baca juga
- Komik Pedang Naga Hitam 1 (Lanjutan Sepasang Naga ...
- Cersil Terbaru Kho Ping Hoo : Sepasang Naga Lembah...
- Cerita Silat Pendekar Lengan Buntung 2 Tamat
- Cerita Silat Pendekar Lengan Buntung 1
tidak mengejarnya . Dia menyusup-nyusup hutan menuju ke
tepi sungai Huang Ho . Kepuasan hatinya setelah berhasil
membalaskan kematian ayah bundanya terganggu oleh
kekecewaan bahwa Han Sin tidak membolehkan dia menemani
sahabat itu dan membantunya mencari Hek-liong-kiam dan
pembunuh ayahnya . Teringat akan pemuda itu , hatinya
merasa resah dan kesepian . Juga terkandung kekhawatiran
besar dalam hatinya . Baru menghadapi orang-orang Huangho
Kwi-pang saja , Han Sin sudah dapat tertawan dengan
mudah . Apalagi kalau menghadapi lawan lebih tangguh ,
pemuda itu pasti celaka , pikirnya , ingin dia membantu Han
Sin , ingin dia melindunginya . Ayah dan kakeknya dulu
seringkali bercerita tentang kehebatan dan kegagahan ayah
pemuda itu . Kakeknya merupakan sahabat karib Panglima
Cian Kauw Cu , bahkan teman seperjuangan . Akan tetapi kini
puteranya tidak mau bersahabat dengannya , buktinya tidak
mau di temaninya mencari pedang dan musuh ke utara .
“ Sudahlah ! “ dia mendengus marah . “ Mau apa kalau dia
tidak mau ? Dasar orang tak tahu diri , orang lemah seperti dia
bagaimana dapat merantau ke utara mencari msuuh besarnya
? Dia mencari celaka sendiri ! Untuk apa aku harus memikirkan
orang yang tinggi hati seperti dia ? Lebih baik aku kembali ke
selatan “ .
Dia lalu melangkah cepat menuju ke tepi sungai untuk
mencari perahu yang berlayar ke hilir untuk menumpang pergi
ke selatan .
Akan tetapi kebetulan pada hari itu tidak ada perahu yang
lewat minggir . Semua berada di tengah dan jarang . Percuma
saja meneriaki perahu yang berada jauh di tengah itu . Selain
belum tentu terdengar , juga tukang perahu tidak akan mau
meminggirkan perahu . Tempat itu merupakan hutan ,
bagaimana mungkin perahu yang muat barang-barang
dagangan itu mau berhenti hanya untuk mengangkut seorang
penumpang tambahan ? Jangan-jangan dia akan di sangka
penjahat .
Cu Sian duduk di atas batu di tepi sungai dengan hati kesal
. Tiba-tiba terdengar suara orang bernyanyi dan Cu Sian
menjadi tertarik sekali . Dia mendengarkan dan
memperhatikan kata-kata dalam nyanyian itu .
“ Kata-kata yang jujur tidak bagus ,
Kata-kata yang bagus tidak jujur .
Orang yang cerdik tidak banyak bicara , orang yang banyak
bicara tidak cerdik .
Orang yang tahu tidak sombong ,
Orang yang sombong tidak tahu .
Orang bijaksana tidak menyimpan,
Dia menyumbang sehabis-habisnya .
Tapi semakin menjadi kaya ,
Dia memberi sehabis-habisnya
Tapi semakin berlebihan .
Jalan yang di tempuh langit
Menguntungkan , tidak merugikan
Jalan yang di tempuh orang bijaksana
Memberi , tidak merebut “ .
Cu Sian segera mengenal kata-kata dalam nyanyian itu . Itu
adalah kata-kata pelajaran agama To , bagian terakhir dari
Kitab To-tek-keng . Hemmm , tentu penyanyinya seorang
Pendeta To , seorang Tosu . Di samping pelajaran ilmu silat ,
sejak kecil Cu Sian juga belajar sastra dan membaca kitabkitab
agama To dan Budha .
Andaikata dia mendengar sajak itu dinyanyikan orang di
dalam kota , tentu dia tidak akan tertarik . Apa anehnya kalau
seorang tosu mengulang ujar-ujar dalam kitab agama mereka
? Akan tetapi karena nyanyian itu di dengarnya di tempat yang
sunyi selagi dia duduk termenung dengan hati kesal , maka
hatinya menjadi tertarik dan diapun turun dari atas batu , lalu
melangkah kea rah suara itu .
Setelah tiba di tepi sungai , dia tertegun . Bukan tosu yang
di dapatkannya seperti yang di sangkanya semula , melainkan
seorang pemuda yang duduk di atas batu tepi sungai
memegangi sebatang bamboo panjang dengan tali kail
menggantung di ujungnya . Pemuda itu sedang memancing
ikan di tepi sungai . Akan tetapi bukan itu yang membuatnya
terkejut heran dan juga girang , melainkan ketika dia
mengenal pemuda itu yang bukan lain adalah Cian Han Sin .
Timbul wataknya yang ugal-ugalan . Saking gembiranya
dapat bertemu dengan Han Sin di tempat yang tidak di
sangka-sangkanya itu , dia lalu berjalan perlahan , berindapindap
menghampiri pemuda yang sedang tenggelam dalam
lamunan , perhatiannya sepenuhnya di arahkan kepada ujung
joran . Kemudian Cu Sian mengambil sebongkah batu dan
melemparkannya ke air , tepat ke ujung joran pancing Han Sin
.
“ Byyuurrrr ! “ air muncrat dan Han Sin tersentak kaget
sambil menarik tangkai pancingnya , agaknya mengira bahwa
suara itu adalah berkecopaknya seekor ikan yang besar !
Tentu saja kailnya terangkat tanpa membawa hasil apapun
dan ketika mendengar suara tawa di belakangnya , dia
menoleh .
Ketika Han Sin melihat Cu Sian yang tertawa-tawa di
belakangnya , tahulah dia apa yang telah terjadi . “ Ah , Siante
, kiranya engkau ! Ku kira tadi ada ikan besar hendak
menyambar umpanku ! “ kata Han Sin .
“ He-he-he , Sin-ko , memang umpanmu telah menarik
datangnya ikan besar . Akan tetapi bukan umpan di ujung
kailmu itu , melainkan umpan berupa nyanyian dari To-tekkeng
tadi . Dan akulah ikannya yang tertarik oleh nyanyianmu
dan dating ke sini ! “ .
“ Aih , engkau mengejutkan hatiku Sian-te . Bagaimana
engkau tiba-tiba saja meninggalkan Huang-ho Kwi-pang itu ? “
Han Sin melepaskan pancingnya di atas tanah dan
memandang sahabat itu .
Cu Sian memandangnya dengan mata bersinar-sinar . “ Ah ,
aku telah berhasil membalas kematian ayah ibuku , Sin-ko .
Aku telah membunuh Sin-to-kwi Ban Koan . Dialah yang
dahulu membunuh ayah ku . Juga para pembantunya dan
semua anak buahnya di basmi oleh Huang-ho Kwi-pang “ .
“ Hemmm , sudah puaskah hatimu ? Tahukah engkau
bahwa engkau telah bekerja sama dan membantu Huang-ho
Kwi-pang padahal perkumpulan itu hanya gerombolan
perampok dan bajak sungai ?” .
“ Aku tidak membantu mereka . Ketika mereka di basmi
kakek yang amat sakti itu , aku tidak membantu mereka . Ah ,
kakek itu sungguh mengerikan Sin-ko . Pernahkan engkau
mendengar akan seorang datuk berjuluk Pak-te-ong ?” .
“ Belum . Mengapa dia ?” .
“ Dia muncul setelah Huang-ho Kwi-pang membasmi
gerombolan Kwi-to-pang , dan tiga orang pimpinan Huang-ho
Kwi-pang itu di bunuhnya dengan mudah . Aku sendiripun
akan celaka di tangannya kalau saja aku tidak dapat berlari
cepat sekali .”.
Han Sin tersenyum . Kalau dia tidak turun tangan
menghadang kakek itu belum tentu Cu Sian dapat lolos dari
pengejarannya .
“ Wah , kalau begitu engkau jago lari , Sian-te ! “ katanya
menggoda .
Wajah pemuda remaja itu menjadi merah . “ Habis , apakah
aku harus mti konyol ? Melarikan diri dari ancaman bahaya
yang tidak dapat dilawannya adalah perbuatan cerdik , bukan
karena takut . Sebaliknya kalau sudah tahu diri tidak mampu
menandingi lawan akan tetapi nekat terus , dia akan mati
konyol karena kebodohannya .
Melihat sahabatnya itu berbicara keras dan matanya
menyinarkan kemarahan , Han Sin berkata , “ Aku tidak
bermaksud mengejekmu , Sian-te . Maafkan aku . Setelah
engkau berhasil membalas dendam orang tuamu , bahagiakah
rasa hatimu ? “ .
Cu Sian menjatuhkan diri duduk di atas batu di depan Han
Sin lalu dia menghela napas panjang dan menggeleng kepala .
Aku tidak mengerti apa itu yang dinamakan bahagia , Sin-ko .
Ku rasa kebahagiaan hanya menjadi sebutan , buah bibir
belaka . aku meragukan apakah ada di dunia ini seorang yang
berbahagia benar-benar , sudah bebas daripada segala
masalah dan kedukaan . Sudah wajar kalau hidup ini seperti
permukaan samudera yang sebentar ke kanan sebentar ke kiri
, sebentar suka dan sebentar duka “ .
“ Engkau benar , Sian-te , Tak kusangka semua ini engkau
sudah pandai berfilsafat . Hati akal pikiran kitalah yang
menjadi gelombang itu , yang mengacaukan batin dengan
kesenangan dan kesusahan . Kita biasanya keliru mengenal
kesenangan sebagai kebahagiaan . Padahal kesenangan itu
hanyalah terpuaskannya nafsu dan bersifat sementara saja
karena kesenangan mempunyai saudara kembar yaitu
kesusahan yang sewaktu-waktu akan menggantikan
kedudukannya .
Kalau ada senang tentu ada susah dan sebaliknya , seperti
gelombang tentu ke kanan dan ke kiri , berganti-ganti .
Kebahagiaan tidak mengenal senang dan susah seperti itu ,
kesenangan dan kesusahan hanya permainan pikiran sendiri
belaka “ .
“ Aduh , kalau saja aku tidak melihatmu , mendengar
ucapanmu tadi tentu aku mengira seorang pertapa yang tua
renta yang bicara ! Sin-ko , engkau ini orang aneh . usiamu
tidak berselisih banyak dengan usiaku , akan tetapi bicara mu
seperti kakek pertapa yang berusia seratus tahun ! “ kata Cu
Sian sambil tertawa .
Han Sin juga tertawa . Heran dia , setiap bertemu dengan
pemuda remaja ini , dia merasakan kegembiraan yang luar
biasa . Seolah kelincahan dan kejenakaan pemuda yang
menyamar sebagai pengemis itu menular kepadanya ! .
“ Aih , Sian-te . Aku juga sama dengan engkau , hanya
membacakan dari kitab-kitab . Akan tetapi aku tidak berhenti
mempelajarinya , mencari bukti kebenarannya “ .
“ Hemmm , bagaimana caranya ?” .
“ Dengam mengalaminya sendiri . Dengan mengamati
kehidupan sendiri dan kehidupan di sekeliling kita karena
kenyataan itu hanya dapat di alami bukan hanya diketahui
melalui ajaran kitab . Pelajaran dari Kitab tentang kehidupan
hanya mengenal kulitnya saja . Isinya kita dapatkan dengan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari . Kita selalu harus
meragukan kebenaran apa yang di ajarkan kitab “ .
“ Meragukan ? Kitab-kitab itu di tulis oleh orang-orang
jaman dahulu yang bijaksana “ .
“ keraguan akan kenyataan hidup perlu selalu terdapat
dalam hati , karena tanpa keraguan tidak akan ada usaha
pencarian tentang kebenaran itu “ .
“ Wah , wah ! kau memang hebat , Sin-ko . Tadipun ketika
aku mendengar nyanyian tentang o-te-keng , aku mengira
yang bernyanyi itu seorang kakek pendeta To . Kiranya
engkau ! Sekarang kita bicara tentang hal lain , Sin-ko . Kalau
terus kau ajak bicara tentang kehidupan dan filsafatnya , aku
khawatir sebentar saja rambutku akan berubah putih ! “ .
Han Sin tertawa . “ Tanpa kau sengaja engkau sudah
melakukan hal yang terbaik dalam hidup , yaitu selalu
bergembira ! memang , pada akhirnya kita akan menemukan
bahwa kita ini mahluk yangberbahagia . karena Tuhan telah
memberikan segalanya untuk kita . Kita harus menikmati dan
menyukuri pemberian uhan yang berlimpah untuk kita . Nah ,
kau hendak bicara tentang apa , Sian-te ? “ .
“ begini , Sin-ko . aku telah berhasil membalas dendam
atas kematian ayah bundaku . Karena itu , sekarang tidak ada
lagi penghalang bagiku untuk membantumu . aku akan
membantumu mencari pedang pusaka Hek-liong-kiam milik
ayahmu yang hilang itu . aku akan mencarinya sampai dapat
dan menyerahkannya kepadamu “ .
Han Sin terkejut , akan tetapi tidak diperlihatkannya . “
akan tetapi dimana hendak kau cari pedang itu ?” .
“ tentu saja di daerah utara , dimana ayahmu dahulu gugur
dalam pertempuran . Kurasa pasti ada yang mengetahuinya
siapa yang mengambil pedang itu “ .
“ Hemm , Kalau Cu Sian mencarinya sendiri , amat
berbahaya bagi pemuda itu , piker Han Sin . Dia sudah melihat
akan kelihaian , keberanian dan kederdikan Cu Sian ketika
berhadapan dengan Huang-ho Kwi-pang . Cu Sian dapat
menjadi seorang kawan dan pembantu yangboleh di andalkan
.
“ Sian-te , mencari pedang pusaka ayahku itu merupakan
tugasku , tidak semestinya engkau menjadi repot karenanya .
Biarlah aku yang mencarinya sendiri “ .
“ Sin-ko , kenapakah engkau selalu menolak uluran
tanganku untuk membantumu ? Apakah engkau tidak suka
bersahabat denganku ? Atau barangkali engkau tidak percaya
kepadaku ? “ .
“ Ah , sama sekali tidak , Sian-te . Aku senang sekali dapat
bersahabat denganmu . Dan tentu saja aku percaya
sepenuhnya kepadamu , bukankah engkau cucu Lo-kai yang
menjadi sahabat karib mendiang ayahku ? Dan bukankah
engkau sudah berulang kali menolongku , dari tangan
keluarga gila kemudian dari tangan para pimpinan Huang-ho
Kwi-pang ? Aku hanya tidak ingin membikin susah kepadamu ,
merepotkanmu “ .
Jilid 10
“ Kalau aku tidak merasa dibuat susah dan merasa tidak
merepotkan , bagaimana ? Kalau aku dengan suka rela ingin
membantumu mencari pusaka itu sampai engkau
mendapatkannya , bagaimana ? Apakah engkau juga masih
menolakku ? “ .
Han Sin menghela napas . Memang lebih baik membiarkan
pemuda remaja itu bersama dia agar dia dapat melindunginya
kalau ada marabahaya . “ Tentu saja tidak , Sian-te . Aku akan
berterima kasih sekali , akan tetapi …………… “
“ Akan tetapi apa ? “ .
“ Ku harap engkau tidak melakukan penyamaran lagi “ .
Cu Sian menatap wajah Han Sin penuh selidik , seolah
hendak menjenguk isi hati pemuda itu . “ Apa maksudmu ,
Sin-ko ? “ akhirnya dia bertanya .
“ Engkau bukan seorang pengemis , mengapa menyamar
sebagai seorang pengemis ? Lebih baik memakai pakaian
biasa saja , tidak usah berpakaian pengemis “ .
Cu Sian mengerutkan alisnya “ Akan tetapi itu perlu untuk
menyembunyikan keadaan asliku . Eh Sin-ko , apakah engkau
merasa jijik dan malu bersahabat dengan seorang yang
berpakaian seperti pengemis ?” .
“ Sma sekali tidak , Sian-te . Akan tetapi justeru dengan
penyamaranmu ini , engkau menarik perhatian banyak orang .
Coba piker dengan baik , bukankah orang-orang akan tertarik
melihat kita bersahabat dan melakukan perjalanan bersama
karena keadaan kita yang berbeda ? Kalau engkau berpakaian
biasa seperti aku , tentu tidak akan menarik perhatian orang .
memang benar kalau engkau melakukan perjalanan seorang
diri , mungkin saja engkau tidak akan menarik perhatian orang
“ .
“ Hemm , benar juga pendapatmu , Sin-ko . baiklah , aku
akan menanggalkan penyamaranku dan berpakaian seperti
orang biasa . “ Cu Sian akhirnya mengalah .
Han Sin tersenyum senang . “ Kalau begitu mari kita
menyusuri sungai ini ke utara sampai kita tiba di sebuah kota
dimana kita dapat membeli pakaian untukmu . aku juga
membawa bekal pakaian , akan tetapi terntu terlalu besar
kalau kaupakai “ .
“ Tidak perlu repot-repot , Sin-ko . Aku sudah
mempersiapkan segalanya . Kau tunggu sebentar ! “ pemuda
remaja itu lalu berlari dan lenyap di balik semak belukar dalam
hutan di tepi pantai sungai itu . Han Sin mengikutinya dengan
pandang heran . Kalau Cu Sian sudah mempersiapkan
segalanya , juga pakaian biasa , hal itu berarti bahwa memang
pemuda remaja itu sudah bermaksud untuk menanggalkan
penyamarannya . Dia tersenyum duduk lagi di atas batu , kini
tidak memancing lagi hanya memandangi air yang mengalir
tiada putusnya itu , menghayutkan segala macam benda
dipermukaannya . han Sin termenung . Pikirannya seolah ikut
hanyut bersama air , sampai jauh . Kehidupan seperti mengalir
air sungai itu . Mengalir terus , bergerak terus sampai berakhir
di samudera .
“ Sin-ko , dengan melamun seperti itu mana bias engkau
memperoleh ikan ?” .
Teguran dengan suara nyaring ini mengejutkan Han Sin dan
menyeretnya kembali kepada kenyataan . Dia segera menoleh
dan memandang pemuda remaja yang berdiri di depannya
dan dia terpesona ! Demikian tampan dan eloknya pemuda
remaja itu , seperti seorang pangeran dalam dongeng ,
walaupun pakaiannya hanya sederhana .
“ Eh , Sin-ko ! Apakah ada yang tidak benar dengan
pakaianku ?” Cu ian mengamati pakaiannya dan tidak
menemukan sesuatu yang aneh .
“ Sian-te …. , hamper aku tidak mengenalmu ! Engkau
begitu ! Engkau begitu tampan , engkau seperti
………..seorang putera bangsawan tinggi . Eh , Sian-te ,
engkau tentu seorang pengeran atau putera bangsawan tinggi
! “ .
Cu Sian tersenyum dan Han Sin semakin kagum . Bukan
main tampannya pemuda ini kalau tersenyum , pikirnya .
“ He-he, Sin-ko . Engkau mimpi ! Sudah kauketahui bahwa
aku cucu seorang ketua pengemis . Kalaupun aku pangeran ,
barangkali pangeran pengemis , putera dari raja pengemis ,
ha-ha-ha ! “ .
Han Sin juga tertawa , dan dia menjadi tenang kembali .
Hilang sudah pesona yang tadi sempat membuatnya tertegun .
“ Ah , Sian-te , kalau saja aku ini seorang wanita , tentu aku
sudah jatuh hati kepadamu ! “ .
Cu Sian juga tertawa geli , “ Dan aku akan melarikan diri ,
seperti engkau ketika melarikan diri dari keluarga gila yang
hendak memaksamu kawin “ .
“ Uhhh ! Kau anggap aku sama dengan gadis gila itu ?” .
“ Biarpun tidak gila , engkau jauh lebih tua dariku .
Sudahlah , simpan saja pujian itu untuk lain kali . Sekarang
katakana bagaimana pendapatmu setelah aku mengenakan
pakaian biasa ? Engkau tidak keberatan lagi melakukan
perjalanan bersamaku ?” .
“ Aku tidak pernah merasa keberatan , Sian-te . Hanya
canggung kalau engkau menyamar sebagai pengemis . Kalau
seperti ini , aku tidak ragu lagi , bahkan bangga mengaku
engkau sebagai adik ku “ .
“ Sebagai adik , atau sebagai pengawalmu , Sin-ko ?” .
“ Pengawal ? “ Han Sin memandang wajah tampan itu
penuh selidik .
“ Ya , pengawal . Tanpa pengawalanku , engkau tentu akan
menghadapi banyak bahaya dalam perjalanan . akan tetapi
dengan adanya aku di dekatmu , jangan khawatir , Sin-ko .
Aku yang akan membasmi semua halangan yang akan
mencelakaimu , “ kata Cu Sian dengan sikap gagah .
Han Sin tersenyum “ Benar sekali , Sian-te . Engkau ku
anggap adikku , juga pengawal dan pelindungku . Akan tetapi
aku pesan agar engkau tidak terlalu keras hati sehingga
dimana-mana engkau menghadapi keributan dan perkelhian
seperti yang terjadi dalam rumah makan itu “ .
Cu Sian berdiri di depan Han Sin dan mengangguk sampai
dalam seperti sikap seorang hamba terhadap majikannya . “
Baik , Sin-ko . Akan kulaksanakan perintahmu “ .
Mau tidak mau Han Sin tertawa melihat sikap pemuda
remaja itu . Hatinya merasa senang sekali . Cu Sian bagaikan
sinar matahari yang membuat dunia nampak cerah dan indah .
Sejak berpisah dari pemuda itu , hatinya selalu merasa tidak
enak dan khawatir kalau-kalau sahabt muda ini akan teancam
bahaya karena wataknya yang nakal dan terlalu berani .
Maka diam-diam dia selalu membayanginya sehingga dia
berhasil melidnunginya ketika pemuda remaja itu terancam
oleh Pak-te-ong . Setelah itu , dia sengaja menghadangnya ,
sambil memancing ikan dan menyanyikan sajak tadi . Kini , dia
tidak perlu merasa khawatir lagi . Dengan melakukan
perjalanan bersama , diam-diam dia dapat melindungi Cu Sian
.
“ Nah , sekarang sebelum kita melanjutkan perjalanan , aku
ingin mengetahui kemana kita akan pergi , sin-ko “ .
“ Seperti telah ku ceritakan kepadamu , Sian-te , aku
hendak mencari pedang pusaka ayahku yang hilang ketika
ayah memimpin pasukan di shansi utara . Karena aku tidak
tahu persisi dimana pertempuran itu terjadi ketika itu , maka
aku harus mencari keterangan di Tai-goan . Peristiwa itu
sudah terjadi sepuluh tahun yang lalu , maka untuk
menyelidikinya hanya para pejabat tinggi di Tai-goan saja
yang dapat memberi keterangan “ .
” Jadi kita pergi ke Tai-goan sekarang ? Hayo kita berangkat
, Sin-ko ! “ kata Cu Sian penuh semangat .
“ Ah , engkau kelihatan amat bergembira , Sian-te . Ada
apakah ? “ .
“ Bagaimana hatiku tidak akan bergembira dapat melakukan
perjalanan bersamamu , Sin-ko ? Tadinya aku selalu
mengkhawatirkan keselamatanmu . Untuk melakukan
perjalanan berbahaya ini orang harus membekali dirinya
dengan ilmu silat tinggi . Engkau yang tidak memiliki itu ,
tentu setiap saat terancam bahaya . akan tetapi sekarang aku
tidak khawatir lagi . Engkau dekat dengan aku yang selalu
dapat melindungimu ‘ .
Han Sin tersenyum . Sungguh terdapat persamaan dalam
hati mereka . Dia pun selalu mengkhawatirkan keselamatan
pemuda remaja itu .
Tiba-tiba mereka melihat sebatang perahu meluncur di atas
air sungai , tidak terlalu jauh dari tepi sehingga mereka dapat
melihatnya dengan jelas . Seorang pria muda mendayung
perahu itu , seorang diri saja , akan tetapi perahu itu dapat
meluncur cepat melawan arus .
“ Hemmm , dapat mendayung perahu melawan arus
secepat itu menunjukkan bahwa orang itu memiliki tenaga
yang kuat sekali , “ kata Han Sin . “ Dia tentu seorang yang
berkepandaian tinggi “ .
Cu Sian memandang penuh perhatian . Orang yang
mendayung itu seorang pemuda yang gagah , bertubuh tinggi
besar dan kekar , kulit mukanya agak hitam , hidungnya besar
, matanya lebar dan mulutnya juga lebar . Di punggungnya
tergantung sebatang pedang bersarung indah .
“ Dia tentu bukan orang baik-baik “ kata Cu Sian lirih ,
kemudian dia bangkit berdiri dari atas batu yang di dudukinya
. “ Ah , aku ingat sekarang ! Dia adalah pemuda sombong
yang menghinaku di rumah makan tempo hari ! “ .
Han Sin memperhatikan dan kini diapun teringat . Pemuda
yang pernah rebut mulut dengan Cu Sian di rumah makan ,
yang mengatakan bahwa sepantasnya semua pengemis di
basmi itu ! Kini makin yakinlah dia bahwa pemuda tinggi besar
itu tentu seorang yang berkepandaian tinggi .
“ Heiii …… ! “ Cu Sian berteraik kea rah penunggang perahu
itu , akan tetapi Han Sin menarik lengannya .
“ Sssttt , Sian-te . Biarkan dia berlalu , jangan mencari
keributan di sini ! “ tegurnya .
“ Akan tetapi si sombong itu ….. ! “
“ Sudahlah , perjalanan kita masih jauh , untuk apa mencari
gara-gara ? Dan ingat akan janjimu , katanya engkau akan
menaati semua perintahku “ .
Cu Sian yang tadinya masih penasaran , kini tersenyum
mengangguk . “ Baiklah , Sin-ko . Maafkan aku “ .
“ Nah , begitu baru namanya adik yang baik “ , kata Han
Sin senang dan tersenyum .
“ Dan pengawal yang taat ! “ sambung Cu Sian .
Ke duanya tertawa lalu melanjutkan perjalanan mereka
menuju ke ke kota Taigoan yang dari situ terletak di Timur
laut .
*****
Pada waktu itu , propinsi Shan-si merupakan daerah
perbatasan paling utara dari Kerajaan Sui . Di sebelah utara
Shan-si adalah daerah luas dan menjadi perebutan antara
bangsa dan suku yang hidupnya mengembara tidak
mempunyai tempat tinggal yang tetap . Mereka adalah bangsa
dan suku Tartar , Mongol , Merkit , Karait , Naiman dan Ugur
serta masih banyak lagi suku-suku bangsa yang kecil . Para
suku bangsa dari utara inilah yang oleh Kerajaan Sui di
anggap sebagai ancaman dari utara sehingga di sepanjang
perbatasan itu di bangun benteng pertahanan yang kokoh .
Propinsi Shan-si di pimpin oleh seorang gubernur atau
kepala daerah yang telah memegang kedudukan itu sejak
Kaisar Yang Chien masih hidup . Gubernur itu bernama Li
Goan . Dia mempunyai lima orang anak laki-laki dan empat
orang anak perempuan . Akan tetapi yang paling di sayangnya
justeru puteranya yang dilahirkan oleh seorang selirnya , yaitu
Puteri seorang kepala suku bangsa Turki . Puteranya itu
bernama Li Si Bin dan memang putera inilah yang paling
menonjol di antara saudara-saudaranya .
Keadaan di utara selama ini tenang saja . Hal ini berkat
hubungan baik antara Gubernur Li Goan dengan suku –suku
bangsa di utara , terutama sekali dengan suku bangsa Turki
yang di pimpin oleh keluarga isterinya , karena masih ada
hubungan keluarga inilah maka banga Turki menghentikan
gerakannya yang mengganggu keamanan perbatasan utara .
Juga dengan suku-suku lain , Gubernur Li Goan mengambil
sikap bersahabat sehingga orang-orang dari selatan dapat
melakukan hubungan perdagangan dengan suku-suku bangsa
itu tanpa ada gangguan .
Gubernur Li Goan maklum bahwa kedudukannya sebagai
kepala daerah di perbatasan utara itu merupakan kedudukan
yang berbahaya . Dialah yang bertanggung jawab atas
keamanan daerah itu , dan kalau sampai daerah itu di kuasai
oleh suku asing , tentu kerajaan akan menyalahkan dia . Oleh
karena itu , Gubernur Li Goan selalu memperkuat pasukannya
untuk menjaga keamanan di daerahnya , walaupun
perbatasan telah ada perbentengan Pasukan Sui yang
menjaga . Dia memerlukan banyak pembantu yang pandai ,
maka hamper setiap tahun dia mengadakan pemilihan bagi
tenaga-tenaga baru untuk di jadikan opsir-opsir atau tentara .
Dia memberi kedudukan yang cukup tinggi sesuai dengan
kepandaian masing-masing . Karena ini , dia berhasil menarik
perhatian banyak tokoh persilatan yang ingin memperoleh
kedudukan tinggi dalam pasukan gubernur itu .
Dengan adanya banyak ahli silat yang berilmu tinggi
menjadi perwira-perwira pasukan ayahnya , Li Si Bin yang
sejak kecil gemar mempelajari ilmu silat itu , dengan mudah
memperdalam ilmu silat nya dengan belajar dari para perwira
itu . Bahkan lebih dari itu , pemuda ini sering berkelana
mengunjungi gurun-gurun dan bukit-bukit sunyi di utara ,
menjumpai para pertapa sakti dan kalau menemukan seorang
yang sakti dan ahli dalam ilmu silat , dia lalu menjadi muridnya
. Dengan cara demikian , setelah dia menjadi seorang pemuda
dewasa , die telah memiliki ilmu silat yang tinggi . Selain ilmu
silat , Li Si Bin juga mempelajari ilmu perang dan sastra .
Gubernur Li Goan yang merasa bangga akan kelihaian
puteranya , lalu menyerahkan kepada Li Si Bin bilamana
diadakan pemilihan perwira . Pemuda itulah yang mengatur
ujian bagia para peserta . Dan sejak Li Si Bin yang mengatur
ujian , jaranglah ada calon yang berhasil di angkat menjadi
perwira . Kebanyakan hanya berhasil lulus sebagai tentara saja
karena untuk menjadi perwira , syaratnya amat berat dan
harus memiliki ilmu silat yang tinggi . Akan tetapi kalau ada
yang lulus , tentulah dia menjadi seorang perwira yang gagah
perkasa dan dapat di andalkan .
Pada suatu pagi , dua orang pemuda tampan memasuki
pintu gerbang kota Taigoan . Mereka in iadalah Cian Han Sin
dan Cu Sian . Setelah melakukan perjalanan berhari-hari
lamanya , meninggalkan Huang-ho menuju ke timur ,
sampailah mereka berdua di kota terbesar di daerah Shan-si
itu .
Begitu memasuki kota Taigoan mereka sudah melihat
keadaan yang ramai seolah-olah di kota itu sedang diadakan
pesta . Cu Sian bertanya kepada seorang dengan bahasa
daerah utara dengan lancer sehingga diam-diam Han Sin
kagum sekali . Agaknya sahabat mudanya ini mengenal pula
bahasa daerah utara . Mereka mendapatkan penjelasan orang
itu bahwa di lapangan depan gedung Gubernur memang
sedang di adakan semacam pesta , yaitu ujian bagi mereka
atau tentara .
“ Ah , paman . Tontonan apa saja yang di adakan di sana ?
“ Tanya Cu Sian , sementara itu Han Sin hanya mendengarkan
dan memandang sahabatnya yang kelihatan gembira sekali .
“ Tentu saja seperti biasa , ada pertunjukan kekuatan ,
keahlian menunggang kuda dan memanah , dan yang terakhir
pertunjukkan ilmu silat . Bagi mereka yang ingin menjadi
perwira harus bertanding melawan Li-Kong-cu sebagai
pengujinya .
Sepasang mata Cu Sian bersinar-sinar dan Han Sin
memaklumi hal ini . Semua pendekar tentu saja gembira
mendengar akan ada pertunjukkan ilmu silat . Dia sendiri pun
tertarik .
“ Siapa sih Li-kongcu itu ? “ Cu Sian bertanya .
“ Hemm , tentu ji-wi ( Kalian berdua ) dating dari jauh
sekali maka tidak mengenal Li Kong-cu “ kata orang itu . “
Kalau ji-wi tinggal di daerah Shan-si tentu sudah mengenal
atau setidaknya mendengar nama ini . Li Kong-cu adalah
seorang pemuda yang paling hebat dan paling tangguh ilmu
silatnya akan tetapi paling popular dan dekat dengan rakyat
jelata . Dia adalah putera Kepala Daerah Shan-si , yaitu
Gubernur Li Goan “ .
“ Wah , tentu ramai sekali ! Sin-ko , kita harus nonton
pertunjukkan itu ! “ kata Cu Sian gembira , lalu tanpa menanti
jawaban sahabatnya , dia sudah menarik tangan Han Sin di
ajak pergi kea rah lapangan seperti yang di tunjukkan orang
tadi . han Sin tersenyum dan menurut saja . Kalau sedang
bergembira seperti itu , Cu Sian sungguh kelihatan seperti
seorang kanak-kanak . Selama melakukan perjalanan bersama
Cu Sian , dia semakin tidak mengerti akan sikap Cu Sian yang
suka berubah-ubah . Kadang begitu akrab , akan tetapi
kadang-kadang juga seperti orang asing baginya . Selama
dalam perjalanan itu , Cu Sian tidak pernah mau tidur dekat
dengannya . Juga kalau membersihkan badan di sumber air
atau anak sungai , selalu dia ingin menyendiri dan mencari
tempat yang agak jauh . Tingkahnya kadang-kadang seperti
seorang kanak-kanak yang manja dan mudah tersinggung .
Maka ketika diajak nonton pertunjukkan itu , dia tidak
membantah karena bantahan hanya akan membuat pemuda
remaja itu ngambek ! .
Ketika mereka tiba di lapangan rumput yang luas , di depan
sebuah bangunan besar , mereka mendengar tambun dan
gendering di pukul orang sehingga suasana menjadi ramai
meriah . Ratusan orang sudah berkumpul untuk menonton .
Akan tetapi tempat itu dilingkari tali karena untuk ujian itu di
butuhkan tempat yang luas . Di tengah-tengah lapangan
terdapat sebuah panggung dari papan setinggi dua meter .
Di dekat panggung itu terdapat dua kelompok orang .
Mereka semua adalah orang-orang muda yang gagah .
Kelompok pertama terdiri dari seratus orang lebih , sedangkan
kelompok kedua hanya ada dua belas orang . Setelah
bertanya-tanya , Cu Sian mendapat keterangan dari seorang
penonton bahwa kelompok besar itu adalah mereka yang ingin
menempuh ujian sebagai tentara , sedangkan kelompok kecil
itulah calon-calon perwira .
Tiba-tiba Cu Sian memegang lengan han Sin , kuat sekali
sehingga Han Sin terkejut dan memandang kepadanya .
sahabatnya itu sedang memandang kea rah tengah lapangan
dimana dua kelompok calon itu berkumpul dekat panggung
maka diapun memandang ke sana . Setelah memandang
dengan teliti barulah dia tahu mengapa sahabatnya
mencengkram lengannya demikian kuatnya . Ternyata di
dalam kelompok duabelas orang itu terdapat pemuda tinggi
besar yang sudah dua kali mereka lihat . Pertama di dalam
rumah makan ketika pemuda itu rebut mulut dengan Cu Sian ,
dan kedua kalinya ketika mereka berdua melihat pemuda itu
mendayung perahu melawan arus .
“ Dia ada di sini , “ bisik Cu Sian demikian sungguh-sungguh
sehingga Han Sin menjadi geli .
“ Kalau di sini mau apa ? “ katanya tersenyum . “ Tenanglah
, Sian-te . kita lihat saja sampai dimana kelihaian pemuda itu
nanti “ .
Cu Sian mengangguk , akan tetapi alisnya berkerut . “
Hemm , aku ingin menandinginya dalam ujian ini “ , bisiknya .
“ Hushh , apa-apaan engkau ini ? apakah engkau ingin
masuk menjadi perwira di Shan-si ?” .
“ Tidak , aku hanya ingin mengukur kepandaian orang
sombong itu !” .
“ Ingat , Sian-te , kita ini hanya penonton saja . Jangan
membikin rebut di sini . Apalagi aku membutuhkan bantuan
Gubernur Li . Ibuku berpesan agar aku menghadap Gubernur
Li dan minta keterangan darinya . Siapa tahu dia akan dapat
memberi banyak keterangan tentang kematian ayahku ,
karena menurut ibuku , Gubernur Li adalah seorang sahabat
baik mendiang ayah “ .
“ Hemmm , baiklah , Sin-ko “
Ratusan orang yang menjadi penonton dan yang tadi ramai
saling bercakap sendiri , tiba-tiba menjadi diam ketika ujian itu
di mulai .
Ujian bagi para calon tentara tidaklah terlalu menarik bagi
Han Sin dan Cu Sian . Ujian itu hanyalah ujian tenaga
mengangkat sebuah arca singa dari batu , kemudian ujian
memanah orang-orangan dari jerami dalam jarak seratus li ,
kemudian ujian ilmu silat yaitu setiap orang calon di haruskan
memainkan ilmu silatnya menggunakan senjata golok atau
tombak . Hampir seluruh calon lulus dengan baik . Agaknya
para penonton juga tidak begitu memperhatikan ujian bagi
para calon tentara ini karena merekapun ingin sekali nonton
ujian bagi calon perwira yang lebih seru .
Akhirnya , setelah calon tentara sudah di uji semua dan
lulus lalu di kumpulkan dan di ajak masuk rumah gedung
lewat jalan samping untuk di daftar sebagai tentara , maka
ujian perwira di mulai . Dua belas orang calon itu di uji satu
demi satu . Mula-mula mereka di haruskan melompat ke atas
panggung yang dua meter tingginya itu . Di atas panggung
sudah tersedia sebuah busur yang besar dan berat dan
mereka di haruskan menggunakan busur itu untuk memanah
orang-orangan dari jerami dalam jarak dua ratus kaki ! Singa
batu yang tadi di angkat oleh para calon tentara juga sudah di
taruh di panggung dan para calon perwira di haruskan
mengangkat arca singa itu dan melemparkannya ke atas dan
di terima lagi dengan tangan . Setelah itu mereka di haruskan
menunggang kuda sambil melepaskan anak panah pada
orang-orangan jerami dalam jarak lima puluh kaki . Setelah
semua itu lulus , barulah si calon akan di uji oleh Li Kong-cu
sendiri dengan bertanding ilmu silat .
Satu demi satu maju untuk menempuh ujian itu . Akan
tetapi ternyata bahwa ujian itu amat berat . Delapan orang
dari mereka gugur . ada yang gagal baru dalam babak kedua
ketika menggunakan busur yang berat itu untuk memanah
orang-orangan jerami . Ada pula yang gugur ketika
melemparkan arca singa dan menerimanya kembali , karena
mereka tidak kuat dan terpaksa melepaskan singa itu . Ada
pula yang gugur ketika menunggang kuda sambil melepaskan
anak panah . Tiga orang dari mereka , dengan susah payah ,
berhasil lulus , tinggal menanti ujian ilmu silat dan mereka di
persilahkan menunggu di sudut panggung . Orang kesebelas
adalah pemuda tinggi besar yang selalu diperhatikan Cu Sian .
Ketika orang ini melompat ke atas panggung , jelas
kelihatan bahwa dia memiliki gin-kang yang jauh lebih baik
daripada para peserta lainnya . Dia melompat tinggi , jauh
lebih tinggi dari panggung itu dan berjungkir balik dua kali
baru turun ke atas panggung tanpa mengeluarkan suara
ketika kakinya menginjak panggung , seolah tubuhnya itu
ringan sekali . Tentu saja lompatan istimewa ini mendapat
sambutan paling meriah dari para penonton .
“ Huh , lompatan begitu saja apa artinya ?” Cu Sian
mengomel tak senang melihat orang yang tidak di sukainya itu
mendapat sambutan dan pujian begitu meriah .
Peserta terakhir itu lalu berjalan dengan lenggang seperti
harimau menghampiri busur dan anak panah yang berada di
atas meja . Tiga orang peserta yang berhasil tadi , ketika
menarik busur melepaskan anak panah kelihatan berat sekali
dan mereka mengerahkan seluruh tenaga mereka . Akan
tetapi peserta terakhir dengan mulut tersenyum memasang
anak panah pada busur berat dan berat itu dengan sekali tarik
dengan seenaknya , dia telah berhasil membuat busur itu
melengkung dan ketika dia melepaskan anak panah , anak
panah itu meluncur bagaikan kilat kea rah orang-orangan dari
jerami dan …. Menembus badan orang jerami itu , bahkan
setelah menembus masih melayang cukup jauh . Sorak sorai
menggegap gempita menyambut pameran memanah yang
istimewa itu . Tak dapat di ragukan lagi , pemuda tinggi besar
itu memiliki tenaga yang hebat ! .
Pemuda itu tersenyum bangga dan mengangkat kedua
tangannya sebagai isyarat agar semua orang tidak membuat
gaduh . Kemudian dia menghampiri singa batu dan semua
orang mengikuti gerak geriknya tanpa berkedip . Pemuda itu
memegang singa batu dengan kedua tangan lalu
mengangkatnya ke atas , melemparkannya dan menerimanya
kembali sampai tiga kali , kelihatan demikian ringannya !
Kembali orang-orang bersorak sorai dan bertepuk tangan .
“ Huh , apa sih anehnya pertujunkkan seperti itu ?
Sombongnya ! “ Cu Sian mendengus marah sehingga Han Sin
menoleh kepadanya dan tersenyum .
“ Sian-te , kau lihat ? Orang itu boleh juga “ , kata Han Sin .
“ Tenaganya seperti gajah . Dia pasti lulus dengan baik “ .
Mendengar ini , Cu Sian menjadi semakin gemas . “ hemm ,
apa hebatnya semua itu ? Permainan anak kecil !” .
“ Sssttt , lihat , Sian-te , lihat gayanya menunggang kuda ! “
bisik Han Sin .
Peserta terakhir itu sudah meloncat ke atas punggung kuda
yang disediakan untuk ujian itu sambil membawa busur dan
anak panah . Kuda dibalapkan kea rah orang-orangan jerami
dan setelah jaraknya lima puluh kaki seperti telah ditentukan
dia melepas anak panah yang menyambar cepat dan
menancap tepat di ulu hati orang-orangan itu . Kembali para
penonton menyambut dengan tepuk tangan . Tak usah di
sangsikan lagi , peserta terakhir ini lulus dengan baik dan
diapun dipersilahkan berkumpul dengan tiga orang yang lain di
sudut panggung .
Seorang yang berpakain perwira dan menjadi juru bicara ,
melangkah ke tengah panggung dan mengangkat kedua
tangan , suaranya terdengar lantang sekali . “ Para penonton
harap jangan gaduh . Sekarang ujian ilmu silat akan dimulai !
Empat orang yang telah lulus dan akan menghadapi ujian ilmu
silat , peserta pertama di minta maju ! “
Peserta pertama itu seorang pemuda berusia sekitar dua
puluh lima tahun dan dia melangkah maju ke tengah lapangan
, siap menghadapi ujian .
Semua penonton kini nampak gembira dan kagum karena
dari bawah panggung melompat seorang pemuda yang amat
gagah dan tampan . Pemuda ini masih muda sekali , paling
banyak delapan belas tahun usianya akan tetapi tubuhnya
tegap dan dadanya bidang , sepasang matanya mencorong
seperti mata naga . Pakaiannya dari sutera , akan tetapi tidak
terlalu mewah dan pakaian itu ringkas . Begitu dia berada di
atas panggung , terdengar orang-orang berseru .
“ Hidup Li-kongcu ………….. ! “
Han Sin dan Cu Sian memperhatikan ketika mendengar
orang menyebut pemuda itu Li Kong-cu . Jadi pemuda itulah
putera Gubernur Li . Mengapa pakaiannya tidak mewah dan
mentereng ? Juga sikapnya sederhana sehingga
mendatangkan rasa kagum dalam hati Han Sin dan Cu Sian .
Pemuda itu memang Li Si Bin atau lebih dikenal dengan
sebutan Li-Kongcu ( Tuan muda Li ) oleh rakyat . Ketika die
mendengar teriakan menyambutnya , dia lalu menghadapi
penonton dan membungkuk sambil berkata , ‘ Harap saudara
sekalian menonton dengan tenang . Ini bukan pertandingan ,
melainkan ujian bagi calon perwira “ .
Suaranya nyaring namun lembut dan mendengar
ucapannya itu , semua penonton diam . Han Sin juga dapat
merasakan suatu wibawa yang besar terkandung dalam suara
itu . Dia semakin kagum . Pemuda ini sungguh bukan orang
biasa . Gerak geriknya demikian matang dan penuh
kepercayaan kepada diri sendiri , wibawanya amat besar .
Kini Li Si Bin berhadapan dengan peserta pertama yang
bertubuh pendek tegap . “ Saudara menghendaki ujian tangan
kosong atau kah senjata ? Silahkan pilih ! “ terdengar Li Si Bin
bertanya ramah . Sama sekali tidak nampak sikap congkak
seperti layaknya putera bangsawan tinggi .
Peserta pendek itu memberi hormat . Agaknya dia adalah
orang daerah Shan-si yang sudah tahu dengan siapa dia
berhadapan . “ Saya bertangan kosong saja , kong-cu “ .
“ Baiklah , mudah-mudahan engkau berhasil ! “ kata Li Si
Bin , lalu setelah melihat peserta itu memasang kuda-kuda
yang kokoh kuat , dia berseru . “ Lihat seranganku ! “ .
Li Si Bin menyerang dengan tamparan tangannya ke arah
pundak lawan . Peserta pendek itu cepat mengelak dan
membalas dengan tendangan kakinya . Akan tetapi Li Kong-cu
dapat pula menangkis tendangan itu dan melancarkan
serangan kedua . Kedua orang ini sudah cepat saling menukar
serangan .
Sementara itu , Cu Sian sibuk bertanya kepada seorang
penonton yang berdiri di sebelahnya tentang peraturan ujian
ilmu silat itu .
“ Yang kalah sebelum dua puluh lima jurus di nyatakan
gagal dan harus di terima sebagai prajurit kelas satu . Yang
dapat melampaui dua puluh lima jurus akan tetapi tidak
sampai empat puluh jurus akan di angkat menjadi seorang
perwira , yang mampu bertahan sampai empat puluh jurus
akan tetapi tidak melampaui lima puluh jurus menjadi perwira
yang lebih tinggi kedudukannya , akan tetapi yang mampu
bertahan sampai lima puluh jurus lebih , diberi kedudukan
perwira yang paling tinggi . Akan tetapi selama dua tahun ini ,
tidak ada peserta yang mampu bertahan sampai lebih dari
lima puluh jurus melawan Li Kong-cu “ .
Cu Sian mengangguk-angguk dan kembali melihat ke atas
panggung . Dia kagum sekali melihat gerakan Li Si Bin . Jelas
bahwa pemuda itu memiliki ilmu silat yang hebat , akan tetapi
putera gubernur itu membatasi tenaga dan kecepatannya .
Agaknya dia memberi kelonggaran kepada lawannya karena
menurut perhitungan Cu Sian , kalau Li kong-cu itu
menghendaki ,dalam sepuluh jurus saja peserta pendek itu
akan terjungkal ! Dugaan Cu sian memang benar , Li Kong-cu
memberi kelonggaran , akan tetapi tidak lebih dari dua puluh
empat jurus . Pada jurus ke dua puluh empat , tiba-tiba saja
peserta pendek itu terkulai roboh , cepat Li Kong-cu
menjulurkan tangan kanannya , memegang tangan orang itu
dan mengangkatnya bangun . Dia tersenyum ramah ketika
berkata “ saying engkau gagal . Akan tetapi dengan bekal
tenaga dan kepandaianmu , kalau engkau mau masuk menjadi
prajurit kelas satu , dalam waktu singkat engkau tentu akan
memperoleh kenaikan pangkat asal engkau suka berlatih
dengan baik ‘ .
Peserta pendek itu memberi hormat . Dia tidak nampak
terpukul perasaannya karena di kalahkan Li Kong-cu , bahkan
sikap Li Kong-cu yang demikian ramah dan baik , membuat dia
menjawab dengan suara tegas , “ saya mau menjadi prajurit ,
kong-cu , dengan harapan mendapat petunjuk kong-cu untuk
memperoleh kemajuan “ .
Peserta pertama mundur di gantikan peserta kedua yang
seperti juga peserta pertama , memilih bertanding dengan
tangan kosong . Akan tetapi , tidak seperti peserta pertama ,
pserta kedua yang bertubuh jangkung kurus ini ternyata
memiliki sin-kang yang cukup kuat dan juga ilmu silatnya
tanggung sekali . Cu Sian yang memperhatikan gerakan Li
Kong-cu , mendapat kenyataan bahwa pemuda bangsawan itu
menambah takaran tenaga dan kecepatannya , namun sampai
lewat dua puluh lima jurus si jangkung itu masih bertahan dan
akhirnya dia tertotok lemas dalam jurus ke tiga puluh . Dia
lulus sebagai perwira pertama dan juga seperti perserta
pertama dia di kalahkan tanpa menderita luka dan Li Kong-cu
bersikap bersahabat dengannya . Maka , peserta ini pun tidak
menderita malu dan dia lalu mengundurkan diri setelah
mengucapkan terima kasih .
Peserta ke tiga adalah seorang pemuda berusia hamper tiga
puluh tahun , berkumis dan perawakannya sedang saja ,
namun dari gerak geriknya jelas nampak oleh Cu Sian bahwa
peserta ke tiga ini lebih lihai dari pada dua peserta terdahulu .
Dugaannya tepat karena setelah mereka bergebrak ,
pertandingan kini berjalan dengan ramai dan seru . Peserta ke
tiga dapat mengimbangi gerakan Li Kong-cu sehingga
penonton memandang dengan gembira dan dengan hati
tegang .
Akan kalahkah jago mereka , yaitu Li Kong-cu ? Akan tetapi
Cu Sian dengan kagum dapat menilai gerakan mereka berdua
dan dia tahu bahwa Li Kong-cu tidak akan dapat di kalahkan
orang itu . Perhitungannya memang tepat . Peserta ketiga ini
memang lihai dan mampu bertahan sampai lima puluh jurus !
Akan tetapi tetap saja dia harus mengakui ke unggulan Li
Kong-cu karena dalam jurus ke lima puluh lima , dia pun
terpelanting jatuh . Walaupun dia tidak menderita luka , tetap
saja kejatuhannya sudah menunjukkan bahwa dia memang
kalah . Li kong-cu nampak gembira sekali . Dia mengangkat
bangun peserta itu dan memberinya kedudukan perwira
menengah , tidak seperti dua orang peserta terdahulu yang
mendapatkan kedudukan perwira rendah .
Kini peserta ke empat yang maju . Cu Sian yang tidak
senang melihat pemuda tinggi besar yang di anggapnya
sombong itu memandang dengan mata bersinar-sinar . Dia
melihat betapa pemuda tinggi besar itu menghadapi Li Kongcu
dengan lagak yang angkuh , tidak mau tunduk .
Li Si Bin hanya tersenyum melihat lagak pemuda tinggi
besar itu dan setelah mereka berdua mengangkat kedua
tangan depan dada sebagai salam , Li Si Bin bertanya , “ sobat
, engkau memilih ujian silat dengan senjata apa ?” .
Berbeda dengan tiga orang peserta yang memilih di uji ilmu
silat tangan kosong , pemuda tinggi besar itu menjawab
lantang . “ Setiap orang pendekar sejati tidak akan pernah
melepaskan pedangnya , demikian pula seorang panglima
harus pandai menggunakan berbagai macam senjata . Aku
memilih pedang untuk bertanding ilmu “ . Setelah berkata
demikian , si tinggi besar itu menggerakkan tangan kanannya
ke belakang punggung dan “ sing ……… ! “ dia telah
memegang sebatang pedang yang berkilauan .
Para penonton memandang dengan mata terbelalak dan
hati tegang , akan tetapi Li Si Bin masih tersenyum dengan
tenang . Sementara itu Cu Sian sudah tidak mampu menahan
kemarahannya melihat sikap congkak itu . Dia tahu bahwa Li
Si Bin adalah seorang yangbijaksana . Ketika mengalahkan
tiga orang lawannya tadi saja sudah menunjukkan bahwa dia
seorang yang rendah hati dan baik budi . Kini melihat si
congkak itu mencabut pedang yang berkilauan , dia merasa
khawatir akan keselamatan putera gubernur itu . Tanpa dapat
di cegah Han Sin yang sama sekali tidak menduganya , Cu
Sian sudah melompat memasuki batas tali , kemudian dengan
mengerahkan ginkangnya dia melompat tinggi dan membuat
poksai ( salto ) sampai tiga kali baru turun ke atas panggung
dengan ringan sekali .
Tentu saja perbuatannya itu mengejutkan semua orang ,
dan Li Si Bin sendiri memandang dengan heran .
“ Siapakah engkau dan apa artinya engkau naik ke atas
panggung ini ?” tanya Li Si Bin sambil memandang tajam ,
suaranya penuh wibawa . Sementara itu Han Sin terkejut
sekali karena dia dapat menduga bahwa sahabatnya itu tentu
akan menimbulkan keributan . Akan tetapi sudah terlambat
dan dia tidak dapat berbuat lain kecuali menonton dengan hati
tegang dan khawatir .
Cu Sian mengangkat kedua tangan ke depan dada untuk
memberi hormat kepada putera gubernur itu lalu berkata “
maafkan aku , kong-cu . Karena ku lihat kong-cu sudah
melayani bertanding sampai tiga kali berturut-turut , maka
perkenankanlah aku untuk mewakili kongcu dalam
pertandingan ini . Dengan melihat jalannya pertandingan
antara orang sombong ini dan aku , tentu kong-cu sudah
dapat menilai apakah dia pantas di terima ataukah tidak “ .
Li Si Bin menjadi tertarik sekali . Belum pernah dia melihat
seorang pemuda remaja yang tampan dan halus seperti ini
memperlihatkan keberanian yang luar biasa . Dia ingin sekali
melihat bagaimana lihainya pemuda ini , maka sambil
tersenyum dia menoleh kepada peserta ke empat yang tinggi
besar itu .
“ Tentu saja aku tidak keberatan dan pertandingan itu tentu
akan menarik sekali dan menambah semaraknya ujian ini .
Akan tetapi entah bagaimana dengan pendapat peserta
keempat ini “ .
Pemuda tinggi besar itu mengerutkan alisnya karena dia
tidak mengenai Cu Sian , lalu menjawab ucapan Li Si Bin , dia
berkata dengan lantang . “ Li Kong-cu , saya tidak takut
menghadapi siapapun juga , akan tetapi yang berhak naik ke
panggung adalah mereka yang lulus ujian yang telah di
tetapkan . Karena itu , saya ingin melihat apakah bocah ini
mampu melakukan syarat yang telah di tentukan . Kalau dia
dapat melakukan itu semua dengan baik , baru dia ada
harganya untuk menguji ilmu silat saya . Kalau tidak ,
sebaiknya kong-cu melemparkan bocah pengacau ini keluar
panggung “ .
Li Si Bin menoleh kepada Cu Sian sambil tersenyum . “ Apa
sih sukarnya melakukan itu semua ? Aku dapat memenuhi
persyaratan itu jauh lebih baik daripada yang dia lakukan tadi
! “ .
Mendengar ini , Li Si Bin lalu berkata . ‘ Baiklah , sekarang
ditetapkan begini . Saudara ini akan memenuhi semua
persyaratan , yaitu ujian tenaga dan ketangkasan , kemudian
kalau dia lulus , kalian berdua akan saling menguji ilmu silat .
Bagaimana , apakah kalian berdua setuju ?” .
Pemuda tinggi besar itu menjawab hamper berbareng
dengan jawaban Cu Sian . “ Aku setuju !” .
Li Si Bin lalu meninggalkan panggung dan duduk di kursinya
, sedangkan pemuda tinggi besar itu berkata mengejek , “
Bocah pengacau, sekarang perlihatkan kemampuanmu ,
hendak kulihat apakah kemampuan tenaga dan kecekatanmu
sama besarnya dengan mulutmu ! “ Setelah berkata demikian
, diapun mundur dan berdiri di sudut panggung sambil
bertolak pinggang dan mulutnya tersenyum mengejek .
Cu Sian kini menghadapi penonton dan tersenyum geli
ketika dari situ dia melihat wajah Han Sin yang kerut merut
dan matanya melotot kepadanya .
“ Saudara sekalian , saudara yang menjadi saksi apakah
saya dapat lulus lebih baik daripada manusia sombong ini
ataukah tidak . Pertama , melompat ke panggung . Tadi sudah
kulakukan dan semua orang telah menyaksikannya . Sekarang
akan kulakukan ujian kedua , memanah dengan busur itu .
Silahkan kalian semua melihat ! “ .
Dengan langkah gagah Cu Sian menghampiri meja dan
mengambil busur yang besar dan berat itu . Para penonton
melihat betapa pemuda remaja yang bertubuh kecil dan gerak
geriknya halus itu mengerahkan tenaga pada kedua tangannya
untuk mengangkat busur itu ! Pemuda tinggi besar itu tertawa
terkekeh melihat ini dan para penonton juga mengerutkan alis
karena kecewa . Bagaimana mungkin pemuda itu mampu
memanah orang jerami yang jauh itu dengan busur yang
demikian beratnya ? Mengangkat busur itu saja dia harus
menggunakan kedua tangannya ! .
Semua penonton memandang dengan hati tegang dan
suasana menjadi hening sekali . Ketika Cu Sian menahan
busur dengan tangan kirinya lalu mengambil tiga batang anak
panah , memasang tiga batang anak panah itu kepada
busurnya , semua orang mulai terbelalak . Cu Sian lalu
memasang kuda-kuda , mengangkat kaki kiri tinggi lalu di
langkahkan ke depan lebar-lebar , membentuk pasangan kaki
menunggang kuda , kemudian dia mementangtali busur
sepenuhnya .
“ Kena ! “ serunya sambil melepas anak panah . Tiga
batang anak panah itu menyambar ke depan secepat kilat dan
menancap di orang jerami itu , tepat mengenai leher , dada
dan pusar !
“ Ahhhh …. ! “ Penonton berseru dan meledaklah sorak
sorai dan tepuk tangan mereka . Kiranya ketika mengangkat
busur dengan kedua tangannya , Cu Sian hanya berpura-pura
saja . Dan tentu hebat dan menganggumkan . Li Si Bin sendiri
sampai bangkit dari tempat duduknya dan memandang
dengan mata bersinar-sinar . Bukan main pemuda remaja itu
pikirnya . Melepas tiga batang anak panah dengan sekali
luncuran merupakan ilmu memanah tingkat tinggi ! Di daerah
Shansi ini mungkin hanya dia seorang yang mampu
melakukannya !
Han Sin yang tadinya marah dan gelisah melihat ulah
sahabatnya itu , juga merasa amat kagung . Tak di sangkanya
bahwa Cu Sian memiliki ilmu memanah yang demikian hebat
dan melihat semua orang bersorak dan bertepuk tangan , tak
dapat di tahannya lagi diapun ikut – ikutan bertepuk tangan ! .
Kegaduhan penonton itu tiba-tiba berhenti dan suasana
menjadi sunyi kembali ketika semua orang melihat pemuda
remaja itu kini menghampiri singa batu yang berada di sudut
panggung . Cu Sian mengangkat singa batu itu dengan
sebelah tangan saja , lalu melontarkan ke atas , tinggi dan
menerimanya kembali lalu melontarkan kembali lagi sampai
lima kali . yang hebat , pada lemparan terakhir , ketika singa
batu itu meluncur turun , bukan di sambut dengan tangannya
melainkan dengan kepalanya ! Dengan menggunakan tenaga
lembut , kepala itu menempel singa batu dari samping lalu
membuat gerakan melengkung ke bawah lalu ke kiri sehingga
daya luncur singa batu itu dapat di salurkan ke atas dan hilang
. Beberapa saat lamanya singa batu itu tertahan di atas kepala
Cu Sian , baru di ambil oleh kedua tangan dan di turunkan di
atas panggung .
Sorak sorai menyambut demonstrasi yang luar biasa ini dan
tanpa di ucapkan dengan suara , semua orang juga sudah
tahu bahwa apa yang diperlihatkan pemuda remaja ini jauh
lebih hebat daripada apa yang tadi dipamerkan pemuda tinggi
besar .
Cu Sian tersenyum , mengangguk kepada penonton di
empat penjuru lalu tiba-tiba tubuhnya melayang turun dan
tahu-tahu dia sudah berada di atas punggung kuda , di atas
mana telah tersedia anak panah dan busurnya . Cu Sian
menggeprak kuda itu sehingga kuda berlari congklang menuju
ke orang jerami . Dalam jarak lima puluh kaki , tiba-tiba Cu
Sian melompat dan berdiri di atas punggung kuda yang berlari
itu , dan anak panahnya dengan tepat menancap di dada
orang jerami ! .
Kembali penonton menyambut dengan gembira . Cu Sian
lalu melompat lagi ke atas panggung dan menghadapi si
pemuda tinggi besar sambil tersenyum-senyum .
“ Nah , semua persyaratan telah ku penuhi , bukan ?
sekarang kita harus saling menguji ilmu silat dan aku ingin
sekali melihat apakah ilmu silatmu setingkat dengan
kesombonganmu ! “ .
Pemuda tinggi besar itu berseru . “ Bagus ! Keluarkan
senjatamu aku akan menggunakan pedangku ini ! ‘ Pemuda
itu kembali mencabut pedang yang tadi sudah di simpannya
kembali “ Hemmm , aku menghadapimu tidak perlu aku
mengggunakan senjata yang tajam dan runcing . Cukup
sebatang tongkat saja . Eh , Sin-ko , tolong carikan sebatang
tongkat untukku ! “ Dia berteriak ke arah Han Sin . Pemuda itu
bersungut-sungut . Ulah Cu Sian mendatangkan kekhawatiran
dalam hati Han Sin , kalau-kalau ulah itu akan menggagalkan
niatnya bertemu dengan gubernur Li dan minta keterangan
tentang ayahnya . Akan tetapi sebelum dia menanggapi
permintaan Cu Sian , seorang perwira atas perintah Li Si Bin
sudah naik ke panggung dan menyerahkan sebatang toya .
Toya itu merupakan senjata tongkat yang terbuat daripada
besi .
“ Terima kasih , ciangkun . Aku hanya membutuhkan
sebatang tongkat bamboo atau kayu saja , yaitu tongkat
pemukul anjing . Kalau menggunakan toya ini , anjing yang ku
pukul bisa mati ! “ .
Tentu saja ucapan ini merupakan ejekan dan sekaligus
makian terhadap pemuda tinggi besar yang di anggapnya
sebagai anjing yang layak di pukul ! Para penonton merasakan
hal ini dan mereka semua tertawa . Seorang penonton
kebetulan melihat sebatang bambu di bawah lalu di ambilnya
bambu itu dan di lemparkannya ke atas panggung .
Cu Sian menyambut bamboo itu dan memutarnya dengan
tangan kanan , menghadapi pemuda tinggi besar sambil
berkata , “ Nah , inilah senjataku ! “
Sebelum mereka bergerak saling serang , Li Si Bin berseru
dari bawah panggung , suaranya terdengar gembira karena
peristiwa ini sungguh belum pernah terjadi dan membuat
penyelenggaraan ujian pemilihan perwira yang menjadi meriah
. “ Kedua orang saudara yang hendak bertanding , di minta
memperkenalkan diri masing-masing !” .
Cu Sian segera menyambut seruan ini dengan suara lantang
sambil melintangkan tongkat bambunya di depan dada . “ Aku
bernama Cu Sian dari Tiang-an !” .
“ Saya bernama Bong Sek Toan , dari Nan-king ! “ pemuda
tinggi besar itu berseru pula dengan suaranya yang
mengguntur dari Tiang-an dan Nan-king , suasana menjadi
semakin ramai karena para penonton mengerti bahwa dua
orang muda itu dating dari luar daerah Shansi .
“ Sekarang kalian mulailah “ , seru Li Si Bin , “ akan tetapi
ingat bahwa pertandingan ini hanya untuk menguji
kepandaian silat , bukan perkelahian ! “ .
Cu Sian tersenyum memandang lawannya lalu berkata , “
Orang she Bong , sudah siapkah engkau untuk di pukul
dengan tongkatku ! “ .
Sejak tadi pemuda tinggi besar bernama Bong Sek Toan itu
sudah merasa panas hatinya dan marah bukan main . Dia
merasa di pandang rendah dan dipermainkan pemuda remaja
itu . Akan tetapi agaknya diapun maklum bahwa pemuda
remaja yang ugal-ugalan itu merupakan seorang lawan
tangguh , dapat di lihat dari cara dia memperlihatkan tenaga
dan kecepatannya tadi .
“ Sambut pedangku ini ! “ katanya dan menyerang dengan
dahsyat sekali .
Bagaimanapun juga dia merasa lebih untung karena dia
memegang sebatang pedang sedangkan lawannya hanya
memegang sebatang tongkat bamboo .
Akan tetapi dengan gerakan yang gesit sekali Cu Sian dapat
mengelak dan diapun menggerakkan tongkatnya menotok kea
rah pinggang lawan . Bong Sek Toan cepat menangkis sambil
mengerahkan tenaga , bermaksud untuk mematahkan tongkat
itu , akan tetapi tongkat itu hanya terpental dan sama sekali
tidak menjadi rusak oleh pedang yang tajam itu . Segera
terjadi serang menyerang yang amat seru . Biarpun kalah
untung dalam hal senjata , namun Cu Sian dapat
mengimbangi lawannya dengan kecepatan gerakannya .
Tubuhnya berkelebat diantara sinar pedang dan ujung tongkat
bambunya menotok ke tempat berbahaya sehingga Bong Sek
Toan tidak mampu mendesak lawannya itu .
Saling serang sudah berlangsung tigapuluh jurus lebih dan
belum ada diantara mereka mereka yang terdesak . Tiba-tiba
Bong Sek Toan mengeluarkan bentakan nyaring dan
pedangnya berputar menyambar-nyambar kea rah tubuh
bagian atas dari lawannya . Hebat bukan main serangan ini ,
bagaikan gelombang samudera yang menerjang kea rah Cu
Sian . Pemuda remaja inipun terkejut dan maklum akan
hebatnya serangan pedang , maka diapun bergulingan di atas
papan panggung sehingga pedang itu menyambar-nyambar di
atas tubuhnya . Dari bawah , tongkat Cu Sian mengirim
serangan balasan ke arah kaki dan perut . Dengan
perlawanan seperti ini , terpaksa Bong Sek Toan mengubah
lagi gerakan pedangnya . Diam-diam dia terkejut sekali .
Ternyata tongkat bamboo yang di pandang rendah itu
menrupakan senjata istimewa di tangan lawannya. Sebaliknya
, Cu Sian juga terkejut. Tak di sangkanya bahwa lawannya
yang di anggap sombong itu ternyata tangguh bukan main .
Keduanya mengeluarkan seluruh kemampuan dan
mengerahkan seluruh tenaga sehingga pertandingan itu
berlangsung seru , bukan lagi merupakan pertandingan
menguji ilmu , melainkan perkelahian yang sungguh-sungguh
untuk merobohkan lawan . Jurus – jurus terampuh dari
mereka dikeluarkan .
Penonton menahan napas menyaksikan pertandingan yang
amat seru itu . Li Si Bin sendiripun sampai bangkit dari
kursinya . Dia merasa girang dan juga khawatir . Girang
karena dia merasa mendapatkan dua orang calon perwira
yang akan menjadi pembantu-pembantu yangboleh di
andalkan . Akan tetapi khawatir karena pertandingan itu
menjadi sungguh-sungguh menjadi perkelahian untuk saling
bunuh ! .
Yang merasa amat kaget dan heran adalan Cian Han Sin .
Ketika Bong Sek Toan mengeluarkan ilmu pedang mendesak
Cu Sian dengan jurus yang seperti gelombang , dia segera
mengenal ilmu pedang itu . Bahkan semua gerakan ilmu silat
Bong Sek Toan itu tidak asing baginya karena bersumber pada
ilmu silat Lo-hai-kun ! Pada hal ilmu silat Lo-hai-kun ( Silat
Pengacau Lautan ) adalah ilmu ibunya yang pernah diajarkan
kepadanya . Berarti masih ada hubungan antara orang
bernama Bong Sek Toan ini dengan ibunya .
“ Haiiii !! “ Tongkat di tangan Cu Sian bergerak seperti ular
dan mematuk – matuk ke arah kedua mata lawan . Bong Sek
Toan terkejut dan dia harus berlompatan ke belakang untuk
menghindarkan matanya dari bahaya .
“ Yaahhhhh ! “ Dia membentak dan pedangnya menyambar
dengan sapuan ke arah kedua kaki Cu Sian . Pemuda remaja
itu meloncat tinggi sehingga pedang itu lewat di bawah
kakinya , kemudian tubuhnya berjungkir balik dan menukik
sambil menusukkan tongkatnya kea rah ubun-ubun lawan .
“ Hiaatttt ……….. traanggg …. ! “ Pedang itu menangkis
tongkat dan keduanya melompat mundur setelah pertemuan
antara tongkat dan pedang itu membuat Bong Sek Toan
terhuyung dan Cu Sian juga melayang turun hamper terjatuh .
Akan tetapi setelah keduanya melompat mundur , kini mereka
sudah siap lagi untuk saling serang .
Pertandingan sudah berlangsung tujuh puluh jurus lebih
dan Han Sin yang merasa khawatir kalau-kalau kedua orang
itu celaka , padahal Bong Sek Toan itu masih mempunyai
hubungan dengan ibunya . Maka diapun memasuki lapangan
yang di lingkari tali dan berlari menuju ke panggung .
Pada saat itu , Li Si Bin juga mengangap bahwa
pertandingan itu sudah lebih dari cukup dan kedua orang itu
dapat di terima sebagai perwira maka diapun melompat ke
atas panggung .
Pada saat itu , kedua orang itu sudah mulai menyerang lagi
. Ketika Li Si Bin melompat dan tiba di antara keduanya ,
dengan sendirinya dialah yang menjadi sasaran tongkat dan
pedang ! Akan tetapi dengan tenang Li Si Bin menangkap
tongkat dan menangkis pedang dari samping sehingga pedang
terpental dan Cu Sian tidak mampu menarik lepas tongkatnya
! Dari gerakan melerai ini saja sudah dapat diketahui bahwa
ilmu kepandaian Li Si Bin memang hebat dan lebih tinggi
tingkatnya di bandingkan kedua orang yang sedang
bertanding itu .
“ Cukup , kalian sudah cukup bertanding ! “ kata Li Si Bin
sambil tersenyum ramah .
“ Akan tetapi aku belum kalah ! “ kata Cu Sian penasaran .
“ Sian-te ! Turunlah dan jangan bertanding lagi atau aku
akan marah kepadamu ! “ terdengar teriakan Han Sin dari
bawah panggung .
Bong Sek Toan juga menoleh dan memandang kepada Han
Sin . Melihat pemuda ini , dia teringat . Tadi dia sudah berpikir
siapakah pemuda remaja yang bertanding dengannya itu . Dia
merasa sudah pernah bertemu . Setelah kini melihat Han Sin ,
maka diapun teringat bahwa lawannya bukan lain adalah
pengemis muda yang kurang ajar itu .
“ Ah , kiranya engkau jembel itu ! “ bentaknya sambil
menudingkan telunjuknya ke arah muka Cu Sian .
Cu Sian membelalakan matanya dengan marah . “ Dan
engkau anjing sombong itu ! “ dia balas memaki . “ Mari kita
lanjutkan pertandingan sampai seorang diantara kita roboh tak
bernyawa ! “
“ Sudahlah , harap ji-wi ( anda berdua ) bersabar .
Pertandingan ini hanya untuk ujian bukan berkelahi ! “ kata Li
Si Bin .
Bong Sek Toan yang juga sudah marah sekali memandang
kepada Cu Sian dengan mata mendelik . Pada saat itu , Han
Sin dari bawah panggung berseru .
“ Saudara Bong Sek Toan , engkau ada hubungan apakah
dengan mendiang Toat-beng Giam-ong ?” Han Sin bertanya
demikian karena melihat ilmu pedang Lo-hai Kiam-Sut tadi dan
menduga bahwa pemuda itu tentu ada hubungan dengan
mendiang Toat-beng Giam-ong , guru dari ibunya .
Bong Sek Toan terkejut bukan main , wajahnya berubah
kemerahan dan dia memberi hormat kepada Li Si Bin , berkata
, “ Kong-cu , sebaiknya saya pergi saja ! “ Dan dia melompat
turun dari panggung , setelah tiba di bawah dia memandang
kepada Cu Sian sambil berseru , “ Bocah setan , lain kali aku
aku tidak memberi ampun lagi kepadamu ! “ Setelah berkata
demikian dia meloncat jauh dan lenyap di antara penonton
yang banyak itu .
Melihat ini , Li Si Bin menjadi heran dan menyesal karena
pemuda tinggi besar itu dapat menjadi perwira yang tangguh .
Dia lalu menghadapi Cu Sian dan berkata , “ Biarlah , kalau dia
tidak ingin menjadi perwira , kamipun tidak akan memaksanya
. Dengan mendapatkan engkau sebagai perwira , kami sudah
cukup puas , saudara CuSian “ .
“ Tapi …. Tapi …. Aku sama sekali tidak ingin menjadi
perwira , kong-cu “ .
Li Si Bin mengerutkan alisnya dan merasa dipermainkan . “
Apa artinya semua ini ? tanyanya dengan suara tidak senang .
Pada saat itu Han Sin yang berada di bawah panggung segera
berkata dengan suara lembut dan penuh hormat .
“ Kami mohon agar Li-Kongcu suka memberi kesempatan
kepada kami untuk menceritakan semua ini , tanpa di dengar
banyak orang “ .
Li Si Bin menjadi semakin heran dan penasaran . Akan
tetapi melihat sikap Han Sin yang penuh hormat itu dan sikap
Cu Sian yang seperti orang kebingungan , diapun tersenyum ,
“ Baiklah , mari jiwi ikut bersamaku “ .
Li Si Bin lalu melangkah pergi menuju gedung di depan
lapangan itu . Cu Sian mengikutinya dan Han Sin mengambil
jalan mengitari panggung dan mengikuti pula . Dia melirik kea
rah Cu Sian yang juga sedang melirik kepadanya . Han Sin
melihat Cu Sian cengar cengir sehingga mau tidak mau
hatinya yang sedang mendongkol itu agar mencair .
“ Kau jangan buka mulut sembarangan , biar aku saja yang
bicara “ , kata Han Sin lirih dan singkat .
“ Baiklah , Sin-ko . Aku menaati perintahmu ! “ jawaban itu
demikian di buat-buat untuk melucu sehingga Han Sin
terpaksa tersenyum gemas .
Setelah memerintahkan para pembantunya untuk
membubarkan ujian itu dan menampung para calon yang lulus
, Li Si Bin mengajak kedua orang muda itu memasuki sebuah
ruangan di bagian samping gedung besar itu . Ruangan itu
cuku luas dan hanya terisi kursi – kursi dan meja , agaknya
ruangan pertemuan atau ruangan rapat .
Setelah mempersilahkan kedua orang tamunya duduk , Li Si
Bin segera berkata , “ Nah , sekarang kalian ceritakan
sebetulnya apa artinya saudara Cu Sian ingin naik ke
panggung kalau bukan untuk mengikuti ujian sebagai calon
perwira “ .
Pandanga matanya mencorong penuh selidik . Diam-diam
Cu Sian merasa ngeri juga . Pandang mata pemuda
bangsawan ini sungguh penuh wibawa .
Han Sin menoleh kepada sahabatnya dengan pandang mata
memperingatkan agar Cu Sian tidak sembarangan bicara . Dia
khawatir sekali Cu Sian bicara seenaknya , akan terjadi
keributan pula .
“ Sebelumnya kami mohon maaf sebesarnya kepada kongcu
bahwa tanpa disengaja kami telah merepotkan kong-cu dan
mengacaukan ujian tadi . saya bernama Cian Han Sin dan adik
Cu Sian ini adalah sahabat saya . Sebetulnya kedatangan kami
ke Shansi ini sama sekali tidak mempunyai maksud untuk ujian
perwira . Akan tetapi , dalam perjalanan kami ke sini , kami
pernah bertemu dengan pemuda bernama Bong Sek Toan tadi
dan dia bersikap kasar terhadap Sian-te . Inilah sebebnya
mengapa Sian-te , ketika melihat Bong Sek Toan tadi berlagak
di atas panggung , lalu nekat naik untuk menandinginya . Jadi
yang mendorong dia naik ke panggung semata-mata karena
ingin menandingi Bong Sek Toan . Untuk itu , sekali lagi kami
mohon maaf kepada kong-cu .
Li Si Bin mengangguk-anggukkan kepalanya . Biarpun dia
seorang putera bangsawan , akan tetapi dia mengetahui akan
watak para pendekar yang kadang aneh . Dia memang tidak
suka akan sikap Cu Sian yang ugal-ugalan itu , akan tetapi
mendengar ucapan Han Sin dan melihat sikap pemuda ini
merasa suka dan tertarik .
“ Hemmm , begitukah ? Kami amat mengagumi ilmu
kepandaian saudara Cu , akan tetapi engkau tentu memiliki
ilmu yang lebih lihai lagi “ .
“ Ah , saya tidak dapat dibandingkan dengan Sian-te , kongcu
“ .
; Sin-ko adalah seorang ahli sastra yang lemah dan sayalah
yang menjadi pengawal yang melindunginya , kong-cu “ , kata
Cu Sian tanpa dapat di cegah lagi oleh Han Sin .
Li Si Bin mengangguk-angguk , akan tetapi pandang
matanya meragukan kebenarannya ucapan Cu Sian tadi . “
Karena ayah kami menjadi kepala daerah di Shan-si , sudah
sepatutnya kalau aku bertanya kepada kalian apa maksud
kunjungan kalian ke Shan-si ?” .
“ Terus terang saja Li Kong-cu , yang mempunyai
kepentingan di sini adalah saya sedangkan Sian-te ini hanya
mengawal dan menemani saya . Saya bermaksud untuk
mencari keterangan tentang tewasnya mendiang ayah saya
dalam pertempuran di daerah Shan-si “ .
Li Si Bin memandang tajam . “Hemmm , siapakah ayahmu
?” .
“ Kong-cu , kakak Cian Han Sin ini adalah putera mendiang
Panglima besar Cian Kauw Cu “ .
“ Ahhhh …… !!!” Li Si Bin bengkit berdiri . “ Panglima besar
Cian Kauw Cu yang telah berjasa besar dalam mendirikan
Kerajaan Sui itu ? Teman seperjuangan mendiang Kaisar Yang
Chien ?” .
Karena sudah di di dahului Cu Sian , terpaksa Han Sin
bangkit berdiri dan mengangguk . “ Mendiang Panglima Cian
Kauw Cu adalah ayah saya , kong-cu “ .
“ Ah , senang sekali dapat berkenalan denganmu , saudara
Cian ! “ kata Li Si in sambil mengangkat kedua tangan depan
dada yang cepat di balas oleh Han Sin . “ Silahkan duduk dan
ceritakan apa yang kau kehendaki . Apa yang hendak kau
tanyakan kepada ayah ?” .
Han Sin duduk kembali . “ Menurut keterangan ibuku ,
mendiang ayah tewas dalam pertempuran di daerah Shan-si
ini , gugur ketika terkena anak panah musuh . Akan tetapi ibu
mendengar desas-desus di kalangan prajurit pasukan yang di
pimpin ayah bahwa anak panah itu mengenai punggung ayah
, yang berarti bahwa anak panah itu dilepaskan dari belakang .
Tidak mungkin pihak musuh melepaskan anak panah dari
belakangnya . Maka saya ingin menyelidiki , apa yang
sebenarnya terjadi dengan kematian ayah itu “ .
“ Hemmm , maksudmu engkau hendak mencari
pembunuhnya untuk membalas dendam kematian ayahmu ? “
Tanya Li Si Bin .
“ Sama sekali tidak , kong-cu “ , Han Sin kagum kepada
pemuda bangsawan itu dan menaruh kepercayaan
sepenuhnya . “ Sebetulnya saya ingin mencari pedang pusaka
Hek-liong-kiam milik ayah yang lenyap ketika ayah gugur .
Kalau saya dapat menemukan siapa yang membunuh ayah ,
agaknya saya dapat menemukan siapa pencuri Hek-Liong-
Kiam “ .
Jilid 11
Li Si Bin mengangguk – angguk . “ Peristiwa itu telah terjadi
kurang lebih sepuluh tahun yang lalu maka aku sendiri tidak
dapat menceritakan apa-apa . Ketika itu usia ku masih kecil ,
tidak jauh bedanya denganmu , saudara Cian . Sebaiknya
kalau engkau bertanya kepada ayahku “ .
“ Memang demikianlah maksud saya , kong-cu . Menurut
ibu , Gubernur Li dahulu juga teman seperjuangan ayah dan
karena dia bertugas di sini , sangat boleh jadi ayahmu itu akan
dapat memberi keterangan yang lebih jelas “ .
“ Memang benar perkiraanmu itu , saudara Cian . Marilah
kalian ikut denganku menghadap ayah “ .
Kembali dua orang muda itu mengikuti Li Si Bin memasuki
gedung besar itu dan akhirnya mereka memasuki sebuah
ruangan yang penuh kitab , agaknya ruangan baca dan
Gubernur Li berada di ruangan itu .
Han Sin memandang penuh perhatian . Gubernur itu
seorang laki-laki yang berusia lima puluh tahun berwajah
tenang dan penyabar , berbeda dengan wajah puteranya yang
penuh semangat .
“ Ayah , coba ayah terka siapa yang ku bawa menghadap
ayah ini ! “ kata Li Si Bin .
Gubernur Li memandang kepada Han Sin dan Cu Sian ,
alisnya berkerut dan dia menggeleng kepalanya .
“ Ayah , saudara ini adalah Cian Han Sin , putera dari
mendiang Panglima Besar Cian Kauw Cu !”
Sepasang alis berkerut itu terangkat , sepasang mata itu
berseri . Han Sin yang diperkenalkan cepat memberi hormat ,
di turut pula oleh Cu Sian .
“ Ah , begitukah ?” kata Gubernur itu sambil mengamati
Han Sin dari kepala sampai ke kaki .
Cu Sian yang tidak diperkenalkan merasa dikesampingkan ,
segera memperkenalkan dirinya sendiri . “ dan saya bernama
Cu Sian , sahabat dan pengawal dari Kakak Cian Han Sin “ .
Gubernur itu memandang Cu Sian sejenak dengan heran ,
lalu menggerakkan tangan mempersilahkan mereka duduk . “
Aih , betapa cepatnya waktu berlalu . bagaimana kabarnya
dengan keadaan ibumu yang gagah perkasa itu , Han Sin ?” .
“ Terima kasih , tai-jin , keadaan ibu saya baik-baik saja , “
jawab Han Sin dengan sikap hormat . “ Dan mohon tai-jin
suka memaafkan kalau kunjungan saya ini mengganggu
kesibukan tai-jin “ .
“ Ah , tidak mengapa . Apakah keperluanmu dating
menemuiku ? Apa yang dapat kami Bantu untuk putera
sahabat baik kami , Cian-c iangkun ?” .
“ Saya mohon keterangan tai-jin tentang kematian
mendiang ayah saya ketika memimpin pasukan di daerah
Shansi ini . Ibu menyuruh saya untuk menhgadap tai-jin dan
mohon keterangan dari tai-jin “ .
“ Apakah ibumu belum mendapat pelaporan tentang
kematian ayahmu ?” .
“ Sudah tai-jin . Akan tetapi laporan resmi itu hanya
mengatakan bahwa ayah gugur dalam pertempuran . Desas –
desus di kalangan pasukan mengatakan bahwa kematian ayah
tidak wajar , terkena anak panah yang datangnya dari
belakang . Ibu mencurigai dan menyuruh saya mohon
penjelasan dari tai-jin “ .
Gubernur Li menghela napas panjang . “ Peristiwa itu sudah
terjadi sepuluh tahun yang lalu . Kenapa ibumu baru
menyelidikinya sekarang ?” .
“ Agaknya ibu menanti sampai saya dewasa sehingga dapat
melakukan penyelidikannya sekarang ?” .
“ Akan tetapi peristiwa itu telah terjadi sepuluh tahun yang
lalu . Apa yang kau kehendaki …….. aahhh , aku mengerti ,
agaknya engkau hendak menyelidiki siapa pembunuh ayahmu
dan hendak membalas dendam ?” Tanya Gubernur Li .
“ Bukan itu benar yang penting bagi saudara Han Sin , ayah
. Dahulu , mendiang Cian-ciangkun memiliki sebatang pedang
pusaka yang di sebut Hek-Liong-kiam . Nah ketika dia gugur ,
pedang pusaka itu lenyap di curio rang . Saudara Han Sin
ingin menyelidiki siapa pencuri pedang itu , ayah agar dia
dapat merampasnya kembali ,” kata Li Si Bin , menjelaskan . “
Dan dengan menyelidiki siapa pembunuh ayahnya , dia
mengharapkan akan dapat menemukan kembali pedang
pusaka itu “ .
Gubernur Li mengelus jenggotnya dan mengangguk-angguk
. “ Hemmm , begitukah ?” .
“ Benar , tai-jin dan saya mohon petunjuk tai-jin mengingat
bahwa mendiang ayah adalah sahabat tai-jin , mungkin tai-jin
mengetahui tentang peristiwa itu “ .
Gubernur Li mengeluskan alisnya , mengingat-ingat . “ Pada
waktu itu kami juga menerima laporan dari Panglima Lui yang
menjadi pembantu mendiang Panglima Cian , yang
melaporkan bahwa Panglima Cian telah tewas dalam
pertempuran . Kami juga mendengar desas-desus itu bahwa
Panglima Cian tewas karena terkena anak panah di
punggungnya . Akan tetapi pada waktu itu kami tidak
menaruh curiga . Sedangkan tentang pedang pusaka milik
Panglima Cian , kami tidak pernah mendengarnya . Sayang
sekali , Han Sin , kami tidak dapat banyak membantu dalam
hal ini . Apalagi terjadinya sudah sepuluh tahun yang lalu “ .
Biarpun hatinya kecewa , Han Sin tidak memperlihatkannya
. Dia lalu berpamit dari Gubernur Li . Han Sin dan Cu Sian
mengundurkan diri dan di antar oleh Li Si Bin sampai keluar
gedung .” Sayang sekali bahwa ayah tidak dapat memberi
keterangan tentang kematian ayahmu dan pedang pusaka itu ,
saudara Han Sin . Akupun merasa prihatin dan ikut
memikirkan hal itu . Dan menurut pendapatku , ada beberapa
macam cara bagimu untuk dapat menyelidiki siapa pembunuh
ayahmu itu “ .
“ Ah , Li kong-cu , saya akan berterima kasih sekali kalau
engkau suka memberi petunjuk kepada saya “ , kata Han Sin .
“ Tolonglah , Li kong-cu !” Cu Sian juga memohon . “ Sin-ko
sudah jauh-jauh dari selatan pergi ke sini , kasihan kalau dia
tidak mendapatkan petujunk “ .
Li Si Bin tersenyum dan memandang Cu Sian dengan
kagum . “ Aku kagum kepadamu , saudara Cu Sian . Engkau
seorang pemuda yang tampan dan gagah sekali , juga
ternyata merupakan seorang sahabat yang setia dan baik .
Begini , saudara Han Sin , setelah engkau tiba disini ,
sebaiknya kalau engkau melakukan penyelidikan di tempat
dimana dahulu terjadi pertempuran yang mengorbankan
nyawa ayahmu itu . Banyak suku-suku mongol berada di
daerah utara itu ,akan tetapi pada data ini , yang menguasai
daerah itu adalah suka Yakka . Mereka juga ikut bertempur
melawan pasukan pasukan Sui pada waktu itu , siapa tahu
dari mereka engkau bias memperoleh keterangan . Sekarang
suku Yakka itu bersikap baik dan tidak pernah mengganggu ,
bahkan terdapat jalur yang menghubungkan para pedagang
yang menuju ke sana . Aku tahu bahwa para pimpinan suku
Yakka yang tua-tua semua mengenal nama mendiang ayahmu
dan mengangguminya .
Akan saya perhatikan nasihat Li kong-cu ini . Apakah masih
terdapat petunjuk lain ?” .
“ Masih ada dua cara , sepanjang yang ku dengar ,
mendiang Panglima Cian kauw cu adalah seorang yang
memperoleh kedudukan tertinggi dalam pasukan , menjadi
sahabat mendiang Kaisar Yang Chien dan merupakan tangan
kanan beliau . Hal ini mungkin saja menimbulkan iri hati
kepada para tokoh perjuangan lainnnya sehingga sangat boleh
jadi ayahmu itu terbunuh oleh usaha perebutan kedudukan .
Maka engkau dapat melakukan penyelidikan di antara para
panglima dan perwira kerajaan . Dan Kenyataan kedua adalah
bahwa sewaktu muda , menurut yang ku dengar , ayahmu
adalah seorang pendekar kang-ouw . Dengan sendiri nya
ayahmu tentu mempunyai banyak musuh dari kalangan sesat ,
maka dapat juga engkau melakukan penyelidikan di dunia
kang-ouw . nah , hanya itulah yang dapat ku Bantu “ .
Han Sin merasa kagum dan senang sekali . Sungguh
seorang pemuda yang bijaksana sekali Li Si Bin ini , memiliki
pandangan yang tajam dan tepat . Dia cepat mengangkat
kedua tangannya memberi hormat . “ Sungguh tepat semua
nasihat kong-cu . Saya tentu akan melaksanakan semua
petunjuk itu !” .
“ Ahh , Saudara Han Sin terlalu memuji . Aku akan ikut
merasa gembira kalau engkau dapat menemukan siapa
pembunuh ayahmu yang curang itu dan mendapatkan kembali
pedang pusaka ayahmu “ .
“ Li Kong-cu sungguh seorang yang amat cerdas dan
bijaksana . Sekarang aku baru mengerti mengapa rakyat
Shansi menyangjung-nyanjungmu “ , kata Cu Sian .
Dua orang pemuda itu lalu berpamit dan mereka
meninggalkan kota Taigoan menuju ke utara . Setelah melihat
sepak terjang Cu Sian ketika bertanding melawan pemuda
bernama Bong Sek Toan itu , Han Sin lebih percaya bahwa Cu
Sian memiliki kepandaian yang cukup untuk menjaga dan
melindungi diri . Dia tidak merasa khawatir lagi dan mereka
melakukan perjalanan ke utara dengan gembira . Tidak
mungkin bagi Han Sin untuk tidak terbawa gembira melakukan
perjalanan bersama Cu Sian yang selalu lincah dan riang itu .
****
Jalan yang di lalui para pedagang yang membawa barang
dagangan dari dank e daerah utara ada dua jalur . Kalu para
pedagang itu membawa dagangan ke utara , mereka melalui
jalan darat yang melalui jalan darat yang melalui bukit-bukit .
Akan tetapi kalau mereka membawa dagangan dari utara ,
mereka lebih suka mempergunakan jalan air Sungai Huang-ho
yang mengalir ke selatan .
Baik jalan melalui darat maupun melalui sungai , sama saja
resikonya . Kadang muncul perampok atau bajak sungai yang
mengganggu para pedagang itu . Maka , biasanya rombongan
pedagang itu membayar piauw-su ( pengawal barang ) untuk
melindungi mereka dari gangguan penjahat . Tentu saja
terdapat semacam permusuhan di antara para piauw-su dan
para penjahat itu . Akan tetapi akhir-akhir ini mereka
menempuh jalan damai . Para gerombolan itu tidak lagi
mengganggu rombongan para pedagang asal saja mereka di
beri imbalan sebagai “ pajak jalanan “ . Para piauw-su tentu
saja lebih suka kehilangan sebagian dari penghasilan mereka
untuk diberikan kepada penjahat-penjahat itu daripada
mereka harus bertempur . Demikian pula para penjahat itu ,
lebih baik menerima imbalan dari mereka yang lewat .
Pertempuran hanya akan merugikan kedua pihak , ada yang
luka-luka , bahkan tidak jarang ada kematian di antara mereka
.
Pada suatu pagi yang cerah serombongan orang
menunggang kuda melewati jalan yang sunyi iyu . Mereka
terdiri dari belasan orang yang dari pakaiannya menunjukkan
bahwa mereka adalah orang-orang suku Yakka Mongol . ratarata
bertubuh ramping kokoh menunjukkan bahwa mereka
adalah orang-orang kuat yang biasa bergerak atau bekerja
keras . Yang menunggang kuda terdepan adalh dua orang
gadis berusia tujuhbelas dan dua puluh tahun . Mereka
berpakaian indah , baju dan topi dari bulu dan wajah mereka
cantik sekali . Akan tetapi dilihat dari sikap mereka
menunggang kuda , dapat diketahui bahwa dua orang gadis
ini juga sudah biasa menunggang kuda dan bertubuh kuat .
Hal ini tidaklah aneh karena para wanita yakka juga biasa
melakukan pekerjaan kasar , rata-rata pandai berburu
binatang mempergunakan anak panah , tombak maupun
pedang bengkok model Turki . Dua orang gadis itu adalah
kakak beradik , puteri ketua suku Yakka . Ayah mereka adalah
kepala suku Yakka yang terkenal karena kuat dan pandai
memimpin sukunya , bernama Tar-sukai . Adapun dua orang
puterinya itu , yang pertama bernama Loana , berusia
duapuluh tahun , sedangkan yang kedua bernama Hailun ,
berusia tujuhbelas tahun .
Suku Yakka menguasai daerah yang luas dan subur .
Mereka berpusat di lembah antara sungai Kerulon dan Sungai
Onon yang amat subur . Bukit-bukit di sini di tumbuhi hutan
yang lebat , penuh binatang perburuan . Air yang berasal dari
salju di gunung-gunung berlimpah , tak pernah kering .
Daerah ini selalu menjadi perebutan antara suku-suku di utara
, akan tetapi akhirnya dikuasai oleh suku Yakka yang terkenal
gagah berani dan mempunyai pasukan yang cukup besar
jumlahnya . Bahkan suku Yakka ini mengembangkan
kekuasaan mereka sampai ke selatan , ke perbatasan propinsi
Shan-si . Mula-mula memang terjadi pertempuran besarbesaran
diantara suku Yakka dan pasukan Sui , akan tetapi
akhir-akhir ini , setelah Gubernur Li mengambil seorang wanita
Turki sebagai istrinya , keadaan berubah . Gubernur Li
mengambil sikap bersahabat dengan semua suku bangsa Turki
dan yakka . Bahkan dibukalah hubungan dagang dengan sukusuku
bangsa di utara itu .
Pada suatu hari , Tarsukai , kepala suku Yakka , berhasil
mengumpulkan banyak bulu biruang yang di dapatkan oleh
para pemburu dan juga banyak batu permata yang khas .
Maka , diapun memilih bulu terbaik dan batu-batu yang langka
, lalu bermaksud mengirim barang berharga itu sebagai hadiah
kepada Gubernur Li . mendengar bahwa ada rombongan
hendak pergi ke selatan , dua orang puterinya merengek
menyatakan ingin pergi bersama rombongan .
Tarsukai amat menyayang kedua orang puterinya ini , maka
diapun tidak tega menolak . Demikianlah , kedua orang
puterinya itu bahkan ditugaskan mewakilinya mengahturkan
bingkisan itu kepada Gubernur Li . Mereka dikawal oleh
tujuhbelas orang perwira jagoan dari Suku Yakka , melakukan
perjalanan ke selatan yang cukup jauh dan akan memakan
waktu beberapa pecan dengan menunggang kuda .
Bukan main gembiranya hati Loana dan Hailun melakukan
perjalanan itu . Bagi mereka , perjalanan itu bukan sekedar
membawa tugas mengantar barang bingkisan , melainkan
terutama sekali merupakan pesiar yang menggembirakan .
Bahkan kalau mereka melewati sebuah hutan yang banyak
binatangnya . Mereka berdua melakukan perburuan . Kalau
melewati telaga , dua orang kakak beradik itu memerintahkan
para pengawalnya untuk berhenti dan mereka lalu berpesiar di
telaga . Tujuh belas orang jagoan pengawal itu selalu tunduk
dan memenuhi kehendak Loana dan Hailun . mereka semua
maklum betapa sayangnya pemimpin mereka kepada dua
orang puterinya ini . Apalagi yang memimpin para pengawal
itu adalah Temugu , adik kandung Tarsukai sendiri , atau
paman dari kedua orang gadis itu . Temugu juga amat saying
dan memanjakan kedua orang keponakannya itu .
Loana berwatak lembut dan agak pendiam , berbeda
dengan adiknya , Hailun yang wataknya riang dan lincah
jenaka . banyak sekali orang muda bangsa Mongol yang
tergila-gila kepada dua orang gadis ini dan banyak putera
kepala suku lain yang mengajukan pinangan , akan tetapi
tidak satupun pinangan di terima oleh Tarsukai . Bukan berarti
bahwa Tarsukai tidak ingin kedua puterinya memperoleh jodoh
, akan tetapi semua pinangan di tolak keras oelh kedua orang
puterinya itu . Karena ini pula maka ketika kedua orang
puterinya hendak mewakilinya menyerahkan hadiah kepada
Gubernur Li di Shansi , dia mengijinkan dengan harapan
mudah-mudahan kedua orang puterinya itu akan menemukan
jodoh yang seimbang dan baik di Shansi . Gubernur Li di
Shansi mempunyai banyak putera dan di sana terdapat pula
panglima-panglima muda yang gagah perkasa . Siapa tahu
Loana dan Hailun akan bertemu jodoh mereka .
Pada pagi hari yang cerah itu , rombongan orang suku
Yakka Mongol itu tibalah di daerah pegunungan yang menjadi
perbatasan dengan daerah Shansi . dua orang gadis yang
menunggang kuda paling depan itu tiba-tiba melihat
sekelompok kijang melarikan diri memasuki hutan . Bukan
main gembira hati mereka dan dengan anak panah siap di
tangan mereka membalapkan kuda mereka mengejar ke
dalam hutan .
Melihat ini , Temugu berteriak “ Heiii , Loana , Hailun ,
tunggu ! Kembalilah ! “ Dia sudah banyak mendengar tentang
gerombolan-gerombolan perampok yang bermarkas di dalam
hutan lebat . Akan tetapi dua orang gadis yang sedang
gembira it uterus membalapkan kuda mereka .
“ Heiii , tunggu kami ………… ! “ Temugu berteriak dan
memberi isyarat kepada anak buahnya untuk melakukan
pengejaran ke dalam hutan . Tujuh belas orang itu lalu
melarikan kuda mereka memasuki hutan lebat itu . Akan tetapi
dua orang gadis itu sudah jauh meninggalkan mereka
sehingga mereka terpaksa harus mencari-cari jejak kuda dua
orang gadis itu .
Sambil membalapkan kuda mereka , Loana dan Hailun
melepaskan anak panah berulang kali . Mereka tidak mampu
mendekati kijang-kijang itu yang larinya pesat bukan main .
“ Panahku mengena ! “ teriak Hailun .
“ Panahku juga ! “ kata Loana . Akan tetapi karena jaraknya
jauh anak panah mereka tidak dapat merobohkan kijangkijang
yang terlalu cepat larinya itu .
Mereka mengejar secepatnya sehingga meninggalkan
rombongan pengawal mereka .
Selagi kedua orang gadis Mongol itu membalapkan kuda ,
tiba-tiba kuda mereka meringkik kaget dan ketakutan ketika
dari balik pohon dan semak berloncatan belasan orang dari
sikapnya mereka yang kasar dapat di duga bahwa mereka
adalah orang-orang jahat . Lima belas orang itu di pimpin oleh
seorang yang usianya sekitar empat puluh tahun , bertubuh
tinggi besar dengan wajah penuh brewok dan kulit mukanya
hitam . Melihat dua orang gadis yang cantik manis itu , si
kepala perampok tertawa bergelak .
“ Biar aku sendiri yang menangkap mereka , kalian hadang
pasukan berkuda itu , bunuh mereka dan rampas kuda dan
barang-barang mereka ! “ teriaknya dan bagaikan seekor
orang utan besar , dia sudah meloncat dan menerkam kea rah
Loana yang duduk di atas kuda berusaha menenangkan
kudanya . Terkaman itu demikian hebat sehingga tubuh Loana
terseret turun dari atas kuda . Sebelum ia sempat bangkit
berdiri , tubuhnya sudah menjadi lemas dan lumpuh karena di
totok oleh kepala perampok itu . melihat ini Hailun menjadi
marah dan ia sempat melepaskan anak panah kea rah kepala
perampok itu . Akan tetapi kepala perampok itu ternyata lihai
sekali . Anak panah itu dapat di tangkisnya dengan tangan
sehingga melesat jauh dan sebelum Hailun dapat memanah
lagi , kakinya telah di tangkap dan di tarik turun dari atas kuda
. Sebagai seorang gadis Mongol yang sejak kecil mempelajari
ilmu bela diri , ia melawan . akan tetapi kepala perampok itu
jauh lebih kuat dan lebih cepat . Dia lihai sekali dan sebelum
Hailun dapat berbuat banyak , iapun sudah roboh terkulai oleh
totokan kepala perampok brewok itu .
“ Ha-ha-ha-ha ! hari ini beruntung sekali aku , mendapatkan
dua orang nona yang cantik jelita ! Ha-ha-ha “ sambil tertawa
tawa dia lalu memanggul tubuh kedua orang gadis itu dan di
kedua pundaknya dan membawa mereka menyusup hutan
belukar menuju ke kelompok bangunan dari kayu dan bambu
yang menjadi sarang gerombolan perampok itu .
Sementara itu , secara kebetulan Han Sin dan Cu Sian tiba
pula di jalan yang melalui hutan itu dalam perjalanan mereka
ke utara . Mereka berjalan santai sambil bercakap-cakap .
“ Eh , Sin-ko . Engkau belum menceritakan bagaimana
engkau dapat menduga bahwa Bong Sek Toan itu mempunyai
hubungan dengan nama Toat Beng Diam-Ong . Aku pernah
mendengar dari para pamanku bahwa Toat-beng Giam-Ong
adalah seorang datuk yang dahulu menjadi Kok-su Kerajaan
Toba .
“ Dari ibuku aku mengenal ilmu silat Lo-han-kun dan orang
she Bong itu ketika melawanmu menggunakan ilmu pedang
Lo-hai kiam-hoat . Maka aku dapat menduga demikian “ .
“ Dan dugaanmu itu ternyata tepat . Buktinya , ketika dia
dikenal sebagai orang yang ada hubungannya dengan bekas
Kok-su Kerajaan Toba itu , dia terus melarikan diri “ .
“ Ssssttt , Sian-te . Ada suara rebut-ribut dari dalam hutan
itu ? “ Han Sin menunjuk ke arah kiri darimana terdengar
suara pertempuran .
Cu Sian juga mendengar itu dan cepat dia meloncat dan
berlari memasuki hutan , di ikuti oleh Han Sin . Tak lama
mereka berlari dan mereka melihat ada dua kelompok orang
yang berkelahi . Yang sekelompok adalah orang-orang Mongol
dan yang kedua adalah orang-orang yang melihat pakaiannya
tentu orang-orang yang biasa mempergunakan kekerasan ,
mungkin perampok . Orang-orang Mongol itu berlompatan
turun dari kuda mereka dan terjadilah pertempuran yang
hebat .
Han Sin melihat seorang laki-laki tinggi besar memanggul
tubuh dua orang wanita muda . “ Sian-te , gadis-gadis itu di
culik !” .
Cu Sian menengok dan ketika dia melihat seorang laki-laki
tinggi besar melarikan dua orang gadis yang di panggulnya ,
dia lalu berkata “ Sin-ko , biar aku menolong mereka ! “ Dan
diapun sudah berlari cepat melakukan pengejaran terhadap
pria tinggi besar yang melarikan dua orang gadis mongol itu .
Han Sin membiarkan saja Cu Sian yang melakukan
pengejaran karena dia yakin bahwa sahabatnya itu tentu akan
mampu menolong dua orang gadis itu .
Dia sendiri lalu menghampiri tempat pertempuran dan
memperhatikan . Tidak lama dia meragu harus membantu
siapa karena dia segera mendengar seruan orang-orang kasar
itu .
“ Bunuh dan rampas kuda mereka !”
Dari teriakan – teriakan ini tahulah dia bahwa orang-orang
kasar itu tentu segerombolan perampok yang menyerang
segerombolan orang mongol ini . Dan dua orang gadis tadi
pun gadis mongol . Dia tidak ragu lagi harus membantu siapa .
“ Perampok jahat ! “ serunya dan dia pun sudah terjun ke
dalam gelanggang pertempuran itu . Walaupun Han Sin hanya
bertangan kosong , namun setiap orang perampok yang
neyerangnya , tentu senjata mereka terpental dan orangnya
terjengkang oleh tamparan tangan mau pun tendangan kaki
Han Sin .
Masuknya Han Sin yang membantu orang-orang mongol itu
membuat gerombolan perampok menjadi panic. Sebentar saja
Han Sin telah merobohkan tujuh orang perampok . Walaupun
dia tidak melukai berat para perampok itu dan mereka dapat
bangkit kembali namun mereka telah jerih dan larilah mereka
cerai berai di kejar oleh orang-orang mongol .
Melihat bahwa para perampok telah melarikan diri , Han Sin
lalu berkelebat cepat melakukan pengejaran kea rah larinya
perampok yang menculik dua orang gadis dan sedang di kejar
oleh Cu Sian . Dia khawatir kalau-kalau Cu Sian terjebak atau
menghadapi ancaman bahaya .
Sementara itu , sebentar saja Cu Sian sudah berhasil
menyusul kepala perampok yang melarikan dua orang gadis
Mongol . Loana dan Hailun yang tertotok tidak mampu
bergerak , tidak dapat meronta , akan tetapi mereka berseru
marah .
“ Lepaskan aku ! “ seru Loana
“ Lepaskan kami , kau anjing bedebah busuk ! “ Hailun
memaki ,
Akan tetapi kepala perampok itu hanya tertawa-tawa ,
seolah seruan marah dan makian kedua gadis itu terdengar
nyanyian merdu bagi telinganya .
Tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan tahu-tahu seorang
pemuda tampan telah berdiri menghadang di depan kepala
perampok itu . Pemuda itu adalah Cu Sian . Dia membawa
sepotong tongkat kayu dari ranting pohon dan menudingkan
tongkat itu ke arah muka si kepala perampok .
“ He , monyet muka hitam ! Berani engkau menculik dua
orang gadis ini ? Hayo engkau bebaskan mereka kalau tidak
ingin ku tusuk hidungmu yang besar dan jelek itu sampai
hancur dengan tongkat ini !” . Dengan sikap mengejek Cu Sian
menudingkan tongkatnya ke arah hidung kepala perampok itu
.
Kepala perampok itu adalah orang yang terbiasa di taati
oleh anak buahnya dan selama ini belum pernah ada orang
berani menentang kehendaknya . Maka , kini melihat seorang
pemuda remaja berani memaki dan menghinanya , tentu saja
dia menjadi marah bukan main . Di turunkannya dua orang
gadis itu ke bawah sebatang pohon dan dia meloncat dengan
sigapnya ke depan Cu Sian sambil membelalakan matanya ,
sikapnya penuh ancaman . Sepasang mata kepala perampok
itu terbuka sedemikian lebarnya seolah – olah dia hendak
menelan pemuda remaja yang berani menentangnya itu
dengan matanya .
“ Hemmm …. ! “ Ia mengeram seperti seekor biruang
marah . “ Tikus kecil , engkau sudah bosan hidup !” .
Akan tetapi Cu Sian malah tertawa . “ Ha-ha-ha , monyet
muka hitam . Aku tidak bosan hidup . Aku akan hidup seribu
tahun lagi untuk melaksanakan tugas hidupku , yaitu
membasmi monyet-monyet jahat seperti engkau inilah !” .
Pada saat itu , han Sin tiba di tempat itu . “ Sian-te ,
berhati-hatilah “ , katanya .
Cu Sian menoleh dan tersenyum melihat Han Sin sudah
menyusul ke situ . “ Ahhh , jangan khawatir , Sin-ko . Kalau
hanya monyet hitam seperti ini , biar ada selusin pun aku tidak
akan kalah !” .
Mendengar ucapan pemuda remaja itu , kepala perampok
tadi menjadi semakin marah . Apalagi telah muncul seorang
pemuda lain . Dia merasa terganggu sekali dan tanpa banyak
cakap lagi dia lalu menerkam kepada Cu Sian seperti seekor
harimau menerkam seekor domba , Namun Cu Sian mengelak
cepat dan terkaman itupun mengenai tempat kosong . Dia
menjadi semakin marah dan melakukan penyerangan secara
bertubi-tubi , akan tetapi semua serangan dapat di elakkan
dengan mudah oleh Cu Sian .
Melihat bahwa kepala perampok itu hanya meiliki tenaga
besar saja akan tetapi gerakannya terlalu lamban bagi Cu Sian
. Han Sin tidak merasa khawatir lagi dan dia segera
menghampiri dua orang gadis Mongol yang masih rebah tak
mampu bergerak . Dia menggerakkan tangan dengan cepat
sehingga tidak nampak oleh dua orang gadis itu , akan tetapi
dia telah menotok mereka dan tiba-tiba saja Loana dan Hailun
dapat menggerakkan kaki tangan mereka .
Loana dan hailun segera bangkit berdiri . Kedua orang gadis
itu memandang kea rah Cu Sian yang sedang bertanding
melawan kepala perampok itu dan keduanya nampak gelisah
karena kapala perampok itu menyerang bertubi-tubi sambil
mengeluarkan suara geraman seperti seekor binatang buas .
Dia nampak buah dan menyeramkan sekali .
“ Harap nona berdua tidak khawatir , adikku Cu Sian tidak
akan kalah melawan kepala perampok itu “ , kata Han Sin
menenangkan mereka . Kedua orang gadis itu menoleh dah
mengetahui bahwa pemuda inipun bukan orang jahat
melainkan kakak dari pemuda yang telah menolong mereka ,
mereka lalu mendekati seolah hendak minta perlindungan .
Loana berkata kepada Han Sin dengan suara memohon , “
Sobat yang baik , kenapa engkau tidak cepat membantu
adikmu menghadapi orang jahat itu ?” .
Han Sin memandangi kedua orang gadis itu sejak tadi dan
dia merasa kagum sekali . Loana memiliki wajah yang bulat
telur , cantik manis sekali . Sepasang matanya seperti mata
rajawali , demikian tajam namun lembut dan ketika bicara
timbul lesung pipi di sebelah kiri . Sikapnya halus dan ketika
bertanya kepadanya , suaranya merdu dan lembut dan ketika
bicara timbul lesung pipi di sebelah kiri , Sikapnya halus dan
ketika bertanya kepadanya , suaranya merdu dan lembut .
Gadis kedua yang lebih muda , memiliki bentuk wajah yang
bulat , hidungnya mancung dan mulutnya merupakan daya
tarik paling kuat . Mulut itu manis menggairahkan .
“ Jangan kalian khawatir , adikku tidak akan kalah dan
seorang laki-laki sejati tidak akan bersikap curang melakukan
pengeroyokkan “ , jawab Han Sin dan mendengar jawaban ini
Loana menjadi kagum . Jawaban itu menunjukkan bahwa ia
berhadapan dengan seorang pendekar yang gagah perkasa .
Kalau adiknya saja sudah demikian gagah . kakaknya ini tentu
lebih hebat pula . pikirnya . Akan tetapi , melihat Han Sin dan
Hailun memandang ke arah perkelahian itu penuh perhatian ,
Loana lalu memandang pula .
Kepala perampok itu menjadi semakin beringas ketika
beberapa kali tubrukannya dan serangannya hanya mengenai
tempat kosong . Dia mengerahkan tenaganya dan menerjang
kembali dengan kedua lengan di buka seperti seekor beruang
menyerang calon mangsanya sambil mengeluarkan teriakan
keras .
“ Haiiittttt ……… ! “ Kedua tangan itu membuat gerakan
memeluk . Cu Sian cepat menghindarkan diri dan langkah ke
samping belakang , lalu kakinya mencuat dengan tendangan
yang cepat seperti kilat menyambar .
“ Dukkk … aaggghh … ! Kaki bersepatu itu kecil saja akan
tetapi karena sambarannya cepat dan mengenai lambung ,
raksasa muka hitam itu terjengkang dan mengaduh . Ketika
dia merangkak bangun , dia memegangi perutnya yang
seketika terasa mulas . Kini kemarahannya memuncak dan dia
tidak lagi berani memandang rendah pemuda remaja itu .
tangannya meraih ke punggung dan dia sudah mencabut
sebatang golok besar yang berkilauan saking tajamnya .
Melihat ini , Loana dan Hailun menjadi ngeri dan khawatir
sekali , apalagi melihat kepala perampok itu tanpa peringatan
lagi sudah mengayun goloknya menyerang . Golok menyambar
ke arah leher Cu Sian . Loana sudah memejamkan matanya
dan Hailun mengepal tinjunya . Akan tetapi dengan cepat dan
ringan sekali tubuh Cu Sian sudah mengelak ke belakang dan
golok itu membacok angina .
“ Curang ! Pengecut ! Biar aku membantunya ! “ terdengar
Hailun berteriak dan gadis mongol yang licah ini sudah
mencabut sebatang pisau belati bengkok dari balik ikat
pinggangnya . Agaknya ia akan nekat maju mengeroyok
kepala perampok itu , akan tetapi Han Sin cepat mencegahnya
.
“ Jangan , nona . Adikku tidak akan kalah . Kalau engkau
membantunya , engkau malah akan membikin dia repot
melindungimu . Lihatlah , dia tidak akan kalah “ .
“ Tapi dia di serang dengan senjata oleh pengecut curang
itu ! “ Hailun membantah dan masih hendak nekat menyerbu .
“ Hailun , sobat ini benar , Jangan mencampuri , engkau
akan terancam bahaya . Dia tidak akan . Lihatlah !” .
Hailun memandang dan iapun bernapas lega , Kiranya Cu
Sian sudah memegang sebatang tongkat yang tadi dia
tancapkan di atas tanah dan kini dengan tongkatnya itu dia
melawan kepala perampok yang memegang golok .
“ Ha-ha-ha , monyet hitam . Golokmu penyembelih ayam itu
tidak menakutkan aku !” Cu Sian mengejek dan begitu dia
memutar tongkatnya , lawan yang tinggi besar itu baginya
demikian aneh , tongkat seolah berubah menjadi belasan
banyaknya , menyerang dari segenap penjuru . Dia mencoba
untuk melindungi tubuhnya dengan putaran goloknya , namun
tetap saja tongkat itu dapat menyelinap di antara gulungan
sinar goloknya dan dua kali tubuhnya berkenalan dengan
tongkat itu . Pertama kali , kepalanya di ketuk sedemikian
kerasnya sampai timbul benjolan sebesar telur ayam di
dahinya , dan kedua kali , dadanya tertotok ujung tongkat
yang membuat dia terjengkang dan dadanya terasa sesak
bernapas . Pengalaman ini membuat kepala perampok merasa
jerih . Anak buahnya juga muncul dan dia merasa tidak akan
mampu menandingi pemuda remaja yang amat lihai itu .
Kalau di lanjutkan , tentu dia akan celaka . Apalagi di situ
masih ada pemuda lain yang belum turun tangan . Karena itu ,
begitu dia dapat meloncat bangun , dia langsung membalikkan
diri dan lari meninggalkan tempat itu secepatnya .
Hailun bertepuk tangan dengan gembira . “ Heiii , monyet
hitam pengecut ! Jangan lari kau ! “ Ia berteriak dan melihat
kegembiraan gadis itu , Cu Sian juga menjadi gembira .
“ Nona , apa engkau ingin aku menangkap monyet itu ?” Cu
Sian bertanya sambil tertawa .
“ Benar , sobat yang gagah perkasa . Kejar dan tangkaplah
monyet hitam itu , seret dia ke sini agar aku sendiri dapat
memberi hukuman kepadanya !” teriak Hailun dengan gembira
.
Akan tetapi sebelum Cu Sian bergerak untuk mengejar
lawannya , Han Sin berkata , “ Sian-te , lawan yang sudah
kalah dan melarikan diri tidak perlu dikejar lagi “ .
Cu Sian memandang kepada Han Sin dengan alis berkerut ,
akan tetapi melihat pandang mata Han Sin , dia teringat
bahwa dia sudah berjanji akan menaati kata-kata sahabatnya
itu . Maka diapun lalu tersenyum dan menoleh kepada Hailun
sambil mengembangkan kedua lengannya dan mengangkat
pundak .
“ Sayang , adik yang manis , kakakku ini melarang aku
mengejar monyet hitam itu “ .
Hailun melangkah maju dan tanpa ragu atau malu lagi dara
mongol ini memegang tangan kanan Cu Sian dengan kedua
tangannya , sepasang matanya menatap penuh kagum wajah
pemuda itu dan ia berkata , “ Ah , engkau hebat sekali .
Engkau adalah pahlawanku yang gagah perkasa ! Kami berdua
menghaturkan banyak terima kasih atas pertolonganmu ,
sobat “ .
Cu Sian tersenyum dan berkata dengan lagak bangga . “ Ah
, melawan monyet hitam itu tidak ada artinya , nona manis .
Biar ada selusin monyet seperti dia . Kalau berani
mengganggu sehelai rambutmu , tentu akan kubasmi semua !
“ .
Han Sin tertegun menyaksikan lagak Cu Sian ini . Memang
biasanya pemuda itu lincah gembira dan jenaka , bahkan ugalugalan
, akan tetapi sekali ini lagaknya demikian sombong dan
takabur ! Ah , jangan-jangan sahabatnya ini memang seorang
pemuda mata keranjang !
Maka , untuk menghentikan Cu Sian yang menjual lagak itu
dia berkata dengan sikap sopan sambil memandang kepada
Loana .
“ Nona berdua , apa yang telah terjadi dengan kalian ?
Mengapa pula kalian melakukan perjalanan melalui hutan yang
liar ini ? Kalian dari manakah dan hendak menuju kemana ? “ .
Loana segera menjawab , “ Kami berdua adalah kakak
beradik . Kami adalah puteri kepala suku Yakka Mongol yang
sedang melakukan perjalanan menuju ke Shan-si , di kawal
oleh paman kami dan seregu prajurit . Akan tetapi setibanya di
tempat ini , rombongan kami dihadang dan di serang oleh
segerombolan perampok tadi dan kami berdua ditawan
kepalanya dan di bawa lari sampai ke sini , Untung kami di
tolong oleh sobat berdua . Untuk itu kami berdua
menghaturkan banyak terima kasih “ .
Han Sin memandang kagum . Dua orang gadis mongol ini
dapat bicara dalam bahasa Han yang cukup baik . ini
menandakan bahwa mereka terdidik dengan baik .
“ Siapakah nama sobat berdua yang gagah perkasa ?” Tibatiba
Hailun bertanya sambil memandang kepada Cu Sian .
Cu Sian tertawa . “ Ha , mestinya kalian berdua yang lebih
dulu memperkenalkan nama kalian kepada kami ! “ .
Hailun juga tersenyum . “ namaku Hailun dan ini adalah
kakak saya bernama Loana . Ayah kami adalah kepala suku
Yakka bernama Tarsukai “ .
Han Sin gembira sekali mendengar bahwa dua orang gadis
itu adalah puteri-puteri kepala suku Yakka . Dia teringat akan
nasihat Li Si Bin agar dia melakukan penyelidikan tentang
kematian ayahnya itu di antara orang-orang Yakka yang
dahulu ikut bertempur melawan pasukan ayahnya . Mungkin
ayah gadis-gadis ini akan dapat memberi banyak keterangan
kepadanya ! .
“ Ah , kebetulan sekali ! kami juga sedang melakukan
perjalanan ke utara untuk mengunjungi kepala suku Yakka
Mongol ! Perkenalkanlah , nona . Aku bernama Cian Han Sin
dan ini adalah sahabat baikku bernama Cu Sian “ .
Pada ssat itu , terdengar suara gaduh banyak orang dan
juga suara derap kaki kuda . Dua orang gadis itu nampak
gelisah dan mereka mendekati penolong mereka . Tanpa di
sengaja Loana mendekati Han Sin dan Hailun mendekati Cu
Sian , bahkan memegang lengan pemuda itu . Dua orang
pemuda itupun membalikkan tubuh menghadapi orang-orang
yang baru dating untuk melakukan perlawanan .
Akan tetapi yang muncul itu adalah orang-orang Mongol
yang mengawal kedua orang gadis itu . Temugu yang tinggi
besar itu segera meloncat dari atas kudanya dan sikapnya
mengancam ketika dia melihat dua orang keponakannya
berada di situ bersama dua orang pemuda Han yang tidak
mereka kenal . Belasan orang mongol yang dating berjalan
kaki dan ada pula yang berkuda , segera mengepung dengan
sikap mengancam .
“ Dua orang muda yang bosan hidup ! Bebaskan dua orang
nona kami sebelum kami menggunakan kekerasan dan
membunuh kalian !” bentak Temugu yang sudah siap dengan
pedang bengkok di tangannya .
Hailun segera berkata dengan suara nyaring . “ Paman
Temugu , jangan ngawur ! Dua orang pemuda ini justeru yang
menolong kami dari tangan perampok !” .
Temugu membelalakkan matanya , akan tetapi karena
sudah menjadi watak Hailun yang suka main-main , maka dia
memandang kepada Loana seperti minta penjelasan . Loana
menghadapinya dan berkata , “ Memang benar Paman
Temugu . mereka ini bernama Cian Han Sin dan Cu Sian . Dua
orang pemuda yang baru saja membebaskan kami dari tangan
kepala perampok “ .
Mendengar penjelasan Loana ini , Temugu tidak ragu lagi
dan dia cepat memberi hormat dengan mengangguk kemudian
menjulurkan tangan mengajak dua orang pemuda itu
bersalaman . “ Ah , maafkan kami yang tidak tahu . Kami
berterima kasih sekali kepada dua orang sobat baik . Ketua
kami tentu akan menerima kalian sebagai tamu-tamu agung
dan akan mengucapkan terima kasih nya “ .
Sebelum Han Sin dan Cu Sian menjawab , Loana sudah
berkata lagi , “ memang mereka berdua ingin mengunjungi
tempat kita dan bertemu dengan ayah , paman “ .
Hailun menyambung . “ Baiknya begini saja , paman
Temugu . Paman dan para pengawal melanjutkan perjalanan
ke Shan-si dan menyerahkan barang-barang hadiah dari ayah
, sedangkan kami berdua akan kembali saja bersama saudara
Cian han Sin dan Cu Sian “ .
Mendengar usul Hailun itu , Temugu mengerutkan alisnya
dan menggeleng kepala tidak setuju . “ hailun , bagaimana
kalian pulan sendiri ? Kami yang bertanggung jawab atas
keselamatan kalian . Kalau terjadi apa-apa dengan kalian
bagaimana kami akan mempertanggungjawabkannya ?” .
“ Ah , paman ! Dengan dikawal dua orang penolong kami ini
, kami akan sampai di rumah dengan selamat . Jangan
pandang ringan mereka berdua , paman , Pengawalan mereka
berdua jauh lebih aman dibandingkan pengawalan kalian yang
tujuhbelas orang banyaknya itu !” .
Temugu tetap tidak setuju , akan tetapi Loana berkata
dengan suaranya yang halus namun meyakinkan . “ Ucapan ,
adik Hailun tidak berlebihan , paman Temugu . Buktinya tadi ,
dengan pengawalan paman sekalian , tetap saja kami di tawan
penjahat . Kalau tidak ada dua orang penolong ini , entah
bagaimana jadinya dengan kami . Pula , setelah mengalami
peristiwa tadi , kami berdua sudah tidak bersemangat lagi
untuk melanjutkan perjalanan . Biarkan kami berdua pulang
bersama dua orang pemuda ini yang hendak berkunjung
kepada ayah “ .
Temugu tidak dapat membantah lagi . Juga kini dia
mengenal bahwa pemuda yang berkelebat cepat membantu
mereka melawan gerombolan adalah pemuda yang tinggi
tegap dengan pakaian sederhana ini . Memang hanya
sekelebatan saja dia melihat bayangan yang merobohkan
banyak anggota perampok tadi , akan tetapi dia ingat benar
bahwa bayangan itu mengikat rambutnya dengan pita kuning .
Temugu menginginkan kepastian dari dua orang pemuda
yang sama sekali asing itu . “ Sobat muda berdua , apakah
benar-benar kalian berdua berani mempertanggungjawabkan
keselamatan dua orang keponakan kami ini dan mengantar
mereka sampai ke tempat tinggal kami ?” Temugu
memandang tajam kepada Han Sin dan Cu Sian .
Han Sin segera menjawab . “ Paman yang baik ,
sesungguhnyalah bahwa aku dan sahabatku ini hendak pergi
mengunjungi Kapala Suku Yakka Mongol untuk suatu
keperluan penting . Kami sama sekali tidak mengajak kedua
orang nona ini untuk pergi bersama kami “ .
Mendengar ini , Loana berkata “ Sobat Cian Han Sin .
memang kalian tidak mengajak kami berdua , akan tetapi
setelah terjadi peristiwa ini kami berdua kakak beradik ingin
pulang saja . Dan mendengar bahwa sobat Cian Han Sin dan
Cu Sian hendak mengunjungi ayah kami , maka hal itu
kebetulan sekali . Kita dapat melakukan perjalanan bersama “
.
“ Kakak Loana berkata benar !” sambung Hailun . “
Perjalanan dari sini menuju ke perkampungan kita aman ,
tidak akan ada yang berani mengganggu kami . Bahkan tanpa
pengawalan sama sekalipun kami berdua berani melakukan
perjalanan pulang . Kami berdua bukanlah gadis-gadis lemah
dan cengeng , Karena kebetulan dua orang pemuda ini hendak
berkunjung ke tempat tinggal kami , apa salahnya kalau kami
berdua melakukan perjalanan dengan mereka ?” .
Cu Sian merasa tidak enak kalau diam saja . “ Sudahlah ,
biarkan dua orang nona ini melakukan perjalanan pulang
bersama kami berdua . tentang keselamatan mereka berdua ,
jangan khawatir . Kalau terjadi gangguan dan halangan ,
akulah yang akan melindungi mereka dengan taruhan nyawa
!” Ucapan ini terdengar gagah sekali . Mendengar ini , Hailun
mendekati Cu Sian dan gadis ini berkata kepada pamannya .
“ Paman dengar itu ? Dengan pengawalan sobat Cu Sian ini
, aku akan merasa lebih aman daripada dikawal pasukan
pengawal kita !” .
Wajah Temugu berubah kemerahan dan sambil
mengerutkan alisnya dia berkata , “ Semua pengawal ini
manjadi saksi , bahwa pemisahan diri kami ini adalah
kehendak kalian berdua sendiri . Kalau sampai terjadi sesuatu
, jangan persalahkan kami !” .
Han Sin merasa tidak enak sekali . Diapun tidak ingin
mengajak kedua gadis itu . Adalah mereka berdua itu yang
menghendakinya sendiri . Kalau dia merasa setuju mereka
berdua ikut dan melakukan perjalanan bersama dia dan Cu
Sian , hal itu adalah karena dengan adanya dua orang gadis
itu tentu akan lebih memudahkan dia mencari keterangan
tentang kematian ayahnya di perkampungan Yakka itu .
“ Aku mempunyai usul yang kiranya dapat kalian terima .
Bagaimana kalau para pengawal ini di bagi dua ? Sebagian
melanjutkan perjalanan ke Shan-si dan yang sebagian lagi
tetap mengawal kedua orang nona pulang ke utara bersama
kami “ .
Usul Han Sin ini di terima dengan suara bulat . Temugu lalu
membagi pasukan pengawalnya . Delapan orang di tugaskan
untuk mengawal dua orang keponakannya sedangkan
selebihnya ikut dengan dia ke Shan-si . Dan dua ekor kuda di
berikan kepada Han Sin dan Cu Sian .
Dua rombongan ini lalu berpisah dan Han Sin bersama Cu
sian dan dua orang gadis itu di kawal delapan orang ,
menunggang kuda menuju ke utara .
****
Seperti kehidupan para nenek moyang mereka , Suku Yakka
Mongol hidup sebagai suku perantau , hanya menetap untuk
sementara di daerah yang mereka anggap subur dan
menguntungkan . Apabila daerah itu sudah tidak
menguntungkan lagi . mereka memboyong seluruh keluarga
mereka , pindah ke daerah baru yang lebih baik .
Karena itulah , di setiap daerah yang mereka pilih sebagai
tempat tinggal sementara , mereka tidak pernah atau jarang
sekali membangun rumah tinggal yang tetap . mereka lebih
suka mendirikan kemah-kemah yang mudah di bongkar
pasang .
Pada waktu itu , suku Yakka Mongol itu bertempat tinggal di
daerah yang subur , di antara Sungai Kerulon dan Sungai Ono
. Bukit-bukit di sekitar tempat itu penuh dengan hutan lebat .
Di sebuah yang lembah yang penuh dengan padang rumput ,
mereka mendirikan kemah-kemah mereka .
Rumah atau kemah mereka itu terbuat dari bulu binatang
kempa yang di tangkupkan pada rangka dari kayu . Dibagian
paling atas terdapat sebuah lubang untuk mengeluarkan asap
. Dinding kemah itu di kapur dan dihiasi dengan lukisanlukisan
. Kemah yang paling besar dan mewah tentu saja
menjadi tempat tinggal kepala suku mereka , yaitu Tarsukai .
Kemah seperti ini , di dalam bahasa mereka di sebut Yurt .
Bentuknya agak bundar dan bentuk ini menyebabkan angina
yang meniup kuat-kuat akan melewatinya Tanpa menimbulkan
bahaya tumbang atau runtuh .
Di dalam perkampungan suku Yakka itu , perkemahan milik
Tarsukai berada di tengah-tengan , terdiri dari beberapa buah
Yurt yang mengelilingi yurt yang terbesar . Para isterinya
tinggal bersama anak-anak mereka dalam sebuah yurt .
Sebuah yurt untuk seorang isteri dan anak-anaknya .
Ketika Han Sin dan Cu Sian tiba di perkampungan itu ,
mereka di sambut oleh orang-orang Yakka dengan heran dan
juga gembira . Apalagi ketika mereka mendengar dari para
pengawal bahwa dua orang itu adalah pendekar-pendekar
yang telah menyelamatkan dua orang nona mereka dari
tangan kepala perampok , semua orang memandang kepada
dua orang pemuda itu dengan takjub . Di dampingi oleh Loana
dan Hailun , kedua orang pemuda itu dipersilahkan memasuki
kemah yang terbesar , yang menjadi tempat tinggal dan juga
tempat pertemuan dari Tarsukai .
Dengan kikuk dan juga terheran-heran , Han Sin dan Cu
Sian memasuki kemah itu dan mengamati keadaan di dalam
kemah . Kemah itu besar dan luas sekali dan di situlah
tersimpan milik keluarga Tarsukai , kepala klan ( suku ) Yakka
mongol itu . Ada permadani yang tebal dan indah berasal dari
Bhokhara atau Kabul , yang di bawa oleh para pedagang dari
barat . Ada pula peti-peti besar berisi pakaian dari sutera yang
mereka peroleh dari tukar menukar barang dengan pedagangpedagang
bangsa Arab ,
Ada pula barang-barang dari perak ukir-ukiran . Di sudut
terdapat sebauh rak penuh dengan senjata yang sebagian
tergantung pada dinding kemah , pedang-pedang dari Turki .
lembing-lembing , kotak-kotak busur dari gading dan bamboo
, anak-anak panah dari berbagai jenis terhias bulu-bulu indah
dan perisai-perisai dari kulit yang di cat beraneka corak dan
warna .
Han Sin dan Cu Sian merasa asing sekali , seolah masuk ke
dalam dunia yang lain sama sekali . Juga suasana di situ
bebas namun mengandung suasana yang menyeramkan ,
seolah-olah semua seramah-tamahan itu dalam sekejab dapat
berubah menjadi kebengisan .
Didalam yurt besar itu , seperti juga dalam yurt-yurt lainnya
, terdapat perapian yang menhangatkan hawa dalam kemah
itu .
Seorang laki-laki berusia empat puluh lima tahun duduk di
atas sebuah kursi berukir dengan sikap gagah . Kedua kakinya
terpentang lebar , kepalanya juga tegak . Pakaiannya berbeda
dengan pakaian orang orang Yakka lainnya , karena dia
memakai jubah dari bulu . Pria ini bersikap seperti seekor
burung rajawali yang bertengger di puncak pohon , gagah dan
berwibawa .
Loana dan Hailun segera lari kedepan menyalami ayah
mereka dan mencium tangan ayah mereka . Tarsukai yang
tadinya berwajah seperti topeng itu tiba-tiba saja nampak
tampan ketika tersenyum dan matanya bersinar-sinar ,
mulutnya kelihatan ramah sekali . Dia merangkul Loana
dengan tangan kanan dan Hailun dengan tangan kiri .
“ Hemm , anak-anakku yang nakal . Apa yang ku dengar
dari pelaporan para pengawal tadi ? Kalian tidak melanjutkan
perjalanan ke Shan-si akan tetapi di tengah perjalanan lalu
menghentikan perjalanan dan pulang ? Dan laporan itu
mengatakan bahwa kalian di tawan perampok ? Bagaimana
sebetulnya , apa yang terjadi ? “ .
Hailun terkekeh dan mengelus tangan ayahnya . “ Ah , ayah
menghujani kami dengan pertanyaan-pertanyaan . Sebelum
kami bercerita , ayah , lebih dulu perkenalkanlah , dua orang
pemuda itu adalah penolong-penolong kami . Ini Cian Han Sin
dan yang itu Cu Sian .
Tarsukai menoleh dan memandang kepada dua orang
pemuda yang masih berdiri di depannya . Sejenak dia
memandang penuh perhatian dan selidik , kemudian dia
mengangguk . han Sin dan Cu Sian segera memberi hormat
dengan mengangkat kedua tangan depan dada yang di balas
oleh Tarsukai dengan membungkuk . Kemudian kepala suku
itu bangkit berdiri dan nampaklah bentuk tubuhnya yang
kokoh kuat , tinggi dan berotot .
“ Kalian telah menolong kedua orang puteri kami ? Kalau
begitu , duduklah . Kalian adalah sahabat-sahabat kami dan
menjadi tamu-tamu kehormatan kami !” Tarsukai
mempersilahkan kedua orang muda itu duduk di atas bangku
pendek , sedangkan dua orang puterinya duduk bersimpuh di
atas permadani .
“ Terima kasih “ , kata Han Sin yang di turut oleh Cu Sian .
Mereka duduk di depan kepala suku itu .
“ Nah , anak-anakku , sekarang ceritakan apa yang telah
terjadi !” kata Tarsukai .
“ Ayah , kami melakukan perjalanan ke selatan dengan
lancar . Bahkan kami berdua sempat singgah di tempattempat
yang indah , bertamasya di danau-danau . Akan tetapi
ketika kami tiba di perbatasan , di dalam hutan , tiba-tiba
muncul sekelompok kijang . Aku dan adik Hailun tertarik dan
kami berdua mengejar kijang-kijang itu sambil melepaskan
anak panah “ .
“ Anak panah kami mengena, ayah “ , sambung Hailun . “
Akan tetapi kijang-kijang itu masih dapat berlari memasuki
hutan dan kami terus mengejar “ .
“ Dan tiba-tiba muncul segerombolan orang jahat itu !” kata
Loana . “ Kepala perampok itu lalu menyerang aku dan Hailun
. tiba-tiba saja kami berdua tidak mampu bergerak dan dia lalu
memanggul kami dan membawa kami pergi memasuki hutan “
.
“ hemmm , apa kerjaannya paman kalian Temugu ? Apa dia
tidak melindungi kalian ?” Tanya Tarsukai dengan nada marah
.
“ Paman dan para pengawal melakukan pengejaran kepada
kami berdua akan tetapi mereka sibuk melawan serangan
anak buah gerombolan perampok , ayah “ , kata Loana . “
Akan tetapi untunglah kami di tolong oleh dua orang sahabat
yang gagah perkasa ini “ .
“ Ayah , hebat sekali kepandaian Cu Sian ini !” kata Hailun
sambil menunjuk kea rah pemuda itu . “ Dia muncul dan
menyerang kepala perampok yang menyeramkan itu . Hanya
dengan sebatang tongkat dia menghadapi kepala perampok
yang bersenjata golok besar dan akhirnya monyet hitam itu
melarikan diri . Kalau tidak ada Cu Sian ini , entah apa jadinya
dengan kami “ .
Tarsukai mengangguk-angguk sambil memandang kepada
Han Sin dan Cu Sian , terutama sekali kepada Cu Sian . Diamdiam
kepala suku ini kagum akan tetapi juga meragukan cerita
kedua puterinya . Pemuda-pemuda yang penampilannya tidak
mengesankan itu , nampaknya hanya pemuda-pemuda pelajar
yang lemah lembut , bagaimana mungkin dapat menjadi
seorang laki-laki yang jantan dan kuat ?
Akan tetapi , karena bukan hanya dua orang puterinya yang
bercerita , akan tetapi juga para pengawal melapor kepadanya
akan kelihaian dua orang pemuda itu , maka diapun percaya
walaupun tidak yakin benar karena tidak menyaksikan sendiri .
Untuk menyatakan terima kasihnya , tarsukai lalu mengadakan
pesta untuk menyambut dan menghormati dua orang tamu
agungnya . Dua orang pemuda itu tentu saja merasa gembira
akan penyambutan yang sedemikian ramah dan baiknya .
Mereka mendapatkan sebuah kemah sendiri untuk mereka
berdua tinggal . di dalam kemah yang tidak berapa besar
namun lengkap itu , han Sin dan Cu Sian beristirahat setelah
mereka ikut hadir dalam pesta untuk menyambut mereka dan
makan minum sampai kenyang .
Di dalam kemah itu hanya terdapat sebuah tempat tidur
yang hanya merupakan sebuah kasur bulu yang terletak di
atas permadani . kasur ini kurang lebih satu setengah meter
lebarnya dan melihat ini , Cu Sian mengerutkan alisnya dan
berkata , “ Sin-ko , malam nanti aku akan tidur di atas
permadani saja dan engkau boleh tidur di atas kasur “ .
“ Ah , Sian-te . Kasur ini cukup besar untuk kita berdua ! “
bantah Han Sin .
“ Sudah sering kukatakan padamu , Sin-ko . Aku tidak biasa
tidur sekamar dengan orang lain dan kalau hal itu dipaksakan ,
semalam suntuk aku takkan dapat tidur ! Apalagi satu tempat
tidur ! Sudahlah , kalau engkau memaksa , aku malah akan
tidur di luar saja !” .
Melihat Cu Sian ngambek , Han Sin tersenyum . “ baiklah ,
aku tidak akan memaksamu , Sian-te . Engkau boleh tidur di
atas kasur itu seorang diri dan aku yang tidur di permadani “ .
“ Tidak , kau yang di kasur !” .
“ Aihh , Sian-te . Seorang kakak harus mengalah kepada
adiknya , bukan ? Hanya aku merasa heran , bagaimana kelak
kalau engkau sudah beristeri ? Apakah engkaupun akan tidur
berpisah tempat tidur dan berpisah kamar ?” .
“ Aku tidak akan beristri !” kata Cu Sian tegas .
Han Sin tertawa dan menggoda . “ wah , jangan sombong
engkau , Sian-te . Kalau engkau takabur , kelak engkau akan
malu sendiri . Aku tahu bahwa sekarangpun sudah ada
bidadari yang siap melepaskan anak panah asmaranya kepada
hatimu !” .
“ Jangan mengacau , Sin-ko !”
“ Aih , apa kaukira aku tidak tahu ? Apakah engkau hanya
pura-pura tidak melihat dan tidak tahu ? Aku melihat puteri
Hailun yang cantik jelita itu telah jungkir balik jatuh cinta
kepadamu , Sian-te “ .
Cu Sian cemberut . “ hemm , jangan menggoda , Sin-ko .
Apakah kau kira aku tidak tahu betapa Loana memandangmu
dengan sepasang mata redup memancarkan cinta ? gadis itu
mencintaimu , Sin-ko “ .
Han Sin menghela napas panjang dan berkata dengan
sungguh-sungguh . “ Ah , Sian-te . Akupun tahu akan hal itu
dan aku merasa kasihan sekali padanya . Ia seorang gadis
yang baik hati dan memenuhi semua syarat untuk dapat
menjadi seorang istri yang amat baik . Sayang sekali , aku
belum berpikir tentang perjodohan , bahkan tugasku disinipun
belum sempat ku lakukan . Aku akan menanti saat yang baik
untuk minta keterangan dari paman Tarsukai . Akan tetapi aku
harus berhati-hati . Dia kelihatan seorang laki-laki yang keras
hati dan mendiang ayahku dahulu pernah menjadi musuhnya
dalam pertempuran . Aku khawatir dia akan marah dan
membenciku kalau aku berterus terang bahwa aku adalah
putera mendiang Panglima Cian Kauw Cu “ .
“ Hal itu dapat dilakukan kalau sudah terbuka kesempatan
bagi kita , Sin-ko . Agaknya dia belum percaya benar kepada
kita . Akan tetapi . kau katakana tadi bahwa Loana memenuhi
semua syarat untuk menjadi seorang isteri yang baik . Ah ,
agaknya engkau seorang filsuf yang mengenal benar watakwatak
seorang wanita . Sin-ko , katakanlah kepadaku ,
bagaimana agar dapat memenuhi syarat menjadi seorang
isteri yang baik itu ? Agar kelak aku dapat memilih yang benar
“ .
Han Sin memandang seperti orang melamun , pandang
matanya kosong dan jauh . Dia membayangkan wajah dan
watak ibunya ! “ Seorang isteri yang baik pertama-tama tenatu
saja yang memiliki kecantikan yang wajar dan aseli , tidak
polesan …..
“ Hemmm , ya , Sin-ko ? “ Cu Sian mendesak .
“ Kecantikan seperti itu adalah khas kecantikan wanita ,
cantik lahir bathin , tanpa cacat …”
“ Seperti Loana itu ?”
“ Ya , seperti itulah , akan tetapi aku belum yakin benar
akan kecantikan bathin Loana “ .
“ Lalu , bagaimana lagi ?”
“ Ia harus mencinta suaminya dengan sepenuh jiwa
raganya , setia sampai mati …. “
“ Hemmm , begitukah ? Lalu apa lagi ?”
Macam kesukaran , berani menghadapi bahaya apapun
demi membela suaminya karena di dalam lubuk hatinya hanya
ada bayangan suaminya , tidak ada bayangan pria lain ….. “
“ begitukah ? Lalu bagaimana lagi ?”
“Ia harus melayani segala keperluan hidup suaminya ,
selalu siap untuk menyenangkan dan menghibur hati suaminya
, ikut bergembira ria kalau suaminya sedang senang dan
menghibur kalau suaminya sedang susah . Ia harus menaati
semua kehendak suaminya dan ………… “
Tiba-tiba Cu Sian yang sejak tadi sudah merasa jengkel
dengan penggambaran Han Sin , tidak dapat menahan lagi
hatinya dan meledaklah kejengkelannya .
“ …………. Dan engkau boleh menikah dengan wanita
bayangan itu , dewi pujaan yang hanya hidup dalam mimpi !
Engkau boleh menikah dengan wanita roh halus atau siluman
itu , karena wanita macam itu tidak berdarah daging , dan
tidak dapat hidup di dunia ini , wanita macam itu hanya makan
harumnya bunga dan asap hio , sebangsa setan kuntilanak !” .
“ Ehhh ? dan kenapa engkau marah-marah , Sian-te ?”
“ Tentu saja aku marah karena engkau adalah seorang lakilaki
yang tolol , sombong dan tak tahu diri ! Huh , aku muak ,
belum pernah aku bertemu orang sepertimu . Mual perutku
melihatmu Sin-ko !” Cu Sian lalu keluar dari kemah itu dengan
muka merah dan marahnya .
Han Sin tertegun bingung . Dia masih duduk bersila dalam
kemah itu , di atas permadani . terheran-heran melihat sikap
Cu Sian . Kenapa pemuda itu marah-marah kepadanya ?
Padahal dia hanya mememuji kecantikan Loana . Loana … ?
Ah , apakah Cu Sian mencinta Loana sehingga timbul cemburu
di hatinya di kala dia memuji-muji gadis itu ?
Perlahan-lahan dia melangkah keluar kemah . Dia melihat
Cu Sian berdiri di depan serumpun bunga . Dia menghampiri
sampai dekat .
“ Sian-te , maafkanlah aku “
Cu Sian memutar tubuhnya menghadapinya . Mulutnya
masih cemberut , akan tetapi pandang matanya tidak semarah
tadi .
“ Apa yang harus di maafkan ?” dia bertanya dan matanya
memandang nakal .
Jilid 12
“ Aku tadi telah membuatmu marah “ , kata Han Sin dan
pemuda ini merasa heran akan dirinya sendiri . Kenapa dia
demikian membutuhkan sahabat yang kadang amat nakal ini ?
Bahkan justeru kenakalan Cu Sian yang membuat dia tidak
ingin kehilangan sahabat itu . Kenakalan itu bagaikan bumbu
penyedap dalam hidupnya .
“ Sudahlah , jangan bicarakan tentang itu lagi , Sin-ko ,
lihat ! Di sana orang-orang nampak sibuk , membawa bungabunga
dan menghias tenda besar “ .
Melihat sikap Cu Sian sudah biasa lagi , diapun memandang
dan benar saja . Orang-orang Mongol itu sedang sibuk
mengatur dan menghias tenda besar yang berdiri di tengahtengah
, tenda tempat tinggal Tarsukai .
Pada saat itu , Loana dan Hailun dating menghampiri
mereka . Dua orang pemuda itu segera menyambut dengan
gembira .
“ Ah , sahabat Cu Sian dan Han Sin . Kami kira kalian masih
beristirahat dalam kemah , tidak tahunya sudah berada di luar
. Apakah kalian tidak lelah dan pergi berisitirahat ?” Tanya
Hailun sambil tersenyum manis menghampiri Cu Sian .
Cu Sian tersenyum dan pemuda ini melihat betapa Loana
secara otomatis menghampiri Han Sin dan tersenyum manis
kepada pemuda itu .
“ Tidak , kami tidak lelah “ , kata Cu Sian .
“ kalau begitu . mari Bantu aku mencari bunga untuk
menghias tempat pesta “ , kata pula Hailun sambil menarik
tangan Cu Sian .
“ Hemm , kami melihat kesibukan orang-orang menghias
kemah itu . Ada pesta apakah ?” Han Sin bertanya .
“ Ayah hendak mengadakan pesta tari-tarian malam ini
untuk menghormati kalian . Cian Han Sin , malam nanti ku
harap engkau suka menari denganku “ , kata Loana kepada
Han Sin .
“ Dan engkau harus menari denganku , Cu Sian “ , kata
Hailun .
“ Menari ? Kami tidak dapat !” kata Cu Sian sambil tertawa .
” Mudah sekali . Asal kalian menirukan gerakan kami beres
!” kata Hailun .
Kemudian ia menarik tangan Cu Sian , “ Marilah , Cu Sian ,
temani aku memetik bunga “ .
Han Sin tersenyum melihat Cu Sian dipaksa pergi oleh
Hailun dan dia memandang Loana yang masih berdiri di
dekatnya . Loana juga memandang kepadanya dan Han Sin
melihat betapa sepasang mata indah itu memandang
kepadanya penuh kagum , dan dari sinar mata itu jelas
nampak perasaan gadis itu yang seperti memujanya . Dia
menjadi salah tingkah melihat betapa Loana benar-benar
menyukainya .
“ Eh , Loana . Sebetulnya pesta tari-tarian itu
bagaimanakah ? Apa saja yang terjadi dalam pesta itu ?”
“Pesta seperti ini diadakan setiap tahun , akan tetapi untuk
tahun ini di ajukan penyelenggraannya untuk menghormati
kalian . dalam pesta ini biasanya diberi kesempatan kepada
muda-mudi untuk memilih pasangannya tanpa perasan malu
karena di lakukan secara terbuka dan ramai-ramai . Setiap
orang gadis yang menari akan berhak meilih pasangannya
masing-masing . Ahli-ahli menabuh alat musik dan penyanyipenyayi
terbaik akan meramaikan pesta . Kadang-kadang
terjadi juga perebutan seorang gadis oleh beberapa orang
pemuda “ .
Han Sin mengerutkan alisnya . “ Hemm kalau begitu tentu
akan terjadi keributan dan perkelahian “ .
“ Kekacauan dan perkelahian tidak akan ada karena hal itu
di larang keras . Akan tetapi perebutan yang timbul
diselesaikan secara jantan , yaitu dengan mengadu kegagahan
di atas panggung . Yang kalah dalam pertandingan itu harus
mengakui kekalahannya dan dia akan mundur “ .
“ hem , jadi akan ada perkelahian juga , akan tetapi
perkelahian yang di atur sebagai pertandingan . tentu akan
jatuh korban .
“ Tidak , han Sin . Adu kepandaian itu harus dilakukan
dengan gagah dan jantan , tidak mempergunakan senjata .
Mereka yang ilmu gulatnya lebih tinggi tentu akan keluar
sebagai pemenang dan yang kalahpun tidak akan terluka
parah apalagi mati “ .
“ Adu gulat ?” .
“ Ya , karena ilmu gulat merupakan kebanggaan kami “ .
Han Sin tertarik sekali .
“ Bagaimana ketentuan kalah menangnya ?” .
Loana memandang sambil tersenyum heran . Bagaimana
ada seorang pemuda , yang gagah perkasa pula , tidak
mengerti tentang peraturan adu ilmu gulat ? .
“ Sederhana saja , yang terbanting dan di ringkus sampai
tidak mampu melepaskan diri , itulah yang kalah . Marilah ,
han Sin , kau Bantu aku mencari bunga untuk menghias
bagian dalam kemah “ .
Karena tangannya di tarik Loana , Han Sin terpaksa
mengikuti gadis itu pergi ke tepi sungai dimana tumbuh
banyak bunga beraneka warna . Akan tetapi baru beberapa
langkah , dia melihat dua orang pemuda Mongol memandang
kepada mereka dengan mata mengandung kemarahan besar .
han Sin melihat kebencian terpancar dari pandang mata
mereka itu . Tentu saja dia terkejut dan bertanya kepada
Loana .
“ Loana , lihat , siapakah dua orang pemuda itu ?” .
Loana menoleh dan memandang kea rah dua orang
pemuda itu yang tiba-tiba memutar tubuh dan pergi dari situ .
Dua orang pemuda yang bertubuh kekar , dengan otot
melingkar-lingkar di tubuh mereka .
“ Ahhh , mereka itu adalah kakak Sabutai dan Camuka “ .
“ Siapakah mereka ?”
“ kakak Sabutai adalah putera paman Temugu , dan
Camuka seorang pemuda kami yang terkenal gagah berani .
Kedua orang muda itu adalah jago-jago muda kami , ahli-ahli
gulat yang sukar di cari tandingannya “ .
“ Hemm , tadi kulihat mereka itu memandang kea rah kita
dengan mata penuh kemarahan . Mengapa ?” .
Loana tersenyum . “ Dua orang muda tidak tahu diri itu
menaksir aku dan Hailun . Akan tetapi kami tidak menyukai
mereka . Marilah kita pergi !” Mereka melanjutkan perjalanan
dan Han Sin merasa hatinya tidak enak . Terbayang
permusuhan mengancam dia dan Cu Sian dan dia harus cepat
memberitahu Cu Sian agar sahabatnya itu berjaga-jaga . Dan
dia mengambil keputusan untuk tidak terlalu lama berada di
tempat itu . Setelah memperoleh keterangan dari Tarsukai ,
dia akan segera mengajak Cu Sian pergi dari situ .
Akan tetapi ada kekhawatiran menyelinap dalam hatinya .
Bagaimana kalau Cu Sian benar-benar mencinta Hailun atau
Loana ? Sahabatnya itu memiliki watak yang keras . Kalau
mendengar bahwa dia mempunyai saingan dalam bercinta ,
tentu dia akan siap menghadapi dan melawan saingannya .
Baru tadi saja ketika dia memuji-muji Loana , Cu Sian sudah
kelihatan marah bukan main . Han Sin menghela napas .
Dahulu dia sudah ragu untuk mengajak Cu Sian yang
wataknya aneh , keras dan ugal-ugalan .
***
Hailun memetik bunga sambil bernyanyi lagu mongol yang
bagi telinga Cu Sian terdengar aneh namun indah . Suara
gadis itu merdu dan menggetar dan setiap kali Cu Sian
memandang kepadanya , ternyata gadis itupun berhenti
memetik dan menatap wajahnya dengan sinar mata yang
demikian jelas membayangkan cintanya .
Setelah gadis itu selesai bernyanyi , Cu Sian memuji . “
Sungguh indah sekali suaramu , Hailun “ .
Memang pujian inilah yang di harap-harapkan Hailun , maka
begitu mendengar pujian Cu Sian , ia tersenyum manis “ kalau
engkau tahu artinya akan lebih indah lagi , Cu Sian “ , katanya
dengan suara manja .
Cu Sian tertawa , mengumpulkan bunga dari tangan Hailun
di jadikan satu dengan bunga yang di petiknya dan
meletakkannya ke dalam keranjang yang tadi dibawa oleh Cu
Sian .
“ Hem , begitukah ? Apa sih artinya nyanyianmu tadi ?” .
“ Tentang setangkai bunga merah yang sedang mekar
mengharum “ , kata Hailun dan matanya bersinar-sinar .
“ Hem , lalu bagaimana ?” Cu Sian tersenyum dan tertarik
oleh kata-kata indah itu .
“ Setangkai bunga merah merindukan datangnya seekor
kupu-kupu pujaannya . Akan tetapi yang berdatangan dan
merubungnya hanyalah kumbang-kumbang kasar yang tidak di
sukainya .
“ Cu Sian ….. “
Sebutan itu begitu merdu keluar dari mulut Hailun ,
membuat Cu Sian menengok dan memandang gadis itu
dengan heran .
“ Ya ? Ada apakah , Hailun “ .
“ Yang bernyanyi tadi itu …. “
“ Ya …. ?”
“ Bukan bunga merah , melainkan aku “ .
Cu Sian tertawa . “ he-he , tentu saja engkau . Masa bunga
merah dapat bernyanyi ?” .
“ Maksudku , akulah yang merindukan datangnya kupukupu
pujaanku , dan aku sudah bosan dengan kumbangkumbang
yang merubungku “ .
“ Ehhh ?”
“ Dan engkaulah kupu-kupu pujaanku itu , Cu Sian . Aku …
aku merindukanmu , aku memujamu , aku kagum kepadamu “
.
Wajah Cu Sian berubah menjadi kemerahan dan pada saat
itu , kebetulan dia memandang ke kiri dan melihat tak jauh
dari situ Han Sin sedang berjalan membawa keranjang bunga
dan bergandengan tangan dengan Loana . Mesra seakli !
“ Cu Sian , aku … aku …. “
“ Lihat , Hailun . Lihat itu di sana . Kakakmu Loana …. “
Hailun menengok dan berkata gembira . “ Sudah kuduga !
Kakak Loana tentu jatuh cinta kepada Han Sin . Dan aku
girang sekali , tadinya aku khawatir ia akan jatuh cinta
kepadamu , Cu Sian “ .
Hailun lalu memegang kedua tangan Cu Sian dan
memandang mesra .
“ mari kita lanjutkan pekerjaan kita mengumpulkan bungabunga
ini , Hailun . Aku malu kalau sampai terlihat mereka . “
Cu Sian melepaskan tangannya dan menyibukkan diri dengan
memetik bunga-bunga yang sedang mekar .
Sementara itu , Loana juga bersikap mesra kepada Han Sin
. Namun Loana tidak seberani Hailun menyatakan cintanya ,
hanya dari sikapnya jelas dapat diketahui oleh Han Sin apa
yang terkandung dalam hati gadis itu . Biarpun tidak ada
perasaan cinta dalam hatinya terhadap Loana , namun dia
tidak tega memperlihatkannya dalam sikap dan diapun
membiarkan saja ketika Loana menggandeng tangannya .
Ketika dia melihat Cu Sian bersama Hailun , melihat itu
memegang kedua tangan Cu Sian dan memandang dengan
mesra , melihat mereka bercakap-cakap , diapun tersenyum .
Akan tetapi timbul kekhawatiran dalam hatinya . Cu Sian
agaknya benar-benar saling mencinta dengan Hailun dan tentu
Cu Sian akan berhadapan dengan pemuda yang mencinta
Hailun . Dan dia yakin bahwa Cu Sian pasti tidak akan mau
mengalah ! .
Loana juga melihat adiknya bersama Cu Sian dan ia berkata
, “ Han Sin , lihat itu Hailun bersama Cu Sian . Mereka itu
serasi dan mesra benar , ya ?”
Han Sin melepaskan tangan Loana yang menggandengnya
dan menyibukkan diri dengan dengan memilih bunga-bunga
yang terindah . “ Biarlah kalau mereka memang saling
mencinta . Semoga saja mereka akan hidup berbahagia “ .
Sampai lama Loana hanya memandang kepada Han Sin . Ia
tidak selincah adiknua dan berat rasanya lidah itu untuk
mengeluarkan isi hatinya . Akhirnya dapat juga ia berkata , “
Han Sin ….. “ ia berhenti lagi dan ragu .
Mendengar nada suara panggilan itu , Han Sin berhenti
memetik bunga dan menoleh . “ Ada apakah , Loana ?” .
“ Hailun akan hidup bahagia di samping Cu Sian sebagai
suami isteri ….. “
“ Mudah-mudahan begitulah “ , kata Han Sin , akan tetapi
suaranya tidak menyakinkan .
“ Dan kita ….?”
“ Kita ? Mengapa dengan kita ?”
“ Apakah kita …….. tidak dapat hidup berbahagia seperti
mereka ? “ biarpun tidak secara langsung , akan tetapi
pertanyaan Loana ini sudah cukup jelas .
Han Sin maklum bahwa dia harus mengambil keputusan
tegas . Maka di pandangnya wajah gadis itu dan dia berkata ,
“ Loana , dengarlah . Kita ini adalah sahabat baik , aku
menganggapmu sebagai seorang kawan baik , dan aku sama
sekali belum meikirkan tentang perjodohan . Ini bukan berarti
bahwa aku tidak menyukaimu , aku suka dan kagum
kepadamu sebagai seorang teman baik “ .
Loana nampak terpukul oleh ucapan itu itu , akan tetapi
gadis itu hanya menundukkan mukanya . Bagaimanapun juga
pemuda yang di pujannya ini mengaku suka dan kagum
kepadanya , dan menjadi seorang kawan baik . Hal ini berarti
masih ada harapan baginya . Perasaan suka dan kagum
mudah saja berkembang menjadi perasaan cinta , pikirnya .
Mereka melanjutkan pekerjaan mereka dan setelah
mengumpulkan banyak bunga , Loana meninggalkan Han Sin
untuk membantu pekerjaan orang-orang yang menghias
tempat diadakannya pesta malam nanti . Demikian pula Hailun
sudah berada di situ .
Ketika Han Sin kembali ke kemahnya dan masuk ke dalam ,
dia melihat Cu Sian sudah rebah miring membelakanginya .
Agaknya pemuda itu sudah tidur . Hampir dia lupa dan akan
merebahkan diri di atas kasur di samping pemuda itu , akan
tetapi dia segera teringat akan pantangan tidur berdua bagi
Cu Sian . maka diapun merebahkan diri di atas permadani
dekat pintu dan beristirahat .
***
Setelah bergantian mandi dan bertukar pakaian , Han Sin
dan Cu Sian menerima kunjungan kepala suku Tarsukai sendiri
yang dating menjemput mereka .
Segera kedua orang pemuda itu menyambutnya dan
memberi hormat .
“ Ha-ha-ha ! “ Tarsukai tertawa ramah . “ Malam ini kami
sengaja mengajukan pesta musim semi yang setiap tahun
kami adakan , sekali in isekalian untuk menyambut dua orang
tamu agung kami “ .
“ Ah , paman terlalu baik kepada kami . Terima kasih ,
paman !” kata Cu Sian . “ Pesta apakah yang akan paman
adakan malam ini ?”
” Pesta muda-mudi , penuh dengan tarian dan nyanyian ,
dan ada pertandingan adu gulat pula . Selain memberi
kesempatan kepada para gadis untuk memilih pasangan
masing-masing , juga memberi kesempatan para jago muda
berlaga memperlihatkan keahlian dan kekuatan mereka ,
sekalian memilih jago-jago muda yang akan dijadikan
pimpinan pasukan .
“ Bagus ! Aku senang sekali menonton pertandingan .
Ketika kami berada di Shan-si , kamipun sempat menonton ,
bahkan mengikuti pertandingan adu kepandaian memanah
dan silat untuk menerima perwira baru “ kata pula Cu Sian .
Tarsukai tersenyum dan mengelus jenggotnya yang
panjang . Dia suka melihat Cu Sian yang sifatnya terbuka dan
berani . “ Ha-ha-ha , di sini tidak perlu diadakan pertandingan
memanah atau menunggang kuda , karena dengan sendirinya
semua pemuda di sini mahir menggunakan anak panah dan
menunggang kuda .
Akan tetapi yang di adakan adalah pertandingan gulat , adu
kekuatan dan kecepatan “ .
“ Wah , menarik sekali “ , kata pula Cu Sian . “ Bagaimana
aturan menang kalahnya , paman ?” .
“ Tentu saja yang sudah teringkus dan tidak mampu
bergerak lagi di anggap kalah . Marilah , Cian Han Sin dan Cu
Sian , kalian berdua mendapat tempat kehormatan sebagai
tamu kami “ . Kepala suka itu merangkul kedua orang pemuda
itu dan di ajaknya pergi ke perkemahan induk dimana
diadakan pesta itu .
Musik sudah mulai dibunyikan ketika mereka bertiga
memasuki kemah besar itu . Kemah itu dibuka separuh dan di
depan kemah itu didirikan sebuah panggung dari kayu .
Ternyata tari-tarian dilakukan didalam kemah sedangkan
pertandingan gulat dilakukan di luar kemah , di atas panggung
yang sudah di sediakan . Semua orang bangkit berdiri ketika
kepala suku itu masuk dan dia mengajak Han Sin dan Cu Sian
duduk di panggung kehormatan yang di bangun di kemah
besar itu .
Lebih dari dua puluh orang gadis sudah berkumpul dan
duduk berkelompok di sudut . Mereka mengenakan pakaian
warna-warni yang mewah dan semua wajah yang berada di
situ nampak cerah . Penerangan cukup besar karena di manamana
di gantung lampu-lampu , bahkan diluar kemah
dinyalakan api unggun yang besar .
Setelah semua orang yang berkepentingan , yaitu para
gadis dan pemuda memenuhi ruangan itu , dan para orangorang
tua berkumpul dan menonton diluar kemah , pesta
itupun dimulai atas isyarat Tarsukai . Gadis-gadis mulai
bernyanyi dan sebagian pula dari mereka mengeluarkan
hidangan dan kesempatan ini dipergunakan oleh mereka untuk
mencari-cari , siapa pemuda yang akan dijadikan pasangan
menari malam itu .
Para gadis itu dipimpin oleh Loana dan Hailun sendiri yang
mengenakan pakaian sutera yang berwarna cerah . Secara
otomatis , ketika membawa hidangan , Loana menghampiri
Han Sin dan Hailun menghampiri Cu Sian . Hal ini menjadi
perhatian para pemuda yang memandang kea rah mereka
dengan mata melotot marah .
“ Ssttt , Cu Sian , engkau berhati-hatilah terhadap dua
orang pemuda di sana itu , yang mengenakan kain ikat kepala
berwarna merah . Mereka cemburu dan marah kepada kita . “
Bisik Han Sin kepada sahabatnya . Cu Sian menoleh dan
memandang . Melihat dua orang pemuda itu memandang
marah , dia malah mengejek dan tertawa kepada mereka !
Celaka , pikir Han Sin . Cu Sian benar-benar hendak mencari
keributan .
“ Sian-te , sekali ini harap jangan mencari keributan “ ,
bisiknya pula .
“ Jangan khawatir , Sin-ko . Takut apa sih ? Kalau ada apaapa
, biar aku yang maju menghadapi mereka ! “
Suara alunan musik dan nyanyian mengantar mereka
menikmati hidangan . Setelah makan secukupnya , Tarsukai
memberi isyarat kepada para pemain musik . Segera
terdengar bunyi musik yang gembira .
“ Pesta tarian dimulai !” Terdengar seruan dan duapuluh
orang lebih gadis yang tadi menghidangkan makanan dan
minuman , kini mencabut sehelai saputangan sutera dari saku
baju mereka dan dengan gerakan dan mata mereka berlari-lari
kecil mereka mulai menari , berputar-putar dan mata mereka
melirik-lirik , mulut mereka tersenyum-senyum . Tubuh
mereka meliak-liuk dengan lemah gemulai , pinggang yang
ramping itu bergerak-gerak , melenggang-lenggok dalam
tarian mereka . Beberapa saat kemudian , kepala suku
Tarsukai sendiri yang berteriak .
“ Pemilihan pasangan di mulai !” .
Agaknya para gadis itu masih malu-malu dan menanti
sampai kedua orang puteri kepala suku itu mulai dengan
pilihannya . Para pemuda sudah memasang aksi
mengharapkan dipilih oleh para gadis yang mereka sukai .
Loana dan Hailun sambil tersenyum lebar berlari kecil ke arah
tempat duduk kehormatan dimana Han Sin dan Cu Sian duduk
disebelah kepala suku Tarsukai dan para pembantu kepala
suku itu .
Han Sin dapat menduga bahwa Loana tentu akan memilih
dia sebagai pasangan menari dan siapa lagi yang akan dipilih
hailun kalau bukan Cu Sian ? Dia memperhatikan dua orang
pemuda yang bernama Sabutai dan Camuka itu dan diamdiam
dia merasa khawatir . dua orang pemuda itu berdiri
sambil mengepal tinju memandang kea rah dua orang gadis
yang menghampiri tempat kehormatan .
Akan tetapi mendadak terjadi hal yang sama sekali tidak
pernah dia bayangkan sebelumnya , Cu Sian bangkit berdiri
dan pemuda itu dengan langkah lebar menyambut dua orang
gadis yang dating sambil mengibarkan saputangan di tangan
mereka . Tadinya tentu saja Han Sin hanya tersenyum melihat
pemuda sahabatnya itu demikian tergesa-gesa menyambut
gadis pilihannya , akan tetapi dia terbelalak dan menjadi
bengong ketika melihat Cu Sian melewati Hailun dan
menyambut saputangan Loana !
Loana sendiri terkejut dan terbelalak , akan tetapi sapu
tangannya telah dipegang ujungnya oleh Cu Sian dan pemuda
itu malah dengan gaya mesra merangkul pinggangnya yang
ramping dan di tariknya ketengah ruangan untuk menari ! Han
Sin memandang kea rah hailun dan melihat betapa gadis
inipun terkejut , memandang dengan muka berubah pucat ,
lalu merah sekali , dan gadis ini menjadi termangu-mangu
bingung karena pemuda pilihannya telah berpasangan dengan
kakaknya ! Bukan main marahnya hati Han Sin . Sahabatnya
itu telah bermesraan dengan Hailun , akan tetapi sekarang
sengaja menyakiti hati gadis ini dan meninggalkannya untuk
merayu Loana . Padahal dari air mukanya , dia tahu bahwa
Loana juga terkejut dan tidak suka , Akan tetapi terpaksa
karena Cu Sian sudah menariknya . Perasaan iba yang sangat
membuat Han Sin cepat berdiri . Dia sudah melihat seorang di
antara dua pemuda yang mengincar dua orang puteri kepala
suku itu , pemuda yang tinggi tegap dan bernama Sabutai ,
sudah melangkah , agaknya hendak menghampiri agar dipilih
Hailun . Maka , cepat Han Sin mendekati Hailun dan
menangkap ujung sapu tangan yang dipegang Hailun .
Hailun terkejut , menoleh dan ketika melihat bahwa yang
memegang ujung saputangannya adalah Han Sin , gadis ini
tersenyum . Senyum yang menyedihkan .
“ Aku akan menegur sahabatku itu !” bisik Han Sin kepada
Hailun dan gadis itu hanya tersenyum dan mengangguk . akan
tetapi Han Sin melihat betapa kedua mata gadis manis ini
basah . Dia tidak peduli betapa Camuka mengepal tinju dan
mengamangkannya kepadanya . Karena dia tidak pandai
menari tarian orang mongol , maka dia hanya meniru
sedapatnya gerakan Hailun yang hanya merupakan gerakan
tarian sederhana sambil mendorong gadis itu agar mendekati
Cu Sian yang sudah menari dengan Loana .
Akan tetapi agaknya Cu Sian memang sengaja menjauhinya
karena setiap kali hendak didekati agar dia dapat menegur Cu
Sian , pasangan itu lalu menari dengan berlari kecil
menjauhinya . Dan yang membuat Han Sin terheran-heran
dan marah sekali adalah ketika dia melihat betapa mesranya
mereka menari .
Bahkan Cu Sian berbisik-bisik dekat telinga Loana sehingga
hidungnya hamper menyentuh pipi gadis itu . Dan yang
membuat Han Sin penasaran adalah ketika dia melihat Loana
yang tadinya seperti orang kaget dan heran , kini mulai
tersenyum-senyum mesra dan balas berbisik . Tak dapat di
ragukan lagi , kedua orang muda itu memang sedang asyik
bermesraan seperti sepasang kekasih yang sedang mengobral
janji muluk . Han Sin mengerahkan tenaga Sin-kangnya dan
membuat telinganya dapat menangkap dengan tajam sekali .
Dia dapat mendengar suara Cu Sian yang membuat mukanya
berubah merah .
“ Loana saying , engkau masih meragukan hatiku ? Hanya
engkau yang ku saying , yang ku cinta sepenuh hatiku .
Engkau begini cantik jelita bagaikan bidadari ………. “
“ Akan tetapi …….. “ , bisik Loana . “ Hailun ……… ia
mencintaimu …… bukankah engkaupun mencintainya ?” .
“ Ahhh , Hailun yang kekanak-kanakan itu . ia masih hijau ,
dibandingkan denganmu . Ia seperti seekor merpati disamping
seekor burung hong !” .
“ Akan tetapi ….. bagaimana dengan Cu Sian ? Dia hanya
mencintaiku ….. “
“ Ah tidak mungkin ! Di Selatan dia sudah mempunyai dua
orang wanita , seorang calon isterinya dan seorang lagi
kekasihnya . Dia hanya mempermainkanmu . Hanya akulah
satu-satunya pria yang mencintaimu , Loana man is ……. “ .
Loana nampak memejamkan matanya , seperti terayun ke
sorga tertinggi mendengar rayuan seorang pemuda tampan
seperti Cu Sian .
Han Sin hamper saja me loncat untuk menghajar Cu Sian !
Pemuda keparat ! Pengkhianat ! Dia tidak peduli andaikata dia
diburukkan , akan tetapi pemuda itu jelas merayu Loana .
Setelah Hailun jatuh hati kepadanya . Pemuda itu agaknya
hendak menguasai kedua orang gadis itu ! Mata keranjang ,
hidung belang ! Tidak , dia harus mencegahnya ! .
Kini semua gadis menari sudah mendapatkan pasangan
masing-masing dan para pemuda yang tidak terpilih keluar
dari kemah sambil bersungut-sungut . Akan tetapi tiba-tiba
Camuka , jagoan gulat muda yang bertubuh tinggi besar itu .
melompat ke atas panggung di depan kemah , membantingbanting
kakinya sehingga mengeluarkan suara gaduh .
Sikap itu merupakan tantangan , tanda bahwa ada pemuda
yang merasa marah dan menantang saingannya . Kegaduhan
ini menghentikan mereka yang sedang menari dan Tarsukai
lalu memandang keluar , kearah pemuda yang berdiri
bagaikan seekor biruang di tengah panggung itu .
“ Engkaukah itu Camuka ? Apa yang kauhendaki ?” , Tanya
Tarsukai dengan suara garang .
Camuka memberi hormat dan terdengar suaranya yang
menggelegar .
“ Hormat saya kepada Khan yang perkasa ! Semua orang
tahu belaka bahwa Loana , puteri khan yang cantik jelita .
Sudah sepatutnya kalau Loana menjadi jodoh pemuda paling
perkasa di seluruh permukaan bumi ini . Akan tetapi malam ini
ada pemuda lain yang berani bersaing dengan saya . Karena
itu , saya menantang pemuda itu untuk bertanding dan
membuktikan , siapa diantara kami yang lebih pantas menjadi
pasangan Loana ! “ .
Mendengar tantangan Camuka ini , semua orang tahu
bahwa sebentar lagi akan ada pertandingan yang hebat dan
mereka semua tertarik . Yang menggandeng Loana menari
adalah Cu Sian , pemuda yang dikabarkan telah menolong dua
orang puteri ketua itu dari tangan kepala perampok dan
kabarnya pemuda remaja yang tampan sekali memiliki
kepandaian tinggi . maka tentu akan terjadi pertandingan
menarik . Semua orang menghentikan tarian mereka dan
berbondong menuju ke bawah panggung untuk mencari
tempat yang enak untuk menonton pertandingan .
Biasanya , kalau ada dua pemuda memperebutkan gadis
dan saling menantang , kepala suku tidak menentang bahkan
dengan gembira menganjurkan mereka untuk bertanding .
Akan tetapi sekali ini , Tarsukai mengerutkan keningnya dan
membentak ,” Camuka , lupakah engkau dengan siapa engkau
berhadapan ? Pemuda yang menjadi pasangan Loana dalam
pesta ini adalah Cu Sian , tamu kehormatan kita ! Jangan
bersikap kurang ajar terhadap tamu !” .
Akan tetapi Cu Sian sudah cepat menghampiri Tarsukai dan
berkata sambil tersenyum . “ Paman Tarsukai , jangan
sungkan dan jangan khawatir , aku menerima tantangan
pemuda itu ! “ Tanpa menanti jawaban , Cu Sian sudah
meloncat dan tubuhnya melayang seperti seekor burung saja
ke atas panggung dan tiba di depan Camuka . Semua orang
tertegun kagum . Belum pernah ada orang yang dapat
melompat seperti terbang saja .
Akan tetapi Camuka yang sudah penasaran dan marah itu
tidak merasa gentar . Bagaimana dia dapat merasa takut
berhadapan dengan pemuda kerempeng seperti itu / Sekali
banting tentu tidak akan dapat bangun kembali , atau sekali
terkam pemuda itu tentu tidak akan mempu berkutik lagi .
Akan dia perlihatkan kepada semua orang , terutama sekali
kepada Loana , betapa kuat dan gagah perkasanya dia !
Sambil tersenyum mengejek Camuka segera menanggalkan
bajunya bagian atas dan melemparkannya ke bawah
panggung . Nampak dada bidang dan penuh otot melingkarlingkar
, sepasang lengan yang panjang dan kokoh kuat . Akan
tetapi diapun tahu bahwa pemuda ini adalah seorang tamu
kehormatan , maka dia tidak berani bersikap kasar dan
berkata dengan lantang .
“ Sobat , tanggalkan bajumu agar kita dapat mulai
bertanding !” .
Cu Sian tersenyum lebar dan bertolak pinggang , agaknya
tubuh atas telanjang yang kokoh kuat itu tidak membuatnya
khawatir sama sekali . “ menanggalkan baju ? Untuk apa ?
Seperti hendak mandi saja ! Tidak , aku tidak perlu
menanggalkan bajuku , aku akan menghadapi dan
melawanmu dengan pakaian lengkap . Engkau yang bernama
Camuka , bukan ?
Dengar , Camuka , kalau engkau dapat menagkap ujung
bajuku ini saja , aku sudah mengaku kalah !” .
Semua orang terlongong mendengar ini . Alangkah
bodohnya dan lancangnya pemuda itu . Bertanding gulat
tanpa melepaskan bajunya sama dengan sudah kalah sebelum
bertanding ! Kalau bertelanjang baju , lawan tidak akan
mudah menangkap . Akan tetapi kalau berbaju tentu itu
mudah di tangkap sehingga memudahkan lawan untuk
membantingnya . Apalagi menantang untuk di tangkap ujung
bajunya dan akan mengaku kalah kalau bajunya sampai dapat
di tangkap ! .
Camuka menjadi girang sekali . Sedikitnya , dia tadinya
bersikap hati-hati karena diapun sudah mendengar bahwa
pemuda ini lihai dan merupakan seorang pendekar dari selatan
. Akan tetapi mendengar pemuda ini menantangnya dan akan
mengaku kalah kalau ujung bajunya dapat di tangkap , tentu
saja hal itu akan memudahkannya untuk mendapatkan
kemenangan ,
Sementara itu , Loana dan Hailun , sudah duduk lagi di
dekat ayah mereka . Kedua orang gadis itu tidak saling
menyapa , bahkan dari pandang mata mereka terdapat
perasaan tidak senang , terutama sekali padang mata Hailun .
Dan kini mereka melihat kea rah panggung dimana pemuda
yang kini menjadi perebutan di antara mereka itu telah siap
untuk bertanding melawan Camuka . Dari tempat duduk
mereka itu memeang dapat menonton pertandingan dengan
jelas dan tidak terhalang danini memang sudah di atur
sebelumnya .
Han Sin yang masih merasa penasaran dan marah kepada
sahabatnya , juga terpaksa tidak mencampuri dan hanya
duduk menonton . Dalam hatinya dia memaki-maki karena di
anggapnya Cu Sian mencari perkara saja . Akan tetapi sama
sekali dia tidak mengkhawatirkan akan keselamatan Cu Sian
karena dia maklum bahwa sahabatnya itu memiliki kepandaian
yang cukup lihai untuk membela diri , dan dia dapat menduga
bahwa Camuka hanya seorang pemuda yang memiliki tenaga
otot besar saja .
Camuka kini memasang kuda-kuda , dengan kedua kaki di
pentang lebar , kedua lutut di tekuk sehingga dia seperti
setengah berjongkok , kedua lengan dikembangkan dan kedua
tangan dengan jari-jari terbuka siap mencengkram atau
menangkap .
“ Nah , sobat , aku telah siap ! Apakah engkau sudah siap
?” .
Cu Sian sejak tadi mengikuti gerak-gerik Camuka dengan
pandang matanya . Dia berdiri santai seenaknya dan berkata
sambil tersenyum memandang rendah . “ Aku sudah siap sejak
tadi ! Mulailah !” .
Camuka mengeluarkan bentakan panjang melengking ,
kemudian tubuhnya sudah menerjang cepat sekali ke depan ,
kedua tangannya menyambar dari kanan kiri untuk
mencengkram lawan . Semua orang memandang dengan hati
tegang karena mereka sudah akan tahu akan ketangkasan dan
kekuatan Camuka . Akan tetapi , ternyata terkaman itu hanya
mengenai tempat kosong ! Hampir tak dapat diikuti dengan
gerakan Cu Sian tadi yang sudah mengelak dengan loncatan
ke belakang . Akan tetapi Camuka yang gagal serangannya itu
sudah cepat mengejar dan menubruk lagi bagaikan seekor
harimau menerkam domba . Sekali lagi Cu Sian mengelak ,
kini meloncat ke samping kiri tubuh Camuka . Melihat
bayangan lawan berkelebat ke sebelah kirinya , tangan kiri
Camuka cepat menyambar bagaikan gerakan seekor ular
untuk mencengkram apa saja , bagaikan baju atau badan
lawan . Serangan ini cepat sekali bagaikan lanjutan dari
terkamannya yang luput . Melihat tangan itu meluncur seperti
ular , Cu Sian lalu menangkis dengan tangannya sambil
mengerahkan tenaga .
“ Dukkk ……. !” Lengan Camuka terpental dan dia meringis
karena merasa betapa tulang lengannya seolah bertemu
dengan sepotong baja yang membuat dia kesakitan . Akan
tetapi dia menggulingkan tubuhnya di atas panggung .
Bagaikan seekor trenggiling tubuh itu menggelinding kea rah
Cu Sian dan setelah dekat , tubuh itu mencelat ke atas dan
kedua tangannya sudah menyambar lagi dengan cepatnya ,
kini mencengkram kea rah kedua kaki Cu Sian . Tubuh Cu Sian
tentu akan terbanting kalau kedua kakinua dapat di tangkap
oleh sepasang tangan yang kuat itu . Akan tetapi kembali
tangkapan itu itu luput karena tiba-tiba tangkapan itu luput
karena tiba-tiba kedua kaki itu telah lenyap dari pandang mata
Camuka . Kiranya Cu Sian sudah melompat ke atas dan ketika
tubuhnya turun kembali kedua kakinya menekan kedua
pundak Camuka .
“ Bresss … !” Tak dapat di hindarkan lagi , tubuh Camuka
terdorong roboh . Akan tetapi dia dapat menggulingkan
tubuhnya lagi dan melompat berdiri . Matanya bersinar-sinar
penuh kemarahan , mukanya kemerahan dan diapun
menyerang lagi dengan cepat dan mengerahkan seluruh
tenaganya . Setiap kali Cu Sian mengelak , Camuka
menyambung serangannya dengan terkaman lain , susul
menyusul dengan amat cepatnya . Semua orang tahu bahwa
sekali saja Cu Sian dapat di terkam , tentu dia akan di banting
dan di tekuk sehingga tidak mampu melepaskan diri lagi .
Akan tetapi , semua serangan susul menyusul itu tidak pernah
berhasil . Kalau tidak di elakkan , tentu di tangkis . Camuka
merasa seolah dia menyerang sebuah bayangan sehingga dia
menjadi pusing sendiri .
Han Sin mengerutkan alisnya , hatinya tidak senang karena
dia maklum bahwa Cu Sian yang nakal itu sengaja
mempermainkan lawannya . Kalau Cu Sian menghendaki ,
tentu dengan mudah sekali dia akan dapat mengalahkan
lawannya dan menyudahi pertandingan itu . Dia mengerling
kea rah Loana dan merasa heran sekali , Loana menonton
dengan wajah berseri , mulut tersenyum dan nampak gembira
bukan main . Sebaliknya Hailun duduk dengan wajah
cemberut . Benarkan Loana telah berbalik hati , dan jatuh oleh
rayuan Cu Sian , kini menganggumi dan meninta Cu Sian ?
Pada saat itu , Camuka yang sudah menjadi pening dan
penasaran sekali , menyerang dengan nekat sekali . Dengan
kedua tangan membentuk cakar harimau , yanag kanan
mencakar kea rah dada . Cu Sian mengelak ke kanan dan dari
sudut itu tiba-tiba tubuh Cu Sian merendah dan kakinya
mencuat dan menyapu kea rah kedua kaki Camuka . Camuka
tidak sempat menghindarkan diri dan tubuhnya segera roboh
terpelanting . Ketika dengan cepat Camuka berguling dan
hendak meloncat bangun , tiba-tiba kaki kiri Cu Sian sudah
menyambar .
“ Dukkk ! “ ujung kaki itu tepat mengenai leher Camuka dan
pemuda Mongol itu terpelanting lagi . Dia mencoba untuk
bengkit , akan tetapi Cu Sian cepat mengenai leher Camuka
dan pemuda mongol itu terpelanting lagi . Dia mencoba untuk
bangkit , akan tetapi Cu Sian cepat menggerakkan kedua
tangan . Jari tangan kanan dan kirinya sudah menotok ke
pundak yang telanjang itu dan seketika tubuh Camuka terkulai
, tidak mampu lagi menggerakkan kedua lengannya . Kedua
lengan tangan merupakan senjata terpenting bagi seorang
pegulat . Kalau kedua lengannya sudah tidak mampu berbuat
sesuatu . Demikianlah , Camuka yang jatuh lagi menelungkup
tidak mampu berbuat sesuatu dan ketika Cu Sian menginjak
punggungnya dengan kaki kiri , dia hanya mampu mengerang
dan terengah-engah , merasa seolah – olah yang
menginjaknya itu kaki gajah yang amat berat ! .
Tepuk tangan menyambut kemenangan Cu Sian ini . Sambil
tersenyum bangga Cu Sian lalu cepat menotok kedua pundak
Camuka membebaskannya dan pemuda tinggi besar itu
bangkit berdiri sambil menyeringai menahan rasa nyeri dan
malu . Akan tetapi dengan sikap gagah dia membungkuk
kepada Cu Sian dan berkata lantang . “ Aku Camuka mengaku
kalah !” Dan dengan lesu diapun melompat turun dari atas
panggung . Di bawah tepuk tangan yang memujinya Cu Sian
melenggang kembali ke tempat kehormatan . mengangguk
kepada Tarsukai dan menyambutnya dengan tepuk tangan
pula . Cu Sian segera mengambil tempat duduk di antara
Loana dan Hailun , dan sama sekali tidak memperdulikan Han
Sin yang memandang kepadanya dengan wajah muram .
Loana menyambutnya dengan wajah berseri dan mulut
tersenyum .
“ Wah , engkau memang hebat , Cu Sian !” kata gadis ini
sambil memegang tangan Cu Sian . Cu Sian tertawa dan ketika
menengok ke kiri dan melihat Hailun berwajah muram , dia
pun tetap tertawa kecil .
Akan tetapi pada saat itu , tepuk tangan tak terdengar lagi
dan orang-orang mencurahkan perhatian kepada seorang
pemuda yang sudah naik ke panggung . Pemuda ini bukan
main adalah Sabutai , seorang pemuda berusia duapuluh
tahun yang tampan dan bertubuh tinggi tegap . Sabutai
sebaya dengan Camuka , juga sama gagahnya , bahkan lebih
tangguh karena dalam pemilihan jago gulat tahun lalu ,
Sabutai inilah yang menjadi juara setelah mengalahkan
Camuka dalam pertandingan yang seru dan seimbang .
Sabutai memberi hormat kepada Tarsukai dan dengan
lantang dia berseru , “ Saya Sabutai , menantang sobat Cian
Han Sin yang tadi menjadi pasangan Hailun menari !” .
Singkat saja ucapannya itu , akan tetapi terdengar lantang
dan merupakan tantangan langsung . Tarsukai yang
mendengar ini , tersenyum kepada Han Sin , engkau di
tantang dan kalau engkau meramaikan pesta ini agar lebih
meriah , kami merasa senang sekali “ .
Akan tetapi Han Sin cepat berdiri dan menjura kepada
kepala suku itu . “ Tidak , paman . Sabutai adalah putera
paman Temugu , dan masih keponakan paman sendiri . Untuk
apa aku menandinginya ? Aku hanya seorang tamu , dan aku
tidak ingin merampas gadis manapun karena bukan itu tujuan
kunjuganku ke sini !” .
Sambil berkata demikian , Han Sin mengerling ke arah Cu
Sian .
Cu Sian bangkit berdiri dan sekali me loncat dia sudah tiba
pula di atas panggung , berhadapan dengan Sabutai .
“ Sabutai , kalau engkau menantang kakak ku Han Sin , biar
akulah yang mewakilinya . Dia adalah sahabatku dan juga aku
menjadi pengawalnya “ .
Sabutai nampak jerih . Dia sudah menyaksikan kehebatan
pemuda ini ketika membuat Camuka tidak berdaya .
“ Cu Sian , aku hanya menantang pemuda yang menjadi
sainganku menjadi pasangan Hailun ! Aku tidak mempunyai
urusan denganmu !” jawab Sabutai tegas .
“ Akan tetapi dia tidak ingin merampas Hailun darimu . Dia
tidak mencintai Hailun “ .
“ Aku akan tetap menantang dia kalau dia tidak berani , dia
harus mengatakan sendiri !” Sabutai berkata kukuh .
Sementara itu , Tarsukai sudah memandang Han Sin
dengan sinar mata tajam penuh selidik , “ Cian Han Sin ,
benarkah engkau tidak menanggap Hailun sebagai
pasanganmu ?” .
“ Tidak sama sekali , paman “ .
Tarsukai menjadi merah mukanya . Sudah jelas bahwa
puterinya itu tadi di ajak menari oleh Han Sin dan dia sudah
mengharapkan puetrinya akan berjodoh dengan Han Sin .
Dengan marah dia bertanya langsung kepada Hailun . “ Hailun
, apakah engkau mengharapkan Cian Han Sin sebagai
pasanganmu “ .
Hailun memandang kepada ayahnya , lalu memandang
kearah Cu Sian yang masih berdiri di panggung , dan ia
menggelengkan kepalanya .
Kemarahan Tarsukai menghilang ketika dia mendapat
jawaban yang menyakinkan dari Hailun dengan gelengkan
kepalanya . Kalau puterinya tidak mencinta Han Sin ,
andaikata pemuda itu meminang puterinya , tetap saja tidak
akan diberikannya . Maka diapun lalu meneriaki Sabutai yang
masih berhadapan dengan Cu Sian .
“ Sabutai , engkau tidak berhak menantang Han Sin karena
dia tidak ingin merebut Hailun . Ini hanya kesalah pahaman
belaka . Maka , turunlah dari atas panggung !” .
Mendengar ini , Sabutai mengangguk dan melompat turun ,
hatinya lega karena Hailun ternyata tidak mencinta pemuda
yang menjadi pasangannya menari tadi .
Cu Sian juga berjalan dengan langkah gagah kembali ke
tempatnya dan segera di sambut oleh Loana . Mereka nampak
marah dan Hailun yang nampak muram .
Setelah pesta itu di bubarkan , Han Sin segera menghadap
Tarsukai dan berkata , “ Paman Tarsukai , aku ingin bicara
empat mata dengan paman , kalau paman menyetujui “ .
Tarsukai memandang kepada Han Sin dengan penuh selidik
. “ Hemmm , ada urusan apakah , Han Sin ? Apakah tidak
dapat kita bicarakan di sini saja ?” .
“ Tidak , paman . Urusan ini bagiku amat penting , dan
kerana urusan inilah saya dating ke utara ini . Ada sesuatu
yang ingin ku tanyakan kepada paman “ .
Tarsukai segera bangkit berdiri dan mengajak Han Sin pergi
ke sebuah kemah lain yang kosong . Setelah mereka duduk
berhadapan , kepala suku Yakka Mongol itu bertanya . “ Nah ,
apakah yang hendak kau tanyakan , Han Sin ?” .
“ Sebelumnya harap memaafkan apabila aku terlalu
merepotkan paman , akan tetapi bagiku , yang ku tanyakan ini
penting sekali . Ketika terjadi pertempuran antara pasukan
kerajaan Sui dan para suku bangsa di utara sepuluh tahun
yang lalu , apakah paman juga ikut memimpin kelompok Suku
Yakka melakukan pertempuran melawan Pasukan Sui ?” .
“ Hemm , pertanyaanmu aneh , Han Sin . Tentu saja aku
memimpin bangsaku melakukan perlawanan mati-matian .
Akan tetapi hal itu telah lama sekali berlalu dan kini hubungan
antara kami dan pejabat di Shan-si telah menjadi baik .
Mengapa kau tanyakan ?” .
“ Begini , paman . Kalau paman memimpin dalam
pertempuran , tentu paman mengetahui siapa yang menjadi
panglima pasukan sui pada saat itu ?” .
“ Panglimanya amat terkenal , yaitu Panglima Cian Kauw Cu
yang pandai dan gagah perkasa , terkenal oleh bangsa kami
sebagai panglima naga hitam karena pedangnya begitu hebat
bagaikan seekor naga hitam yang mengamuk “ .
“ Nah , inilah yang hendak kutanyakan , paman . Bukankah
Panglima Cian Kauw Cu itu tewas dalam suatu pertempuran ?
Tahukah paman tentang peristiwa kematiannya itu ?” .
Tarsukai tertawa , “ Ha-ha-ha , engkau bertanya kepada
orang yang tepat , Han Sin . Justeru ketika itu aku memimpin
pasukanku , bekerjasama dengan bangsa Turki , bertempur
melawan pasukan yang di pimpin oleh Panglima Naga Hitam
itu . Walaupun akhirnya kami mengakui keunggulan pasukan
sui , akan tetapi kami gembira karena panglima naga hitam
tewas dalam pertempuran dahsyat itu “ .
“ Apakah paman melihat sendiri robohnya panglima itu ?”
Tanya Han Sin dengan jantung berdebar tegang .
“ Ah , tidak . Akan tetapi aku tertarik sekali mendengar
tentang tewasnya panglima naga hitam itu , maka aku lalu
mengumpulkan anak buahku yang mengetahui atau melihat
robohnya sang panglima . Di antara anak buahku , kebetulan
ada yang bertempur , tak jauh dari terjadinya peristiwa itu .
“ Kalau Panglima naga hitam terkenal tinggi ilmu
kepandaiannya , bagaimana dia dapat tewas dalam
pertempuran ?” .
“ Ah , sukar merobohkan panglima itu dan aku sendiri
pernah merasakan kelihaiannya . Pedangku patah-patah dan
terpaksa aku melarikan diri . Dia roboh karena ada penyerang
gelap dari belakangnya yang melepas anak panah sehingga
robohlah sang panglima besar itu , bukan oleh musuh ,
melainkan oleh orangnya sendiri “ .
Han Sin tertarik sekali dan jantungnya berdebar semakin
keras .
“ Oleh orangnya sendiri ? apa maksud paman ?” .
“ Menurut kenyataan panglima itu roboh oleh anak panah
yang di lepas dari belakang , maka siapa lagi kalau bukan
anak buahnya sendiri yang menyerangnya dari belakang ?” .
“ Akan tetapi , tahukah paman siapa penyerang gelap itu ?”
.
“ Hal itu tidak ada yang melihatnya , hanya menurut anak
buahku , ketika panglima itu roboh , ada perwira sui lain yang
berjongkok mendekatinya . Seorang panglima pula , dan
masih muda . Tidak lebih dari tigapuluh tahun . Dialah yang
berjongkok dekat panglima naga hitam yang roboh itu dan dia
pula yang mengangkatnya pergi . hanya itu yang kami ketahui
.
Biarpun tidak banyak keterangan itu , akan tetapi sudah
membuat Han Sin merasa yakin bahwa pembunuh ayahnya
seorang perwira sui , ketika itu berusia tigapuluh tahun lebih .
Dia harus menyelidikinya di kota raja , di antara para perwira
tinggi yang dulu membantu ayahnya .
“ banyak terima kasih atas keterangan paman . Dan
sekarang aku hendak berpamit . Besok pagi-pagi aku akan
meninggalkan tempat ini dan kembali ke selatan “ .
“ Aih , mengapa demikian tergesa-gesa ? Tidak senangkah
engkau tinggal dengan kami di sini , Han Sin ?” .
“ Bukan begitu , paman . Akan tetapi aku sudah tinggal di
sini selama hamper tiga pekan dan selama ini paman
sekeluarga bersikap ramah dan baik kepadaku . Aku berterima
kasih sekali , paman . Akan tetapi masih banyak urusan yang
harus ku kerjakan “ .
“ Cu Sian juga pergi bersamamu ?” . Kalau dia terserah
kepada dia saja , paman . Kami hanya sahabat yang kebetulan
melakukan perjalanan bersama . Kalau dia menghendaki
tinggal di sini selamanya , terserah , bukan urusanku “ .
Tarsukai menghela napas panjang “ Han Sin , tadinya aku
sungguh mengharapkan agar engkau dan Cu Sian dapat
tinggal di sini selamanya dan menjadi mantu-mantuku , agar
kalian dapat membantuku melatih ilmu silat kepada anak
buahku “ .
Han Sin tersenyum , “ Aku belum mempunyai niat untuk
mengikatkan diri dengan perkawinan , paman . Entah kalau Cu
Sian . Maafkan kalau aku mengecewakan hati paman yang
baik “ .
Demikianlah , Han Sin kembali ke kemahnya dan dengan
hati mendongkol dia melihat Cu Sian sudah tidur mendengkur
di atas kasur . Ingin sekali dia menyeret pemuda itu dan
memakinya sebagai seorang pemuda mata keranjang yang
telah mempermainkan cinta dan menghancur hati Hailun ,
atau mungkin pemuda itu demikian gila untuk menguasai
kedua kakak beradik itu . Mendengkur, dia menahan
kemarahannya . Untuk apa dia menegur ? Bukan urusannya .
Kalau dua orang gadis itu mau di permainkan Cu Sian , apa
dayanya ?
Dengan hati mengkal Han Sin lalu tidur di atas permadani .
Hatinya gelisah . Peristiwa itu membuat dia merasa kehilangan
. Kehilangan seorang sahabat yang selama ini amat di kagumi
dan di sayangnya . Akan tetapi sahabatnya itu ternyata hanya
seorang pemuda hidung belang yang lemah terhadap
kecantikan wanita . Orang semacam itu tidak pantas dijadikan
sahabat . Akan tetapi dia merasa kehilangan .
****
Ketika pada keesokan harinya , pagi-pagi sekali Han Sin
bangun dari tidurnya , pertama-tama yang dilakukannya
adalah menoleh ke arah kasur dimana Cu Sian tidur . Dalam
tidurnya tadi dia bermimpi tentang Cu Sian yang naik kuda
memboncengkan Loana dan Hailun melarikan diri ! Dan
hatinya terkejut ketika dia tidak me lihat Cu Sian di atas
kasurnya . Pemuda itu telah pergi ! Jangan-jangan dia pergi
melarikan dua orang gadis kakak beradik itu seperti yang
terjadi dalam mimpinya . Kalau benar demikian , dia akan
melakukan pengejaran dan dia akan mencegahnya ! .
Dia cepat berkemas , membuntal pakaiannya dan sambil
menggendong pakaiannya dia keluar dari kemah itu . Pagi
masih sepi karena pagi itu dingin sekali . Hanya kelihatan
beberapa api unggun di nyalakan orang di beberapa tempat .
Tiba-tiba seorang pemuda menghampirinya sambil menuntun
kuda . Kuda itu sudah lengkap dengan pelananya dan ada
bungkusan di atas pelana kuda . Orang itu ternyata adalah
Sabutai ! .
“ Eh , engkau Sabutai ? “ Tanya Han Sin , hatinya tegang ,
khawatir akan mendengar lenyapnya dua orang gadis itu , di
larikan oleh Cu Sian . “ Ada apakah , Sabutai ?” .
“ Sobat , Han Sin , engkau hendak pergi sekarang ? Sepagi
ini ? “ Tanya Sabutai dan nada suaranya terdengar ramah
sekali sehingga Han Sin merasa heran . Baru kemarin dalam
pesta tari pemuda ini menantangnya untuk bertanding
memperebutkan Hailun ! .
“ Benar , Sabutai . Aku hendak pergi sekarang dan aku
sudah berpamit malam tadi kepada paman Tarsukai “ .
“ Aku sudah tahu , Han Sin justeru sepagi ini aku
mencarimu atas perintah paman Tarsukai semalam untuk
menyerahkan kuda dan perbekalan ini kepadamu “ .
Sabutai menyerahkan kendali kuda kepada Han Sin .
“ Ah , untuk apa semua ini , Sabutai . Sampaikan terima
kasih ku kepada Paman Tarsukai . Selama tiga pekan aku
tinggal di sini siperlakukan sebagai seorang sahabat dan tamu
yang sudah lebih dari cukup . Akan tetapi aku tidak dapat
menerima hadiah kuda dan perbekalan ini .
“ Akan tetapi , Han Sin . Paman Tarsukai sudah sepatutnya
memberi hadiah kepadamu . Bukankah engkau telah
menyelamatkan Loana dan Hailun ?” .
Han Sin tersenyum . “ Sabutai , hal itu tidak perlu di
bicarakan lagi . Menolong siapa saja yang berada dalam
kesulitan merupakan tugas kewajiban kita yang mempelajari
ilmu-ilmu untuk menentang kejahatan , membela kebenaran
dan keadilan . Bukan mengharapkan balas jasa dan hadiah .
Hadiah hanya akan merendahkan perbuatan kita “ .
“ Ah , Han Sin . Engkau seorang gagah perkasa sejati ! Aku
kagum kepadamu dan maafkanlah sikapku semalam yang
berani menantangmu “ .
Han Sin menatap wajah pemuda mongol itu sambil
tersenyum . “ Engkau tidak perlu minta maaf . Engkau tidak
bersalah dan memang sudah sepantasnya kalau engkau
membela nama dan kehormatan gadis yang engkau cintai .
Nah , selamat tinggal , Sabutai “ .
Han Sin segera meninggalkan Sabutai yang masih berdiri
termenung dan mengikuti bayangan Han Sin dengan pandang
mata kagum .
Begitu keluar dari perkampungan suku Yakka , Han Sin lalu
berlari cepat menuju ke selatan . Akan tetapi , baru kurang
lebih satu li dia berlari , tiba-tiba dia menahan larinya dan
berhenti . Matanya bersinar-sinar ketika dia melihat Cu Sian
duduk di atas sebuah batu di tepi anak sungai sambil
melamun dan memandang ke sungai membelakanginya .
Semua kemarahan yang di tahan-tahannya sejak malam tadi
seperti hendak meledak ketika dia mendapat kesempatan
bertemu dan berdua saja dengan Cu Sian . Dadanya terasa
panas dan dia segera menghampiri Cu Sian dengan marah .
“ Sian-te … !” panggilnya tidak ramah , bahkan seperti
bentakan marah . Cu Sian terkejut dan menoleh , Ketika
melihat siapa yang membentaknya itu , diapun cepat meloncat
turun dari atas batu .
“ Eh , kiranya engkau , Sin-ko ? Wah , sepagi ini engkau
sudah membawa buntalan pakaian , engkau hendak pergi ke
manakah , Sin-ko ? “ Sikap dan suara Cu Sian masih seperti
biasa , ramah dan gembira , bahkan dia tersenyum-senyum .
“ Kemana aku hendak pergi bukan urusanmu ! Tidak perlu
kau tahu ! Aku hanya ingin mengatakan bahwa sama sekali
tidak ku sangka engkau seorang pemuda tidak tahu malu dan
mata keranjang !”
Cu Sian membelalakan mata dan memandang heran . “ Eheh
, apa alasannya engkau mengatakan demikian , Sin-ko ?” .
“ Jangan berpura-pura bersih ! Apa yang kau lakukan
semalam di tempat pesta ? Engkau menggandeng Loana ,
bahkan memperebutkannya dengan Camuka !” .
Cu Sian mengerutkan alisnya dan mulut itu tersenyum
mengejek . “ Aha , jadi engkau cemburu dan iri hati , ya ? Sinko
, engkau pernah menyombongkan diri dengan mengatakan
bahwa engkau hanya mau berjodoh dengan seorang wanita
yang sempurna tanpa cacat sedikitpun . Seorang dewi dari
kahyangan . Akan tetapi ternyata baru bertemu dengan
Loanasaja engkau sudah tergila-gila , bertekuk lutut dan
mencintanya . Ha-ha , dimana dewi khayalanmu itu , Sin-ko ?”
.
Han Sin semakin menjadi marah . Pemuda remaja ini malah
mengejeknya ! Cu Sian , engkau pemuda tak tahu malu !
Engkau sudah akrab dengan Hailun , akan tetapi masih juga
merayu Loana , memburukkan diriku ! Engkau ternyata
seorang pemuda mata keranjang , hidung belang yang tidak
tahu malu . Tidak sudi lagi aku melakukan perjalanan dengan
seorang pemuda macam engkau ! Selamat tinggal ! “ han Sin
membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi . Akan tetapi dia
melihat bayangan berkelebat dan Cu Sian telah berdiri di
depannya , bertolak pinggang dan sikapnya angkuh sekali .
“ Sin-ko , mengapa engkau marah-marah seperti gila ?
Begitu besarkah cintamu kepada Loana sehingga membutakan
matamu ? Sepatutnya engkau berterima kasih kepadaku yang
telah membuka matamu untuk melihat gadis macam apa
Loana itu , begitu ku rayu lalu meninggalkanmu !” .
“ Cukup , mulai saat ini aku tidak sudi berteman denganmu
, tidak sudi bicara lagi denganmu !“ Han Sin lalu melanjutkan
perjalanan dengan cepat dan marah .
Khawatir kalau Cu Sian akan mengejar dan membayanginya
, Han Sin memasuki hutan lalu mengerahkan ilmunya berlari
cepat . Akhirnya dia merasa bahwa Cu Sian tidak mengejarnya
. Dia lalu meninggalkan hutan itu menuju ke barat mencari
sungai Kuning karena dia bermaksud kembali ke selatan
melalui air .
Keterangan yang diperolehnya dari Tarsukai amat berharga
dan untuk menyelidiki siapa pembunuh ayahnya , dia harus
pergi ke kota raja . Pembunuh ayahnya tentulah seorang
perwira yang pada waktu itu membantu ayahnya memimpin
pasukan yang berperang melawan pasukan Turki dan Mongol .
****
Nama julukan Pak-te-ong semakin terkenal di daerah utara
sebagai seorang datuk baru yang menguasai daerah di
sepanjang lembah Huang Ho . Hampir semua gerombolan
perampok dan bajak sungai yang besar-besar telah di
tundukkan , ketuanya di bunuh kalau tidak mau menakluk
sehingga Pak-te-ong Ma Giok kini menjadi ketua dari mereka
semua . Semua nama perkumpulan gerombolan yang di
taklukan itu di hilangkan dan mereka semua menjadi anggota
dari perkumpulan baru yang di dirikan oleh pak-te-ong dengan
nama Te-kwi-pai ( perkumpulan iblis bumi ) yang berpusat di
Kwi-san ( Bukit iblis ) , di lembah Huang ho . dalam waktu
singkat saja Te-kwi-pai telah menjadi sebuah perkumpulan
yang anggotanya tidak kurang dari tiga ratus orang ! Dan
semua penjahat yang bergerak di daerah lembah Huang ho
utara , semua tidak ada yang tidak tunduk kepada Te-kwi-pai .
Dan setiap kali mereka mendapatkan “ rejeki “ hasil
perampokan atau pembajakan , yang dilakukan oleh
perorangan , mereka tentu menyerahkan sebagian hasil itu
kepada Te-kwi-pai . Ini sudah merupakan peraturan tidak
tertulis dan siapa yang melanggar tentu akan ketahuan dan
tidak di ampuni lagi .
Dari hasil yang berlimpah ini , terutama sekali dari
pemungutan “ pajak jalan “ bagi para saudagar , baik yang
melakukan perjalanan lewat darat maupun sungai , sebentar
saja Pak-te-ong Ma Giok tlah membangun sebuah gedung
besar di puncak bukit iblis .
Di situ dia tinggal bersama seorang gadis , yaitu puteri
tunggalnya bernama Ma Goat , yang berusia delapan belas
tahun . Pak-te-ong Ma Giok sudak tidak mempunyai isteri lagi .
Ibu Ma Goat telah meninggal beberapa tahun yang lalu
sehingga Ma Goat merupakan keluarga satu-satunya . Tentu
saja dia amat menyayang dan memanjakan puterinya ini yang
semenjak kecil dia gembleng sendiri sehingga kini menjadi
seorang gadis yang memiliki ilmu silat tinggi .
Ma Goat memang seorang gadis yang cantik sekali .
Wajahnya yang bulat itu sesuai dengan namanya . Nama Ma
Goat berarti bulan dan memang ia cantik seperti bulan
purnama , Sepasang matanya tajam berkilat dan setitik tahi
lalat hitam di dagu kirinya menambah daya tariknya . Akan
tetapi , biarpun dia cantik dan nampak lemah gemulai , orangorang
takut kepadanya karena dalam hal kekejaman , ia tidak
kalah dibandingkan ayahnya . Tangannya ringan sekali
membunuh orang yang di anggap bersalah kepadanya , dan ia
membunuh sambil tersenyum manis . Sama sekali tidak
kelihatan kejam , akan tetapi sekali sulingnya menyambar
dengan gerakan indah , tentu ada orang yang tewas di
depannya . Kemanapun ia pergi , ia selalu membawa
sulingnya , sebatang suling kecil berwarna hitam mengkilap ,
kedua ujungnya di hias emas dan suling itu terselip di ikat
pinggangnya , Karena kejam nya ia menggunakan sulingnya
untuk membunuh orang yang di anggap bersalah kepadanya .
Ma Goat di juluki Suling Maut oleh ratusan anak buah Te-kwipai
. dank arena anak buah Te-kwi-pai itu dating dari berbagai
golongan di dunia kang-ouw , maka julukan suling maut inipun
sebentar saja terkenal di dunia persilatan daerah utara .
****
Jilid 13
Akan tetapi , hidup di samping ayahnya , di antara para
pembantu dan anak buah ayahnya yang terdiri dari orangorang
kasar , Ma Goat merasa jemu dan ia seringkali
meninggalkan rumah ayahnya dan pergi merantau di sekitar
daerah lembah .
Pada suatu pagi yang sejuk dan cerah , terdengar suara
suling melengking – lengking naik turun dalam irama yang
indah sekali . Suara suling ini dating dari tepi sungai .
Lengkingannya yang nyaring itu terbawa angina sampai jauh .
Akan tetapi , suara suling yang amat merdu dan
sepantasnya di dengar dengan hati kagum , ternyata
membuat orang-orang di sekitar tempat itu ketakutan .
Mereka yang sedang melakukan perjalanan di tepi sungai ,
segera mengambil jalan memutar tidak berani lewat di tempat
dari mana suara suling itu dating . Bahkan perahu-perahu
yang tadinya meluncur di pinggir sungai , segera di dayung ke
tengah , menjauhi pantai . Di antara mereka , ada yang
berbisik ketakutan , “ Suling maut …… !” .
Ada sebuah perahu kecil di tumpangi tiga orang laki-laki
tidak menjauhi pantai , bahkan merapat . Agaknya
penumpang perahu itu tidak pernah mendengar tentang
Suling maut dan mereka tertarik sekali oleh suara suling yang
amat merdu itu . Ketika mereka mendekatkan perahu ke tepi
. Ketika mereka mendekatkan perahu ke tepi , tiga orang lakilaki
berusia antara tigapuluh sampai empat puluh tahun itu
terkagum-kagum melihat seorang gadis duduk di atas batu
besar yang menonjol ke sungai . Gadis itu mengenakan
pakaian berwarna merah muda dan rambutnya yang hitam
panjang itu dibiarkan terurai ke belakang punggungnya . Gadis
itu cantik bukan main dan ia sedang meniup sebatang suling
hitam mengkilap .
Tiga orang laki-laki itu terpesona . Gadis cantik meniup
suling demikian indahnya . Bagaikan seorang bidadari saja .
Tiga orang itu menahan perahu dengan dayungnya dan
mereka memandang kea rah gadis itu sambil tersenyumsenyum
kagum .
“ Nona , tiupan sulingmu demikian indah merdu , wajahmu
demikian cantik , apakah engkau seorang bidadari dari surga
?” Tanya seorang .
“ Nona manis , bagaimana kalau engkau ikut dengan kami
di perahu ini dan memainkan sulingmu di sini ?” yanya yang
kedua .
“ Jangan khawatir , nona manis . Kami adalah tiga orang
yang kaya dan kami akan memberi hadiah yang besar
kepadamu !” kata orang ketiga .
Gadis itu adalah Ma Goat . Sepasang matanya berkilat
memandang kepada tiga orang itu ketika memandang ucapan
mereka . Jarak dari batu dimana ia duduk dan perahu itu
kurang lebih sepuluh meter . Tiupan sulingnya berhenti
perlahan-lahan , kemudian ia meniup sulingnya yang di
arahkan kepada tiga orang di atas perahu itu . Kelihatan sinar
lembut meluncur dari suling nya dan terdengar tiga orang lakilaki
itu memekik sekali lalu tubuh mereka roboh .
Dua orang terjungkal keluar dari perahu dan yang seorang
roboh di atas perahu itu dapat di lihat betapa wajahnya
berubah menghitam dan dia tewas seketika !
Perahu itupun terbawa arus sungai , hanyut malang
melintang tanpa kemudi .
Ma Goat tidak peduli lagi dan terdengar pula lengking
sulingnya yang tadi terhenti sejenak . Baginya seolah tidak
pernah ada apa-apa padahal baru saja ia membunuh tiga
orang yang sama sekali tidak dikenalnya dan tidak berdosa .
Akan tetapi baginya , tiga orang itu telah bersalah , yaitu
mengganggunya dengan ucapan yang di anggapnya kurang
ajar dan menghinanya .
Sebuah perahu kecil lewat . Perahu itu di tumpangi seorang
pemuda yang berpakaian sederhana . Pemuda itupun
mendengar lengking suara suling dan dia tertarik dengan hati
kagum . Di dayungnya perahunya ke tepid an tibalah
perahunya di dekat batu besar dimana gadis itu duduk meniup
sulingnya .
Pemuda itu adalah Cian han Sin yang sedang melakukan
perjalanan pulang ke selatan . han Sin memang suka akan
kesenian . Biarpun dia sendiri tidak pandai meniup suling ,
akan tetapi dia dapat menikmati bunyi musik yang merdu dan
tiupan suling itu luar biasa sekali . Bukan hanya merdu dan
indah , akan tetapi juga mengandung getaran yang membuat
dia tertegun . Peniup suling seperti itu bukan orang biasa ,
pikirnya . Dari suara tiupannya jelas menunjukkan bahwa
peniupnya memiliki tenaga khi-kang yang amat kuat . Dan
diapun semakin terheran melihat bahwa peniupnya seorang
gadis muda yang cantik sekali .
Ma Goat juga melihat perahu yang menghampiri tempat ia
duduk itu . Dan ia melihat seorang pemuda yang gagah dan
tampan . Dahinya lebar , alisnya berbentuk golok dan matanya
yang bersinar lembut itu mengandung kekuatan tersembunyi .
Hidungnya mancung dan mulutnya selalu terhias senyum
ramah , dagunya berlekuk membayangkan kejantanan dan
kulit muka dan lehernya putih , pakaiannya sederhana ,
namun bersih . Seorang pemuda yang tampan dan gagah .
Akan tetapi ia ingin melihat bagaimana sikap pemuda itu .
kalau ternyata hanya seorang pemuda ceriwis kurang ajar dan
mata keranjang , ia tidak segan untuk membunuhnya . maka
iapun menyudahi tiupan sulingnya dan pura-pura tidak melihat
pemuda itu .
“ Alangkah indah tiupan sulingmu , nona . Sungguh aku
merasa kagum sekali . Akan tetapi sayang ……… “ Han Sin
menahan ucapannya .
Ma Goat merasa heran bahwa ia tidak marah mendengar
ucapan itu . Bahkan ia merasa girang , akan tetapi juga
penasaran karena kalimat yang memuji dengan sopan itu di
sambung kata-kata yang meragukan . Pemuda itu memuji
tiupan sulingnya , sama sekali tidak menyinggung
kecantikannya seperti para pria lain yang memujinya .
Ia menoleh dan kini memandang Han Sin penuh perhatian .
Seorang pemuda sederhana , mungkin seorang pemuda dari
selatan yang miskin . Akan tetapi wajahnya tampan menarik
dan sinar matanya itu demikian lembut dan kuat .
“ Akan tetapi apanya yang sayang ………. ?” Ma Goat
bertanya dengan suara mendesak .
Han Sin merasa bahwa dia telah kelepasan bicara .
mengapa dia menjadi lancing dan usil ? Terpaksa dia harus
memberi penjelasan atau gadis itu tentu akan tersinggung dan
marah .
“ Maaf , nona . Aku tadi mengatakan saying karena lagu
yang kaumainkan dengan suling itu mengandung kedukaan
yang menyayat hati , seperti orang yang sudah kehilangan
semangat hidup . Sungguh tidak sesuai dimainkan oleh
seorang gadis muda seperti nona yang sepatutnya memiliki
semangat hidup yang besar “ .
Ma Goat tertarik sekali . Pemuda ini ternyata bukan ngawur
belaka , melainkan agaknya memiliki pengetahuan tentang
lagu dan sifatnya . memang tadi ia memainkan lagu “
Hancurnya sebuah hati “ . ratap tangis seorang gadis yatim
piatu yang merindukan kekasih yang meninggalkannya .
“ Seorang peniup suling haruslah pandai memainkan lagu
apa saja . Apa kau kira aku hanya dapat memainkan lagu
sedih saja ? DFengarkan yang ini !”
Ma Goat lalu meniup lagi sulingnya dan sekali ini , sebuah
lagu merdu yang gembira penuh semangat melengking dari
sulingnya . Dan sekali lagi han Sin terpesona . Bukan main
gadis ini . Benar-benar mahir dan telah menguasai kesenian
itu .
Kesedihan yang tadi tidak berbekas lagi dan kini suara
suling itu membayangkan gadis-gadis sedang menari-nari dan
bersenda gurau dengan dengan penuh kegembiraan . Atau
lebih tepat lagi , karena ada pula suara seperti air mengucur ,
seakan-akan ada beberapa orang bidadari sedang bermainmain
dan mandi di telaga sambil tertawa-tawa gembira .
Setelah Ma Goat menyelesaikan lagu yang gembira dan
bersemangat itu , han Sin kembali merasa kagum . Dia bangkit
berdiri di perahunya dan merangkap kedua tangan depan
dada memberi hormat . “ Bukan main ! Aku harus mengakui
bahwa selamanya belum pernah aku mendengar tiupan suling
sedemikian indahnya seperti yang nona mainkan “ .
Ma Goat tersenyum manis , sikap dan ucapan pemuda ini
menggembirakan hatinya . Pujian itu demikian jujur dan tulus ,
sama sekali tidak ada sifat menjilat seperti pujian para pria
yang pernah di dengarnya .
“ Apa yang kau tangkap dalam lagu tadi ? “ Tanyanya
sambil tersenyum .
“ Lagu yang amat menggembirakan . mendengar tiupan
suling tadi , aku melihat beberapa orang bidadari sedang
bersenda gurau dan aku mendengar berpercik dan mancurnya
air seolah para bidadari sedang bersenda gurau . Matahari
pagi dengan cerahnya menghidupkan segala sesuatu ,
terdengar kicauan burung-burung diantara ranting dan dahan
pohon yang penuh daun menghijau dan di hias bunga
beraneka warna yang semerbak mengharum ………. “
Sekarang Ma Goat yang memandang kagum . “ Sobat ,
engkau seorang seniman !” serunya .
“ Ah , aku hanya seorang kelana yang bodoh , nona “ .
“ Akan tetapi penilaianmu terhadap lagu-lagumu tepat
sekali . Memang tadi aku memainkan “ Tujuh bidadari di
Telaga Barat “ .
Begitu mendengar lagu itu , engkau sudah dapat
menebaknya dengan tepat ! Ma Goat merasa gembira sekali
sehingga ia melompat turun dari atas perahu dan setelah
gadis itu berdiri , Han Sin melihat betapa gadis itu hanya
memiliki wajah cantik saja , juga ia memiliki bentuk tubuh
yang ramping padat menggairahkan .
“ Bukan aku pandai menebak , nona . Akan tetapi adalah
suara sulingmu yang menggambarkan keadaan sedemikian
jelasnya “ .
“ Sobat , siapakah namamu , dan darimana engkau dating
dan apa yang membawamu ke tempat ini ? “ .
Han Sin tersenyum . Gadis itu menghujamkan pertanyaan
kepadanya .
“ Nona , namaku Cian Han Sin , aku dating dari selatan dan
yang membawaku sampai ke sini adalah keinginan untuk
meluaskan pengalaman “ .
Pada saat itu , dua orang laki-laki dating berlarian dan
melihat mereka , Ma Goat cepat menegur . “ Heiii , kalian
berlarian seperti di kejar setan ! Ada apakah !” .
Dua orang laki-laki setengah tua itu begitu melihat siapa
yang menegur mereka , segera memberi hormat sambil
membungkuk dalam .
“ Celaka , nona . Ada seorang kakek memaksa hendak
bertemu dengan ketua . ketika kami mencegahnya , dua orang
pengikutnya mengamuk dan kami yang belasan orang
jumlahnya tidak mampu menandingi mereka yang lihai sekali .
Teman-teman kini masih berusaha untuk melawan mereka
…….. “
“ Hemmm , dimana mereka ? “ Tanya Ma Goat .
“ Di Lereng bukit , nona “ .
“ Cepat melapor kepada ayah , biar aku yang menghajar
mereka ! kata Ma Goat dan setelah kedua orang anak buahnya
itu berlari pergi , Ma Goat menoleh kepada Han Sin yang
masih berdiri di atas perahunya .
“ Namaku Ma Goat dan aku senang sekali bertemu dan
berkenalan denganmu , Cian Han Sin . Selamat tinggal ! “ Ma
Goat lalu berkelebat dan melompat jauh , berlari cepat
meninggalkan tempat itu .
Han Sin tertegun . Bukan main . gadis itu selain cantik jelita
, pandai meniup suling , ternyata juga memiliki ilmu
kepandaian tinggi . Akan tetapi gadis itu pergi untuk menemui
lawan yang tangguh . Dia menjadi tertarik , juga khawatir
kalau-kalau gadis yang serba bisa itu akan terancam bahaya ,
maka diapun menambatkan perahunya pada akar pohon ,
kemudian dia meloncat ke daratan dan cepat berlari menuju
kea rah bukit di depan .
Ma Goat berlari cepat dan sebentar saja tibalah ia di lereng
Kui-san dan ia melihat belasan orang anak buah ayahnya
mengeroyok dua orang laki-laki berusia kurang lebih
empatpuluh tahun yang lihai sekali . Seorang kakek berusia
enampuluhan tahun duduk bersila di atas batu sambil
menonton perkelahian itu . Dua orang yang di keroyok itu
bertangan kosong , sedangkan belasan orang anak buah Tekwi-
pai semua bersenjata pedang atau golok , akan tetapi
mereka itu seperti sekelompok semut melawan dua ekor
jangkrik saja . Mereka menyerang , akan tetapi ternyata dua
orang itu agaknya memang tiding ingin membunuh sehingga
para pengeroyok itu tidak mengalami luka-luka berat dan
mereka segera bangkit lagi .
Melihat ini , Ma Goat segera melompat ke dalam
pertempuran dan membentak , “ kalian semua mundurlah !
biar aku menghadapi dua ekor tikus ini ! “ .
Mendengar suara nona mereka , para anggota Te-kwi-pai
menjadi girang dan mereka segera berlompatan ke belakang .
Kini Ma Goat berdiri tegak di depan dua orang itu memandang
dengan penuh perhatian . Akan tetapi ia sama sekali tidak
mengenal mereka , maka ia menjadi marah sekali . Ia tidak
perlu bertanya lagi karena tadi sudah dapat keterangan cukup
jelas . Dua orang ini bersama kakek itu hendak naik ke puncak
untuk mencari ayahnya . Menurut peraturan , tak seorangpun
orang boleh naik ke puncak maka anak buah ayahnya
melarang dan terjadi pertempuran .
Setelah memandang dengan sinar mata tajam dan bersinar
kemarahan . Ma Goat lalu membentak , “ Dua ekor tikus
darimana berani membikin kacau tempat kami ! “ dan ia sudah
menerjang dengan hebatnya , menggunakan sulingnya
menyerang kepada dua orang itu . Serangannya cepat bukan
main dan suling itu menyambar bagaikan sebatang pedang .
Sinar hitam menyambar kearah leher kedua orang itu . Akan
tetapi dua orang itu bukan orang-orang lemah . Melihat sinar
hitam menyambar dahsyat , mereka sudah mengelak dengan
loncatan yang ringan ke belakang . Akan tetapi suling di
tangan Ma Goat mengejar dan menyerang lagi dengan
dahsyat . Dua orang itu terkejut dan sambil mengelak lagi ,
tangan mereka bergerak ke punggung dan mereka telah
mencabut senjata mereka , yaitu masing-masing memegang
sebatang pedang yang berkilauan saking tajamnya .
Ma Goat tidak menjadi jerih , bahkan semakin marah
karena dua kali serangannya dapat di elakkan lawan . Ia
membawa suling ke depan bibirnya dan dua kali meniup .
Sinar hitam meluncur cepat kea rah dua orang itu . Akan
tetapi mereka agaknya sudah waspada . Mereka
menggerakkan pedang menangkis dan jarum-jarum halus
yang di lepas melalui tiupan suling itupun runtuh ke atas tanah
. Ma Goat menjadi marah sekali . Tubuhnya menerjang ke
depan , sulingnya bergerak menjadi gulungan sinar hitam
menyerang kea rah dua orang lawannya . Akan tetapi dua
orang itu menyambut dengan pedang mereka dan terjadilah
pertandingan yang amat seru .
Ternyata dua orang yang memegang pedang itu lihai bukan
main . Biarpun permainan suling Ma Goat amat berbahaya ,
namun mereka dapat menahan serangan itu bahkan
membalas dengan serangan pedang yang tidak kalah
hebatnya . Dan perlahan-lahan Ma Goat terdesak oleh dua
batang pedang itu , dan akhirnya ia hanya mampu memutar
suling untuk melindungi hanya mampu memutar suling untuk
melindungi dirinya tanpa membalas ! .
Sejak tadi han Sin mengintai dan kini melihat betapa gadis
itu terdesak dan terancam bahaya , dia tidak tinggal diam lagi
.
“ Dua orang laki-laki mengeroyok seorang gadis muda ,
sungguh tidak tahu malu ! “ bentak Han Sin dan dia sudah
menerjang ke dalam pertempuran itu . Biarpun dia bertangan
kosong , akan tetapi karena dia mengerahkan sin-kangnya ,
begitu kedua tangannya mendorong , dua orang pengeroyok
itu terhuyung-huyung ke belakang seperti di sambar angin
yang amat kuat . hampir saja kedua orang ini terpelanting
roboh .
Dua orang itu terkejut akan tetapi juga marah sekali .
Mereka adalah dua orang yang telah memiliki ilmu silat yang
tinggi , maka tidak mungkin mereka dapat di buat terhuyung
dan hamper terpelanting seperti itu . Keduanya sudah
melompat bangun lagi , akan tetapi Ma Goat yang juga
terkejut akan tetapi girang sekali melihat pemuda dalam
perahu yang baru saja di kenalnya datang membantu , segera
menerjang kea rah seorang di antara mereka . Sulingnya
menyambar-nyambar dan orang itu segera menangkis dengan
pedangnya . Segera kedua orang itu sudah terlibat dalam
pertandingan yang hebat . Orang kedua juga penasaran , akan
tetapi sebelum dia dapat membantu temannya mengeroyok
gadis itu , Han Sin sudah melompat ke depan orang itu .
Melihat pemuda yang dating membantu gadis itu dan tadi
hamper saja merobohkannya , orang kedua yang berkumis
penjang itu menjadi marah dan dia segera menyerang Han Sin
dengan pedangnya . Serangannya cepat dan bertenaga , akan
tetapi Han Sin mudah saja mengelak sambil mundur .
Lawannya mendesak dan sekali Han Sin menggerakkan kedua
tangannya , tangan kanan sudah menotok kea rah siku kanan
orang itu dan tangan kirinya menyambar . Di lain saat ,
pedang itu telah dapat di rampas dari tangan pemiliknya .
Orang itu terbelalak dan tidak tahu apa yang harus dilakukan
Han Sin tersenyum , tidak membalas serangannya tadi
melainkan menekuk pedang itu dengan kedua tangannya .
“ Krekk !” Pedang itu patah menjadi dua potong dan Han
Sin melemparkannya ke atas tanah . Melihat ini , si kumis
panjang itu melangkah mundur dan menjadi jerih .
Sementara itu , setelah kini hanya menghadapi seorang
lawan , Ma Goat mengamuk dan dapat mendesak lawannya
dengan sulingnya . Ia memang masih menang setingkat kalau
melawan satu orang saja dan lawannya kini hanya mampu
menangkis dengan pedangnya . Ma Goat menyerang dengan
ganas sekali . Ketika sulingnya menyambar dahsyat kea rah
kepala lawan , lawannya itu menggerakkan pedang ke atas
untuk menangkis .
“ Traangg ….. ! “ Bunga api berpijar ketika kedua senjata
itu bertemu dan suling itu terpental ke bawah terus
menyerang dada . Lawannya menurunkan pedang untuk
menangkis , akan tetapi mendadak suling itu tidak jadi
menyerang pedang melainkan menyambut lengan lawan
dengan menghantam ke arah siku .
“ Dukkk …….. ! “ siku itu terkena hantaman suling menjadi
lumpuh seketika dan pedangnya terlepas dari pegangan .
Biarpun lawan sudah tidak berdaya , Ma Goat menyerang
terus dengan sulingnya secara bertubi-tubi . Lawannya
menjadi gugup , berloncatan ke belakang dan hanya mampu
mengelak ke kanan kiri , Ma Goat tidak memberi kesempatan
lagi , terus mendesak dengan pukulan-pukulan maut . Suling
yang menyambar – nyambar cepat itu , sekali saja mengenai
kepala tentu akan menamatkan hidup orang itu .
Pada saat yang amat berbahaya bagi keselamatan lawan
Ma Goat itu , tiba-tiba kakek yang sejak tadi hanya duduk
bersila dan menonton pertandingan menggerakkan tubuhnya
dan tubuh yang tadi bersila itu telah melayang ke atas ,
berjungkir balik beberapa kali dan meluncur turun ke arah Ma
Goat yang sedang mendesak lawannya .
Pada saat itu , Ma Goat sudah berhasil menyapu kaki
lawannya dengan kakinya sehingga lawannya terpelanting
jatuh dan ia sudah menggerakkan sulingnya yang menyambar
kea rah kepala lawan . Akan tetapi suling itu tertahan di udara
oleh tangan kakek yang melayang di atasnya . Ma Goat
terkejut sekali dan melangkah ke belakang . Kakek itu pun
meloncat turun di depannya .
Begitu memandang bahwa yang menahan serangannya tadi
seorang kakek yang tadi duduk bersila , Ma Goat menjadi
marah . Ia maklum bahwa kakek itu yang mendatangkan
kekacauan bersama dua orang pengikutnya , maka tanpa
banyak cakap lagi iapun menggerakkan sulingnya , menusuk
dengan totokan kea rah dada kakek itu .
“ ha-ha , engkau ganas sekali ! “ kakek itu tertawa dan
tidak mengelak , melainkan mengangkat tangan kirinya ke
depan dada sehingga suling itu mengenai telapak tangannya .
“ Tukkk !” Ma Goat terkejut merasakan betapa totokannya
mengenai daging lunak . Akan tetapi ketika ia menarik
sulingnya , ia tidak mampu melakukan itu karena sulingnya
seperti telah melekat pada telapak tangan lawan . Selagi ia
mengerahkan tenaga untuk menarik lepas sulingnya , kakek
itu lalu mendorongkan tangannya ke depan sambil membentak
dan seperti sehelai daun kering di terbangkan angina , tubuh
Ma Goat terlempar ke belakang ! Tenaga dorongan itu kuat
bukan main dan membuat Ma Goat merasa kehilangan
tenaganya . Ia tentu akan roboh terpelanting kalau saat itu
tidak ada orang yang menolongnya . Han Sin sudah cepat
berkelebat dan menerima tubuh yang telentang itu ke atas
kedua lengannya , kemudian menurunkannya dengan lunak ,
sehingga Ma Goat tidak terbanting . Gadis itu berkilat matanya
dan tentu ia akan marah sekali , mungkin akan membunuh
orang yang berani menyentuh tubuhnya , bahkan
memondongnya . Akan tetapi ketika ia melihat bahwa yang
menolongnya adalah Han Sin , ia tidak marah , dan tersenyum
dengan muka berubah kemerahan .
“ Terima kasih atas bantuanmu ! “ katanya singkat kepada
Han Sin .
Pada saat itu muncul Pak-te-ong Ma Giok . Pemunculannya
membuat dua orang pengikut kakek tadi terkejut sekali .
Bagaikan pandai menghilang saja Pak-tek-ong tahu-tahu
berdiri di situ dengan tongkat kepala naga di tangan kanan ,
tubuhnya tinggi besar , kepalanya botak dan jubahnya dari
kulit biruang , pakaiannya terbuat dari sutera halus .
“ Siapa berani naik ke Kwi-san membikin kacau ?” suaranya
tenang namun mengandung wibawa . Melihat ayahnya , Ma
Goat segera berlari menghampiri dan memegang lengan
ayahnya .
“ Ayah …. !” katanya manja . “ Tiga orang itulah yang
menjadi pengacau , harap ayah sendiri turun tangan memberi
hajaran !” .
Dua orang kakek itu kini sudah berdiri saling berhadapan .
Pak-te-ong memandang penuh perhatian . Kakek itu usianya
sebaya dengan dia , pakaiannya hanya merupakan kain yang
di belit-belitkan tubuhnya yang pendek gendut , rambutnya
yang hitam panjang di kuncir ke belakang dan selebihnya
dibiarkan awut-awutan . Mukanya bundar dengan sepasang
mata yang lebar , hidungnya pesek dan mulutnya juga lebar ,
akan tetapi yang menonjol adalah sepasang telinganya yang
seperti telinga gajah .
“ Hemmm , kiranya See-thian-mo ( Iblis dunia barat ) yang
berani main-main di sini !” kata Pak-te-ong sambil tersenyum
dan dia tidak kelihatan marah .
“ Ha-ha-ha !” kakek pendek gendut itu tertawa gembira . “
Pa-te-ong , lama tidak berjumpa dan sekali bertemu , engkau
telah menjadi tokoh besar , bahkan mendirikan Te-kwi-pai di
Kwi-san . Jadi nona ini puterimu ? “ Ha-ha-ha dulu ia masih
ingusan , sekarang telah menjadi gadis yang cantik dan
ilmunya itu boleh juga walaupun muridmu yang satu itu
benar-benar mengejutkan dan mengagumkan hatiku !” Dia
menuding kea rah Han Sin .
Pak-te-ong menoleh dan memandang kearah yang di tunjuk
oleh kakek yang berjuluk See-thian-mo itu . Han Sin juga
memandang kepada Pak-te-ong dengan hati berdebar .
Kiranya kakek ini ayah dari ma Goat ? Dia masih ingat benar ,
kakek ini adalah orang yang pernah mengejar Cu Sian di
dalam hutan dan dia pernah menghadangnya untuk memberi
kesempatan kepada Cu Sian melarikan diri . Dia pernah
bertanding beberapa jurus dengan kakek ini sebelum dia
melarikan diri setelah Cu Sian dapat meloloskan diri .
“ See-thian-mo , dia bukan muridku !” Pak-te-ong berseru
akan tetapi alisnya berkerut karena dia merasa pernah melihat
pemuda itu , akan tetapi dimana .
“ Bagus ! Kalau begitu aku boleh membunuhnya !” kata
See-thian-mo dan sekali tubuhnya bergerak , dia sudah
melompat ke depan Han Sin dan menyerang dengan dorongan
telapak tangan kanannya kea rah dada pemuda itu .
“ Wuutttt … plaakkk …. ! “ han Sin menangkis dari samping
dengan tangan kirinya dan See-thian-mo mengeluarkan
seruan kaget ketika merasa betapa ada kekuatan dahsyat
yang membuat tubuhnya terpental . Juga Han Sin merasa
betapa kuatnya pukulan itu , mengandung tenaga yang
berhawa dingin .
See-thian-mo menjadi penasaran sekali . Dia adalah
seorang tokoh besar dunia kang-ouw bagian barat . Setelah
dia dikeluarkan dari kalangan para pendeta lama , dia lalu
malang melintang di dunia kang-ouw dan mendapat julukan
See-thian-mo . Baru ketika pasukan Sui melakukan serangan
dan pembersihan di daerah barat , terpaksa dia
menyembunyikan diri . Kini , berhadapan dengan seorang
pemuda yang mampu menandingi tenaga sin-kangnya , dia
menjadi penasaran sekali . Dia harus mampu membunuh
pemuda ini , apalahi disaksikan oleh Pak-te-ong , datuk utara
yang dahulu pernah menjadi rekannya karena mereka memiliki
kedudukan setingkat . Keduanya di akui sebagai datuk besar
di dunia hitam .
“ Orang muda , tidak biasa aku membunuh orang tanpa
nama . Karena itu , beritahukan namamu agar engkau tidak
akan mati tanpa nama ! “ kata See-thian-mo dan tangan
kanannya sudah mengeluarkan seuntai tasbih dari balik
bajunya . Tasbih ini luar biasa , bijinya hitam dan besar-besar
, sebesar ibu jari kaki , ketika berada di tangannya bergerak
sedikit saja tasbih itu mengeluarkan suara trak-trik nyaring
sekali !.
Han Sin mengangkat kedua tangan depan dada memberi
hormat dan berkata dengan suara lembut , “ Lo-cian-pwe ,
namaku adalah Cian Han Sin , akan tetapi aku tidak
mempunyai permusuhan apapun denganmu . Karena itu
akupun tidak ingin bertanding denganmu .
“ Trakk-traakk-trikkkk !” See-thian-mo menggerakgerakkan
tasbihnya dan berkata , “ Engkau tidak ingin
bertanding masa bodoh , akan tetapi aku harus membunuhmu
karena engkau telah berani menantangku , Cian Han Sin !
Bersiaplah untuk menerima kematianmu !” .
Ma Goat sudah melangkah ke depan dan sambil bertolak
pinggang ia membentak , “ See-thian-mo kakek tidak tahu
malu ! Cian Han Sin tidak bersalah ! Adalah dua orang
pengikutmu yang mengeroyokku dan melihat aku di keroyok ,
Cian Han Sin turun tangan membantuku . Kalau engkau
memang gagah , hayo lawanlah aku sampai seorang di antara
kita menggeletak tak bernyawa , jangan mengganggu Cian
Han Sin yang tidak bersalah !” Ma Goat menuding-nudingkan
sulingnya kea rah muka kakek gendut pendek itu yang
menjadi serba salah . Mukanya berubah merah sekali . Belum
pernah dia di hina orang seperti itu , apalagi penghinanya
hanya seorang gadis muda . Dua orang pengikutnya tadi
adalah murid-muridnya dan mereka sudah memandang ke
arah Ma Goat dengan sikap mengancam .
“ Goat-ji ( Anak Goat ) , jangan kurang ajar kau ! See-thianmo
, lupakan saja sikap dan kata-kata anakku , ia memang
manja dan keras kepala ! “ kata Pa-te-ong yang merasa tidak
enak dengan sikap anaknya itu .
“ Aih , ayah ….. ! “ Ma Goat memmrotes ayahnya .
“ Diam kau ! “ Pak-te-ong membentak marah dan Ma Goat
bersungut-sungut sambil membanting-banting kakinya ,
hamper menangis .
Han Sin dapat menduga bahwa kakek yang berjuluk seethian-
mo ini tentu lihai sekali , apalagi senjatanya berupa
tasbih itu . Maka diapun tersenyum mengejek dan berkata , “
seorang seperti lo-cian-pwe seharusnya malu menghadapi aku
seorang pemuda yang bertangan kosong menggunakan
senjata ! Akan tetapi kalau lo-cian-pwe memang seorang
datuk yang tidak tahu malu , silahkan maju . Aku tidak takut
melawanmu , biarpun aku tidak suka bermusuhan denganmu
tanpa sebab “ .
Mendengar ucapan pemuda itu , tentu saja see-thian-mo
merasa malu dan mukanya berubah merah , matanya yang
besar itu melotot . Di depan orang banyak dia seperti
mendapat tantangan . “ Ha-ha-ha , Cian Han Sin , kematianmu
sudah di depan mata dan engkau masih berani membuka
mulut besar . Untuk membunuhmu tidak perlu aku
mengeluarkan senjataku !” .
Dia lalu menyimpan kembali tasbih ke dalam saku bajunya ,
kemudian dia mengeluarkan bentakan nyaring dan tubuhnya
maju menerjang Han Sin dengan pukulan kedua tangannya .
“ Haaiiitttt …. !” Tangan kiri itu menyambar ke arah dada
Han Sin , sedangkan tangan kanannya menyambar kearah
perut . Kedua tangan terbuka jari-jarinya . Angin yang dingin
menyambar kea rah tubuh Han Sin . Akan tetapi pemuda ini
yang sudah dapat menduga bahwa lawannya berbahaya sekali
, cepat menggunakan keringanan tubuhnya untuk mengelak
lalu dari samping dia membalas serangan lawan dengan
tamparan tangan kanan . Akan tetapi dengan mudah Seethian-
mo menangkis tamparan ini dan menyerang lagi dengan
dahsyatnya .
Mula-mula Han Sin memainkan Lo-hai-kun , diselingi
dengan Hek-liong-kun . Karena dia tidak berniat untuk melukai
lawannya , maka dia menggunakan kedua ilmu silat ini hanya
untuk membela diri . Akan tetapi tidak demikian sengan Seethian-
mo . Setiap serangannya di tujukkan untuk membunuh
lawan . Dia akan merasa malu sekali kalau tidak dapat
merobohkan pemuda itu dengan tangan kosong , maka
serangannya semakin dahsyat dan hawa dingin yang keluar
dari keluar pukulannya semakin terasa .
Semua orang menonton pertandingan itu dengan hati
kagum . Juga Ma Goat memandang dengan hati kagum bukan
main . Dalam pertemuannya yang pertama dengan Han Sin ,
hatinya memang sudah tertarik oleh sikap dan pembawaan
Han Sin yang lain daripada pemuda-pemuda lain yang pernah
di jumpainya . Dan sekarang , ia sama sekali tidak pernah
mengira bahwa pemuda itu memiliki ilmu silat yang demikian
lihainya sehingga mampu menandingi kakek itu . Timbul
perasaan kagum dan saying dalam hatinya yang biasanya
sekeras batu dan belum pernah merasa tertarik kepada pria .
Pak-te-ong juga terkejut bukan main . Dia tahu bahwa
tingkat kepandaian See-thian-mo seimbang dengan tingkatnya
, akan tetapi pemuda itu ternyata mampu mengimbangi Datuk
barat itu . Dia mengingat-ingat siapa adanya pemuda yang
lihai itu . Diingatnya siapa saja di antara orang-orang yang
pernah dilawannya , yang memiliki kepandaian tinggi dan
masih demikian muda . Tiba-tiba dia teringat ketika dia
mengejar pengemis muda itu , dia di hadang seorang pemuda
yang lihai sekali . Setelah bentrok beberapa jurus pemuda itu
lalu melarikan diri . Inilah pemuda itu ! Tidak salah lagi .
“ Keparat , engkaulah pemuda itu ! mampuslah di
tanganku !” Dia membentak dan dia lalu meloncat ke depan
lalu menyerang Han Sin dengan pukulan mautnya .
Han Sin terkejut dan cepat mengelak ke samping . Akan
tetapi See-thian-mo menyambutnya dengan pukulan dahsyat
sehingga terpaksa dia melempar tubuh ke belakang dan
berjungkir balik beberapa kali .
“ Ayah , mengapa melakukan pengeroyokan ?” Ma Goat
memrotes ayahnya .
“ Diam kau ! Pemuda ini adalah musuhku !” jawab Pak-teong
yang cepat menyerang lagi .
Han Sin menjadi repot dan terdesak . kalau dua orang
datuk itu maju mengeroyoknya . Terpaksa dia mengeluarkan
ilmu simpanannya , yaitu Bu-tek-cin-keng .
Pak-te-ong memiliki ilmu pukulan ampuh yang di sebut
Tian-ciang ( Tangan Halilintar ) yang mengandung hawa
panas bagaikan halilintar menyambar . Sedangkan See-thianmo
memiliki ilmu pukulan yang tidak kalah hebatnya , yaitu
Swat-ciang ( Tangan salju ) yang mengandung hawa dingin
membeku .
Karena penasaran belum juga dapat merobohkan pemuda
yang mereka keroyok itu , pada suatu saat Pa-te-ong dan seethian-
mo melakukan penyerangan dari kanan kiri . Mereka
mengeluarkan ilmu simpanan mereka itu dan memukul
dengan dorongan tangan kanan . Angin dingin sekali
menyambar dari pukulan See-thian-mo sedangkan dari tangan
Pak-te-ong menyambar hawa panas .
Han Sin maklum bahwa dua orang itu menyerangnya
dengan pukulan yang dahsyat , yang tidak mungkin dapat di
elakkannya . Maka diapun memasang kuda-kuda dengan
kedua kaki terpentang , mengerahkan tenaga sakti dari ilmu
Bu-tek-cin-keng lalu mengembangkan kedua lengannya
mendorong ke kanan kiri , menyambut dua pukulan lawan itu .
“ Desss …. !” pertempuran dua tenaga sinking raksasa itu
hebat sekali , menggetarkan bumi dan membuat semua yang
menonton terguncang . Tian-Ciang dan Swat-ciang tiba
dengan berbareng , di sambut kedua tangan Han Sin yang di
penuhi tenaga dari ilmu Bu-tek-cin-keng . Dan akibatnya ,
kedua orang kakek itu terlempar ke belakang seperti di dorong
tenaga raksasa yang tidak nampak . Mereka terbanting karena
tenaga mereka tadi membalik , akan tetapi Han Sin juga
berdiri terhuyung dan darah mengalir dari bibirnya , tanda
bahwa dia menderita luka dalam yang hebat .
Melihat ini , dua orang kakek itu melompat berdiri , akan
tetapi mereka juga terhuyung dengan muka pucat . Melihat
keadaan Han Sin , Pak-te-ong berseru kepada anak buahnya
sambil menudingkan telunjuknya kea rah Han Sin , “ Bunuh
dia !” .
Para anak buah Te-kwi-pai sudah berlompat ke depan
mengepung Han Sin dengan senjata di tangan , akan tetapi
pada saat itu ma Goat meloncat ke depan Han Sin , suling
hitamnya ditangan dan matanya berkilat penuh ancaman .
“ Siapa berani menyentuhnya akan di bunuh !” bentaknya
dan semua anak buah Te-kwi-pai menjadi terkejut dan tidak
berani bergerak .
“Goat-ji …… !” Pak-te-ong membentak marah , dan
menghampiri anaknya .
Akan tetapi Ma Goat melintangkan suling di depan dada dan
menentang pandang mata ayahnya dengan sinar mata berkilat
. “ Ayah , Han Sin ini tidak bersalah . Dia hanya ingin
menolongku dari bahaya maka sampai terlibat dalam urusan
ini dan diapun dipaksa untuk berkelahi . kalau aku yang
pernah dia selamatkan sekarang diam saja melihat dia
terancam bahaya , aku akan menjadi seorang yang paling
tidak mengenal budi . Akan akan membelanya dengan taruhan
nyawaku , ayah !” .
Melihat sikap putrinya , Pak-te-ong menahan langkahnya .
Dia mengenal benar watak putrinya yang tidak berbeda jauh
dengan wataknya sendiri , yaitu keras hati dan tak mengenal
takut .
Melihat ayahnya berhenti menghampirinya , Ma Goat lalu
memegang tangan Han Sin yang masih berdiri terengah-engah
, lalu menariknya , “ Han Sin , mari kita pergi !” gadis itu lalu
menggandeng tangan Han Sin , diajak pergi dari situ sambil
siap melindunginya dari serangan . Tidak ada anak buah Tekwi-
pai berani bergerak , dan See-thian-mo sendiri juga tidak
mau menyerang karena dia merasa tidak enak kalau harus
menyerang puteri rekannya . Apalagi dia sendiri juga sudah
menderita luka dalam , walaupun tidak parah karena tadi dia
menyerang Han Sin saling Bantu dengan tenaga Pak-te-ong .
Pak-te-ong juga mengetahui bahwa See-thian-mo
menderita luka dalam seperti dia sendiri , maka dia lalu
berkata , “ See-thian-mo , mari kita ke rumah dan
menyembuhkan luka kita sebelum bicara “ .
“ Baik , Pak-te-ong “ , kata kakek gendut pendek itu dan
bersama dua orang muridnya dia lalu mengikuti Pak-te-ong
mendaki puncak bukit Kwi-san .
*****
Ma Goat menggandeng tangan Han Sin yang berjalan
terhuyung-huyung . Han Sin merasa tubuhnya lemah dan
nyeri karena didalam tubuhnya seperti ada dua kekuatan hawa
yang saling berebutan . Kadang tubuhnya seperti dibakar api
di sebelah dalam , terkadang seperti direndam dalam salju
yang dingin sekali . Setelah menguatkan diri melangkah cepat
ketika diajak melarikan diri oleh ma Goat , akhirnya dia
mengeluh dan tentu roboh terpelanting kalau saja Ma Goat
tidak cepat merangkulnya .
“ Han Sin , bagaimana keadaanmu ?” Ma Goat bertanya
sambil memeluk tubuh pemuda itu .
Han Sin memejamkan matanya . “ ……. Panas … dingin …..
“ dia mengeluh lalu lehernya terkulai , pingsan . Ma Goat lalu
memodong tubuh itu dan di bawa lari menuju ke tepi sungai .
Setelah tiba di tepi sungai , dia merebahkan tubuh pemuda itu
di atas rumput . Dikeluarkannya sebuah botol kecil dari dalam
bajunya , kemudian ia membuka mulut Han Sin . Pemuda itu
dalam keadaan setengah sadar dapat menelan obat itu .
Ma Goat menanti dengan hati gelisah melihat pengaruh
obat yang diminumkannya . Ia merasa yakin bahwa obatnya
itu pasti akan dapat menyembuhkan luka beracun akibat
pukulan Tian-ciang karena ia sendiri juga sudah mempelajari
Tangan halilintar itu . Obat itu adalah buatan ayahnya yang
khas untuk mengobati luka akibat pukulan ilmu itu .
Tak lama kemudian , nampak reaksi obat itu . Akan tetapi
sungguh di luar dugaan Ma Goat ketika ia melihat pemuda itu
mengeluh , membuka mata lalu tubuh itu menggigil
kedinginan dan muka serta seluruh badannya berubah pucat
kebiruan ! .
“ Han Sin …. , bagaimana rasanya tubuhmu ….?” Ma Goat
memegang lengan pemuda itu dengan khawatir . Dan
alangkah kagetnya ketika ia memegang lengan itu , terasa
lengan itu dingin seperti es ! Dan tak lama kemudian , Han Sin
sudah tidak menggigil atau bergerak lagi , melainkan telentang
diam dan kaku seperti mayat yang dingin sekali .
“ Han Sin … Han Sin …. Ahhh !” Ma Goat menjadi
kebingungan , tidak tahu apa yang harus dilakukannya . Ingin
rasanya ia menangis karena merasa begitu tidak berdaya .
Tiba-tiba terdengar langkah orang yang ringan dan lembut
sekali menghampirinya . Ma Goat cepat menoleh dan siap
menyerang karena dalam keadaan bingung dan khawatir itu
mudah sekali bangkit kemarahannya . Akan tetapi ketika ia
memandang , yang datang adalah seorang gadis berusia
kurang lebih delapan belas tahun . Gadis ini melangkah ringan
dan gerak-geriknya lembut , pakaiannya yang serba putih
bersih itu terbuat dari sutera . Wajahnya bulat telur , dagunya
meruncing dan rambutnya yang panjang itu di gelung ke atas ,
sebagian di kuncir dan dibiarkan bergantung di depan
pundaknya . Alisnya melengkung hitam dan matanya indah
dengan pandang mata lembut dan tenang sekali , mulutnya
mengarah senyum dengan bibir merah basah , lesung pipit
nampak di kedua pipinya . Tubuhnya sedang dan pinggangnya
ramping , Ma Goat sendiri sampai tertegun . Belum pernah ia
melihat seorang wanita secantik dan anggun seperti itu .
“ Enci yang baik , engkau nampak gelisah . dapatkah aku
membantumu ? “ Gadis yang bukan lain adalah Kim Lan itu
bertanya dengan halus . Ia kebetulan lewat di situ dan melihat
Ma Goat nampak kebingungan dan gelisah sedangkan di
depan gadis yang berlutut itu menggeletak seorang pria yang
telentang . Kim Lan baru kembali dari sebuah dusun di lembah
huang-ho dimana berjangkit penyakit menular . Mendengar ini
ia lalu pergi ke dusun itu dan dengan kepandaiannya
mengobati , ia berhasil menyelamatkan banyak orang dari
cengkraman maut . Setelah penyakit itu berhasil dibasminya ,
ia lalu kembali ke selatan dan dalam perjalanan ke selatan
inilah ia kebetulan melihat Ma Goat di tepi sungai itu dan
menghampirinya .
Ma Goat sedang gelisah dan jengkel melihat keadaan Han
Sin yang mengkhawatirkan , maka ia menganggap kedatangan
gadis berpakaian serba putih itu sebagai gangguan .
“ Pergilah dan jangan ganggu aku !” katanya ketus . “
Engkau tidak akan dapat menolongku !”
Akan tetapi , Kim Lan atau yang biasa di sebut Lan Lan itu
sudah memandang wajah Han Sin . Ia terkejut sekali ketika
mengenal wajah itu akan tetapi kekagetannya itu sama sekali
tidak kelihatan . Hanya kerut alisnya saja yang menunjukkan
kekagetannya . Tanpa diminta iapun berlutut di samping ma
Goat dan meletakkan jari-jari tangan kirinya di atas dahi yang
mengepulkan uap dingin itu .
“ Hemm , dia keracunan hawa dingin yang hebat sekali .
kalau terlambat menolongnya , dalam waktu empat lima jam
lagi dia tidak akan tertolong lagi “ , katanya sambil memegang
nadi tangan pemuda itu .
Ma Goat kini memandang dengan penuh harapan . “
Engkau ….. engkau mengerti ilmu pengobatan ?” tanyanya .
Dengan tenang sambil tersenyum manis Kim Lan
mengangguk . “ Sedikit , akan tetapi jangan khawatir . Aku
akan mencoba menyembuhkannya . Akan tetapi tempat ini
kurang layak untuk mengobatinya . Aku melihat di sana ada
sebuah pondok kosong , kita bawa saja dia ke sana !” .
Ketika Kim Lan hendak membantu menggotong tubuh
pemuda itu , Ma Goat menolaknya . “ Tidak usah , biar ku
pondong sendiri “ . Dan ia pun sudah mengangkat dan
memondong tubuh Han Sin yang terasa luar biasa dinginnya
itu . Kim Lan memandang dengan sinar kelembutan
membayang di matanya . Sekali pandang saja tahulah ia dan
gadis itu amat mencinta Han Sin .
Pondok itu adalah sebuah pondok yang didirikan oleh
mereka yang membutuhkannya , yaitu para pemburu dan para
nelayan yang kemalaman di daerah ini dan menggunakan
pondok itu sebagai tempat melewatkan malam . Sebuah
pondok kayu dan bamboo sederhana , akan tetapi lantainya
bersih dan terdapat banyak jerami kering .
“ Rebahkan dia di sini , “ kata Lan Lan menunjuk ke tengah
ruangan yang penuh jerami .
Ma Goat dengan hati-hati sekali merebahkan Han Sin di
atas jerami dan ia memandang penuh perhatian ketika Lan
Lan mulai melakukan pemeriksaan . menekan nadi , dada dan
leher Han Sin , kemudian ia menoleh kepada Ma Goat . “ Coba
ceritakan , apa yang telah terjadi padanya agar aku dapat
menentukan obatnya “ .
Ma Goat berkata dengan harap-harap cemas . “ Dia terkena
pukulan ayahku , yaitu pukulan tangan halilintar yang panas .
Akan tetapi dia pada saat yang sama juga terkena pukulan
See-thian-mo . Dalam keadaan panas dingin dia kubawa ke
sini dan tadi sudah ku obati dengan obat penangkal racun
akibat pukulan halilintar . Panasnya memang hilang , akan
tetapi tubuhnya menjadi dingin seperti es …….. “ .
Lan Lan mengangguk-angguk . “ Dia terkena pukulan Seethian-
mo ? Hemm , aku pernah mendengar bahwa See-thianmo
memiliki ilmu pukulan Swat-ciang . Dia keracunan hawa
dingin pukulan itu , kemudian dia minum obatmu . Obat itu
melawan pengaruh pukulan halilintar , tentu mengandung
hawa dingin pula . Maka , racun hawa dingin itu menjadi lipat
ganda . Untung dia memiliki sinking yang kuat , kalau tidak ,
dia tentu sudah mati “ .
“ Kau … kau tentu dapat mengobatinya dan
menyembuhkannya , bukan ?” Tanya Ma Goat .
“ Jangan khawatir , akan ku coba “ , Lan Lan
mengeluarkan bungkusan jarum-jarumnya dan segera minta
kepada Ma Goat agar menanggalkan baju bagian atas pemuda
itu , kemudian ia menancapkan jarum-jarumnya di beberapa
jalan darah . Setelah itu , ia lalu menggunakan jari tangannya
untuk menotok jalan darah di dada , pundak dan punggung ,
kemudian menempelkan tangan kirinya ke atas dada Han Sin
dan menyalurkan tenaga sinkangnya .
Ma Goat memandang penuh perhatian dan alangkah girang
hatinya melihat betapa perlahan-lahan wajah Han Sin menjadi
normal kembali , warna pucat kebiruan itu lenyap dan terganti
warna kemerahan . Pernapasan Han Sin juga tidak lemah
seperti tadi . Kemudian terdengar dia mengeluh dan bergerak
. Lan Lan menarik kembali tangannya , dan bangkit berdiri .
Dahi dan lehernya yang putih basah oleh keringat . Ia
menghapus keringat itu dengan ujung lengan bajunya lalu
berkata lirih .
“ Dia akan sembuh , racunnya sudah meninggalkan
tubuhnya “ .
Ma Goat merasa girang sekali dan pada saat itu , han Sin
mengeluh lirih . ma Goat cepat berlutu lagi dan ia melihat
pemuda itu sudah membuka matanya dan mata itu di tujukan
kepada gadis berpakaian putih yang telah menolongnya tadi .
“ Lan-moi ….. !” Han Sin berkata lemah dan mencoba
hendak bangkit duduk , akan tetapi dia mengeluh dan roboh
lelentang lagi , memejamkan mata karena merasa pening .
“ Dia harus beristirahat sebentar dan jangan banyak
bergerak dulu selama satu jam “ , kata Lan Lan .
Ma Goat segera bangkit berdiri dan memegang tangan Lan
Lan , menariknya menjauhi Han Sin . “ Sobat yang baik ,
terima kasih banyak atas pertolonganmu ini . Siapakah
namamu agar aku tidak akan melupakanmu . Aku sendiri
bernama Ma Goat “ .
Kim Lan tersenyum . “ namaku Lan , she Kim . Panggil saja
Lan Lan “ .
“ Lan-Lan , aku sudah berterima kasih kepadamu , mudahmudahan
lain waktu aku dapat membalas kebaikanmu .
Sekarang kuharap engkau suka meninggalkan kami “ .
Sesaat pandang mata Lan Lan bertemu dengan pandang
mata Ma Goat dan ia maklum . Gadis yang bersenjata suling
ini tidak ingin Han Sin melihatnya kalau sudah sadar nanti !
Ia pun mengangguk sambil tersenyum , lalu meninggalkan
tempat itu dengan langkah lembut seenaknya .
Ma Goat adalah seorang gadis yang sejak kecil hidup di
tengah-tengah kekerasan kehidupan seorang datuk kangouw .
Ia menjadi keras akan tetapi jujur mengeluarkan apa saja
yang menjadi isi hatinya . Ia merasa khawatir setelah melihat
betapa Lan Lan yang cantik jelita itu berhasil menyelamatkan
Han Sin . Khawatir kalau Han Sin sadar lalu melihat Lan Lan
akan jatuh hati kepada gadis cantik jelita itu . Maka terangterangan
ia minta agar Lan Lan meninggalkan tempat itu .
Akan tetapi ia tidak tahu bahwa tadi Han Sin sudah sadar
dan membuka matanya dan dia mengenali Lan Lan . Bahkan
ketika dia terpaksa memejamkan mata karena pening ,
telinganya dapat mendengar dan mengenal dengan baik suara
Lan Lan . Diapun mendengar ucapan Lan Lan yang
mengharuskan dia istirahat dulu dan jangan banyak bergerak ,
maka diapun merebahkan diri dan melemaskan seluruh urat
syaraf di tubuhnya . Dia merasa tenang dan nyaman . Setelah
dia merasa kesehatannya telah pulih kembali , dibukanya
matanya dan dia tidak merasa pening lagi . Dengan perlahan
dia lalu bangkit duduk .
“ Han Sin , jangan banyak bergerak dulu ……. “ kata Ma
Goat sambil mendekatinya dan memegang pundaknya, “
bagaimana rasanya sekarang ? sudah baikkah ? “ .
Akan tetapi Han Sin tidak menjawab melainkan memandang
ke kanan kiri , mencari-cari . Dimana ia ? Ma Goat , kemana
perginya ?” .
Ma Goat mengerutkan alisnya . “ Siapa ? Engkau mencari
siapa ?” .
“ Lan-moi , kemana ia pergi ?”
“ Lan-moi siapa ? Tidak ada siapa-siapa di sini kecuali aku
dan engkau , Han Sin “ , kata Ma Goat .
Han Sin sekali lagi memandang ke kanan kiri . Setelah
melihat bahwa memang tidak ada Lan Lan di sekitar tempat
itu , diapun bangkit dan berdiri . Dia menggerakkan kedua
lengannya dan sudah merasa sehat .
“ Ma Goat , harap jangan membohongi aku . Tadi aku
melihat Lan Lan di sini , bahkan mendengar suaranya .
Kemana ia pergi ?” tanyanya sambil memandang tajam wajah
gadis itu .
Ma Goat menjadi jengkel . Ia bersusah payah menolong
Han Sin dan begitu sembuh pemuda itu menanyakan wanita
lain ! . “ Sudah kukatakan tidak ada siapa-siapa selain aku dan
engkau . Tidak ada yang bernama Lan Lan !” .
“ hemmm , ma Goat . Aku ingat bahwa aku telah terkena
pukulan ayahmu dan see-thian-mo sehingga aku terluka
parah. Kemudian engkau membawaku ke sini . Akan tetapi
siapa yang mengobatiku sampai sembuh ?” .
“ Siapa lagi yang menyembuhkanmu kecuali aku ? Aku yang
telah mengobatimu , han Sin . Dan aku yang membelamu ,
mencegah mereka membunuhmu . Lihat , ini botol obatku
yang sudah habis kuminumkan padamu tadi “ .
Han Sin lalu mengangkat kedua tangan depan dada . “ ma
Goat , engkau baik sekali kepadaku . Aku masih ingat betapa
engkau melawan ayahmu sendiri dan see-thian-mo untuk
menyelamatkanku dan membawaku ke sini untuk mengobatiku
.
Aku mengucapkan terima kasih dan mudah-mudahan lain
waktu aku akan dapat membalasmu . Sekarang aku hendak
melanjutkan perjalanan “ .
“ Engkau hendak pergi meninggalkan aku ? Tidak , han Sin
. Kalau engkau pergi , kemanapun aku harus ikut denganmu !”
kata gadis itu dengan suara tegas .
Han Sin terkejut dan memandang heran . Sejenak pandang
mata mereka bertemu , Han Sin penuh selidik dan gadis itu
kukuh dank eras .
“ Ma Goat , apa maksudmu ? Tidak mungkin engkau pergi
mengikutiku !”
“ Kalaua engkau tidak mau membawaku , engkaulah yang
harus ikut dengan aku menghadap ayahku !” .
“ Ehhh ? Apa yang kaumaksudkan ? Aku tidak mengerti
sikap dan ucapanmu ini !” .
“ Maksudku sudah jelas . Engkau harus mempunyai dua
pilihan . Yang pertama , engkau membawaku kemanapun
enbgkau pergi dan yang kedua , kalau engkau tidak dapat
membawaku , engkau harus ikut aku menghadap ayah dan
tinggal bersama ku di Kwi-san “ .
“ Akan tetapi mengapa begitu ? Apa artinya ini ?” Han Sin
benar-benar merasa terkejut , heran dan tidak mengerti .
“ Artinya sudah jelas , Han Sin . Engkau menjadi pilihan
hatiku dan aku sudah memutuskan untuk memilihmu sebagai
jodohku . Sekarang tinggal engkau pilih . Hidup sebagai
suamiku di Kwi-san , atau engkau membawa aku kemanapun
engkau pergi . Aku akan menjadi pendampingmu yang setia
selama hidupmu “ .
Han Sin terbelalak kaget dan mengamati wajah cantik itu
penuh selidik . Teringatlah dia kepada Kui Ji , gadis dari
keluarga gila itu . Apakah Ma Goat inipun gila seperti Kui Ji ?
Akan tetapi sikap dan kata-katanya tidak menunjukkan bahwa
ia gila . Kemudian dia melihat kenyataannya yang
menggelisahkan hatinya . Gadis ini tidak gila akan tetapi jatuh
cinta kepadanya dan hendak memaksanya untuk menjadi
suaminya ! Sungguh suatu cara pemaksaan jodoh yang tidak
banyak bedanya dengan cara yang di pakai si gadis gila Kui Ji .
“ Menyesal sekali aku tidak dapat memenuhi permintaanmu
, Ma Goat . Maafkan aku . Aku belum mempunyai keinginan
untuk mengikatkan diri dengan perjodohan . Aku tidak mau
tinggal di Kwi-san sebagai suamimu , juga tidak mau
membawamu dalam perjalananku “ , katanya tegas .
Ali situ berkerut dan sepasang mata yang indah itu berkilat .
ma Goat menggerakkan tangannya dan suling hitamnya sudah
dicabutnya dari ikat pinggang . “ Kalau begitu , terpaksa aku
harus menawanmu , han Sin !” katanya sambil
mengamangkan sulingnya . “ Engkau sungguh tidak mengenal
budi . Engkau pernah menyelamatkan aku , sebaliknya aku
pun sudah menyelamatkan nyawamu . Mengapa engkau
menolak keinginanku untuk hidup bersamamu ?” .
“ Ma Goat , ketika aku menolongmu , sama sekali tidak ada
pamrih dalam hatiku . Akan tetapi engkau menolongku dengan
pamrih mendapatkan imbalan yang tidak dapat aku
memenuhinya “ .
“ Sudahlah , engkau harus menjadi suamiku , apapun yang
terjadi !” Gadis itu sudah menggerakkan sulingnya untuk
menotok pundak Han Sin .
Akan tetapi Han Sin cepat mengelak . Ia tidak ingin
berkelahi dengan gadis ini , apalagi tenaganya belum pulih
seluruhnya , maka dia lalu mempergunakan ginkang untuk
melompat jauh dari tempat itu lalu melarikan diri ! .
“ Han sin , tunggu ! Jangan tinggalkan aku !” Ma Goat
berteriak lalu mengejar . Akan tetapi larinya kalah cepat dan
sebentar saja ia sudah kehilangan bayangan Han Sin .
Akhirnya ia berhenti dan membanting-banting kaki , kemudian
ia berlari pulang sambil menangis di sepanjang jalan .
Pak-te-ong sedang bersama tamunya , See-thian-mo ,
dalam sebuah ruangan . Mereka berdua bercakap-cakap
dengan rahasia , tidak seorangpun boleh ikut mendengarkan .
Akan tetapi mendadak terdengar suara gaduh diluar pintu dan
ketika mereka menengok , ternyata para anak buah Te-kwi-pai
yang sedang berjaga diluar , roboh terpelanting . Dua orang
kakek itu terkejut akan tetapi Pak-te-ong tersenyum lega
ketika melihat bahwa yang mengamuk dan merobohkan para
penjaga itu bukan lain adalah ma Goat , puterinya . Kiranya
Ma Goat mengamuk dan memukuli mereka ketika ia di larang
oleh para penjaga pada saat ia hendak memasuki ruangan itu
.
Ma Goat berlari masuk ruangan itu dengan kedua mata
merah , karena menangis , melihat ayahnya , ia lari
menghampiri ayahnya .
“ Ayah … Han Sin … ! “ Ia menangis dalam rangkulan
ayahnya . Sikapnya sungguh seperti seorang anak kecil yang
manja sekali .
Pa-tek-ong tertawa dan menepuk-nepuk pundak puterinya .
“ ha-ha-ha , Goat-ji . Maksudmu Cian Han Sin itu telah
mampus ?” .
“ Ah , tidak , ayah . Dia tidak mati , dia melarikan diri . Ayah
, carilah dia , tangkaplah dia untukku …” .
“ Apa ? Dia tidak mati ?” See-thian-mo yang bertanya ini
sambil bangkit berdiri dari tempat duduknya . Dia terkejut dan
saling pandang dengan Pak-te-ong .
“ Tapi , dia telah terkena Tangan Halilintarku !” kata Pak-teong
.
“ Aku telah memberinya obat penawarnya ayah “ , kata Ma
Goat .
“ Akan tetapi dia telah kupukul dengan Tangan Saljuku !”
kata pula See-thian-mo .
“ Obat penawarku itu mengandung inti hawa dingin , maka
tentu akan membuat akibat akibat pukulan Tangan Salju Seethian-
mo lebih hebat lagi . Bagaimana dia dapat bertahan dan
hidup ?” Pak-te-ong bertanya heran .
“ Mula-mula juga begitu , ayah . Setelah ku beri obat
penawar , Han Sin terserang dingin dank u kira dia telah mati .
Akan tetapi lalu muncul seorang gadis , dan gadis cantik itulah
yang telah mengobatinya hingga sembuh . Akan tetapi setelah
sembuh dia pergi meninggalkan aku , ayah “ .
“ Hemm , bukankah engkau sendiri yang minta agar kami
tidak mengganggunya dan membebaskannya ? Setelah kini dia
sembuh dan bebas pergi , mengapa engkau rewel lagi ?” Pakte-
ong menegur puterinya dengan heran .
“ Ayah …. “ kata Ma Goat dan suaranya bernada manja
sekali . “ Aku melarang dia di bunuh karena aku ingin melihat
dia hidup di sampingku selamanya . Hatiku telah memilihnya
sebagai jodohku dan dia ……… dia lari meninggalkan aku ……..
“ .
“ Apa ?” kini mata Pak-tek-ong melotot . “ Dia berani
menolakmu ? Anakku , bawa anak buah dan carilah dia ,
tangkap dan seret ke sini . Dia harus mau menjadi suamimu
kalau engkau sudah memilihnya !” .
Dia bertepuk tangan sebagai isyarat memanggil para anak
buahnya . Anak buah Tee-kwi-pai lari berdatangan dan Pak-teong
memerintahkan duapulu orang anak buah untuk
membantu Ma Goat mencari Han Sin yang melarikan diri .
“ Cepat kejar dia , anakku . Jangan sampai dia lari jauh dan
lolos !” .
Ma Goat lalu berlari keluar , memberi isyarat kepada
duapuluh orang itu dan segera mengikutinya . Setelah Ma
Goat dan anak buahnya pergi , See-thian-mo tertawa bergelak
.
“ Ha-ha-ha ! Anaknya sama keras kepala dengan bapaknya
! Kalau engkau dapat memiliki mantu seperti pemuda tadi ,
pak-te-ong , kedudukanmu tentu akan semakin kuat “ .
Pak-te-ong tertawa sambil mengelus jenggotnya dan
mengangguk-angguk . “ Mudah-mudahan Goat-ji dapat
menangkapnya . sekarang marilah kita lanjutkan percakapan
kita tadi . Aku amat tertarik , See-thian-mo “ .
Dua orang kakek itu masuk kembali k edalam rumah dan
melanjtkan percakapan mereka yang tadi terputus . Mereka
duduk berhadapan dalam ruangan tertutup itu .
“ See-thian-mo , coba jelaskan lagi , tugas rahasia apakah
yang di berikan oleh Lui ciangkun untuk kita ? “ Tanya Pak-teong
. “ Kau tadi mengatakan bahwa kita harus membunuh
Kaisar Yang Ti ?” .
“ Benar , pak-te-ong . Kita di tugaskan membunuh Kaisar
Yang Ti dan sebagai imbalannya kalau kita berhasil , dia akan
memberi seribu tail emas dan mengusahakan agar kita berdua
menjadi pimpinan di dunia kang-ouw “ .
“ hemm , imbalan yang amat menarik . Akan tetapi ,
pekerjaan itupun amat sukar , bahkan ku anggap tidak
mungkin di lakukan . Kaisar berada di istana yang terjaga oleh
pasukan pengawal dengan ketat , bahkan di istana terdapat
jagoan-jagoan istana yang berilmu tinggi .
Bagaimana mungkin kita berdua melaksanakan tugas itu ?
Seperti memasuki lautan api . Jangankan berhasil , kita berdua
bahkan akan terbakar hangus !” .
“ Ah , Pak-tek-ong , kalau seperti yang kau sangka itu , aku
sendiri tentu tidak akan mau menyanggupi , akan tetapi
ketahuilah bahwa Kaisar yang Ti dalam bulan depan akan
memimpin pasukan sendiri melakukan pembersihan dan
penyerangan ke daerah utara . Terbuka kesempatan baik bagi
kita untuk turun tangan . Ketika Kaisar Yang Ti sedang
memimpin pasukannya , kita membawa anak buah menyamar
dengan pakaian pasukan Sui , menyusup mendekati Kaisar
dan dengan mudah akan membunuhnya “ .
Pak-te-ong mengangguk-angguk . “ hemm , kalau demikian
halnya menjadi lain lagi dan siasat itu baik sekali . Akan tetapi
aku merasa heran . Bukankah Lui-ciangkun kini telah
memperoleh kedudukan baik sebagai seorang panglima besar
? Kenapa dia menghendaki kematian Kaisar Yang Ti ?” .
“ Sebabnya mudah di duga , Pak-tek-ong . Dia amat
membenci Kaisar dan dia pula yang banyak membantu
sehingga kaisar terjerumus ke dalam keadaan yang sekarang ,
berfoya-foya menghamburkan uang Negara . Semua itu masih
belum memuaskan hati Luiw Couw . Dia menghendaki Kaisar
itu mati “ .
“ Akan tetapi , mengapa dia demikian membenci Kaisar ?” .
“ Sederhana saja , Dendam sakit hati . Ketahuilah bahwa
Lui Couw itu adalah putera mendiang Toat Beng Giam Ong “ .
“ Ahhh ! Kok-su dari Kerajaan To-ba yang di jatuhkan oleh
Kerajaan Sui ?” Tanya Pak-te-ong .
Jilid 14
“ Benar , karena itu Lui-ciangkun memiliki banyak
peninggalan ayahnya berupa harta benda yang berhasil di
selamatkan , juga warisan ilmu silatnya sehingga dia dapat
memperoleh kedudukan tinggi sebagai panglima besar . Dalam
usahanya membunuh kaisar , bukan semata untuk membalas
dendam . Akan tetapi juga demi masa depannya . Dia sudah
mencalonkan pangeran yang akan mendukungnya
menggantikan kedudukan kaisar sehingga dia akan dapat
menguasai kaisar baru dan memperoleh kedudukan yang lebih
tinggi . Dan dia tentu tidak akan melupakan jasa kita , Pak-teong
“ .
“ Baik , See-thian-mo , akan ku pertimbangkan penawaran
Lui-ciangkun itu . Akan tetapi aku akan mengurus lebih dahulu
puteriku yang manja itu . Mudah-mudahan ia telah berhasil
menangkap calon mantuku , ha-ha-ha !”
See-thian-mo lalu berpamit setelah berjanji akan
mengadakan pertemuan lagi untuk mendengar kepastian
jawaban ketua Te-kwi-pai itu .
*****
“ Cepat , hayo kalian berlari lebih cepat !” teriak Ma Goat
kepada anak buahnya . Tentu saja para anggota Te-kwi-pai
terengah-engah mengejar , karena ilmu berlari cepat Ma Goat
tidak mungkin dapat mereka tandingi . Biarpun mereka sudah
berlari secepatnya , tetap saja mereka tertinggal jauh
sehingga terpaksa Ma Goat menghentikan larinya dan
beberapa kali menanti sampai mereka datang dekat .
Mereka telah melakukan pengejaran sampai jauh namun
belum juga berhasil menemukan orang yang di cari , yaitu Han
Sin . Ma Goat sudah menjadi jengkel sekali dan hamper putus
asa ketika tiba-tiba ia melihat seorang wanita berpakaian
serba putih berjalan seorang diri di sebelah depan . ia
mengerutkan alisnya dan teringat akan gadis berpakaian serba
putih yang telah mengobati dan menyembuhkan Han Sin .
Cepat ia melakukan pengejaran dan setelah wanita baju putih
itu tinggal belasan meter di depannya , Ma Goat lalu
menggunakan ginkang ( ilmu meringankan tubuh ) meloncat
tinggi melampaui kepala wanita itu dan turun berjungkir balik
di depannya . Ia melihat bahwa benar dugaannya , wanita itu
bukan lain adalah Kim Lan , gadis yang telah mengobati Han
Sin . Kim Lan atau lan Lan sendiri tersenyum ketika melihat Ma
Goat . Dara berpakaian putih ini memang selalu tenang dan ia
tidak terkejut atau heran melihat Ma Goat muncul begitu saja ,
meloncat turun dari udara .
Akan tetapi Ma Goat sudah memandang dengan muka
merah dan hati panas . Teringat ia betapa Han Sin menyebutnyebut
nama gadis ini ketika siuman dari pingsannya , mencari
“ Lan-moi !” .
“Lan-Lan !” bentak Ma Goat . “ Hayo katakana dimana
engkau menyembunyikan Han Sin !” Ia mengangkat sulingnya
dengan sikap penuh ancaman .
Lan-Lan memandang dengan sinar mata heran dan mulut
tersenyum sabar . “ Ma Goat , apa yang engkau maksudkan
dengan pertanyaan itu ? Aku tidak menyembunyikan Han Sin
atau siapapun . Bukankah ketika itu dia bersamamu ?” .
“ Katakan dimana dia atau kubunuh engkau !” kembali Ma
Goat yang sudah marah karena cemburu itu membentak ,
sementara itu duapuluh orang anak buah Te-kwi-pai sudah
tiba di situ pula dan mengepung Lan Lan . Gadis itu masih saja
bersikap tenang seperti biasa . Ia tidak merasa melakukan
kesalahan apapun , maka orang yang merasa dirinya bersih
selalu tenang .
“ Ma Goat , tenangkanlah hatimu . Sejak aku meninggalkan
engkau dan Han Sin , aku tidak melihatnya lagi “ .
Akan tetapi Ma Goat sudah membenci dara baju putih itu
karena cemburu , maka baik Lan Lan mengetahui dimana
adanya Han Sin atau tidak , tidak ada bedanya baginya . Lan
Lan harus di bunuhnya untuk melampiaskan cemburu dan
kebenciannya . “ mampuslah !” bentaknya dan sulingnya
sudah menyambar bagaikan kilat kea rah leher Lan Lan yang
putih mulus itu . Serangan ini hebat sekali . Karena kehebatan
dan keganasan sulingnya < Ma Goat sampai di juluki Suling
Maut ! Sulingnya memang ganas sekali dan biasanya jarang
ada lawan yang mampu terhindar dari serangan suling
mautnya .
Namun ternyata Lan Lan bukan seorang gadis yang lemah ,
biarpun nampaknya ia lemah lembut . Dengan gerakan indah
dan halus sekali ia dapat mengelak dari serangan suling maut
itu . Ia menarik tubuh bagian atas ke belakang dan ketika
suling it uterus menyambarnya dengan serangan berikutnya ,
yaitu menotok kea rah dadanya , iapun melompat ke samping
sejauh dua meter sehingga totokan itupun luput .
“ Ma Goat , tahan dulu ! Apa kesalahanku kepadamu maka
engkau hendak membunuhku ? Jelaskan dulu agar andaikata
engkau dapat membunuhku , aku dapat mati dengan mata
terpejam “ .
Ma Goat menudingkan sulingnya dan tanpa malu-malu lagi
diapun berkata ketus , “ han Sin lari meninggalkan aku !
Ketika siuman dari pingsan , ia menyebut-nyebut namamu ,
maka tentu engkau hendak merebut dia dari tanganku !
Engkau yang menyembunyikannya !” .
Wajah Lan Lan berubah kemerahan . Andaikata benar
hatinya tertarik dan merasa suka kepada Han Sin , ia tidak
mungkin akan merebut seorang laki-laki dari tangan gagis lain
. Dengan suara penuh kesabaran iapun berkata , “ ma Goat ,
aku tidak menyembunyikannya dan juga tidak tahu dia berada
dimana . Kalau aku bertemu dengan dia akan kuberitahukan
padanya bahwa engkau mencarinya . Akan tetapi dengar
nasehatku . Ma Goat , cinta tidak mungkin dapat dipaksakan .
kalau dia tidak mencintaimu , sebaiknya kalau dia pergi karena
kalau engkau memaksanya , kelak engkau hanya akan
menderita kekecewaan dan kesengsaraan “ .
“ Persetan dengan nasehatmu ! Aku menginginkan dia dan
tidak ada seorangpun manusia boleh menghalangiku !” Dan
Ma Goat sudah menyerang lagi dengan lebih hebat . Bahkan
kini tangan kirinya memukul dengan telapak tangan terbuka
dan hawa panas menyambar kea rah tubuh Lan Lan . Itulah
pukulan Tian-Ciang ( Tangan Halilintar ) yang sangat ampuh .
Lan Lan mengenal pukulan ampuh dan iapun mengelak ke
samping dan tiba-tiba kakinya mencuat dengan tendangan
memutar . Ia harus membalas serangan lawan kalau tidak
ingin terdesak . Ma Goat juga dapat menghindarkan diri dari
tendangan itu dan terjadilah pertandingan yang seru dan matimatian
karena agaknya Ma Goat berusaha benar untuk
membunuh Lan Lan .
Sungguh tidak di sangka-sangka oleh Ma Goat sendiri
bahwa dara berpakaian putih yang pandai ilmu pengobatan itu
ternyata memiliki kepandaian silat yang tinggi pula ! Buktinya
Lan Lan mampu menandinginya bahkan sama sekali tidak
dapat ia mendesaknya . Hal ini memang tidak mengherankan .
Lan Lan adalah murid terkasih dari Thian Ho Hwesio yang
berjuluk Siauw Bin Yok Sian ( Dewa Obat Muka Tertawa ) ,
seorang kakek sakti yang dikenal semua datuk di dunia
persilatan sebagai seorang yang pandai ilmu silat dan ilmu
pengobatan . Thian Ho Hwesio amat syang kepada Lan Lan ,
maka diapun mewariskan semua ilmu silat dan ilmu
pengobatannya kepada gadis ini . Dan Lan Lan sendiri memiliki
otak yang cerdik dan juga amat berbakat , maka ia kini
menjadi seorang gadis yang lihai sekali , walaupun ia tidak
pernah memperlihatkannya karena ia lebih senang
mempraktekkan kepandaiannya dalam hal pengobatan untuk
menolong orang ketimbang mempraktekkan silatnya untuk
berkelahi ! .
Setelah tigapuluh jurus lebih lewat tanpa dapat mendesak
Lan Lan , Ma Goat menjadi marah dan ia berseru kepada anak
buah Te-kwi-pai untuki mengeroyok . Majulah mereka semua
dan duapuluh orang anak buah itupun menggerakkan senjata
mereka mengeroyok Lan Lan . Gadis ini diam-diam terkejut .
Tak di sangkanya bahwa Ma Goat demikian bernafsu untuk
membunuhnya sehingga tak malu untuk melakukan
pengeroyokan . Ia tahu bahwa semua ini adalah gara-gara
cinta gadis liar itu kepada Han Sin . Ia menggerakkan
tubuhnya berkelebatan di antara para pengeroyoknya untuk
melepaskan diri dari kepungan dan kalau mungkin melarikan
diri . Akan tetapi pengeroyokan itu ketat sekali sehingga Lan
Lan berada dalam keadaan gawat . Terutama sekali serangan
Ma Goat yang selalu mengancam nyawanya .
Dalam keadaan yang gawat itu , tiba-tiba para pengeroyok
manjadi kacau ketika datang seorang yang menerjang mareka
dari luar . Beberapa orang roboh oleh terjangan ini dan
muncullah seorang pemuda tampan yang mengamuk dengan
sepotong tongkat dari ranting pohon itu . Biarpun senjatanya
hanya sepotong tongkat kayu , namun pemuda tampan itu
hebat sekali gerakannya .
Ketika melihat pemuda tampan ini , Lan Lan merasa
gembira sekali . Biarpun pemuda itu kini sudah mengenakan
pakaian yang bagus seperti pakaian seorang sastrawan muda
yang terbuat dari sutera halus dan mahal , namun ia masih
dapat mengenalnya sebagai pemuda yang dulu berpakaian
seperti seorang pengemis dan yang bersamanya menolong
Han Sin dari tangan keluarga gila ! .
Melihat betapa Cu Sian , pemuda tampan itu , mengamuk
dan merobohkan banyak pengeroyok , Lan Lan khawatir
kalau-kalau akan banyak orang dibunuhnya , maka ia lalu
bergerak mendekati dan berseru , “ Sobat , tidak perlu
melayani mereka . Bantulah aku lolos dari kepungan ini ! “ .
Mendengar ucapan ini , Cu Sian menjawab , “ Baiklah !” Dia
tidak tahu urusannya yang terjadi antara Lan Land an para
pengeroyoknya itu , dan diapun melihat betapa lihainya gadis
yang memegang lihainya gadis yang memegang suling , yang
agaknya menjadi pemimpin para pengeroyok . Dia membantu
Lan Lan hanya karena sudah pernah bertemu dan
bekerjasama menolong Han Sin . Maka diapun memutar
tongkatnya dan membantu Lan Lan untuk lolos dari kepungan
dan tak lama kemudian mereka berdua sudah melarikan diri
dengan cepat .
Ma Goat marah sekali . Ia membanting-banting kakinya dan
memaki-maki para anak buah Te-kwi-pai karena tidak berhasil
membunuh Lan Lan . Ia maklum bahwa mengejar kedua
orang itu tidak ada gunanya . Anak buahnya pasti tidak akan
mampu menyusul . Hanya ia yang dapat menandingi ilmu
berlari cepat kedua orang itu , akan tetapi ia seorang diri tidak
mungkin menang menghadapi kedua orang itu , karena
pemuda remaja tadipun amat lihai . Dengan wajah murung
iapun meninggalkan tempat itu bersama anak buahnya .
*****
Mereka berdua mepergunakan ilmu berlari cepat dan
seperti dulu , ketika mereka pada malam hari di atas kuil Hwali-
pang saling berkejaran mengadu ginkang , kini mereka
seolah berlumba lari untuk mengetahui siapa di antara mereka
yang lebih cepat larinya ! .
Sampai jauh mereka berlari dan ternyata mereka memiliki
ilmu berlari cepat yang seimbang tingkatnya . Akhirnya Cu
Sian berhenti di dalam sebuah hutan dan dia agak terengah .
Dia berhenti memandang Lan Land an pernapasannya biasa
saja . Maka dengan terkejut Cu Sian diam-diam harus
mengakui bahwa dia masih kalah setingkat ! .
“ Hemmm , engkau enci … eh … siapa lagi namamu ?” .
Lan Lan tersenyum . “ namaku Kim Lan , panggil saja Lan
Lan “ .
“ Dan aku Cu Sian , engkau masih ingat kepadaku , enci
Lan ?” .
Lan Lan tersenyum ramah . “ Tentu saja aku masih ingat
kepadamu , biarpun kini engkau menjadi seorang kong-cu
yang kaya raya dan dahulu engkau seorang jembel muda yang
nakal “ .
Keduanya tertawa dan Cu Sian merasa suka sekali kepada
gadis berpakaian putih yang lembut ini . “ Akupun
mengenalmu . Mudah saja ingat kembali kepada gadis
berpakaian putih yang cantik jelita seperti bidadari , lihai
dalam ilmu pengobatan dan juga ilmu silat !” .
“ Hai , perayu benar engkau !” cela Lan Lan sambil
tersenyum polos . Ia tidak merasa tersipu mendengar pujian
muluk ini dari mulut seorang pemuda tampan , karena
pandang mata yang tajam dari Lan Lan sudah membuat ia
menyadari bahwa pemuda tampan ini adalah seorang gadis
yang nakal dan suka menggoda orang ! .
Cu Sian tertawa senang , “ begitu melihat engkau di
keroyok , aku langsung turun tangan membantumu . Eh , enci
Lan , kenapa sih engkau dikeroyok begitu banyaknya orang ?
Siapakah mereka dan siapa pula gadis memegang suling yang
galak tadi ?” .
“ Panjang ceritanya , Cu Sian . Mari kita mencari tempat
yang bersih untuk duduk dan bicara . “ Mereka lalu mencari
tempat yang bersih di dekat sebuah anak sungai dimana
terdapat batu-batu besar yang bersih . Mereka duduk di atas
batu yang rata dan bercakap-cakap dengan santai .
“ Nah , sekarang berceritalah , encu Lan . Aku menyebutmu
enci karena usia kita tentu sebaya “ .
“ Boleh saja . Dan apakah aku harus menyebut koko (
kanda ) kepadamu ?”
Cu Sian tertawa . “ Sebut saja namaku , itu lebih akrab .
Nah , lanjutkan ceritamu , enci Lan “ .
“ Tadi pagi secara kebetulan aku melihat Han Sin …….. “ .
“ Ah , benarkah ? Dimana dia ? Apa yang dikerjakan dan
dimana dia sekarang ?” .
Melihat Cu Sian memberondongnya dengan pertanyaan
tentang han Sin , Kim Lan tertawa , akan tetapi didalam
hatinya ia mencatat bahwa gadis yang menyamar pria ini
agaknya menaruh banyak perhatian terhadap pemuda itu .
“ Dengarkan dulu ceritaku , Cu Sian . Aku melihat Han Sin
bersama seorang gadis di tepi sungai . Akan tetapi aku lihat
Han Sin dalam keadaan sekarat , keracunan pukulan ampuh “
.
“ Wah , celaka ! Lalu …. Lalu bagaimana ?”
“ Aku menawarkan bantuan kepada gadis itu untuk
mengobati Han Sin . Dan kebetulan aku mengenal hawa
beracun yang menyebabkan dia sekarat itu . Aku berhasil
menyembuhkannya dan sebelum Han Sin sadar , aku sudah
meninggalkan mereka . Akan tetapi , tiba-tiba tadi muncul
gadis yang bersama Han Sin itu , bersama anak buahnya dan
ia menuduh aku melarikan dan menyembunyikan Han Sin .
Tentu saja aku menyangkal karena sesudah mengobatinya ,
aku lalu meninggalkan mereka dan tidak bertemu lagi dengan
Han Sin . gadis itu tidak percaya, bahkan lalu menyerangku
dan mengeroyokku bersama anak buahnya . Untung engkau
datang membantuku kalau tidak tentu aku celaka karena gadis
itu lihai bukan main “ .
“ Hemmm , aneh . Siapakah gadis itu dan mengapa pula ia
mencari Han Sin kalau engkau meninggalkan Han Sin
bersamanya ?” .
“ Namanya Ma Goat , demikian menurut pengakuannya .
Dan karena ayahnya ahli ilmu pukulan Tangan Halilintar , aku
ingat bahwa yang memiliki ilmu itu adalah datuk Pak-te-ong
Ma Giok . jadi ia tentu puteri Pak-te-ong . Akan tetapi menurut
penuturannya , han Sin menderita karena pukulan Tangan
Halilintar ayahnya , kemudian juga terkena pukulan Tangan
Salju dari See-thian-mo . Agaknya melihat Han Sin menjadi
korban kedua pukulan itu , Ma Goat lalu menolongnya , akan
tetapi , ia hanya dapat mengobati akibat pukulan Tangan
Halilintar , tidak mampu mengobati bekas Tangan Salju . Dan
aku tidak tahu apa hubungan gadis itu dengan Han Sin “ .
Cu Sian mengerutkan alisnya dan merenung , lalu bicara
kepada diri sendiri , “ ma Goat itu membela dan menolong
Han Sin , biarpun agaknya Han Sin dimusuhi ayahnya .
Agaknya Han Sin meninggalkannya dan ia mencari-carinya .
Tak salah lagi , tentu gadis liar itu jatuh cinta kepada Han Sin
!” . Ketika mengucapkan kalimat terakhir itu ia menoleh dan
memandang wajah Lan Lan .
Lan Lan tersenyum melihat Cu Sian mengerutkan alisnya
dan pandang matanya demikian serius . “ Mungkin benar
dugaanmu itu .” katanya .
“ Tentu saja benar ! Gadis liar itu telah menolong Han Sin ,
kenapa kemudian ia lalu mencarinya ? Tentu ia telah jatuh
cinta dan ingin memiliki Han Sin . Akan tetapi …. “ ia lalu
bicara lirih lagi sambil mengingat-ingat , “ kenapa ia ingin
membunuhmu , kenapa ia menduga engkau melarikan dan
menyembunyikan Han Sin ?” . Dia diam sebentar dan
mengelus dagunya yang halus tanpa selembarpun jenggot ,
kemudian tiba-tiba ia memandang lagi kepada Lan Land an
berkata , “ Ah , tentu saja ! Ia mengira bahwa engkau juga
mencinta Han Sin ! Ia ingin membunuhmu karena cemburu !”
.
“ Hemmmm … “ Lan Lan hanya mengguman biarpun
didalam hatinya ia membenarkan pula dugaan Cu Sian yang
cerdik itu .
Tiba-tiba Cu Sian menatap wajah gadis itu dengan tajam
dan bertanya “ Enci Lan , benarkah dugaan itu bahwa engkau
mencinta Han Sin ?” Sinar mata Cu Sian demikian tajam
memandang wajah Lan Lan penuh selidik . Mendapat
pertanyaan yang di tujukkan tiba-tiba ini , Lan Lan merasa
seolah-olah dadanya di todong ujung pedang . Ia tergagap
menjawab .
“ Aku …. Eh , aku tidak tahu , Cu Sian . Belum pernah aku
berpikir tentang itu …….. “
“ Sukurlah kalau begitu . enci Lan . Aku kasihan kepadamu
kalau sampai engkau jatuh cinta kepada Han Sin . Pemuda
seperti itu tidak patut menerima cinta seorang gadis seperti
engkau “ .
“ Eh … kenapa begitu Cu Sian ?” .
“ Dia … dia tidak berharga ! Dia seorang pemuda mata
keranjang dan di mana-mana ia mempunyai kekasih . Hatimu
akan hancur dan patah-patah kalau engkau mencintanya “ .
“ Bagaimana engkau tahu ?” .
“ tentu saja aku tahu . Aku sudah melakukan perjalanan
bersamanya ke utara . Dia merayu dan menggoda
puteri kepala suku , bahkan merayu kedua-duanya sehingga
mereka jatuh cinta kepadanya , memperebutkannya . Akan
tetapi apa jadinya ? Dia tinggalkan mereka begitu saja ! Huh ,
dia laki-laki yang tidak boleh dicinta seorang gadis !” .
Lan Lan tersenyum . “ Hem , dan bagaimana dengan
engkau sendiri ?” .
Cu Sian memandang dengan mata terbelalak . “ Aku ?” Apa
maksudmu dengan pertanyaan itu ?” .
Lan Lan masih tersenyum . “ Maksudku , kalau engkau
tentu bukan seorang pemuda seperti itu . Engkau tidak akan
mempermainkan orang yang jatuh cinta kepadamu , bukan ?”
.
“ Tentu saja tidak ! Kalau aku jatuh cinta , aku akan
mencinta dengan sepenuh jiwa ragaku , dan aku siap untuk
membelanya , dengan taruhan nyawa sekalipun . Aku akan
bersetia sampai mati !” .
Kata-kata ini diucapkan penuh semangat dan diam-diam
Lan Lan merasa terharu . Ia percaya bahwa kata-kata itu
keluar dari lubuk hati dan bukan sekedar membual .
“ Mudah-mudahan saja orang yang kau cinta itu akan
membalas pula cintamu Cu Sian . Orang seperti engkau cinta
dan patah hati “ .
“ Mudah-mudahan , enci Lan . Engkau …. Sungguh baik
sekali . Agaknya , aku akan mudah jatuh cinta kepadamu
kalau saja aku belum mempunyai seorang pilihan hati “ .
Lan Lan tersenyum lalu bangkit berdiri . “ Nah , sudah
cukup kita bicara , Cu Sian . Aku harus melanjutkan
perjalananku dan selamat berpisah !” .
“ Eh , nanti dulu , enci Lan , Menurut pendapatmu ,
kemanakah perginya Han Sin ? Aku ingin bertemu dan bicara
dengannya “ .
“ Bagaimana aku tahu ? Ketika aku mengobatinya , bahkan
aku tidak sempat bicara dengannya . Akan tetapi mengingat
aku menemukannya di bukit Kwi-san di pantai Huang-Hi ,
mungkin ia berada di sekitar lembah sungai itu . Nah , sampai
jumpa , Cu Sian “ .
“ Selamat jalan , enci Land an terima kasih “ .
Mereka berpisah dan di sepanjang perjalanan , Kim Lan
tersenyum-senyum seorang diri . Jelas bagaikan sebuah kitab
terbuka , Cu Sian adalah seorang gadis dan gadis itu mencinta
Han Sin ! Akan tetapi senyumnya agak berubah ketika ia
merasa betapa hatinya seperti tertusuk . Pedih rasanya , cepat
ia mengusir perasaan itu , dan melanjutkan perjalanannya
sambil berlari secepat terbang .
*****
Han Sin menuju ke Shan-si . Dia hendak singgah dulu di taigoan
, hendak mencari keterangan dimana adanya kuburan
ayahnya . Dari Tarsukai dia mendapat keterangan bahwa
ayahnya yang tewas di pertempuran itu dimakamkan oleh
Gubernur Li Goan .
Ketika dia menghadap Gubernur , dia di terima oleh Li
Kongcu , yaitu Li Si Bin yang mewakili ayahnya . Pemuda
putera Gubernur itu girang sekali melihat Han Sin , apalagi
ketika Han Sin bercerita bahwa dia telah bertemu dan tinggal
beberapa hari lamanya di perkampungan suku Yak-ka . Dalam
kesempatan itu Han Sin bertanya tentang makam ayahnya .
“ Ah , maafkan kami bahwa ketika itu kami lupa
memberitahu kepadamu , Cian-twako . Jenazah ayahmu
memang di makamkan di sini , bahkan upacara pemakaman di
sini , bahkan upacara pemakaman di lakukan secara besarbesaran
seperti layaknya pemakaman seorang pahlawan besar
. Semua itu di urus oleh ayah. Mari kuantarkan engkau
mengunjungi makam “ .
Li Si Bin sendiri yang mengantar Han Sin berkunjung ke
makam ayahnya . Dia memandang kagum melihat Han Sin
berlutut menyembahyangi makam ayahnya tanpa bercucuran
air mata seperti kebiasaan orang-orang yang berkunjung ke
makam . Pemuda yang tinggi tegap itu ternyata memiliki
ketabahan dan kekerasan hati .
Setelah selesai sembahyang , Li Si Bin lalu mengajak Han
Sin bercakap-cakap tentang kegagahan ayahnya seperti yang
di dengarnya dari cerita orang-orang tua .
“ Ayahmu bukan hanya seorang pahlawan negeri , Ciantwako
. Akan tetapi menurut cerita para tokoh kang-ouw , dia
juga seorang pendekar yang amat gagah perkasa dan di takuti
para penjahat . Engkau patut merasa bangga mempunyai
seorang ayah seperti dia , “ demikian kata Li Si Bin .
“ Sayang dia terbunuh secara pengecut dari belakang ketika
dia sedang memimpin pasukan berperang , dan lebih saying
lagi sampai sekarang aku belum dapat mengetahui siapa
pembunuhnya “ , kata Han Sin .
Akan tetapi , tentu di utara engkau sudah mendapatkan
keterangan tentang itu , bukan ?” .
“ Ketarangan yang belum jelas menyebutkan siapa
pelakunya , kong-cu . Aku masih harus menyelidikinya ke kota
raja “ .
“ Aku percaya penyelidikanmu akan berhasil , Cian-twako “ .
Pada saat itu , empat orang pengawal menemani seorang
berpakaian panglima menghampiri Li Si Bin dan Cian Han Sin .
Empat orang pengawal itu memberi hormat kepada Li Si Bin
dan berkata , “ kami di utus oleh Tai-jin untuk mengantarkan
ciang-kun yang datang dari kota raja ini ke sini karena dia
hendak bertemu dengan pemuda ini “ , Pengawal itu
menundingkan telunjuknya kea rah Han Sin .
Tentu saja Han Sin merasa heran sekali dan dia
memandang kepada perwira itu dengan penuh perhatian .
Panglima itu berusia tigapuluh lima tahun , tubuhnya jangkung
kurus dan sikapnya gagah . Mendengar laporan pengawal itu ,
panglima itu segera memberi hormat kepada Li Si Bin dan
berkata , “ Harap kong-cu maafkan kalau saya mengganggu “
.
Li Si Bin menatap wajah perwira itu penuh selidik , lalu
bertanya . “ Ciang-kun , siapakah dan ada keperluan apa
mencari saudara Cian Han Sin ?” .
Perwira itu mengeluarkan sebuah bendera kecil yang
merupakan sebuah leng-ki ( Bendera utusan raja ) ,
memperlihatkannya kepada Li Si Bin lalu menyimpannya
kembali . “ Kong-cu , saya bernama Coa Hong Bu , seorang
panglima istana dan saya melaksanakan sebuah tugas yang di
berikan Yang Mulia Kaisar kepada saya . Untuk keperluan itu
saya harus bertemu dan bicara dengan saudara Cian Han Sin “
.
Melihat leng-ki itu , Li Si Bin memberi hormat . “ Kalau
begitu silahkan ciangkun bicara dengannya dan saya akan
pulang terlebih dahulu . Cian-twako , engkau bicaralah dengan
Coa-ciangkun , aku hendak pulang lebih dulu “ . Li Si Bin lalu
pergi diikuti para pengawal tadi , meninggalkan Han Sin
berdua saja dengan Coa Hong Bu di makam ayahnya itu .
Setelah mereka berdua saja , Han Sin berkata , “ Coaciangkun
, ada urusan apakah ciangkun mencariku ?” .
“ Cian-kongcu , aku di utus oleh Sri Baginda Kaisar untuk
mendapatkan dua buah benda . Yang pertama adalah pedang
pusaka Hek-liong-kiam , dan yang kedua adalah Kitab ilmu Butek-
cin-keng , Karena aku tidak bisa mendapatkan kedua
benda itu dirumah ibu kong-cu dan mendengar kong-cu pergi
ke utara , maka aku menyusul ke sini untuk menanyakan
kepadamu tentang kedua benda itu “ .
Han Sin mengerutkan alisnya dan menatap tajam wajah
panglima itu . “ Hemmm … Pedang Naga Hitam adalah Pusaka
milik mendiang ayahku , sedangkan kitab ilmu Bu-tek-cin-keng
adalah pemberian mendiang kaisar Yang Cien kepadaku ,
kenapa sekarang Sri Baginda Kaisar Yang Ti hendak
memintanya ?” .
“ Entahlah , kong-cu . Aku hanya seorang utusan dan
kehendak Sri Baginda harus dilaksanakan “ .
“ Akan tetapi , Pedang Naga Hitam tidak ada padaku ,
pedang itu lenyap ketika mendiang ayah gugur di medan
perang dan tentang kitab ilmu Bu-tek-cin-keng , telah kubakar
agar tidak terjatuh ke tangan orang lain . Kalau Sri Baginda
kaisar menghendaki belajar itu , aku dapat mengajarinya ,
asalkan mendapat perkenan ibuku “ .
Panglima Coa mengangguk-angguk lalu menghela napas
panjang dan memandang kepada pemuda itu dengan sinar
mata penuh iba . “ Aku mengerti , Cian-kongcu . Aku sudah
tahu bahwa Hek-liong-kiam tidak ada padamu . Bahkan … aku
membawa sebuah berita duka untukmu , kong-cu “ .
Han Sin mengerutkan alisnya lagi dan memandang tajam . “
Berita duka ? Apa maksudmu , Coa-ciangkun ?” .
“ Berita duka mengenai ibumu , kongcu “ .
“ Ibuku ? Ada apa dengan ibuku ?” wajah Han Sin berubah
agak pucat dan dia memandang panglima itu dengan kedua
mata terbelalak .
“ beberapa bulan yang lalu , ibumu tewas terbunuh orang
……. “
Andaikata bumi di depannya terbelah , belum tentu Han Sin
akan sekaget itu . Matanya terbelalak lebar , wajahnya pucat
sekali dan sesaat dia tidak mampu mengeluarkan kata-kata ,
bahkan tidak mampu berpikir . Pikirannya menjadi gelap oleh
guncangan batin yang amat hebat . Kemudian setelah dapat
menguasai dirinya , dia berteriak .
“ Ibu …….?? Siapa pembunuhnya ?” .
Tidak ada yang mengetahuinya , kongcu . Hanya ada bibi
Cio Si , pelayan itu “ yang mengetahui , akan tetapi iapun
tidak mengenal si pembunuh . Ia hanya dapat mengatakan
bahwa pembunuh itu memegang sebatang pedang hitam yang
berkilauan .
“ Hek-liong-kiam … “
“ Kukira juga demikian , kongcu . Pembunuh ibumu itu
menggunakan pedang Naga Hitam . Setelah mendapatkan
kenyataan itu , aku lalu berangkat mencarimu ke sini “ .
“ Tidak ada yang mengetahuinya , kong-cu . Pembunuh
ibumu itu menggunakan Pedang Naga Hitam . Setelah
mendapatkan kenyataan itu , aku lalu berangkat mencarimu
ke sini “ .
“ Ibu … ! “ Han Sin terhuyung dan menutupi mukanya
dengan kedua tangan kemudian dia menjatuhkan diri berlutut
di depan makam ayahnya . Tak dapat dia menahan air
matanya yang bercucuran keluar saking pedih rasa hatinya
mengenang kematian ibunya tercinta .
“ Ayah …. Maafkan anakmu , ayah . Kematian ayah belum
juga terbalas , pembunuh ayah belum juga ku temukan , Hekliong-
kiam juga masih di tangan pembunuh , kini ibuku bahkan
terbunuh pula . Ayah , aku bersumpah tidak akan berhenti
sebelum pembunuh ayah dan ibu dapat di hokum dan Hekliong-
kiam belum dapat ku temukan !” .
Coa Hong Bu hanya melihat dan mendengarkan , dalam
hatinya merasa iba sekali kepada pemuda ini . Sungguh tidak
dapat di sangka , nasib keluarga Panglima Besar Cian Kauw Cu
begini menyedihkan . Panglima itu terbunuh secara curang ,
dan isterinya terbunuh pula . Padahal mendiang Cian Kauw Cu
adalah seorang panglima besar yang banyak jasanya dalam
mendirikan Kerajaan Sui dan berjasa besar pula sebagai
seorang pendekar yang menentang segala macam bentuk
kejahatan .
Setelah pemuda itu menjadi tenang kembali , Coa Hong Bu
berkata kepada Han Sin , “ Cian-kongcu , seorang laki-laki
sejati tidak tenggelam dalam kedukaan peristiwa yang lalu .
Aku percaya kelak kong-cu pasti akan dapat menemukan
pembunuh orang tua kong-cu dan mendapatkan kembali Hekliong-
kiam “ .
Han Sin bangkit berdiri dan dengan ujung lengan bajunya
menghapus sisa airmatanya . Lalu dia mengepal tinju . “ Aku
yakin pasti akan dapat menemukannya dan kukira tempatnya
adalah di kota raja ! Aku akan kembali ke kota raja mencari
musuh besarku “ .
“ Ku rasa duganmu benar , kong-cu . Dan kalau engkau
dapat menemukan pembunuh itu , berarti engkau akan
menemukan pula Hek-liong-kiam . Akan tetapi , bagaimana
tentang kehendak Sribaginda itu , kong-cu ? Bagaimanapun
juga aku harus membuat pelaporan kepada Yang Mulia Kaisar
“ .
Laporkan saja bahwa aku bersedia menghadap Sri Baginda
kalau aku sudah menemukan musuh besarku . Aku akan
menyerahkan Pedang Naga Hitam dan juga mengajarkan Bu
Tek Cin Keng kalau memang Sri Baginda menghendaki “ .
“ Baik , kong-cu . Nah , aku akan berangkat dulu kembali ke
kota raja melaporkan kepada Sri Baginda kaisar “ .
“ Baik , Ciangkun dan selamat jalan “ , kata Han Sin .
Panglima Coa Hong Bu lalu meninggalkan makam itu dan
Han Sin duduk bersila di depan makam ayahnya , termenung
memikirkan nasibnya . Diam-diam dia memikirkan mengapa
ibunya terbunuh orang . Kalau ayahnya , mungkin ayahnya
memiliki banyak musuh , atau orang membunuhnya untuk
merampas Pedang Naga Hitam ? Akan tetapi mengapa ibunya
juga di bunuh oleh perampas Pedang Naga Hitam ? Hampir
dia yakin bahwa pembunuh ibunya juga pembunuh ayahnya .
Dan menurut keterangan yang dia dapatkan dari Tar-sukai
ketua suku Yakka , ketika ayahnya tewas , jenazahnya di
dekati seorang perwira Sui berusia tigapuluh tahun lebih .
Mungkin perwira itulah pembunuh ayahnya . Perwira yang
menjadi pembantu ayahnya sendiri . mengingat bahwa
kematian ayahnya di sebabkan oleh anak panah yang dilepas
dari belakang , besar kemungkinan perwira itu yang
memanahnya dari belakang kemudian mendekati jenazahnya
dan mengambil pedang Naga Hitam . Akan tetapi kenapa
pembunuh itu , kalau benar dia si perwira membunuh pula
ibunya ? Ibunya adalah seorang wanita perkasa . Tidak mudah
terbunuh begitu saja . Tentu pembunuhnya seorang yang lihai
ilmu silatnya .
Akhirnya dia meninggalkan makam itu dan singgah di
rumah Gubernur Li Goan untuk berpamit . Li Si Bin menemui
nya dan tanpa ditanya Han Sin menceritakan kepada Li Si Bin
tentang apa yang di dengarnya dari Coa Hong Bu .
Li Si Bin terkejut dan maju memegang lengan Han Sin . “ ah
, betapa buruk nasibmu , Cian-twako . Akan tetapi tabahlah ,
seorang jantan harus tabah menghadapi segala cobaan hidup .
Ibumu sudah bersatu dengan ayahmu , tentu beliau telah
berbahagia “ .
Han Sin menghela napas . “ Terima kasih , Li-kongcu . Aku
sudah bersumpah di depan makam ayahku bahwa aku pasti
akan menemukan pembunuh ayah dan ibu dan menemukan
kembali Pedang Naga Hitam “ .
“ Engkau seorang laki-laki yang gagah dan berilmu tinggi ,
toako . Aku percaya usahamu akan berhasil . Selamat jalan
dan ku harap kelak kita akan dapat bertemu kembali . Di
antara kita harus ada perhubungan erat dan saling bantu . Aku
mengharap kelak akan dapat memperoleh banyak akan dapat
bantuan tenagamu yang amat berharga “ .
“ Terima kasih , kongcu . Mudah-mudahan saja begitu dan
selamat tinggal “ .
Han Sin menolak ketika dibekali uang karena bakal uangnya
masih cukup akan tetapi dia menerima ketika diberi seekor
kuda . Dengan menunggang kuda dia lalu cepat melakukan
perjalanan untuk kembali ke selatan .
Dari Tai-goan , Han Sin melarikan kudanya dengan cepat
menuju ke lembah Sungai Huang-ho . Perjalanan yang
memakan waktu berhari-hari itu berjalan lancer tanpa ada
gangguan . Setelah tiba di tepi Sungau Huang ho , dia
menukarkan kudanya dengan sebuah perahu yang kuat dan
baik , lalu melanjutkan perjalanan melalui air sungai yang
mengalir ke selatan .
Perjalanan melalui air sungai ini selain cepat , juga tidak
melelahkan . Berhari-hari hanya duduk saja mengemudikan
perahu yang hanyut oleh arus sungai . Karena menganggur ini
membuat Han Sin banyak melamun .
Dia mengenangkan semua peristiwa yang terjadi dan
menimpa dirinya , Ketika kenangan tentang kematian ibunya
muncul mengganggu hatinya dan menimbulkan kedukaan , dia
cepat mengenangkan kembali semua peristiwa lain yang di
alaminya selama meninggalkan rumah dan pergi ke utara
mencari Hek-liong-kiam yang belum juga dapat ditemukan .
Banyak peristiwa yang membuatnya risau . Gadis gila Kui Ji itu
tergila-gila kepadanya . Kemudian gadis mongol puteri Ketua
suku Yakka . Dia merasa heran mengapa dia bertemu gadisgadis
yang mencintanya . Padahal dia sama sekali tidak
menyukai gadis-gadis itu . Bahkan hatinya belum pernah
tertarik kepada wanita , kecuali hanya satu kali hatinya tertarik
kepada Kim Lan . Ini pun hanya menimbulkan rasa rindu saja
untuk bertemu dan bercakap-cakap . Dia belum yakin apakah
perasaan rindu ini ada hubungannya dengan cinta , ataukah
hanya rasa suka karena tertarik akan kepribadian gadis itu
yang lemah lembut .
Tanpa terasa , perahu Han Sin setelah melakukan pelayaran
berhari-hari , pada suatu siang tiba di dekat kota Loan .
Melihat seorang nelayan sedang menjemur dan menjahit jala
ikan di tepi pantai . han Sin menepikan perahunya .
“ Sobat , apakah kota Lo-an jauh dari sini ?” tanyanya .
“ Ah , tidak , kong-cu . Hanya dua tiga mil dari sini “ , jawab
nelayan itu .
Han Sin mengikat perahunya pada sebatang pohon . Dia
memang bermaksud pergi ke kota Lo-an untuk membeli
perbekalan makan . Bekal makanannya sudah habis . Karena
khawatir kalau perahunya di curio rang dia lalu menitipkannya
kepada nelayan itu dengan memberi upah sekedarnya .
Setelah itu , dia menggendong buntalan pakaiannya dan
melangkah menuju ke kota Lo-an .
*****
Cu Sian bersungut-sungut . Dia telah melakukan perjalanan
secepatnya untuk mengejar Han Sin . Akan tetapi dia
kehilangan jejak dan tak pernah dapat menyusul pemuda itu .
Hatinya kesal bukan main ! Sejak ditinggalkan pemuda itu di
perkampungan suku Yakka , dia melakukan pengejaran .
meninggalkan keluarga Tar-sukai tanpa pamit , akan tetapi
Han Sin seperti lenyap di telan bumi . Hatinya kesal bukan
main . Tanpa adanya pemuda itu di sisinya , dia merasa
seolah-olah hidupnya sepi , tidak lengkap dan tidak
menyenangkan . Tidak ada lagi yang dapat di godanya !
Dia berhenti di kota Lo-an , bermalam di kota itu sampai
dua hari , akan tetapi tidak ada bayangan Han Sin . Bahkan
ketika dia bertanya-tanya , tidak seorangpun melihat pemuda
yang mirip Han Sin . Agaknya han Sin tidak melalui Lo-an dan
kembali dia menyadari bahwa dia telah salah memilih jalan .
Mungkin Han Sin mengambil jalan lewat sungai , dan mungkin
sekali sekarang sudah hamper tiba di daerah selatan !
“ Sialan !” gerutunya sambil berjalan cepat hendak pergi ke
sungau Huang-ho karena dia mengambil keputusan untuk
melanjutkan perjalanan lewat air . Tiba-tiba wajah yang
cemberut itu berubah seketika . Kepalanya di angkat dan dia
memandang ke depan . Ada seorang pemuda berjalan santai
bersama seorang laki-laki yang sudah tua yang bertubuh
tinggi kurus dan dari pakaiannya dan rambutnya dia pasti
seorang to-su ( pendeta agama To ) .
“ Itu pasti Han sin !” pikirnya dan Cu Sian segera berlari
mengejar dua orang itu . Untuk menggodanya , dia
menghampiri perlahan lalu menepuk pundak pemuda itu .
“ Akhirnya dapat kutemukan juga kau !” .
Pemuda itu cepat menoleh dan Cu Sian terbelalak . Pemuda
itu ternyata bukan Cian Han Sin , bahkan lebih celaka lagi ,
pemuda itu bukan lain adalah Bong Sek Toan , pemuda yang
pernah rebut dengan dia sebanyak dua kali . Pertama kali
ketika dia sebagai seorang pengemis muda bertemu dengan
Bong Sek Toan di sebuah rumah makan dan Bong Sek Toan
hendak memukulnya akan tetapi di lerai oleh Han Sin . Dan
untuk kedua kalinya dia bertemu Bong Sek Toan , bahkan
sempat bertanding dengannya ketika mereka ikut terlibat
dalam pemilihan perwira tentara di Shan-si .
Biarpun kaget bertemu dengan Bong Sek Toan , bukan
dengan Han Sin seperti disangkanya , namun Cu Sian tidak
merasa takut dan dia segera melepaskan pegangannya pada
pundak dan meloncat kebelakang , mengomel , “ kiranya
engkau !” .
Bong Sek Toan ternyata segera mengenal Cu Sian .
Wajahnya berubah merah karena marahnya . Cu Sian pernah
menggoda dan menggangunya . Kalau tempo hari bukan
merupakan pertandingan di panggung ujian , tentu dia sudah
membunuh Cu Sian .
“ Hemmm , engkau jembel busuk !” bentaknya marah . “
Sekali ini aku tidak akan mengampunimu lagi !” Setelah
berkata demikian , Bong Sek Toan langsung saja menyerang
dengan pukulannya . Akan tetapi Cu Sian sudak siap siaga dan
karena kemanapun dia pergi , dia tidak pernah ketinggalan
sebatang tongkatnya , maka kini dia mengelak sambil menotok
tongkatnya kea rah perut lawan .
“ Aku juga tidak akan mengampunimu , monyet hitam !”
bentak Cu Sian dan Bong Sek Toan terpaksa meloncat ke
belakang kalau dia tidak ingin perutnya menjadi korban
tusukan tongkat . Bagaimanapun juga , dia sudah tahu akan
kelihaian pemuda remaja yang tadinya menyamar sebagai
pengemis ini dan dia tidak berani memandang rendah . Sambil
melompat ke belakang , tangannya meraba punggung dan dia
sudah mencabut sebatang pedang yang berkilauan saking
tajamnya . Setelah bergerak , dia langsung saja memainkan
pedang yang menjadi andalannya , yaitu Lo-hai Kiam-hoat (
Ilmu Pedang Pengacau Lautan ) . Cu Sian memutar
tongkatnya dan segera memainkan Hek-tung-hoat ( Ilmu
Tongkat Hitam ) . Biarpun tongkatnya tidak berwarna hitam
akan tetapi ilmu tongkat itu memang dinamakan Ilmu tongkat
hitam karena dahulu , kakek Cu Sian yang di sebut Cu Lokai
adalah pendiri Hek I Kaipang dan terkenal dengan tongkat
hitamnya .
Segera terjadi pertandingan hebat sekali . Seru dan setiap
serangan merupakan serangan maut . Kedua orang ini
memang memiliki tingkat kepandaian yang seimbang .
Mungkin Bong Sek Toan lebih menang dalam hal tenaga ,
akan tetapi kemenangan ini dikurangi kekalahannya dalam hal
kecepatan gerakan . Bong Sek Toan lebih kuat tenaganya ,
namun Cu Sian lebih cepat gerakannya sehingga dua macam
kelebihan yang berlawanan ini menguntungkan Cu sian .
Karena lebih cepat serangan-serangan yang bertubi-tubi ,
totokan-totokan yang amat berbahaya sehingga Bong Sek
Toan lebih banyak mengankis ketimbang menyerang .
Lima puluh jurus telah lewat dan Cu Sian berhasil mendesak
lawannya . “ Monyet hitam , bersiaplah untuk mampus !
Sebentar lagi engkau mampus di ujung tongkatku !” Cu Sian
menyerang sambil mengejek , membuat Bong Sek Toan yang
menjadi marah itu semakin kacau permainan pedangnya .
“ Lo-cian-pwe , bantulah aku …. “ Akhirnya dia berteriak
minta bantuan .
To-su tua itu sejak tadi hanya menonton dengan tertarik
sekali . Dia mengenal ilmu pedang dan ilmu tongkat itu
sebagai warisan tokoh-tokoh besar dunia persilatan .
“ Sian-cai …. ! Lo-hai kiam-hoat bertemu dengan Hek-tungpang
, sungguh seru dan menganggumkan . Bong-sicu , apa
sih sukarnya menundukkan pengemis liar ini ?” Biarpun Cu
Sian tidak berpakaian sebagai pengemis , akan tetapi karena
ilmu tongkatnya itu terkenal sebagai ilmu tongkat ketua
perkumpulan pengemis yang terkenal , maka to-su itu
menyebut pengemis liar !
To-su itu melangkah maju menghampiri , kebutan di tangan
kirinya menyambar ke depan dengan kecepatan kilat dan
mengeluarkan suara bersuitan . Tentu saja Cu Sian terkejut
sekali . Dia mengelak dari pedang Bong Sek Toan yang
menyambar , meloncat ke samping dan pada saat itulah
kebutan di tangan kiri tosu itu menyambar kearah kepalanya !
Dia cepat memutar tongkatnya menangkis , akan tetapi tibatiba
to-su itu menggerakkan tangan kanannya dan sebatang
tongkat putih meluncur dan menahan tongkat Cu Sian . Begitu
kedua tongkat bertemu , Cu Sian merasakan tongkatnya
melekat pada tongkat putih itu dan tidak dapat di tarik kembali
. Padahal kebutan itu sudah menyambar kea rah kepalanya .
Dia hanya dapat miringkan kepalanya untuk mengelak .
“ Breett …….. ! “ sutera pengikat rambutnya terlepas dan
rambutnya menjadi riap-riapan . Rambut yang hitam panjang
!.
“ Sian-cai … ! To-su itu berseru dan kini kebutannya
menyambar lagi kea rah dada Cu Sian . Dengan tenaga
sepenuhnya Cu Sian menarik tongkatnya dan berhasil
melepaskan tongkatnya dari lekatan tongkat putih , lalu
menangkis kebutan yang menyerang kea rah dadanya itu .
“ Wuuukk … pllaakk ! “ kini tongkat itu terlibat ujung
kebutan dan tidak dapat terlepas . Pada saat itu Bong Sek
Toan menusukkan pedangnya kea rah dadanya . Cu Sian tidak
dapat menghindar diri lagi kecuali miringkan tubuhnya .
“ Breeettt !” Bajunya terobek pedang dan untuk sekejab
nampaklah bukit dada yang menonjol ketika baju itu terrobek
dan pundaknya terluka .
“ Aha ! Kiranya engkau seorang wanita ? “ Bong Sek Toan
mengejek .
“ Ha-ha-ha , sejak rambutnya terurai pinto sudah
mengetahuinya “ .
“ Ha-ha-ha , jangan khawatir , mudah saja !” kata to-su itu
sambil tertawa-tawa dan diapun menggerakkan tongkat dan
kebutannya yang lihai . Akan tetapi Cu Sian menggigit giginya
dan mengamuk . Tongkatnya di putar cepat dan dia tidak akan
menyerah sampai titik darah terakhir ! .
Bagaimanapun juga , tingkat kepandaiannya jauh sekali
dibandingkan tingkat to-su itu . Apalagi di situ masih ada Bong
Sek Toan yang membantu si tosu lihai . Setelah lewat belasan
jurus , sebuah sapuan tongkat putih mengenai mata kakinya
dan Cu Sian terpelanting . Pada saat Bong Sek Toan hendak
menubruknya , nampak bayangan berkelebat dan Bong Sek
Toan terhuyung ke belakang karena ada kekuatan dahsyat
yang mendorongnya mundur . Ketika dia melihatnya , ternyata
di situ telah berdiri seorang pemuda yang membantu Cu Sian
berdiri lagi . Pemuda itu bukan lain adalah Cian Han Sin ! .
Melihat Han Sin , Cu Sian girang sekali akan tetapi segera
kegirangannya itu berubah menjadi kekhawatiran . Teringatlah
dara yang menyamar pria ini bahwa Han Sin adalah seorang
pemuda lemah , atau kalaupun memiliki ilmu silat ,
kepandaiannya itu tidak seberapa , masih jauh dibawah
tingkatnya sehingga dahulu ialah yang menjadi “ pengawal “
Han Sin . Timbul kekhawatirannya kalau-kalau Han Sin akan
menjadi korban dan mati konyol .
“ Sin-ko … cepat , larilah selagi masih mungkin . Larilah ,
mereka ini lihai sekali . Engkau dapat terbunuh …!” katanya
sambil siap menggunakan tongkatnya untuk melindungi Han
Sin.
Han Sin kebetulan lewat di situ dalam perjalanannya dari
tepi sungai menuju ke Lo-an untuk mencari bekal makanan
ketika dia melihat Cu Sian di keroyok oleh seorang pemuda
dan seorang to-su . Kekagetannya itu bertumpuk-tumpuk
ketika dia mengenal Bong Sek Toan dan lebih lagi ketika dia
mengenal tosu itu sebagai Ngo-heng-thian-cu , pembunuh
gurunya , Hek-liong-ong atau Ho-beng Hwesio ! Dan rasa
kagetnya itu menjadi lebih hebat ketika ia melihat bahwa Cu
Sian adalah seorang wanita ! Nyaris Cu Sian celaka karena
semua kenyataan ini membuatnya bengong sesaat . Akan
tetapi dia segera menyadari bahwa kalau dia tidak cepat turun
tangan . Cu Sian tentu akan celaka , maka dia lalu meloncat ,
mendorong Bong Sek Toan dan membantu Cu Sian bangkit
berdiri . Ketika dia mendengar permintaan Cu Sian agar dia
melarikan diri agar selamat , diam-diam dia merasa terharu .
Dalam keadaan terancam seperti itu , Cu Sian masih
mengkhawatirkan dirinya dan minta agar dia melarikan diri .
“ Tidak , aku tidak akan lari . Biar aku menghadapi to-su
Iblis ini “ katanya dan dia segera mengerahkan tenaga dari
Bu-tek Cin-keng . “ Kau lawanlah pemuda itu !” .
Melihat ada orang yang menolong gadis yang menyamar
pria itu , Ngo-heng Thian-cu menjadi penasaran . Kini Han Sin
bukan pemuda remaja lagi , melainkan seorang pemuda
dewasa . Kurang lebih empat tahun yang lalu , dia mencoba
menyerang to-su ini ketika melihat gurunya tewas dan to-su
ini tidak mau melayaninya karena mengira dia murid Siauw-lipai
. Agaknya Ngo-heng Thian-cu gentar menghadapi
permusuhan dengan perguruan silat yang terkenal itu .
Maka to-su itu tidak mengenalnya dan dengan kebutan di
tangan kiri , tongkat putih di tangan kanan , dia melangkah
maju dan siap untuk menyerang .
“ Hiattt ….. !” Han Sin menyerang dengan Bu-tek Cin-keng ,
mendorongkan kedua tangannya dengan jari terbuka ke depan
. Angin dahsyat menyambar . To-su itu terkejut dan berusaha
untuk menangkis , akan tetapi tetap saja tubuhnya terdorong
dan terpental sampai beberapa meter jauhnya . Dia terbanting
keras , akan tetapi dia segera dapat bangkit berdiri lagi .
Kenyataan ini saja membuktikan betapa kuatnya kakek tua ini
. Sementara itu , Cu Sian sudah bergebrak lagi melawan Bong
Sek Toan .
Melihat Kakek itu dapat berdiri dengan cepat , dan Cu Sian
sudah terluka , Han Sin segera menyambar lengan tangan Cu
Sian dan sekali melompat dia segera berlari cepat
meninggalkan tempat itu . Bong Sek Toan tidak berani
mengejar dan ketika dia mengajak to-su itu untuk melakukan
pengejaran , Ngo-heng Thian-cu menghela napas panjang . “
Aihh siapa dapat menduga bahwa ada seorang pemuda
memiliki kekuatan seperti itu ?
Siancai , jangan mengejar mereka , Bong-sicu , berbahaya
sekali !” Biarpun hatinya amat penasaran dan kecewa , Bong
Sek Toan terpaksa tidak berani mengejar sendiri dan mereka
lalu melanjutkan perjalanan menuju ke selatan .
*****
Han Sin membawa lari Cu Sian dan baru berhenti setelah
tiba di tepi pantai . Dia segera menuntun Cu Sian memasuki
perahunya dan menjalankan perahunya mengikuti aliran
sungai menuju ke selatan .
Barulah kini mereka saling pandang sambil duduk di dalam
perahu itu . Tangan kanan Han Sin memegang kemudi perahu
. Mereka saling pandang dengan penuh keheranan sehingga
sampai lama mereka hanya saling tatap tanpa dapat berkatakata
.
“ Luar biasa …. ! “ Ucapan ini keluar dengan berbareng dari
mulut mereka , seperti di komando saja dan kejadian yang
kebetulan ini membuat keduanya tertawa lepas , karena
merasa lucu sekali .
“ Apanya yang luar biasa ?” Tanya Han Sin .
“ Engkau yang luar biasa ! Biasanya , engkau hanya
seorang pemuda yang lemah , bahkan aku menjadi
pengawalmu . Akan tetapi sekarang ternyata engkau memiliki
ilmu kepandaian yang tinggi sekali , jauh lebih lihai
dibandingkan aku !” .
“ Ah , biasa-biasa saja …… “ kata Han Sin merendah .
“ Tidak , Sin-ko , engkau hebat ! Engkau dapat merobohkan
to-su sakti itu dalam segebrakan saja . Dan tadi engkau
mengatakan luar biasa , nah apanya yang luar biasa ?” .
“ Engkau lah yang luar biasa !” kata Han Sin dan baru
sekarang dia melihat betapa cantiknya Cu Sian . Padahal ,
biasanya dia menganggap Cu Sian seorang pemuda remaja
yang Bengal dan liar ! “ Ternyata engkau seorang wanita .
Bukankah itu luar biasa sekali ?” .
Cu Sian tersenyum . “ Sejak lahir aku memang perempuan ,
apanya yang luar biasa ?” Akan tetapi senyumnya kini berubah
, ia menyerengai kesakitan .
Han Sin terbelalak dan cepat minggirkan perahunya ,
menghentikan perahu dengan mengikatkan talinya ke sebuah
batu besar di tepi sungai yang sepi . Lalu dia menghampiri Cu
Sian yang masih menyerengai kesakitan sambil memegangi
pundak kirinya .
“ Kenapa engkau , Sian-te …? “
Biarpun ia sedang kesakitan , Cu Sian kini tertawa ,
menertawakan Han Sin . “ Kau masih menyebutku Sian-te (
adik laki-laki Sian ) ?” .
Han Sin tercengang baru teringat akan kesalahanya . “ Eh
… ohh … habis , aku harus menyebut apa ? Oya , Sian-moi (
adik perempuan Sian ) ! Engkau terluka ? Biarkan aku
memeriksanya !”
Han Sin memegang pundak kiri dara itu dan membuaka
baju di bagian itu yang memang sudah robek . Akan tetapi Cu
Sian menepiskan tangannya . “ Hemm , engkau mau apa ?
kenapa buka-buka baju ?” .
Wajah Han Sin menjadi kemerahan . “ Habis , kalau tidak di
buka , bagaimana aku dapat memeriksa lukanya ?” .
Cu Sian lalu dengan hati-hati membuka sedikit baju yang
robek itu , hanya cukup untuk memperlihatkan luka di
pundaknya . Han Sin memeriksa dan hatinya lega . Luka itu
tidak terlalu besar , hanya luka kulit dan juga nampak bersih
tidak ada tanda-tanda keracunan . Tentu saja nyeri , yaitu
pedih karena kulit itu terobek .
“ Sukur lukamu tidak berbahaya , Sian-mo . Hanya luka kulit
dan tidak beracun . Biar ku obati dengan obat luka ini “ . Dia
mengeluarkan sebuah bungkusan dari buntalan pakaiannya
dan menaburkan obat bubuk warna merah kepada luka itu .
Cu Sian memejamkan matanya , tadinya ia khawatir kalau
obat itu menimbulkan rasa pedih , akan tetapi ternyata tidak ,
bahkan rasa pedih pada lukanya hilang , tertutup rasa dingin
nyaman . Ia lalu menutupkan lagi robekan bajunya , lalu
bangkit berdiri dan menyambar buntalan pakaiannya . “
Engkau tunggu di sini , aku mau berganti bajuku yang robek !”
katanya dan iapun melompat ke darat dan lenyap di balik
semak belukar . Tak lama kemudian ia sudah muncul lagi ke
dalam perahu . Han Sin melepas tali perahu dan perahu itu
kembali meluncur mengikuti aliran air sungai .
“ Sungguh mati tak pernah aku bermimpi bahwa engkau
adalah seorang wanita , Sian-moi “ , kata Han Sin sambil
tersenyum memandang kepada gadis itu . Biarpun masih
mengenakan pakaian seorang pemuda remaja , akan tetapi
karena dia sudah tahu bahwa Cu Sian seorang wanita , gadis
itu kelihatan cantik manis , bukan lagi tampan seperti biasa dia
melihatnya .
Cu Sian tersenyum lebar dan lesung pipitnya bermain-main
di kanan kiri mulutnya . “ akupun tidak pernah mimpi bahwa
engkau ternyata seorang pendekar yang berilmu tinggi , Sinko
“ katanya .
Han Sin menatap wajah itu dan dia pun tertawa geli . Cu
Sian mengerutkan alisnya dan cemberut , bertanya , “ kenapa
engkau tertawa ? Apanya yang lucu pada diriku ?” .
“ Ha-ha-ha kau … seorang wanita ! Sungguh aneh sekali !
Kalau ku ingat akan sikapmu selama ini terhadap Loana dan
Hailun ! Sungguh luar biasa ! Kenapa engkau mempermainkan
kedua orang gadis Mongol itu , Sian-moi ?” .
Cu Sian menundukkan mukanya yang berubah kemerahan .
Kemudian ia mengangkat mukanya dan memandang kepada
Han Sin dengan sinar mata menantang ! Agaknya ia tadi
tersipu dan dengan kekerasan hatinya ia malah menantang .
“ Aku hanya bermaksud menjauhkan mereka darimu , Sinko
“ .
“ Ah , kenapa ?” .
“ Aku … aku takut engkau jatuh cinta kepada Loana . Aku
tidak ingin melihat engkau terpikat oleh Loana atau gadis
lainnya !” .
Sejenak mereka saling pandang dan akhirnya Cu Sian
menundukkan mukanya yang menjadi merah sekali karena ia
menyadari bahwa baru ia membuka rahasia hatinya . Han Sin
tertegun . Gadis ini cemburu ! Dan tidak ingin melihat dia
jatuh cinta kepada gadis lain . Jawaban ini hanya mempunyai
satu arti , yaitu bahwa Cu Sian juga jatuh cinta kepadanya ! .
Han Sin termenung . Dia harus mengakui bahwa dia amat
suka kepada Cu Sian yang di sangkanya seorang pemuda
remaja , bahkan dia selalu merindukan kehadiran sahabat itu .
Alangkah mudah baginya untuk mengubah rasa suka kepada
Cu Sian pria itu menjadi rasa cinta kepada Cu Sian wanita .
Akan tetapi , perubahan atas diri Cu Sian itu demikian tiba-tiba
datangnya dan dia sama sekali tidak tahu perasaan apa yang
berada di dalah hatinya terhadap Cu Sian wanita . hatinya
sudah di penuhi oleh bayangan Kim Lan , dan agaknya sukar
baginya untuk menukar bayangan itu dengan gadis lain ! .
Kini dia merasa tidak enak hati sekali dan salah tingkah
ketika Cu Sian membuka perasaan hatinya kepadanya . Segera
dia hendak mengalihkan percakapan mereka kepada hal – hal
lain .
“ O ya , kau maafkanlah aku ketika aku meninggalkan
engkau tanpa pamit itu , Sian-moi “ .
“ Ah , tidak , Sin-ko . Aku tahu bahwa tentu engkau
menganggap aku seorang pemuda mata keranjang yang
hendak mempermainkan dua orang gadis . Akan tetapi
setengah mati aku mengejar dan mencarimu ! Untung bahwa
kita dapat bertemu di tempat aku terancam maut itu “ .
“ Sian-moi , engkau hendak pergi kemanakah ?” .
Cu Sian memandang kepadanya , “ kemana engkau pergi
ke sanalah aku pergi pula , Sin-ko . Bukankah selama ini kita
melakukan perjalanan bersama ? Aku ingin melakukan
perjalanan bersamamu , Sin-ko . Kemanakah engkau hendak
pergi ? Aku ikut denganmu “ .
Han Sin tersenyum . Gadis ini sikapnya masih sama dengan
ketika ia menjadi pemuda remaja . Bengal , nakal , keras hati
dan nekat ! Dia lalu menggeleng kepalanya . “ Hal itu tidak
mungkin kita lakukan , Sian-moi . Ingatlah , engkau seorang
gadis dan aku seorang pemuda , mana mungkin melakukan
perjalanan berdua saja ?” .
“ Apa salahnya ? Kalau aku menyamar sebagai pria , siapa
yang akan tahu ? Engkau sendiri juga tidak tahu . Biarkan aku
menyertaimu dan aku akan tetap menyamar sebagai pria ,
Sin-ko “ .
“ Hemm , biarpun selama ini aku dapat kau kelabui , akan
tetapi ku rasa lambat laun aku tentu akan mengetahui juga .
Banyak kejanggalan kauperlihatkan selama ini . Engkau dekat
namun jauh . Bahkan bermalam pun menggunakan dua kamar
. Tentu akan ketahuan orang dan amat tidak baik bagi nama
dan kehormatanmu sebagai seorang gadis , Sian-moi , kita
terpaksa harus mengambil jalan masing-masing . Apalagi aku
sendiri mempunyai urusan pribadi yang amat penting .
“ Apakah engkau telah mendapat tahu siapa pembunuh
ayahmu dan pencuri pedang hek-liong-kiam itu ?” .
“ Belum , akan tetapi aku sudah mendapat petunjuk –
petunjuk . Apalagi , aku menerima kabar duka bahwa ibuku
pun baru saja di bunuh orang …. “ suara Han Sin terdengar
sedih .
Cu Sian terkejut . “ Ahhhh …. ! Siapa pembunuh keparat itu
?” .
“ Tidak ada yang tahu , akan tetapi aku mendengar bahwa
pembunuh ibuku menggunakan pedang hitam bersinar .
“ Wahhh , jangan-jangan pembunuh ibumu adalah juga
pembunuh ayahmu dan pencuri hek-liong-kiam !” .
Han Sin mengangguk-angguk . Akupun berpendapat begitu
, maka aku akan melakukan penyelidikan ke kota raja “ .
“ Wah , ke Tiang-an ?”
“ Ya , menengok rumah di luar kota raja dan mengunjungi
makam ibuku , dan menyelidiki musuh yang ku kira berada di
kota raja “ .
“ Bagus , kalau begitu aku pun akan pulang “ .
“Kemana ?”
“ Tiang-an ! Kau tahu , Hek I Kaipang berpusat di Taing-an
, Sin-ko . Jadi kita sama-sama menuju ke Tiang-an . Satu
tujuan . Engkau tentu tidak keberatan kalau kita melakukan
perjalanan bersama , bukan ?” .
Apa yang dapat dikatakan Han Sin untuk menolak ? Tidak
ada alas an sama sekali baginya untuk menolak dan kalau dia
mau berterus terang kepada diri sendiri , dia pun sebenarnya
senang dapat melakukan perjalanan dengan Cu Sian ,
walaupun kini Cu Sian telah berubah menjadi seorang gadis !.
Diapun tersenyum . “ Kalau memang tujuan perjalanam kita
sama , mengapa keberatan , Sian-moi ?” .
Bukan main girangnya hati Cu Sian nampak pada wajahnya
yang kemerahan dan berseri-seri , matanya yang bersinarsinar
.
“ Terima kasih , Sin-ko . Aku tahu , engkau memang
seorang yang baik sekali !” .
“ Ada satu syarat , Sian-moi , yaitu mulai sekarang engkau
harus menuruti petunjukku dan jangan bersikap ugal-ugalan
lagi !” kata Han Sin dengan sikap galak sehingga Cu Sian
tertawa geli .
“ Baik , kakaku yang budiman. Dan aku pun mempunyai
syarat yang harus kau penuhi!”.
“ Ehhh ? Kenapa jadi engkau yang menentukkan syarat ?
Engkau mulai ugal-ugalan lagi?”.
“ Tidak ! Sekali ini engkau harus menurut , yaitu mulai
sekarang jangan menyebut aku Sian-moi ! Bagaiamana nanti
orang-orang yang mendengar seorang pemuda di sebut Sianmoi
? Tentu mereka akan mengira kita ini berotak miring !” .
Han Sin tertawa bergelak . Hidup selalu nampak gembira
kalau Cu Sian berada di dekatnya . Bocah ini memang lincah
jenaka dan selalu mendatangkan kegembiraan .
“ Baik , Sian-te . dan maafkan kelupaanku “ . Tiba-tiba Han
Sin teringat akan sesuatu . “ Wah , payah ini !” .
“ Kenapa Sin-ko ?”
---ooodwooo---
Jilid 15
“ Ketika aku bertemu denganmu tadi , aku sedang hendak
pergi ke Lo-an untuk membeli perbekalan makan karena
perbekalanku sudah habis . Karena peristiwa tadi , aku tidak
jadi ke Lo-an dan sekarang perutku lapar sekali “ .
“ Aku juga tidak membawa perbekalan makanan , akan
tetapi aku selalu membawa bumbu untuk membuat makanan .
Jangan khawatir , Sin-ko , bahan makanan tersedia banyak di
dalam air ini !” ia menunjuk keluar perahu .
“ Eh ? Makanan apa ?” .
“ Ikan ! Engkau suka ikan panggang , bukan ?” .
“ Tentu saja ! Akan tetapi bagaimana menangkap ikan-ikan
itu ?” .
“ ha-ha , alangkah bodohnya ! Tentu saja memberi umpan
dan memancing agar ikan-ikan itu muncul ke permukaan air
lalu menangkapnya “ .
“ Kita tidak mempunyai kail …. “ .
“ Lihat sajalah ! Dalam waktu kurang dari satu jam sudah
akan dapat menikmati daging ikan panggang !” Cu Sian lalu
membongkar buntalan pakaiannya dan ia mengambil sebilah
pisau . Dengan pisau itu ia membuat ujung tongkatnya
menjadi runcing . Lalu ia mengeluarkan pula sehelai benang
yang panjangnya kurang lebih dua meter . Dengan cekatan
sekali jari-jari tangannya bergerak memotong sedikit kain dari
bajunya yang robek tadi , membentuk potongan kain itu
seperti seekor kupu-kupu kecil lalu di ikatkan kupu-kupu kain
itu pada ujung benang .
“ Nah , sekarang dayunglah perahumu ke bagian yang
airnya tidak berarus kuat , agak ke pinggir . Itu , di bawah
pohon sana itu , tentu tempat itu menjadi sarang ikan .
Biasanya ikan ekor kuning suka berada di tempat yang teduh
seperti itu . Engkau pernah makan ikan ekor kuning ? Lezat
sekali , Sin-ko !” .
Han Sin tidak mengerti apa yang hendak di perbuat oleh
gadis itu , akan tetapi dia segera mengemnudikan perahunya
menuju ke tepi , di bawah pohon besar .
“ Nah , hentikan perahumu di sini “ .
Han Sin melempar tali ke darat dan perahunya terhenti .
Ujung tali perahu itu melibat pohon kecil . “ Diam , jangan
banyak bergerak atau bersuara !” kata Cu Sian . Gadis itu
menggunakan ujung benang dan melempar kupu-kupu kain ke
air , lalu menarik-nariknya sehingga kupu-kupu kecil itu seolah
bergerak-gerak di atas permukaan air . Tangan kanannya siap
memegang tangkat yang ujungnya sudah runcing itu . Barulah
Han Sin mengerti apa yang di lakukan gadis itu . namun dia
masih ragu apakah gadis itu akan berhasil menangkap ikan
dengan cara itu . Cara yang belum pernah di lihat atau di
dengar sebelumnya .
Akan tetapi Cu Sian mengerti apa yang ia lakukan . Ia
melakukan usaha menangkap ikan itu secara itu dengan
penuh keyakinan karena pengalaman . Ia tahu bahwa ikan
ekor kuning , terutama yang besar , pasti akan muncul dan
menyambar kupu-kupu kain itu .
Dan benar saja , tak lama kemudian Han Sin melihat dua
ekor ikan sebersar betisnya muncul dan berebutan
menyambar kupu-kupu kain itu . Secepat kilat Cu Sian
menggerakkan tongkatnya menusuk dan ia berhasil
menangkap seekor ikan yang gemuk . Seekor ikan yang
ekornya kuning ! .
Tentu saja Han Sin menjadi girang dan kagum sekali . Dia
membantu gadis itu melepaskan ikan dari ujung tongkat yang
menjadi tombak itu dan ikan itupun menggelepar-gelepar di
dalam perahu .
“ Satu lagi baru cuku , Sin-ko “ , kata Cu Sian dan kembali
ia memasang umpan pancingnya yang istimewa . dan tak lama
kemudian , ia berhasil menangkap lagi seekor ikan yang
sebesar betis !.
Han Sin hanya dapat memandang kagum dan senang .
Tanpa di minta ia membantu gadis itu untuk membersihkan
ikan dengan pisau yang agaknya selalu di bawa oleh gadis itu ,
membuka perutnya dan membuang isi perutnya . Ikan itu
tidak bersisik dan gemuk sekali . Sementara itu , Cu Sian
sudah melompat ke darat dan membuat api unggun . Ia sudah
mengeluarkan merica , bawang putih dan garam .
Setelah dua ekor ikan itu di lumuri bumbu , lalu di tusuk
ranting kayu dan di panggang .
Bau yang sedap gurih membuat Han Sin menjadi semakin
lapar sehingga keruyuk perutnya sampai terdengar oleh Cu
Sian . Gadis itu tersenyum dan Han Sin terpesona . Kalau
sudah begitu , Cu Sian menjadi demikian lembut dan cekatan ,
sifat kewanitaannya menonjol sepenuhnya . Seorang gadis
yang hebat , pikir Han Sin sambil mengenang semua sepak
terjang Cu Sian . Gadis yang gagah perkasa , pemberani tak
mengenal takut , berbudi baik walaupun baik walaupun
kadang nakal seperti kanak-kanak suka menggoda orang , dan
sekarang memperlihatkan ketrampilannya dalam
mempersiapkan makanan .
Dengan ketrampilan Cu Sian , agaknya kemanapun gadis itu
pergi , ia tidak perlu membawa bekal makanan karena
dimana-mana tersedia makanan untuknya ! .
Dan , tepat seperti yang tadi dijanjikan Cu Sian , kurang
dari satu jam hidangan berupa daging ikan panggang yang
lezat sudah di lahap oleh Han Sin ! Cu Sian juga makan daging
ikan panggang itu , namun tidak selahap Han Sin dan
sekarang barulah Han Sin ingat bahwa dulu gadis itupun selalu
makan dengan perlahan dan selalu mengambil potongan –
potongan kecil dengan sumpitnya ketika makan bersama di
rumah makan . Kini baru dia mengerti mengapa demikian .
Betapa bodohnya dia ! .
“ Hemm , lezat sekali !” kata Han Sin berulang kali dan
pujian yang jujur tanpa maksud merayu ini membuat Cu Sian
bersinar-sinar penuh kegembiraan .
Daging dua ekor ikan itu habis dan setelah minum air jernih
yang menjadi bekal Cu Sian , mereka lalu melanjutkan
perjalanan mereka . Perahu mereka meluncur cepat dan
keduanya merasa gembira sekali . han Sin tidak merasa
canggung lagi walaupun kini dia tahu bahwa temannya itu
adalah seorang gadis . Dan dari sikap Cu Sian yang
sewajarnya , tidak dibuat-buat . Dia semakin yakin bahwa
gadis itu benar-benar mencintanya . Tahulah dia mengapa
sejak masih menyamar sebagai pria Cu Sian selalu hendak
menemaninya ! .
****
Pada suatu pagi yang cerah , Han Sin dan Cu Sian berjalan
santai mendaki sebuah bukit . Sudah beberapa pekan mereka
meninggalkan perahu di sungai Huang-ho , menghadiahkan
perahu itu kepada seorang nelayan miskin yang tentu saja
menjadi kegirangan . Mereka melanjutkan perjalanan dengan
jalan kaki menuju ke Tiang-an .
Kota raja sudah tidak terlalu jauh lagi , tinggal kurang lebih
seratus mil dari bukit itu , membutuhkan perjalanan
seenaknya selama tiga empat hari .
“ Sian-moi …. “
“ Huushh , engkau lupa lagi menyebutku Sian-moi !” tegur
Cu Sian .
Han Sin tertawa . “ Apa salahnya menyebutmu Sian-moi
kalau kita sedang berduaan saja ? Kalau ada orang lain ,
barulah aku menyebutmu Sian-te . Engkau ini seorang gadis ,
mengapa ingin benar di anggap pria ?” .
Cu Sian juga tertawa . “ Demi keamanan penyamaranku !” .
“ Sian-moi , kita sudah dekat dengan Kota raja dalam
beberapa hari lagi . Apa perlunya engkau masih menyamar
dengan pakaian itu ? Bagaimana kalau sekarang engkau
berganti pakaian yang sewajarnya ?” .
“ Kenapa , Sin-ko ? Apakah engkau ingin melihatku dengan
pakaian seorang gadis ? “ Cu Sian mengamati wajah Han Sin
dengan penuh selidik .
Wajah Han Sin agak kemerahan , akan tetapi dia menjawab
sejujurnya .
“ Bukan hanya ingin melihatmu , melainkan agar kelak
kalau aku bertemu denganmu dalam pakaian wanita , aku
tidak akan pangling . Ku rasa kalau mulai sekarang engkau
berpakaian wanita , tidak akan ada halangannya “ .
“ Hemm , bukankah engkau sendiri yang mengatakan
bahwa kalau diketahui orang , seorang gadis tidak pantas
melakukan perjalanan dengan seorang pemuda ?” Cu Sian
menggoda .
“ Kalau kita mengaku sebagai kakak dan adik , siapa
mengatakan tidak pantas ?” .
Cu Sian tertawa , “ Baiklah , aku memang selalu membawa
bekal pakaian wanita , akan tetapi dimana aku dapat berganti
pakaian ?” .
Han Sin menunding ke sebuah hutan tak jauh dari dari situ .
“ Di sana ada sebuah hutan . Engkau dapat berganti pakaian
di sana . Biar aku menanti di sini “ .
” Baiklah , Sin-ko “ , Cu Sian lalu berlari memasuki hutan itu
dan lenyap di balik pohon-pohon dan semak belukar .
Han Sin duduk di atas akar pohon yang menonjol ke
permukaan tanah dan dia tersenyum-senyum . Ingin sekali dia
melihat bagaimana rupanya Cu Sian kalau mengenakan
pakaian wanita . Gadis itu tentu nampak cantik sekali . Akan
tetapi sungguh aneh , ketika dia mencoba untuk
membayangkan wajah Cu Sian , eh yang nampak adalah
wajah Kim Lan ! .
Entah dimana adanya gadis bijaksana ahli pengobatan itu ,
dan apa yang sedang ia lakukan . Begitu teringat kepada Kim
Lan , seketika dia sudah melupakan Cu Sian dan timbul
perasaan rindu yang amat mengganjal di dalam hati . Dia
sudah lupa lagi berapa lama dia menanti di situ dan Cu Sian
juga belum kembali . Ketika akhirnya dia teringat kepada Cu
Sian , dia bangkit berdiri dan memandang kea rah hutan itu .
Baru dia teringat bahwa sudah lama Cu Sian memasuki hutan ,
akan tetapi belum juga kembali . Tidak mungkin berganti
pakaian memakan waktu selama itu . Atau barangkali Cu Sian
sedang bersolek diri ? Dia tersenyum , akan tetapi kembali
senyumnya menghilang . Jangan-jangan terjadi sesuatu
dengan Cu Sian ! .
Han Sin lalu berlari kea rah hutan itu . Karena takut kalaukalau
gadis itu sedang berganti pakaian , dia pun memanggil ,
“ Sian-moi !” Akan tetapi tidak ada jawaban dan diapun
memasuki hutan .
Pada saat itu dia mendengar suara orang bertempur di
sebelah dalam hutan itu . Cepat dia meloncat kea rah itu dan
tak lama kemudian dia me lihat cu Sian , yang sudah
berpakaian sebagai seorang dara yang cantik , sedang
bertanding melawan seorang pemuda . Pemuda itu berusia
sebaya dengannya , mungkin lebih tua setahun dua tahun ,
bertubuh sedang tegap dan berwajah tampan . Pakaiannya
indah sebagai seorang sastrawan dan rambutnya tersisir rapi .
Dia seorang pesolek dan dia bertanding melawan Cu Sian
dengan menggunakan senjata sebuah kipas , kipas besar .
Gagang kipas itu terbuat dari pada baja dan gerakannya lihai
bukan main . Di dekat tempat itu berdiri pula serombongan
orang terdiri lima belas orang . Akan tetapi yang amat
mengejutkan hati Han Sin adalah ketika dia melihat seorang
gadis di antara mereka karena gadis ini bukan lain adalah Ma
Goat , puteri Pak-te-ong yang tempo hari mengejar-ngejarnya
! .
Sebetulnya , dengan tongkat ranting di tangannya , Cu Sian
tidak terlalu terdesak oleh pemuda itu dan mereka bertanding
seimbang . Akan tetapi ketika melihat munculnya Han Sin , Ma
Goat cepat bergerak kedepan , suling di tangannya berkelebat
dan terdengar Cu Sian berseru kaget karena ranting di
tangannya telah terlepas dari pegangan .
Totokan suling itu pada pergelangan tangannya membuat ia
terpaksa melepaskan tongkatnya dan sebelum ia dapat
berbuat sesuatu , Cu Sian tidak mampu melawan lagi dan
tidak berani bergerak karena sekali suling itu menyerang
lehernya tentu ia akan tewas ! .
Melihat ini , Han Sin sudah hendak meloncat dan menerjang
untuk menolong Cu Sian , akan tetapi Ma Goat yang cerdik
sudah berteriak kepadanya , sambil menempelkan sulingnya di
leher Cu Sian .
“ Cian Han Sin , jangan bergerak ! Sedikit saja engkau
bergerak , gadis ini akan mati !” .
Mendengar ancaman ini , tentu saja Han Sin tidak berani
bergerak . Dia tahu kelihaian Ma Goat , dan tahu pula bahwa
gadis itu merupakan puteri seorang datuk dan memiliki watak
yang aneh , keras dan kejam .
“ Ma Goat “ , katanya tenang . “ Kenapa engkau menawan
nona itu ? Ia tidak bersalah apa-apa , lepaskan ia !” .
“ Enak saja , dan engkau akan melarikan diri lagi ? Gadis ini
menjadi tawananku sebagai sandera agar engkau tidak
melarikan diri lagi dariku . Lui-kongcu , suruh anak buahmu
mengikat kedua tangan Han Sin !” .
Pemuda yang di sebut Lui Kong-cu itu lalu memberi isyarat
dan empat orang anak buahnya lalu menghampiri Han Sin
dengan tali yang kuat di tangan .
Melihat ini , Cu Sian berseru , “ Sin-ko , lawanlah ,
berontaklah dan jangan pedulikan aku !” .
Akan tetapi Han Sin melihat bahwa sekali dia bergerak .
Tentu saja akan terbunuh . Tentu saja dia tidak menghendaki
hal ini terjadi . Pihak lawan terlalu banyak dan Cu Sian sudah
terjatuh ke tangan Ma Goat . Keadaannya tidak
menguntungkan dan memaksanya untuk menyerah .
“ Aku berjanji tidak akan mengganggunya , Han Sin “ .
Han Sin merasa lega dan dia menjulurkan kedua lengannya
ke depan . “ Nah , belenggulah aku ! “ Empat orang itu segera
membelenggu kedua tangan itu dengan tali yang kuat
sehingga Han Sin tidak mampu menggerakkan kedua
tangannya , Melihat ini , Ma Goat tertawa gembira dan sekali
sulingnya bergerak , ia telah menotok pundak Cu Sian dan
gadis itu terkulai lemas .
” Ma Goat ! Engkau melanggar janji ? “ bentak Han Sin
marah .
Ma Goat tersenyum dan berkata , “ Tenanglah , Han Sin .
Gadis ini terlalu galak dan suka memberontak , kalau tidak ku
totok , tentu ia akan merepotkan kami . Lui-kongcu , kau urus
gadis ini , biar aku yang akan mengurus Han Sin !” .
Lui-kongcu tersenyum dan sekali melompat dia telah berada
dekat Cu Sian , lalu dengan ringan dia memondong tubuh
gadis yang sudah lemas tidak mampu menggerakkan kaki
tangannya itu .
“ Lepaskan aku , engkau jahanam busuk ! Ku hancurkan
kepalamu nanti , lepaskan !” Cu Sian berteriak-teriak karena ia
sudah tidak dapat meronta . Pemuda itu tersenyum . Kipasnya
berkelebat menotok kea rah leher dan Cu Sian tidak mampu
mengeluarkan suara lagi ! Pemuda itu lalu membawanya pergi
ke dalam hutan , mendaki bukit itu .
“ Marilah , Han Sin . Kau ikut dengan kami . Ingat , gadis
ini masih berada di tangan kami . Maka jangan engkau
membuat ulah !” Ma Goat mengancam . Terpaksa Han Sin
menurut dan diapun melangkah ketika lengannya di gandeng
Ma Goat yang tersenyum-senyum senang .
“ engkau membuat aku sengsara , Han Sin . Siang malam
aku teringat kepadamu . Sekali ini engkau harus berada di
sisiku untuk selamanya dan jangan meninggalkan aku lagi .
Kenapa sih engkau ini tidak tahu di cinta orang setengah mati
?” .
Han Sin menjadi merah mukanya . Ucapan gadis itu
dikeluarkan begitu saja , tanpa malu-malu padahal di belakang
mereka berjalan lima belah orang anak buah itu ! Diapun diam
saja , pura-pura tidak mendengar dan tidak perduli ketika Ma
Goat di sepanjang jalan mengeluarkan kata-kata rayuan . Dia
hanya memperhatikan Cu Sian yang masih berada di pundak
pemuda she Lui itu , dan hatinya merasa amat khawatir . Dia
harus mencari kesempatan untuk dapat membebaskan Cu
Sian dari tangan mereka . Dia merasa menyesal sekali
mengapa tadi minta kepada Cu Sian untuk berganti pakaian .
Merasa bersalah karena kalau dia tidak minta gadis itu
berganti pakaian , tentu kini Cu Sian tidak tertawan .
Tak lama kemudian mereka tiba di puncak bukit dan di
puncak itu tersembunyi di antara pohon-pohon raksasa ,
terdapat sebuah bangunan baru . Agaknya bangunan dari
kayu ini belum dibangun orang . Sebuah bangunan yang besar
sekali sehingga amat mengherankan bagaimana bangunan
sebesar itu dibangun orang di tengah hutan puncak bukit ,
Pemuda tampan yang memondong Cu Sian yang telah
tertotok tak berdaya itu dengan cepat menghilang kedalam
bangunan . Pemuda itu bukan lain adalah Lui Sun Ek , putera
Panglima Lui Couw di kota raja ! Dia telah mewarisi ilmu
kepandaian dari ayahnya dan merupakan seorang pemuda
yang pandai ilmu silat dan sastra . Sikapnya lemah lembut dan
nampaknya sopan santun . Tak seorangpun akan mengira
bahwa putera panglima besar Lui itu sebetulnya adalah
seorang pemuda hidung belang dan mata keranjang yang
namanya tidak asing lagi di rumah-rumah pelesir . Para
pelacur tingkat tinggi di kota raja mengenal pemuda ini
sebagai seorang kong-cu yang royal sekali . Akan tetapi
pemuda ini pandai menyembunyikan kelakuannya ini , bahkan
para pembesar di kota raja tidak ada yang menyangka bahwa
dia seorang yang gemar berjudi dan melacur .
Melihat pemuda itu membawa Cu Sian ke dalam bangunan
dan menghilang , Han Sin merasa khawatir sekali . “ Ma Goat ,
aku sudah menyerah , dengan janjimu bahwa engkau tidak
akan mengganggu Cu Sian “ .
“ Aku tidak membohongimu , Han Sin . Aku tidak akan
mengganggu sehelai rambutpun dari gadis itu “ , kata Ma Goat
sambil menggandeng lengan Han Sin . “ Mari masuk dan kita
bicara di dalam “ .
Han Sin terpaksa menurut . “ Rumah siapakah ini ?”
tanyanya ketika mereka memasuki rumah yang besar itu . ma
Goat menariknya masuk ke dalam sebuah kamar yang cukup
mewah dan bersih , lalu mereka duduk berhadapan terhalang
meja .
“ Nah , sekarang katakana , apa maksudmu menangkap
kami berdua , Ma Goat ?” Tanya Han Sin . Dia duduk dan
sikapnya tenang walaupun kedua tangannya masih
terbelenggu . Dia sama sekali tidak khawatir akan diri sendiri ,
hanya mengkhawatirkan nasib Cu Sian .
Ma Goat memandang tajam lalu bertanya , “ Han Sin ,
siapakah gadis itu ?” .
“ Ia tidak bersalah apa-apa . Ia bernama Cu Sian “ .
“ Apamukah ia ?” .
“ Hemm , bukan apa-apa , hanya kebetulan jalan bersama .
Kenalan biasa . Karena itu , bebaskanlah ia , Ma Goat “ .
“ Hemm , kau bilang ia bukan apa-apa , akan tetapi engkau
mau mengorbankan diri , menyerah untuk menyelamatkan ia
!” . Dalam suara Ma Goat terkandung kemarahan karena
cemburu .
“ Sudah kukatakan , Ma Goat bahwa Cu Sian tidak bersalah
apa-apa . Tentu saja aku tidak ingin melihat ia celaka atau di
ganggu oleh siapapun . Nah , sekarang katakana apa
kehendakmu ? Bebaskan dulu Cu Sian dan kita boleh
berurusan di antara kita saja .
“ Tidak bisa aku membebaskan gadis itu sekarang . Kalau ia
ku bebaskan lalu engkau memberontak , bagaimana ? Aku
harus yakin dulu bahwa engkau tidak akan melarikan diri ,
baru aku mau membebaskannya “ .
“ Ma Goat , apa sih maumu ?” .
“ Engkau sudah tahu apa mauku ? Engkau harus menjadi
suamiku !” kata pula gadis itu tanpa malu-malu lagi .
Han Sin berusaha menyadarkannya . “ Ma Goat ,
perjodohan tidak mungkin dapat dipaksakan . Aku sama sekali
belum berpikir tentang perjodohan “ .
“ Engkau memang seorang yang tidak mengenal budi .
Lupakah engkau bahwa kalau tidak ada aku , engkau tentu
sudah mampus di bunuh ayah dan See-thian-mo ? .
Aku menyelamatkan nyawamu karena aku cinta padamu ,
han Sin . karena itu , engkau harus menjadi suamiku dan
kalau aku sudah menjadi isterimu apapun permintaanmu akan
ku penuhi “ .
Han Sin menggeleng kepala . “ perjodohan tidak dapat
dilakukan semudah itu , Ma Goat “ .
“ Apa engkau menghendaki Cu Sian kubunuh di depan
matamu ?” .
“ Aku yakin engkau tidak akan melakukan hal itu . Pertama
karena Cu Sian tidak bersalah dan tidak ada sangkut pautnya
dengan urusan kita . Kedua karena walaupun ia ku bunuh ,
percuma saja “ .
Ma Goat bangkit berdiri dengan alis berkerut . “ Engkau
memang keras kepala ! Akan tetapi aku dapat lebih keras lagi
daripada engkau . Kita lihat saja siapa yang akan menyerah !”
Tiba-tiba gadis itu mencabut sulingnya dan menyerang dengan
totokan kea rah leher Han Sin . Han Sin cepat mengelak
dengan menjatuhkan dirinya ke belakang akan tetapi karena
kedua tangannya terikat , gerakannya menjadi kaku sehingga
kakinya menabrak bangku dan diapun terpelanting . Tiba-tiba
dia merasa nyeri dilehernya dan ternyata Ma Goat sudah
meniupkan sebatang jarum yang mengenai lehernya . Dan
gadis itu tersenyum lebar kepadanya .
“ Kau tahu jarum apa yang mengenai lehermu ? Jarumku
itu mengandung racun penghisap darah dan sudah meracuni
seluruh jalan darahmu . Kalu tidak percaya , coba
kaukerahkan tenaga saktimu “ .
Han Sin sudah dapat bangkit berdiri dan dia tidak begitu
percaya kepada ucapan gadis itu . Lehernya terasa kaku dan
pedih . dan ketika dia mencoba untuk mengerahkan sin-kang ,
tiba-tiba dia mengeluh karena merasa isi dadanya seperti di
tusuk-tusuk . Dia terkejut sekali dan memandang kepada gadis
itu .
“ Ma Goat , engkau memang seorang gadis yang kejam
sekali !” .
“ Aku ? Kejam kepadamu ? Ah , tidak ini hanya merupakan
caraku untuk membujukmu agar engkau suka menjadi
suamiku . Nah , lihat . Aku akan membebaskanmu sekarang !”
Ia menghampiri Han Sin , mencabut jarum yang menancap
di lehernya , kemudian ia melepaskan ikatan tangan Han Sin .
han Sin sudah bebas , akan tetapi dia tahu bahwa dia tidak
mampu melakukan sesuatu karena dia tidak dapat
mengerahkan tenaga saktinya .
“ Sekarang , apa maumu ?” kata pula Han Sin dengan
penasaran . Cu Sian tertawa dan dia dibuat tidak berdaya .
Keadaan mereka benar-benar terancam .
“ Bukan saja gadis itu kujadikan sandera , akan tetapi
engkau juga tidak mempunyai pilihan lain kecuali menyetujui
permintaanku untuk menjadi suamiku . Lihat , ini adalah obat
penawar racun penghisap darah ! Sekali menelan pil ini
engkau akan terbebas dari cengkraman racun itu “ . Ia
mengeluarkan sebungkus pil dari balik bajunya . “ Ku beri
engkau waktu satu malam untuk mempertimbangkan
permintaanku . kalau engkau menuruti permintaanku , suka
menjadi suamiku , aku akan segera membebaskan Cu Sian
dan memberikan pil penawar racun ini kepadamu dan kita
akan hidup bahagia . Aku akan menjadi isterimu yang
mencinta dan setia . Akan tetapi , kalau besok pagi-pagi
engkau menolak permintaanku , Cu Sian akan kusembelih
didepanmu , dan engkau akan mati karena darahmu terhisap
habis oleh racun !” .
Setelah berkata demikian , ma Goat meninggalkan Han Sin
dalam kamar itu dan menutupkan daun pintu kamar dari luar .
Setelah yakin bahwa gadis itu sudah pergi . han Sin kembali
mencoba untuk menyalurkan sin-kangnya . Akan tetapi ,
begitu tenaga sakti itu bergerak dari tan-tian ( bawah pusar ) ,
dadanya terasa nyeri sekali . Tahulah dia bahwa Ma Goat tidak
hanya menggertak . Racun itu talh bekerja dan agaknya racun
itu hebat sekali . Dia tidak mungkin akan dapat menggunakan
kekerasan untuk menolong Cu Sian . bagaimanapun juga ,
akan dicobanya . Dengan hati-hati Han Sin membuka daun
pintu . Akan tetapi empat batang golok menodongnya dari luar
pintu itu terdapat belasan orang penjaga dengan golok di
tangan . Kalau saja dia tidak keracunan , belasan orang anak
buah itu tentu tidak ada artinya baginya . Akan tetapi dalam
keadaan tidak dapat menggunakan tenaga sakti seperti
sekarang , melawan seorang anak buah saja dia tidak akan
menang ! Di cobanya melalui jendela . Akan tetapi , ketika
daun jendela terbuka , kembali ada beberapa batang golok
menodongnya .
Kamar itu ternyata telah di jaga ketat ! Ma Goat tidak
bekerja setengah-tengah . Cu Sian di tawan sebagai sandera .
Dia keracunan dan kehilangan tenaga . kamar itupun di
kepung ketat . Benar-benar dia tidak berdaya sama sekali .
Dia kembali duduk . Kini dia duduk di atas pembaringan ,
bersila dan termenung . Apa yang harus dilakukan ? Dia diberi
waktu semalam oleh Ma Goat ! Jalan kekerasan untuk
melawan tidak ada lagi . Kalau dia masih dikuasai oleh racun
itu , bagaimana mungkin dia dapat melakukan perlawanan dan
dapat membebaskan Cu Sian ? Cu Sian sendiri sudah tertawan
. Ma Goat amat lihai dan pemuda yang menawan Cu Sian itu
pun lihai . Masih di tambah anak buah mereka . Kalau saja dia
tidak keracunan , kiranya dia masih sanggup membebaskan
Cu Sian . Tidak ada jalan lain kecuali menyerah ! Menjadi
suami Ma Goat ? Untuk selamanya terikat kepada gadis yang
kejam dan liar itu ? Tidak mungkin ! Lalu apa yang dapat dia
lakukan ? Pura-pura menyerah , kemudian kalau Cu Sian
sudah dibebaskan dan dia sudah tidak dipengaruhi racun lagi ,
dia mengajak Cu Sian melarikan diri ? Kiranya hanya itu satusatunya
jalan . Menipu dan melanggar janjinya sendiri ? Apa
boleh buat . Menghadapi seorang yang licik dan curang seperti
Ma Goat yang sudah menawan Cu Sian untuk
menundukkannya , kalau perlu dia dapat menggunakan siasat
janji palsu ! .
Akhirnya Han Sin mengusir semua pikiran yang penuh
kegelisahan itu dan diapun berisitrahat untuk menghadapi hari
esok yang penuh ketegangan dan ancaman bahaya .
*****
Pada keesokan harinya , pagi-pagi sekali han Sin sudah
terbangun dan dia segera duduk bersila dan mencoba untuk
mengerahkan lagi tenaganya . Akan tetapi kembali dia
mengeluh dan terpaksa menghentikan usahanya karena
dadanya seperti di tusuk pedang rasanya . Racun itu masih
bekerja , bahkan lebih hebat dari pada kemarin . Dia masih
duduk bersila sambil mengatur pernapasan . Untuk
melenyapkan rasa nyeri di tubuhnya .
Hari masih pagi sekali dan diluar masih gelap . Akan tetapi
di dalam kamar itu di terangi lampu yang semalam memang
tidak dipadamkan oleh Han Sin . Ketika mendengar langkah
lembut di luar kamarnya , jantungnya berdebar tegang . Daun
pintu terbuka perlahan dari luar dan masuklah Ma Goat dalam
kamar itu . Seperti biasa , pakaiannya mewah dan agaknya
sepagi itu ia sudah mandi dan bersolek . Bau harum menerpa
hidung Han Sin ketika pintu di buka lalu di tutup lagi oleh Ma
Goat .
Han Sin merasa semakin tegang hatinya . Dia merasa
bahwa bahaya besar yang mengerikan telah datang
mengancamnya dan dia sama sekali tidak berdaya . Dia
menenangkan hatinya dan mengambil keputusan untuk
sementara mengalah dan pura-pura menyerah ketika gadis itu
sudah berdiri di depannya , dia membuka mata memandang
gadis itu .
Ma Goat tersenyum manis . Ia membawa sebuah mangkuk
terisi sup sum-sum yang masih mengepulkan uap dan
mengeluarkan aroma yang sedap menimbulkan selera .
Senyumnya melebar ketika ia melihat Han Sin membuka mata
memandangnya .
“ Selamat pagi , kekasihku . Ku harap engkau sudah
mengambil keputusan sekarang . Bagaimana ?” .
“ Ma Goat , sesungguhnya aku belum memikirkan soal
perjodohan pada waktu sekarang ini . Akan tetapi aku
agaknya tidak memiliki pilihan lain . Demi keselamatan Cu Sian
yang sama sekali tidak berdosa itu , terpaksa aku bersedia
menuruti kehendakmu “ .
Wajah ma Goat berseri , sepasang matanya bersinar-sinar .
“ Ah , jadi engkau mau menjadi suamiku , Sin-ko ?” Bagus ,
aku merasa gembira dan berbahagia sekali “ .
“ Ya , aku mau . Sekarang penuhilah janjimu . Pertama ,
bebaskan Cu Sian dan biarkan ia pergi tanpa di ganggu .
Kedua , beri obat penawar racun kepadaku “.
“ Aha , urusan itu mudah saja . Akan tetapi engkau harus
lebih dulu membuktikan bahwa engkau benar-benar suka
menjadi suamiku . Jangan anggap aku sebagai anak kecil yang
mudah saja di bodohi begitu saja . Nah , kau minumlah sup ini
, saying . Sup ini sengaja kubuat untukmu , kemudian
buktikan bahwa engkau suka menjadi suamiku “ .
Diam-diam Han Sin terkejut sekali . Kiranya gadis ini selain
lihai dan jahat curang , juga cerdik bukan main . Apa yang
harus dia lakukan ? Tidak ada lain kecuali menurut saja .
Apapun isi sup itu dan bagaimanapun akibatnya nanti , dia
tidak dapat menolak untuk meminumnya .
Akan tetapi ketika dia sudah menjulurkan tangan untuk
menerima mangkuk itu , tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dan
muncullah seorang wanita cantik yang bukan lain adalah Kim
Lan atau Lan Lan . Kim Lan sudah mengerahkan kekuatan
sihirnya memandang kepada Ma Goat sehingga ketika Ma Goat
menoleh kearah pintu dan bertemu pandang dengannya ,
otomatis Ma Goat telah berada dalam kekuasaan sihirnya .
“ Sobat , kenapa seorang wanita seperti engkau bermainmain
dengan ular berbisa ? Engkau memegang ular berbisa ,
lepaskan atau engkau akan di gigitnya ! “ . Suara yang lembut
itu mengandung pengaruh yang penuh wibawa dan Ma Goat
terbelalak kaget ketika melihat bahwa yang dipegangnya
bukanlah semangkuk sup sum-sum , melainkan seekor ular
cobra yang mendesis-desis ! Tentu saja ia terkejut dan cepat
membanting ular itu . mangkuk terjatuh dan pecah , isinya
muncrat kemana-mana .
“ Sobat , engkau tidak mampu bergerak , tubuhmu kaku
seperti telah menjadi batu !” . kembali Kim Lan berkata dan
benar saja . Ma Goat tidak dapat bergerak lagi sehingga
dengan mudah Lan Lan menghampiri lalu menotok leher dan
pundaknya , membuat ia tidak mampu bergerak lagi , juga
tidak mampu bergerak lagi . juga tidak mampu berteriak .
“ lan-moi …. ! “ seru han Sin gembira sekali . “ Untung
engkau muncul pada saatnya yang tepat sekali .
Akan tetapi Kim Lan memperhatikan dan berkata dengan
alis berkerut , engkau keracunan hebat , Sin-ko !’ .
“ Memang bebar dan obat penawarnya ada pada Ma Goat
itu . Tolong ambilkan obat penawar itu dibalik ikat
pinggangnya , Lan-moi “ .
Kim Lan menggeledah dan mendapatkan sebungkus obat pil
di balik ikat pinggang Ma Goat . Setelah memeriksanya , ia lalu
menuruh Han Sin minum obat itu sampai habis . Dan memang
luar biasa sekali , begitu minum obat penawar berupa pil itu ,
tubuhnya terasa segar dan kuat kembali . Dia lalu berusaha
untuk mengerahkan sin-kangnya dan ternyata dadanya tidak
sakit lagi dan tenaganya sudah pulih . Tentu saja dia menjadi
girang sekali . Karena sudah tidak khawatir lagi kalau-kalau Ma
Goat melakukan perlawanan . Han Sin lalu membebaskan
totokan Kim Lan pada diri Ma Goat . Dan memang Ma Goat
tidak lagi berani berbuat sesuatu . Setelah Han Sin tidak
keracunan , tentu saja ia tidak dapat berbuat sesuatu , apalagi
di situ terdapat gadis berpakaian putih yang pandai sihir itu .
“ Ma Goat , sekarang antar kami ke tempat dimana Cu Sian
di tahan . Aku akan memaafkanmu kalau engkau mengantar
kami ke sana “ , kata Han Sin .
Dan sungguh aneh . Ma Goat yang sudah tidak berdaya itu
malah tersenyum . “ Engkau hendak menemui gadis liar itu ?
hik-hik , boleh , boleh , marilah !” .
Dengan Ma Goat sebagai penunjuk jalan , Han Sin dan Kim
Lan lalu menuju ke bagian belakang rumah itu dan di depan
sebuah kamar , Ma Goat menudingkan telunjuknya kea rah
pintu kamar itu . “ Di sinilah temanmu itu !” katanya .
“ Lan-moi , jaga ia jangan sampai berbuat yang tidak –
tidak . Aku akan memeriksa dalam kamar ! “ kata Han Sin dan
sekali tangan kanannya mendorong dia telah membuat pintu
kamar itu roboh .
Dia melihat seorang pemuda tampan pesolek sedang duduk
makan minum di depan meja . pakaiannya awut-awutan dan
rambutnya kusut . Dan Cu Sian sendiri berada di atas
pembaringan dengan pakaian kusut dan rambut terurai ,
rebah tak dapat bergerak dan air matanya bercucuran tanpa
mengeluarkan suara tangis . Jelas bahwa ia tertotok .
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Lui Sun Ek ,
pemuda itu , ketika tiba-tiba saja pintu kamar itu jebol dan
muncul Han Sin . Dia cepat menyambar kipas besar bergagang
baja di atas meja dan menerjang ke arah han Sin .
Akan tetapi dengan mudah Han Sin mengelak sambil
berloncatan ke sana sini , kemudian kakinya mencuat dan
sebuah tendangan kilat mengenai dada Lui Sun Ek yang
membuat pemuda itu terjengkang .
Pada saat itu Cu Sian sudah dapat bergerak karena Kim Lan
menotok Ma Goat sehingga tidak mampu bergerak dan cepat
ia sudah melompat ke dalam dan membebaskan totokan yang
membuat Cu Sian tidak mampu bergerak . Begitu dapat
bergerak dan melihat Lui Sun Ek terjengkang roboh , kipas
nya terlempar , Cu Sian meloncat dan menyambar kipas itu .
kemudian bagaikan orang yang kemasukan setan , ia
berteriak-teriak , memaki-maki dan kipas yang bergagang baja
itu menghujani tubuh dan muka Lui Sun Ek !
Lui Sun Ek menjerit-jerit kesakitan , mukanya berlumuran
darah dan bajunya robek-robek , akan tetapi Cu Sian terus
menusuk-nusuk dan memukul-mukulkan gagang kipas sampai
dia tidak mampu bergerak lagi dengan muka hancur dan
tubuh penuh luka . Akan tetapi , Cu Sian belum juga mau
berhenti , agaknya ia hendak melumatkan tubuh pemuda itu .
Melihat ini Han Sin melompat dan memegang lengan
kanannya .
“ Cu Sian , cukup ! Dia sudah mati …. !” katanya bergidik
melihat keadaan tubuh pemuda yang tadinya tampan dan
pesolek itu .
Cu Sian menangis tersedu-sedu , akan tetapi Ma Goat yang
berdiri di luar pintu seperti patung tidak mampu bergerak .”
Engkaupun perempuan jalang yang pantas di bunuh ! “
bentaknya dan ia sudah melompat dan menyerang Ma Goat
dengan kipas yang berlumuran darah itu .
Akan tetapi Han Sin kembali menangkis dan memegang
lengannya . “ Jangan , Cu Sian . Jangan bunuh ia . Aku sudah
berjanji kepadanya dan ia pernah menyelamatkan nyawaku
dahulu !” katanya dan dengan tangan kiri masih memegangi
dan menahan tangan kanan Cu Sian yang mengamuk , Han
Sin menggunakan tangan kanannya untuk membebaskan
totokan pada diri ma Goat .
“ Cepat kau pergi kalau kau tidak ingin mati !” kata Han Sin
. Ma Goat tahu diri . Ia bergidik ngeri melihat Lui Sun Ek mati
seperti itu dengan wajah hancur dan tubuh penuh luka . Ia
tahu bahwa Cu Sian tentu akan membunuhnya . Gadis itu
seperti telah menjadi gila . maka setelah dibebaskan dari
totokan tanpa menanti perintah dua kali ia sudah melompat
dan melarikan diri sekuat tenaga meninggalkan tempat yang
mengerikan itu . Ketika para anak buah yang tadi tidak dapat
mencegah kedatangan Kim Lan yang menyihir mereka
berdatangan untuk mengeroyok , mereka disambut amukan
tiga orang itu dan lari kocar kacir mencari keselamatan .
Cu Sian mengamuk sambil menangis terus , dan ketika
mereka berlari , ia mengejar dan membunuh sebanyak
mungkin orang yang dapat ia lakukan .
“ Cu Sian , sudahlah , sudah cuku engkau membunuh orang
! “ kembali Han Sin yang mencegahnya .
Melalui cucuran air matanya , Cu Sian memandang kepada
Han Sin . Kipas berlumuran darah masih berada di tangannya .
“ Kau … kau membiarkan perempuan jahanam itu pergi ……….
!” teriaknya dan dengan marah ia membanting kipas itu lalu
meloncat pergi meninggalkan Han Sin .
“ Sian-moi …. !” Han Sin hendak mengejar .
“ Tidak ada gunanya dikejar !” kata Kim Lan dengan suara
lembut berwibawa dan Han Sin menahan kakinya , membalik
dan memandang gadis berpakaian putih itu .
“ Kenapa ia ? Aku khawatir ia ……..terguncang jiwanya dan
sakit …. “
“ Hem , apakah engkau tidak dapat menduga apa yang
telah terjadi kepada diri Cu Sian yang bernasib malang itu ?
Dunia rasanya kiamat baginya . Ia membunuh pemuda itu
dengan penuh kebencian untuk melaksanakan dendamnya .
Kau tidak dapat menduga ?” .
“ Aku … aku tidak mengerti . Ia di tangkap sebagai sandera
oleh mereka untuk membuat aku menyerah “
“ Hem , kalau saja engkau tidak menyerah , tentu hal itu
tidak akan terjadi “ .
“ Tapi ia tentu akan di bunuh oleh mereka “ .
“ Dibunuh masih lebih ringan daripada penderitaan yang
kini ia alami “ .
“ Eh , mengapa begitu ? Apa yang terjandi dengannya ,
Lan-moi ?” .
“ Sin-ko , engkau sungguh masih hijau kalau tetap tidak
mengerti . Cu Sian mengalami malapetaka yang paling hebat
bagi seorang gadis . Ia telah diperkosa , di nodai oleh
jahanam yang dibunuhnya itu “ .
“ Ahhhh …….!” Wajah Han Sin tiba-tiba menjadi pucat , lalu
merah sekali . “ Keparat jahanam ! Pantas saja ia menjadi
begitu marah dan benci . Kasihan sekali Cu Sian !” .
“ Bukan hanya kasihan saja , han Sin . Engkau harus
berbuat sesuatu . Kau tahu , Cu Sian amat mencintaimu ,
mencinta dengan seluruh jiwa raganya . Maka , dapat
kaubayangkan ketika ia di nodai orang , dan ia mengira
engkau pasti mengetahui pula . Hancur hatinya dan hanya
engkau yang mampu mengobati kehancuran hatinya itu “ .
“ Aku ? Bagaimana caranya ?” .
” Ia amat mencintamu . Engkau harus mengawininya untuk
menebus aib yang menimpanya “ .
Han Sin terbelalak , memandang kepada Kim Lan dengan
hati berdebar tidak karuan . Sampai lama dia tidak menjawab ,
lalu ketika dia bicara suaranya gemetar .
“ Itu tidak mungkin ! Aku …. Aku menyayangnya seperti
saudara , sejak aku mngira ia seorang pemuda , aku
menyayangnya seperti sorang adik “ .
“ Tapi ia amat mencintaimu dan kalau engkau tidak
mengawininya , kiamatlah dunia ini untuknya “ .
“ Tapi , Lan-moi . Tidak tahukah engkau ? Aku …. Aku
selama hidupku baru satu kali jatuh cinta dan hanya akan
mencinta wanita satu kali saja . Aku mencinta engkau , Lanmoi
, sejak pertemuan kita yang pertama kali ! Bagaimana
engkau menuruh aku menikah dengan Cu Sian ? Dan akupun
tidak buta , Lan-moi . Aku tahu dan yakin bahwa engkaupun
cinta padaku …. “ .
“ Tidak …. Tidak …. !” .
“ Engkau tidak dapat membohongiku , Lan-moi , engkau
tidak dapat menyangkal . Aku dapat melihat cintamu melalui
pandang matamu , Lan-moi , kalau kita saling mencinta ,
kenapa engkau menyuruh aku menikah dengan gadis lain ?” .
“ Tidak , Sin-ko . Aku tidak mau , tidak ingin merusak hati
Cu Sian yang demikian berbudi . Ia seorang gadis yang baik
sekali dan ia mati-matian mencintaimu , Sin-ko . Engkau harus
mengawininya , Sin-ko . Aku sendiri kelak akan membencimu
dan membenci diri sendiri kalau engkau tidak mau
mengawininya dan menghancurkan hati Cu Sian yang penuh
cintakasih kepadamu itu . Nah , cepat kejarlah Cu Sian ! “
Setelah berkata demikian . Kim Lan berkelebat pergi .
“ Lan-moi , tunggu …….!”
“ Cukup , aku tidak mau lagi bicara . Jangan mengejarku !”
kata gadis itu dengan suara bercampur isak dan Han Sin
menahan larinya . Tidak akan baik jadinya kalau dia mengejar
dan memaksa , maka diapun hanya berdiri bengong ,
mengikuti bayangan gadis itu dengan pandang mata sedih dan
sayu .
Apa yang harus dia lakukan ? Menuruti permintaan Kim Lan
, mengejar Cu Sian dan mengawini gadis itu ? Tidak , mungkin
hal ini dia lakukan ! Bukan karena Cu Sian telah ternoda . Hal
itu sama sekali tidak menjadi alasan karena Cu Sian ternoda
diluar kehendaknya . Akan tetapi bagaimana dia dapat
mengawini Cu Sian kalau cintanya kepada Cu Sian seperti
kepada seorang adik , kalau cintanya hanya kepada Kim Lan
seorang ?
Dia menghela napas berulang-ulang , kemudian teringat
akan urusannya sendiri , teringat akan kematian ibunya seperti
yang di dengarnya dari Panglima Coa Hong Bu . Ibunya
terbunuh oleh seorang yang mempergunkan Hek-liong-kiam ,
berarti pembunuh ayahnya juga pembunuh ibunya . Dan
kemana lagi mencari pembunuh ibunya kalau tidak di kota raja
, di tempat ibunya terbunuh ? Setelah berpikir demikian , dia
lalu mengambil keputusan untuk pulang ke rumah ibunya .
*****
“ Suhu , terimahlah hormat teecu ( murid ) !” Han Sin
menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Tiong Gi Hwesio .
Hwesio yang sudah tua itu nampak heran , cepat
membangunkan pemuda itu dan memandang dengan mata
tuanya yang sudah dihiasi alis yang putih semua .
“ Omitohud ….. Sicu siapakah ?” tanyanya .
“ Suhu , apakah suhu sudah lupa kepada teecu ? Teecu
adalah Cian Han Sin “ .
“ Omitohud …. ! Akhirnya engkau pulang juga , Han Sin .
Ibumu … “ Hwesio itu meragu untuk melanjutkan katakatanya
.
“ teecu sudah mendengar dari Panglima Coa Hong Bu
bahwa ibu tewas terbunuh . Karena itulah maka teecu pulang
untuk melakukan penyelidikan , siapa gerangan yang
membunuh ibu dan mengapa pula ibu dibunuh orang .
Barangkali suhu dapat memberi petunjuk kepada teecu “ .
“ Omitohud ! Pin-ceng menyesal sekali bahwa pinceng
tidak dapat memberi petunjuk apapun kepadamu , han Sin .
Pinceng tidak mengetahui ketika peristiwa itu terjadi . Kepada
Panglima Coa Hong Bu yang datang ke sini , pin-ceng juga
tidak dapat memberithu apa-apa . Kalau kau ingin menyelidik ,
pergilah ke rumahmu . Di sana masih ada Cio Si , pembantu
Ibu mu itu dan hanya ia yang berada di rumah ketika
pembunuhan itu terjadi . Pergi dan tanyalah kepadanya Han
Sin . Semoga engkau berhasil .
Han Sin menghaturkan terima kasih lalu meninggalkan kuil
itu , menuju ke rumah ibunya . Dia merasa terharu melihat
rumah itu masih dipelihara dengan baik dan segera dia dapat
bertemu dengan Cio Si yang menjadi penghuni tunggal rumah
itu . Tidak seperti Tiong Gi Hwesio , Cio Si segera
mengenalnya dan begitu bertemu dengan majikan muda itu ,
ia menangis dan merangkul kaki Han Sin .
Pemuda itu mengangkatnya bangun dan berkata dengan
tenang . “ Sudahlah , Cio Ma , tidak ada yang perlu di tangisi
lagi . Sekarang persiapkan alat-alat sembahyang , antarkan
aku ke kuburan ibu dan di sana nanti kita bicara “ .
Tergopoh-gopoh Cio Si mempersiapkan segala keperluan
sembahyang secara sederhana dan tak lama kemudian , tanpa
bicara , mereka berdua pergi mengunjungi makam nyonya Ji
Goat , ibu kandung Han Sin . Di depan makam ibunya Han Sin
bersembahyang dan duduk bersila terpekur sampai beberapa
lamanya . Kemudian dia bangkit dan mengajak duduk Cio Si di
depan makam .
“ Nah , Cio-ma , sekarang ceritakan apa yang kau lihat dan
dengar , apa yang kau ketahui tentang pembunuhan itu “ .
“ Baru sekarang saya berani bercerita kepadamu , kong-cu .
Ketika orang-orang bertanya , saya tidak berani bercerita
karena takut di bunuh penjahat itu . Bahkan kepada Panglima
yang datang menanyai saya , saya hanya mengatakan bahwa
ibumu dibunuh orang yang memakai pedang hitam . Itu saja “
.
“ Jadi engkau tahu lebih banyak lagi ? Nah , ceritakan
kepadaku semuanya , Cio-ma “ .
“ Ketika itu ibumu sedang berlatih silat . Ketika penjahat itu
datang , saya ketakutan dan bersembunyi di balik semaksemak
. Penjahat itu minta kitab yang namanya saya lupa lagi
, pendeknya minta kitab agar jangan terjatuh ke tangan Kaisar
Yang Ti . Ibumu menolak dan mereka berkelahi . Orang itu
lalu mengeluarkan sebatang pedang hitam berkilauan dan
ibumu tertusuk dan roboh tewas . Kemudian orang itu masuk
ke rumah , agaknya menggeledah karena barang-barang di
rumah acak-acakan , lalu pergi . Barulah saya berani keluar
dan memanggil tetangga , melapor kepada Tiong Gi Hwesio “ .
“ Bagaiman wajah pembunuh itu ? Berapa kira-kira usianya
dan bagaimana pula perawakannya ? “
“ Ketika itu , usianya sekitar empat puluh lima tahun ,
wajahnya gagah dan tubuhnya sedang dan tegap . Pakaiannya
juga indah sekali …. “
“ Pakaian Panglima ?” .
“ Bukan , pakaian biasa kong-cu “ .
“ Hem , apakah ada tanda atau cirri khusus yang membuat
dia mudah di ingat atau di kenal ?” .
“ Wajahnya hanya gagah , akan tetapi biasa saja . Akan
tetapi ada satu hal yang penting sekali dan belum saya
beritahukan kepada orang lain , kong-cu . Ketika mereka
berkelahi , ibumu menyebut orang itu sebagai Lui-sute ( adik
seperguruan Lui )” .
“ Lui-sute ….? Hemmm , setahuku ibu tidak mempunyai
seorang adik seperguruan “ . Han Sin melamun dan
mengingat-ingat , akan tetapi tetap dia tidak dapat menduga
siapa Lui-sute itu .
“ Ibumu juga mengatakan bahwa orang itu pembunuh
ayahmu , kong-cu “ .
“ Hemmm … “ Karena tidak ada keterangan lain yang lebih
jelas , maka dia berpikir keras . Pembunuh ayahnya ? Menurut
keterangan Tarsukai , ketika ayahnya roboh , dia didekati
seorang perwira sui . Mungkin itukah pembunuhnya yang
bermarga Lui itu ? Seorang perwira ? Dia harus menyelidiki
kalau-kalau ada seorang perwira Lui yang dulu ikut ayahnya
berperang ke sebelah utara Shan-si .
Setelah pulang ke rumahnya , mulailah han Sin melakukan
penyelidikan . Dengan bertanya-tanya , akhirnya die
mendengar bahwa dahulu memang ada perwira Lui yang
menjadi pembantu ayahnya ketika berperang ke utara . han
Sin menjadi girang sekali mendengar keterangan bahwa
perwira Lui itu lihai sekali dan juga usianya sekitar lima puluh
tahun kurang . Akan tetapi ketika die melakukan penyelidikan
lebih jauh , dia mendengar bahwa panglima Lui itu sedang
melakukan perjalanan mengawal Kaisar Yang Ti ke utara .
Kaisar Yang Ti berkenan memimpin pasukan melakukan
pembersihan ke Shan-si utara ! .
Tidak ada lain jalan bagi Han Sin kecuali melakukan
pengejaran ke utara . kalau benar perwira Lui itu yang telah
membunuh ayah ibunya , dia harus berhati-hati sekali , apalagi
perwira itu sedang melakukan pengawalan atas diri Kaisar !
Setelah berkunjung lagi ke makam ibunya dan berpamit dari
Tiong Gi Hwesio , Han Sin lalu meninggalkan kota raja untuk
kembali ke utara mengikuti jejak perwira Lui yang mengawal
Kaisar menggerakkan pasukan ke utara .
*****
Beberapa hari kemudian , ketika dia berjalan melalui jalan
sunyi di sebuah bukit , dia melihat seorang kakek melangkah
terhuyung-huyung . nampaknya orang itu menderita sakit dan
hamper roboh . Melihat ini Han Sin cepat menghampirinya dan
masih sempat mencegahnya roboh dengan merangkul
pundaknya . Ternyata dia seorang yang sudah tua sekali ,
kepalanya gundul dan jubahnya menunjukkan bahwa dia
seorang hwesio .
“ Lo-suhu , engkau kenapakah ?” Tanya Han Sin khawatir
melihat wajah ayang amat pucat dan napas yang terengahengah
itu . Aneh , Hwesio yang kesakitan itu malah tertawa ! .
“ Ha-ha-ha , omitohud …. Agaknya Sang Budha masih
menolong pinceng … tidak mati tanpa ketahuan orang … “ Dia
terengah-engah , akan tetapi mulutnya masih tersenyum lebar
. Sikap ini saja sudah amat menarik hati Han Sin dan
menimbulkan rasa hormat dan sukanya .
Dia membantu hwesio tua itu duduk bersila di tepi jalan di
atas rumput , bahkan dia membantu dengan penyaluran
tenaga saktinya untuk mengobati luka dalam tubuh hwesio itu
. Akan tetapi hwesio itu menolak setelah kaget sejenak
merasakan getaran tenaga dalam yang amat kuat .
“ Omitohud … engkau seorang pemuda yang sakti ! Akan
tetapi … percuma saja , aku tidak akan dapat disembuhkan .
Dengar , orang muda , pinceng bernama Thian Ho Hwesio …
dan pinceng sudah mau mati . Mudah-mudahan engkau
seorang pendekar yang sudi memenuhi permintaan seorang
yang mau mati …… “ .
“ Katakanlah , lo-suhu . Kalau saya dapat melakukannya ,
tentu akan saya lakukan “ .
“ Omitohud … ha-ha , engkau ternyata seorang pemuda
yang teliti dan baik . Pin-ceng bertemu Pak-te-ong dan Seethian-
mo . Mereka hendak membunuh Kaisar dan mengajak
pinceng . Ketika pin-ceng menolak , mereka lalu mengeroyok
pin-ceng . Mereka terlalu tangguh bagi pinceng sehingga
pinceng terluka …. “ Kembali ia terengah-engah karena telah
mengeluarkan banyak tenaga untuk bicara .
“ Hemm , mereka memang bukan orang baik-baik . Lalu
apa pesan lo-suhu ?” .
“ Pinceng mempunyai seorang murid , akan tetapi keadaan
murid itu penuh rahasia … tolonglah , tolong ia agar bertemu
dengan orang tuanya …. “ .
“ Akan tetapi bagaimana saya dapat lo-suhu ?”
“ Datangi ketua Thian-li-pang . Ketua itu yang dahulu
menculik muridku ketika masih kecil dan pin-ceng menolong
anak itu . tanyakan kepada ketua Thian-li-pang siapa orang
tua anak itu … engkau memiliki kepandaian , tentu dapat
memaksanya mengaku …. “ .
“ Ahhh ….. terima kasih , kini pin-ceng dapat mati dengan
lega dan rela …. “ . Pendeta itu yang duduk bersila lalu
memejamkan kedua matanya dan napasnya terhenti ! .
Han Sin teringat bahwa dia belum menanyakan nama murid
itu , maka dia lalu mengguncang pundak hwesio itu . “ Losuhu
…. ! Lo-suhu , jangan mati dulu , aku ingin bertanya ….!”
.
Akan tetapi tubuh itu biarpun masih hangat , sudah tidak
bergerak lagi . Han Sin dengan cepat lalu menotok beberapa
jalan darah kea rah jantung dan kekek itu membuka matanya .
“ Omitohud . pin-ceng sudah mulai berjalan pulang , kenapa
kau panggil lagi ?” hwesio itu menegur .
“ Maaf , lo-suhu . Lo-suhu belum menceritakan siapa nama
murid lo-suhu !”
“ ha-ha-ha , oh , itu ? Namanya Lan Lan .. Lan … Lan … “
dan dengan nama muridnya di bibir kakek itu terkulai lehernya
dan tewas dalam keadaan masih duduk bersila .
Han Sin tertegun dan terbelalak . Dia tahu bahwa kakek itu
sudah tewas . Lan Lan ? Siapa lagi kalau bukan Kim Lan ? Jadi
Kim Lan murid kakek saneh yang ternyata sakti bukan main ini
sehingga ketika matipun dalam keadaan bersila ? Timbul
semangatnya untuk melaksanakan pesan kakek itu . Tanpa di
pesan juga dia akan rela melaksanakannya demi kepentingan
Kim Lan . Jadi Kim Lan adalah seorang anak yang dulu di culik
oleh Ketua Thian li pang , kemudian di pungut sebagai murid
oleh hwesio ini dan tidak mengenal ayah bunda sendiri ?
Sungguh kasihan ! .
Han Sin mengubur jenazah kakek itu dengan baik- baik . Di
atas makam itu dia menancapkan sebatang kayu besar dan dia
mengukirnya dengan kata-kata : MAKAM GURU KIM LAN .
Setelah itu dia lalu memberi hormat kepada makam itu dan
pergi . Thian li pang adalah perkumpulan pendeta wanita yang
terkenal gagah perkasa dan termasuk perkumpulan bersih .
bagaimana ketuanya dapat melakukan penculikan terhadap
seorang anak kecil ? Tentu ada rahasianya ! .
Di lereng Thian San terdapat perkumpulan Thin li pang .
Sejak dulu , ketika masih diketuai oleh mendiang Im Yang T0-
kouw , Thian li pang terkenal sebagai perkumpulan wanitawanita
gagah , para to-kouw ( pendeta wanita To ) yang
bertindak sebagai para pendekar wanita yang galak dank eras
hati . Setelah kini di pegang oleh murid mendiang Im-yang Tokouw
, perkumpulan itu terkenal lebih keras lagi . Keras
peraturannya terhadap muri-muridnya . Para murid yang
jumlahnya ada lima puluh orang lebih itu bukan saja dilarang
untuk menikah , bahkan kalau kelihatan bicara dengan laki-laki
saja akan di hokum ! Dan terhadap dunia luar merekapun
bersikap keras , terutama sekali terhadap para penjahat , para
murid Thian li pang tidak pernah memberi ampun ! .
Seperti telah diceritakan di bagian depan , Kang Sim Tokouw
dahulu ketika masih muda bernama Yap Ci Hwa ,
seorang wanita yang berhati keras dan bengis . Setelah kini
menjadi ketua , ia menjadi lebih keras hati lagi . Akan tetapi
diam-diam ia telah menyimapn suatu rahasia dihatinya , yang
kadang membuat ia nampak berduka dan menyesal bukan
main . Suatu dosa yang baginya kadang-kadang amat
menyiksa . Ia pernah menculik puteri dari sumoinya sendiri ,
yaitu Ciang kwi yang sekarang menjadi ketua Hwa li pang di
Hwa-san . ia bahkan telah membunuh secara diam-diam suami
sumoinya itu , kemudian ia menculik anak perempuannya !
Dosa ini selalu menghantuinya dan membuat ia yang usianya
baru lima puluh tahun itu nampak seperti sudah tujuh puluh
tahun ! .
Tidak sukar bagi Han Sin untuk mendapatkan keterangan
dari para penduduk dusun di kaki gunung Thian-san di mana
adanya Thian li pang . Semua orang tahu belaka . Para
pendeta wanita dari Thian-li-pang memang terkenal sebagai
orang-orang dermawan yang suka menolong penduduk ,
membasmi penjahat , memberi obat dan bahkan memberi
uang . Para penduduk juga selalu naik ke lereng dimana Thian
li pang mempunyai sebuah kuil untuk bersembahyang . akan
tetapi tentu saja yang diperbolehkan datang ke kuil hanyalah
kaum wanita saja . Laki-laki dilarang keras naik ke kuil ,
bahkan tidak boleh menaiki lereng yang menjadi wilayah Thian
li pang .
Setelah mendapat keterangan dari para penduduk dusun
dimana letaknya Thian li pang , disertai peringatan pria
dilarang keras naik ke sana . Han Sin lalu mempergunakan
kepadandaiannya untuk berlari cepat mendaki tempat itu . Kuil
itu berada di lereng bukit dan dari jauh saja sudah nampak
tembok kuil dan pagarnya yang putih bersih .
Baru saja tiba di depan pintu gerbang , Han Sin sudah
berhadapan dengan dua belas orang pendeta wanita anggota
Thian li pang . Mereka terdiri dari wanita yang berusia antara
dua puluh sampai tigapuluh tahun dan diam-diam Han Sin
merasa heran . Semua pendeta wanita itu sungguh amat
sederhana , baik sanggulnya , jubahnya maupun wajahnya
yang sama sekali tidak berbau bedak maupun pemerah .
Padahal diantara mereka banyak yang memiliki wajah yang
lumayan cantiknya . Dia cepat-cepat mengangkat kedua
tangan memberi hormat . Akan tetapi seorang di antara para
to-kouw itu , yang berusia tiga puluh tahun , sudah
membentaknya dengan suara halus namun galak .
“ Agaknya engkau tidak tahu bahwa di sini merupakan
tempat larangan untuk kaum pria . Hayo cepat menggelinding
turun dari sini sebelum kami menggunakan kekerasan !” .
Jarak antara Han Sin dan para to-kouw itu ada lima meter
dan mendengar bentakan itu , han Sin melangkah maju untuk
menghampiri sambil tersenyum . Melihat ini , para to-kouw itu
cepat melangkah mundur menjauhi .
“ Maaf , kenapa cu-wi to-kouw menjauhiku ? Aku bukan
seorang yang menderita penyakit menular . Aku datang
hendak bicara dengan ketua kalian . Bukankah ketua kalian
yang bernama Kang Sim T-kouw ?” .
“ Jangan mendekat atau kami akan membunuhmu ! “
Bentak pimpinan to-kouw itu . “ Ketua kami tidak sudi bertemu
dan bicara dengan seorang pria . Pergi lah sebelum terlambat
!” .
“ Heiiii , apakah kalian benar-benar demikian membenci
pria ? “ Tanya Han Sin sambil tersenyum .
“ Kami membenci semua pria mati-matian !” mereka
menjawab dengan suara hiruk pikuk dan Han Sin tertawa
bergelak . Para to-kouw itu merasa heran dan marah
mendengar pemuda itu tertawa .
“ mengapa kau tertawa ? Manusia tidak sopan !” .
“ Mengapa aku tertawa ? Tentu saja tertawa melihat
kelucuan kalian . Kalian berkata membenci semua pria .
Apakah kalian tidak mempunyai ayah kandung ? Apakah kalian
juga membenci dan membunuh ayah kandung kalian . Juga
kakek kalian , saudara kalian yang laki-laki , Keponakan kalian
yang laki-laki , saudara misan kalian , kakak ipar kalian , adik
laki-laki kalian , paman kalian … “ .
“ Cukup ! Cepat pergi atau kami akan menyerangmu !”
bentak pemimpin itu sambil menoleh ke kanan kiri dengan
sikap ketakutan .
“ Ha-ha-ha , kalian seperti sekumpulan kucing yang
ketakutan . Ingin aku bertemu dengan ketua kalian , maka
panggillah ia keluar . Aku tidak ingin berurusan dengan kalian
!” .
“ Minggatlah !” Bentak pimpinan itu dan iapun sudah
menerjang ke depan , menyerang Han Sin dengan sebatang
pedangnya . Han Sin miringkan tubuhnya dan ketika dia
menggerakkan tangannya , to-kouw itu terpelanting roboh .
Semua to-kouw menjadi kaget dan marah dan duabelas orang
itu serentak menyerang Han Sin dengan pedang mereka .
Han Sin tidak tega untuk melukai mereka , maka ia hanyak
mengelak dan menangkis , dan mendorong mereka sehingga
mereka berpelantingan tanpa menderita luka-luka .
Beberapa orang dari mereka cepat lari ke dalam untuk
memberi laporan . Tak lama kemudian , terdengar bentakan
nyaring , “ hentikan semua pengeroyokan !” .
Para to-kouw yang sudah jatuh bangun itu lalu mundur dan
berdiri dengan muka merah di belakang seorang to-kouw tua
yang baru muncul . To-kouw ini berusia kurang lebih lima
puluh tahun . wajahnya nampak kaku dan galak , matanya
seperti mata harimau . Inilah Kang Sin To-kouw yang dahulu
bernama Yap Ci Hwa . Dengan tegak ia memandang Han Sin
kepalanya di angkat dan matanya tajam menyelidik . Tangan
kirinya memegang sebatang kebutan bulu hitam , tangan
kanannya memegang pedang . Sebetulnya wanita itu tidaklah
buruk , bahkan di waktu mudanya tentu manis , akan tetapi
karena wajah itu diselimuti kekerasan dan kekakuan , maka
nampak buruk dan kelaki-lakian .
“ Bocah kurang ajar ! Siapa engkau berani membikin kacau
Thian li –pang !” bentak Kang Sim To-kouw dengan bengis .
“ Katakan namamu agar engkau jangan mati tanpa nama !”
.
Han Sin tersenyum lebar . Kini mengertilah dia mengapa
para to-kouw itu begitu ketakutan . Ternyata ketua mereka
memang bengis dan galak .
“ Namaku Cian Han Sin dan aku tidak mau mati dulu , baik
dengan atau tanpa nama . Apakah lo-cian-pwe ini pang-cu dari
Thian li pang ?” .
“ benar , aku pang-cu dari Thian-li-pang , dan engkau telah
melakukan pelanggaran besar-besaran . Tidak saja engkau
berani melanggar wilayah kami , akan tetapi engkau bahwa
telah merobohkan murid-muridku . Sekarang engkau akan
mati di tanganku !” Kang Sim To-kouw lalu memberi tanda
dengan tangannya dan semua murid yang berjumlah kurang
lebih lima puluh orang itu sudah menyerbu semua ! Bergidik
juga Han Sin di keroyok wanita demikian banyaknya . Akan
tetapi dia mengeluarkan kepandaiannya , tubuhnya bagaikan
baja , kalau sampai terserempet pedang , maka pedang itu
yang terpental dan tangkisan tangannya membuat pedang
lawan terlempar jauh . hanya dengan dorongan tangan saja
dia membuat anak buah Thian li pang terjungkal roboh
tumpang tindih ! .
“ Semua mundur ! “ Kang Sim To-kouw berseru ketika
melihat betapa muridnya seperti sekumpulan semut
mengeroyok seekor jangkrik saja . Para murid yang memang
sudah jerih lalu berkelompok mundur dan Kang Sim To-kouw
yang cepat menggerakkan pedang dan kebutannya
menyerang dengan dahsyatnya ke arah Han Sin .
---000odwo000---
Jilid 16
Han Sin melihat bahwa ilmu kepandaian to-kouw ini cukup
berat walaupun masih kalah dibandingkan ketua Hwa-li-pang
yang pernah di lihatnya bertanding melawan keluarga gila
dahulu itu . Dia pun menyambutnya dengan gerakan cepat
dan membiarkan wanita itu mengamuk dan menyerang
bertubi-tubi sampai tigapuluh jurus lebih . Dia hanya mengelak
dan kadang menangkis saja .
“ Lo-cian-pwe , perlahan dulu !” Han Sin meloncat ke
belakang . “ Aku bukan orang jahat , aku hanya ingin
membicarakan sesuatu denganmu !” .
“ Kalahkan dulu pedang dan kebutanku , baru kita bicara !”
kata to-kouw itu yang mengira bahwa pemuda itu menjadi
jerih .
“ Hemm , begitukah maumu ? Baik !” kata Han Sin yang
tadinya tidak ingin membikin malu to-kouw itu dengan
mengalahkannya . Sekarang mau tidak mau dia harus
mengalahkan wanita berhati baja ini . Maka mulailah dia
mengisi kedua tangannya dengan tenaga Bu-tek Cin-keng dan
begitu dia mendorong kedua tangannya , Kang Sim To-kouw
tidak mampu bertahan dan terdorong ke belakang , terhuyung
dan hamper roboh kalau beberapa orang muridnya tidak cepat
merangkulnya .
Diam-diam Kang Sim To-kouw terkejut bukan main . Tak
disangkanya ia akan di kalahkan demikian mudahnya oleh
seorang pemuda ! .
“ nah , lo-cian-pwe , apakah engkau akan menjilat ludah
sendiri dan tidak memenuhi janji untuk mendengarkan
pembicaraanku ?” .
Dengan cemberut Kang Sim To-kouw mendengus . “
Masuklah dan mari kita bicara !” katanya karena di depan
semua muridnya sudah jelas ia telah dikalahkan dan tentu saja
ia tidak ingin mengingkari janji .
Ia masuk ke dalam kuil dan di ikuti oleh Han Sin . Setelah
berada di ruangan dalam , mereka duduk berdua berhadapan
dan Kang Sim To-kouw berkata ketus , “ Nah , katakana apa
yang hendak kau bicarakan ?” .
Han Sin senang melihat bahwa di situ tidak ada orang lain
sehingga dia dapat leluasa bicara . Dia tersenyum ,
memandang tajam lalu berkata perlahan , “ Pang-cu , aku
datang ingin membicarakan tentang dosamu yang amat besar
!” .
Sepasang mata itu terbelalak dan muka itu berubah merah
sekali karena marahnya . “ Orang muda ! Apakah karena
sudah dapat menang melawan aku engkau lalu boleh mainmain
sesuka hatimu ? Jangan kurang ajar !” .
“ Maaf , pang-cu . Aku tidak main-main . Aku bicara
sejujurnya . Aku tahu apa yang kau lakukan belasan tahun
yang lalu . Mungkin tidak ada orang lain yang mengetahui ,
akan tetapi aku tahu benar bahwa engkau telah melakukan
dosa besar sekali !” .
Kini wajah yang tadinya merah berubah agak pucat dan
pandang matanya penuh selidik . “ Hemm , coba katakana ,
dosa apa yang telah kulakukan ?” .
“ Engkau telah menculik seorang anak perempuan yang kau
tinggalkan di dalam hutan !” .
Wajah itu menjadi pucat sekali dan otomatis wanita tua itu
menoleh ke kanan kiri untuk melihat apakah pembicaraan
mereka ada yang mendengarkan . Setelah yakin bahwa di situ
tidak ada orang lain , ia memandang kepada Han Sin .
“ Kau bohong ! Kau ngawur dan melakukan fitnah !” Akan
tetapi teriakannya dilakukan dengan suara bisik-bisik .
Han Sin tertawa . “ Pang-cu engkau seorang ketua dan
seorang pendeta wanita . sungguh tidak pantas sekali apa
yang kau lakukan itu . Akan tetapi Thian adil . Perbuatanmu
itu ada yang melihat nya dan anak perempuan itu kini telah
menjadi seorang gadis dewasa yang berilmu tinggi sekali . Apa
yang akan dilakukannya kalau ia kuberitahu bahwa engkau
dulu menculiknya ?” .
Kang Sim To-kouw merasa tersudut dan akhirnya ia
menghela napas panjang . Memang perbuatannya itu selalu
menghantuinya dan ia merasa menyesal bukan main .
“ Cian Han Sin , lalu apa yang akan kau lakukan ?” .
“ Hem , aku tidak akan menceritakan kepada siapapun juga
asal engkau suka memenuhi permintaanku “ .
“ Apa yang kau kehendaki ?” .
“ Aku ingin mengatakan siapa orang tua anak itu !” .
“ Kalau aku tidak mau memberitahu ?
“ Akan kusiarkan ke seluruh dunia kang-ouw bahwa pangcu
dari Thian-li-pang yang terhormat itu ternyata hanyalah
seorang penculik anak kecil , seorang penculik yang kejam ,
juga akan ku beritahukan kepada gadis itu agar ia sendiri yang
menuntut balas ke sini .
Dan jangan harap kalian semua akan mampu
menandinginya ! Ia lebih lihai daripada aku !” kata Han Sin
mengancam .
Wajah itu semakin pucat dan berulang kali ia menghela
napas panjang . “ Baiklah , akan kuberitahu kepadamu sendiri
“ .
Bocah itu adalah anak dari sumoiku sendiri “ .
“ Siapa sumoimu ?”
“ Namanya Ciang Hwi , sekarang bernama Pek Mau Tokouw
……..”
“ Pek Mau To-kouw ketua Hwa-li-pang di Hwa-san ? “ Han
Sin memotong dan mengangguk sambil menundukkan
mukanya .
“ Akan tetapi … mengapa …. ?”
“ Jangan Tanya mengapa …. Aku akan menjadi gila karena
iri hati …. “ .
Dan tiba-tiba to-kouw itu menangis sesunggukan , tanpa
suara .
Han Sin dapat melihat betapa to-kouw itu menyesali
perbuatannya , maka diapun merasa kasihan . “ Penyesalan
saja tiada gunanya , pang-cu . Yang penting pang-cu harus
berani mengakui kepada sumoimu dan minta maaf . Aku
mengenal Pek Mau To-kouw dan ia adalah seorang yang
berbudi mulia . Tentu ia akan suka memaafkanmu “ .
Kang Sim To-kouw mengangguk .” Maukah engkau
menemaniku mengunjunginya ?”
“ Tentu saja . Mari kutemani engkau berkunjung ke Hwa-lipang
“ .
Kang Sim To-kouw lalu menghentikan tangisnya . Ia
memanggil para murid kepala dan berpesan agar mereka
menjaga Thian-li-pang baik-baik karena ia hendak pergi
bersama Han Sin . Para murid memandang heran akan tetapi
tidak ada yang berani bertanya .
Pada hari itu juga , Kang Sim To-kouw berangkat bersama
Han Sin menuju ke Hwa-li-pang . Kalau bukan karena urusan
itu menyangkut diri Kim Lan , tentu Han Sin tidak mau
bersusah payah menemani pang-cu itu ke Hwa-san .
*****
Kedua orang to-kouw itu saling berhadapan dan saling
pandang sampai beberapa lamanya . Akhirnya Kang Sim Tokouw
yang mendahului memanggil . “ Sumoi ….. !” .
Pek Mau To-kouw terbelalak , merasa seperti dalam mimpi .
Tadinya ia tidak mengenal siapa to-kouw yang berdiri di
depannya itu karena sudah nampak tua sekali , seperti telah
berusia tujuhpuluh tahun . Akan tetapi setelah Kang Sim Tokouw
memanggilnya , barulah ia menyadari bahwa yang
berdiri di depannya benar-benar Yap Ci Hwa atau Kang Sim
To-kouw , sucinya . Ia lalu maju merangkul dan berseru .
“ Suci ….. ! Benarkah engkau ini , suci ? Terima kasih
kepada Thian ! Suci mau datang ke sini berkunjung kepadaku
?” Mereka berangkulan kemudian Pek Mau To-kouw dapat
menguasai dirinya dan memandang kepada Han Sin .
“ Suci datang bersama pemuda ini … heiii , bukankah sicu
ini pemuda yang dulu datang bersama keluarga gila itu ?” .
Han Sin memberi hormat . “ Benar pang-cu , Thian-lipangcu
berkunjung untuk membicarakan hal yang teramat
penting kepadamu , maka harap kami diperbolehkan bicara di
dalam “ .
“ Ah , mari , silahkan ! Silahkan masuk !” Pek Mau To-kouw
menggandeng tangan Kang Sim To-kouw yang masih terharu
melihat sambutan sumoinya yang dahulu di musuhinya dan
Han Sin mengikuti dari belakang . Mereka duduk dalam
ruangan tamu .
“ Hal penting apakah yang perlu dibicarakan ?” Tanya Pek
Mau To-kouw dan ia semakin heran melihat betapa tiba-tiba
saja sucinya menangis .
“ Eh ? Suci , engkau kenapakah ? Orang-orang seperti kita
ini sudah tidak semestinya lagi menangisi sesuatu . Segala
sesuatu dalam dunia ini adalah baying-bayang belaka , tidak
ada yang perlu di susahkan “ .
“ Sumoi , aku datang untuk minta ampun kepadamu “ .
Pek Mau To-kouw terbelalak memandang sucinya ,
kemudian menoleh kea rah Han Sin . Pemuda itu hanya
mengangguk-angguk saja .
“ Suci , apa-apaan ini ? Akulah yang seharusnya minta maaf
kepadamu bahwa selama ini aku tidak mengunjungimu ,
bahkan sebaliknya hari ini engkau datang berkunjung . Kenapa
minta ampun ?” .
“ Sumoi , aku datang untuk membuat pengakuan akan
dosaku yang tak berampun kepadamu . Aku ……. Akulah yang
telah menculik anak perempuanmu dahulu “ .
Betapapun tenang dan sabarnya ia , Pek Mau To-kouw
terlonjak kaget dan meloncat dari tempat duduknya . Sambil
berdiri dengan muka pucat ia memandang sucinya . “ Akan
tetapi … kenapa … kenapa kau lakukan itu , suci ? Dan dimana
ia sekarang ? Diamana anakku ?” .
Han Sin berkata , “ Jangan khawatir , pang-cu . Puterimu
masih hidup dan sekarang telah menjadi seorang gadis yang
cantik jelita dan berkepandaian tinggi . Kang Sim To-kouw
menjatuhkan dirinya duduk di atas kursi lagi , merangkap
kedua tangan seperti menyembah dan berseru . “ Terima
kasih kepada Thian ! Anakku masih hidup , achh , anakku
masih hidup !” .
“ Sumoi , maukah engkau memaafkan aku ?”
“ Tentu saja , suci . Peristiwa itu sudah berlalu belasan
tahun lamanya dan anakku Lan Lan masih hidup ! Dimana ia
sekarang ?” .
“ Aku tidak tahu , sumoi dan Cian Han Sin inilah yang
mengetahui dimana ia “ .
“ Aku juga tidak tahu dimana ia sekarang . Akan tetapi aku
akan mencarikan ia untukmu , pang-cu . Tidak dapatkah pangcu
menduga siapa anakmu itu ? Pernah pang-cu bertemu
dengannya di sini !” .
“ Ehhhh …. ? Siapakah ? Sudah ratusan orang gadis
kutemui di sini , yang datang bersembahyang …. “ .
“ Akan tetapi puterimu itu lain lagi . Ia sendiri tidak tahu
bahwa engkaulah ibu kandungnya . Puterimu itu adalah gadis
berpakaian putih yang bernama Kim Lan itu “ .
Kembali Pek Mau To-kouw melonjak kaget , akan tetapi kali
ia kelihatan gembira bukan main .
“ Ia …. ! Ah , terima kasih Tuhan , anakku menjadi gadis
yang berbudi dan sakti . Ah , sicu , dimana ia sekarang ? Aku
ingin bertemu dengannya !” .
“ Tenanglah , pang-cu . Aku sendiri tidak tahu dimana ia
sekarang ini , akan tetapi aku berjanji akan membawanya ke
sini bertemu denganmu !” .
Pek Mau To-kouw yang merasa bahagia sekali itu lalu
bangkit dan mengangkat kedua tangan depan dada memberi
hormat kepada Han Sin .
“ Terima kasih , Cian-sicu , engkau merupakan dewa
penolong bagiku !” .
Han Sin cepat membalas penghormatan itu . “ aihh , pangcu
. Harap jangan bersikap seperti itu . Ingat , ketika aku
dijadikan tawanan keluarga gila itu , pang-cu juga telah ikut
menolongku “ .
“ Akupun berterima kasih kepadamu , suci . Dengan
pengakuanmu ini , engkau telah mendatangkan kebahagiaan
dalam hatiku dan itu sudah cukup untuk menebus
kesalahanmu dahulu “ , kata Pek Mau To-kouw bijaksana .
Akan tetapi tiba-tiba Kang Sim To-kouw melakukan sesuatu
yang membuat Pek Mau To-kouw dan Han Sin terkejut .
Ketua Thian-li-pang itu tiba-tiba menjatuhkan dirinya
berlutut didepan sumoinya sambil menangis !.
“ Eh , apa yang kaulakukan ini suci ?” .
“ Sumoi , dosaku tak berampun . Aku bukan hanya minta
ampun kepadamu , bahkan kalau sekarang juga engkau
membunuhku , aku rela untuk menebus dosaku , sumoi “ .
“ Suci , apa artinya ini ?” .
“ Aku …. Aku yang telah membunuh Ang Cun Sek …. “
Nenek itu kini menangis sesunggukan .
Wajah Pek Mau To-kouw yang tadinya berseri dan
kemerahan saking bahagianya mendengar berita tentang
puterinya , kini mendadak pucat sekali dan matanya terbelalak
. Jadi , pembunuh suaminya adalah sucinya ini juga ! .
“ aku … aku menjadi gila …. Kemasukan setan karena iri
kepadamu sumoi … “ Kang Sim To-kouw menangis .
Pek Mau To-kouw menegakkan kepalanya dan suaranya
terdengar lembut namun ketus . “ Hemm , aku tidak berhak
memberi ampun kepadamu , suci . Engkau telah membunuh
seorang manusia yang tidak berdosa . Kalau mau minta
mapun . mintalah ampun kepada Thian . Sekarang pergilah
dan jangan berada di sini lebih lama lagi !” Pek-Mau To-kouw
mengusir sucinya yang mengaku telah membunuh suaminya
itu .
Kang Sim To-kouw menangis . bangkit berdiri lalu berlari
keluar sambil terus menangis .
Setelah Kang Sim To-kouw pergi , barulah Pek Mau Tokouw
tenang kembali dan ia merangkap kedua tangan depan
dada .
“ siancai … terima kasih kepada Thian yang telah memberi
kekuatan kepada hambanya …. “ katanya lirih .
Han Sin kagum sekali . To-kouw ini benar-benar telah
memiliki kekuatan batin yang menganggumkan sehingga
mendengar pengakuan orang yang membunuh suaminya tidak
menjadi mata gelap dan marah .
“ Pang-cu , aku telah mengenal baik puterimu Kim Lan …. “
“ Sebetulnya ia bernama Swi Lan , Sicu . Ang Swi Land an
biasanya ketika kecil menyebut diri sendiri Lan Lan “ .
“ Ah , begitukah ? Aku telah mengenalnya dengan baik dan
aku akan mencarinya untukmu “ .
“ Terima kasih , Cian-sicu . Engkau baik sekali . Akan tetapi
bagaimana kalau ia tidak percaya jika diberitahu bahwa aku
adalah ibu kandungnya ?” .
“ Hemmm , sulit juga . Bagaimana kalau ia minta bukti ?”
kata pula Han Sin ragu . “ Saksi mata satu-satunya , yaitu
Thian Ho Hwesio yang menjadi gurunya , telah meninggal
dunia “ .
“ Ah , aku ingat sekarang ! Anak itu mempunyai tanda
bercak hitam pada telapak kaki sebelah kanan ! Itulah
buktinya bahwa ia adalah puteriku “ .
“ Bagus ! Terima kasih pangcu . Aku mohon diri untuk
segera mencari jejaknya “ .
“ Selamat jalan , sicu , semoga engkau berhasil dan sekali
lagi terima kasih atas semua jerih payahmu “ .
Han Sin lalu meninggalkan Hwa-li-pang dengan hati
gembira . Dia merasa menerima tugas yang amat
menggembirakan . Betapa hatinya tidak akan gembira ? Dia
akan dapat membahagiakan hati gadis yang di cintainya itu
dengan berita tentang ibu kandungnya ini .
*****
Kaisar Yang Ti melaksanakan niatnya untuk melakukan
pembersihan sendiri terhadap bangsa liar yang mengganggu
tapal batas utara di Shan-si utara .
Kaisar Yang Ti membawa pasukan yang besar jumlahnya ,
tidak kurang dari sepuluh laksa orang . Akan tetapi Kaisar ini
sama sekali tidak dapat disamakan dengan mendiang ayahnya
, Kaisar Yang Cian yang merupakan seorang pendekar dan ahli
perang . kaisar Yang Ti sudah terbiasa dengan kehidupan
yang berfoya-foya mengejar kesenangan sehingga perjalanan
memimpin pasukan inipun tidak ketinggalan ikut pula selirselirnya
tercinta ! Perjalanan itu baginya bukan sebagai
seorang panglima perang , melainkan seorang yang pergi
berpesiar dengan selirnya untuk bersenang-senang .
Ketika tiba di Shan-si , Kaisar di sambut oleh Gubernur
Shan-si , Li Goan . Akan tetapi Li Si Bin tidak ikut menyambut ,
bahkan meninggalkan kota . Pemuda ini muak melihat sikap
kaisar yang demikian angkuh dan demikian royal . Pergi
berperang dalam kereta mewah berikut para selirnya . Dalam
pandangan pemuda putera gubernur ini , kaisar Yang Ti tidak
patut menjadi orang yang di sembah-sembah .
Gubernur Li Goan dengan hati-hati memperingatkan Kaisar
agar meninggalkan se lir-selirnya di Tai-goan dan melakukan
pembersihan mengutus para panglimanya saja . Akan tetapi
Kaisar tidak ambil peduli . Dia hendak memimpin sendiri
sambil memamerkan kepada para selirnya betapa “ gagahnya
“ dia membuat aksi pembersihan para pemberontak .
Hal ini tentu saja menggirangkan hati Lui Couw . Sudah
lama sekali putera bekas Kok-su Toat-beng Giam-ong Lui Tat
yang menjadi kok-su kerajaan Toba ini menanti saat baik
untuk membunuh Kaisar , menggulingkan Kerajaannya dan
kalau mungkin merampas tahta kerajaan ! Dia bercita-cita
mendirikan kembali Kerajaan Toba yang sudah jatuh . Dia
sudah berhasil menyingkirkan penghalang utama , yaitu
Panglima Cian Kauw Cu dan sekarang dia mendapat
kesempatan baik sekali untuk membinasakan Kaisar . Dia tidak
puas dengan hasil usahanya menyeret Kaisar ke dalam
kehidupan yang hanya mengejar kesenangan belaka . Dan dia
sudah menempatkan diri dengan kedudukan sebaik mungkin
sehingga sebagai Panglima besar dia menyertai Kaisar Yang Ti
mengadakan pembersihan ke utara . dan diam-diam Lui Couw
sudah mengadakan persiapan sebaik mungkin . Dia sudah
menyusupkan Pak-te-ong dan See-thian-mo menjadi prajurit
karena kedua orang datuk inilah yang bertugas membunuh
kaisar pada saatnya .
Semua itu harus dilakukan dengan hati-hati sehingga kaisar
seolah-olah terbunuh oleh pemberontak .
Gubernur Li Goan dan puteranya yang tidak mau
menghadap Kaisar Yang Ti memandang dengan hati prihatin
melihat kaisar mereka berangkat ke perbatasan di utara yang
berbahaya . Mereka tahu bahwa pihak Turki dan suku-suku
Mongol sudah tahu akan gerakan pembersihan itu dan mereka
tentu sudah mengatur perang gerilya yang akan
membahayakan kedudukan pasukan Kaisar . Maka , Gubernur
Li Goan lalu berunding dengan puteranya dan akhirnya Li Si
Bin memimpin pasukan istimewa untuk membayangi pasukan
kota raja itu dan melindungi kaisar kalau diperlukan .
Beberapa hari kemudian , pasukan yang sepuluh laksa
orang itu tiba di perbatasan utara , dekat dengan daerah Yakka
. Akan tetapi jauh hari sebelumnya Tar-sukai sudah
mendengar berita yang dikirim Li Si Bin akan datangnya
pasukan besar itu dan dia sudah mengosongkan
perdusunannya , bersembunyi di hutan-hutan dan mengatur
barisan untuk melakukan perang gerilya .
Juga suku-suku lain dan Bangsa Turki yang berada
diperbatasan sudah menyingkir dan bersembunyi , akan tetapi
bukan melarikan diri melainkan bersiap-siap untuk melakukan
perang secara bersembunyi-sembunyi .
Melihat dusun-dusun yang kosong , kesempatan baik ini
dipergunakan Lui-ciangkun untuk menghadap Kaisar Yang Ti .
“ Hamba melaporkan bahwa para pengacau sudah pergi
meninggalkan dusun-dusun mereka dan melarikan diri , Yang
Mulia . Kami tidak menemukan seorangpun musuh “ .
“ Hemm , lalu bagaimana baiknya , Lui-ciangkun ?” Tanya
kaisar .
“ Kita harus membagi-bagi tugas dan pasukan menjadi
puluhan regu . Masing-masing melakukan pengejaran dan
pembakaran terhadap dusun-dusun yang di tinggalkan ,
membunuhi ternak yang kita temukan dan membakar habis
tanama mereka agar mereka mati kelaparan “ .
Kaisar Yang Ti mengangguk-angguk . “ bagus , akan tetapi
kami ingin memimpin pasukan sendiri untuk mengobrak-abrik
dan membinasakan mereka !” kata Kaisar itu dengan sikap
gagah karena di situ para selirnya juga hadir dan
mendengarkan .
“ Tentu saja , Yang Mulia . Paduka akan memimpin
sepasukan pengawal istimewa dan juga hamba sendiri akan
mengawal paduka ! Kita boleh menghancurkan mereka sepuas
hati paduka ! “
“ Baik , kalau begitu lekas atur pemecahan pasukan menjadi
rombongan-rombongan agar semua perusuh dapat di cari dan
dikejar lalu di basmi !” kata Kaisar Yang Ti .
Lui-ciangkun lalu memerintahkan para pembantunya untuk
memecah-mecah pasukan itu menjadi beberapa rombongan .
Dia memilih pasukan pengawal yang hanya terdiri dari dua
ratus orang untuk mengawal Kaisar dan tentu saja di
dalamnya terdapat Pak-te-ong dan see-thian-mo yang
menyamar sebagai prajurit . Dengan kedua pembantunya ini
dia sudah mengatur siasat . Malam nanti , ketika rombongan
itu berhenti berkemah , dua orang pembunuh itu akan
mengenakan kedok dan akan melakukan pembunuhan .
Dengan demikian , tentu tidak akan ada yang mengira bahwa
pembunuhnya adalah orang-orang dalam , melainkan matamata
yang dikirim musuh . Dengan kesaktian mereka ,
andaikata ketahuan oleh pengawal , mereka akan mampu
memukul mundur para pengawal dan melanjutkan usaha
pembunuhan mereka sampai berhasil .
Setelah hari mulai gelap , mereka pun membuat
perkemahan dilereng sebuah bukit . Sama sekali mereka tidak
tahu bahwa ada ribuan pasang mata mengintai mereka sejak
hari mulai gelap . Begitu malam tiba , Pak-te-ong dan seethian-
mo sudah mengenakan pakaian serba hitam dan
memakai topeng hitam pula . Akan tetapi sebelum mereka
melaksanakan tugas keji itu , tiba-tiba terdengar ledakan keras
di susul sorak sorai . Kiranya ribuan orang suku Yak-ka
bercampur dengan bangsa Turki datang menyerbu ! Tentu
saja para prajurit yang hanya dua ratus orang jumlahnya itu
menjadi kacau balau . Lui-ciangkun terkejut dan disertai dua
orang yang berkedok itu diapun membela diri dan mengamuk
. Banyak musuh dapat mereka bertiga robohkan . Melihat
kekuatan musuh yang demikian besar , Lui-caingkun lalu
berseru kepada dua orang pembantu rahasianya .
“ Kita tinggalkan pergi ! Biar mereka yang mewakili
pekerjaan kalian !” .
Pak-te-ong dan see-thian-mo juga mengerti bahwa
betapapun sakti mereka , tak mungkin mereka melawan
ribuan orang itu . Pula , bukankah tugas mereka membunuh
kaisar dan tentu kaisar akan terbunuh oleh orang-orang ini ?
Maka dalam kegelapan malam mereka bertiga melarikan diri .
Para prjaurit juga banyak yang mengikuti jejak mereka
.Perkemahan itu di baker dan ketika musuh sudah pergi , Luiciangkun
mengumpulkan sisa pasukannya , Pak-te-ong dan
see-thian-mo sudah berganti pakaian prajurit biasa lagi .
Mereka memeriksa keadaan dan mencari-cari mayat kaisar .
Akan tetapi mereka tidak menemukan mayat itu . Bahkan tidak
ada pula mayat seorangpun selir . Yang ada hanya mayat
beberapa orang prajurit yang tewas .
Tentu saja mereka menjadi heran dan tiga orang
pengkhianat itu menjadi agak panik .
“ Heran sekali , kemana kaisar pergi ?” kata Lui-ciangkun .
“ Tentu telah di tawan , karena kalau dibunuh tentu ada
mayatnya “ , kata Pak-te-ong .
“ Hem , apa bedanya ? Ditawan musuh sama saja dengan
di bunuh !” kata see-thian-mo.
Agak lega hati Lui-ciangkun dan dia segera menghubungi
pasukan lain yang berpencaran . Setelah dalam tiga hari dia
bertemu dengan pasukan lain . kiranya pasukan lain juga
mengalami serangan mendadak di tengah malam dan banyak
mengalami kerugian . Akan tetapi para perwira terkejut
setengah mati mendengar berita yang di sampaikan Luiciangkun
bahwa kaisar beserta para selirnya jatuh ke tangan
musuh dan ditawan ! .
Selagi mereka kebingungan dan ramai membicarakan
malapetaka itu , datang dua orang utusan bangsa Turki .
Mereka menunggang kuda dan membawa bendera tanda
utusan sehingga mereka tidak di ganggu dan di terima oleh
Lui-ciangkun dan para perwira lainnya . Dua orang utusan itu
membawa pesan raja Turki bahwa Kaisar Yang Ti berada di
tangan mereka sebagai sandera dan kalau Kerajaan Sui tidak
cepat menarik pasukan mereka , kaisar akan segera dibunuh !
.
Mendengar pesan ini , tentu saja para panglima tidak ada
yang berani melanjutkan pertempuran dan mereka semua
menarik pasukan mereka dan mundur sampai ke Tai-goan .
Sementara itu , pasukan yang di pimpin Li Si Bin juga sudah
mendengar akan tertawannya Kaisar oleh bangsa Turki . Dia
lalu menyuruh pasukannya untuk pulang dan dia sendiri cepat
membalapkan kudanya menuju ke utara , ke pertengahan
bangsa Turki di luar tapal batas .
Li Si Bin diterima oleh para pimpinan Bangsa Turki dengan
baik karena die dianggap keluarga . Ibunya adalah seorang
puteri Turki dan hubungannya dengan Bangsa Turki memang
baik sekali . Apalagi ayahnya , Gubernur Li Goan . Juga
bersahabat dan di antara keduanya tidak pernah terjadi
permusuhan , walaupun Li Goan menjadi Gubernur di Shan-si .
“ Hemm , tentu maksud kunjunganmu ini ada
hubungannya dengan kaisarmu yang tertawan , Li Si Bin !”
kata pimpinan suku Turki itu sambil mengelus jenggotnya
yang pendek dan memuntir kumisnya yang panjang .
“ Tidak salah , yang Mulia . Saya bermaksud untuk
mencegah kekeliruan besar yang mungkin paduka lakukan !” .
“ Kekeliruan besar ? Apa maksudmu ?”
“ Kalau paduka mengganggu atau membunuh kaisar Yang
Ti , maka akan terjadi malapetaka di sini . Membunuh Kaisar
itu tidak ada gunanya , tidak menguntungkan malah
merugikan saja . Kaisar itu seperti boneka , tidak ada gunanya
dan selama dia yang menjadi kaisar di Kerajaan Sui , paduka
boleh tenang-tenang saja karena pasukannya tidak akan
mungkin menyerbu ke sini . Akan tetapi kalau sampai dia
terbunuh , lalu kerajaan Sui mengangkat seorang kaisar baru
yang gagah perkasa seperti mendiang Kaisar Yang Chien , kita
bisa celaka . Tempat ini pasti akan di serbu oleh puluhan laksa
prajurit dan tempat paduka akan menjadi lautan api !” .
Pemimpin Turki itu mengangguk-angguk setelah berpikir
sejenak .
“ Hemmm , bicaramu masuk di akal . Memang kami masih
ragu untuk membunuh kaisar pengecut itu yang dalam
tahanan masih saja bersenang-senang dengan para selirnya
dan selalu merengek minta ampun . Akan tetapi apa
untungnya membebaskan kaisar seperti itu bagi kami ?” .
“ Untungnya banyak sekali , Yang Mulia . Selain kaisar
merasa berhutang budi sehingga tidak memusuhi paduka ,
juga paduka mendapat kesempatan untuk menyusun kekuatan
dan pada saatnya kelak kita bergerak ke selatan . Bahkan ada
baiknya paduka menghadiahkan beberapa orang selir terdiri
dari wanita-wanita yang cerdik untuk dijadikan penyelidik dan
mata-mata di sana “ .
“ Bagus , bagus ! kami setuju sekali !” .
“ Juga saya dapat membujuk Kaisar bahwa kalau paduka
membebaskannya , kaisar akan memberi hadiah yang pantas
untuk paduka “ .
“ Baik , laksanakanlah “ .
Li Si Bin lalu memasuki tempat tahanan dan dia berlutut di
depan kaisar . Kaisar memandang kepadanya dan bertanya .”
Engkau siapakah ? Engkau seperti seorang Han “ .
“ Yang Mulia , hamba adalah Li Si Bin , putera Gubernur Li
Goan “ .
Kaisar terkejut sekali dan heran . Eh , bagaimana engkau
dapat masuk ke sini ?” .
“ yang Mulia ,ketika mendengar bahwa paduka di tawan ,
hamba memberanikan diri menghadap pemimpin orang Turki
untuk membujuknya agar mereka membebaskan paduka “ .
“Hamba berhasil membujuknya dengan syarat bahwa kalau
paduka di bebaskan , pertama akan memberi hadiah yang
layak kepada mereka “ .
“ Tentu saja , itu hal mudah !” .
“ Dan kedua kalau paduka dibebaskan mereka mohon agar
paduka tidak memusuhi dan menyerang mereka lagi “ .
“ Tentu , hal itupun pasti kulakukan . kalau dibebaskan ,
aku akan segera pulang ke selatan dan menarik mundur
semua pasukan “ .
“ kalau begitu , hari ini juga paduka akan bebas “ .
“ Bagus sekali , jasamu akan besar sekali , Li Si Bin “ .
Pemimpin orang Turki lalu menghadap Kaisar dengan sikap
hormat dan menyerahkan tiga orang gadis Turki yang cantikcantik
sebagai persembahan . Tentu saja mereka ini di terima
dengan girang oleh Kaisar Yang Ti yang mata keranjang .
Pembebasan itu di atur dengan mudah . Sepasukan
pengawal ditugaskan mengantar rombongan Kaisar bersama Li
Si Bin untuk meninggalkan tempat itu . Mereka lalu menuju ke
Tai-goan .
Tentu saja munculnya kaisar ini di sambut oleh Gubernur Li
Goan dengan gembira sekali . akan tetapi pasukan kerajaan
sudah meninggalkan Shan-si , di suruh kemabli ke selatan oleh
Lui-ciangkun . Sedangkan Lui-ciangkun sendiri sudah
mendahului untuk memberi kabar kepada kota raja ditemani
dua orang perajurit yang bukan lain adalah Pak-tek-ong dan
See-thian-mo . Padahal , dia mendahului ke selatan ini adalah
untuk melaksanakan rencana mereka yang busuk , yaitu
mencoba untuk merampas tahta kerajaan ! .
Saking girangnya dibebaskan oleh Bangsa Turki , Kaisar
Yang Ti tidak tergesa-gesa pulang ke kota raja , melainkan
tinggal beberapa lamanya di tai-goan dan tetap bersenagsenang
, terutama dengan tiga orang selir barunya dari Turki .
*****
Cian Han Sin melakukan perjalanan meninggalkan kota raja
untuk melakukan pengejaran terhadap Lui-ciangkun . Akan
tetapi dalam perjalanan itu dia mendengar tentang
tertawannya Kaisar oleh musuh . Berita ini tidak terlalu
diperdulikan karena dalam hatinya , han Sin juga tidak begitu
suka kepada Kaisar Yang Ti . banyak berita di dengarnya
tentang kaisar itu , berita yang tidak baik saja . Bahkan dia
dan ibunya di usir keluar dari rumah mendiang ayahnya yang
sudah banyak jasanya dalam membantu Kaisar Yang Cien
membangun Dinasti Sui .
Mendengar di tariknya mundur pasukan Kerajaan dari utara
, Han Sin menghentikan usahanya melakukan pengejaran ke
utara karena dia tahu bahwa orang yang dia cari tentu
bersama pasukan itu kembali pula ke kota raja . Lebih baik dia
menanti di kota raja dan kelak menyelidiki kalau Lui-c iangkun
sudah kembali ke kota raja . Sementara itu , lebih baik dia
mencari Kim Lan untuk dipertemukan dengan ibu kandungnya
. Akan tetapi kemana dia harus mencari ?.
Pada suatu hari dia memasuki kota Tai-bun yang terletak di
tepi sungai Fen-ho . Kota itu cukup besar dan ramai karena
mempunyai hubungan langsung dengan Tai-goan melalui
sungai Fen-ho .
Setiap hari hilir mudik perahuperahu pedagang yang pergi
dan datang . Karena hari telah mulai gelap , han Sin
mengambil keputusan untuk bermalam di kota Tai-bun . Dia
memilih sebuah rumah penginapan yang juga sebuah rumah
makan yang cukup besar dan bersih . Pelayan menyambutnya
dan mempersilahkannya masuk dengan sikap ramah .
“ Kongsu hendak makan ? Silahkan , masih banyak meja
yang kosong di bagian dalam . Atau ingin makan di loteng ?”
“ Nanti dulu . Aku hendak menyewa sebuah kamar malam
ini , apakah masih ada yang kosong ?”
“ Ada , kong-cu . Silahkan ikut saya “ .
Pelayan itu membawanya ke sebuah kamar yang tidak
begitu besar namun cukup bersih . Setelah mandi dan
bertukar pakaian , han Sin lalu keluar dari kamarnya menuju
ke rumah makan yang berada di bagian depan rumah
penginapan itu . Ternyata rumah makan itu kini sudah penuh
tamu dan dia mendapatkan meja yang berada di sudut . Sama
sekali dia tidak tahu bahwa tiga pasang mata mengamatinya
dari atas loteng . Tiga orang itu duduk menghadapi meja dan
sedang makan ketika Han Sin muncul .
Mereka itu bukan lain adalah Lui Couw atau Lui-ciangkun ,
murid keponakannya , Bong Sek Toan dan seorang Tosu tua
yang bukan lain adalah Ngo-heng Thian-cu ! .
“ Itu dia , Cian Han Sin !” bisik Bong Sek Toan ketika
melihat Han Sin .
“ Wah , pinto pernah bertemu dengan dia dan bertanding .
Dia lihai bukan main , meiliki ilmu pukulan sakti yang amat
kuat !” kata Ngo-heng Thian-cu .
Lui Couw memandang tajam . “ Tidak salah lagi , tentu dia
putera mendiang Cian Kauw Cu dan agaknya dia memiliki Butek
Cin-keng ! Dia dapat merupakan orang yang amat
berbahaya bagi kita . Mari kita pergi , jangan sampai dia
melihat kita “ .
Mereka bertiga meninggalkan loteng dan pergi dari rumah
makan itu tanpa diketahui Han Sin . Dalam perjalanan Ngo
heng Thian-cu mencela . “ Lui-ciangkun , kenapa kita
melarikan diri ? Pinto tidak takut kepadanya , apalagi kalau
kita maju bertiga , mustahil dia dapat menandingi kita “ .
“ Hemm , kita harus berhati-hati . Aku hendak
mengerahkan pasukan untuk mencegatnya besok . Pula , kita
masih menanti munculnya puteraku dan Ma Goat . Bukankah
janjinya hari ini mereka akan datang ke kota ini ?” .
Mereka bertiga menuju ke sebuah rumah besar dan setelah
tiba di situ , ternyata Ma Goat telah berada di situ .
Begitu bertemu dengan Lui Couw , Ma Goat menghampiri
lalu berkata dengan muka pucat . “ Lui-ciangkun , celaka
sekali ! Telah terjadi malapetaka hebat atas diri puteramu !” .
Lui Couw terkejut bukan main dan memegang pundak gadis
itu dengan kedua tangannya kuat-kuat . kalau Ma Goat bukan
seorang gadis lihai , tentu kedua pundaknya sudah terluka
atau setidaknya akan hancur tulang pundaknya . Dia
mengguncang dan berseru . “ Apa ? Apa yang terjadi dengan
puteraku Sun Ek ? Dimana dia ?” .
“ Dia …. Dia telah tewas terbunuh ……!” kata Ma Goat .
Panglima itu melepaskan pegangan nya lalu melangkah
mundur seperti terhuyung , matanya terbelalak . “ Apa yang
terjadi ? Siapa pembunuh anakku ? Katakan , siapa ?”
“ Yang membunuhnya adalah Cian Han Sin dan Cu Sian !
Mula-mula kami berdua telah berhasil menawan Cu Sian .
Akan tetapi kemudian muncul Han Sin dan seorang gadis
berpakaian putih yang tidak saja menolong Cu Sian , akan
tetapi juga membunuh Lui-kongcu
Bahkan gadis bernama Cu Sian itu menggunakan kipas milik
Lui-kongcu untuk menghancurkan tubuh Lui-kongcu “ .
“ Aahhhh ….. ! “ Lui Couw terhuyung dan kalau dia tidak
cepat menjatuhkan diri di atas kursi , tentu dia sudah jatuh
tersungkur . Mukanya pucat sekali dan wajahnya diliputi
kedukaan yang mendalam . Kemudian dia melompat bangun
…..
“ Jahanam Cian Han Sin ! Aku akan membunuhmu , aku
akan menghancur leburkan tubuhmu ! kita tidak boleh gagal !
Aku akan mengerahkan pasukan !” .
Dengan hati terasa sakit sekali , malam itu juga Lui Couw
menghubungi pembesar setempat dan berhasil mengumpulkan
pasukan sebanyak limapuluh orang penjaga keamanan kota .
Dia tidak segera melakukan penagkapan atau penyerbuan
malam itu juga karena dia tidak ingin gagal . Kalau malam itu
di sergap , mungkin Han Sin yang berkepandaian tinggi itu
akan mampu meloloskan diri . Dia lalu menaruh penjaga di
sekeliling rumah penginapan untuk melakukan pengintaian .
Demikian rapat penjagaan itu sehingga tidak mungkin pemuda
itu meninggalkan rumah penginapan tanpa diketahui .
Han Sin sama sekali tidak menyangka buruk . Malam itu dia
tidur nyenyak , bahkan bermimpi bertemu dengan Kim Lan ,
mempertemukan gadis itu dengan ibu kandungnya dan saking
girang dan berterima kasih nya , Kim Lan dalam mimpi itu
merangkul dan menghadiahinya sebuah ciuman ! Tentu saja
semua ini timbul dari keinginan dan harapannya sendiri .
Pada keesokan harinya , pagi-pagi Han Sin sudah mandi
dan dengan tubuh terasa segar dan pikiran juga penuh
dengan harapan yang indah , dia me lanjutkan perjalanannya ,
tanpa tujuan tertentu karena dia ingin mencari jejak Kim Lan .
Dia berkeliling ke dalam kota itu untuk melihat kalau-kalau
gadis itu berada di dalam kota . Setelah tidak berhasil , dia
melanjutkan perjalanan keluar dari pintu gerbang sebelah
timur karena dia bermaksud untuk pergi ke kota An-yang . Di
depan nampak deretan pegunungan Tai-hang-san dan baru
beberapa li meninggalkan kota Tai-bun , dia sudah melalui
jalan mendaki yang sunyi . Pagi itu amat cerah dan di pohonpohon
banyak burung berkicau . Biarpun musim semi sudah
lewat namun masih banyak bunga menghias alam di antara
daun-daun hijau .
Han Sin sama sekali tidak mengira bahwa sejak dia
meninggalkan rumah penginapan , banyak orang telah
membayanginya . Ketika dia tiba di tempat yang sunyi , tibatiba
dari empat penjuru bermunculan banyak orang . Tadinya
dia sama sekali tidak menduga bahwa kemunculan mereka itu
ada hubungannya dengan dirinya . Tahu-tahu mereka itu telah
mengepungnya ! Lebih dari limahpuluh orang dan mereka
berpakaian seragam prajurit penjaga keamanan kota ! .
“ Heiii , ada apakah ini ?” teriaknya heran melihat puluhan
orang itu mengepungnya dengan golok siap di tangan dan
dengan sikap mengancam . kalau mereka itu sebangsa
perampok tentu dia tidakakan merasa heran . Akan tetapi
mereka adalah pasukan keamanan .
Kemudian muncul empat orang dan melihat tiga di antara
mereka , mengertilah Han Sin bahwa dia berhadapan dengan
musuh yang amat berbahaya . Dia tentu saja mengenal Bong
Sek Toan , Ngo-heng Thian-cu dan Ma Goat ! Dan yang
seorang lagi tidak dikenalnya , seorang berpakaian panglima
yang nampak bengis sekali ketika memandang kepadanya .
Tentu saja Han Sin maklum bahwa dia terancam karena
tiga orang itu pernah bermusuhan dengan dia . Akan tetapi
anehnya , bukan tiga orang itu yang kelihatan marah sekali ,
melainkan si panglima yang kelihatan gagah perkasa itu .
Kalau tiga orang itu hanya memandang kepadanya dengan
sinar mata penuh kebencian , kecuali Ma Goat yang masih
memandang kepadanya dengan sinar mata penuh gairah di
samping kemarahan si panglima itu mengacungkan
telunjuknya menuding ke arah muka Han Sin dan
membentaknya .
“ Kamu yang bernama Cian Han Sin ?”
Karena memang merasa tidak mengenal panglima itu , Han
Sin menjawab dengan heran . “ Rasanya aku belum pernah
mengenalmu , ciang-kun . mengapa tiba-tiba saja engkau
mengepung dan marah-marah kepadaku ?” .
Ma Goat tertawa , “ Heh he , Cian Han Sin ! Engkau telah
membunuh kong-cu Lui Sun Ek dan Lui-ciangkun ini adalah
ayahnya . Tentu saja dia kini menghendaki kematianmu !
Bersiaplah engkau untuk mati , Han Sin !” .
“ aku akan mencincang tubuhmu sampai hancur !” bentak
Lui Couw penuh geram .
Diam-diam Han Sin terkejut sekali dan juga girang . Di cari
kemana-mana tidak tahunya kini berdiri di depannya . Akan
tetapi dia menahan diri dan mencoba untuk membela diri . “
Bukan aku yang membunuh Lui Sun Ek temanmu itu , akan
tetapi Cu Sian “ .
“ Kalau bukan engkau yang datang menolong , bagaimana
mungkin Cu Sian dapat membunuhnya ? Engkau yang
memberi kesempatan Cu Sian untuk membunuhnya !” kata Ma
Goat .
Akan tetapi Han Sin tidak peduli lagi kepada gadis itu . Dia
memandang Lui Couw penuh perhatian dan diam-diam merasa
heran bagaimana ibunya dapat mempunyai seorang sute
seperti panglima ini ?
“ Jadi engkaukah yang bernama Panglima Lui Couw itu ?
Sudah lama aku memang mencarimu ! Engkaulah yang dahulu
membunuh ayahku dengan curang dan merampas Hek-liongkiam
, kemudian engkau pula yang membunuh ibuku , sucimu
sendiri !” .
Mendengar ucapan yang tegas itu , Lui Couw terkejut dan
wajahnya agak berubah pucat . Akan tetapi karena rahasia
sudah dibuka , dan pemuda ini sudah berada di ambang maut
, diapun tertawa bergelak untuk menutupi keguncangan
hatinya .
“ Ha-ha-ha-ha-ha ! Dan sekarang aku akan mengirim
engkau menyusul ayah dan ibumu , keparat !” . Setelah
berkata demikian , panglima itu menggerakkan tangannya ,
mencabut pedang , bukan pedang panglima yang tergantung
di pinggang , melainkan pedang yang tersembunyi si balik
bajunya .
“ Singggg …. !” Nampak sinar hitam berkilauan menyilaukan
mata . Itulah Hek-liong-kiam dan Han Sin mengetahui ini .
Timbul perasaan haru di hatinya . Inilah pedang peninggalan
ayahnya ! Akan tetapi dia bersikap tenang dan tertawa .
“ Ha-ha , seorang panglima besar memegang pedang curian
menghadapi seorang muda dan masih menggunakan
pengeroyokan puluhan orang lagi . Engkau sungguh seorang
yang gagah , Lui Couw !” .
“ Lui-ciangkun , biarkan pinto menghajar bocah lancang
mulut ini !” tiba-tiba Ngo-heng Thian-cu berseru dan tosu ini
sudah mengebutkan hud-tim ( kebutan ) di tangan kiri dan
menggerakkan tongkat putih di tangan kanan .
Han Sin menoleh kepadanya dan tertawa . “ bagus ! Engkau
tentulah Ngo-heng Thian-cu yang telah membunuh guruku Ho
Beng Hwesio . Akupun akan membalaskan kematian Ho Beng
Hwesio guruku !” .
“ Ho Beng Hwesio perutmu ! Dia adalah Hek-liong-ong Poa
Yok Su , seorang datuk sesat yang amat jahat dan engkau
sebagai muridnya tentu jahat pula . Terimalah ini !” Tongkat
putih itu berkelebat menjadi sinar putih ketika dia menyerang
kearah leher Han Sin , di susul sambaran kebutan yang
menjadi kaku dan menotok kea rah pusar ! .
Serangan itu hebat sekali , akan tetapi dengan lincahnya
Han Sin mengelak sambil melompat ke belakang . Ketika di
belakangnya empat orang prajurit menggerakkan golok , han
Sin memutar tubuh , kedua tangannya bergerak dan empat
orang prajurit itu roboh mengaduh-aduh ! Tongkat dan
kebutan sudah menyambar lagi dan Han Sin menangkis
tongkat , bahkan berusaha menangkap ujung kebutan , lalu
balas menyerang dengan tangan kosong . Tamparan
tangannya mengandung kekuatan yang amat hebat dan kedua
lengannya bergerak bagaikan gelombang samudera . Dia
memainkan ilmu silat Lo-hai-kun yang dia pelajari dari ibunya .
Tentu saja dalam memainkan ilmi ini . Han Sin sekarang jauh
lebih lihai dari mendiang ibunya karena dia memiliki tenaga
sin-kang yang amat kuat . Sampai tigapuluh jurus bertanding ,
belum juga Ngo-heng Thian-cu yang memegang dua macam
senjata itu dapat mendesak Han Sin . Dia merasa penasaran
sekali , mengeluarkan bentakan nyaring dan dua senjata itu
bergerak semakin cepat .
Akan tetapi , Han Sin juga sudah tidak sabar lagi . Dia
mengerahkan Bu-tek Cin-keng dan tiba-tiba dia merendahkan
tubuh sambil mendorongkan kedua tangan ke depan sambil
membentak dengan suara melengking .
“ Hyyaatttttt ………. !”
Hawa pukulan yang dahsyat sekali menyambar dan tubuh
Ngo-heng Thian-cu terlempar ke belakang . namun tosu ini
memang memiliki kekebalan . Biarpun dia terbanting keras ,
dia tidak mengalami luka dalam terlalu parah , hanya kepala
nya berpusing rasanya dan sampai beberapa detik dia tidak
mampu bangkit kembali . Akan tetapi sepasang senjata itu
masih tergenggam di tangannya . Orang yang dapat menahan
pukulan tidak langsung dari Bu-tek Cin-keng jarang ada dan
tosu ini adalah seorang diantaranya , tanda bahwa dia
memang seorang yang amat tangguh . Tidak terlalu
mengherankan kalau Hek-liong-ong sampai tewas di
tangannya .
Melihat kawannya roboh , Lui Couw marah sekali dan
sambil membentak nyaring dia sudah menyerang dengan Hekliong-
kiam . Pedang itu merupakan pedang pusaka yang
ampuh . Baru angina pukulannya saja terasa membawa
ketajaman yang dingin sekali . Han Sin maklum akan
kehebatan pedang dan pemegangnya , maka diapun
mengandalkan keringanan tubuhnya , berkelebatan mengelak
ke sana sini . Untung baginya bahwa ilmu pedang andalan
lawan itu adalah Lo-hai-kun ( Ilmu Pedang Pengacau Lautan )
, ilmu yang pernah dipelajari dari ibunya maka dia sudah
mengenal gerakan dasarnya sehingga lebih mudah baginya
untuk menghindarkan diri .
Diapun menggunakan Bu-tek Cin-keng untuk melawannya
dan sambaran tangannya mengeluarkan hawa yang mampu
menangkis dan menolak pedang .
Dibandingkan dengan tingkat kepandaian Ngo-heng Thiancu
, ilmu kepandaian Lui Couw masih kalah setingkat . Akan
tetapi karena ia memegang Hek-liong-kiam , maka dia lebih
berbahaya dan Han Sin tahu benar akan hal ini .
Untung bahwa ketika berada di kuil Siauw-lim-pai dan di
gembleng oleh Hek-liong-ong , dia dengan tekun berlatih ginkang
sehingga kini dia dapat bergerak ringan dengan cepatnya
seperti seekor burung wallet saja . Tubuhnya berkelebatan di
antara gulungan sinar pedang berwarna hitam itu .
Akan tetapi begitu melihat pemimpin mereka bertanding ,
para prajurit itu tidak mau tinggal diam lagi . Lebih dari lima
puluh orang mengepung dan mengeroyoknya . Bukan itu saja
, juga Ngo-heng Thian-cu yang sudah bangkit kembali kini
maju . Ma Goat pun tidak tinggal diam . Gadis ini merasa sakit
hati kepada Han Sin yang bukan saja menolak cintanya ,
bahkan telah merobohkannya dan membantu Cu Sian
sehingga Lui Sun Ek tewas di tangan Cu Sian . Dengan suling
mautnya Ma Goat ikut pula menyerang dan serangan gadis ini
sama sekali tidak boleh dipandang ringan . Dalam hal kelihaian
, gadis ini tidak kalah dibandingkan dengan Lui Couw
sekalipun . Suling mautnya di tangan kanan diselingi pukulan
Tian Ciang ( Tangan Halilintar ) di tangan kiri mengirim
serangan-serangan maut .
Dikeroyok tiga orang sakti itu di tambah lagi kurang lebih
enampuluh orang prajurit yang mengepungnya , Han Sin
menjadi kewalahan juga . Dia tidak dapat melarikan diri
karena untuk lolos dari kepungan itu saja amatlah sukarnya .
Pedang Naga Hitam mengurungnya dari segala jurusan , di
tambah kebutan dan tongkat putih di tangan Ngo-heng Thiancu
dan suling maut di tangan Ma Goat , sudah cukup
merepotkannya . Biarpun dia dapat melindungi dirinya dengan
hawa sakti dari Bu-tek Cin-keng , namun dia tidak diberi
kesempatan untuk membalas serangan lawan yang bagaikan
hujan lebat datangnya .
Keadaan Han Sin gawat , kalau di teruskan seperti itu ,
akhirnya dia dapat saja roboh terkena satu di antara banyak
senjata ampuh itu . Akan tetapi dia bertekad untuk melawan
sampai titik terakhir dan beberapa kali dengan dorongan
kedua tangannya yang mengandung Bu-tek Cin-keng
sepenuhnya dia dapat memaksa tiga orang lawannya mundur
dan sebagian prajurit tersungkur . Akan tetapi tetap saja dia
tidak dapat lolos dari lingkaran yang berlapis – lapis itu .
Tiba-tiba terjadi perubahan . Han Sin merasakan betapa
pengeroyokan para prajurit itu mengendur , bahkan kacau
sehingga dia hanya menghadapi pengeroyokan Lui Couw , Ma
Goat dan Ngo-heng Thian-cu bertiga saja . Apakah yang
terjadi ? Han Sin segera tahu bahwa ada orang-orang yang
datang membantunya , menyerang para prajurit itu dari luar
kepungan .
“ Ha-ha-ha , tiga orang di bantu puluhan prajurit
mengeroyok seorang pemuda ! Sungguh tidak tahu malu !”
terdengar suara seorang kakek yang bertubuh sedang dan
dengan sebatang tongkat di tangan dia merobohkan banyak
prajurit dengan amat mudahnya .
“ Orang-orang yang tak tahu malu ini patut di hajar !” teriak
seorang wanita setengah tua dan iapun menggerakkan
sebatang pecut yang meledak-ledak dan merobohkan banyak
prajurit .
“ Heeiii , dia itu Han Sin !” teriak seorang gadis yang
memegang sebatang tongkat pula .
Han Sin melayani tiga orang pengeroyoknya lalu melompat
jauh ke belakang . Hal ini dapat dia lakukan karena semua
prajurit kini sibuk menghadapi tiga orang pendatang itu . Dia
melihat dan terheran-heran . Bukankah kakek itu Kui Mo yang
gila itu bersama isterinya dan anaknya Kui Ji ? Akan tetapi
mereka kini tidak lagi berpakaian kembang-kembang yang
aneh . Kalau dulu Kui Mo berpakaian kembang-kembang
tambal-tambalan , rambutnya riap-riapan suka tertawa dan
menangis , kini dia berpakaian rapi , bahkan setengah mewah
dan rambutnya pun di ikat ke atas dengan rapi , di ikat
dengan sutera biru . Dan isterinya , yang usianya lima puluh
tahun kurang itu , rambutnya juga tersisir dan tergelung rapi ,
tidak riap-riapan seperti dulu . Pakaiannya juga rapi , tidak
berkembang-kembang . Kemudian gadis itu , Kui Ji nampak
cantik sekali dengan pakaiannya yang serba hijau dan
rambutnya di gelung ke atas seperti gelung rambut seorang
puteri bangsawan .
Senjatanya tongkat berwarna hitam dan gadis itu dengan
gerakan yang indah menotok sana sini merobohkan para
prajurit lalu memandang kepada Han Sin dengan sinar mata
bercahaya dan mulut tersenyum manis ! .
Keluarga gila ! Han Sin merasa girang sekali . Keluarga itu
jelas tidak gila lagi , dapat dilihat dari dandanan mereka dan
juga sikap mereka . Mereka merobohkan para prajurit tanpa
membunuh dan sebentar saja para prajurit itu kocar kacir . Kui
Mo kini menerjang kea rah Ngo-heng Thian-cu sambil berseru
, “ Bukankah ini Ngo-heng Thian-cu yang tersohor itu ?
Ha-ha-ha , kiranya yang bernama Ngo-heng Thian-cu hanya
seorang manusia curang dan licik mengeroyok seorang muda
mengandalkan banyak teman ! “ .
Tongkat kakek itu menyambar ke depan .
“ Trakkk !” Ngo-heng Thian-cu menangkis dengan tongkat
putihnya dan sejenak mereka berdiri saling pandang .
“ Hemm , pinto tidak mengenalmu . Siapakah engkau dan
mengapa engkau mencampuri urusan kami ?” .
“ Mau tahu namaku ? Ouwyang Mo namaku dan mengapa
aku mencampuri urusan kalian ? Karena melihat ketidak-adilan
! Aku mengenal pemuda ini sebagai seorang yang gagah
perkasa dan melihat dia di keroyok segerombolan srigala ,
bagaimana aku tidak akan mencampurinya ?” .
“ Bagus kalau begitu , aku akan membunuhmu lebih dulu ,
Ouwyang Mo !” teriak Ngo-heng Thian-cu yang menjadi malu
dan marah sekali . Dua orang itu segera bertanding dengan
serunya karena ilmu kepandaian mereka memang seimbang .
Kui Ji tidak mau kalah dengan ayahnya . Melihat betapa di
antara para pengeroyok itu terdapat suling , iapun meloncat
ke depan Ma Goat dan menudingkan tongkatnya .
“ Dan engkau inipun gadis tak tahu malu , main keroyokan
!” .
Akan tetapi sebelum ia menyerang Ma Goat , ibunya yang
tadi sudah melihat betapa gerakan Ma Goat lihai sekali dan ia
khawatir kalau puterinya akan celaka , segera melompat maju
dan berkata kepada puterinya , “ Kui Ji , kau hajar gerombolan
anjing itu dan biar gadis tak tahu malu ini ibu yang
menghajarnya !” Setelah berkata demikian , tanpa menanti
jawaban puterinya , Nyonya Ouwyang Mo yang bernama Liu Si
itu sudah menggerakkan cambuknya dan menerjang ke arah
Ma Goat .
“ Tar-tar-tar …. ! “ Cambuk itu meledak-ledak dan melecut
kea rah kepala dan muka Ma Goat , Maklum bahwa ia
menghadapi lawan berat , Ma Goat lalu memutar sulingnya
dan terjadilah perkelahian seru antara kedua orang wanita itu
. Kui Ji sendiri yang telah di dahului ibunya , tentu saja tidak
mau mengeroyok dan iapun mengamuk di antara para prajurit
yang sudah mulai kacau dan kocar kacir itu .
Sementara itu , pertandingan antara Han Sin yang kini
berhadapan satu lawan satu dengan Lui Couw terjadi amat
hebatnya karena keduanya berusaha mati-matian untuk
merobohkan lawan . Kini Han Sin yakin bahwa selain Lui Couw
membunuh ayah dan ibunya dan mencuri Hek-liong-ong , juga
orang jahat ini merencanakan terhadap Kaisar seperti yang
diceritakan oleh Thian Ho Hwesio kepadanya . Buktinya kini
Ma Goat berada bersamanya , berarti bahwa See-thian-mo
dan Pak-te-ong tentu diperalat panglima ini karena Ma Goat
adalah puteri Pak-te-ong ! Orang ini jahat sekali harus
dibinasakan agar tidak membahayakan manusia di dunia !
Karena itulah menghadapi Hek-liong-ong yang ampuh itu ,
Han Sin mengerahkan seluruh tenaganya dan mainkan ilmu
silat Bu-tek Cin-keng , ilmu peninggalan ayahnya ! Beberapa
kali tubuh Lui Couw terpental oleh pukulan jarak jauhnya dan
tenaga Lui Couw makin lama semakin lemah . Ketika melihat
lawannya terhuyung , Han Sin cepat mengirim tendangan kea
rah tangan kanan yang memegang pedang dan dia berhasil
menendang tangan itu sehingga Hek-liong-kiam terpental jauh
! Khawatir kalau pedang pusaka itu hilang , Han Sin tidak
memperdulikan lawannya dan dia melompat dan berhasil
menyambar pedang itu . Hek-liong-kiam milik ayahnya telah
kembali ke tangannya ! Bukan main girang dan leganya hati
Han Sin , akan tetapi ketika dia mencari musuhnya , ternyata
Lui Couw telah menghilang ! Kiranya panglima itu telah
kehilangan pedang dan melihat kawan-kawannya juga
terdesak , menggunakan kesempatan selagi Han Sin mengejar
pedang , dia dapat melarikan diri memasuki hutan lebat ! .
Han Sin tidak tahu harus mengejar kemana . Dia melihat
Kui Ji dikeroyok puluhan prajurit maka setelah menyimpan
pedang Hek-liong-kiam , di selipkan di ikat pinggangnya ,
diapun membantu gadis itu mengamuk , menampar dan
memandangi para prajurit yang akhirnya melarikan diri
ketakutan .
Ketika Han Sin menoleh , dia melihat Ng-heng Thian-cu
sudah roboh terkapar dengan kepala pecah terpukul tongkat di
tangan Ouwyang Mo , sedangkan Ma Goat juga tewas oleh
lecutan cambuk di tangan Liu Si yang menotok pelipisnya .
Han Sin menghela napas , diam-diam merasa kasihan kepada
Ma Goat .
Semua lawan telah pergi , meninggalkan mayat Ngo-heng
Thian-cu dan Ma Goat . Han Sin berhadapan dengan tiga
orang itu dan diapun cepat mengangkat kedua tangan depan
dada untuk memberi hormat dan berkata , “ Terima kasih atas
pertolongan lo-cian-pwe bertiga . Kalau tidak ada samwi (
kalian bertiga ) , tentu saya mengalami bahaya maut .
“ Ha-ha-ha , engkau pandai sekali merendahkan diri , Han
Sin . Kami melihat bahwa ilmu kepandaianmu memang hebat
sekali !” .
“ Orang-orang jahat ini memang sudah sepantasnya di
hokum , bukan hanya karena membantumu saja kami
menentang mereka !” kata Liu Si .
“ Telah lama sekali kami mencarimu kemana-mana , Han
Sin . Kemana saja engkau pergi ?” Tanya Kui Ji dengan manis
.
Han Sin memandang kea rah kedua mayat itu , terutama
mayat Ma Goat . Kalau saja dia yang menghadapi Ma Goat ,
dia tentu tidak akan sampai hati membunuhnya .
“ Cian Han Sin , mengapa Ngo-heng Thian-cu memusuhi ?”
Pertanyaan Kui Mo yang ternyata kini bernama Ouwyang
Mo itu membuat Han Sin tersadar dari lamunannyaa . “ Dia
telah membunuh guru saya “ .
“ Siapa gurumu ?”
“ Guru saya Hek-liong-ong Poa Yok Su “
“ Ah , datuk besar dari Pulau Naga itu ?” Ouwyang Mo
memandang heran dan kaget .
“ Dan mengapa gadis ini juga memusuhi mu , Han Sin ?”
Tanya Kui Ji .
“ Ia bernama Ma Goat , puteri Pak-te-ong . Sudahlah , kita
bicara nanti saja . Harap Lo-cian-pwe maafkan saya , saya
harus mengubur dulu dua jenazah ini “ , kata Cian Han Sin .
“ Han Sin , gadis ini memusuhimu , mengeroyokmu dan
nyaris membunuhmu , kenapa engkau hendak mengurus
jenazahnya ?” .
“ Nona , ia pernah menyelamatkan nyawaku “ , jawab Han
Sin yang segera mulai menggali lubang-lubang untuk
mengubur dua jenazah itu .
“ Hemm , dan tosu itu pembunuh gurumu . Kenapa ia juga
kau urus penguburannya ?” Kui Ji mengejar dengan
penasaran .
“ Nona , yang berbuat salah adalah orangnya ketika masih
hidup . Kalau sudah mati , semua manusia sama saja dan kita
harus menghormati orang yang sudah mati “ , jawab Han Sin
tanpa berhenti menggali lubang .
“ Ha-ha , Kui Ji . Engkau harus banyak belajar adapt dari
Cian Han Sin . Dia benar sekali !” kata Ouwyang Mo yang
segera turun tangan membantu pemuda itu menggali lubang
!.
Setelah dua jenazah itu dikubur sepantasnya , barulah
mereka melanjutkan percakapan .
“ han Sin apa yang dikatakan Kui Ji tadi benar . Kami telah
lama mencarimu dan kebetulan sekali sekarang kita dapat
saling bertemu di tempat ini “ , kata Ouwang Mo .
“ Akan tetapi , saya tidak mempunyai urusan apa-apa lagi
dengan lo-cian-pwe bertiga . Ada urusan apakah lo-cian-pwe
mencari saya ?” .
“ Cian Han Sin , kami masih ingin menyambung hubungan
antara kita yang dahulu putus . terus terang saja . Kami
bertiga sepakat untuk menjodohkan puteri kami Kui Ji
denganmu . Maafkan perbuatan kami dulu yang kami lakukan
di luar kesadaran kami . Akan tetapi , kami bersungguhsungguh
untuk melanjutkan ikatan tali perjodohan itu “ .
Han Sin menoleh dan memandang Kui Ji dan sama sekali
tidak seperti dulu . Kini Kui Ji menundukkan mukanya yang
menjadi kemerahan seperti layaknya gadis biasa . Juga Liu Si
memandang kepadanya dengan senyum penuh harapan .
Han Sin bangkit dan mengangkat tangan memberi hormat
kepada Ouwyang Mo . “ Banyak terima kasih saya haturkan
kepada Lo-cian-pwe yang telah memberi kehormatan besar itu
bagi saya . Akan tetapi , saya mohon maaf sebesarnya karena
terpaksa saya tidak dapat memenuhi keingin hati samwi “ .
“ Eh , Han Sin mengapa engkau menolak ? Apakah engkau
tidak suka karena kami bertiga pernah menjadi tidak waras
karena keracunan ? Ataukah , apakah anakku Kui Ji kurang
cantik bagimu ?” , Liu Si bertanya penasaran .
“ Maaf , bibi . Sama sekali tidak . Biarlah saya berterus
terang saja . Saya telah mencinta gadis lain dan hanya dengan
gadis itulah saya mau menikah .
Saya telah mencinta gadis itu jauh sebelum saya bertemu
dengan nona Kui Ji “ .
---ooo0dw0ooo---
Jilid 17
Terdengar Kui Ji menghela napas panjang . “ Ayah , ibu
tidak baik memaksanya . Aku dapat memaklum keadaan
hatinya “ .
Han Sin merasa kagum sekali dan dia memberi hormat
kepada Kui Ji . “ Nona , sungguh hatimu bijaksana dan mulia .
Harap sudi memaafkan aku kalau aku mengecewakan dan
terima kasih atas pengertianmu “ .
Ayah dan ibu gadis itu saling pandang dan merekapun
menghela napas panjang , nampak kecewa sekali . Han Sin
sudah bersiap-siap , kalau-kalau keluarga itu akan
memaksanya dengan kekerasan seperti dahulu lagi . Akan
tetapi ternyata tidak , bahkan kakek itu berkata , “ Kalau
begitu kamipun tidak dapat berbuat apa-apa . Hanya kami
minta agar kita dapat terus menjadi sahabat . Han Sin , aku
tadi melihat panglima yang memegang pedang hitam itu
siapakah dia ?” .
“ Dia itu Panglima Lui Couw yang telah membunuh ayah
dan ibuku “ .
“ Ah , saying dia dapat lolos . Dan pedang hitam yang kau
rampas itu , bukan kah itu Hek-liong-kiam ?” .
“ Benar , pedang milik mendiang ayahku yang dia curi
setelah dengan curang dia membunuh ayah dari belakang “ .
“ Ah , jadi Hek-liong-kiam itu milik ayahmu ? dan engkau
she Cian ? Ya , Tuhan , kalau begitu engkau ini putera
Panglima Cian Kauw Cu yang terkenal itu ?” .
Han Sin terkejut . “ Bagaimana lo-c ian-pwe bisa tahu ?”
“ Jangan sebut aku lo-cian-pwe , cukup sebut paman saja .
Siapa yang tidak mengenal nama besar Panglima Cian Kauw
Cu yang telah berjasa besar mendirikan Kerajaan Sui ?
Ketahuilah , aku adalah putera dari Mendiang Ouwyang Koksu
dari Kerajaan Sun yang juga telah ditundukkan oleh pasukan
yang dipimpin ayahmu dan mendiang Kaisar Yang Chien “ .
“ Ah , kalau begitu saya telah bersikap kurang hormat
kepada paman , harap maafkan “ .
“ Han Sin , aku suka sekali kepadamu karena engkau
sungguh seorang pemuda yang tahu sopan santun dan
bersusila . Sayang engkau tidak berjodoh dengan puteriku .
Akan tetapi masih ada satu hal yang kami harapkan untuk
mendapatkan keterangan darimu “ .
“ Apakah itu paman ? Tentu akan saya bantu kalau saya
mampu “ .
“ Begini Han Sin . Kami bertiga dapat sembuh karena
pertolongan seorang gadis berpakaian putih yang menurut
keterangan yang kami dapat dari Pek Mau To-kow ketua Hwali-
pang di Hwa-san bernama Kim Lan . Nah , apakah engkau
mengetahui dimana adanya gadis itu ? Kami ingin sekali
bertemu dengannya dan menghaturkan terima kasih kami “ .
Han Sin tersenyum . Tentu saja saya mengenalnya , paman
. Akan tetapi namanya yang asli adalah Ang Swi Lan , alias
Kim Lan alias Lan Lan . Ia adalah murid Thian Ho Hwesio yang
berjuluk Siauw Bin Yok-sian , maka pandai dalam ilmu
pengobatan . Memang ia yang telah menyembuhkan paman
bertiga dan saya menjadi saksinya . Akan tetapi saya tidak
tahu entah dimana adanya ia saat ini . Terus terang saja ,
saya sendiri juga sedang mencarinya .
“ Ah , penolong kami itu gadis yang kau cinta , han Sin ?”
tiba-tiba Kui Ji berseru kaget akan tetapi juga girang .
Han Sin terkejut sekali . Tak dapat dia menyangkal , maka
dia bertanya , “ Adik Kui Ji bagaimana … engkau bisa tahu
…..?” .
Kui Ji tersenyum . Lenyap sudah garis-garis kekecewaan
yang tadi menghias wajah yang manis . “ Mudah saja , Han
Sin-ko , ketika engkau menyebutkan nama Ang Swi Lan ,
sepasang matamu bersinar-sinar dan pipimu menjadi
kemerahan wajahmu berseri-seri “ .
“ Ha-ha-ha , alangkah tajamnya pandang matamu , Kui Ji !”
Ouwyang Mo tertawa . Han Sin jadi engkau sekarang tidak
dapat mengira-ngirakan dimana adanya nona Ang Swi Lan ?” .
“ Tidak , paman . Akan tetapi aku yakin akan dapat
menemukannya !” .
“ Nah , kalau begitu , andaikata engkau yang lebih dulu
berjumpa dengannya tolong sampaijan perasaan terima kasih
kami yang mendalam kepadanya “ .
“ Baik , paman , akan saya sampaikan “ .
Karena ingin segera melanjutkan perjalanannya , terutama
mencari Kim land an melakukan pengejaran terhadap musuh
besarnya , yaitu Lui Couw yang lolos dari tangannya , Han Sin
lalu berpamit kepada keluarga yang telah menyelamatkannya
itu . Perpisahan berjalan dengan hati ringan karena ternyata
Kui Ji dapat mengatasi kekecewaannya dan kedua orang
tuanya juga menghadapi penolakan itu dengan sikap yang
bijaksana .
“ Semoga engkau kelak berbahagia dengan Ang Swi Lan ,
Sin-ko “ kata Kui Ji yang kini menyebut Han Sin dengan
sebutan koko dan sikapnya juga tidak malu-malu seperti
terhadap kakaknya sendiri .
Han Sin merasa terharu sekali . Gadis ini boleh jadi pernah
gila karena keracunan , akan tetapi sesungguhnya memiliki
watak yang bijaksana , seperti ayahnya .
“ Terima kasih , Ji-moi . Dan semoga engkau segera dapat
bertemu dengan jodohmu yang cocok “ .
Mereka berpisah dan mengambil jalan masing-masing .
******
Han Sin melanjutkan perjalanan menuju ke kota raja !
Pedang Hek-liong-kiam telah berhasil dia rampas kembali dan
menurut cerita Panglima Coa Hong Bu , Kaisar Yang Ti
menghendaki pedang Hek-liong-kiam dan Kitab Bu-tek Cinkeng
. Dia sudah berjanji apabila berhasil merampas Hekliong-
kiam , akan dikembalikan kepada Kaisar dan kalau Kaisar
ingin belajar Bu-tek Cin-keng , dia akan mengajarkannya
karena kitabnya sudah dia baker . Kini dia harus
menghaturkan pedang itu kepada Kaisar susuai dengan
janjinya kepada Panglima Coa Hong Bu yang tentu melapor
kepada Kaisar tentang hal itu .
Setelah tiba di kota raja , hari sudah sore dan Han Sin
segera mencari kamar di rumah penginapan . Dia tidak tahu
bahwa sejak dia memasuki pintu gapura kerajaan , dirinya
sudah di incar dan dibayangi beberapa orang mata-mata yang
menjadi anak buah Lui Couw atau Lui-ciangkun , segala gerakgeriknya
diamati orang .
Begitu melihat pemuda itu memasuki kota raja , Lui Couw
segera menghadap Kaisar dan memberi laporan , “ Yang Mulia
, pemuda putera mendiang Panglima Cian Kauw Cu yang
memberontak itu kini nampak berada di kota raja “ .
Kaisar mengerutkan alisnya . “ Putera mendiang Panglima
Cian Kauw Cu memberontak ? Apa maksudmu , Lui-ciangkun
?” .
“ Pemuda itu menyembunyikan pedang Hek-liong-kiam dan
ilmu Bu-tek Cin-keng yang paduka kehendaki . Bukan itu saja ,
ketika hamba mencoba untuk memintanya , dia melawan
bahkan telah membunuh putera hamba dan banyak prajurit
tewas di tangannya . Sekarang dia datang ke sini tentu bukan
dengan niat baik terhadap paduka “ .
“ Akan tetapi mengapa dia melakukan hal itu ?” Bukankah
dahulu ayahnya , Panglima Cian Kauw Cu merupakan seorang
pahlawan yang setia ?” .
“ apakah paduka lupa ? Paduka telah memerintahkan agar
rumah mereka di kosongkan , dan hal itu rupanya
menimbulkan dendam di hati pemuda itu . Dia dapat
berbahaya sekali karena ilmu kepandaiannya tinggi , Yang
Mulia “ .
“ Kurang ajar ! Berani dia memberontak ? Tangkap dia !” .
“ Hamba akan lakukan , akan tetapi mengingat dia seorang
yang berkepandaian tinggi , hamba mohon diberi surat
perintah paduka agar dia tidak melawan “ .
Kaisar Yang Ti segera membuat surat perintah itu dan Lui
Couw lalu mengumpulkan dua ratus orang prajurit dan pagi –
pagi sekali dia memimpin para prajuritnya mengepung srumah
penginapan dimana Han Sin berada ! .
Tentu saja pemilik rumah penginapan menjadi ketakutan
melihat demikian banyaknya prajurit mengepung rumah
penginapannya . Dia segera keluar menghadap Lui-ciangkun
menanyakan apa kesalahannya .
“ Suruh tamu yang bernama Cian Han Sin keluar , atau ku
obrak abrik rumah penginapan ini !” kata Lui Couw .
Pemilik rumah penginapan itu segera berlari masuk ,
mencari Han Sin dan setelah bertemu , dia segera berkata
dengan muka pucat , “ Sicu , kami mohon sicu segera keluar .
Sicu di cari oleh panglima Lui yang membawa ratusan prajurit
yang sudah mengepung rumah penginapan ini . Kalau sicu
tidak keluar , rumah penginapan ini akan di obrak abrik .
Kasihanilah kami , sicu . Kami tidak ada sangkut pautnya
dengan urusan sicu !” kata pemilik rumah penginapan itu
dengan wajah hamper menangis .
Han Sin bersikap tenang saja . Dia tahu bahwa tentu Luiciangkun
telah mengetahui akan kedatangannya dan telah
bersiap-siap . Maka diapun berkata “ Keluarlah dan katakana
bahwa aku akan menemuinya “ .
Han Sin lalu berkemas . Menggendong buntalan pakaiannya
dan pedang Hek-liong-kiam dia selipkan dipinggang , dibalik
bajunya . Kemudian dia melangkah keluar dengan sikap
tenang . Kalau Lui Couw hendak menggunakan kekerasan
menangkapnya , dia akan melawan ! Akan tetapi kalau kaisar
yang menyuruh tangkap , kebetulan baginya karena dia
hendak menghadap kaisar dan selain akan menyerahkan
pedangnya , juga dia akan membeberkan semua kebusukan
Lui Couw .
Setelah tiba di halaman rumah penginapan , benar saja di
situ sudah berkumpul banyak sekali prajurit dan Lui Ciangkun
dengan pakaian perangnya nampak gagah memimpin mereka
. Disebelah kiri telah siap barisan anak panah yang sudah
memasang anak panah pada busurnya . Siap membidik dan
menyerang .
Han Sin tersenyum kepada Lui-ciangkun .
“ Lui Couw , apa maksudmu dengan semua ini ? Kalau
engkau hendak melawanku ,kenapa harus mengerahkan
banyak prajurit ? “ Tegur Han Sin sambil tersenyum mengejek
.
“ Pemberontak Cian Han Sin ! Berlututlah dan atas nama
Sribaginda Kaisar engkau di tangkap !” Lui Couw tiba-tiba
mengeluarkan surat perintah dari Kaisar itu dan melihat ini
Han Sin terkejut . Kiranya benar kaisar yang menyuruh
menangkapnya .
“ Apakah aku akan di hadapkan kepada Sri baginda kaisar
?”
“ Tentu saja ! Yang Mulia Kaisar sendiri akan menentukan
hukuman apa yang harus dijatuhkan padamu “ .
“ baiklah , kalau aku akan dihadapkan kepada sribaginda
Kaisar , aku tidak akan melawan dan aku akan menyerah “ ,
kata Han Sin dengan tenang dan mendengar ini , Lui Couw
merasa girang bukan main . Tidak disangkanya pemuda itu
akan sedemikian mudahnya ditangkap .
“ Bagus ! “ serunya dan dia lalu memerintahkan kepada
para pembantunya .
“ Rampas buntalannya dan ringkus , belenggu kaki
tangannya !”
Empat orang pembantunya melangkah maju menghampiri
Han Sin . Akan tetapi ketika mereka hendak melaksanakan
perintah itu , tiba-tiba mereka berempat terjengkang ke
belakang !.
“ Hemmm , Lui-ciangkun . Aku menyerah dan tidak akan
melawan untuk di bawa menghadap Sri baginda kaisar akan
tetapi bukan sebagai tawanan terbelenggu ! Aku tidak akan
melawan , maka tidak ada gunanya membelenggu aku ! “ .
Lui Couw marah sekali akan tetapi dia memandang bimbang
. Dia tahu benar akan kelihaian pemuda ini dan kalau dia
menggunakan kekerasan , bisa jadi dia akan gagal dan
pemuda ini akan dapat meloloskan diri . Dua orang pembantu
yang paling diandalkan , yaitu Pak-te-ong dan see-thian-mo
tidak berada di situ , yang berada dengannya hanyalah Bong
Sek Toan , murid keponakannya yang biarpun cukup lihai ,
namun belum cukup menyakinkan . Dia sedang menyuruh
pembantunya mengundang kedua orang datuk itu , akan
tetapi belum kelihatan mereka muncul di situ . Dia menahan
sabar dan memaksa diri tersenyum .
“ Hemm , maafkan aku . Ini hanya kebiasaan saja dan
kalau benar engkau tidak akan melakukan perlawanan ,
baiklah , kami tidak akan membelenggumu “ .
Lalu kepada anak buahnya dia berseru , “ Biarkan dia
berjalan sendiri . Kepung saja dia !” .
Demikianlah , dengan di tonton banyak sekali orang , Han
Sin melangkah dengan tenang di tengah-tengah kerumunan
para prajurit yang berbaris rapid an yang selalu siap dengan
senjata ditangan kalau-kalau pemuda itu memberontak .
Tentu saja peristiwa itu menjadi buah bibir penduduk kota
raja dan merupakan berita hangat hari itu sehingga sebentar
saja tersebar luas diantara pelosok kota . Seorang pemuda
bernama Cian Han Sin di tangkap Panglima Lui ! Bahkan ada
yang mengenal nama itu sebagai putera mendiang Panglima
Cian Kauw Cu sehingga berita itu menjadi lebih menarik lagi .
Sambil melangkah dengan tegap , Han Sin selalu waspada .
Maka dia dapat melihatnya ketika muncul dua orang kakek
diluar kerumunan prajurit dan bersatu dengan Lui-ciangkun .
Dia mengenal pula Bong Sek Toan yang juga berada di dekat
Lui-ciangkun . Dua orang kakek itu bukan lain adalah Pak-teong
dan see-thian-mo ! Dan diapun tahu bahwa dia tidak
dibawa menuju ke istana kaisar , melainkan dibelokkan kea
rah lain ! Tahulah dia bahwa dia telah tertipu dan sedang di
bawa ke tempat berbahaya dimana sudah menunggu
perangkap yang akan mencelakakannya .
Dia bersiap-siap dan tahu bahwa dia tidak jauh dari pintu
gerbang kota raja sebelah selatan . Tiba-tiba saja Han Sin
menggerakkan tubuhnya dan belasan orang di sebelah
kanannya roboh saling tabrak . Han Sin melompat dengan
cepat sekali , bagaikan seekor burung terbang melalui kepala
para prajurit dan sudah tiba di luar kepungan .
Segera dia melarikan diri dan ketika beberapa belas orang
prajurit paling luar menghadangnya , dia mencabut Hek-liongkiam
dan sekali pedang itu berkelebat , belasan buah golok
dan pedang beterbangan dan Han Sin terus berlari .
Melihat ini , Lui Couw terkejut dan marah sekali . “ Kejar !”
bentaknya dan dia sendiri lalu mengejar , diikuti Pak-te-ong
dan see-thian-mo . Juga Bong Sek Toan ikut pula mengejar ,
demikian pula para prajurit yang banyak jumlahnya itu . Para
penduduk dan pejalan kaki menjadi panic dan geger mereka
berlarian karena takut terbawa-bawa .
Sambil berlari , Han Sin merobohkan setiap orang yang
menghadang diperjalanan . Juga dia merobohkan para
penjaga pintu gerbang sehingga dia kini dapat melarikan diri
keluar dari pintu gerbang . Dia telah dapat lolos dari kota raja
! .
Akan tetapi , baru kurang lebih lima mil dia melarikan diri
dari kota raja , tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dari
belakang . Ketika dia menoleh , dia melihat belasan
penunggang kuda mengejarnya ! Tentu Panglima Couw ,
kedua orang datuk itu , Bong Sek Toan dan beberap orang
perwira yang tangguh . Mereka itu menunggang kuda yang
baik dan kuat . Sebetulnya dia dapat terus melarikan diri
dengan kecepatan yang dapat mengimbangi larinya kuda ,
akan tetapi kalau dia terus berlari , akhirnya dia akan
kehabisan napas dan kalau dia tersusul dalam keadaan
kehabisan napas dan tenaga , dia dapat celaka . Karena yang
mengejar hanya belasan orang lebih baik dia melawan
sekarang .
Setelah mengambil keputusan demikian , Han Sin berhenti ,
membalikan tubuh menunggu dan Pedang Hek-liong-kiam
telah berada di tangan kanannya ! Dia berdiri tegak dengan
sikap tenang sekali , akan tetapi seluruh urat syaraf di dalam
tubuhnya dalam keadaan siap siaga .
Benar saja dugaannya . Setelah para pengejar itu tiba di
depannya , ternyata mereka adalah Lui Couw , Pak-te-ong ,
see-thian-mo , Bong Sek Toan dan sepuluh orang perwira lain
yang agaknya memiliki kepandaian pula . Mereka sudah
berlompatan dari atas kuda mereka dan dengan senjata di
tangan mereka mengepung Han Sin .
“ Ha-ha-ha , Cian Han Sin , Engkau hendak lari kemana ?
Engkau tidak akan terlepas dari tanganku !” kata Lui Couw.
“ Lui-ciangkun , serahkan saja bocah ini kepadaku . Aku
harus mencabut nyawanya untuk membalas kematian anakku
! “ kata Pak-te-ong . Setelah berkata demikian , Pak-te-ong
yang marah sekali itu sudah melancarkan pukulan Tian-Ciang
ke arah Han Sin . Tian Ciang ( Tangan Halilintar ) dari Pak-teong
ini lihai bukan main . Lawan yang di serang itu , terkena
pukulan ini dari jarak jauh saja dapat roboh dan tewas .
Serangkum angina pukulan yang amat panas menyambar
dahsyat kea rah tubuh Han Sin .
Akan tetapi Han Sin yang pernah merasakan pukulan
dahsyat ini , sudah siap siaga . Dia mengelak dengan
melompat ke kiri , akan tetapi dari kiri menyambar angin
pukulan yang teramat dingin . Tanpa menoleh tahulah Han Sin
bahwa see-thian-mo yang memukulnya dengan Swat-Ciang (
Tangan salju ) .
Diapun pernah menderita karena pukulan ini , maka diapun
mengelak lagi , kini kedua orang datuk itu memukul dengan
berbarengan . Menghadapi pukulan ini , Han Sin mengerahkan
tenaga Bu-tek Cin-keng dan dia menyambut dengan kedua
tangannya setelah menggigit pedang Hek-liong-kiam .
“ Desss ….. !” Akibatnya , kedua orang kakek itu
terjengkang ! Hebat bukan main Bu-tek Cin-keng itu . Han Sin
sendiri terhuyung , lalu dia mengambil pedang yang di gigitnya
, siap menghadapi pengeroyokan .
Dua orang itu terjengkang dan dada mereka terguncang
hebat , akan tetapi tidak sampai melukai mereka . Kini dengan
marah Lui Couw memberi isyarat dan majulah semua orang
mengeroyok Han Sin .
Lui Couw sendiri menggunakan pedang yang cukup baik .
Karena pedang itu adalah pedang pemberian kaisar sebagai
tanda pangkatnya dan ia sudah memainkan lo-hai-kiamsut
untuk menerjang Han Sin .
Disampingnya , Bong Sek Toan juga memainkan pedangnya
dengan ilmu pedang yang sama pula , membantu paman
gurunya untuk menyerang Han Sin dari depan .
Pak-te-ong Ma Giok menggunakan senjatanya tongkat
kepala naga yang diputar dahsyat , menyambar-nyambar
bagaikan seekor naga yang mengancam kepala Han Sin .
Demikian pula see-thian-mo , datuk barat yang bekas lama ini
menggunakan senjatanya berupa tasbeh yang menyambar
dengan aneh , di seling pukulan Swat Ciang yang ampuh .
Selain empat orang lawan tangguh ini , sepuluh orang
perwira yang semua memegang pedang sudah mengepung
dan ikut mengeroyok . Han Sin memutar Hek-liong-kiam dan
mengamuk sekuat tenaga karena dia maklum bahwa lengah
sedikit saja dia tentu akan terkena senjata lawan yang banyak
dan semua lihai , terutama dua orang datuk itu .
Hebat memang sepak terjang Han Sin di saat itu . Dia
memainkan pedangnya dengan sepenuhnya memainkan ilmu
silat Bu-tek Cin-keng , membuat pedang itu membentuk sinar
yang bergulung-gulung berwarna hitam . Dari jauh nampak
seolah dua ekor naga hitam yang mengamuk di antara sinar
senjata lawan yang mengeroyoknya . Hanya empat orang
pengeroyok yang berilmu tinggi saja , yaitu Lui Couw , Bong
Sek Toan , Pak-te-ong dan see-thian mo yang masih dapat
menghujankan serangan mereka kepada Han Sin . Sedangkan
sepuluh orang perwira itu sudah beberapa kali terjungkal oleh
tendangan kaki Han Sin atau oleh hawa sambaran pedang
Hek-liong-kiam ! .
Namun harus di akui kenyataannya bahwa saat itu Han Sin
terancam bahaya besar . Betapapun lihainya , para
pengeroyoknya amat tangguh , terutama sekali Pak-te-ong
dan see-thian-mo yang berusaha mati-matian untuk
merobohkannya .
Pak-te-ong terutama sekali bernafsu untuk membunuh
pemuda ini karena pemuda inilah yang di anggapnya telah
menyebabkan kematian puterinya .
Demikian pula Lui Couw yang berusaha keras membalaskan
kematian puteranya dan juga untuk menguasai kembali
pedang pusaka Hek-liong-kiam dari tangan pemuda itu .
“ Wuuktttt ….. !” Tongkat kepala naga dari Pak-te-ong itu
kembali menyambar ganas . Pada saat itu Han Sin sedang
menggunakan pedangnya untuk menghalau senjata para
pengeroyok lain maka hantaman tongkat kepala naga ke arah
kepalanya ini terpaksa di tangkisnya dengan tangan kiri .
“ Wuuutttt … plakkk ! “ Tongkat terpental , akan tetapi dia
masih dapat memutar pedangnya sedemikian rupa sehingga
pada saat dia terhuyung tidak ada yang dapat mendekatinya .
Akan tetapi para pengeroyok mengepung lagi dan pada saat
yang amat gawat bagi keselamatan Han Sin itu , tiba-tiba
terdengar bentakan halus dan berwibawa sekali . “ Hei , kalian
yang mengeroyok ini mengapa saling tempur dengan kawan
sendiri ?” .
Dan terjadilah kekacauan . Para perwira itu merasa betapa
mereka tidak mengeroyok Han Sin melainkan bertanding
melawan teman-teman sendiri . Tentu saja mereka terkejut
dan berloncatan ke belakang . Bahkan Lui Couw dan Bong Sek
Toan sendiri juga terkejut karena terpengaruh bentakan tadi
dan mereka seolah bertanding melawan teman sendiri . Hanya
Pak-te-ong dan see-thian-mo yang dapat melawan pengaruh
itu karena sin-kang mereka sudah amat kuat .
Selagi keadaan kacau balau itu , mendadak muncul seorang
gadis berpakaian putih yang tadi membentak itu bersama
seorang gadis lain yang memegang sebatang tongkat . Dan
gadis yang bertongkat itu tanpa banyak cakap lagi lalu
menyerang para perwira . Gerakannya bagaikan seekor
burung rajawali mengamuk . Tongkatnya berkelebatan dan
para perwira itupun bergelimpangan ! .
Yang datang itu adalah Kim Land an Cu Sian ! Bagaimana
kedua orang gadis itu dapat datang pada saat yang tepat
untuk menolong Han Sin ? Kedua orang gadis secara
kebetulan saja saling bertemu ketika mereka berada di kota
raja . Dan mereka bermalam di sebuah rumah penginapan . Di
situ Kim Lan menghibur Cu Sian dan menyatakan bahwa Han
Sin mencinta Cu Sian maka ia menganjurkan agar Cu Sian
pergi mencarinya . Akan tetapi Cu Sian mengatakan bahwa
setelah dirinya ternoda , ia merasa tidak pantas berdekatan
lagi dengan Han Sin . Selagi mereka berbicara pada pagi hari
itu , mereka mendengar berita bahwa Cian Han Sin di tangkap
oleh Lui Ciangkun . Tentu saja kedua nya terkejut bukan main
dan mereka lalu keluar untuk mencari . Melihat Han Sin di
antara ratusan prajurit itu , mereka pun tidak berdaya dan
merasa heran mengapa Han Sin menyerah begitu saja
ditangkap .
Mereka diam-diam membayangi dari jauh dan kemudian
mereka melihat betapa Han Sin memberontak dan melarikan
diri keluar dari pintu gerbang , dikejar oleh belasan orang
yang menunggang kuda . Mreka pun melakukan pengejaran
dan akhirnya mereka melihat Han Sin di keroyok dan
keadaannya terdesak dan terancam .
Kim Lan lalu mempergunakan kekuatan sihirnya untuk
mengacau pengeroyokan itu dan Cu Sian sudah mengamuk
dengan tongkatnya yang lihai . Para perwira yang sedang
kebingungan itu tentu saja tidak mampu melawan Cu Sian
yang mengamuk dan mereka sudah roboh bergelimpangan
dan tidak mampu bertempur lagi .
Kekuatan sihir Kim Lan melemah dan kini barulah Lui Couw
dan Bong Sek Toan tahu bahwa yang mereka sangka
bertempur dengan teman sendiri itu hanya khayalan belaka .
Maka mereka menjadi marah sekali , apalagi Bong Sek Toan
yang mengenal Cu Sian , sedangkan Lui Couw menyerang Kim
Lan .
Han Sin girang bukan main melihat munculnya dua orang
gadis itu dan terutama sekali melihat Kim Lan , Lan-moi hatihatilah
terhadap Panglima jahat itu ! Dan Sian-moi , hajarlah
pemuda keparat itu !” .
Dia sendiri kini dikeroyok oleh Pak-te-ong dan see-thian-mo
. Akan tetapi pengeroyokan dua orang datuk itu tidak
membuat Han Sin menjadi gentar . Kini dia merasa dapat
melayani sebaik-baiknya karena hanya melawan dua orang .
Pedangnya ia gerakkan dengan amat dahsyat sehingga
kedua lawan itu pun terdesak ! .
Pertandingan antara Cu Sin dan Bong Sek Toan amat
serunya . Tingkat kepandaian kedua orang ini memang
seimbang , akan tetapi permainan tongkat Cu Sian amat aneh
. Ia telah menguasai Hek-tung-hoat sepenuhnya dan gadis ini
menjadi lihai bukan main kalau sudah bersilat dengan
tongkatnya . Ia bergerak dengan ringan dan lincah sekali
sehingga kemana pun pedang di tangan Bong Sek Toan
menyerang selalu hanya mengenai angina belakan .
Sebaliknya , totokan-totokan tongkat yang mengarah jalan
darah itu amat berbahaya bagi Bong Sek Toan sehingga dia
terpaksa harus memutar pedang untuk melindungi seluruh
tubuhnya bagian atas agar jangan menjadi korban totokan .
Akan tetapi tiba-tiba tongkat menyambar ke bawah tanpa di
sangka-sangka oleh Bong Sek Toan .
“ Tuukkk !” Tongkat itu dengan tepat memukul tulang
kering kaki kanan pemuda itu . Bong Sek Toan mengaduh .
Hanya orang yang pernah terpukul tulang keringnya yang
dapat merasakan betapa sakitnya tulang betis itu terpukul .
Kiut miut rasanya , senut-senut sampai menusuk jantung
rasanya . Akan tetapi rasa nyeri ini membuat Bong Sek Toan
menjadi marah sekali . Kemarahannya yang memuncak
membuat dia melupakan rasa nyeri itu dan diapun menubruk
lalu menyerang dengan ganasnya . Akan tetapi Cu Sian sudah
bergerak lincah lagi dan menghindar dengan cepatnya sambil
kembali menghujankan totokan kea rah seluruh jalan darah di
tubuh Bong Sek Toan . Kembali pemuda itu menjadi repot dan
terdesak hebat .
Sementara itu , Lui Couw menyerang Kim Lan dengan
hebatnya . Gadis berpakaian putih ini memang hebat . Ia
adalah seorang gadis berbudi baik dan bijaksana , bahkan
selalu mentaati petunjuk gurunya untuk tidak melakukan
kekerasan . Akan tetapi kalau ia di serang , ia dapat membela
diri dengan amat baiknya karena ilmu silatnya tinggi . Bahkan
dibandingkan Cu Sian , Kim Lan lebih hebat gerakannya.
Tubuhnya seperti sehelai bulu saja ringannya . Diserang
pedang , tubuhnya melayang-layang , pakaian putihnya
berkibaran akan tetapi tidak pernah dapat tersentuh pedang .
Dan Kim Lan yang selamanya tidak pernah menggunakan
senjata itu pun membalas dengan totokan-totokan jari
tangannya yang membuat Lui Couw kewalahan totokan itu
biarpun dilakukan dengan jari yang halus dan kecil , akan
tetapi mendatangkan angina yang mengeluarkan bunyi
bercuitan ! Kalau saja Kim Lan bermaksud mencelakai lawan
dan merobohkan , agaknya ia dapat melakukan lebih capet .
Akan tetapi ia tidak mamu melakukan itu hanya bermaksud
merobohkan tanpa melukai saja maka tentu agak sukar
baginya karena Lui Couw juga merupakan lawan yang amat
tangguh .
Sementara itu , pertempuran antara Han Sin melawan dua
orang datuk masih berjalan dengan seru . Para perwira yang
tadi robohkan Cu Sian sudah tidak ada yang berani maju lagi ,
bahkan mereka bergerombol agak jauh dari tempat
pertempuran , hanya menjadi penonton saja .
Pada suatu saat yang diperhitungan dengan baik oleh Han
Sin , ketika tasbeh di tangan see-thian-mo menyambar , dia
mengerahkan tenaga sin-kang sekuatnya dan hek-liong-kiam
di tangannya menyambar dahsyat .
“ Sraattt … cinggg … ! Tasbeh itu putus dan biji tasbehnya
terlepas berantakan , sehingga see-thian-mo terkejut bukan
main dan meloncat ke belakang . Pada saat itu tongkat naga
di tangan Pak-te-ong menyambar . Han Sin tidak memberi hati
lagi , mengerahkan tenaganya membabat dengan pedang
pusakanya dan sekali ini , tongkat itu pun dapat di patahkan .
Selagi kedua orang itu terkejut dan gugp , Han Sin sudah
memukul dengan kedua tangannya , menggigit pedangnya
dan pukulan Bu-tek Cin-keng ini dia lakukan dengan sekuat
tenaganya .
“ Wuuuuttt … deessss … ! “ Kedua orang kakek itu
terlempar bagaikan dua helas daun tertiup angin . . Ketika
mereka tanpa di sangka menerima pukulan itu , mereka tidak
sempat mengerahkan tenaga sinking mereka karena masih
tertegun melihat senjata mereka rusak , maka mereka
terpukul dengan telak sekali .
Biarpun sudah terpukul sedemikian hebatnya . Kedua orang
datuk sakti itu masih mampu merangkak berdiri , akan tetapi
ketika mereka hendak menyerang dengan pengerahan sinking
, tiba-tiba mereka muntahkan darah segar dari mulut dan
merasa betapa dada mereka nyeri bukan main . Mereka telah
terluka parah dan tahulah mereka bahwa mereka tidak
mungkin lagi melanjutkan pertandingan . Tanpa malu dan
tanpa pamit mereka lalu membalikan tubuh dan pergi dari situ
meninggalkan Lui Couw dan Bong Sek Toan yang masih
bertanding .
Cu Sian sudah mendesak Bong Sek Toan dengan hebat dan
ketika Bong Sek Toan agak lengah , tongkat Cu Sian sudah
menotok dengan kecepatan kilat mengenai dada dan lehernya
. Robohlah pemuda itu , tidak mampu berkutik lagi karena
totokan tadi merupakan totokan maut yang seketika
menewaskannya ! .
Sementara itu , Kim Lan juga masih mempermainkan Lui
Couw . Gadis ini tidak ingin melukai atau membunuh orang ,
maka ia tidak menyerang untuk melukai atau mematikan ,
karena itu sampai sekian lamanya ia masih belum mampu
mengalahkan Lui Couw yang memang lihai sekali , melihat ini ,
Han Sin melompat ke depan .
“ Lan-moi , dia musuh besarku , serahkan dia kepadaku !”
katanya dan dia sudah melompat ke tengah di antara kedua
orang yang berkelahi itu . Kim Lan melangkah mundur dan
mendekati Cu Sian yang sudah berhasil menewaskan Bong
Sek Toan .
“ Enci Lan , kenapa engkau tidak membunuhnya ? Dia jahat
sekali !” kata Cu Sian mencela .
Kim Lan menghela napas panjang . “ Suhu tidak pernah
mengajarkan aku untuk membunuh atau melukai orang ,
melainkan untuk mengobati orang “ .
“ Engkau terlalu baik hati , enci Lan . Dan lihat , sekarang
Sin-ko menggantikanmu . Dia membelamu karena dia
mencintamu enci “ .
“ Husshh , engkau salah sangka , Cu Sian ! Sin-ko hanya
mencinta engkau seorang . Sambutlah dia baik-baik , sekarang
juga aku mau pergi !”
“ Tidak enci Lan . Engkau tidak boleh pergi . Aku yang akan
pergi dari sini . Engkau yang harus menemaninya !” .
“ Anak bodoh ! Percayalah , hanya Sin-ko yang akan
mampu mengobati luka-luka di hatimu dan
membahagiakanmu !” .
“ Akan tetapi , aku tidak mungkin membahagiakannya , enci
! Biarkan aku pergi !”
Kim Lan menghela napas panjang . Ia sudah minta dengan
sungguh-sungguh kepada Han Sin agar membahagiakan gadis
ini . Ia tahu bahwa Cu Sian amat mencinta Han Sin , dan
biarpun di dalam hatinya ia tidak dapat menyangkal bahwa ia
pun amat mencinta Han Sin , akan tetapi ia tidak ingin
menghancurkan hati gadis yang baik ini .
“ Kalau begitu , biarlah dia yang memutuskan nanti “ ,
katanya sambil memegangi tangan Cu Sian seolah ia khawatir
kalau gadis itu nekat pergi meninggalkannya . Mendengar ini ,
timbul keinginan hati Cu Sian untuk juga mengetahui
bagaimana pendapat Han Sin , bagaimana isi hatinya . Biarpun
ia sudah tidak mempunyai harapan lagi karena merasa rendah
diri , merasa tidak berharga lagi bagi Han Sin .
Pertandingan antara Han Sin dan Lui Couw terjadi berat
sebelah . Pedang di tangan Lui Couw sudah patah-patah dan
kini dia melawan Han Sin dengan tangan kosong .
“ Hyaattt !” Lui Couw menyerang dengan ganasnya dengan
pukulan mematikan dari Lo-hai-kun . Akan tetapi Han Sin
sudah mengenal jurus itu dan dengan pengerahan sinkangnya
, dia menangkis .
“ Dukkk … breesss …. ! “ Tubuh Lui Couw terbanting keras ,
akan tetapi dia bangkit kembali , mengusap keringat dari
kening yang memasuki matanya dan mendengus .
“ Cian Han Sin , engkaupemberontak ! Berani melawan
utusan Kaisar ?” .
“ Hemmm , Lui-ciangkun . Engkau adalah pengkhianat !
Engkau amat jahat membunuh ayahku secara curang ,
membunuh pula ibuku dengan engkau mencuri Hek-liong-kiam
. Engkau bahkan bersekutu dengan see-thian-mo da Pak-teong
untuk membunuh kaisar ! Sungguh manusia tak berbudi ,
sudah di beri pangkat tinggi masih hendak membunuh kaisar
Pengkhianat besar !” .
“ Tidak mengherankan karena dia adalah putera mendiang
Toat-beng Giam-ong , Koksu dari Kerajaan Toba !” kata Kim
Lan yang sudah mendapat keterangan tentang diri panglima
itu .
“ Ah , kiranya engkau putera Toat-beng Giam-ong ? Jadi
engkau adalah saudara seperguruan ibuku sendiri , dan
engkau telah membunuhnya !” .
“ Keparat ! Akan kukirim engkau menyusul ibumu !” Lui
Couw menjadi marah dan nekat karena tahu bahwa dia tidak
akan mampu melarikan diri lagi . Dia menubruk bagaikan
seekor singa menerkam domba , dan serangan ini di sambut
oleh Han Sin dengan pukulan Bu-tek Cin-keng .
“ Desss …. ! “ Tubuh Lui Couw terpental jauh dan jatuh
terbanting keras , tak dapat bangkit kembali karena dia sudah
tewas seketika .
Setelah melihat bahwa Lui Couw dan Bong Sek Toan tewas
, Han Sin menghela napas panjang dan dia segera membuat
lubang untuk mengubur dua mayat itu . Tanpa berkata
apapun Kim Lan membantu pekerjaan itu dan biarpun tadinya
Cu Sian memandang dengan alis berkerut , akhirnya ia
membantu pula .
Mereka bertiga menggali lubang dan mengubur dua mayat
itu tanpa banyak cakap .
Setelah selesai menguburkan dua mayat itu , barulah Han
Sin menghadapi mereka dan berkata , “ Kalau kalian tidak
datang tepat pada saatnya , tentu aku yang sekarang ini di
kuburkan di sini , itupun kalau ada yang mau menguburku “ .
“ Kami sudah mengikutimu dari Kota raja , Sin-ko . Kami
berdua kebetulan berada di kota raja dan kami mendengar
berita bahwa engkau di tangkap Lui-ciangkun , maka kami lalu
membayangi dan mengejar sampai ke sini “ , kata Kim Lan .
Han Sin memandang kepada dua orang gadis itu bergantian
dan dia melihat perubahan sikap Cu Sian . Sungguh besar
sekali bedanya antara Cu Sian dahulu dan sekarang . Sekarang
Cu Sian menjadi begitu pendiam , bahkan agaknya seperti
orang yang enggan untuk memandang kepadanya , melainkan
selalu menundukkan muka .
“ Lan-moi , sungguh aku girang sekali dapat bertemu
denganmu di sini , karena sudah lama aku mencari-carimu .
Ada urusan penting sekali hendak kubicarakan denganmu ,
Lan-moi “ .
Mendengar ini , Cu Sian memutar tubuhnya dan berkata , “
Enci Lan , maafkan aku . Aku akan pergi sekarang juga “ .
Akan tetapi Kim Lan segera menangkap lengannya dan
menahannya “ .
“ Adik ku , nanti dulu . Sebelum Sin-ko menyatakan
pendapatnya , engkau tidak boleh pergi dulu “ . Kemudian Kim
Lan memandang kepada Han Sin dengan sinar mata penuh
teguran , lalu berkata lantang ,” Sin-ko , sekarang kami
berdua minta kepadamu agar berterus terang . Seorang
pendekar gagah tentu tidak akan bersikap plin-plan ,
melainkan suka berterus terang dan tidak menyakiti hati orang
“ .
Tentu saja Han Sin memandang dengan heran , akan tetapi
alisnya lalu berkerut dan jantungnya berdegub tegang karena
dia teringat akan kata-kata dan sikap Kim Lan mengenai diri
Cu Sian tempo hari .
“ Katakanlah , apa yang harus ku jawab dengan terus
terang itu “ .
“ Sin-ko , biarpun sudah jelas bagi ku bahwa selama ini
engkau mencinta Cu Sian , akan tetapi adik Cu Sian minta
penegasan dari mulutmu sendiri , karena ia menganggap
bahwa engkau mencintaku .
“ Nah sekarang di depan kami berdua , katakana , kepada
siapa engkau mencinta ?” .
Biarpun Han Sin sudah menduga lebih dulu pertanyaan ini ,
namun dia tertegun juga dan sampai lama tidak mampu
menjawab , hanya memandang bergantian kepada kedua
orang gadis itu . Kepada Kim Lan yang menatap tajam
wajahnya dan kepada Cu Sian yang menundukkan mukanya .
Akhirnya dia berkata dengan suara yang sungguh-sungguh
keluar dari lubuk hatinya , tidak di buat-buat . “ Aku saying
kepada kalian berdua , aku saying kepada Sian-moi seperti
aku saying kepadamu , Lan-moi . Inilah jawabanku yang jujur
“ .
Wajah Kim Lan berubah pucat , lalu merah dan ia berkata
dengan penasaran . “ Sin-ko , engkau tidak boleh menjawab
begitu ! Engkau harus menikah dengan adik Cu Sian , kalau
tidak , aku …. Aku akan benci kepadamu !” .
Cu Sian merengut tangannya terlepas dari pegangan Kim
Lan , kemudian memandang kepada Kim Lan dengan kedua
mata basah air mata . “ Tidak ! Aku hanya mau menikah
dengan Sin-ko akan tetapi dengan satu syarat …. !” .
“ Apa syaratnya , adik Cu Sian ?” Tanya Kim Lan heran .
“ Syaratnya , Sin-ko harus menikah dengan enci Kim Lan
lebih dulu . Kalian tahu kemana akan dapat menemukan aku
di Tiang-an !” Setelah berkata demikian , Cu Sian melompat
dan berlari cepat meninggalkan tempat itu .
Kim Lan menjadi bengong dan bingung . Setelah bayangan
Cu Sian tidak nampak lagi , barulah Kim Lan menhadapi Han
Sin dan dia berkata dengan bingung . “ Apa … apa maksudnya
ia berkata seperti itu dan mengajukan syarat gila itu ?” .
Han Sin tersenyum dan memandang nakal . “ Apanya yang
aneh ? Akupun mempunyai syarat , Lan-mo . Aku mau
menikah dengan Cu Sian dan membahagiakan dengan syarat
bahwa aku harus menikah dulu dengan Ang Swi Lan !” .
“ Ehhh ? Siapa itu Ang Swi Lan ?” Tanya Kim Land an
matanya mencorong marah , kedua pipinya berubah merah
sekali .
“ Ang Swi Lan adalah gadis tercantik di dunia , dan
sebetulnya hanya kepada Ang Swi Lan saja aku jatuh cinta
dan tergila-gila . Akan tetapi aku mau menikah dengan Cu
Sian asalkan aku lebih dulu menikah dengan Ang Swi Lan “ .
Kim Lan menjadi marah sekali . Ia mengepal tinju dan
bertanya , “ Siapa itu Ang Swi Lan ? Agaknya ada siluman
betina yang telah menyihirmu sehingga engkau tergila-gila
kepadanya ! Tunjukan dimana dia !” .
“ Kalian sudah tahu engkau mau apa terhadap dirinya ?” .
“ Aku harus mengatakan kepadanya bahwa engkau telah
ada yang punya , bahwa engkau sudah mencinta … eh , dua
orang gadis dan aku akan mengenyahkannya kalau ia tidak
melepaskan cengkraman sihirnya dari mu “ .
“ Ha-ha-ha , engkau mau tahu siapa orangnya ? Ang Swi
Lan adalah gadis yang kini berada di depanku , yang marahmarah
karena cemburu . Engkaulah Ang Swi Lan , Lan-moi “ .
Kim Lan melangkah mundur dua langkah dan memandang
kepada pemuda itu dengan alis berkerut . “ Apa … apa
maksudmu , Sin-ko ? Jangan engkau mempermainkan aku !” .
“ Aku tidak mempermainkan , lan-mo . Engkau memang
bernama Ang Swi Land an aku telah bertemu dengan ibu
kandungmu !” .
“ Apa-apaan ini ! Bagaimana engkau bisa tahu bahwa ada
seorang yang mengaku sebagai ibu kandungku ? Bagaimana
kalau ia berbohong ?” .
“ Panjang ceritanya , Lan-moi . Marilah kita duduk menjauhi
kuburan ini dan mencari tempat yang enak untuk bercakapcakap
“ .
Mereka meninggalkan kuburan itu dan duduk di bawah
pohon besar di atas batu-batu gunung yang banyak terdapat
di situ . “ nah , ceritakanlah apa artinya semua ini , Sin-ko “ .
“ Secara kebetulan sekali aku bertemu dengan seorang
yang menceritakan keadaan dirimu di waktu masih kecil .
Engkau di temukan orang itu dalam sebuah hutan , di
tinggalkan oleh seorang wanita dan orang itu mengetahui
siapa wanita yang mebuangmu di hutan itu ?” .
“ Siapa orang itu ?” .
“ Dia bukan lain adalah mendiang Thian Ho Hwesio … “
“ Suhu … ? Mendiang …..! Jadi suhu telah …. Telah … “
“ Gurumu itu telah tewas dalam pelukanku , Lan-moi “ .
“ Aih , Suhu …. !” Kim Lan menahan sesengukan dan Han
Sin membiarkannya saja karena dalam menerima berita yang
mengejutkan dan mendukakan itu memang paling baik bagi
Kim Lan untuk menangis . Pelampiasan rasa duka yang terbaik
adalah melalui cucuran air mata .
Akan tetapi tidak lama Kim Lan menangis . Ia sudah dapat
menguasai lagi dirinya dan ia berhenti menangis , memandang
Han Sin dengan kedua mata kemerahan dan bertanya , “
Bagaimana suhu meninggal dunia , Sin-ko ? Apakah dia mati
karena sakit ?” .
“ Dia terluka parah , Lan-moi . Dia bertemu dengan seethian-
mo dan Pak-te-ong , dua orang datuk yang berkelahi
denganku tadi . Dua orang datuk itu sudah mengenalnya dan
mereka membujuk suhumu agar membantu mereka
bersekongkol dengan Lui Couw untuk membunuh kaisar .
Akan tetapi suhumu tidak sudi dan dia lalu di serang dan di
keroyok dua sehingga terluka parah . Dialah yang bercerita
tentang dirimu kepadaku “ .
“ Aihhh , suhu , betapa malang nasibmu …. “ Kim Lan
menghela napas panjang . “ Lalu bagaimana , Sin-ko ?
Lanjutkan ceritamu . Menurut suhu , siapakah wanita yang
telah membuangku di hutan itu ? Apakah ia itu ibu kandungku
?” .
Sama sekali bukan , Lan-moi . Bagaimana ibu kandungmu
bisa begitu jahat ? Ibu kandungmu adalah seorang wanita
yang bijaksana dan baik hati , seperti engkau ! Yang
membuangmu di hutan itu dan terlihat oleh gurumu adalah
seorang tokouw bernama Kang Sim To-kouw , ketua Thian-lipang
dari Thian-san “ .
“ Hemmm , mengapa ia melakukan hal itu ? Apakah ia
menculik aku ?” .
Aku pun bertanya seperti itu dalam hatiku , karena merasa
penasaran aku lalu pergi ke Thian-li-pang menemuinya . Kami
sempat bertanding dan aku berhasil mengalahkannya . Sesuai
dengan janjinya bahwa kalau kalah ia akan bercerita tentang
dirimu , maka berceritalah Kang Sin To-kouw akan
perbuatannya yang kejam , yang timbul karena perasaan iri
hati “ .
“ Iri hati ? Kepada siapa ?”
“ Kepada ibumu . Dengarlah , Lan-moi . Ibumu adalah
sumoi dari Kang Sim To-kouw . Mereka sama-sama menjadi
murid Thian-li-pang yang sebetulnya tidak membolehkan para
muridnya menikah . Karena ibumu melanggar , maka ia
dikeluarkan dari Thian-li-pang . Melihat ibumu hidup bahagia
dengan suaminya dan melahirkan engkau , maka Kang Sim
To-kouw menjadi iri hati . Ia tidak saja menculikmu bahkan ia
telah membunuh ayah kandungmu karena iri “ .
“ Aih , betapa kejam dan jahatnya !”
“ Akan tetapi ia telah sadar dan menyesali perbuatannya .
Bersamaku lalu ia pergi menemui ibumu dan mengakui segala
perbuatannya , baik mengenai pembunuhan suami ibumu
maupun tentang penculikan atas dirimu . Ia bukan hanya
mohon ampun , melainkan bersedia menerima hukuman dan
rela di bunuh . Akan tetapi ibumu adalah seorang wanita yang
bijaksana dan baik hati sekali , ia tidak marah hanya menyesal
mengapa sucinya berbuat sekejam itu dan ia memaafkannya !
.
Nah , dari ibu itulah aku dapat mengetahui bahwa
sesungguhnya namamu adalah Ang Swi Lan . Aku sudah
berjanji kepada ibumu untuk mencarimu sampai dapat dan
membawamu pulang kepada ibumu “ .
“ Siapakah ibuku , Sin-ko ?” .
“ Engkau tentu tidak pernah menduganya , Lan-moi .
Engkau pernah bertemu dengannya bahkan berkenalan . Ia
adlah Pek Mau To-kouw ketua Hwa-li-pang di Hwa-san “ .
“ Ahhhh ………… ! “ Kim Lan membayangkan wanita tua
dengan rambutnya yang sudah putih semua itu . Seorang
nenek yang baik hati dan budiman . Akan tetapi ia
mengerutkan alisnya .
“ Sin-ko , bagaimana aku dapat yakin akan semua ceritamu
ini ? Biarpun suhu sudah bercerita , biarpun mereka semua
sudah mengaku , akan tetapi apa buktinya bahwa aku adalah
puteri Pek Mau To-kouw dari Hwa-li-pang ?” .
Han Sin tersenyum . Dia tidak ragu lagi . “ Akupun sudah
bertanya akan hal itu kepada Pek Mau To-kouw dan ia
mengatakan bahwa pada rubuhmu terdapat tanda-tanda khas
yang tidak mungkin terdapat pada orang lain “ .
Wajah Kim Lan menjadi merah . “ Tanda-tanda khas ?
Apakah itu ?” .
“ Kata Pek Mau To-kouw , di telapak kaki kananmu terdapat
bercak hitam . Nah , benar atau tidakkah , Lan-moi ?” .
Mendengar ini , wajah Kim Lan menjadi merah sekali dan
ia menutupi mukanya dengan kedua tangan .” Ah , ibuuuu ….
! “ .
“ Mari kita ke Hwa-San , Lan-moi . Kita temui ibumu yang
tentu sudah mengharapkan dan menunggu-nunggu “ .
“ Baiklah , Sin-ko . Akan tetapi ……. Bagaimana dengan Cu
Sian ?” .
“ Bagaimana dengan ia tergantung kepada keputusanmu ,
Lan-moi , Kalau engkau dapat memenuhi syarat nya dan
syaratku , tentu semua menjadi beres !” .
“ Hemmm , berarti engkau hendak mengawini kami berdua
?” .
“ Bukankah itu syarat dari Cu Sian ? Kalau engkau
menghendaki agar ia berbahagia , dan kita berdua juga
berbahagia , tidak ada jalan lain bagimu kecuali menyetujui ,
bukan ?” .
“ Ihhh , engkau laki-laki mau enaknya saja ! “ kata Kim Lan
akan tetapi ia tersenyum . Han Sin tertawa dan mereka lalu
melanjutkan perjalanan menuju Hwa-San .
******
Setelah meninggalkan tempat itu , Han Sin teringat akan
pedang Hek-liong-kiam . “ Lan-moi , bagaimana pendapatmu ?
Apakah sebaiknya kalau pedang ini kuserahkan dulu kepada
kaisar ?” .
“ Hemmm , jangan bodoh , Sin-ko . Kalau engkau pergi ke
kota raja dan menghadap kaisar , engkau seperti ular mencari
penggebuk saja . Para perwira tentu sudah melapor bahwa
engkau telah membunuh Lui-ciangkun dan engkau akan
ditangkap sebagai pemberontak . Pula , bukankah Hek-liongkiam
itu peninggalan ayahmu sendiri . Tidak semestinya kalau
diserahkan kepada kaisar . Aka mendengar berita yang banyak
tentang diri kaisar dan berita itu menyatakan bahwa dia
adalah seorang yang kurang bijaksana , bahkan melakukan
banyak hal yang merugikan rakyat . Kita tidak perlu kesana
dan sebaiknya engkau menjauhkan diri dari kota raja , Sin-ko “
.
Han Sin mengangguk-angguk . “ Pendapatmu memang
tepat sekali . Kalau selalu bersamamu , aku mempunyai
seorang penasehat yang amat bijaksana . Nah , mari kita
berangkat menuju ke Hwa-san “ .
Mereka melakukan perjalanan dengan cepat tanpa halangan
sesuatu dan tibalah mereka di kuil Hwa-li-pang di pegunungan
Hwa-san itu .
Kedatangan mereka di sambut sendiri olah Pak-Mau Tokouw
. Pendeta wanita ini berdiri termangu-mangu melihat
gadis berpakaian putih yang datang bersama Han Sin .
Demikian pula Kim Lan atau Ang Swi Lan atau Lan Lan
berdiri seperti terpesona memandang wanita yang sebetulnya
belum begitu tua , belum lima puluh tahun akan tetapi yang
rambutnya sudah putih semua seperti benang-benang kapas
itu . Kemudian , keduanya seperti di tarik oleh besi sembrani ,
saling menghampiri dan saling rangkul sambil menangis
………!” .
“ Swi Lan …. ! Lan-Lan , engkau Lan-Lan-ku … ah , benarbenar
engkau Swi Lan ! Terima kasih kepada Tuhan ….. “ .
Tokouw itu mencium muka anaknya sambil menangis
kegirangan , penuh bahagia terasa di hatinya .
“ Ibu , maafkan anakmu yang telah membuat ibu selalu
bersedih hati “ kata Lan-Lan sambil mencium pipi ibunya yang
masih montok dan belum terganggu keriput itu .
Ibunya merangkulnya , lalu membawanya duduk di kursi .
Mereka bertiga duduk menghadap meja . Lan-Lan dekat sekali
dengan ibunya dan Han Sin berhadapan dengan mereka . “
Bukan salahmu , anakku . Engkau masih kecil ketika di culik
orang , dan tentu baru sekarang engkau mendengar semua
tentang riwayatmu dari Han Sin “ .
“ Kang Sim To-kouw itu sungguh kejam dan jahat sekali ,
ibu . Bukan hanya menculikku , memisahkan aku dari ibu ,
akan tetapi ia juga membunuh ayahku “ .
“ Bukan kejam dan jahat , anakku . Melainkan iri hati .
Nafsu iri memang dapat membutakan mata bathin manusia
dan menghilangkan segala pertimbangan dan perasaan halus .
Akan tetapi suci sudah menginsafi kesalahannya , bahkan jauh
sebelum bertemu dengan Han Sin ia sudah tersiksa , terhukum
karena dikejar-kejar oleh nuraninya sendiri yang merasa
berdosa . Dan akupun sudah memaafkannya anakku “ .
“ Ibu bijaksana sekali dan aku bangga mempunyai ibu
begini bijaksana “ kata Lan Lan sambil memandangi wajah
ibunya dengan penuh kasih sayang .
“ Semua ini berkat bantuan Han Sin . Kalau tidak ada dia ,
sampai sekarangpun belum kita akan dapat saling bertemu
dan berkumpul kembali . Entah apa yang dapat kami lakukan
untukmu , Han Sin . Untuk membalas budimu yang amat
besar “ .
“ Tidak perlu sungkan , bibi . Karena kita adalah orangorang
sendiri . Harap bibi ketahui bahwa kalau aku bersusah
payah menolong Lan-moi , itu berarti aku menolong calon
istriku sendiri “ .
“ Ahhhh …. ? Begitukah ….. ?” Pek Mau To-kouw
memandang kepada mereka bergantian dengan wajah berseri
.
Lan Lan menundukkan mukanya yang menjadi kemerahan
dan Han Sin tertawa lalu berkata , “ Kami berdua saling
mencinta dan sudah berjanji untuk menjadi suami istri , bibi “ .
“ Siancai …. ! bagus , bagus !
Wah , hari ini pinni mendapat kebahagiaan ganda .
Menemukan kembali puteriku dan sekaligus memperoleh
mantu yang baik sekali . Ini harus di rayakan !” ia lalu
memanggil para muridnya untuk mempersiapakn sebuah pesta
untuk menyambut kembalinya anak yang hilang sejak kecil itu
.
Semua anggota Hwa-li-pang ikut bergembira dengan
peristiwa itu .
Apalagi ketika mereka mengetahui bahwa puteri ketua
mereka adalah gadis baju putih yang sudah lama mereka
kagumi dan calon mantunya adalah pemuda gagah yang dulu
hamper dipaksa keluarga gila untuk menjadi mantu mereka .
Malam itu , ibu dan anak ini melepas rindu dan saling
bercakap sampai semalam suntuk . menceritakan semua
pengalamannya kepada ibunya yang merasa bangga sekali
kepada puterinya . Puterinya bukan saja telah menjadi
pendekar wanita yang memiliki ilmu silat lebih tinggi darinya ,
akan tetapi juga pandai ilmu pengobatan dan ilmu sihir ! Akan
tetapi ketika ia menceritakan kepada ibunya tentang Cu Sian ,
pendeta wanita itu menjadi heran .
“ Cu Sian , yang kau maksudkan pemuda pengemis yang
gagah perkasa itu ?”
“ Ia bukan pemuda , Ibu , ia adalah seorang gadis yang
manis sekali . Dan ia …. Ia amat mencinta Sin-ko jauh hari
sebelum aku bertemu dengan Sin-ko “ .
“ Ahhhh …. ! Dan bagaimana dengan Han Sin ? Apakah dia
juga mencintainya ?” .
“ Sin-ko sayang kepadanya , sejak ia menyamar sebagai
pria dan di sayang seperti adik sendiri , akan tetapi …. “ .
“ Akan tetapi apa ?”
“ Cu Sian sungguh amat mencinta Sin-ko , dan hatiku tidak
tega membiarkan ia merana kalau ia sampai tidak dapat
menikah dengan Sin-ko , apalagi setelah malapetaka itu
menimpa dirinya “
Dengan terus terang Lan Lan bercerita kepada ibunya
tentang apa yang menimpa diri Cu Sian , betapa Cu Sian telah
diperkosa oleh Lui Sun Ek yang kemudian dibunuhnya . Dan ia
bercerita pula kepada ibunya bahwa ia telah mengalah dan
menganjurkan kepada Han Sin untuk menikah dengan Cu Sian
.
“ Ah , engkau keliru anakku . Kebijaksanaan ada batasnya ,
mengalahpun ada batasnya . Engkau hendak memaksakan
sesuatu yang tidak mungkin “ .
“ Akan tetapi aku rela mengalah demi kebahagiaan Cu Sian
, ibu . Aku merasa kasihan sekali kepadanya “ .
“ Memang itu salah satu perasaan yang baik . Akan tetapi
mengalah dengan mengorbankan diri sendiri ? Dan apa kau
kira bahwa perbuatanmu itu , pengorbananmu itu , akan
mendatangkan kebahagiaan bagi Cu Sian sendiri ? Bagaimana
mungkin ia dapat berbahagia bersuamikan seorang yang
hanya menyayangnya seperti adik sendiri ? Engkau harus ingat
pula akan perasaan hati Han Sin . Apakah dia akan dapat
hidup berbahagia , berpisah dari engkau yang di cintanya dan
terpaksa menikah dengan gadis yang hanya di sayangnya
seperti adik ? Dan engkau sendiri ! Ah , pengorbananmu yang
kau anggap mulia itu akhirnya bahkan akan membuat kalian
bertiga menderita kesengsaraan dan kekecewaan hati yang
menimbulkan penyesalan selama hidup “ .
Lan Lan tertegun dan ucapan ibunya itu meresap benar ke
dalam sanubarinya . Ia seolah baru terbuka matanya dan
melihat kemungkinan dalam pandangan yang benar dan tepat
itu .
“ Akan tetapi sudah terlanjur , Ibu . Sudah kukatakan
kepada Han Sin bahwa kalau dia tidak mau mengawini Cu Sian
, aku akan membencinya . Semua itu kukatakan hanya untuk
mendorongnya mengawini Cu Sian “ .
“ Anak bodoh ! Dan Cu Sian sendiri ? Apa katanya ? Apakah
ia mau diperisteri oleh Han Sin setelah dirinya ternoda ?
Apakah ia tidak akan merasa rendah diri ?” .
“ Mula-mula Cu Sian memang tidak mau , akan tetapi
akhirnya ia mengatakan bahwa ia mau menjadi isteri Han Sin
dengan satu syarat yaitu setelah Han Sin menikah dengan aku
!” .
Pak Mau To-kouw tersenyum dan mengangguk-angguk .
Gadis itu berbudi baik .
Agaknya ia tahu bahwa engkau mencinta Han Sin , maka ia
mengajukan syarat seperti itu . Akan tetapi bagaimana dengan
Han Sin sendiri ? Maukah dia menikah dengan Cu Sian ?” .
“ Itulah ibu yang menjadi persoalan . Sin-ko juga
mengajukan syarat . Dia mau menikah dengan Cu Sian asal
boleh menikah dengan aku lebih dulu !” .
“ Hemmm , syarat yang sama ! Dengan demikian maka
mau tidak mau engkau terpaksa menikah dengan Han Sin ,
begitukah ?” .
“ Agaknya demikianlah ibu , demi kebahagiaan mereka “ .
“ Lan-lan , engkau selalu memikirkan kebahagiaan orang
lain . Itu memang baik dan benar , akan tetapi kalau engkau
mengabaikan kebahagiaanmu sendiri , hal itu merupakan
tindakan yang bodoh sekali . Apakah engkau akan berbahagia
kalau menjadi isteri Han Sin dengan dimadu bersama Cu Sian
?” .
“ Aku sayang kepada Cu Sian , Ibu . Aku tidak keberatan
dan aku akan berbahagia sekali . Tentu saja kalau bukan Cu
Sian , aku tidak akan sudi “ .
“ Baiklah kalau begitu , akan tetapi aku tidak membenarkan
tindakan Cu Sian itu . Kalau memang Han Sin tidak
mencintanya , mengapa ia memaksa diri menjadi isterinya ?
Hal itu hanya akan mendatangkan perasaan kecewa kelak . Ia
masih muda , cantik dan aib itu tidak diketahui orang lain .
Kelak tentu ia masih akan bertemu dengan seseorang pria
yang benar-benar mencintanya . Akan tetapi kalau kalian
bertiga sudah mengambil keputusan , akupun tidak dapat
berbuat apa-apa lagi “ .
“ Jadi ibu setuju kalau aku menikah dengan Sin-ko ?” .
“ Tentu saja aku setuju . Dia seorang pemuda yang baik
sekali “ .
“ Biarpun dia akan menikah pula dengan Cu Sian ?” .
“ Hemmm , aku tahu perasaannya . Dia mau menikah
dengan Cu Sian karena engkau memaksanya . Mungkin
engkaupun akan mengajukan syarat gila yang sama pula ,
yaitu , baru mau menikah dengan Han Sin kalau Han Sin
berjanji hendak menikahi Cu Sian , bukan begitu ?” .
Wajah Lan Lan menjadi kemerahan dan ia merangkul
ibunya . “ Ibu tahu saja akan isi hatiku “.
“ Hemm , lalu bagaimana seandaianya Cu Sian kelak tidak
mau menikah dengan Han Sin ?” .
“ Ah , ibu ia amat mencinta Han Sin “ .
“ Mungkin saja ia mengubah pikirannya dan tidak mau
menikah dengan Han Sin yang hanya sayang kepadanya
seperti seorang adik , lalu bagaimana ?” .
“ Kalau ia yang tidak mau apa boleh buat . Akan tetapi
kalau Sin-ko yang menolak . Akupun tidak mau menikah
dengannya . Aku tidak mau mengecap kebahagiaan di atas
penderitaan batin Cu Sian “ .
“ Kalau begitu , persoalannya tergantung kepada Han Sin ,
sudahlah , sudah cukup kita bicara . Hari sudah hamper pagi ,
engkau belum tidur . Engkau perlu mengaso , Lan-Lan “ .
“ Wah , aku yang lupa diri , ibu . Ibu yang harus mengaso .
Ibu sudah tua dan tentu kelelahan “ .
Kedua ibu dan anak ini tidur , akan tetapi sampai lama Lan
Lan termenung memikirkan percakapan yang dilakukan
bersama ibunya tadi .
*****
Sebulan kemudian , Hwa-li-pang mengadakan perayaan
pernikahan antara Han Sin dan Lan Lan . Atas permintaan Han
Sin , maka perayaan itu dilakukan dengan sederhana , hanya
mengundang para penduduk yang menjadi tetangga . Han Sin
mengajukan alasan kepada ibu mertuanya bahwa setelah dia
membunuh Lui Couw , tentu dia akan di cari oleh pasukan
Kerajaan dan di anggap sebagai pemberontak . Maka , kalau
pesta pernikahan itu di rayakan secara meriah dan
mengundang tokoh-tokoh kang-ouw , tentu akan ketahuan
dan dapat mendatangkan keributan .
Biarpun perayaan dilangsungkan dengan sederhana ,
namun cukup meriah dan membahagiakan hati sepasang
mempelai yang saling mencinta itu .
Baru tiga hari berpengantenan , Lan Lan mendesak
suaminya agar mereka berdua pergi berkunjung kepada Cu
Sian untuk melamar Cu Sian menjadi isteri kedua Han Sin !
Han Sin tidak berani membantah biarpun hatinya merasa
enggan sekali . Dia telah berjanji ! Maka berangkatlah mereka
menuju ke Tiang-an , kota raja , mereka menyamar sebagai
suami isteri dusun yang berpakaian sederhana sekali .
Dengan hati-hati mereka memasuki pintu gerbang kota raja
di waktu senja setelah cuaca remang-remang sehingga
mereka tidak dapat dikenali oleh para penjaga . Dan memang
sesungguhnya mereka berdua terutama sekali Cian Han Sin
sudahmasuk catatan sebagai pemberontak yang di cari-cari !
Dengan berhati-hati sekali mereka memasuki pintu gerbang
bersama rombongan orang-orang dusun lainnya sehingga
tidak dikenali dan akhirnya mereka dapat masuk dengan
selamat . Mereka segera mencari Hek-I Kai-pang yang
pusatnya berada di Tiang-an dan mempunyai rumah besar di
daerah selatan kota . Akan tetapi ketika mereka melihat rumah
besar itu di tutup dan papan perkumpulan Hek I Kaipang telah
tidak ada lagi . Di situ bahkan terdapat tulisan tertempel di
pintu depan bahwa Hek I Kaipang telah di bubarkan dan
rumah itu di sita oleh pemerintah ! .
Selagi mereka kebingungan , seorang kakek berpakaian
sederhana menghampiri mereka dan berbisik . “ Apakah sicu
yang bernama Cian Han Sin ?” .
Han Sin terkejut dan menoleh . Kakek itu berbisik lagi , “
Saya adalah utusan Cu-pangcu yang di tugaskan menghadang
sicu di sini . Mari silahkan mengikuti saya dari jauh .
“ Setelah berkata demikian kakek itu berjalan pergi seolah
tidak pernah terjadi apa-apa . Han Sin dan Swi Lan segera
mengikutinya dari jarak jauh agar jangan kentara dan kakek
itu membawa mereka memasuki lorong yang berliku-liku dan
ternyata lorong itu menuju ke sebuah tanah kuburan ! Tentu
saja tempat itu sepi sekali , apa lagi hari telah mulai malam .
Mereka lalu duduk di depan sebuah kuburan tanpa
menggunakan api agar tidak diketahui orang lain . Akan tetapi
memang tidak perlu ada api penerangan karena bulan
purnama muncul sore-sore dan cuaca tidaklah amat gelap .
Setelah merasa yakin , bahwa di situ tidak terdapat orang lain
, kakek itu memperkenalkan diri .
“ Saya bernama Lo Kian , dahulu menjadi pembantu dari
nona Cu yang menjadi pangcu kami . Ketika Cu-pangcu pulang
dari perantauannya , pada suatu hari datang ratusan prajurit
yang menyerbu dan menyerang kami , dengan maksud
menangkap pangcu . Kami semua tentu saja mengadakan
perlawanan , akan tetapi jumlah prajurit terus bertamabah
sehingga banyak di antara kami yang tewas “ .
“ Bagaimana dengan Cu Sian ?” Tanya Swi Lan khawatir .
“ Cu-pangcu berhasil melarikan diri bersama sisa anggota
kami . Juga saya berhasil melarikan diri . Kami lalu
menanggalkan pakaian hitam dan mengenakan pakaian biasa
sehingga tidak dapat di temukan para prajurit . Tempat kami
ini di sita dan kami tidak berani menampakkan diri sebagai
anggota Hek I Kaipang lagi . Kemudian Cu-pangcu mengambil
keputusan untuk membawa para anggota melarikan diri ke
Shansi di utara “ .
“ Hemmm , mengapa ke Shansi ?” Tanya Han Sin , teringat
akan pengalamannya dengan Cu Sian ketika mereka merantau
ke utara mengalami banyak hal yang aneh-aneh , terutama
ketika mereka berdua menjadi tamu suku Yakka .
“ Karena pang-cu mendengar bahwa di utara ada
pergolakan . Kaisar kabarnya mencurigai Li-kongcu putera
Gubernur Li di Shansi yang di dakwa mempunyai hubungan
dan bersekutu dengan orang Turki . Kaisar memanggil Likongcu
, akan tetapi Li-Kongcu tidak mau datang sehingga dia
di anggap pemberontak . Maka Cu-pangcu pergi ke sana untuk
membantu kalau-kalau Gubernur Shansi mengadakan
pemberontakan terhadap kaisar yang di kuasai orang-orang
jahat . Banyak durna berkuasa di istana kaisar sehingga kami ,
perkumpulan pengemis yang tidak bersalah di anggap
pemberontak “ .
“ Lalu engkau di suruh menhadang kami di sini , apa pesan
pangcu-mu untuk kami ?” .
“ Pangcu mengirim surat untuk Cian-sicu dan harus di
terima oleh Cian-sicu sendiri . Oleh karena itu berpekan-pekan
saya menanti di sini dan kebetulan sekali tadi saya melihat
sicu . “ Lo Kian lalu mengeluarkan sepucuk surat bersampul
untuk Han Sin .
Bulan purnama bersinar dengan cerahnya . Karena tidak
ada awan yang merintangi , maka sinarnya cukup terang bagi
Han Sin untuk membaca surat itu . Dia memperlihatkan
kepada Swi Land an mereka berdua membaca bersama-sama
di saksikan oleh Lo Kian . Surat itu di tulis indah dan jelas .
Sin-ko dan Lan-ci yang baik ,
Kalau kalian datang , aku sudah pergi ke utara .
Perkumpulanku di serbu pasukan , agaknya aku sudah masuk
daftar hitam mereka . Aku dan kawan-kawan akan membantu
Gubernur Li menentang kaisar yang lalim .
Tentang janjiku , dengan ini kunyatakan bahwa aku
menarik kembali janji itu . Maafkan aku , enci Lan . Aku tidak
dapat menikah dengan Sin-ko yang ku sayang sebagai
kakakku sendiri . Aku telah salah sangka terhadap perasaan
hatiku sendiri . Dan pesanku bagimu , Sin-ko . Bahagiakanlah
enci Lan , aku sangat sayang dan berhutang budi kepadanya .
Sekianlah , semoga kalian menjadi suami isteri yang
berbahagia . Sampai berjumpa lagi kalau Tuhan menghendaki
.
Hormat dari aku ,
Cu Sian .
Han Sin dan Swi Lan saling pandang dalam keremangan
cuaca itu . han Sin melihat betapa sepasang mata isterinya
basah air mata . Dia sendiri merasa amat terharu akan tetapi
juga berbahagia dan lega . Akhirnya Cu Sian menyadari bahwa
cinta di antara mereka adalah kasih sayang antara saudara
dan tidak lah baik kalau mereka berdua jadi menikah .
“ Nah , sicu , setelah saya menyerahkan surat , saya mohon
diri . Saya harus kembali ke utara bergabung dengan kwankawan
yang berada di sana “ .
Han Sin dan Swi Lan mengucapkan terima kasih dan
merekapun saling berpisah . Suami isteri ini melewatkan
malam di sebuah kuil tua dimana banyak terdapat pula orangorang
dusun yang tidak kuat menyewa kamar . Dan pada
keesokan harinya , mereka berdua keluar dari kota raja untuk
kembali ke Hwa-li-pang .
Sebetulnya apakah yang terjadi dengan pergolakan di utara
? Kaisar Yang Ti yang masih dikelilingi banyak durna itu
mendapat hasutan dari mereka .
Mereka mengatakan bahwa Gubernur Li , terutama sekali
puteranya , yaitu Li Si Bin pasti mempunyai hubungan
persekongkolan dengan orang Turki . Kalau tidak demikian ,
bagaimana mungkin dia dapat membebaskan kaisar ketika di
tawan oleh mereka . Dan persekongkolan itu amatlah
berbahaya . Siapa tahu Guebernur Li mengadakan rencana
untuk memberontak , bergabung dengan orang-orang Mongol
dan Turki yang menjadi musuh lama kerajaan .
Mendengar hasutan ini , kaisar lalu menjadi curiga kepada
Li Si Bin dan dia mengutus orang untuk memanggil Li Si Bin
datang menghadap . Tentu saja dengan rencana kalau sudah
menghadap , pemuda itu akan di tangkap dan di paksa
mengaku tentang persekutuannya dengan orang-orang Turki .
Akan tetapi di antara perwira yang menjadi utusan ini ada
yang berpihak kepada Li Si Bin dan diam-diam dia memberi
peringatan kepada Li Si Bin . Pemuda ini tentu saja menolak
dan tidak mau menghadap . Para utusan tidak berani
melakukan kekerasan dan kembali dengan tangan kosong .
Peristiwa itu bagaikan api kecil yang membakar dan yang
kemudian menjadi api besar yang menimbulkan perang
pemberontakan . Li Si Bin memang sudah beberapa kali
menganjurkan ayahnya untuk memberontak sejak mendengar
ketidak-adilan kaisar . Mendengar tentang kaisar yang hanya
berfoya-foya dan menekan rakyat , yang di kelilingi oleh para
durna atau pembesar yang jahat . Akan tetapi Gubernur Li
Goan masih menolak , ketika terjadi peristiwa itu , yaitu ketika
Li Si Bin hendak di tangkap oleh kaisar , Gubernur Li Goan
tidak lagi dapat di cegah kehendak puteranya . Mulai lah Li Si
Bin bangkit , memimpin pasukan yang di dukung banyak
golongan rakyat itu dan di bantu oleh pasukan dari Mongol
dan Turki , menyerbu ke selatan .
Terjadilah perang saudara yang hebat sampai akhirnya
Kerajaan Sui jatuh dalam tahun 618 . Akan tetapi ini
merupakan kisah lain lagi .
Kerajaan Sui yang di bangun dengan susah payah oleh
Mendiang Yang Cien yang gagah perkasa , hancur di tangan
puteranya yang tidak becus , Yang Ti 9604 – 6180 merupakan
kaisar yang lemah dan menuruti kesenangan diri sendiri saja ,
sehingga Kerajaan Sui itu hanya mampu dan bertahan berdiri
selama tahun 581 sampai 618 saja .
Cu Sian dan anak buahnya , yaitu para anggota Hek I
Kaipang , merupakan satu di antara golongan yang banyak
membantu perjuangan Li Si Bin . Bahkan Cian Han Sin dan
isterinya , Ang Swi Lan , akhirnya juga bergabung dan
membantu menggulingkan Kaisar Yang Ti yang semakin lemah
. Melalui perang selama hamper sepuluh tahun . Akhirnya
Kerajaan Sui dapat di jatuhkan dan Li Si Bin mengangkat
ayahnya sendiri , Guebernur Li Goan menjadi Kaisar dari
sebuah kerajaan baru yang diberi nama Kerajaan Tang ! .
Demikianlah , kisah ini selesai sampai di sini dan kalau dulu
, pedang Naga Hitam di tangan Cian Kauw Cu membantu
berdirinya Kerajaan Sui , kini di tangan Cian Han Sin , bahkan
membantu meruntuhkan Kerajaan Sui dan membantu
berdirinya Kerajaan Tang .
Mudah-mudahan kisah ini ada manfaatnya bagi para
pembaca dan sampai jumpa lagi di lain kisah .
Tamat
Lereng Lawu , akhir Juli 1987 .
Tag:cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf
- Cersil Ke 8 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Cer...
- Cersil Ke Tujuh Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti...
- Cersil ke 6 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
- Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung
- Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko
- Cersil Yoko 3 Condor Heroes
- Cersil Yoko Seri Ke 2
- Cerita Silat Cersil Ke 1 Kembalinya Pendekar Rajaw...
- Cerita Silat Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Komp...
- Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendeka...
- Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
- Cersil Ke 23 Kwee Ceng Pendekar Lugu
- Cerita Silat Ke 22 Kwee Ceng
- Cersil Ke 21 Kwee Ceng
- Cerita Silat Ke 20 Cersil Kwee Ceng Rajawali Sakti...
- Cerita Silat Ke 19 Kwee Ceng Jagoan Sakti
- Cersil Ke 18 Kwee Ceng
- Cersil Ke 17 Kwee Ceng Cerita Silat Pendekar Rajaw...
- Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Ke 16 Pendekar Kw...
- Cersil Ke 15 Pendekar Kwee Ceng
- Cersil Hebat Kweeceng Seri 14
- Cersil Cerita Silat Kwee Ceng 13
- Cersil Pendekar Ajaib : Kwee Ceng 12
- Kumpulan Cerita Silat Jawa : Kwee Ceng 11
- Cerita Silat Pendekar Matahari : Kwee Ceng 10
- Cersil Mandarin Lepas :Kwee Ceng 9
- Cersil Langka Kwee Ceng 8
- Cerita Silat Mandarin Online : Kwee Ceng 7
- Cersil Indo Kwee Ceng 6
- Cerita Silat Cersil Kwee Ceng 5
- Cersil Kwee Ceng 4
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 3
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 2
- Cersil Pendekar Kwee Ceng ( Pendekar Pemananah Raj...
- Cersil Seruling Sakti dan Rajawali Terbang
- Kumpulan Cersil Terbaik
- Cersil Jin Sin Tayhiap
- Cersil Raisa eh Ching Ching
- Cersil Lembah Merpati
- Cerita Silat Karya stefanus
- Cersil Pedang Angin Berbisik
- Cersil Sian Li Engcu
- Cersil Si KAki Sakti
- Cersil Bendera Maut
- Cersil Pahlawan Gurun
- Cersil Pedang Pusaka Buntung
- Cersil Terbaik Pendekar Kunang Kunang
- Cersil Mandarin Imam Tanpa Byangan