sehingga tidak sampai rusak
ketika mengalami benturan sedikit tadi. Namun dia sudah
menarik sulingnya dan ia pun tidak berani mengadu pedang
secara langsung.
Sementara itu, ketika melibat Giok Cu meminjamkan
pedangnya kepada Han Beng, Ban-tok Mo-li yang berwatak
curang dan licik itu melihat kcsempatan baik baginya. Kalau
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ada rasa gentar hatinya terhadap Giok Cu, hal itu terutama
sekali disebabkan pedang pusaka tumpul yang amat ampuh
itu. Kini gadis itu telah meminjamkan pedangnya yang ia takuti
kepada Han Beng, suatu kesempatan yang baik sekali
baginya, sekali tubuhnya bergerak, ia telah melompat ke
depan, ke dekat Giok Cu dengan pedang Ang-tok Po-kian di
tangan kanan dan kipas di tangan kiri!
"Bu Giok Cu murid murtad! Engkau tadi menantangku, nah,
kalau engkau memang bukan pengecut, majulah dan
terimalah kematianmu di tanganku!" Kemudian, cepat ia
menyimpan pedang dan kipasnya kembali, pedangnya ia
masukkan ke sarung pedang di pinggang kipasnya ia selipkan
di ikat pinggangnya lalu berkata, "Lihat, aku pun tidak
menggunakan senjata. Sambutlah seranganku!" Dan ia segera
menyerang dengan kukunya. Kuku jari tangan wanita itu
mengandung racun yang amat jahat. Hal ini tentu saja
diketahui dengan baik oleh Giok Cu, bahkan ia pernah
mempelajari ilmu beracun itu. Kukunya sendiri pun dapat ia
pergunakan kukunya serangan beracun, bahkan ludahnya pun
dapat ia pergunakan untuk mencelakai orang. Akan tetapi
semenjak menjadi murid Hek-bin Hwesio, ia tidak mau
mempergunakan ilmu sesat itu. Kini bekas guru yang ternyata
menjadi pembunuh ayah bundanya itu menyerangnya dengan
pukulan beracun! Ia cepat bergerak mengelak dan
mengandalkan kegesitannya untuk melawan Ban-tok Mo-li. la
tidak menduga akan kelicikan Ban Tok Mo-li yang sengaja
menyimpan senjatanya dan menyerangnya dengan tangan
kosong. Hal ini untuk memancing agar Giok Cu menerima
serangannya. Kalau perlu, setiap saat ia dapat
mempergunakan pedang dan kipasnya, sedangkan Giok Cu
tetap bertangan kosong!
Han Beng melihat betapa Giok Cu diserang secara hebat
oleh Ban-tok Mo-li. Kalau Ban-tok Mo-li menyerang dengan
tangan kosong, dia tidak khawatir gadis itu akan kalah. Akan
tetapi Ba tok Mo-li memiliki senjata lengkap, sedangkan Giok
Cu telah meminjamkan pedangnya kepadanya! Dia sendiri
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
sebenarnya tidak membutuhkan senjata untuk melawan Hong
San. Maka, ketika Hong San membacokkan pedang ke arah
kepalanya, dia cepat menyambut dengan Seng-kang-kiam,
mengerahkan tenaga sin-kang untuk membuat kedua pedang
melekat, lalu pada saat lawan menusukkan suling ke arah
dadanya, dia tidak mengelak melainkan menyambut dengan
tangkapan tangan kirinya. Sekali dan mengerahkan tenaga
memutar pergelangan tangan, suling itu telah dapat
dirampasnya dan kakinya menendang. Hong San terkejut dan
cepat melompat ke belakang pada saat tendangan melayang
karena dia merasa betapa pedangnya yang tadi menempel di
pedang lawan dapat ditariknya lepas.
"Giok Cu, pergunakan pedangmu!" Han Beng berseru.
Mendengar ini, Giok Cu meloncat ke belakang dan
menyambar pedang yang dilontarkan oleh Han Beng.
Bukan main marahnya Ban-tok Mo-Li melihat gadis itu telah
memegang kembali pedangnya. Akan tetapi ia
menyembunyikan rasa jerihnya dan ia pun mencabut pedang
dan kipasnya. "Bagus, Engkau hendak bertanding
menggunakan senjata? Lebih cepat engkau mampus di ujung
senjataku!" la pun segera menyerang. Pedangnya
mengeluarkan sinar merah ketika digerakkan, namun sinar
merah itu tertahan oleh sinar kehijauan dari pedang di tangan
Giok Cu.
"Sit-sittttt..........!" Jarum-jarum lembut menyambar dari
gagang kipas. Akan tetapi akal ini merupakan permainan
kanak-kanak bagi Giok Cu yang sudah mengenal benar
penggunaan jarum-jarum teracun dari kipas itu, maka dengan
mudah ia mengelak ke kiri dan pedangnya sudah membalas
dengan serangan kilat yang membuat Ban-tok Mo-li harus
cepat melempar diri ke belakang sambil memutar pedang.
Sementara itu, kini Can Hong San yang kehilangan
sulingnya, menjadi marah dan menyerang Han Beng dengan
pedangnya. Hatinya agak besar melihat Han-Beng tidak lagi
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
memegang pedang tumpul ampuh itu, melainkan hanya
memegang suling yang dirampas darinya. Akan tetapi, begitu
Han Beng menggerak sulingnya, Hong San terkejut bukan
main dan tahu-tahu suling itu telah rnenghantam
punggungnya.
"Plakkk!" Dia terhuyung dan terkejut. Kiranya Han Beng
dapat menarik suling itu sebagai senjata tongkat yang luar
biasa anehnya. Hal ini sebetulnya tidak aneh. Han Beng telah
menguasai ilmu tongkat yang dia pelajari dari Sin ciang Kaiong,
yaitu ilmu tongkat yang disebut Tongkat Dewa Mabuk.
Gerakannya aneh, akan tetapi lihai bukan main kelihatannya
kacau balau akan tetapi tahu-tahu ujung suling yang
dimainkan sebagai tongkat itu telah mencuri gerakan dan
menyelonong ke punggungnya! Andaikata Han Beng hanya
mempelajar ilmu silat dari Sin-tiauw Liu Bhok dan Sin-ciang
Kai-ong saja, belum tentu akan mampu menandingi Can Hong
San yang amat lihai itu. Akan tetapi, Han Beng telah
digembleng oleh Pek I Tojin, seorang kakek yang sakti
sehingga biar tingkat kepandaiannya masih jauh lebih tinggi
dibandingkan Hong San.
Hong San merasa marah dan penahan sekali ketika
punggungnya kena hantam suling. Dia membalik dan
pedangnya menusuk ke arah perut lawan sedangkan tangan
kirinya menyusulkan tamparan atau dorongan ke arah kepala,
namun, dengan mudah Han Beng mengelak dengan
menggeser kaki ke kiri, kemudian sulingnya membuat gerakan
melingkar dan tubuhnya meliuk aneh, tahu-tahu ujung suling
sudah menetek pinggul kiri lawan.
"Dukkk!" Hong San hampir terpelanting karena kaki kirinya
terasa lumpuh, akan tetapi dia masih mampu melompat dan
memutar tubuhnya, turun ke tanah dengan kaki kanan sambil
mengerahkan tenaga sin-kang untuk memulihkan kaki kiri
yang terasa lumpuh. Dia kini merasa kaget bukan main, juga
amat marah. Kemarahan yang membuat dia menjadi nekat
karena dia maklum bahwa lawannya sungguh amat lihai.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Diputarnya pedangnya sehingga nampak sinar bergulungulung
dan dia pun menyerang dengan mengerahkan seluruh
tenaganya, mengeluarkan jurus-jurus maut dan tidak begitu
mempedulikan segala pertahanan. Ini serangan orang yang
sudah nekat dan hendak mengadu nyawa. Baginya hanya
menang atau kalah, karena maklum bahwa tingkat
kepandaiannya masih kalah oleh lawan.
Menghadapi orang yang sudah nek seperti itu, Han Beng
harus berhati-hati sekali. Orang yang nekat amat berbahaya
karena semua daya kekuatannya ditujukan untuk menyerang.
Han Beng mengerahkan sin-kang dan memutar tongkatnya
atau sulingnya menyambut sinar pedang. Begitu pedang
bertemu tongkat pedang itu ikut terputar karena tenaga sinkang
Hong San kalah kuat, makin lama semakin cepat
berputar dan akhirnya, begitu Han Beng mengeluarkan
bentakan nyaring, pedang itu terlepas dari tangan Hong San
dan terlempar jauh! Hong San terkejut sekali, akan tetapi dia
masih nekat, dan menerjang dengan pukulan tangan kosong,
memainkan ilmu silat Koai-liong kun yang dahsyat.
Han Beng menggerakkan suling itu dan tanpa dapat
dihindarkan lagi oleh Hong San, ketika tangan kirinya
mencengkeram ke arah lawan, ujung suling telah
mendahuluinya, menotok pergelangan tangan itu sehingga
tangan kirinya lumpuh seketika.
"Aaaghhhhh!" Hong San membentak dan tangan kanannya
membuat gerakan berputar, lalu menghantam kedepan.
bahwa pukulan yang dahsyat sekali, di dahului oleh uap hitam,
menyambar ke arah Han Beng. Itulah pukulan Cui-beng-Ciang
(Tangan Pengejar Roh) yang amat ampuh dan jahat. Jarang
ada lawan yang kuat menahan pukulan yang mengandung
tenaga sin-kang yang mengandung kekuatan sihir ini, bahkan
uap hitam itu saja sudah cukup membuat orang pingsan
karena mengandung racun.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng mengenal pukulan dahsyat, maka dia pun
mengerahkan tenaganya dan menyambut pukulan itu dengan
telapak tangannya sambil mengerahkan tenaga sakti yang
dilatihnya dari Pek I Tojin.
"Desss ..........!" Dua tenaga sakti yang ampuh bertemu
melalui telapak tangan itu dan tubuh Hong San terpental ke
belakang lalu terbanting roboh. Dia pingsan seketika
sedangkan Han Beng agak terengah.
Pada saat itu, Giok Cu sudah mendesak Ban-tok Mo-li
dengan pedang tumpulnya. Kipas di tangan kiri iblis betina itu
sudah tidak nampak lagi karena sudah patah-patah bertemu
dengan Seng-kan Kiam dan kini Ban-tok Mo-li dengan matianmatian
melawan dengan Ang-tok Po-kiam la telah
mengerahkan semua ilmunya, Namun satu demi satu dapat
dipunahkan oleh Giok Cu, bahkan kini gadis itu mulai
mendesaknya dengan hebat.
"Plakkk! Ini untuk Ayah!" Tangan kiri Giok Cu menampar
pipi kanan Ban-tok Mo-li. Wanita ini menjerit lirih dan
terhuyung, akan tetapi tamparan itu memang diberikan untuk
menghajar, bukan untuk membunuh, maka pipi yang kena
tampar itu hanya matang biru dan membengkak, akan tetapi
tamparan itu tidak merobohkan. Dengan kemarahan meluap
yang membuat ia menjadi nekat, Ban-tok Mo-Li memutar
pedangnya sehingga nampak gulungan sinar merah dari Angtok
Po-Kiam yang menyerang dengan ganas, namun, kini Giok
Cu sudah menguasai keadaan dan memang tingkat
kepandaianya masih jauh lebih tinggi kalau dibandingkan
bekas gurunya itu, maka dengan mudah saja gagang pedang
tumpulnya membuat sinar merah itu tiba-tiba saja kehilangan
daya ampuhnya.
"Trakkkkk ......... cusss! Ini untuk Ibu!" kata pula Giok Cu
dan kembali Ban-tok Mo-li terhuyung dan jeritannya makin
keras karena kini pedang pusakanya patah menjadi dua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
potong dan paha kirinya disambar ujung pedang Seng-kangkiam
sehingga celananya robek dan kulit pahanya robek pula.
"Sekarang bersiaplah untuk menghadap Ayah dan Ibu!"
teriak Giok Cu, akan tetapi pada saat itu, Han Beng melompat
ke depan dan sabuk sutera putihnya nyarnbar ke arah pedang
yang sudah meluncur menyerang Ban-tok Mo-li.
"Giok Cu, tahan .......!" serunya ujung sabuknya melibat
pedang gadis itu menahan gerakannya.
"Ihhh, engkau kenapa, Han Beng? Kenapa menghalangiku
membunuh iblis betina pembunuh Ayah dan Ibuku ini?"
"Maaf, Giok Cu. Ingatlah bahwa ia pernah baik kepadamu
dan puterinya............. . adalah isteri dari Kakak angkatku..
....... Memang tadi ketika melihat gadis itu hendak membunuh
Ban-tok Mo-li, Han Beng teringat akan Coa Siang Lee Sim Lan
Ci, puteri Ban-tok Mo-li. menjadi tidak tega dan mencegah
Giok Cu membunuh iblis betina yang sudah tidak berdaya itu.
Ketika Giok Cu hendak membantah tiba-tiba terdengar
suara ketawa berwibawa dan mengejutkan hati Giok Cu. "Haha-
ha-ha! Omitohud............ ! la jahat karena membunuh Ayah
Ibumu, Giok Cu, Kalau sekarang engkau membunuhnya apa
bedanya antara ia dan engkau? sama-sama pembunuh jahat!"
Pada saat itu, Giok Cu tertegun dan lalu memutar tubuh
dan menghadapi Hek Bin Hwesio. "Suhu !" serunya dengan
dua mata basah.
"Haiiiiittttt ............!!" Tiba-tiba, mendapatkan kesempatan
baik ini, Ban-tok Mo-Li menubruk dan menyerang Giok Cu dari
belakang. Kedua tangannya dengan bentuk cakar
mencengkeram ke arah kepala dan punggung Giok Cu.
Serangan maut, karena semua kuku jari tangannya itu
mengandung racun mematikan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Desssss ............!" Han Beng yang cukup waspada,
menyambut serangan itu dari samping dengan tamparan
tangannya yang mengenai pundak iblis betina itu. Ban Tok-
Mo-li terpelanting dan roboh pingsan. Empat orang pengawal
cepat maju dan membelenggunya lalu membawanya keluar
dari ruangan itu.
"Siancai ..............!" Pek I Tojin berseru sambil merangkap
kedua tangan depan dada. "Hek Bin Hwesio sungguh telah
memperoleh kemajuan, dapat mencegah pembunuhan.
Memang, menyadarkan penjahat adalah perbuatan mulia,
membunuh orang jahat adalah perbuatan kejam, hanya Tuhan
yang berkuasa menentukan mati hidupnya setiap orang
manusia'"
Yap Ciangkun mengucapkan terima kasih kepada Han
Beng dan Giok Cu, dia membawa semua tawanan pergi
meninggalkan tempat itu. Hek Bin Hwesio dan Pek I Tojin
meninggalkan bekas sarang Thian-te-pang yang kini telah
diduduki oleh pasukan pemerintah. Dengan bijaksana Yap
Ciangkun menyuruh pasukan untuk memulangkan semua
wanita yang menjadi korban perkumpulan agama sesat itu ke
tempat asal masing-masing
Di lereng yang indah dan sunyi, bawah pohon yang
rindang, siang itu mereka berempat duduk di atas akar pohon
sambil bercakap-cakap.
"Han Beng," kata Pek I Tojm kepada muridnya. "Kami
berdua, pinto dan Bin Hwesio, telah mengambil suatu
sepakatan mengenai engkau dan Nona Giok Cu ini, sebelum
kami berdua pergi kami ingin mendengar dulu pendapat
kalian. Bukankah begitu, Hek Bin Hwesio?"
"Ha-ha-ha, omitohud ............. kenapa engkau begitu
sungkan, Pek I Tojin? Katakan saja apa yang menjadi isi
hatimu, engkau sudah tahu bahwa pin-ceng menyetujui
sepenuhnya, ha-ha-ha?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Suhu, apa sih yang Suhu bicarakan dengan Lo-cian-pwe?"
tanya Giok Cu memandang kepada gurunya.
"Biar Pek I Tojin saja yang membicarakan karena dialah
yang memiliki prasaran itu, prasaran yang baik sekali dan
yang telah kusetujui sepenuhnya. Katakanlah, Pek I Tojin!"
Han Beng dan Giok Cu, juga Hek Bin Hwesio, kini menatap
wajah tosu itu. Pek I Tojin adalah seorang kakek yang
biasanya pendiam dan serius, tidak seperti Hek Bin Hwesio
yang suka berkelakar dan tertawa. Akan tetapi sekali ini, Pek I
Tojin nampak agak kemerahan menjawabnya, tanda bahwa
apa yang akan dibicarakan mendatangkan ketegangan juga di
hatinya.
Setelah berdehem dua kali, dia memandang kepada Han
Beng dan Giok Cu lalu berkata, "Begini Han Beng dan Nona
Bu Giok Cu, mengingat bahwa kalian berdua adalah anakanak
yatim piatu yang hidup sebatangkara di dunia ini. Oleh
karena itulah, kami dua orang tua memberanikan diri mewakili
kalian masing-masing sebagai guru dan juga pengganti orang
tua, dan ...........eehhh .............!" Agaknya sukar bagi tosu itu
untuk melanjutkan kata-katanya yang mendadak macet. Dia
menoleh kepada Hek Bin Hwesio,
"Hek Bin Hwesio, kau bantulah aku!"
"Ha-ha-ha! Omitohud .............. engkau terlalu sungkan,
Sahabat. Begini, Han Beng! dan Giok Cu. Pek I Tojin mewakili
Si Han Beng meminang Bu Giok Cu. Dan pinceng sebagai
wakilmu, Giok Cu, pinceng merasa setuju sekali!"
Han Beng tidak merasa kaget dan dia menoleh ke arah
Giok Cu yang juga mengerling kepadanya. Dua orang muda ini
ingat betapa tadi, dalam keadaan terancam, nyawa mereka,
mereka telah saling menyatakan perasaan hati masingmasing,
saling menyatakan cinta! Dan kini guru-guru mereka
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menjodohkan mereka. Tentu saja mereka tidak merasa kaget,
bahkan merasa berbahagia sekali.
"Bagaimana, Han Beng? Setujukah engkau kalau
kujodohkan dengan Nona Bu Giok Cu?" tanya Pek I Tojin
kepada muridnya.
Han Beng memandang wajah gurunya dan dengan wajah
yang cerah dan berbahagia dia mengangguk, 'Teecu setuju.
Suhu."
"Ha-ha-ha-ha! Bagus sekali kalau begitu. Dan bagaimana
dengan engkau, muridku? Setujukah engkau kalau pinangan
Han Beng terhadap dirimu itu kuterima? Maukah engkau
menjadi calon isteri Si Han Beng?"
Pada saat itu, Giok Cu merasa hatinya seperti diremasremas,
la teringat akan keadaan dirinya, teringat akan tahi lalat
merah kecil di lengan kirinya, di bawah siku. Tahi lalat merah
itu adalah penanaman racun yang dilakukan Ban tok Mo-li
kepadanya dahulu. Kalau ia menyerahkan diri kepada seorang
pria, begitu ia kehilangan keperawanannya, tanda tahi lalat
merah itu pun akan lenyap, akan tetapi akibatnya, dalam
waktu sebulan ia akan tewas karena racun yang amat hebat
dan tidak ada obatnya akan bekerja membunuhnya! Akan
tetapi, didepan dua orang kakek itu bagaimana ia dapat
membuka mulut menceritakan hal yang memalukan itu kepada
Han Beng. Maka, khawatir di desak suhunya yang suka
berkelakar, ia pun mengangguk tanda setuju tanpa da pat
mengeluarkan suara karena ia haru menekan guncangan
hatinya.
"Ha-ha, kenapa mendadak engkau menjadi seorang gadis
pemalu, Giok Cu Mana jawabanmu? Jawablah agar lega hati
orang yang meminangmu!" kata Hek Bin Hwesio.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan muka tunduk karena tidak ingin nampak mukanya
yang berduka terpaksa Giok Cu menjawab lirih, "Teecu
setuju!"
"Ha-ha-ha-ha, bagus, bagus! To-yu pinceng mengucapkan
selamat kepadamu!"
"Sama-sama, pinto juga mengucapkan selamat kepadamu!"
Dua orang kakek tu tersenyum dan saling memberi hormat.
"Nah, tentang upacara pernikahan-iya, kami serahkan
kepada kalian berdua. Kami berdua akan berkelana dan
menikmati keindahan Gunung Thai-san. Kelak kalau sudah
ada ketentuan waktunya ilian boleh mencari kami ke Thai-san
mtuk memberitahu." kata Pek I Tojin lan bersama Hek Bin
Hwesio, dia lalu pergi meninggalkan dua orang muda itu yang
segera berlutut untuk mengantar kepergian guru mereka.
Setelah dua orang kakek itu lenyap, Han Beng bangkit
berdiri, juga Giok Cu. Mereka berdiri berhadapan, saling
pan¬dang dan Han Beng melangkah maju.
"Giok Cu ...............!"
Han Beng yang merasa berbahagia sekali, bukan saja
karena ikatan perjodohan antara mereka, akan tetapi juga
teringat akan ucapan gadis tadi yang menyatakan cinta
kepadanya, segera merangkul.
"Han Beng ..............!" Giok Cu membenamkan mukanya di
dada peniuda yang di cintainya.
"Giok Cu, kita saling mencinta, dan guru-guru kita
menjodohkan kita. Betapa bahagianya rasa hatiku, Giok
Cu............ bisik Han Beng di dekat telinga gadis itu. Dan tibatiba
Giok Cu menangis tanpa mengangkat mukanya dari dada
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Han Beng. Air mata menembus baju dan membasahi dada
pemuda itu.
Han Beng terkejut, akan tetapi lalu tersenyum dan
tangannya membelai rambut kepala kekasihnya. Tentu
kekasihnya itu menangis karena bahagia, menangis karena
terharu, barangkali teringat bahwa ia tidak mempunyai orang
tua lagi.
Dia menunduk dan mencium rambut itu, mencium dahi itu,
lalu berbisik! "Giok Cu, jangan berduka sayang. Memang kita
berdua sudah tidak mempunyai ayah ibu lagi, akan tetapi kita
kini saling memiliki bukan? Biarlah aku menjadi pengganti
Ayahmu dan engkau menjadi pengganti Ibuku! Dan kelak, kita
pergi ke perkampungan keluarga kita, kita mencari keluarga
orang tua kita yang masih ada. Bukankah berarti kita akan
memiliki keluarga lagi?"
Akan tetapi, ucapan hiburan Itu bahkan membuat Giok Cu
semakin tersedu-sedu. Han Beng membiarkannya sebentar,
lalu perlahan-lahan dia mengangkat dagu , disitu, menatap
wajah yang nampak legitu sedih. Mata itu terpejam, akan
tetapi setiap kali dibuka sedikit, air matanya mengalir keluar.
Dengan hati penuh rasa haru dan sayang, akan tetapi juga
khawatir, Han Beng mengecup pipi yang basah air mata itu
sehingga terasa asin olehnya. Akan menyegarkan hati rasa itu
andaikan hatinya tidak begitu hawatir, andaikan tangis itu
tangis bahagia, bukan tangis yang demikian sedihnya.
"Giok Cu ............, Moi-moi sayang, hentikanlah tangismu
dan katakan kepadaku, kenapa engkau begini sedih? Bukan
ah sepatutnya kita bergembira, berbahagia? Aiiih, Giok Cu,
jangan katakan bahwa engkau berduka karena dijodohkan
dengan aku.........."
Tiba-tiba Giok Cu membuka matanya. Nampak kemerahan
mata itu dan menggeleng kepala, mempererat rangkulannya.
"Tidak, Han Beng, tidak! Jangan salah sangka ........ ah, aku
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
........... aku berhagia sekali menjadi jodohmu ........... akan
tetapi aku ........ aku ..................”
"Engkau kenapa, sayang? Kenapa?"
Giok Cu menggeleng kepala dalam rangkulan pemuda itu.
"Aku tidak bisa menjadi isterimu, Han Beng. Tidak mungkin
................. uhu-hu-hu .................!"
"Ehhh?" Han Beng terkejut seper disengat lebah. "Kenapa,
Giok Cu? Kenapa engkau berkata demikian?"
Giok Cu menggulung lengan baju kirinya dan melirik ke
arah tanda bintik merah kecil di bawah siku kiri, lalu menangis
lagi, membenamkan mukanya di dada kekasihnya. Han Beng
menjadi seakin bingung. Berbagai macam dugaan timbul di
dalam benaknya. Jelas bahwa kekasihnya sedih, bukan
karena berjodoh dengan dia, melainkan oleh suatu sebab lain
mengenai diri kekasihnya itu. Di mengerutkan alisnya. Apakah
Giok hendak mengatakan bahwa ia bukan perawan lagi? Hal
itu bukan tidak mungkin, mengingat bahwa gadis itu pernah
menjadi murid Ban-tok Mo-li! Andaikata demikian, dia .............
dia tidak akan peduli! Han Beng mengatupkan giginya kuatkuat.
Dia mencinta Giok Cu, bukan mencinta
keperawanannya! Atau ada hal lain? Bagaimanapun juga,
Giok Cu harus bicara sejujurnya. Kalau tidak, dia akan selalu
merasa tersiksa oleh segala macam dugaan yang sewaktuwaktu
tentu akan timbul.
Dia lalu memegang kedua pundak Giok Cu, didorongnya
lembut sehingga mereka saling berpandangan, kemudian
dengan suara tenang namun tegas dia berkata, Giok Cu,
pandang padaku dan dengarkan kata-kataku baik-baik. Kita
adalah orang-orang yang menghargai kegagahan, bukan? Kita
adalah orang-orang yang siap menghadapi kesukaran apapun
juga, bukan orang-orang lemah yang cengeng, bukan? Aku
pun tahu bahwa engkau seorang pendekar g gagah perkasa,
bukan seorang gadis yang cengeng. Nah, usirlah semua
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
perasaan sedih itu, kekasihku, sayangku, dan ceritakan
kepadaku apa yang lelah terjadi maka engkau menjadi begini
berduka setelah dijodohkan dengan aku."
Dengan lembut pula Giok Cu melepaskan kedua tangan,
kekasihnya yang memegang kedua pundaknya, mengguraikan
kedua ujung baju menyusut air matanya dan menghentikan
tangisnya. Kemudian, dengan kedua mata merah, ia
memandang Han Beng, mencoba untuk mengumpulkan
kekuatan hatinya dan membuka mulut untuk memberi
penjelasan.
"Han Beng ..........., aku ............ aku.......... aku tidak pantas
menjadi isterimu.........." Ia berhenti lagi dan memejamkan
mata karena tidak kuat melanjutkan.
"Lanjutkan, Giok Cu. Jelaskan mengapa? Mengapa engkau
menganggap dirimu tidak pantas menjadi isteriku? Mengapa?"
Giok Cu menoleh ke kanan kiri. Para perajurit masih
melakukan pembersihan dan menggeledah di semua tempat.
"Han Beng, mari kita pergi dari sini bicara di tempat yang
sepi."
Han Beng mengerti, menggandeng tangan kekasihnya
yang terasa dingin lalu mereka keluar meninggalkan tempat
itu. Langit di ufuk timur mulai kemerahan, tanda bahwa pagi
akan segera muncul menggantikan malam. Mereka terus
berjalan sampai mereka tiba di lereng bukit yang sepi. Han
Beng mengajak kekasihnya menghampiri sebatang pohon
besar di sana burung-burung sudah mulai sibuk menyambut
datangnya fajar.
"Nah, di sini sepi, Giok Cu. Keluarkanlah isi hatimu dan
ceritakan segalanya kepadaku. Ingat, aku adalah orang yang
kaucinta dan mencintamu, aku adalah calon suamimu, juga
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
satu-satunya orang yang dapat kaupercaya. Nah, ceritakan
semuanya!"
Mereka berdiri berhadapan, dekat. Giok Cu menatap wajah
kekasihnya dalam keremangan subuh. "Han Beng,
aku.............. aku ............" kembali gadis itu tidak
anggup melanjutkan. Ia tidak tega melihat bagaimana nanti
pemuda itu me¬nyambut keterangannya, la tidak tega melihat
pembahan yang akan terjadi pada wajah yang dicintanya itu.
Betapa wajah itu akan diselimuti kedukaan dan kekecewaan
yang amat mendalam. Kalau ia memberi penjelasan, sama
saja denga menusuk jantung kekasihnya dengan batang
pedang berkarat! la tidak tega!
"Han Beng, aku ................. aku tidak mampu menerangkan
................"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Jilid 26
Kembali kedua tangan Han Beng menangkap kedua
pangkal lengan kekasihnya dan mengguncangnya sedikit.
"Giok Cu engkau harus mampu! Harus! Tidak boleh
engkau membiarkan ada rahasia di antara kita!"
Dia benar, pikir Giok Cu. Dia benar, akan tetapi..... "Han
Beng, peluklah aku, sembunyikan mukaku agar aku dapat
menceritakannya kepadamu....." Dan iapun menjadi lemas
dan tentu terhuyung kalau saja Han Beng tidak cepat
memeluknya. Han Beng memondong tubuh yang lemas itu
dan mengajaknya duduk di atas akar pohon yang menonjol
keluar dari tanah. Dia setelah memangku gadis itu yang
merebahkan kepalanya di dada yang bidang,
menyembunyikan mukanya di dada itu. Kini dia tidak akan
melihat perubahan pada wajah kekasihnya dan iapun mulai
tenang, lalu dengan lirih, namun jelas, ia bercerita.
"Han Beng, sebelumnya kau maafkan aku. Maukah kau?"
Han Beng mencium rambut itu. "Tentu saja, bahkan tidak
perlu ada maaf dariku karena apapun yang telah kau lakukan,
kuanggap semua itu sudah berlalu dan tidak ada lagi. Nah,
ceritakan."
"Dahulu, ketika kita saling berpisah, aku berusia sepuluh
tahun!"
"Ya, ya, dan aku berusia dua belas tahun."
"Aku ditolong oleh Ban-tok Mo-li yang kemudian menjadi
guruku."
"Dan aku menjadi murid Sin-tiauw Lim Bhok Ki yang
dilanjutkan pula oleh Sin-ciang Kai-ong."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ketika aku dibawa pulang oleh Ban-tok Mo-li dan diambil
murid, ia telah menggunakan jarum menusuk lenganku yang
kiri ini. Lihat, Han Beng, kaulihat bintik merah kecil ini?" Giok
Cu menggulung lengan bajunya yang kiri dan mendekatkan
lengannya. Lengan yang kecil penuh dan berkulit putih halus.
Han Beng tak tahan untuk tidak menyentuh kulit dengan yang
halus lembut itu dengan hidungnya.
"Lenganmu indah sekali, Giok Cu."
Giok Cu merasa betapa seluruh bulu di badannya
meremang ketika lengannya dicium Han Beng, lalu menarik
lengan itu. "Ihhh, Han Beng, dengarkan ceritaku dan
pandanglah bintik merah bawah siku ini. Engkau melihatnya?"
"Aku melihatnya. Bintik merah itu menambah indah
lenganmu."
"Hentikan rayuanmu itu dan dengar baik-baik. Bintik itu
adalah akibat tusukan jarum dari Ban-tok Mo-li, jarum
beracun yang jahat sekali!"
"Ehhhhh...!!" Kini seluruh kemesraan terbang dari kepala
Han Beng dan dia memandang terbelalak, khawatir sekali.
"Jarum beracun? Akan tetapi..... hal itu tentu sudah terjadi
belasan tahun yang lalu dan sampai sekarang engkau masih
sehat kuat.....”
"Racun itu baru akan bekerja kalau bintik itu lenyap, Han
Beng."
"Ehhh? Dan sudah belasan tahun tidak lenyap, takut apa?
Biarkan bintik itu tidak lenyap, tidak mengurangi keindahan
lenganmu."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tapi, begitu bintik itu lenyap, dalam waktu sebulan
nyawaku akan melayang dan tidak ada obat di dunia ini yang
akan mampu menyelamatkan aku."
"Tapi..... tapi..... bintik itu masih ada dan....."
"Ya, bintik merah itu akan lenyap kalau aku..... aku tidak
perawan lagi.....”
"Ahhhhh.....??!" Han Beng memandang wajah kekasihnya
dengan mata terbelalak. Baru kini dia mengerti mengapa tadi
kekasihnya menangis! Kalau Giok Cu menikah dengan dia,
kalau gadis itu menjadi isterinya, dalam waktu sebulan ia
akan mati keracunan!
"Itulah sebabnya mengapa aku...aku tidak dapat menjadi
isterimu, Han Beng....."
Tiba-tiba Han Beng meloncat berdiri dan menarik tangan
gadis itu. Giok Cu juga meloncat berdiri dan memandang
bingung. "Mari kita pergi sekarang juga”
"Ehhh? Ke mana?"
"Ke mana lagi? Menyusul Ban-tok Mo-li. la menjadi
tawanan. Aku akan menemuinya dan memaksanya
mengobatimu, memberi obat pemunah racun itu. Kalau ia
menolak, akan kucabuti semua rambut di kepalanya, kucabuti
semua kuku dari jari-jarinya, kucabuti semua otot-otot dari
tubuhnya!" Suara Han Beng mengandung desis dan Giok Cu
yang ditarik ikut pula berlari, agak bergidik karena di dalam
suara kekasihnya itu mengandung ancaman yang mengerikan
bagi Ban-tok Mo-li. Agaknya kemarahan telah membuat Han
Beng berubah menjadi kejam dan sadis, walaupun itu baru
dalam kata-kata saja.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka tidak bicara lagi, berlari cepat dan Giok Cu
menyerahkan segalanya kepada kekasihnya. Hatinya terasa
lega karena bagaimanapun juga, rahasia itu tidak
ditanggungnya sendiri, kini telah dibuka kepada Han Beng.
Bahkan calon suaminya itu yang kini mengambil alih darinya
untuk mencarikan jalan keluarnya.
Hari telah siang ketika mereka tiba di benteng, disambut
oleh Yap Ciangkun yang kelihatan lelah karena penyerbuan
semalam. Akan tetapi ternyata kemuraman wajah Yap
Ciangkun bukan hanya karena lelah, dan hal itu baru
diketahui Han Beng dan Giok Cu ketika Han Beng bertanya
tentang Ban-tok Mo-Ii.
"Kami harap agar Ciangkun mengijinkan kami bicara
sebentar dengan Ban-tok Mo-li yang menjadi tawanan. Ada
urusan pribadi yang amat penting hendak kami bicarakan
dengan Ban-tok Mo-Ii. kata Han Beng.
Mendengar ini, Yap Ciangkun menggebrak meja. "Inilah!
Justeru baru saja kami memarahi para petugas, akan tetapi
semua kesalahan terletak pada pundak empat orang penjaga
yang sudah mati. Sungguh celaka! Sialan mereka itu!"
"Apa yang telah terjadi, Ciangkun?” tanya Giok Cu, bingung
melihat ulah perwira tinggi itu.
"Semalam, Ban-tok Mo-li menjadi tawanan dan ditahan di
dalam sel, dijaga oleh empat orang pengawal yang dapat
dipercaya. Akan tetapi, pagi-pagi sekali tadi, sel itu terbuka,
empat orang penjaga mati tanpa luka dan Ban-tok Mo-li telah
lenyap dari dalam selnya."
"Ahhhhh.....!!" Wajah Han Beng menjadi berubah agak
pucat saking kaget dan kecewanya. "Bagaimana hal itu dapat
terjadi?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Yap Ciangkun mengepal tinju dan kelihatan marah dan
penasaran sekali. "Tidak ada yang tahu bagaimana hal itu
terjadi. Akan tetapi ada seorang perajurit yang malam hari itu,
sebelum dia meninggalkan tugas jaga untuk bertugas di
tempat lain, melihat betapa Ban-tok Mo-li bersikap manis dan
akrab sekali dengan empat orang penjaga itu, nampak mesra.
Tidak ada yang tahu.
Tahu-tahu mereka berempat terdapat tewas di tempat
penjagaan dan Ban-tok Mo-li sudah tidak berada di dalam
tahanan. Pintu kamar tahananpun tidak rusak kuncinya, bukan
dibuka dengan paksa."
Han Beng mengerutkan alisnya. "Apakah tidak ada
kemungkinan tawanan itu dibantu orang dari luar yang
meloloskarinya?"
"Segala kemungkinan memang ada, akan tetapi penjagaan
amat ketat sehingga sukarlah bagi orang luar untuk dapat
masuk tanpa diketahui. Setidaknya, empat orang yang
bertugas jaga itu tentu mengadakan perlawanan mati-matian
dan memberi tanda bahaya. Akan tetapi sama sekali tidak ada
perlawanan, sama sekali tidak terdengar teriakan atau tanda
bahaya lain."
"Maaf, Ciangkun.Bagaimana matinya empat orang itu?
Adakah luka-luka atau tanda lain?"
Yap Ciangkun mengerutkan alis dan menggeleng-geleng
kepala. "Memang aneh sekali. Tidak ada luka. Hanya dua
diantara mereka mati dengan mulut biru menghitam....."
"Hemmm, ciuman maut.....I" kata Giok Cu, tenang akan
tetapi ia pun mengerutkan alisnya karena ia sudah dapat
menduga bagaimana caranya iblis betina bekas gurunya itu
berhasil meloloskan diri.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dua orang yang lain tewas dengar biru menghitam di leher
dan pangkal paha mereka, seperti bekas terkena gigitan....."
"Hemmm, itu bekas kuku beracun!"
"Ehhh? Apa yang kau maksudkan dengan ciuman beracun
dan kuku beracun, Li-hiap?" tanya perwira itu, heran.
"Ban-tok Mo-li adalah seorang iblis betina. Nama
julukannya saja sudah menyebutkan keadaan dirinya. Ban-tok
Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun) memiliki banyak ilmu
beracun, di antaranya adalah ciuman beracun dan kuku
beracun. sekali cium dan sekali gores dengan kuku sudah
cukup untuk membunuh orang. Agaknya iblis betina itu
mempergunakan kecantikannya untuk merayu sehingga ia
berhasil keluar atau dikeluarkan dari kamar tahanan oleh
empat orang penjaga itu.Ia pura-pura suka diajak bermesraan,
lalu membunuh mereka dengan mudah selagi bermesraan."
Kalau bukan Giok Cu, gadis lain tentu akan bermerah muka
dan segan memberi keterangan seperti itu. Akan tetapi Giok
Cu adalah seorang gadis yang sudah digembleng oleh
keadaan yang keras dan beraneka macam kehidupan.
"Hemmm, sungguh keji seperti iblis!" kata Yap Ciangkun.
"Mari kita mengejarnya!" Han Beng yang teringat akan
keadaan kekasihnya, sudah menggandeng tangan gadis itu
dan keduanya meloncat pergi dengan amat cepatnya,
membuat Yap Ciangkun merasa kagum bukan main. Dia lalu
teringat akan tawanan yang lain. Mereka adalah orang-orang
yang lihai, maka dia tidak ingin kehilangan tawanan lagi.
Diperintahkan orang-orangnya untuk membelenggu kaki
tangan para tawanan itu dan mengawal mereka dengan ketat
sampai mereka itu dijatuhi hukuman oleh pengadilan.
Selama tiga hari tiga malam Han Beng hampir tidak pernah
mau berhenti, mengajak Giok Cu untuk menjari jejak Ban-tok
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mo-li. Namun, semua usahanya sia-sia belaka. Mereka tidak
mampu menemukan jejak iblis betina itu. Ban-tok Mo-li lenyap
tak meninggalkan jejak, seperti ditelan bumi!
Pada hari ke empat, pagi-pagi setelah semalam suntuk
mereka mencari di perbukitan di tepi jurang atau tebing sungai
Kuning, Giok Cu telah menjadi putus asa. Ia memandang Han
Beng yang duduk bersila di tepi jurang dengan hati yang pilu.
Ia merasa kasihan sekali kepada pemuda itu. Ia tahu betapa
besarnya cinta Han Beng kepadanya sehingga pemuda itu
seperti tidak mengenal lelah untuk dapat menemukan Ban-tok
Mo-li, untuk dapat membebaskannya dari cengkeraman maut
yang ditandai bintik merah di bawah siku lengan kirinya. Kalau
dia membiarkan dirinya menjadi isteri Han Beng, kemudian
tewas dalam waktu sebulan, tentu Han Beng akan tenggelam
dalam kedukaan yang hebat.Dan sekarang, merekapun gagal
untuk menemukan Ban-tok Mo-li. Andaikata mereka dapat
menemukannya sekalipun, belum tentu iblis betina itu mau
memberikan obat penawarnya, itupun kalau ada obat seperti
itu. Ah, ia hanya menjadi beban, hanya menyusahkan Han
Beng saja dengan ikatan perjodohan itu. Tidak, itu tidak boleh
menyusahkan Han Beng. Ia terlalu sayang kepada pemuda itu.
Biarlah dia memperoleh jodoh gadis lain yang sehat, yang
akan membahagiakannya, bukan ia yang menderita penyakit
maut, yang hanya akan menyusahkannya.
Giok Cu mengerling ke arah Han Beng. Pemuda itu masih
duduk bersila dan agaknya tenggelam dalam siu-lian
Rambutnya kusut, pakaiannya kusut, wajahnya
menunjukkan kelelahan. Hatinya seperti ditusuk-tusuk
rasanya. Han Beng membuka matanya, terkejut mendengar
suara angin itu. Dan dia menjadi lebih kaget ketika tidak
melihat lagi Giok Cu berada di situ.
"Giok Cu.....!!" Dia berteriak memanggil sambil meloncat
berdiri. Tiada jawaban.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Giok Cu, di mana engkau?" Han Beng kini mencari ke
sekeliling tempat itu sambil memanggil-manggil. Ketika
menjenguk ke bawah tebing, dia bergidik membayangkan Giok
Cu terjatuh ke sana. Akan tetapi dia tidak melihat apa-apa di
bawah sana. Lalu dia berlari menuruni bukit karang itu.
"Giok Cu.....!!!" Dia berteriak semakin keras. Suaranya
melengking terbawa angin dan menimbulkan gema jauh
dibawah sana.
Wajah Han Beng menjadi pucat, hatinya gelisah sekali
ketika sampai di bawah bukit, dia belum juga melihat
bayangan Giok Cu.
"Giok Cu.....! Kembalilah.....! Aku tak sanggup hidup
sendirian tanpa engkau.....!" teriaknya berulang kali.
Dia berlari mendaki bukit di depan dan akhirnya, dia melihat
gadis itu dipuncak bukit batu karang itu, di tepi tebing yang
lebih curam daripada yang tadi.Gadis itu menangis tersedusedan,
berlutut hampir menelungkup. Agaknya teriakannya
yang terakhir itu, yang diulang-ulang, terdengar oleh gadis itu
dan teriakan itu yang menahannya, membuat kedua kakinya
lemas dan iapun menjatuhkan diri berlutut di situ dan
menangis tersedu-sedu.
"Giok Cu.....!" Han Beng lari menghampiri, menubruk dan
merangkul gadis itu yang menangis semakin menjadi-jadi Han
Beng mendekap kepala itu ke dadanya, seolah takut kalau
sampai kehilangan dan terlepaslagi. "Aih, Giok Cu kenapa
engkau meninggalkan aku....Kenapa.....?"
Giok Cu terisak-isak.Ketika ia mengangkat muka
memandang melalui genangan air matanya, ia melihat
pemuda itu menangis! Hal ini membuat ia menjadi semakin
terharu dan sedih.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Han Beng.....!" Ia menjerit dan merangkul pemuda itu.
Mereka bertangisan dan berpelukan di tepi jurang yang curam
itu.
"Han Beng, lepaskan aku..... biarkan aku pergi. Aku hanya
menyusahkan saja, Han Beng. Aku tidak dapat menjadi
isterimu....."
"Giok Cu, jangan putus harapan. Aku akan mencarikan obat
untukmu, sampai dapat. Percayalah, aku akan dapat
menolongmu, jangan engkau khawatir akan keselamatan
dirimu, Giok Cu....."
Gadis itu menyusut air matanya. ”Han Beng, engkau salah
sangka. Aku tidak takut mati. Aku rela mati setelah menjadi
isterimu selama satu bulan. Aku rela dan aku tidak takut.
Hanya aku.....aku tidak tega membayangkan engkau
menangisi kematianku, Han Beng. Tidak, lebih baik kita tidak
menikah, engkau carilah gadis lain yang sehat....."
"Giok Cu! Kenapa engkau berkata demikian? Ucapanmu
menusuk perasaanku. Hidup ini tidak ada artinya bagiku tanpa
engkau di sisiku, Giok Cu."
"Tapi.....tapi.....kalau kita menikah..... hanya sebulan kita
berkumpul, lalu aku harus meninggalkan engkau untuk
selamanya....."
"Tidak! Kita tetap berdampingan sampai kematian
memisahkan kita, Giok Cu. Dan percayalah, sebelum engkau
mendapatkan obat pemunah racun terkutuk itu, aku tidak akan
menggaulimu. Bagiku, melihat engkau di dekatku dalam
keadaan sehat saja sudah merupakan suatu kebahagiaan
besar.Giok Cu, berjanjilah, engkau tidak akan meninggalkan
aku lagi.....!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar ini, Giok Cu merangkul dan mencium pipi
pemuda itu dengan penuh keharuan, lalu berbisik di dekat
telinganya. "Aku berjanji, Koko (Kanda). Aku berjanji
selamanya tidak akan meninggalkanmu lagi dan akan
mentaati semua perintahmu."
Han Beng bernapas lega, lega puas dan bahagia. Dia
merangkul semakin erat. "Moi-moi (Adinda)....., terima
kasih..... terima kasih....."
Sampai lama mereka duduk berdekapan di tepi tebing itu.
Ketika matahari muncul di bawah sana, muncul dari balik bukit
jauh di seberang sungai, Han Beng menuding.
"Lihat, Cu-moi, betapa indahnya fajar menyingsing. Lihat,
masa depan yang cerah menanti kita, seperti munculnya Sang
Surya. Kita tidak boleh putus asa. Kita harus berikhtiar dan
kalau kita berusaha dengan kesungguhan hati, Thian pasti
akan memberi jalan kepada kita."
Giok Cu mengangkat mukanya dari dada kekasihnya dan
menengok. Ia mengeluarkan seruan kagum dan mereka
duduk bersanding, menyambut munculnya sang matahari
sambil duduk bersila dan mengatur pernapasan. Latihan
seperti ini tidak asing bagi mereka karena dalam sinar
matahari yang baru muncul terkandung kekuatan dahyat yang
mereka coba tampung melalui pernapasan dan meditasi.
Setelah matahari mulai menyengat kulit, barulah mereka
menghentikan latihan itu.
"Ah, sekarang aku ingat. Ada jalan untuk mencari jejak Bantok
Mo-li!" kata Han Beng.
"Bagaimana, Beng-koko? Apakah jalan itu?"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku teringat akan Kakak angkatku, yaitu Coa Siang Lee
dan isterinya, Sim Lan Ci."
Giok Cu memandang dengan wajah berseri, la pun baru
teringat sekarang.
"Ah, Suci Sim Lan Ci adalah puteri Ban-tok Mo-li! Benar,
Koko, mungkin ia tahu ke mana Ban-tok Mo-li melarikan atau
menyembunyikan diri." ;
"Mari kita ke sana, Cu-moi." Han Beng bangkit berdiri sambi
menggandeng tangan kekasihnya dan mereka pun menuruni
bukit karang itu. Baru sekarang mereka merasa betapa tubuh
mereka lelah bukan main, juga perut mereka lapar. Selama
tiga hari ini mereka lupa makan lupa tidur ketika mencari-cari
Ban-tok Mo-li.
"Kita cari dusun atau kota dulu, Koko. Perutku lapar
sekali....."
Han Beng tersenyum dan mencium dahi kekasihnya.
"Kasihan engkau, Guan Cu. Kita sampai lupa makan. Aku
lapar. Mari, kita cari dusun di bawah sana, baru melanjutkan
perjalanan ke tempat tinggal Kakak angkatku Coa Sian Lee!"
Mereka menemukan dusun dan berhasil membeli makanan
dan minuman sederhana. Setelah makan minum, baru
mereka melanjutkan perjalanan dengan hati yang ringan dan
awan kedukaan sudah lenyap dari wajah mereka.
***
"Thian Ki.....!" Han Beng memanggil ketika melihat seorang
anak laki-laki berusia kurang lebih empat tahun bermain-main
seorang diri di depan rumah itu. Anak itu sedang membuat
boneka dari tanah liat sehingga kedua tangan, bahkan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
pakaiannya, berlepotan lumpur, juga mukanya. Nampak lucu
sekali.
"Thian Ki, benar engkau Thian Ki!" kata pula Han Beng
sambil mendekat.
Giok Cu juga ikut menghampiri, memandang kepada anak
itu dengan kagum.
Seorang anak laki-laki yang sehat, wajahnya putih
kemerahan dan matanya tajam dan pandangnya lembut, juga
membayangkan kecerdikan.
"Paman dan Bibisiapakah.....?" tanya anak itu dan kembali
Giok Cu kagum. Suara itu demikian nyaring dan bening, akan
tetapi mengandung kelembutan pula!
Han Beng tertawa. Ketika dia mengangkat saudara dengan
Coa Siang Lee setahun yang lalu, anak ini baru berusia tiga
tahun sehingga tentu saja tak dapat mengenalnya. Dia
menggoda. "O..kau terka siapa aku ini, Coa Thian Ki
.Tahukah engkau siapa aku?"
Anak itu memicingkan kedua matanya, nampak lucu dan
mungil. Sepasang alisnya berkerut dan tiba-tiba dia
membelalakkan matanya sambil berkata dengan wajah
berseri. "Paman tentu Paman Si Han Beng, Huang-ho Sinliong!"
Tawa Han Beng terhenti dan dia terbelalak. Juga Giok Cu
semakin kagum. Dari Han Beng ia sudah mendengar tentang
peristiwa kekasihnya itu dengan keluarga ini. Ia mendengar
betapa guru kekasihnya, Sin-tiauw Liu Bhok Ki yang terkenal
keras hati itu, menjadi luluh kekerasan hatinya oleh sikap dan
ulah Thian Ki yang baru berusia tiga tahun
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Heiiiii! Bagaimana engkau bisa tau bahwa aku adalah
Pamanmu Si Han Beng?" Han Beng berseru heran.
Anak itupun tertawa senang ketika Han Beng
mengangkatnya tinggi-tinggi, tanpa mempedulikan betapa
kaki, tangan dan pakaian anak itu kotor oleh lumpur.
"Ayah dan Ibu bercerita banyak-banyak tentang Paman,
tentang wajah Paman sehingga aku dapat mengenal Paman.
Siapakah Bibi ini?"
"Aku Bibi Bu Giok Cu, Thian Ki. Aku calon isteri Pamanmu
ini." kata Giok Cu tanpa sungkan lagi. Terhadap orang
dewasa saja dara ini tidak sungkan bicara, apalagi terhadap
seorang anak kecil berusia empat tahun!
"Wah, Adikku Han Beng.....!" terdengar teriakan wanita dan
muncullah seorang wanita cantik berusia tiga puluh tahun
lebih. Pakaian wanita itu serba hitam sehingga kulitnya yang
putih nampak semakin mulus, wajahnya cantik manis akan
tetapi sikapnya sederhana dan lembut. Akan tetapi wanita itu
menghentikan seruan dan sikapnya yang gembira ketika
melihat Giok Cu, seorang gadis yang tidak dikenalnya.
"Ibu, Paman Han Beng datang bersama calon isterinya, Bibi
Giok Cu.....!" teriak Thian Ki yang masih berada dipondongan
Han Beng.
"Ahhhhh..... mari, mari, silakan masuk. Thian Ki, turun kau!
Lihat, engkau membikin kotor pakaian Pamanmu!"
Han Beng menurunkan Thian Ki sambil tertawa dan pada
saat itu muncul Coa Siang Lee yang berseru, "Siapa bilang
Han Beng datang bersama calon isterinya?"
"Aku, Ayah. Nah, ini Bibi Giok Cu, calon isteri Paman!"
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Mereka semua saling memberi hormat. "Aih, kalau begitu,
kionghi (selamat) Adikku! Kami girang sekali dapat bertemu
dengan calon Adik ipar kami!"
Coa Siang Lee yang pakaiannya serba putih, berlawanan
dengan warna pakaian isterinya, menggandeng tangan Han
Beng sedangkan Sim Lan Ci menggandeng tangan Giok Cu.
Mereka semua memasuki rumah, diikuti oleh Thian Ki.
Setelah mengajak tamu mereka duduk di ruangan dalam,
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci saling pandang. Hubungan
antara suami isteri ini sedemikian akrabnya sehingga ada
hubungan batin yang kuat di antara mereka sehingga
pandang mata mereka saja sudah cukup untuk mereka saling
mengutarakan isi hati mereka. Keduanya memandang kepada
Thian Ki dan ayah anak itu berkata.
"Thian Ki, karena kegirangan engkau lupa memberi hormat
kepada Paman dan Bibimu. Hayo beri hormat kepada
mereka."
"Dan sesudah itu, pergi mencuci badanmu, dan bertukar
pakaian. Boleh engkau bermain lagi di luar, akan tetapi
jangan masuk di sini dulu sebelum kami panggil. Kami ingin
bicara penting dengan Paman dan Bibimu." kata ibu anak itu.
Thian Ki lalu melangkah maju menghadapi Han Beng dan
Giok Cu, mengangkat kedua tangan di depan dada dengan
sikap hormat. "Paman Si Han Beng dan Bibi Giok Cu,
terimalah hormat Coa Thian Ki!"
Han Beng dan Giok Cu saling pandang, lalu tertawa
gembira Giok Cu mengangkat tubuh Thlan Ki dan menciumi
kedua pipinya, lalu menurunkannya kembali. Thian Ki tersipu
lalu berlari kekamarnya untuk mengambil pengganti
pakaiandan pergi mandi seperti diperintahkan ibunya. Dia
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak membantah, tidak mengomel, melainkan taat dengan
gembira. Sungguh seorang anak yang penuh pengertian!
"Nah, duduklah, Adik-adikku. Bagaimana kabarnya, Bengte
(Adik Beng)' Sudah lama sekali kami merindukan
kunjunganmu." kata Coa Siang Lee. "Di hari ini engkau muncul
bersama calon isterimu yang begini gagah dan cantik.
Sungguh kami merasa gembira dan bangga!"
"Adik Giok Cu memang cantik manis dan gagah perkasa,
pantas sekali menjadi isterimu, Han Beng." kata pula Sin Lan
Ci dengan akrab.
"So-so (Kakak Ipar Perempuan) tentu tidak menduga siapa
Giok Cu ini, padahal ia masih Sumoi dari So-so sendiri.” kata
Han Beng.
"Ahhhhh.....??” Sin Lan Ci terbelalak memandang kepada
Giok Cu, kini penuh selidik. "Be..... benarkah itu.....?"
Giok Cu tersenyum dan mendekatkan kursinya dengan
kursi Sim Lan Ci, lalu memegang tangan wanita itu dengan
sikap lembut. "So-so, kalau diijinkan, aku lebih suka menyebut
so-so daripada su-ci. Memang harus kuakui bahwa aku pernah
menjadi murid Ibumu, So-so, akan tetapi hal itu telah lewat
dan..."
Giok Cu tidak melanjutkan kata-katanya karena ia melihat
betapa pandang mata wanita itu nampak membayangkan
kepahitan.
Melihat keadaan yang tidak enak itu, Han Beng cepat
berkata, "Memang Cu-moi pernah menjadi murid Ibumu, Soso,
bahkan sejak usia sepuluh tahun sampai lima belas tahun.
Akan tetapi, kemudian ia menjadi murid Lo-cian-pwe Hek-bin
Hwesio dan tidak berhubungan dengan Ibumu lagi....."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Lan Ci menarik napas panjang dan kini ia yang memegang
tangan gadis itu.
”Aku mengerti, Adikku yang baik. Aku mengenal siapa
Ibuku. Bahkan engkau beruntung sekali dapat terlepas dari
tangan Ban-tok Mo-li, Ibuku yang terkenal jahat dan kejam
itu....."
"Maaf, So-so, aku tidak bermaksud menyinggungmu....."
"Ha-ha, tidak ada singgung-menyinggung di sini, Adikku!"
kata Coa Sian Lee. "Kita berada di antara saudara sendiri.
Segalanya perlu dibicarakan secara terbuka dan tidak akan
ada yang menyinggung karena semua ucapan keluar dari hati
yang jujur. Biarpun So-somu ini puteri kandung Ban-tok Mo-li
Phang Bi Cu, akan tetapi ia sama sekali tidak jahat!
Sebaliknya malah, isteriku ini wanita yang paling hebat di
dunia ini, paling cantik, paling lembut, paling mulia, paling....."
"Sssssttttt.....'. Di depan orang lain engkau masih mencoba
untuk merayuku": bentak Lan Ci. Melihat dan mendengar ini,
Han Beng dan Giok Cu tertawa geli seperti juga suami isteri
itu. Buyarlah sudah suasana yang tadi dirasakan tidak enak
ketika nama Ban-tok Mo-li disebut dan sekarang agaknya
menyebut nama itupun tidak akan mendatangkan perasaan
tidak enak lagi. Bagaimanapun juga, tetap saja Han Beng
merasa sungkan dan tidak tahu bagaimana dia harus
menanyakan tempat persembunyian Ban-tok Mo-li kepada
Sim Lan Ci tanpa menceritakan tentang semua kejahatan
yang telah dilakukan Ban-tok Mo-li terhadap diri Giok Cu!
"Nah, sekarang ceritakan semua pengalamanmu sampai
engkau dapat memperoleh jodoh yang demikian hebat, Bengte.
Apa saja yang telah terjadi di dunia kang-ouw?" tanya
Siang Lee dengan sikap gembira.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toako, sesungguhnya, sejak kecil dahulu, aku sudah
menjadi sahabat Giok Cu. Ketika kecil kami saling berpisah
dan baru bertemu setelah dewasa. Ketika kami saling
berpisah, aku ikut Suhu Liu Bhok Ki seperti telah kalian tahu,
dan ia ikut dengan gurunya, Ban-tok Mo-li....." Han Beng
memandang kepada kakak iparnya.
Sim Lan Ci mengangguk-angguk. "Sekarang aku ingat.Ibu
mempunyai murid seorang anak perempuan ketika ia
mengusir kami berdua. Jadi engkaukah murid itu, Adik Giok
Cu?"
"Benar, So-so. Akan tetapi, lima tahun kemudian, karena.....
eh, tidak cocok dengan cara hidup Subo..... maka aku
meninggalkannya dan kemudian bahkan.. hemmmmm....."
"Mengapa, Adikku? Lanjutkan ceritamu."
"Tidak enak rasanya, So-so, karena itu adalah Ibumu."
Lan Ci tersenyum. "Kaukira aku tidak mengenal Ibuku
sendiri? Aku sudah tahu siapa Ibuku, siapa Ban-tok Mo-li, oleh
karena itu, semua berita tentang kejahatannya tidak akan
mengejutkan hatiku lagi, dan tidak akan menyinggung hatiku."
Han Beng berkata, "Cu-moi, memang tidak ada jalan lain
kecuali menceritakan semuanya kepada So-so, baru kita
boleh mengharapkan bantuannya. Ceritakanlah semuanya."
Giok Cu mengangguk dan menarik napas panjang. "Baiklah
kalau begitu, So-so, aku terpaksa melarikan diri karena aku
akan dibunuh oleh Subo, karena dianggap menentang Thiante-
kauw di mana Subo menjadi anggautanya, bahkan
kemudian menjadi ketuanya. Aku ditolong oleh Suhu Hek-bin
Hwesio. Kemudian, aku mendapat kenyataan bahwa yang
membunuh Ayah dan Ibu kandungku adalah Subo Ban-tok
Mo-li sendiri. Kemudian, aku dan Beng-koko menentang
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Thian-te-kauw dan dengan bantuan pasukan pemerintah, kami
berhasil membasminya. Para pimpinannya tertawan.Ketika
Subo Ban-tok Mo-li bertanding denganku, aku berhasil
merobohkannya. Akan tetapi Beng-koko mengingatkan aku
akan kebaikannya yang pernah kuterima, maka aku tidak
membunuhnya dan membiarkannya ia ditawan oleh pasukan
pemerintah seperti para pimpinan Thian- te-kauw lainnya."
Giok Cu menghentikan ceritanya, merasa lega karena melihat
betapa wajah Sim Lan Ci tenang-tenang saja mendengar akan
kejahatan yang dilakukan ibu kandungnya itu.
"Sebetulnya, setelah Cu-moi mengampuni dan tidak
membunuhnya, dan ia menjadi tawanan pemerintah, sudah
tidak ada urusan lagi kami dengan Ban-tok Mo-li. Akan tetapi,
sungguh di luar dugaanku, ternyata masih ada satu hal lagi
yang amat hebat, bahkan yang menyangkut keselamatan
hidup Giok Cu."
Siang Lee dan Lan Ci kelihatan terkejut sekali. "Hal apakah
itu, Beng-te?" tanya Siang Lee.
Han Beng menarik napas panjang. Tiba gilirannya untuk
melanjutkan cerita itu. "Dalam penyerbuan itu, kami dibantu
oleh munculnya Lo-cian-pwe Hek-bin Hwesio dan Suhu Pek I
Tojin. Kemudian, setelah Thian-te-kauw dapat dibasmi, kedua
orang tua itu menjodohkan kami. Nah, setelah mendengar
bahwa ia dijodohkan denganku, maka muncullah hal yang
amat memusingkan kami ini, yaitu pengakuan Cu-moi bahwa
ia tidak mungkin dapat menikah dengan aku atau dengan
siapa pun juga."
"Eh, kenapa?"
Giok Cu cepat menggulung lengan baju yang kiri dan
memperlihatkan bintik merah di siku lengan kirinya kepada
Lan Ci. "Karena inilah, So-so." Suaranya mengandung
getaran sedih.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Itu..... bintik merah tanda keperawanan!" kata Sim Lan Ci
yang segera mengenal tanda itu.
"Itulah, So-so." kata Han Beng. "Mengapa kami datang
kesini. Pertama untuk berkunjung dan memperkenalkan calon
isteriku, dan kedua untuk mohon pertolongan So-so. Sebagai
puteri Ban—tok Mo-li, kami yakin So-so akan mengetahui pula
obat untuk menghilangkan bintik merah itu."
"Bintik merah itu tidak mungkin dapat dihilangkan
selamanya!" kata Lan Ci sambil mengerutkan alisnya,
memandang dan meraba bintik merah di lengan itu.
"Maksud So-so.....?" Giok Cu terbelalak, terkejut dan heran.
"Selama engkau masih perawan, bintik merah itu tidak akan
dapat lenyap atau dihilangkan dengan apa pun. Akan
tetapi....." Lan Ci tersenyum lebar dan kedua pipinya yang
putih halus itu berubah kemerahan. "Tanda itu akan hilang
dengan sendirinya pada malam pertama pernikahan kalian, hihik."
Akan tetapi Giok Cu tidak tersenyum bahkan nampak
berduka. "Hal itu aku sudah tahu, So-so, dan aku tahu pula
bahwa sebulan kemudian setelah menikah aku akan mati dan
tidak ada obat yang akan dapat menyelamatkan aku! Karena!
itu aku tidak mau menikah dengan Beng-koko. Untuk apa
menikah dengan dia kalau sebulan kemudian aku harus
meninggalkan dia selamanya dan membuat dia berduka?"
”Ahhh? Aku tidak pernah mendengar akan hal itu!
Setahuku, tanda keperawanan itu tidak dapat dilenyapkan,
akan tetapi akan lenyap dengan sendirinya pada malam
pengantin yang pertama
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Subo sendiri yang mengatakan demikian, dan ia adalah
seorang ahli racun. Mungkin hal itu ia rahasiakan darimu, Soso."
"Hemmm, aku tidak yakin. Dahulu memang ia ingin
memberi tanda itu dilenganku, akan tetapi aku menolaknya.
Kalau memang benar akibatnya bukan hanya lenyapnya tanda
di malam pengantin, akan tetapi juga membunuh sebulan
kemudian, untuk apa dahulu ia ingin memberi tanda itu
kepadaku, anaknya sendiri? Tak mungkin ia ingin melihat aku
mati setelah sebulan menikah."
”Tentu ia memiliki obat pemurahnya, dan akan memberikan
obat itu kepadamu, So-so."
Lan Ci mengerutkan alsinya, mengangguk-angguk.
"Hemmm...... mungkin juga kalau begitu....."
"So-so," kata Han Beng. "Kalau So-so tidak mempunyai
obat pemunahnya, kami ingin mohon sebuah pertolongan lagi
kepada So-so, harap So-so tidak menolaknya."
Melihat sikap yang serius dari pemuda itu, Sim Lan Ci
menatap wajahnya dengan penuh perhatian. ”Tentu saja,
Adikku. Tentu saja aku akan dengan sukahati menolong kalian
kalau aku mampu melakukannya!"
"Begini, So-so. Setelah kami dijodohkan oleh dua orang
guru kami kemudian aku mendengar pengakuan Giok Cu
tentang bintik merah itu, kami segera mencari Ban-tok Mo-li di
tempat tahanan. Akan tetapi, malam hari itu juga ia ternyata
telah berhasil lolos dari tahanan dan melarikan diri. Kami
sudah berusaha melakukan pengejaran dan pencarian
jejaknya, namun hasilnya sia-sia belaka. Oleh karena itulah,
kami mohon petunjuk So-so. Kemana kiranya kami harus
mencari Ban-tok Mo-li, karena mungkin saja So-so
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
mengetahui atau setidaknya dapat menduga kemana ia pergi
bersembunyi.
Berkata demikian, Han Beng menatap wajah so-sonya
dengan penuh perhatian. Juga Giok Cu memandang kepada
wanita itu penuh harapan.
Sim Lan Ci menolehdan bertukar pandang dengan
suaminya. Hanya sebentar, lalu wanita itu memandang Giok
Cu.
"Adikku, andaikata aku dapat menunjukkan tempat di mana
adanya Ban-tok Mo-li dan engkau pergi menemuinya, lalu apa
yang akan kaulakukan?"
"Kami akan minta agar ia suka memberikan obat pemunah
untuk melenyapkan bintik merah yang mengancam nyawa
calon isteriku!" kata Han Beng penuh semangat.
"Andaikata ia tidak mau memberikan, lalu apa yang akan
kalian lakukan?"
"Kami akan..... akan.....” Han Beng menghentikan katakatanya,
lalu saling pandang dengan Giok Cu. Gadis itu
menggeleng kepalanya dengan senyum sedih, dan ia yang
melanjutkan ucapan Han Beng tadi. "Kami hanya akan mohon
pertolongan bekas guruku itu. Ia telah membunuh Ayah Ibuku,
bahkan hampir membunuhku, dan sebaliknya ketika aku
mengalahkannya, aku tidak membunuhnya. Mungkin saja ia
akan memberikan obat pemunah itu. Akan tetapi andaikata ia
berkeras tidak mau, kami pun tidak akan dapat berbuat apaapa.
Semoga Thian mengampuni semua dosanya!" Giok Cu
merangkap kedua tangan di dada, teringat akan nasihat yang
seringkali diberikan Hek-bin Hwesio kepadanya.
"Benar kata Giok Cu," sambung Han Beng. "Kalau
memang Thian menghendaki demikian, kami tidak akan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
menikah, akan hidup bersama seperti kakak adik, tak
terpisahkan lagi sampai mati. Kami berdua tidak akan
menikah dengan orang lain. Itu merupakan sumpah batin kami
berdua!"
Suami isteri itu memandang dengan hati terharu sekali.
Sepasang mata Sim Lan Ci menjadi basah air mata. "Adikadikku
yang budiman, aku percaya kepada kalian. Dan
andaikata kalian terlupa dan sampai membunuh Ibuku
sekalipun, aku tidak akan menyesal karena memang apa yang
telah dilakukan Ibuku terhadap Adik Giok Cu sudah melewati
batas. Nah, Adik-adikku, tak jauh dari sini terdapat nikouw
yang tinggal di kuil. Mari kuantar kalian." Sim Lan Ci bangkit
berdiri.
"Aku juga ikut." kata pula Coa Siang Lee. Mereka berempat
lalu keluar dari rumah itu. Lan Ci mencari puteranya, akan
tetapi anak itu tidaknampak di luar.
"Tentu dia bermain di rumah tetangga." kata Siang Lee.
Karena menghadapi urusan penting, mereka lalu pergi
mendaki bukit yang berada di luar dusun itu. Dari bawah bukit
sudah nampak tembok kuil itu. Tak lama kemudian, tibalah
mereka di kuil itu, disambut oleh seorang nikouw muda.
"Beritahukan kepada Lo-nikouw yang bertapa di ruangan
belakang bahwa kami ingin datang berkunjung," kata Lan Ci.
Tanpa menjawab, nikouw itu hanya mengangguk, memberi
hormat dengan membungkuk lalu pergi ke dalam kuil. Tak
lama kemudian ia kembali sikapnya yang lembut dan hormat.
"Lo-subo (Ibu Guru Tua) mempersilakan Cu-wi (Anda
Sekalian) masuk saja. Beliau sedang berada di taman
belakang."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Dengan jantung berdebar Giok Cu dan Han Beng mengikuti
suami isteri itu yang agaknya sudah mengenal baik tempat itu.
Mereka memasuki taman dan melihat seorang nikouw tua
duduk diatas bangku, memangku seorang anak kecil laki-laki.
"Thian Ki! Engkau sudah berada disini?" seru Coa Siang
Lee.
Anak itu melompat turun dari atas pangkuan nikouw tua,
lalu berlari menghampiri ayah ibunya. "Habis, Ayah dan Ibu
tidak memperkenankan aku masuk menemui tamu, maka aku
lari ke sini untuk bermain dengan Bo-bo (Nenek)!"
"Mari kita keluar, Thian Ki. Biarkan Nenek bicara dengan
Paman dan Bibi.' kata Siang Lee sambil memondong
anaknya. Isterinya juga ikut keluar setelah mengangguk ke
arah nikouw tua itu yang masih duduk dengan sikap tenang
sekali.
Kini tinggal mereka bertiga di situ, di taman yang sunyi. Han
Beng dan Giok Cu berdiri di depan nikouw tua yang masih
duduk di atas bangku. Seorang pendeta wanita gundul yang
berwajah cantik dan masih nampak manis walaupun usianya
sudah mendekati enam puluh tahun! Dan sekali pandang,
Han Beng dan Giok Cu mengenal wajah itu. Wajah Ban-tok
Mo-li tanpa bedak dan gincu! Sungguh menggelikan, juga
mengherankan melihat tokoh sesat yang baru saja menjadi
ketua Thian-te-pang, kini tiba-tiba saja telah menjadi seorang
pendeta wanita yang gundul, dengan sikap demikian tenang
dan lembut, seolah-olah serigala itu kini benar-benar telah
berubah menjadi domba!
"Ban-tok Mo-li.....!" Hampir berbareng Han Beng dan Giok
Cu menyebut nama itu. Nikouw itu tersenyum dan merangkap
kedua tangan di depan dadanya.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Omitohud....., akhirnya kalian dapat juga menemukan pinni
(aku). Kalau Tuhan sudah menghendaki, pin-ni juga tidak
akan menghindar lagi. Akan tetapi jangan kalian memaksa pinni
untuk menjadi orang tahanan karena hal itu akan
mencemarkan agama. Kalau kalian ingin membunuh pin-ni,
nah, lakukanlah. Pin-ni tidak akan melawan, bahkan akan
menerimanya dengan gembira sebagai penebusan sebagian
daridosa pin-ni yang lalu."
Giok Cu melangkah maju dan mem-beri hormat. "Subo....."
"Giok Cu, engkau masih suka menyebut pin-ni dengan
sebutan itu?" Nikouw tua itu tersenyum, wajahnya
membayangkan kelembutan hati.
"Tee-cu (Murid) tidak mau menyebut Ban-tok Mo-Ii sebagai
guru, akan tetapi Su-bo adalah seorang nikouw yang telah
menginsafi dosa dan hendak menebusnya dengan kehidupan
yang saleh. Subo, kedatangan teecu ini hanya untuk mohon
pertolongan Subo....."
Wajah itu berseri dan nampaknya gembira bukan main.
"Bagus, makin banyak yang dapat kulakukan untuk
menolongrnu, makin baik, Giok Cu, karena hal itu pun berarti
akan meringankan dosa-dosaku! Nah, katakanlah, apa yang
dapat pin-ni lakukan untukmu?"
Giok Cu menyingsingkan lengan bajunya dan
memperlihatkan bintik merah itu kepada Ban-tok Mo-li yang
kini dikenal dengan sebutan Lo Nikouw saja
"Subo, tee-cu hanya mohon agar Subo suka memberi obat
pemunah untuk bintik merah ini."
Nikouw itu memandang ke arah bintik merah itu, kemudian
kepada wajah Giok Cu dan ia menahan ketawanya, tersenyum
lebar dan seperti orang yang merasa geli hati. "Ehhh?
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Kenapa? Itu tanda keperawananmu. Kalau engkau menikah
akan hilang sendiri!"
"Memang kami hendak menikah, Su-bo. Mohon doa restu
Subo," kata Giok Cu.
"Omitohud.....! Kiong-hi, kiong-hi, semoga Tuhan
memberkahi kalian dengan keturunan yang baik seperti
Cucuku Thian Ki!"
"Tapi Subo. Bagaimana mungkin tee-cu mendapatkan
keturunan kalau setelah menikah, dalam waktu sebulan teecu
akan mati karena racun di lengan ini?"
"Omitohud! Siapa yang bilang begitu?"
"Subo sendiri! Dahulu ketika teecu berusia sepuluh tahun
dan Subo menusukkan jarum sehingga timbul bintik merah ini,
Subo mengatakan bahwa kalau keperawanan teecu hilang,
maka bintik merah ini akan lenyap pula, akan tetapi akibatnya
sebulan kemudian teecu akan mati dan tidak ada obat yang
akan mampu menolong teecu."
"Omitohud.....semoga Sang Buddha mengampuni
hambanya....." Nikouw tua itu menutupi mulut dengan lengan
bajunya yang lebar untuk menyembunyikan tawanya. Ia
nampaknya geli sekali. kemudian, setelah tawanya yang
disembunyikan itu mereda, ia memandang pada Giok Cu
dengan sinar mata lembut.
"Muridku, anak yang baik. Maafkanlah. Dosa pin-ni
memang bertumpuk-tumpuk. Apa yang pin-ni katakan dahulu
semuanya bohong belaka. Pin-ni memberimu tanda merah
dan mengancam dengan kematian itu karena pin-ni merasa
kecewa dengan perginya Suci-mu Sim Lan Ci yang menjadi
isteri Coa Siang Lee. Pin-ni tidak ingin kehilangan engkau,
maka pin-ni sengaja memberi tanda keperawanan itu dengan
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
ancaman agar engkau tidak berani menikah sebelum ada ijin
dari pin-ni. Memang pi-ni jahat sekali, Giok Cu. Pin-ni
menyesal sekali. Akan tetapi, mengenai ancaman kematian
pada tanda keperawanan itu pin-ni hanya berbohong. Kalau
engkau ingin menikah, lakukanlah dengan restu pin-ni, dan
jangan khawatir. Engkau tidak akan kehilangan nyawa, hanya
akan kehilangan tanda bintik merah saja!"
Bukan main lega dan girangnya rasa hati dua orang muda
itu. Mereka percaya kepada keterangan ini, pertama karena
tadi pun Sim Lan Ci sudah berkata demikian, dan kedua
karena setelah kini Ban-tok Mo-li menjadi nikouw, sikap dan
kata-katanya sangat menyakinkan.
Betapapun juga, ketika Giok Cu menatap wajah bekas
gurunya itu, nenek itu melihat keraguan di pandangan mata
bekas muridnya.
"Omitohud..... engkau masih ragu, Giok Cu? Apa gunanya
pin-ni menggunduli rambut dan menjadi nikouw, kalau pin-ni
masih suka berbohong? Tenangkan hatimu dan menikahlah
kalian!"
Nikouw itu lalu merangkap kedua tangan, mulutnya
berkemak-kemik membaca doa lalu meningalkan mereka yang
memberi hormat dengan membungkuk. Setelah nikouw itu
memasuki kuil dari pintu belakang, Han Beng merangkul
kekasihnya. Giok Cu juga merangkulnya. Keduanya tidak
berkata apa-apa, akan tetapi suatu kebahagiaan dan kelegaan
menyusup ke dalam jantung mereka. Ketika mereka
menceritakan hal itu kepada Siang Lee dan Lan Ci, suami
isteri ini merasa bergembira sekali.
"Siauw-te (Adik), keluargamu hanya kami, maka kami yang
wajib merayakan pernikahan kalian."
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aih, Toako, kami hanya membikin repot saja.....!" bantah
Han Beng.
"Tidak! Engkau harus menerimanya Beng-te. Ingat,
bukankah aku ini Kakakmu, pengganti orang tuamu? Engkau
harus taat!" kata Siang Lee.
"Dan engkau juga Sumoiku, Adik Giok Cu. Engkaupun
sepatutnya mentaati permintaanku, yaitu kalian harus
melaksanakan pernikahan di sini, dan kami yang akan
merayakannya1" kata pula Sim Lan Ci.
Tentu saja Giok Cu dan Han Beng merasa gembira bukan
main.Karena suami isteri itu mendesak agar pernikahan
segera dilangsungkan, maka mereka tidak sempat lagi untuk
memberi kabar kepada Pek I Tojin dan Hek-bin Hwesio yang
merantau ke Gunung Thai-san. Mereka mengambil keputusan
untuk kelak saja setelah menikah mencari guru-guru mereka
untuk memberitahu dan mohon doa restu mereka.
Pernikahan dilangsungkan dengan sederhana di dusun
tempat tinggal Coa Siang Lee, namun cukup meriah walaupun
hanya dihadiri para tetangga. Biarpun hanya sederhana,
namun sebentar saja dunia kang-ouw sudah mendengar
belaka berita itu, bahwa Huang-hoSin-liong (Naga Sakti
Sungai Kuning) telah menikah dengan pendekar wanita Bu
Giok Cu yang namanya mulai dikenali
***
Han Beng dan Giok Cu merasa berbahagia sekali ketika
melihat bahwa tanda bintik merah di bawah siku lengan kiri
Giok Cu benar-benar lenyap setelah malam pengantin
pertama. Mereka hidup penuh kemesraan, dan Coa Siang Lee
dengan isterinya sengaja menyewakan sebuah rumah mungil
untuk mereka berdua agar mereka dapat
berpengantinan.tanpa ada gangguan.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Sepasang pengantin itu sudah yakin akan kebenaran
keterangan Lo Nikouw maka mereka tidak pernah merasa
was-was. Bahkan setelah batas waktu satu bulan itu makin
mendekat, mereka sama sekali tidak mempedulikan, sama
sekali tidak merasa khawatir. Dan memang, ternyata setelah
lewat sebulan, tidak pernah terjadi apa-apa! Kesehatan Giok
Cu sama sekali tidak terganggu, bahkan! ia nampak segar dan
sehat, dengan kedua pipi kemerahan dan wajah yang
mengeluarkan cahaya berseri, bagaikan setangkai bunga yang
sedang mekar-mekarnya!
Akan tetapi, ketika sebulan lewat beberapa hari, Giok Cu
mulai merasakan suatu kelainan, la sering merasa pening!
Ketika ia memberitahukan hal ini kepada suaminya, tentu saja
Han Beng menjadi pucat pasi. Jangan-jangan ancaman itu
sedang berlangsung sekarang! Makin hari, keadaan Giok Cu
semakin gawat. Bukan saja ia merasa pening bahkan
seringkali merasa mual dan muntah-muntah! Tentu saja Han
Beng menjadi semakin bingung.
Akhirnya, mereka yang tadinya masih segan dan rikuh
untuk memberitahu kepada Sim Lan Ci karena khawatir kalau
wanita itu tersinggung, tidak peduli lagi dan mereka pergi ke
rumah Siang Lee. Mereka tidak dapat menahan lagi
kekhawatiran hati mereka karena kini sudah dua hari Giok Cu
tidak suka makan, setiap kali dicobanya makan selalu muntah.
Itu tanda keracunan!
Siang Lee dan Lan Ci menyambut mereka dengan heran
karena wajah pengantin baru itu tampak tegang dan cemas.
Padahal mereka baru hampir dua bulan menjadi pengantin.
Begitu bertemu dengan Lan Ci, Giok Cu langsung
merangkulnya dan menangis.
"Eiiittt..... ada apa ini? Apakah kalian yang baru menikah
dua bulan sudah bertengkar? Terlalui" Lan Ci mengomel.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
Akan tetapi Giok Cu yang merangkulnya menggeleng
kepala dan terus menangis.
"Sssssttt..... Beng-te. Ada apakah isterimu itu?" Siang Lee
mendekati Han Beng dan berbisik.
Dengan wajah penuh kegelisahan, Han Beng menjawab.
"Celaka, Toako. Agaknya ancaman itu bukan bohong belaka
Isteriku.....Giok Cu..... selama beberapa hari ini
memperlihatkan gejala yang amat mengkhawatirkan.....
pusing, mual dan muntah, tanda-tanda keracunan....." ,
"Ehhhhh?" Siang Lee memandang kepada isterinya yang
masih ditangisi Giok Cu. Lan Ci juga mendengar laporan Han
Beng tadi, dan ia berkata kepada suaminya. "Cepat sana,
panggil Cui-ma! Cepat!"
"Baik.....!" kata Siang Lee dan ia pun cepat lari keluar.
Han Beng mendekati Lan Ci. "So-so, bagaimana ini?
Isteriku....."
"Tenanglah, Kakakmu sedang mengundang Cui-ma."
"Siapa itu Cui-ma (Ibu Ma)?"
"la tabib yang paling pandai untuk mengobati penyakit
keracunan macam ini." kata Lan Ci sambil menahan senyum.
Han Beng mengerutkan alisnya. Kenapa kini sikap Lan Ci
demikian? Seperti main-main, seolah gembira melihat
ancaman maut atas diri Giok Cu! Jangan-jangan puteri Bantok
Mo-li ini.....! Ah, hampir dia menampar muka sendiri ketika
merasa betapa gilanya pikiran jahat timbul. Pada saat itu,
Siang Lee sudah kembali sambil menarik lengan seorang
nenek yang usianya sudah ada tujuh puluh tahun, kurus akan
tetapi masih gesit. Nenek itu tertawa-tawa dengan mulut yang
tak bergigi agi.
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
"Hayaaa..... apa-apaan ini orang tua diseret-seret? Siapa
yang harus kuperiksa?"
"Ini, Cui-ma. Pengantin baru ini yang sakit. Cepat periksa di
kamarku!" Lan Ci merangkul Giok Cu, diajak masuk ke dalam
kamar, diikuti nenek itu yang jalannya terpincang-pincang. Han
Beng mengerutkan alisnya. Nenek itu sama sekali tidak
meyakinkan sebagai seorang tabib ampuh! Dia menunggu di
luar kamar, duduk di kursi dengan alis berkerut.
Dia berterima kasih kepada Siang Lee yang tidak
mengajaknya bicara karena dia enggan bicara pada saat
menegangkan seperti itu. Tak lama kemudian, terdengar suara
Lan Ci tertawa dan ia nampak keluar bersama Giok Cu, diikuti
pula oleh nenek itu.
"Bagaimana? Bagaimana keadaannya? Parahkan?" tanya
Han Beng sambil meloncat berdiri dan memegang lengan
isterinya.
"Parah!" kata Lan Ci yang tertawa-tawa. "Memang benar
Giok Cu telah keracunan! Keracunan cinta sehingga ia
mengandung sebulan lebih!"
"Meng..... mengandung.....??!" Han Beng berteriak dan
mendengar teriakan suaminya, Giok Cu mengangkat muka.
Mereka saling pandang, lalu mereka mengeluarkan suara
setengah menangis setengah tertawa, dan mereka saling
rangkul dalam pelukan yang ketat. Mereka berciuman di
depan Siang Lee, Lan Ci,! dan nenek itu tanpa mengenal malu
lagi.
Nenek itu sampai terjongong. la sudah berpengalaman lima
puluh tahun, sudah banyak melihat kegembiraan pada wajah
calon ayah dan ibu yang mendengar berita baik ini, akan tetapi
baru sekarang ini ia melihat calon ayah dan calon ibu demikian
KANGZUSI WEBSITE http://kangzusi.com/
gembiranya sampai berpelukan dan berciuman sambil
menangis dan tertawa!
Nenek itu tidak tahu. Akan tetapi Siang Lee dan Lan Ci
tahu. Mereka pun tertawa dengan kedua mata basah. Mereka
tahu bahwa Han Beng dan Giok Cu bukan saja berbahagia
mendengar bahwa mereka akan memperoleh seorang
keturunan, akan tetapi juga berbahagia karena kini mereka
yakin bahwa tidak ada bahaya apa pun mengancam nyawa
Giok Cu! Mereka tidak sedang menghadapi bahaya maut
atau bahaya apa pun,bahkan menghadapi peristiwa yang
amat membahagiakan. Mereka akan menerima ganjaran yang
tak ternilai harganya.
Seorang anak! Fajar kehidupan baru mulai menyingsing
bagi suami isteri ini, dan tidak atau belum nampak awan hitam
di angkasa!
Sampai di sini, pengarang mengakhiri kisah ini dengan
harapan semoga ada manfaatnya bagi para pembaca, dan
sampai jumpa di lain kisah.
Lereng Lawu, akhir Januari 1984.
TAMAT
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru