Senin, 23 April 2018

Cerita Setengah Dewasa Memburu Iblis 4

-----
"Wah, Tuan Chin suka benar merendahkan diri. Siapakah
yang tak tahu kehebatan ilmumu selama ini? Malahan aku
sendiri pernah menyaksikannya, yaitu ketika Tuan Chin
mampu menahan ilmu Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dulu."
Toan Hoa mengingatkan kembali peristiwa yang terjadi
beberapa tahun yang lalu, yaitu ketika Toan Hoa dan
rombongan para piauwsunya dicegat perampok di dekat Kota
Poh-yang,
"Hmm...... itu karena Hong-gi-hiap yang mau mengalah
kepadaku." Liu Yang Kun tetap merendah. "Tapi........eh, siapa
sajakah tokoh-tokoh yang telah muncul itu?" Toan Hoa
tersenyum gembira melihat perhatian Liu Yang Kun.
"Banyak sekali. Beberapa orang di antaranya adalah......Butek
Sin-tong, Giok-bin Tok-ong, dan Lo-sin-ong!" jawabnya
sambil menghitung jarinya.
"Bu-tek Sin-tong...... Giok-bin Tok-Ong...... Lo-sin-ong.......
?" Liu Yang Kun mengulang dengan kening berkerut, seolaholah
ia pernah mendengar pula nama-nama itu.
"Ya! Tuan Chin pernah mengenal mereka?" Toan Hoa
mendesak.
Namun Liu Yang Kun segera menggelengkan kepalanya.
"Entahlah.........! Aku sudah lupa lagi. Mungkin aku memang
pernah mendengarnya, tapi........hmm, entahlah!" jawabnya
kurang yakin.
Tiba-tiba Toan Hoa mengacungkan ibu jarinya. "Tokohtokoh
itu benar-benar memiliki kesaktian yang hebat luar
biasa! Terutama yang disebut Bu-tek Sin-tong itu! Meskipun
tubuhnya kerdil seperti anak lelaki berusia sepuluh tahun tapi
kesaktiannya benar-benar seperti dewa!" pujinya setinggi
langit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun tersentak kaget, sehingga cawan arak yang
dipegangnya hampir lepas dari tangannya.
"Kerdil? Oh...... apakah dia mempunyai jenggot dan rambut
yang putih panjang......serta dibiarkan terurai sampai di
telapak kakinya?" Bisiknya sedikit keras.
"Betul!" Toan Hoa bersorak seraya menepuk meja,
sehingga tamu-tamu yang lain menjadi kaget dibuatnya.
"Ah.....!" Liu Yang Kun menjadi kaget dan tegang pula.
Apalagi ketika semua mata tertuju ke arah mejanya.
Untuk menjaga segala kemungkinan terpaksa Liu Yang Kun
menarik tangan kawannya, dan membawanya pergi ke kamar
yang telah mereka pesan tadi. Kepada pelayan restoran, Liu
Yang Kun meminta agar semua rekening dibebankan kepada
temannya yang sedang mabuk itu.
Pelayan itu mengiyakan dengan hormat, lalu mengantarkan
mereka ke kamar.
"Hoa! Siapa bilang aku mabuk! Wah...... kita belum selesai
minum, nih?" Toan Hoa masih mencoba menyangkal.
Tapi Liu Yang Kun cepat mencengkeram lengannya dan
setengah menyeret kawannya itu ke kamarnya. Apalagi ketika
sekilas matanya melihat dua orang lelaki yang duduk di pojok
ruangan menatap tajam ke arahnya.
“Siapakah mereka.......?? dua orang lelaki itu bertanya
kepada pelayan, setelah pelayan itu kembali dari
mengantarkan Liu Yang Kun.
"Oh, mereka adalah para piauw-su dari Kim-liong Piauwkok.
Yang mabuk tadi adalah Toan Hoa, pengurus Kim-liong
Piauw-kok yang sekarang. Tuan berdua telah mengenal
mereka?"
Kedua orang itu saling memandang satu sama lain,
kemudian menggeleng-gelengkan kepala mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Belum........” mereka menjawab hampir berbareng.
Namun setelah pelayan itu pergi, kedua orang itu saling
berbisik.
"Bhong su-heng, aku seperti telah mengenal pemuda yang
bertubuh jangkung itu."
"Benar, Leng su-te. Aku pun seperti pernah melihatnya
pula. Tapi aku lupa, entah di mana......”
"Hmm...... aku agak curiga kepadanya. Kulihat matanya
bersinar cemerlang serta berkilat-kilat ketika mengawasi kita
tadi. Aku berani memastikan bahwa lwee-kangnya tentu tinggi
sekali. Ah..... Jangan-jangan dia bukan orang Kim-liong Piauwkok,
tapi.........?"
"........ orangnya Tung-hai-tiauw maksudmu?" orang yang
disebut su-heng itu melanjutkan.
Dan orang yang dipanggil su-te itu mengangguk. Tapi
mulutnya tak menjawab.
Jilid 19
“Huh, peduli amat! Bukankah kita telah mendapat mandat
dari Mo-cu untuk menyelesaikan masalah ini? Jangankan cuma
dia, biarpun Tung-hai-tiauw sendiri yang datang, kita tak perlu
cemas." su hengnya menambahkan.
Sementara itu Liu Yang Kun dan Toan Hoa yang telah
berada di kamarnya, segera mengambil tempat duduk dan
meneruskan pembicaraan mereka. Karena kamar mereka
hanya berbataskan dinding dengan ruang restoran itu, maka
pembicaraan kedua orang tamu itu, lapat-lapat masih bisa
didengar oleh telinga Liu Yang Kun yang tajam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah....... ingat aku sekarang! Ya..... mereka Bhong Kim Cu
dan Leng Siauw! Tokoh-tokoh puncak dari Aliran Mo-kauw
yang terkenal itu!” pemuda itu berdesah di dalam hatinya.
"Kalau begitu..... permusuhan mereka dengan Tung-hai-tiauw
memang sudah mencapai puncaknya."
"'Hei, Tuan Chin! Mengapa kau termenung saja? Apakah
kau sedang memikirkan Bu-tek Sin-tong itu?" tiba-tiba Toan
Hoa berseru sehingga mengagetkan Liu Yang Kun.
"Eh-oh..... bu-bukan! Aku sedang memikirkan tokoh yang
satunya lagi. Apakah Giok-bin Tok-ong itu seorang kakek
berwajah tampan dan memiliki senjata peledak yang sangat
mengerikan?" dengan gugup Liu Yang Kun mencoba
menjawab.
Tak terduga Toan Hoa kembali bersorak dan menggebrak
meja.
"Betul! Betul! Oh..... apakah Tuan Chin sudah pernah
berkenalan dengan dia?"
Liu Yang Kun menghela napas panjang. "Aku belum sempat
berkenalan dengannya, sebab begitu berjumpa kami lalu
saling mengukur kepandaian."
"Apa.....? Tuan Chin sudah pernah berkelahi dengan tokoh
sakti itu? Bagaimana kesudahannya?" Toan Hoa mendesak
penuh perhatian.
"Sudahlah, hampir saja aku mati berkeping-keping oleh
senjata peledaknya itu." Liu Yang Kun menjawab pendek.
"Oooooh!"
"Tapi untung aku masih bisa menghindarinya. Tapi.......eh,
apakah hanya mereka itu saja yang sudah muncul?"
mendadak Liu Yang Kun mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ya.....ya.....memang baru mereka itu yang muncul. Tapi
sebenarnya masih ada satu lagi yang kemunculannya sempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggemparkan dunia persilatan. Namun karena namanya
tidak tercantum di dalam daftar urutan itu, maka aku tidak
menyebutkannya. Padahal begitu muncul, dunia persilatan
menjadi gempar. Namanya dikenal dimana-mana.
Kepandaiannya pun sangat luar biasa pula. Hanya sayang,
perbuatannya buruk dan tidak terpuji, sehingga orang menjadi
takut dan benci terhadapnya."
Liu Yang Kun menjadi berdebar-debar mendengar cerita
itu. "Siapakah tokoh yang kaumaksudkan itu?" tanyanya
dengan suara gemetar.
"Si Penyebar Maut!" Toan Hoa menjawab mantap. Lalu,
"Sayang kemunculannya tidak lama. Mungkin cuma setahun ia
meraja-lela mengumbar kekejaman dan keganasannya.
Setelah itu ia menghilang dan tidak terdengar lagi kabar
beritanya. Namun sebelum menghilang ia sempat
menggegerkan dunia persilatan, yaitu membunuh ribuan
pendekar di luar Kota Soh-ciu!"
"Bohong!" tiba-tiba Liu Yang Kun berseru. Wajahnya
merah. Matanya melotot.
Tapi sesaat kemudian pemuda itu menjadi sadar pula,
bahwa tak seharusnya ia marah atau tersinggung mendengar
cerita tersebut.
"Eh-uh.....Tuan Chin? Ke-kenapa ......? Apa..... apa
salahku?" Toan Hoa yang masih dalam keadaan mabuk itu
menjadi ketakutan.
Liu Yang Kun cepat merangkul pundak Toan Hoa. "Tidak
apa-apa. Aku cuma bergurau kepadamu. Aku hanya ingin
mengetahui, apakah kau masih mabuk atau tidak?" katanya
sambil tertawa.
"Ah, Tuan Chin sungguh membuat hatiku berdebar-debar
saja. Siapa bilang aku mabuk, huh?"
"Nah, kalau begitu...... lanjutkan ceritamu tadi!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah selesai. Apa yang mesti kuceritakan lagi?" Toan Hoa
mengangkat pundaknya sambil tersenyum.
"Hei! Masakan cuma sekian saja ceritanya? Apakah tidak
ada cerita tentang tokoh yang lain? Tentang Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai atau Lo-sin-ong misalnya?" Liu Yang Kun
mencoba mengorek lagi cerita dari mulut Toan Hoa. Siapa
tahu ada cerita tentang orang lihai yang ditakutinya sejak ia
pergi meninggalkan dusun Kee-cung itu?
Toan Hoa mengerutkan dahinya seperti seorang yang
sedang berpikir keras. Namun perlahan-lahan kepalanya
menggeleng. "Tidak ada lagi. Kalau pun ada, itu hanya
merupakan peristiwa-peristiwa kecil yang tak patut dijadikan
cerita. Misalnya tentang permusuhan yang tiba-tiba terjadi
antara Aliran Mo-kauw dengan Tung-hai-tiauw dari Lautan
Timur. Atau....... peristiwa yang agak menghebohkan di Danau
Tai-Ouw sebulan yang lalu. Y aitu kerusuhan kecil yang terjadi
di atas danau itu, akibat memperebutkan mustika dan darah
naga Ceng-liong-ong."
Sekali lagi hati Liu Yang Kun menjadi berdebar-debar. Tibatiba
ia teringat pada ular raksasa yang dibunuhnya dulu, yang
menurut Tui Lan bernama Ceng-liong-ong itu.
"Memperebutkan...... mustika dan darah Ceng-liong-ong?"
pemuda itu mencoba menegaskan.
“Ya. Mustika dan darah Ceng-liong-ong, yang khabarnya
bisa membuat orang menjadi sakti luar biasa.”
Liu Yang Kun mengangguk-anggukkan kepalanya dan purapura
merasa heran mendengar cerita tersebut.
"Begitukah? Hmm...... lalu ada cerita tentang apa lagi?"
tanyanya pula setelah Toan Hoa mengakhiri ceritanya.
"Wah, Tuan Chin ini mendesak terus .....?" pengurus Kimliong
Piauw-kok itu menggerutu. Tapi sekejap kemudian ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdesah. "Eh, ya....... nanti dulu! Masih ada khabar
baru.........."
"Apakah itu? Coba ceritakan!" Liu Yang Kun berbisik pula
dengan gairah.
"Anu..... Si Iblis Penyebar Maut telah muncul kembali di
dunia kang-ouw!"
"Apaaa......?" Liu Yang Kun tersentak kaget. Matanya
menatap Toan Hoa dengan curiga. Namun seperti juga tadi,
pemuda itu segera sadar pula akan dirinya. "Aaaah....."
desahnya panjang.
Untuk sesaat Toan Hoa juga menjadi ragu-ragu melihat
perubahan wajah Liu Yang Kun. Tapi begitu melihat senyum
telah mengembang kembali di bibir pemuda itu, maka ia
menjadi tenang pula.
"B-benar, Tuan Chin...........Aku memang mendengar berita
tentang munculnya iblis itu lagi. Sudah lebih dari sebulan ini Si
Iblis Penyebar Maut dikhabarkan orang berkeliaran mencari
mangsa di daerah pantai timur sana. Kata orang sudah banyak
korban yang jatuh di tangannya.......” Toan Hoa meneruskan
ceritanya.
"Begitukah?" Liu Yang Kun menggeram tanpa terasa.
Bagaimana pun juga berita tentang munculnya Si Iblis
Penyebar Maut itu benar-benar membuatnya penasaran.
Groubyaaaag!
Tiba-tiba terdengar suara gaduh di ruang restoran! Liu
Yang Kun cepat bangkit berdiri, kemudian bergegas
melangkah keluar dari kamar itu.
"Saudara Toan! Kau tunggulah sebentar! Aku akan melihat
ke depan." pesannya kepada Toan Hoa.
“Alaaa......! Paling-paling cuma orang mabuk, hehehe….”
Toan Hoa meringis, lalu merebahkan dirinya di atas meja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun meloncat ke jendela yang menembus ke
ruang restoran. Pelan pelan disingkapnya kain menutup
jendela itu. Dan matanya segera menyaksikan seorang lelaki
kurus kerempeng dan seorang pemuda halus tampan, sedang
berdiri berhadapan dengan kedua tokoh Aliran Mo-kauw itu.
Dan meskipun sudah bertahun-tahun tidak bertemu, tapi Liu
Yang Kun masih tetap ingat kepada lelaki kerempeng itu,
karena orang itu tidak lain adalah Tung-hai Nung-jin,
pembantu Tung-hai-tiauw.
"Dan pemuda yang datang bersamanya itu tentulah Tiauw
Kiat Su, kakak dari Tiauw Li Ing. Aaah......." tiba-tiba Liu Yang
Kun teringat akan gadis binal yang pernah mengejar-ngejar
dirinya dulu.
Liu Yang Kun lalu mengedarkan pandangannya. Dilihatnya
ruangan yang luas itu telah kosong. Semua tamu telah pergi.
Yang ada tinggal beberapa orang pelayan yang berdiri
gemetar di pojok ruangan.
"Oh, kami berdua benar-benar tak menyangka bisa
berjumpa dengan Tung-hai Nung-jin di tempat ini. Hmm, apa
khabar Nung-jin?" Bhong Kim Cu menyapa ramah.
Tapi Tung-hai Nung-jin membalasnya dengan tertawa
dingin. Begitu pula dengan Tiauw Kiat Su. Pemuda tampan itu
malah mendengus dengan acuh tak acuh.
"Hmm, aku pun juga tak mengira akan bertemu dengan
Bhong Lo-heng dan Leng Lo-heng di sini. Tadi siang aku
hanya memperoleh laporan dari anak buahku, bahwa dua
orang tokoh Aliran Mo-kauw sedang berada di kota ini. Uh,
ternyata orang itu adalah Lo-heng berdua."
"Wah... kalau demikian pertemuan ini benar-benar sangat
kebetulan sekali, bukan?" Leng Siauw menyela dengan wajah
berseri-seri." Dan kemungkinan besar kita semua bisa
menyingkat waktu di sini, sehingga aku dan suhengku tak
perlu jauh-jauh datang ke istana Tung-hai-tiauw nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai Nung-jin mengerutkan alisnya.
"Hmm.... jadi Ji-wi Lo-heng ini bermaksud mengunjungi
kami di Hai-ong-hu (Istana Raja Laut)? Bolehkah aku
mengetahui maksud kunjungan Ji-wi Lo-heng itu?" orang tua
itu bertanya.
Bhong Kim Cu saling pandang dengan su-tenya, kemudian
mereka tertawa lepas.
"Ah ... kita toh bukan anak-anak lagi, Nung-jin. Apa
perlunya kita orang tua ini saling berpura-pura lagi? Kita toh
sudah sama-sama maklum, apa yang terjadi di antara kita
akhir-akhir ini. Mengapa kau masih bertanya pula........?"
"Bagus! Kalau begitu..... apa mau mu, heh?" tiba-tiba
Tung-hai Nung-jin membentak.
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw terperangah. Namun
sebagai tokoh aliran terkemuka, mereka segera bisa
menguasai diri. Sambil tersenyum kecut Leng Siauw
melangkah ke depan mewakili su-hengnya.
"Sabar, Nung-jin. Kita tak perlu bersitegang leher dalam hal
ini. Kalau toh harus marah, sebenarnya bukan kau yang harus
marah kepada kami. Sebaliknya kami berdualah yang
seharusnya marah kepadamu!”
"Heh-he-heh-he! Jangan memutar-balikkan kenyataan!
Mengapa kaukatakan bahwa aku tidak boleh marah kepadamu
Dan sebaliknya justru kalian lah yang seharusnya menjadi
marah kepadaku?"
Leng Siauw menarik napas panjang. "Nung-jin! Sudah
kukatakan bahwa kita tak perlu berpura-pura lagi. Oleh karena
itu kau tak perlu menutup-nutupi pula semua sepak-terjang
kalian selama ini. Nah, sekarang katakan kepada kami! Apa
maksud kalian memusuhi dan menangkapi orang-orang Mokauw
kami akhir-akhir ini? Bukankah kami tak pernah
memusuhi atau bermusuhan dengan pihakmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak terduga Tung-hai Nung-jin tertawa tergelak-gelak
mendengar ucapan Leng Siauw itu. Sambil menoleh ke arah
Tiauw Kiat Su, bajak laut tua itu mengejek. "Kau dengar
ucapannya itu, Kiat Su? Dia bilang tak pernah memusuhi kita
selama ini, heh-he-heh-he! Sungguh tidak tahu malu....."
Tiauw Kiat Su tertawa dingin. “Mengapa Paman mesti
heran? Bukankah sudah biasa kalau orang itu tidak bisa
melihat kesalahannya sendiri? Justru keburukan atau
kesalahan orang lain-lah yang akan nampak jelas di matanya."
pemuda itu menyahut pendek, namun sangat pedas serta
menyakitkan.
Bhong Kim Cu menggeram, tapi ia tetap berusaha untuk
mengendalikan dirinya. Sedangkan Leng Siauw yang tak
kurang tersinggungnya mendengar ucapan Tiauw Kiat Su itu
hanya melirik saja kepada pemuda tampan itu. Diam-diam
tokoh dari Aliran Mo-kauw itu menilai pemuda yang sombong
dan bermulut tajam tersebut.
"Tampaknya pemuda ini lebih berbahaya dan lebih buruk
perangainya dari pada Tung-hai Nung-jin. Aku harus berhatihati
kepada pemuda ini." dengusnya di dalam hati.
"Tung-hai Nung-jin! Tampaknya kau tidak mau mengakui
kesalahanmu, dan justru melemparkan kesalahan itu kepada
kami. Hmmmh......! Cobalah kau jelaskan kepada kami
sikapmu itu! Jangan berteka-teki lagi!" Bhong Kim Cu akhirnya
berseru penasaran.
"Benar. Pihak kalian-lah yang secara mendadak
mengobarkan permusuhan kepada kami. Tanpa sebab dan
alasan, kalian telah menangkapi orang-orang Mo kauw kami."
Leng Siauw menambahkan.
Tiba-tiba air-muka Tung-hai Nung-jin menjadi gelap.
Dahinya berkerut, sehingga kedua alis-matanya hampir
bertemu satu sama lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmh! Benarkah kalian tidak tahu kesalahan yang telah
kalian lakukan terhadap kami?" hardiknya keras.
"Kurang ajar! Apakah kami berdua harus bersumpah di
hadapanmu?" Bhong Kim Cu berteriak marah pula.
Tung-hai Nung-jin menatap tajam.
"Baiklah. Kalau begitu....... ikutilah aku! Akan kubawa
kalian ke hadapan Hai ong (Raja Laut) untuk memperoleh
penjelasan." katanya kaku.
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw terperanjat. "Kau
maksudkan...........kami akan kau bawa ke depan Tung-haitiauw
di Lautan Timur sana?" mereka berdesah hampir
berbareng.
Sekali lagi Tung-hai Nung-jin tertawa dingin. "Tidak perlu
ke Hai-ong hu. Hai-ong kami sedang berada di kota ini pula
sekarang." kata bajak laut tua itu tidak kalah kerasnya.
"Begitukah.....? Hmmh bagus! Kami memang ingin sekali
bertemu muka dengan Tung-hai-tiauw." Bhong Kim Cu
berseru gembira.
“Aaah.....mengapa Paman harus repot-repot membawa
mereka ke hadapan ayah? Mengapa mereka tidak kita
bereskan saja di tempat ini?" tiba-tiba Tiauw Kiat Su mencela
Tung-hai Nung-jin.
"Jangan bertindak sembrono! Mereka adalah tokoh-tokoh
utama di dalam Aliran Mo-kauw. Kita tidak boleh gegabah
menghadapi mereka, agar tujuan atau harapan kita tidak
menjadi berantakan karenanya. Biarlah ayahmu yang
mengurusnya." Tung-hai Nung-jin menjelaskan.
"Hmmh.....!" Tiauw Kiat Su mendengus kurang senang,
kemudian mendahului melangkah keluar dari restoran.
Tung-hai Nung-jin mengawasi punggung Tiauw Kiat Su
dengan perasaan kurang senang pula. Semenjak menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid Giok-bin Tok-ong, sikap pemuda itu terasa semakin
sombong dan kurang ajar. Tapi apa boleh buat, kepandaian
pemuda itu memang lebih tinggi dari padanya sekarang.
"Nah, marilah kalian ikuti aku!" akhirnya bajak laut tua itu
berseru pula dengan suara kaku kepada Bhong Kim Cu dan
Leng Siauw.
Kedua orang tokoh Aliran Mo-kauw itu tak menjawab.
Dengan tenang mereka melangkah keluar mengikuti Tung-hai
Nung-jin. Mereka adalah tokoh-tokoh tingkat dua setelah Mocu
atau Ketua mereka, Pek-i Liong-ong, maka tidak
mengherankan bila nyali mereka amat besar dan sangat
percaya kepada kemampuan mereka sendiri.
Liu Yang Kun pun cepat keluar dari persembunyiannya.
Pemuda itu bergegas pula mengikuti mereka. Ia ingin tahu
apa yang akan terjadi dengan para tokoh Aliran Mo-kauw itu
nanti.
"Tolong katakan kepada Tuan Toan Hoa bahwa aku sedang
keluar sebentar!” katanya kepada para pelayan yang merasa
lega kembali setelah empat orang itu meninggalkan restoran
mereka.
"Tu-tuan hendak pergi kemana...?" salah seorang pelayan
itu bertanya dengan kening berkerut.
Liu Yang Kun tidak menjawab. Ia cepat menyelinap keluar
dan menghilang di dalam kegelapan. Dengan Bu-eng Hweteng-
nya ia melejit dan menyelinap di antara rumah-rumah
penduduk, mengikuti ke mana saja rombongan Tung-hai
Nung-jin itu pergi. Di tempat-tempat yang ramai pemuda itu
berjalan biasa, membaurkan diri dengan para pejalan kaki
yang lain. Tapi bila berada di tempat sepi, pemuda itu
terpaksa berloncatan di atas genting-genting rumah atau
pepohonan yang rimbun, agar supaya jejaknya tidak ketahuan
oleh mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untunglah, di tempat-tempat yang sepi biasanya juga gelap
atau kurang penerangannya, sehingga langkah pemuda itu
tidak gampang terlihat oleh siapapun juga. Apa lagi gin-kang
pemuda itu memang telah mencapai kesempurnaannya.
Gerakannya yang cepat dan gesit itu benar-benar sulit diikuti
oleh pandangan mata.
Tung-hai Nung-jin membawa tamunya ke pinggir kota
sebelah timur. Di sebuah jalan yang gelap dan sepi, mereka
berbelok ke halaman yang amat luas dan banyak
pepohonannya. Mereka masuk ke dalam rumah besar yang
terang benderang penerangannya. Beberapa orang penjaga
tampak keluar dari dalam kegelapan dan menyambut mereka.
Liu Yang Kun cepat berlindung di tempat yang gelap.
"Hmm...... inilah tampaknya gedung dimana Tung-hai-tiauw
tinggal di kota ini. Sungguh angker dan lepas dari perhatian
sekelilingnya. Tapi aku harus berhati-hati memasukinya.
Kulihat banyak sekali penjaga yang berkeliaran di dalam
kegelapan." pemuda itu membatin.
Liu Yang Kun lalu mengawasi pepohonan tinggi dan rimbun
yang banyak terdapat di halaman itu.
"Kukira ada juga penjaga yang bertengger di atas dahandahan
sana. Namun didalam rimbunnya dedaunan itu
tampaknya aku juga akan lebih aman dari pada harus berjalan
di atas tanah." pemuda itu berpikir pula.
Demikianlah setelah memutuskan diri untuk mendekati
gedung tersebut dengan cara berloncatan di atas pohon, maka
Liu Yang Kun lalu mempersiapkan seluruh kemampuannya.
Dikerahkannya seluruh tenaga sakti Liong-cu-i-kangnya, agar
supaya sewaktu-waktu bisa ia pergunakan dengan sesuka
hatinya.
Pemuda itu lalu melesat ke atas pohon yang terdekat.
Beberapa orang penjaga yang ada di dalam halaman itu hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat berkelebatnya sebuah bayangan, yang mereka sangka
adalah seekor kelelawar atau burung malam saja.
"Gila! Tung-hai-tiauw benar-benar menjaga rumah ini
seperti menjaga sangkar emas saja. Dimana-mana ada
penjaga." sambil beringsut dan berlompatan dari dahan ke
dahan, Liu Yang Kun menghitung jumlah penjaga yang
dilewatinya.
Tiba-tiba pemuda itu melihat sesosok bayangan melesat di
atas pohon di depannya. Bayangan hitam itu hanya tampak
sekilas saja, karena untuk selanjutnya lalu hilang ditelan
kegelapan malam atau rimbunnya daun yang menutupi pohon
tersebut.
Liu Yang Kun menjadi tegang dan berdebar-debar. Apalagi
ketika lapat-lapat terdengar suara keluhan di dalam rimbunnya
daun itu.
"Siapa itu? Kaukah, Houw Ti?" seorang penjaga yang
berada di bawah pohon itu menyapa dan menengadahkan
kepalanya.
"Benar! Ssst..... jangan berisik!” terdengar suara jawaban
dari atas pohon.
“Bangsat! Kaulah yang berisik! Kalau kau tidak berisik lebih
dulu, masakan aku mengerti tempatmu, huh?" penjaga yang
ada di bawah itu mengumpat.
Orang yang ada di atas pohon itu tidak melayani umpatan
itu. Liu Yang Kun melihat orang itu telah melesat pergi
meninggalkan pohon tersebut. Gerakannya demikian
ringannya sehingga ranting-ranting pohon itu tidak tergoncang
ataupun bergoyang karenanya.
"Agaknya memang betul apa yang dikatakan oleh Toan Hoa
tadi. Banyak jago-jago silat sakti, yang semula tak pernah
terdengar namanya, kini tampak terjun berkeliaran di dunia
kang-ouw, hanya karena munculnya Buku Rahasia. Baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehari aku keluar dari gua di bawah tanah itu, ternyata sudah
ada tiga orang berkepandaian tinggi yang kutemui. Kam Lojin,
orang yang kuikuti siang tadi, dan...... orang ini! Dan
ketiga-tiganya memiliki gin-kang yang hebat sekali! Hmm!
Coba aku tidak memiliki Bu-eng Hwe-teng, niscaya aku tak
bisa berkutik di depan mereka."
Perlahan-lahan Liu Yang Kun mengintip penjaga yang
berdiri di bawah pohon itu. Ketika penjaga itu lengah, Liu
Yang Kun segera melesat ke pohon tersebut. Dan pohon itu
juga tidak bergoyang sedikitpun, seolah-olah loncatan pemuda
itu cuma loncatan seekor belalang kecil yang tak berbobot
sama sekali.
"Ah.....!" tiba-tiba Liu Yang Kun berdesah perlahan ketika ia
mendapatkan sesosok tubuh manusia terikat di sebuah dahan.
Orang itu tidak mati, tapi lumpuh karena ditotok urat
darahnya. Dan Liu Yang Kun semakin menjadi kaget begitu
menyaksikan pakaian seragam orang itu. Karena pakaian itu
sama warna dan potongannya dengan pakaian yang
dikenakan di bawah pohon itu.
"Oh, kalau demikian........orang inilah yang dipanggil
dengan nama Houw Ti tadi. Jadi bayangan yang kulihat itu
bukanlah teman atau anak buah Tung hai-tiauw. Tampaknya
orang itu juga orang luar yang sedang menyelidiki tempat ini,
seperti aku pula." pemuda itu membatin.
Begitulah, semakin mendekati gedung itu, Liu Yang Kun
semakin sering mendapatkan penjaga yang telah dilumpuhkan
atau ditotok urat darahnya. Mereka disembunyikan di tempattempat
yang terlindung agar tidak diketahui oleh penjaga yang
lain. Meskipun demikian ketika telah mencapai tembok gudang
itu, ternyata Liu Yang Kun telah kehilangan jejak orang yang
sangat lihai tersebut.
"Kemanakah larinya orang itu? Apakah dia telah masuk ke
dalam gedung itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan sangat berhati-hati Liu Yang Kun lalu merayap ke
atas genting. Perlahan-lahan ia menuju ke atas pendapa,
dimana ia perkirakan Tung-hai-tiauw sedang menjumpai
kedua tokoh Aliran Mo-kauw itu. Dibukanya sebuah genting
untuk mengintip ke dalam.
"Hai Ong dataaaaang............!" tiba-tiba terdengar teriakan
seorang penjaga.
Liu Yang Kun cepat melongok ke bawah. Matanya melihat
seorang lelaki tinggi besar, berjenggot lebat, sedang
memasuki pendapa itu dari pintu tengah. Beberapa orang
pengawal tampak berbaris di kanan-kirinya. Gayanya dan
caranya berjalan kelihatan angkuh dan berwibawa seperti
seorang raja.
"Ah...... itulah agaknya yang bernama Tung-hai-tiauw, Raja
Bajak Laut yang tersohor itu. Tampaknya ia juga baru saja
keluar menemui tamunya itu. Bukan main.......!" Liu Yang Kun
berdesah sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ia benarbenar
seperti seorang raja. Pakaiannya gemerlapan.
Pengawalnya banyak serta garang-garang. Dan pasukan atau
anak-buahnya pun tak terhitung pula jumlahnya.
Hmmm........"
Tung-hai-tiauw lantas duduk di kursinya. Sama sekali ia tak
menyapa atau menengok ke arah tamunya, padahal kedua
orang tokoh Aliran Mo-kauw itu juga ikut berdiri pula di
samping Tung hai Nung-jin untuk menghormati
kedatangannya. Meskipun demikian kedua tokoh Aliran Mokauw
itu tak menjadi tersinggung karenanya. Wajah kedua
orang itu tetap tenang.
"Hai-ong.......! Inilah tokoh Mo-kauw yang kulaporkan itu.
Mereka adalah tangan kanan Pek-i Liong-ong. Nama mereka
adalah Bhong Kim Cu dan Leng Siauw. Keduanya menduduki
jabatan sebagai Siang-kauw Tai-shih (Sepasang Duta Agung)
di dalam Aliran Mo-kauw. Mereka berdua kubawa menghadap
kemari agar Hai-ong dapat menjelaskan persoalannya. Sebab
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka ini merasa tidak bersalah. Bahkan mereka merasa
penasaran karena kita telah menangkapi kawan kawannya
selama ini." Tung-hai Nung-jin membuka laporannya.
"Benar, Hai-ong......." tiba-tiba Bhong Kim Cu berdiri dan
memberi hormat. Matanya memandang tajam dan sedikitpun
tidak kehilangan ketenangannya. Sikapnya benar-benar
menunjukkan bahwa ia tidak terpengaruh oleh kegarangan
ataupun keangkeran lawannya.
"Apanya yang benar, heh?" raja bajak laut yang kasar itu
tiba-tiba membentak dengan suara menggeledek.
Sesuai dengan jabatannya sebagai pemimpin para
perompak, ternyata Tung-hai-tiauw itu juga berwatak kasar
dan kurang mengindahkan sopan-santun. Meskipun Bhong
Kim Cu dan Leng Siauw telah bersikap hormat kepadanya,
namun ternyata Tung-hai-tiauw tidak mengacuhkannya.
Padahal kedua tokoh Aliran Mo-kauw tersebut mempunyai
kedudukan tinggi dan amat dihormati di dunia persilatan.
Untunglah sebagai seorang tokoh agama, apalagi umur
mereka juga sudah tidak muda pula, mereka berdua bisa
menguasai diri. Mereka tidak merasa tersinggung, karena
mereka juga menyadari dengan siapa mereka berhadapan.
"Seperti yang telah dikatakan oleh Tung-hai Nung-jin tadi,
kami orang orang Mo-kauw benar-benar merasa penasaran.
Orang-orang kami yang selama ini merasa tidak pernah
bermusuhan atau berselisih dengan Hai-ong, tiba-tiba diserang
dan ditangkapi. Beberapa orang utusan kami, yang bermaksud
meminta keterangan kepada Hai-ong, juga tidak pernah
kembali. Sehingga dengan berat hati kami berdua terpaksa
meminta kepada Mo-cu, untuk berangkat sendiri ke hadapan
Hai-ong. Dan sungguh beruntung sekali kami dapat
menghadap Hai ong di sini, sehingga kami berdua tak perlu
jauh-jauh pergi ke Hai-ong-hu. Nah, sekarang kami mohon
penjelasan kepada Hai-ong. Apa sebabnya Hai-ong memusuhi
kami dan menangkapi anggota kami? Dan dimanakah kawanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kawan kami itu sekarang?" dengan tenang dan jelas Bhong
Kim Cu berkata kepada Tung-hai-tiauw.
Braaaak!
Tung-hai-tiauw menggebrak meja. "Hah! Kalian benarbenar
tidak tahu atau cuma berpura-pura saja?" hardiknya
seraya berdiri.
Leng Siauw cepat bangkit pula dari kursinya. Sambil berdiri
di samping su-hengnya tokoh ketiga dari Aliran Mo-kauw itu
menggeram: "Kami bukan anak kecil lagi. Apa perlunya bagi
kami bergurau dalam suasana yang gawat seperti ini?"
"Bagus! Nah, sekarang jawablah! Kalian sudah pernah
melihat dan mendengar tentang baju-mustika Kim-pauw-san
atau belum?"
Seketika Bhong Kim Cu dan Leng Siauw saling pandang
dengan wajah kaget. Tentu saja mereka tahu sekali tentang
baju mustika yang tak mempan senjata itu, karena secara
kebetulan memang mereka berdualah yang dulu
mendapatkannya. Hanya saja benda mustika tersebut kini
telah menjadi barang pusaka Aliran Mo-kauw, dan yang
berhak memakai hanyalah Mo-cu seorang.
Dahulu benda mustika itu mereka dapatkan dari seorang
tokoh hitam, bernama Song-bun-kwi (Si Mayat Berkabung)
Kwa Sun Tek. Penjahat itu mereka bunuh, dan baju mustika
yang dikenakan oleh penjahat tersebut mereka ambil. Mereka
berdua merasa bahwa tak seorang-pun yang mengetahui
perbuatan mereka itu. Tapi, mengapa sekarang secara tiba
tiba Tung-hai-tiauw menanyakan tentang hal itu? Apakah raja
Bajak Laut itu hendak merebut dan memiliki benda pusaka
itu?
Beberapa saat lamanya Bhong Kim Cu dan Leng Siauw tak
bisa menjawab pertanyaan Tung-hai-tiauw tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei! Mengapa kalian tidak menjawab? Kalian pernah
melihat atau belum?”
''Ayoh! Lekaslah Ji-wi menjawabnya! Mengapa diam saja?"
Tung-hai Nung-jin ikut mendesak pula.
Bhong Kim Cu menoleh sekilas. Sebenarnya ia sudah tak
bisa membendung kemarahannya. Belum pernah ia selama ini
dibentak-bentak orang sedemikian rupa. Tapi karena ia
sedang mengemban perintah ketuanya, maka terpaksa ia
menahan hati sebisa-bisanya.
"Hmm..... mengapa Hai-ong menanyakan hal itu kepada
kami? Apakah Hai ong menginginkan benda itu dan ...
bermaksud untuk memilikinya?" dengan berani Leng Siauw
mendahului su-hengnya.
"Bangsat benda itu milikku! Bukan milik siapa-siapa! Karena
keteledoran puteriku benda itu hilang dicuri orang!
Tahu.......?" Tung-hai-tiauw mengumpat kasar.
Melihat kemarahan pemimpinnya, otomatis para pengawal
dan anggota bajak laut yang berada di ruangan itu segera
bersiap-siaga. Mereka berjaga-jaga kalau tamu-tamu itu
menjadi marah pula dan menyerang pemimpin mereka.
Sebaliknya Bhong Kim Cu dan Leng Siauw juga sudah habis
kesabarannya.
"Jangan asal bicara! Benda pusaka itu adalah milik kami.
Kami berdualah yang memperolehnya dari tangan Song-bunkwi
Kwa Sun Tek!" Bhong Kim Cu berteriak pula tanpa terasa.
“Bagus! Kau tahu dari mana orang itu mendapatkannya?
Uh, ia mencuri pusaka itu dari tangan puteriku! Sudah
bertahun-tahun aku menyelidikinya. Dan ternyata benda itu
kemudian jatuh ketangan kalian. Itulah sebabnya kami
memusuhi Aliran Mo-kauw. Kami menangkapi orangmu
sebanyak-banyaknya, dengan harapan pada suatu saat kelak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa kami tukarkan dengan baju Kim-pauw-san itu." Tung-haitiauw
tertawa lega mendengar pengakuan Bhong Kim Cu itu.
Bhong Kim Cu agak menyesal juga telah kelepasan omong.
Namun ia juga tak percaya pula pada omongan raja bajak laut
itu.
"Hmm..... siapa percaya, pada ucapanmu? Kau hanya
mencari alasan saja untuk memiliki benda pusaka itu!"
katanya keras.
"Apa? Kau katakan bahwa kami cuma mencari-cari alasan
saja! Bangsat setan laut keparat...,...! Dengarlah! Apakah
kalian masih ingat pertempuran hebat di atas bukit kecil di
dekat kota Poh-yang enam tahun yang lalu? Pertempuran
hebat yang terjadi antara pasukan pemberontak dibawah
pimpinan Song-bun-kwi itu dengan pasukanku yang kukirim
dari lautan Timur? Kau tahu apa sebabnya pertempuran itu
berlangsung?"
Tung-hai-tiauw menghentikan kata-katanya sebentar.
Matanya melotot, seakan-akan ingin melihat reaksi tamutamunya.
Lalu sambung lagi. "Pertempuran tersebut
herlangsung karena Song-bun-kwi telah berani menculik
puteriku. Tiauw Li Ing. Bangsat itu menculik puteriku agar
supaya bisa memiliki baju Kim-pouw-san yang dipakai oleh
puteriku. Sayang dalam pertempuran besar itu Song-bun-kwi
dapat melarikan diri, sehingga baju itupun ikut lenyap
bersamanya. Nah...... itulah kisahnya. Dan dalam pelariannya
itu mungkin Song-bun kwi lalu bertemu dengan kalian. Dan
mungkin juga kalian telah membunuhnya."
Tapi Bhong Kim Cu dan Leng Siauw tetap tak mempercayai
cerita Tung-hai-tiauw itu.
"Kau boleh bercerita tentang berbagai macam kisah
tentang baju pusaka itu, tapi kami tetap tidak
mempercayainya." kata Leng Siauw dingin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurang ajaaaar..........!" Tung-hai-tiauw mengumpat dan
menggebrak meja dengan keras sekali. Matanya berubah
menjadi merah saking marahnya. "Jadi..... kalian ingin agar
permusuhan kita ini diteruskan? Kalian benar-benar tidak
memikirkan anggota kalian yang berada di penjara kami?
Heh?"
Tiba-tiba saja pendapa yang luas itu telah dikepung oleh
anak buah Tung hai-tiauw. Mereka telah siap sedia dengan
berbagai macam senjata untuk mengeroyok tokoh-tokoh
Aliran Mo-kauw itu.
"Ah, kenapa ayah sekarang menjadi sabar amat? Mengapa
sejak tadi cuma berbicara saja? Kenapa mereka tidak segera
dibunuh dan diambil baju Kim pouw sannya?" mendadak
terdengar suara Tiauw Kiat Su dari ruang dalam.
"Benar bunuh saja mereka. Habis perkara." terdengar pula
suara Tiauw Li Ing dibelakang pemuda itu.
Sekejap kemudian seorang pemuda dan seorang gadis
telah berada dipendapa itu pula. Keduanya memandang
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw dengan pandang mata dingin.
"Li Ing......?” Liu Yang Kun menyebut nama gadis itu
dengan bibir gemetar. "Ternyata dia semakin cantik dan
matang sekarang. Tapi sifat buruknya yang suka membunuh
orang itu tampaknya tidak mau hilang juga......."
Liu Yang Kun yang mengintip dari atas genting itu lalu
terkenang kembali akan semua pengalamannya dengan Tiauw
Li Ing beberapa tahun yang lalu. (Baca: Pendekar Penyebar
Maut). Sering kali ia bertengkar dan bercekcok dengan gadis
itu, hanya karena ulah Tiauw Li Ing yang kejam, sombong dan
ganas terhadap sesama manusia.
Ternyata keadaan di dalam pendapa semakin bertambah
panas dengan kedatangan putera-puteri Tung-hai-tiauw itu.
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang merasa terdesak dan tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungkin bisa mengelakkan diri dari bentrokan dengan
lawannya itu, segera mempersiapkan diri mereka.
Namun sebelum pertempuran itu dimulai, Bhong Kim Cu
masih sempat berkata kepada Tung hai-Tiauw.
"Hai-ong! Kau jangan terburu-buru menjadi marah dulu!
Biarkanlah kami pergi dari tempat ini untuk melaporkan
pembicaraan kita tadi kepada Mo-cu kami. Biarlah Mo-cu kami
yang menyelesaikannya nanti."
"Heh-heh......... enak benar. Ikan yang sudah masuk
perangkap tak mungkin kami lepaskan lagi. Ayoh.....! Katakan
terus terang! Siapa di antara kalian berdua yang membawa
Kim-pouw san? Mungkin kami akan memberi ampun apabila
kalian mau menyerahkannya tanpa perlawanan." Tung-haitiauw
tertawa dingin.
"Ah, engkau telah salah duga. Tak seorangpun dari kami
berdua yang mengenakan baju mustika itu. Baju itu kami
simpan di gedung pusaka kami." Leng Siauw menjawab.
"Begitukah? Bagus! Kalau begitu kami tidak akan
membunuh kalian sekarang. Kalian hanya akan kami tangkap
untuk melengkapi jumlah tawanan kami. Biarlah ketua kalian
itu yang membuat perhitungan dengan kami nanti. Apakah dia
merelakan kalian semua, atau dia mau menukarkannya
dengan Kim-pouw-san itu?”
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw menggeretakkan giginya.
"Kau licik!" Leng Siauw menggeram. Seluruh urat-uratnya
telah menegang, siap untuk menerjang.
Tapi sebelum kedua orang tokoh Aliran Mo-kauw itu
mendahului menyerang Tung-hai-tiauw, tiba-tiba seorang
penjaga tampak menerobos masuk dengan tergesa gesa.
Wajahnya pucat dan nafasnya tersengal-sengal. Dan ia segera
menjatuhkan dirinya di depan pemimpinnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lapor ke-ke-kepada Hai-ong! Pa...... para penjaga
kita.......ba-ba-nyak yang lumpuh dan tak berdaya,
karena......... karena ditotok 'hantu’ pada jalan darahnya!
Mereka......mereka....?” laporannya dengan gugup dan takut.
"Tutup mulutmu! Mana ada hantu di sini? Ha? Goblog!
Bicaralah yang benar!" hardik Tung-hai-tiauw.
"Be-be-benar, Hai-ong. Se-semuanya......... tidak.........
tidak ada yang bisa melihat, siapa ....... siapa yang telah
menotok mereka. Tahu-tahu mereka menjadi lemas dan tak
sadarkan diri. A-apalagi kalau bukan han-hantu.......?" penjaga
itu semakin gemetar ketakutan.
"Goblog! Tolol! Tidak ada di sini! Tahu? Dia juga seorang
manusia biasa! Cuma kepandaiannya yang sangat tinggi! Huh!
Hei Nung-jin.........Kiat Su! Cari orang yang berani bermainmain
dengan kita itu sampai ketemu! Ringkus dia dan bawa
kesini!" di dalam kemarahannya itu Tung-hai-tiauw memberi
perintah kepada Tung-hai Nung-jin dan puteranya untuk
mencari penyelundup yang mengganggu para penjaganya itu.
"Baik, Hai-ong!"
"Baik, ayah!"
Kedua orang itu lalu melesat keluar. Gerakan mereka gesit
luar biasa, terutama putera Tung-hai-tiauw yang bernama
Tiauw Kiat Su itu! Dan diam-diam Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw tergetar juga hatinya.
Tiba-tiba Tiauw Li Ing maju ke depan pula.
"Ayah, bolehkah aku ikut keluar mencari penyelundup itu?"
katanya kepada Tung-hai-tiauw.
"Jangan! Kau di sini membantu ayah!"
Sementara itu Liu Yang Kun yang bersembunyi di atas
genting menjadi kaget dan bingung juga melihat perubahan
suasana yang amat mendadak itu. Sebentar lagi tentu ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjaga atau anak-buah Tung-hai-tiauw yang datang ke
tempat itu. Bahkan seluruh bangunan itu tentu akan diteliti
dan diperiksa dengan cermat oleh mereka.
"Gila! Kemana aku harus menyembunyikan diri?" pemuda
itu mengasah otaknya seraya merayap turun dari atas genting.
Liu Yang Kun urung menurunkan kakinya di atas tanah
ketika sesosok bayangan melesat lewat di bawah genting itu.
Malahan bayangan itu kemudian menyusup ke dalam semaksemak
pohon bunga yang tumbuh lebat di bawahnya.
"Kurang ajar......!" Liu Yang Kun memaki di dalam hatinya.
Otomatis pemuda itu tidak berani bergerak. Meskipun
tubuhnya terlindung di dalam kegelapan, namun bila ia
bergerak, orang yang bersembunyi di bawahnya itu akan
segera tahu.
Sementara itu berpuluh-puluh obor telah disulut untuk
menerangi halaman yang luas tersebut. Dan anak buah Tung
hai-tiauw pun telah bertebaran pula di mana-mana memenuhi
halaman itu. Beberapa orang yang memiliki gin-kang yang
lumayan pun telah naik ke atas genting pula untuk memeriksa
atap gedung yang amat besar itu.
"Wah, tampaknya aku akan memperoleh kesulitan di
tempat ini. Orang lain yang berbuat, aku yang ketangkap.
Seperti maling lagi! Kurang ajar! Beginilah orang kalau suka
iseng dan ingin mencampuri urusan orang lain.. .. .."
Liu Yang Kun menggerutu penasaran, menyalahkan dirinya
sendiri.
Di dalam pendapa, ternyata pertempuran telah berlangsung
dengan hebatnya! Tung-Hai-tiauw telah memerintahkan anak
buahnya untuk menangkap Bhong Kim Cu dan Leng Siauw,
sehingga puluhan penjaga yang ada di dalam pendapa
tersebut lalu meloncat maju, mengeroyok kedua orang tokoh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aliran Mo-kauw itu. Sedangkan bajak laut itu sendiri masih
menonton di pinggir arena didampingi puterinya.
"Ah! Mengapa ayah membuang-buang waktu dengan
membiarkan ikan-ikan teri ini untuk melawan kedua ekor ikan
paus itu? Mengapa tidak kita sendiri yang menghadapi
mereka? Percuma......!" Tiauw Li Ing bersungut-sungut
menyaksikan anak buahnya yang banyak itu tak mampu
menahan amukan kedua orang jago Aliran Mo-kauw itu.
"Biar saja dahulu. Aku ingin melihat ilmu silat mereka."
"Ooo..... ayah ingin melihat ciri ciri ilmu silat mereka?
Mengapa ayah tidak membiarkan saja aku melawannya?
Untuk mendapatkan ikan yang besar, kita juga harus
mempergunakan jala yang kuat dan besar. Untuk memancing
agar mereka mau mengeluarkan ilmu mereka yang sejati, kita
juga harus mampu memberi umpan yang bisa menarik
perhatian mereka."
Tung-hai-tiauw menoleh dengan cepat. Dia memandang
wajah puterinya lekat-lekat. Air mukanya yang tegang itu tibatiba
mengendor, lalu tersenyum kagum.
"Katamu memang benar, anakku. Ayah pun tahu akan hal
itu. Tapi.......apakah engkau mampu melakukannya? Kudengar
kepandaianmu melonjak hebat setelah berguru kepada orang
lain. Tapi selama ini aku belum pernah menyaksikannya.
Berbeda dengan kakakmu. Aku pernah menyaksikannya,
bahkan telah mencobanya malah."
Tiauw Li Ing membelalakkan matanya yang lebar dan indah
itu.
"Ayah pernah mencobanya sendiri? Bagaimana
kesudahannya?"
Tung-hai-tiauw tertawa bangga dan puas. "Aku benarbenar
puas melihat kepandaiannya. Kini ayah takkan merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
khawatir akan masa depan Hai-ong-hu. Ayah telah memiliki
penggantinya kelak."
"Ah! Ayah belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana
kesudahannya?"
Tung-hai-tiauw tersenyum. Ia tidak segera menjawab
pertanyaan puterinya itu. Sebaliknya ia malah bertanya
kembali. "Kau sendiri bagaimana? Pernahkah kau mencoba
kepandaian kakakmu? Kira-kira bagaimana kepandaianmu
sekarang bila dibandingkan dengan dia?"
"Aaah.... ayah!" Tiauw Li Ing cemberut manja. "Aku
memang belum bisa mengalahkan Kiat ko-ko. Tapi diapun tak
mudah menundukkan aku pula. Kepandaiannya cuma berada
sedikit di atasku. Asal dia tak menggunakan....... senjata
pamungkasnya."
"Senjata pamungkas?" Tung-hai-tiauw tertegun heran.
"Apakah itu?"
"Pek-lek-tan (Peluru Petir)! Senjata rahasia sebesar telur
penyu yang memiliki daya ledak seperti petir!”
"Ohh......?" Tung-hai-tiauw bergumam dengan kening
berkerut. "Dia belum menceritakannya kepadaku."
"Kata Kiat Su ko-ko, pek-lek-tan itu adalah pemberian suhunya.
Dia hanya diberi tiga buah saja, sehingga ia sangat
berhati-hati dan tak mau sembarangan mempergunakannya."
"Oooh.....?" Sekali lagi Tung-hai tiauw berdesah sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ah , mengapa ayah cuma......ah-oh-ah-oh saja? Mengapa
tidak lekas-lekas menjawab pertanyaan tadi? Bagaimana
kesudahan dari cobaan ayah terhadap ilmu Kiat Su ko-ko itu?"
"Ah......?" Tung-hai-tiauw menarik napas panjang, lalu
tersenyum. "Sama seperti kau pula. Persis. Aku tidak bisa
mengalahkan kakakmu. Tapi kakakmu pun juga sulit untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menundukkan aku. Cuma selama ini aku memang tidak tahu
kalau kakakmu memiliki pek-lek-tan itu......”
''Nah! Kalau begitu ayah bisa menilai sekarang, bagaimana
kepandaianku kini. Paling tidak adalah setingkat dengan
kepandaian ayah sendiri. Bagaimana.....? Apakah ayah masih
menyangsikan kemampuanku untuk melawan kedua orang
Aliran Mo-kauw itu?" akhirnya Tiauw Li Ing mendesak
ayahnya.
Masih ada juga keraguan di hati Tung-hai-tiauw. Tapi
akhirnya raja bajak laut itu mengangguk. "Baiklah! Kau boleh
maju menghadapi mereka. Tapi.... Berhati-hatilah! Mereka
berdua bukan tokoh sembarangan. Coba kaulihat.....!
Kemampuan mereka benar-benar menggiriskan!"
Tung-hai-tiauw menunjuk ke arah arena. Dan memang
benar apa yang dikatakannya. Puluhan anggota bajak laut
yang ada di dalam pendapa itu benar-benar tak berdaya
menghadapi tokoh Aliran Mo-kauw tersebut. Korban telah
berserakan. Beberapa orang thouw-bak (pemimpin regu atau
kelompok) yang juga memiliki kepandaian tinggipun telah
banyak menjadi korban pula. Malah sesaat kemudian
pengepungan mereka sudah mulai kendor. Para anggota bajak
laut yang mengeroyok itu mulai jeri dan ketakutan. Mereka
mulai menjauh dan mundur-mundur.
“Kalian mundurlah!” tiba-tiba Tiauw Li Ing meloncat maju
sambil berteriak garang. “Biarlah aku sendiri yang melawan
mereka!”
Tubuh Tiauw Li Ing yang kecil langsing itu melenting tinggi,
lalu berjungkir balik di udara, untuk kemudian mendarat di
depan Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang sedang berusaha
menerobos keluar. Gadis itu berdiri tegak di ambang pintu.
Matanya yang bulat jeli itu menatap dingin ke arah lawannya.
Sementara di masing-masing telapak tangannya telah
tergenggam sepasang kipas besi, berukuran besar dan kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan hati lega kawanan bajak laut yang mengeroyok
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw itu mundur. Mereka
membiarkan lawan yang sangat lihai itu berhadapan dengan
puteri Hai-ong mereka. Beberapa orang di antara mereka
malah meletakkan senjata mereka, dan menolong kawankawan
mereka yang terluka.
Dan otomatis Bhong Kim Cu dan Leng Siauw juga
menghentikan perlawanan mereka. Keduanya memandang
Tiauw Li Ing dan Tung-hai-tiauw berganti-ganti. Mereka
menjadi curiga, mengapa raja bajak-laut yang lihai dan kejam
itu membiarkan gadis muda itu menghadapi mereka.
"Tung-hai-tiauw! Sekali lagi kami berdua meminta
kepadamu. Lepaskanlah kami, agar kami bisa memberi
laporan ketua kami. Dan urusan di antara kita ini bisa
diselesaikan dengan baik." Bhong Kim Cu berseru.
Tung-hai-tiauw tertawa menghina. "Tidak bisa! Kalian
berdua tetap akan kami tangkap. Hal ini sudah menjadi
keputusanku. Sejak semula aku sudah tidak percaya kalau
urusan ini bisa diselesaikan dengan musyawarah. Apapun
yang terjadi, pihak kalian tentu akan mempertahankan baju
mustika itu. Sehingga kalau pihak kami menyerbu dan
meratakan gedung perkumpulan kalianpun kalian tentu takkan
mau menyerahkan pusaka itu. Maka kucari jalan lain untuk
mendapatkan benda itu, yaitu menangkap dan menculik
anggota perkumpulan kalian sebanyak-banyaknya. Terutama
tokoh-tokohnya. Setelah itu baru kami akan berbicara dengan
Pek-i Liong-ong, ketua kalian. Biarlah nanti ketua kalian itu
memilih, kehilangan seluruh jago-jagonya atau menyerahkan
baju mustika itu kepada kami. Hahahahaha.........!”
"Penjahat licik! Kalau begitu lakukanlah niatmu itu kalau
bisa! Tangkaplah kami!" Bhong Kim Cu berseru marah.
"Benar! Majulah ! Kami siap melayanimu!” Leng Siauw
menggeram pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ee-ee....... jangan tergesa-gesa menantang ayahku!
Hadapilah aku dulu, baru kemudian ayahku!" tiba-tiba Tiauw Li
Ing menyela.
Bhong Kim Cu mengerutkan dahinya. Dengan nada kesal ia
berkata kepada Tung-hai-tiauw. "Tung-hai-tiauw! Majulah!
Kau jangan menghina kami. Kami toh bukan anak kemarin
sore yang baru terjun di dunia persilatan. Kami berdua adalah
kakek-kakek yang sedikit banyak telah punya nama juga di
kalangan persilatan. Mengapa kau membiarkan anakmu, yang
pantas menjadi cucu kami itu, maju menghadapi kami?
Apakah engkau memang sengaja hendak mempermalukan
kami?"
"Hua-ha-hahaha......!" Raja Bajak Laut itu tertawa lepas.
"Aku tidak peduli kau tersinggung atau tidak. Aku hanya ingin
membuktikan kepadamu bahwa namamu yang tersohor itu
bukan merupakan jaminan di tempatku. Kau boleh
membuktikannya sekarang. Melawan puteriku pun kalian
belum tentu menang. Apalagi melawan aku, hua-hahahaha......”
Sambil tertawa panjang, Tung-hai tiauw melangkah
mundur dan duduk di atas kursi. Sedikitpun raja bajak laut itu
tidak memandang sebelah mata kepada lawannya.
Bukan main marahnya Bhong Kim Cu dan Leng Siauw.
Mereka benar-benar merasa terhina.
"Bhong su-heng, biarlah kuhadapi bajak laut sombong itu!
Tolong, kau awasi saja gadis cilik itu!" Leng Siauw berbisik.
Kemudian tanpa menunggu jawaban su-hengnya lagi,
tokoh ketiga dari Aliran Mo-kauw itu melompat ke depan.
Tubuhnya melesat tinggi di udara, kemudian menukik ke
depan bagaikan burung walet menyambar mangsanya.
Gerakannya cepat bukan main. Begitu cepatnya sehingga
tubuhnya seperti berubah menjadi bayang-bayang hitam yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meluncur dengan cepatnya. Sungguh suatu pertunjukan ginkang
yang hebat sekali.
Namun bersamaan dengan waktu itu pula, tiba-tiba Tiauw
Li Ing mengebutkan dua buah kipasnya. Terdengar suara
berdesing ketika dari dalam kipas-kipas tersebut melesat
belasan batang paku panjang.
Bhong Kim Cu yang berada di depan gadis itu terkejut.
Namun terlambat, belasan batang paku itu telah terlanjur
melewatinya. Semuanya melesat bagai kilat cepatnya, seakanakan
saling dahulu-mendahului, untuk mengejar tubuh Leng
Siauw.
“Leng su-te, awas........!" Bhong Kim Cu memekik.
Siing! Siing! Wuut......! Thingg! Tiiing!
Leng Siauw berjumpalitan di udara. Lengan bajunya yang
besar dan lebar itu berputar dengan cepat melindungi
badannya. Dan belasan paku itu pun lantas berjatuhan ke
bawah tersapu oleh lengan bajunya. Tak satu pun bisa
mengenai kulit-dagingnya. Tapi ketika tokoh Aliran Mo-kauw
itu hendak mendaratkan kakinya di atas lantai, mendadak
paku-paku yang jatuh itu melenting kembali begitu menyentuh
lantai. Belasan batang paku itu menyerang kaki Leng Siauw,
seperti sepasukan ulat yang melejit-lejit, untuk menggapai dan
menggigit kakinya.
"Auuuh......?" tokoh Aliran Mo-kauw itu menjerit kecil ketika
sebuah dari paku itu mampu menembus sepatunya dan
melukai ibu-jari kakinya. Untunglah paku-paku yang lain dapat
ia tepiskan dengan kibasan sepatunya.
Sambil terpincang-pincang Leng Siauw memandang Tiauw
Li Ing. Tokoh Aliran Mo-kauw yang memiliki nama besar di
dunia kang-ouw itu hampir tak percaya kalau gadis muda yang
belum dikenalnya itu mampu menggagalkan niatnya untuk
menyerang Tung-hai-tiauw, Bahkan dapat melukai dirinya
pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pandangan Leng Siauw mulai berubah terhadap gadis itu.
“Bukan main! Nona, ilmumu melempar senjata rahasia
benar-benar hebat sekali ! Hmm.... siapakah gurumu?" tokoh
Aliran Mo-kauw itu berdesis.
Sementara itu Bhong Kim Cu menjadi marah sekali
menyaksikan su-tenya terluka. la juga tak menyangka kalau
puteri Tung-hai-tiauw itu memiliki ilmu sedemikian hebatnya.
"Bocah licik! Pengecut! Mengapa kau menyerang lawan dari
belakang?" geramnya.
Namun sambil tertawa cekikikan Tiauw Li Ing menjawab.
"Hihihihi.......! Sudah kukatakan tadi, kalian hadapi dulu aku
.... baru kemudian ayah! Mengapa kalian tak mau
mendengarkannya juga? Huh..... ! Setelah kini menerima
akibatnya, kalian lantas mencak-mencak. Bilang aku pengecut,
licik, menyerang lawan dari belakang..........! Huh!"
"Baik, kau bersiaplah! Tampaknya kau memang patut diberi
pelajaran supaya sedikit berkurang kecongkakanmu." Bhong
Kim Cu membentak.
"Rewel! Huh! Kaulah yang harus berhati-hati! Karena
akulah yang akan memberi pelajaran pahit kepadamu!" Tiauw
Li Ing berteriak tidak kalah garangnya.
"Kurang ajar! Lihat serangan..!" akhirnya Bhong Kim Cu tak
kuasa menahan kemarahannya.
Dengan jurus Burung-Hong-merentangkan-Sayap Bhong
Kim Cu menubruk Tiauw Li Ing. Sepasang lengan bajunya
yang panjang dan amat longgar itu menampar dari kanan dan
kiri, seolah-olah mau menjaring atau mengurung Tiauw Li Ing
di tengah-tengah. Sementara gelombang udara hangat terasa
menyertai serangan itu.
Tiauw Li Ing terperanjat. Hembusan udara hangat itu
terasa menggencet tubuhnya ke bawah. Semakin lama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin kuat, sehingga gadis itu merasa seperti ada beban
berat yang hendak menindihnya ke atas lantai.
Untunglah di dalam kekagetannya Tiauw Li Ing tidak cuma
terpaku diam menantikan datangnya serangan tersebut.
Dengan ilmu silatnya yang tinggi gadis itu cepat bereaksi.
Sebelum lengan baju yang mengandung tenaga mukjijat itu
benar-benar mengurung dan menindihnya ia buru-buru
membungkukkan badan serendah-rendahnya. Kemudian
sambil melemparkan telapak tangannya ke lantai beberapa
kali, ia menggeliat ke samping tiga atau empat kali. Dengan
demikian ia bisa meloloskan diri dari kurungan lawannya.
Kini ganti Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang terkejut.
Sebagai tokoh yang memiliki banyak pengalaman mereka
segera 'melihat’ sesuatu yang aneh di dalam ilmu silat
lawannya. Mereka seperti mengenal gaya dari ilmu silat
tersebut. Yaitu gaya dari sebuah ilmu yang mendasarkan
ilmunya pada dua inti sekaligus. Inti Im dan Inti Yang (Positif
dan Negatif).
Namun mereka juga merasa ragu-ragu pula, karena hanya
Aliran Im-Yang kauw lah yang memiliki gaya seperti itu.
Masakan anak bajak laut yang kejam itu menjadi anak murid
Aliran Im-Yang-Kauw?
"Oouugh!" tiba-tiba Leng Siauw meringis kesakitan sambil
memegang kakinya yang tertusuk paku tadi.
Darah sudah berhenti menetes dari luka itu. Tapi ketika
Leng Siauw memeriksanya sekali lagi tiba-tiba matanya
melotot. Ibu-jari kakinya itu kini telah berubah menjadi hitam
seluruhnya. Dan tampaknya malah akan merembet ke atas.
Leng Siauw cepat mengeluarkan pisau kecilnya. Sekali
tabas, ibu jari itu dipotongnya. Darah merah mengucur seperti
pancuran. Namun dengan cepat pula Leng Siauw
menghentikannya. Ujung jari telunjuknya menotok beberapa
jalan darah di sekitar luka tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awas, su-heng! Anak itu ternyata suka bermain-main
dengan racun!" Leng Siauw memberi peringatan kepada suhengnya.
"Keji sekali!" Bhong Kim Cu mengumpat.
Tiauw Li Ing tertawa cekikikan lagi. Sambil menimangnimang
kedua buah kipasnya gadis itu mengejek. "Apakah
kalian berdua takut? Kalau takut.....hi-hi, lekaslah menyerah!
Aku takkan membunuhmu."
"Huah-haha-haha.......! Bagus! Bagus!" Tung-hai-tiauw
tertawa puas pula menyaksikan kehebatan puterinya.
"Hmmh, jangan cepat merasa puas! Kita belum benarbenar
bertarung tadi! Kini kau betul-betul harus waspada! Aku
tidak akan main-main lagi." Bhong Kim Cu menggeram.
Tokoh kedua dari Aliran Mo-kauw itu lalu merangkapkan
kedua buah telapak tangannya di depan dada. Setelah tenaga
saktinya terkumpul, kaki kanannya lalu melangkah ke depan
sambil mendorongkan kedua tangannya ke atas dan ke
bawah. Masing-masing tertuju ke arah kepala dan pusar Tiauw
Li Ing. Dan udara hangat pun terasa menyambar pula ke
depan.
Tapi Tiauw Li Ing juga tidak mau kalah gertak. Sama sekali
ia tidak mau mengelak dari serangan yang penuh dengan
tenaga-sakti itu. Kedua buah kipas besi yang ada di tangannya
itu segera direntangkannya ke atas dan ke bawah untuk
menyongsong pukulan lawannya. Dan kedua buah kipas itu
juga tampak bergetar pula, suatu tanda bahwa gerakannya
juga disokong oleh sebuah tenaga raksasa.
Sekali lagi gerakan gadis itu sangat mengagetkan
lawannya, karena seperti tadi pula, gerakan tersebut juga
mencerminkan sebuah ilmu yang berintikan Im dan Yang!
Akibatnya, untuk sesaat Bhong Kim Cu menjadi bimbang. Di
kebimbangan ini ternyata malah menyelamatkan nyawanya.
Sebab pada saat-saat terakhir, tokoh kedua dalam Aliran Mo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kauw itu cepat menarik kembali serangannya, dan kemudian
menggantinya dengan serangan yang berbeda. Dan
bersamaan dengan itu pula, tiba-tiba kedua buah kipas itu
menghamburkan puluhan jarum halus ke arahnya.
Untuk yang kedua kalinya Bhong Kim Cu menarik kembali
serangannya. Bergegas dia membanting tubuhnya ke lantai,
kemudian menggelundung pergi dengan muka merah. Hampir
saja ia termakan oleh jarum-jarum halus yang berhamburan
seperti hujan itu. Coba pada saat terakhir tadi ia tak menarik
serangannya, niscaya kedua lengannya telah penuh dengan
jarum-jarum beracun !
Demikianlah, untuk selanjutnya Bhong Kim Cu tidak berani
memandang enteng gadis itu lagi. Ternyata kepandaian puteri
Tung-hai-tiauw itu benar-benar di luar dugaannya. Oleh
karena itu pada gebrakan-gebrakan selanjutnya ia sungguhsungguh
mengerahkan semua kemampuannya. Dan ternyata
gadis itu dapat melayaninya dengan baik.
Sementara itu di luar gedung telah terjadi pertempuran
yang tidak kalah serunya. Tung-hai Nung-jin dan Tiauw Kiat
Su yang memimpin pencarian terhadap orang yang berani
mengganggu kawan-kawan mereka itu, ternyata tidak segera
dapat menemukannya. Halaman yang luas itu telah mereka
periksa dengan teliti, namun orang itu tetap belum mereka
ketemukan juga. Akibatnya Tung-hai Nung-jin dan Tiauw Kiat
Su menjadi marah. Kedua tokoh bajak laut itu segera
memanggil para touw-bak, dan memerintahkan mereka untuk
segera memeriksa kembali halaman itu.
"Bongkar saja semua tempat yang sekiranya dapat dipakai
untuk bersembunyi Si Penyelundup itu!" Tiauw Kiat Su yang
kejam dan berangasan itu berteriak.
Tapi dengan cepat Tung-hai Nung jin melunakkan perintah
itu. Orang tua yang memiliki banyak pengalaman itu tidak
ingin suasana menjadi bertambah ribut dan kalut, sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
justru memberi banyak peluang bagi buruan itu untuk
meloloskan diri.
"Cobalah kalian periksa saja sekali lagi yang lebih teliti!
Jangan sampai ada tempat sejengkal pun yang terlampaui!"
katanya tegas dan berwibawa.
"Baik! para thouw-bak itu mengiyakan, kemudian
membawa pasukan masing masing untuk melaksanakan
perintah itu.
"Kiat Su, kita pun harus membagi tugas. Kita berkeliling
mengawasi mereka. Kau ke utara, aku ke selatan. Kita
bertemu di tembok sebelah timur nanti. Bagaimana?" setelah
semuanya berpencar pergi, Tung-hai Nung-jin berkata kepada
Tiauw Kiat Su.
Tiauw Kiat Su menghela napas panjang. "Baik, Paman.. ..”
desahnya.
Demikianlah, halaman gedung yang luas itu sekali lagi
diperiksa oleh kawanan bajak laut itu. Kini mereka benarbenar
memeriksa dengan teliti setiap jengkal tanah yang
mereka injak. Mereka meneliti sedemikian seksamanya
sehingga tak mungkin rasanya buruan itu bisa meloloskan diri.
Bahkan beberapa anggota bajak laut yang mempunyai ginkang
agak lumayan pun telah naik ke atas genting pula.
Mereka memeriksa dengan cermat semua tempat yang
mereka curigai.
"Gila! Apa yang mesti kulakukan ? Bangsat-bangsat itu
tentu akan sampai ditempat ini pula nanti." Liu Yang Kun
mengumpat umpat ketika orang-orang itu mulai mendekati
persembunyiannya.
Pemuda itu lalu melirik ke bawah, ke tempat dimana
bayangan yang dilihatnya tadi bersembunyi. Ternyata orang
yang berlindung di semak-semak itu juga berada dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahaya pula. Sekelompok bajak laut telah mendekati tempat
itu.
Sungguh mengherankan! Liu Yang Kun yang sedang berada
di dalam bahaya itu justru menjadi tegang menyaksikan
pemandangan di bawahnya. Sama sekali pemuda itu telah
lupa akan keadaannya sendiri. Perhatiannya justru tercurah
kepada orang yang bersembunyi di dalam semak-semak itu.
"Sebentar lagi orang itu tentu keluar. Hmm........ akan
dapat kulihat nanti, siapa sebenarnya dia?" bisiknya dengan
hati tegang.
"Heeei..... lihat! Dia berada di sini!" tiba-tiba salah seorang
dari kawanan bajak laut itu berteriak begitu menyibakkan
semak tersebut.
Dan teriakan itu segera disambut dengan gegap-gempita
oleh yang lain, sehingga sebentar saja semuanya berlarian ke
tempat itu. Mereka berteriak dan menjerit-jerit dengan
ributnya.
"Awaaaaaas.. .. ! Jangan biarkan lolos!"
"Bunuh dia!”
"Mana.....? Di manakah dia?"
Namun beberapa saat kemudian mereka menjadi heran dan
bingung! Demikian pula halnya dengan Liu Yang Kun yang
menonton dari atas genting.
"Eh... ..? Mengapa orang itu tak kunjung keluar juga dari
persembunyiannya? Apakah yang terjadi dengan dia?"
pemuda itu terheran-heran.
"Hei...... cepat ! Dimanakah orang itu? Mengapa tidak
lekas-lekas ditangkap?" kawanan bajak laut itu berteriakteriak.
Mereka tidak mengerti, terutama yang berdesakan di
belakang kepungan, mengapa kawan-kawan mereka yang
berada di depan tidak lekas-lekas menangkap buruan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya! Mengapa cuma diam saja? Bunuh orang itu!" yang lain
ikut berteriak.
"Bunuh......"
"Tangkap......!"
Dan mereka pun lantas berteriak-teriak dengan ributnya.
Mereka mendesak maju dengan paksa.
Namun yang berada di depan tiba-tiba berseru.
“Tahaaan……! Dia…. Dia bukan buruan kita! Dia …. Tang Hun,
kawan kita sendiri! Dia pingsan ditotok orang! Pakaiannya
dirampas.,!”
"Hah?"
Kawanan bajak laut itu terdiam seketika! Mereka terbelalak
dan termangu mangu di tempat masing-masing! Tapi hanya
sesaat saja. Karena sedetik kemudian mereka telah berteriak
dan menjerit jerit kembali. Namun kini dengan kemarahan
yang meluap-luap.
Jilid 20
“Bangsat itu telah lolos! Keparat!”
“Dia menyamar dengan pakaian Tang Hun!”
''Ayoh, cari dia sebelum pergi dari tempat ini!"
“Setan busuk! Tangkap orang yang mengenakan pakaian
Tang Hun!"
"Bunuuuuh.......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan kepungan itupun lantas bubar kembali. Mereka
menyebar untuk mencari buruan mereka yang kini
mengenakan pakaian Tang Hun.
Tetapi sekali lagi mereka dikejutkan oleh teriakan dari atas
genting. Kali ini adalah teriakan kawan-kawan mereka yang
menemukan persembunyian Liu Yang Kun.
"Awas! Dia bersembunyi di sini!"
"Cepat kemari semua! Dia ada di s ini!"
Kawanan bajak laut yang berada di atas genting itu
berteriak-teriak, sehingga kawanan bajak laut yang berada di
bawah itu tidak jadi bubaran. Semuanya berlarian kembali ke
tempat itu.
"Hei? Kalian mengatakan apa? Buruan kita berada di atas
genting?"
'Mana dia......? Tangkap saja!"
"Bunuuuuh........!”
Mereka berteriak dan menjerit-jerit lagi. Bagi yang
mempunyai gin-kang lumayan segera ikut naik ke atas
genting, sedangkan yang tidak mampu lantas menggerombol
berdesakan di bawah. Mereka mengumpat-umpat sambil
mengacung-acungkan senjata mereka.
Di dalam kekecewaannya, karena tidak jadi bisa melihat
orang yang bersembunyi di dalam semak itu, Liu Yang Kun
sampai lupa akan keadaan dirinya sendiri. Sehingga ketika
kawanan bajak laut itu menemukannya, ia sudah tidak bisa lari
bersembunyi lagi.
"Kurang ajar! Kini aku lah yang menjadi kambing hitamnya!
Huh.......!" geramnya mendongkol.
"Menyerahlah! Jangan bertindak bodoh. Lihatlah di bawah
itu! Engkau telah dikepung." kawanan bajak laut yang berada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di atas genting itu membentak, ketika menyaksikan Liu Yang
Kun bangkit untuk melawan.
Tapi dengan suara kaku pemuda itu menjawab,
“Persetan........ Aku tidak takut! Kerahkanlah semua kawan
kawanmu! Tangkaplah aku kalau kalian bisa!"
"Bangsat busuk! Sombong benar kau! Terimalah pedangku
ini..............!" kawanan bajak laut yang berada di atas genting
itu berseru marah, kemudian berloncatan menyerang Liu Yang
Kun. “Bunuh orang sombong ini!"
"Cincang tubuhnya..!" yang lain pun segera berteriak-teriak
pula.
Sekejap kemudian tempat itu telah menjadi ajang
pertempuran yang kasar dan tak beraturan. Genting-genting
yang mereka injak pun segera berpecahan dan melorot turun
pula. Banyak yang terperosok kakinya dan jatuh tunggang
langgang ke bawah, karena gin-kangnya yang buruk.
Liu Yang Kun tertawa dingin, dia itu sama sekali belum
menggerakkan tangannya. Dia hanya melangkah dan
meloncat kesana-kemari untuk mengelakkan serangan
lawannya. Mereka terlalu empuk baginya.
Liu Yang Kun baru terpancing untuk menggerakkan
lengannya ketika beberapa orang thouw-bak mulai datangi
tempat itu. Dengan kepandaiannya yang tinggi pemuda itu
berloncatan, menghindar dan menangkis serbuan para
pengepungnya. Namun karena para thouw-bak itu rata-rata
juga memiliki kepandaian tinggi, maka serangan mereka
semakin lama semakin merepotkan pula. Seringkali karena tak
sempat untuk mengelak lagi, Liu Yang Kun terpaksa
membiarkan punggung, dada atau perutnya yang terlindung
oleh kulit ular Ceng-liong-ong itu dihantam atau ditusuk oleh
senjata lawannya.
Akibatnya para thouw-bak itu menjadi jerih, karena senjata
mereka terpental dan tak bisa melukai kulit pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awas...... dia kebal !"
"Ya..... dia tak mempan senjata ! Cepat laporkan kepada
Hai-ong.. . !” mereka berseru gusar.
"Tak usah! Aku sudah ada di sini! Tak perlu melapor
kepada ayah! Semuanya minggir.....!” Tiba-tiba terdengar
suara Tiauw Kiat Su membentak.
"Benar! Semuanya minggir! Biarlah kami yang menghadapi
bangsat itu!” terdengar pula suara Tung-hai Nung-jin.
Para thouw-bak itu mundur ke belakang, dan membiarkan
Tung hai Nung-jin dan tiauw Kiat Su menghadapi lawan
mereka.
"Cuh!” Tiauw Kiat Su meludah, kemudian melangkah maju
bersama sama Tunghai Nung-jin. Sikapnya benar-benar amat
memandang rendah kepada Liu Yang Kun. Namun ketika
mereka sudah berhadapan muka, tiba-tiba pemuda itu
terbelalak kaget. Begitu pula halnya dengan Tung-hai Nungjin.
"Kau.....?" desahnya pendek.
"Kau.....?" Tung-hai Nung-jin tersentak hingga terbatukbatuk.
Liu Yang Kun tersenyum dingin, lalu meludah pula di depan
lawannya, "Benar! Akulah yang datang. Kalian masih
mengenal aku?" katanya tenang. Sama sekali tidak peduli
melihat lawan sedemikian banyaknya.
Tiauw Kiat Su terperangah. Hatinya tersinggung. Sikap Liu
Yang Kun yang seenaknya itu benar-benar membakar
jantungnya. Diam-diam ia membatin, "Kurang ajar! Ia masih
menyangka aku seperti dulu. Hmm..... akan kuringkus dia.
Akan kubeset kulit mukanya. Akan kucongkel biji matanya.
Biar dia tahu siapa aku sekarang. Bangsat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Tiauw Kiat Su tidak menunjukkan kemarahannya itu
dihadapan Lawannya. Sambil menahan kegeramannya dia
berkata, "Huh..... Jadi kau tidak mati tertimbun bukit longsor
itu? Lalu ......dimanakah gadis cantik yang kau bela matimatian
itu?”
Untuk sekejap mata Liu Yang Kun seperti menyala di dalam
kegelapan. Bayangan wajah Tui Lan yang sedang hamil tua itu
kembali menggoda hatinya.
"Aah......?" pemuda itu berdesah panjang sekali. Suaranya
terdengar sedih.
Tiauw Kiat Su menjadi salah tafsir. Ia mengira kalau Liu
Yang Kun telah mulai sadar akan kedudukannya sekarang.
Dan pemuda itu mulai merasa ketakutan melihat lawan yang
sedemikian banyaknya.
Sementara itu diam-diam Tung-hai Nung-jin menggamit
lengan Tiauw Kiat Su. "Hati-hati! Kudengar pemuda ini lihai
sekali. Kalau tak salah dia lah yang dulu dikejar-kejar adikmu.”
bisiknya perlahan.
"Apa? Dia ....?" Tiauw Kiat Su tersentak kaget. "Bangsat.
Kalau begitu akan kubunuh dia! Dia bukan tandinganku
sekarang!”
Sejak Tiauw Kiat Su mendengar adiknya tergila-gila kepada
manusia yang bernama Chin Yang Kun, bahkan khabarnya
adiknya itu sampai mengejar-ngejarnya pula, maka Tiauw Kiat
Su merasa malu dan juga sangat benci kepada Chin Yang Kun.
Tapi karena belum pernah melihat wajah Chin Yang Kun,
maka Tiauw Kiat Su tidak mengenalnya ketika berjumpa di
kota Soh-ciu setahun yang lalu.
"Hmh! Apakah kau yang bernama Chin Yang Kun itu?"
tanyanya menahan gusar.
Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya. Dengan
wajah kaku ia menatap mata Tiauw Kiat Su.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau sudah mengenal namaku!" katanya serak.
"Tentu saja. Aku sudah lama mencarimu. Aku ingin
membunuhnya agar kau tidak bisa mengganggu adikku lagi.
Oleh karena itu bersiaplah sekarang..!”
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Namun akhirnya ia tak
mau berpikir banyak lagi. Sambil mengepalkan tinjunya ia
menggeram. "Persetan! Majulah....!"
Dan ternyata Tiauw Kiat Su juga tidak mau membuangbuang
waktu lagi. Langsung saja ia mengeluarkan ilmu
barunya yang didapatkannya dari Giok-bin Tok-ong. Ia ingin
segera memperlihatkan ilmunya itu kepada Liu Yang Kun agar
pemuda yang dibencinya itu tahu bahwa ilmunya sekarang
telah jauh melampaui ilmu pemuda itu. Dan setelah lawannya
itu kalah dan menjadi ketakutan nanti, ia akan
mempermainkannya dan menyiksanya lebih dulu, sebelum
akhirnya ia serahkan kepada Tiauw Li Ing untuk dibunuh.
Dengan demikian semua hati dan dendam keluarganya
terhadap pemuda itu telah terlampiaskan. Begitulah, ketika
Tiauw Kiat Su mengerahkan tenaga saktinya, maka di seputar
arena itu lalu tercium udara busuk yang menyesakkan napas.
Kawanan bajak laut yang tidak segera mundur menjauhkan
diri, atau meloncat turun ke bawah, segera menjadi pening
dan mau muntah.
"Semuanya mundur! Jangan dekat-dekat!” Tung-hai Nungjin
cepat berteriak.
“Hei.....ada apa? Apakah yang terjadi?” kawanan bajak laut
yang berdesakan di bawah genting menjadi ribut dan
berteriak-teriak. Mereka tidak tahu apa yang telah terjadi
dengan kawan-kawan mereka di atas genting.
Dan beberapa orang kawan mereka yang turun ke bawah
segera memberi tahu apa yang terjadi di atas. Sehingga
kawanan orang kasar itu merasa ngeri tapi sekaligus juga
merasa kagum dan bangga terhadap putera Hai-ong mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begitukah......? Wah, hebat betul !” mereka berseru.
"Kalau begitu sungguh malang benar nasib buruan kita itu.
Sebentar lagi dia akan disiksa dan menjadi tontonan yang
mengasyikkan buat kita, hahaha.....”
"Biar tahu rasa dia! Mentang-mentang memiliki kepandaian
tinggi enak saja dia mempermainkan kawan-kawan kita.
Dikiranya kita ini tidak memiliki jago pula?" salah seorang
bajak laut yang tadi ditotok lemas berseru pula dengan
gemasnya.
Demikianlah, pertempuran di atas genting itu berlangsung
semakin hebat dan seru. Ilmu yang diturunkan Giok-bin Tokong
kepada Tiauw Kiat Su memang dahsyat sekali. Ganas dan
mengerikan. Selain hawa pukulannya mengandung racun,
gerakan-gerakannya pun amat ganas dan mematikan.
Sungguh sangat cocok dan serasi dengan watak dan ilmu
yang pernah diwariskan oleh ayah Tiauw Kiat Su sendiri.
Jadi, sesungguhnyalah bahwa ilmu kepandaian Tiauw Kiat
Su sekarang benar-benar hebat sekali. Tak heran kalau Tunghai
Nung-jin yang lihai itu sampai kalah. Sayang sekali yang
dihadapi pemuda itu sekarang adalah Liu Yang Kun, seorang
pemuda yang secara tak terduga juga mempunyai nasib baik
dan pengalaman yang menguntungkan dalam ilmu s ilat. Maka
sungguh tidak mengherankan bila ilmunya yang ganas dan
mengerikan itu hampir menjadi tidak berarti berhadapan
dengan ilmu Liu Yang Kun yang dahsyat dan aneh luar biasa.
Baru menghadapi gin-kang Liu Yang Kun saja Tiauw Kiat Su
sudah kewalahan, apalagi menghadapi ilmu-ilmu Yang Kun
yang lain. Meskipun demikian karena ilmu Tiauw Kiat Su juga
bukan ilmu sembarangan, maka dalam waktu singkat Liu Yang
Kun juga sulit untuk mengatasinya.
Cuma yang sangat mengherankan Tiauw Kiat Su adalah
mengapa lawannya seolah-olah kebal terhadap racun yang
sebarkannya?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lima puluh jurus telah berlalu. Dan selama itu pula hati
Tiauw Kiat Su semakin menjadi kecut, gelisah, namun
juga........heran, penasaran dan bingung! Kesombongan
hatinya yang meledak-ledak tadi berangsur-angsur
menghilang, dan selanjutnya berganti dengan kecemasan
serta keputus-asaan.
"Sungguh gila! Manusia atau setan-kah pemuda ini?
Mengapa ilmuku tidak mampu mengatasinya? Apakah aku
harus mempergunakan pek-lek-tan untuk
menundukkannya.....?” Di dalam keputus-asaannya Tiauw Kiat
Su mulai berpikir tentang senjata pamungkasnya.
Kesulitan Tiauw Kiat Su itu dapat dilihat dan dirasakan pula
oleh Tung-hai Nung jin. Diam-diam orang tua itu merasa kaget
dan heran juga menyaksikan kehebatan ilmu silat Liu Yang
Kun. Padahal beberapa tahun yang lalu dia pernah
mengalahkan pemuda itu. (baca Pendekar Penyebar Maut).
Lalu dari manakah pemuda itu memperoleh kesaktiannya ini?
“Tampaknya aku harus turun tangan untuk membantu Kiat
Su..........” bajak laut tua itu bergumam. Tangannya mulai
menyentuh senjata paculnya yang terkenal itu.
Sementara itu Liu Yang Kun sendiri ternyata belum
sepenuhnya mengeluarkan ilmunya. Pemuda itu baru
mengerahkan Bu-eng Hwe-teng dan sebagian saja dari ilmu
Bit-bo-ong yang lain. Itu pun belum ia kerahkan sampai ke
puncaknya. Meskipun demikian ternyata Tiauw Kiat Su yang
kini kepandaiannya sudah melampaui ayahnya itu tidak dapat
berbuat banyak dalam menghadapinya.
"Ilmu silat pemuda ini sangat mirip dengan ilmu silat Giokbin
Tok-ong yang memiliki senjata peledak amat dahsyat itu.
Hmmh...... apakah pemuda ini murid kakek tua pesolek itu?
Kalau dia benar-benar murid orang tua itu, ah... aku harus
berhati-hati menghadapinya. Siapa tahu dia juga mewarisi
senjata peledak itu?" Liu Yang Kun berkata dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, meskipun berada diatas angin, namun Liu
Yang Kun masih tetap waspada dan berhati-hati. Pemuda itu
juga masih tetap menyisakan tenaganya untuk sewaktu-waktu
menghadapi hal-hal yang luar biasa. Ia hanya mengerahkan
separuh dari tenaga sakti liong-cu-i-kangnya yang maha
ampuh itu, sementara ilmu silat Kim-coa ih-hoatnya belum ia
keluarkan sama sekali. Liu Yang Kun baru mengeluarkan ilmu
silat warisan Keluarga Chin, yang merupakan dasar ilmu
kepandaiannya semenjak kecil. Hanya kadang-kadang saja ia
menyelipkan beberapa jurus ilmu silat warisan Bit-bo-ong yang
hebat itu.
Namun karena semuanya itu ditunjang oleh gin-kangnya
yang sempurna serta tenaga dalamnya yang dahsyat, maka
sungguh tidak mengherankan bila pengaruhnya benar-benar
menjadi hebat tiada terkira.
Walaupun demikian, ternyata masih sulit juga bagi Liu Yang
Kun untuk mengalahkan Tiauw Kiat Su, yang kepandaiannya
sudah melebihi ayahnya itu. Maka dengan sangat terpaksa Liu
Yang Kun lalu mengeluarkan Pat-hong Sin-ciang secara utuh.
Perlahan-lahan ilmu warisan Bit-bo-ong itu ia mainkan dengan
konsentrasi penuh.
Oleh karena pemuda itu telah menguasai ilmu iblis tersebut
dengan sempurna, sesempurna penciptanya sendiri, maka
akibat dan pengaruhnya pun benar-benar luar biasa hebat dan
mengerikan! Malahan kalau mau diperbandingkan dengan Bitbo-
ong asli, yang hidup pada zaman seratus tahun yang lalu,
kedahsyatan ilmu itu sekarang justru melebihi dalam segalagalanya.
Hal itu disebabkan oleh karena lwee-kang Yang Kun
sekarang jauh lebih tinggi dan lebih sempurna dari pada lweekang
mendiang Bit-bo-ong asli dahulu.
Begitulah, tanpa mengetahui sebab-sebabnya, tiba-tiba saja
kawanan bajak laut itu merasakan sesuatu yang aneh di
sekitar mereka. Udara tiba-tiba menjadi gelap. Dan hawa pun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendadak berubah menjadi dingin mencekam. Hati dan
perasaan merekapun tiba-tiba menjadi kecut dan ngeri pula.
Kawanan bajak laut itu masih memegang obor di tangan
mereka. Namun api obor yang menjilat-jilat ke udara itu rasarasanya
tidak memiliki s inar terang yang bisa menerangi udara
di sekitar mereka. Nyala api itu rasa-rasanya hanya seperti
bara api yang memerah tanpa sinar sama sekali. Dan ketika
mereka mencoba mendongak ke atas mereka itu pun lantas
menjadi kaget pula. Bintang yang semula bertaburan di atas
langit itu mendadak lenyap. Yang mereka lihat sekarang cuma
kekelaman, seolah-olah di atas mereka telah terbentang
sebuah tabir hitam yang hendak mengurung mereka.
"Gila.....!" mereka mengumpat dengan tubuh gemetar,
karena mendadak saja gelombang udara dingin telah
mengurung mereka pula. Perubahan suasana yang tidak wajar
itu ternyata dapat dicium dan dirasakan pula oleh Kiat Su dan
Tung-hai Nung-jin. Terutama sekali oleh Tiauw Kiat Su, yang
sedang bertempur langsung dengan Liu Yang Kun. Pemuda itu
merasa seperti ada getaran aneh di dalam dadanya. Di dalam
hatinya. Getaran getaran aneh yang membuat perasaannya
menjadi kecut dan ngeri tanpa sebab. Malah beberapa saat
kemudian hatinya merasa resah dan takut pula. Apalagi kalau
ia terlalu lama sering menatap mata lawannya.
Di dalam pandangan atau pun perasaan Tiauw Kiat Su,
roman muka dan perbawa Liu Yang Kun itu semakin
menakutkan serta mengerikan. Lambat laun ia merasa seperti
tidak sedang berhadapan dengan manusia lumrah, tetapi
sedang bertempur dengan Raja Iblis atau Raja Kegelapan
yang sangat mengerikan hati.
"Aaah....... ilmu sihir!” pemuda itu berdesah panjang.
Sebagai pemuda berkepandaian tinggi Tiauw Kiat Su cepat
menebak bahwa ketidak-wajaran suasana itu disebabkan atau
diakibatkan oleh ilmu lawannya. Oleh karena itu untuk
menjaga hal-hal yang tidak ia inginkan, ia sengaja mengelak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menghindar terus dari benturan tenaga lawan. Sebaliknya
ia berusaha untuk tidak selalu berhadapan langsung dengan
lawannya. Terutama sekali ia harus menghindari tatapan mata
lawan yang mengeluarkan getaran-getaran mengerikan itu.
Dan untuk itu ia mengeluarkan senjata andalannya, yaitu
sepasang kipas besi yang penuh jebakan dan senjata rahasia.
Tetapi dengan caranya itu Tiauw Kiat Su semakin terjeblos
ke dalam kesulitan. Karena ia mengambil sikap bertahan,
maka Liu Yang Kun semakin bebas dan leluasa menentukan
serangannya. Apalagi bagaimana Tiauw Kiat Su mampu
mengimbangi kedahsyatan Bu-eng Hwe-teng yang amat luar
biasa itu?
Dengan kehebatan dan keanehan senjata kipasnya,
memang beberapa kali Tiauw Kiat Su bisa menyelamatkan
dirinya. Tapi setelah Liu Yang Kun juga semakin meningkatkan
ilmunya, maka keadaannya pun semakin menjadi parah pula.
Dengan demikian semakin terusik pula hati pemuda itu untuk
mempergunakan senjata pamungkasnya. Pek lek-tan!
Namun sebelum Tiauw Kiat Su mengeluarkan senjata
peledaknya itu, tiba-tiba Tung-hai Nung-jin telah terjun ke
dalam arena untuk membantunya. Dengan garangnya orang
tua itu mengayunkan pacul-panjangnya ke arah Liu Yang Kun.
Karena orang tua itu sengaja mengerahkan seluruh tenagadalamnya,
maka pacul itu pun juga menyambar pula dengan
dahsyatnya. Terdengar suara mengaung tajam ketika matapacul
tersebut membelah udara dingin yang tersebar dari
tubuh Liu Yang Kun.
Siiiiiing! Wuuuuuuut!
Bagaikan hantu atau siluman, tiba-tiba saja Liu Yang Kun
menghilang dari tempatnya. Tahu-tahu pemuda itu telah
berpindah tempat, sehingga pacul itu menyambar udara
kosong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Keparat ! Ilmu............ilmu meringankan tubuhnya benarbenar
hebat!" Tung-hai Nung-jin menggeram dengan mulut
melongo.
Hampir saja orang tua itu lupa meneruskan serangannya
kalau tiba-tiba tidak datang sebatang paku yang menyambar
dadanya. Paku itu meluncur dari dalam kipas Tiauw Kiat Su.
Paku itu gagal menyambar Liu Yang Kun, sehingga meluncur
terus ke arah dirinya. Tapi dengan demikian orang tua itu
justru menjadi sadar kembali kalau dirinya sedang membantu
kerepotan Tiauw Kiat Su.
Demikianlah, setelah menghindari paku tersebut Tung-hai
Nung-jin lantas maju lagi untuk membantu Tiauw Kiat Su.
Mereka berdua bekerja-sama menghadapi Liu Yang Kun.
Mereka berdua saling membelakangi agar mereka tidak terlalu
di kocok oleh gin-kang Liu Yang Kun yang sangat luar biasa
itu. Dan kerja-sama itu ternyata dapat menahan gempuran
lawan untuk sementara waktu. Tapi cuma untuk sementara
waktu saja. Sebab bagaimanapun juga ilmu warisan Bit-boong
itu, yang kemudian ditunjang dengan tenaga-dalam Liu
Yang Kun sendiri yang maha dahsyat, benar-benar merupakan
sebuah ilmu silat yang tak terukur tingginya.
Sementara itu pertempuran di dalam pendapa pun ternyata
telah meningkat menjadi semakin menarik pula. Tiauw Li Ing
yang masih muda belia itu ternyata mampu mengimbangi
permainan Bhong Kim Cu yang sangat lihai dan banyak
pengalaman itu. Meskipun Iwee-kang gadis itu masih berada
setingkat di bawah lwee-kang Bhong Kim Cu, namun
permainan kipasnya yang aneh dan penuh muslihat itu
ternyata mampu membendung serangan lawannya. Bahkan
ilmu meringankan tubuh Bhong Kim Cu yang tinggi itu sering
tersendat-sendat oleh cegatan-cegatan Tiauw Li Ing, yang
ternyata memiliki langkah-langkah ajaib dan membingungkan.
Lambat laun Bhong Kim Cu menjadi kewalahan
menghadapi permainan kipas Tiauw Li Ing yang diselangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
seling dengan taburan senjata rahasia itu. Beberapa kali tokoh
Aliran Mo-kauw itu berada di dalam bahaya. Taburan senjata
rahasia yang dilemparkan secara khusus itu benar-benar sulit
dihadapi dan sukar dielakkan.
"Gila! Sungguh memalukan sekali! Apakah aku harus
mengaku kalah kepada gadis kecil yang patut menjadi cucuku
ini?" Bhong Kim Cu mengeluh sambil mengeluarkan
senjatanya. Sebatang cambuk panjang bergerigi yang amat
jarang sekali ia keluarkan.
Kemudian dengan cambuknya itu Bhong Kim Cu berusaha
memperbaiki keadaannya. Cambuknya yang bergerigi tajam
itu menyambar-nyambar bagaikan ekor naga yang
berkelebatan di udara. Dengan cambuk itu pula Bhong Kim Cu
mencoba menjinakkan langkah-langkah ajaib Tiauw Li Ing
yang sangat membingungkan itu.
Namun usahanya itu tetap juga mengalami kesulitan.
Sebab begitu ia mengeluarkan cambuk, gadis itu lalu
meningkatkan serangannya pula. Lontaran-lontaran senjata
rahasia yang sulit di tebak arah dan tujuannya itu ternyata
juga semakin sering pula dilakukan oleh lawannya. Alhasil ia
tetap saja terdesak di bawah angin. Bahkan beberapa waktu
kemudian jiwanya pun sudah mulai terancam pula.
"Oooh, gila......! Tak kusangka nama yang telah kupupuk
selama puluhan tahun itu akan hancur di tempat ini......."
diam-diam Bhong Kim Cu menyesali nasibnya.
Melihat su-hengnya di dalam bahaya, Leng Siauw tidak
mau tinggal diam. Ia juga mengeluarkan senjatanya,
kemudian perlahan-lahan ia melangkah mendekati arena.
Tapi sebelum ia turun tangan, tiba-tiba terasa hembusan
angin di sampingnya.
"Hahaha-heheh.......!" Tung-hai-tiauw yang semula duduk
di kursi itu mendadak telah berdiri didekatnya, "Kulihat kau
juga sudah gatal tangan pula. Tapi tak baik mengganggu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertempuran mereka. Marilah kita membuat arena sendiri,
hahahaha!" raja bajak laut itu menantang.
"Bagus! Memang inilah yang kuharapkan. Bukankah sudah
sejak tadi aku menantangmu?" Leng Siauw menggeram sambil
menyerang pula.
Tung-hai-tiauw cepat berkelit. Kemudian tangannya
mencabut golok emas yang terselip di pinggangnya dan balas
menyerang lawannya. Dan sebentar saja mereka telah terlibat
dalam pertempuran yang seru serta menegangkan. Masing
masing mengeluarkan ilmu kepandaian mereka yang tinggi.
Kepandaian Leng Siauw tidak jauh bedanya dengan Bhong
Kim Cu. Mereka sama-sama murid Pek-i Liong-ong. Dan Ilmu
silat mereka banyak bersumber pada ilmu silat warisan
mendiang Bu-eng Sin yok-ong, karena sebelum menjadi Mo-cu
dari Aliran Mo-kauw, Pek-i Liong-ong yang bernama Ouw-yang
Kwan Ek itu adalah murid dari Bu-eng Sin-yok-ong. Maka
tidaklah mengherankan bila kepandaian mereka sangat tinggi.
Namun yang dihadapi Leng Siauw sekarang adalah Tunghai-
tiauw, Si Raja Bajak Laut dari Lautan Timur, yang memiliki
kepandaian luar biasa pula. Apalagi raja bajak laut itu
sekarang memegang sebuah golok mustika yang mampu
memotong besi dengan mudahnya. Maka seperti halnya
Bhong Kim Cu, Leng Siauw pun akhirnya harus mengakui
keunggulan lawannya pula. Sedikit demi sedikit sambaran
cambuknya terdesak dan terkurung oleh ayunan golok
lawannya.
Anak buah Tung-hai-tiauw yang berada di dalam ruangan
itu bersorak-sorak gembira. Meskipun tidak bisa mengikuti
jalannya pertempuran, namun mereka tahu kalau pemimpin
mereka berada di pihak yang menang.
Hanya seorang yang tidak ikut bersorak-sorak seperti yang
lain, yaitu seorang bajak Iaut tua-renta berjenggot putih
panjang sebatas dada. Orang tua itu berdiri menyendiri di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pojok ruangan. Pakaian seragamnya tampak serabutan dan
kurang cocok untuk ukurannya.
Selain menyendiri bajak laut tua renta itu tampak menghela
napas panjang bila menyaksikan Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw berada dalam kesulitan sedang menghadapi bahaya.
Bahkan sesekali orang itu menyeka keringat dingin yang
mengalir di lehernya.
"Aaah......?!" sesekali pula mulutnya yang tertutup kumis
dan jenggot panjang itu berdesah cemas dan gelisah.
Tiba-tiba seorang bajak laut muda datang mendekati orang
tua itu.
"Hei? Mengapa kau tidak ikut bergembira melihat
keunggulan Hai-ong kita? Apakah kau......kau.....eh-oh ..?
Siapakah kau?" serunya terputus.
Bajak laut muda itu terbeliak matanya. Dan mata itu hampir
tak berkedip mengawasi orang tua renta itu.
"Kau.. , .kau.....si-si-siapa? Mengapa k-k-kau berada
disini.....dan...dan mengenakan seragam ka-kami?" desisnya
kemudian dengan bibir gemetar.
Orang tua renta itu menarik napas panjang kembali, lalu
perlahan-lahan menanggalkan seragamnya yang kebesaran
itu. Dan sebentar kemudian ia telah mengenakan jubahnya
sendiri yang berwarna putih bersih.
"Aku adalah Pek-i Liong-ong, ketua Aliran Mo-kauw.”
jawabnya perlahan pula.
Tapi nama itu ternyata sangat mengejutkan bajak laut
muda itu. "Kau...kau.....?" serunya tertahan sambil mundurmundur.
"Benar. Akulah penyelundup yang kalian cari-cari itu. Aku
memang sengaja merampas pakaian seragam dari salah
seorang kawan kalian agar dapat lebih leluasa memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gedung ini. Dan kini aku sudah tidak membutuhkannya lagi,
karena aku harus membantu muridku.,.." orang tua itu
berkata lagi dengan tenangnya.
Namun bajak laut muda itu segera menjerit dan berteriak
begitu sudah mendekati teman-temannya kembali.
"Itu dia penyelundupnya! Itu dia penyelundupnya! Dialah
yang merampas pakaian Tang Hun! Tangkaaaap........!"
Kawanan bajak laut yang berada di ruangan itu seketika
menjadi gempar. Semuanya buru-buru berlari ke tempat Pek-i
Liong-ong berada. Bagaikan kawanan pemburu yang
menemukan binatang buruannya, mereka mengangkat senjata
dan siap menghunjamkannya.
Tapi dengan sangat tenangnya Pek i Liong-ong
mengibaskan kedua lengan bajunya yang lebar itu ke arah
mereka. Dan hembusan udara yang sangat kuat tiba-tiba telah
melemparkan kawanan bajak laut itu ke pinggir.
"Kalian menyingkirlah ! Biarlah pemimpinmu saja yang
menghadapi aku!" ketua Aliran Mo-kauw itu berseru.
Kemunculan Pek-i Liong-ong yang tak terduga itu ternyata
juga amat mengejutkan orang-orang yang sedang bertempur.
Tung-hai-tiauw dan puterinya cepat meloncat mundur. Begitu
pula dengan Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang hampir
dikalahkan itu. Semuanya mengawasi kedatangan Pek-i Liongong
yang tak terduga itu.
"Pek-i Liong ong.......!” Tung-hai-tiauw menyapa kaku.
"Mo-cu.........?" Bhong Kim Cu dan Leng Siauw
membungkuk ragu seakan belum percaya bahwa ketuanya
telah benar-benar datang.
Pek-i Liong-ong mengangguk ke arah Tung-hai-tiauw untuk
membalas sambutan raja bajak laut itu. Setelah itu Pek-i
Liong-ong menoleh ke arah murid-muridnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian berdua mengasolah! Biarlah aku sendiri yang
menyelesaikan masalah ini." katanya berwibawa.
"Harap Mo-cu berhati-hati. Puteri Tung-hai-tiauw itu sangat
lihai. Terutama senjata rahasia dan langkah-langkah
ajaibnya......." Bhong Kim Cu melaporkan.
"Jangan takut! Aku telah melihatnya juga."
Sementara itu Tung-hai-tiauw juga berbisik kepada
puterinya. "Li Ing, awas! Orang tua ini ditulis pada urutan
yang kedelapan di dalam Buku Rahasia itu. Jadi berada dua
tingkat di atasku. Kepandaiannya tentu amat luar biasa."
Tiauw Li Ing mencibirkan bibirnya yang mungil. “Ah?
ayah.......! Aku tidak takut! Bukankah dia cuma sendirian saja!
Masakan dia menang melawan kita berdua?"
"Lalu bagaimana dengan kedua bekas lawan kita tadi?
Kepandaian mereka pun sangat tinggi."
"Bukankah kita masih mempunyai paman Tung-hai Nungjin
dan engkoh Kiat Su pula? Sebentar juga mereka akan
kembali ke ruangan ini. Hmm......nanti ayah tinggal menonton
saja kalau engkoh Kiat Su telah datang. Aku dan engkoh Kiat
Su yang........eh! Ayah! Kudengar di atas genting ini ada
pertempuran juga. Apa yang terjadi di luar?" tiba-tiba Tiauw Li
Ing berseru kaget.
Tung-hai-tiauw mendongakkan kepalanya. Dan sekejap
kemudian Si Raja Bajak Laut itu ganti mengawasi Pek-i Liongong.
"Entahlah, aku tak tahu. Hmm… mungkinkah bangsat tua
dan Mo-kauw ini masih membawa teman yang lain lagi?"
geramnya.
"Ayah.........! Itu seperti suara paman Tung-hai Nung-jin
dan Engkoh Kiat Su! Tampaknya mereka......mereka seperti
sedang marah-marah. Apakah.., apakah.....?” Tiauw Li Ing
tidak berani meneruskan kata-katanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek-i Liong-ong melangkah setindak ke depan. "Tung-hai
tiauw! Di luar memang sedang terjadi pertempuran. Seorang
pemuda sakti telah masuk pula ke halaman gedungmu ini, dan
anak buahmu telah mencegatnya. Tapi harap engkau ketahui
pula bahwa kami tidak mempunyai sangkut-paut dengan
pemuda itu. Aku datang hanya sendirian......"
"Bagus! Kalau begitu kita tak usah menghiraukan
pertempuran di luar. Kita menyelesaikan urusan kita sendiri.
Bagaimana......?” Tung-hai-tiauw berkata kasar.
"Benar. Kita menyelesaikan urusan kita sendiri." Pek-i
Liong-ong mengiyakan.
"Bagus! Nah, silakan duduk! Penjaga.....! Ayoh, atur
kembali kursi dan meja ini!"
"Ayah......! Mengapa pakai duduk-duduk segala? Hantam
saja. habis perkara!" Tiauw Li Ing bersungut-sungut.
Tung-hai-tiauw tertawa. "Jangan khawatir! Kita gebuk juga
mereka nanti. Tapi siapa tahu mereka mau memberikan
pusaka itu secara suka-rela! Haha-hah.........??"
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw menggeram, tapi tidak
berani membuka mulut di depan ketuanya. Mereka tetap
berdiam diri karena ketua mereka juga berdiam diri. Tapi
keduanya tidak ikut duduk di kursi yang disediakan. Mereka
memilih berdiri di belakang kursi Pek-i Liong-ong sekalian
berjaga-jaga keselamatan ketuanya itu.
Praaaaak! Krosaaak.......! Plok! Plok!
Tiba tiba sebuah genting di atas mereka pecah dan
berjatuhan ke bawah karena terinjak sepatu dari orang-orang
yang sedang bertempur di atas genting itu. Hampir saja
pecahan genting tersebut mengenai kepala Tiauw Li Ing.
"Kurang ajar!" gadis itu memaki, lalu bangkit dari kursinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dengan cepat Tung-hai-tiauw menahan lengannya.
"Biarkan saja! Kau tetap disini menemani ayah. Kita tak perlu
mengurusi orang-orang di luar itu. Bukankah begitu, Liongong?"
Pek-i Liong-ong menengadahkan mukanya ke atas
sebentar, kemudian mengangguk.
“Kau benar, Hai ong. Nah, silakan kau berbicara.....!"
Sekali lagi Tung-hai-tiauw tertawa puas. Sambil mengeluselus
golok pusakanya si Raja Bajak Laut yang ganas itu
berkata. “Hahaha......! Mengapa aku harus mengulangi lagi
kata-kataku ? Bukankah Liong-ong juga sudah mendengarnya
tadi? Bukankah Liong-ong sudah berada di pendapa ini
semenjak utusanmu itu datang?"
Pek-i Liong-ong menatap mata lawannya dengan tajam.
"Baiklah, aku tak tahu, apakah kau benar-benar mengetahui
kedatanganku atau cuma menduga-duga saja. Yang jelas aku
memang telah mendengar seluruh ucapanmu tentang baju
mustika Kim-pouw-san itu."
Ketua Aliran Mo-kauw itu berhenti untuk mengambil napas
sebentar. Setelah itu ia melanjutkan lagi perkataannya. "Cuma
yang menjadi masalahnya sekarang adalah....... hmm......?"
"Apakah masalahnya, hei? Ayoh, lekaslah kausebutkan,"
Tung-hai-tiauw yang kasar itu mendesak.
"Hmm......betulkah engkau ini pemiliknya yang asli? Apakah
buktinya? Siapa tahu kau hanya mengaku-aku saja?”
"Bangsat!"
Tung-hai-tiauw menggebrak meja dengan kerasnya.
Wajahnya yang kasar itu menjadi merah padam. Matanya
melotot buas sehingga Bhong Kim Cu dan Leng Siauw buruburu
berdiri di samping Pek-i Liong-ong. Mereka bersiap siaga
kalau-kalau raja bajak laut itu menjadi kalap dan menyerang
ketuanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat! Kau kira aku cuma mengaku-aku saja, heh?
Bagaimana kami sampai tahu kalau pusaka itu berada di
tangan kalian, kalau kami cuma mengaku-aku saja? Sudah
sejak lama kami mencari-cari dan menyelidiki hilangnya
pusaka itu, tahu? Baju pusaka itu semula dipakai oleh puteriku
ini lalu dirampas oleh Song-bun-kwi Kwa Sun Tek dari
perguruan Tai-bong-pai. Nah, bagaimana aku harus
membuktikannya kalau Song bun kwi itu telah dibunuh oleh
kedua utusanmu itu?"
Pek-i Liong-ong lalu berdiri pula dari kursinya. Walaupun
lawannya mengumpat-umpat dan membentak-bentak namun
orang tua itu tetap tenang dan tidak menjadi marah.
"Maaf, Hai-ong. Kalau hanya itu alasanmu, terus terang aku
tak bisa memberikannya."
“Apa? Apakah kau tak memikirkan nasib orang-orangmu
yang ada di dalam penjara kami? Apakah kau tega
membiarkan mereka terbunuh hanya karena kau ingin
mempertahankan benda itu?" Tung-hai-tiauw masih mencoba
mempengaruhi lawannya.
Tiba-tiba Pek-i Liong-ong menarik napas panjang sekali.
Perlahan-lahan orang tua itu menoleh ke arah muridnya.
"Bagaimana pendapatmu, Bhong Kim Cu?" bisiknya
perlahan.
“Mhhmm...... memang sangat berat untuk memutuskannya,
Mo-cu. Tapi......terserahlah bagi Mo-cu untuk memutus
kailnya. Saya selalu siap menerima perintah Mo-cu." Bhong
Kim Cu menjawab.
"Ehmm..... lalu menurut engkau bagaimana, Leng Siauw?"
Pek-i Liong-ong ganti menanyakan pendapat Leng Siauw,
muridnya yang banyak akal dan pandai.
Murid kedua dari ketua Aliran Mo-kauw itu menatap wajah
Tung-hai-tiauw dengan sinar mata geram. Sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengepalkan tinjunya ia menjawab. "Mereka memang sangat
licik, Mo-cu. Tapi apa boleh buat, semuanya telah terjadi. Kita
harus bisa mengatasinya dengan kepala dingin."
"Benar. Itulah yang hendak kuketahui darimu. Nah, coba
katakan pendapatmu!” Pek i Liong-ong mengangguk-angguk.
"Mo-cu, maafkanlah kalau pendapatku nanti salah.”
"Jangan takut! Katakanlah!”
"Begini. Mo-cu. Dalam hal bagaimanapun kukira
kepentingan Mo-kauw harus diutamakan. Benda itu kukira
tidak begitu penting bila dibandingkan dengan nyawa orangorang
kita yang dipenjara oleh mereka......"
"Su-te......?" Bhong Kim Cu memotong dengan suara kaget.
"Maafkan aku, su-heng....."
"Bhong Kim Cu, biarkan su-temu berbicara!" Pek-i Liongong
menegur muridnya.
Setelah mengangguk ke arah su-hengnya, Leng Siauw
meneruskan pendapatnya. "Mo-cu, agama kita tidak
memerlukan baju mustika itu. Agama kita lebih memerlukan
orang-orang yang sanggup mendalaminya, menganutnya dan
sekaligus juga mengamalkannya. Apalagi baju mustika itu
cuma sebuah benda mati, sementara orang-orang kita itu
adalah makhluk-makhluk hidup yang perlu dihormati dan
dilindungi. Oleh karena itu, kalau kita dipojokkan dalam suatu
pilihan, kita lebih baik memilih orang-orang kita dari pada baju
mustika itu. Meskipun demikian......hal itu juga tidak berarti
kalau kita takut kepada mereka!"
Pek-i Liong-ong mengangguk-angguk memahami ucapan
muridnya. "Jadi maksudmu?" orang tua itu bertanya.
"Kita membuat perjanjian dengan mereka. Kita
menyerahkan baju mustika itu kepada mereka. Tapi mereka
juga harus melepaskan semua orang kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, mereka akan beranggapan bahwa kita takut kepada
mereka!" Bhong Kim Cu menyela lagi.
"Tidak, su-heng. Setelah semua perjanjian itu dilaksanakan
dengan baik oleh mereka, baru kita nanti menunjukkan taring
kita kepada mereka. Kita tantang mereka, agar supaya mereka
tahu bahwa sebenarnya kita tidak takut menghadapi mereka.
Kita kalahkan mereka, supaya mereka tahu bahwa kita ini
lebih baik dari pada mereka!" Leng Siauw berbisik semakin
lama semakin perlahan.
Pek-i-Liong-ong bertepuk tangan gembira. "Bagus. Aku
setuju dengan pendapatmu, Leng Siauw. Biarlah sekarang
kurundingkan dengan mereka."
Tung-hai-tiauw yang sudah tidak merasa sabar lagi itu
bertepuk tangan pula.
"Hei? Apakah kalian sudah selesai berunding? Hmm, Liongong......
apakah keputusanmu?"
Pek-i Liong-ong tersenyum, kemudian mengangkat kedua
telapak tangannya di dada.
"Baiklah, Hai-ong........ aku akan menyerahkan baju Kim
pouw-san itu. Tapi dengan syarat."
''Hahaha....., apa syaratmu, heh?”
"Kau juga harus melepaskan semua orang-orangku yang
telah kau penjara. Bagaimana.....?"
Bukan main senangnya Tung-hai tiauw. "Bagus! Bagus!
Hahaha ...... kuterima syaratmu! Nah, dimanakah baju itu!
Lekas kauserahkan kepadaku!"
Tapi dengan cepat Pek-i Liong-ong menggoyanggoyangkan
telapak tangannya. “Kita berbareng
menyerahkannya. Kau keluarkan dulu orang-orangku. Setelah
itu aku juga akan mengeluarkan baju Kim-pouw-san itu.
Kemudian kita menukarkannya bersama-sama."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai-tiauw terperangah. "Bangsat! Baiklah, aku akan
memenuhi permintaanmu. Tapi ....... awas kalau kau
berbohong, aku akan mencincangmu sampai lumat!"
Pek-i Liong-ong tersenyum. Sama sekali orang tua itu tidak
tersinggung mendengar bentakan-bentakan yang menyakitkan
itu. Dengan tenang ia duduk kembali di kursinya.
Demikianlah, beberapa waktu kemudian pendapa itu
menjadi sibuk dengan kawanan bajak laut yang membawa
keluar para tawanan mereka. Lebih kurang dua puluh orang
anggota Aliran Mo-kauw yang masih dalam keadaan terikat
kedua kaki dan tangannya, mereka dorong dan mereka
kumpulkan di ruangan tersebut. Para tawanan itu tampak
amat lelah dan menderita. Sebagian dari mereka malah
tampak sedang menderita sakit atau menderita luka-luka di
tubuhnya. Mereka rata-rata sangat terkejut begitu melihat Mocu
atau ketua mereka.
"Nah, lihat mereka itu, Su-heng! Apakah kita akan tega
melihat kesengsaraan orang-orang kita itu? Apa gunanya
benda mati itu bila dibandingkan dengan nyawa mereka?”
Leng Siauw berbisik dengan nada geram kepada su-hengnya.
Bhong Kim Cu menjadi sadar pula. "Kau benar, su-te."
desahnya perlahan.
"Nah, Pek-i Liong.......! Coba kaulihat orang-orangmu ini!
Sudah cocok atau belum? Kalau sudah...........hehehe.....,.
ayoh, kau keluarkan baju Kim-pouw-san itu di hadapanku!"
setelah selesai semuanya Tung-hai-tiauw berseru kepada Pek-i
Liong-ong.
"Mo-cu......!" para tawanan itu berbisik gemetar menyebut
ketua mereka.
"Baiklah.....?" Pek-i Liong-ong berseru pula, kemudian
membuka jubahnya dan melepaskan baju Kim-pouw-san yang
melekat di dadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai-tiauw terbelalak gembira. Si Raja Bajak Laut itu
lalu melangkah ke depan seakan sudah tidak sabar lagi
melihat mustika yang diimpi-impikannya itu.
Tapi dengan tangkas Pek-i Liong-ong meloncat mundur
pula. "Jangan tergesa-gesa Hai-ong ! Kau belum
memerintahkan anak buahmu untuk melepaskan tali-tali
pengikat itu!" katanya keras.
"Bangsat....!” Tung-hai-tiauw menggeram marah. “Masakan
aku mau berbuat demikian bodohnya dengan melepaskan
ikatan mereka? Bukankah dengan demikian sama saja aku
melepaskan kawanan singa di rumahku, heh? Ayoh, serahkan
baju mustika itu, dan aku akan menyerahkan orang-orangmu
dalam keadaan masih terikat begitu! Kalian sendirilah yang
harus melepaskan ikatan itu! Cepat .....!”
Pek-i Liong-ong memandang Leng Siauw sekejap.
"Bagaimanakah pendapatmu, Leng Siauw?" bisiknya perlahan.
Leng Siauw menghela napas panjang. "Apa boleh
buat..........Kita terpaksa menurutinya. Silahkan Mo-cu
memberikan benda itu kepadanya. Biarlah tee-cu dan Bhong
su-heng yang melepaskan ikatan tali itu." katanya perlahan
pula.
"Liong-ong! Kau menunggu apalagi? Bukankah aku sudah
menyerahkan semua tawananku?" Tung-hai-tiauw membentak
lagi.
"Baiklah, Hai-ong. Tapi.... apakah aku benar-benar bisa
memegang janjimu tadi ....?" Pek-I Liong-ong masih mencoba
untuk mengulur waktu. Sementara itu Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw bergegas menghampiri para tawanan untuk melepaskan
ikatan mereka.
"Persetan! Kau boleh percaya, boleh tidak! Pokoknya aku
telah meluluskan permintaanmu untuk melepaskan tawanantawanan
itu! Habis perkara!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpaksa Pek-i Liong-ong tak bisa menundanya lagi.
Seakan-akan dengan berat hati ia menyerahkan baju pusaka
itu kepada lawannya. Sementara hatinya agak sedikit terhibur
tatkala dengan sudut matanya melihat sudah ada lima atau
enam orang tawanan yang dilepaskan ikatannya.
Di pihak lain Tung-hai-tiauw tampak sangat bergembira
sekali. Baju mustika Kim-pouw-san itu dibolak-balik dan
dipandanginya sambil tertawa-tawa.
"Li Ing, lihatlah! Baju Kim-pouw san yang kauhilangkan itu
telah kita ketemukan kembali. Hahahaha.......!"
"Tapi...... bagaimana dengan orang-orang Mo-kauw ini,
ayah?” Tiauw Li Ing tetap cemberut.
"Hahaha...... biarkan mereka pergi!"
"Tapi mereka tahu tentang baju mustika kita, ayah."
Tung-hai-tiauw menghentikan tawanya secara tiba-tiba.
"Maksudmu.....?" serunya tertahan.
"Ayah tentu bisa membayangkan, bagaimana repotnya kita
nanti bila khabar tentang Kim-pouw-san ini tersebar di dunia
persilatan.”
Tung-hai-tiauw terdiam. Matanya yang besar kemerahan itu
terbelalak memandang puterinya. Dan perlahan-lahan ia mulai
mengerti maksud puterinya itu.
"Lalu.....?" desahnya perlahan dan hampir tak terdengar.
Gadis yang cantik itu menyeringai kejam. "Habisi saja
semuanya !" cetusnya dingin.
"Tapi aku telah berjanji kepadanya." Tung-hai-tiauw
berkata ragu.
"Persetan dengan janji itu. Sejak dahulu golongan kita juga
tak pernah disebut sebagai kesatria yang selalu memegang
janji. Apalagi ayah tadi tak menjanjikan keselamatan kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka. Ayah hanya berjanji untuk menukar pusaka itu
dengan para tawanan. Dan janji itu telah ayah penuhi."
Tung-hai-tiauw tertawa bengis.
"Bagus! Bagus! Kau benar, haha.......! Kalau begitu......mari
kita basmi mereka!"
"Marilah, ayah!"
Demikianlah, setelah mengenakan baju Kim-pouw-san itu di
badannya, Tung-hai-tiauw lalu menerjang Pek-i Li ong
kembali. Golok pusakanya yang tajam luar biasa itu
menyambar-nyambar laksana burung garuda mengejar
mangsanya. Sementara di tempat lain Tiauw Li Ing menyerang
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw yang sedang sibuk melepaskan
tali-tali pengikat anak buahnya.
"Panggil beberapa orang touw-bok kemari untuk membantu
aku!" sambil menyerbu lawannya gadis cantik itu masih
sempat berteriak kepada anak buahnya pula.
"Kurang ajar! Mengapa nona menyerang kami? Bukankah
kita telah......?"
"Persetan! Pokoknya kalian semua harus mati! Habis
perkara!” Tiauw Li Ing memotong perkataan Bhong Kim Cu.
"Gila! Kalian memang manusia-manusia kasar yang tak
mengenal tata-tertib dan sopan-santun!" Bhong Kim Cu
mengumpat, kemudian melayani serangan gadis cantik itu
dengan kemarahan yang meluap-luap.
Sementara itu Pek-i Liong-ong dan Tung-hai-tiauw telah
terlibat dalam pertarungan yang sengit pula. Meskipun di
dalam Buku Rahasia itu nama Pek-i Liong-ong ditulis dua
tingkat di atas Tung-hai-tiauw, namun karena Tung-hai-tiauw
sekarang mempergunakan dua pusaka sekaligus, yaitu baju
Kim-pouw-san dan golok emas Toat-beng-to, maka perbedaan
tingkat kepandaian tersebut menjadi tidak berarti lagi. Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di dalam beberapa kesempatan golok pusaka itu justru
menjadi sangat berbahaya bagi keselamatan Pek-i Liong-ong.
"Tak kusangka tokoh tersohor semacam ini masih suka
menjilat ludah sendiri. Dasar......" Pek-i Liong-ong mendengus
gusar.
"Hahaha......! Jangan berang, Liong-ong! Apakah kau telah
lupa siapa aku ini, heh? Aku adalah Raja Perompak Lanun!
Apa yang hendak kauharapkan dari orang seperti aku ini?
Apalagi aku tadi tak merasa menjanjikan keselamatan bagi
kalian semua, hahahah......!"
"Baik! Kalau begitu aku memang tidak mempunyai pilihan
lain lagi." Pek i Liong-ong berdesah seraya mengeluarkan
cambuk bergeriginya yang berwarna putih.
Dan sementara itu kawanan bajak laut yang berada di luar
pendapa tampak berbondong-bondong masuk memenuhi
panggilan Tiauw Li lng tadi. Tiga atau empat orang touw-bak
yang memiliki kepandaian tinggi tampak memimpin mereka.
Dan kedatangan mereka segera disambut oleh tokoh-tokoh
Aliran Mo-kauw yang telah dilepaskan tali pengikatnya. Mereka
bertempur secara serabutan seperti layaknya dua pasukan
musuh di medan laga, sehingga semua perabotan di dalam
ruangan itu menjadi porak-poranda.
Bhong Kim Cu yang berhadapan dengan Tiauw Li Ing
terpaksa harus mengakui keunggulan gadis itu lagi. Selain
kipasnya yang hebat, gadis itu mahir sekali melontarkan
senjata rahasia.
Berkali-kali tokoh Aliran Mo-kauw itu harus berjumpalitan
jatuh bangun untuk menyelamatkan dirinya.
Leng Siauw sendiri tak bisa membantu su-hengnya, karena
dia juga harus menghadapi tiga orang touw-bak sekaligus.
Dan para pengeroyoknya itu ternyata memiliki kepandaian
yang hebat-hebat, sehingga untuk sementara waktu dia juga
sulit untuk menundukkan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedangkan tokoh-tokoh Aliran Mo-kauw yang sudah
dilepaskan tali pengikatnya itu juga harus menghadapi
kepungan bajak laut yang memenuhi ruangan tersebut.
Meskipun mereka itu rata-rata juga berkepandaian tinggi,
namun karena lawan berjumlah banyak, apalagi banyak di
antara mereka yang telah terluka ataupun letih, maka keadaan
mereka itu juga sama saja.
Alhasil nasib para tokoh Aliran Mo-kauw yang bertempur di
dalam pendapa itu benar-benar seperti telur di ujung tanduk.
Mundur atau maju akan sama saja. Setiap saat tentu akan
hancur di tangan lawan.
Sementara itu di atas genting Liu Yang Kun benar-benar
telah menguasai lawannya pula. Tiauw Kiat Su dan Tung-hai
Nung-jin yang sangat lihai itu betul-betul tidak berdaya
melawan ilmunya. Dan kenyataan tersebut sungguh sangat
memukul batin Tiauw Kiat Su yang sombong dan merasa tak
terkalahkan itu.
Demikianlah, di dalam keputus-asaannya tiada jalan lain
bagi Tiauw Kiat Su selain mengeluarkan senjata
pamungkasnya. Sebuah pek-lek-tan segera digenggamnya.
Pemuda itu sudah tidak peduli lagi bila senjata peledaknya
nanti akan memusnahkan tempat itu.
Wuuuuut!
Dalam keadaan terpojok dan tak bisa mengelak lagi, tibatiba
Tiauw Kiat Su melemparkan senjata peledaknya. Setelah
itu dengan tergesa-gesa ia menjatuhkan diri di atas genting
dan menggelundung ke bawah dengan cepatnya.
"Paman, lariii.........!!?" teriaknya kepada Tung-hai Nungjin.
Tung-hai Nung-jin terperanjat. Dia yang kebetulan sedang
berada jauh dari Liu Yang Kun itu cepat melemparkan dirinya
ke bawah genting pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dhuuuuuuuuuuaaaaaaaarrrr.......!
Udara malam yang dingin itu tiba tiba disentakkan oleh
suara ledakan yang maha dahsyat! Begitu dahsyatnya suara
tersebut sehingga gedung yang megah itu bagai digoncang
oleh gempa! Tembok gedung yang kokoh itu tampak merekah
di beberapa tempat, sementara genting-gentingnya pun
banyak yang melorot berhamburan ke bawah! Asap debu
mengepul tinggi, seolah-olah di tempat itu baru saja terjadi
ledakan gunung berapi.
Begitu dahsyatnya letusan itu, sehingga suaranya benarbenar
menggoncangkan udara malam di kota kecil itu.
Penduduk di sekitar tempat itu segera berlarian keluar dari
rumah mereka. Tapi serentak mereka tahu bahwa suara
letusan itu datang dari rumah luas, yang selama ini mereka
anggap angker serta dihuni oleh sekelompok orang-orang
aneh, mereka tidak berani datang mendekatinya. Mereka
hanya berdiri bergerombol di kejauhan.
Sementara itu pertempuran seru di dalam pendapa gedung
itu menjadi bubar dengan sendirinya. Semuanya berlarian
keluar menyelamatkan diri. Mereka mengira kalau gedung itu
hendak roboh. Beberapa orang yang telah terluka terpaksa
diseret keluar oleh kawannya. Pek-i Liong-ong, Bhong Kim Cu,
Leng Siauw, dan tokoh-tokoh Aliran Mo-kauw yang lain
terpaksa menjebol pintu dan jendela agar dapat dengan
segera meninggalkan ruangan tersebut.
Tung-hai-tiauw dan puterinya tidak ketinggalan pula. Kedua
orang ayah dan anak itu telah lebih dulu keluar untuk
kemudian mencegat lawan-lawan mereka itu di halaman.
Sebab meskipun mereka bingung dan heran atas kejadian
yang mendadak itu, mereka tetap tak ingin kehilangan lawanlawan
mereka.
Di lain pihak, walaupun Tiauw Kiat Su dan Tung-hai Nungjin
telah berusaha dengan sekuat tenaganya untuk
menghindari daya ledakan tersebut, tetapi mereka berdua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetap saja terhempas ke tanah dengan kuatnya. Mereka
berdua jatuh berguling-guling dengan pakaian yang compangcamping.
Dan secara kebetulan mereka jatuh terhempas di
dekat Tung-hai-tiauw dan Tiauw Li Ing berdiri.
"Ko-ko........?" Tiauw Li Ing menjerit kaget.
"Nung-jin......?" Tung-hai-tiauw berseru kaget pula.
Meskipun macamnya sudah tidak keruan lagi, tapi Tiauw
Kiat Su masih juga bisa tersenyum kepada ayah dan adiknya.
"Jangan khawatir, kami tidak apa apa. Ledakan itu aku
sendiri yang membuat. Terpaksa kulakukan untuk membunuh
penyelundup itu." katanya puas dan bangga.
"Penyelundup? Jadi kau benar-benar mempunyai lawan lain
selain orang-orang ini?" tukas Tung-hai-tiauw seraya menoleh
ke arah Pek-i Liong-ong dan kawan-kawannya.
Ternyata Tiauw Kiat Su dan Tung hai Nung-jin pun menjadi
kaget pula melihat kehadiran Pek-i Liong-ong di tempat itu.
Apalagi ketika melihat beberapa orang tawanan mereka telah
dibebaskan pula.
Tung-hai-tiauw bisa menebak apa yang dipikirkan oleh
Tung-hai Nung-jin dan Tiauw Kiat Su. Oleh karena itu ia
segera menceritakan dengan singkat apa yang telah terjadi.
Raja Bajak Laut itu juga menerangkan pula maksudnya untuk
membasmi tokoh-tokoh Aliran Mo-kauw itu.
"Bagus, ayah. Aku pun telah membunuh penyelundup itu
pula. Kuhantam dia dengan peluru peledakku, sehingga
hancur-lebur menjadi abu." Tiauw Kiat Su menyombongkan
diri pula. Sambil berkata pemuda itu melirik Tiauw Li Ing,
adiknya.
"Kau hantam dia dengan peluru pemberian gurumu itu?"
gadis cantik itu bertanya keheranan. "Mengapa? Apakah
kepandaiannya sangat tinggi sehingga ko-ko terpaksa
mengeluarkan senjata ampuh itu? Siapakah dia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Tiauw Kiat Su menjadi gugup. Pemuda itu tak
mau adiknya tahu bahwa yang datang adalah Liu Yang Kun.
Tapi bagaimana ia harus menjawabnya?
"Paman.......?" pemuda itu meminta pertimbangan Tung-hai
Nung-jin.
"Entahlah. Kami belum pernah mengenalnya." akhirnya
orang tua itulah yang menjawab pertanyaan Tiauw Li Ing.
Gadis itu mengerutkan keningnya. Hatinya merasakan
adanya keganjilan pada sikap kakaknya dan Tung-hai Nungjin,
Mereka seperti sedang menyembunyikan sesuatu
terhadapnya. Tapi ketika ia hendak bertanya lagi, tiba-tiba
terdengar suara Pek-i Liong-ong kepada ayahnya.
"Tung-hai-tiauw.......! Apa maumu sekarang? Kita lanjutkan
lagi pertempuran kita?”
"Hahahaha....... tentu saja. Tanpa kau ingatkan pun kami
akan tetap meneruskannya. Pokoknya kalian semua harus
mati. Tak boleh ada yang hidup hahahaha.......”
"Hmmh, kalau begitu kita harus menunggu apa lagi?
Marilah......!"
Untuk sekejap Tung-hai-tiauw merasa kaget juga melihat
ketenangan lawannya.
"Hahaha......kau sungguh bernyali besar! Lihat golokku.....!"
bentaknya.
Penasaran juga hati Tung-hai-tiauw menyaksikan
ketenangan lawannya. Oleh karena itu ia tidak mau
membuang-buang waktu lagi. Begitu menyerang langsung
saja ia menggunakan seluruh tenaganya.
Wuuuuut! Ayunan golok mustika itu menimbulkan
hembusan angin yang luar biasa kuatnya. Begitu kuatnya
sehingga pengaruhnya terasa pula oleh orang-orang yang ada
di sekitarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Taaaar! Pek-i Liong-ong meledakkan cambuknya untuk
mengurangi perbawa kehebatan lawannya. Kemudian dengan
kelincahan kakinya ketua Aliran Mo-kauw itu melangkah
dengan cepat ke samping. Setelah itu dengan kekuatan penuh
pula cambuknya ia sabetkan ke lengan Tung-hai-tiauw yang
memegang golok. Sinnnnnng.....!
Tung-hai-tiauw buru-buru menghindari pula. Lengannya ia
tekuk ke bawah, kemudian ia putar ke depan menuju ke dada
lawan yang terbuka. Namun Pek-i Liong-ong dengan gesit
meloncat ke belakang, sehingga ujung golok itu juga menemui
tempat kosong.
Demikianlah, kedua tokoh tingkat tinggi itu lalu terlibat
kembali dalam pertarungan yang sengit. Masing-masing
mengerahkan segala kemampuannya. Dan karena masingmasing
juga memiliki kelebihan dan kekurangannya, maka
pertempuran merekapun menjadi amat sulit untuk segera
diketahui hasilnya.
Sementara itu Leng Siauw dan Bhong Kim Cu juga tidak
mau tinggal diam pula. Melihat ketuanya telah turun tangan,
mereka lantas maju ke depan pula. Dan langkah mereka
segera dicegat oleh Tung-hai Nung-jin dan Tiauw Kiat Su.
Demikian pula halnya dengan para anggota Aliran Mo-kauw
yeng baru saja dibebaskan dari penjara itu. Mereka segera
menceburkan diri ke dalam arena pula. Mereka langsung
berhadapan dengan para touw-bak dan anak-buah bajak laut
yang luar biasa banyaknya itu. Sehingga untuk yang keduakalinya
tempat tersebut menjadi ajang pertempuran seru dan
kacau-balau.
Tapi seperti yang telah terjadi tadi, pihak Mo-kauw lah yang
kemudian menjadi repot dan terdesak oleh kerubutan lawan
mereka. Jumlah mereka memang tidak banyak, apalagi kondisi
badan mereka juga kurang baik selama di dalam penjara.
Meskipun demikian mereka tidak mau menyerah begitu saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka tetap saja bertarung dengan segala kemampuan
mereka.
Di lain pihak, dengan masuknya Tung-hai Nung-jin dan
Tiauw Kiat Su didalam arena, maka perimbangan kekuatan
pun menjadi semakin berat sebelah. Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw yang harus menghadapi kedua tokoh bajak laut itu
terpaksa harus memeras keringat pula.
Masih beruntung yang dihadapi oleh Bhong Kim Cu adalah
Tung-hai Nung-jin, sehingga sedikit banyak tokoh Mo-kauw itu
masih memiliki beberapa keunggulan. Tapi bagi Leng Siauw
yang kebetulan harus berhadapan dengan Tiauw Kiat Su,
benar-benar harus menguras segala kemampuannya. Itu pun
ternyata juga tidak banyak menolongnya, karena bagaimana
pun juga ilmu kepandaian Tiauw Kiat Su masih beberapa
tingkat di atasnya.
Begitulah, beberapa waktu kemudian perimbangan
kekuatan yang tidak sebanding itu mulai menampakkan
hasilnya. Satu demi satu orang-orang Mo-kauw yang
berhadapan dengan para touw-bak itu mulai berjatuhan.
Mereka tergeletak mandi darah di atas tanah. Tubuh mereka
seolah hancur terkena amukan senjata para pengeroyoknya.
Pek-i Liong-ong bukan tidak melihat musibah yang
menimpa anak buahnya itu. Tapi apa dayanya? Dia sendiri
juga sudah terikat dengan lawannya. Sementara kedua
pembantunya. Bhong Kim Cu dan Leng Siauw, juga telah
disibukkan oleh musuh mereka sendiri-sendiri. Bahkan korban
yang berjatuhan di pihaknya itu tampaknya juga sangat
mempengaruhi perlawanan pembantunya itu. Mereka berdua
tampak sangat terpukul batinnya, sehingga beberapa kali
mereka membuat kesalahan dan hampir celaka karenanya.
Demikianlah, dalam saat-saat yang menegangkan itu tibatiba
terdengar bentakan yang sangat keras, yang disertai
tenaga dalam yang amat tinggi, sehingga rasa-rasanya semua
isi dada dari orang-orang yang berada di halaman itu menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tergoncang karenanya. Begitu dahsyatnya pengaruh suara
bentakan tersebut, sehingga beberapa orang bajak laut
tampak terhuyung-huyung dan kehilangan keseimbangan.
Otomatis pertempuran itu terhenti. Semua mata mencari
sumber suara itu. Mereka mengawasi tempat-tempat yang
gelap, yang sekiranya dipergunakan untuk bersembunyi orang
yang mengeluarkan suara itu.
Tung-hai-tiauw juga terpaku diam di tempatnya. Raja Bajak
Laut itu merasa berdebar-debar hatinya. Suara bentakan itu
ternyata mampu menggoyahkan pemusatan tenaga dalamnya.
Begitu pula dengan Pek-i Liong-ong dan pembantupembantunya.
Suara bentakan yang dilontarkan dengan
kekuatan lwee-kang tinggi itu ternyata juga mampu
menggetarkan isi dada mereka.
"Siapa......? Ayoh......keluarlah! Jangan bersembunyi di
tempat gelap.....!" Tiauw Li Ing yang belum kebagian lawan
itu berseru sambil bertolak-pinggang.
Meskipun bersuara lantang, namun tampak pula bahwa
gadis itu sangat gelisah dan tegang hatinya. Hal itu bisa dilihat
pada matanya yang nanar serta jari-jari tangannya yang
gemetar ketika menggenggam erat kedua buah kipasnya.
Dan bagaimana halnya dengan Tiauw Kiat Su dan Tung-hai
Nung-jin?
Ternyata kedua orang itu pun tidak kalah kagetnya dari
pada yang lain. Malah boleh dikatakan rasa terkejut mereka
jauh melebihi orang-orang yang ada di halaman itu. Suara
bentakan itu seolah-olah suara petir yang meledak di telinga
mereka karena suara itu adalah suara yang belum lama
mereka kenal namun sudah membuat mereka ketakutan
setengah mati.
"Aku tidak bersembunyi di tempat gelap, nona Tiauw. Aku
berada di sini ......." tiba-tiba terdengar suara itu lagi. Kali ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara itu justru terasa sangat dekat dengan mereka. Bahkan
suara itu seperti berada di tengah-tengah mereka.
Jilid 21
"Hei ..... han-han-han..... tu! Hantu!" mendadak seorang
touw-bak menjerit seraya menuding lelaki di sampingnya.
Kontan semua orang yang berdiri di tempat itu menyibak
dengan cepatnya, sehingga lelaki itu menjadi terpencil
sendirian di tengah-tengah mereka. Dan orang pun segera
bisa melihat wajahnya yang masih muda dan tampan. Dan
orang pun juga segera bisa menyaksikan pula pakaiannya
yang hangus di sana-sini.
"Chin...... Yang...... Kun..?!?" terdengar desah kaget dari
mulut Tiauw Kiat Su, Tiauw Li Ing, Tung-hai-tiauw, Tung-hai
Nung-jin dan lain-lain.
Dan sekarang justru Tiauw Li Ing lah yang paling kaget di
antara orang-orang itu. Kemunculan yang amat mendadak
dan tak terduga dari orang yang selama ini selalu dia kenang
dan dia puja di dalam hati, membuat gadis itu terpaku diam
seperti patung di tempatnya. Untuk beberapa saat lamanya
gadis itu cuma termangu mangu bengong seperti orang
linglung.
"Ouuuhhhh........!"
Dan akhirnya gadis itu tak kuasa menahan goncangan
perasaannya, sehingga tiba-tiba tubuhnya terhuyung-huyung
kemudian jatuh pingsan. Untunglah Tung hai tiauw cepat
menyambarnya dan membawanya masuk ke dalam pendapa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nung-jin! Urus lawan kita ini! Aku akan mengobati Li Ing
lebih dahulu." sebelum pergi Raja Bajak Laut itu memberi
pesan kepada Tung-hai Nung-Jin.
"Ba-baik, Hai-ong.........” orang tua itu menjawab gugup.
Dan hal itu ternyata juga menyadarkan pula pikiran Tiauw
Kiat Su dari perasaan ngerinya. Pikirannya yang semula
menyangka ia telah berhadapan dengan 'hantu' Liu Yang Kun
kini telah hilang. Lawannya itu benar-benar belum mati
terkena senjata peledaknya. Bahkan pemuda itu masih tampak
segar-bugar, meskipun sebagian dari pakaiannya telah
menjadi hangus.
"Gila!" Tiauw Kiat Su menggeram marah. "Ternyata kau
belum lumat oleh senjata peledakku itu! Hmmh..... sungguh
mengherankan sekali! Bagaimana kau bisa menyelamatkan diri
tadi?"
Liu Yang Kun tersenyum. "Apa anehnya dengan senjata
peledakmu itu? Paling-paling cuma membikin aku kaget
sedikit. Lain tidak. Lihat......! Justru anak-buahmu sendiri yang
menjadi korban,” katanya mencemooh.
"Setan busuk!"
"Jangan mengumpat!" Liu Yang Kun tertawa.
Kemudian pemuda itu menoleh kepada Pek-i Liong-ong.
"Ah, jadi yang masuk ke halaman, dan kemudian
memperdayai para penjaga itu Lo-cian-pwe kiranya. Tak heran
kalau aku sampai tak bisa mengikutinya........"
Pek-i Liong-ong mengerutkan dahinya. "Maaf, bolehkah Lohu
(aku orang tua) mengetahui nama Siauw-heng (saudara
muda)? Mungkin aku sudah pikun, tapi rasa-rasanya Lo-hu
belum pernah berkenalan dengan Siauw-heng." ketua Aliran
Mo-kauw itu bertanya dengan hati-hati.
Tapi sebelum Liu Yang Kun menjawab, tiba-tiba Bhong Kim
Cu berbisik di telinga Pek-i Liong-ong. "Para bajak laut itu tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyebutnya Chin Yang Kun. Kalau memang benar demikian
dia tentu pemuda sakti yang pernah menggegerkan dunia
kang-ouw itu."
Pek-i Liong-ong terkejut. "Hah..Kalau begitu..... dia
membunuh Hek eng cu pada lima tahun yang lalu?" desahnya
heran.
Tak heran kalau Pek-i Liong-ong sampai kaget begitu
mengetahui siapa pemuda di hadapannya itu. Dahulu ia
pernah mengukur kepandaian dengan Hek-eng cu, dan ia
kalah. Tak tersangka Hek eng-cu yang lihai luar biasa itu
dapat dikalahkan oleh Chin Yang Kun, yang ternyata usianya
masih sangat muda sekali.
"Namaku.... Yang Kun, Lo-cian-pwe." Liu Yang Kun
menjawab pertanyaan Pek-i Liong-ong. Ia sengaja tidak
menyebutkan she-nya, karena untuk menyebutkannya
kadang-kadang ia merasa bingung harus menyebutkannya
yang mana. Chin atau Liu. Sebab dua-duanya adalah benar.
"Oh, Chin Siauw-heng kiranya. Sungguh tak kusangka Lohu
bisa bertemu dengan Siauw-heng di tempat ini. Sudah
lama Lo-hu mendengar namamu yang tersohor........."
"Ah, lo-cianpwe terlalu memuji. Namaku tak pernah dikenal
orang." Liu Yang Kun cepat memotong.
Pek-i Liong-ong tersenyum. "Pandai benar Chin Siauw-heng
merendahkan diri....." katanya kagum.
Kikuk juga rasanya hati Liu Yang Kun. Oleh karena itu
untuk mengalihkan pembicaraan tersebut Liu Yang Kun lantas
bertanya. "Lo-cianpwe.....? Ada urusan apakah sebenarnya
sehingga lo-cianpwe membawa banyak orang ke tempat
tinggal Tung-hai-tiauw ini? Apakah..?"
Tiba-tiba Pek-i Liong-ong menghela napas panjang. Urusan
itu sebenarnya adalah urusan pribadinya. Urusan antara Mokauw
dan Tung-hai-tiauw. Tapi apa boleh buat, keadaan anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buahnya sekarang tidak menguntungkan. Dan pemuda itu
ternyata telah menyelamatkan mereka.
Oleh karena itu tak enak juga hati Pek-i liong-ong untuk
berdiam diri terhadap pertanyaan pemuda itu. Maka dengan
singkat Pek-i Liong-ong terpaksa bercerita tentang sebabmusabab
perselisihan tersebut.
"Bohong! Engkau jangan mencoba untuk memutar-balikkan
kenyataan!” Tung-hai Nung-jin berteriak. "Baju mustika itu
memang milik kami! Kalianlah yang mencurinya!"
"Mana buktinya! Kalianlah yang mengaku-aku, lalu mencari
seribu macam alasan dan tipu daya untuk memilikinya." Bhong
Kim Cu berseru pula untuk menangkis tuduhan Tung-hai
Nung-jin.
"Aaaah........?" tiba-tiba Liu Yang Kun berdesah panjang.
"Jadi hanya urusan Kim-pouw-san itukah yang menjadi pokok
persoalannya? Kalau begitu... urusan ini sudah benar dan tak
perlu diperpanjang lagi. Kim-pouw-san sudah kembali ke
tangan Tung-hai-tiauw. Masing-masing tak perlu bersitegang
lagi."
"Urusannya sudah benar? Apakah maksud perkataan Chin
Siauw-heng itu?" Bhong Kim Cu melangkah ke depan sambil
menggeram penasaran.
"Benar. Mengapa Chin Siauw-heng berkata demikian?"
Leng Siauw menyambung ucapan su-hengnya.
Liu Yang Kun cepat merangkapkan kedua tangannya di
depan dada untuk menghormati Bhong Kim Cu dan Leng
Siauw. "Maaf, apakah siauw-te berhadapan dengan Siang-kau
Tai-shih (Sepasang Utusan Agama) dari Aliran Mo kauw?"
pemuda itu menyapa.
Kedua orang murid Pek-i Liong-ong itu terpaksa membalas
penghormatan itu. "Benar......" mereka menjawab berbareng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, Ji-wi lo-cianpwe.......Siauw-te tidak bermaksud
berbohong atau mengada-ada. Tapi sungguh kebetulan sekali
di dalam urusan Kim-pouw-san ini siauw-te juga ikut
mengetahuinya pula. Baju mustika itu memang kepunyaan
Keluarga Tiauw. Dan yang biasa memakai adalah nona Tiauw
Li Ing. Kira-kira lima tahun yang lalu, nona Tiauw diculik dan
disandera oleh Song-bun-kwi Kwa Sun Tek di puncak bukit di
sebelah selatan kota Poh-yang. Nona Tiauw ditempatkan di
sebuah ruangan di bawah tanah. Di dalam ruangan itu nona
Tiauw hendak diperkosa oleh Song-bun-kwi Kwa Sun Tek. Dan
ketika melepaskan pakaian nona Tiauw itulah Song-bun-kwi
Kwa Sun Tek memperoleh baju mustika itu. Semua kejadian
itu dapat siauw-te saksikan, karena pada waktu itu siauw-te
berada di ruangan itu pula. Malah kemudian siauw-te lah yang
menolong dan membebaskan nona itu. Sayang Song-bun-kwi
Kwa Sun Tek melarikan diri......”
"Benar. Aku ingat sekarang. Pemuda inilah yang kutemui di
puncak bukit itu dahulu. Dialah yang telah membebaskan
Tiauw Li Ing dari cengkeraman Song bun-kwi Kwa Sun Tek."
tiba-tiba terdengar suara Tung-hai-tiauw dari arah pendapa
dan sekejap kemudian orangnya telah berada di tempat itu
pula. Tiauw Li Ing tidak ikut serta.
"Nah, bagaimana sekarang? Apakah kalian masih belum
percaya juga?" Tung hai Nung-jin mengolok-olok Pek-i Liong
ong.
Pek-i Liong-ong saling pandang dengan kedua
pembantunya. Mereka mulai percaya pada kisah yang
diceritakan Liu Yang Kun.
"Maaf, apakah Siauw-heng berkata yang sebenarnya?"
akhirnya Pek-i Liong ong menegaskan.
Liu Yang Kun tersenyum, lalu mengangguk. "Siauw-te
berkata yang sebenarnya. Buat apa Siauw-te berbohong?
Siauw te tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan locianpwe
maupun Tung-hai-tiauw." Pek-i Liong-ong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menundukkan mukanya, lalu menarik napas panjang. "Baiklah.
Kalau memang demikian halnya aku pun tidak keberatan pula
untuk melepaskan Kim-pouw-san itu......"
"Tapi....?" Bhong Kim Cu yang masih merasa penasaran itu
mencoba mencegah.
"Kim Cu, sudahlah..... aku percaya kepada Chin Siauw-heng
ini. Biarlah benda itu lepas dari tangan kita. Toh sejak semula
benda itu memang bukan milik kita."
"Tapi banyak saudara-saudara kita yang telah menderita
dan menjadi korban karena benda itu."
Pek-i Liong-ong berdesah pendek. "Memang. Tapi hal itu
juga karena kesalahan kita. Kitalah yang harus bertanggungjawab
atas musibah dan penderitaan mereka. Coba, kalau kita
tidak menjadi serakah dan bisa menghilangkan nafsu angkaramurka
kita untuk memiliki benda temuan itu, niscaya semua
itu tidak akan terjadi. Mengertikah kau.."
Bhong Kim Cu dan Leng Siauw cepat menundukkan
mukanya. "Tee-cu mengerti, Mo-cu....." bisik mereka dengan
bibir gemetar.
"Nah, kalau begitu uruslah saudara-saudara kita yang mati
dan terluka! Kita pulang kembali ke Gedung Pusat!"
"Eeit, enaknya....! Nanti dulu !" Tung-hai-tiauw tiba-tiba
berseru sambil meloncat ke depan Pek-i Liong-ong.
Pek-i Liong-ong cepat memberi hormat. "Maaf! Apakah Haiong
masih mempunyai pesan yang lain?" katanya kaku.
"Hmmh! Kalian mau kemana? Siapakah yang mengijinkan
kalian pergi dari tempat ini, hah?" Tung-hai-tiauw membentak
tak kalah kasarnya.
Wajah Pek-i Liong-ong dan pembantunya menjadi merahpadam.
Hampir saja mereka tidak bisa menahan amarah
mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami telah memutuskan untuk merelakan baju mustika
Kim-pouw-san itu. Dan selanjutnya kami takkan mengutik-utik
atau mengganggu-gugat hal itu lagi. Oleh karena itu kami
sekarang akan pulang kembali ke Gedung Pusat kami." Leng
Siauw menjawab dengan suara dingin pula.
"Tidak boleh! Kalian semua telah terlanjur melihat barang
pusaka kami. Oleh karena itu kami akan membunuh kalian
semua!" Tung-hai-tiauw berteriak.
"Kurang ajar! Jadi kalian tetap ingin melanjutkan
pertempuran kita?" Bhong Kim Cu ikut berteriak pula.
"Bangsat! Jangan banyak bicara! Ayoh..... Kiat Su, Nungjin!
Basmi mereka!" Tung-hai-tiauw menjerit marah.
Sekejap saja para bajak laut itu telah menyerbu lawan
mereka kembali. Dan pertempuran kasar dan brutal pun lalu
berlangsung pula dengan riuhnya. Pek-i Liong-ong kembali
berhadapan dengan Tung-hai-tiauw, sementara Bhong Kim Cu
dan Leng Siauw juga bertempur dengan Tung-hai Nung-jin
dan Tiauw Kiat Su lagi.
Liu Yang Kun tak bisa mencegah lagi. Semuanya berjalan
begitu cepatnya sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa untuk
mencegahnya. Ia hanya bisa berdiri termangu-mangu
menyaksikan pertempuran semrawut di sekelilingnya.
Namun ketika perimbangan kekuatan itu mulai goyah,
sehingga korban mulai berjatuhan kembali di pihak Mo-kauw,
Liu Yang Kun tak bisa berdiam diri lagi.
"Berhenti.....!" serunya keras mengatasi kebisingan dan
keributan di dalam arena perang-tanding itu.
Oleh karena Liu Yang Kun menghentakkan suaranya itu
dengan enam bagian dari seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
maka akibatnya pun sungguh hebat sekali! Semua anak buah
Tung-hai-tiauw yang kelas rendahan pun segera terjungkal
berjatuhan, bagaikan pohon tumbang dilanda angin topan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara para touw-bak yang rata-rata memiliki kepandaian
tinggi itu juga terhuyung-huyung seperti kawanan pemabuk
yang terlalu banyak minum arak!
Sedang Tung-hai-tiauw, Pek-i Liong-ong dan yang lain-lain,
meskipun tidak menderita seperti anak buah mereka itu, tapi
mereka juga terpaksa menghentikan pertempuran mereka.
Dinding dada mereka seperti dihantam oleh gelombang
kekuatan yang maha dahsyat, sehingga mereka juga dipaksa
untuk bertahan agar tidak terpengaruh oleh kekuatan yang
sangat luar biasa itu.
"Bukan main.....!" Pek-i Liong ong berdecak kagum setelah
dapat mengatasi benturan gelombang suara itu.
"Bangsat.......!" Tung-hai-tiauw mengumpat pula sambil
mengerutkan keningnya, seperti orang yang sedang menahan
sakit.
"Uuuuh........?!?" Tung-hai Nung-jin, Bhong Kim Cu dan
Leng Siauw mengeluh sambil mencengkeram dada mereka
masing-masing.
"Gila! Betul-betul gila! Kubunuh kau......!" Tiauw Kiat Su
menggeram marah. Tangannya segera merogoh saku dan
mengeluarkan pek-lek-tan kebanggaannya.
Tapi dengan cepat Liu Yang Kun menghardiknya. "Tahan
senjata itu. Apakah kau ingin membunuh ayahmu sendiri!
Apakah engkau belum jera juga menggunakan bahan peledak
itu! Lihatlah pakaianmu itu? Apakah engkau ingin
mengulanginya lagi? Huh.....!"
“Persetan! Aku ingin melumatkanmu!” Tiauw Kiat Su
semakin meradang.
“Hahahaha.. .!" Tiba-tiba Liu Yang Kun tertawa. "Kau ingin
membunuh aku? Hahaha...... tampaknya kau belum sadar
juga akan kelemahanmu. Apakah kaurasa kau bisa membunuh
aku dengan pelurumu itu? Ah.....yang benar saja! Coba lihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri pakaianmu itu! Kulihat kau lebih parah dari pada aku.
Setidak-tidaknya pakaianku masih utuh. Cuma hangus sedikit.
Sebaliknya bagaimana dengan pakaianmu yang compangcamping
itu? Apakah engkau juga belum bisa melihat
kenyataan ini? Apakah engkau memang ingin membunuh diri
secara massal dengan ayahmu dan semua anak buahmu?"
Betapapun besarnya rasa marah dan rasa tersinggung di
hati Tiauw Kiat Su namun pemuda itu tak bisa mengingkari
kenyataan tersebut. Kenyataannya peluru pek-lek-tan itu
memang tidak bisa melukai Liu Yang Kun. Justru dirinya
sendirilah yang hampir menjadi korban ledakan peluru itu.
"Coba kaupikirlah sekali lagi. Jangan sembarangan
mempergunakan senjata mengerikan itu! Kau tidak akan bisa
membunuh aku dengan senjata itu. Jangankan kau, gurumu
sendiri juga tak bisa membunuh aku dengan peluru itu! Kau
masih ingat peristiwa di Lembah Dalam setahun yang lalu?"
Tiauw Kiat Su semakin tak berkutik. Apa yang dikatakan
lawannya itu memang benar semuanya. Kalau dia tetap nekad
juga melepaskan senjata peledaknya, hal itu memang sama
saja hendak membunuh ayah, paman dan anak-buahnya
sendiri. Bahkan mungkin juga semua orang yang berada di
tempat itu, termasuk dirinya pula.
"Bocah sombong! Lalu.......maksudmu menghentikan
pertempuran kami?” Tung hai tiauw berseru kesal.
Liu Yang Kun menoleh, kemudian mendengus.
"Hmmh.......! Aku hanya ingin mencegah pertumpahan darah
di antara kalian. Lain tidak. Karena Ketua Aliran Mo kauw
sudah mau mengembalikan baju mustika itu, maka kalian juga
harus mau berlapang dada melepaskan mereka pergi."
"Apa pedulimu? Jangan turut campur dalam urusan kami!"
Tung-hai-tiauw membentak gusar.
"Tidak bisa!" Liu Yang Kun berkata tegas. "Aku tidak ingin
melihat kekejaman dan ketidak-adilan berlangsung di depan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mataku. Kalau kau tetap ingin mengumbar keangkaramurkaan,
aku akan mencegahnya. Apapun yang terjadi."
"Bangsat! Kalau begitu terimalah golokku ini!" Tung-haitiauw
meraung, kemudian menyerang dengan golok emasnya.
Liu Yang Kun mengelak, lalu ganti menyerang pula dengan
cepatnya. Dan mereka pun lantas terlibat dalam pertarungan
yang seru dan cepat luar biasa, masing-masing mencoba
mengungguli kecepatan lawannya, sehingga tubuh mereka
seakan lenyap di dalam keremangan cahaya obor. Mereka
seolah-olah telah berubah menjadi bayang-bayang hitam,
yang kadang kadang saling membelit dan saling berpencar di
dalam arena.
Dan semakin lama kecepatan mereka pun semakin
bertambah pula. Sepuluh jurus telah berlalu. Sebelas juruspun
juga telah berlangsung pula. Akhirnya lima belas jurus pun
juga sudah mereka lampaui.
Tung-hai-tiauw mulai tersengal-sengal, sementara Liu Yang
Kun masih tetap segar dan terus mengikuti perkembangan
ilmu silat lawannya dengan sabar.
“Hanya sampai sekiankah ilmu mengentengkan tubuhmu?
Kau sudah tidak bisa menambahnya lagi?" pemuda itu
bertanya tenang.
Sebenarnya tidak ada maksud di hati Liu Yang Kun untuk
mengolok-olok atau mengejek lawannya. Namun karena hati
Tung-hai-tiauw telah diliputi oleh rasa marah dan penasaran,
maka ucapan itu ditangkap sebagai suatu penghinaan bagi
Raja Bajak Laut itu. Dengan teriakannya yang keras dan kasar
Tung-hai tiauw memerintahkan para pembantunya untuk ikut
membereskan lawannya.
Dan tanpa diperintah untuk yang kedua kalinya, Tung-hai
Nung-jin, Tiauw Kiat Su, serta seluruh anak-buahnya segera
meloncat berhamburan menyerang orang-orang Mo-kauw.
Dan dalam pertempuran yang kacau balau itu Tung-hai-tiauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa sedikit berlindung dan bersembunyi di antara anak
buahnya. Sebab di antara orang-orang yang bertempur secara
semrawut itu Liu Yang Kun tak bisa seenaknya menggunakan
kesaktiannya. Salah-salah bisa mengenai orang yang tak
bersalah nanti.
Tentu saja Liu Yang Kun menjadi gemas melihat kelicikan
lawannya. Namun pemuda itu juga tidak kekurangan akal
pula. Karena takut pukulannya yang beracun itu dapat
mencelakakan orang-orang yang tak berdosa, maka pemuda
itu sengaja mengerahkan gin-kangnya saja untuk
mengungguli lawannya.
Dengan Bu-eng Hwe-tengnya yang telah mencapai puncak
kesempurnaan, mudah saja bagi Liu Yang Kun untuk mengejar
Tung-hai-tiauw, biarpun raja bajak laut itu berusaha
berlindung dan memanfaatkan suasana yang kisruh dan
semrawut itu. Tubuh Liu Yang Kun yang seringan kapas itu
'terbang melayang' meliuk-liuk, menerobos kesana-kemari di
antara ributnya manusia yang berseliweran di arena itu.
Bahkan dengan kehebatan gin-kangnya itu Liu Yang Kun
mampu mendahului, mencegat dan menyongsong semua
gerakan Tung-hai-tiauw! Untunglah bagi raja bajak laut itu,
bahwa ia mengenakan baju Kim-pouw-san dan senjata
mustika golok Toat-beng-to, sehingga beberapa kali ia bisa
menyelamatkan diri dengan perlindungan kedua buah mustika
itu.
"Gila! Bocah ini manusia atau setan, huh!" Tung-hai-tiauw
mengumpat-umpat di dalam hatinya.
Sementara itu dengan masuknya Liu Yang Kun ke dalam
arena, membuat perimbangan kekuatan di dalam arena itu
menjadi berubah. Otomatis Pek-i Liong-ong menghadapi
Tiauw Kiat Su, orang terlihai di antara kawanan bajak laut itu.
Leng Siauw langsung mengurung Tung-hai Nung jin dengan
cambuk geriginya. Sementara Bhong Kim Cu membantu anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buahnya melawan keroyokan para touw-bak yang masih
hidup.
Mula-mula Tung-hai Nung-jin lah yang mengalami
kesulitan. Menghadapi cambuk Leng Siauw paculnya benarbenar
tak berkutik. Beberapa kali senjata itu hampir terlepas
disambut cambuk lawannya.
“Bangsat ! Keparat ! Aduuh.....I" orang tua itu menjerit-jerit
gusar.
Dan jeritan Tung-hai Nung-jin itu lalu diikuti pula oleh
pekikan-pekikan Tung-hai-tiauw. Raja Bajak Laut itu mulai
merasa kesakitan pula oleh pukulan pukulan Liu Yang Kun.
Sungguh beruntung baginya karena Liu Yang Kun belum
mengerahkan seluruh tenaga dalamnya, sehingga ia masih
bisa bertahan, meski pun untuk itu ia harus jatuh bangun
mempertahankan diri.
Dan umpatan-umpatan ayahnya itu juga didengar pula
Tiauw Kiat Su. Tapi karena ia sendiri sedang menghadapi
desakan Pek i Liong-ong yang semakin lama terasa semakin
berat, maka terpaksa tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan ia
sendiri merasa semakin repot menghadapi serangan-serangan
Pek-i Liong-ong, yang di dalam Buku Rahasia tercantum pada
nomer delapan itu.
Yang benar-benar sangat payah adalah para touw-bak itu.
Menghadapi Bhong Kim Cu yang dibantu oleh tokoh-tokoh Mokauw
bekas tawanan itu, mereka benar-benar tak berkutik.
Satu persatu mereka terbabat roboh oleh cambuk Bhong Kim
Cu yang lihai itu.
Demikianlah, perlahan tapi pasti kawanan bajak laut itu
mulai terdesak. Meskipun mereka berjumlah banyak, tapi
sebagian besar cuma tenaga-tenaga kasar yang hanya tahu
sedikit dalam ilmu silat, sehingga menghadapi tokoh seperti
Bhong Kim Cu yang berkepandaian sangat tinggi itu mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar-benar kepayahan. Mereka betul-betul seperti batang
ilalang yang mudah saja dibabat.
Sebentar saja arena itu telah dipenuhi tubuh-tubuh mereka
yang bergelimpangan.
"Aduuuuuh.....b-b-be-bangsat!" tiba-tiba Tung-hai-tiauw
berteriak kesakitan, kemudian terhuyung-huyung jatuh.
Sebuah totokan jari tangan Liu Yang Kun telah mengenal jalan
darah teng-go-hiat di lehernya.
Belum juga hilang rasa kaget dari kawanan bajak laut itu,
mendadak mereka dikejutkan lagi oleh suara pekikan panjang
Tung-hai Nung-jin. Tangan kanan Tung-hai-tiauw yang lihai
itu tampak terpelanting ke udara bagai layang layang putus.
Kaki kanannya terbelit ujung cambuk Leng Siauw, sementara
paculnya telah terlempar pula entah kemana.
Sekejap Tiauw Kiat Su tertegun, sehingga tendangan kaki
Pek-i Liong ong yang keras itu nyaris meremukkan tulang
tempurung kepalanya. Untunglah dia cepat menjatuhkan diri
dan berguling-guling menjauh. Wajahnya tampak putih pucat,
sedangkan bibirnya tampak bergetar, namun matanya
bagaikan menyala di dalam kegelapan! Beberapa orang Mokauw
yang ada di dekatnya segera menjadi korban
kemarahannya. Mereka jatuh bergelimpangan akibat pukulan
dan tendangannya.
Di lain saat pemuda itu telah berdiri kembali. Di dalam
tangannya telah tergenggam kembali senjata mautnya itu!
Pemuda itu benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya lagi!
Namun sebelum senjata peledak itu dilemparkan, Liu Yang
Kun lebih dahulu mencegahnya! “Tahaaaaaaan!!!"
Lalu tampak bayangan Liu Yang Kun berkelebat ke depan
pemuda itu. Begitu cepatnya, seperti kilat menyambar,
padahal kedua tangannya menjinjing tubuh......... Tung-haitiauw
dan Tung-hai Nung-jin!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahan! Apakah kau ingin melumatkan ayah dan pamanmu
pula?" Liu Yang Kun menggertak.
"Persetan! Aku.......?”
"Kiat Su, jangan......!" Tung-hai-tiauw yang sudah tidak
berdaya itu tiba-tiba ikut berteriak pula. Wajahnya tampak
ketakutan.
“Kiat Su......! Si-sim-simpan kembali pelurumu itu!
Jangan........jangan membunuh diri. Jangan kaubunuh kekeluarga
kita! Anak buah kita! Kau........kau akan menyesal
nanti. Gunakan otakmu! Biarlah kita mengalah sekali ini."
Tung-hai Nung-jin turut mencegah pula. Suaranya terdengar
gugup dan gemetaran saking tegang dan cemasnya.
Mata yang merah menyala itu tiba-tiba meredup kembali.
Urat-urat yang menegang itu juga tampak mengendor lagi.
Lalu perlahan-lahan pemuda itu menarik napas panjang.
Tapi pada saat itu juga tiba-tiba muncul Tiauw Li Ing
menubruknya!
"Ko-kooooo....... jangan!" gadis itu memekik kuat-kuat.
Tiauw Kiat Su berusaha mengelak, namun terlambat.
Gerakan adiknya itu juga cepat bukan main, dan mendadak
pula! Akibatnya Tiauw Li Ing persis menubruk pinggangnya,
sehingga ia terpelanting ke depan. Tepat ke arah di mana Liu
Yang Kun berada!
Semua orang menjerit! Peluru pek-lek tan yang sangat
menakutkan itu terlepas dari genggaman Tiauw Kiat Su! Dan
meluncur atau terbanting ke tanah dengan cepat sekali!
"Kiat Suuu......?!" Tung-hai-tiauw melolong ketakutan.
Tapi secepat itu pek-lek-tan terlepas dari tangan Tiauw Kiat
Su, secepat itu pula Liu Yang Kun menyambarnya! Begitu
cepatnya pemuda itu bergerak, yaitu melepaskan kedua orang
yang dijinjingnya dan menyambar benda maut yang hampir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentuh tanah itu, sehingga tak seorangpun di dekatnya
yang tahu bagaimana pemuda itu tadi bergerak. Tahu-tahu
pemuda itu telah berdiri memegang pek-lek-tan yang sangat
menakutkan itu.
"Ooooooooh.....!" semuanya menghembuskan napas lega.
Termasuk juga Tung-hai-tiauw dan Tung-hai Nung-jin, meski
pun mereka harus meringis kesakitan karena dilepas begitu
saja oleh Liu Yang Kun.
Dan yang tidak kalah leganya adalah Tiauw Kiat Su sendiri.
Pemuda yang pada saat-saat terakhir telah menjadi sadar
untuk tidak menggunakan pek-lek-tan untuk melawan
musuhnya itu, semula sangat kaget dan cemas bukan main
ketika menyadari pek-lek-tan terlepas dari tangannya. Semula
pemuda itu sudah membayangkan bahwa dirinya bersama
orang-orang yang berada di sekitarnya itu akan lumat menjadi
bubur. Termasuk ayah, paman dan adiknya. Maka begitu
menyaksikan benda maut itu berhasil ditangkap orang, dan
tidak jadi meletus, hatinya benar-benar menjadi lega sekaIi.
Namun kelegaan itu segera sirna begitu menyadari s iapa yang
telah menangkap senjata mautnya itu! Dan kelegaan itu
segera berubah menjadi kecemasan dan kegelisahan lagi !
Pemuda itu cepat mendorong adiknya. “Kembalikan peklek-
tan itu kepadaku!” serunya kepada Liu Yang Kun.
Namun dengan tenangnya Liu Yang Kun melangkah
mundur. "Aha.... nanti dulu! Jangan tergesa-gesa!" serunya
pula sambil menggoyang-goyangkan peluru maut di
tangannya.
"Haii.....! Jangan main-main dengan pek lek tan itu!
Meskipun belum kutarik sumbunya, tapi kuncinya sudah
kulepaskan. Dia bisa meledak bila terjatuh ke tanah!” Tiauw
Kiat Su berteriak semakin ketakutan.
Liu Yang Kun cepat menggelengkan kepalanya. Bibirnya
tersenyum. "Jangan khawatir! Peluru ini tidak akan kujatuhkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke tanah apabila kau mau..,, melepaskan orang-orang Mokauw
itu. Bagaimana............?"
Tiauw Kiat Su tertegun. Beberapa kali matanya melirik ke
arah ayahnya.
"Ko-ko....! Biarkan mereka pergi,” Tiauw Li Ing yang belum
bisa menghilangkan kekalutan hatinya itu memohon kepada
kakaknya. Ternyata selain mengkhawatirkan nasib ayah dan
dirinya sendiri, gadis itu juga mengkhawatirkan keselamatan
Liu Yang Kun, pemuda yang dicintainya. Gadis itu benar-benar
takut kalau kakaknya menjadi nekad.
“Nona Tiauw, biarkan kakakmu berpikir dulu……” Liu Yang
Kun berkata.
“Pangeran…..?” Tiauw Li Ing berbisik dengan air mata
bercucuran.
“Kiat Su! Biarkan mereka pergi!” Tung-hai-tiauw yang
masih menggeletak di atas tanah itu tiba-tiba berteriak.
Tiauw Kiat Su menundukkan kepalanya.
“Baiklah, mereka boleh pergi. Tapi peluru harus
kaukembalikan kepadaku,” katanya lemah. Sekarang ganti Liu
Yang Kun yang menjadi ragu-ragu untuk memenuhi syarat
lawannya. Sebenarnya ia bermaksud untuk memusnahkan
saja benda berbahaya itu.
Tampaknya Tiauw Kiat Su dapat membaca pikiran Liu Yang
Kun. Matanya yang telah meredup itu tiba-tiba tampak
menyala kembali. Tangannya bergegas merogoh kantongnya
dan mengeluarkan satu satunya pek-lek-tan yang tertinggal.
"Hmmh! Kalau kau tidak mau mengembalikan pek-lek-tan itu,
aku juga tidak mau hidup lagi! Lebih baik kita bunuh diri saja
secara massal di sini!” geramnya sambil menimang-nimang
senjata peledaknya.
Suasana menjadi tegang kembali! Kedua pemuda lihai yang
saling berhadapan itu sama-sama memegang pek-lek tan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam Liu Yang Kun menjadi kaget juga. “Mengapa
kau memilih mati cuma karena satu pek-lek-tan ini? Bukankah
kau masih mempunyai banyak lagi?” tanya pemuda itu
berhati-hati.
Tiauw Kiat Su mendengus. "Huh? Apa gunanya aku hidup
kalau pek-lek-tan itu sampai jatuh ke tangan orang lain. Su-hu
tentu akan membunuh aku pula. Nah, dari pada kalian semua
masih tetap hidup sementara aku nanti dibunuh guruku, lebih
baik aku mati saja sekarang bersama-sama kalian semua.
Hatiku puas."
"Ko-ko......?" Tiauw Li Ing berbisik.
"Kiat Su......!" Tung-hai-tiauw berdesah pula dengan
bingungnya.
Tiba-tiba Liu Yang Kun menghela napas panjang. "Baiklah!
Baiklah.....Aku setuju pada syaratmu. Biarlah mereka pergi,
aku akan mengembalikan pek lek-tan ini kepadamu," katanya
mantap.
Tiauw Kiat Su mengatupkan bibirnya. "Bagaimana aku
dapat mempercayai kata-katamu?" ucapnya curiga.
"Kurang ajar! Jangan samakan aku dengan perompak-lanun
seperti kau! Apa yang sudah kujanjikan tentu aku tepati
apapun rintangannya!" Liu Yang Kun naik pitam.
"Bagus! Nah, silahkan mereka pergi, aku percaya
kepadamu.....!" Tiauw Kiat Su berkata lega.
Bukan main mendongkolnya hati Liu Yang Kun. Meskipun
demikian ia selalu berusaha untuk menahannya. Sambil
menggigit bibirnya ia menoleh kepada Pek-I Liong-ong.
"Lo-cianpwe. Silahkan lo-cianpwe membawa temantemanmu
pergi," katanya pendek.
"Terima kasih, Chin Siauw heng. Tapi........ bagaimana
dengan kau sendiri?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lo-cianpwe tak usah merasa khawatir. Siauw-te bisa
menjaga diri. Nah, silahkan berangkat........!"
Tak enak sebetulnya hati Ketua Mo-Kauw itu meninggalkan
Liu Yang Kun sendirian. Namun orang tua itu sangat percaya
kepada kemampuan pemuda sakti itu. Ia telah menyaksikan
tadi. Dan ia pun juga sangat percaya bahwa pemuda itu
takkan kalah, walaupun harus menghadapi keroyokan bajaklaut
itu.
"Baiklah..........!" akhirnya orang tua itu berkata. Kemudian
sambungnya kepada anak buahnya. "Kim Cu! Leng Siauw......!
Urus teman-temanmu! Utamakan bagi yang sakit atau terluka!
Kita pergi dari sini!"
Demikianlah untuk beberapa saat terjadi kesibukan di
tempat itu. Bhong Kim Cu dan Leng Siauw mengumpulkan
anak buahnya, baik yang sakit atau terluka maupun yang
masih sehat. Yang masih sehat segera membantu kawankawannya
yang terluka, kemudian secara bersama-sama
mereka pergi meninggalkan halaman rumah itu. Mereka
melewati kawanan bajak laut yang tadi bertempur dengan
mereka. Mereka saling melotot dan saling menatap dengan
sinar mata dendam. Tapi karena masing-masing merasa takut
kepada pimpinan mereka, maka semuanya tak berani
bertindak lebih lanjut.
"Terima kasih, Chin Siauw-heng. Kami dari Aliran Mo-kauw
takkan pernah melupakan pertolonganmu ini. Bersama ini pula
kami mengundangmu. Kapan saja Chin Siauw-heng ada
waktu, datanglah ke Gedung Pusat kami. Kami akan
menyambutmu seperti menyambut seorang kawan atau
sahabat-karib.” setelah seluruh anak buahnya pergi Pek-i
Liong-ong memberi hormat kepada Liu Yang Kun.
Pemuda itu cepat membalas penghormatan Pek-i Liong-ong
kemudian mengawasi ketua Mo-kauw itu sampai hilang dari
pandangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Nah......mereka sudah pergi. Kini cepat kauserahkan peklek-
tan itu kepadaku!" tiba-tiba terdengar suara bentakan
Tiauw Kiat Su.
Liu Yang Kun membalikkan tubuhnya. "Baik! Nih,
ambillah......!" pemuda itu berseru. Kemudian secara tiba-tiba
pemuda itu melemparkan pek-lek-tan itu tinggi-tinggi ke
udara. Dan bersamaan dengan waktu itu pula ia melesat pergi
meninggalkan tempat itu.
"Nah, selamat berjumpa pula.........!” dari jauh ia masih
mengucapkan kata-kata perpisahan.
"Yang Kuuuuuun.......!" Tiauw Li Ing tersentak kaget,
kemudian meloncat mengejar seraya berteriak.
"Li Ing.........!" Tung-hai-tiauw memanggil puterinya. Tapi
ia tak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya masih lumpuh
ditotok Liu Yang Kun tadi. Demikian pula halnya dengan Tunghai
Nung-jin, tangan kanannya. "Bangsat pengecut.....!" Tiauw
Kiat Su, satu-satunya orang yang dapat bergerak bebas, juga
tak bisa berbuat apa-apa, karena ia harus menangkap dan
mengamankan senjata peledak yang dilemparkan Liu Yang
Kun itu.
"Kiat Su! Cepat kaubebaskan kami! Kita kejar adikmu dan
orang-orang Mo-kauw itu! Mereka tentu belum berapa jauh
dari s ini........" Tung-hai-tiauw berkata kepada anaknya.
Tapi sampai berkeringat Tiauw Kiat Su tak mampu
membebaskan totokan Liu Yang Kun. Biarpun telah ia urut dan
ia totok disana-sini, Tung-hai-tiauw dan Tung-hai Nung-jin
tetap lumpuh.
"Gila! Anak muda itu benar-benar bukan manusia! Ilmunya
seperti setan! Bangsat keparat......!" Tung-hai-tiauw
mengumpat tiada habisnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wah…..kita terpaksa menunggu sampai totokan ini punah
dengan sendirinya, Hai-ong." Tung-hai Nung-jin menggeram
pula.
"Biarlah aku mengejar sendiri ayah." Tiauw Kiat Su berkata
penasaran.
"Jangan! Mereka terlalu kuat untuk kauhadapi sendiri !"
"Aku tidak takut!"
"Tentu! Tapi itu bunuh diri namanya. Sudahlah...... lebih
baik kaubawa aku ke rumah, kemudian kauberi perintah
kepada anak buah kita untuk mengurusi kawan-kawannya
yang terluka!" Tung-hai-tiauw menasehati anaknya.
"Tapi......bagaimana dengan Si Bengal Li Ing itu?" Tiauw
Kiat Su bertanya kesal. Tung-hai-tiauw menggeram dengan
kesal pula. "Bocah ini memang bandel dan sukar diurus. Baru
saja pulang sudah pergi lagi. Biarkan saja dia. Aku juga sudah
bosan menasehatinya."
Begitulah, dengan tetap bersungut sungut Tiauw Kiat Su
lalu melakukan semua perintah ayahnya. Pemuda itu benar
benar kesal terhadap adiknya, sementara rasa bencinya
kepada Liu Yang Kun juga semakin menjadi-jadi pula.
Sementara itu dengan perasaan puas Liu Yang Kun berlari
kembali ke dalam kota. Cuma hatinya agak sedikit berdebar
ketika mendengar suara panggilan Tiauw Li Ing tadi. Oleh
karena itu ia terpaksa mengerahkan seluruh kemampuan Bueng
Hwe-tengnya untuk cepat cepat pergi dari tempat itu. Dia
benar benar takut berurusan dengan gadis cantik itu.
Demikian terburu-burunya pemuda itu sehingga hampir
saja ia menabrak seorang kakek buta di depan rumah
penginapannya.
"Eh-oh....... maaf, kek. Aku terburu-buru. Aku tak sengaja.
Nih., tongkat kakek!” pemuda itu meminta maaf seraya
mengembalikan tongkat yang tersangkut di bajunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh-eh.....k-kau? Anu.....ya-ya.... terima kasih!" Sekilas
kakek tua itu seperti kaget mendengar suara Liu Yang Kun.
Tapi karena pemuda yang menabraknya itu segera
meninggalkannya setelah memberikan tongkatnya, kakek buta
itu tak mempunyai kesempatan untuk berkata-kata selain
mengucapkan terima kasihnya.
Namun beberapa saat kemudian kakek buta, yang tidak lain
adalah Lo-sin-ong itu, merasa menyesal bukan main. "Dia.....
dia itu...... eh, bukankah dia tadi Pangeran Chin..... eh.
Pangeran Liu Yang Kun? Oh.......kemana dia?"
Tiba-tiba kakek Lo-sin-ong itu terbang ke arah mana Liu
Yang Kun tadi pergi. Gerakannya benar-benar sangat
mengagumkan. Cepat luar biasa. Sungguh tidak sesuai
dengan tubuhnya yang sudah reyot seperti orang
berpenyakitan itu. Apalagi dengan matanya yang buta itu.
Tapi kakek itu segera mengeluh dan menyesali dirinya
kembali. Ia benar-benar telah kehilangan jejak Liu Yang Kun,
pemuda yang dicarinya selama ini.
"Ah...... kemana dia tadi? Rasa-rasanya ia cuma masuk ke
halaman ini. Hmmmm....." kakek buta itu berdesah.
Waktu memang telah larut, sehingga tempat itu telah
menjadi sepi dan tak seorang pun melihat gerak-gerik kakek
buta tersebut. Selangkah demi selangkah kakek itu lalu
berjalan kembali keluar halaman. Dan sambil melangkah tak
habis-habisnya kakek itu menyesali dirinya sendiri.
"Tempat apa sebetulnya rumah ini? Mengapa tiada
seorangpun di luar rumah?" ujarnya perlahan seraya
melangkah tersaruk-saruk di tepi jalan raya kembali.
Pada saat yang sama, dari ujung jalan itu melangkah pula
Tiauw Li Ing dengan terhuyung-huyung. Gadis itu telah
kehilangan jejak Liu Yang Kun. Wajahnya kelihatan sangat
pucat dan pilu. Sementara pelupuk matanya juga kelihatan
membengkak penuh air mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebentar-sebentar langkahnya terhenti, dan kepalanya
yang awut-awutan itu menoleh kesana-kemari. Beberapa kali
tangannya yang menggenggam saputangan itu mengusap
pipinya, sementara dadanya yang montok itu selalu tersentak
oleh desah sedu-sedannya.
Namun malam memang telah sangat larut, sehingga jalan
itu benar-benar sangat sepi. Tak sesosok bayangan
manusiapun yang tampak berada di luar rumah. Satu-satunya
tempat yang masih kelihatan hidup hanyalah sebuah warung
arak di pinggir jalan itu. Itupun pintunya juga tertutup pula.
Cuma suara senda gurau dan kelakar para tamunya saja yang
terdengar dari luar. Tampaknya selain minum arak orangorang
di dalam warung itu juga sedang bermain judi.
Ketika berada di depan warung itu Tiauw Li Ing kelihatan
ragu-ragu. Langkahnya terhenti. Berkali-kali ia menoleh ke
warung itu, seakan-akan matanya ingin mengintip atau
menjenguk ke dalamnya.
Tiba-tiba terdengar suara ribut di dalam warung itu.
Beberapa buah suara terdengar saling bertengkar dan maki.
Selanjutnya terdengar juga suara gedubrakan seolah-olah ada
yang sedang berkelahi. Kemudian terdengar pula dentang
suara senjata beradu. Dan akhirnya pintu yang tertutup itu
tampak terbuka dengan paksa. Grobyag!
Belasan orang lelaki tampak berloncatan keluar dari pintu
itu. Mereka saling menyerang dan bertebaran di jalan raya di
depan warung tersebut. Tapi mereka semua segera tertegun
ketika menyaksikan Tiauw Li Ing yang cantik molek itu.
Otomatis keributan mereka menjadi terhenti. Semuanya
memandang Tiauw Li Ing seolah tak percaya.
"Gila! Ini.....ini…..oh, siapakah dia?"
"Ya, ampun..........cantiknya. Ma manusia a-a-atau bukan
.?”
"Wadhuuuh..... dapat rejeki nomplok, nih!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belasan orang lelaki itu masih tampak muda-muda,
diantara duapuluh sampai duapuluh lima tahun. Dan
tampaknya mereka juga hanya terdiri dari satu golongan saja.
Tegasnya mereka semua adalah kawan atau sahabat sendiri,
yang bertengkar karena terlalu banyak minum arak dan
berjudi. Hal itu dapat dilihat pada kulit muka dan mata mereka
yang kemerah-merahan.
Tiauw Li Ing yang sedang berduka dan putus-asa itu tidak
mempedulikan sikap mereka. Dengan wajah penuh harap
gadis itu meneliti belasan lelaki itu satu persatu. Dan
semangatnya segera terkulai begitu tidak mendapatkan wajah
kekasihnya diantara mereka.
Gadis itu lalu beranjak pergi, langkahnya semakin
terhuyung-huyung. Dan ia benar-benar tak peduli pada
belasan pemuda yang mengelilinginya itu. Ia baru menaruh
perhatian ketika lelaki yang berdiri di depannya tidak mau
menyingkir.
“Mau kemana, nona manis.......?" lelaki itu menyeringai
kurang ajar. Tangannya terjulur ke depan untuk mencubit
dagu Tiauw Li Ing.
Tapi gadis itu segera menghindar. Dan tidak seperti
biasanya gadis itu tidak menjadi marah karenanya. Padahal
dalam keadaan biasa, jangankan berbuat demikian kurang
ajar terhadapnya, baru melotot atau berkata jelek saja sudah
menjadi alasan bagi gadis itu untuk membunuh orang.
Ternyata derita asmara yang sedang menghinggapi gadis itu
telah membuatnya berubah.
"Hehehe....... apakah kau penghuni baru di rumah hiburan
Hui Hiang itu? Kapan kau datang? Mengapa......?” lelaki muda
yang tak tahu diri itu mendesak terus.
"Mungkin baru siang tadi dia datang. Dan ia langsung
dipesan orang saking cantiknya, hi-hihi......" temannya
menyahut sambil tertawa jorok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya! Tampaknya memang begitu. Dan akibatnya dia
kini....... pulang kemalaman, ho-ho ha-haaaaa!" yang lain
menambahkan pula.
“Wah, kalau begitu....... sebaiknya sekalian tak pulang saja.
Lebih baik menghibur dan menemani kita semua sampai pagi.
Bagaimana kawan-kawan ?"
"Setuju! Setujuuuuuuu!" belasan pemuda iseng itu bersorak
gembira.
Tampaknya sikap Tiauw Li Ing yang acuh, diam dan selalu
menghindar itu semakin mengobarkan nafsu mereka. Tanpa
menyelidiki lebih lanjut siapa sebenarnya gadis cantik yang
mereka ketemukan itu, mereka lalu saling berlomba untuk
meraih dan memeluknya.
Pada waktu itulah sebenarnya kakek buta itu datang.
Namun karena ia tak dapat dengan segera mengetahui apa
yang terjadi, maka ia juga tidak dapat dengan segera
mengambil keputusan untuk mencegah tindakan para pemuda
yang sangat berbahaya itu. Bahkan kakek buta itu juga tidak
mengetahui kalau yang menjadi pusat keributan tersebut
adalah Tiauw Li Ing, muridnya.
Barulah kakek itu menjadi kaget dan terkejut bukan main
ketika secara mendadak terdengar suara keluhan dan jeritan
ngeri di dalam arena keributan itu.
"Ah......? A-ap-apa........ yang terjadi?" desahnya
kebingungan.
Namun semuanya memang sudah terlambat. Tiauw Li Ing
yang semula kelihatan mengalah serta takut-takut itu
mendadak berubah menjadi buas begitu terpojok. Wajahnya
yang pucat itu berubah menjadi beringas. Dan tangannya
yang gemetaran itu tiba-tiba juga telah memegang kipas
besinya pula. Dan apa yang terjadi selanjutnya benar-benar
merupakan bencana bagi kawanan lelaki muda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, ketika Lo-sin-ong atau kakek buta itu
bergegas memasuki arena, ternyata semuanya telah selesai.
Belasan anak muda itu telah bergelimpangan di jalan raya
dengan keadaan yang sangat mengerikan. Separuh di antara
mereka telah tewas, sementara yang separuhnya lagi dalam
keadaan terluka parah.
"Oh, siapa......siapakah yang main bunuh di tempat ini?"
serunya tertahan. Tapi jawaban dari pertanyaannya itu benarbenar
sangat mengejutkan Lo-sin-ong sendiri!
“Su-hu......!” Tiauw Li Ing menjerit kaget begitu
menyaksikan kedatangan gurunya.
"Hei? Li Ing......kau? Oooohh!" kakek buta itu mengeluh
pula dengan suara gemetar.
Tiauw Li Ing lalu menubruk kaki Lo-sin-ong dan menangis
seperti anak kecil. Gadis itu bagaikan memperoleh tempat
untuk menumpahkan seluruh kepepatan hatinya.
"Su-hu, oh.....uh-huuuu.....!"
"Li Ing! Mengapa sifatmu belum juga berubah? Mengapa
kau bunuh mereka? Oh...... apa sebenarnya yang terjadi
padamu?"
Ada nada sedih, kesal dan rasa amat bersalah pada suara
orang tua itu. Sebab bagaimanapun juga Lo-sin-ong amat
sayang serta sangat kasihan kepada Tiauw Li Ing.
Dikarenakan olah sebab itu pulalah dahulu ia mengambil
Tiauw Li Ing sebagai murid. Selain untuk mengembalikan
semangat hidup gadis itu, Lo sin-ong juga bermaksud
menghibur dan mengusir rasa putus asa di hati Tiauw Li Ing
akibat cintanya yang bertepuk sebelah tangan dengan
Pangeran Liu Yang Kun.
Lo-sin-ong menemukan Tiauw Li Ing ketika gadis itu
ditinggalkan oleh Liu Yang Kun. Di dalam kesedihan dan
keputus-asaannya Tiauw Li Ing mencoba untuk bunuh diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untunglah kakek buta itu segera mencegahnya, sehingga niat
gadis itu menjadi gagal. Lo-sin-ong itu menghiburnya, dan
kemudian mengambilnya menjadi murid, dengan harapan bisa
mengobati luka dan kesedihan di hati gadis itu.
Dan tampaknya usaha Lo-sin-ong itu memperoleh hasil.
Sedikit demi sedikit awan mendung yang menyelimuti batin
Tiauw Li Ing bisa hilang. Dan selanjutnya kegembiraan gadis
itu seperti telah pulih kembali. Namun yang kemudian menjadi
sangat menyusahkan hati Lo sin ong adalah.... watak gadis
itu!
Semula Lo-sin-ong tak menyangka kalau Tiauw Li Ing
adalah puteri Tung-hai-tiauw, raja bajak laut yang kejam dan
buas itu. Baru setelah ia menyaksikan watak dan perangai
Tiauw Li Ing yang buruk, kejam dan suka membunuh orang
itu, Lo-sin-ong menjadi sedih dan menyesal bukan main. Tapi
apa boleh buat, Lo-sin-ong juga sudah terlanjur merasa
kasihan dan menyayangi gadis itu. Oleh karena itu diam-diam
Lo-sin-ong berusaha dengan berbagai macam cara untuk
memperbaiki perangai dan kelakuan muridnya yang buruk itu.
Tapi hal itu ternyata tidak mudah. Dimisalkan sebatang
pohon, watak gadis itu sudah tumbuh subur dan berakar di
dalam dirinya. Sulit untuk mencabutnya. Sehingga sampai
gadis itu menamatkan pelajaran silatnya, Lo-sin-ong belum
bisa mengubah wataknya. Malahan gadis itu tampak semakin
berbahaya dengan ilmunya yang tinggi.
"Li Ing, kau benar-benar membuatku sedih. Ah, Li Ing......Li
Ing! Mengapa watakmu yang buruk itu belum juga berubah?
Mengapa kau masih suka bunuh orang juga? Oooooooh!”
"Maafkan teecu, suhu. Sebenarnya..... sebenarnya tee-cu
tidak bermaksud membunuh mereka. Merekalah yang terlalu
menghina dan mendesak aku. Mereka bermaksud......
bermaksud memperkosa aku. Oh, su-hu......terpaksa teecu
membunuh mereka!" Tiauw Li Ing membela diri sambil
menangis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lo-sin ong menarik napas panjang seraya mengusap-usap
jenggotnya yang putih.
"Ya.....ya, tapi tidak seharusnya kau membunuh mereka.
Itu terlalu kejam namanya. Bukankah kau bisa membuat jera
mereka, tanpa harus menghilangkan nyawa mereka?"
Tiauw Li Ing menangis semakin sedih. Kepalanya
mengangguk-angguk, sementara pelukannya di kaki orang itu
juga semakin bertambah erat pula.
"Tee-cu bersalah, su-hu.....teecu bersalah......uhhuuuuuuuu...!
bunuh saja muridmu ini! Tee-cu........... tee-cu
juga tak ingin hidup lagi! Tee-cu ingin mati saja.........
uhuuuu...tee-cu ingin mati saja!"
"Ah........!”
Orang tua itu terdiam seketika. Pikirannya segera melayang
kepada Liu Yang Kun yang baru saja menabraknya tadi.
"Ah....... tampaknya peristiwa lama telah terulang kembali
di tempat ini. Li Ing tentu telah berjumpa kembali dengan
Pangeran Liu Yang Kun itu, dan akibatnya luka di hatinya
menjadi kambuh lagi. Hmmh....... kapan semua ini bisa
berakhir?"
Sementara itu keributan tadi ternyata telah membangunkan
penduduk di sekitar itu. Mereka berbondong-bondong keluar
rumah dan berkumpul di tepi jalan tersebut. Yang berhati kecil
tidak berani mendekat, sedangkan yang bernyali besar segera
melihat bangkai atau mayat-mayat yang bergelimpangan itu.
Malah sebagian ada pula yang langsung menghampiri Lo-sinong
dan Tiauw Li Ing.
"Apa yang terjadi, lo-pek?" salah seorang dari mereka
bertanya kepada Lo sin-ong.
Kakek buta itu pura-pura kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh.....? Kami....... kami telah bertemu dengan orang-orang
itu tadi. Dan mereka.....mereka lalu saling berebut untuk
mengganggu cucuku ini. Mereka saling berkelahi
sendiri.......dan....cucuku juga berusaha membela diri.
Lalu......lalu terjadilah semuanya ini......... oh!"
"Hei, lihat!" tiba-tiba salah seorang penduduk yang
memeriksa mayat-mayat itu berteriak. "Mereka adalah
bangsat-bangsat perusuh yang sering mengganggu jalan ini!
Mulut mereka berbau arak! Huh....... ini dia pemimpinnya!”
"Betulkah.....?" orang yang berada di depan Lo-sin-ong itu
menoleh dan bertanya kepada kawannya.
"Benar! Lihat! Inilah orang yang membunuh pedagang ikan
itu!" yang lain menyahut.
Tiba-tiba wajah orang yang ada di depan Lo-sin-ong itu
menjadi gembira.
"Terima kasih, lo-pek. Ternyata kau dan cucumu telah
membantu kami untuk mengenyahkan mereka. Jangan takut,
kami yang akan mengurus mereka. Hmmmmh..... eh,
siapakah sebenarnya lo-pek ini. Dari mana dan mau kemana
sebenarnya? Mengapa malam-malam begini masih berada di
jalan pula?"
Lo-sin-ong menghela napas lega. Bagaimanapun juga
ternyata orang-orang yang dibunuh Tiauw Li Ing itu adalah
para penjahat yang sering mengganggu penduduk.
"Kami memang sedang dalam perjalanan ke Cin-an. Karena
kami terburu-buru, maka kami telah memberanikan diri untuk
berjalan malam pula. Tak tahunya kami telah menemui
halangan di tempat ini. Untunglah kami selamat......” Lo-sinong
berbohong.
"Ah, kalau begitu.........marilah lo-pek singgah dulu di
rumahku. Besok pagi saja lo-pek meneruskan perjalanan.
Biarlah kami yang mengatur dan mengurus para penjahat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lo-pek tak usah khawatir dengan mereka, karena para
petugas keamanan di kota ini pun telah dibuat pusing oleh
tingkah-laku mereka.”
Lo-sin-ong pun menjadi semakin lega. "Terima kasih.......
terima kasih. Tapi kami benar-benar terburu-buru. Sungguh
menyesal kami tidak bisa menerima undangan itu. Lain kali
saja kami akan singgah. Maafkanlah kami…..” katanya
menolak.
Demikianlah, setelah meminta diri kepada orang-orang
yang ada di tempat itu, Lo-sin-ong mengajak muridnya pergi.
Semula Tiauw Li Ing menolak. Gadis yang telah menjadi
putus-asa karena kesedihan hatinya itu benar-benar tak ingin
hidup lagi. Gadis itu merasa bahwa hidupnya benar-benar
sudah tidak berguna lagi. Ia lebih baik mati dari pada tidak
bisa hidup bersama Liu Yang Kun. Gadis itu baru mau diajak
pergi setelah dalam kejengkelannya Lo-sin ong berjanji akan
mempertemukan gadis itu dengan Pangeran Liu Yang Kun.
Barulah kakek buta itu merasa menyesal setelah di
sepanjang jalan Tiauw Li Ing selalu merengek terus. Kakek
buta itu baru menyadari betapa sulitnya melaksanakan
janjinya itu. Bagaimana dia bisa mempersatukan mereka kalau
cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan? Masakan sebuah
perkawinan itu harus diujudkan dengan paksaan?
Oleh karena itu ketika mereka singgah untuk sarapan pagi
di sebuah warung di luar kota, Lo-sin-ong mencoba untuk
menasehati muridnya.
"Li Ing......! Bukankah masih banyak pemuda lain yang
lebih baik dari pada Pangeran Liu Yang Kun? Mengapa kau
tetap tidak bisa melupakannya?"
"Entahlah, su-hu. Tee-cu juga telah berusaha pula dengan
sekuat tenaga tapi tetap tidak bisa. Semakin keras tee-cu
berusaha, justru semakin lekat pula ingatan tee-cu kepadanya.
Memang kadang-kadang tee-cu bisa melupakannya, tapi hal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu juga tidak berlangsung lama, karena dalam waktu yang
tidak lama tee-cu tentu akan mengingatnya kembali.”
"Tapi......bukankah kau bisa menahannya sampai bertahuntahun?
Lalu mengapa sekarang kau tiba-tiba menjadi parah
lagi sedemikian rupa? Apakah kau telah berjumpa lagi dengan
pemuda itu?"
Mendadak mata Tiauw Li Ing menjadi merah lagi.
Kemudian setetes demi setetes air matanya turun membasahi
pipinya.
"Benar, su-hu. Semalam dia telah berkunjung ke rumah
tee-cu......" gadis itu mulai terisak. Kemudian sambi menangis
gadis itu menceritakan kejadian malam tadi kepada gurunya.
Bagaimana pemuda itu melawan keluarganya untuk
membantu orang-orang Mo-kauw, bagaimana pemuda itu
tidak mempedulikan dirinya, serta bagaimana pemuda itu
meninggalkan dirinya begitu saja.
Sekali lagi Lo-sin-ong menarik napas sedih. Matanya telah
buta, namun dengan demikian hatinya justru menjadi peka
dan perasa sekali. Diam-diam hatinya tersentuh oleh kisah
yang diceritakan muridnya itu. Rasanya dia ikut merasakan
pula penderitaan hati Tiauw Li Ing itu.
Lama sekali mereka terdiam. Semakin dipikirkan Lo-sin-ong
semakin menjadi kasihan kepada muridnya. Sehingga akhirnya
timbul niat di dalam hati orang tua itu untuk membantu Tiauw
Li Ing, bagaimanapun caranya. Pokoknya asal gadis itu bisa
terlaksana menjadi isteri Pangeran Liu Yang Kun.
"Siapa tahu hal itu justru akan bisa mengubah wataknya
yang buruk itu nanti?” orang tua itu berkata di dalam hatinya.
Sementara itu Tiauw Li Ing menatap gurunya dengan
pandang mata penuh harapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benarkah su-hu hendak membantu tee-cu?" tanyanya ragu
ketika melihat Lo-sin-ong berdiam diri sekian lamanya. Nada
suaranya terdengar sedih dan memelas.
Hati kakek buta itu semakin pedih dan iba.
"Tentu......... tentu, anak manis. Kau tidak perlu khawatir.
Kau akan berhasil mendapatkan dia. Percayalah,” katanya
yakin.
Tiauw Li Ing tersenyum. Dan bukan main cantiknya gadis
itu. Walau air mata masih tetap mengalir di atas pipinya,
namun wajah itu benar-benar telah berubah menjadi segar
kembali. Dan Lo-sin-ong juga ikut merasakan getaran
kegembiraan itu melalui genggaman tangan Tiauw Li Ing.
"Nah,..sekarang habiskan makan pagimu! Kita pergi
menemui dia.” orang tua itu berkata mantap.
"Hah.....?" Tiauw Li Ing terbelalak dengan mulut ternganga.
"Menemui dia sekarang? Dimana.......? Apa...apakah su-hu
tahu dimana dia sekarang ?” Lo-sin-ong mengangguk.
Hampir saja gadis itu bersorak kegirangan. Tapi sekejap
kemudian kegembiraan itu seperti hilang dengan tiba-tiba.
"Tapi..... tapi bagaimana kalau ia tetap tidak mau dengan
teecu,” ujarnya kemudian seperti akan menangis.
"Jangan bersedih. Su-hu mempunyai akal. Apakah kau mau
melakukannya?"
Tiauw Li Ing menatap gurunya. Ia kelihatan tak mengerti
maksud gurunya.
"Apa yang mesti tee-cu lakukan, su-hu?" bisiknya ragu.
Lo-sin-ong tersenyum. "Kemarilah, akan kubisikkan rencana
itu kepalamu!"
Tiauw Li Ing mendekat. Lo-sin-ong lalu membisikkan
rencananya ke telinga gadis itu. Dan beberapa saat kemudian
wajah Tiauw Li Ing berangsur-angsur menjadi cerah kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi bagaimana kalau siasat itu tak mempan? Bagaimana
kalau dia menjadi marah nanti?" ujar gadis itu setelah
mendengarkan semua rencana gurunya. "Hemmm, jangan
takut! Apa kau lupa bahwa ilmu s ilatku masih lebih tinggi dari
pada dia? Dia cuma tertulis pada urutan yang ke tujuh,
sedangkan aku berada satu tingkat di atasnya. Apa yang mesti
ditakutkan?"
"Tapi..... tapi.....?" Tiauw Li Ing menyela, tapi tak jadi.
Sebenarnya gadis itu agak kurang yakin atas urut-urutan di
dalam Buku Rahasia itu, karena ia telah menyaksikan sendiri
bagaimana lihainya Liu Yang Kun sekarang. Tapi tentu saja
gadis itu tak berani mengatakannya di depan gurunya.
Lo-sin-Ong mengerutkan keningnya. "Bagaimana, Li Ing?
Apakah kau masih sangsi dan belum yakin akan keberhasilan
rencana kita itu?"
"Tidak, su-hu. Aku percaya bahwa rencana itu tentu akan
berhasil."
"Bagus! Kalau begitu mau tunggu apa lagi? Marilah kita
berangkat sekarang!"
“Kita berangkat? Sekarang? Kemana ......?" Tiauw Li Ing
menyahut dengan suara bersemangat.
"Kembali ke dalam kota!"
Sekejap Tiauw Li Ing tertegun kaget. “Kembali ke dalam
kota? Mengapa, mengapa..... eh, apakah d-dia masih berada
di sana?" pekiknya tak percaya.
"Benar! Marilah......." jawab Lo sin-ong tenang.
"Oooh!" Tiauw Li ing berdesah bingung malah.
Demikianlah dengan hati berdebar debar Tiauw Li Ing
mengikuti gurunya. Mereka melangkah kembali ke dalam kota.
Walaupun sebenarnya ada juga kesangsian dan keraguan di
dalam hati Tiauw Li Ing, namun gadis itu tetap saja berhasrat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melaksanakan siasat dan rencana gurunya. Siapa tahu siasat
gurunya itu benar-benar akan berhasil nantinya? Bukankah
lebih baik berusaha dari pada tidak sama sekali?
Sementara itu di dalam kamarnya Liu Yang Kun sama sekali
juga tidak tidur pula. Setelah tadi malam hampir menabrak Losin-
ong di depan rumah penginapannya, pemuda itu langsung
menuju kamarnya. Ketika melewati kamar Toan Hoa pemuda
itu mendengar kawannya mendengkur dengan kerasnya. Maka
Liu Yang Kun juga tidak ingin mengganggunya. Apalagi malam
memang telah sangat larut. Pemuda itu ingin beristirahat pula.
Tapi ternyata Liu Yang Kun tak bisa memicingkan matanya.
Bayangan wajah Tiauw Li Ing selalu menghantuinya. Pemuda
itu merasa khawatir bila Tiauw Li Ing dapat menemukan
tempat tinggal nanti, sebab sekilas pemuda itu melihat ada
sesosok bayangan wanita yang mengejarnya ketika keluar dari
rumah Tung-hai-tiauw itu.
Oleh karena itu Liu Yang Kun memilih untuk bersamadi saja
di kamarnya sekalian berjaga-jaga kalau-kalau ada sesuatu
yang tak diingininya. Siapa tahu gadis itu benar-benar akan
datang. Siapa tahu bahwa kedatangannya nanti akan
membawa juga seluruh kekuatan ayahnya?
Tetapi semua kecurigaannya itu ternyata meleset. Sampai
terang tanah tak mengalami gangguan apapun. Gadis itu tidak
datang. Begitu pula dengan para pengawal dan anak buah
Tung-hai tiauw. Sebaliknya yang mengganggu semadinya
justru kawannya sendiri. Toan Hoa!
"Hmm, Tuan Chin.....! Apakah kau sudah bangun?"
pengurus Kim-liong Piauw-kok itu menyapa dari luar pintu.
Liu Yang Kun tertawa perlahan. “Aku sama sekali tidak
tidur, saudara Toan. Masuklah......dan duduklah! Aku akan
mandi lebih dahulu."
Toan Hoa membuka pintu, kemudian melangkah masuk.
Pakaiannya sudah berganti, dan dandanannya juga sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tampak rapi dan bersih. Tampaknya pengurus Kim-liong
Piauw-kok itu telah mandi dan berganti pakaian sebelum
datang ke kamar Liu Yang Kun. Wajahnya juga kelihatan
segar. Sama sekali sudah tidak tampak sisa-sisa mabuknya
tadi malam.
Toan Hoa lalu mengambil kursi dan duduk di dekat pintu.
Sementara Liu Yang Kun malah melangkah keluar ke kamar
mandi.
“Kau duduklah dulu! Aku akan sekalian memesan kepada
pelayan untuk mengirimkan sepoci teh hangat ke sini."
pemuda itu berkata. Toan Hoa merengut. "Masakan cuma teh
saja? Kurang nyaman...........ah!" sungutnya.
Liu Yang Kun berhenti di depan pintu. Sambil menoleh ia
berkata, "Lalu... apa yang saudara Toan inginkan ? Katakan!
Nanti aku akan katakan pula kepada pelayan."
Toan Hoa segera tersenyum. "Nah begitu! Akulah yang
seharusnya memilih minuman kita ini, karena akulah yang
menjadi tuan rumah di dalam perjamuan kita. Hahahah.......!"
''Ya. Tapi ada syaratnya......" Liu Yang Kun memotong.
Jilid 22
(hal 3 ga ada)
"Benar. Ada apa........?" jawabnya hati-hati.
Tiba-tiba wajah pelayan itu menjadi berseri-seri.
Tangannya segera merogoh lipatan bajunya dan
mengeluarkan secarik kertas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan Chin......! Ada seorang tamu yang menitipkan surat
ini tadi pagi. Ia meminta kepadaku agar surat ini disampaikan
kepada tuan, sebab dia tidak mempunyai banyak waktu untuk
menemui tuan sendiri."
"Surat? Untukku......? Siapakah orang itu? Wanita
atau........ laki-laki?" Liu Yang Kun bertanya kaget seraya
menerima surat itu.
Pelayan itu menggelengkan kepalanya. "Entahlah, tuan.......
saya juga belum pernah mengenalnya. Dia seorang lelaki
tampan. Sikapnya halus. Bertubuh jangkung dan mengenakan
pakaian seperti sastrawan."
Liu Yang Kun membuka lipatan surat itu. "Seorang
sastrawan......? Siapakah dia?" gumamnya perlahan sambil
membaca surat itu.
Saudara Chin atau Saudara Liu
Aku menunggu kedatanganmu di bekas reruntuhan Kongtee-
bio malam ini.
Waktunya tepat ketika bulan muncul dari balik Kapur.
Teman lama.
"Teman lama..........?" pemuda itu bergumam lagi.
Wajahnya kelihatan bingung. Pelayan itu mengangkat
pundaknya, lalu melangkah pergi sambil tersenyum.
Ditinggalkannya tamunya yang tampak bingung dan sibuk
memikirkan surat yang dibawanya itu. Ia menuju ke kamar Liu
Yang Kun untuk menerima pesanan makanan seperti yang
telah diperintahkan oleh pemuda itu tadi.
Demikianlah, karena pikirannya selalu tercekam oleh isi
surat yang amat membingungkan itu, maka Liu Yang Kun
menjadi lebih banyak melamun dari pada mengguyurkan air
ke badannya. Sehingga otomatis pula ia menjadi sangat lama
di dalam kamar mandi itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh! Jangan-jangan Tuan Chin ini .....
(halaman 6 – 7 nggak ada neh..)
....yan itu.
"Mengapa kau tertawa?” tegurnya tak mengerti.
Pelayan itu menjadi kaget. Namun dengan mulut yang
masih tersenyum ia menjawab. "Ah, masakan tuan juga belum
pernah melihat ketua Tiam-jong-pai yang sudah banyak
ubannya itu? Dalam umurnya yang telah mulai lanjut itu
ternyata ia masih ingin kawin juga. Dan wanita pilihannya
ternyata juga tidak tanggung-tanggung pula, yaitu seorang
bekas pendeta wanita dari Aliran Im-Yang-kauw. Hehehaha........
apakah tuan juga tidak merasa aneh dan lucu
mendengar berita itu?”
Sekali lagi Toan Hoa mengerutkan keningnya, lalu
ditatapnya pelayan itu lekat-lekat. "Eh...... apanya yang lucu
dan aneh? Bukankah mereka juga manusia? Apalagi usia
mereka juga belum lebih dari limapuluh tahun. Nah, apanya
yang lucu dan aneh? Apakah karena pengantin wanitanya
adalah bekas pendeta itu? Hmm..... kudengar tiada larangan
bagi pendeta Aliran Im-Yang-kauw untuk kawin. Apalagi
pengantin wanita itu sudah tidak menjadi pendeta Im-Yangkauw
lagi sekarang......"
Pelayan itu tidak berani membantah lagi. Begitu selesai
dengan tugasnya ia lalu bergegas keluar. Di depan pintu ia
berpapasan dengan Liu Yang Kun yang telah selesai
membersihkan badannya.
"Hei....... lengkap benar pesanannya? Ini mau pesta
atau.....,. mau makan pagi?" Liu Yang Kun berseru ketika
memandang meja yang penuh sesak dengan segala macam
masakan enak-enak itu.
“Hahaha.......! Marilah, Tuan Chin .......kita meneruskan
pesta kita yang belum selesai tadi malam! Aku berjanji untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mabuk lagi, sehingga pesta kita dapat berlangsung
hingga selesai. Hahaha....." Toan Hoa tertawa.
Setelah merapikan pakaiannya, Liu Yang Kun lalu ikut
duduk pula menghadapi meja itu. Tapi Toan Hoa segera
menepuk lengannya. "Eee .......Tuan Chin tidak mengenakan
baju rompi itu dahulu?" tanyanya.
Seraya menunjuk ke arah pembaringan Liu Yang Kun. Ada
nada ingin tahu dalam suaranya.
Liu Yang Kun agak kaget juga. Namun dengan cepat ia bisa
menguasai dirinya kembali. Dipandangnya temannya itu
dengan tenang.
"Saudara Toan telah melihatnya?"
"Ya, maafkanlah...... aku tidak sengaja melihatnya. Semula
aku kaget melihatnya. Kukira benda apa, tak tahunya sebuah
rompi dari kulit ular. Eh, sebenarnya pakaian apakah itu? Dan
dimana Tuan Chin bisa memperoleh kulit ular sedemikian
lebarnya itu? Jangan jangan Tuan Chin mendapatkannya dari
kulit ular raksasa Ceng-liong-ong itu......" dengan nada
bergurau Toan Hoa menjawab.
Diam-diam Liu Yang Kun menyesali keteledorannya. Tapi
semuanya memang telah terjadi dan tak bisa disesali lagi.
Cuma yang menjadi persoalannya sekarang adalah sampai
sejauh mana temannya tersebut tahu tentang baju kulit
ularnya itu. Jangan-jangan temannya itu juga telah memeriksa
dan mengetahui tentang rahasianya pula.
Oleh karena itu jawabnya kemudian dengan hati-hati,
"Entahlah, saudara Toan. Aku tak tahu, apakah itu kulit Cengliong-
ong atau bukan, namun yang terang benda itu memang
kudapatkan dari seekor ular raksasa. Ular itu telah kubunuh,
karena aku juga hampir dibunuhnya pula."
"Dan....... ternyata kulit ular itu bisa melindungi kulit tuan
dari tajamnya senjata musuh, bukan?" Toan Hoa menyelidik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun terpaksa mengangguk.
"Hah? Kalau begitu..... ular yang kaubunuh itu memang
Ceng-liong-ong! A-ha.... itulah sebabnya ular keramat itu tak
muncul di Danau Tai-ouw tempo hari! Binatang itu telah mati
sebelumnya, hahaha.......!" Toan Hoa yang merasa dapat
membongkar suatu misteri atau rahasia di dalam dunia
persilatan itu tertawa gembira.
Namun mendadak pula tawanya itu terhenti. Seperti orang
yang tiba-tiba teringat akan sesuatu hal ia menatap wajah Liu
Yang Kun.
“Tapi.....eh, sebentar.........! Waktu itu para pendekar
persilatan yang berkumpul di Danau Tai-ouw telah digegerkan
pula oleh munculnya seseorang yang mengenakan baju kulit
ular seperti itu. Malahan khabarnya baju itu juga terbuat dari
kulit Ceng-liong-ong dan kebal terhadap senjata tajam.”
katanya kemudian sambil mengetuk-ngetuk dahinya sendiri.
Dheg! Berdegup hati Liu Yang Kun mendengar ucapan itu.
Entah mengapa tiba-tiba hatinya seperti diingatkan kepada
isterinya. Tapi hanya sesaat, karena sesaat kemudian ia telah
menjadi sadar pula kembali.
“Bagaimana mungkin Tui Lan berada di sana sebulan yang
lalu? Dan bagaimana mungkin pula dia berada di danau itu
kalau dia masih berada bersama aku di terowongan bawah
tanah itu? Ah.....Tui Lan.........Tui Lan!" keluhnya di dalam
hati.
Liu Yang Kun lalu memandang Toan Hoa. Dicobanya untuk
menghapuskan kesan bahwa ia telah terpengaruh olah ucapan
Toan Hoa tadi.
"Seseorang telah mengenakan baju kulit ular pula?
Siapakah dia?" tanyanya hati-hati.
Tetapi jawaban yang dikeluarkan Toan Hoa justru lebih
mengejutkan lagi malah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah, Tuan Chin. Tidak seorangpun yang
mengenalnya. Semua orang hanya tahu kalau dia adalah
seorang wanita muda, berparas cantik dan......”
"....... dan sedang hamil! Begitukah?" tiba-tiba Liu Yang
Kun memotong dengan suara tegang. Lagi-lagi pemuda itu
tercekam oleh ingatan kepada isterinya.
Toan Hoa meringis kesakitan karena di dalam
ketegangannya Liu Yang Kun telah mencengkeram lengannya.
"Oh, maaf....... aku tak sengaja.”
Liu Yang Kun cepat menyadari kekasarannya dan
melepaskan cengkeramannya.
"Hmm....... lagi-lagi pikiranku telah melayang ke Tui Lan
kembali!" pemuda itu membatin.
Sambil mengusap-usap lengannya yang sakit Toan Hoa
menyeringai. Dipandangnya wajah Liu Yang Kun yang pucat
itu dengan perasaan bingung.
"Be-benar, Tuan Chin. Semua orang memang mengatakan
demikian. Wanita cantik itu sedang hamil," katanya agak
takut-takut.
"Ooooooh......!" Liu Yang Kun berdesah lemas. Jawaban
Toan Hoa itu ternyata semakin menambah keresahan dan
kegalauan di hati pemuda itu. Wajah Tui Lan kembali
menggoda hatinya.
Sementara itu Toan Hoa semakin menjadi bingung
menyaksikan sikap Liu Yang Kun.
"Tuan Chin? Ada apa.....?" bisiknya khawatir.
"Eh-oh..... tidak! Aku tidak apa-apa!" dengan sangat gugup
Liu Yang Kun menjawab.
Tentu saja Toan Hoa semakin bertambah curiga melihat
kegugupan kawannya itu. Masakan seorang pendekar sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti Liu Yang Kun masih bersikap sedemikian gugupnya?
Tentu ada apa-apanya. Tapi tentu saja Toan Hoa tidak berani
menanyakannya.
"Eh..... apakah Tuan Chin telah mengenal wanita itu?"
tanyanya dengan sangat hati-hati sekali,
Liu Yang Kun tampak tertegun sebentar. Namun sesaat
kemudian kepalanya menggeleng dengan cepat.
"Tidak.......eh, belum. Aku belum mengenalnya," bantahnya,
padahal hatinya semakin yakin bahwa wanita yang diceritakan
itu tentu Tui Lan, isterinya.
Memang terjadi pertentangan di dalam hati dan pikiran Liu
Yang Kun! Di satu pihak pemuda itu merasa yakin bahwa Tui
Lan tidak mungkin muncul di Danau Tai ouw sebulan yang
lalu, tapi di lain pihak pemuda itu juga merasa bahwa datadata
atau ciri-ciri yang diceritakan oleh Toan Hoa tersebut
benar-benar semakin mengarah kepada isterinya.
Dan semuanya itu sungguh-sungguh sangat menyiksa dan
membuat penasaran hati Liu Yang Kun. Benarkah isterinya
masih hidup? Kalau benar, lalu dimanakah ia sekarang? Dan
kalau wanita itu memang benar Tui Lan, lantas bagaimana ia
bisa keluar dari dalam tanah dan kemudian muncul di Danau
Tai ouw? Apakah terowongan itu juga berhubungan dengan
danau tersebut?
Demikianlah, Liu Yang Kun semakin tenggelam ke dalam
bayangan isterinya. Antara rasa percaya dan tidak percaya, ia
mulai berpikir bahwa Tui Lan memang masih hidup.
"Oh...... aku benar-benar sangat penasaran. Jangan-jangan
wanita hamil itu memang Tui Lan. Aku harus mencari dan
menyelidikinya. Tapi.......dimana aku harus mencarinya?
Hmm......... eh, benar..... aku akan ke Teluk Po-hai menemui
gurunya. Kalau Tui Lan benar-benar selamat, ia tentu pulang
ke rumah gurunya itu," pemuda itu berkata di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu........" Toan Hoa hendak bertanya lagi, tapi tak jadi.
Tak enak rasa hatinya mendesak terus menerus.
Begitulah, meskipun cerita tentang wanita berbaju kulit ular
itu telah menghilangkan sebagian besar nafsu makannya, tapi
Liu Yang Kun tetap berusaha untuk menyenangkan hati Toan
Hoa. Apalagi setelah mengetahui bahwa Toan Hoa akan
pulang hari itu.
"Saudara Toan, terima kasih atas semuanya ini........"
"Alaa...... Tuan Chin, kau jangan membuat aku menjadi
malu. Apa yang kulakukan ini belum apa-apa bila
dibandingkan dengan budi baikmu kepadaku dahulu. Akulah
yang seharusnya berterima kasih kepadamu. Ah,
sudahlah......Aku juga sudah berpesan kepada pengurus
penginapan ini, bahwa seluruh biaya penginapan dan
makanan Tuan Chin selanjutnya adalah tanggungan Kim-liong
Piauw-kiok. Tuan Chin dapat tinggal disini selama Tuan Chin
suka........."
"Terima kasih. Saudara Toan. Tapi aku juga akan
berangkat pagi ini. Aku…..”
"Hei, mengapa tergesa-gesa! Aku... aku tidak bermaksud
mengusir Tuan Chin. Aku dan anak buahku memang harus
pulang hari ini, karena tugas yang lain telah menantikan
kami."
Liu Yang Kun tersenyum. "Ah.......tidak! Saudara Toan
jangan berpikir yang bukan-bukan. Aku memang mempunyai
kepentingan juga. Aku harus lekas-lekas berangkat hari ini
pula."
"Oh, apakah Tuan Chin hendak menghadiri pesta
pernikahan Ketua Tiam-jong-pai di Kota Cin-an?"
Liu Yang Kun mengerutkan keningnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Pesta pernikahan? Ah, tidak.....! Aku belum kenal dengan
Ketua Tiam-jong-pai. Aku memang hendak menuju ke Cin-an,
tapi tidak untuk melihat pernikahan itu."
"Lalu....... apa tujuan Tuan Chin di sana?"
Liu Yang Kun menghela napas. "Ah., aku cuma lewat saja.
Aku bermaksud pergi ke Teluk Po-hai."
"Teluk Po-hai.....? Oh........apakah Tuan Chin berasal dari
daerah itu? Tuan Chin kenal dengan Si Pendeta Palsu Dari
Teluk Po-hai?" tiba-tiba Toan Hoa berseru.
Liu Yang Kun menatap wajah Toan Hoa dengan hati
berdebar, lalu perlahan-lahan kepalanya mengangguk.
"Sudah kenal? Hei...... kalau begitu mengapa Tuan Chin
tidak diundangnya?"
Liu Yang Kun menjadi tegang. Pemuda itu mulai digoda
oleh bayangan Tui Lan lagi. Mengapa Si Pendeta Palsu Dari
Teluk Po-hai itu harus mengundangnya?
"Me-mengapa...... bekas pendeta itu harus
mengundangku?" tanyanya agak gemetar.
"Dialah pengantin wanitanya! Dialah yang hendak menikah
dengan Hek-pian-hok Ui Bun Ting, ketua Tiam-jong-pai itu."
"Hah.........?"
Liu Yang Kun benar-benar kaget setengah mati. Guru Tui
Lan itu hendak kawin dengan Ketua Tiam-jong-pai? Berapa
umur orang tua itu sebenarnya? Sungguh aneh sekali.
"Hei! Berapa usia mereka sebenarnya?" tanyanya terheranheran.
Tapi ternyata Toan Hoa pun juga terheran-heran pula
melihat Liu Yang Kun. "Usia mereka? Eh.....bukankah Tuan
Chin sudah mengenal Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu?
Tentu saja umur mereka telah cukup tua, karena rambut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka pun sudah mulai memutih. Bahkan Hek-pian-hok Ui
Bung Ting sudah hampir putih semuanya."
"Oh! Kalau begitu aku akan melihat pesta itu," mendadak
Liu Yang Kun berkata pendek.
"Tuan Chin hendak menghadiri pesta pernikahan itu?
Lhoh.......... mengapa Tuan Chin tiba-tiba berubah haluan?
Bukankah Tuan Chin tadi mengatakan kalau tidak memperoleh
undangan? Mengapa sekarang..........?"
Liu Yang Kun bangkit berdiri dari kursinya, lalu cepat
mengemasi barang-barangnya. Diambang pintu ia menoleh.
"Karena memang Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itulah
yang hendak kujumpai di Teluk Po-hai! Nah....... Saudara
Toan, aku pergi dahulu! Terima kasih atas keteranganmu."
Toan Hoa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia benarbenar
tidak mengerti apa yang akan dilakukan pemuda itu di
pesta pernikahan Ketua Tiam-jong-pai nanti. Baginya,
kelakuan dan sikap Liu Yang Kun selama itu betul-betul sulit
diduga.
"Ia masih sangat muda, tapi kesaktiannya sangat luar
biasa, sehingga namanya ikut tercantum di dalam Buku
Rahasia yang menghebohkan itu. Entah apa hubungannya
dengan Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu sehingga dia
hendak menemuinya."
Demikianlah kedua sahabat itu lalu berpisah jalan. Toan
Hoa dan anak buahnya pulang ke kota Sin-yang, sedangkan
Liu Yang Kun meneruskan perjalanannya ke kota Cin-an. Toan
Hoa dan anak buahnya melaju dengan kuda dan gerobakgerobak
mereka, sementara Liu Yang Kun melangkah ke
tepian sungai untuk mencari tumpangan perahu nelayan.
'Aku tidak memiliki uang sepeserpun. Lalu.......bagaimana
aku harus membujuk para nelayan itu agar mereka mau
membawa aku ke kota Cin-an?" pemuda itu memutar otaknya,
"Aoaah, aku akan mengatakan kepada mereka bahwa aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersedia membantu apa saja asal mereka mau membawa aku
ke kota Cin-an."
An-lei memang hanya kota kecil, sehingga dalam waktu
yang tidak terlalu lama Liu Yang Kun telah sampai di
perkampungan nelayan. Sebuah perkampungan yang padat
penghuninya. Jorok dan kotor. Sungguh berlawanan sekali
dengan keadaan di dalam kota yang bersih dan rapi.
Liu Yang Kun terpaksa mengernyitkan hidungnya, karena
bau amis dan busuk menyengat jalan napasnya, sementara
ribuan lalat tampak berterbangan di sekelilingnya. Dan
pemuda itu segera menghela napas pula ketika terlihat
olehnya beberapa orang anak kecil mengais-ngais sisa
makanan di sebuah warung kecil. Wajah mereka tampak
sangat menderita, dengan tubuh kurus dan baju yang sudah
tak layak lagi untuk dipergunakan sebagai penutup tubuh
mereka.
Salah seorang diantaranya mereka tampak berlari
mendekat ketika melihat Liu Yang Kun. Tangannya segera
teracung untuk minta sedekah.
"Berilah kami sekeping uang, tuan....... sudah dua hari kami
tak makan....." rintihnya memelas.
Beberapa saat lamanya Liu Yang Kun tak bisa berkata-kata.
Matanya memandang termangu-mangu kepada bocah cilik
bernasib malang itu. Tapi apa dayanya kalau ia sendiri juga
tidak punya uang sepeserpun?
"Ah, maafkan aku, dik..........Aku sendiri......." desahnya
berat seraya merogoh kantung bekalnya yang ia tahu tidak
ada apa-apanya itu.
Tapi betapa kagetnya pemuda itu ketika jari-jarinya
menyentuh sebuah kocek uang diantara lipatan baju kulit
ularnya. Bahkan kocek uang itu tidak cuma sebuah, tapi dua
buah malah. Dan setiap koceknya penuh dengan uang logam,
sehingga terdengar gemerincing ketika tersentuh tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah......?" pemuda itu berseru kaget.
Karena merasa penasaran maka Liu Yang Kun segera
membuka buntalannya. Dan matanya segera terbelalak.
Diantara lipatan baju kulit ularnya tampak dua buah kocek
uang dan.........surat yang diterimanya dari pelayan
penginapan itu!
"Oh, ini...... ini.....?" gumamnya bingung.
Tentu saja anak kecil itu menjadi terheran-heran pula
melihat tingkah laku Liu Yang Kun yang kebingungan itu.
"Tu-tuan.....?" ujarnya serak, namun sudah cukup untuk
menyadarkan Liu Yang Kun.
"Ah, ya.......ya......nih, terimalah!" pemuda itu cepat
menyahut serta mengambil dua keping uang tembaga untuk
diberikan kepada anak kecil itu.
Setelah itu Liu Yang Kun cepat-cepat pergi meninggalkan
tempat itu. Sambil melangkah ia tak henti-hentinya berpikir
tentang uang dan surat tersebut.
"Hmm....... tentu Toan Hoa yang menaruh uang itu di
kantung bekalku. Siapa lagi kalau bukan dia? Dialah yang
berada di kamarku sewaktu aku mandi pagi tadi," gumamnya.
Lalu sambil menarik napas panjang ia meneruskan katakatanya,
"....... Tapi dengan demikian aku bisa membayar
perahu untuk mengantar aku ke Cin-an sekarang. Ah!
Cuma........ bagaimana dengan surat yang kuterima melalui
pelayan rumah penginapan tadi? Ehmm..... Kong-teebio.......
ketika bulan mulai muncul."
Liu Yang Kun berhenti melangkah, lalu mendongak ke atas.
Ia mencari Bukit Kapur itu. "Dimanakah bukit itu berada?"
gumamnya lagi perlahan-lahan.
Seorang lelaki kurus kering tampak melintas di samping Liu
Yang Kun. Di atas punggungnya tertumpuk onggokan jala dan
peralatan untuk mencari ikan yang lain. Begitu beratnya beban
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu sehingga langkahnya terhuyung-huyung seperti orang
mabuk. Kebetulan ketika melewati Liu Yang Kun, kaki orang
itu terantuk batu.
"Eeiit......!" orang itu menjerit.
Tubuhnya terpelanting, sehingga barang bawaannya juga
terlempar dari punggungnya.
Hup! Otomatis Liu Yang Kun melompat menangkap barangbarang
itu. Juga sekalian menyambar pula baju orang itu agar
tidak terjatuh.
"Hati-hati, paman....... Beban ini sebenarnya terlalu berat
bagimu. Hmm......marilah kutolong membawanya. Kemanakah
paman hendak membawanya? Ke sungai?" tegurnya
bersahabat.
Lelaki itu mengangguk dengan napas terengah-engah.
Wajahnya pucat, sementara rasa kagetnya juga kelihatan
belum hilang dari hatinya. "Te-terima kasih, t-ttuan!” bisiknya
dengan bibir gemetar.
Sambil berjalan membawakan alat perlengkapan perahu
itu, Liu Yang Kun mengajak lelaki kurus itu bercerita. Ternyata
orang itu memang seorang nelayan. Seorang nelayan miskin
yang menggantungkan kehidupannya hanya pada matapencahariannya
mencari ikan. Maka sudah biasa bagi nelayan
kurus itu untuk meninggalkan keluarganya selama berhari-hari
di rumah, sementara dia sendiri menyusuri sungai itu sampai
di kota Cin-an. Demikian pula yang hendak dilakukannya
sekarang. Semua perlengkapan perahu itu akan dipasangnya
di perahu kecilnya, karena malam nanti ia akan berangkat pula
ke Cin-an.
"Ke Cin-an.......? Oh...... sungguh kebetulan sekali! Akupun
hendak mencari tumpangan perahu pula ke sana. Paman,
bolehkah aku menumpang perahumu? Jangan khawatir, aku
akan membayar ongkosnya......!" Liu Yang Kun hampir
bersorak saking gembiranya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah...... tentu saja boleh. Tapi tuan tak perlu
membayarnya. Aku sudah cukup uang untuk memberi bekal
kepada keluargaku nanti," nelayan kurus itu cepat menolak
pemberian Liu Yang Kun. "Tapi.........?"
Ketika Liu Yang Kun hendak memaksa agar nelayan itu
mau menerima uangnya, tiba-tiba seorang anak lelaki berlari
menubruk nelayan tersebut. Kemudian terdengar bocah itu
menangis terisak-isak.
"Ayah......huk..... uang itu.....huk.....uang itu..........."
Nelayan kurus itu terkejut. Tangannya mencengkeram
pundak bocah itu. "Cepat katakan! Ada apa dengan uang itu?
Hilang?" hardiknya dengan suara cemas.
Bocah kecil itu mengangkat wajahnya. Dipandangnya mata
ayahnya dengan sinar mata yang terus mengalir di pipinya.
Tampak benar kalau bocah itu sangat ketakutan.
"Uang itu... uang itu di-di-di-rampas..... oleh kawanan Si
Bongkok !" anak itu melapor dengan terbata-bata.
"Oooh....... habis sudah semuanya! Gagal lagi rencanaku
malam ini......." nelayan kurus itu tiba-tiba meratap. Badannya
terhuyung-huyung dan tentu akan segera jatuh kalau tidak
disambar oleh Liu Yang Kun.
Pemuda itu cepat meletakkan barang bawaannya,
kemudian menolong si nelayan kurus yang hendak pingsan
itu. Penduduk yang melihat kejadian itu segera berdatangan
pula. Mereka ikut menolong nelayan itu. Beberapa orang di
antara mereka segera menanyakan sebab-sebabnya.
"Uang tabungan ayahku telah dirampas oleh kawanan Si
Bongkok. Padahal ayah telah mengumpulkannya selama
sebulan ini.” anak kecil itu bercerita.
"Siapakah Si Bongkok itu?" Liu Yang Kun ikut bertanya
pula. Namun tiba-tiba kata-katanya terhenti. Dengan mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terbeliak kaget ia berseru, "Hei......kau? Bukankah kau anak
yang kuberi uang tembaga tadi?"
Anak kecil itu menjadi kaget pula. la juga tidak menyangka
bahwa orang yang bersama ayahnya itu adalah orang yang
telah memberinya uang tadi.
"Si Bongkok adalah pemimpin kawanan perusuh yang
sering berkeliaran di kota An-lei ini. Bahkan gerombolannya itu
sering mengganggu para penduduk di sekitar kota ini pula.
Dan pagi ini tampaknya Si Bongkok benar-benar amat parah.
Sejak terang tanah tadi telah kudengar ia menyebar keonaran
dimana-mana. Mungkin ia mau membalas dendam." salah
seorang dari orang-orang yang berkumpul di tempat itu
memberi jawaban.
"Balas dendam .....?" Liu Yang Kun menegaskan.
"Ya! Tadi malam belasan orang kawan mereka telah
dibunuh mati oleh seorang kakek tua beserta cucu
perempuannya." orang itu menjawab pula.
"Mengapa para petugas keamanan tidak mau memberantas
si Bongkok dan gerombolannya itu?”
"Petugas keamanan? Ah...... jumlah mereka tidak cukup
banyak untuk melawan gerombolan itu. Para petugas
keamanan cenderung untuk membiarkan saja tingkah laku
kawan perusuh itu, asalkan para perusuh itu tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang sangat keterlaluan, seperti
membunuh, merampok dan mengganggu anak bini orang."
"Kalau mereka itu ternyata membunuh orang juga? Apa
yang akan dilakukan oleh para petugas keamanan itu?"
"Pejabat keamanan di kota ini akan meminta bala bantuan
dari kota Cin-an. Tapi hal yang demikian itu jarang sekali
terjadi, karena si Bongkok itu sedikit-sedikit juga punya otak
pula. Dia tak mau menjadi buronan selama berbulan-bulan
hanya karena salah tangan membunuh orang.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, beberapa waktu kemudian si nelayan kurus
itu telah pulih kembali kesehatannya. Dia tidak jadi membawa
barang-barangnya ke sungai, sebaliknya dia minta diantar
kembali ke rumahnya. Liu Yang Kun yang sudah terlanjur
membawakan barang-barangnya itu terpaksa ikut pula
mengantarkannya.
Rumah si nelayan kurus itu sungguh mengenaskan sekali.
Gubug reyot itu lebih tepat disebut kandang kelinci dari pada
rumah tempat tinggal untuk manusia. Sedangkan isteri si
nelayan kurus tampak lebih tua dari pada usia sebenarnya.
Kurus dan menderita. Sementara anaknya yang berjumlah
lima orang itu juga kelihatan pucat dan kekurangan pula.
Isteri si nelayan kurus itu sangat terkejut melihat
kedatangan suaminya. Tapi para tetangganya segera memberi
tahu apa yang telah terjadi pada suaminya.
"Oooooooh.....I" wanita itu berdesah sedih. Otomatis
lengannya memeluk anak-anaknya. Tampak benar kalau
hatinya sangat terpukul oleh berita itu. Dipandangnya anakanaknya
yang terbesar, yang telah menghilangkan uang
tabungan keluarganya itu dengan mata berkaca-kaca.
Setelah memberikan kata-kata hiburan mereka satu persatu
orang-orang yang mengantarkan si nelayan kurus itu
meninggalkan gubug reyot tersebut. Mereka itu sama
miskinnya dengan si nelayan kurus, sehingga mereka juga
hanya bisa menghibur saja.
"Paman......? Apakah kau tidak jadi berangkat malam
nanti?" setelah semuanya pergi Liu Yang Kun mendekat dan
bertanya kepada si nelayan kurus.
Dengan wajah sedih dan putus asa nelayan kurus itu
menggelengkan kepalanya. Matanya tampak berlinang-linang
ketika memandang isteri dan anak-anaknya.
"Maaf, Tuan......Bagaimana aku bisa pergi kalau uang itu
sudah hilang? Apa yang hendak dimakan keluargaku kalau aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pergi selama berhari-hari nanti? Aku harus mengumpulkan
uang dulu bila hendak meninggalkan mereka."
Liu Yang Kun menghela napas panjang. Hatinya terharu
melihat penderitaan keluarga miskin itu.
"Sungguh tak kusangka masih demikian banyak orang yang
menderita di negeri ini. Hmmm...... tampaknya masih banyak
pula yang harus dikerjakan oleh Hong-siang untuk
memperbaiki nasib rakyat." pemuda itu berkata di dalam hati.
"Lebih baik tuan mencari tumpangan perahu yang lain
saja........." terdengar si nelayan kurus itu memberi saran
kepadanya.
"Tidak, paman. Kalau cuma uang yang menjadi
masalahmu, aku dapat menggantinya. Kita akan tetap
berangkat malam ini. Eh, berapa uang yang hilang itu, dik?"
Liu Yang Kun tersenyum, lalu berpaling kepada bocah yang
telah menghilangkan uang itu dan bertanya ramah.
"S-satu tail, Tuan....." anak kecil itu menjawab agak takut.
"Heh? Cuma setail......?" Liu Yang Kun berseru kaget.
"Be-benar....." Si nelayan kurus dan anaknya menjawab
berbareng.
Liu Yang Kun betul-betul tidak habis mengerti. Satu tail
untuk menghidupi enam jiwa manusia selama lebih dari
sepekan? Bagaimana mungkin itu? Lalu apa yang harus
mereka makan dengan uang sekecil itu? Masakan mereka
harus makan rumput seperti binatang piaraan mereka?
Tetapi dengan demikian Liu Yang Kun semakin merasa
kasihan terhadap keluarga itu. Diambilnya sebuah dari
kantong uang pemberian Toan Hoa itu. Di dalamnya ada
puluhan keping uang perak dan tembaga, yang jumlahnya
tentu lebih dari seratus tail.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman, uang ini kuberikan kepadamu. Pergunakanlah dia
untuk memperbaiki nasib keluargamu." Liu Yang Kun berkata
seraya menyerahkan kantung uang tersebut.
Si nelayan kurus dan isterinya terbelalak. Apalagi ketika
mereka menerima kantung uang itu dan membukanya. Mereka
justru menjadi gemetar karena kaget. Mereka mengawasi
tumpukan uang perak dan tembaga itu seakan-akan tak
percaya.
"T-t-t......... tuan? Eh-oh.......eh-oh.....ini....ini.... Uang
ini….uang ini tuan berikan kepada kami semua?"
"Ya! Apakah belum cukup?"
Tiba-tiba si nelayan kurus dan isterinya menjatuhkan diri
berlutut di depan Liu Yang Kun.
"Ah.... ini..... ini justru terlalu banyak buat kami. Kami
belum pernah melihat uang sebanyak ini dalam hidup kami."
suami-isteri itu menyahut dengan suara gemetar.
"Nah..... kalau begitu terimalah ! Dan jangan lupa, nanti
malam kita jadi berangkat ke Cin-an. Tapi sebelum berangkat
aku ingin kau mengantar aku ke suatu tempat......."
"Terima kasih, tuan .... Terima kasih. Tapi kemana tuan
hendak pergi?" Si nelayan kurus bertanya dengan wajah
cerah. Tampak benar kalau hatinya menjadi sangat
bergembira.
Liu Yang Kun menatap wajah isteri nelayan kurus itu untuk
beberapa saat lamanya. Kemudian katanya perlahan, namun
sangat jelas. "Aku hendak pergi ke bekas reruntuhan kuil
Kong-tee-bio. Kau tahu tempat itu?"
Tak terduga wajah si nelayan kurus itu tiba-tiba menjadi
pucat kembali.
"Ja-jangan.....tuan! Tuan jangan ke sana! Temannya
banyak sekali, tuan akan dikeroyok nanti." katanya ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini ganti Liu Yang Kun yang terperanjat. "Eh.... apa
maksudmu? Siapakah yang temannya banyak sekali itu?"
serunya tak mengerti.
Si nelayan kurus melongo. "Si Bongkok.....! Bukankah tuan
hendak bertemu dengan Si Bongkok itu?" serunya pula.
"Si Bongkok? Apakah Si Bongkok itu tinggal di Kuil Kongtee-
bio?"
Si nelayan kurus itu cepat mengangguk. "Benar, tuan. Dia
dan anak buahnya memang tinggal di sana,” jawabnya
semakin heran.
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Dia yang semula tidak
ingin campur tangan di dalam urusan Si Bongkok itu justru
menjadi heran mendengar keterangan si nelayan kurus itu.
Ada hubungan apa antara Si Bongkok dengan orang yang
mengundangnya itu? Apakah orang yang menamakan dirinya
'teman lama' itu Si Bongkok pula? Tapi siapakah Si Bongkok
itu? Rasa-rasanya ia tidak mempunyai kenalan atau teman
yang bertubuh bongkok atau bernama Si Bongkok selama ini.
Tapi dengan demikian urusan tersebut justru semakin
menambah perasaan ingin tahunya malah. Hal yang sangat
kebetulan itu sungguh amat menggelitik hatinya. Ia ingin
segera melihat, siapa sebenarnya Si Bongkok atau orang yang
menyebut dirinya 'teman lama' itu?
"Bagaimana, paman? Kau sanggup mengantarkan aku ke
sana, bukan? Jangan takut, karena aku takkan mengajakmu
memasuki kuil itu! Kau boleh kembali setelah menunjukkan
tempat itu kepadaku. Aku sendiri yang akan pergi ke sana."
akhirnya ia berkata.
Demikianlah setelah seharian penuh membantu si nelayan
kurus mempersiapkan perahunya, maka sore harinya Liu Yang
Kun lalu berangkat ke kuil Kong-tee-bio. Di sepanjang jalan si
nelayan kurus selalu mencoba membujuk dia agar ia mau
mengurungkan niatnya untuk menjumpai Si Bongkok.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah, paman...... engkau tak perlu mencemaskan aku.
Aku akan berusaha menjaga diri sebaik-baiknya. Dan boleh
kauketahui pula, bahwa kedatanganku ke sana bukan untuk
berurusan dengan Si Bongkok, melainkan dengan seorang
teman. Teman lamaku sendiri." Liu Yang Kun menenangkan
hati kawannya.
"Teman lama.....? Oooh.......tuan mempunyai teman
diantara kawanan perusuh itu.......?"
Liu Yang Kun tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan
itu. Pemuda itu justru melihat ke arah langit sebelah timur,
dimana bulan purnama nanti akan muncul. Terdengar suara
napasnya yang panjang ketika pemuda itu menyadari bahwa
hari masih terlalu siang. Matahari bahkan belum seluruhnya
tenggelam, sinarnya yang kemerahan masih tampak menyala
di sebelah barat.
Mereka berdua terus saja melangkah ke arah timur
menjauhi kota An-lei. Mereka menerobos perkampunganperkampungan
penduduk yang padat di luar kota itu. Dan
beberapa waktu kemudian mereka telah melewati dusun yang
terakhir, untuk kemudian mereka mulai melangkah di atas
tanah persawahan yang diselang-seling dengan padang
rumput dan pegunungan.
Dan haripun telah menjadi gelap ketika mereka memasuki
tanah-tanah yang berbukit. Tiba-tiba si nelayan kurus
berhenti.
“Kenapa, paman? Kita telah sampai di tempat itu?" Liu
Yang Kun bertanya. Si nelayan kurus mengangguk. "Y -y-a.....!
Itu di......di lereng Bukit Kapur! Tuan lihat bangunan kuil yang
sudah rusak itu? Itulah bekas Kuil Kong-tee-bio!" bisiknya
serak seraya menunjuk ke arah kejauhan, dimana terlihat
tanah berbukit-bukit berwarna keputihan.
Liu Yang Kun memandang ke tempat yang ditunjuk si
nelayan kurus. Dengan ketajaman matanya pemuda itu bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat sebuah bangunan kuil yang besar dan luas, namun
sudah separuhnya yang rusak. Bangunan itu dapat dilihat
dengan jelas karena terletak di tempat yang tinggi, sementara
di sekitarnya hanya ada batu-batu kapur yang berserakan.
Tempatnya sangat lapang dan sama sekali tiada pepohonan,
sehingga bangunan itu tampak seperti sebuah puri yang
angker dan menakutkan.
Sekali lagi Liu Yang Kun memandang ke langit. Dilihatnya
sinar rembulan mulai mengintip di balik bukit.
"Waktunya sudah akan tiba. Aku datang tepat pada
waktunya," pemuda itu berkata di dalam hatinya.
"Tuan.....? Apa..... apakah tuan tetap akan pergi ke sana?"
si nelayan kurus bertanya pula. Suaranya mulai gemetar,
suatu tanda bahwa rasa gentar juga sudah mulai merayap
pula di hatinya.
Liu Yang Kun tersenyum, "Tentu saja. Paman boleh pulang
sekarang. Nantikanlah aku di atas perahu paman! Setelah
urusanku di kuil itu selesai, aku akan cepat-cepat kembali. Kita
terus berangkat ke kota Cin-an."
"Baiklah, tuan...... aku akan kembali. Tapi kumohon tuan
mau berhati-hati. Saya tidak ingin menunggu tuan dengan siasia
di atas perahuku."
Liu Yang Kun mengangguk dengan perasaan berterima
kasih atas perhatian si nelayan kurus kepadanya. Setelah itu
dia melangkah menaiki tanah berbukit kapur itu dengan
waspada. Siapa tahu orang yang mengundangnya itu telah
berada di sekitar tempat tersebut dan sekarang sedang
mengawasi dirinya?
Suasana di tempat itu benar-benar sangat lengang, sunyi
dan gelap. Jalan pun juga tidak rata, sehingga Liu Yang Kun
harus sering berloncatan dari batu ke batu untuk mendekati
bangunan kuil itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tampaknya dulu juga dibangun jalan menuju ke kuil itu.
Tapi jalan itu sudah rusak sekarang. Bahkan di beberapa
tempat tadi telah berubah menjadi jurang, tempat air hujan
mengalir dari atas bukit."
Kira-kira empatpuluh tombak dari bangunan kuil itu Liu
Yang Kun berhenti. Bangunan itu benar-benar besar dan luas.
Tetapi temboknya sudah banyak yang roboh, terutama
tembok halamannya sehingga bangunan pendapanya yang
megah itu tampak jelas dari tempatnya berdiri.
"Kata nelayan tadi Si Bongkok dan anak buahnya tinggal di
sana. Tapi mengapa aku tidak melihat bayangan seorang
manusiapun di tempat itu? Mengapa mereka juga tidak
memasang lampu penerangan barang sebuahpun? Apakah
mereka benar-benar telah menunggu kedatanganku di sana?
Hmmm...... aku harus berhati-hati. Aku mencium sesuatu yang
kurang beres di tempat ini."
Tiba-tiba Liu Yang Kun teringat pada 'kemampuan anehnya’
yang selama ini jarang sekali ia pergunakan. Yaitu
kemampuan yang setarap dengan ilmu Lin-cui-sui-hoat (ilmu
tidur di atas permukaan air) milik Toat-beng-jin, seorang
tokoh Aliran Im-Yang-kauw. Kemampuan yang ia maksudkan
itu adalah kemampuan untuk 'melihat' sesuatu yang belum
tampak oleh matanya, yaitu dengan mempergunakan
ketajaman hati, perasaan, pendengaran dan penciumannya.
Sebuah ilmu tingkat tinggi yang hanya dapat dipelajari oleh
seorang pertapa yang telah benar-benar mengesampingkan
urusan duniawinya.
Liu Yang Kun lalu menyilangkan kedua tangannya di
dadanya. Matanya terpejam. Pikiran dan perasaannya terpusat
menjadi satu. Perlahan-lahan ia mengerahkan kemampuan
dan kekuatan batinnya untuk 'melihat' sesuatu yang
mencurigakan di sekitarnya.
Mula-mula semuanya tampuk gelap gulita. Tapi sejalan
dengan terkumpulnya kekuatan yang ia miliki, bayangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tercipta di dalam batinnya pun juga semakin terang pula.
Sedikit demi sedikit ia memperoleh gambaran tentang
bangunan kuil yang telah mulai rusak itu.
"Oooooh.....!" pemuda itu tiba-tiba berdesah.
Tidak tampak sesosok bayangan manusiapun di dalam
reruntuhan kuil itu. Semua ruangannya kosong melompong.
Hanya ada bekas-bekasnya saja bahwa tempat itu sering
dipakai orang. Belasan tempat tidur darurat seperti tikar,
tumpukan jerami dan papan kayu tampak berserakan di
segala tempat. Sementara beraneka macam bentuk senjata
juga tampak bergantungan pula di atas dinding-dindingnya.
"Mengapa tak seorangpun yang bersiap untuk
menyambutku di kuil itu? Dimanakah orang yang mengundang
aku itu? Dan kemana pula orang-orang Si Bongkok yang
katanya bertempat tinggal di reruntuhan kuil itu? Heran.....!"
Mendadak Liu Yang Kun terkejut. Ketika ia memusatkan
seluruh pikiran dan perasaannya ke bagian belakang kuil itu,
ia 'melihat’ belasan orang lelaki tertumpuk di dalam gudang
bekas tempat menyimpan kayu bakar. Semuanya dalam
keadaan lemas dan tak berdaya. Malah beberapa orang di
antaranya tampak terluka.
"Ooooh!"
Liu Yang Kun lalu menghentikan pemusatan ilmunya.
Bergegas ia melangkah menuju ke kuil itu. la menjadi
penasaran dan ingin segera membuktikan apa yang tampak di
dalam pemusatan ilmunya tadi.
Benar juga. Tak seorangpun tampak di dalam kuil itu.
Pemuda itu hanya menemukan secarik kertas di atas meja
reyot yang berada di tengah-tengah pendapa tersebut. Di atas
kertas itu tertulis beberapa huruf, yang berbunyi:
Maaf, saudara Chin, aku terpaksa mengingkari janji.
Sesuatu yang sangat gawat telah terjadi di dunia persilatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita. Aku sedang berusaha untuk menyelidikinya. Kaupergilah
ke kota Cin-an. Mungkin kita bisa bersua di sana. Sekali lagi
aku minta maaf.
Teman lama.
"Sesuatu yang gawat.......? Apakah itu?" Liu Yang Kun
bergumam.
Karena tak bisa menduga apa yang dimaksudkan oleh
orang misterius itu, maka Liu Yang Kun lalu melangkah ke
halaman belakang. Ia langsung menuju ke bekas gudang
penyimpanan kayu itu.
"Ohhhhh.....,.. ! " pemuda itu tertegun.
Benar juga apa yang tersirat di dalam ilmunya tadi. Gudang
yang sudah rusak itu penuh dengan tubuh manusia yang
saling bertumpang tindih. Semuanya di dalam keadaan lemas
tak berdaya. Dan salah seorang diantaranya, yang berada di
dekat pintu, adalah seorang lelaki separuh baya. Tubuhnya
agak gemuk, kakinya pendek-pendek dan punggungnya
bongkok.
"Si Bongkok dan anak buahnya....."
Liu Yang Kun berdesah kaget. Kemudian dengusnya pula,
"Siapakah yang telah menghajar kawanan penjahat ini?
Apakah orang yang mengaku sebagai teman lamaku itu pula?"
Beberapa saat lamanya Liu Yang Kun tertegun di
tempatnya. Ia tak tahu, apa yang harus ia kerjakan terhadap
kawanan penjahat tersebut. Apakah ia harus menolong
mereka atau membiarkan saja mereka itu di sana?
"Hmm, baiklah......Aku akan membebaskan Si Bongkok itu.
Siapa tahu dia bisa memberi keterangan kepadaku, siapa
sebenarnya 'teman lamaku' itu?” akhirnya pemuda itu
memutuskan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun lalu berjongkok di dekat Si Bongkok. Jarijarinya
yang penuh tenaga itu menotok beberapa titik jalan
darah di tubuh pimpinan penjahat tersebut. Setelah itu
tangannya dengan cepat mengurut pula di beberapa bagian
tubuh yang lain.
"Uh!" Si Bongkok mengeluh, kemudian bergerak. Jalan
darahnya telah kembali normal seperti sediakala.
"Bangkitlah!" Liu Yang Kun berdesah.
Pimpinan penjahat yang sering mengganggu penduduk
kota An-lei itu lalu menggeliatkan badannya, kemudian berdiri.
Wajahnya yang pucat itu menengadah, matanya tampak
gelisah ketika memandang Liu Yang Kun. Memang di dalam
pantulan cahaya bulan yang terang benderang itu perbawa Liu
Yang Kun tampak angker dan berwibawa.
"Terima kasih, Tai-hiap," desisnya gemetar, lalu
menundukkan kepalanya seperti orang yang telah mengakui
segala kesalahannya.
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Matanya meredup.
"Kau Si Bongkok yang sering mengganggu penduduk di sekitar
tempat ini, bukan? Dengarlah.....I Sebenarnya aku tak peduli
apa yang telah terjadi padamu dan pada kawan-kawanmu ini.
Tetapi aku sependapat dengan orang yang telah menghukum
kalian seperti ini. Orang itu tidak membunuh kalian, tapi hanya
memberi peringatan agar kalian tidak melakukan tindakantindakan
yang tercela lagi. Dan orang itu cuma akan
membunuh bila di kelak kemudian hari ia mendengar engkau
dan kawan-kawanmu melakukan kejahatan kembali."
Liu Yang Kun menghentikan kata-katanya sebentar.
Kemudian sambil membalikkan badannya pemuda itu
mengerahkan tenaga dalamnya. Tiba-tiba dengan telapak
tangan terbuka ia mendorong ke arah dinding halaman yang
jaraknya ada lima tombak dari tempatnya berdiri itu.
Whuuuuuuuus......! Brrooooooool!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tembok itu terguncang dan berderak runtuh oleh angin
pukulan itu. Si Bongkok ternganga. Dan otomatis hatinya
semakin menjadi ciut. Apa yang dilakukan oleh Liu Yang Kun
itu memang sebuah pameran kekuatan yang tiada tara. Hanya
orang-orang yang memiliki tenaga dalam sempurna saja yang
bisa berbuat seperti itu.
"Lihatlah! Akupun dapat berbuat seperti itu pula kepadamu
apabila pada suatu saat menjumpai engkau berbuat kejahatan
lagi," pemuda itu mengancam.
Si Bongkok cepat-cepat menjatuhkan dirinya di depan Liu
Yang Kun. Dengan suara ketakutan ia berjanji untuk tidak
mengulangi semua perbuatan jahatnya lagi. Ia berjanji akan
membubarkan kawan-kawannya dan kembali hidup baik-baik
di tempat asalnya.
"Baiklah untuk sementara aku percaya kepadamu. Tapi
semuanya itu masih harus dibuktikan dulu. Sekarang aku
hendak bertanya tentang hal lain. Ehm...... apakah kau
mengenal orang yang telah menangkap kau dan kawankawanmu
itu?"
Si Bongkok menengadah. Mula-mula matanya
memancarkan sinar bingung dan tak mengerti. Namun sesaat
kemudian kepalanya lalu menggeleng lemah.
"Maaf, Tai-hiap...... aku be-belum mengenalnya. Aku dan
kawan-kawanku juga baru melihatnya siang tadi. Dia..., dia
masih muda, bertubuh tinggi dan berpakaian seperti
sastrawan........." jawabnya gemetar.
Tampak benar kalau penjahat itu sangat ketakutan ketika
bercerita tentang sastrawan yang menghukumnya siang tadi,
sehingga Liu Yang Kun memperoleh kesimpulan bahwa 'teman
lamanya’ itu tentulah seorang yang sangat hebat dan
mengerikan pula kepandaiannya. Apalagi menyaksikan sikap Si
Bongkok yang selalu tampak cemas dan gelisah begitu selesai
memberikan jawabannya. Beberapa kali orang itu menoleh ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanan dan ke kiri, melirik ke arah kegelapan malam di
sekitarnya, seakan-akan dia merasa takut kalau-kalau
lawannya itu akan datang kembali.
Liu Yang Kun tersenyum. "Hmm......apa sebenarnya yang
telah ia lakukan kepadamu?” katanya kepada penjahat itu.
"Jangan takut.........!" tambahnya pula ketika dilihatnya orang
itu semakin menjadi ketakutan.
"Orang itu.... orang itu......eh, kelihatannya seperti bukan
manusia. Dia....... dia bisa menghilang seperti hantu. Tahutahu......
kami semua roboh di atas lantai pendapa!” ucap Si
Bongkok kemudian dengan suara gugup.
"Hmmmh!" Liu Yang Kun mendengus penasaran karena ia
semakin tak bisa menerka, siapa sebenarnya orang yang
mengaku sebagai teman lamanya itu.
“Tai-hiap…. ?" Si Bongkok berdesah parau. Matanya
memandang Liu Yang Kun, kemudian berpaling ke arah
kawan-kawannya.
Sekali lagi Liu Yang Kun mendengus. "Aku takkan
menolong kawan-kawanmu itu. Biarlah mereka terbebas
dengan sendirinya. Kautunggulah saja mereka sampai tengah
malam nanti. Tapi kau harus ingat janjimu tadi. Kalau kelak
aku masih menjumpaimu melakukan kejahatan lagi, hmm.....
aku benar-benar tidak akan memberi ampun!"
Setelah merasa cukup memberi peringatan kepada Si
Bongkok, Liu Yang Kun segera melesat pergi dari tempat itu.
Pemuda itu sengaja mengerahkan Bu-eng Hwe-teng
sepenuhnya, untuk memberi kesan bahwa ia pun sanggup
'menghilang' pula seperti sastrawan itu.
Memang benar. Si Bongkok itu tiba-tiba melongo ketakutan
tatkala melihat Liu Yang Kun lenyap begitu saja dari
depannya!
"Oh! Han...... hantu......?" bibirnya berbisik parau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, setelah batal bertemu dengan orang yang
mengundangnya, Liu Yang Kun lalu kembali ke perahu si
nelayan miskin lagi. Dari jauh pemuda itu telah melihat si
nelayan miskin berdiri menantikannya.
"Tuan......? Tuan telah kembali? Oh, betapa gembiranya
hatiku.........! Bagaimana dengan kawanan Si Bongkok itu?"
hampir bersorak si nelayan itu menyambut kedatangan Liu
Yang Kun.
"Paman.....?" pemuda itu berseru pula.
Tiba-tiba pemuda itu menghentikan kata-kata yang hendak
diucapkannya ketika mendadak matanya melihat dua orang
asing di atas perahu si nelayan miskin itu. Dua orang lelaki,
yang satu sudah tua bermata buta, sedang yang lain masih
muda namun buruk rupa. Begitu buruk wajah si anak muda itu
sehingga Liu Yang Kun cepat-cepat melengos dan tak tahan
untuk menatapnya berlama lama.
Tampaknya si nelayan miskin itu memaklumi kecanggungan
hati Liu Yang Kun. Bergegas ia memperkenalkan kedua orang
asing itu kepada Liu Yang Kun.
"Tuan, perkenalkan kedua orang tamu kita ini. Mereka juga
akan ikut kita ke kota Cin-an. Mereka adalah kakek dan cucu
dari Keluarga Lo di kota Cin-an….”
Liu Yang Kun terpaksa mengangguk untuk membalas
penghormatan kedua orang itu, namun di dalam hatinya
pemuda itu sudah merasa curiga kepada mereka. Perasaannya
mengatakan bahwa mereka itu tidak beres dan sedang
melakukan sesuatu yang tersembunyi. Tapi tentu saja Liu
Yang Kun tidak mau memperlihatkan kecurigaannya tersebut.
Pemuda itu cuma diam saja dan pura-pura tidak menaruh
perhatian kepada mereka.
Bulan telah berada hampir di atas kepala mereka. Angin
bertiup perlahan, mengusap layar perahu yang telah dipasang
oleh si nelayan miskin, sehingga perahu itu melaju pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan perlahan. Suara kecipak air yang menghantam dinding
perahu terasa lembut pula di telinga, membuat Liu Yang Kun
tak tahan untuk tidak memejamkan matanya.
Perahu itu tidak begitu besar, sehingga ruangannyapun
juga tidak seberapa luas pula. Lebarnya tidak lebih dari dua
meter, sementara panjangnya juga tidak lebih dari pada tujuh
atau delapan meter. Namun demikian perahu itu tampak
ramping dan gesit bila dibandingkan dengan perahu-perahu
lain yang rata-rata berbentuk besar dan gemuk.
Si nelayan miskin kelihatan sibuk mempersiapkan jaringjaringnya
di haluan, sementara Liu Yang Kun yang ingin
beristirahat itu tampak merebahkan dirinya di atas tumpukan
kain layar yang belum terkembang. Pemuda itu sama sekali
tak peduli kepada kakek Lo dan cucunya yang duduk di
belakang kemudi. Dibiarkannya kedua orang itu
mengemudikan jalannya perahu itu.
Hanya kadang-kadang saja pemuda itu melirik ke arah
mereka. Namun lirikan itupun hanya sekejap pula, karena
pemuda itu benar-benar tak tahan menyaksikan 'wajah yang
rusak’ dari cucu kakek Lo itu. Di dalam keremangan malam
yang sunyi seperti saat itu, wajah anak muda tersebut benarbenar
lebih menyeramkan dari pada hantu sendiri. Bukan
cuma gigi-giginya yang besar dan mencuat lebih panjang dari
pada bibirnya itu saja yang sangat menakutkan, tapi juga
separuh wajahnya yang menghitam seperti jamur bangkai itu
pula yang membuat hati Liu Yang Kun menjadi seram.
Oleh karena itu Liu Yang Kun lebih suka memandang ke
sekitar perahu, dimana beberapa buah perahu yang lain
tampak melaju pula ke arah utara, seakan-akan perahuperahu
itu saling berlomba untuk lebih dahulu tiba di kota Cinan.
Sedangkan para penumpangnya, yang semuanya juga
nelayan pencari ikan, tampak sibuk pula mempersiapkan alatalat
penangkap ikan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menarik napas panjang, kemudian
memejamkan matanya. Pemuda itu merasa mengantuk dan
ingin tidur barang sebentar, udara basah yang tertiup diselasela
pakaiannya membuat pemuda itu segera terlena ke dalam
mimpi, sehingga si nelayan miskin yang hendak memasang
layarnya itu terpaksa mengurungkan niatnya. Orang tua itu
tak ingin mengusik tamunya yang baik hati itu.
Ketika angin bertiup agak kencang, maka perahu-perahu
yang lainpun segera melaju meninggalkan perahu si nelayan
miskin.
"Paman......! Mengapa kau tidak memasang layar seperti
mereka?" tiba-tiba cucu kakek Lo yang buruk rupa itu
menegur.
"Ah....... nanti saja! Biarlah mereka itu berangkat lebih
dulu. Lebih baik kita mengambil jarak dengan mereka.
Peralatan mereka lebih baik dari peralatanku. Aku tidak akan
memperoleh hasil seekor ikanpun bila menjala ikan di dekat
mereka. Lagi pula............ehm..... aku tak tega
membangunkan tuan pendekar yang baik hati itu." si nelayan
miskin itu menjawab seraya melirik Liu Yang Kun.
Si buruk muka itu mendengus tak senang. "Siapa bilang
engkau tak akan mendapatkan hasil yang banyak bila
berdekatan dengan mereka? Peralatanmu tidak terlalu kalah
dengan mereka. Asalkan kau lebih pandai menebarkan dan
menarik jalamu, kutanggung hasilmu justru akan lebih banyak
dari pada mereka. Ayoh, jangan takut! Aku akan
membantumu. Bangunkan saja tuan pendekar itu! Suruh dia
tidur di tempat lain!" geramnya bersemangat sehingga air
ludahnya menyembur kesana kemari.
"Wah.....mana aku berani? Tuan itu sangat baik kepadaku.
Lagi pula keberangkatanku ke kota Cin-an ini juga atas
kehendak dan jasa baik tuan pendekar itu pula. Bagaimana
aku berani mengusik dia?" Si nelayan miskin membantah tak
senang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Huh! Apakah karena dia telah membayarmu? Bukankah
sejak semula aku juga bersedia membayarmu berapa saja?
Mengapa...?" Si buruk rupa itu menggeram lagi.
“A Hek...... sudahlah! Mengapa kau selalu tidak bisa
menyabarkan hatimu?" tiba-tiba kakek Lo menegur cucunya.
Si nelayan miskin itupun lalu mendengus pula. Hatinya
semakin tidak suka kepada Si Buruk Rupa yang ingin
memaksakan kehendaknya itu. Padahal sejak semula ia tidak
mau ditumpangi mereka. Tapi Si Buruk Rupa itu tetap
memaksanya juga, sehingga akhirnya ia terpaksa
memperbolehkan mereka menumpang perahunya. Dan ia
menolak pemberian mereka. Bahkan ia mengajukan syarat
kepada mereka, yaitu mereka tidak boleh menganggu
pekerjaannya. Tapi sekarang Si Buruk Rupa itu mulai
mengganggunya!
"Bukankah tuan telah berjanji untuk tidak menggangguku?"
Si Nelayan Miskin mencoba mengingatkan janji mereka.
"Persetan dengan janjimu! Bangunkan orang itu dan
pasanglah layarnya ! Apakah engkau ingin melihat aku
menyeret dia dari tempatnya itu?" si Buruk rupa itu
membentak dengan suaranya yang parau.
"A Hek....! Mengapa kau tidak mau bersabar juga?" Kakek
Lo memperingatkan cucunya lagi. Kali ini suaranya agak
sedikit keras.
"Kakek......?" Si Buruk Rupa itu mencoba membantah katakata
kakeknya.
"Hmh!” tiba-tiba Liu Yang Kun terbatuk.
"Tuan.......?" Si Nelayan Miskin berdesah kaget lalu
bergegas menghampiri pemuda itu.
Liu Yang Kun menggeliatkan tubuhnya, kemudian bangkit
berdiri. "Pasanglah layarmu, paman! Aku sudah cukup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beristirahat. Biarlah aku ke haluan untuk membantu kau
memasang jaring."
"Tuan.....! Kau....kau.... beristirahatlah! Aku.... aku....
tidak......"
"Sudahlah! Tidak baik berbantah di atas perahu ini.
Memang benar sekali apa yang dikatakan oleh kakek itu. Kita
harus bisa menyabarkan hati kita sendiri." Liu Yang Kun
bergumam seperti kepada dirinya sendiri.
"Huh..... lagaknya! Mentang-mentang bernama besar, lalu
bersikap acuh dan meremehkan orang lain." Si Buruk Rupa
bersungut-sungut mendengar sindiran itu.
Liu Yang Kun tertegun. Kakinya berhenti melangkah.
Namun demikian pemuda itu tidak menjawab atau menoleh
sama sekali. Pemuda itu cuma menghela napas berat seraya
mengangguk-anggukkan kepalanya. Di dalam hatinya pemuda
itu memahami situasi yang dihadapinya.
"Benar juga dugaanku tadi. Orang itu sedang melakukan
sesuatu yang tersembunyi. Mungkin mereka sedang memata
matai aku. Mereka tahu siapa aku. Sebaliknya..... aku tidak
tahu siapa mereka. Hmmh! Aku harus meningkatkan
kewaspadaanku."
Sementara itu kakek Lo telah menarik lengan cucunya.
Orang tua itu tampak menjadi marah sekali karena
peringatannya tidak diindahkan oleh Si Buruk Rupa.
"A Hek! Kau masih mau mendengarkan kata-kataku tidak?
Kalau tidak........hmmhh, aku akan pergi! Kita berpisah saja
sampai disini!" dampratnya gusar.
Di dalam kemarahannya kakek Lo tampak membuka
kelopak matanya, sehingga kedua lobang matanya yang
kosong melompong itu kelihatan sangat mengerikan.
"Kakek.....!" tiba-tiba Si Buruk Rupa itu menjerit dan
menghambur ke dalam pelukan kakeknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Untuk sesaat Liu Yang Kun menjadi kaget mendengar
jeritan A Hek. Mengapa suara Si Buruk Rupa itu menjadi
sangat nyaring? Demikian hebat dan tinggikah Iwee-kangnya?
Otomatis pemuda itu membalikkan tubuhnya. Dipandangnya
kedua orang cacat itu baik-baik. Terutama Si Buruk Rupa yang
bernama A Hek itu.
Tapi pemuda itu tidak menemukan keanehan pada diri
mereka. Selain cacat muka pada diri A Hek dan cacat mata
pada kakek Lo, semuanya tampak biasa-biasa saja. Oleh
karena itu Liu Yang Kun lalu membalikkan badannya lagi dan
meneruskan langkahnya ke haluan. Pemuda itu lalu membantu
si nelayan miskin memasang jalanya.
"Tuan.....?" nelayan itu mencoba mencegahnya.
"Sudahlah, paman. Kaupasanglah layarnya ! Biarlah aku
yang mengerjakan jala-jala ini .........."
Demikianlah, malam semakin larut. Tengah malam pun
telah berlalu pula. Angin semakin kencang bertiup, sehingga
perahu kecil itu pun juga semakin cepat pula menyibakkan
gelombang air sungai tersebut. Akibatnya jaring mereka juga
mengembang dengan baik, sehingga ikan pun juga mulai
banyak yang terjaring dan terperangkap di dalam jala mereka.
Si nelayan miskin menjadi heran, tapi juga sangat
bergembira pula. Belum pernah selama ini ia memperoleh
hasil sedemikian cepat dan mudahnya seperti sekarang. Kali
ini seolah-olah ia ditolong oleh Dewa Keberuntungan dengan
menggiring semua ikan-ikan di sungai itu ke dalam jaringnya.
"Bukan main......oh.....bukan main! Tuan, lihatlah! Banyak
benar ikan yang kita peroleh malam ini, hehehe !" Si nelayan
miskin bersorak gembira seraya menumpahkan isi jalanya ke
dalam lantai perahu.
Ikanpun segera berserakan, menggelepar dan berloncatan
di lantai perahu. Ada yang kecil, tapi ada juga yang besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semuanya tampak segar-segar, sehingga menimbuIkan selera
untuk memakannya.
"Paman.....! Aku menjadi lapar melihatnya. Bagaimana
kalau kita menyiapkan makan dengan lauk ikan itu?” Liu Yang
Kun mengajukan usul sambil menelan ludahnya.
Jilid 23
"Setuju!" mendadak A Hek berseru tak terasa, sehingga
semuanya tersenyum di dalam hati.
"Baik tuan. Kalau begitu aku akan memasaknya. Tapi
tolonglah awasi jaringku! Angkat saja kalau sudah banyak
isinya!" Si nelayan miskin berseru pula.
Demikianlah, malam itu mereka makan bersama dengan
lauk ikan hasil tangkapan mereka sendiri. Rasa-rasanya perut
Liu Yang Kun menjadi lapar sekali sehingga ia dan si Nelayan
Miskin seperti berlomba menghabiskan hasil masakan
sederhana itu. Sedangkan Si Buruk Rupa yang semula juga
kelihatan bernafsu itu ternyata hanya makan sedikit saja.
Bahkan lebih sedikit dari pada kakeknya malah.
Keesokan harinya perahu mereka tiba di sebuah dusun
besar yang sangat ramai, yang kesibukannya hampir
menyamai kota kecil. Dusun itu disebut orang dusun He-cung
atau Dusun Ikan, karena dusun itu menjadi pusat penjualan
ikan di daerah itu.
Dan sepagi itu pula pasar ikan yang berada di tepian sungai
tersebut telah ramai dengan pedagang-pedagang yang datang
dari luar daerah. Mereka memang telah biasa datang sepagi
mungkin. Bahkan mereka kadang-kadang telah bermalam di
pasar ikan tersebut, agar dengan demikian mereka bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperoleh hasil ikan dari tangan pertama. Sebab
kedatangan para nelayan pencari ikan itu juga tidak
bersamaan. Mereka bisa singgah atau datang ke pasar itu
setelah merasa cukup mendapatkan hasil. Ada yang datang
setelah matahari terbit, tapi ada yang datang juga pada hari
menjelang fajar. Bahkan yang memiliki nasib baik kadangkadang
malah sudah kembali di tengah malam.
Beberapa buah perahu yang tadi malam berlayar di dekat
perahu Si Nelayan Miskin juga sudah tampak berlabuh di pasar
ikan tersebut. Perahu-perahu itu juga sudah dikerumuni para
tengkulak ikan. Seperti halnya perahu Si Nelayan Miskin,
tampaknya mereka juga mendapatkan hasil yang melimpah
pula malam tadi.
Dan kedatangan perahu Si Nelayan Miskin pun segera
disongsong pula oleh para tengkulak itu. Bahkan seorang
diantaranya malah telah mengayuh sampannya yang kecil,
mendahului yang lain, merapat di sisi perahu Si Nelayan
Miskin. Seorang lelaki kurus kecil namun berperut buncit
segera menggapai pinggiran perahu Si Nelayan Miskin dan
meloncat naik. Sedangkan temannya yang bertugas sebagai
pengayuh sampan, segera mengambil tali pengikat
sampannya dan menambatkannya pada perahu Si Nelayan
Miskin.
"Ah, Tuan Coa......?" Si Nelayan Miskin menyambut
kedatangan lelaki kurus itu dengan suara kurang senang
sehingga Liu Yang Kun yang sedang tiduran di bangku perahu
tertarik untuk melihatnya.
"Oho....... apa kabar Ciok Kwan ? Lama benar kau tak
muncul? Kukira kau sudah tidak berani lagi datang kesini.
Apakah kau sudah menyiapkan uang untuk melunasi
hutangmu? Heheheh.....” lelaki kurus berperut buncit itu
menyahut. Suaranya terdengar acuh dan menjengkelkan.
"Hutang? Siapakah yang masih berhutang kepadamu?" Si
Nelayan Miskin yang ternyata bernama Ciok Kwan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersentak marah. "Bukankah Tuan Coa sudah mengambil
seluruh hasil penangkapan ikanku yang terakhir itu? Tuan pun
tahu bahwa hasil itu sebenarnya terlalu banyak untuk
melunasi hutangku kepada Tuan…..”
Tengkulak kurus berperut buncit itu tertawa dingin. "Sudah
lunas? Kau anggap hasil penangkapan ikanmu dulu sudah
cukup untuk membayar hutangmu? Hihihi....... enak benar!
Apa kau lupa bahwa hutang itu harus membayar bunga?
Kausangka hasil penangkapan ikanmu dulu itu sudah cukup
untuk melunasi hutangmu kepadaku?”
Si nelayan miskin atau Ciok Kwan terbelalak matanya.
Tampak benar kalau hatinya sangat penasaran mendengar
perkataan tengkulak ikan itu.
“Bukankah Tuan dulu bilang kalau uang itu bukan hutang,
tapi….. uang muka? Dan uang muka itu Tuan berikan
kepadaku, sebagai ikatan bahwa aku harus menjual semua
hasil penangkapan ikanku kepada Tuan? Mengapa uang muka
itu tiba-tiba berubah menjadi hutang? Bahkan kemudian……
berbunga pula? Dimana ada peraturan seperti itu?”
“Hihi-hihi……..” tengkulak itu tertawa semakin menyakitkan.
“apa bedanya uang muka dan hutang? Pokoknya hasil
penangkapan ikanmu dulu itu belum cukup untuk membayar
hutangmu. Kau baru membayar pokok hutang dan
……..separuh bunganya. Sedang separuh bunganya yang lain
kini telah beranak-pinak pula dalam beberapa bulan ini. Dan
………hmmm……kelihatannya hasil ikanmu sekarang juga
belum cukup untuk melunasinya, hi-hi-hiiii…….”
Wajah Ciok Kwan menjadi pucat seketika. Air matanya
mulai menggenang dan hampir menangis. "Kau...... kau
memang bangsat! K-kau memang bukan manusia !” jeritnya
serak.
"Jangan merajuk! Aku akan memberikan keringanan
kepadamu. Biarlah semua hutang itu kuanggap lunas dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hasil ikanmu kali ini. Lain kali kita bisa mengadakan
perhitungan lagi.”
"Oh...... jangan!" Ciok Kwan berteriak seraya meloncat
menghalang-halangi tengkulak itu.
Tapi dengan sekali hentakan saja Ciok Kwan telah
terpelanting menabrak pagar perahunya. Dan tengkulak itu
lalu menoleh kepada tukang dayung atau pengawalnya.
''Ambil semua ikan Ciok Kwan ini. Masukkan ke dalam
sampan kita!" serunya.
"Jangan! Oh, jangan ambil ikanku .....!" Ciok Kwan merintih
sambil memegangi kepalanya yang berdarah akibat
membentur lantai perahu.
Dengan terhuyung-huyung Ciok Kwan berdiri dan berusaha
mencegah pembantu tengkulak yang bertubuh kokoh kekar itu
mengambil ikan-ikannya. Tapi tentu saja usahanya itu sia-sia
saja. Baru dengan si tengkulak yang berperut buncit saja ia
sudah kalah tenaga, apalagi berhadapan dengan si pengawal
yang berotot kekar itu. Dengan mudah si pengawal itu
mengangkat tubuhnya dan membantingnya di lantai perahu.
"Aouuuugh.....!" Ciok Kwan menjerit, kemudian pingsan.
Darah semakin banyak mengalir dari kepalanya. Bahkan dari
lobang hidungnya pula.
Peristiwa yang berlangsung dengan cepat di atas perahu itu
dapat dilihat dengan jelas oleh setiap orang. Tapi apa daya
mereka? Setiap orang di tempat itu tahu belaka, siapakah
tengkulak ikan she Coa itu? Meskipun mereka merasa kasihan
kepada Ciok Kwan, namun mereka juga tidak berani
menghalang-halangi tindakan orang she Coa itu.
Orang she Coa itu bernama Coa In Lok. Dia merupakan
seorang tengkulak kaya yang licik dan sering menjerumuskan
nelayan ke dalam perangkapnya. Pengawalnya sangat banyak,
terdiri dari orang-orang kasar yang suka membuat onar dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerusuhan. Hampir semua nelayan di daerah itu telah berada
di dalam cengkeraman tangannya, sehingga boleh dikatakan
bahwa para nelayan di daerah itu hanya merupakan orangorang
yang pekerjaannya mencari ikan, sementara hasilnya
adalah Coa In Lok yang berkuasa. Nelayan-nelayan itu hanya
sekedar memperoleh upah atau imbalan, padahal mereka itu
mempergunakan peralatan dan perahu mereka sendiri.
"Hi-hihi-hi........orang lemah seperti kau masih berani
melawan aku. Huh!” Coa In Lok mencemooh seraya
menendang punggung Ciok Kwan yang tak berdaya itu. Lalu
serunya kembali kepada pengawalnya, "Cepat kuras ikan-ikan
ini.......!"
“Baik, Tai-ya (Tuan Besar)…….!”
Tapi tiba-tiba terdengar suara nyaring yang mencegah
mereka. "Tunggu!"
Coa In Lok dan pengawalnya terperanjat. Mereka menoleh
ke arah suara itu berasal. Seorang pemuda bertubuh tinggi
namun agak kurus tampak berdiri bertolak pinggang di haluan
perahu. Matanya yang mencorong dingin itu seolah olah
menyaingi sorot matahari yang baru saja terbit di ufuk timur.
Tajam menyilaukan!
Sekejap bergetar juga perasaan Coa In Lok dan
pengawalnya. Namun ketika tampak belasan orang kawan
mereka di atas sampan di sekitar perahu itu, hati mereka
menjadi besar kembali. Dengan perasaan ditenang-tenangkan
Coa In Lok balas memandang Liu Yang Kun dan kemudian
juga ... kakek Lo serta A Hek yang berwajah mengerikan itu!
Liu Yang Kun memang tidak tahan menyaksikan kekejaman
dan keserakahan Coa In Lok. Dialah yang mengeluarkan suara
tadi. Ia memang terlambat tampil ke depan, karena di dalam
hatinya ia berharap agar supaya kakek Lo dan cucunya itulah
yang tampil ke depan menolong Ciok Kwan. Namun ternyata
harapannya itu sia-sia belaka. Kedua orang itu ternyata cuma
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam saja di tempatnya. Mereka juga menunggu dan melirik
saja kepadanya.
"Hi-hihi-hi...... kau siapa? Mengapa kau mencegah maksud
kami untuk mengambil ikan-ikan ini? Apakah kau keluarga dari
Ciok Kwan?" Coa In Lok bertanya dengan suara yang dibesarbesarkan
agar tidak kentara rasa ketakutannya.
"Aku bukan apa-apanya orang itu, tapi aku muak melihat
kelakuanmu. Tampaknya kamu dan kawan-kawanmu memang
telah biasa bertindak sewenang-wenang begitu. Hmmmh ...
awas kalau nelayan itu sampai mati karena ulah kalian!" Liu
Yang Kun menggeram seraya melangkah ke tempat Ciok Kwan
menggeletak.
"Hi-hihi-hi….lagaknya! Lalu….apa maumu?"
Liu Yang Kun yang hendak lewat di depan Coa In Lok dan
pengawalnya itu mendelik.
"Minggir!" bentaknya. Coa In Lok melirik pengawalnya.
Meskipun sedikit gemetar tapi ia tak beranjak dari tempatnya.
"Jangan berlagak di depanku......!" katanya.
"Bangsat!" Liu Yang Kun mengumpat marah.
Lalu tiba-tiba saja tangan Liu Yang Kun menyambar ke
depan dan setengah detik kemudian pengawal yang hendak
berlagak melindungi Coa In Lok itu telah terangkat tinggitinggi
di udara. Selanjutnya sekali tangan Liu Yang Kun
dikibaskan, tubuh pengawal itu terlempar jauh keluar perahu.
Byuuur! Pengawal itu tercebur ke dalam air.
"Ooh.....???” Coa In Lok terpekik ketakutan. Otomatis ia
melangkah mundur untuk memberi jalan kepada Liu Yang
Kun.
Pada saat yang sama di pinggir sungai terdengar tepukan
riuh para penonton yang menyaksikan peristiwa tersebut.
Rata-rata para penonton itu sangat bergembira melihat orang
yang mereka benci itu dihajar orang. Tapi tepuk tangan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera terhenti pula ketika tiba-tiba muncul beberapa orang
kaki-tangan Coa In Lok di tepi sungai itu.
Orang-orang itu mendelik ke arah penonton, lalu bergegas
mengambil sampan dan bergabung dengan teman-teman
mereka di sekitar perahu Ciok Kwan. Dua orang diantara
mereka lalu meloncat ke atas perahu Ciok Kwan dan
menolong majikan mereka turun ke sampan, setelah itu
mereka memberi aba-aba untuk mengepung perahu Si
Nelayan Miskin itu.
Sekarang para penonton menjadi cemas memikirkan
keselamatan Liu Yang Kun. Semuanya terdiam sambil berdoa
agar supaya orang yang belum mereka kenal itu dapat
menyelamatkan diri dari kekejaman anak-buah Coa In Lok.
Kalau semua orang pada mencemaskan dirinya, sebaliknya
Liu Yang Kun sendiri justru bersikap acuh tak acuh malah.
Sama sekali pemuda itu tak mempedulikan keadaan
sekitarnya. Perhatiannya hanya tercurah kepada Ciok Kwan
yang pingsan.
"Paman.....! Paman.....! Sadarlah! Ikanmu ada di sini…."
Pemuda itu berbisik sambil memijit dan mengurut beberapa
jalan darah di dada dan di leher Ciok Kwan.
“Oooooooh......?" Ciok Kwan mengeluh dan tersadar dari
pingsannya.
"Paman.....? Apakah yang kaurasakan? Katakan! Jangan
takut! Aku ada di dekatmu. Aku siap membantu paman….”
Ciok Kwan membuka matanya. Begitu tahu Liu Yang Kun
ada di sampingnya, tangannya segera mencengkeram lengan
pemuda itu. Matanya memandang dengan penuh harapan.
"Tuan.... oh....... Jangan biarkan bangsat itu merampas
ikanku! Aku tak merasa berhutang kepadanya. Manusia
serakah itu hanya ingin menguasai hasil ikanku," Ciok Kwan
merintih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan khawatir, paman. Aku akan membantumu. Aku
takkan membiarkan mereka mengambil ikanmu. Akan
kubunuh siapa saja yang berani menyentuhnya.”
"Te-terima kasih, tuan. Bangsat itu...... bangsat itu
memang sudah selayaknya mati. Sudah banyak orang yang
dibunuhnya. Sudah banyak orang yang dibuatnya menderita.
Sudah banyak keluarga nelayan yang menjadi korbannya.
Dia...... dia memang patut mati."
Liu Yang Kun menggeretakkan giginya. Wajahnya terangkat
dan matanya yang mencorong mengerikan itu mencari Coa In
Lok. Namun keningnya segera berkerut. Ia tidak mendapatkan
si tengkulak busuk itu di tempatnya. Sebaliknya pemuda itu
malah melihat belasan manusia kasar mengepungnya. Mereka
berada di atas sampan sampan kecil di sekeliling perahunya.
Sekali lagi Liu Yang Kun menggeretakkan giginya.
"Benar, paman. Tampaknya orang itu memang sudah ingin
mati. Dia mengerahkan orang-orangnya untuk membakar
perahu kita. Tapi paman tak usah khawatir. Mereka takkan
bisa berbuat apa-apa kepadamu. Di atas perahu ini banyak
orang yang mampu mengusir dan ....... bahkan memusnahkan
mereka itu,” katanya sambil melayangkan pandangannya ke
arah kakek Lo dan cucunya yang diam saja sejak tadi.
Ciok Kwan membelalakkan matanya ketika menyaksikan
belasan lelaki kasar mengepung perahunya dengan obor yang
siap untuk dilontarkan. "To-tolonglah, tuan.....” bisiknya
ketakutan.
“Heii..... Ciok Kwan! Suruh kawanmu itu menyerahkan diri,
lalu tinggalkan perahumu! Kau akan memperoleh
pengampunan dari Tuan Coa!" tiba-tiba terdengar salah
seorang diantara lelaki kasar itu berseru. Dan ketika Liu Yang
Kun memandang, dilihatnya pengawal yang ia lemparkan ke
sungai tadi telah ditolong kawan-kawannya. Tampaknya dia
adalah kepala dari kawanan lelaki kasar itu. Meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaiannya basah kuyup, namun wajahnya tampak merah
padam menahan marah.
"Ba-ba bagaimana ini....... tuan? Me-mere-mereka.. ..
hendak membakar kita semua." Ciok Kwan semakin pucat dan
gugup. Bibirnya gemetaran.
Liu Yang Kun menghela napas panjang, lalu bangkit berdiri.
Otaknya sibuk mencari jalan yang baik untuk mengatasi
keadaan yang dihadapinya. "Aku memang bisa saja
menghabisi mereka. Tapi kalau mereka benar-benar mau
membakar perahu ini memang sulit bagiku untuk
menyelamatkannya. Kecuali kalau kakek Lo serta cucunya itu
mau turun tangan membantuku," pikir pemuda itu seraya
melirik teman seperahunya yang cacat itu.
“Ciok Kwan,... .! Ayo cepat! Apa kau ingin melihat
berkobarnya api dulu di perahumu, heh?" pengawal Coa In
Lok itu mengancam lagi.
Liu Yang Kun menggeram kemudian dengan sangat
terpaksa ia menoleh ke arah kakek Lo dan A Hek. "Nah ... kita
tak mempunyai banyak waktu lagi. Mereka akan segera
membakar perahu kita ini. Terserah kepada ji-wi (tuan
berdua) untuk mengambil sikap. Ji-wi akan tetap berdiam diri
saja, atau........ikut membantu aku menyelamatkan perahu
ini,” katanya dingin.
A hek tetap berdiam diri. Cuma matanya saja yang melirik
ke arah kakeknya. Tampaknya hatinya tetap tak tergoyahkan
juga menyaksikan kekejaman Coa In Lok terhadap Ciok Kwan
tadi.
Tampaknya perasaannya juga sekejam wajahnya yang
buruk itu.
"Baiklah, siauw-hiap. Kami berdua akan membantumu
menyelamatkan perahu ini. Bagaimanapun juga kami masih
membutuhkan perahu ini sampai di Cin-an nanti," akhirnya
kakek Lo yang menjawab.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus. Kalau begitu kuserahkan keselamatan perahu ini
kepada ji-wi. Aku akan menghadapi orang-orang itu,” sahut
Liu Yang Kun lega.
"Bagaimana, Ciok Kwan....? Kuhitung sampai lima, kalau
kau tetap berdiam diri...... aku akan memerintahkan untuk
membakar perahumu. Nah, satu.....dua.....tiga......?" Pengawal
itu mulai menghitung.
"Bangsat! Pergi kalian dari sini!” Liu Yang Kun memotong
dengan suara menggeledek. Lalu kakinya menjajal lantai dan
tiba-tiba saja tubuhnya 'terbang' menyerang.
"Aaaaah.........??"
Untuk sekejap semua orang tertegun dan berdesah kaget
menyaksikan kehebatan gin-kang Liu Yang Kun itu. Namun
bagi orang-orang Coa In Lok rasa kaget itu segera berubah
menjadi rasa cemas yang Iuar biasa pula. Dalam sekejap itu
juga mereka segera menyadari bahaya yang hendak
mengancam mereka. Terutama si pimpinan pengawal Coa In
Lok yang secara langsung mendapat serangan Liu Yang Kun
tersebut.
"Cepat menghindar.........!!" tangan kanan Coa ln Lok itu
berteriak parau seraya bergegas melompat ke sampan yang
lain.
Orang-orang yang satu sampan dengan dia pun cepat
melompat pula ke sampan yang lain. Meskipun demikian
sambil melompat tidak lupa mereka menyambut kedatangan
Liu Yang Kun dengan melemparkan obor yang ada di tangan
mereka pula.
Wuuuut! Wuuuut! Braaaak!
Dengan mudah obor-obor itu ditepiskan Liu Yang Kun
sehingga obor tersebut pecah dan apipun bertebaran kemana
mana membakar minyak yang tertumpah dari dalamnya!
Sebaliknya di dalam kemarahannya Liu Yang Kun segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerahkan lwee-kang ke kakinya, sehingga ketika ia
mendarat di atas sampan si pengawal yang kosong itu, maka
tiada ampun lagi sampan tersebut hancur berantakan!
Belasan anak buah Coa In Lok itu semakin merasa kaget
dan cemas menyaksikan kelihaian Liu Yang Kun. Mereka
benar-benar tidak menyangka kalau pemuda itu sedemikian
hebat kepandaiannya.
"Lemparkan obor......!" dalam ketakutannya pemimpin
pengawal Coa In Lok itu berteriak.
Sesaat kemudian, bersamaan dengan melentingnya kembali
tubuh Liu Yang Kun dari sampan yang pecah itu, maka
belasan atau bahkan puluhan buah obor pun segera
berterbangan di atas permukaan sungai yang amat lebar
tersebut. Sebagian diantaranya tampak melayang ke perahu
Ciok Kwan, sementara yang sebagian lagi tampak menyerang
tubuh Liu Yang Kun.
Tapi baik Liu Yang Kun maupun kakek Lo segera beraksi
pula. Mati-matian mereka menghalau obor itu. Dengan kaki
dan tangannya, atau kadang-kadang dengan pukulan jarak
jauhnya Liu Yang Kun meruntuhkan obor-obor itu, sementara
kakek Lo mengayunkan tongkatnya kesana-kemari menghalau
obor-obor yang hendak menimpa perahunya. Meskipun buta
ternyata kakek tua itu hampir bisa menangkis semua obor
yang datang. Sementara obor yang dapat lolos dari
tongkatnya segera dipungut oleh A Hek untuk dilempar
kembali kepada pemiliknya.
Alhasil di atas sungai itupun segera berlangsung perang
obor yang sangat mengasyikkan! Para penonton yang
memadati pinggiran sungai itu segera bersorak-sorak riuh.
Apalagi ketika mereka menyaksikan orang-orang Coa In Lok
yang tak mereka sukai itu tampak kewalahan menghadapi Liu
Yang Kun yang ‘beterbangan’ seperti burung walet diatas
sampan-sampan itu. Bahkan sambil menyambar-nyambar Liu
Yang Kun dapat melumpuhkan lawannya satu persatu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa buah sampan tampak pecah atau terbalik ketika
dilewati pemuda itu.
Namun kegembiraan para penonton segera berubah
menjadi ketegangan yang luar biasa ketika ‘perang api’ itu
berubah menjadi ‘pesta kebakaran’ diatas sampan-sampan
tersebut, yang kemudian bahkan ke sampan-sampan dan
perahu-perahu yang sedang berlabuh di tepi sungai tersebut.
Penonton pun segera bubar berlarian menyelamatkan diri.
Penonton yang merasa memiliki perahu atau sampan di tepian
sungai itu pun bergegas pula dengan sekuat tenaga untuk
menyelamatkan miliknya tersebut dari kobaran api. Tak
seorang pun lagi yang memperhatikan atau menonton
pertempuran diatas sungai. Semua perhatian hanya tertuju
kepada api yang mengamuk di tepian sungai tersebut.
“Gila! Tak kusangka semuanya akan jadi begini! Tak
kusangka tumpahan dan percikan minyak obor itu bisa
menimbuIkan kebakaran besar seperti ini.” Liu Yang Kun
mengeluh kesal sambil berloncatan menyelamatkan dirinya.
Tangan kanannya tampak menjinjing tubuh Ciok Kwan yang
juga telah berhasil ia selamatkan dari kobaran api itu pula.
Namun pemuda itu tak tahu bagaimana nasib kakek Lo dan A
Hek.
Demikianlah, sepagi itu penduduk dusun tersebut telah
disuguhi ‘pesta api’ yang sangat menggemparkan. Ternyata
tak seorangpun yang mampu menjinakkannya, meskipun
kebakaran itu berlangsung diatas sungai yang berlimpah
airnya. Hanya beberapa buah perahu saja yang selamat.
Itupun karena mereka ditambatkan agak jauh dari tempat
kebakaran, sehingga lidah api yang berkobar-kobar itu tak
kuasa menjilatnya.
Dari belasan anak buah Coa In Lok itu ternyata hanya
empat orang yang bisa menyelamatkan diri. Itupun dengan
luka-luka bakar yang hampir menghancurkan seluruh kulit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuh mereka. Sedangkan pengawal-pengawal yang lain telah
tewas dan tenggelam bersama sampan-sampan mereka.
Dan kini diatas sungai tersebut tinggallah bekas-bekas
rongsokan perahu dan sampan, yang terapung berserakan
diantara genangan minyak yang belum terbakar. Perlahanlahan
mereka hanyut didorong aliran air sungai. Di beberapa
tempat masih tampak asap mengepul dari kayu-kayu yang
belum sepenuhnya padam dari cengkeraman api.
Liu Yang Kun membawa Ciok Kwan ke pinggir.
Diletakkannya tubuh nelayan yang pingsan itu di bawah
sebuah pohon yang rindang. Pemuda itu sengaja mencari
tempat yang agak jauh dari tempat kebakaran tadi.
“Tuan......? Apakah tuan yang bernama Tuan Chin atau
Tuan Liu?" Tiba-tiba seorang nelayan setengah baya muncul
dari balik semak-semak dan menegur Liu Yang Kun. Dengan
agak takut-takut nelayan itu mendekat.
Otomatis Liu Yang Kun meningkatkan kewaspadaannya.
Matanya menatap nelayan itu dengan tajamnya.
"Benar. Lo-pek siapa.......? Mengapa mengetahui namaku?"
Liu Yang Kun menjawab hati hati.
"Ooh....!" nelayan yang baru datang itu berdesah lega.
"Aku sudah menduganya sejak tadi. Sejak tuan mulai datang
dan berselisih paham dengan tuan Coa itu. Apalagi seseorang
telah mengatakan ciri-ciri tuan......”
Nelayan itu lalu mengeluarkan secarik kertas dari saku
bajunya.
“Tuan Chin..... Seseorang telah menitipkan surat kepadaku.
Dia minta agar aku mau menyerahkan surat itu kepada tuan.
Dan...... inilah surat itu!" katanya sambil menyerahkan kertas
surat itu kepada Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan agak ragu-ragu Liu Yang Kun menerima kertas itu,
kemudian membukanya. Hatinya segera berdesir keras ketika
terbaca tulisan 'Teman Lama' di akhir surat itu.
“Ah……si sastrawan itu lagi !” Liu Yang Kun berdesah
seraya membaca isi surat tersebut.
Saudara Chin,
Berhati-hatilah di dusun yang tampaknya kecil ini! Jangan
sekali-kali berurusan dengan Coa In Lok, seorang tengkulak
kaya yang amat berpengaruh di daerah ini ! Maaf, terus
terang aku belum bisa menjelaskan alasan-alasannya, karena
aku sendiri juga belum sempat menyelidikinya. Namun yang
terang orang itu sangatlah berbahaya. Dia sendiri tidak bisa
silat, tapi dia mempunyai hubungan dengan seorang tokoh
yang sangat berbahaya dari dunia persilatan!
Teman Lama
"Hmm...... sudah terlambat! Aku sudah terlanjur berurusan
dengan tengkulak kaya itu. Bahkan aku sudah mengobrakabrik
para pengawalnya." Liu Yang Kun bergumam begitu
selesai membaca surat itu. Lalu katanya kepada nelayan yang
membawa surat itu,”Lo-pek! Kapan surat ini dititipkan
kepadamu? Kau kenal siapa nama orang itu?”
Nelayan setengah baya itu menggelengkan kepalanya.
"Saya belum pernah melihat atau mengenalnya, tuan. Saya
baru melihatnya ketika dia datang menitipkan surat itu di pagipagi
buta tadi," jawabnya perlahan.
“Di pagi buta? Apakah dia juga naik perahu?"
“Ya. Tapi perahu itu hanya singgah sebentar. Cuma
menambah perbekalan dan menjual hasil ikannya yang tidak
begitu banyak. Tampaknya pemilik perahu itu sangat tergesagesa.
Dan sementara para pekerja menurunkan ikan dari
perahu, nona itu datang mendekati aku dan ...... menitipkan
surat itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona.......?" Liu Yang Kun tersentak kaget. "Dia.......
seorang gadis? Dia bukan seorang pemuda tampan
berpakaian sastrawan?"
Saking kagetnya mendengar penuturan nelayan itu, Liu
Yang Kun sampai lupa diri. Tangannya mencengkeram pundak
nelayan tersebut, sehingga orang itu sampai menjerit
kesakitan. Untunglah pemuda itu tidak mengerahkan tenaga
saktinya.
“Eh-oh... maaf, lo-pek.... aku tak sengaja. Aku betul-betul
kaget ketika kaukatakan bahwa orang yang menitipkan surat
itu adalah seorang gadis. Aku benar-benar tak
menyangkanya.” Sambil mengusap-usap pundaknya yang
masih terasa sakit, nelayan itu mengangguk-angguk. “Tak
apa, tuan, tampaknya tuan memang betul-betul terkejut
mendengar keteranganku tadi. Dan agaknya tuan juga belum
mengenal nona cantik itu."
"Nona cantik....?" Liu Yang Kun menegaskan.
"Benar. Nona itu memang cantik sekali......”
"Oooooh......!” Liu Yang Kun berdesah.
Pemuda itu lalu duduk lemas di tanah. Pikirannya menjadi
kacau. Benar-benar kacau. Manakah sebenarnya keterangan
yang betul? Keterangan yang diberikan oleh pelayan rumah
penginapan itu atau keterangan nelayan separuh baya ini?
Mengapa keterangan mereka tentang 'teman lama' itu sangat
berbeda?
Manakah yang benar, seorang pemuda tampan berpakaian
sastrawan ataukah seorang gadis muda yang cantik sekali?
Si nelayan pembawa surat itu menjadi kikuk juga
menyaksikan Liu Yang Kun hanya terdiam dan termenung saja
setelah membaca surat yang dibawanya itu. Oleh karena itu
diam-diam ia melangkah mundur dan pergi dari tempat
tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Uuuuuuh......?!” tiba-tiba Ciok Kwan yang pingsan itu
mengeluh sadar.
Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya. Matanya
nyalang mencari nelayan yang membawakan surat untuknya
itu. Tapi ia tak menemukannya. Orang itu telah pergi.
Sebaliknya ia melihat Ciok Kwan telah siuman dari pingsannya.
Nelayan miskin yang kini juga telah kehilangan perahunya
pula itu tampak bangkit dari tidurnya.
Dan begitu sadar orang itu segera teringat perahunya.
“Oh…..oh….. perahuku? Perahuku …..? di-di-dimana….dia?”
jeritnya parau dengan wajah pucat pasi. Matanya tampak
melotot memandang Liu Yang Kun dengan sinar mata putusasa.
Liu Yang Kun tak kuasa menatap wajah itu lama-lama. Ia
mengerti perasaan nelayan miskin itu. Hatinya ikut menyesal
pula. Dan ia merasa turut bertanggung-jawab atas hilangnya
harta-benda satu-satunya dari keluarga miskin itu.
“A-a-apa...... apakah ia turut terbakar........?" orang tua itu
berkata pula hampir menangis.
Liu Yang Kun terdiam bingung serta tak tahu harus
menjawab bagaimana. Ia tak ingin melihat sinar penderitaan
dan keputus-asaan di wajah orang yang telah kenyang dengan
kesengsaraan hidup itu. Tapi bagaimana ia harus
mengembalikan perahu yang sudah musnah terbakar itu?
Tak terasa pemuda itu menggeram. “Aku harus
mendapatkan gantinya! Persetan dengan peringatan 'Teman
Lama' itu. Aku akan menuntut Coa In Lok! Dialah biang keladi
semua kejadian ini! Huh!”
“Tu-tuan bilang a-a-apa…….?” Ciok Kwan tergagap
meminta penjelasan.
Sekali lagi Liu Yang Kun menggeram. Kini lebih keras.
"Paman, kau tak usah khawatir karena.....kehilangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perahumu. Aku akan mencarikan gantinya! Kau tunggulah
disini, aku akan ke rumah tengkulak busuk itu!"
Bukan main terkejutnya Ciok Kwan! “ja-ja-jangan...... tuan!
Dia.....dia...?"
Tapi sambil mendengus dingin Liu Yang Kun telah
berkelebat pergi dari tempat itu. Lapat-lapat masih terdengar
suara ancamannya!
"Paman tak usah takut! Lihat saja! Kalau bangsat busuk itu
tak mau mengganti semua kerugianmu, hmmh…… seluruh
harta bendanya juga akan terbakar musnah seperti perahumu
itu!”
“Ooooh!” Ciok Kwan berdesah ngeri.
Sekejap saja Liu Yang Kun telah berada di tepian sungai itu
kembali. Dan dilihatnya orang-orang masih ribut mengurusi
bekas-bekas kebakaran tadi. Sebagian dari mereka tampak
mengangkuti barang-barang yang masih dapat diselamatkan
dari amukan api. Sementara yang lain lagi tampak sibuk
mengumpulkan dan merawat mayat-mayat yang terapung di
atas sungai. Mereka kelihatan sibuk dan bekerja tanpa pamrih,
seakan-akan mereka semua telah melupakan kebencian
mereka kepada orang-orang yang sering berlaku kejam
terhadap mereka itu.
Dan semuanya segera terperanjat serta berdebar-debar
hatinya begitu melihat Liu Yang Kun! Sama sekali mereka tak
menyangka kalau pemuda itu kembali lagi. Mereka mengira
kalau pemuda itu telah jauh meninggalkan dusun mereka.
“Tuan.....? Eh.......mengapa tuan kembali lagi ke sini?"
seorang nelayan tua segera menegurnya. Wajahnya tampak
cemas.
“Benar! Mengapa tuan kembali lagi! Pergilah cepat!
Sebelum Tuan Coa datang lagi dengan seluruh kekuatannya !”
yang lain datang pula memperingatkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Betul, tuan. Tuan jangan membahayakan diri tuan sendiri.
Kami seluruh penduduk desa ini sudah sangat berterima kasih
sekali melihat sepak terjang tuan tadi. Sekarang tuan harus
lekas-lekas meninggalkan dusun ini! Tuan tak usah menentang
seluruh kekuatan Tuan Coa yang amat kuat itu. Tengkulak
busuk itu sudah cukup mendapat pengajaran....." seorang
nelayan berambut putih ikut pula memberi peringatan.
Liu Yang Kun tersenyum sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. Ia mengucapkan rasa terima kasih atas perhatian
mereka. Namun demikian ia juga menyatakan bahwa dirinya
tak berniat untuk pergi meninggalkan desa itu sebelum
semuanya menjadi beres. Bahkan dengan suara tegas ia
menanyakan tempat tinggal Coa ln Lok.
"Biarlah kuselesaikan sekalian urusanku dengan dia itu agar
dia tak membalas dendam kepada penduduk yang tak
bersalah! Kalau perlu akan kubasmi habis semua kakitangannya,
sehingga dusun yang ramai ini menjadi aman...!”
katanya menambahkan.
Ucapan pemuda itu segera disambut dengan gembira oleh
orang-orang itu. Mereka telah menyaksikan sendiri kehebatan
dan kesaktian pemuda itu. Meskipun demikian ada juga
diantara mereka yang merasa sangsi atas keberhasilannya,
karena bagaimanapun juga mereka telah menyaksikan
kekuatan Coa In Lok dan anak-buahnya yang banyak itu.
Setelah puluhan tahun keluarga tengkulak kaya itu berkuasa di
daerah mereka.
Tapi sorak-sorai gembira itu segera terdiam ketika belasan
orang lelaki kasar mendatangi tempat itu. Bahkan beberapa
orang yang berhati kecil telah berlari lintang-pukang
menyelamatkan diri. Sementara yang lain, yang tak sempat
lari, tampak gemetaran kakinya. Mereka memandang
kedatangan lelaki-lelaki kasar itu dengan wajah pucat seperti
mayat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun membalikkan tubuhnya. Dipandangnya
belasan lelaki yang datang itu, dan ia segera bisa menebak
siapa yang telah datang. Otomatis tangannya terkepal.
Matanya menyala.
Seorang diantara kawanan lelaki kasar itu maju ke depan.
Wajahnya yang tinggi besar, dengan cambang dan jenggotnya
yang lebat itu sungguh membuat orang menjadi segan dan
takut.
Dan perhatian orang itu segera tertuju kepada Liu Yang
Kun, karena sikap dan penampilan pemuda itu sama sekali lain
dengan orang-orang yang ada di tempat itu. Kalau semua
orang tampak pucat ketakutan, sebaliknya pemuda itu
kelihatan tenang-tenang saja. Bahkan pada raut mukanya
menampakkan wibawa atau perbawa yang menggetarkan hati
siapapun yang menghadapinya. Tak terkecuali si tinggi besar
yang berjenggot lebat itu!
Sementara itu hari telah semakin siang. Matahari telah
merangkak semakin tinggi. Perahu pun semakin banyak yang
berdatangan pula. Dan rata-rata semuanya menjadi kaget dan
heran menyaksikan bekas-bekas kebakaran di tempat itu.
Apalagi ketika melihat mayat mayat yang bertebaran di segala
tempat.
Diantara perahu-perahu yang datang tampak pula sebuah
perahu penumpang yang tiba dari arah hilir atau dari kota Cinan.
Kelihatannya perahu penumpang itu hendak singgah dulu
sebelum melanjutkan perjalanannya ke kota An-lei. Seorang
lelaki gagah berusia empatputuh lima tahunan ikut turun dari
atas perahu tersebut. Di belakangnya berjalan juga dua orang
pengawal yang umurnya juga sebaya dengan lelaki itu.
Yang agak mengherankan pada orang-orang itu adalah
kulit mereka. Ketiga-tiganya memiliki kulit yang amat pucat
seolah-olah tak berdarah. Sementara sinar mata mereka
tampak ganjil dan mengerikan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seperti halnya para penumpang yang turun dari perahu itu,
maka ketiga orang itu pun juga berjalan mendekati Liu Yang
Kun yang sedang menantikan kedatangan lelaki-lelaki kasar
tersebut. “Hmmh..... kaukah yang telah membikin onar dan
membunuh beberapa orang teman kami?" si tinggi besar
bercambang lebat itu menghardik Liu Yang Kun. Liu Yang Kun
menyeringai dan menganggukkan kepalanya. "Benar! Dan
sungguh kebetulan sekali kalian datang kesini, sehingga tak
perlu berpayah-payah mencari rumah majikanmu,” jawab
pemuda itu tak kalah kakunya.
“Maksudmu.....?" si tinggi besar itu tersentak kaget dengan
suara bergetar.
“Maksudku? Hmmh! Antarkan aku ke rumah Coa In Lok
keparat itu! Aku hendak membuat perhitungan dengan dia!”
Liu Yang Kun menggeram dengan suara menggeledek.
"Bangsat......!!" si tinggi besar itu mengumpat.
Tiba-tiba kawanan lelaki kasar itu menebar dan masingmasing
juga telah mencabut senjatanya. Mereka mengepung
Liu Yang Kun. Dan orang-orang yang berada di tempat itupun
segera berlarian menyingkir. Begitu pula dengan tiga orang
lelaki pucat itu. Mereka juga menyingkir, meskipun tidak
berlarian seperti yang lain. Mereka melangkah dengan tenang.
Bahkan di wajah mereka tersungging senyuman gembira
melihat tontonan kekerasan yang hendak berlangsung di
depan mereka itu.
“Minggir.....!" beberapa orang diantara lelaki kasar itu
menggertak melihat langkah mereka yang pelan itu.
"Kurang......" salah seorang dari kedua pengawal lelaki
gagah itu hendak mengumpat, tapi cepat dicegah oleh lelaki
gagah tersebut.
"Ssssst.......biarkan saja! Kita lihat dulu keramaian ini!"
lelaki gagah itu berkata, lalu menarik lengan kedua
pengawalnya ke pinggir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, su-heng........ dia...?” pengawal itu mencoba
membela diri.
Tapi belum juga pengawal itu menyelesaikan kata-katanya,
beberapa orang lelaki kasar yang membentaknya itu tiba-tiba
mendelik dan kemudian jatuh tertelungkup diatas tanah. Kulit
tubuh mereka tiba-tiba juga berubah menjadi putih pucat
seperti kapur, sementara dari lobang mulut, hidung dan
telinga mereka mengalir darah segar. Mereka tewas dengan
mengerikan!
Tentu saja lelaki gagah itu menjadi kaget. Sambil
menggamit lengan pengawalnya ia berbisik. "Hei, Nyo-su-te ..
..? Kenapa orang itu? Diam-diam kau telah melepaskan Jarum
Cit-hoan tok-ciam (Jarum Beracun Tujuh Langkah) ya?"
"Maaf, Kim su-heng......aku tak sengaja," bisik orang yang
disebut Nyo-sute itu sambil menundukkan kepalanya.
Orang yang ketiga dari mereka itu segera menengahi.
"Sudahlah, Kim suheng….Nyo su-heng telah terlanjur berbuat
dan ia sudah mengakui kesalahannya. Maafkanlah dia,"
katanya dengan berbisik pula. Kemudian sambungnya lagi.
“Dan.....kukira orang-orang itu juga tidak tahu kalau yang
membunuh kawan-kawan mereka adalah Nyo su-heng."
“Hmmmh.....kuharap memang demikian. Tapi siapa tahu
ada orang yang bisa melihatnya? Misalnya pemuda jangkung
itu?" lelaki gagah itu menggeram tertahan seraya melirik Liu
Yang Kun. "Dan sebenarnya aku juga tidak peduli kalau Nyo
sute itu suka membunuh orang. Kukira selama ini aku juga tak
pernah melarang atau menghalang-halanginya. Tapi saat ini
kita sedang bertugas mencari dan melacak tempat tinggal suhu.
Kalau belum-belum kita sudah membikin onar di daerah
yang kita tuju, bagaimana kita bisa menemukan orang tua
itu?"
Sebenarnyalah bahwa orang-orang Coa In Lok itu tiada
yang tahu persis siapa yang membunuh teman-teman mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Bahkan mereka itu, terutama si tinggi besar bercambang
lebat itu cenderung untuk menuduh bahwa Liu Yang Kun lah
yang telah menewaskan kawan-kawan mereka tersebut.
"Bangsat pembunuh! Kau memang licik dan kejam luar
biasa!" teriaknya seraya menyerang Liu Yang Kun dengan
golok besarnya.
Tetapi Liu Yang Kun yang tahu siapa sebenarnya
pembunuh orang-orang Coa In Lok itu juga tidak
mempedulikan tuduhan tersebut. Bahkan tiba-tiba pemuda itu
juga tidak berselera untuk melayani orang-orang kasar itu.
Perhatiannya tiba-tiba terpusat pada tiga orang misterius itu!
Namun karena ia diserang oleh si tinggi besar, bahkan
kemudian juga diikuti pula oleh kaki tangan Coa In Lok yang
lain, maka pemuda itu terpaksa harus bergerak pula untuk
melayani serbuan mereka. Untunglah kawanan lelaki kasar
pimpinan si tinggi besar tersebut tidak banyak bedanya
dengan kawanan pengawal yang dibawa oleh Coa In Lok tadi
pagi. Mereka hanyalah orang-orang kasar yang mengandalkan
kekuatan otot belaka. Jikalau mereka memiliki ilmu-silat,
itupun juga hanya sekedar ilmu siLat biasa pula, yang tidak
mempunyai keistimewaan atau kehebatan yang pantas untuk
ditakuti. Apalagi oleh Liu Yang Kun yang telah mencapai
tingkat hampir sempurna itu. Sebenarnya tanpa
menghindarpun senjata orang-orang itu takkan mampu
menggores atau melukai kulit daging Liu Yang Kun. Hanya
saja pemuda itu memang tak ingin pakaiannya menjadi rusak
oleh sabetan-sabetan senjata mereka.
Demikianlah, sambil melayani keroyokan orang-orang Coa
In Lok, diam-diam Liu Yang Kun tak pernah melepaskan
perhatiannya kepada tiga orang yang mencurigakan itu.
"Ketiga orang itu tentu memiliki kesaktian yang sangat
hebat. Dan yang jelas orang itu suka menggunakan racun
pula. Aku harus berhati-hati bila berhadapan dengan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apalagi kelihatannya mereka bertiga juga bukan orang baikbaik,”
pemuda itu berkata di dalam hatinya.
Akhirnya pemuda itu menjadi bosan juga melayani orangorang
Coa In Lok itu. Ketika kemudian ia meningkatkan ginkangnya,
maka kawanan manusia kasar itupun segera menjadi
bingung dan kehilangan lawan. Mereka lalu menyerang
dengan ngawur sehingga yang terjadi kemudian adalah saling
gebuk diantara mereka sendiri. Korbanpun segera berjatuhan.
Dan pertempuran itupun segera berhenti pula dengan
sendirinya. Ternyata mereka menjadi sadar bahwa mereka
telah terhanyut dalam pertempuran diantara mereka sendiri,
sementara lawan yang harus mereka hadapi justru telah tiada
diantara mereka. Pemuda yang mereka keroyok itu sudah
berdiri tenang di pinggir arena.
Tentu saja kenyataan itu telah membuka pikiran mereka.
Sekarang mereka menyadari bahwa pemuda yang hendak
mereka tangkap itu sebenarnya memiliki ilmu silat yang sangat
tinggi, yang tidak mungkin dapat mereka lawan. Satu-satunya
jalan hanyalah meninggalkan tempat itu dan melaporkannya
kepada Coa In Lok, majikan mereka.
"Nah.....bagaimana sekarang? Mau tidak mengantarkan aku
ke rumah majikanmu? Atau...... kalian ingin melanjutkan lagi
permainan ini?" dari pinggir arena Liu Yang Kun berseru
kepada mereka.
“Ba-baiklah.......! Marilah tuan kami antar ke sana......!"
akhirnya si lelaki tinggi besar bercambang lebat itu menjawab
lemah. Segores luka tapak memerah di atas punggungnya,
akibat senjata temannya sendiri yang tak sengaja.
Si tinggi besar itu lalu memerintahkan anak-buahnya untuk
merawat dan membawa teman-temannya yang mati ataupun
terluka beserta mereka. Kemudian ia berjalan mendahului,
setelah lebih dahulu mempersilakan Liu Yang Kun untuk
mengikutinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun melirik sekejap ke arah tiga orang asing yang
dicuriganya itu, kemudian melangkah mengikuti rombongan
kaki tangan Coa In Lok tersebut. Dan penduduk yang berada
di tepian sungai itupun lantas bubaran pula, sementara yang
belum menyelesaikan pekerjaannya segera melanjutkan lagi.
Cuma sekarang mereka tinggal membersihkan bekas-bekas
kebakaran itu saja, karena mayat-mayat kaki tangan Coa In
Lok sudah dibawa serta kawanan manusia kasar anak-buah
tengkulak kaya itu.
"Hei..... lalu bagaimana dengan kita bertiga, Kim su-heng?"
salah seorang diantara tiga orang asing itu tiba-tiba berbisik
kepada yang lain. Dan orang yang diajak berbicara itu tampak
mengerutkan keningnya. "Hmm......bagaimana, ya?
Bagaimanakah kalau menurut pendapatmu, Tang su-te?” lelaki
gagah itu balik bertanya.
Saudara termuda yang dipanggil dengan sebutan 'Tang sute'
itu juga mengerutkan dahinya pula. “Wah, kalau
aku….menurut saja semua keputusan Kim su-heng dan Nyo
su-heng. Uh, bagaimana pendapatmu, Nyo suheng?”
Orang yang tadi telah membunuh beberapa orang kakitangan
Coa In Lok dengan jarum Ci-hoan-tok-ciam itu juga
mengangkat pundaknya. "Akupun terserah kepada Kim suheng.
Dialah yang tertua diantara kita bertiga. Dan dia pula
yang menjadi wakil su-hu selama beliau pergi." jawabnya
pelan.
"Baiklah........baiklah! Kalau begitu kita ikuti saja
rombongan orang-orang itu tadi. Sambil melihat-lihat
keramaian, kita menyelidiki daerah ini. Kata su-hu ia berada di
sekitar dusun ini,” lelaki gagah Itu akhirnya memutuskan.
"Kalau begitu......marilah kita cepat berangkat! Mereka
keburu hilang dari pandangan kita,” orang yang disebut Tang
su-te itu menyahut dengan cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bergegas ketiga orang asing itu mengejar rombongan Liu
Yang Kun. Seperti yang mereka ucapkan tadi, mereka berjalan
sambil melihat-lihat suasana di sekeliling mereka. Sungguh
sangat kebetulan bagi mereka, karena rombongan Liu Yang
Kun itu berjalan dengan lambat.
“Heran benar aku. Mengapa su-hu harus pergi jauh-jauh ke
sini kalau cuma untuk mengobati luka-lukanya? Mengapa
beliau tidak tinggal di rumah saja bersama kita? Bukankah
dengan demikian beliau akan mendapatkan pelayanan yang
lebih baik?” orang yang dipanggil dengan sebutan ‘Tang su-te’
itu berkata kepada saudara-saudaranya.
“Benar. Aku sendiri diam-diam juga merasa heran pula di
dalam hati. Tidak hanya sekali ini su-hu mendapat luka di
dalam pertempuran. Tapi baru kali ini aku melihat su-hu
sampai harus bersembunyi dan merahasiakan tempat
tinggalnya hanya untuk mengobati lukanya. Demikian
parahkah lukanya?" orang kedua yang dipanggil dengan nama
Nyo su-heng atau Nyo su-te tadi menambahkan pula.
Orang yang tertua, namun justru yang memiliki perawakan
paling gagah itu, berpaling ke arah adik-adiknya. Terdengar
tarikan napasnya yang panjang ketika ia menyahut ucapan
adik-adik seperguruannya itu.
“Entahlah, su-te...... akupun juga tidak bisa menebak
maksud su-hu. Sejak perselisihan dengan Toa-suheng,
sehingga akhirnya Toa-suheng meninggal, watak su-hu
semakin bertambah aneh. Seakan-akan su-hu tidak bisa
percaya lagi kepada orang lain. Termasuk kepada kita pula."
"Ya, benar. Seperti yang terjadi sekarang ini. Selama
setahun su-hu menghilang. Dan selama itu pula beliau hanya
mengirim pesan dua kali. Pertama pada setengah tahun yang
lalu, ia memberitahukan keadaannya yang gawat dan
keinginannya untuk mengobati luka-lukanya. Kedua, pada
sebulan yang lalu, dimana beliau memerintahkan kepada kita
untuk datang ke dusun ini,” orang kedua, yang disebut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan nama ‘Nyo su-te’ itu menyambung perkataan suhengnya.
Demikianlah, sambil menjaga jarak mereka dengan
rombongan Liu Yang Kun ketiga orang asing itu berbincangbincang
tentang maksud tujuan mereka ke tempat itu. Dan
sementara itu rombongan yang membawa Liu Yang Kun terus
saja menyusuri aliran sungai tersebut ke arah utara. Mereka
melewati perkampungan penduduk yang rumah-rumahnya
berderet memanjang di tepian sungai itu.
Ketika aliran sungai itu kemudian menikung dan membuat
belokan tajam karena membentur tembok tebing yang agak
tinggi, maka kawanan kaki-tangan Coa In Lok itu lalu berhenti
persis di atas tebing itu tampak sebuah bangunan gedung
yang tinggi dan megah. Beberapa orang penjaga tampak
berdiri di pintu halamannya. Itulah rumah keluarga Coa In
Lok!
Seorang dari penjaga itu segera berlari ke dalam begitu
melihat rombongan tersebut, sementara yang lain segera
turun ke tepian sungai untuk menyongsong mereka. Namun
para penjaga itu tampak kaget dan tertegun begitu melihat
keadaan rombongan itu. Untuk beberapa saat lamanya
mereka terdiam menyaksikan mayat teman-teman yang telah
meninggal dunia. Rasa-rasanya hati mereka tidak
mempercayainya karena baru beberapa waktu yang lalu
mereka berkumpul dan bersenda-gurau.
Dari kaget para penjaga itu menjadi heran pula melihat
pemuda yang hendak mereka tangkap itu kini justru berdiri
bebas diantara rombongan tersebut. Bahkan kalau ditilik dari
sikap pemuda itu dan sikap teman-teman sendiri, jelas kalau
pemuda tersebut telah menguasai kawan-kawannya malah.
“Hmnmh...... itukah tempat-tinggal majikan kalian? Bagus
kalau begitu lekaslah kalian beritahu dia, bahwa aku hendak
menjumpainya!" Liu Yang Kun tiba-tiba berseru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Marilah tuan masuk ke dalam. Para penjaga tentu
telah melaporkan kedatangan kita kepada Tuan Coa,” si tinggi
besar menjawab sedikit keras pula. Keberaniannya pulih
kembali setelah berada di sarangnya.
Rumah besar itu memang agak terpisah dengan
perumahan penduduk yang lain. Dan letaknyapun juga di
tempat yang lebih tinggi dari pada tanah di sekitarnya. Sekilas
pandang Liu Yang Kun segera memuji letaknya yang strategis.
Apalagi bangunan tersebut menghadap ke arah tikungan
sungai, sehingga dari atas pendapa dapat dilihat lalu-lintas
perahu dari segala jurusan. Baik yang datang dari arah hulu,
maupun yang datang dari arah hilir. Sementara di belakang
bangunan rumah tersebut adalah lereng bukit yang lebat
dengan pepohonan dan semak belukar.
Untuk mencapai bangunan rumah itu mereka harus
melangkah melalui trap-trap atau tangga, yang dibangun
melingkar lingkar diantara pertamanan penuh bunga.
Indahnya bukan main. Apalagi ketika Liu Yang Kun sudah
menginjak pendapa rumah itu. Dari sana pemuda itu bisa
menyaksikan pemandangan yang amat mempesonakan di
bawahnya.
Aliran sungai yang berkelok-kelok berwarna biru kehijauan.
Perahu-perahu yang beraneka-warna bentuk maupun
rupanya. Tebing-tebing sungai yang berbatu karang
kecoklatan. Dan tetumbuhan yang lebat kehijauan di sekitar
sungai itu. Sementara tiupan anginpun terasa semilir
menyejukkan. Sungguh suatu tempat yang lebih pantas
disebut sebagai tempat peristirahatan dari pada rumah biasa!
“Silahkan masuk, siauw-hiap (pendekar muda) ! Tuan Coa
telah lama menunggumu," tiba-tiba terdengar suara
melengking dari dalam pendapa.
Liu Yang Kun terkejut. "Inilah dia orangnya yang betulbetul
berisi…” gumamnya sambil mengerahkan sin-kangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk melindungi dadanya, karena suara itu terasa mengalun
menggempur pemusatan pikirannya.
"Terima kasih.....!" pemuda itu menjawab.
Dan pemuda itu sengaja mengerahkan lwee-kangnya pula
untuk melawan getaran suara tersebut. Bahkan dengan
kekuatan ilmu yang telah ia kembangkan sendiri dari
lembaran-lembaran yang hilang dari buku peninggalan
mendiang Bit-bo-ong, Liu Yang Kun mampu mengembalikan
serangan-serangan gelombang suara itu ke arah pemiliknya.
"Aaaaah!" terdengar desah kaget dari orang yang berada di
dalam pendapa itu.
Liu Yang Kun menaiki tangga dan kemudian melangkah ke
dalam pendapa. Dengan tenang matanya mengawasi deretan
pengawal yang berjaga-jaga di dalam ruangan itu. Ia berhenti
di depan Coa In Lok yang telah duduk di dalam ruangan itu
pula.
Tengkulak kaya itu berdiri menyambutnya. Namun pemuda
itu tidak begitu mempedulikannya. Ia sedang mencari orang
yang telah menyerangnya dengan gelombang suara tadi.
Gelombang suara yang ternyata mampu menggetarkan isi
dadanya.
“Dimanakah dia? Aku tidak boleh lengah menghadapinya.
Dia mampu mengembangkan ilmu sejenis ilmu Sai-cu Ho kang
(Auman Singa), sehingga ia bisa menyerang lawan tanpa
harus berteriak atau menggeram keras-keras. Dia tentu telah
memiliki tenaga dalam yang sangat sempurna."
Tiba-tiba Liu Yang Kun menjadi tegang. Di pojok ruangan
tampak seorang kakek tampan sedang duduk melenggut di
kursinya. Matanya yang tajam mengerikan itu memandang tak
berkedip kepadanya. Kelihatannya kakek tampan itu juga
terkejut melihat dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Giok-bin Tok ong......?" Liu Yang Kun berbisik seolah tak
percaya.
"Kau.... kau belum mati juga?" kakek tampan yang tak lain
adalah Si jago Silat Nomer Empat di dunia itu berdesah parau
pula.
Ternyata mereka dengan cepat saling mengenali wajah
masing-masing. Meskipun keduanya cuma pernah bertemu
sekali saja, yaitu ketika mereka bertempur di Lembah Dalam
setahun yang lalu, namun keduanya tak mungkin bisa
melupakan wajah masing-masing. Giok-bin Tok-ong tak
mungkin bisa melupakan wajah Liu Yang Kun, seorang
pemuda ingusan yang mampu menandingi bahkan hampir saja
mengalahkannya. Sebaliknya Liu Yang Kun juga tidak mungkin
bisa melupakan orang yang membuatnya terkurung dalam
tanah selama setahun itu. Sementara itu melihat tamunya
sudah saling mengenal dengan Giok-bin Tok-ong, Coa In Lok
diam-diam menjadi bergembira malah. Dia telah mendapat
laporan lengkap tentang Liu Yang Kun dari anak buahnya
bahkan sekilas ia telah melihatnya sendiri tadi pagi. Melihat
kesaktian Liu Yang Kun, diam-diam Coa In Lok justru berharap
dapat menariknya menjadi pengawalnya malah. Ia sama sekali
tidak peduli bahwa pemuda itu telah membunuh mati belasan
anak-buahnya.
"Ah….. jadi tuan telah saling mengenal dengan Giok bin Locianpwe?
Maaf….! Maaf......! Kalau begitu kita semua ini masih
segolongan. Hmm, kalau kami tahu sebelumnya, takkan
terjadi keributan-keributan seperti ini, hi-hi-hi......." Coa In Lok
mulai menjilat dan berusaha mengambil hati Liu Yang Kun.
Tapi tengkulak kaya itu terkejut bukan main ketika kedua
orang tamunya tersebut tiba-tiba mendengus berbareng.
Bahkan Liu Yang Kun kemudian menggeram seraya
mengepalkan tinjunya. Pemuda itu tampak menatap Giok-bin
Tok-ong dengan sinar mata geram dan benci. Begitu pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebaliknya. Mereka saling pandang bagaikan dua ekor kucing
yang hendak berkelahi.
Perlahan-lahan Giok-bin Tok-ong turun dari kursinya,
kemudian melangkah mendekati Liu Yang Kun. Otot-ototnya
tegang, siap untuk menerkam. Begitu pula sebaliknya dengan
Liu Yang Kun! Pemuda itu perlahan lahan juga melangkah ke
samping, ke tempat yang lapang. Dari celah-celah bibirnya
yang mulai terdengar suara desisnya yang khas kalau sedang
mengerahkan tenaga sakti Liong-Cu-I-kangnya.
Yang menjadi sangat cemas dan gelisah justru Coa In Lok
sekarang!
"Lo-cianpwe! Lo-cianpwe.........! A-ada apa sebenarnya?
Siapakah dia? Mengapa lo-cianpwe bersikap bermusuhan
dengannya?" jeritnya kebingungan. Kakinya melangkah ke
depan Giok-bin Tok-ong untuk melerai.
Tapi kakek tampan yang wataknya seperti iblis itu
mendadak mengebutkan ujung lengan bajunya. Dan
hembusan angin yang dahsyat tiba-tiba mendorong tubuh Coa
In Lok, sehingga tengkulak kaya itu terjengkang ke belakang,
kemudian terbanting ke lantai! Mulutnya mengeluarkan darah
segar!
"Lo-cianpwe......? Kau.. .kau,.. . ?" Lengkingnya parau
seolah-olah tak percaya apa yang telah dilakukan orang-tua
itu kepadanya. Kedua telapak tangannya menekan dadanya
yang terasa sesak luar biasa.
Meskipun tampak sangat segan dan takut, namun para
penjaga yang ada di dalam pendapa itu segera bersiap siap
untuk membantu majikan mereka. Tapi ketika Giok-bin Tokong
mendelik ke arah mereka, mereka pun segera mundur
pula kembali. Tampaknya mereka benar benar takut dan ngeri
kepada orang tua itu.
"Jangan ikut campur! Pemuda itu adalah musuh lamaku!
Aku akan membunuhnya!" Giok-bin Tok-ong membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dengan suara garang Liu Yang Kun juga
menggeram. "Nanti dulu, Kakek tua. Persoalanmu dan
persoalanku dapat diselesaikan belakangan. Tujuan Utamaku
kemari adalah untuk meminta pertanggung-jawaban Coa In
Lok dahulu. Setelah itu kita berdua dapat berlaga sepuas hati.”
"Bangsat! Persetan dengan urusanmu. Pokoknya........"
kakek tampan itu mendengus dengan mata merah.
Namun tiba-tiba pula mata itu meredup. Agaknya sesuatu
telah melintas di dalam otak orang tua yang kejam, keji dan
licik luar biasa itu.
"Hmm......bolehlah! Kau kuberi waktu sebentar untuk
menyelesaikan urusanmu dengan manusia goblog tapi rakus
itu! Tapi setelah itu........" ujarnya kemudian dengan suara
sedikit mengendor.
"Hah? Lo-cianpwe, kau........ ? Mengapa lo-cianpwe berbalik
pikiran terhadap aku? Bukankah selama ini kami selalu
berbaik-hati kepada lo cianpwe? Mengapa sekarang locianpwe
tiba-tiba ......tiba-tiba.....?” Coa In Lok memotong
dengan suara penasaran.
Giok bin Tok-ong tertawa terkekeh-kekeh. "Heh-hehheh.......!
Terima kasih atas bantuanmu selama setengah
tahun lebih ini. Kini aku sudah sembuh dari luka-lukaku, dan
juga sudah selesai pula mempelajari Buku Rahasia yang
kuperoleh dulu itu. Aku sekarang tak memerlukan bantuanmu
lagi. Oleh karena itu, heeh-heh-he.. .. persetan dengan
urusanmu!"
"Jadi.... jadi lo-cianpwe telah melupakan janji itu?" Coa In
Lok berseru geram.
"Siapa berjanji kepadamu? Bukankah kita cuma saling
bertukar 'kebaikan' saja selama ini? Engkau memberi aku
tempat untuk menumpang, sementara aku mengajarimu ilmu
tentang racun. Nah, walaupun ilmu racun yang telah
kuberikan itu cuma kulitnya saja, tapi hal itu sudah cukup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagimu untuk menggertak orang lain. Bukankah dengan
demikian semuanya sudah impas dan tiada utang piutang
lagi?" enak saja kakek tampan itu menjawab. Lalu sambil
melenggang seenaknya pula kakek itu melangkah kembali ke
kursinya.
Sungguh amat geram dan kesal hati Coa ln Lok. Tapi apa
daya? Dia dan anak-buahnya tak berani berbuat apa-apa
terhadap orang tua itu. Kakek tampan itu memiliki
kemampuan seperti Iblis sementara wataknya juga sangat
sulit diduga pula. Salah-salah kakek itu menjadi marah, ia tak
bisa membayangkan apa jadinya rumah itu beserta seluruh
isinya.
Coa In Lok sudah tahu benar sifat dan perangai Giok-bin
Tok ong, karena sudah lebih dari setengah tahun ini ia
melayani orang tua aneh itu. Dahulu kedatangan kakek itu
juga disambutnya dengan kekerasan. Tapi hanya dengan
semburan ludahnya saja kakek tampan itu mampu membunuh
seluruh pengawalnya. Padahal waktu itu Giok-bin Tok-ong
sedang terluka berat.
"Coa in Lok, bangunlah! Aku akan berbicara
kepadamu........!" tiba-tiba terdengar suara Liu Yang Kun
menyadarkan tengkulak kaya itu dari lamunannya.
"Oh...?!” Coa In Lok mengeluh, lalu bangkit berdiri dengan
tergesa-gesa. Walaupun orang yang selalu melindunginya
selama ini telah cuci tangan dan tak mau ikut campur lagi, tapi
Coa In Lok mencoba untuk tetap berlaku garang di depan
anak buahnya. Sambil menyiapkan 'sesuatu' di balik sapu
tangannya tengkulak kaya yang sangat disegani dan ditakuti di
daerah itu menghadapi Liu Yang Kun.
Namun bagaimanapun juga sikap dan perbawa pemuda itu
tetap membuatnya gemetaran jua.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“A-a-apa yang hendak tuan bicarakan dengan aku?"
tanyanya seraya mengusap keringat dingin yang mendadak
membanjiri lehernya.
Liu Yang Kun melirik sekilas kepada Giok-bin Tok-ong.
Melihat kakek sakti itu benar-benar berdiam diri di kursinya,
pemuda itu menjadi lega.
"Coa In Lok! kau masih ingat peristiwa di atas sungai pagi
tadi?" kata pemuda itu kemudian dengan suara yang
menggetarkan hati.
Coa In Lok semakin berdebar-debar hatinya. Tapi ketika
para pengawal yang ada di dalam ruangan itu kemudian
berkumpul di belakangnya, nyalinya menjadi besar kembali.
“Tuan….tuan maksudkan……perselisihan kami dengan Ciok
Kwan itu?"
"Benar. Perselisihan yang mengakibatkan keributan besar,
sehingga kau banyak kehilangan pengawal dan penduduk
yang tak berdosa banyak kehilangan harta-bendanya itu."
"Tapi ... tapi aku tak bermaksud...,.....?”
"Persetan dengan alasanmu! Yang jelas karena ulahmu tadi
pagi, tiga orang penduduk telah kehilangan perahunya. Dan
duabelas penduduk lainnya juga telah kehilangan sampannya.
Semuanya habis terbakar oleh obor-obor yang dibawa para
pengawalmu.”
"Tapi .....?" Coa In Lok masih mencoba membela diri.
"Lebih dari pada itu, karena ulahmu itu pula...... perahuku
juga ikut terbakar musnah ! Oleh karena itu kau harus
bertanggung-jawab terhadap seluruh kerugian ini! Kalau
sebuah perahu ditaksir seharga duaribu tail dan sebuah
sampan seharga seratus tail, maka kau harus mengganti
setidaknya sepuluh ribu tail."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Se-pu-luh ri-bu ta-il......? Oh, mana aku punya uang
sebanyak itu! Ka-kalau pun misalnya ada, u-u-uang itu-pun.. ..
takkan kugunakan untuk mengganti kerugian itu. Duaribu tail
terlalu tinggi untuk sebuah perahu, sementara seratus tail
juga terlalu banyak untuk mengganti sebuah sampan.”
"Punya atau tidak....... itu urusanmu! Pokoknya kau harus
mengganti semua kerugian itu! Kalau engkau tidak mau,
hmmmh......akupun akan membakar pula seluruh bangunan
rumahmu ini beserta isinya. Apabila kau melawan, he-hehe.......
akan kuhabiskan juga kau dan semua anak-buahmu.
Habis perkara!” Liu Yang Kun mengancam dengan gigi
terkatup rapat.
"Aku tidak mau menuruti permintaanmu! Tangkap pemuda
itu!" tiba-tiba Coa ln Lok menjerit keras sekali. Tangannya
menggapai anak buahnya supaya mengeroyok Liu Yang Kun.
Jilid 24
Dan para pengawal tengkulak kaya itupun lantas meloncat
berserabutan ke depan, menyerang Liu Yang Kun! Berbagai
macam senjata mereka menyambar-nyambar ke tubuh Liu
Yang Kun seakan-akan hendak mencacah-cacah menjadi
beberapa bagian.
Tapi hanya dengan mengerahkan sedikit ilmu
mengentengkan tubuhnya yang tinggi, Liu Yang Kun dapat
membebaskan diri dari hujan senjata tersebut. Begitu gesitnya
gerakan tubuhnya ketika menghindar atau menyelinap
diantara ayunan senjata lawan-lawannya, sehingga mata Giok
bin Tok-ong yang tua itupun sampai terbeliak dibuatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat! Bocah itu seperti lalat saja gesitnya!" orang-tua
itu bergumam. "Aku harus berhati hati terhadap ginkangnya
itu......!"
Dan ketika pada suatu saat Liu Yang Kun tidak bisa
mengelak atau tidak mempunyai kesempatan untuk
menghindari sabetan pedang lawannya, sehingga dengan
demikian terpaksa pemuda itu mengerahkan sin-kang untuk
menangkisnya, Giok-bin Tok-ong semakin menjadi kaget
menyaksikannya. Karena secara tak terduga pedang yang
dibuat dari besi-baja itu telah patah menjadi tiga bagian ketika
membentur lengan Liu Yang Kun!
"Gila......! Lwee-kang bocah itu tampaknya juga telah
mencapai kesempurnaannya pula ! Aku,.... aku... benar-benar
tak boleh alpa sedikitpun dalam melawannya nanti.
Tampaknya bocah itu telah melonjak pula ilmu
kepandaiannya. Hmm... untunglah aku juga sudah
memperoleh kesempatan untuk mempelajari Buku Rahasia,
biarpun hanya sebagian saja."
Ternyata raja-racun yang licik dan keji itu telah
mempergunakan kesempatan tersebut untuk menilai
kemampuan Liu Yang Kun. Meskipun di dalam hatinya orang
tua itu juga merasa dapat melakukan apa yang telah dilakukan
oleh Liu Yang Kun itu, namun diam-diam hatinya juga
mengakui bahwa kepandaian pemuda itu tampaknya tidak
berada di bawah dirinya.
"Pokoknya aku tidak boleh lengah menghadapinya!"
gumamnya bersungguh-sungguh. Sementara itu Coa In Lok
dan anak-buahnya menjadi kaget dan ketakutan pula
menyaksikan 'kesaktian' Liu Yang Kun. Kalau senjata mereka
tidak bisa melukai pemuda itu, dengan apa lagi mereka
melawan?
Tiba-tiba Liu Yang Kun tertawa mengerikan. Tampaknya
pemuda itu tahu pula bahwa lawan-lawannya telah mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketakutan menghadapinya. Oleh karena itu dengan suara
berat ia menggertak mereka.
"Huh ! Apakah kalian tidak mau juga menyingkir dari
depanku? Baiklah! Aku akan mulai bersungguh-sungguh
sekarang! Siapa saja yang tidak mau menyingkir dari
depanku....... tentu mati! Setelah itu...... akan kubakar habis
rumah ini !”
Ternyata gertakan tersebut benar-benar telah meruntuhkan
nyali mereka. Seperti memperoleh aba-aba saja, mereka
segera membuang senjata masing-masing, kemudian lari
lintang pukang meninggalkan tempat itu. Tak seorangpun
yang tinggal lagi di pendapa itu selain Coa In Lok dan Giok-bin
Tok-ong.
"Berhenti.....! Berhenti! Kenapa kalian pergi meninggalkan
aku? Oouugh!” tengkulak-kaya itu berteriak-teriak memanggil
orang-orangnya.
Tapi tak seorangpun yang mempedulikannya. Oleh karena
itu Coa In Lok semakin menjadi ketakutan hatinya.
"Lo-cianpwe, toloooong......?" pintanya kemudian kepada
Giok-bin Tok-ong.
"Huh!" kakek tampan itu mendengus dan mendelikkan
matanya malah.
Sekali lagi Liu Yang Kun tertawa panjang. "Hahaha........
sekarang kau tahu juga, bagaimana rasanya takut itu? Selama
ini tentu tidak pernah terbayangkan olehmu, bagaimana
penderitaan orang-orang yang telah kau tindas, kau rampas
miliknya dan kau aniaya keluarganya itu, bukan?”
"Maafkan aku, tuan. A-a-aku menyesal..... Aku akan berber-
bertobat. aku takkan ...... takkan berbuat seperti itu lagi.
Tapi....... tapi berilah aku hidup. Jangan....... jangan tuan
bakar rumahku......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Coa In Lok membentur-benturkan dahinya di lantai dan
meratap serta menangis minta pengampunan Liu Yang Kun.
Namun dengan suara geram pemuda itu membentak, "Diam!
Kini kau meratap ketakutan di depanku. Tapi kau tak ingat
betapa banyak sudah dosa yang telah kau perbuat. Berapa
banyak orang yang telah kausiksa, kau bunuh dan kau buat
menderita hidupnya. Bagaimana kau hendak membayar
semuanya itu? Tidak.....! Aku tidak akan mengampunimu! Kau
harus mati! Kalau kau masih tetap hidup, kau tetap akan
menjadi ular berbisa yang membahayakan orang-orang di
sekitarmu! Nah..... sekarang bersiaplah untuk mati!
Kenangkanlah semua dosa-dosa yang pernah kaubuat lalu
mintalah pengampunan dari Thian! Aku akan membunuhmu!"
Lalu Liu Yang Kun pura-pura mengangkat tangannya,
karena sebenarnya pemuda itu juga tidak bermaksud untuk
membunuh lawannya. Pemuda itu hanya ingin menggertak
saja, agar tengkulak yang telah biasa berbuat jahat terhadap
penduduk miskin itu menjadi takut dan sadar akan dosadosanya.
Tapi tiba-tiba......
Tak terduga tengkulak kaya itu bangkit berdiri. Dengan
cepat tangannya yang memegang sapu-tangan tadi terayun ke
depan, dan..... sebutir benda bulat sebesar telur penyu
melesat ke dada Liu Yang Kun! Wuuuuuut!
"Hei? Pek-lek-tan.. ??” Giok-bin Tok-ong tiba-tiba menjerit.
"Haaaah........???" pekik Liu Yang Kun pula.
Kemudian bagai berlomba, Liu Yang Kun dan Giok-bin Tokong
berusaha meninggalkan tempat berbahaya itu secepatnya
sebelum senjata peledak yang mengerikan itu memusnahkan
semuanya.
Liu Yang Kun yang langsung menghadapi peluru itu cepat
menjejakkan kakinya ke lantai. Menjejak dengan sekuat
tenaganya, sehingga lantai itu amblong (melesak ke bawah)
dan tubuhnya melesat bagai anak panah ke atas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghantam atap pendapa serta menghancurkan puluhan
genting di atasnya. Dan pek lek-tan itu luput mengenal
dirinya.
Sementara itu pada waktu yang bersamaan Giok-bin Tokong
juga berusaha menghindarkan diri dengan segala
kemampuannya. Karena ia berada di dekat dinding pendapa,
maka dengan mengerahkan seluruh lwe-kangnya ia
menerjang dinding tebal itu sekuat tenaganya pula.
Bhrroooooll......! Dinding pendapa yang tebal itu jebol dan
roboh dengan suara yang bergemuruh.
Namun suara-suara itu, baik suara hiruk-pikuk yang
diakibatkan oleh Liu Yang Kun maupun suara gemuruh yang
disebabkan oleh Giok-bin Tok-ong, segera hilang lenyap dalam
kedahsyatan suara ledakan pek-lek-tan! Senjata peledak
buatan Giok-bin Tok-ong itu meledak dengan suara dahsyat,
menghancurkan dan menerbangkan seluruh isi pendapa itu
kemana-mana, termasuk pula di dalamnya Liu Yang Kun dan
Giok-bin Tok-ong sendiri.
Meskipun telah berusaha menjauhkan diri dari peluru yang
mengerikan itu, namun hembusan angin yang diakibatkan oleh
ledakan peluru tersebut ternyata masih tetap saja
melemparkan tubuh mereka sekuatnya! Liu Yang Kun seperti
dilontarkan oleh angin puting-beliung jauh tinggi ke udara.
Sementara Giok-bin Tok-ong sendiri juga terlempar jauh ke
halaman, dan......... tercebur ke dalam sungai.
Sekejap kemudian hampir seluruh rumah milik Coa In Lok
itu telah rata dengan tanah. Tak seorangpun dari para
penghuninya yang bisa lolos dari neraka itu, termasuk Coa In
Lok sendiri. Mereka hancur lebur bersama dengan tempat
kediaman mereka itu. Dan yang tampak sekarang hanyalah
puing-puing rumah berserakan, di mana asap dan debu masih
tampak mengepul di mana-mana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan Bu-eng Hwe-tengnya yang telah sempurna Liu
Yang Kun bisa mendarat dengan selamat di tengah-tengah
puing-puing tersebut. Pakaiannya tampak terkoyak di
beberapa tempat, sehingga baju kulit-ularnya sedikit kelihatan
dari luar. Namun demikian tak segores lukapun yang tampak
pada tubuhnya.
"Kurang ajar! Dari mana orang itu memperoleh pek-lektan?
Tak mungkin kalau Giok-bin Tok-ong yang
memberikannya. Tak mungkin kakek sakti itu mau
memberikan senjata andalannya itu kepada dia. Tentu Coa In
Lok itu yang mencurinya. Hmmh.......kurang ajar! Bagaimana
aku sekarang harus minta ganti kerugian itu?" Liu Yang Kun
bersungut-sungut sambil mengedarkan pandangannya kesana
kemari. Ditatapnya reruntuhan yang berserakan di sekitarnya.
"Hei.......?" tiba-tiba pemuda itu berseru gembira.
Di bawah reruntuhan almari Liu Yang Kun melihat uang
emas dan perak berserakan di atas lantai. Bahkan di dekatnya
masih ada sebuah peti kecil yang tertutup rapat tutupnya.
"Bagus! Akhirnya aku memperoleh uang pengganti pula
untuk perahu yang terbakar itu........"
Liu Yang Kun lalu mengumpulkan uang yang berserakan itu
ke dalam sobekan kain, kemudian mengikatkannya sekalian di
pinggangnya. Namun ketika tangannya menyentuh peti kecil
itu, tiba tiba hatinya menjadi berdebar-debar. Ia menjadi
curiga, jangan-jangan ada perangkap atau jebakan di dalam
peti itu. Siapa tahu peti itu berisi pek-lek-tan pula?
Pemuda itu lalu melompat mundur. Diambilnya sebutir
kerikil, kemudian dari jarak yang cukup jauh ia
menimpukkannya ke peti itu.
Thak! Bhussssssh..........!
Betul juga. Ketika kemudian peti itu pecah tiba-tiba dari
dalamnya menyembur asap tebal disertai taburan jarum ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segala penjuru. Bahkan di balik gumpalan asap tebal tersebut
masih terdengar pula suara dengungan kawanan lebah yang
sedang marah.
Liu Yang Kun cepat berjongkok dan berlindung di belakang
reruntuhan tembok. Setelah asap itu hilang dan kawanan
lebah itu pergi, ia baru berani keluar.
Namun tiba-tiba matanya terbeliak. Keningnya berkerut.
Karena di dalam peti yang pecah itu tampak sebuah buku
kumal yang telah menguning saking tuanya.
Sekejap pemuda itu tertegun. Tapi sesaat kemudian ia
telah membungkuk untuk memperhatikan buku kumal
tersebut.
"Buku Rahasia.........??" desahnya kemudian ketika terbaca
tulisan pada sampul buku itu.
Tak terasa tangan Liu Yang Kun telah menyentuh buku itu
dan mengambilnya. Tapi sekali lagi pemuda itu menjadi kaget.
Ternyata buku itu sudah tidak utuh lagi. Di balik kulit muka
dari buku kumal itu ternyata cuma ada beberapa lembar saja.
Lembar-lembar selanjutnya beserta kulit belakangnya ternyata
sudah tiada lagi alias sudah hilang.
Untuk beberapa saat lamanya pemuda itu malah menjadi
termangu-mangu dan gelisah memikirkan buku itu.
"Benarkah buku ini Buku Rahasia yang ramai dibicarakan
orang itu? Tapi mengapa berada di sini dan sudah tidak utuh
lagi? Masakan Coa In Lok yang menyimpannya ...? Ah, tak
mungkin! Hm... jangan-jangan Giok-bin Tok-ong itu yang
menyimpannya."
Begitu teringat akan Giok-bin Tok-ong pemuda itu menjadi
berdebar-debar hatinya. Tak terasa kepalanya menoleh ke
kanan dan ke kiri. “Eh.... kemana orang tua itu tadi? Masakan
ia tak bisa menyelamatkan diri dari keganasan senjatanya
sendiri?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kresek.... kresek!
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang sangat banyak
mendatangi tempat itu. Secepat kilat Liu Yang Kun memungut
buku yang sangat menarik hatinya itu dan menyimpannya di
balik bajunya.
"Buku ini sangat menarik. Aku akan membacanya."
gumamnya seraya berdiri.
Beberapa puluh orang penduduk di sekitar tempat itu
ternyata telah datang karena mendengar suara ledakan tadi.
Dan mereka benar-benar sangat kaget ketika menyaksikan
gedung yang amat besar itu kini hampir roboh semuanya.
Hanya tinggal sebagian kecil saja yang masih tegak, itu pun
genting-gentingnya sudah banyak yang rontok pula.
"Eh? A-apa..... yang telah terjadi? Rumah..... rumah ini
disambar petir ?”
"Ah, masakan ada petir menyambar di s iang bolong begini?
Lihat! Langit bersih, matahari pun bersinar cemerlang!"
“Benar. Tapi ... kenapa dengan rumah itu? Dikutuk
dewa.....barangkali?”
“Ah, tak tahulah. Mungkin benar juga. Siapa tahu dosa
Tuan Coa telah sampai ke puncaknya dan tidak dapat
diampuni lagi?"
"Dan...... Thian telah memusnahkannya! Begitukah?"
Orang-orang itu menjadi ribut dan saling bertanya atau
mengutarakan pendapat masing-masing. Meskipun demikian
mereka tetap berada di luar halaman dan saling berdesakan di
luar pagar. Seperti waktu-waktu sebelumnya, tak seorangpun
diantara mereka yang berani menginjakkan kaki di halaman
Coa In Lok itu.
Begitu takutnya orang-orang itu kepada Coa In Lok,
sehingga ketika Liu Yang Kun muncul dari balik reruntuhan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tembok mereka hampir saja lari dari tempat itu. Untunglah
beberapa orang di antara mereka segera ada yang mengenali
wajah Liu Yang Kun.
"Hei.. nanti dulu! Bukankah dia itu pendekar yang
bertempur dengan anak buah tuan Coa di tepian sungai pagi
tadi!"
"Ya.... ya, benar. Aku juga ikut melihatnya. Dia memang
pendekar yang berada di atas perahu Ciok Kwan itu."
"Ooo .....diakah? Wah, kalau begitu tentu dia pulalah yang
meledakkan tempat ini. Kudengar dia memang telah
mengancam tuan Coa dan anak buahnya."
"Agaknya memang demikian. Kalau begitu kita harus
mengucapkan terima kasih kepada dia. Dia telah
membalaskan sakit hati kita kepada tuan Coa......"
Demikianlah, ketika Liu Yang Kun melangkah mendekati
mereka, mereka pun lalu berlutut menyatakan rasa gembira
dan terima kasih mereka. Mereka juga bercerita pula,
mengapa mereka berbuat seperti itu. Betapa selama ini
mereka selalu diganggu dan dibuat sangat menderita oleh Coa
In Lok beserta anak-buahnya.
Diam-diam Liu Yang Kun merasa lega pula di dalam hati.
Semula ada sedikit penyesalan di dalam hatinya menyaksikan
kematian dan kehancuran rumah Coa In Lok itu. Tapi
penyesalan itu, segera hilang dan terhibur melihat penyataan
mereka.
"Apalagi aku juga tak berniat membunuh atau
memusnahkan harta benda tengkulak kaya itu. Dia sendiri
yang bunuh diri dan meledakkan rumahnya.” pemuda itu
menghibur hatinya sendiri.
Meskipun demikian Liu Yang Kun tak tega juga memikirkan
nasib Coa In Lok dan keluarganya yang tertimbun di bawah
reruntuhan itu. Oleh karena itu ia meminta kepada orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orang itu untuk mencari dan mengubur jenazah Coa In Lok
sebaik-baiknya.
"Saya tak mempunyai banyak waktu untuk tinggal di
tempat ini. Olah karena itu kuminta kepada cu-wi semua
untuk membereskan mayat Coa In Lok dan keluarganya yang
tertimbun di bawah puing-puing rumahnya ini. Biarlah,
meskipun dia itu sangat jahat, tapi kini ia sudah mati............”
"Sudah mati?" hampir berbareng orang-orang itu bersorak.
"Benar. Dia tentu sudah mati. Tak mungkin dia bisa hidup
dalam ledakan yang maha dahsyat itu. Cari saja mayatnya di
bawah puing-puing rumahnya itu !"
Liu Yang Kun tersenyum dan menggeleng-gelengkan
kepalanya. Orang orang itu tampak begitu gembiranya
mendengar berita kematian tengkulak kaya tersebut.
“Ooh...... terima kasih, Tai-hiap. Terima kasih. Kami semua
tentu bersedia melakukan perintahmu. Oh, bukan main! Bukan
main! Dia sudah mati........a-ha....... dia sudah mati!" mereka
bersorak-sorai sambil berlari-lari memasuki halaman gedung
itu.
Sekali lagi Liu Yang Kun tersenyum kemudian perlahanlahan
pergi meninggalkan halaman itu. Dibiarkannya orang
orang itu melakukan perintahnya, membongkar tempat itu dan
mengurus mayat Coa In Lok.
Begitulah, ketika orang-orang itu sibuk membereskan
puing-puing rumah Coa In Lok, Liu Yang Kun sendiri juga
telah berada kembali di tepian sungai dimana terjadi
kebakaran pagi tadi. Pemuda itu telah menemui Ciok Kwan
dan orang-orang yang telah kehilangpn perahunya. Dengan
sabar pemuda itu memberi ganti rugi kepada mereka, agar
mereka bisa membeli atau membuat perahu yang baru.
Liu Yang Kun sengaja memberi uang lebih kepada mereka,
agar supaya mereka bisa hidup sebelum bisa bekerja dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perahu mereka yang baru. Dan khusus untuk Ciok Kwan, Liu
Yang Kun telah memberikan empat kali taksiran harga
perahunya yang lama.
Walaupun demikian ketika semuanya telah beres, Liu Yang
Kun masih mempunyai sisa uang yang banyak. Bahkan masih
lebih dari separuhnya. Terpaksa pemuda itu membagibagikannya
lagi kepada penduduk yang membutuhkannya.
Pemuda itu baru berhenti bekerja setelah di dalam
bungkusannya tinggal beberapa puluh tail lagi saja.
“Biarlah sisa uang ini kusimpan sendiri untuk bekalku.
Hitung-hitung sebagai ganti uangku yang hilang." pemuda itu
membatin.
Hari itu penduduk He-cung dan sekitarnya benar-benar
merasa gembira dan bahagia sekali. Selain sudah terbebas
dari cengkeraman Coa In Lok, mereka juga memperoleh
pembagian rejeki yang tak tersangka-sangka. Maka tak
mengherankan kalau mereka lalu bersuka-ria dan bergembira
di mana-mana. Dan otomatis Liu Yang Kun pun lalu disanjung
dan dipuja-puja seperti dewa.
Untuk beberapa waktu Liu Yang Kun memang tidak tega
menolak penghormatan mereka. Tapi beberapa saat kemudian
secara diam-diam pemuda itu pergi meloloskan diri dari
perhatian mereka. Dengan tangkas pemuda itu menyelinap
dan pergi meninggalkan tempat itu.
Matahari telah bergulir ke arah barat. Liu Yang Kun
beristirahat di bawah pohon siong yang rindang. Sejak keluar
dari dusun He-cung, pemuda itu sengaja tidak mau lewat di
tepian sungai. Pemuda itu memilih lewat hutan yang agak
jauh dari aliran sungai. Pemuda itu tak ingin berjumpa dengan
orang lain, karena ia ingin membaca Buku rahasia yang
diketemukannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Aku hendak melihat, apakah buku itu benar-benar Buku
Rahasia yang dihebohkan orang itu?" Liu Yang Kun membatin
seraya mengeluarkan buku itu.
Sampul buku itu terbuat dari kulit domba yang agak tebal.
Di bagian tengah-tengahnya tertulis dua buah huruf besar,
yang artinya adalah 'BUKU RAHASIA’. Huruf itu ditulis dengan
warna merah. Namun karena umurnya, warna itu telah
menjadi kabur dan berubah agak kecoklat-coklatan.
Sedangkan di beberapa tempat warna itu justru telah menjadi
hilang sama sekali.
Liu Yang Kun lalu membuka lembar yang pertama. Tidak
seperti sampulnya, lembaran isi buku itu hanya terbuat dari
kertas-kertas yang telah diawetkan. Dan pada lembar atau
halaman yang pertama tersebut tidak ada tulisan apa-apa.
Halaman itu kosong. Tidak ada keistimewaannya pula selain
bagian pinggirnya yang telah rapuh dimakan bubuk.
"Hmmh........!" Liu Yang Kun mendengus seraya membuka
halaman selanjutnya.
Sekali lagi Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Lembar
yang kedua itu juga kosong, bahkan selain kosong, halaman
itu juga telah kotor dan rusak. Bekas-bekas ceceran tinta yang
telah luntur berlepotan di seluruh permukaan kertas itu,
sehingga menimbulkan kesan bahwa seseorang telah
berusaha menghapuskan tulisan atau gambar-gambar yang
ada dengan air.
"Ah........!" Liu Yang Kun berdesah karena ikut
menyayangkan pula.
Tapi Liu Yang Kun segera membuka lagi lembar berikutnya.
Dan kali ini Liu Yang Kun melihat deretan huruf yang disusun
dengan baik. Bahkan di samping susunan-susunan kalimat
yang berbentuk seperti syair atau pantun itu terdapat pula
gambar-gambar sederhana dalam bentuk yang aneh-aneh
seperti gambar-gambar perbintangan lama.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei...... ini kalau tak salah adalah gambar-gambar kuno
yang selalu dipakai oleh para peramal atau ahli-ahli
perbintangan di zaman dulu. Hmm....... kalau begitu benar
juga kata orang bahwa Buku Rahasia itu hanya berisi ramalanramalan
kuno."
Liu Yang Kun lalu membuka halaman-halaman selanjutnya.
Pada lembar yang ketujuh Liu Yang Kun berhenti. Pada
halaman itu isinya telah berubah. Tidak lagi berupa syair atau
pantun yang sulit dimengerti artinya, tapi berupa gambar
silsilah keluarga yang mudah dibaca maksudnya. Cuma yang
agak aneh dan menggelikan, daftar silsilah keluarga yang
memuat puluhan nama, atau bahkan mungkin ada seratusan
nama itu ditulis atau dibuat sedemikian rupa, sehingga
deretan-deretan nama itu membentuk sebuah gambar dari
tubuh manusia.
Ketika Liu Yang Kun mencoba untuk membaca nama-nama
itu, kepalanya segera mengangguk-angguk. Hampir semua
nama itu, dari atas sampai bawah, menggunakan she Souw.
Memang ada beberapa nama yang tertulis dengan she lain,
tapi nama-nama itu ditulis dengan warna yang berbeda
sehingga mudah dilihat.
"Tampaknya gambar ini adalah silsilah Keluarga Souw yang
terkenal itu. Dan nama-nama yang tidak menggunakan she
Souw ini tentulah orang-orang luar yang kawin dengan gadisgadis
mereka." Liu Yang Kun berkata di dalam hatinya.
Tiba-tiba Liu Yang Kun teringat kepada Souw Lian Cu, gadis
yang pertama kali merampas hatinya, dan yang sampai
sekarang pun juga tidak pernah dilupakannya.
"Hmm......dia juga keturunan Keluarga Souw pula. Apakah
namanya juga tertulis di dalam silsilah ini?" tanyanya di dalam
hati.
Lalu Liu Yang Kun mencari-carinya dibagian bawah atau di
bagian kaki dari gambar silsilah itu, karena sebagal keturunan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarga Souw yang paling akhir atau paling baru, namanya
tentu berada di urutan yang terbawah pula. Tapi dugaannya
ternyata keliru, bahkan salah. Tak ada nama Souw Lian Cu
disitu. Bahkan nama Souw Thian Hai juga tidak ada pula di
sana. Nama yang tertera di urutan paling bawah ada Souw
Jing Lun dan Souw Bi Li. kedua nama itu tertulis sejajar di
bagian kaki kiri dan kanan pada silsilah yang menyerupai
gambar tubuh manusia.
Liu Yang Kun menjadi penasaran. Satu persatu ia membaca
nama nama itu, dia urutkan dari bawah ke atas. Perasaannya
menjadi tegang. Apalagi bila ia menemui nama-nama yang
hampir mirip. Ada nama Souw Lian Hoa, Souw Lian Hui, Souw
Lian Cing, bahkan ada yang suara lafalnya hampir sama, yaitu
Souw Lian Ci.
Namun sampai di bagian perut atau separuh dari gambar
silsilah itu, nama Souw Lian Cu tetap tidak diketemukannya.
Tampaknya nama gadis itu memang belum tercantum di
dalam silsilah itu. Agaknya penulis yang paling akhir pada
gambar silsilah itu memang Souw Jing Lun dan Souw Bi Li.
Dan kemungkinan besar Souw Lian Cu dan Souw Thian Hai
adalah keturunan dari salah seorang dari mereka sehingga
nama Souw Lian Cu dan ayahnya belum tercantum di dalam
silsilah tersebut.
“Melihat nama mereka, Souw Bi Li (Bidadari Cantik) itu
tentulah seorang wanita. Sedangkan Souw Jing Lun itu
tentulah seorang lelaki. Jadi kalau dugaanku itu benar, Souw
Thian Hai itu tentu keturunan dari Souw Jing Lun.” Liu Yang
Kun menduga-duga di dalam hati.
Tiba-tiba Liu Yang Kun teringat pula akan sebuah nama
yang banyak disebut-sebut di kalangan persilatan pada zaman
dahulu, bahkan juga tertulis pula di dalam peninggalan Bit-boong,
yaitu kakek Souw atau Hoa-san Lo-jin. Adakah nama itu
juga tertulis di dalam silsilah ini ?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bergegas Liu Yang Kun mencarinya di dalam gambar itu.
Karena kakek sakti itu hidup pada zaman seratusan tahun
yang lalu, Liu Yang Kun mencarinya di bagian tengah dari
pada gambar silsilah tersebut. Sebab di dalam jangka waktu
seratus tahun tersebut tentu paling tidak sudah menurunkan
enam atau tujuh keturunan (generasi), mengingat waktu itu
Hoa-san Lo-jin sudah disebut kakek Souw pula.
Namun sekali lagi usaha Liu Yang Kun itu sia-sia pula. Di
antara deretan nama-nama itu tak satupun yang menyebutkan
gelarnya, sehingga ia tak tahu, yang manakah di antara namanama
itu yang bergelar kakek Souw atau Hoa-san Lo-jin?
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Ditatapnya sebuah
nama yang tertulis persis di bagian luar (tan-tian) dari silsilah
yang berbentuk tubuh manusia itu. Disitu tertulis sebuah
nama yang coretan-coretan hurufnya sangat kuat dan indah
sekali. Seperti dilukis saja. Sehingga tulisan itu benar-benar
tampak berbeda dengan yang lain.
“Souw Kian Ting....." Liu Yang Kun membaca nama itu
perlahan. "Mungkinkah Souw Kian Ting ini yang bergelar Hoasan
Lo-jin? Kudengar kakek sakti itu seorang sastrawan dan
pelukis yang hebat....."
Liu Yang Kun lalu membuka halaman selanjutnya. Halaman
kedelapan ternyata kosong lagi. Baru pada lembar yang
kesembilan ada tulisannya. Itu pun hanya singkat pula. Cuma
ada dua baris kalimat:
DIADAKANNYA UNTUK MENJADI PEGANGAN.
DIKOSONGKANNYA SUPAYA BERGUNA.
Liu Yang Kun tertegun dan termangu mangu untuk
beberapa saat lamanya. Kedua kalimat itu seperti pernah
didengarnya tapi ia lupa entah dimana.
"Rasa-rasanya kalimat kalimat ini seperti tidak lengkap, dan
hanya merupakan potongan saja dari keseluruhannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ehmmmm .. tapi nanti dulu! Kalau demikian kalimat-kalimat ini
tentu merupakan potongan dari 'sebuah pelajaran' atau 'ujarujar'
kaum cendikiawan jaman dahulu. Tapi..... 'ujar’ siapa?
Atau dari kitab pelajaran mana?"
Liu Yang Kun menghela napas sambil memutar otaknya
untuk berpikir dan mengingat-ingat. Selain pelajaran silat,
sejak kecil ia selalu bergelut dengan pelajaran sastra. Baik
oleh didikan ayahnya, maupun oleh didikan guru sastra yang
didatangkan ayahnya. Maka dalam soal ujar-ujar kuno seperti
itu otaknya juga memiliki sedikit pegangan pula.
Tapi ada segudang ujar-ujar kuno seperti itu yang pernah
dibacanya, sehingga dalam waktu yang singkat sulit untuk
menemukannya.
"Huh! Mengapa aku pusing-pusing memikirkannya?"
akhirnya Liu Yang Kun menjadi kesal. "Dari mana pun kalimatkalimat
itu dipetik, namun yang terang penulis buku ini tentu
mempunyai maksud mengutipnya disini. Cuma .........apa
maksudnya itu?"
Karena tidak bisa mengupas maksud dan tujuan dua
kalimat itu, maka Liu Yang Kun lalu membuka halaman
selanjutnya. Dan lembar yang kesepuluh itu ternyata langsung
menarik perhatiannya.
Dalam lembar itu penuh tulisan yang rapat, serta gambargambar
tentang cara menyempurnakan ilmu pernapasan ke
tingkat yang tertinggi. Diuraikan pula bagaimanakah cara
membebaskan rintangan dan keruwetan-keruwetan di dalam
jalan darah. Dan dijelaskan pula, bagaimana bisa 'menembus'
dan ‘menerobos' titik titik jalan darah yang rawan dan
berbahaya di dalam tubuh manusia. Bahkan di dalam lembarlembar
selanjutnya, diungkapkan pula cara-cara 'menyimpan',
'menguasai', serta 'menggunakan' tenaga sakti tersebut secara
seksama, agar kedahsyatannya bisa dimanfaatkan menurut
keinginan pemiliknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada lembar yang ketigabelas, Liu Yang Kun mendapatkan
uraian tentang cara-cara menghindari dan mengobati 'salah
Jalan' yang sering diderita oleh orang yang mempelajari ilmu
pernapasan. Terutama orang-orang yang mempelajari ilmu
sesat.
“Wah.....kalau isi buku ini sampai ketahuan tekoh-tokoh
sesat dari dunia persilatan, tentu ramai sekali. Mereka tentu
saling berebutan untuk memilikinya. Tentu orang-orang
seperti Giok-bin Tok-ong akan.....hei......?”
Begitu teringat Giok-bin Tok-ong, Liu Yang Kun menjadi
kaget sendiri. Buku itu justru ia ketemukan dimana Giok bin
Tok-ong tadi berada. Jangan-jangan memang Iblis tua itu
yang menyimpannya.
"Benar! Tentu orang tua itu yang membawa buku ini. Tidak
ada yang patut dicurigai selain dia. Coa In Lok dan anakbuahnya
terang tidak mungkin. Hanya iblis tua itu yang bisa
mencuri buku penting ini dari tangan keluarga Souw."
Tak terasa Liu Yang Kun menoleh ke kanan dan ke kiri.
Tiba-tiba saja perasaannya menjadi tegang dan berdebardebar.
Kalau dugaannya itu benar, Giok-bin Tok-ong tentu
tidak akan tinggal diam. Iblis itu tentu akan mencari buku
tersebut sampai dapat. Bergegas Liu Yang Kun menutup buku
itu. Sebenarnya masih ada selembar lagi yang tersisa, tapi ia
tak ingin membacanya sekarang. Entah mengapa, mendadak
saja perasaannya seperti menangkap sesuatu yang ganjil dan
mencurigakan dibalik semak-semak di sekitarnya.
“Ah... mengapa perasaanku tiba-tiba menjadi ketakutan
begini? Kalaupun Giok-bin Tok-ong benar-benar datang, aku
toh belum tentu kalah melawan dia? Paling-paling aku cuma
harus berhati-hati dengan peluru mautnya itu." gerutunya
didalam hati.
Namun ketika tangannya hendak memasukkan buku itu ke
dalam saku bajunya, tiba-tiba terdengar desir suara angin di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakangnya. Lembut sekali. Hampir-hampir tidak terasa bila
ia tidak kebetulan sedang mengerahkan kewaspadaannya.
Dengan cepat Liu Yang Kun memutar tubuhnya. Begitu
cepatnya, sehingga seolah-olah pemuda itu tidak bergerak
malah. Hanya tahu-tahu tubuhnya telah berbalik seratus
delapan puluh derajad begitu saja.
"Oh !"
"Aah!”
Terdengar desah kaget, baik dari mulut Liu Yang Kun
maupun dari mulut tiga lelaki yang tiba-tiba telah berada di
tempat itu. Mereka sama-sama kaget melihat lawan mereka.
Liu Yang Kun sangat terkejut, karena ketiga orang lelaki
yang tiba-tiba telah berada di belakangnya itu ternyata adalah
tiga orang lelaki misterius yang dicurigainya di desa He-cung
pagi tadi.
Sebaliknya tiga orang lelaki itu juga sangat terperanjat
menyaksikan kehebatan ilmu meringankan tubuh Liu Yang Kun
yang di luar dugaan mereka itu.
"Hati-hati Nyo su-te! Tang su-te! Tampaknya kita harus
bekerja keras sekali ini! Hmmh.....dimanakah su-hu tadi?"
"Su-hu berada di pinggir sungai sejak siang tadi. Su-hu
memeriksa setiap perahu yang lewat. Beliau takut kalau
buruannya meloloskan diri melalui air." orang she Tang, yang
termuda diantara ketiga orang itu menjawab pertanyaan suhengnya.
“Kalau begitu jemputlah beliau ke sini ! Katakan kalau kita
telah menemukan buruan itu di s ini!" “Baik!"
Orang she Tang itu melirik sekilas ke arah Liu Yang Kun,
kemudian melesat pergi bagai kilat cepatnya. Sekejap saja
tubuhnya telah hilang di balik keremangan senja yang mulai
menyelimuti hutan belantara itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Ia tidak mengenal
mereka. Tapi melihat gelagatnya, orang-orang itu telah
mengenalnya. Bahkan memusuhinya. Oleh karena itu diamdiam
ia mengerahkan tenaganya. Siap untuk menghadapi
mereka.
"Gila! Siapakah mereka? Dan siapa pula guru mereka itu?
Mengapa mereka mencari aku?” desahnya di dalam hati.
Meskipun sudah agak gelap, tapi orang-orang itu
tampaknya bisa melihat dan menduga apa yang sedang
bergejolak di dalam hati Liu Yang Kun.
"Selamat bertemu kembali........! Maafkanlah kami kalau
sekiranya kedatangan kami ini telah mengagetkanmu. Kami
bertiga datang dari Lembah Tak Berwarna......" orang yang
pertama berkata kepada Liu Yang Kun.
"Lembah Tak Berwarna ?” Liu Yang Kun bergumam sambil
memutar otaknya untuk mengingat-ingat nama yang pernah
didengarnya itu.
Orang itu mengangguk. "Saudara pernah melihat atau
mendengar tempat tinggal kami?"
Tiba-tiba Liu Yang Kun menghela napas berat. Ia memang
telah teringat kembali akan sebuah pantun yang sering
diucapkan orang di dunia persilatan.
Menjadi pendekar gagah perkasa, Ada tiga jalan untuk
mencapainya.
Pertama di atas gunung Hoa-san
Kedua di tengah gurun Go-bi
Dan terakhir di Lembah Tak Berwarna.
"Hmm...... jadi orang-orang ini datang dari salah satu
tempat yang disebut-sebut orang itu. Tak heran kalau
kepandaian mereka sangat tinggi." Pemuda itu berkata di
dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menatap lawannya dengan tajam. Lalu
dengan suara tenang ia menjawab, “Ah... Jadi cu wi semua ini
datang dari salah satu tempat yang selalu menjadi buah bibir
masyarakat itu? Hmmm.... kalau begitu cu-wi tentu datang
dari Keluarga Tok, karena kudengar lembah itu dikuasai oleh
keluarga Tok."
Tiba-tiba kedua orang itu tertawa.
"Hahahaha.......! Jadi begitukah berita yang tersiar di dunia
persilatan? Wah, kalau begitu berita itu perlu diralat, karena
berita seperti itu sudah tidak benar lagi sekarang.”
Liu Yang Kun mengerutkan keningnya. "Maksud Ji-wi?"
tegasnya heran.
Kedua orang itu saling pandang satu sama lain. Mulut
mereka tetap tersenyum.
"Semula lembah itu memang dikuasai oleh anak keturunan
keluarga Tok. Tapi kejadian itu sudah lama berlalu. Mulai
limapuluh tahunan berselang, kekuasaan di lembah itu telah
berpindah ke murid lain yang lebih pandai dan berbakat dari
pada murid keluarga Tok sendiri.”
"Oooh.....? Jadi maksud Ji-wi.....kalian bertiga tadi
termasuk dari marga lain yang kini berkuasa di lembah itu?"
Liu Yang Kun menegaskan lagi.
“Betul. Penguasa lembah itu sekarang di tangan Giok-bin
Tok-ong. Dan kami bertiga adalah murid-muridnya."
"Ah!” Liu Yang Kun terperanjat. Benar-benar terperanjat.
Sehingga otomatis wajahnya menjadi tegang.
"Nah perkenalkanlah kami ...” orang itu tidak
mempedulikan keheranan dan ketegangan Liu Yang Kun.
“Saya adalah Kim Hong San, murid tertua dari Giok-bin Tokong.
Dan yang berada di sampingku ini adalah Nyo Kin Ong,
adik seperguruanku yang kedua. Sementara yang pergi tadi
adalah Tang Hu, adik seperguruanku yang ketiga. Nah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang......bolehkah kami mengetahui nama dan perguruan
saudara?"
Liu Yang Kun tersentak kaget. "Ah….eh, aku yang rendah
bernama Liu Yang Kun. Aku...... aku tak memiliki perguruan,
karena semua ilmu silatku kuperoleh dari belajar sendiri.
Dan...hmmm, sudahlah.....biarkanlah aku pergi. Masih banyak
hal-hal yang harus kukerjakan." jawabnya kemudian dengan
sedikit gugup.
Tapi dengan cepat kedua orang itu berpencar. "Eit, nanti
dulu.........! Saudara Liu tidak boleh berlalu begitu saja dari
tempat ini!" Kim Hong San mencegah.
Wajah Liu Yang Kun menjadi merah seketika. Hatinya
tersinggung. "Mengapa?" tanyanya kaku. "Maaf, guruku
sedang bingung karena telah kehilangan buku. Dan kulihat
saudara baru saja membaca buku. Hmm... bolehkah aku
melihatnya?" Kim Hong San berkata pula dengan tidak kalah
kakunya.
Liu Yang Kun semakin merasa tersinggung. "Hmm..... Jadi
kalian anggap aku yang mencurinya?” ia menggeram.
Tiba-tiba Nyo Kin Ong melangkah maju. Wataknya memang
lebih berangasan dan lebih kasar dari pada kakak
seperguruannya. "Persetan! Pokoknya kau mau
menyerahkannya atau tidak?" bentaknya keras.
Liu Yang Kun benar-benar tidak bisa mengekang dirinya
lagi. Bibirnya berdesis tajam, dan tiba-tiba kulit mukanya juga
berubah menjadi kuning pucat berkilauan. Tangannya yaug
memegang buku itu mendadak terayun ke depan, seolah-olah
ingin menyerahkan buku tersebut. Namun berbareng dengan
itu pula tiba-tiba dari telapak tangan tersebut meluncur badai
udara dingin yang siap untuk menggulung Nyo Kin Ong.
"Su-te! Awas.......!!" Kim Hong San berteriak khawatir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nyo Kin Ong yang tak menyangka akan memperoleh
serangan dahsyat itu cepat mengelak sebisa-bisanya. Matimatian
ia mengerahkan segala kemampuannya. Dan
beruntung sekali ia bisa menghindari serangan tersebut,
meskipun untuk itu ia harus mengorbankan baju-luarnya yang
terkoyak-koyak seperti tersayat pisau tajam.
Kim Hong San segera menghampiri su-tenya. "Ji su-te......?
Kau tidak apa-apa, bukan?" desahnya lega.
Nyo Kin Ong yang wajahnya masih tampak pucat itu
menelan ludah.
"Aku.....aku tidak apa-apa, su-heng. Aku.....aku benarbenar
tak mengira kalau tenaga dalamnya sedemikian
dahsyatnya. Untunglah aku bisa bertahan dan
menghindarinya." jawabnya kecut.
"Bukankah su-hu sudah memperingatkan kita?"
"Ya. Tapi..... sejak semula aku memang kurang
mempercayainya. Selama ini kita belum pernah dikalahkan
orang."
Sementara itu Liu Yang Kun sendiri juga tidak berusaha
untuk mengejar atau mendesak lawannya. Untuk sementara
pemuda itu sudah merasa cukup memberikan peringatan
kepada murid Giok-bin Tok-ong itu.
"Nah! Apakah kalian masih juga mau memaksakan
kehendak kalian kepadaku?" sindirnya tajam.
Kedua orang itu menggeretakkan giginya. Mereka sadar
bahwa yang mereka hadapi sekarang adalah seorang pemuda
yang berkepandaian sangat tinggi. Namun demikian mereka
pun juga tidak lantas menjadi gentar pula karenanya. Mereka
masih tetap yakin pula akan kemampuan mereka. Apalagi
mereka belum pernah dikalahkan orang selama ini.
"Setan keparat! Jangan buru-buru menepuk dada dahulu!
Kau pun belum menyaksikan kepandaian kami...........!" tibaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tiba Kim Hong San mengumpat marah. Sikapnya yang halus
dan sopan tadi seketika hilang. Muncullah kini wataknya yang
asli, yang tidak berbeda jauh dengan guru dan saudarasaudara
seperguruannya.
Lalu tanpa memberi peringatan lagi orang itu menerjang
Liu Yang Kun. Bagaikan cakar naga kesepuluh jari-jari
tangannya menyambar dada dan wajah Liu Yang Kun.
Sepintas lalu tercium bau wangi dari telapak tangan tersebut.
"Tok-ci-kang (Tenaga Jari beracun) ?" Liu Yang Kun
menduga-duga di dalam hati.
Dengan tangkas pemuda itu mengelak. Tubuhnya yang
jangkung itu bergerak bagaikan bayangan hantu. Tahu-tahu
telah berada di tempat lain. Bahkan dari tempat itu ia balas
menyerang pula dengan tidak kalah cepatnya.
Whhuuuuus......! Kembali dari telapak tangan pemuda itu
meniup pula badai angin dingin seperti tadi! Begitu kuatnya
sehingga Kim Hong San terpaksa menghindar pula dengan
tergesa-gesa. Bahkan murid pertama Giok bin Tok-ong yang
belum pernah dikalahkan orang itu terpaksa harus
mengerahkan seluruh kemampuannya agar tidak terbanting
jatuh ke atas tanah.
Dapat dibayangkan betapa malu dan marahnya murid Giokbin
Tok-ong itu.
"Gila! Kekuatan apa yang terkandung di dalam tubuh setan
alas itu, ah A-apakah aku sedang bermimpi?"
"Su-heng......?" Nyo Kin Ong cepat mendekati kakak
seperguruannya itu.
Kim Hong San mengibas-ngibaskan kepalanya. Dengan
wajah pucat ia memandang su-tenya.
"Nyo su-te.....! Bocah itu benar-benar memiliki kekuatan
iblis! Lwee-kangnya telah mencapai tingkat yang sulit diukur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi. Su-hu pun rasanya tak kan menang melawan dia. Kita
harus mengeroyoknya....." bisiknya perlahan.
"Baik, su-heng."
Mereka lalu bersiap-siap. Masing-masing mengenakan
sarung tangan berbulu lebat, yang tampaknya terbuat dari
kulit beruang. Beberapa buah kantong kecil-kecil, yang entah
apa isinya, tampak berderet membelit pinggang mereka,
ketika mereka menyibakkan baju luar mereka. Bahkan
beberapa buah bumbung bambu yang dipotong pendekpendek
tampak terikat pula di atas perut mereka.
Liu Yang Kun benar-benar mempersiapkan dirinya.
Menghadapi orang-orang dari kalangan hitam seperti orang
Lembah Tak Berwarna itu benar-benar membutuhkan
kewaspadaan yang berlipat. Manusia semacam mereka itu bisa
berbuat apa saja. Mereka biasa berbuat licik bermain kotor,
bahkan juga tidak segan segan melakukan tindakan yang tidak
terpuji. Dan biasanya mereka juga selalu membawa alat-alat
untuk melaksanakan niat jahatnya itu.
"Kantong-kantong kecil dan potongan potongan bambu itu
tentu berisi alat-alat pembunuh......" Liu Yang Kun membatin.
Demikianlah ketika kedua orang itu mulai melangkah
mendekatinya, Liu Yang Kun segera mendahului menyerang
mereka. Kedua telapak tangannya merenggut ke depan dalam
jurus Raja-Chin-miu Mematahkan-kim-pai, salah sebuah jurus
andalan dari ilmu silat keluarga Chin.
Di tangan Liu Yang Kun jurus itu menjadi luar biasa
dahsyatnya. Mungkin tiada seorangpun di dalam keluarga Chin
sendiri yang mampu memainkan seperti itu. Bahkan si
penciptanya sendiri mungkin juga akan terkagum-kagum
menyaksikannya. Dan semuanya itu disebabkan karena
kedahsyatan lwee-kang Liu Yang Kun, akibat meminum darah
Ceng-liong-ong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Hong San dan Nyo Kin Ong terperanjat. Tubuh mereka
seakan-akan tersedot kedepan, ke arah tangan kanan yang
tertuju kepada mereka.
"Nyo su-te awas......! Kita berpencar! Kerahkan Tok-ci-kang
dan... incarlah jalan darah ci-kong-hiat di pergelangan
tangannya! Cepat!”
"Baik, su-heng! Kau......sebelah kiri, dan aku.....sebelah
kanan! Lalu kita gunakan Hiat-sian-tok (Racun Darah Dewa)
untuk melumpuhkannya."
Sambil berbicara mereka menghindar ke samping, ke kanan
dan ke kiri. Kemudian sambil berputar setengah lingkaran,
masing-masing mengambil sesuatu dari tabung bambu mereka
dan menaburkannya ke arah Liu Yang Kun. Setelah itu mereka
melenting ke atas untuk mencegat gerakan lawan. Dan semua
gerakan itu mereka lakukan dalam sekejap mata saja.
Sekarang ganti Liu Yang Kun yang kaget dan menjadi
berdebar-debar hatinya. Selain lihai serta berbahaya, ternyata
mereka juga amat pintar dan berpengalaman dalam ilmu silat.
Hanya sekilas saja mereka melihat ilmu silatnya, ternyata
mereka telah mampu melihat kelemahannya.
Namun Liu Yang Kun tak mempunyai banyak waktu lagi.
Taburan bubuk atau tepung racun berwarna putih itu telah
menyerangnya dari arah kanan dan kiri. Satu-satunya jalan
hanya melenting ke atas untuk mengelakkannya. Tapi kedua
lawannya telah lebih dahulu mencegatnya. Apa akal?
Sekilas melintas di dalam pikiran Liu Yang Kun untuk
menerobos saja takaran bubuk beracun tersebut. Bukankah ia
menyimpan mustika racun Ceng-liong-ong? Kata orang
mustika itu mampu menawarkan segala macam racun.
Tapi sekejap kemudian pikirannya menjadi ragu-ragu.
Bagaimana kalau tidak?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah! Aku belum yakin benar akan keampuhan benda itu.
Lebih baik aku mencoba saja menyongsong mereka. Biarlah
kita lihat nanti hasilnya........" akhirnya pemuda itu mengambil
keputusan.
Begitulah sambil menjejakkan kakinya ke tanah, Liu Yang
Kun melenting ke atas dalam jurus ‘Jenderal Yin Tu Terjatuh
Dari Punggung Hong-ma’ yaitu salah sebuah jurus yang
sangat sulit dipelajari di dalam ilmu silat keluarga Chin.
Demikian mulus dan sempurnanya gerakan pemuda itu,
sehingga bubuk beracun itu dengan mudah dapat ia elakkan.
Taburan bubuk beracun itu lewat di bawah tubuhnya.
Tapi pada saat itu pula, Kim Hong San dan Nyo Kin Ong
datang menerjang. Dari atas mereka mengayunkan jari-jari
tangan mereka ke arah jalan darah cikong-hiat di pergelangan
tangan Liu Yang Kun.
Tak ada kesempatan lagi bagi Liu Yang Kun untuk
menghindar. Satu-satunya jalan cuma menangkis sambil
menyembunyikan jalan darah Ci-kong-hiat sebisa-bisanya. Dan
hal itu memang dilakukan oleh Liu Yang Kun dengan baiknya.
Pertama-tama pemuda itu membagi tenaga dalamnya
menjadi dua bagian. Sebagian ia kerahkan ke lengan kanan,
dan sebagian lagi ke lengan kiri. Setelah itu ia melipat kedua
lengannya untuk menyembunyikan jalan darah ci-kong-hiat.
Dan kemudian dengan kedua sikunya pemuda itu
menyongsong ujung jari lawannya.
Dhug ! Dhug !
Terdengar suara nyaring tatkala ketiga kekuatan besar itu
bertemu di udara. Ujung jari telunjuk Kim Hong San
menghantam siku kanan Liu Yang Kun, sedangkan ujung jari
Nyo Kin Ong membentur siku yang lain. Masing-masing segera
mendorong mundur dengan kuatnya.
Liu Yang Kun yang berada di bawah, segera terbanting ke
bawah kembali. Sementara lawannya yang berada di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tampak terlempar pula ke arah yang berlawanan. Masingmasing
merasakan betapa hebat tenaga yang melanda
mereka.
Namun karena semuanya memiliki ilmu yang tinggi, maka
dengan mudah pula mereka mengatasi akibat dari benturan
tersebut. Di dalam posisi yang lebih buruk dari pada lawannya
itu, ternyata Liu Yang Kun justru malah memperlihatkan
kehebatannya. Dalam jarak yang amat dekat dengan tanah,
pemuda itu menggeliatkan tubuhnya dan kemudian
mendaratkan kakinya hampir tanpa mengeluarkan suara sama
sekali persis seperti kucing jatuh dari atas atap.
Sebaliknya kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu
ternyata juga tidak kalah tangkasnya dari pada Liu Yang Kun.
Bagaikan sepasang tupai mereka berjumpalitan di udara,
untuk kemudian bertengger di atas dahan pohon dengan
manisnya. Dan dahan itu hampir-hampir juga tidak bergoyang
pula. Padahal dahan itu tidak lebih besar dari pada lengan
mereka.
Demikianlah, mereka pun lalu saling berhadapan pula
kembali. Namun mereka sekarang benar-benar menyadari
dengan siapa mereka berhadapan. Liu Yang Kun yang berhasil
meloloskan diri dari kesulitan, dan bahkan bisa dikatakan
menang dalam adu tenaga tadi, tampak termangu-mangu
menyaksikan pengaruh dari bubuk beracun itu. Semua benda
yang tersentuh oleh bubuk itu berubah menjadi gosong
kehitaman. Rumput, tanah dan dedaunan menjadi layu serta
kehitaman seperti bekas terbakar.
“Tampaknya sangat sukar menundukkan mereka. Selain
ilmu silat mereka sangat tinggi, mereka juga memiliki alat-alat
pembunuh yang sulit diduga." ujar pemuda itu di dalam
hatinya.
Begitu pula halnya dengan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong.
Kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu juga kelihatan pucat
dan ngeri menyaksikan kesaktian Liu Yang Kun. Jari-jari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan mereka serasa patah dan lengan merekapun juga
masih terasa lumpuh akibat benturan kekuatan tadi. Begitu
sakitnya lengan dan jari-jari mereka, sehingga rangkaian
serangan beruntun yang telah mereka persiapkan sebelumnya
menjadi urung mereka lakukan. Sebenarnya mereka berdua
telah menyiapkan Jaring pusaka dan getah bunga Hiat-sianhoa
(Bunga Darah Dewa) untuk melumpuhkan perlawanan Liu
Yang Kun. Jaring pusaka adalah jaring yang sangat kuat dan
tahan senjata sedangkan getah bunga Hiat-sian-hoa dapat
mengakibatkan mata menjadi buta.
"Bagaimana...... su-heng?" Nyo Kin Ong berbisik kepada
Kim Hong San.
"Kita takkan menang kalau cuma mengandalkan ilmu silat
kita. Kita terpaksa mempergunakan kepandaian khusus kita
sebagai warga Lembah Tak Berwarna. Kau siap?"
"Tentu saja. Tapi...... apa yang harus kita lakukan?
Membunuhnya atau cuma menangkapnya saja?" Nyo Kin Ong
bertanya, sambil sesekali mulutnya meringis menahan rasa
sakit yang masih mengeram di lengannya.
Kim Hong San menghela napas. "Kalau bisa.. kita tangkap
saja dahulu. Siapa tahu su-hu masih membutuhkannya? Tapi
kalau tidak bisa, apa boleh buat. Kita bunuh dia!”
Ternyata tersinggung juga hati Liu Yang Kun mendengar
percakapan lawannya. Tapi dengan kematangan
pengalamannya pemuda itu berusaha untuk menahan
kemarahannya. Ia harus tetap tenang dan waspada
menghadapi jago-jago dari kalangan hitam itu.
"Aku tidak boleh terpancing dalam kemarahan, karena
kemarahan akan membuatku lengah. Dan kelengahan itu akan
menjebloskan ke dalam kesulitan. Aku sama sekali tidak boleh
lengah menghadapi kelicikan, kecurangan dan tipu muslihat
mereka. Sangat mudah menghadapi ilmu silat mereka, tapi
tidak mudah menduga apa yang hendak mereka perbuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan racun-racun dan alat-alat pembunuh mereka yang lain
itu."
Oleh karena itu dengan suara dingin Liu Yang Kun berkata.
"Nah.......bagaimana pendapat kalian sekarang? Apakah kalian
masih ingin memaksakan aku untuk menyerahkan buku itu?
Kalau masih.....hmm, marilah kita lanjutkan permainan kita
tadi! Ataukah kalian ingin menunggu guru dan saudara
seperguruan kalian dulu?”
"Bangsat! Sombong benar kau! Lihat serangan...........!"
Nyo Kin Ong tak tahan mendengar olok-olok Liu Yang Kun.
Sambil mengumpat kasar dia menerjang. Entah dari mana ia
mengambilnya, tiba-tiba saja tangannya telah memegang
seekor ular kecil panjang berwarna kuning kemerahan. Ular itu
tampak garang dan buas! Melilit dan mengeliat-geliat di dalam
cengkeramannya.
Liu Yang Kun cepat mengelak. Apalagi ketika ular itu ikut
menyambar dan berusaha mematuk lengannya. Dan sekilas
pemuda itu mencium bau yang harum dan manis seperti
harumnya bau lebah.
“Gila! Ular itu tampaknya sangat berbisa pula.......!"
keluhnya tertahan.
Demikianlah pertempuran dahsyat pun tak bisa dielakkan
lagi. Melihat adik seperguruannya sudah maju, Kim Hong San
pun segera membantu pula. Kedua belah tangannya tahu-tahu
juga telah memegang dua ekor ular eng-leng-coa (Ular lampu
merah) yang mengeluarkan sinar di atas kepalanya itu. ular
yang tidak takut terhadap senjata tajam itu juga tampak buas
dan ganas di tangan Kim Hong San.
Di antara kesibukannya melawan lawannya Liu Yang Kun
sempat menjadi kaget juga melihat ular di tangan Kim Hong
San itu. Tiba-tiba pemuda itu ingat akan sebuah cerita yang
pernah didengarnya dari mulut Tui Lan, isterinya. Isterinya
pernah bercerita tentang seorang lelaki tua yang sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membenci gurunya sendiri, karena guru itu telah mengganggu
isteri muridnya tersebut. Lelaki tua itu bernama Ang-leng Kokjin,
tinggal di Lembah Ang-leng (Lampu Merah), yaitu sebuah
lembah terasing yang banyak dihuni ular Ang-leng-coa itu.
Tiba-tiba Liu Yang Kun melompat mundur. "Eh..... tunggu
sebentar!” teriaknya.
Kim Hong San dan adik seperguruannya terpaksa menahan
tangannya. Dengan marah mereka menatap Liu Yang Kun.
"Ada apa? Kau telah berubah pikiran?" Kim Hong San
bertanya lantang.
Liu Yang Kun tidak mempedulikan pertanyaan tersebut.
Sebaliknya dengan tenang dan bersungguh-sungguh ia malah
ganti bertanya pula. "Betulkah ular yang kaubawa itu ular
Ang-leng-coa? Kalau benar.......hmmh, apakah hubungan
kalian dengan mendiang Ang-leng Kok-jin dari Ang-leng-kok
(Lembah Lampu Merah) itu?"
Kim Hong San dan Nyo Kin Ong terperanjat dan saling
memandang satu sama lain. Kemudian mereka berdua
menatap Liu Yang Kun dengan tajamnya.
"Kau mengenal Twa-suheng (Kakak seperguruan yang
tertua) kami?” kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu
menggeram hampir berbareng.
Namun kedua orang itu menjadi heran ketika Liu Yang Kun
menggelengkan kepalanya.
"Lalu..... apa hubunganmu dengan Twa-suheng? Kenapa
kau tiba-tiba bertanya tentang dia?” Kim Hong San mendesak
dengan curiga.
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Untuk yang kedua
kalinya pemuda itu tidak menjawab pertanyaan lawannya.
Pikirannya justru melayang-layang jauh ke masa lampau,
ketika ia masih berada di dalam lorong gua di bawah tanah
bersama Tui Lan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bersama Tui Lan ia pernah membaca buku Im-Yang Tokkeng,
pemberian Ang-leng Kok-jin itu. Di dalam buku itu
tertulis berbagai macam hal tentang racun yang terdapat di
dalam dunia ini. Baik yang terdapat pada alam, tumbuhtumbuhan
dan hewan, maupun pada manusia sendiri.
Di dalam buku Im Yang Tok-keng itu tertulis pula tentang
macam-macam ular berbisa yang hidup di dunia ini. Dan
diantaranya adalah Ang-leng-coa dan ular madu lebah itu.
Kedua ekor ular itu termasuk jenis ular-ular istimewa yang
paling berbisa di dunia. Yang sentuhan dari sisik-sisiknya saja
sudah mampu untuk membunuh manusia atau binatang
lainnya. Selain itu kedua ekor ular tersebut memiliki
keistimewaan-keistimewaan pula. Ang-leng-coa selain dapat
mengeluarkan sinar di dalam gelap, kulitnya juga mampu
bertahan terhadap sabetan senjata tajam.
Sedangkan Ular Madu Lebah yang kini dipegang oleh Nyo
Kin Ong itu, selain memiliki bisa atau racun yang sangat
ganas, juga memiliki kecerdasan dan perasaan yang peka luar
biasa. Bila dipelihara, binatang itu akan mengabdi dengan
tulus seperti halnya kuda, anjing, kucing dan lain sebagainya.
Dan oleh karena itu pula binatang tersebut dapat diajari juga
dengan berbagai macam kepandaian oleh manusia.
Namun demikian di dalam buku Im-Yang Tok-keng itu juga
disebutkan pula kelemahan-kelemahan dari kedua ekor ular
tersebut. Bahkan disebutkan juga cara-cara menundukkan
mereka.
Ular Ang-leng-coa itu akan mati kutu bila diserang atau
disentuh pada bagian kepalanya yang mengeluarkan sinar
tersebut. Sementara kekebalan kulitnya ternyata juga cuma di
bagian punggung dan sisinya saja, karena di bagian tubuhnya
yang menempel tanah sama sekali tidak kebal terhadap
senjata tajam.
Demikian pula halnya dengan ular Madu Lebah itu. Ular itu
akan segera kehilangan bisanya bila tubuhnya terendam air.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara kekuatan dan kegesitannya juga akan hilang
apabila dicengkeram di bagian duburnya.
Selain dari pada itu, yang jelas semua ular yang ada di
dunia ini tentu takut dan tunduk kepada Ceng-liong-ong raja
mereka. Sebab bagaimanapun dahsyat dan hebatnya bisa atau
racun mereka, mereka takkan mampu melawan Ceng-liongong.
Racun mereka akan segera tawar bila menyentuh kulit
raja ular itu, karena raja ular itu memiliki Po-tok-cu (Pusaka
Mustika Racun) di dalam tubuhnya.
"Eh.......??" tiba-tiba Liu Yang Kun tersentak dari
lamunannya.
Mendadak Liu Yang Kun ingat akan Po-tok-cu yang
didapatnya dari ular raksasa itu. Tapi bersamaan dengan saat
itu pula Kim Hong San telah menyerang kembali. Murid Giokbin
Tok-ong itu benar-benar marah dan tersinggung melihat
sikap Liu Yang Kun terhadapnya. "Keparat! Kau benar-benar
sombong dan terlalu memandang rendah aku! Kubunuh kau!"
jeritnya seraya mengayunkan Ang-leng-coa yang ada di
tangan kanannya.
Dengan tangkas Liu Yang Kun mengelak. Kaki kirinya
melangkah ke samping dalam jurus Berbaring Di Pintu Bulan
yaitu jurus yang pertama dari Kim liong Sin-kun warisan Bitbo-
ong almarhum. Jurus itu memang sangat mudah dilakukan
oleh Liu Yang Kun, sehingga serangan ganas Kim Hong San itu
gagal mengenai sasarannya.
Namun sayang jurus itu dilakukan dengan kurang lengkap,
sehingga kemampuannyapun lalu menjadi kurang pula. Di
dalam Kim-liong Sin-kun sebenarnya harus mengenakan
mantel pusaka, karena pada mantel pusaka yang tahan
senjata itu pulalah letak kehebatan ilmu tersebut. Seperti
halnya pada jurus Berbaring Di Pintu Bulan tadi, seharusnya
Liu Yang Kun tidak hanya bisa mengelak saja karena dengan
mantel pusaka yang membungkus tubuhnya ia akan mampu
balas menyerang lawannya secara tak terduga. Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurut gerakan aslinya, gerakan mengelak itu lalu disusul
dengan menggeliat, menebaskan badik (pisau) dari balik
mantel pusaka. Malahan kalau serangan tersebut masih dapat
juga dielakkan lawan, maka Liu Yang Kun masih bisa
meneruskannya dengan jurus berikutnya, yaitu jurus Menebar
Jala di Dalam Gelap.
Tapi karena tidak mengenakan mantel pusaka, maka
gerakan yang dilakukan oleh Liu Yang Kun juga cuma
mengelak saja. Begitu lolos dari serangan Kim Hong San,
pemuda itu segera mundur dua langkah, untuk kemudian
membalas serangan itu dengan ilmunya yang lain. Pat-hongsin-
ciang!
Ketika Liu Yang Kun mengibaskan kedua buah lengannya
dengan disertai tenaga sakti Liong-cu-i-kang maka pusaran
angin dingin yang maha dahsyat seakan-akan lantas datang
menggencet Kim Hong San dari segala penjuru. Begitu kuat
dan dahsyatnya pusaran angin dingin tersebut, sehingga Kim
Hong San yang lihai itu tiba-tiba menjadi sesak dan tersengalsengal
napasnya. Bahkan ketika ingin menghindarpun orang
itu tiba-tiba juga merasa kaku dan sulit bergerak pula. Sekejap
Kim Hong San menjadi ketakutan. Apalagi ketika dia
memandang ke arah lawannya, tiba-tiba ia merasa sangat
kecil dan lemah di hadapan pemuda itu. Ia merasa seperti
seorang anak kecil yang berhadapan dengan raksasa yang
kuat dan berwibawa!
"Gila......!" ia mengumpat dan berusaha meronta dari
kekuatan yang tak dimengertinya itu.
"Kim su-heng, awas........!"
Dalam kekhawatirannya menyaksikan su-hengnya tiba-tiba
terperangkap ke dalam kesukaran, Nyo Kin Ong lalu
melemparkan Ular Madu Lebahnya ke arah Liu Yang Kun. Dan
bersamaan dengan waktu itu pula tangan kirinya juga
melontarkan sesuatu ke tengah arena, yaitu diantara kakak
seperguruannya dan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wuuuuuah ! Taaaaaaaar !
Bersamaan dengan meletusnya benda yang dilontarkan
Nyo Kin Ong itu, tiba tiba Liu Yang Kun merasa lengan kirinya
dibelit ular. Lalu ketika hatinya sangat kaget melihat benda
yang meledak itu mengeluarkan asap tebal bergulung-gulung,
sekali lagi Liu Yang Kun merasa ular itu memagut lengannya.
"Ah ! uh-huk…..huk.....huk!"
Liu Yang Kun mengeluh kesakitan, kemudian terbatukbatuk
pula. Pada waktu yang hampir bersamaan ternyata Ular
Madu Lebah itu telah menggigit lengannya, sementara asap
tebal yang keluar dari benda yang dilemparkan oleh Nyo Kin
Ong tadi ternyata juga hampir menggelapkan pula arena yang
memang sudah gelap oleh malam itu.
Dan semuanya itu ternyata telah membuyarkan konsentrasi
Liu Yang Kun, sehingga otomatis juga menghentikan
pemusatan ilmu Pat-hong-sin-ciang yang menggiriskan hati
itu.
"Terima kasih Nyo su-te........."
Kim Hong San yang lolos dari maut itu mengucapkan
terima kasih kepada adik seperguruannya.
"Uh-huk...huk......!" Liu Yang Kun yang belum bisa
mengelakkan diri dari kurungan asap tebal itu terbatuk-batuk.
"Dia telah digigit Ular Madu Lebah dan mengisap Asap
Pengantar Tidur kita, su-heng!" Nyo Kin Ong berseru
kegirangan.
"Bagus! Kita tak usah mendekat dulu. Biarlah ia menjadi
lemas dan mati dengan sendirinya.”
"Apa tidak kita ringkus sekalian dengan Jaring pusaka kita?"
"Tak perlu. Racun ular Madu Lebah itu sudah cukup untuk
membunuhnya. Kita nantikan saja dari kejauhan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Asap tebal yang sangat memabukkan itu akhirnya
menghilang juga ditiup angina. Di tengah arena tinggallah
tubuh Liu Yang Kun yang jangkung itu bergoyang-goyang mau
jatuh. Tampak benar kalau pemuda itu sedang berjuang
melawan rasa sakit yang menyerang badannya.
“Lihat, su-te! Dia sedang meregang nyawa! Huh.....Hebat
juga daya tahannya. Orang lain tentu sudah binasa sejak
tadi."
Jilid 25
“Heran. Aku juga merasa heran. Biasanya orang akan
langsung mati begitu digigit Ular Madu Lebah kita, betapapun
lihainya orang itu." Nyo Kin Ong menyahut sambil menimangnimang
Ular Madu Lebahnya yang telah berada kembali di
tangannya.
Asap tipis seperti mengepul dari seluruh tubuh Liu Yang
Kun. Perlahan-lahan wajahnya yang pucat seperti kapas itu
berubah kemerah-merahan kembali. Dan beberapa saat
kemudian pemuda itu telah berdiri tegak seperti semula.
Matanya kembali mencorong seperti tidak pernah terjadi apaapa
sebelumnya.
"Gila! Mengapa dia dapat bertahan terhadap racun yang
sangat mematikan itu?" Kim Hong San tiba-tiba menggeram
marah.
Nyo Kin Ong menjadi pucat pula mukanya. Ia
membelalakkan matanya seolah olah tak percaya. Dan rasa
kagetnya itu seperti menular pula pada ularnya. Ular Madu
Lebah itu seperti ketakutan pula di tangannya. Sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melingkar dan bersembunyi di dalam lengan bajunya, terasa
tubuh ular itu menjadi dingin gemetaran.

Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru