Rabu, 25 April 2018

Komik Cerita Silat Naga Beracun 3

----
Cian Bu maklum bahwa nenek itu hanya
menguji. Akan tetapi ujian yang dilakukan seorang
bekas datuk sesat seperti Ban-tok Mo-li ini bukan
sembarangan ujian. Kalau dia tidak hati-hati, bisa
saja ujian itu berakhir dengan kematiannya. Dia
dapat menduga pula bahwa ujung bulu-bulu
kebutan itu tentulah mengandung racun. Maka,
untuk mengakhiri ujian itu, dia harus
memperlihatkan kepandaiannya. Diam diam dia
mengerahkan sin-kang dan membuat telapak
tangannya panas seperti api membara dan ketika
kebutan menyambar lewat karena dia mengelak,
dia cepat menangkap ujung kebutan itu dengan
tangan.
"Plakk!" Ujung kebutan dapat ditangkap. Lo
Nikouw menarik kebutannya dan Cian Bu
mempertahankan. Sejenak tarik-menarik. Lo
Nikouw tersenyum karena mengira bahwa
lawannya tentu akan keracunan ketika telapak
tangannya mencengkeram dan menggenggam bulubulu
kebutannya. Akan tetapi ia terbelalak karena
ujung kebutan itu mengeluarkan asap dan iapun
hampir terjengkang karena bulu kebutannya tibatiba
putus dan ujungnya hangus seperti terbakar
dalam genggaman tangan lawan. Cian bu
membersihkan telapak tangannya yang penuh abu
hitam, lalu mengangkat kedua tangan di depan
dada.
"Ilmu kepandaian lo-cian-pwe Ban-tok Mo-li
memang hebat sekali. Saya mengaku kalah." Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cian Bu bersikap hormat dan mengalah, hal ini
semata-mata karena cintanya kepada Lan Ci,
karena dia berhadapan dengan ibu kandung
isterinya tercinta itu. Andaikata tidak demikian,
tentu dia akan bersikap bahkan bertindak lain.
Dahulu dia merupakan seorang pangeran yang
angkuh dan tinggi hati!
Wajah Lo Nikouw berubah kemerahan, akan tapi
hatinya mulai suka melihat pria yang lihai itu
merendahkan diri dan bersikap hormat kepadanya.
Ini merupakan seorang mantu yang hebat,
pikirnya, dan sungguh tidak mengecewakan
mempunyai seorang mantu yang tingkat
kepandaiannya tidak kalah olehnya.! Jauh lebih
hebat dari pada Coa Siang Lee yang dipandangnya
rendah.
"Omitohud.......siapakah engkau sebenarnya?"
Sim Lan Ci yang merasa girang melihat
suaminya mampu membuat ibunya tunduk,
mendahului suaminya dengan suara bangga, "Ibu,
namanya Cian Bu, dahulu dia bernama Pangeran
Cian Bu Ong!"
Nenek itu membelalakkan matanya.
"Omitohud,.........kiranya Pangeran Cian Bu Ong
yang terkenal itu! Ah, pin-ni sudah sejak dahulu
mendengar nama besar pangeran!"
Cian Bu membungkuk. "Harap ibu jangan terlalu
memuji. Sekarang saya bukan pangeran lagi,
melainkan orang biasa yang bernama Cian Bu."
Mendengar bekas pangeran itu menyebutnya ibu
tanpa ragu-ragu lagi, hati nenek ini menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin senang dan bangga. Seorang pangeran,
biarpun hanya bekas, menyebutnya ibu!
"Hemm, kiranya suamimu seorang yang memiliki
ilmu kepandaian tinggi, Lan Ci," katanya dan
suaranya terhadap puterinya kini lembut ramah.
"Baik sekali kalau Thian Ki menjadi muridnya.
Akan tetapi sudah ada dia sebagai gurunya kenapa
kalian bawa lagi Thian Ki kepada pin-ni?"
"Ibu, kami amat khawatir terhadap keadaan
Thian Ki. Kalau dia mengerahkan sedikit saja
tenaga, maka tubuhnya mengandung racun yang
mematikan. Kalau hal ini dibiarkan, bisa suatu
saat tanpa disengaja dia akan membunuh aku,
adiknya atau siapa saja," kata Lan Ci.
"Kami tidak tahu bagaimana harus mengajarnya
agar dia dapat menguasai dan mengendalikan
hawa beracun itu, apa lagi melenyapkannya. Saya
sendiri tidak berani coba-coba, takut kalau-kalau
keliru bahkan membahayakan nyawanya sendiri.!
Oleh karena itu, tidak ada lain jalan bagi kami
kecuali membawanya ke sini," kata Cian Bu.
Nenek itu tersenyum lebar."Omitohud, akhirnya
cucuku dikembalikan juga kepada pin-ni. Baik,
pin-ni akan membimbingnya agar dia dapat
menguasai dirinya, dapat mengendalikan hawa
beracun itu, dengan syarat bahwa dia harus
ditinggalkan sendiri di sini bersama pin-ni untuk
waktu satu sampai dua tahun! Tinggalkan dia di
sini, setelah selesai pelajarannya, kelak pin-ni akan
mengantarkan dia pulang ke rumah kalian."
Suami isteri itu saling pandang, kemudian Cian
Bu bertanya kepada Thian Ki. "Thian Ki,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana pendapatmu? Maukah engkau kami
tinggalkan di sini seperti yang dikehendaki
nenekmu?"
Thian Ki mengangguk. "Tentu saja aku mau,
ayah. Aku ingin terbebas dari siksaan ini."
"Nenek, akupun ingin dijadikan tok-li
(perempuan beracun)! Jadikan aku anak beracun
seperti toako!" Tiba-tiba Kui Eng berlari mendekati
nenek itu dan memegang tangannya.
Lo Nikouw memandang anak perempuan itu.
"Hemm, inikah anakmu dengan suamimu yang
sekarang, Lan Ci?" Lalu ia mengerutkan alisnya.
"Tapi, kalian baru menikah tujuh tahun dan anak
ini sedikitnya berusia sepuluh tahun."
"Nek, usiaku sudah sebelas tahun. Aku pasti
bukan anak mereka, entah anak siapa aku ini,"
kata Kui Eng dan tiba-tiba saja ia menangis seperti
air yang membanjir karena tanggulnya bobol.
"Kui Eng. jangan bicara tidak karuan.!" bentak
Cian Bu. "Engkau masih kecil ketika ibu
kandungmu terbunuh, dan sejak itu engkau
menjadi anak ibumu yang sekarang. Apakah
ibumu ini kurang menyayangmu?"
Kui Eng menoleh ke arah ibunya dan melihat
betapa Sim Lan Ci memandangnya dengan sinar
mata sedih, iapun lari menghampiri dan merangkul
ibunya. Ibu dan anak itu saling berangkulan
karena terasa benar dalam hati mereka betapa
mereka sejak dahulu saling mencinta.
"Omitohud......, dua orang dengan anak masing
masing telah menjadi satu keluarga yang rukun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan saling menyayang. Pin-ni ikut merasa girang.
Dan seperti yang pin-ni katakan tadi tinggalkan
Thian Ki di sini dan kalau sudah selesai
pelajarannya, pin-ni akan antarkan dia pulang."
"Aku ikut kakak Thian Ki!" Kui Eng merengek
kepada ibunya.
"Tidak, Kui Eng. Kalau engkau tinggal pula di
sini, lalu bagaimana ayah dan ibumu.? Tentu akan
amat kesepian di rumah."
"Aku ingin ikut toako!" anak perempuan itu
membantah.
"Kui Eng, engkau bukan anak kecil lagi! Engkau
telah menjadi seorang gadis cilik dan pelajaranmu
belum selesai. Masih banyak yang harus
kaupelajari dariku. Pula, tidak baik seorang gadis
hidup menyendiri jauh orang tua," kata ayahnya.
"Ayah, aku tidak menyendiri, akan tetapi
bersama kakakku! Apa salahnya?"
"Hemm, engkau sudah hampir dewasa, tentu
engkau tahu bahwa biarpun kalian saling
menyayang sebagai kakak dan adik, akan tetapi
tidak ada hubungan darah di antara kalian.
Bagamana akan kata orang kalau tahu akan hal
itu? Engkau harus pulang bersama kami.
Kakakmu tinggal di sini untuk mempelajari ilmu
mengendalikan racun, berarti sama dengan berobat
agar dia dapat hidup normal."
Diingatkan demikian, Kui Eng memandang pada
Thian Ki dan sekarang pandangannya berubah.!
Thian Ki bukan kakaknya! Bahkan kakak tiripun
bukan, berlainan ayah berlainan ibu. Orang lain!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eng-moi (adik Eng), kau pulanglah bersama
ayah dan ibu. Kelak akupun akan pulang setelah
latihanku di sini selesai," kata Thian Ki membantu
ayah ibunya membujuk.
Kui Eng cemberut dan tidak menangis lagi. Ia
membanting kakinya ketika bangkit berdiri.
"Baiklah, baiklah! Engkau tidak senang kalau aku
ikut denganmu, ya? Aku memang bukan adikmu,
bukan apa-apa........."
"Kui Eng, bagaimanapun juga, Thian Ki adalah
suhengmu!" ayahnya memperingatkan. Setelah
dibujuk-bujuk dan dihibur-hibur barulah Kui Eng
mengalah. Keluarga itu tinggal di kuil Thian-hotang
selama tiga hari dan kesempatan itu
dipergunakan oleh Lan Ci untuk menjual rumah
dan tanahnya, mengangkut prabot rumah yang
dikehendaki ibunya ke kuil itu. Ketika suami isteri
itu dan Kui Eng hendak pergi meninggalkan kuil
dan pulang, Lan Ci dan Cian Bu meninggalkan
uang yang cukup untuk keperluan Lo Nikouw dan
Thian Ki yang akan tinggal di situ selama kurang
lebih dua tahun. Kemudian mereka bertiga
berangkat pergi, diantar oleh Lo Nikouw dan Thian
Ki sampai di kaki bukit.
-ooo0dw0ooo-
Dari puterinya, Lo Nikouw sudah mendengar
semua tentang pengalaman puterinya dan cucunya
semenjak meninggalkan dusun Mo-kin-cung. Ia
juga sudah mendengar betapa cucunya membunuh
beberapa orang tanpa disengaja, karena racun di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhnya bekerja ketika orang-orang itu
menyerangnya.
Setelah tiba di rumah, ia memeriksa tubuh
cucunya, bukan saja memeriksa jalan darah,
menggigit sedikit rambut kepalanya, juga
mengeluarkan sedikit darah dengan tusukan
jarum. Setelah memeriksa, ia mengangguk-angguk.
"Bagus, engkau telah benar-benar menjadi
seorang tok-tong. Ayah ibumu memberi juluk Tokliong
(Naga Beracun), memang tepat sekali. Kalau
engkau kelak memiliki kepandaian tinggi, engkau
menjadi gagah perkasa seperti seekor naga, dan
engkau menjadi semakin hebat karena naga itu
beracun.! Akan terkabul idaman hatiku, terkabul
pula cita-cita ayahmu Cian Bu yang gagah perkasa
itu, karena engkau akan menjadi seorang gagah
yang tidak terkalahkan!"
"Akan tetapi aku tidak ingin membunuh orang,
nek.! Lebih baik bersihkan saja tubuhku dari
racun itu. Singkirkan semua hawa beracun karena
aku tidak suka menjadi tok-tong, tidak suka jadi
naga beracun." Dia menatap wajah neneknya dan
melanjutkan, "Aku tidak suka menjadi seorang
jahat, nek. Apakah nenek yang telah menjadi
pendeta ini menghendaki aku kelak menjadi
seorang pembunuh yang jahat?"
"Omitohud......tentu saja tidak, Thian Ki. Dahulu
di waktu muda, memang pin-ni seorang pembunuh
yang tiada duanya lagi, heh-heh. Pin-ni dijuluki
Ban-tok Mo-li dan tidak ada seorangpun tokoh
kangouw yang tidak mengenal nama pin-ni! Akan
tetapi, pin-ni juga sudah merasakan akibatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perbuatan jahat, lambat atau cepat, pasti akan
menghasilkan buahnya yang teramat pahit. Pin-ni
telah menyadari semua itu, pin-ni telah bertobat
dan mohon ampun dari Yang Maha Pengampun.
Kalau pin-ni sengaja membuat tubuhmu menjadi
beracun, hal itu pin-ni lakukan bukan dengan
maksud agar engkau menjadi jahat, melainkan
agar engkau menjadi seorang pendekar yang tak
terkalahkan. Di dunia ini terdapat banyak sekali
orang jahat yang pandai dan amat berbahaya,
Thian Ki."
"Aih, nenekku yang baik. Hampir aku tidak
percaya bahwa engkau dahulu adalah seorang
datuk sesat yang berjuluk Ban-tok Mo-li! Jahat
sekalikah engkau ketika muda, nek?"
"Omitohud, semoga Tuhan mengampuniku.
Bukan jahat lagi, cucuku. Lebih daripada yang
jahat. Tidak ada kejahatan yang tidak pernah
kulakukan!
Thian Ki menghela napas panjang dan
menggelengkan kepalanya. Tentu saja sukar
baginya membayangkan neneknya yang kini
demikian penuh kelembutan dan keramahan,
pernah menjadi seorang iblis betina yang kejam.
Bukankah ayah dan ibunya dahulu juga
mendidiknya menjadi orang yang baik dan
menjauhi kekerasan? Baru setelah ibunya menikah
dengan ayah tirinya yang sekarang ini dia
mengenal ilmu silat di bawah gemblengan ayah
tirinya.
"Nek, kalau nenek dahulu menjadi tokoh sesat,
kalau begitu.......tentu musuh nenek terdiri dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para pendekar dan tokoh persilatan yang baik?
Begitukah?"
"Omitohud........tentu saja........ tentu saja begitu.
Kalau pin-ni dulu jahat, tentu saja musuh-musuh
pin-ni adalah tokoh tokoh yang baik. Itu sudah
sewajarnya, bukan? Akan tetapi pin-ni dulu, tidak
mengenal apa itu baik atau buruk. Pendeknya
siapa saja yang tidak sependapat dengan pin-ni,
tentu menjadi musuh pin-ni tidak perduli dia itu
pendekar budiman ataukah perampok jahat!
Musuh pin-ni sudah tak terhitung banyaknya.
Terima kasih Tuhan bahwa pin-ni sekarang telah
menjadi nikouw, sehingga tidak ada bekas musuh
yang masih ingat dan mengenal pin-ni, sudahlah.
Thian Ki. Pendeknya, engkau tidak boleh menjadi
orang jahat. Engkau harus menjadi seorang
pendekar yang tak terkalahkan, menjadi jagoan
nomor satu yang selain menjunjung tinggi nama
keluarga, juga dengan perbuatan gagah dan benar
akan dapat sedikitnya mengurangi kekotoran yang
menempel pada nama nenekmu ini. Nah, sekarang
engkau harus bekerja keras, berlatih untuk dapat
menguasai hawa beracun yang berada di dalam
tubuhmu."
"Akan tetapi, nek. Kalau mungkin, aku ingin
sekali agar aku tidak lagi menjadi tok-tong, agar
darahku tidak beracun, agar hawa beracun yang
berada dalam tubuhku lenyap, karena aku tidak
ingin orang lain menjadi korban karena racun yang
berada dalam tubuhku."
Nenek itu menghela napas panjang dan
menggelengkan kepala. "Omitohud, dengan susah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
payah pin-ni membuat engkau menjadi tok-tong
dengan maksud agar engkau menjadi jagoan nomor
satu di dunia, menjadi seorang pendekar tak
terkalahkan, dan engkau minta agar engkau pulih
kembali menjadi anak biasa? Tidak mungkin,
Thian Ki, kecuali kalau ada sedikitnya sepuluh
orang yang menyedot racun itu dari tubuhmu.
Akan tetapi itu berarti bahwa engkau akan
mengorbankan nyawa sepuluh orang."
"Aku tidak mau kalau begitu, nek! Lebih baik
racun itu membunuhku dari pada harus
membunuh sepuluh orang!"
"Akupun tidak menghendaki demikian, cucuku.
Oleh karena itu, aku akan mengajarkan cara agar
engkau menguasai racun itu di tubuhmu, sehingga
engkau dapat membuat racun itu mengendap dan
tidak membahayakan orang lain. Setelah engkau
dapat menguasainya, racun itu baru bekerja
setelah engkau mengerahkan tenagamu. Akan
tetapi engkau tidak boleh menikah, Thian Ki,
karena setiap kali engkau menikah, isterimu itu
akan mati keracunan dan merupakan orang
pertama yang akan menyedot racun dari
tubuhmu."
"Nek, apakah tidak ada jalan lain untuk
membebaskan aku dari racun ini?"
"Hanya dengan bantuan orang yang sakti,
cucuku. Yang memiliki sin-kang yang sudah
sempurna bahkan yang lebih kuat daripada ayah
tirimu yang tangguh itu. Dan di dunia ini, orang
seperti yang kumaksudkan itu jarang dapat
dijumpai. Seingatku hanya ada dua orang saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mungkin sekali dapat membantumu. Mereka
adalah Pek I Tojin, tosu pertapa dari Thaisan dan
ke dua adalah Hek Bin Hwesio, hwesio perantau di
pegunungan Himalaya. Akan tetapi, siapa yang
dapat mencari dua orang sakti seperti itu? Mereka
seperti dewa dan andaikata dapat jumpa sekalipun,
belum tentu mereka mau mencampuri urusan
dunia."
"Wah, susah benar kalau begitu mencari mereka,
nek. Akan tetapi kelak aku akan mencari mereka.
Apakah mereka tidak mempunyai murid-murid
yang sekiranya telah mewarisi ilmu-ilmu mereka,
nek?"
"Setahuku, murid paling baik dan terkenal dari
Pek I Tojin adalah Huangho Sin-liong (Naga Sakti
Sungai Kuning) Si Han Beng. sedangkan murid
terbaik dari Hek Bin Hwesio adalah isteri pendekar
itu, yang bernama Bu Giok Cu. Nama suami isteri
ini terkenal sekali, terutama di sepanjang lembah
sungai Huang-ho. Dan mereka tinggal pula di tepi
sungai Huang-ho, di sebuah dusun yang disebut
Hong-cun. Akan tetapi, pin-ni tidak yakin apakah
mereka berdua itu akan dapat menolongmu, atau
akan mau melakukannya. Pin-ni kira hanya Pek I
Tojin atau Hek Bin Hwesio saja yang akan mampu
melakukannya."
Diam-diam Thian Ki mencatat nama orang-orang
yang disebut oleh neneknya. Mulai hari itu diapun
berlatih dengan tekun di bawah bimbingan
neneknya, berlatih untuk menguasai hawa beracun
yang menguasai tubuhnya. Setelah berlatih yang
sebagian besar adalah latihan samadhi dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernapasan, barulah Thian Ki mengerti mengapa
neneknya minta dia tinggal satu dua tahun di situ.
Ternyata latihan menguasai hawa beracun itu
tidaklah mudah.! Dan salah sedikit saja akan
membahayakan dirinya sendiri. Racun di tubuhnya
itu akan dapat mendatangkan akibat sampingan
yang hebat, seperti rusaknya jantungnya atau
bahkan rusaknya isi kepalanya. Dia dapat menjadi
gila, lemah atau bahkan tewas. Hawa beracun yang
berada di tubuhnya, bahkan yang sudah mengalir
di darahnya, yang membuat rambut dan kukunya,
bahkan ludahnya, mengandung racun yang dapat
mematikan orang lain, bagaikan ular berbisa yang
liar dan yang tidak dapat keluar dari tubuhnya.
Karena neneknya tidak mampu mengeluarkan
racun itu, maka ular liar itu harus dapat
ditundukkan dan dijinakkan, sehingga biarpun
berada di dalam tubuhnya, namun dia dapat
mengatur agar kalau tidak diperlukan, ular liar
berupa racun itu dapat "tidur" di dalam pusarnya.
Thian Ki yang ingin membuat dirinya tidak
"berbahaya" seperti yang sudah, berlatih dengan
tekun sekali, sehingga lewat satu setengah tahun
dia sudah berhasil dan mampu menguasai hawa
beracun di dalam tubuhnya. Hawa beracun itu
sudah jinak dan berdiam di pusarnya. Dalam
keadaan hawa itu tertidur, dia dapat melakukan
apa saja tanpa mengusik hawa beracun itu, kecuali
tentu saja menggunakan sin-kang. Kalau dia
mengerahkan tenaga dalam, maka otomatis hawa
beracun tidur itu akan bangkit dan menerobos
keluar melalui gerakannya yang mengandung
tenaga dalam, tentu saja akibatnya akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membahayakan nyawa lawan. Kalau dia
mengerahkan tenaga sin-kang untuk menggugah
hawa beracun itu, maka hawa beracun itu akan
menyebar di seluruh tubuhnya dan jangankan
pukulannya, baru rambut, kuku, dan ludahnya
saja mengandung racun yang cukup untuk
membunuh orang. Sekali gores dengan kukunya
saja, kalau kulit orang terluka dan berdarah, maka
racun dari kukunya akan membunuh orang itu.
"Sudah cukup, cucuku," nenek itu terkekeh
gembira. "Omitohud......betapa senangnya hatiku.
Engkau memang berbakat sekali, Thian Ki. Belum
dua tahun engkau telah mampu menguasai hawa
beracun di tubuhmu. Engkau sekarang baru tepat
berjuluk Tok-liong (Naga Beracun). Besok kuantar
engkau pulang, aku ingin mengunjungi ibumu dan
mantuku yang gagah perkasa."
Tentu saja Thian Ki juga girang mendengar ini.
Dia sudah merasa rindu kepada ibunya, kepada
ayah tirinya dan terutama kepada Cian Kui Eng.
"Aku juga senang sekali, nek dan terima kasih
atas bimbinganmu. Aku senang sekali bahwa kini
aku tidak takut lagi bergaul dengan sumoi, dan
tidak takut pula untuk melayaninya berlatih silat."
Nikouw tua itu mengangguk-angguk dan
merangkap kedua tangan di depan dada, menarik
napas panjang dan matanya dipejamkan, mukanya
ditengeadahkan. "Omitohud, semoga Sang Buddha
akan memberi bimbingan kepada cucuku sehingga
kelak dia akan dapat mencuci bersih nama
neneknya.Thian Ki, ingat! Jangan sekali-kali
engkau mempergunakan hawa beracun di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuhmu untuk perbuatan jahat! Biarpun
tubuhmu beracun, namun hatimu haruslah bersih
dari pada segala kejahatan."
"Aku mengerti, nek."
Nenek dan cucunya ini berkemas, siap untuk
berangkat besok pagi-pagi meninggalkan Mo-kincung
menuju ke tempat tinggal Cian Bu Ong atau
sekarang sekarang kita kenal dengan nama baru,
yaitu Cian Bu yang tinggal sebagai hartawan,
dermawan dan kepala dusun Ke-cung di kaki Bukit
Emas.
Sore hari itu Thian Ki membantu neneknya
membersihkan kuil. Nenek itu ingin agar kuil itu
bersih sebelum ditinggalkan, karena selama
beberapa hari kuil itu akan ditinggalkan dan tidak
ada yang akan membersihkannya. Selagi mereka
asyik membersihkan kuil, tiba-tiba mereka
mendengar suara banyak orang di luar kuil.
"Omitohud, siapa yang berkunjung ke kuil soresore
begini?" kata Lo Nikouw lirih. Ia hampir tidak
pernah kedatangan tamu kecuali orang-orang
dusun yang datang untuk minta obat atau minta
berkah atau mau sembahyang.
Akan tetapi, pada saat itu, terdengar teriakan
dari luar yang amat mengejutkan hati Thian Ki.
"Iblis betina, keluarlah untuk menerima
hukuman.!"
Dengan mata terbelalak Thian Ki memandang
kepada neneknya. Nikouw tua itupun terkejut,
namun sikapnya tenang saja, bahkan bibirnya
tersenyum. "Omitohud, agaknya serapat-rapatnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bungkusan barang busuk, akhirnya akan tercium
juga baunya. Thian Ki, engkau tinggallah saja di
sini dan jangan keluar, biar pin-ni yang
menghadapi mereka. Ingat, apapun yang terjadi,
engkau harus pulang ke rumah orang tuamu.
Mengerti?"
Dengan jantung masih berdebar tegang Thian Ki
mengangguk. Nenek itupun melangkah keluar dan
sikapnya sungguh tenang, senyumnya tak pernah
meninggalkan wajahnya yang nampak jauh lebih
muda daripada usia sebenarnya. Nenek berusia
enampuluh enam tahun itu nampak seperti
berusia empat puluh tahun saja,dan kepalanya
yang gundul itu nampak kulitnya putih bersih dan
mengkilap. Dahulu, ketika ia masih muda dan
bernama Phang Bi Cu berjuluk Ban-tok Mo-li (Iblis
Betina Selaksa Racun), selain tubuhnya beracun
dan ia memiliki banyak macam pukulan beracun,
juga ia selalu membawa kipas dan kebutan yang
menyembunyikan pedang. Akan tetapi sekarang,
semenjak menjadi nikouw, ia tidak pernah lagi
membawa senjata apapun.
Dengan jantung berdebar tegang, Thian Ki cepat
menyelinap ke depan dan dia mengintai dari balik
jendela depan. Dia melihat neneknya keluar
dengan langkah tenang dan wajah berseri, dan
dengan hati khawatir dia melihat bahwa di luar
telah berdiri sepuluh orang laki-laki yang rata-rata
nampak gagah dan marah. Mereka terdiri dari
orang-orang yang usianya empatpuluh tahun ke
atas, ada yang berpakaian seperti seorang tosu ada
pula hwesio dan ada yang berpakaian seperti orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari dunia persilatan. Rata-rata mereka membawa
senjata.
Ketika Lo Nikouw keluar dan bertemu dengan
sepuluh orang itu, mereka nampak terkejut dan
juga meragu. Akan tetapi hwesio yang bermuka
merah dan usianya kurang lebih limapuluh tahun,
sudah melintangkan sebatang toya hitam di depan
dada lalu memutar toya dan menancapkan toya di
depan kakinya.
"Omitohud, biar engkau sudah menyamar
sebagai nikouw sekalipun tidak ada gunanya. Bantok
Mo-li. Kami akhirnya dapat menemukan
tempat persembunyianmu dan dapat menuntut
balas atas kejahatanmu.!"
"Siancai.....! Ban-tok Mo-li sudah menumpuk
dosa terlampau banyak. Biar menjadi nikouw
sampai seribu kali, bagaimana mungkin dapat
mencuci bersih dosa-dosanya?" kata tosu yang
usianya juga sekitar limapuluh tahun.
Ada dua orang hwesio dan dua orang tosu di
situ, mereka ini sudah siap menyerang dan sinar
mata mereka memandang penuh kebencian kepada
Lo Nikouw. Adapun enam orang yang lain, yang
berpakaian sebagai orang-orang kang-ouw, juga
tidak kalah galaknya. Mereka terbagi menjadi dua
golongan, masing-masing tiga orang. Yang tiga
orang berpakaian serba hijau, sedangkan tiga
orang yang lain, yang mengenakan baju putih
dengan celana bermacam warna, mempunyai
gambar seekor naga melingkar di dada mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ban-tok Mo-li, kami dari Pulau Hiu datang
untuk mencabut nyawamu!" kata seorang dari
mereka yang berpakaian hijau.
"Ban-tok Mo-li, lebih baik engkau menyerah
kepada kami untuk kami seret ke hadapan majikan
kami di Bukit Naga!" kata seorang di antara mereka
yang memakai tanda gambar naga di dada.
Menghadapi sepuluh orang yang kelihatan
marah dan penuh kebencian itu, Lo Nikouw
tersenyum ramah dan sikapnya masih tetap
tenang. Hal ini membuat Thian Ki yang mengintai
dari dalam merasa heran. Kalau neneknya bekas
seorang datuk yang amat jahat, bagaimana
mungkin dapat bersikap sesabar dan setenang itu?
Dia sendiri yang sejak kecil digembleng orang
tuanya agar tidak suka akan kekerasan, kini
hampir tidak dapat menahan kemarahannya
melihat dan mendengar sikap sepuluh orang itu
yang memaki-maki neneknya dan mengancam
hendak membunuhnya.
"Omitohud, kalau kalian berenam haus darah,
pin-ni masih dapat mengerti. Akan tetapi mengapa
dua orang hwesio dan dua orang tosu juga dapat
haus darah seperti kalian berempat?" tanyanya
sambil memandang kepada empat orang pendeta
itu.
"Ban-tok Mo-li, ketahuilah bahwa pin-to berdua
adalah tokoh-tokoh dari Kun-lun-pai yang datang
untuk membasmimu," kata seorang tosu.
"Omitohud, biarpun kepalamu gundul dan
engkau mengenakan jubah nikouw, tidak akan
dapat mengelabui pin-ceng berdua. Pinceng adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid Siauw-lim-pai dari daerah selatan.
Mendengar akan kejahatanmu, pin-ceng merasa
berkewajiban untuk ikut membasmi."
Lo Nikouw tersenyum. "Hemm, kalian berempat
bukanlah pendeta-pendeta yang baik.! Kalian
hanya budak-budak nafsu amarah dan dendam
kebencian seperti yang lain, sehingga percuma saja
kalian mengenakan jubah pendeta. Ketahuilah oleh
kalian bersama bahwa Ban-tok Mo-li sudah tidak
ada lagi, sudah mati. Pin-ni adalah Lo Nikouw."
"Ha-ha-ha. Ban-tok Mo-li, engkau seperti seekor
harimau yang mengenakan bulu domba.! Kami
sudah menyelidiki dan yakin bahwa engkau adalah
Ban-tok Mo-li. Apakah engkau yang dahulu
terkenal jahat dan keji, sekarang telah berubah
menjadi seorang pengecut yang tidak berani
mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya?"
"Omitohud..... " Lo Nikouw merangkap kedua
lengan di depan dada, memejamkan kedua
matanya. "Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu sudah lama
mati. Pin-ni adalah Lo Nikouw dan kalau kematian
pin-ni dapat meringankan dosa Ban tok Mo-li, pinni
siap untuk berkorban," setelah berkata
demikian, Nikouw tua itu lalu duduk bersila di atas
tanah pekarangan kuil itu dengan kedua tangan
masih dirangkap di depan dada, tubuh tegak dan
mata terpejam seperti sebuah arca.
Sepuluh orang itu kini mengepung dan mereka
sudah mencabut senjata masing-masing. Thian Ki
yang mengintai di dalam, terbelalak dan mukanya
berubah pucat. Apa yang harus dia lakukan?
Membela neneknya? Bukankah neneknya telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menceritakan bahwa neneknya dahulu seorang
yang teramat jahat, yang telah membunuh banyak
orang tak berdosa, yang telah melakukan
kejahatan apapun saja. Dan kalau sepuluh orang
itu datang membalas dendam atau menghukum
kejahatannya, perlukah neneknya dibela? Ibunya
berulang kali mengatakan bahwa membela orang
jahat sama saja dengan membela kejahatannya
dan menjadi penjahat pula! Dan tanpa
menggunakan hawa beracun di tubuhnya, diapun
belum tentu akan mampu melawan dan
menandingi orang itu. Menggunakan hawa beracun
berarti membunuh mereka! Tidak, dia tidak mau
menjadi pembunuh, apalagi sepuluh orang yang
memusuhi neneknya itu tentu saja orang-orang
dari golongan bersih yang menentang neneknya
sebagai sumber kejahatan. Tidak, dia tidak boleh
membela. Akan tetapi, neneknya seorang sakti,
tidak mungkin dapat dibunuh begitu saja! Biarpun
kelihatan duduk bersila dan memejamkan mata,
dia tahu benar bahwa sekali neneknya bergerak,
tentu akan ada lawan yang roboh dan tewas
keracunan!
Demikianlah pula pendapat sepuluh orang itu.
Mereka adalah orang-orang kang-ouw yang sudah
berpengalaman dan rata-rata memiliki ilmu
kepandaian tinggi. Di antara mereka ada yang
pernah mengenal Ban-tok Mo-li dan tahu benar
akan kelihaian iblis betina itu, dan yang belum
pernah bertemu juga sudah banyak mendengar
akan kelihaian Iblis Betina Selaksa Racun ini.
Maka, mereka tidak berani turun tangan dengan
lancang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hati-hati, kalau ia menyebar racun, kita dapat
celaka semua." kata seorang di antara mereka.
Sampai lama, sepuluh orang itu hanya
melangkah dengan hati-hati, mengelilingi Lo
Nikouw yang masih duduk bersila tak bergerak
sedikitpun. Wajahnya masih cerah dihias senyum
dan ia nampak sabar dan tenang, sedikitpun tidak
nampak bayangan rasa takut di wajahnya.
Setelah belasan kali mengelilingi nikouw itu dan
tidak ada reaksi apapun, timbul keberanian di hati
seorang di antara anak buah Pulau Hiu. Dia
seorang laki-laki berusia empatpuluh tahun yang
bertubuh tinggi besar dan nampak kokoh kuat, di
tangannya nampak sebatang tombak pengait yang
biasa dipergunakan nelayan untuk menangkap
ikan besar.
"Biar kucoba dulu dengan ini, baru kita semua
turun tangan," katanya sambil mengangkat
tombaknya ke atas kepala. Semua orang
memandang dan mengangguk, yang berada di
bagian belakang Lo Nikouw segera lari ke samping
agar tidak menjadi sasaran tombak berkait. Anak
buah Pulau Hiu itu lalu mengerahkan tenaganya
dan dari jarak tidak lebih dari enam meter dia
melontarkan tombaknya ke arah dada Lo Nikouw.!
Biasanya, kalau dia menombak ikan besar, jarak
antara dia dan sasarannya sampai belasan meter,
dan tombak itu gagangnya diikat dengan tali pula.
Sekarang, jaraknya hanya enam meter dan tidak
ada tali, maka dapat dibayangkan betapa hebatnya
luncuran tombak yang dilontarkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Singgg........cappppp......!" Tombak itu menancap
dan menembus dada Lo Nikouw.!
"Omitohud........!" Dari mulut Lo Nikouw keluar
seruan lemah dan tubuhnya yang bersila
terjengkang, akan tetapi tidak terus telentang
karena tubuh itu tertahan ujung tombak yang
sompai menembus punggungnya!
Melihat ini, sembilan orang yang lain tercengang,
akan tetapi juga timbul keberanian di hati mereka
dan sembilan macam senjata turun bagaikan
hujan menimpa tubuh yang sudah sekarat itu.
Dalam sekejap mata, tubuh Lo Nikouw yang sama
sekali tidak melawan itu telah menjadi onggokan
daging dan tulang yang berlepotan darah.!
Lehernya putus dan kepalanya menggelinding tak
jauh dari onggokan daging itu. Lo Nikouw tewas
tercincang tanpa melakukan perlawanan
sedikitpun juga.
Thian Ki terbelalak dan tak dapat bertahan lagi.
Dia mengeluh dan terkulai pingsan di belakang
jendela. Dia tidak tahu betapa sepuluh orang
kangouw itu memasuki kuil, mencari-cari dan
melihat dia terkulai pingsan, mereka tidak
mengganggunya. Juga kuil itu tidak dirusak.
Agaknya mereka mencari kalau-kalau terdapat
teman atau anak buah Ban-tok Mo-li yang kini
menjadi Lo Nikouw itu. Akan tetapi mereka tidak
menemukan siapapun kecuali seorang anak lakilaki
yang pingsan. Mereka lalu pergi dengan hati
bertanya-tanya dan mulai merasa ragu dan
menyesal. Benarkah yang mereka bunuh tadi Bantok
Mo-li? Bagaimana kalau nikouw itu bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ban-tok Mo-li melainkan seorang pendeta wanita
yang lemah dan suci? Meremang bulu tengkuk
mereka kalau mereka membayangkan
kemungkinan ini.!
Senja telah lewat dan malam mulai tiba ketika
Thian Ki siuman dari pingsannya. Begitu siuman,
dia teringat akan peristiwa tadi. Bukan mimpi,
pikirnya dan dia tidak sedang tidur. Dia
menggeletak di atas lantai di balik jendela.! Dia
cepat melompat berdiri dan melihat keluar remangremang
di luar, hampir gelap, akan tetapi ia masih
dapat melihat onggokan daging dan kepala
neneknya tak jauh dari situ!
"Nenek.......!" Dia berteriak dan melompat keluar
dari jendela, lari ke pekarangan.
"Nenek.......!" Dia berteriak lagi dan menubruk
kepala itu, kepala neneknya yang matanya masih
terpejam dan mulutnya masih tersenyum! Dia
mengambll kepala itu memegang dengan kedua
tangan, dilihatnya baik-baik. Kepala neneknya!
Dengan leher putus dan berlepotan darah.
Neneknya.!
"Nenek.........!" Dia mendekap kepala itu dan
menangis, membawa kepala itu ke depan onggokan
daging bekas tubuh neneknya, mendekap kepala
sambil berlutut dan menangis terisak-isak.
Terbayang semua peristiwa tadi, betapa neneknya
dihujani senjata, dicincang tanpa melawan
sedikitpun. Dia tidak perduli akan dinginnya hawa
malam yang mulai tiba bersama semilirnya angin
dan munculnya bintang-bintang di langit. Dia
berlutut sambil menangis dan setelah lebih dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejam menangis sehingga air matanya kering, dia
masih berlutut mendekap kepala neneknya dan
termenung teringat akan kehidupan bersama
neneknya selama satu setengah tahun ini. Dan
teringatlah dia akan pesan neneknya beberapa
bulan yang lalu, seolah-olah neneknya sudah
mendapat firasat ia akan meninggal dunia tak lama
lagi.
"Cucuku yang pin-ni sayang, engkaulah satusatunya
orang yang kucinta, Thian Ki. Dan
kepadamulah pin-ni meninggalkan pesan ini. Kalau
kelak pin-ni meninggal dunia, bakarlah jasma pinni
menjadi abu, kemudian bagi menjadi empat
abuku. Seperempat bagian kuburlah di dalam
tanah, seperempat lagi hanyutkan ke lautan,
seperempat lagi taburkan dari puncak bukit biar
terbawa angin, dan yang seperempat lagi
lemparkan ke unggun besar biar ditelan api lagi
sampai habis.
Ketika itu, dia merasa heran dan bertanya
mengapa neneknya meninggalkan pesan seperti itu
dan apa maksudnya.
Neneknya lalu menjelaskan maksud dan
pesannya itu. Ia mengatakan bahwa tubuh
manusia terdiri dari empat unsur dan ia ingin
tubuhnya dikembalikan ke asalnya, yaitu kepada
api, air, angin dan tanah. Dan agar
pelaksanaannya mudah, maka ia minta jenazahnya
agar dibakar menjadi abu sehingga akan mudah
bagi Thian Ki mengembalikan abu itu kepada api,
air, angin dan tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teringat akan pesan neneknya itu, Thian Ki
menghentikan renungannya dan diapun dengan
penuh hormat dan hati-hati meletakkan kepala
neneknya di atas onggokan daging. Dia masuk ke
kuil, mengambil sehelai selimut neneknya, dan
kembali ke pekarangan sambil membawa obor.
Setelah menancapkan gagang obor di tanah
sehingga pekarangan itu cukup terang, dia lalu
mengumpulkan onggokan dating dan tulang
bersama kepala itu ke atas selimut dan
dibungkusnya baik-baik. Kemudian dia
mengumpulkan kayu kering, ditumpuknya kayukayu
kering itu menjadi tumpukan setinggi hampir
sama dengan tinggi tubuhnya, menyiramnya
dengan minyak, kemudian mengambil sebuah
kotak dari kuil, memasukkan buntalan daging dan
kepala ke dalam kotak dan dibakarnyalah
tumpukan kayu itu.
Thian Ki berlutut menghadap api unggun
membakar sisa jenazah neneknya. Kemudian dia
duduk bersila, menanti sampai tumpukan kayu,
peti dan isinya terbakar habis. Pembakaran
jenazah itu memakan waktu sampai setengah
malam. Lewat tengah malam barulah api padam.
Thian Ki tetap duk bersila di pekarangan itu, di
dekat tumpukan abu, sampai pagi. Dia ingin
mengumpulkan abu neneknya setelah malam
lewat, karena pekerjaan itu harus dilakukan di
waktu terang cuaca.
Setelah matahari pagi muncul, barulah Thian Ki
mengambil sehelai selimut lain, dan mulailah dia
membongkar tumpukan abu. Mudah saja
membedakan abu jenazah neneknya dengan abu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kayu dan petinya, karena abu jenazah itu lembut,
putih dan berat. Dikumpulkannya abu itu dan
dibuntalnya dalam selimut dengan mata merah
karena dia tidak dapat menahan keharuan hatinya.
"Nek, orang sedunia boleh menganggap nenek
jahat, akan tetapi aku yakin bahwa nenek tidak
jahat atau setidaknya nenek sudah menebus
semua kesesatan nenek. Mereka itulah yang jahat,
mereka yang menganggap diri mereka bersih dan
baik, yang menjatuhkan hukuman kepada mereka
yang dianggap jahat, tidak memperdulikan niat
baik mereka yang ingin kembali ke jalan benar.
Nek, engkau akan selalu kukenang sebagai seorang
manusia baik, gagah perkasa dan menghadapi
kematian dengan senyum pasrah kepada Tuhan."
Thian Ki tidak pernah dapat melupakan senyum
di wajah kepala neneknya yang terpisah dari
badannya itu. Senyum pasrah! Setelah semua abu
jenazah terkumpul di selimut, diapun pergi
meninggalkan kuil, membawa buntalan pakaian
dan untaian terisi abu jenazah. Dia harus
memenuhi pesan neneknya. Akan tetapi dia
teringat kepada ibunya. Bagaimanapun juga dia
harus membawa abu jenazah itu kepada ibunya
lebih dahulu. Kasihan ibunya yang tidak tahu akan
nasib neneknya. Setelah mendapat perkenan
ibunya, baru dia akan memenuhi pesan neneknya.
Dengan hati penuh duka dia lalu berangkat
meninggalkan tempat itu, menuju ke dusun Kecung.
Tentu saja kedatangan Thian Ki yang membawa
cerita menyedihkan tentang kematian Lo Nikouw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disambut tangis oleh Sim Lan Ci. Wanita ini
mendekap buntalan abu jenazah dan menangis
tersedu-sedu. Bagaimanapun juga, Lo Nikouw
adalah ibu kandungnya.
Cian Bu yang amat mencinta isterinya.
menepuk-nepuk pundak isterinya dan berkata
dengan suaranya yang tenang dan dalam.
"Sudahlah, isteriku. Ibumu sudah meninggal dunia
sebagai seorang pendeta tulen, penuh kesabaran,
penuh kepasrahan. Engkau sepatutnya bangga
karena ibumu, walaupun dahulu pernah menjadi
datuk sesat, kini telah meninggal sebagai seorang
yang tidak lagi diperhamba nafsunya. Kita
sembahyangi saja dengan khidmat, mendoakan
agar arwahnya diterima dan ampuni Tuhan,
sebelum abu itu dikembalikan ke asalnya seperti
yang dipesannya kepada Thian Ki."
Mereka mengatur meja sembahyang, menaruh
abu di atas meja, lalu mengadakan upacara
sembahyang. Sementara itu Kui Eng mendekati
Thian Ki dan minta kepada suhengnya ini untuk
menceritakan kembali sejelasnya tentang kematian
Lo Nikouw. Kini gadis cilik itu telah berusia hampir
sebelas tahun, dan sikapnya terhadap Thian Ki
masih manis dan ramah seperti dahulu, hanya
bedanya, ada sikap malu-malu bahkan kadang
canggung kalau Thian Ki kebetulan menatap agak
terlalu lama. Thian Ki sendiri sudah berusia
empatbelas tahun dan dia memang amat
menyayang adiknya ini, yang sejak kecil dia tahu
bukan adiknya sendiri, bukan pula adik tiri,
melainkan orang lain atau kalau adikpun, adik
seperguruan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, apakah engkau sudah berhasil
melenyapkan racun dari tubuhmu? Apakah
sekarang kukumu masih mengandung racun?"
setelah mendengar cerita ulang tentang Lo Nikouw,
Kui Eng bertanya mememandang ke arah tangan
Thian Ki.
Thian Ki tersenyum dan tahu bahwa ibunya,
juga ayah tirinya juga memperhatikan, agaknya
menanti jawaban darinya. Tadi dia belum sempat
bercerita tentang dirinya sendiri karena sibuk
menceritakan peristiwa yang menimpa neneknya.
Dia memandang kepada ibunya, ayah tirinya
kemudian kepada sumoinya dan berkata sambil
tersenyum. "Nenek telah menggemblengku setiap
hari dan akhirnya aku dapat menguasai hawa
beracun di tubuhku, sumoi. Akan tetapi, nenek
tidak dapat mengusahakan lenyapnya hawa
beracun dari tubuhku, apa lagi ia memang tidak
menghendaki hal itu terjadi."
Sepasang mata yang tajam dan jeli itu terbuka
lebar, bibir yang merah dan berbentuk indah itu
merekah dalam senyum setelah sejak tadi tak
pernah senyum untuk ikut berkabung atas
kematian Lo Nikouw. "Aihh, kalau begitu, mulai
sekarang kita dapat berlatih silat tanpa khawatir
aku akan menjadi korban keracunan tubuhmu?"
Thian Ki mengangguk sambil tersenyum. " Kalau
sekedar berlatih saja tidak mengapa, sumoi. Akan
tetapi tidak boleh mempergunakan sin-kang
karena kalau aku mengerahkan tenaga dalam,
hawa beracun itu dapat bekerja dan tentu akan
membahayakan dirimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus, ha ha ha, bagus sekali!" Kata Cian Bu
sambil tertawa gembira. "Kalau mulai sekarang
engkau memperdalam latihanmu sehingga engkau
dapat menguasai semua ilmu simpananku, maka
beberapa tahun lagi saja, tidak akan mudah
mencari orang di dunia ini yang akan mampu
mengalahkanmu, Thian Ki! Ha-ha, aku akan
merasa bangga sekali.!”
Akan tetapi Sim Lan Ci tidak kelihatan
segembira suaminya. Alisnya berkerut dan ia
berkata dengan suara yang terdengar menegur
suaminya. "Apakah dalam hidup ini, hanya nama
besar saja yang terutama? Apakah Thian Ki selama
hidupnya harus menjadi seorang manusia beracun,
hanya mencari nama besar di dunia persilatan dan
dia tidak berhak untuk membentuk rumah tangga,
tidak berhak untuk menikah dan mendapat
keturunan?"
Suaminya tidak mampu menjawab, akan tetapi
Kui Eng yang lincah itu cepat berseru "Aihhh,
kenapa tidak boleh, ibu? Apa salahnya kalau
suheng menikah? Bukankah dia kini sudah
mampu menguasai hawa beracun di tubuhnya?"
Lan Ci menghela napas panjang. Ia tadi lupa
bahwa di situ terdapat puteri tirinya. Akan tetapi
mengingat bahwa Kui Eng sudah menjelang
dewasa, iapun berkata dengan hati-hati.
"Kui Eng, kakakmu ini hanya mampu menguasai
hawa beracun sehingga kalau dia tidak
mempergunakan sin-kang, racun itu dapat
mengendap dan tidak bekerja. Akan tetapi, dia
sama sekali tidak boleh menikah sebelum hawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beracun itu bersih dari tubuhnya, karena kalau dia
melakukan hal itu isterinya akan keracunan dan
lambat laun akan mati keracunan."
-ooo0dw0ooo-
Jilid 16
"Ihh....." Kui Eng menatap wajah suhengnya
dengan mata terbelalak, lalu berkata kepada
ayahnya, "Ayah, kalau begitu, sungguh kejam!
Ayah harus berusaha untuk membersihkan tubuh
suheng dari racun itu!"
Cian Bu menarik napas panjang. Kini diapun
mulai melihat betapa ambisinya itu tanpa dia
sadari mengancam kebahagian hidup Thian Ki
yang dia sayang seperti anak sendiri. "Memang,
untuk mencapai sesuatu yang puncak, kadangkadang
kita harus berkorban. Kui Eng, biarpun
ayahmu telah mempelajari banyak ilmu yang
tinggi, akan tetapi mengenai racun, aku masih
kalah ahli dibandingkan ibumu. Kalau mendiang
nenekmu saja yang mampu membuat Thian Ki
menjadi tok-tong tidak mampu membersihkan
racun itu dari tubuh Thian Ki, bagaimana aku
akan mampu melakukannya? Tidak, aku tidak
mampu melakukannya."
Thian Ki melamun, ingat akan pengakuan
neneknya dan dia merasa perlu menyampaikan
penyesalan neneknya itu kepada ibunya dan ayah
tirinya. "Pernah nenek menyatakan kepadaku yang
menurut nenek merupakan penyesalan yang
terlambat dan karena itu tidak ada gunanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ceritakan, apa yang ibu katakan kepadamu
Thian Ki," kata ibunya dan Cian Bu juga
mengangguk-angguk kepadanya, menyetujui
permintaan isterinya.
"Nenek mengatakan bahwa kini ia melihat
kesalahannya. Apa yang terjadi pada diriku adalah
akibat daripada mengejar suatu segi saja dari
kehidupan ini. Kehidupan ini, menurut nenek
merupakan kesatuan dari banyak hal yang
kesemuanya penting, yang kesemuanya menuntut
kita untuk memperhatikan dan memenuhinya.
Menurut nenek, banyak hal itu, termasuk makan,
pakaian, tempat tinggal dan segala benda
keperluan hidup lainnya, juga kedudukan dan
nama baik, kesehatan dan sebagainya. Menurut
nenek, semua itu perlu untuk dilaksanakan agar
kesemuanya dapat maju dengan baik, berimbang.
Kalau kita hanya mementingkan yang satu dan
melupakan yang lain, maka akibatnya hanya
merugikan kita sendiri. Nenek hanya
mementingkan nama besar, ingin menjadikan aku
sebagai tok-tong yang kelak akan dapat menjadi
jagoan nomor satu yang akan mengangkat
namanya pula. Karena terlalu mementingkan hal
ini, nenek melupakan yang lain, sehingga akhirnya
aku menjadi korban."
Kui Eng tidak mengerti apa yang tersembunyi
dalam ucapan itu, akan tetapi Lan Ci dan Cian Bu
mengerti. Mereka mengangguk-angguk dan
terutama sekali Cian Bu bekas pangeran itu
mengerti benar apa yang dimaksudkan oleh nenek
Lo Nikouw. Dia sudah mengalamainya sendiri.
Pernah dia mengejar cita-cita menegakkan kembali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan Sui yang sudah runtuh dan untuk itu, dia
melupakan segala hal lain, sehingga akhirnya,
demi pengejaran cita-cita itu, dia mengorbankan
segalanya, bahkan keluarganya terbasmi habis.
Betapa banyaknya manusia di dunia ini yang
melakukan kesalahan yang sama seperti yang
pernah dia lakukan, yang pernah dilakukan Lo
Nikouw. Orang mengejar dan saling
memperebukan harta, seolah harta itulah
kepentingan mutlak bagi hidupnya,s ehingga orang
lupa diri, melakukan hal-hal buruk dan jahat, lupa
bahwa harta itu pada suatu saat akan terasa tidak
ada artinya sama sekali.
Betapapun kayanya seseorang, kalau dia dilanda
sakit parah, maka harta tidak akan menarik lagi
baginya, yang lebih menarik adalah kesehatan
badannya, sehingga dia akan bersiap
mengorbankan seluruh hartanya demi
kesembuhannya. Demikian pula dengan orang
yang mencapai kedudukan tertinggi yang pada
mulanya amat dipentingkan, sehingga dia
melupakan yang lain, mendapatkan kedudukan itu
dengan jalan memperebutkannya dengan manusia
yang lain, kalau perlu saling bunuh membunuh.
Pada akhirnya, suatu saat dia akan mendapat
kenyataan pahit, bahwa kedudukan yang tadinya
diperebutkan dengan taruhan nyawa itu tidak
membahagiakan hatinya, bahkan mungkin
menyesengsarakan.
Betapa banyaknya hartawan kaya raya yang
tidak pernah merasa puas akan apa yang
dimilikinya, selalu merasa kurang, bahkan ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaan khawatir kalau-kalau harta miliknya
akan berkurang dan habis. Membayangkan dirinya
ditinggalkan seluruh hartanya, menjadi orang
miskin, merupakan bayangan kesengsaraan yang
amat hebat baginya. Banyak pula pejabat tinggi
yang memiliki kedudukan yang mulia, disanjung
dipuja dan dihormati, pada suatu saat akan jatuh
dan nama yang tadinya disanjung-sanjung berbalik
dicaci maki. Andaikata tidak demikian, sedikitnya
dia selalu gelisah, khawatir kehilangan
kedudukannya dan membayangkan kehilangan
kedudukan itu merupakan bayangan kesengsaraan
yang amat hebat baginya.
"Thian Ki, apakah mendiang ibu tidak
meninggalkan pesan kepadamu, tidak memberi
tahu bagaimana caranya agar engkau dapat
terbebas dari racun di tubuhmu? Apakah di dunia
ini tidak ada obatnya dan tidak ada orang yang
akan mampu membersihkan racun dari tubuhmu
itu?" Tanya Lan Ci yang menoleh dan memandang
ke arah meja sembahyang dimana abu jenazah
ibunya berada. Mendengar pertanyaan ibunya itu,
Thian Ki menghela napas panjang.
"Hal itu sudah kutanyakan kepada nenek, ibu..
dan nenek mengatakan bahwa di dunia ini jarang
ada orang yang cukup kuat untuk dapat mengusir
racun dari tubuhku dan nenek hanya mengenal
dua orang yang mungkin saja dapat, karena
mereka adalah orang-orang yang sakti."
"Siapa mereka, Thian Ki ?" Tanya ibunya penuh
harap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seorang bernama Pek I Tojin dari Thai-san dan
seorang lagi bernama Hek Bin Hwesio dari
Himalaya."
"Ahh! Dua nama besar yang sudah sejak dahulu
kukagumi, bahkan pernah aku ingin sekali
bertemu dengan mereka untuk bicara soal ilmu
silat dan kalau mungkin saling mengukur dan
menguji ilmu kepandaian!" seru Cian Bu.
"Dan menurut keterangan mendiang nenek, dua
tokoh sakti itu mempunyai murid. Pek I Tojin
mempunyai murid bernama Si Han Beng berjuluk
Huang-ho Sin-liong dan Hek Bin Hwesio
mempunyai murid bernama Bu Giok Cu, isteri dari
Naga Sakti Sungai Kuning itu."
"Aih, apakah engkau tidak ingat kepada
pendekar itu, Thian Ki?" Lan Ci bertanya.
Thian Ki mengangguk. "Tentu saja aku tidak
lupa kepada paman Si Han Beng, ibu. Aku masih
ingat kepadanya. Bukankah dia kakak angkat dari
mendiang ayah?"
"Aha, jadi Naga Sakti Sungai Kuning yang
terkenal itu adalah murid Pek I Tojin dan isterinya
murid Hek Bin Hwesio? Dan lebih lagi, pendekar
itu adalah kakak angkat mendiang suamimu?"
Tanya Cian Bu kepada Lan Ci, "Kenapa aku tidak
pernah mendengar akan hal itu?"
Sim Lan Ci memandang kepada suaminya dan
menarik napas panjang. "Coa Siang Lee sudah
meninggal dunia, aku tidak ingin
membicarakannya lagi, tidak ingin mengenang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masa lalu. Karena itulah aku tidak pernah
bercerita tentang persaudaraan itu."
Suaminya mengangguk dan tersenyum ramah.
Pengakuan itu saja sudah membuktikan bahwa
isterinya tidak ingin menyinggung perasaannya
dengan bercerita tentang suaminya yang pertama.
"Kalau begitu, masih ada harapan bagimu Thian
Ki. Engkau berlatih dengan tekun. Kalau sudah
matang ilmu kepandaianmu, kelak engkau dapat
mencari kedua orang sakti itu untuk minta
bantuan mereka, dan kiranya engkau dapat
bertanya kepada Naga Sakti Sungai Kuning dimana
adanya kedua orang sakti itu berada."
"Baik, ayah.." kata Thian Ki.
"Juga untuk melaksanakan pesan terakhir
nenekmu, sebaiknya dilakukan kelak saja kalau
engkau sudah selesai belajar dan melakukan
perjalanan. Sementara ini, biarlah abu jenazah
nenekmu kita rawat dan kita sembahyangi agar
ibumu mendapat kesempatan untuk berbakti."
Lan Ci setuju sekali dengan usul suaminya itu.
"Suheng, kelak aku akan membantumu mencari
orang-orang sakti itu agar engkau dapat
disembuhkan!" tiba-tiba Kui Eng berkata. "Ayah
dan ibu, boleh bukan kelak aku ikut suheng dan
membantunya?"
Suami isteri itu saling pandang. Lan Ci hanya
mengangguk, akan tetapi Cian Bu berkata,
"Merantau di dunia kangouw merupakan
perjalanan yang amat berbahaya, oleh karena itu
engkau harus berlatih dengan giat, Kui Eng. Hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau engkau kuanggap cukup kuat dan cukup
pandai, aku akan membolehkan engkau membantu
suhengmu. Kalau engkau malas sehingga engkau
kurang kuat, lebih baik engkau berdiam di rumah
yang aman."
Gadis cilik itu bangkit berdiri dan menghadapi
ayahnya dengan alis berkerut dan mata bersinarsinar.
"Wah, ayah terlalu memandang rendah
padaku! Lihat saja, aku pasti tidak kalah melawan
suheng!"
Cian Bu dan isterinya tersenyum, juga Thian Ki
tersenyum dan berkata, "Engkau memang pandai,
sumoi, kalau engkau berlatih dengan sungguhsungguh,
mana mungkin aku akan dapat
menandingimu?"
Demikianlah mulai hari itu, Thian Ki dan Kui
Eng seperti berlomba dan bersaing dalam
mempelajari ilmu-ilmu dari Cian Bu sehingga
mereka memperoleh kemajuan pesat sekali.
oo-ooo0dw0ooo-o
Pagi itu akan nampak biasa saja bagi para
nelayan dan mereka yang tinggal di pantai laut
karena merupakan pemandangan yang berulangulang
mereka lihat. Betapa indahnya sesuatu,
kalau setiap hari dilihat, apalagi kalau dimiliki,
maka keindahan itu akan semakin memudar,
bahkan aklhirnya lenyap tak terasakan lagi. Hal ini
dirasakan oleh mereka yang tinggal di tepi pantai.
Orang yang datang dari pedalaman, dari darat,
begitu tiba di pantai akan mengagumi keindahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemandangan lautan dengan takjub, akan tetapi
para nelayan akan mendengarkan dengan heran,
karena bagi mereka, tidak terasa lagi adanya
keindahan itu! Sebaliknya, kalau nelayan yang
biasa hidup di lautan dan di pantai-pantai sunyi
itu datang ke kota, mereka akan terkagum-kagum
melihat keramaian kota. Padahal bagi orang kota,
keramaian kota yang dianggap indah oleh sang
nelayan itu bahkan sebaliknya akan dianggap
mengganggu! Hanya bagi batin yang bebas dan
bersih daripada gambar-gambar yang diukir
ingatan sajalah yang akan dapat melihat segala
sesuatu sebagai baru, dapat menikmati keindahan
setiap hari, setiap saat.
Pagi itu matahari amat cerahnya, muncul di
permukaan air laut sebelah timur, tak terhalang
segumpal awanpun, membentuk garis emas di
permukaan laut yang masih tenang. Suara air laut
bermain di pantai, berdesir di atas pasir,
menggelegar garang pada batu karang, bergulunggulung
dan susul-menyusul, meninggalkan suara
dahsyat disusul suara gemerisik yang makin
melemah sampai pada titik sunyi hening. Sejenak
saja, karena sudah datang bergulung lagi ombak
baru yang membawa pula suara gemuruh. Setiap
kali ombak itu baru, tak pernah sama dengan yang
sudah atau yang akan datang menyusul. Air yang
dihempaskan pada batu karang menimbulkan uap
dan ketika tertembus sinar matahari yang mulai
menguat, membentuk pelangi lemah.
Para nelayan sudah berdatangan pagi tadi
sebelum matahari terbit, dan kini pantai itu
ditinggalkan orang. Hanya nampak perahu-perahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diseret jauh ke pantai. Pasir pantai nampak lembut
dan halus diusap air berulang kali, putih keabuabuan.
Setiap kali air tipis mendarat, pasir itu
menjadi basah, akan tetapi air itu cepat diserap
dan pasir nampak kering kembali.
Kalau ada saat itu ada orang yang kebetulan
melihatnya, tentu orang itu akan mengira bahwa
pagi hari itu, dengan sinar matahari pagi sebagai
tangga, telah turun seorang dewi kahyangan yang
kini bermain-main di tepi pantai!
Dari jauh, hanya nampak bentuk tubuh yang
amat indah, yang sempurna lekuk lengkungnya,
dan pakaian yang basah dan menempel ketat itu
membuat ia nampak dari jauh seperti telanjang.
Kedua kaki nan panjang, pinggangnya ramping,
pinggulnya menggunung dan dadanya membukit
kembar. Rambutnya terurai lepas di belakang
punggung, sampai ke pinggul. Sungguh, pantasnya
ia seorang dewi kahyangan atau seorang puteri
ratu lautan!
Sebenarnya ia manusia biasa, seorang dara yang
memang memiliki bentuk tubuh yang indah.
Bagaikan setangkai bunga sedang mekar, usianya
sekitar sembilanbelas tahun. Ia berpakaian lengkap
walaupun dari sutera tipis, dan karena pakaian itu
basah, maka pakaian itu menempel ketat di
tubuhnya. Wajahnya manis, dan ia berlari-lari di
sepanjang pantai, membiarkan ombak menjilat
tubuhnya sampai ke paha. Ia tertawa-tawa seorang
diri, dan suara tawanya lenyap ditelan gemuruh
ombak. Wajahnya manis, kulitnya putih mulus dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemerahan karena sinar matahari, matanya
bersinar-sinar penuh kegembiraan.
Ketika ombak yang besar, yang datang setiap
lima enam kali sekali, diseling ombak-ombak yang
kecil, dara itu berteriak gembira dan iapun
menyongsong datangnya ombak yang tingginya
tidak kurang dari lima meter itu dan begitu ombak
datang menggulung dirinya, iapun meloncat dan
menerjang ombak bagaikan seekor ikan lumbalumba!
Tubuhnya lenyap ditelan ombak dan
sampai ombak itu memecah dan menipis di pantai,
agak jauh ke darat sampai mendekati perahuperahu
yang diikat di darat, dara itu tidak nampak
lagi!
Kalau ada yang melihat peristiwa itu terjadi,
tentu akan menahan napas dan khawatir sekali,
mengira bahwa dara itu tentu tenggelam, terseret
ombak ke tengah atau mungkin juga diterkam ikan
hiu!
Semua orang tentu akan menduga demikian,
mengingat bahwa lama sekali dara itu tidak
muncul lagi. Manusia biasa saja tidak mungkin
dapat menyelam sampai selama itu. Kalau gadis itu
manusia biasa, tentu ia diterkam hiu atau
tenggelam atau mati, atau kalau ia masih hidup,
berarti ia bukan manusia, melainkan dewi laut!
Kemudian, dari arah tengah, seperti seekor ikan
saja, dara itu nampak berenang ke tepi. Cepat
sekali renangnya, meluncur tanpa mengeluarkan
bunyi, seperti ikan lumba-lumba asli. Dan nampak
riang gembira, tertawa-tawa dan bermain dengan
air. Ombak besar datang dari belakangnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendorongnya sehingga renangnya semakin cepat.
Akhirnya, ombak menerkamnya ke atas pasir, di
air yang hanya sedalam lutut.
Iapun akhirnya meninggalkan air, tiba di pasir
yang kering, agak terengah dan sambil tertawa
iapun menjatuhkan diri ke atas pasir dan
terlentang. Kedua kakinya terpentang, kedua
lengannya terkembang di atas kepala, wajahnya
segar, rambutnya riap-riapan, sebagian menutup
dada dan sebagian menutup muka membelit leher.
Bukan main cantiknya. Manis, jelita
menggairahkan!
Sinar matahari yang mulai menguning
cahayanya itu mendatangkan rasa hangat yang
amat nyaman. Dan angin semilir, angin yang juga
hangat, membuat dara itu terlena oleh kantuk dan
tak lama kemudian iapun sudah tertidur.
Mulutnya masih setengah terbuka seperti orang
tersenyum, napasnya lembut dan panjang, dada
yang membusung itu turun naik.
Dara yang tidur pulas di bawah sinar matahari
pagi itu sama sekali tidak tahu betapa ada sebuah
perahu hijau datang bersama ombak dari tengah,
menuju ke pantai itu. Jelas bukan perahu nelayan,
karena semua nelayan sudah pulang pagi-pagi tadi
seperti biasanya, dan dara itupun tahu akan
kebiasaan itu. Ia tahu bahwa saat itu tidak akan
ada nelayan di pantai, maka ia dapat berenang
dengan bebas tanpa dilihat siapapun. Dan model
perahu hijau itupun berbeda dengan perahu
nelayan yang mempunyai bentuk agak lebar,
karena para nelayan membutuhkan ruangan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat hasil tangkapan mereka. Perahu hijau itu
sempit dan panjang meruncing, dibantu kayu atau
bambu runcing di kanan kirinya, dan mempunyai
tiang layar. Layarnya yang juga berwarna hijau
telah digulung, dan kini enam orang penumpang
perahu mendayung perahu mereka dengan gerakan
teratur, berirama dan kuat sekali, membuat
perahu mereka meluncur cepat ke pantai.
Dara itu masih enak tidur terlentang ketika
enam orang itu menyeret perahu mereka ke darat,
bahkan ketika mereka menahan seruan kaget ,
heran dan kagum, kemudian mereka berenam
berdiri mengepung dara yang masih tidur
terlentang dengan pandang mata seperti singa
kehausan melahap seluruh tubuh yang terlentang
itu, ia masih tetap tidur dengan napas yang
lembut.
"Bukan main cantiknya...................!"
"Manis sekali !"
"Tubuhnya....................amboiiiii........!"
"Tak kusangka di dusun pantai ini terdapat
gadis sejelita ini."
"Wah, kalau semua perempuan di pantai ini
secantik dia, untung kita!"
"Mari kita undi, siapa yang berhak menjadi
orang pertama!"
Orang pertama dari mereka, yang bertubuh
tinggi kurus seperti cicak kering, akan tetapi
kumisnya melintang panjang dengan kedua ujung
berjuntai ke bawah, segera berkata, "Hushh,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah kalian mencari penyakit? Siapa orangnya
yang tidak mengilar melihatnya, akan tetapi kita
tidak boleh mencari penyakit. Kalau ada yang
melihat kita lalu semua penduduk keluar, kita
akan celaka, bahkan mungkin akan pergi dengan
tangan hampa."
"Habis bagaimana? Bukankah kita datang ke
sini untuk menyelidiki keadaan? Dan ini.......si
jelita ini, adalah hadiah untuk kita!"
"Tolol!" bentak si cicak kering. "Kita hanya
menyelidik dan ternyata melihat perahu-perahu
para nelayan itu, dusun ini cukup makmur untuk
menjadi mangsa kita. Dan agaknya banyak pula
terdapat perempuan cantik. Yang ini kita tangkap
dan kita bawa pulang untuk oleh-oleh. Tentu
majikan kita akan senang sekali, apalagi majikan
muda kita. Kita perlu membawa teman-teman yang
cukup banyak untuk menyerbu. Lihat, perahu
mereka lebih dari duapuluh buah banyaknya,
tentu sedikitnya ada seratus orang laki-laki muda
di sini. Terlampau berat bagi kita berenam untuk
menghadapi mereka. Nah, mari kita tangkap dan
bawa anak ayam ini ke perahu!"
Bagaikan menerima komando, enam orang ini
seperti berubah menjadi enam ekor anjing
pemburu menghadapi domba betina muda yang
gemuk!
Mereka berenam seperti berlomba, menubruk ke
arah gadis yang telentang tidur itu, ingin lebih
dahulu mendekap dan meringkusnya, merasakan
kehangatan tubuh yang molek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bress....!" Enam orang itu berteriak-teriak kaget
karena dara yang mereka tubruk itu tiba-tiba saja
menghilang! Mereka tadi melihat jelas betapa gadis
itu masih tidur terlentang, dan ketika mereka
menubruk dari semua jurusan tampak bayangan
berkelebat dan mereka saling tubruk, saling
beradu kepala dan tangan dan gadis itu telah
lenyap! Selagi mereka kaget dan heran, terdengar
suara tawa renyah dan mereka cepat berloncatan
berdiri, memutar tubuh menghadapi orang tertawa.
Kiranya gadis itu telah berdiri sambil bertolak
pinggang dan tertawa bebas. Tidak seperti gadis
dusun atau kota biasa yang kalau tertawa tidak
berani mengeluarkan suara, bahkan tidak berani
kelihatan giginya, gadis ini tertawa terkekeh
membuka mulut dengan bebas sehingga nampak
sepasang bibirnya merekah, memperlihatkan
rongga mulut yang merah tua dan gusi merah
muda di tengah deretan gigi yang putih rapih
seperti mutiara diatur.
"Heh-heh-heh, lucu sekali! Kalian ini siapakah?
Pakaian kalian serba hijau, kalian bukan orang
sini. Mau apa kalian datang ke sini dan
mengganggu aku yang sedang tidur lelap?"
Enam orang itu saling pandang. Sedang tidur
lelap kenapa ketika ditubruk dapat lenyap?
Manusiakah gadis ini? Atau dewi penjaga lautan?
Akan tetapi si cicak kering yang merasa dia
bersama lima rekannya dan merasa bahwa dia
menjadi pemimpin rombongan itu, mengusir
keraguan hatinya. Dia melangkah maju ke depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, kami memang bukan orang sini. Kami
datang karena melihat nona yang demikian cantik
seperti bidadari. Kami ingin nona ikut bersama
kami!" Si cicak kering sudah memberi isyarat
kepada teman-temannya untuk mengepung. Akan
tetapi gadis itu sama sekali tidak kelihatan gentar,
seolah-olah keenam orang laki-laki yang sikapnya
seperti serigala itu dianggapnya sebagai anjinganjing
yang jinak saja.
Dara itu tersenyum dan mengangguk-angguk,
"Aih, begitukah? Kalian hendak mengajak aku
kemana? Siapakah kalian? Perkenalkan diri dulu
agar aku dapat mempertimbangkan apakah aku
akan memenuhi undangan kalian atau tidak."
Melihat sikap gadis itu yang ramah dan tidak
marah, enam orang laki-laki itu merasa senang
sekali. Si cicak kering yang merasa dirinya paling
unggul di antara teman-temannya karena memang
dia yang bertugas sebagai pimpinan,
membusungkan dadanya. Akan tetapi karena dada
itu memang kerempeng dan tipis, dibusungkan
bukan nampak besar, melainkan melengkung
seperti batang kangkung.
"Nona yang cantik, ketahuilah bahwa kami
adalah orang-orang gagah penghuni Pulau Hiu!
Nona kami undang untuk berkunjung ke pulau
kami dan berkenalan dengan majikan kami.
Majikan muda kami, Siangkoan Kongcu (Tuan
muda Siangkoan) adalah seorang pemuda yang
gagah, ganteng, tampan dan kaya raya, tentu akan
dapat menghargai seorang cantik jelita seperti
nona."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang mata yang jeli itu nampak bersinarsinar.
"Pulau Hiu? Baru sekarang aku
mendengarnya! Majikannya she Siangkoan?
Dimana sih letaknya pulau itu?" Kini gadis itu
menerawang ke arah lautan seperti hendak
mencari di mana letaknya pulau itu.
"Tidak jauh dari sini, nona. Hanya pelayaran
setengah hari menuju ke utara. Pulau Hiu kami
terletak di seberang pantai Shantung."
"Setengah hari? Kalau begitu pulang pergi hanya
sehari dan sore nanti aku dapat pulang kesini?"
Gadis itu dalam bicarapun demikian polosnya
seperti juga ketika tertawa, dan juga tanpa malumalu
di depan enam orang pria itu, walaupun
pakaiannya yang tipis dan ketat itu kini berkibar
tertiup angin laut sehingga bentuk tubuhnya
tercetak jelas.
Enam orang itu saling pandang dan tertawa.
Dalam hati mereka menertawakan gadis yang
mereka anggap dusun dan tolol itu. Tentu saja
kalau gadis itu sudah mereka bawa, ia tidak akan
kembali ke tempat ini, pikir mereka.
"Tentu saja, sore nanti engkau dapat pulang
nona manis," kata pula si cicak kering, lalu ia
mengerling ke arah lima orang teman-temannya
yang tersenyum-senyum.
"Kalau begitu, aku mau ikut!" gadis itu berkata
dan suaranya seperti bersorak gembira. "Aku ingin
melihat Pulau Hiu. Apakah disana banyak ikan
hiunya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Banyak, nona!" jawab seorang di antara mereka.
"Ada hiu berkaki dua......"
"Hiu berkaki dua?" gadis itu terbelalak dan
semua orang tertawa.
"Aih, temanku ini hanya berkelakar, nona," kata
si cicak kering. "Yang dia maksudkan adalah hiu
yang mempunyai sirip besar-besar dan gemuk."
Gadis itu bertepuk tangan. "Aku suka sekali sirip
hiu! Enak sekali, apalagi kalau dimasak dengan
jahe!" Ia menjulurkan lidahnya yang merah segar,
menjilati bibir bawah. Enam orang itu menelan
ludah dan kalamenjing mereka naik turun. Saking
terpesona penuh gairah, mereka sampai tidak
merasa aneh bahwa gadis pantai ini pernah makan
makanan sirip hiu yang hanya menjadi makanan
para hartawan kaya karena mahalnya.
"Mari kita berangkat nona. Jangan sampai
engkau nanti kemalaman kalau pulang." kata si
cicak kering sambil menggandeng tangan gadis itu.
Gadis jelita itu tidak menolak,dan ia tersenyumsenyum
melihat enam orang itu mendorong perahu
ke air. Tak lama kemudian, ia sudah duduk di
perahu yang didayung enam orang itu ke tengah,
melewati gelombang besar.
Dapat dibayangkan betapa gembiranya enam
orang itu melihat korban mereka menyerah
sedemikian mudahnya. Terlalu mudah! Dan gadis
itu terlalu cantik untuk membuat mereka dapat
menahan diri. Mulailah mereka mengeluarkan
kata-kata tidak senonoh, bahkan si cicak kering
yang menjadi pimpinan, kini melepaskan dayung
karena perahu itu mulai didorong layar yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikembangkan dan diapun duduk di dekat nona
itu, merapat.
"Nona manis, siapakah namamu?" Tanya si cicak
kering, mukanya sedemikian dekatnya sehingga
gadis itu mengerutkan alisnya, karena dari mulut
si cicak kering itu mengeluarkan bau busuk seperti
bangkai.
"Ihh, kalau bicara jangan dekat-dekat!" gadis itu
menegur dan menggeser pinggulnya menjauh.
"Heh-heh-heh, aku tidak akan mengganggumu,
nona manis. Engkau akan kami hadiahkan kepada
kongcu, akan tetapi sebelum tiba di pulau, kita
duduk merapat begini kan hangat dan lebih enak?"
Mendengar ucapan itu, lima rekannya tertawa
bergelak. "Kalau bicara dekat-dekat kenapa sih,
manis?"
Gadis itu menggunakan tangan menutupi
hidungnya. "Mulutmu bau bangkai!"
Meledak lima orang itu tertawa, dan si cicak
kering terbelalak, mukanya berubah merah sekali.
Belum pernah selama hidupnya dia menerima
penghinaan seperti itu, apalagi dari seorang gadis
muda!
"Nona, mulutmu lancang sekali, untuk itu kau
harus dihukum. Hayo kau cium aku dengan
mulutmu itu pada mulutku. Kalau engkau tidak
mau, kami tidak akan membawamu kepada
majikan kami, melainkan akan kami makan sendiri
di perahu ini, kemudian engkau akan kami
lemparkan ke air agar menjadi makanan hiu!"
Berkata demikian , si cicak kering menjulurkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua tangannya merangkul gadis itu dan hendak
memaksakan ciuman. Akan tetapi, tiba-tiba gadis
itu mengeluarkan suara tawa nyaring, ia bangkit
berdiri dan dengan gerakan yang luar biasa
cepatnya, ia telah menyambar kedua tangan si
cicak kering yang hendak menangkapnya dan
sekali ia membuat gerakan melontarkan tubuh si
cicak kering itu terlempar ke atas tiang layar!
Si cicak kering berteriak kaget dan ketakutan,
akan tetapi dia dapat menjangkau ujung tiang
layar dan memeluk tiang itu dengan era-erat,
sehingga dari bawah dia kelihatan seperti seekor
kera! Melihat ini, lima orang rekannya terbelalak,
akan tetapi gadis itu, seperti seorang anak kecil
yang nakal, menghampiri tiang layar dan dengan
tangan kirinya ia mendorong dan mengguncang
tiang layar itu. Sungguh hebat, tiang itu
terguncang keras dan tubuh si cicak kering tentu
saja ikut terguncang keras dan akhirnya dia tidak
dapat bertahan lagi, tubuhnya terlepas dari ujung
tiang layar dan terlempar ke luar perahu.
"Byurr.......!" tubuhnya ditelan gelombang
lautan.
Kini kelima orang anak buah Pulau Hiu itu
terkejut dan juga marah. Barulah mereka
menyadari bahwa gadis yang kelihatan bloon ini
ternyata memiliki ilmu kepandaian tinggi dan
bertenaga kuat. Mereka serentak menyerang untuk
menangkap dan meringkus. Akan tetapi, sambil
tertawa-tawa, gadis itu kini menggerakkan kaki
tangannya dan lima orang itu disambar tamparan
dan tendangan, tubuh mereka terlempar keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perahu dan satu demi satu tercebur ke dalam
lautan!
"He-he-he-he, kiranya kalian hanya tikus-tikus
lautan!" Gadis itu bertepuk tangan dengan girang,
lalu memegang kemudi layar, hendak
mengarahkan perahu untuk meluncur kembali ke
pantai yang sudah nampak jauh dari situ.
Akan tetapi, tiba-tiba perahu itu terguncang lalu
miring dan rebah, layarnya menyentuh air! Akan
tetapi gadis itu sama sekali tidak menjadi kaget
atau takut, bahkan ia tertawa. "Heh-heh, kalian
hendak main-main di air, ya? Boleh, boleh!" dan
iapun meloncat dari perahu yang miring itu ke
dalam air.
Enam orang itu adalah anak buah Pulau Hiu,
bajak-bajak laut yang tentu saja merupakan ahliahli
renang yang pandai. Melihat gadis itu berani
meloncat ke air, hati mereka girang sekali.
Terutama si cicak kering yang ingin membalas
dendam, tubuhnya meluncur cepat ke arah gadis
itu. Ingin ia menangkap, meringkus dan menyeret
gadis itu ke dalam air agar kehabisan napas dan
menyerah. Akan tetapi, ketika dia tiba di dekat
gadis dan menerkam, tiba-tiba saja gadis itu
lenyap. Persis seperti ketika diterkam di darat tadi.
Hanya bedanya, kalau tadi gadis itu menggunakan
gerakan kilat meloncat ke atas menghindar dari
terkaman enam orang, kini ia menyelam ke bawah
dan lenyap!
Dan tiba-tiba si cicak kering terbelalak, akan
tetapi dia tidak sempat berteriak karena tubuhnya
sudah lenyap terseret ke bawah seperti diseret ikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hiu. Memang tadinya diapun menyangka demikian
ketika tiba-tiba kedua kakinya ada yang
menangkap dan dia terseret ke bawah. Akan tetapi
di dalam air dia melihat bahwa yang menangkap
kakinya adalah gadis tadi! Gadis itu ternyata dapat
bergerak seperti ikan di dalam air, rambutnya
terlepas dari sanggul dan kini riap-riapan.
Sungguh ia seperti dongeng ikan duyung yang
membuat si cicak kering merasa ngeri.
Dicobanya untuk melepaskan kedua kakinya,
namun sia-sia dan dia terpaksa harus menahan
pernapasannya. Tentu saja dia kuat menahan
napas di air karena terlatih, akan tetapi ternyata
dia terus diseret ke bawah dan batas waktunya
sudah melampaui ketahannya. Gadis itu seolaholah
berubah menjadi ikan yang tidak perlu
bernapas di permukaan air!
Mulailah si cicak kering gelagapan. Dia masih
melihat tubuh teman-temannya meluncur dan
mengejarnya, tentu hendak menolongnya. Akan
tetapi gadis itu tiba-tiba menyeretnya naik ke atas
sampai kepalanya tersembul di atas. Si cicak
kering megap-megap, seperti ikan yang dilempar ke
darat, dadanya seperti akan pecah rasanya dan
pada saat itu tubuhnya sudah terayun dan
diputar-putar seperti gasing! Dara itu masih
memegang kedua kakinya dan kini tubuhnya
diputar di atas air, seolah-olah tubuhnya itu hanya
seringan sepotong kayu saja. Kemudian gadis itu
melepaskan pegangan pada kedua kakinya dan
tubuh si cicak kering melayang sampai amat jauh,
jatuh terbanting ke air lagi dalam keadaan nanar
dan hampir pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini kelima orang itupun mengeroyok. Terjadi
perkelahian di air yang tidak seimbang dan tidak
lama. Gadis itu sungguh luar biasa, mampu
bergerak di air seperti ikan, sukar ditangkap.
Sebaliknya tamparan-tamparannya membuat lima
orang itu gelagapan, bahkan ada yang pingsan dan
tenggelam.
Akhirnya, para pengeroyok itu tidak ada yang
berani mendekat, sibuk hendak menolong teman
yang pingsan tenggelam. Gadis itu sendiri sambil
terkekeh lalu menyambar sebatang dayung yang
terapung, memukul ke arah tiang layar perahu.
Terdengar suara keras dan tiang itupun patah!
Kemudian, dengan tenaga yang luar biasa, ia
membalikkan perahu dan meloncat ke dalam
perahu, mendayung perahu itu ke pantai
meninggalkan enam orang yang masih terapungapung
dipermainkan gelombang lautan. Mereka
dapat mendengar suara tawa merdu gadis itu, akan
tetapi bagi pendengaran mereka, sama sekali tidak
merdu menyenangkan, melainkan mengerikan.
Mereka merasa seolah-olah baru berjumpa dengan
iblis lautan yang amat ganas!
Setelah tiba di pantai, gadis itu menyeret perahu
hijau ke darat. Tiba-tiba nampak sesosok bayangan
putih berkelebat dan di situ telah berdiri seorang
wanita yang berpakaian serba putih dari sutera
halus. Wanita ini sudah berumur enampuluh
tahun lebih, akan tetapi ia masih langsing,
sehingga orang akan mengira bahwa usianya baru
sekitar empatpuluh tahun saja. Ia berdiri tegak
memandang kepada gadis itu yang kini
menghadapi wanita itu sambil tersenyum gembira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Subo, aku mendapatkan sebuah perahu milik
enam orang yang kutinggalkan di sana," katanya
sambil menunjuk ke tengah lautan.
Wanita itu mengerutkan alisnya. Ia cantik akan
tetapi sikapnya dingin, bahkan wajahnya seperti
diliputi mendung, tidak secerah wajah muridnya.
Kalau ada orang kangouw melihatnya, tentu orang
itu akan terkejut ketakutan, karena wanita itu
bukanlah wanita sembarangan. Ia adalah seorang
datuk persilatan yang amat lihai dan berwatak
aneh, tidak berpihak kepada yang baik maupun
yang buruk. Bukan golongan putih, maupun
hitam, pendekar maupun penjahat. Ia terkenal
sebagai datuk di timur, dan di sepanjang pantai,
namanya sudah banyak dikenal orang kangouw,
dan ditakuti, walaupun ia jarang mau mencampuri
urusan orang kangouw di daerah itu. Wanita ini
bukan lain adalah Tung-hai Mo-li (Iblis betina laut
Timur) Bhok Sui Lan! Dan gadis jelita yang lincah
dan ugal-ugalan itu bukan lain adalah Cin Cin
atau Kam Cin.
Seperti kita ketahui, empat belas tahun yang
lalu, ketika ia berusia lima tahun, Cin Cin
mengalami malapetaka. Ayah kandungnya, yaitu
Kam Seng Hin, ketua Hek-houw-pang, tewas ketika
Cian Bu Ong mengutus para pembantunya
menyerbu. Kemudian Cin Cin atau nama
lengkapnya Kam Cin dikirim ke dusun Hong-cun,
tempat tinggal Pendekar Naga Sakti Sungai
Kuning Si Han Beng, agar menjadi murid
pendekar itu. Ia diantarkan oleh susiok (paman
gurunya) bernama Lai Kun. Akan tetapi dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjalanan, Lai Kun menyeleweng, menjual murid
keponakan itu kepada seorang mucikari! Cin Cin
yang ayahnya telah tewas dan ibunya dilarikan
penyerbu dusun mereka, jatuh ke tangan mucikari.
Kemudian, setelah beberapa tahun lamanya tinggal
di situ dan dipelihara oleh sang mucikari untuk
dipersiapkan menjadi seorang pelacur, Cin Cin
melarikan diri, dikejar oleh para jagoan rumah
pelesir itu dan akhirnya Cin Cin ditolong oleh
Tung-hai Mo-li yang membunuh semua pengejar
itu, kemudian mengambil Cin Cin sebagai
muridnya.
Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan mengajak Cin Cin
ke pantai Laut Kuning dan menurunkan semua
kepandaiannya kepada murid tersayang itu.
Bahkan ilmu di air ia ajarkan, sehingga Cin Cin
kini telah menjadi seorang dara berusia
sembilanbelas tahun yang amat lihai, baik ilmu
silatnya, tenaga sin-kangnya dan ilmunya bermain
di air.
Cin Cin cantik manis, jelita dan menggairahkan.
Akan tetapi selain ilmu-ilmu yang ia warisi dari
Tung-hai Mo-li, ia juga mewarisi wataknya yang
aneh! Watak yang acuh terhadap orang lain, hidup
seenaknya, semaunya, tidak terikat oleh segala
macam norma dan peraturan umum! Bahkan
seperti juga subonya Cin Cin jarang bergaul
dengan orang lain. Para gadis di pedusunan pantai
yang dijumpainya dan dikenalinya, tak lama
kemudian menghindar karena mereka semua
merasa takut dan segan kepada Cin Cin, bukan
hanya karena Cin Cin berwatak aneh, akan tetapi
juga karena gadis ini memiliki kelihaian yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggiriskan hati. Pernah ada tiga pemuda dusun
yang jatuh hati kepadanya, memperlihatkan sikap
manis dan seperti biasa, tiga orang pemuda itu
memperlihatkan sikap berani, merayu dan
memikat. Bagi gadis lain, kalau memang ia tidak
suka, tentu ia akan menolak dan menghindar saja.
Akan tetapi Cin Cin tidak sama dengan gadis-gadis
lain. Ia merasa diremehkan, marah dan iapun
mematahkan kaki tangan tiga orang pemuda itu
dan meninggalkan mereka merintih-rintih di tepi
jalan!
Bukan hanya satu kali itu Cin Cin menghajar
laki-laki yang terlalu berani dan dianggapnya
kurang ajar kepadanya. Ada pula yang tewas
karena laki-laki itu tidak sopan dan berusaha
merangkulnya. Sekali tangan Cin Cin menampar
dan mengenai pelipisnya, laki-laki itu roboh dan
nyawanya melayang!
Akan tetapi, kalau ia tidak marah dan hatinya
sedang gembira, Cin Cin dapat bersikap ramah
kepada siapa saja. Ia memang pada dasarnya
memiliki watak lincah jenaka dan gembira, hanya
menjadi aneh karena dididik oleh seorang datuk
wanita yang aneh. Dan selama ini, Cin Cin tidak
pernah lupa bahwa ia adalah puteri ketua Hekhouw-
pang yang tewas di tangan orang-orang yang
menyerbu perkampungan Hek-houw-pang, bahkan
ibunya diculik oleh penyerbu. Diam-diam ia sudah
mengambil keputusan bahwa akan dicarinya
pembunuh ayahnya dan penculik ibunya, dan ia
hanya menanti ijin dari subonya. Biarpun
wataknya ugal-ugalan, keras dan berani, namun
terhadap subonya, Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin bersikap lembut, taat dan menyayang. Hal
ini bukan saja karena ia berhutang budi, dan
karena gurunya memang menyayang kepadanya,
dan bersikap baik saja, akan tetapi terutama sekali
karena ia tahu benar bahwa subonya adalah
seorang wanita yang menderita kesengsaraan batin
yang hebat. Ia sendiri tidak tahu mengapa, karena
subonya tidak pernah mau bercerita dan
mengatakan belum waktunya bercerita, akan tetapi
seringkali ia melihat subonya dengan diam-diam
sedang menangis dan merintih sampai semalam
suntuk! Dan ia tahu pula bahwa subonya tidak
mempunyai keluarga seorangpun, hidup sebatang
kara dan agaknya tidak pernah menikah atau
sudah cerai. Maka, ia merasa iba kepada subonya,
dan karena perasaan inilah ia ingin membalas budi
subonya dengan menyenangkan hatinya, yaitu
dengan jalan mentaati semua perintahnya.
Mendengar ucapan muridnya, Tung-hai Mo-li
Bhok Sui Lan mendekati perahu itu dan
mengamatinya. Ketika ia melihat perahu itu bercat
hijau dan ada ukiran berbentuk ikan hiu di kepala
perahu, ia mengerutkan alisnya.
"Hemm, Kalau begitu tidak keliru dugaanku
perahu ini milik Pulai Hiu."
"Aihh, subo tahu? Memang benar milik Pulau
Hiu, subo. enam orang pemiliknya adalah anak
buah Pulau Hiu!" seru Cin Cin heran.
Mendengar ini, Tung-hai Mo-li lalu duduk di
ujung perahu yang kering, memandang ke arah
lautan yang tadi ditunjuk muridnya. Tidak
kelihatan apa-apa kecuali gelombang besar dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buih di puncak ombak, lalu ia menatap wajah
muridnya dan berkata, "Cin Cin, ceritakan apa
yang terjadi antara engkau dan enam orang dari
Pulau Hiu itu."
Cin Cin lalu menceritakan dengan sikap lincah
jenaka tentang pertemuannya dnegan enam orang
itu, betapa mereka mengajaknya ke Pulau Hiu dan
betapa mereka mengganggunya sehingga ia marah
dan melempar-lemparkan mereka ke air dan ia
kembali membawa perahu mereka.
Setelah Cin Cin menyelesaikan ceritanya, Tunghai
Mo-li menarik napas panjang. "Hemm, sejak
dahulu memang orang-orang Pulau Hiu
merupakan bajak-bajak laut. Aku tidak pernah
mencampuri pekerjaan mereka, akan tetapi kenapa
sekarang mereka berani mengganggu penduduk di
daratan? Kunjungan mereka ke daerah ini sudah
pasti mengandung maksud tertentu. Agaknya tua
Bangka Siangkoan Bok itu sama sekali tidak
pernah bermimpi bahwa anak buahnya akan
bertemu dengan murid Tung-hai Mo-li!"
"Subo, siapakah Siangkoan Bok itu? Dan orangorang
macam apakah yang menghuni Pulau Hiu?
Aku mendengar mereka bicara tentang Siangkoan
Kongcu, majikan muda Pulau Hiu. Agaknya subo
sudah mengenal mereka."
"Majikan Pulau Hiu bernama Siangkoan Bok,
seorang kakek yang kini tentu sudah tua sekali,
tidak kurang dari tujuhpuluh lima tahun usianya.
Dia hidup sebagai majikan Pulau Hiu di seberang
pantai daerah Shantung itu, sebagai seorang
hartawan yang kaya raya, juga kekuasaannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar karena dia menjadi datuk dari para bajak
laut di Lautan Kuning. Anak buahnya banyak, di
antaranya tentu saja enam orang yang kau jumpai
itu. Sebetulnya Siangkoan Bok sendiri tidak
melakukan pembajakan dan anak buahnya juga
tidak, akan tetapi karena dia merupakan datuk
bajak laut dan anak buahnya merupakan bekas
para bajak, tentu saja kaang-kadang merekapun
menjadi gatal tangan dan melakukan pembajakan."
"Hemm, kiranya hanya bajak-bajak laut yang
hina," Cin Cin mencibirkan bibirnya yang merah.
"Kalau tahu mereka bajak, tadi tentu sudah
kubunuh semua. Dan siapakah yang mereka sebut
Siangkoan Kongcu, subo?"
Gurunya menggeleng kepala. "Setahuku, dahulu
memang ada putera Siangkoan Bok bernama
Siangkon Tek. Akan tetapi dia sudah tewas. Tentu
yang disebut Siangkoan Kongcu itu puteranya yang
lain, karena kabarnya Siangkoan Bok mempunyai
banyak isteri yang cantik, dan mungkin saja dia
mempunyai banyak keturunan."
"Hemm, aku ingin sekali berkunjung ke pulau
Hiu, subo. Akan kuobrak-abrik pulau bajak itu!"
Tung-hai Mo-li mengerutkan alisnya dan
matanya mencorong ketika ia menatap wajah
muridnya. Melihat ini, Cin Cin terkejut dan
mendekati subonya, duduk di perahu dan
memegang tangan subonya. "Maaf, subo. Kenapa
subo kelihatan marah?"
"Engkau ini mencari gara-gara saja! Apa
perlunya mencari perkara dengan pulau Hiu?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Engkau mempunyai tugas lain yang jauh lebih
penting!"
Wajah Cin Cin berseri dan matanya bersinarsinar.
"Subo! Apakah subo maksudkan sudah tiba
saatnya aku boleh melaksanakan tugasku itu?
Tentu saja aku tidak akan pernah lupa. Aku akan
ke dusun Ta-bun-cung, ke Hek-houw-pang dan
menyelidiki siapa pembunuh ayahku, siapa pula
yang menculik ibuku. Aku akan mencari ibuku,
aku akan membunuh para penyerbu Ta-bun-cung
itu, aku.... "
Cin Cin menghentikan ucapannya ketika melihat
gurunya mengangkat tangan memberi isyarat agar
ia diam. Ia melihat gurunya masih mengerutkan
alis dan kelihatan tidak senang.
"Cin Cin, engkau hanya memikirkan dirimu
sendiri saja. Engkau sedikitpun tidak pernah
memikirkan kebutuhanku."
Cin Cin merangkul gurunya. Memang
hubungannya dengan gurunya seperti anak dengan
ibunya saja, mesra dan akrab, tidak berhormathormat
seperti murid terhadap guru lain. "Subo,
maafkanlah aku. Tentu saja aku memikirkan,
bahkan mementingkan kebutuhan subo. Katakan,
apa yang dapat kulakukan untukmu, subo? Tentu
perintah subo akan kulaksanakan lebih dulu,
setelah itu, barulah aku akan mengurus diriku
sendiri."
"Nah, begitu baru muridku yang baik," kata
Tung-hai Mo-li dan iapun merangkul leher
muridnya dan mencium kedua pipinya. Cin Cin
balas mencium dan dalam jarak dekat itu ia dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat betapa wajah subonya masih amat cantik,
kedua pipinya halus dan putih kemerahan tanpa
bedak dan pemerah.
"Aih, subo cantik sekali. Kenapa secantik ini
subo tidak menikah?"
Ditanya demikian, Tung-hai Mo-li melepaskan
rangkulannya dan ia menarik napas panjang.
"Inilah salah satu di antara hal yang kuminta
engkau membalaskan untukku, Cin Cin. Aku
hidup menderita dan tidak pernah mau mendekati
pria sejak muda karena ulah seorang laki-laki!"
Cin Cin memandang heran. Bagaimana mungkin
ada laki-laki yang berulah sehingga
menghancurkan hati subonya? Kenapa subonya
tidak membunuh saja laki-laki itu dan
membiarkan dirinya tenggelam dalam duka?
"Subo, siapakah dia dan apa yang telah dia
lakukan? Ceritakan kepadaku, subo. Aku berjanji
akan melaksanakan segala perintah subo dan akan
kubalaskan semua sakit hati subo."
"Ada dua orang yang kuingin engkau mencarinya
dan membunuh mereka untuk aku. Dan untuk itu,
dengarkan dulu ringkasan riwayat hidupku."
Cin Cin mendengarkan penuh perhatian. Selama
sepuluh tahun lebih ia hidup bersama subonya
dan belum pernah ia mendengar riwayat subonya.
Agaknya subonya mempunyai riwayat yang
menyedihkan.
"Ceritakan, subo," katanya lirih sambil
mengamati wajah subonya. Mereka duduk di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perahu hijau itu, di pantai yang sunyi. Matahari
sudah naik agak tinggi, menyinarkan cahayanya
yang hangat menggigit.
"Mari kita duduk di bawah pohon di sana, lebih
teduh di sana," kata Tung-hai Mo-li dan mereka
lalu meninggalkan perahu, duduk di bawah pohon
yang agak jauh dari pantai, duduk berhadapan di
atas akar pohon itu yang menonjol di permukaan
tanah.
"Sejak kecil aku sudah yatim piatu," Tung-hai
Mo-li memulai dengan riwayatnya. Cin Cin
tertegun. Ia sendiri sudah kehilangan ayah, akan
tetapi mungkin ibunya masih hidup. Dibandingkan
dengan subonya, ia masih lebih beruntung!
"Sejak kecil sebatangkara dan merantau sebagai
pengemis. Untung bertemu dengan seorang
pengemis tua yang mau membimbingku. Aku mulai
belajar ilmu silat dengan giat sekali. Berganti-ganti
guru sampai aku dewasa. Kemudian aku bertemu
dengan seorang guru yang pandai dan bersama
seorang suhengku, aku belajar silat darinya.
Suhengku itu bernama Can Siok dan setelah tua
dia berjuluk Cui-beng Sai-kong. Akan tetapi,
setelah aku dewasa dan merantau seorang diri
dengan bekal kepandaian yang cukup, aku
berpisah dari suheng, pada waktu guru kami
meninggal dunia. Kami mengambil jalan masingmasing
dan nasib membawaku ke kotaraja." Tunghai
Mo-li berhenti sebentar dan mengingat-ingat.
"Sejak kecil subo sudah menderita," komentar
Cin Cin. Lupa bahwa nasibnya sendiripun tidak
lebih baik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di kotaraja itulah aku bertemu seorang
pangeran. Dia gagah perkasa dan memiliki ilmu
silat yang hebat. Kami saling tertarik dan akhirnya
kami saling jatuh cinta....." Tung-hai Mo-li
menghela napas panjang dan Cin Cin mengamati
wajah subonya sambil tersenyum. Tentu subonya
amat cantik ketika gadis, dan sudah sepantasnya
kalau subonya itu jatuh cinta dengan seorang
pangeran.!
"Aih, tentu pangeran itu gagah dan tampan
sekali, maka subo sampai jatuh cinta padanya,"
kata Cin Cin tanpa sungkan-sungkan lagi. "Subo
menikah....?"
Tung-hai Mo-li tersenyum dan baru sekarang ia
melihat subonya tersenyum! Bukan main manisnya
kalau tersenyum, akan tetapi hanya sebentar saja
karena senyum itu berubah pahit.
"Pangeran itu mempunyai cita-cita yang amat
besar. Dia adalah adik kaisar , dan ia bercita-cita
kelak akan menggantikan kakaknya menjadi
kaisar. Karena itu, dia tidak mau mengambil aku,
seorang wanita biasa, bahkan seorang wanita
kangouw menjadi isterinya yang sah! Dia harus
menjaga nama, dan dia bahkan akan menikah
dengan seorang puteri. Aku hanya akan dijadikan
selir... "
"Hemm, lalu bagaimana, subo?"
"Tentu saja aku tidak sudi! Kami sudah saling
bersumpah dan aku........aku telah menyerahkan
diri. Dia sudah berjanji akan mengambilku sebagai
isterinya, tidak tahunya hanya akan dijadikan selir.
Aku tidak mau dan aku meninggalkan dia!" Wajah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih cantik itu nampak berduka sekali dan
ia memejamkan mata.
Cin Cin mengerutkan alisnya. Betapa besar cinta
kasih subonya kepada pangeran itu, pikirnya.
Buktinya, sampai sekarang, subonya sama sekali
tidak mau berjalan lagi dengan pria lain!
"Subo, apakah subo mendendam sakit hati
kepada pangeran ini? Apakah aku harus mencari
dia dan membalaskan sakit hati subo?"
Tung-hai Mo-li membuka mata dan
mengangguk.
"Puluhan tahun aku memperdalam ilmu dengan
harapan pada suatu hari, murid yang kuwarisi
ilmu-ilmuku akan dapat mewakili aku untuk
membalas sakit hati yang kuderita selama puluhan
tahun ini, dan engkaulah orangnya yang
kuharapkan akan dapat membuat aku mati dengan
mata terpejam, Cin Cin."
"Akan tetapi, subo dengan kepandaian yang
subo miliki, apa sukarnya bagi subo untuk
membunuh orang itu? Kenapa subo menanti
sampai puluhan tahun dan membiarkan hati
menderita dendam selama itu?"
Wanita itu menggeleng-gelengkan kepala dan
menghela napas panjang. "Biarpun dia juga bukan
orang lemah, bahkan ketika kami saling berpibu
dia lebih tangguh dariku, akan tetapi aku terus
dengan giat memperdalam ilmuku dan mungkin
sekarang aku dapat menandingi dan
mengalahkannya. Akan tetapi, aku sudah tua
dan..........aku kuatir, kalau aku berhadapan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan dia, hatiku akan menjadi lemah dan usaha
membalas dendamku tidak akan terlaksana. Oleh
karena itulah aku menggemblengmu mati-matian,
Cin Cin."
"Aku akan mencari pangeran itu dan
membunuhnya, subo. Siapa namanya dan dimana
aku dapat mencarinya?"
"Namanya Pangeran Cian Bu Ong, dahulu dia
adik kaisar Kerjaan Sui. Akan tetapi kerajaan Sui
telah jatuh dan diganti kerajaan Tang. Setelah
kerajaan Sui jatuh, aku mendengar dia beberapa
kali mengusahakan pemberontakan untuk
mendirikan kembali kerajaan Sui, akan tetapi
semua usahanya gagal. Aku telah menyelidiki dan
bertanya-tanya, dan mendengar bahwa dia suka
kelihatan di sepanjang lembah sungai Kuning. Ke
lembah itulah engkau dapat mencarinya. Dia
seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar, gagah
sekali, mukanya kemerahan. Dia sekarang kalau
masih hidup tentu sudah tua pula, karena dia
lebih tua setahun dariku. Sekarang usianya tentu
sudah enampuluh lima tahun lebih."
"Aku akan mencarinya, subo. Dan siapakah
orang kedua yang harus kucari?"
"Dia bukan musuh pribadiku. Akan tetapi,
hatiku sakit karena dia telah membunuh
suhengku, padahal dia itu adalah putera suhengku
sendiri. Anak durhaka itu harus dihukum dan
dibunuh. Suhengku itu amat sayang kepadaku,
bahkan dialah yang lebih banyak membimbingku
dahulu dan dia menganggap aku seperti adik
kandungnya sendiri. Suhengku itu bernama Can
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siok dan dahulu berjuluk Cui-beng Sai-kong dan
seperti telah kuceritakan tadi, sejak dewasa kami
saling berpisah mengambil jalan sendiri-sendiri.
Hanya sewaktu-waktu saja kami saling jumpa, aku
mengunjunginya atau dia mencariku. Dia
menemukan agama baru, yaitu menyembah Thiante
Kwi-ong dan dia memiliki ilmu sihir yang hebat.
Suhengku mempunyai seorang putera yang
bernama Can Hong San, dari isterinya yang berasal
dari puteri Nepal. Dan anak durhaka itu pada
suatu hari membunuh ayah kandungnya sendiri.
Aku merasa sedih sekali mendengar nasib suheng
dna kuminta engkau kelak mencari Can Hong San
dan membunuhnya!"
"Di mana aku dapat mencari Can Hong San itu,
subo?"
"Entahlah, aku sendiri tidak tahu dimana dia
berada. Akan tetapi kau ingat saja namanya dan
karena dia seorang tokoh sesat, kukira namanya
dikenal oleh dunia kangouw dan engkau kelak
dapat melakukan penyelidikan." Tung-hai Mo-li
berhenti sebentar, lalu mengeluarkan seuntai
kalung mutiara yang amat indahnya. "Kau bawa ini
dan kalau engkau bertemu dengan Pangeran Cian
Bu Ong, berikan ini kepadanya dengan pesan
dariku, bahwa dia harus menukar kalung ini
dengan nyawanya, seperti yang pernah dia janjikan
kepadaku dahulu. Mutiara-mutiara ini kudapatkan
sendiri dengan menyelam di lautan yang paling
dalam, memilih yang terbaik dan menguntainya
menjadi kalung untuk kuserahkan kepada pria
yang kucinta itu. Dia menerima dengan gembira
dan berjanji bahwa kalung itu akan disimpannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan disayangnya seperti nyawanya sendiri. Akan
tetapi, ketika dia hendak meninggalkan aku, dia
mengembalikan kalung ini kepadaku................"
Kedua mata Tung-hai Mo-li menjadi merah dan
basah dengan air mata.
Ia membalikkan tubuh dan membelakangi Cin
Cin yang menerima kalung mutiara itu, agaknya ia
tidak ingin dilihat menangis dan ketika
membalikkan tubuh itu, ia menghapus air
matanya.
"Nah, itulah pesanku kepadamu, Cin Cin.
Maukah engkau berjanji bahwa engkau akan
menunaikan tugas-tugas itu?" Tanya Tung-hai Moli
yang sudah menghadapi lagi muridnya.
Cin Cin mengalungkan kalung mutiara itu di
lehernya. "Subo, aku berjanji akan mencari dan
membunuh Pangeran Cian Bu Ong dan Can Hong
San!" katanya dengan penuh semangat.
Tung-hai Mo-li bangkit berdiri, wajahnya
nampak lega dan berseri. Ia lalu melepaskan tali
pengikat sarung pedangnya dari punggungnya,
menyerahkan pedang dan sarungnya itu kepada
Cin Cin.
"Nah, kau terimalah Koai-liong-kiam ini, Cin Cin.
Aku ingin engkau membunuh mereka dengan
pedang ini. Akan tetapi jangan sekali-kali
mengurangi kewaspadaan, Cin Cin. Dua orang itu
bukan merupakan lawan yang ringan. Akan tetapi
aku yakin bahwa kalau engkau menggunakan
pedang ini dan mengerahkan seluruh tenaga dan
kepandaianmu, engkau akan berhasil."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah subo. Aku akan melaksanakan perintah
subo dan mudah-mudahan saja aku akan berhasil
dan tidak mengecewakan subo."
"Aku percaya padamu, Cin Cin, dan berhatihatilah.
Engkau tentu masih ingat akan nama para
tokoh di dunia persilatan yang pernah kuceritakan
kepadamu. Jangan memandang rendah lawan, dan
jangan mencari perkara. Bersikaplah seperti murid
terkasih seorang datuk, tidak seperti perempuan
petualang yang mengandalkan kepandaian lalu
bersikap congkak dan menyebar bibit permusuhan
dimana-mana."
Cin Cin merangkul gurunya, "Aku mengerti
subo. Dan kapan aku harus berangkat?"
"Hari ini juga. Mari kita pulang, engkau cepat
berkemas dan hari ini juga meninggalkan rumah
kita."
Mereka lalu bergandengan tangan menuju ke
sebuah rumah yang berdiri terpencil di luar dusun
nelayan, tak jauh dari pantai. Mereka jalan
bergandengan tangan seperti kakak beradik saja,
tidak seperti guru dan murid dan melihat dari
belakang, takkan ada yang menduga bahwa
seorang di antara mereka adalah seorang wanita
yang usianya sudah enampuluh tahun lebih!
"Berhasil atau tidak, dalam waktu setahun
engkau sudah harus kembali ke sini," demikian
pesan Tung-hai Mo-li ketika mengantar muridnya
pergi sampai ke luar daerah perbukitan di
sepanjang pantai itu. Ketika gadis itu dengan
pedang di pinggang dan buntalan pakaian di
pundak meninggalkannya, Tung-hai Mo-li
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
termenung, betapa semangatnya seperti terbawa
pergi, ia mencintai gadis itu seperti anaknya
sendiri.
Cin Cin yang melangkah dengan cepat juga tidak
ingin terlihat menangis oleh gurunya. Ketika ia
meninggalkan gurunya, ia merasa begitu sedih dan
kasihan kepada gurunya yang amat disayangnya
itu. Biarpun gurunya seorang datuk, namun
terhadap dirinya, Tung-hai Mo-li amat baik dan
menyayangnya, maka dianggapnya gurunya seperti
pengganti orang tuanya. Bagaimanapun juga, ia
masih ingat bahwa ia adalah puteri ketua Hekhouw-
pang, perkumpulan orang-orang gagah,
maka tentu saja ia tidak boleh menjadi seorang
yang jahat.
Gadis itu melangkah tanpa menoleh lagi, menuju
ke utara, ke sungai Huang-ho (Sungai Kuning).
Untuk mencari Pangeran Cian Bu Ong, subonya
hanya memberitahu bahwa bekas pangeran itu
tinggal di lembah Sungai Kuning.
oo-ooo0dw0ooo-o
Dusun Ta-bun-cung sekarang nampak ramai
dan makmur. Hal ini adalah berkat perkumpulan
Hek-houw-pang yang kini telah berdiri kembali
setelah dihancurkan oleh para penyerbu utusan
Pangeran Cian Bu Ong kurang lebih empatbelas
tahun yang lalu. Ketika malam itu terjadi
penyerbuan, banyak tokoh Hek-houw-pang yang
tewas. Ketika itu ketuanya, Kam Seng Hin, tewas.
Juga sutenya yang bernama The Ci Kok, disamping
banyak lagi anggota Hek-houw-pang. Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek Coa Song, sesepuh Hek-houw-pang,
meninggal dunia karena kaget dan berduka melihat
hancurnya Hek-houw-pang.
Cucunya yang sudah lama meninggalkan Hekhouw-
pang, yaitu Coa Siang Lee, yang kebetulan
berada di situ ketika perkumpulan itu diserbu,
juga tewas pula ketika membela Hek-houw-pang.
Lebih hebat lagi, isteri ketua Kam Seng Hin, yaitu
Coa Liu Hwa diculik penjahat, demikian pula isteri
Coa Siang Lee, yaitu Sim Lan Ci, lenyap bersama
puteranya Coa Thian Ki. Keluarga Hek-houw-pang
cerai berai tidak keruan, bahkan sejak terjadi
penyerbuan malam itu sampai matinya kakek Coa
Song, Hek-houw-pang boleh dibilang telah mati.
Para anggotanya tidak berani lagi bergerak, apalagi
karena sudah tidak ada yang memimpin.
Akan tetapi, beberapa bulan kemudian,
muncullah Lai Kun, seorang di antara para sute
dari mendiang ketua Hek-houw-pang. Lai Kun
adalah sute termuda dari Kam Seng Hin dan dialah
yang mendapat tugas untuk mengantar Kam Cin,
puteri ketua itu ke Hong-cun, agar puteri ketua itu
menjadi murid Pendekar Naga Sakti Sungai
Kuning.
Dia bercerita kepada para rekannya bahwa di
sepanjang jalan Kam Cin atau Cin CIn menangis,
menyatakan tidak mau pergi ke Hong-cun, akan
tetapi mengajak paman gurunya itu untuk mencari
ibunya yang hilang diculik penyerbu.
"Aku dapat mencegah ia lari dan membujuknya.
Akan tetapi pada suatu malam, kami diserbu
gerombolan perampok. Ketika aku melawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengeroyokan perampok itulah Cin Cin melarikan
diri dan lenyap. Aku sudah mencari sampai
berbulan-bulan tanpa hasil, akhirnya aku pulang,"
demikian Lai Kun bercerita. Tentu saja cerita itu
bohong, karena seperti yang kita ketahui, dia telah
menjual Cin Cin ke rumah pelacuran!
Sebagai saudara muda ketua Hek-houw-pang
yang sudah tewas, Lai Kun berhak
menggantikannya. Dia berusaha mengumpulkan
para anggota Hek-houw-pang, kemudian perlahanlahan
dia memimpin para anggotanya untuk
membangun kembali Hek-houw-pang. Dia berhasil
mengumpulkan kurang lebih limapuluh orang, dan
mulai mendirikan perusahaan pengawalan barang
dengan bendera Hek-houw-pang. Mulailah
perkumpulan itu berkembang dan mendapat
kepercayaan. Apalagi ketika pejabat daerah
melapor ke kotaraja tentang Hek-houw-pang,
perkumpulan yang dengan gigih membela
pemerintah Tang, sehingga dibasmi oleh anak buah
pemberontak Pangeran Cian Bu Ong, maka
peristiwa itu masuk dalam catatan petugas di
istana. Ketika Pangeran Li Si Bin, tujuh tahun
kemudian menggantikan kedudukan ayahnya
menjadi kasisar Tang Tai Cung, dia memeriksa
semua catatan itu dan mendengar tentang Hekhow-
pang, kaisar inipun segera mengambil
kebijaksanaan.
Kaisar berkenan memberi hadiah kepada Hekhouw-
pang, melalui pembesar daerah dan Hekhouw-
pang menerima bangunan baru yang besar
di Ta-bun-cung, juga menerima hadiah kereta
untuk pekerjaan mengawal barang, disamping dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
losin ekor kuda pilihan, uang dan terutama sekali,
nama baik.
Peristiwa itu membuat nama Hek-houw-pang
semakin terkenal dan dipercaya pedagang. Siapa
yang tidak percaya kepada perkumpulan yang telah
mendapat pengakuan dan hadiah dari kaisar
sendiri?
Demikianlah, dusun Ta-bun-cung ikut menjadi
makmur berkat perkembangan Hek-houw-pang.
Dan Lai Kun, ketua baru Hek-houw-pang,
berusaha keras untuk membuat perkumpulan itu
semakin maju. Dia kini menjadi seorang ketua
yang terhormat dan terkenal. Dan sejak dia
menjadi ketua Hek-houw-pang, Lai Kun menikah
dan kini mempunyai dua orang anak laki-laki
berusia sepuluh dan delapan tahun.
Dia hidup terhormat, kecukupan, berbahagia
dengan keluarga. Kalaupun kadang-kadang dia
teringat kepada Cin Cin dan diam-diam dia
menyesali perbuatannya, dia cepat mengusir
kenangan itu sebagai sebuah mimpi buruk yang
amat mengganggunya.
Tak seorangpun tahu akan peristiwa itu dan Cin
Cin sudah dianggap lenyap atau mati oleh semua
anggota Hek-houw-pang, walaupun kadang-kadang
Lai Kun termenung dan ada perasaan khawatir
apabila dia teringat kepada Cin Cin.
Empat belas tahun telah lewat sejak peristiwa
pembasmian Hek-houw-pang dan kini dusun Tabun-
cung sudah berubah banyak. Banyak terdapat
toko dan kedai makan minum dan para
penghuninya yang dahulu sebagian besar hanyalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
petani-petani miskin yang pakaian dan rumahnya
butut, kini pakaian mereka jauh lebih baik, karena
penghasilan mereka baik. Perdaganganpun mulai
ramai dan semua orang memuji ketua Hek-houwpang
yang kini dipanggil Lai-pangcu (Ketua Lai).
Bahkan Lai Kun diangkat sebagai ketua atau
kepala dusun Ta-bun-cung oleh penduduk.
Pada suatu senja, Lai-pangcu bersama isterinya,
seorang wanita penghuni dusun itu juga yang
berwajah cantik, duduk minum-minum sambil
menikmati makan kecil di serambi depan. Dua
orang putera mereka sehat-sehat dan sebagai
putera ketua Hek-houw-pang, tentu saja dua orang
anak laki-laki itu dilatih ilmu silat. Akan tetapi
karena ayah mereka menghendaki agar kelak
mereka dapat menduduki pangkat, keduanya juga
diharuskan mempelajari ilmu baca tulis secara
mendalam. Untuk itu, Lai-pangcu sengaja
mendatangkan seorang sasterawan dari kota untuk
mengajar kedua orang puteranya.
Hari mulai gelap dan seorang pelayan
menyalakan lampu-lampu di rumah, juga lampu
tembok yang berada di serambi depan, di mana
keluarga itu sedang minum teh. Pelayan itu tidak
berani berlama di situ, setelah menyalakan lampu
segera ia masuk kembali karena tidak ingin
mengganggu majikannya sekeluarga yang sedang
santai. Isteri Lai Kun seorang wanita yang lembut
dan kedua puteranya juga merupakan anak-anak
yang pandai dan patuh. Lai Kun merasa
berbahagia sekali. Dia kini telah berusia limapuluh
empat, tubuhnya yang dahulu kurus itu kini telah
berubah gemuk, sehingga hidungnya yang dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak besar karena mukanya kurus, sekarang
kelihatan serasi.
"Ayah, ada tamu....................!" seorang
puteranya menuding ke pintu pagar. Lai Kun dan
isterinya memandang dan benar saja, di dalam
cuaca yang remang-remang itu nampak seorang
wanita yang bertubuh ramping memasuki
pekarangan lewat pintu pagar dan kini melangkah
dengan tenang menghampiri serambi di mana
mereka duduk. Lai Kun cepat bangkit, diikuti
isterinya.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 17
"Lai-suheng ( Kakak seperguruan Lai )....."
wanita itu berkata lembut, berdiri di bawah
serambi.
Kalau saja cuaca tidak remang-remang, tentu
akan nampak betapa wajah Lai Kun seketika
menjadi pucat sekali. Tentu saja dia segera
mengenal wanita itu yang bukan lain adalah Coa
Liu Hwa. Isteri mendiang suhengnya, Kam Seng
Hin, ketua Hek-houw-pang dan yang membuat dia
gelisah adalah karena mengingat bahwa wanita itu
adalah ibu kandung Cin Cin. Segera ia mengambil
keputusan nekat. Sekali melompat, dia telah
berada di pekarangan, di depan wanita itu.
"Siapa kau! Aku tidak mempunyai sumoi
sepertimu!" katanya galak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, benarkah engkau tidak mengenal aku?"
Tanya wanita itu mendekat.
"Ah, engkau tentu penjahat yang mengaku-aku
saudara. enyahlah dari sini!" teriak Lai Kun dan
dia sudah menerjang dengan pukulan ke arah
leher Coa Liu Hwa! Pukulannya keras karena ketua
Hek-houw-pang ini ingin sekali pukul merobohkan
orang yang dianggapnya berbahaya itu.
"Ihh.......!" Coa Liu Hwa menggeser kakinya
dengan tenang, tangan kirinya menangkis.
"Dukk!" tangan Lai Kun terpental, membuat
ketua Hek-houw-pang ini terkejut bukan main.
Akan tetapi ia mengirim pukulan lagi bertubi-tubi.
Agaknya dia berusaha keras untuk merobohkan
lawan dengan serangkaian pukulan. Dia ingat
benar bahwa sumoinya atau puteri gurunya ini
dahulu kalah jauh dalam hal ilmu silat, apalagi
tenaga darinya. Maka dia merasa yakin bahwa
serangkaian pukulan yang dilakukan ini pasti akan
merobohkan Coa Liu Hwa, karena dia
menggunakan jurus dari ilmu silat Hek-houw-pang
yang paling diandalkan dan ampuh.
Akan tetapi, wanita itu dengan sigapnya
menangkis dan mengelak, gerakannya ringan dan
mantap, kemudian pada menjelang akhir
rangkaian serangan itu, tiba-tiba saja tangan kiri
wanita itu meluncur dan jari tangannya menotok
pada pundaknya. Lai Kun hanya merasa tubuhnya
kesemutan dan tidak mampu bergerak lagi. Dia
telah ditotok secara luar biasa oleh sumoinya yang
dahulu kalah jauh olehnya itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Coa Liu Hwa tersenyum dan dengan sikap
ramah ia lalu menepuk-nepuk pundak Lai kun.
"Lai-suheng, pandanglah baik-baik siapa aku?
Mustahil engkau sudah lupa padaku?"
Begitu pundaknya ditepuk-tepuk Lai Kun dapat
bergerak lagi! Dia terbelalak dan maklum bahwa
sumoinya tidak berniat buruk terhadap dirinya,
bahkan tidak ingin membikin malu. Pada saat itu,
isterinya sudah menghampiri dan menegur
suaminya.
"Kenapa engkau marah-marah dan menyambut
tamu dengan serangan? Biarkan ia bicara dan
memperkenalkan diri, menceritakan apa
keperluannya mengunjungi kita."
Liu Hwa memandang kepada wanita itu, lalu
kepada dua orang anak laki-laki yang masih duduk
di kursi. "Aih, bukankah engkau ini Ci Nio, puteri
kusir Ci Hoat? Ci Nio, tidak ingat lagikah engkau
padaku?"
Isteri Lai Kun yang bernama Ci Nio itu
mengamati, kemudian dengan kaget dan gembira
dia berseru. "Bukankah engkau bibi Coa Liu Hwa?"
Kepada suaminya ia berteriak. "Ini bibi Coa Liu
Hwa, ibu Cin Cin!"
Tentu saja Lai Kun sudah tahu. Karena dia
mengenal Liu Hwa, maka dia tadi menyerangnya.
Dia teringat akan perbuatannya terhadap puteri
wanita ini. Dia telah menjual Cin Cin kepada
rumah pelesir, dan karena takut dan mengira
kedatangan bekas sumoinya ini tentu akan
menuntut, maka dia tadi mendahului dengan
serangkaian serangan. Kini, melihat betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sumoinya telah menjadi orang yang lihai, diapun
pura-pura baru mengenalnya.
"Aih, kiranya Coa-sumoi..........!" teriaknya,
matanya memancarkan keheranan. "Silakan,
sumoi, silakan duduk........" Lai-pangcu tampak
gugup . Liu Hwa tersenyum.
"Nanti dulu, aku tidak sendirian!"katanya dan ia
menoleh, lalu mengangkat lengan kiri ke atas
memberi isyarat. Tak lama kemudian, dari luar
pagar muncullah seorang laki-laki yang gagah
perkasa. Laki-laki itu berusia enampuluh tahun,
namun masih nampak gagah, bertubuh tinggi
besar dan tegap, mukanya dihias cambang bauk
yang rapi.
"Lai-suheng, ini adalah..........suamiku, namanya
Lie Koan Tek!" Liu Hwa memperkenalkan,
lalu kepada suaminya ia berkata, "Ini adalah suheng
Lai Kun yang sekarang menjadi pang-cu baru
dari Hek-houw-pang. Dan mereka adalah.....anak
dan isterimu bukan, suheng?"
Lai Kun mengangguk-angguk dan cepat dia dan
isterinya membalas penghormatan suami Liu Hwa.
"Saudara........Lie Koan Tek.........aku
seperti...........pernah mendengar nama itu...." kata
Lai
Kun yang masih gugup dan tegang hatinya.
Liu Hwa tersenyum mengangguk, " Suamiku
adalah Lie Koan Tek yang kau maksudkan itu,
suheng, tokoh Siau-lim-pai yang terkenal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, maaf, maaf.! Kami bersikap kurang
hormat.... " kata Lai Kun, gentar bukan main. Kini
tahulah dia mengapa tadi dia kalah oleh sumoinya
yang dahulu dia yakin tidak akan mampu
menandinginya. Kiranya sumoinya telah menjadi
isteri pendekar yang terkenal itu.!
"Harap jangan sungkan, Lai pangcu," kata Lie
Koan Tek.
"Mari, silakan duduk. Aku harus memberi tahu
kepada semua anggota Hek-houw-pang.
Kedatanganmu harus disambut meriah, sumoi."
"Jangan, suheng! Aku datang bukan untuk itu,
melainkan ada keperluan pribadi," kata Liu Hwa
dan ia bersama suaminya lalu mengambil tempat
duduk. "Aku memang sengaja datang di malam
hari begini agar tidak perlu kalian ramai-ramai
menyambut dan setelah mendapat keterangan
yang kuperlukan darimu, aku akan segera pergi
dari sini.. "
"Keperluan pribadi apakah, sumoi? Katakanlah,
tentu kani akan membantumu sekuat tenaga."
Dalam hatinya tentu saja Lai Kun sudah dapat
menduga apa yang akan ditanyakan wanita itu,
akan tetapi dia pura-pura bertanya dan diam-diam
dia bersiap mengatur jawaban.
"Aku hanya ingin bertanya padamu tentang
anakku Cin Cin. Bukankah Lai-suheng yang dulu
mengantarnya untuk berguru kepada toa-ko
(Kakak) Si Han Beng, Naga Sakti Sungai Kuning di
dusun Hong-Cun?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau saja Lai Kun belum siap dan belum
memperhitungkan bahwa tamunya tentu akan
bertanya demikian, mungkin dia akan terkejut dan
bingung karena akan merasa ditodong dengan
pertanyaan itu. Akan tetapi dia bersikap tenang.
Tidak ada orang tahu tentang peristiwa antara dia
dan Cin Cin itu, dan ketika dia pulang dahulu, dia
sudah menceritakan kepada semua orang tentang
Cin Cin. Kini dengan sikap tenang dia menghela
napas panjang..
"Sudah sejak dahulu aku mengkhawatirkan
bahwa pada suatu hari, engkau akan bertanya
seperti ini kepadaku, sumoi, dan aku terpaksa
harus menjawab dan memberitahukan berita yang
tidak menyenangkan kepadamu."
"Lai-suheng, apa yang terjadi? Ceritakanlah!"
desak Liu Hwa, wajahnya berubah dan hatinya
merasa tidak enak.
"Seperti sudah berulang kali kuceritakan pada
semua anggota Hek-houw-pang, aku mentaati
pesan mendiang suhu Coa Song untuk mengantar
Cin Cin ke Hong-cun. Perjalanan kami tadinya
lancar walaupun di sepanjang perjalanan Cin Cin
rewel tidak mau diajak ke Hong-cun, akan tetapi
mendesak aku agar mencarimu, sumoi. Aku tidak
tahu harus mencarimu ke mana, maka aku
membujuknya mengatakan bahwa kami akan
mencarimu. Tentu saja aku terus menuju ke Hongcun.
Akan tetapi, di dalam perjalanan itu, kami
dihadang gerombolan perampok. Aku melakukan
perlawanan mati-matian dan akhirnya berhasil
merobohkan beberapa orang perampok dan lainnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melarikan diri. Akan tetapi Cin Cin yang tadinya
menonton di bawah pohon, tahu-tahu telah lenyap.
Tentu ia melarikan diri karena memang tidak mau
kuajak ke Hong-cun dan sempatan itu agaknya ia
pergunakan untuk melarikan diri. Aku mencarinya
sampai berbulan-bulan, namun sayang, aku tidak
dapat menemukan jejaknya. Terpaksa, dengan hati
sedih aku kembali ke sini dan menceritakan hal itu
kepada para anggota Hek-houw-pang."
Sejak tadi Liu Hwa tidak pernah mengganggu
cerita Lai Kun, hanya mendengarkan saja dengan
hati yang sedih. Selama ini, sejak menjadi isteri Lie
Koan Tek dan hidup berbahagia dengan suaminya
yang amat menyayanginya, ia menghibur hatinya
dengan anggapan bahwa tentu puterinya, Kam Cin,
telah menjadi murid Huang-ho Sin-liong Si Han
Beng dan menjadi seorang gadis yang pandai.
Siapa kira, mendengar cerita Lai Kun, semua
angan-angannya itu membuyar, diganti kedukaan
dan kekhawatiran.
"Cin Cin anakku....... " Liu Hwa mengeluh, akan
tetapi ia mengeraskan hatimya dan tidak
menangis, apa lagi ketika merasa betapa
tangannya di pegang suaminya.
"Sumoi, maafkan aku telah gagal mengantar Cin
Cin ke Hong-cun......." kata Lai Kun, nada
suaranya menyesal.
"Bukan salahmu, suheng. Akan tetapi, katakan
siapa perampok itu, atau siapa pemimpinnya."
"Aku tidak tahu, mereka tidak memperkenalkan
nama, sumoi." "Hemm, kalau begitu, di mana
terjadinya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menghadapi pertanyaan tiba-tiba ini, Lai Kun
agak terkejut dan dengan suara ragu dia
menjawab. ."Di.....kota........eh, Lok-yang,... ya di
Lok-yang." Hampir saja dalam kegugupannya dia
menyebut kota Ji-goan, di mana Cin Cin dia jual ke
rumah pelesir! Untung dia teringat dan masih
sempat menyebut Lok-yang, kota besar di seberang
sungai Kuning sebelah selatan.
Liu Hwa bangkit berdiri dan berkata kepada
suaminya. "Mari kita pergi," dan kepada Lai Kun ia
berkata, "Lai-suheng, kami akan pergi. Terima
kasih atas keteranganmu. Mudah-mudahan
engkau akan baik-baik menjaga Hek-houw-pang,
jangan sampai ada anak buah yang melakukan
penyelewengan. Aku sudah mendengar semua
tentang Hek-houw-pang yang menerima anugerah
dari kaisar, dan aku berterima kasih kepadamu
atas pimpinanmu yang baik."
"Sumoi, engkau hendak pergi ke manakah?
Apakah engkau dan suamimu tidak tinggal saja di
sini dan membantu Hek-houw-pang?" kata Lai
Kun.
"Terima kasih, suheng. Aku tidak mungkin
tinggal di sini, aku harus ikut suamiku. Nah,
selamat tinggal." Liu Hwa dan suaminya memberi
hormat yang dibalas oleh Lai Kun dan isterinya,
kemudian mereka berdua melangkah keluar dan
menghilang di kegelapan malam.
Sampai lama Lai Kun berdiri tertegun,
memandang ke dalam kegelapan, ke arah mereka
pergi dan pikirannya melamun jauh. Timbul
penyesalan besar dalam hatinya kalau ia teringat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan perbuatannya menjual Cin Cin kepada rumah
pelesir dahulu. Kenapa tadi dia menyebut Lokyang?
Lok-yang dekat dengan Ji-goan, dan
bagaimana kalau Liu Hwa melakukan penyelidikan
ke sana dan bertemu Cin Cin? Lai Kun menyesal
bukan main. Pada dasarnya dia bukan orang jahat.
Kalau dulu dia menjual Cin Cin adalah karena Cin
Cin rewel dan membuat perjalanan itu melelahkan.
Juga dia teringat pada Sui Su. pelacur yang
mampu menghiburnya ketika hatinya sedang risau.
Dia bukan berniat jahat terhadap Cin Cin,
melainkan dia ingin terbebas dari keadaan yang
menjengkelkan hatinya.
Nafsu daya rendah adalah setan yang selalu
mempengaruhi hati akal pikiran kita. Nafsu daya
rendah yang diikut-sertakan kepada kita ketika
kita dilahirkan sebagai manusia, pada hakekatnya
diberikan sebagai anugerah, agar dapat membantu
kita dalam kehidupan kita sebagai manusia di
dunia. Akan tetapi, daya rendah berusaha
sekuatnya untuk menguasai kita, menjadi nafsu
yang mencengkeram dan memutar balikkan
keadaan sehingga bukan lagi kita menjadi majikan
dan daya rendah menjadi hamba atau alat,
sebaliknya kita yang menjadi budak, diperalat oleh
nafsu.
Setan ini memang licik bukan main sehingga
akal pikiran kita dibikin buta. Kadang kesadaran
dalam diri, hati nurani kita, memperingatkan kita
akan suatu perbuatan yang tidak baik, tidak benar.
Namun nafsu daya rendah yang memperoleh
keuntungan dari perbuatan itu, yaitu untuk
melampiaskan kehendak nafsu, dengan cerdiknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pokrol untuk membela perbuatan itu,
untuk membenarkan perbuatan itu. Bisikanbisikan
berupa alasan-alasan yang nampaknya
tepat dan kuat dihembuskan nafsu ke dalam
pertimbangan kita bahwa perbuatan itu benar atau
tidak salah, atau kesalahan terpaksa dan
sebagainya lagi. Tidak ada seorangpun manusia
yang benar-benar TIDAK TAHU, bahwa
perbuatannya jahat dan tidak benar, namun dia
tidak memiliki kemampuan dan kekuatan untuk
mencegah perbuatannya sendiri! Demikian kuatnya
nafsu mencengkeram kita. Setiap pencuri pasti
tahu bahwa mencuri itu tidak baik. Setiap
pembunuh pasti tahu bahwa membunuh itu
berdosa besar, dan masih banyak macam
kejahatan di dunia ini yang dilakukan orang, dan
semua orang yang melakukannya pasti tahu bahwa
perbuatannya itu tidak baik, tidak benar atau
berdosa, namun tetap saja dilakukannya! Kenapa
demikian? Karena nafsu telah mencengkeram
seluruh dirinya, hati akal pikirannya, sehingga
suara hati nurani menjadi lemah, tenggelam ke
dalam suara setan yang membela dan
membenarkan perbuatan itu dengan seribu satu
macam alasan.
Setiap orang pasti merasakan hal ini. Penyesalan
selalu datang kalau akibat buruk datang menimpa.
Dan setan membisikkan lagi cara-cara untuk
menyelamatkan diri, dengan cara apapun juga.!
Banyak di antara kita yang mendengar bisikan hati
nuraninya sendiri dan menyesali perbuatannya,
ingin menaklukkan nafsu-nafsunya. Namun selalu
saja gagal. Mengapa demikian? Karena YANG
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
INGIN menaklukkan nafsu itu bukan lain adalah
NAFSU ITU SENDIRI! Yang ingin bertobat karena
perbuatan dosa adalah si pembuat dosa itu sendiri,
dengan dasar bahwa perbuatannya itu
mendatangkan malapetaka bagi dirinya dan dia
ingin terbebas dari malapetaka itu. Perbuatan dosa
itu dilakukan karena dorongan nafsu ingin senang,
dan penyesalan, lalu keinginan bertobat itupun
didorong nafsu yang ingin senang karena terhindar
dari akibat yang tidak menyenangkan.! Lingkaran
setan ini terjadi setiap hari dan setiap saat dalam
diri kita. Maka, terjadilah pengulangan. Hari ini
berbuat salah, besok menyesal dan bertobat. Besok
lalu berbuat salah lagi, bertobat dan menyesal lagi.
Demikian seterusnya karena lingkaran setan itu
berputar terus. Nafsu tidak mungkin dimatikan,
tidak mungkin dibuang dari diri kita, karena kalau
hal itu dilakukan, kita akan mati, atau kita tidak
akan menjadi manusia lagi. Nafsu daya rendah
mutlak perlu bagi kehidupan kita, seperti api pada
motor, seperti kuda pada kereta. Segala kemajuan
hidup duniawi adalah karena jasa nafsu yang
bekerja sama dengan hati akal pikiran. Namun,
segala macam kejahatan yang kita lakukan pun
akibat dorongan nafsu daya rendah.
Lalu kalau begitu bagaimana? Nafsu penting
bagi kehidupan kita, akan tetapi nafsu juga
menyeret kita ke dalam perbuatan dosa! Hidup ini
baru sesuai dengan kodratnya kalau nafsu menjadi
alat kita, bukan kita menjadi alat nafsu. Nafsu
harus kembali kepada tempat, kedudukan dan
fungsinya yang semula, yaitu menjadi budak atau
alat kita! Tapi bagaimana? Kalau usaha kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menundukkan nafsu juga merupakan usaha nafsu,
lalu siapa ang akan dapat mengembalikan nafsu
pada tempatnya semula? Hanya Yang
Menciptakannya! Hanya kekuasaan Tuhan sajalah
yang akan dapat mengatur itu, membebaskan kita
dari cengkeraman nafsu. Dan kekuasaan Tuhan
bekerja kalau kita menyerah dengan seluruh jiwa
raga kita, menyerah dengan penuh keikhlasan,
ketawakalan, kesabaran. Tuhan Maha Pencipta,
Maha Kuasa dan Maha Bijaksana. Tuhan
mengetahui apa yang yang terbaik untuk kita.
Tuhan mengetahui apa yang berada di dalam
lubuk hati kita. Kalau kita menyerah dengan
seluruh jiwa raga kita, maka kekuasaan Tuhan
akan bekerja mutlak! Dan tidak ada hal yang tidak
mungkin bagi kekuasaan Tuhan.
Menyerah! Kata yang sederhana, mudah
diucapkan dan mudah dimengerti. Namun,
tidaklah begitu mudah untuk dilaksanakan. Kalau
penyerahan itu masih merupakan penyerahan dari
hati akal pikiran, maka di situ terkandung nafsu
dan penyerahan seperti itu sudah pasti berpamrih
pula! Menyerah agar begini agar begitu, pendeknya
agar mendapatkan keuntungan atau kesenangan,
agar menghindarkan kerugian atau kesusahan. Ini
bukan penyerahan namanya, melainkan usaha
nafsu untuk mendapatkan sesuatu, dan
penyerahan hanya dijadikan alat atau cara saja.
Dan kalau nafsu yang berusaha, maka pasti
syaitan yang datang. Penyerahan dalam hal ini
adalah penyerahan tanpa pamrih tertentu.
Penyerahan berarti mati di depan Tuhan, dan
kekuasaan Tuhan yang membangkitkan kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali. Sebagai manusia lain, bukan pula budak
syaitan nafsu, melainkan hamba Tuhan! Kalau
sudah begini, maka tidak ada masalah lagi, karena
apapun yang terjadi pada diri kita, sudah
dikehendaki Tuhan dan tidak perlu
dipermasalahkan lagi. Tidak akan ada keluhan
keluar dari batin kita, yang ada hanyalah puji
syukur kepadaNya.
Penyesalan yang dirasakan Lai Kun hanya
penyesalan karena kini dia merasakan akibat dari
perbuatannya, yang menimbulkan perasaan takut.
Penyesalan macam ini seperti orang yang memberi
kompres dingin kepada luka untuk menghilangkan
rasa nyeri akibat luka itu, tanpa dapat
menyembuhkan luka itu sendiri.
Lai Kun tidak berani mengakui kesalahannya
terhadap siapapun, terhadap isterinya tidak,
apalagi terhadap Coa Liu Hwa ibu Cin Cin. Dia
menyimpannya sebagai rahasia pribadinya, dan
justru inilah yang membuat dia selalu merasa
gelisah. Andaikata di depan Liu Hwa dia berani
berterus terang mengakui kesalahannya, dengan
siap menanggung segala akibat daripada
perbuatannya, bertanggung jawab, maka tentu
kegelisahannya tidak akan ada lagi.
o-ooo0dw0ooo-
Gadis yang cantik jelita itu berdiri di tepi sungai
Kuning yang luas seperti anak lautan. Perutnya
terasa lapar sekali dan ketika ia berdiri di tempat
sunyi itu sambil termenung, agak kesal karena
tidak nampak perumahan di situ, apalagi penjual
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
makanan, ia melihat meluncurnya beberapa ekor
ikan bersisik kuning dan merah di tepi sungai.
Matanya segera bersinar-sinar, wajahnya gembira
dan lidahnya yang merah terjulur ke luar menjilati
bibirnya yang merah basah. Ia mengilar melihat
ikan-ikan itu, karena ia mengenal bahwa ikan itu
semacam ikan emas yang amat lezat dagingnya.
Perutnya sedang lapar, di situ tidak ada orang,
tidak ada penjual makanan, akan tetapi ada ikan
yang gemuk dan gurih dagingnya berenang lewat
seperti mengejek dan menggodanya! Tidak ada
pancing, tidak ada jala, tidak ada benda untuk
menangkap ikan itu.
Cin Cin, gadis jelita itu, menengok ke kanan kiri
dan belakang. Tidak nampak orang di situ. Sunyi
dan jauh dari keramaian orang, juga di atas air itu
tidak nampak perahu. Hanya nampak layar
perahu-perahu yang jauh di sana, perahu para
nelayan mencari ikan. Hari sudah menjelang senja,
tak lama lagi hari akan menjadi gelap sehingga
akan semakin sukar mencari makanan. Ia tidak
mau melewati malam itu dengan perut tersiksa
lapar. Dan iapun perlu membersihkan diri setelah
hari itu melakukan perjalanan jauh yang
melelahkan dan kulit tubuhnya penuh debu yang
bercampur keringat mendatangkan rasa gerah dan
lekat.
Setelah yakin di situ tidak ada orang lain, tanpa
ragu lagi Cin Cin menanggalkan pakaiannya satu
demi satu dan ditumpuknya pakaian itu di balik
semak-semak. Iapun bertelanjang bulat, meloncat
ke dalam air dengan luncuran seperti seekor ikan
lumba-lumba! Tidak banyak air muncrat dan tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menimbulkan banyak suara ketika tubuhnya
menusuk dan masuk ke dalam air dengan kedua
lengan dan kepala lebih dahulu.
Cin Cin memang memiliki keahlian renang
bermain dalam air seperti seekor ikan. Mungkin
seperti dialah ikan duyung yang terkenal dalam
dongeng itu. Rambutnya tadi dilepas dari sanggul
dan rambut itu terurai panjang, lebat dan lembut.
Ia menyelam dan tak lama kemudian ia sudah
berhasil menangkap dua ekor ikan sebesar
lengannya sendiri, seekor bersisik kuning dan
seekor bersisik kemerahan, keduanya dengan perut
berwarna putih. Ikan-ikan yang gemuk berdaging
tebal.!
Dibawanya dua ekor ikan itu ke darat dan
dibiarkan menggelepar di balik semak, lalu iapun
masuk lagi ke air dan mandi. Betapa sejuk dan
segarnya air itu. Lenyap semua rasa lelah dan
gerah. Terasa nyaman, bersih dan segar. Iapun
menggosok-gosok kulit tubuhnya sambil duduk di
atas batu yang menonjol keluar dari air, dan
dengan sendirinya mulutnya bersenandung lirih.
Kalau tubuh terasa nyaman dan hati akal
pikiran tidak dibebani persoalan, maka akan
timbul perasaan bahagia yang membuat orang
condong untuk bersenandung! Demikianlah
agaknya yang mendorong orang untuk
bersenandung di waktu mandi. Keseimbangan rasa
nyaman tubuh dan rasa tenang batin ini
mendatangkan keseimbangan yang membuat
hidup di saat itu terasa nikmat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin sama sekali tidak menyadari bahwa ada
sepasang mata yang mengamatinya dari balik batu
besar. Mata seorang pria, seorang pemuda yang
sebaya dengannya, seorang pemuda yang tampan
dan bertubuh tegap. Mula-mula ketika mendengar
suara senandung, pemuda itu tertarik dan
berindap menghampiri. Setelah dia melihat apa
yang bersenandung itu, seorang gadis bertelanjang
bulat duduk di atas batu dan membersihkan tubuh
dengan menggosok-gosoknya, dengan rambut yang
panjang terurai, sebagian menutupi dadanya
menyembunyikan sepasang bukit dada dan warna
rambut yang hitam membuat kulit tubuh itu
nampak semakin putih mulus, wajah yang manis
dan riang. Pemuda itu terbelalak, kemudian
mukanya menjadi kemerahan dan diapun
terpesona. Bukan gairah nafsu yang terbayang
dalam pandang matanya, melainkan keheranan
dan ketakjuban, seperti seseorang melihat mahluk
lain dari luar angkasa, seperti seorang melihat
bidadari mandi di tepi sungai.
Memang, gadis itu seperti mahluk aneh bagi
pemuda itu karena selama hidupnya, baru sekali
ini ia melihat seorang gadis dewasa berurai rambut
dan bertelanjang bulat seperti itu! Karena selama
ini, biarpun usianya sudah duapuluh satu tahun,
tidak pernah terlintas dalam benaknya hal-yang
ada hubungannya dengan birahi, maka dia tidak
melihat hal-hal yang menimbulkan rangsangan
nafsu birahi, dan pandang matanya penuh dengan
pesona dan keheranan, terpesona karena
penglihatan itu amat indah baginya, juga amat
mengherankan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Saking heran dan terpesona, pemuda itu lupa
diri untuk bersembunyi dengan hati-hati. Dia kini
berdiri dan nampak dari dada ke atas di baik batu
itu, tidak tahu bahwa yang diintainya adalah
seorang gadis yang memiliki ketajaman dan
kepekaan rasa dan pandangan yang lain daripada
orang lain. Pandang mata yang penuh perhatian
dan perasaan memiliki getaran yang kuat sekali,
apa lagi bagi seorang sepeka Cin Cin perasaannya.
Ia merasakan getaran itu yang membuatnya
menengok dan.........dua pasang mata bertemu
pandang.
Sekilas saja karena kepala pemuda yang tadi
nongol di balik batu lenyap lagi dan Cin Cin juga
tidak memperlihatkan suatu sikap yang
menunjukkan bahwa ia telah melihat adanya
seorang pengintai. Ia menekan kemarahannya, dan
dengan tenang gadis itu turun ke air, sekali lagi
membiarkan kegerahan dan keletihan larut
bersama debu di tubuh terbawa air, dan iapun
berenang ke balik semak, mengenakan pakaiannya
dan menggelung rambutnya sejadinya saja agar
cepat. Namun dari balik semak ia memperhatikan
dan tahu bahwa si pengintai itu masih berada di
balik batu besar.
Awas, engkau, laki-laki kurang ajar, gumamnya
dalam hati. Setelah semua pakaian bersih yang
diambilnya dari buntalan dipakainya, juga
sepatunya, tiba-tiba saja tubuhnya meloncat dan
seperti seekor burung garuda tubuhnya melayang
ke balik batu besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati
pemuda yang tadi mengintai. Sama sekali tidak
disangkanya bahwa gadis yang tadi disangka
bidadari atau ikan duyung atau mahluk dari dunia
lain, dapat meloncat seperti terbang dan tahu-tahu
telah berdiri di depannya dalam pakaian lengkap
walaupun agak acak-acakan karena terburu-buru
dan rambutnya yang digelung sederhana itu masih
meneteskan air. Wajah yang masih agak basah itu
segar kemerahan, akan tetapi sepasang mata yang
jeli itu mencorong penuh kemarahan.
"Laki-laki kurang ajar! Berani engkau mengintai
orang mandi, ya? Apakah nyawamu rangkap? Ah
engkau sudah bosan hidup?"
Aduh manisnya, aduh galaknya! Demikian keluh
pemuda itu, tidak kelihatan takut melainkan malumalu
dan mukanya juga menjadi kemerahan. Dia
mengangkat ke dua tangan ke depan dada
memberi hormat, matanya yang tajam bersinar
itu menatap wajah Cin Cin dengan lembut dan
penuh penyesalan.
"Harap nona suka memaafkan saya. Saya
kebetulan lewat dan mendengar suara senandung
tadi membuat saya tertarik dan ingin melihat siapa
yang bersenandung, tidak menyangka sama sekali
bahwa ada seorang gadis sedang mandi di sana.
Sekali lagi, maafkan kelancangan saya, nona."
Sikap pemuda itu lembut dan sopan, dan di dalam
suaranya terkandung penyesalan yang tidak
dibuat-buat. Akan tetapi ia masih merasa
penasaran. Laki-laki ini sudah melihat ia
bertelanjang bulat. Tidak mungkin hal seperti itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibiarkan saja hanya dengan maaf! Alangkah
enaknya!
"Hem, kebetulan lewat dan kebetulan melihat.
Mengapa engkau tadi memandang dengan
melotot?" tanyanya dengan suara bengis.
Pemuda itu menjadi semakin gugup dan
wajahnya semakin merah. "Aku.........saya.......eh..
Aku tadi.......terkejut dan heran, terpesona karena
mengira ada........."
"Ada apa? Aku bukan setan, bukan iblis, bukan
siluman? Hayo katakan, kaukira ada apa?" kembali
Cin Cin membentak.
".......tadinya kukira nona.......ehh, seorang
bidadari dari kahyangan............."
Cin Cin terbelalak, mengira pemuda itu berolokolok,
akan tetapi melihat pandang mata yang jujur
itu nampaknya sungguh sungguh dan entah
mengapa. tiba-tiba saja hatinya merasa senang
sekali. Entah senang karena wajah yang tampan
dan simpatik itu, entah karena sinar mata yang
tajam bersinar itu, ataukah karena pujian itu.
Pujian tidak langsung. Ia disangka bidadari
kahyangan! Hati siapa tidak akan terasa ayem
tenteram, gembira bangga, menggembung seperti
katak terkejut, kalau disangka bidadari? Bidadari
adalah mahluk wanita yang cantik jelita, sakti dan
bijaksana Akan tetapi kegembiraan itu hanya
menyelinap di hati Cin Cin dan hanya mencuat
keluar melalui sinar matanya saja. Mulutnya masih
dicemberutkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, enak saja engkau mengintai orang
mandi, lalu minta maaf begitu saja. Engkau yang
enak, aku yang muak. Lain kali engkau akan
memukul orang, menghina orang, atau membunuh
orang lalu minta maaf dan sudah, ya? Enaknya!"
Aduh. galak benar, pikir pemuda itu. Dia
menahan senyumnya karena maklum bahwa
senyum geli hatinya akan dapat disalah-tafsirkan
pula, disangka senyum mentertawakan. Bisa lebih
runyam lagi. Kembali dia mengangkat kedua
tangan memberi hormat.
"Maaf........ "
"Sudahlah, jangan berulang kali memberi
hormat merangkap kedua tangan di depan dada
lalu membungkuk-bungkuk. Memangnya sekarang
ini hari sincia (tahun baru) untuk saling memberi
selamat.! Memangnya aku ini sedang merayakan
sesuatu, maka engkau terus-terusan memberi
salam? Katakan saja apa maumu, jangan banyak
maaf segala. Sebelum kau minta, maafku
kepadamu sudah habis!"
Pemuda itu terbelalak, namun hatinya tertarik
sekali. Selama hidupnya dia tidak banyak bergaul
dengan gadis-gadis cantik, dan biarpun ada gadis
cantik yang juga galak, akan tetapi agaknya tidak
segalak dan sebengal yang satu ini.
"Baiklah, aku tidak lagi minta maaf. Akan tetapi,
aku sudah merasa bersalah dan apa yang harus
kulakukan sekarang?" tanyanya, sikap dan nada
suaranya merendah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Engkau harus dihukum!" Suaranya begitu
mantap seperti seorang hakim mengetukkan palu
pada keputusan sidang pengadilan menjatuhkan
hukuman pada pesakitan.
"Baik, aku sudah bersalah dan aku siap
menerima hukumannya," kata pemuda itu dan
sikapnya yang tenang mulai menarik hati dan
mengejutkan Cin Cin.
"Orang bilang, hutang uang membayar uang,
utang budi membayar budi. Itu baru adil namanya.
Engkau tadi melihat aku mandi, sekarang
hukumannya harus kautebus dengan keadaan
yang sama. Engkau mandi dan aku yang
melihatnya!" Setelah berkata demikian, dengan
gerakan yang cepat sekali Cin Cin sudah
menangkap pergelangan tangan pemuda itu dan
mendorongnya ke sungai. Pemuda itu terkejut,
agaknya tidak melawan dan tubuhnya terlempar ke
air.
"Byuuur........!" Air muncrat tinggi ketika pemuda
itu terbanting ke air dengan pinggul terlebih
dahulu. Cin Cin tertawa terkekeh-kekeh melihat
pemuda itu gelagapan, tenggelam lalu muncul dan
menyemburkan air dari mulutnya. Ia kini nampak
seperti seorang anak kecil menerima mainan baru,
demikian gembira dan wajahnya berseri-seri segar.
"Nah, rasakan kamu! Mandilah sepuasnya sampai
bersih!" katanya dan sekali berkelebat Cin Cin
sudah lenyap dari tepi sungai itu.
Tinggal pemuda itu yang berenang ke tepi
bersungut-sungut. "Sialan!" katanya kepada diri
sendiri sambil memandang ke bekas tempat gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu tadi berdiri, lalu diapun berenang ke batu yang
tadi diduduki Cin Cin, naik dan duduk di situ.
Pakaian dan rambutnya basah kuyup. "Sial hari ini
bertemu dengan........bidadari cantik manis akan
tetapi galaknya seperti setan!"
Dia melepaskan tekukan rambutnya dan
memeras air dari rambutnya, akan tetapi air itu
malah menyiram ke bajunya. "Huh, kepalang
basah!" katanya lagi dan diapun memandang ke
kanan kiri. Sunyi, ia menanggalkan pakaiannya
yang basah, juga sepatunya, memeras baju dan
celana, menuangkan air keluar sepatunya dan
merentangkan baju, celana dan sepatunya di atas
batu.
Dengan bertelanjang bulat diapun kini mandi
sekalian sambil menanti pakaian dan sepatunya
tertiup angin dan agak kering.
Dan dia menemukan kenyataan betapa segarnya
mandi di situ. Gadis itu benar.! Memang
menyenangkan sekali air di situ. Dasarnya berbatu
dan berpasir, dan airnya cukup jernih. Tempatnya
sunyi sepi.
Setelah merasa agak dingin, dia berenang
kembali ke batu tadi, baik ke atas batu dan meraih
pakaian hendak dipakainya sambil berdiri di atas
batu, bertelanjang bulat. Tiba-tiba matanya melihat
sebuah buntalan di dekat semak-semak, dan
setumpuk pakaian. Gadis itu! Benar saja,
terdengar suara cekikikan tawanya dan tiba-tiba
gadis itu muncul di balik semak-semak.
Memang tadi Cin Cin sudah pergi, akan tetapi ia
teringat bahwa buntalan dan pakaiannya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kotor masih berada di balik semak-semak, maka ia
kembali ke situ untuk mengambilnya. Kebetulan
ketika ia datang melihat pemuda yang tadi
dilemparkannya ke sungai kini berdiri bertelanjang
bulat di atas batu yang tadi, sehingga ia melihat
semuanya. Ia terbelalak, terkejut, terheran, akan
tetapi juga geli maka tertawalah ia.
"Heiii, engkau......??" Pemuda itu melepaskan
bajunya dan menggunakan kedua tangan
menutupi bawah pusarnya, mukanya menjadi
panas karena malu. "Jangan melihat aku!"
Gadis itu masih tertawa cekikikan, lalu
mengambil buntalan dan pakaiannya, memandang
lagi kepada pemuda itu sambil tersenyum nakal.
"Siapa yang melihatmu? Aku datang kembali untuk
mengambil pakaianku yang tertinggal, bukan
untuk mengintaimu. Akan tetapi kebetulan begini,
ini namanya adil, hutangmu lunas sudah! Hi-hihik,
engkau ....jelek amat, seperti............monyet...
hi-hik!" Dan Cin Cin meloncat pergi bersama
pakaiannya.
Pemuda itu menghela napas panjang. Ketika tadi
dia tergesa-gesa menggunakan kedua tangan
menutupi bawah pusar, dia melepaskan baju yang
dipegangnya dan baju itu terjatuh ke air dan
hanyut. Entah di mana sekarang. Terpaksa dia
hanya mengenakan celana dan sepatunya saja, lalu
pergi dari situ tanpa memakai baju, mengomel
panjang pendek.
"Huh, ia bilang adil. Padahal aku mengatakan ia
seperti bidadari dan ia sebaliknya menyebut aku
seperti monyet! Sialan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo-
Cin Cin berhenti di bawah sebatang pohon,
membereskan pakaian yang tadi dipakai secara
tergesa-gesa, menyanggul lagi rambutnya dan
dihias tusuk sanggul perak, mengambil kalung
mutiara yang indah dari buntalan pakaiannya,
memakai kalung itu, kemudian mengeluarkan pula
Koai-Liong-kiam (Pedang Naga Siluman) dari
buntalan dan menggantungkan pedang itu di
punggungnya, mengambil buntalan pakaian dan
menggendongnya pula, kemudian dengan cepat ia
melanjutkan perjalanannya ke sebuah dusun di
tepi sungai yang tadi di lihatnya dari jauh sinar
lampu-lampu dusun itu.
Melihat sebuah rumah kecil sederhana di tepi
dusun dan seorang wanita setengah tua di depan
rumah, di atas bangku bambu, Cin Cin segera
menghampiri dan dengan sikap ramah dan sopan
ia bertanya. "Bibi, aku seorang pejalan yang
kemalaman di sini. Apakah engkau dapat
menunjukkan tempat di mana aku boleh
menumpang untuk malam ini? Aku bersedia
membayar uang sewanya semalam."
Wanita itu berusia limapuluh tahun lebih akan
tetapi nampaknya sudah lebih tua, agak bongkok
dan jelas ia miskin. "Nona mau membayar sewa?
Aih, nona, aku akan senang sekali engkau
menumpang di sini dan memberi sekedar uang
kepadaku.........aku amat membutuhkan itu......"
Cin Cin mengerutkan alisnya. Rumah itu hanya
gubuk kecil dan sederhana, tentu bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan tempat yang enak untuk bermalam.
Akan tetapi, kalau wanita itu membutuhkan uang.
"Bibi, dengan siapa engkau tinggal di sini?"
Wajah itu nampak sedih sekali. Di bawah sinar
lampu gantung kecil, wajah itu nampak penuh
kerut merut. "Aku seorang janda, nona. Anakku
hanya seorang, laki-laki, akan tetapi put-hauw
(durhaka), sudah lima tahun pergi ke kota mencari
pekerjaan, sampai sekarang tidak pernah pulang,
tidak pernah memberi kabar. Aih, dasar nasibku
yang amat buruk....... "
Wajah Cin Cin berseri. "Engkau hanya tinggal
seorang diri di sini? Kalau begitu, aku suka
bermalam di sini. Jangan khawatir, aku akan
memberi uang sewa yang cukup banyak, bi bi."
Wanita itu menjadi gembira. "Aih, terima kasih,
nona. Silakan masuk. Biarpun jelek, rumah ini
kujaga bersih dan tempat tidur anakku juga selalu
kubersihkan walau tidak pernah dipakai. Siapa
tahu sekali waktu, pada saat yang baik, dia
pulang!"
Cin Cin dan wanita itu memasuki rumah gubuk
dan benar seperti yang dikatakan nenek itu.
Biarpun kecil, dan jelek, akan tetapi dalam rumah
itu rapi dan bersih. Sebuah rumah dengan perabot
murahan namun terawat dan bersih, jauh lebih
menyenangkan daripada perabot rumah mewah
dalam gedung besar yang tidak terawat dan kotor.
Begitu memasuki rumah, Cin Cin merasa senang,
Gubuk itu memiliki dua buah kamar yang kecil
dan ia memperoleh kamar putera wanita itu, kamar
kecil namun terawat dan bersih pula. Alas tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidur sudah ada tambalannya, akan tetapi bersih
sekali. Legalah hatinya dan dalam hati ia berjanji
besok pagi akan memberi uang yang lebih banyak
daripada uang sewa kamar hotel besar kepada
wanita itu.
"Nah, di sinilah kamarmu, nona. Kalau mau
tinggal di sini berapa lamapun aku akan merasa
senang sekali, selain mendapatkan uang
sekedarnya juga mendapatkan teman dalam
hidupku yang kesepian ini. Silakan beristirahat,
nona, aku akan membuatkan minuman teh
dan..........eh, makanan malam sekedarnya........ "
Melihat keraguan itu, Cin Cin segera
mengeluarkan sepotong perak dan memberikannya
kepada wanita itu. "Bibi, ini untuk berbelanja
membeli hidangan makan malam, eh, kalau
ada........ aku ingin sekali makan daging ikan emas
kuning dan merah." Katanya, teringat akan dua
ekor ikan yang ditangkapnya dan yang tertinggal di
tepi sungai karena perjumpaannya dengan pemuda
pengintai itu. Dan ketika wanita itu pergi sambil
membungkuk-bungkuk senang menerima
uangnya. Cin Cin tak dapat menahan kekeh
gelinya membayangkan kembali pemuda yang
berdiri di atas batu, bertelanjang bulat. Akan tetapi
tak lama kemudian, kekehnya terpecahkan oleh
pikirannya. Aneh, bayangan pemuda itu selalu
terbayang dan ia tidak mampu menggusirnya,
terutama sekali pandang matanya yang begitu
tajam.
Setelah makan hidangan nasi dan masak ikan
yang disuguhkan nyonya rumah, Cin Cin secara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
iseng bertanya, "Bibi, apakah engkau mengenal
seorang pangeran yang tinggal di sekitar lembah
Huang-ho?"
Wanita itu membelalakkan mata dan tersenyum
geli sehingga nampak mulutnya yang ompong,
"Walah, engkau aneh sekali, nona! Aku ini hanya
seorang perempuan dusun yang bodoh dan miskin,
bagaimana mungkin mengenal seorang pangeran?
Wah, melihatpun belum pernah. Apakah nona
mengenal seorang pangeran? Pangeran
sungguhan? Hebat sekali! Siapa namanya, nona?"
Cin Cin memang tidak mengharapkan mendapat
keterangan dari wanita itu. Ia tadipun bertanya
secara iseng saja. Siapa tahu wanita itu demikian
gembira mendengar pertanyaan tentang pangeran.
Sambil lalu iapun menjawab tanpa mengharapkan
apa-apa. "Namanya Pangeran Cian Bu Ong." Ia
seperti menjawab kepada diri sendiri agar tidak
melupakan nama yang dipesan oleh gurunya itu. Ia
melanjutkan keterangan yang ia dengar dari
gurunya. seperti menghafal. "Orangnya gagah,
tinggi besar, mukanya kemerahan, usianya
enampuluh lebih........"
"Ehhh? Nanti dulu nona. Di sini tidak pernah
ada pangeran, akan tetapi cung-cu (kepala dusun )
kami. Cian-wangwe (hartawan Cian) mirip yang
kauceritakan itu. Tinggi besar, gagah, muka
kemerahan dan usianya enampuluh tahun lebih."
Tentu saja Cin Cin menjadi tertarik dan ia
mengamati wajah wanita itu penuh selidik.
"Hartawan Cian? Dari mana dia datang? Apakah
selama ini dia memang penduduk dusun ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, nona. Dia pendatang baru, kaya raya dan
dermawan. Kami semua suka kepadanya dan
menghor matinya, bahkan akupun sudah sering
menerima bantuan darinya. Karena itu kami
semua memilih dia menjadi kepala dusun. Dia she
Cian dan namanya......hemm, kalau tidak salah
Bu. Ya, Cian Bu.. , akan tetapi lebih terkenal
dengan sebutan Cian-wangwe (hartawan Cian) atau
Cian cungcu ( Lurah-Cian)."
"Cian Bu.........??" Berdebar rasa jantung Cin
Cin. Besar sekali kemungkinannya. Mengapa
begitu kebetulan? Yang dicarinya pangeran Cian
Bu Ong dan di sini ia mendengar tentang lurah
Cian Bu yang keadaannya mirip pangeran yang
dicari. "Bagaimana keadaan keluarganya?" Ia
mencari tahu lebih lanjut karena timbul
harapannya sekarang untuk menemukan musuh
besar gurunya.
"Keluarganya amat baik, nona. Isterinya jauh
lebih muda, sekitar empatpuluh lima tahun lebih
sedikit, cantik jelita dan manis budi, pakaiannya
selalu serba hitam. Mereka mempunyai dua orang
anak yang telah dewasa, seorang pemuda dan
adiknya, seorang gadis. Tampan dan cantik, juga
baik budi."
"Engkau yakin benar lurah Cian Bu itu bukan
bekas pangeran?" tanya Cin Cin seperti kepada diri
sendiri. Tentang isteri dan anak-anak orang itu ia
tidak tertarik.
"Bagaimana aku tahu, nona? Keluarga Cian itu
pindah ke dusun ini sebagai keluarga hartawan,
membangun rumah besar dan bersikap baik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada kami semua, suka menolong orang, baik
dengan barang ataupun dengan pengobatan.
Mereka pandai mengobati orang sakit."
Keterangan ini semakin menarik hati Cin Cin.
Besar kemungkinan keluarga itu ahli silat yang
pandai mengobati, hal itu tidak aneh. Dan kalau
orang she Cian itu memang ahli silat, maka
dugaannya semakin kuat bahwa dia adalah bekas
pengeran yang dicarinya. "Apakah mereka pandai
ilmu silat?" ia bertanya lagi.
"Ilmu silat? Mana aku tahu, nona? Puteranya
yang kami sebut Cian Kongcu (tuan muda Cian)
dan Cian Siocia (Nona muda Cian) kelihatan sehat
dan gagah, entah mereka bisa silat atau tidak, aku
idak tahu."
Keterangan itu cukup bagi Cin Cin. "Di mana
rumah mereka, bibi?"
"Mudah sekali dicari. Di ujung dusun sebelah
barat ini, dan rumah mereka adalah satu-satunya
gedung besar yang berada di dusun ini."
Cin Cin tidak bertanya lagi. Ia membantu wanita
itu mencuci mangkok piring biarpun nyonya
rumah mencegahnya, lalu ia membersihkan mulut
dan memasuki kamar, merebahkan diri seperti
orang hendak tidur. Nyonya rumah itu yang
menyangka ia tentu lelah, membiarkannya tidur
dan ia sendiripun memasuki kamarnya.
Tentu saja Cin Cin tidak tidur. Keterangan
wanita itu tentang lurah Cian Bu amat menarik
hatinya dan ia mengambil keputusan untuk
menyelidik. Kalau lurah itu bukan Pangeran Cian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Ong pun tidak mengapa, akan tetapi kalau
benar orang yang dicarinya, alangkah
beruntungnya. Tak disangkanya akan demikian
mudahnya mencari orang yang oleh gurunya hanya
dikatakan tinggal di sekitar lembah Huang-ho.
Padahal lembah itu panjang dan luasnya tak
terukur lagi. Apalagi hanya setahun, biar lima
tahunpun belun tentu ia akan mampu menemukan
orangnya!
Wanita pemilik gubuk itu belum tidur ketika Cin
Cin keluar dari kamarnya. Ketika ia bertanya, Cin
Cin menjawab bahwa ia ingin berjalan-jalan
sebentar. Wanita itupun tidak bertanya lagi dan
Cin Cin keluar dari rumah kecil itu dan berjalanjalan
di jalan dusun yang lumayan baiknya.
Agaknya dusun itu memang sebuah dusun yang
maju, mungkin berkat bimbingan kepala dusunnya
itu. Jalan-jalan di situ rata dan bersih, rumahrumahnya
walaupun rumah dusun, seperti rumah
wanita yang ditumpanginya tadi, nampak bersih
pula, dengan ruangan yang teratur. Memang
sesungguhnyalah, semua mahluk itu
membutuhkan bimbingan seorang pemimpin.
Masyarakat tanpa pemimpin akan menjadi kacau
balau, seperti juga segala kelompok binatang hutan
pasti mempunyai pemimpinnya. Bukankan Maha
Pencipta, Tuhan Yang Maha Kasih, juga sekaligus
menjadi Pemimpin Agung seluruh ciptaannyaa?
Dusun itu cukup besar, dengan lampu
penerangan sederhana di depan setiap rumah
sehingga jalan itu tidak gelap benar. Di langit
banyak bintang. Malam itu amat indah dengan
hawa udara yang sejuk. Tanah di lembah HuangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ho memang terkenal subur dan pohon-pohonan,
tanam-tanaman di dusun itu nampak subur pula.
Ada beberapa kedai minuman dan kedai penjual
segala macam keperluan sehari-hari yang masih
buka. Akan tetapi lalu lintas sudah sepi. Memang
di dusun kurang sekali adanya hiburan malam,
tontonan dan keramaian malam seperti di kota,
maka penduduk dusun jarang yang bergadang di
luar rumah.
Seperti yang diterangkan pemilik gubuk tadi,
mudah saja mencari rumah lurah Cian tanpa
bertanya-tanya. Setelah menyusuri jalan ke barat
dan tiba di ujung dusun, nampaklah sebuah
gedung. Kalau di kota, gedung itu termasuk sedang
saja, akan tetapi di dusun itu nampak megah dan
mewah. Tidak baik mengganggu kedamaian dusun
ini, pikir Cin Cin. Bagaimana kalau lurah itu
bukan pangeran yang dicarinya? Melihat betapa
penerangan di depan gedung itu masih terang, dan
ada seorang gadis nampak duduk seorang diri di
situ, Cin Cin mengambil keputusan untuk
berkunjung secara baik-baik saja. Kalau kemudian
ia bertemu muka dengan lurah Cian dan mendapat
keterangan bahwa benar dia orang yang dicarinya,
baru dia akan turun tangan membunuhnya seperti
pesan gurunya. Kalau ternyata bukan pangeran
yang dicarinya, kunjungannya tentu tidak akan
mendatangkan keributan dan gangguan.
Ketika Cin Cin memasuki pekarangan yang juga
menjadi taman bunga yang indah dan sunyi itu,
gadis yang duduk melamun di atas kursi, di ruang
depan, mengangkat muka dan segera bangkit
berdiri ketika melihat ada orang memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekarangan. Setelah berdiri, nampak oleh Cin Cin
betapa gadis itu memiliki tubuh yang ramping
padat, dan wajahnya manis sekali. Cara ia bangkit
dari tempat duduknya dan berdiri menunjukkan
bahwa gadis itu memiliki gerakan yang gesit dan
bertenaga, mungkin bukan ahli silat lihai, akan
tetapi setidaknya bukan seorang gadis yang lemah,
pikir Cin Cin yang memandang penuh perhatian.
Gadis itu adalah Cian Kui Eng. Ia sedang duduk
melamun, memikirkan ulah suhengnya yang
tadinya ia anggap sebagai kakak kandungnya itu.
Biarpun kini ia tahu bahwa kakaknya, Thian Ki,
bukan kakak kandung, bahkan bukan kakak tiri,
dan lebih tepat disebut suheng (kakak
seperguruan), namun karena sejak kecil ia sudah
menyebut koko (kakak), maka sampai sekarangpun
ia masih menyebutnya koko. Sore tadi ulah
kakaknya itu amat aneh. Dia pulang hanya
memakai celana dan sepatu tanpa baju! Dengan
bertelanjang dada Thian Ki pulang sambil
menenteng dua ekor ikan emas kuning dan merah
yang gemuk.!
Tentu saja ia dan ibunya, atau lebih tepat lagi
ibu tirinya yang menyambut kedatangan Thian Ki
itu menjadi terheran-heran dan bertanya kenapa
pemuda itu pulang bertelanjang dada dan
membawa dua ekor ikan. Dan jawaban kakaknya
membuat ia tetap merasa aneh sampai sekarang.
Kakaknya menjawab, dengan muka menunduk dan
tidak lancar bahwa kakaknya melihat dua ekor
ikan itu, lalu membuka baju, terjun dan
menangkap dua ekor ikan itu. Akan tetapi ketika
dia mengejar dua ekor ikan itu, bajunya terbawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin, jatuh ke air sungai dan hanyut tanpa dia
ketahui. Jawaban yang dianggapnya janggal karena
selamanya belum pernah Thian Ki mengejar-ngejar
ikan sampai terjun ke sungai! Dan cara kakaknya
menjawab juga tidak lancar, seperti orang
berbohong, padahal kakaknya tidak pernah
membohong.!
Ibunya bersikap tidak curiga bahkan tertawa
geli, akan tetapi senang melihat dua ekor ikan yang
gemuk itu, yang segera dibawa ibunya ke dapur.
Dan tadi kakaknya menyusul ayahnya yang pergi
ke dusun lain untuk mengadakan rapat mengenai
para nelayan sungai dengan kepala-kepala dusun
yang lain, dan sampai sekarang belum pulang. Ia
menanti mereka di serambi depan sambil duduk
melamun ketika muncul seorang gadis memasuki
pekarangan rumahnya.
Kui Eng mengerutkan alisnya ketika melihat
bahwa gadis cantik yang menghampirinya itu
membawa pedang di punggungnya. Jelas gadis ini
bukan gadis dusun, dan melihat pedang itu, tentu
ia seorang wanita kang-ouw, pikirnya. Hal ini
sesungguhnya tidak terlalu aneh baginya,
mengingat bahwa ayahnya dan ibunya adalah
orang-orang yang pandai ilmu silat, seperti juga ia
sendiri dan kakaknya. Akan tetapi mengapa tamu
ini datang malam-malam?
"Selamat malam, apakah engkau ini yang
disebut Cian Siocia?" tamu itu bertanya. Melihat
sikap tamunya yang terbuka dan ramah, lenyap
perasaan tidak senang dari hati Kui Eng. Gadis ini
juga memiliki watak yang lincah jenaka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbuka, walaupun ia juga tabah, berani dan
kadang galak.
"Benar, aku Cian Kui Eng. Enci siapa dan apa
keperluanmu berkunjung ke rumah kami?"
Hemm, gadis ini tidak kampungan, pikir Cin Cin.
Terbuka dan jujur, dan sama sekali tidak pemalu.
Lebih pantas seorang gadis kangouw! Tebal
dugaannya bahwa ia datang ke alamat tepat. Iapun
menjawab sejujurnya.
"Orang memanggil aku Cin Cin, dan aku datang
ke sini untuk mencari ayahmu. Bukankah dia she
Cian?"
"Tentu saja dia she Cian. Engkau tahu aku
disebut Cian Siocia (nona muda Cian), siapa lagi
she (nama keturunan) ayahku kalau bukan Cian.
Mau apa sih engkau malam-malam begini datang
mencari ayah?"
Hemm, ia mulai curiga dan mulai kasar, pikir
Cin Cin, hatinya juga mulai panas. Kalau betul
ayah gadis ini musuh besar gurunya, berarti gadis
inipun boleh dianggap musuh!
"Kedatanganku ini ada urusan penting dengan
ayahmu dan tidak dapat kukatakan kepada orang
lain biar engkau ini puterinya sekalipun.
Bukankah nama ayahmu Cian Bu......?"
"Benar, ayahku lurah di dusun ini!" jawab Kui
Eng agak ketus karena sang tamu tidak mau
memberitahukan keperluannya datang
berkunjung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan dia dahulu seorang pangeran bernama
Cian Bu Ong bukan?" tanya Cin Cin tiba-tiba dan
dengan pandang mata menusuk penuh selidik.
Kembali Kui Eng mengerutkan alisnya. Ayah
ibunya sudah berulang kali melarang ia bicara
tentang ayahnya sebagai Pangeran Cian Bu Ong,
karena hal itu berbahaya sekali, dapat membuat
ayahnya ditangkap oleh pemerintah sebagai
seorang buronan atau bekas pemberontak!
"Hai, Cin Cin, apa perlunya engkau bertanyatanya
tentang keadaan ayahku? Dia boleh jadi ini
atau itu, apa hubungannya denganmu dan engkau
mau apa? Ayahku adalah ayahku, lurah dusun ini
dan engkau atau siapa saja tidak berhak untuk
bertanya-tanya tentang urusan pribadinya.! Mau
apa engkau sebenarnya?" kini Kui Eng bertolak
pinggang, matanya melotot.
"Nona Cian yang manis, kalau ayahmu itu benar
Pangeran Cian Bu Ong, aku datang untuk
membunuhnya!" kata Cin Cin, tidak kalah
bengisnya.
"Heii! Enak saja engkau membuka mulutmu
yang lancang.! Apa kaukira setelah engkau
membawa-bawa pedang, engkau dapat menakutnakuti
aku seperti anak kecil saja? Baik ayahku
seorang lurah, pangeran atau raja sekalipun,
engkau tidak patut mengancamnya seperti itu.
Mungkin engkau seorang gila. Pergi dari sini atau
aku akan menampar mulutmu biar rontok semua
gigimu!"
Cin Cin adalah seorang wanita yang keras hati.
Mendengar ucapan ini, tentu saja perutnya terasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panas. "Cian Kui Eng, sombong amat engkau.
Engkau tidak tahu berhadapan dengan siapa!"
"Engkau yang sombong! Engkaupun tidak tahu
nonamu ini orang macam apa! Habis kau mau
apa?" bentak Kui Eng.
"Engkau juga mau apa kalau aku akan
membunuh Pangeran Cian Bu Ong?"
"Kau mau membunuh pangeran atau raja bukan
urusanku, akan tetapi kalau engkau menghina
ayahku, engkau akan mampus di tanganku."
"Heh-heh, nona cilik, hendak kulihat bagaimana
engkau akan membikin aku mampus!" tantang Cin
Cin.
Kui Eng menggerakkan kakinya dan tubuhnya
meluncur ke depan Cin Cin. Kini kedua orang itu
saling berhadapan dalam jarak dua meter, saling
melotot dengan muka merah dan dari hidung
mereka mengembus uap panas. "Pergi kau, kalau
tidak, terpaksa aku akan memukulmu!"
"Jangan banyak mulut, pukullah kalau berani!"
tantang Cin Cin.
"Sombong, lihat pukulanku!" Kui Eng memberi
peringatan dan iapun maju menyerang dengan
tamparan tangan kiri. Tangan itu menyambar
cepat dan kuat sekali ke arah muka Cin Cin.
Melihat betapa tamparan itu membawa angin
pukulan yang dahsyat, maklumlah bahwa ia
menghadapi seorang lawan yang tidak boleh
dipandang ringan, Cin Cin cepat menarik tubuh ke
belakang sehingga tamparaan itu mengenai angin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kosong. Akan tetapi kaki kanan Kui Eng sudah
menyambar pula dengan tendangan maut ke arah
perutnya!
"Hemm, ganas juga engkau!" seru Cin Cin dan
iapun terpaksa meloncat ke samping untuk
menghindarkan diri dari tendangan itu. Iapun
segera membalas, melangkah maju sambil
mendorong ke arah dada lawan. Akan tetapi,
ternyata lawannya itu memiliki gerakan yang tidak
kalah gesitnya, sehingga dorongannya itupun
hanya mengenai angin kosong. Kembali Kui Eng
sudah menyerang dari samping sebagai balasan,
tangannya mencengkeram ke arah pundak kiri Cin
Cin. Karena ingin menguji tenaga lawan, Cin Cin
memutar lengan menangkis sambil mengerahkan
tenaga saktinya.
"Dukkk!" Dua buah lengan yang kecil mungil
berkulit halus, namun yang keduanya
mengandung tenaga dalam yang amat kuat itu
bertemu dan keduanya terpental ke belakang!
Mereka saling pandang dengan mata terbelalak,
karena kini keduanya menyadari bahwa lawan
benar-benar tangguh dan mereka memiliki tenaga
sin-kang yang seimbang!
Kembali mereka saling hantam dan saling
tendang bagaikan dua ekor singa betina
mengamuk. Sebetulnya, kalau dibuat
perbandingan, Cin Cin masih lebih menang
setingkat. Biarpun keduanya digembleng oleh guru
yang sakti, namun ketika kecilnya, Kui Eng yang
merasa menjadi puteri pangeran, agak manja dan
kadang malas berlatih. Berbeda dengan Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mengandung sakit hati karena kehancuran
keluarganya, ia berlatih dengan tekun sekali untuk
dapat membalas dendamnya.
Akan tetapi, menghadapi Kui Eng, Cin Cin tidak
mau menghabiskan seluruh tenaga dan
kepandaiannya. Ia tidak ingin membunuh Kui Eng,
karena belum mengetahui dengan pasti apakah ia
berada di tempat musuh besar gurunya ataukah
tidak. Ia belum yakin benar apakah ayah lawannya
ini Pangeran Cian Bu Ong atau hanya seorang
lurah kaya yang bernama Cian Bu saja.
Sebaliknya, melihat orang mengancam ayahnya,
Kui Eng menjadi marah sekali dan ia mengerahkan
seluruh kepandaian dan tenaganya sehingga
keadaan mereka menjadi berimbang.
Biarpun demikian, karena memang kalah
tingkat. setelah lewat tigapuluh jurus, mulailah Kui
Eng terdesak mundur. Pada saat itu, dari dalam
rumah bermunculan para pembantu rumah tangga
dan mereka segera lari ke dalam untuk melapor
kepada nyonya majikan mereka.
Sim Lan Ci berlari keluar sambil membawa
pedangnya, yaitu pedang Cui-mo Hek-kiam (Pedang
Hitam Pemburu Iblis)! Melihat puterinya terdesak
oleh seorang gadis cantik lain yang memiliki
serangan ganas dan kuat, ia terkejut. Kepandaian
puterinya sudah hebat, dan jarang ada orang
mampu menandinginya, akan tetapi kini ia melihat
jelas betapa puteri tirinya itu terdesak oleh
lawannya.
"Tahan dulu, hentikan perkelahian ini!"
teriaknya sambil meloncat ke depan dan melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puterinya terancam sebuah tamparan lawan, iapun
menangkis tamparan itu.
"Plak!" Keduanya terkejut karena keduanya
merasa betapa lengan tergetar hebat. Mengertilah
Sim Lan Ci mengapa puterinya terdesak. Gadis ini
memang lihai sekali dan merupakan seorang lawan
tangguh. Di lain pihak, melihat bayangan
berkelebat dan seorang wanita setengah tua cantik
jelita menangkis tamparannya membuat lengannya
tergetar hebat, Cin Cin juga meloncat ke belakang
dan memandang penuh perhatian. Ia sudah
mendengar keterangan dari pemilik rumah yang
ditumpangi bahwa lurah Cian Bu memiliki seorang
isteri cantik yang selalu berpakaian hitam. Iapun
dapat menduga bahwa tentu wanita ini isteri sang
lurah dan ibu dari gadis ramping yang menjadi
lawannya tadi. Makin kuat dugaannya bahwa ia
tidak tiba di alamat yang keliru. Pasti mereka ini
keluarga Pangeran Cian Bu Ong karena gurunya
memesan agar ia berhati-hati karena Pangeran
Cian Bu Ong memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dan
ternyata keluarganya, isteri dan puterinya, juga
amat lihai. Akan tetapi, melihat wajah wanita
berpakaian serba hitam itu, ia tertegun. Ia merasa
mengenal wanita ini!
Ya, ia mengenalnya dengan baik karena wanita
ini dan suaminya dan puteranya menjadi tamu
yang amat menarik perhatian dan yang disambut
dengan meriah oleh seluruh keluarga Hek-houwpang!
Dengan melongo Cin Cin mengamati nyonya
berpakaian hitam itu, mengingat-ingat. Tak salah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi pikirnya. Wanita ini adalah bibinya sendiri,
isteri dari pamannya yang bernama Coa Siang Lee,
saudara sepupu ibunya sendiri yang bernama Coa
Liu Hwa. Dan ia ingat benar bahwa wanita ini
bernama Sim Lan Ci, dan putera mereka bernama
Coa Thian Ki. Akan tetapi....kenapa ia berada di
sini dan menjadi keluarga lurah Cian Bu atau
mungkin Pangeran Cian Bu Ong? Di lain pihak,
Sim Lan Ci juga mengingat-ingat karena merasa
sudah mengenal gadis itu, akan tetapi lupa di
mana dan kapan. Hanya wajah gadis cantik itu
adalah wajah yang tidak asing baginya.
"Nona, kenapa engkau menyerang puteriku? Kui
Eng, kenapa engkau berkelahi dengan nona ini?"
tanya Sim Lan Ci kepada mereka berdua.
"Ibu, Iblis betina ini datang menghina ayah! Ia
hendak membunuh ayah!" teriak Kui Eng marah
sekali.
Tentu saja Sim Lan Ci menjadi terkejut bukan
main. Sebagai seorang wanita yang banyak
pengalamannya di dunia kangouw, iapun dapat
menduga bahwa tentu gadis ini mempunyai alasan
yang kuat maka berani datang untuk membunuh
suaminya! Dan alasan itu pasti ada hubungannya
dengan pangeran Cian Bu Ong, karena selama
menjadi lurah Cian Bu, suaminya tidak
mempunyai musuh besar.
"Nona, kenapa nona hendak membunuh
suamiku, lurah Cian Bu di dusun ini?" ia bertanya,
sengaja menekankan kepada sebutan lurah.
"Lurah.......?" kata Cin Cin meragu. "Nyonya, aku
datang bukan hendak membunuh lurah Cian Bu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau siapapun, melainkan hendak bertanya apakah
lurah Cian Bu itu Pangeran Cian Bu Ong. Kalau
dia Pangeran Cian Bu Ong. aku akan
membunuhnya dan siapapun juga tidak dapat
menghalangiku!"
Sim Lan Ci memandang dengan mata terbelalak.
Akan tetapi ia dapat menguasai guncangan dan
debaran jantungnya dan bersikap tenang. "Nona,
siapakah engkau sebenarnya?" Ia mengamati wajah
itu. "Aku seperti pernah mengenalmu."
"Aku juga. Bibi mirip benar dengan seorang
wanita yang kukenal baik, sama wajah, pakaian
dan suaranya, seperti Bibi Sim Lan Ci."
Wajah Sim Lan Ci berubah pucat. "Jadi kau.. ..
siapakah kau......."
"Ibu, namanya Cin Cin," kata Kui Eng cepat.
"Cin Cin......? Engkau puteri ketua Hek-houpang?
Engkau.......Kam Cin?"
"Benar! Aih, tidak kusangka dapat bertemu
dengan bibi di sini. Akan tetapi aku menghadapi
urusan genting, bibi. Tolonglah bibi beritahu
sebenarnya siapa lurah Cian Bu itu. Benarkah dia
Pangeran Cian Bu Ong?" tanya Cin Cin dan
matanya mencorong, menatap tajam wajah wanita
itu penuh selidik.
"Tapi kenapa......?" Ucapan Sim Lan Ci ini
dipotong suara lain.
"Apakah yang terjadi di sini? Siapakah ia ini
dan.......ohhh.......!" Pemuda itu terkejut ketika Cin
Cin menoleh dan memandang kepadanya. Gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dilihatnya bertelanjang bulat di tepi sungai
itu!
Cin Cin tersenyum mengejek ketika melihat
Thian Ki. "Hemm, kiranya engkau monyet jelek
berada di sini pula. Mau apa kau mencampuri
urusan kami!"
"Koko, ia datang hendak membunuh ayah!"
teriak Kui Eng.
"Ehhnh.......?" Thian Ki terkejut sekali.
"Thian Ki, nona ini adalah Kam Cin puteri ketua
Hek-houw-pang, saudara misanmu sendiri!" kata
Sim Lan Ci.
"Cin Cin..........??"
"Thian Ki.........??" Teriakan Thian Ki dan Cin Cin
hampir berbareng dan mereka saling pandang, lalu
perlahan-lahan muka keduanya berubah
kemerahan karena mereka teringat betapa mereka
pernah saling melihat dalam keadaan telanjang
bulat, teringat akan peristiwa di tepi Huang-ho.
"Cin Cin, engkau tidak boleh membunuh ayah!"
"Ayah? Bukankah ayahmu, paman Coa Siang
Lee, telah tewas ketika Hek-houw-pang diserbu
gerombolan?"
"Yang kumaksudkan......dia.......... ayah
tiriku..........." kata Thian Ki, mukanya merah. Cin
Cin mengerutkan alisnya dan menoleh,
memandang kepada Sim Lan Ci yang
menundukkan muka. Peristiwa ini sama sekali tak
pernah disangkanya datangnya begitu tiba-tiba dan
ia dihadapkan kepada kenangan masa lalu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin mengangguk-angguk dan senyumnya
sinis. "Hemm, mengerti aku sekarang. Kiranya
setelah ditinggal mati paman Coa Siang Lee, bibi
Sim Lan Ci telah menikah lagi dengan.........lurah
Cian Bu......atau Pangeran Cian Bu Ong si
pemberontak?"
"Cin Cin.....!" teriak Thian Ki, sedih melihat
ibunya dicaci.
"Iblis betina busuk!" bentak Kui Eng marah. Cin
Cin menoleh kepada Thian Ki. "Engkau hendak
membela ayah tirimu? Kalau begitu, benar
makianku bahwa engkau monyet buruk. Majulah!"
Dan Cin Cin sudah memasang kuda-kuda. siap
menghadapi pengeroyokan tiga orang itu.
"Tahan........!" terdengar bentakan dan suara ini
demikian berpengaruh sehingga mengejutkan hati
Cin Cin. Gadis itu cepat melangkah mundur lalu
menghadapi orang yang datang dari sebelah
kanannya. Dan dia melihat seorang laki-laki tinggi
besar, berjenggot panjang rapi, berwajah merah
dan usianya tentu mendekati tujuhpuluh tahun,
namun masih nampak gagah perkasa dan kokoh
seperti batu karang. Tidak ragu lagi hatinya bahwa
dia tentu berhadapan dengan Pangeran Cian Bu
Ong, karena laki-laki ini di waktu mudanya
tentulah ganteng dan gagah perkasa sehingga tidak
mengherankan kalau gurunya jatuh cinta. Tidak
mungkin ada seorang lurah memiliki wibawa
seperti ini.
-ooo0dw0oooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Jilid 18
"Nona, aku sudah mendengar bahwa engkau
mencari Pangeran Cian Bu Ong untuk
membunuhnya. Nah katakan, kenapa engkau
hendak membunuh Pangeran Cian Bu Ong, apa
kesalahannya kepadamu?"
Cin Cin menatap tajam wajah yang jantan itu
dan bertanya. "Apakah engkau Pangeran Cian Bu
Ong?"
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum. "Aku bukan
seorang pengecut. Kalau aku menyembunyikan
nama dari umum, hal itu hanya agar keluargaku
dapat hidup dengan tenteram. Akan tetapi kalau
ada yang memusuhiku secara pribadi, aku tidak
akan lari bersembunyi atau mengelak. Aku
memang bekas Pangeran Cian Bu Ong. Nah,
katakan kenapa engkau hendak membunuhku.!"
Cin Cin melepaskan kalung mutiara dari
lehernya, lalu melemparkan kalung itu ke arah
Cian Bu Ong sambil berseru. "Cian Bu Ong, lihat
benda ini dan engkau akan tahu mengapa aku
hendak membunuhmu!" Tentu saja ia
menyambitkan kalung itu dengan pengerahan
tenaga sin-kang sehingga yang nampak hanya
sinar putih berkilau menyambar ke arah muka pria
tua itu. Namun, dengan tenang saja Cian Bu Ong
menyambut benda itu, walaupun di dalam hatinya
diam-diam dia terkejut mendapat kenyataan
betapa kuatnya sambitan ketika benda itu
disambutnya. Dan ketika dia melihat benda itu,
sebuah untaian kalung dari mutiara yang besarbesar
dan indah, matanya terbelalak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sui Lan.........!" gumamnya seperti dalam mimpi
dan terbayanglah semua pengalaman hidupnya di
waktu dia masih muda. Dia pernah bertemu de
ngan seorang gadis yang mendatangkan rasa
kagum dalam hatinya, bukan hanya oleh
kecantikannya yang luar biasa, akan tetapi juga
karena gadis itu memiliki ilmu kepandaian silat
yang cukup tinggi disamping ilmunya bermain
dalam air. Gadis itupun kagum kepadanya dan
mereka saling jatuh cinta. Demikian besar cinta
gadis itu kepadanya sehingga gadis itu menyelam
ke dalam lautan yang berbahaya, mengumpulkan
banyak mutiara pilihan dan membuat kalung dari
untaian mutiara yang amat berharga, lalu
memberikan kalung itu kepadanya sebagai tanda
cinta!
Demikian terharu hatinya oleh hadiah ini
sehingga dia pernah mengatakan bahwa dia akan
menghargai kalung itu seperti nyawanya sendiri.
Mereka saling jatuh cinta, bahkan gadis yang
bernama Bhok Sui Lan itu sudah menyerahkan diri
kepadanya. Hal ini saja sebetulnya sudah
mendatangkan sedikit kekecewaan di dalam
hatinya. Betapa mudahnya Sui Lan menyerahkan
diri kepadanya, walaupun hal itu dianggapnya
sebagai pernyataan cinta kasih yang tulus. Mereka
memang sudah bersepakat untuk menikah. Akan
tetapi kemudian dia mendengar bahwa Bhok Sui
Lan adalah seorang gadis kang-ouw yang termasuk
golongan sesat, atau golongan hitam. Gadis itu
datang dari keluarga para tokoh sesat yang
terkenal, dari golongan manusia yang berwatak
iblis. Tidak pernah mau mengenal peraturan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu mendatangkan kekacauan dengan
perbuatan mereka yang teramat keji dan jahat. Hal
ini membuat dia memaksa hatinya yang mencinta
untuk meninggalkan dan melupakan Sui Lan dan
diapun menikah dengan gadis lain. Dia adalah
seorang pangeran yang bercita-cita tinggi, kalau
mungkin dapat menggantikan kedudukan kaisar.
Bagaimana mungkin seorang calon kaisar menikah
dengan seorang gadis golongan sesat yang jahat?
Hal itu tentu akan mencemarkan seluruh nama
keluarga Kerajaan Sui!
Dia mengembalikan kalung mutiara itu kepada
Sui Lan, kemudian meninggalkan gadis itu dan
diapun tidak takut menghadapi Sui Lan walaupun
gadis itu lihai karena tingkat kepandaiannya lebih
tinggi. Pula dia seorang pangeran yang memiliki
banyak jagoan dan banyak pengawal sehingga
gadis itu sama sekali tidak akan mampu berbuat
sesuatu untuk mengganggunya. Dia sudah hampir
melupakan Sui Lan karena hal itu sudah terjadi
puluhan tahun yang lalu. Dan hari ini, tiba-tiba
saja seorang gadis datang mengembalikan kalung
itu kepadanya dan mengatakan hendak
membunuhnya! Dia mengamati kalung itu,
menyebut nama bekas kekasihnya dan
mengangkat muka lagi memandang kepada Cin
Cin, gadis itu tersenyum mengejek.
"Nona, apa hubunganmu dengan Sui Lan?
Bukan Bhok Sui Lan sekarang telah terkenal
dengan julukan Tung-hai Mo-li (Iblis Betina Lautan
Timur )?" tanyanya, suaranya masih tenang
walaupun hatinya terasa tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus kalau engkau masih ingat nama subo
Bhok Sui Lan! Aku adalah muridnya dan ia
mengutusku untuk menukar kalung itu dengan
nyawamu."
Mendengar ini, Kui Eng membentak, "Perempuan
iblis, siapa takut padamu? Ibu, koko, mari kita
basmi siluman jahat ini!"
Akan tetapi Cian Bu Ong mengangkat tangan
atas. "Kalian tidak boleh mencampuri. Ini adalah
urusan pribadiku, urusan ketika aku masih muda
dan kalian belum ada bersamaku."
Mendengar ucapan bekas pangeran itu, Sim Lan
Ci, Thian Ki dan Kui Eng tidak berani bicara lagi,
hanya menjadi penonton yang berhati tegang. Cian
Bu Ong lalu berkata kepada Cin Cin, suaranya
berwibawa.
"Nona, aku memang ada urusan dengan
gurumu. Kalau ia mendendam kepadaku kenapa
bukan ia sendiri yang datang membuat
perhitungan denganku di sini? Kenapa harus
engkau, seorang gadis muda yang mencari
keributan di sini?"
"Cian Bu Ong, hal itu adalah urusan antara
kami guru dan murid. Aku mewakili subo untuk
membalas dendam ini. Aku bukan orang yang suka
cari keributan dan tidak suka membuat
kekacauan. Juga aku bukan seorang yang curang.
Kalau engkau tidak menghendaki keributan di
dusunmu ini, dan agar engkau dapat bersiap-siap
menghadapiku , biarlah kuberi waktu sampai
besok sore. Setelah matahari condong ke barat,
aku menantimu untuk membuat perhitungan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
luar dusun sebelah barat di tepi sungai. Nah,
selamat malam!" Setelah berkata demikian, Cin Cin
membalikkan tubuhnya meninggalkan pekarangan
itu dengan langkah gagah.
Kui Eng yang merasa penasaran sudah
melangkah maju hendak mengejar, akan tetapi
lengannya dipegang oleh ayahnya. "Jangan kejar,
biarkan ia pergi."
Sim Lan Ci yang sejak tadi hanya menjadi
penonton dan pendengar, mengerutkan alisnya dan
kini iapun bertanya kepada suaminya. "Sebenarnya
siapa sih itu Tung-hai Mo li Bhok Sui Lan dan
mengapa ia mengirim muridnya untuk menukar
kalung mutiara itu dengan nyawamu?"
Lurah Cian Bu atau bekas Pangeran Cian Bu
Ong itu menghela napas panjang. Sambil
mempermainkan kalung mutiara itu diapun
berkata, "Mari kita masuk ke dalam dan akan
kuceritakan semua kepada kalian, agar kalian tahu
apa yang telah terjadi dan mengapa hari ini terjadi
peristiwa yang membuat kalian semua merasa
heran dan penasaran itu."
Mereka berempat masuk ke dalam rumah dan di
ruangan dalam, duduk mengelilingi meja besar,
bekas pangeran itu menceritakan riwayatnya
dengan Bhok Sui Lan. Sebagai penutup ceritanya
dia berkata, "Memang tadinya kami saling
mencinta, bahkan kami sudah bersepakat untuk
menikah. Akan tetapi setelah aku tahu latar
belakang kehidupannya, bagaimana mungkin aku
yang ketika itu seorang Pangeran yang
mendambakan kedudukan sebagai kaisar dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menikah dengan seorang gadis dari keluarga para
tokoh sesat yang amat jahat dan yang namanya
sudah tercemar? Aku mengembalikan kalung
pemberiannya ini dan mengucapkan selamat
berpisah. Tidak kusangka selama ini ia menyimpan
dendam padaku."
Karena urusan cinta gagal itu terjadi ketika
suaminya masih muda dahulu, jauh sebelum
bertemu dengannya, maka Sim Lan Ci juga tidak
merasa tersinggung. Ia hanya ikut menyesal dan
bertanya, "Kalau memang ia mendendam, kenapa
tidak sejak dahulu ia membalas dendamnya
kepadamu?"
Cian Bu tersenyum. "Tentu saja ia tidak berani.
Selain ketika itu ilmunya tidak akan menang
melawanku, juga sebaqai pangeran tentu saja aku
mempunyai banyak pengawal yang pandai."
"Tapi sekarang?" tanya isterinya.
Cian Bu menghela napas panjang. "Entahlah,
tetapi melihat gerakan gadis tadi, jelas kini Tunghai
Mo-li tentu telah memperdalam
kepandaiannya. Tadi kulihat engkau dan Thian Ki
seperti telah mengenalnya, benarkah?"
"Benar, kami mengenalnya. Ia bernama Kam Cin
dan biasa dipanggil Cin Cin. Ia puteri ketua Hekhouw-
pang yang tewas pula ketika terjadi
penyerbuan malam itu......." Sim Lan Ci teringat
akan keterlibatan suaminya dalam penyerbuan itu
dan menahan ucapannya.
"Tapi kenapa tiba-tiba ia muncul sebagai murid
Tung-hai Mo-li?" tanya Cian Bu sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerutkan alisnya yang tebal. Bagaimanapun
juga, ayah gadis itu, ketua Hek-houw-pang, tewas
oleh lima orang anak buahnya. Kalau gadis itu
mengetahuinya, bukan untuk subonya saja ia
datang hendak membunuhnya, juga tentu untuk
membalas kematian ayahnya!
"Kami juga tidak mengerti. Ketika aku kembali
ke dusun Ta-bun-cung dulu itu, kami mendengar
bahwa Cin Cin diantar oleh susioknya (paman
gurunya) untuk menjadi murid Huang-ho Sin-liong
(Naga Sakti Sungai Kuning) Si Han Beng. Entah
bagaimana kini tiba-tiba saja ia muncul sebagai
murid Tung-hai Mo-li."
Bekas pangeran itu mengangguk-angguk dan
meraba dagunya yang ditumbuhi jenggot yang
terawat rapi. Kalau gadis itu murid Huang-ho Sinliong
tidak aneh kalau ia lihai sekali. Akan tetapi ia
mengakui Tung-hai Mo-li sebagai gurunya.
"Bagaimanapun juga, aku melihat bahwa gadis
itu memiliki watak yang gagah. Buktinya, ia
memberi waktu kepadaku untuk bersiap sampai
besok sore."
"Engkau hendak menandinginya?" tanya
isterinya khawatir.
"Engkau khawatir aku kalah?"
Sim Lan Ci menggeleng kepala. Ia maklum akan
kemampuan suaminya dan ia tadi sudah melihat
kelihaian Cin Cin. Bagaimanapun juga, sukar
dapat dipercaya kalau gadis itu akan mampu
mengalahkan suaminya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku justeru khawatir engkau membunuhnya
hingga permusuhan akan menjadi semakin parah
padahal, biarpun agak jauh, tetap saja ia masih
keponakanku dan saudara misan Thian Ki."
Cian Bu tersenyum. "Engkau kira aku ini orang
macam apa hendak membunuh seorang gadis
muda yang menjadi lawanku? Jangan khawatir,
aku tidak akan mencelakainya. Kalau memang Sui
Lan hendak membalas dendam kepadaku, ia harus
datang sendiri. Tidak menyuruh orang lain."
Diam-diam bekas pangeran ini merasa terharu
karena dia mengenal betul watak Sui Lan. Wanita
itu bukan seorang penakut, bahkan sangat
pemberani. Kalau ia mengutus muridnya, hal itu
pasti bukan karena ia takut maju sendiri. Satusatunya
sebab yang dapat menyebabkan Sui Lan
tidak datang sendiri adalah bahwa ia masih
mencintanya! Sui Lan agaknya tidak pernah
melupakannya, menaruh dendam akan tetapi tidak
mau turun tangan sendiri karena agaknya yakin
bahwa kalau berhadapan muka, Sui Lan tidak
akan tega mencelakainya karena masih
mencintanya.
Kalam itu, Cian Bu tidur nyenyak, sedikitpun
agaknya tidak memikirkan tentang tantangan Cin
Cin untuk membuat perhitungan besok sore. Akan
tetapi sebaliknya, Sim Lan Ci dan Thian Ki tidak
dapat tidur, merasa gelisah membayangkan apa
yang akan terjadi esok.
Ketika malam itu Sim Lan Ci menyelinap dari
dari dalam kamarnya, meninggalkan suaminya
yang sedang tidur nyenyak, ia mendapatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puteranya duduk termenung seorang diri di
ruangan belakang. Melihat ibunya. Thian Ki segera
menyambut dengan pertanyaan, "Kenapa ibu
belum tidur?"
"Kulihat engkaupun belum tidur masih melamun
di sini, Thian Ki. Agaknya pikiran kita sama.
Engkau juga memikirkan Cin Cin, bukan?"
"Benar, ibu. Aku khawatir sekali membayangkan
apa yang akan terjadi besok sore." "Thian Ki, tadi
agaknya Cin Cin telah mengenalmu. Mengapa ia
memakimu sebagai monyet jelek?"
Wajah Thian Ki berubah kemerahan. Tentu saja
dia merasa malu untuk menceritakan peristiwa itu
kepada ibunya, dan dia tidak tahu harus menjawab
bagaimana sehingga dia menunduk saja.
"Thian Ki, apakah ada kaitannya dengan ketika
engkau pulang bertelanjang dada membawa dua
ekor ikan itu?"
Thian Ki mengeluh dalam hatinya. Ibunya
adalah seorang wanita yang cerdik sekali,
bagaimanapun sukar untuk membohonginya. Dia
harus menceritakan pertemuannya dengan Cin
Cin, tentu saja tanpa menyebut dan menyinggung
tentang dia dan Cin Cin saling melihat masingmasing
bertelanjang bulat!
"Benar, ibu. Akan tetapi ketika kami saling
jumpa di tepi sungai itu, kami tidak saling
mengenal. Ketika itu aku hendak mandi dan sudah
membuka baju, ketika aku melihat dua ekor ikan
itu menggelepar di balik semak. Aku menangkap
dua ekor ikan itu. Tidak tahunya, ia muncul dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
marah-marah, mengatakan bahwa aku hendak
mencuri ikan miliknya. Lalu sebagai gantinya, ia
dengan marah membuang bajuku yang sudah
kutanggalkan ke tengah sungai sampai hanyut,
lalu ia memaki aku monyet jelek dan pergi. "
Terpaksa Thian Ki berbohong dan mengubah
kejadian yang sebenarnya kepada ibunya, karena
bagaimanapun tentu saja dia merasa malu untuk
bicara terus terang tentang ketelanjangan itu.
Ibunya mendengarkan penuh perhatian dan
menarik napas panjang. "Hemm, ia masih lincah,
jenaka dan pemberani seperti dahulu, hanya kini
bertambah galak dan lihai. Thian Ki,
bagaimanapun juga, kita harus mencegah
terjadinya perkelahian antara ia dan ayahmu."
"Akan tetapi bagaimana caranya, ibu? Ayah
sudah mengatakan bahwa itu urusan pribadinya
dan kita tidak boleh mencampuri. Ayah benar dan
aku tidak berani untuk membujuknya."
"Engkau harus dapat membujuk Cin Cin agar
membatalkan perkelahiannya dengan ayahmu.
Kalau aku yang membujuk, kurang baik.
Engkaulah yang lebih dekat dengannya, karena
ayahmu adalah saudara sepupu ibunya. Engkau
bujuklah ia agar tidak melanjutkan kehendaknya
menantang ayahmu."
Thian Ki membayangkan Cin Cin yang demikian
galak terhadap dirinya dan diam-diam dia merasa
jerih juga. Gadis itu demikian galak seperti
harimau betina. Akan tetapi, ketika itu Cin Cin
belum mengetahui bahwa dia adalah Thian Ki.
Mungkin kini sikapnya berubah lebih lunak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengingat betapa dulu, ketika dia menjadi tamu
keluarga gadis itu bersama ayah ibunya, mereka
adalah saudara misan yang bersahabat karib.
"Baiklah, ibu. Akan kucoba besok. Akan kucari
Cin Cin sebelum ayah pergi ke sana menyambut
tantangannya."
Setelah bicara dengan Thian Ki, agak legalah
hati Sim Lan Ci dan wanita inipun kembali ke
kamarnya dan tidur di samping suaminya. Thian Ki
juga memasuki kamarnya dan semalam itu dia
gelisah, membayangkan pertemuannya dengan Cin
Cin dan mencari-cari cara dan jalan untuk
membujuk gadis itu tanpa dapat menemukan cara
terbaik sampai akhirnya dia kelelahan dan tertidur
menjelang pagi.
Sejak tengah hari. Thian Ki sudah berkeliaran di
sepanjang tepi sungai sebelah barat sungai Kuning
untuk mencari Cin Cin. Dia sama sekali tidak
menduga bahwa gadis itu semalam tidur di rumah
milik janda miskin di ujung dusun, dan gadis yang
berhati-hati itu tidak mau keluar dari rumah
sebelum matahari mulai condong ke barat. Ketika
siang hari itu Thian Ki tiba di tepi sungai tentu saja
dia tidak dapat menemukan Cin Cin yang masih
berada di rumah kecil itu bersama wanita pemilik
rumah, bahkan masak-masak bersama wanita itu
yang merasa suka sekali kepada gadis itu.
Sambil masak berdua di dapur, wanita yang
mulai merasa suka sekali kepada Cin Cin berkata,
"Nona, kalau aku boleh bertanya, apakah nona
sudah..........eh, sudah menikah atau bertunangan?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maafkan pertanyaanku, aku tidak bermaksud
untuk bersikap kurang ajar."
"Ah, tidak mengapa, bibi. Aku belum menikah,
juga tidak bertunangan. Kenapa sih bibi
menanyakan hal itu? Apakah bibi ingin
mengambilku sebagai mantu untuk dijodohkan
dengan puteramu yang pergi tak pernah memberi
kabar itu?"
Wanita itu tersipu. "Aih, nona harap jangan
mengolok-olok. Orang seperti kami ini mana pantas
untuk menarik nona menjadi anggota keluarga?
Bukan itu maksudku tadi, aku kagum dan suka
kepadamu, dan aku hanya ingin tahu saja. Kalau
seorang gadis seperti nona ini, paling tidak harus
berjodoh dengan seorang pemuda yang pilihan,
seperti.......seperti misalnya Cian Kongcu itu."
"Cian Kongcu..........?"
"Maksudku, putera lurah kami itu.......... "
Cin Cin teringat dan terbayanglah wajah Thian
Ki, bukan hanya wajahnya, melainkan seluruh
tubuh pemuda yang pernah dilihatnya telanjang
bulat itu dan iapun tertawa. "Monyet.......monyet
jelek itu."
Kini wanita itu yang memandang dengan mata
terbelalak. "Monyet jelek? Nona, putera lurah Cian
amat tampan dan gagah, juga manis budi
walaupun agak pendiam."
"Sudahlah, bibi, jangan bicara tentang orang
lain. Masakannya sudah matang dan perutku
sudah lapar. Mari kita makan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, ketika matahari sudah condong ke
barat dan Cin Cin meninggalkan rumah kecil itu
menuju ke tepi sungai di luar dusun, ucapan
wanita itu terngiang lagi di telinganya dan diapun
melangkah sambil melamun. Teringatlah kenangan
lama, ketika Thian Ki bersama ayah ibunya
menjadi tamu orang tuanya. Betapa orangtuanya
dan seluruh keluarga Hek-houw-pang
menghormati para tamu itu, dan betapa ia dan
Thian Ki telah bersahabat baik. Kemudian, teringat
pula ia akan pertemuannya dengan pemuda itu di
tepi sungai dan mau tak mau ia tersenyum geli.
Akan tetapi hanya sebentar karena ia segera
teringat lagi bahwa kini Thian Ki yang dulu bukan
lagi Thian Ki yang sekarang. Sekarang dia adalah
anak tiri Cian Bu Ong, musuh besar gurunya yang
harus dibunuhnya! Heran ia memikirkan
bagaimana ibu Thian Ki yang ditinggal mati
suaminya itu kini tahu-tahu telah menjadi isteri
bekas pangeran itu.
"Cin Cin........."
Gadis itu terkejut dan sadar dari lamunannya,
menahan langkahnya dan tahu-tahu Thian Ki telah
berada di depannya. Ia mengerutkan alis, heran
dan juga penasaran karena yang ia nantikan
adalah Cian Bu Ong, bukan Thian Ki.
"Hemrn, kiranya engkau. Mau apa engkau
menghadangku?" tanyanya dengan sikap dan
suara yang ketus.
Thian Ki melangkah maju mendekat. "Cin Cin,
aku adalah Thian Ki, saudara misan dan
sahabatmu......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin mundur dua langkah. "Jangan
mendekat.! Engkau bukan lagi Thian Ki putera
paman Coa Siang Lee, melainkan Thian Ki anak
musuh besarku Cian Bu Ong!"
Sedih sekali hati Thian Ki melihat sikap
mendengar ucapan itu. "Cin Cin, bersikaplah adil.
Memang benar bahwa ibuku telah menjadi janda
dan kini telah menjadi isteri bekas pangeran Cian
Bu Ong, akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa ibu
dan aku menjadi musuhmu. Pula, engkau sendiri
tidak mempunyai permusuhan apapun dengan
ayah tiriku itu. Cin Cin, dengarlah baik-baik,
urusan antara ayah tiriku dan gurumu, urusan itu
adalah urusan pribadi, urusan mereka berdua,
tidak ada hubungannya dengan kita. Mereka
dahulu saling mencinta, akan tetapi kemudian
ayah tiriku terpaksa meninggalkannya, dan sama
sekali bukan kesalahan ayah tiriku........ "
Cin Cin melotot dan mukanya kemerahan,sinar
matanya berkilat. "Huh, kalian laki-laki memang
mau enaknya sendiri saja! Guruku di waktu gadis
telah menyerahkan segala-galanya kepada Cian Bu
Ong, mencintanya dengan seluruh jiwa raganya.
Akan tetapi Cian Bu Ong malah meninggalkannya
dan menikah dengan gadis lain. Apa ini bukan
perbuatan yang khianat dan hina? Guruku sejak
itu hidup merana, tidak pernah menikah lagi.
Tidak pernah berdekatan lagi dengan laki-laki lain,
seluruh sisa hidupnya dipergunakan untuk
memperdalam ilmu agar kelak dapat membalas
dendam kepada Cian Bu Ong. Dan sekarang
engkau, anak tiri Cian Bu Ong, mengatakan bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak bersalah. Apakah guruku yang disiasiakan
itu yang salah? Jawab!"
Diberondong serangan kata-kata itu, Thian Ki
agak gelagapan juga. Dia memang seorang yang
tidak begitu pandai bicara, bahkan condong
pendiam. Kalau kini dia dapat mengeluarkan
banyak kata-kata, hal itu adalah karena rasa
khawatirnya, bukan terhadap ayah tirinya yang dia
tahu seorang sakti, melainkan terhadap Cin Cin.
"Gurumu juga tidak bersalah, Cin Cin. Akan
tetapi ayah tiriku juga tidak bersalah. Mereka,
sebagai dua orang kekasih, mereka telah menjadi
korban keadaan. Mereka memang saling mencinta
dan sudah bermaksud untuk menjadi suami isteri.
Akan tetapi kemudian Pangeran Cian Bu Ong
mendapat kenyataan bahwa kekasihnya itu adalah
seorang anggota keluarga tokoh-tokoh sesat yang
tersohor karena kejahatan dan kekejaman mereka.
Sebagai seorang pangeran yang bercita-cita
menjadi kaisar, tentu saja Pangeran Cian Bu Ong
tidak ingin mencemarkan nama keluarga kerajaan
dengan menikahi kekasihnya itu, maka terpaksa
dia meninggalkannya."
"Alasan kosong! Buktinya dia sekarang tidak
menjadi kaisar, malah menjadi lurah saja, dan
berganti nama pula.! Thian Ki, jangan engkau
mencampuri urusanku. Apapun alasannya, Cian
Bu Ong telah menghancurkan kehidupan guruku,
dan guruku mengutus aku untuk membunuhnya,
maka hal itu akan kulakukan dan siapapun tidak
boleh menghalangiku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin, jangan kaulanjutkan niatmu yang siasia
itu.......... "
"Apa? Engkau berani melarangku? Engkau
hendak membela ayah tirimu itu ya?"
"Bukan membela, Cin Cin. Dia tidak perlu
dibela. Aku mencegah perkelahian ini karena aku
tidak ingin melihat engkau cedera atau tewas. Ayah
tiriku itu seorang yang sakti, Cin Cin. Engkau
bukan lawannya."
Ucapan ini bagaikan minyak disiramkan kepada
api, membuat Cin Cin menjadi semakin marah.
"Kaukira aku takut? Untuk membela guruku, aku
akan mempertaruhkan nyawaku! Dan aku hendak
melihat sampai dimana kehebatan laki-laki yang
telah merusaak kehidupan guruku itu! Jangan
engkau mencampuri.!" Cin Cin bertolak pinggang
menghadapi Thian-Ki dengan sikap marah sekali.
"Kenapa dia tidak datang? Apakah Cian Bu Ong
hanya seorang pengecut yang mengirim putera
tirinya untuk membujuk agar aku mau mundur?"
Thian Ki tidak menjawab, bahkan mundur
beberapa langkah karena dia tahu bahwa ayah
tirinya sudah berada di situ.
"Nona. aku sudah berada di sini!" terdengar
suara Cian Bu Ong yang berwibawa dan tenang.
Kemudian dia berkata kepada Thian Ki. "Thian Ki,
sudah kukatakan bahwa ini urusan pribadi,
engkau tak boleh mencampuri."
"Maafkan saya, ayah," kata Thian Ki dengan hati
terpukul dan dia hanya berdiri menjadi penonton,
jantungnya berdebar tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus engkau sudah datang, Cian Bu Ong!"
kata Cin Cin.
"Maaf, aku tidak tahu bahwa Thian Ki telah
mendahuluiku. Nah, aku sudah siap sekarang,
nona."
"Singgg........!!" Nampak sinar berkilauan ketika
gadis itu mencabut Koai-liong-kiam dari sarung
pedang. Pedang pusaka yang ampuh itu
merupakan sebatang pedang yang tajam dan
bentuknya seperti seekor naga.
"Cian Bu Ong, keluarkan senjatamu!" bentak Cin
Cin dan dengan gagahnya dan ia sudah memasang
kuda-kuda dengan pedang di tangan.
Cian Bu Ong tetap bersikap tenang. Teringat dia
kepada bekas kekasihnya, Bhok Sui Lan yang dulu
juga merupakan seorang yang lihai
mempergunakan pedang, bahkan diapun teringat
bahwa itu adalah pedang milik kekasihnya
sehingga dia tidak ragu lagi bahwa gadis ini
memang murid bekas kekasihnya itu.
"Hemm, Koai-liong-kiam. Ingin aku melihat
sampai di mana kemajuan Sui Lan melalui
muridnya. Aku tidak perlu mempergunakan
senjata, nona. Mulailah, aku sudah siap sedia."
"Kalau begitu, bersiaplah untuk mampus di
tanganku!" teriak Cin Cin dan iapun menyerang
dengan pedangnya, menerjang bagaikan angin
badai mengamuk. Gerakan pedangnya memang
dahsyat bukan main. Gadis ini maklum bahwa ia
menghadapi lawan yang tangguh dan lihai sekali,
maka begitu menyerang ia telah memainkan ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang Koay-liong-kiam-sut (Ilmu Pedang Naga
Siluman) yang dahsyat. Cian Bu Ong mengenal
ilmu pedang ini, akan tetapi diapun tahu bahwa
ilmu pedang itu selama puluhan tahun ini tentu
telah diperhebat oleh Bhok Sui Lan, maka diapun
tidak memandang rendah dan cepat menggerakkan
kedua tangannya. Lengan bajunya yang lebar itu
menyambar-nyambar mengeluarkan angin kuat
dan agaknya
kedua lengan baju yang panjang dan lebar itulah
yang dipergunakan Cian Bu Ong untuk
menghadapi pedang lawan.
Thian Ki yang masih berdiri di situ sebagai
penonton, melihat dengan jantung berdebar penuh
ketegangan. Dia melihat bahwa Cin Cin memang
hebat bukan main, apalagi dengan pedangnya yang
ampuh itu. Pantas kalau Kui Eng tidak mampu
menandinginya. Dia sendiripun agaknya tidak
akan mudah menang. Cin Cin telah menjadi
seorang gadis yang hebat sekali ilmu silatnya, juga
galak dan ganas! Akan tetapi, dia juga melihat
gerakan ayah tirinya dan mulailah dia merasa
khawatir. Betapapun hebat ilmu pedang gadis itu,
namun ternyata dalam hal tenaga sin-kang, dia
masih kalah setingkat oleh Cian Bu Ong. Setiap
kali ujung pedang bertemu ujung lengan baju,
pedang itu terpental dan nampak gadis itu seperti
orang terkejut. Hanya kelincahan gadis itu yang
membuat mereka menjadi seimbang, karena tentu
saja Cian Bu yang sudah tua tidak mampu
menyamai kecepatan gerakan gadis semuda dan
selincah Cin Cin. Akan tetapi ada satu hal yang
membuat hati Thian Ki merasa lega, dan juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
heran. Dia maklum bahwa kalau Cian Bu Ong
menghendaki, dengan kelebihan tenaga sinkangnya,
dia akan mampu mendesak bahkan
merobohkan lawannya. Akan tetapi ternyata bekas
pangeran itu tidak melakukan hal itu. Ini hanya
membuktikan bahwa Cian Bu Ong telah sengaja
mengalah! Dan sikap mengalah ini hanya
mempunyai satu arti, yaitu bahwa ayah tirinya itu
masih mempunyai perasaan cinta terhadap guru
Cin Cin, yaitu Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan! Atau
setidaknya, ayah tirinya menyadari kesalahannya
terhadap Bhok Sui Lan maka sekarang sengaja
mengalah terhadap muridnya.
Cin Cin yang merasa penasaran sekali tidak
mampu mendesak lawannya yang bertangan
kosong itu dengan pedangnya, tiba-tiba
mengeluarkan bentakan nyaring dan melengking,
tubuhnya berputar cepat sekali dan pedangnya
digetarkan, ujung pedang menjadi banyak dan
bertubi-tubi menusuk ke arah bagian-bagian
paling berbahaya dari tubuh lawan. Sekali saja
ujung pedang itu berhasil mengenai sasaran, tentu
Cian Bu Ong, betapapun lihainya, akan roboh dan
tewas!
Melihat ini, timbul pula kekhawatiran dalam hati
Thian Ki. Serangan gadis itu teramat berbahaya
walaupun dengan serangan itu Cin Cin membuka
pula pertahanannya, kalau ayah tirinya terus
mengalah, serangan itu dapat mencelakakannya .
Akan tetapi, ia tidak dapat turun tangan
mencampuri karena selain dia tidak ingin
menyinggung hati ayah tirinya. juga dia tidak ingin
membikin marah hati Cin Cin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu tidaklah jahat walaupun telah menjadi
murid seorang tokoh sesat. Ia hanya taat dan setia
kepada gurunya, dan kini bertekad membunuh
Cian Bu Ong demi gurunya, bukan karena dendam
pribadi. Kebenciannya ternadap Cian Bu Ong juga
hal yang sewajarnya karena sebagai seorang
wanita, tentu saja ia tidak senang mendengar
gurunya menderita dalam hidupnya karena disiasiakan
oleh bekas kekasihnya.
Karena desakan serangan bertubi-tubi itu,
tubuh Cian Bu Ong terjengkang, akan tetapi bagai
binatang trenggiling, dia bergulingan ke kiri dan
sambil meloncat, diapun menggerakkan kedua
lengan bajunya, diputar bagaikan dua buah kitiran
menyambar ke arah gulungan sinar pedang.
"Plakkk!" keras sekali ujung lengan baju itu
bergerak, yang satu menahan ujung pedang, yang
lain menotok ke arah pergelangan tangan Cin Cin.
Tak dapat dicegah lagi, tangan kanan Cin Cin yang
seperti lumpuh seketika itu melepaskan
pedangnya, akan tetapi gadis yang lihai itu masih
sempat menggerakkan kakinya menendang ke arah
dada lawan. Pandang mata Thian Ki yang terlatih
menangkap gerakan kaki ini dan melihat pula
betapa ayah tirinya masih sempat menghindar
kalau ia kehendaki. Namun bekas pangeran itu
agaknya memang sengaja memperlambat
gerakannya dan dadanya masih terkena tendangan
itu.
"Dukk!" Tubuh Cian Bu Ong terjengkang dan
terbanting keras. Dia bangkit duduk, meringis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesakitan akan tetapi tersenyum dan berkata,
"Kiamsut (ilmu pedang) yang hebat...........!"
Akan tetapi tiba-tiba gadis itu meloncat dan
menyambar pedangnya yang tadi terlepas dan
secepat kilat ia menyerang Cian Bu Ong yang
masih duduk dan belum bangkit berdiri itu. Bekas
pangeran itu terkejut, sama sekali tidak pernah
menyangka bahwa gadis itu sedemikian ganasnya,
menyerang ia yang sudah terkena tendangan.
"Plakk!" lengan tangan Cin Cin yang memegang
pedang ditepuk dari samping dan gadis terkejut
bukan main karena merasa betapa seluruh
lengannya tergetar dan dengan sendirinya tusukan
pedangnya ke arah Cian Bu Ong itu menyamping
dan tidak mengenai sasaran. Ketika ia menengok,
ia melihat bahwa yang menghalanginya adalah
Thian Ki. Matanya melotot dan kedua pipinya
menjadi kemerahan.
"Coa Thian Ki! Engkau berani menghalangi aku
membunuh musuh besarku!" bentaknya.
"Sabar dan tenanglah, Cin Cin. Tidak tahukah
engkau betapa tadi ayah telah bersikap mengalah
kepadamu? Kalau dia menghendaki, tentu engkau
tadi telah dirobohkan. Dia sudah mengalah,
bahkan menerima tendanganmu dengan sengaja.
Mengapa engkau begini nekat untuk menyerang
selagi dia belum siap?"
"Tidak perduli! Dia atau aku yang harus mati di
sini, dan kalau engkau membelanya, berarti
engkau menjadi musuh besarku dan harus mati
pula!" setelah membentak demikian, Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan pedangnya menyerang Thian Ki
dengan ganasnya.!
Tentu saja Thian Ki tidak ingin menjadi mangsa
pedang di tangan Cin Cin yang sedang marah itu.
Dia mengelak dan terpaksa balas menyerang
karena kalau tidak, tentu dia tidak mampu
bertahan terus. Diapun menggunakan ilmu silat
yang sama seperti dimainkan ayah tirinya tadi, dan
menggunakan kedua ujung lengan baju untuk
senjata. Walaupun kedua ujung lengan bajunya
tidak selebar lengan baju ayah tirinya, namun
Thian Ki memiliki gerakan yang lebih cepat. Pula,
dia memiliki tenaga sin-kang yang amat kuat pula,
bahkan lebih kuat dari ayah tirinya berkat
kemampuannya menguasai hawa beracun yang
ada di dalam tubuhnya, ilmu yang dia dapatkan
dari mendiang Lo Nikouw atau yang dahulunya
adalah Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu, neneknya.
Diam-diam Cin Cin terkejut bukan main. Dalam
kemarahannya tadi melihat Thian Ki membela ayah
tirinya, ia kecewa dan penasaran sekali dan
hendak membunuh siapa saja yang membela
musuh besarnya. Tidak disangkanya sama sekali
bahwa Thian Ki ternyata tak kalah lihainya
dibandingkan Cian Bu Ong! Dia terkejut, heran
dan kagum, akan tetapi kemarahan dan rasa
penasarannya memuncak. Ia mengeluarkan
seluruh kepandaiannya, dan mengerahkan seluruh
tenaga, menggunakan ilmu pedang Koai-liongkiamsut
yang memang dahsyat itu. Diam-diam
Thian Ki mengeluh dalam hatinya. Gadis ini
memang tangguh bukan main dan sukar memang
menundukkannya tanpa meruntuhkan pedangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau dia membuat pedang itu terlepas, hal itu
tentu akan membuat Cin Cin menjadi semakin
marah. Akan tetapi kalau tidak demikian,
bagaimana mungkin menundukkan gadis yang
lihai dan ganas ini? Satu-satunya jalan adalah
mencontoh ayah tirinya tadi.
Menjatuhkan pedang dari tangan Cin Cin dan
membiarkan dirinya terkena tendangannya yang
lihai. Kalau dia mengerahkan sin-kang, tentu
tendangan itu tidak akan melukainya, seperti yang
dilakukan ayah tirinya tadi.
"Haiiiiitttt..........!" Cin Cin menyerang semakin
ganas.
"Cukup, Cin Cin!" Thian Ki membentak dan tibatiba
saja kedua ujung lengan bajunya menangkap
dan membelit ujung pedang, lalu tangan kirinya
meluncur keluar dari ujung lengan baju dan
menotok jalan darah di bawah siku lengan gadis
itu.
"Ihhh...............!" Untuk ke dua kalinya terpaksa
Cin Cin melepaskan pedangnya, akan tetapi
dengan kemarahan meluap, dan dengan nekat
tangan kirinya bergerak mencengkeram ke arah
leher di atas pundak kanan Thian Ki. Serangan itu
demikian tiba-tiba sehingga mengejutkan Thian Ki
yang tadinya mengharapkan gadis itu akan
menendangnya seperti yang dilakukannya kepada
Cian Bu Ong. Ia cepat menarik tubuh atas ke
belakang namun Cin Cin sudah menguasai ilmu
yang membuat lengannya dapat memanjang
beberapa inci, sehingga biarpun tangannya tidak
dapat mencapai leher, masih mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencengkeram pundak kanan Thian Ki. Kelima jari
tangannya berubah seperti baja dan kuku-kuku
tangannya mencengkeram bagai lima batang pisau
tajam runcing, lima jari tangan kiri itu menancap
dan masuk ke dalam daging di pundak Thian Ki.
"Ahhh............!" Thian Ki terkejut setengah mati,
bukan karena luka di pundaknya, melainkan
karena secara otomatis, tanpa dapat dicegah lagi,
hawa beracun di tubuhnya bekerja menyambut
jari-jari tangan yang memasuki daging pundaknya
itu.
"Aihhhhhhh............!" Cin Cin menjerit cepat
menarik kembali tangan kirinya dan ia terbelalak
memandang kepada tangan kirinya yang telah
menghitam seluruh jari tangannya. Kemudian
terbelalak pula ia memandang kepada Thian Ki,
"Kau.......kau...........!"
Wajah Thian Ki berubah pucat sekali ketika
memandang ke arah tangan kiri gadis itu. Dia tahu
bahwa nyawa Cin Cin terancam bahaya maut.
Hawa beracun yang ditanamkan oleh mendiang
neneknya ke dalam tubuhnya adalah racun yang
amat dahsyat, bahkan belum dapat ditemukan
pemunahnya.
Hawa beracun yang membuat ke lima jari tangan
Cin Cin menghitam itu akan menjalar terus ke atas
daan kalau sudah sampai ke jantung, gadis itu tak
akan dapat diselamatkan lagi. Jalan satu-satunya
hanyalah........, Thian Ki tidak sempat banyak
berpikir lagi. Yang terpenting saat itu adalah
menyelamatkan nyawa Cin Cin. Secepat kilat dia
menyambar pedang Cin Cin yang tadi terlepas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di atas tanah, bagaikan kilat pedang itu
menyambar ke arah tangan Cin Cin yang kini
memegang lengan kirinya dengan tangan kanan
sambil terbelalak.
"Singgg......crakkk!" tepat sekali pedang itu
membabat ke arah pergelangan tangan kiri Cin Cin
dan tangan itupun buntung sebatas pergelang
tangan tangan.
"Aduhhhhhh..........!" Cin Cin terpelanting, akan
tetapi ia cepat bangkit kembali, memandang lengan
kirinya yang buntung sebatas pergelangan dengan
mata terbuka lebar.
"Cin Cin......maafkan aku......maafkan aku....!"
Thian Ki berkata seperti meratap dan seperti orang
jijik dia membuang pedang itu ke tas tanah
kembali. Pedang yang baru saja membuntungi
pergelangan tangan kiri Cin Cin menancap di atas
tanah, gagangnya bergoyang-goyang seperti
mengejek.
"Nona, biar kuobati luka di lenganmu......." Cian
Bu Ong berkata pula sambil menghampiri Cin Cin.
"Jangan mendekat!" Cin Cin berteriak, suaranya
bercampur isak dan biarpun ia tidak menangis,
akan tetapi air mata bercucuran dari kedua
matanya. Ia menggunakan jari tangan kanannya
untuk menotok jalan darah di dekat siku dan
memijit bagian jalan darah dekat pergelangan yang
buntung untuk menghentikan darah keluar dari
luka. Kemudian ia mencabut pedang yang
menancap di atas tanah, menyarungkan
pedangnya kembali, mengambil sehelai saputangan
dan dengan tangan terlindung saputangan, ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memungut tangan kirinya yang buntung
menghitam itu.
Semua ini dilakukannya dengan amat tenang
sehingga mengerikan bagi Thian Ki. Setelah
menyimpan buntalan tangan hitam ia menatap
tajam wajah Thian Ki.
"Coa Thian Ki, akan tiba saatnya engkau
membayar untuk semua ini!"
"Cin Cin, maafkan aku.......aku tidak
sengaja..........."
Namun Cin Cin tidak memperdulikannya dan
kini memandang kepada Cian Bu Ong. "Cian Bu
Ong sekali ini aku mengaku kalah. Akan tetapi
kelak aku masih akan menebus kekalahan ini.
Sebelum kau mati untuk membayar dosamu
terhadap subo, aku tidak akan berhenti berusaha."
Setelah berkata demikian, sekali loncat gadis itu
lenyap dari situ.
"Aahhhhh.......Cin Cin......!" Thian Ki
menjatuhkan diri berlutut dan menutupi mukanya.
Ia tidak menangis, akan tetapi dia merasa ngeri
membayangkan peristiwa tadi sehingga ia menutup
muka seolah dia tidak ingin melihat kenangannya,
ia sama sekali tidak memperdulikan pundaknya
yang terluka dan bercucuran darah.
"Sudahlah, Thian Ki. Semua itu telah terjadi dan
aku tahu bahwa engkau tidak bersalah. Gadis itu
buntung tangannya karena ulahnya sendiri. Hanya
satu hal yang membuat aku menyesal. Bhok Sui
Lan tentu akan semakin benci dan dendam
kepaku. Dan aku menyesal mengapa engkau tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurut pemintaanku agar tidak mencampuri
urusan ini."
"Maaf, ayah. Akan tetapi melihat ayah tadi
terancam, bagaimana aku dapat tinggal diam
saja?"
Kakek yang masih nampak gagah itu tersenyum
dan menghela napas. "Memang karmaku yang
buruk. Segala yang kusentuh selalu gagal. Kalau
saja tadi tidak ada engkau dan aku tewas di tangan
gadis itu, segalanya akan selesai dan beres, tiada
dendam mendendam dan hutang piutang lagi.
Akan tetapi sekarang, dendam bertumpuk."
Kakek itu menggeleng-geleng kepalanya lalu
menghampiri Thian Ki, menotok sekitar pundak
untuk menghentikan darah keluar, dan
mengeluarkan obat bubuk dari sakunya. Setelah
mengobati luka di pundak putera tirinya, Cian Bu
Ong tanpa banyak cakap lagi lalu berjalan pulang,
diikuti dari belakang oleh Thian Ki yang berjalan
sambil menundukkan mukanya dan tidak
mengeluarkan kata-kata pula. Kedua orang ini
tenggelam dalam renungan mereka sendiri,
renungan yang menyedihkan.
-ooo0dw0ooo-
Puteri Li Hong Lan amat terkenal dan disuka
semua orang di lingkungan Istana. Bahkan selir
kaisar, para dayang, dan permaisuri sendiri suka
kepadanya. Gadis yang berusia delapanbelas tahun
ini memang pandai membawa diri. Ia cantik jelita,
dengan wajah bulat telur, dagu meruncing dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulit putih kemerahan. Sepasang pipinya, terutama
bibirnya, selalu merah tanpa menggunakan alat
kecantikan. Rambutnya hitam panjang berombak.
Alisnya seperti dilukis, sepasang matanya seperti
sepasang bintang kejora, hidungnya mancung
terutama sekali mulutnya teramat manis, dengan
bibir merah basah dan terhias lesung pipi di kanan
kiri. Kalau bibir itu tersenyum, mata dan seluruh
bagian wajah itu seperti membayangkan senyun
pula, cerah, jenaka dan lincah. Bukan hanya
wajahnya yang cantik jelita, juga gadis itu memiliki
bentuk tubuh yang mempesona dengan lekuk
lengkung sempurna dan menggairahkan. Semua
kecantikan ini menjadi semakin cemerlang karena
iapun memiliki otak yang sehat dan cerdas
sehingga setelah berusia delapanbelas tahun. Li
Hong Lan terkenal sebagai seorang gadis yang
menguasai ilmu silat tinggi, juga ilmu sastra yang
mendalam, ahli pula dalam segala kesenian, ahli
menari, memainkan yang-kim dan meniup suling.
Dan kalau bernyanyi, suaranya juga merdu.
Pendeknya Li Hong Lan merupakan kebanggaan
Istana, merupakan kebanggaan Kaisar Tang Tai
Cung, yaitu julukan Pangeran Li Si Bin (627 - 649)
setelah ia menjadi kaisar.
Ibunya, yang sesungguhnya bukan apa-apanya,
yaitu Kwa Bi Lan, telah belasan tahun menjadi selir
Kaisar Tang Tai Cung, semenjak kaisar ini masih
menjadi pangeran. Kaisar Tang Tai Cung mencinta
selirnya ini, yang selain menjadi selir, juga menjadi
pengawal pribadinya. Akan tetapi ada satu hal saja
yang mengecewakan hati Kaisar Tang Tai Cung,
yaitu bahwa Kwa Bi Lan sendiri tidak menurunkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anak untuknya. Memang Bi Lan membawa Hong
Lan, akan tetapi gadis yang menjadi puteri Istana
yang membanggakan ini, bagaimanapun juga
bukan anaknya sendiri, bahkan bukan pula anak
kandung Kwa Bi Lan!
Setelah belasan tahun tinggal sebagai selir
kaisar di istana, kini Kwa Bi Lan telah berusia
empatpuluh tahun, dan Kaisar Tang Tai Cung juga
sebaya. Wanita ini tidak lagi bertugas sebagai
pengawal pribadi karena kedudukannya adalah
selir kaisar yang tadinya terkasih dan terpandang.
Akan tetapi telah beberapa bulan ini terjadi
perubahan besar dalam kehidupannya sebagai
seorang selir. Kwa Bi Lan menjadi selir kaisar yang
dahulunya masih pangeran, bukan karena tertarik
oleh kedudukan seorang pangeran mahkota,
seperti hampir semua selir dan dayang kaisar,
melainkan karena dengan kesungguhan hati ia
jatuh cinta kepada Pangeran Li Si Bin yang kini
menjadi Kaisar Tang Tai Cung. Ia bertemu dan
saling jatuh cinta dengan Pangeran Li Si Bin
setelah ia menjadi seorang janda tanpa anak,
hanya membawa Hong Lan sebagai anak angkat.
Maka, iapun tidak terlalu mengharapkan
kedudukan atau kemuliaan, melainkan
mengharapkan kasih sayang dari pria yang
dicintanya dan yang kini menjadi suaminya. Iapun
maklum bahwa suaminya adalah seorang pangeran
mahkota dan kini menjadi seorang kaisar, maka
betapapun perih rasa hatinya melihat suaminya
memiliki sejumlah selir, dayang di samping seorang
permaisuri, iapun menahan diri dan pasrah karena
maklum bahwa kehidupan seorang kaisar tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja tidak dapat disamakan dengan pria biasa yang
menjadi suami. Tidak mungkin ia memonopoli
kasih sayang Kaisar Tang Tai Cung, harus
membagi kasih pria itu dengan selir dan dayang
yang banyak jumlahnya, juga harus bersabar kalau
suaminya itu sibuk dengan urusan pemerintahan
sehingga jarang dapat dekat dengannya.
Akan tetapi, telah berbulan-bulan lamanya
kaisar seolah lupa kepadanya! Ia merasa disiasiakan.
Kaisar tidak pernah datang ke kamarnya,
tidak pernah berkunjung, bahkan kalau
bertemupun seolah kaisar tidak melihatnya! Ia
amat merindukan orang yang dicintanya, namun
kaisar agaknya telah lupa kepadanya.
Pada malam hari itu, Kwa Bi Lan duduk seorang
diri di pendapa tempat tinggalnya yang cukup
indah menyenangkan, lengkap dengan perabot
rumah yang serba indah. Namun, keindahan
segala macam benda itu tidak lagi terasa indah
olehnya. Keindahan memang hanya dapat
dirasakan kalau barang itu masih baru dimilikinya.
Kalau sudah menjadi miliknya, maka akan timbul
kebosanan! Apakah iapun hanya dianggap sebagai
benda yang membosankan oleh suaminya, sang
kaisar? Ia teringat akan mendiang suaminya yang
pertama, yang juga menjadi gurunya, yaitu
mendiang Sin tiauw (Rajawali Sakti) Liu Bhok Ki.
Dan mengenang pria ini, walaupun pria ini jauh
lebih tua darinya, suami pertama ini berusia
enampuluh tahun lebih dan ia sendiri baru
duapuluh tahun dan ketika menjadi isteri pria itu
ia masih seorang gadis, namun kini terkenanglah
ia betapa besar kasih sayang suami pertama itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada dirinya. Kasih sayang yang dirasakannya
sampai suami itu meninggal dunia. Terkenang
akan suami pertama itu, dan teringat akan dirinya
yang kini seperti dilupakan oleh suaminya yang ke
dua, yaitu sang kaisar, Kwa Bi Lan tak dapat
menahan kesedihannya lagi dan air mata
menuruni kedua pipinya yang masih nampak segar
dan halus. Wanita ini memang masih cantik jelita
dalam usianya yang sudah mendekati empatpuluh
tahun itu. Akan tetapi ia segera menahan hatinya
dan menghapus air matanya. Tidak baik kalau
sampai terlihat oleh dayang, apalagi oleh puterinya.
Sebagai selir seorang kaisar sungguh akan
memalukan sekali kalau memperlihatkan
kedukaan ketika kaisar lama tidak datang
berkunjung. Nasib seperti ini, ia tahu diderita oleh
semua selir kaisar!
Tiba-tiba kesunyian malam yang syahdu itu
dipecahkan suara yang-kim yang dimainkan oleh
jari-jari tangan yang amat pandai. Suara yang-kim
itu berdenting-denting naik turun, kemudian
diikuti suara nyanyian yang merdu. Tahulah ia
bahwa yang memainkan yang-kim sambil
bernyanyi itu adalah Hong Lan, dan secercah
senyum menghias bibir wanita itu. Untung ada
Hong-Lan di sampingnya! Gadis yang telah
dianggap sebagai anak kandungnya sendiri itulah
yang selalu memberinya semangat hidup untuk
menghadapi segala macam kepahitan. Dan iapun
mendengarkan nyanyian itu penuh perhatian.
Akan tetapi, semakin didengarkan, perlahanlahan
air matanya semakin banyak bercucuran.
Puterinya itu menyanyikan lagu yang amat sedih,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagu seorang isteri yang ditinggal mati suaminya!
Mengapa begini kebetulan? Suara nyanyian itu
bahkan kini menyayat-nyayat hatinya yang sudah
terluka, perih dan pedih rasanya dan iapun
menjatuhkan diri di atas pembaringan,
menelungkup dan menyembunyikan mukanya
pada bantal.
Kwa Bi Lan tidak tahu bahwa suara yang-kim
dan nyanyian itu sudah lama berhenti, tidak tahu
pula bahwa Hong Lan memasuki kamarnya dengan
langkah ringan sehingga tidak menimbulkan suara.
"Ibu, tidak biasanya ibu sudah tidur sebelum
larut malam. Apakah ibu tidak sehat?" Gadis itu
duduk di tepi pembaringan dan menyentuh
pundak ibunya yang rebah menelungkup.
Kwa Bi Lan terkejut, berusaha untuk mengusap
sisa air matanya sebelum bangkit duduk. Akan
tetapi wajahnya yang pucat, pipinya yang basah
dan sepasang matanya yang merah agak
membengkak membuat Hong Lan terkejut bukan
main. Gadis itu segera merangkul ibunya. "Aih, ibu
menangis? Kenapakah, ibu? Belum pernah aku
melihat ibu menangis!" Hong Lan terkejut dan juga
heran. "Apakah ibu sakit?"
Bi Lan tersenyum dan menggeleng kepala. Akan
tetapi senyumnya pahit sekali. "Tidak, anakku. Ibu
tidak sakit.........."
"Kalau begitu ibu berduka? Kenapa, ibu?"
Bi Lan sudah mampu menguasai dirinya. "Lan
Lan, aku tadi terharu mendengar permainan yangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kim dan suara nyanyianmu, lagu itu sedih sekali
dan tak terasa ibu menangis."
Hong Lan menciumi pipi ibunya yang masih
basah. "Ibu sudah sering mendengar aku
menyanyikan lagu itu dan biasanya ibu tidak apaapa.
Ibu, aku tahu mengapa ibu bersedih. Tentu
karena ayahanda kaisar, bukan? Aku sudah cukup
dewasa, ibu dan aku mengetahui kehidupan selirselir.
Bukan hanya ibu saja yang menderita
kesepian seperti sekarang ini. Banyak sudah para
bibi selir lainnya yang mengeluh kepadaku tentang
kesepian mereka karena ayahanda tidak pernah
datang lagi mengunjungi mereka. Ibu, sudah
beberapa bulan ini sribaginda tidak datang
berkunjung. Karena itu ibu merasa berduka,
bukan?"
Bi Lan menundukkan mukanya. Percuma saja
membantah dan berpura-pura. Anaknya ini
terlampau cerdik untuk dapat dibohongi begitu
saja. Ia menghela napas panjang lalu berkata
membela, "Ayahmu terlalu sibuk, Hong Lan. Beliau
bertanggung jawab atas semua urusan
pemerintahan yang amat banyak........ "
"Aku tahu, ibu. Banyak tugas dan banyak isteri!
Dahulu, paling lama dua tiga hari sekali ayahanda
datang dan bermalam di sini. Sekarang berbulanbulan
sudah beliau tidak pernah nampak, tidak
pernah menjenguk ibu."
Bi Lan merangkul anaknya. "Terimalah keadaan
ini dengan hati lapang, anakku. Memang beginilah
kehidupan seorang selir seperti ibumu. Sribaginda
masih termasuk seorang suami yang baik, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita selalu dicukupi segala kebutuhan kita,
bukan?"
"Inilah salahnya, ibu. Para wanita yang menjadi
selir raja selalu menerima keadaan, menerima
nasib. Beginilah jadinya. Sekali waktu, kalau
kebetulan aku bertemu ayahanda, akan
kuingatkan beliau bahwa ibu menanti beliau di sini
dengan hati setia dan berduka."
"Eihh, jangan, Lan Lan! Beliau akan marah
kepadamu!"
Melihat kekhawatiran ibunya, Lan Lan
tersenyum dan mengangguk. "Baiklah, aku tidak
akan bicara sekarang, untuk sementara ini aku
akan menahan diri, akan tetapi ibu juga tidak
boleh menangis dan berduka lagi," katanya manja.
Kwa Bi Lan tersenyum dan menciumi kedua pipi
anaknya. Terima kasih kepada Tuhan, pikirnya,
bahwa aku mempunyai Hong Lan. Andaikata tidak
ada anaknya ini, ia tahu bahwa ia pasti tidak kan
betah lagi tinggal di istana.
"Lihat, ibumu sudah tidak bersedih lagi, kan?
Mari kita latihan silat!" Bi Lan meloncat turun dari
pembaringan, menarik tangan anaknya dan
keduanya berlari-lari sambil tertawa ke ruangan
berlatih silat yang memang terdapat di tempat
tinggal ibu dan anak ini. Tak lama kemudian, ibu
dan anak ini sudah berlatih silat, bertangan
kosong, lalu bertanding pedang dan diam-diam
Kwa Bi Lan merasa gembira dan bangga, juga
kagum karena ia mendapat kenyataan bahwa
puterinya itu kini sudah maju sekali. Ia sendiri
sukar mengalahkannya. Hal ini adalah karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong Lan pandai membujuk para jagoan istana
untuk menurunkan satu dua ilmu silat mereka
yang paling tangguh kepadanya. Dan Bi Lan
sendiri juga menggembleng puterinya ini dan
menurunkan seluruh ilmu yang dimilikinya kepada
Hong Lan. Para dayang dan pembantu yang
kebetulan melihat ibu dan anaknya itu berlatih
silat di waktu malam seperti itu, hanya
menggeleng-geleng kepala dengan heran dan
kagum.
Kaisar Tang Tai Cung adalah seorang manusia
biasa, seorang pria dengan segala kelebihan dan
kekurangannya seperti orang lain, dengan
kelemahannya. Ketika mudanya, semangat untuk
berjuang membesarkan Kerajaan Tang membuat
dia hanya memperhatikan urusan negara, dan
nampaknya tidak begitu tertarik akan segala
macam kesenangan! Akan tetapi, setelah dia
menjadi kaisar dan keadaan pemerintahannya
lancar, mulailah semangat yang tadinya
dikerahkan untuk perjuangan itu mencari sasaran
lain, yaitu melampiaskan nafsu mencari
kesenangan. Kemewahan dia sudah mempunyai
berlimpahan, kehormatan, kemuliaan dan
kekuasaan sudah berada di tangannya. Kebutuhan
manusia terbatas sekali, akan tetapi keinginan
yang didorong oleh nafsu angkara murka membuat
seseorang tak pernah puas dengan apa yang
dimilikinya. Mulailah dia tergoda oleh nafsu
berahinya sendiri. Selirnya yang banyak mulai
membosankan, demikian pula para dayangnya
yang setiap saat dengan senang hati siap untuk
melayani segala kehendaknya. Nafsu yang dituruti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dimanjakan tidak pernah menjadi kenyang,
tidak pernah merasa puas, bahkan semakin
banyak tuntutannya. Demikian pula dengan nafsu
yang mencengkeram diri Tang Tai Cung. Dia selalu
haus akan wajah wanita yang baru, sehingga entah
sudah berapa banyak gadis yang menjadi
kekasihnya hanya untuk waktu sebulan dua bulan
saja, lalu dia mulai mencari yang lain.
Seperti biasa, di dekat orang yang berkuasa
besar, selalu merangkak banyak kaum penjilat
yang ingin membonceng kekuasaannya, dengan
cara menjilat dan menyenangkan hati atasannya,
tentu saja demi keuntungan pribadinya. Demikian
pula dengan Kaisar Tang Tai Cung. Banyak pejabat
tinggi, terutama para thaikam (pelayan pria kebiri)
yang mempergunakan kesempatan itu untuk
menyenangkan hati sang kaisar, dengan
mencarikan gadis-gadis cantik dari daerah-daerah.
Dan pada masa itu, tidak ada seorangpun gadis
yang tidak dengan hati gembira menerima
pengangkatan menjadi dayang di istana!
Menjadi dayang berarti derajat mereka naik
beberapa tingkat, apalagi kalau sampai dapat
menyenangkan hati kaisar dan diambil selir! Ada
harapan kelak menjadi permaisuri.
Satu di antara dayang istana yang dimasukkan
oleh para penjilat itu, dan memasukkan seorang
gadis inipun berarti menerima hadiah yang tidak
sedikit dari orang tua si gadis, yang mau
menyerahkan seluruh milik mereka, asal anak
gadis mereka diterima menjadi dayang, adalah
seorang dari dusun yang bernama Bu Couw Hwa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia sudah mempersiapkan diri menjadi dayang.
Usianya baru enambelas tahun, bagaikan
setangkai bunga yang sedang mekarnya, memiliki
wajah cantik manis dan bentuk tubuh yang sedang
mekar, terutama sekali pinggulnya yang berbentuk
indah dan besar, dan ia sudah mempersiapkan diri
dengan segala tata-cara tentang sikap dan
kelakuan seorang dayang istana yang baik. Bahkan
ia mempelajari segala macam kesenian dan caracara
untuk menyenangkan hati seorang pria
junjungannya.
Akan tetapi ketika ia berhasil dimasukkan ke
dalam istana, terlalu banyak saingan terdapat di
istana. Terlalu banyak dayang istana yang cantikcantik
sehingga Bu Couw Hwa merasa kecil dan
rendah diri. Bagaimana mungkin ia, seorang dara
desa, mampu bersaing melawan sekian banyaknya
dayang cantik untuk menawan perhatian dan hati
Kaisar? Apalagi begitu tiba di situ, ia sudah melihat
kenyataan betapa setiap orang thai-kam dan
petugas di situ amat haus akan sogokan. Tanpa
menyogok sana sini, tidak mungkin ia mampu
mendekati Kaisar! Bahkan ia mendapatkan tugas
yang paling rendah, yaitu dayang pembersih kamar
mandi dan kakus milik kaisar!
Couw Hwa menerima pekerjaan ini dengan hati
sabar. Ia menanti kesempatan yang baik dan mulai
melakukan pendekatan dengan para thai-kam yang
dekat dengan kaisar. Sampai harus habis semua
perhiasan dan bekalnya, juga gajinya yang ia
tabung, untuk menyenangkan hati para thai-kam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis yang amat cerdik ini, yang menjadi dayang
bukan sekedar mencari pekerjaan, melainkan
untuk mencapai tujuan atau cita-citanya yang
amat muluk, mengatur siasat dengan rapi dan
licin. Setelah dapat mendekati thai-kam, maka
dengan bantuan para thai-kam, pada suatu senja
thai-kam yang bertugas memberi isyarat kepada
Bu Couw Hwa. Gadis ini cepat memperhalus
wajahnya dengan bedak tipis, menggosok mukanya
dengan handuk yang dibasahi air panas,
menggosok keras-keras sehingga kedua pipinya
menjadi kemerahan dan berbau harum oleh air
yang dicampuri air mawar, mengenakan baju yang
agak longgar di bagian dada, sehingga kalau ia
membungkuk, orang akan dapat melihat bukit
dadanya yang menonjol lembut. Rambutnya yang
hitam berombak itu dibiarkan agak kusut,
terutama di bagian dahi sehingga anak rambut
yang halus sekali melingkar-lingkar di dahi, di
pelipis, dan di belakang telinga, melingkar-lingkar
halus seperti benang sutera yang kekeringan.
Setelah itu, cepat ia mendahului masuk ke
kamar mandi pada saat para thai-kam memberi
isyarat bahwa kaisar berkenan mempergunakan
kamar mandi itu.
Seperti tidak disengaja, gadis itu terkejut ketika
selagi ia membersihkan kamar mandi, kaisar
muncul di pintu kamar mandi.
"Aihh.......banswe-ban-banswe......" serunya lirih
sambil menjatuhkan diri berlutut di depan kaki
Kaisar Tang Tai Cung. Kaisar yang usianya
sudah kurang lebih empatpuluh tahun itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersenyum melihat seorang dayang sedang
membersihkan kamar mandi. Dia membiarkan
dayang itu berlutut dan diapun membuang air kecil
di tempat yang disediakan untuk itu, tidak perduli
betapa dayang itu masih berlutut di situ dan
biarpun tidak melihatnya, setidaknya suara air
kencingnya terdengar.
Setelah selesai, Kaisar Tang Tai Cung
membereskan celananya dan membalikkan tubuh.
Dayang itu masih berlutut di situ dengan muka
menunduk, takut dan malu-malu.
"Heii kau, ambilkan air untuk aku mencuci
tangan," perintahnya.
Bu Couw Hwa dengan jantung berdebar tegang
segera mengambil sepanci air harum. Inilah
kesempatan yang dinanti-nantinya selama ini,
sejak menginjakkan kaki di lantai istana. Harus ia
pergunakan baik-baik, pikir hati kecilnya yang
cerdik. Dengan jalan berjongkok ia menghampiri
Kaisar yang masih berdiri, lalu berlutut dan
mengangkat panci air itu ke atas kepala, mukanya
tetap menunduk, akan tetapi matanya melirik ke
arah dadanya. Bagus, pikirnya, karena ia
mengangkat kedua tangannya yang memegang
panci air, baju di dadanya terbuka dengan lebar
dan memperlibatkan dua lengkung bukit dadanya
yang indah.
Kaisar Tang Tai Cung mencuci tangannya
dengan menunduk. Tentu saja, dengan sendirinya,
pandang matanya bertemu dengan sepasang bukit
yang menonjol dan nampak di balik baju yang
terbuka sedikit itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Angkat mukamu, aku ingin melihatmu," kata
Kaisar Tang Tai Cung yang mulai tertarik. Dengan
gaya yang sudah lama dilatihnya. Bu Couw Hwa
mengangkat mukanya, muka yang amat manis,
senyum malu-malu yang memperlihatkan lesung
pipinya, dengan mata yang mengerling ke atas,
bibir yang akan terbuka menantang, cuping hidung
yang berkembang kempis, lalu ia menunduk
kembali, maklum bahwa penglihatan sekilas itu
akan jauh lebih memikat daripada kalau ia
berlama-lama membiarkan sang kaisar menatap
wajahnya.
Darah tersirap ke kepala dan gairah sang
Kaisarpun timbul. "Siapa namamu, kenapa aku
tidak pernah melihat dayang secantik engkau di
sini.?"
"Ampun, Sri baginda. Hamba selalu bertugas di
sini, dan hamba tidak berani memperlihatkan diri
tanpa diperintah."
Suara gadis itupun sudah diatur dan dilatih
lama, maka terdengar merdu dan juga
menyenangkan. Sang kaisar yang sudah terpikat
itu mengambil panci dari kedua tangan Bu Couw
Hwa, meletakkan panci itu ke atas meja dan ia
memegang kedua tangan gadis itu dan ditariknya
untuk berdiri. Bentuk tubuh yang indah itu,
dengan lekuk lengkung menggairahkan, dilalap
pandang matanya, dan hidungnya juga mencium
keharuman yang khas keluar dari rambut dan
dada dayang itu.
Tanpa banyak upacara lagi, tanpa banyak cakap
lagi. Kaisar Tang Tai Cung yang telah menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hamba nafsu berahinya, merangkul Bu Couw Hwa
dan menuntunnya ke dipan yang memang menjadi
perlengkapan kamar mandi yang luas itu dan di
situlah tercapai apa yang diidamkam hati Bu Couw
Hwa, terlaksana semua yang telah dicitakan, yaitu
ia berhasil memikat hati kaisar dan menyerahkan
tubuhnya melayani kaisar demi memperoleh
kedudukan yang tinggi.
Setelah terjadi peristiwa itu, wajah Bu Couw
Hwa selalu berseri penuh kegembiraan, pandang
matanya bersinar-sinar penuh harapan. Pasti akan
tercapai seperti yang direncanakan, yaitu ia yang
telah menyerahkan diri melayani sang kaisar, akan
segera diangkat menjadi seorang di antara selir
yang berjumlah tujuhpuluh dua itu, menggantikan
seorang di antara para selir yang akan dipersilakan
mundur, dan kalau sudah menjadi seorang selir,
maka semakin dekat lagi tujuan yang menjadi citacita
terakhir, yaitu menjadi permaisuri ke tiga, ke
dua atau pertama! Apalagi kalau ia dapat
melahirkan seorang putera!
Cita-cita adalah kata yang halus dan indah yang
artinya tidak lain hanyalah keinginan! Dan
keinginan manusia tidak pernah ada batasnya,
makin diberi semakin mekar berkembang, karena
keinginan adalah ulah nafsu daya rendah.
Keinginan adalah pengejaran akan sesuatu yang
belum dimilikinya. Pengejaran seperti ini biasanya
hanya mempunyai dua akibat. Kalau tercapai,
sebentar saja apa yang dikejarnya mati-matian itu
akan membosankan dan sama sekali tidak
mendatangkan kebahagiaan seperti yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibayangkan semula dan kalau tidak tercapai,
timbullah kekecewaan dan kedukaan.
Sesuatu yang belum dimilikinya yang dikejarkejar,
selalu dibayangkan sebagai sesuatu yang
amat indah, sesuatu yang akan mendatangkan
kebahagiaan. Akan tetapi setelah sesuatu itu dapat
dimiliki, maka memudarlah bayangan-bayangan
yang muluk akan keindahan dan kebahagiaan itu,
karena nafsu daya rendah sudah mendorong lagi
kepada kita untuk mengejar sesuatu yang lain,
yang belum kita miliki.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 19
Karena itu, berbahagialah orang yang dapat
menikmati apa yang telah dimilikinya. Tidak
terseret nafsu daya rendah yang tiada putusnya
menarik kita untuk selalu mengejar sesuatu yang
belum kita miliki, membuat kita menjadi angkara
murka dan tidak pernah merasa puas dengan apa
yang ada. Kalau sudah begini, hiduppun
merupakan penderitaan, kekecewaan, kebosanan,
yang takkan berhenti. Orang yang kaya raya, yang
sebelum kaya membayangkan betapa akan
bahagianya setelah dia dapat menjadi kaya, mulai
menderita karena kekayaannya. Bermacam
masalah yang meresahkan, membingungkan dan
menyedihkan timbul karena adanya kekayaan yang
berlimpah.
Orang yang berpendidikan tinggi, yang
berpengetahuanpun tidak sebahagia seperti yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibayangkan ketika dia sedang mengejar ilmu
pengetahuan itu. Dia seperti terhimpit oleh ilmu
pengetahuannya sendiri. Demikian pula orang yang
berkedudukan. Tadinya kedudukan dianggap
sebagai sarana utama untuk mencapai
kebahagiaan, akan tetapi setelah kedudukan
diperolehnya, justeru kedudukannya itulah yang
menjadi penghalang bagi kebahagiaannya. Kita
terbelenggu oleh apa yang kita kejar, karena kita
diperhamba oleh apa yang kita kejar sendiri.
Bu Couw Hwa segera merasakan kepahitan oleh
kenyataan bahwa jalan hidupnya tidaklah semulus
seperti yang ia citakan. Ia hanya mendapatkan
sedikit perubahan dari peristiwa dalam kamar
mandi itu. Ia dipindahkan dari kedudukan
pembersih kamar mandi menjadi dayang sebelah
dalam. Akan tetapi, kenaikan kedudukan ini tidak
ada artinya baginya. Kini hanya diketahui semua
penghuni bagian puteri itu bahwa ia adalah
seorang di antara dayang yang pernah mendapat
"kehormatan" melayani kaisar! Itu saja. Hanya
beberapa kali saja ia dipanggil untuk melayani
kaisar di tempat tidurnya. Setelah itu, Kaisar Tang
Tai Cung seolah melupakannya! Dan yang lebih
menggelisahkan hatinya, selama beberapa kali
melayani kaisar itu, ia tidak berhasil mengandung.
Akan tetapi, Bu Couw Hwa adalah seorang
wanita yang sejak kecil memiliki hati yang keras
dan semangat yang besar. Ia tidak pernah turun
semangat, bahkan segala kegagalan dianggapnya
sebagai pupuk bagi semangatnya untuk mencapai
apa yang dicitakannya. Kalau perlu, ia berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menempuh segala cara dan jalan demi tercapainya
cita-citanya.
Setelah melihat betapa Kaisar Tang Tai Cung
yang pembosan itu acuh saja terhadap dirinya,
iapun mencari sasaran lain. Banyak memang pria
yang dapat dijadikan sasaran olehnya. Para
pengawal atau komandan pengawal, bahkan
pejabat-pejabat tinggi yang dekat dengan kaisar
dan sering bertemu dengannya. Namun, ia
bukanlah seorang wanita yang mudah puas. Citacitanya
setinggi langit. Segala macam pria yang
berkedudukan tinggi itu tidak ada artinya baginya.
Ia harus mencapai puncaknya! Orang ke dua
setelah Kaisar Tang Tai Cung yang dianggapnya
akan mampu mengangkatnya ke tempat tertinggi,
adalah Pangeran Li Hong, putera mahkota!
Pangeran ini berusia duapuluh tahun, tentu saja
jauh lebih menarik daripada ayahnya, Kaisar Tang
Tai Cung yang sudah berusia empatpuluh tahun.
Kembali Bu Couw Hwa mengatur siasat. Sebagai
seorang dayang yang dipercaya membersihkan
kamar-kamar, tentu saja banyak kesempatan
baginya untuk menyambar barang-barang
berharga yang berserakan dan tidak pernah diteliti
oleh para permaisuri dan selir. Mudah saja bagi Bu
Couw Hwa untuk mencuri barang-barang
perhiasan berharga dan benda-benda ini ia
pergunakan untuk mendekati para thai-kam.
Dengan menyogok sana sini akhirnya para thaikam
dapat mengatur suatu pertemuan yang
seolah-olah tidak disengaja antara ia dan Pangeran
Mahkota Li Hong di dalam taman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada suatu malam terang bulan, ketika
Pangeran Mahkota Li Hong sedang berjalan-jalan
seorang diri di taman besar istana, hanya ditemani
dua orang thai-kam kepercayaan, tiba-tiba ia
mendengar suara yang-kim (siter) yang nyaring.
Lalu suara itu disusul kemerduan suara seorang
wanita yang bernyanyi. Mendengar ini, Pangeran Li
Hong menghentikan langkahnya dan
mendengarkan. Nyanyian itu amat terkenal,
nyanyian rakyat yang menceritakan tentang seekor
burung merak yang merindukan seekor burung
dewata, betapa sang merak merasa rendah diri dan
buruk dibandingkan sang burung dewata, namun
betapa rindunya untuk berdekatan dengan raja
burung itu.
Entah karena isi nyanyian itu atau merdunya
suara dan yang-kim atau karena malam terang
bulan di taman mendengar nyanyian itu
merupakan perpaduan yang amat indah, namun
pangeran yang masih muda itu merasa tertarik dan
kagum sekali.
"Siapa yang bernyanyi itu?" tanyanya sambil
memandang ke arah sebuah pondok kecil mungil
yang berada di dalam taman, darimana suara itu
terdengar.
Tentu saja dua orang thai-kam itu tahu siapa
pemilik suara itu, karena merekalah yang
mengatur pertemuan ini, akan tetapi mereka tidak
mau mengaku dan mengatakan bahwa mungkin
seorang dua orang dayang yang sedang bertugas di
situ membersihkan pondok yang menjadi tempat
peristirahatan para puteri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akan tetapi itu hanya dugaan hamba saja
pangeran," kata pula orang kedua, "setahu kami
tidak ada dayang istana yang memiliki suara
semerdu itu dan keahlian memainkan yang-kim
seindah itu."
Tentu saja hati sang pangeran menjadi semakin
tertarik, maka ketika dua orang thai-kam itu
mengajak dia untuk mengintai melalui belakang
pondok, diapun tersenyum dan mengikuti mereka.
Semua ini memang sudah diatur oleh Bu Couw
Hwa dan dua orang thai-kam itu. Ketika sang
pangeran bersama dua orang thai-kam mengintai
melalui pondok belakang, mereka melihat seorang
gadis cantik jelita sedang duduk seorang diri
memainkan yang-kim karena nyanyian itu telah
selesai.
Gadis itu cantik manis dan jari-jari tangannya
yang lentik bergerak menari-nari dengan indahnya
di atas yang-kim, mukanya agak diangkat seolah
gadis itu sedang memandang bulan di langit
dengan mata yang redup sayu, dengan mulut yang
setengah terbuka. Bukan main indahnya
penglihatan itu. Melihat seorang gadis cantik jelita
bermain yang-kim, di taman bunga dalam terang
bulan, sungguh suatu keindahan seperti yang
terkandung dalam sajak yang indah. Hati sang
pangeran seketika terpikat. Suasana itu
mendatangkan ketentraman dan kelembutan yang
penuh damai, menimbulkan gairah romantika yang
syahdu dan darah mudanya bergejolak.
Melihat bahwa gadis itu mengenakan pakaian
seperti seorang dayang, maka keberanian sang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pangeran meningkat. Kalau wanita itu seorang selir
ayahnya, tentu saja dia tidak akan berani
menggodanya. Akan tetapi seorang dayang
hanyalah seorang pelayan, walaupun banyak selir
berasal dari dayang. Bersama dua orang thai-kam
yang di percayanya itu, diapun memasuki pondok
itu dari pintu belakang dan menghampiri gadis
yang masih memainkan yang-kim lirih-lirih sambil
melamun.
"Nona, suaramu indah sekali." Pangeran Li Hong
memuji setelah berada dekat di belakang gadis itu.
Dengan permainan sandiwara yang baik sekali,
gadis itu melepaskan yang-kimnya saking kaget,
memutar tubuhnya, terbelalak dan membuka
mulut secara manis sekali, mengangkat kedua
tangan ke atas, lupa bahwa baju depannya
setengah terbuka sehingga nampak sebagian
dadanya yang mulus dan putih, lalu menjatuhkan
diri berlutut.
"Yang mulia Pangeran......, hamba.... hamba
mohon maaf......hamba tidak tahu akan kehadiran
paduka.... hamba siap menerima hukuman mati.."
katanya dengan suara yang merdu dan seperti
orang yang ketakutan, suaranya berdesah dan
berbisik.
Pangeran Li Hong tertawa, semakin kagum
karena setelah berada dekat, dia melihat bahwa
gadis ini memang cantik sekali dan keharuman
khas keluar dari tubuhnya. Padahal gadis ini baru
selesai bekerja agaknya, setelah membersihkan
pondok itu dan beristirahat, tentu tidak
mempersiapkan diri, tidak mempersolek diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bajunyapun setengah terbuka dan rambutnya
kusut. Sama sekali dia tidak pernah mimpi bahwa
kekusutan pada diri Bu Couw Hwa itu adalah
kekusutan "teratur".
"Ha-ha-ha, nona, jangan takut. Engkau tidak
bersalah apa-apa, aku tadi hanya tertarik oleh
suaramu yang merdu dan permainan yang-kimmu
yang indah. Aku ingin mendengar lebih banyak.
Mainkanlah yang-kim itu dan bernyanyilah
untukku."
"Aiih, ampunkan hamba, pangeran. Bagaima
hamba berani memperdengarkan suara hamba
yang parau dan permainan yang-kim hamba yang
ngawur? Hamba hanya seorang dayang......."
"Jangan merendahkan dirimu, eh, siapa
namamu?"
Bukan main girangnya rasa hati Bu Couw Hwa.
Perhatian dari pangeran itu menunjukkan bahwa
siasatnya mulai berhasil. Umpannya mulai
disambar kakap!
"Nama hamba Bu Couw Hwa, pangeran."
"Bagus, Couw Hwa, atau kusebut saja engkau
Hwa Hwa!" Pangeran itu tertawa lagi, girang karena
wajah gadis itu demikian cerah dan ramah
sehingga menimbulkan suasana yang gembira. Dia
lalu memerintahkan kedua orang thai-kam. "Cepat
ambilkan arak dan makanan, aku ingin makan
malam di sini. Hwa Hwa, maukah engkau
melayaniku makan malam di sini?"
"Mau? Aiiih, pangeran. Hamba merasa seperti
kejatuhan bintang, mendapat kehormatan besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. Tentu saja hamba suka sekali. Biar hamba
bersihkan dulu meja dan dan hamba ganti dengan
kain penutup yang baru!" Dengan gerakan lincah,
lenggang yang membuat pinggulnya yang bulat
besar seperti menari-nari, gadis itu mengerjakan
persiapan untuk makan malam sang pangeran.
Setiap gerak geriknya diikuti pandang mata
pangeran muda itu yang menjadi semakin
terpesona.
"Aku harus dapat menaikkan harga diriku,"
demikian sambil membersihkan dan merapikan
meja, gadis itu berpikir. "Kalau kujual murah,
tentu akhirnya sebentar saja dia akan lupa
padaku."
Bu Couw Hwa memang cerdik luar biasa. Ia
mempergunakan siasat memikat pangeran
mahkota bukan sekedar merupakan petualangan
cinta belaka. Sama sekali tidak! Ia memiliki tujuan
yang lebih inggi lagi, mempunyai cita-cita yang
muluk. Usahanya terhadap Kaisar gagal setengah
jalan, maka kini ia menempuh jalan lain, melalui
Pangeran Mahkota!
Tak lama kemudian, pangeran itu makan minum
di dalam kamar, dilayani Bu Couw Hwa, kemudian
gadis itupun beberapa kali memainkan yang-kim
dan bernyanyi, bahkan mengajak pangeran itu
bercakap-cakap tentang seni suara dan seni sastra,
karena iapun pandai membuat sajak atau syair
berpasangan yang mengandung makna dalam.
Mendengar bahwa usia gadis itu baru menjelang
tujuhbelas tahun, sang pangeran menjadi semakin
kagum. Akan tetapi ketika dia mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperlihatkan gejolak berahinya, dengan lembut
Bu Couw Hwa menolaknya. Dengan halus dan
lembut.! Tentu saja sang pangeran menjadi
penasaran bukan main. Penolakan yang halus itu
sama sekali tidak membuatnya marah, bahkan
membuat berahinya semakin berkobar seperti api
disiram minyak.
Wanita muda itu tetap bersikap manis, bersikap
amat menyayang dan hormat sehingga sang
pangeran merasa dimanja. Dengan sikapnya, Bu
Couw Hwa jelas menyatakan perasaan hatinya
yang jatuh cinta kepada junjungan itu. Kerling
matanya, senyumnya, gerakan tubuhnya,
suaranya, semua jelas membayangkan bahwa ia
mencinta sang pangeran. Akan tetapi kalau
pangeran itu hendak menyentuhnya, ia dengan
halus dan sopan menjauhkan diri dan pandang
matanya nampak sayu dan sedih.! Ia seperti jinakjinak
merpati yang membuat pangeran menjadi
semakin terpikat.
Akhirnya setelah jelas bahwa wanita itu tidak
bersedia melayaninya bercinta, sang pangeran
meninggalkan tempat itu, diantar senyum dan
kerling penuh kasih oleh Bu Couw Hwa. Dalam
perjalanan kembali ke tempat tinggalnya sendiri
itulah sang pangeran menyatakan keheranannya.
"I a begitu dekat, akan tetapi begitu jauh," ratap
pangeran itu kepada dua orang kepercayaannya.
"Ia seperti menantang, akan tetapi selalu
menghindar. Ia jelas mencintaku, akan tetapi tak
ingin kujamah. Mengapa begitu, seolah ia
menyiksaku?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang thai-kam itu saling lirik dan
tersenyum, diam-diam kagum sekali kepada gadis
itu. Seorang wanita muda yang luar biasa, seperti
minuman arak yang amat baik, lembut
memabokkan, akan tetapi tidak terasa oleh yang
mabok. Tepat seperti yang telah diatur oleh Bu
Couw Hwa yang telah menyogok mereka dengan
banyak benda berharga, mereka lalu berkata
bahwa dayang itu pernah menjadi dayang
kesayangan Kaisar, bahkan telah beberapa kali
mendapat kehormatan melayani kaisar.
"Mungkin karena ia tidak ingin membuat paduka
melakukan kesalahan, maka ia sengaja menahan
diri dan menghindar, yany mulia," kata mereka.
"Ahh......begitukah? Sungguh ia seorang wanita
yang baik dan lembut hati, setia dan juga tidak
ingin melihat aku melakukan kesalahan. Akan
tetapi ia hanya seorang dayang, belum diangkat
menjadi selir ayahanda kaisar, bukan?"
"Demikianlah, yang mulia. Ia masih belum
menjadi selir yang sah."
"Kalau begitu, ia masih seorang dayang, dan
bukan suatu pelanggaran dosa kalau terjadi
hubungan antara kami," pangeran yang sudah
tergila-gila itu membela diri.
"Memang sesungguhnya demikian, pangeran.
Apa lagi yang mulia Sribaginda terlalu sibuk
sehingga hampir melupakannya, karena itulah
maka ia tadi menyanyikan lagu kerinduan. Paduka
dapat menduga, siapa yang disebut sebagai burung
Hong yang dirindukannya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa lagi kalau bukan Sribaginda?"
Dua orang thai-kam itu tersenyum. "Yang mulia
Pangeran, ia menjadi kekasih Sribaginda hanya
selama beberapa kali saja dan menurut
keterangannya hal itupun terjadi selagi Sribaginda
dalam keadaan terlalu banyak minum anggur,
sehingga pertama kalinya terjadi di kamar mandi di
mana Bu Couw Hwa bertugas membersihkan
kamar mandi.
Tidak, bukan Yang Mulia Sribaginda Kaisar yang
dimaksudkan sebagai burung Hong yang
dirindukannya dalam nyanyian tadi, melainkan
paduka."
"Ehh? Bagaimana engkau bisa tahu?" pangeran
itu bertanya, curiga.
"Yang Mulia, pernah ketika bertemu dengan
hamba, ia mengatakan bahwa betapa bahagianya
hamba menjadi pelayan paduka, selalu dekat
dengan paduka. Nah, bukankah itu suatu bukti
bahwa diam-diam ia memuja paduka? Pula,
bukankah nama burung itu sama dengan nama
paduka?"
Bukan main girangnya hati Pangeran Li Hong
mendengar ini. Dan selanjutnya, atas bantuan dua
orang thai-kam itu yang mengharapkan banyak
hadiah, diaturlah pertemuan-pertemuan
selanjutnya antara Pangeran Li Hong dan Bu Couw
Hwa.
Bu Couw Hwa cerdik luar biasa. Ia bersikap
jatuh cinta dan tergila-gila kepada sang pangeran.
Akan tetapi, ia mohon agar hubungan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirahasiakan, katanya untuk menjaga agar jangan
sampai kaisar mendengar dan akan menyalahkan
mereka. Juga dari kedua thai-kam itu ia menerima
ramuan obat untuk mencegah agar dalam
hubungannya dengan sang pangeran, ia tidak
sampai hamil. Ia memikat dan mengikat cinta
kasih sang pangeran, dan untuk itu ia bersikap
cerdik sekali.
Ia sengaja menjual mahal, sengaja tidak selalu
memenuhi permintaan sang pangeran untuk
mengadakan pertemuan, dengan berbagai alasan
yang masuk akal. Hal ini ia lakukan untuk
membuat sang pangeran tetap rindu kepadanya.
Setelah semalam melayani dengan seluruh
kemampuannya untuk membuat sang pangeran
mabok kepayang, ia selalu menjauhkan diri sampai
berminggu-minggu. Hal ini membuat Pangeran Li
Hong yang masih muda itu benar-benar menjadi
tergila-gila.
Bu Couw Hwa mulai membuat ikatan-ikatan,
seperti seekor laba-laba menjaring seekor belalang,
dengan benang-benang halus lembut namun kokoh
kuat sehingga sang belalang tidak merasa bahwa ia
masuk ke dalam perangkap!
-ooo0dw0ooo-
"Sudahlah, Thian Ki. Engkau tidak salah. Gadis
itu yang mencari gara-gara sendiri. Kalau ia tidak
berniat membunuhmu dan mencengkeram
pundakmu, tentu ia tidak akan keracunan dan
kalau engkau membuntungi pergelangan
tangannya, hal itu kaulakukan justru untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelamatkan nyawanya dari kematian. Kenapa
engkau menyesali diri seperti ini, berhari-hari tidak
mau makan minum sampai tubuhmu menjadi
kurus kering, wajahmu pucat dan engkau seperti
seorang yang kehilangan semangatnya?" tegur
ibunya, Sim Lan Ci yang telah mendengar semua
tentang pertandingan antara suaminya dan Kam
Cin, kemudian tentang Kam Cin menyerang
puteranya sehingga gadis itu keracunan dan
pergelangan tangannya dibuntungi puteranya
untuk menyelamatkan nyawa gadis itu.
Thian Ki tidak menjawab, hanya menundukkan
mukanya. Sejak peristiwa itu, dia tidak pernah
dapat melupakan bayangan Cin Cin dengan tangan
kirinya yang buntung, tak dapat melupakan betapa
dia yang membuntungi tangan gadis itu, dan selalu
wajah Cin Cin ketika memandang kepadanya
untuk yang terakhir kali membayanginya sampai
ke dalam mimpi. Hal ini membuat dia merasa
menyesal bukan main. Apalagi kalau dia teringat
ketika pernah bersama ayah bundanya menjadi
tamu di rumah Cin Cin. Kedukaan ini membuat dia
lupa makan lupa tidur.
"Selain engkau tidak bersalah, Cin Cin itu jahat
bukan main, koko! Kenapa orang seperti itu koko
ingat terus? Ia telah menghina kita, ia telah berniat
membunuh ayah, bahkan membunuhmu. Apakan
engkau takut kalau ia mendendam kepadamu
karena engkau membuntungi tangannya? Jangan
takut, aku akan membantumu membasminya
kalau ia berani mencoba untuk membalas
dendam!" kata Kui Eng dengan hati panas. Entah
bagaimana ia sendiri tidak tahu, setelah ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui bahwa ia bukan anak kandung Sim
Lan Ci, tidak mempunyai hubungan keluarga atau
darah dengan Thian Ki, pandangannya terhadap
pemuda itu berubah sama sekali. Sejak kecil ia
memang amat sayang kepada kakaknya ini, akan
tetapi sekarang, setelah mengetahui bahwa Thian
Ki bukan apa-apa melainkan orang lain,
kesayangannya sebagai adik terhadap kakak
kandung berubah menjadi cinta kasih seorang
wanita terhadap pria! Maka, melihat Thian Ki
begitu murung dan berduka karena seorang gadis
lain, apa lagi gadis itu musuh besar ayah
kandungnya, ia merasa cemburu dan marah.
Thian Ki memandang adiknya sejenak, lalu
menunduk lagi dan menghela napas panjang, dia
tidak menjawab. Dia menyadari bahwa dia tidak
bersalah tentang buntungnya tangan Cin Cin,
namun betapapun juga, buntungnya tangan itu
adalah karena dia. Gadis itu keracunan karena
tubuhnya beracun dan biarpun dia menyelamatkan
nyawa gadis itu dengan membuntungi tangannya,
tetap saja dialah yang membuntungi tangan itu!
Dan dia tidak mungkin dapat melupakan sinar
mata dan tarikan wajah Cin Cin ketika gadis itu
memandang kepada lengannya yang buntung
dengan mata terbelalak dan mulut ternganga!
"Thian Ki, aku merasa kecewa dan malu melihat
sikapmu ini!" tiba-tiba terdengar suara Cian Bu
Ong yang menggelegar dan penuh kewibawaan.
"Sikapmu ini hanya pantas dimiliki seorang lakilaki
yang lemah dan cengeng! Segalanya sudah
terjadi dan sebagai laki-laki yang gagah engkau
harus berani menghadapi kenyataan, harus berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanggung-jawab atas semua yang telah
kaulakukan! Engkau tidak pantas disebut orang
gagah kalau bersikap seperti ini, memalukan saja.
Pada hal, sekarang engkau telah selesai belajar dan
sudah tiba saatnya engkau terjun ke dunia
persilatan sebagai seorang pendekar, sebagai
seorang gagah agar tidak sia-sia semua pelajaran
yang telah kaupelajari selama ini. Agar tidak sia-sia
engkau hidup sebagai seorang manusia di dunia
ini."
Ucapan Cian Bu Ong itu seperti sengat lebah,
seperti siraman air dingin, membuat Thian Ki
tersadar. Dia mengangkat mukanya yang pucat
dan memandang kepada ayah tirinya, juga
gurunya, dan diapun menjatuhkan diri berlutut di
depan ayah tirinya dan ibunya, kedua matanya
basah, akan tetapi dia tidak menangis.
"Ayah, ibu, maafkan aku yang lemah ini. Semua
kata-kata ayah, ibu dan adik Kui Eng benar.
Sekarang aku menyadari bahwa sikapku ini
sungguh sikap seorang pengecut yang hendak
melarikan diri dari kenyataan hidup. Maafkan
aku."
Ibunya, Sim Lan Ci, memaklumi apa yang
terdapat di hati puteranya, maka iapun merangkul
puteranya dengan hati terharu. Sejak kecil, ia
sendiri dan mendiang suaminya, Coa Siang Lee,
yang mendidik anak ini agar menjauhkan diri dari
segala kekerasan, sengaja tidak mengajarkan ilmu
silat bahkan menanamkan dalam hatinya agar
menjauhi kekerasan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi ia dijadikan seorang tok tong (anak
beracun) oleh mendiang neneknya yang bermaksud
agar sang cucu kelak menjadi seorang jagoan tanpa
tanding! Karena sudah terlanjur memiliki tubuh
beracun, sehingga di luar kehendaknya beberapa
orang tokoh dunia persilatan tewas ketika mencoba
untuk membunuh dan menyerangnya, maka
kemudian setelah menjadi putera tiri Cian Bu Ong,
Thian Ki belajar ilmu silat tinggi. Namun, ia tahu
bahwa di dasar hati Thian Ki masih terdapat
kelembutan itu. Dia tidak ingin melukai orang, apa
lagi membunuhnya. Dan kini, secara terpaksa dia
membuntungi tangan Cin Cin, seorang gadis yang
pernah akrab dengannya ketika masih sama-sama
kecil.
"Sudahlah, anakku. Bangkitlah dan jangan lagi
membiarkan dirimu tenggelam dalam penyesalan
dan kedukaan. Ayahmu benar. Engkau seorang
laki-laki yang seharusnya bersikap gagah dan
jantan," kata ibu ini.
Thian Ki bangkit dan duduk kembali. Ketika dia
mengangkat muka memandang ayah tirinya,
ibunya dan Kui Eng, matanya sudah mengeluarkan
sinar, tidak lagi muram dan layu seperti
sebelumnya.
"Yang terpenting adalah pengamatan diri, Thian
Ki. Carilah dalam dirimu sendiri dan lihat
kenyataan apa yang telah terjadi. Kalau dalam
peristiwa itu engkau merasa bahwa engkau telah
melakukan kesalahan, maka engkau harus
bertekad untuk mengubah kesalahan itu dan tidak
mengulanginya kelak. Sebaliknya, kalau engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak merasa melakukan suatu kesalahan, jangan
engkau takut menghadapi segala akibatnya. Dalam
peristiwa yang telah terjadi itu, aku tidak melihat
kesalahan dalam tindakanmu Akan tetapi
andaikata akibatnya tidak menguntungkan,
andaikata gadis itu mendendam kepadamu,
engkau harus berani menghadapi kenyataan itu
dengan modal utama, yaitu keyakinan bahwa
engkau tidak melakukan kesalahan. Itu saja!"
Thian Ki mengangguk-angguk. Terbayang semua
peristiwa itu. Mula-mula dia turun tangan untuk
mencegah Cin Cin membunuh ayah tirinya, yang
tadinya sudah mengalah terhadap gadis itu. Tentu
saja perbuatannya ini tidak salah karena tidak
mengandung niat buruk di hatinya ketika dia
menyelamatkan ayahnya. Akan tetapi Cin Cin
bahkan menyerangnya. Diapun hanya membela
diri, sama sekali tidak bermaksud untuk melukai
gadis itu. Akan tetapi kenyataannya menjadi lain
dari yang dia kehendaki. Gadis itu mencengkeram
pundaknya, dan di luar kesadarannya, tanpa
disengaja karena otomatis hawa beracun di
tubuhnya bergerak tak terkendali untuk
melindungi pundak yang dicengkeram, tangan Cin
Cin keracunan. Racun itu akan menjalar dan
menewaskan Cin Cin, tanpa ada obat yang akan
mampu menolongnya. Oleh karena itu, dia cepat
membuntungi tangan beracun itu demi
keselamatan nyawa Cin Cin. Memang tidak ada
kebencian mendorong semua perbuatannya itu.
Hanya nasib yang menentukan demikian. Sudah
digariskan. Sudah menjadi kehendak Tuhan. Dia
harus berani menghadapi segala akibatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia teringat akan sikap ayah tirinya. Ayah
tirinya menghadapi pula akibat dari perbuatannya
ketika muda, yaitu mengenai urusan pribadinya
dengan Tung-hai Mo-li Bhok Sui lan. Dan kini ayah
tirinya menanggung akibatnya. Akan tetapi dengan
sikap yang gagah, tidak ingin melibatkan
keluarganya. Semua akibat ditanggungnya sendiri,
tanpa memperlihatkan penyesalan atau
kecengengan. Sesal dan duka hanya
mendatangkan kekeruhan pikiran dan hati, sama
sekali tidak ada manfaatnya, sama sekali tidak
akan dapat mengubah keadaan. Dia bahkan harus
bertindak tegas untuk meluruskan yang bengkok,
menjernihkan yang keruh. Dia harus dapat
menemukan Cin Cin dan memberi penjelasan.
Sukur kalau gadis itu dapat melihat kenyataan,
kalau tidakpun dia harus berani menghadapi apa
saja yang akan menjadi akibat dari peristiwa itu.
Memang segala sesuatu Tuhan yang menentukan
akan tetapi dia harus berikhtiar, harus berusaha
ke arah kebaikan dan melalui jalan kebenaran.
"Terima kasih, ayah. Kini aku mengerti benar
dan harap ayah suka memberi tahu apa yang
harus kulakukan selanjutnya."
Wajah bekas pangeran itu berseri. Thian Ki
memang bukan keturunannya, bukan darah
dagingnya, namun dia merasa sayang kepada anak
ini, menaruh harapan besar dalam diri anak ini.
"Engkau sudah selesai belajar, Thian Ki. Pada saat
ini, semua ilmuku sudah kuberikan kepadamu.
Dalam hal ilmu silat, engkau sudah setingkat
denganku, hanya mungkin kalah pengalaman saja.
Akan tetapi kekalahan itu dapat kau tutup dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan dirimu yang mengandung hawa beracun.
Kalau kita berkelahi benar-benar, aku sendiri tidak
akan mampu mengalahkanmu. Nah, sekarang
untuk apa engkau yang sudah dewasa ini
menghabiskan waktu sia-sia saja di tempat ini?
Terjunlah ke dunia kang-ouw, perlihatkan dirimu
sebagai seorang manusia yang berguna, bagi diri
sendiri, bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi
rakyat."
"Jadilah seorang pendekar yang berbudi baik,
anakku. Kau bela yang lemah tertindas, kau
tentang yang kuat dan jahat, akan tetapi ingat,
jangan sekali-kali engkau terlibat dalam urusan
pemerintah, jangan terlibat dalam urusan
pemberontakan," kata ibunya yang mengerling ke
arah suaminya.
Cian Bu Ong tidak merasa tersinggung, bahkan
tersenyum lebar dan menghela napas dalamdalam.
"Ibumu benar, Thian Ki. Dahulu aku
dikuasai nafsu yang membuat aku bercita-cita
terlalu muluk, tidak mau melihat kenyataan bahwa
Kerajaan Sui telah runtuh dan Kerajaan Tang telah
bangkit dan lahir menjadi penggantinya. Tidak ada
yang kekal di dunia ini. Kerajaan demi Kerajaan
bangkit dan jatuh, seperti juga manusia, satu demi
satu lahir dan mati. Tidak mungkin menentang
garis yang sudah ditentukan oleh Thian (Tuhan).
Usahaku melakukan pemberontakan terhadap
Kerajaan baru Tang hanya mendatangkan
malapetaka bagi keluargaku, bagi aku sendiri dan
banyak orang lain. Biarlah keadaanku itu menjadi
contoh bagimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki, engkau tentu masih ingat akan pesan
nenekmu, bukan? Nah, jangan lupa, dalam
perantauanmu mencari pengalaman, pergilah
engkau ke dusun Hong-cun di tepi Sungai Kuning,
temui kakak-angkat mendiang ayah kandungmu,
yaitu Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai
Kuning) Si Han Beng dan isterinya yang bernama
Bu Giok Cu. Dari merekalah engkau akan dapat
memperoleh keterangan di mana adanya Pek I
Tojin dan Hek Bin Hwesio, dua orang yang akan
mampu membebaskanmu dari hawa beracun di
tubuhmu. Atau mungkin juga suami isteri itu akan
mau dan mampu menolongmu."
"Baik, ibu, akan kuperhatikan pesan ibu."
"Nah, sebaiknya engkau berkemas dan siap
untuk segera berangkat meluaskan
pengalamanmu, Thian Ki," kata pula ayah tirinya.
"Aku akan ikut pergi merantau bersama kakak
Thian Ki!" tiba-tiba Kui Eng berkata.
Suami isteri itu saling pandang dan Sim Lan Ci
cepat berkata. "Aih, tidak mungkin engkau
melakukan perjalanan bersama Thian Ki, Kui Eng!"
Kui Eng mengangkat muka memandang wajah
ibu tirinya, lalu wajah ayahnya dan melihat betapa
ayahnya menggeleng kepala. Kui Eng mengerutkan
alisnya, cemberut dan berkata, "Hemm, aku
mengerti apa yang dipikirkan ayah dan ibu! Aku
sudah berusia duapuluh tahun dan aku mengerti
bahwa tidak pantas bagi seorang gadis melakukan
perjalanan berdua saja dengan seorang pemuda,
apalagi kalau mereka itu bukan saudara
sekandung. Akan tetapi, ayah dan ibu. Bukankah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejak kecil aku sudah menganggap koko sebagai
kakak kandungku sendiri? Semua
orangpun.menganggap kami berdua kakak beradik,
maka apa salahnya melakukan perjalanan
berdua?"
Sim Lan Ci yang merasa bahwa gadis itu bukan
puteri kandungnya, merasa tidak berdaya dan
iapun hanya memandang kepada suaminya,
menyerahkan keputusannya kepada suaminya.
Cian Bu On menggeleng kepalanya dan suaranya
tegas ketika akhirnya dia berkata, "Kui Eng,
engkau tidak boleh pergi mengikuti kakakmu. Dia
hendak meluaskan pengalamannya dan terutama
sekali, hendak mencari penawar hawa beracun di
tubuhnya. Apalagi, dengan adanya rencana kami,
ayah ibumu, maka makin tidak boleh
kalian'melakukan perjalanan berdua."
Kui Eng masih mengerutkan alisnya. "Aih, ayah
sungguh aneh. Rencana apa yang menyebabkan
aku tidak boleh pergi bersama koko?"
Suami isteri itu kembali saling pandang. Mereka
berdua sudah sepakat untuk menjodohkan kedua
orang anak mereka itu. Hanya ada hal yang
membuat mereka sangsi dan sampai sekarang,
setelah Thian Ki berusia duapuluh satu tahun dan
Kui Eng berusia duapuluh tahun, mereka belum
dapat memberi tahu mereka, karena keadaan
Thian Ki. Dalam keadaan bertubuh seperti itu,
penuh dengan hawa beracun, mereka tahu bahwa
Thian Ki tidak boleh mendekati wanita. Siapapun
yang berhubungan sebagai suami isteri dengan dia,
pasti akan tewas! Kini, Kui Eng sudah dewasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar, bagaimanapun juga, gadis itu dan juga
Thian Ki harus diberitahu. Bagi Kui Eng, agar gadis
itu tahu bahwa ia sudah mempunyai calon suami,
dan bagi Thian Ki, hal itu tentu akan menjadi
pendorong agar dia cepat mencari orang yang
dapat membersihkan hawa beracun dari tubuhnya.
Setelah saling pandang dengan isterinya dan
mendapat isyarat persetujuannya, Cian Bu Ong
dengan suara mantap berkata, "Rencana kami
adalah untuk menjodohkan kalian menjadi suami
isteri."
Hening sejenak, keheningan yang mencekam
karena kedua orang muda itu terkejut bukan main
mendengar keputusan yang keluar dari mulut Cian
Bu Ong itu. Terlalu tiba-tiba datangnya,
merupakan kejutan yang tak pernah mereka duga.
Bagi Kui Eng, merupakan kejutan yang menyusup
ke jantung dan tulang sumsumnya, karena diamdiam
ia memang sudah jatuh cinta sebagai seorang
wanita terhadap seorang pria kepada pemuda yang
selama ini ia anggap sebagai kakak kandungnya
itu. Akan tetapi, karena iapun sama sekali tidak
menyangka bahwa ayah dan ibunya merencanakan
perjodohan itu, iapun terkejut dan sejenak ia
tertegun, lalu wajahnya yang manis itu berubah
menjadi merah sekali. Tanpa dapat ditahan lagi, ia
menoleh memandang kepada Thian Ki dan
kebetulan pemuda itupun menoleh kepadanya.
Sejenak dua pasang mata bertemu pandang dan
segalanya nampak berobah dalam pandang mata
mereka setelah mendengar keputusan itu. Kui Eng
tidak dapat menahan lagi dan menunduk dengan
wajah makin memerah sampai ke lehernya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedangkan Thian Ki juga menundukkan mukanya
yang menjadi merah.
"Aiih, ayah..........!" Kui Eng yang menjadi salah
tingkah itu merasa tidak kuat untuk berada disitu
lebih lama saking malunya. Sambil mengeluarkan
suara yang terdengar seperti setengah tawa dan
setengah isak, iapun melompat pergi meninggalkan
ruangan itu, memasuki kamarnya sendiri.
Tinggal Thian Ki yang masih duduk
menundukkan mukanya di depan ayah dan
ibunya, seperti orang bingung dan tidak tahu
harus berkata apa.
"Thian Ki, bagaimana pendapatmu dengan
keputusan ayahmu?" tiba-tiba ibunya bertanya
untuk menuntun kembali pemuda itu ke dalam
ketenangan!
Thian Ki mengangkat muka memandang ibunya,
lalu ayahnya, kemudian dia menghela napas
panjang. Selama ini, belum pernah masuk dalam
gagasannya tentang diri Kui Eng, apalagi sebagai
calon isteri. Bahkan belum pernah dia memikirkan
wanita, tahu bahwa dia sama sekali tidak boleh
berdekatan dengan wanita. Mendengar bahwa dia
ditunangkan dengan Kui Eng membuat dia terkejut
dan heran, juga bingung mengapa ayah ibunya
mengambil keputusan seperti itu. Dia memang
sayang kepada Kui Eng, amat sayang kepadanya.
Namun, kasih sayangnya itu adalah kasih sayang
seorang kakak kepada adiknya. Dia sudah tahu
bahwa Kui Eng bukan adik tiri, bukan pula adik
sendiri, melainkan orang lain, tidak ada hubungan
darah sama sekali, akan tetapi karena mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdua bergaul sejak kecil, maka dia sudah
terlanjur mencinta Kui Eng sebagai adiknya.
"Ibu, bagaimana mungkin ini? Tubuhku...... "
"Tubuhmu dapat dibersihkan dari racun asal
engkau dapat memperoleh pertolongan pamanmu
Naga Sakti Sungai Kuning, Thian Ki," ibunya
memotong. "Tentu saja pernikahanmu dengan Kui
Eng baru akan kami rayakan dan resmikan setelah
engkau terbebas dari hawa beracun itu."
"Aku sendiri akan ikut berusaha mencarikan
obat bagimu, Thian Ki. Aku mendengar bahwa di
daerah perbatasan sebelah barat, di pegunungan
Himalaya terdapat semacam rumput merah yang
dinamakan Swe-hiat-ang-cio (Rumput Merah
Pencuci Darah) dan yang dapat membersihkan
tubuh dari segala macam pengaruh racun. Aku
akan mencarinya di sana, sedangkan engkau
mencari dan mengunjungi Naga Sakti Sungai
Kuning."
"Akan tetapi, ayah dan ibu. Bukan hanya itu
yang yang menjadi pikiranku. Semua orang telah
menganggap bahwa aku dan Eng-moi adalah
kakak beradik, bagaimana mungkin kami
berjodoh? Apa nanti pendapat dan anggapan
orang-orang kalau mendengar hal itu!"
Cian Bu Ong tertawa bergelak dan memandang
kepada isterinya. "Ha-ha-ha, betapa sama benar
bantahanmu itu dengan bantahan ibumu. Lama
kami memperbincangkan hal ini dan pendapat
ibumu sama pula dengan apa yang kau katakan
tadi. Akan tetapi akhirnya ibumu menyadari.
Kuharap engkau akan dapat menyadari pula,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki. Kehidupan kita adalah milik kita pribadi,
tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain.
Hidup kita tidak dapat kita gantungkan kepada
pendapat orang lain, Thian Ki."
"Maaf, ayah. Memang benar demikian, akan
tetapi mungkinkah kita hidup tanpa
memperdulikan anggapan umum? Kita hidup di
masyarakat, ayah, bagaimana mungkin kita
mengabaikan pendapat dan peraturan umum.
Kalau umum menganggap aku dan Eng-moi kakak
beradik, lalu mereka mendengar bahwa kami
menjadi suami isteri, bukankah hal itu akan aib
yang menodai nama baik keluarga kita semua?"
"Ha-ha-ha, terlampau picik pandangan itu,
Thian Ki. Pendapat dan hukum yang berlaku pada
masyarakat tentu saja berdasarkan kenyataan, jadi
kenyataan inilah yang harus kita pegang.
Bagaimana kenyataannya antara engkau dan
adikmu? Kalian bukan saudara, tidak ada
hubungan darah sama sekali. Itulah kenyataannya!
Kalau umum berpendapat lain, itu adalah
kesalahan mereka sendiri. Apakah kalau umum
berpendapat keliru, kitapun harus ikut-ikutan dan
menganggap benar saja kekeliruan mereka itu?
Tidak, Thian Ki. Yang terpenting bagi kita adalah
bahwa kita harus memiliki pendirian. Kalau kita
memang benar, dan hal ini tidak dapat kita
berbohong kepada diri sendiri, maka kita tidak
perlu takut akan pendapat umum. Andaikata
seluruh dunia menudingmu sebagai pencuri, hal
itu adalah masalah mereka asalkan engkau tidak
pernah mencuri. Sebaliknya, andaikata tak
seorangpun mengetahui bahwa engkau mencuri,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun itu menjadi masalahmu kalau engkau
benar-benar melakukan pencurian. Mengertikah
engkau, Thian Ki?"
"Aku mengerti, ayah. Akan tetapi, pendapat
umum tentang kami ini bukan fitnah, melainkan
timbul karena selama ini aku dan Eng-moi bergaul
sebagai kakak beradik. Jadi kalau mereka
menganggap kami kakak beradik, itu bukan
kesalahan mereka."
Kembali Cian Bu Ong tertawa. "Hal itu mudah
saja diubah. Mulai sekarang, engkau jangan
menyebut ayah kepadaku, melainkan suhu (guru).
Dan sebaliknya, Kui Eng menyebut ibumu bukan
lagi ibu, melainkan subo (Ibu guru). Kenyataannya
memang demikian, bukan? Engkau adalah
muridku, dan Kui Eng juga banyak menerima
pelajaran dari subonya. Dan mulai sekarang,
umum akan kami beritahu bahwa kalian bukan
kakak beradik. Nah, beres, bukan?"
Thian Ki tidak dapat membantah lagi. Memang
ayahnya atau suhunya itu benar. Yang penting
adalah kenyataannya, bukan dugaan atau
sangkaan orang, Betapapun juga, dia masih nanar.
Kui Eng menjadi tunangannya dan kelak menjadi
isterinya? Sukar sekali membayangkan hal ini
terjadi dan mulai detik itu, terjadi perubahan besar
dalam pandangannya terhadap Kui Eng.
"Sekarang berkemaslah, Thian Ki. Engkau harus
pergi mengunjungi pamanmu Si Han Beng di Hongcun.
Makin cepat engkau terbebas dari racun itu
semakin baik," kata ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kapan engkau akan berangkat?" tanya ayahnya
atau yang mulai sekarang harus dia sebut sebagai
gurunya.
"Teecu akan berangkat secepatnya, besok pagipagi,
suhu." kata Thian Ki tanpa ragu menyebut
guru kepada orang yang selama ini disebutnya
sebagai ayah.
Cian Bu Ong tertawa girang. Sebutan ini
menunjukkan betapa taatnya pemuda ini, juga
menandakan bahwa pemuda ini menerima usul dia
dan isterinya.
"Bagus, aku girang sekali, Thian Ki. Engkaulah
muridku yang amat membesarkan hatiku."
"Terima kasih, suhu."
"Mari aku membantumu berkemas, Thian Ki,"
kata ibunya. Ibu dan anak itu lalu memasuki
kamar Thian Ki, mempersiapkan keberangkatan
pemuda itu untuk merantau. Selain
mempersiapkan buntalan pakaian dan uang
secukupnya, juga ibu itu membekali banyak
nasihat kepada puteranya, menceritakan tentang
para tokoh dunia kangouw, tentang peraturan
orang-orang kangouw dan memesan agar dia
berhati-hati. "Engkau harus berhati-hati dan
waspada terhadap tiga macam orang, anakku.
Mereka kelihatan sebagai orang-orang yang lemah,
namun kalau mereka sudah berkepandaian,
mereka merupakan lawan-lawan yang amat
berbahaya. Mereka adalah para pengemis, para
pendeta dan para sastrawan, baik pria maupun
wanita. Jangan sekali-kali memandang rendah
kepada orang-orang yang nampaknya lemah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang bertubuh kokoh kuat biasanya
mengandalkan kekuatan mereka dan lawan macam
ini mudah ditanggulangi. Akan tetapi orang-orang
yang kelihatan lemah tadi dapat mengalahkan
kekuatan otot dan tulang." Demikian antara lain
ibu itu berpesan kepada puteranya.
"Saya masih ingat akan semua pesan ibu dan
suhu, ibu. Harap ibu jangan khawatir karena
ibupun tahu bahwa aku tidak suka bermusuhan."
"Kalau engkau berhasil bertemu dengan
pamanmu Si Han Beng dan bibimu Bu Giok Cu,
sampaikan salam ibumu dan engkau boleh
menceritakan semua keadaan ibumu semenjak
ditinggal mati ayahmu. Mereka adalah pendekarpendekar
yang gagah perkasa dan budiman dan
dari mereka engkau akan dapat menerima banyak
petunjuk."
Sejak memasuki kamarnya, Kui Eng tidak
pernah kelihatan lagi oleh Thian Ki, seolah gadis
itu sengaja menghindar darinya. Hal ini
meresahkan hati Thian Ki. Dia merasa seolah
dialah yang menjadi sebab gadis itu merasa
canggung dan malu. Bagaimanapun juga, tidak
mungkin dia dapat pergi sebelum berpamit kepada
gadis yang disayangnya sejak mereka masih
kanak-kanak itu. Kalau dia membayangkan
kembali semua itu, ketika mereka masih kanakkanak,
ketika mereka bermain bersama, berlatih
silat bersama, bahkan ketika Kui Eng suka marah
dan manja, dan dia selalu mengalah sebagai
seorang kakak yang menyayang, menjaga dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melindunginya, memang sukar sekali
membayangkan kelak mereka menjadi suami isteri!
Bahkan ketika keluarga itu makan malam, Kui
Eng tidak muncul dan menurut ibunya, Kui Eng
merasa lelah dan makan di dalam kamarnya
dilayani pembantu dan tidak meninggalkan
kamarnya. Cian Bu Ong hanya tertawa senang
mendengar ini karena sikap Kui Eng itu
dianggapnya bahwa gadis itu malu-malu kepada
Thian Ki dan sikap malu-malu seorang gadis
kepada calon suaminya diartikan bahwa Kui Eng
tidak menolak dan suka menjadi calon isteri Thian
Ki. Akan tetapi Thian Ki sendiri merasa khawatir
walaupun hal ini tidak diucapkannya.
Sim Lan Ci tahu akan isi hati puteranya
walaupun pemuda itu tidak mengucapkan sesuatu.
Maka, pada malam hari itu, ia mengetuk pintu
kamar puteranya. Ketika Thian Ki membuka daun
pintu dan melihat ibunya yang datang berkunjung,
dia hendak bicara, akan tetapi Sim Lan Ci memberi
isyarat agar puteranya tidak mengeluarkan suara,
lalu la berbisik, "Kalau engkau ingin menemui Kui
Eng dan berpamit, cepat pergilah ke kebun
belakang." Setelah berbisik demikian, ibu ini
kembali ke kamarnya.
Kebun belakang itu sunyi, namun cuaca amat
indahnya karena bulan sudah berada di atas
kepala dan langit bersih. Sinar bulan yang lembut
menyapu permukaan bumi dan bermain-main
pada daun-daun pohon, mendatangkan perpaduan
yang manis antara cahaya lembut dan bayangbayang
kelabu. Kui Eng duduk di atas bangku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
panjang, melamun dan menengadah memandangi
bulan yang ditemani beberapa buah bintang yang
suram di sana-sini.
"Eng-moi......." Thian Ki yang menghampiri dari
belakang itu kini berdiri sekitar empat meter dari
tempat gadis itu duduk, memanggil lirih agar
degup jantungnya yang menggetarkan suaranya
tidak kentara.
Kui Eng tidak merasa kaget dan ia menoleh,
berkata lirih, "Koko........?" lalu menundukkan
mukanya.
Thian Ki merasa aneh. Biasanya, Kui Eng adalah
seorang gadis yang lincah, jenaka, berani dan
galak. Akan tetapi sekarang menjadi begitu jinak
dan malu-malu? Diapun membayangkan gadis itu
seperti biasanya, seperti adiknya dan dengan hati
ringan dia mendekati, lalu duduk di ujung bangku
seperti biasa kalau mereka duduk di situ bersamasama.
"Eng-moi, engkau kenapakah'" Thian Ki
bertanya. "Engkau tidak enak badan dan lelah?"
Kui Eng mengerling dari bawah karena mukanya
masih menunduk, jari-jari tangannya utak-atik
memilin ujung bajunya. "Siapa bilang?"
"Ibu," kata Thian Ki.
"Dan engkau besok akan pergi pagi-pagi, koko?"
"Benar, siapa bilang?"
"Ibu.....eh, maksudku subo, ibumu........" kata
gadis itu maka tahulah Thian Ki bahwa ibunya
telah memberitahukan segalanya, juga bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai saat itu Kui Eng harus menyebut subo
kepada ibunya. "Dan ia pula yang memberitahu
bahwa engkau nampak gelisah dan ingin sekali
bertemu denganku. Benarkah?" Kini Kui Eng
mengangkat muka memandang. Dua pasang mata
bertemu dan keduanya merasa aneh sekali, seperti
saling berhadapan dengan seorang yang asing dan
baru pertama kali dijumpai dan dikenal.
"Benar, Eng-moi."
"Kenapa? Mau apa engkau ingin bertemu
denganku?"
"Kui Eng, bagaimana aku dapat pergi sebelum
pamit darimu Eng-moi, kenapa sejak ayah........ eh,
suhu mengumumkan perjodohan kita, engkau lalu
bersembunyi dan tidak mau bertemu denganku?
Eng-moi, aku akan merasa susah sekali kalau
persoalan itu membuat engkau marah dan tidak
suka kepadaku."
"Aku tidak marah, juga bukan tidak suka
kepadamu."
"Lalu kenapa engkau seperti menjauhkan diri
sejak tadi, Eng-moi. Dan kalau ibu tidak memberi
tahu, agaknya engkau tidak akan keluar. Ibu pula
yang memberi tahu bahwa engkau berada di sini
maka aku datang menemuimu."
Kui Eng kembali menunduk dan di bawah sinar
bulan yang lembut kuning kehijauan, nampak
perubahan pada warna muka gadis itu.
"Kenapa, Eng-moi?" Thian Ki mendesak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan ini dijawab dengan pertanyaan pula
oleh Kui Eng." Koko, katakanlah apakah engkau
sayang kepadaku?"
Kalau saja pertanyaan ini diajukan Kui Eng
kemarin, tentu Thian Ki akan menyambutnya
dengan tawa dan menggoda. Sekarang,
terdengarnya demikian aneh pertanyaan itu.! Akan
tetapi, Thian Ki menenangkan hatinya yang
terguncang dan berdebar, lalu tersenyum. "Tentu
saja, Eng-moi. Aku sangat sayang kepadamu."
"Engkau sayang kepadaku setelah apa yang
dikatakan oleh ayah tadi?" Kini gadis itu kembali
mengangkat muka dan sinar matanya seperti
hendak menembus keremangan cuaca dan
menembus dada Thian Ki menjenguk isi hatinya.
"Tentu saja, Eng-moi. Bagiku, menjadi calon
jodohmu atau bukan, aku tetap sayang kepadamu.
Di dunia ini hanya ada tiga orang yang kusayang,
yaitu ibuku, suhu, dan engkaulah."
"Dan Cin Cin?" tiba-tiba gadis itu bertanya.
Thian Ki terkeiut dan juga heran. "Cin Cin? Ah,
kau maksudkan Kam Cin itu? Aku hanya kasihan
kepadanya, Eng-moi. Kenapa engkau sebut dia?"
"Aku hanya bertanya."
"Tidak, aku tidak menyayang orang lain seperti
sayangku kepada kalian bertiga."
"Sayangmu kepadaku masih seperti yang sudah
sudah?"
"Tentu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti sayangnya seorang kakak kepada
adiknya."
"Eh, ya, tentu......."
"Dan engkau tidak cinta padaku?"
Kalau saja Thian Ki bercermin pada saat itu dan
melihat wajahnya sendiri, tentu dia akan melihat
betapa wajahnya nampak bodoh dan tolol saat itu.
Matanya terbuka lebar dan kosong, mulutnya
ternganga dan wajahnya seperti wajah seorang
anak kecil yang ditanya tentang soal hitungan yang
sulit.
"Ehh........ohh......apa sih bedanya antara sayang
dan cinta? Aku jadi bingung, Eng-moi."
Kui Eng mengerutkan alisnya dan wajahnya
nampak kecewa sekali. Mulutnya cemberut. Ia
sendiri tidak mengerti, karena iapun tidak
mempunyai pengalaman. Hanya terasa benar oleh
kewanitaannya bahwa besar sekali bedanya antara
kedua perasaan dalam hatinya terhadap Thian Ki
sebelum dan sesudah ia mendengar bahwa
pemuda itu bukanlah kakak kandungnya, bahkan
bukan pula kakak tirinya, melainkan orang lain
yang tidak ada hubungan darah sama sekali.
Sejak itulah ia memandang Thian Ki dengan
mata dan hati yang berubah, dan kesayangannya
sebagai adikpun berubah pula. Kalau tadinya ia
membayangkan Thian Ki sebagai seorang kakak
yang baik dan dapat diandalkan, sesudah itu ia
selalu membayangkan Thian Ki dengan jantung
berdebar, mulai ia memperhatikan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menemukan ketampanan dan kejantanan dalam
diri pemuda itu.!
Cinta kasih asmara memang aneh. Jelas jauh
bedanya antara cinta antara kakak beradik dengan
cinta antara seorang wanita dan seorang pria.
Cinta antara pria dan wanita adalah cinta asmara,
cinta yang mengandung berahi satu kepada yang
lain, berbeda dengan cinta seorang adik wanita
terhadap kakak prianya yang jauh dari perasaan
berahi. Hal ini memang sudah merupakan
pembawaan, merupakan anugerah dari Tuhan
yang disertakan kepada setiap orang manusia, pria
maupun wanita. N afsu atau gairah berahi memang
ada pada setiap orang, bahkan pada setiap
mahluk, karena nafsu berahi itu mutlak penting
bagi kelangsungan hidup setiap mahluk itu sendiri.
Nafsu berahi yang mendorong dua mahluk
berlainan jenis untuk saling tertarik, saling
mendekati, kemudian,saling mencinta. Nafsu
berahi mendorong seorang pria dan seorang wanita
untuk bersatu sehingga dari persatuan ini terlahir
keturunan dan perkembangan-biakan pun tidak
akan terputus.
Tidak demikian dengan cinta antara pria dari
wanita yang menjadi saudara kandung. Kalaupun
timbul gairah berahi di antara keduanya, maka
jelas bahwa hal itu tidaklah wajar bagi manusia,
tidak semestinya dan kalau dilanggar tentu akan
menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik. Nafsu,
dalam bentuk apapun juga, kalau sudah
menguasai manusia, tentu akan menyeret manusia
ke dalam perbuatan-perbuatan yang tidak wajar
dan tidak benar. Di samping semua daya rendah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menimbulkan nafsu, pada manusia
disertakan pula akal budi. Akal budi inilah yang
membuat kita dapat mengerti mana yang benar
mana yang salah, mana yang baik mana yang
buruk. Akal budi ini yang membuat manusia
menjadi mahluk yang paling tinggi derajatnya di
antara segala mahluk di dunia ini, juga menjadi
mahluk yang paling kuat dan paling kuasa. Tanpa
akal budi, manusia akan menjadi mahluk yang
paling lemah, kita tidak akan menang melawan
seekor kucing sekalipun, karena kucing masih
memiliki taring dan kuku tajam. Apalagi melawan
binatang yang lebih kuat dan lebih besar. Kitapun
tanpa akal budi akan mudah sakit dan mati karena
kita tidak akan mempunyai tempat dan pakaian
untuk berlindung. Akal budi bekerja sama dengan
nafsu daya rendah yang menjadi pendorongnya,
memungkinkan kita membuat segala macam benda
keperluan hidup kita di dunia ini, memungkinkan
kita menikmati hidup ini. Akal budi pula yang
membuat kita dapat membedakan segala sesuatu,
mempertimbangkan segala sesuatu, dan akal budi
yang melahirkan Ilmu-Ilmu, peradaban,
kebudayaan dan lain sebagainya yang menjadi isi
kehidupan manusia.
"Kalau engkau cinta padaku, koko, engkau tentu
tidak akan meninggalkan aku, engkau tentu tidak
akan suka berpisah dariku," kata Kui Eng dengan
suara lirih.
"Itukah sebabnya mengapa engkau murung dan
ingin ikut pergi denganku?" tanya Thian Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng mengangguk. "Sejak aku mendengar
bahwa di antara kita tidak ada hubungan darah
sama sekali, aku.....aku tidak ingin berpisah
darimu, koko. Dan itu pula yang membuat aku.......
merasa benci kepada Cin Cin. Aku tidak ingin
engkau mengasihi gadis lain, memikirkan gadis
lain, melindungi gadis lain. Aku hanya ingin
engkau untukku seorang.............. "
Thian Ki tertegun. Itukah cinta? Dia tidak
mengerti. Dia belum merasakan hal yang seperti
dirasakan oleh Kui Eng terhadap dirinya. Belum
terasa olehnya keinginan agar Kui Eng tak pernah
berpisah darinya, atau agar Kui Eng menjadi
miliknya, hanya untuk dia seorang. Barangkali
belum bersemi apa yang dinamakan cinta itu di
hatinya terhadap Kui Eng. Atau barangkali dia
yang bodoh. Bagaimanapun juga, dia harus dapat
menjawab dan memberi alasan, karena pandang
mata Kui Eng tetap menuntut agar dia menjawab,
apakah dia juga mencinta Kui Eng seperti yang
dirasakan gadis itu kepadanya.
"Eng-moi, engkau tentu tahu bahwa aku pergi
untuk meluaskan pengetahuan dan menambah
pengalaman. Juga aku perlu sekali mencari adik
angkat mendiang ayahku, yaitu Naga Sakti Sungai
Kuning, paman Si Han Beng, untuk minta tolong
agar hawa beracun di tubuhku dapat dipunahkan.
Engkau tentu sudah tahu pula bahwa selama hawa
beracun ini tidak lenyap dari tubuhku, aku tidak
bolen menikah. Oleh karena itu, sebelum
keadaanku ini tertolong, aku sama sekali tidak
dapat memikirkan tentang perjodohan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng mengangguk, lalu menundukkan
mukanya, menyembunyikan kekecewaan dan
kesedihan yang membayang di mukanya. "Aku
mengerti, koko. Jadi, engkau akan pergi? Kapan
engkau akan pergi?"
"Aku sudah berkemas, siap berangkat, besok
pagi-pagi."
"Besok pagi-pagi? Ahh......!" Kui Eng terkejut.
"Aku akan merasa kesepian sekali, koko. Ketika
engkau kami tinggalkan di rumah nenekmu dahulu
itu dan kita saling berpisah hampir dua tahun, aku
merasa tersiksa setengah mati. Dan sekarang,
engkau yang akan meninggalkan aku, dan aku
tidak boleh ikut denganmu......" Suara gadis itu
menjadi gemetar seperti akan menangis.
"Eng moi, aku tidak akan lama pergi. Setelah
berhasil, aku pasti akan segera kembali."
"Engkau tidak akan melupakan aku, bukan?
Engkau berjanji tidak akan melupakan aku?"
Thian Ki tersenyum dan memegang pundak
gadis itu, seperti yang sudah-sudah kalau dia
menghibur gadis ini. "Jangan khawatir, aku tidak
akan pernah melupakanmu."
Kui Eng terisak, bangkit lalu berlari
meninggalkan Thian Ki yang masih sempat
mendengar ia terisak. Sampai lama pemuda ini
duduk di atas bangku, berulang kali menghela
napas panjang. Kini dia yakin bahwa Kui Eng
mencintanya, dan mengharapkan kelak menjadi
isterinya! Dia merasa bangga dan senang, akan
tetapi juga bingung dan ragu. Dia merasa senang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan bangga dicinta seorang gadis hebat seperti Kui
Eng, akan tetapi adakah perasaan cinta yang sama
dalam hatinya terhadap Kui Eng? Dia sudah
terlanjur menyayangnya seperti seorang adik!
-ooo0dw0ooo-
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Thian Ki
sudah berpamit kepada ibunya dan suhunya.
Kedua orang tua itupun pagi-pagi sekali sudah
bangun, karena mereka hendak melihat Thian Ki
pergi.
Thian KI menggendong sebuah buntalan yang
cukup besar, terisi pakaian dan uang, di
punggungnya. Pemuda ini tidak pernah membawa
senjata walaupun dia telah mempelajari cara
menggunakan delapanbelas macam senjata dengan
mahir. Suhu dan ibunya duduk di beranda ketika
pemuda itu berpamit. Dia menjatuhkan diri
berlutut di depan kaki kedua orang tua itu, mohon
diri dan mohon doa restu.
Dengan kedua mata basah, Sim Lan Ci mengelus
kepala puteranya. Kini baru ia menyadari bahwa
puteranya telah menjadi seorang pemuda dewasa,
telah menjadi seorang pria yang gagah dan yang
siap untuk terjun ke dalam dunia ramai seorang
diri, siap untuk mandiri dan sudah dibekali
kepandaian yang hebat. Dia tidak merasa khawatir.
Puteranya kini menjadi seorang yang amat lihai,
jauh lebih lihai dibandingkan ia sendiri, atau
mendiang ayah pemuda itu. Mungkin kini telah
memillki kepandaian setingkat dengan gurunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki, doa restuku selalu menyertaimu.
Engkau berhati-hatilah, nak. Jangan sekali-kali
engkau takabur. Walaupun engkau kini telah
menguasai banyak ilmu silat yang cukup untuk
membela diri, namun ingatlah selalu bahwa di
dunia ini terdapat banyak sekali orang jahat yang
selain amat lihai, juga suka mempergunakan siasat
yang curang dan licik. Jangan menonjolkan diri
dan mencari permusuhan. Aku doakan semoga
engkau dapat bertemu dengan pamanmu Si Han
Beng. Syukurlah kalau dia dapat mengobatimu
sampai engkau terbebas dari racun, karena kalau
engkau terpaksa harus mencari Pek I Tojin atau
Hek Bin Hwesio pekerjaan itu sungguh amar
sukar. Kedua orang sakti itu bagaikan dewa, sukar
dicari bayangannya. Dan jangan lupa singgah di
dusun Ta-bun-cung mengunjungi keluarga Coa
yang memimpin Hek-houw-pang, menengok
keadaan keluarga mendiang ayah kandungmu."
"Baik, ibu. Semua nasihat dan pesan ibu akan
kulaksanakan," jawab Thian Ki.
"Semua pesan ibumu memang harus kautaati,
Thian Ki. Engkau tentu masih ingat akan namanama
dan keadaan para tokoh di dunia persilatan
seperti yang pernah kuceritakan kepadamu," kata
Cian Bu Ong. "Engkau boleh merantau untuk
meluaskan pengalaman dan menambah
pengetahuan, akan tetapi ada satu hal yang aku
ingin engkau lakukan untukku."
Selama menjadi putera tiri dan murid bekas
pangeran itu, belum pernah Cian Bu Ong
menyuruh Thian Ki melaksanakan suatu tugas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tertentu, maka kini mendengar ini, Thian Ki
merasa girang sekali. "Katakanlah, suhu. Apakah
yang harus kulakukan untuk suhu?" biarpun
masih agak merasa janggal dan kaku, Thian Ki
mulai memanggil bekas pangeran itu dengan
sebutan suhu, tidak lagi ayah seperti yang sudah,
memenuhi permintaan Cian Bu Ong yang
menjodohkannya dengan Cian Kui Eng.
"Hanya ada satu pekerjaan yang ingin kulihat
engkau melakukannya untukku, akan tetapi
pekerjaan ini cukup berbahaya, Thian Ki.
Ketahuilah, dahulu ketika aku masih menjadi
seorang pangeran, aku mempunyai banyak
pusaka. Akan tetapi di antara semua pusaka itu,
yang paling kusayangi adalah sebatang pedang
yang disebut Liong-cu-kiam (Pedang Mustika
Naga). Ketika terjadi perang dan kota raja diserbu,
semua benda pusaka milikku itu terampas musuh.
Aku telah mendengar bahwa pedangku Liong-cukiam
itu kini berada di gudang pusaka istana
kaisar, menjadi satu di antara benda-benda pusaka
rampasan. Nah, aku minta agar engkau singgah di
kota raja, mencoba untuk mengambil kembali
pedangku Liong-cu-kiam itu dari gudang pusaka di
kota raja."
"Aih, akan tetapi itu berbahaya sekali!" kata Sim
Lan Ci cemas.
Suaminya tersenyum. Kalau saja bukan isterinya
tercinta yang mengatakan demikian, mungkin
bekas pangeran ini akan marah. Seruan itu sama
saja dengan memandang rendah muridnya, anak
tirinya bahkan calon mantunya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki bukan kanak-kanak lagi dan aku yakin
dia akan mampu melakukannya. Kalau saja aku
sendiri tidak dikenal oleh banyak orang di kota
raja, agaknya tentu aku sendiri yang akan
mengambil benda pusakaku itu."
"Suhu, aku akan melaksanakan pesan suhu itu.
Ibu, harap jangan khawatir. Aku akan berhati hati
sekali karena aku tahu bahwa di kota raja, apalagi
di gudang pusaka, tentu penjagaannya kuat
sekali."
Setelah menerima pesan dan nasehat kedua
orang tua itu, Thian ki berangkat. Kedua orang tua
itupun berpesan wanti-wanti agar perantauannya
ini paling lama dua tahun, dia harus pulang.
Sebetulnya, hati Thian Ki agak berat untuk
berangkat karena dia belum melihat Kui Eng
keluar menemuinya. Kenapa gadis itu tidak keluar
dan melihat dia berangkat? Apakah Kui Eng marah
kepadanya karena dia hendak pergi
meninggalkannya? Untuk bertanya kepada ibunya
atau gurunya tentu saja dia merasa malu, karena
kini Kui Eng bukan lagi sebagai adiknya,
melainkan tunangannya, calon isterinya.
Ketika dengan hati agak berat dia meninggalkan
dusun dan keluar dari pintu gerbang dusun itu,
hari masih pagi sekali dan cuaca masih agak
remang, hawanya dingin dan suasana masih amat
sunyi karena para penduduk dusun belum
berangkat ke sawah ladang mereka. Tiba-tiba
wajahnya berseri ketika ia melihat sesosok
bayangan berdiri menghadang perjalanannya, di
luar dusun itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eng-moi.........!!" dia berseru sambil melangkah
cepat menghampiri gadis itu yang berdiri di tengah
jalan. "Eng-moi, pantas saja sejak tadi aku tidak
melihat engkau muncul dari kamarmu. Kiranya
engkau malah sudah berada di sini!"
Gadis itu tersenyum. Memang manis sekali Kui
Eng. Sepagi itu, biarpun belum mandi, belum
bersolek, rambutnya masih kusut, demikian pula
pakaiannya belum diganti yang baru, namun
kecantikannya nampak lebih asli, tanpa bedak
tanpa gincu.
"Koko, apakah engkau mengharapkan aku
keluar menemuimu?"
"Tentu saja. Bukankah aku akan pergi? Hatiku
merasa tidak enak sekali tadi, terpaksa
meninggalkan rumah sebelum sempat berpamit
denganmu yang kukira masih tidur."
Hati Kui Eng merasa gembira bukan main. "Koko
Thian Ki, tahukah engkau bahwa malam tadi aku
tidak pernah tidur barang sekejappun? Dan tadi,
lewat tengah malam, aku sudah turun dari
pembaringan dan diam-diam aku sibuk di dapur."
"Lewat tengah malam sibuk di dapur? Untuk
apa?" tanya Thian Ki heran.
"Untuk membuat ini!" katanya dan gadis itu
memperlihatkan bungkusan-bungkusan kepada
Thian Ki, wajahnya tersipu namun berseri gembira.
"Aku menyembelih ayam dan menggorengnya,
memasaknya seperti kesukaanmu, dan
memanggang roti......untuk bekalmu di jalan, koko.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Turunkanlah buntalanmu itu agar kumasukkan
bungkusan ini ke dalam buntalanmu."
Dengan hati terharu Thian Ki menurunkan
buntalan pakaiannya dan menyerahkannya kepada
Kui Eng. Gadis itu membuka buntalan, menaruh
bungkusan makanan ke dalam buntalan dan tibatiba
ia berkata dengan suara yang sedih. "Koko,
engkau akan pergi merantau seorang diri.
Bagaimana kalau pakaianmu kotor dan robekrobek?
Siapa yang akan mencuci pakaianmu dan
menjahit yang robek? Aih, kalau aku boleh pergi
bersamamu, tentu aku yang akan mencuci
pakaianmu, memasakkan makanan untukmu, dan
menjahit pakaianmu yang robek."
Thian Ki menerima kembali buntalan
pakaiannya dan menalikan di punggungnya seperti
tadi. Tercium olehnya bau masakan daging ayam
yang sedap, dan terasa betapa bungkusan
makanan yang kini berada dalam buntalan di
punggungnya itu masih hangat.
"Eng-moi, engkau baik sekali. Terima kasih atas
kebaikanmu ini, Eng-moi. Aku pergi takkan lama.
Ibu dan suhu memesan agar paling lama aku pergi
dua tahun, harus sudah pulang."
"Dua tahun? Aih, lama amat, koko! Aku.....lalu
aku bagaimana............?"
Mendengar suara gadis itu tergetar seperti
hendak menangis, Thian Ki yang tidak ingin
diantar tangis segera berkata sambil tersenyum.
"Aih adik yang manis, mana kelincahanmu yang
biasa? Engkau biasanya lincah jenaka dan tidak
cengeng............"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Akupun tidak cengeng!" Kui Eng berkata dan
membalikkan tubuh, berdiri membelakangi Thian
Ki. "Koko, engkau berangkatlah, pergilah!"
"Eng-moi, jagalah ibu dan suhu baik-baik
selama aku tidak berada di rumah. Nah, Eng-moi,
aku pergi sekarang. Selamat tinggal."
Kui Eng tidak menjawab, bahkan tidak lagi
menengok. Karena mengira bahwa gadis itu tidak
mau melihat dia pergi, Thian Ki melangkah
meninggalkannya. Akan tetapi baru lima langkah,
dia berhenti dan membalikkan tubuhnya. Dia
mendengar tangis tertahan dan ketika dia
menengok, dia melihat gadis itu menangis,
mencoba untuk tidak bersuara, akan tetapi kedua
pundaknya bergoyang-goyang, kepalanya
menunduk dan kedua tangannya menutupi
mukanya.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 20
"Eng-moi..........!" Thian Ki sekali loncat telah
berada di dekat gadis itu dan menyentuh
pundaknya, "Kenapa engkau menangis......?" Suara
Thian Ki terdengar lembut penuh getaran kasih
sayang.
"Koko . ... !" Kui Eng membalik dan merangkul.
Bagaikan tanggul pecah, tangisnya mengguguk dan
ia menempelkan mukanya di dada Thian Ki, kedua
lengannya melingkari pinggang. Ia tidak mampu
mengeluarkan kata-kata, hanya menangis seperti
anak kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian Ki membiarkan saja gadis itu menangis
sepuasnya, karena dia tahu bahwa tangis
merupakan obat paling ampuh untuk melarutkan
segala macam rasa penasaran, kecewa ataupun
duka. Dia merasa betapa dia amat iba dan
menyayang gadis ini. Rasa ibanya lebih banyak
disebabkan karena dia melihat betapa gadis ini
amat mencintanya, namun dia sendiri belum yakin
apakah ada cinta seperti itu di hatinya terhadap
Kui Eng. Dia tidak merasakan desakan nafsu
berahi terhadap Kui Eng. Tidak ada hasrat untuk
mendekat, dan mencumbunya. Yang ada hanyalah
perasaan iba dan ingin menghiburnya agar tidak
berduka.
"Tenanglah, Eng-moi. Kuatkan hatimu dan
hentikan tangismu." setelah tangis gadis itu agak
mereda, Thian Ki berbisik, membujuknya dan
tangannya mengelus rambut kepala yang
bersandar di dadanya itu. Bajunya di bagian dada
terasa basah oleh air mata gadis itu.
"Koko.....aku......aku ingin ikut......" akhirnya
gadis itu dapat berbisik.
Hampir Thian Ki tertawa. Sungguh Kui Eng
masih separti kanak-kanak saja. Kanak kanak
yang manja, pikirnya. "Aih, Eng-moi. Hal itu tidak
mungkin kita lakukan. Suhu dan ibu tentu akan
marah kepada kita."
"Aku takut kehilangan engkau, koko.........aku
tidak akan dapat hidup tanpa engkau di sisiku..."
Thian Ki memejamkan matanya. Hatinya terharu
sekali. Demikian besarkah cinta hati Kui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya? Dia merasa seperti berdosa kalau tidak
membalas cinta kasih yang demikian besarnya.
"Eng-moi, aku pergi bukan untuk selamanya.
Aku pergi untuk melaksanakan tugas yang
diberikan suhu kepadaku. Aku pergi mencari obat,
untuk menyembuhkan diriku. Engkau tinggallah di
rumah. Kalau aku pulang kelak, aku sudah
berhasil mendapatkan Liong-cu-kiam dan sudah
sembuh dari cengkeraman hawa beracun."
Teringat akan keadaan tubuh Thian Ki, Kui Eng
dapat menenangkan hatinya. Ia masih mendekap
tubuh pemuda itu, menengadah dan dengan air
mata masih membasahi pipi dan mata yang
kemerahan oleh tangis, ia menatap wajah pemuda
yang dicintainya itu.
"Koko......aku akan menunggumu di rumah...
semoga engkau berhasil......" Kedua lengannya
melepaskan rangkulan di pinggang, dan iapun
melangkah mundur sampai tiga langkah. Thian Ki
memandang dengan perasaan iba dan sayang.
"Aku pergi, Eng-moi. Jagalah subu dan ibu baikbaik."
Thian Ki lalu membalik dan melangkah
dengan cepatnya meninggalkan Kui Eng yang
masih berdiri seperti patung. Baru setelah
bayangan Thian Ki lenyap di sebuah tikungan jauh
di depan, Kui Eng menghela napas panjang,
menghapus sisa air mata di pipinya, lalu pulang
dengan langkah gontai.
Sepekan kemudian, setelah Thian Ki pergi, Cian
Bu Ong dan Sim Lan Ci berkemas untuk
melakukan perjalanan jauh. Melihat ayah ibunya
berkemas, Kui Eng tentu saja ingin ikut, namun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selalu dilarang oleh ayahnya. Bahkan ketika ia
merengek kepada Sim Lan Ci yang kini dipanggil
subo olehnya, wanita itu menghiburnya dengan
lembut.
"Kui Eng, kami pergi untuk mencarikan obat
bagi Thian Ki. Obat itu hanya terdapat di
pegunungan Himalaya, yaitu Swe-hiat-ang-cio
(Rumput Merah Pencuci Darah). Perjalanan ini
jauh sekali dan sulit, namun aku yakin ayahmu
dan aku akan mampu mendapatkan rumput merah
itu. Engkau jagalah di rumah, Kui Eng. Siapa tahu,
sebelum kami kembali, Thian Ki yang lebih dulu
pulang. Kalau engkau ikut pula dengan kami,
bagaimana kalau Thian Ki pulang?"
Akhirnya, karena bujukan ayahnya dan
subonya, Kui Eng mau ditinggalkan walaupun ia
selalu cemberut. Suami isteri itupun berangkat
meninggalkan dusun, menuju ke barat, ke
pegunungan Himalaya untuk mencarikan obat
pemunah racun yang amat langka itu.
Akan tetapi, orang yang memiliki watak lincah
jenaka dan penuh semangat seperti Kui Eng,
bagaimana mungkin tahan untuk hidup seorang
diri saja di rumah mereka? Apalagi seluruh
penghuni dusun itu kini menganggap ia sebagai
pengganti ayahnya dan selalu melapor kepadanya
kalau terjadi hal-hal yang menyulitkan. Seolah ia
yang menggantikan ayahnya menjadi kepala
dusun! Hanya satu bulan saja ia dapat bertahan.
Setelah hatinya tidak dapat menahannya lagi, ia
mengumpulkan para pemuka dan sesepuh dusun
itu, meninggalkan pesan bahwa ia akan pergi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyusul Thian Ki dan menyerahkan
kepengurusan dusun itu kepada mereka. Juga ia
menyerahkan perawatan rumah keluarganya
kepada para pelayan. Setelah itu, Kui Eng
meninggalkan dusun, menggendong sebuah
buntalan pakaian dan bekal uang yang cukup. Ia
ingin mencari Thian Ki.!
-ooo0dw0ooo-
"Suhu dan bibi, tecu (murid) telah menerima
budi yang berlimpah dari ji-wi (anda berdua).
Sampai matipun teecu tidak akan melupakan budi
itu dan kalau teecu tidak sempat membalasnya,
teecu hanya berdoa semoga Tuhan yang akan
membalas budi kebaikan ji-wi kepada teecu."
Pemuda berusia duapuluh dua tahun itu
bertubuh tinggi tegap, wajahnya tampan dan dari
pakaian dan bentuk rambutnya, juga kuku jari
tangannya, dapat diketahui bahwa dia seorang
pemuda yang pandai menjaga diri, nampak rapi
dan anggun, walaupun pakaiannya terbuat dari
kain yang sederhana. Terutama sepasang mata
pemuda itu yang membayangkan bahwa dia bukan
pemuda biasa. Sepasang matanya bersinar tajam
dan kadang mencorong seperti mata seekor naga
dalam dongeng, dan pembawaannya lembut dan
sopan. Hanya ada satu hal yang membuat orang
berhati-hati menghadapinya, yaitu senyumnya.
Mulut yang bentuknya bagus itu selalu dibayangi
senyum yang sinis, seperti orang yang selalu
mengejek orang lain, selalu memandang rendah
orang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu memang bukan pemuda biasa. Dia
adalah murid pendekar sakti Si Han Beng yang
berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai
Kuning). Dia bernama The Siong Ki, murid tunggal
pendekar besar itu. Seperti telah diceritakan di
bagian depan, The Siong Ki adalah putera
mendiang The Ci Kok, seorang anggota Hek houw
pang yang ikut tewas ketika perkumpulan itu
diserbu oleh kaki tangan Pangeran Cian Bu Ong,
yang menganggap Hek-houw-pang sebagai musuh,
karena perkumpulan itu membantu kerajaan baru
Tang. The Siong Ki kemudian pergi mencari Huangho
Sin-liong Si Han Beng yang tinggal di dusun
Hong-cun tepi sungai Huang-ho dan menjadi murid
pendekar besar ini.
Seperti kita ketahui, Si Han Beng dan isterinya,
Bu Giok Cu yang dalam hal ilmu kepandaiannya
sedikit di bawah tingkat suaminya, memiliki
seorang anak saja, yaitu Si Hong Lan. Akan tetapi
dalam usia dua tahun, anak mereka itu diculik dan
dilarikan oleh Kwa Bi Lan, janda mendiang Sintiauw
Liu Bhok Ki dengan ancaman bahwa kalau
suami isteri itu mencari anak mereka, anak itu
akan dibunuhnya.
Semenjak kehilangan anak mereka itulah, Si
Han Beng dan isterinya mencurahkan perhatian
mereka kepada The Siong Ki. Anak laki-laki yang
menjadi murid mereka ini memang seorang yang
pandai membawa diri, rajin dan taat sehingga
mereka menyayanginya. Bahkan kalau tadinya Bu
Giok Cu tidak mau mengajar silat kepadanya,
hanya Si Han Beng yang mengajarnya, karena
suami isteri itu tidak ingin murid ini kelak lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandai daripada anak mereka, setelah Si Hong Lan
diculik orang, maka Bu Giok Cu akhirnya juga
menurunkan beberapa ilmu pukulan yang khas
kepada murid suaminya itu. Hanya saja, mentaati
perintah gurunya pada saat dia diangkat murid,
Siong Ki sampai sekarang tidak berani menyebut
subo (ibu guru) kepada Bu Giok Cu, melainkan
menyebutnya bibi. Sebutan kepada suami isteri itu
bukan suhu dan subo melainkan suhu dan bibi.
Siong Ki memang pandai membawa diri. Selalu
sopan, halus dan bukan saja dalam ilmu silat,
bahkan ketika diajar ilmu kesusasteraan, diapun
rajin dan berbakat sekali. Karena sikapnya yang
selalu baik itulah maka dua orang gurunya
semakin sayang kepadanya, dan diam-diam
menaruh harapan agar kelak murid mereka itu
yang akan mampu mempertemukan mereka
dengan anak mereka kembali.
Pagi hari itu, suami isteri pendekar itu
memanggil murid mereka menghadap dan mereka
menyatakan bahwa sudah tiba saatnya bagi Siong
Ki untuk terjun ke dalam dunia ramai dan
memanfaatkan semua ilmu yang pernah
dipelajarinya dari kedua orang suami isteri itu.
Setelah mendengar pernyataan kedua orang
gurunya itu, Siong Ki sambil berlutut menyatakan
terima kasihnya dengan kata-kata seperti tadi.
Mendengar ucapan murid mereka, suami isteri itu
saling pandang dan wajah mereka berseri. Pemuda
itu memang pandai menyenangkan hati mereka,
selalu bersikap sopan penurut dan juga halus
tutur sapanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siong Ki, antara guru dan murid tidak ada yang
dinamakan hutang budi. Sudah menjadi
kewajibanku sebagai gurumu untuk mendidikmu
sebaik mungkin, dan sudah menjadi kewajibanmu
sebagai muridku untuk mentaati semua petunjuk
dan pesanku. Ingat, kami mengajarkan ilmu silat
kepadamu bukan dengan maksud agar engkau
menjadi kuat untuk membalas dendam. Apa yang
terjadi menimpa keluarga Hek-houw-pang adalah
akibat dari adanya perang saudara, tergantinya
dinasti Kerajaan Sui menjadi Kerajaan Tang."
"Teecu mengerti, suhu. Sudah sering suhu dan
bibi menasihatkan teecu agar tidak memikirkan
lagi tentang akibat perang saudara yang
mendatangkan malapetaka kepada keluarga Hek
houw pang. Teecu tidak mendendam kepada
siapapun, akan tetapi bagaimana teecu dapat
mendiamkan saja kalau mendengar seorang tokoh
Siauw-lim-pai yang merupakan aliran persilatan
paling besar dan terkenal mempunyai tokoh-tokoh
pendekar perkasa dan budiman, melakukan
perbuatan jahat, membantu pemberontak
menyerbu Hek-houw-pang dan menyebar maut
kepada orang-orang yang tidak berdosa?"
Suami isteri itu saling pandang. Mereka teringat
akan cerita murid mereka ketika pertama kali
datang kepada mereka. Anak itu menceritakan
tentang malapetaka yang menimpa keluarga Hekhouw-
pang, dan menceritakan pula
pendengarannya bahwa yang melakukan
penyerbuan dan pembunuhan di dusun Ta-buncung
itu, antara lain adalah pendekar Siauw-limpai
yang bernama Lie Koan Tek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siong Ki, ketahuilah bahwa engkau harus dapat
membedakan antara orang yang sengaja berbuat
jahat dan melakukan pembunuhan karena demi
kepentingan pribadinya, seperti para perampok,
penindas dan sebagainya yang memang
merupakan orang-orang jahat, dan orang yang
terpaksa melakukah pertempuran dan mungkin
pembunuhan yang terjadi dalam perang. Kami
mengenal siapa pendekar Lie Koan Tek itu. Dia
seorang pendekar besar, dan kami tidak pernah
mendengar dia melakukan kejahatan, bahkan
selalu menentang kejahatan. Kalau dia sampai ikut
menyerbu dan mungkin saja membunuh ayahmu
yang melakukan perlawanan, hal itu terjadi dalam
pertempuran yang terkendali oleh pemberontakan,
oleh perang, bukan karena urusan pribadi. Kalau
dendam berlarut-larut dibiarkan merajalela dan
menguasai hati manusia, mungkin sekarang ini
tidak ada orang yang tidak mendendam kepada
orang atau bangsa lain. Dalam perang, sejak
dahulu, entah berapa juta orang yang tewas. Kalau
semua keturunan mereka mendendam, betapa
dunia ini akan penuh dengan dendam."
"Suhu, apakah kalau begitu membunuh banyak
orang dalam perang tidak merupakan dosa? Teecu
seringkali merasa heran mengapa kalau di waktu
perang, seseorang membunuhi banyak sekali orang
yang tidak dikenalnya sama sekali, yang tidak
mempunyai urusan pribadi dengan dia, orang itu
bahkan dipuji sebagai pahlawan yang gagah
perkasa. Sebaliknya di luar perang, kalau ada
orang membunuh orang lain, biar dengan alasan
yang kuat sekalipun, karena urusan pribadi, orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dikutuk, ditangkap dan dijatuhi hukuman?
Berbedakah membunuh dalam perang dengan
membunuh di luar perang?"
Si Han Beng tersenyum dan menganggukangguk,
ia sendiri dahulu sudah sering
memikirkan hal ini dan berbincang dengan banyak
orang cerdik pandai dan bijaksana mengenai
perang.
"Pembunuhan adalah tetap pembunuhan, dalam
bentuk apapun dan dalam keadaan apapun, Siong
Ki. Perang antar golongan, antar bangsa hanya
merupakan pembesaran, perluasan dan
perkembangan daripada perang dalam diri pribadi
dan antar manusia. Urusan pribadi berkembang
menjadi urusan golongan, urusan antar bangsa
dan selanjutnya. Manusia dikuasai nafsu dan
nafsu dengan liciknya, dengan berbagai tipu
muslihat, membuat manusia mengejar tujuan
dengan menghalalkan segala cara. Perang
merupakan suatu cara untuk mencapai sesuatu.
Ada yang berperang untuk meluaskan daerah
kekuasaan, perang untuk memaksakan kehendak
demi keuntungan negaranya, perang untuk
mempertahankan kehormatan dan harga diri,
perang untuk membela diri dari serangan musuh,
dan masih banyak lagi. Namun, semua alasan itu
mengakibatkan malapetaka yang amat
menyedihkan, yaitu membuat manusia menjadi
buas, saling bunuh. Dalam perang, seorang
perajurit hanya mengenal dua hal, dibunuh atau
membunuh. Tentu saja setiap orang tidak ingin
dibunuh, walaupun untuk itu harus membunuh!
Dan itu sudah menjadi tugas seorang perajurit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau seorang yang berpihak pada suatu golongan
atau pemerintahan. Nah, jelas sekali perbedaan
sifatnya dari pembunuhan karena urusan pribadi,
bukan? Pembunuhan dalam perang melibatkan
seluruh pemerintahan dan negara, maka tidak ada
hukumannya. Kalau si pembunuh dihukum, tentu
pemerintahnya yang dihukum, karena pemerintah
yang menyuruh dia berperang dan membunuh,
padahal yang membuat dan melaksanakan hukum
adalah pemerintah sendiri. Sedangkan membunuh
di luar perang, berarti karena urusan pribadi dan
melanggar hukum pemerintah."
Siong Ki mengangguk-angguk mengerti. "Harap
suhu dan bibi jangan khawatir. Teecu tidak
mendendam kepada Lie Koan Tek, melainkan
hanya penasaran mengapa seorang pendekar
diperalat oleh pemberontak. Teecu akan
melakukan penyelidikan. Kalau memang benar dia
bukan orang jahat, dan seorang pendekar, tentu
teecu tidak akan mengganggunya. Akan tetapi
kalau dia penjahat, sudah menjadi kewajiban teecu
untuk membasminya."
Si Han Beng tersenyum. "Bukan hanya Lie Koan
Tek seorang yang harus kautentang, melainkan
semua bentuk kejahatan. Akan tetapi jangan
mencari musuh, jangan terlalu usil. Tidak mungkin
engkau seorang diri hendak membasmi semua
kejahatan, karena di dunia ini, jauh lebih banyak
terdapat orang jahat dari pada yang baik.
Kejahatan memang sudah menjadi sebagian dari
keadaan manusia. Engkau sudah banyak
mendengar tentang itu dari kami, Siong Ki. Mudahmudahan
saja engkau akan menjadi seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar yang tidak akan memalukan kami
sebagai gurumu."
"Teecu akan selalu mengingat semua petunjuk
dan nasehat suhu dan bibi," kata Siong Ki.
"Siong Ki, ada satu hal yang kami ingin engkau
melakukannya untuk kami," kata Bu Giok Cu tibatiba.
Siong Ki mengangkat muka memandang wajah
isteri suhunya itu. Wajahnya berseri dan pandang
matanya penuh semangat. Dia akan merasa girang
sekali kalau dapat melakukan sesuatu untuk guru
dan bibinya.
"Teecu akan melakukan segalanya untuk suhu
dan bibi, biarpun untuk itu teecu harus
mempertaruhkan nyawa teecu!"
"Kami ingin engkau mencari dan menemukan
kembali adikmu Lan Lan!" kata wanita itu dan
pandang matanya berubah menjadi sayu.
"Bibi, hal itu tidak pernah teecu lupakan! Sejak
sumoi (adik seperguruan) Hong Lan diculik, teecu
selalu ingat kepadanya dan sebetulnya, sejak dulu
teecu sudah mempunyai tekad untuk mencarinya
sampai dapat dan mengajaknya kembali kepada
suhu dan bibi!" suara pemuda itu penuh semangat,
sehingga menggembirakan hati suami isteri itu.
"Teecu tidak akan pernah melupakan wanita
penculik bernama Kwa Bi Lan itu!"
"Siong Ki, engkau hanya kami tugaskan mencari
Lan Lan, bukan untuk memusuhi Kwa Bi Lan.
Ingat, engkau tidak boleh memusuhinya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, suhu. Akan tetapi sikap suhu dan bibi
sungguh amat aneh. Sudah jelas bahwa Kwa Bi
Lan mendatangkan kedukaan dalam kehidupan
suhu berdua. Ia sudah menculik adik Lan Lan
sejak ia berusia dua tahun sampai sekarang. Akan
tetapi, suhu dan bibi yang memiliki ilmu
kepandaian tinggi tidak pernah melakukan
pengejaran dan pencarian, dan sekarang, setelah
teecu hendak mencarinya, suhu memesan agar
teecu tidak memusuhi penculik itu. Bukankah ia
sudah melakukan hal yang amat jahat, suhu?"
"Hemm, engkau tidak tahu, Siong Ki. Kwa Bi Lan
itu adalah murid Siaw-lim-pai pula, dan ia adalah
isteri guruku yang pertama. Ia masih keponakan
dari pendekar Siauw-lim-pai Lie Koan Tek yang kau
sebut-sebut tadi. Ia seorang pendekar wanita yang
gagah perkasa, sama sekali bukan penjahat. Kalau
ia membawa pergi Lan Lan, hal itu ia lakukan
bukan karena ia jahat, melainkan persoalan
pribadi antara ia dan aku yang tidak perlu
diketahui orang lain. Nah, sekarang berjanjilah
bahwa engkau akan mencari Lan Lan sampai dapat
kautemukan, kemudian mengusahakan agar ia
dapat kauajak pulang, tanpa mengganggu dan
memusuhi Kwa Bi Lan."
Siong Ki menundukkan mukanya. "Baiklah,
suhu dan bibi, teecu berjanji akan menemukan
sumoi Hong Lan dan mengajaknya pulang tanpa
memusuhi Kwa Bi Lan. Sebelum itu, teecu hendak
berkunjung dulu ke Ta-bun-cung. mengunjungi
keluarga Hek-houw-pang dan bersembahyang di
makam ibu dan ayah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang seharusnya begitu," kata Si Han Beng.
"Engkaupun harus tahu bahwa Hek-houw-pang
adalah perkumpulan orang gagah. Oleh karena itu,
mengingat bahwa mendiang ayahmu adalah murid
dan tokoh Hek-houw-pang pula, maka sudah
sepantasnya kalau engkaupun ikut membantu dan
mendorong kemajuan Hek-houw-pang agar nama
keluarga Hek-houw-pang terangkat."
"Siong Ki, kau bawalah pedangku Seng-kangkiam
(Pedang Baja Bintang) ini. Pedangku ini
sudah membuat banyak jasa ketika aku masih
merantau di dunia kang-ouw. Bawalah pedangku
ini untuk membantumu mencari Lan Lan sampai
dapat dan kelak kembalikan pedang ini kepadaku
bersama Lan Lan," kata Bu Giok Cu sambil
menyerahkan sebatang pedang dengan sarung dan
gagang yang terukir indah.
Siong Ki terkejut dan girang. Tentu saja dia
mengenal pedang isteri gurunya itu. Sebatang
pedang pusaka yang amat ampuh walaupun
pedang itu tidak tajam. Pedang itu tumpul karena
sukar untuk menajamkan baja yang berasal dari
bintang itu. Namun, segala macam senjata dari
logam apapun tidak ada yang mampu menandingi
baja bintang itu dalam hal kekuatannya. Dia
menerima pedang itu dengan sikap menghormat.
Kemudian, setelah menerima banyak nasehat
dari Si Han Beng dan Bu Giok Cu, membawa pula
bekal uang dan pakaian dalam buntalan kain
kuning, berangkatlah Siong Ki meninggalkan
dusun Hong-cun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siong Ki yang enambelas tahun yang lalu datang
sebagai anak berusia enam tahun yang berpakaian
compang-camping, kini meninggalkan dusun itu
sebagai seorang pemuda tinggi tegap dan tampan
gagah, berpakaian sederhana namun rapi,
melangkah dengan tegap meninggalkan tempat di
mana selama belasan tahun dia dibesarkan. Di
sepanjang jalan, setiap orang yang dijumpainya
menyapanya dengan hormat dan dibalas dengan
ramah oleh pemuda itu. Semua penghuni dusun
itu sudah mendengar belaka bahwa pemuda yang
mereka kagumi itu kini meninggalkan dusun
untuk pergi merantau.
-ooo0dw0ooo-
Dusun Ta-bun-cung kini menjadi dusun yang
besar dan ramai seperti sebuah kota saja. Hal ini
berkat kemajuan yang dicapai Hek-houw-pang di
bawah pimpinan Lai Kun. Hek houw-pang telah
mempunyai perusahaan pengawal barang yang
bergerak dari kota-kota yang berdekatan ke
seluruh kota, baik yang berjarak dekat maupun
jauh. Dan berkat adanya surat penghargaan dari
Kaisar, maka boleh dibilang pengawalan mereka
tidak pernah ada yang berani mengganggu. Kini
dusun itu menjadi ramai karena didatangi banyak
pedagang yang hendak mengirim barang melalui
pengawalan Hek-houw-pang. Sebagai pangkalan
pengiriman barang, maka dusun itu kini
membangun, banyak sudah didirikan rumah
penginapan dan rumah makan, disamping tokoTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
toko sehingga dusun yang tadinya sunyi itu kini
menjadi sebuah kota.
Lai Kun adalah seorang murid Hek-houw-pang
yang beruntung. Ketika terjadi malapetaka
menimpa Hek-houw-pang, dia sendiri belum
berkeluarga dan diapun dapat meloloskan diri
tidak menjadi korban serbuan anak buah Pangeran
Cian Bu Ong. Kini, setelah dia diangkat menjadi
ketua Hek-houw-pang dan berhasil membuat
perkumpulan itu maju pesat, diapun tidak
melupakan keluarga pimpinan Hek-houw-pang
yang telah terbasmi pemberontak. Dia membangun
tanah kuburan menjadi indah dan bersih, dan
diapun terkenal dermawan, siap menolong warga
dusun yang sedang ditimpa kesulitan hidup,
sehingga bukan saja Hek-houw-pang yang terkenal
maju, juga nama Lai Kun sebagai ketuanya
menjadi harum dan dihormati orang.
Pada suatu sore, di tanah kuburan yang sunyi
itu nampak seorang gadis bersimpuh di depan
sebuah makam. Gadis itu tidak menangis, hanya
duduk bersimpuh seperti dalam samadhi, sampai
lebih dari sejam lamanya. Ia seorang gadis yang
amat cantik, dan tubuhnya diselimuti jubah luar
yang lebar dan panjang, menutupi leher dan kedua
pundaknya, sehingga kedua tangannya tidak
nampak. Hanya wajahnya saja yang nampak, kulit
mukanya putih mulus kemerahan dilatar belakangi
rambut hitam dan jubah yang kebiruan. Sebuah
buntalan dengan kain hijau terletak di dekatnya.
Dari buntalan ini saja mudah diduga bahwa ia
tentulah bukan penduduk Ta-bun-cung, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendatang dari yang membawa bekal pakaian
dalam buntalan itu.
Setelah senja tiba dan matahari sudah condong
jauh ke barat, gadis itu bergerak bangkit dan
berbisik di depan makam itu. "Ayah, tenangkan
dirimu, ayah, aku akan mencari ibu sampai
dapat......" Lalu ia meninggalkan makam,
menjinjing buntalan kain hijau dan memasuki
jalan raya yang ramai di dusun Ta-bun-cung itu.
Tak lama kemudian, nampak gadis itu sudah
duduk di dalam sebuah rumah makan besar yang
berada di tepi jalan raya. Lampu-lampu gantung
sudah dinyalakan dan ruangan rumah makan itu
cukup terang. Juga ruangan itu luas, terdapat
belasan meja dikelilingi bangku. Namun, hari
masih terlalu sore untuk makan malam dan sudah
terlalu sore untuk makan siang sehingga tidak
banyak dikunjungi tamu. Hanya ada tiga meja yang
dihadapi tamu, meja pertama adalah meja gadis itu
yang berada di paling ujung sebelah dalam, lalu
meja ke dua dihadapi dua orang laki-laki setengah
tua yang nampaknya adalah pedagang-pedagang
pendatang dari luar kota, sedangkan meja ke tiga
dihadapi empat orang laki-laki muda berusia
antara duapuluh lima sampai tigapuluh tahun.
Mereka berempat itu sudah berada di sana ketika
gadis bermantel biru itu masuk, dan sejak gadis itu
masuk, tingkah empat orang muda itu menjadi
berbeda.
Agaknya sudah menjadi sifat atau watak semua
kaum pria di seluruh dunia ini. Setiap kali ada
serombongan pria berkumpul, lalu muncul wanita,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apalagi kalau wanita itu cantik, maka terjadilah
perubahan yang aneh pada rombongan pria itu.
Kalau kita mengamati tanpa melibatkan diri
sebagai orang luar, maka kita akan melihat
perubahan yang aneh dan lucu. Pandang mata,
gerak-gerik, bahkan suara serombongan pria itu
akan berbeda sama sekali dengan ketika tadi
mereka bercakap-cakap sebelum ada wanita cantik
yang muncul. Begitu ada wanita muncul, maka
gerak-gerik, pandang mata dan suara mereka itu
menjadi tidak wajar lagi, dibuat-buat atau setidaktidaknya
ada suatu lagak tertentu yang mungkin
tidak mereka sadari sendiri. Tanpa mereka sengaja,
pandang mata mereka selalu melirik ke arah si
wanita seperti tertarik oleh sembrani, senyum
mereka semakin sering dan suara mereka meninggi
menuntut perhatian. Kalau kita meneliti keadaan
setiap mahkluk jantan, melihat lagak setiap jantan
kalau melihat betina, maka rasa aneh itu akan
lenyap. Agaknya memang begitulah pembawaan
sifat jantan kalau melihat betina. Sebaliknya,
walaupun lebih halus dan tidak kentara, ada
perasaan timbal balik bagi si betina kalau
diperhatikan pria. Sang jantan terdorong untuk
menggoda dan memuji, sang betina condong untuk
ingin digoda dan dipuji, asalkan sifatnya sopan dan
tidak kurang ajar. Bahkan pria yang wataknya alim
sekalipun, tak dapat terbebas sama sekali dan
biarpun dengan sikap yang alim, dia menentang
gejolak perasaannya sendiri, tetap saja sang mata
ingin melirik dan sang mulut ingin tersenyum
segagah-gagahnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Empat orang pemuda itu agaknya memiliki
keberanian yang lebih, atau juga memang mereka
itu terbiasa mengganggu wanita dengan cara yang
tidak sopan. Dan lingkunganpun mempengaruhi
pembawaan setiap pria. Kalau seorang di antara
empat pemuda itu berada di situ seorang diri saja,
kiranya belum tentu dia akan berani menganggu,
atau andaikata dia tertarikpun tentu akan
membatasi diri dengan kerling dan senyun
memikat saja. Akan tetapi, sekali seorang pemuda
berkumpul dengan kawan-kawannya,
keberaniannya akan meningkat berlipat ganda.
Semakin banyak jumlah kawan, semakin beranilah
dan agaknya keberanian mereka digabungkan dan
dipergunakan oleh mereka!
"Aduh, bukan main cantiknya!"
"Hemmn, kulit mukanya begitu putih, halus
mulus, apalagi bagian badan yang lain!"
"Kalau aku, yang paling hebat adalah matanya.
Seperti sepasang bintang kejora!"
"Tidak, hidungnya lebih hebat. Lihat, kecil
mancung dan lucu!"
"Salah semua. Lihat bibirnya! Merah segar tanpa
gincu. Betapa nikmatnya kalau diciumi."
Bermacam-macam ucapan empat orang pemuda
itu. Jelas ditujukan kepada gadis itu karena secara
terang-terangan dan menantang mereka
memandang ke arah gadis itu. Sikap dan tingkah
laku mereka, ucapan mereka, sempat membuat
dua orang tamu setengah tua yang duduk di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan itu geleng-geleng kepala, akan tetapi
mereka tidak berani mencampuri.
Tentu saja gadis itu tahu akan itu semua. Akan
tetapi sikapnya dingin saja, acuh dan seola'h-olah
tidak melihat dan tidak mendengar sesuatu.
Bahkan pandang matanya biasa saja, tetap tenang
ketika pelayan menghampirinya untuk menerima
pesanan makanan. Iapun hanya memesan nasi dan
dua macam sayuran, tidak memesan arak
melainkan minuman ringan dari buah. Setelah
pelayan menerima pesanan dan pergi, iapun duduk
diam seperti melamun, kedua tangan tetap
bersembunyi di dalam jubah luar dan buntalan
kain hijau itu kini terletak di atas meja.
Kalau hanya ada seorang saja di antara para
pemuda itu yang berakal sehat, tentu sikap diam
dari gadis itu membuat mereka mundur. Seorang
laki-laki yang sendirian, kalaupun berani
mengganggu wanita, kalau didiamkan saja dan
tidak ditanggapi, diapun akan mundur. Akan
tetapi, empat orang pemuda itu agaknya malah
semakin penasaran. Mereka adalah pemudapemuda
yang ganteng dan kaya, biasanya hampir
tidak pernah ada wanita yang tidak merasa bangga
kalau mereka puji dan dekati. Akan tetapi gadis
yang satu ini demikian dingin dan menganggap
mereka seperti empat ekor lalat saja!
Sikap ini sungguh membuat mereka penasaran
sekali. Kalau gadis itu memperlihatkan sikap
marah atau malu, atau memaki mereka dengan
kata-kata, dengan pandang mata melotot, dengan
cemberut, hal itu sudah akan memuaskan hati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka, merupakan hasil kenakalan mereka. Akan
tetapi didiamkan saja seperti itu, dilirikpun tidak,
membuat mereka merasa diri kecil tak berarti.
"Hai, jangan-jangan si cantik ini tuli!"
"Atau mungkin juga gagu."
"Aduh sayang sekali kalau begitu. Cantik-cantik
gagu dan tuli."
"Aih, gagu dan tuli juga tidak apa-apa, malah
asyik tidak usah banyak bicara."
Mereka mengganggu terus dan sama sekali tidak
diperdulikan gadis itu sampai makanan yang
dipesan gadis itu tiba. Pelayan menaruh semua
pesanan ke atas meja dan mempersilakan gadis itu
makan dengan sikap sopan seperti biasa, karena
semua pelayan di situ diharuskan bersikap sopan
kepada semua langganan dengan ancaman dipecat
kalau berlaku tidak patut.
Gadis itu mengangguk, dan tanpa
memperdulikan empat orang pemuda yang terus
menggodanya dengan pandang mata dan katakata,
ia mengeluarkan kedua lengannya dari balik
jubah untuk mulai makan.
Empat orang pemuda itu terbelalak ketika
melihat betapa lengan kiri gadis cantik itu buntung
sebatas pergelangan. Lengan kiri itu tidak
mempunyai tangan dan ujung lengan itu dibalut
kain putih yang bersih, nampak tersembul sedikit
dari lengan baju!
"Wah, tangannya buntung!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aduh sayang........begitu cantik manis tangan
kirinya buntung!"
"Wah, kalau ia tuli, gagu dan buntung, cacatnya
terlalu banyak!"
"Aihhh, ia tetap cantik manis, dan dengan satu
tanganpun ia akan dapat membelaiku!"
Gadis itu memang buntung tangan kirinya, ia
adalah Kam Cin atau Cin Cin, gadis murid Tunghai
Mo-li Bhok Sui Lan. Seperti telah diceritakan di
bagian depan, gadis ini mendapat tugas dari
gurunya untuk mencari dan membunuh Cian Bu
Ong. Ia memang telah dapat menemukan musuh
besar gurunya itu, namun ia gagal membunuh
Cian Bu Ong, bahkan ia dikalahkan. Ketika Thian
Ki mencampuri, ia menyerang Thian Ki dan
mencengkeram pundak Thian Ki dengan tangan
kirinya. Ternyata cengkeraraman ini bahkan
membuat tangan kirinya keracunan hebat dan
Thian Ki lalu membabat putus tangannya itu. Rasa
nyeri di lengannya tidaklah sehebat rasa nyeri di
hatinya. Ia dikalahkan Cian Bu Ong, dikalahkan
Thian Ki bahkan kehilangan tangan kiri yang
menjadi buntung. Sakit sekali rasa hatinya dan ia
merasa malu untuk pulang menemui gurunya,
malu untuk menceritakan kekalahannya. Tidak, ia
tidak akan merengek kepada gurunya.
Dia harus membuat persiapan sendiri, untuk
menuntut balas, sekali ini bukan hanya untuk
menuntut dendam gurunya, melainkan dirinya
sendiri pula. Ia akan menantang Cian Bu Ong
sebagai wakil gurunya, dan akan menantang Thian
Ki untuk diri sendiri. Demikianlah, dengan lengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buntung dan hati terluka, gadis itu pergi ke dusun
Ta-bun-cung, bukan hanya untuk bersembahyang
di depan kuburan ayahnya, akan tetapi juga untuk
mendengar tentang ibunya, untuk berkunjung
kepada semua warga Hek-houw-pang dan terutama
sekali untuk pergi mencari keterangan tentang
paman gurunya, Lai Kun. Ia masih.mempunyai
perhitungan besar dengan paman gurunya yang
pernah menipunya dan menjualnya kepada rumah
pelacuran di kota Ji-goan itu! Inilah sebabnya
mengapa pada sore hari ini Cin Cin muncul di
tanah kuburan dusun Ta-bun-cung, kemudian
makan di rumah makan itu sebelum berkunjung
ke Hek-houw-pang. Ia merasa kagum dan
terheran-heran melihat dusunnya yang dulu sepi
itu kini menjadi sebuah kota yang ramai.
Tadi ketika menghadapi empat orang pemuda
yang menggodanya, ia tidak perduli dan diam saja.
Akan tetapi, kini mereka menyinggung tentang
buntungnya tangan kirinya! Mereka telah
menyentuh kehormatan dirinya! Cin Cin
meletakkan sumpitnya dan menoleh ke arah kiri,
ke arah meja dimana empat orang pemuda itu
masih tertawa-tawa memandang dan
menggodanya.
Melihat gadis cantik itu menoleh dan
memandang kepada mereka, empat orang itu
semakin gembira dan memberi tanda dengan
kedipan mata ke arah Cin Cin, lagak mereka
kurang ajar sekali.
"Kalian jahanam-jahanam kecil! Pergilah dan
jangan menggangguku atau terpaksa aku akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghajar kalian!" kata Cin Cin dengan suara
dingin dan sikap tenang, namun sepasang matanya
mencorong.
Dimaki dengan suara keras oleh gadis buntung
itu, tentu saja empat orang pemuda itu menjadi
marah. Dua orang tamu dan juga para pelayan
mendengar betapa mereka dimaki, dan hal ini
sungguh merendahkan nama mereka.
Si hidung bengkok yang agaknya menjadi
pimpinan mereka, segera bangkit berdiri dan
menyeringai. "Heh-heh, nona buntung tapi manis.
Jangan bicara sembarangan. Kami adalah para
anggota Hek-houw-pang yang terkenal di seluruh
penjuru dunia. Kami bahkan musuh para jahanam
yang jahat!"
Pemuda ke dua yang berkumis tipis menyeringai
pula. "Nona manis, kami hanya ingin bersahabat
denganmu. Mari kita bersenang-senang, nona.
Kami akan menyuguhkan makanan enak dan
engkau akan minta apa saja, tentu kami penuhi
asal engkau bersikap manis kepada kami, ha-haha!
Tiga orang temannya juga tertawa karena
mereka semua sudah setengah mabok.
Mendengar bahwa mereka anak buah Hek-houwpang,
Cin Cin menjadi semakin marah. "Empat
orang bajingan kecil macam kalian ini mengaku
anggota Hek-houw-pang? Kalian tidak pantas
menjadi murid Hek-houw-pang, pantasnya menjadi
anggota gerombolan penjahat kecil! Pergilah
sebelum habis kesabaranku!"
Empat orang itupun menjadi marah karena
malu. Mendengar makian yang dilontarkan gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu kepada mereka. Mereka segera bangkit dan
menghampiri meja Cin Cin, mengurung meja itu
dengan mulut menyeringai dan bau arak. Si hidung
bengkok berkata sambil mendekatkan mukanya
pada wajah gadis itu.
"Engkau berani menghina kami murid-murid
Hek-houw-pang! Kalau engkau tidak minta maaf
dan memberi ciuman kepada kami masing-masing
satu kali, engkau tidak boleh pergi dari tempat ini!"
"Jahanam, sudah kuperingatkan kalian!" Cin Cin
membentak dan tanpa bangkit berdiri, tangannya
yang kanan bergerak dan tubuhnya dicondongkan
ke arah mereka. Cepat sekali tangan itu bergerak
empat kali dan terdengar suara tamparan keras
yang membuat empat orang itu terpelanting
dengan pipi membengkak merah!
Tentu saja mereka menjadi semakin marah dan
penasaran. Mereka adalah jagoan-jagoan Hekhouw-
pang, dan begitu mudahnya mereka kena
ditampar sampai terpelanting. Mereka berempat
adalah anggota-anggota baru dari Hek-houw-pang,
maka tidak saling mengenal dengan Cin Cin,
apalagi karena Cin Cin baru berusia lima tahun
ketika meninggalkan dusun itu. Dengan marah
sekali mereka mencabut sebatang pisau belati yang
selalu terselip di pinggang mereka. Melihat ini,
pengurus rumah makan segera menghampiri dan
memberi hormat.
"Harap saudara sekalian jangan membikin ribut
di rumah makan kami dan suka memaafkan nona
ini. Atau kalau hendak berkelahi, harap keluar dari
sini......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa kau bilang? Engkau hendak mencampuri
dan membela perempuan jahat ini? Ia tentu
seorang penjahat yang sengaja hendak mengacau
di sini. Kami harus menangkapnya dan
menyeretnya ke Hek-houw-pang untuk diperiksa
oleh pimpinan kami!" bentak si hidung bengkok.
Kemudian dia memandang kepada Cin Cin dan
membentak marah. "Bocah sombong, cepat engkau
menyerah untuk kami tangkap sebelum kami
terpaksa mempergunakan senjata dan melukaimu!"
"Kita buntungi saja tangan kanannya agar ia
tidak suka menampari orang lagi!" kata orang ke
dua, disambut geraman setuju oleh yang lain.
Mereka mendesak maju dengan sikap mengancam
dan muka beringas. Pengurus rumah makan
menjadi ketakutan dan diapun mundur,
berkelompok dengan pelayan yang memandang
dengan hati tegang dan takut kalau-kalau gadis
tamu itu akan kehilang tangan yang tinggal satu
itu.
Cin Cin bangkit berdiri. Nampak tubuh yang
langsing dan kini baru pertama kalinya mulutnya
tersenyum, senyum sinis sekali. Bangkit
semangatnya yang tadinya hampir padam karena
kegagalannya membalas dendam, bahkan ia
kehilangan kirinya dan kini bangkit
kegembiraannya hendak memberi hajaran kepada
empat orang tak tahu diri ini.
"Bagus, kalau kalian ingin merasakan
bagaimana kalau kehilangan sebelah tangan,
majulah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ditantang demikian, empat orang itu marah dan
merekapun menyerang dengan pisau mereka.
Nampak empat sinar berkilauan ketika empat
orang pemuda itu menggerakkan pisau. Mereka
seperti hendak berebut dulu untuk membuntungi
tangan kanan gadis yang telah menghina mereka di
tempat umum.
Bayangan Cin Cin berkelebatan di antara
sambaran empat batang pisau dan tiba-tiba saja ia
berhasil merampas sebatang pisau, kemudian
dengan gerakan yang luar biasa cepatnya,
pisaunya menyambar-nyambar tanpa dapat
ditangkis atau dielakkan empat orang pemuda itu.
Mereka berteriak keras satu demi satu dan
terhuyung ke belakang, tangan kanan memegangi
lengan kiri yang telah buntung pada pergelangan
tangan itu! Darah bercucuran dan empat buah
tangan menggeletak di atas lantai! Empat orang itu
mengaduh-aduh dan mereka yang melihat
peristiwa itu merasa ngeri. Ternyata dalam waktu
yang amat singkat, gadis itu telah membuntungi
tangan kiri empat orang pemuda itu.
"Nah, tidak cepat pergi? Apakah kalian minta
dibuntungi leher kalian?" bentak Cin Cin sambil
melempar pisau rampasannya ke atas meja dan
menancap sampai ke gagangnya di meja bekas
meja mereka itu.
Empat orang pemuda itu kini menjadi ketakutan
dan kesakitan. Baru sekarang mereka menyadari
bahwa mereka berhadapan dengan gadis buntung
yang memiliki ilmu kepandaian hebat bukan main.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka telah kehilangan tangan kiri dan tentu
saja mereka menjadi berduka dan marah sekali.
Mereka lalu lari keluar untuk melapor kepada
pimpinan mereka agar membalaskan dendam
mereka kepada gadis itu. Cin Cin berseru."Heei,
jangan lupa bawa tangan kalian yang kotor ini!" Ia
menendang empat kali dan empat buah tangan itu
melayang keluar ke arah empat orang pemuda
yang berlari keluar. Bahkan dua tangan di
antaranya tepat mengenai kepala dua orang
pemuda. Mereka cepat memungut empat buah
tangan itu, tidak tahu tangan siapa yang mereka
pungut, lalu melarikan diri tanpa berani menoleh
lagi.
"Heei, pelayan! Bersihkan lantai itu!" kata Cin
Cin kepada para pelayan dan ketika para pelayan
membersihkan lantai dari darah, gadis itupun
melanjutkan makan minum dengan sikap tenang,
seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu di tempat
itu. Ia bahkan mengeluarkan sebuah benda kering
menghitam dari saku jubahnya, memandang benda
itu dan tersenyum mengangguk-angguk. "Jangan
khawatir, akan banyak temanmu. Setiap orang
yang berani kurang ajar kepadaku, akan
kubuntungi tangan kirinya agar engkau tidak
merasa kesepian lagi." Setelah berkata demikian,
Cin Cin mengantungi kembali benda itu, yang
ternyata adalah tangan yang sudah kering
menghitam. Tangan kirinya! Kini ia makan minum
dengan wajah berseri sehingga nampak semakin
cantik. Agaknya peristiwa tadi membuat Cin Cin
lupa akan keadaan tangan kirinya yang buntung,
seperti seorang yang tadinya merasa sengsara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena kehilangan suatu benda yang amat
disayangnya, kini menjadi terhibur melihat banyak
orang kehilangan seperti dirinya.
Dua orang setengah tua yang tadi juga makan di
situ, masih duduk tertegun menghadapi meja
mereka. Mereka telah menyaksikan peristiwa
hebat.! Karena tegang sekali, mereka tadi seperti
terpukau tak mampu meninggalkan meja mereka,
seperti dipaksa untuk menjadi penonton. Juga
pengurus rumah makan dan tujuh orang
pelayannya. Mereka tadi juga berkelompok dan
menyaksikan dengan jelas apa yang telah terjadi.
Ada pula beberapa orang yang berada di depan
rumah makan menjadi penonton, yaitu beberapa
orang yang tadinya hendak makan dan tidak jadi
masuk melihat keributan di dalam, dan beberapa
orang lagi yang kebetulan lewat dan tertarik oleh
keributan itu.
Setelah empat orang pemuda itu pergi membawa
tangan buntung mereka, para penonton itu
berbisik-bisik membicarakan peristiwa hebat itu.
Mereka semua merasa heran, kagum dan juga
khawatir. Tentu ada ekornya peristiwa hebat itu
dan mereka semua enggan meninggalkan tempat
itu, ingin sekali melihat apa yang akan terjadi
selanjutnya sebagai akibat dari perkelahian tadi.
Cin Cin yang tidak perduli dan tenang seperti
tak pernah terjadi sesuatu, telah selesai makan
dan ia menengok, lalu memberi isyarat memanggil
pelayan. Segera pengurus rumah makan sendiri
yang datang ditemani seorang pelayan. Pengurus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah makan itu terbongkok-bongkok dengan
sikap hormat dan takut-takut.
"Berapa yang harus kubayar?" tanya Cin Cin
sambil lalu, tidak memperdulikan sikap kedua
orang itu yang terlalu menghormat.
Pengurus rumah makan itu tersenyum dan
membungkuk-bungkuk, menggerakkan tangan
menolak. "Tidak usah, nona. Tidak perlu nona
membayar.."
Cin Cin mengerutkan alisnya. "Aku sudah
makan dan minum, dan harus kubayar. Apa kau
kira aku tidak mempunyai uang dan tidak mampu
membayar?"
Pengurus rumah makan itu terkejut dan
wajahnya yang tadinya merah itu berubah pucat
dan ia cepat menggerakkan tangan menyangkal.
"Tidak...tidak sama sekali, nona. Saya yakin bahwa
nona mampu membayar, akan tetapi......Kami
senang sekali nona sudi makan minum di sini.
Kami merasa terhormat dan tidak usah nona
membayar harga makanan yang tidak berapa
banyak itu."
Sepasang mata itu berkilat. "Aku tidak pernah
mengemis makanan. Hayo katakan berapa aku
harus membayar, atau aku dapat menjadi marah!"
Gemetar kedua lutut pengurus rumah makan itu
dan cepat-cepat dia menyebutkan jumlah yang
menjadi harga makanan. Sambil tersenyum Cin
Cin mengeluarkan uang sejumlah itu dan
membayarnya. Ketika ia hendak keluar dari tempat
itu, menyambar buntalan hijaunya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjinjingnya dengan memasukkan lengan kiri
yang buntung ke dalam ikatan buntalan yang
longgar. Akan tetapi, baru saja ia melangkah dua
tindak, tiba-tiba ia berhenti karena dari luar
muncul seorang laki-laki berusia limapuluhan
tahun diikuti empat orang pemuda yang ia
buntungi tangan kirinya tadi. Lengan buntung para
pemuda itu kini telah dibalut dan biarpun wajah
mereka masih pucat, namun agaknya mereka telah
diobati dan tidak terlalu menderita lagi.
Cin Cin mengangkat muka memandang laki-laki
itu. Ia segera mengenalnya. Pria itu adalah seorang
sute (adik seperguruan) dari mendiang ayahnya.
Ayahnya, mendiang Kam Seng Hin, dahulu adalah
ketua Hek-houw-pang, dibantu banyak saudara
seperguruan. Ketika terjadi penyerbuan musuh
yang menewaskan banyak murid Hek-houw-pang
agaknya Thio Pa ini tidak ikut tewas. Biar usianya
sudah kurang lebih limapuluh tahun, namun Cin
Cin masih mengenal wajahnya. Ketika ia pergi
enambelas tahun yang lalu, wajah Thio Pa ini
sudah seperti itu, hanya yang agak berubah warna
rambutnya saja. Dahulu hitam dan kini bercampur
uban. Akan tetapi melihat Thio Pa memandang
kepadanya dengan alis berkerut dan wajah bengis,
mata bersinar-sinar dan sedikitpun tidak nampak
mengenalnya, Cin Cin juga tidak memperlihatkan
tanda bahwa ia mengenal orang itu. Ingin ia
melihat bagaimana sikap Thio Pa, seorang yang
dahulu ia kenal sebagai seorang yang gagah dan
jujur.
"Inikah gadis kejam itu?" terdengar dia bertanya
kepada empat orang pemuda tadi, tanpa menoleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena pandang matanya mengamati Cin Cin
penuh perhatian, seolah merasa heran sekali
bagaimana seorang gadis seperti ini mampu
membuntungi tangan empat orang pemuda
anggota Hek-houw-pang tadi.
"Benar, suhu.! Inilah iblis betina itu!" serempak
empat orang pemuda itu berseru.
Thio Pa melangkah maju menghampiri Cin Cin
yang berdiri dengan sikap tenang. Mereka kini
berhadapan dalam jarak dua meter. "Nona, engkau
masih begini muda, akan tetapi mengapa begitu
kejam? Engkau membuntungi tangan kiri empat
orang muridku, membuat mereka cacat seumur
hidup. Kenapa engkau melakukan kekejaman itu,
nona?"
Cin Cin tersenyum mengejek, kiranya empat
orang pemuda itu murid paman Thio Pa, pikirnya.
Tentu mereka telah memutar balikkan kenyataan
dalam laporan mereka kepada guru mereka.
"Mengapa? Hemm, mengapa tidak kau tanya
sendiri saja kepada empat orang muridmu yang
baik ini? Tidak kubuntungi leher mereka saja
sudah terlalu untung bagi mereka. Empat orang
muridmu ini agaknya tidak pernah kau ajar,
mereka amat kurang ajar dan menggangguku!"
Thio Pa menoleh kepada empat orang muridnya
dengan alis berkerut dan suaranya terdengar galak
ketika dia bertanya, "Benarkah itu? Kalian telah
mengganggunya?"
"Tidak benar, suhu!" kata si hidung bengkok.
"Teecu berempat hanya ingin belajar kenal, tapi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
marah-marah dan menyerang kami!" Tiga orang
saudaranya membenarkan ucapan si hidung
bengkok itu.
"I a malah menghina Hek-houw-pang, suhu!"
kata murid ke dua.
"Suhu, ia tentu tokoh sesat yang ingin membalas
kepada Hek-houw-pang dan sengaja mengacau di
sini!" kata yang lain.
"Sudahlah." kata Cin Cin. "Kukatakan bahwa
mereka patut dihajar. Aku sudah membuntungi
tangan mereka sebagai hajaran, habis engkau mau
apa?" ia sengaja menantang untuk melihat apa
yang akan dilakukan Thio Pa.
"Nona, kami dari Hek-houw-pang selamanya
tidak pernah melakukan kejahatan. Kami bahkan
selalu menentang kejahatan! Kalau empat orang
murid kami ini ingin berkenalan dengan nona, hal
ini sudahlah wajar karena mereka adalah orangorang
muda dan nona adalah seorang wajah baru
di sini. Andaikata nona tidak senang diajak
berkenalan, nona boleh menolak, akan tetapi
kenapa begitu kejam membuntungi tangan
mereka?"
"Hem, guru kencing berdiri, murid kencing
berlari! Engkau tentu saja membela muridmuridmu
yang jahat dan tidak sopan. Sudahlah,
kalau engkau hendak membela murid-muridmu
dan ingin dibuntungi tangan kirimu, majulah!"
Namun Thio Pa masih menahan diri. "Nona,
waktu ini ketua kami sedang mengadakan pesta
ulang tahun dan mengundang banyak sahabat di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dunia persilatan. Kami tidak ingin membuat
keributan. Kami hanya ingin mengetahui apa yang
terjadi dan kalau memang kami bersalah, kami
siap untuk mengakui kesalahan. Karena itu kami
mengharap nona juga bersikap jujur dan
bertanggung jawab. Nona mengatakan bahwa
murid-murid kami yang bersalah, akan tetapi
mana bukti dan saksinya? Yang ada, nona telah
membuntungi tangan mereka, itu merupakan bukti
kekejaman nona."
"Kami yang menjadi saksinya!" tiba-tiba
terdengar seruan dua orang tamu restoran yang
sejak tadi duduk di meja mereka. Kini mereka
bangkit berdiri. Mendengar ini, Thio Pa cepat
menghampiri mereka.
"Siapakah ji-wi (anda berdua) dan bagaimana jiwi
berani menjadi saksi?"
"Kami adalah pedagang yang kebetulan makan di
sini dan kami tadi melihat semua apa yang telah
terjadi. Sebelum nona ini masuk, di sana sudah
duduk empat orang pemuda itu yang minumminum
arak sampai setengah mabok. Lalu nona
itu masuk, memesan makanan. Akan tetapi, empat
orang pemuda itu mulai menggoda dan
mengganggunya dengan kata-kata yang tidak
sopan dan kurang ajar. Ketika gadis itu menegur,
empat orang pemuda itu lalu menghampiri
mejanya dan semakin kurang ajar. Kami melihat
betapa empat orang pemuda itu ditampar oleh
nona itu. Mereka menjadi semakin marah, masingmasing
mencabut pisau dan mengepung nona itu,
lalu menyerang. Nona itu membela diri dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akibatnya, empat orang pemuda itu buntung
tangannya."
Mendengar ini, Thio Pa mengerutkan alisnya dan
memutar tubuh memandang kepada empat orang
muridnya. "Benarkah apa yang dikatakan tamu
ini?"
"Bohong, suhu! Mereka itu bohong! Mungkin
mereka adalah sekutu iblis betina itu." Empat
orang pemuda itu dengan tegas menyangkal.
Thio Pa kini menengok ke arah sekelompok
pengurus dan pelayan rumah makan, lalu
menggapai ke arah mereka. Biarpun takut-takut,
seorang pengurus dan tujuh orang pelayan itu
menghampiri. "Apakah kalian semua tadi melihat
apa yang telah terjadi di sini?" tanya Thio Pa.
Delapan orang itu mengangguk dan si pengutus
rumah makan mewakili anak buahnya menjawab.
"Kami semua melihat dengan jelas, Thio-enghiong
orang gagah Thio."
"Bagus! Nah, kalau begitu ceritakan, benarkah
apa yang dikatakan dua orang pedagang tamu
tadi? Jangan takut kepada siapapun, akan tetapi
bersikaplah jujur dan tidak berpihak."
Dengan suara yang tegas pengurus rumah
makan yang juga merasa tidak senang dengan
sikap empat orang pemuda tadi, menjawab.
"Semua yang diceritakan tadi benar, Thio enghiong.
Kami sendiripun tadi merasa heran mengapa ada
murid Hek-houw-pang yang bersikap seperti itu.
Mereka mengganggu dan mereka yang menyerang
nona ini, nona ini hanya membela diri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang mata Thio Pa terbalalak dan mukanya
berubah merah sekali. Dia memutar tubuh
menghadapi empat orang muridnya, merasa malu
dan marah bukan main.
"Keparat kalian! Apa yang dapat kalian katakan
sekarang?" bentaknya, suaranya menggelegar
saking marahnya. Empat orang pemuda itu yang
kini merasa tidak mungkin dapat menyangkal lagi
menjatuhkan diri berlutut dan si hidung bengkok
mewakili saudara-saudaranya, merengek minta
ampun.
"Suhu. ampunkan teecu berempat.......teecu
berempat.......dalam keadaan mabok dan.."
"Cukup! Mulai saat ini, kalian bukan muridku
lagi. Mulai detik ini kalian bukan anggota Hekhouw-
pang lagi. Kalian dipecat dan harus pergi
meninggalkan Ta-bun-cung! Awas, kalau kalian
memperlihatkan diri di dusun ini, aku sendiri yang
akan membunuh kalian!" Setelah berkata
demikian, tubuhnya bergerak, kakinya menendang
empat kali dan tubuh empat orang pemuda itu
terlempar keluar dari rumah makan itu. Mereka
tidak berani membantah, cepat merangkak pergi
dan selanjutnya membawa barang-barang mereka
keluar dari dusun Ta-bun-cung pada hari itu juga,
tidak berani lagi muncul di sana.
Melihat sepak terjang Thio Pa, diam-diam Cin
Cin merasa girang bukan main. Akan tetapi dengan
tenang ia hanya berdiri memandang tanpa
memperlihatkan perasaan girangnya ketika Thio Pa
menghadapinya dan tokoh Hek-houw-pang itu
memberi hormat kepadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, semua sudah jelas sekarang. Pihak kami
yang bersalah dan aku mewakili Hek-houw-pang
mohon maaf kepada nona atas sikap yang tidak
benar dari bekas murid-murid kami tadi."
Cin Cin menggerakkan tangan kanannya keluar
dari balik jubah. "Sudahlah, aku merasa girang
bahwa Hek-houw-pang mempunyai seorang tokoh
sepertimu." Ia lalu melangkah keluar dari tempat
tu, tanpa memperdulikan lagi kepada Thio Pa yang
juga tidak berani berkata apa-apa lagi karena
orang inipun merasa malu atas sikapnya yang tadi
bengis membela empat orang muridnya yang telah
menodai nama baik Hek-houw-pang.
Cin Cin lalu pergi mencari kamar di rumah
penginapan. Mendengar bahwa besok Hek-houwpang
akan mengadakan pesta, ia menunda niatnya
untuk berkunjung malam ini. Sebaiknya datang
besok pada saat diadakan pesta agar ia dapat
bertemu dengan seluruh keluarga Hek-houw-pang
dan yang terpenting, ia akan mencari Lai Kun,
paman gurunya juga yang pernah mengantarnya
ke Hong-cun akan tetapi di tengah perjalanan telah
menjualnya kepada sebuah rumah pelacuran!
Hek-houw-pang memang sedang mengadakan
pesta pada keesokan harinya. Rumah
perkumpulan yang mempunyai gedung besar dan
megah sebagai hadiah dari pemerintah, dihias dan
sejak pagi para anggota Hek-houw-pang sudah
ramai menyambut datangnya para tamu yang
berbondong-bondong datang dari luar dusun. Para
anggota Hek-houw-pang berpakaian gagah, dengan
gambar harimau hitam kecil di dada, yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan pakaian seragam resmi dan
diharuskan pemakaiannya dalam kesempatan itu.
Namun, di dalam hati, mereka itu mengalami
ketegangan karena berita tentang empat orang
murid Hek-houw-pang yang dalam keadaan mabok
mengganggu seorang gadis pendekar yang
berkunjung ke dusun itu sehingga mereka
berempat kehilangan tangan kiri, kemudian betapa
mereka yang kebetulan menjadi murid-murid Thio
Pa, ketika melapor kepada guru mereka, tidak
dibela bahkan ditendang dan diusir dari Hekhouw-
pang. tidak diakui sebagai murid dan
anggota Hek-houw-pang, bahkan dilarang untuk
muncul di dusun mereka! Sungguh merupakan
peristiwa yang amat mengejutkan hati mereka,
menyadarkan mereka kembali bahwa
bagaimanapun juga, para tokoh Hek-houw-pang
masih memegang tata tertib dengan ketat dan
keras.
Banyak macam orang berdatangan sebagai
tamu, sebagian besar tentu saja para tokoh
persilatan, wakil-wakil dari partai persilatan,
perguruan silat, para perusahaan pengiriman
barang yang memiliki jagoan-jagoan. Juga hadir
pula para pejabat dari kota-kota yang berdekatan,
karena para pejabat tahu belaka bahwa Hek-houwpang
merupakan perkumpulan yang sudah berjasa
terhadap pemerintah, sehingga Kaisar sendiri
berkenan memberi hadiah. Juga para pedagang
besar yang menjadi langganan Hek-houw-pang
datang pula untuk mengucapkan selamat hari
ulang tahun dan tentu saja mereka membawa
bingkisan-bingkisan yang berharga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lai Kun yang menjadi ketua Hek-houw-pang
menyambut para tamu dengan sikap gembira. Dia
yang dulu bertubuh kurus kini lebih tegap,
nampak gagah dengan pakaian rapi dan sikap yang
anggun berwibawa, sikap seorang ketua
perkumpulan besar yang disegani kawan ditakuti
lawan. Di atas kursinya yang dihias indah, dia
duduk diapit para saudara seperguruannya
termasuk Thio Pa, dan keluarga mereka duduk di
belakang mereka. Dibantu para sutenya, Lai Kun
menyambut setiap orang tamu yang datang
memberi hormat dan mengucapkan selamat atas
ulang tahun Hek-houw-pang, dan beberapa orang
murid sibuk menerima bingkisan dan ada yang
menuliskannya di atas daftar yang dipersiapkan.
Ketika seorang pemuda berusia duapuluh dua
tahun yang bertubuh tinggi tegap, berwajah
tampan gagah dengan pakaian sederhana, sikap
halus dan sopan, datang memberi hormat kepada
Lai Kun, ketua ini dan para sutenya menyambut
dengan pandang mata penuh perhatian karena
mereka tidak mengenal pemuda ini.
"Lai-susiok...!" Ketika pemuda itu menyebut
ketua Hek-houw-pang seperti itu, semua orang
memandang heran.
"Sobat muda, siapakah engkau dan mengapa
menyebutku susiok (paman guru)? Rasanya kami
tidak mengenalmu." Lai Kun menoleh kepada.para
sutenya dan merekapun menggeleng kepala,
sebagai tanda bahwa mereka tidak mengenal
pemuda gagah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu tersenyum dan wajahnya nampak
lembut walaupun senyumnya seperti mengejek.
"Lai-susiok dan para paman lain tidak
mengenalku. Tidak aneh karena memang kita telah
saling berpisah selama enambelas tahun. Para
paman yang terhormat, aku adalah The Siong Ki!"
Nama inipun belum membongkar ingatan
mereka dan Siong Ki cepat menambahkan.
"Mendiang ayah adalah The Ci Kok."
"Ahhh..........!" Kini semua orang teringat,
bahkan beberapa orang pemuda sebaya Siong Ki
berlompatan ke depan dan merangkul Siong Ki
karena mereka kini mengenal pemuda itu sebagai
sahabat bermain sebelum terjadi malapetaka
menimpa keluarga Hek-houw-pang.
Lai Kun sendiri juga tersenyum girang dan
merangkul Siong Ki. "Aih, kiranya engkau putera
suheng (kakak seperguruan) The Ci Kok! Tentu
saja kami semua lupa. Engkau yang dahulu masih
kecil kini telah menjadi seorang pemuda dewasa
yang gagah dan tampan!"
Tentu saja hujan pertanyaan menimpa Siong Ki
dari seluruh keluarga pimpinan Hek-houw-pang,
akan tetapi karena para tamu masih berdatangan,
mereka tidak leluasa bicara dan akhirnya Lai Kun
mengatakan bahwa Siong Ki dipersilakan duduk
dulu dan nanti saja kalau pesta sudah selesai,
mereka akan bicara saling menceritakan
pengalaman.
Sebagai anggota keluarga pimpinan Hek-houwpang,
Siong Ki mendapat kehormatan duduk di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang deretan para pimpinan, yaitu tempat
duduk keluarga para tokoh Hek-houw-pang.
Ketika mengalirnya para tamu sudah mulai
berkurang, tiba-tiba muncul seorang gadis yang
bukan lain adalah Cin Cin! Melihat gadis yang
kedua lengannya tertutup jubah lebar itu, Thio Pa
terkejut dan dia menyentuh lengan Lai Kun sambil
berbisik.
"Itulah gadis yang kuceritakan semalam." Lai
Kun dan para tokoh Hek-houw-pang yang lain
mendengar bisikan ini dan tentu saja mereka
memandang penuh perhatian. Gadis yang masih
muda dan cantik ini kemarin sore telah
menyebabkan empat orang murid Hek-houw-pang
menjadi buntung lengan kirinya, bahkan dipecat
dari keanggotaan Hek-houw-pang! Kiranya gadis
inipun seorang tamu!
Akan tetapi gadis itu tidak memberi hormat
kepada ketua Hek-houw-pang seperti yang
dilakukan para tamu lain, bahkan ia berdiri tegak
di depan Lai-pangcu (ketua Lai) sambil memandang
tajam, lalu ia menyingkap jubah luarnya sehing
nampak kedua lengannya. Lai Kun dan para tokoh
Hek-houw-pang tertegun melihat lengan kiri yang
buntung sebatas pergelangan itu. Lai Kun yang
tadinya merasa pernah mengenal gadis ini, ketika
melihat tangan yang buntung itu, segera merasa
yakin bahwa dia tidak pernah mengenalnya. Belum
pernah dia mengenal seorang gadis yang bunting
tangan kirinya. Karena melihat gadis itu berdiri
diam saja, Lai Kun mengalah dan dia yang bangkit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri dan mengangkat kedua tangan ke depan
dada.
"Selamat datang di Hek-houw-pang, nona. Kalau
boleh kami mengetahui, siapakah nama nona dan
nona mewakili partai atau perkumpulan mana?
Harap memperkenalkan diri agar kami semua
mengenal nona."
Akan tetapi Cin Cin sama sekali tidak membalas
penghormatan itu sehingga hal ini tentu saja
membuat para tokoh Hek-houw-pang mengerutkan
alis. Betapa sombongnya gadis ini. Pangcu mereka
sudah mengalah dan lebih dahulu memberi hormat
akan tetapi gadis itu tidak mau membalas
penghormatannya. Betapa tinggi hati!
"Aku datang dari jauh dan telah lama mendengar
nama besar Hek-houw-pang, maka kebetulan
sekarang lewat di sini dan mendengar Hek houwpang
mengadakan pesta ulang tahun. Aku ingin
sekali bertemu dengan ketua Hek-houw-pang!"
Lai Kun memandang heran. "Akulah ketua Hek
houw-pang, nona.Namaku Lai Kun. Mengapa nona
mencari ketua Hek-houw-pang?"
"Aku datang membawa hadiah yang amat
berharga untuk ketua Hek-houw-pang. Akan tetapi
mengingat akan nama besar Hek-houw-pang, aku
ingin sekali berkenalan lebih dahulu dengan
kelihaian ketuanya, baru aku akan
memperkenalkan diri dan menyerahkan hadiah
sumbanganku."
Mendengar ini, Lai Kun yang sudah bersabar
sejak tadi itu terpaksa mengerutkan alisnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona, kami sudah mendengar akan kesalahan
sikap bekas murid kami sebanyak empat orang
terhadap nona. Akan tetapi nona telah menghajar
mereka dan sute kami Thio Pa sudah pula
menghukum mereka dan mengusir mereka. Harap
nona suka memandang Hek-houw-pang dan
menghabiskan urusan itu, mengingat bahwa yang
bersalah sudah menerima hukuman mereka."
'Tidak, pangcu. Walaupun tidak ada peristiwa
itu, tetap saja aku ingin mengenal kelihaian ketua
Hek-houw-pang. Aku hanya ingin menguji
kepandaian, bukan hendak membunuhmu, apakah
engkau takut?"
Ini merupakan tantangan sekaligus penghinaan
yang gawat.! Ketua Hek-houw-pang dikatakan
takut melawan seorang gadis yang buntung tangan
kirinya! Apalagi tantangan itu hanya untuk
menguji kepandaian, bukan perkelahian matimatian!
Untuk menutupi kemarahannya, Lai Kun
tertawa. "Ha-ha-ha, kalau nona bermaksud
meramaikan pesta kami, kenapa tidak nona sendiri
saja memperlihatkan ilmu silatmu untuk
menambah kegembiraan?"
-ooo0dw0ooo-
Jilid 21
"Pangcu, aku datang bukan untuk memamerkan
kepandaianku, melainkan untuk membuktikan
apakah benar Hek-houw-pang dipimpin oleh orang
yang berilmu tinggi, sehingga menjadi sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkumpulan yang kuat dan terkenal. Kalau sudah
membuktikan sendiri, barulah aku percaya dan
aku mau menyerahkan bingkisan kepada Hekhouw-
pang untuk menghormatinya." Ia berhenti
sebentar, lalu memandang ke sekeliling, ke arah
semua tamu yang kini mulai memperhatikan
kemunculan gadis yang bicara keras terhadap
ketua Hek-houw-pang itu. "Tentu saja ada
kecualinya, yaitu kalau pangcu takut melawanku,
terpaksa aku pergi dan akan mengabarkan bahwa
Hek-houw-pang dipimpin oleh seorang pengecut."
"Pangcu, biarkan aku yang menghadapinya!"
teriak beberapa orang tokoh Hek-houw-pang
merasa penasaran dan marah mendengar ketua
mereka ditantang dan dianggap pengecut oleh
seorang gadis yang buntung tangan kirinya.
Akan tetapi Lai Kun mengangkat tangan
memberi isyarat kepada mereka untuk duduk
kembali. Pada waktu itu, Thio Pa bangkit dan
menghampiri Cin Cin, sambil mengangkat kedua
tangan memberi hormat dan berkata dengan suara
lantang.
"Nona, kalau nona mendendam terhadap empat
orang anggota Hek-houw-pang kemarin itu, maka
akulah yang bertanggung jawab karena mereka itu
adalah murid-muridku. Pangcu tidak tahu menahu
tentang itu. Oleh karena itu, harap nona jangan
mengganggu pangcu yang sedang merayakan ulang
tahun perkumpulan kami. Kalau nona hendak
menguji biarlah aku Thio Pa yang maju melayani
nona! Pangcu kami adalah suhengku, maka kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nona dapat mengalahkan aku, sama saja dengan
dapat mengalahkan suheng "
Cin Cin memandang kepada laki-laki setengah
tua itu dan tersenyum sambil menggelengkan
kepalanya. "Paman Thio Pa, aku sudah tahu bahwa
engkau seorang laki-laki sejati yang gagah perkasa
dan patut menjadi pimpinan Hek-houw-pang. Akan
tetapi aku belum tahu sampai di mana kehebatan
pangcu dari Hek-houw-pang. Ketahuilah semua
yang mendengarkan ucapanku ini, aku sama sekali
bukan menantang pangcu Hek-houw-pang karena
urusan empat orang yang kurang ajar itu. Tidak,
aku menantang pangcu untuk melihat sampai di
mana kepandaiannya, setelah itu baru aku akan
memperkenalkan diri."
Karena berkali-kali ditantang oleh gadis itu, di
depan banyak orang pula, apalagi gadis itu
mengatakan banwa kalau dia tidak berani berarti
dia seorang pengecut, bangkit juga kemarahan di
hati Lai Kun.
"Nona, sungguh engkau terlalu mendesak.
Karena engkau datang sebagai tamu, maka tidak
baik kalau tuan rumah menolak permintaan tamu.
Baiklah, mari kita bermain-main sebentar untuk
memeriahkan pesta perkumpulan kami."
Cin Cin sudah melompat ke atas panggung yang
sengaja didirikan di ruangan tempat pesta itu.
Panggung ini sedianya untuk pertunjukan tarian
dan nyanyian, dan para pemusik sudah bersiapsiap
dengan alat musik mereka, bahkan tadi sudah
sempat memperdengarkan lagu-lagu merdu namun
belum ada yang menari atau menyanyi karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saatnya belum tiba. Melihat betapa panggung itu
akan dijadikan tempat pi-bu (pertandingan silat)
maka para pemusik cepat-cepat turun melalui
tangga.
Cin Cin berdiri di tengah panggung yang kosong
itu dan dengan suara lantang, terdengar oleh
semua tamu yang kini memandang dengan hati
tegang, ia berkata, "Pangcu dari Hek-houw-pang,
ingin sekali aku membuktikan sendiri kehebatan
pemimpin Hek-houw-pang yang terkenal!"
Lai Kun sudah menjadi marah. Anak perempuan
itu terlalu sombong, sama sekali tidak memandang
kepada Hek-houw-pang, bahkan lagaknya
meremehkan dia. Kalau dia tidak melayani, tentu
namanya sebagai ketua Hek-houw-pang akan
menjadi buah tertawaan orang-orang dunia
persilatan.
"Nona, kami datang memenuhi
tantanganmu!"serunya lantang dan tubuhnya
melayang ke atas panggung pula. Kini mereka
sudah saling berhadapan dan melihat senyum dan
pandang mata gadis cantik itu, kembali Lai Kun
mendapat perasaan seolah dia tidak asing dengan
gadis ini. Akan tetapi begitu melihat tangan kiri
yang buntung itu, diapun membantah lagi
perasaannya sendiri dan yakin bahwa dia tidak
pernah mengenal seorang gadis yang buntung
tangan kirinya. Diapun sudah siap siaga, berdiri di
depan gadis itu dengan sikap berwibawa seorang
ketua perkumpulan besar.
Melihat gadis itu kini menaruh buntalan kain
hijau di sudut panggung, dan melihat betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buntalan itu menonjol panjang, Lai Kun dapat
menduga bahwa gadis itu menyimpan sebatang
pedang dalam buntalannya. Maka, sebagai sikap
seorang yang tingkatnya jauh lebih tinggi, diapun
bertanya. "Nona, dalam pi-bu ini, apakah nona
hendak menggunakan senjata? Silakan keluarkan
pedangmu kalau nona menghendaki demikian,
akan kuhadapi dengan tangan kosong saja."
Ucapannya lembut namun lantang dan terdengar
oleh semua orang. Tentu saja ucapan ini
dimaksudkan untuk membalik pandangan rendah
dari gadis itu terhadap dirinya.
"Pangcu, sudah kukatakan tadi bahwa aku
hanya ingin melihat sampai di mana kelihaianmu.
Aku tidak ingin membunuhmu, kenapa harus
menggunakan senjata? Sebaliknya, kalau pangcu
ingin membalaskan empat orang murid Hek-houwpang
yang kuhajar kemarin, silakan kalau hendak
menggunakan pedang. Aku tidak takut
menghadapi senjatamu dengan tangan kosong!"
Betapa sombongnya! Bahkan tangannyapun hanya
tinggal sebuah, akan tetapi gadis itu menantang
untuk menghadapi senjata ketua Hek-houw-pang
dengan sebelah tangan saja!
Wajah Lai Kun berubah kemerahan. Gadis ini
ternyata memiliki mulut yang tajam pula, pandai
bicara sehingga dia merasa tersudut. Maklum
bahwa kalau saling serang dengan kata-kata dia
akan terdesak dan kalah, Lai Kun lalu berseru
dengan nyaring dan berwibawa, "Nona, kita sudah
saling berhadapan di sini. Nah, kalau engkau
hendak menantang bertanding, maju dan
mulailah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin tersenyum gembira. Inilah saatnya yang
ia tunggu-tunggu, inilah saat pelaksanaan, inilah
dendam yang telah menekan batinnya selama
bertahun-tahun. Tak disangkanya sama sekali
bahwa Lai Kun kini telah menjadi ketua Hek-houwpang,
menggantikan ayahnya yang telah tewas,
sungguh tidak berhak orang itu menjadi ketua
Hek-houw-pang. Pertama, karena dia bukan
keturun keluarga Coa yang menjadi pendiri dan
pimpinan Hek-houw-pang. Ayahnya adalah mantu
dari keluarga Coa. Dan kedua, orang seperti Lai
Kun ini tidak pantas memimpin Hek-houw-pang.
Dia seorang pengecut dan berwatak rendah, tega
menjual keponakan yang dipercayakan ke rumah
pelacuran!
"Bagus, bersiaplah engkau, Lai Kun!" teriak
gadis ini mengejutkan semua orang karena tibatiba
saja gadis itu tidak menyebut pangcu lagi,
melainkan nama ketua itu begitu saja. Tentu saja
Lai Kun marah bukan main, maka melihat gadis
itu menampar dengan tangan kanan, diapun
mengerahkan semua tenaga sin-kangnya untuk
menangkis. Maksudnya sekali tangkis dia akan
membuat gadis terpelanting karena kalah tenaga.
"Dukkkl!" Dua buah lengan itu bertemu de ngan
kerasnya dan akibatnya bukan Cin Cin yang
terpelanting, melainkan Lai Kun yang terpental dan
terhuyung karena kuda-kudanya tidak kuat
menahan gempuran tenaga dahsyat dari lengan
kecil gadis itu!
"Ahh............!" Tentu saja Lai Kun terkejut bukan
main dan para pimpinan Hek-houw-pang juga para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamu mengira bahwa ketua itu mengalah dan tidak
mengerahkan seluruh tenaganya. Lai Kun benarbenar
terkejut karena maklum bahwa dia kalah
jauh dalam hal tenaga sin-kang. Karena tahu
bahwa lawannya ternyata amat kuat, Lai Kun cepat
menggerakkan tubuhnya dan melakukan
penyerangan dengan sungguh-sungguh. Tentu saja
dia segera memainkan silat andalan
perkumpulannya, yaitu Hek-houw-kun (Silat
Macan Hitam) yang menjadi ciri khas dan nama
dari perkumpulan itu. Gerakannya kuat dan ganas,
seperti seekor harimau hitam yang buas. Namun,
dibandingkan Cin Cin, tingkat kepandaian ketua
ini masih terlalu jauh di bawahnya. Dengan mudah
saja Cin Cin menghindarkan diri dari serangkaian
serangan bertubi itu, bahkan setiap kali ia
menangkis, tubuh Lai Kun terpental dan tergetar.
Baru delapan jurus saja, tiba-tiba tubuh Lai Kun
terjengkang oleh sebuah tendangan kaki kiri Cin
Cin yang secara aneh melayang dari samping
mengenai dadanya.
"Dessss..........bukkk!" Pinggul ketua Hek-ouwpang
itu terbanting keras ke atas panggung dan
terdengar seruan-seruan kaget. Karena malu, Lai
Kun menahan rasa nyeri dan cepat meloncat
bangun dan menyerang lagi dengan nekat. Dia
telah dihina di depan orang banyak. Sebagai ketua
Hek-houw-pang, dia roboh dalam waktu kurang
dari sepuluh jurus! Maka, dia menyerang matimatian.
Baru tiga jurus dia menyerang, sebuah
tamparan tangan kanan Cin Cin kembali membuat
dia terpelanting keras dan sejenak tidak mampu
bangkit karena kepalanya terasa pening oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamparan yang mengenai lehernya tadi. Dia
menjadi semakin marah dan penasaran. Lebih baik
mati daripada dihina seperti ini, tekadnya dan
setelah nanarnya hilang, dia meloncat dan
menyerang lagi dengan nekat, hanya untuk roboh
terjengkang kembali karena disambut tendangan
Cin Cin. Tiga kali ketua itu roboh dan Cin Cin
berdiri tegak dengan tenang dan senyum simpul.
"Begini sajakah kepandaian ketua Hek-houwpang?
Kalau begini, engkau tidak pantas menjadi
ketua Hek-houw-pang, Lai Kun!" terdengar gadis
itu berseru yang membuat marah para pimpinan
Hek-houw-pang, juga membuat heran para tamu
yang hadir.
Para sute dari ketua itu menjadi bingung.
Mereka maklum bahwa kalau ketua itu sendiri
dibuat permainan oleh gadis itu, apalagi mereka,
pasti bukan tandingan gadis buntung itu. Dan
untuk melakukan pengeroyokan, tentu saja hal itu
akan membuat hancur nama besar Hek-houwpang,
maka mereka hanya dapat memandang
dengan muka pucat.
Lai Kun yang merasa terhina sekali, menjadi
nekat dan dia ingin melawan sampai mati! Maka
dia merangkak bangun dan biarpun tubuhnya
masih terhuyung, dia berusaha keras untuk
menyerang lagi, walau pandang matanya
berkunang. Dia menerjang membabi buta dan
sambil tersenyum mengejek Cin Cin sudah siap
menyambutnya dengan tendangan. Akan tetapi
tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan tubuh Lai
Kun yang tadinya terhuyung dan siap menerima
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tendangan itu tertarik ke belakang sehingga
tendangan Cin Cin luput.
"Ehh........?" Lai Kun memandang dan ternyata
yang menarik lengannya ke belakang sehingga
luput dari tendangan lawan adalah pemuda yang
baru tiba, yaitu Siong Ki.! Merasa dirinya
dikeroyok, marahlah Cin Cin.
"Bagus, ketua Hek-houw pang curang dan hanya
berani mengeroyok, terpaksa kuberi hajaran!" Ia
menampar dengan gerakan kilat ke arah muka Lai
Kun, akan tetapi Siong Ki tidak membiarkan saja
gadis yang dianggapnya liar itu memukul paman
gurunya. Diapun menangkis dan karena tadi dia
melihat betapa lihainya gadis itu, ketika menangkis
diapun mengerahkan tenaga sin-kangnya.
”Dukk! " Keduanya terkejut karena merasa
betapa kuatnya tenaga masing-masing dan mereka
merasa tangan mereka tergetar hebat. Mereka
saling pandang dengan mata mencorong.
"Hemm, orang orang Hek-houw-pang hanya
pandai menggunakan pengeroyokan. Akan tetapi
aku tidak takut! Siapakah engkau dan mengapa
engkau mencampuri urusanku dengan ketua Hekhouw-
pang yang hendak mengadu ilmu?" bentak
Cin Cin marah.
Siong Ki mengerutkan alisnya. "Nona, semua
orang juga tahu bahwa ketua Hek-houw-pang telah
mengalah kepadamu. Kenapa engkau sebagai tamu
begitu tidak tahu diri dan mendesaknya terus?
Begitukah kelakuan seorang gagah?" dia
menghardik marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lai Kun telah dapat menguasai dirinya. "Siong
Ki, mundurlah dan biarlah aku yang menghadapi
nona ini." Bagaimanapun juga, sebagai ketua Hekhouw-
pang dia harus bertanggung jawab dan kalau
dia mengandalkan murid keponakannya ini, berarti
dia takut.
Sementara itu ketika Cin Cin mendengar Lai Kun
menyebut nama pemuda tinggi tegap dan tampan
yang memiliki tenaga sin-kang yang jauh lebih
kuat daripada tenaga Lai Kun, ia terbelalak. Siong
Ki! Sahabatnya bermain-main sejak mereka berdua
masih sama-sama kecil. Ia ingat betul. The Siong
Ki ini adalah putera supenya. The Ci Kok, seorang
di antara tokoh Hek¬houw-pang yang juga gugur
dalam penyerbuan musuh. The Ci Kok adalah
saudara seperguruan dan sahabat baik ayahnya,
dan ia sendiri adalah sahabat baik Siong Ki ketika
masih kecil.
"Hem, kiranya engkau The Siong Ki? Bagus
sekali! Siong Ki, tidak malukah engkau terhadap
arwah ayahmu, mendiang supek The Ci Kok?
Engkau kini membantu seorang pengecut besar
yang jahat, yang entah dengan cara bagaimana
telah dapat menjadi ketua Hek-houw-pang! Lai Kun
adalah seorang yang curang, kejam dan jahat!
Karena ucapan ini dikeluarkan dengan suara
lantang sekali, maka semua orang mendengarnya,
dan kini Siong Ki terbelalak memandang wajah
yang cantik itu. Mata itu! Mulut itu!
"Kau.......kau......Cin Cin.......!" katanya gagap
saking terkejut dan herannya.
"Kam Cin.............!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin...........!" terdengar seruan-seruan dari
mulut para tokoh lama Hek-houw-pang yang kini
mengenal puteri mendiang Kam Seng Hin yang
dahulu menjadi ketua Hek-houw-pang.
Sementara itu, wajah Lai Kun berubah pucat
bagaikan mayat ketika diapun kini mengenal Cin
Cin.! Cin Cin pantas saja kalau gadis itu amat
membencinya! Kedua kakinya menggigil dan
jantungnya berdebar penuh rasa malu dan takut.
"Cin Cin, kenapa engkau menuduh sekeji itu?"
Siong Ki berteriak membantah. "Akupun baru tiba,
baru sekarang sempat pulang ke sini dan aku
melihat betapa Hek-houw-pang memperoleh
kemajuan pesat di bawah pimpinan paman guru
Lai Kun! Kenapa engkau datang-datang menghina
dan mencaci-maki susiok Lai Kun? Kenapa?
Engkau dahulu tidak seperti ini. Cin Cin!"
Gadis itu memandang wajah Siong Ki dan
tersenyum mengejek. "Kenapa? Hemm, kenapa
engkau tidak tanya saja kepada yang
bersangkutan? Lai Kun memang nampak berhasil,
akan tetapi sebetulnya dia hanya menari-nari di
atas mayat para tokoh Hek-houw-pang, termasuk
mayat ayahmu sendiri! Dia seorang pengecut, keji
dan jahat dan bahkan bukan saja tidak pantas
menjadi ketua Hek-houw-pang, bahkan menjadi
anggota Hek-houw-pang pun dia tidak pantas!"
"Cin Cin, apa alasanmu menuduh sekeji itu?"
Siong Ki berseru penasaran.
"Siong Ki, akupun sudah mendengar akan
kemajuan Hek-houw-pang. Akan tetapi, kenapa
pemerintah membantunya, dan banyak pihak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendukung dan mengagumi Hek-houw-pang?
Karena perjuangan para pimpinan Hek-houw-pang
yang dahulu. Lai Kun sendiri, apa sih jasanya? Dia
hanya menemukan hadiah jasa mereka yang
gugur! Dia telah menipu kalian, dia orang jahat!"
"Nanti dulu, Cin Cin. Engkau masih
mengenalku, bukan.? Ketika engkau masih kecil,
aku sering menggodamu." Thio Pa juga berseru
sambil menghampiri gadis itu.
"Tentu saja aku mengenalmu, paman Thio Pa!"
kata Cln Cin. "Sejak malam tadi aku sudah
mengenalmu. Engkau seorang di antara sute
mendiang ayahku yang baik dan jujur, dan
engkaulah yang jauh lebih pantas menjadi ketua
Hek-houw-pang daripada si jahat ini!" Cin Cin
menudingkan telunjuknya kepada Lai Kun yang
sejak tadi menundukkan muka saja.
"Cin Cin, keponakanku yang baik. Engkau kini
telah menjadi seorang gadis dewasa yang memiliki
ilmu kepandaian tinggi. Kami seluruh warga Hekhouw-
pang merasa gembira dan bangga, anakku.
Akan tetapi, kenapa engkau bersikap begini
terhadap suheng Lai Kun? Apa alasannya maka
engkau memaki dan mengatakan dia jahat?"
Kini Cin Cin memandang ke sekeliling, lalu
berkata dengan suara meninggi, "Semua orang
yang memiliki telinga, dengarkanlah keteranganku
ini. Lihat ini dia yang mengaku diri sebagai ketua
Hek-houw-pang, yang terpandang oleh seluruh
manusia sebagai orang yang berjasa dan gagah
berani dan budiman, lihat baik-baik. Dimana
kegagahannya? Lihat, dia hanya menunduk. Heii,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lai Kun, coba kau mengangkat mukamu dan
pandanglah dunia, lalu katakan terus terang apa
yang telah kau lakukan dahulu!"
Semua orang kini memandang kepada Lai Kun,
termasuk isteri dan kedua orang puteranya yang
wajahnya sebentar pucat sebentar merah dan
semua orang terheren-heran. Lai Kun tetap
menunduk, mukanya pucat sekali, nampak
lunglai.
"Cin Cin, demi Tuhan, apa yang telah dia
lakukan maka engkau menghinanya seperti ini?"
Siong Ki hampir tidak sabar lagi melihat betapa
gadis itu menyiksa Lai Kun dengan sikap dan katakatanya.
Cin Cin tidak memperdulikan Siong Ki, lalu
berseru lagi. "Dia terlalu pengecut untuk mengakui
perbuatannya. Paman Thio Pa, coba katakan, apa
yang diceritakan oleh Lai Kun kepada kalian semua
tentang diriku, ketika enambelas tahun yang lalu
dia mengantarku untuk menjadi murid Hung-ho
Sin-liong Si Han Beng?"
Biarpun bingung dan ragu, terpaksa Thio Pa
menjawab, "Lai-suheng mengatakan bahwa ketika
dia mengantarmu ke sana, di Lok-yang kalian
diserbu perampok. Lai-suheng melawan para
perampok dan engkau melarikan diri. Setelah
berhari-hari dicari tidak dia temukan, maka dia
kembali ke sini dan engkau menghilang."
"Hemm, sudah kuduga. Sekarang dengarlah
kalian semua baik-baik. Lai Kun memang
mengantarku menuju ke Hong-cun, akan tetapi
ketika tiba kota Ji-goan, dia bersekongkol dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang pelacur dan dia telah menjual aku pada
seorang mucikari, menjual aku ke rumah
pelacuran di Ji-goan!"
Terdengar seruan-seruan kaget, heran dan tidak
percaya. Siong Ki sendiri terbelalak memandang
kepada Lai Kun. demikian pula para tokoh Hekhouw-
pang yang lain. Akan tetapi Lai Kun tetap
menunduk.
"Dia telah menjual aku dan kalau saja aku tidak
menggunakan akalku sendiri, kemudian ditolong
oleh guruku yang sakti, tentu kini aku telah
menjadi seorang pelacur hina atau sudah
membunuh diri! Nah, sekarang aku tidak
membunuhnya, hanya menelanjangi perbuatan
kotor dan rendah itu dalam kesempatan ini,
apakah orang masih mengatakan bahwa aku
kejam?"
Terdengar tangis isteri Lai Kun, dan semua
orang memandang kepada Lai Kun dengan alis
berkerut. Kam Cin atau Cin Cin adalah puteri
mendiang Coa Seng Hin, ketua Hek-houw-pang,
dan ia merupakan keturunan dari keluarga Coa,
walaupun sebagai cucu luar. Dan ia telah dijual
kepada rumah pelacuran oleh Lai Kun, orang yang
mereka anggap terhormat dan pantas menjadi
pimpinan mereka itu.
Pandang mata begitu banyak orang kepadanya,
dirasakan seperti ujung ratusan pedang yang
menodongnya dan membuatnya tersudut. Lai Kun
sudah lama menyesali perbuatannya itu, namun
dia tidak berani menceritakannya kepada
siapapun, tidak berani mengakui perbuatannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini, semua itu terbongkar dan dia tidak mungkin
dapat mengelak, tak mungkin dapat menyangkal
karena Cin Cin sendiri telah berdiri di situ sebagai
seorang gadis yang memiliki ilmu kepandaian amat
tinggi. Hukuman ini terlampau berat baginya, lebih
berat daripada hukuman mati sekalipun. Namanya
telah hancur. Kehormatannya telah lenyap dan dari
seorang ketua yang disegani, dihormati semua
orang, kini dia menjadi seorang pengkhianat dan
pengecut yang akan dipandang rendah selamanya.
"Aku telah berdosa...........!!" Tiba-tiba ia
berteriak, tangannya bergerak dan diapun roboh
dengan jari-jari tangan kanan menancap di
kepalanya sendiri. Isterinya dan dua orang
anaknya menjerit dan menubruk tubuh yang
sudah menjadi mayat itu karena Lai Kun tewas
seketika.
Tentu saja pesta itu menjadi bubar. Para tamu
merasa sungkan dan ikut prihatin, lalu mereka
membubarkan diri, bahkan tidak sempat berpamit
karena bingung siapa yang harus dipamiti dalam
keadaan seperti itu. Seluruh Hek-houw-pang
berkabung, bukan hanya karena kematian Lai
Kun, akan tetapi terutama sekali karena
terbongkarnya perbuatan ketua Hek-houw-pang itu
sungguh merupakan tamparan bagi Hek-houwpang,
mencemarkan nama baik perkumpulan itu.
Karena menjadi murid Tung-hai Mo-li yang
berwatak dingin dan keras, maka pada lahirnya
Cin Cin kadang bersikap dingin dan juga tegas,
bahkan dapat menjadi ganas. Namun di dasar
batinnya sebetulnya ia memiliki perasaan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
halus dan mudah merasa iba kepada orang lain.
Ketika ia disambut oleh para tokoh Hek-houw-pang
dengan baik dan hormat sebagai seorang anak
hilang yang kini pulang, apalagi mengingat ia
adalah keturunan terakhir dari keluarga Coa dan
telah memiliki ilmu kepandaian tinggi, Cin Cin
menanggapi dengan tenang dan dingin saja. Akan
tetapi ia merasa iba kepada isteri Lai Kun dan
kedua orang puteranya yang belum dewasa.
Melihat wanita itu bersama kedua orang
puteranya menangisi jenazah Lai Kun, ia
menghampiri mereka. Semua orang memandang
cemas, khawatir kalau-kalau gadis itu akan
melampiaskan dendamnya pada keluarga Lai Kun.
Juga isteri Lai Kun memandang dengan ketakutan
ketika melihat Cin Cin mendekatinya. Akan tetapi
Cin Cin menyentuh pundaknya dan berkata.
"Bibi, maafkanlah aku. Bukan maksudku
menyusahkan hati bibi yang tidak kukenal, juga
kedua orang adik ini. Bukan pula maksudku
membuat paman Lai Kun membunuh diri, aku
hanya ingin membalas perlakuannya yang amat
keji terhadap diriku dahulu."
Wanita itu memandang dengan mata basah sinar
matanya memandang heran akan tetapi disusul
keharuan. "Aku.........aku.......tahu memang
suamiku yang bersalah. Tak kusangka dia sekeji
itu......aih, tak kusangka sama sekali.. Mudahmudahan
kelak aku dapat mendidik kedua orang
puteraku agar tidak memiliki watak seperti ayah
mereka......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkabungan atas kematian Lai Kun itu
merupakan pula penyambutan atas pulangnya Cin
Cin dan Siong Ki. Terutama Cin Cin yang boleh
dibilang menjadi nona rumah di Hek-houw-pang
mengingat ia adalah keturunan keluarga pimpinan
Hek-houw-pang. Akan tetapi, karena ia sendiri
merasa rikuh telah menjadi sebab sehingga Hekhouw-
pang berkabung, Cin Cin tidak mau lama
tinggal di situ.
"Para paman, bibi dan saudara-saudara di Hekhouw-
pang. Aku tidak dapat tinggal lama di sini."
"Akan tetapi, engkau belum lama tiba, belum
sempat kita bicara. Kami ingin sekali mendengar
pengalamanmu sejak pergi dari sini!" kata seorang
wanita tua yang dahulu sering mengasuh Cin Cin.
"Cin Cin, kami semua sudah sepakat untuk
mengangkat engkau menjadi ketua baru Hekhouw-
pang," kata pula Thio Pa.
"Benar sekali kata-kata susiok Thio Pa. Cin Cin,"
kata pula Siong Ki. "Engkau yang paling tepat
menjadi ketua Hek-houw-pang. Selain engkau
memang keturunan dari para pimpinan Hek-houwpang,
juga engkau memiliki ilmu kepandaian
tinggi. Di bawah pimpinanmu, tentu Hek-houwpang
akan menjadi semakin kuat."
Semua orang menyatakan setuju, akan tetapi
Cin Cin menggeleng kepala dan memandang
kepada Siong Ki. "Siong Ki , tidak perlu engkau
memujiku seolah engkau sendiri tidak memiliki
kemampuan. Padahal, melihat dari tangkisanmu
tadi saja, aku tahu bahwa engkau kini telah
menjadi seorang yang amat lihai. Belum tentu aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan mampu mengalahkanmu. Siapakah gurumu,
Siong Ki."
"Guruku adalah beliau yang tadinya akan
menjadi gurumu, Cin Cin, yaitu Huang-ho Sinliong."
"Aihhh .!" Mata yang indah itu terbelalak.
"Sungguh beruntung engkau, dan betapa
malangnya aku. Aku yang dikirim ke sana hampir
celaka dan gagal menjadi muridnya, sedangkan
engkau malah menjadi muridnya. Pantas engkau
hebat. Paman Thio Pa, ada calon ketua Hek-houwpang
yang hebat di sini. The Siong Ki inilah yang
paling tepat menjadi ketua. Aku sendiri akan pergi
sekarang juga."
"Cin Cin, kenapa tergesa-gesa? Engkau hendak
pergi ke manakah?"
"Aku hendak mencari ibuku. Apakah ada yang
tahu di mana sekarang ibu berada?"
"Ah, Ibumu? Beliau telah menjadi guruku yang
pertama sekali.. ."kata Siong Ki.
Mendengar ini Cin Cin memandang heran.
"Gurumu?"
"Benar Cin Cin. Bahkan aku telah mengikuti
ibumu yang hendak mencarimu. Akan tetapi dalam
perjalanan, kami diserang penjahat dan berpisah.
Aku terlunta-lunta dan teringat akan Huang-ho Sin
liong, maka aku melakukan perjalanan yang jauh
itu dan akhirnya berhasil sampai ke Hong-cun dan
diterima sebagai murid."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahukah engkau di mana ibu sekarang?" Siong
Ki menggeleng kepala.
"Cin Cin, ibumu telah menikah lagi kata Thio Pa
dengan suara lirih dan berhati-hati. Namun, tetap
saja Cin Cin terkejut bukan main, wajahnya
berubah kemerahan dan ia membalikkan tubuh
menghadapi Thio Pa dan memandang dengan sinar
mata penuh selidik.
"Menikah......? Di ... dimana ibu sekarang?"
tanyanya dengan suaranya terdengar lirih.
Thio Pa menggeleng kepalanya. "Ibumu dan
suaminya pernah datang ke sini dan mencarimu,
akan tetapi mereka tidak mengatakan dimana
mereka tinggal. Juga hanya sebentar saja mereka
datang menemui mendiang suheng Lai Kun," kata
Thio Pa singkat dan agaknya dia juga merasa tidak
enak hati untuk membicarakan ibu gadis itu yang
telah menikah lagi.
Suasana menjadi hening, semua orang terdiam
karena mereka semua maklum betapa berita itu
tentu mendatangkan perasaan yang amat tidak
enak dalam hati gadis yang perkasa itu. Juga tidak
seorangpun berani bertanya mengapa tangan kiri
Cin Cin buntung. Mereka semua merasa jerih dan
takut terhadap gadis yang ganas dan amat lihai
itu.
Sejenak Cin Cin termenung, tenggelam dalam
lamunan. Ia membayangkan betapa ibunya yang
selama ini dirindukannya, kini telah bersanding
dengan seorang pria lain, bukan ayahnya yang
telah tewas. Pria lain! Dan mungkin telah
mempunyai anak-anak lain pula! Sukar baginya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk dapat menerima kenyataan pahit ini.
Hatinya terasa panas, iapun memandang kepada
Thio Pa, sinar matanya mencorong tajam penuh
selidik sehingga menggetarkan hati orang yang
dipandangnya.
"Paman Thio Pa, katakan, siapakah suami ibu
itu?"
Biarpun hatinya merasa tidak enak, terpaksa
Thio Pa mengaku. "Suaminya yang baru adalah
seorang pendekar Siauw-lim-pai bernama Lie Koan
Tek!"
"Ahhh.......!" Seruan ini hampir berbareng keluar
dari mulut Siong Ki dan Cin Cin. Biarpun hampir
sama bunyinya, namun seruan itu dikeluarkan
oleh dua hati yang berlainan perasaannya. Siong Ki
terkejut bukan main mendengar nama Lie Koan
Tek yang dianggap sebagai seorang pendekar yang
menyeleweng, karena telah membantu
pemberontak menyerbu Hek-houw-pang, orang
yang telah membunuh ayahnya, dan sekarang
malah menjadi suami Coa Liu Hwa, bekas isteri
ketua Hek-houw-pang yang tewas! Adapun Cin Cin
terkejut karena iapun sudah mendengar nama
pendekar ini. Bagaimana ibunya tiba-tiba dapat
menjadi isteri pendekar Siauw-lim pai itu? Kalau
sudah diketahui bahwa ibunya menjadi isteri
pendekar itu, agaknya tidak terlalu sukar untuk
mencarinya karena nama besar pendekar itu
membuat dia mudah dicari dan ditemukan.
Karena iapun merasa tidak enak dan bahkan
canggung dan malu mendengar ibunya menikah
lagi, Cin Cin tidak mau banyak bicara lagi. Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu berkata singkat, "Selamat tinggal, aku mau
pergi sekarang!" Dan iapun melompat keluar dan
tubuhnya berkelebat lenyap dari situ, diiringi
pandang mata kagum dari semua orang.
"Paman dan bibi, akupun harus pergi sekarang,"
kata Siong Ki dan ucapan ini mengejutkan semua
orang.
"Eh, nanti dulu, Siong Ki. Kenapa engkaupun
ikut-ikutan hendak pergi? Kami belum mendengar
semua pengalamanmu......" kata Thio Pa.
"Sebaiknya engkau tinggal di sini dan menjadi
ketua Hek-houw-pang," kata pula seorang paman
lain.
"Terima kasih, akan tetapi aku masih
mempunyai tugas penting dari suhu. Kelak, kalau
semua urusanku telah beres, aku akan datang lagi.
Selamat tinggal!" Pemuda itupun berkelebat dan
lenyap dari situ. Orang-orang Hek-houw-pang
menghela napas panjang. Dua orang muda yang
belasan tahun meninggalkan Hek-houw-pang, telah
kembali sebagai orang-orang yang amat lihai, yang
sedianya akan dapat memperkuat Hek-houw-pang
dengan menjadi ketua. Akan tetapi, mereka pergi
lagi dan tak dapat dicegah.
Akhirnya, setelah semua urusan perkabungan
penguburan jenazah Lai Kun selesai, mereka
mengadakan perundingan di antara mereka sendiri
dan karena Thio Pa merupakan saudara tertua,
maka Thio Pa dipilih menjadi ketua Hek-houwpang
menggantikan Lai Kun yang telah tewas.
-ooo0dw0oooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
"Bibi, harap jangan khawatir. Cin-taijin
(pembesar Cin) yang kumaksudkan ini adalah
seorang pejabat tinggi dan penting di Lok-yang.
berkuasa dan kaya raya. Yang mengutusku adalah
Cin hu-jin (nyonya Cin), isterinya yang tertua.
Keluarga itu membutuhkan pembantu wanita yang
bersih dan rajin, dan aku melihat puterimu Alian
dan Akim itu tepat untuk menjadi pembantu di
sana. Pembantu wanita di keluarga itu hampir
sama dengan dayang di istana kaisar, akan hidup
mewah dan terhormat," demikian antara lain
bujukan seorang wanita berusia tigapuluhan tahun
kepada seorang ibu di dusun itu. Ibu itu berusia
limapuluhan tahun, seorang janda yang
mempunyai dua orang puteri yang sudah
menjelang dewasa. Alian berusia tujuhbelas tahun,
sedangkan adiknya, Akim berusia limabelas tahun.
Sebagai gadis-gadis dusun, kakak beradik ini
sederhana dan polos. Namun, mereka memiliki
kulit yang bersih dan putih, dengan wajah yang
segar bagaikan bunga mawar tersiram embun pagi
dan tubuh yang padat dan kuat karena terbiasa
bekerja berat sejak kecil. Biarpun sederhana,
namun bentuk wajah mereka manis dan kalau saja
mereka mengenakan pakaian yang bersih dan
indah, wajah mereka dirias, tentu mereka akan
menjadi gadis-gadis yang menarik hati.
"Akan tetapi, toanio. Aku hidup menjanda,
miskin dan hanya mempunyai dua orang anak itu.
Kalau mereka semua pergi, lalu dengan siapa aku
hidup? Memang aku ingin melihat mereka senang
dan berkecukupan, akan tetapi seorang saja dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka, toanio. Yang seorang boleh kauajak
bekerja pada pembesar itu, dan yang kecil biar
tinggal di rumah menemaniku."
"Aku membutuhkan dua orang bibi. Bukankah
kalau mereka pergi berdua, berarti mereka tidak
akan kesepian dan ada temannya? Bibi jangan
khawatir, kalau mereka pergi, bibi dapat membayar
seorang pembantu.......... "
"Aihhh, toanio sungguh bicara yang bukanbukan.
Untuk makan sendiri saja sulit, bagaimana
dapat membayar pembantu?"
"Kalau dua orang anak bibi bekerja di Lok-yang,
bibi tidak akan menjadi miskin lagi. Lihat, Cin
hujin telah menyuruh aku meninggalkan uang
untuk dua orang puterimu, dan dengan uang ini,
engkau dapat hidup dan membayar pembantu
selama satu tahun. Dan sebelum uang ini habis,
kedua orang anakmu tentu sudah pulang, karena
setiap tahun baru mereka diperbolehkan pulang,
membawa pakaian dan uang untuk bibi. Dan
tahun baru tinggal tujuh bulan lagi." Wanita yang
berpakaian mewah itu mengeluarkan sebuah
kantung dan membuka kantung itu sehingga
nampak beberapa potong uang perak yang
berkilauan.
Wanita berpakaian mewah dan pesolek itu
mengaku sebagai Lu-toanio (nyonya Lu) utusan
keluarga pembesar dari kota Lok-yang yang datang
ke dusun itu untuk mencari pembantu wanita. Ia
membutuhkan banyak gadis pembantu dan dengan
dua orang puteri wanita tua itu, ia telah berhasil
mengumpulkan delapan orang gadis dusun yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusia antara empatbelas sampai tujuhbelas
tahun.
Akhirnya, setelah dibujuk dan diberi uang yang
cukup banyak bagi orang miskin seperti janda itu,
ibu Alian dan Akim menyetujui. Pada hari itu juga,
Alian dan Akim bersama enam orang gadis lain dari
dusun yang berdekatan di daerah itu, dibawa ke
Lok-yang dengan sebuah kereta besar yang ditarik
empat ekor kuda.
Akan tetapi, di luar pengetahuan delapan orang
gadis dusun yang tidak pernah pergi jauh, bahkan
tidak pernah meninggalkan dusun mereka, kereta
itu tidak menuju ke Lok-yang, melainkan
membelok ke kota Ji-goan, tak jauh dari Lok-yang.
Ketika kereta memasuki pintu gerbang kota Jigoan,
kebetulan seorang gadis cantik berdiri di
situ. Ia memandang ke arah kereta yang memasuki
pintu gerbang dengan perlahan itu dengan sikap
acuh. Gadis ini adalah Kam Cin atau Cin Cin.
Setelah meninggalkan Hek-houw-pang, ia pergi
untuk mencari ibunya yang kabarnya kini telah
menjadi isteri dari Lie Koan Tek, seorang tokoh
besar dari Siauw-lim-pai. Ia masih bingung
menerima berita itu. Ia merasa sukar untuk dapat
menerima atau mengerti mengapa ibunya menikah
lagi, walaupun berita bahwa ibunya menikah
dengan pendekar Siauw-lim-pai membuat ia
merasa bangga juga. Ia harus dapat mencari
ibunya dan bertemu dengan ibunya agar ibunya
dapat memberi penjelasan akan pernikahannya lagi
yang membuat ia bingung itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin tadinya hanya merasa heran melihat
kereta itu tersingkap tirainya dan ternyata
penumpangnya adalah banyak gadis dusun yang
manis-manis dan masih remaja. Akan tetapi ketika
ia mendengar percakapan yang didengarnya ketika
kereta lewat perlahan, ia tertarik.
"Lu-toanio, apakah kita sudah tiba di kota Lokyang?"
Ia mendengar seorang di antara gadis-gadis
itu bertanya.
"Benar, manis. Ini kota Lok-yang, kalian semua
akan senang tinggal di kota ini." jawab seorang
wanita yang pesolek dan berpakaian mewah itu.
Delapan orang gadis itu nampak bergembira dan
mereka memuji-muji apa saja yang kelihatan di
tepi jalan kota Ji-goan itu, rumah-rumah yang
megah dan besar, toko-toko dan pakaian orangorang
yang berlalu lalang.
Mendengar percakapan itu, tentu saja hati Cin
Cin segera merasa tertarik sekali dan ia
memandang ke arah kereta penuh perhatian,
bahkan ia lalu berjalan mengikuti kereta itu yang
bergerak perlahan memasuki kota. Jelas bahwa
delapan orang gadis itu adalah gadis-gadis dusun
yang sederhana dan bodoh, akan tetapi mereka itu
manis-manis dan amatlah aneh melihat gadis-gadis
dusun sederhana dan manis itu naik sebuah
kereta mewah, ditemani seorang wanita pesolek
dan cantik genit yang usianya sekitar tigapuluh
tahun. Jelas bahwa gadis-gadis itu belum pernah
melihat kota Ji-goan, akan tetapi kenapa mereka
mengira Ji-goan adalah Lok-yang dan yang
agaknya wanita pesolek itu menipu mereka?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teringatlah Cin Cin akan sepak-terjang para
penjahat yang memancing gadis-gadis dusun ke
kota untuk kemudian dipaksa menjadi pelacur.
Mengingat ini, Cin Cin terkenang kembali kepada
pengalamannya ketika kecil, dan hatinya terasa
panas. Memang ia pergi ke Ji-goan untuk mencari
Cia Ma, mucikari gembrot yang dulu pernah
menahannya setelah membelinya dari mendiang
Lai Kun.
Karena menduga bahwa para gadis dusun itu
tentu tertipu dan terancam bahaya, maka Cin Cin
terus membayangi kereta itu dan jantungnya
berdebar tegang, juga wajahnya menjadi merah
karena marah ketika ia melihat kereta itu berhenti
di pekarangan sebuah rumah bercat merah. Itulah
rumah pelesir Ang-hwa (Bunga Merah) di mana ia
dahulu disekap ketika ia dijual oleh paman guru
Lai Kun, kepada nenek gembrot Cia Ma.
Dengan hati-hati agar jangan ketahuan, Cin Cin
menyelinap masuk ke pekarangan itu dan
bersembunyi di belakang pohon, mengintai. Ia
melihat betapa wanita pesolek itu turun dan
menyuruh delapan orang gadis itu turun pula.
"Apakah ini rumah Cin-taijin (Pembesar Cin)?"
terdengar seorang gadis bertanya.
"Atau barangkali ini rumah, Kiu-wan-gwe
(Hartawan Kiu di mana aku akan bekerja?"
Para gadis itu bertanya-tanya apakah mereka
tiba di rumah di mana mereka dijanjikan untuk
bekerja. Wanita pesolek itu tertawa. "Aih, kenapa
tergesa-gesa? Ini adalah rumah penampungan.
Apakah pantas kalau aku menghadapkan kalian ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
majikan-majikan kalian dalam keadaan begini?
Kalian harus belajar dulu bagaimana harus
bersikap dan bekerja di rumah majikan kalian
masing-masing, dan juga kalian harus
mengenakan pakaian yang baru dan baik, harus
merias diri agar jangan kelihatan kotor dan
dusun."
Para gadis itu kelihatan girang, lalu mereka
digiring masuk ke dalam rumah besar yang amat
dikenal oleh Cin Cin itu. Sambil menahan
kemarahannya, Cin Cin lalu muncul dari balik
batang pohon itu dan berjalan menuju ke ruangan
depan. Segera muncul empat orang laki-laki tinggi
besar yang bersikap galak, akan tetapi tersenyumsenyum
ketika melihat bahwa yang datang adalah
seorang gadis cantik sekali, yang menyembunyikan
tangan kirinya ke dalam saku jubahnya yang lebar.
"Heii, nona manis, berhenti! Siapakah engkau
dan mau apa datang ke tempat ini?"
"Apakah engkau dipesan oleh Cia Ma untuk
melayani seorang hartawan?"
Cin Cin dapat menduga bahwa empat orang ini
tentulah tukang-tukang pukul yang bekerja pada
Cia-ma. Dahulu ketika gurunya menolongnya,
gurunya telah membunuh dua orang tukang pukul
berjuluk Hek-gu (Kerbau Hitam) dan Pek-gu
(Kerbau Putih) juga kusir kereta. Empat orang yang
usianya sekitar tigapuluh tahun ini tentu tukangtukang
pukul baru yang tidak pernah dikenalnya.
Cin Cin sudah dapat menekan kedukaannya
karena kehilangan tangan kiri, dan kini ia sudah
dapat lagi menguasai dirinya dan mendapatkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali sifatnya yang periang, jenaka, pemberani
dan pandai bicara. Melihat sikap empat orang
jagoan tukang pukul itu, iapun tersenyum manis.
"Namaku Kam Cin dan aku ingin bertemu
dengan Cia Ma karena ada urusan penting sekali
hendak kubicarakan," kata Cin Cin.
Empat orang itu saling pandang. Nona ini tentu
seorang pelacur kelas tinggi, pikir mereka. Tidak
ada seorangpun di antara anak buah Cia Ma dapat
menandingi kecantikan gadis ini. Wajahnya yang
manis demikian segar, bagaikan setangkai bunga
yang baru mekar dan segar oleh air embun. Tidak
seperti para anak buah Cia Ma yang bagaikan
bunga-bunga sudah layu walaupun usia mereka
masih muda-muda, wajah mereka yang cantik itu
rata-rata agak pucat, pandang mata mereka
kosong sayu tanpa semangat, senyum mereka
palsu dibuat-buat. Mereka tidak berani terlalu
kurang ajar karena seorang pelacur yang laris dan
mempunyai hubungan dengan para hartawan dan
bangsawan dapat menjadi musuh yang amat
berbahaya. Seorang di antara mereka lalu masuk
ke dalam untuk melapor kepada Cia Ma.
Mendapat laporan bahwa ada seorang gadis
cantik jelita mencarinya dengan keperluan penting,
Cia Ma tentu saja tertarik sekali. Sejak muda,
dagangannya adalah wanita cantik, maka
mendengar ada seorang gadis cantik jelita datang
berkunjung, ia melihat seolah keuntungan besar
yang datang mengunjunginya.
Cin Cin hampir tidak mengenal nenek yang
keluar terbongkok-bongkok, didampingi wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik pesolek yang tadi mengantar delapan orang
gadis dusun. Nenek itu memang wajahnya seperti
Cia Ma yang dahulu, akan tetapi kalau dulu Cia
Ma bertubuh gendut dan sehat, kini tubuhnya
nampak kurus dan kelihatan tua sekali. Memang
usianya kini sekitar enampuluh tiga tahun, akan
tetapi ia kelihatan jauh lebih tua, tubuhnya
bongkok dan wajahnya yang keriputan itu nampak
menyedihkan. Cin Cin mengerutkan alisnya dan
merasa kecewa. Orang yang pernah menyiksanya
dan yang dibencinya itu kini menjadi seorang
nenek.yang tak berdaya, lemah dan agaknya
menderita!
"Engkaukah Cia Ma yang dahulu gendut itu!
Pemilik rumah pelesir Ang-hwa ini?" Cin Cin
bertanya dengan ragu.
Cia Ma agaknya tidak kuat berdiri teralu lama. Ia
lalu duduk di atas kursi diikuti oleh wanita cantik
yang duduk di sebelahnya, dan wanita cantik itu
yang berkata kepada Cin Cin, "Nona, silakan
duduk."
Cin Cin duduk dan masih menyembunyikan
tangan kiri ke dalam lipatan jubahnya, di mana
pedangnya juga tersembunyi.
"Aku datang mencari Cia Ma. Katakanlah, nek,
apakah benar engkau ini Cia Ma pemilik rumah
pelesir Ang-hwa?" Cin Cin mengulang kembali, "Cia
Ma yang kukenal dahulu bertubuh gendut."
Kini Cia Ma bicara dan begitu ia mengeluarkan
kata-kata. Cin Cin tidak ragu lagi bahwa ia
memang berhadapan dengan wanita yang
dicarinya. "Nona, siapakah engkau? Rasanya aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum pernah mengenalmu, dan aku memang
benar Cia Ma pemilik rumah pelesir ini. Memang
dahulu aku gemuk sekali, akan tetapi sekarang
aku sudah tua, lemah dan berpenyakitan. Tentang
rumah pelesir ini, sesungguhnya, sejak setahun
yang lalu aku hanya... "
"Jangan bicara tentang itu!" tiba-tiba wanita
cantik yang duduk di sebelahnya berkata. Diamdiam
Cin Cin merasa heran sekali karena wanita
cantik itu bicara dengan menghardik. Kalau ia
merupakan pembantu Cia Ma, tidak mungkin
berani menghardik seperti itu. Dan Cia Ma
kelihatan takut terhadapnya, setelah dihardik,
menghentikan kata-katanya dan menundukkan
mukanya yang kelihatan takut dan sedih.
"Cia Ma, lupakah engkau kepadaku? Tigabelas
tahun yang lalu aku pernah tinggal di sini, ketika
itu aku suka ikut dalam pertunjukan menari dan
bernyanyi. Lupakah engkau kepada Cin Cin!"
Sepasang mata yang sayup itu terbelalak dan
mulutnya ternganga, lalu nenek itu berkata sambil
mengamati wajah Cin Cin penuh perhatian.
"Cin Cin.......? Ah. benar, engkau Cin Cin,
yang.......melarikan diri dulu itu......."
"Benar, Cia Ma, aku Cin Cin yang dulu itu!" kata
Cin Cin, tersenyum mengejek melihat nenek itu
kini memandang kepadanya dengan mata
terbelalak ketakutan.
"Mau.......mau apa engkau datang ke sini.......?"
Nenek itu bertanya, suaranya gemetar karena ia
teringat betapa anak ini tiga belas tahun yang lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melarikan diri dan membunuh dua orang
kepercayaannya, yaitu Pek-gu dan Hek-gu, bahkan
membunuh kusir kereta dan melarikan keretanya.
Dan karena gadis ini pula, ia harus berurusan
dengan pejabat tinggi yang telah membeli Cin Cin
dan hampir saja ia dijebloskan ke penjara kalau
saja ia tidak menguras hartanya untuk melakukan
penyogokan sehingga bebas dari hukuman.
"Engkau tahu bahwa aku mempunyai banyak
perhitungan denganmu, Cia Ma. Akan tetapi
sebelum kita bicara tentang itu, aku ingin bertanya
lebih dulu tentang delapan gadis dusun yang baru
saja dibawa masuk ke sini. Siapa mereka dan mau
diapakan mereka itu? Dipaksa menjadi pelacur
seperti yang biasa kau lakukan dahulu?"
Cia Ma mengerutkan alisnya. "Cin Cin, perlu apa
engkau bertanya tentang itu? Apakah engkau ingin
melanjutkan pekerjaanmu dahulu dan tinggal
disini?"
Wajah Cin Cin berubah merah. "Cia Ma, engkau
kerbau betina tua busuk! Kalau tidak melihat
engkau kini telah menjadi lemah dan hampir mati,
tentu sudah kutampar sampai hancur mulutmu
yang busuk itu!"
"Heii, bocah sombong! Kau kira dirimu ini siapa,
berani bersikap seperti ini disini? Kalau kau ingin
menjadi pelacur di sini, bersikaplah yang baik.
Kalau tidak, lalu perduli apa engkau dengan
rumah pelesir Bunga Merah ini?" bentak wanita
pesolek yang duduk di dekat Cia Ma dan kini iapun
bangkit berdiri dan sikapnya angkuh bukan main.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin tersenyum. "Siapa pula engkau? Aku
bicara dengan Cia Ma, bukan dengan pelacur tua
macam engkau!"
"Keparat, akulah pengurus tempat ini!" wanita
itu membentak marah karena dimaki pelacur tua.
"Aha, begitukah kiranya? Cia Ma, engkau sudah
terlalu tua dan menyerahkan kekuasaan ke orang
yang lebih muda? Apakah ini anakmu, muridmu,
adikmu? Heii, pelacur tua, apakah engkau yang
sudah tidak laku kemudian menggantikan Cia Ma
sebagai mucikari? Engkau tadi mencari dan
menipu gadis-gadis dusun untuk kaupaksa
menjadi pelacur?"
"Bukan urusanmu!" bentak wanita itu.
"Tentu saja urusanku. Aku akan mengobrakabrik
tempat maksiat, neraka bagi para gadis ini!"
Cin Cin membentak.
"Berani kau!" Wanita pesolek itu membentak dan
iapun sudah bergerak ke depan dan melompati
meja menyerang Cin Cin dengan gerakan yang
cukup tangkas. Diam-diam Cin Cin merasa heran.
Kiranya perempuan pesolek yang kini
menggantikan Cia Ma adalah seorang yang tidak
lemah, melainkan seorang yang memiliki silat
cukup baik. Akan tetapi tentu saja tidak ada
artinya bagi Cin Cin. Melihat perempuan itu
menerjang sambil meloncat, kedua tangan
membentuk cakar untuk mencakar muka, ia
memutar tubuh dan begitu tubuh penyerangnya
meluncur lewat, tangan kanannya bergerak
menjambak rambut wanita itu, lalu tubuh itu ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putar-putar sampai si pemilik rambut menjerit-jerit
kesakitan dan ketakutan.
"Lepaskan aku.......aihh, lepaskan aku.....!"
Perempuan itu menjerit-jerit karena tidak berdaya
dan merasa ngeri tubuhnya diputar-putar seperti
gasing itu.
"Baik, kulepaskan kau!" kata Cin-cin dan ia
melepaskan jambakan tangannya pada rambut itu
dan tubuh perempuan itupun melayang dan
membentur dinding ruangan depan itu.
"Brakkkk......!" Iapun terkulai dan pingsan
Melihat ini, empat orang tukang pukul tadi
menjadi marah sekali dan tanpa diperintah lagi
sudah mencabut golok masing-masing dan
mengepung Cin Cin. Sementara itu, Cia Ma hanya
memandang dengan wajah pucat, akan tetapi tidak
seperti dulu, kini ia tidak nampak galak, bahkan ia
bangkit dan mundur ketakutan sampai tubuhnya
merapat di sudut ruangan itu. Sikap nenek ini
membuat Cin Cin berkurang kemarahannya
terhadap Cia Ma. Sebetulnya ia datang untuk
menghajar Cia Ma dan anak buahnya, untuk
membasmi rumah pelesir yang merupakan neraka
bagi banyak gadis muda itu. Akan tetapi, kini sikap
Cia Ma seperti orang yang tertekan, bahkan ia
takut menghadapi wanita cantik yang pingsan itu.
Kini banyak wanita cantik keluar dan terbelalak
melihat Cin Cin berdiri dikepung empat orang
tukang pukul yang nampak bengis. Ada pula
beberapa orang laki-laki yang menjadi tamu rumah
pelesir itu. Juga bermunculan empat orang tukang
pukul lagi yang merasa heran, mengapa empat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang rekan mereka, dengan golok di tangan
mengepung seorang wanita cantik...
"Apa yang terjadi?" tanya seorang tukang pukul
bermuka hitam yang menjadi kepala dari semua
tukang pukul di situ.
"Ia telah memukul Kui-toanio (Nyonya Besar
Kui)," kata seorang di antara empat pengepung itu.
"Hehhh, kalian memalukan saja. Masa
menghadapi seorang gadis saja kalian harus
menggunakan golok? Aku tidak ingin melihat
pembunuhan dan terlibat perkara. Hayo simpan
golok kalian dan kujadikan perlombaan. Gadis ini
memang perlu di hajar. Siapa di antara kalian
semua yang dapat menangkapnya akan
kumintakan hadiah kepada Siocia."
Mendengar ucapan ini, tujuh orang tukang
pukul anak buah si muka hitam tertawa-tawa dan
maju mengepung, bahkan tiga orang tamu yang
melihat betapa cantik jelitanya gadis yang hendak
ditangkap, ikut-ikutan pula maju untuk sekedar
mencoba untuk dapat menangkap dan merangkul
gadis cantik itu.
Cin Cin berdiri dengan sikap tenang saja. Begitu
dua orang menerjang maju untuk menangkapnya,
kakinya bergerak dua kali menyambut dan tubuh
dua orang itu terjengkang!
Yang lain-lain menjadi terkejut dan penasaran.
Serentak mereka maju berlomba untuk menangkap
gadis yang masih nampak tenang itu. Melihat
pandang mata dan sikap mereka yang kurang ajar,
Cin Cin menjadi marah. Ia terpaksa mengeluarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan kirinya dari balik lipatan jubahnya dan kini
ia menghadapi pengeroyokan banyak orang dengan
gerakan kaki tangannya. Ia membagi-bagi pukulan
dan tendangan, akan tetapi membatasi tenaganya
karena ia tidak ingin membunuh orang, apalagi
mengingat bahwa orang-orang ini hanyalah antekantek
pemilik rumah pelesir itu.
Begitu cepat gerakan tubuh Cin Cin sehingga
para pengeroyoknya tidak melihat tubuhnya, hanya
melihat bayangan menyambar-nyambar dan
merekapun roboh terpelanting dan dalam waktu
beberapa detik saja, mereka semua sudah roboh
malang melintang dalam ruangan itu, membuat
meja kursi berserakan. Para pelacur menjerit-jerit,
para tamu juga terbelalak heran melihat betapa
seorang gadis cantik dapat merobohkan demikian
banyaknya pengeroyok.
Si muka hitam, kepala tukang pukul itu,
menjadi penasaran dan marah sekali. Kalau tadi
dia melarang anak buahnya mengeroyok Cin Cin
dengan golok, kini dia sendiri mencabut goloknya
dan matanya terbelalak melihat bahwa gadis itu
ternyata tidak mempunyai tangan kiri. Tangan
kirinya buntung sebatas pergelangan tangan dan
ujung lengan yang buntung itu dibalut kain putih
bersih.
"Gadis buntung, apa maksudmu membuat
kekacauan di sini!" bentaknya sambil
mengamangkan goloknya.
"Membasmi manusia-manusia iblis macam
engkau!" Jawab Cin Cin. Mendengar ini, si muka
hitam marah dan diapun sudah menyerang dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bacokan goloknya. Namun, dengan mudah Cin Cin
miringkan tubuh mengelak dan pada saat golok
menyambar lewat. Jari-jari tangan kanannya
menusuk ke arah iga lawan.
"Krekk!" Dua batang tulang iga patah-patah'dan
si muka hitam terpelanting roboh, mengaduh-aduh
mendekap iganya dan tak dapat bangkit kembali,
sedangkan goloknya yang terpental sudah
disambar oleh tangan kanan Cin Cin!
Tujuh orang tukang pukul yang tadi
berpelantingan, kini sudah mengeroyok Cin Cin
dengan golok mereka. Cin Cin memutar goloknya,
nampak gulungan sinar dan para pengeroyoknya
mengaduh-aduh, golok mereka terpental dan
mereka terpaksa mundur karena lengan kanan
mereka luka berdarah oleh sambaran sinar golok di
tangan Cin Cin.
"Mundur semua!" tiba-tiba terdengar bentakan
nyaring dan Cin Cin mengangkat muka
memandang. Ia terheran melihat seorang wanita
yang sukar ditaksir berapa usianya.
Penampilannya amat berwibawa dan matang, akan
tetapi wajahnya yang cantik pesolek itu masih
nampak muda, seperti tak jauh bedanya dengan
usianya sendiri. Wanita itu kelihatannya baru
berusia paling banyak dua puluh lima tahun,
wajahnya lonjong dan manis sekali, dengan kulit
putih mulus dan sepasang mata jeli dan senyum
yang genit. Tubuhnya ramping padat yang sengaja
ditonjolkan di balik pakaian yang terbuat dari
sutera tipis dan ketat. Ketika jubahnya yang
longgar dan lebar itu tersingkap, bukan hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak pinggangnya yang ramping dan tubuhnya
yang padat, juga nampak sebatang golok kecil
terselip di pinggangnya, menunjukkan bahwa
wanita cantik ini jelas bukan seorang wanita
lemah. Wanita itupun kini berdiri berhadapan
dengan Cin Cin dan mengamati Cin Cin penuh
perhatian dari rambut sampai ke kaki dan agak
lama pandang matanya terhenti di ujung lengan
kiri Cin Cin yang buntung.
Kedua orang wanita itu saling pandang bagaikan
dua ekor singa betina yang siap bertarung dan kini
saling mempelajari dan saling menilai dengan
pandang mata berkilat. Para tukang pukul, para
pelacur dan para tamu menjauhkan diri dan
menonton dengan hati tegang.
Kemudian, wanita cantik itu bertanya, suaranya
terdengar nyaring dan merdu, namun mengandung
penuh ejekan dan memandang rendah. "Bocah
buntung, siapakah engkau? Wajahmu cukup
cantik, tubumu cukup indah, juga usiamu masih
muda. Kalau saja tangan kirimu tidak buntung,
tentu kami menerima engkau bekerja di sini!"
Mendengar ini, Cin Cin yang merasa heran
bagaimana muncul seorang wanita seperti ini di
rumah pelesir itu, teringat akan sikap Cia Ma yang
ketakutan, lalu ia menjawab, suaranya ringan dan
jenaka seperti biasa yang memang menjadi
wataknya, disertai senyum manis.
"Namaku Kam Cin dan aku datang untuk
membebaskan para gadis dusun yang dijebak di
sini, juga untuk membasmi tempat maksiat yang
merupakan neraka bagi para gadis muda ini. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapakah engkau? Apakah engkau seorang di
antara para pelacur di sini?"
Terdengar seruan-seruan kaget dari mereka yang
menonton dari tempat aman, bahkan ada seorang
tukang pukul berkata, "Perempuan buntung itu
mencari mati!" Akan tetapi, Cin Cin bersikap
tenang dan memandang kepada wanita itu dengan
senyum dan pandang mata mengejek untuk
membalas sikap congkaknya tadi.
Dan ia kagum melihat betapa wanita itu sama
sekali tidak memperlihatkan perasaan apapun,
hanya matanya berkilat dan senyumnya semakin
genit.
"Bocah buntung, sungguh engkau sombong,
seperti seekor burung yang baru belajar terbang!
Ketahuilah bahwa aku yang disebut di dunia kangouw
sebagai Bi Tok Siocia (Nona Racun Cantik)!" ia
berhenti sebentar untuk melihat tanggapan gadis
buntung itu dan ia memandang heran melihat
betapa gadis buntung itu sama sekali tidak kaget
mendengar nama julukannya yang dianggapnya
telah amat terkenal dan menggetarkan dunia
persilatan itu. Dengan penasaran ia cepat
menambahkan, "Ayahku adalah majikan Liong-san
(Bukit Naga), datuk besar Ouw kok Sian!" Kini ia
bukan saja merasa heran, juga penasaran karena
gadis buntung inipun sama sekali tidak terkesan
oleh nama ayahnya.
Sebetulnya Cin Cin pernah mendengar nama
datuk itu dari gurunya. Biarpun ia belum pernah
mendengar nama Bi Tok Siocia, namun dari
gurunya ia pernah mendengar tentang nama para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
datuk perslatan, juga tentang Ouw Kok Sian, datuk
yang menguasai daerah pegunungan Liong-san.
Akan tetapi ia sengaja tidak memperlihatkan sikap
mengenalnya, sehingga membuat wanita cantik itu
semakin penasaran. Andaikata gadis buntung itu
tidak mengenalnya, hal itu masih pantas karena ia
belum lama merajalela di dunia persilatan. Akan
tetapi nama besar ayahnya! Kalau gadis buntung
ini tidak mengenal nama ayahnya, hal ini hanya
membuktikan bahwa si buntung ini bukan orang
kang-ouw dan tidak mempunyai pengalaman sama
sekali dalam dunia persilatan. Tentu saja
disamping penasaran, iapun semakin memandang
rendah.
"Kam Cin, engkau bocah lancang dan tak tahu
diri!" bentak Bi Tok Siocia. "Cepat engkau berlutut
minta ampun, dan aku hanya akan menghukum
dengan bekerja di sini selama satu bulan. Kalau
tidak, terpaksa aku akan membuntungi tanganmu
yang satu lagi!"
"Bi Tok Siocia, terus terang saja, aku datang
untuk berurusan dengan Cia Ma. Kenapa engkau
mencampuri, bahkan seolah-olah engkau yang
berkuasa di sini? Apakah sekarang Cia Ma sudah
pensiun dan yang menjadi mucikari baru adalah
engkau!"
"Aku penguasa di sini dan engkau tidak perlu
tahu! Hayo cepat berlutut atau aku akan
menyuruh orang-orangku untuk menangkapmu
dan membuntungi tangan kananmu!"
Cin Cin melirik. Kini delapan orang tukang
pukul yang tadi sudah siap dengan golok mereka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahkan ditambah dua orang lagi yang nampak
bengis. Ia tersenyum. "Mereka itukah orangorangmu?
Kalau mereka berani maju hendak
membuntungi tangan kananku, jangan salahkan
aku kalau tangan mereka sendiri yang akan
buntung!"
Bi Tok Siocia memberi isyarat kepada anak
buahnya. "Siapa yang dapat membuntungi tangan
kanannya, akan kuberi hadlah besar!"
Mendengar ini, serentak sepuluh orang laki-laki
yang sudah terbiasa mempergunakan kekuatan
dan kekerasan untuk memaksakan kehendak
mereka itu, menyerang dengan golok mereka
terhadap Cin Cin.
Dengan sikap tenang, mulut masih tersenyum
Cin Cin memungut kembali golok rampasannya
yang tadi ia lepaskan ke atas lantai dan begitu ia
menggerakkan golok itu, nampak sekali lagi
gulungan sinar berkilauan yang membuat para
pengeroyoknya terkejut dan bingung, karena
bayangan gadis itu lenyap terbungkus gulungan
sinar golok. Kemudian, terdengar jerit mengaduh,
disusul golok-golok beterbangan, darah muncrat
dan potongan tangan-tangan jatuh ke lantai.
Dalam waktu berapa menit saja, sepuluh orang
pengeroyok itu telah mengaduh-aduh, tangan kiri
memegangi tangan kanan yang telah buntung
sebatas pergelangan, persis seperti tangan Cin Cin,
hanya mereka itu kehilangan tangan kanan.!
Cin Cin menghadap ke arah Bi Tok Siocia,
melempar golok rampasannya ke atas lantai dan
berkata dengan nada mengejek, "Sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kukatakan, siapa hendak membuntungi tanganku,
berarti akan kehilangan tangannya sendiri!"
Bukan main marahnya hati Bi Tok Siocia, akan
tetapi diam-diam iapun terkejut. Dari gerakan
golok gadis buntung itu, ia dapat melihat bahwa
gadis itu memang lihai sekali dan memiliki gerakan
yang amat ganas dan dahsyat.
"Bocah sombong! Engkau dari partai mana dan
siapa gurumu?''
Cin Cin tersenyum mengejek. "Aku tidak
berpartai, dan siapa guruku tidak perlu kau kenal.
Guruku terlalu mulia untuk dikenal oleh seorang
seperti engkau!"
"Keparat busuk, engkau sombong dan sudah
bosan hidup!" Iapun mencabut sepasang goloknya
yang tipis dan kecil, namun berkilauan saking
tajamnya. "Hayo keluarkan senjatamu!" ia
membentak sambil memutar sepasang goloknya
sehingga nampak dua gulungan sinar yang
berbelit-belit dan menyambar-nyambar.
Cin Cin maklum bahwa lawannya tidak boleh
disamakan dengan para pengeroyok tadi, maka
iapun menggerakkan tangan kanannya ke balik
jubahnya dan nampaklah sebatang pedang yang
berkilauan dan bentuknya seperti naga.
Melihat Cin Cin sudah mencabut sebatang
pedang, wanita cantik itu mengeluarkan seruan
nyaring dan iapun sudah menyerang dengan
ganasnya.
Cin Cin menggerakkan pedangnya menyambut
dan segera di ruangan depan itu terjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertandingan yang membuat semua orang tertegun
dengan hati penuh ketegangan. Bayangan dua
orang wanita itu tidak dapat terlihat oleh mereka
karena saking cepatnya gerakan mereka. Bayangan
merah terbungkus gulungan sinar pedang dan
golok sehingga sukar dibedakan di antara mereka.
Para pengeroyok yang kehilangan tangan kanan itu
saling membalut di antara mereka dan masih
terdengar mereka merintih dan mengeluh. Tentu
saja tak seorangpun di antara mereka berani maju
lagi.
Kini, Bi Tok Siocia benar-benar terkejut! Tak
disangkanya sama sekali bahwa gadis buntung
yang tidak mengenal namanya, dan agaknya tidak
pula mengenal nama ayahnya, yang nampaknya
belum berpengalaman di dunia kangouw, ternyata
memiliki ilmu kepandaian yang demikian hebatnya!
Bukan hanya ilmu pedangnya ganas dan
dahsyat, dan tenaga sin-kang gadis buntung itu
bahkan terlalu kuat baginya, juga pedang di
tangan gadis itu mengingatkan ia akan seorang
tokoh yang pernah ia dengar dari ayahnya.
"Tranggg.......! Cringgg......!" Sepasang golok itu
bertemu pedang dan tubuh Bi Tok Siocia meloncat
ke belakang.
"Tahan!" serunya nyaring. "Apa hubunganmu
dengan Tung-hai Mo-li?"
"Hem, sudah kukatakan, engkau tidak berhak
untuk mengenal nama suboku!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Bi Tok Siocia berubah. "Aih, kalau engkau
murid Tung-hai Mo-li, berarti kita segolongan. Kita
tidak semestinya bermusuhan!"
Cin Cin tersenyum mengejek. "Siapapun yang
menipu dan menjebak gadis-gadis dusun untuk
dijadikan pelacur, tentu akan kumusuhi!"
Bi Tok Siocia menggerakkan kedua pundaknya
dan menyimpan sepasang goloknya. "Terserah, aku
tidak ingin mencampuri lagi. Subomu kenal baik
ayah, kalau aku memusuhimu, tentu ayah akan
marah kepadaku," katanya dan sekali ia meloncat.
Bi Tok Siocia lenyap dari situ, entah ke mana.
Melihat betapa pemimpin mereka melarikan diri,
para tukang pukul yang kehilangan tangan kanan
itu serentak menjatuhkan diri berlutut dengan
muka pucat, takut kalau mereka akan dibunuh
gadis buntung yang amat lihai itu.
"Lihiap, ampunkan kami......" kata si muka
hitam mewakili teman-temannya.
"Pergilah kalian, dan ingat. Kalau lain kali aku
melihat seorang yang buntung tangan kanannya
melakukan kejahatan, akan kubuntungi pula
lehernya!"
Mendengar ucapan ini, sepuluh orang tukang
pukul itu lalu lari meninggalkan tempat itu,
meninggalkan golok dan tangan mereka yang
berserakan di lantai.
Cia Ma yang tadi juga menyaksikan semua itu,
kini tergopoh-gopoh menghampiri Cin Cin dan
menjatuhkan diri berlutut di depan Cin Cin sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis. "Aih, tidak kusangka........engkau, Cin
Cin......engkau telah menolongku."
Cin Cin mengerutkan alisnya. "Cia Ma, aku
kesini bukan untuk menolongmu, melainkan
untuk menghajarmu! Engkau manusia jahat, siapa
yang ingin menolongmu?"
Nenek itu menangis, "Tapi..........tapi...engkau
telah mengusir iblis-iblis itu dari sini"
Cin Cin maklum bahwa tentu telah terjadi
sesuatu di sini. "Suruh bersihkan ruangan ini,
baru kita bicara."
Cia Ma cepat memanggil para pelayan dan
memerintahkan mereka membersihkan tempat itu
dan ia sendiri mengajak Cin Cin untuk duduk dan
bicara di dalam.
Setelah mereka duduk di dalam, Cin Cin
berkata, suaranya ketus karena ia masih tak
senang mengingat akan semua pengalamannya
dahulu dengan nenek ini. "Nah, sekarang ceritakan
apa yang terjadi dan mengapa perempuan tadi
berada di sini menguasai tempat ini."
"Terjadinya sudah setahun yang lalu. Pada suatu
hari, perempuan yang minta disebut Siocia itu
datang ke sini dan memaksa aku menyerahkan
rumah ini dan semua isinya kepadanya. Ia bahkan
membunuh para pembantuku, dan menyiksaku,
memperlakukan aku sebagai seorang tahanan,
bahkan kadang memukuliku......" dan nenek itu
menangis lagi.
Cin Cin tersenyum di dalam hatinya. Kini ia
mengerti. Kiranya Bi Tok Siocia, iblis betina itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah mengambil alih kekuasaan di tempat ini demi
keuntungannya sendiri. Hal itu berarti bahwa Cia
Ma terhukum dan tersiksa. Sebelum ia turun
tangan, nenek ini sudah menderita siksaan dari
orang lain yang lebih jahat lagi.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 22
"Hemm, kalau saja tidak terjadi hal itu
kepadamu, tentu sekarang ini engkau yang
kubuntungi lengannya, bukan anak buah
perempuan itu!" hardiknya.
Wajah nenek itu menjadi pucat dan iapun
menjatuhkan diri berlutut lagi di depan kaki Cin
Cin.
"Maafkan aku.....li-hiap, maafkan aku. Memang
aku dahulu bersalah kepadamu .... akan tetapi
.....orang telah menjual dirimu
kepadaku......maafkan aku....." Ia menangis lagi.
"Bangkit dan duduklah! Sekarang dengar baikbaik.
Kau panggil ke sini semua gadis yang ditahan
di sini, juga para pelacur yang menjadi anak
buahmu. Suruh mereka berkumpul sekarang juga
di sini. Cepat!"
Bergegas nenek itu terseok dan terbongkok
masuk ke dalam dan tak lama kemudian ia muncul
kembali, diikuti oleh limabelas orang gadis manis
yang berpakaian sebagai gadis dusun dan sepuluh
orang gadis yang pesolek dan berpakaian indah.
Agaknya para penghuni rumah pelesir itu sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar akan peristiwa hebat terjadi di situ,
maka begitu berhadapan dengan Cin Cin yang
masih duduk dengan tenangnya, limabelas orang
gadis dusun itu serentak menjatuhkan diri berlutut
di depan Cin Cin sambil menangis dan mohon
pertolongannya.
Cin Cin mengangkat kedua tangannya,
"Bangkitlah kalian semua dan jangan menangis.
Sekarang coba kalian ceritakan, seorang demi
seorang, bagaimana kalian dapat berada di tempat
ini. "
Merekapun bercerita bahwa mereka dibujuk oleh
anak buah Nyonya Lu dan kadang oleh nyonya
cantik itu sendiri, untuk diberi pekerjaan pada
seorang hartawan atau bangsawan. Orang tua
mereka dan mereka terbujuk dan mau dibawa
pergi, dan tidak tahunya mereka ditahan di rumah
ini dan di paksa untuk menjadi calon pelacur.
Mereka diancam bahwa kalau tidak menurut,
mereka akan disiksa bahkan diancam akan
dilaporkan kepada yang berwajib karena menipu,
dengan tuduhan bahwa mereka dan orang tua
mereka telah memiliki hutang yang banyak.
"Cia Ma, sekarang keluarkan semua harta
milikmu, kirim pulang semua gadis ini ke dusun
masing-masing dan bekali uang sekucupnya.
Laksanakan hari ini juga!" kata Cin Cin.
Kemudian Cin Cin juga bertanya kepada sepuluh
orang gadis yang telah menjadi pelacur di tempat
itu. Mereka yang ingin melanjutkan pekerjaan
mereka sebagai pelacur tanpa dipaksa siapapun, ia
tidak ambil perduli. Akan tetapi di antara mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ingin terlepas dari cengkeraman mucikari dan
ingin pulang, iapun memerintahkan Cia Ma untuk
mengirim mereka pulang ke dusun masing-masing
dan dibekali uang sekucupnya. Cin Cin sendiri
yang mengatur pemberian bekal uang, dan melihat
bahwa Cia Ma benar-benar melaksanakan
perintahnya. Tentu saja para gadis itu menjadi
girang bukan main dan berterima kasih.
Setelah semua itu dilaksanakan dan Cin Cin
tinggal di situ untuk mengawasi pelaksanaan
sampai menginap semalam, ia memanggil Cia Ma
yang nampak lesu dan lemas karena semua harta
miliknya dibagi-bagi dan diberikan sebagai bekal
kepada para gadis yang dipulangkan ke dusun
masing-masing. "Cia Ma, engkau sudah tua, dan
dengan sisa hartamu, engkau dapat hidup
menganggur sampai mati. Mulai hari ini, tutup
rumah pelesir ini. Kalau lain hari aku lewat di sini
dan melihat bahwa rumah pelesir ini masih
kaubuka dan engkau menyeret gadis-gadis dusun
menjadi pelacur, menjadi sumber keuntunganmu
dengan memaksa mereka menggunakan berbagai
cara, aku akan membakar rumahmu ini dan
kulemparkan engkau hidup-hidup dalam kobaran
apinya!"
Sambil menangis Cia Ma berjanji, bersumpah
dan sekali ini ia tidak bermain-main. Baru saja ia
terhindar dari malapetaka. Selama setahun,
semenjak kekuasaannya dirampas Bi Tok Siocia, ia
hidup bagaikan orang hukuman, sengsara dan
tersiksa. Dan kini melihat betapa Cin Cin yang biar
tangan kirinya buntung kini menjadi seorang
pendekar wanita yang demikian sakti, yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuntungi tangan sepuluh orang tukang pukul,
bahkan berhasil mengusir Bi Tok Siocia,
mengeluarkan ancaman seperti itu, ia bergidik dan
benar-benar takut dan ngeri. Ia bertobat.
Setelah membereskan urusan di rumah pelesir
Ang-hwa di mana ia dahulu pernah tinggal, dalam
sehari membasmi rumah pelesir itu dan
mengubahnya menjadi sebuah rumah tinggal janda
tua Cia Ma yang tidak lagi mau melakukan
pekerjaan hina seperti semula, Cin Cin
meninggalkan kota Ji-goan dan pergi ke Lok-yang.
Ia ingin mencari ibunya dulu sampai dapat ia
temukan. Kini ia dapat mencari lebih mudah
setelah mengetahui bahwa ibunya telah menjadi
isteri Lie Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pai yang
cukup terkenal itu. Setelah bertemu dengan
ibunya, baru ia akan kembali kepada subonya,
Tung-hai Mo-li Bhok Sui Lan, untuk melaporkan
kegagalannya membunuh Pangeran Cian Bu Ong
seperti yang dipesankan gurunya, iapun belum
dapat menemukan musuh gurunya yang ke dua,
yaitu Can Hong San yang membunuh suheng dari
subonya yang bernama Can Siok. Sebetulnya ia
merasa malu untuk bertemu subonya.
Pertama ia belum dapat menemukan Can Hong
San, pembunuh ayahnya sendiri, yaitu Can Siok
suheng subonya. Ke dua, ia gagal untuk
membunuh Pangeran Cian Bu Ong, bahkan
kehilangan sebelah tangannya dalam usahanya itu.
Akan tetapi bagaimanapun juga, kalau ia sudah
dapat bertemu ibunya, ia harus melapor kepada
subonya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
-ooo0dw0ooo-
Berita tentang rumah pelesir Ang-hwa di kota Jigoan
itu segera tersiar dengan cepat luas. Dalam
berita itu dikabarkan bahwa rumah pelesir itu
diserbu seorang gadis cantik yang bertangan
buntung, namun lihai bukan main dan bahwa
rumah pelesir itu dibubarkan dan semua gadisnya
dipulangkan oleh pendekar wanita itu. Berita ini
tentu saja menggemparkan, karena belum pernah
terjadi seorang pendekar wanita mencampuri
urusan rumah pelesir dan membebaskan para
pelacur! Berita itu tersiar cepat dan luas sampai ke
kota Lok-yang. Sejak tersiarnya berita itu, rumahrumah
pelesir di berbagai kota yang berdekatan
terutama di Lok-yang di mana terdapat banyak
rumah pelesir, menambah jumlah tukang pukul
mereka untuk menjaga kemungkinan kalau kalau
tempat merekapun akan diserbu oleh pendekar
wanita tangan buntung itu. Tidak ada yang tahu
siapa nama pendekar wanita itu, karena berita itu
hanya mengabarkan bahwa pendekar ini buntung
tangan kirinya.
Sepasang suami isteri yang bermalam di sebuah
hotel di kota Lok-yang, mendengar pula akan berta
itu. Mereka merasa tertarik dan pada sore itu
mereka bercakap-cakap di kamar mereka,
membicarakan berita yang cukup menggemparkan
itu.
"Sungguh aneh sekali berita itu, kita harus
menyelidikinya!" berulang-ulang sang suami
berkata kepada isterinya, sambil mondar-mandir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggendong kedua tangan di belakang
pinggulnya.
Isterinya mengikuti gerakan dan langkah
suaminya dengan pandang matanya, lalu
tersenyum geli dan bertanya, "Sejak mendengar
berita itu, engkau nampak gelisah dan selalu
memikirkannya. Apa sih yang aneh dengan berita
itu?"
Suami itu tinggi besar dan gagah, brewokan
namun rapi, usianya enampuluh tahun lebih akan
tetapi masih nampak kokoh dan gagah. Dia bukan
lain adalah Lie Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pay
bersama isterinya, yaitu Coa Liu Hwa yang kini
telah berusia empatpuluh enam tahun, namun
masih tetap cantik. Mereka berdua memang sedang
berada di Lok-yang setelah menemui Lai Kun dan
mendengar bahwa ketika Lai Kun mengantarkan
anak Coa Liu Hwa, yaitu Kam Cin, ke rumah
Huang-ho Sin liong Si Han Beng, di dalam
perjalanan dekat Lok-yang, anak itu hilang,
mungkin terbawa para perampok.
"Apakah engkau tidak merasa aneh? Mana
pernah ada seorang pendekar wanita menyerbu
rumah pelesir dan membebaskan para pelacur?
Seolah ia tidak mempunyai pekerjaan lain saja.
Biasanya, mendekati rumah begituan saja
merupakan pantang bagi seorang pendekar wanita
yang menjaga nama baiknya. Pula, kabarnya
pendekar wanita yang buntung tangan kirinya itu
lihai sekali, kabarnya malah ia telah mengalahkan
Bi Tok Siocia yang tadinya menguasai rumah
pelacuran itu. Ini menarik sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa sih Bi Tok Siocia itu?" tanya Coa Liu Hwa.
"Seorang tokoh sesat yang belum lama muncul.
Akan tetapi kabarnya ia adalah putera atau murid
dari datuk besar di Liong-san, yaitu Ouw Kok
Sian."
"Aihh, sama sekali tidak ada hubungannya
dengan kita," kata wanita itu. "Nanti dulu, jangan
tergesa mengatakan tidak ada hubungannya. Aku
yakin bahwa kalau sampai ada seorang pendekar
wanita yang demikian lihai mengamuk di rumah
pelesir, hal itu tentu berarti bahwa ia mempunyai
urusan dengan tempat itu, berarti ia marah dan
membenci tempat itu. Kemudian, kita teringat
bahwa anakmu hilang di sekitar daerah ini. Nah,
bukankah menarik sekali untuk menyelidiki siapa
pendekar wanita itu?"
Coa Liu Hwa terbelalak dan suaranya gemetar
ketika ia bertanya, "Kau pikir ia itu Cin Cin... ?"
Suaminya menggeleng kepala. "Aku tidak
menduga sejauh itu. akan tetapi setidaknya,
peristiwa itu menarik sekali dan siapa tahu
pendekar wanita itu mempunyai hubungan atau
mengetahui dimana adanya anakmu yang hilang."
"Kalau begitu, mari kita cari ia sekarang juga!"
Mendengar ini, Lie Koan Tek tersenyum, dan
diam-diam ia merasa kasihan kepada isterinya
yang telah kehilangan puterinya dan amat
merindukannya. "Sekarang sudah malam, ke mana
kita akan mencarinya? Besok saja pagi-pagi kita
berangkat melakukan penyelidikan. Kurasa, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu sukar untuk mencari seorang gadis cantik
yang tangan kirinya buntung."
Coa Liu Hwa menyetujui, akan tetapi malam itu
ia gelisah tak dapat tidur karena memikirkan
puterinya. Apalagi ketika ia membayangkan betapa
puterinya itu kini buntung tangan kirinya!
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali suami
isteri ini sudah meninggalkan rumah penginapan.
Mereka hendak pergi ke kota Ji-goan di mana
terjadi peristiwa di rumah pelesir Ang-hwa seperti
yang mereka dengar beritanya itu dan hendak
memulai pencarian mereka dari sana. Pagi itu
suasana di jalan raya masih sunyi, dan ketika
mereka berjalan sampai di pintu gerbang, hanya
ada beberapa orang berlalu-lalang melalui pintu
gerbang sebelah selatan.
Tiba-tiba Lie Koan Tek merasa betapa tangannya
dipegang isterinya dan jari tangan isterinya
mencengkeram tangannya kuat-kuat. Hampir dia
berteriak kaget, akan tetapi ketika dia memandang
isterinya, dia melihat Lui Hwa terbelalak
memandang ke depan. Dia cepat ikut pula
memandang dan ternyata yang menarik perhatian
isterinya adalah seorang gadis yang berjalan
perlahan memasuki pintu gerbang itu. Seorang
gadis yang cantik manis, akan tetapi yang pada
hari yang sunyi itu berjalan seorang diri dengan
langkah perlahan dan muka ditundukkan tanpa
memperdulikan keadaan sekeliling, seolah ia
sedang tenggelam dalam lamunan. Memang sejak
ia kehilangan tangannya yang dibuntungi Thian Ki,
walaupun ia telah dapat mengatasi kedukaannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namun Cin Cin yang tadinya tidak pernah
melamun dan yang selalu berwatak riang jenaka
dan lincah itu, kini seringkali termenung seorang
diri. Ia tadinya merasa amat benci dan mendendam
kepada Thian Ki. Yang teringat hanya bahwa
pemuda itu telah membuntungi tangan kirinya.
Akan tetapi kemudian, setelah panasnya hati yang
mengeruhkan pikirannya mereda dan ia
mempertimbangkannya, iapun menyadari bahwa
Thian Ki bukan sengaja membuntungi tangan
kirinya, melainkan terpaksa melakukan hal itu
untuk menyelamatkan nyawanya. Thian Ki adalah
seorang tok-tong (anak beracun)! Tubuhnya
beracun, sehingga siapapun yang menyerangnya,
akan menyerang tubuh yang beracun dan menjadi
keracunan. Ketika tangan kirinya mencengkeram
pundak Thian Ki, hawa beracun memasuki
tangannya dan agaknya racun itu sedemikian
jahatnya sehingga tidak mungkin dapat
dilenyapkan dari tangannya. Kalau Thian Ki tidak
cepat membuntungi tangan kirinya, racun itu akan
menjalar naik dan kalau sampai ke jantungnya,
iapun pasti akan tewas. Masih terbayang wajah
Thian Ki yang pucat dan matanya yang penuh
kedukaan setelah membuntungi tangan kirinya itu!
Anehnya, sejak itu, tak pernah ia mampu
melupakan Thian Ki! Mula-mula, wajah pemuda itu
selalu teringat olehnya dengan perasaan
mengandung benci, namun lambat laun, kebencian
itu semakin berkurang oleh pengertian.
Suami isteri Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa
memandang kepada gadis itu penuh perhatian,
terutama sekali Liu Hwa. Ketika mereka melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis itu berjalan sambil menundukkan muka
seperti sedang tenggelam dalam renungan, tangan
kirinya dimasukkan dalam saku jubahnya, mereka
hampir yakin bahwa inilah gadis pendekar yang
mereka cari itu. Kalau bukan gadis pendekar
tangan kiri buntung, mengapa gadis itu
menyembunyikan tangan kirinya ke dalam saku
jubahnya?
"Bagaimana? Apakah wajahnya.......!?" Tanya Lie
Koan Tek berbisik.
Isterinya menggeleng kepala ragu. "Entahlah,
sudah enambelas tahun aku tidak bertemu
dengannya. Bagaimana aku dapat mengenalnya?
Ketika itu, usianya baru lima tahun....... "
Melihat kesedihan membayang pada wajah
isterinya, Lie Koan Tek lalu memegang tangan
isterinya dan berkata, "Mari kita bayangi gadis itu!"
Isterinya hanya mengangguk dan merekapun
memasuki kembali kota Lok-yang, diam-diam
membayangi gadis itu dengan hati penuh
keraguan.
Sebetulnya, setelah apa yang ia lakukan di kota
Ji-goan, hati Cin Cin sedikit banyak merasa puas.
Bukan saja ia telah memberi hukuman kepada Cia
Ma seperti yang telah ia inginkan, bahkan yang
lebih memuaskan hatinya, ia dapat membebaskan
banyak gadis dusun sebelum terlambat, dapat
menghajar para tukang pukul, dan terutamasekali,
ia dapat menyadarkan kembali Cia Ma sehingga
nenek itu bertobat dan akan menebus dosa dengan
mengubah jalan hidupnya. Biarpun Cia Ma pernah
menahannya dan bahkan pernah memukulinya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi harus ia akui bahwa Cia Ma juga
pernah bersikap lembut dan ramah kepadanya. Ia
diberi pakaian indah, ia dipaksa untuk belajar
kesenian, menari dan bernyanyi, sungguhpun
semua itu diberikan kepadanya, agar harganya
naik di mata calon pembelinya!
Urusannya dengan Cia Ma yang selama ia
belajar ilmu, menjadi satu di antara dendamnya,
telah beres. Kini tinggal mencari ibunya, baru
setelah itu, ia akan mencari Coa Hong San untuk
melaksanakan perintah subonya, atau kembali
kepadanya untuk melaporkan tentang
kegagalannya membunuh Pangeran Cian Bu Ong.
Ia telah melakukan perjalanan semalam suntuk
dari Ji-goan menuju ke Lok-yang. Kini ia merasa
lelah dan juga perutnya terasa lapar. Ketika ia
memasuki kota Lok-yang yang masih sepi,
tiba¬tiba hidungnya disambar bau sedap masakan.
Ia menoleh dan melihat sebuah rumah makan kecil
di tepi jalan. Agaknya dari sanalah datangnya uap
yang sedap tadi. Rasa laparnya semakin menggila
ketika sedap masakan menyerang hidungnya dan
iapun segera menghampiri rumah makan itu.
Pelayan tunggal di rumah makan itu
menghampiri ketika Cin Cin duduk di bangku
menghadapi meja. "Nona hendak makan apakah?"
tanyanya sambil membersihkan meja itu dengan
kain yang selalu disampirkan di pundaknya.
Sikapnya sederhana dan sopan, maka hati Cin Cin
juga merasa senang. Seringkali ia harus mulai
menghadapi makanan di rumah makan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati jengkel karena sikap pelayannya yang genit
dan kurang ajar.
"Aku ingin makan bubur ayam dan minum
panas yang tidak terlalu pahit," katanya.
Pelayan itu mengangguk dan memesankan
makanan itu kepada tukang masak, kemudian dia
bergegas menyambut tamu lain yang duduk di
sebelah luar, yaitu Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa.
Karena memang bubur ayam di Lo-yang terkenal
lezat, suami isteri itupun memesan bubur ayam
dan air the.
Cin Cin yang bersikap acuh terhadap
sekelilingnya, tidak tahu bahwa sejak memasuki
kota Lok-yang, suami isteri itu selalu
membayanginya, bahkan kini duduk tak jauh
darinya, di sebelah luar sedangkan ia duduk di
sebelah dalam rumah makan itu.
Ketika pelayan menghidangkan pesanannya, Cin
bertanya. "Apakah kalian menyewakan kamar di
sini?"
Pada waktu itu, biasanya rumah makan juga
menyewakan kamar-kamar, semacam losmen kecil.
"Ah, kebetulan sekali, masih ada kamar kosong di
loteng, nona."
"Bagus, suruh bersihkan sebuah kamar di loteng
untukku. Aku akan tinggal di sini beberapa hari,"
katanya sambil mulai makan bubur ayam yang
masih mengepul panas.
Lie Koan Tek dan isterinya mendengar gadis itu
memesan kamar, dan merekapun mulai makan
bubur ayam. Mereka melihat pelayan tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghampiri si gadis dan mengatakan bahwa
kamar telah siap, yaitu kamar nomor dua di loteng.
Lie Koan Tek dan isterinya kini merasa yakin
bahwa gadis itulah yang membuat geger di kota Jigoan.
Kini, setelah mulai makan, Cin Cin
mengeluarkan lengan kirinya yang buntung
sehingga semua orang dapat melihat bahwa lengan
kirinya buntung dan ujung lengan itu dibalut kain
putih bersih. Dan agaknya bukan hanya Lie Koan
Tek dan isterinya yang melihat kenyataan itu.
Beberapa orang yang sedang sarapan di rumah
makan saling berbisik. Namun gadis itu acuh saja
dan melanjutkan sarapannya.
Coa Liu Hwa mengamati gadis itu. Mulut dan
matanya seperti Cin Cin, pikirnya. Akan tetapi Cin
Cin tidak buntung lengannya, dan kalau gadis itu
puterinya, maka telah terjadi perubahan yang luar
biasa. Hatinya perih rasanya ketika melihat betapa
gadis itu menggunakan sendok menyuapi mulut
sendiri dengan tangan kanan, sedangkan tangan
kirinya kini disembunyikan di bawah meja.
Empat orang laki-laki yang baru saja memasuki
rumah makan itu dan kebetulan melihat Cin Cin
mengeluarkan lengan buntungnya, nampak
terkejut. Mereka adalah Lok-yang Su-liong (Empat
Naga dari Lok-yang), yaitu empat orang saudara
jagoan yang boleh dibilang menguasai daerah Lokyang,
menjadi orang yang dianggap kepala di
antara semua golongan hitam. Seluruh tempat
maksiat, rumah pelesir, rumah judi, bahkan
perusahaan keamanan di kota itu selalu memberi
upeti kepadanya, akan tetapi, semenjak munculnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bi Tok Sio cia, kekuasaan mereka tertekan dan
mereka berempat juga ditundukkan oleh iblis
betina itu sehingga mereka menjadi pembantupembantu
Bi Tok Sio cia. Kini, mendengar bahwa
Bi Tok Siocia dikalahkan seorang pendekar dan
melarikan diri, empat orang jagoan ini merasa
mendapatkan kekuasaan mereka kembali dan pagi
hari itu, mereka memulai dengan pesta merayakan
kembalinya kekuasaan mereka itu dengan sarapan
pagi di rumah makan.
Ketika mereka duduk, kebetulan hidangan
untuk Cin Cin dikeluarkan pelayan dan gadis itu
terpaksa mengeluarkan lengan kirinya yang
buntung dan yang tadinya ia sembunyikan saja di
saku jubahnya. Dapat dibayangkan betapa kaget
rasa hati empat orang jagoan itu Baru semalam
mereka mendengar bahwa Bi Tok Siocia dipaksa
melarikan diri oleh seorang gadis pendekar yang
buntung lengan kirinya, kini di rumah makan itu,
mereka melihat seorang gadis yang lengan kirinya
buntung sedang makan bubur ayam!
Timbul perasaan khawatir di hati empat orang
jagoan itu. Jangan-jangan gadis itu seperti juga Bi
Tok Siocia, hendak menguasai semua rumah
pelesir dan rumah perjudian! Jangan-jangan
mereka berempat kembali hanya akan menjadi
pembantu saja. Melihat betapa gadis itu sederhana
saja seorang diri, bertangan sebelah buntung, tidak
mempunyai banyak anak buah seperti halnya Bi
Tok Siocia, maka empat orang itu memandang
rendah dan sengaja hendak mencari gara-gara agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis itu merasa takut dan segera pergi dari kota
Lok-yang, tidak lagi merupakan ancaman baginya.
"Heii, twako, kabarnya ada gadis berlengan
buntung yang hendak menjagoi di daerah kita.
Benarkah itu?" tanya seorang di antara mereka
pada orang pertama dari Lok-yang Su-liong, yaitu
seorang berusia limapuluhan tahun yang bertubuh
jangkung kurus seperti pemadatan. Dua orang
rekannya mengeluarkan suara tawa dari hidung
secara mengejek dan mereka semua melirik ke
arah Cin Cin yang masih makan bubur dengan
tenangnya.
"Kabarnya ia seorang pendekar!" kata orang ke
dua. "Kalau ia benar pendekar, sebaiknya jangan
terlalu lama berada di sini."
"Belum tentu pendekar. Siapa tahu kalau ia
hanya seorang tokoh lain yang ingin merajai di
rumah ini," kata pula orang ke tiga. Kini si
jangkung mengeluarkan suara dan suaranya
memang serasi dengan tubuhnya yang jangkung
kurus. Suaranya kecil seperti suara wanita.
"Hemm, kalau ia ingin menjagoi, berarti ia belum
mendengar nama Lok-yang Su-liong! Kalau ia
cerdik, sebaiknya ia tidak mencampuri urusan
dunia kang-ouw di sini, karena ia tentu akan
berhadapan dengan kita dan dengan banyak
saudara kita yang lain."
Lie Koan Tek dan Coa Liu Hwa saling pandang,
mereka berdua maklum benar bahwa empat orang
jagoan itu sedang mencari gara-gara terhadap
gadis lengan buntung yang masih makan dengan
sikap tenang dan santai itu. Mereka mengambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keputusan untuk menjadi penonton saja karena
mungkin dalam percakapan antara gadis itu dan
empat orang berandal ini akan terungkap siapa
adanya gadis itu, benar ia Cin Cin seperti yang
mereka duga ataukah bukan. Mereka pura-pura
tidak melihat dan melanjutkan makan bubur, akan
tetapi diam-diam menaruh perhatian terhadap
gadis itu.
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru