========
Baca Juga:
- Panah Kekasih 3 Tamat (Pendekar Pedang Amarah)
- Cersil Baru Terbit : Panah Kekasih 2
- Cerita Silat Terbaru : Panah Kekasih 1
- Tamu Dari Gurun Pasir 4 Tamat Full Baca Online Kom...
- Cersil Baru : Tamu dari Gurun Pasir 3
- Cersil Top : Tamu dari Gurun Pasir 2
- Cersil Terbaru OPA : Tamu dari Gurun Pasir 1
Cerita Silat Irama Pencabut Nyawa
SEPATAH KATA
PADA tiap jam 12 tengah malam, dari atas puncak Kiat-yun-hong di pegunungan Thian-tai-san, selalu terdengar gerak irama Kim (sejenis alat musik) dengan nada-nada yang enak ditangkap telinga dan sesuai sebagai suatu sajian musik instrumental yang sederhana dan lembut lagi.
Tetapi, kekuatan pengaruh irama dalam bentuk-bentuk bunyi yang sederhana yang telah berhasil membawa pendengarnya kesuatu dunia impian itu, kadang-kadang dengan tiba-tiba saja lenyap tak berbekas! Sebagai gantinya gerak irama yang kuat diseling dengan keruntunan nada-nada yang dahsyat berkumandang keseluruh pelosok daerah pegunungan Thian-tai-san yang luas itu.
Selama sepuluh tahun lamanya, diwaktu cuaca baik maupun badai mengamuk menderu-deru, pada tiap jam 12 tengah malam, gerak irama gaib itu dengan tentu pasti terdengar, tetapi yang aneh, lagunya selalu sama, yaitu lagu yang mencerminkan rasa sayang, dendam dan sedih dipadukan menjadi satu keseluruhan yang merupakan berpaduan rasa yang sukar dimengerti. Dimana sentuhan-sentuhan pada senar Kim senantiasa berubah-ubah, lembut untuk kemudian kuat dan dahsyat!
Apakah Kim tersebut dimainkan oleh setan atau iblis?? Entahlah!
Banyak orang telah datang ke pegunungan Thian-tai-san dengan maksud membikin penyelidikan siapa sebenarnya sipemain musik tunggal itu, tanpa menghiraukan kesaksian bisu tentang malapetaka yang bisa menimpa usaha mereka yang gegabah itu!
Tepat jam 12 tengah malam, mereka lalu mendaki puncak Kiat-yun-hong, tetapi ternyata mereka tidak dapat terus naik keatas tatkala mendengar gerak irama gaib itu. Tenaga dan semangat mereka tiba-tiba lenyap dan seolah-olah didesak turun kembali oleh sesuatu yang tidak tampak sama sekali! Barulah, setelah tiba dibawah lagi, mereka jadi tidak mengerti mengapa tenaga serta semangat mereka tiba-tiba lenyap hanya mendengar irama yang misterius itu!
Demikianlah, selama sepuluh tahun tiada seorang pun berhasil mendaki puncak tersebut untuk melihat sipemain Kim Maut itu. Namun kegagalan-kegagalan tersebut tidak pernah membuat orang-orang yang berkecimpung dikalangan Bu-lim berhenti berikhtiar untuk memecahkan teka-teki itu.
Mereka lalu berusaha mendaki puncak itu diwaktu siang hari. Tetapi usaha mereka inipun ternyata gagal! Karena begitu tiba di dekat puncak, lagi-lagi suara Kim Maut yang melemahkan jiwa maupun raga mereka terdengar!
I.
DIPERTENGAHAN MUSIM PANAS, tiada awan tampak di langit yang tinggi. Hari cerah dan matahari pun memancarkan sinarnya dengan megah.
Di atas jalan yang menuju kepegunungan Thian tai-san, tampak seorang kakek dan seorang pemuda tengah berjalan dengan gagah dan pesat sekali.
Si kakek berwajah menyenangkan dan bertubuh sehat meskipun usianya tidak dapat diragukan lagi sudah lebih dari 70 tahun.
Sipemuda yang baru berusia kira-kira 18 tahun berwajah tampan dan gagah perkasa. Tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
3
pada saat itu tampak dahinya berkerut dan seluruh wajahnya mencerminkan suatu kecemasan.
Tiba-tiba dari jurusan yang bertentangan mendatangi lima orang kakek yang sudah lanjut usianya. Ketika sudah berada dekat dengan kakek dan pemuda itu, mereka lalu menjura.
―Tidak terduga kami dapat menjumpai si Kakek cerdas Gouw Wie To disini !" kata salah seorang diantara kelima kakek itu. ―Sudah 20 tahun kita tidak berjumpa, namun ternyata saudara Gouw masih tetap tampak sehat dan segar sekali !"
Sipemuda yang agaknya berwatak tinggi hati tiba-tiba melengos dan melihat ke lain jurusan dengan sikap dingin terhadap kelima kakek yang baru datang itu. Tetapi tidak demikian hal dengan sikap kakek Gouw Wie To. Ia bersenyum lebar sambil balas memberi hormat dan berkata: ―Sebetulnya ada urusan apakah sehingga kelima kakek dari sungai Liong kang bersama-sama sudah datang didaerah pegunungan Thian sai-san ini?"
Pertanyaan itu agaknya ingin dielakkan oleh kelima kakek itu. Pertanyaan itu tidak dijawab bahkan salah satu antara mereka lalu menanya : ―Apakah saudara Gouw ingin pergi ke puncak Kiat-yun-hong untuk menyelidiki Irama Pencabut Nyawa?"
―Aku mau pulang, dan aku terpaksa harus berjalan di atas jalan ini," sahut Gouw Wie To. ―Aku tidak pernah menghiraukan teka-teki irama yang kau maksud itu."
―Tetapi mungkin saudara Gouw sudah mengetahui bahwa masing-masing partai silat telah mengutus beberapa puluh orang-orang mereka untuk mendaki puncak Kiat-yun-hong dengan maksud memecahkan teka-teki Irama Maut itu bukan? Aku yakin mereka kini akan berhasil mengetahui siapa itu sipemain musik tunggal itu."
―Mungkin….‖
―Saudara Gouw, siapakah pemuda ini?" tanya lain kakek.
―Dia muridku, yang selalu mengikut aku berkelana….‖
―Hai......kau beruntung sekali saudara Gouw! Kau sudah mempunyai seorang ahliwaris yang gagah perkasa, aku yakin kau sudah mewariskan ilmu-ilmu-mu yang lihay kepada pemuda itu......"
―Ho, ho, ho! Aku memang ingin mempunyai seorang ahliwaris seperti yang kau katakan itu," sahut Gouw Wie To sambil menoleh kepada sipemuda dan melanjutkan: ―Anak, mari aku perkenalkanmu kepada kelima Locianpwee dari sungai Liong-kang ini."
Sipemuda acuh tak acuh membalikkan mukanya dan membuat kelima kakek itu terkejut melihat wajahnya yang congkak dan keras kepala itu.
Ia memberi hormat lalu dengan cepat melengos lagi ke jurusan lain.
Kelima kakek itu tidak jadi tersinggung melihat sikap dingin pemuda itu. Mereka hanya menggeleng-geleng kepala dan menghela napas panjang.
―Baiklah, saudara Gouw," kata si kakek yang bicara tadi. ―Kami harus melanjutkan perjalanan kami. Sampai kita jumpa lagi!"
Setelah kelima kakek itu pergi, sipemuda lalu menghampiri Gouw Wie To dan menanya: ‖Suhu......."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
4
―Anak, aku bukan gurumu!" selak Gouw Wie To.
―Tetapi, bukankah Suhu yang telah mengajari aku ilmu-ilmu pukulan?"
―Apa yang telah kau peroleh dari aku itu, hanya sekedar untuk menjaga diri saja!"
―Apakah Suhu tidak sudi menerima aku sebagai murid?"
―Kau keliru, nak! Aku bukan tidak sudi, tetapi terus terang saja aku tidak mampu!"
―Apakah kepandaian Suhu masih kurang?"
―Aku telah mewariskan seluruhnya padamu apa yang aku miliki, dan karena kau masih muda dan kuat lagi, maka kau pasti dapat mengalahkan aku sekarang! Tetapi kau harus membalas dendam, dan musuh yang harus kau gempur itu lihay sekali, kepandaian yang telah kau peroleh dari aku belum mampu menandingi musuh-musuhmu itu !"
Wajah sipemuda tampak muram sekali mendengar keterangan itu. Ia mengawasi gurunya dan tidak mengatakan apa-apa.
―Dan jika aku mewariskan juga ilmu-ilmuku yang masih serba kurang itu, disamping karena mengingat kepada sahabatku, aku bermaksud agar kau mempunyai dasar untuk kelak menerima ilmu-ilmu dari orang pandai lainnya !" kata lagi Gouw Wie To.
―Suhu bermaksud mencarikan seorang guru untukku?"
―Betul, tetapi begitu jauh aku belum berhasil...."
―Suhu telah merawat aku dengan baik sekali, budi Suhu yang besar itu tidak dapat aku lupakan. Untuk mencari seorang guru, biarlah mulai hari ini aku berusaha sendiri...."
―Dengan demikian, kita harus berpisah bukan?"
Dengan perasaan agak berat sipemuda menganggukkan kepala.
Gouw Wie To bersenyum getir kepada muridnya yang diketahuinya sangat keras kepala itu.
―Baiklah," sahutnya kemudian. ―Ilmu-ilmu yang telah kau miliki sekarang hanya dapat digunakan sekedar untuk menjaga diri. Jagalah pedangmu yang buntung itu sehingga tidak hilang atau mendapat perhatian orang banyak!"
Sipemuda mengawasi gurunya. Ia merasa heran dipesan untuk melindungi pedang buntung yang tidak tampak luar biasa yang selalu terpancang ditali pinggangnya itu.
"Suhu, bolehkah aku mengetahui siapa musuh besarku dan bagaimana riwayatku sendiri?" tanyanya dengan suara sedih.
Gouw Wie To berpikir sebentar, lalu menghela napas dan menyahut: ―Belum tiba saatnya untuk kau mengetahui itu semua, jika aku memberitahukan juga sekarang, itu berarti aku sengaja menjerumuskanmu kedalam jurang kematian!"
―Lalu kapan baru aku diperbolehkan mengetahui itu?"
―Bila kau sudah memiliki ilmu-ilmu yang ampuh untuk mengganyang musuh-musuhmu itu!"
―Bagaimana dengan riwayatku, apakah akupun belum boleh mengetahui itu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
5
―itupun tidak dapat aku beritahukan sekarang. Tetapi ketahuilah bahwa kau she Khouw...."
―Dan siapa namaku?"
Gouw Wie To tiba-tiba jadi gugup ditanya demikian, karena dengan sesungguhnya ia tidak mengetahui siapa nama pemuda itu....
―Anak, aku hanya mengetahui bahwa kau she Khouw," akhirnya ia menyahut juga. ―Ketika aku menerimamu, kau masih kecil sekali. Pada waktu itu....aaiii....sudahlah...nanti jika saatnya sudah masak, aku pasti akan memberitahukan semua...‖
Bukan main kecewa si pemuda yang ternyata bernama depan Khouw. Ia bukan saja tidak mengetahui siapa musuh-musuh besar dan hal ikhwalnya, bahkan namanya sendiri tidak diketahuinya!
Hampir selama 17 tahun ia dipelihara dan dilatih oleh Gouw Wie To dengan penuh kasih sayang, baru setelah agak besar ia mengetahui bahwa kakek itu bukan ayah atau sanak familinya dan ia katanya mempunyai musuh-musuh yang harus digempur.
Sambil memegang pundak pemuda itu, Gouw Wie To lalu menghibur dengan berkata: ―Anak, kau mempunyai she, dan kaupun harus mempunyai nama. Kau pakai saja nama Kiam Siu, karena Kiam berarti Pedang sedangkan Siu berarti Pembalasan. Dengan nama itu aku berharap kau selalu akan mengingat tugasmu untuk membalas dendam dengan pedang yang buntung yang terpancang ditali pinggangmu itu!"
―Terima kasih, Suhu...‖ sahut Khouw Kiam Siu sambil meraba pedangnya.
―Kau masih mempunyai seorang kakak kandung yang berusia 10 tahun lebih tua darimu...‖ kata lagi Gouw Wie To dengan suara berat. ―20 tahun yang lalu, aku pernah melihat kakakmu itu dikalangan Kang-ouw dan dia bernama Khouw Thian Siong."
―Masih hidupkah kakakku itu?" tanya Khouw Kiam Siu bernapsu.
―Entahlah.....yang penting kau ingat ialah, dalam jangka waktu tiga tahun, jika segala sesuatu berjalan lancar sebagaimana telah direncanakan, kau harus segera kembali ke pegunungan Sie-thian-bok-san...."
―Untuk apakah?"
―Mungkin pada waktu itu aku sudah mati, tetapi seumpama aku belum meninggal dunia, aku pasti akan menjawab segala pertanyaan-pertanyaanmu tadi dan berusaha terus membantu usahamu membalas dendam!"
Airmata Khouw Kiam Siu jatuh berlinang mendengar ucapan Gouw Wie To yang sudah dianggapnya sebagai kakeknya sendiri itu.
―Segala petunjuk dan nasehat Suhu akan kutaati," sahutnya parau.
―Baiklah, kita berpisah disini saja...jagalah dirimu baik-baik," Berkata begitu, Gouw Wie To lekas-lekas membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Diam-diam iapun menyusut air mata yang menetes dipipinya.
Khouw Kiam Siu mengawasi punggung gurunya itu yang dengan cepat saja sudah berjalan jauh. Ia merasa kecil sekali ditinggalkan seorang diri saja untuk menghadapi dunia persilatan yang terkenal ganas dan penuh dengan peristiwa-peristiwa tidak keruan. Sambil menyusut air matanya perlahan-lahan ia berjalan untuk kemudian menggabung diri dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
6
orang-orang yang bersimpang siur dijalan itu.
Ia tidak mengetahui apa itu Irama Maut, karena begitu jauh Gouw Wie To belum pernah menceritakan padanya tentang seluk-beluk peristiwa itu. Ia baru saja mengetahui bahwa beberapa partai telah mengutus orang-orangnya untuk menyelidiki puncak Kiat-yun-hong.
Karena tidak mempunyai tujuan tertentu dan ingin juga mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh orang-orang itu, maka ia lalu mengikuti saja rombongan yang berduyun-duyun menuju ke suatu kaki gunung.
Selama 10 tahun, usaha menyelidiki Irama Maut di atas puncak Kiat yun-hong telah dilakukan berkali-kali dan meskipun telah mengalami kegagalan-kegagalan, bahkan beberapa korban jiwa telah jatuh, namun rombongan penyelidik yang satu setelah yang lainnya gagal, senantiasa bertambah besar saja.
Dan rombongan yang diikutsertakan oleh sipemuda she Khouw pada saat itu, mungkin adalah rombongan yang terbesar yang pernah tergabung selama jangka waktu 10 tahun itu. Karena tidak kurang daripada 10 partai silat yang besar serta tenar namanya, disamping beberapa puluh orang yang tidak berpartai pun telah mengambil bagian dalam ekspedisi yang dimaksud di atas.
Demikianlah, kira-kira 200 orang yang berkepala batu dan bertekad membongkar teka-teki Irama Maut berbondong-bondong telah tiba di kaki puncak tersebut. Dihadapan mereka terbentang satu lapangan rumput yang luas, di atas mana tampak gunung yang menjulang tinggi ke langit biru.
Mereka menanti dan menanti, tetapi Irama Maut tidak terdengar. Dengan hati berdebar-debar mereka menoleh keatas puncak yang hijau dan penuh dengan batu-batu gunung. Suasana mulai menjadi tegang, kenyataan-kenyataan dimasa lampau telah membuktikan bahwa tiap orang yang berusaha mendaki terus lereng puncak yang tebing itu, terpaksa harus turun kembali karena dengan tiba-tiba kehilangan tenaga serta semangat ketika mendengar pentilan Kim gaib dari atas puncak itu.
Memang ada sementara orang yang betul-betul berkepala batu, sekalipun telah mengetahui sudah tidak bertenaga dan bersemangat lagi, mereka toch terus mendaki dan mendaki untuk kemudian tidak kembali......
KHOUW KIAM SIU turut menoleh keatas, namun ia tidak merasa gelisah ataupun gentar. Puncak Kiat-yun-hong atau Irama Maut sangat asing dan agaknya tidak berarti maut baginya. Sebelum rombongan itu bergerak untuk mendaki puncak itu, ia melihat semua orang yang berada disitu tiba-tiba membuyar memberi jalan kepada tiga orang pemuda dan seorang gadis.
Rasa heran mendadak timbul dalam benaknya, mengapa semua orang tampaknya demikian hormat dan takut kepada keempat orang yang baru datang itu. Ia memperhatikan bahwa si gadis bukan saja masih muda belia, tetapi juga sangat cantik menggiurkan.
Dengan wajah yang keras serta kaku ketiga pemuda itu berjalan mengikuti si gadis dari belakang. Mereka rata-rata berusia lebih kurang 20 tahun. Dari lambang sebilah pedang, yang tersulam di-seragam mereka yang serba hitam itu, dapat dibedakan dengan jelas bahwa sipemuda yang berjalan sedikit lebih kedepan, berpangkat lebih tinggi, karena lambang sebilah pedang yang tersulam indah didada bajunya, disulam dengan benang warna emas, sedangkan kedua kawannya mempunyai lambang sebilah pedang yang tersu-lam dengan benang warna perak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
7
Didesak oleh rasa ingin tahu, sipemuda she Khouw lalu mendesak kemuka, tetapi justru sikapnya itu menarik perhatian si gadis yang tiba-tiba menghentikan langkahnya dan mengawasi padanya.
Berkelebatnya sinar kedua mata gadis cantik yang tajam sekali itu membuat Khouw Kiam Siu terdiam sebentar, namun sekonyong-konyong ia melengos dan tidak menggubris sedikitpun perhatian gadis cantik itu.
Senyum manis yang menghias bibir gadis itu serta merta lenyap. Kedua matanya mendadak terbuka lebar dan terlontarlah teguran ketus: ―Hei, siapa kau?!"
Khouw Kiam Siu menatap sebentar, tetapi tiba-tiba ia berbalik dan berjalan pergi.
―Berhenti!" bentak si gadis.
Khouw Kiam Siu jadi jengkel. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik dengan wajah masam.
―Apa maksud siocia menahan aku?" tanyanya kaku.
―Siapa namamu?" tanya gadis itu.
―Aku kira aku berhak untuk tidak menjawab pertanyaanmu itu!"
Sahutan yang ketus itu membuat si gadis sangat terperanjat. Belum pernah ia menghadapi seorang pria yang demikian kaku serta dingin, apalagi tidak menghiraukan sama sekali kecantikannya yang luar biasa itu. Ia merasa tersinggung sekali diperlakukan demikian dihadapan orang-orang dari sembilan partai besar.
―Hm! Mungkin kau belum mengenal aku ini siapa sehingga kau berani bersikap demikian kurang ajar!" teriak si gadis agak kalap. ―Ketahuilah, aku ini Kat Ju Hui alias Cui-bun-ceng lie, si Pelenyap sukma!"
―Aku tidak perduli kau siapa! Yang penting ialah, jangan kau sekali-kali hendak merampas kebebasanku bergerak!"
Berkata demikian, Khouw Kiam Siu segera berjalan dengan langkah-langkah lebar, tetapi kedua pemuda yang berlambang sebilah pedang perak didada pakaian masing-masing sekonyong-konyong menerkam dari belakang dan dengan mudah saja berhasil menelikung kedua tangannya.
Dengan sikap yang dibuat-buat sipemuda berlambang sebilah pedang emas mendekati. Lalu sambil bersenyum penuh sindir ia berkata: ―Hm....rupanya kau harus diberi tamparan agar kau tahu bagaimana menekuk kecongkakanmu itu!"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Ia merasa kecewa sekali apa yang telah dipelajari dari gurunya ternyata tidak bisa digunakan untuk membela dirinya sendiri.
Sementara itu, semua orang yang menyaksikan peristiwa itu sangat tercengang dan tiada satupun diantara mereka yang sudi turut campur dalam urusan itu.
―Hei, bocah!" bentak lagi sipemuda yang berlambang sebilah pedang emas. ―Siapa namamu? Siapa gurumu? Ayoh, lekas katakan atau...."
―Atau apa?!" seru Khouw Kiam Siu sengit.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
8
Mata pemuda itu tiba-tiba melotot dan tidak mengatakan apa-apa. Tangan kanannya diangkat dan.....
―Plokk! Plokk!! Plokk!!!"
Serentetan tamparan dengan keras sekali mengenai muka Khouw Kiam Siu yang tidak bisa menangkis atau mengelakkan karena kedua tangannya diputar kebelakang oleh 2 kawan pemuda itu.
―Bocah!" bentak sipemuda. ―Apakah kau masih tidak mau menjawab pertanyaanku tadi?"
Dengan matanya yang seolah-olah menyala Khouw Kiam Siu hanya bisa mengawasi penyerangnya itu. Tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Tiga tamparan dilepaskan lagi dan darah mengucur dari hidung dan mulutnya!
Si pemuda sudah siap untuk menyerang lagi, tetapi ia mendadak membatalkan maksudnya itu tatkala melihat lima orang kakek menghampirinya.
―Hm....apakah kelima kakek dari sungai Liong-kang ingin membela bocah ini?" tanyanya sambil mengawasi kelima kakek itu.
―Siao Pao-cu," kata salah seorang kakek, ―dia itu adalah murid Gouw Wie To, si Kakek cerdas."
―Aku tidak perduli bocah ini murid siapa," kata sipemuda. ―Agar dia ini tidak berani kurang ajar lagi, aku terpaksa harus mengajar adat dengan caraku sendiri!"
―Aku bukan murid Gouw Wie To!" tiba-tiba Khouw Kiam Siu berteriak.
―Oho! Kau bukan murid si Kakek cerdas?? Kau tentu malu orang-orang mengetahui bahwa kakek itu mempunyai seorang murid setololmu bukan? Ha, ha, ha!"
―Jahanam!‖ bentak Khouw Kiam Siu, tetapi serangkaian tamparan-tamparan lagi telah menghajar mukanya sehingga bibirnya terpecah. la meronta-ronta untuk melepaskan diri dan melawan, namun cekalan kedua pemuda itu tidak mampu ia lepaskan.
―Hei, kakek-kakek dari sungai Liong-kang!" bentak sipemuda. ―Aku minta kalian mundur jika tidak mau terkena tamparan!"
Kelima kakek itu bersenyum dingin mendengar kata-kata yang merupakan usiran itu. Tetapi akhirnya toch mereka melangkah mundur juga ketempat mereka semula.
Sipemuda memberikan isyarat kepada kedua kawannya, yang mendadak melepaskan cekalan-cekalan mereka. Dan seperti harimau terluka tampak Khouw Kiam Siu menerkam tanpa menghitung-hitung lagi untung ruginya.
Sipemuda bersenyum mengejek, justru itulah yang memang diharap-harap olehnya. Dalam posisi setengah berjongkok, tubuhnya dimiringkan kebelakang sedikit sambil menarik tinju kanannya. Begitu tangannya itu disodorkan ke depan, tampak Khouw Kiam Siu yang sedang menyeruduk seperti banteng gila, terpental balik dan roboh terjengkang!
Khouw Kiam Siu melihat bintang-bintang bertaburan didepan mukanya. Kepalanya dirasakan amat sakit. Namun, semangatnya yang seperti baja tidak mengijinkannya untuk menggeletak terus disitu. Sambil meringis-ringis kesakitan ia menggerakkan tubuhnya dan dengan susah payah ia akhirnya berhasil juga berdiri. Serentak dengan itu ia mendengar suara berseresetnya sesuatu. Ia mengawasi sipemuda yang ternyata sudah menghunus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
9
pedangnya!
―Bocah!" kata sipemuda keras. ―Merurut peraturan Kiam Pao atau Puri Pedang, aku harus menggores sebuah gambar salib di atas pipimu!"
Dengan hidungnya yang masih meneteskan darah, Khouw Kiam Siu mengawasi tajam lawannya itu. Sekalipun berwatak congkak tetapi menghadapi ancaman pemuda yang tangguh itu, ia merasa gentar juga. Dalam keadaan yang kritis itu, tiba-tiba ia mendengar bentakan yang ditujukan kepada lawannya.
―Hei, Thio Kun! Kau tidak boleh melukai pemuda itu!"
Sipemuda mendadak merandek. Ia sudah mengenali suara siapa gerangan yang membentaknya itu. la mengalihkan pandangannya kearah Kat Ju Hui dan menanya: ―Mengapa tidak boleh?! Mengapa kau justru memihak kepada bocah congkak ini?"
―Aku melarang! Dan tidak usah kau menanya mengapa aku berbuat demikian!'' bentak Kat Ju Hui gemas.
Dan sungguh diluar dugaan siapapun, sipemuda yang ternyata bernama Thio Kun itu, tiba-tiba saja jadi mengkeret mendengar bentakan si gadis. Untuk melampiaskan rasa jengkelnya ia masukkan lagi pedangnya kedalam serangka, kemudian tiba-tiba saja ia menyerang Khouw Kiam Siu yang lagi-lagi tidak bisa mengelak dan roboh terpukul dadanya.
Lalu....suasana sekonyong-konyong berubah.....
Suara pentilan Kim tiba-tiba terdengar dan membuat semua orang terkejut bukan main.
―Irama Maut !"
Demikianlah terdengar beberapa orang berseru serentak dengan menggetar. Suasana jadi hiruk-pikuk dengan berserabutnya kaki orang-orang yang membuyar keempat penjuru.
Khouw Kiam Siu merasakan dadanya sakit, kepalanya pusing dan mukanya yang bengkak, panas bekas tamparan. Sedangkan pakaiannya kotor dengan debu dan noda darahnya sendiri. Tetapi begitu kedua kakinya sudah berdiri lagi, sekalipun masih limbung, diangkat tangannya untuk menuding lawannya dan mengancam: ―Anjing! Aku takkan melupakan penganiayaan ini!"
―Ha, ha, ha! Kau bermimpi jika mengatakan demikian!" ejek Thio Kun. ―Kau takkan hidup terus untuk menunaikan ancamanmu itu!"
Kat Ju Hui mengeluarkan sebutir pil yang kemudian dilemparkan kepada Khouw Kiam Siu seraya berkata: ―Telanlah pil itu untuk menyembuhkan luka-lukamu."
Khouw Kiam Siu yang masih jengkel terhadap gadis itu, menangkap pil yang dilemparkan untuk kemudian dilemparkan lagi ketanah sambil membentak gusar: ―Aku tidak perlu pil obatmu!"
―Ha, ha, ha! Jika kau menganggap pil itu kurang mujarab, kau terima saja pil obatku ini!" kata Thio Kun yang menutup kata-katanya dengan jotosan.
Khouw Kiam Siu mengingat2 jurus yang telah dipelajari dari Gouw Wie To untuk mengelakkan serangan itu, tetapi belum lagi ia berhasil mendadak ia merasa dada yang masih sakit jadi bertambah sakit, pandangannya pudar. Sejurus kemudian ia tidak lagi mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya yang sekonyong-konyong terbanting ditanah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
10
Sementara itu, Irama Maut makin mendahsyat, yang seolah-olah ujung pedang tajam menusuk telinga, untuk kemudian berubah lagi menjadi angin menderu-deru santar, setan menangis serta iblis menjerit-jerit, dan matahari tertutup gumpalan awan hitam!
Semua orang terpaku, semangat mereka seolah-olah terbang. Yang berhati kecil dan tidak dapat menahan serangan-serangan itu, lekas-lekas meninggalkan lapangan tersebut, sedangkan yang berilmu tinggi lekas-lekas duduk bersila sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan desiran suara yang membetot-betot sukma itu. Dan hanya beberapa gelintir orang saja yang bisa berdiri di atas kaki mereka sendiri.
Kedahsyatan daripada serangan bathin ini mencapai puncaknya, yaitu ketika sentuhan-sentuhan pada senar Kim melengking tinggi dan membuat semua orang yang berada disitu merasa seolah-olah tengah berada di atas sebuah perahu yang terkatung-katung di atas samudra raya dengan ombaknya yang seperti gunung raksasa yang sebentar-sebentar melonjak tinggi keatas dan menterbalikkan kapal-kapal. Guntur menggelegar dan kilat menyambar dan membuat suasana seolah-olah dunia ini akan segera kiamat !
Hampir 200 orang telah lenyap semangat serta tenaganya, dan yang masih dapat menahan dan tetap berada di atas lapangan rumput itu hanya tinggal tiga orang hweeshio, seorang pendeta atau tojin, empat orang kakek, Thio Kun, Kat Ju Hui, dua pengikut Thio Kun dan….KHOUW KIAM SIU yang masih pingsan dadanya diterjang tinju Thio Kun, Siao Pao-cu atau simajikan muda dari Puri Pedang!
Mereka merasa seolah-olah baru terjaga dari suatu impian yang amat menakutkan. Tetapi, kecuali beberapa orang yang ilmu tenaga dalamnya sudah betul-betul mencapai tingkat kesempurnaan, lainnya sudah seperti bayi-bayi yang tidak berdaya, semangat serta tenaga mereka sudah lenyap! Satu-satunya orang yang tidak terpengaruh sama sekali oleh Irama Maut itu adalah Khouw Kiam Siu yang menggeletak semaput!
Orang pertama yang memecahkan suasana yang masih tegang itu, adalah Thio Kun yang berwatak congkak dan kejam. Ia memaksakan diri untuk tertawa berkakakan dengan maksud memperlihatkan kelihayannya masih bisa menahan serangan suara Kim Gaib.
―Begitu sajakah kedahsyatan Irama Maut?!" teriaknya mengejek. Lalu ia menoleh kepada ketiga hweeshio, sipendeta dan keempat kakek seraya melanjutkan: ―Apakah kalian masih berani meneruskan usaha penyelidikan ini?‖
Sipendeta menyeringai ditanya demikian. Jenggotnya yang panjang bergoyang-goyang tertiup angin pegunungan itu.
―Aku sudah lulus dari ujian pertama," sahutnya berat. ―Dan aku takkan merasa puas sebelum mengetahui ujian selanjutnya!"
Sahutan ini ternyata mendapat dukungan penuh dari ketiga hweeshio dan keempat kakek, yang dengan serentak berkata: ―Kamipun tidak mau meninggalkan tempat ini begitu jauh kami masih bisa menahan serangan Irama Maut itu!"
Thio Kun melirik orang-orang itu. Tetapi sebentar saja ia sudah tertawa lagi dan berkata: ―Baiklah, mari kita lanjutkan penyelidikan kita ini!" Lalu ia mendahului mendaki pegunungan itu yang segera diikuti oleh dua orang pembantunya, sipendeta, dan ketiga hweeshio.
Kat Ju Hui membiarkan saja rombongan itu mendaki terus keatas. Ia menghampiri Khouw Kiam Siu yang masih menggeletak ditanah. Ia meraba denyutan urat nadi pemuda itu dan bersenyum girang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
11
―Dia masih dapat ditolong!" bisiknya seorang diri sambil mengeluarkan sebutir pil yang lalu dimasukkan kedalam mulut pemuda itu.
Selang beberapa saat tampak Khouw Kiam Siu menggerakkan tubuhnya. Kesadarannya sudah pulih kembali dan merasa heran rasa sakit didada maupun dimukanya sudah agak menghilang. Matanya dibuka dan dapat melihat seorang gadis cantik tengah menatapnya sambil bersenyum manis.
―Bagaimana luka-lukamu, apakah sudah banyak lebih baik?" tanya Kat Ju Hui dengan suaranya yang merdu.
Khouw Kiam Siu mengendus suatu rasa harum semerbak dalam mulutnya. Ia berbangkit seraya menanya dengan suara tetap dingin: ―Apakah kau yang telah menolong aku?"
―Betul."
―Mengapa kau mau juga mengobati aku?"
Alis lentik si gadis mendadak terangkat keatas. Ia tidak menduga orang yang telah diberi pertolongan itu masih bersikap demikian kaku.
―Aku hanya sudi menolong!" sahutnya agak jengkel.
―Dari semula aku sudah tidak sudi mengenalmu apalagi untuk menerima budimu! Tetapi… tanpa persetujuanku kau sudah menolong aku juga!"
―Ee, ee! Kau betul-betul seekor mahluk yang tidak mengenal budi!‖
―Aku mengetahui, atas kemauanmu sendiri kau sudah mengobati aku, meskipun demikian, budimu itu kelak akan kubalas!"
Paras Kat Ju Hui jadi merah padam. Tiba-tiba saja rasa menyesalnya timbul. Betapa tidak, dengan bersusah-payah ia telah mencegah Thio Kun, yang mencintai serta memujanya sebagai seorang Dewi, agar tidak membunuh pemuda itu, yang ketika pingsan telah diberi obat olehnya, tetapi ternyata jerih-payah itu tidak diterima sebagaimana layaknya! Ia bahkan dibentak-bentak seperti anjing buduk yang sangat tidak disukai oleh siapapun! Ia berdiri terpaku dan tidak bisa mengatakan sesuatu, hanya matanya saja terbuka lebar-lebar tanpa berkesip!
Dipihak Khouw Kiam Siu yang seluruh jiwanya tertutup oleh hasrat membalas dendam, tidak terpengaruh sedikitpun oleh kecantikan gadis itu, pendeknya, pada saat itu, tiada panah asmara yang betapapun runcingnya dapat menembusi jantungnya!
―Masih adakah yang hendak kau katakan?" tanyanya dingin.
―Kau boleh pergi!!" teriak Kat Ju Hui yang sudah betul-betul kalap.
―Jika aku tidak mau pergi bagaimana?!" tanya Khouw Kiam Siu tidak kalah kalapnya.
―Akan kubunuh kau!"
―Kau bunuhlah !!"
Sekonyong-konyong saja, mata Kat Ju Hui yang lembut serta sayu menyala. Tanpa terasa dengan gerak yang mengagumkan sekali diangkat tinjunya setinggi dada. Dari geraknya ini segera dapat dilihat bahwa ia berkepandaian lebih tinggi daripada Thio Kun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
12
Dengan gugup Khouw Kiam Siu lekas-lekas bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan. Pengalaman pahit yang baru beberapa saat saja dialami membuatnya lebih cerdik sedikit. Sebelum si gadis menyerang, tiba-tiba ia mendahului menjotos. Tetapi terdengar ia me-lepaskan jeritan yang membangkitkan bulu roma. Tampak tubuhnya yang kokoh kuat itu terpental jauh kebelakang sambil muntahkan darah dari mulutnya!
Bukan main terkejut Kat Ju Hui, ia sudah mengetahui bahwa pemuda itu tidak mampu melawan Thio Kun tadi, tetapi ia sungguh tidak menyangka jika sebagai murid si Kakek Cerdas, pemuda itu tidak bisa menahan tangkisannya yang boleh dikatakan acuh tak acuh. Ia meloncat mendekati sambil cepat-cepat menjejal sebutir pil kedalam mulut pemuda ganteng yang ternyata cengeng itu!
―Aaai! Mengapa aku menghajarnya??!" tanya gadis itu pada dirinya sendiri sambil mengawasi pemuda itu yang sudah pingsan lagi dengan mukanya yang penuh debu serta darah. Mungkin karena rasa sangat menyesalnya, sekonyong-konyong tak tertahan lagi kedua matanya berlinang air!
―Piauw Moy," tiba-tiba seseorang berkata. ―Mengapa kau menangis setelah menghajar anjing itu?"
Dengan terkejut Kat Ju Hui mengalihkan pandangannya kearah suara itu. Tepat dibelakangnya, tampak Thio Kun tengah berdiri sambil menolak pinggang.
Thio Kun tadi sudah memimpin rombongannya mendaki jalan yang menuju keatas puncak. Ia sudah tiba disuatu tempat tertentu dan baru menyadari bahwa Piauw Moy-nya atau adik kemenakannya, Kat Ju Hui, ternyata tidak berada dalam rombongannya itu. Ia lalu menyuruh kedua kawannya memimpin terus rombongan itu keatas, sedangkan ia sendiri turun lagi kebawah untuk mencari adik kemenakannya itu.
Adegan dan percakapan antara Kat Ju Hui dan Khouw Kiam Siu yang telah disaksikan dan didengarnya dengan jelas itu, hanya membuat rasa cemburunya menjadi-jadi saja. Entah berapa tahun lamanya ia sudah berusaha keras untuk memikat hati adik kemenakannya itu, namun begitu jauh belum ada tanda-tanda bahwa ia sudah berhasil !
Ia sungguh merasa heran hanya dalam beberapa menit saja, dewi pujaannya sendiri sudah tercuri hatinya oleh seorang pemuda - meskipun tampan - tetapi menurut anggapannya sendiri terlalu tolol untuk memperoleh 'rezeki' demikian besarnya!
Semula Kat Ju Hui merasa agak malu rahasia hatinya sudah diketahui, tetapi ketika mendengar sebutan 'anjing', tiba-tiba ia jadi gusar.
―Sebutan apa kau pakai untuk memanggil pemuda ini?!" tanyanya sengit.
―Anjing!‖ sahut Thio Kun keras.
―Coba kau katakan lagi!"
―Piauw Moy! Apakah kau sudah gila? Atau memang otakmu sudah miring?!"
―Aku tidak edan! Tetapi jangan sekali lagi kau panggil pemuda ini 'anjing' !''
―Mengapa kau tergila-gila terhadap seorang yang kau tidak kenal sama sekali?!"
―Jika aku mengaku telah jatuh cinta pada dia itu, lalu kau mau apa?!"
―Tetapi.... 'anjing' itu tidak membalas cintamu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
13
―Thio Kun!" seru Kat Ju Hui sambi! melotot beringas. ―Sebelum aku menjadi nekad aku minta kau lekas-lekas enyah dari sini!"
Thio Kun cepat-cepat melangkah mundur. Ia menginsyafi adik kemenakannya itu setingkat lebih tinggi kepandaiannya.
―Piauw Moy," katanya. ―Ayahku dan aku sendiri selalu memperlakukan dan menaruh perhatian penuh terhadap dirimu. Mengapa sikapmu tiba-tiba berubah demikian jauh?"
"Sudahlah! Aku minta kau lekas-lekas pergi, dan akupun takkan kembali ke Kiam Pao lagi!"
Sementara pertengkaran itu masih berlangsung dengan sengitnya, Khouw Kiam Siu sudah siuman lagi. Ia menggerakkan tubuhnya untuk duduk dan mulutnya jadi ternganga dapat melihat Kat Ju Hui dan Thio Kun sedang adu mulut.
―Aneh!" katanya dalam hati. ―Mengapa mereka berselisih? Bukankah mereka dari satu partai?"
Thio Kun melirik kearah pemuda saingannya itu. ―Semua ini melulu adalah gara2mu!" hardiknya dalam hati. Lalu secepat kilat ia menghunus pedangnya yang bergagang emas dan menusuk Khouw Kiam Siu yang baru saja berhasil berdiri.
Dalam keadaan tidak terluka Khouw Kiam Siu tidak mampu melawan pemuda she Thio itu, apalagi pada saat itu, ialah pada saat ia masih merasakan sisa-sisa bekas tangkisan Kat Ju Hui. Ia memejamkan kedua matanya dan siap menerima segala kemungkinan. Ia menunggu dan menunggu dengan hati berdebar-debar, namun ujung pedang yang tajam itu ternyata tidak kunjung tiba! la mendengar suatu benda beradu yang dibarengi dengan terbantingnya sesuatu yang berat.
Dengan memberanikan diri ia lekas-lekas membuka matanya dan apa yang dilihatnya betul-betul membuatnya bingung tidak kepalang!
Thio Kun, si pria yang dirundung cemburu sudah terlentang mengawasi langit yang terang menyilaukan ! Sedangkan Kat Ju Hui, dengan paras masam, sedang berdiri tidak jauh didepannya.
Sambil menahan sakit Thio Kun berbangkit dan berkata: ―Piauw Moy, apakah dengan jalan ini kau telah memutuskan hubungan kita?"
―Aku sudah memberikan kesempatan untuk kau pergi, maka ayohlah, enyah!" sahut Kat Ju Hui ketus.
―Apakah betul-betul kau tidak ingin pulang ke Puri Pedang lagi?"
―Tidak!"
Khouw Kiam Siu mengangkat mukanya mengawasi gadis itu. Ia mengetahui, karena telah menolong dirinya, si gadis jadi bertentangan dengan Thio Kun. Namun, kenyataan ini tidak berhasil merubah wataknya yang congkak.
―Hei, Thio Kun!" sekonyong-konyong ia membentak. ―Kau telah memberikan 'bingkisan' di atas mukaku, dan 'bingkisan' yang terlebih mahal akan kelak kuberikan padamu!"
―Ha, ha, ha! Jadi kau mengancam?!" ejek Thio Kun.
―Ya! Pada suatu waktu, kau pasti akan menerima apa yang aku janjikan itu!" lalu ia menoleh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
14
kepada Kat Ju Hui tanpa menghiraukan Thio Kun yang masih tertawa mengejek dan melanjutkan.
―Dan kau, kau telah mengobati aku untuk kemudian membuat aku pingsan lagi! Budi dan dendam ini kini menjadi dua soal yang tidak dapat disamakan! Budimu, maupun dendamku, kelak akan kubalas juga!"
―Piauw Moy," selak Thio Kun yang bermaksud memancing di air keruh. ―Bukankah aku sudah memberitahukan bahwa anjing ini tidak sudi membalas cintamu? Biarlah aku......"
―Tutup mulutmu!" teriak Kat Ju Hui beringas.
Ia sudah mengangkat tinjunya dan siap menyerang pemuda she Thio itu, tetapi tiba-tiba Irama Maut yang seolah-olah gelombang raksasa mendampar bibir pantai terdengar!
Dua jeritan yang mengerikan memecahkan suasana yang sunyi di pegunungan itu. Serentak dengan itu, Irama Maut pun menghilang dari udara.
Dengan loncatan yang indah sekali tampak tubuh Kat Ju Hui dan Thio Kun terapung keatas dan hinggap didinding gunung di atas mana puncak Kiat yun hong terletak untuk kemudian mendaki terus keatas, meninggalkan Khouw Kiam Siu seorang diri.
ketinggian 300 meter telah dicapai, dan tiba-tiba saja mereka merandek ketika dapat melihat dua mayat manusia dengan kepala hancur tergeletak dilereng puncak itu! Kedua mayat itu adalah mayat-mayat kedua kawan Thio Kun yang berlambang sebilah pedang perak di-masing-masing dada pakaian mereka.
Pada saat yang sama, sekonyong-konyong dari atas puncak terdengar tindakan-tindakan kaki yang berbondong-bondong menyusur jalan yang mudun itu. Ternyata mereka adalah si tiga hweeshio, sipendeta dan si empat kakek yang sudah bermuka pucat pasi karena ketakutan! Mereka menghentikan langkah-langkah mereka didepan Kat Ju Hui dan Thio Kun tanpa dapat mengatakan sesuatu karena tersengal-sengal !
Kat Ju Hui menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keadaan kedelapan orang yang sudah betul-betul seperti bayi-bayi tanpa semangat untuk hidup itu!
―Apa telah terjadi?" tanya Thio Kun bingung.
―S E E .... S E E T A N N... " sahut si kakek yang berjenggot panjang terputus2.
―Setan?!!‖ seru Kat Ju Hui terperanjat.
―Be .... betul….‖
Kat Ju Hui memiliki kepandaian tinggi sekali, ia sebetulnya tidak merasa yakin jika setan itu betul-betul ada di atas bumi ini. Ia sudah ingin mendaki lagi keatas untuk membuktikan sendiri pengakuan kakek berjenggot panjang itu, namun mendadak ia teringat akan sipemuda yang tidak mengenal budi yang ditinggalkannya dibawah.
Pada saat itu perasaan cinta dan benci berkecamuk hebat dalam hatinya. Pertarungan yang tidak tampak itu tidak berlangsung lama, rasa cinta akhirnya menang. Ia sekonyong-konyong bergerak turun lagi dari tempat yang tinggi itu untuk menjenguk pemuda pujaan hatinya.
Thio Kun yang juga memiliki kepandaian hampir setarap dengan adik kemenakannya itu, sekalipun berwatak congkak, kejam serta berakal bulus, tetapi setelah melihat kesaksian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
15
bisu yang telah menimpa kedua kawannya tadi, tidak lagi berani mendaki terus keatas. Tanpa pikir-pikir panjang lagi ia segera mengikuti jejak Kat Ju Hui yang dengan cepat saja sudah berlari-lari di atas jalan yang menurun itu.
Tetapi, ketika tiba di atas lapangan rumput tadi, mereka jadi terkejut tidak melihat Khouw Kiam Siu berada disitu. Mereka lalu mencari disekitar tempat itu, namun hasilnya tetap nihil.
―Kemana perginya anjing itu?" pikir Thio Kun. ―Aku harus menyingkirkannya itu demi cintaku terhadap Piauw Moy!"
Kat Ju Hui mencari terus. Ia merasa khawatir sekali akan keselamatan si pemuda yang telah berhasil mencuri hatinya. Ketika tidak menjumpai orang yang dimaksud itu, ia lalu turun terus ke kaki jurang diikuti oleh Thio Kun.
Demikianlah, rombongan expedisi terbesar yang pernah tergabung dalam waktu 10 tahun untuk menyelidiki rahasia Irama Maut di puncak Kiat-yun-hong telah berakhir dengan kegagalan yang amat mengecewakan.
Bagaimana dengan nasib Khouw Kiam Siu sendiri?
Apakah iapun sudah meninggalkan daerah pegunungan Thian-sai-san itu?
Tidak ! Khouw Kiam Siu belum meninggalkan tempat itu. la bahkan bertekad tidak meninggalkan tempat itu sebelum mengetahui apa yang hendak diketahui oleh tidak kurang daripada 200 orang itu!
MARILAH kita tengok sipemuda yang menurut Kat Ju Hui tidak mengenal budi itu.
Melihat ilmu meringankan tubuh Kat Ju Hui dan Thio Kun yang demikian mahirnya, yang dengan mudah saja sudah hinggap di atas dinding gunung untuk selanjutnya mengejar suara jeritan di atas puncak, Khouw Kiam Siu tidak menjadi putus harapan.
―Akupun ingin mendaki keatas sekalipun aku tidak mampu menempuh jalan yang sama!" katanya perlahan.
Ia tidak mengetahui, karena masih pingsan, bahwa kira-kira 200 orang yang bermaksud menyelidiki teka-teki Irama Maut sudah siang-siang mabur dari tempat itu. Ia hanya mengira mereka semua kini sudah berada di atas puncak itu. Maka digeraki kedua kakinya dan mendaki gunung itu dengan mengambil jalan lain, yang sekalipun memutar dan lebih jauh, tetapi tidak seterjal jalan yang telah ditempuh oleh Kat Ju Hui dan Thio Kun tadi.
Matahari sudah condong kebarat dengan sinarnya yang kuning keemas2an. Tidak lama kemudian senja pun tiba yang kemudian disusul dengan datangnya sang malam yang gelap gulita tanpa rembulan ataupun bintang-bintang dilangit.
Angin gunung yang dingin mendesir dan membuat tubuhnya menggigil. Meskipun mengalami kesukaran-kesukaran hebat, tetapi akhirnya, berkat kecongkakan serta semangatnya yang tidak terpatahkan, dengan napas tersengal-sengal ia berhasil juga memijakkan kedua kakinya di atas puncak Kiat yun-hong!
Luas puncak itu kira-kira setengah Bou (1 bou = kira-kira 900 meter persegi). Suasana di tempat itu sunyi senyap. Hanya kadang-kadang saja desiran angin menghembus daun-daun pohon dan menerbitkan suara yang menyeramkan sekali.
―Aneh!" pikir Khouw Kiam Siu. ―Mengapa tidak ada seorang pun disini?! Apakah mereka tertimpa malapetaka dan mati?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
16
Bunyi-bunyian serangga yang beraneka ragam terdengar, yang kadang kalah disambut oleh pekikan burung hantu. Dilihat keseluruhannya, tempat itu betul-betul seperti tempat bernaungnya setan-setan atau iblis-iblis!
Karena lelahnya, Khouw Kiam Siu lalu duduk sambil bersandar kesebuah pohon besar. Ia merasa masgul ketika mengenakan peristiwa siang hari tadi.
―Aku harus mencari seorang guru yang pandai !" geramnya seorang diri. ―Aku harus membalas tamparan yang telah kuterima dari Thio Kun!"
Tetapi, dengan tiba-tiba saja satu suara aneh berkeresek, tidak beberapa jauh dihadapannya berkelebat satu bayangan hitam!
―Apakah itu setan?!" bisiknya seorang diri. ―Akh! Masakan didunia ini ada setan?!"
Meskipun mulutnya mengatakan demikian, namun bulu romanya berdiri, jantungnya memukul dengan keras sekali. Perasaan dingin menggigil mengalir sepanjang anggota tubuhnya.
Perasaan gemetar yang seperti dinginnya es mencekam jantungnya. Pada saat ia memandang jauh kedepan, dilihatnya satu bayangan hitam bergerak-gerak dengan cepat sekali untuk kemudian duduk bersila di atas tanah dan.....
―Teng......!"
Menjilak kedua mata Khouw Kiam Siu. Suara itu pernah didengarnya ketika ia masih berada jauh dibawah puncak itu.
―IRAMA MAUT....." bisiknya tanpa terasa.
―Treng - - teng! Treng-- teng -- ting -- teng!"
Demikianlah, sentuhan-sentuhan pada senar Kim yang membawakan lagu merayu....merayu sepasang merpati yang sedang mencurahkan isi-hati masing-masing terdengar.... suatu lagu yang merawan hati yang seperti air sungai mengalir dengan derasnya dari hulu ke muara bebas….
Khouw Kiam Siu merasa berkesan sekali mendengar lagu itu.
Perasaan takut yang mencekam jantungnya perlahan-lahan lenyap, yang kemudian diganti oleh perasaan seolah-olah ia sedang berada disuatu taman yang indah permai, bebas dari segala kekhawatiran dan kecemasan.
Ia seolah-olah mendengar burung-burung berkicau, mengendus harum bunga yang semerbak ditaman firdaus dan melupakan segala sesuatu yang menindih jiwanya......
Tetapi lagu yang menawan hati itu tiba-tiba berubah.....sebagai gantinya terdengar lagu yang menyayat hati, seolah-olah seorang janda atau seorang anak piatu menangis di atas perahu dimalam hari.... seolah-olah burung perkutut sedang merindukan kekasihnya yang tak kunjung datang......
Air mata Khouw Kiam Siu jatuh berlinang, alam khayalannya tidak tahan terombang-ambing oleh lagu yang membetot sukmanya itu. Dan.....
―Ting! Tiiiinnnngggg...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
17
Dengan pentilan senar panjang itu, maka selesailah lagu yang merayu, menggembirakan untuk kemudian menyayat hati itu.
Khouw Kiam Siu merasa kepalanya kosong melompong, penghidupan di atas dunia seperti suatu impian .... tanpa arti . . . hampa!
Tetapi Irama Maut tiba-tiba terdengar lagi dan membuyarkan pikirannya yang sudah putus asa itu. Seluruh alam menjadi gaduh dengan suara pentilan-pentilan senar Kim yang menciptakan suasana seolah-olah disitu tengah mengalami hujan lebat yang tumpah dari langit dan menyiram seluruh jagad.
Taupan mengamuk dan menyapu bersih segala sesuatu yang kotor, busuk dan terkutuk. Gunung berapi meledak, laharnya membakar segala makhluk jahat, keji dan berdosa. Perasaan benci, murka, dan dendam tercermin dalam lagu yang nadanya tidak bertentuan itu. Melengking tinggi keatas untuk kemudian dengan sangat mendadak ambruk kebawah.
Khouw Kiam Siu yang sudah terpengaruh dan terseret kesuatu arus yang penuh dendam, sekonyong-konyong berbangkit dan berjalan menghampiri sipemain Kim Gaib itu. Seluruh jiwa dan raganya diliputi oleh perasaan BENCI yang sangat. Ia sudah mengangkat tangannya dan siap untuk menyerang....namun suara pentilan pada senar Kim Gaib itu tiba-tiba berhenti, bayangan hitam yang tengah duduk bersila pun lenyap!
Serentak dengan menghilangnya Irama Maut itu, iapun tiba-tiba tersadar akan dirinya lagi, bahwa ia kini berada di atas puncak Kiat-yun-hong yang sangat disegani oleh semua orang yang berkecimpung dikalangan persilatan!
Ia berdiri terpaku. Matanya berkelebat-kelebat liar dan kekiri kekanan. Tiba-tiba ia merasa pundak kanannya tersentuh oleh suatu yang dingin seperti es. Pada saat itu juga, semangat serta tenaganya sudah terbang entah kemana. Kedua lututnya dirasakan lemas tidak bertenaga sehingga ia tidak mampu membalikkan tubuhnya untuk melihat apa gerangan yang sudah menyentuh pundaknya itu.
―Kau datang dari mana!" tiba-tiba terdengar suara yang serak dan berat menanya.
Tersentak jantung Khouw Kiam Siu mendengar nadi suara itu. Segera diketahuinya bahwa sesuatu yang dingin yang menyentuh pundaknya itu adalah cengkeraman kuat entah makhluk apa! Dikumpulkan seluruh tenaganya dan berkata dengan suara menggetar: ―kau....kau manusia atau iblis ....iblis jahat?"
―HAA! HAA!! HAA!!! Apa bedanya antara manusia dan iblis jahat ! Yang dipanggil manusia itu sebetulnya adalah Iblis yang terjahat! Ha, ha, ha!!"
―Kau .... kau bukan iblis .... kau adalah satu manusia.....manusia seperti ....aku…‖
―Bagaimana kau mengetahui itu? Bukankah kau belum melihat bagaimana wujudku sebenarnya?"
―Karena kau .... bisa bicara .... bicara seperti aku...."
―Tetapi...bukankah satu iblis pun dapat berbicara?"
―Ya...namun aku dapat membedakan bahwa kau bukan iblis jahat….‖
―Bagaimana kau membedakan?"
―Nada suaramu....nada suaramu menunjukkan dengan jelas bahwa kau....."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
18
―Bahwa aku mengapa?!"
Khouw Kiam Siu tidak lantas menyahut, la berpikir sebentar.
Kemudian dengan suara perlahan ia berkata: ―Bahwa kau adalah satu manusia yang telah patah hati!"
―Ha, ha, ha! Aku seorang yang patah hati?!"
―Ya, apakah aku sudah tidak salah menerka?"
―Ha, ha, ha! Tidak! Kau sudah tidak salah menerka! Hanya terkaanmu itu separuh saja yang betul....."
―Apa itu yang tidak betul?"
―Aku sudah kehilangan tekad untuk hidup, maka sekalipun betul aku memang manusia, tetapi hanya separuh saja! Separuh tubuhku yang lainnya ini, adalah iblis jahat!"
―Tetapi......kau masih tetap satu manusia…manusia dari darah dan daging!"
―Satu manusia yang sudah siap untuk membunuhmu !"
Khouw Kiam Siu terdiam seketika, ia heran tanpa melakukan sesuatu yang melanggar hukum dirinya hendak dibunuh.
―Kau hendak membunuh aku?" tanyanya kemudian.
―Ya!"
―Mengapa?!"
―Untuk mencegah kau turut campur dalam urusanku!"
―Urusan apa....."
―Cukup! Tidak usah kau menanya secara bertele2!"
Tiba-tiba saja Khouw Kiam Siu meronta dengan maksud melepaskan cengkeraman dipundaknya, tetapi ternyata betapapun keras ia menggerakkan tubuhnya, genggaman orang itu tetap melekat dipundaknya yang terasa semakin sakit saja. Semula hatinya berdebar-debar mengetahui orang itu akan betul-betul melaksanakan ancamannya namun wataknya yang congkak membuatnya berteriak:
―Hei! Siapapun kau sebenarnya, aku tidak perduli! Tetapi camkanlah, aku tidak bersedia dibunuh tanpa melihat wujudmu!"
Serentak dengan selesainya kata-kata itu, Khouw Kiam Siu merasa cengkraman dipundaknya perlahan-lahan mengendor untuk kemudian terlepas sama sekali.
―Persilahkan kau berbalik dan lihatlah siapa aku sebenarnya!" bentak orang itu getas.
Khouw Kiam Siu melirik kesamping. Perlahan-lahan diputar tubuhnya kebelakang.....
―Aah...!" serunya terkejut sambil melangkah mundur beberapa tindak dengan mulut ternganga.
Dihadapannya, tidak lebih daripada 5 langkah, ia melihat seorang yang berambut panjang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
19
hingga menutupi kedua pundaknya. Berjubah hitam dan menutupi mukanya dengan selembar kain hitam pula. Dari kedua lubang mata di atas kain hitam itu, tampak satu sinar tajam menyorot keluar!
Orang itu mengawasi tajam dan tiba-tiba iapun melangkah mundur kebelakang. Sikapnya menunjukkan bahwa iapun tidak kalah kagetnya ketika melihat wajah sipemuda she Khouw.
Khouw Kiam Su tidak menghiraukan sikap ganjil orang itu. Mengingat orang itu akan segera membunuhnya, mendadak ia jadi nekad dan berkata dengan keras:
―Aku tidak mau dibunuh tanpa melawan! Ayohlah, aku sudah siap untuk menerima segala pukulanmu!"
"Hee, hee, hee! Ternyata hatimu cukup besar untuk menghadapi kematian ya? Tetapi, katakanlah bahwa kau betul-betul tidak takut mati," kata orang itu sember.
―Tiada seorang pun di atas dunia ini yang tidak takut mati! Tetapi jika kau ingin membunuh aku, aku tidak bersedia ditelan mentah2!"
―Hee, hee, hee! Jika kau mengatakan demikian, yah, sudahlah. Akupun tidak sudi membunuhmu!"
―Kau...kau hanya menggertak2 saja?"
―Aku tidak pernah menggertak2! Aku semula memang bermaksud membunuhmu!"
―Mengapa kau membatalkan maksudmu itu kini?"
―Karena kau sangat jujur! Dan mungkin dengan perantaraanmu, rencanaku akan terlaksana!"
Khouw Kiam Siu tidak bisa menafsirkan maksud ganjil orang itu. Ia tidak mengatakan apa-apa dan menantikan saja pembicaraan orang itu lebih lanjut.
―Ayohlah, ikuti langkahku!" kata lagi orang itu sambil membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.
―Hendak kemana kau?"
―Kau ikutilah jejakku !"
Tanpa bercakap2 lagi mereka lalu berjalan ke tepi jurang. Di suatu tempat tertentu orang itu lalu berhenti dan berkata:
―Kau duduklah dan jangan terlalu banyak menanya."
Khouw Kiam Siu tertarik sekali dengan keganjilan orang itu yang sudah mendahului duduk bersila sambil mengeluarkan sebuah benda yang berukuran 20 x 40 cm, dengan beberapa puluh kawat baja yang sebesar tali rami menghias permukaan benda itu.
―Kim!" katanya perlahan.
Orang itu tidak menghiraukan kata-kata Khouw Kiam Siu itu. Diletakkannya benda itu, yang memang sebuah Kim, di atas pangkuannya. Setelah menghela napas dalam2, ia lalu mulai menyentuh2 alat tetabuhannya yang gaib itu.
―Trang-teng!Trang--teng-ting--teng...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
20
Demikianlah, lagu serupa yang paling akhir didengar oleh Khouw Kiam Siu tadi berkumandang lagi diudara - - suatu lagu yang mencerminkan perasaan benci dan membangkitkan tekad membalas dendam!
Orang itu tidak menyelesaikan lagunya itu, karena ia tiba-tiba dapat melihat Khouw Kiam Siu lagi-lagi sudah terbawa oleh alunan lagu tersebut dan siap menyerangnya! Ia mengawasi pemuda itu yang mendadak tersadar dan berkata sambil mengangkat sebelah tangannya menunjuk kearah puncak gunung diseberang. ―Apakah kau melihat sesuatu di atas puncak itu?"
Khouw Kiam Siu mengalihkan pandangannya kearah yang dimaksud itu sambil mengerahkan indera penglihatannya. Samar-samar dilihatnya satu bayangan putih sedang berduduk di atas teras sebuah Vila.
―Aku melihat sesuatu," sahutnya kemudian.
―Apa yang kau lihat itu?"
―Sesosok bayangan putih..."
―Cocok!"
―Dilihat dari gerak-geriknya, aku condong kepada kesimpulan bahwa itu adalah bayangan seorang wanita..."
―Tidak salah!"
―Apakah wanita itupun tengah mendengari pentilan Kim?"
Orang itu tidak lantas menjawab. Diangkat mukanya dan memandang jauh ke seberang. Lama juga baru terdengar ia berkata:
―Ya....selama tidak kurang daripada 10 tahun, tiap jam 12 tengah malam, tidak perduli cuaca baik ataupun buruk, aku selalu dan pasti akan mementil Kim ini untuk menghibur wanita itu...."
Tercengang Khouw Kiam Siu mendengar pengakuan itu. Di dalam dunia yang luas ini, memang segala hal yang luar biasa bisa terjadi. Tetapi ia betul-betul tidak mengerti jika di atas muka bumi ini masih ada dua makhluk yang luar daripada luar biasa itu. Yang satu menghibur dengan alat tetabuhannya, sedangkan yang lainnya mendengari jauh diseberang puncak tiap tepat jam 12 tengah malam tanpa kecuali hujan ataupun badai mengamuk selama 10 tahun lamanya!
Lama juga ia memikiri keganjilan itu sambil menerka2 maksud daripada sipemain musik tunggal itu.
―Siapakah wanita itu?" akhirnya ia menanya.
―Seorang wanita yang hidup dalam khayalan!"
―...........???!"
―Lagu yang keluar dari Kim ini membuat wanita itu memperoleh harapan dan hidup terus. Hal yang sama pun telah terjadi atas diriku, aku masih dapat hidup terus karena masih bisa melihat wanita itu sambil mementil alat tetabuhanku ini!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
21
―Khayalan....wanita hidup dalam khayalan...."
―Hee, hee, hee......"
―Kau bisa hidup terus karena telah menganjurkan dan memberikan harapan2 kepada wanita itu untuk hidup terus. Hai.....aku…..aku betul-betul tidak mengerti semua ini!"
―Kau masih muda dan belum bisa mengerti, tetapi kelak kau pasti akan mengerti serta menginsyafi apa itu penghidupan. Sekarang, marilah kita membuat perjanjian......"
Khouw Kiam Siu merandek. Tidak berani ia sembarangan membuka mulutnya untuk membuat perjanjian dengan orang yang aneh itu.
―Mengapa kita harus membuat perjanjian segala?" tanyanya heran.
―Hee, hee, hee! Aku sudah mengatakan tadi bahwa kau adalah orang paling jujur yang pernah aku jumpai dan....mungkin kaulah orang satu-satunya yang dapat membantu aku melaksanakan rencanaku..." sahut orang itu.
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Dengan tajam ditatapnya selembar kain hitam yang menutupi muka orang itu dan ternyata sinar mata orang itu kini tidak lagi setajam tadi.
―Tetapi, maukah kau membantu aku?" tanya lagi orang itu.
―Aku.....tidak memiliki kepandaian apa-apa untuk membantumu ....."
―Itu tidak menjadi soal. Yang harus kau jawab yalah, apakah kau sudi membantu aku?"
―Apa yang harus....aku lakukan?"
―Orang-orang dari Kiam Pao sangat congkak dan kejam! Dan hal ini tentu sudah kau ketahui bukan?"
Disebutnya nama Kiam Pao membuat Khouw Kiam Siu teringat akan Thio Kun, si majikan muda dari Puri Pedang, yang pernah menganiayanya.
―Apakah kau bermusuhan dengan orang-orang dari puri tersebut?" tanya kemudian.
―Betul! Dendamku terhadap Kiam Pao lebih dalam dari lautan manapun!"
―Mengapa kau memencilkan diri di atas puncak ini dan tidak menggempur musuh-musuhmu itu? Aku merasa yakin kau akan berhasil....."
―Treng - - teng - - ting - - teng - - tiinngg ..."
Demikianlah, kata-kata Khouw Kiam Siu dipotong ditengah-tengah oleh suara Kim Gaib yang tiba-tiba dipentil dengan dahsyat sekali.
"Karena aku tidak lagi mungkin melakukan itu untuk selama-lamanya!" teriak orang itu kalap sambil menghentikan pentilan-pentilan jarinya pada senar Kim. Sikapnya menunjukkan bahwa ia sudah beringas sekali.
―Mengapa?" tanya Khouw Kiam Siu ragu-ragu.
―Kesatu, aku tidak bisa meninggalkan puncak ini, karena tiap-tiap malam aku harus mementil Kim agar wanita diseberang puncak ini bisa hidup terus. Kedua, karena aku sudah tergolong sebagai satu iblis dan tidak lagi bisa aktif disiang hari. Disamping itu, Puri Pedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
22
letaknya jauh sekali dan tidak mungkin dapat kutempuh dalam setengah hari. Lepas dari itu semua, aku hanya masih bisa hidup tidak lebih dari pada 3 bulan lagi saja....."
―Kau hanya bisa hidup 3 bulan lagi saja?!"
―Ya, selewatnya jangka waktu 90 hari ini, aku akan betul-betul jadi setan!"
Khouw Kiam Siu tidak bisa melihat wajah dibalik selembar kain hitam itu, namun ia dapat membayangkan bahwa orang itu sangat menderita tekanan bathin. Tanpa terasa dengan suara penuh simpati ia menanya:
―Setelah 3 bulan lewat, siapakah yang akan mementil Kim Gaib itu?"
―Kau ! Haa, haa haa! Ya, jika malam ini aku tidak menjumpaimu, aku akan menyesal terus menerus. Mungkin ini sudah ditakdirkan oleh Tuhan bahwa kau seorang diri saja malam ini bisa tiba di atas puncak ini dengan selamat!"
―Aku seorang diri saja ? Bukankah tidak kurang daripada 200 orang telah mendaki puncak ini?"
―Aku hanya melihat 10 orang."
―10 orang? Kemana perginya yang lain? Dan ada dimana sekarang kesepuluh orang itu?"
―Mereka telah terbirit2 turun lagi setelah semangat serta tenaga mereka lenyap mendengar suara gaib alat tetabuhanku ini. Hanya 10 orang yang terdiri dari 3 orang hweeshio, 1 pendeta, 4 orang kakek dan 2 orang muda usia, dapat bertahan dan berhasil mendaki hingga hampir tiba di atas puncak ini. Tetapi akhirnya mereka harus meninggalkan juga tempat ini ketika mendengar lagu yang bukan saja melenyapkan tenaga serta semangat, bahkan menghalau sukma mereka! Dalam kesempatan yang terbaik itu, aku telah membunuh kedua orang muda tadi yang ternyata berasal dari Puri Pedang!"
―O.... tidak heran jika aku tidak melihat siapapun ketika memijakkan kedua kakiku di atas puncak ini tadi."
Orang itu mendadak jadi heran jika Khouw Kiam Siu tidak mengetahui bahwa semua orang telah turun lagi kebawah.
―Bukankah kau mendaki puncak ini bersama-sama mereka itu?" tanyanya.
―Betul. Tetapi aku telah mengambil jalan yang berlainan..."
Orang itu tertawa berkakakan.
―Tidak heran jika akupun tidak mengetahui kau sudah datang disini! Ha, ha, ha!"
―Tetapi, aku kurang merasa yakin jika karena kejujuranku, kau lalu tidak sudi membunuh aku."
―Betul! Aku tidak membunuhmu karena disamping kau seorang yang jujur, wajahmu pun mirip benar dengan wajahku pada 10 tahun yang lalu! Dengan wajahmu itu kau pasti akan berhasil melaksanakan rencanaku!"
―Mementil Kim tiap jam 12 tengah malam dari hari yang satu kehari yang lainnya?"
―O....bukan, bukan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
23
―Lalu?!"
―Sebelum aku mati aku akan menyerahkan seluruh tenaga dalamku padamu!"
―Aku tidak mau!"
―Mengapa tidak mau?"
―Karena itu berarti kau membunuh diri! Aku tidak berani menerima budi yang demikian besar....aku pasti tidak mampu membalas...."
―Kau keliru! Ini bukan urusan balas-membalas budi. Urusan kita ini semata-mata adalah urusan dagang. Aku menyerahkan dan kau memberikan sesuatu!"
―Apa yang harus aku berikan padamu?"
―Jasamu!"
―Hanya jasaku saja yang kau perlukan?"
―Ya!"
―Mengapa soal jasa saja kau sampai perlu menyerahkan seluruh tenaga saktimu? Katakanlah urusan yang kaumaksud itu, dan aku berjanji untuk melaksanakan tanpa mengharap jasa apapun!"
―Bagus, aku sudah tidak melihat keliru! Kau memang seorang yang jujur dan berwatak luhur lagi. Tetapi aku masih memegang teguh pendirianku, urusan antara kita ini merupakan tukar menukar jasa, jika kau tidak mau menerima jasaku, maka urusan ini dengan sendirinya, BATAL!"
Khouw Kiam Siu terdiam seketika. Sungguh diluar dugaannya seorang yang lebih banyak mirip entah makhluk apa itu, ternyata memiliki jiwa yang demikian besar. Ia pasti akan memiliki kekuatan yang dahsyat jika menerima tenaga sakti orang itu, tetapi orang itupun pasti tewas karena kehabisan tenaga.
Tengah ia bingung dan belum bisa mengambil keputusan, orang yang aneh itu sudah berkata lagi:
―Terus terang saja, dengan ilmu yang kau miliki sekarang, meskipun kau sudi menolong, rencanaku pasti akan gagal. Kau hanya merupakan daging empuk bagi lawan-lawanku!"
―Tetapi bukankah kau dapat mengajari aku ilmu-ilmu pukulan untuk menghadapi lawan-lawanmu itu? Aku kira jalan ini lebih baik daripada kau menyerahkan seluruh tenaga saktimu padaku."
―Kau bermaksud mengangkat aku sebagai gurumu?"
―Betul."
Orang itu menggeleng-geleng kepalanya sambil menghela napas panjang.
―Apa yang dapat kau pelajari dalam waktu sesingkat 3 bulan? Untuk memiliki tenaga sakti dengan usahamu sendiri, kau memerlukan jangka waktu setengah abad, dan untuk memiliki tenaga sakti serupa kepunyaanku, kau memerlukan waktu tidak kurang dari pada 100 tahun! Lagipula, aku lebih suka dipandang sebagai seorang sahabat daripada seorang guru!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
24
―Tetapi, aku tidak pantas menjadi sahabatmu..."
―Mengapa tidak pantas?"
―Kau sudah berusia 100 tahun lebih, aku hanya merupakan seorang bocah ingusan....."
Orang itu tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan itu.
―Bagaimana kau mengetahui aku sudah berusia 100 tahun?" tanyanya sambil tertawa terus.
Khouw Kiam Siu terbengong ditanya demikian. Ia sendiri tidak mengetahui mengapa ia menganggap orang itu sudah berusia demikian tuanya.
―Aku menduga2 saja...." sahut sembarangan.
―Ha, ha, ha! Aku jauh lebih muda daripada itu! Aku berusia hanya sedikit lebih tua darimu. Mungkin kau merasa heran mengapa semuda ini aku sudah memiliki tenaga sakti bukan? Ya, dalam soalku ini, suatu mujizat telah terjadi!" ia berhenti sebentar dan mengawasi Khouw Kiam Siu yang mengawasinya dengan tajam sekali. Kain hitam yang menutupi mukanya bergerak disusul dengan kata-katanya:
―Aku dapat memiliki tenaga sakti dalam waktu yang sangat singkat dan .... aku dapat memindahkan tenagaku ini kepadamu, dalam waktu tidak kalah singkatnya! Aku telah dikurniai mujizat kurnia Tuhan! Maka janganlah ragu, terimalah permintaanku tadi."
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah. Ia tidak dapat mengambil keputusan dan harus mengakui bahwa ia telah menjumpai mujizat, justru kejadian itu membuatnya berhadapan dengan dua keputusan yang sukar dipilih!
Orang itu agaknya jadi tidak sabar dan berkata lagi: ―Siapa namamu?"
―Aku Khouw Kiam Siu....."
―Hah? Kau she Khouw?!"
―Betul......"
―Aneh! Ini betul-betul takdir Tuhan!"
―Apa yang aneh?"
―Karena akupun she Khouw!"
―Dan namamu Kiam Siu?"
―O.. bukan, bukan! Namaku Kie Cong! Tetapi kau she Khouw dan akupun she Khouw juga, maka dengan sendirinya kita berdua masih pernah sanak famili ! Kau panggil saja aku Toako!"
Semenjak ditinggalkan oleh gurunya, Gouw Wie To, Khouw Kiam Siu sudah merasa sangat kesepian, ditambah pula dengan penganiayaan atas dirinya oleh Thio Kun, maka ia sudah menganggap semua orang, kecuali gurunya dan Kat Ju Hui yang agaknya sangat menaruh simpati padanya, adalah orang-orang yang berwatak kejam dan jahat.
―Ternyata aku keliru!" katanya dalam hati. ―Orang yang sudah menganggap dirinya sebagai iblis ini masih mau juga mengakui aku sebagai sanak familinya !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
25
―Hei, kau tidak sudi menjadi saudaraku?" tanya Khouw Kie Cong agak keras.
―Toako !" tiba-tiba Khouw Kiam Siu berseru.
―Ha, ha, ha! Dulu aku kira Tuhan buta, tetapi sekarang ternyata Dia memang Maha-adil! Siao-tee, marilah, aku akan menyalurkan separuh tenaga saktiku dan kau harus lekas-lekas berangkat melaksanakan suatu urusan yang penting sekali, selambat-lambatnya 10 hari kau sudah harus kembali lagi disini untuk menerima tenaga saktiku yang separuhnya lagi dan....."
―Toa-ko!" Khouw Kiam Siu memotong. ―Aku tidak sudi menerima sumbangan tenagamu itu, aku....."
Belum selesai kata-kata itu diucapkan, ketika tampak Khouw Kie Cong dengan lincah sekali menerkam dan berhasil memegang kedua pergelangan tangan Khouw Kiam Siu yang tiba-tiba tersungkur kedepan tertarik oleh suatu gentakan tenaga yang keras sekali.
Dalam keadaan tertiarap dan sambil memegangi terus pergelangan tangan Siaotee-nya itu, Khouw Kie Cong berbisik: ―Pejamkan matamu!"
Khouw Kiam Siu sudah tidak berdaya lagi, maka terpaksa dipejamkan kedua matanya. Sejenak kemudian, ia merasa suatu arus hawa panas tersalur keseluruh tubuhnya.
Seperempat jam kemudian, tampak tubuh Khouw Kie Cong maupun tubuh Khouw Kiam Siu sudah basah kuyup oleh keringat mereka masing-masing.
Sambil melepaskan cekalannya Khouw Kie Cong perlahan-lahan bergerak untuk duduk. Dadanya kembang kempis dengan cepat sekali.
―Toa-ko, aku cemas sekali melihat keadaanmu itu," kata Khouw Kiam Siu yang sudah duduk dihadapan Toako-nya.
―Aku......aku masih sehat, jangan kau khawatir!" sahut Khouw Kie Cong agak termengih. ―Kau masih perlu beristirahat satu hari disini untuk minum air mujizat dan makan hidangan yang menambah semangat untuk memperkokoh tenaga yang baru saja kau terima dariku itu."
―Apa yang harus aku kerjakan kemudian?"
―Kau harus pergi ke markas besar partai Hong-bie-pang yang terletak 30 lie disebelah barat kota Lam-ciang untuk menyampaikan satu benda kepada seorang tertentu."
―Benda apakah itu?"
―Tugasmu hanya menyampaikan benda itu kepada seorang tertentu dimarkas besar partai Hong bie-pang!"
―Kepada siapa?"
―Seorang gadis yang berusia 20 tahun lebih. Dia bernama Cio Tin, puteri tunggal pemimpin besar partai Hong bie-pang. Kau dengan mudah saja akan bisa mengenali gadis itu yang selain cantik jelita juga mempunyai tai-lalat sebesar kacang kedele dipelipis kirinya."
―Jika aku tidak menjumpainya bagaimana?"
Khouw Kie Cong terdiam sejenak. Kemudian baru ia berkata lagi: ―Jika demikian halnya, kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
26
harus membawa kembali benda itu."
―Baik."
―Satu soal lagi. Jika gadis itu menanyakan tentang aku, katakan saja bahwa aku sudah.... mati! Dan bahwa kau telah diminta olehku, sebelum aku mati tentu, untuk menyampaikan benda tersebut padanya. Jangan lupa untuk memberitahukan juga bahwa aku tidak pernah melupakan dia...."
―Aku berjanji untuk melaksanakan itu semua!"
―Bagus! Marilah ketempatku bersemayam, setelah beristirahat cukup kau harus segera berangkat pada lusa tengah malam."
DEMIKIANLAH, Khouw Kiam Siu diberi makan hidangan mujizat. Keesokan malamnya, ketika ia sedang menantikan datangnya jam 12 malam bersama Khouw Kie Cong, ia lalu menanya: ―Toa-ko, mengapa kau harus mati setelah lewat 3 bulan?"
―Aku akan memberitahukan kepadamu setelah kau kembali dari kota Lam-ciang," sahut Khouw Kie Cong sambil mengeluarkan satu bungkusan dari kain yang berukuran 25 x 12 cm. Lalu dengan suara gemetar ia melanjutkan:
―Siao-tee, dengan menyerahkan benda ini, itu berarti aku telah menyerahkan jiwaku kedalam tanganmu! Urusan ini sangat penting, dan jagalah jangan sampai benda ini terjatuh kedalam tangan orang lain karena itu berarti malapetaka !‖
―Aku berjanji untuk tidak membuat kau kecewa!"
Khouw Kie Cong menyerahkan benda itu dan tidak lagi mengatakan apa-apa. Ia duduk bersila sambil memejamkan matanya dan menantikan kedatangan jam 12. Beberapa jam kemudian tiba-tiba ia berkata:
―Siao-tee, sudah tiba waktunya untuk kau pergi ke kota Lam-ciang sekarang."
Tanpa mengatakan apa-apa Khouw Kiam Siu lalu memberi hormat dan meninggalkan tempat itu. Ia merasa amat heran, setelah menerima tenaga Khouw Kie Cong, tiap gerakannya tiba-tiba jadi gesit sekali dan ilmu-ilmu yang telah diwarisinya dari Gouw Wie To pun agaknya mengalami perubahan-bahan.
Dengan langkah-langkahnya yang lincah, cepat sekali ia sudah berada di-tengah-tengah lereng puncak. Tetapi tiba-tiba ia berhenti ketika dapat mendengar dua suara yang tertawa mengejek. Tidak beberapa jauh didepannya, samar-samar tampak dua orang yang berambut dan jenggot merah tengah mengawasinya sambil menyeringai.
―Apa yang lucu?" bentaknya sengit.
―Ha, ha, ha! Aku kira siapa, tidak tahunya kau, seorang bocah ingusan?" ejek salah seorang. ―Kau mungkin belum mengenal kami siapa, maka dengarlah baik-baik. Aku Pan Houw sedangkan adikku ini bernama Pan Pauw dan kami terkenal dengan julukan Bian san ji-kwi!"
―Aku tidak kenal siapa kalian! Tetapi jika kalian ingin selamat, lebih baik lekas-lekas turun dari gunung ini!" Khouw Kiam Siu memberi peringatan.
Pan Pauw maju selangkah seraya mengancam:
―Bocah! kau betul-betul tidak mengenal kematian! Nah, kau terimalah salam perkenalanku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
27
ini!"
Selesainya kata-kata itu disusul dengan meluncurnya tinju Pan Pauw kearah dada Khouw Kiam Siu yang tiba-tiba tampak menangkis.
―Blukk !!"
Serentak dengan suara itu, tampak Pan Pauw terhuyung2 dan akhirnya roboh!
Bukan main terkejut Pan Houw menyaksikan tenaga luar biasa yang baru saja dipamerkan oleh lawannya yang masih bocah itu.
―Bocah!" bentaknya mengguntur. ―Aku tidak sudi bertempur dengan orang yang tidak terkenal. Sebutlah namamu!‖
Khouw Kiam Siu diam-diam merasa girang sekali. Ia tidak mengetahui cara bagaimana jurus si Kakek cerdas telah dilancarkannya. Karena semua gerakan mundur dan menangkis tadi, adalah gerakan otomatis. Kemenangannya yang pertama itu membuat hatinya jadi tabah sekali.
―Aku Khouw Kiam Siu!" sahutnya lantang.
―Apakah kau baru saja turun dari atas puncak?"
―Tidak perlu kau ketahui hal itu!"
―Mengapa kau mengusir kami dari gunung ini?"
Khouw Kiam Siu tidak menjawab pertanyaan itu. Dengan jurus-jurus si Kakek cerdas, ia menyerang dengan gencar sekali.
Pan Pauw yang sudah berdiri lagi segera membantu kakaknya yang sudah mulai terdesak kepinggir jurang, namun sudah tidak keburu, satu tempaan belakang tinju Khouw Kiam Siu menghantam kepala Pan Hauw dan sambil menjerit seram ia terjatuh kedalam jurang!
Gelap mata Pan Pauw melihat kematian kakaknya itu. Satu terkaman dilancarkan dengan maksud mendorong Khouw Kiam Siu kedalam jurang itu. Kedua tinjunya sudah hampir mengenai sasarannya, ketika tampak sipemuda she Khouw sekonyong-konyong membungkukkan tubuhnya, sehingga ia sendiri yang terapung dan terjerumus kedalam jurang!
Khouw Kiam Siu tertawa berkakakan melihat hasil tenaga yang telah disalurkan kedalam tubuhnya itu.
―Aku pasti akan berhasil membalas dendam!" katanya dalam hati girang. Tetapi kegirangannya itu tiba-tiba diputuskan oleh satu teguran dingin:
―Hei, apakah kau yang bernama Khouw Kiam Siu?"
Khouw Kiam Siu mengangkat mukanya dan melihat seorang yang berusia pertengahan sedang berdiri didekat lereng gunung itu sambil bersenyum mengejek.
―Betul!" sahutnya heran mendapat kenyataan orang itu mengetahui namanya. ―Dan siapa kau?"
―Hee, hee, hee! Aku Tjiu Peng, guru silat dari puri Kiam Pao. Aku memang sedang mencarimu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
28
Khouw Kiam Siu merasa mukanya tiba-tiba jadi panas mendengar disebutnya nama Kiam Pao. Karena selain ia sendiri telah mengalami tamparan-tamparan Thio Kun, iapun pernah mendengar bahwa Khouw Kie Cong, Toa-konya, juga sangat bermusuhan dengan orang-orang dari puri itu.
Tetapi tiba-tiba suara Kim Gaib terdengar dan membuat muka Tjiu Peng pucat pasi.
―Khouw Kiam Siu!" seru Tjiu Peng. ―Kita akan berjumpa lagi kelak!" lalu dengan tergesa2 ia berlari turun dari gunung itu. Khouw Kiam Siu mendongak keatas. Ia merasa cemas Tjiu Peng, salah seorang Kiam Pao, telah melihat dirinya turun dari puncak itu. Karena jika siorang she Tjiu itu menyiarkan berita bahwa dia (Khouw Kiam Siu) sudah mengetahui teka-teki tentang Irama Maut.
―Aku pasti akan dikejar-kejar oleh semua orang dikalangan Bu-lim!" demikian katanya dalam hati sambil lekas-lekas mengejar kebawah kaki gunung dengan maksud mengancam Tjiu Peng, tetapi ia tidak berhasil menjumpai orang yang dimaksud itu. Maka dengan perasaan masih cemas, ia lalu melanjutkan perjalanannya kekota Lam-ciang.
Keesokan harinya, ketika berada dijalan yang menuju ke kota dimaksud di atas, di-semak-semak ditepi jalan itu, ia terkejut dapat melihat banyak mayat berserakan disitu. Semua mayat-mayat itu adalah hweeshio-hweeshio yang mengenakan jubah warna abu2. Yang aneh yalah, tidak tampak bekas luka-luka ditubuh mayat-mayat itu.
―Siao......siao Sicu...." tiba-tiba terdengar salah seorang hweeshio merintih.
Khouw Kiam Siu mengalihkan pandangannya kearah suara panggilan itu. Ia melihat seorang hweeshio dengan napas termengih2 sedang melambai2kan tangannya. Cepat ia menghampiri dan bertanya: ―Apakah Toa hweesio dari partai Bu-tong?"
Dengan susah payah hweeshio lalu menyahut: ―Be.... tul....Bu….Bu-tong...."
―Apakah kalian baru kembali dari puncak Kiat-yun hong?"
―Ya......‖
―Siapa yang melukai Toa hweeshio?"
―Cui .... Cui......"
―Siapa?! Yang Toa hweeshio maksud Cui-hun-tjeng-lie-kah?"
Hweeshio itu tidak menyahut, karena dia sudah menarik napasnya yang terakhir.
Khouw Kiam Siu sudah ingin lekas-lekas berlalu dari situ, tetapi….tiba-tiba tiga orang hweeshio tahu2 sudah berada didepannya.
―Hm! Kau masih muda tetapi ternyata kau sudah demikian kejam!" geram salah satu hweeshio itu beringas. ―Mengapa kau membunuh mereka yang sudah lenyap tenaga dan semangatnya?!"
―Toa hweeshio! Bukan aku yang membunuh orang-orang ini!" Khouw Kiam Siu membantah keras.
Ketiga hweeshio itu mengawasi dengan beringas. Mereka bukan lain daripada Ngo Pun Taysu yang terkenal sebagai ahli Kim-kong ciang atau pukulan geledek, Ngo Seng Taysu, ahli Lo han-kun atau ilmu pukulan Dewa dan Ngo Tan Taysu, ahli Hud-siu-eng atau si Tinju
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
29
baja.
―Kami adalah angkatan tua dari partai Siauw lim,‖ kata Ngo Pun Taysu. ―Kami sebetulnya bermaksud menyelidiki Irama Maut, tetapi ternyata kami telah terlambat!"
―Mengapa kau membunuh orang-orang dari partai Siauw lim dan Bu-tong?" Ngo Tan Taysu sengit.
―Taysu! Aku sudah mengatakan bahwa bukan aku yang melakukan perbuatan keji ini!" sahut Khouw Kiam Siu penasaran. ―Mengapa kau menuduh sembarangan saja!"
―Dapatkah kau membuktikan kata-katamu itu?"
―Tadi aku sudah menyelidiki seorang pendeta dari partai Bu-tong, tetapi sayang pendeta itu hanya dapat mengatakan 'Cui' lalu ia menarik napasnya yang terakhir....."
―Aku tidak dapat menerima alasanmu yang singkat itu! Kami terpaksa harus mengajakmu ke markas partai Siauwlim untuk diperiksa lebih lanjut!"
Khouw Kiam Siu jadi gusar sekali.
―Menyesal sekali aku tidak mempunyai waktu untuk mengikuti kepada Taysu!" sahutnya keras.
Pada saat itu, mendadak seorang hweeshio muda mendatangi.
Begitu melihat wajah Khouw Kiam Siu, mukanya agak berubah dan lekas-lekas menghampiri Ngo Pun Taysu dan berbisik.....
Ngo Pun Taysu mendekati telinganya kedekat mulut muridnya itu. Sejenak kemudian tampak kepalanya mengangguk-angguk sambil menyapu Khouw Kiam Siu dengan lirikannya yang tajam.
―Apakah kau bernama Khouw Kiam Siu?" tanyanya setelah selesai mendengar bisikan muridnya itu.
Khouw Kiam Siu terdiam sebentar. Dugaannya ternyata tidak meleset, jika bukan Tjiu Peng yang sudah menyiarkan berita, sudah pasti hweeshio muda itu tidak mungkin mengetahui siapa ia sebenarnya. Tetapi ia lalu menyahut juga: ―Betul."
―Jika kau turun dari puncak Kiat-yun-hong, kau tentu ahliwaris pemilik Kim Gaib!"
―Itu urusanku sendiri, tidak usah Taysu turut campur!"
Ngo Pun Taysu mengerutkan dahinya sebentar. Lalu wajah terhias dengan senyuman mengejek dan berkata:
―Kau tidak menyangkal, itu berarti kau memang betul ahliwaris sipemilik Kim Gaib. Tetapi mengapa kau begitu kejam membunuh orang-orang Siauw-lim dan Bu tong?"
―Toa hweeshio, kau keliru! Dia bukan sipembunuh!"
Demikianlah, suara merdu memberi peringatan kepada Ngo Pun Taysu. Mereka semua menoleh suara itu dan melihat Kat Ju Hui, si Pelenyap sukma, tengah berjalan menghampiri.
Melihat gadis itu Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi teringat akan pengakuan si hweeshio yang mengatakan 'Cui' sebelum meninggal dunia dan kata 'Cui' itu dihubunginya dengan nama
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
30
julukan si gadis Cui-hun tjeng-lie!
―Tentu dia ini yang ingin menjerumuskan aku!" katanya dalam hati. ―Dia membunuh hweeshio-hweeshio ini dan membiarkan aku masuk perangkap untuk kemudian berlagak membela aku!"
Berpikir demikian, mendadak ia mengangkat tangannya dan bermaksud menyerang Kat Ju Hui, tetapi.....
―Sicu! Nanti dulu!" teriak Ngo Pun Taysu mencegah.
―Mengapa kau ingin menyerang aku?" tanya Kat Ju Hui bingung.
―Aku bermaksud membunuhmu!" teriak Khouw Kiam Siu sengit.
―Ya, tetapi, mengapa?!"
―Kau adalah seorang wanita yang berhati seperti seekor ular berbisa! Kau telah membunuh banyak orang, tetapi kau tidak berani bertanggung jawab atas keganasanmu itu! Itulah mengapa!"
―Hei, jangan kau menuduh orang serampangan saja! Tetapi mengapa kau justru menuduh aku?"
―Orang yang terakhir masih sempat mengatakan 'Cui' dan itu berarti Cui-hun-tjeng-lie, kau!"
Kat Ju Hui menggigit bibirnya sambil menatap Khouw Kiam Siu. Sejenak kemudian ia menoleh kepada Ngo Pun Taysu dan berkata:
―Toa hweeshio, apakah kau sudah memeriksa mayat-mayat itu?"
―Aku sudah melihat, korban2 itu tidak meninggalkan bekas2 luka. Rupanya mereka telah dibunuh oleh totokan yang lihay!" sahut Ngo Pun Taysu.
―Lalu bagaimana kesimpulanmu? Apakah kaupun menuduh aku yang telah melakukan pembunuhan itu?" tanya Kat Ju Hui.
―Tidak!"
―Mengapa Taysu mengatakan demikian?" tanya Khouw Kiam Siu cepat.
Ngo Pun Taysu tidak lantas menyahut. Ia mengawasi Khouw Kiam Siu sebentar.
―Karena aku sudah mengetahui cara siocia ini melukai orang !" sahutnya ketus.
―Aku ingin juga mengetahui 'cara‘ yang Taysu maksud itu!" selak Khouw Kiam Siu.
―Kau dapat menanyakan orang-orang yang mengenal aku!" sahut Kat Ju Hui. ―Mereka akan memberitahukan padamu cara aku melukai orang!"
―Tetapi...." kata Ngo Pun Taysu. ―Tadi siocia mengatakan bahwa dia ini bukan sipembunuh, dapatkah siocia meyakinkan kami?"
Kat Ju Hui sudah merasa jengkel sekali terhadap pemuda pujaan hatinya yang ternyata tidak sudi membalas cintanya itu, bahkan ia tadi ingin diserang! Maka ia sengaja berkata:
―Aku tidak dapat membuktikan, aku hanya kira dia bukan si-pembunuh..."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
31
―Jika demikian halnya, maka terpaksa aku harus membawa pemuda ini ke markasku!" kata Ngo Pun Taysu.
―Jika Taysu ingin jadi hakim sendiri, akupun terpaksa harus melawan!" kata Khouw Kiam Siu.
Ngo Pun Taysu tidak menunggu lagi. Ia segera melepaskan serangan tiga kali berturut-urut dan membuat Kat Ju Hui yang pernah melihat Khouw Kiam Siu dipermainkan oleh Thio Kun dua hari yang lalu, terkejut sekali. Ia merasa yakin betul pemuda itu pasti akan dipukul mati!
Tetapi tampak Khouw Kiam Siu dengan tenang saja menangkis.....
―Blukk ! Blukk ! Blukk !!"
Serentak dengan berakhirnya suara itu, tampak Ngo Pun Taysu maupun Khouw Kiam Siu, masing-masing terdorong kesamping!
Bukan main terperanjat Kat Ju Hui, Ngo Tan Taysu, Ngo Seng Taysu dan Ngo Pun Taysu sendiri melihat kenyataan itu.
Ilmu Kim-kong ciang telah mengambil banyak korban dimasa yang lalu, tetapi kini untuk merobohkan seorang bocah ingusan saja, pukulan yang terkenal dahsyat itu, ternyata sudah kehilangan keampuhannya!
Kat Ju Hui yang telah mendengar berita bahwa Khouw Kiam Siu telah mengalahkan Bian-san jie kwi, semula sangat menyangsikan berita itu, tetapi setelah melihat sendiri bahwa Ngo Pun Taysu bukan saja tidak berhasil mengalahkan pemuda she Khouw itu, bahkan si biarawan sendiri jadi terpental terkena tangkisan yang dahsyat, mau atau tidak ia harus percaya juga akan kebenaran berita itu.
―Khouw Kiam Siu!‖ serunya lantang. ―Apakah kau murid sipemilik Kim Gaib?"
―Tidak perlu kau mengetahui hal itu!" sahut Khouw Kiam Siu ketus.
Sementara itu, Ngo Pun Taysu yang masih penasaran, tiba-tiba sudah menyerang lagi, dan lagi-lagi ia maupun Khouw Kiam Siu terpental mundur.
Bersamaan dengan itu, terdengar tindakan-tindakan kaki mendatangi. Sejurus kemudian, di tempat itu sudah datang empat orang gadis yang berseragam hitam dan seorang nenek yang bermuka jelek sekali.
Hampir pada saat yang bersamaan, tampak beberapa orang yang dipimpin oleh seorang yang bertubuh pendek, bermata juling dan berusia sudah lanjut pun tiba disitu.
Entah mengapa, setelah melihat kedatangan orang-orang tersebut di atas, Ngo Pun Taysu lalu berkata kepada Kat Ju Hui:
―Siocia, aku kira dugaanmu memang benar, Khouw Sicu mungkin bukan sipembunuh orang-orang Siauw-lim dan Bu-tong ini, maka kami minta diri saja sekarang...."
Berkata demikian, Ngo Pun Taysu lalu mengajak kawan2nya berlalu dari tempat itu.
Kat Ju Hui tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya bersenyum dan membiarkan saja biarawan2 itu pergi, namun senyumnya tiba-tiba menghilang ketika mendengar bentakan seorang yang bermata juling.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
32
―Hei, kau! Apakah namamu Khouw Kiam Siu?!"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Ia mengawasi saja orang itu sambil bersenyum sindir.
―Katanya kau adalah murid sipemilik Kim Gaib yang sudah membunuh kedua Bian san ji-kwi, betulkah?" tanya lagi si juling dengan beringas.
―Jika betul lalu bagaimana?" tanya Khouw Kiam Siu mendongkol diperlakukan demikian bengis.
―Bagaimana? Kau harus mengembalikan benda itu!"
―Benda apa?! Dan siapa kau !"
―Aku Sin Soan Tju! Jangan kau pura2 tidak tahu benda yang aku maksud itu! Ayoh, lekas kembalikan dan segala urusan antara kita ini akan segera beres!"
Khouw Kiam Siu agak bingung mendengar tuduhan orang itu. Ia mengingat2 sebentar dan merasa yakin tidak pernah mengambil apa pun dari saku kedua Bian san jikwi yang diterjerumuskannya kedalam jurang tadi.
―Aku tidak mengambil apa-apa dari mereka!" serunya sengit.
―Sin Soan Tju, sebetulnya benda apakah yang kau maksud itu?" tiba-tiba si nenek yang bermuka jelek menanya.
―Hee, hee, hee! Jadi kaupun ingin mengetahui benda milikku itu?" sahut Sin Soan Tju sambil tertawa terkekeh. ―Benda itu adalah sebuah batu Ban-lian-ciok-tam. Benda pusaka turunan yang tidak mempunyai nilai apa-apa bagi orang lain! Benda itu telah dicuri oleh Bian-san ji-kwi dan karena kedua jahanam itu telah dibunuh oleh bocah ini, tentu dialah yang telah mengambilnya!"
Mendadak berubah muka si nenek mendengar keterangan itu, karena ia sudah mengetahui bahwa batu Ban lian-ciok-tam adalah batu mujizat yang bisa memunahkan segala jenis racun. Mungkin Sin Soan Tju saja yang mengetahui cara menggunakan batu itu, tetapi meskipun demikian, banyak orang dikalangan persilatan keranjingan untuk memiliki batu pusaka tersebut.
Khouw Kiam Siu melangkah mundur dengan perasaan gelisah. Ia telah dipesan oleh Khouw Kie Cong agar menjaga baik-baik bungkusan yang kini berada dalam dada bajunya. Ia merasa khawatir jika bungkusan itu akan disangka sebagai batu pusaka yang disebut2 oleh Sin Soan Tju tadi.
Justru sikapnya yang agak gugup ini membuat si nenek yang sebetulnya bermaksud menyelidiki Irama Maut, jadi benar2 menduga bahwa bungkusan yang tampak menonjol didadanya itu sebagai Ban-lian-Ciok-tam!
Sambil melonjorkan tangannya yang kurus kering dan berkuku panjang serta runcing, ia berkata: ―Bocah, berikanlah benda itu padaku!"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Dikerahkan seluruh tenaganya dan bersiap-siap untuk menghadapi nenek yang bermuka sangat buruk itu.
―Hii hii hii! Setan kecil, aku tidak perduli jika kau adalah murid sipemilik Kim Gaib, tetapi jika kau menolak menyerahkan batu pusaka itu, kau akan mati konyol! Ayohlah serahkan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
33
―Baik! Kau terimalah!" seru Khouw Kiam Siu sambil melepaskan tinjunya dalam gerakan melingkar.
Si nenek dengan tenang dan lincah sekali mengegos. Kemudian seperti burung elang tampak tubuhnya mencelat dan menerkam dengan kedua tangannya yang berkuku seperti gaitan baja.
Khouw Kiam Siu melangkah satu tindak sambil menengadah mengawasi kedua tangan yang sudah menjurus kearah dadanya, tetapi tiba-tiba kedua tangannya terbentang lebar menghalau cengkeraman itu. Si nenek terpental sambil menggeram tertahan, tetapi ia sendiri tidak luput dari cakaran kuku yang runcing itu.
Darah menetes dan membasahi pakaian yang berwarna biru laut itu. Kedua lengannya dirasakan perih dan amat sakit. Hatinya panas sekali, ia sudah siap untuk menyerang lagi ketika tampak si nenek lagi-lagi mencelat dan menerkam dengan gaya yang indah sekali dan… ―Breetttt !!"
Bagian dada baju Khouw Kiam Siu tersobek! Lekas-lekas ia meloncat ke belakang sambil menekap pakaiannya yang sudah tercengkram itu. Bukan main kagetnya, karena bungkusan yang berukuran 25 x 12 cm telah berada ditangan si nenek!
Bungkusan yang seharusnya diserahkan kepada puteri sipemimpin besar partai Hong-bie-pang telah berhasil direbut si nenek yang meskipun sudah tua dan kurus kering lagi, tetapi ternyata sangat lincah dan lihay itu.
Khouw Kie Cong telah mengatakan bahwa dengan menyerahkan bungkusan itu, ia sudah menyerahkan jiwanya kedalam tangan Khouw Kiam Siu dan bahwa jika bungkusan itu direbut oleh lain orang, akibatnya akan membawa malapetaka!
Dengan sinar matanya yang liar si nenek mengawasi bungkusan yang baru direbutnya itu, Tetapi satu sontekan ujung pedang membuat bungkusan itu terlempar dan jatuh ditanah. Ia sudah bergerak untuk menubruk bungkusan itu, namun ujung pedang yang berkeledepan membuatnya melangkah mundur lagi.
―Cui-hun-tjeng-lie!" bentaknya kalap. ―Kau berani merintangi aku?!"
―Mengapa tidak?!" sahut Kat Ju Hui dengan sikap mengedak. ―Aku sungguh tidak heran kau, Kwi-siu Po-po hendak merebut milik orang lain!" lalu ia menyerang lagi.
Si nenek yang ternyata bernama Kwi-siu Po-po atau si Tangan iblis, lagi-lagi terpaksa harus mundur, dan kesempatan itu digunakan oleh Kat Ju Hui untuk memungut bungkusan yang tergeletak di-tanah.
Bersamaan dengan itu, mendadak terdengar Sin Soan Tju menjerit seram. Tampak tubuhnya terpental sambil muntahkan darah untuk kemudian roboh tidak berkutik lagi. Ternyata ia diam-diam sudah ingin membokong si Pelenyap sukma, tetapi perbuatannya itu telah digagalkan oleh jotosan Khouw Kiam Siu, yang kini sudah mengetahui dipihak siapa sebenarnya gadis cantik yang senantiasa bermaksud membantunya itu berdiri.
Keempat gadis yang berseragam hitam, yang sedari tadi berdiri sebagai penonton saja, dengan tiba-tiba serta serentak menyerang Kat Ju Hui yang sudah berhasil memegang bungkusan Khouw Kiam Siu.
―Bo-im-sin-hong-ciang!‖ seru Kwi-siu Po po terkejut melihat jurus-jurus serangan itu. Ternyata nenek ini tidak mengenal sama sekali keempat gadis itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
34
Menghadapi serangan yang dahsyat itu, Kat Ju Hui terpaksa mengeluarkan senjata rahasianya, Cui-hun-gin tin yang merupakan jarum2 perak beracun dan berhasil menahan keempat lawannya itu yang mendadak bergerak mundur.
―Hei! Siapa kalian?!" bentaknya.
Keempat gadis itu tertawa mengejek. Lalu salah satu diantara mereka berkata:
―Aku bernama Cui-beng Lo-sat, dan kami terkenal dengan nama Su Lo-sat, murid2 Sauw-hun Mo-kie!"
Nama Sauw-hun Mo-kie atau si Iblis penyapu sukma, mengingatkan Khouw Kiam Siu akan cerita gurunya, Gouw Wie To, yang pernah mengisahkan padanya, bahwa pada 30 tahun yang lampau ada seorang jago wanita yang kejam dan jahat. Wanita itu pernah menggoncangkan rimba persilatan karena keganasan2nya yang melampaui batas. Belum pernah terdengar ada seorang pun yang mampu melawan wanita lihay itu lebih dari 3 jurus.
Wanita itu mengganas selama 3 tahun, namun tiba-tiba saja ia menghilang dari kalangan persilatan dan dia bukan lain adalah siwanita yang bernama julukan Sauw hun Mo-kie!
Kini keempat gadis berseragam hitam itu telah mengaku bahwa mereka adalah murid2 si Iblis penyapu sukma itu. Kenyataan ini membuat Khouw Kiam Siu menduga bahwa mungkin gadis2 inilah yang telah membunuh orang-orang dari Siauw-lim dan Bu-tong itu, dugaan ini timbul karena ia baru saja mendengar si gadis yang memperkenalkan diri itu ternyata bernama Cui-beng Lo-sat.
―Hei, apakah kau yang membunuh hweeshio-hweeshio ini?‖ tanyanya ketus sambil menunjuk kearah mayat-mayat yang berserakan disitu.
Cui-beng Losat dengan tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke-arah orang yang menanyanya itu.
―Hm!" dengusnya mengejek. ―Memang kami yang membunuh hweeshio-hweeshio ini, lalu kau mau apa?!"
―Mau apa?! Perbuatan kalian berempat itu telah membuat aku dituduh melakukan pembunuhan2 kejam oleh orang-orang dari pihak Siauw-lim!" bentak Khouw Kiam Siu sengit.
Tetapi Su Lo-sat tidak menghiraukan sikapnya itu, karena Cui-beng Lo-sat tiba-tiba menuding Kat Ju Hui dan mengancam:
―Hei, jika kau tidak mau menyerahkan bungkusan itu, kami terpaksa harus menggempurmu!"
―Kau tidak berhak mengambil bungkusan ini!" Kat Ju Hui berusaha melindungi bungkusan Khouw Kiam Siu itu.
Dan baru saja kata-katanya itu selesai, mendadak tampak Cui-beng Lo-sat mengayun kedua tinjunya dalam jurus yang mungkin telah membunuh hweeshio-hweeshio dari Siauw-lim dan Bu-tong itu, yalah jurus Bo-im-sin-hong-ciang atau ilmu Pukulan angin sakti!
Secepat kilat Kat Ju Hui meloncat kesamping dan angin pukulan yang dahsyat itu menghajar tanah sehingga abu mengepul ke udara bebas! Satu tusukan pedang dilepaskan dan berhasil membuyarkan keempat gadis yang ternyata dapat bergerak dengan lincah sekali itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
35
BEBERAPA puluh jurus telah lewat dan dapat dilihat dengan jelas bahwa Kat Ju Hui sudah tersengal-sengal. Empat tusukan pe dang dilancarkan berturut-urut dan terdengar ia sendiri menjerit tertahan sambil terhuyung2 kebelakang.
Apa yang terjadi dengan Su Lo sat ?
Mereka sedang berdiri terpaku dengan satu sayatan pedang di-dada mereka masing-masing!
―Su Losat!" bentak Kat Ju Hui beringas. ―Bersediakah kalian melanjutkan pertarungan kita ini dilain tempat?‖
―Mengapa tidak?!" Cui-beng Lo-sat balas membentak.
Kat Ju Hui segera membalikkan tubuhnya dan berjalan kearah semak-semak. Dibelakangnya tampak Cui-beng Lo-sat dan ketiga saudarinya mengikuti dengan paras merah padam.
Khouw Kiam Siu meneliti keadaan disekelilingnya, ternyata setelah Sin Soan Tju terkena pukulannya, orang she Sin itu telah tewas dan beberapa kawan2nya berikut Kwi-siu Po-po, diam-diam telah meninggalkan tempat itu!
Ia berdiri saja disitu sambil menantikan Kat Ju Hui yang sedang bertarung melawan Su Lo-sat disemak belukar tidak beberapa jauh dari tempat itu.
Beberapa saat kemudian, tampak Kat Ju Hui sudah kembali lagi disitu dengan paras yang menunJukkan bahwa ia sudah terluka di dalam tubuhnya. Diangsurkan tangannya yang memegang bungkusan dan berkata:
―Kau terimalah milikmu ini!"
Rasa jengah terhias diwajah Khouw Kiam Siu. Perasaan bencinya terhadap gadis itu tiba-tiba lenyap ketika mengetahui gadis itu lagi-lagi telah menolongnya. Dengan agak ragu-ragu diulur kedua tangannya dan menerima bungkusannya itu seraya berkata:
―Sio...Kat siocia...mengapa kau melakukan ini semua?"
Kat Ju Hui memaksakan diri untuk bersenyum dan berkata:
―Aku sebetulnya bermaksud mencari untuk kemudian mem….membunuhmu....tetapi, aku.... tidak sampai hati melakukan itu kini..."
―Mengapa kau ingin membunuh aku?"
―Terus terang saja karena rasa benci!"
―O.... kau membenci aku? Tetapi mengapa kau justru membantu aku?"
―Jika kau tidak mengetahui itu, ya sudahlah...."
―Tetapi karena telah membantu aku, kau kini terluka....."
―Luka-lukaku ini tidak berarti...."
―Aku sangat mengharap .... pada suatu waktu dapat membalas budimu yang besar ini."
Kat Ju Hui bersenyum lebar mendengar ucapan itu.
―Bagaimanakah kiranya kau akan membalas budiku ini?" tanyanya sengaja.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
36
―Aku kini masih harus melakukan suatu tugas penting, tetapi setelah tugas itu selesai, aku bersedia melakukan pekerjaan apa saja untuk kepentinganmu!"
―Sekalipun pekerjaan itu sangat berbahaya?"
―Ya!"
―Hii, hii, hii! Aku harap saja kau takkan mengingkari janjimu itu...."
―Kau pasti akan melihat buktinya kelak! Dan dengan ini pula terimalah rasa sesalku atas sikap serta perbuatanku yang kasar dua hari yang lalu."
Kat Ju Hui tertawa girang mendengar pemuda yang keras kepala itu sudi juga minta maaf. Dikeluarkannya empat butir pil, dua butir kemudian diserahkan kepada pemuda itu seraya berkata:
"Kaupun terluka, maka aku berharap kau tidak lagi menolak untuk menelan pilku ini," lalu ia menyerahkan pil obatnya sambil memasukkan dua butir kedalam mulutnya sendiri.
Tanpa sungkan-sungkan lagi Khouw Kiam Siu segera menerima pil2 tersebut dan ditelannya.
―Kat siocia," katanya kemudian. ―Aku merasa heran melihat hweeshio-hweeshio dari Kuil Siauw-lim sie agaknya sangat percaya kepada kata-katamu tadi. Apakah memang hubunganmu dengan partai Siauw-lim sangat erat?"
―Karena aku tidak pernah berdusta terhadap siapapun. Tetapi betulkah isi dalam bungkusan itu batu mujizat Ban-lian-Ciok tam?"
―Entahlah......aku hanya harus menyerahkan bungkusan ini kepada seseorang."
―Bolehkah aku mengetahui siapa itu 'si seseorang‘ ?"
Khouw Kiam Siu menggeleng-geleng kepalanya seraya berkata:
―Menyesal sekali aku tidak dapat memberitahukan itu dan karena aku harus lekas-lekas menjumpai orang itu, maka sekian saja dulu….‖
Berkata demikian, ia segera memberi hormat dan membalikkan tubuh untuk lekas-lekas berlalu dari situ.
―Khouw Kiam Siu!" seru Kat Ju Hui. ―Jika kita berjumpa lagi, aku mengharap kau akan memenuhi janjimu!"
―Tentu! Aku pasti takkan lupa!" sahut Khouw Kiam Siu sambil berlari terus, tetapi tiba-tiba ia merandek ketika melihat dihadapannya menghadang dua orang.
―Mengapa demikian cepat?" tanya orang itu dengan sikapnya yang mengejek.
Khouw Kiam Siu mengertak giginya ketika mengenali kedua orang itu. Mereka adalah Thio Kun dan Tjiu Peng, siguru silat dari Puri Pedang.
Paras Kat Ju Hui pun jadi merah padam melihat kedua orang itu.
―Khouw Kiam Siu," katanya keras. ―Kau pergilah, aku akan menghadapi kedua orang ini!"
―Tidak! Aku belum puas sebelum memberi 'bingkisan' yang telah aku janjikan 2 hari yang lalu!" sahut Khouw Kiam Siu beringas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
37
Menjilak mata Thio Kun mendengar kata-kata agak terkebur itu. Tetapi ia segera menghadapi Kat Ju Hui dan sambil bersenyum ia lalu berkata:
―Piauw Moy, dengan susah-payah aku mencarimu dan akhirnya kita berjumpa juga....."
―Tidak perlu kau mencari-cari aku lagi!" sahut Kat Ju Hui ketus.
―Piauw Moy, aku diperintahkan oleh ayahku untuk memanggil kau pulang."
―Kat siocia," selak Tjiu Peng. ―Pao-cu (majikan Puri Pedang, ayah Thio Kun) sangat gelisah karena siocia tidak pulang.."
―Piauw Moy, semenjak ayah bundamu meninggal dunia, ayahku sudah merawat dan mendidikmu seperti ia merawat puteri kandungnya sendiri. Ayahku tidak mau kau berkelana, lagipula...jika kau mengikuti anjing ini, kau......"
―Hei, siapa yang kau maksud dengan anjing itu?" bentak Khouw Kiam Siu beringas.
―Kau! Ya, kau anjing!" teriak Thio Kun kalap sambil menuding. ―Jangan tergesa2, hari ini, kau tidak mungkin lolos lagi!"
―Jahanam! Aku tunggu kedatanganmu disana!" bentak Khouw Kiam Siu sambil menunjuk ke suatu tempat tertentu. Kemudian dengan langkahnya yang lincah sekali ia berjalan pergi.
Thio Kun mengerutkan dahinya melihat perubahan lawannya.
Namun sebentar saja ia sudah tertawa berkakak sambil menoleh kepada Kat Ju Hui dan berkata:
―Piauw Moy, aku minta kau pikir masak2. Apakah kau mungkin sudah lupa bahwa selama tiga tahun kita selalu menikmati bulan purnama ber....."
―Cukup!!" Kat Ju Hui memotong dengan tiba-tiba.
―Kat siocia, jangan lupa bahwa kau adalah salah satu anggota Kiam Pao!" Tjiu Peng bantu memberi peringatan.
―Tutup mulutmu! Aku bukan lagi orang dari Puri Pedang!" bentak Kat Ju Hui.
―Sekalipun demikian," kata Tjiu Peng keras. ―Kau tentu sudah mengetahui bagaimana akibatnya bagi orang atau orang-orang yang bermusuhan dengan Kiam Pao, bukan?!"
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba tampak Su Losat sudah datang di tempat itu. Belum lagi mereka berada dekat betul, Thio Kun sudah menegur dengan suaranya yang menggeledek:
―Mengapa tanpa izin kalian sudah lancang datang disini? Apakah kalianpun bermusuhan dengan Kiam Pao?!"
Cui-beng Lo-sat, pemimpin dari keempat gadis berseragam hitam itu bersenyum dingin ditegur demikian kasarnya.
―Apakah kau kira dengan menyebut nama Puri Pedang kau dapat menggertak kami?" tanyanya kaku.
Setelah berkata demikian, Cui-beng Lo-sat tidak menunggu lagi. Tangannya ditarik yang kemudian didorong kedepan dengan keras sekali, dan hembusan angin serangannya yang sangat diandalinya itu berhasil membikin Thio Kun terhuyung jauh ke belakang. ―Bo-im-sin-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
38
hong-ciang!" tiba-tiba Tjiu Peng berseru kaget. Thio Kun terkejut mendengar nama jurus itu. Mukanya jadi pucat pasi dan tanpa mengatakan apa-apa, ia segera mengambil langkah seribu.
Tjiu Peng tidak mau tinggalkan seorang diri saja. Iapun segera meloncat. Namun terdengar ia menjerit seram sambil terjatuh bergulingan ditanah. Setelah berkelejat sekali, napasnya segera berhenti. Di atas tengkuknya tampak sebatang jarum Cui-hun-gin-tin Kat Ju Hui sudah tertancap dalam sekali.
Sementara Khouw Kiam Siu yang sedang menunggu kedatangan Thio Kun jadi kaget sekali mendengar jeritan Tjiu Peng tadi. Cepat ia meloncat menghampiri. Ia masih sempat melihat Thio Kun yang sedang melarikan diri menyelinap dan menghilang disemak belukar.
Su Lo-sat mengawasi tajam kearah Khouw Kiam Siu yang sudah berdiri dekat Kat Ju Hui.
―Apakah pemuda ini kekasihmu?" sekonyong-konyong Cui-beng Lo-sat menanya Kat Ju Hui.
Pertanyaan tanpa tedeng aling2 itu membuat paras si gadis she Kat jadi bersemu merah hingga bahna jengahnya ia tidak bisa mengatakan apa-apa.
―Tak usah kau gelisah," kata lagi Cui-beng Lo-sat tenang. ―Kami tidak menghendaki jiwa maupun bungkusan dibawa olehnya itu."
―Aku tidak mempunyai waktu untuk melayani ocehanmu!" sahut Kat Ju Hui ketus.
Su Lo-sat segera bergerak untuk mengurung muda-mudi itu. Tetapi tiba-tiba terdengar suara kerincingan. Serentak dengan itu tampak sebuah benda hitam melayang yang dengan cepat sekali sudah menancap dihadapan mereka.
―Thiat-Cong gin-leng!" seru Cui-beng Lo-sat kaget.
Khouw Kiam Siu memperhatikan benda hitam itu. Ternyata yang tertancap dihadapannya itu adalah sebuah tongkat yang ujungnya digantungi serangkaian kerincingan. Mendengar disebutnya Thiat Cong-gin-leng, membuatnya teringat akan cerita si Kakek cerdas, bahwa antara tokoh2 persilatan dari angkatan yang terlebih tua, Thiat-Cong-gin-leng merupakan seorang pendekar wanita yang sangat ganjil. Ilmunya lebih lihay daripada ilmu Sauw-hun Mo-kie, guru ke-empat Su Lo-sat.
Thiat Cong-gin-leng terkenal sebagai seorang pendekar wanita yang selalu membela keadilan, ia tidak bisa berpeluk tangan saja jika melihat perbuatan-perbuatan yang sewenang2. Ia jarang sekali tampak dikalangan Kang-ouw dan namanya sudah lama lenyap dari kalangan tersebut.
Sementara itu, Kat Ju Hui dengan tenang2 saja menghampiri tongkat itu yang ternyata membawa sepucuk surat diujung bagian bawahnya. Dicabutnya tongkat itu dan membaca suratnya.
Cui beng Lo-sat mengawasi gadis itu dari bawah sehingga ke-atas. Dengan paras cemas ia lalu menanya:
―Apakah Thiat-Cong-gin-leng gurumu?"
Kat Ju Hui mengangkat mukanya dan balas menatap orang yang menanyanya itu. ―Betul!"
Sekonyong-konyong saja Su Lo-sat jadi pucat ketakutan. Mereka sungguh tidak menduga orang yang dikerubuti oleh mereka tadi adalah murid Thiat-Cong-gin leng, si Tongkat besi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
39
kerincingan perak yang berkepandaian lebih tinggi dari guru mereka sendiri.
Perlahan-lahan mereka melangkah mundur, mundur untuk kemudian membalikkan tubuh mereka dengan serentak dan mabur!
Khouw Kiam Siu pun menelan ludahnya mengetahui murid siapa gadis itu sebenarnya.
―Kat siocia," katanya. ―Apa kata surat gurumu itu?"
"Aku diperintahkan untuk mengurus suatu urusan oleh guruku. Aku harus segera berangkat!" sahut Kat Ju Hui agak sedih.
―Baiklah, akupun tengah menjalankan permintaan seseorang untuk mengurus sesuatu....."
―Aku hanya khawatir, aaii....sudahlah......" Berkata begitu, Kat Ju Hui segera berjalan pergi.
Khouw Kiam Siu tidak mengatakan sesuatu. Ia mengalihkan pandangan ke timur, dimana tampak sinar redup kekuningan.
―Hai! Seharusnya aku sudah tiba di kota tujuanku!" keluhnya perlahan. Ditanggalkan bajunya yang sudah tersobek kuku Kwi-siu Po-po, kemudian sambil mengenakan baju Tjiu Peng, ia meninggalkan tempat itu.
Dihari kedua, diwaktu senja baru ia tiba di kota Lam-ciang. Dengan bersembunyi-bunyi ia berhasil menyelundup kedalam markas besar partai Hong-bie pang, tetapi seorang wanita yang bertahi lalat dipelipis kirinya tidak berhasil ia jumpai.
Atas pengakuan seorang anggota partai itu yang dikompresnya mengatakan bahwa Cio Tin, puteri pemimpin besar partai tersebut sudah lenyap pada 5 tahun yang lalu !
Dengan perasan sangat kecewa, ia lalu meninggalkan markas besar itu untuk lekas-lekas memberi laporan tentang kegagalannya mencari Cio Tin.
Ketika sedang mendaki jalan pegunungan yang menuju ke puncak Kiat yun hong, ia terpaksa harus mengelakkan diri dari orang-orang yang tengah berjalan turun dari atas puncak itu. Mereka semua sangat lesu.
Hm, mereka sudah gagal lagi!" katanya dalam hati sambil bersembunyi dibalik sebuah batu besar.
Ia menunggu hingga orang-orang itu sudah tidak kelihatan lagi, baru ia melanjutkan perjalanannya mendaki terus keatas. Ketika tiba di atas puncak, tiba-tiba ia merandek. Dalam waktu satu minggu semenjak ia meninggalkan tempat itu, suatu perubahan sudah terjadi!
Tempat yang biasanya sepi dan tenang itu, kini sudah berserakan dengan mayat-mayat, sedangkan Khouw Kie Cong tidak tampak sama sekali. Melihat keadaan disitu, tidak dapat diragukan lagi bahwa suatu pertempuran telah terjadi!
Tiba-tiba......!
―Siao-tee! Kau sudah kembali?"
Demikianlah terdengar suara Khouw Kie Cong menegur entah dari mana.
―Toako! Kau dimana?" seru Khouw Kiam Siu sambil celingukan mencari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
40
―Dibawah tanah! Di dalam kamar rahasia dibawah tanah!"
―Mengapa kau tidak keluar?"
―Aku takut melihat cahaya matahari!"
―Apakah kau yang membunuh mayat-mayat yang berserakan disini?"
―Ya! Mereka binasa kena pengaruh Irama Maut tingkat dua!"
―Bagaimana aku menjumpaimu?"
―Kau pergi ke batu gunung yang besar didekat bekas tempatku bersemayam. Pindahkan batu besar itu dan kau akan melihat satu mulut goa. Dengan melalui lorong goa tersebut, kau akan datang ke kamarku dibawah tanah ini!"
Khouw Kiam Siu yang masih merasa cemas akan keselamatan Toako-nya, lekas-lekas menuruti petunjuk-petunjuk itu, dan betul saja ia akhirnya berada disatu kamar yang agak gelap, ia berjalan keluar dari kamar itu, untuk masuk kekamar yang lain. Sekonyong-konyong ia kagum sekali menyaksikan suatu kamar batu dibawah tanah yang demikian indah dan komplit dengan segala perabotan yang dibutuhkan.
Di atas meja batu tampak sebuah mutiara yang memancarkan sinar sehingga kamar itu jadi terang benderang.
Di atas sebuah pembaringan, tampak sesosok tubuh yang mengenakan pakaian serba hitam, menutupi mukanya dengan selembar kain hitam pula dengan rambutnya yang terurai, tengah rebah terlentang.
―Toa-ko!" panggilnya sambil lekas-lekas menghampiri.
―Siauw-tee, kau duduklah!" sahut Khouw Kie Cong seraya berbangkit dan duduk. Ia mengawasi Siao-teenya yang sudah duduk menghadapi pembaringannya dan melanjutkan:
―Bagaimana, apakah benda itu......"
―Toa-ko!" Khouw Kiam Siu memotong. ―Menurut salah seorang anggota partai Hong-bie-pang, Cio T¡n katanya telah lenyap 5 tahun yang lalu entah kemana...."
―Ha?! Dia lenyap? Mengapa? Tidak...tidak mungkin...‖
Tersayat hati Khouw Kiam Siu melihat sikap gugup Toako-nya itu. Ia dapat melihat jelas apa yang tengah berlangsung dalam jantung kakak angkatnya itu.
―Kau pegang saja benda itu," kata lagi Khouw Kie Cong dengan suara agak gemetar. ―Serahkanlah kepada gadis itu jika dikemudian hari kau kebetulan menjumpainya. Ingat, ia sangat cantik, berusia kira-kira 23 tahun lebih, bertahi lalat sebesar kacang kedele dipelipis kirinya. Mungkin ia masih gadis dan mungkin juga ia sudah menikah. Namun, serahkanlah benda itu padanya."
―Baik, Toa-ko! Bolehkah aku menanyakan sesuatu?"
―Katakanlah!"
―Apakah Toa-ko mencintai gadis itu?"
Khouw Kie Cong tertawa terkekeh sambil melepaskan pandangannya jauh kedepan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
41
―Aku tidak bermaksud memburukkan nama gadis itu, tetapi dengan sesungguhnya dialah yang mengejar2 aku! Namun sayang, aku tidak bisa memenuhi dendam cintanya itu....."
―Mengapa?"
―Dia menjumpai aku setelah hatiku dimiliki oleh gadis lain…."
―Lalu?"
―Lalu ia bersumpah untuk tidak kawin dengan siapapun. Untuk membalas juga kasih murninya yang tidak mungkin aku penuhi itu, akupun telah berjanji untuk menyelidiki kematian ayah bundanya, aku berjanji akan menjumpainya jika aku sudah berhasil."
―Tetapi, bukankah Cio Tin puteri tunggal pemimpin besar partai Hong-bie-pang?"
―Yang aku maksud yalah ibu dan ayah angkatnya! Haaii....aku hanya bisa hidup 82 hari lagi saja, maka dalam jangka waktu 10 hari yang mendatang ini, aku harus menyalurkan seluruh tenaga saktiku padamu!"
―Usaha itu hanya mempercepat kematian Toako saja...."
―Siao-tee! Aku hanya dapat hidup 82 hari lagi saja, kelemahan tidak lagi berarti apa-apa bagiku. Akhirnya, aku toch akan mati juga sekalipun tidak menyalurkan tenagaku. Lagipula, jika kau menolak, kau hanya menjadi mangsa lawan-lawanku dan menyulitkan idaman hatiku saja!"
Khouw Kiam Siu terdiam seketika. Ia menginsyafi, betapa keras pun ia menolak, toakonya itu pasti akan memaksanya juga. Maka dengan terpaksa ia lalu berkata:
―Demi kelancaran urusan yang harus aku selesaikan, aku terpaksa menerima juga tawaran Toa-ko itu!"
―Bagus! Nah, marilah dengar kisahku. Pernahkah kau mendengar nama Sam-kiat Sianseng atau si Mahasiswa dengan tiga keistimewaan?"
―Belum."
―Sam-kiat Sianseng adalah aku sendiri!"
―Ouww! Toa-ko sendiri? Apa itu tiga keistimewaan Toa-ko?"
―Aku memperoleh julukan itu karena Pedangku, Kim-ku dan Wajahku yang tampan! Pedangku dapat berkelebat dengan pesat sekali. Kim-ku dapat mengeluarkan suara aneh dan melenyapkan sukma pendengarnya. Sedangkan Wajahku yang tampan dapat membikin banyak gadis tergila-gila padaku!"
―Mengapa Toa-ko kini menutupi wajah yang tampan itu?‖
Dengan suara berat Khouw Kie Cong tertawa sejenak dan melanjutkan:
―Aku pernah menggemparkan kalangan persilatan dengan tiga keistimewaanku itu. Pada suatu hari aku berkenalan dengan seorang gadis cantik jelita. Perkenalan itu berlanjut menjadi cinta kasih yang mendalam sekali sehingga aku dan gadis itu bersumpah untuk sehidup semati. Cintaku bergelora dan terciptalah sebuah lagu yang aku beri judul Kasih nan Kokoh. Tiap malam, setelah suasana menjadi sunyi senyap, aku lalu mementil Kim-ku untuk menghibur kekasihku dengan lagu itu, tetapi.... malapetaka dalam bentuk seorang pria tiba-
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
42
tiba menimpa!"
―Pria itu memaksa ingin merebut gadis itu?"
―Betul! Tetapi cinta gadis itu demikian kokohnya sehingga betapapun kerasnya badai mengamuk, gadis itu tetap menyintai Sam-kiat Sianseng!"
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara tertawa seseorang dari luar kamar dibawah tanah itu.
―Siao-tee," bisik Khouw Kie Cong. ―Kau tunggu disini, aku harus menyelidiki orang itu!"
Berkata begitu, ia segera meloncat dari pembaringannya dan memburu keluar. Tidak lama kemudian ia sudah balik lagi dan berkata:
―Ini adalah untuk pertama kalinya seseorang berhasil mendaki puncak ini tanpa aku dapat melihatnya! Orang itu betul-betul luar biasa ilmunya!"
―Mengapa Toa-ko tidak mengusir orang itu dengan suara Kim?"
―Aku kira Irama Maut tidak mungkin bisa berbuat banyak terhadap seseorang serupa dia itu! Sudahlah, mari dengar kelanjutan dari pada kisahku tadi. Pada suatu hari….‖
VI
PADA suatu hari, Khouw Kie Cong telah diundang makan oleh Suheng gadis pujaan hatinya. Di atas meja makan itu juga Khouw Kie Cong roboh tidak sadarkan dirinya. Ternyata ia telah diberikan hidangan yang mengandung racun yang merusak tubuh dan nyawanya dengan secara lambat.
Pria keji itu tidak bertindak setengah-tengah. Diseretnya tubuh Khouw Kie Cong yang sudah tidak berdaya itu, yang kemudian dilemparnya kedalam sebuah lembah yang dalam.....
Namun, ajal Khouw Kie Cong ternyata belum sampai, karena di dalam lembah itu, ia beruntung menemui sejilid kitab sakti yang berjudul Hian-thian-kun keng, sebotol pil obat mujizat dan sebuah Kim berikut kitab pelajaran untuk memainkan alat tetabuhan tersebut.
Sebotol pil obat telah habis dan berhasil menyembuhkan peracunan di dalam tubuhnya. Dengan tekun dipelajarinya kitab Hian-thian-kun-keng sehingga ia akhirnya memiliki suatu ilmu yang dahsyat sekali. Kitab pelajaran mementil Kim pun telah dipelajarinya dengan seksama sehingga ia dapat memainkan alat tetabuhannya itu menurut kehendak hatinya, yalah melenyapkan tenaga dan semangat atau menggembirakan, merayu atau menyayat hati pendengarnya!
Pil obat mujizat telah menyembuhkan peracunan dalam tubuhnya, tetapi obat itu tidak berhasil memulihkan wajah yang kini tampak seperti iblis dan membangkitkan perasaan jijik kepada yang melihatnya!
Pada suatu hari, karena tidak berani menjumpai kekasihnya dengan wajahnya yang seperti setan jahat itu, Khouw Kie Cong tanpa terasa berjalan ketempat dimana ia dan kekasihnya itu sering menikmati kebahagiaan bersama.
Setibanya di tempat itu, ia jadi terkejut sekali dapat melihat dari seberang jurang, dengan pandangan kosong, kekasihnya sedang berjalan menuju ketepi jurang itu. Cepat-cepat ia mengeluarkan Kim-nya yang segera dipentilnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
43
Suatu lagu yang merayu terdengar, yalah lagu ciptaannya sendiri, Cinta nan Kokoh.
Si gadis tiba-tiba jadi sadar akan perbuatannya yang nekad itu. la menoleh jauh ke seberang jurang. Air matanya jatuh berlinang, karena seketika ia mengetahui bahwa Khouw Kie Cong atau Sam kiat Sianseng belum mati!
―Demikianlah," Khouw Kie Cong meneruskan dengan ucapannya sendiri. ―Semenjak malam itu, Kim-ku ini tidak pernah tidak terdengar, dan si gadis pun tidak pernah tidak muncul di teras vilanya untuk mendengar rayuanku selama 10 tahun...."
Sambil menunjang dagu dengan kedua tangannya Khouw Kiam Siu mendengar terus kisah yang menyedihkan itu.
―Toa-ko," katanya. ―apakah tidak ada obat untuk menolong wajahmu itu?"
―Mungkin ada, tetapi karena terikat disuatu tempat untuk memainkan alat tetabuhanku ini, maka aku tidak lagi berkesempatan untuk mencari obat tersebut....."
―Tetapi, cara Toako membalas cinta gadis itu rasanya agak kurang bijaksana...."
"Mengapa kau mengatakan demikian?"
―Mengapa kau tidak segera menjumpai saja gadis itu?"
―Aku tidak bisa menjumpai gadis itu dengan wajahku yang sekarang ini!"
―Apakah wajah Toa-ko itu demikian jeleknya sehingga tampak betul-betul seperti setan?"
―Bahkan lebih dari itu!"
―Aku tidak percaya!"
Khouw Kie Cong tertawa berkakakan mendengar kata-kata Siao-teenya itu.
―Jadi kau mau membuktikan sendiri?" tanyanya.
―Ya!‖
―Baiklah! Aku harap saja kau tidak meloncat!" sahut Khouw Kie Cong dan betul-betul ia segera menyingkap kain hitam yang menutupi mukanya itu. ―Siao-tee, kau lihatlah !"
Suatu rasa yang seolah-olah segumpalan es menggelinding di punggung, dirasakan oleh Khouw Kiam Siu. Diluar kehendaknya sendiri, mendadak kedua kakinya terangkat dan melangkah mundur. Seumur hidupnya belum pernah ia melihat muka yang begitu jelek serta seramnya, muka yang hanya ketinggalan kedua mata, dua lubang hidung dan satu mulut dengan gigi2 menonjol keluar karena bibir yang menutupi itu semua sudah membusuk untuk kemudian terlepas sama sekali dari tempatnya, sumbing!
―Toa-ko!" teriaknya dengan mata terbelalak.
Wajah Khouw Kie Cong yang seram itu sekonyong-konyong meringis, dari kedua kelopak matanya tampak mengucur air dengan deras sekali. Kepalanya digelengkan dan tertutuplah mukanya yang sudah tidak keruan itu.
―Bagaimana pendapatmu, apakah aku bisa menjumpai gadis itu dengan wajah serupa ini?" tanyanya sedih.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
44
―Tidak! Toa-ko tidak bisa menjumpai gadis itu!" sahut Khouw Kiam Siu yang masih berdebar-debar. ―Aku mengetahui bahwa cinta itu buta dan tidak menghiraukan paras cantik atau wajah tampan, namun jika gadis itu melihat wajah Toa-ko ini, ia akan mati mendadak!"
―Hee, hee, hee! Kau sudah mengetahui kisahku dan melihat juga wajahku ini. Baiklah, sekarang aku akan mulai mengajarimu ilmu-ilmu yang menjadi pusakaku. Kau berbakat dan cerdas, maka dalam waktu 10 hari saja, kau mungkin akan berhasil menyelesaikan pelajaran2 itu. Ayohlah, kita mengisi perut dulu!"
Berkata demikian, Khouw Kie Cong segera mengajak Khouw Kiam Siu ke ruangan belakang untuk bersantap. Beberapa saat kemudian, mereka sudah kembali lagi kedalam kamar semula.
Khouw Kie Cong segera mengeluarkan Kim-nya seraya berkata:
―Pertama2 aku akan mengajarimu bagaimana mementil Kim Gaib ini. Adapun jenis irama yang akan kau pelajari terdiri dari 3 bagian. Jenis pertama yalah merayu. Jenis kedua, melenyapkan tenaga serta sukma dan jenis ketiga adalah jenis yang terdahsyat yalah, mencabut nyawa!"
―Mengapa sipemain Kim Gaib itu sendiri tidak turut terbawa oleh pengaruh Irama Maut yang mematikan itu?" tanya Khouw Kiam Siu heran.
―Karena begitu kau mementil senar Kim Gaib ini, pada saat itu juga telinga maupun seluruh urat syarafmu mulai dilatih untuk menerima kegaiban2 yang terkandung dalam suara yang dipancarkan oleh pentilan-pentilanmu itu!" sahut Khouw Kie Cong sambil mengeluarkan dua jilid kitab. Satu kitab pelajaran Kim dan satunya lagi kitab Hian-thian-kun-keng.
Demikianlah, mulai malam itu, Khouw Kiam Siu telah menerima pelajaran2 memainkan alat tetabuhan yang aneh itu. Tiga hari telah lalu dan tehnik mementil Kim seluruhnya sudah dikuasai dengan baik olehnya.
Dengan perasaan sangat puas, Khouw Kie Cong lalu mengajari ilmu-ilmu yang tertera dalam kitab Hian-thian-kun-keng, dari ilmu bersilat dengan tangan kosong hingga ilmu bersilat dengan menggunakan senjata tajam. Bagaimana menangkis serangan lawan dengan serangan pula dan bagaimana setelah menyerang dan lekas-lekas mengambil langkah seribu!
Dan semua itu, karena sudah mempunyai suatu dasar kuat dari gemblengan2 keras si Kakek cerdas, dapat dipahami oleh Khouw Kiam Siu dalam waktu enam hari saja.
Pada hari yang kesepuluh, Khouw Kiam Siu diberi istirahat. Tetapi keesokan harinya, ia diperintahkan untuk rebah terlentang ditanah sambil mengangkat telapak tangannya keatas, kemudian dengan gerakan yang indah sekali, Khouw Kie Cong mencelat keatas untuk kemudian meletakkan kedua tangannya di atas telapak tangan Siaotee-nya itu. Dengan cara seperti orang main akrobat itulah, Sam-kiat Sianseng menyalurkan seluruh tenaga saktinya.
Beberapa saat lagi telah lalu, kemudian tampak tubuh Khouw Kie Cong terkulai kedepan dan roboh ditanah. Dengan susah payah ia lalu duduk bersila.
Khouw Kiam Siu dapat melihat itu semua, namun iapun harus lekas-lekas bersemedi untuk membetulkan jalan napasnya yang juga memburu seperti Toakonya itu. Baru tidak lama kemudian ia berkata:
―Toa-ko, beritahukanlah tugas yang harus aku laksanakan?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
45
Khouw Kie Cong menarik napas dalam2 yang lalu disemburkan lagi keluar dan berkata:
―Ya, sudah tiba saatnya untuk kau pergi melaksanakan urusanku itu. Pertama, kau harus pergi mencari Cio Tin siocia dan serahkan bungkusanku,‖ ia berhenti sebentar untuk mengambil napas sambil mengawasi Khouw Kiam siu dan melanjutkan:
―Kedua, dalam waktu dua bulan ini, kau harus membawa batok kepala Tauw Kun kesini!"
―Tauw Kun? Siapa dia itu?"
―Oh, aku lupa memberitahukan padamu tentang Tauw Kun kemarin. Dia adalah murid pertama Thio Mo Lam, majikan puri Kiam Pao. Dia selalu berbuat sewenang2 dikalangan Bu-lim dan dia juga yang telah menganiayaku dengan racun sehingga aku kini betul-betul bukan manusia lagi, setan!"
―Siapa nama gadis buah hati Toa-ko itu?"
―Gadis khayalanku itu bernama Thio Siok Ngo, puteri majikan Kiam Pao dan dia sudah tidak beribu lagi!"
―Baiklah, aku berjanji untuk melaksanakan dua urusan itu."
―Satu urusan lagi yang tidak kalah pentingnya dengan kedua urusan yang telah aku katakan tadi."
―Katakanlah, aku sudah berjanji, dan aku merasa yakin dapat memenuhi kehendak Toa-ko itu."
―Bagus! Nah, dengarlah baik-baik. Tugasmu yang ketiga adalah, kau harus menyamar sebagai aku, mengambil alih kedudukanku, Khouw Kie Cong, dan menyintai terus Thio Siok Ngo!"
―Haa??!"
―Ya! Pendeknya kau harus menjelma sebagai aku dan menyintai Thio Siok Ngo seperti telah aku lakukan dulu!"
Bukan main tersentak hati Khouw Kiam Siu mendengar tugas yang ketiga itu. Ia sudah diberitahukan bahwa Thio Siok Ngo adalah seorang gadis yang cantik jelita, tetapi, apakah karena kecantikan gadis itu ia lalu bisa mencintai gadis itu?
―Tidak!" sahutnya tegas.
―Tidak apa?!"
―Aku, meskipun terpaksa, telah menerima juga seluruh tenaga sakti Toa-ko, itu saja sudah merupakan suatu yang menindih berat di atas kedua bahuku, maka aku tidak dapat melaksanakan urusan yang ketiga ini!"
―Mengapa?!"
―Toa-ko telah memberitahukan bahwa wajahku sama benar dengan wajah Toa-ko, tetapi, lambat laun Thio siocia pasti akan mengetahui bahwa aku adalah Khouw Kie Cong gadungan. Disamping itu semua, cinta itu suci, tidak dapat dipaksa, ditukar atau dijual-belikan!"
Khouw Kie Cong tidak lantas mengatakan apa?, Ditatapnya Khouw Kiam Siu sejenak,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
46
kemudian dengan tiba-tiba saja digerakkan tangannya untuk menghunus pisau belati dipinggangnya dan berkata keras:
―Jadi kau tidak sudi menolong aku?"
―Toa-ko! Aku bukan tidak sudi menolong, tetapi ....‖
―Siao-tee, tekadmu itu memaksa aku memperpendek umurku sendiri!" kata Khouw Kie Cong getas.
Serentak dengan itu, tangannya yang sudah menggenggam belati terangkat keatas. Tetapi tiba-tiba ia roboh tertelentang diterkam oleh Khouw Kiam Siu yang berhasil menahan turunnya belati itu.
―Toa-ko! Jangan teruskan tekadmu ini!" teriaknya terkejut.
Terdengar isak tangis yang disusul dengan terlepasnya belati dari tangan Khouw Kie Cong.
―Siao-tee," katanya perlahan. ―Katakanlah kau mau juga melakukan permintaanku tadi?‖
―Aku .... aku akan melakukan itu..." sahut Khouw Kiam Siu terharu.
―Bagus! Aku akan mati dengan perasaan puas."
―Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
―Pergilah ke puncak diseberang puncak Kiat-yung-hong ini untuk menjumpai Thio Siok Ngo. Aturlah cerita demikian rupa sehingga ia percaya bahwa yang datang menjumpainya adalah Khouw Kie Cong, kekasihnya! Dan setelah kau berhasil mengambil batok kepala Tauw Kun, bawalah gadis she Thio itu keatas puncak ini. Aku.....aku ingin sekali melihat parasnya satu kali saja lagi sebelum aku meninggal dunia...."
Dengan tubuhnya yang menggetar karena menahan sedihnya, Khouw Kie Cong lalu menyerahkan Kim Gaib dan berkata lagi:
―Mulai saat ini, alat tetabuhanku ini menjadi milikmu! Berusahalah sedapat mungkin sehingga kau betul-betul menjelma menjadi Khouw Kie Cong, atau Sam-kiat Sianseng.‖
Khouw Kiam Siu menerima Kim yang telah diangsurkan itu. Ia memberi hormat dan segera meninggalkan tempat itu. Sambil menuruni jalan puncak itu, ia mengulangi pesan2 yang baru saja diterimanya yalah:
1 Menyerahkan suatu benda kepada Cio Tin, puteri pemimpin besar partai Hong-bie-pang.
2. Mencintai Thio Siok Ngo, puteri si majikan puri Kiam Pao, kakak perempuan Thio Kun! Dan mengajak si gadis she Thio ke puncak Kiat-yun hong.
3. Memenggal kepala Tauw Kun dan membawa juga batok kepala orang she Tauw itu ke puncak yang sama.
Pesan atau tugas No. 2 dan 3 harus sudah diselesaikan dalam waktu 2 bulan, karena Khouw Kie Cong hanya masih bisa hidup tidak lebih daripada 70 hari lagi.
Kim Gaib yang dibawanya telah menyambung asmara sepasang merpati selama 10 tahun, dan alat tetabuhan itu akan digunakan olehnya untuk menyamar sebagai Khouw Kie Cong dan mencintai Thio Siok Ngo.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
47
Jika semua tiga tugas itu telah dikerjakan, maka dengan pedang buntung yang tergantung dipinggangnya kini, ia akan pulang ke daerah Sie-thian-bok-san untuk mencari gurunya, Gouw Wie To, yang telah berjanji untuk memberitahukan segala sesuatu tentang hal ikhwalnya dan semua musuh-musuh besarnya.
Tanpa terasa, dengan cepat saja ia sudah tiba dikaki puncak. Seketika digerakkan kedua kakinya untuk menuju langsung ke seberang puncak Kiat yun-hong, sambil mengasah otaknya dan menyiapkan kata-kata yang sekiranya dapat meyakinkan Thio Siok Ngo bahwa ia adalah Sam kiat Sianseng Khouw Kie Cong.
Bulan sabit yang seperti alis lentik seorang gadis cantik, tergantung dilangit biru yang bertaburan beribu bintang dengan cahayanya yang redup.
Beberapa saat menjelang tengah malam, maka tibalah Khouw Kiam Siu di atas puncak yang ditujunya itu. Dari kejauhan, di atas teras sebuah vila, samar-samar ia dapat melihat bahwa seorang wanita yang mengenakan pakaian serba putih tengah berdiri menantikan sesuatu. Ya.....ia memang sedang menantikan pentilan senar Kim Gaib yang akan membawakan lagu Kasih nan Kokoh dari puncak diseberang!
―Mungkin dia inilah yang sedang aku cari..." katanya dalam hati dengan perasaan berdebar. Untuk mengelakan perhatian orang, ia segera membelokkan langkahnya untuk menghampiri gadis itu dari samping vila. Ternyata vila tersebut sangat besar serta indah. Taman bunga berada disekitarnya dan teras dimana si gadis itu sedang berdiri menantikan rayuan Kim Gaib adalah bagian belakang dari vila itu.
Dengan gaya yang indah sekali, tembok yang melingkari vila tersebut berhasil diloncatinya. Begitu kedua kakinya menyentuh lantai dalam taman itu, ia segera menyelinap kebalik sebuah pohon, darimana ia lalu memperhatikan gadis yang sedang berdiri menghadapi puncak Kiat-yun-hong.
―Hei! Siapa kau? Mengapa mencuri masuk kedalam taman ini?!"
Demikianlah terdengar suara teguran lantang dari belakangnya. Ia berbalik dan melihat seorang nenek yang sudah berusia sangat lanjut tengah berdiri disitu. Karena gugupnya, ia tiba-tiba membuka mulutnya dan balik menanya: ―Siapa Po-po sendiri?"
―Hm….aku menanya kau sia...."
Si nenek tidak melanjutkan kata-katanya itu. Parasnya yang sudah keriput itu menunjukkan dengan jelas sekali bahwa ia terkejut bukan main melihat wajah tamunya yang tidak diundang itu. Beberapa saat kemudian, baru ia berkata lagi dengan suara menggetar:
―Setankah kau?!"
―Po-po keliru!" sahut Khouw Kiam Siu sambil berusaha menekan kecemasannya. ―Aku Sam-kiat Sianseng Khouw Kie Cong!"
―HAAA!!!! Kau Khouw….‖
Hanya kata-kata itu saja masih dapat keluar dari mulut nenek itu, yang tiba-tiba roboh terjengkang kebelakang, pingsan!
Suara terbantingnya tubuh si nenek ternyata dapat didengar oleh si gadis. Ia menoleh dan....
―Ibu! Mengapa kau?" teriaknya kaget sambil menghampiri nenek itu dan tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
48
menghiraukan Khouw Kiam Siu sama sekali.
Mendadak rasa sangsi timbul dalam benak Khouw Kiam Siu mendengar gadis itu memanggil ibu kepada nenek itu. Karena ia masih ingat benar Khouw Kie Cong mengatakan bahwa Thio Siok Ngo sudah tidak beribu lagi.
Karena masih merasa ragu jika gadis itu adalah gadis yang sedang dicarinya, maka dicobanya dengan membacakan sanjak dari lagu Kasih nan Kokoh:
Kasih kita yang suci murni,
Hanya berakhir bila kita mati,
Maka janganlah dikau bersedih hati,
Karena kita pasti bersatu pada suatu hari!
Gadis itu tiba-tiba mengangkat mukanya dan menatap wajah si pembaca sanjak itu. Matanya terbuka lebar-lebar dan tidak berkesip!
Khouw Kiam Siu masih belum merasa yakin. Seketika ditekuk kedua lututnya dan duduk bersila sambil meletakkan Kim Gaibnya di atas pangkuannya dan terdengarlah rayuan Kasih nan Kokoh, yang tiap-tiap jam 12 tengah malam terpancarlah dari puncak Kiat-yun hong, selama 10 tahun tanpa kecuali cuaca baik ataupun badai mengamuk!
―Cong Ko....." ratap gadis itu penuh haru. ―Akhir....akhirnya kau datang juga....."
Jantung Khouw Kiam Siu memukul dengan keras sekali. Ia harus mengakui bahwa memang gadis itu, yang bukan lain daripada Thio Siok Ngo, cantik luar biasa.
―....Tidak...tidak!" Thio Siok Ngo berteriak sambil mengawasi dengan pandangannya yang liar. ―Tidak! aku ..... aku tengah bermimpi!"
―Ngo Moy, kau tidak bermimpi. Aku ....Sam-kiat Sianseng Khouw Kie Cong.....telah datang....." sahut Khouw Kiam Siu yang sudah mulai menjalankan perannya. Jantungnya seolah-olah ingin meledak ketika melihat gadis buah hati Toako-nya itu berjalan menghampirinya.
Thio Siok Ngo tidak mendekati terus. Ia berdiri lebih kurang 2 meter dihadapan Khouw Kiam Siu sambil menggigit jarinya sendiri untuk membuktikan bahwa ia betul-betul tidak sedang bermimpi. Teriakan tertahan terdengar dan tampak parasnya tiba-tiba terhias oeh suatu rasa yang meluap2.
―Aku tidak bermimpi!" teriaknya keras. ―Cong Ko, aku sudah menanti 10 tahun dan akhirnya kau datang juga!"
―Anak, jangan terlalu dekat padanya! Dia....dia bukan manusia tetapi setan!" tiba-tiba terdengar suara si nenek yang sudah siuman dan tengah berdiri dibelakang Thio Siok Ngo.
―Tidak, dia ini bukan setan!" bantah si gadis. ―Lagipula, aku….aku masih tetap menyintainya sekalipun dia kini sudah menjadi setan!"
Si nenek menarik tangan Thio Siok Ngo dan membuat dirinya tampil kemuka seraya berkata:
―Hei, kau! Waktu masih hidup kau mencintai gadis ini, sekarang kau sudah jadi setan, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
49
janganlah mengganggunya lagi! Kau telah mengubur kebahagiaannya dan aku hanya minta kau memain terus Kim itu. Anak, ayoh kita masuk!"
―Tidak! Aku minta ibu jangan mencegah kebahagiaanku. Ibu masuklah kedalam vila dan biarkan aku seorang diri disini!"
Aneh, si nenek yang tadinya demikian galak, tiba-tiba menuruti saja permintaan gadis itu. Dengan muka masam ia segera berjalan masuk kedalam vila.
―Ngo Moy," kata Khouw Kiam Siu melihat si nenek sudah pergi. ―Apakah dia itu ibumu?"
Thio Siok Ngo bersenyum manis.
―Ya...." sahut lembut, ―boleh juga dikatakan demikian. Selama 10 tahun ia selalu mendampingi aku. Ia bernama Tian Giok Siu, pengasuh dan 'ibuku‘ juga....." lalu ia berjalan mendekati dan merangkul Khouw Kiam Siu yang terpaksa harus balas merangkul juga demi perannya sebagai Khouw Kie Cong!
―Cong Ko, aku telah menantikanmu selama 10 tahun. Keadaanku tidak berubah, aku masih mencintaimu," kata lagi si gadis dengan merdu dan merayu.
Khouw Kiam Siu tidak mengatakan apa-apa. Suatu perasaan yang entah perasaan apa tengah berkecamuk hebat dalam pembuluh darahnya.
―Aku ingin menyertaimu, sekalipun kau sudah menjadi setan!"
―Ngo Moy, aku bukan setan. Aku masih hidup seperti kau sendiri!"
―Tidak, kau berdusta!"
―Mengapa kau mengatakan demikian?"
―Mukamu, mukamu tidak rusak....."
―Semula memang mukaku rusak, tetapi aku beruntung telah memperoleh suatu obat mujizat sehingga wajahku pulih sebagaimana biasa....kau tidak bermimpi, ini semua adalah kenyataan!"
Thio Siok Ngo melepaskan tusuk kondenya sambil mengajak Khouw Kiam Siu duduk dibawah teras dan berkata lagi:
―Cong Ko, masih ingatkah kau akan tusuk konde ini?"
―Aku.....aku masih ingat....."
―Selama 10 tahun tusuk konde pemberianmu ini tidak pernah terlepas dariku. Diwaktu malam kau menghibur aku dengan Kim Gaibmu, sedangkan diwaktu siang hari tusuk konde inilah yang menyertai aku. Aku hidup dalam kenangan, dengan harapan pada suatu waktu kita bisa berjumpa lagi dan ternyata idam2an hatiku itu terpenuhi kini."
Berkata begitu, Thio Siok Ngo lalu meneliti wajah Khouw Kiam Siu sambi mengusap2 pipi pemuda itu, seolah-olah ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tidak bermimpi.
―Haaai...." tiba-tiba serunya. ―Tuhan itu memang adil. Dia telah mendengar doaku dan mengabulkanNya. Dia telah mengembalikan kau padaku!"
―Ngo Moy. Tuhan itu selalu adil...."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
50
―Aku mengharap kau tidak meninggalkan aku lagi."
"Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu lagi...."
―Tetapi, keberuntungan ini terjadi dengan mendadak sekali... aku mencurigai jika semua ini betul-betul kenyataan! Aku merasa khawatir jika kau mendadak lenyap lagi...tanpa kau, penghidupan ini tiada artinya!"
Kegelisahan terhias diwajah Khouw Kiam Siu. Ia mengetahui betul bahwa ia sedang menipu seorang gadis yang suci murni. Hati nuraninya tidak mengijinkannya untuk terus bersikap pura2 seperti itu, namun jika ia mengatakan siapa dia sebenarnya, bukankah itu hanya membikin rencana Khouw Kie Cong berantakan saja?
―Cong Ko," kata lagi Thio Siok Ngo. ―Selama 10 tahun ini kau telah bersikap kejam sekali terhadapku....."
―Kejam?"
―Ya... tiap-tiap malam kau hanya merayuku dengan lagumu, Kasih nan Kokoh saja tanpa memperlihatkan dirimu selama 10 tahun dan membuat aku hidup dalam khayalanku sendiri.... apakah itu tidak kejam?"
―Ngo Moy, kau salah paham. Aku tidak menjumpaimu karena harus berlatih ilmu silat dan berusaha memulihkan wajahku agar aku dapat lekas-lekas menjumpaimu lagi....."
Thio Siok Ngo tiba-tiba merangkul lagi pemuda itu. Dengan suara agak menyesal ia lalu berkata:
―O....aku salah paham. Tidak pernah terpikir olehku bahwa kau harus melakukan itu semua demi kepentingan kita bersama!"
DENGAN perasaan berat dan agak berdosa Khouw Kiam Siu harus mandah saja dilanda 'lahar letusan gunung asmara' yang tiba-tiba meledak itu...
"Ngo Moy," katanya gugup. ―Aku harus meninggalkanmu untuk sementara waktu."
―Meninggalkan aku?!" tanya Thio Siok Ngo terkejut.
―Ya, kita terpaksa harus berpisah untuk waktu yang singkat."
―Hendak kemanakah Cong Ko?"
―Aku telah menyanggupi untuk menyelesaikan suatu urusan atas nama seseorang."
―Atas nama siapa?"
―Penolongku. Seorang yang telah berhasil memulihkan wajahku yang asli ini...‖
―Bolehkah aku mengetahui urusan yang harus diselesaikan itu?"
―Aku akan memberitahukan kelak dikemudian hari."
―Tetapi, mungkin kau takkan kembali...."
―Aku pasti kembali. Mungkin sebelum dua bulan aku sudah berada disini lagi."
―Tidak, aku tetap masih merasa khawatir. Aku mau ikut!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
51
―Ngo Moy, urusan ini adalah urusan yang sangat rahasia."
―Berbahayakah?"
Khouw Kiam Siu berpikir sejenak. Ia mengetahui bahwa Thio Siok Ngo sangat khawatir akan keselamatan dirinya. Maka ia lalu berkata untuk membesarkan hati gadis itu: ―Tidak, tidak membahayakan sama sekali."
Thio Siok Ngo melepaskan pelukannya sambil menatap wajah ‗kekasihnya' itu. Sinar matanya demikian tajam sehingga tampak ia seolah-olah ingin merekam wajah itu kedalam otaknya.
―Kau pergilah, Cong Ko," bisiknya parau. ―Dan jangan kau mengingkari janjimu sendiri!"
―Aku pasti kembali!"
Berkata demikian, Khouw Kiam Siu segera menjejak kakinya dan terapunglah tubuhnya melalui tembok taman itu. Tetapi baru saja ia hendak berjalan keluar, tiba-tiba tampak si nenek mendatangi seraya berkata:
―Hei, kau! Nanti dulu!"
Khouw Kiam Siu lekas-lekas memberi hormat dan berkata: ―Po-po, kita sudah berjumpa lagi."
―Siapa kau sebenarnya?!" tanya nenek itu ketus.
―Aku Khouw Kie Cong alias Sam kiat Sianseng."
―Kau berdusta!"
―Mengapa Po-po mengatakan demikian?"
―Sekalipun wajahmu sama benar dengan wajah Khouw Kie Cong, tetapi aku dapat melihat bahwa dia lebih tua beberapa tahun darimu! Disamping itu dia sudah diberi makanan beracun sehingga mukanya jadi jelek sekali dan dilemparkan kedalam jurang dan.... sebelum itu, mukanya pun telah disayat goresan-goresan pedang maka dia kini pasti lebih banyak mirip setan daripada seorang pemuda ganteng sepertimu!"
―Betul! Memang wajahku semula jelek sekali, tetapi....."
―Cukup! Jika kau berkeras ingin juga memaksa aku mempercayai kata-katamu itu, baik aku akan percaya juga. Tetapi ....jawablah terlebih dulu satu pertanyaanku!"
―Po-po katakanlah!"
―Mengapa kau tidak mengetahui aku ini siapa tatkala kau menjumpai aku ditaman tadi?"
Khouw Kiam Siu jadi kelabakan ditanya demikian. ―Celaka!" katanya dalam hati. ―Nenek ini ternyata tahu segala2nya."
―Ayohlah, jawab pertanyaanku itu!" si nenek mendesak.
Khouw Kiam Siu masih terbengong dan tidak bisa menjawab.
―Ya, kau sudah berhasil menipu Siok Ngo, tetapi janganlah kau mau juga menipu aku! Cobalah ceritakan padaku siapa kau sebenarnya dan mengapa kau menyamar sebagai
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
52
Khouw Kie Cong?"
―Aku akan menjawab pertanyaan Po-po itu. Tetapi apakah Popo menyayang Siok Ngo?" akhirnya Khouw Kiam Siu berkata.
―Hii, hii, hii! Kau betul-betul seorang pemuda yang keras kepala. Tentu saja aku menyayang gadis itu. Bahkan aku perlakukan dia sebagai puteri kandungku sendiri! Aku sebetulnya bermaksud membuka kedokmu tadi, tetapi....jika aku teruskan juga tekadku aku hanya menghancurkan hati gadis itu saja."
―Baik, aku mengaku, aku memang bukan Khouw Kie Cong! Aku Khouw Kiam Siu telah menyamar atas permintaan Khouw Kie Cong sendiri!"
―Dia .... masih hidup?"
―Ya. Jika tidak, mana mungkin rayuan2 senar Kim masih bisa terdengar hingga saat ini?"
―Mengapa dia tidak datang sendiri?"
―Dia tidak berani menjumpai Siok Ngo dengan wajahnya yang sudah tidak keruan itu."
―Mengapa?"
―Dia khawatir cinta Siok Ngo akan membuyar melihat wajahnya yang seperti setan jahat itu."
―O....dia keliru! Siok Ngo mencintainya tanpa menghiraukan apakah ia tampan atau jelek!"
―Tetapi, selain wajahnya jelek sekali, Khouw Kie Cong pun hanya bisa hidup 70 hari lagi saja!"
―Aku kurang paham akan ucapanmu itu."
―10 tahun yang lalu, Khouw Kie Cong telah diberi hidangan beracun yang bekerja secara lambat. Meskipun ia telah memperoleh suatu mujizat, namun ia tidak mampu memunahkan racun yang dahsyat itu.....maka ia telah mengatur segala sesuatu demi kebahagiaan Siok Ngo. Dia telah meminta padaku untuk menyamar sebagai dirinya dan menyintai terus Siok Ngo."
―Ehm......memang wajahmu mirip benar dengan wajah Khouw Kie Cong. Pernah apakah kau dengan dia itu?"
―Dia Toako-ku."
―Kakak sekandung?!"
―Bukan. Kita sudah mengangkat saudara...."
Si nenek, Tian Giok Siu, mengangguk-anggukkan kepalanya. Sikap maupun nada suaranya yang kaku tiba-tiba berubah lunak setelah mendengar keterangan Khouw Kiam Siu itu.
―Hendak kemanakah kau sekarang?" tanyanya kemudian.
―Aku minta Po-po tidak membuka rahasiaku ini kepada siapapun. Aku harus menjumpai seseorang untuk menyelesaikan permintaan Toako-ku itu, dan berusaha agar dapat kembali lagi kesini selekas mungkin."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
53
―Urusan apa yang harus kau selesaikan itu?"
Khouw Kiam Siu berpikir sebentar. Ketika merasa tidak salahnya untuk memberitahukan juga pada Tian Giok Siu akan tugas yang harus diselesaikannya itu, ia lalu berkata:
―Aku harus pergi ke puri Kiam Pao untuk membunuh Tauw Kun dan membawa batok kepalanya orang she Tauw itu kehadapan Khouw Kie Cong!"
―Aaai....tugasmu itu sangat berbahaya dan tidak mungkin dilakukan!" seru Tian Giok Siu terperanjat.
―Mengapa tidak mungkin?"
―Puri Kiam Pao dijaga oleh banyak orang yang berkepandaian tinggi sekali. Tahukah kau betapa hebat kepandaian Thio Mo Lam, si majikan puri tersebut?"
Khouw Kiam Siu menggeleng kepalanya.
―Tidak, dan aku tidak perduli!" sahutnya tegas.
―Haai....Thio Mo Lam adalah seorang ahli pedang yang tiada taranya. Sedangkan Tauw Kun, murid kesayangannya telah berhasil memiliki kira-kira 80% ilmu-ilmu gurunya. Aku bukan menakut2i, tetapi mungkin kau akan gagal dalam tugasmu ini...."
Khouw Kiam Siu diam-diam mengertak giginya. Tetapi tanpa gentar ia lalu menanya lagi:
―Bagaimana dengan kepandaian Thio Kun?"
―Akh! bocah she Thio itu hanya seorang jago kodian. Dibandingkan dengan Tauw Kun, kepandaiannya kalah jauh!"
―Terima kasih, Po-po," kata Khouw Kiam Siu sambil memberi hormat.
―Apakah kau hendak meneruskan juga tekadmu itu?" tanya Thian Giok Siu cemas.
―Aku harus pergi juga. Sampai kita jumpa lagi, Po-po!" Setelah memberi hormat lagi, Khouw Kiam Siu segera meloncat pergi. Ditengah perjalanannya menuruni puncak itu, baru ia mengetahui bahwa puncak tersebut adalah puncak Thian-tai hong.
Tiba-tiba saja ia jadi teringat akan batu mujizat Ban-lian Ciok tam yang katanya dapat memunahkan segala jenis racun hebat. Menurut keterangan Sin Soan Tju, batu tersebut telah dicuri oleh Bian-san ji-kwi.
―Mungkin batu mujijat itu dapat memunahkan juga rangsangan racun dalam tubuh Toako-ku...." pikirnya.
Berpikir demikian, seketika ia memburu kearah jurang dikaki lereng puncak Kiat-yun-hong. Tetapi setibanya disana ia hanya menjumpai kedua mayat yang sudah mulai membusuk, tanpa melihat batu mujizat yang dimaksud oleh Sin Soan Tju.
Dengan kecewa didaki lagi jurang itu dan tiba ditengah puncak Kiat-yun-hong pada waktu fajar menyingsing. Sekonyong-konyong kupingnya mendengar suara apa-apa dibawah puncak itu.
―Hm....mereka lagi-lagi sudah mendaki puncak ini untuk menyelidiki teka-teki tentang Irama Maut!" katanya dalam hati sambil mengawasi ke bawah.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
54
Betul saja, tampak olehnya beberapa orang sedang berusaha naik keatas, ia segera membatalkan maksudnya untuk turun dan menantikan rombongan itu dengan maksud mengusir orang-orang itu agar tidak mengganggu Khouw Kie Cong yang sudah tidak berdaya karena telah menyalurkan seluruh tenaga dalamnya kepadanya.
Dengan cepat saja beberapa belas orang itu sudah berdiri berhadapan dengan Khouw Kiam Siu. Mereka semua tercengang melihat seorang pemuda tampan dengan Kim Gaib terpancang di-punggungnya sedang berdiri disitu.
―Dia ini adalah Khouw Kiam Siu," bisik salah seorang kepada kawan2nya. ―Ahliwaris si pemilik Kim Gaib!"
―Aneh! Mengapa dia membawa alat tetabuhan itu?" kata seorang yang lainnya.
Tiba-tiba seorang yang berambut merah dari rombongan itu, tampil kemuka dan menanya:
―Apakah kau ahliwaris si pemillk Kim Gaib?"
Khouw Kiam Siu bersikap tenang sekali.
―Aku adalah si pemilik Kim Gaib sendiri!" sahutnya kaku.
―Ha, ha, ha! Kau berdusta, bocah!"
―Dapatkah membuktikan bahwa aku berdusta?"
―Irama Maut telah membingungkan dunia persilatan selama 10 tahun!"
―Lalu?!"
Merah padam muka orang itu diejek demikian. Namun, tidak berani ia sembarang bertindak melihat kenyataan Kim Gaib terpancang di punggung pemuda itu.
―Kau hanya berusia paling banter 18 tahun dan kau pasti bukan sipemilik alat tetabuhan yang gaib itu!" katanya sengit.
―Kau tidak percaya? Apakah perlu akan membuktikan dengan suara Kim ini?!" bentak Khouw Kiam Siu sambil berusaha terus meyakinkan orang itu bahwa memang dialah sipemilik Kim Gaib itu.
Orang-orang yang berada disitu belum mengetahui siapa sebenarnya Khouw Kiam Siu dan merekapun belum pernah melihat si pemilik Kim Gaib. Mereka agaknya merasa gentar juga mendengar ancaman itu, tetapi tiba-tiba satu suara lantang terdengar mengejek:
―Bocah! Kau buktikanlah kata-katamu tadi itu!"
Khouw Kiam Siu mengalihkan pandangannya kepada orang yang mengejek itu. Tiba-tiba wajahnya tampak beringas. Karena orang itu ternyata adalah Thio Kun!
―Aku memang sedang mencarimu, anjing!" bentak Thio Kun.
Orang-orang yang sudah berada disitu terlebih dulu pun terperanjat melihat kedatangan si majikan muda dari puri Kiam Pao itu. Serta merta mereka membuyar dan memberikan lowongan agar Thio Kun dapat tampil kemuka.
―Bocah! Sudah beberapa hari aku gagal mencarimu, sekarang kau membawa-bawa Kim hitam itu dan bermaksud menyamar sebagai si pemilik Kim Gaib. Kali ini Cui-hun-tjeng-lie
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
55
tidak berada disini dan kau pasti akan kuganyang! Ha, ha, ha," Thio Kun melontarkan ejekannya sambil tertawa terbahak-bahak.
Bersamaan dengan itu, dua orang tiba-tiba memberi hormat kepada Thio Kun seraya berkata:
―Siao Po-cu! Perkenankanlah kami yang menghajar anjing kecil ini!"
Thio Kun dengan lagaknya yang dibuat-buat masih tertawa terus. ―Berhati-hatilah," katanya. ―Agar anjing itu tidak terlepas lagi !‖
Mendengar ucapan yang merupakan tanda persetujuan itu, kedua orang itu segera berjalan menghampiri Khouw Kiam Su dan tanpa memberi peringatan apa-apa lagi mereka sekonyong-konyong menyerang dengan serentak!
Khouw Kiam Siu yang bukan Khouw Kiam Siu seperti beberapa puluh hari yang lalu, dengan tenang saja menantikan kedua serangan itu. Ia tidak tampak berusaha mengegos atau mengelakkan. Ditarik kedua tangannya kebelakang dan menyerang kedua tinju yang sudah hampir tiba didadanya itu. ―Blukk....krakk!!"
―Aaaai!!" seru semua orang yang berada disitu terhitung juga Thio Kun. Mereka sungguh tidak menyangka kedua jago dari puri Kiam Pao itu dibikin patah lengan2 mereka dalam hanya satu gebrakan saja.
Lebih2 Thio Kun yang sudah pernah menggampar dan mempermainkan Khouw Kiam Siu.
―Apakah aku tidak salah melihat?!" tanyanya dalam hati terkesiap.
Empat orang jago dari puri Kiam Pao segera menyerang lagi, tetapi mereka pun terpaksa meninggalkan gelanggang pertempuran itu dalam keadaan patah tulang lengan mereka!
Thio Kun jadi gusar sekali. Dihunus pedangnya dan membentak :
―Kalian mundur!" lalu sambil mengebas2kan pedangnya, tiba-tiba ia menusuk.
―Thio Kun! Sudah tiba saatnya untuk kau membayar hutang2mu!" teriak Khouw Kiam Siu tanpa memindahkan kakinya. Tangan kanannya menjurus kearah tangan kirinya, lalu membal ke kanan lagi dan membentur lengan lawannya untuk langsung menjurus keatas dan.....‖Plakk….plokk !!"
Serentak dengan terdengar suara tamparan itu, tampak Thio Kun terdorong kebelakang dan belum lagi keseimbangan badannya pulih, dua suara tamparan lagi-lagi sudah terdengar dan membuat hidung serta mulutnya mengeluarkan darah. Kejadian itu terjadi cepat serta diluar dugaan sama sekali, sehingga pedang yang berada dalam genggamannya tidak berarti apa-apa!
Khouw Kiam Siu tidak mau memberi kesempatan. Diayun tinjunya dalam jurus Liong-pao-houw-kie atau Naga meloncat,harimau menerkam.
Meskipun merasa kepalanya pusing, dan mukanya bengkak, namun Thio Kun masih dapat melihat tinju lawannya yang sedang meluncur dengan cepat itu. Lekas-lekas ia mengelak kesamping sambil menabaskan pedangnya. Justru pergerakkannya itu membuat tinju Khouw Kiam Siu langsung menghajar lengan kanannya itu sehingga pedangnya terpental jatuh!
―Thio Kun!" bentak Khouw Kiam Siu sengit. ―Hutang sudah dibayar berikut bunganya. Dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
56
sekarang sudah tiba saatnya untuk kau 'pulang' !"
―Bocah! Meskipun kau berhasil membunuh aku, tetapi kau takkan hidup lama!" teriak Thio Kun, sekalipun mulutnya mengatakan demikian, namun diam-diam ia merasa heran sekali, dengan tiba-tiba saja lawannya itu jadi demikian tangkasnya.
―Lain orang mungkin takut pada puri Kiam Pao, tetapi camkanlah, bahwa aku, pemilik Kim Gaib, tidak gentar sedikit pun! Aku bahkan akan segera pergi ke puri tersebut untuk memenggal kepala seseorang!" Khouw Kiam Siu mengancam.
Thio Kun masih penasaran sekali mukanya berulangkali telah terkena tamparan. Iapun merasa malu dipermainkan dihadapan orang-orang yang hendak menyelidiki tentang Irama Maut itu. Secepat kilat ia menyerang dengan kedua tangannya.
Khouw Kiam Siu menggeser kaki kanannya ke kanan sambil menyeret kaki kirinya. Berbareng dengan itu, kedua tangannya bergerak memutar untuk kemudian menjambret tangan kiri lawannya. Satu tendangan dilepaskan yang dengan tepat mengenai bawah ketiak Thio Kun. Maka tidak ampun lagi, tubuh si pemuda she Thio yang tinggi besar itu terangkat untuk kemudian terbanting dengan keras sekali dan bergelimpangan ditanah.
Khouw Kiam Siu sudah siap menyerang lagi, ketika tiba-tiba ia merandek mengingat bahwa lawannya itu adalah adik Thio Siok Ngo.
Dalam keadaan yang sudah tidak keruan, Thio Kun perlahan-lahan berbangkit.
―Aku belum kau kalahkan!" teriaknya kalap. ―Ayoh, kita lanjutkan pertarungan ini!"
―Pergi!" bentak Khouw Kiam Siu beringas. ―Aku tidak terkebur, tetapi aku merasa yakin betul dapat membunuhmu jika aku mau!"
―Kau takut melanjutkan pertarungan yang belum memutuskan ini?!"
―Pergi!"
Thio Kun melirik kearah orang-orang yang berada disitu, dan ia dapat melihat bahwa mereka semua seolah-olah menganjurkan agar ia menuruti saja permintaan Khouw Kiam Siu itu.
―Tiada gunanya aku berlagak garang," katanya dalam hati. ―Mereka semua sudah melihat bahwa aku memang bukan tandingan anjing ingusan ini!"
Berpikir demikian, ia segera menatap Khouw Kiam Siu dan mengancam:
―Hei, kau, ingatlah baik-baik! Kau sudah menanam bibit permusuhan dengan pihak puri Kiam Pao. Pada suatu waktu kau akan menerima buah daripada apa yang kau tanam itu!" lalu ia meninggalkan tempat itu diikuti oleh beberapa orangnya yang sudah terluka maupun yang masih sebat.
―Aku minta kalian pun enyah dari sini!" kata Khouw Kiam Siu kepada orang-orang yang masih berada disitu.
―Apakah kau betul-betul sipemilik Kim Gaib?" tanya salah seorang yang masih membandel.
Khouw Kiam Siu belum menyahut ketika tampak dari kejauhan mendatangi beberapa puluh orang yang mengenakan pakaian dengan tanda sebilah pedang tersulam didada pakaian mereka masing-masing. Tatkala sudah berada dekat, orang yang jadi pemimpin dari pada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
57
rombongan itu segera menanya dengan suara keras:
―Apakah kau yang telah melukai Thio Kun, majikan muda dari puri Kiam Pao?"
―Masih bagus jahanam itu tidak kubunuh!" sahut Khouw Kiam Siu ketus. ―Siapa kalian?"
―Kami? Ha, ha, ha! Aku Gouw Kang, si Iblis kilat. Dan aku adalah kepala daripada ketigapuluh lima (sambil menunjuk orang-orang-nya) orang-orang ini yang terkenal dengan nama Sa-cap-lak-thiankong atau Ketigapuluh enam orang-orang sakti dari puri Kiam Pao!"
―Dan kedatangan kalian disini yalah untuk membikin perhitungan, bukankah?"
―Betul!"
―Dan sebagai biang-keladinya, kau tentu mengetahui bagaimana harus membereskan atau menyelesaikan urusan majikan mudamu ini, bukan?!"
Bukan main gusar Gouw Kang dikatakan sebagai biang-keladi.
―Tentu!" sahutnya keras. ―Kau hanya diberikan dua pilihan: mengikut kami untuk diadili dipuri Kiam Pao, atau mati konyol di atas puncak ini! Ayoh, pilihlah!"
―Aku disuruh memilih? Kau betul-betul terlalu!"
―Bocah! Aku, Gouw Kang tidak sudi...."
Kata-kata itu belum selesai ketika tampak Gouw Kang menggerakkan tangannya untuk menangkis, tetapi sekonyong-konyong ia terdorong ke-samping sambil memegang pipinya yang sudah tertera ditelapak tangan!
―Kau berani menyerang secara curang?!" bentaknya kalap sambil menghunus pedangnya dan menusuk dengan hebat sekali.
Khouw Kiam Siu menjejak kedua kakinya dan mencelat jauh kebelakang sambil melepaskan Kim Gaib yang terpancang di punggungnya. Cepat ia duduk bersila dan.....
―Tiiinggg!!--Trang--Ting--Trang--Tiingg!!"
Demikianlah, suara pentilan Kim Gaib terdengar dan membuat semua orang yang berada disitu terpaku. Perlahan-lahan tetapi tetap, Irama Maut meninggi dan membisingkan serta memekakkan telinga. Mereka seolah-olah merasa suatu benda yang runcing menembus ke dalam otak mereka.
Setelah melengking tinggi, dengan tiba-tiba saja irama yang menghalau sukma itu berhenti.
―Terjang...." seru Gouw Kang dengan suaranya yang tidak lagi segarang sebelum ia mendengar Irama Maut.
Serentak dengan terdengarnya komando itu, ketiga puluh lima kawan2 Gouw Kang menerkam Khouw Kiam Siu yang masih dalam keadaan bersila, tetapi tiba-tiba mereka sendiri yang terpental balik ketika tinju-tinju mereka mengenai sasarannya, tanpa yang dise-rang menangkis ataupun melawan! Ternyata semangat serta tenaga mereka sudah lenyap dan tidak lagi mampu bertempur!
Sementara Khouw Kiam Siu sibuk melayani orang-orang dari puri Kiam Pao itu, beberapa belas orang yang tiba disitu terlebih dulu diam-diam sudah membuyar dan mendaki terus keatas. Mereka masih belum yakin jika sipemuda she Khouw yang masih muda belia itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
58
adalah sipemilik Kim Gaib dari puncak Kiat-yun hong.
Gouw Kang menghunus pedangnya sambil memberi isyarat agar orang-orangnya ikut menyerang, namun sebelum mereka bergerak Irama Maut sudah terdengar lagi dan membuat mereka mundur dan orang-orang yang sudah mulai mendaki keatas turun lagi ke tempat semula.
Alunan senar Kim tiba-tiba berhenti dan tampak Gouw Kang mengerahkan seluruh tenaganya. Satu pekikan lantang terdengar yang dibarengi dengan terayun pedangnya.
Khouw Kiam Siu berbangkit dan mundur sambil menggantung alat tetabuhannya di punggungnya. Seperti seekor belut, kepalanya menundukkan dan berhasil mengelakkan sabetan pedang lawannya itu. Secepat kilat tinju kirinya dilepaskan kemuka dan.....
―Aaaah!!" jerit Gouw Kang sambil tersipu2 berusaha menahan terjangan tenaga yang dahsyat itu. Tetapi gerakan kakinya yang sudah kalut tidak terkendalikan lagi. Diluar kehendaknya sendiri, kaki kirinya, entah bagaimana, telah menggait kaki kanannya sehingga ia roboh bergelimpangan dan tergelincir kedalam jurang yang telah mengambil jiwa Bian-san ji-kwi beberapa hari yang lalu!
Khouw Kiam Siu yang tidak sudi sembarang membunuh orang, lekas-lekas mementil lagi Kim Gaibnya. Kesepuluh jarinya bergerak-gerak dengan hebat sekali sehingga syaraf orang-orang yang berkepala batu itu lagi-lagi menjadi kacau.
Ada sementara mereka yang muntahkan darah, sedangkan yang ilmu tenaga dalamnya setingkat lebih tinggi, cepat-cepat duduk bersila dan bersemedi. Namun pada saat itu juga tenaga dan semangat mereka sudah betul-betul lenyap. Mereka mungkin tidak lagi akan bisa menuruni puncak itu jika serangan suara yang aneh itu tidak segera berhenti.
―Anak, cukuplah sudah! Mengapa kau agaknya ingin juga membunuh orang-orang itu?!"
Demikianlah, satu suara teguran yang tidak terlalu keras terdengar - - Satu suara bernada lembut tetapi mengandung suatu pengaruh gaib!
Khouw Kiam Siu menoleh kekiri, dimana tampak punggung seorang yang berambut putih tengah duduk menghadapi sebuah batu besar. Orang itu duduk bersila dalam posisi yang sama seperti ia sendiri sehingga ia tidak bisa melihat wajahnya.
Tanpa membalikkan tubuhnya, orang itu tiba-tiba berkata lagi:
―Hei, kamu! Apakah kalian ingin menunggu kematian? Ayohlah, lekas turun dari puncak ini!"
Bukan main girang orang-orang itu. Mereka mengetahui bahwa ucapan itu ditujukan pada mereka, maka dengan susah payah mereka lekas-lekas berbangkit dan tanpa mengatakan apa-apa segera berjalan turun dari puncak itu.
Khouw Kiam Siu tidak mencegah. Karena itulah yang memang diharap olehnya, yalah mengusir orang-orang itu turun dan jangan mengganggu Khouw Kie Cong di atas puncak Kiat-yun-hong.
Sesaat kemudian, orang yang berambut putih itu, perlahan-lahan berbalik. Ternyata ia adalah seorang kakek yang berwajah segar dengan alisnya yang tebal serta sudah berwarna putih seluruhnya. Sorot kedua matanya sekalipun tampak redup, namun dapat dilihat jelas, dibalik keredupan itu, suatu sinar yang tajam sekali sebentar-sebentar berkelebat kearah alat tetabuhan di punggung Khouw Kiam Siu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
59
―Anak," katanya agak kaku. ―Kau kini sudah menjadi pemilik Kim Gaib?"
―Apa maksud Locianpwee?" tanya Khouw Kiam Siu curiga.
―Hm...kau sudah memperoleh tenaga sakti dan juga Kim Gaib itu. Dengan demikian bukankah kau kini sudah menjadi si-pemilik alat tetabuhan yang mujizat itu?"
Khouw Kiam Siu mengerutkan keningnya. Ia betul-betul tidak mengerti jika kakek itu bisa mengetahui bahwa Khouw Kie Cong telah menyalurkan tenaga sakti pada dirinya. Siapakah gerangan kakek ini? Mengapa ia tiba-tiba muncul di atas puncak itu?
Dari apa yang dilihatnya, ia merasa yakin kakek itu berilmu tinggi sekali, namun ingin ia juga mengetahui tindak-tanduk serta maksud kehadiran kakek itu disitu. Dengan sikap yang tenang sekali ia lalu menanya:
―Bolehkah aku mengetahui siapa sebenarnya Locianpwee?"
―Tidak perlu kau ketahui hal itu!"
―Apa maksudmu datang di atas puncak ini?"
―Untuk menjumpaimu!"
―Mencari aku?!"
―Kedatanganku disini untuk meminta kau mengurus suatu urusan....."
―„........????"
―Aku minta kau lekas-lekas pergi keatas puncak Sauw-sit hong yang letaknya dipegunungan Hiong-san!"
―Untuk apa?!"
―Mencegah suatu pembunuhan besar2an terhadap orang-orang partai Siauw lim yang dilakukan oleh seorang gadis!"
Khouw Kiam Siu cepat berbangkit sambil memandangi kakek aneh itu.
―Mengapa justru aku yang diminta untuk menumpas perbuatan gadis itu?" tanyanya kemudian.
―Karena kau adalah orang satu-satunya yang dapat melakukan itu!"
―Siapa gadis itu?"
―Kau tidak perlu mengetahui itu. Tugasmu adalah pergi ke kuil Siauw-lim-sie dan mencegah pembunuhan itu!"
―Mengapa kau sendiri tidak berusaha mencegahnya?"
―Jika bisa, aku tentu tidak mungkin datang disini dan meminta bantuanmu......"
Khouw Kiam Siu tidak lantas berkata-kata lagi. Diasah otaknya untuk menebak apa maksud sebenarnya permintaan kakek itu.
―Hei, sudikah kau menolong?" tanya kakek itu akhirnya dengan agak jengkel.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
60
―Aku tentu akan menolong. Tetapi...."
―Tetapi apa?!"
―Tetapi aku tidak pernah menolong orang tanpa mengetahui siapa orang yang meminta pertolongan itu! Disamping itu...kau-pun harus memberitahukan bagaimana kau mengetahui aku telah menerima tenaga sakti dan Kim Gaib yang terpancang di punggungku ini!"
―Hah! Kau betul-betul congkak! Ilmu yang kau miliki kini dapat menggempur banyak orang, tetapi untuk mengalahkan aku, situa bangka, apa yang kau miliki itu belum lagi cukup!"
―Baiklah jika demikian, akupun tidak sudi membantu!"
"Aku akan memberitahukan itu semua kelak!"
―Tidak! Aku hendak mengetahui sekarang juga!"
Berkata begitu, Khouw Kiam Siu segera mengangkat kakinya dan berjalan pergi.
―Berhenti!" teriak si kakek lantang.
Khouw Kiam Siu tidak menghiraukan. Ia berjalan terus dan terus ....namun, ia terkejut sekali ketika melihat ke bawah. Ternyata langkah-langkah kakinya tidak pernah menggeser atau berpindah sedikitpun dari tempatnya berdiri semula!
Belum lagi ia menoleh, si kakek sudah berkata lagi: ―Aku minta kau membantu aku dan aku takkan berhenti mendesak sebelum aku berhasil! Jika perlu, akupun dapat menaklukkanmu!"
Khouw Kiam Siu jadi penasaran sekali. Dicobanya untuk meloncat keatas dengan ilmu meringankan tubuh Hui-mo-hoan-eng atau Iblis terbang tanpa meninggalkan bekas. Tetapi ketika tubuhnya turun lagi kebawah, ia masih tetap berdiri di-situ2 juga!
Semenjak turun dari puncak Kiat yun-hong, belum pernah ia dipermainkan oleh siapapun. Karena penasarannya, ia lalu melepaskan Kim Gaibnya dan bermaksud melumpuhkan syaraf kakek itu dengan Irama Maut. Tetapi.....
―Hee, hee, hee! Aku tidak mungkin dilumpuhkan oleh senjatamu yang memang sangat dahsyat itu, Irama Maut akan merupakan Irama Lenso bagiku! Hee, hee, hee!" kata kakek itu tenang.
Khouw Kiam Siu berbalik. Ditatapnya kakek itu sejenak.
―Beranikah kau bertaruh?" tanyanya jengkel.
―Bertaruh? Mengapa harus bertaruh segala? Haa, haa, haa!"
―Jika kau terbukti betul tidak bisa dipengaruhi oleh suara gaib yang keluar dari alat tetabuhanku ini...."
―Baru kau sudi membantu aku?" si kakek memotong.
Khouw Kiam Siu mengawasi tajam. Ia merasa yakin betul bahwa kakek itu pasti akan kalah dalam pertaruhan itu.
―Ya!" sahutnya pasti.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
61
―Ya, jika kau mendesak untuk bertaruh, baiklah!"
―Bersiaplah untuk menerima 'Irama Lenso' yang segera akan kubawakan ini!"
―Aku sudah siap!"
Khouw Kiam Siu tidak menunggu lagi. Ia segera duduk bersila dan mementil senar Kim Gaibnya dengan hebat sekali. Irama yang merayu terdengar yang segera disusul dengan irama yang melenyapkan tenaga serta semangat.
Si kakek memiringkan kepalanya. Matanya menjilak kelangit sambil mencebirkan bibirnya dan mengangguk-angguk.
―Ehm....baik sekali!" katanya tenang. ―Ternyata kau sudah mahir betul memainkan alat tetabuhan yang gaib itu!"
Khouw Kiam Siu tidak jadi putus asa melihat kegagalan serangan-serangan itu. Dikerahkan seluruh tenaganya dan mementil sebuah irama yang terdahsyat, yalah irama yang menurut Khouw Kie Cong, bisa mematikan seseorang!
Tetapi, si kakek masih tetap duduk bersila dan tidak tampak ia sudah terpengaruh sedikitpun oleh suara2 yang terpancarkan oleh Kim Gaibnya itu!
Pentilan senar Kim Gaib tiba-tiba berhenti yang dibarengi dengan terdengarnya suara Khouw Kiam Siu dengan nada kecewa: "Baiklah ! Aku mengaku kalah dalam pertaruhan ini!"
―Hee, hee hee! Anak, aku sungguh merasa kagum dengan watakmu yang luhur itu! Kau berangkatlah sekarang juga ke puncak Sauw-sit-hong untuk menolong kaum beragama dikuil Siauw lim-sie!"
―Aku ingin mengajukan satu permintaan sebelum berangkat"
―Kau tentu khawatir akan keselamatan sipemilik Kim Gaib di atas puncak ini bukan?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
―Jangan khawatir. Mulai saat ini, takkan ada satupun orang yang dapat mengganggu puncak Kiat yun-hong ini. Maka kau pergilah dengan tenang!"
―Locianpwee akan berdiam disini selama kepergianku ke kuil Siauw-lim-sie?"
―Ya!‖
―Baiklah, sampai kita jumpa lagi!"
DEMIKIANLAH, sekalipun Khouw Kiam Siu merasa cukup tenang meninggalkan tempat bersemayam Toako-nya itu, namun dalam otaknya penuh pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawabkan.
Siapa gerangan kakek itu yang mengetahui bahwa ia (Khouw Kiam Siu) telah menerima tenaga sakti dari Khouw Kie Cong?
Dan Kakek itu adalah orang pertama yang tidak terpengaruh oleh Irama Maut. Kenyataan ini menunjukkan jelas sekali bahwa kakek itu memiliki ilmu yang lihay, ya, mungkin lebih lihay dari pada Khouw Kie Cong sendiri!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
62
Dalam waktu tidak lebih dari dua bulan, ia harus sudah menyelesaikan tugasnya memenggal kepala Tauw Kun dan membawa Thio Siok Ngo ke atas puncak Kiat yun hong, tetapi karena telah kalah bertaruh, kini ia harus pergi ke puncak Siauw-sit-hong untuk mencegah seorang gadis membunuhi orang-orang dari partai Siauw lim.
Mengapa partai Siauw-lim yang terkenal telah 'menciptakan' banyak orang-orang lihay tidak mampu menghadapi gadis itu?
Mengapa si kakek sendiri yang sudah pasti memiliki ilmu yang lihay, juga tidak bisa mencegah perbuatan gadis itu?
Dengan pertanyaan-pertanyaan itu simpang siur dalam otaknya, Khouw Kiam Siu segera mempercepat langkah-langkahnya dan tiba disuatu kota kecil didaerah pegunungan Hiong-san pada hari itu juga.
Tiba-tiba dari jurusan yang bertentangan di atas jalan yang sedang ditempuhnya, ia melihat Cui-hun-tjenglie sedang berlari-lari mendatangi.
―Khouw Kiam Siu!" seru gadis itu. ―Hendak kemana kau?"
―Aku harus menyelesaikan suatu urusan penting," sahut Khouw Kiam Siu sambil mengawasi gadis itu yang tampaknya lain daripada biasa.
―Tahukah kau bahwa puri Kiam Pao telah mengerahkan semua orang-orangnya untuk mengepungmu?"
―Bagus!"
―Bagus?! Jangan kau menganggap remeh kekuatan puri Kiam Pao. Mereka sangat keji, mungkin banyak partai2 silat akan dipaksa untuk mengganyangmu!"
―Aku tidak gentar! Dan terima kasih atas peringatanmu ini."
―Baiklah. Tetapi...masih ingatkah bahwa kau pernah mengatakan bila kita berjumpa lagi, kau akan menyanggupi untuk melakukan suatu urusan untukku......"
―Aku masih ingat, dan aku takkan melupakan janjiku itu."
Kat Ju Hui bersenyum manis mendengar ucapan itu.
―Dan kita sudah berjumpa lagi kini...." katanya kemudian. ―Kau tentu akan menepati janjimu itu bukan?"
―Sekarang?!"
―Ya!"
―Tetapi, aku harus......"
―Apakah kau bermaksud mengingkari janjimu itu?"
―Tidak! Aku takkan menarik pulang apa yang telah kukatakan! Tetapi, dapatkah aku tangguhkan janjiku itu untuk sementara waktu?‖
―Tidak!"
Khouw Kiam Siu terpaksa harus menelan ludahnya. Ia merasa agak menyesal telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
63
mengucapkan janji kepada gadis cantik itu. Ia harus menyelesaikan empat tugas dalam waktu yang singkat dan kini agaknya si gadis pun bermaksud menambah tugasnya itu.
―Jangan kau khawatir permintaanku ini akan menerbengkalaikan urusan-urusanmu sendiri," kata lagi Kat Ju Hui melihat keraguan pemuda itu. ―Kau hanya perlu mengangguk dan selesai!"
―Aku hanya perlu mengangguk dan selesai?!" tanya Khouw Kiam Siu bingung.
―Ya!"
―Baiklah! Apa yang harus aku lakukan?"
―Aku hanya minta kau MENCINTAI aku!"
Kata-kata lembut yang mengandung arti tidak kalah lembutnya itu ternyata tidak lembut sama sekali bagi telinga Khouw Kiam Siu!
―Aku.....aku menyanggupi untuk melakukan urusan lain," sahutnya gugup. ―Bukan urusan cinta......"
―Kau pernah berjanji, dan janjimu itu meliputi SEGALA BIDANG urusan!"
―Tetapi, urusan cinta....."
―Urusan cinta mengapa?!"
―Jika karena janji aku lalu terpaksa harus mencintaimu, maka cintaku terhadapmu merupakan suatu TUGAS! Kau tentu mengetahui bahwa Cinta dan Tugas itu sangat berlainan fungsinya, maka jika kau mendesak terus aku yakin kita akan menderita kelak!"
Mata Kat Ju Hui tiba-tiba jadi merah, sejenak kemudian ia sudah menangis sedih mengetahui pemuda itu tidak mencintai dirinya. Sekonyong-konyong terdengar giginya berkertak dan berkata:
―Baik, aku akan minta kau melakukan urusan lain dan jangan kau menolak lagi kali ini!"
―Terima kasih, siocia. Aku pasti akan memenuhi permintaanmu, sekalipun aku harus menerjang lautan api!"
―Betul! Kau harus menerjang lautan api!"
―Aku...aku tidak mengerti!"
―Aku minta kau MEMBUNUH DIRIMU!!"
Bukan main kaget Khouw Kiam Siu mendengar permintaan yang betul-betul tidak pernah diduganya itu. Sebagai seorang yang berwatak congkak, ia tidak mau menolak permintaan yang agak miring itu. Tetapi jika ia mati, bukankah tugas2 yang harus dilaksanakan akan berantakan?
Siapa yang harus memenggal kepala Tauw Kun? Siapa yang harus mencintai terus Thio Siok Ngo? Siapa yang akan membalaskan dendam ayah bundanya?
―Mungkin kau juga tidak bisa memenuhi permintaanku ini, bukan?" kata Kat Ju Hui dengan suara agak mengejek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
64
―Aku akan melaksanakan permintaanmu itu!" sahut Khouw Kiam Siu sengit. ―Tetapi, karena aku masih sibuk dengan urusan-urusanku sendiri, maka aku baru bisa membunuh diri setelah urusan-urusanku itu selesai!"
―Kapan?!"
―Setengah tahun lagi!"
―Jika dalam waktu setengah tahun urusan-urusanmu belum selesai, bagaimana?"
―Setengah tahun adalah jangka waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan urusan-urusanku. Aku berani menjamin setelah lewat waktu itu, aku sudah memenggal kepalaku sendiri!"
―Baik! Kita lihat saja bahwa kau tidak omong besar!"
―Tetapi, mengapa kau menghendaki jiwaku?"
―Aku sangat membencimu!"
―Mengapa kau membenci aku? Apakah aku sudah melakukan suatu kesalahan besar?!"
―Aku membencimu karena aku sangat membencimu!"
Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi beringas. Hatinya berteriak-teriak memerintahkan padanya agar membunuh gadis yang berhati seperti ular berbisa itu, namun tidak dapat ia terima jeritan hati nuraninya, karena mengetahui bahwa gadis itu jadi nekad dan agak kurang waras pikirannya disebabkan kasihnya yang tak sampai!
―Kat Ju Hui!" teriaknya lantang. ―Ketahuilah bahwa aku tidak membencimu! Nah, sampai kau melihat mayatku setengah tahun lagi!"
Berkata begitu, ia segera berjalan pergi, meninggalkan Kat Ju Hui yang berdiri terpaku dengan air mata mengucur deras...Kat Ju Hui pun sudah ingin berlalu, ketika seorang yang bersenjata kipas besi tiba-tiba muncul disitu dan berkata dengan suaranya yang mengejek:
"Kat siocia, sia2 saja kau mengucurkan air-matamu. Pemuda itu adalah Khouw Kiam Siu, sipemilik Kim Gaib, yang baru saja memperoleh ketenaran dikalangan Kang-ouw. Dia sangat keras kepala dan tampaknya tidak menghargai cintamu itu..."
―Gak Cun!" bentak Kat Ju Hui ketika mengenali orang itu. ―Apa maksud kata-katamu itu?"
―Memperingati kau. Bahwa kau bukan saja cantik jelita, tetapi kaupun memiliki ilmu yang tinggi sekali. Aku kira pemuda itu tidak pantas menerima cintamu!"
―Jadi kau bermaksud mengatakan bahwa kaulah yang paling pantas untuk menerima cintaku?!"
―Hee, hee hee, kau keliru! Aku hanya pantas menjadi budakmu bukan kekasihmu, hee, hee, hee. . . . aku tadi mendengar bahwa kau hendak mengambil jiwa bocah itu, dapatkah aku menolong dalam hal ini?"
―Pergi! Aku tidak memerlukan bantuanmu!"
―Kat siocia, aku bermaksud luhur. Aku ingin sekali membantu, selain itu, cinta tidak dapat dipaksa . . . . "
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
65
Kat Ju Hui jadi murka sekali. Dikeluarkan sebatang jarum beracunnya, Cui-hun-gin tin yang segera dilontarkan kearah orang yang mengejeknya itu.
Gak Cun meloncat jauh kebelakang sambil mengebas kipas besinya, setelah itu, ia lalu berjalan pergi sambil tertawa terkekeh.
Kat Ju Hui melepaskan pandangannya jauh kedepan, samar-samar ia masih melihat Khouw Kiam Siu tengah berlari-lari dengan pesat sekali.
―Jika aku tidak bisa merebut cintanya," katanya seorang diri. "Akan kubunuh dia!" lalu iapun berjalan pergi dari tempat itu.
Marilah kita turut serta dengan Khouw Kiam Siu yang tengah menuju ke puncak Sauw-sit-hong.
Disepanjang perjalanannya itu, sipemuda she Khouw kerap kali menjumpai orang-orang dari puri Kiam Pao. Karena harus lekas-lekas pergi ke kuil Siauw-lim sie, maka ia selalu berusaha mengelakkan diri agar tidak berjumpa dengan orang-orang itu.
Dengan ilmu meringankan tubuhnya, dalam waktu singkat saja ia sudah tiba di atas puncak yang dimaksud, dimana ia melihat banyak mayat hweeshio-hweeshio berserakan disitu.
Dari kejauhan ia sudah dapat melihat seorang gadis yang berpakaian serba hitam dan menutupi mukanya dengan selembar kain hitam juga, tengah memimpin tiga orang gadis menuju kedalam kuil Siauw lim-sie.
Sambil berindap2 ia mendekati kuil tersebut dan menyelinap kedalam. Ternyata disitu si gadis sedang bertarung melawan tiga orang hweeshio yang dikenalinya sebagai Ngo Pun, Ngo Seng dan Ngo Tan Taysu. Ketiga hweeshio itu merupakan tokoh2 persilatan yang sangat dimalui dikalangan Kang-ouw, namun mereka masih tidak mampu mendesak lawan mereka itu.
Tidak lama kemudian, tampak Ngo Tan Taysu muntahkan darah dan terpaksa lekas-lekas meloncat mundur dan hampir pada saat yang sama Ngo Seng Taysu pun terhuyung untuk kemudian roboh terpukul dadanya.
Maka hanya tinggal Ngo Pun Taysu saja seorang yang masih dapat bertahan melawan itu. Sedangkan beberapa puluh hweeshio-hweeshio atas perintah Ngo Pun Taysu yang telah memerintahkan agar mereka jangan sembarang bergerak, tidak berani membantu.
Tiba-tiba Ngo Pun juga meloncat mundur sambil memegangi dadanya dan mengawasi gadis itu yang sudah menghentikan serangannya.
Serentak dengan itu, dari depan kuil berjalan masuk seorang hweeeshio yang bertubuh tinggi besar. Begitu berada di-tengah-tengah ruangan, ia segera berkata:
―Siocia, kau telah membunuh banyak orang-orangku, apakah kau tidak takut akan hukuman Tuhan?"
―Goan Tjeng Taysu!" bentak gadis itu. ―Jika kau tidak menjelaskan tentang jejak Goan Tong Taysu, aku akan menyapu bersih orang-orang dari partai Siauw-lim ini tanpa menghiraukan peraturan Bu-lim lagi!"
―Aku telah memberitahukan padamu bahwa Goan Tong Taysu, Suteeku, telah berhubungan dengan Sauw hun Mo-kie, dengan demikian dia sudah melanggar peraturan yang berlaku dalam kuil Siauw-lim-sie ini dan terpaksa harus diusir keluar dari sini 15 tahun yang lalu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
66
―Kau berdusta!"
―O-mi-to-hud! Mengapa kau mengatakan aku berdusta?"
―Hubungan antara Goan Tong Taysu dan Sauw-hun Mo-kie terjadi pada waktu ia belum menjadi hweeshio. Mengapa kau menghukumnya juga? Bukankah perbuatanmu itu terlalu kejam?"
―Tetapi dia tetap berdosa dan bersalah!"
―Baiklah, jika kau tetap mau menganggapnya bersalah! Tetapi, katakanlah berada dimana dia sekarang?"
―Aku tidak bisa memberitahukan hal itu!"
―Karena kau telah menghukum mati hweeshio yang bernasib malang itu, bukan?"
"Siocia! Jangan kau sembarangan menarik kesimpulan!"
―Jika kau tidak mau memberitahukan tentang jejak Goan Tong Taysu, maka aku akan menghancur leburkan kuilmu ini!‖
―Apa hubunganmu dengan Sauw-hun Mo-kie dan Goan Tong Taysu?"
―Tidak perlu kau ketahui hal itu!"
―Baiklah, aku hanya minta kau pergi saja sekarang!"
―Aku akan pergi dari sini setelah mengetahui jejak Goan Tong Taysu atau memenggal kepalamu!"
Goan Tjeng Taysu sebagai pemimpin besar kuil itu tidak dapat menerima diperlakukan demikian hinanya.
―O-mi-to-hut !" serunya sambil berusaha menekan hawa amarahnya.
Si gadis sudah siap untuk menyerang pemimpin kuil itu, ketika tiba-tiba Khouw Kiam Siu meloncat keluar dari tempat sembunyinya dan berdiri didepan Goan Tjeng Taysu sambil mengawasi gadis berpakaian hitam itu.
―Cui-beng Lo-sat!" serunya lantang. ―Kita sudah berjumpa lagi!"
Gadis itu tampak terkejut mendengar sebutan nama julukan itu. Ia segera dapat mengenali pemuda yang menegurnya itu.
―Bukankah kau yang beberapa hari yang lalu berada bersama-sama Cui-hun-tjeng lie?" tanyanya.
―Betul!"
―Siapa kau sebenarnya?"
―Aku pemilik Kim Gaib dari puncak Kiat yun-hong !‖
Pengakuan Khouw Kiam Siu itu bukan saja mengejutkan gadis itu yang bukan lain daripada Cui-beng Lo-sat, tetapi Ngo Tan, Ngo Seng, Ngo Pun dan Goan Tjeng Taysu pun kaget sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
67
―Apa maksudmu datang disini?" tanya lagi Cui-beng Lo-sat.
―Untuk minta kau jangan melakukan pembunuhan2 lagi di kuil ini!"
―Mengapa?!‖
―Perbuatanmu itu terlalu kejam!"
―Hm....rupanya kau dan hweeshio-hweeshio gundul disini mempunyai hubungan yang akrab sekali?"
―Siohiap, terima kasih atas maksudmu yang baik ini," tiba-tiba Goan Tjeng Taysu turut berbicara. ―Tetapi, kami dari partai Siauw lim dapat membela keselamatan kami sendiri!"
―Taysu, jangan salah paham," sahut Khouw Kiam Siu sambil menoleh kepada pemimpin besar kuil Siauw-lim-sie. ―Aku datang bukan bermaksud menolong."
―Jika demikian, kau tentu datang dengan maksud tertentu.‖
―Tidak, aku tidak mempunyai maksud apapun. Aku datang atas permintaan seseorang."
―Siapa orang itu?"
―Aku belum dapat memberitahukan siapa orang itu." kata Khouw Kiam Siu sambil melanjutkan kepada Cui-beng Lo-sat. ―Siocia, aku minta kau segera meninggalkan tempat ini!"
―Kau mengusir aku?!"
―Jika perlu aku terpaksa harus menggunakan kekerasan!"
―Pergunakanlah kekerasanmu itu!"
―Siocia! Aku tidak bermusuhan denganmu, dan jika kau menerima juga tantanganku tadi, aku minta kau mengikuti jejakku!"
Berkata demikian, Khouw Kiam Siu segera berjalan keluar dari ruangan dalam kuil itu untuk mencari tempat mengadu silat.
―Kau tunggu saja disini," kata Cui-beng Lo-sat kepada Goan Tjeng Taysu. ―Aku akan segera balik lagi untuk membereskan urusan kita ini!" lalu ia mengikuti Khouw Kiam Siu sambil mengajak juga ketiga kawannya.
Khouw Kiam Siu mengajak keempat gadis itu keatas satu lapangan rumput yang luas dimana tidak tampak lain orang kecuali mereka berlima. Setelah meneliti keadaan disekelilingnya, ia lalu berkata:
―Kita akan bertarung secara bersyarat. Yaitu, siapa saja yang kalah harus segera meninggalkan tempat ini, bagaimana?"
―Bagaimana kemenangan atau kekalahan akan ditentukan?"
―Kau atau aku akan menyerang sebanyak tiga kali. Pihak yang bertahan akan terhitung kalah jika tidak mampu mengelakkan serangan-serangan yang dimaksud."
Cui-beng Lo-sat berpikir sejenak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
68
―Jadi!" sahutnya tegas. ―Dan kau dapat mulai menyerang !"
―Aku kira tindakan siocia itu kurang adil. Bagaimana jika diadakan undian terlebih dulu?"
―Tidak! Kau boleh segera menyerang, dan jika aku berhasil mengelakkan serangan-seranganmu itu, kau bukan saja harus meninggalkan tempat ini, tetapi kau pun harus memberitahukan padaku teka-teki tentang Kim Gaib serta alasanmu mencegah aku meng-gempur hweeshio-hweeshio disini!"
―Baik !"
―Mulailah!"
Khouw Kiam Siu tidak sungkan-sungkan lagi. Tinju kanannya segera diayun dalam jurus Sie-gu-ciong-su atau Badak menyeruduk pohon.
Cui-beng Lo-sat melepaskan suara tertawanya yang merdu. Kemudian dengan lincah sekali digerakkan tubuhnya yang berbentuk indah itu dan berhasil mengelakkan serangan pertama itu.
Khouw Kiam Siu terpesona untuk beberapa detik.. Ia merasa agak heran melihat potongan tubuh gadis itu, karena waktu pertama kali berjumpa dengan keempat Su Lo-sat itu, Cui-beng Lo-sat tidak menutupi mukanya dengan selembar kain hitam. Lagipula, gadis yang mengaku bernama Cui-beng Lo sat pada waktu lalu tidak berpotongan semanis Cui-beng Lo-sat yang dilihatnya sekarang ini!
―Ayoh, kirim seranganmu yang kedua!" tantang si gadis.
Khouw Kiam Siu segera menyerang lagi. Kali ini jurus yang dipergunakannya adalah jurus Tui-san-to-hai atau merobohkan gunung menerbalikkan lautan.
Cui-beng Lo sat menangkis dan berhasil mengelakkan tinju lawannya, namun benturan tangkisannya itu membuatnya terhuyung2 dan justru dalam posisi yang agak krisis itu, tiba-tiba Khouw Kiam Siu sudah menyerang lagi dengan jurus Mo-ciang-sauw-cai atau Tinju iblis menyapu bahaya. Cepat-cepat diangkat tangannya untuk menangkis, tetapi .....
―Duk!!"
Demikianlah, suara yang tidak terlalu keras terdengar dan tampak tubuh Cui-beng Lo sat yang tengah terhuyung2 terputar. Meskipun tidak roboh, namun pundak kanannya dirasakan sakit sekali.
―Siocia! Kau harus segera meninggalkan puncak Sauw-sit-hong ini!" seru Khouw Kiam Siu.
―Ya, tetapi aku akan kembali!" sahut Cui-beng Lo-sat agak tertahan.
―Kau masih hendak membunuh orang-orang dari partai Siauw-lim?"
―Tentu!"
―Mengapa kau demikian membenci pihak Siauw-lim ini?"
―Aku takkan berhenti berusaha menghukum orang-orang yang membunuh ayah..." Cui-beng Lo-sat tidak melanjutkan kata-katanya itu. Karena bahna gusarnya ucapan yang tidak seharusnya dikatakan itu terlepas juga dari mulutnya.
Khouw Kiam Siu pun tiba-tiba merandek. Sungguh tidak pernah diduganya bahwa Goan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
69
Tong Taysu dan Sauw-hun Mo-kie adalah ayah bunda gadis yang berkerudung selembar kain hitam ini.
―Tidak heran jika gadis itu demikian 'ngotot' ingin mengetahui jejak Goan Tong Taysu," pikirnya.
―Aku sudah terlanjur mengatakan bahwa Goan Tong Taysu adalah ayahku," kata Cui-beng Lo-sat. ―Dengan demikian kau tentu mengetahui siapa ibuku! Dan aku sendiri bernama Ma Kang Lian !"
―Maaf, Ma siocia, karena harus memenuhi permintaan seseorang, aku terpaksa harus berusaha mencegah tekadmu menggempur orang-orang Siauw-lim disini. Jika kau mau juga kembali disini, aku minta kau baru kembali setelah lewat tiga bulan."
―Mengapa setelah lewat tiga bulan?"
―Mungkin sebelum jangka waktu yang cukup lama itu tiba, kau sudah mengetahui jejak ayahmu."
―Jadi kau berkesimpulan ayahku belum dibunuh?"
―Betul."
―Siapakah orang yang telah memerintahkan agar kau datang disini?"
―Seorang kakek yang berambut putih dan berwatak ganjil."
―Siapa nama kakek itu?"
―Entah."
―Aneh! Tanpa mengenal kakek itu kau sudi juga membantunya?"
―Karena kalah dalam suatu pertaruhan!"
Ma Kang Lian tertawa cekikikan. Geli rasa hatinya mendengar pengakuan itu.
―Kau rupanya dilahirkan sebagai seorang tukang bertaruh ya? Bagus saja kau keluar sebagai pemenang dalam pertaruhanmu dengan aku tadi, jika tidak, matilah kau! Tetapi, ada dimanakah kakek itu sekarang?"
―Paling akhir ia berada di atas puncak Kiat yun-hong."
―Aku berharap dapat mencari kakek itu menanyakan namanya. Sekarang aku telah kau kalahkan, dan aku tidak mau dianggap sebagai pecundang!"
―Habis?!"
―Aku minta kau menganggap aku sebagai sahabatmu! Terlalu tinggikah permintaanku ini?"
Khouw Kiam Siu tidak bisa lantas menyahut. Setelah berpikir sejurus baru ia berkata lagi:
―Aku merasa gembira sekali bersahabat denganmu. Tetapi mengapa waktu pertama kali aku jumpaimu dikota Lam-ciang kau tidak pernah menutupi mukamu?"
―Karena orang yang mengaku sebagai Cui-beng Lo-sat itu bukan aku sendiri, ia adalah adik seperguruanku yang kini berada dirumahku!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
70
―O...begitu? Tetapi, bolehkah aku melihat parasmu kini?"
―Aku telah bersumpah untuk tidak membuka kerudung mukaku ini sebelum aku menjumpai seseorang....."
―Siapa orang itu?"
―Tunanganku yang tidak kukenal sama sekali!"
―Bagaimana ini mungkin?"
Agar Khouw Kiam Siu tidak menjadi bingung, Ma Kang Lian lalu bercerita bahwa ketika ia berusia 3 tahun, ibunya, Sauw-hun Mo-kie, telah mengikat tali pernikahannya dengan seorang anak laki2.
Anak laki2 itu lalu mengikuti ayah bundanya sendiri berkelana dikalangan Kang-ouw dan mulai saat itu, tiada satupun orang mengetahui kemana perginya mereka itu.
―Semenjak aku berusia 14 tahun," Ma Kang Lian meneruskan dengan kata-katanya sendiri. ―Aku lalu menutupi mukaku dengan selembar kain hitam, dan bersumpah untuk tidak melepaskan kain ini sebelum aku menjumpai tunanganku itu....."
Khouw Kiam Siu merasa kagum akan kesetiaan gadis itu.
―Tetapi siapakah, menurut perkiraanmu, kakek yang berusaha mencegah aku membikin pembalasan terhadap pihak Siauw-lim ini?" tanya Ma Kang Lian dengan agak penasaran.
―Menurut pendapatku, kakek gaib itu tentu mempunyai alasan tertentu. Mungkin ia berhubungan erat dengan partai Siauw-lim atau kau ataupun aku sendiri. Maka sebelum kau mencari kakek itu, ada baiknya jika hal ini diselidiki lebih dulu."
―Baiklah, sampai juga lagi!"
Begitulah, tanpa pamitan lagi dari Goan Tjeng Taysu, Ma Kang Lian segera mengajak ketiga kawannya berialu dari tempat itu.
KHOUW KIAM SIU berjalan masuk kedalam kuil, tidak lama kemudian, dengan wajah berseri-seri, ia meninggalkan puncak Sauw-sit-hong itu. Ketika tiba dikaki gunung, ia melihat seorang pemuda sedang berdiri sambil bersenyum agak mengejek.
―Hei, apakah kau sipemilik Kim Gaib?" tanya pemuda itu.
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Ditatapnya pemuda itu dengan tajam sekali.
―Aku bernama Gak Cun, alias si Kelana! Dan aku merasa beruntung dapat menjumpaimu disini!" kata lagi pemuda itu, yang memang bernama Gak Cun.
Khouw Kiam Siu mempunyai banyak urusan yang belum diselesaikan dan ia tidak sudi melayani pemuda itu bercakap2 tidak keruan. Tanpa mengatakan apa-apa, ia segera berjalan pergi.
―Hei, nanti dulu!" seru Gak Cun sambil meloncat menghadang.
( Bersambung )
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
71
―Apa yang kau kehendaki?!" tanya Khouw Kiam Siu jengkel.
―Hee, hee, hee! Aku tahu kau sangat membenci Kat Ju Hui yang telah menuntut suatu permintaan yang bukan2!"
―Dari siapa kau ketahui hal itu?"
―Dari Kat siocia sendiri! Tetapi…mengapa kau menyanggupi saja permintaannya yang kejam itu?"
―Aku mempunyai alasanku sendiri dan tidak usah kau turut campur dalam urusan pribadiku ini!"
Gak Cun tidak jadi tersinggung mendengar kata-kata ketus itu. Ia bahkan bersenyum lebar dan melanjutkan berkata:
―Tetapi, menurut hematku, Kat siocia tidak sungguh-sungguh menghendaki permintaannya itu, malah aku dapat melihatnya bahwa ia sangat menyintaimu!"
―Hanya ini sajakah yang ingin kau katakan?"
―Terus terang saja, Kat siocia adalah gadis idaman hatiku! Iapun mengetahui bahwa Thio Kun, kemenakannya, sangat mencintai dirinya, tetapi heran, pilihan hatinya justru jatuh padamu. Kau yang tidak MAU membalas cintanya!"
―Mengapa kau memberitahukan ini semua?"
―Karena aku ingin bersahabat denganmu. Dan agar pergaulan kita ini dapat berjalan lebih lancar, aku akan mulai terlebih dulu. Aku telah memperoleh kabar bahwa puri Kiam Pao telah mengeluarkan perintah kepada seluruh anggota-anggotanya untuk mengganyang Kat siocia dan kau!"
―Mengapa gadis itupun ingin diganyang?"
―Katanya dia telah berkhianat terhadap puri Kiam Pao dan menurut peraturan puri itu, gadis itu harus ditangkap untuk kemudian digores mukanya dengan ujung pedang!"
Mendengar keterangan itu, seketika Khouw Kiam Siu jadi teringat akan kakak angkatnya, Khouw Kie Cong, yang telah diloloh dengan arak beracun dan dirusak mukanya oleh orang-orang puri Kiam Pao yang dikepalai oleh Tauw Kun.
―Selain itu," kata lagi Gak Cun. ―Puri Kiam Pao pun telah membentuk sebuah resimen yang terdiri dari 72 jago-jago kawakan dari lain partai yang telah dipaksa untuk melaksanakan perintah2 dari ketua puri tersebut. Resimen ini diberi nama Cit cap ji-tee-kiat atau Resimen 72 iblis tanah!"
―Tetapi, jika resimen itu harus berhadapan dengan Kat siocia, aku kira mereka akan kewalahan juga.....‖
―Oh, tidak! Murid pertama Thio Mo Lam pemimpin puri Kiam Pao, memiliki kepandaian jauh lebih tinggi daripada kepandaian Kat siocia......"
―Sekalipun demikian, apakah pihak puri Kiam Pao tidak gentar akan guru gadis itu?"
―Kau maksud Thian Cong-gin-leng? Ho......ho! Si Tongkat besi kerincingan perak itu tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
72
mampu menggempur Thio Mo Lam!"
Bercekat hati Khouw Kiam Siu mengetahui guru orang yang harus dipenggal kepalanya demikian lihaynya. Tetapi, untuk membalas budi Khouw Kie Cong, sekalipun harus mati tanpa kepala pun, ia rela.....
―Dimana letak puri Kiam Pao itu?" tanyanya.
―Kau ingin kesana?"
―Ya!"
―Bagaimana jika kita pergi bersama?"
―Kau tentu tidak bermaksud untuk membantu aku, bukan?"
Gak Cun bersenyum. Kemudaan secara blak2an ia lalu berkata:
―Sungguhpun aku mengetahui bahwa Kat siocia tidak sudi membalas cintaku, namun aku sendiri sangai mencintainya! Dan mengetahui dia kini berada dalam bahaya, aku tidak bisa berpeluk tangan saja. Aku harus menolong!"
―Bagus! Aku senang sekali dengan sikapmu yang polos itu! Marilah kita berangkat."
Demikianlah, kedua orang muda itu dengan lekas saja sudah menjadi sahabat2. Mereka berlari-lari tanpa bercakap2 lagi. Tidak lama kemudian, disuatu jalan umum, mereka menjumpai serombongan yang mengenakan seragam dengan gambar seekor kelabang merah tersulam didada pakaian mereka masing-masing dan dipimpin oleh seorang yang bertubuh tinggi besar.
Khouw Kiam Siu dan Gak Cun berdiri ditepi jalan sambil menunggu berlalunya rombongan itu. Tetapi, si pemimpin rombongan mendadak berhenti dan mengawasi Khouw Kiam Siu dengan tajam sekali.
―Orang itu adalah Thio Pa Thian," bisik Gak Cun. ―Dia adalah pemimpin besar partai Cit-gouw-pang dan terkenal sebagai si Gaitan beracun!‖
Khouw Kiam Siu belum menyahut, ketika Tio Pa Thian mengeluarkan sebuah bendera yang segera dibentangkan dan tampaklah tiga huruf yang berbunyi:
―Kim Kiam Leng" yang berarti sipembawa bendera tengah menjalankan perintah puri Kiam Pao.
―Hei, apakah kau sipemilik Kim Gaib?" tanya Tio Pa Thian dengan sikap sangat congkak.
―Benda yang tergantung di punggungku ini sudah memberitahukan siapa aku sebenarnya!" sahut Khouw Kiam Siu tenang. ―Katakanlah, apa yang kau kehendaki!"
―Ha, ha, ha! Dua tawaran diajukan oleh puri Kiam Pao. Yalah, kau mengikut aku ke puri tersebut atau mati dalam tanganku!"
―Bagus! Aku justru hendak berkunjung ke puri jahanam itu untuk menggores muka Thio Mo Lam, majikanmu!"
Tio Pa Thian segera menggulung benderanya. Ditatapinya pemuda she Khouw itu sejurus. Kemudian ia mengangkat tangannya memberi isyarat kepada 10 orang-orangnya, yang segera tampil kemuka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
73
―Biarlah aku saja yang menggempur orang-orang ini!" bisik Gak Cun.
―Kau mundurlah, ini urusanku !" sahut Khouw Kiam Siu.
Kesepuluh orang itu segera membuyar untuk kemudian menyerang dari segala penjuru.
Khouw Kiam Siu tidak berpindah dari tempat berdirinya. Tampak kedua tangannya bergerak dan berhasil merobohkan empat lawannya. Sedangkan enam orang sisanya terdorong mundur.
Tio Pa Thian jadi sengit sekali. Sambil memerintahkan kesepuluh orangnya itu mundur, ia segera menghunus gaitan bajanya dan membentak:
―Jika aku tidak mampu menangkapmu hidup-hidup, aku akan membawa mayatmu ke puri Kiam Pao!"
―Awas! Gaitannya beracun!" Gak Cun memberi peringatan kepada kawannya.
Dengan tenang saja Khouw Kiam Siu meloncat mundur jauh ke belakang mengelakkan sabetan senjata Tio Pa Thian yang sekonyong-konyong sudah menyerang. Tiba-tiba hidungnya mengendus suatu hawa yang memuakkan sekali. Seketika kepalanya dirasakan pusing dan belum lagi keburu terpikir olehnya hawa apa yang telah merangsang hidungnya itu, tiba-tiba ia sudah roboh!
Tio Pa Thian sudah siap untuk memerintahkan orang-orangnya menyergap Khouw Kiam Siu, ketika tiba-tiba terdengar ia membentak:
―Gak Cun! Apa maksudmu?"
Gak Cun mengebas2kan kipas bajanya sambil berdiri didepan Khouw Kiam Siu yang sudah pingsan. ―Dia sahabatku!" sahutnya tenang.
―Gak Cun! Karena aku masih memandang gurumu, maka aku minta kau berlalu saja dari sini!"
Gak Cun tidak menyahut. Tampak jelas sekali bahwa ia sudah mulai merasa gentar mendengar gurunya disebut2.
―Gak Cun! Jika kau masih membangkang, aku terpaksa harus menggempurmu juga! Ayohlah, enyah dari sini!"
Dan sungguh diluar dugaan siapapun, Gak Cun yang tampaknya demikian gagah dan garang, begitu mendengar peringatan Tio Pa Thian itu, segera berjalan pergi tanpa menghiraukan lagi kawannya yang sudah menggeletak ditanah!
Tio Pa Thian bersenyum lebar. Dalam pikiran sudah terbayang betapa girang Thio Mo Lam akan dibuatnya kelak dengan tertangkapnya sipemilik Kim Gaib ini. Tetapi, sekejap saja senyumnya sudah menghilang. Matanya dengan tajam mengawasi kesuatu arah tertentu dimana tampak seorang gadis yang berpakaian serba hitam dan menutupi mukanya dengan selembar kain hitam pula, tengah berdiri disitu sambil mengawasi padanya.
―Hm! Aku tidak sangka kau rela menjadi anjing Thio Mo Lam!" bentak gadis itu getas.
―Kau mencari mati!" teriak Tio Pa Thian beringas.
―Dan sebelum aku mati, kau terlebih dulu harus merasakan Tok-beng-tin dulu!" sahut si
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
74
gadis sambil mengangkat tangannya dan meluncurlah beberapa batang jarum yang dimaksud itu.
Dengan tersipu2 tampak Tio Pa Thian melemparkan dirinya dan bergulingan ditanah, namun dengan gerakan lincah sekali, ia sudah berdiri lagi seraya berkata:
―Siocia, apa hubunganmu dengan Sauw-hun Mo kie?"
―Tidak perlu kau ketahui hal itu!"
―Apa maksud kedatanganmu disini?"
―Menolong orang yang baru saja kau tipu dengan keji!"
―Tidak bisa! Aku harus membawa anjing ini ke puri Kiam Pao!‖
―Hm! Aku bukan saja ingin membawa pemuda itu, tetapi akupun akan memaksa kau memberikan obat pemunah racun kelabang merah gaitan bajamu !"
Tio Pa Thian lagi-lagi mengeluarkan bendera Kim Kiam Leng dan berkata:
―Siocia, tahukah kau lambang apa ini?"
―Aku sudah mengatakan bahwa kau adalah anjing Thio Mo Lam!" ejek gadis itu.
―Melihat senjata rahasiamu, aku merasa yakin kau sedikitnya mempunyai hubungan dengan Sauw-hun Mokie. Aku sangat menghormati Sauw-hun Mo-kie, tetapi jika kau tidak lekas-lekas berlalu dari sini, kau akan mengalami nasib yang sama seperti anjing ini!"
Sementara itu, empat orang gadis lainnya yang juga berpakaian serba hitam sudah berdiri dibelakang gadis yang mengerudungi mukanya dengan kain hitam itu.
―Cui-beng Lo sat dan keempat Su Lo sat!" kata Tio Pa Thian dalam hati. ―Mengapa mereka mau membela pemuda ini?"
Dengan sikap acuh tak acuh, gadis berkerudung hitam itu yang memang bukan lain daripada Cui-beng Lo sat Ma Kang Lian segera berseru kepada keempat kawannya itu!
―Bawa pemuda itu!"
―Jangan bergerak!" bentak Tio Pa Thian sambil mengancam keempat gadis itu yang sudah mendekati Khouw Kiam Siu. ―Satu langkah lagi, kalian akan kutabas dengan gaitanku ini!"
Serentak dengan itu, orang-orang Tio Pa Thian segera menyerang kelima gadis itu. Satu pertempuran pincang segera terjadi.
Cui-beng Lo-sat terpaksa harus melayani orang-orang itu seraya sebentar melirik kearah Tio Pa Thian yang perlahan-lahan sedang mendekati Khouw Kiam Siu sambil memperlihatkan senyum iblisnya. Ia melepaskan dua jotosan Bo-im-sia-hong-ciang dan berhasil membuat lowongan untuk meloncat menolong Khouw Kiam Siu.
Justru pada saat itu, tampak Tio Pa Thian yang sudah siap mengayun senjata itu, tiba-tiba menjerit tertahan dan roboh tersungkur, dengan beberapa batang jarum beracun tertancap di punggungnya!
Melihat pemimpin mereka sudah tidak berdaya, orang-orang Cit-gouw-pang tidak menunggu lagi. Mereka segera menghentikan perlawanan dan kabur tunggang langgang tanpa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
75
menghiraukan Tio Pa Thian lagi.
Cui beng lo-sat memperhatikan jarum2 yang tertanam di punggung si orang she Tio, bersamaan dengan itu, ia melihat seorang gadis sedang berjalan mendekati dengan parasnya yang gelisah.
―Apakah kau Kat Ju Hui siocia?" tanyanya.
―Betul! Siapa yang melukai pemuda itu?"
―Dia terkena racun kelabang merah dari gaitan baja Tio Pa Thian!"
―Apakah kau sendiri yang terkenal dengan nama julukan Cui beng Lo-sat ?"
―Tidak salah, siocia! Beberapa waktu yang lalu kau sudah bertemu dengan keempat kawanku, dengan itu pula berarti kita sudah bersahabat!"
Kat Ju Hui lalu mendekati Khouw Kiam Siu dan memeriksa.
―Celaka!" serunya tanpa terasa. ―Dia pasti akan mati dalam waktu beberapa jam lagi!" lalu sambil menoleh kepada Cui-beng Losat, ia melanjutkan:
―Siocia, mengapa kau mau juga menolong pemuda ini?"
―Dia adalah sahabatku. Sahabat dalam arti yang sejati! Kau tidak usah merasa khawatir aku akan merebut pemuda itu. Yang perlu diperbincangkan yalah bagaimana menolong jiwanya!" sahut Cui-beng Lo-sat sungguh-sungguh.
―Dapatkah siocia menolong jiwanya?" tanya Kat Ju Hui agak jengah.
Cui-beng Lo-sat menghampiri Tio Pa Thian. Sekilas saja ia sudah melihat bahwa orang she Tio itu sudah tidak bernyawa lagi! Ia merogoh dan mengeluarkan sebuah botol kecil dari saku mayat itu yang segera diserahkan kepada Kat Ju Hui.
―Kau tolonglah kekasihmu itu!" katanya tegas.
Dengan parasnya yang tiba-tiba jadi merah, Kat Ju Hui menerima botol itu yang lalu dikeluarkan isinya untuk kemudian dijejal kedalam mulut Khouw Kiam Siu.
―Aku kira kau keliru jika mengatakan aku mencintai pemuda itu!" katanya kemudian.
―Aku keliru?!"
―Ya! Aku sangat membenci pemuda itu!"
―Dan karena benci, kau lalu menolongnya?!"
―Aku tidak mau dia mati dibunuh orang lain, karena aku akan membunuhnya setengah tahun lagi!"
―Mengapa harus menunggu demikian lama?''
―Aku mempunyai alasan tertentu."
Cui beng Lo sat tertawa terbahak-bahak.
―Sikap dan sorot matamu menunjukkan dengan jelas betapa bergelora cintamu terhadap pemuda itu. Maka jika kau mengatakan membencinya, kau bukan saja berdusta, tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
76
kaupun menipu dirimu sendiri!" katanya sambil tertawa terus.
Paras Kat Ju Hui tampak merah sekali. Untuk mengurangkan rasa jengahnya itu, lekas-lekas dibelokkan bicaranya dan berkata: ―Jika aku tidak salah menebak, kau adalah puteri Sauw-hun Mo kie, bukankah?"
―Betul, aku adalah puteri Sauw hun Mo-kie." Berbareng dengan selesainya kata-kata itu, serombongan orang yang dipimpin oleh seorang yang berusia setengah abad tahu2 sudah datang disitu. Dialah Tauw Kun, murid kesayangan Thio Mo Lam dari puri Kiam Pao.
―Haa... aku memang sedang mencarimu, gadis tidak mengenal budi!" bentaknya kepada Kat Ju Hui. ―Ayohlah bersiap untuk menghadap kepada Pao-cu !"
―Kau bermimpi jika berharap aku akan menuruti saja kehendak gurumu itu!" Kat Ju Hui balas membentak.
Tauw Kun mendekati sambil menghunus pedangnya. ―Kat Ju Hui! Aku terpaksa harus menggunakan senjataku ini jika kau masih mau membangkang!‖ ancamnya.
Kat Ju Hui tidak menyahut, dengan tajam diperhatikan tiap gerak lawannya itu. Mendadak tampak tubuhnya mencelat sambil melontarkan senjata rahasianya.
Terdengar Tauw Kun mendengus penuh ejek. Pedangnya dibaling2kan dengan hebat sekali dan berhasil merobohkan jarum2 beracun itu. Lalu sambil memekik lantang, ia balas menyerang.
Kat Ju Hui tidak berani menangkis sabetan2 pedang lawannya. Ia meloncat-loncat dan mengeluarkan lagi jarum2nya. Namun tiba-tiba tampak senjata-senjata rahasianya terlepas, dia sendiri melangkah mundur dengan tangan kanannya yang sudah mengucurkan darah terkena goresan ujung pedang Tauw Kun!
Sementara pertarungan singkat itu terjadi, tanpa ada yang memperhatikan, Khouw Kiam Siu yang sudah diberi obat Tio Pa Thian, tampak siuman. Ia menjadi heran melihat disekeliling tempat itu sudah dikurung oleh orang banyak.
la menjadi tambah heran ketika melihat Cui-beng Lo-sat dan keempat kawannya, sedang mengawasi ke gelanggang pertarungan dimana tampak Kat Ju Hui sedang meringis-ringis dengan tangan mengeluarkan darah.
―Tauw Kun!" tiba-tiba Kat Ju Hui membentak. ―Kau sudah berhasil menggores sedikit lenganku dan itu tidak menunjukkan bahwa kau sudah menang!"
Disebutnya nama itu membuat Khouw Kiam Siu tiba-tiba meloncat bangun sambil mengawasi Kat Ju Hui dan Tauw Kun. Tanpa menghiraukan pertarungan yang sudah hampir dimulai itu, ia segera berjalan menghampiri dengan wajahnya yang beringas.
Suasana disitu sekonjong2 berubah. Kat Ju Hui menoleh dan bersenyum melihat pemuda pujaan hatinya itu sudah sembuh. Namun Khouw Kiam Siu bersikap sangat dingin, seluruh pikirannya sedang dicurahkan kepada orang yang sedang berdiri tidak jauh dari gadis itu.
―Hei! Apakah kau si jahanam yang bernama Tauw Kun?!" bentaknya seram.
Tersentak juga hati Tauw Kun ditegur demikian kerasnya. ―Betul!" sahutnya kemudian. ―Siapa kau sendiri?"
―Kenalkah kau dengan seseorang yang berjulukan Sam-kiat Sianseng?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
77
Wajah Tauw Kun tidak tampak berubah mendengar nama julukan itu. Namun diam-diam ia sudah bersiap-siap untuk menghadapi segala kemungkinan.
―Apa maksudmu menanyakan orang itu?" sahutnya sambil berusaha menenangkan dirinya.
―Sam-kiat Sianseng meminta kepalamu sebagai 'sesajen' !"
Betapapun tabah hatinya, tetapi ketika mendengar orang yang telah disingkirkannya itu telah mengutus seseorang untuk menagih batok kepalanya, Tauw Kun toch merasa gentar juga.
―Apa hubunganmu dengan orang itu?" tanyanya agak gugup.
―Yang perlu kau ketahui bukan hubunganku dengan Sam-kiat Sianseng, tetapi ketahuilah bahwa dia masih hidup dan menuntut kerugian atas perbuatanmu yang keji terhadap dirinya!"
Tauw Kun mengawasi wajah Khouw Kiam Siu. Suatu wajah yang mirip benar dergan wajah orang yang telah dianiayanya 10 tahun yang lalu. Tanpa terasa tangannya yang mencekal sebilah pedang terangkat dan dengan tiba-tiba saja ia melancarkan serangan-serangan yang bertubi2.
Khouw Kiam Siu bergerak-gerak mengegoskan tusukan-tusukan pedang itu yang seperti naga mengamuk disamudera bebas itu sambil balas menyerang dengan tinjunya.
Tauw Kun merangsek terus, tetapi setelah beberapa jurus lewat dan ia masih belum berhasil membunuh atau melukai lawannya itu, tiba-tiba saja ia meloncat mundur sambil mengeluarkan sebuah bendera segitiga dan berseru kepada orang-orangnya:
―SERBU!!"
Serentak dengan komando itu, orang-orang yang dipimpin oleh Tauw Kun, yang ternyata bukan lain daripada Resimen 72 iblis-iblis tanah, segera mengurung Cui-beng Lo-sat beserta keempat kawannya, Kat Ju Hui dan Khouw Kiam Siu.
Ketujuh puluh dua orang itu belum mulai menyerang. Mereka mengawasi tangan Tauw Kun yang sudah mengangkat bendera segitiga keatas. Sejurus kemudian tampak bendera itu dikebut kebawah dan seperti meletusnya gunung berapi, mereka sekaligus menerkam.
Cui-beng Lo-sat dan Kat Ju Hui berlaku cerdik. Mereka mengeluarkan senjata rahasia mereka yang bentuknya hampir mirip satu sama lain, yang segera disebarkan dan berbareng dengan itu, jeritan2 tertahan terdengar.
Khouw Kiam Siu menyabet dan menusuk dengan telapak serta jari tangannya dan ketika keempat Su Losat pun turut menyerang, maka dalam waktu singkat saja, tidak kurang daripada tiga puluh iblis tanah itu sudah menggeletak tidak berkutik! Sedangkan sisanya, boleh dikatakan sebagian besar sudah terluka parah dan tidak lagi mampu mengadakan serangan ulangan!
Bukan main terkejut Tauw Kun. Tetapi sebagai murid pertama Thio Mo Lam ia tidak sudi meninggalkan tempat itu begitu saja. Ia bertekad melawan hingga titik darah yang terakhir!
Khouw Kiam Siu menggerak-gerakkan tangannya memberi isyarat agar Kat Ju Hui, Cui-beng Losat dan keempat kawannya tidak membantu. Setelah itu, ia lalu melangkah maju menghampiri Tauw Kun dan menantang:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
78
―Jahanam! Kini hanya kau seorang diri saja yang menghadapi aku! Ayohlah!"
Tauw Kun mengerahkan tenaganya dan mencelat. Justru dalam keadaan terapung diudara itulah, ia menyerang dengan ganas.
Khouw Kiam Siu meloncat mundur dan melepaskan Kim Gaib dari punggungnya, alat tetabuhan yang terbuat daripada baja tipis itu, ternyata dapat digunakan juga sebagai senjata.
Maka sekejap saja pertarungan sengit sudah terjadi. Berkerincingnya senar Kim sebentar-sebentar terdengar terkena sabetan2 pedang. Suatu ketika tampak Khouw Kiam Siu mengegos, serentak dengan itu ia menyapu dada Tauw Kun yang belum keburu menarik pulang pedangnya.
Tauw Kun meringis kesakitan dan berusaha menahan jeritannya, namun sesuatu yang agak amis tiba-tiba menyembur keluar dari mulutnya! Sejurus kemudian, iapun roboh terjengkang!
Khouw Kiam Siu lekas-lekas menggantung lagi Kim Gaib di punggungnya, sebagai gantinya ia memungut pedang yang menggeletak ditanah dan menghampiri Tauw Kun yang belum bisa bangkit.
―Tauw Kun, apa yang masih hendak kau katakan sebelum aku menjalankan permintaan Sam-kiat Sian-seng?"
―Bocah! Mungkin kau akan berhasil membunuh aku hari ini, tetapi kau takkan luput dari kejaran pihak Kiam Pao!" sahut Tauw Kun beringas.
―Masih ada lagikah yang ingin kau katakan?" tanya lagi Khouw Kiam Siu.
Tauw Kun tidak menyahut. Kedua matanya dipejamkan dan dengan tabah menantikan ancaman lawannya itu.
―Baiklah!" seru Khouw Kiam Siu sambil perlahan-lahan mengangkat tangannya. Seluruh tenaganya dikerahkan dan membidik kearah batang leher Tauw Kun tapi seketika ia merandek dapat melihat sesosok bayangan berkelebat dengan pesat sekali didepannya untuk kemudian menghilang di-semak-semak.
―Hei, kau! Aku tidak sangka sebagai ahliwaris si pemilik Kim Gaib kau tidak merasa sungkan membunuh lawanmu yang sudah tidak berdaya!"
DEMIKIANLAH, suara seorang yang agak sember mencela tindakan Khouw Kiam Siu.
Cui-beng Lo-sat dan Kat Ju Hui memperhatikan sejenak. Mereka melihat wajah Khouw Kiam Siu tiba-tiba berubah memerah dan menurunkan lagi pedangnya yang sudah siap untuk diayun.
Tauw Kun membuka matanya lagi dan sambil bersenyum menyindir berkata:
―Hee, hee, hee! Mengapa kau tidak meneruskan maksudmu itu?"
Khouw Kiam Siu tidak menghiraukan itu semua. Dilemparkan pedang yang dicekalnya dan memburu kearah suara orang itu. Setibanya di dalam hutan itu, ia hanya melihat bekas2 telapak kaki seseorang. Ia sudah ingin menyelidiki lebih jauh, tetapi tiba-tiba terdengar jeritan Kat Ju Hui.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
79
―Aku tertipu!" serunya sambil lekas-lekas membalikkan tubuhnya dan memburu ke tempatnya semula, dan mulutnya ternganga ketika melihat keadaan disitu.
Kat Ju Hui sudah terlentang ditanah dan Cui-beng Lo-sat beserta keempat pembantunya tengah berdiri terbengong, sedangkan Tauw Kun sudah tidak berada disitu.
―Ma siocia, apa yang telah terjadi?" tanyanya bingung.
Seolah-olah orang yang baru terjaga dari tidurnya, Cui-beng Lo sat tersentak mendengar pertanyaan itu. Setelah ditatapnya Khouw Kiam Siu sejenak, baru ia menyahut:
―Begitu kau tadi mengejar kearah hutan itu, sekonyong-konyong sesosok tubuh dengan gerakannya yang gesit sekali sudah muncul disini. Tanpa mengatakan sesuatu, ia segera menerkam Kat siocia untuk kemudian mengangkat Tauw Kun dan membawanya pergi!"
―Apa jenis kelamin orang itu?"
―Aku... aku tidak tahu! Gerakannya demikian gesit sehingga aku tidak dapat melihat dengan tegas!"
Khouw Kiam Siu lalu menghampiri Kat Ju Hui yang baru saja berbangkit dan menanya:
―Bagaimana lukamu?"
―Aku kira lukaku tidak berarti .." sahut Kat Ju Hui. ―Aku-pun sudah menelan pil obatku."
―Dapatkah kau mengenali orang yang melukaimu dan membawa kabur Tauw Kun?"
―Tidak! Aku hanya melihat ia bergerak-gerak dengan pesat sekali. Aku memperhatikan terus, namun tiba-tiba pandanganku jadi gelap."
―Dapatkah kau mengira2 siapa gerangan orang itu?"
―Mungkin salah seorang dari puri Kiam Pao."
Khouw Kiam Siu berdiri terbengong sambil berusaha menduga2 siapa orang yang lihay itu.
―Siapa itu yang bernama Thio Siok Ngo dari vila di atas puncak Thian-tai-hong? Kau katanya telah pergi ke vila itu, betulkah?" tiba-tiba Kat Ju Hui menanya.
Bukan main kaget Khouw Kiam Siu mendengar pertanyaan itu. Ia merasa heran mengapa Kat Ju Hui tiba-tiba menanyakan hal itu.
―Siapa yang mengatakan begitu?" akhirnya ia balik menanya.
―Tauw Kun! Seperti orang mengigau, dia mengatakan bahwa kau pasti telah pergi menjumpai gadis itu dan gadis itulah yang telah memerintahkan untuk membunuh siorang she Tauw itu."
Khouw Kiam Siu menggigit bibirnya. Tidak berani ia membongkar rahasia penyamarannya sebagai Khouw Kie Cong dan harus mencinta si gadis she Thio.
―Pernahkah kau pergi ke vila itu?" tanya lagi Kat Ju Hui agak keras.
―Apa maksudmu menanyakan hal itu?"
―Untuk sekedar mengetahui bahwa Tauw Kun tidak berdusta."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
80
―Ya, aku pernah pergi ke vila itu sekali."
―Dan kau tentu telah jatuh cinta pada gadis itu?!"
Khouw Kiam Siu tidak bisa menjawab. Tampak wajahnya tiba-tiba jadi merah.
―Tahukah kau siapa Thio Siok Ngo itu?" tanya Kat Ju Hui.
―Tidak....."
―Dia adalah kemenakanku!"
―.........!!!!"
―Kemenakanku itu memang sangat cantik, banyak pria jatuh cinta padanya, tetapi ketahuilah bahwa ayahnya, Thio Mo Lam, telah menetapkan agar gadis itu menikah dengan Tauw Kun!"
Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi sengit.
―Aku sudah mengetahui itu!" sahutnya keras. ―Tetapi, Thio Siok Ngo tidak mencintai Tauw Kun!"
―Oh.....oleh karena itu, kau lalu mencintai Thio Siok Ngo yang ternyata 10 tahun lebih tua darimu? Kau betul tidak….‖
―Kat siocia! Sudahlah, tidak usah kita bersitegang mendebatkan soal ini. Coba pikir, bagaimana mungkin aku mencintai seorang gadis sedangkan aku sudah mengetahui bahwa dalam waktu tidak lebih daripada 6 bulan aku akan membunuh diri!"
―Mengapa tidak mungkin?!"
―Kau katakanlah jika itu mungkin!"
―Aku MEMBATALKAN perjanjian kita dulu itu!"
―Kau sudi membatalkan?"
―Ya!"
―Mengapa?"
―Tidak ada apa-apa!"
Khouw Kiam Siu menatap gadis itu, lama juga baru ia berkata lagi:
―Baiklah! Dan terima kasih atas budimu yang besar itu, yang pasti kubalas!"
―Bagus!"
―Bagaimana dengan Thio Kun dan Gak Cun? Kedua orang itu sangat mencintaimu!"
Kat Ju Hui tiba-tiba jadi gusar mendengar kata-kata itu.
―Apa anggapmu terhadap diriku? Apakah kau kira aku ini perempuan jalang?!" bentaknya kalap.
―Aku tidak pernah bermaksud menghinamu. Tetapi aku mengetahui bahwa Gak Cun sangat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
81
mencintaimu, ia bahkan rela pergi ke puri Kiam Pao untuk mencarimu!"
―Hm! Simanusia berhati srigala itu? Mungkin karena cintanya tidak terbalas ia akan melakukan sesuatu yang keji. Jika itu sampai terjadi, aku akan membunuhnya!"
Berkata begitu, Kat Ju Hui segera berjalan pergi tanpa menoleh lagi kepada Cui-beng Lo-sat dan keempat kawannya.
Khouw Kiam Siu mengawasi perginya gadis yang mencintainya itu, lalu menoleh kepada Cui-beng Lo-sat dan berkata:
―Ma siocia, aku pun harus segera pergi."
―Hendak kemana kau?"
―Aku masih harus menyelesaikan suatu urusan."
―Kau tidak pulang ke puncak Kiat-yun hong?"
―Tidak. Mengapa kau menanyakan itu?'
―Aku ingin sekali menjumpai si kakek gaib untuk menanyakan mengapa dia telah memerintahkan kau pergi ke pegunungan Hiong-san dan mencegah aku menggempur hweeshio-hweeshio dari kuil Siauw-lim-sie."
Khouw Kiam Siu berpikir sebentar. Ia telah memenuhi permintaan si kakek gaib dengan berhasil, tetapi ia masih harus lekas-lekas menyelesaikan permintaan kakak angkatnya. Maka ia lalu berkata:
―Menyesal sekali aku belum bisa mengantarkan kau pergi ke puncak itu. Lagipula, kakek itu mungkin sudah tidak lagi berada di atas puncak tersebut."
Terdengar Cui beng Lo-sat tertawa dengan suaranya yang lembut. Ia mengangguk dan mengajak keempat kawannya berlalu dari situ.
Khouw Kiam Siu bersenyum puas sambil menggeleng-geleng kepalanya. Ia merasa bersyukur sekali atas perubahan-bahan yang telah dialaminya. Betapa tidak ! Dalam waktu yang demikian singkatnya, dari seorang yang tidak mampu berkelahi ia telah berubah menjadi seorang ahli silat yang menggemparkan dan berkenalan dengan tokoh2 kenamaan di kalangan persilatan seperti Khouw Kie Cong, Kat Ju Hui, Cui-beng Lo-sat, disamping iapun telah mengalahkan Bian-san ji-kwi, Thio Kun dan Tauw Kun.
Setelah mengenang itu semua, ia segera melanjutkan perjalanannya ke puri Kiam Pao. Ternyata untuk ke puri tersebut, ia harus melewati daerah pegunungan Sie-thian bok-san, daerah pegunungan dimana semenjak kecil ia telah dipelihara dan digembleng oleh si Kakek cerdas, Gouw Wie To.
Dipandangnya pegunungan itu sejenak kemudian, tanpa terasa ia sudah mendaki pegunungan tersebut dengan maksud menjumpai gurunya itu. Air matanya jatuh berlinang ketika melihat rumah gubuk di dalam mana ia telah menikmati kasih-sayang yang hangat selama beberapa belas tahun lamanya. Dengan hati berdebar-debar ia segera memanggil: ―Suhu!"
Tidak terdengar sahutan. Ia berseru lagi dan ketika masih tidak mendengar sahutan, ia segera mendorong pintu rumah gubuknya itu dan berjalan masuk kedalam. Tiba-tiba tampak ia berdiri terpaku. Kedua matanya terbelalak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
82
―Kongkong!!" serunya sambil menubruk sesosok tubuh yang menggeletak dilantai.
Memang yang dipeluknya itu adalah tubuh Gouw Wie To, tetapi tubuh gurunya itu sudah kaku serta dingin. Suhunya sudah mati!
Sambil menangis sedih, diperiksanya tubuh itu, dan tiba-tiba saja terdengar ia menggeram sengit.
―Jahanam! Mengapa gurunya yang telah mengasingkan diri dari kalangan persilatan masih juga diarah jiwanya?!"
Gouw Wie To yang mengetahui riwayat hidupnya sudah mati, ia merasa kecewa gurunya itu keburu dibunuh orang sebelum memberitahukan siapa musuh-musuh besar yang harus digempurnya.
Ia masih ingat betul pesan gurunya itu yang mengatakan agar ia (Khouw Kiam Siu) jangan sembarang memperlihatkan pedang buntung yang senantiasa berada dipinggang dan tertutup oleh bajunya.
―Mungkin dengan memperlihatkan pedang buntung ini aku akan mengetahui siapa musuhku itu!" pikirnya. Maka segera dikeluarkan pedang itu. Setelah ditatapnya sebentar, lalu dipancang di punggungnya.
Demikianlah, setelah mengubur mayat gurunya, Khouw Kiam Siu lalu meninggalkan daerah pegunungan Sie-thian-bok-san untuk menuju ke puri Kiam Pao. Sambil menanya2 orang ditengah jalan, ia berlari terus kearah tujuannya. Tatkala sedang melalui sebuah hutan kecil, tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan memperhatikan sejenak.
―Siohiap......"
Begitulah terdengar seseorang memanggil dengan suaranya yang lemah. Ia meneliti keadaan disekitarnya. Tidak beberapa jauh dari tempatnya berdiri, tampak beberapa puluh orang diikat di dahan pohon dengan muka berlumuran darah. Melihat seragam yang dikenakan oleh orang-orang itu, ia segera mengenali bahwa mereka adalah anggota-anggota partai Hong-bie pang. Cepat ia meloncat seraya menanya: ―Mengapa kalian dianiaya?"
Sambil menahan sakit, orang yang memanggil Khouw Kiam Siu tadi menyahut:
―Kiam Pao telah memerintahkan kami untuk mencari Cui hun tjeng lie dan siohiap sendiri... kami menolak perintah itu dan..."
―Bagaimana kalian mengenali aku?"
―Dengan melihat Kim Gaib yang terpancang di punggung siohiap....."
Khouw Kiam Siu menghunus pedang buntungnya yang tidak bersarung dan dengan satu sabetan saja ia sudah membebaskan tali yang membelenggu orang-orang itu. Serentak dengan itu, entah dari mana empat orang kakek yang berjubah kuning, bertubuh pendek dan berkepala besar tahu2 sudah berada disitu.
―Aaah.....ternyata usaha kita tidak percuma!" kata salah seorang kakek kepada kawannya. ―Kita sudah berjumpa dengan si pemilik Kim Gaib!"
―Ayohlah, kita angkut padanya!" sahut kakek lainnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
83
Kakek yang pertama bicara tadi lalu menghampiri Khouw Kiam Siu dan membentak:
―Hei, bocah! Pernahkah kau mendengar nama Yun-bong Su-koay?"
―Aku tidak perlu mengetahui nama itu!" sahut Khouw Kiam Siu yang diam-diam merasa heran dirinya mau diangkut.
―Hee, hee, hee! Kami berempat adalah Yun-bong Su-koay yang kini sudah menjadi pengawal Thian lam Sin-kun!"
―Apa maksudmu ingin mengangkut aku?"
―Hm! Masih beruntung Sin-kun ingin menanyakan sesuatu darimu, jika tidak kau pasti sudah kami keremus saat ini juga!"
Baru saja berkata begitu, kakek itu tiba-tiba melangkah mundur ketika dapat melihat pedang buntung yang terpancang di punggung pemuda itu. Perlahan-lahan ia mendekati ketiga kawannya dan berbisik:
―Tengoklah pedang yang terpancang di punggungnya, jika aku tidak salah melihat itulah pedang Thian-kong-kiam!"
Ketiga kakek itu memperhatikan dan mendadak salah satu antara mereka berseru tanpa terasa:
―Thian-kong kiam!"
Khouw Kiam Siu sudah melanggar pesan Gouw Wie To agar tidak memperlihatkan pedang pusaka buntungnya itu kepada siapapun, dan pada saat itu juga sudah mulai tampak akibat2 daripada pelanggarannya itu.
―Hei, bocah!" seru si kakek yang tertua. ―Aku sudah berusaha mengorek keterangan dari situa bangka, tetapi kini ternyata kaulah yang memegang pedang itu!"
―Junjunganku, Thian-lam Sin-kun sudah berusaha mencari pedang itu selama 10 tahun, namun dia sudah gagal," kata kakek yang ketiga. ―Tidak terduga, kaulah yang menyimpan pedang pusaka itu!"
―Apakah kalian yang telah membunuh Gouw Wie To?" tanya Khouw Kiam Siu kaget.
―Betul, tua bangka itu tewas karena tidak sudi memberitahukan dimana tersimpannya pedang buntung itu."
―Dan kaupun akan mengalami nasib yang sama jika tidak segera menyerahkan pedang itu pada kami!" bentak si kakek yang kedua.
Khouw Kiam Siu mengertak giginya. Tidak terduga dengan mudah saja orang-orang yang membunuh gurunya sudah dijumpainya. Belum lagi ia menyahut, si kakek yang tertua sudah membentak lagi:
―Bocah! Ayoh, serahkan pedangmu itu!"
―Kau ambillah dari punggungku!" teriak Khouw Kiam Siu, dan berbareng dengan itu, sekonyong-konyong ia sudah menyerang si kakek yang tertua.
Kakek itu menganggap remeh. Acuh tak acuh diangkat tangannya dan menangkis. Tetapi, benturan lengannya itu ternyata tidak mampu mengelakkan tinju lawannya yang menerobos
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
84
terus dan menghajar dadanya sehingga ia terpental dan roboh!
Khouw Kiam Siu tidak berhenti hingga disitu. Tampak kedua tangannya disilang, kemudian dengan tiba-tiba saja dibentangkan lagi dan menghajar si kakek yang kedua dan ketiga.
Kedua kakek itu masih terpesona melihat robohnya kakek yang tertua dalam satu gebrakan saja, maka ketika diserang, mereka tidak bisa mengegos ataupun menangkis, seolah-olah mereka membiarkan saja dipukul dan roboh!
Sementara itu, si kakek yang tertua sambil meringis kesakitan sudah bangun lagi. Ia segera memberi isyarat kepada kakek yang keempat untuk membantu kedua kawan mereka yang baru saja dirobohkan, setelah itu, dengan wajah masih penasaran, mereka meloncat pergi.
Khouw Kiam Siu tidak mau ditinggalkan begitu saja. Ia meloncat dan mengejar dengan maksud membikin pembalasan atas kematian gurunya. Namun ia tiba-tiba berhenti ketika satu suara berkerincing terdengar yang kemudian disusul dengan melayangnya sebuah tongkat dihadapannya.
Dengan kaget ditatapnya tongkat yang sudah tertancap ditanah itu. Perlahan-lahan mukanya diangkat dan mengawasi kedepan, dimana seorang nenek yang bermuka keriput dan berambut putih seluruhnya tengah mengawasinya dengan tajam.
―Thiat-Cong-gin-leng!" katanya dalam hati. ―Apa maksud nenek ini menahan aku?"
―Bocah! Aku memang sedang mencarimu!" kata nenek itu.
Khouw Kiam Siu melirik dan bukan main jengkelnya ketika tidak melihat Yun-bong Su-koay.
―Apakah Locianpwee guru Kat Ju Hui siocia?" tanyanya agak ketus.
―Betul! Aku Thiat-Cong-gin-leng!"
―Ada urusan apakah Locianpwee mencari aku?"
―Urusannya tidak banyak! Aku hanya ingin menanyakan mengapa kau menghina muridku?!"
―Menghina?!"
―Ya! Kau terlalu congkak! Apakah kau kira Hui-ji tidak pantas menjadi pasanganmu?"
―Apa artinya pertanyaan Locianpwee ini?"
―Bodoh! Dengan lain perkataan aku ingin mengetahui apakah kau mencintai Hui-ji?"
Semula Khouw Kiam Siu memang sudah merasa jengkel dihadang oleh nenek itu. Kini ia dikatakan berotak tidak cerdas.
―Tidak!" sahutnya sambil melotot.
―Jahanam! Hui-ji telah menolongmu dari cengkeraman orang-orang puri Kiam Pao dan karena perbuatannya itu muridku lalu jadi bermusuhan dengan pihak puri tersebut! Dan kau tidak mempunyai perasaan apa-apa terhadap muridku itu?!"
Khouw Kiam Siu kaget juga melihat kekalapan nenek itu, sehingga sikapnya tiba-tiba jadi gugup.
―Aku….aku akan membalas budi Kat siocia yang besar itu!" akhirnya ia menyahut.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
85
―Aku tidak sudi kau membalas budinya dengan budi lagi!"
―Lalu?!"
―Aku minta kau membalas dengan Cintamu!"
―Dengan perkataan lain, Locianpwee menganjurkan aku untuk mempunyai isteri lebih dari satu?"
―Apakah kau sudah beristri?"
―Belum! Tetapi, jika tiap gadis yang kebetulan sudi menolong aku harus menjadi isteriku, mungkin aku kelak akan mempunyai beberapa isteri!"
―Khouw Kiam Siu! Kau terlalu menghina aku!" tiba-tiba terdengar suara yang bernada merdu membentak. Serentak dengan itu, tampak Kat Ju Hui berjalan menghampiri.
―Kat siocia! Aku tidak pernah bermaksud menghina, tetapi, terus terang saja aku tidak mencintaimu!" kata Khouw Kiam-Siu tanpa tedeng aling2.
―Hei, bocah jahanam!" teriak Thian Cong gin-leng, ―Akan kupukul kau jika berani menghina muridku lagi!"
Karena sengitnya, Kat Ju Hui tiba-tiba menyerang pemuda pujaan hatinya itu.
Khouw Kiam Siu menggeser kakinya kesamping dan berhasil mengelakkan serangan itu seraya berseru:
―Kat siocia! Jika kau menyerang lagi aku tidak akan mengelakkan!"
―Bagus! Nah, bersedialah untuk mati!‖ kata Kat Ju Hui sambil menarik tangannya kebelakang dan siap menyerang lagi, tetapi Thiat-Cong gin-leng tiba-tiba berseru mencegah, sehingga dengan terpaksa dibatalkan serangannya itu.
―Hei, bocah! Coba aku lihat punggungmu," kata Thiat-Cong-gin leng.
Acuh tak acuh Khouw Kiam Siu berbalik dan memperlihatkan punggungnya.
Thiat-Cong gin-leng mengawasi dengan seksama.
―Heran!" katanya seolah-olah berkata pada dirinya sendiri. ―Mengapa Thian-kong-kiam berada ditangan bocah ini?"
Khouw Kiam Siu terkejut mendapat kenyataan nenek itu pun mengenali pedang buntungnya itu. Untuk kedua kalinya pedang itu telah menarik perhatian orang. Gurunya telah memberitahukan, tanpa menyebut nama pedang itu, bahwa pedang pusaka itu erat hubungannya dengan riwayat hidupnya sendiri dan tidak boleh diperlihatkan kepada siapapun. Dan orang yang memberi peringatan itu, justru telah dibunuh karena pedang itu!
―Dari mana kau peroleh pedang itu?" tanya Thiat-Cong gin-leng.
―Locianpwee mengenal juga pedang ini?" Khouw Kiam Siu balik menanya.
―Ya! Bahkan banyak sekali orang yang mengenal pedang itu! Ada hubungan apa kau dengan Khouw Bu Wie, si Muka alim?"
―Aku tidak tahu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
86
―Betulkah kau tidak tahu, atau kau memang berlagak edan?"
―Aku tidak berdusta. Aku betul-betul tidak tahu!"
―Dan kau tentu ingin mengetahui riwayat pedang itu, bukan?"
Bukan main girang Khouw Kiam Siu. Lekas-lekas ia menyahut: ―Aku akan sangat berterima kasih jika Locianpwee sudi memberitahukan!"
―Aku akan memberitahukan, tetapi cobalah katakan dulu, dari siapa kau peroleh pedang tersebut?"
―Dari seorang kakek yang tidak aku kenal namanya....‖
―Thian-kong-kiam merupakan pedang pusaka, dan jika seseorang yang kau tidak kenal sama sekali sudi juga menyerahkan pedang itu begitu saja, aku kira tiada seorangpun yang terlebih beruntung daripadamu!"
―Locianpwee, aku tidak berdusta...." sahut Khouw Kiam Siu sambil berusaha memperlihatkan wajah sungguh-sungguh. ―Pedang ini diberikan padaku oleh seorang kakek."
Thiat-Cong-gin-leng mengawasi tajam pemuda itu. Sesaat kemudian baru ia berkata lagi:
―Bocah, meskipun pengakuanmu itu kurang masuk akal, tetapi karena merasa sayang sebagai pemilik Thian-kong-kiam kau tidak mengetahui asal-usul pedang itu sendiri, maka aku mau juga memberitahukan."
―Terima kasih, Locianpwee."
―Beberapa belas tahun yang lalu, Thian-kong-kiam, entah dari mana, telah diperoleh oleh seorang yang bernama Khouw Bu Wie, si Muka alim. Berita itu segera tersiar luas dan menggoncangkan seluruh kalangan persilatan. Semua orang berusaha merebut pedang tersebut, namun belum lagi mereka berhasil, Khouw Bu Wie sudah lenyap tanpa bekas!"
Khouw Kiam Siu mendengari dengan hati berdebar-debar.
―Apakah Khouw Bu Wie ayahku?" pikirnya.
―Dan sekarang kau yang membawa-bawa pedang itu," kata lagi Thiat Cong-gin-leng. ―Maka kau pasti akan jadi sasaran orang-orang yang keranjingan memiliki pedang tersebut! Dan kehadiranmu dikalangan persilatan sambil membawa-bawa satu teka-teki dan dua mustika akan membuat kalangan tersebut mengalami kekacauan hebat!"
―Apa yang dimaksud dengan satu teka-teki dan dua mustika?"
―Kim Gaib, pedang buntung dan batu mujizat Ban-lian-ciok-tam, yang kau rebut dari Bian-san ji kwi!"
―Locianpwee, kau keliru! Aku belum pernah melihat Ban-lian ciok-tam, apa lagi memilikinya!"
―Aku tidak tahu kau berdusta atau tidak. Tetapi, yang pasti ialah, orang-orang dikalangan Kang ouw sudah menganggap kaulah yang memiliki batu mujizat tersebut!"
―Apakah Locianpwee pun beranggapan demikian?"
―Tidak, aku percaya apa yang kau katakan itu! Tetapi, kau pasti akan dikepung oleh orang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
87
banyak!"
―Aku tidak takut! Aku akan mempertahankan milikku ini!"
―Bocah, kau masih terlalu hijau! Kau belum mengetahui betapa dahsyat gelombang kalangan Kang-ouw yang penuh dengan jahanam2 berkepandaian tinggi ! Baiklah sekarang kita kembali ke persoalan Hui-ji. Apakah kau betul-betul tidak tertarik oleh muridku ini?"
―Locianpwee, aku tadi sudah menjawab pertanyaan tersebut."
―Kau menganggap Hui-ji tidak pantas menjadi pasanganmu?"
―Bukan soal pantas atau tidak pantas. Tetapi cinta tidak bisa dipaksa!"
Kat Ju Hui jadi malu sekali. Sambil menangis tersedu-sedu ia berlari pergi.
―Baiklah, jika kau mengatakan demikian. Sampai kita jumpa lagi!" kata Thiat-Cong-gin-leng. Ia mencabut tongkatnya yang terbenam ditanah dan mengikuti muridnya itu.
KHOUW KIAM SIU memandangi perginya nenek itu. Sejurus kemudian, iapun lalu melebarkan langkah-langkahnya menuju ke puri Kiam Pao.
Ketika hampir tiba di tempat yang dimaksud, ia terkejut sekali mendengar berita bahwa Tauw Kun telah dipenggal kepalanya oleh seseorang dan mayatnya sengaja digantung ditembok pekarangan puri Kiam Pao!
Pada masa itu, puri Kiam Pao adalah partai silat terbesar dan sangat disegani oleh partai2 lainnya, maka jika Tauw Kun, murid kesayangan Thio Mo Lam, yang terkenal berkepandaian tinggi sekali, masih bisa dibunuh orang, dapatlah dibayangkan betapa hebat kepandaian orang itu yang sudah berhasil menyelinap kedalam puri itu dan membunuh Tauw Kun. Padahal puri Kiam Pao dijaga kuat oleh orang-orang yang lihay!
Siapakah gerangan orang yang bernyali besar dan gagah perkasa itu?
Menurut berita yang bocor dari puri Kiam Pao, orang itu berpakaian serba hitam, mengerudungi mukanya dengan kain hitam juga dan menamakan dirinya sebagai si Algojo.
Berita itu membuat kalangan persilatan condong kepada kesimpulan bahwa si Algojo, suatu nama yang baru saja terdengar, bermaksud membalas dendam terhadap puri Kiam Pao dan sengaja memilih nama julukan yang seram itu, untuk merahasiakan gerak-geriknya sebelum maksudnya terlaksana.
Pada umumnya, berita yang mengejutkan itu amat menggembirakan pihak partai2 yang senantiasa diancam oleh puri Kiam Pao tetapi tidak demikian halnya dengan Khouw Kiam Siu. Ia merasa kecewa tugasnya itu telah diselesaikan oleh orang lain!
―Siapakah si Algojo itu?" demikian tanyanya kepada dirinya sendiri. ―Apakah tidak mungkin bahwa si Algojo itu adalah Khouw Kie Cong sendiri?"
Tetapi terpaksa ia harus menarik kembali dugaannya itu, ketika mengingat bahwa Khouw Kie Cong tidak lagi mungkin melakukan itu semua karena sudah kehilangan tenaga saktinya.
Dengan matinya Tauw Kun, maka ia tidak lagi perlu masuk kedalam puri Kiam Pao. Yang perlu dilakukannya kini yalah pergi ke puncak Thian-tai-san, kemudian sambil membawa Thio Siok Ngo ia harus lekas-lekas pulang ke puncak Kiat-yun-hong untuk melaporkan dan memperlihatkan gadis she Thio itu kepada Khouw Kie Cong. Demikianlah, dengan pikiran itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
88
ia lalu membelokkan tujuannya kearah timur dan tiba di tempat yang dimaksud pada keesokan harinya. Tetapi ternyata tempat tinggal Thio Siok Ngo sudah mengalami banyak perubahan.
Pohon2 bunga dipekarangan sudah tidak terurus lagi, beberapa puluh mayat yang berseragam dengan lambang sebilah pedang didada tampak berserakan disekitar vila itu. Dilihat dari keadaannya, mayat-mayat itu sudah terbunuh paling sedikit 5 hari yang lalu.
Perasaan cemas menjala sanubari Khouw Kiam Siu yang sudah masuk kedalam untuk menyelidiki lebih jauh, dan setelah seluruh vila dijelajahinya, ia tidak menjumpai Thio Siok Ngo atau ibu pengasuhnya ataupun manusia lainnya.
Siapa yang telah datang disitu dan membunuh orang-orang dari puri Kiam Pao? Apa maksud pembunuhan itu? Apakah orang-orang dari puri Kiam Pao yang dibunuh itu ditugaskan untuk menjaga vila atau memang sengaja diutus untuk menjalankan suatu tugas tertentu? Dan apakah Thio Siok Ngo masih hidup?
Khouw Kiam Siu tidak bisa menjawab serentetan pertanyaan-pertanyaannya sendiri itu. Ia kecewa sekali, karena tidak satupun tugas yang diberikan oleh Khouw Kie Cong dapat dilaksanakannya. Kepala Tauw Kun yang harus dipenggal sudah diambil orang lain, sedangkan nasib Thio Siok Ngo yang harus dibawa ke puncak Kiat-yun-hong, masih merupakan suatu teka-teki. Tiba-tiba ia membanting kakinya dan berseru lantang:
―Semua ini adalah kesalahanku!"
―Hee, hee, hee! Kesalahanmu?!"
―Ya!" seketika Khouw Kiam Siu mengkeret setelah melepaskan sahutannya itu. Karena pertanyaan di atas bukanlah suara hati nuraninya sendiri, tetapi suara seseorang yang mengguntur seperti kecer pecah ! Sambil celingukan mencari ia lalu berseru:
―Siapa kau?"
―Aku? Ha, ha, ha! Aku si Algojo!"
Bukan alang kepalang kaget Khouw Kiam Siu mendengar jawaban itu. Matanya terbuka lebar dan berkelebat-kelebat liar mencari bayangan orang itu, namun tidak tampak siapapun disitu.
―Ada dimana kau?"
―Tidak jauh dari tempatmu berdiri.''
―Aku ingin melihat wujudmu."
―Aku kira hal itu tidak penting."
―Baiklah. Tetapi, dapatkah aku menanyakan sesuatu?"
―Tentu!"
―Betulkah kau yang telah membunuh Tauw Kun?"
―Betul!"
―Mengapa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
89
―……..‖
―Apakah orang-orang dari puri Kiam Pao ini kau juga yang membunuhnya?"
―Tidak salah! Dan kedatanganmu disini rupanya untuk mencari seseorang, bukankah?"
Lagi-lagi Khouw Kiam Siu terkejut mengetahui si Algojo bisa menebak jitu isi-hatinya.
―Bagaimana kau ketahui hal itu?" tanyanya.
Si Algojo tidak lantas menyahut. Sejurus kemudian dengan suaranya yang tetap gaib ia balik menanya tanpa menjawab pertanyaan Khouw Kiam Siu:
―Bukankah kedatanganmu disini untuk mencari seorang gadis dan seorang wanita tua?"
―Betul! Dimanakah mereka sekarang?"
―Balikkanlah tubuhmu dan kau segera akan mengetahui!"
Sekalipun merasa heran atas permintaan orang aneh itu, namun Khouw Kiam Siu cepat membalikkan tubuhnya dan melihat segundukan tanah. Di atas gundukan tanah itu tampak sehelai papan yang bertuliskan:
―Kuburan Tian Giok Siu"
Sambil menggetar karena kaget dibalikkan lagi tubuhnya dan berseru gusar:
―Kau juga membunuh nenek itu?"
―Aku yang mengubur jenazahnya!"
―Lalu siapa yang membunuhnya?"
―Tauw Kun!"
―Hm! Lagi-lagi jahanam itu telah menyebar maut! Bagaimana dengan Thio Siok Ngo?"
―Yang kau maksud tentu si gadis, bukan?"
―Betul! Apakah diapun telah dibunuh?"
―Tidak....hanya sayang dia kini bukan lagi seorang yang waras pikirannya! Gadis itu sudah menjadi gila...."
―Gila?!"
―Gadis itu telah menderita tekanan bathin lama sekali. Perangainya sangat halus dan tidak dapat menahan tekanan-tekanan yang dahsyat itu....dan menjadi gila....."
―Bagaimana kau mengetahui bahwa gadis itu menderita tekanan bathin?"
―Menyesal sekali aku tidak dapat menerangkan itu. Yang aku ketahui ialah gadis itu belum mati dan kini ditawan dalam puri Kiam Pao. Mungkin juga dia akan dihukum mati!"
―Jika gadis itu dibunuh, aku akan membasmi seluruh Kiam Pao!"
―Hm.....dengan kepandaian yang kau miliki sekarang, aku yakin tekadmu itu akan kandas!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
90
―Aku tidak perduli! Aku mampu atau tidak membasmi Kiam Pao itu tidak penting, tetapi aku pasti akan menggempur puri jahanam itu!"
―Mengapa kau jadi begitu nekad? Apakah gadis itu kekasihmu?"
―Bukan!"
―Bukan?! Mengapa kau rela berkorban?"
―Aku tidak dapat menjelaskan hal itu. Tetapi, katakanlah siapa kau sebenarnya."
―Seperti telah aku beritahukan tadi, aku adalah si Algojo!‖
―Aku belum pernah mendengar nama itu.‖
―Betul, karena si Algojo belum lama menjelma dalam dunia Kang ouw!"
―Sudikah kau memperlihatkan dirimu pada suatu hari?"
―Tidak!"
―Mengapa?''
Khouw Kiam Siu menunggu lama juga, tetapi tidak terdengar suara sahutan. Ia sudah ingin menanya lagi, ketika tampak satu bayangan hitam berkelebat dengan gerakannya yang pesat sekali.
―Algojo!" serunya.
Tetapi orang yang dipanggilnya itu bergerak turun terus dari atas puncak itu.
Khouw Kiam Siu jadi penasaran sekali. Ia meloncat dan mengejar, tetapi lari bayangan hitam itu ternyata luar biasa cepatnya sehingga ia ketinggalan jauh dibelakang untuk kemudian kehilangan jejaknya.
Sambil mengendorkan larinya, lagi-lagi pertanyaan timbul dalam otaknya:
Apakah dengan kebetulan saja si Algojo melalui pegunungan Thian-tai-san itu dan menyaksikan orang-orang dari puri Kiam Pao bermaksud menangkap Thio Siok Ngo? Lalu ia turun tangan membunuh orang-orang dari puri tersebut tanpa berhasil menolong Thio Siok Ngo yang dibawa pergi?
―Hah! Itu hanya merupakan tafsiran belaka!" katanya dalam hati sambil dengan kecewa berjalan turun dari puncak itu untuk segera pulang dipuncak Kiat-yun-hong dan melaporkan segala kegagalannya kepada Khouw Kie Cong.
Puncak Kiat-yun-hong yang berada hanya diseberang puncak Thian-tai-san dapat ditempuhnya dalam waktu yang sangat singkat, namun setibanya dipuncak tersebut, kedua kakinya mendadak dirasakan lemas.
Tempat bersemayam Khouw Kie Cong juga sudah mengalami suatu perubahan hebat!
Permukaan puncak itu sudah tidak keruan macam. Batu-batu dan tanah terbongkar dan menjadi suatu tumpukan puing yang menyeramkan. Pohon2 banyak yang tumbang. Dilihat keseluruhannya, jelas tampak bahwa tempat itu telah diledakkan!
Khouw Kie Cong yang sudah kehilangan tenaga saktinya pasti sudah tewas dan kini
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
91
terbenam dibawah tumpukan puing2 itu! Namun siapakah yang telah meledakkan tempat itu?
Orang-orang dari puri Kiam Pao-kah?
Si Algojo-kah?
Dengan kecewa diperiksanya sekeliling tempat itu dan berusaha mencari lubang goa dimana Khouw Kie Cong biasa bersembunyi, tetapi hingga matahari menghilang disebelah barat kaki langit, tumpukan tanah yang menutup goa itu belum selesai disingkirkan!
―Mungkin aku membutuhkan waktu dua hari untuk menyingkirkan tumpukan tanah ini," pikirnya. ―Sekalipun aku berhasil, pada saat itu Lo Koko-ku pasti sudah tidak bernyawa lagi dan mungkin juga ia tidak berada disini sama sekali!"
Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara teriakan-teriakan. Cepat ia meloncat dan melongok kebawah puncak. Samar-samar dilihatnya lima bayangan ramping sedang mengerubuti seorang yang bertubuh kurus.
Sambil berindap2 ia berjalan turun dan bersembunyi dibalik sebuah batu didekat keenam orang yang sedang bertempur itu.
―Cui-beng Lo-sat," katanya dalam hati kaget.
Memang kelima gadis itu adalah Ma Kang Lian dan keempat kawannya, yang sedang mengerubuti si kakek gaib yang telah memerintahkan Khouw Kiam Siu pergi ke pegunungan Hiong san untuk mencegah hweeshio-hweeshio dari kuil Siauw-lim-sie dibunuh habis.
Pertarungan berlangsung dengan seru. Kelima gadis itu menyerang dengan beringas, tetapi si kakek hanya berusaha menangkis, mengegoskan dan mengelit serangan-serangan tersebut, tanpa balas menyerang.
Khouw Kiam Siu menonton terus pertarungan itu. Dan dengan tiba-tiba saja teringat olehnya bahwa kakek gaib itu telah berjanji untuk menjaga puncak Kiat-yun-hong, tetapi kenyataan justru sebaliknya, puncak tersebut kini sudah hancur lebur tidak keruan! Ia sudah ingin meloncat keluar ketika terdengar Cui-beng Lo-sat berseru:
―Hei, kakek! Mengapa kau merintangi aku membalas dendam terhadap partai Siauw lim?"
―Apakah kau bernama Ma Kang Lian?" tanya kakek itu.
―Betul!" sahut Cui-beng Lo-sat yang diam-diam merasa heran kakek itu mengetahui namanya.
―Dan kau pergi ke kuil Siauw-lim-sie atas perintah ibumu, Sauw hun Mo kie, bukankah?"
―Betul."
―Tahukah kau bahwa dalam soal ini ibumu sendiri yang salah?"
―Apa salah?!"
―Mungkin kau tidak mengetahui mengapa kau diperintahkan pergi ke kuil Siauw-lim-sie?"
―Aku tahu!"
―Apa yang kau ketahui?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
92
―Aku diperintahkan untuk membalas dendam terhadap pihak yang telah membunuh ayahku, apakah itu salah?!"
―Itu tidak salah! Tetapi, bagaimana kau membuktikan bahwa ayahmu telah dibunuh oleh partai Siauw-lim?"
―Ayahku tidak kembali dan tidak ketahuan jejaknya setelah dikejar-kejar oleh orang-orang partai Siauw-lim dan Bu tong. Ayahku tentu sudah dibunuh, jika tidak, tidak mungkin beliau tidak pernah menengok anak isterinya selama 10 tahun!"
―Itu masih tidak membuktikan bahwa ayahmu telah dibunuh! Perlu kau ketahui bahwa ayahmu telah melanggar peraturan kuil Siauw-lim-sie dan sebagai hukuman ia harus mengasingkan diri!"
―Baik! Anggap saja ayahku masih hidup! Beliau telah diusir keluar, dengan demikian ia sudah tidak lagi menjadi anggota partai Siauw-lim. Tetapi mengapa ia masih dikejar-kejar terus?!"
―Oh, kau keliru nona kecil! Ayahmu DIUSIR dan bukan DIPECAT dari keanggotaannya, maka ia masih tetap sebagai salah satu anggota partai Siauw-lim! Lagipula, ia diusir keluar dengan maksud agar ia melakukan sesuatu untuk menebus dosa2nya. Dia tidak pernah dikejar-kejar!"
Khouw Kiam Siu yang bersembunyi dibelakang batu mendengari terus. Ia memang ingin sekali mengetahui siapa itu ayah Ma Kang Lian, yang terkenal dengan nama agamanya sebagai Goan Tong Taysu, saudara seperguruan Goan Tjeng Taysu, yang sekarang memimpin partai Siauwlim.
Cui beng Losat berpikir sebentar. Sikapnya yang semula beringas tampak agak berubah lunak setelah mendengar penjelasan kakek aneh itu.
―Tetapi, apakah betul ayahku masih hidup?" tanyanya kemudian.
―Ayahmu masih hidup!" kata si kakek tegas.
―Ada dimana ayahku itu sekarang?"
―Ayahmu sedang berkelana di atas dunia yang amat luas ini, dan aku tidak tahu dia berada dimana sekarang....."
―Aku tidak percaya. Ayahku pasti sudah dibunuh dan kau mengatakan itu untuk mencegah aku membikin pembalasan!"
―Ma siocia, apakah kau kira aku akan diberi pahala oleh pihak Siauw lim atas usahaku mencegah kau membikin pembalasan?"
―Tetapi aku tidak bisa mempercayai saja kata-katamu tadi tanpa bukti2."
―Beberapa waktu yang lalu, aku telah kebetulan menjumpai ayahmu, dan ia telah berulang kali minta agar aku berusaha keras mencegah kau atau ibumu membalas dendam terhadap partai Siauw-lim dan Bu-tong. Bukankah itu suatu bukti kuat bahwa aku tidak berdusta?"
―Ayahku yang telah minta Locianpwee mencegah aku membikin pembalasan?"
―Ya! Ayahmu, Ma Cong Kao alias si Muka kejam, yang kemudian lebih terkenal dengan nama agamanya, Goan Tong Taysu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
93
Mau atau tidak, Cui-beng Lo-sat harus percaya juga kata-kata kakek itu, yang disamping mengetahui namanya, nama ibunya dan nama ayahnya, juga mengetahui jelas mengapa ayahnya telah diusir dari kuil Siauw-lim sie.
―Tetapi, aku harus mencari juga ayahku itu." katanya kemudian.
―Hee, hee, hee! Kau belum mengetahui betapa dahsyat kepandaian ayahmu itu. Mungkin kau akan berhasil menjumpainya, namun dibawah hidungmu ia dapat lenyap tanpa bekas!"
―Bagaimana Locianpwee mengetahui hal ini demikian jelas?"
―Ayahmu adalah sahabat karibku!"
―Bolehkah aku mengetahui nama Locianpwee?"
―Aai! Menyesal sekali, aku sudah tua hingga namaku sendiri aku tidak ingat lagi.....‖
Mendengar hingga disitu, Khouw Kiam Siu sudah tidak lagi dapat menahan sabar. Dijejak kedua kakinya yang membuat tubuhnya mencelat dan sekejap saja sudah tiba dihadapan Cui beng Lo-sat dan kakek itu.
―Khouw Heng! Kaupun sudah datang?" seru si gadis berkerudung hitam.
―Ya!" sahut Khouw Kiam Siu dingin sambil menghampiri si-kakek dan berkata:
―Tugas yang kau serahkan padaku telah terlaksanakan!"
―Bagus ! Dan aku membilang banyak terima kasih!" sahut si kakek girang.
―Tetapi mengapa kau sendiri tidak membuktikan janjimu?"
―Janjiku?!"
―Kau telah berjanji untuk menjaga puncak ini, tetapi ternyata kau tidak menepati janjimu itu!"
―Hei, hei! Sabar dulu!"
―Puncak Kiat-yun-hong sudah hancur lebur akibat ledakan dan kau masih minta aku bersabar?!"
―Ya! Aku tidak mengingkari janjiku dan aku yakin tiada seorangpun telah berhasil mendaki puncak ini!"
―Kalau begitu tentu kaulah yang telah meledakkan permukaan puncak ini!"
―Eei! Kau menuduh aku?! Aku memang mendengar suara ledakan yang dahsyat sekali, tetapi aku tidak mengetahui siapa yang memasang bahan peledak itu!"
―Bagaimana ini mungkin? Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa tiada seorangpun yang telah mendaki puncak ini?! Berdasarkan keteranganmu itu sendiri aku berpendapat bahwa kaulah yang bukan saja telah memusnahkan segala sesuatu di atas permukaan puncak ini, tetapi kaupun telah membunuh saudara angkatku!"
―Jadi kau yakin bahwa Khouw Kie Cong telah mati dalam peledakan itu?"
―Tentu saja!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
94
―Apakah kau melihat mayatnya?"
Khouw Kiam Siu tidak bisa menjawab pertanyaan itu, karena memang ia tidak melihat mayat saudara angkatnya itu.
―Baiklah, jika kau menganggap begitu. Khouw Kie Cong telah mati tetapi rohnya pasti tidak akan puas. Kau belum berhasil memenuhi permintaannya!" kata lagi si kakek.
Diam-diam Khouw Kiam Siu terkejut kakek itu mengetahui juga tentang kegagalannya menjalankan tugas yang diberikan oleh Khouw Kie Cong. Ia mengawasi saja kakek itu dan tidak mengatakan apa-apa.
―Bocah, kau percaya atau tidak itu terserah padamu!" kata lagi kakek itu. ―Tetapi kita dapat berkompromi....."
―Berkompromi tentang apa?" tanya Khouw Kiam Siu.
―Terus terang saja bukan aku yang meledakkan tempat bersemayam Khouw Kie Cong di atas, aku bahkan bersedia membantumu mencari jahanam itu, yang dalam waktu satu tahun pasti sudah kutangkap....."
―Apabila dalam satu tahun itu kau tidak berhasil, bagaimana?"
―Aku akan memenggal kepalaku sendiri!"
―Jadi!"
Kakek itu tertawa terkekeh. Ditatapnya pemuda she Khouw itu sejenak dan berkata lagi:
―Sekarang, akulah yang harus membayar jasa-jasamu. Kau telah berhasil menyingkirkan maut dari kuil Siauw lim-sie!"
―Tidak! Aku tidak mau dibayar!"
―Hee, hee, hee! Kau dengar dulu. Aku bukan ingin membayar dengan uang. Aku mengetahui bahwa kau telah menerima tenaga sakti dari Khouw Kie Cong, tetapi kau belum dapat melancarkan jurus-jurus ilmu silatnya dengan sempurna. Kau belum dapat menge-rahkan tenaga dalammu untuk bantu mendorong tenaga sakti itu sendiri!"
―Tetapi aku sudah berhasil merobohkan Bian-san ji-kwi dalam satu gebrakan saja....."
―Aku tahu. Tetapi jika aku memberi petunjuk padamu bagaimana memadukan tenaga sakti Khouw Kie Cong dengan tenaga dalammu, tiap-tiap jurus yang akan kau lancarkan nanti akan banyak lebih menguntungkan!"
―Bagaimana kau mengetahui tindak tandukku demikian jelas?"
―Aku akan memberitahukan, tetapi dengan syarat!"
―Syarat apa?"
―Mudah saja. Kau menerima petunjukku bagaimana memadukan tenaga dalammu dan aku akan memberitahukan apa yang ingin kau ketahui tadi."
Khouw Kiam Siu tidak lantas mengatakan apa-apa. Ia merasa heran kakek itu mendesak terus untuk berbuat sesuatu kebaikan terhadap dirinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
95
―Apa maksud sebetulnya kakek ganjil ini?" pikirnya.
―Hee, hee, hee! Kau rupanya mencurigai maksud, ya? Tidak usah kau khawatir aku bermaksud jahat. Dan bukan suatu omong besar, tetapi jika saja aku mau mengganyangmu, itu dengan mudah dapat kulakukan!" kata si kakek yang dapat melihat sikap ragu Khouw Kiam Siu.
―Tetapi aku tidak mau menerima budimu secara cuma2!"
―Haai! Kau betul-betul berkepala batu. Aku merasa sayang sebagai seorang yang telah beruntung memiliki tenaga sakti, kau tidak mampu menggunakan tenagamu itu secara sempurna. Aku memberikan petunjuk-petunjuk dan tidak menderita rugi apapun, tetapi hasilnya sudah pasti kau akan dapat lebih berhasil untuk mencari orang yang telah meledakkan permukaan puncak ini!"
Khouw Kiam Siu sudah mulai tertarik dan ketika Cui-beng Lo-sat pun turut membujuk agar ia menerima tawaran kakek itu, maka ia lalu berkata:
―Baiklah, Locianpwee.. Aku terima maksudmu yang baik hati itu!"
―Bagus! Nah, kau duduklah bersila dihadapanku."
Khouw Kiam Siu menuruti saja permintaan kakek itu. Tetapi begitu ia membungkukkan tubuhnya untuk duduk bersila, si kakek tiba-tiba berseru kaget:
―Hei, bocah! Darimana kau peroleh pedang buntung itu?!"
Khouw Kiam Siu mengangkat mukanya dengan kaget. Dan belum ia menjawab kakek itu sudah berkata lagi:
―Pernah apakah kau dengan Khouw Bu Wie?"
―Aku tidak kenal orang itu," sahut Khouw Kiam Siu sejujurnya.
―Siapa yang memberikan pedang itu padamu?"
―Seorang tua yang aku tidak kenal namanya."
―Tidak mungkin!"
―Yah, jika kau tidak percaya, ya, sudah!"
―Khouw Heng," Cui beng Lo-sat turut bicara. ―Bagaimana wajah orang tua itu?"
Khouw Kiam Siu tidak mau menyebut2 nama Gouw Wie To, maka ia menyahut secara serampangan saja.
―Orang tua itu berjubah dari kain belacu dan berwajah alim. Tampaknya....."
―Haa....tidak salah lagi, tentu dia yang selalu memakai jubah dari kain belacu!" seru si kakek.
―Dia siapa?" tanya Cui-beng Lo-sat.
―Khouw Bu Wie, si Muka alim!"
―Locianpwee, apakah sebetulnya yang membuat pedang yang buntung ini jadi benda
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
96
perebutan? Dimanakah letak kegaiban atau kemujizatannya?" tanya Khouw Kiam Siu.
"Apakah orang tua itu tidak memberitahukan akan hal itu padamu?"
―Tidak."
―Aneh? Betul-betul suatu kejadian yang aneh!"
―Ada dimana orang tua itu sekarang?" tanya Cui beng Lo-sat.
―Aku tidak tahu."
―Ma siocia," kata si kakek. ―Masih ingatkah kau bahwa ayahmu telah mengikat tali pertunanganmu dengan putera seseorang?"
Bukan main kaget Cui-beng Lo-sat mendengar pertanyaan itu.
―Aku masih ingat!" sahutnya. ―Bagaimana Locianpwee mengetahui hal ini?"
―Ayahmu telah memberitahukan padaku. Tetapi, tahukah kau siapa ayah bakal tunanganmu itu?"
―Tidak....."
―Tali pertunanganmu telah diikat kepada putera Khouw Bu Wie!"
―Oh....."
Hening sesaat......
Namun, tiba-tiba saja suara jeritan2 seram terdengar yang kemudian disusul dengan suara bentakan-bentakan gusar.
Karena kagetnya, mendadak Khouw Kiam Siu meloncat dan mengejar kearah suara itu. Dibelakangnya tampak Cui-beng Lo-sat beserta keempat kawannya dan si kakek gaib yang juga turut mengejar.
SUARA jeritan lagi-lagi terdengar. Dari kejauhan tampak beberapa orang sedang mengejar seorang yang berpakaian serba hitam dan mengerudungi mukanya dengan selembar kain hitam juga.
Khouw Kiam Siu mengejar terus, tetapi mendadak ia mengangkat tangan memberi isyarat agar orang-orang yang berada dibelakangnya berhenti.
Dihadapan mereka tampak empat mayat. Si kakek mendekati dan tiba-tiba saja wajahnya berubah kaget.
―Yun-bong Su-koay!" serunya lantang. ―Siapakah yang telah membunuh keempat iblis lihay ini?"
―Aku kira dia!" sahut Khouw Kiam Su sambil memandang jauh kedepan. ―Sudah pasti dia! Karena tiada lain orang yang demikian cepat geraknya!"
―Khouw Heng, siapa itu 'dia'?" tanya Cui beng Lo sat bingung.
―Si Algojo!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
97
―Si Algojo?! Siapa itu yang bernama julukan demikian seram?"
―Entahlah. Tetapi aku mengetahui bahwa ia sangat misterius dan kepandaiannya luar biasa!"
―Bagaimana kau mengetahui itu?"
―Aku pernah bercakap2 dengan si Algojo, dan aku yakin yang dikejar-kejar orang tadi adalah si Algojo!"
―Bagaimana kau mengenalinya?"
―Sebetulnya aku belum pernah melihat wajah si Algojo, tetapi aku pernah melihat tubuhnya, pakaiannya, dan caranya dia mengerudungi mukanya, yalah tepat dengan apa yang telah kita lihat tadi."
Sementara itu, teriakan-teriakan orang-orang yang mengejar orang yang berpakaian serba hitam sudah jauh sekali terdengarnya untuk kemudian hilang sama sekali. Maka Cui beng Lo-sat yang masih ingin mengetahui tentang tunangannya itu lalu berkata kepada si kakek:
―Locianpwee, tali pertunanganku telah diikat kepada putera Khouw Bu Wie, lalu bagaimana?"
Si kakek berpikir sebentar, seolah-olah melepaskan kembali kenangannya ke zaman beberapa puluh tahun yang lalu.
―Ya, aku masih ingat," katanya sambil ia mengusap2 dagunya. ―Agar kalian mengetahui juga apa yang telah terjadi beberapa puluh tahun yang lalu, marilah dengar kisahku."
―30 tahun yang lalu," demikianlah si kakek mulai kisahnya.
30 tahun yang lalu, dikalangan Bu lim telah merajalela 10 tokoh2 persilatan yang berkepandaian luar biasa.
Dinilai dari kepandaian mereka masing-masing, mereka adalah 1) Hu-tok-kek, si Tamu ganjil. 2) lm-hong-kwi-lie, si Dewi angin. 3) Leng bin-siu sie, si Muka alim 4) Phan-jun siu, si Pelangi. 5) Si Tongkat besi kerincingan perak. 6) Thian-lam Sin-kun atau si Raja muda dari daerah Thian-lam. 7) Giok-bin-can-sin, si Dewa muka batu pualam. 8) Sauw hun Mokie, si Penyapu sukma. 9) Pek-hoat-to-sauw, si Kakek bungkuk dan 10) Ban-biauw gie-hian, si Ahli obat-obatan.
Setelah menggoncangkan kalangan persilatan, kesepuluh manusia luar biasa itu berturut-urut lenyap dari kalangan tersebut.
Tetapi kira-kira pada 15 tahun yang lalu, tiba-tiba tersiar kabar bahwa si Muka alim, Khouw Bu Wie, telah beruntung memperoleh pedang Thian-kong-kiam, dan belum lagi berita itu dapat dibuktikan kebenarannya, si Muka alim sudah lenjap dari kalangan Kang ouw.
―Dan...." si kakek meneruskan dengan kata-katanya sendiri sambil menoleh kearah Khouw Kiam Siu. ―Pedang itu kini berada dalam tanganmu. Aku khawatir dengan munculnya pedang pusaka itu kalangan Bu-lim akan mengalami kekacauan2 lagi!"
―Tetapi, apakah yang membuat semua orang ingin memiliki pedang buntung ini?" tanya Khouw Kiam Siu.
―Menurut cerita yang tersiar, asal mulanya Thian-kong kiam adalah milik suami isteri yang terkenal dengan julukan Ban-mo-thian-cun, yang hidup pada zaman 500 tahun yang silam."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
98
si kakek bercerita lagi. ―Dengan pedang itu, kedua suami isteri tersebut telah merajai kalangan Bu-lim. Mereka berhasil mengalahkan 9 partai silat terbesar serta tenar namanya pada zaman mereka itu."
Kemudian, atas pertanyaan Khouw Kiam Siu mengapa pedang itu menjadi buntung, si kakek lalu meneruskan ceritanya di atas.
Suami isteri Ban mo thian-cun telah menjagoi dikalangan Bu-lim, namun pada suatu hari, entah mengapa, pasangan itu tiba-tiba merasa menyesal atas perbuatan-perbuatan mereka dan bertekad mencuci tangan dengan mengasingkan diri disuatu tempat terpencil.
Mereka tidak mempunyai ahliwaris untuk memperkembangkan terus ilmu-ilmu dahsyat yang dimiliki mereka itu dan karena merasa sayang, si suami lalu berusaha mencatat intisari daripada ilmu-ilmu tersebut dengan maksud orang yang akan beruntung menemui catatan itu mengenang terus nama Ban mo-thian-cun.
Tetapi, usaha itu ternyata meminta kesabaran serta ketelitian yang sangat dan baru 12 tahun kemudian ilmu Thian kong ngo sut atau 5 siasat membingungkan lawan, berhasil dipindahkan dalam bentuk ukiran, keatas permukaan pedang Thian-kong-kiam!
Hari berganti dan musim pun berubah tanpa terasa 200 tahun telah berlalu. Pada suatu hari pedang Thian-kong-kiam telah diketemukan dipuncak Cit kai hong dipegunungan Heng-san oleh dua orang dari satu seperguruan, yalah Ang Kiat dan Ouw Kiat atau lebih terkenal dengan julukan Ang Ouw ji-kiat, si Iblis Merah dan Hitam.
Enah bagaimana, berita tentang telah diperolehnya pedang Thian kong-kiam tahu2 sudah tersebar ke seluruh pelosok dunia Kang ouw, dan tidak kurang daripada 1000 jago-jago telah secara berbondong-bondong tiba di pegunungan tersebut untuk merebut pedang pusaka itu.
Pertarungan dahsyat tidak bisa dihindarkan lagi, dan ternyata orang-orang yang bertekad merebut pedang itu bukan tanding Ang Ouw ji-kiat, mereka semua dihajar hancur lebur dan terpaksa harus meninggalkan pegunungan Heng-san sambil menderita luka atau bantu menggotong mayat kawan2 mereka.
Puncak Cit kai-hong sudah sepi, hanya tampak Ang Ouw ji-kiat saja, namun suatu pertarungan akan segera terjadi lagi, karena kedua saudara seperguruan itu masing-masing berwatak loba serta tamak dan masing-masing ingin memiliki pedang Thian-kong-kiam!
Mereka lalu membuat syarat, yalah mereka akan bertarung secara adil dan yang menang akan memiliki pedang tersebut!
Demikianlah, mereka segera bergebrak dengan melancarkan jurus-jurus yang sudah diketahui oleh kedua belah pihak. Keduanya menyadari bahwa hanya dengan kelincahan dan tipu muslihat sajalah, kemenangan mutlak baru dapat direbutnya.
Beberapa ratus jurus telah lewat dan kedua orang itu masih tampak sama unggul serta kuat. Pertarungan berlangsung terus hingga 1000 jurus dan masih juga belum ada yang kalah atau tampak akan menyerah, namun keduanya sudah kehabisan tenaga untuk meneruskan pertarungan itu. Sambil tersengal-sengal Ang Kiat meloncat mundur dan berseru:
―Sutee! Kita akan melanjutkan pertarungan ini lain kali, bagaimana kau pikir?"
―Siapa yang akan menyimpan Thian-kong-kiam?" tanya Ouw Kiat.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
99
Ang Kiat segera mematahkan pedang Thian-kong-kiam, bagian ujungnya dimasukkan kedalam sakunya sedangkan bagian bawah berikut gagangnya diserahkannya kepada adik seperguruannya seraya berkata:
―Agar kau atau aku tidak bisa mempelajari ilmu Thian-kong-ngo-sut, kau ambillah sebelah pedang ini. Kita akan bertarung lagi disuatu tempat tertentu dan yang menang akan memperoleh pedang ini seluruhnya!"
―Kapan dan dimana kita akan bertemu lagi?" tanya Ouw Kiat sambil menerima potongan pedang yang diangsurkan itu.
Ang Kiat melirik dan matanya yang tajam segera dapat melihat bahwa mereka sedang diintai oleh beberapa orang yang masih belum berlalu dari situ. Maka ia segera menggores beberapa huruf ditanah memberitahukan waktu serta tempat yang ditanyakan itu. Setelah itu ia segera menghapus tulisannya dan berjalan pergi.
―Sekarang terbukti bahwa pedang buntung milik Ouw Kiat berada dalam tanganmu," kata si kakek kepada Khouw Kiam Siu. ―Satu peringatan yang harus kau ingat baik-baik yalah, karena telah memamerkan pedang itu, kau pasti akan menimbulkan iri-hati orang banyak, seumpama bisa terbang sekalipun, kau pasti akan dikejar!"
Khouw Kiam Siu tidak merasa gentar, karena menurut keterangan gurunya, Gouw Wie To, pedang Thian-kong-kiam itu mempunyai hubungan erat dengan dirinya. Ia mengawasi keempat mayat Yun bong Su-koay dan merasa heran mengapa Thian-lam Sin-kun justru memerintahkan keempat iblis itu untuk mencari pedang Thian-kong-kiam di tempat si Kakek cerdas.
―Aku harus pergi kedaerah selatan untuk menyelidiki hal ini," katanya dalam hati.
―Nah, ayohlah bersiap untuk menerima petunjuk-petunjukku," kata lagi si kakek.
―Aku sudah siap," sahut Khouw Kiam Siu sambil membetulkan duduknya.
Si kakek berjalan memutar ke belakang. Lalu serta merta ia menerkam dan mencekal batang leher Khouw Kiam Siu seraya membentak:
―Jangan bergerak, atau kepalamu akan hancur!"
Khouw Kiam Siu terkejut sekali mendengar ancaman itu. Cengkeraman dilehernya dirasakan semakin mengeras, tetapi dengan tenang saja ia lalu berkata:
―Locianpwee, apakah kau sedang berguyon?"
―Aku tidak pernah ingin berguyon!" bentak lagi si kakek dan dengan satu gentakan saja ia sudah berhasil merebut pedang Thian-kong-kiam dan Kim Gaib sambil meloncat mundur jauh ke belakang.
Secepat kilat Khouw Kiam Siu meloncat bangun dan melepaskan jotosan kearah kakek itu.
Si kakek dengan tidak kalah cepatnya sudah menggantung Kim Gaib dan memancangkan Thian kong-kiam di punggungnya. Sambil tertawa ia menangkis dan balas menjotos.. ―DUK!"
Tampak Khouw Kiam Siu seperti bola karet membentur tembok membal ke belakang! Sedangkan si kakek tetap berdiri tegak di tempatnya semula.
Sementara itu, Cui-beng Lo-sat yang lebih bersimpati terhadap sipemuda, tiba-tiba mencelat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
100
maju, dia mengirim tinjunya dalam jurus Bo-im-sin hong ciang.
Si kakek dengan tenang saja memiringkan kepalanya sambil mengangkat tangan kirinya dan menekan lengan gadis itu.
―Bocah perempuan!‖ bentaknya lantang. ―Posisimu kurang baik dan jurus Bo im sin-hong ciang jangan sekali-kali dilancarkan tanpa mengerahkan tenaga dalammu!"
Berkata demikian, ia segera menyerang Khouw Kiam Siu lagi. Jari tangan kirinya terbentang lebar dan bermaksud mencakar muka, sedangkan tinju kanannya meluncur kearah dada pemuda itu.
Khouw Kiam Siu sudah tidak berhasil menunaikan dua tugas yang diberikan oleh Khouw Kie Cong, itu saja sudah merupakan suatu pukulan tepat ditengah-tengah kepalanya. Kini pedang Thian-kong kiam dan Kim Gaib telah direbut oleh kakek itu, maka matanya tiba-tiba jadi gelap!
―Hari ini kau atau aku!" katanya dalam hati. Mendadak tampak tangan kanannya menggait cengkeraman. Tangan kirinya menangkis untuk kemudian menghimpit lengan kakek itu dan sekonyong-konyong ia menggentak kebelakang.
Si kakek yang tidak menduga sama sekali pemuda itu akan balas menyerang dengan cara seaneh itu, tiba-tiba mengerahkan tenaga agar berat badannya, seluruhnya tersalur kebawah. Namun ia menjadi kaget sekali, tubuhnya dirasakan terangkat untuk kemudian meluncur melalui kepala pemuda itu! Agar tidak terbanting, dilancarkannya jurus Kun-tee-hio-louw atau Labu bergelinding ditanah.
Kesempatan yang baik itu ternyata tidak disia2kan oleh Cui-beng Lo sat yang telah menerima petunjuk-petunjuk cara melancarkan jurus Bo im-sin-hong-ciang. Kaki kanannya diajukan didepan sedikit begitupun tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya ditarik kebelakang dan dalam posisi itulah ia tiba-tiba menyerang si kakek.
Si kakek yang baru saja berdiri, lekas-lekas mengegos. Namun hembusan angin serangan jurus Bo im-sin-hong-ciang yang telah dilancarkan dengan betul (atas petunjuknya), membuatnya terdampar dan terhuyung kesamping!
Cui-beng Lo-sat girang sekali. Ditatapnja Khouw Kiam Siu yang sudah siap untuk menyerang lagi, ketika si kakek berseru:
―Berhenti!"
―Berikan kembali Thian-kong-kiam dan Kim Gaibku, atau..."
―Hee, hee, hee! Kau sudah dapat melancarkan serangan-seranganmu dengan hebat! Bagus!" sahut si kakek sambil tertawa terus.
Khouw Kiam Siu maupun Cui-beng Lo-sat terdiam melihat sikap kakek itu yang mendadak agak berubah.
―Aku terpaksa menyerang dan membuat kau marah," kata lagi si kakek. ―Karena hanya dengan jalan itu saja petunjukku dapat lebih mudah dimengerti olehmu!"
―Apa yang lebih mudah dimengerti?" tanya Khouw Kiam Siu yang masih bingung.
―Tatkala kau balas menyerang tadi, aku telah menggunakan ilmu Cian-kin-tui atau ilmu Terpendam dalam tanah karena berat ribuan kati. Dengan ilmu itu, aku seolah-olah sudah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
101
tertancap ditanah dan tidak bergeming, tetapi ternyata kau sudah berhasil melemparkan aku, itu suatu bukti bahwa kau sudah mahir melancarkan tenaga sakti pemberian Khouw Kie Cong!"
Berkata begitu, si kakek lalu melepaskan lagi Kim Gaib dan pedang Thian-kong-kiam dari punggungnya yang kemudian diserahkan kembali kepada Khouw Kiam Siu seraya berkata lagi:
―Nah, marilah dengar lagi keteranganku."
Khouw Kiam Siu menerima kedua benda pusaka itu dan tidak mengatakan apa-apa.
―Sebelum Khouw Kie Cong datang keatas puncak Kiat-yun-hong ini," si kakek melanjutkan. ―Puncak ini adalah tempatku bersemayam."
―Apakah Khouw Kie Cong telah mengusir Locianpwee?" tanya Khouw Kiam Siu.
―Oh..... tidak. Pada suatu hari dia datang disini dan menemui lubang goa. Aku mengawasi saja gerak-geriknya tanpa diketahui olehnya. Sekilas saja aku sudah mengetahui bahwa dia tengah dirundung malang, dan karena merasa kasihan, aku tidak mau mengganggunya. Pada suatu hari, setelah mengatur segala sesuatu demikian rupa aku berhasil menjumpainya dan kita menjadi sahabat."
―Mengapa Khouw Kie Cong tidak pernah memberitahukan hal ini padaku?"
―Aku tidak tahu. Tetapi marilah dengar kisah selanjutnya. Persahabatanku dengan siorang she Khouw itu demikian akrabnya sehingga tanpa diminta, ia menceritakan juga tentang riwayat dirinya. Dia adalah murid Hu-Tek-Kek, si Tamu ganjil dan putera pertama Khouw Bu Wie, si Muka alim."
―Tunangan Ma siocia?"
―Bukan! Tali pertunangan Ma siocia diikat kepada puteranya Khouw Bu Wie yang kedua."
―Siapa namanya?"
―Aku tidak tahu," sahut si kakek sambil menoleh kepada Cui beng Lo-sat dan melanjutkan:
―Ma siocia, tolong sampaikan pesanku kepada ibumu bahwa atas permintaan ayahmu, aku minta ibumu dan kau sendiri tidak lagi bersikap bermusuhan terhadap partai Siauw-lim dan Bu-tong.‖ lalu ia berjalan turun dari puncak itu.
―Khouw Heng," kata Cui-beng Lo sat. ―Sebelum kitapun berpisah, sudikah kau menolong aku?"
―Tentu! Katakanlah!" sahut Khouw Kiam Siu cepat.
―Jika kau menjumpai kakek yang memberikanmu pedang Thian-kong-kiam itu, aku minta kau memberitahukan padanya agar dia datang ke lembah Im-san-bain."
―Baik....."
Cui beng Lo-sat menatap pemuda tampan itu sejenak. Sekalipun mukanya tertutup oleh kain hitam, namun dari sikapnya dapat dilihat bahwa ia sedang bersenyum! Sejurus kemudian, ia mengangguk dan segera mengajak keempat kawannya meninggalkan puncak itu.
Khouw Kiam Siu mendaki lagi ke atas puncak untuk mencari sekali lagi. Ia memanggil2
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
102
nama Khouw Kie Cong dalam suasana yang gelap itu, dan sebagai sahutan hanya terdengar suara serangga yang beraneka ragam.
"Aku harus pergi ke puri Kiam Pao dan menolong Thio Siok Ngo," katanya dalam hati sambil duduk di atas sebuah batu. ―Baru kemudian pergi ke selatan menjumpai Thian lam Sin-kun!" lalu direbahkan tubuhnya untuk kemudian tertidur disitu.
KEESOKAN harinya, pagi2 sekali Khouw Kiam Siu sudah bangun. Setelah melatih ilmu silatnya sebentar, ia lalu jalan turun dari puncak Kiat yun hong untuk menuju ke puri Kiam Pao.
Untuk memperpendek jarak yang harus ditempuhnya itu, dibelokkan larinya kearah sebuah hutan yang semak belukar. Dan baru saja ia masuk kedalam hutan itu, tiba-tiba terdengar suara berkeresek yang kemudian disusul dengan munculnya seorang yang memanggul sesosok tubuh.
Gerak-gerik orang itu demikian mencurigakan, seolah-olah suatu perbuatan terlarang yang hendak dilakukannya dipergok. Tanpa menoleh kebelakang lagi, ia berlari dengan pesat sekali.
―Gak Cun !‖ seru Khouw Kiam Siu kaget.
Orang itu tidak berhenti ataupun menyahut. Sambil memanggil| terus sesosok tubuh yang berpotongan ramping itu, ia berlari terus.
Khouw Kiam Siu mengejar dan jadi terkejut sekali ketika mengenali bahwa orang yang dipanggul oleh orang itu yang bukan lain dari pada Gak Cun, adalah Kat Ju Hui! Segera diperkeras larinya dan menyapu dengan sebelah kakinya sehingga Gak Cun terjerumus sambil melepaskan tubuh Kat Ju Hui yang jadi jungkir-balik ditanah!
Sambil meringis-ringis Gak Cun berbangkit, kemudian dengan sikap agak tersipu ia berseru:
―Eeh, Khouw Heng! Kita sudah berjumpa lagi!"
Khouw Kiam Siu yang sudah mencurigai pemuda itu menghampiri Kat Ju Hui yang masih menggeletak ditanah seolah-olah mati.
―Apa maksudmu membius gadis ini?" tanyanya kaku.
―Aku....aku tidak membius....gadis itu memang sedang tidur nyenyak..." sahut Gak Cun gugup.
―Hei, jahanam! Aku sudah mengetahui apa yang terkandung dalam hati binatangmu! Nah, pergilah sebelum aku menghajarmu!"
―Jadi kau mau mengusik2 urusanku ini?!" bentak Gak Cun yang tiba-tiba jadi beringas.
―Ya!"
Serentak dengan sahutan Khouw Kiam Siu itu, Gak Cun sekonyong-konyong mengirim jotosan2nya.
Khouw Kiam Siu tidak menangkis. Ia menyerang tinju yang sedang meluncur kearah dadanya itu dan tampak Gak Cun terdorong mundur sambil terputar2 dan muntahkan darah! Ia sudah ingin memberi hajaran kepada pemuda yang bermaksud melakukan perbuatan tidak senonoh itu, ketika terdengar Kat Ju Hui menggeram. Seketika dibatalkan maksudnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
103
itu dan memburu kearah si gadis.
―Hah, kau?!" teriak Kat Ju Hui ketika mengenali orang yang menghampirinya itu.
―Ya.... aku...." sahut Khouw Kiam Siu.
―Mana si binatang she Gak?!"
Khouw Kiam Siu menunjuk kearah mana Gak Cun tadi telah diserangnya, tetapi ia tidak melihat pemuda itu, maka ia lalu kata:
―Dia sudah pergi !"
―Kau telah menghajarnya?"
―Ya."
Paras Kat Ju Hui tiba-tiba berubah. Ia mengetahui bahwa Gak Cun telah berhasil menipunya datang disitu lalu membiusnya dan merasa yakin tatkala ia pingsan, pemuda jahanam itu telah mencemarkan kehormatannya.
―Khouw Kiam Siu!" teriaknya. ―Aku kini sudah tidak lagi berhak memilikimu, tetapi ketahuilah, bahwa aku masih tetap mencintaimu!"
Berkata demikian, ia segera meloncat pergi. Khouw Kiam Siu ingin mengejar untuk memberitahukan bahwa Gak Cun sudah keburu dipergokinya sebelum pemuda itu melakukan sesuatu yang melanggar kesusilaan, ketika ia mendengar seseorang memanggil namanya dengan nada suara yang gaib. Cepat diputar tubuhnya dan terkejut melihat seorang yang berpakaian serba hitam dan mengerudungi muka serta kepalanya dengan selembar kain hitam juga.
―Si Algojo!" serunya dalam hati kaget mendapat kenyataan Si Algojo mengetahui namanya.
―Kau telah melukai Gak Cun, tidak gentarkah kau akan guru pemuda itu?" tanya si Algojo.
―Aku akan membunuhnya jika perlu!"
―Tahukah kau siapa guru pemuda she Gak itu?"
―Aku tidak perduli! Jika sekali lagi saja ia berani melakukan hal seperti ini, aku akan membunuhnya!"
―Pernah kau mendengar tentang kesepuluh tokoh persilatan dari zaman beberapa puluh tahun yang lalu?"
―Aku pernah mendengar! Apakah guru jahanam itu salah satu diantara kesepuluh manusia luar biasa itu?"
―Betul! Guru Gak Cun bernama julukan Phan-yun-siu, si Pelangi, yang sangat ditakuti karena ilmunya Phan-yun-ciang atau ilmu jotosan mengusir awan!"
―Aku tidak gentar sedikitpun!"
―Hee, hee, hee! Baiklah jika kau mengatakan demikian!" si-Algojo tiba-tiba mengangkat mukanya kearah punggung Khouw Kiam Siu dan berkata lagi:
―Apakah itu pedang Thian-kong-kiam?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
104
Khouw Kiam Siu melirik keatas untuk kemudian mengawasi si Algojo.
―Ya!" sahutnya tenang sekalipun diam-diam merasa terkejut juga melihat si Algojo agaknya sangat tertarik akan pedangnya itu.
―Thian-kong kiam merupakan suatu benda yang senantiasa menjadi perebutan dikalangan Bu-lim. Tiap orang yang berkecimpung dikalangan tersebut ingin memiliki pedang itu. Selain itu, sudah tersiar kabar bahwa kau membawa-bawa dua mustika dan satu teka-teki, dengan demikan, kau telah membuat tokoh2 persilatan yang sudah mengasingkan diri dipegunungan terpencil, satu demi satu, sudah mulai gentayangan lagi.‖
―Dengan maksud merebut dua mustika dan satu teka teki itu, tentu?"
―Betul!"
―Apakah kaupun berkehendak seperti mereka itu?"
―Sungguh pandai kau menebak! Hanya aku tidak lagi mempunyai minat terhadap Kim Gaibmu itu, disamping aku mengetahui juga bahwa batu mujizat Ban lian-ciok-tam tidak berada dalam sakumu!"
Untuk beberapa saat Khouw Kiam Siu terdiam. Heran ia mendapat kenyataan si Algojo mengetahui batu mujizat Ban lian-ciok tam tidak dimilikinya.
―Jadi kau ingin merebut pedang buntungku ini?" akhirnya ia menanya juga.
―Ehm .... bolehlah jika mau dikatakan demikian! Dan aku mengetahui juga di dalam sakumu masih ada serupa benda….‖
‖.....???!"
―Benda yang dibungkus oleh kain hitam!"
Khouw Kiam Siu melangkah mundur karena kagetnya. Ia betul-betul tidak mengerti jika si Algojo bisa mengetahui segala sesuatu yang berada dalam tubuhnya.
―Tidak beberapa jauh dari sini sudah menunggu beberapa orang yang bermaksud menggempurmu ....." kata lagi si Algojo sambil menunjuk ke suatu arah tertentu.
―Mereka mencari mampus!" teriak Khouw Kiam Siu sengit.
―Khouw Kiam Siu! Tahukah kau bahwa dengan kata-katamu yang besar itu, kau pasti akan tergelincir?"
"Dan aku minta kau tidak turut campur dalam urusanku ini!"
Setelah membentak Khouw Kiam Siu segera meloncat pergi tetapi dengan satu gerakan yang lincah, si Algojo sudah berhasil menghadangnya.
―Hei, algojo! Apakah kau betul-betul bermaksud merebut pedangku ini?!" teriak Khouw Kiam Siu kalap. Si Algojo bersikap tenang sekali.
―Aku bermaksud membantumu dengan tolong menyimpankan pedang yang selalu diarah itu," sahutnya. ―Dan kau dapat mengambilnya kembali kapan saja!"
―Aku bisa menjaga milikku sendiri, tidak usah kau khawatir !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
105
―Kau takkan mampu!"
―Kau coba-cobalah jika tidak percaya!"
―Aku tidak mau!"
―Mengapa? Kau tentu tidak mampu, bukan?"
―Aku lebih suka kau menyerahkan Thian-kong kiam dengan rela, agar kita tetap sebagai sahabat2!‖
―Ha, ha, ha! Kau terlalu omong besar!"
Dengan sikap acuh tak acuh, si Algojo mengangkat kedua tangannya yang berkuku tajam serta bengkok seperti gaitan baja, tiba-tiba dengan gerakan pesat sekali dilonjorkan kedua tangannya itu dan mencengkram.
Cepat luar biasa Khouw Kiam Siu sudah melepaskan Kim Gaibnya yang segera digunakan untuk menangkis. Namun dengan gerakan yang tidak terduga sama sekali cengkeraman itu berubah menjadi jotosan yang entah bagaimana tahu2 sudah menghajar bahunya. Tampak tubuhnya tergoncang hebat dan untuk beberapa saat ia berdiri terdiam! Tatkala semangatnya pulih kembali, pedang Thian-kong-kiam sudah berada dalam cekalan si Algojo!
―Algojo! Kembalikan pedangku itu!" bentaknya cemas.
―Hee, hee, hee! Aku sudah mengatakan bahwa kau takkan mampu melindungi benda pusaka ini, dan terbukti memang demikian! Maka aku terpaksa harus menyimpan juga bungkusan yang berada dalam sakumu!"
Berkata begitu seketika ia meloncat menerkam. Kedua tangannya bergerak demikian tangkas serta lincah membingungkan. Tangan kanannya meluncur seperti hendak menempiling, namun begitu Khouw Kiam Siu menangkis, tangan kirinya diulur dan sekejap saja sudah berhasil merogoh keluar bungkusan Khouw Kie Cong yang harus diserahkan kepada Cio Tin, si gadis yang bertahi lalat sebesar kacang kedele, puteri pemimpin besar partai Hong-bie pang!
―Khouw Kiam Siu!" serunya sambil meloncat mundur jauh ke belakang. ―Ketahuilah bahwa kedua benda ini berada dalam tanganku melulu sebagai barang titipan. Aku akan mengembalikan lagi padamu pada saat kau sudah tidak lagi terancam. Nah, sampai kita jumpa lagi!"
Karena terkejutnya Khouw Kiam Siu melihati saja larinya si Algojo. Baru kemudian memburu sambil berteriak-teriak gusar, namun orang yang dikejarnya itu sudah ditelan kegelapan malam.
Kepalanya dihantam2 dengan telapak tangannya sendiri, seolah-olah hendak mengusir kekosongan yang menyelinap kedalam otaknya itu. Betapa tidak, bungkusan yang tidak diketahui apa isinya, yang tidak boleh terjatuh kedalam tangan orang lain dan pedang Thian-kong kiam yang berhubungan erat dengan riwayat hidupnya, sudah dibawa mabur oleh si Algojo, meskipun katanya untuk disimpan.
Siapakah sebenarnya si algojo itu? Dapatkah dia dipercaya?
Rasa kecewanya menjadi-jadi tatkala mengetahui bahwa kepandaiannya masih sangat terbatas. Ini dapat jelas dilihat dari pertarungannya melawan si Algojo yang dalam dua gebrakan saja dan tanpa melukainya, telah sekaligus berhasil merampas Thian-kong kiam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
106
dan bungkusan Khouw Kie Cong yang tersimpan dalam sakunya!
Lama juga ia bercokol disitu tanpa menghiraukan nyamuk2 yang senantiasa menyerang seperti kapal-kapal jet. Baru ia tersadar ketika mendengar ayam berkokok menyambut kedatangan sang fajar. Sejurus kemudian, sang surya pun sudah memperlihatkan wajahnya.
Ia berbangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri sebuah sungai yang berada tidak jauh dari tempat itu. Pada saat tertiarap ditepi sungai itu, dilihatnya bayangan seorang gadis yang berpakaian serba putih di atas permukaan air sungai itu.
―Ngo Moy!‖ serunya tanpa terasa.
―Siapa yang kau panggil?!" demikianlah terdengar suara bernada lembut menanyanya agak ketus.
Secepat kilat dibalikkan kepalanya sambil meloncat berdiri. Dibawah sebuah pohon tidak beberapa jauh dari tepi sungai itu, tampak seorang wanita tengah berdiri dengan sikap yang angkuh sekali dan mukanya pun dikerudungi kain putih.
―Maaf!" katanya jengah. ―Aku salah lihat ..." lalu lekas-lekas ia berjalan pergi.
―Berhenti!" bentak wanita itu kaku.
Seketika Khouw Kiam Siu menghentikan langkahnya dan melirik kebelakang. Kemudian dibalikkan tubuhnya dan menanya: ―Ada apakah?"
―Kau membawa-bawa alat tetabuhan itu, bukankah kau Khouw Kiam Siu?"
―Betul. Lalu mengapa?"
―Oh.....tidak apa-apa. Aku hanya ingin kau meninggalkan barang2 itu."
Pada saat itu juga Khouw Kiam Siu diam-diam sudah menginsyafi akan kebenaran peringatan si Algojo yang mengatakan bahwa beberapa puluh orang sudah menantikannya untuk merebut pedang Thian-kong-kiam dan batu mujizat Ban-lian-ciok-tam. Namun ia masih berlagak tidak tahu dan menanya: ―Barang2 apa?"
―Kau masih pura2? Aku minta kau meninggalkan Thian-kong kiam dan Ban-lian-ciok-tam!"
Serentak dengan berakhirnya kata-kata wanita itu, entah darimana tiba-tiba meloncat keluar beberapa puluh orang. Diantaranya tampak tiga orang kakek, seorang tojin dan orang hweeshio yang semuanya berwajah tamak.
Tanpa menghiraukan kepada wanita itu maupun Khouw Kiam Siu, si hweeshio yang bertubuh gemuk dan mengenakan jubah berwarna merah, tiba-tiba berkata kepada si tojin:
―Yat Bok To-heng, apakah tidak baik jika kita berdamai dulu dengan ketiga kakek itu?"
―Aku kira tidak perlu kita hiraukan yang lain-lain !" sahut si tojin dengan sikap congkak sekali. Dialihkan pandangannya kearah ketiga kakek itu dan melanjutkan:
―To-sia Sam-lo! Bsgaimana pendapat kalian jika aku dan Khong Suheng mengambil pedang Thian-kong-kiam dan kalian mengambil batu mujizat Ban-lian ciok-tam?"
―Bagus!" sahut salah satu diantara ketiga kakek itu. ―Kami, Tiga kakek dari kota To-sia, tidak berkeberatan dengan usul Yat Bok Tojin itu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
107
Percakapan yang seolah-olah memandang remeh kepada beberapa puluh orang yang juga ingin merebut Thian kong-kiam dan Ban-lian-ciok-tam itu, membuat suasana tiba-tiba jadi gaduh dengan suara geraman atau dengusan. Pada saat yang sama, seorang yang berusia setengah abad, bermata besar dengan tulang pipinya yang tinggi, melangkah keluar dari rombongan itu dan berkata:
―Apakah aku tidak mau diperhitungkan dalam perebutan kedua pusaka itu?"
―Ee, Thio Dji Hai! Kaupun ingin diperhitungkan?!" tanya Yat Bok Tojin mengejek.
―Tentu! Dan ingatlah, semua orang yang berada disini harus diperhitungkan !‖ seru Thio Dji Hai sengit.
Yat Bok Tojin jadi gusar. Sekonyong-konyong ia menerkam Thio Dji Hai dengan kedua tangannya yang berkuku runcing serta bengkok seperti gaitan.
Thio Dji Hai memang sudah siap menghadapi serangan, dengan tenang saja ia memutar tubuhnya dan berhasil mengelakkan terkaman itu. Namun sebelum ia keburu balas menyerang, terkaman yang kedua sudah datang lagi dan terdengar ia melepaskan jeritan seram sambil terdorong ke belakang. Baju dibagian perutnya sudah tersobek dan ketika satu terjangan tinju menghajar dadanya, tidak ampun lagi tubuhnya terpental dan roboh terjengkang!
Yat Bok Tojin tertawa berkakakan seram sambil mengangkat kedua tangannya keatas. Kemenangan itu membuatnya berubah seperti orang gila.
―Hei, kalian!" bentaknya. ―Siapa lagi yang merasa tidak puas dipersilahkan keluar!"
Serentak dengan selesainya tantangan itu, lima orang yang semuanya berusia kira-kira setengah abad, tampil kemuka dengan wajah2 beringas.
Yat Bok Tojin bersikap tenang. Tampak wajahnya terhias oleh senyuman dingin ketika ia berkata:
―Ha, ha, ha! Cwan-tiong-ngo-lang pun agaknya sudah bosan hidup ya?"
Cwan tiong-ngo lang atau Lima srigala dari propinsi Su-cwan serentak menggeram mendengar ejekan itu. Seorang yang berusia paling tua diantara kelima orang itu segera berkata:
―Thio Dji Hai adalah kawan karib kami berlima, kami bahkan berhutang budi...."
―Ha, ha, ha. Dengan lain perkataan kalian berlima bermaksud membalaskan sakit hati siorang she Thio itu?" selak Yat Bok Tojin.
―Betul !"
Sahutan itu dibarengi dengan meloncatnya kelima saudara seperguruan itu, yang masing-masing melepaskan jotosan2 hebat.
Yat Bok Tojin memutar2 kedua tangannya yang berjari tegang untuk menangkis serangan serentak itu. Tetapi sedikit demi sedikit ia sudah mulai terdesak. Ia melawan terus dan setelah sepuluh jurus lewat, maka ia hanya bisa menangkis atau mengelakkan serangan-serangan tanpa mampu balas menyerang. Tiba-tiba ia meloncat mundur dan berseru:
―Tahan! Aku mempunyai usul untuk kalian!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
108
Cwan-tiong-ngo lang tidak menyerang terus.
―Usul apa?" tanya salah seorang.
―Bukankah kedatangan kalian disini untuk merebut Thian kong kiam?" tanya Yat Bok Tojin.
―Betul!"
―Bagaimana jika kita bekerja sama?"
―Maksudmu?"
―Kita akan merebut dulu pedang pusaka itu, baru kemudian memperbincangkan lagi tentang siapa-apa yang akan memperoleh Thian-kong-kiam dan Ban-lian-ciok-tam..."
Cwan-tiong-ngo-lang tidak lantas menyahut. Mereka berembuk beberapa saat lamanya baru kemudian salah seorang menyahut:
―Baik! Dan awas, jangan kau main kayu!"
Yat Bok Tojin menyeringai sambil menghadap kepada si hweeshio gemuk dan berkata:
―Khong Suheng, ayohlah kita mulai!"
Si hweeshio gemuk yang berjubah merah yang ternyata Khong Kong Hweeshio itu segera menghampiri Khouw Kiam Siu.
―Hei, anjing kecil! Jika kau masih ingin hidup, ayohlah, keluarkan Thian-kong kiam dan Ban-lian ciok-tam!"
―Aku tidak memiliki kedua benda yang kau maksud itu !" sahut Khouw Kiam Siu kaku.
"Jika demikian halnya, aku terpaksa harus merebut dengan kekerasan!"
Seketika Khouw Kiam Siu melepaskan Kim Gaibnya dan tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia segera menyerang biarawan gemuk itu.
Khong Kong Hweeshio menganggap remeh, sambil tertawa panjang ia menangkis dan begitu lengannya beradu dengan senjata lawannya itu, tiba-tiba dirasakan tubuhnya terdorong oleh suatu hembusan angin santar. Selagi ia berusaha mengimbangi badannya yang gemuk itu, satu tempaan Kim dengan tepat telah menghantam kepalanya yang gundul sehingga ia roboh terguling.
To-sia Sam lo yang semula juga menganggap remeh kepada si pemuda she Khouw jadi kaget sekali. Namun ketamakan untuk memiliki Thian kong kiam atau Ban lian ciok tam memaksa mereka untuk menggempur juga pemuda yang cekatan itu. Serentak mereka menerkam sambil menghujani jotosan2 dahsyat.
Khouw Kiam Siu memutar alat tetabuhannya dan pada jurus yang pertama itu ia sudah berhasil menyodok salah seorang kakek yang sekonyong-konyong menjerit dan roboh, sedangkan sisa yang dua, tidak lebih daripada sepuluh jurus pun berhasil ia lumpuhkan.
"Ayoh!" serunya kalap. ―Siapa lagi yang masih keranjingan Thian-kong-kiam dan Ban-lian-ciok-tam, majulah !‖
―Hee, hee, hee! Bocah ingusan, memang apa yang kau perlihatkan itu hebat sekali! Tetapi jangan harap kau akan mampu meninggalkan tempat ini tanpa mau menyerahkan kedua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
109
benda pusaka itu!" kata Yat Bok Tojin sambil mengangkat kedua tangannya yang berkuku runcing dan menerkam.
Khouw Kiam Siu sudah melihat bagaimana Thio Dji Hai sudah dicakar perutnya oleh biarawan yang ganas itu, tetapi ia tetap bersikap tenang. Ditunggunya cakaran lawannya itu dengan tabah dan tidak lepas dari rasa hati-hati, begitu kuku2 yang seperti gaitan itu sudah hampir mencengkeram batok kepalanya, tiba-tiba ia menggeser ke-samping dan membuat biarawan itu nyelonong sambil menggeram kecewa.
Yat Bok Tojin sudah mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh lawannya itu. Cepat dibalikkan tubuhnya dan bermaksud menerkam lagi, tetapi terdengar ia menggeram tertahan dan roboh terjengkang, Kim Gaib sudah lebih dulu menghajar kepalanya yang gundul!
Khouw Kiam Siu bersenyum puas melihat hasil pertarungannya itu. Rasa hatinya demikian bergelora sehingga ia terlupa akan bahaya lain yang masih terus mengancam. Karena pada saat ia berdiri terdiam itulah, satu pukulan keras menghajar punggungnya dan membuatnya terhuyung beberapa langkah sambil muntahkan darah untuk kemudian tersungkur!
Dengan kepala dirasakan kosong, lamat2 ia mendengar suara tertawa yang mengguntur, yang kemudian disusul dengan bentakan mengancam:
―Bocah! Serahkan Thian-Kong-kiam dan Ban-lian-ciok-tam atau kau akan mati konyol!"
―Toa-ko, tidak usah banyak bicara kepada bocah kepala batu itu, hajar saja!" kata suara lain yang tidak kalah kerasnya.
Khouw Kiam Siu masih belum bergerak. Tampak dadanya kembang kempis dengan cepat untuk mengatur kembali napasnya yang tiba-tiba jadi memburu itu. Sejenak kemudian, ia berbalik dan perlahan-lahan duduk bersila sambil meletakkan alat tetabuhannya di atas pangkuannya. Kedua matanya yang berapi2 ditatapkan kearah Cwan tiong-ngo-lang.
Kelima srigala dari propinsi Su-cwan tertawa mengejek. Lalu dengan sikap mengancam mereka melangkah maju dan. . . .
―T i n n g g !! T i i n n g g ! Tiingg!!!"
Demikianlah dengan sangat terpaksa Khouw Kiam Siu harus membela diri dengan suara Kim Gaibnya dan Cwan tiong-ngo-lang ternyata tidak bisa menahan alunan Irama Maut yang melengking tinggi dan membuat suasana disitu seolah-olah tengah dilanda badai dan hujan lebat.
Semua orang berdiri terpaku dengan semangat entah terbang kemana. Mereka semua mendengar hal yang sama, yalah taupan menderu2 santar, setan-setan menangis dan iblis-iblis pun menjerit dalam suasana yang gelap dan dingin.
Dalam keadaan yang semakin menegang itu, tidaklah terlalu tepat jika dikatakan semua orang berdiri terpaku, karena seorang wanita yang berpakaian serba putih dan mengerudungi mukanya dengan selembar kain putih pula, dengan langkah-langkah seperti kucing berjalan menghampiri.
Irama Maut yang sangat ditakuti ternyata tidak membawa pengaruh apa-apa terhadapnya, yang dengan cepat saja sudah berdiri dibelakang Khouw Kiam Siu. Tangannya sudah diangkat dan membidik kearah umbun2 si pemuda she Khouw, namun entah mengapa tampak ia menggeleng-geleng kepalanya seperti enggan melakukan serangan yang pasti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
110
membawa maut itu dan menurunkan lagi tangannya.
KHOUW KIAM SIU menabuh terus hingga pada suatu saat ia tiba-tiba berhenti dan tiada seorang pun tampak mampu berdiri di atas kaki mereka sendiri, bahkan Cwan-tiong-ngo-lang pun sudah menggeletak tidak berdaya!
I menarik napas lega, namun seketika hidungnya berkerut dapat mengendus suatu hawa harum semerbak. Cepat dibalikkan tubuhnya dan melihat seorang wanita yang mengerudungi mukanya tengah berdiri disitu. Ia meloncat berdiri tetapi tanpa dapat ditahan lagi ia sekonyong-konyong roboh terbanting, karena bekas pukulan di punggungnya menimbulkan suatu rasa sakit yang sangat.
Ia merasa cemas sekali mengingat wanita itu tadi bermaksud merebut Thian-kong-kiam dan Ban-lian-ciok-tam. Sambil meringis-ringis kesakitan ia berusaha duduk bersila lagi dan berkata:
―Kau dapat membunuh aku sekarang!"
Wanita itu tiba-tiba tertawa cekikikan.
―Sekalipun aku tidak memukul, kau pasti akan tewas karena luka-lukamu itu," katanya.
―Ya, mungkin aku akan mati ..."
―Kau tampaknya tenang betul, apakah kau tidak takut mati?"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Diam-diam ia berusaha mengerahkan tenaga sakti Khouw Kie Cong untuk mengusir rasa sakit di punggungnya.
―Sebetulnya kau tidak mungkin mati jika....." kata lagi si wanita berkerudung tanpa menyelesaikan ucapannya itu.
―Jika apa?"
―Jika kau mau menggunakan batu mujizat Ban lian-ciok tam yang tentu dapat menyembuhkan luka-lukamu itu.‖
―Ya, mungkin. Tetapi aku tidak memiliki batu mujizat itu."
―Kau tidak memiliki batu tersebut?!"
―Tidak!"
―Kau berdusta!"
―Kau dapat menggeledah sendiri jika tidak percaya!"
―Sebagai seorang yang memiliki kepandaian demikian dahsyat kau bersedia digeledah?"
―Apa salahnya?!"
Siwanita mau atau tidak harus percaya bahwa Khouw Kiam Siu tidak pernah merebut Ban lian-ciok-tam dari Bian-san ji-kwi. Karena ia belum pernah berjumpa dengan seorang laki2 yang bersedia digeledah tubuhnya, dan jika Khouw Kiam Siu sampai minta digeledah, itu menunjukkan dengan jelas akan watak polos pemuda itu sendiri. Ia tertawa cekikikan dan berkata:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
111
―Baiklah. Aku percaya bahwa kau tidak memiliki batu mujizat itu. Tetapi aku tidak bisa berpeluk tangan saja melihat kau menderita hebat......"
―Kau bermaksud menolong aku ?‖
―Betul."
Khouw Kiam Siu tidak mengatakan apa-apa, ia sudah mengerahkan tenaga dalamnya cukup lama, meskipun tubuhnya sudah basah dengan keringatnya sendiri, namun ternyata rasa sakit dan nyeri di punggungnya hingga saat itu belum juga mereda, bahkan agaknya makin menjadi-jadi saja. Belum lagi keburu ia menyahut, wanita itu sudah berkata lagi:
―Bagaimana? Bersediakah kau aku tolong?"
―Apa syaratmu?" tanya Khouw Kiam Siu terpaksa.
―Mengapa harus memakai syarat segala?"
―Tetapi aku tidak sudi menerima budimu dengan Cuma2 ...‖
Hanya kata-kata itu saja yang masih bisa diucapkan oleh Khouw Kiam Siu, karena serentak dengan itu, suatu rasa sakit yang tidak tertahankan tiba-tiba menyerang jantungnya. Pandangannya mendadak jadi pudar untuk kemudian roboh pingsan!
Siwanita tidak menunggu lagi. Segera dikeluarkan sebuah botol yang berisikan semacam bubuk obat. Bubuk obat itu ditaruh di atas telapak tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya menyingkap kain kerudungnya untuk kemudian dipakai mengangkat kepala Khouw Kiam Siu. Tangan kirinya didekati ke lubang hidung pemuda itu dan.......
―Fhuu......"
Demikianlah, dengan cara itu, bubuk obatnya masuk kedalam lubang hidung Khouw Kiam Siu. Setelah menotok beberapa bagian tubuh pemuda itu, ia lalu duduk bersila dan menantikan, tanpa mengetahui bahwa perbuatannta itu tengah diintai dengan cermat oleh beberapa puluh pasang mata.
Tidak lama kemudian, beberapa orang yang mengintai itu pun sudah muncul disitu. Setelah mengawasi siwanita sebentar orang yang jadi peminpin rombongan itu segera menanya dengan ketus.
―Hei, Siapa kau?!"
Siwanita lekas-lekas berbangkit dan merasa bersyukur mukanya tidak dilihat oleh orang-orang itu ketika ia menyingkap kerudungnya untuk meniup bubuk obat ke lubang hidung Khouw Kiam Siu. Sekilas saja ia sudah mengenali bahwa sipemimpin rombongan itu adalah Thio Kun, putera pemimpin besar puri Kiam Pao. Justru kenyataan itu membuat sikapnya tiba-tiba jadi beringas.
―Kau tidak perlu mengetahui aku siapa!" bentaknya lantang.
―Kau kenal siapa bocah ini?" tanya lagi Thio Kun sambil berusaha menahan sabar.
―Itupun tidak perlu kau ketahui!"
―Kau mungkin belum tahu aku siapa, ya? Sehingga kau berani bersikap demikian kurang ajar!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
112
―Thio Kun! Jangan kau menggertak2 tidak keruan, apa maksud kedatanganmu disini?"
―Inilah maksudku!" sahut Thio Kun, dan serentak dengan itu, ia tiba-tiba menjotos.
Dengan tenang, tetapi cepat sekali, siwanita berkerudung mengegos, setelah itu iapun balas menyerang dengan mengebas lengan bajunya. Kebasan lengan baju yang tidak tampak luar biasa itu ternyata mengandung tenaga dorongan keras, sehingga Thio Kun yang belum keburu menarik kembali tinjunya terdampar beberapa langkah ke belakang.
Melihat kelihayan wanita itu, seorang kakek dari dalam rombongan Thio Kun lekas-lekas tampil kemuka sambil memperlihatkan sebuah bendera kecil yang berbentuk segitiga dan berwarna hitam dengan sebuah tanda lambang sebilah pedang emas di atasnya.
―Liehiap!" serunya. ―Kami diperintahkan untuk menawan pemuda she Khouw itu, maka aku minta kau rela menyerahkan bocah itu."
―Aku akan menyerahkan pemuda itu pada kalian, tetapi.... mengapa dia hendak ditawan?"
―Itu... . itu urusan pribadi puri kami dan kau tidak berhak turut campur!"
―Hii, hii, hii! Jika demikian, akupun tidak mau kalian turut campur dalam urusan pribadiku dengan pemuda she Khouw itu!"
Kakek itu menelan ludahnya dan tampak jelas sekali ia sedang berusaha menahan hawa amarahnya.
―Liehiap, kau tentu sudah mengetahui bahwa siapa saja yang berani menghalang2i usaha puri Kiam Pao akan mengalami kesukaran-kesukaran," katanya kemudian. ―Dan aku berharap kaupun tidak bersikap bermusuhan dengan pihak puri tersebut!"
Siwanita mengeluarkan suara ejekan. Mendadak tangan kanannya diangkat dan menuding kakek itu seraya berkata lagi dengan keras:
―Oleh karena itu kau yang terkenal sebagai si Pendekar dari desa Kauw ciu lalu mau membeo saja untuk gembong2 partai puri jahanam itu?!"
Wajah si kakek tiba-tiba berubah kaget dirinya dikenali. ―Siapa kau?" tanyanya getas.
―Hii, hii, hii! Aku siwanita berkerudung putih....."
―Dari partai mana kau?"
Siwanita tidak menyahut. Ia hanya tertawa cekikikan dengan nada yang menyindir.
Si kakek jadi menggigil karena gusarnya. Serta-merta ia meloncat dan menjotos.
Siwanita tidak mundur setapak pun. Diangkat tangannya dan menangkis pukulan yang keras itu, dan terdengarlah suara gemuruh orang-orang dari puri Kiam Pao seperti sarang tawon digeprak. Dibawah gemuruh suara itu, tampak si kakek terhuyung2 ke belakang!
―Enyah!" seru si wanita sambil melepaskan jotosannya kearah Thio Kun yang dengan licik sedang menghampiri Khouw Kiam Siu, sehingga sipemuda she Thio itu terguling!
―Angin ribut!" teriak si kakek yang sudah melihat gelagat kurang baik, dengan seruannya itu ia memberi isyarat agar semua orang-orangnya meninggalkan tempat itu selekas mungkin.
Siwanita berkerudung tidak mengejar, ia membiarkan saja si kakek membantu Thio Kun
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
113
berbangkit untuk kemudian dibawa pergi. Ia duduk bersila lagi disamping Khouw Kiam Siu yang tidak berapa lama kemudian tampak membuka matanya.
―Siaohiap,‖ katanya lembut, ―apakah punggungmu masih sakit?"
Dengan perasaan ragu-ragu Khouw Kiam Siu menggerakkan tubuhnya sedikit, dan ia menjadi girang, karena pada saat itu ia tidak lagi merasa sakit, begitupun setelah tubuhnya digerakkan. Perlahan-lahan ia berbangkit dan melihat sebuah bendera segitiga dengan tanda-tanda lambang sebilah pedang emas.
―Kiam Pao!" geramnya sengit.
―Ya, orang-orang dari puri jahanam yang dipimpin oleh Thio Kun sudah datang disini tadi," kata siwanita berkerudung.
―Dimana mereka sekarang?"
―Aku telah beruntung dapat mengusir mereka yang bermaksud menawanmu."
Khouw Kiam Siu menatap muka yang dikerudungi selembar kain putih itu. Ditelitinya juga potongan tubuh itu yang ramping serta penuh. Dan dari apa yang dilihatnya, ia dapat menarik kesimpulan bahwa wanita itu tidak mungkin berusia lebih dari tiga puluh tahun.
―Siocia telah dua kali menolong aku," katanya. ―Dan aku sangat berharap dapat membalas budimu yang besar ini."
―Aku sudah mengatakan tadi bahwa aku menolong tanpa syarat, maka aku tidak mengharap balasan apapun," sahut siwanita berkerudung.
―Terima kasih, siocia. Tetapi mengapa kau mau juga menolong aku? Bukankah kau ingin merebut dua benda dari aku?"
―Aku sudah berubah pikiran....."
―Bolehkah aku mengenal namamu?"
―Aku....aku tidak mempunyai nama....."
―Mengapa kau membatalkan maksudmu merebut Thian kong-kiam dan Ban-lian-ciok tam?"
―Mengapa kau tiba-tiba jadi demikian rewel seperti seorang nenek?!" siwanita berkerudung menegur agak ketus. ―Baiklah, agar kau tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak keruan, aku permisi saja sekarang!"
Berkata begitu, ia betul-betul berjalan pergi tanpa menoleh lagi kepada Khouw Kiam Siu yang jadi kaku seperti patung batu. Beberapa saat kemudian, ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengeluh:
―Haai, wanita!"
―Wanita mengapa?" Tiba-tiba terdengar seseorang bertanya. Bukan main kaget Khouw Kiam Siu. Ia mengira berada seorang diri saja disitu. Suara berkeresek dibelakangnya membuat ia berbalik dan berseru ....
―Algojo!"
―Hee, hee, hee! Ya, aku!" sahut orang berkerudung kain hitam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
114
―Ayoh kembalikan Thian-kong-kiam dan bungkusanku!"
Si Algojo tertawa panjang sambil menengadah keatas.
―Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku hanya menjaga milikmu itu untuk sementara waktu saja? Aku justru datang disini untuk mengembalikan milikmu itu. Jangan kau khawatir aku akan mengingkari janjiku. Tetapi maukah kau menjawab pertanyaanku dengan jujur?"
―Apa yang hendak kau tanyakan?"
―Betulkah kau bernama Khouw Kiam Siu?"
―Aku tidak pernah menukar she atau mengganti nama!"
―Bagus! Nah, cobalah katakan darimana kau peroleh pedang Thian-kong kiam ini? Dan ingat, kau harus menjawab dengan jujur!"
―Perlukah kau ketahui hal itu?"
―Ya!"
―Siapa kau sebenarnya?"
―Aku sudah mengatakan bahwa aku adalah si Algojo. Ayohlah katakan, darimana kau peroleh pedang Thian-kong kiam?"
―Aku tidak dapat memberitahukan hal itu."
―Baik, tetapi sudikah kau mengurus suatu urusan untukku?"
Khouw Kiam Siu tidak berani lantas menyetujui permintaan itu. Tengah ia menimbang-nimbang, si Algojo sudah berkata lagi:
―Sebagai balas jasa akupun akan mengurus suatu urusan untukmu, bagaimana?"
―Aku kira aku tidak memerlukan bantuanmu. Aku bisa mengurus urusanku sendiri !" sahut Khouw Kiam Siu dingin.
―Hee, hee, hee! Congkak! Betul-betul kau satu manusia yang sangat congkak! Pepatah mengatakan: Sepandai-pandai tupai meloncat, sekali-kali akan gagal juga! Begitupun akan terjadi dengan kau, aku atau pun siapa saja, pada suatu kali kita akan membuat kesalahan dan harus minta pertolongan orang lain!"
Tanpa terasa Khouw Kiam Siu menggigit-gigit jempolnya sambil mengawasi manusia aneh itu.
―Misalnya sekarang ini," kata lagi si Algojo. ―Kau ingin pergi ke dalam puri Kiam Pao untuk menyelidiki Thio Siok Ngo. Kau telah berusaha sekeras mungkin, tetapi kau pasti akan gagal!"
―Bagaimana kau mengetahui bahwa aku belum menjumpai gadis itu?"
―Haa, haa, haa! Kejadian apa saja di kalangan persilatan tidak mungkin luput dari telingaku. Kau mempunyai kans besar untuk masuk kedalam puri tersebut, tetapi kau pasti tidak bisa keluar lagi!"
―Mengapa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
115
―Keadaan dalam puri itu sangat luas dan penuh dengan rahasia sehingga seumpama kau berhasil menerobos masuk kedalam puri itu, kau akan menjumpai kesukaran-kesukaran untuk mencari Thio Siok Ngo. Bahkan anggota-anggota puri itu sendiri tidak mengetahui dimana gadis she Thio itu telah dikeram."
―Tahukah kau ada dimana gadis itu sekarang?"
―Tentu saja! Hee, hee, hee...‖
―Bagaimana nasibnya? Apakah dia masih hidup?"
―Haa…aku sudah mengatakan sepandai-pandainya kau meloncat pada suatu ketika kau pasti akan tersungkur! Haa, haa, haa!"
Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi sengit.
―Maukah kau menjawab pertanyaanku tadi?" tanyanya ketus.
―Jika kau sendiri mau tukar menukar dengan jasa. Ya!" sahut si Algojo agak menyindir.
―Apa syaratmu?"
―Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku dengan jujur."
―Tanyakanlah!"
―Apa hubunganmu dengan wanita yang berkerudung kain putih tadi?"
―Aku.....aku tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan wanita berkerudung itu, aku....aku bahkan tidak mengenal siapa dia sebenarnya!"
―Bohong!"
―Apa bohong?!"
―Dia menolongmu dia tidak gentar bermusuhan dengan pihak puri Kiam Pao, dan kau mengatakan tidak mengenal siapa dia sebenarnya! Bukankah itu suatu omong kosong belaka? Haa, haa, haa!"
―Aku sendiri bingung dan tidak mengetahui mengapa dia berbuat demikian baik terhadapku!"
―Uwah! Jadi tambah kalang kabut! Haa, haa, haa!"
―Hei, algojo....."
Si Algojo tiba-tiba mengangkat kedua tangannya sebagai isyarat agar Khouw Kiam Siu tidak melanjutkan kata-katanya itu. ―Kau marah?" tanyanya kemudian.
―Ya!"
―Haa, haa, haa! Coba saja kau pikir, apakah masuk akal jika seseorang yang sebetulnya ingin merebut Thian-kong-kiam dan ban-lian ciok tam tiba-tiba berbalik jadi Dewi penolong?"
Khouw Kiam Siu harus mengakui akan kebenaran ucapan itu, sehingga hawa amarahnya yang sudah bergolak mendadak mereda lagi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
116
―Ya, akupun merasa bingung..." sahutnya. ―Aku sudah berusaha menanyakan, tetapi jawaban yang diberikan sangat samar."
Si Algojo tampak berpikir. Kemudian dengan sikap sungguh-sungguh ia berkata:
―Mungkinkah wanita itu sudah jatuh cinta padamu?"
―Aku tidak tahu! Yah, jika dia jatuh hati padaku, itu urusannya sendiri, tetapi yang pasti yalah aku tidak mencintainya!"
―Jadi kau betul-betul tidak mengenalnya?‖
―Tidak!"
―Dengan demikian syaratku di atas tidak berlaku lagi !‖
―........???!‖
―Sebagai gantinya aku minta kau membuka kain yang mengerudungi muka gadis itu!"
Permintaan yang sungguh diluar dugaan itu membuat Khouw Kiam Siu berteriak:
―Aku tidak dapat melakukan itu tanpa mengetahui maksudmu!"
―Dan kaupun tidak akan mengetahui ada dimana Thio Siok Ngo!"
―Aku akan berusaha mencari sendiri!"
―Dan kaupun lupa bahwa Thian-kong-kiam dan bungkusanmu masih berada dalam sakuku....."
Khouw Kiam Siu mengertak giginya mendengar ancaman itu. ―Algojo !" serunya sengit. ―Ilmu silatmu banyak lebih lihay daripada apa yang aku miliki, dengan demikian kau pasti dapat menyingkap sendiri kerudung wanita itu, mengapa kau justru bersikap begitu kejam dengan menyuruh aku yang melakukan itu?"
―Karena aku sudah bersumpah bahwa seumur hidupku aku takkan bertarung melawan seorang wanita. Baiklah, jika kau ingin mengetahui juga maksudku meminta kau menyingkap kerudung wanita itu, aku akan memberitahukan juga."
―Katakanlah!"
―Aku sedang mencari seorang gadis dan jangan kau menanyakan mengapa aku berkehendak demikian. Wanita berkerudung putih itu justru memiliki ciri-ciri yang agak bersamaan dengan gadis yang sedang aku cari itu. Aku hanya ingin melihat mukanya dan selesai! Dapatkah kau menerima syaratku ini?"
Khouw Kiam siu berpikir sebentar.
―Apabila si Algojo hanya ingin melihat paras wanita itu, tidak salahnya jika aku membantu usahanya itu," pikirnya.
―Bagaimana, bisakah kau menerima syaratku?" tanya lagi si Algojo agak tidak sabar.
―Baik, aku terima syaratmu. Ayohlah beritahukan ada dimana Thio Siok Ngo kini," sahut Khouw Kiam Siu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
117
―Aku baru memberitahukan itu setelah melihat kau betul-betul melaksanakan syaratku tadi.‖
―Kau tidak percaya padaku?"
―Bukan soal tidak percaya."
―Lalu?!"
―Melulu untuk menuruti kebiasaanku yang memang agak ganjil…‖
Khouw Kiam Siu menggeleng-geleng kepalanya. ―Baiklah, aku akan segera menyusul wanita itu sekarang juga," akhirnya ia berkata. ―Tetapi kemana harus kukejar?"
Si Algojo mengangkat sebelah tangannya dan menunjuk ke suatu arah.
―Lihatkah kau sungai itu?" tanyanya.
―Ya."
―Ikutilah tepi sungai itu dan kau akan menjumpai sebuah lembah. Dalam lembah itulah siwanita berkerudung putih bersemayam."
KHOUW KIAM SIU mengangguk. Segera dibalikkan tubuhnya dan berlari mengikuti tepi sungai yang dimaksud oleh si Algojo tadi. Setelah berlari-lari setengah jam lamanya, betul saja dihadapannya tampak sebuah lembah yang terletak dikaki beberapa gunung dan sangat terpencil.
Dari kejauhan sudah terdengar gemuruhnya air terjun. Ia berjalan terus dan tidak lama kemudian tiba ditepi air terjun tersebut tanpa melihat ada orang disitu. Ditelitinya keadaan sekeliling lembah itu, tiba-tiba…..
―Ehm.... aku kira siapa yang telah datang, tidak tahunya kau?" demikian terdengar suara yang merdu berkata.
Dengan kaget Khouw Kiam Siu membalikkan tubuhnya kearah suara itu. Dibawah sebuah pohon ia melihat seorang wanita yang mengerudungi mukanya dengan selembar kain putih sedang berdiri disitu. Ia bersenyum sambil memberi hormat dan berkata:
―Aku memang sengaja berkunjung kesini untuk menjumpaimu....."
―Bagaimana kau mengetahui aku berada disini?" tanya wanita itu dengan sikap heran.
Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi gugup ditanya demikian. ―Ada seseorang yang memberitahukan,‖ sahutnya.
―Siapa orang itu?"
―Aku.....aku tidak kenal....ia memberitahukan bahwa namanya si Algojo.‖
―Si Algojo?!"
―Ya, kenalkah siocia padanya?"
―Tidak, tetapi aku pernah mendengar namanya itu. Dia selalu muncul untuk kemudian menghilang dari kalangan Kang-ouw dengan cara yang misterius sekali. Tetapi....apakah kedatanganmu disini atas kemauanmu sendiri? Atau si Algojo yang memang sengaja meminta padamu untuk berkunjung ke tempatku ini?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
118
Khouw Kiam Siu memutar otaknya mencari jawaban. Semula ia bermaksud berdusta, tetapi wataknya yang polos enggan melakukan itu. Maka ia segera berkata:
―Atas permintaan si Algojo!"
―Untuk?" tanya siwanita yang tampak semakin heran.
―Si Algojo ingin melihat parasmu dan akulah yang harus membuka kerudungmu itu...‖
―Kau sudah menyanggupi permintaannya?"
Khouw Kiam Siu tanpa ragu-ragu mengangguk.
―Tolol!" bentak siwanita dan tiba-tiba saja ia menjotos dengan hebat sekali.
Khouw Kiam Siu menarik tubuhnya ke belakang tanpa mengangkat kedua kakinya. Tangan kirinya dengan gerak memotong menangkis tinju yang meluncur kearah dadanya. Begitu lengan si wanita terhalau, tangannya terus diluncurkan kedepan dan menjambret kerudung yang menutupi muka gadis itu. Dia berhasil!
Satu paras manis dengan hidung yang rungi, dua baris alis yang hitam dan tebal dengan satu mulut kecil yang berbibir tipis, dipamerkan dihadapan Khouw Kiam Siu. Yang sangat menarik perhatian adalah sebuah tahi-lalat sebesar kacang kedele melekat di pelipis kiri paras itu!
―Haai!" serunya tanpa terasa karena terpesona melihat kecantikan serta keluwesan paras wanita itu. Justru pada saat ia berdiri terbengong itulah, satu tinju yang mungil menghajar dadanya sehingga ia terpental dan roboh!
Gadis cantik itupun terkejut melihat Khouw Kiam Siu terpukul jatuh, ia berdiri terpaku sambil berkesip-kesip seperti orang yang terlena.
Khouw Kiam Siu perlahan-lahan berbangkit dan tiba-tiba saja iapun terkejut ketika melihat tahi-lalat yang menghias di pelipis kiri wanita ini… seorang gadis dari usia 20an.
―Siocia,‖ katanya sambil agak ragu-ragu menunjuk gadis itu. ―Apakah kau puteri tunggal pemimpin besar partai Hong bie pang yang bernama Cio Tin?"
―Apa maksud pertanyaanmu itu?" tanya si gadis. Kedua matanya dipasang dengan tajam sekali.
―Aku telah diminta oleh seorang tertentu untuk mencarimu….‖
―Si Algojokah yang telah memerintahkanmu?"
―Bukan....."
―Lalu siapa? Ayoh lekas katakan!"
―Khouw Kie Cong alias Sam kiat Sianseng!"
Paras gadis itu tiba-tiba berubah mendengar disebutnya nama Khouw Kie Cong yang disertai dengan aliasnya sekali. Ia tampaknya amat terperanjat serta terharu. Baru beberapa detik kemudian ia bertanya lagi:
―Ada dimana dia sekarang?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
119
―Dia....dia sudah mati.....‖
―Mati?!!"
―Ya, putus nyawa...."
Kedua lutut si gadis tiba-tiba tertekuk dan dilain saat ia sudah berduduk di atas tanah dengan kedua matanya yang tidak bersinar memandang jauh kedepan.
―Aaai ! ... dia sudah mati?" katanya seolah-olah bicara pada dirinya sendiri. ―Dengan demikian, habislah sudah....buyar......hancur lebur......"
Khouw Kiam Siu jadi serba bingung melihat keadaan gadis itu yang agaknya tidak bersedia memperkenalkan dirinya. Namun dengan melihat sikap dan tahi-lalat, ia sudah dapat meraba siapa gadis itu sebenarnya. Agar mendapat kepastian, maka dicobanya dengan berkata:
―Cio Tin siocia, maaf aku telah mengatakan dengan sejujurnya. Aku tidak bermaksud melukai hatimu....."
―Bagaimana kau mengetahui aku bernama Cio Tin?" tanya si gadis yang memang puteri tunggal si pemimpin besar partai Hong-bie-pang.
―Sikapmu telah menunjukkan dengan jelas.‖
Cio Tin tertawa berkakakan untuk kemudian menangis tersedu.
―Orang hidup seperti bermimpi...." katanya parau. ―Aku telah menantikan Khouw Kie Cong selama 10 tahun dan kini ternyata dia...dia sudah mati…."
Khouw Kiam Siu merasa hatinya disayat mendengar ratapan itu. Ratapan seorang yang patah hati.
―Selama jangka waktu yang panjang itu," kata lagi Cio Tin. ―Aku senantiasa mengharap-harap kedatangannya…‖
―Siocia...kau masih muda, kebahagiaan masih dapat kau harapkan," Khouw Kiam Siu coba menghibur.
―Tidak... hatiku telah direbut olehnya....cintaku hanya untuk dia!‖
―Khouw Kie Cong telah mati, tetapi kau harus hidup terus."
―Aku akan berusaha untuk hidup terus, tetapi apa hubunganmu dengan Khouw Kie Cong?"
―Dia kawan karibku."
―Oh.....hanya kawan karib? Wajahmu mirip benar dengan dia, aku semula menganggap kau adiknya. Kenyataan inilah yang merubah tekadku membunuhmu tadi. Apakah Khouw Kie Cong meninggalkan pesan untukku sebelum ia menutup mata?"
―Ya, dia menyuruh aku menyerahkan padamu suatu benda yang dibungkus dengan kain hitam....."
―Mana bungkusan itu?"
―Benda itu dan pedang Thian-kong-kiam telah direbut oleh si Algojo..."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
120
Cio Tin melirik pemuda she Khouw itu dan berpikir sebentar. Kemudian dengan paras kurang mengerti ia menanya:
―Bukankah kau tadi mengatakan bahwa kau telah disuruh oleh si Algojo untuk membuka kerudungku?"
―Betul."
―Dan kau menuruti saja permintaan si Algojo itu tanpa menghiraukan bahwa dialah yang telah merebut Thian-kong kiam dan bungkusan Khouw Kie Cong?"
―Justru karena itulah aku terpaksa harus menerima juga permintaannya ini."
―Justru karena....ehm....aku mengerti sekarang. Si Algojo telah merebut Thian-kong-kiam dan bungkusan Khouw Kie Cong sebagai barang jaminan, bukankah?"
―Betul."
―Baiklah, jika demikian halnya, kau tidak bisa terlalu disalahkan. Tetapi dimana kau menjumpai Khouw Kie Cong paling akhir?"
―Disebuah kuil tua....tatkala itu dia sudah payah betul dan hampir mati…. dia lalu menyerahkan bungkusan kain hitam sambil berpesan agar aku menyerahkan bungkusan tersebut padamu dan mendesak aku lekas-lekas pergi..."
―Apakah dia terluka pada saat itu?"
―Aku...aku kira dia terkena racun...."
―Siapa yang telah meracuninya?"
―Aku tidak tahu ......"
―Dimana kuburannya?‖
―Aku….aku belum menguburnya.....jenazahnya masih menggeletak di dalam kuil tua yang telah aku sebutkan tadi....."
―Dimana kuil tua itu? Jauhkah dari sini?"
Serentetan pertanyaan yang gentar itu membuat Khouw Kiam Siu mengeluarkan peluh dingin, ia merasa heran entah mengapa ia sudah berhasil menjawab pertanyaan gadis itu demikian fasihnya, padahal itu semua hanya suatu omong kosong saja. Dan pertanyaan yang terakhir itu betul-betul membuatnya terdiam dan memaksa otaknya bekerja lebih keras lagi.
Otaknya yang cerdas tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk menjawab pertanyaan itu. Dengan wajah girang disekanya butiran-butiran peluh yang bergantungan di dahi dan dagunya dengan jari telunjuk, lalu mengepretkannya dan berkata:
―Tidak berapa jauh, kira-kira 100 lie disebelah selatan gunung Thian tai-san!‖
―Kau kegerahan?" tanya Cio Tin heran.
―Eh….eh....ya. Aku merasa cemas Thian-kong-kiam dan bungkusan hitam tidak dikembalikan oleh si Algojo….‖ Sahut Khouw Kiam Siu gugup.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
121
―Ada dimana si Algojo sekarang?"
―Entahlah. Aku meninggalkan dia di tempat kau menolongku."
―Ayoh, kita cari padanya!"
Berkata begitu Cio Tin segera mendahului berlari, sehingga Khouw Kiam Siu terpaksa harus mengikuti, karena ia memang bermaksud mengambil pulang pedang pusaka buntungnya.
Demikianlah kedua muda mudi itu mengejar si Algojo tanpa mengetahui bahwa orang yang mereka cari itu sebetulnya berada tidak jauh dari situ dan dapat mengikuti dengan jelas tiap gerak gerik mereka!
Belum terlalu lama, mereka sudah tiba di tempat yang dimaksud, dimana mereka menjumpai sebuah bungkusan dan sebilah pedang serta secarik kertas putih yang agak dekil dengan beberapa corat-coret di atasnya.
Adapun corat-coret itu mengatakan:
―Wanita itu bukan orang yang tengah aku cari! Terimalah dengan baik pedang Thian-kong kiam dan bungkusan kain hitam. Terima kasih banyak atas jasa-jasamu. Sekian dulu, dan sampai jumpa lagi. Hormatku, Si Algojo."
Cio Tin turut membaca, tetapi ia tidak mengenali gaya tulisan orang yang menulis surat itu.
―Siocia, terimalah bungkusan Khouw Kie Cong ini," kata Khouw Kiam Siu sambil menyoren Thian-kong kiam dipinggangnya.
―Terima kasih....." kata Cio Tin dengan paras terharu. Dimasukkan bungkusan itu kedalam sakunya dan berkata lagi:
―Sudikah kau mengantar aku ke kuil digunung Thian-tai san?"
Khouw Kiam Siu dengan tegas mengangguk, ia memang telah mengarang cerita burung tentang kematian Khouw Kie Cong, tetapi tentang kuil tua di gunung Thian tai-san ia tidak berdusta. Kuil yang dimaksud itu pernah dilihatnya ketika berkunjung ke puncak dimana Thio Siok Ngo dan pengasuhnya, Tian Giok Siu, bertempat tinggal.
Begitulah ia segera memimpin jalan. Setelah keluar dari hutan, ia segera mengajak Cio Tin membelok kearah selatan dan baru pada keesokan harinya mereka tiba didaerah pegunungan Thian-tai-san.
Karena sudah pernah datang disitu, maka dengan lincah Khouw Kiam Siu berlari-lari kedalam semak-semak sambil diikuti terus oleh Cio Tin yang tampak semakin terharu saja mengingat ia segera akan melihat ‗jenazah' kekasihnya ....
―Siocia, itulah..." seru Khouw Kiam Siu sambil menunjuk jauh kedepan dan membetot tangan Cio Tin.
Tidak lama kemudian mereka pun sudah tiba di dalam kuil yang sudah ditelantarkan itu. Disamping tampak beberapa kursi dan meja yang sudah tua dan rusak tersusun tidak teratur, sedangkan ruangan dalam kuil itu penuh dengan sarang labah2 dan serangga lainnya.
Khouw Kiam Siu segera bersandiwara dengan berlagak celingukan mencari-cari.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
122
―Heran!" serunya sambil menarik wajah kaget. ―Aku masih ingat betul Khouw Kie Cong terbaring di atas papan rombeng ini...apakah jenazahnya dimakan oleh....binatang buas.....?"
Cio Tin jadi kecewa sekali, ia lalu mengusulkan agar mereka mencari ke sekeliling tempat itu dengan memencarkan diri.
―Baiklah, aku akan mencari diluar pekarangan dan kau carilah ke seluruh kamar dalam kuil ini....." katanya. Lalu ia lekas-lekas berjalan keluar agar wajahnya yang sedang meringis-ringis menahan rasa geli tidak dilihat oleh gadis itu. Tetapi belum lagi jauh, ketika dengan tiba-tiba saja ia sudah meloncat balik kembali kedalam kuil dan melihat Cio Tin yang baru saja menjerit, sedang mengawasi sebuah kamar yang agak gelap.
―Mengapa kau menjerit?" tanyanya bingung.
―Coba kau tengok ruangan dalam kamar itu," sahut Cio Tin. Tangannya menujuk kearah kamar dihadapannya.
Tanpa ragu-ragu lagi Khouw Kiam Siu melangkah maju, namun tiba-tiba tampak ia berdiri terpaku!
―Apa yang kau lihat?" tanya Cio Tin.
―10 buah batok kepala manusia!" bisik Khouw Kiam Siu. Cepat ditariknya tangan Cio Tin dan lekas-lekas berlari keluar kuil itu.
―Apakah kau tidak melihat ini semua tatkala kau meninggalkan kuil ini paling akhir?" tanya Cio Tin setibanya diluar.
―Tidak...." sahut Khouw Kiam Siu. Diam-diam hatinya bercekat.
―Ini mungkin perbuatan Kut louw-koay!"
―Siapa itu Kut-louw-koay?"
―Si Siluman tengkorak yang telah mengubrak-abrik kalangan persilatan pada zaman 60 tahun yang lampau!"
―Bagaimana kau dapat menduga batok-batok kepala itu adalah perbuatan si Siluman tengkorak?"
―Justru batok-batok kepala itu yang merupakan tanda telah munculnya si Siluman tengkorak itu. Batok-batok kepala tadi adalah bahan-bahan peledak yang jika terpukul.... B O O M !"
―Oh. . . . siluman itu membunuh lawan-lawannya dengan menggunakan bahan peledak?"
―Ya, tetapi dia tidak pernah menggunakan senjatanya yang ampuh itu, jika tidak betul-betul kewalahan dikepung. Karena dengan ilmu silatnya saja, tiada seorangpun yang mampu menyentuhnya!"
―Bagaimana kau mengetahui hal ini?"
―Dari cerita orang yang lebih tua, mereka mengatakan juga bahwa 60 tahun yang lalu Kut-louw-koay pernah menghancurleburkan tiga partai besar dalam waktu tidak lebih daripada satu hari satu malam! Dari kenyataan itu, dapat kau gambarkan betapa hebat ilmunya itu, tetapi secara aneh sekali ia tiba-tiba menghilang dari kalangan Kang ouw. Jika dia masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
123
hidup, mungkin kini usianya sudah melebihi 100 tahun."
Khouw Kiam Siu menggaruk-garuk kepalanya. Ia tidak pernah menduga sama sekali bahwa dustanya terhadap si gadis telah menuntun mereka ke tempat bersemayam Kut-louw-koay!
Cio Tin tiba-tiba mengeluarkan bungkusan Khouw Kie Cong. Ditatapnya sejenak untuk kemudian disimpan kembali dan berkata:
―10 tahun yang lalu, yalah ketika aku belum pandai main silat, Khouw Kie Cong telah berjanji padaku bahwa bila dia sudah berhasil mengetahui musuhku, dia akan segera datang menjumpaiku. Tetapi ternyata dia tidak bisa menepati janjinya itu….‖
―Hendak kemana kau sekarang?"
―Aku mau masuk kedalam kuil dan menyelidiki apakah Khoaw Kie Cong telah dibunuh oleh si Siluman tengkorak ini."
UNTUK menutupi rahasia Khouw Kie Cong, Khouw Kiam Siu telah mengarang cerita bahwa kakak angkatnya itu sudah meninggal dunia dan ini dilakukan atas permintaan orang yang berkepentingan sendiri. Tetapi cerita tentang kuil tua itu adalah perbuatannya sendiri tanpa diminta oleh siapapun.
Karena merasa yakin akan ceritanya, Cio Tin kini bertekad mencari kedalam kuil tua itu, sedangkan sudah dilihat tanda-tanda bahwa kuil itu adalah tempat bersemayam si Siluman tengkorak yang berilmu tinggi.
Soalnya kini yalah: jika si Siluman tengkorak itu betul-betul masih hidup dan memang kuil tua itu adalah tempat bersemayamnya, lalu dia menjadi gusar tempatnya diselidiki tanpa permisi, dan mengamuk bahkan membunuh Cio Tin.
―Celaka!" katanya dalam hati. ―Kematian gadis itu dalam kuil ini akan menjadi tanggung jawabku!"
Dengan pikiran yang sangat mencemaskan itu, ia lalu berkata:
―Cio siocia, aku kira tidak perlu kau masuk ke dalam kuil lagi..."
―Mengapa?" tanya Cio Tin heran melihat sikap pemuda itu agak gugup.
―Lebih baik jangan....."
―Kau khawatir aku dibunuh oleh Kut louw-koay ?" Berkata demikian, Cio Tin tiba-tiba sudah meloncat masuk kedalam kuil.
Khouw Kiam Siu sudah siap untuk mengikuti, dua bayangan yang mencurigakan berkelebat dan masuk kedalam semak-semak. Dialihkan pandangannya kedalam kuil sejenak, ketika tidak mendengar suara apa-apa, ia segera mengejar dua bayangan yang mencurigakan tadi.
Disuatu tempat ia melihat bayangan itu berhenti berlari. Seketika ia jadi kaget sekali, karena kedua orang itu adalah Kat Ju Hui dan Gak Cun. Teraling oleh daun-daun pohon ia lalu memasang mata dan mendengari.
―Mengapa kau mengajak aku kesini?" terdengar Gak Cun menanya.
―Aku ingin menanyakan beberapa hal!" sahut Kat Ju Hui ketus.
"Hal apa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
124
―Pernahkah kau memberitahukan Khouw Kiam Siu bahwa aku adalah kekasihmu dan bahwa aku berhubungan dengan Thio Kun?"
Gak Cun agak takut2 mengangguk.
―Dengan demikian, kau telah memfitnah aku!"
Kat Ju Hui menutup kata-katanya itu dengan satu sodokan tinjunya. Demikian cepat dan diluar dugaan serangan itu sehingga Gak Cun yang memang berkepandaian beberapa tingkat dibawah gadis itu, tidak mampu mengelakkan. Ia menjerit sambil terpental beberapa meter jauhnya.
Kat Ju Hui belum puas mengingat pemuda itu pernah membiusnya dan bermaksud mencemarkan kehormatannya. Diayun kakinya dan lagi-lagi Gak Cun yang belum bangkit terpental untuk tidak berkutik lagi. Karena pada serangan pertama yang keras itu, ia sudah tewas!
Bukan main terkejut Khouw Kiam Siu melihat kekejaman gadis yang senantiasa berusaha merebut cintanya itu. Tanpa terasa ia meloncat dan membentak:
―Hei, sungguh seorang gadis yang kejam kau!"
Kat Ju Hui mendadak menghunus pedangnya dan tanpa berusaha mengenali lagi, ia segera menyabet kebelakang sehingga Khouw Kiam Siu yang baru saja menginjak tanah harus lekas-lekas meloncat lagi atau pinggangnya akan tertabas putus!
―Hah! Kaupun ingin membunuh aku?!" tanya Khouw Kiam Siu dengan semangat belum pulih seluruhnya.
Mulut Kat Ju Hui jadi ternganga. Kedua matanya yang terbentang lebar ditatapkan kedepan tanpa berkesip. Tetapi sejenak saja parasnya jadi beringas mengetahui pemuda itu tidak menyetujui perbuatannya tadi.
―Mengapa kau membunuh orang seenaknya saja?" tegur Khouw Kiam Siu gemas.
―Itu urusanku, tidak perlu kau turut campur!" sahut Kat Ju Hui dengan sikap keras.
―Aku tahu bahwa Gak Cun adalah seorang pemuda yang kurang baik tingkah lakunya, namun kau harus memberi kesempatan untuk dia merubah sifat-sifatnya yang kurang baik itu! Tidak boleh kau membunuh orang sembarang saja!"
―Dengan demikian, kaupun harus dibunuh!"
Khouw Kiam Siu mengertak gigi, namun ia tidak berhasil menahan amarahnya.
―Laksanakanlah ancamanmu itu!" bentaknya mengguntur.
Kat Ju Hui sangat mencintai pemuda dihadapannya itu, justru cintanya yang terlampau besar tidak terbalas itulah, wataknya jadi beringas yang kemudian berubah menjadi rasa benci!
Tiba-tiba pedangnja ditarik kedepan dadanya dan membidik. Sejurus kemudian dengan cepat ia menusuk.....
Khouw Kiam Siu mengawasi saja ujung pedang yang sudah meluncur kearah dadanya dan tidak berusaha mengelakkan. Ia rela berkorban jiwa dengan harapan gadis itu dapat
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
125
merubah wataknya setelah membunuh dirinya. Namun ujung pedang berhenti tepat beberapa senti meter saja didepan tenggorokkannya!
―Aku bunuh kau! Aku bunuh kau!" Kat Ju Hui berteriak-teriak kalap tanpa meneruskan tusukannya itu. Bahkan sesaat kemudian tampak pedangnya terlepas dan ia sendiri tersungkur ditanah sambil menangis tersedu-sedu.....
―Aku berharap lain waktu kita bertemu lagi watakmu yang beringas itu sudah KAU rubah!" Khouw Kiam Siu berpesan. Lalu dibalikkan tubuhnya dan berjalan balik kearah kuil tua untuk mencari Cio Tin.
Ia berjalan masuk ke ruangan dalam dan memeriksa kamar yang berisikan batok-batok kepala manusia, dan tidak melihat Cio Tin berada disitu. Ia melangkah keluar lagi dengan maksud memeriksa disekitar pekarangan, tiba-tiba ....
―Hei, bocah! Siapa kau?" demikianlah terdengar suara teguran lantang dari dalam ruangan kuil.
Cepat Khouw Kiam Siu membalikkan tubuhnya, tetapi ia tidak melihat siapapun.
―Siapa kau?!" tanya lagi suara tadi.
―Aku Khouw Kiam Siu!"
―Mengapa kau datang disini?"
―Aku tengah mencari orang. Siapa kau sendiri?"
―Aku penghuni kuil tua ini!"
―Kau bersemayam dalam kuil ini?!"
―Betul!"
―Apakah kau yang terkenal sebagai Kut-louw-koay atau si Siluman tengkorak?!"
―Hm, hm... luas juga pengetahuanmu. Siapa gurumu?"
―Aku tidak mempunyai guru!"
―Hoo, hoo! Baiklah, dari partai mana kau?"
―Aku tidak berpartai!"
―Haa, baa, haa! Kau tidak mempunyai guru dan kau juga tidak berpartai. Sedangkan kau membawa-bawa Kim Gaib dan pedang Thian-kong-kiam…benda-benda yang luar biasa dan selalu menimbulkan malapetaka! Coba katakan darimana kau peroleh tenaga sakti yang demikian hebat itu?"
―........‖
―Hm...terus terang saja aku sangat mengagumi watakmu yang keras, luhur serta polos itu! Aku tidak mempunyai murid, maukah kau menjadi muridku?"
Khouw Kiam Siu tiba-tiba jadi bisu. Ia sudah merasa heran si Siluman tengkorak mengetahui bahwa ia memiliki tenaga sakti, kini ia diminta menjadi muridnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
126
―Kau tadi mengatakan ingin mencari orang? Bolehkah aku mengetahui siapa orang itu?" tanya lagi si Siluman tengkorak tanpa menghiraukan pertanyaannya yang belum dijawab.
―Seorang gadis yang berpakaian serba putih."
―Oh! Gadis itu?"
―Ya, apakah kau melihatnya?"
―Dia telah menyinggung aku, maka terpaksa dia aku hukum!"
―Kau telah membunuh gadis itu?!"
―Aku hanya melumpuhkannya!"
―Mengapa karena hanya tersinggung kau lalu melumpuhkan gadis itu? Perbuatanmu ini terlalu kejam!"
―Aku tidak membunuhnya, ingat!"
―Ada di mana gadis itu sekarang?"
―Untuk sementara waktu siapapun belum boleh mengetahui hal itu. Eeee....kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Maukah kau menjadi muridku?"
―Tidak!"
Sahutan Khouw Kiam Siu itu disusul dengan terhembusnya suatu angin santar. Cepat ia meloncat mengelakkan seraya mengejek:
―Kau terkenal dengan nama yang menyeramkan, tetapi ternyata kau adalah seorang pengecut!"
Selesai melontarkan ejekannya, ia segera meloncat dengan maksud menerobos kedalam kuil, tetapi tubuhnya tidak mampu digerakkan, bahkan ia merasa suatu tenaga menariknya ke belakang. Selangkah demi selangkah ia dipaksa melangkah mundur. Tiba-tiba tenaga tarikan mengendor disertai dengan kata-kata:
―Pengecut?!"
Dibalikkan tubuhnya dan melihat seorang kakek yang rambut, jenggot, dan bulu alisnya putih seperti salju. Dua buah batok kepala tampak tergantung ditali pinggangnya.
―Bocah!" bentak kakek itu. ―Mau atau tidak, aku akan memaksamu menjadi muridku!"
―Aku tidak mau!" teriak Khouw Kiam Siu sengit. Diam-diam ia merasa jeri juga setelah merasai tenaga tarikan kakek itu.
―Haai! Jika saja kau menjumpai aku dengan sikap seperti ini 60 tahun yang lalu, kau pasti sudah mampus!"
―Dan kau bermaksud menjadi orang suci sekarang?‖
―Haa, haa, haa! 60 tahun yang lalu, tanpa disengaja aku telah membunuh isteriku sendiri! Aku telah dikerubuti oleh banyak orang dan terpaksa harus menggunakan salah satu bahan peledakku, tetapi ledakan bukan saja telah membasmi musuh-musuhku itu, bahkan isteriku yang tercinta pun harus aku korbankan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
127
―Itu urusanmu sendiri dan aku tidak mau campur!"
―Jahanam!" bentak Kut-louw-koay. Secepat kilat tangannya diulur dan berhasil menotok batang leher Khouw Kiam Siu yang sekonyong-konyong roboh pingsan!
Waktu lewat dengan pesat sekali, tanpa terasa setengah jam telah lalu…..
Tampak kelopak mata Khouw Kiam Siu bergerak-gerak untuk kemudian terbuka. Ternyata ia kini berada dalam kamar dibawah tanah. Ia merayap bangun, dibawah cahaya pelita yang agak suram, ia melihat Kut-louw-koay tengah duduk di atas kursi yang terletak dekat sekali dengan sebuah peti mati.
―Haa....kau sudah siuman?" tanya Kut-louw-koay. Diangkat tangannya menunjuk kearah peti mati seraya melanjutkan:
―Benda untuk menyimpan mayat ini berisikan jenazah isteriku. Di dalam kamar inilah aku telah menyekap diri selama 60 tahun."
―Ada dimana kita sekarang?" tanya Khouw Kiam Siu.
―Dalam kamar dibawah tanah dipekarangan belakang kuil tua ini."
―Mengapa kau membawa aku kesini?"
―Untuk mengangkatmu menjadi muridku....."
―Tetapi aku tidak mau !"
"Hee, he, hee! Jika kau menganggap aku terlalu baik hati, kau keliru! Aku bermaksud mengajarimu suatu ilmu pukulan yang luar biasa serta memberikan padamu dua buah bahan peledak dan terus terang saja memang ada udang dibalik batu atas kebaikan hatiku ini....."
Khouw Kiam Siu tidak lantas mengatakan apa-apa. Otaknya berusaha menebak maksud kakek ganjil itu.
―Kebaikan hatiku itu melulu agar kau sudi melaksanakan sesuatu bagiku...." kata lagi si Siluman tengkorak.
―Apa maksudmu?"
―Aku mengajarimu ilmu pukulan yang sangat dahsyat dan memberikan dua buah bahan peledak padamu dan aku minta kau sudi mengubur jenazahku setelah aku mati!"
―Kau ingin membunuh diri?!"
―Betul!"
―Mengapa?"
―Seperti telah aku katakan tadi, 60 tahun yang lalu aku telah kesalahan membunuh isteriku. Aku sangat menyesal dan bathinku terus menerus tertekan hebat. Aku lalu bersumpah takkan membunuh orang lagi dan rela tinggal dalam kamar yang sepi ini menyertai jenazah isteriku. Kini setelah 60 tahun, aku bermaksud menyertai isteriku didunia baka." ia berhenti sejurus untuk kemudian melanjutkan dengan suara memohon kepada Khouw Kiam Siu:
―Maka... maka aku minta kau mau juga mengubur jenazahku bersama-sama isteriku ini. Kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
128
berkeras tidak sudi menjadi muridku dan aku tidak bisa memaksa, tetapi.... untuk sekedar membalas budimu, aku akan mengajari suatu ilmu pukulan serta memberikan dua buah bahan peledak padamu dan...jika pada suatu waktu kau merasa tertarik juga akan ilmu-ilmuku, itu dapat kau pelajari dari kitab catatanku ini," ia menunjuk kearah sakunya sendiri.
―Sebagai manusia kita harus saling bantu, aku dapat melaksanakan permintaanmu itu tanpa menerima balas budi. Tetapi ada dimana gadis yang berpakaian serba putih?"
―Oh .... dia sudah pergi."
―Pergi?! Bukankah kau sudah melumpuhkannya?"
―Aku hanya melumpuhkan beberapa urat nadinya sehingga ia tidak lagi bisa melancarkan jurus-jurus silatnya, namun ia masih sehat dan segar seperti sedia kala."
―Tahukah kau dia sudah pergi kemana?"
―Tidak."
Kekhawatiran Khouw Kiam Siu agak mereda juga mendengar keterangan itu, mengetahui Cio Tin tidak mati. Kut louw-koay berbangkit seraya berkata:
―Ayohlah, aku akan mengajarimu bagaimana melancarkan ilmu pukulan yang bernama Coa keng-touw hiat-kang atau Jotosan menembusi urat-urat nadi, yang telah kuciptakan selama aku mengasingkan diri dalam kamar dibawah tanah ini. Setelah kau mahir akan ilmu pukulan ini dan dengan tenaga sakti yang telah kau miliki entah dari siapa itu, kau dengan mudah saja dapat merubah iimu tersebut menjadi suatu tenaga untuk menggetarkan, menarik atau mendorong atau melumpuhkan lawanmu!"
Khouw Kiam Siu yang semula emoh menerima balasan budi itu, tiba-tiba jadi amat tertarik, dan tatkala Kut louw-koay lagi-lagi menganjurkan agar ia menerima juga 'hadiahnya' itu, ia segera mengangguk menyatakan setujunya.
―Bagus!" seru Kut-louw-koay girang. Ia segera memasang kuda-kuda dan berkata lagi:
―Coan-keng-louw-hiat kang harus dilancarkan menurut perimbangan tenaga yang dikerahkan secara merata. Cobalah perhatikan!"
Penjelasan itu segera disertai oleh gerak-gerak kedua tangan yang indah serta lincah sekali. Serentak dalam kamar itu terdengar suara hembusan angin mendesir-desir santar. Seperti orang sedang menari-nari, Ku-louw koay bergerak terus dengan ilmunya yang ternyata he-bat itu sambil sebentar-sebentar mulutnya bergerak-gerak melepaskan penjelasan2.
Dengan kaget Khouw Kiam Siu memperhatikan pelajaran yang sedang diberikan itu. Ia hanya perlu minta si kakek mengulang gerakan-gerakannya itu dua kali dan semua pelajaran itu sudah merembes kedalam otaknya.
Demikianlah Kut louw-koay, seorang tokoh persilatan dari zaman 60 tahun yang lalu, yang telah mengubrak-abrik tiga partai besar dalam waktu sehari semalam saja, untuk pertama kalinya memaksa seseorang untuk menjadi muridnya! Ia lalu menyuruh pemuda itu menjalankan jurus-jurusnya itu, dan ketika tidak melihat gerak yang keliru, dengan wajah berseri-seri ia lalu berkata:
―Bocah, setelah aku meninggal dunia dan kau menjumpai seseorang yang mengaku sebagai muridku atau memiliki bahan peledakku, orang itu harus kau basmi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
129
―Mengapa kau bersikap demikian telengas?" tanya Khouw Kiam Siu. Tidak setuju agaknya ia dengan pesan itu.
―Karena aku tidak mempunyai murid, dan jika ada orang mengaku bahwa dia muridku, dia bermaksud memburukkan namaku. Adapun jika dia memiliki bahan peledakku maka dia pasti bermaksud menyebar malapetaka dikalangan persilatan. Itu harus dicegah!" sahut si Siluman tengkorak tandas.
Dilepaskan empat batok kepala manusia dari tali pinggangnya dan berkata lagi: ―Satu bahan peledak ini adalah untukmu, sedangkan yang satu lagi adalah untuk menghancur-leburkan kuil tua ini sehingga tiada seorangpun yang akan mengetahui dimana letaknya kuburanku. Nah, dengarlah baik-baik. Untuk keluar dari dalam kamar ini, kau harus berjalan 10 langkah, setelah membuka pintu, ambillah jalan yang membelok ke kanan. Setelah 10 langkah lagi kau lagi-lagi harus membelok ke kanan, dan kau akan tiba disebuah lubang. Dengan kepandaianmu, lubang yang hanya dua meter itu takkan menjadi rintangan untuk kau mendaki keatas dan keluar."
―Terima kasih Locianpwee. Ada pesan lainkah?" tanya Khouw Kiam Siu seraya mengikat bahan peledak yang baru diterimanya itu.
―Tidak!" sahut Kut-louw-koay. Secepat kilat ia meloncat dan sambil memekikkan suaranya yang seram, tangan kanannya tiba-tiba terangkat yang kemudian dipakai menumbuk ubun-ubunnya sendiri!
Khouw Kiam Siu berdiri terpaku mengawasi tubuh si Siluman tengkorak yang sudah tidak berkutik lagi itu.
―Dia betul-betul melaksanakan tekadnya itu!" katanya dalam hati.
SEJURUS kemudian, dengan hati masih memukul keras, Khouw Kiam Siu lalu berjalan keluar dari dalam kamar itu dengan menuruti petunjuk-petunjuk kakek ganjil itu. Dilain saat ia sudah berdiri dihadapan kuil tua lagi.
Dilayangkan pandangannya kesekitar tempat itu sejenak sambil melepaskan sebuah batok kepala dari pinggangnya. Ketika tidak melihat siapapun berada disitu, ia segera melontarkan bahan peledak itu sambil lekas-lekas bertiarap ditanah.
Suara ledakan dahsyat terdengar. Seluruh tempat disekeliling kuil tua itu tergoncang dan membuat Khouw Kiam Siu lekas-lekas menggulingkan tubuhnya menjauhkan diri dari kepingan-kepingan puing yang terlontar seperti percikan air mancur itu.
Beberapa saat kemudian, dibawah kepulan debu yang mulai menipis, kuil tua itu sudah rata dengan bumi. yang terlihat hanya segundukan tanah dan batu-batu saja!
Sambil mengebaskan debu dari pakaiannya, Khouw Kiam Siu mengawasi akibat bahan peledak buatan si Siluman tengkorak. Sejurus kemudian, dibalikkan tubuhnya dan berlari pergi untuk mencari Cio Tin yang menghilang entah kemana.
Ia berlari-lari tanpa tujuan tertentu, ketika tiba-tiba ia berhenti di-suatu hutan lebat. Telinganya mendengar suara senjata-senjata beradu yang disertai juga dengan suara kerincingan dan bentakan-bentakan.
Disingkapnya ranting-ranting pohon dan melongok kedalam. Di tempat seluas beberapa puluh meter persegi, tampak seorang kakek yang berjubah kuning dan berambut putih tengah bertarung melawan seorang nenek yang bersenjata sebatang tongkat besi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
130
―Hm .... si Tongkat besi kerincingan perak!" katanya dalam hati.
Sementara itu, pertarungan jadi semakin sengit. Hembusan-hembusan angin pukulan si kakek sebentar-sebentar mendesir dan merontokkan daun-daun pohon, sedangkan tongkat si nenek, dengan gerak berliku-liku seperti ular naga menyemburkan air dari mulutnya, berkelebat-kelebat dengan ganas sekali. Namun tiba-tiba si kakek meloncat mundur seraya mulutnya berteriak:
―Hei, kau yang menonton sambil bersembunyi! Ayoh, keluar!"
Terkejut juga Khouw Kiam Siu mendapat kenyataan telinga kakek itu demikian tajamnya. Ia menghampiri kedua orang tua itu yang diam-diam tampak terkejut melihat batok kepada dipinggangnya.
―Bocah! Apakah namamu Khouw Kiam Siu?" tanya si kakek tanpa menghiraukan batok kepala Kut-louw koay dipinggang pemuda itu.
―Betul."
―Apakah kau membantu murid nenek ini membunuh Gak Cun, muridku?"
―Kau guru Gak Cun?"
―Betul!"
Seketika Khouw Kiam Siu jadi teringat akan pemberitahuan si Algojo yang mengatakan bahwa guru Gak Cun adalah salah satu dari antara kesepuluh manusia luar biasa yang bernama julukan Phan-yun-siu, si Pelangi. Adapun keistimewaan kakek itu sehingga ia digolongkan sebagai jago keempat (satu tingkat lebih tinggi dari Thiat-cong-gin leng atau si Tongkat besi kerincingan perak), adalah karena ilmu pukulannya yang disebut Phan-yun-ciang.
―Hei, bocah!" bentak lagi Phan-yun-siu beringas. ―Apakah kau membantu gadis jahanam itu membunuh muridku?"
―Siapa yang kau maksud dengan gadis jahanam itu?" tanya Thiat-cong-gin-leng sengit.
―Siapa lagi jika bukan muridmu yang jendil itu!"
―Anjing tua! Jika muridmu dibunuh oleh muridku, kau sebetulnya harus berterima kasih. Muridmu yang biadab itu memang seharusnya diganyang!"
―Nenek jahanam! Muridmu telah memancing muridku dengan parasnya yang cantik dan tubuhnya yang menggairahkan. Tetapi setelah berhasil, muridmu telah terpikat oleh anjing ini, bahkan dia tidak sungkan-sungkan membunuh muridku!"
Mata Khouw Kiam Siu tiba-tiba menjilak. Tidak dapat ia menerima kata 'anjing' yang dialamatkan kepada dirinya itu. Tanpa memperdulikan bahwa kakek itu adalah si ahli pukulan Phan yun-ciang lagi, digerakkan mulutnya dan membentak.
―Hei, kakek! Berhati-hatilah dengan ucapanmu itu!"
―Kau berani memperingatkan aku?" bentak Phan-yun-siu, dan pada saat yang sama ditarik kedua tinjunya setinggi dada sambil memasang kuda-kuda. Sejenak kemudian, kedua tinjunya itu sudah meluncur dengan kecepatan yang menakjubkan sekali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
131
Khouw Kiam Siu tidak berani sembarang menangkis. Ia meloncat dan ....
―Krakk !!"
Sebuah pohon yang berada tepat di jurusan tempat ia berdiri tadi tiba-tiba tumbang terkena hembusan angin santar pukulan Phan-yun-ciang kakek itu! Tengah ia terpesona, si kakek yang sudah kalap lagi-lagi sudah mengirim jotosannya.
―Akan kuuji ilmu pukulan Coan keng-touw-hiat-kang!" bisik Khouw Kiam Siu dalam hati.
Dengan pikiran itu, lekas-lekas ia berdiri tegak sambil mengerahkan tenaga sakti Khouw Kie Cong, dan begitu melihat kedua tinju Phan-yun-siu bergerak, iapun menjotos!
Thiat-cong-gin-leng tercengang menyaksikan sipemuda tidak berusaha mengelakkan sodokan maut itu. Dengan hati berdebar-debar diteliti tinju-tinju yang tengah meluncur dari dua jurusan yang bertentangan itu.
Satu suara tubrukan terdengar dan tampak Phan-yun siu tertarik kedepan oleh suatu tenaga gaib.Tubuhnya mendadak tergetar untuk kemudian dengan tiba-tiba terdorong ke belakang dan roboh tertelentang!
Phan yun-siu, si Pelangi yang dideretkan No. 4 diantara ke sepuluh manusia yang berkepandaian luar biasa itu, telah dirobohkan dalam satu gebrakan saja! Sungguh sesuatu yang tidak mungkin dapat diterima oleh Thiat-cong-gin-leng jika pada saat itu ia tidak berada disitu dan menyaksikannya dengan mata kepalanya sendiri.
Marilah kita tengok lagi gelanggang pertempuran yang agaknya masih akan menciptakan sesuatu yang diluar dugaan.
Tampak Phan yun-siu menggeleng-gelengkan kepalanya dan mendengus. Ditatapnya Khouw Kiam Siu sebentar. Dilain saat ia lagi-lagi sudah berada dalam posisi setengah berjongkok dengan kedua tinjunya tertarik kebelakang.
―Saattt !!!!"
Demikianlah terdengar pekikan lantang yang disertai dengan meluncurnya kedua tinju si kakek.
Khouw Kiam Siu tidak mau memberi hati. Seperti geraknya yang pertama, tiba-tiba ia menjotos.
―Dukkk !!"
Phan-yun-siu yang masih menganggap bahwa kekalahannya pada jurus yang terdahulu tadi adalah sesuatu yang kebetulan, telah melipatgandakan serangannya yang kedua ini dengan seluruh tenaganya, tetapi ia terkejut bukan main ketika merasai bahwa kedua tinjunya seolah-olah bertubrukkan dengan bola baja yang membetot untuk kemudian melemparkannya ditanah!
―Haai....lihay benar bocah itu!" Thiat-cong-gin leng diam-diam memuji dalam hati. Ketika melihat Phan-yun-siu tidak berdaya lagi, ia segera menghampiri si pemuda dan berkata:
―Wah! Hebat kau, bocah! Tetapi bagaimana pendapatmu tentang muridku? Dia sangat menyukaimu!"
―Murid Locianpwee sangat cantik dan aku sangat mengaguminya...." sahut Khouw Kiam Siu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
132
Ia memuji dengan maksud agar tidak menimbulkan gusar nenek itu. Namun justru ucapannya itu disalah-artikan.
―Kau sudah berubah pikiran?" tanya Thiat-cong-gin-leng bernapsu.
―Berubah pikiran tentang apa?"
―Tentang Kat Ju Hui! Kau diam-diam tentu mencintai juga muridku itu, bukan?"
―Aku mengagumi dan itu bukan berarti aku mencintai!"
―Bocah! Kau terlalu memandang rendah! Jika kau tidak mau mengambil Hui-ji sebagai isterimu, aku tidak lagi bisa berpeluk tangan terus!"
―Locianpwee, lebih baik aku menyelesaikan urusan itu dengan Kat siocia sendiri."
―Tidak! Aku mau kepastian sekarang!"
Thiat-cong-gin-leng menutup bentaknya itu dengan kemplangan tongkatnya, tetapi serangannya itu dengan mudah saja dielakkan. Maka dengan sengit diputar senjatanya itu dan merangsek terus.
Khouw Kiam Siu meloncat-loncat mengelakkan sabetan, sodokan dan kemplangan tongkat nenek itu tanpa balas menyerang.
―Dapatkah aku bertahan begini terus-menerus?" tanyanya dalam hati cemas.
Bagus saja tengah ia bingung itu, tiba-tiba dari kejauhan tampak berlari-lari mendatangi sesosok bayangan hitam dengan gerakannya yang amat lincah. Begitu berada dekat, bayangan itu berlari terus sambil melepaskan seruan:
―Khouw Kiam Siu! Ikutilah jejakku!"
Sekilas saja Khouw Kiam Siu sudah mengenali bahwa bayangan hitam yang pesat itu adalah si Algojo. Maka segera dilancarkan ilmu Coan-keng-touw-hiat-kang dan berhasil mendorong Thiat cong-gin-leng. Tenaga yang dipergunakan tidak sekeras ketika ia menyerang Phan yun-siu, namun si nenek tidak bisa menahan, ia terpental dan roboh.
Kesempatan yang baik itu dipergunakan oleh Khouw Kiam Siu untuk mengejar si Algojo yang sudah berada jauh didepannya.
Akhirnya disuatu tempat yang sepi si Algojo mendadak berhenti dan mengawasi pinggang pemuda itu sejenak, lalu berkata:
―Bagus! Ternyata tenagamu sudah banyak lebih maju."
Khouw Kiam Siu menahan larinya dan berkata: ―Kau belum memenuhi janjimu!"
―Betul! Justru aku datang untuk itu!"
―Ayohlah, katakan!"
―Thio Siok Ngo berada dalam puri Kiam Pao dan dia ternyata tidak dipenjarakan. Hanya... sayang ingatannya sudah hilang!"
―Aku harus lekas-lekas pergi kesana untuk menolong gadis itu dan berusaha mengobatinya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
133
―Kau tidak gentar bermusuhan dengan pihak puri itu?"
―Sedikitpun tidak!"
―Apa yang membuat kau jadi demikian nekad? Karena cintakah?"
―Bukan!"
―Karena suatu rasa tertentu barangkali?"
―Ya!"
―Rasa apa?"
―Rasa hormat! Karena aku menghormati gadis itu, maka dengan sendirinya menolong gadis itu merupakan suatu kewajiban!"
―Kewajiban apa?"
―Aku tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu!"
―Hee, hee, hee! Tetapi jika kau sudah bersedia menolong, kau juga harus mencintai gadis itu!"
―Tidak! Itu sudah melampaui arti daripada kata 'kewajiban‘ !"
―Tetapi tahukah kau mengapa gadis itu menjadi gila?"
―Karena kasihnya tak sampai, sehingga jiwanya mengalami tekanan-tekanan hebat dan menjadi gila!"
―Bagus! Bagus sekali! Tetapi tahukah kau bahwa orang yang dirindukannya itu justru mirip benar dengan tubuh maupun wajahmu. Dan. . .obat satu-satunya yang paling mustajab adalah cintamu. Ya, berikanlah cintamu kepada gadis itu dan dia pasti akan sembuh!"
Bukan main terkejut Khouw Kiam Siu mendengar keterangan itu.
Bagaimana si Algojo mengetahui bahwa tubuh serta wajahnya mirip benar dengan kekasih Thio Siok Ngo?
Apakah si Algojo sudah mengetahui hubungannya dengan Khouw Kie Cong?
Jika 'ya', bagaimana ia mengetahui itu?
Dengan pertanyaan-pertanyaan itu dalam otaknya, ia lalu menanya:
―Bagaimana kau mengetahui sebab-sebab yang membuat Thio Siok Ngo jadi gila?"
―Itu tidak perlu kau ketahui. Yang penting yalah, tolonglah gadis itu dari cengkraman orang-orang puri Kiam Pao dan ingat, hanya dengan cintamu saja, penyakit gadis itu dapat disembuhkan!"
―Gadis itu tidak dipenjarakan, lalu disekap dimana dia?"
―Gadis itu berada dalam gedung yang terakhir di dalam puri Kiam Pao. Bagimu tidak terlalu sukar untuk menolongnya, tetapi ada suatu urusan lain yang terlebih penting....."
―Urusan apa?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
134
―Si gadis yang kau singkap kerudungnya sedang dalam bahaya!"
―Cio Tin siocia?!"
―Betul!"
Khouw Kiam Siu merasa kedua lututnya tiba-tiba jadi lemas mendengar keterangan itu. Cio Tin sudah dilumpuhkan urat nadinya oleh si Siluman tengkorak dan tidak mungkin lagi bisa membela dirinya jika diserang.
―Aku harus mencari obat untuk menyembuhkan kelumpuhan gadis itu, baru tanggung jawabku selesai," pikirnya cemas.
―Gadis itu ditawan oleh orang-orang dari puri Kiam Pao!" kata lagi si Algojo.
―Mengapa dia ditangkap?"
―Karena dia membawa-bawa bungkusan kain hitam. Kau harus lekas-lekas menolongnya sebelum terlambat!"
Sementara itu, Thiat-cong-gin-leng yang sedang mencari-cari mereka akhirnya tiba disitu dan agar tidak mendapat gangguan nenek itu, Khouw Kiam Siu segera meloncat seraya berkata kepada si Algojo:
―Aku akan pergi ke puri Kiam Pao untuk menolong Cio Tin siocia!"
―Bocah, tunggu dulu!" teriak Thiat-cong-gin-leng. Iapun meloncat dan mengejar, tetapi tiba-tiba ia terhuyung dan roboh diterjang hembusan angin serangan si Algojo. Dengan gusar ia merayap bangun dan membentak:
―Hei, siapa kau?!"
―Aku si Algojo!" sahut orang yang ditanya tegas.
Dahi Thiat-cong-gin-leng berkerut mendengar nama julukan yang belum pernah didengarnya itu. Tetapi kenyataan sudah membuktikan bahwa sekalipun belum terkenal, orang yang berkerudung kain hitam ini memang lihay sekali ilmu silatnya.
―Mengapa kau menghadang aku?" akhirnya ia menanya.
―Aku terpaksa harus berbuat demikian. Sipemuda she Khoaw itu harus lekas-lekas menolong seseorang. Tetapi bukankah Cianpwee ingin mendapat kepastian tentang cinta pemuda itu kepada muridmu?"
―Bagaimana kau mengetahui hai itu?"
―Telingaku tersebar dimana-mana! Tetapi urusan Kat siocia yang tergila-gila terhadap pemuda itu harus dibereskan oleh kedua orang yang berkepentingan sendiri tanpa campur tangan dari luar!"
―Tetapi Kat Ju Hui adalah murid kesayanganku. Aku situa bangka sampai perlu keluar lagi dikalangan Kang ouw, karena khawatir jika cinta muridku itu tidak dibalas, dia mungkin akan membunuh diri! Dan ini tidak boleh terjadi!"
―Gadis itu dapat diberi nasehat. Jika kau tidak berkeberatan, aku bersedia melakukan itu."
―Kau menawarkan jasa-jasa baikmu?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
135
―Ya,"
―Bagus! Aku minta kau datang ke lembah Hong hong-kok dan cobalah beri nasehat pada muridku itu. Dan terima kasih...."
Berkata begitu, Thiat-cong gin-leng mengangguk sedikit dan meninggalkan si Algojo yang juga segera berlalu.
SEMENTARA itu, Khouw Kiam Siu yang sedang menuju ke puri Kiam Pao, sudah tiba disebuah lembah yang dijaga oleh beberapa belas orang. Melihat kedatangannya disitu, seorang yang berwajah kejam segera tampil kemuka dan membentak:
―Melihat alat tetabuhan di punggungmu, kau tentu sipemilik Kim gaib, bukankah?!"
―Tidak salah!"' sahut Khouw Kiam Siu tegas.
―Kebetulan sekali, aku Wee Put Kie, pemimpin regu pengawal Thian-lam Sin-kun dari istana Thian-lam-mo-kong diselatan memang diperintahkan untuk membawamu kesana!"
Diam-diam Khouw Kiam Siu bercekat mendengar disebutnya nama Thian lam Sin-kun yang telah mengutus Jun-bong Su-koay untuk mencari pedang Thian-kong kiam di tempat si Kakek cerdas. Kakek atau gurunya itu akhirnya karena tidak sudi memberitahukan dimana pedang pusaka buntung itu, telah dibunuh oleh keempat iblis itu.
Ia memang bermaksud membikin perhitungan dengan si Raja muda dari daerah Thian-lam itu, maka tiba-tiba saja ia jadi gusar.
―Meskipun tidak dicari, aku pasti berkunjung kesana!" katanya keras.
―Bagus! Ayohlah, kita berangkat sekarang!"
―Aku masih mempunyai urusan penting, aku akan berkunjung ke tempatmu pada suatu hari!''
―Jika demikian halnya, kau serahkan saja pedang Thian-kong kiam sekarang!"
―Menyesal sekali, tidak dapat aku serahkan pedang pusakaku ini begitu saja!"
Wee Put Kie tertawa berkakakan panjang. Kemudian dengan sikap yang memandang rendah ia berkata:
―Sin-kun telah mengatakan bahwa jika kau berkeras kepalamu harus dipenggal!"
―Kau penggallah!"
Wee Put Kie tidak menunggu lagi. Diangkat tangannya dan mengebas. Serentak dengan itu, empat orang segera melangkah keluar dari rombongan itu dan menghampiri Khouw Kiam Siu. Tetapi satu hembusan angin mendesir dan membuat mereka tiba-tiba berdiri diam!
Meskipun terkejut melihat keempat orangnya itu dengan mudah saja sudah sekaligus terkena totokan, Wee Put Kie tidak sudi meninggalkan tempat itu begitu saja tanpa meninggalkan'oleh-oleh'. Ia meloncat sambil menggerakkan tangannya seperti orang melemparkan apa-apa, kemudian secepat kilat dibalikkan tubuhnya dan kabur!
Khouw Kiam Siu hendak mengejar, namun kedua kakinya tiba-tiba menolak segala
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
136
perintahnya. Pada saat yang sama kepalanya dirasakan kosong dan hidungnya mengendus suatu hawa yang harum semerbak dan belum lagi ia sadar apa yang telah terjadi atas dirinya, sekonyong-konyong kedua lututnya tertekuk dan roboh pingsan!
Wee Put Kie mengendorkan larinya dan bermaksud kembali lagi untuk merebut pedang Thian-kong-kiam, tetapi tiba-tiba ia merandek ketika melihat seorang kakek dengan langkah-langkah enteng sekali sedang berjalan menghampiri pemuda she Khouw itu. Cepat dibalikkan lagi tubuhnya dan berlari pergi!
Dengan cepat saja kakek itu sudah berdiri didekat Khouw Kiam Siu yang menggeletak ditanah. Kedua tinjunya sudah siap menyerang pemuda itu, ketika…
―Hei, Phan yun-siu!" demikianlah terdengar seruan lantang yang disusul dengan munculnya seorang kakek yang berambut panjang sekali hingga menutupi mukanya.
Si kakek yang bermaksud menyerang Khouw Kiam Siu ternyata bukan lain daripada Phan-yun-siu, guru Gak Cun. Ditatapnya kakek yang baru datang itu sebentar dan menegur:
―Siapa kau?"
―Kau tidak perlu mengetahui aku siapa!" sahut kakek itu sambil tertawa panjang. ―Kau bermaksud membunuh orang yang sudah pingsan. Perbuatanmu itu sangat keji….sangat bertentangan dengan peraturan Bu-lim!"
―Kau mau turut campur dalam urusan ini?"
―Semua orang yang luhur harus berusaha mencegah perbuatan-perbuatan keji !"
―Jadi kau menganggap dirimu luhur?"
―Begitulah kira-kira! Hee, hee, hee!"
―Siapa kau? Aku belum pernah melihatmu berkecimpung di-kalangan Kang-ouw."
―Hee, hee, hee! Ternyata bukan saja banyak orang kau tidak kenal, tetapi kaupun banyak tidak tahu urusan-urusan yang telah terjadi dikalangan persilatan! Disamping itu aku sungguh tidak mengerti sebagai seorang guru silat dan seorang yang memiliki nama tenar dalam dunia Kang-ouw, kau masih tidak malu-malu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang keji! Mengapa kau hendak membunuh pemuda itu?"
―Anjing ini telah bersekongkol dengan murid Thiat cong gin leng dan membunuh muridku!"
"Sudahkah kau membuktikan bahwa pemuda itu telah bersekongkol dengan murid si Tongkat besi kerincingan perak dan membunuh muridmu?"
Phan-yun-siu tiba-tiba jadi gugup ditanya demikian, ia tidak menyahut.
―Menurut pengetahuanku, pemuda itu belum pernah melakukan perbuatan-perbuatan hina!'' kata si kakek lagi. ―Dan aku yakin kau bukan saja ingin membunuh pemuda itu, tetapi kaupun bermaksud merebut pedang pusaka buntung!"
Tuduhan yang tepat itu membuat Phan-yun siu serba salah. Tengah ia bingung, si kakek tiba-tiba mendekati Khouw Kiam Siu.
―Jangan sentuh anjing itu!" bentaknya mengancam.
Si kakek tertawa terkekeh dan menghampiri terus.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
137
―Jika kau tidak senang melihat perbuatanku ini, cobalah cegah!" tantangnya.
Phan-yun-siu tidak lagi dapat menahan sabar. Kedua tinjunya terangkat maka dilain saat ia sudah menyerang dengan jurus keistimewaannya. Dan ketika serangannya ditangkis oleh kakek yang ternyata sangat lincah dan tangkas itu, dia sendiri yang terpental roboh!
Si kakek tidak menunggu lagi, ia meloncat dan menyambar tubuh Khouw Kiam Siu untuk kemudian dihimpitnya dan meloncat pergi. Larinya demikian pesat, sehingga ketika Phan-yun siu dapat berdiri lagi, ia sudah berada jauh dari tempat itu. Ia berlari terus dan masuk kedalam semak belukar. Tidak lama kemudian tibalah ia dikaki gunung yang terpencil.
Diletakkannya tubuh Khouw Kiam Siu ditanah. Lalu ia mengeluarkan beberapa butir pil obat yang segera dimasukkannya kedalam mulut pemuda itu dan menantikan sambil duduk bersila.
Beberapa saat lewat, tidak lama kemudian Khouw Kiam Siu pun sudah sadarkan diri lagi. Seperti orang bermimpi ia menggerakkan tubuhnya dan berduduk.
―Locianpwee," katanya bingung. ―Apa yang telah terjadi?"
―Kau telah terkena racun!" sahut kakek itu sambil bersenyum lebar.
―Locianpwee yang menolong aku?"
―Ya. Jangan terlalu banyak bicara, kerahkanlah tenaga dalammu agar sisa-sisa racun itu keluar melalui pori-pori."
Khouw Kiam Siu adalah seorang pemuda yang berkepala batu dan tidak sudi menerima budi siapapun, tetapi entah mengapa, terhadap kakek itu sikapnya agak berlainan. Segera dikerahkan tenaga dalamnya dan menuruti saja petunjuk2 kakek itu.
Kira-kira setengah jam kemudian baru si kakek berkata lagi:
―Cukuplah, aku kira obat-obatan telah kau telan dan tenaga dalammu sudah berhasil mengusir pengaruh racun yang kau sedot itu."
Dengan sekujur tubuh basah oleh keringatnya sendiri, Khouw Kiam Siu lekas-lekas memberi hormat seraya mengucapkan terima kasih.
―Aku mengharap dapat membalas budi Locianpwee ini," katanya.
Si kakek tertawa terkekeh dan menyahut: ―Kau dapat melakukan itu sekarang juga!"
―Sekarang juga?"
―Ya, dengan menjawab beberapa pertanyaanku dengan jujur."
―Apa yang hendak Locianpwee ketahui?"
Si kakek menyingkap rambut yang menutupi mukanya. Maka tampaklah kedua matanya yang bersinar tajam. Setelah ditatapinya pemuda itu sejenak, ia lalu berkata:
―Dari mana kau peroleh pedang Thian kong kiam?"
―Aku….aku.....tidak....."
―Ayohlah, jawab sejujurnya! Aku hanya ingin mengetahui tanpa kepingin memiliki pedangmu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
138
itu."
Khouw Kiam Siu berpikir sebentar, akhirnya ia menyahut juga,
―Aku memiliki Thian kong-kiam semenjak aku masih kecil sekali."
―Ya, tetapi siapa yang telah memberikan pedang itu padamu?"
―Gouw Wie To, si Kakek cerdas, guruku."
―Sudikah kau menceritakan riwayatmu?"
―Aku….aku.... tidak tahu....."
Si kakek tampaknya tidak merasa yakin mendengar pengakuan itu. Tetapi ia segera berkata lagi:
―Mengapa kau tidak menanyakan gurumu itu? Aku kira dia mengetahui."
―Guruku telah memberitahukan sebagian saja. Beliau mengatakan bahwa aku baru boleh mengetahui seluruh hal ikhwal setelah aku memiliki sesuatu yang bisa diandalkan untuk menggempur musuh-musuhku, tetapi setelah aku berhasil, dia sendiri telah dibunuh orang….‖
―Si Kakek cerdas sudah mati? Siapa yang membunuhnya?"
―Yun-bong Su-koay atas perintah Thian-lam Sin-kun!"
―Mengapa gurumu dibunuh?"
―Karena menolak memberitahukan dimana Thian kong-kiam telah disembunyikan!"
Si kakek tiba-tiba menggeram. Tampak wajahnya tiba-tiba jadi gusar.
―Haai! Aku merasa heran Thian lam Sin-kun bisa menduga dengan tepat bahwa Gouw Wie To pernah memiliki pedang pusaka itu. Tahukah kau mengapa?"
―Tidak, pada suatu waktu aku akan pergi ke selatan untuk menanyakan dan membikin perhitungan dengan si Raja muda dari daerah Thian-lam itu!‖
―Hee, hee, hee! Kau mungkin belum mengetahui siapa itu Thian lam Sin-kun."
―Aku tahu si Raja muda dari daerah Thian lam itu dideretkan di No. 6 dari kesepuluh manusia-manusia luar biasa dizaman 30 tahun yang lalu, tetapi aku tidak gentar."
―Sekalipun demikian, kiranya perlu aku beritahukan bahwa semenjak 30 tahun yang lalu, orang dari daerah Tiong Goan belum ada seorangpun yang dapat masuk ke istana Thian-lam-mo-kong dan berhasil keluar lagi....dewasa ini, si Raja muda dari daerah Thian-lam itu adalah orang terkuat dikalangan persilatan..."
Khouw Kiam Siu tidak memberi komentar apa-apa atas peringatan itu.
―Menurut cerita, pedang Thian-kong-kiam telah diketemukan oleh Khouw Bu Wie, si Muka alim, tetapi hampir pada waktu yang sama, si orang she Khouw dan isterinya tiba-tiba lenyap dari kalangan Bu-lim." kata lagi si kakek. ―Kau tadi bilang bahwa Thian-kong-kiam telah menjadi milikmu semenjak kau masih kecil, maka dapatlah ditarik satu kesimpulan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
139
―Kesimpulan apa?"
―Sebelum aku menceritakan, cobalah katakan pernah apa kau dengan Khouw Kie Cong alias Sam kiat Sianseng?"
―Dia sahabat karibku."
Si kakek menjebirkan bibirnya dan berpikir. Kemudian ia mengangguk-anggukkan kepalanya dan berkata lagi:
―Kemungkinan besar Khouw Kie Cong itu adalah saudara tirimu!"
―Haa?!"
―Ya! Aku mengetahui bahwa Khouw Kie Cong adalah putera tunggal Khouw Bu Wie dari isteri pertama yang bernama Lim Giok Cui, tetapi wanita she Lim ini sambil membawa Khouw Kie Cong telah mabur ketika mengetahui bahwa suaminya telah mengadakan hubungan gelap dengan seorang wanita lain yang bernama julukan Im-hong-kwi-lie, si Dewi angin dan dari si Dewi angin lahirlah seorang putera yang ketika memasuki usia satu tahun telah ditetapkan akan menjadi suami puteri Sauw-hun Mo kie, si Penyapu nyawa!"
Setelah berkata, si kakek lalu meneliti wajah Khouw Kiam Siu.
―Haaa.......lihat saja wajahmu, kau mirip benar dengan Khouw Kie Cong!"
Hati Khouw Kiam Siu tiba-tiba berdebar-debar.
―Jika kesimpulan kakek ini betul, maka ayah bundaku adalah Khouw Bu Wie dan Im hong-kwi lie!" pikirnya. ―Dengan demikian, Khouw Kie Cong adalah kakak tiriku dan orang yang tengah dicari-cari oleh Ma Kang Lian alias Cui-beng Lo-sat adalah aku sendiri!"
Si kakek tertawa terkekeh melihat sikap Khouw Kiam Siu yang masgul itu.
―Anak, jangan gelisah tidak keruan, kesimpulanku mungkin keliru," katanya. ―Tetapi aku berjanji untuk bantu menyelidik nasib ayah bundamu itu."
―Mengapa Locianpwee mau bersusah-payah? Apakah kau berhubungan erat dengan Khouw Bu Wie?"
―Betul. Hanya aku tidak dapat memberitahukan hubungan apa telah terjalin antara aku dan siorang she Khouw itu. Untuk mengetahui hal ikhwalmu, karena Gouw Wie To sudah meninggal dunia maka kini hanya ada dua jalan: menanyakan dari Thian-lam Sin-kun dan mencari jejak Khouw Bu Wie dan isterinya yang kedua."
Khouw Kiam Siu mengangguk. Setuju ia dengan pendapat kakek itu.
―Kapan kau ingin pergi ke selatan?" tanya si kakek.
―Dalam beberapa hari ini."
―Bagus! Aku akan menyertaimu!"
―Tetapi aku masih harus pergi ke puri Kiam Pao....."
―Oh .... itu tidak menjadikan soal. Kau pergilah sekarang, kita akan berjumpa di selatan!"
Khouw Kiam Siu harus lekas-lekas menolong Cio Tin, maka ia segera memberi hormat dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
140
meninggalkan kakek itu yang tidak menanyakan tentang batok kepala ditali pinggangnya.
Si kakek bersenyum lebar sambil mengawasi perginya pemuda itu. Kemudian terdengar ia berkata seorang diri:
―Aku harap saja pemuda ini betul-betul putera Khouw Bu Wie. Dengan demikian suatu urusanku telah selesai!" lalu iapun berlalu dari situ.
KHOUW KIAM SIU merasakan kepalanya ditindih oleh batu yang besar memikiri nasibnya sendiri. Ia mengejar perjalanan itu dengan kecepatan penuh, namun baru pada keesokan harinya ia tiba didaerah puri Kiam Pao.
Puri tersebut dibangun dikaki gunung yang sangat luas dan dikurung oleh tembok setinggi kira-kira tiga meter. Di atas pintu gerbang, tampak tergantung sebilah pedang yang bergagang emas.
Sambil celingukan ke kanan-kiri Khouw Kiam Siu mendekati tembok itu. Ditelitinya juga keadaan disekeliling tempat itu, ketika tidak melihat seorangpun, segera dijejak kedua kakinya dan tersembullah tubuhnya seperti peluru dimuntahkan dari ujung meriam.
Kemudian sambil bergelantungan di atas tembok itu, perlahan-lahan tubuhnya diangkat dan melongok kedalam dan pada saat yang sama pula, tiba-tiba terdengar giginya bergertak, kedua matanya terbentang lebar karena gemasnya.
Didepan pekarangan dalam puri tersebut, dilihatnya Cio Tin sudah terikat didahan sebuah pohon yang besar. Didepan gadis itu tampak seorang kakek yang berwajah bengis. Kira-kira 20 orang yang mengenakan pakaian dengan gambar sebilah pedang dalam pakaian masing-masing mengurung disekitarnya. Dan tidak jauh didepan si-kakek tampak sebuah bungkusan kain hitam yang sudah terbuka dan ternyata isinya adalah sepasang ujung tangan manusia yang sudah kering dan secarik kertas penuh corat-coret.
Si kakek membungkukkan tubuhnya dan memungut secarik kertas yang lalu dibacanya. Ia menyeringai, tetapi sejenak saja wajahnya berubah bengis lagi dan membentak:
―Hei, betina jahanam! Siapa yang telah menyerahkan bungkusan ini padamu?‖
―The Jun!" Cio Tin balas membentak. ―Meskipun kau adalah penjaga utama dari puri jahanam ini, tetapi jangan harap kau akan berhasil mengorek keterangan dari mulutku!"
―Kau memperpendek usiamu sendiri dengan kata-kata itu!"
―Kau bunuhlah aku! Aku tidak gentar!"
―Betulkah kau tidak mau menjawab pertanyaanku tadi?"
―Tidak!"
The Jun tiba-tiba menepuk tangannya satu kali. Segera meloncat keluar seorang yang bertubuh tinggi besar kehadapan kakek itu serata berkata dengan sikap hormat sekali:
―Cong-koan! Teecu menantikan perintah!"
The Jun lagi-lagi menyeringai. Ia menunjuk kearah Cio Tin dan berkata:
―Kau goreslah pipi gadis jahanam itu!"
―Perintah itu segera dilaksanakan!" seru orang itu. Ia berjalan menghampiri Cio Tin sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
141
menghunus pedangnya.
Khouw Kiam Siu tidak lagi bisa menahan amarahnya. Cepat ia berdiri di atas tembok itu, kemudian sambil melepaskan pekikan lantang tampak tubuhnya mencelat untuk kemudian menukik seperti burung rajawali sakti menerkam orang yang sudah siap menggores muka Cio Tin. Satu tempaan tinjunya menghantam kepala orang itu yang tiba-tiba berdiri terpaku dan akhirnya roboh terjengkang!
The Jun seolah-olah tidak percaya dengan apa yang telah dilihatnya itu. Baru setelah semangatnya pulih kembali ia mengenali alat tetabuhan yang tergantung di punggung pemuda itu.
Kenyataan itu membuat ia teringat akan kekalahan yang telah dideritanya oleh dua rombongan jago-jago puri Kiam Pao, yalah pertama rombongan yang dipimpin oleh Gouw Kang, Sa-cap-lak-thian kong atau ketiga puluh enam orang sakti dari puri Kiam Pao, yang telah dibikin babak belur tidak keruan. Kedua adalah rombongan yang dipimpin oleh Tauw Kun, Cit-cap-ji-tee-kiat atau Resimen 72 iblis-iblis tanah, yang juga sudah dibikin jungkir balik oleh pemuda yang kini sedang berdiri dihadapannya.
Sambil terus mengawasi The Jun, Khouw Kiam Siu lalu memungut bungkusan kain hitam yang setelah dibungkus rapi lagi segera dimasukkan kedalam sakunya. Ditudingkan tangannya kearah The Jun dan membentak:
―Hei, apakah kau yang telah menangkap gadis ini?"
Mengingat jumlah orangnya yang banyak sekali, The Jun jadi tidak gentar.
―Betul!" sahutnya.
Khouw Kiam Siu sudah melepaskan Kimnya, namun sebelum menyerang The Jun, orang-orang puri Kiam Pao sudah menerkam dengan serentak, maka ia segera memutar senjatanya sambil mengelakkan tusukan-tusukan pedang yang menyerang dari empat penjuru itu.
Pertarungan sengit segera terjadi dengan The Jun berdiri sebagai penonton! Sebentar-sebentar terdengar jeritan yang dibarengi dengan robohnya beberapa orang-orangnya, dan tidak lebih dari pada 20 jurus Khouw Kiam Siu sudah berhasil melumpuhkan lawan-lawannya itu.
―The Jun!" bentak Khouw Kiam Siu sambil menggantung lagi senjatanya. ―Kini hanya aku dan kau saja!"
The Jun jadi pucat pasi, tetapi ia segera menghunus pedangnya dan bersiap-siap melawan jika diserang.
Justru pada saat itu tiba-tiba terdengar genta dipalu dengan gencar sekali. Serentak dari kejauhan terdengar suara teriakan-teriakan
Khouw Kiam Siu datang dipuri itu hanya untuk menolong Cio tin dan keluar, baru kemudian datang lagi untuk menolong Thio Siok Ngo. Maka begitu mendengar teriakan-teriakan orang-orang puri tersebut, ia segera menjotos dengan ilmu pukulan Coan-keng-touw-hiat-kang dan membuat The Jun terguling ditanah. Lalu cepat ia meloncat kearah si gadis dan memutuskan tali pengikatnya.
―Ayoh lekas ikuti jejakku!" katanya. Tetapi...
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
142
―Berhenti !" demikianlah terdengar suara yang sudah dikenalnya membentak. Dibalikkan tubuhnya dan melihat Thio Kun bersama beberapa puluh orang-orangnya sudah berdiri disitu.
―Tidak demikian mudah kau tinggalkan puriku ini, anjing !" bentak lagi Thio Kun beringas.
Tanpa diperintah lagi, orang-orang Thio Kun sudah mengurung Khouw Kiam Siu dan Cio Tin, tetapi belum lagi mereka menyerang, tiba-tiba terdengar seruan:
―Pao-cu telah datang!"
Bersamaan dengan seruan itu, semua orang-orang puri Kiam Pao segera menghadap kearah pintu gedung atau puri mereka dengan sikap hormat sekali.
Pintu ruangan depan puri itu perlahan-lahan terbuka, lalu seorang anak yang mengenakan baju hijau dan memegang sebilah pedang berjalan keluar sambil diikuti oleh 20 orang yang kemudian berdiri tegak didua baris didepan pekarangan itu.
Terdengar gembreng dipalu satu kali dan seorang yang berusia kira-kira 50 tahun, mengenakan jubah kuning, berwajah angker dengan jenggotnya yang panjang melangkah keluar dengan tindakan gagah serta tenang. Dialah Thio Mo Lam, sipemimpin besar parta puri Kiam Pao!
Setelah menerima pemberian hormat orang-orangnya, Thio Mo Lam lalu mengawasi Khouw Kiam Siu dan Cio Tin. Alat tetabuhan yang digantung di punggung pemuda itu membuatnya mendengus mengejek.
―Hei, bocah!" bentaknya mengguntur. ―Kau si pemilik Kim Gaib?"
Khouw Kiam Siu tidak menyahut. Dengan beringas ditatapnya pemimpin besar puri Kiam Pao yang amat congkak itu.
Tiga orang kakek pengawal2 istimewa Thio Mo Lam tiba-tiba mengajukan diri seraya salah satu berkata:
―Pao-cu, biarlah kami saja yang membereskan anjing kecil ini!"
Thio Mo Lam tertawa berkakakan.
―Sabar! Aku ingin sekali menguji alat tetabuhannya itu!" sahutnya.
Ketiga kakek itu berdiri dibelakang junjungan mereka lagi.
Kemudian tampak Thio Mo Lam mengebas lengan bajunya sebagai isyarat agar orang-orangnya mengundurkan diri, maka dilain saat, di atas tempat itu hanya tinggal Khouw Kiam Siu, Cio Tin, ketiga kakek pengawal dan Thio Mo Lam sendiri, bahkan Thio Kun pun sudah berdiri jauh2 dari tempat itu.
Khouw Kiam Siu tidak gentar menghadapi keempat orang yang pasti memiliki ilmu dahsyat itu, ia hanya merasa khawatir Cio Tin, orang penting bagi Khouw Kie Cong, tidak mampu ia lindungi.
―Bocah!‖ bentak Thio Mo Lam. ―Kau lepaskan gadis itu!"
―Agar orang-orangmu dapat dengan mudah membunuh gadis ini bukan?!‖ Khouw Kiam Siu mengejek.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
143
―Ho ho, ho! Aku ingin mengetahui kelihayanmu, dan aku menjamin bahwa sebelum kau mampus, gadis itu tidak akan diganggu!‖
―Bagus! Ayohlah, aku sudah siap untuk diuji !"
Berkata begitu, Khouw Kiam Siu segera mengajak Cio Tin mundur beberapa langkah. Segera dilepaskan alat tetabuhannya dan bersiap-siap menggempur pemimpin besar partai puri Kiam Pao itu.
Thio Mo Lam menyeringai. Tangannya dengan gerakan tenang mengurut-urut jenggot yang terkulai menutupi dadanya.
―Menurut berita yang tersiar luas dikalangan Kang ouw bahwa Kim Gaib milikmu itu bisa melenyapkan sukma," katanya tenang. ―Dan kau sudah berhasil mengkucar-kacirkan dua pasukanku, yaltah Sa-cap-lak-thian-kong dan cit-cap-ji tee kiat. Namun aku belum terlalu yakin bahwa kaupun akan mampu melumpuhkan aku!"
Khouw Kiam Siu tidak mau menarik urat panjang lebar. Segera ditekuk kedua lututnya, lalu sambil duduk bersila tangannya mementil....
―Ting!! Tiiing!!! Treng….teng…teng… t i i i n n g g !!"
Suasana disekeliling tempat itu tiba-tiba berubah dengan terdengarnya suatu irama ganjil yang seolah-olah berkelebatnya ujung pedang kearah jantung itu. Yang seolah-olah munculnya memedi-memedi serta iblis-iblis jahat ditengah-tengah gemuruhnya topan yang mendesis-desis seperti ular-ular berbisa!
Sayang sekali pengalaman Khouw Kiam Siu mementil Kim belum banyak sehingga ia hanya berhasil melumpuhkan musuh-musuhnya tanpa bisa membunuh mereka, maka ia lalu berhenti mementil senar-senar Kimnya.
Musuh-musuhnya merasa seolah-olah baru tersadar dari suatu impian yang menakutkan. Kecuali Thio Mo Lam yang ilmu tenaga dalamnya sudah betul-betul mencapai kesempurnaan, sedangkan yang lain-lainnya sudah seperti anak kecil yang tak bertenaga.
Thio Mo Lam menarik napas, lalu mengejek:
―Hei, bocah! Kim-mu hanya begitu saja? Ha, ha, ha! Sekarang kau harus menyerahkan jiwamu!"
Khouw Kiam Siu merasa kecewa sekali belum dapat memainkan alat tetabuhannya dengan sempurna. Namun terhadap Thio Mo Lam, ia yakin masih mampu menggempurnya dengan tinju Coan-keng-touw-hiat-kang. Pada saat itu ia sedang memikiri bagaimana dapat menolong Cio Tin.
―Bocah! Aku akan keremus kau dalam tiga jurus!" Thio Mo Lam mengancam.
―Mengapa kau berteriak-teriak tidak keruan? Ayoh, buktikan kecongkakanmu!" sahut Khouw Kiam Siu.
Sementara itu ketiga pengawal istimewa Thio Mo Lam sudah pulih kembali semangat dan tenaganya. Satu diantara mereka lalu berkata:
―Pao Cu, untuk menyembelih seekor anak ayam kita tak memerlukan golok yang besar. Perkenankanlah aku yang ganyang bocah itu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
144
Thio Mo Lam mengangguk. Pengawal tersebut segera menghampiri Khouw Kiam Siu.
―Hei, bocah, sebelum aku kirim kau ke-akherat, camkanlah bahwa namaku Bun Siauw Thian!" teriaknya.
Khouw Kiam Siu menyahut dengan satu kemplangan Kim-nya.
Bun Siauw Thian meloncat mengegoskan kemplangan itu, lalu mengirim satu jotosan. Pukulan itu mengenakan Kim, dan Khouw Kiam Siu merasa seolah-olah senjatanya terlepas dari pegangannya.
Bun Siauw Thian terus menyerang dengan melancarkan jotos-jotosan dengan jurus Cun I sai-tee atau Hujan musim bunga menyiram bumi.
Khouw Kiam Siu terpaksa melancarkan jurus Hui-mo hoan-eng atau Iblis terbang tanpa bekas untuk mengegoskan jotosan2 itu sambil meloncat-loncat ke kanan dan ke kiri.
Kemudian kedua pengawal istimewa Thio Mo Lam juga turun tangan membantu rekannya.
Khouw Kiam Siu menjadi kewalahan. Setelah pertarungan berjalan 20 jurus, ia tampak terdesak.
Cio Tin menyaksikan pertarungan itu dengan gelisah.
Tiba-tiba....dari kejauhan terdengar suara tertawa yang ganjil. Suara tertawa itu terdengar seperti meraungnya seekor srigala.
Wajah Thio Mo Lam segera berubah. Ia memperhatikan suara tertawa yang ganjil itu. Ketiga pengawal istimewanya juga tampak terperanjat. Mereka meloncat mundur dan berhenti bertempur.
Khouw Kiam Siu berdiri terpaku sambil mendengari suara tertawa itu dan menyaksikan sikap dari ketiga lawannya yang tiba-tiba berhenti bertempur. Ia dapat kenyataan bahwa wajah Thio Mo Lam sudah berubah menjadi pucat.
SUARA tertawa itu makin lama makin dekat terdengarnya, untuk kemudian berhenti. Suasana menjadi sunyi, tetapi tegang. Semua orang menanti kedatangan orang yang tertawa itu.
Beberapa bayangan hitam berturut-turut berkelebat masuk ke-dalam puri, dan mengurung ketiga pengawal istimewa Thio Mo Lam. Yang baru datang itu adalah lima orang gadis yang berseragam dan menutupi muka dengan kain hitam.
Khouw Kiam Siu segera dapat mengenali bahwa kelima gadis itu adalah Ma Kang Lian dan 4 pengikutnya. Tetapi siapakah gerangan yang tertawa seperti meraungnya seekor srigala tadi?
Thio Mo Lam menatap Ma Kang Lian sejenak. ―Mengapa kamu menerobos masuk kedalam puriku?!‖ tanyanya.
―Kami datang untuk membawa dua orang!" sahut si gadis.
―Membawa siapa?!'"
―Mereka berdua!‖ sahut Ma Kang Lian sambil menunjuk Khouw Kiam Siu dan Cio Tin.
Satu dari ketiga pengawal istimewa Thio Mo Lam tiba-tiba membentak:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
145
―Hei! Kau rupanya tidak mengenal bahaya. Kau dan kawan2mu datang disini hanya untuk diganyang!"
―Kim Pao tidak ada artinya dimataku!" teriak Ma Kang Lian. Pengawal itu ingin maju menyerang, tetapi Thio Mo Lam mencegah dengan mengangkat tangan.
―Siocia, kau harus melaporkan nama dan tempat asalmu!" katanya tenang.
―Apakah Pao Cu sengaja mau menanya?"
―Hee, hee, hee! Aku lupa....kau adalah orang-orang dari Sauw-hun Mokie….."
―Betul! Sauw-hun Mo kie adalah ibuku!"
Thio Mo Lam dan ketiga pengawalnya terkejut. Jika gadis itu adalah puteri Sauw-hun Mo-kie, maka yang tadi tertawa tentulah Sauw hun Mo-kie sendiri. Mereka juga mengetahui bahwa Sauw hun Mo kie itu menduduki tempat ke-8 diantara jago-jago silat yang terlihay diwaktu itu.
Thio Mo Lam tidak ingin bermusuhan terhadap Sauw-hun Mokie, dan ia tak sudi menyerahkan Khouw Kiam Siu dan Cio Tin kepada puteri si Pelenyap sukma itu.
Lalu Ma Kang Lian berkata kepada Khouw Kiam Siu:
―Khouw Siaohiap, ayoh kita keluar dari sini!"
Khouw Kiam Siu yang hanya bermaksud menolong segera menarik tangan Cio Tin untuk diajak keluar.
―Tunggu!" bentak Thio Mo Lam. Serentak dengan itu ketiga pengawalnya mengurung Khouw Kiam Siu.
―Pao Cu! Apa maksudmu?!" tanya Ma Kang Lian sambil melotot.
―Bocah dan gadis itu adalah musuh-musuhku! Mereka tak boleh meninggalkan tempat ini!"
―Ma Siocia, aku minta kau bawa Cio Siocia keluar dari sini. Biarlah aku saja yang menghadapi jahanam ini!" teriak Khouw Kiam Siu sengit.
―Tidak! Aku datang kesini atas perintah ibuku. Karena ingin mencari kau, ibuku yang sudah tinggal terpencil selama 30 tanun, terpaksa harus keluar lagi!"
―Mencari aku? Aku tak mengerti. . . ."
―Dikemudian hari kau akan mengerti….‖
Lalu Thio Mo Lam menyuruh Ma Kang Lian keluar dari puri sambil berkata: "Siocia, karena aku menghormati ibumu, maka aku memperkenankan kau keluar dengan selamat! Jika tidak... menurut peraturan puri Kiam Pao, pipimu harus digores dengan ujung pedang!"
Kata-kata itu membuat Khouw Kiam Siu teringat akan penganiayaan atas diri Khouw Kie Cong, yang mukanya dirusak oleh goresan-goresan ujung pedang orang-orang puri tersebut. Ia mendadak jadi gusar ketika mengetahui bahwa biang keladi dari semua perbuatan yang kejam itu adalah Thio Mo Lam. Ia menuntun Cio Tin kepada seorang pengikut Ma Kang Lian, lalu melangkah maju kedepan.
Suasana tiba-tiba menjadi panas. Pertarungan rupanya tak lagi dapat dielakkan. Justru pada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
146
saat itu terdengar suara gaduh. Berbareng dengan itu, beberapa bangkai manusia tampak melayang dan terlempar kedalam puri. Adegan seram itu mempersona semua orang.
Sesaat kemudian, beberapa bangkai manusia lagi-lagi sudah dilemparkan kedalam puri.
Dengan beringas Thio Mo Lam menjerit:
―Hei! Sauw-hun mo-kie! Kita tidak bermusuhan, mengapa membunuh orang-orangku dengan cara sekejam ini?!"
Khouw Kiam Siu merasa agak jengah. Sebagai pemilik Kim Gaib, ia belum mampu mengganyang orang-orang puri Kiam Pao. Ia harus dibantu oleh orang lain. Ia ingat akan sebuah bahan peledak yang diberikan oleh Kut-louw-koay. Dirabanya benda itu sambil menghadapi si pemimpin puri Kiam Pao dan membentak:
―Thio Mo Lam! Aku perintahkan kau membuka pintu puri dan biarkan kami keluar dari sini!"
―Ha, ha, ha! Bocah apakah kau sudah sinting? Kau berani memerintah aku??" Thio Mo Lam mengejek sambil tertawa keras.
Sambil memperlihatkan bahan peledak ditangannya Khouw Kiam Siu menanya:
―Tahukah kau benda apa ini ?‖
Thio Mo Lam tiba-tiba melangkah mundur. Mukanya menjadi pucat. Sungguh tidak disangkanya sipemilik Kim Gaib mempunyai bom peledak Kut-louw-koay !
―Apakah pemuda ini ahliwaris Kut-louw-koay?" pikirnya.
Tiba-tiba …. dengan berakhirnya suara tertawa, terdengar seruan:
―Lian-ji, kamu semua mundur!"
Suara itu tak asing lagi bagi Ma Kang Lian yang segera berkata kepada Khouw Kiam Siu:
―Khouw siohiap, kita akan berjumpa lagi diluar puri!"
Berkata demikian, ia segera mengajak empat pengikutnya keluar dari puri.
Sementara itu Thio Mo Lam berdiri terpaku. Ia tak berani memandang remeh bahan peledak Khouw Kiam Siu. Bom itu dapat menghancurkan purinya dan juga semua orang-orangnya berikut dia sendiri.
―Thio Mo Lam, hutang jiwa diantara kita berdua dapat kita perhitungkan nanti! Sekarang kau bukalah pintu puri!" seru Khouw-Kiam siu.
Dengan kedua mata melotot Thio Mo Lam menanya:
―Apakah kau . . . kau ahliwaris si Siluman tengkorak?"
―Kau tak perlu menanya! Turutilah perintahku!"
Thio Mo Lam terpaksa menyuruh ketiga pengawalnya membuka pintu puri dan melepaskan Khouw Kiam Siu dan Cio Tin keluar.
Sambil menggendong Cio Tin, Khouw Kiam Siu menuju ke suatu puncak gunung untuk mencari tempat yang terpencil dan mengobati Cio Tin. Ia merasa bahwa ia berkewajiban
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
147
memulihkan tenaga gadis itu yang telah dilumpuhkan oleh Kut louw-koay, karena si gadis she Cio adalah orang yang erat hubungannya dengan Khouw Kie Cong, dan sepasang tangan manusia yang dibungkus dengan kain hitam, menurut keyakinannya erat hubungannya dengan soal pembalasan dendam gadis ini.
Dengan penuh pikiran ia mendaki puncak gunung, dan setibanya di atas, ia melihat seorang tengah berdiri membelakanginya.
―Aneh! Mengapa ia berada disini?!" tanyanya heran. ―Apakah ia sengaja menunggu kedatanganku disini, atau ia.....‖
Ia belum dapat menjawab pertanyaannya sendiri ketika orang itu berbalik dan ternyata dia adalah si Algojo.
―Mengapa tayhiap berada disini?" tanya Khouw Kiam Siu sambil menelan ludah.
―Aku memang sedang menantikan kedatanganmu,‖ sahut si Algojo.
―Bagaimana kau mengetahui aku akan datang kesini?‖
―O....kita bersama-sama telah pergi ke puri Kiam Pao, lalu datang keatas puncak ini. Aku senantiasa menguntitmu !‖
Khouw Kiam Siu meletakkan Cio Tin ditanah, dan segera menolong gadis itu dengan beberapa totokan.
―Gadis itu sudah menjadi lumpuh. Sekarang ia terluka parah. Aku kebetulan mempunyai sebutir pil obat. Berikan pil ini kepadanya dan ia masih dapat hidup selama 7 hari," kata si Algojo.
―Setelah tujuh hari, bagaimana?" tanya Khouw Kiam Siu cemas.
―Hm....mungkin sukar diobati lagi! Tetapi jika sebelum 7 hari kau berhasil mencari Ban-biauw-gie hian, si Ahli obat-obatan, gadis itu bukan saja dapat sembuh, bahkan ia juga akan memperoleh tenaga dan semangatnya kembali!"
―Ban-biauw-gie-hian itu berada dimana?"
―Sudah 20 tahun ia tidak muncul dikalangan persilatan. Menurut berita yang tersiar pada 10 tahun yang lalu, ia tinggal terpencil di lembah To-hie-kok. Jika kau beruntung menjumpainya mintalah sebutir pil obat Hwee-thian-cai-cau-tan untuk Cio siocia itu."
Khouw Kiam Siu berpikir sambil menatap Cio Tin yang belum siuman. Tiba-tiba si Algojo berbisik:
―Ada orang mendaki puncak ini.‖ Lalu ia meloncat dan bersembunyi.
Khouw Kiam Siu tak dapat meninggalkan Cio Tin seorang diri disitu, ia harus menanti kedatangan orang yang akan muncul itu.
Sesaat kemudian, orang yang mendaki sudah tiba. Dia adalah seorang wanita yang berusia setengah abad, berbaju hitam dan mengenakan kun (sarung) hitam. Parasnya yang cantik dan kulitnya yang putih bersih sungguh sangat menggairahkan.
―Apakah kau sipemilik Kim Gaib?" tanya wanita itu.
Khouw Kiam Siu mengangguk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
148
―Apakah kau dan Lian-ji bersahabat?"
―Lian-ji? Siapa Lian-ji?"
―Ma Kang Lian, puteriku. Dikalangan persilatan aku terkenal dengan julukan Sauw-hun mo-kie si iblis perenggut nyawa."
Khouw Kiam Siu tidak menduga jika Sauw hun-mo-kie adalah seorang wanita yang demikian cantik. Wanita itu dan puterinya telah datang ke puri Kiam Pao untuk menolong dirinya. Ia berdiri menatap wanita itu dengan perasaan kagum dan berterima kasih.
―Kau pernah mendapat petunjuk dari seorang kakek yang berambut putih untuk mencegah Lian-ji mengganyang orang-orang di kuil Siauw-lim-sie?" tanya lagi wanita itu.
―Betul!" sahut Khouw Kiam Siu cepat.
―Apa hubunganmu dengan kakek yang berambut putih itu?"
―Kami tak mempunyai hubungan apa-apa. Aku hanya kebetulan dijumpai olehnya dan karena kalah bertaruh aku terpaksa harus melaksanakan permintaannya."
―Apakah kau mengetahui nama daripada Kakek berambut putih itu?"
Khouw Kiam Siu menggelengi kepalanya. Wanita itu berpikir, dan berusaha menebak siapa gerangan kakek yang berambut putih itu yang mengetahui seluk-beluk urusan pribadinya.
―Aneh!" katanya. ―Siapa sebenarnya kakek itu? Kau tahu tempat kediamannya?‖
―Tidak."
―Aku akan mencari kakek itu. Sekarang cobalah katakan dari mana kau memperoleh pedang Thian kong-kiam itu?"
Khouw Kiam Siu mulai merasa curiga ditanya tentang hal ikhwal pedangnya. Namun, mengingat pertolongan wanita itu, ia menyahut juga:
―Pedang ini aku miliki semenjak aku masih kecil."
Wanita itu tampak terkejut. Setelah berpikir sebentar, ia menanya lagi dengan terharu:
―Kau miliki pedang itu semenjak kau masih kecil??‖
―Betul!"
―Siapakah ibu-ayahmu?‖
―Aku tidak mengetahui betul riwayatku. Aku hanya mengetahui telah dipelihara oleh Gouw Wie To, si Kakek cerdas, yang memberitahukan bahwa aku she Khouw, dan bahwa riwayatku erat hubungannya dengan pedang ini yang katanya akan menjadi titik tolak untuk mencari musuh-musuhku."
―Dimana si Kakek cerdas itu sekarang?"
―Beliau telah mati dibunuh oleh orang-orang dari Thian-lam Sin kun." Khouw Kiam Siu berpikir sejenak untuk kemudian melanjutkan:
―Apakah Cianpwee anggap aku putera Khouw Bu Wie si Muka alim?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
149
―Betul! Karena kau she Khouw dan memiliki pedang Thian-kong-kiam yang tadinya milik Khouw Bu Wie...."
―Tapi semua dugaan itu belum ada buktinya, bukan?‖
―Apakah si Kakek cerdas memberitahukan bahwa kau mempunyai musuh-musuh besar — musuh-musuh yang membunuh ibu ayahmu?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
―Beliau bilang bahwa setelah aku memiliki ilmu-ilmu silat yang lihay, beliau akan memberitahukan musuh-musuhku. Tetapi ia telah dibunuh sebelum memberitahukan itu," sahutnya sedih.
―Mengapa orang-orang Thian-lam Sin-kun membunuh si Kakek cerdas?"
―Menurut orang-orang itu yalah karena pedang Thian-kong-kiam. Aku sendiri bertekad pergi ke Thian-lam-mo-kong di selatan untuk menuntut balas atas kematian ayah angkatku itu dan juga untuk menyelidiki nasib ibu-ayahku!‖
Baru saja selesai kata-kata itu diucapkan ketika tampak beberapa bayangan hitam mendatangi. Mereka adalah Ma Kang Lian dan empat Ouw-hi lo-satnya atau pengikut berbaju hitam. Ma Kang lian menegur ibunya, lalu berkata kepada Khouw Kiam Siu.
―Khouw sio-hiap, kau sudah nyaris dari bahaya!"
Khouw Kiam Siu mengangguk sambil bersenyum. ―Siocia, bagaimana kau tahu aku berada di dalam puri Kiam Pao?" tanyanya.
―Seorang yang misterius memberitahukan hal itu kepadaku," sahut si gadis. ―Siapa gadis yang kau tolong itu?"
―Cio tin siocia."
―Tunanganmu ?"
―Bukan.... aku menolongnya atas permintaan seorang kawan."
Berkata demikian Khouw Kiam Siu tiba-tiba ingat lagi akan jiwa Cio Tin yang akan tewas jika ia tidak berhasil memperoleh pil obat dari tabib sakti Ban-biauw gie-hian dalam jangka waktu 7 hari. Ia lekas-lekas menanya lagi :
―Siocia, boleh aku minta sesuatu? "
―Sebutlah !" sahut Ma Kang Lian.
―Aku minta kau menjaga Cio siocia selama 7 hari ini. la telah dilumpuhkan oleh Kut louw-koay, lalu terluka dipukul oleh orang-orang dari puri Kiam Pao. Ia akan mati jika tidak segera ditolong dalam jangka waktu 7 hari....."
Sauw-hun Mo-kie menghampiri Cio Tin sambil meraba urat nadi gadis itu. Tampak ia menarik napas dan menggeleng-geleng kepalanya menyatakan putus asa.
―Aku ingin pergi mencari Ban-biauw gie-hian untuk minta pil obat…" Khouw Kiam Siu berkata lagi.
"Tetapi.... Ban biauw gie hian sudah lenyap dari kalangan Kang Ouw selama beberapa puluh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
150
tahun ini. Dimana kau akan mencarinya?" tanya Ma Kang Lian.
―Aku akan berusaha sekuat tenaga mencari tabib sakti itu. Aku hanya minta tolong kau menjaga Cio siocia selama 7 hari."
―Baik, tetapi setelah lewat 7 hari, dimana kita akan berjumpa lagi?"
Khouw Kiam Siu berpikir sejenak.
―Setelah 7 hari, kita berjumpa lagi disini !" sahutnya.
―Baiklah."
Khouw Kiam Siu segera memberi hormat kepada gadis itu dan Siauw-hun Mo kie. Beberapa saat kemudian ia sudah berlari-lari menuju lembah To-hie kok. Ia berlari-lari dengan keras sekali tanpa menghiraukan cuaca atau keletihan, maka dalam dua hari saja lembah itu telah dicapainya.
Dari kejauhan sudah terdengar suara air terjun. Dengan waspada ia berjalan masuk ke lembah tersebut, yang ternyata terpencil karena dikurung disekelilingnya oleh gunung-gunung.
Setengah hari telah dihamburkannya untuk mencari tempat bersemayam sitabib sakti. Lalu dibelakang semak belukar ia melihat mulut sebuah goa dikaki gunung.
Hampir tiga hari telah lewat, maka tanpa ragu-ragu dan gentar lagi Khouw Kiam Siu segera masuk kedalam goa itu. Lorong goa gelap sekali, tetapi setelah berjalan 10 meter cahaya terang terlihat diujung lorong goa. Ia keluar dari lorong goa dan menemui dirinya berada di atas lapangan seluas beberapa bou dengan tumbuh-tumbuhan yang subur dan segar.
Dikejauhan terlihat sebuah rumah gubuk yang dilingkari oleh pagar bambu. Ia menghampiri rumah itu, dan mengetok-ngetok pintunya seraya berseru:
―Aku, Khouw Kiam Siu, telah datang dengan maksud menemui si Ahli obat-obatan !"
Tiada sahutan. Ia mengetok lagi dan dengan tiba-tiba saja terdengar teguran :
―Hei! Siapa yang mengetok-ngetok pintu mengganggu aku..?"
―Aku, Khoum Kiam siu, telah datang dengan maksud mencari si Ahli obat-obatan !" teriak Khouw Kiam Siu.
―Khouw Kiam Siu? Aku tidak kenal nama itu!"
―Aku belum lama berkecimpung dikalangan Kang-ouw dan memang tidak terkenal. Aku datang mencari Ban biauw-gie hian!"
―Aku adalah Ban-biauw gie hian. Tetapi sudah 20 tahun lebih aku mengasingkan diri dari kalangan Kang-ouw. Bagaimana kau mengetahui tempatku ini?"
Untuk beberapa detik Khouw Kiam Siu tidak dapat menyahut. Ia merasa girang sekali telah berhasil mencari tabib sakti itu.
―Locianpwee, aku datang dengan maksud minta sebutir pil obat Hwee-thian-cai cau-tan untuk ...."
Belum habis Khouw Kiam Siu bicara, ketika daun pintu tiba-tiba menjebak. Berbareng
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
151
dengan itu sebuah palu baja memukul dadanya sehingga penglihatannya menjadi pudar untuk kemudian roboh pingsan !
Dilain saat seorang gadis berjalan masuk kedalam goa dan terus pergi kerumah gubuk Ban-biauw-gie-hian.
Siapa gerangan gadis itu? Ia adalah Cio Tin. Dengan paras yang pucat-pasi, pakaian kotor dan dekil, rambut terurai gadis itu mengetok pintu rumah gubuk seraya memanggil:
―Suhu!"
Ban-biauw-gie hian, seorang kakek yang bertubuh gemuk pendek dan berkepala gundul, membuka pintu. Ia tercengang melihat keadaan Cio Tin, muridnya itu.
―Tin-ji !" serunya kaget. ―Mengapa kau?? Kau menderita luka-luka parah??"
Cio Tin melangkah masuk kedalam, lalu menangis tersedu-sedu dihadapan gurunya.
―Suhu," katanya parau. ―Apakah ada seorang pemuda datang disini dan minta obat ?"
Ban-biauw-gie-hian terperanjat.
―Apa ? Apa kau bilang ?!" tanyanya.
―Apakah ada seorang pemuda yang memancang sebuah Kim di punggungnya datang disini dan minta obat ?"
―Ya.... mengapa memang ?"
―Ada dimana dia sekarang ?"
Melihat sikap serta suara muridnya yang agak gelisah itu, Ban-biauw-gie-hian mengerutkan dahinya. Kemudian dengan ragu-ragu ia menyahut:
―Aku telah memukul pemuda itu....‖
Cio Tin jadi terpaku mendengar ucapan gurunya itu.
―Tin-ji !" seru Ban-biauw-gie-hian. ―Apakah kau kenal pemuda itu?"
―Mengapa Suhu menyerang pemuda itu?" sahut Cio Tin dengan paras menyesali perbuatan gurunya itu. "Dia adalah penolongku. Dia datang disini untuk minta obat dan menolong aku yang telah diserang oleh Kut-lauw koay ...."
―Kau telah diserang oleh siapa?"
―Kut-louw-koay!"
―Si Siluman tengkorak ?‖
―Ya!"
―Hai! Kut-louw-koay sudah berusia 100 tahun lebih, aku sungguh tidak menduga jika ia masih hidup. Kau betul-betul bernasib malang bisa menjumpainya."
Kemudian, atas permintaan gurunya Cio Tin lalu menceritakan bagaimana sehingga ia berjumpa dengan si Siluman tengkorak sambil menanya:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
152
―Ada dimana pemuda itu sekarang?"
―Dia sudah pingsan dan masih berada dalam kamar dibawah tanah."
―Suhu, kita harus menolong dia!"
―Ya, tetapi kau harus ditolong lebih dulu. Totokan yang melumpuhkanmu harus lekas-lekas dibebaskan. Ayoh,duduk bersila dan pejamkan kedua matamu!"
Cio Tin menuruti perintah gurunya. Ia duduk bersila dan memejamkan kedua matanya.
Ban-biauw-gie-hian memijit urat nadi ditengkuk leher dan di punggung gadis itu yang segera tertidur. Ia bersenyum melihat perubahan paras muridnya itu, ia merasa yakin bahwa murid itu akan menjadi sehat walafiat sebagaimana sediakala.
SEMENTARA itu, Khouw Kiam Siu yang dipukul pingsan oleh Ban biauw-gie-hian telah dijebloskan kedalam kamar dibawah tanah. Ketika siuman ia tak bisa melihat apa-apa dikamar yang gelap itu.
Perlahan-lahan ia duduk sambil memperhitungkan bahwa ia dikejar-kejar oleh banyak orang karena pedang Thian-kong-kiam. Tanpa terasa ia melepaskan pedang itu dari tali pinggangnya dan meraba-raba.
Ia merasa bahwa ujung gagang pedang itu agak menonjol keluar dan seperti sebuah tombol. Tiba-tiba ditariknya tombol itu, dan jadi terkejut melihat sinar merah keluar dari tengah-tengah ujung gagang pedang itu.
Sebetulnya tombol itu adalah serupa tutup gagang pedang yang kosong tengahnya. Dalam lubang kecil ditengah gagang tersimpan sebutir mutiara sebesar kacang tanah yang memancarkan sinar merah dan terang.
Khouw Kiam Siu tak dapat mentafsirkan khasiat daripada mutiara ajaib itu. Dibawah sinar benda itu, ia dapat membaca huruf-huruf yang terukir di atas permukaan pedang.
Adapun huruf-huruf itu berbunyi sebagai berikut:
Mutiara mujizat yang berada dalam gagang pedang,
dihadiahkan kepada orang yang malang.
Bila mutiara itu dimakan segera,
maka tenaga orang yang malang itu segera bertambah berlipat-ganda
Jurus-jurus silat pedang yang berjumlah enam, sangat ampuh untuk membasmi segala iblis dan jahanam.
Setelah membaca, dengan tiba-tiba saja tubuh Khouw Kiam Siu jadi menggigil karena terharu dan kegirangan. Diluar dugaannya ia telah menemui mutiara mujizat. Tanpa ragu-ragu lagi ia segera menelan mutiara tersebut. Lalu dibacanya catatan tentang melancarkan ilmu silat pedang yang tergores di atas permukaan pedang tersebut. Tetapi ia jadi kecewa sekali, karena pedang itu hanya tinggal separuh sehingga catatan itu tidak komplit.
Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Khouw Kiam Siu lekas-lekas naik tangga dan keluar dari kamar dibawah tanah itu. Ia berdiri menghadapi Ban-biauw-gie-hian yang pendek gemuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
153
dan berkepala gundul itu dengan wajah beringas.
―Tua bangka gila! Aku datang dengan maksud yang luhur! Tapi kau telah memukul aku secara keji !" bentaknya gusar.
―Siohiap, aku telah memukulmu dan aku minta maaf atas kesalah-pahaman ini," kata Ban-biauw-gie-hian.
―Salah-paham?! Aku hampir mati !"
―Siohiap, aku sudah minta maaf !‖
―Ban-biauw-gie-hian, meskipun kau pandai mengobati orang kali ini kau tak dapat mengobati dirimu sendiri!"
―Bocah! Rupanya kau mau coba-coba kepandaianku, ya?" kata Ban-biauw-gie-hian menantang, dan mendadak saja ia sudah mengirim jotosan.
Khouw Kiam Siu menangkis jotosan itu, dan membuat Ban biauw-gie-hian terpental jatuh sambil memuntahkan darah.
Justru pada saat itu, Khouw Kiam Siu dibikin terkejut oleh suara jeritan seorang wanita. Itulah suara Cio Tin yang telah siuman ketika mendengar gurunya diterjang roboh sambil melepaskan jeritan.
―Suhu!" serunya sambil menubruk gurunya.
Khouw Kiam Siu terpaku menyaksikan Cio Tin sudah berada disitu. Bukankah gadis itu sudah hampir tewas ketika ia minta Ma Kang Lian menjaga keselamatannya? Mengapa ia kini berada disini? Mengapa gadis itu memanggil si kakek, guru? Apakah gadis itu betul Cio Tin atau ia tengah bermimpi?
―Khouw tayhiap. . . " kata Cio Tin.
―Apakah siocia . . . bernama Cio Tin?"
―Ya, apakah kau sudah tidak mengenali aku?"
―Kau. . . kau. . . Cio Tin?!"
―Betul!"
―Tetapi. . . . tetapi Cio siocia sedang terluka parah.‖
Sementara itu Ban biauw-gie-hian sudah bangun. Khouw Kiam Siu sesera menjura seraya berkata:
―Cianpwee, aku terlalu kurang ajar.‖
Si kakek menyeringai sambil menahan sakit.
―Aaaai...ini semua disebabkan oleh kesembronoanku," katanya. ―watakku memang congkak! Tin-ji telah menjelaskan segala sesuatu tentang tindak-tandukmu. Kau tak dapat dipersalahkan!"
Lalu Khouw Kiam Siu menyerahkan bungkusan yang berisi sepasang tangan manusia kepada Cio Tin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
154
Sambil menangis sedih Cio Tin menerima bungkusan itu dan berkata:
―Dua tangan manusia ini adalah tangan ibu dan ayahku, mereka telah dibunuh oleh The Jun, kepala jaga dari puri Kiam Pao ! The Jun adalah jahanam yang aku harus bunuh untuk membalas dendam ibu ayahku. Jahanam itu telah merebut mutiara Thian-tam-bok-cu yang dapat mengelakan air dan api....dan menurut cerita yang aku dengar belum lama ini, mutiara itu telah direbut lagi oleh Tok-pi-sin-mo, si Iblis berlengan satu!"
Pada saat itu terdengar suara tertawa diluar. Ban-biauw-gie-hian terkesiap.
Khouw Kiam Siu heran melihat sikap si kakek itu. Ia lalu menanya :
―Cianpwee, mengapa kau menjadi gentar?"
Ban-biauw gie hian menyahut dengan nada yang rendah :
―Suara tertawa diluar itu rupanya suara Tok-pi-sin-mo. Ilmu silatnya lihay sekali, jauh di atas semua jago-jago silat yang ada. Ia hanya dapat dipecundangi oleh Kut-louw koay. Sudah dua kali ia datang dan minta aku menyambung lengannya, tetapi aku selalu berusaha menolak dengan alasan bahwa aku belum mampu berbuat demikian. Disamping itu banyak obat aku harus sembunyikan di tempat tertentu. Mungkin ia kini datang lagi dengan maksud serupa...."
Betul saja, pintu tiba-tiba ditendang terbuka oleh Tok-pi-sin-mo. Ban-hiauw-gie-han lekas-lekas keluar diikuti oleh Cio Tin dan Khouw Kiam Siu.
―Hee, hee, heh! Kakek gundul! Apakah sekarang kau sudah mampu menyambung lenganku?" tanya Tok-pi-sin-mo.
―Belum...." sahut Ban-biauw-gie-hian.
―Baiklah, tetapi sekarang aku perlu pil obat Hwee-thian-cai-cau tan.... ayoh serahkan pil obat itu...."
Cio Tin mengetahui bahwa gurunya masih menderita luka-luka di dalam tubuh setelah dijotos Khouw Kiam Siu tadi. Maka ia segera tampil kemuka menghadapi si Iblis berlengan satu itu.
―Pil obat Hwee-thian-cai cau-tan tak mudah diberikan kepada sembarang orang !" katanya.
Tok-pi-sin mo menatap gadis itu dengan dengan birahi, karena Cio Tin bukanlah seorang wanita yang jelek.
Cio Tin mengkerat ditatap oleh sorotan mata iblis itu.
―Hie, bocah betina ! Apa hubunganmu dengan si kakek gundul itu?" tanya Tok-pi sin mo.
―Beliau adalah guruku !‖
―Oho! Bagus ! Bagus ! Jika sigundul tak dapat memberikan aku pil obat Hwee thian cai-cau-tan, berikanlah aku muridnya yang cantik ini, Ha, ha, ha !"
Khouw Kiam Siu jadi naik pitam melihat keceriwisan itu. tampak Cio Tin menjadi merah mukanya dan membentak :
―Jahanam, kau bukan saja jahat, tetapi juga sangat kurang ajar!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
155
Ban-biauw-gie-hian yang gentar menghadapi Tok-pi sin mo itu lekas-lekas mencegah muridnya.
―Tin ji, kau mundur..... "
Tetapi secepat kilat Tok pi sin-mo menjambret dengan tangan kanannya seraya membentak:
―Hie, anjing betina ! Kemana kau mau pergi ?"
―Bangsat !" terdengar makian dan tampak tangan Tok-pi sin mo yang menjambret tertolak keatas.
Tok-pi-sin-mo sudah berkecimpung dikalangan Kang-ouw selama beberapa puluh tahun tanpa menjumpai lawan yang sepadan. Ia terkejut jambretannya ditangkis oleh satu tenaga yang luar biasa hebatnya. Ia meneliti dan melihat seorang pemuda tengah menghadapinya dengan wajah beringas.
Sungguh diluar dugaan Tok-pi sin-mo bahwa seorang bocah yang baru berusia kira-kira 20 tahun, mampu memunahkan serangannya yang sudah terkenal sejak lama itu.
―Hei bocah ingusan!" bentaknya garang, ―Siapa kau?"
Khouw Kiam Siu menyeringai. Sikapnya tampak tenang sekali.
―Jika kau belum tahu aku siapa, nah, camkanlah...‖
―Siapa kau? Lekas katakan!"
―Ho, ho, ho, Aku sipemilik Kim Gaib !"
―Siapa gurumu?!"
―Tak perlu kau ketahui hal itu !"
Wajah Tok-pi-sin-mo jadi merah padam mendengar kata-kata yang ketus itu. Tiba-tiba digerakkan kedua tangannya dan lagi-lagi menyerang dengan hebat.
Dengan tenang saja Khouw Kiam Siu pun menggerakkan kedua tangannya. Ia tidak menangkis, tetapi langsung menyerang kedua tinju yang sedang meluncur kearah dadanya itu, dan membuat dia maupun lawannya terpental mundur.
Seperti telah dikatakan di atas bahwa selama berkecimpung dikalangan persilatan Tok-pi-sin-mo belum pernah bertemu dengan lawan yang sepandan, tetapi kini meskipun diam-diam merasa kagum akan kepandaian lawannya itu, ia merasa yakin dapat merebut pedang Thian kong-kiam dari tangan pemuda itu.
Sambil sempoyongan dikerahkan tenaganya, dilain detik ia lagi-lagi sudah menjotos dan ketika melihat Khouw Kiam Siu meloncat mundur, secepat kilat ia merubah serangannya dengan satu jambretan kearah pinggang pemuda itu dan berhasil merebut pedang Thian kong kiam.
Untuk beberapa saat lamanya Khouw Kiam Siu berdiri terpaku dan kesempatan yang baik itu dipergunakan oleh Tok-pi-sin-mo untuk lekas-lekas meloncat menjauhkan diri dan menghilang di lorong gua.
Khouw Kiam Siu masih mengejar, tetapi ia harus balik kembali ke rumah si Ahli obat-obatan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
156
dengan rasa kecewa.
―Hai ! Sayang sekali kau tidak berhasil menangkap iblis itu,‖ kata Ban-biauw-gie hian ketika melihat pemuda itu sudah balik dengan tangan kosong. Ditelitinya pemuda itu sejenak, lalu menanya:
―Bocah, apa hubunganmu dengan Khouw Bu wie, si Muka Alim?"
―Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu," sahut Khouw Kiam Siu. ―Aku justru tengah menyelidiki hal itu."
―Dari mana kau memperoleh pedang Thian-kong kiam?"
―Aku memiliki pedang ini semenjak aku masih kecil.‖
―Hm….aku kenal baik si Muka alim yang sudah tak ketahuan jejaknya. Pedang Thian-kong-kiam adalah miliknya."
―Aku sendiri tidak mengetahui riwayat hidupku sendiri. Pedang Thian-kong kiam telah dimiliki olehku semenjak aku masih kecil….‖
Ban-biauw gie-hian berusaha memecahkan teka-teki itu sambil berkata lagi :
―Kau memiliki ilmu silat yang lihay dan berhasil mempecundangi Tok-pi-sin-mo. Pedang Thian-kong-kiam telah diketemui oleh si Muka alim, bagaimana pedang tersebut jatuh ke tanganmu ? Aku adalah sahabat karib dari Gouw Wie To si Kakek cerdas dan Khouw Bu Wie yang tergila-gila terhadap wanita lain sehingga Lim Giok Cui, isterinya melarikan diri sambil membawa juga seorang putera."
Khouw Kiam Siu mendengari kisah itu dengan penuh perhatian lalu berkata:
―Nasib si Muka Alim belum ketahuan. Gouw Wie To, ayah angkatku yang telah mendidik aku telah dibunuh oleh empat jahanam Yun-bong-su-koay atas perintah Thian-lam Sin-kun."
Ban-biauw-gie-hian terkejut mendengar kabar yang buruk itu.
―Mengapa Yun-bong su-koay membunuh si Kakek cerdas ?!" tanyanya.
―Mereka ingin merebut pedang Thian-kong-kiam. Mereka yakin pedang tersebut disembunyikan oleh ayah angkatku itu. Sebetulnya aku bermaksud pergi ke selatan untuk membunuh Thian-lam Sin-kun sebagai pembalasan dendam dibunuhnya ayah angkatku !"
―Ya, usaha membalas dendam itu harus dilaksanakan ! Menurut pendapatku, kau adalah putra Khouw Bu Wie dari isteri yang kedua, dan ibu-ayahmu mungkin dianiaya atau dibunuh orang. Soal itu hanya Gouw Wie To, ayah angkatmu yang mengetahui !"
―Aku juga sependapat dengan Cianpwee, hanya sekarang aku belum mempunyai bukti2. Si Muka alim dan isterinya sudah lenyap dari kalangan Kang-ouw selama 10 tahun lebih, tetapi tiada berita yang tersiar mengatakan mereka telah dibunuh.... semua ini masih merupakan suatu teka-teki, dan aku bertekad memecahkan teka-teki ini."
―Aku adalah kawan karib mereka, maka aku juga ingin berkecimpung dikalangan Kang-ouw lagi untuk menyelidiki jejak mereka !"
Tiba-tiba Cio Tin berkata kepada gurunya :
―Suhu, aku ingin pergi ke puri Kiam Pao lagi untuk memenggal kepala The Jun yang telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
157
membunuh ibu ayahku !‖
Ban-biauw-gie-hian menatap muridnya sejenak, lalu menanya:
―Apakah kau yakin dapat menggempur jahanam itu ?"
―Suhu, The Jun sudah terbukti menjadi pembunuh ibu ayahku. Jika aku tewas karena membalas dendam, aku akan merasa puas.‖
―Baiklah! Aku tidak hendak merintangimu. Kau pergilah!"
Sebelum pergi, Cio Tin berkata kepada Khouw Kiam Siu :
―Khouw siohiap, setelah urusanku dipuri Kiam Pao beres, aku akan pergi lagi ke kuil tua untuk menyelidiki jejak Khouw Kie Cong.‖
Khouw Kiam Siu bersenyum. Tak lama kemudian iapun minta diri. Tujuannya pertama yalah ke puri Kiam Pao untuk melihat Thio Siok Ngo yang dikatakan sudah menjadi gila, kemudian bila perlu ia akan membantu Cio Tin menempur The Jun, lalu ia bermaksud pergi ke markas Thian lam-mo kong diselatan untuk membalas dendam terbunuh ayah angkatnya.
Ia melanjutkan perjalanannya tanpa berhenti selama sehari dan semalam. Puri Kiam Pao sudah tak jauh lagi. Ia juga ingat si Algojo telah memberitahukan kepadanya bahwa Thio Siak Ngo di tempatkan disuatu kamar dibagian belakang puri itu.
Dari atas puncak terlihat olehnya bangunan di dalam puri tersebut banyak sekali, namun ia yakin akan berhasil mencari gadis itu yalah dengan memainkan Kimnya. Tetapi.....Thio Siok Ngo sudah menjadi gila. Apakah ia dapat mendengar dengan pikiran yang jernih irama yang akan merayunya itu!
Tidak jahatnya jika ia coba. Ia duduk bersila diluar tembok puri tidak jauh dari bangunan yang terletak dibelakang sambil menaruh Kimnya di atas pangkuannya. Lalu….
―Teng ! Teng !.... Treng….."
Irama Kim segera berkumandang diudara. Irama yang mencerminkan kasih-sayang yang suci-murni dan membangkitkan tekad memegang erat-erat harapan yang selalu memenuhi dada tiap-tiap manusia. Belum lama Khouw Kiam Siu mementil senar-senar Kimnya ketika tiba-tiba ia dikejutkan oleh satu bentakan mengguntur, ―Berhenti!"
Ia menoleh kearah suara bentakan itu, dan melihat si Algojo tengah berdiri dibawah sebuah pohon tidak jauh dari situ.
―Hm....si Algojo! Mengapa ia datang kesini?" tanyanya dalam hati.
Adalah Si Algojo yang mulai menanya :
―Hei, Siaotee! Mengapa kau mainkan Kim itu disini? Apalah kau mengetahui disini tempat apa?‖
―Bagian belakang dari puri Kim Poa!" sahut Khouw Kiam Siu heran.
―Haaiii....mengapa kau begitu tolol?! Bukankah dengan mainkan Kim itu berarti kau memberitahukan kepada musuh-musuhmu tentang jejakmu ?"
―Aku tak gentar menghadapi orang-orang dari puri Kiam Pao !‖
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
158
―Apa maksudmu mainkan Kim itu ?'
―Dengan harapan agar Thio Siok Ngo dapat keluar setelah mendengar irama Kim ini."
―Bukankah lebih baik kau masuk kedalam puri dan mencari gadis itu?"
―Bangunan di dalam puri banyak sekali. Aku tak mengetahui dia berada dimana."
―Thio Siok Ngo sudah menjadi gila. Ia tak lagi dapat mengenali irama Kim itu. Kau hanya membangunkan orang-orang dari puri Kiam Pao dengan mementil senar-senar Kim itu. Hm..... Thio Siok Nho berada di dalam rumah kecil yang dilingkari oleh kebun bunga dan selalu dijaga oleh 40 orang!"
Khouw Kiam Siu merasa heran si Algojo sudah mengetahui segala sesuatu tentang puri Kiam Pao. Lama juga ia menatap orang aneh itu yang rupanya sudah bisa membaca isi hatinya dan berkata:
―Siaotee, mengapa kau menatap aku? Apakah kau merasa curiga atas hasratku untuk membantu kau? Untuk membuyarkan perasaan curiga itu, dengarlah keteranganku ini: Thio Siok Ngo telah menjadi gila karena ia mengira kekasihnya sudah mati. Menurut pendapatku, kau tak perlu menjumpai dia lagi….‖
Pada saat itu tiba-tiba terdengar suara orang mendatangi. Maka si Algojo lekas-lekas berkata lagi :
―Siaotee, ada orang datang. Kita terpaksa harus bersembunyi dulu. Mereka datang karena telah mendengar suara Kimmu tadi. Ayoh, kita bersembunyi !"
Demikianlah si Algojo meloncat dan mencari tempat bersembunyi, diikuti oleh Khouw Kiam Siu.
Dari tempat bersembunyi disemak belukar, mereka dapat melihat bahwa orang yang datang itu adalah Thio Siok Ngo sendiri. Kecuali parasnya yang pucat, gadis itu tak kelihatan seperti seorang gila. Tetapi si Algojo yang mengawasi gadis itu sikapnya tampak terharu sekali. Sekujur tubuhnya bergemetaran!
Thio Siok Ngo berlari-lari disekitar tempat dimana Khouw Kiam Siu bersila tadi seperti orang mencari sesuatu. Kemudian terdengar ia memanggil :
―Khouw Kiam Siu! Khouw Kiam Siu!"
Khouw Kiam Siu tercengang di tempat bersembunyinya. Ia tak habis pikir mengapa gadis itu memanggil namanya dan tidak memanggil nama Khouw Kie Cong?
―Khouw Kiam Siu! Khouw Kiam Siu! Mengapa kau tidak keluar?" teriak Thio Siok Ngo lagi.
Si Algojo menyentuh dan mendorong lengan Khouw Kiam Siu sebagai isyarat agar pemuda itu meloncat keluar dan menjumpai gadis itu.
Khouw Kiam siu menuruti saja meskipun diam-diam merasa heran. Ia berjalan keluar dari tempat bersembunyinya dan menghadapi Thio Siok Ngo. Empat mata bertemu dan saling menatap.
Thio Siok Ngo betul-betul cantik jelita, hanya parasnya tampak pucat. Perlahan-lahan dengan tak terasa, Khouw Kiam Siu menundukkan kepalanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
159
Dengan nada yang penuh dengan kasih sayang Thio Siok Ngo lalu berkata:
―Khouw siohiap, aku sudah mengetahui bahwa kau akan datang mencari aku hari ini...."
Perasaan heran membikin Khouw Kiam Siu bisu untuk beberapa detik. Akhirnya bisa juga berkata:
―Thio ...Thio siocia.... kau sudah mengetahui semua ini ?‖
Sambil bersenyum sedih gadis itu mengangguk seraya menyahut:
―Betul...Tian Giok Siu, nenek yang merawat aku, telah memberitahukan segala sesuatu kepada aku setelah kau datang menjumpai aku di vila Thian tai kedua kalinya…‖
―Astaga! Gadis ini masih dapat menahan pukulan bathin sehebat itu !" kata Khouw Kiam Siu dalam hati sambil menarik napas.
―Aaiii... Khouw Kie Cong telah bertindak salah! Tindakannya yang keliru itu hanya menambah malapetaka...‖ kata lagi Thio Siok Ngo.
Khouw Kiam Siu menatap gadis itu dan memperhatikan pembicaraan dan gerak-geriknya.
―Gadisnya ini tidak gila! Tiada gejala yang menunjukkan bahwa pikirannya sudah tidak waras!" katanya dalam hati.
Thio Siok Ngo dapat melihat sikap Khouw Kiam Siu yang agak aneh itu maka ia menanya :
―Khouw Kiam Siu, mengapa kau tercengang? Apa kau kira aku sudah menjadi gila? Hm.... untuk sesuatu maksud, aku memang harus berlagak gila…"
Justru pada saat itu terdengar suara yang mencurigakan. Thio Siok Ngo menjadi lebih pucat. Dengan tergesa2 ia berkata:
―Kita akan berjumpa lagi sebentar jam 3...‖ berkata begitu, ia segera berlari pergi.
Khouw Kiam Siu juga lekas-lekas lari kembali kedalam semak belukar untuk bersembunyi. Tak lama kemudian dari kejauhan tampak mendatangi beberapa belas orang. Mereka itu adalah orang-orang dari puri Kiam Pao yang dipimpin oleh The Jun.
Dengan beringas Khouw Kiam Siu mengawasi orang-orang itu.
―Hm... The Jun itu adalah orang yang telah membunuh ibu-ayah Cio Tin. Apakah Cio Tin sudah menjumpai musuhnya ini?" tanyanya dalam hati.
Setibanya di tempat dekat semak belukar dimana Khouw Kiam Siu dan si Algojo bersembunyi, The Jun memerintahkan orang-orangnya untuk memeriksa tempat disekelilingnya.
Khouw Kiam Siu sudah mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengganyang orang-orang itu jika mereka menemui tempat bersembunyinya. Beruntung sekali, mereka tidak memeriksa sampai ke semak-belukar.
Tak lama kemudian The Jun lalu mengajak rombongannya pergi ke tempat lain, Khouw Kiam Siu menghela napas lega lalu berkata kepada Si Algojo :
―Apakah kau sudah mendengar ucapan Thio Siok Ngo tadi?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
160
Si Algojo mengangguk.
―Aku minta kau segera pergi ke lembah Hong hong kok. Cui-hun-tjeng-lie tengah menantikan kedatanganmu disana."
―Mengapa dia menantikan aku disana?"
―Dia sangat mencintaimu...."
―Tetapi aku tidak mencintai dia."
―Kau salah! Ia sangat mencintaimu, karena asmaranya yang tak terhingga terhadapmu, ia telah meninggalkan Kiam Pao dan berkelana dikalangan Kang ouw, tanpa tempat bernaung yang tetap. Bukankah ia sudah menolong jiwamu berulang kali?"
Khouw Kiam Siu harus mengakui kebenaran kata-kata itu, namun ia tak bisa dipaksa untuk mencintai Kat Ju Hui, meskipun gadis itu rela menyerahkan jiwa raganya!
―Siaotee, Cui-hun tjeng-lie dapat dikatakan sudah menjadi istrimu….Tetapi kau masih bersikap kejam terhadapnya!" desak si Algojo.
Khouw Kiam Siu merasa heran sekali. Si Algojo juga mengetahui hubungannya dengan Cui-hun tjeng lie. Ia berusaha mencari tahu siapakah gerangan si Algojo itu yang selalu menutupi mukanya dengan kain hitam.
―Siaotee, jika kau masih mempunyai prikemanusiaan, kau harus memperhatikan gadis itu. Masakan kau membiarkan ia menikah dengan orang lain?" kata lagi si Algojo.
―Itu urusan dia sendiri!"
―Siaotee, mungkin gadis itu akan membunuh diri jika terus menerus cintanya tidak kau balas! Dalam jangka waktu sebulan, jika kau tidak menjumpainya di lembah Hong-hong kok, ia akan membunuh diri!"
―Bagaimana kau mengetahui semua ini?‖
―Gurunya — Thiat-Cong gin leng - telah memberitahukan kepadaku."
Khouw Kiam Siu menundukkan kepalanya. Ia menjadi serba salah. Ia tak dapat membiarkan Kat Ju Hui membunuh diri, karena ia sangat berhutang budi pada gadis itu. Akhirnya ia berkata, ―Baiklah aku akan pergi ke lembah Hong hong kok menjumpainya !"
Si Algojo mengangguk-angguk seraya berkata:
―Betul....jika kau dapat menjumpainya, kau berbuat betul! Jika tidak, kau akan menyesal seumur hidupmu!"
Baru saja ingin berpisah, mereka tiba-tiba mendengar suara ketungan berbunyi tiga kali — tanda waktu sudah jam tiga!
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah. Ia masih harus menjumpai Thio Siok Ngo.
―Tu, Thio Siok Ngo sudah datang!" seru si Algojo. ―Ayoh, sambut padanya!"
Betul saja Khouw Kiam Siu melihat Thio Sok Ngo sedang berlari-lari mendatangi dan berhenti 5 meter didepannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
161
―Thio siocia, apa lagi yang ingin kau sampaikan kepadaku?"
Untuk beberapa saat lamanya Thio Siok Ngo tidak menyahut. Ia berdiri terpaku.
―Siocia, apa lagi yang kau ingin katakan?" tanya lagi Khouw Kiam Siu.
―Khouw Kiam Siu, apakah kau kenal seorang yang selalu menutupi mukanya dengan kain hitam dan mengaku bernama si Algojo?"
―Aku kenal, aku sering menjumpainya."
―Aku....aku mencurigai orang itu."
―Mencurigai? Mengapa kau mencurigainya?!"
―Aku mencurigai bahwa dia itu sebenarnya adalah Khouw Kie Cong alias Sam Kiat Sianseng!"
Khouw Kiam Siu menoleh ke tempat mana si Algojo bersembunyi tadi. Ia percaya bahwa si Algojo dapat mendengar juga ucapan Thio Siok Ngo. Gerak-gerik, maupun tindak-tanduk si Algojo merupakan suatu teka-teki baginya. Hanya puncak Kiat yun hong telah diledakkan dan dimusnahkan, dan menurut fahamnya, Sam Kiat Sianseng atau Khouw Kie Cong itu telah tewas karena ledakan. Mustahil sekali jika si Algojo itu sebetulnya Khouw Kie Cong.
Lagi pula tenaga sakti Khouw Kie Cong sudah diserahkan kepadanya. Dari kejadian yang sudah2, ia mengetahui bahwa si Algojo memiliki ilmu silat yang lihay.
―Tidak mungkin! si Algojo bukan Khouw Kie Cong!" serunya.
―Mengapa tak mungkin?" tanya Thio Siok Ngo.
―Apakah kau sudah mengetahui bahwa puncak Kiat yun-hong telah dimusnahkan oleh ledakan?"
Thio Siok Ngo mengangguk.
―Kau juga mengetahui bahwa Khouw Kie Cong telah dipaksa minun racun yang sukar dicari obatnya?‖
―Ya, aku sudah mengetahui itu."
―Nah! Jika ia tidak tewas dalam ledakan, ia pasti sudah tewas dari racun yang berbahaya. Lagipula, ketika aku berpisah, umurnya hanya tinggal tiga bulan saja. Oleh karena itu, aku berpendapat bahwa si Algojo bukan Khouw Kie Cong!"
―Tetapi kemungkinan bahwa Khouw Kie Cong masih hidup tetap ada. Dan aku mengambil kesimpulan itu dengan dasar-dasar yang kuat. Kesatu, aku mengenali betul gayanya dan gerak geriknya. Kedua, ia selalu menutupi mukanya dengan kain hitam. Ketiga, ia memperkenalkan dirinya sebagai si Algojo — suatu julukan yang berarti ia akan memenggal kepala musuh-musuhnya, dan keempat, ia telah masuk kedalam puri Kiam Pao dan memenggal kepala Tauw-Kun orang yang menggores mukanya sehingga ia kini tampak tak keruan macam !"
Khouw Kiam Siu melangkah mundur karena tercengang dan mulai yakin akan alasan-alasan yang berdasar itu.
―Aku akan segera membuktikan kesimpulanmu itu!" katanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
162
―Apa?! Kau dapat membuktikan kebenaran omonganku?!" tanya Thio Siok Ngo terheran-heran.
Sambil melirik ke semak belukar Khouw Kiam Siu berkata lagi:
―Ya, aku dapat segera membuktikan pendapatmu itu!"
Baru saja ia berbalik untuk pergi ke semak-belukar, ketika tampak tiga orang berlari-lari mendatangi, Thio Siok Ngo terkejut dan lekas-lekas mundur.
Yang mendatangi itu adalah seorang kakek dengan sebuah lambang pedang mas didada bajunya dan dua kawannya yang masih muda belia.
Si kakek pun terkejut menghadapi Thio Siok Ngo dan melangkah mundur ketika melihat Khouw Kiam Siu. Setelah semangatnya pulih, ia lalu berkata :
―Siocia, kau selalu membikin aku khawatir jika kau keluar dari puri Kiam Pao! Aku ditugaskan menjagamu..."
―Lu Tiong Tat! Kau tak perlu mengawasi gerak-gerikku !" bentak Thio Siok Ngo sengit.
―Aku telah ditugaskan untuk mengawasi siocia. Aku tak berani melanggar peraturan puri Kiam Pao. Sekarang siocia harap ikut aku pulang," kata lagi Lu Tiong Tat dengan hormat.
―Sekarang aku belum mau pulang!"
―Siocia, aku minta siocia tidak menyulitkan aku. Siocia sudah mengetahui betul betapa keras peraturan Kiam Pao, bukan?"
―Hm...tiga orang ini tak boleh kembali ke puri Kiam Pao hidup-hidup ! Mereka tak dapat melaporkan bahwa Thio Siok Ngo tidak gila, tetapi hanya berlagak sinting," pikir Khouw Kiam Siu sambil terus memperhatikan sikap ketiga orang puri Kiam Pao itu.
Karena Thio Siok Ngo belum juga mau pulang ke puri, Lu Tiong Tat lalu mendesak:
―Thio Siocia, kau juga mengetahui bahwa si pemilik Kim Gaib itu adalah musuh dari puri Kiam Pao..."
Ucapan Lu Tiong Tat itu hanya membikin Khouw Kiam Siu naik pitam. Ia menghampiri orang she Lu itu dan membentak:
―Aku sebetulnya datang ke puri Kiam Pao dengan maksud membasmi semua jahanam di dalam puri itu!"
Lu Tiong Tat memberi isyarat kepada kedua orangnya untuk meniup peluit bambu. Segera peluit ditiup, Thio Siok Ngo terkejut dan berseru:
―Hai! Mereka memberi tanda bahaya!"
TANPA banyak bicara lagi Khouw Kiam Siu segera menjotos Lu Tiong Tat, lalu mengemplang kedua pengikut orang she Lu itu dengan Kimnya. Serangan yang cepat dan dashyat telah mengakhiri riwayat ketiga orang dari puri Kiam Pao itu. Khouw Kiam Siu terpaksa membunuh untuk menutup mulut mereka.
Thio Siok Ngo mengawasi ketiga mayat itu sejenak, lalu berkata:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
163
―Khouw Siohiap, tadi kau bilang kau bisa membuktikan bahwa si Algojo itu sebetulnya adalah...."
Khouw Kiam Siu tidak menunggu lagi. ia meloncat ke semak-belukar untuk mencari si Algojo, tetapi ternyata orang yang dicarinya itu sudah pergi!
―Ia sudah pergi!" teriaknya dengan perasaan kecewa.
―Siapa yang sudah pergi?" tanya Thio Siok Ngo heran.
―Si Algojo!"
―Apa?! Si Algojo telah datang kesini?!"
―Ia dan aku telah bersembunyi di dalam semak-belukar ini tadi!"
Lalu terdengar lagi suara banyak orang mendatangi. Rupanya mereka itu datang karena sudah mendengar suara peluit tanda bahaya.
Thio Siok Ngo terkejut. Tetapi Khouw Kiam Siu sudah siap sedia menghadapi mereka itu.
―Lebih baik aku berlalu sebelum mereka datang!" kata Thio Siok Ngo, "Dan bila kau menjumpai si Algojo kelak, bukalah kain penutup mukanya."
―Baik, aku mulai percaya kesimpulanmu bahwa si Algojo itu adalah Khouw Kie Cong."
―Nah, sekarang aku harus berlalu, aku akan menantikan kedatanganmu disini."
―Baik. Tetapi bagaimana aku dapat mencari kau nanti?"
Thio Siok Ngo terpikirkan sejenak, kemudian menyahut:
―Jika kau datang kesini, ikatlah sehelai kain putih dicabang pohon sebagai tanda kau sudah datang. Aku pasti datang disini. Sampai berjumpa lagi!"
Khouw Kiam Siu mengikuti perginya gadis itu dengan pandangan kedua matanya, sambil menanya dirinya:
―Apakah si Algojo betul-betul Khouw Kie Cong?‖
Orang-orang yang mendatangi itu ternyata dipimpin oleh Thio Kun putera sipemimpin puri Kiam Pao. Setelah melihat tiga mayat di hadapannya, dengan beringas ia menanya:
―Apakah kau yang membunuh orang-orangku ini?"
―Betul !" sahut Khouw Kiam Siu.
―Kau telah datang ke daerah puri Kiam Pao untuk membunuh orang-orang kami, kau betul-betul bernyali besar!"
―Malam ini akulah yang akan menggores mukamu!"
Thio Kun sudah mengetahui bahwa ia tak dapat melawan Khouw Kiam Siu, tetapi dengan memimpin 14 jago-jago kelas wahid, ia mengharap dapat meringkus lawannya itu. Tetapi sebelum ia bergerak, secepat kilat Khouw Kiam Siu sudah meloncat dan merebut pedangnya. Pengikut-pengikutnya tercengang menyaksikan jambretan yang hebat itu.
Dengan pedang terhunus Khouw Kiam Siu lalu mengancam, ―Hei, Thio Kun! Sudah banyak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
164
orang yang digores mukanya oleh orang-orang dari puri Kiam Pao. Kini aku paksa kau merasai goresan dari ujung pedangmu sendiri!" lalu ia melangkah menghampiri.
Dengan beringas Thio Kun memerintahkan orang-orangnya menyerang, ia sendiri meniup peluit bambunya untuk memanggil bala bantuan.
14 jago silat kelas wahid menyerang serentak. Khouw Kiam Siu mengayun Kimnya menangkis serangan tersebut, sambil melancarkan tinju Coan-sim touw-hiat-ciang kearah Thio Kun yang sedang berusaha untuk mabur.
Hembusan angin jotosan maut itu telah membikin Thio Kun jatuh terjungkir. Khouw Kiam Siu loncat menerkam, tetapi 14 pengikut Thio Kun telah mencabut pedang2 mereka dan menusuk kearahnya.
Dengan Kim ditangan kiri dan pedang ditangan kanan Khouw Kiam Siu menangkis tusukan-tusukan atau sabetan-sabetan pedang lawan-lawannya.
Tiap-tiap lawan yang kena dikemplang Kimnya tentu roboh sambil memuntahkan darah.
Pertempuran berlangsung beberapa jurus ketika Khouw Kiam Siu sudah berhasil mendekati Thio Kun yang masih belum dapat berdiri. Satu jeritan yang mengerikan terdengar ketika muka Thio Kun digores oleh ujung pedang, dan sedetik kemudian muka itu sudah tertutup oleh darah.
Maksudnya sudah tercapai, Khouw Kiam Siu berpendapat tidaklah bijaksana untuk berdiam lebih lama disitu yang berarti hanya untuk dikeroyok oleh lebih banyak orang. Dengan ilmu meringankan tubuh, ia meloncat meninggalkan Thio Kun dengan muka sudah tergores dan beberapa pengikutnya terluka.
Thio Kun diantar pulang ke puri Kiam Pao. Lalu semua orang dari puri tersebut menjadi sibuk mencari Khouw Kiam Siu yang sudah berhasil melarikan diri kedalam sebuah hutan, tidak jauh dari puri itu.
Khouw Kiam Siu berhenti untuk melepaskan letih ketika ia ditegur:
―Siaotee! Kau sudah datang kesini?"
Ia terkejut, karena suara yang menegur itu adalah suara si Algojo.
―Apakah aku harus membuka kain penutup mukanya untuk membuktikan kesimpulan Thio Siok Ngo?" tanyanya dalam hati. Ia menoleh dan menatap si Algojo yang sudah berdiri beberapa meter dibelakangnya.
Si Algojo tampak heran sambil mengawasi sikap Khouw Kiam Siu yang agak gelisah itu.
―Siaotee! Mengapa kau tampak demikian gelisah?" tanyanya.
―Aku ingin menanya mengapa kau tiba-tiba berlalu dari semak belukar tadi?" sahut Khouw Kiam Siu sambil berusaha menenangkan diri.
―Oh... tadi aku harus pergi merintangi orang-orang dari puri Kiam Pao datang rnengeroyokmu ! Bukankah mereka lama sekali baru datang kepadamu?"
Khouw Kiam Siu harus mengakui bahwa orang-orang dari Kiam Pao telah datang terlambat, sehingga Thio Siok Ngo berkesempatan berlalu. Namun, si Algojo masih tetap merupakan teka-teki baginya. Maka ia berkata :
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
165
―Aku harus membuktikan suatu urusan. Gerak-gerik dan sikapmu sangat mencurigakan, oleh karena itu aku harus membuka kain hitam yang menutupi mukamu itu untuk melenyapkan perasaan curigaku."
―Hm….apakah itu perlu?‖
―Perlu sekali ! Jika kau dapat memperlihatkan siapa kau sebetulnya, maka seterusnya aku dapat melaksanakan tugasku dengan lebih mudah lagi. Kerelaanmu membuka topengmu itu besar sekali artinya bagiku!"
Si Algojo tidak segera menyahut. Ditatapnya Khouw Kiam Siu dengan tajam.
―Siaotee, jika aku harus bertopeng, aku mempunyai alasan yang kuat. Aku harus bertopeng untuk suatu maksud tertentu. Aku dapat menjelaskan bahwa kita tidak bermusuhan malah aku merasa simpati terhadapmu. Sekarang belum waktunya aku memperkenalkan. Aku tahu bahwa kau menganggap aku ini sebetulnya Khouw Kie Cong alias Sam Kiat Sianseng, tetapi kau dapat melihat dengan mata kepalamu sendiri...."
Berkata demikian, si Algojo perlahan-lahan membuka kain hitam yang menutupi mukanya.
Dengan hati berdebar-debar Khouw Kiam Siu mengawasi gerak-gerik tangan yang membuka kain hitam itu, lalu ia melangkah mundur ketika melihat satu muka yang pucat pasi seperti mayat.
Ternyata Si Algojo bukan Khouw Kie Cong! Siapakah gerangan dia itu?? Meskipun topeng sudah dibuka si Algojo itu tetap merupakan suatu teka-teki.
Muka yang pucat itu ditutup lagi dengan kain hitam.
―Siaotee, kau sudah puas sekarang?" tanya si Algojo.
―Maaf....aku telah mendesak..." sahut Khouw Kiam Siu dengan muka bersemu merah.
―Oh….kita lupakan saja peristiwa ini. Hei, Siaotee! Aku tidak melihat pedang Thian kong-kiam-mu ?"
Dengan beringas Khouw Kiam Siu menyahut:
―Pedang itu telah direbut oleh Tok-pi-sin-mo! Aku harus mencari iblis itu dan merebut kembali pedangku!"
Si Algojo menggeleng-geleng kepala menyatakan perasaan kecewanya.
―Taihiap, tahukah kau akan jejak Tok-pi sin-mo?" tanya lagi Khouw Kiam Siu.
Si Algojo berpikir sejenak dan menyahut :
―Lain bulan tanggal 12, dimarkas Thian lam-sin-kun diselatan akan diselenggarakan suatu pertemuan para jago silat yang akan berlangsung selama tiga hari. Thian lam sinkun telah menyebar banyak surat undangan kepada jago-jago silat, partai2 silat, maupun kepada jago-jago silat yang tak masuk partai silat. Menurut perhitunganku, Tok-pi sin-mo yang berwatak congkak dan menganggap ilmu silatnya tiada taranya tentu akan datang untuk memperlihatkan kepandaiannya. Oleh karena itu kau dapat menjumpai iblis itu disana !"
―Apa maksud Thian lam sinkun menyelenggarakan pertemuan itu?"
―Menurut kabar yang tersiar, Thian-lam sin-kun berhasrat menghidupkan kembali kebiasaan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
166
yang dilakukan pada 30 tahun yang lalu untuk memberi kesempatan pada jago-jago silat menguji kepandaian masing-masing, lalu menetapkan juaranya dengan gelar Bu Lim Beng Cu atau Juara dari kalangan persilatan. Ya... gelar Bu Lim Beng Cu itu dibuat perebutan pada 30 tahun yang lalu. Pertemuan itu biasanya diselenggarakan oleh partai silat yang terbesar tiap-tiap 5 tahun sekali. Mungkin Thian-lam-sin-kun menganggap partai silatnya Thian-lam-mo-kong adalah partai yang terbesar, dan berhak menyelenggarakan pertemuan tersebut..."
―Mengapa pertemuan itu tiba-tiba berhenti diselenggarakan?"
―Menurut cerita, pada 30 tahun yang lalu, juara bertahan Liok Kauw Tjiu dan pialanya mendadak lenyap setelah pertemuan. Lalu pertemuan demikian tidak diselenggarakan lagi."
―Apakah Thian-lam-sin-kun telah menemui piala kejuaraan, sehingga ia dapat menyelenggarakan pertemuan itu?"
―Entah. Tetapi seorang harus membuktikan kepandaian dan kemahiran ilmu silatnya dengan berlomba menghadapi semua jago-jago yang turut serta untuk diakui sebagai juara. Tetapi dengan piala dipegang oleh sang juara dapat memerintah semua pecundang2nya untuk melaksanakan suatu tugas yang dianggap luhur. Siapa saja yang membangkang akan menjadi musuh umum! Oleh karena itu, jika piala itu direbut oleh seorang yang luhur, maka amanlah kalangan Bu-lim. Sebaliknya, jika piala itu direbut oleh seorang yang berwatak kejam, jahat serta lalim, maka cilakalah kalangan persilatan !"
―Apakah piala itu selalu direbut oleh jago-jago silat yang luhur ?"
Si Algojo menarik napas panjang menyatakan kekecewaannya. Sejenak kemudian ia menyahut:
―Haaaiii...justru sebaliknya. Jago-jago silat yang luhur kebanyakan bersikap merendahkan diri. Mereka tidak suka menonjolkan diri. Piala itu sering direbut oleh jago-jago silat yang jahat. Maka yang berhasil merebutnya belum tentu merupakan jago silat nomor wahid !"
―Bagaimana pendapatmu jika aku turut-serta mengadu ilmu silat dalam pertemuan tersebut?"
―Kau mempunyai minat untuk merebut piala itu ?"
―Aku pergi ke markas Thian-lam mo-kong dengan maksud mencari Tok-pi-sin-mo yang telah merebut pedang Thian-kong kiam dan bukan untuk memamerkan kepandaian silatku !"
―Baik ! Jika kau pergi kesana, lebih baik kau menyamar... "
―Mengapa aku harus menyamar ?‖
―Sebab jika kau pergi tanpa menyamar, kau tak akan dapat berbuat banyak. Kau sebagai pemilik Kim Gaib telah dikenal oleh banyak orang. Kau telah bunuh banyak orang Thian lam sin-kun dan kau akan hanya menjumpai banyak musuh yang bermaksud membunuhmu. Bukankah kepergianmu ke selatan hanya untuk merebut kembali pedangmu ?‖
Khouw Kiam Siu mengangguk.
Lalu si Algojo mengambil sebuah bungkusan kecil dari dalam sakunya. Sambil menyerahkan bungkusan itu ia berkata:
―Siaotee, benda di dalam bungkusan ini dapat membantu kau merubah wajahmu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
167
―Terima kasih!" kata Khouw Kiam Siu sambil menerima bungkusan kecil itu.
Pada saat itu, terdengar lagi suara ayam berkokok dari kejauhan. Fajar menyingsing dan sinar matahari mulai muncul di cakrawala disebelah timur.
―Siaotee, kiranya cukup sudah pertemuan kita kali ini. Nah, sampai jumpa lagi!" kata si Algojo yang lalu berlalu.
―Siapakah gerangan manusia ganjil ini?‖ tanyanya Khouw Kiam Siu sambil mengawasi berlalunya Si Algojo.
Dalam urusan Kang-ouw, Khouw Kiam Siu masih hijau. Ia telah melihat wajah yang pucat pasi dari si Algojo, tetapi tak bisa mengenali siapa gerangan dia itu. Ia masuki bungkusan kecil kedalam sakunya untuk digunakan merubah wajahnya bila ia tiba dimarkas Thian-lam Sin-kun diselatan nanti.
Ia menanti di tempat itu untuk melihat perubahan di dalam maupun diluar puri Kiam Pao. Lama ia menunggu, tetapi tak menjumpai Cio Tin yang telah bilang akan pergi ke puri Kiam Pao untuk memenggal kepala The Jun. Ia yakin Cio Tin dapat menggempur The Jun, tetapi ia tak yakin jika gadis itu dapat melawan banyak jago-jago silat dari puri tersebut. Kekhawatiran itulah yang menahan dia di tempat tersebut.
Ketika terdengar suara gaduh dari puri Kiam Pao, ia segera lari menuju ke puri itu. Ia meloncat melalui tembok puri dan segera berada di dalam.
Didepan gedung markas itu pertempuran sengit tengah berlangsung. Seorang gadis yang berpakaian serba-putih sedang bertempur melawan seorang jago silat kawakan dengan wajah yang kejam.
Disekitar mereka beberapa belas mayat orang-orang dari puri Kiam Pao berserakan. Itulah Cio Tin yang tengah bertarung melawan The Jun, pembunuh ibu-ayahnya.
The Jun yang menjadi kepala jaga puri Kiam Pao, memiliki ilmu silat yang maha tinggi. Namun ilmu silat Cio Tin yang bertempur dengan hasrat membalas dendam tidak dapat dikatakan lemah.
50 jurus telah berlangsung. Meskipun The Jun sudah terdesak namun Cio Tin masih belum dapat membunuh jahanam itu, karena banyak orang-orangnya siap membantu.
Tak lama kemudian Ban-biauw-gie hian, guru Cio Tin sudah datang membantu.
The Jun meneriakkan agar orang-orangnya mundur ketika melihat Ban biauw-gie-hian datang membantu. Setelah menatap si Ahli obat-obatan itu sejenak, ia tiba-tiba membentak :
―Siapa kau?! Apa maksudmu menerobos masuk kedalam puri Kiam Pao ?!"
―Aku tak dapat melihat cara kau bertempur yang keji ini ! Masakan seorang kepala jaga mengerubuti seorang gadis?! Ha, ha, ha ! Kau betul-betul keji !" sahut Ban-biauw-gie-hian yang lalu berkata lagi kepada muridnya :
―Tin-ji, kau gempurlah jahanam itu, dan aku yang menggempur orang-orangnya!"
Cio Tin segera loncat menyerang The Jun. Pertempuran dahsyat berlangsung lagi. Satu jotosan yang jitu telah mengenakan dada Cio Tin sehingga ia terhuyung dan jatuh duduk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
168
BAN-BIAUW-GIE-HIAN menjadi gelisah melihat muridnya terpukul jatuh. Ia telah berhasil merobohkan 7 lawan tetapi merasa yakin tak mampu menolong muridnya.
Justru pada saat itu terdengar suara genta dipukul tiga kali, dan secepat kilat semua orang dari Kiam Pao yang tengah bertempur meloncat mundur dan berdiri tegak.
Ban-biauw-gie-hian, maupun Cio Tin tercengang melihat sikap orang-orang dari puri Kiam Pao itu.
Dari gedung markas berjalan tiga orang yang sudah lanjut usianya.
Ban biauw-gie-hian ternyata mengenal mereka, ketika mereka sudah dekat ia menegur :
―Aku tidak menduga jika Bun Si Sam Hiong atau Tiga jago keluarga Bun rela menjadi kaki tangan puri Kiam Pao !"
Ketiga Bun Si Sam Hiong yang baru keluar dari gedung markas itu setelah genta dibunyikan tiga kali merasa canggung ditegur dengan ejekan itu. Salah satu diantara mereka lalu menanya:
―Apa maksud Taihiap menerobos ke dalam puri ini melukai orang-orang kami?! Apakah kau tidak mengetahui peraturan puri ini?!"
―Peraturan apa ? Muridku masuk ke dalam puri ini untuk membalas dendam terhadap The Jun yang telah membunuh ibu-ayahnya !"
―Tetapi peraturan puri Kiam Pao tak dapat dilanggar! Tiap-tiap orang yang menerobos masuk kedalam puri ini akan digores mukanya! Terhadap pembunuhan yang dilakukan kepada orang-orang kami, hukumannya tentu lebih berat lagi!"
―Peraturan yang kejam itu hanya berlaku untuk orang-orang yang bersalah. Hai! Apa kedudukan kamu disini?!"
―Kami terkenal sebagai Kiam Pao Sam Lo atau Tiga kakek dari puri Kiam Pao!‖
―Ha, ha, ha! Kiam Pao Sam Lo! Maka Bun Si Sam Hiong dapat dihapus dari kalangan Bu-lim!"
Ejekan itu tak dapat ditahan lagi. Bun Si Sam Hiong tiba-tiba meloncat menyerang Ban-biauw-gie-hian.
Sementara itu, The Jun memerintahkan orang-orangnya untuk menangkap Cio Tin.
Tiba-tiba….
―Teng ! Teng ... Treng....!‖ Suara Kim Gaib berkumandang diudara dan mengejutkan semua orang.
Han-biauw-gie-hian dan Cio Tin girang sekali mendengar suara itu.
Tetapi tidak demikian halnya dengan Bun Si Sam Hiong. Mereka sudah mengetahui betul kelihayan penabuh Kim itu, dan demi gengsi mereka sebagai orang-orang yang telah memperoleh julukan Kiam Pao Sam Lo, meskipun jeri mereka terpaksa harus menggempur pemuda cekatan itu.
―Hei, anjing kecil !" bentak salah seorang diantara mereka. ―Kau mencari mampus berani datang lagi kesini !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
169
Khouw Kiam Siu bersikap tenang.
―Siocia ini telah datang untuk membalas dendam terhadap The Jun yang telah membunuh ibu-ayahnya,‖ sahutnya. ―Tetapi siocia itu dikerubuti oleh banyak orang! Apakah itu pantas!? Apakah perbuatan itu tidak keji ? ! Aku datang dengan maksud melihat keadilan!"
―Bagaimana ingin kau selesaikan hal itu ?"
―Siocia itu harus bertarung melawan musuhnya. Satu lawan satu! Orang lain tak diperkenankan turut campur tangan. Jika kamu bertiga tak dapat mengambil keputusan, panggil saja Thio Mo Lam!"
Semua orang Kiam Pao terkejut dan menjadi gusar mendengar pemimpin mereka dianggap remeh.
Khouw Kiam Siu tidak menggubris mereka lagi. Ia segera menyuruh Cio Tin memberi hajaran kepada The Jun.
Cio Tin sudah dapat memulihkan tenaga dan semangatnya. Dengan sorotan kedua matanya yang beringas ia menatap Khouw Kiam Siu sejenak, lalu menghadapi The Jun.
―Hei, bocah! Disini kau akan dikubur !" ketiga Kiam Pao Sam Lo membentak Khouw Kiam Siu sambil loncat menyerang.
Khouw Kiam Siu membentangkan kedua lengannya menyambut serangan itu.
Jotosan2 dan lengan beradu, tampak ketiga Kiam Pao itu terdorong mundur.
Sementara itu, Cio Tin dan The Jun sudah bertarung dengan sengitnya.
Ban-biauw gie hian menjaga2 jika ada orang dari Kiam Pao membantu menyerang. Segera tempat itu menjadi satu medan pertempuran yang dahsyat.
Bun Wi Thian adalah orang yang pertama dari ketiga Bun Si Sam Hiong atau Kiam Pao Sam Lo yang dipukul roboh.
Ban-biauw-gie-hian telah berhasil memukul jatuh beberapa orang. Cio Tin masih bertarung dengan sengit melawan The Jun.
Dengan melancarkan jotosan2 Coan sim touw-hiap-ciang, Khouw Kiam Siu dapat mendesak mundur Bun Tiong Thian serta Bun Siauw Thian, dan melumpuhkan banyak lawan-lawannya. 50 jurus telah berlangsung. 30 orang telah roboh berserakan didepan gedung markas itu. Akhirnya, setelah ketiga Bun Si Sam Hiong atau Kiam Pao Sam Lo itu terluka parah, hanya ketinggalan Cio Tin dan The Jun saja yang masih bertarung.
Satu jotosan yang jitu mengenakan dada The Jun. Ia memuntahkan darah sambil meringis-ringis dan terus melawan.
Justru pada saat itu terdengar suara genta dibunyikan tiga kali tanda Thio Mo Lam, pemimpin besar puri Kiam Pao akan segera keluar !
Dari pintu gedung markas berjalan keluar 20 orang muda dan gagah. Lalu satu anak kecil membawa pedang bergagang mas berjalan keluar menantikan keluarnya Thio Mo Lam, Pao cu dari Kiam Pao!
Thio Mo Lam melihat mayat-mayat yang berserakan dan orang-orangnya yang terluka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
170
parah.
―Tolong The Cong Koan (Pengawas kepala she The) !‖ perintah Thio Mo Lam ketika melihat Cio Tin masih menggempur The Jun.
Segera 10 orang loncat kedalam pertarungan.
―Jangan maju!" bentak Khouw Kiam Siu sambil maju melancarkan serangkaian jotosan2 mautnya dan membuat 10 orang itu terdorong mundur.
Justru pada saat itu The Jun terpukul jatuh, Cio Tin menjambret pedangnya untuk menghabiskan jiwa jahanam itu.
10 orang puri Kiam Pao tadi loncat merintangi. Tetapi Khouw Kiam Siu mengayun Kimnya dan mendesak mundur mereka semua. Ada beberapa yang kena dikemplang Kimnya dan roboh.
Thio Mo Lam terkejut melihat bahwa 10 jago-jagonya yang terpilih masih tak mampu menggempur Khouw Kiam Siu. Ia meraung seperti seekor srigala sehingga suasana menjadi seram sekali.
―Siapkan pedangku!" perintahnya.
Anak yang memegang pedang segera menghunus pedang itu dan menyerahkan kepada pemimpinnya.
Suara jeritan yang mengerikan terdengar lagi ketika Cio Tin berhasil menusuk jantung The Jun, lalu memenggal kepalanya...
Darah berhamburan. The Jun telah tewas tanpa kepala.
Sambil memegang pedang dikedua tangannya, Cio Tin menjura kepada Tuhan Yang Maha Esa, lalu berseru :
―Ayah! Ibu! Puteri kalian sudah berhasil membalas dendam !‖
Untuk sementara waktu suasana menjadi sepi. Dengan perasaan terharu mereka menyaksikan Cio Tin menghaturkan terima (halaman 275 – 278 tidak ada nih…)
nomor wahid dan pemilik Kim Gaib segera bergebrak!
Suasana menjadi tegang dan gawat — penuh dengan saat2 mendebarkan.
Tiba-tiba dari luar puri terdengar suara tertawa yang ganjil yang menambah seramnya suasana, dibarengi dengan meloncatnya dua jago pedang yang berusia lebih kurang setengah abad. Kedua jago itu, setelah mengawasi keadaan disekeliling dan semua orang yang berada didepan gedung markas lalu menatap Thio Mo Lam.
Cio Tin berbisik kepada Khouw Kiam Siu:
―Mereka itu adalah Tiong Tjiu Sa Kiam atau Tiga jago pedang dari daerah Tiong Ciu. Mengapa mereka tiba-tiba datang kesini? Jika melihat sikapnya, mereka rupanya datang untuk membalas dendam!"
Khouw Kiam Siu hanya mengangguk-angguk.
Lalu yang lebih tua dari Tiong Tjiu Sa Kiam itu menuduh Thio Mo Lam dengan beringas:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
171
―Hei, Thio Mo Lam! Adik kami telah digores mukanya dan dicincang mayatnya. Hari ini kami datang untuk membikin perhitungan!"
―Adik kalian telah melanggar peraturan Kiam Pao, dan harus dihukum demikian!" sahut Thio Mo Lam dengan keras.
―Ia melanggar peraturan apa?!"
―Ia telah membunuh murid2 Kiam Pao!"
―Hai! Muridmu itu telah memperkosa wanita2 dari keluarga yang sopan. Perbuatan mereka yang terkutuk itu tak dapat diberi ampun. Mereka patut dibunuh!"
Thio Mo Lam tidak menyahut. Ia berdiri diam.
―Kau sebagai pemimpin partai silat yang terbesar seharusnya bertindak dengan bijaksana, tetapi mengapa kau justru membela orang-orangmu yang berbuat durhaka itu? Kami datang untuk membikin perhitungan atas kematian adik kami!"
―Baik! Aku akan membereskan hutang jiwa itu sekarang!" sahut Thio Mo Lam. Lalu ia memanggil dua pengawalnya.
Kedua pengawal itu melangkah maju, menjura dihadapannya, lalu maju menghadapi kedua Tiong Tjiu Sa Kiam dengan pedang terhunus.
Sebetulnya kedua Tiong Tjiu Sa Kiam itu datang dengan maksud membunuh Thio Mo Lam, tetapi mereka dipaksa bertarung melawan dua pengawalnya. Mereka menjadi gemas. Demikianlah kedua saudara itu masing-masing melawan satu pengawal.
Tusukan secepat kilat dari kedua pengawal itu dapat ditangkis. Pertempuran dahsyat itu betul-betul menarik perhatian.
Sinar yang dipancarkan oleh pedang2 para petarung kelihatan seperti mencelatnya kilat, suara pedang2 beradu mendesing tak berhenti2.
5 jurus... 6 jurus.. 7 jurus... 8 jurus telah berlangsung, dan pada permulaan jurus ke-9 dua pengawal puri Kiam Pao terdengar menjerit, karena dua2nya telah tertusuk lengan kanannya! Namun mereka masih terus bertarung dengan gigih.
( BERSAMBUNG )
Thio Mo lam menjadi pucat melihat kedua orang yang sangat diandalinya tak mampu melawan kedua saudara Tiong Tjiu Sa Kiam itu.
―Mundur !" bentaknya seraya melangkah maju. Kedua pengawalnya segera meloncat mundur.
Kini kedua Tiong Tjiu Sa Kiam menghadapi musuh besar mereka.
―Kamu dapat mengalahkan kedua pengawalku..tetapi kamu masih belum bebas dari kematian!" ancam Thio Mo Lam.
―Thio Mo Lam! Kami telah datang menagih hutang jiwa. Kami sudah memperhitungkan bahwa kami tak akan berlalu sebelum hutang jiwa itu dibayar!" sahut salah seorang dari daerah Tiong Ciu itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
172
―Ha ha! Aku akan mengakhiri jiwa kamu hanya dalam dua jurus!" kata Thio Mo Lam congkak.
Tantangan yang bersifat membual itu mengejutkan banyak orang. Tiong Tjiu Sa Kiam terhitung jago-jago pedang yang sukar dicari tandingnya, namun mereka masih dianggap remeh oleh Thio Mo Lam.
―Thio Mo Lam! Kita tak perlu menarik urat ! Kami datang untuk mengambil jiwamu!"
―Sabar, sabar! Aku dapat mengambil jiwa kalian dengan mudah saja. Tetapi...jika kalian dapat melawan aku dalam dua jurus saja, aku bersumpah untuk membubarkan partai Kiam Pao dan tak berkecimpung dikalangan Kang-ouw lagi !"
―Thio Mo Lam! Jangan banyak bacot! Kau boleh mulai menyerang!"
―Ha, ha! Kalian adalah penantang, maka kamulah yang harus menyerang lebih dulu."
Kedua saudara Tiong Tjiu Sa Kiam itu saling menatap sejenak, lalu maju dengan pedang terhunus.
Dengan tenang dan sambil bersenyum Thio Mo Lam mengebas pedang Sin Kiamnya menyabet pedang kedua lawannya yang datang menusuk.
―Tang! Tang…!"
Suara logam beradu terdengar, dan sinar terang mencelat….ditanah tampak dua ujung pedang! Pedang kedua Hong Tjiu Sa Kiam yang sudah tertabas putus!
Tiong Tjiu Sa Kiam menjadi pucat. Mereka meloncat mundur sambil mengawasi Thio Mo Lam yang sedang menyerang seperti iblis.
―Itu adalah jurus pertama! Sekarang jurus yang kedua!" seru Thio Mo Lam dengan sifat mengejek.
"Kedua tayhiap, waspadalah!" Khouw Kiam Siu memperingati.
Tiong Tjiu Sa Kiam menoleh kepada Khouw Kiam Siu, lalu yang lebih tua menanya:
―Apakah siohiap si pemilik Kim Gaib?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
―Kedua tayhiap harus waspada. Jahanam itu lihay sekali!" katanya.
―Kami rela mati daripada mundur membalas dendam kematian adik kami!"
―Betul. Tetapi kesempatan untuk membalas masih ada jika kamu masih hidup!"
Peringatan itu beralasan dan membuat Tiong Tjiu Sa Kiam mulai bersikap ragu-ragu.
―Bagaimana jika kamu mundur?" Khouw Kiam Siu menanya lagi.
Tiong Tjiu Sa Kiam segera melangkah mundur, lalu Khouw Kiam Siu maju menghadapi Thio Mo Lam.
―Hei, bocah! Mengapa kau merintangi usahaku membunuh kedua orang itu? Apakah kau kira kau dapat keluar hidup-hidup dari puri ini?!" bentak Thio Mo Lam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
173
―Lalu kau mau apa?" Khouw Kiam Siu balas membentak.
Thio Mo Lam tiba-tiba mengayun pedangnya.
Khouw Kiam Siu menangkis sabetan pedang itu dengan Kimnya, ia tercengang ketika terdorong mundur.
Sementara itu suara pedang dan Kim beradu bergema terus, dan menggoncangkan sukma.
Pertarungan antara pemimpin puri Kiam Pao dan si pemilik Kim Gaib telah bergebrak!
Thio Mo Lam sudah menyerang lagi.
Khouw Kiam Siu sudah yakin bahwa ia dapat menggempur jahanam itu. Ia menangkis serangan pedang itu dengan Kimnya lagi.
Semua orang ingin mengetahui betapa lihay pedang Sin Kiam dan mereka memperhatikan pertarungan itu dengan perasaan tegang.
Setelah pertarungan berlangsung beberapa puluh jurus, tiba-tiba Thio Mo Lam berkata:
―Hei, bocah! Ilmu silatmu boleh juga ! Nah, sekarang kau jagalah jurus Ouw-liong pun-tok atau Naga hitam menyemburkan racun ini!"
Secepat kilat pedangnya terputar, lalu menusuk ke dada Khouw Kiam Siu.
Ban-biauw gie-hian, Cio Tin dan Tiong Tjiu Sa Kiam terkejut menyaksikan jurus serangan Ouw liong-pun-tok itu.
Tetapi ... Khouw Kiam Siu meloncat mundur mengelakan tusukan maut sambil menjotos dengan ilmu pukulan Coan sim touw-hiat-ciang kearah tubuh Thio Mo Lam.
―Aduh!‖ terdengar Thio Mo Lam berteriak tertahan dan terlihat ia terdorong mundur dua meter !
Kawan2 Khouw Kiam Siu melepas napas lega melihat serangan balasannya itu.
Lalu Thio Mo Lam maju dan menyerang lagi dengan sengit.
Satu bacokan pedang ditangkis dengan Kim. Pedang terlepas dari pegangan dan jatuh ditanah !
Khouw Kiam Siu mengangkat Kimnya dan ingin memukul kepala lawannya itu.
Thio Mo Lam menjadi pucat. Ia tak pernah bermimpi jika ia bisa dipecundangi oleh bocah belasan tahun. Bila Kim itu turun, maka tamatlah riwayatnya.
Tetapi pada saat yang gawat itu, Khouw Kiam Siu mendadak ingat bahwa Thio Mo Lam itu adalah ayah Thio Siok Ngo, maka ia lekas-lekas menahan pukulannya yang mematikan itu sambil menarik kembali Kimnya dan melangkah mundur.
Perbuatannya itu mengherankan sekali. Tiada seorang mengetahui maksudnya membebaskan jahanam itu. Bahkan Thio Mo Lam sendiri tak mengerti sikap yang ganjil itu.
―Kedua tayhiap dapat keluar dari puri ini!" kata Khouw Kiam Siu kepada Tiong Tjiu Sa Kim.
Tiong Tjiu Sa Kim menjura seraya berkata :
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
174
―Siohiap, kita dapat berjumpa lagi. Kami tak akan lupakan budimu ini!"
Lalu mereka lari keluar dari puri tanpa ada yang berani merintangi.
Kemudian Khouw Kiam Siu minta Ban-biauw gie-hian dan Cio Tin juga keluar dari puri itu.
Dengan kedua mata berlinang Cio Tin berkata : ―Terima kasih. Tetapi... kau ??"
―Aku segera akan keluar juga !"
Ban-biauw-gie-hian berkata :
"Siohiap, terima kasih. Sebelum pergi, aku ingin memberitahukan bahwa Thian-lam-mo-kong akan menyelenggarakan pertemuan para jago silat pada tanggal 11 lain bulan.‖
―Aku sudah mengetahui. Aku pun akan pergi kesana !" kata Khouw Kiam Siu.
―Thian-lam sin kun, pemimpin Tiam-lam-mo-kong yalah satu makhluk yang kejam dan jahat. Ia pandai menggunakan racun. Jika kau menghadapinya, kau harus waspada. Beberapa pil obat ini adalah untukmu. Makanlah sebutir sebelum menghadapi jahanam itu."
Khouw Kiam Siu menerima sebotol kecil pil obat dan menghaturkan terima kasihnya.
Maka guru dan murid itu lalu keluar dari puri Kiam Pao.
Kini hanya Khouw Kiam Siu di dalam puri itu.
―Pao Cu," katanya. ―Aku juga harus keluar dari puri ini!"
―Bocah! Hutang-piutang kita belum beres!" kata Thio Mo Lam beringas, kerena ia merasa tersinggung sekali dipecundangi dihadapan semua orang-orangnya.
―Hutang-piutang itu dapat kita perhitungkan kelak !‖ sahut Khouw Kiam Siu, lalu ia berlari keluar dari puri.
Dengan perasaan masgul tercampur malu Thio Mo Lam masuk kedalam gedung markasnya.
Demikianlah, pertarungan yang dahsyat telah berkesudahan dengan mengecewakan sekali !
Marilah kita ikuti Khouw Kiam Siu yang sedang meneruskan perjalanannya dengan perasaan puas, karena ia telah membantu Cio Tin membalas dendam.
Di jalan raya ia menjumpai seorang yang berkuda. Orang itu menghentikan kudanya dan menegur :
―Apakah siohiap sipemilik Kim Gaib?"
―Betul !" sahut Khouw Kiam Siu sambil mengawasi orang itu.
―Ah, kebetulan sekali ! Aku harus menyerahkan benda ini padamu. Nah, terimalah !" kata orang itu sambil melemparkan sebuah benda lalu melarikan kudanya.
Khouw Kiam Siu menerima benda itu dengan perasaan heran. Benda itu adalah kartu undangan yang bertuliskan :
―Satu negeri harus mempunyai raja, para naga harus mempunyai pemimpin. Para jago silat dikalangan Bu-lim sudah 30 tahun tak mempunyai pemimpin.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
175
Dimasa yang lampau, tiap-tiap 5 tahun selalu diselenggarakan suatu pertemuan untuk mengadu ilmu silat dan memilih seorang juara. Tetapi sudah 30 tahun kebiasaan itu tidak dilaksanakan.
Demi kepentingan para jago silat, kami mengundang siohiap untuk menghadiri pertemuan para jago silat yang akan berlangsung di markas Thian-lam-mo-kong diselatan, pada tanggal 12 sampai dengan tanggal 14 lain bulan. Tertanda : Thian-lam-sin-kun."
Dia bersenyum setelah membaca surat undangan tersebut. Pikirnya :
―Meskipun aku tidak diundang, aku tentu datang untuk membalas dendam atas kematian ayah-angkatku yang dibunuh atas perintah si jahanam Thian-lam-sinkun itu dan untuk mencari Tok-pi-sin-mo yang telah merampas pedangku Thian-kong kiam!"
Ia menghitung bahwa tanggal pertemuan itu hanya tinggal satu bulan. Karena lebih dulu harus pergi ke lembah Hong-hong-kok menjumpai Kat Ju Hui, maka ia lalu melancarkan perjalanannya menuju ke lembah tersebut.
LEMBAH Hong-hong-kok terletak diantara pegunungan disebelah selatan, dimana tumbuhan selalu kelihatan hijau segar, dan merupakan suatu daerah yang dingin, ramai bunga2 dari aneka ragam dan corak mengeluarkan harum semerbak.
Khouw Kiam Siu datang ke lembah tersebut karena si Algojo bilang ia harus mencegah Kat Ju Hui membunuh diri akibat cintanya tak terbalas. Jika ia betul-betul putra Khouw Bu Wie, maka ia sudah ditetapkan untuk menikah dengan Mo Kang Lian, puteri dari Sauw-hun Mo-kie. Ia tak dapat lagi menikah dengan Kat Ju Hui.
Ia berjalan masuk kedalam lembah yang sepi tetapi permai itu tanpa mengetahui dimana harus menjumpai Kat Ju Hui. Tiba-tiba ia berseru dengan lantang :
―Aku Khouw Kiam Siu telah datang dengan maksud menjumpai Kat siocia atau That-Cong-gin-leng !"
Jeritannya bergema lama, tetapi tidak terdengar sahutan. Ia berseru lagi, lalu berjalan menuju ke satu rumah gubuk dikaki gunung.
Pintu rumah gubuk itu terbuka, dan berjalan keluar seorang gadis yang berpakaian serba putih.
Khouw Kiam Siu terkejut, karena gadis itu ia sudah kenal.
―Thio siocia ! Mengapa kau berada disini ?" tanyanya heran.
Gadis itu adalah Thio Siok Ngo.
―Siohiap," katanya, "Setelah kita berpisah dekat puri Kiam Pao, aku terpaksa datang ke lembah ini dan bernaung dengan saudari sepupuku..."
―Kau tidak kembali ke puri Kiam Pao?"
―Tidak . . . ayoh masuk."
Khouw Kiam Siu masuk ke dalam rumah gubuk itu, dan dipersilahkan duduk diruangan depan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
176
―Aku tidak menduga bahwa kau akan datang ke lembah ini,‖ kata lagi Thio Siok Ngo.
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah mendengar ucapan itu. Namun ia berkata :
―Aku diminta oleh si Algojo untuk datang kesini..."
―Si Algojo? Apakah kau sudah melihat mukanya?"
―Sudah. Dia ternyata bukan Khouw Kie Cong ! Mukanya pucat sekali seperti mayat. Ia tak memberitahukan namanya tetapi dia memang bukan Khouw Kie Cong alias Sam Kiat Sianseng !"
―Tetapi .. aku mempunyai firasat bahwa dia itu sebetulnya Khouw Kie Cong yang pasti masih hidup."
―Aku juga mengharap dia masih hidup. Tetapi ia tak mungkin mengelakkan diri dari ledakan…‖
―Kau merasa yakin ia telah tewas?!"
―Ya. . . . ."
Thio Siok Ngo menangis tersedu-sedu, dan kemudian berkata:
―Tidak! Tidak! Ia tak mati ! ia masih hidup. Aku mempunyai firasat ia masih hidup..."
―Thio siocia, aku datang ingin menjumpai Kat siocia dan gurunya. Mereka dimana sekarang?"
―Kau datang terlambat.... saudari sepupuku Kat Ju Hui sudah berlalu dari lembah ini entah kemana, dan gurunya tengah mengejarnya...."
―Haaii...aku terlambat? Jangka waktu sebulan belum lewat…‖ geram Khouw Kiam Siu.
―Kat Ju Hui kira kau tak akan datang, maka ia pergi, ia sangat mencintaimu..."
―Aku tahu akan hal itu."
―Tetapi kau tak membalas cintanya, ia belum pernah menyintai seorang pria. Kau adalah pria yang pertama yang dicintai dengan seluruh jiwa raganya !"
Khouw Kiam Siu merasa bersalah dan tidak bisa menyahut.
Thio Siok Ngo menarik napas seraya berkata lagi:
―Sebetulnya Kat Ju Hui ingin membunuh diri dari penderitaan rindu. Tetapi...kemudian ia berpendapat ia belum boleh mati karena ia tengah mengandung !"
Jika geledek menyambar mungkin Khouw Kiam Siu tidak begitu terkejut seperti ia mendengar keterangan itu.
―Hamil ?!" tanyanya sambil melotot. ―Siapa ayah bayi yang bakal lahir itu?!"
―Entah..." sahut Thio Siok Ngo sambil menatap wajah Khouw Kiam Siu dengan maksud mendesak pemuda itu memberi penjelasan tentang hubungannya dengan Kat Ju Hui.
―Jika ia mengandung, ia harus beristirahat disini!" kata Khouw Kiam Siu, seolah-olah kepada dirinya sendiri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
177
―Ia merasa ia tidak dicintai olehmu, dan ia juga merasa tak dapat memaksa kau mencintai dirinya."
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah. Ia duduk sambil menundukkan kepala.
―Kat Ju Hui telah bilang kepadaku bahwa ia akan mencurahkan kasih sayangnya kepada bayi dalam kandungannya itu!" kata Thio Siok Ngo.
―Aku harus mencari Kat siocia!" kata Khouw Kiam Siu dengan khidmat.
―Apakah kau dapat mencintai gadis ini?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
―Bagus! Jika demikian kau dapat menolong dia dalam banyak hal."
―Kemana dia telah pergi?"
―Entah! Ia sudah kehilangan ibu dan ayahnya semenjak ia masih kecil. Lalu Thiat-Cong-gin-leng memelihara dan mendidiknya. Ketika mulai dewasa ia tinggal dalam puri Kiam Pao. Karena ia menjumpaimu, ia lalu jatuh cinta, ia rela meninggalkan puri Kiam Pao untuk mengejar kau. Bahkan ia telah menjadi musuhnya orang-orang puri tersebut. Ia telah berkorban besar sekali! Maka aku mengharap kau dapat mencintainya dengan sungguh-sungguh hatimu!"
Khouw Kiam Siu mulai merasa bertanggung jawab atas keselamatan dan jiwa Kat Ju Hui. Mau tidak mau ia harus mencintai gadis itu.
―Thio siocia, aku akan pergi mencari Kat siocia setelah urusanky yang penting selesai!" katanya.
―Baiklah, tetapi aku masih mempunyai firasat bahwa si Algojo itu sebetulnya adalah Sam Kiat Sianseng."
―Aku akan menyelidiki hal itu."
―Bagus! Aku akan menanti kabar disini! Nah, jaga dirimu baik-baik!"
Demikianlah Khouw Kiam Siu keluar dari lembah tersebut. Thio Siok Ngo mengawasi pemuda itu berlalu sambil berpikir: ―Ai! Ia mirip sekali dengan Khouw Kie Cong pada 10 tahun yang lalu. Betul-betul mukanya sangat mirip...."
Urusan penting yang Khouw Kiam Siu harus laksanakan adalah membalas dendam kematian ayah angkatnya yang dibunuh oleh orang-orangnya Thian-lam-sin-kun.
Pertemuan para jago silat dimarkas Thian-lam-mo-kong diselatan masih ada 20 hari lagi. Soal merebut kejuaraan itu bukanlah tujuannya.
Ia menuju ke daerah selatan dengan dua maksud: membalas dendam kematian ayah-angkatnya dan merebut kembali pedang Thian kong kiam dari Tok-pi-sin-mo.
Nama julukan pemilik Kim Gaib makin hari makin menjadi tenar setelah Thio Mo Lam dipecundangi dikandangnya sendiri. Kabar tentang ia memiliki bom menjadi suatu teka-teki, apakah ia juga ahliwaris Kut-louw-koay yang sangat ditakuti itu?
Untuk mengelakkan perhatian umum, ia sengaja mengambil jalan yang terpencil, sambil berusaha mencari jejak Kat Ju Hui.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
178
Pada suatu hari, diwaktu senja, ketika ia tengah berjalan di jalan kecil disuatu daerah pegunungan, ia dibikin terkejut oleh suara gaduh.
Terdengar juga suara teriakan seorang wanita. Tanpa berpikir lagi, ia segera menghampiri. Akhirnya ia tiba didekat sebuah kuil yang sudah tua dengan rumput liar tumbuh bebas disekelilingnya. Tetapi suara gaduh tak terdengar lagi. Ia lalu berjalan dengan waspada.
Sebelum melangkah masuk ke dalam kuil, ia sudah menyelidiki keadaan disekeliling kuil itu yang memakai papan nama: ―Tjiu Sin Sie‖ yang dipasang di atas pintu muka.
Ia dorong pintu itu dan berdiri terpesona menyaksikan 6 wanita berseragam hitam dan seorang kakek berambut putih tengah berdiri berhadapan dekat patung Tjiu Sin atau si Dewa musim gugur.
Ia kenal mereka semua, 6 wanita itu adalah Ma Kang Lian dan ibunya, Sauw-hun Mo-kie bersama 4 pengikutnya Ow hi-lo-sat, dan si kakek berambut putih adalah kakek yang pernah menyuruhnya mencegah Ma Kang Lian mengganyang hweeshio-hweeshio dari partai Bu-tong dan Siauw lim.
―Mengapa mereka berkumpul di dalam kuil Tjiu Sin Sie ini?" pikirnya.
Mereka berbalik ketika Khouw Kiam Siu masuk. Ma Kang Lian adalah yang pertama berseru dengan nada gembira:
―Saudara Khouw! Kau telah datang kesini?"
―Ma siocia! Apa artinya semua ini??" tanya Khouw Kiam Siu.
―Ibuku tengah menyelidiki jejak ayahku, dan minta kakek berambut putih ini memberi keterangan," bisik Ma Kang Lian.
―Tetapi mengapa kamu datang ke kuil yang terpencil ini?"
―Aku dengan ibuku dengan susah payah mencari kakek itu. Akhirnya baru diketahui bahwa ia tinggal bersembunyi di dalam kuil Cui Sin Sie di lembah Bong-ciu-kok ini...Untuk memaksa ia memberi keterangan, ibuku telah bertarung melawannya selama sehari semalam. Yang aneh adalah ia dapat menangkis dan mengelakan jotosan Bo-im-sin-hong-ciang ibuku."
Lalu Sauw-hun-mo-kie berkata:
―Tayhiap masih sungkan memberitahukan jejak Goan Tong Taysu? Sebetulnya ia terkenal dengan nama Giok-bin-cian-sin si Dewa muka angker. Ia telah diusir keluar dari partainya!"
―Hujin (Nyonya)! Kau salah!" sahut si kakek berambut putih. ―Suamimu meskipun sudah diusir keluar dari partai, ia masih tetap seorang hweeshio. Perbuatannya memang harus dihukum!"
―Bukan itu maksudku! Aku hanya ingin menanyakan tentang jejak suamiku!"
―Hujin! Aku telah memberitahukan dengan jujur! Aku menjumpai Giok bin-cian-sin, suamimu kebetulan saja, lalu aku tak mengetahui lagi ia pergi kemana !"
―Hm...omonganmu itu hanya dapat menipu anak kecil. Ia telah minta kau mengurus suatu urusan besar yalah mencegah aku dan puteriku mengganyang hweeshio-hweeshio dari partai Bu-tong dan Siauw-lim itu, dan mewariskan ilmu silatnya kepadamu. Kau tentu sangat erat hubungannya dengan dia. Jika kau tidak mengetahui jejaknya, aku tak percaya !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
179
―Hujin ! Aku telah memberitahukan sejujurnya."
―Ha ! Jika aku dan puteriku pergi mengganyang hweeshio-hweeshio dari partai Bu-tong Siauw-lim lagi, apa yang hendak kau lakukan? Apakah kau mampu mencegah kami ?"
Dengan nada yang nekad Sauw-hun Mo kie berkata lagi: ―Camkanlah bahwa aku dan puteriku akan pergi ke kuil Siauw-lim untuk mengorek keterangan2 yang diperlukan tanpa menghiraukan pertumpahan darah!"
Si kakek berambut putih menjadi murka. Ia membentak : ―Suamimu masih hidup, tetapi kau mau bermusuhan terhadap hweeshio-hweeshio dari partai Siauw-lim dan Bu-tong. Apakah itu pantas?!"
―Siapakah yang dapat membuktikan bahwa suamiku masih hidup ?"
―Aku !"
―Aku menuntut kenyataan dan bukti!"
―Perkataanku sudah cukup menjadi bukti!"
―Aku tak percaya kau !"
―Aku hanya ingin memperingati, jika kau masih berkepala batu kau akan menyesal seumur hidupmu!"
―Aku tidak mengerti!"
―Hujin ! Jika kau dan puterimu pergi mengganyang hweeshio-hweeshio dikuil Siauwlim-sie dan suamimu adalah seorang anggota Siauw-lim-sie maka ia tentu tidak akan bertopang dagu saja, bukan?"
―Justru itulah yang aku kehendaki ! Aku ingin melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa dia masih hidup !"
―Lalu.... akibatnya???"
―Akibat apa lagi?"
―Meskipun ia telah diusir dari partai Siauw-lim, ia masih tetap seorang hweeshio, dan ia harus menghukum tiap-tiap orang yang bermusuhan dengan partainya meskipun orang itu adalah isteri atau puterinya !"
―Aku rela memikul akibatnya ! Asal saja aku bisa melihat dengan mata kepala sendiri bahwa suamiku masih hidup!"
―Hujin, suamimu telah menyesal akan perbuatan-perbuatannya yang lalu. Ia telah bersumpah untuk tidak memperhatikan dirinya lagi.‖
―Oleh karena itu, aku hanya minta kau memberitahukan dia berada dimana."
―Haaaiii...aku sudah katakan aku tidak mengetahui dia berada dimana. Hanya aku dapat katakan bahwa dia masih hidup !"
SELAMA itu, Khouw Kiam Siu mendengari percakapan mereka dengan prihatin. Ia pernah menjumpai kakek berambut putih itu dipuncak Kiat-yun-hong, dan pernah dipecundangi. Lalu ia diminta untuk pergi ke markas partai Siauw-lim dan mencegah Ma Kang Lian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
180
mengganyang hweeshio-hweeshio dari partai tersebut. Tanpa merasa ia maju menghampiri kakek itu.
―Hei, bocah! Hendak apa kau?" bentak si kakek.
―Aku minta Cianpwee menjelaskan siapa sebetulnya Cianpwee," sahut Khouw Kiam Siu dengan sikap gagah.
―Apa maksudmu dengan permintaan itu ?"
―Menurut penglihatanku, Cianpwee pandai menyamar !"
Si kakek terkejut. Ia melangkah mundur dan menanya, ―Bocah, apa artinya tuduhan itu!?"
―Melihat sikapmu dan mendengar ucapanmu, aku memperoleh kesimpulan bahwa kau selalu menyamar!" kata Khouw Kiam Siu sambil terus menjambret muka si kakek itu.
Sauw-hun Mo-kie dan yang lain-lainnya terkejut menyaksikan jambretan Khouw Kiam Siu itu. Si kakek meloncat ke belakang dan nyaris dari jambretan, lalu lari keluar dari kuil.
Khouw Kiam Siu mengejar, diikuti oleh Sauw-hun Mo-kie dan yang lain-lainnya.
Jika Khouw Kiam Siu dapat mengejar dengan pesat si kakek dapat melarikan diri lebih cepat lagi, tak lama kemudian kedua orang itu sudah tak ketahuan lagi kemana larinya.
Sauw-hun Mo-kie menjadi masgul sekali.
―Ibu! Kemana mereka melarikan diri ?" tanya Ma Kang Lian.
―Entah! Ayoh, kita cari mereka!"
Khouw Kiam Siu terus mengejar si kakek disekeliling kuil itu dan akhirnya mereka berada jauh dari tempat semula. Tiba-tiba si kakek berhenti dan berdiri menghadapi sipemuda.
―Bocah ! Apa maksudmu menuduh aku menyamar?! Mengapa kau mengejar aku ?!" bentaknya.
―Aku sangat menaruh simpati kepada kedua ibu dan puteri itu yang berusaha keras mencari suami dan ayah. Aku terpaksa harus membantu usaha mereka !"
Si kakek menunduk dan berpikir. Lalu ia menggaruk-garuk kepalanya sambil menarik napas. Tiba-tiba ia membuka topengnya yang dibuat dari karet.
Khouw Kiam Siu terpesona melihat wajah sejati dari si kakek itu. Ia menghadapi seorang hweeshio.
―Cianpwee...Cianpwee yalah Goan Tong Taysu !" katanya terheran-heran.
―Betul ! Aku adalah Goan Tong Taysu, ayah dari Ma Kang Lian !"
―Tetapi... mengapa Cianpwee selalu mengelakkan mereka??"
―Siohiap, perbuatanku yang sudah2 sangat terkutuk, maka aku menjadi hweeshio untuk menebus dosa. Namun selama aku memencilkan diri di dalam kuil, aku selalu tak dapat melupakan isteri dan puteriku. Pada suatu waktu, aku mencuri pergi menjumpai mereka tetapi perbuatan demikian melanggar peraturan kuil Siauw-lim-sie sehingga aku dihukum. Pemimpinku menganggap aku telah menodai kuil dan aku diusir keluar...haaii...aku tak ada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
181
muka untuk kembali ke kuil atau menjumpai istri dan puteriku lagi. Haaaiii…. aku bersumpah tak akan memperlihatkan diri dihadapan isteri dan puteriku lagi. Membalas budi kuil Siauw-lim-sie sudah menjadi tugasku. Tiap-tiap orang yang menyerang atau mengganggu orang-orang Siauw-lim tak akan luput dari hajaranku...sekarang mungkin kau mengerti mengapa aku meminta kau mencegah puteriku mengganyang hweeshio-hweeshio dari kuil Siauw-lim-sie dahulu...."
―Oh.... aku mengerti .....tetapi mengapa urusan ini juga ada bersangkut-paut dengan partai Bu-tong?"
―Pada waktu itu yang memimpin partai Siauw-lim adalah Goan Tjeng Taysu. Beliau telah minta bantuan partai Bu-lim untuk mencari dan menangkap aku yang ingin menjenguk isteri dan puteriku. Aku dihadang dijalan ketika aku ingin pulang ke kuil oleh orang-orang dari partai Bu tong, ditawan dan dibawa ke kuil Siauwlim untuk kemudian diusir keluar. Isteri dan puteriku mengira aku telah dianiaya dan dibunuh oleh mereka, maka isteri dan puteriku menjadi bermusuhan terhadap partai2 Siauw-lim dan Bu-tong..."
Khouw Kiam Siu mengangguk-angguk mendengari keterangan itu. Lalu ia menanya :
―Mengapa Cianpwee tidak membela diri?"
―Aku telah melanggar peraturan kuil Siauw-lim, maka aku tak dapat membela diri lagi," sahut si kakek kecewa.
―Mengapa Cianpwee harus menyamar untuk menjumpai isteri dan puterimu ?"
―Aku telah bersumpah takkan memperlihatkan diri dihadapan mereka, dan sumpah itu sukar untuk aku mengingkari..... Siohiap, karena kau menaruh simpati kepada isteri dan puteriku, bolehkah aku minta sesuatu ?"
―Sebutlah. "
―Aku minta kau mencegah isteri dan puteriku bermusuhan terhadap partai2 Siauw-lim dan Bu-tong!"
Khouw Kiam Siu menyahut dengan nada ragu-ragu:
―Aku dapat berusaha mencegah mereka, tetapi aku tak berani menjamin aku akan berhasil. Mereka bertekad membalas dendam jika belum mengetahui pasti bahwa Cianpwee masih hidup."
―Aku yakin kau dapat mencegah mereka, mengingat ilmu silatmu yang begitu lihay... lebih lihay daripada ilmu silatku sendiri !"
"Cianpwee, apakah kau tidak melihat bahwa mereka hanja ingin tahu bahwa kau masih hidup ? Tanpa bukti, mereka tak akan berhenti bermusuhan terhadap partai2 Siauw-lim dan Bu-tong!"
Goan Tong Taysu berpikir, dan harus mengakui kebenaran alasan itu. Lalu ia berkata :
―Ya... aku hanya minta kau berusaha mencegah. Jika tak berhasil, aku mempunyai rencana lain."
―Rencana apa ?"
―Pada dewasa ini, aku belum dapat memberitahukan."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
182
Tiba-tiba Khouw Kiam Siu ingat akan kejadian dimasa lampau. Ia menanya:
―Apakah Cianpwee masih ingat janjimu pada satu tahun yang lalu ?"
―Aku ingat! Bahwa aku berjanji padamu dalam waktu setahun aku akan menyelidiki orang yang meledakkan puncak Kiat yun hong, atau aku harus memenggal kepalaku sendiri bukankah?"
―Betul ! Dan sekarang aku batalkan perjanjian itu."
―Mengapa ?"
―Pada ketika itu, aku kira kau yang melakukan peledakan. Tetapi sekarang setelah mengetahui kau sebetulnya Goan Tong Taysu, perjanjian itu tak ada gunanya lagi !"
Goan Tong Taysu bersenyum.
―Tetapi jika betul-betul aku yang melakukan peledakan itu, bagaimana ?" tanyanya.
―Tak mungkin !"
―Siohiap, sebagai seorang hweeshio, aku harus mengetahui sebab musababnya segala sesuatu yang aku telah sanggupi untuk melaksanakan. Puncak Kiat-yun-hong telah diledaki, dan aku harus menyelidiki dengan seksama, karena aku sudah berjanji maka aku tak dapat mengingkari janji itu…."
―Terima kasih."
Tiba-tiba Goan Tong Taysu tercengang.
"Siohiap, apakah kau tak merasa ada sesuatu yang ganjil ?" tanyanya kaget.
Khouw Kiam Siu menggeleng-geleng kepalanya.
―Aneh! Aku melihat kau telah kena racun kuman Giam Ong (Raja Neraka)."
―Aku kena racun kuman Giam Ong??"
Goan Tong Taysu menggangguk dan berkata lagi:
―Aku pernah mendengar dari guruku bahwa didaerah selatan di tempat2 tertentu telah berkembang-biak kuman Giam Ong yang sangat berbisa. Orang-orang yang terkena bisanya dapat dilihat dengan garis merah diantara kedua alisnya. Bisa itu sangat berbahaya dan sukar dicari obat-obatnya. Aku lihat garis merah itu ditengah-tengah kedua alismu !"
―Tetapi aku belum pernah pergi kedaerah selatan. Jika aku telah kena racun kuman Giam Ong itu, aku sendiri merasa heran."
―Betul! Tetapi sekarang kita tak perlu menyelidiki kau kena racun dari mana. Kita perlu mencari obatnya. Menurut pengetahuanku, tabib yang dapat menolong hanya Ban-biauw gie-hian!"
―Ban-biauw-gie-hian ? Aku kenal dia!"
―Ban-biauw-gie-hian telah membuat serupa pil obat yang dipanggil Ban-biauw-leng-tan, obat itu dapat memunahkan segala jenis racun. Ia sangat menyayang obat pil itu seperti ia menyayang jiwanya sendiri..."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
183
Pada saat itu Khouw Kiam Siu ingat akan pil obat yang Ban biauw-gie-hian berikan kepadanya. Bahkan tabib sakti itu pernah mengatakan bahwa pil obat itu untuk mencegah segala racun, ia harus menelan sebutir pil obat bila ia pergi ke markas Thian-lam sin-kun diselatan.
Apakah pil obat yang Ban-biauw-gie-hian berikan kepadanya adalah pil obat Ban-biauw-leng-tan ? Maka ia lekas-lekas mengeluarkan botol kecil yang berisi pil obat pemberian tabib sakti itu. Bukan girangnya ketika ia membaca tulisan etiket botol itu yang bertulisan ―Ban biauw-leng-tan."
―Cianpwee! Inilah pil obat Ban-biauw-leng-tan !" katanya dengan gembira sambil memperlihatkan botol kecil itu.
Dengan kedua mata melotot Goan Tong Taysu melihat pil2 obat itu, lalu menanya :
―Darimana kau peroleh obat ini?"
―Ban-biauw-gie-hian memberikan itu kepadaku !"
―Hai! Kau beruntung sekali. Kau dapat segera menelan sebutir pil obat itu !"
Justru pada saat itu terdengar suara orang mendatangi. Goan Tong Taysu lekas-lekas berkata :
―Siohiap, jangan lupa permintaanku! Nah, sampai kita jumpa lagi!" lalu ia meloncat pergi.
Sedetik kemudian, Sauw-hun Mo-kie sudah tiba disitu.
―Siohiap, tadi kau bercakap2 dengan siapa?" tanyanya.
―Dengan si kakek berambut putih!" sahut Khouw Kiam Siu.
"Kemana dia sekarang ?"
―Dia sudah pergi!"
―Apakah kau sudah mengetahui dia sebetulnya siapa?"
Khouw Kiam Siu menggangguk dan menyahut : ―Goan Tong Taysu!"
Sauw-hun-Mo-kie terkejut. Ia tak dapat berdiri tegak, lama juga baru ia menanya lagi :
―Apa betul dia itu Goan Tong Taysu ??"
―Menurut pengakuan kakek itu sendiri."
―Tetapi...mengapa sikapnya begitu dingin terhadap isteri dan puterinya??" kata Sauw-hun Mo-kie dengan sedih. Tampak kedua mata berlinang.
―Goan Tong Taysu bersikap demikian karena sesuatu alasan tertentu, iapun sangat menderita bersikap begitu dingin terhadap isteri dan puterinya. Ia sudah menjadi hweeshio dan harus menaati peraturan kuil Siauw lim-sie. Ia telah memesan agar kau dan Ma siocia tidak bermusuhan terhadap hweeshio-hweeshio dari partai Siauw-lim dan Bu-tong.‖
Sauw-hun Mo-kie menangis tersedu-sedu melampiaskan kepedihannya. Kemudian dengan beringas ia berkata :
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
184
―Aku harus membasmi partai Siauw-lim yang bertindak kejam sekali terhadap suamiku !"
Khouw Kiam Siu lekas-lekas menasehatkan :
―Cianpwee, kau tak dapat bermusuhan terhadap partai Siauw-lim. Goan Tong Taysu telah berpesan begitu."
―Tetapi karena partai Siauw-lim, rumah tanggaku terpecah-belah !"
―Betul! Tetapi Goan Tong Taysu sendiri yang melanggar peraturan partai Siauw-lim, ia sendiri mengaku bersalah, dan minta kau jangan bermusuhan terhadap mereka ! Disamping itu, kamu juga jangan bermusuhan terhadap partai Bu-tong!"
―Aku dapat melupakan partai Bu-tong, tetapi aku tak dapat lupakan partai Siauwlim dengan peraturannya yang sangat kejam !"
―Cianpwee, aku diminta untuk mencegah kamu mengganyang mereka !"
―Hah! Apakah kau mampu mencegah aku ?!"
―Jika perlu, aku terpaksa harus menggunakan kekerasan !"
SEMENJAK suaminya menjadi anggota kuil Siauw lim-sie dan dilatih oleh Bu Ngo Taysu dengan maksud memiliki ilmu silat yang lihay, Sauw-hun Mo-kie sangat merindukan suaminya.
Ia tidak membunuh diri karena melihat puterinya yang masih kecil dan memerlukan perawatan pendidikan dan kasih-sayang seorang ibu. Dimatanya, partai Siauw-lim merupakan perusak kebahagiaan rumah-tangganya, dan ia sangat membencinya.
Kemudian ia memperoleh kabar bahwa suaminya telah ditangkap mungkin dibunuh oleh orang-orang Siauw-lim yang dibantu oleh orang-orang partai Bu-tong. Maka setelah ia berhasil memelihara puterinya dan mewariskan ilmu silatnya kepada puterinya itu, ia bertekad membalas dendam terhadap kedua partai silat itu.
Setelah mengetahui bahwa puterinya adalah sahabat baik Khouw Kiam Siu, ia tak ingin menjadi musuh pemuda itu. Maka setelah berulang kali diminta oleh Khouw Kiam Siu agar ia jangan bermusuhan terhadap partai Siauw-lim dan Bu-tong, ia menjadi serba-salah.
Lama juga ia baru dapat berkata :
―Siohiap, apakah kau mendesak mau turut campur urusanku ini?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
Tanpa peringatkan lagi, Sauw-hun Mo-kie tiba-tiba menjotos dengan jotosan Bo-im-sin-hong yang sangat lihay itu.
Khouw Kiam Siu dapat mengegosi, ia tak ingin membalas dan selalu berusaha mengegosi saja.
Pertarungan baru berjalan beberapa jurus ketika Ma Kang Lian dan empat keempat pengikutnya sudah tiba disitu.
―Ibu ! Mengapa kau ..." jerit Ma Kang Lian.
Sauw-hun Mo-kie terpaksa menghentikan serangan-serangannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
185
―Ibu ! Mengapa kau berkelahi dengan Khouw siohiap ?"
―Si kakek berambut putih adalah ayahmu, Goan Tong Taysu !‖ sahut sang ibu.
―Dimanakah dia sekarang ?"
―Ia sudah pergi lagi !"
―Hai! Mengapa ayah begitu kejam dan bersikap demikian dingin terhadap kita ??"
"Ini semuanya karena peraturan partai Siauw-lim yang kejam! Aku bertekad membasmi partai tersebut!"
―Mengapa ibu menyerang Khouw siohiap ?"
―Dia telah menyanggupi pesan ayahmu untuk mencegah kita mengganyang partai Siauw-lim!"
―Oh..." Ma Kang Lian berseru kaget. Ia menghampiri ibunya dan berbisik.
Sauw-hun Mo kie segera menatap Khouw Kiam Siu dengan sorot seribu satu pertanyaan, sehingga Khouw Kiam Siu menjadi canggung.
Ma Kang Lian menghampiri Khouw Kiam Siu dan menanya dengan ramah :
―Siohiap, apakah semenjak dulu kau sudah mengetahui bahwa ayahku menyamar sebagai si kakek berambut putih ?"
―Tidak! Baru tadi saja aku mengetahuinya," sahut Khouw Kiam Siu.
Sauw-hun Mo-kie maupun puterinya menjadi bisu. Sang ibu berusaha mempertimbangkan tindakan-tindakan yang lampau dan langkah-langkah yang ia harus tempuh dikemudian hari.
Meskipun di tempat itu berkumpul tujuh orang, namun semuanya berdiri tak bergerak sambil menatap Sauw-hun Mo-kie yang tengah berpikir. Kesunyian dipecahkan ketika Sauw hun Mo-kie menarik napas dan berkata :
―Haaaiii...manusia berusaha, tetapi Tuhanlah yang berkuasa. Sebagai satu manusia, aku tak dapat melupakan budi!"
Khouw Kiam Siu tercengang mendengar ucapan itu. Apakah yang diucapkannya ditujukan kepadanya ? Apakah ucapan itu suatu pernyataan bahwa wanita itu telah insyaf akan tindakan-tindakannya yang keliru. Ia tak berani menanya atau menghibur. Ia hanya mengawasi sikap wanita itu.
Sauw-hun Mo-kie yang telah menggiurkan banyak orang pada 30 tahun yang lampau dan telah menggemparkan rimba persilatan dengan ilmu silatnya yang lihay, masih tetap berwibawa dan ditakuti oleh banyak jago-jago silat kelas wahid. Kelemahan satu-satunya yalah kasih sayang terhadap puterinya. Belum pernah ia menolak permintaan puterinya. Mungkin puterinya telah membisiki sesuatu yang merubah sikap dan tekadnya, sehingga ia berubah jadi ramah.
―Khouw siohiap, kau telah menyanggupi melaksanakan pesan suamiku untuk mencegah kami mengganyang orang-orang partai2 Siauw lim dan Bu-tong. Aku dapat menerima permintaan itu dengan syarat !‖ akhirnya ia berkata lagi.
Khouw Kiam Siu merasa gembira dengan perubahan sikap itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
186
―Apa syaratnya ?" tanyanya.
―Goan Tong Taysu, karena sumpahnya tak lagi dapat memperlihatkan dirinya yang sejati dihadapan isteri dan puterinya sehingga kita isteri dan puterinya sukar mencari jejaknya. Kami minta kau mencari dia dan menyampaikan pesan kami kepadanya, yalah Kami ingin melihat dia sekali lagi saja, jika dia menolak, kami bersumpah akan membasmi seluruh partai Siauw-lim ! Adapun batas waktunya yalah sampai pertengahan bulan ketiga !"
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah sekali. Jangka waktu untuk mencari Goan Tong Taysu hanya tiga bulan. Namun dalam keadaan terdesak ia terpaksa menyahut :
―Aku akan berusaha sekuat tenaga mencari Goan Tong Taysu dan menyampaikan pesan itu. Tetapi.....jika aku tak berhasil mencari beliau, aku terpaksa harus menunaikan janjiku kepadanya yalah mencegah kamu mengganyang partai Siauw-lim.‖
―Oh ... itu urusan dibelakang,‖ sahut Sauw-hun Mo-kie.
Lalu Ma Kang Lian menghampiri Khouw Kiam Siu dan berkata :
―Khouw siohiap, aku harap kau dapat memaafkan sikap ibuku."
Khouw Kiam Siu bersenyum.
―Lian-ji, ayoh, kita pergi !" kata Sauw-hun Mo-kie, dan ia mengajak puteri serta empat pengikut puterinya pergi.
Ma Kang Lian berpisah dengan hati yang berat.
Khouw Kiam Siu juga mempunyai perasaan serupa, ia merasa bertanggung-jawab terhadap Kat Ju Hui yang sudah tergila-gila terhadap dirinya. Tanpa merasa ia sudah berjalan kembali ke dalam kuil Tjiu-sin-sie.
Di dalam pekarangan dibelakang ,ia berkaca didekat kolam yang airnya bening seperti cermin dan terkejut melihat garis merah ditengah-tengah kedua alisnya.
―Hai ! Betul saja penglihatan Goan Tong Taysu! Mungkin aku sudah terkena racun kuman Giam Ong !"
Maka ia mengambil sebutir pil obat Ban-biauw-leng-tan dan menelannya. Lalu ia masuk kedalam suatu kamar di dalam kuil itu untuk mengerahkan tenaga dalamnya agar khasiat pil obat itu dapat berjalan lancar.
Ia duduk bersila, memejamkan kedua matanya sambil mengerahkan tenaga dalamnya. Setelah beberapa detik, seluruh tubuhnya menjadi basah dengan keringat, dan ia sendiri berada dalam keadaan tak sadar. Ketika siuman, ia lari kembali ke kolam untuk melihat mukanya di dalam air. Betul-betul saja garis merah ditengah-tengah kedua alisnya sudah lenyap!
Ia sangat khawatir jika ia tak berhasil mencari Goan Tong Taysu karena jika hal itu terjadi ia terpaksa harus bertarung melawan Sauw-hun Mo kie lagi. Ia belum membalas dendam kematian ayah-angkatnya. Ia harus merebut kembali pedang Thian-kong-kiam.
Soal perebutan juara ilmu silat yang diselenggarakan oleh Thian Lam sinkun tak penting baginya. Meskipun demikian atas perhitungannya, ia berpendapat lebih baik pergi ke markas Thian-lam-sin kun lebih dulu. Maka ia meninggalkan kuil Tjiu-sin-sie untuk segera menuju keselatan sambil merubah wajahnya dengan benda-benda untuk menyamar yang telah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
187
diberikan oleh si Algojo.
Demikianlah ia menuju keselatan dalam bentuk seorang kakek yang berambut putih dengan kedua alis yang putih pula, dan banyak kerut2an dikulit mukanya. Ia tak lupa membeli jubah berwarna abu2 untuk menyesuaikan diri sebagai seorang kakek, dan sebuah karung untuk menyimpan Kimnya.
Maka beberapa hari kemudian, di atas jalan raya yang menuju ke selatan, seorang kakek dengan rambut dan alis putih laksana salju terlihat di jalan sambil memanggul sebuah karung di atas pundaknya.
Pada suatu hari, ketika kakek itu baru keluar dari sebuah rumah penginapan, ia melihat serombongan orang berkuda mengawal sebuah joli kira-kira 100 meter didepannya.
Ia mengejar, dan dapat melihat bahwa mereka itu adalah orang-orang dari puri Kiam Pao dengan tanda lambang pedang mas di dada baju mereka masing-masing.
Kemanakah rombongan itu ingin pergi? Apakah mereka juga ingin pergi ke markas Thian-lam-mo-kong untuk turut serta dalam perebutan kejuaraan ilmu silat yang diselenggarakan oleh Thian Lam-sin-kun ?
Khouw Kiam Siu berjalan dengan cepat dan melalui rombongan itu, dan tiba-tiba ia ditegur :
―Hai ! Tua bangka ! Apakah kau mau mampus ?"
Khouw Kiam Siu berhenti dan menatap orang yang menegurnya itu.
―Hei ! Apakah kau mau mampus merintangi rombongan kami?" bentak lagi orang itu sambil mengirim jotosannya.
Khouw Kiam Siu mengegos, dan orang itu menjotos angin. Rombongan segera berhenti. Lalu tiga orang kakek yang memimpin rombongan datang menghadapi Khouw Kiam Siu. Adapun ketiga kakek itu adalah Bun Si Sam Hiong yang menjadi pengawal Utama dari Thio Mo Lam, dan yang pernah dihajar babak belur oleh Khouw Kiam Siu di dalam puri Kiam Pao.
Bun Biauw Thian yang tertua dari ketiga Bun Si Sam Hiong itu tiba-tiba membentak :
―Hei! Tua bangka gila ! Mengapa kau berani merintangi rombongan kami?!"
―Ha! Ha! Aku berjalan dipinggir jalan. Orang itu telah menjotos aku. Bagaimana kau bilang aku yang merintangi jalan??"
―Hei! Tua-bangka gila! Rambutmu sudah putih, kau masih dapat hidup beberapa tahun, mengapa mau mampus lekas-lekas?!"
―Bun Siauw Thian! Mengapa kau bersikap demikian kasar terhadap seorang tua?"
Bun Siauw Thian terkejut mendengar kakek itu menyebut namanya. Ia yang sudah kawakan dan berpengalaman tidak mengenal kakek itu. Dari egosannya tadi, ia sudah mengetahui bahwa kakek itu tak dapat dipandang remeh. Kedua saudaranya Bun Tiong Thian dan Bun Wie Thian juga tersinggung.
―Hei! Tua-bangka! Sebutlah namamu sebelum kau mampus!" bentak Bun Siauw Thian lagi.
Khouw Kiam Siu tertawa gelak2 lalu menyahut :
―Bun Siauw Thian, kau sudah berkecimpungan dikalangan Kang-ouw berpuluh2 tahun,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
188
tetapi kau tidak mengenal aku ?"
Baru saja selesai kata-kata itu diucapkan Bun Siauw Thian segera turun dari kudanya dan mengirim jotosannya.
Khouw Kiam Siu menangkis jotosan itu, dan tampak Bun Siauw Thian terpental, tubuhnya menubruk kudanya sehingga kuda itu terkejut dan mengganggu kuda-kuda lain.
Semua orang dari rombongan itu terkejut menyaksikan Bun Siauw Thian dibikin terpental oleh seorang kakek yang sudah dekat masuk ke liang-kubur.
Sementara itu Bun Tiong Thian dan Bu Wie Thian juga sudah turun dari kudanya mereka.
―Kamu bertiga mau mengerubuti seorang tua??" Khouw Kiam Siu mengejek lagi. ―Hee, hee, hee! Apa gunanya kamu menjadi pahlawan utama dari puri Kiam pao!"
Pada saat itu dari dalam joli terdengar suara seorang wanita tertawa. Si kakek atau Khouw Kiam Siu terkejut. Ia mengira orang di dalam joli adalah Thio Mo Lam, tetapi ternyata orang itu adalah seorang wanita. Siapakah gerangan wanita itu? Apa kedudukan wanita itu di dalam partai Kiam Pao?
―Siapa kau?" terdengar teguran dari dalam joli.
Khouw Kiam Siu mendehem sekali, lalu berkata :
―Kau tak perlu menanya aku situa bangka, kau harus memperkenalkan dirimu dulu !"
―Ha! Kau bukan saja gila, tetapi juga tolol! Apakah kau tidak mengetahui bahwa kau dapat dipukul mati?!"
―Ho, ho ! Seumur hidupku, baru kali ini aku mendengar orang bilang aku dapat dipukul mati! Aku sudah berusia 100 tahun lebih dan aku tak takut mati !"
―Apa maksudmu merintangi rombongan kami?"
―Ho, ho ! Lucu sekali! Aku diserang, tetapi kau bilang aku merintangi rombonganmu! Apakah aku sudah gila atau kau memang sudah miring otak? Aku kepingin melihat wajahmu yang bicara seperti orang sinting !"
―Kau tak dapat melihat aku, karena aku dapat membunuh kau dari dalam joli !"
―Oho! Sunggu kau pandai membual ! Akupun bisa menterbalikkan jolimu!"
―Cobalah buktikan! Aku mau lihat!"
―Baik!" sahutan itu dibarengi dengan satu jotosan kearah joli.
Satu hembusan angin yang hebat tiba-tiba menyerang joli itu. Tetapi... jolinya sendiri tidak terbalik!
Khouw Kiam Siu terkejut. Orang yang berada di dalam joli betul-betul lihay ilmu silatnya.
―Ha! Ha! Tua bangka gila! Ilmu silatmu hanya demikian saja ?" ejek wanita di dalam joli.
―Aku akan mencoba lagi!" kata Khouw Kiam Siu, dan meneruskan dengan jotosan Cong-sim touw-hiat-ciang. Kali ini, joli tersebut terdorong tiga meter ke belakang, dan membuat keempat penggotong jatuh terjengkang.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
189
Semua orang-orang puri Kiam Pao datang mengurung. Khouw Kiam Siu sudah siap sedia menghadapi pengeroyokan itu.
―Semua mundur!" perintah wanita di dalam joli.
Perintah itu segera ditaati. Lalu dari dalam joli berjalan keluar seorang wanita berpakaian serba putih, menancap sebuah bunga putih dikondenya dan menutupi mukanya dengan sehelai kain sutra putih.
Khouw Kiam Siu segera mengetahui bahwa wanita itu tengah berkabung. Ia merasa heran mengapa begitu banyak orang mengawal wanita itu yang terbukti memiliki ilmu silat yang maha tinggi. Wanita itu menuding Khouw Kiam Siu dan membentak: ―Tua bangka gila! Kau telah melukai orang-orangku !"
―Mereka mencari mati sendiri !" bentak Khouw Kiam Siu.
―Aku terpaksa harus memberi hajaran kepadamu !" berkata demikian wanita itu betul-betul mengirim serangannya.
Khouw Kiam Siu menangkis jotosan itu dengan lengan kirinya dan merasa seolah-olah lengannya itu mendadak jadi lumpuh !
WANITA itu terkejut mengetahui si kakek masih dapat menangkis jotosannya dan tidak jatuh atau tewas. Bukankah kakek itu sudah tua dan sangat lemah kelihatannya? Siapakah kakek itu?
Wanita itu berusaha mengingat siapakah gerangan kakek yang ganjil itu, tetapi ia tidak berhasil.
―Jika aku paksa dia bertarung, ia tentu dapat memperlihatkan jurus-jurus ilmu silatnya. Mungkin dari gaya jurus-jurusnya, aku dapat mengenal dia ini dari partai silat mana," pikirnya.
Maka dengan kesimpulan itu ia bermaksud mengajak kakek itu bertarung.
―Hei! Tua-bangka! Nah terimalah pukulan2ku ini !" katanya seraya melancarkan serangkaian jotosan2.
Khouw Kiam Siu terpaksa melawan dengan melancarkan jotosan2 Coan-sim-touw-hiat-ciang.
Jotosan2 ditangkis dan hembusan angin yang keluar dari jotosan itu diperhatikan oleh semua orang dengan hati berdebar-debar.
Meskipun merasa kagum atas kemahiran si kakek, namun mereka mengharap agar pemimpin wanita mereka dapat lekas-lekas mengganyang si kakek yang berlagak itu.
Pada suatu ketika satu jotosan yang jitu hampir mengenakan dada wanita itu jika ia tidak lekas-lekas meloncat mundur. Namun hembusan jotosan itu dirasai olehnya, dan ia segera merasa bahwa ia tak dapat menggempur si kakek. Ia meloncat jauh kebelakang dan menghentikan pertarungan.
―Hei! Kakek ! Apa hubunganmu dengan Kut-louw koay ?" tanyanya sambil mengawasi dengan tajam.
―Aku situa bangka ini adalah saudara seperguruan Kut-louw koay!" sahut Khouw Kiam Siu mendusta.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
190
Sahutan itu membikin orang-orang puri Kiam Pao bergerak mundur. Mereka mengetahui Kut- louw-koay pernah menggemparkan kalangan Kang-ouw pada 60 tahun yang lalu dan kakek ini sudah berusia 100 tahun lebih,tetapi tenaga maupun semangatnya masih berkobar !
Si wanita mulai bingung. Ia kenal Kut-louw-koay, tetapi ia belum pernah dengar bahwa Kut-louw-koay mempunyai saudara seperguruan.
―Oh ! Cianpwee adalah saudara seperguruan Kut louw-kaoy?‖ tanyanya lagi.
―Betul!"
―Jika demikian, sipemilik Kim Gaib adalah keponakan Cianpwee, bukankah?"
Khouw Kiam Siu menjadi bingung, karena ia tidak mengetahui hubungan diantara Khouw Kie Cong dan Kut louw-koay. Ia menyahut :
―Sipemilik Kim Gaib bernama Khouw Kiam Siu, dan ia tak sangkut paut dengan Kut-louw koay atau aku. Camkanlah, bahwa ilmu silat Khouw Kiam Siu lebih lihay daripada ilmu silatku...."
Pada saat itu terdengar suara derap kaki kuda mendatangi. Tak lama kemudian beberapa belas orang yang berkuda sudah tiba di tempat tersebut. Mereka adalah Thio Mo Lam beserta pengikut2nya. Thio Mo Lam meloncat turun dari kudanya dan menanya.
―Adik ! Urusan apakah ini?!"
Dari pada pertanyaan itu Khouw Kiam Siu segera mengetahui bahwa wanita itu adalah adik perempuan Thio Mo Lam atau bibi Thio Siok Ngo. Tetapi mengapa ia tak menjumpai wanita itu ketika ia dua kali menerobos masuk kedalam puri Kiam Pao ? Dan mengapa wanita itu bergabung.
Wanita itu menunjuk Khouw Kiam Siu dan berkata : ―Koko, kakek itu adalah saudara seperguruan Kut-louw-koay.‖
―Oh.... apakah ia bermusuhan karena keponakannya, sipemilik Kim Gaib, adalah musuh kita?‖ tanya Thio Mo Lam.
―Tidak! Sipemilik Kim Gaib bukan murid Kut-louw-koay !"
―Tetapi... Khouw Kiam Siu, atau sipemilik Kim Gaib sendiri yang bilang bahwa ia sudah murid si Siluman tengkorak !"
―Heran! Mengapa ia bilang begitu ?! Menurut pengetahuanku Kut-louw-koay tidak mempunyai saudara seperguruan. Tetapi jotosan Coan-sim-touw hiat-ciang membuktikan bahwa ia memang erat hubungannya dengan Kut-louw-koay...."
Lalu Thio Mo Lam menghampiri si kakek dan meneliti.
―Hei ! Thio Mo Lam! Apakah kau dan rombonganmu ini hendak pergi ke markas Thian lam-sin-kun ?" tanya Khouw Kiam Siu.
―Betul! Bolehkah aku mengenal siapa Cianpwee?"
―Kau tak perlu menanya. Aku sendiri sudah lupa namaku. Bukankah kau pergi ke markas Thian-lam-sin-kun dengan hasrat merebut kejuaraan ilmu silat?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
191
―Ya ... begitulah maksudku..."
―Ha, ha, ha! Kau betul-betul tidak mengenal diri. Kau tak akan berhasil merebut kejuaraan, karena kau sudah dipecundangi oleh Khouw Kiam Siu dalam kandangmu sendiri!"
Keterangan itu membikin Thio Mo Lam malu sekali. Lama juga ia baru dapat menanya lagi:
―Apakah Khouw Kiam Siu akan turut serta merebut kejuaraan itu?"
―Mengapa kau menanya begitu? Bukankah tiap-tiap jago silat sudah menerima surat undangan untuk menguji kepandaian silatnya?"
―Cianpwee juga telah diundang ?"
―Ho, ho, ho! Aku tak berarti ! Sudah beberapa puluh tahun aku mengasingkan diri dari kalangan Kang-ouw. Lagipula aku sudah dekat masuk liang kubur, aku tak berhasrat merebut kejuaraan itu !"
―Apa maksudmu merintangi rombonganku ?‖
―Ha, ha, ha! Lagi-lagi satu pertanyaan yang tolol! Aku yang dirintangi, diserang dan diganggu oleh orang-orangmu, tetapi kau menuduh aku merintangi rombonganmu ! Bukankah pertanyaan itu tolol?!"
Thio Mo Lam menjadi canggung, dengan terpaksa ia menyeringai dan berkata:
―Jika demikian halnya, kami minta maaf..."
―Aah ! Begitulah baru betul! Kamu yang salah, maka kamu yang harus minta maaf!"
Tiba-tiba .....
Seorang yang berseragam hitam dan menutupi muka dengan kain hitam meloncat datang dan berdiri di tengah-tengah rombongan. Semua orang, kecuali Khouw Kiam Siu, terperanjat, karena mereka tidak mengenal orang itu.
―Hm... mengapa ia datang dan memperlihatkan dirinya disini ?" tanya Khouw Kiam Siu dalam hati, karena orang itu adalah si Algojo.
Ada orang dari puri Kiam Pao yang pernah menjumpai orang itu tiba-tiba berseru : ―Si Algojo !"
Thio Mo Lam yang baru pertama kali menjumpai si Algojo datang menghampiri dan menanya :
―Apakah kau yang terkenal dengan julukan si Algojo?"
―Hee, hee, hee! Tidak salah !" sahut yang ditanya.
―Hm...belum lama berselang, kau telah menyelinap kedalam puri Kiam Pao dan memenggal kepala Tauw Kun ! Hutang jiwa itu harus diperhitungkan !"
―Hee, hee, hee! Sebetulnya waktu itu aku juga ingin memenggal kepalamu !"
―Mengapa kau memenggal kepala Tauw Kun? Apa dosa orangku itu?!"
―Sayang sekali jahanam Tauw Kun sudah mampus! Jika ia masih hidup, kau akan dijawab
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
192
langsung oleh jahanam itu. Aku sudah memenggal kepalanya, lalu kau mau apa?!"
Thio Mo Lam melangkah maju dua tindak, dan dengan sengit ia mengancam :
―Aku terpaksa harus memenggal kepalamu !"
―Laksanakanlah!!"
Ketiga Bun Si Sam Hiong melangkah maju, dan Bun Siauw Thian berkata kepada pemimpinnya :
―Pao Cu, untuk memotong ayam, kita tak memerlukan pisau untuk memotong kerbau. Perkenankanlah aku yang menggempur jahanam yang suka membual ini!"
―Tidak! Aku sendiri ingin memenggal kepalanya!"
Lalu ketiga Bun Si Sam Hiong itu mengundurkan diri.
Sementara itu Khouw Kiam Siu berpikir sambil mengawasi gerak-gerik Thio Mo Lam :
―Si Algojo telah datang kesini, mungkin ia perlu menjumpai aku. Apakah ia mampu menggempur Thio Mo Lam? Jika adik perempuan siorang she Thio membantu, celakalah dia. Aku harus turun tangan!"
Tetapi sebelum ia dapat berbuat sesuatu, Thio Mo Lam sudah mengirim jotosan kemuka si Algojo.
Si Algojo mengegos dan balas menjotos. Thio Mo Lam menangkis, dan terus melancarkan serangkaian jotosan2 sehingga si Algojo tampak terdesak.
Sebetulnya tenaga maupun ilmu silat mereka berimbang. Syukur sekali Thio Mo Lam tidak menggunakan pedang Sin Kiamnya. Maka pertarungan dengan hanya menggunakan tinju berlangsung dengan seru di tempat itu, dan ditonton dengan hati berdebar-debar.
Suatu pertarungan yang jarang terlihat dikalangan Kang-ouw telah berlangsung selama 30 jurus, namun belum ada yang menyerah atau tampak akan kalah.
Tiba-tiba Khouw Kiam Siu membentak : ―Berhenti!"
Suara bentakan yang diucapkan dengan tenaga sakti menghentikan pertarungan itu dan menggoncangkan jantung tiap-tiap orang.
Thio Mo Lam dan si Algojo berhenti bertempur sejenak, lalu bertarung lagi dengan sengitnya.
Khouw Kiam Siu mengangkat tinjunya setinggi dada lalu menjotos diantara kedua petarung itu. Hembusan angin jotosan kedua tinju yang dilancarkan serentak itu telah mendorong mereka jauh kesamping.
―Hei Algojo ! Apakah kau masih membangkang tidak mau menuruti kehendakku? ! Ayoh berhenti bertempur dan ikut aku pergi !‖ teriak Khouw Kiam Siu kepada si Algojo.
Thio Mo Lam merintangi.
―Cianpwee," katanya. ―Si Algojo telah membunuh orangku, dan aku harus..."
―Apa?! Kau berani merintangi aku?!" bentak Khouw Kiam Siu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
193
―Tetapi si Algojo itu..."
―Cukup ! Aku terpaksa harus membawa dia pergi!" bentak Khouw Kiam Siu, lalu ia mengajak si Algojo pergi.
Mereka meloncat pergi dengan lincah sekali. Thio Mo Lam hanya mengikuti mereka pergi dengan pandangannya. Ketiga Bun Si Sam Hiong mengejar, tetapi adik Thio Mo Lam menahan mereka.
Wanita itu mengejar dan mengirim jotosan. Hembusan angin jotosan itu berhasil merobohkan si Algojo.
Khouw Kiam Siu berhenti, lalu menantang :
―Hm ! Rupanya kau masih berani menantang kehendakku!"
Thio Mo Lam menyahut :
―Cianpwee, dia telah membunuh orangku. Dia harus dihukum!"
"Tetapi... apakah kau tidak mengetahui bahwa Tauw Kun itu sangat keji dan terkutuk perbuatannya dan memang harus dibunuh?‖
―Cianpwee," kata adik Thio Mo Lam. ―Kau bertindak berat sebelah ! Kau selalu memihak kepada si Algojo !"
―Aku sebetulnya telah bersikap terlalu lunak ! Jika kamu kakak-beradik masih juga berkeras, aku terpaksa harus turun tangan!" ancam si kakek atau Khouw Kiam Siu. Lalu ia mengajak si Algojo yang baru bangun berlalu.
Kali ini Khouw Kiam Siu dan si Algojo berjalan dengan tenang tanpa Thio Mo Lam atau adik perempuannya dapat berbuat apa-apa. Setelah berjalan jauh, mereka berlari ke suatu tempat jauh dari jalan raya didekat kaki gunung.
―Mengapa kau datang kesini ? Apakah kau perlu mencari aku ?" tanya Khouw Kiam Siu.
―Betul! Aku perlu mencari kau. Pertemuan para jago silat di markas Thian-lam-sin-kun diselatan akan diselenggarakan tidak lama lagi. Aku menduga kau pergi kesana. Kebetulan sekali aku menjumpai kau tengah berselisih dengan rombongan orang-orang dari puri Kiam Pao itu!"
―Apa perlunya kau mencari aku ?"
―Aku telah pergi ke markas Thian Lam-sin-kun, aku telah memperoleh suatu berita yang menggembirakan !"
―Berita yang menggembirakan?!'" tanya Khouw Kiam Siu dengan napsu. ―Apakah kau sudah pergi ke Thian-lam-mo-kong ?"
Si Algojo mengangguk.
―Gouw Wie To alias si Kakek cerdas, ayah angkatmu itu, TIDAK mati!"
―Ha! Tidak mati!?" tanya Khouw Kiam Siu dengan kedua mata terbelalak.
―Betul, si Kakek cerdas masih hidup !"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
194
Khouw Kiam Siu merasa girang tak terhingga sampai kedua matanya mengucurkan air mata.
―Sekarang ayah angkatku itu ada dimana??" tanyanya.
―Beliau sekarang ditawan di dalam kamar gelap dibawa tanah dimarkas Thian-lam sin-kun !"
―Dimana letak kamar gelap itu?"
―Dibelakang gedung markas Thian-lam-mo-kong, jahanam itu telah membikin sebuah kamar dibawah tanah. Aku dengan susah payah berhasil masuk kedalam setelah menyuap beberapa penjaga. Maksudku masuk kedalam gedung markas sebetulnya untuk mencari jejak seseorang. Tidak terduga aku memperoleh kabar tentang ayah-angkatmu itu!"
―Tetapi ayah angkatku telah dibunuh di tempat kediamannya...‖
―Apakah kau sudah memeriksa betul mayatnya ?"
―Mayatnya sudah menjadi busuk! Aku hanya melihat rambut dan pakaiannya !"
"Apakah tidak mungkin orang-orang yang membunuh beliau sengaja merencanakan siasat demikian rupa sehingga kau menganggap mayat itu adalah mayat ayah angkatmu ?"
―Hm ... itu mungkin sekali..."
―Nah, aku ada pertanyaan lagi: Apakah kau memiliki bom Kut-louw-koay ?"
―Ya, sebuah…"
―Bagus! Bom itu dapat digunakan untuk menolong ayah angkatmu."
―Tetapi dengan bom seluruh bangunan akan runtuh."
―Tidak. Kamar gelap dibawah tanah itu dibangun jauh dari pintu untuk masuk. Pintu untuk masuknya dijaga oleh banyak orang. Kita harus meledakkan pintu untuk masuk dan membinasakan semua penjaga, lalu dengan cepat kita mengeluarkan ayah angkatmu di-kamar yang terletak jauh dari pintu untuk masuknya. Ya, 50 orang menjaga pintu untuk masuknya, dan mereka inilah yang kita harus binasakan dulu!"
―Apakah di dalam kamar gelap itu ada tawanan2 lain?"
―Entah!"
―Ayoh, kita lekas-lekas kesana !‖
―Ayolah!"
Demikianlah si Algojo dengan pakaian serba-hitam dan Khouw Kiam Siu yang menyamar sebagai kakek berambut putih menuju ke selatan dengan mengambil jalan yang jauh dari jalan raya untuk mengelakkan perhatian.
KHOUW KIAM SIU merasa gembira sekali, diluar dugaannya Kakek cerdas, ayah angkatnya, masih hidup. Dari ayah angkatnya itu ia dapat menanyakan tentang hal-ikhwal dirinya. Ia tak dapat memahami sikap si Algojo yang selalu memperhatikan nasibnya.
Mereka menuju keselatan dengan satu maksud yalah menolong si Kakek cerdas. Mereka tiba di lembah Cong-liong-kok, tidak jauh dari gedung markas Thian-lam-mo-kong, diwaktu malam gelap bulan. Di dalam lembah itulah Thian-lam-sin-kun membangun penjara di dalam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
195
tanah.
Untuk masuk kedalam lembah itu, mereka harus bersikap waspada, karena dijaga oleh orang-orang dari Thian-lam-mo-kong.
Mereka berhenti dibelakang satu batu gunung besar tidak jauh dari lubang untuk masuk kedalam kamar gelap dibawah tanah.
―Kita sudah tiba !" bisik si Algojo. ―Lubang lorong itu adalah jalan untuk masuk ke penjara dibawah tanah.‖
―Aku melihat banyak sekali batu besar didekat lubang lorong itu," sahut Khouw Kiam Siu.
―Betul! Orang-orang dari Thian lam mo kong bersembunyi dibelakang batu yang besar itu. Untuk masuk kedalam lorong kita harus membasmi mereka semua lebih dahulu!"
―Mereka bersembunyi dibanyak tempat yang kita tidak tahu, bagaimana harus kita membasmi mereka ?"
―Menurut pengetahuanku, penjaga2 diganti tiap-tiap setengah jam. Waktu untuk penggantian tak lama lagi. Kita akan membasmi penjaga2 yang akan datang, lalu penjaga2 yang akan diganti. Kemudian dengan bommu kita hancurkan lubang lorong. Ledakan itu akan membongkar tanah, tetapi tak akan mengganggu kamar tahanan yang dibangun kuat sekali. Dengan cara itu kita dapat menolong si Kakek cerdas !"
Khouw Kiam Siu menggeleng-geleng kepalanya seraya berkata:
―Rencana itu terdengarnya baik sekali, tetapi aku khawatir tak dapat dilaksanakan! Kita belum mengetahui keadaan kamar penjara dibawah tanah. Lagipula suara ledakan pasti akan terdengar oleh orang-orang dari Thian-lam mo-kong."
―Hm... gedung markas Thian lam-mo-kong agak jauh dari sini. Mereka memerlukan waktu untuk datang kesini. Setelah tanah terbongkar akibat ledakan, kita dapat segera mengetahui dimana letak kamar tahanan untuk menolong si Kakek cerdas ! Kita akan sudah berada jauh dari sini jika orang-orang dari Thian-lam-mo kong datang."
―Baiklah ! Biar bagaimanapun aku harus menolong ayah angkatku itu."
―Sekarang kita mundur dulu dan menanti penjaga2 yang akan datang mengganti rekan2nya."
Demikianlah si Algojo mengajak Khouw Kiam Siu mundur dan bersembunyi disemak belukar, kira-kira 20 meter jauhnya dari lubang lorong. Meskipun suasana gelap sekali, namun samar-samar mereka dapat melihat keadaan disekelilingnya.
Tak lama kemudian mereka melihat empat orang mendatangi.
―Nah, kau hajar dua yang disebelah kanan, dan aku yang di sebelah kiri !" bisik si Algojo.
Khouw Kiam Siu mengangguk. Lalu berkelebat dua bayangan hitam seperti dua ekor kalong dari sekumpulan daun-daun pohon.
Terdengar suara keempat penjaga itu yang dihajar dan tak berkutik lagi !
Mereka berjalan dengan tenang menuju ke lubang lorong.
―Siapa?!" tiba-tiba terdengar teguran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
196
Mereka berhenti dan menanti kedatangan penjaga2 yang keluar dari tempat bersembunyinya masing-masing. Sejenak kemudian lagi-lagi terdengar jeritan2 dan keempat penjaga itu juga dibunuh dengan mudah saja.
―Tayhiap, sekarang kau mundur. Aku akan akan melontarkan bom ini ke lubang itu," kata Khouw Kiam Siu.
Baru saja si Algojo melangkah mundur, ketika terdengar suara orang mendatangi.
―Cianpwee ! Ada orang mendatangi!" bisik si Algojo.
Mereka lekas-lekas bersembunyi disemak-belukar lagi.
Tak lama kemudian terlihat dua orang mendatangi, satu pria dan satu wanita. Mereka menutupi muka dengan kain hitam.
Terdengar wanita itu berkata :
―Toako! Rupanya keadaan disini telah berubah ! Cobalah lihat mayat itu !"
―Hm... siapakah yang bunuh mereka??" tanya si pria.
―Mungkin juga orang yang ingin masuk kedalam kamar tahanan dibawah tanah. Pembunuhannya lihay sekali. Ia dapat membunuh semua tanpa seorang penjaga dapat lolos untuk memberi peringatan ..."
Si pria meraba-raba mayat itu lalu berkata:
―Mereka belum lama dibunuh, pembunuhnya belum jauh dari sini…‖
―Hm…. apa maksud pembunuhan ini? Bukankah lorong itu untuk masuk ke kamar tahanan?"
Dari percakapan mereka, Khouw Kiam Siu dapat mengenali bahwa mereka itu adalah Thio Mo Lam dan adik perempuannya. Ia tak mengerti mengapa mereka datang ke tempat itu dengan bertopeng ?
Lalu terdengar Thio Mo Lam berkata :
―Adik, aku berpendapat lebih baik kita lekas-lekas berlalu dari sini agar tidak seorangpun mengetahui bahwa kita telah datang dengan menyamar !"
―Toako, aku ingin membuktikan apakah ia betul-betul masih hidup."
Khouw Kiam Siu tercengang. Siapakah gerangan yang ingin dibuktikan mati-hidupnya oleh wanita itu?
―Adik, lebih baik kita bersabar. Malam ini dengan penjaga2 dibunuh, aku khawatir gerak-gerik kita diketahui!"
―Bersabar! Bersabar sampai kapan ??"
―Pertemuan para jago silat tak lama lagi akan diselenggarakan. Setelah pertemuan itu selesai, kita dapat mencari keterangan dari orang-orangnya Thian lam-sin-kun !"
Khouw Kiam Siu betul-betul tidak mengerti maksud dari pada kedua orang itu. Apakah adik perempuan Thio Mo Lam datang ke markas Thian-lam-mo kong untuk membalas dendam ? Terdengar lagi wanita itu berkata :
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
197
―Toako, aku mempunyai firasat buruk. Mungkin dia sudah tiada lagi didunia ini !"
―Hmm... kita belum dapat mengetahui jika kita belum menyelidiki ..."
―Aaai. .. mungkin anakku juga sudah tiada didunia ini !"
―Adik! Jangan bersedih hati sebelum kita menyelidiki."
―Toako! Jika mereka sudah terbunuh, aku akan membasmi semua orang-orang dari Thian-lam-mo-kong ! Aaaaiii...aku sudah bersabar dan menanti selama 10 tahun lebih. Berapa lama lagi aku harus menunggu ?"
―Adik, aku yakin bahwa sipemilik Kim-Gaib akan datang dan turut serta di dalam perlombaan ilmu silat nanti. Pedang Thian-kong-kiam berada ditangannya, kita dapat kesempatan untuk merebut pedang itu. Fajar segera menyingsing, ayolah kita berlalu dari sini !"
Demikianlah Thio Mo Lam dan adik perempuannya berlalu dari tempat itu, dan lenyap di tempat gelap.
―Hm...mereka juga bermaksud merebut pedang Thian-kong kiam! Hanya sayang sekali pedang itu sudah direbut oleh Tok-pi-sin mo..." kata Khouw Kiam Siu dalam hati.
Si Algojo berkata :
―Aneh ! Mereka juga ingin merebut pedang Thian kong kiam. Wanita itu memiliki ilmu silat lebih lihay dari pada Thio Mo Lam. Aku baru saja mengenal wanita itu."
Mereka menanti sampai matahari terbit. Khouw Kiam Siu melontarkan bomnya ke mulut lorong. Suara ledakan menggoncang tempat disekelilingnya. Tanah dan tumbuhan disekitar lorong tersebut berhamburan. Lorong itu terbongkar, maka kamar tahanan yang dibangun sangat teguh segera kelihatan.
Pintu kamar didobrak, dan mereka masuk kedalam kamar. Dengan terharu mereka menemui si Kakek cerdas dengan pakaian yang sudah mesum dan kotor tengah berbaring di dalam kamar itu.
Khouw Kiam Siu segera menghampiri dan mengangkat kakek itu yang sudah sangat payah.
―Ayoh panggullah kakek itu, dan kita harus lekas-lekas berlalu dari sini !" kata si Algojo.
Maka dengan si Algojo memimpin jalan, mereka membawa kakek itu pergi.
Suara ledakan itu telah menarik perhatian orang-orang dari markas Thian-lam-mo-kong. Mereka datang untuk memeriksa, tetapi Khouw Kiam Siu yang memanggul ayah-angkatnya telah berhasil lari keluar bersama-sama si Algojo.
Ketika matahari sudah menerangkan tanah, Khouw Kiam Siu dan si Algojo sudah 10 lie jauhnya dari tempat peledakan.
―Khouw siohiap, kakek itu perlu beristirahat dan diobati. Mari kita cari tempat yang aman!" kata si Algojo.
Maka disuatu tempat yang terpencil dan tersembunyi kakek itu diletakkan, dan si Algojo mulai mengurut dan memijit beberapa urat nadinya. Tak lama kemudian kakek itu bersin dan membuka kedua matanya.
Khouw Kiam Siu membuka topeng yang dibuat dari karet dan memanggil :
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
198
―Locianpwee...‖ ia tak dapat meneruskan karena perkataannya tersumbat ditenggorokannya, akibat perasaan terharu yang tak terhingga.
Si kakek bersenyum dan berkata dengan lemah :
―Anak... kau !" kemudian kakek dan putera angkatnya itu menangis tersedu-sedu.
―Anak...aku merasa payah sekali... mungkin aku tak dapat hidup lebih lama lagi..."
―Tidak! Tidak ! Aku akan bawa Locianpwee kepada tabib yang sakti...Ban-biauw-gie-hian pasti dapat mengobati…."
―Tidak...tidak….aku dapat merasa bahwa aku tak dapat hidup lebih lama lagi..."
Si Algojo yang berusaha menolong berbisik kepada Khouw Kiam Siu :
―Siohiap, keadaan kakek ini sudah payah sekali ! Jika kau perlu menanyakan sesuatu, ayohlah tanyakan..."
―Locianpwee, aku sudah berhasil belajar dan memiliki ilmu-ilmu silat yang tinggi, aku tidak mengecewakan cita2 Locianpwee..."
Si kakek bersenyum getir seraya berkata :
―Bagus ! Bagus ! aku akan mati dengan puas ..."
―Locianpwee, bagaimana kau sampai ditawan oleh orang-orang dari Thian-lam mo-kong ?"
Si kakek menyahut dengan kedua mata terbelalak :
―Mereka kira pedang Thian-kong-kiam berada ditanganku lalu aku diculik ke markas Thian-lam-mo-kong. Aku disiksa dan didesak untuk memberitahukan mereka tentang pedang itu, mereka telah melenyapkan tenagaku dengan memutuskan beberapa urat syarafku dan aku ditahan di dalam kamar dibawah tanah... aku kira aku akan mati tanpa menjumpai kau lagi...Haaaiii...Thian-lam sin-kun itu sangat kejam dan licik. Dengan mayatnya orang lain, ia berusaha menipu anggapan orang. Ya...mungkin banyak orang menganggap aku sudah dibunuh ..."
Khouw Kiam Siu mendengari kisah itu dengan beringas. Ia mendesak :
―Locianpwee, mengapa Thian-lam sin-kun ingin merebut pedang Thian-kong-kiam ?"
―Haaaii...aku harus menceritakan dari awal….apakah kau pernah mendengar julukan si Dewi angin ?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
―Si Muka alim dan si Dewi angin itu adalah ayah dan ibumu !‖
Khouw Kiam Siu maupun si Algojo terkejut mendengar itu. Khouw Kiam Siu menatap si kakek. Dari penuturannya Goan Tong Taysu dan Ban-biauw-gie-hian, ia sudah menduga bahwa ia adalah putera si Muka alim atau Khouw Bu Wie. Maka ia juga menjadi si bakal suami Ma Kang Lian, puteri dari Sauw-hun Mo-kie dan Goan Tong Taysu.
―Locianpwee, kau bilang aku mempunyai banyak musuh yang harus digempur?"
―Betul! Ibu-ayahmu mati dibunuh orang! Musuh-musuhmu adalah Thian-lam-sin-kun dan 12
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
199
orang-orangnya, pemimpin partai silat Kong tong dan Thiam-cong serta beberapa puluh murid2nya ..."
―Mengapa ibu-ayahku dibunuh mereka ?"
Si Kakek cerdas menengadah sejenak, kemudian ia menceritakan sebagai berikut:
Ayah Khouw Kiam Siu, Khouw Bu Wie telah memperoleh pedang Thian-kong-kiam dan karena itu ia jadi buruan orang banyak yang juga ingin memiliki pedang pusaka buntung itu.
Pada suatu hari, Khouw Bu Wie dan isterinya yang tengah menggendong Khouw Kiam Siu, kebetulan melewati puncak Sin-lie-hong, dimana Thian-lam-sin-kun, kedua pemimpin partai silat Kong-tong dan Thiam-cong bersama-sama beberapa puluh orang-orangnya sudah menunggu. Perkelahian terjadi, Khouw Bu Wie, seorang diri saja melawan dengan gagah berani sambil memerintahkan isterinya lari menyelamatkan Khouw Kiam Siu dan pedang Thian-kong kiam.
Dengan susah payah dan menderita luka-luka, si Dewi angin berhasil juga menyelamatkan putera dan pedang suaminya itu. Ia melarikan diri ke rumah si Kakek cerdas yang diketahuinya menjadi sahabat suaminya.
Ia masih sempat menceritakan kepada kakek itu tentang segala sesuatu yang telah terjadi dan minta si kakek sudi memelihara puteranya. Si kakek belum keburu mengatakan apa-apa, tetapi ia sudah menarik napasnya yang terakhir.
Dengan penuh haru si Kakek cerdas lalu mengubur jenazah wanita yang malang itu dibelakang rumahnya. Keesokan harinya, sambil membawa Khouw Kiam Siu ia pergi ke puncak Sin-lie-hong dengan maksud menyelidiki keadaan dipuncak tersebut, dan ia jadi kecewa sekali setibanya disana, karena ternyata Khouw Bu Wie telah dibinasakan secara kejam sekali.
―Siapa musuhku yang sebenarnya ?" tanya Khouw Kiam Siu sengit.
―Mereka adalah Thian lam sin-kun dari partai silat Thian-lam mo-kong, Bu Giam Tju dari partai silat Kong-tong, Tji Goan Liang dari partai silat Thiam-cong dan beberapa puluh murid2nya," sahut si Kakek cerdas.
Si Algojo tidak mengatakan apa-apa, ia mendengari saja dengan penuh perhatian.
Si kakek meneruskan kisahnya :
―Maka aku mengubur jenazah ayahmu dikaki puncak Sin-lie-hong. Aku juga telah menaruh tanda di atas kuburannya. Justru tanda itulah yang membikin Thian-lam-sin-kun menduga bahwa aku yang menyembunyikan pedang Thian-kong-kiam..."
―Locianpwee, sebetulnya aku harus panggil kau Toa-pek (paman tua) dan aku bersumpah akan membalas dendam ini !" kata Khouw Kiam Siu.
―Jika kau berhasil membalas dendam, aku yakin ibu-ayahmu akan menjadi gembira di dunia baka..."
―Toapek dulu pernah bilang aku masih mempunyai satu saudara yang bernama Khouw Thian Siong ?"
―Betul! Saudara itu adalah dari ibu lain, dan 10 tahun lebih tua daripadamu. Semenjak kecil ia diberikan kepada Ho Tok Kek, seorang jago silat yang lebih lihay daripada ayahmu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
200
Karena ayahmu mencintai wanita lain, yalah ibumu, maka ibu Khouw Thian Siong meninggalkan ayahmu, kemudian mengambil Khouw Thian Siong dari Hu Tok Kek, dan seterusnya, mereka juga lenyap jejaknya."
―Aku berjanji akan mencari saudara dan ibu-tiriku itu !"
Si Kakek cerdas sudah menjadi sangat payah.
―Toapek ! Toapek!'" seru Khouw Kiam Siu.
Dengan cemas si Kakek membuka kedua matanya, bersenyum sejenak, lalu memejamkan kedua matanya lagi untuk menarik napas yang penghabisan!
Khouw Kiam Siu merangkul ayah angkatnya dan merasa sedih sekali.
Si Algojo berusaha menahan kesedihannya, dan menghibur Khouw Kiam Siu :
―Siohiap, aku kira Toapekmu teleh menunaikan janjinya dan melaksanakan tugasnya. Iapun menutup mata dengan perasaan puas. Sekarang kita harus mengubur jenazahnya.. .‖
Demikianlah kedua orang itu mengubur jenazah kakek itu di tempat tersebut.
―Jika kau tidak berkeberatan, kita dapat menjadi saudara," kata lagi si Algojo.
―Baik! Mulai detik ini aku panggil kau Toako!"
―Siaotee, dalam ilmu silat kau sekarang lebih unggul daripadaku, tetapi aku pasti lebih berpengalaman."
―Betul! Aku harus mengakui aku tidak berpengalaman. Tugasku sekarang ialah pergi membasmi Thian lam-sin-kun dan orang-orangnya.‖
―Siaotee, markas Thian-lam-mo-kong lebih kuat dari pada puri Kiam Pao. Hanya markas itu terletak diselatan sehingga orang-orang dari daerah pertengahan tidak mengetahui keadaan sebetulnya. Usaha kita meledakkan kamar dibawah tanah diluar dugaan mereka. Tetapi dalam usaha membalas dendam terhadap mereka, kita harus merencanakan dengan teliti sebelum kita turun tangan!"
―Aku sudah mengetahui bahwa musuh-musuhku sudah didepan mataku aku tak sabar lagi untuk mengganyang mereka !"
―Pertemuan para jago silat akan diselenggarakan tak lama lagi. Jangan lupa merebut kembali pedang Thian-kong kiam dari Tok-pi-sin-mo, karena pedang itu adalah pedang pusaka dari ayahmu dan juga suatu pedang mujizat!"
―Tetapi jika Tok-pi-sin-mo tidak hadir bagaimana?"
―Jika ia tak hadir, kau dapat mencari keterangan dari para jago silat yang datang hadir."
KHOUW KIAM SIU berpikir sejenak dan menanya lagi : ―Bagaimana pendapat Toako tentang pertemuan para jago silat itu?"
―Kita akan datang ke pertemuan itu, lalu bertindak menurut keadaan. Markas partai silat Thiam-cong tidak jauh dari sini. kita dapat pergi ke markas partai itu, lalu kembali menghadiri pertemuan para jago silat di markas Thian-lam-mo-kong."
―Apakah orang-orang dari partai2 Thiam-cong dan Kong-tong akan datang ke pertemuan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
201
itu?"
―Tidak! Mereka tak ingin menyinggung Thian-lam-sin-kun yang mereka anggap sebagai kawan karib mereka."
―Dapatkah kita sekarang pergi ke markas partai Thiam-cong?"
―Tentu saja !"
―Toako, sebelum kita berangkat, aku harus menerangkan bahwa usaha membalas dendam adalah urusan pribadiku, maka aku minta Toako tidak turut-campur."
―Siaotee, bukankah kita sudah menjadi saudara angkat? Sebagai Toako, aku tak dapat bertopang dagu jika kau terdesak!"
―Betul! Tetapi dalam urusan ini aku minta Toako tidak turut campur !‖
Si Algojo berpikir sejenak, kemudian ia berkata lagi : ―Baiklah ! Kita berjumpa lagi dipertemuan para jago silat di markas Thian-lam-mo-kong !"
Demikianlah mereka berpisah. Masing-masing melanjutkan usahanya. Khouw Kiam Siu sudah mengetahui semua musuh-musuhnya, kewajibannya yalah membalas dendam. Usaha itu merupakan suatu beban yang sangat berat. Namun ia bersumpah untuk melaksanakannya juga.
Ia menyimpan kedok karetnya, dan akan menuntut balas terhadap orang-orang dan partai Thiam-cong dalam bentuk sejatinya yalah sebagai si pemilik Kim Gaib! Di dalam hatinya ia sudah bersumpah akan membunuh semua musuh-musuh ibu-ayahnya, maupun musuh-musuh ayah angkatnya.
Disepanjang jalan pikiran membalas dendam memenuhi otaknya. Belum jauh ia berjalan ketika ia mendengar suara ejekan. Ia berhenti dan melihat dua orang kakek dengan wajah yang kejam dan pakaian yang ganjil sudah berdiri 5 meter didepannya.
Melihat Kim yang dipancangkan di punggung Khouw Kiam Siu, kedua kakek itu tiba-tiba berseru:
―Sipemilik Kim Gaib !"
―Betul! Aku adalah sipemilik Kim Gaib !" sahut Khouw Kiam Siu dengan gagah.
―Apakah kau yang meledakkan kamar dibawah tanah dari Thian lam-mo-kong untuk menolong si Kakek cerdas?" tanya seorang kakek.
Khouw Kiam Siu segera menganggap bahwa kedua kakek itu adalah orang-orang dari Thian lam mo-kong. Ia menjadi naik darah, ia maju menghampiri mereka.
―Apakah kamu orang-orang dari Thian-lam-mo-kong?" tanyanya.
―Betul! Jika kau berotak, kau tentu mengikut kami ke markas Thian-lam-mo-kong tanpa membikin perlawanan. Mungkin juga hukumanmu dapat diperingan...hee.. hee !"
―Tanpa diminta, aku memang berhasrat pergi kesana ! Hanya sekarang aku masih mempunyai urusan."
―Oho ! Kami akan menggunakan kekerasan menyeret kau kesana !‖
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
202
―Hmm…apa kalian terlibat dalam peristiwa di atas puncak Sin-lie-hong pada beberapa belas tahun yang lalu ?‖ tanya Khouw Kiam Siu sengit.
Kedua kakek itu terkejut.
―Di atas puncak Sin-lie-hong, Khouw Bu Wie alias si Muka Alim bersama-sama isterinya telah dikeroyok dan akhirnya dibunuh….tetapi puteranya telah tertolong….‖ Kata lagi Khouw Kiam Siu.
―O! Kau adalah putera mereka??"
―Betul! Dan kamu adalah orang-orang yang telah mengeroyok ibu ayahku !" kata Khouw Kiam Siu sambil mengirim dua jotosan Coan-Sin-touw hiat-ciang bertubi2. Dua jeritan terdengar dan dua kakek itu sudah menjadi mayat !
Lalu Khouw Kiam Siu meneruskan perjalanannya ke markas partai silat Thiam-cong.
Baru saja ia melalui suatu lembah dan masuk kedalam hutan ia sudah ditegur lagi oleh suara ancaman :
―Bocah ! Aku segera akan memenggal kepalamu !"
Ia terkejut, karena suara itu tak asing lagi baginya. Ia berhenti dan melihat disekelilingnya. Thiat-cong gin leng, guru Kat Ju Hui, tengah berdiri tak jauh disampingnya dengan wajah beringas. Ia lekas-lekas menjura dan menanya : ―Locianpwee, mengapa aku diancam ?"
―Hm ! Mengapa kau tak ke Hong-hong-kok ?!"
―Aku telah pergi ke lembah tersebut, tetapi aku hanya menjumpai Thio Siok Ngo. Dia mengatakan bahwa Locianpwee dan Kat Siocia sudah pergi dari lembah.‖
―Apakah kau lalu pergi lagi ?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
―Jangan berlagak bodoh. Hui-ji bermaksud membunuh diri karena kau tak membalas cintanya, tapi karena ia mengandung, ia membatalkan maksudnya itu.‖
―Aku sudah mengetahui itu dari Thio Siok Ngo."
―Jika kau sudah mengetahui itu, apa yang kau akan perbuat terhadap Hui-ji ?!"
Khouw Kiam Siu menjadi bisu. Ia sudah yakin bahwa ia adalah putera Khouw Bu Wie, dan telah ditetapkan akan menjadi suami Ma Kang Lian. Lalu ternyata Kat Ju Hui yang sangat menyintai dirinya telah mengandung, ia berada diantara janji dan tugas : janji ibu-ayahnya terhadap Sauw-hun Mo-kie, ibu Ma Kang Lian, dan tugas yang harus ditunaikan jika ia betul menjadi ayah dari bayi di dalam kandungan Kat Ju Hui.
Thiat-cong-gin-leng menjadi makin gusar melihat Khouw Kiam Siu tak menyahut.
―Bocah! Jika kau tidak memberi jawaban yang memuaskan aku akan memenggal kepalamu!" ancamnya.
―Locianpwee ingin jawaban yang bagaimana ?‖
―Jawab yang tegas: apakah kau mencintai Hui-ji?!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
203
―Locianpwee, cinta itu tak dapat dipaksa."
―Apakah kau ingin menyangkal bahwa bayi dikandungannya itu bukan perbuatanmu?!‖
―…….????!‖
―Sekarang Hui-ji entah dimana jejaknya."
―Aku akan berusaha mencari gadis itu."
―Jika sudah diketahui, apa yang kau akan perbuat ?!‖
―Terserah kepada Kat siocia sendiri. Aku harus memberi sedikit keterangan bahwa ibu ayahku telah mengikat perjanjian dengan seorang. Lagipula, menurut pengetahuanku, Kat siocia yang mendesak aku..."
―Mendesakmu! Aku tak percaya ! Apakah kau kira muridku itu seorang yang hina ?!"
Makian itu dibarengi dengan satu sodokan, tetapi Khouw Kiam Siu dapat mengegoskan.
Tiat-Cong gin-leng menjadi makin beringas, ia terus menyerang.
Dengan ilmu meringankan tubuh Hui-eng hoan-seng atau lblis terbang tanpa bekas Khouw Kiam Siu meloncat-loncat mengegosi semua serangan-serangan itu.
Demikianlah 50 jurus telah berlangsung dengan Thiat-Cong-gin leng menyerang dengan toya kayunya dan Khouw Kiam Siu mengegoskan tanpa membalas menyerang.
Selama hidupnya Thiat-Cong-gin-leng baru mengalami jika ia tak dapat menaklukkan lawannya itu dengan toya kayunya. Perlahan-lahan ia kehabisan tenaga, dan serangannya menjadi lebih lambat.
Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Pertarungan berhenti karena suara tertawa itu. Lalu seorang kakek yang berambut putih dan menutup mukanya meloncat datang.
―Apakah kau juga orangnya Thian-lam-mo-kong ?!‖ Khouw Kiam Siu menegur kakek itu.
Kakek itu menyangkal dengan menggoyang tangan kanannya. Kakek itu adalah Ma Dji Kouw alias Giok-bin-ciang-sin si Dewa muka Kejam ayah Ma Kang Lian.
THIAT-CONG-GIN-LENG menatap kakek itu yang kemudian berkata :
―Kamu bertarung tanpa alasan yang cukup."
―Siapa kau?" tanya Thiat-Cong-gin leng.
―Ha, ha, ha! Tan Sio Kiauw, apakah kau tidak mengenal aku?" tanya si kakek yang mengenal hati Thiat-Cong-gin leng alias Tan Sio Kiauw.
Tan Siok Kiauw melangkah mundur karena heran kakek itu mengenal dirinya, tanpa ia sendiri mengenal kakek itu.
―Sebetulnya kau siapa?!" tanyanya lagi.
―Haaaiii... penghidupan kita ini seperti impian belaka! Aku sendiri juga sudah lupa siapa aku sebetulnya, maka kau tak perlu menanya lagi. Aku hanya ingin menanya mengapa kau menyerang pemuda itu?" si kakek balik menanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
204
―Hm... ini urusanku pribadi, kau tak perlu turut campur!‖
―Ha, ha, ha! Aku telah menyaksikan kamu bertarung. Kau bukan tandingan pemuda itu!" si kakek berhenti sebentar, untuk kemudian melanjutkan kepada Khouw Kiam Siu :
―Siohiap, aku sudah mengetahui bahwa kau telah pergi ke dekat markas Thian-lam-mo-kong. Aku justru datang untuk mencari kau, dan beruntung sekali aku dapat menjumpaimu disini."
Khouw Kiam Siu tercengang. ―Mengapa Locianpwee mencari aku?" tanyanya.
Si kakek menghampiri dan membisikkan sesuatu dikuping Khouw Kiam Siu yang mendengari dengan hati berdebar-debar.
―Apakah betul ada urusan itu?!" tanyanya kemudian.
―Aku tak perlu berdusta, si Algojo telah pergi kesana. Aku kebetulan menjumpainya dijalan. Setelah aku memberitahukan hal itu kepadanya, ia segera pergi untuk menyelidiki!"
Khouw Kiam Siu berpikir sejenak. Sesaat kemudian ia berkata lagi :
―Aku ada urusan yang harus diselesaikan. Aku akan menyusul selambat-lambatnya dalam lima hari ini."
―Baiklah, kau harus menepati janjimu itu, kami sudah menaruh harapan kepadamu!‖
―Selambat-lambatnya dalam waktu lima hari aku pasti sudah menyusul untuk melaksanakan tugas itu," kata Khouw Kiam Siu dengan khidmat.
Tan Sio Kiauw tak mengetahui apa arti daripada percakapan kedua orang itu. Melihat Khouw Kiam Siu ingin berlalu, ia menghadang dengan toya kayunya seraya membentak :
―Hei, bocah! Kau belum memberikan aku jawaban yang memuaskan!"
Mo Dji Kauw tersenyum dan menanya : ―Tan Sio Kiauw, jawaban apa yang kau perlukan? Dapatkah aku menjadi perantara?"
―Tidak!" sahut Thiat-Cong-gin-leng.
―Hm... apakah kau kira aku tidak mengetahui urusanmu itu? Kau ingin membela muridmu!‖
―Jika sudah diketahui, kau tak perlu menanya lagi!"
―Ha, ha! Tan Sio Kiauw! Mungkin orang lain gentar menghadapi toyamu! tetapi aku si tua bangka ini menganggap toyamu itu adalah permainan anak kecil!"
Tan Sio Kiauw segera menyerang kakek itu dengan toyanya. Secepat kilat toya itu ditangkap oleh si kakek. Satu betotan yang hebat terjadi dan toya itu terlepas!
Tan Sio Kiauw menjadi malu sekali dipecundangi dengan mudah saja oleh si kakek itu.
Khouw Kiam Siu mengagumi ilmu si kakek, tetapi ia juga menghormati guru Kat Ju Hui itu. Dengan ramah ia lalu berkata:
―Locianpwee, aku akan berusaha mencari Kat siocia dan setelah menjumpai muridmu itu aku akan berusaha membereskan soal yang rumit ini. Bagaimana pendapat Locianpwee?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
205
"Bocah, aku hanya perlu menanya apakah kau mencintai muridku itu?" tanya Tan Sio Kiauw sengit.
―Locianpwee, jika ternyata Kat siocia mengandung, aku tentu tak dapat melalaikan kewajiban itu!"
Tan Sio Kiauw tampaknya dapat dibujuk dengan kata-kata itu.
"Baik! Kau harus bertanggung-jawab. Nah, kau berangkatlah aku juga ingin pergi mencari jejaknya!" akhirnya ia berkata.
Khouw Kiam Siu segera minta diri kepada kedua angkatan tua itu. Dengan satu gerakan lincah ia meloncat pergi.
Tan Sio Kiauw lalu menanya si kakek lagi :
―Sebetulnya Tayhiap siapa?"
―Kau tak perlu menanya. Aku datang mencari pemuda itu karena suatu urusan yang penting dikalangan Bu-lim. Apakah kau berminat membantu?" sahut si kakek tenang.
―Urusan apa?"
―Urusan itu erat hubungannya dengan pertemuan para jago-jago silat yang akan diselenggarakan oleh Thian lam sin-kun nanti. Thian lam sinkun telah menyebar surat undangan kepada banyak jago-jago silat untuk datang ke pertemuan itu, bilangnya untuk memilih seorang juara. Tetapi….hm... aku menaruh curiga. Orang sebusuk Thian-lam sin-kun menyelenggarakan pertemuan ini dengan maksud tertentu."
Thiat-Cong gin-leng berpikir sejenak.
―Pada 30 tahun yang lalu, diwaktu diselenggarakan pertemuan para jago silat serupa itu, juara silat Liok Kauw Ciu berikut tanda kejuaraannya telah lenyap. Maka seterusnya pertemuan itu tak diselenggarakan lagi. Lenyapnya sang juara itu menjadi suatu teka-teki...." katanya.
―Betul! Tanpa tanda kejuaraan, pertemuan serupa itu tak dapat diselenggarakan."
―Apakah mungkin Thian lam sin kun mempunyai tanda kejuaraan itu??"
―Justru itulah yang mencurigakan. Kita hanya dapat membuktikan nanti yalah pada waktu pertemuan dilangsungkan.‖
―Tayhiap mengajak aku turut serta menghadiri pertemuan itu?"
―Betul! Kita harus menyelidiki seluk-beluk tanda kejuaraan yang telah lenyap bersama-sama Liok Kauw Ciu itu!"
―Mengapa kau tidak katakan itu tadi? Mengapa kau hanya mengajak Khouw Kiam Siu?‖
―Tan Sio Kiauw, menurut pendapatku, hanya dialah yang dapat menghadapi si juara yang memegang tanda kejuaraan itu!"
―……???‖
―Waktu pertemuan itu diadakan dipegunungan Heng san, tidak kurang dari 100 orang telah turut-serta. Mereka mengadu silat selama tiga hari dan akhirnya hanya ketinggalan dua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
206
orang saja. Dua jago silat yang berhasil mengadu silat sampai babak final itu yalah Thian-lam-sin kun dan Liok Kauw Ciu alias si Kilat ... kedua orang itu bertarung sampai 1000 jurus, dan akhirnya Liok Kauw Ciu yang menang dan merebut tanda kejuaraan! Pada waktu itu pemimpin besar partai Thian-lam mo-kong adalah Kauw Cit Cun yang tidak sudi menakluk kepada sang juara Liok Kauw Ciu. Dengan masgul ia meninggalkan pertemuan sehingga pertemuan itu berakhir dengan kacau! Lalu sang juara dan tanda kejuaraannya juga lenyap selama 30 tahun ini. Jika Thian-lam sin kun mempunyai tanda kejuaraan tersebut, aku betul-betul merasa curiga.‖
Tan Sio Kiauw mengangguk-angguk mendengari penjelasan itu. Si kakek lalu meneruskan :
―Hengsan Lojin yang menyelenggarakan pertemuan tersebut telah bersumpah untuk mencari jejaknya sang juara dan menyelidiki seluk beluknya. Baru-baru ini Heng-san Lojin dapat mengetahui bahwa lenyapnya Liok Kauw Ciu dan perginya Kauw Cit Cun ada sangkut pautnya, dan ia juga sudah mengetahui tempat bersembunyinya Kauw Cit Cun itu!"
―Ha! Kauw Cit Cun masih hidup?!"
Si kakek mengangguk.
―Apakah Heng-san Lojin tidak mampu menggempur Kauw Cit Cun?"
―Aku tidak tahu. Tetapi muridku tak mampu menggempur Thian-lam sin-kun, murid Kauw Cit Cun!"
―Dan Liok Kauw Ciu juga masih hidup?"
―Belum ketahuan! Maka pada dewasa ini, yang penting adalah kita harus menyelidiki mati atau hidupnya Liok Kauw Ciu dan tanda kejuaraannya."
―Aku juga ingin turut-serta memecahkan teka teki itu nanti diwaktu pertemuan tersebut diselenggarakan."
Baiklah, kita tinggalkan dulu kedua orang tua ini untuk mengikuti Khouw Kiam Siu yang sedang meneruskan perjalanannya ke kuil Kiun-giok-koan, markas besar partai silat Thiam-cong-pai. Ia berlari-lari dengan sepenuh tenaga sehingga perjalanan yang cukup jauh itu dapat ditempuhnya dalam satu malam saja.
Ia mengawasi papan merek partai itu yang tergantung di atas pintu kuil dan bersenyum. Suatu senyum yang mengandung maksud untuk membasmi jahanam-jahanam yang bernaung di dalam kuil tersebut.
Keadaan di sekitar kuil tersebut sepi, tetapi tegang. Ia menghadapi kuil itu dan menjotos kearah papan merek.
Segera terdengar suara orang menegur dengan gusar :
―Siapa yang begitu kurang ajar mengganggu kami?!"
Teguran itu disertai dengan munculnya banyak orang yang bersenjata pedang.
Empat orang keluar dari pintu depan. Yang menjadi pemimpin adalah seorang pemuda berbaju biru dan berwajah tampan. Dengan beringas ia menanya :
―Setan! Apakah kau yang menghancurkan papan merek kami?!‖
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
207
Lalu seorang rekannya berseru kaget :
―Hei! Ia memiliki Kim Gaib!"
Seruan itu hanya membikin mereka sendiri menjadi gentar, karena nama sipemilik Kim Gaib sudah terkenal dimana-mana, dan mereka merasa bahwa kedatangan pemilik Kim Gaib itu tentulah untuk membalas dendam.
Lalu menghampiri seorang yang berusia setengah abad. Keempat orang tadi lekas-lekas membungkukkan tubuh memberi hormat kepadanya.
―Aku bernama Jan Si Hong, seorang ahli pedang dari partai Thiam-cong! Apakah kau yang terkenal dengan julukan sipemilik Kim Gaib?"
―Betul!" sahut Khauw Kiam Siu tenang.
―Kau telah datang ke markas kami, dan kau telah merusak papan merek partai. Apa artinya itu?!"
―Aku datang untuk membikin perhitungan!"
―Oh... tetapi menurut pengetahuanku, partai silat Thiam-cong pai tak mempunyai dendam terhadapmu."
―Mungkin kau tidak mengetahui. Maka aku minta pemimpin besarmu keluar menjawab pertanyaanku!"
―Pemimpin besar kami adalah Suhengku (saudara seperguruan). Maka aku bisa mewakilinya."
―Apakah kau sudi bertanggung jawab atas semua perbuatan keji dari Suheng-mu?!"
―Aku.........."
―Maka aku minta Suhengmu sendiri yang menjawab pertanyaan2ku! Karena urusan ini adalah urusan pribadinya!"
Jan Si Hiong mulai merasa heran. Ia sebetulnya tidak mengetahui jika suhengnya bermusuhan terhadap si pemilik Kim Gaib namun ia berkata:
―Aneh! Suhengku jarang sekali keluar dari markas. Bagaimana ia mempunyai dendam terhadapmu?!"
―Kau tak usah banyak tanya! Panggil saja Suhengmu keluar!"
―Jika kau tidak menjelaskan soal dendam itu, aku tak akan memanggil suhengku."
―Hm...sebetulnya aku masih bertindak sopan, aku minta kau pergi panggil dia. Jika aku mau, aku dapat menerjang masuk tanpa kau bisa berbuat apa-apa!"
"Ha, ha, ha! Kau terlalu congkak, bocah! Apakah kau menganggap aku ini boneka yang tak dapat berbuat apa-apa?‖
Khouw Kiam Siu jadi naik pitam.
―Panggil Ci Goan Liang keluar!" bentaknya beringas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
208
Jan Si Hiong terkejut mendengar Khouw Kiam Siu memanggil nama itu. Ia menanya dengan kedua mata terbelalak:
―Apakah kau mau mencari guru kami?? Ci Goan Liang adalah guru kami!"
―Ci Goan Liang bukan pemimpin partai Thiam-cong?"
―Pemimpin yang sekarang adalah Song Wei Jin!"
―Dimana dia! Panggil dia keluar!"
JAN SI HIONG tidak mau pergi. Ia terus mengawasi Khouw Kiam Siu.
―Jika kau tidak panggil Song Wei Jin keluar, aku akan menerjang masuk!" ancam Khouw Kiam Siu.
Jan Si Hiong hanya mengenal nama si pemilik Kim Gaib. Ia belum mengetahui kelihayan ilmu silatnya Khouw Kiam Siu. Sebagai adik pemimpin partai Thiam-cong, ia harus mempertahankan kewibawaannya dihadapan banyak orang-orangnya. Maka ia menantang:
―Kau boleh coba-coba menerjang!"
Khouw Kiam Siu melangkah maju. Jan Si Hiong menjotos. Jotosan itu ditangkis dengan mudah, lalu Khouw Kiam Siu terus melangkah masuk.
Patut diketahui bahwa partai silat Thiam cong pai terkenal dengan ilmu silat pedangnya, maka serangan dengan pedang yang sudah dilancarkan lagi oleh Jan Si Hiong itu tak dapat dipandang remeh.
Sinar pedang berkelebat. Sret! Sret! Sret! Jan Si Hiong menyerang dengan sabetan dan tusukan. Khouw Kiam Siu meloncat mengelakkan serangan-serangan itu. Pertarungan segera bergebrak diruangan depan kuil Kiun-giok-koan itu.
Untuk mempersingkat dan menghemat waktu, Khouw Kiam Siu melawan dengan Kimnya sebagai perisai dan menyerang dengan jotosan-jotosan Coan-sim-tauw hiat-ciang. Betapapun lihaynya serangan pedang dari Jan Si Hiong, Khouw Kiam Siu masih dapat menangkis dengan baik.
Justru pada saat itu terdengar suara genta dipukul dengan gencar sekali dan membuat pertarungan berhenti.
Lalu berjalan keluar dua baris orang yang berjumlah 39 orang. Kemudian berjalan keluar seorang yang berusia setengah abad, bertubuh tegap kokoh dan berwajah kejam.
Sambil menatap Khouw Kiam Siu orang itu menanya:
―Kau datang ke kuil ini, kau menyerang orang-orang kami. Apa maksudmu?!"
―Apakah kau Song Wei Jin, pemimpin partai Tiam cong?" tanya Khouw Kiam Siu garang.
―Betul!"
―Aku ingin menjumpai Ci Goan Liang, pemimpin yang dulu!"
―Guruku berada di kamar Jang-ki tong (Kamar Sentosa), Beliau tak boleh diganggu!"
―Tetapi aku harus menjumpai dia, dan jika perlu, aku akan menyeretnya keluar!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
209
Song Wei Jin menjadi gusar sekali. Sambil mengertak gigi ia berseru:
―Anjing! Kau datang untuk menghina?!"
Khouw Kiam Siu menjotos dan menerobos masuk! Segera semua orang dari partai Thiam-cong itu mengurung dia.
Sebetulnya Khouw Kiam Siu bermaksud menjumpai Ci Goan Liang untuk menegaskan bahwa ibu-ayahnya dianiaya dan dibunuh oleh jahanam itu, lalu membalas dendam terhadap jahanam itu. Tetapi kini ia dikurung oleh hampir 50 orang, ia terpaksa harus mengganyang mereka semua.
Ia mementil tali Kimnya, dan Treng….Treng.... suara Kim-nya menggetar dan mulai melenyapkan sukma orang-orang yang mengurungnya. Irama maut yang keluar dari Kim Gaib itu makin mendahsyat, seolah-olah ujung pedang tajam menusuk jantung mereka untuk kemudian berubah menjadi suara angin topan menderu santar terjalin dengan tangisan setan-setan dan jeritan iblis-iblis...
Semua orang dari partai Thiam-cong terpaku, semangat mereka lenyap. Yang berhati kecil dan tak dapat menahan serangan-serangan itu merasa lemas dan tak bertenaga lagi, sedangkan yang berilmu tinggi lekas-lekas duduk bersila mengerahkan tenaga dalamnya untuk menahan serangan suara maut yang membetot-betot sukma itu.
Kedahsyatan irama maut itu memuncak ketika sentuhan pada tali-tali Kim melengking tinggi dan membuat mereka semua tak ingin hidup lagi karena tak dapat menahan serangan bathin yang hebat!
Mereka baru menarik napas lega ketika Khouw Kiam Siu berhenti mainkan Kimnya.
―Hei! Song Wei Jin! Apakah kau rela menyaksikan aku membunuh semua orang-orangmu?" ancam Khouw Kiam Siu.
Semua orang dari partai Thiam-cong menanti jawaban pemimpin mereka dengan gelisah.
―Guru kami berada di kamar Jong-ki-tong. Beliau tak dapat diganggu. Aku tak berani memanggil."
―Tapi urusanku ini penting sekali, dan erat hubungannya dengan dia!‖
―Aku akan mewakili guruku!"
Secepat kilat Khouw Kiam Siu mendorong Song Wei Jin ke samping lalu menerobos masuk kedalam.
Delapan ujung pedang mengejarnya, tetapi tusukan pedang-pedang tersebut hanya menyentuh Kim.
Dengan pedang terhunus Song Wei Jin berusa ha menusuk lagi. Khouw Kiam Siu menangkis pedang itu dengan Kimnya dan mengirim satu jotosan yang membuat Song Wei Jin jatuh duduk dan memuntahkan darah.
Berpuluh-puluh pedang menyerang, Khouw Kiam Siu mengamuk.
Suara senjata beradu, suara jeritan yang mengerikan dan suara bentakan membikin kuil itu seperti jagal dimana darah berhamburan dan bangkai-bangkai berserakan. Selama 100 tahun, baru kali ini partai Thiam-cong mengalami malapetaka yang sedemikian hebat!
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
210
Hanya dalam beberapa menit saja hampir semua orang partai itu menjadi mayat.
Khouw Kiam Siu terus masuk meninggalkan mayat-mayat dan lawan-lawannya yang terluka parah di dalam kuil yang luas itu. Ketika melalui pekarangan belakang, ia menjumpai seorang kakek yang berusia lebih kurang 70 tahun.
Sementara itu beberapa orang partai Thiam-cong sudah masuk, Song Wei Jin menghampiri si kakek dan berlutut di hadapannya seraya berkata:
―Suhu! Teecu tak mampu menahan jahanam ini! Teecu rela menerima hukuman…."
―Mundur!" bentak si kakek.
Suasana menjadi sunyi senyap. Si kakek menatap Khouw Kiam Siu, sedangkan orang-orang partai Thiam-cong berdiri jauh menonton.
―Apakah kau Ci Goan Liang?!" tanya Khouw Kiam Siu.
―Betul!" sahut si kakek tegas.
Muka Khouw Kiam Siu tiba-tiba berubah menjadi lebih beringas, seluruh tubuhnya bergemetaran. Dihadapannya adalah jahanam yang membunuh ibu-ayahnya.
―Anjing kecil! Apa perlunya kau mencari aku?!" tanya si kakek.
Khouw Kiam Siu tertawa gelak-gelak seperti orang gila.
―Apa yang membuat kau tertawa??"
―Cit Goan Liang! Apakah kau masih ingat pengeroyokan dan pembunuhan yang keji diatas puncak Sin-lie hong?"
Si kakek tampak gugup dan tidak menyahut.
―Cit Goan Liang! Jangan belagak pilon! Kamu mengeroyok dan membunuh untuk merebut pedang Thian kong-kiam!" teriak Khouw Kiam Siu.
Kakek itu melangkah mundur dengan terkejut.
―Cit Goan Liang! Karena kamu ingin merebut pedang Thian-kong-kiam, kamu telah membunuh Khouw Bu Wie dan isterinya!"
Perkataan itu diucapkan dengan tegas dan lantang. Tiap-tiap orang partai Thiam-cong mengawasi sikap Cit Goan Liang. Mereka baru mengetahui jika pemimpin tua itu adalah seorang yang keji.
―Anjing! Tutup mulutmu!" bentak Cit Goan Liang.
―Apa!? kau takut mendengar kenyataan-kenyataan?" ejek Khouw Kiam Siu.
Si kakek menghampiri dan sambil menuding ia membentak: ―Hei, anjing kecil! Kau mempunyai hubungan apa dengan Khouw Bu Wie, alias si Muka alim?"
―Kau telah membunuh ayah dan ibuku!‖
―Hei... ketika itu kebetulan melalui puncak Sin lie-hong bersama 8 orang muridku. Aku menyaksikan ayah dan ibumu dikeroyok dan aku berusaha membantu sehingga 8 muridku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
211
tewas. Hanya aku sendiri yang berhasil lolos..."
―Kau berdusta!" bentak Khouw Kiam Siu. ―Kau tak bisa menyangkal lagi. Perbuatanmu yang keji telah disaksikan oleh Go Wie To alias si Kakek cerdas! Hm... mungkin kau tidak mengira bahwa kakek itu telah berhasil menolong aku, lalu merawat dan mendidik aku sehingga aku dapat menagih utang jiwa itu sekarang!"
Suasana menjadi lebih genting lagi ketika dengan tiba-tiba si-algojo juga sudah datang masuk ke kuil itu. Si Algojo segera menuding-nuding Cit Goan Liang seraya berkata:
―Cit Goan Liang! Dosamu banyak sekali. Akupun datang untuk menuntut balas!"
Ancaman itu menambah perasaan gentar dan gelisah orang-orang partai Thiam cong.
Karena sudah terdesak, Cit Goan Liang terpaksa berkata :
―Kuil Kiun-giok-koan tak dapat dimusnahkan oleh kamu!" bentakan itu diteruskan dengan satu sodokan maut kearah si Algojo.
Tetapi si Algojo sudah siap siaga. Dengan mudah saja ia dapat mengegos.
―Cit Goan Liang!" bentaknya. ―Kau telah memimpin murid-muridmu untuk merebut pedang Thian kong-kiam. Karena takut rahasia itu terbuka, kau telah membunuh banyak orang untuk menutup mulut mereka. Lalu kau berkomplot dengan Bu Ki Cu, pemimpin partai silat Kong tong, untuk membunuh orang-orang yang mengetahui rahasia-rahasiamu itu. Tetapi perbuatan yang durhaka itu tak dapat ditutup. Kau tidak bisa membunuh mati semua. Antara mayat-mayat yang kamu lemparkan kedalam lembah, masih ada satu yang hidup! Ha, ha, ha, ha! Ia tidak mati! Ia hidup untuk membalas dendam .... Ha, ha, ha!‖
Semua orang Thiam-cong merasa masgul mendengar perbuatan yang durhaka dari pemimpin besar mereka yang begitu kejam membunuh orang-orangnya sendiri untuk menutup rahasianya!
Lalu si Algojo berkata kepada Khouw Kiam Siu :
"Siaotee, kita sudah mengetahui bahwa hanya Cit Goan Liang yang durhaka, maka kita harus menghadapi dia seorang saja. Kita tak perlu menghukum orang-orang yang tak berdosa!"
Khouw Kiam Siu mengangguk. Ia berjalan maju menghadapi musuhnya dan berkata :
―Cit Goan Liang! Aku memberikan kesempatan yang adil. Ayoh cabut pedangmu untuk memperhitungkan hutang jiwa ini!"
Diantara orang-orang Thiam cong lalu maju enam kakek yang hampir sama tuanya seperti Cit Goan Liang. Seorang dari mereka itu berkata kepada Khouw Kiam Siu:
―Siohiap, kami sudah mendengar tuduhan2 terhadap Cit Goan Liang. Kami yakin bahwa Cit Goan Liang telah melakukan perbuatan yang durhaka. Maka ia harus dihukum menurut peraturan partai Thiam-cong."
―Hm...aku datang untuk menagih hutang jiwa kepada Cit Goan Liang pribadi. Aku tak dapat menerima permintaan itu!" sahut Khouw Kiam Siu.
―Cit Goan Liang adalah pemimpin partai Thiam-cong, dan ia harus menerima hukuman menurut peraturan partainya itu. Kau tak dapat menghukumnya menurut kehendakmu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
212
―Kamu ingin merintangi aku membalas dendam?!"
Keenam kakek itu maju lagi seolah-olah ingin menyerang, tetapi Khouw Kiam Siu berkata :
―Aku tak ingin membunuh orang-orang yang tak bersalah. Maka aku minta kamu mundur!"
Keenam kakek itu segera menyerang serentak. Serangan itu ditangkis dengan Kim. Tampak Khouw kiam Siu terdorong mundur dan keenam kakek itu jatuh tertelentang.
Kesempatan itu digunakan oleh Cit Goan Liang untuk melarikan diri.
―Hei! Jahanam!" seru si Algojo sambil mengejar. ―Kemana kau hendak lari!‖
Enam kakek yang tak ingin melihat partai Thiam-cong dihancurkan, segera bangun untuk menyerang lagi.
Si Algojo dapat mengejar Cit Goan Liang dan mereka bertarung dengan sengit.
―Toa-ko, kau minggir! Biarlah aku yang mengganyang mereka semua!" seru Khouw Kiam Siu.
Kim itu diayun dan mengeluarkan suara gaib. Keenam kakek itu terpukul dan tak dapat bangun. Sedangkan Cit Goan Liang mendadak jadi gugup sekali. Satu kemplangan yang jitu diatas kepala membuatnya roboh terguling dan tewas.
Khouw Kiam Siu ingin menghancurkan juga enam kakek yang sudah payah dan terluka parah, tetapi si Algojo menahan.
―Siaotee, cukup! Jangan membunuh mereka!‖ serunya.
Segera suasana menjadi sunyi. Sinar matahari menyorot kedalam pekarangan di halaman kuil itu yang penuh dengan bangkai dan darah.
―Toako, aku sebetulnya tak ingin membunuh kakek-kakek itu, tetapi mereka memaksa aku menggunakan kekerasan."
Si Algojo mengawasi keadaan disekelilingnya dan berkata : ―Aku mengaturkan selamat kepadamu. Satu musuh sudah dikirim ke akherat!"
Lalu mereka berjalan keluar dari kuil itu, meninggalkan orang dari partai Thiam-cong di dalam kuil yang sudah berubah menjadi jagal itu.
MEREKA melanjutkan perjalanan menuju ke markas Thian lam mo-kong di selatan. Di sepanjang jalan Khouw Kiam Siu menanya :
―Toako, mengapa kau datang ke markas partai Thiam-cong?"
―Oh...aku sudah mengetahui bahwa kau akan pergi kemarkas partai tersebut untuk membalas dendam. Aku menyusul dengan maksud memberitahukan kepadamu bahwa kau harus membunuh hanya Cit Goan Liang seorang saja..tetapi...aku terlambat dan banyak korban telah tewas ... ya... sudahlah, apa mau dikata."
―Toako, seorang kakek memberitahukan kepadamu bahwa Liok Kauw Ciu yang berhasil menjadi juara pada 30 tahun yang lalu telah dibunuh oleh Kauw Cit Cun, pemimpin partai Thian-lam-mo-kong yang terdahulu. Apakah betul?"
―Itu masih perlu diselidiki... tetapi tanda kejuaraan berada ditangan Thian-lam-sin kun.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
213
Tanpa tanda kejuaraan itu, Thian lam-sin-kun tak dapat menyelenggarakan pertemuan para jago nanti karena tanda kejuaraan tersebut harus diserahkan kepada juara yang berhasil merebutnya nanti."
―Toako, apakah betul Kauw Cit Cun bersembunyi dilembah Hong-bwee-kok?"
―Betul! Untuk mencari tempat bersembunyinya, Hengsan Lojin telah menghamburkan jangka waktu hampir 30 tahun! Siao-tee, pertemuan di markas Thian lam-mokong akan diselenggarakan tiga hari lagi. Ayohlah, kita mempercepat langkah kita!"
Demikianlah mereka melanjutkan perjalanan mereka keselatan dengan maksud merebut pedang Thian-kong kiam, menyelidiki seluk-beluk tanda kejuaraan yang tercuri itu, dan membalas dendam terhadap Thian lam-sin-kun.
Tiba-tiba si Algojo berkata:
―Siaotee, apakah kau mencium bau amis?"
Khouw Kiam Siu mengendusi sebentar dan membaui bau amis darah.
―Angin meniup dari utara, mungkin bau itu datangnya dari sana — hutan itu di sebelah utara!" kata Khouw Kiam Siu sambil menunjuk ke hutan disebelah utara.
―Hm...ayoh, kita pergi menyelidiki," kata si Algojo.
Mereka berlari menuju ke hutan itu. Hawa amis makin keras menusuk hidung. Mereka masuk kedalam hutan, dan harus berhenti ketika menyaksikan suatu pemandangan yang membikin bangun bulu roma.
Ditempat terbuka di dalam hutan tersebut telah menggeletak tidak kurang dari 16 mayat manusia. Tiap-tiap mayat didodet dada dan perutnya sehingga usus dan isi perut keluar berantakan.
―Hai! Pembunuhan yang kejam sekali!" seru si Algojo.
―Apakah tak mungkin mereka dibunuh oleh orang-orang dari Thian lam-mokong?" tanya Khouw Kiam Siu.
Si Algojo menyelidiki mayat-mayat itu sejenak, lalu berkata:
―Tak mungkin. Cobalah perhatikan! Dada dan perut tiap-tiap korban tidak didodet dengan senjata tajam. Mereka dipukul hancur sampai tulang-tulang mereka menjadi remuk! Thian-lam-sin-kun tak perlu membunuh mereka, karena perbuatan itu hanya membikin gentar para tamu yang telah diundang untuk menghadiri pertemuan nanti. Hm...cobalah lihat itu!"
Mereka melihat ke batang sebuah pohon besar yang telah dikeset kulitnya. Diatas batang pohon itu tampak tiga huruf, huruf-huruf yang ditulis dengan darah:
―Siok Hiat Jin." (Orang yang menuntut pembalasan)
―Toako, siapakah yang mempunyai julukan Siok Hiat Jin?"
―Aku belum pernah mendengar julukan itu. Kita sudah berada didaerah partai Thian lam-mo kong. Lebih baik kau memakai kedok karet dan menyamar."
Khouw Kiam Siu lekas-lekas mengenakan kedok karet dan rambut palsu dan juga jubah abu-abunya. Ia tak lupa membungkus Kimnya dengan kantong kain hitam.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
214
―Toako aku kira Siok Hat Jin tidak jauh dari sini," katanya.
―Ya, aku juga berpendapat demikian. Mayat-mayat itu masih hangat dan darahnya masih segar."
Pada saat itu mereka mendengar suara jeritan yang mengerikan. Mereka mengejar. Setelah melalui hutan yang lebat, mereka menyaksikan beberapa mayat terbunuh dalam keadaan dada dan perut hancur. Mayat-mayat itu adalah korban-korban dari Siok Hiat Jin lagi, tetapi mereka tidak melihat pembunuhnya.
Lalu diantara semak belukar yang lebat mereka melihat bayangan berkelebat. Dengan ilmu meringankan tubuh Khouw Kiam Siu mengejar. Orang yang dikejar itu terus lari melalui pengkolan2 dilereng2 gunung.
―Hei, Siok Hiat Jin!" seru Khouw Kiam Siu.
Seruan itu menarik perhatian orang yang dikejar. Ia berbalik dan menghadapi Khouw Kiam Siu.
―Kat siocia!" tiba-tiba Khouw Kiam Siu berteriak kaget.
Kat Ju Hui melangkah mundur. Ia merasa heran mengapa seorang kakek mengenalnya. Pada saat itu baru Khouw Kiam Siu insyaf bahwa ia tengah menyamar sebagai seorang kakek dan tidak dikenal oleh Kat Ju Hui.
―Kat siocia, apakah korban-korban dihutan dibunuh olehmu?" tanya Khouw Kiam Siu setelah ia mengambil keputusan untuk menyamar terus sambil mencari tahu tentang Siok Hiat Jin.
Kat Ju Hui tidak menyahut. Ia berusaha mengingat siapa gerangan kakek itu.
―Kat siocia, mengapa kau memakai julukan Siok Hiat Jin?" tanya lagi Khouw Kiam Siu.
―Siok Hiat Jin? Locianpwee, aku tak mengerti maksudmu.‖
―Kat siocia, aku sebetulnya tengah mengejar Siok Hiat Jin dan dengan mata kepala sendiri aku melihat Siok Hiat Jin lari….dan akhirnya aku melihat kau."
―Apakah kau kira aku adalah Siok Hiat Jin?"
―Begitulah kira-kira ..."
―Sebetulnya kau siapa?"
―Aku sudah tua, aku sendiri merasa tidak perlu dikenal orang. Lagipula, nama sebetulnya tak berarti apa-apa, bukan?"
―Tetapi kau mengenal namaku?"
―Ya, siapa yang tidak kenal Cui-hun ceng-lie, si gadis pelenyap sukma, murid Thiat Cong-gin-leng?"
―Tetapi aku belum pernah melihatmu??"
―Itu tidak penting. Atas permintaan seorang kawan, aku diminta mencari kau. Hari ini aku beruntung sekali menjumpaimu."
―Siapa yang minta kau mencari aku?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
215
―Khouw Kiam Siu, si pemilik Kim Gaib!"
Kat Ju Hui tampak terharu, air-matanya tak tertahan mengucur keluar. Jika Khouw Kiam Siu berusaha mencarinya, itu berarti Khouw Kiam Siu memperhatikan atau mungkin mulai mencintai dirinya.
Khouw Kiam Siu menahan perasaan terharunya menyaksikan gadis yang rela berkorban untuk dia itu.
Setelah menyusut air-matanya, Kat Ju Hui lalu menanya:
―Mengapa Khouw Kiam Siu minta kau mencari aku?"
―Ia pernah pergi ke lembah Hong-hong-kok untuk mencari kau tetapi katanya kau sudah pergi. Ia juga bilang bahwa ia mencintaimu!"
―Mencintai aku?? Ha, ha, ha!" Kat Ju Hui tertawa — tertawa yang mengandung kesedihan.
Khouw Kiam Siu telah bersumpah bahwa ia harus mencari Kat Ju Hui. Ia sudah menjumpai gadis itu, tetapi ia belum dapat membuka kedok karetnya, karena gadis itu sudah menjadi Siok Hiat Jin.
―Aku tak percaya jika Khouw Kiam Siu dapat mencintai aku….dia mencintai Thio Siok Ngo, saudari sepupuku....." kata Kat Ju Hui.
―Tidak, tidak! Kat siocia, kau keliru. Dia mencintaimu. Dia mengatakan sendiri di hadapanku, dan kini dia berusaha mencarimu. Dia tidak mencintai wanita lain..."
―Locianpwee, aku lebih mengetahui isi-hatinya. Betul dia pernah bilang mencintai aku, tetapi cinta itu adalah cinta terpaksa, mungkin karena dia merasa kasihan terhadapku..."
―Kat siocia, jangan bersedih hati. Ia tengah mencarimu kini. Itulah suatu bukti bahwa ia betul mencintaimu!"
―Locianpwee, kau bukan Khouw Kiam Siu, dan kau hanya dapat menyebut dengan mulut, bukan dengan hati...‖
―.....??!"
―Locianpwee, mungkin ia mencintai aku sekarang karena ia merasa bertanggung jawab atas bayi yang sedang aku kandung!"
―Tidak demikian! Ia baru mengetahui bahwa kau mengandung setelah ia pergi ke lembah Hong-hong-kok dan Thio Siok Ngolah yang memberitahukan kepadanya tentang dirimu itu. Jika kau sudi mendengar nasehatku, lebih baik kau pulang ke lembah Hong hong-kok dan menanti kedatangannya."
―Tetapi apa gunanya? Hatiku sudah hancur! Penghidupanku ini hampa rasanya."
―Kat siocia, kau keliru. Penghidupanmu tidak hampa. Penghidupan kita ini suatu kenyataan. Penghidupan kita akan menjadi hampa jika kita putus harapan. Dia mencintai kau sekarang itulah suatu kenyataan, dan dari kenyataan itu kau harus memupuk harapan!"
―Memupuk harapan?"
―Kat siocia besarkanlah hatimu. Pulanglah ke lembah Hong hong-kok dan menanti kedatangannya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
216
Kat Ju Hui menarik napas panjang, lalu berkata:
―Locianpwee, maafkan aku jika aku pergi sekarang!"
―Kat siocia, jika kau tidak pulang ke lembahmu dan menanti kedatangannya, ia pasti akan patah hati."
―Ha, ha, ha! Patah hati? Untuk dia, aku telah berkorban. Aku telah menebalkan muka mengejar-ngejarnya, aku telah bermusuhan terhadap orang-orang dari puri Kiam Pao oleh karena dia."
―Kat siocia, yang sudah tinggal sudah! Sekarang ia mencintaimu, dan seterusnya akan mencintaimu."
―Locianpwee, jika kau menjumpai dia lagi, beritahukanlah kepadanya bahwa aku sudah mengambil keputusan untuk mencintai orang lain."
Khouw Kiam Siu terkejut. Apakah gadis itu sudah menjumpai pria lain? Lekas-lekas ia menanya:
―Kau sudah mencintai orang lain??"
―Betul!"
―Siapa orang itu?!"
―Bayi yang berada dalam kandunganku!"
―Siapakah ayah bayi yang akan lahir itu?"
―Gak...Gak ..."
―Kau bermaksud mengatakan Gak Cun?!"
―Ya..."
Hampir saja Khouw Kiam Siu tidak bisa berdiri tegak mendengar jawaban itu. Tetapi belum lagi ia menyahut, Kat Ju Hui sudah bertanya lagi:
―Bagaimana kau mengetahui aku bermaksud mengatakan nama Gak Cun?"
―Aku...aku memang kenal pemuda hidung belang itu…." sahut Khouw Kiam Siu gugup. Mungkin karena sengitnya, tanpa mengatakan apa-apa lagi ia segera meloncat pergi.
Ketika itu ia ingat ia telah meninggalkan si Algojo yang bermaksud pergi menggempur markas Thian-lam mo kong bersama-sama. Disamping itu kedatangannya ke markas partai itu adalah untuk merebut pedang Thian-kong-kiam.
Thian-lam-sin-kun adalah salah satu musuhnya. Hengsan Lojin telah berhasil menyelidiki bahwa Kauw Cit Cun, guru Thian-lam sinkun, telah menganiaya Liok Kauw Cu dan merebut tanda kejuaraannya. Tanpa tanda kejuaraan tersebut Thian lam sin kun tak dapat menyelenggarakan pertemuan para jago silat.
Ia berlari-lari mengambil jalan semula, tetapi tak menjumpai si Algojo. Ia juga mencari ditempat lain, tetapi hampa. Dua jam telah dihamburkan untuk mencari si Algojo sebelum ia tiba di-suatu lembah dengan banyak sekali batu-batu gunung. Ia tersesat dilembah itu, dan merasa telah masuk perangkap. Namun ia berusaha mencari jalan keluar. Tiba-tiba
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
217
perhatiannya tertarik oleh suara tarikan napas yang terdengarnya dari belakang satu batu.
Ia menghampiri batu tersebut, dan terkejut menyaksikan satu makhluk yang ganjil sedang berjongkok di situ. Makhluk itu kelihatannya seperti seekor gorila tanpa pakaian dan berambut panjang sekali.
―Hei, apakah kau manusia?" tegurnya.
MANUSIA ganjil itu berdiri menatap Khouw Kiam Siu tanpa menunjukkan perubahan wajah.
―Apakah kau penghuni lembah ini?" tanya Khouw Kiam Siu.
―Apakah kau orang partai Thian-lam-mo kong?" manusia ganjil itu balik menanya.
Mendengar pertanyaan itu, Khouw Kiam Siu merasa heran sekali, karena manusia ganjil itu bicara dengan logat orang dari daerah Tionggoan (Daerah pertengahan).
―Bukan," sahutnya sambil menggeleng-geleng kepala.
―Mengapa kau datang ke lembah ini?''
―Aku telah tersesat."
―Bolehkah aku mengenal kau?"
―Aku tak bernama. Kau siapa?"
Tiba-tiba manusia ganjil itu menjadi beringas, seluruh tubuhnya bergemetaran.
―Aku...aku Liok Kauw Cun..." sahutnya terputus-putus.
Bukan main terkejut Khouw Kiam Siu, Liok Kauw Cun adalah juara dari jago-jago silat pada zaman lebih kurang 30 tahun yang lalu dan yang telah lenyap dari kalangan Kang-ouw, dan yang dianggap telah dibunuh oleh Kauw Cit Cun, guru Thian-lam sin kun. Selama hampir 30 tahun juara itu telah ditawan di lembah perangkap itu, sehingga ia jadi lebih mirip seekor gorila daripada manusia.
―Liok Kauw Ciu...juara dari jago-jago silat pada 30 tahun yang lalu?" tanyanya berdebar.
Manusia ganjil itu mengangguk.
―Jika demikian aku berada di sarang Kauw Cit Cun bukankah?"
―Bagaimana kau mengetahui itu?!"
―Heng-san Lojin dan beberapa jago-jago silat yang luhur dari daerah Tiong-goan tengah berusaha menyelidiki jejakmu.‖
Penjelasan itu membikin Liok Kauw Ciu terharu sekali. Air matanya mengucur keluar. Ia tak menduga jika masih ada orang yang tak gentar membela keadilan dan membasmi kelaliman. Ia menatap Khouw Kiam Siu yang menyamar sebagai seorang kakek yang lanjut usianya dengan sorotan mata penuh rasa hormat.
Khouw Kiam Siu berkata lagi:
―Heng san Lojin yang menyelenggarakan pertemuan para jago silat pada 30 tahun yang lalu telah terus menerus menyelidiki jejakmu. Beberapa hari lagi Thian lam-sin-kun akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
218
menyelenggarakan pertemuan di markasnya dan oleh karena itu, beliau merasa kau pasti sudah dianiaya atau dibunuh oleh Kauw Cit Cun!"
Liok Kauw Ciu menarik napas panjang dan berkata dengan nada yang putus asa.
―Haaaiii...tiada gunanya kau menolong aku sekarang. Aku telah dibikin lumpuh. Didalam lembah perangkap ini, aku telah berusaha mencari jalan keluar untuk melarikan diri. Tetapi ....haaaiii...betapapun lihaynya kau, jika kau sudah masuk kedalam lembah ini, kau tak dapat keluar lagi... kecuali jika kau memperoleh petanya, atau dikeluarkan oleh orang yang penting dari Thian-lam-mo-kong."
Khouw Kiam Siu menjadi gelisah mendengar penuturan itu. Ia khawatir ia tak dapat keluar lagi dari lembah perangkap itu. ia menyesal telah berpisah dari si Algojo.
―Berapa orang tinggal dilembah ini?" akhirnya ia menanya.
―Terhitung Kauw Cit Cun...semuanya tidak lebih dari 10 orang."
―Apakah kau tak dapat menggempur mereka?"
―Aku sudah dilumpuhkan!"
―Dimana tempat bernaung Kauw Cit Cun?"
―Didalam kamar dibawah tanah dilembah ini yang terletak kira-kira satu lie dari sini. Sudah hampir 30 tahun aku berusaha pergi ke tempat jahanam itu, tetapi aku selalu tersesat. Hanya...sekarang aku agak terhibur mendengar bahwa masih ada orang yang luhur yang memperhatikan nasibku. Aku harus memberitahukan kau bahwa tanda kejuaraan yang telah berhasil kurebut dalam pertemuan pada 30 tahun yang lalu ..."
―Direbut oleh Kauw Cit Cun??"
―Tidak! Jika ia sudah memiliki tanda itu, aku tak dapat hidup sampai sekarang. Ia ingin mengetahui dimana adanya tanda itu dari mulutku. Aku hanya berharap dapat memberitahukan rahasia tentang tanda kejuaraan itu kepada seorang yang luhur, lalu aku akan mati dengan puas."
―Sekarang tanda kejuaraan itu berada dimana??"
Liok Kauw Ciu tak segera menyahut. Ia menatap Khouw Kiam Siu karena ia belum bisa percaya pemuda itu.
―Apakah kau tak percaya aku??" tanya Khouw Kiam Siu lagi.
―Aku bukan tidak percaya, tetapi aku tak kenal kau. Kau sendiri sungkan memberitahukan namamu."
―Oh...baiklah. Kau dapat menunggu sampai Heng-san Lojin datang kesini ..."
Justru pada saat itu terdengar derap kaki orang mendatangi, Khouw Kiam Siu lekas-lekas berkata:
―Ada orang mendatangi! Biarlah aku pergi bersembunyi..." lalu ia bersembunyi dibelakang satu batu diantara semak-belukar yang lebat.
Tak lama kemudian terlihat empat orang mendatangi. Satu berpakaian baju hijau dan tiga berpakaian kuning.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
219
Sibaju hijau menghampiri Liok Kauw Ciu dan berkata: ―Hei! Liok Kauw Ciu! Kok-cu panggil kau!" (Kok-cu - pemimpin lembah)
Liok Kauw Ciu mengangguk.
―Liok Kauw Ciu, hari ini adalah hari yang terakhir. Jika kau memberitahukan dimana letaknya tanda kejuaraan itu, kau akan diberi ampun. Jika tidak, hm..."
―Mati atau hidup tak menjadi soal lagi bagiku!"
―Ha, ha! Tetapi kau sudah menyaksikan sendiri bagaimana Kok-cu menyiksa orang sebelumnya dibunuh."
―Aku tak perduli!"
―Sebelumnya kau dibunuh, kau akan dilempar kesarang semut gatal, kau akan menderita hebat sekali..."
Mendengar percakapan itu, Khouw Kiam Siu naik pitam. Ia menganggap bahwa Kauw Cit Cun lebih kejam daripada Siok Hiat Jin. Mengingat Siok Hiat Jin, ia juga ingat akan Kat Ju Hui. Apakah Kat Ju Hui mempunyai hubungan dengan Kauw Cit Cun dan menjadi algojo si jahanam she Kauw itu?
―Beritahukan kepada Kauw Cit Cun bahwa partai Thian lam mo-kong akan segera musnah!" bentak Liok Kauw Ciu.
―Oho! Kau salah menduga! Partai Thian-lam-mo-kong akan menjagoi dikalangan Bu-lim. Ha, ha, ha! Liok Kauw Ciu, kau hanya perlu beritahukan dimana tanda kejuaraan itu dan kau be-bas!"
―Thian-lam-sin-kun tak dapat menyelenggarakan pertemuan itu tanpa tanda kejuaraan. Aku harus hadir dipertemuan itu dengan membawa tanda kejuaraan! Tanpa tanda itu, Thian-lam-mokong akan dicap sebagai partai silat gadungan, perampok, penipu!"
―Liok Kauw Ciu! Kok-cu kami sudah mengatur siasat, segala sesuatu akan berjalan beres!"
Lalu si baju hijau menyuruh ketiga orang-orangnya menyeret Liok Kauw Ciu.
Khouw Kiam Siu tak dapat menahan sabar lagi. Ia keluar dari tempat sembunyinya dan menegur: ―Hei! Kamu mau bawa dia?!"
Keempat orang Kauw Cit Cun itu terkejut sekali, mereka tidak menduga jika lembah perangkap itu dapat disatroni orang. Mereka berbalik dan menghadapi seorang kakek yang sangat lanjut usianya.
―Siapa kau?" tanya sibaju hijau. ―Kau dapat masuk kedalam lembah ini, tetapi kau tak akan keluar lagi!"
―Ha, ha! Aku sudah masuk, dan aku pasti dapat keluar," kata Khouw Kiam Siu.
Perkataan itu membikin keempat orang itu menjadi gusar. Mereka menyerang serentak. Khouw Kiam Siu mengegos dan melancarkan jotosan-jotosan Coan-sim-touw-hiat-ciang.
Dua orang kena terpukul dan tewas dengan batok kepala hancur luluh. Baru saja pertempuran berlangsung tiga jurus, satu orang lagi tewas dengan tubuh remuk. Sibaju hijau berusaha melarikan diri. Tetapi Khouw Kiam Siu mengejar dan mencekal batang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
220
lehernya.
―Hei, anjing! Bukankah aku bilang aku akan kirim kamu ke-akherat?!" ancam Khouw Kiam Siu.
Sibaju hijau berusaha meronta, tetapi batang lehernya dicengkeram keras, ia menjerit kesakitan, dan merasa seolah-olah urat syaraf dibatang lehernya putus!
Pada saat itu, tiba-tiba Liok Kauw Ciu menjerit: ―Awas!"
Khouw Kiam Siu melepaskan cengkeramannya dan berbalik. Ia melihat seorang kakek yang bertubuh tinggi besar, berambut putih dan berwajah kejam tengah menatapnya. Kakek itu diikuti oleh enam orang yang juga bertubuh tinggi-besar dan berusia 50 tahun lebih.
Si kakek melihat tiga mayat yang hancur batok kepalanya, lalu ia menegur:
―Hei! Kau datang untuk membunuh orang-orangku?!"
Khouw Kiam Siu menyahut:
―Kauw Cit Cun, aku datang untuk memenggal kepalamu!"
Kauw Cit Cun merasa heran melihat kakek yang hampir sama tuanya seperti ia sendiri, mengenalinya. Ia mempunyai banyak musuh tetapi ia tak pernah melihat musuh yang demikian rupa wajahnya.
―Siapa kau?!" tanyanya heran.
―Aku tak mempunyai nama!" sahut Khouw Kiam Siu.
―Patut sekali perbuatanmu sangat memalukan!"
―Mungkin! Tetapi tidak terkutuk seperti perbuatan2mu. Kau menipu, mencuri, membunuh sewenang-wenang!"
―Apa perlunya kau datang kesini?!"
―Kesatu, aku datang untuk memenggal kepalamu, kedua, aku datang mencari Liok Kauw Ciu si juara silat dari pertandingan silat yang ke-12!"
Kauw Cit Cun terperanjat mendengar keterangan itu yang cocok betul dengan kenyataan. Ia tak menduga jika Liok Kauw Ciu yang ia telah sembunyikan di dalam lembah perangkapnya dapat diketahui orang. Ia tak memperhitungkan bahwa perbuatan-perbuatan kejinya akan terbongkar.
―Kau mau berbuat apa terhadap Liok Kauw Ciu?!" akhirnya ia menanya.
―Aku akan bawa dia keluar, dan minta pertimbangan para jago silat untuk mengadili perbuatanmu yang terkutuk!"
―Apakah kau mampu membawa dia keluar dari lembah ini?"
―Tentu!"
Lalu Kauw Cit Cun menyuruh 6 pengikutnya menyeret Liok Kauw Ciu yang mulai menaruh kepercayaan kepada Khouw Kiam Siu. Liok Kauw Ciu baru mengetahui bahwa Khouw Kiam Siu datang untuk menolong dirinya, dan ia menyesal telah tidak memberitahukan dimana
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
221
letaknya tanda kejuaraan.
Keenam pengikut Kauw Cit Cun maju menghampiri Liok Kauw Ciu dan ingin menyeretnya, tetapi Khouw Kiam Siu menghadang.
―Kau mencari mati!" bentak Kauw Cit Cun seraya menyodok dengan dua jari tangan kanannya kearah dada Khouw Kiam Siu. Khouw Kiam Siu mengegos, dan menyeret Liok Kauw Ciu jauh ke tempat yang aman.
Kauw Cit Cun mengejar dan menyerang lagi.
―Awas! Tinju Ngo Tok Sin Kut Ciang (Jotosan beracun merusak tulang)!" seru Liok Kauw Ciu.
Berkat kelincahannya, Khouw Kiam Siu dapat mengelakkan jotosan maut itu. Ia meloncat jauh dan menggunakan ilmu Hui-mo-hoan-eng untuk mengambil kesempatan menelan pil obat pemberian Ban-biauw gie-hian yang dapat memunahkan segala jenis racun, lalu ia maju menghadapi lawannya lagi.
Segera ia dikurung dan atas isyarat Kauw Cit Cun, enam pengikut itu menjotos serentak. Khouw Kiam Siu merasa aman setelah menelan pil obat Ban biauw-leng-tan. Dengan ilmu meringankan tubuh Hui-mo-hoan-eng ia meloncat-loncat mengegosi serangan-serangan dan terus berusaha mencari lowongan-lowongan untuk mengirim jotosan Coan-sim touw-hiat-ciang. Maka pertarungan seru — satu melawan tujuh — berlangsung dengan dahsyat sekali.
Liok Kauw Ciu merasa kagum atas kemahiran Khouw Kiam Siu yang dapat melawan tujuh jago-jago silat kelas wahid itu.
Khouw Kiam Siu harus mempersingkat pertempuran. Ia menyerang keenam pengikut itu. Setelah pertempuran berjalan 20 jurus, ia memperhatikan bahwa Kauw Cit Cun telah lenyap bersama-sama Liok Kauw Ciu. Ia menjadi gelisah dan beringas. Ia bertempur seperti seekor banteng gila dan enam pengikut itu terpukul mati satu demi satu setelah bertempur selama 50 jurus.
Ia lalu berlari menuju ketempat yang jauhnya satu lie dimana Kauw Cit Cun mungkin bersembunyi. Akhirnya ia tiba dikaki puncak gunung. Ia menyelidiki tempat tersebut dan melihat mulut goa.
―Hm .... mungkin jahanam itu membangun kamar didalam goa ini!" pikirnya.
Dengan pendapat itu, ia berjalan masuk ke lorong goa, Setelah berjalan beberapa puluh meter ia keluar ke suatu taman bunga. Dihadapannya terlihat beberapa buah rumah, ia berjalan menuju ke rumah-rumah tersebut, dan tiba-tiba terdengar suara bentakan lantang.
―Liok Kauw Ciu! Apakah kau tak mau memberitahukan dimana kau menyembunyikan tanda kejuaraanmu?!"
Ia segera mengetahui bahwa didalam rumah tersebut, Kauw Cit Cun tengah memaksa Liok Kauw Ciu membuka rahasia.
―Aku tak mau membuka mulut! Aku sudah disiksa selama 30 tahun, aku tak takut mati!" sahut Liok Kauw Ciu. "Lagipula, tujuanku sudah tercapai!"
Kauw Cit Cun yang memiliki ilmu silat tinggi juga memiliki banyak akal bulus. Ia menanya :
―Tujuan apa yang telah tercapai?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
222
―Kau segera akan mengetahuinya!"
―Oho! Kau pikir situa-bangka tadi akan datang kesini menolongmu?? Lalu ia dapat membuka rahasia kebusukanku??"
―Betul! Kau akan mampus dengan meninggalkan nama yang busuk!"
―Apakah kau pikir ia dapat datang kesini? Ia tentu sudah menjadi mayat diganyang oleh orang-orangku!"
―Orang-orangmu yang sudah menjadi mayat!" teriak Khouw Kiam Siu sambil menolak pintu dan masuk.
KAUW CIT CUN terperanjat melihat Khouw Kiam Siu. Ia tak menduga jika enam pengikutnya telah diganyang semua. Lekas-lekas ia mencekal batang leher Liok Kauw Ciu.
―Hei, jahanam! Lepaskan Liok Kauw Ciu!‖ bentak Khouw Kiam Siu.
Sambil termangu-mangu Liok Kauw Ciu berkata kepada Khouw Kiam Siu.
―Aku sudah tua, dan aku sudah menjadi lumpuh. Tetapi….aku akan mati dengan perasaan puas, karena aku masih memperoleh perhatian para jago silat yang luhur. Tanda kejuaraan aku sembunjikan dibawa batu dekat kau bersembunyi ketika kau menjumpai aku. Dan... terimalah penghaturkan terima kasihku..."
Baru saja kata-kata itu selesai diucapkan tiba-tiba Kauw Cit Cun menonjok dada Liok Kauw Ciu dengan dua ujung jari tangan kanannya. Satu jeritan yang mengerikan terdengar, dan darah memuncrat dari dada yang tertusuk bolong. Sesaat kemudian tewaslah jago silat yang luhur itu.
Khouw Kiam Siu memejamkan kedua matanya sejenak. Ia tak dapat melihat kekejaman jahanam itu. Lalu ia loncat menyerang.
Kauw Cit Cun mengegos, tetapi ....
―Aduh!" jeritnya sambil roboh terguling. Khouw Kiam Siu membuka kedok karetnya dan berkata : ―Jahanam! Lihatlah siapa aku ini?!"
―Kau .... kau sipemilik Kim Gaib?‖ seru Kauw Cit Cun kaget.
―Betul! Ayahku adalah Khouw Bu Wie! Ayah dan ibuku dibunuh oleh muridmu, Thian lam sinkun. Anjing itu segera akan aku bunuh, dan partai silat Thian-lam-mo kong akan segera lenyap dari kalangan Bu-lim. Kau telah membunuh Liok Kauw Ciu, maka aku juga akan membunuh kau dengan cara yang serupa!" lalu ia menyodok dada jahanam itu dengan dua ujung jari tangan kanannya.
Dada itu tertusuk bolong mengeluarkan darah, darah dari seorang yang jahat dan kejam.
Khouw Kiam Siu ingin keluar dari rumah itu untuk mencari tanda kejuaraan, ketika ia mendengar derap kaki orang. Ia lekas-lekas bersembunyi disuatu kamar.
Baru saja berada ditempat bersembunyi, ia segera mendengar orang bicara.
―Aneh! Siapa pembunuhnya? Kauw Cit Cun yang lihay ilmu silatnya juga sudah dibunuh!"
Suara itu tak asing lagi bagi Khouw Kiam Siu. Yang mendatangi adalah Tok pie sin-mo yang telah merebut pedang Thian-kong kiam. Jika ia tidak terluka dan letih setelah bertempur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
223
melawan Kauw Cit Cun dan enam pengikutnya, ia dapat segera keluar menyerang jahanam itu. Tetapi ia perlu mengerahkan tenaga dalamnya untuk menyembuhkan luka-lukanya didalam tubuh dan memulihkan tenaga dan semangatnya. Ia terpaksa harus menanti saat yang tepat.
Lalu ia mendengar Tok pi-sin-mo berkata lagi :
―Aneh! Kauw Cit Cun tidak mati dulu, tetapi ia mati sekarang diwaktu aku perlu tukar menukar sesuatu dengan dia. Mengapa aku tidak pergi periksa peti-peti dan lemari dikamar untuk mencari benda itu?"
Lalu terdengar suara orang mendongkrak peti dan membuka lemari. Kemudian Tok pie sin-mo tertawa gelak seraya berseru :
―Ha, ha! Takdir! Sudah ditakdirkan!"
Berdebar hati Khouw Kiam Siu mendengar seruan itu. Lekas-lekas ia mengintip melalui celah-celah jendela dan melihat Tok-pi-sin-mo telah berhasil menemui benda yang dicari.
―Itu pasti bagian atas pedang Thian kong-kiam!" katanya dalam hati.
―Hai!‖ tiba-tiba terdengar Tok pie-sin-mo berseru girang. "Jika aku sudah berhasil mempelajari ilmu-ilmu yang tergores diatas permukaan pedang ini aku pasti akan menjagoi!"
Khouw Kiam Siu tidak mau menunggu lagi. Ia meloncat menerjang daun jendela yang tertutup rapat dan masuk kedalam kamar itu. Ia tidak memberi ketika lagi, begitu kedua kakinya menginjak lantai, secepat kilat ia menyerang Tok-pie-sin-mo.
Tok-pie-sin mo yang masih kegirangan, terkejut sekali. Cepat ia berusaha mengelakkan serangan itu, namun satu tempaan belakang tinju dikepalanya, membuat lehernya terkulai untuk kemudian roboh sambil melepaskan pedang Thian-kong-kiam.
Khouw Kiam Siu memperhatikan sejenak. Ia mendapat kenyataan bahwa Tok-pie-sin-mo sudah tewas. Dipungutnya pedang Thian kong-kiam dan sisa ujung pedang itu yang baru saja diketemukan oleh Tok-pie-sin-mo. Tampak beberapa puluh huruf jurus-jurus ilmu silat tergores disitu.
―Aku akan membuang pedang pusaka ini agar tiada seorang pun yang mempelajari ilmu-ilmu yang tergores diatas permukaan pedang pusaka ini," katanya dalam hati.
Lalu dipatahkannya pedang Thian kong kiam hingga menjadi beberapa keping, kemudian dibuangnya kedalam sebuah sumur. Tanpa membuang-buang waktu lagi ia segera melanjutkan perjalanannya keselatan.
Dengan pikiran kacau ia berlari-lari disepanjang sebuah sungai dan tiba ditempat yang dituju pada waktu senja. Yang aneh ialah, Thian-lam-mo-kong ternyata tidak seramai sebagaimana telah diduganya, bahkan istana si Raja muda dari selatan itu telah hancur luluh menjadi sebuah puri tua.
Ia dapat masuk tanpa rintangan, karena tiada penjaga lagi. Ia berjalan terus melalui ruangan depan, ruangan tengah dan akhirnya ke pekarangan dibelakang dimana bangunan bertingkat masih berdiri teguh. Namun ia tak menjumpai seorang jua. Apakah Thian-lam-sin-kun telah mengajak sisa orang-orangnya berlalu?
Ia terus masuk ke ruangan belakang, dan terkejut ketika melihat satu bayangan hitam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
224
berkelebat. Ia mengejar, dan mengangkat tangannya untuk menjotos.
―Siaotee, jangan menjotos! Inilah aku... si Algojo!" bisik orang itu.
―Toako, bila kau datang kesini?" tanya Khouw Kiam Siu, dengan suaranya rendah.
―Sttt... ayoh, ikut aku!‖
Khouw Kiam Siu mengikuti si Algojo masuk kedalam kamar di bawah tanah.
―Toako, mengapa kau mengetahui seluk-beluk kamar-kamar didalam gedung markas ini?" tanyanya.
―Aku telah berusaha menyelidiki seluk-beluk gedung markas ini dan aku berhasil menemui kamar ini yang dapat menembus keluar melalui lorong dibawah tanah."
―Apakah Thian lam sin-kun sudah tiada disini?"
―Jahanam itu berada didalam kamar rahasia bersama-sama beberapa pengawalnya. Mungkin ia akan melarikan diri sebentar diwaktu malam. Kita akan menunggu sampai sebentar malam untuk menghadang dia dari pintu belakang. Sekarang kita perlu beristirahat."
Khouw Kiam Siu mengangguk-angguk mendengari siasat Toakonya itu.
Maka setelah suasana menjadi gelap, mereka berjalan melalui lorong dibawah tanah untuk menjaga diluar.
Tak lama kemudian terdengar derap kaki beberapa orang. Thian-lam sin kun dan beberapa pengawalnya tak menduga jika mereka akan dihadang. Mereka baru terkejut ketika Khouw Kiam Siu dan si Algojo melompat keluar dari tempat bersembunyinya dan menghadapi mereka.
Empat pengawal Thian lam-sin-kun segera loncat menerkam. Khouw Kiam Siu mengegos dan melancarkan jotosan-jotosan mautnya. Dua dari keempat pengawal itu terbunuh dengan jotosan yang menghancurkan muka mereka, dan dua yang nyaris dari jotosan-jotosan maut diserang oleh si Algojo.
Thian lam-sin-kun yakin bahwa ia tak dapat menggempur Khouw Kiam Siu, namun setelah hampir semua orang-orangnya dibunuh dan gedung markasnya dimusnahkan, ia bertekad melawan sampai titik darah yang penghabisan.
―Hei! Thian-lam sin kun! Orang yang mengerubuti suami-istri Khouw Bu Wie dipegunungan Bo-san dahulu disamping kau, Cit Goan Liang dari partai Thiam-cong dan Bu Kiat Cu dari partai Kong-tong, masih ada siapa lagi?!" tanya Khouw Kiam Siu.
―Aku hanya menyesal aku tidak membunuh kau juga!"
Khouw Kiam Siu menyerang dengan Kimnya. Thian-lam-sin-kun menangkis dengan kedua lengannya. Segera pertarungan sengit berlangsung antara kedua musuh besar itu.
Si Algojo tidak perlu membantu Khouw Kiam Siu, karena ia dapat melihat bahwa Thian lam sin-kun tak dapat melawan 10 jurus lagi. Pada satu kesempatan, terlihat Kim yang mengeluarkan suara gaib mengenai kepala jahanam itu.
―Hei! Jahanam! Siapa lagi yang turut-serta membunuh ibu ayahku?!" tanya Khouw Kiam Siu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
225
sengit.
Thian-lam-sin-kun tidak menyahut maupun bergerak, karena dia ternyata sudah tewas terkena kemplangan Kim Gaib.
Demikianlah riwayat Thian-lam-sin-kun yang berhasrat menjagoi dikalangan Kang-ouw dengan segala jalan yang terkutuk, tamat pada hari itu.
Si Algojo berlutut menghadapi ke utara dan bersembahyang. Khouw Kiam Siu menanya : ―Toako. Kau berbuat apa?"
Sambil bangun si Algojo menyahut :
―Kita sudah menjadi saudara angkat. Kau telah berhasil membalas dendam, aku harus berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa!"
―.....???"
―Siaotee, Thian lam-sin-kun sudah tewas. Semua orangnya juga sudah banyak yang tewas. Gedung markasnya sudah musnah maka ayohlah kita berlalu dari sini."
―Betul, kita terpaksa harus berpisah disini karena aku harus pergi ke markas partai Kong tong untuk membasmi musuh lagi."
―Aku menyertai kau ..."
―Tidak! Ini adalah urusanku pribadi. Toako sudah banyak membantu."
―Siaotee, kita sudah menjadi saudara, segala usaha harus dikerjakan bersama-sama."
―Aku telah menerima banyak budi, tetapi aku belum mengetahui Toako sebetulnya siapa ..."
―Siaotee, aku akan memberitahukan dikemudian hari ..."
―Tetapi aku telah berjanji kepada Thio Siok Ngo dan ia tak akan merasa puas sebelum ia mengetahui Toako siapa."
Si Algojo terharu, lama juga ia baru berkata :
―Baiklah! Sekarang aku memberitahukan. Aku sebetulnya adalah saudaramu."
―Toako artikan bahwa aku adalah saudara angkat?"
―Kau dan aku adalah saudara dari satu ayah, tetapi lain ibu.‖
Khouw Kiam Siu kemekmek. Ia menatap si Algojo seolah-olah ingin mengetahui isi hatinya.
―Aku bernama Khouw Tian Siong — abangmu!" kata lagi si Algojo.
Khouw Kiam Siu ingat bahwa Khouw Tian Siong telah lenyap jejaknya selama 20 tahun lebih, dan iapun ingat si Kakek cerdas pernah memberitahukan kepadanya bahwa Khouw Tian Siong tak ketahuan nasibnya.
Khouw Tian Siong berkata lagi :
―Adik Siu, semenjak kecil aku mengikuti Hu Tok Kek belajar ilmu silat. Ketika ayah dan ibuku berselisih, ibuku meninggalkan ayah dan membawa aku pergi. Tak lama kemudian, ibuku meninggal dunia. Kemudian aku kembali ke daerah Tiong-goan untuk mencari ayah. Pada
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
226
waktu itu aku tak mengetahui jika ayah telah dikeroyok dan dibunuh... Thio Siok Ngo sangat pintar dan cerdas. Ia sudah lama mencurigai aku...yang memakai nama Khouw Ki Cong."
Berkata begitu Khouw Tian Siong lalu membuka kedok karetnya. Khouw Kiam Siu terperanjat melihat wajah yang lebih mirip wajahnya setan yang pernah dilihatnya diatas puncak Kiat-yun-hong. Lekas-lekas ia berlutut dan berkata:
―Toako, maafkan aku jika aku telah gagal melaksanakan pesanmu!"
―Adik Siu, bangunlah!"
―Toako mengapa kau memakai nama Khouw Ki Cong?"
―Setelah aku kembali ke daerah Tiong-goan dan memperoleh kabar bahwa ayah tak ketahuan nasibnya, aku segera menukar namaku menjadi Khouw Ki Cong. Aku tidak mati meskipun pernah banyak menderita..."
―Tetapi...kau pernah bilang bahwa kau hanya dapat hidup selama 90 hari ketika kita berjumpa diatas puncak Kiat-yun-hong bukankah?"
―Betul. Apakah kau ingat kedua iblis Bian-san ji Kwi?"
―Aku masih ingat. Aku telah bunuh mereka setelah aku memperoleh tenaga saktimu."
―Dari kedua iblis tersebut aku memperoleh batu mujizat ban lam-cong-tam. Dengan batu itu aku berhasil memusnahkan racun yang merusak tubuhku, dan memulihkan tenaga dan semangatku."
―Aku bersyukur. Tetapi...bagaimana halnya ketika puncak Kiat-yun-hong diledakkan?"
―Aku sendiri yang meledakkan puncak itu dengan maksud melenyapkan segala bekas. Nah, adik Siu, setelah kau mengetahui bahwa aku adalah abangmu, aku harus menyertai kau pergi ke markas partai Kong tong untuk menuntut balas."
Khouw Kiam Siu masih ingin memperoleh pemecahan tentang urusannya terhadap Thio Siok Ngo. Maka ia menanya :
―Toako, Thio Siok Ngo sangat mencintaimu. Urusan itu harus dibereskan."
Khouw Tian Siong menarik napas.
―Aku tak dapat menghadapi gadis itu dengan wajahku yang seperti iblis ini. Aku ingin ia dapat terus mengenangkan wajahku yang tampan, dan mencintai Khouw Ki Cong..."
―Menurut pendapatku, jika ia betul-betul mencintaimu, ia tak akan menghiraukan wajahmu yang jelek itu."
―Tidak! Aku tak ingin ia mencintai satu iblis. Perbuatan serupa itu adalah perbuatan yang kejam. Khouw Ki Cong yang tampan sudah mati, sudah dikubur!"
―Toako, kau keliru. Ia mencintaimu dan bukan wajahmu. Ia rela menyerahkan jiwa raganya kepadamu, ia mengetahui bahwa wajahmu telah dirusak oleh ayahnya."
Khouw Tian Siong berpikir dan mempertimbangkan alasan itu, lalu menyahut :
―Tetapi aku tak dapat menjumpai dia dengan wajahku ini."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
227
Khouw Kiam Siu menjadi sengit.
―Toako!" membentaknya. "Apakah kau tak mempunyai perasaan?! Apakah kau tak melihat bahwa ia lebih rela mati daripada menikah dengan orang lain?"
Khouw Tian Siong tertawa - ia tertawa dengan perasaan pedih. Dengan nada yang sedih ia lalu berkata :
―Adik Siu, kau dapat kata apa saja, tetapi aku tak sudi memperlihatkan wajahku yang seperti iblis ini kepadanya! Selama 10 tahun lebih, aku tertawan oleh asmara. Aku menderita, aku merana dan hatiku berdarah. Aku mencintai dia, tetapi aku tak sampai hati memperlihatkan wajahku yang menakuti ini ..."
Pada saat itu, suara yang mencurigakan terdengar oleh mereka. Satu bayangan terlihat mendatangi dari jalan umum.
KHOUW TIAN SIONG atau Khouw Ki Cong yang memakai julukan si Algojo lari pergi ketika melihat orang itu.
Khouw Kiam Siu tidak lari karena ia melihat bahwa yang mendatangi itu adalah Thio Siok Ngo.
―Hm... dia telah pergi ..." kata Thio Siok Ngo dengan perasaan kecewa.
―Ya ... dia telah lari pergi."
―Apakah dia lari pergi karena kedatanganku?"
―Mungkin."
"Kau sudah membuka kedoknya?"
Khouw Kiam Siu mengangguk.
―Siapa dia sebenarnja?!"
―Dia.....‖
Gadis itu menanti jawaban dengan penuh harapan - harapan bahwa kekasihnya betul-betul masih hidup - harapan bahwa si Algojo itu betul-betul kekasihnya.
―Siapakah dia??" tanyanya lagi.
―Saudaraku..." sahut Khouw Kiam Siu pendek.
―Ia bukan Khouw Ki Cong?"
―Dia adalah saudara tiriku... kekasihmu."
Thio Siok Ngo kemekmek.. Ditatapnya Khouw Kiam Siu dengan tajam.
―Dia adalah Khouw Ki Cong atau Sam Kiat Sianseng kekasihmu!"
Tak tertahan lagi gadis itu menangis karena terharu.
―Ia tak dapat menjumpaimu, karena wajahnya jelek sekali. Ia ingin kau selalu mengenangkan bahwa ia adalah kekasihmu yang tampan..."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
228
―Haaaiii... aku telah mengetahui bahwa mukanya telah dirusak."
Khouw Kiam Siu dapat membayangkan bahwa wajahnya Khouw Ki Cong itu dapat menakuti orang. Kulit mukanya sudah tak keruan, hidungnya sudah lenyap, hanya dua lubang hidung untuk bernapas. Kedua bibirnya sudah lenyap sehingga giginya keluar seperti anjing tengah menggeram, kedua matanya selalu terbelalak karena kulit matanya sudah terpapas!
"Haaii….aku sudah mengetahui bahwa mukanya telah dirusak….aku telah menanti dan menderita selama 10 tahun hanya untuk dia."
―Thio siocia, kau akan lari ketakutan jika melihat wajahnya."
Justru pada saat itu terdengar derap kaki kuda mendatangi. Thio Siok Ngo terkejut dan berseru : ―Celaka! Ayahku telah datang!"
Betul saja yang datang itu Thio Mo Lam mendatangi dengan empat pengawalnya.
―Ayah!" seru Thio Siok Ngo.
Thio Mo Lam turun dari kudanya dan menyahut dengan dingin. ―Siapa ayahmu?! Aku tak mempunyai puteri serupamu!" ia mengangkat tangannya dan memukul.
Gadis itu tidak mengegos atau menangkis, ia terpukul dan jatuh.
―Hm....aku tidak menduga jika kau mempunyai hubungan dengan jahanam ini! Adikmu telah dibikin lumpuh seumur hidupnya, beberapa puluh orang-orangku telah dibunuh oleh jahanam ini, tetapi... kau ... kau ..."
Khouw Kiam Siu naik pitam. Namun ia menahan amarahnya.
Dengan nada yang memilukan hati Thio Siok Ngo menyahut, ―Aku sebagai puteri tak pernah hidup bahagia... aku tak takut mati!"
―Bagus! Jika kau ingin mati, aku tak akan mencegah. Kau hidup hanya membikin aku malu saja!"
―Ayah, 10 tahun yang lalu aku mencintai Khouw Ki Cong, tapi kekasihku itu dianiaya sehingga hancur hatiku..."
―Diam! Peraturan Kiam Pao untuk semua orang. Meskipun kau adalah puteriku, tetapi kau juga harus dihukum menurut peraturan itu. Ayoh, ikut aku pulang ke puri Kiam Pao!"
Thio Siok Ngo bangun dan berlutut dihadapan ayahnya:
―Ayah, aku masih ada suatu urusan yang belum diberesi. Aku minta ayah memberi waktu, dan aku akan pulang ke puri Kiam Pao pada waktunya untuk menerima hukuman..."
―Tidak!"
―Ayah! Mengapa kau begitu kejam terhadap puteri sendiri?!"
―Aku sudah tidak mengenal kau sebagai puteriku semenjak 10 tahun yang lalu!"
―Ayah, berikan waktu untuk aku membereskan urusanku..."
Thio Mo Lam tiba-tiba perintahkan pengawalnya menangkap puterinya. Thio Siok Ngo bangun dan melangkah mundur. Dengan beringas ia membentak :
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
229
―Hei! Kamu jangan menyentuh aku!"
Pada saat itu Khouw Kiam Siu juga sudah berdiri disampingnya gadis itu.
Thio Mo Lam menatap Khouw Kiam Siu dan menegur: ―Hei! Apakah kau mau campur-tangan?!"
―Hari ini tiada seorang dapat mengganggu Thio siocia!" sahut Khouw Kiam Siu dengan sikap menentang.
―Ini adalah urusan ayah dan puterinya! Kau tak berhak turut campur! Lagipula, hutang darahmu terhadap puri Kiam Pao belum diperhitungkan!"
―Apakah kau ingin memperhitungkan sekarang?!"
Thio Mo Lam perintahkan pengawalnya menangkap Thio Siok Ngo lagi. Keempat pengawal itu segera maju menerkam.
―Thio siocia! Kau lari pergi! Aku dapat menahan mereka semua!" seru Khouw Kiam Siu sambil bertarung.
Thio Siok Ngo serba-salah, ia kehilangan ayah dan kini ia kehilangan rumah untuk bernaung. Ia akan menjadi sebatang-kara! Ia tak dapat mengambil keputusan. Pada saat itu Thio Mo Lam meloncat dan menjotosnya.
Serangan tiba-tiba itu diluar dugaan. Khouw Kiam Siu tak keburu mencegah. Thiok Siok Ngo menjerit ketika terpukul dan terpental jatuh ditanah! Namun lengannya Thio Mo Lam terpukul oleh hembusan angin sodokan Khouw Kiam Siu, dan ia merasa lengannya itu menjadi lumpuh.
―Thio Mo Lam! Kau lebih kejam daripada binatang buas! Mengapa kau pukul puterimu sendiri?!" tanya Khouw Kiam Siu.
―Lebih baik ia mati daripada hidup! Ia hidup hanya membikin aku malu!" sahut Thio Mo Lam dengan seluruh tubuhnya bergemetar.
―Cinta yang timbul antara puterimu dan Khouw Ki Cong tak dapat dicegah oleh siapapun! Kau telah menganiaya kekasih puterimu itu. Dengan perbuatan itu kau telah memusnahkan kebahagiaan puteri kandungmu! Sekarang kau juga ingin mengambil jiwanya?"
―Itu bukan urusanmu!"
―Ha! Ha! Bukan urusanku? Khouw Ki Cong adalah saudara tuaku! Puterimu adalah bakal ipar perempuanku. Karena itulah aku tidak musnahkan seluruh puri Kiam Pao!"
Tanpa menanya lebih lanjut, Thio Mo Lam lekas-lekas menyemplak kudanya dan kabur diikuti oleh pengawal-pengawalnya.
Khouw Kiam Siu tidak mencegah. Ia menghampiri dan memeriksa Thio Siok Ngo. Ia tak berani membuka pakaian gadis itu untuk memeriksa luka-lukanya.
Lalu dari dalam hutan berlari keluar si Algojo.
―Mengapa ia??" tanya si Algojo gelisah ketika melihat Thio Siok Ngo.
―Mungkin ia telah mati! Ayahnya sendiri yang memukulnya!" sahut Khouw Kiam Siu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
230
Si Algojo segara merasai denyutan urat nadi dipergelangan tangan gadis itu.
―Lebih baik ia mati, kematiannya dapat membebaskan dia dari segala tekanan bathin dan kesengsaraan hidup..." kata Khouw Kiam Siu.
―Adik Siu, mengapa kau mengatakan demikian?"
―Karena kau bersikap pengecut sehingga ia mengalami nasib serupa ini! Kau terlalu memikirkan kepentingan diri sendiri, kau tak menyelami perasaan kekasihmu itu. Selama 10 tahun ia mengharap dan menanti untuk menjumpaimu tetapi kau bersikap pengecut!‖
Tuduhan itu lebih hebat dari pada segala siksaan yang kejam. Si Algojo merasa seolah-olah jantungnya disayat-sayat. Ia berlutut seperti patung. Tiba-tiba ia rangkul gadis itu dan meratap :
―Ngo moy, kau telah mati...aku segera akan menyusul!"
Mendadak ia melepas rangkulannya dan berseru :
―Tidak! Dia tak mati! Jantungnya masih berdenyut!"
―Toako, ia masih hidup?"
―Ya, aku harus mencari pil obat yang mujarab!"
―Tetapi apa gunanya ia hidup lagi jika kau tak sudi menjumpainya?"
―Adik Siu, aku tak akan bersikap pengecut lagi. Aku tak perlu menyembunyikan diri lagi. Aku akan sehidup-semati dengan dia!"
―Jika demikian, kita harus lekas-lekas mengambil pil obat dari Ban biauw-gie hian."
―Tetapi ia harus lekas-lekas ditolong! Ban-biauw-gie-hian tinggal jauh dari sini. Apakah kita mampu membawa dia sejauh 500 lie dalam waktu hanya 3 jam?"
―Kita akan berusaha. Kita tak dapat membiarkan dia mati! Ayoh, kita berangkat sekarang!" desak Khouw Kiam Siu, yang segera memanggul Thio Siok Ngo dan berlari pergi menuju ke tempat bersemayam Ban biauw gie-hian, diikuti oleh Khouw Ki Cong.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan pesat sekali. Satu jam, dua jam...telah lewat. Khouw Kiam Siu memanggul gadis itu tanpa menghiraukan letih. Dan diwaktu 3 jam hampir liwat, mereka sudah tiba di tempat Ban-biauw-gie hian. Tetapi Khouw Kiam Siu sudah tak dapat berjalan lagi. Diletakkannya gadis itu diatas tanah.
―Adik Siu, aku minta kau tutup rahasia. Aku tidak ingin Cio Tin, murid tabib sakti itu, mengenali aku...‖ tiba-tiba Khouw Ki Cong berbisik.
―Cio siocia!'' teriak Khouw Kiam Siu ketika melihat seorang gadis.
Gadis itu terkejut. Ia menoleh dan menyahut sambil bersenyum, ―Oh! Khouw Siohiap!‖
―Apakah Locianpwee Ban-biauw gie hian berada di rumah?"
Cio Tin mengangguk, lalu menanya : ―Siapakah gadis itu?"
―Dia bernama Thio Siok Ngo. Dia terluka parah. Kita datang dengan maksud minta pertolongan Locianpwee Ban-biauw-gie-hian.‖
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
231
"Ayoh, kita masuk kedalam," ajak Cio Tin.
Mereka dipersilahkan masuk kedalam ruangan tengah dimana Ban-biauw-gie hian sudah berjalan keluar untuk menyambut kedatangan mereka. Tabib itu tercengang melihat gadis yang dipanggul. Ia minta gadis itu diletakkan diatas tempat tidur didalam kamar Cio Tin, lalu dengan teliti ia memeriksa Thio Siok Ngo yang kelihatannya sudah mati. Kemudian ia menggeleng-geleng kepalanya.
―Locianpwee, apakah ia dapat ditolong??‖ tanya Khouw Kiam Siu gelisah.
―Hm...ia terpukul hebat, hampir semua jalan darahnya tersumbat dan urat syarafnya dilumpuhkan, kesempatan untuk menolong dia kecil sekali ... Pil obat yang dapat menolong jiwanya telah aku berikan kepadamu. Aku dapat menolong dia jika kau rela menyerahkan darahmu kepadanya, karena darahmu sudah tercampur zat-zat dari pil obat Hwee-thian-cai-cauw-wan. Meskipun demikian, gadis ini hanya dapat hidup selama sebulan saja!"
―Locianpwee dapat segera mengambil darahku untuk menolong dia."
Maka Khouw Kiam Siu disuruh berbaring disamping Thio Siok Ngo. Ban-biauw gie hian lalu mengambil pisau, gunting, jarum dan pipa yang dibuat dari karet untuk menyalurkan darah Khouw Kiam Siu kedalam tubuhnya Thio Siok Ngo.
Transfusi darah itu dilakukan dengan teliti dan cermat.
―Apakah tiada jalan lain untuk menolong dia?" tanta Khouw Kiam Siu.
Ban-biauw-gie-hian berpikir sejenak.
―Jika kita berhasil memperoleh Ouw lian cu (Biji bunga teratai hitam), mungkin dia dapat ditolong," sahutnya.
Khouw Kiam Siu maupun Khouw Ki Cong menjadi agak gembira mendengar pemberitahuan itu. Khouw Kiam Siu menanya lagi :
―Apakah Ouw lian cu sukar diperolehnya?"
―Ouw-lian-cu diperoleh dari pohon bunga teratai yang ganjil karena daunnya hitam, buahnya hanya mengandung 9 biji yang hitam. Pohon tersebut hanya berbuah sekali tiap-tiap 7 tahun."
―Dimana dapat kita peroleh bunga teratai itu?"
―Ditelaga Teng tian dilembah dekat puncak Lok-pan hong di-pegunungan Oei-san. Tetapi sukar sekali untuk pergi ke telaga itu."
―Mengapa?"
―Tempat itu adalah tempat bersemayam Pek Kut Toa Sian yang tidak mempan senjata tajam."
―Aku tak gentar!"
―Masih ada satu soal lagi. Bunga teratai itu berbunga hanya 7 tahun sekali dan jika kau pergi kesana, belum tentu pohon itu berbunga."
Pada saat itu Thio Siok Ngo bersin, dan parasnya mulai menjadi wajar lagi, tetapi kedua matanya masih dipejamkan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
232
―Locianpwee, bila ia dapat membuka kedua matanya dan menjadi sadar?" tanya Khouw Kiam Siu.
―Ia tak dapat sadar sebelum diberi makan biji Ouw-lian-cu."
―Locianpwee, mengapa Pek Kut Toan Sian tak takut menghadapi senjata tajam?"
"Pek Kut Toa Sian telah berlatih dan memiliki ilmu Ciang-sikang (ilmu sakti tak mempan diserang dengan senjata tajam). Untuk membunuh iblis itu, orang harus menyerang kedua matanya."
―Terima kasih untuk semua petunjuk. Locianpwee, aku berangkat sekarang!"
Demikianlah kedua saudara itu menuju ke pegunungan Ouw-san untuk mencari biji Ouw-lian-cu.
PEGUNUNGAN Oei-san dengan puncak-puncaknya yang menjulang menembusi awan sangat terpencil dan penuh dengan tumbuh-tumbuhan. Untuk mencari puncak Lok-Pan-Hong bukanlah pekerjaan yang mudah.
Dengan ilmu meringankan tubuh, mereka mendaki satu puncak dengan mudah. Dari atas puncak tersebut mereka melihat kebawah. Lalu Khouw Kiam Siu berseru :
―Toako, cobalah lihat kesitu. Apakah yang merupakan cermin itu bukan permukaan air telaga Thian ti?"
Khouw Kie Cong meneliti lalu menyahut :
―Betul. Itu merupakan permukaan air telaga."
Demikianlah kedua kakak-beradik itu pergi mencari telaga hian ti untuk mengambil Ouw-lian-cu.
Setengah jam telah lewat ketika mereka tiba ditelaga tersebut yang airnya berwarna hijau bening. Banyak bunga teratai terlihat tumbuh tegak diatas daun-daun teratai yang lebar dan hijau, tetapi semua bunga teratai itu kelihatannya berwarna putih.
―Toako, aku tidak melihat bunga teratai yang warnanya hitam," kata Khouw Kiam Siu. "Mungkin kita tiba pada waktu yang salah."
Khouw Kie Cong tak dapat menyahut.
Tanpa pikir panjang lagi Khouw Kiam Siu lekas-lekas membuka pakaiannya dan menyebur ke dalam telaga. Setelah berenang sekian lamanya, akhirnya ia berhasil menemui pohon bunga teratai yang daunnya hitam. Yang aneh yalah, pohon bunga teratai itu mempunyai 9 helai daun yang semuanya berwarna hitam. Ditengah-tengah kesembilan daun itu tampak setangkai bunga yang berwarna merah dan mengeluarkan harum yang ganjil.
―Toako!" seru Khouw Kiam Siu. ―Aku telah berhasil menemui Ouw lian-cu!"
Khouw Kie Cong juga berseru girang, tetapi sebentar saja sikapnya sudah berubah lagi.
―Siaotee," katanya. "Aku mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kau telah diberi kesempatan untuk menolong Thio siocia. Tetapi, aku sangat menyesal untuk mengatakan bahwa kita harus berpisah disini."
Khouw Kiam Siu terkejut sekali mendengar kata-kata itu. Belum lagi ia keburu mencegah,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
233
Khouw Kie Cong sudah menghilang dari tempat itu. Maka setelah memetik Ouw-lian-cu, ia segera berpakaian dan lekas-lekas berangkat ke tempat kediaman Ban biauw-gie-hian.
Beberapa hari telah liwat dan pada hari yang ketujuh ia sudah berada kembali didaerah si Tabib sakti dan ternyata kedatangannya memang sudah dinanti2 oleh Cio Tin yang tengah berdiri didepan pintu.
―Bagaimana keadaan Thio siocia?" tanyanya kepada gadis she Cio itu.
―Ia masih perlu beristirahat beberapa waktu lamanya," sahut Cio Tin sambil bersenyum.
―Apakah Khouw Kie Cong tidak datang kesini..?‖
―Siapa?!"
―Eh...eh...maksudku si Algojo..."
―Kau tadi menanyakan tentang Khouw Kie Cong, bukan?!"
―Ya..."
―Apa maksudmu lalu?!?"
Khouw Kiam Siu berpikir sejenak. Ia merasa menyesal telah terlanjur menanyakan tentang Khouw Ki Cong. Bagus saja otaknya cukup cerdas sehingga ia masih bisa memberikan jawaban.
―Khouw Kie Cong adalah abangku," katanya.
―Dan abangmu itu adalah si Algojo, bukan?!" desak Cio Tin sambil mengawasi pemuda itu dengan tajam.
Khouw Kiam Siu berdiri menjublak. Tidak bisa ia menjawab pertanyaan itu.
"Hei, kau!" teriak Cio Tin sengit. "Ayoh, lekas katakan!"
―Ya!" akhirnya Khouw Kiam Siu pun jadi sengit dan mengaku. ―Khouw Kie Cong adalah si Algojo! Dan Sam Kiat Sianseng adalah orang yang sama!"
Cio Tin terbengong lama. Setelah perasaannya yang bergolak agak mereda, baru ia bisa berkata lagi.
―Oh...dia sangat kejam! Aku telah menanti kedatangannya selama sepuluh tahun lebih. Tetapi ternyata ia tidak sudi memperkenalkan dirinya padaku...apakah dia telah menyuruh kau membalaskan dendam yang terkandung dalam hatiku?‖
―Ya..." sahut Khouw Kiam Siu.
―Hm...dia betul-betul kejam..."
―Cio siocia, Khouw Ki Cong mempunyai kesukaran untuk memperlihatkan dirinya padamu."
―Kesukaran apa?"
―Mukanya sudah dirusak, ia lebih mirip satu iblis daripada manusia! Ia khawatir dengan mukanya yang seram itu ia akan menakutimu, kau..."
―Hm...tidak heran! Tidak heran!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
234
―Apa yang dibuat heran?"
―Thio siocia sudah kabur setelah ia dapat bangun dari tempat tidurnya!"
―Thio Siok Ngo kabur kemana?"
―Ketika Thio siocia mendengar Khouw Ki Cong sudah pergi, ia tak menghiraukan kesehatan atau jiwanya lagi. Ia bangun dan pergi mengejari kekasihnya!"
―Kapan ia lari dari kamarnya?"
―Barusan saja! Mungkin ia lari ke belakang bukit…‖
―Ayoh! Kita kejar!" ajak Khouw Kiam Siu, yang segara lari ke jurusan belakang bukit, diikuti oleh Cio Tin.
Mereka berlari-lari ke belakang bukit, tetapi tidak melihat seorang juga. Setelah mendaki satu puncak, merasa melihat diatas puncak dua bayangan manusia.
Khouw Kiam Siu mengejar, dan melihat Khouw Ki Cong tengah berdiri di tepi jurang, dan Thio Siok Ngo berada 5 meter dibelakang kekasihnya itu.
―Thio siocia, apa yang telah terjadi?!" teriak Khouw Kiam Siu.
Thio Siok Ngo menoleh kebelakang dengan kedua matanya berlinang, lalu menunjuk kearah Khouw Ki Cong.
―Toako! Ayoh kembali!" teriak Khouw Kiam Siu.
―Adik Siu, aku...aku...berdosa terhadapmu dan ayah."
―Toako, ayoh! Lekas kembali kesini!"
Cio Tin juga sudah tiba, dan ia terpaku melihat adegan di depan matanya.
Dengan suara yang parau Thio Siok Ngo memanggil :
―Cong Ko, kau harus kembali! Janganlah tinggalkan aku!"
―Ngo Moy, aku sangat menyesal. Aku tak dapat kembali kepadamu dengan wajahku seperti setan!" keluh Khouw Ki Cong.
―Cong Ko! Aku mencintaimu...bukan mencintai wajahmu!"
―Tidak! Tidak! Kau akan jatuh pingsan jika melihat wajahku!"
―Tidak! Aku mau lihat wajahmu!"
Khouw Ki Cong membuka kedok karetnya dan memperlihatkan wajahnya yang asli.
Thio Siok Ngo, maupun Cio Tin, menjerit ketika melihat wajah yang seperti iblis kejam itu. Mereka menutupi mukanya dengan kedua tangan. Bahkan Khouw Kiam Siu bergidik melihat wajah itu.
―Oh... apakah itu Khouw Ki Cong?! Ayah! Kau betul-betul kejam! Kau telah merusak wajahnya! Kau betul-betul kejam! Aku tak beri ampun atas kekejamanmu ini. Ha, ha, ha ha..." seru Thio Siok Ngo, lalu tertawa gelak-gelak.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com
235
Sejenak kemudian, karena tidak bisa menahan perasaannya Khouw Ki Cong tiba-tiba meloncat diri kebawah jurang!
Khouw Kiam Siu, Thio Siok Ngo dan Cio Tin meloncat ke tepi jurang, tetapi mereka tak melihat Khouw Ki Cong, puncak gunung yang tinggi itu tampak diliputi oleh kabut yang tebal.
―Cong Ko, tunggu aku!" jerit Thio Siok Ngo sambil meloncat ke bawah jurang menyusul kekasihnya!
Khouw Kiam Siu tak keburu mencegah. Ia banting kakinya menyatakan kekecewaannya. Ia menatap Cio Tin tanpa bicara.
―Khouw siohiap, terima kasih atas semua bantuan dan pertolongan yang kau telah berikan. Aku juga harus menyusul Cong Ko-ku!" kata Cio Tin.
―Cio siocia, jangan..."
Belum selesai Khouw Kiam Siu bicara ketika Cio Tin juga terjun kebawah jurang sambil menjerit gembira - irama terakhir dari asmara yang tak terbalas!
Matahari perlahan terbenam dibarat memancarkan sinarnya yang merah ke angkasa. Senja lekas berubah menjadi malam, dan segera bulan terapung dilangit diantara beribu2 bintang.
Khouw Kiam Siu berdiri diatas puncak itu dengan kedua mata berlinang. Ketika bulan berada di tengah-tengah, ia duduk bersila untuk mementil tali Kimnya dan mainkan irama yang terakhir untuk mereka yang pergi ke alam baka.
Fajar menyingsing dengan sinar matahari disebelah timur menyorot dipunggung Khouw Kiam Siu yang tengah turun dari puncak dengan wajah muram. Hatinya dirasakan hampa dan langkahnya pun tampak berat. Ayah-bundanya sudah mati, kini kakak tirinya Khouw Ki Cong juga sudah membunuh diri karena takut wajahnya dilihat kekasihnya.
―Hai, nasib manusia!" serunya sambil berjalan turun, dengan senyuman getir di wajahnya.
TAMAT
Tag:cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf
- Cersil Ke 8 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Cer...
- Cersil Ke Tujuh Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti...
- Cersil ke 6 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
- Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung
- Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko
- Cersil Yoko 3 Condor Heroes
- Cersil Yoko Seri Ke 2
- Cerita Silat Cersil Ke 1 Kembalinya Pendekar Rajaw...
- Cerita Silat Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Komp...
- Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendeka...
- Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
- Cersil Ke 23 Kwee Ceng Pendekar Lugu
- Cerita Silat Ke 22 Kwee Ceng
- Cersil Ke 21 Kwee Ceng
- Cerita Silat Ke 20 Cersil Kwee Ceng Rajawali Sakti...
- Cerita Silat Ke 19 Kwee Ceng Jagoan Sakti
- Cersil Ke 18 Kwee Ceng
- Cersil Ke 17 Kwee Ceng Cerita Silat Pendekar Rajaw...
- Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Ke 16 Pendekar Kw...
- Cersil Ke 15 Pendekar Kwee Ceng
- Cersil Hebat Kweeceng Seri 14
- Cersil Cerita Silat Kwee Ceng 13
- Cersil Pendekar Ajaib : Kwee Ceng 12
- Kumpulan Cerita Silat Jawa : Kwee Ceng 11
- Cerita Silat Pendekar Matahari : Kwee Ceng 10
- Cersil Mandarin Lepas :Kwee Ceng 9
- Cersil Langka Kwee Ceng 8
- Cerita Silat Mandarin Online : Kwee Ceng 7
- Cersil Indo Kwee Ceng 6
- Cerita Silat Cersil Kwee Ceng 5
- Cersil Kwee Ceng 4
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 3
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 2
- Cersil Pendekar Kwee Ceng ( Pendekar Pemananah Raj...
- Cersil Seruling Sakti dan Rajawali Terbang
- Kumpulan Cersil Terbaik
- Cersil Jin Sin Tayhiap
- Cersil Raisa eh Ching Ching
- Cersil Lembah Merpati
- Cerita Silat Karya stefanus
- Cersil Pedang Angin Berbisik
- Cersil Sian Li Engcu
- Cersil Si KAki Sakti
- Cersil Bendera Maut
- Cersil Pahlawan Gurun
- Cersil Pedang Pusaka Buntung
- Cersil Terbaik Pendekar Kunang Kunang
- Cersil Mandarin Imam Tanpa Byangan