Cerita Silat Seruling Haus Darah Bab 11-20
Baca Juga:
- Cersil Seruling Haus Darah Bab 1-10
- Cerita Silat Cersil Kelelawar Tanpa Sayap Bab 12 -...
- Cerita Silat Kelelawar Tanpa Sayap Bab 1-12
- Oey Liong Kiam 2 Tamat
- Cerita Silat Baru : Oey Liong Kiam 1
- Cerita Silat Irama Pencabut Nyawa
- Panah Kekasih 3 Tamat (Pendekar Pedang Amarah)
- Cersil Baru Terbit : Panah Kekasih 2
- Cerita Silat Terbaru : Panah Kekasih 1
- Tamu Dari Gurun Pasir 4 Tamat Full Baca Online Kom...
- Cersil Baru : Tamu dari Gurun Pasir 3
- Cersil Top : Tamu dari Gurun Pasir 2
- Cersil Terbaru OPA : Tamu dari Gurun Pasir 1
Bab 10 167 .
DAN di ruang muka, di mana para jago-jago silat itu tengah berkumpul
dalam keadaan yang menegangkan sekali itu, membikin hati Pat-kwa Hiat-kui Han
Swie Lim jadi berdebar tak keruan. Lebih-lebih dia memikirkan keselamatan
isterinya. Juga yang tak dimengerti olehnya, mengapa dia tak mengetahui bahwa
isterinya itu sebenarnya seorang jago silat yang kosen"! Mengapa sang isteri
merahasiakan hal itu " Apakah di belakang tirai penghidupan isterinya itu di masa
gadisnya terdapat sesuatu rahasia yang luar biasa sekali "!
Berpikir begitu, Pat-kwa Hiat-kui Han Swie Lim jadi memandang Han Hoejin yang kala itu sedang bertolak pinggang menghadapi Thio See Ciang, Kauw-coe
dari Pek Bwee Kauw itu. "Jadi kau benar-benar tak mau diberi jalan hidup, Pek Bie Kui ?" tegur Thio
See Ciang dengan suara menyeramkan.
"Hmmm ..... kau memang telah lupa pada keadaan dirimu, See Ciang !"
menyahuti Han Hoe-jin. "Kau telah melupakan budi ayah padamu, sehingga kau
berani menyentuhku juga !! Baiklah, hari ini aku akan adu jiwa denganmu ! " dan
Han Koe-jin membolang-baliugkan pedang pendeknya itu.
Thio See Ciang tertawa dingin, dia menarik napas dalam-dalam, lalu dengan
tak terduga ia tertawa keras sekali.
Semua orang terkesiap ketika mendengar suara ketawa Thio See Ciang yang
bergelombang tak putus-putusnya, nyata dia telah mengerahkan tenaga Lweekangnya. Tadi waktu See Ciang menarik napas, semua orang tak mengetahui apa
yang akan dilakukan oleh Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw itu, namun setelah See
Ciang tertawa terus-menerus, mereka jadi mencelos. Semacam perasaan yang
bergolak di diri mereka mengamuk dengan hebatnya. Cepat-cepat masing-masing
mereka mengerahkan tenaga Lwee-kang mereka untuk membendung suara Thio
See Ciang yang menyerupai raungan Harimau.
Yang harus dikasihani adalah Tang Siu Cauw. Wie Soe Niang, Hi Beng dan
Hi Lay, mereka tak tahan mendengar suara ketawa See Ciang, walaupun mereka
telah mengerahkan tenaga Lwee-kang mereka, namun disebabkan tenaga dalam
mereka kalah jauh dengan See Ciang dan juga di antara orang-orang yang berada
di dalam ruangan tersebut dia paling lemah, maka akhirnya setelah berjingkrakjungkrak beberapa kali, mereka rubuh tak sadarkan diri.
Kim see Hui Hong dan Bo Tho jadi mendongkol melihat cara Kauw-coe dari
Pek Bwee Kauw itu. Tapi mereka juga tak berani main-main dengan teriakan naga
dan raungan harimau dari Kauw-coe bunga Bwee putih itu. Cepat mereka duduk
168 .
bersemedi untuk mengerahkan tenaga dalam mereka, tapi baru berselang beberapa
lama, hati mereka agak berdebar dan jantung mereka berdenyut agak keras,
perasaau mereka bergolak. Hati mereka jadi terkesiap, mereka mengerahkan matimatian tenaga dalam mereka, karena suara tertawa See Ciang masih terdengar
terus. Berlainan dengan Han Hoe-jin dan Pat-kwa Hiat-kui. Karena tenaga dalam
mereka lebih rendah dari Kim-see Hui Hong, maka walaupun mereka telah
mengerahkan tenaga Lwee-kang mereka seluruhnya, toch tampaknya mereka jadi
gelisah sekali. Yang kasihan adalah Pat-kwa Hiat-kui Han Swie Lim, karena dia
memang jauh ilmu silat maupun tenaga Lwee-kangnya kalau dibandingkan dengan
isterinya atau Kim-see Hui Hong suami isteri, berulang kali dia telah melompat
dari bersemedinya dan berjingkrak-kongkrak, karena dirinya dikuasai oleh
pengaruh suara tertawanya Thio See Ciang. Setelah mengerahkan tenaga dalamnya
mati-matian untuk melawan pengaruh suara tertawa itu, barulah dia dapat duduk
kembali untuk bersemedi. Tapi, biarpun begitu, tak urung butir-butir keringat
dingin telah mengucur deras sekali.
Thio See Ciang masih tertawa terus, malah suara ketawanya itu semakin
bergelombang dan kuat sekali. Sedangkan Pek Wie dan Siang Wie Too-jin tetap
berdiri di sisi Kauw-coenya itu, karena mereka tadi telah bersiap-siap. Waktu
melihat See Ciang bangkit dari kursinya, dia telah menyumpal telinga mereka
dengan potongan kain. Juga anak buah Thio See Ciang yang berada di luar gedung,
siang-siang mereka telah memakai potongan kain untuk menyumpal kuping
mereka, sehingga mereka terhindar dari pengaruh tertawa Kauw-coe mereka.
Walaupun Pat-kwa Hiat-kui Han Swie Lim telah mengerahkan Lweekangnya untuk melawan pengaruh tertawanya See Ciang, tokh akhirnya dia harus
menyerah dengan kenyataan. Dengan mengeluarkan jeritan yang rnenyayatkan, dia
melompat berdiri, lalu tubuhnya ambruk lagi ke lantai tak sadarkan diri. Han Hoejin mendengar suara jeritan suaminya, hatinya jadi tergoncang dan di sebabkan
goncangan hatinya itu, di saat dia memandang suaminya terjungkal rubuh
perlawannya jadi berkurang, maka itu, suatu perasaan yang aneh bergolak hebat di
dirinya. Akhirnya, dia tak tak dapat melawan terus, dengan menjerit seperti halnya
Pat-kwa Hiat-kui tadi, dia ambruk dan pingsan tak sadarkan diri.
Kim-see Hui Hong Cio Put Ting dan Bo Tho mencelos hati mereka waktu
melihat keadaan Pat-kwa Hiat-kui suami isteri. Mereka juga dapat merasakannya,
kalau mereka bertahan beberapa saat, mereka pasti takkan dapat melepaskan diri
169 .
dari pengaruh suara tertawaan Kauw-coe Pek-Bwee Kauw itu, yang Lwee kangnya
telah mencapai kesempurnaan, maka itu, mereka mengambil keputusan kabur saja
keluar. Namun, baru saja Cio Put Ting mau mengisyaratkan isterinya untuk kabur
saja meninggalkan gedung itu, tiba-tiba hatinya jadi dingin dan keringat dingin
mengucur membasahi keningnya. Kenapa "! Sebetulnya Kim-see Hui Hong Cio
Put Ting dan Bo-Tho adalah dua tokoh lihai yang sulit di cari tandingannya, bagi
mereka untuk melarikan diri dari ruangan tersebut tak begitu sulit, namun Cio Put
Ting teringat bahwa kalau saja mereka melompat keluar, maka mereka akan
terbinasa oleh racun Tok Sian, racun dewa yang teiah disebar oleh orang-orang Pek
Bwee Kauw ! Inilah hebat kalau bertahan terus dari suara tertawa Kauw-coenya
Pek Bwee Kauw itu, terang akhirnya mereka akan rubuh.
Juga kalau mereka akan menyerang Thio-see Ciang, tentu Pek Wie dan
Siang Wie Too-jin akan menghalangi merela dan disebabkan konsentrasi mereka
terpecah, jiwa mereka akan terancam, mereka-akan rubuh dan syaraf mereka akan
pecah. Kalau sampai hal itu terjadi, itulah yang hebat. Untuk seterysnya mereka
hidup tak menyerupai, manusia lagi mereka akan gila dan tak ingat lagi apa yang
telah terjadi. Inilah yang tak diingini oleh Bo Tho dan Kim-see Hui Hong. Mereka
jadi memutar otak, akhirnya mereka jadi nekad. Kim-see Hui Hong Cio Put Ting
memberi isyarat kepada isterinya, lalu dengan secara berbareng, dengan
mengerahkan tenaga Lwee-kang mereka menjerit secara berbareng untuk menutupi
suara ketawa Kauw-coe Pek Bwee Kauw yang tak putus-putusnya itu.
Menggunakan saat itu, tnbuh mereka mencelat kepintu.
Pek Wie dan Siang Wie Too-jin ingin menghalangi mereka tapi kedua Toojin yang menjadi anak buah Pek Bwee Kauw tersebut kalah sebat, mereka
tertinggal, Kim-see Hui Hong dan Bo Tho telah berada di luar. Anak buah Pek
Bwee Kauw yaug berada di luar, waktu melihat Kim-see Hui Hong dan Bo Tho
melompat keluar, mereka menyerbu menghalangi. Tapi Cio Put Ting biar agak
ketololan, dalam keadaan jiwanya terancam, dia mengerahkan kepandaiannya.
Dasarnya dia memang lihai maka dia malah gembira melihat anak buah Pek Bwee
Kauw yang meluruk menyerbunya. Dengan sebat dia menjambret dua orang lalu
dibanting dan di saat tubuhnya meluncur turun, dia jadi menginjak tubuh orang Pek
Bwee Kauw itu, sehingga dia terhindar dari racun Tok Sian, Begitu juga Bo Tho,
dia mengikuti perbuatan suaminya dia menjambret orang Pek Bwee Kauw,
dibantingnya ketanah dan disaat tubuhnya yang gemuk boto itu meluncur turun,
dia menginjak kedua tubuh orang itu, lalu menjejakkan lagi, tubuhnya telah
170 .
melayang melewati tembok sehingga dia tiba dengan selamat diluar garis dari
racun itu. Kemudian, tanpa menoleh lagi mereka berdua merat secepatnya.
Tapi baru saja beberapa langkah, di hadapan mereka telah menghadang
Hauw Loo tangkeh dan Kim-soe Loo-tangkeh. Mereka berusaha menghalangi
Kim-see Hui Hong dan Bo Tho. Namun kepandaian Hauw Loo-tangkeh dan Kimsoe Loo-tangkeh tak seberapa mereka tak dapat berbuat banyak terhadap dua jago
yang kosen itu, maka dengan sekali gebrak, Hauw Loo-tangkeh dan Kim-soe Lootangkeh telah terpental dihajar oleh Bo Tho dan Cio Put Ting. Kedua orang itu
kemudian mengangkat langkah seribu, menjauhi orang-orang Pek Bwee Kauw.
Hauw Loo-tangkeh dan Kim-soe Loo-tangkeh jadi hanya mengawasi saja.
Mereka tak berani untuk mengejar lagi, karena mereka menyadari bahwa mereka
bukan tandingan Cio Put Ting dan Bo Tho.
Yang kasihan adalah dua orang Pek Bwee Kauw yang dipergunakan oleh
Cio Put Ting dan Bo Tho sebagai batu loncatan. Karena hanya menggunakan obat
anti Tok Sian di bagian kaki, begitu tubuh mereka ambruk di tanah dibanting oleh
Kim-see Hui Hong dan Bo Tho, mereka menjerit jerit dan bergulingan. Mereka
menderita kesakitan yang hebat, kareaa dirasakan tubuh mereka serasa seperti
disengat oleh ribuan Kalajengking, lalu tak memakan waktu lebih dari empat detik,
tubuh mereka menggeletak tak bernapas lagi, dari mulut, hidung dan telinga
mengalir darah yang telah menghitam kental.....! Itulah kehebatan racun Tok Sian,
racun Dewa, karena siapa yang terkena racun itu, jangan harap bisa tertolong lagi
jiwanya.....!! Thio See Ciang, itu Kauw-cce Pek Bwee Kauw teiah menghentikan suara
tertawanya dia menoleh kepada Pek Wie Too-jin dan Siang Wie Too-jin dengan
tersungging senyuman di bibirnya.
"Bukankah tak sulit untuk merebut kitab itu dari orang sebangsa Han Lo-kiu
?" tegurnya pada Siang Wie Too-jin.
Cepat-cepat Siang Wie mengangguk.
"Ya ..... berkat kelihaian Kauw-coe!" katanya memuji ketuanya itu.
Thio See Ciang ketawa gembira, dia menghampiri Han Hoe-jin. Di
pandanginya wajah Han Hoe-jin yang telah pucat pias itu, napasnya hanya satusatu dan tak lancar. Begitu juga keadaan Pat-Kwa Hiat-kui Han Swie Lim berikut
keempat pengikutnya. "Akh, Lo Lie.....!" gumam Thio See Ciang perlahan. "Tadi telah kuberi jalan
hidup untukmu seorang, tapi kau berkeras ! Sebetulnya aku juga ingin membalas
171 .
budi In-soe, tapi kau tak tahu diri dan tak mengenal gelagat.....! Untuk seterusnya
kau akan gila dan sebetulnya hal itu tak menggembirakan hatiku !" lama Kauw-coe
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
Pek Bwee Kauw tersebut memandangi Han Hoe-jin, kemudian setelah menarik
napas lagi, dia mengebaskan tangannya sambil duduk di kursi.
Pek Wie dan Siang Wie yang melihat kibasan tangan Kauw-coe mereka itu
cepat-cepat menuju ke arah Han Swie Lim. Mereka merogoh saku Pat-kwa Hiatkui mengeluarkan sebuah kotak kayu cendana. Dibawanya kotak yang berisi kitab
pusaka itu kehadapan Kauw-coe mereka.
"Siang Wie!" kata Thio See Ciang tertawa gembira waktu melihat kotak
kayu cendana itu. "Akhirnya kita berhasil juga memiliki kitab pusaka !" dan dia
akan menerima kotak itu dari Siang Wie Too-jin.
Namun, baru saja si Kauw-coe Pek Bwee Kauw mengulurkan tangannya
untuk mengambil kotak itu, tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan dengan
kecepatan yang luar biasa, tahu-tahu kotak kayu cendana yang berada di tangan
Siang Wie telah lenyap. Siang Wie Too-jin sampai mengeluarkan seruau tertahan,
begitu juga yang lainnya.
Thio See Ciang mementang matanya lebar-lebar ke arah sosok bayangan itu,
dilihatnya sosok tubuh itu telah berhenti dekat pintu, di tangannya terdapat kotak
pusaka kayu cendana. Dia seorang laki-laki berpakaian dekil, rambutnya panjang
menutupi sebagian wajahnya. Dia mengenakan topi persegi lima, sehingga
sebagian wajahnya di bagian sebelah atas tertutup oleh ujung topi itu, dan
wajahnya tak dapat dilihat tegas oleh orang.
Thio See Ciang, Kauw-coe Pek Bwee Kauw tersebut, sangat mendongkol.
"Siapa kau "! Apakah kau tak takut mampus?" tegur Kauw-coe itu bengis.
Orang berpakaian dekil dan bertopi segi lima itu ketawa dingin.
"Hmm.....siapa yang tak mengenal Thio See Ciang sebagai Kauw-coe Pek
Bwee Kauw yang bertangan besi dan telegas sekali "!" dia menyahuti. "Hu ! Hu !
Sayang aku terlambat datang kemari, kalau tidak orang-orang ini tentu takkan
mengalami nasib yang menyedihkan begitu macam !"
Wajah Thio See Ciang jadi berubah hebat, tapi dia tak berani sembarangan
bergerak, karena kalau orang itu tak lihai, tentu dalam anggapan Kauw-coe itu, tak
mungkin berani main gila di hadapannya. Maka dari itu cepat-cepat dia
membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Bolehkah Siauw-tee mengetahui nama besar Loo-heng ?" tegurnya, suara
Kauw-coe ini berubah jadi lembut. Sambil membungkukkan tubuh, Kauw-coe ini
172 .
melirik untuk melihat wajah orang itu, tapi tetap saja dia tak dapat melihat tegas,
karena sebagian wajahnya selain tertutup oleh rambutnya yang panjang juga
terhalang oleh ujung topi segi limanya. See Ciang juga heran orang dapat masuk
kegedung itu tanpa dapat diketahui serta selamat dari Tok Sian yang disebarkan di
sekitar gedung tersebut. Orang itu telah ketawa dingin, dia menyahuti dengan suara yang sember:
"Aku she Gu dan bernama Kim Ciang !" dan kembali dia mendengus seraya
memasukkan kotak kayu cendana kedalam sakunya.
"Oh ..... kiranya Gu Kie-soe !" kata See Ciang secepat orang itu
menyelesaikan perkataannya. "Di antara Gu Kie-soe dengan pihak kami dari Pek
Bwee Kauw tak ada sangkutan apapun, juga kita tak pernah berhubungan, seperti
juga air sungai dan air sumur, tapi mengapa hari ini. Gu Kie-soe mempunyai minat
untuk mencampuri urusan kami ?"
Orang itu, yang ternyata memang Gu Kim Ciang, ketawa dingin lagi.
"Orang she Thio !" bentaknya dengan suara yang nyaring. "Sebetulnya,
kalau memang kau hendak memiliki kotak kayu-cendana ini, kukira cukup kau
memintanya secara baik-baik kepada pemiliknya ! Mengapa kau malah
menggunakan kekerasan mencelakai keluarga Han sampai demikian macam ?"
Wajah Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw berubah.
"Sebetulnya Siauw-tee ingin memberi jalan hidup kepada mereka, tapi
orang-orang itu sungguh tak mengenal kebaikan orang, mereka terlalu bandel dan
selalu berkeras, sehingga terpaksa Siauw-tee harus menggunakan kekerasan pada
mereka ! ltupun sudah untung,jiwa mereka tak Siauw-tee kirim ke neraka..... !"
"Hmmm !" Gu Kim Ciang ketawa dingin. "Apa bedanya dengan Kauw-coe
membunuh orang-orang itu dengan keadaannya sekarang " Malah keadaan mereka
lebih menyedihkan lagi, sebab begitu mereka tersadar, mereka akan gila dan tak
ingat lagi siapa diri mereka sendiri !!" Dan, sehabis berkata begitu, dengan tak
terduga, Kim Ciang menggenjotkan tubuhnya, melesat keluar. "Kalau memang
Kauw-coe ingin memiliki kitab pusaka ini, rebutlah dariku!!" teriaknya lagi.
Melihat orang akan kabur, Kauw-coe Pek Bwee Kauw jadi murka.
"Kejar.....!" teriaknya sambil dia juga menjejakkan kakinya, sehingga
tubuhnya melesat keluar akan mengejar Gu Kim Ciang
Anak buah Thio See Ciang ingin menghaiang-halangi orang she Gu itu,
namun Kim Ciang lihai sekali, dia dapat melarikan diri dari orang-orang itu. Juga
racun Tok Sian yang disebarkan di sekeliling rumah Han Swie Lim seperti juga tak
173 .
membawa pengaruh apa-apa. Dalam sekejap mata saja, Kim Ciang telah lenyap
dalam kegelapan malam. Thio See Ciang sangat murka, di depan mata hidungnya orang berani main
gila, maka itu sambil memerintahkan untuk mengejar, dia juga melesat kemuka
untuk ikut melakukan pengejaran. Dalam sekejap saja, orang-orang itu telah
meninggalkan gedung Pat-kwa Hiat-kui Han Swie Lim.
Sedang melakukan pengejaran itu, Thio See Ciang memutar otak, mengapa
racun Tok Sian tak berpengaruh sedikitpun pada orang she Gu itu " Tapi, dasar
otaknya terang, Kauw-coe Pek Bwee Kauw sudah lantas dapat menduganya.
Karena dilihat dari kepandaian orang yang lihai, memang suatu kemungkinan Kim
Ciang telah mencekuk salah seorang anak buahnya dan memakai obat anti racun
Tok Sian itu, sehingga orang she Gu itu tak usah jeri pada racun dewa yang hebat
itu.....! Sepeninggalnya orang-orang Pek Bwee Kauw, gedung Pat-kwa Hiat-kui
Han Swie Lim jadi sunyi. Angin malam bertiup silir- dingin, disertai oleh dendang
binatang malam, sehingga gedung yang besar itu berobah keadaannya jadi
menyeramkan sekali. Mayat-mayat bergelimpangan, mayat Giok Hok-shia Cioe Ie, mayat Jie Suok Ang Bian, dan juga mayat-mayat orang Pek Bwee Kauw serta pelayan-pelayan
dari keluarga Han, semuanya menambah keseraman suasana gedung itu.....
sedangkan Han Hoe-jin, Han Swie Lim serta murid-muridnya juga menggeletak
seperti tak bernyawa lagi..... napas mereka hanya tinggal satu-satu, seakan sedang
berjuang melawan malaikat maut yang diutus oleh Giam-lo-ong, raja akherat,
untuk mencabut jiwa orang-orang itu .....!
Dan, disebabkan oleh peristiwa tersebut di gedung Pat-kwa Hiat-kui Han
Swie Lim, maka pergolakan dan badai dan taufan akan terjadi didalam dunia
persilatan. Gelombang hebat dan banjir darah akan bergolak didalam sungai telaga,
jago2 silat yang kosen yang berraunc ilan dan saling bunuh.
Peristiwa mengerikan dan dahsyat akan bermunculan, juga peristiwaperistiwa aneh akan menguasai dunia persilatan, sehingga membingungkan jagojago silat dan pemerintah. Semuanya bergolak tak dapat terkendalikan lagi dan apa
yang akan terjadi itu hanyalah disebabkan bersumber dari peristiwa-peristiwa yang
mergerikan..... Siapa saja yang mengetahui apa yang akan terjadi di dunia
persilatan di masa mendatang tentu akan menggigil ngeri dan mengkeret ketakutan,
karena di dalam pergolakan yang akan terjadi itu, jiwa manusia benar-benar seperti
174 .
tak berharga.....semua itu disebabkan oleh sejilid kitab pusaka yang menjadi
perebutan di antara jago silat kosen serta ternama .....!
Marilah kita mengikuti kisah dahsyat ini karena apa yang telah terjadi di muka tadi, hanyalah
sebagai pendahuluan dan penuturan cerita dari kisah dahsyat Seruling Haus Darah ini .....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 11 CAHAYA bintang dilangit mulai pudar, karena hari telah mendekati
menjelang fajar. Namun, udara masih gelap, suara binatang malam juga masih
terdengar. Hanya diselingi oleh kokok ayam dan kicauan burung. Suasana di
gedung Han Swie Lim, itu jago tua bergelar Pat-kwa Hiat-kui, masih
menyeramkan. Bau anyir darah segar tercium menyendatkan pernapasan. Di antara
keheningan yang menguasai gedung tersebut terdengar suara rintihan seorang
bocah. Ternyata suara rintihan itu berasal dari sebuah kamar dan di dalam kamar
itu, di lantai, menggeletak Han Han sambil memegangi tangannya. Walaupun
tulangnya itu semula telah dibetulkan kembali oleh Han Hoe-jin, ibunya, namun
perasaan sakit masih menguasai lengannya itu. Dia berusaha berdiri sambil
memegangi tangannya, kemudian si-bocah duduk di pembaringan.
Keadaan sangat sepi sekali, dia jadi heran. Karena masih diingatnya tadi, di
kala dia belum jatuh pingsan, di ruangan muka sangat ribut sekali, sebab rumah
ayahnya telah di datangi 'penjahat'. Mengapa sekarang jadi sepi dan sunyi "! Si
bocah jadi heran, dia bangkit dari duduknya dan perlahan-lahan menuju kepintu.
Waktu pintu itu dibukanya, bau darah segar yang anyir menyerang penciumannya,
hampir saja si-bocah muntah disebabkan bau yang tak enak itu. Si-bocah jadi lebih
heran lagi, cepat-cepat dia keluar dari kamar itu dan menuju ke ruangan muka.
Tapi, begitu dia melangkah dia melihat sesuatu yang mengejutkan. Di hadapannya
menggeletak Lo-sam dan Lo-jie, dua orang pelayan tuanya. Cepat Han Han
mendekati dan menelitikan keadaan Lo-sam dan Lo-jie, dilihatnya kedua orang itu
sudah tak bernapas, kepala mereka pecah keluar polonya. Terang semua itu
perbuatan 'penjahat' yang telah mengacau rumah ayahnya. Si bocah jadi meluap
darahnya, cepat-cepat dia keluar menuju keruangan muka. Tapi waktu sampai di
175 .
ruangan itu, kembali dia melengak, dia sampai berdiri mematung memandang
terpaku pada beberapa tubuh yang menggeletak tak bergerak.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 176 .
JILID V S EBAGAI seorang bocah yang mempunyai keberanian dan sangat tabah,
maka Han Han maju menghampiri dan mengawasinya. Tapi dia jadi
menjerit waktu melihat bahwa di antara tubuh-tubuh yang menggeletak
menyerupai mayat itu terdapat ibu, ayah dan keempat Soe-heng Soe-cienya .....!
Ditubruknya Han Hoe-jin sambil menangis.
"Ma.....! Kenapa kau Ma !?" dia menggoyang-goyangkan tubuh ibunya, Han
Han melupakan rasa sakit di lengannya.
Tapi Han Hoe-jin tetap tak bergerak hanya napasnya tampak satu-satu, agak
tersengal dan tak lancar.
Si bocah jadi bingung, dia berlari ke-arah Pat-kwa Hiat-kui. Digoyanggoyangkan tubuh ayahnya, tapi sang ayah tetap seperti keadaan ibunya. Si bocah
jadi menangis sedih, dia menduga kedua orang tuanya ini telah meninggal. Cepatcepat dia menghampiri Tang Siu Cauw, menggoyang-goyangkannya sambil
memanggil-manggil nama Soe-hengnya, dan tampak Tang Siu Cauw
menggerakkan tubuhnya, lalu matanya terbuka. Begitu tersadar dari pingsannya,
Tang Siu Cauw memandang keadaan sekelilingnya dengan pandangan yang aneh.
Han Han ketika melihat Soe-hengnya belum "mati", dia jadi agak terhibur.
Dipeluknya sang Soe-heng dan dia menangis sedih sekali.
Namun, dengan tak terduga, Tang Siu Cauw mendorong tubuh si-bocah.
"Siapa kau ?" bentaknya dengan suara yang keras, menyeramkan.
Pandangan matanya juga luar biasa sekali, berkilat sangat menakutkan.
Han Han terkejut melihat keadaan Tang Siu Cauw.
"Tang Soe-heng .....kau ....." katanya terbata-bata. "Lihatlah ..... ayah dan ibu
telah ..... telah meninggal !!"
Tang Siu Cauw mengerutkan sepasang alisnya, dia memandang ke sekeliling
ruangan itu dengan pandangan yang sangat asing sekali. Dia juga melihat Pat-kwa
Hiat-kui Han Swie Lim yang menggeletak, melihat Han Hoe-jin, melihat Hi Lay
dan Hi Beng, juga melihat Wie Soe Niang, tapi bukannya dia melompat untuk
melihat keadaan mereka malah dia mengerutkan sepasang alisnya.
"Mengapa begini banyak mayat orang ?" dia menggumam kepada dirinya
sendiri. 177 .
"Tang Soe-heng ..... !" panggil Han Han tetap menangis.
Tang Siu Cauw menoleh pada si bocah, mata orang she Tang itu liar sekali.
Tiba-tiba dia tertawa keras.
"Bocah !" katanya dengan suara yang keras. "Mengapa kau menangis "
Apakah kau tak sebagai laki-laki menangis seperti seorang Sio-cia !"
Han Han jadi melengak, tapi kemudian dia menangis lagi.
"Tang Soe-heng, kau lihatlah.....! " katanya sambil menunjuk. "Penjahatpenjahat itu telah membunuh ayah dan ibu, juga telah membunuh Soe-heng dan
Soe-cie.....!!" Tang Siu Cauw ketawa lagi ha-ha-he-he.
"Mereka membunuh orang-orang ini ?" tanyanya. "Siapa mereka " Aku tak
mengenal mereka "!"
"Tang Soe-heng .....?" si bocah jadi mencelos waktu melihat keadaan Tang
Siu Cauw. "Kenapa kau, Tang Soe-heng?"
Perlahan-lahan Tang Siu Cauw bangun berdiri, dia menatap sekeliling
ruangan itu dengan pandangan mata yang liar.
"Bocah .....! Kita berada di mana " " tegurnya kemudian sambil menoleh
kepada Han Han dan menatap Han Han dengan mata yang jelalatan liar.
Han Han jadi takut melihat mata Tang Siu Cauw, dia sampai mundur. Dia
heran melihat keadaan Tang Soe-heng . .....
"Kenapa kau?" tergetar suara si-bocah.
Siu Cauw ketawa lagi, matanya lebih berkilat aneh, rupanya keadaan di
sekelilingnya sangat asing.
"Kau selalu memanggilku dengan sebutan Soe-heng! Soe-heng ! Sebetulnya
namaku siapa sih "! Oya, siapa namamu bocah?"
Han Han sampai mengeluarkan seruhan tertahan, dia mengawasi Tang Soehengnya itu dengan mata terbentang lebar, dengan air mata mengucur deras
mengaliri pipinya. Ternyata Tang Siu Cauw telah gila!
Harus diketahui karena kepandaian Tang Siu Cauw dan ketiga Soe-teenya
itu masih lemah, maka disebabkan pengaruh suara ketawa Thio See Ciang yang
disertai tenaga Lwee-kang mereka jadi gila. Namun mereka jadi tersadar lebih
dulu, sebab mereka memberikan perlawanan yang tak berarti. Berbeda dengan Patkwa Hiat-kui Han Swie Lim dan Han Hoe-jin, karena mereka mempunyai
kepandaian yang tinggi, maka di diri mereka terjadi golakan yang hebat dan
178 .
mereka mengalami serangan dari suara ketawa dari Thio See Ciang yang disertai
tenaga Lwee-kang itu lebih hebat lagi, sehingga sampai saat itu mereka belum
sadarkan diri. Juga pelayan rumah tangga keluarga Han itu, karena tak mempunyai
kepandaian apa-apa waktu mendengar suara ketawa Kauw-coe Pek Bwee Kauw
yang disertai oleh tenaga Lwee-kangnya, syaraf mereka pecah dan dari hidung
maupun telinga dan mulut mereka mengeluarkan darah! Jiwa mereka seketika itu
juga putus dan menghadap Giam-lo-ong.
Sedang Han Han tak mengalami cidera apa-apa, sebab waktu Thio See
Ciang mengerahkan tenaga Lwee-kangnya itu, si bocah sedang dalam keadaan
pingsan dan menggeletak di lantai tak sadarkan diri, sehingga dia tak mengalami
goncangan apa-apa. Dan disebabkan itulah Han Han terhindar dan akibat suara
tertawa Thio See Ciang yang sangat luar biasa itu.
Pada saat itu, dengan tak terduga Tang Siu Camw telah melompat kearah
Han Han, mencekam di bagian dada si bocah, sehingga si-bocah yang melihat mata
Tang Soe-hengnya itu, dia jadi ketakutan sekali.
"Bocah..... katakanlah!" bentak Tang Siu Cauw. "Siapa namaku" Ha-ha-haha-ha ! Katakanlah bocah, siapa namaku "!" dan Tang Siu Cauw ketawa keras
sekali, menarik baju Han Han erat sekali, sehingga si-bocah merasakan tangannya
sakit sekali, luka di tulang tangannya terasa lagi.
"Tang Soe-heng..... kau..... kau....." tergetar suara Han Han, dia ketakutan
sekali. Kasihan bocah ini, hari ini dia mengalami pukulan bathin yang luar biasa
hebatnya. Dia melihat 'mayat' ibu dan ayahnya yang menggeletak di hadapannya,
juga melihat mayat-mayat yang lainnya.....dan sekarang melihat keadaan Tang
Soa-hengnya begitu menakutkan sekali.....sehingga pecahlah ketabahan si bocah
dia menangis tersedu-sedu.
Melihat bocah itu menangis, Tang Siu Cauw tertawa lebih keras sambil
menggoncang-goncangkan tubuh si bocah. Tapi, sesaat kemudian wajahnya jadi
berubah bengis, dengan tak terduga dia mengayunkan tangannya dan.....'Plaaakkk'!
pipi Han Han telah digaplok, sehingga muka si bocah jadi merah bertapak lima jari
orang she Tang itu. Han Han kaget berbareng sakit, dia sampai mengeluarkan seruhan kaget, dan
'si bocah menangis. Melihat Han Han menangis lagi, Tang Siu Cauw mengayunkan tangannya
lagi akan menggaplok pipi si bocah, tapi ketika sampai di tengah udara, dia
bimbang, sehingga tangannya tetap diudara, tak diturunkan. Dia merasa kenal pada
179 .
bocah itu, tapi entah di mana, dia memutar otak untuk mengingatnya, tapi tetap
saja dia tak dapat mengingatnya. Disebabkan itu, dia jadi uring-uringan dan dia
jadi murka lagi, tangannya diayunkan menggaplok pipi si bocah.
Dengan mengeluarkan suara yang nyaring, pipi Han Han kena dihajar dan si
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
bocah tak dapat mengindarkannya. Dia hanya menjerit kesakitan.
"Siapa kau, bocah ?" bentak Tang Siu Cauw. Wajahnya bengis sekali.
"Tang Soe-heng ..... aku Han-jie .....!" teriak Han Han ketakutan. "Apa
Maaf halaman 9 s/d 18 hilang
kutkan serta mengerikan sekali, si bocah jadi tak berani menghampiri. Han Han
berdiri mematung mengawasi mereka yang sedang menari-nari itu dengan linangan
air mata. Tiba-tiba Pat-kwa Hiat-kui menghentikan tariannya, dia mengangkat
tangannya tinggi-tinggi sambil berseru : "Tahan .....Thian ingin bicara !!"
Semuanya menghentikan tarian mereka dan memandang Pat-kwa Hiat-kui
sambil ketawa ha-ha-he-he.
"Aku adalah Thian dan kalian harus mendengar setiap perintah dan katakataku !!" teriak Pat-kwa Hiat-kui lagi.
"Ya .....!" semua orang-orang gila itu menyahuti sambil tetap tertawa ha-hahe-he.
"Sekarang Thian mau bertamasya ! Apakah kalian mau turut serta ?" tanya
Pat-kwa Hiat-kui lagi. Tampak Hi Beng, Hi Lay, Tang Siu Cauw dan yang lain-lainnya kasakkusuk sambil ketawa cengar-cengir, lalu mereka berseru secara berbareng :
"Setuju.....kami memang ingin ikut Thian untuk bertamasya!!"
"Bagus '" seru Pat-kwa Hiat-kui lagi. "Mari kita berangkat !" dan berbareng
dengan habisnya suara Han Swie Lim, jago she Han yang telah miring pikirannya
itu menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat keluar dengan pesat, diikuti dengan
yang lainnya sambil ketawa haha-hehe.
Hati Han Han mencelos melihat keenam orang itu akan pergi. Dia
mengejarnya sambil berteriak: "Thia ! Ma ! Tunggu ....., Oh, kalian mau kemana ?"
dan dia mengejar terus. Tapi dia hanya seorang bocah yang tak mempunyai
kepandaian apa-apa, maka ketika dia sampai di luar ruangan itu, dia hanya
mendapatkan kegelapan dan dinginnya udara malam. Sedangkan ayahnya, ibunya,
180 .
Tang Siu Cauw, Wie Soe Niang dan Hi Beng serta Hi Lay telah lenyap. Hanya
samar-samar terdengar suara tertawa mereka yang kian menjauh dan akhirnya
lenyap ditelan oleh siliran angin.
Si bocah she Han jadi berdiri menjublek dengan linangan air mata
membasahi pipinya. Dia memandang kegelapan yang ada disekelilingnya, laiu
setelah menyadari apa yang terjadi, si bocah mengeluarkan suara jeritan dan
menjatuhkan dirinya di tanah sambil menangis menggerung-gerung.
Ayahnya telah gila ! Ibunya juga telah gila ! Begitu juga keempat murid
ayahnya, mereka semua telah gila ! Ach,. walaupun ayah dan ibunya masih hidup,
namun mereka telah gila dan Han Han merasakan dirinya seperti juga anak yatim
piatu !! Mengingat begitu, dia jadi menangis sedih sekali, sampai tubuhnya
menggigil tergetar, disebabkan kesedihan yang menguasai dirinya dan juga akibat
dinginnya angin malam menjelang fajar.
Si-bocah menangis terus sampai menjelang fajar, dia meratapi nasibnya.
Berulang kali dia memanggil-manggil nama ayah dan ibunya.
Kasihan bocah itu ! Dalam usia sepuluh tahun, dia telah mengalami pukulan batin yang cukup
hebat. Dia jadi tak tahu harus berbuat bagaimana dan juga dia tak tahu apa yang
harus dilakukannya ! Lagi pula, ke mana dia harus mencari ayah dan ibunya yang
telah gila itu " Seandainya mereka dapat ditemuinya apa yang harus diperbuatnya "
Karena mereka tentu tak dapat mengenalinya lagi sebagai putera mereka.
Dan, saking sedihnya, juga karena letih menangis terus menerus, dan
disebabkan pukulan bathin yang begitu menggoncangkan jiwa bocah itu, maka
setelah mengeluarkan suara keluhan yang panjang, Han Han jatuh pingsan lagi, dia
tak sadarkan diri ..... !
Angin yang sejuk, angin pagi menjelang fajar, menghembus
mempermainkan lembar-lembat rambut si bocah.....suasana di gedung Han Swie
Lim tetap menyeramkan, karena disamping mayat-mayat pelayan-pelayan keluarga
Han itu, juga terdapat mayat Jie Su-ok Ang Bian, Giok Hok-shia Cioe Ie dan
mayatnya orang-orang Pek Bwee Kauw! Bau anyir darah yang memuakkan masih
terus terbawa oleh hembusan angin pagi.....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
181 .
Bab 12 DI SAAT Han Han tersadar, hari telah gelap gulita lagi, telah menjelang
malam lagi. Rupanya bocah ini jatuh pingsan seharian penuh. Pertama-tama yang
diingat oleh si bocah ialah ayah dan ibunya yang telah gila, yang tak waras
pikirannya, terganggu syarafnya. Dia jadi menangis lagi. Ketika dia menoleh ke
sampingnya, dilihatnya mayat Ang Bian, si Jie Su-ok. si jahat nomor dua itu. Han
Han jadi menggigil ngeri, lebih-legih suasana malam itu sangat menakutkan dan
menyeramkan sekali. Siliran angin malam membawa kepenciuman si bocah akan
anyir darah yang memualkan. Si bocah jadi ketakutan, apa lagi waktu dilihatnya di
sekelilingnya tak ada orang lainnya, melainkan mayat-mayat yang
bergelimpangan. Tanpa memikirkan apapun lagi, cepat-cepat si bocah keluar.
Namun waktu dia sampai di muka rumah itu, dia jadi berdiri terpaku dengan air
mata berlinang. Dia tak tahu harus pergi kemana guna berlindung,
"Oh ayah.....ibu !" keluhnya dengan suara tergetar tanpa disadari olehnya,
matanya memandang kegelapan malam. Perlahan-lahan dia menyusuri jalan yang
terbentang di hadapannya, tapi sepanjang jalan dia tak menjumpai rumah penduduk
lainnya, karena daerah itu termasuk daerah terpencil. Hanya suara binatang malam
yang sedang berdendang menemani bocah itu.
Han Han benar-benar putus asa, dia masih berusia saugat muda, sehingga dia
tak tahu apa yang harus dilakukannya. Akhirnya dia hanya menuruti kakinya saja
yang melangkah tanpa tujuan.
Udara malam sangat dingin menusuk tulang, apa lagi pada saat itu
mendekati menjelang musim dingin, maka angin utara bertiup agak santer
menggigilkan tubuh. Han Han sendiri merasakan hawa dingin itu, tapi bocah itu
menguatkan hatinya, dia melangkah terus. Semua ini disebabkan dia jeri dan ngeri
melihat mayat-mayat yang bergelimpangan di dalarn rumahuya itu seorang diri
.....! Akhirnya, ketika mendekati fajar, di saat matahari muncui di ufuk timur,
maka sibocah tiba di muka sebuah hutan. Dia duduk di bawah pohon untuk
istirahat. Matanya agak berkunang-kunang ketika terkena sinar matahari, lebihlebih perutnya juga berbunyi keruyukan karena sejak dua hari yang lalu belum
diisi. Si bocah baru teringat akan perutnya yang lapar itu, dia merogoh sakunya dan
182 .
terdapat beberapa tahil uang emas, namun di daerah terpenctl dan tak ada rumah
penduduk, di mana dia bisa membeli makanan"!
Han Han jadi bingung. Kalau kembali ke rumahnya, terang memakan waktu
satu hari lebih lagi, juga si bocah sangat ngeri melihat mayat-mayat
bergelimpangan. Dia tak berani kembali pulang ke rumahnya yang telah berubah
seperti kuburan yang menyeramkan itu. Maka, akhirnya Han Han memejamkan
matanya sambil berusaha menahan perasaan laparnya.
Lama juga si bocah duduk seorang diri di bawah pohon itu, sedangkan
matahari mulai naik semakin tinggi, sinarnya semakin terik. Tapi, di antara
hembusan angin pagi yang segar itu, han Han dapat mengendus wanginya
semacam daging terbakar. Cepat-cepat Han han berdiri dan pandangannya
mengelilingi tempat itu untuk mencari-cari, kalau saja ada orang yang kebetulan
mempunyai makanan. Dia bisa membelinya dengan uang yang ada padanya.
Tapi Han Han tak melihat orang lain di sekeliling tempat itu, dia jadi
penasaran dan mengendus-endus dengan hidungnya. Bau yang wangi sekali dari
daging bakar semakin merangsang hidungnya, dia berusaha mengikuti asal sumber
dari bau wangi itu. Kiranya, di belakang sebuah pohon tak jauh dari tempat itu, tampak seorang
kakek-kakek tua sedang membakar daging burung. Kakek itu memutar-mutar kayu
pembakar, di mana terdapat seekor burung yang terbakar dan menimbulkan bau
wangi yang luar biasa. Mata si kakek berjanggut putih itu tak berkedip, mengawasi
denan air liur yang menitik membasahi bajunya, rupanya kakek itu sudah tak dapat
menahan seleranya untuk memakan burung bakar itu. Pakaian kakek itu terdiri dari
tambalan-tambalan dan banyak yang sobek di sana-sini, maka orang dapat
menerka, orang itu tentu seorang pengemis.
Cepat-cepat Han Han menghampiri kakek itu, dia berdiri beberapa tombak
dari kakek tersebut dan memandang ke arah si kakek berpakaian seperti pengemis
itu. Entah berapa kali Han Han menelan air liurnya, karena burung yang sedang
dibakar oleh si kakek sangat wangi sekali.
Kakek pengemis itu mengetahui kedatangan Han Han, dia hanya melirik
sedikit saja, seterusnya dia tak memperdulikan si bocah lagi, karena dia repot
dengan burungnya yang menimbulkan bau wangi luar biasa. ..... !
Han Han jadi serba salah, dia bermaksud untuk meminta burung bakar
sebagian dari di kakek, namun sejak kecil dia belum pernah meminta sesuatu
183 .
barang pada orang lain, disebabkan itu, si bocah jadi berdiri ragu dan hanya
menatap ke arah burung bakar si kakek dengan mengiler.
Tak lama kemudian burung itu telah matang, si kakek pengemis telah
mencabut burung bakar itu dari kayu pembakarnya, lalu tanpa memperdulikan
bahwa burung bakar itu masih panas, dia telah menggeragotnya dengan lahap.
Han Han jadi tambah mengiler, lebih-lebih ketika dia menyaksikan cara
makan si-kakek, seperti juga nikmat sekali. Perut si bocah berbunyi beberapa kali
dan dia terpaksa harus menelan air liurnya yang sering menerjang keluar.
Kakek berpakaian pengemis itu seperti juga tak mengacuhkan adanya Han
Han di situ. Dia makan terus seorang diri dengan nikmat burung bakarnya itu, tak
pernah dia menoleh lagi pada Han Han.
Karena wangi burung bakar itu terus-menerus merangsang hidungnya, lagi
pula perasaan lapar mengganggu perutnya dan juga melihat cara makan si-kakek
yang menyebabkan bertambah laparnya si bocah, akhirnya Han Han tak dapat
mengendalikan dirinya. Dia menghampiri kakek berpakaian penuh tambalan itu.
"Loo-pek ....." panggil si-bocah dengan suara ragu, dia memanggil kakek itu
Loo-pek yang artinya paman.
Kakek itu menoleh, dia melihat Han Han dan menunda makannya serta
menyusut bibirnya. "Oh kau pengemis cilik ?" tegur si-kakek itu. "Mau apa kau kemari "
Apakah kau mau minta tulang-tulang burung ini ?" dan si-kakek terus mengunyah
lagi. Han Han jadi menelan air liurnya, perkataan untuk meminta burung bakar
itu jadi batal diucapkannya, karena si-kakek menduganya bahwa dia adalah
seorang pengemis kecil yang akan mengemis-ngemis tulang burung itu! Si bocah
memutar tubuhnya untuk berlalu.
"Biarlah aku lapar ....." pikir si bocah. "Kakek itu terlalu serakah dan rakus
dia menduga aku akan mengemis-ngemis tulang sisa burung itu ! Hu ! Itupun
belum tentu diberikannya ! Lebih baik aku tak membuka mulut. .....!!"
Tapi, baru saja Han Han memutar tubuh, kakek itu telah berkata: "Aduh
enaknya !! Hu, wangi sekali ! !" seru si kakek. "Eh pengemis cilik, kau tak mau
mencobai burung bakarku ini "!"
Penawaran itu membuat perut Han Han jadi berbunyi lagi. Si bocah jadi
berdiri ragu. Di dirinya terjadi semacam kontradiksi yang sulit dipecahkan oleh
184 .
bocah seusia dia. Antara harga diri dan perasaan lapar, perutnya yang selalu minta
diisi itu, karena sudah dua hari tak makan .....!!
Melihat Han Han berdiri membelakangi dan berdiam diri saja, kakek itu
memperdengarkan mulutnya yang mendeci, mengunyah burung itu.
"Pengemis cilik!" panggilnya lagi. "Bagaimana hari ini" Apakah kau
berhasil memungut sedekah orang " Kalau memang kau mempunyai beberapa Chie
dari pecahan uang perak, aku akan membagi burung bakar ini kepadamu !!"
Mendengar itu Han Han jadi gembira, dia cepat-cepat membalikkan
badannya. "Benarkah Loo-pek ?" tanyanya sambil menghampiri.
Si-kakek terus juga mengunyah, sikapnya dingin sekali.
"Hu! Aku belum pernah mendustai orang!" katanya tawar. "Kay-san Jiesian-cie belum pernah menipu orang, apalagi orang semacammu, pengemis dekil
yang tak mempunyai harta !!" dia menggeragoti burung panggangnya itu. "Kay-san
Jie-sian-cie ialah, Dua jari sakti pengemis gunung.
Han Han cepat-cepat mengeluarkan setahil uang emasnya.
"Loo-pek ..... marilah kita saling tukar menukar !" kata si-bocah. "Kau
berikan burung bakarmu itu kepadaku dan aku akan memberikanmu setahil uang
emas ini !!" Mata si kakek berpakaian penuh tambalan itu jadi melirik ke tangan Han
Han. Waktu melihat uang emas yang ada di tangan si bocah, mata si kakek jadi
mendelik, lalu burung panggangnya itu bukannya diberikan kepada Han Han,
malah dilemparkan ke sampingnya, mata si pengemis mendelik.
"Pengemis bau !" gerutunya. "Kau curi dari mana uang sebanyak itu "!"
"Heh ?" Han Han jadi melengak melihat sikap orang. "Kau mengatakan aku
mencuri, Loo-pek " Barang apa yang pernah kucuri dari orang lain ?"
Kakek itu meaunjuk kearah uang mas yang ada di tangan si bocah.
"Kalau bukan dari mencuri, lalu dari mana uang sebanyak itu kau peroleh
"!" tegur si kakek dengan muka yang keren.
"Aku tak mencuri Loo-pek ..... ini uangku sendiri ..... !" suara si-bocah jadi
tak lancar. "Dusta teriak Kay-san Jie-sian-cie. "Jangan kau main-main denganku! Kalau
aku tahu dan terbukti telah melakukan suatu pencurian, maka kau akan kuhukum
berat! Hu ! Kau telah berani melanggar larangan Pang kita !!"
185 .
Si bocah jadi bingung, dia jadi tak bisa menyahuti, hanya mengawasi
pengemis itu dengan mata mendelong,
"Siapa namamu ?" bentak kakek itu lagi.
"Haa Han .....!" si-bocah menyebutkan ?amanya.
"Han Han ?" tegai si kakek heran.
"Yah ! " bocah itu mengangguk.
"Hmmm .....!" Kay-san Jie-sian-cie menggerutu. "Aku belum pernah
mendengar nama itu dan tak pernah mengenal kau" dan dia mengawasi bengis.
"Kau di bawah perintah Cung Tiang-loo atau Sah Tiang-ioo ?"
Si bocah jadi tambah bingung dan heran.
"Apa yang Loo-pek maksudkan "'" tanyanya ragu,
Si kakek mengerutkan alisnya, dia menatap lebih bengis lagi.
"Aku baru pernah melihat seorang bocah bau, pengemis cilik semacam kau
berani kurang ajar terhadap Kay.san Jie-sian-cie ! Tak pernah ada pengemis yang
begitu bertemu denganku tak memberi hormat! Cung Tiang-loo atau Sah Tiang-loo
sendiri kalau bertemu denganku, tentu mereka juga akan memberi hormat padaku
dan jeri padaku ! Heran ! Kau seorang pengemis bau tak mengenal peraturan di
dalam Pang kita !! " dan dia mengawasi si-bocah lagi,
Han Han jadi tambah bingung,
"Tapi aku bukan pengemis, Loo-pek ..... !" bantahnya. "Kalau memang Loopek hanya ingin dihormati dan diberi hormat, aku bersedia, asalkan burung,
bakarmu itu diberikan padaku !!"
Kay-san Jie-sian-cie mendengus.
"Hu ! Kau bukan pengemis ?" tegur Kay san Jie-sian-cie lagi. Lalu kalau
memang kau benar-benar bukan bocah pengemis, mengapa kau mengenakan
pakaian pengemis ". Apakah kau mau menyelundup ke dalam Pang kami ?"
Han Han jadi lebih bingung lagi, dia menundukkan kepalanya memandang
bajunya. Ternyata memang benar perkataan si kakek, terang saja kakek itu
menduga dirinya adalah pengemis, karena pakaiannya telah robek di sana-sini dan
dekil sekali, sebab sudah lima hari tak pernah dicuci.
"Kau berada di bawah pengaruh Tiang-loo mana ?" bentak Kay-san Jie-siancie dengan muka yang bengis. "Kau jangan coba-coba mempermainkan aku !!"
"Aku tak paham apa yang Loo-pek maksudkan ! " kata Han Han cepat. "Aku
benar-benar bukan pengemis, kalau memang Loo-pek tak mau mempercayai, ya
sudah .....! Untuk apa ngotot-ngotot begitu ! Kalau memang kau tak mau
186 .
memberikan burung bakarmu itu dan tak rela membagi padaku, untuk apa kau
pakai cari-cari alasan lainnya"! Sudahlah ..... ! Aku juga tak maui burung bakarmu
lagi ! " dan si bocah benar-benar jadi mendongkol, dia memutar tubuhnya untuk
berlalu, Diduganya kakek itu tentunya seorang yang rakus dan tak mau
membagikan burung bakarnya itu pada dirinya.
Tapi, baru saja dia memutar tubuh, tiba-tiba si bocah merasakan
punggunngnya dicengkeram orang, lalu tubuhnya terapung dan ambruk di tanah
menimbulkan perasaan sakit luar biasa sekali.
Si-bocah cepat-cepat merangkak bangun sambil berteriak marah, dia gusar
sekali, karena dia menduga tentunya si kakek yang telah membantingnya. Dan
memang benar, Kay-san Jie-sian-cie-lah yang telah membanting bocah itu. Kala itu
si kakek tengah bertolak pinggang.
"Kau mau mengatakannya atau tidak kau dari Tiang-loo mana ?" bentak si
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
pengemis dengan suara mengejek, "Kalau kau tak mau menyebutkannya, aku akan
patahkan sepasang kakimu itu, agar seumur hidupmu kau jadi orang bercacad, jadi
pengemis dengan kaki semper! "
Han Han jadi murka, dia melotot pada pengemis itu,
"Pengemis busuk !" bentaknya, "Apa salahku maka kau siksa begini
macam?" "Hmm ..... !" seru Kay-san Jie-sian-cie, "Kau tak mau menyebutkan asalmu,
juga kau tak mau menyebutkan kau di bawah pimpinan Tiang-loo yang mana, serta
uang yang kau miliki itu sudah pasti diperoleh dengan jalan mencuri ! Hu ! Hari ini
Kay-san Jie-sian-cie harus menghukum pengemis kurcaci berkepala batu ! " dia
menghampiri lagi. Han Han gusar sekali, tak hujan tak angin orang telah menghinanya begitu
macam. Tubuh si bocah jadi menggigil. Dia memang tabah dan keras hati, semakin
orang menindasnya dengan kekerasan, dia malah jadi semakin berani. Melihat
kakek berpakaian yang menyerupai pengemis dan mengaku sebagai "Dua jari sakti
pengemis gunung' itu menghampirinya, si bocah bukannya takut malah
mendelikkan matanya memandang kakek itu.
"Pengemis busuk !" makinya. "Kau sendiri sebagai pengemis, mengapa kau
memaksa aku supaya mengaku juga sebagai pengemis ! Kau ambil aturan dari
mana orang harus tunduk padamu, pengemis bau"!"
Melihat keberanian si bocah, pengemis tua itu jadi melengak, tapi dengan
cepat dia telah tersadar kembali. Dia jadi tertawa gelak-gelak saking murkanya.
187 .
Dia memang benar dari Kay-pang, perkumpulan pengemis dan bergelar Kay-san
Jie-sian-cie. Sebetulnya kakek itu she Ang dan bernama Cioe, si-arak merah.
Jangankan Han Han, yang diduganya sebagai pengemis cilik, sedangkan para
Tiang-Ioo, pemimpin-cabang yang telah menggemblok beberapa-karung,
semuanya menghormati dia, malah Pang-coe, pimpinan Kay-pang, juga
mengindahkan dirinya si Ang Cioe ini. Maka itu, dia jadi murka sekali melihat Han
Han malah berani menentang dan pulang balik menggunakan perkataan 'pengemis
bau' atau 'pengemis busuk' untuk dirinya.
"Bocah .....! Kau benar-benar mencari kematian !" bentaknya. "Apakah kau
tak tahu sedang berhadapan dengan siapa "!"
"Hmm !" Han Han meagejek, dia jadi muak pada pengemis tua ini. Karena
dia sudah diperlakukan tak baik oleh Kay-sian Jie-sian-cie, maka si-bocah sudah
tak mau menghormati kakek itu lagi, dia jadi nekad. "Siapa yang mengatakan
bahwa aku tak tahu kau adalah si pengemis bau yang busuk dan tak tahu diri "!"
"Derrrr !!" darah si-pengemis gunung itu naik ke kepala, dia murka sekali
mendengar perkataan Han Han. Dengan mengeluarkan seruan panjang, dia
mendorongkan tangannya kemuka sambil mengerahkan satu bagian tenaga
dalamnya. Tapi hebat kesudahannya bagi Han Han, tubuhaya seperti terdorong
oleh tenaga yang kuat sekali yang tak kelihatan, tubuhaya terpental dan
punggungnya jadi membentur sebuah batang pohon, lalu si bocah ambruk ke tanah
kembali. Han Han jadi menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan
perasaan pening di kepalanya dan menggigit bibirnya untuk menahan perasaan
sakit pada punggungnya. Sebetulnya dia mau menangis, tapi mengingat si
pengemis ada di depannya, walaupun matanya masih berkunang-kunang, dia
melompat berdiri. "Eh pengemis bau ..... pengemis tua bangka yang sudah mau mampus .....
aku akan adu jiwa denganmu !" dan tanpa menunggu habis ucapan itu, dia sudah
menyeruduk ke depan. Kay-sian Jie-sian-cie melihat si bocah menyeruduk ke arahnya, dia ketawa
mengejek dan memasang perutnya, di mana dia telah mengerahkan tenaga Lweekangnya, sehingga waktu kepala Han Han menubruk perutnya itu ..... "Dukkk !"
Masyaallah!! Pandangan Han Han berkunang-kunang, kakinya jadi lemas tak bertenaga,
hampir saja dia jatuh pingsan. Karena tadi waktu dia menyeruduk perut pengemis
188 .
tua itu, tarnyata perut orang keras seperti baja, menyebabkan kepala bocah itu jadi
benjol bertelur. Sambil memegangi benjol di kepalanya itu Han Han berdiri lagi, matanya
masih berkunang-kunang, namun dasarnya si bocah memang keras hati dan tabah,
lagi pula dia mengingat keadaan dirinya yang seperti sudah sebatang kara, kedua
orang tuanya telah gila dan entah kemana, maka dia menjadi nekad dan bermaksud
mengadu jiwa dengan pengemis tua itu.
"Bagaimana " Enak tidak perutku itu ?" ejek Kay-sian Jie-sian-cie sambil
mendeci menghina. Han Han mendelik pada si pengerais gunung itu.
"Hmmm ..... kalau kau tak mau mengatakan kau di bawah pimpinan Cung
Tiang-loo atau Sah Tiang loo, maka aku akan menghukum sesuai dengan hukum
yang berlaku di Pang kita !" ancam si pengeinis waktu melihat Han Han berdiam
diri saja dengan mata melotot. "Bagaimana ..... " Apakah kau tetap tak mau
mengakui Pang kita itu sebagai wadah perkumpulanmu?"
Han Han benar-benar mendongkol. "Hu ! Walaupun aku tak makan, tak nanti aku memasuki perkumpulan
pengemis kalian !" sahut si bocah. "Aturan dari mana kau pakai, maka kau berani
memaksa orang begini macam " Apakah kau tak takut pada wet negara "!"
Mendengar perkataan Han Han, Kay-san Jie-sian-cie ketawa gelak-gelak,
sampai tubuhnya tergoncang.
"Bagus ! Rupanya kau benar-benar kepala batu !" katanya kemudian dengan
suara yang tawar. "Kalau tak diberi hajaran, mungkin kau masih akan bandel terus
menerus! Nah, terimalah ini !" tahu-tahu Han Han melihat jari telunjuk pengemis
itu ada di depan mukanya, dan keningnya telah kena ditotok oleh pengemis itu. Si
bocah merasakan seluruh tubuhnya kesemutan, lalu semacam hawa panas yang
membakar dirinya menerjang di dadanya, sehingga dia jadi bergulingan di tanah
dengan butir keringat dingin membanjiri kening serta tubuhnya. Namun, biarpun
dia tersiksa oleh totokan pengemis itu, tokh dia tak mengeluarkan suara rintihan,
hanya matanya tetap mendelik pada pengemis itu, bibirnya digigit keras-keras
untuk menahan perasaan yang menyiksa itu.
Melihat kebandelan si-bocah, pengemis gunung itu ketawa dingin, namun
hatinya mengakui juga kekerasan hati si bocan.
189 .
Dia jadi kagum. Tadi dia telah menotok jalan darah Ma Kie-hiatnya Han
Han, suatu jalan darah yang menyebabkan golakan hawa Yang, hawa panas,
ditubuh si bocah. "Bagaimana " Apakah kau tetap tak mau membuka,mulut ?" bentak sipengemis.
Han Han mendongkol sekali pada pengemis ini, lebih-lebih dia menyiksa
begitu macam. Dia jadi mempunyai perasaan, bahwa pengemis ini jahat sekali.
Maka itu, saking mendokolnya, juga saking menahan sakit, dia jadi memejamkan
matanya sambil menggigit bibirnya, sampai bibir bawahnya itu berdarah! Butirbutir keringat mengucur di kening dan di tubuhnya.
Si pengemis ketawa dingin, dia mengulurkan tangannya lagi, menotok jalan
darah Yang-lohiatnya si bocah. Inilah hebat, dengan tertotoknya jalan darah itu,
maka jalan darah Thay-yang-hiatnya si bocah terbuka, sehingga hawa panas itu
jadi menerjang menerobos masuk menjalari tubuhnya, si bocah jadi tersiksa benar,
dia seperti dibakar oleh perapian, butir-butir keringat sebesar biji kacang mengalir
keluar. Dari muiutnya terdengar suara 'aaah', 'uhh' yang perlahan sekali, dia
bukannya merintih, tapi saking menahan perasaan yang menyiksa dirinya itu, sibocah tak menyadarinya telah mengeluarkaa suara kesakitan. Akhirnya, ketika
hawa panas itu bergolak lebih hebat, menerjang kearah jalan darah Su Tie-hiatnya,
dia jadi tak dapat menahannya lagi, biar bagaimana dia hanya seorang bocah biasa,
yang tak pernah mempelajari ilmu silat maupun Lwee-kang, maka dengan
dibukanya jalan darah Yang-lo-hiatnya itu, semua hawa kotor itu seperti juga
dilepaskan bebas menerobos kearah jantungnya. Si bocah jadi jatuh pingsan tak
sadarkan diri. Kay-san Jie-sian-cie ketawa mengekeh, dia mengambil buli-buli araknya
yang ada di dekat pohon, lalu dituangkan menyiram muka si bocah.
Karena siraman arak itu, maka Han Hati jadi tersadar. Waktu dia membuka
matanya, perasaan panas yang menerjang di dirinya masih bergolak menyiksa
sekali. Dia mengeluarkan keluhan.
"Bu ..... bunuhlah aku ! Janganlah kau menyiksa aku begini macam !" teriak
si bocah dengan suara tergetar menahan perasaan sakit.
Pengemis gunung itu ketawa rnengejek.
"Kau mau mampus !" tanyanya mengejek, "Enak benar kau bicara !! Hu !
Hu ! Kay-san Jie-sian-cie tak pernah membiarkan orang hukunannya mati dengan
190 .
enak ..... "kalau kau masih tetap membandel dan berkepala batu, aku akan
menghadiahkan kau hukuman yang lebih enak lagi."
Si bocah she Han itu sudah tak tahan akibat totokan si pengemis pada Yanglo-hiatnya, yang menyebabkan terbukanya jalan darah Thay-yang-hiatnya, dia jadi
melompat dan berjingkrak-jingkrak untuk mengurangi hawa panas yang
menggolak di dadanya itu. Muiutnya tak hentinya mengeluarkan suara ha, ha, hu,
hu, dan keadaan si bocah harus dikasihani,
Kay-san Jie-sian-cie mendengus melihat kebandelan si bocah,
"Nih kuhadiahkan lagi kau perasaan yang enak menyegarkan ! " dan dia
menotok So-lay-hiatnya Han Han.
Begitu jalan darah So-Iay-hiatnya kena ditotok oleh si pengemis lagi,
perasaan panas itu bercampur baur dengan hawa dingin yang merangsek ke jalan
darah Thay-yang-hiatnya juga. Inilah hebat, dia hanya seorang bocah, mana kuat
dia menahan serangan dua hawa Im dan Yang, dingin dan panas, secara berbareng,
yang menerobos ke jalan darah Thay-yang-hiatnya" Sedangkan seorang jago silat
yang kosan, kalau jalan. darah Thay-yang-hiatnya dibuka dan ditotok kedua jalan
darah Yang-lo-hiat dan So-lay hiat yang dapat menimbulkan golakan hawa dingin
dan panas, tentu akan semaput dan mati. Maka si bocah sambil berjingkrakjingkrak dengan mata melotot dan mulut bersuara haha, huhu, akhirnya dia rubuh
setelah berteriak; "Pergemis edan ..... pengemis siluman .....!" seterusnya dia tak sadarkan diri.
Si pengemis mendengus, dia murka karena bukannya si bocah menyerah
oleh siksaan itu, malah sebelum pingsan dia masih sempat memaki dirinya dengan
sebutan pengemis edan dan pengemis siluman. Kay-san Jie-sian-cie jadi
mengawasi si bocah yang pingsan tak bergerak, muka Han Han telah berubah
kehijau-hijauan, karena, kedua hawa murni Im dan Yang yang berarti di dalam
dirinya bergolak menerjang-nerjang ke jalan darah Thay-yang-hiatnya. Sekali saja
jalan darah itu kena ditembusi dan menerobos kejalan It-hiatnya, maka biarpun dia
berteman dewa dan memakan obat dewa, jiwa si bocah tak mungkin dapat ditolong
lagi, Kay-san Jie-sian-cie sendiri memahami itu, dia juga telah melihat bahwa
Han Han tak mengerti ilmu silat. Tapi melihat kebandelan si bocah, dia jadi
mendongkol, sebab selama dia berada di-Kay-pang, belum pernah ada orang yang
berani menentangnya, biarpun Pang-coe dari Kay-pang sendiri, dia juga
mengindahkannya. Tapi bocah ini, biarpun telah disiksa setengah mati, dia malah
191 .
memakinya, inilah hebat. Pengemis gunung itu jadi ingin melihat sampai di mana
kebandelan bocah itu. Maka itu, dibiarkannya tubuh Han Han menggeletak
pingsan, tak ditolongnya.
Lama juga si-pengemis menunggu sadarnya si bocah she Han itu sambil
sebentar-sebentar meneguk arak didalam buli-bulinya. Sekali-sekali dia melirik ke
arah Han Han yang masih menggeletak pingsan di sampingnya.
Sesaat lamanya, perlahan-lahan tampak si bocah menggerak-gerakkan
tangannya, lalu dengan mengeluarkan jeritan yang menyayatkan. dia melompat,
bergerak kesana-kemari sambil menjerit-jerit menahan hawa panas dan dingin
yang bergabung bergolak didirinya, kemudian dia rubuh lagi dan jatuh pingsan
pula, Mukanya kehitam-hitaman semu hijau, nyata jiwa si bocah telah sekarat
kalau tak cepat ditolong, maka jiwanya itu akan sulit untuk dilindungi lagi dari
tangan Giam-lo-ong. Kay-san Jie-siau-cie mendengus, dia duduk dan memandang wajah si-bocah
yang telah kehitam-hitaman itu,
Sebetulnya dia juga iba melihat keadaan si bocah, hatinya tergerak, sebab
biar bagaimana, biarpun adatnya aneh, namun dia sebetulnya seorang pendekar
yang. berbudi, yang sering menolong yang lemah dan menghajar si kuat tapi
penindas. Namun disebabkan kejelusan dan kepenasarannya melihat kebandelan
dan ketabahan si bocah, pengemis gunung ini malah jadi mendongkol dan mau
mencoba sampai di mana kebandelan bocah itu. Diangkatnya tangannya,
dituangkan arak dari dalam buli-buli itu kemuka Han Han, sehingga ketika
tersiram oleh cairan yang menyiarkan bau keras memabokkan itu, si bocah jadi
tersadar. Namun, begitu dia membuka matanya, bocah itu merasakan tubuhnya
sangat dingin sekali, seperti juga dirinya direndam dilautan es. Tubuhnya
menggigil dan giginya bercatrukan. Namun, dia tetap tak mengeluarkan suara
rintihan, dia hanya menggigit bibirnya keras-keras, matanya mendelik pada si
pengemis penuh dendam. Dia sudah tak bisa bersuara untuk memaki pengemis itu
lagi. Kay-sao Jie-san-cie mendengus.
"Bagaimana" Apakah kau tetap membandel terus?" tanyanya si-pengemis
agak lunak. "Asal kau mau membuka mulut meminta ampun kepadaku, maka kau
akan kubebaskan dari siksaan itu !"
Namun, bukannya si bocah meminta ampun, dia malah memejamkan
matanya dan membuang muka ke arah lain. Giginya masih bercatrukan karena
192 .
menahan hawa dingin yang bukan main, yang bergolak di dirinya, tubuhnya juga
menggigil. Melihat kebandelan si bocah, si-pengemis Kay san Jie-sian-cie sebetulnya
tadi ingin menolongnya, namun dia jadi membatalkan maksudnya.
"Baiklah ! Rupanya kau benar-benar berkepala batu!" katanya sengit. "Aku
ingin lihat, kau dapat bertahan sampai di mana!" maka si pengemis lalu duduk di
tempatnya semula, meneguk araknya dan tak memperdulikan si bocah lagi.
Yang kasihan adalah Han Han. Dia jadi menggigil terus menerus
kedinginan, karena hawa Im bergolak hebat menerjang ke jalan darah Ie-hiatnya.
Kalau saja serangan hawa Im itu telah dapat menerobos Thay-yang-hiat dan dapat
masuk ke Ie-hiatnya, jangan harap bocah itu dapat hidup terus. Lebih-lebih
sekarang hawa Yang juga bergolak berbareng dengan hawa Im itu, maka siksaan
yang diderita oleh si bocah benar-benar hebat.
Kay-san Jie-sian-cie sendiri heran melihat kekuatan hati dan kebandelan si
bocah. Dia jadi tak mengerti dan sering-sering mengawasi Han Han. Di dalam
hatinya! mau tak mau dia harus mengakui ketabahan bocah itu.
"Tulang yang baik .....!" bisik hati kccilnya. "Bocah semacam inilah kalau
mendapat bimbingan yang hebat, dia tentu akan menjadi seorang jago yang tiada
taranya di bumi ! Akh, sebetulnya dia di bawah pengawasan Tiang-loo mana "
Cung Tiang-loo selalu berlaku keras pada anak buahnya, tentu si bocah kalau
menjadi anak buah Cung Tiang-loo, dia tak mungkin berani berlaku kurang ajar
padaku, sedangkan Sah Tiang-loo juga selalu mendidik anak buahnya dengan
penuh kesabaran dan budi pekerti, sehingga tak mungkin kalau bocah ini menjadi
anak buah Sah-Tiang-loo tak mengenal kesopanan kepada tingkatan yang lebih
tinggi .....! Lalu, kalau bukan Cung atau Sah Tiang loo, jadi si-bocah ini anak buah
siapa?" Kay-san Jie-sian-cie benar-benar bingung, memikirkan asal usul si bocah
yang luar biasa ini, dia jadi tak habis pikir. Berulang kali dia melirik pada si bocah
yang masih menggigil kedinginan menderita disebabkan serangan hawa Im.
Achirnya Kay-san Jie-sian-cie tak tega, dia bangkit berdiri menghampiri si bocah
akan membebaskan dari totokannya yang tadi.
Namun, baru saja dia melangkah satu langkah, di sampingnya, dari balik
semak-semak, terdengar kata-kata : "Omitohoed ! Omitohoed! Bermurah hatilah
pada seorang bocah yang tak berdaya apa-apa!"
193 .
Cepat-cepat Kay-san Jie-sian-cie menoleh dengan terkejut, karena ssbagai
orang berkepandaian tinggi, dia tak mengetahui kehadiran orang itu. Dilihatnya
yang mengucapkan nama Buddha itu seorang laki-laki tua berjanggut putih, dia
berpakaian seperti seorang pendeta, kepalanya juga gundul.
Hanya, baju kebesarannya. itu digambar dengan bermacam-macam bunga,
sehingga walaupun dia berpakaian seorang Hwe-sio, tokh orang akan tahu bahwa
dia hanya seorang Hwe-sio gadungan yang luar biasa.
Tampaknya orang itu telah menghampiri mendekati Han Han, dia
menggeleng-gelengkan kepalanya waktu melihat keadaan si bocah dan menyebut
nama sang Buddha, diulurkan tangannya untuk menotok jalan darah Thay-yanghiat si bocah untuk membendung hawa Im dan Yang yang sedang berusaha
menerobos jaian darah itu, kemudian setelah si bocah terhindar dari kematian, dia
memutar tubuhnya menghadapi si pengemis gunung.
Tadi waktu melihat si Hwee-shio yang berpakaian luar biasa itu, muka si
pengemis gunung telah berubah pucat, dia teringat pada seseorang waktu melihat
lukisan-lukisan bunga yang terdapat di baju si pendeta.
"Kay-sian Jie-sian-cie!" tegur pendeta itu sabar. "Sie-coe terlalu kejam
menyiksa bocah ini melampaui batas ! Apakah Sioe-coe tak dapat turun tangan
agak ringan sedikit kepada bocah yang tak berdosa itu "!"
Muka Kay-sian Jie-sian-cie jadi bero-bah lagi, dia membungkukkan
tubuhnya untuk memberi hormat kepada si-pendeta.
"Apakah aku sedang berhadapan dengan Jiauw Pie Jielay Khu Sin Hoo Loocian-pwee "!" tanya si pengemis dengan suara menghormat.
Pendeta itu menyebut nama sang Buddha lagi, dia mengangguk sabar
wajahnya welas asih. "Ya ..... Pin-ceng memang she Khu dan bernama Sin Hoo !" sahutnya
dengan suara yang sabar. "Apakah kesalahan bocah itu sehingga dia harus
menjalani hukuman yang begitu berat ?"
Kembali Kay-sian Jie-sian-cie membungkukkan tubuhnya memberi hormat
kepada Jiauw Pie Jielay atau si Buddha berlengan seribu.
"Siauw-kay memang telah terlalu menuruti dan mengumbar
kemendongkolan hati!" sahut si pengemis cepat. Siauw-kay ialah si pengemis
kecil. "Siauw-kay memang menyesal telah menyiksa bocah itu melampaui batas
..... tapi Loo-cianpwee ..... dia terlalu kurang ajar sekali, karena walaupun dalam
194 .
satu Pang, tokh kepada orang yang tingkatannya lebih tinggi, dia tak mau berlaku
hormat sedikitpun ..... !!"
"Sian-chay ! Sian-chay !" memuji si pendeta yang mempunyai julukan
Buddha berlengan seribu itu. "Tapi walaupun dia mempunyai kesalahan yang
bagaimana besarpun, Pin-ceng kira tak sepantasnya Sioe-coe membuka jalan darah
Yang-lo-hiat dan So-lay-hiatnya, karena jangankan bocah itu yang tak mempunyai
kepadaian apa-apa seandainya Sie-coe sendiri kalau dibuka kedua jalan darah itu
pada diri Sie-coe, kau tentu akan menemui kematianmu .....!!"
Muka Kay-sian Jie-sian-cie jadi berubah pucat. Dia takut pendeta itu nanti
menotok kedua jalan darahnya itu.
"Ya, ya Siauw-kay memang bersalah !" sahutnya cepat.
''Hmm ..... !" mendengus Hwee-shio itu.
"Pergilah Sie-coe, biarlah tinggalkan bocah itu kepada Pineceng, agar aku
dapat memberikan pengobatan dan rawatan padanya ! Mudah-mudahan jiwanya
masih dapat tertolong!"
Cepat-cepat Kay-san Jie-sian-cie menjura.
"Terima kasih Loo-cian-pwee ..... untuk seterusnya Siauw-kay tak berani
sembarangan menyiksa orang ! katanya cepat, kemudian setelah menjura sekali
lagi, dia memutar tubuh untuk berlalu.
Kay san Jie-sian-cie begitu jeri pada si Hwee-shio, karena dia mengenali
bahwa pendeta itu sebetulnya memang bernama she Khu dan bernama Sin Hoo.
Dia bergelar Jiauw Pie Jielay, si Buddha berlengan seribu. Dialah salah satu di
antara ketujuh jago yang menguasai daratan Tiong-goan, kepandaiannya hanya
sukar diukur. Maka itu, karena mengenal kelihaian orang, Kay-san Jie sian-cie jadi
jeri sekali pada Hwee-shio itu.
Satelah melihat Kay-san Jie-sian-cie berlalu, Khu Sin Hoo membalikkan
tubuhnya, berjongkok di dekat si bocah. Tadi waktu pendeta she Khu itu menotok
jalan darahnya menutup peredaran hawa Im dan Yang, si bocah jatuh pingsan lagi.
Khu Sin Hoo Jauw Pie Jielay mengawasi wajah si bocah, dilihatnya semua
hijau masih belum lenyap dari wajah Han Han, dia jadi menarik napas dan meraba
nadi si bocah. Sesaat kemudian, tampak, dia menggeleng-gelengkaa kepalanya.
Hatinya mencelos. "Aeh ..... Kay san Jie-sian-cie sangat kejam !" gumamnya. "Walaupun tadi
aku keburu menghentikan peredaran jalan darah yang membawa arus Im dan Yang
namun jiwa bocah ini sulit untuk diselamatkan. Kemungkinan kecil dia dapat
195 .
hidup terus ..... barang kali dia hanya dapat hidup selama tiga bulan lagi, nanti
setelah pergolakan hawa Im dan Yang mengaduk isi perutnya, dia akan menemui
kematiannya ..... !" Akhh, kasihan bocah ini ....." dan Khu Sin Hoo menarik napas
lagi. Dia mengurut jalan darah Jwan-sie-hiatnya si bocah, sehingga perlahan-lahan
Han Han tersadar. Waktu dia membuka matanya, dirasakan tubuhnya lemas sekali,
dia memandang sekelilingnya dengan pandangan mata heran.
"Too-tiang ..... kemana pengemis siluman itu ! " tanya si-bocah ketika tak
didapatkan Kay-san Jie-sian-cie di situ. Dia menatap si Hwee-shio.
Si Hwee-shio tersenyum sabar, wajahnya welas asih, dia mengusap kepala si
bocah. "Pengemis siluman itu telah Pin-ceng usir ..... kau tak usah takut lagi nak!"
hiburnya ramah. "Siapakah namamu ?"
Mendengar si Hwee-shio yang menjadi penolongnya, cepat-cepat Han Han
bangkit berdiri, tapi dia telah rubuh lagi, karena dirasakan kedua kakinya lemas
sekali. Untung saja Khu Sin Hoo cepat-cepat menyanggahnya, sehingga dia tak
sampai terbanting. "Jangan bergerak dulu nak ..... istirahatlah, kau masih lemah ..... " hibur Khu
Sin Hoo dengan suara yang sabar.
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
Han Han jadi terharu. Dia memang seorang anak yang perasa, kalau orang
berlaku keras dan kasar padanya, dia akan lebih keras lagi. Bila mati, dia takkan
menyerah. Tapi kalau orang memperlakukan dirinya dengan lemah lembut, maka
walaupun dia harus mengorbankan jiwanya. pasti dia akan mendengar kata-kata
orang itu. Apa lagi sekarang ayah. dan ibunya telah gila dan entah berada di mana,
mendengar suara si Hwee-shio yang penuh kasih-sayang, hati si bocah jadi sedih,
tanpa disadari, dari pelupuk matanya menitik air mata.
Khu Sin Hoo jadi terkejut melihat si bocah menangis, dia meugusap-usap
kepala si bocah, hati orang tua itu jadi terharu, karena dia tahu, kalau si bocah tak
menemui pengobatan yang tepat, paling lama jiwanya hanya dapat bertahan tiga
bulan lagi. "Jangan menangis nak ..... !" katanya dengan penuh kasih-sayang. "Jangan
menangis ..... tak ada orang yang berani menghina dirimu lagi ! Pinceng akan
membelamu!!" Hwee-shio itu sebetulnya bermaksud untuk menghibur Han Han, namun tak
tahunya Han Han jadi menangis lebih keras lagi. Hati si bocah jadi terharu
berterima kasih pada pendeta ini.
196 .
"Entah bagaimana aku harus membalas budi Too-tiang. ..... " kata si-bocah
sesambatan di antara isak tangisnya. "Too-tiang begitu baik padaku .....!! Biarlah,
kalau nanti aku sudah dewasa, aku akan membalas budi Too-tiang itu .....!!"
"Ya, ya, ya ..... pasti kau akan mempunyai kepandaian yang tinggi dan tak
mungkin ada yang berani menghinamu lagi!" hibur si Hwee-shio, pada hal hati
Khu Sin Hoo jadi seperti tersayat, sebab dia tabu, asal si bocah tak memperoleh
pengobatan yang jitu, dia paling lama hidup hanya tiga bulan lagi. Tak lebih dari
itu. Hampir saja orang tua she Khu itu menitikan air mata, tapi dia berusaha untuk
membendungnya. Khu Sin Hoo sendiri heran, merupakan seorang jago yang luar
biasa, itu yang pantang menyerah pada kesengsaraan yang selalu dihadapi penuh
keriangan, juga lawan maupun kawan jeri padanya. Namun sekarang, menghadapi
Han Han, timbul rasa kasih sayangnya pada bocah ini !
Han Han berusaha untuk bangun lagi, dia lalu berlutut di hadapan Khu Sin
Hoo. Hal ini membikin,si Hwee-shio jadi repot untuk membangunkannya.
"Jangan banyak peradatan! Jangan banyak peradatan!" seru Khu Sin Hoo.
"Bangunlah .....!!"
Han Han duduk kembali setelah memanggutkan kepalanya tiga kali.
"Siapa namamu nak ?" taaya Khu Sin Hoo setelah melihat goncangan hati si
bocah agak tenang. "Aku she Han dan bernama tunggal Han menerangkan si bocah. "Siapakah
nama Too-tiang yang mulia, agar aku dapat mengingatnya budi Too-tiang itu?"
Jangan berkata begitu Han-jie .....!" kata Khu Sin Hoo cepat. "Pertolonganku
itu tak berarti apa-apa .....! Oya, mengapa kau bisa sampai mengalami hal demikian
macam ?" Ditanya begitu, Han Han jadi menundukkan kepalanya, wajahnya jadi
muram. Dia lalu menuturkan apa yang telah dialami oleh keluarganya.
"Akh ..... rupanya Gin Tiok Su-seng dan yang lain-lainnya telah datang ke
daerah ini juga .....!" gumam Hwee-shio itu setelah mendengar cerita Han Han. Dia
menarik napas lagi. "Kasihan nasibmu, nak ..... jadi sekarang kau mau menuju ke
mana ?" Hen Han menggelengkan kepalanya.
"Sementara ini aku belum mempunyai tujuan Too-tiang !" jawabnya.
"Entahlah ..... aku juga tak tahu harus pergi kemana !"
Khu Sin Hoo memandang hiba pada si bocah.
197 .
"Kalau begitu kau ikut bersamaku saja!" katanya menawarkan. "Kau setuju
bukan?" Cepat-cepat Han Han menekuk lutut berlutut di hadapan Khu Sin Hoo lagi
dengan gembira. Terima kasih Too-tiang ..... entah bagaimana membalas budi Too-tiang yang
maha besar ini .....!!" katanya.
Khu Sin Hoo cepat-cepat membanguni si bocah, kemudian dengan
bergandengan tangan seorang bocah cilik yang baru berusia sepuluh tahun dengan
Hwee-shio yang sudah lanjut usianya, seorang tokoh silat yang luar biasa,
meninggalkan tempat itu .....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 13 KHU SIN HOO Jiauw Pie Jilay mengajak Han Han bermalam di Sian-liechung, kampung bidadari, yang terletak di tepi sungai Sui-ho. Mereka menginap di
sebuah penginapan kecil yang terdapat di kampung itu, juga Khu Sin Hoo
membelikan Han Han beberapa perangkat pakaian.
Telah dua hari mereka melakukan perjalanan, dan selama itu Khu Sin Hoo
tak melihat adanya tanda-tanda serangan hawa Im-yang di tubuh bocah itu kumat
kembali, walaupun wajahnya masih bersemu kehijau-hijauan.
Tapi menjelang tengah malam, di saat Kho Sin Hoo mau tidur setelah
bersemedi, hatinya jadi mencelos waktu melihat tubuh si bocah mengigil seperti
orang kedinginan. Han Han tidur di pembaringan di seberang, sehingga dia dapat
melihat getaran tubuh bocah itu, walaupun dia tak mendengar suara rintihan si
bocah. Cepat-cepat Khu Sin Ho menghampiri, dia memegang tubuh si bocah dan
dia jadi terkejut, semangatnya terbang. Tubuh si bocah panas seperti api, tapi dia
menggigil seperti orang kedinginan, Khu Sin Hoo telah tahu, inilah gelagat jelek,
hawa Im dan Yang sedang mengamuk di dalam diri si bocah itu, Hwee-shio itu jadi
terharu melihat kekuatan hati si bocah yang tak merintih waktu mengalami
penderitaan semacam itu. 198 .
"Han-jie .....!" terluncur dari bibir Khu Sin Hoo nama Han Han, dia
mengawasi muka Han Han yarg bersemu hitam.
Han Han membalikkan tubuhnya, bibirnya tergetar menahan serangan hawa
Im yang dingin, padahal dirinya panas seperti serangan api, dibakar oleh api
neraka, karena hawa Yang juga sedang mengamuk dirinya. Namun, walaupun
begitu, walaupun sedang mengalami penderitaan yang hebat, si-bocah berusaha
untuk tersenyum dengan bibir yang tergetar.
"Too-tiang ..... aku tak apa-apa, Too-tiang .....!" katanya dengan suara yang
tergetar menggigil dan agak susah. "Pergilah Too-tiang tidur, besok juga hawa
dingin akan lenyap .....!!"
Hati Khu Sin Hoo jadi terharu, dia jadi menitikan butir-butir air mata. Orang
tua she Khu itu tak dapat menahan gejolak hatinya. Dipeluknya si bocah sambil
mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, untuk mengurangi serangan hawa dingin
diperutnya, "Apa yang kau rasakan, Han-jie?" tegurnya penuh kekuatiran,
"Perutku ..... perutku seperti kejang dingin sekali, Too-tiang .....!" sahut sibocah dengan suara yang susah, matanya sayu sekali dan bibirnya tergetar seperti
orang kedinginan, Khu Sin Hoo tak banyak bertanya lagi, dia duduk bersila di pembaringan si
bocah kemudian tangannya ditempelkan pada perut Han Han, dikerahkan tenaga
Lwee-kang Cit Ciat Tie Mo Tin Lwee-keh', suatu ilmu tenaga dalam yang paling
lihai, paling nomor satu .di dalam dunia persilatan, sehingga berangsur-angsur Han
Han merasakan semacam hawa hangat murni menerobos masuk keperutnya dan
perlahan hawa-hawa dingin yang menyiksa itu buyar dari perutnya,
"Bagaimana perasaanmu Han-jie ?" tanya Khu Sin Ho setelah berselang satu
jam lebih, "Agak lebih baik, Too-tiang .....!" sahut si bocah sambil menatap Hwee-shio
itu dengan tatapan mata berterima kasih, '"Ach, aku hanya merepotkan Too-tiang
saja !" Khu Sin Hoo mengulap-ulapkan tangannya memerintahkan supaya Han Han
tak bicara dan dia mengerahkan tenaga 'Cit Ciat Tie Mo Tin Lwee-keh', lalu
setelah berselang satu jam lagi, barulah Han Han dapat tertidur.
Khu Sin Hoo kembali kepembaringannya, dia jadi kasihan pada nasib si
bocah. Juga dia jadi mendongkol pada Kay-san Jie-sian-cie yang telah begitu
kejam menurunkan tangan telengas pada si bocah. Menurut mustinya, kalau orang
terluka di dalam, sebagai seorang jago nomor wahid, Khu Sin Hoo seharusnya
199 .
dapat menyembuhkannya. Lebih-lebih dengan menggunakan 'Cit Ciat Tie Mo Tin
Lwee-keh', walaupun orang terluka parah, dia pasti akan dapat menyembuhkannya.
Namun bedanya, Han Han telah terbuka kedua jalan darahnya yang terpenting,
maka sulit bagi orang she Khu itu untuk mengirimkan tenaga murni pada si bocah.
Karena kalau dia memaksa terus mengirimkan tenaga murni, pintu dari Thay-yanghiat si bocah yang memang sudah terbuka itu akan kebanjiran hawa murni ini dan
akan menerobos masuk ke It-hiatnya, akibatnya akan hebat, bocah itu akan
meninggal. Maka dari itu, Khu Sin hoo tak berdaya untuk mengobati si bocah.
Sampai kentongan ketiga, dia tak dapat tertidur nyenyak, karena orang tua
she Khu itu telah memutar otak untuk mencari jalan keluar bagi penyembuhan sibocah. Terlambat saja pengobatan untuk bocah itu, maka jiwa si-bocah sulit untuk
ditarik pulang dari genggaman tangan Giam-lo ong, si raja akherat. Dia jadi sering
melirik Han Han yang sedang tertidur dan berulang kali Khu Sin Hoo menarik
napas. Sampai mendekati fajar, dia masih tak dapat menemukan jalan untuk
mengobati luka si bocah. Namun, ketika dia mendengar suara kokok ayam yang pertama, tiba-tiba di
kepalanya berkelebat suatu ingatan. Dia ingat seseorang, sehingga dia melompat
duduk sambil menepuk pahanya.
"Ha, benar !" serunya kegirangan. "Dia pasti akan dapat mengobati Han-jie
!!" tapi, sesaat kemudian wajahnya jadi berubah murung kembali. "Tapi ..... apakah
dia mau menolong Han-jie " Sifatnya begitu aneh, selalu angin-anginan, sehingga
sulit untuk diminta pertolongannya, lagi pula kalau memang dia sedang gembira,
baru dia mau mengobati orang, sedangkan kalau dia sedang mendongko1, biarpun
orang itu mati di depannya, tak nanti dia akan menolongnya ! Akh ..... bagaimana
ini harus kupecahkan "!" dan Khu Sin Hoo jadi memutar otak lagi.
Ternyata orang yang diingatnya itu adalah Yan Hoa Piek, salah seorang
tokoh jago silat di antara ketujuh jago luar biasa itu. Karena, selain mempunyai
gelaran Tok Sian Sia atau si-katak berbisa, orang-orang juga memberikan gelaran
Tok-beng-lan-sin-she pada Yan Hoa Piek, karena dia mengerti obat-obatan dan
sangat lihai sekali dalam pengobatannya. Setiap penyakit tak ada yang tak sembuh
di bawah pengobatannya itu. Maka dari itu dia sampai mendapat gelaran Tokbeng-lan-shian-she atau tabib pemulih jiwa. Dan memang kenyataannya, kalau
sedang gembira, Yan Hoa Piek memang sering merolong orang, sering mengobati
laki-laki orang, tapi kalau dia tak mau, walaupun orang menangis darah di depan
mukanya, dia tak nantinya turun tangan menolongnya.' Itulah suatu keanehan sifat
200 .
Yan Hoa Piek. Malah yang meragukan Kbu Sin Hoo ialah, mereka sebagai jagojago dari ketujuh jago luar biasa yang selalu memperebutkan gelar untuk jago
nomor satu, maka kalau dia sampai memohon-mohon pertolongan Yan Hoa Piek,
pamor Khu Sin Hoo akan merosot. Lagi pula itupun kalau memang orang she Yan
itu bersedia untuk menolongnya, tapi kalau seandainya dia tak mau menolongnya.
Khu Sin Hoo terang tak dapat memaksanya, karena kepandaian mereka berimbang,
sama-sama kosen. Sampai terang tanah Khu Sin Hoo masih tak menemukan jalan keluar untuk
menolong Han Han, Akhirnya, orang tua she Khu itu jadi tak tidur semalaman, dia
jadi mengambil keputusan untuk melihat gelagat saja. Kalau memang masih
dilindungi Thian, maka si bocah pasti tertolong dan walaupun nantiuya tak bisa
tertolong juga ..... itu memang; sudah nasibnya Han Han ..... !
Berpikir begitu, Khu Sin Hoo jadi menarik napas dalam-dalam, hatinya
sangat iba memikirkan keselamatan Han Han. Walaupun mereka baru bertemu,
namun Khu Sin Hoo sangat menyayangi si bocah, seperti juga rasa cinta seorang
ayah terhadap puteranya ..... ! Entah mengapa, dia menyukai bocah itu. Cuman
sayangnya, dia telah bersumpah tak akan mengambil murid, maka tak mungkin dia
akan mengangkat si bocah menjadi muridnya. Dia tak bisa melanggar sumpahnya
itu. Siang harinya, Khu Sin Hoo mengajak Han Han menyeberangi sungai Suiho, menyewa perahu Coa Wie Sie. Waktu menyewa perahu orang she Coa itu, di
dalam perahu sudah ada dua orang lainnya yang bermaksud menyeberangi sungai
Sui-ho itu juga. Mereka duduk membelakangi, sehingga Khu Sin Hoo tak dapat
melihat wajah kedua orang itu.
Tapi karena sedang berduka memikirkan luka Han Han, maka Khu Sin Hoo
tak mau memperdulikan kedua orang itu, dia duduk di dekat buritan.
Waktu perahu meluncur perlahan-lahan menyusuri sungai Sui-ho itu, Khu
Sin Hoo menatap air sungai dengan tatapan mata yang bingung, dia melihat buihbuih air yang banyak ditimbulkan oleh geseran badan perahu, dia jadi teringat pada
penghidupan manusia yang menyerupai buih-buih air sungai itu. Lahir, dewasa,
lalu tua dan mati, seperti juga air buih itu yaag akhiraya pecah dan leayap .....
manusia juga akhiraya akan mati, dikubur dan menjadi tanah kembali ..... lenyap
seperti buih-buih air sungai itu!
Mengingat semua itu, Khu Sin Hoo jadi menarik napas, perasaan yang
mengganjel dihatinya agak lenyap sedikit. Dia mulai dapat menguasai dirinya .....!
201 .
Perahu Coa Wie Sie masih meluncur terus menyusuri sungai Sui-ho, tapi di
saat sampai di tengah sungai, dari arah timur tampak mendatangi dua buah perahu
yang bentuknya, berukuran kecil dengan di ujung buritannya menyerupai kepala
naga. Perahu itu meluacur dengan kecepatan penuh, sehingga dalam waktu yang
singkat telah mendatangi kearah perahu Coa Wie Sie.
Melihat cepatnya perahu itu yang meluncur ke arahnya, Coa Wie Sie jadi
gugup, cepat-cepat dia menuju kearah kepala perahunya dan berteriak. "Hei .....
hati-hati !! Jangan jalan secara berendeng begitu, kita akan saling bertubrukan !!"
gugup sekali tampaknya juragan perahu ini.
Tapi tak ada penyahutan dari kedua perahu itu dan tampaknya orang-orang
di kedua perahu berkepala naga itu seperti tak melayani peringatan Coa Wie Sie,
karena kedua perahu itu masih meluncur dengan kecepatan penuh ..... !!
Itulah hebat, kalau sampai terjadi tabrakan, maka kedua kendaraan air itu
akan mengalami kerusakan dan bisa karam. Hal itu menggugupkan sekali Coa Wie
Sie, dia sampai berteriak-teriak sekuat tenaganya.
Tampak di perahu sebelah kanan dari perahu itu muncul seorang laki-laki
dengan muka dipenuhi cabang berewok yang kasar, di pinggangnya tersoren
sebatang golok yang besar. Wajahnya bengis menyeramkan. Dia tertawa keras.
"Thian-san Sian-eng .....!" teriaknya nyaring. "Mengapa kalian seperti nonanona Kang-lam saja " Mengapa sekarang kalian tak mempunyai nyali untuk
menemui kami?" dan kedua perahu itu masih meluncur semakin mendekat. "Kalau
kau tetap tak mau mengunjukkan diri, maka terpaksa kami akan menabrak perahu
kamu itu agar karam .....!!"
Mendengar ancaman itu, kedua orang yang selalu duduk membelakangi
buritan, terdengar mendengus. Dan disebabkan dengusannya itu, Khu Sin Hoo jadi
melirik, tapi tetap saja dia tak bisa melihat wajah orang.
Coa Wie Sie yang jadi lebih gugup, dia sampai berjingkrak ketakutan.
Lebih-lebih ketika kedua perahu itu sudah mendekati, terlihat di ujung dari kepala
perahu itu diperlengkapi dengan tiga ujung besi yang menyerupai besi jangkar,
maka kalau sampai perahu itu bertabrakan, yang akan menderita kerugian adalah
pihak Coa Wie Sie, karena perahunya akan ketabrak karam. Yang lebih hebat lagi,
tepian sungai Sui-ho terpisah cukup jauh, sehingga kalau sampai terjadi tabrakan
itu, mereka akan kelelap di dasar sungai .....!
Khu Sin Hoo jadi melirik kedua orang duduk membelakangi buritan. Tentu
kedua orang itu yang sedang dicari oleh kedua perahu itu. Khu Sin Hoo jadi ingin
202 .
mengetahui, siapa sebetulnya kedua orang itu yang dipanggil sebagai Thian Sianseng.
Sedangkan kedua perahu itu telah meluncur semakin dekat keperahu Coa
Wie Sie, dengan tiba-tiba kedua orang yang duduk membelakangi buritan itu
berdiri, mereka melompat kekepala perahu.
"Kalian dari pihak Mo-in-shia terlalu mendesak kami!" teriak salah seorang
di antara mereka. "Baiklah ! Biarlah hari ini kami adu jiwa dengan kalian !"
Lelaki yang ada di kepala perahu yang baru mendatangi itu kembali tertawa.
"Hmm ..... rupanya kalian memang Enghiong-enghiong yang gagah berani !"
ejeknya. "Bagus ..... ! kami pihak Mo-in-shia memang tak ingin menyeret-nyeret
orang yang tak bersalah. Hai juragan perahu, dekatkan perahu kemari, kau dan
penumpangmu yang lain tak akan kami ganggu seujung rambutpun!"
Kedua orang itu, Thian-san Sian-seng, jadi mendengus lagi. Dia
mengibaskan tangannya kepada Coa Wie Sie.
"Dekatkanlah perahumu pada perahunya ..... kami tak ingin disebabkan kami
kalian mengalami celaka !" setelah berkata begitu, dia menoleh kearah Khu Sin
Hoo, sehingga Khu Sin Hoo dapat melihat wajahnya. Ternyata dia seorang anak
muda yang baru berusia di antara duapuluh empat tahun, potongan mukanya
bersegi empat, tampan sekali, tubuhnya juga gagah, ketika melihat Khu Sin Hoo
hanya seorang tua yang kurus kering itu, dan juga Han Han seorang bocah yang
tampaknya ketolol-tololan, dia jadi tak memperhatikannya lagi.
Coa Wie Sie juga tak berani membantah perintah dari anak muda itu, dia
mendekatkan perahunya kearah mana perahu yang tadi dipanggil oleh anak muda
itu sebagai Mo-in-shia itu. Perlahan-lahan perahu saling merapat dan di kala badan
perahu terpisah tiga tombak, dari kedua perahu berkepala naga itu berlompatan
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
lima sosok tubuh keperahu Coa Wie Sie. Gerakaan mereka ringan sekali, karena
waktu mereka hinggap di perahu orang she Coa itu, perahu tak tergoncang. Semua ini
menunjukkan kelihaian Gin-kang mereka, ilmu entengkan tubuh mereka.
Kelima orang yang baru mendatangi itu ternyata berpakaian sama, berwarna
serba kuning dan celana hijau. Wajah mereka semuanya ditumbuhi janggut yang
kasar sekali. Orang yang tadi pertama muncul di ujung perahu, yang ikut melompat
ke-perahu Coa Wie Sie, telah majukan dirinya menghadapi kedua penumpang
perahu Coa Wie Sie, lalu matanya menyapu seisi perahu, mereka memandang
203 .
sambil lalu pada Khu Sin Hoo, lalu tak memperhatikannya lagi. Dia telah ketawa
dingin pada si anak muda yang dipanggilnya Thian-san Sian-eng itu.
"Bagaimana ..... apakah kau tetap tak mau menemui ketua kami" " tegur
orang bermuka berewok kasar itu.
Kawannya anak muda itu, yang ternyata seorang anak muda juga, mungkin
usianya lebih tua satu-dua tahun dari kawannya, telah ketawa dingin.
"Bukankah telah berulang kali kami katakan, bahwa kami masih mempunyai
sedikit urusan, maka dengan sangat menyesal kami tak dapat memenuhi panggilan
ketua kalian ! " dia menyahuti, "Lain waktu kalau memang kami melalui daerah
kamu ini, kami pasti akan mengunjuk hormat pada ketua kalian ! "
Lelaki berewok itu tersenyum dingin, sedangkan keempat kawannya yang
lain, yang rata-rata mempunyai muka bengis juga, jadi tak enak dilihat.
"Thian-san Sian-eng.....! " bentak laki-laki berewok kasar tersebut.."Apakah
kau benar-benar tak mau memberi muka pada ketua kami?"
Salah seorang di antara kedua anak muda itu, yang lebih mada usianya, telah
mendengus dia berkata dingin "Kami dari pihak Pek Bwee Kauw belum pernah
mengganggu pihak kalian, mengapa hari ini kalian mau mempersulit diri kami " "
tegurnya, nyata dia tak senang akan sikap orang.
Laki-laki berewok kasar itu ketawa dingin, "Pek Bwee Kauw boleh
menjagoi daratan,, tapi di air, jangan harap kalian dapat meloloskan diri dari
kami!" katanya tawar.
"Jadi kalian pihak Mo-in-shia benar-benar mau membentur Pek Bwee
Kauw?" tegur salah seorang Thian-san Sian-eng, suaranya sudah.mulai panas dan
suasana mulai tegang. "Mana berani kami melanggar pihak Pek Bwee Kauw ?" katanya dengan
suara mengejek. "Tapi kalau pihak Pek Bwee Kauw juga bermaksud untuk
mengembangkan saya p dan menguasai pihak kami, maka kalian jangan harap bisa
melakukannya ..... Hu ! Kalian boleh lihai di daratan, tapi di atas air ini, kami ingin
melihat kekosenan orang-orangnya Pek Bwee Kauw!"
Muka Thian-san Sian-eng jadi berubah, mereka mengerutkan sepasang alis
mereka. "Cioe Wie ! " bentak salah seorang di antara mereka. "Walaupun pihak
kalian dari Mo-in-shia menguasai perairan di sini, kami dari pihak Pek Bwee Kauw
belum tentu jeri pada kalian ! Hmm.....jangan kalian coba-coba menyentuh pihak
Pek Bwee Kauw, karena sekali saja kau berbuat kesalahan, Hu ! Hu ! Biarpun
204 .
kalian lari ke-ujung lautan, tetap saja jiwa kamu akan kami kejar.....Pek Bwee
Kauw belum pernah mau menyelesaikan persoalan habis begitu saja !"
Laki-laki berewok .yang dipanggil Cioe Wie atu mendengus, mukanya
berubah jadi tambah bengis,
"Baik !" serunya "Jadi kalian benar-benar tak mau memberi muka pada
ketua kami ! Aku, orang she Cioe, belum pernah memaksa atau melakukan
kejahatan pada masyarakat, Mo-in-shia selalu berbuat kebaikan, tapi kalau menang
kau memaksa juga, maka terpaksa kami harus menyeret kalian menghadap ketua
kami !!" "Boleh saja kalau memang kalian mempunyai kemampuan untuk melakukan
hal itu !!" menyahuti salah seorang Thian-san Sian-eng tawar. "Kami tak bentrok
dengan Mo-in-shia, tapi kalau terpaksa, hmm, hmm, walaupun kaisar, akan kami
tentang juga !!" Muka Cioe Wie jadi berubah hebat, dia berseru nyaring menggeledek, lalu
mencabut golok yang tersoren di pinggangnya.
"Bagus l" serunya murka. "Jadi kau benar-benar tak melihat gelagat !!
Lihatlah!" dan dia menunjuk kearah kedua perahunya, di mana tampak- berpuluhpuluh anak buahnya sebagian tak berpakaian sedangkan yang sebagian lagi
mementang panah, siap untuk dilepaskan. "Begitu aku memberikan perintah, maka
orang-orang kami itu akan terjun ke dalam air dan membor perahu ini, seumpama
kalian pandai berenang, tokh, kalian tak mungkin lolos dari panah-panah kami itu!"
Wajah Thian-san Sian-eng jadi berubah. Mereka juga harus mengakui,
betapa hebat kesudahannya kalau sampai perahu yang ditumpangi mereka itu dibor
oleh orang-orang Mo-in-shia. Mereka memang dapat berenang, namun biar
bagaimana kalau dihujani oleh panah-panah, mereka tentu tak mungkin dapat
menghindari anak-anak panah itu. Lebih-lebih mereka mengetahui bahwa panahpanah dari orang-orangnya Mo-in-shia itu semuanyai beracun.
"Bagaimana " Apakah kau tetap tak mau memberi muka kepada ketua
kami?" tegur Cioe Wie waktu melihat orang bersangsi.. "Bukankah lebih baik
kalau kalian mengikuti kami menghadap pada ketua kami " "
Salah seorang Thian-san Sian-eng ketawa dingin, walaupun hati mereka
agak jeri, namun mereka mendongkol orang memperlakukan mereka demikian
macam. Makas seketika itu juga mereka mengambil keputusan untuk mengadu
jiwa, untuk bertempur mati-matian melawan orang-orangnya Mo-in-shia. itu. Maka
205 .
dari itu, di kala melihat orang mencabut goloknya, salah seorang Thian-san Sianeng tersenyum mengejek.
"Apakah kalian menduga orang-orang Pek Bwee Kauw takut mati ?"
serunya. "Lihatlah .....! " dan tahu-tahu 'Sreett !'. dia mencabut pedang, yang
dilintangkan di depan dadanya. Perbuatannya itu diikuti oleh kawannya yang
seorang lagi. Mereka jadi saling pandang dengan tatapan yang bermusuhan,
memancarkan cahaya mata membunuh.
Khu Sin Hoo yang melihat itu jadi menarik napas.
"Akh..... dari tahun ketahun semakin banyak jago-jago muda yang
bermunculan .....namun umumnya mereka sangat ceroboh serta berangasan sekali!"
pikir Khu Sin Hoo Jiauw Pie Jielay. Dia jadi mengawasi, dilihatnya Cioe Wie
membolang-balingkan goloknya. Keempat kawannya juga telah mencabut golok
mereka masing-masing. "Hari ini, karena terpaksa Mo-in-shia harus membinasakan orang l" seru si
berewok itu. "Nah, jagalah seranganku !!" dia bukan hanya memperingatkan,
karena tangannya telah bergerak dengan cepat, goloknya berkelebat menyambar ke
arah Thian-san Sian-eng yang lebih tua itu. Cioe Wie menyerang dengan tipu 'Kantee Poat-cong" atau 'mencabut bawang ditanah kering!' Serangannya itu cukup
hebat, karena goloknya itu mengarah keleher anak muda itu.
Kedua anak muda ita memisahkan diri yang seorang yang mudaan, telah
melompat untuk melayani keempat kawannya Cioe Wie. Thian-san Sian-eng
menggunakan ilmu pedang Tee Coan Liok Kiam-hoat atau enam ilmu pedang
lingkaran bumi. Hebat gerakan kedua anak muda itu, karena setiap pedangnya
berkelebat, maka jiwa salah seorang itu pasti terancam, sehingga kelima orang
yang mengurungnya itu jadi agak terdesak.
Cioe Wie sendiri di saat goloknya kena ditangkis oleh Thian-san Sian-eng
yang tuaan itu, dia menarik pulang goloknya, lalu dengan mengeluarkan bentakan,
dia menyerang lagi dengan menggunakan jurus 'Seng Heng Touw Coan' atau
Bintang- melintang dan berputar, goloknya menyambar ke dada anak muda itu.
Melihat datangnya serangan itu, si pemuda menangkis, lalu dia berteriak
kepada kawannya yang lebih muda itu: "Sung Ming Soe-tee ..... kalau memang
perlu, marilah kita membuka jalan darah !!"
Anak muda yang dipanggil Sung Ming mengangguk sambil mengayunkan
pedangnya. 206 .
"Begitupun baik, Auw-yang Soe-heng !!" teriaknya. Dan dengan
mengeluarkan seruan, dia menggerakkan pedangnya dengan jurus 'Pay-san-to-hay'
atau 'merubuhkan gunung untuk menguruk lautan', pedangnya seperti juga
runtuhnya gunung, yang berkelebat-kelebat dengan kecepatan yang sulit dilihat
oleh mata, berkelebat kearah keempat kawannya Coe Wie, terdengar berulang kali
benturan senjata tajam mereka, lalu tampak mereka saling berlompatan
menjauhkan diri, kemudian setelah masing-masing melihat senjata mereka,
kembali mereka menerjang maju dan saling tempur lagi.
Anak muda yang satunya lagi, Auw-yang, juga menggerakkan pedangnya
dengan cepat. Dia tak mau kalah dengan Soe-teenya itu, dengan cepat, dia serang
Cioe Wie dengan tiga serangan berantai, masing-masing bernama 'Hwa Liong
Tiam Ceng' atau melukis Naga menitik matanya', lalu disusul oleh 'Loan Yauw Calioe' atau 'membungkukan pinggang menancap Yang-liu, dan yang terakhir dia
menyerang dengan Lian-hoan-toat-beng-kiam' atau Berantai merampas jiwa.
Serangannya yang ketiga inilah yang paling hebat, karena pedangnya itu seperti
juga telah berubah menjadi puluhan batang pedang dan mengincar setiap bagian
penting dan berbahaya di tubuh Cioe Wie.
Cioe Wie sendiri jadi terkesiap melihat hebatnya anak muda itu. Dia
memang sudah mendengar kehebatan Auw-yang tapi dia tak menduganya bahwa
anak muda itu dapat menyerang berantai semacam itu. Maka itu, dia tak tak berani
berayal, dengan cepat dia memutar goloknya, sehingga dia dapat menangkis
serangan-serangan anak muda itu, kemudian, melompat mundur.
"Thian-san Sian-eng ..... !" serunya.
"Apakah kau benar-benar memilih jalan kematian?" tegurnya dengan suara
mengguntur. "Apakah kau benar-benar mau mengambil jalan damai dengan pihak
Mo-in-shia. Anak muda itu sebetulnya bernama Auw-yang Boen, dia ketawa dingin
mendengar pertanyaan orang.
"Hmmm ..... walaupun orang-orang Pek Bwee Kauw terkurung oleh lautan
pedang dan golok, tapi mereka tentu tak akan menyerah pada manusia-manusia
semacam kau !!" katanya dengan suara menghina. "Majulah, aku juga tak akan
berlaku sungkan-sungkan lagi! Jiwamu pasti akan kukirim keakherat !!"
"Jangan kau bicara terkebur, Thian-san Sian-eng ..... !" bentak Cioe Wie.
"Hari ini adalah hari kematianmu, walaupun kau dapat lolos dari tangan kami, tapi
apakah kau dapat lolos dari panah beracun kami ?"
207 .
"Tak guna kita banyak bicara." seru Auw-yang Boen dengan suara yang
keras. "Majulah !!" dan dia sendiri telah menerjang Cioe Wie. Pedangnya
ditusukkan keperut orang, sehingga Cioe Wie terpaksa harus menangkisnya. Suara
dua senjaa itu bentrok terdengar nyaring. Kemudian Auw yang Boen telah
membarengi menyerang lagi dengan jurus 'To Say Kim-chee' atau 'Menyawer uang
emas' pedangnya bergerak cepat sekali.
Berulang kali Cioe Wie terpaksa harus menangkis serangan orang. Dia tahu
Thian-san Sian-eng lihai, tak boleh dibuat main, maka itu, tanpa berayal lagi dia
mengangkat goloknya tinggi-tinggi untuk menangkis, kemudian tangan kirinya
diulap-ulapkan dua kali. Terlihat beberapa orang terjun ke dalam air, itulah anak
buah Cioe Wie yang telah bersiap-siap. Mereka menyelam ke dalam air dan
menuju keperahu dengan maksud membor bagian perahu itu. Inilah hebat, kalau
sampai perahu itu kena dibor tentu mereka yang ada di perahu ini akan ikut karam.
Sedangkan kalau mereka pandai berenang, mereka tak mungkin lolos dari panah
beracun orang-orang Mo-in-shia itu. Disebabkan itu, Auw-yang Boen dan Sung
Ming jadi nekad, mereka bermaksud untuk menawan Cioe Wie, karena dalam
anggapan mereka, memenangkan perang harus merubuhkan panglimanya terlebih
dulu. Maka itu, dengan seruan yang panjang, Auw-yang Boen dan Sun Ming
mengerahkan ilmu pedang Liau Hoan Toat Beng Kiam mereka, menyerang sscara
berantai pada orang-orang Cioe Wie, sehingga mereka jadi terdesak hebat. Yang
benar-benar kewalahan adalah Cioe Wie, sebab dia bertempur seorang diri
melawan Auw-yang Boen, maka itu, di kala orang menyerang dia secara berantai,
maka dia jadi kelabakan juga.
"Sung Ming Soe-tee---!" seru Auw-yang Boen pada adiknya pada suatu
ketika. "Mari kita tangkap orang she Cioe ini !!" dan pedangnya lebih gencar lagi
menyerang Cioe Wie, sehingga benar-benar Cioe Wie keripuhan.
Tapi, biar bagaimana Cioe Wie tetap seorang jago yang cukup kosen, dia tak
menjadi gugup disebabkan keadaannya itu. Dia memutar goloknya untuk
melindungi tubuhnya dari serangan pedang Auw-yang Boen, sehingga terdengar
berulang kali suara benturan senjata tajam mereka. Kemudian dia melompat
keburitan sambil berteriak; "Angin kencang .....!" itulah kata-kata sandi untuk
mereka, yang artinya kabur.
Auw-yang Boen dan Sung Ming jadi gugup melihat orang akan kabur. Kalau
sampai Cioe Wie dan kawan-kawannya terlepas dari tangan mereka, maka
akibatnya akan hebat bagi mereka. Maka dari itu, dengan menjejakkan kaki,
208 .
mereka melesat kearah buritan, namun mereka agak terlambat, karena Cioe Wie
dengan kawan-kawannya telah mengenjotkan tubuh mereka, melompat keperahu
mereka. Auw-yang Boen dan Sung Ming jadi mengeluh, kalau sampai orang-orang
Mo-in-shia itu terlepas, mereka bisa celaka.
Khu Sin Hoo yang menyaksikan sejak tadi jalannya pertempuran antara
Thian-san Sian-seng dan Cioe Wie serta kawan-kawannya itu, jadi menggelenggelengkan kepala. Walaupun kalau dilihat sepintas lalu orang-orang itu
mempunyai kepandaian ilmu silat yang cukup lumayan, tapi tak ada sarinya,
mereka hanya baru mempelajari kulitnya saja .....! Waktu melihat Cioe Wie mau
melarikan diri, Khu Sin Hoo juga jadi berkuatir. Karena biar bagaima, kalau
sampai orang she Cioe itu terlepas, mereka bisa celaka. Perahu yang mereka
tumpangi ini akan tenggelam karam dibor oleh orang-orangnya Cioe Wie. Maka
itu, cepat-cepat Kho-Sin Hoo melompat ke arah buritan, gerakannya gesit sekali,
sehingga orang-orang yang ada di situ tak dapat melihat tegas. Lalu dengan
mengeluarkan bentakan "Tahan !" dia mengulurkan tangannya menjambret
punggung Cioe Wie. Cioe Wie mengetahui datangnya serangan itu dari samberan angin, namun
ketika dia belum tahu apa-apa, tak terduga punggungnya sudah kena dicengkeram
oleh Kho Sin Hoo sampai orang she Cioe itu mengeluarkan seruan tertahan. Lebihlebih ketika dia merasakan dua jalan darahnya tertotok, yaitu Jwan-ma-hiat serta
Khie-keng-hiatnya, seketika itn juga semangatnya lenyap dan tubuhnya jadi lemas
di dalam cengkeraman Khu Sin Hoo.
Pada saat itu Khu Sin Hoo sendiri telah turun di buritan lagi dengan di
tangannya menenteng Cioe Wie.
''Perintahkan orang-orangmu untuk 'menyingkir!" perintah Khu Sin Hoo
dengan suara yang berwibawa. "Nanti Pin-ceng melepaskan kau dalam keadaan
selamat !" Cioe Wie mendelikkan matanya pada orang yang telah menawannya,
dilihatnya bahwa orang itu adalah Hwee-shio yang menjadi penumpang kapal Coa
Wie Sie itu juga. Dia jadi mendongkol dan matanya mendelik bertambah lebar.
Anak buah Cioe Wie jadi terkejut melihat pimpinan mereka kena ditawan
musuh, mereka jadi berseru-seru murka dan akan meluruk ke kapal Coa Wie Sie,
sehingga jurangan kapal itu jadi ketakutan sekali dan bersembunyi di belakang
tiang layar. Apa lagi waktu dilihatnya anak buah Cioe Wie telah mementang
209 .
gendewa dengan anak panah ditujukan kearah kapalnya, tubuh orang she Coa yang
menjadi juragan perahu itu jadi menggigil saking ketakutannya.
Khu Sin Hoo telah meletakkan Cioe Wie di lantai perahu, tapi Cioe Wie
tetap tak dapat bergerak, karena dua jalan darah penting yang berada di tubuhnya
telah ditotok oleh Hwee-shio itu. Itulah yang membikin hati Cioe Wie jadi
mendongkol dan murka, sahingga dia jadi mengawasi Hwee-shio itu dengan mata
mendelik lebar. Khu Sin Hoo telah merangkapkan tangannya sambil menyebut nama sang
Buddha. "Perintahkantah anak buah Sie-coe mundur menjauhi perahu kami !" kata
Khu Sin Hoo sabar. "Nanti Sie-coe pasti kami lepaskan dalam keadaan selamatl"
Cioe Wie tak menyahuti, dia melotot kepada si Hwee-shio. Sedangkan Thian
San Sian-eng telah menghampiri mereka dan memberi hormat pada Khu Sin Hoo.
"Terima kasih atas bantuan Loo-cianpwec .....!" kata mereka hampir
berbareng dan memberi hormat kepada Khu Sin Hoo.
Khu Sin Hoo merangkapkan tangannya membalas pemberian hormat orang.
Dan ketawa sabar. "Tak ada yang perlu diucapkan terima kasih !" kata si Hwee-shio. "Semua
ini kulakukan hanyalah untuk keselamatanku juga ..... tak ada sangkut pautnya
dengan kalian !" Muka Thian-san Siang-eng jadi berubah merah, tapi mereka tak marah dan
tak berani berlaku ceroboh, karena tadi mereka telah melihat kegesitan orang, yang
diduganya tentunya berkepandain tinggi sekali. Mereka menyingkir ketepi perahu.
Khu Sin Hoo telah menuju ke buritan perahu, dia mengnadapi kawannya
Cioe Wie. "Dengarlah!!" teriakuya dengan suara yang n yaring. "Kawan kalian berada
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
di tangan kami, maka jika kalian melakukan suatu tindakan yang merugikan kami,
jiwa kawanmu itu tak terjamin lagi jiwanya !! Menyingkirlah, berilah kami jalan!!"
Kawan-kawan Cioe Wie yang berada di kedua perahu berkepala naga itu
jadi gaduh, mereka ada yang memaki-maki si Hwee-shio, ada juga yang kasakkusuk merundingkan sesuatu. Tapi nyatanya, kedua perahu itu kemudian
menyingkir ke tengah, memberi jalan kepada perahu Coa Wie Sie. Jiauw Pie Jielay
Khu Sin Hoo melambaikan tangannya memanggil juragan perahu she Coa itu,
yang menghampiri dengan tubuh menggigil, Khu Sin Hoo memerintahkan padanya
untuk menjalankan perahunya.
210 .
Coa Wie Sie mengiyakan, dia lalu mengemudikan perahunya lewat di
samping kedua perahu lawan yang telah menghadang perjalaaan mereka. Tubuh
Coa Wie Sie jadi lebih gemetar waktu dia melirik dan kebetulan melihat
pandangan orang-orang yang ada di atas kedua perahu itu yang garang luar biasa.
Dia sampai menundukkan kepala tak berani menatap lagi.
Khu Sin Hoo sendiri telah kembali duduk di samping Han Han. Dia tak
memperdulikan Thian-san Sian-eng, itu sepasang pendekar dari gunung Thian-san.
Auw-yang Boen dan Sung Ming kakak beradik seperguruan itu juga salah
tingkah. Sebetulnya mereka ingin menyatakan terima kasih mereka sekali lagi pada
Khu Sin Hoo karena secara tak langsung Hwee-shio tua itu telah menyelamatkan
jiwa mereka. Tapi melihat sikap Hwee-shio itu yang dingin dan wajahnya yang
murung, mereka jadi tak berani menghampiri. Akhirnya mereka duduk di dalam
tenda. Perahu meluncur terus, sedangkan kedua perahu Mo-in-shia mengikuti dari
belakang dalam jarak tertentu. Khu Sin Hoo melihat itu, dia memerintahkan Coa
Wie Sie untuk mempercepat jalannya perahu. Dengan kegugupan menguasai
dirinya, Coa Wie Sie mengiyakan, lalu menambah kecepatan jalannya kendaraan
air ini .....! Setelah berjalan agak jauh juga, akhirnya Khu Sin Hoo menggapekan
tangannya pada Thian-san Sian-eng.
"Kemari kalian !!" pauggilnya.
Cepat-cepat Thian-san Sian-eng menghampiri, mereka menjura pada Hweeshio itu.
"Ada perintah apakah To-tiang ?" tanya mereka hampir berbareng.
Khu Sin Hoo memang paling aneh sifatnya, kalau dia tak senang dengan
seseorang walaupun orang itu menegurnya dengan cara yang sopan dan manis,
tokh dia tetap tak menyenangi orang itu. Maka itu, waktu mendengar pertanyaan
Thian-san Sian-eng, dia hanya mendengus. Orang tua she Khu ini tadi telah
mendengar kedua anak muda itu bicara terlalu takabur, padahal kenyataannya
kepandaian mereka tak seberapa.
"Tadi kalian menyebut-nyebut tentang Pek Bwee Kauw !" katanya dengan
suara yang dingin. "Kalian pernah apa dengan Thio See Ciang, itu Kauw-coe dari
Pek Bwee Kauw "!"
Mendengar ditanyakannya Thio See Ciang cepat-cepat Auw-yang Boen dan
Sung Ming memberi hormat.
211 .
"Kami adalah bawahan Thio Kauw-coe .....!" mereka menyahuti. "Apakah
Loo-cianpwee sahabat dari Thio Kauw-coe ?" mereka tetap memanggil Loocianpwee, sebab mereka melihat, selain usia Hwee-shio itu sudah lanjut benar, juga
kepandaiannya sangat tinggi sekali. Mereka menyaksikan kepandaian Hwee-shio
itu tadi waktu mencekuk Cioe Wie.
Khu Sin Hoo telah mendengus.
"Hu! Hu! Apakah Thio See Ciang pantas menjadi sahabatku ?" si Hwee-shio
menggumam seorang diri, suaranya tawar.
Auw-yang Boen dan Su Ming jadi melengak. Tadi orang telah membela
mereka, karena itu mereka menduga paling sedikit Hwee-shio ini tentu sahabat
Kauw-coe mereka. Tapi nyatanya sekarang kalau didengar dari nada suaranya, si
Hwee-shio sangat meremehkan Kauw-coe mereka itu. Mereka benar-benar jadi
bingung. "Too-tiang ..... " panggil mereka.
Tapi belum lagi perkataan mereka itu selesai diucapkan, Khu Sin Hoo telah
memotongnya : "Sebetulnya mengapa di antara kalian dengan orang-orang Mo-inshia itu sampai tcrjadi bentrokan?"
"Semua ini disebabkan orang-orang Mo-in-shia gila hormat!" menerangkan
Auw-yang Boen. "Kami kebetulan lewat di daerah mereka, dan mereka telah
meminta agar kami mengunjuk hormat pada ketuanya namun disebabkan cara
mereka kasar, Boan-pwee berdua telah menolaknya. Mereka jadi marah dan
memusuhi Boan-pwee berdua."
Khu Sin Hoo ketawa dingin.
"Mo-in-shia memang bukan suatu perkumpulan yang baik!" katanya
perlahan. "Tapi Pek Bwee Kauw juga tak dapat disebut sebuah perkumpulan yang
baik, karena aku sendiri sering mendengar tentang kekejaman orang-orang Pek
Bwee Kauw yang sering mengganggu ketenangan masyarakar. Di sini, kebetulan
kita berjumpa, aku si-Hwee-shio miskin ingin menasehati, agar setibanya di
daratan, kuminta kalian kembali ke jalan yang benar, tinggalkanlah perkumpulan
Pek Bwee Kauw yang kotor itu. Kulihat dari wajah kalian, kamu berdua masih
muda sekali. Maka dari itu, kalau sampai kalian terjatuh ke dalam tangan Pek
Bwee Kauw dan menjadi anak buahnya, maka hal itu bukanlah akan meajadi bahan
tertawaan orang-orang Kang-ouw !"
Auw-yang Boen dan Su Ming jadi tak tenang, karena si Hwes-shio sangat
cerewet dan memberi nasehat-nasehat yang dirasakan tak perlu oleh orang she
212 .
Auw-yang dan Su Ming. Yang membikin hati mereka mendongkol ialah tentang
peaghinaan kepada Kauw-coe mereka sendiri. Maka dari itu, Auw-yang Boen telah
membungkukan tubuhnya memberi hormat kepada Khu Sin Hoo.
"Too-tiang telah menolong kami, hal itu tentu takkan kami lupakan ..... tapi
sekarang, kalau memang Loocian-pwee mengeluarkan sekali lagi kata-kata
menghina terhadap Kauw-coe kami, dengan sangat menyesal kami harus
mengatakan kepada Too-tiang, walaupun kaisar dan lautan golok, kami takkan
mundur, biarlah kami menebus segalanya dengan jiwa kami !!"
"Jadi apa maksud kalian ?" tegur Khu Sin Hoo dingin, sambil melirik pada
Cioe Wie yang masih menggeletak tak berdaya, karena jalan darahnya tetap
membeku akibat totokan dari Khu Sin Hoo. Perahu Coa Wie Sie juga masih
meluncur terus, diikuti oleh Mo-in-shia dalam jarak tertentu.
Auw-yang Boen ketawa dingin.
"Bagi kami mati adalah biasa .....!" katanya agak berani. "Maka dari itu,
kalau ada orang yang berani menghina perkumpulan kami atau Kauw-coe kami,
biarpun mati, kami akan mernbelanya sampai titik darah kami yang penghabisan!!''
Mendengar perkataan Auw-yang Boen yang bersemangat itu, Khu Sin Hoo
tersenyum tawar. "Hebat! Hebat !!" katanya dengan suara mengejek ..... "Kalian baru
merupakan dua orang bocah bau pupuk, untuk apa bicara begitu sombong di
hadapanku "! " Wajah Thian-san Siang-eng jadi berubah hebat, dari pucat lalu berubah
menjadi merah padam lagi,
"'Siapakah Sian-soe sebenarnya " " tegur Sang-Ming mendongkol.
"Apakah kau benar-benar ingin mengetahui namaku " " tanya si Hwee-shio
sambil ketawa. Sung-Ming mengangguk..
"Yar ..... katakanlah, mungkin kalau memang Sian-soe keberatan, memang
tak menjadi soal, tapi semua ini pasti akan kami laporkan kepada Kauw-coe kami!"
"Bagus!" seru Khu Sin Hoo keras. "Aku, memang ingin sekali-sekali dapat
bertemu dengan Thio See Ciang, agar aku bisa menghajarnya, agar lain kali kalau
dia memilih anak buah lebih hati-hati dan memilih orang yang sopan, tahu etiket
..... ! " Auw-yang Boen jadi menegerutkan sepasang alisnya.
''Bolehkah Boan-pwee mengetahui namai Sian-soe yang besar ?" tanyanya,
213 .
"Hmmm ..... nama besar ! Nama besar !! Apa gunanya nama besar kalau
dalam kenyataannya kita tak mempunyai kepandaian yang tinggi " Untuk apa
semua itu "!" Auw-yang Boen dan Sung Ming jadi tambah mendongkol. Biar bagaimana
mereka adalah anggota Pek Bwee Kauw, maka biar Hwee-shio itu telah menolong
mereka secata lak langsung, tapi kalau Hwee-shio ini berani menghina Kauwcoenya, mereka tentu akan bertempur menerjang Hwee-shio itu.
Melihat kelakuan kedua anak muda itu, kembali Khu Sin Hoo ketawa ewa.
"Orang-orang di dunia persilatan memanggilku dengan sebutan si Khu tua
..... sedangkan namaku Sin Hoo ..... !" menerangkan Sin Hoo dengan suara yang
perlahan. Sikapnya tenang luar biasa.
"Khu ..... Khu Sin Hoo?" tanya Auw-yang Boen dan Sung Ming terkejut.
Walaupun mereka belum pernah bertemu dengan Khu Sin Hoo, tapi mengandalkan
cerita-cerita yang didengar dari orang-orang angkatan yang lebih tinggi dari
mereka, mereka mengetahui kepandaian Khu Sin Hoo sukar diukur. Mereka jadi
menatap bengong pada Hwee-shio tua itu, lalu beralih pada Han Han yang juga
sedang mengawasi mereka, kemudian mereka memandang Khu Sin Hoo lagi,
Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hoo telah ketawa tawar.
"Pergilah kalian mengasoh ..... aku tak mau diganggu lagi!" katanya dingin,
dia mengibaskan lengan bajunya yang kebesaran, sehingga serangkum angin
serangan menerjang Auw-yang Boen dan Sung Ming, membuat kedua anak muda
yang bergelar Thian-san Sian-eng jadi terhuyung ke belakang beberapa tindak.
Mereka jadi kagum cara mengirim angin serangan, .meminjam tenaga luar hal itu
jarang sekali dapat dilakukan oleh jago-jago silat, kafan ssumpa-manya mereka
belum mengetahui dan bisa mengendalikan hawa murni yang berpusat di Tan-tian..... Thian-san Sian-eng jadi tak berani berayal lagi, mereka mengundurkan diri dan
duduk di tempat asalnya yang membelakangi buritan.
Ssbetulnyi nasib kedua orang Pek Bwee Kauw itu masih baik, karena kalau
saja Han Han mengetahui bahwa Kauw-coe dan Pek Bwee Kauw itulah yang
menyebabkan ayah dan ibunya menjadi gila, maka siang-siang jiwa mereka pasti
akan terbunuh di situ juga oleh Khu Sin Hoo. Untung saja si bocah hanya
mengetahui bahwa orang yang mendatangi rumahnya adalah Kim-see Hui Hong,
Bo Tho, Jie Su-ok dan Giok Hok-shia. Sebab itulah, walaupun Khu Sin Hoo
mengetahui jeleknya perkumpulan Pek Bwee Kauw yang sering main hakim
sendiri dan sangat telengas sekali, namun dia tak membunuh orang Pek Bwee
214 .
Kauw itu, dalam anggapannya mereka tentu tak mengetahui segala apa yang
dilakukan oleh Kouw-coe mereka sendiri !! Itulah nasib baik dari Thian-san Sianeng ..... !
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 215 .
JILID VI P ADA saat itu perahu masih meluncur terus dengan diikuti oleh dua
perahunya orang-orang Mo-in-shia, biarpun menguntit terus, tokh kedua
perahu Mo-in-shia tak berani datang dekat, mereka hanya mengikuti dari
jarak yang cukup jauh. Coa Wie Sie. si juragan perahu masih dag-dig-dug hatinya, dia sering
melirik ke arah kedua perahu orang-orang Mo-in-shia yang masih membuntuti
perahunya dalam jarak tertentu, Juragan perahu tersebut jadi gelisah sekali, dia
takut terjadi pertempuran sehingga adanya pertumpahan darah di perahunya, hal ini
akan membuatnya berabe, lagi pula dia takut nanti dirinya raenjadi sasaran
kemarahan orang-orang Mo-in-shia tersebut. Keringat dingin membanjiri kening
dan tubuh juragan perahu she Cioe tersebut.
Dan pemimpin orang-orang, Mo-in-shia, Ciu Wie, yang tertawan oleh Khu
Sin Hoo meringkuk tak dapat bergerak, karena jalan darahnya ditotok oleh Hweeshio itu. Matanya mendelik ke arah Khu Sin Hoo berulang kali dia
memperdengarkan suara dengusannya.
Thian-san Sian-eng yang melihat orang selalu mendengus sambil mendelik,
jadi ketawa mengejek, "Lihatlah Soe-heng !!" kata Song Ming sambil menunjuk Cioe Wie, dia
ketawa mengejek, "Tadi dia galak luar biasa, sekarang mati kutu seperti kerbau
yang akan disembelih, selalu mendengus ..... !"
Auw-yang Boen juga ketawa sambil memandang dengan pandangan
menghina kepada Cioe Wie.
"Ya," dia menyahuti, "Sekarang Mo-in-shia baru memperoleh pelajaran,
bahwa orang-orang Pek Bwee Kauw tak dapat diremehkan ..... !"
Dan, Thian-san Sian-eng ini ketawa mengejek dengan berulang kali
mengeluarkan suara ejekan.
Mata Cioe Wie jadi semakin melotot, dia meludah ke arah kedua anak muda
itu. Namun disebabkan jarak mereka cukup jauh, sehingga ludah itu tak dapat
mengenai Auw-yang Boen dan Sung Ming.
Tetapi hal ini telah membikin Thian-san Sian-eng jadi murka. Mereka tak
mau orang menghina dengan ludahnya itu. Lebih-lebih Auw-yang Boen yang
sifatnya agak berangasan, dia berdiri menghampiri Cioe Wie.
216 .
"Orang sbe Cioe, apakah kau minta dihajar?" bentaknya dengan suara yang
keras. "Apakah kau kira kami orang-orang Pek Bwee Kauw tak berani membikin
kepala terpisah dari tubuhmu yang tak ada harganya itu "! Hmm! Janganlah
membikin Auw-yang Siauw-yamu jadi murka, sekali perasaannya tersingguug,
maka kepalamu itu tak mungkin dapat nempel terus di lehermu !!" Siauw-ya ialah
tuan muda. Cioe Wie ketawa mengejek. Matanya mendelik lebar.
"Apakah kau duga orang-orang Mo-in-shia jeri pada kematian "!" katanya
dengan suara yang aseran. "Kalau memang kau mau bunuh, bunuhlah !!"
"Hmm ..... tak mudah untukmu mampus begitu saja !" menyahuti Auw-yang
Boen sambil ketawa mendecih, ternyata dia sangat meremehkan tawanannya itu.
"Walau pun kau mampus, tokh belum tentu kau dapat ! Kalau kami mau, kau tak
bisa menjadi memedi ! Kami akan memutuskan seluruh urat-urat jalan darah
terpenting ditubuhmu, maka untuk seterusnya, selain ilmu silatmu punah, juga kau
akan menjadi si manusia bercacajang tak ada gunanya !" Hebat ancaman Auwyang Boen, tapi Cioe Wie benar-benar tak jeri pada anak muda ini. Dia malahan
mendengus menghina anak muda she Auw-yang tersebut, kemudian memalingkan
wajahnya tak mau memperdulikan jago Thian-san ini.
Auw-yang Boen jadi mendongkol melihat sikap orang yang tak mau
memperdulikannya itu, dia mengayunkan kakinya menyepak punggung orang she
Cioe itu. "Bangsat! Apakah kau benar-benar mau mampus ?" bentaknya gusar, dia
bukan hanya menyepak saja, tangannya juga bergerak menampar wajah orang she
Cioe yang menjadi tawanannya.
"Plaakkkk!" tangan Auwyang Boen bersarang di pipi Cioe Wie, sehingga
menggusarkan orang she Cioe tersebut. Dia meludahi muka Auwyang Boen,
karena jarak mereka sangat dekat sekali, maka dengan tepat ludah itu mengenai
muka Auwyang Boen. Anak muda she Auwyang tersebut jadi gelagapan untuk sesaat lamanya,
namun di saat dia tersadar apa yang terjadi dia jadi sangat murka sekali.
"Sreettt!" dia mencabut pedangnya, yang sudah lantas terhunus di
tangannya. "Bangsat! Kau benar-benar minta Toaya, tuan besarmu, untuk menghabiskan
jiwa anjingmu ini, heh"!" bentaknya gusar.
217 .
Cioe Wie mendengus, dia tak meladeni, hanya membuang pandangannya ke
arah lain seperti juga tak mengacuhkan anak muda she Auwyang itu.
Hal tersebut menggusarkan Auwyang Boen dia sampai berjingkrak bahna
gusarnya. Kemudian diayunkan pedangnya untuk menabas kepala tawanannya itu,
karena dia sudah mata gelap ......
Melihat itu, Khu Sin Hoo berseru gusar, dia mencelat dan tahu-tahu pedang
anak muda she Auwyang telah dapat direbutnya dan 'plaakkk'! pipi Auwyang Boen
telah kena ditamparnya cukup keras, sehingga tubuh Auwyang Boen terhuyung
beberapa langkah. "Kau ..... kau ..... " Auwyang Boen ingin memaki pendeta yang telah
merebut pedang dan menampar pipinya. Walaupun betul tadi Hwee-shio ini yang
telah menolong keselamatan mereka dari tangan orang-orangnya Mo-in-shia, tapi
sebab pipinya ditampar begitu macam dan lagi pula pedangnya telah dapat direbut
oleh Khu Sin Hoo sehingga anak muda yang cepat naik darah ini murka sekali.
"Hmm bocah! Dengan seenak perutmu kau menyiksa seorang tawananku
.....! bentak Khu Sin Hoo. "Apakah kau mencari mati ?"
Menatap mata Khu Sin Hoo yang bersinar tajam, makian yang telah sampai
ditenggorokkannya jadi ditelan kembali oleh anak muda she Auwyang tersebut dia
jadi keder. "Loo-cian-pwee .....!" achirnya dia berkata juga. "Orang ini sangat kurang
ajar sekali, maka kami rasa dengan memperlakukan padanya dengan cara ini,
seharusnya dia musti mengucapkan terima kasihnya kepada kita. Tapi tokh, orang
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
Mo-in-shia ini benar-benar tak mengenal aturan, dia malah telah meludahi Boanpwee ! Dan hal ini kukira telah keterlaluan, lagi pula orang she Cioe dari Mo-inshia ini telah bosan hidup, dia sangat kurang ajar sekali."
Khu Sin Hoo mendengus dingin, sikapnya tawar sekali,
"Hmm ..... biarpun dia berlaku kurang ajar yang melampaui batas, tapi kau
tak berhak untuk menyiksanya ! Pinceng yang menawannya, sehingga dia menjadi
tawanan Pinceng. Kalau memang kau masih bermaksud ingin menyiksanya, maka
kau harus menghadapiku terlebih dulu !!" angker sekali wajah Hwee-shio ini, dia
menatap muka orang tajam sekali.
Melihat pancaran mata Hwee-shio itu yang bersinar. Auwyang Boen jadi
jeri. Hatinya telah keder lebih dulu, apa lagi tadi Khu Sin Hoo telah
memperkenalkan dirinya, sehingga Auwyang Boen mengetahui bahwa pendeta
218 .
aneh ini berkepandaian tinggi sekali, sangat kosen, sehingga sukat untuk diukur
kelihaian si-Hwee-shio. "Maafkanlah kalau memang perbuatan Boan-pwee tadi telah melancangkan
Sian-soe .....!!" kata Auwyang Boen agak lunak, karena dia agak keder untuk
berhadapan dengan orang lihai ini. "Tapi ..... "
"Tadi Pinceng telah membuka mulut mengeluarkan kata-kata yang
menjamin keselamatan orang tawanan Pinceng itu, maka kalau sampai terjadi
sesuatu yang tak diinginkan, mau ditaruh di mana mukaku ini "!" kata Khu Sin
Hoo mendongkol, dia memotong perkataan anak muda itu. "Nah, ambillah
pedangmu ini !" dau Khu Sin Hoo mengembalikan pedang Auwyang Boen yang
tadi dapat direbutnya. Auwyang Boen menyambut pedangnya itu, dia baru saja mau membuka
mulut untuk mendebat perkataan Hwee-shio itu, tiba-tiba terdengar orang-orang
Mo-in-shia yang berada di dalam kedua kapal di belakang kapal Coa Wie Sie
bersorak keras sekali, tampaknya mereka kegirangan, teriakan mereka juga
menggemuruh. Semua orang yang berada di dalam perahunya Coa Wie Sie jadi heran,
mereka menoleh. Termasuk Khu Sin Hoo, yang juga menoleh sambil mengerutkan
sepasang alisnya. Waktu semua mata ditujukan pada kedua kapal orang-orangnya Mo-in-shia,
wajah semua orang yang berada di dalam perahunya Coa Wie Sie jadi berobah
pucat, malah Auwyang Boen sendiri sampai mengeluarkan seruan kaget, tubuhnya
agak tergetar. Apa yang dilihat oleh orang-orang itu "!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 14 DIANTARA gemuruhnya sorak-sorai orang-orang Mo-in-shia yang ada di
kedua kapal yang mengikuti kapal Coa Wie Sie, tampak meluncur mendatangi
sebuah kapal yang besar dari jurusan muka. Kapal itu diperlengkapi oleh tiga layar
dan di puncak tiang layarnya, berkibar sehelai bendera, dimana terlukis sebuah
tengkorak manusia dan dibawah tengkorak itu, terlukis sepasang pedang yang
219 .
berwarna merah. Kapal itu meluncur mendatangi bagaikan sebuah bayangan
gunung yang menjulang tinggi.
Coa Wie Sie sendiri jadi gemetar ketakutan, wajahnya pucat pasi. Dia takut
perahunya ketabrak oleh kapal itu, perahunya pasti akan hancur berantakan.
Thian-san Sian-eng sendiri jadi pucat wajah mereka waktu melihat kapal itu.
"Mo-in-shia !!" mereka berseru tertahan hampir berbareng. '
Hanya Khu Sin Hoo yang menatap kedatangan kapal besar itu sambil
mengerutkan alisnya, dia mendengus, lalu tanpa memperdulikan semua orang yang
berobah wajahnya menjadi pucat, si-Hwee-shio kembali kedekat Han Han.
"Telah datang kawan-kawannya orang she Cioe yang kita tawan itu!" bisik
Khu Sin Hoo pada Han Han. "Kalau nanti terjadi suatu partempuran, kuminta kau
menyingkir agak jauh .....!!"
"Lihaikah orang-orang yang sedang mendatangi itu, Sian-soe?" tanya Han
Han sambil memandang ke arah kapal besar yang sedang meluncur mendatangi,
bagaikan sebuah gunung raksasa yang bergeser akan menguruk perahunya Coa
Wie Sie. Khu Sin Hoo ketawa tawar.
"Walaupun mereka lihai, belum tentu mereka dapat menghinamu, Han-jie
!!" katanya kemudian sambil mengusap-usap kepala si bocah.
"Sian-soe ..... !" tergetar suara si bocah Han ini, karena hatinya terharu
melihat si Hwee-shio begitu menyayangi dirinya.
Khu Sin Hoo tersenyum lembut, penuh kasih-sayang.
"Kau jangan takut ..... tak nantinya ada orang yang dapat mengalahkan
diriku'!" katanya cepat, dia duga si-bocah sedang ketakutan melihat datangnya
kapal besar itu. "Selama ada aku di sisimu, maka kau jangan kuatir nanti diganggu
orang seujung rambutmupun !!"
Air mata Han Han jadi menitik melihat kasih-sayang Hwee-shio ini kepada
dirinya. "Kau sangat baik sekali, Sian-soe ..... !" katanya dengan suara yang
perlahan. "Entah bagaimana nanti aku harus membalas budimu ini "!"
Kembali Khu Sin Hoo ketawa tawar.
"Kukira hal itu tak perlu dibicarakan Han-jie !' kata Hwee-shio tersebut
tawar. "Budi dan dendam selalu bermunculan di dalam dunia ini, maka kalau
memang seseorang tak menaruh dendam pada seorang lawannya, tentu akan
menaruh budi pada seorang kawannya ! Semuanya memang harus begitu Han-jie,
220 .
tak budi, tak dendam, semuanya sama, kosong tak ada artinya .....! Siapa yang
dapat melenyapkan kedua perasaan tersebut, orang itu akan bahagia ..... "
Han Han mengangguk-anggukkan kepalanya, dia mengerti apa maksud
perkataan Hwee-shio itu. Dia sebagai seorang bocah cilik yang masih berusia
muda sekali, baru berusia sepuluh tahun, telah hidup terlunta-lunta, karena ayah
dan ibunya telah gila dan keempat murid ayahnya juga telah gila pula. Malah, di
hati seorang bocah yang masih suci ini, tersembunyi sebuah dendam yang
menyala, akan menimbulkan kobaran api kekacauan dan kekeruhan nantinya.!
Memang perkataan Khu Sin Hoo benar, manusia yang dapat menghindarkan diri
dari dua perasaan yang disebut dendam dan budi itu, maka hidup orang itu akan
bahagia sekali, beruntung dalam penghidupannya yang tenang.
Pada saat itu kapal yang besar yang meluncur perlahan sekali sudah semakin
mendekat, orang-orang Mo-in-shia yang berada di kedua perahu telah
mendekatkan kendaraan air mereka itu pada kapal besar yang baru datang dan
seorang demi seorang tampak, pindah kekapal besar tersebut.
Wajah Thian-san Sian-eng semakin lama jadi semakin pucat dan tak enak
dipandang. Tangan mereka tampak meraba gagang pedang yang dicekalnya eraterat, siap untuk menjaga segala kemungkinan. Mata mereka dipentaug lebar-lebar
kearah kapal besar yang baru mendatangi itu, sikap mereka gelisah sekali.
Dari kapal besar itu tiba-tiba keluar seorang laki-laki bertubuh pendek kecil,
kepalanya botak, hanya di bagian samping kepalanya yang botak itu ditumbuhi
oleh beberapa helai rambut yang berwarna kuning. Gerakannya mantep sekali,
menyatakan kesempurnaan ilmu si kate itu.
"Hian-san Sian-eng !!" terdengar orang itu, si-kate berteriak nyaring sekali,
karena suaranya itu disertai oleh emposan tenaga dalamnya, Lwee-kangnya. "Kami
dari pihak Mo-in-shia telah secara baik-baik mengundang kalian untuk mengunjuk
hormat pada ketua kami, namun kalian malah telah sesumbar dan membusungkan
dada serta menghina ketua kami dengan mulut kalian yang kotor itu! Hmmm .....
hari ini, sebelum kalian menangis darah, kami dari Mo-in-shia tak mungkin akan
memberi pengampunan bagi kalian !"
Thian-san Sian-eng yang sejak tadi telah gelisah, jadi tambah tak tenang
waktu melihat si kate, karena mereka mengetahui bahwa si-kate adalah Miauw,
Siu, wakil dari ketua Mo-in-shia yang mempunyai kepandaian yang luar biasa
tingginya, si kate terkenal kosen, sebab dia pernah menjatuhkan tiga orang Hweeshio penjaga Tat-mo-tong di kuil Siauw-liem-sie. Di sebabkan hal itu, si kate
221 .
dengan cepat dikenal di dalam rimba persilatan, namanya menjulang cepat sekali,
banyak kawan maupun lawan yang jeri padanya. Dia juga terkenal dengan pukulan
geledeknya, sebab telapak tangannya yang lebih besar dari umumnya kalau
dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang kate, dapat menghajar pecah sepotong
besi yang cukup tebal. "Kau tentu orang she Miauw, bukan ?" tegurnya sambil tertawa tawar.
"Kami memang sudah mendengar nama besarmu itu! E Tapi sekarang, walaupun
kalian mengandalkan jumlah yang banyak, kami orang-orang Pek Bwe Kauw tak
akan mundur satu langkah pun H Majulah, marilah kita bertempur untuk
menentukan siapa yang dapat berdiri di permukaan sungai ini!!"
Si-kate, yang memang Miauw Siu, ketawa mengejek.
"Kalian dua orang bocah yang tak punya guna berani menantangku ?"
tegurnya menghina. "Walaupun kau berlatih lagi sepuluh tahun, belum tentu kau
dapat menyentuh bajuku! Hmm, lebih baik kau pulang saja menyusu lagi pada
ibumu !!" Wajah Sung Ming jadi merah padam, dia jadi murka sekali. Nyata orang tak
pandang sebelah mata pada mereka berdua, padahal Thian-san Sian-eng
mempunyai nama yang cukup besar di dalam kalangan Kang-ouw, maka sekarang,
di kala orang memandang hina pada mereka, tubuh Sung-Ming jadi gemetar
menahan kegusarannya. "Jangan terkebur orang she Miauw!!" Sung Ming balas meneriaki si kate..
"Mungkin juga kepandaianmu setan botak lebih tinggi dari kami satu tingkat, tapi
tokh kami tak takut! Kematian biasa bagi orang-orang Pek Bwee Kauw!! Nah,
majulah, marilah kita bertempur sampai salah seorang di antara kita ada yang
mampus !" "Hmmm ..... Hmmm ..... apakah aku pasti bertempur dengan seorang bocah
yang masih ada bau pupuknya"!" kata si kate mengejek. "Sudah kukatakan tadi,
baiknya kau kembali saja kerumahmu dan mintalah pada ibumu itu untuk menyusu
!!" dan Miauw Siu ketawa besar, sampai tubuhnya yang pendek itu tergoncang
keras. Muka Sung Ming jadi merah padam saking murkanya. karena pulang-balik
orang telah menghinanya begitu macam. Begitu juga dengan Auwyang Boen, dia
gusar sekali, sampai mementangkan mata-matanya lebar mendelik pada si kate itu.
Walaupun Thian san Siang-eng ini mengetahui bahwa mereka bukan
tandingan'Miauw Siu, dan kepandaian mereka masih kalah beberapa tingkat dari si
222 .
kate ini. tapi tokh mereka jadi murka sekali, karena mereka diremehkan oleh si
kate dan tak dipandang sebelah mata.
"Hai kate gundul ..... kalau memang kau mempunyai kepandaian, jangan kau
pentang bacot saja di situ! Majulah. kami tak jeri pada setan penasaran botak
semacam kau !" seru Auwyang Boen gusar. "Sekarang kau merupakan setan botak
kate, nanti kami bikin kau menjadi setan tanpa kepala !" dan sengaja Auwyang
Boen ketawa, dia sengaja ingin membikin hati orang panas.
Benar saja, wajah Miauw Siu jadi merah padam, tubuhnya yang pendek agak
menggigil menahan kegusarannya. Dengan murka, dia menjejakkan kakinya
mencelat dari kapal itu kearah perahu Coa Wie Sie.
"Bocah kurang ajar !" teriak si kate di kala tubuhnya melambung di tengah
udara. "Akan kurobek mulut kotormu itu !" dan berbareng dengan habisnya
perkataan si kate itu, tubuhnya sudah hinggap di buritan perahu Coa Wie Sie,
matanya yang besar itu menyapu semua orang yang ada di perahu Coa Wie Sie.
Hebat gerakan si kate ini, tubuhnya sangat gesit dan lincah, juga
lompatannya tadi sangat enteng sekali, menyatakan ilmu entengi tubuhnya telah
mencapai kesempurnaannya. Malah yang lebih hebat lagi, jarak antara kapal besar
itu dengan perahu Coa Wie Sie terpisah dalam jarak yang cukup jauh, yaitu
sepuluh tombak lebih, tapi tokh si kate ini masih dapat hinggap di perahu orang she
Coa dalam keadaan selamat, malah waktu dia hinggap, tampaknya enteng sekali.
Thian-san Sian-eng melihat kehebatan orang, mereka jadi berdiri bimbang.
Nyata mereka jeri pada si kate ini.
"Hmmm .....!" saat itu si kate telah mendengus dengan suara yang dingin.
"Sekarang biarpun kalian minta jalan hidup, tokh aku tak akan memberikannya!
Bersiap-siaplah uutuk mampus, bocah bau !!"
Thian-san Sian-eng dari jeri jadi nekad, mereka juga bermaksud
mengepungnya. Biarpun kepandaian si kate tinggi dan dia kosen, tapi tokh dia cuman
sendirian, sedangkan Thian-san Sian-eng berdua, dengan jalan mengeroyoknya,
tentu si kate pasti akan dapat dirubuhkannya !
Si kate ketawa dingin melihat orang menjublek mematung saja berdiam diri.
"Cabutlah senjatamu !!" bentaknya dengan suara yang nyaring.
Thian-san Sian-eng tersadar mendengar bentakan si kate itu, dengan
serentak mereka .mencabut pedang mereka masing-masing, mereka juga bersiapsiap untuk menyerang Miauw Siu.
223 .
Miauw Siu menyapu dengan matanya kepada orang-orang yang ada di
perahu ini, matanya berkilat tajam. Kemudian, dia menghadapi Thian-san Sian-eng
lagi. "Hmmm majulah !'' bentak Miauw Siu lagi. "Mengapa kalian berdiri seperti
patung saja " !"
Thian-san Sian-eng jadi tambah mendongkol, dengan mengeluarkan seruan
gusar, Auwyang Boen menusuk si kate dengan pedangnya. Sang Ming juga meniru
perbuatan Soe-hengnya, pedangnya juga berkelebat menyerang si-kate dengan
jurus "Gie-san Tin-hay' atau 'memindahkan gunung dan membalikkan samudera'.
Melihat orang menyerang tanpa sungkan-sungkan; lagi, si kate ketawa pula,
dengan gerakan yang sebat, dia melejit ke kiri, lalu tahu-tahu kakinya melayang
menendang tangan Auwyang Boen dengan gerakan 'Tho-hoa-to' atau gerakan
'tendangan menyapu daun', sedangkan tangan kanannya merabuh tangan Sung
Ming dengan jurus 'Wa Hun Keng Wei' atau 'Sinar surya membuyarkan uap', dia
bermaksud untuk merebut pedang orang.
Auwyang Boen yang melibat orang menyerang dengan cara begitu, cepatcepat dia menyingkir dari tendangan kaki si kate, lalu memutar pedangnya untuk
melindungi tubuhnya. Sedangkan Sung Ming sendiri telah melompat ke samping,
pedangnya ditarik kembali, kemudian disabetkan kearah tangan si kate, bermaksud
untuk menabas patus tangan orang.
Si kate Miauw Siu ketawa dingin, dia bukannya melancarkan serangannya
lagi, melainkan tubuhnya mencelat pesat sekali kearah Cioe Wie, kawannya yang
tertawan. Memang tadi dia sengaja memancing Thian-san Sian-eng dengan
serangannya, dia telah memperhitungkannya dengan menggunakan saat Auwyang
Boen dan Sung Ming mengelakkan serangan, dia akan menolong kawannya yang
tertawan itu. Auwyang Boen dan Sung Ming jadi terkejut melihat kelakuan orang, mereka
sampai mengeluarkan seruan. Cepat-cepat mereka menjejakkan kakinya untuk
mengejar guna menghalangi maksud orang. Sebab, begitu Cioe Wie terbebaskan,
habislah mereka, orang-orang Mo-in-shia akan lebih ganas lagi, perahu yang
mereka tumpangi ini bisa dibikin bobol karam.
Pada saat itu Miauw Siu telah sampai di sisi Cioe Wie, dia mengulurkan
tangannya untuk membebaskan totokan orang. Thian-san Sian-eng yang sedang
melayang di udara, jadi mengeluh melihat itu, karena mereka terlambat
menghalangi perbuatan si kate yang gesit luar biasa itu, mereka jadi gugup dan
224 .
kalau sampai si kate bisa membebaskan totokan pada diri Cioe Wie. Habislah
mereka. Saking gugupnya Auwyang Boen dan Sung Ming sampai mengeluarkan
seruan, sedangkan jarak mereka dengan si kate masih terpisah lima tombak!
Cioe Wei sendiri sedang kegirangan melihat kedatangan si kate botak itu,
sebab dia yakin dirinya akan dibebaskan dari tangan musuhnya itu. Dia jadi lebih
girang lagi waktu Miauw Siu telah berada di hadapannya dan sedang mengulurkan
tangannya untuk membebaskan totokan di dirinya.
"Miauw Loo-keh ! !" kata Cioe Wie girang. "Akhirnya kau datang juga
untuk menolongi Siauw-jin ! !"
Miauw Siu hanya mendengus saja, dia mengulurkan tangannya untuk
membebaskan totokan pada diri Coe Wie.
Namun ..... baru saja tangannya hampir menyentuh tubuh orang she Cioe itu,
serangkum tenaga yang kuat sekali, menyerang dirinya.
Miauw Siu sampai mengeluarkan seruan tertahan, kalau dia meneruskan
tangannya, punggungnya akan terserang, sedangkan tenaga serangan itu kuat
sekali, maka si kate tak berani main-main, terpaksa dia menarik pulang tangannya,
yang tadi diulurkan untuk membebaskan totokan pada diri Cioe Wie lalu diputar
untuk menangkis serangan di belakangnya.
"Dukkk !" terdengar suara yang keras sekali, karena tangan si kate telah
menangkis tangan si penyerang. Beruntun dengan itu, terdengar suara "Kreeekkk !"
yang keras, ternyata lantai perahu yang diinjak oleh Miauw Siu telah pecah, karena
kerasnya tekanan tenaga serangan dan kuatnya si kate menangkis, sehingga
tubuhnya melesak di lantai perahu itu.
Miauw Siu cepat-cepat menarik pulang tangannya dan tubuhnya mencelat
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
menjauhi, untuk menjaga segala kemungkinan. Dia juga heran, karena dia
memperoleh kenyataan orang yang menyerangnya itu sangat lihai sekali. Siapakah
dia" Waktu telah dapat berdiri tetap, Miauw Siu mendelik mementang matanya
lebar-lebar. Di hadapannya berdiri seorang Hwee-shio yang tadi duduk di pojok
perahu itu. Se dangkan saat itu Thian-san Sian-eng telah sampai di situ juga.
"Siapa kau, kerbau gundul ?" bentak Miauw Siu murka, karena dia kena
dihalangi oleh Hwee-shio itu dan menggagalkan rencananya.
Hwee-shio itu ketawa dingin.
"Hmmm ..... kalau aku kerbau gundulnya, maka kau anak kerbau
gundulnya!" dia menyahuti. Mata si Hwee-shio bersinar tajam. "Orang ini adalah
225 .
tawananku, maka kalau memang kau mau merebut orang dari tanganku, kau dapat
merubuhkan Pin-ceng dulu!!"
Wajah si-kate Miauw Siu jadi berubah merah padam, dia mengkerutkan
sepasang alisnya. Walaupun dia sangat murka, tokh dia tak berani sembarangan
bergerak, karena dia tahu Hwee-shio ini lihai sekali.
"Siapakah nama besar Sian-soe ?" tegurnya. "Kami kira, antara Sian-soe
dengan kami dari pihak Mo-in-shia belum pernah saling berhubungan, dan juga tak
pernah bermusuhan ..... mengapa Sian-soe menawan orang kami ini "!"
Hwee-shio itu ketawa dingin.
"Hmmm ..... aku si paderi miskin paling tak mau usil dengan urusan orang
lain !" katanya dingin. "Tapi orang itu ..... di kala dia kalah bertempur dengan
mereka ini ..... " dan Hwee-shio itu menunjuk Thian-san Sian-eng. "dia malah akan
menggunakan akal busuk; akan membobolkan perahu kami ini dan akan
menghujankan kami dengan panah-panah beracun !! Apakah orang-orang
semacam dia ini patut diberi hidup ?"
Miauw Siu, si kate gundul menoleh sekilas pada Cioe Wie, kawannya yang
masih menggeletak tertotok itu, kemudian dia menoleh kepada Thian-san Sian-eng.
Si-kate ini mendengus, barulah dia menghadapi si-Hwee-shio lagi.
"Sian-soe ..... " kata si-kate kemudian. "Kukira dengan Sian-soe Mo-in shia
tak pernah ada sangkutan, maka kalau tokh Cioe Wie mau mengambil tindakan
begitu, kukira Sian-soe tak mungkin terseret-seret ..... "
"Kepalamu gundul, kate!!" bentak Hwee-shio itu, yang ternyata Khu Sin
Hoo, dengan suara yang mengejek. "Apakah kau kira dengan karamnya kapal ini
dan dihujani akan panah beracun, aku si paderi miskin tak akan mampus"! Hu !
Hu! Lidahmu benar-benar tak bertulang .....!!
Wajah Miauw Siu jadi berubah, matanya mencilak memain.
"Jadi apa mau Sian-soe?" tegurnya tak senang.
"Hmmm ..... aku mengingini kalian tetap meninggalkan kawannmu itu untuk
tanggungan, sampai kami mendarat nanti!!" menyahuti Khu Sin Hoo dingin.
Wajah si-kate gundul itu jadi berobah merah, nyata dia gusar sekali.
"Apakah Sian-soe benar-benar tak ingin memberi muka padaku?" tanyanya
keras. Mendengar pertanyaan orang, Khu Sin Hoo , jadi ketawa keras, sampai
tubuhnya tergoncang. 226 .
"Apakah orang semacam, kau kate gundul, perlu diberi muka dan dihormati
" " katanya mengejek. "Biasanya.....si kate adalah penipu, si kate adalah licik, si
kate adalah....." "Tahan.....!!" bentak Miauw Siu gusar dia tak tahan mendengar perkataan siHwee-shio, malah saking gusarnya dia sampai berjingkrak. "Kau adalah orang
beribadat mau apa kau mengeluarkan kata-kata yang dapat melukai perasaan
orang?" "Hmm..... walaupun Loo-lap seorang paderi, tapi Loo-lap tak terikat dengan
segala peraturan, maka itu, kalau memang kenyataannya itu licik, Loo-lap berhak
untuk mengatakannya bahwa si-kate gundul ini licik dan seorang penipu besar.....!
" menyahuti Khu Sin Hoo sambil mendengus mengejek.
Miauw Siu jadi gusar benar, dia mengeluarkan suara bentakkan, tubuhnya
mencelat, kedua tangannya diulurkan untuk menyerang dia menyerang dengan
bengis sekali. Khu Sin Hoo melihat cara menyerang orang, dia ketawa mengejek.
"Hmmm. ..... permainan bangpak semacam ini mau dipertunjukan di
hadapanku?" katanya sambil mengibaskan lengan jubahnya yang kebesaran,
serangkum angin menyerang Miauw Siu.
Hebat kesudahannya ! Miauw Siu merasakan serangkum tenaga serangan yang tak kelihatan, yang
kuat sekali, mendesak dirinya, hati si kate ini jadi mencelos, ia berusaha untuk
mengelakkan namun berhubung tubuhnya sedang berada di udara, maka dengan
tak ampun lagi, serangan tenaga yang kuat dari Khu Sin Hoo telah menghajar
dirinya..... ia mengeluarkan jeritan kaget dan tubuhnya yang pendek cebol itu
melayang lalu kecebur di-sungai, sampai air sungai muncrat naik ke atas!
Orang-orang Mo-in-shia melihat hal ini sampai mengeluarkan seruan kaget,
sedangkan Thian-san Sian-eng bersorak mengejek.
Khu Sin Hoo menoleh menatap Thian-san Sian-eng sambil mengerutkan
sepasang alisnya, kemudian dia memutar tubuhnya dan kembali ketempatnya di
samping Han Han. Pada saat itu Miauw Siu telah ditolong oleh orang-orangnya, dia naik
keperahunya dengan tubuh basah kuyup. Wajalmya merah padam, matanya
mendelik, menyatakan dia sangat murka sekali. Tetapi dia tak berani melompat ke
kapal Coa Wie Sie, sebab dia sekarang mengetahui, Khu Sin Hoo lihai sekali.
Dengan mengibaskan lengan bajunya, si kate memerintahkan orang-orangnya
227 .
untuk menjalankan perahunya. Dalam waktu yang singkat perahu itu telah menjauh
dari perahu Coa Wie Sie dan akhirnya kapal-kapal orang Mo-in-shia meninggalkan
tempat tersebut. Coa Wie Sie dan anak-anak kapal jadi menarik napas lega, juragan perahu
tersebut memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan perahu mereka lagi.
Thian-san Sian-eng juga telah duduk pada tempatnya semula.
Sedang perahu meluncur pesat tanpa rintangan lagi, tiba-tiba Han Han
berdiri dan menghampiri Cioe Wie. Dia berjongkok di samping orang she Cioe itu.
"Loo-pek .....!" kata si bocah ramah.
"Mengapa kau tak duduk saja"!" Han bertanya begitu, sebab dia melihat
orang sejak tadi hanya meringkuk saja.
Cioe Wie mendongkol bukan main, dia duga si bocah ingin
mempermainkannya, maka itu, waktu dia ditanya begitu, dia hanya mendengus.
Han Han heran melihat sikap orang, tapi tokh dia bertanya lagi: "Apakah
disebabkan tadi Loo-pek bertempur terus menerus maka kau lelah sekali.....?"
"Hmmm bocah bau ! Mau apa kau banyak bicara "! Aku orang she Cioe
telah jatuh di dalam tangan kalian, tapi jangan harap aku akan menghiba-hiba
minta ampun.....! Kalau mau bunuh, bunuhlah!"
Han Han heran, dia jadi melengak.
"Heh..... siapa yang mau membunuh Loo-pek ?" tanyanya bingung.
"Sudahlah Loo-pek, tak guna kita saling bermusuhan .....bukanlah lebih baik kita
mengikat tali persahabatan.....bukankah ada pepatah yang mengatakan, semakin
banyak sahabat, semakin bahagia hidup manusia...... Kurasa, antara Loo-pek
dengan Jie-wie Gie-soe (kedua orang gagah) itu tak mempunyai ganjelan hati yang
tak dapat diselesaikan, bukan"!"
Cioe Wie tak mau melayani bocah she Han itu, dia hanya mendengus dan
mengawasi dengan mata mendelik.
Biar Han Han tabah, tokh melihat mata Cioe Wie yang begitu bengis, dia
jadi keder juga. Cspat-cepat dia menghampiri Khu Sin Hoo.
"Tay-soe .....kasihan orang itu !" kata si bocah sambil menatap wajah Khu
Sin Hoo. "Bisakah Tay-soe menolongnya dari penderitaannya itu ?"
Khu Sin H o tersenyum, wajahnya ramah sekali.
"Ya, ya, Han-jie.....!!" katanya cepat.
228 .
"Kukira di antara aku dengan dia tak ada permusuhan, maka karena ini
adalah permintaanmu, mau aku membebaskannya .....!!" Sehabis berkata, benar
saja Khu Sin Hoo berdiri dari duduknya dan menghampiri Cioe Wie.
Thian-san Sian-eng mendengar perkataan Khu Sin Hoo, mereka jadi
terkejut. Malah Auwyang Boen. telah melompat berdiri dan menghampiri paderi
itu yang sedang menghampiri orang tawanannya itu.
"Sian-soe ..... kuharap Sian-soe jangan membebaskan orang she Cioe ini
dulu, sebab begitu orang she Cioe ini memperoleh kebebasannya, kita bisa
berabe.....!!" Khu Sin Hoo mendelik pada Auwyang Boen.
"Kalau memang aku membebaskan juga orang itu, kau mau apa ?" bentak
nya aseran. Wajah Thian-san Sian-eng, Auwyang Boen jadi berubah. Dia jeri melihat
orang mendelik padanya, maka dari itu cepat2 dia menjura.
"Kalau memang Sian-soe ingin membebaskan juga, ya terserah pada Siansoe saja .....!!" katanya dengan suara yang tawar.
Kemudian dia memutar tubuhnya dan kembali ketempatnya.
Khu Sin Hoo hanya mendengus melihat wajah Auwyang Boen, dia tahu
orang penasaran. Tapi dia tak mau memperdulikannya. Sekali menepuk punggung
Cioe Wie, maka orang she Cioe itu telah terbebaskan dari totokannya.
"Orang she Cioe..... kali ini karena memandang muka anak Han, mau aku
membebaskanmu, namun kalau memang kau berbuat sesuatu yang membahayakan
kami, maka aku terpaksa harus turun tangan ! Sebetulnya antara kau dan Loo-lap
tak ada ganjelan apa-apa..... juga terhadap orang-orang Pek Bwee Kauw itu Loolap tak mempunyai hubungan sesuatu apapun, maka kalau memang tak
membahayakan dan mengganggu diri Loo-lap, aku tak mau ikut campur urusan
kalian !!" Cioe Wie tak menyahuti, dia juga tak mengucapkan terima kasih, hanya
bangkit berdiri dengan mata mendelik. Kemudian dia memutar tubuhnya kepada
Han Han, katanya dingin : "Bocah, kau telah melepas budi padaku, maka pada
suatu kali, aku pasti akan membalas budimu itu, sebab aku si orang she Cioe tak
pernah menghabiskan antara budi dan dendam begitu saja !!"
Khu Sin Hoo hanya ketawa dingin saja, karena ia tahu, perkataan Cioe Wie
itu ditujukan untuk dirinya dan Thian-san Siamg-eng, Cioe Wie mau maksudkan
dia tidak akan melupakan budi kebaikan Han Han yang telah meminta kebebasan
229 .
dirinya pada Sin Hoo, juga dia tak akan melupakan dendamnya pada Khu Sin Hoo
dan Tkian-san Sian-eng, karena orang telah merubuhkannya !!"
Perahu meluncur terus, sampai akhirnya menepi dengan selamat.
Khu Sin Hoo mengajak Han Han turun dari perahu itu, begitu juga Cioe Wie
yang telah melompat mendarat begitu perahu sudah mendekat pada tepian. Orang
she Cioe itu sudah lantas kabur.
Thian-san Sian-eng turun belakangan, mereka agak mendongkol pada Khu
Sin Hoo yang telah membebaskan Cioe Wie.
Sedangkan si paderi Khu Sin Hoo telah mengajak Han Han kesebuah rumah
penginapan. Mereka bermalam di situ.
Pada tengah malamnya, penyakit si bocah kumat kembali, dia seperti orang
kedinginan, tubuhnya menggigil dan giginya berkerat-kerot nyaring menahan
perasaan dinginnya itu. Dia sampai dua kali tak sadarkan diri.
Menyaksikan penderitaan si bocah itu, Khu Sin Hoo berduka sekali, Dia tak
dapat memberikan pertolongan kepada bocah itu dia hanya dapat menolong bocah
itu dengan menotok jalan darah Cioe-kie-hiatnya untuk membikin bocah itu
tertidur pulas agar penderitaannya berkurang.
Sedang Han Han tertotok pulas. Sin Hoo mengawasi wajah bocah itu yang
sudah berobah biru gelap, mukanya juga perok sekali, di samping tubuhnya yang
kurus sekali, Berulang kali Kho Sin Hoo menghela napas duka.
?"Usianya masih demikian muda, tapi dia harus mengalami penderitaan
sampai demikian macam..... "pikir paderi she Khu ini. "Hmmm..... semua ini garagara pengemis busuk yang tak mengenal perikemanusiaan.....!!"
Lama Sin Hoo mengawasi wajah Han Han dia merasa iba pada penderitaan
bocah itu. Achirnya, dia menuju kepembaringan dan duduk bersemedi di situ.
Tetapi, belum lagi dia duduk bersemedi sepasangan hio, terdengar suara
rintihan bocah itu. Rupanya disebabkan penderitaan hawa dingin dan panas, im dan
yang, yang mengaduk di dalam tubuhnya, totokan Khu Sin Hoo pada jalan darah
Cioe-kie-hiat si bocah tak membawa paedah banyak.
Si paderi jadi terkejut, dia sampai melompat turun dari pembaringannya dan
menghampiri Han Han. Dipenksanya keadaan bocah itu. Dia heran luar biasa,
karena biasanya kalau dia menotok jalan darah itu akan terbuka dengan sendirinya
selama dua belas jam, tapi anehnya sekarang bocah ini walaupun ditotok perlahan
jalan darahnya itu telah dapat terbuka dengan sendirinya hanya selama
230 .
sepemasangan hio, Hal ini membingungkan Khu Sin Hoo, dia sampai
memeriksanya berulang kali.
Pada saat itu Han Han masih merintih terus dengan gigi berkerot-kerot,
wajahnya berubah-rubah, sebentar merah padam, sebentar lagi berubah menjadi
ungu-gelap. Dia sangat menderita sekali.
Sin Hoo jadi putus asa melihat keadaan bocah mi.
"Apakah dia tak bisa tertolong lagi " " gumamnya dengan "suara-berduka.
"Apakah memang sudah nasibnya harus mati muda"!" dan karena mempunyai
pikiran begitu, dan disebabkan hatinya berduka sekali, maka dia jadi mengawasi
wajah bocah ini dengan air mata berlinang.
Tiba-tiba Han Han membuka matanya, dilihatnya keadaan paderi itu. Hati
bocah she Han ini jadi terharu. Dengan menahan perasaan dingin dan panas yang
mengamuk ditubuhnya, dia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan si
Hwe-shio. "Tay-soe.....kau jangan terlalu memikirkanku ! " katanya dengan suara yang
perlahan. "Aku tahu, semua ini mungkin sudah nasibku, sehingga keadaanku jadi
begini macam ! Tapi.....kukira dalam beberapa hari, penyakitku ini akan
sembuh..... !" dan si bocah berusaha untuk tersenyum, walaupun dengan bibir
tergetar. Dia bermaksud untuk menghibur si paderi yang baik hati ini.
Tapi, bukannya terhibur hati Sin Hoo malah jadi tambah berduka. Hatinya
seperti tersayat-sayat mendengar perkataan bocah itu.
"Ya.....kau pasti akan sembuh !!" dia menyahuti cepat. "Loolap akan
mencarikan obat untukmu !" Dan, setelah berkata begitu, dia membalikkan
tubuhnya dan berjalan kejendela, membuka daun jendela kamar itu, mengawasi
kekelaman malam dengan air mata yang berlinang. Tadi dia mengatakan bahwa si
bocah akan sembuh, ini hanya untuk menghibur hati Han Han. Padahal, paderi she
Khu ini sudah mengetahui, umur si-bocah tak akan lebih dari satu bulan lagi.
Tadinya dia memang menduga bahwa usia bocah itu dapat bertahan selama tiga
bulan, tapi setelah melihat keadaan si bocah she Han yang semakin memburuk,
maka dia mengetahui, jarak waktu sisa umur bocah itu kian pendek, Han Han
mungkin dapat bertahan kurang lebih satu bulan.....!
Han Han sendiri berusaha menguasai diri untuk tak mengeluarkan suara
rintihannya. Dia tak mau membikin paderi itu tambah berduka. Namun karena
hawa dingin dan panas itu, Im dan Yang, yang mengaduk di dirinya semakin hebat,
231 .
akhirnya dia masih juga mengeluarkan suara rintihan .....wajahnya semakin
berubah ungu-gelap. Mendekati menjelang fajar, barulah hawa dingin dan panas yang mengamuk
di tubuh bocah itu agak mereda, sehingga Han Han dapat tertidur.
Malam itu Khu Sin Hoo tak tidur, dia memikirkan keadaan bocah she Han
itu. Tapi, di kala dia mau naik kepembaringan di hatinya telah mengambil suatu
keputusan yang pasti, biar bagaimana dia akan meminta pertolongan Yan Hoa
Piek, itu jago yang bergelar 'Tok Sian Sia' atau 'Si katak berbisa". Karena hanya
Yan Hoa Piek-lah yang mengerti ilmu pengobatan, dan mungkin hanya dia yang
dapat menyembuhkan Han Han.
"Biarlah ! Biar bagaimana akan kupaksa si katak beracun itu untuk
mengobati Han-jie .....soal hina dan merasa rendah dan hancurnya namaku
disebabkan mengemis pada si katak beracun itu tak menjadi soal.....itu urusan
kedua, asal Han-jie dapat tertolong.....! Namun .....di mana aku harus memcari
orang she Yan itu?" Dan, Jiauw Pie Jielay jadi memutar otak terus, sehingga dia
tak dapat tertidur ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 15 MENJELANG lohor Jiauw Pie Jielay mengajak Han Han mengelilingi
dusun itu untuk menyenangi hati si bocah, Juga si paderi membelikan satu
perangkat pakaian baru untuk Han Han, sehingga si bocah she Han jadi terharu
melihat kecintaan si Hwee-shio terhadap dirinya. Dia menghaturkan terima kasih
berulang kali. Khu Sin Hoo juga mengajak Han Han ketempat- hiburan, agar hati si bocah
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
gembira. Ketika mereka sedang berada di jalan Ciong-yan, tiba-tiba dari depan
mereka mendatangi seorang tabib kampung yang sedang berjalan dengan dituntun
seorang bocah, karena dia memang seorang tabib yang sudah tua rentah, dan kalau
tak dibantu oleh si bocah itu yang menuntun tangannya, mungkin dia akan rubuh
terguling ...... Sambil berjalan selangkah-selangkah, mulutnya berteriak: ''Tabib
dewa penyembuh penyakit aneh dan luar biasa ! Tabib dewa penyembuh penyakit
yang sudah lama mengendap di tubuh !! Tabib dewa....." dan tiba-tiba si kakek
232 .
tabib yang sudah tua itu tak meneruskan perkataannya, karena dia telah
melihat'Jiauw Pie Jie-lay Khu Sin Hoo dan Han Han yang mendatangi padanya.
Diawasinya wajah Han Han, sepasang alisnya berkerut.
"Penyakit yang luar biasa ....." pendengaran Sin Hoo yang tajam dapat
mendengar perkataan si tabib waktu dia dan Han Han lewat di dekatnya. "Penyakit
yang aneh luar biasa sekali ! Aha .....kalau tak menemui obat yang sesuai, tak
mungkin bocah itu dapat tertolong."
Khu Sin Hoo jadi terkejut, dia sampai melonjak. Karena sebagai seorang
Kang-ouw yang berpengalaman dan berpandangan luas, maka dia mengerti bahwa
perkataan tabib itu ditujukan untuk dirinya. Maka dari itu, cepat-cepat dia menarik
Han Han menghampiri si tabib tua itu. Jiauw Pie Jie-lay merangkapkan kedua
tangannya. "Sin-she.....benar perkataanmu tadi!
Kalau tak menemui obat yang sesuai, jiwa cucu Loo-lap ini tentu tak
mungkin dapat disembuhkan!!" kata Khu Sin Hoo sambil memandang wajah tabib
itu. Wajahnya luar biasa, sebab matanya sipit seperti mata tikus, kupingnya lebar
seperti kuping babi, mulutnya lebar seperti paso dan hidungnya pesek melesek.
"Dapatkah Sin-she menyembuhkan penyakit cucuku ini
Tabib itu ketawa tawar. "Apa susahnya menyembuhkan penyakit yang sedang di derita oleh cucumu
itu ?" tanyanya dengan suara yang dingin. "Asal kau berani memenuhi syarat yang
akan kukatakan, mungkin cucumu itu akan tertolong !!"
"Syarat-syarat apakah yang Sin-she minta?" tanya Jiauw Pie Jielay, dia
melihat lagak orang yang luar biasa, maka mau dia menduga tabib ini adalah
seorang yang berkepandaian tinggi yang sedang menyamar menjadi seorang tabib.
"Syarat-syarat yang akan kuminta tak berat !!" menyahuti tabib itu dengan
suara yang tetap dingin, lalu dia menoleh pada bocah yang berusia tujuh tabun,
yang.menuntunnya. "Bukankah begitu Tie-jie ?"
Si bocah yang dipanggil Tie-jie, anak ayam, mengangguk membenarkan
perkataannya si-tabib itu.
"Benar Sin-she.....!" dia malah menyahuti.
"Sebutkanlah syaratmu itu Sin-she, kalau memang dapat kulakukan, aku
pasti akan melaksanakannya dan memenuhi syarat-syarat yang kau ajukan itu !!"
kata Khu Sin Hoo cepat. 233 .
"Hmmm. ..... apakah perkataanmu dapat dipercaya "!" tegur si tabib sambil
nyureng mengawasi wajah Khu Sin Hoo.
Jiauw Pie Jie-lay jadi mendongkol, biasanya dia paling tak senang orang tak
pandang mata padanya, dia memang aseran, maka sudah sering orang yang
mengeluarkan kata-kata tak enak di telinganya itu disiksa setengah mati oleh
paderi ini. Namun karena sekarang dia sedang berduka disebabkan penyakit yang
diderita oleh Han Han, sehingga dia membutuhkan pertolongan tabib itu, maka
mau dia berlaku sabar. "Seumur hidupku belum pernah kulanggar janjiku !! Kalau memang aku tak
menepati janji dan kesanggupanku pada syarat-syaratmu itu, kau boleh
mentertawakan aku sebagai seorang yang hina-dina!!"
Tabib itu ketawa mengejek.
"Hu, hu, bicara memang enak." katanya "Tapi kalau sampai terjadi hal itu,
paling-paling kau mengangkat bahu dan mengatakan tak tahu ! Lagi pula kulihat
kau berkepandaian tinggi, maka mustahil kau tak dapat mengobati psnyakit bocah
yang menjadi cucumu itu"! Bukankah dalam bidang Pengobatan tak begitu sulit " "
Sin Hoo mengawasi orang dengan terkejut dia jadi menduga-duga, siapakan
tabib itu" Yang membikin bingung Sin Hoo ialah, mengapa orang dapat
mengetahui dia paham ilmu silat"!
"Loo-lap tak mengerti dalam bidang pengobatan, maka dari itu tak dapat
Loo-lap mengobati penyakit cucuku ini !!" menerangkan Khu Sin Hoo cepat. "Dan
kuminta shinshe menolong selembar jiwa cucuku ini !"
Malah begitu habis berkata, Jiauw Pie Jie-lay menjura pada tabib itu,
padahal sebelumnya, tak pernah dia menghormati seorang manusiapun di atas
permukaan bumi ini!! Maka, hebatlah Khu Sin Hoo ini, sebab dia rela
mengorbankan harga diri dan kehormatannya, asal tabib itu mau menolong
panderitaan Han Han yang disebabkan oleh pengemis Kay-pang yang menyiksa
bocah ini melampaui batas pada beberapa hari yang lalu.....!! Padahal, pada
sebelumnya, dia merupakan seorang tokoh persilatan yang dihormati oleh orangorang rimba persilatan, sebab kepandaian silatnya yang sukar diukur. Dia juga
tinggi hati dan tak gampang-gampang mau mengalah pada orang lain. Tapi
sekarang, demi Han Han, dia telah memperlakukan si tabib begitu hormat.
Pada saat itu Tabib tersebut telah tertawa dingin lagi, sikapnya sangat tawar.
"Aku dapat menyembuhkan jiwa cucumu ini.....!" katanya tawar, "Tetapi kau
sendiri, aku tak tahu mau atau tidak meluluskan permintaanku "!"
234 .
"Sebutkanlah Sin-she.....!!" kata Khu Sin Hoo cepat. "Kalau memang untuk
kebaikan cucuku ini, walaupun harus melakukan segala sesuatu yang sulit, aku
pasti akan meluluskan permintaan Sin-she.....!"
Kembali tabib itu ketawa dingin.
"Bukankah kau Jiauw-pie Jie-lay Khu Sin Hoo?" tanyanya mendadak,
matanya juga mencilak. Khu Sin Hoo sendiri sampai terkejut orang dapat mengenali dirinya, dia
sampai mengangkat kepalanya mengawasi tabib itu. Tetapi Sin Hoo tak dapat
mengenali siapa tabib itu adanya.
'"Benar" dia menyahut sambil mengangguk. "Loo-lap memang si orang she
Khu .....! Siapakah Sin-she"!"
"Hmmm.....kukira namaku tak perlu kau ketahui !!" menyahuti si tabib
dengan suara yang dingin. "Hanya aku sangsi, apakah setelah kusebutkan
permintaanku itu kau akan menelan perkataanmu yang: telah kau ucapkan itu!"
Wajah Khu Sin Hoo jadi berubah merah. Dia jadi medongkol.
"Katakanlah Sin-she..... aku pasti akan meluluskan permintaanmu itu!"
katanya agak keras. "Betul" Kau pasti akan meluluskan permintaanku"!" tanya si-tabib
menegaskan. Tiba-tiba hati Khu Sin Hoo terkesiap, dia tak lantas menyahuti.Tadi dia main
menyanggupi saja setiap permintaan si tabib, bagaimana kalau sampai akhirnya si
tabib ternyata meminta dia, membunuh diri "! Kan bisa berabe.....!"
"Maka dari itu," katanya "Sebutkanlah permintaanmu itu, kalau memang tak
melanggar Gie, budi, dan tak lepas dari permintaan yang pantas, aku Khu Sin Hoo pasti akan meluluskan."
Tabib itu telah ketawa dingin lagi, sikapnya tawar sekali.
"Baiklah orang she Khu!!" katanya. "'Jiwa cucumu itu akan kutolong sampai
sembuh, tapi kau juga harus memberikan padaku Pek-hek-sia!!" Pek-hek-sia ialah
katak hitam dan katak putih.
Mendengar disebutnya Pek Hek Sia, wajah Khu Sin Hoo jadi berubah hebat,
matanya juga berkilat bengis. Namun sesaat kemudian dia teringat bahwa dirinya
sedang meminta pertolongan tabib yang luar biasa ini agar menyembuhkan Han
Han, maka hatinya jadi lemas lagi.
235 .
"Baiklah,'' sahutnya menyanggupi. "Asal kau benar-benar dapat
menyembuhkan penyakit cucuku ini,' maka Pek Hek Sia akan kuberikan kepadamu
" Tabib itu ketawa tawar. "Soal menyembuhkan penyakit si-bocah ini sangat mudah, sama mudahnya
dengan membalikkan telapak tanganku, tapi yang meragukan aku, apakah setelah
kusembuhkan penyakit cucumu ini, kau akan memegang kata-katamu itu "!"
Wajah Khu Sin Hoo sampai berubah hebat, alisnya sampai berdiri ketika
mendengar perkataan orang.
"Hmm.....walaupun aku orang she Khu tak pernah melakukan perbuatan
baik, tapi tak nantinya aku sehina itu ! " kata-katanya tegas. "Kalau memang benarbenar kau dapat menolong jiwa Han-jie, maka Pek Hek Sia pasti akan kuberikan
kepadamu !" "Bagus! Mari kalian ikut aku !" kata si tabib yang lalu sudah memutar
tubuhnya dan berjalan dengan dituntun oleh Tie-jie, si-bocah yang dipanggil
sebagai Anak ayam itu. Han Han yang hanya menyaksikan saja dengan menutup mulut, tiba-tiba
menarik ujung baju Khu Sin Hoo.
"Tay-soe, tak usah kau membelaku sampai begini macam !" katanya terharu.
"Biarlah tabib itu tak mau mengobati penyakitku ini, karena aku tak mau kalau
barang Tay-soe, Pek Hek Sia, harus jatuh ketangan dia !!"
Jiauw Pie Jie Lay tersenyum ramah, penuh kasih sayang.
"Biarlah Han-jie.....Pek Hek Sia tak ada harganya, hanya merupakan dua
ekor katak, maka asal kau bisa sembuh, hatiku telah gembira !" katanya halus. Lalu
tanpa mengatakan apa-apa lagi, dia menuntun tangan si-bocah she Han ini
mengikuti tabib itu. Han Han jadi tak tenang, dia terharu melihat paderi ini telah membela
dirinya sampai begitu macam. Maka dari itu, walaupun tabib itu telah menjanjikan
dirinya akan disembuhkan, tokh bocah ini telah mengambil keputusan untuk
menampiknya nanti! ! Tabib itu menuju keluar dusun, dia mengajak Khu Sin Hoo dan Han Han ke
sebuah hutan. "Ya disini !!" kata tabib itu sambil tertawa dan membalikkan tubuhnya
menatap Khu Sin Hoo. "Aku akan mulai melakukan pengobatan pada bocah ini,
begitu berhasil, kau harus menyerahkan Pek Hek Sia padaku !!"
236 .
"Tunggu dulu Sin-she.....!" tiba-tiba Han Han berteriak. "Aku tak mau kau
obati, biarlah penyakitku ini bertambah berat, tapi aku tak akan meminta
pertolongan Sin-she !!"
Wajah Sin-she itu jadi berubah merah padam, rupanya dia mendongkol.
Sedangkan Sin Hoo sendiri jadi gugup, dia berusaha membujuk si bocah.
Akhirnya, karena dipaksa oleh Khu Sin Hoo, maka mau juga Han Han
diobati oleh tabib itu. Sedangkan tabib luar biasa itu memerintahkan Tie-jie, si-bocah yang tadi
menuntunnya untuk menggelar selembar tikar yang lebar, kemudian dia
perintahkan Han Han untuk tidur rebah ditikar rumputnya itu.
Han Han menolak, sehingga Khu Sin Hoo jadi repot membujuk.
"Bocah!" kata si-tabib mendongkol. "Kalau memang kau sudah ingin cepatcepat pergi keneraka, ya sudah ! Aku juga tak bisa memaksamu !" dan dia sudah
menggulung tikar rumputnya itu untuk berlalu.
Sin Hoo jadi gugup, cepat-cepat dia menghampiri tabib itu.
"Sin-she.....kuminta kau mau mengobati cucuku ini seperti yang kita
bicarakan tadi!" kata Sin Hoo. "Pek Hek Sia pasti akan kuserahkan padamu!"
"Hmmm.....aku memang ingin menyembuhkan bocah itu, tapi bocah itu
terlalu tahan harga ! Biarlah dia mampus!"
Wajah Kho Sin Hoo jadi berubah.
"Jadi Sin-she tak mau menolong cucuku itu?" tanyanya dan dihati Jiauw PieJie Lay telah mengambil keputusan lainnya, kalau saja si Sin-she ini menolak
menolongi Han Han, dia pasti akan menggunakan kekerasan untuk memaksa sitabib menolongi Han Han.
Si tabib mengawasi Jiauw Pie Jie Lay sesaat, kemudian dia menoleh kepada
Han-Han. "Hei bocah ..... apakah kau tetap menolak maksud baikku yang ingin
menyembuhkan penyakitmu yang tak menggembirakan itu?" tegurnya.
Han Han mendelik pada si-tabib.
"Hmmm..... kau adalah tabib jahat, karena menolongku dengan mengandung
sesuatu maksud, mengincer barang Khu Tay-soe!" menyahuti Han Han berani,
"Sudalah! Aku juga tak jeri untuk mati!"
Khu Sin Hoo menghampiri Han Han, dia gugup sekali.
237 .
"Han-jie.....kau harus mau Shin-she itu mengobatimu.....karena begitu kau
sembuh, aku akan mengajakmu ke Thian-san untuk bermain-main di gunung itu !
Bagaimana " Kau mau bukan diobati oleh Sin-she itu?"
Si bocah menatap Khu Sin Hoo. Dilihatnya wajah orang yang begitu gugup,
menunjukkan kekuatiran, sehingga si bocah jadi terharu dan berterima kasih pada
paderi yang baik hati ini.
"Baiklah Tay-soe.....!!" akhirnya dia menyahuti sambil mengagguk. Dia
sudah lantas menghampiri si tabib. "Ayo Sin-she, mulailah kau mengobati
penyakitku ini ! " Tabib itu sudah mendongkol, dia juga lantas ketawa mengejek.
"Hmmm..... belum pernah ada orang yang memohon pertolonganku dengan
cara kau, bocah!!" katanya bengis. "Apakah kau kira kalau aku tak mau
mengobatimu kau bisa memaksaku ?"
"Shin-she .....cepatlah kau memulai psngobatanmu, karena kalau terlambat,
jiwa cucuku ini akan berbahaya sekali !"
Tabib itu ketawa dingin. "Begini saja kita atur !" katanya tawar. "Kukira sekarang ini kau tak
membawa Pek Hek Sia, bukan " Nah, si bocah kau titipkan saja padaku, nanti
setelah berselang tiga bulan, setelah bocah ini sembuh, aku akan mengantarkannya
padamu! Kita bertemu di kota Ciong An. Nanti kuserahkan cucumu ini dan kau
menyerahkan Pek Hek Sia padaku ! Bagaimana, akur?"
Sin Hoo mengangguk cepat.
"Baik ! Begitupun boleh !" katanya dengau suara yang gugup, "Aku akan
menantikan kau di Ciong Sia untuk mengembalikan cucuku itu ! Tapi kalau sampai
selembar rambutnya saja terganggu, kau akan kubunuh ! Biarpun kau melarikan
diri ke bulan, tokh aku akan tetap mengejarmu !!"
"Jangan kuatir!" menyahut si tabib tawar. "Jiwa cucumu ini akan selamat!
Percayalah !! Asal ingat, begitu aku menyerahkan kembali bocah ini padamu,
kaupun harus menyerahkan Pek Hek Sia milikmu itu !"
"Boleh !" menyahuti Khu Sin Hoo cepat. "Tapi kalau sampai cucuku ini
mengalami sesuatu yang tak menggembirakan, aku akan mencarimu untuk
melakukan perhitungan !"
Si tabib hanya ketawa tawar, dia menggapei tangannya pada Han Han.
238 .
"Ayo kita berangkat !!" katanya nyaring, dia bukan hanya berkata, karena
tabib itu telah memutar tubuhnya dan mulai melangkah pergi dengan mulutnya
meneriaki: "Tabib dewa, dapat menyembuhkan segala macam penyakit, berat dan
ringan, semuanya pasti akan sembuh.....! Tabib dewa!! Tabib dewa .....!!"
Melihat si-tabib akan berlalu, Khu Sin Hoo memerintahkan Han Han untuk
ikut pada tabib itu. Entah kenapa, dalam keadaan panik Khu Sin Hoo jadi main
mempercayai tabib itu saja.
Sebetulnya Han Han berat berpisah dengan paderi yang baik hati itu, tapi
karena Khu Sin Hoo mendesaknya, terpaksa akhirnya dia menyusul tabib luar
biasa itu dan mengikuti di belakangnya si tabib ..... !
Khu Sin Hoo sendiri menghela napas. Dia jadi berduka. Karena Han Han
yang menderita penyakit yang begitu membahayakan jiwanya, kedua si tabib telah
meminta Pek Hek Sia sebagai imbalannya dan Jiauw Pie Jie-lay ini telah main
menyanggupi saja !! Padahal, Han Han sendiripun tahu bahwa Pek HeK Sia itu
sebetulnya adalah binatang yang langka dan jarang sekali orang memilikinya,
karena kedua katak hitam putih itu dapat mengobati orang yang keracunan.....
itulah sebabnya Khu Sin Hoo sangat menyayangi kedua binatang yang luar biasa
itu. Namun disebabkan dia ingin menolong jiwa Han Han, terpaksa dia harus
mengorbankan katak pusaka itu.
Setelah menghela napas berulangkali, akhirnya Sin Hoo kembali ke
hotelnya. Karena dalam beberapa malam terakhir ini dia kurang tidur disebabkan
menjagai terus Han Han yang sering jatuh pingsan, maka begitu rebah di
pembanngan, dia tertidur nyenyak .....di hatinya dia sudah mengambil keputusan
untuk menuju ke kota Ciong An untuk menunggui kedatangan si-tabib luar biasa
itu ! Tapi, yang membikin Sin Hoo tak mengerti, siapakah sebetulnya tabib yang
luar biasa itu "! Apakah dia seorang tokoh persilatan yang. sedang
manyembunyikan diri"! Entahlah! Sin Hoo tak mengenalinya.....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 16 239 .
SI TABIB yang luar biasa ini mengajak Han Han ke dalam hutan. Selama itu
dia tak mengatakan sepatah katapun pada si-bocah she Han itu, dia menutup
mulutnya rapat-rapat. Sedangkan Han Han juga tak banyak bertanya, dia hanya
mengikuti dengan mendongkol di belakang si tabib,
Jauh juga mereka melakukan perjalanan di dalam hutan tersebut, sampai
akhirnya tiba di muka hutan yang sebelah lainnya. Di situ terdapat sebuah lapangan
rumput yang luas sekali, tak tampak sebuah rumah penduduk di daerah tersebut.
Tabib luar biasa dan Tie-jie, si bocah yang menuntunnya, telah duduk di bawah
pohon, dengan mata mendelik tabib itu menatap Han Han.
"Duduk, bocah !!" bentaknya nyaring.
Han Han jadi mengerutkan alisnya, sejak bertemu dia memang mempanyai
kesan yang kurang baik pada tabib ini. Juga yang membikin dirinya heran,
mengapa si Hwee-shio, Khu Sin Hoo, main mempercayai tabib ini dan
menyerahkan dirinya dibawa oleh si-tabib begitu saja ! Lebih-lebih sekarang, di
kala melihat kelakuan si tabib yang ugal-ugalan maka kesan buruk yang bersemi
dihati si bocah jadi kian membesar.
Han Han duduk agak menjauh dari tabib itu, dia duduk di bawah sebuah
pohon lainnya. Tabib itu ketawa dingin, wajahnya tak enak dilihat.
"Hmmm bocah bertingkah ! " katanya dingin. Dia menoleh kepada Tie-jie
"Coba kau lihat, bocah itu terlalu bertingkah tidak ?"
Tie-jie mengangguk. "Bocah semacam dia memang harus dimampusi !" menyahuti Tie-jie.
"Dengan memberikannya dia makan racun barulah puas hati kita !"
"Bagus ! Kita memang harus memberikan racun pada bocah bau yang
bertingkah ini!! " menyahuti si tabib menimpali perkataan Tie-jie.
Hati Han Han jadi mencelos mendengar perkataan kedua orang itu. Seketika
itu juga dia menduga bahwa "si pengemis' tentunya orang jahat. Walaupun Han
Han termasuk seorang bocah yang tabah, tapi mendengar dirinya akan diracuni,
diberi makan racun, tokh hatinya jadi kebat-kebit. Dengan tak sengaja, dia melirik
kearah si tabib dan si bocah Tie-jie, kebetulan kedua orang itu sedang, menatapnya
juga dengan mata mendelik, sehingga Han Han jadi menggidik melihat pancaran
mata kedua orang itu. Han Han jadi mempunyai maksud untuk kabur.....!!
"Bocah !." terdengar tabib itu telah memanggilnya.
Han Han menoleh, tapi dia tak menyahuti.
240 .
"Kau mau mampus atau hidup ?" tanya tabib itu.
"Mau mampus ?" menyahuti Han Han mendongkol, dia sengit orang
mempermainkan dirinya sampai begitu macam. "Kalau memang kau tak mau
mengobatiku, untuk apa kau pura-pura mengajakku kemari ?"
Si tabib yang aneh itu ketawa gelak-gelak.
"Kau mau mampus! Baik. Begitu juga boleh!" kataraya aseran. "Kau
memang seorang bocah yang bertingkah! Nah Tie-jie. hajar dulu dia !!"
Si bocah yang dipanggil Tie-jie mengiyakan, lalu tahu-tahu tubuhnya telah
melompat ringan, sehingga Han Han jadi terkejut ketika tiba-tiba si bocah Tie-jie
telah berada di hadapannya.
"Bukkk.....!" tahu-tahu dada Han Han telah kena ditojos oleh Tie-jie.
Han Han merasakan dadanya yang sakit luar biasa, dia sampai mengeluarkan
jerit kaget waktu tubuhnya terjungkal.
"Hajar lagi Tie-jie!!" terdengar si-tabib berseru nyaring.
Tie-jie berusia lebih kecil dari Han Han tapi karena dia mengerti ilmu silat,
maka dia jadi mempunyai tenaga yang cukup besar dan gesit sekali. Mendengar
perintah si tabib, dia telah mengayunkan tangannya dan 'Plak, plok, plak, plok',
yang n yaring sekali, pipi Han Han telah kena dihajar pulang pergi.
Han Han jadi melengak, tapi dia tak dapat lama-lama berdiam dari pukulanpukulan si-bocah Tie-jie. Darah bocah ini jadi meluap. Memang sejak pertama dia
sudah tak menyenangi kedua orang ini, apa lagi sekarang dirinya seperti dijadikan
bulan-bulanan kedua orang itu, dihajar pulang pergi.
Sedangkan Tie-jie telah mengayunkan tangan kirinya akan menghajar dada
Han Han lagi. Tapi kali ini Han Han jadi nekad, walaupun dia tak bisa bersilat,
tokh sebagai seorang manusia yang terdesak begitu macam, maka dia menggerakan
tangannya untuk menangkis. Tapi karena gerakan-gerakan Tie-jie gesit sekali,
maka Han Han menangkis angin, sedangkan tangan Tie-jie telah menyelusup dari
bawah tangan Han Han dan "Bukkk!" terdengar suara gebukan pada diri Han Han
yang nyaring sekali, sehingga si bocah she Han tersebut jadi terjungkel lagi.
Si tabib yang luar biasa itu ketawa gelak-gelak. Tubuhnya, juga ikut
tergoncang karena dia tertawa keras sekali.
"Hajar lagi Tie-jie.....bikin dia terkuing-kuing seperti anjing !! "perintah si
tabib. Tie-jie mengiyakan lagi, lalu tubuhnya mencelat, mencengkeram baju Han
Han di bagian dadanya, kemudian tubuh Han Han diangkataya dan dibanting pula
241 .
dengan keras, sehingga Han Han jadi nyungsep mencium tanah. Ketika dia
berbangkit, dari hidungnya telah mengucur darah segar.....!
Tie-jie telah ketawa mengiringi suara ketawa tabib, wajah mereka luar biasa,
sangat bengis. Walaupun masih kecil sekali, tapi wajah Tie-jie membayangkan
hawa pembunuhan. Sikapnya juga mengancam sekali.
"Dibunuh saja, Soe-hoe?" tanyanya kemudian dengan suara riang.
Si tabib yang ternyata Soe-hoenya, guru, dari Tie-jie, masih tetap tertawa,
tapi waktu mendengar pertanyaan Tie-jie, dia mengulap-ulapkan tangannya.
"Jangan.....!" katanya cepat. "Jangan dibunuh !! Aku bisa repot nantinya
pada si tua she Khu itu ! Siksa saja!"
"Baik !" menyahuti Tie-jie, dia sudah melompat lagi dan terdengar kembali
suara 'bukkkkk !' yang nyaring luar biasa, tampak Han Han yang sedang berusaha
bangkit itu telah rubuh terjungkel lagi, karena dadanya dirasakan sakit sekali.
Namun, walaupun menimbulkan perasaan sakit, tapi setiap Tie-jie memukul
dirinya, Han Han merasakan semacam hawa hangat yang luar biasa bergolak di
dalam perutnya. Semakin dipukul oleh Tie-jie, dia jadi semakin segar.
Tetapi, biarpun begitu, si bocah she Han ini jadi gusar sekali orang telah
menyiksanya demikian rupa. Maka dari itu, waktu tubuhnya rubuh terguling,
cepat-cepat dia bangun untuk berdiri. Di saat itulah Tie-jie tengah mengayunkan
tangannya akan menjotos dada Han Han lagi, tapi sekarang Han Han telah bersiapsiap. Dengan sekuat tenaganya dia menangkis serangan Tie-jie, sehingga kedua
tangan mereka saling bentur dan berbareng dengan itu Han Han menggunakan
tangan kirinya untuk mendorong:
Tie jie melihat serangannya dapat ditangkis Han Han, malah tangan kiri Han
Han mendorong dadanya, dia jadi berseru marah sambil berusaha mengelakkan
tangan kiri Han Han yang mengincar dadanya itu. Tapi terlambat, dengan tak
terduga, tangan Han Han mengenai tepat dadanya, sehingga terdengar suara
'Bukkkk!', 'kreeeek' yang nyaring sekali, yang kemudian disusul oleh suara jeritan
Tie-jie yang tubuhnya terpental, dada Tie-jie ternyata telah kena dihajar oleh Han
Han. Tie-jie ambruk di tanah tanpa dapat berkutik lagi, wajahnya pucat dan
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
matanya mendelik lebar, napasnya telah berhenti. Ternyata dia telah mati !
Si-tabib yang menjadi guru Tie-jie jadi terkejut, dia melompat pada
muridnya itu. Diperiksanya keadaan Tie-jie, dilihatnya dada si bocah telah hangus
242 .
dan bocah ilu sendiri sudah tak bernapas, karena nyawanya telah terbang menuju
keneraka ! Si tabib jadi murka luar biasa, dia sampai berjingkrak.
"Bocah setan.....! Kau menggunakan ilmu siluman apa membunuh muridku
itu, heh " " bentak si tabib dengan matanya mendelik bengis.
Han Han sendiri tadi waktu berhasil mendorong dada Tie-jie, dia merasakan
dari telapak tangannya mengalir hawa yang dingin sekali, yang disusul oleh suara
jeritan Tie-jie. Maka dari itu, setelah melibat Tie-jie terpental dan terbinasakan
disebabkan dorongan tangan kirinya itu, Han Han sendiri jadi bingung dan
ketakutan, karena dia tak menduga bahwa akibat dari dorongannya itu
menyebabkan kematian Tie-jie.
Si tabib sendiri telah melompat dan mengayunkan tangannya menghajar
pundak Han Han. Bocah itu tak mengerti ilmu silat, maka di saat tangan si tabib
meluncur memukul pundaknya itu, dia tak bisa mengelakkannya.
"Bukkk !!" terdengar suara yang nyaring sekali, tubuh Han Han terpental
jauh sekali, ambruk di tanah tak sadarkan diri. Dia pingsan,
Si tabib cepat-cepat menghampirinya, dia duga hasil seranganuya itu paling
sedikit pundak si bocah hancur remuk, sebab jangankan tubuh manusia, batu
gunung kalau dihajar oleh tabib itu biasanya hancur menjadi tepung .....!!
Tapi untuk kagetnya dia melihat si-bocah telah bergerak lagi. Rupanya dia
tak jatuh pingsan, tadi dia hanya merasakan dadanya menyesak dan pandangan
matanya berkunang-kunang, sehingga untuk sekian lama dia hanya meringkuk,
namun setelah pusingnya lenyap, di kala si tabib sedang menghampirinya si bocah
telah merayap bangun tarpa kurang suatu apapun.
Tabib itu jadi penasaran sekali, dia mengayunkan tangannya lagi sambil
mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, menghajar dada Han Han.
Pada saat itu Han Han sedang merayap bangun, dia mengetahui bahwa si
tabib telah menyerang dirinya, tapi dia tak bisa mengelakkannya, maka dadanya
terhajar telak oleh si pengemis.
Namun untuk kagetnya pengemis itu, tangannya seperti memukul kapas dan
kepalannya itu menempel di dada si bocah she Han tanpa dapat ditarik pulang. Sitabib sampai mengeluarkan seruan.
Han Han sendiri, tadi waktu pundaknya terhajar oleh si tabib, dia merasakan
hawa dingin dan panas yang biasanya bergolak menimbulkan penderitaan baginya,
mendadak naik kepundaknya, sehingga waktu tangan si-tabib mengenai
pundaknya, dia hanya merasakan nyeri yang luar biasa, tapi tulang-tulang Pi243
.
peenya seperti terbungkus dan terlindung oleh hawa Im dan Yang yang ada di
dalam tubuhnya, sehingga tak sampai hancur terhajar oleh si-tabib. Dan sekarang
di kala tabib itu memukul dadanya lagi, dia juga merasakan kedua hawa itu
bergerak dengan sendirinya, sehingga waktu tangan si tabib mengenai dadanya, dia
tak merasakan sesuatu apapun, malah tangan si tabib menempel pada dadanya,
sehingga Han Han jadi heran, dia duga si tabib sedang menggunakan ilmu siluman!
"Tabib jahat .! " Bentak si bocah she Han ini mendongkol. "Kau terlalu
bengis sekali !" dan Han Han menggerakkan tangann ya untuk menjotos perut si
tabib. "Bukkk !" perut tabib itu dapat dihajarnya tanpa pengemis itu dapat
mengelakkannya, dan berbareng dengan hajaran tangan bocah she Han ini, tangan
si tabib yang melekat di dada Han Han terlepas, dia menjerit sambil memegangi
perutnya, karena dirasakan perutnya itu seperti terhajar oleh godam, keras sekali,
sampai melilit dan sakit luar biasa !
Han Han ketawa mengejek, bocah ini puas dan melihat keadaan si tabib.
"Tabib jahat..... kau baru merasakan tangan tuan kecilmu ini!!'' katanya
mengejek. Namun belum lagi Han Han menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba si-tabib
menubruk, lalu merangkul Han Han dan mencekeknya sedangkan kedua tangan
Han Han ditindihkan dengan dengkulnya, sehingga si bocah jadi tak berdaya.
Dengan dicekek lehernya pernapasan si bocah seperti terhenti, dia berusaha
meronta, tapi tenaga si tabib besar sekali, maka dari itu, sesaat kemudian, mata
Han Han jadi berkunang-kunang dan dadanya seperti mau meledak, sebab
pernapasannya jadi tersumbat .....!
Han Han jadi mengeluh didalam hatinya, dan dia menyesai harus mati di
tangan tabib jahat ini. Tapi karena lehernya dicekik keras sekali, si bocah tak
berdaya apa-apa, hanya satelah mengeluarkan suara "ngeeekkk' yang cukup
panjang, Han Han tak sadarkan diri.....!
Si-tabib mencekek terus dengan sekuat tenaganya, dia bermaksud untuk
membinasakan si bocah. Tetapi, di saat yang membahayakan jiwa Han Han, tiba-tiba berkelebat
sesosok bayangan, yang begitu sampai, sudah lantas mencengkeram punggung si
tabib, lalu melemparkannya ke samping, sehingga si tabib jadi terbanting keras
sekali. Sedangkan sosok tubuh yang baru datang itu telah memeriksa keadaan Han
Han. 244 .
Si tabib jadi terkejut, dia menjerit kesakitan waktu tubuhnya terbanting Tapi
di samping sakit, dia juga murka. Cepat-cepat bangun berdiri lagi dan mencelat
akan menyerang orang yang sedang berjongkok membelakanginya memeriksa
keadaan Han Han. Tangan si tabib terulur kepunggung orang itu, tapi dengan tenang tanpa
menoleh orang itu mengibaskan lengan bajunya, kembali si tabib merasakan
serangkum tenaga serangan yang kuat sekali menerjang dirinya, sehingga tanpa
ampun lagi tubuhnya terpental dan terbanting lagi !
Sedangkan orang itu telah membalikkan tubuhnya dengan wajah yang
bengis dan waktu si tabib melihat wajah orang, dia jadi manjerit kaget, tubuhnya
sampai menggigil. "Jiauw Pie Jie lay!" serunya gemetar. Dan orang yang baru datang itu JiauwPie Jiy lay Khu Sin Hoo. Tadi waktu di
rumah penginapan, dia hampir tertidur, tapi tiba-tiba di kepalanya berkelebat
suatu ingatan. Dia jadi kaget sendirinya Sebab sekarang Khu Sin Hoo baru
menyadari, dia telah begitu sembrono menyerahkan Han Han pada tabib yang tak
dikenalnya itu.....karena dalam keadaan panik, dia jadi tak dapat berlaku teliti.
Coba kalau Han Han dicelakai tabib itu, bukankah persoalan jadi tambah hebat"!
Maka dari itu cepat-cepat Sin Hoo keluar dari rumah penginapannya itu dan
mencari si tabib yang tak diketahui asal usulnya itu. Karena dia berkepandaian
tinggi dan kosen sekali, maka dalam waktu yang singkat, dia telah dapat memutari
kampung itu, sampai akhirnya dia memasuki hutan yang ada di pinggir kampung
tersebut. Diperolehnya tanda-tanda bahwa si tabib mengambil jalanhutan ini. Dan
di saat Sin Hoo sampai di situ, dilihatnya Han Han sedang terancam
keselamatannya.....! "Hmmm..... sudah kudaga kau bukan tabib baik-baik!!" kata Khu Sin Hoo
murka dan tubuhnya mencelat mencengkeram baju si tabib. "Siapa kau
sebenarnya" Mengapa kau mau menipuku "!"
Tabib itu ketakutan setengah mati.
"Ampun Tay-hiap.....Siauw-jin hanya menerima perintah dari Thian-san
Sian-eng.....!" kata si tabib dengan suara gemetar.
Sin Hoo, jadi meiengak, wajahnya semakin bengis.
"Thian-san Sian-eng?" bentaknya. "Mereka yang telah memerintahkanmu
untuk mencelakai Han-jie ?"
Si tabib mengangguk, dia ketakutan sekali.
245 .
"Ya Tay-hiap .....mereka yang memerintahkan agar membunuh si.....si .....
anak itu!" sebetulnya dia mau menyebut Han Han dengan sebutan si bocah, tapi
achirnya dirobah dengan perkataan 'anak'. "Karena kata mereka sebab bocah itulah
kawanan mereka, orang Mo-in-shia, jadi dibebaskan oleh Tay-jin.....!"
"Jadi kau orang Pek Bwee Kauw?" bentak Sin Hoo dengan suara yang
bengis, sampai janggutnya bergerak-gerak dan jenggotnya seperti berdiri.
"Ya..... Siauw-jin hanya orang bawahan saja!!" sesambat tabib itu.
"Ampunilah selembar jiwa Siauw-jin ini .....janganlah Tay-hiap membunuhku ....."
Sin Ho murka sekali, selain orang ialah menipu dirinya yang hampir saja
mencelakai Han Han, juga si tabib ini, yang temyata orang Pek Bwee Kauw, anak
buah Thian-san Sian-eng, ternyata seorang pengecut! Maka dari itu, dengan bengis
dia mengangkat tubuh orang, lalu dibantingnya keras sekali, sehingga seketika itu
juga melayanglah jiwa si tabib, sebab kepalanya pecah keluar polonya.....!
Setelah mendengus, cepat-cepat Khu Sin Hoo menghampiri Han Han. Dia
menotok jalan darah Cioe Tiong Hiatnya si bocah untuk menyadarkannya.
PerIahan-lahan Han Han membuka kelopak matanya, tapi pandangan
matanya masih kabur, ingatannya juga kacau sekali. Begitu dia ingat apa yang tadi
terjadi, dia meronta dari cekalan Khu Sin Hoo
"Lepaskan cekalanmu.....oh, aku tak bisa bernapas!!" teriaknya sambil
berusaha berdiri. Sin Hoo terharu melihat keadaan si bocah. "Han-jie....." panggilnya dengan
suara tergetar, dia juga memeluk si bocah.
Mendengar namanya dipanggil, si bocah jadi tersadar. Dia mementang
matanya lebar-lebar dan melihat yang berada dihadapannya ternyata Khu Sin Hoo,
bukannya si tabib yang tadi mencekeknya. Tanpa dapat ditahan lagi, si bocah jadi
menangis dan memeluk Hwee shio ini erat-erat.
"Tay-soe ..... hampir saja tabib jahat itu bersama muridnya mencelakaiku!!"
katanya terisak. Jiauw Pie Jie-lay menghiburnya. Akhirnya si bocah dapat ditenangkan. Han
Han juga menceritakan bagaimana dia disiksa oleh Tie-jie, sampai akhirnya bocah
si-anak ayam itu mati didorong olehnya. Si bocah juga menceritakan bagaimana si
tabib menghajarnya berulang kali, sampai achirnya hampir saja dia mati tercekek.
Selama mendengarkan cerita si bocah she Han itu, Jiauw Pie Jie Lay Khu
Sin Hoo jadi heran. Dia juga tak mengerti mengapa sekali didorong saja Tie-jie
246 .
terbinasakan "! Maka dari itu, setelah Han Han menuturkan habis segalanya pada
Sin Hoo, maka si-paderi she Khu ini memeriksa keadaan si bocah Tie-jie.
Untuk kagetnya, dia melihat dada orang hangus dan tulang-tulang dadanya
remuk. Dia seorang achli Lwee-keh, seorang achli tenaga dalam, maka dengan
cepat dia tersadar, bahwa itu adalah pengaruh dari hawa dingin dan panas yang
berada di dalam tubuh Han Han, sehingga karena hawa itu menerobos keluar dari
telapak tangan si bocah, maka Tie-jie jadi terhajar mati .....! Lagi pula Cioe-kiehiat dan It-hiatnya Han Han telah terbuka, sehingga kedua macam tenaga yang
berlawanan itu leluasa keluar masuk ke Thay-yang-hiatnya, dan tersalur ketelapak
tangannya, menyebabkan kematian Tie-jie.
Juga tentang tadi waktu si tabib memukul dada Han Han dan tangannya
melekat pada bocah itu sebetulnya bukan apa-apa, hanya karena ditubuh si-bocah
she Han itu telah mengalir dua tenaga berlawan, lm dan Yang, maka dadanya itu
seperti terlindung oleh iapisan baja yang tak akan terembus oleh apapun..... maka
itu, tak heran si tabib jadi mengambil jalan mencekek untuk membinasakan Han
Han, sebab dia mengetahui, kalau dia menghajar si bocah, hal itu tak akan
membawa kefaedahannya..... !
Khu Sin Hoo yang telah melihat mayat Tie-jie, jadi menarik napas. Dia
berduka sekali. Coba kalau jalan darah Cioe kie-hianya si bocah she Han ini dapat
ditutup kembali dan penyakit yang mengeram di dalam dirinya disebabkan hawa
panas dan dingin itu dapat disembuhkan, maka si bocah akan menjadi manusia
yang luar biasa sekali. Dalam usia sepuluh tahun, Han Han seperti telah
mempunyai latihan tenaga Lwee-kang selama belasan tahun.....!
Tapi sayangiiya, penyakit yang mengeram di tubuh si bocah sangat sulit
disembuhkan, pula Cioe-kie-hiat si bocah tak dapat ditutup kembali, sehingga
kalau hawa Im dan Yang sedang mengamuk, kedua tenaga negatif dan positif itu
akan membahayakan jiwa si bocah sendiri .....! Malah, Sin Hoo sendiri menduga
umur si bocah paling lama hidup di dunia selama satu bulan lebih lagi .....karena
kalau sampai pintu Thay-yang-hiatnya kena didobrak oleh kedua tenaga yang
berlawanan, yang berada di dalam tubuhnya, maka pada saat itulah Han Han
berhenti jadi manusia .....!
Dengan berduka Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hoo mengajak si bocah kembali
ke rumah penginapan. Dia jadi tambah iba dan sayang pada diri bocah she Han ini
..... ! 247 .
Tadi, karena dia sedang panik dan berduka, hampir saja dirinya dapat ditipu
oleh si tabib yang ternyata orangnya Pek Bwee Kauw, yang mengingini jiwa Han
Han. Maka dari itu, Khu Sin Hoo bermaksud untuk mencari Thian-san Sian-eng,
untuk membunuh kedua orang yang tak berbudi itu.....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 17 BESOK harinya Khu Sin Hoo mengajak Han Han untuk melanjutkan
perjalanan menuju ke Hong-san, gunung burung Hong. Gunung itu mempunyai
nama begitu sebab bentuknya melebar seperti juga buntut burung cenderawasih.
Hong ialah cenderawasih. Sin Hoo mengajak Han Han menuju ke gunung cenderawasih itu ialah untuk
berkumpul dengan enam jago luar biasa lainnya, karena setiap lima tahun sekali, di
malaman Cap-go di bulau sepuluh, ketujuh jago luar biasa yang menguasai daratan
Tiong-goan mengadakan pertemuan di gunung itu. Mereka adalah Kim-see Hui
Hong, It Kiam Chit-tong Su Tie Kong, Gin Tiok Su Seng Gauw Lap, Sian Lie Lie,
yang bergelar Hek Coa Tok Mo, Khu Sin Hoo, Tok Sian Sia Yan Hoa Piek dan
Sian-jin Kiu Lo Heng Ciauw Liong. Selain dari ke tujuh jago itu yang akan
mengadakan pertemuan, juga berdatangan jago-jago rimba persilatan yang ingin
menyaksikan keramaian, karena selama seminggu ketujuh pendekar yang
menguasai daratan Tiong-goan itu akan memperebutkan gelar jago nomor wahid
didalam kalangan Kang-ouw. Siapa yang dapat memenangkan pertandingan
selama empat kali berturut-turut, maka dia berhak memakai gelar It Thian Kiamjiet, tunggal langit dan pedang tandingan, yaitu tanpa tanding di kolong jagad ini
..... ! Sekarang adalah Peh-gwee Cap-jie, bulan delapan tanggal dua belas, jadi
waktu perjalanan mereka kegunung Hong-san, yaitu gunung cenderawasih masih
mempunyai waktu dua bulan. Maka itu, Khu Sin Hoo tak terlalu kesusu, sambil
melakukan perjalanan, dia naengajak Han Huan untuk menikmati pemandangan di
sekitar tempat yang mereka lalui.
Han Han sendiri sering kumat sakitnya, dia sering menggigil kedinginan dan
kadang-kadang kepanasan, namun setelah berselang dua jam perasaan yang
248 .
menyiksanya itu lenyap dengan sendirinya. Sampai malah pada akhirnya perasaan
itu sering timbul dan mudah lenyapnya, karena hanya dalam waktu seperempat jam
saja, perasaan itu telah lenyap. Namun kalau dulu setelah berselang satu hari
penyakitnya itu bisa kumat, tapi kalau sekarang satu bisa enam tujuh kali kumat.
Khu Sin Hoo sendiri yang menyaksikan hal itu jadi tambah berduka. Semakin
pendek waktu penyiksaan dari perasaan dingin dan panas itu pada diri si bocah,
maka makin pendek pula batas waktu kematian si bocah ..... nanti kalau sudah
hawa panas dan dingin itu timbul hilang dalam waktu dua tiga menit, maka pada
saat itulah si bocah tak bisa tertolong lagi !! Walaupun memperoleh Sian-tan, obat
dewa, tokh tak mungkin tertolong lagi !
Pada hari itu, Khu Sin Hoo dan Han Han sedang berada di tepi telaga Kiepo-ouw yang berada di propinsi Soe-coan. Sin Hoo dan Han Han menikmati
pemandangan di sekitar telaga Kie-po-ouw yang indah itu, untuk sejenak mereka
melupakan kedukaan mereka. Tapi disebabkan bahwa telaga itu yang dingin dan
tiupan angin yang bertiup santer, tiba-tiba Han Han rubuh terjungkel, dia
mengeluarkan suara seruan, lalu menggigil, giginya terdengar berkerot.
Sin Hoo yang menyaksikan hal itu jadi terkejut. Cepat-cepat dia memeriksa
keadaan si bocah. Dilihatnya wajah Han Han telah berobah hijau bersemu hitam
.....hati Sin Hoo jadi mencelos, karena biasanya kalau muka orang telah berubah
hijau bersemu hitam, maka jiwanya sudah tak dapat tertolong lagi.....! Maka itu,
cepat-cepat Sin Hoo menotok kedua jalan darah yang ada di iga si bocah,
kemudian menepuk lambung Han Han. Hal itu untuk mengurangi penderitaan yang
diderita olah si bocah, rasa dingin dan panas masih mengaduk di dalam diri si
bocah she Han itu, sehingga Sin Hoo jadi gugup sekali.
Untuk membawa ke kota, terang jauh, karena kota Kiepo-an, terletak tujuh
belas lie dari Kie-po-ouw ini ..... maka itu, Khu Sin Hoo meletakkan si bocah
dirumput-rumput, kemudian dia mengambil selimutnya, dibalutnya tubuh Han
Han, sehingga dalam waktu yang singkat dia telah lenyap, Memang aneh,
penyakitnya itu semakin cepat datang, dan juga semakin cepat sembuh. Han Han
girang memperoleh kenyataan bahwa sekarang akhir-akhir ini kalau kedua hawa
negatip dan positip itu sedang mengamuk, maka tak usah memakan waktu yang
terlalu lama, perasaan yang menyebabkan si bocah menderita, akan lenyap dengan
cepat. Namun bagi Khu Sin Hoo, hal itu membuatnya tambah berduka. Karena
umur si bocah semakin pendek, kesempatan hidup si bocah tinggal sedikit saja.....!
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
249 .
Namun Khu Sin Hoo tak mengatakan hal itu kepada Han Han. dan untuk
menyenangkan hati si bocah dalam hidupnya yang terakhir itu Khu Sin Hoo sering
mengajaknya mengelilingi tempat-tempat indah .....!
Han Han senang sekali menikmati pemandangan yang indah, mampir ke
rumah makan yang besar dan masakannya enak luar biasa, menyaksikan tempattempat hiburan lainnya, semua biaya itu diperoleh Khu Sin Hoo dengan
menyatroni rumah-rumah hartawan yang kikir dan jahat pada penduduk sekitarnya,
maka untuk ala kadarnya Sin Hoo sering mengambil beberapa puluh tahil emas
.....! Namun karena dia kosen sekali, maka kedatangannya mencuri uang - uang
hartawan kikir itu, tak pernah dipergoki oleh orang-orang hartawan itu, yang
khusus disediakan untuk menjaga kamarn ya. Tapi tak urung Sin Hoo tetap saja
dapat mencomot uang mereka dengan mudah ..... !
H?n Han sering menanyakan kepada Khu Sin Hoo mengenai uang yang
berjumlah banyak yang selalu dipakai oleh Jiauw Pie-Jie Lay dengan cara yang
boros dan sering memberikan persenan kepada para jongos dan pelayan .....
sehingga banyak rumah-makan yang menanti-nanti kedatangan Khu Sin Hoo lagi,
yang dianggap oleh mereka sebagai 'baron' yang royal sekali ..... !
Sin Hoo sendiri sering tersenyum kalau si bocah menanyakan soal
penghasilannya. Karena Khu Sin Hoo memang sudah biasa sejak dia mulai
mengembara kalau kurang perbekalan, tentu menyatroni rumah pembesar jahat
atau rumah hartawan kikir dan bengis. Dan memang kenyataan, pada saat itu
orang-orang yang mengembara di dalam dunia kang-ouw, kalau kurang
perongkosan, maka mereka meminta bantuan si pendeta she Khu ini dan umumnya
selalu dapat saja, karena orang she Khu ini terbaka tangannya terhadap para
sahabatnya.....! Melihat si bocah telah tersadar, lamunan Khu Sin Hoo buyar, cepat-cepat dia
mengeluarkan sebutir pil yang berwarna hitam atau kecoklat-coklatan tua,
menyerupai warna hitam, dimasukkan ke dalam mulut Han Han yaug lalu ditelan
oleh si bocah. Setelah menelan pil itu, Han Han merasakan tubuhnya jauh lebih segar,
maka dari itu, dia sudah lantas bisa melompat berdiri.
"Terima kasih Tay-soe.....!" katanya sambil menekuk kedua kakinya berlutut
di hadapan Hwee-shio itu, "Entah berapa kali aku telah marepotkanmu .....
membikin susah Tay-soe saja!"
250 .
Khu Sin Hoo telah tertawa penuh kasih sayang.
"Bangunlah Han Han.....!" katanya sambil memimpin bangun si bocah.
"Jangan terlalu banyak peradatan. Lagi pula, apa yang kulakukan semua itu
haayalah untuk menjaga kesehatanmu, bukan bermaksud apa-apa .....!"
Han Han mengangguk. "Ya Tay-soe walaupun begitu, tapi aku tetap sajalah merepotkan Tay-soe,
sehingga perjalanan Tay-soe agak terlambat."
Mendengar perkataan si bocah she Han itu, dia ketawa gelak-gelak sampai
tubuhnya tergoncang. Han-jie ..... kau terlalu sungkan ! " kata Jiauw Pie Jie-lay ketawa. "Berdirilah
! !" Janganlah kau membuatku jadi tak enak hati karena apa yang kulakukan
bukanlah suatu perbuatan yang dapat disebut sebagai budi ..... aku hanya
melakukan kewajibanku sebagai seorang beribadat yang harus saling tolong
menoloug kepada semua umat manusia yang sedang mengalami kesulitan atau
kesengsaraan hidup!"
Han Han berdiri, dia lalu membungkukkan tubuhnya menjura pada Jiauw
Pie-Jie Lay Khu Sin Hoo. "Tay-soe ..... mudah-mudahan budi amal kebaikanmu mendapat berkah dan
pembalasan dari Thian .....!" kata si-bocah. "Mungkin di dalam dunia yang fana ini
aku tak bisa membalas budi kebaikan Tay-soe yang telah diberikan kepadaku,
mudah-mudahan saja nanti di sorga aku bisa membalasnya ..... "
Kembali Jiauw Pie Jie Lay ketawa. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Han Jie ..... sudahlah ! Mari kita melanjutkan perjalanan kita!" katanya.
Han Han mengangguk, lalu mengikuti Khu Sin Hoo meninggalkan telaga
Kie-po-ouw. Baru saja si kakek dan si bocah berjalan beberapa meter, tiba-tiba terdengar
suara teriakan 'Cong-wie Ciong Piauw-tauw melintang empat meminta jalan'!!
Cong-wie Ciong Piauw-tauw melintang empat meminta jalan .....!!"
Han Han heran mendengar teriakan-teriakan itu, dia menoleh kepada Sin
Hoo. "Apa yang dilakukan orang itu, Tay-soe?" tanyanya. "Mereka berteriak tak
hentinya." Khu Sin Hoo ketawa.
"Itulah iring-iringan Piauw..... !!" Dia menerangkan. "Dan iring-iringan
Piauw ini berasal, dari Cong Wie Piauw Kiok yang dipimpin oleh Ciong Sam Cia,
bergelar Sam-to Sam-sim, atau tiga golok tiga hati. Itulah menandakan kelihaian
251 .
orang she Ciong itu, karena goloknya dapat bergerak cepat sekali sekali gerak
dapat membolongi dada tiga musuhnya .....!!"
"Hebat Ciong Piauw-tauw itu !!" memuji Han Han.
"Itulah..... kalau dilihat dari kepandaiannya itu, walaupun luar biasa, tapi
tokh masih banyak yang lebih kosen. Tapi disebabkan Ciong Piauw-tauw orangnya
terbuka dan senang bersahabat, sehingga orang-orang Liok-lim, rimba hijau, jarang
yang mempunyai niat untuk mengganggu iring-iringan piauw yang dikawal oleh
Cong Wie Piauw Kiok. Malah pada akhir-akhir ini, kalau piauw yang diantar itu
tak meliputi jumlah yang besar Ciong Piauw-tauw malah tak ikut serta, dia hanya
mewakilkan beberapa orang wakilnya dengan membawa kartu namanya.....dan
Piauw akan tiba di tempat dalam keadaan selamat, karena tak akan ada orang yang
berani mengganggunya .....!!"
Pada saat itu masih terdengar terus teriaknya 'Cong Wie Ciong Piauw-tauw
melintang empat meminta jalan..... melintang empat meminta jalan ..... suara
teriakan itu semakin lama semakin mendekat, sampai akhirnya Han Han dapat
melihat iring-iringan Piauw yang berderet panjang itu, kira-kira dikawal oleh dua
puluh lima orang Piauw itu dengan pakaian yang kotor dekil, karena telah
melakukan peijaianan yang jauh sekali. Waktu lewat didekat Khu Sin Hoo daa Han
Han, semua orang-orang Piauw itu melirik dan menatap curiga pada kakek pendeta
Khu Sin Hoo. Tapi, salah seorang telah berteriak lagi: 'Cong Wie Ciong PiauwTauw melintang empat meminta jalan ..... melintang empat meminta jalan..... Cong
Wie Ciong Piauw-tauw ..... melintang empat meminta jalan.
Suara teriakan itu semakin lama semakin perlahan, karena iring-iringan
kereta barang bergerak terus. Jadi tegasnya, iring-iringan piauw itu seperti
meninggalkan Khu Sin Hoo dan Han Han, mereka mengambil jalan jurusan timur.
Tiba-tiba, baru saja orang-orang Piauw-tauw Cong Wie Cong Piauw Tauw
itu lewat, tiba-tiba terdengar derap kaki kuda. Waktu Khu Sin Hoo dan Han Han
menoleh, maka tampak sepasang kuda, dengan di atasnya tampak dua orang
berwajah bengis, sedang mencongklang kearah mereka, berhenti di dekat si-kakek
dan si-bocih. Mungkin kedua orang berwajah bengis ini menganggap Khu Sin Hoo
hanyalah seorang beribadat, seorang paderi miskin, lagi pula Han Han yang telah
di anggapnya sebagai pengemis cilik. Itulah sebabnya kedua orang itu tak
memperhatikan Khu Sin Hoo dan Han Han, mereka hanya mengawasi
menghilangnya kereta-kereta Piauw yang terakhir di tikungan sebelah kanan lalu
salah seorang di antara mereka mengeluarkan semacam bahan kembang api,
252 .
kemudian dibakar dan dilemparkannya keatas. Kembang api itu meluncur cepat
sekali, lalu tahu-tahu kembang api itu telah meledak dan pecah menimbulkan sinar
di udara ..... Khu Sin Hoo ketawa tawar melihat sikap orang, dia menarik tangan Han
Han untuk menyingkir ke samping, sedangkan kedua orang bermuka bengis itu
telah mengedut tali les kuda mereka, melaratkan kuda mereka kejurusan
rombongan Piauw-hang itu lewat. Dalam waktu sebentar saja, mereka telah Ienyap,
yang tertinggal hanyalah debu yang mengepul tinggi.....
Dan baru saja kedua penunggang bermuka bengis itu berlalu, dari jurusau
mana tadi mereka muncul, telah tampak tiga penunggang lainnya. Wajah mereka
juga bengis-bengis dan mata mereka berkilat melihat Khu Sin Hoo dan si bocah
itu, namun mereka tak memperdulikan kedua orang itu, mereka hanya mendengus
dan melarikan terus kuda tunggangan mereka.
Dalam waktu yang singkat, mereka jaga telah Ienyap ditelan oleh
mengepulnya debu yang membubung tinggi..... ! Begitulah berturut-turut muncul
beberapa penunggang kuda lainnya, yang semuanya bersikap seperti penunggangpenunggang kuda yang terlebih dahulu ..... !
"Hmmm..... perampok-perampok yang tak tahu diri !" menggumam Khu Sin
Hoo tawar, dia memegang tangan Han Han. "Mari kita berangkat, Han-jie..... !."
Han Han menyahuti, dia mengikuti pendeta tua she Khu itu untuk berlalu.
Tetapi baru saja mereka berjalan beberapa tindak, tiba-tiba di jurusan muka
mencongklang cepat sekali beberapa ekor kuda dengan beberapa orang laki-laki
bermuka garang sebagai penunggangnya. Mereka menarik tali kekang kuda itu dan
dengan gerakan yang enteng serta lincah, kelima orang laki2 bermuka garang itu
melompat dari kuda tunggangan mereka.
"Hai pendeta butut.....!" bentak salah seorang di antara mereka. "Mau apa
kalian sejak tadi berdiri di situ ?"
Khu Sin Hoo ketawa dingin, matanya mencilak,
"Jalan ini jalan umum, bukan dibuat oleh Cauw-congmu !" dia balas
membentak dengan suara tawar. "Mau apa kalian terlalu usil mengurusi diriku"!"
Wajah kelima orang itu berubah, malah yang tadi bertanya, telah
berjingkrak. "Pendeta butut.....!" bentaknya bengis. "Apakah kau tak mengenai
kenatian?" 253 .
"Hmmm..... bagi Loo-lap kematian adalah biasa..... kalau memang kalian
mempunyai kemampuan untuk membunuh Loo-lap, bunuhlah ......!" menyahuti
Jiauw Pie Jie-lay Khu Sin Hoo nyaring, dia juga ketawa dingin.
Wajah kelima orang itu jadi berubah lagi, dan yang tadi membentak sudah
mencelat tinggi, tangan kanannya diulurkan menyerang si Hwee-shio dengan jurus
'Kim Liong Tam Jiauw' atau 'Naga emas mengulurkan cakarnya', dia bermaksud
untuk mencengkeram kepala Khu Sin Hoo yang gundul.
Tanpa melepas cekalannya pada tangan Han Han, Khu Sin Hoo
menggunakan tangan kirinya untuk menyentil dan dalam sentilanuya, mengandung
hawa murni dari tenaga Lwee-kang yang kuat sekali.
Maka itu, hebat kesudahannya ! Dengan mengeluarkan suara jeritan, tubuh
orang bermuka bengis itu yang sedang melayang di udara seperti tertahan oleh
gelombang tenaga yang kuat sekali, tahu-tahu tubuhnya itu terpukul mental dan
ambruk di tanah ! Napasnya seketika juga tehenti di tenggorokan, jiwanya
melayang melayang menghadap Giam-lo-ong.....!
Keempat kawannya yang juga rata-rata bermuka bengis, jadi terkejut,
mereka sampai memandang kesima pada mayat kawan mereka itu, yang sudah
membujur kejang .....! Khu Sin Hoo telah ketawa dingin lagi.
"Pergilah kalian sebelum aku mempunyai niat untuk membunuh..... ! " kata
si Hwee-shio tawar Seketika itu juga keempat orang bermuk a bengis itu jadi tersadar;, mata
mereka jadi mencilak bengis,
"Hwee-shio gundul keparat ..... siapa kau yang telah berani membunuh Pie
Toako kami " " bentak salah seorang di antara keempat orang bermuka bengis itu
dengan suara yang galak sekali. Walaupun dia jeri melihat Pie Toakonya
dirubuhkan si paderi hanya satu kali sentilan saja, tapi tokh dia berani, karena dia
berempat, dan orang ini yakin, kalau dikeroyok, tentu Hwee-shio itu akan dapat
dibunuhnya ..... "Kau menanyakan namaku, apakah kalian sudah berpikir untuk mampus?"
bentak Khu Sin Hoo bengis. "Hmmm..... diberi jalan hidup, tapi memilih kematian
!" Keempat oraag itu gusar sekali, mereka berteriak membentak galak dan
mereka bukan hanya membentak, karena keempat orang ini telah melompat untuk
menyerang sekali berbareng.
254 .
"Kurcaci yang tak tahu gelagat!" gumam Khu Sin lio tawar, dia tak
mengelakkan serangan keempat orang itu, juga dia tak melepaskan cekalan tangan
kanannya pada Han Han, hanya tangan kirinya bergerak cepat dan bertenaga, dia
membuat, setengah lingkaran, sehingga tangan kiri si pendeta ini melengkung ke
dalam, lalu dengan mengeluarkan suara bentakan yang perlahan, tangannya itu
menyentil empat kali sekelilingnya terdengar suara jeritan yang menyayatkan.
Tampak tubuh keempat orang penyerang Khu Sin Hoo itu terpelanting dan
ambruk di tanah tanpa bergeming lagi.....! Mereka juga sudah lantas putus jiwa.
dikala tangan kiri Khu Sin H o itu manyentil dengan disertai oleh tenaga Lweekang.....!
Han Han yang melihat hal itu, jadi menggidik.
"Tay-soe..... apakah..... apakah tak lebih baik kalau tadi keempat orang ini
diberi hajaran saja ?" tanyanya sambil mengerutkan alisnya.
Khu Sin Hoo tertawa gelak-gelak mendengar pertanyaan bocah she Han ini.
"Han-jie .....!" katanya dengan suara yang berubah lembut. "Mereka ini
sangat jahat, maka kalau tak dimampusi, tentu dibelakang hari akan membikin,
kesulitan pada masyarakat yang lemah tak berdaya .....! Mereka adalah perampokperampok yang akan membegal piauw hang tadi.....!!"
Han Han tak menyahuti, dia hanya mengawasi kelima mayat orang yang
bermuka, bengis itu yang menggeletak kejang di tanah.....!
"Mari kita pergi, Han-jie.....!!" ajak Khu Sin Hoo sambil menuntun tangan si
bocah. Han Han mengangguk saja, mereka lalu meninggalkan kelima mayat orangorang yang bermuka bengis itu, juga meninggalkan kelima binatang tunggangan
kelima orang itu yang kala itu sedang memakan rerumputan yang terdapat di situ !
Belum berselang lama Khu Sin Hoo dan.Han Han meninggalkan tempat
tersebut, tampak mencongklang pesat sekali dua ekor kuda. Ternyata penunggang
itu orang yang tadi melepaskan kembang api. Mereka dengan cepat tiba di tempat
kelima mayat itu menggeletak. Untuk kaget mereka, segera juga mereka mengenali
bahwa kelima mayat itu adalah kawan mereka !
Dengan cepat mereka melompat turun dari kuda tunggangan mereka itu,
memeriksa kelima mayat yang terbujur kejang..... !
"Tak ada tanda-tanda, bekas luka pada tubuh mereka ini, CieToa-ko kata
salah seorang di antara kedua panunggang kuda itu dengan seruan herannya.
"Aneh.....! Mereka binasa dengan mata mendelik dan mulut terpentang lebar,
255 .
seakan-akan sebelum menemui kebinasaan, mereka berlima menderita kesakitan
yang hebat !" Orang yang dipanggil Cie Toa-ko itu bernama Cie Siang, mengerutkan
kedua alisnya. "Inilah aneh. .....!" gumamnya, dia juga tak kalah herannya. "Siapa yang
telah turun tangan membunuh mereka"!" Dan Cie Siang memeriksa kelima mayat
kawannya itu, juga dia tak memperoleh tanda-tanda luka pada kelima mayat itu,
sampai diapun tak mengerti dengan cara apa kelima kawannya itu terbinasa!!
"Bo-tee .....!!" katanya kemudian sambil berdiri. "Mari kita melaporkan hal
ini kepada Hauw Loo-tangkeh.....!"
Kawannya yang dipanggil Bo-tee itu bernama Bo Cin, dia mengangguk. "Ya
..... kita harus memberikan laporan kepada Hauw Loo-tangkeh.....!!" sahutnya. "Di
dalam hal ini tentu ada sesuatu yang luar biasa..... tentu ada orang kosen yang
membantui Cong Wie Piauw-kiok secara menggelap"
Dengan sebat mereka menaiki kuda tunggangan mereka itu, yang lalu
dilaratkan cepat sekali menuju kearah selatan, kemudian membelok tiga tikungan,
tibalah mereka di depan sebuah rumah, di mana tampak banyak orang.
Cepat sekali Bo Cin dan Cie Siang melompat turun dari kuda tunggangan
mereka itu. "Mana Hauw Loo-tangkeh..... ?" tanya Cie Siang kepada salah seorang yang
berada didekat situ. "Di dalam ..... " menyahuti orang itu, yang sudah lantas membukakan pintu
masuk Cie Siang dan Bo Cin.
Waktu memasuki ruangan itu, dilihatnya Hauw Loo-tangkeh sedang berdiri
membelakangi pintu, memandang keluar jendela. Dengan cepat Ceng Siang dan
Bo Cin menjatuhkan dirinya berlutut.
"Siauw-jia membawa berita. Hauw Loo-tanggkeh .....!!" kata Cie Siang
tanpa berani mengangkat kepalan ya
Hauw Loo-tangkeh Cin Sie Ong mendengus, tapi dia tak membalikkan
tubuhnya, dia tetap berdiri di tempatnya memandang keluar jendela, membelakangi
kedua orang bawahannya itu.
"Berita apa .....?" tanyanya dingin
"Rombongan Piauw-hang itu sedang beristirahat di dusun Ming-an-chung,
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
rupanya mereka telah mengetahui bahwa rombongan mereka itu sedang diincer
oleh kita orang .....! Dan juga ..... " Cie Siang tak meneruskan perkataannya, dia
256 .
mengangkat kepalanya memandang punggung Hauw Loo-tangkeh, pimpinannya
itu. "Hmm ..... kenapa ?" tegur Hauw Loo-tangkeh Cin Sia Ong dingin waktu
mendengar orang tak meneruskan perkataannya, dia juga memutar tubuhnya.
Matanya mencilak kedua alisnya berkerut. "Apa yang telah terjadi ?"
"Kelima orang-orang kita yang melakukan penguntitan untuk jurusan timur
telah terbinasa secara aneh, mereka terbinasa dengan tak ada tanda-tanda luka pada
tubuh mereka .....!"
Mendengar laporan itu, wajah Hauw Loo-tangkeh jadi bengis.
"Siapa yang telah membunuh mereka?" Bentaknya.
"Siauw-jin tak mengetahui Loo-tangkeh, ..... kami berdua menemukan
mereka dalam keadaan tak bernyawa .....!!" menyahuti Cie Siang cepat, rupanya
dia takut sekali melihat Hauw Loo-tangkeh mereka itu sedang dalam keadaan
gusar. Hauw Loo-tangkeh mendengus, rupanya dia murka sekali. Sepasang alisnya
berkerut dia jadi memutar otak untuk menduga-duga orang yang telah membunuh
kelima orangnya itu. "Lalu bagaimana dengan penguntitan jurusan barat"'' tegur Cin Sia Ong
setelah berselang beberapa saat lamanya.
"Semuanya 'berjalan lancar ....., hanya orang kosen yang membantu pihak
Piauw-hang itu telah mengadakan persiapan karena mereka telah memecah diri
menjadi dua rombongan, yang terdiri dari rombongan belakang dan muka !!"
"Hmmm ..... kirim sepuluh lagi untuk melakukan penguntitan terus secara
bergilir .....!!" kata Hauw Loo-tangkeh dingin.
'"Jangan melakukan gerakan apa-apa yang dapat membikin pihak Piauwhang itu mengerdil s pihak kita! Sebelum ada perintah dari ku, tak searangpun
kuijinkan untuk men-coba2 melakukan penyerangan!"
"Baik Loo-tangkeh' ..... !" menyahuti Cie Siang dan Bo Cin hampir
berbareng. "Nah ..... pergilah kalian melakukan tugas yang telah kuberikan ! Juga
jangan lupa mengirim dua orang kita untuk melakukan enyelidikan siapa orangnya
yang telah membunuh kelima orang-orang kita itu !! "
"Baik Hauw Loo-tangkeh .....!" menyahuti Cie Siang dan Bo Cin lagi,
setelah menganggukkan kepala mereka tiga kali, maka kedua orang ini
mengundurkan diri dari ruangan itu.
257 .
Hauw Loo-tangkeh Cin Sia Ong sendiri telah membalikkan badannya
menuju kejendela lagi, dia menatap keluar dengan sepasang alis berkerut.
"Siapa orang yang telah membantu pihak. Piauw-hang itu " " pikirnya.
"Apakah orang benar-benar kosen seperti apa yang dikatakan oleh Cie Siang ....."!"
dan Hauw Loo-tangkeh, pimpinan Harimau ini yang berasal dari perkumpulan Pek
Bwee Kauw, perkumpulan bunga Bwee putih, jadi memutar otak. "Hmmm ..... biar
bagaimana Piauw-hang dari Cong Wie Piauw-kiok ini harus jatuh ketangan Pek
Bwee Kauw ..... kalau perlu aku akan meminta pada Kauw-coe untuk mengirimkan
bala bantuan, mengirimkan Kim-soe Loo-tangkeh dan Pek Wie Too-jin .....!"
Perlahan-lahan Hauw Loo-tangkeh ini memutar tubuhnya, dengan kepala
tertunduk dia menuju kepembaringan dan duduk di situ sambil memikirkan
rencana penyergapan pada rombongan Cong Wie Piauw-kiok.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
JIAUW PIE JIE LAY Khu Sin Hoo mengajak Han Han mengambil jurusan
barat, perlahan-lahan mereka menyusuri jalan itu dengan berdiam diri. Karena,
keduanya sedang tenggelam dalam alam pikiran mereka masing-masing.
Han Han sedang memikirkan keadaan kedua orang tuanya dan keempat Soeheng, Soe-cienya, yang sekarang entah berada di mana ..... sedangkan Khu Sin Hoo
sendiri sedang memutar otak untuk memikirkan pengobatan bagi Han Han ..... !
Tiba-tiba di antara kesunyian yang mencekam sekitar daerah itu, terlihat
enam sosok bayangan yang sedang berlari-lari dengan mengeluarkan suara tertawa
yang berisik sekali. Keenam sosok bayangan itu lari kearah Khu Sin Hoo dan Han
Han. Waktu keenam bayangan itu sudah datang mendekati, Han Han jadi
mengeluarkan seruan tertahan, lubuhnya menggigil. Kenapa "!
Itulah ayah ibunya dan keempat murid ayahnya ..... dan yang lari paling
muka adalah Han Swie Lim, di belakangnya mengikuti Han Hoe-jin, Soe Niang,
Hi Lay, Hi Beng dan Tang Siu Cauw.
Han Man jadi menjerit dan melepaskan tangannya dari cekalan Jiauw Pie Jie
Lay, berlari-lari ke arah kedua orang tuanya itu.
"Thia ..... Ma ..... !" serunya.
Keenam bayangan itu berhenti di depan si bocah, mereka berhenti tertawa
dan saling pandang sesaat, namun kemudian mereka telah ke tawa lagi.
258 .
"Thian mau bertamasya ..... Wftfoas
mau bertamasya---!!" seru Han Swie Lim sambil menari-nari, dia sudah tak
mengenal putera tunggalnya itu, sedangkan pakaiannya telah koyak-koyak dan
kotor sekali. Begitu juga dengan Han Hoe-jin dan keempat murid dari orang she
Han yang telah gila itu. "Ya, ya, ya, Giok Lie akan ikut serta dengan Thian !!" Han Hoe-jin juga
berteriak-teriak sambil tertawa-tawa dan menari. Matanya jelalatan menyeramkan
sekali ..... ! Melihat itu, Han Han menubruk ibunya antuk memeluk Han Hoe-jin, dia
juga menangis sedih sekali.
"Ma ! Ma ! Ini aku, Han-jie ..... !" teriaknya bagaikan kalap. "Ini aku Ma .....
kenapa kau ". Kenapa kau Ma "!"
Han Hoe-jin sendiri begitu melihat si bocah menubruk dan memeluk dirinya,
jadi berseru marah. "Bocah kurang ajar ..... kau berani berlaku ceriwis pada Giok Lie ..... !!" dan
karena dia sudah tak dapat mengenali puteranya, diangkat tangannya, sekali tepak
saja pada bahu si bocah tubuh Han Han terpental dan ambruk di tanah sambil
mengerang sakit. Namun bocah ini kalap sekali, dia menangis kencang dan
melompat bangun lagi akan menubruk ibunya.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 259 .
JILID VII K HU SIN HOOO Jiauw Pie Jie-lay yang sejak kedatangan keenam orang
itu, jadi berdiri menjublek seperti orang kesima, dan dia jadi terkejut
waktu melihat Han Han dihajar terpental oleh Han Hoe-jin, ibunya si
bocah itu, dia sampai mengeluarkan seruan dan melompat ke arah si bocah. Pada
saat itulah Han Han sedang melompat bangun untuk menubruk dan memeluk Han
Hoe-jin lagi, maka Khu Sin Hoo mengulurkan tangannya menjambret tangan si
bocah. yang dicekalnya erat-erat.
"Han-jie ..... '!" bentaknya keras.
Tapi Han Han berontak dari cekalan Jiauw Pie Jie-lay sambil menangis,
"Lepaskan! Lepaskan aku !" teriaknya di antara sendat tangisnya. "Ma ! Ini
Han-jie, Ma ! Ma! Maaaa !!"
"Han Han ..... !" bentak Khu Sin Hooo lagi sambil mengerutkan sepasang
alisnya, dia mempererat cekalannya agar si bocah tak dapat terlepas dari
cekalannya, "Dengarlah Han-jie.....! Orang-orang itu gila semua..... diamlah Hanjie ..... ! "
"Lepaskan ! Lepaskan !!" teriak Han Han kalap. "Itu ayah dan ibuku !!
Lepaskan .....! Maaa ! Ini Han-jie, Ma !!" dan si bocah, meronta terus, tapi mana
dia bisa melepaskan cekalan Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hooo, seorang tokoh
persilatan yang mempunyai kepandaian luar biasa itu "
Khu Sin Hooo sendiri jadi melengak mendengar perkataan si bocah, dia
sampai mengawasi keenam orang itu dengan tubuh menjublek.
Pada saat itu Han Swie Lim dan yang lain-lainnya telah menari-nati sambil
tetap mengeluarkan suara tertawa yang menyeramkan, sebentar pendek, lalu
disusul dengan suara tertawa yang panjang sekali, yang dapat mendirikan bulu
tengkuk.....mata mereka juga melancarkan sinar yang mengerikan. Mereka sudah
tak mengenali Han Han lagi, mereka juga tak mengetahui lagi bahwa bocah itu
sebetulnya adalah putranya sendiri ..... semua itu disebabkan karena mereka telah
gila.....! Kasihan bocah she Han itu !!
Mungkin saking sedih dan berduka melihat keadaan kedua orang tuanya dan
keempat murid ayahnya itu, lagi pula dia tak bisa melepaskan cekalan tangan Khu
260 .
Sin Hooo, maka setelah meronta sesaat lamanya lagi, setelah mengeluarkan suara
keluhan, dia rubuh pingsan dengan air mata masih membanjiri pipinya ..... !
Orang tua she Khu itu sendiri jadi terkejut waktu melihat bocah she Han
tersebut jatuh pingsan tak sadarkan diri, cepat-cepat dia membawanya ketepi jalan
dan merebahkannya di rumput yang banyak bertumbuhan di sekitar daerah
tersebut. Sedangkan Han Swie Lim dan kelima orang gila lainnya itu jadi berlompatlompat sambil menghampiri, lalu mengiringi Khu Sin Hoo dan Han Han.
Jiauw Pie Jie Lay Khu Sin Hoo jadi mendongkol waktu melihat Tang Siu
Cauw mengulurkan tangannya untuk menjambak rambut Han Han, orang she Khu
ini mengeluarkan seruan marah, kemudian menggerakkan tangannya mengibas
dengan ujung lengan jubahnya, maka tanpa ampun lagi Tang Siu Cauw terpental
dengan mengeluarkan suara jeritan yang menyeramkan, kemudian ambruk di tanah
dengan menjerit-jerit kesakitan.
Han Swie Lim dan orang-orang lainnya yang gila itu jadi mendelik pada
Khu Sin Hooo dengan tatapan mata yang bengis, tahu-tahu orang she Han dan Han
Hoe-jin telah melompat berbareng menggerakkan tangan mereka menyerang Khu
Sin Hoo. Ternyata, walaupun mereka telah gila, tokh kepandaian ilmu silat mereka
tidak hilang. Dengan secara mambabi buta Han Hoe-jin dan suaminya itu
menyerang Khu Sin Hoo, tapi setiap serangannya pasti menimbulkan angin
serangan yang keras sekali dan berbahaya. Coba kalau yang menghadapi suamiisteri gila itu manusia biasa, pasti orang itu akan hancur kepalanya terhajar oleh
tangan Han Swie Lim serta isterinya itu.....!
Tapi bagi Khu Sin Hoo lain. Mana dia anggap kepandaian yang dimiliki oleh
Han Swie Lim dan Han Hoe-jin "! Maka dari itu, melihat orang menyerang
dirinya, bukannya dia menyingkir, malah Khu Sin Hoo menggerakkan tangannya
menangkis kedua serangan itu, dan di saat terdengar suara 'Dukkk!' dua kali yang
keras, maka tampak tubuh Han Swie Lim dan Han Hoe-jin terpental.
Khu Sin Hooo cepat-cepat mengurut tubuh Han Han untuk membikin si
bocah tersadar, sedangkan Han Swie Lim dan Han Hoe-jin telah ambruk di tanah
sambil menjerit-jerit kesakitan dan memegangi tangan mereka yang dirasakan sakit
luar biasa dan tulang-tulang tangan mereka dirasakan seperti mau patah !
Namun, ketika mereka bangun kembali, mereka telah tertawa-tawa sambil
menari-nari. Han Swie Lim sendiri telah berteriak-teriak:
261 .
"Thian mau bertamasya .....! Thian mau berangkat ! Hayo siapa yang mau
ikut "!" "Hek-seng ingin ikut bersama Thian !!" Tang Siu Cauw dan ketiga Soeteenya telah berteriak dengan suara yang keras, mereka membahasakan diri Hekseng, murid, yang biasanya dipergunakan oleh sastrawan.
Han Swie Lim telah tertawa keras.
"Bagus ! Bagus! Mari kita berangkat ! Hayo kita berangkat!!" dan setelah
berteriak begitu, Han Swie Lim menjejakkan kakinya, mencelat jauh sekali
meninggalkan tempat itu. Kelima orang gila lainnya juga ikut menjejakkan kaki
mereka dan tubuh mereka mencelat pesat menyusul Han Swie Lim..... !
Khu Sin Hoo jadi menarik napas melihat kelukan enam orang gila itu. Dia
sangat berduka, diawasinya wajah Han Han yang masih terbaring di atas rumput,
wajah bocah itu pucat sekali, disudut matanya tampak bekas-bekas air mata yang
sudah mulai mengering. Keadaannya harus dikasihani. Muka bocah tersebut telah
berubah kehijau-hijauan, gelap-kelabu. Dan, dengan keadaannya, demikian, maka
menandakan bahwa jiwa bocah she Han itu sedang dalam keadaan yang sangat
gawat sekali. Setelah menarik napas berulang kali, maka Khu Sin Hoo mengulurkan
tangannya me notok jalan darah Ciang-hie-hiatnya si bocah. Tepat totokan jago tua
she Khu tersebut, karena begitu jalan darahnya si bocah tertotok, tampak seketika
itu juga tubuh si bocah bergerak-gerak perlahan sekali, wajahnya juga berangsurangsur berobah merah,
Khu Sin Hoo menggeleng-gelengkan kepalanya dengan hati berduka waktu
melihat keadaan si bocah. Semakin cepat bocah ini tersadar, maka bathin kematian
yang mengancam dirinya akan semakin cepat menjelang datang. Semua ini
disebabkan semakin pendek jarak antara pingsan dan sadar, dan akan
menyebabkan semakin cepatnya saat-saat kematian si bocah, dia tak akan tahan
melawan serangan Im dan Yang yang sedang mengamuk di dirinya. Lebih-lebih
sekarang dia mendapat pukulan bathin yang hebat, menyaksikan keadaan orang
tuanya yang telah gila, dan tak mengingatnya lagi dirinya sebagai putra mereka.
Sebagai seorang bocah yang baru berusia di antara sepuluhan tahun, sebetulnya
apa yang telah dialaminya selama itu luar biasa sekali dan tak wajar, karena biar
bagaimana kuatnya daya tahan dari tubuh seorang bocah, tokh dia masih tetap
seorang bocah cilik yang lemah.
262 .
Jago tua she Khu itu sendiri, sangat kebingungan, dia ingin sekali
menyalurkan tenaga Lwee-kangnya untuk membantu bocah itu menggempur dan
melawan dua serangan hawa Im dan Yang yang mengendap dalam tubuhnya si
bocah, tapi tokh dia jeri kalau-kalau sampai hal itu malah nanti membuka jalan
darah Thay-yang-hiatnya si bocah, sehingga hawa Im dan Yang dapat menerobos
ke dalam jalan darah itu dan kalau sampai hal itu terjadi, tentu jiwa si bocah tak
akan tertolong lagi. Itulah sebabnya, sampai detik itu, orang tua she Khu itu hanya
berani memberikan pertolongan darurat belaka, dengan jalan memberikan beberapa
totokan saja kepada bocah she Han tersebut.
"Di.....di mana kita, Tay-soe?" tanya Han Han waktu dia membuka rnatanya
melihat Khu Sin Hoo. Matanya memancarkan perasaannya yang sedang dalam
kebingungan dan keadaan si bocah harus dikasihani benar.
"Tenanglah Han-jie.....berbaringlah se saat lagi untuk mengasoh! Kau terlalu
letih !!" bujuk Khu Sin Hoo terharu.
Akan tetapi, baru saja jago tua she Khu tersebut berkata begitu, tiba-tiba Han
Han telah melompat dan berteriak seperti orang kalap.
"Mana ayahku" Mana " Mana ibuku" Mana Thia-thiaku ?" dan bocah ini
berlari-lari. Khu Sin Hooo jadi terperanjat, dia melompat untuk menubruk dan mencekal
lengan si bocah erat-erat.
"Han-jie.....! Tenang Han-jie!!" bentaknya dengan suara yang keras.
"Lepaskan!! Lepaskan.! Aku ingin mencari ibu dan ayanku!" teriak Han Han
seperti orang kalap. "Lepaskan.....! Ohlepaskanlah.....!!"
Khu Sin Hoo jadi terharu sekali melihat keadaan si bocah demikian macam,
hampir saja dia meneteskan air mata. Dirangkulnya bocah itu dengan lembut dan
penuh kasih-sayang. "Tenanglah Han-jie..... tenanglah! Duduklah'!" bujuk Khu Sin Hoo.
"Tidak ! Aku mau mencari ibu dan ayahku ! Lepaskan.....!" teriak Han Han.
"Ya, ya, ya, kita akan mencari ayah dan ibumu!! Tenanglah nak..... !" bujuk
Khu Sin Hoo. Tapi si bocah yang sedang dalam keadaan kalap seperti itu mana bisa
dibujuk dan ditenangkan "! Dia malah meronta-ronta sambil menangis.
Khu Sin Hooo membujuk beberapa kali lagi, sampai akhirnya setelah
berselang sesaat, rupanya orang she Khu tersebut habis sabar, tahu-tahu dia
263 .
mengayun tangannya, dan, ..... plaaakkk !' si bocah she Han telah di tamparnya
keras-keras. "Anak Han.....kau mau diam tidak?" bentaknya dengan alis berkerut.
Han Han waktu ditampar oleh Khu Sin Hoo, dia jadi kaget, sampai
tangisnya terhenti mendadak. Dia tak menduga bahwa Kho Sin Hooo akan
menamparnya, maka itu dia jadi memandang Khu Sin Hooo seperti orang kesima,
air matanya mengalir dipipinya, dia jadi menangis tak bersuara.
Melihat keadaan si bocah, Khu Sin Hooo jadi menyesal telah menamparnya,
dia terharu sekali, sampai tanpa disadarinya air mata telah membasahi kedua
pipinya. Dipeluknya Han Han.
"Anak Han.....! Anak Han !!" katanya dengan suara yang parau. "Loo-lap tak
sengaja menyakiti dirimu!! Maafkanlah Loo-lap !!"
Han Han juga telah memeluk Khu Sin Hooo juga.
"Ya..... aku memang mengetahui dan merasakan apa yang diderita olehmu,
anak Han!" kata Khu Sin Hooo. "Mulai besok sambil menuju ke Hong-san, kita
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
akan mencari juga kedua orang tuamu itu untuk berusaha mengobatinya, agar
pikiran mereka kembali menjadi waras .....!"
"Oh Tay-soe.....budimu terlalu besar dan entah bagaimana aku harus
membalasnya nanti ....."!" keluh Han-jie gembira air matanya masih menitik
membasahi pipinya, matanya memandang Khu Sin Hooo dengan tatapan berterima
kasih. "Mari kita lanjutkan perjalanan lagi ..... " kata Khu Sin Hoo.
Han Han mengangguk sambil tersenyum dengan butir-butir air mata
membasahi pipinya! *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 18 MALAM itu Khu Sin Hoo dan Han Han bermalam di-Kung-an-chung,
sebuah kampung y mg cukup besar dan ramai. Mereka bermalam dipenginepan
dimana orang-Cong Wie Piauw-kok juga menginap disi-tu. Waktu Khu Sin Hoo
dan Han Han memasuki rumah penginepan itu tadi, orang-orang Cong Wie Piauw-
264 .
kiok yang sedang berkumpul diruangan muka rumah penginepan itu hanya melirik
saja, lalu tak mengacuhkan orang tua she Khu dan Han Han.
Waktu berada di dalam kamar, Jiauw Pie Jie-lay berulang-kali menarik
napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Han Han melihat kelakuan jago tua she Khu tersebut, dia menanyakannya.
"Hmmm..... piauw yang sedang mereka kawal sedang diincer oleh orangorangnya Pek Bwee Kauw, tapi mereka masih tak mengendusnya!" Khu Sin Hoo
menerangkan sambil tertawa tawar. "Biar apa saja yang terjadi nanti, Loo-lap tak
nantinya turun tangan untuk membantu pihak piauw itu, paling-paling juga Loo-lap
memberikan kisikan saja pada mereka.....!!"
"Mengapa begitu Tay-soe ?" tanya Han Han heran.
"Hmmm ..... selama merantau dalam dunia persilatan, selama limapuluh
tahun ini, entah sudah berapa banyak orang yang kutolong dari kesulitan mereka,
tapi rata-rata semuanya membalas kebaikanku itu dengan kebalikkannya, air susu
dibalas dengan air tuba.....-! Hmm, tadi saja, orang-orang Pek Bwee Kauw, Thiansan Siau-eng, bisa diambil contoh.....pada hari itu kita telah menolongnya dari
tangan orang-orangnya Mo-in-shia, tapi tokh mereka malah mempergunakan tipu
daya untuk mencelakaimu, Han-jie !"
"Tapi Tay-soe .....sebetulnya persoalan si tabib dan Thian-san-sian-eng tak
ada sangkut pautnya dengan orang-orang Piauw ini, maka tak ada salahnya kalau
memang orang-orang Piauw dari Cong Wie Piauw-kiok itu mengalami kesulitan,
Tay-soe mengulurkan tangan untuk menolongnya dari orang-orang jahat itu."
Khu Sin Hooo melengak mendengar perkataan si bocah, tapi hanya sesaat,
karena kemudian dia telah tertawa lebar. Ditepuk-tepuknya bahu si bocah.
"Bagus! Bagus! Ternyata hatimu mulia sekali, Han-jie ! " pujinya. "Aku
girang melihat keluhuran budimu, karena biarpun kau dalam keadaan menderita
sekali, sedang terserang oleh hawa Im dan Yang yang entah kapan baru dapat
dilenyapkan, tapi tokh kau masih memikirkan keselamatan orang lain ! Bagus !
Karena ini memang permintaanmu, maka Loo lap bersedia untuk membantu orangorang dari Cong Wie Piauw-kiok kalau mereka menemui kesukaran !"
Han Han tertawa gembira, dia cepat-cepat mengucapkan terima kasih.
Kemudian mereka, sang Hwee-shio dan si bocah itu, masing-masing mengasoh.
Ketika menjelang kentongan kedua, Khu Sin Hooo telah memberitahukan
kepada Han Han bahwa penjahat-penjahat yang mengincer Piauw yang sedang
dikawal oleh Ciong Wie Piauw Kiok, mungkin malam ini akan bekerja. Karena
265 .
telah berpengalaman dan banyak memakan asam garamnya dunia persilatan, juga
merupakan seorang tokoh dari ketujuh jago luar biasa itu, maka Khu Sin Hooo
telah mempunyai perasaan yang tajam luar biasa sekali.
Sebetulnya Han Han tak mernpercayai keterangan Hwee-shio itu, tapi dia
tak mau membantah atau berdebat. Dia hanya mengiyakan saja. Dalam anggapan si
bocah, walaupun Khu Sin Hooo seorang beribadat, tapi tokh dia bukanlah seorang
peramal yang dapat menentukan sesuatu yang belum terjadi.
Akan tetapi, dugaan Jiau Pie Jie-lay ternyaia tepat. Karena malam itu, rumah
penginapan tersebut telah dikurung oleh orangnya Pek Bwee Kauw. Dan, Han Han
tersadar dari tidurnya dikala dia mendengar suara bentakan-bentakan yang nyaring
serta bengis. Waktu si bocah menoleh kepembaringan Khu Sin Hooo, dilihatnya
Jiauw Pie Jie-lay sedang duduk bersemedi dan sedang menatapnya dengan
tersenyum. "Mereka telah datang, Han-jie.....!" kata Khu Sin Hooo perlahan.
Han Han mengangguk, dia turun dari pembaringannnya dan menghampiri
orang tua she Khu itu. "Suara mereka amat bengis, Tay-soe!" kata bocah ini. "Mungkin orangorang Piauw-kiok itu sedang mengalami kesulitan."
Khu Sin Hoo mengangguk. "Benar.....! Selain jumlah mereka banyak, pun terdiri dari orang-orang
kosen.....mungkin orang-orang Piauw-kok itu akan tergempur dan barang kawalan
mereka akan ke-rampas.....!" menyahuti Khu Sin Hooo.
"Mengapa Tay-soe tak cepat-cepat menolongnya"'' tanya Han Han gelisah.
Khu Sin Hoo tersenyum lagi, dia hanya mengangguk-angguk dan tak
menyahuti. "Tay-soe..... "panggil Han Han tambah gelisah.
"Belum waktunya!" menyahuti si paderi sambil tetap tersenyum. "Pergilah
kau kembali kepembaringanmu."
Si bocah masih ingin mendesak Khu Sin Hooo agar cepat-cepat menolong
orang-orang Cong-Wie Piauw-kiok, tapi melihat Khu Sin Hooo mengibaskan
tangannya, terpaksa dia kembali kepembaringannya.
Suara orang-orang yang sedang bertempur di luar kamar terdengar berisik
sekali. Terdengar juga benturan-benturan senjata tajam dan suara jeritan yang
mengerikan. Rupanya banyak yang terluka.
266 .
Han Han yang mendengar suara berisik itu. jadi tambah gelisah. Dia sering
melirik Khu Sin Hooo, yang dilihatnya sedang duduk tenang-tenang. Entah berapa
kali si bocah tak dapat mengendalikan perasaannya dan ingin menghampiri orang
tua she Khu itu, untuk memintany a agar cepat-cepat menolong orang-orang Cong
Wie Piauw-kok. Khu Sin Hooo sendiri melihat kegelisahan yang sedang meliputi diri si
bocah, dia hanya tersenyum. Sampai ketika terdengar suara jeritan yang
menyayatkan menggema di sekitar tempat itu terdengar nyaring sekali dan
mengerikan, barulah Sin Hooo melompat dari pembaringan dan keluar dari
kamarnya. Han Han juga cepat-cepat mengikuti di belakang si Hweesio menuju ke
luar dari kamar itu. Begitu berada di luar kamar, Han Han dan Khu Sin Hooo menyaksikan
pemandangan yang mengerikan. Mayat-mayat bergelimpangan dan darah merah
menggenangi lantai rumah penginapan. Kasir dan pelayan rumah penginapan telah
bersembunyi di-kolong-kolong meja dengan tubuh menggigil ketakutan.
Sedangkan orang-orang Cong Wie Piauw-kiok telah terkurung ketat oleh orangorang Pek Bwee Kauw. Tampak, pula di situ Hauw loo-tangkeh dan jago-jago
kosen Pek Bwee Kauw lainnya, yang berdiri menghadang di depan pintu untuk
mencegah orang-orang Piauw-kiok melarikan diri.
Begitu melihat Khu Sin Hooo dan Han Han keluar dari dalam kamar, Hauw
Loo-tangkeh Cin Sia Ong dan orang-orangnya hanya melirik saja, lalu mereka tak
mengambil perduli pada Hwee-shio dan si bocah.
Khu Sin Hooo waktu melihat orang-orang Piauw-kiok yang telah tinggal
delapan orang itu sedang melindungi kereta barang mereka yang akan direbut oleh
orang-orang Pek Bwee Kauw, dia hanya tersenyum dingin, lalu tahu-tahu tubuhnya
berkelebat cepat kearah gelanggang pertarungan. Kedua tangannya bergerak-gerak
dengan cepat sekali, dibarengi oleh suara jerit kesakitan dari orang-orang Pek
Bwee Kauw yang sedang mengurung orang-orangnya Cong Wie Piauw-kiok itu,
tubuh orang-orang Pek Bwee Kauw terpental dan ambruk dilantai tanpa dapat
berkutik lagi. Mereka semuanya telah tertotok.
Hauw Loo-tangkeh dan jago-jago kosen dari Pek Bwee Kauw waktu melihat
hal itu, mereka jadi berseru terperanjat, dan ketika melihat orang yang
menggempur kepungan anak buahnya itu terhadap orang-orangnya Cong Wie
Piauw-kiok adalah si Hwee-shio yang tadi keluar dari dalam kamar, wajah mereka
jadi berubah bengis. Dengan gesit Hauw Loo-tangkeh telah berada di hadapannya.
267 .
"Siapa kau kepala gundul?" bentak Hauw Loo-tangkeh kasar. "Mengapa kau
mau mencampuri urusan kami "!"
Khu Sin Hoo ketawa tawar.
"Hmm.....di tempat ramai kau masih berani membegal !" katanya dingin.
"Walaupun setan-iblis neraka, tapi biar bagaimana hari ini Loo-lap harus membuka
pantangan membunuh.....kalian harus dilenyapkan dari permukaan bumi !!"
Wajah Hauw Loo-tangkeh jadi merah padam, dia membentak sambil
menyerang dengan tangannya. Angin serangannya sangat kuat sekali.
Jiauw Pie Jie-lay Khu Sin Hoo mana pandang sebelah mata pada Hauw Lootangkeh Cin Sia Ong "! Maka dari itu, di kala serangan orang akan tiba di dirinya,
Khu Sin Hoo mengibaskan tangannya dan terdengar suara jeritan yang
menyayatkan, tubuh Cin Sia Ong tampak terpental dan ambruk di lantai rumah
penginapan dengan tangan patah dan kepala remuk. Arwahnya sudah lantas
terbang ke dunia barat ! Orang-orang Pek Bwee Kauw lainnya jadi terkejut melihat Hauw Lootangkeh terbinasakan dalam keadaan begitu. Mereka cepat-cepat mengurung Khu
Sin Hoo. Malah Bo Cin dan Cie Siang, telah maju menyerang Khu Sin Hoo sambil
membentak : "Hwee-shio gundul ! Kau mencari mampus "!" dan kedua tangan mereka
telah menyerang dengan hebat.
Kedua orang Pek Bwee Kauw ini mana dapat melukai Khu Sin Hoo "
Sedangkan Hauw Loo-tangkeh, yang kepandaiannya tinggi dan kosen melebihi
kedua anak buahnya itu, masih dapat dibinasakan dengan begitu mudah oleh Khu
Sin Hoo. Maka dari itu, dia jadi ketawa tawar dan mengibaskan kembali lengan
jubahnya. Dengan cepat, tampak tubuh Bo Cin dan Cie Siang terpental dengan
mengeluarkan jeritan yang mengerikan.
Waktu tubuh kedua orang tersebut ambruk di lantai, arwah mereka menyusul
Hauw Loo-tangkeh, mereka terbinasakan dengan cara yang penasaran sekali,
karena mereka tak mengetahui dengan cara bagaimana Khu Sin Hoo membunuh
mereka. Hanya, tampak kepala kedua orang itu, Bo Cin dan Cie Siang pecah keluar
polohnya.....! Khu Sin Hoo ketawa dingin, dilihatnya semua orang-orang Pek Bwee Kauw
dan orang-orang Cong Wie Piauw-kiok berdiri kesima menyaksikan kejadian yang
hebat dan terjadi dalam beberapa detik itu. Mereka seperti melupakan keadaan
sekeliling mereka. 268 .
"Cepat kalian menggelinding sebelum Loo-lap merobah pikiran!!" bentak
Khu Sin Hoo dengan suara yang bengis.
Dengan cepat orang-orang Pek Bwee Kauw tersadar, mereka mendelik pada
si Hwee-shio, kemudian salah seorang merogo sakunya dan tahu-tahu tangannya,
bergerak dengan cepat. Seulas sinar putih melesat cepat kearah Hwee-shio diiringi
oleh bentakkan orang tersebut: "Mampuslah keledai gundul !!"
Khu Sin Hoo tadi melihat orang menggerakkan tangannya, dia duga orang
menyerang dia dengan menggunakan senjata rahasia, maka dari itu waktu melihat
seulas sinar putih menyambar padanya dengan cepat, dia mengegoskan ke
samping, tangannya bergerak menghajar telak dada orang itu, sehingga dengan
memperdengarkan suara 'kreeekkk !' yang n yaring, orang itu terpental dan ambruk
dengan dada melesak, karena tulang-tulang dadanya telah hancur remuk dihajar
oleh si Hwee-shio Jiauw Pie Jie-lay !
Cahaya putih yang dielakkan oleh Khu Sin Hoo telah meluncur terus dan
menyambar kearah Han Han.
Khu Sin Hoo sendiri yang telah dapat menghajar orang yang melepaskan
cahaya rahasia itu, jadi terkejut waktu melihat cahaya putih itu menyambar kearah
Han Han. "Ihhh !" seru Khu Sin Hoo sambil mencelat kearah Han Han untuk
menyambar senjata rahasia yang dilepaskan orang itu, sebelum tubuhnya dapat
mendekati, dilihatnya cahaya putih itu telah menyambar dekat sekali kepada Han
Han yang berdiri kesima tak dapat mengelakkan.
Khu Sin Hoo jadi tambah gugup, dia mengibaskan lengan jubahnya dan
serangkum angin serangan telah menyambar kearah cahaya putih yang menyambar
itu. Tapi, senjata itu hanya oleng sedikit, tahu-tahu Han Han telah menjerit sambil
melompat-lompat. Khu Sin Hoo jadi merandek, dia melengak dan mengawasi dengan mata
mendelong. Kepalanya seperti disiram oleh segayung air yang sedingin es.
Han Han sendiri, setelah menjerit-jerit sesaat lamanya sambil melompatlompat, akhirnya rubuh terjungkel dan tak sadarkan diri.
Khu Sin Hoo jadi tersadar dan dengan hati yang kebat-kebit dia memeriksa
keadaan si bocah she Han.
Darahnya jadi meluap waktu melihat "senjata rahasia' yang dilepaskan oleh
orang tadi, karena ternyata itu bukan seoia-cam senjata rahasia, tapi 'Pek-coa', ular
putih, yang sangat beracun sekali. Gigi ular putih yang tajam lancip itu telah
269 .
terbenam dalam sekali di tangan si bocab she Han, rupanya ular putih tersebut
yang terkenal akan Tok atau racunnya, telah menggigitnya keras-keras.
Dengan mengeluarkan seruan gusar. Khu Sin Hoo mengulurkan 'angannya
meremas ular itu, diiemparnya xiiar yang telah mau seketika itujuga kesamping.
Kemudian dengan cepat tangannya bergerak untuk roenotok beberapa jalan darah
.si-bocafa she Han untuk membendung menjalaniya racun ke-arah jantung Han
Han. Tapi, tubuh Han Han telah berubah hijau kehitam-hitaman. Mukanya juga
telah bersemu hitam. Hati Khu Sin Hoo jadi mencelos, dia mengeluh putus asa. Karena, .selain si
bocah tergigit oleh ular Pek Coa yang terke nal akan keganasan racunnya, juga si
bocah sedang menderita serangan hawa Im dan Yang yang akan menerobos ke
jalan darah le-hiatnya dan kalau sampai racun Pek Coa itu ikut mengalir
menerobos ke jalan darah le-hiat, jiwa si bocah akan habis sampai di situ saja,
sebab biar bagaimana bocah itu hanya seorang anak manusia yang terdiri dari
darah daging belaka, yang tak akan kuat menerima serangan-serangan sari berbagai racun dan
hawa Im dan Yang. Diawasinya Han Han dengan air mata menitik dari pipinya, kemudian Khu
Sin Hoo menjerit mengerikan, dia murka sekali. Tubuhnya melompat tinggi,
kemudian tangannya bergerak-gerak, tahu-tahu lima orang Pek Bwee Kaow rubuh
terjungkal. Mereka binasa seketika itu juga dengan kepala remuk. Kemudian
disusul oleh empat orang Pek Bwee Kauw lagi, yang terbinasakan juga. Begitulah,
saking murkanya Khu Sin Hoo telah membunuh orang Pek Bwee Kauw. Dia
murka sekali, disebabkan oleh orang-orang Pak Bwee Kau itulah maka Han Han
sampai tergigit oleh ular yang sangat beracun itu. Kemudian, setelah membunuh
semua orang-orang Pek Bwee Kauw yang tak sempat melarikan diri itu, Khu Sui
Hoo menjatuhkan diri dan menangis sambil menatap Han Han.
Orang-orang Cong Wie Piauw-kiok jadi berdiri kesima. Sebetulnya mereka
ingin menyatakan terima kasih mereka, tapi tokh mereka tidak berani menghampiri
si Hwee-shio karena wajah Khu Sin Hoo pada saat itu sangat menyeramkan sekali.
Lama juga Jiauw Pie-Jie Lay mengawasi Han Han, sampai suatu ketika,
dilihatnya Han Han menggigil seperti orang kedinginan. Hati Khu Sm Ho jadi
semakin pedih dia tahu, tak lama lagi tentu bocah itu akan mati dan arwahnya akan
terbang menuju kepintu gerbang gedungnya Giam-lo-ong.....!"
270 .
Han Han waktu tadi merasakan tangannya tergigit oleh Pek Coa, ular putih
yang dilepaskan oleh orangnya Pek Bwee Kauw itu merasakan seketika itu juga
tangannya menjadi gatal, kemudian tubuhnya seperti digigit beribu-ribu ular, itulah
yang menyebabkan bocah. she Han tersebut melompat-lompat seperti orang yang
sedang hilang ingatannya. Kemudian, setelah melompat beberapa kali dia
merasakan matanya nanar, pandangannya berkunang-kunang, setelah
mengeluarkan suara keluhan yang lirih, dan merasakan tubuhnya panas sekali, dia
rubuh terjungkal tak sadarkan diri.
Dan sekarang, di kala dia membuka matanya tersadar dari pingsannya, si
bocah merasakan tubuhnya sangat panas sekali, hawa dingin dan panas bergabung
menjadi satu dan berkumpul di dekat Tan-tian, pusarnya, kemudian mendesak ke
arah dadanya, seakan-akan dadanya itu tak tahan lagi akan desakan hawa yang
begitu kuat dan bocah she Han tersebut merasakan dadanya seperti mau meledak !
Dengan mengeluarkan seruan yang lirih dia melompat bangun dan melompat
tinggi sekali, setinggi empat tombak ! Sambil melompat, dia menjerit sekuatkuatnya, seakan-akan ingin menyalurkan desakan hawa yang berkumpul di Tantiannya dan menyesakkan dadanya, kemudian di saat tubuhnya meluncur turun dan
dia dapat berdiri tegak, dia tertawa keras sekali, menggoncangkan rumah
penginapan tersebut. Suara tertawanya si bocah luar biasa sekali, dapat
diumpamakan runtuhnya langit dan melesaknya bumi!
Khu Sin Hoo sendiri jadi berdiri kesima. Sejak tadi dia menyaksikan
kelakuan bocah she Han yang luar biasa itu, sampai akhirnya dia jadi tambah
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
terkejut waktu menyaksikan Han Han melompat setinggi empat tombak dan
kemudian.tertawa dengaa suara yang luar biasa.
Dan yang apes adalah dua orang Cong Wie Piauw-kiok. Sedang Khu Sin
Hoo Berdiri kesima, adalah dua orang Cong Piauw-kiok itu rubuh terjungkal.
mereka tak tahan mendengar suara tertawa Han Han, dan malah nanti begitu
mereka tersadar, mereka akan menjadi orang cacad, karena mereka akan menjadi
tuli, yang tak dapat mendengar lagi. Selaput gendang telinga mereka telah pecsh.
Sedangkan yang enam orang Cong Wie Piauw-kiok lainnya telah berdiri dengan
wajah yang pucatdan menutupi telinga dengan kedua tangan mereka. Berhubung
kepandaian mereka lebih tinggi kalau dibandingkan dengan kedua kawan mereka
yang rubuh itu, maka mereka masih dapat berdiri tegak tak rubuh.
271 .
Lama juga Han Han tertawa begitu sampai akhirnya dia berhenti dan berdiri
tegak dengan mata mendelong. Dadanya dirasakan lapang dan tubuhnya segar
sekali. Wajahnya telah berubah merah kembali.
Khu Sin Hoo cepat-cepat menghampiri si bocah. "Apa yang telah terjadi,
Han-jie ?" tanya jago tua ini heran,
Han Han menggelengkan kepalanya. "Entahlah!!" dia menyahuti karena dia
sendiri juga heran akan kejadian yang telah menimpa dirinya. "Tapi.....tapi,
tubuhku jadi ringan, Tay-soe, lihatlah.....aku dapat melompat setinggi ini!" dan
Han Han melompat lagi, dia memang dapat melompat setinggi empat tombak
lebih! Luar biasa sekali !!
Khu Sin Hoo sendiri jadi tak mengerti. Mengapa bisa terjadi peristiwa yang
aneh begitu "! Ternyata, karena digigit oleh Pek Coa, ular putih, yang terkenal akan
keganasan racunnya, maka racun itu mengamuk di dalam tubuh si bocah she Han
tersebut. Biasanya setiap orang yang terkena racun ular Pek Coa, maka jiwanya tak
dapat tertolong lagi, karena racun ular putih tersebut bekerja cepat sekali dan
dalam dua atau tiga detik si korban pasti akan melayang nyawanya. Akan tetapi
berlainan apa yang telah terjadi di diri Han Han. Karena dia sedang menderita dua
serangan hawa Im dan Yang, hawa panas dan dingin, maka begitu racun menjalar
di dalam tubuhnya mengikuti aliran darah, racun itu jadi saling tempur dengan
kedua macam hawa murni, dingin dan panas yang sedang mengendap di dalam
tubuh si bocah dan menyebabkan serangkum hawa panas dan dingin berkumpul di
tan-tian Han Han untuk memberikan perlawanan pada racun ular Pek Coa itu.
Sampai akhirnya, karena hawa dingin dan panas itu adalah hawa murni, maka
racun ular jadi punah dan pada saat itulah kedua hawa Im dan Yang menerobos
masuk kedalam Tay-yang-hiat dan berkumpul di situ. Coba kalau tak ada racun
ular yang mengalir di dalam darahnya, tentu Han Han akan binasa, tapi di
sebabkan racun ular Pek Coa itu, walaupun kedua macam hawa murni yang
berlawanan itu telah berkumpul di Tay-yang-bi-atnya melalui Ie-hiat, tokh dia
masih dapat hidup, karena kedua hawa murni itu telah berobah menjadi semacam
hawa yang luar biasa, menyebabkan Han Han seperti juga seorang jago yang telah
memakan masa latihan selama lima puluh tahun ! Lwe-kang bocah ini luar biasa
sekali, tanpa disadari, dia telah menjadi seorang jago Lwee-kang tenaga dalam,
yang benar-benar ajaib ! 272 .
Khu Sin Hoo menggeleng-gelengkan kepalanya tak mengerti, waktu Han
Han telah meluncur turun, dia menepuk-nepuk bahu si bocah.
"Apa yang kau rasakan Han-jie?" tegur jago tua she Khu ini.
Han Han menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Segar Tay-soe.....tak ada gangguan pada diriku lagi ! " Menyahuti si bocah
ini. Khu Sin Hoo menatap Han Han dengan pandangan dan mempercayai
perkataan si bocah, tapi tokh dia juga tersenyum.
"Mari kita kembali ke kamar!" katanya sambil menarik tangan si bocah.
Han Han mengangguk. "Bagaimana dengan orang-orang Cong Wie Piauw-kiok, Tay-soe?" tanya si
bocah she Han. "Beres !" menyahuti Khu Sin Hoo. "Para pembegal semuanya telah
kubinasakan!!" Mereka kembali ke dalam kamar tanpa memperdulikan keenam orang Cong
Wie Piauw-kiok yang sedang menatap mereka dengan pandangan heran dan
kagum, juga mata keenam orang Cong Wie Piauw-kiok ini memancarkan rasa
terima kasih. Sampai di saat Khu Sin Hoo dan Han Han telah lenyap dari
pandangan mereka, keenam orang Cong Wie Piauw-kiok tersebut ramai
membicarakan kejadian yang luar biasa tadi. Sedangkan pelayan rumah
penginepan baru berani keluar untuk menyingkirkan mayat-mayat yang
bergelimpangan dan keenam orang Cong Wie Piauw-kiok juga mengurus mayat
kawan-kawan mereka...... Khu Sin Hoo waktu telah berada di dalam kamar, dia memeriksa keadaan
luka di tangan Han Han, dilihatnya luka di tangan bocah itu tak meninggalkan
tanda ya?g luar biasa hanya tampak dua luka kecil bekas gigitan ular Pek Coa.
Selain itu tak tampak tanda-tanda yang luar biasa.
Khu Sin Hoo juga memeriksa peredaran darah si bocah. Dia menempelkan
tangannya pada punggung Han Han, menyalurkan Lwee-kang pada Han Han. Tapi,
dia begitu mengerahkan tenaga dalamnya, begitu hatinya mencelos. Wajahnya juga
berubah pucat. Mengapa "! Ternyata, di saat Khu Sin Hoo mengerahkan tenaga Lwee-kangnya, tenaga
dalamnya itu mengalir menerobos kedalam tubuh si bocah dengan lancar. Bukan
itu yang mengejutkannya, tapi yang benar-benar membikin dia kaget, tenaga
273 .
dalamnya itu mengalir terus tak dapat dikendalikan dan seperti tersedot oleh Han
Han. Dia sebagai seorang akhli Lwee-keh, seorang akhli tenaga dalam, maka dari
itu, dia jadi terkejut benar memperoleh kenyataan begitu. Dan yang lebih-lebih
mengagetkannya ialah peredaran darah si bocah berlawanan sekali dengan apa
yang semestinya. Kalau orang-orang normal biasanya, peredaran jalan darahnya
dari kanan kekiri, maka yang aneh untuk bocah she Han itu, jalan darahnya malah
dari kiri terus kekanan..... itulah yang membikin Khu Sin Hoo jadi tak mengerti.
Dan yang lebih-lebih membikin Khu Sin Hoo jadi pusing tak mengerti ialah, dia
seorang jago yang kosen, yang dapat mengendalikan peredaran tenaga dalamnya
semau hatinya, tapi sekarang, di kala dia menyalurkan ke-tubuh si bocah, dia
merasakan jalan pernapasannya seperti jadi jungkir balik. Untung saja dia masih
ingat akan dirinya dan cepat-cepat menarik pulang tangannya, maka dia jadi
terlepas dari tempelan tubuh si bocah. Coba kalau dia terlambat sedikit lagi,
walaupun dia kosen luar biasa tokh dia pasti akan mati !! Mengapa begitu "
Sebab, jalan darah Tay-yang-hiat si bocah telah terbuka, malah le-hiatnya
juga telah terbuka sehingga hawa murni ditubuh bocah itu dapat keluar masuk ke
Tay-yang hiat dengan leluasa. Kalau ada seseorang menyerang atau mengirim
tenaga dalam padanya, maka tenaga dalam orang itu akan menerobos masuk dan
lenyap ke Tang-yang hiat, seperti juga benda berat yang amblas di dalam lautan .....
lenyap tak keruan parannya. Pula, walaupun masih berusia muda dan tak
mempunyai kepandaian ilmu silat, tapi si bocah masih murni, sehingga setiap hawa
Lwee-kang. dapat keluar masuk ditubuhnya tanpa memperoleh perlawanan
darinya. Dan, selama dalam beberapa hari bersama Khu Sin Hoo, entah berapa kali
orang tua she Khu itu mengirimkan tenaga murninya ketubuh si bocah. Sehingga
dengan sendirinya sekarang Han Han telah memiliki tenaga Lwee-kang yang luar
biasa hebatoya.....tanpa disadarinya, diapun telah menjadi seorang akhli Lwee-keh
yang luar biasa sekali.....!
"inilah aneh..... !!" menggumam Khu Sin Hoo sambil menatap Han Han
dengan menggelengkan kepalanya.
"Apa yang aneh, Tay-soe " " tanya Han Han tak mengerti.
Jiauw Pie Jie-Iay Khu Sin Hoo tak menyahuti, dia hanya memegang pundak
si bocah. Kemudian dibawanya kedekat dinding kamar.
"Berdirilah di sini, Han-jie.....!" kata jago tua Khu Sin Hoo itu. Han Han
heran. "Apa yang akan Tay-soe lakukan ?" tanyanya bingung.
274 .
Khu Sin Hoo hanya mengulap-ulapkan tangannya, kemudian dia melangkah
menjauh beberapa tombak, setelah itu dia mengawasi Han Han.
"Aku akan menyerangmu, kalau kau tak tahan, cepat-cepat kau berteriak
memberi tanda !" kata Khu Sin Hoo kemudian.
Han Han jadi terkejut. "Eh ..... Tay-soe, kau..... kau.....kau mau menyerangku ?" tanyanya gugup.
"Aku mana tahan menahan seranganmu ?"
Khu Sin Hoo tersenyum. "Aku akau menyerang dengan diikuti perhitungan !" kata Khu Sin Hoo
ccpat. "Jangan takut! Kalau memang kau tak kuat, aku akan menarik pulang tenaga
dalamku! Bersiaplah !"
Walaupun masih bingung, tokh Han Han tak banyak bertanya lagi, dia hanya
memandang si Hwee-shio dengan pandangan ragu. Tapi akhirnya dihati si bocah
mengambil suatu keputusan. Akhir-akhir ini dia telah mengalami banyak
penderitaan, tokh kalau memang ternyata Khu Sin Hoo ingin menghajarnya, dia
tak akan keberatan, karena pukulan dan hajaran telah biasa baginya .....tak begitu
ditakutinya lagi. Maka dari itu, hati si bocah she Han tersebut jadi tenang, dia jadi
berdiri dengan menatap Khu Sin Hoo.
Tampak Jiauw Pie Jie Lay telah mengangkat tangannya, dia menyerang
dalam jarak jauh, serangkum tenaga dalamnya mengalir keluar dari telapak
tangannya dan menghantam Han Han.
Han Han sendiri merasakan tenaga serangan Khu Sin Hoo yang tak tampak
itu, merangsek kuat sekali, bocah ini merasakan dadanya seperti tergencet oleh
tenaga yarg sangat kuat, merasakan dadanya sesak. Tapi keadaannya itu tak lama,
karena dia merasakan dipusarnya seperti ada sesuatu yang bergerak-gerak, lalu
bergolak naik kedadanya, dan napasnya jadi lancar lagi. Serangan Khu Sin Hoo
jadi punah. Yang kaget adalah Khu Sin Hoo. Dia tadi menyerang dengan empat bagian
tenaga Lwee-kangnya, tapi begitu dia mengulurkan tangannya mengirim
serangkum tenaga Lwee-kang pada si bocah, untuk kagetnya dia merasakan tenaga
dalamnya seperti amblas ke dalam tubuh si bocah, punah dengan sendirinya. Si
Hwee-shio tua ini sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Ternyata, tenaga murni yang berkumpul di pusar Han Han telah bekerja
secara serentak begitu merasakan adanya serangan dari luar. Hawa dingin dan
275 .
hawa panas yang berkumpul di tubuh si bocah bergolak dan menyedot tenaga
serangan Khu Sin Hoo ke daiam Hiat-to Thay-yang-hiatnya Han Han.
Inilah hebat ! Hal itu tak pernah dipikirkan oleh Khu Sin Hoo, karena sejak dia terjun ke
dalam dunia Kang-ouw dan mengangkat nama di dalam rimba persilatan, belum
pernah disaksikan perihal yang luar biasa macam ini. Maka dari itu, di samping
terkejut, juga butir-butir keringat dingin mengucur di keningnya.
Khu Sin Hoo mengerahkan tujuh bagian tenaga dalamnya, yang menerobos
keluar dan telapak tangannya waktu dia menyerang lagi. Tapi kali inipun sama.
Semakin besar dia mengerahkan tenaga dalamnya, maka semakin kuat daya
sedotnya yang diterima dari bocah she Han itu. Hal ini benar-benar mengherankan
sekali bagi Khu Sin Hoo, sampai berulang kali dia mengeluarkan seruan tertahan.
Han Han sendiri, berulang kali merasakan serangkum tenaga dalam yang
manyerang dirinya semakin lama semakin kuat, maka dari itu, dia juga heran,
karena setiap kali tenaga dalam itu menyerang dan menyesakkan dadanya, tokh
akhirnya lenyap dengan sendirinya. Mau dia menduga bahwa Khu Sin Hoo telah
menarik pulang tenaga serangannya itu. Tapi waktu dia melihat wajah Khu Sin
Hoo yang pucat dan dipenuhi oleh butir-butir keringat dingin, dia jadi heran.
Dihampiriuya jago tua she Khu itu.
"Kenapa kau, Tay-soe?" tanya bocah ini heran.
Khu Sin Hoo menarik napas.
"Luar biasa!!" katanya sambil menyatuhkan dirinya duduk di tepi
pembaringan yang ada di dekatnya. "Luar biasa sekali ! Inilah benar-benar
rejekimu Han-jie!!" "Apa maksud Tay-soe ?" tanya Han Han tak mengerti, dia bingung melihat
kelakuan orang. Tiba-tiba Khu Sin Hoo tertawa keras, sampai tubuhnya tergoncang. Dia
masih tertawa terus dan tak menyahuti perkataan Han Han sehingga
membingungkan si bocah she Han tersebut.
"Tay-soe.....kenapa kau?" tanya si bocah cepat.
"Hanya Thian yang bisa melimpahkan rejeki demikian besar padamu, Han
Han !" kata Khu Sin Hoo. "Bersyukurlah kau bahwa sekarang kau telah menjadi
akhli Lwee-keh nomor satu ! Kalau tadi aku terus menyerangmu dengan
mengerahkan seluruhnya tenaga dalamku, mungkin aku sudah terbujur kejang tak
bernyawa !" 276 .
"Eh.....kenapa begitu Tay-soe..... ?" Tanya Han Han tetap tak mengerti.
Sekali lagi Khu Sin Hoo ketawa, dia mengulurkan tangannya.
"Selamat ! Selamat ! katanya,
Han Han masih bingung, dia tak mengerti kelakuan si Hwee-shio yang aneh
ini. Dia jadi tak menyambuti uluran tangan si Hwee-shio tersebut.
"Apa yang telah terjadi Tay-soe"!" tanya si bocah lagi.
"Hmmm.....mari kau ikut aku, nanti akan kuterangkan !" kata Khu Sin Hoo
dan menghampiri meja. Walaupun masih bingung, tapi Han Han mengikuti Khu Sin Hoo menuju ke
meja. Khu Sin Hoo mengambil cawan, diletakkan ditengah-tengah meja, kemudian
JiauwPie Jie Lay meletakkan tangannya di atas meja dia mengerahkan tenaga
dalamnya dan cawan itu jadi melekat di atas meja seperti juga dipantek, walaupun
diangkat dengan kekerasan, cawan itu tak nantinya bergeming.
"Ambillah cawan itu, Han-jie !!" kata Khu Sin Hoo.
"Untuk apa Tay-soe "!" tanya Han Han tak mengerti, dia heran melihat
kelakuan Khu Sin Hoo pada akhir-akhir ini.
"Aku ingin menguji tenaga dalammu !" menyahuti Khu Sin Hoo.
"Menguji tenaga dalamku ?" tanya Han Han heran. Jiauw Pie Jie Lay
menganggnk. "Ya..... ! Angkatlah cawan itu ! Nanti akan kuterangkan apa yang telah
terjadi Han-jie !!" menyahuti jago tua she Khu itu sambil menganggukkan
kepalanya. Han Han masih bingung, tapi tokh dia mengulurkan tangannya untuk
mengangkat cawan itu. Tapi, begitu dia mengangkat, hatinya kaget, karena
jangankan cawan itu terangkat, bergerak saja tidak ! Dia mengerahkan tenaganya
untuk menarik cawan itu dari atas meja dengan sekuat tenaganya, tapi tetap saja
cawan itu menempel di permukaan meja seperti juga dipantek.
"Tarik terus Han-jie!!" menganjurkan Khu Sin Hoo.
"Tak bisa Tay-soe .....!!" menyahuti Han Han.
Khu Sin Hoo tersenyum. "Kau tahan napas setengah menit, kemudian tarik napas empat kali, dua
panjang, dua kali pendek, berbareng dengan itu, kau angkatlah cawan itu." kata
jago tua she Khu itu. 277 .
Han Han menuruti petunjuk-petunjuk Khu Sin Hoo. Dia merasakan
semacam hawa hangat mengalir ke tangannya waktu dia menarik napas panjang
dua kali dan pendek dua kali dia juga merasakan telapak tangannya panas sekali.
Waktu dia menarik cawan itu .....lokh! Cawan itu dengan mudah terangkat!
Melihat itu, Khu Sin Hoo tertawa keras, dia malah berjingkrak saking
gembiranya. "Bagus! Bagus!" katanya gembira. "Kau telah menjadi seorang Lwee-keh
yang benar-benar hebat! Malah tenaga dalamku jadi kalah setingkat denganmu,
Han-jie !!" Han Han jadi melengak. "Heh..... mengapa bisa begitu ?" tanya si bocah tetap heran.
Khu Sin Hoo menjelaskan apa yang telah terjadi di diri si bocah, juga
menceritakan perobahan yang telah di alami oleh bocah itu.
Han Han jadi girang berbareng berduka. Girang karena dia memperoleh
kemujijatan yang tak terduga. Berduka, sebab tak dapat mencari jejak kedua orang
tuanya. Lagi pula, kedua orang tuanya itu telah gila.
Mengingat akan keadaan kedua orang tuanya dan keempat murid ayahnya
yang tak waras otaknya itu, dia jadi menangis sesenggukan, membikin Khu Sin
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
Hoo jadi kaget. "Kenapa kau Han-jie ?" tegurnya.
"Ayahku .....ibuku, Tay-soe !!" kata si bocah di antara isak tangisnya.
"Mereka entah di mana.....!!"
Khu Sin Hoo baru mengerti mengapa si bocah menangis, dia jadi merasa
iba. Dihiburnya bocah itu.....sampai, setelah menjelang kentongan keempat,
mereka baru naik ke pembaringan untuk tidur.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 19 HONG SAN atau gunung Cendrawasih merupakan gunung yang tinggi dan
megah. Di gunung ini terdapat banyak tebing yang curam. Dan, setiap lima tahun
sekali di gunung inilah ketujuh jago luar biasa yang menguasai daratan Tiong goan
mengadakan pertemuan untuk saling bertempur demi menentukan siapa yang
278 .
terkuat dan terkosen di antara mereka. Selama itu, gunung tersebut merupakan
saksi bisu peristiwa berdarah yang sering terjadi di gunung tersebut disebabkan
perebutan gelar orang gagah nomor wahid itu !.'
Tapi, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, biarpun para orang-orang gagah
itu telah berobah menjadi tua atau kakek-kakek dan nenek-nenek, tapi gunung
Hong-san tersebut masih berdiri megah sekali tanpa ada perubahan sedikitpua.
Pohon-pohon yang bertumbuhan disitupun masih tetap berwarna hijau.....dengan
binatang-binatang buas yang menjadi penghunuiya.
Sebetulnya, walaupun di sebelah selatan dari gunung Hong-san terdapat
sebuah kampung yang terletak hanya limapuluh tujuh lie, yang bernama Swie-sanchung, kampung air ginung, tokh dari penduduk kampung itu tak ada seorangpun
yang berani mendaki gunung tersebut terlalu tinggi. Sebab, selain terlalu tinggi,
gunung tersebut terkenal akan jurang-jurang yang terjal dan tebing-tebing yang
curam. Selain orang-orang kosen yang sering mengadakan pertemuan di gunung
tersebut, tak ada manusia biasa yang berani mendakinya terlalu tinggi, sebab bisabisa yang pulang nantinya hanya nama mereka saja .....sedangkan arwah mereka
akan menghadapi Giam-lo-ong disebabkan oleh bahayanya jurang-jurang terjal itu
atau binatang buas yang menjadi penghuni dihutan-hutan yang banyak terdapat di
gunung tersebut. Dan pada pagi itu tampak tiga sosok tubuh yang melesat cepat dan gesit
sekali melompati jurang-jurang yang curam, gerakaauya lincah sekali, sehingga
ketiga sosok tubuh itu lebih mirip disebut sebagai bayangan setan saja. Malah, di
kala sampai didekat bukit Sioe-hay-gay, di mana terdapat sebuah jurang yang
terkenal akan keangkerannya disebabkan jarak antara kedua tebing yang terpisah
dalam puluhan tombak, ketika bayangan itu hanya melompat ringan dan telah
berada di tebing yang satunya. Kemudian bagaikan terbang, ketiga sosok tubuh itu
melesat menuju kearah puncak gunung Hong-san tersebut.
Hanya dalam waktu yang singkat, ketiga sosok bayangan itu sampai
disebuah lapangan rumput di puncak gunung Hong-san itu. Luas lapangan tersebut
sebesar empat puluh tombak persegi, malah di sebelah selatan dari lapangan
rumput tersebut terdapat suatu jurusan yang mencuat ke dalam, merupakan
lapangan kecil, yang seluas tiga belas tombak. Jadi kalau dilihat dari atas tebing,
maka lapangan itu berbentuk huruf 'L'. Ketiga sosok bayangan itu berhenti di
sebuah batu gunung yang menjorok keluar. Mereka memandang sekeliling
lapangan rumput tersebut.
279 .
Ternyata ketiga orang itu terdiri dari tiga orang Too-jin yang masing-masing
berusia di antara empat puluhan.
"Toa-ko, mungkin orang-orang itu mulai besok baru berkumpul di sini" kata
salah seorang di antara mereka,
Imam yang dipanggil Toa-ko, kakak yang terbesar, hanya mendengus:
Sedangkan imam yang seorangnya, telah mewakili menyahutinya : "Shatee.....dalam kekalutan yang akan timbul nanti, kita harus bertindak cepat-cepat!"
"Hmmm..... percuma Sam-kiam Kang-gwa kalau tak dapat menyebabkan
orang-orang itu penasaran!" tiba-tiba si Toa-ko berkata. Sam-kiam Kang-gwa
adalah tiga pedang dari tembok besar.
Si-imam yang dipanggil Sha-tee itu ketawa dia mengangguk.
"Benar!" dia menyahuti. "Percuma kita telah memupuk nama selama belasan
tahun kalau tak dapat menimbulkan kerusuhan di antara orang-orang itu,"
"Tak percuma Sam-kiam Kang-gwa malang melintang di dalam kalangan
Kang-ouw selama belasan tahun ! Biar bagaimana usaha kita harus berhasil, Shatee!" kata si Toa-ko. "Dan menurutmu, Jie-tee, bagaimana kalau bersembunyi di
belakang batu-batu gunung itu menunggu sampai datangnya mereka?"
Si-imam yang dipanggil Jie-tee, adik kedua, menggeleng.
"Percuma kalau kita bersembunyi di situ!" katanya cepat. "Tempat itu
kurang baik letaknya, juga kita tak bisa bergerak leluasa. Lebih baik ?ita
menunggu di tepi jurang itu, bersembunyi di atas pohon itu .....!" dan si Jie-tee ini
menunjuk kesebuah pohon Siong yang tumbuh di tepi tebing itu. Ternyata selain
batang Siong tersebut sangat besar, sebesar tiga pelukan orang, juga sangat
rindang, sehingga dapat dipakai untuk tempat persembunyian.
"Bagus!" kata si-Toa-ko. "Tempat itu memang baik untuk dipakai sebagai
tempat persembunyian ! Mari kita kesana !"
"Tunggu dulu Toa-ko!" cegah si-imam yang dipanggil Sha-tee, adik yang
ketiga, sambil mengharnpiri Toa-konya.
"Ada apa?" tanya si Toa-ko.
"Selama ini kita harus bertindak hati-hati, sebab sekali saja kita salah
melangkah dan mengambil tindakan yang meleset dari rencana, jiwa kita sulit
diperhatikan lagi, karena orang-orang yang akan kita perdayakan itu adalah orangorang kosen yang mempunyai kepandaian luar biasa!"
Si Toa-ko mengangguk. "Jadi apa maksudmu, Sha-tee?" tegurnya.
280 .
"Nanti kita harus bekerja hati-hati, jangan turun tangan sebelum melihat
kesempatan yang betul-betul baik ! Dan juga, kalau nanti kita tak mempunyai
kesempatan yang bagus, kita jangan bekerja, karena akan kapiran dan percuma
saja!" menerangkan si Sha-tee.
Si imam yang dipanggil Toa-ko dan Jie-tee jadi mengangguk.
"Ya.....begitupun boleh !" menyahuti si Toa-ko. "Tapi biasanya Sam-kiam
Kang-gwa belum pernah gagal melakukan sesuatu !"
Ketiga imam itu tertawa, mereka lalu menghampiri pohon Siong itu dan
melompat untuk bersembunyi dibalik daundaun Siong yang lebat.
Mereka memang Sam-kiam Kang-gwa, tiga pedang dari tembok luar,
masing-masing mempunyai nama yang cukup seram, yaitu si Toa-ko Hek-coa, ular
hitam, dan si Jie-tee bernama Pek-hauw atau harimau putih. Sedangkan si Sha-tee,
adik yang ketiga dan paling termuda di antara ketiga akhli pedang dari tembok
besar itu, bernama Tok Sian Kiam atau si raja pedang beracun. Itulah suatu
keanehan ketiga jago pedang tersebut, karena mereka mempunyai nama yang
cukup aneh, yang lebih mirip seperti gelaran belaka.
Belum lama ketiga orang dari Sam-kiam Kang-gwa itu memernahkan diri di
pohon Siong itu, tiba-tiba terdengar suara jeritan yang menyayatkan, yang
menyerupai juga suara tertawa yang menyeramkan. Tampak dari lereng gunung
sesosok tubuh yang sedang berlari pesat sekali. Dalam waktu yang singkat, orang
itu telah berada di lapangan rumput itu.
Waktu dia tiba di lapangan itu, dia tak melihat seorang manusiapun, dia jadi
tertawa lagi dengan suara tertawa seperti jeritan yang menyayatkan itu.
Keadaan orang tersebut luar biasa sekali, matanya yang sebelah kanan lebih
besar kalau dibandingkan dengan matanya yang kiri, sedangkan hidungnya
melesek, mulutnya cablak lebar seperti paso, tubuhnya tinggi kurus, kakinya yang
kanan lebih pendek dari kakinya yang kiri, rupanya disebabkan suatu kecelakaan,
sehingga waktu dia melangkah perlahan-lahan, jalannya dingklek. Akan tetapi
biarpun kakinya cacad, tokh dia dapat bergerak gesit sekali, malah gerakannya tadi
hampir menyerupai bayangan setan saja.
Agak lama juga orang itu tertawa, sampai akhirnya matanya mencilak
kearah pohon Siong, dia mendengus mengeluarkan suara tertawa dingin yang
perlahan. Dia merogoh sakunya, tahu-tahu tangannya bergerak, tujuh biji catur
melesat kearah pohon Siong diiringi oleh bentakannya : "Menggelinding turun
kalian !" 281 .
Begitu biji catur dilemparkaa kepohon oleh orang yang luar biasa tersebut,
terdengarlah suara "Ihhh" yang perlahan sekali, kemudian tampak berlompatan tiga
sosok tubuh dari Sam Kiam Kang-gwa.
"Siapa kau.....?" bentak Tok Sian Kiam, si adik ketiga dari Sam-kiam Kanggwa itu.
Orang dengan keadaannya yang luar biasa itu tersenyum tawar mengejek.
"Hmm..... tiga cecurut yang mencari mampus!!" katanya dingin. "Apa
maksud kalian bersembunyi di situ ?"
Hek Coa, si Toa-ko jadi berobah wajahnya, rupanya dia gusar sekali orang tadi, telah menyerang mereka dengan biji catur.
"Kami Sam-kiam Kang-gwa tak pernah jeri pada orang, mau apa kau
berlaku begitu jumawa !!" katanya dingin. "Siapa kau" " dan kata-katanya yang
terakhir ini terdengarnya bengis sekali.
"Hmmm.....Su Tie Kong tak pernah menyembunyikan nama dan julukan !!"
menyahuti orang itu. "Kau.....kau Su Tie Kong?" tanya
Hek Coa dengan suara yang agak tergetar, karena sedikitpun ia tak menduga
bahwa orang yang bercacad dan keadaannya luar biasa sekali ini, ternyata salah
seorang jago yang terkenal namanya.
"Hmmm.....benar!!" menyahuti Su Tie Kong dengan lagak yang uringuringan. "Aku memang It Kiam Chit-tong !!"
"Kau.....kau ....." wajah si Hek Coa jadi berobah tambah pucat.
"Kenapa kau, monyet?" tegur Su Tie Kong dengan suara yang keras. Dia
juga tertawa mengejek. "Hmmm.....apakah setelah bertemu denganku kalian masih
berharap dapat bernapas terus "!"
Hebat kata-kata Su Tie Kong, karena dengan dimaksudkan 'dapat bernapas
terus', mau diartikan bahwa dia akan membunuh Sam Kiam Kang-gwa!!
Wajah Hek Coa, Tok Sian Kiam dan Pek Hauw jadi berubah merah, mereka
gusar, biar bagaimana mereka adalah Sam Kiam Kang-gwa yang telah meropunyai
nama besar di dalam kalangan Kang-ouw, maka hari ini orang terlalu meremehkan
dirinya, dan juga tak memandang sebelah mata. Mereka mana mau mengerti "!
Maka dari itu, dengan mengeluarkan bentakan yang keras, tahu-tahu tangan
mereka telah mencabut pedang yang tergemblok dipunggung mereka masing2.
"Srettttt!" pedang itu tercabut dari sarungnya,
282 .
"Hmmm .....apakah kau kira begitu mudah untuk merubuhkan Sam Kiam
Kang-gwa ?" kata Hek Coa dengan murka. "Baiklah ! Walaupun kau adalah Su Tie
Kong yang terkenal akan keganasannya, tapi kami tak jeri .....majulah !!"
Su Tie Kong tertawa dingin, dia mengejek melihat sikap ketiga jago dari
tembok besar itu. "Hmmm.....sipakah kalian duga aku pantas untuk melayani tiga monyetmonyet semacam kalian"!" bentaknya dengan suara yang bengis, kemudian
sebelum Sam Kiam Kang-gwa tahu apa-apa, Su Tie Kong telah menggerakkan
tangannya, dan 'trakkk' tiga kali suara itu terdengar, tampak Sam Kiam Kang-gwa
terjungkel terbinasa dengan kepala yang pecah remuk dan mengeluarkan polohnya.....!
Hebat Su Tie Kong ini, dia membunuh ketiga lawannya itu tanpa Sam Kiam
Kang-gwa dapat memberikan perlawanan !! Walaupun kepandaian Sam Kiam
Kang-gwa tak dapat direndengkan dengan kepandaian Su Tie Kong, tapi tokh
mereka bukan orang-orang lemah, juga bukannya tak mempunyai kepandaian yang
tak berarti. Selama belasan tahun mereka telah malang melintang membuat nama
di kalangan Kang-ouw, dan hari ini karena dia mengetahui bahwa ketujuh jago
utama akan mengadakan pertemuan di gunung Hong San, maka mereka bermaksud
untuk mengintip ilmu silat yang akan digunakan oleh ketujuh jago itu. Malah
mereka mengharapkan ketujuh jago itu, akan saling bunuh, sehingga nanti mereka
bisa memperoleh keuntungan dengan mengambil kitab ilmu silat milik jago-jago
yang binasa itu. Namun belum lagi terwujud, mereka sendiri telah dibinasakan oleh
Su Tie Kong dengan cara yang penasaran bekali, sebab mereka tak mengetahui
dengan cara bagaimana mereka dibunuh oieh Su Tie Kong.
Sam Kiam Kang-gwa menggeletak tak bernyawa dengan kepala pecah,
sedangkan pedang mereka masing-masing masih tergenggam erat-erat mungkin
waktu mereka binasa dalam keadaan penasaran itu, mereka sedang mencekal
pedang mereka erat-erat. Su Tie Kong sendiri telah tertawa terbahak-bahak, tubuhnya jadi tergoncang
dan suara tertawanya itu menggema disekitar lapangan rumput di atas gunung
Hong San tersebut, menyeramkan sekali suara tertawanya itu, seperti jeritan yang
panjang dan mengerikan, mendirikan bulu tengkuk.
Tapi, di kala Su Tie Kong tertawa itu, tiba-tiba terdengar suara lainnya:
"Sungguh suata perbuatan yang bagus ! Hanya sayang, yang dibunuh itu hanyalah
tiga ekor kura-kura yang tak ada artinya !"
283 .
Mendengar suara itu, yang menggema di sekitar tempat tersebut, wajah Su
Tie Kong jadi berubah hebat.
"Loo-sia, mengapa kau main sembunyi-sembunyi seperti itu ?" tegur Su Tie
Kong dengan suara yang keras dan dingin sekali, memandang ejekan. "Cepat kau
keluar!" Loo-sia ialah katak tua.
Terdengar suara terkekeh dari balik batu-batu gunung.
"Aha.....tadipun aku telah melihat kedatangan ketiga kura-kura ini, karena
sejak menjelang fajar aku telah berada di sini !!" kata orang yang muncul dari balik
batu itu. "Mereka ternyata mengandung maksud-maksud tertentu, ingin mencari
keuntungan di air keruh, maka itu tadi waktu kau datang kenari, sengaja aku telah
melemparkan sebulir batu kearah tempat persembunyian mereka itu, sehingga kau
mengetahui bahwa di pohon Siong itu bersembunyi ketiga kura-kura cilik itu.....!"
dan orang itu ketawa gelak-gelak lagi. Wajah orang yang baru datang ini, yang
dipanggil oteh Su Tie Kong sebagai Loo-sia, si katak tua, mempunyai wajah yang
biasa, seorang tua berusia di antara tujuhpuluh tahun. Tapi, yang luar biasa adalah
kepalanya itu, besar tak seimbang dengan tinggi tubuhnya. Dia juga keluar dari
balik batu itu dengan bibir terus tersungging seulas senyuman, ramah sekali
tampaknya. Dialah Yan Hoa Piek yang bergelar Tok Sian Sia, seorang jago di
antara ketujuh jago utama yang menguasai daratan Tioug-goan ini !
"Hmmm.....!" Su Tie Kong mendengus. "Sejak kedatanganku tadi, aku si
orang she Su telah mengetahui bahwa ketiga monyet-monyet kurus tak punya guna
ini bercokol di atas dahan pohon Siong itu ! Untuk apa kau sesumbar mengatakan
bahwa kau yang telah membantuku"!"
Melihat orang tak mau mengalah. Yan-Hoa Piek tersenyum, dia membawa
sikap yang tetap ramah. Tak terlihat sedikitpun rasa gusar atau mendongkol di
wajahnya. "Baik! Kalau memang kau mengatakan pertolonganku itu tak ada gunanya!"
dia kata dengan suara yang halus. "Jadi sekarang, kita hanya menunggu lima
monyet tua yang belum datang, bukan?"
"Tak salah!" menyahuti Su Tie Kong. "Mengapa kali ini kelima monyet tua
itu datang terlambat sekali"''
Mendengar itu Yan Hoa Piek tertawa gelak-gelak, dia melangkah
menghampiri Su Tie-Kong. "Kau seperti tak mengetahui saja!" katanya dengan suara yang lembut,
penuh persahabatan. "Kelima monyet tua itu terlalu usil kepada urusan dunia luar,
284 .
maka mereka pasti menghadapi kesulitan dan tak dapat datang pada saat perjanjian
kita ini berlangsung!"
"Hmmm.....kalau memang sampai malam nanti mereka masih tak muncul,
mereka kita anggap sebagai pihak yang kalah, hanya tinggal kita berdua mengadu
kekosenan kita untuk menentukan siapa yang paling kosen di antara kita berdua."
"Mana bisa begitu?" kata Yan Hoa Piek cepat. "Biar bagaimana kita harus
menantikan mereka!" "Hminm.....kau terlalu baik hati, katak tua!" kata Su Tie Kong sambil
mendengus. Yan Hoa Piek hanya tertawa tawar, dia mengibaskan bajunya, kemudian
memandang ke arah sekeliling lapangan itu. Tapi, waktu dia memandang kearah
sebelah barat dari gunung Hong San tersebut mukanya jadi agak berubah, lalu dia
mendengus sambil tertawa tawar.
"Hei, kerbau she Su, coba kau lihat siapa yang sedang duduk di sana!" kata
Yan Hoa Piek sambil menunjuk kearah yang dipandangnya.
Su Tie Kong cepat-cepat menoleh dan memandang kearah yang ditunjuk
oleh Yan-Hoa Piek. Dilihatnya di atas sebuah batu gunung yang tinggi sekali,
tampak seorang wanita setengah tua yang tubuhnya bongkok sedang duduk
numprah di situ. "Oh kiranya kau si-nenek tua Sian Lie-Lie Hek Coa Tok-mo!" seru Su Tie
Kong. "Mengapa kau berdiam di situ seperti nenek lumpuh saja?"
Wanita tua yang duduk diatas batu gunung yang ada di sebelah atas itu
memang Sian Lie Lie, itu jago betina yang bergelar Hek Coa Tok Mo atau ular
hitam beracun. Dia hanya mendengus ketawa tawar waktu Su Tie Kong
mengejeknya, dengan ringan dia melompat turun dari batu gunung itu dan hinggap
di lapangan rumput seperti juga tak ada terjadi sesuatu apapun. Padahal, bila
kepandaiannya tak sempurna betul, kedua kakinya pasti akan patah, sebab jarak
antara batu gunung yang didudukinya tadi dengan lapangan rumput terpisah dalam
jarak yang cukup tinggi, yaitu enambelas tombak lebih.
"Su Tie Kong !" katanya dingin. "Kau jangan terkebur, hari ini gelar jago
nomor satu akan jatuh pada diriku ! Kalian tua bangka yang sudah mau mampus,
tentu akan rubuh di tanganku !!" dan setelah berkata begitu, nenek tua, Sian Lie
Lie, mendengus 'hmmm!', 'hmmm!', berulang kali, matanya mencilak sesaat,
sikapnya angkuh sekali. 285 .
Su Tie Kong ketawa dingin. "Apa betul gelar itu akan jatuh di tanganmu ?"
ejeknya. "Hm, walaupun kau mempunyai tiga pasang tangan dan sepuluh kaki,
belum tentu kau dapat merubuhkanku ! Nenek tua bongkok ! Jangan kau bicara
takabur, karena tak lama lagi kita akan berhadapan ! Di saat itulah kita akan dapat
melihat dan menentukan siapa yang terlebih kosen di antara kita bertujuh .....!!"
Sian Lie Lie hanya mendengus 'hmmm!', 'hmmm!' berulang kali, dia tak
melayani perkataan Su Tie Kong itu. Hanya dia menoleh kepada Yan Hoa Piek.
"Bagaimana dengan kau?" tegurnya dingin. "Apakah kau telah memperoleh
ilmu silat yang baru " "
Yan Hoa Piek tersenyum sabar.
"Aha .....walaupun aku tak memperoleh kemajuan, tapi tokh kalian belum
tentu dapat melayani ilmu 'Sian-pek-lek-chiu '-ku!" menyahuti Yan Hoa Piek.
Yang dimaksud dengan Sian-pek-lek-chiu ialah pukulan geledek dewa.
Mendengar perkataan Yan Hoa Piek, Sian Lie Lie kembali mendengus
'hmmm!' berulang kali, matanya juga mencilak.
"Apa keluar-biasaan dari Sian-pek-lek-chiu-mu itu "!" katanya tetap dengan
suara yang dingin sekali. "Nanti kalau sudah bertempur, kau baru melihat,
bagaimana aku telah memperoleh kemajuan yang akan mengejutkan kalian semua
!" Yan Hoa Piek hanya ketawa tawar, sedangkan Su Tie Kong jadi berjingkrak.
"Nenek bongkok yang jumawa !" katanya mendongkol. sekarang kau jangan
pentang bacot dulu, lebih baik nanti saja kita buktikan.....!"
"Hmmm.....kalau kau mau membuktikannya sekarang, akupun tak keberatan
!" menyahuti nenek she Sian itu sambil ketawa dingin.
Wajah Su Tie Kong jadi berubah merah waktu mendengar perkataan Hek
Coa Tok Mo. "Boleh! Boleh!" dia kata dengan suara aseran. "Sekarangpun boleh!
Cabutlah senjatamu !"
Sian Lie Lie sudah mendengus, ragu-ragu di tangannya telah tergenggam
sebatang bambu. "Gin Tiok-ku ini akan menghabiskan nyawamu, budak tua !!" katanya tawar.
Yan Hoa Piek yang melihat keadaan telah berubah menjadi tegang, dia
tertawa dan menyelak di antara kedua orang yang akan bertempur itu.
"Mengapa kalian musti bertempur sekarang?" katanya memisahkan.
"Bukankah nantipun sama.....:! Kalau sekarang telah bertempur dulu, lalu, siapa
286 .
yang menentukannya nanti! Aku seorang diri tak mungkin untuk menjadi wasit,
karena ucapanku st orang tua she Yan yang sudah mau mampus ini tak akan
dipercaya oleh orang-orang gagah! Sudahlah.....! Nanti kalau keempat tua bangka
itu sudah datang, barulah kita mulai memperlihatkan kepandaian kita!"
Sian Lie Lie hanya mendengus 'hmmmm' 'hmmm!' saja, dia mau mengerti
dan memasukan bambu peraknya itu.
"Kalau bukan aku memandang si-tua bangka she Yan ini, tentu kepalamu
akan hancur oleh bambu perakku ini !!" katanya.
"Hmmm..... apa benar ucapanmu itu" " ejek Su Tie Kong dengan suara
dingin. "Aku malah ingin membuktikannya......!"
"Oh tua bangka yang mau mampus!!" teriak Sian Lie Lie jadi gusar kembali.
"Apa kau tak takut nanti jadi menghadap ke Giam-lo-ong lebih cepat dari waktu
yang sudah ditetapkan !" Dan wanita tua yang bongkok ini jadi berjingkrak saking
gusarnya, dia memang beradat tinggi dan aseran, maka dari itu dia jadi
mendongkol sekali mendengar ejekan Su Tie Kong. Maka dari itu, tangannya telah
mencabut bambu peraknya lagi.
Su Tie Kong sendiri telah tertawa gelak-gelak.
"Apa kau anggap aku ini cecurut yang baru dilahirkan ?" tegur orang she Su
itu agak mendongkol juga. "Kukira tak semudah apa yang kau katakan tadi bahwa
aku akan rubuh di tanganmu!! Mungkin kau sendiri yang akan kumampusi!"
"Setan tua bangka ! Kau terlalu menghina!" dan Sian Lie Lie telah
menjejakkan kakinya akan menyerang.
Tapi baru saja tubuhnya melambung sedikit tahu-tahu Yan Hoa Piek telah
menarik bajunya. "Sabar, nenek Sian.....!!" bujuk Yan Hoa Piek. "Jangan cepat naik darah
nanti kau jadi lekas tua.....!!"
Sian Lie Lie jadi batal menyerang, hanya matanya mendelik kearah Su Tie
Kong. Sedangkan Su Tie Kong sendiri berdiri sambil bertolak pinggang dan
tertawa gelak-gelak. Rupanya dia sengaja membawa sikap begitu untuk membikin
Sian Lie Lie jadi mendongkol.
Yan Hoa Piek sendiri telah membalikkan tubuhnya menatap Su Tie Kong.
"Tua bangka she Su !" bentaknya. "Janganlah kau membawa lagak ugalugalanmu itu terus menerus! Kalau nanti benar-benar nenek Sian ini menyerangmu
287 .
dan kau mampus di tangannya, lalu aku nanti jadi kesepian, karena tak ada lawan
yang akan menandingi aku lagi !"
Senang hati Sian Lie Lie melihat Yan Hoa Piek berpihak padanya, dia jadi
tersenyum dingin dan mendengus 'hmmm!', 'hmmm!' beberapa kali.
Berbeda dengan Sian Li'e Lie, maka Su Tie Kong jadi mendongkol
mendengar perkataan Yan Hoa Piek.
"Hei tua bangka she Yan !" bentaknya dengan suara yang aseran. "Kau
benar-benar katak tua yang bisanya berdendang saja ! Sekarang dengan berkata
begitu kau mau mengartikan bahwa aku akan mampus ditangannya betina bongkok
itu "! Hmmm.....jangan kata merubuhkan diriku, sedangkan untuk menjiwir
kupingku saja betina bongkok itu tak akan dapat melakukannya"
Sian Lie Lie jadi mendongkol lagi karena orang memanggil dia dengan
sebutan si-betina bongkok, dia sampai berjingkrak sambil berteriak-teriak memaki
Su Tie Kong. Yan Hoa Piek jadi tersenyum melihat kelakuan perempuan bongkok
ini. Dia menghampirinya dan membujuknya lagi.
Sedang Yan Hoa Piek Tok-sian-sia membujuk nenek bungkuk Hek Coa Tok
Mo itu, tiba-tiba di udara mendengung semacam suara yang aneh, waktu ketiga
orang itu menegaskan, ternyata suara itu menyerupai suara tertawa yang parau
sekali. "Sian-jin Kiu Lo Heng Ciauw Liong!" kata Yan Hoa Piek sambil tertawa.
"Aha.....dia datang agak terlambat sedikit ! "
Tapi .....Yan Hoa Piek tak meneruskan perkataannya waktu dia berkata
sampai di situ, dia hanya menatap Sian Lie Lie dan Su Tie Kong bergantian.
"Mengapa....." tanya Sian Lie Lie aseran.
"Hmm---- yang membuatku heran, ke mana ketiga tua bangka lainnya.....
mengapa mereka masih belum datang juga"!" menyahuti Yan Hoa Piek.
Su Tie Kong tertawa gelak-gelak.
"Biarlah mereka tak datang!!" kata orang she Su ini aseran. "Mungkin
mereka telah terbang ke dunia barat untuk mengnadap Giam-lo-ong !"
Yang dimaksudkan oleh Su Tie Kong dengan 'terbang kedunia barat
menghadap Giam-lo-ong, ialah kematian.....!
Yan Hoa Piek tak menyahuti, dia hanya mendengus, karena orang yang
mengeluarkan suara tertawa parau itu, Heng Ciauw Liong, telah sampai di hadapan
mereka dengan cepat. 288 .
"Aha, rupanya aku terlambat ! " kata Heng Ciauw Liong begitu dia sampai
di situ. Matanya mencilak. "Mana ketiga keledai tua lainnya ?"
Sian Lie Lie mendengus tertawa mengejek.
"Kau sendiri datang terlambat, mau apa kau menanyakan ketiga kura-kura
yang tak keruan parannya itu ?" katanya dengan suara mengejek. "Hu, paling tidak
mereka telah mampus !"
Wajah Heng Ciauw Liong jadi berubah.
Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah
"Benarkah ucapanmu itu ?" tegurnya sambil matanya agak disipitkan
memandang si nenek bongkok dengan kilatan mata yang tajam luar biasa.
"Hu ! Hu ! Rupanya kau jeri pada ketiga tua bangka yang belum datang itu,
bukan ?" ejek Sian Lie Lie lagi.
Wajah Heng Ciauw Liong jadi berubah lagi, dia baru menyadari bahwa
dirinya sedang dipermainkan oleh nenek bongkok ini.
"Hei nenek tua bongkok, kau jangan berguyon!" bentakaya dengan suara
yang bengis. "Aku menanyakan dengan hati yang tulus keadaan ketiga keledai tua
yang belum datang itu, tapi mengapa kau malah bergurau "!"
"Hmmm .....siapa yang mau berguyon denganmu ?" ejek Sian Lie Lie lagi.
"Jangankan kau yang sudah tua bangka dan hampir masuk lobang kubur,
sedangkan anak-anak muda yang tergila-gila pada diriku, tetap saja aku tak mau
bergurau dengannya ! Hmmm ! Tua bangka yang tak tahu mampus..... lebih baik
kau ambil pedangmu dan goroklah lehermu itu ! Kematian secara begitu lebih baik
kalau dibandingkan dengan keadaanmu yang sekarang ini yang sudah pikun dan
tak punya guna !" "Plaaakkk l" terdengar suara nyaring, karena Heng Ciauw Liong telah
menghajar batu gunung yang terdapat di dekatnya da n batu gunung yang terhajar
Heng Ciauw Liong itu sempal disebabkan kerasnya hajaran Heng Ciauw Liong
yang disertai oleh tenaga Lwee-kang.
"Betina bongkok ! Mulutmu terlalu berbisa !" kata Heng Ciauw Liong
mendongkol. "Usiamu dengan umurku tak berbeda jauh mungkin kau terlebih dulu
menghadap si-raja akhirat, mau apa kau malah menyumpahi diriku agar cepatcepat mampus " Hmm .....walaupun sekarang aku telah berusia tujuh-puluh empat
tahun, tapi aku masih belum bosan hidup dan tak mau mampus !"
Sian Lie Lie ketawa mengejek. Suara ketawanya itu tawar sekali.
289 .
"Bagus ! Nanti aku yang mengirimkannya kau menghadap Giam-lo-ong !"
katanya sinis. "Walaupun kau masih belum mau mampus, tokh aku yang akan
memaksanya.....!" Wajah Heng Ciauw Liong jadi merah padam, dia mendongkol sekali. Biar
bagaimana dia seorang laki-laki yang bertabiat halus, maka berdebat dengan
seorang wanita yang lidah dan kata-katanya tajam seperti Sian Lie Lie itu, dia jadi
tak berkutik. Walaupun gusar, dia jadi tak berdaya. Hanya sekali lagi tangannya
menghajar batu gunung yang ada di dekatnya. Keras suara tepukannya pada batu
gunung itu, karena dia sedang gusar, maka tampak batu gunung itu bertebaran
hancur. "Hmm .....kau tak perlu memperlihatkan kepandaian bangpakmu itu di
hadapan kami !" ejek Sian Lie Lie lagi. "Kau jangan kira dengan memperlihatkan
tepukan mautmu yang tak ada artinya itu kami akan jeri padamu ! Lebih baik kau
menyimpan tenaga untuk nanti mempertahankan jiwa tuamu di dalam pertarungan
memperebutkan gelar jago nomor wahid di dunia ini !!"
Heng Ciauw Liong tambah gusar, dia hanya mendelik tanpa dapat
mengucapkan sepatah katapun.
Yan Hoa Piek telah menghampiri Heng Ciauw Liong.
"Loo-toa, lebih baik kau tak melayani nenek tua itu !" kata Yan Hoan Piek
perlahan. Mari kita ketepi jurang itu menanti kedatangan ketiga tua bangka
lainnya!" Heng Ciauw Liong masih mendelik pada Sian Lie Lie, tapi mau juga dia
menurut ajakan Yan Hoa Piek. Dia mengikuti orang she Yan tersebut menuju
kearah tepian jurang. Namun, baru saja mereka melangkah tiba-tiba Sian Lie Lie berseru "Lihat
..... tua bangka itu datang !" dan Sian Lie Lie menunjuk ke arah timur.
Tampak mendatangi Khu Sin Hoo dengan gerakan yang gesit dan cepat, di
tangan Hwee shio itu mengempit seorang bocah. Namun biarpun dia membawa
beban yang cukup berat, tapi gerakannya sebat luar biasa. Dalam waktu yang
singkat, Khu Sin Hoo telah berada di lapangan rumput itu dengan wajah yang
berseri-seri. "Rupanya kalian telah tiba lebih dahulu dariku !" kata Khu Sin Hoo sambil
menurunkan bocah yang dikempitnya itu, yang ternyata tak lain Han Han.
Sian Lie Lie mendengus. 290 .
"Hmmm..... kau datang terlambat, tapi kami malah capai menantikan
kedatangan kalian, sampai kedua kakiku ini serasa mau copot saja !!" kata sinenek.
"Kasihan.....!" kata Khu Sin Hoo perlahan, dia menatap nenek she Sian
dengan bibir tersungging senyuman.
Sian Lie Lie jadi tak enak melihat senyuman Hwce-shio ini, karena dia
merasakan senyuman Jiauw Pie Jie Lay itu seperti juga senyum ejekan. Karena itu,
dia jadi mendongkol. Matanya mendelik pada Jiauw Pie Jie Lay.
"Hai apa yang menyebabkan hatimu harus menaruh rasa kasihan kepada
kami "!" tegur si-nenek Sian Lie Lie dengan suara aseran.
Khu Sin Hoo ketawa lagi. "Aku hanya kasihan kepadamu, betina tua !" kata Khu Sin Hoo tetap ketawa.
"Tadi kau mengatakan bahwa kau telah menantikan aku terlalu lama, sehingga
menyebabkan kedua kakimu itu serasa mau copot, bukan "!"
"Betul ! Lalu apa penebus kesalahanmu itu "!" tegur si-nenek Sian Lie Lie
aseran. "Menebus kesalahan "! Siapa yang bersalah "! Aku atau kau"!" balik tanya
Khu Sin Hoo. "Yang jelas, kau sendiri bersalah mengapa mempunyai kedua kaki
yang tak mempunyai tenaga sedikitpun, yang baru berdiri belum lama mau
semper"! Hu! Hu! Kuanjurkan kau melatih lagi kedua kakimu itu !"
Mata Sian Lie Lie jadi mencilak dia jadi berjingkrak murka.
"Hwee-shio gundul !" bentaknya dengan suara yang bengis. "Apakah kau
mau mampus "!" "Oh tidak ! Aku belum bosan dengan hidup penuh damai dan bahagia ini!"
menyahuti Khu Sin Hoo cepat, "Mungkin malah kau yang ingin mampus, betina
bongkok! " Sian Lie Lie jadi murka mendengar perkataan Khu Sin Hoo, apalagi waktu
dia melihat Heng Ciauw Liong, Yan Hoa Piek dan Su Tie Kong tertawa, dia jadi
tambah gusar, karena diduga orang-orang itu sedang mentertawakan dirinya.
"Kerbau gundul..... kau benar-benar menantangku !" bentaknya nyaring dan
tangannya menarik keluar bambu peraknya. " Mari kita bertempur seribu jurus
untuk menentukan siapa lebih kosen diantara kita berdua "!"
"Sabar dulu nenek bongkok!" kata Khu Sin Hoo sambil tertawa mengejek.
"Kita jangan bertempur dulu, karena aku takut nanti tak bisa mengendalikan kedua
291 .
tanganku dan menyebabkan kematianmu! Ha, haa, kalau sampai terjadi hal serupa
itu, aku menyesalpun sudah tak ada gunanya lagi, bukan "!"
Sian Lie Lie benar-benar murka, karena orang meremehkan dirinya.
Tubuhnya mencelat kearah si Hwee-shio itu, tapi belum lagi tubuhnya sampai di
dekat Khu Sin Hoo si Hwee-shio telah mencelat menjauhinya.
"Sabar nenek bongkok.....!" kata si Hwee-shio dengan suara yang sabar.
"Jangan aku untuk turun tangan, karena aku tak menjamin keselamatanmu ! Untuk
melawan kawan cilikku ini saja kau belum tentu dapat memperoleh kemenangan !"
Wajah Sian Lie Lie jadi berubah, merah padam. Dia mendongkol sekali,
karena dia sampai diremehkan begitu macam. Maka dari itu, setelah si Hwee-sio
mencelat menjauhi dirinya, si nenek Sian Lie Lie menoleh memandang Han Han.
Dilihatnya si bocah she Han itu sedang menatap dirinya, juga mata bocah itu
sangat bersinar. Tapi, dihati Sian Lie Lie telah mencetus sesuatu niat dia
bermaksud untuk membinasakan bocah itu. Maka dari itu dia mencelat kearah Han
Han, dia bergelar Hek Coa Tok Mo, ular hitam beracun, dia juga biasa melakukan
perbuatan yang bengis. Membunuh dianggapnya sebagai pekerjaan yang lumrah,
maka dia lantas menggerakkan tangannya untus menghajar si bocah she Han itu.
Khu Sin Hoo melihat kelakuan Sian Lie Lie, dia tak berusaha untuk
menolong Han Han, karena dia telah mengetahui apa yang akan terjadi.
Han Han sendiri, walaupun dia pernah diterangkan oleh Khu Sin Hoo bahwa
sekarang di dalam dirinya telah mengendap semacam tenaga Lwee-kang yang luar
biasa, tokh waktu melihat Sian Lie Lie menyerang dirinya akan mencengkeram
batok kepalanya, si bocah tetap saja keder. Tapi, karena daripada menerima
kematian dengan berdiam diri, maka si bocah jadi mengangkat tangannnya untuk
menangkis. "Dukkk .....!" tangan Sian Lie Lie dan Han Han saling bentur. Tak keras
benturan itu, tapi hebat kesudahannnya. Han Han terpental satu tombak, lalu
terjungkal, sedangkan Sian Lie Lie sendiri terhuyung beberapa langkah ke
belakang. Wajah jago betina ini pucat-pasi.
Semua orang yang menyaksikan hal tersebut jadi mengeluarkan seruan
tertahan, lebih-lebih ketika melihat si bocah she Han itu telah bangun berdiri lagi
dengan tak menderita suatu apapun. Su Tie Kong, Heng Ciauw Liong dan Yan Hoa
Piek mengetahui bahwa tadi Sian Lie Lie menyerang Han Han dengan
menggunakan enam bagian tenaga Lwee-kangnya, yang mengherankan orangorang itu, mengapa si bocah tak terluka. Mereka diliputi keheranan semacam itu
292 .
sebab mereka telah mengetahui, kalau orang yang diserang oleh Sian Lie Lie
dengan cara begitu tadi, biarpun orang itu mengerti ilmu silat, tokh paling sedikit
tangan orang tersebut akan patah ! Yang aneh, bocah she Han itu, begitu dia
terjungkal, begitu dia telah bangkit kembali tiada kurang suatu apapun. Malah,
Sian Lie Lie sendiri tadi telah terhuyung-huyung dengan wajah yang pucat.
Khu Sin Hoo hanya berdiri menyaksikan sambil tersenyum. Waktu Han Han
menoleh kearahnya, si Hwee-shio mengangguk-angguk sambil tertawa lebar,
memberi semangat kepada Han Han.
Sian Lie Lie benar-benar tak mengerti dengan kejadian barusan. Waktu
tangannya kebentur dengan tangan si bocah she Han itu, dia merasakan tangannya
seperti menghajar kapas, lalu kemudian dia malah merasakan tenaga serangannya
berbalik menyerang dirinya, yang menyebabkan dia jadi terhuyung mundur ke
belakang itu ! Malah yang hebat, dia juga merasakan serangkum tenaga yang panas
sekali menuju ke dadanya, sehingga napasnya agak menyesak. Untung saja dia
kosen dan tenaga dalamnya hebat, maka dengan cepat dia mengatur jalannya
pernapasan, dan seketika juga peruapasannya telah pulih sebagai mana biasa !
Untuk sesaat lamanya jago wanita tua itu jadi berdiri seperti orang kesima menatap
bocah she Han itu, yang telah berdiri dengan bibir tersenyum ke arahnya !
Sian Lie Lie mengerutkan alisnya, dia mendelik pada Han Han.
"Nenek tua bongkok ! Lihat saja ! Mana kau sanggup melawanku,
sedangkan melawan kawan cilikku saja kau sudah tak mampu !" ejek Khu Sin Hoo
sambil tertawa tergelak-gelak.
Wajah Sian Lie Lie jadi merah padam, dia mendongkol sekali. Dia juga
memang sedang heran mengapa tadi di saat dia menyelang bocah itu dengan
disertai oleh enam bagian tenaga Lwee-kangnya, si bocah tak mengalami cidera
sedikitpun "! Mati juga Sian Lie Lie tak akan menduga bahwa sebetuinya Han Han
telah memiliki Lwee kang yang luar biasa tingginya disebabkan oieh serangan.
Hawa Im dan Yang dan bercampur dengan racun ular Pek Coa. Coba kalau si
bocah telah berlatih selama satu tahun dan telah mahir menggunakan tenaga
dalamnya itu dengan tepat sekehendak hatinya, jangan harap tadi Sian Lie Lie
masih dapat hidup! Untung saja bocah she Han ini masih tak mengetahui cara
untuk menggunakan dan menyaiurkan tenaga dalamnya itu, coba kalau Han Han
telah berlatih tentu Sian Lie Lie tak akan berdaya menghadapinya. Itulah memang
suatu kemujijatan yang terjadi di diri si bocah.
293 .
"Hwee-shio gundul!" bentak Sian Lie Lie sambil menatap Khu Sin Hoo
dengan mata mencilak. "Ilmu siluman apa kau gunakan untuk membantu bocah ini
"!" Khu Sin Hoo tertawa keras mendengar pertanyaan Sian Lie Lie.
"Apakah kau anggap aku serendah itu ?" dia balik bertanya. "Hmm.....
jangankan kau, kalau bicara terus terang, aku juga bukan tandingan kawan cilikku
itu!" Semua orang yang ada di situ waktu mendengar perkataan Khu Sin Hoo,
mereka jadi heran, sampai mereka melengak. Karena biasanya Kha Sin Hoo sangat
tinggi hati, tak pernah mau merendah pada siapapun. Tapi sekarang aneh, dia
malah mengaku masih kalah dengan kepandaian seorang bocah ! Inilah hal yang
sampai matipun tak diduga oleh jago-jago silat luar biasa yang ada di situ .'
Yan Hoa Piek dan Su Tie Kong sendiri telah melompat ke depan dekat Khu
Sin Hoo. "Hwee shio rudin, cepat kau ceritakan perihal si bocah itu!" kata Su Tie
Kong. dia memang agak berangasan, maka dari itu, karena hatinya heran, dia
sudah lantas mendesak si Hwee-shio untuk menceritakan padanya perihal Han
Han. Khu Sin Hoo tersenyum.
"Sabar.....! Sabar! Nanti juga akan kuceritakan !" Kata Khu Sin Hoo.
"Sekarang aku mau tanya, mengapa Kiem-see Hui Hong dan Gin Tiok Su Seng
Gauw Lap masih belum datang"!"
Yan Hoa Piek dan Su Tie Kong mengangkat bahu.
"Entahlah..... kami juga heran mereka masih belum muncul !" menyahuti
Yan Hoa Piek dan Su Tie Kong hampir berbareng.
"Mereka telah mampus!!" teriak Heng Ciauw Liong, waktu orang-orang
menoleh, dilihatnya Heng Ciauw Liong telah duduk tenang di bawah pohon Siong
yang herada di dekat situ. Waktu semua orang menoleh, Khu Sin Hoo melihat
ketiga mayat Sam Kium Kang-gwa, dia jadi heran.
"Ehh, siapakah yang telah membunuh mereka?" tanya si Hwes-shio sambil
menatap Su Tie Kong dan Yan Hoa Piek, lalu beralih kepada Sian Lie Lie.
"Hmmm.....mereka terlalu kurang ajar.!" menyahuti Su Tie Kong. "Aku
yang membunuhnya .....!"
"Bagus! Sekarang ternyata kau sangat telengas sekali, Tie Kong Looheng!"
kata Khu Sin Hoo, "Hmm.....apakah kali ini kita bertempur dengan seluruh
kepandaian kita dan tak perlu memandang dari sudut kawan lagi?"
294 .
Diejek dengan cara begitu, wajah Su Tie Kong jadi merah, tapi baru saja dia
mau menyahuti, tiba-tiba Khu Sin Hoo menunjuk kesuatu arah sambil berseru :
"Lihat!" Semua orang menoleh, ternyata dari bawah tebing itu tampak mendatangi
seorang laki-laki yang mempunyai wajah rusak serta jalannya dingklek. Laki-laki
bermuka rusak yang berpakaian seperti seorang Sioe-chay, seorang sasterawan .....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Tag:cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf
- Cersil Ke 8 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Cer...
- Cersil Ke Tujuh Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti...
- Cersil ke 6 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
- Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung
- Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko
- Cersil Yoko 3 Condor Heroes
- Cersil Yoko Seri Ke 2
- Cerita Silat Cersil Ke 1 Kembalinya Pendekar Rajaw...
- Cerita Silat Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Komp...
- Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendeka...
- Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
- Cersil Ke 23 Kwee Ceng Pendekar Lugu
- Cerita Silat Ke 22 Kwee Ceng
- Cersil Ke 21 Kwee Ceng
- Cerita Silat Ke 20 Cersil Kwee Ceng Rajawali Sakti...
- Cerita Silat Ke 19 Kwee Ceng Jagoan Sakti
- Cersil Ke 18 Kwee Ceng
- Cersil Ke 17 Kwee Ceng Cerita Silat Pendekar Rajaw...
- Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Ke 16 Pendekar Kw...
- Cersil Ke 15 Pendekar Kwee Ceng
- Cersil Hebat Kweeceng Seri 14
- Cersil Cerita Silat Kwee Ceng 13
- Cersil Pendekar Ajaib : Kwee Ceng 12
- Kumpulan Cerita Silat Jawa : Kwee Ceng 11
- Cerita Silat Pendekar Matahari : Kwee Ceng 10
- Cersil Mandarin Lepas :Kwee Ceng 9
- Cersil Langka Kwee Ceng 8
- Cerita Silat Mandarin Online : Kwee Ceng 7
- Cersil Indo Kwee Ceng 6
- Cerita Silat Cersil Kwee Ceng 5
- Cersil Kwee Ceng 4
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 3
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 2
- Cersil Pendekar Kwee Ceng ( Pendekar Pemananah Raj...
- Cersil Seruling Sakti dan Rajawali Terbang
- Kumpulan Cersil Terbaik
- Cersil Jin Sin Tayhiap
- Cersil Raisa eh Ching Ching
- Cersil Lembah Merpati
- Cerita Silat Karya stefanus
- Cersil Pedang Angin Berbisik
- Cersil Sian Li Engcu
- Cersil Si KAki Sakti
- Cersil Bendera Maut
- Cersil Pahlawan Gurun
- Cersil Pedang Pusaka Buntung
- Cersil Terbaik Pendekar Kunang Kunang
- Cersil Mandarin Imam Tanpa Byangan