baca juga:
Bab 13 SUARA ketawa itu berkumandang sekian lama, tidak
berhentinya terang bahwa orang itu tengah
memamerkan kepandaian atau tingginya kekuatan
tenaga dalam. Maka bagi orang yang tenaga dalamnya masih kurang sempurna, hatinya pada terguncang,
keringat dingin mengucur keluar. Sekalipun orang2
seperti Cian-san Lolo, Hui-kak-Siansu dllnya, juga pada terkejut, dan supaya jangan sampai terpengaruh oleh suara ketawa itu, mereka pada kerahkan tenaga
dalamnya untuk melawan. Lim Tiang Hong merasa sangat mendongkol.
Dengan mendongkol, dengan menggunakan ilmunya "I-
ku sin-kang" ia berkata sambil ketawa nyaring: "Apa tuan 477
kira dengan memamerkan kepandaian seperti ini dapat msmbikin kuncup hati orang?"
Perkataan itu diucapkan besitu tegas dan mantap,
sehingga dapat mengetok hati yang mendengarnya.
Suara ketawa itu mendadak sirap, segera seorang
tua berjubah warna hijau bengis, matanya yang sipit dan kedua pipinya yang menonjol, dengan kecepatan
bagaikan kilat, melayang turun dari atas genteng.
Bin-hoan-siu yang bediri disamping, dengan cepat
sudah maju menghampiri sembari berkata dengan
sikapnya yang sangat menghormat sambil menyoja:
"Anggota pelindung hukum dari lembah Loan-piauw-kok, Bin hoan-siu disini memberi hormat kepada Hu-cong-kauwcu (wakil ketua dari pusat)".
"Awasi dulu semua orang2 ini, jangan sampai ada
satu yang bisa lolos!".
Kemudian sambil menggendong tangan, dengan
matanya yang sipit ia menyapu semua orang sejenak, lalu berkata: "Barusan siapa yang buka suara terhadap diriku, lekas keluar!"
Lim Tiang Hong lantas lompat maju sembari
berkata: "Tidak usah kau jual lagak begitu tengik. Orang 478
yang memaki kau tadi adalah tuan mudamu ini. Aku
justru kepingin lihat sampai dimana kekuatan dan
kepandaianya wakil ketua pusat Thian-cu-kauw?"
"Kitab pusaka siapa yang ambil" Lekas serahkan
padaku!" "Kitab dari dalam patung Buddha itu memang benar
didalam tangan tuan mudamu. Kalau ada orang dari
Siau-lim-pai yang minta kembali, hal itu masih dapat dimengerti. Tapi kalian orang2 dari Thian-cu-kauw.
dengan hak apa hendak minta kitab pusaka itu" Aku kepingin dengar alasan ada yang kau hendak
kemukakan" Pipinya yang nonjol dari orang tua itu nampak
bergerak-gerak2, napsunya membunuh kelihatan tegas dari wajahnya yang sudah banyak keriputannya itu.
Tepat pada saat itu, dari luar tiba2 terdengar suara orang memuji nama Buddha. Hui Hui Taysu dengan
jubahnya yang berkibaran sudah berjalan masuk kedalam pendopo.
Ketua dari Siauw-llm-pay ini begitu muncul, semua mata lantas ditujukan kepadanya. Orang tua baju hijau itu dengan matanya yang sipit mengawasi ia sejenak, 479
lantas berkata sambil ketawa dingin: "Tidak nyana Ciangbun-jin juga turut datang, bagus! bagus!"
"Siauw-lim-pay ada murid2 golongan Buddha. Kalau
orang tidak mengganggu aku, aku tidak akan
menggangu dirinya orang lain. Mengenai urusan kitab pusaka yang pusaka yang terjadi kali ini, sebetulnya karena terpaksa, sebab kitab pusaka itu adalah barang peninggalan Tat-mo Cow-su, sudah tentu kami tidak boleh membiarkan jatuh ditangan orang lain" berkata Hui Hui Taysu sambil kerutkan keningnya.
"Kalau benar kitab pusaka itu ada kepunyaan
Siauw-lim-pay, sengapa disimpan didalam kuil Sim-thian-sie ini" Kuil Sim-thian-sie ini telah didirikan oleh orang2
dermawan dari berbagai tempat, toh tidak bisa dibilang ada kepunyaannya Siauw-lim-pay"
"O-mie-to-hud! Tat-mo Siansu adalah Cowsu Siauw-
lim-pay, hai ini sudah diketahui oleh semua orang.
Barang peninggalannya harus menjadi kepunyaan Siauw-lim-pay sudah tidak perlu direcokin lagi"
Orang tua jubah hijau itu tiba2 maju 2 tindak,
dengan sorot matanya yang tajam ia mengawasi Hui Hui Taysu dan berkata: "Kitab pusaka ini, adalah barang 480
peninggalan Tat-mo Siansu sebelumnya masuk Siauw-
lim-pay, sudah tentu tidak boleh dikata ada barangnya Siauw-lim-pay. Seperti juga dengan halmu Hui Hui
sendiri, sebelum kau cukur rambutmu menjadi anggota Siauw-lim-pay, apakah barang2mu itu dapat dianggap sebagai barang2-nya Siauw-lim-pay dan diturunkan
kepada Ciang-bunjinnya kemudian" Sekarang banyak
bicara juga tidak ada gunanya. Jika hendak mendapatkan kitab itu, hanya dengan jalan mengadu kekuatan saja"
"Kalau Siecu memang hendak membawa caranya
sendiri, terpaksa cuma diselesaikan dengan jalan
demikian" Mendadak ia dongakkan kepala dan berkata kepada
orang banyak: "Sahabat2 yang ada disini, paling baik menyingkir dulu untuk sementara waktu, supaya tidak kerembet-rembet. Hui Hui tidak menginginkan oleh karena
peristiwa ini, akan membuat dosa terhadap tuan2"
Semua orang2 yang ada disitu, diam2 pada
mengukur tenaganya sendiri, memang benar tidak
mampu menghadapi kedua jago itu, maka banyak
diantaranya yang diam2 sudah undurkan diri, tapi masih 481
ada sebagian orang berdiri disamping sebagai penonton, berbarang dengan itu juga kepingin memungut hasil didalam air keruh.
Orang tua jubah hijau itu yang tadi datang dengan sikapnya yang sangat garang dan jumawa, kini setelah melihat Hui Hui Taisu hendak turun tangan sendiri, dan melihat sikapnya anak muda wajah buruk yang begitu keras, ia menduga ada mempunyai kepandaian yang
cukup berarti, maka kesombongannya itu lantas lenyap dan terhadap orang2 yang hendak menyingkir, ia tidak mau merintangi seperti apa yang tadi sudah ia pesan kepada Bin-hoan-siu.
Lim Tiang Hong dengan sikapnya yang gagah,
sambil sedekap kedua tangannya mengawasi Hui Hui
Taysu bertengkar dengan orang tua jubah hijau. Sedang Henghay Kow-loan dan Cu Giok Im terus tujukan
matanya kepada dirinya, mereka makin lama makin
merasa bahwa dedaknya orang itu seperti pernah kenal, akan tetapi sedikitpun tidak menduga kepada dirinya Lim Tiang Hong yang dianggapnya sudah binasa.
Hui Hui Taysu sesudah berkata kepada orang
banyak, lalu bertanya kepada Lim Tiang Hong sambil 482
rangkapkan kedua tangannya: "Tentang kitab itu,
bagaimana sicu hendak bereskan?"
"Bukankah tadi kalian sudah katakan sendiri" Kitab ini akan diselesaikan dengan mengandal kekuatan,
bukan" Tapi menurut pikiranku yang cupat, semua itu ada percuma saja, sebab barang itu sekarang berada didalam tanganku. Aku suka akan berikan kepada siapa, itu tergantung kepada keputusanku sendiri. Jika hendak merebut dengan mengandal kekuatan tanaga, boleh saja coba2. Bukan aku yang rendah terlalu terkabur, aku masih mempunyai itu kekuatan untuk melindungi kitab ini!" jawabnya Lim Tiang Hong sambil ketawa dingin.
Baru saja Hui Hui Taysu hendak menjawab, tiba2
Hui-kak maju menghampiri dan berbisik-bisik
ditelinganya Hui Hui Taysu.
Hui Hui Taysu nampaknya terkejut, ia memandang
wajahnya Lim Tiang Hong, kemudian tertawa bergelak-gelak sembari berkata: "Sudah ada sahabat lama yang datang, kalau begitu semua terserah sahabat sendiri bagaimana baiknya!"
Dengan kedudukannya yang begitu agung seperti
ketua Siauw-lim-sie ini, telah mengucapkan perkataan 483
demikian terhadap pemuda wajah buruk itu ada suatu kejadian yang sangat ganjil"
Hal ini bukan saja Hui-kak dan sekalian merasa
heran, sekalipun Cian-san Lolo, Henghay Kow-loan, Cu Giok lm dan lain2nya juga tidak habis pikir, entah dari mana asal usulnya pemuda Itu"
Namun dari ucapannya Hui Hui Taysu itu, sudah
dapat diketahui bahwa ketua dari Siauw-lim-pay ini sudah mengenali dirinya Lim Tiang Hong, hingga pemuda itu diam2 juga sangat kagum kepada dirinya Hui Hui Taysu.
Pada saat itu, orang tua jubah hijau itu sudah
merasa tidak sabar lagi, sambil ketawa dingin ia berkata:
"Bin-hoan Bokhoat, kau bereskan bocah ini lebih dulu, nanti kita bicara lagi"
Bin-hoan-siu segera melompat melesat. Sambil
pentang 5 jari tangannya, ia menyerang jalan2 darah
"Kian-kin" dan "Ki-tun" pada dirinya Lim Tiang Hong.
Seranganmu itu dibarengi dengan meluncurnya
asap hitam yang keluar dari jari2 tangannya. Itu ada merupakan ilmu serangan Bin-hoan-siu yang terampuh, kejam dan ganas.
484 Sambil perdengarkan suara ketawa dingin Lim
Tiang Kong bergerak kesamping tiga tindak. Badannya nampak ber-goyang2 seperti sengaja memain. Tetapi serangan lawannya yang begitu hebat ternyata hanya mengenakan tempat kosong.
Keganasan Bin-hosn-siu tidak sampai begitu saja.
Tatkala mengetahui serangannya bakal mengenakan
tempat kosong, badannya lalu memutar dan kedua
tangannya begitu pula, ter-putar2 seperti titiran. Dari tangannya keluar angin hebat. Suaranya saja men-deru2.
Itu adalah serangan tangan kosongnya yang dinamakan
"Ngo-keng Keng-bun", salah satu serangan tangan kosong yang membikin namanya makin menanjak naik. Dengan beruntun lalu kembali ia melancarkan serangan
tangannya. Hawa dingin dengan kepulan asap hitam
mengurung Lim Tiang Hong.
Tetapi diantara gumpalan hitam, Lim Tiang Hong
nampak berkibaran bajunya. Masih dengan sikapnya
seperti memain, nampaknya seenaknya saja. Apabila lebih ditegasi lagi, malah tangannya kelihatan sama sekali tidak bergerak, tahu2 sudah bisa melepaskan diri dari kepungan asap dan angin dingin lawannya.
485 Orang2nya Thian-cu-kauw yang menyaksikan
kejadian yang sangat luar biasa itu, semua diam2 pada terkejut. Sedangkan Hui Hui Thaysu nampak angguk2kan kepalanya. Agaknya ketua Siauw-lim-pay ini diam2
mengagumi kepandaian anak muda tersebut, yang dalam waktu sekejap telah memperoleh kemajuan begitu pesat.
Henghay Kow-loan dan Cu Giok Im, keduanya
merasa heran. Dalam hati mereka sama memikirkan
siapa adanya anak muda berwajah jelek yang memiliki kepandaian demikian tinggi itu.
Tanpa merasa pada saat itu Cu Giok Im dan
Henghay Kow-loan melayangkan pikirannya pada
bayangan Lim Tiang Hong. Entah akan bagaimana
girangnya perasaan sukarlah dilukiskan.
"Sayang, aaaia. Tuhan tidak menaruh kasihan
terhadap sesamanya. Lim Tiang Hong yang belum lama muncul dalam dunia kang-ouw binasa oleh perbuatan kejinya kawanan penjahat"
Cu Giok Im yang beradat polos dan berwatak
seperti laki2, kelihatan hanya menarik napas saja.
Tidaklah demikian halnya dengan Henghay Kow-loan.
Saat itu rupanya ia ini tidak dapat mengendalikan 486
perasaan sedih yang menindih hatinya. hingga seketika air matanya keluar.
Pada ketika itu, dalam kalangan pertempuran
terdengar suara bentakan. Untuk kedua kalinya Bin-hoan-siu lompat melesat menerjang Lim Tiang Hong.
Diantara berkelebatannya bayangan orang dari
tangannya Lim Tiang Hong lantas meluncur sambaran angin hebat.
Setelab itu, badannya Bin-hoau-siu kelihatan
mundur sempoyongan sampai lima tindak.
Lim Tiang Hong lantas ketawa, setelah itu berkata dengan suara dingin: "Pelindung hukum Bin-hoan-siu.
Aku baru menggunakan enam bagian tenagaku saja,
bagaimana kau sudi begitu merendah" Bagaimana kalau kau menyambuti serangan dengan sisa tenagaku lagi?"
Tiba2 nampak tangan pemuda itu digerakkan,
Suatu kekuatan tanaga dalam yang sangat hebat,
meluncur keluar dari tangannya se-akan2 gelombang air laut yang menggulung badan Bin-hoan-siu.
Bin-hoan-siu yang dalam Thian-cu-kauw
berkedudukan sebagai pelindung hukum, sekarang
dihadapan wakil Kauwcu perkumpulannya, sudah tentu 487
tidak mau dibikin hilang muka oleh pemuda lawannya.
Sekalipun harus binasa tentu ia akan mempertahankan derajatnya, mau tidak mau harus ia menyambuti
serangan tersebut. Maka seketika itu matanya lantas dipendelikkan
lebar2 dan berseru dengan suara bengis: "Jangan
bertingkah!"
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Dan kedua tangannyapun kelihatan berputar,
benar2 ia menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Beberapa detik, kedua serangan tenaga orang yang
sedang bertanding itu saling beradu.
Tiba2 suara gempuran terdengar amat nyaring....
Bin-hoan-siu menjerit, mulutnya menyemburkan
darah segar sedang badannya telah terpental sejauh tujuh kaki. Begitu jatuh, mundur lagi lima langkah baru berhasil ia mempertahankan diri.
Dipihaknya Lim Tiang Hong, lawan muda ini
ternyata masih berdiri tegak dengan sikap gagah.
Kejadian tadi benar2 menggemparkan! Setiap orang
yang ada disitu pada dibikin kesima, terutama dengan orang2nya Thian-cu-kauw.
488 Hui Hui Thaysu kala itu kedengaran menyebut
nama Buddha. Orang tua berjubah warna hijau tapi kelihatan
perobahan pada air mukanya. Pada ketika itu terang sudah kalau telah timbul kembali napsunya hendak
membunuh. Sebentar kemudian mendadak melesat satu sinar
berwarna hijau. Orang tua itu ternyata sudah berada didepan muka Lim Tiang Hong. Orang tua ini dengan mementangkan jari2 tangannya, menyambar
pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Tetapi orang yang diserang cepat bagai kilat telah menggeser kaki. Dengan satu gerak tipu dalam tipu2
silatnya, Kim-liong Pat-jiauw, telapak tangannya
membalik, telah memutar lagi sekali. Lantas keluar sambaran angin yang disertai kekuatan tenaga dalamnya balik mengancam jalan darah Ciok-tie-hiat ditubuh lawannya.
Orang tua berjubah hijau itu tidak kecewalah kalau betul mendapat kedudukan Wakil Kauwcu dalam
perkumpulannya Thian-cu-kauw. Dalam ancaman
berbahaya demikian rupa, hanya terkesiap beberapa 489
saat. Lalu dilain detik, dengan satu gerak tipu, Hay-tee Khim kao (menangkap ular dibawah permukaan laut)
tangannya memutar. Dengan cara berani luar biasa ia mendesak balik menyambar jalan darah Ciang-bun-hiat lawannya.
Lim Tiang Hong ketawa dingin. Badannya menekuk
dengan cepat, sedang sikut kirinya tidak tinggal diam membentur tangan orang tua jubah hijau itu.
Akibat dari beradunya kedua tangan, ke-dua2 orang itu mundur dua tindak.
Selagi semua mata masih dibikin ber-kunang2 oleh
gerakan serangan yang luar biasa dari kedua pihak, dua orang itu sudah saling bergerak lagi. Kembali lima enam jurus telah dilewatkan. Dalam keadaan demikian tentulah masing2 telah mengerti, sungguh tidak mudah bagi
siapapun merebut kemenangan dalam waktu cepat.
Tetapi dipihaknya si orang tua jubah hijau itu, lebih2
mengenaskan keadaannya, wajahnya telah berubah
pucat pasi, sukar dilukiskan dibawah tulisan kata2.
Sebabnya Kauwcu Thian-cu-kauw yang dengan
kepandaiannya yang luar biasa pada masa itu hendak menjagoi dunia Kang-ouw ia yang telah memiliki
490 kekuatan serta kepandaian ilmu silat yang berselisih tidak banyak dengan Kauwcunya dan diantara jago2 atau
orang2 kuat dalam perkumpulan Thian-cu-kauw telah dianggap sebagai orang yang mempunyai kepandaian
paling tinggi, hari itu telah menemui hari sial.
Sungguh ia tidak pernah membayangkan bahwa
hari itu ia tidak berhasil menggulingkan satu anak muda yang belum pernah dikenal namanya.
Walau bagaimanapun juga, tidak boleh dipandang
rendah orang muda ini. Ia telah banyak makan asam geramnya dunia, selain mempunyai kepandaian tinggi, orang juga sangat licik. Pikirnya kecuali si pemuda lawannya masih ada Hui Hui Thaysu dan banyak lagi orang2 kuat lainnya, maka dalam pertempuran kali ini agaknya banyak kesulitan untuk merebut kemenangan bagi pihaknya.
Maka untuk menjaga muka dan nama baiknya,
paling baik mundur teratur. Untuk sementara
menghabiskan dulu pertikaian disitu. Itulah yang
menyebabkan ia berhenti sejurus, dan lalu ia berkata:
"Tuan2 benar2 mempunyai kepandaian yang cukup
berarti. Aku Beng-sie-kiu masih mempunyai urusan lain.
491 Hari ini tidak ada kegembiraan banyak buat melayani kau. Dan perlulah tuan ingat2, Thian cu-kauw kami tidak pernah melupakan setiap kejadian yang paling berharga, apalagi dengan tuan hari ini"
Setelah itu, ia lantas mengeluarkan perintah kepada orang2nya: "Mundur!"
Dan ia sendiripun lalu melesat tinggi keatas,
sebentar kemudian telah menghilang dari hadapan mata orang banyak.
Lim Tiang Hong melihati saja berlalunya orang2
kuat Thian-cu-kauw itu dengan perasaan mendelu.
Hui Hui Thaysu menghela napas panjang.
Perasaannya pada kala itu agaknya sudah lega.
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan kitab pusaka
Siauw-lim-pay itu dari dalam sakunya yang lantas
diserahkan kepada Hui Hui Thaysu. Setelah mana ia lantas lompat melesat, keluar dari dalam kelentang tanpa berpamit lagi kepada siapapun.
Pada saat itu dari dalam kelenteng tiba2 terdengar pekikan Henghay Kow-loan dan Cu Giok Im. Ke-dua2nya lompat melesat mengejar pemuda berwajah jelek.
492 Ketiga orang tadi ber-kejar2an sampai ketempat
sejauh tiga puluh lie, mendadak Lim Tiang Hong
menghentikan gerakan kakinya dan setelah memutar
balik badannya, berkata kepada dua nona2 itu sambil ketawa ber-gelak2: "Nona2 ada keperluan apa
mengejarku sampai kemari?"
Kedua nona itu tadi mengejar Lim Tiang Hong,
sebenarnya hanya karena ingin mereka ketahui siapa adanya orang yang di kejarnya itu. Maka setelah ditegur demikian, ke-dua2nya menjadi bengong, tidak tahu
bagaimana harus menjawab. Mereka sesaat hanya saling pandang, sepatahpun tidak keluar kata2 dari mulut mereka.
Lim Tiang Hong kuatir dengan pcrbuatannya itu
membuat malu kedua wanita itu, maka lalu ia
meneruskan katanya lagi juga dibarengi suara
ketawanya: "Henghay Kow-loan, kepandaianmu telah
menggetarkan dunia kang-ouw. Hek-hong Cu Giok Im, namanya sudah menggetarkan jagat. Aku yang rendah berkesempatan mendapat kenalan sebagai nona2
berdua, sungguh merasa beruntung sekali"
493 Suara itu benar2 telah dikenal baik oleh Henghay
Kow-loan maupun Cu Giok Im.
Henghay Kow-loan agaknya sedang ingat sesuatu,
ia lantas berkata sambil ketawa dingin: "Tidak usah berpura2 dihadapanku, aku sudah tahu kau siapa!"
Cu Giok Im rupanya juga baru dibikin sadar
mendengar kata2 Henghay Kow-loan. Baru saja ia hendak membuka mulut, mendadak dari jauh
kedengaran suara orang berseru memanggil namanya
"Giok-jie, Giok-jie..."
Cu Giok Im lantas berkata dengan perasaan
mendongkol: "Aku juga sudah tahu kau siapa. Sekarang suhu panggil aku, tidak ada waktu lagi untukku bicara banyak2 dengan kau. Ada satu hari aku nanti akan cari kau untuk membuat perhitungan"
Setelah berkata demikian, lalu nona ini memutar
tubuh, lari menghampiri suhunya.
Henghay Kow-Ioan mendelikkan mata, iapun lantas
berkata: "Ketika untuk pertama kali aku melihat kau, aku lantas menaruh curiga. Tapi karena wajahmu lain, aku tidak berani menanya. Sekarang aku baru ingat, kau memakai kedok kulit manusia, bukan" Hmm! Kau cuma 494
bisa cari kesenangan sendiri, lantas tidak perdulikan orang lain lagi..."
Sehabis berkata demikian, nona ini lantas balik
badan, ber-pura2 seperti orang mengambul.
Oleh karena memikir bahwa rahasianya telah
terbuka Lim Tiang Hong merasa malu untuk berlagak gila lagi maka ia lantas maju menghampiri nona itu, sambil menepuk pundak si nona ia berkata "Oleh karena
keadaan sangat mendesak, aku tidak boleh
memberitahukan pada siapa juga penyamaranku. Tidak nyana aku telah membuat kau merasa tidak enak, dalam hal ini aku minta maaf banyak2 padamu"
"Hmm! Apa kiramu cukup cuma dengan satu
perkataan minta maaf saja" Untukmu aku sudah mencari ubek2an. Ketika kudengar berita tentang kematianmu, aku lantas datang menjenguk kerumah Heng-lim Cu-loan dikota Kim-leng. Itu budak hina yang bernama Yan-jie bukan saja tidak mau memberitahukan terus terang
padaku, sebaliknya malah menanya melit sekali padaku.
Asal-usulku dan lain2nya. Coba kau pikir sendiri, itu membikin aku mendongkol atau tidak?"
495 Mendengar uraian nona itu, Lim Tiang Hong tidak
bisa berbuat lain kecuali minta maaf banyak, dan Heng-hny Kow-Ioan rupanya juga dengan apa boleh buat
terima baik permintaan Liin Tiang Hong. Dan ia lalu menanya: "Sekarang kau mau pergi kemana?"
Lim Tiang Hong setelah memikir sejenak, lalu
menjawab: "Aku pikir tetap pergi ke Kang-lam dulu.
Kesana aku mau mencari itu orang yang mengaku dirinya bernama Lim Tiang Hong. Menurut dugaanku, semua
kejadian yang sudah lalu itu boleh jadi adalah
perbuatannya Im-san Mo-lie. Dan sekarang yang
menggunakan namaku, barangkali dia juga. Nanti setelah aku bertemu dengan dia, daripadanya pasti akan bisa kuambil banyak keterangan. Dan kau, kalau tidak ada urusan lain, sukakah kita pergi ber-sama2?"
Henghay Kow-loan mendadak berobah merah
padamu pipinya. ia merasa jengah atas ajakan si anak muda, sambil geleng2 kepala ia menjawab: "Ketika
kudengar berita kematianmu, aku merasa sedih sekali.
Kala itu aku pikir, setelah menuntut balas untukmu, lalu.... Aaah! Sekarang ini tidak berani aku pikirkan lagi, dan aku harus balik kegunung buat menemui suhuku"
496 "Siapa suhumu?"
"Heng-thian It-ouw"
"Ha"!...."
"Apa kau kenal dia si orang tua?"
"Bukan begitu maksudku"
Setelah itu, Lin Tiang Hong lalu menceritakan
bagaimana halnya, suhunya sendiri, si orang tua
penyipta, menyuruhnya menyampaikan surat kepada
orang yang bergelar Heng-thian It-ouw itu.
Ketika mendengar keterangan Lim Tiang Hong,
Henghay Kow-loan lantas berkata sanbil kerutkan
alisnya: "Sebaiknya kau jangan pergi. Suhu adatnya kukoay sekali. Surat itu berikan sajalah padaku, nanti akan kusampaikan pada suhu. Bolehkah?"
Lim Tiang Heng meng-geleng2kan kepala, ia lekas
menjawab: "Mana ada aturan seperti itu" Suhu wanti2
memesanku, biar bagaimana aku yang diharuskan
menyampaikan sendiri surat ini padanya"
Henghay Kow-loan tidak berkata apa2 lagi. Ia
hanya menghela napas, bersenyum dan kemudian
menggerakkan kakinya, dengan cepat meninggalkan Lim Tiang Hong.
497 Lim Tiang Hong setelah memikir sudah selesai
dengan urusan kedua nona itu, rupa2 pikiran lantas timbul dalam otaknya. la sama sekali tidak pernah menduga bahwa ia yang belum lama muncul dalam
dunia Kang-ouw, disamping menemui kejadian2 yang
selalu membikin pikirannya mumat, tetapi mendapat banyak kawan yang semuanyanya baik sekali
memperlakukannya. Dari tingkatan tua, ada terdapat si Pengemis Mata Satu, Sin-swan Cu-kat, Hui Hui Taysu dan lain2nya, sedang dari angkatan muda adalah Henghay Kow-loan, Cu Giok Im dan Tan Yan-jie.
Disamping kesemuanya itu. masih ada pula
orang2nya Hong-hong-tie, yang meskipun ia belum
mengetahui benar maksud dan hati mereka mau
perlakukan baik padanya. tetapi ia percaya penuh bahwa orang2 seperti mereka itu tidak ada mengandung
maksud jahat. Ia mengawasi berlalunya Henghay Kow-loan sampai
tidak kelihatan bayangannya, baru berlalu meninggalkan tempat tersebut, ia sudah bertujuan satu, pergi ke Kang-lam.
498 Karena ingin sampai ketempat tujuan lebih cepat, ia sengaja mencari jalanan yang kecil dan sepi untuk memotong jalan.
Berjalan sudah kira2 sebjam lamanya, dalam
sebuah rimba raya tiba2 ia melihat berkelebatnya
bayangan seseorang. Ia yang memiliki daya penglihatan amat tajam, meski hanya sepintas lalu saja melihat tegas dapat dibayangkan pengawakan orang itu, yang banyak mirip dengan bentuk tubuh Im-san Mo-lie.
Ia lalu gerakan kakinya. dengan menggunakan ilmu
It.-shia Cian-lie, ilmu kebanggaannya, badannya lantas melesat jauh memasuki rimba.
Baru saja sampai ia didalam rimba, mendadak
mendapat sambutan berupa bentakan keras, dan
serangan angin keraspun segera menyusul menyambar badannya.
Karena pada kala itu badannya sedang bergerak
meluncur turun, dalam keadaan tidak men-jaga2 pula, tidak ada kesempatan lagi baginya untuk mengelak
serangan menggelap tersebut, maka ia lantas
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya.
Dengan badan masih terapung tinggi ditengah udara, 499
tangannya diayun menyambut serangan orang tadi,
kemudian badannya lantas meluncur turun dengan cepat.
Ketika tadi mengadu kekuatan, tangannya merasa
agak kesemutan, sementara itu telinganya mendengar suara jeritan dan orang yang menyerangnya secara
membokong tadi sudah dibikin terpental dan jatuh
ditempat sejauh tiga tombak dari situ.
Ketika ia turun lagi ketanah, segera ia mengetahui bahwa orang yang menyerangnya tadi benar adalah Im-san Mo-lie yang pada kala itu sedang mengawasinya dengan kaget dan ke-heran2an.
Mengingat kejadian2 dimasa lampau, marahnya Lim
Tiang Hong tentu seketika dapat timbul. Begitulah memang betul halnya dengan pemuda ini. Seketika ia lantas menjadi gusar, lantas ia berseru keras: "Manusia berhati binatang! Sungguh bagus perbuatanmu yah"
Membarengi kata2nya, iapun lalu maju
menghampiri, bergerak dengan kecepatan kilat untuk kemudian menggunakan tipu serangan Kim-liong Pat-jiauw menyambar pergelangan tangan Im-san Mo-lie.
Sedang tangan kirinya menyusul serangan tangan kanan, meluncur kearah dada lawannya.
500 -odw-smhno- Jilid Ke 6 Im-san Mo-lie sendiri sebetulnya adalah seorang
wanita yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Akan tetapi karena gerakan Lim Tiang Hong yang aneh2,
datangnyapun tidak ter-duga2, ditambah lagi karena ia belum mengenal Lim Tiaag Hong yang masih
mengenakah topengnya berupa orang buruk, maka
ketika itu boleh dikata jiwanya Im-san Mo-lie sudah sangat terancam, bagai telur di ujung tanduk. Apabila saja serangan itu mengenai sasarannya dengan telak, sekalipun sepuluh Im-san Mo-lie sudah pasti akan binasa seketika!
Akan tetapi selagi tangan Lim Tiang Hong baru mau menempel dikulit lawan, dalam otaknya tiba2 berkelebat satu bayangan orang. Orang itu adalah Lok-hee Hujin, yang berada di dalam lembah Loan-phiauw-kok. Itu
wanita cantik yang mengaku dirinya adalah ibu Lim Tiang Hong.
Karena wajah lm-San Mo-lie yang dihadapinya
sekarang ini begitu mirip benar dengan ibunya, maka 501
seketika lembutlah hati pemuda ini. Kekuatan dalam serangan tangannya terpaksa ditariknya kembali.
Justru pada saat demikian Im-san Mo-lie sudah dapat melepaskan diri dari cengkeraman Lim Tiang Hong, dengan cepat pula ia telah lari meninggalkan pemuda itu keluar rimba.
Bersamaan pada detik itu, di belakang badannya
Lim Tiang Hong sudah terdengar suara geramnya
beberapa orang, disusul dengan sambaran angin kuat dari beberapa puluh tangan.
Lim Tiang Hong lalu menggunakan ilmu Sam-sam
Po-hoat yang dipelajari dari si gadis binal. Dengan jalan berputaran, ia sebentar telah berhasil menghindarkan serangan menggelap orang2
Selanjutnya lalu ia menegasi, ada sepuluh orang
laki2 lebih, kesemuanya beroman bengis yang sedang berdiri ber-deret2 dihadapannya sambil mengawasi terus padanya dengan sorot mata bengis pula
Dengan sikap dan suara ketus Lim Tiang Hong lalu
berkala, ditujukan kepada orang2 di hadapannya itu:
"Menyerang secara membokong bukanlah perbuatan
502 orang laki2. Kalian ini kalau begitu bukan orang dari golongan orang baik2"
Salah seorang diantara sepuluh lebih orang laki2
itu, orang yang berbadan pendek dengan matanya yang sipit lantas membentak Lim Tiang Hong: "Kau sebetulnya siapa! Kau kenapa ber-ulang2 kali bermusuhan terus dengan orang2nya Thian-cu-kauw" Hmm hmmm! Tahukan kau bahwa pendirian kami orang2 Thian-cu-kauw selamanya memperhitungkan segala rekening terhadap orang2 yang berani nyenggol perkumpulan kami,
sedikitpun tidak akan diberi ampun"
Lim Tiang Hong. begitu mendengar disebutnya
nama Thian-cu-kauw dan nama itu lantas dihubungkan dengan Im-san Mo-lie ini lagi, ia mengenangkan setiap kejadian masa lampau. Apakah mungkin semua
perbuatan itu hasil dari kerjaan orang2 Thian-cu-kauw".
Memikirkan semua kejadian itu, darahnya mendidih
seketika. Sambil perdengarkan ketawa ewa, ia berkata:
"Kejahatan kalian orang2 Thian-cu-kauw sudah lama tersiar dalam kalangan Kang-ouw. Hari ini, kalau ada seorang saja yang mampu lolos diantata kalian dari sini, 503
hitung2 aku sudh terjungkal dalam tanganmu.
Bagaimana?" Sehabis berkata, mendadak ia maju, tangannya
menyambar pergelangan tangan orang pendek hitam itu.
Orang yang tiba2 diserang Lim Tiang Hong itu,
adalah salah seorang dari banyak orang2 kuatnya Thiau-cu-kauw. Ketika melihat badan Lim Tiang Hong bergerak, ia juga lantas perdengarkan geramannya, tangannya berbareng melancarkan serangan
Akan tetapi gerak tipu Kim-liong Pat-jiauw seperti telah dikenal banyak orang, adalah gerak tipu yang aneh luar biasa, tidak sembarang orang mampu
menghindarkan diri dari serangan tersebut.
Begitu pula halnya dengan si orang pendek tadi,
sebentar dirasakan tangannya tersambar untuk dilain saat merasakan badannya ter-apung2 di tengah udara.
Kiranya ia tidak dapat bertahan, seluruh badannya melesat setinggi tiga tombak dan ketika balik lagi ke bumi, justru jatuhnya menancap di cabang sebuah pohon besar yang kebetulan menonjol keatas. Cabang pohon ini terus menusuk badan si orang pendek seperti satai.
Orang pendek sebentar kedengaran berteriak-teriak 504
keras, tapi tak lama, tidak ada suaranya sedikitpun yang bisa dikeluarkan lagi, karena jiwanya telah melayang.
Kejadian yang hanya memakan waktu segebrakan
itu telah memibikin kuncup nyalinya orang2 Thian-cu-kauw.
Akan tetapi, sekalipun ada contoh menakutkan
demikian, apabila orang sudah kebiasaan berlaku ganas, rupanya belum merasa puas jika belum dapat
melampiaskan napsu membunuhnya. Semuanya lalu
pada maju serentak dengan maksud mengeroyok,
menggunakan tenaga orang lebih banyak menerjang Lim Tiang Hong.
Tetapi Lim Tiang Hong dengan beberapa kali
gerakan yang gesit dan lincah sudah berhasil melepaskan diri dari kepungan mereka, dan kemudian berdiri di samping seperti tidak sedang menghadapi kejadian
apapun. Kawanan penjahat itu setelah mengetahui serta
sadar tidak berhasil mengurung lawannya, rupanya
tambah penasaran. Selagi beramai-ramai kembali hendak maju lagi, tiba2 terdengar suara janggal aneh dari dalam rimba yang kemudian disusul oleh suara perkataan
505 orang, sebagai berikut: "Tuan berani bermusuhan
dengan Thian-cu-kauw sudah tahu betul kalau Thian-cu-kauw sudah tidak mempunyai orang yang mampu
melawanmu?" Ketika Lim Tiang Hong dongakkan kepala melihat,
entah sejak kapan disitu telah kedapatan dua manusia.
Seorang diantaranya adalah seorang laki2 beralis tebal dengan matanya yang sebesar jengkol seperti melotot terus serta pakaiannya serba biru. Sedangkan yang satunya lagi adalah sedang berwajah putih bersih dengan alisnya yang lentik seperti wanita. Yang terang dari keduanya dapat dilihat sikap mereka yang yang sangat memuakkan.
Satu antaranya segera menegur Lim Tiang Hong:
"Kau, sebenarnya siapa" lekas beritahukan namamu!"
Lim Tiang Hong mengawasi kedua orang yang baru
datang ini sejenak, lalu menjawab ketus: "Siapa adanya tuan mudamu tidak usah kalian perdulikan. Tuan2 adalah orang2 yang mempunyai kedudukan dalam Thian-cu-kauw, bukan?"
Laki2 berwajah pulih terang itu lantas berkata:
"Bocah, matamu ternyata cukup tajam. Kau menebak jitu 506
sekali. Adakah kau tahu juga kalau kami adalah Hiat-kiong Tancu si tangan ganas Ka-na dan Hwee-hay Tancu Cui Hoa Cun Cia?"
Lim Tiang Hong memperlihatkan senyuman "Masih
belum cukup pantas!" katanya sambil gelengkan kepala
"Menurut perhitunganku, sedikitnya sudah lebih dari empat Tancu yang kini sudah menjadi setan
gentayangan dalam panggilan kepalanku. Hari ini boleh jadi jugalah kalian pergi mengikuti jejak mereka
menghadap Giam-lo-ong?"
Ucapan Lim Tiang Hong itu bisa membuat meledak
dada orang yang mendengarnya. Si tangan ganas Ka-na dengan sorot mata buas menatap mata pemuda di
hadapannya. Tangannya yang sebesar kipas terulur
untuk terus dihantamkan ke bagian dada Lim Tiang
Hong. Tetapi dengan caranya yang gesit sekali Lim Tiang Hong telah berkelit sambil menggeser kakinya.
Tiba2 dari jauh saat itu tetdeagar suara orang
berseru: "Kawanan iblis! Kalian sungguh telengas".
Berbareng dengan ditutupnya kata2 tadi, tiga
bayangan orang tahu2 sudah berdiri di-tengah2
507 kalangan. Seorang diantara mereka adalah seorang imam tua berusiak kira2 enam puluh tahun. Yang lain adalah seorang laki2 muda dan seorang wanita muda pula.
Si imam dengan mata mendelik dan wajah gusar,
sesampainya ketengah kalangan segera menerjang ke arah Ka-na dan Cui-hoa Cun-cia dua Tancu tanpa
mengucapkan apa2. Imam ini rupanya menggunakan
sekuat tenaganya yang ada padanya, menghajar kedua Tancu Thian-cu-kauw.
Buktinya, kedua Tancu Thian-im-kauw yang
diserang secara mendadak itu kedua2nya lantas
menggeram, dengan berbareng menyambuti serangan
tadi. Ketika itu lalu terdengar suara benturan amat nyaring, ke-tiga2nya pada mundur tiga kaki.
Imam tua itu sekaligus menghadapi dua orang kuat, dan ternyata tidak kelihatan muka kedernya, dapatlah diduga bahwa ia tentulah mempunyai kekuatan cukup berarti.
Setelah masing2 mundur tiga kaki dan pada maju
lagi, imam itu sudah melancarkan serangan hebatnya lagi, terus menghajar kedua Tancu tersebut.
508 Si tangan ganas Ka-na dan Ciu-hoa Cun-cia yang
berkedudukan sebagai Tancu Thian-cu-kauw sudah
dengan sendirinya pula mempunyai kepandaian cukup tinggi. Meskipun dihujani serangan hebat2 oleh
lawannya, mereka kelihaian tidak jadi gugup. Malahan dengan kepandaiannya masing2 serangan hebat dibalas pula dengan serangan dahsyat.
Sepasang muda mudi yang datang bersama si imam
tua tadi, kala itu sudah pada menghunus pedang
masing2, lalu keduanya menerjang kawan2an orang
Thian-cu-kauw. Serangan pedang mereka ternyata cukup
berpengaruh kehebatannya. Begitu bergerak saja mereka telah berhasil menamatkan dua jiwa manusia. Sisa
kawanan orang2 Thian-cu-kauw itu kesemuanya pada
mengeluarkan geraman hebat, lantas maju mengeroyok.
Mereka begitu datang lantas bertempur secara
mati2an. Ini dapat dilihat oleh Lim Tiang Hong yang merasa heran ia berdiri di samping tanpa ada orang yang menghiraukannya.
Dari gerakannya dua muda mudi itu, Lim Tiang
Hong dapat menebak bahwa ilmu pedang yang mereka
509 gunakan adalah ilmu pedang Yu-liong Kiam-hoat dari Kun-lun-pay.
Sebaliknya dengan imam tua itu, tipu serangan
yang dikeluarkan semuanya adalah ilmu Khong-tong-pay.
Enam partai golongan Hian-bun memang sudah
diketahui Lim Tiang Hong bermusuhan dengan Thian-cu-kauw. Meskipun ia sendiri terhadap kawanan imam tidak berkesan baik, akan tetapi antara golongan baik dan golongan tersesat, sudah tentu ia cenderung kepada orang2 enam partai golongan Hian-bun ini.
Pada waktu itu tiba2 telinganya mendengar suara
benturan keras. Matanya dapat melihat sitangan ganas Ka-na yang badannya tinggi tegap sudah mengadu
kekuatan dua kali lagi dengan si imam tua tadi.
Karena pada waktu beradunya kedua kekuatan itu
tampak sama kuat, si Tangan Ganas Ka-na ter-huyung2
mundur sampai tiga tindak. Akan tetapi, dipihak si imam tua, terlihat hanya bergoyang badannya sejenak. Dalam saat2 demikian, Cun-cia sudah menyerang si imam tua itu dari sebelah kanan.
Imam tua menggeram hebat. Mendadak badannya
tampak terputar-putar. Lengan bajunya yang sebelah 510
dikibaskan menyambuti serangan Cui-hoa Cun-cia.
Gerakannya ini sekalipun dilakukan secara mendadak, lagi pula seperti ter-gesa2, begitupun tenaga yang digunakan tidak terlalu banyak, akan tetapi
kenyataannya, Cui-hoa Cun-cia telah dibikin terpental jauh sampai tiga tindak.
Setelah itu Ka-na kembali maju menyerang seperti
lakunya macan yang terluka. Tangannya yang berukuran amat besar menyerang jalan darah kematian di belakang badan imam tua tersebut.
Imam tua itu dengan sikap tenang luar biasa
nampak menggeser kakinya ke belakang. Setelah
berputar badan kembali ia melakukan serangan.
Serangan si-imam kali ini adalah dengan
membawakan angin Cao-khie dari golongan Hian-bun.
Sebentar lantas terdengar suara ngeri, sitangan ganas Ka-na setelah menjerit sekali badannya lantas jatuh terjengkang di tempat sejauh delapan kaki, mulutnya menyemprotkan darah segar.
Namun badan imam tua itu sendiri juga kelihatan
tar-huyung2, hampir2 jatuh.
511 Pada saat kritis demikian, Cui-hoa Cun-Cia bergerak bagai macan terluka menyerang imam tua itu disertai geramannya yang menggelegar keras: "Kaupun harus
rebah!" Seranganan Tancu ini ternyata disertai oleh hawa
dingin yang pada waktu itu sudah mengancam sekali jiwanya si-imam tua.
Dan imam tua tersebut, yang mungkin karena
sudah kehabisan tenaga, tidak mempunyai kekuatan
untuk menyambuti serangan ganas itu lagi rupanya, hanya ber-goyang2 badannya seperti hendak roboh.
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Pada saat demikian itu mendadak semacam tenaga
lunak datang menghalau serangan Cui-hoa Cun-cia,
bersamaan pula pada detik itu terdengar suara orang berkata: "Yang rebah bukan dia...."
Sedangkan serangan ganas yang membawa angin
dingin dari Cui-hoa Cun-cia tadi dibentur oleh tenaga lunak seakan membentur tembok kokoh kekar yang
membikin serangannya terpental balik. Darah si Tancu penyerang dirasakan menggolak hebat. Baru saja ia pikir hendak menyingkir, mendadak badannya sudah terasa 512
ringan, tak dapat dikendalikan lagi terus terpental tinggi untuk kemudian jatuh ke luar rimba.
Imam tua itu se-akan2 orang baru bangun dari
mimpinya, ia meng-ucak2 matanya. Tatkala kepalanya didongakkan, ternyata orang yang telah menolongnya dari ancaman bahaya tadi adalah seorang anak muda yang berwajah buruk menakutkan. Pemuda itu sedang mengawasinya sambil perlihatkan senyuman yang
menakutkan. Ia selanjutnya pejamkan mata untuk
memulihkan kekuatan tenaganya.
Lim Tiang Hongpun lantas menggunakan tenaganya
Siauw-Yang it-ku Sin-kang, mengantarkan jiwanya Cui-hoa Cun-cia ke akhirat dan lantas menengok ke arah dua muda mudi yang sedang dikeroyok tadi.
Kedua muda mudi tersebut, meskipun gerak2annya
lincah sekali, tipu serangan merekapun hebat serta aneh pula. Begitupun tampak kedudukan mereka yang terang2
berada diatas angin, tetapi setelah diteliti pula, rasanya tidak begitu mudah untuk merobohkan semua kawanan penjahat dari Thian-cu-kauw itu. Maka melihat keadaan tersebut, Lim Tiang Hong lantas lompat melesat. Entah dengan cara bagaimana, sebentar ia menerobos dalam 513
kepungan orang2 jahat itu. Setelah keluar pula tanpa terlihat gerak badan dan tangannnya, cuma terlihat bagai angin puyuh berputar kesana kemari, dalam romboagan orang jahat itu lantas terdengar jeritan ngeri disana sini.
Dalam waktu sekejap saja sepuluh lebih orang Thian-cu-kauw itu sudah dibikin roboh menggeletak di tanah dalam keadaan tak bernyawa.
Diluar kepungan, Lim Tiang Hong nampak berpeluk
tangan seperti tidak pernah mengalami kejadian suatu apa. Pada saat itu lantas kelihatan darah berhamburan, beberapa puluh kawanan orang2 Thian-cu-kauw itu
sudah dicincang oleh kedua muda mudi tadi.
Menyaksikan perbuatan kejam kedua muda mudi
itu, Lim Tiang Hong tidak merasa senang, tetapi ia tidak bertindak apa2.
Kedua muda mudi itu seperti baru sadar mendadak.
Ke-dua2nya lalu menghampiri Lim Tiang liong, sembari menyoja mereka berkata: "Hebat sekali bantuan saudara, kami kakak beradik disini mengucapkan terima kasih kepada saudara"
Lim Tiang Hong mengangkat tangannya pula
membalas penghormatan, tetapi kala itu ia tidak tahu 514
bagaimana harus menjawab pernyataan terima kasihnya kedua muda mudi itu.
Si pemuda itu tatkala melihat Lim Tiang Hong yang kelihataan bersikap dingin ketus, ia mengira bahwa anak muda itu tidak puas atas sikap mereka tadi yang terlalu kejam, maka lantas berkata pula sambil menghela napas:
"Saudara mungkin menganggap bahwa perbuatan
kami kakak beradik tadi terlalu kejam, bukan" Akan tetapi apabila saudara sendiri menyaksikan bagaimana lebih kejam lagi perbuatan orang itu, barangkali saudara akan merasa bahwa perbuatan kami tadi masih kalah jauh untuk dibandingkan dengan tindakan kejam
mereka" Setelah itu, ia lalu memperkenalkan dirinya sendiri
"Siauw-tee adalah The Hong dari Kun-lun-pay. Dan ini adalah Sumoy-ku Go Hong Eng"
Kemudian ia menunjuk lagi si-imam tua yang kala
itu sedang duduk bersila memulihkan tenaganya. Ia berkata pula: "Dan imam itu adalah Thay-hie Totiang dari Khong-tong-pay"
Lim Tiang Hong yang mendengar nama2 ketiga
orang itu, diam2 merasa geli sendiri. Kembali ditempat ini 515
ia menemukan seorang dara manis yang namanya juga mempunyai huruf "Hong".
Memikir demikian, tanpa sengaja matanya melirik
Go Hong Eng. Begitu ia kebentrok dengan sinar mata si nona, ia merasa bahwa Go Hong Eng ini, apabila
dibandingkan dengan Pek-hong, si Burung Hong putih yang sikapnya agak ke-laki2an, serta, Henghay Kow-loan yang seperti agak binal dan susah diurus, kesemuanya jauh berlainan. Wajah nona ini nampak asam kecut selalu cemberut, sedikitpun tidak memperlihatkan sikap
ramahnya seorang wanita. Maka iapun lantas menjawab sambil ketawa hambar: "Orang2 Thian-cu-kauw memang sangat ganas! Saudara yang membalas kejahatan
mereka dengan kekejaman pula, tentu tidak bisa
disalahkan" Setelah berkata demikian, ia menjura dan hendak
berlalu. Thay-hie Totiang yang sedang duduk bersila
mendadak bangkit dan berseru memanggil: "Harap Sicu tahan kaki dulu, Pinto ingin bicara sedikit!"
Lim Tiang Heng dengan terpaksa berhenti.
516 Thay-hie Totiang lebih dulu mengucapkan
pernyataan terima kasihnya atas bantuan si anak muda yang melepaskannya dari bahaya kematian, kemudian imam ini menanyakan nama dan asal usul Lim Tiang
Hong. Tetapi Lim Tiang Hong yang ditanya demikian
hanya ber-senyum2, sambil geleeg2 kepala ia tetap tidak menjawab.
Thay-hie Totiang lalu berkata pula: "Sicu tidak suka memberitahukan nama Sicu, Pinto juga tidak akan
memaksa. Cuma sudikah Sicu mengikut Pinto pergi
kesana untuk menyaksikan keadaannya sendiri?"
Dan setelah berkata, Thay-hie Totiang lalu berjalan keluar rimba. Lim Tiang Hong lalu mengikuti di
belakangnya, begitu juga dua saudara seperguruan Kunlun-pay.
Berjalan tidak seberapa lama mereka tiba di suatu tempat, dimana Lim Tiang Hong dapat menyaksikan
suatu pemandangan jaug sangat mengerikan.
Kiranya ditempat tersebut ada malang-melintang
bangkai manusia dalam keadaan sangat mengenaskan.
Setiap jidat bangkai itu ada terdapat tanda yang dibakar 517
dengan dua huruf "THIAN CU". Jika dihitung, bangkai2 itu tidak kurang dari 80 buah lebih banyaknya.
Dengan perasaan gusar, Lim Tiang Hong menanya
kepada imam tua itu: "Totiang, numpang tanya. Kuil ada kepunyaan siapa" Mengapa orang2 ini menemukan
nasibnya yang begitu mengenaskan?"
"Ah, soal ini sangat panjang kalau mau
dibicarakan..." jawabnya Thay-hie Totiang sambil
menghela nafas. Kiranya kuil itu adalah merupakan tempat pemujaan yang dibangun oleh Khong-tong-pay. It-hie Totiang, yang ditugaskan mengurus kuil tersebut adalah suhengnya Thay-hie Totiang. Imam2 yang ada di dalam kuil
tersebut, kecuali menjalankan kewajibannya sebagai imam, hanya sebagian kecil saja yang mengerti ilmu silat.
Sungguh tidak nyana orang2 yang mcnyucikan diri itu telah menemukan nasibnya yang begitu mengenaskan.
Menurut dugaannya Thay-hie Totiang, orang2 yang
melakukan kejahatan itu pasti ada orang2-nya golongan Thian cu-kauw.
Sebab pada 3 bulan berselang, Pek Ho Totiang dari Bu-tong-pay, pernah menerima tanda perintah yang
518 berupa tulang yang dinamakan "Thian-cu Pek-kut-leng"
dari Thian-cu-kauw, yang meminta dalam waktu satu bulan, semua orang dari golongan Hian-bun harus masuk menjadi anggota Thian-cu-kauw. Jikalau tidak, akan bertindak terhadap orang2 yang membangkang, yang
katanya melakukan tugas tuhan.
Pek-ho Totiang setelah menerima tanda perintah
tersebut, segera turun sendiri ke dunia kang-ouw, untuk menjumpai ketua dari 5 partai besar. Tidak nyana
ditengah jalan, telah dipegat oleh seorang tinggi besar yang memakai kedok hingga para ketua partai golongan Hian-bun binasa didalam tangannya dan panji
perserikatan 6 partai juga dirampas olehnya. Untung pada ssat itu, mendadak muncul dirinya Bu-ceng Kiamkhek, hingga Pek-ho Totiang tidak sampai turut binasa.
Selanjutnya, mungkin karena orang2 Thian-cu-kauw itu merasa jeri oleh nama besarnya Bu-ceng Kiam-khek, selama 3 bulan ini lantas tidak pernah terjadi apa2. Tidak nyana Thay-hie Totiang dalam perjalanannya ke Kang-lam, bersama dua orang tingkatan muda dari Kun-lun-pay, ketika melalui kuil dan ingin menengoki Suhengnya melihat kejadian yang mengenaskan itu. Dari sini
519 dapatlah ditarik kesimpulan bahwa tangan jahatnya Thian-cu-kauw kembali hendak mulai menjambak keatas kepalanya orang2 golongan Hian-bun. Jika orang2 dari partai golongan Hian-bun tidak segera mencari daya upaya, tentu akan mengalami keruntuhan total.
Dalam otaknya Lim Tiang Hong pada kala itu
terbayang pula kata2 suhunya mengenai itu orang yang dikatakan "Manusia Buas Nomor Satu Dalam Dunia.
Apabila benar pemimpin dari perkumpilan sesat Thian-cu-kauw itu adalah si Manusia Buas Nomor Satu itu adanya, sebetulnya adalah menjadi kewajibannya berusaha
menyingkirkan manusia buas terebut.
Memikir demikian, maka ia lantas berkata kepada
Thay-hie Totiang: "Perbuatan orang2 Thian-cu-kauw yang begitu ganas terang adalah musuh besar nomor satu dunia rimba persilatan. Partai2 golongan Hian-bun kelak dikemudian hari jika perlu sekali dengan bantuan tenaga, aku yang setiap waktu dan setiap detik bersedia menyediakan tenaga"
Sehabis berkata demikian, ia lalu menyoja
dihadapan Thay-hie Totiang dan dua muda mudi dari Kun-lun-pay, ia hendak pergi terus kepada Sin-som Cu-520
kat untuk menyampaikan pengalaman yang ia alami
selama berada di sarang penjahat di lembah Loan-
phiauw-kok. -odw-smhno- Bab 14 Dalam perjalanannya, Lim Tiang Hong yang menuju
selatan, anak muda ini yang baru saja sampai di luar kota tiba2 teringat sesuatu. Ia hendak pergi
menyambangi kuburannya Heng-lim Cuan-loan. Kecuali untuk memberi hormat, juga sekalian untuk melihat kuburan Lim Tiang Hong yang palsu itu. Ia sangat ingin mengetahui bagaimana hasil dari rencana yang
ditelorkan oleh Sin-soan Cu-kat itu.
Maka lantas putar tubuh, lari balik ke bukit Cie-kim-san. Sesampainya ia di depan tanah pekuburan, disitu ternyata kedapatan seorang wanita yang mengenakan kerudung kain hijau sedang berdiri di hadapan kuburan yang tertuliskan "Tempat bersemayam Lim-Kong
Tiang Hong" . Dedak dan perawakan wanita itu ada tinggi, juga
tidak terlalu pendek, pinggang kecil langsing, cuma 521
parasnya diselubungi oleh selapis kain warna hijau hingga wajahnya tak dapat kelihatan jelas. Akan tetapi Lim Tiang Hong lalu menduga bahwa wanita itu tentu adalah seorang cantik luar biasa.
Sekarang persoalannya yang tidak habis mengerti
apa sebabnya wanita berkerudung itu berdiri di hadapan kuburan "Lim Tiang Hong" itu. Begitupun ketika wanita itu melihat kedatangannya, hanya berpaling dan setelah mengawasinya sejenak, tidak menyapa, juga tidak
kelihatan badannya bergerak.
Oleh karena terdorong oleh rasa ingin tahu maksud serta asal usul wanita itu, sengaja Lim Tiang Hong lalu maju ke depan "kuburannya" dan melakukan upacara
sembahyangan. Selagi ia hendak membuka mulut, wanita itu mendadak berkata sambil ketawa cekikikan "Di dalam lobang kubur ini cuma seekor anjing yang mati, apa perlunya kau sembayangi?"
Lim Tiang Hong terkejut. Ia semula mengira kalau
wanita itu sengaja mengejeknya, maka dalam hati
merasa senang. Tetapi kemudian la mendengar pula suara wanita
berkerudung itu yang berkata pula: "Akal muslihat yang 522
begini goblok bagaimana bisa dipakai mengelabui orang"
Mereka siang2 sudah membongkar kuburan ini untuk
melihat apa yang ditanam di dalamnya"
Sekarang Lim Tiang Hong terkejut benar2. Ia cepat ber-tanya2 pada dirinya sendiri siapa adanya wanita ini yang dapat mengetahui jelas sekali urusannya semua, sampai pada asal usulnya yang rupa2nya diketahui
semua oleh wanita berkerudung hijau.
Ia lalu menduga bahwa orang yang menggali
kuburannya. Seperti dikatakan oleh nona berkerudung itu pasti adalah orang2-nya Thian-cu-kauw.
Wanita itu setelah berkata2 tadi, per-lahan2
memutar tubuh dan kelihatan sudah hendak berlalu.
Lim Tiang Hong tidak membiarkan berlalu begitu
saja, segera menghampiri dan berkata: "Bolehkah aku yang rendah mengetahui nona ini ada dari golongan mana" Bagaimana nona bisa berkenalan dengan saudara Tiang Hong?"
"Aku" Namaku Yu-kok Oey-eng. Lim Tiang Hong
adalah tunanganku. Kita sudah dijodohkan sejak masing2
masih dalam kandungan ibu" demikian jawab wanita itu dengan nada tawar hambar.
523 Mendengar keterangan yang diucapkan oleh si nona
dengan sikapnya yang tawar, hampir2 Lim Tiang Hong tidak percaya akan telinganya sendiri. Ia kelihatan seperti orang melamun, sedang dalam hatinya memikir: "Astaga, bagaimana itu bisa terjadi" Tentang asal usulku sendiri belum aku tahu betul. Ada setengah orang panggil aku Siauw-kauwcu, lalu ada lagi yang membahasakan
Kongcu, sekarang ada lagi satu orang yang mengakui aku tunangannya. Apa boleh ini semua terjadi?"
Tentang orang2nya Thian-cu-kauw yang
membahasakan Lim Tiang Hong Siauw-kauwcu, ia telah mengerti hampir keseluruhan sebab2nya, itu adalah karena perhubungan dengan ibunya, yang di dalam
perkumpulan itu, menjadi isteri dari pemimpin
perkumpulannya. Apa yang dikuatirkan dalam hatinya pada kala itu
hanyalah persoalan mengenai ayahnya. Thian-cu-kauw, Manusia Buas Nomor Satu dan ayahnya. Apabila ketiga manusia yang ia ingat2 selalu itu adalah satu orang yang bertindak, akan menjadi soal besar baginya.
Wanita berkerudung itu ketika melihat Lim Tiang
Hong berdiri melamun, lantas menegur lagi, katanya: 524
"Hai, kau barangkali belum percaya, bukan" Sekali lagi kuberitahukan padamu, dikedua lengan Lim Tiang Hong-ku itu ada dua jalur guratan sebagai tanda apabila sudah meningkat pada usia dewasanya ia nanti akan banyak melakukan pembunuhan. Itulah sebabnya kenapa sejak kanak2 ayahnya mencacahkan dibadannya satu huruf
"Jin" di lengan kanannya. Maksud ayahnya itu adalah suruh dia dalam segala urusan perlu kesabaran, melulu dengan maksud supaya pembunuhan besar2an dapat
dikurangi" Lim Tiang Hong terkejut sekali lagi. Betul adalah keterangan si nona itu. Di lengan kanannya memang ada guratan yang tertulis sebagai huruf "Jin". Akan tetapi sampai wanita itu mengetahui hal tersebut, ia merasa heran sekali.
Tetapi ia berlagak percaya betul omongannya si
wanita tersebut. Ber-kali2 ia menganguk. Kemudian setelah si nona sebagai berbicara, ia lalu berkata:
"Memang pernah juga kedengar yang saudara Tiang
Hong mengatakan begitu juga. Apakah nonapun tahu
dimana sekarang ini ayah saudara Lim itu berada" Dan bolehkah nona menunjuki aku?""
525 Wanita itu mendadak ketawa cekikikan. Dengan
sikapnya membawa banyak rahasia kembali berkata:
"Dimana tempat kediaman dia si orang tua sekarang, aku tidak tahu! Yang aku tahu cuma, ayah bundanya semua masih hidup dalam keadaan sehat walafiat. Cuma
sekarang ini berdiri sendiri2, tidak hidup bersama lagi"
Lim Tiang Hong masih ingin menanya banyak lagi,
tetapi wanita berkerudung itu dengan gayanya yang manis ayu sudah lompat melesat, berlalu dari depan mata Lim Tiang Hong.
Dari tempat agak kejauhan Lim Tiang Hong masih
mendengar suara wanita itu yang berkata demikian:
"Selalu memakai kedok kulitnya orang mati itu, benar2
sangat menjemukan!" Lim Tiang Hong kaget bukan kepalang. Kalau begitu bukankah wanita itu telah mengetahui bahwa ia pura2
mati" Maka ia sekian lamanya tak dapat berbuat apa2, tak berkata juga tak bergerak kebingungan sendiri sampai ia dikejutkan oleh suaranya seseorang yang diiringi suara gelaknya.
526 "Sudah sampai di Kim-leng, kenapa kau tidak
mampir di rumah kita" Hai, kau pikirkan apa sampai kebingungan di depan kuburan itu?"
Ketika Lim Tiang Hong cepat berpaling barulah ia
mengetahui bahwa tidak jauh di belakangnya telah
berdiri si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie berdua. Maka ia lantas menjawab dengan suara rada gugup. "Maksud kedatanganku kemari ialah hendak menyambangi
kuburan Heng-lim Cun-loan Locianpwee.?"
"Perempuan berkurudung tadi siapa?" tanya Yan-jie mendadak, matanya kelihatan mendelik.
Lim Tiang Hong gelagapan. Ia tak tahu bagaimana
harus menjawab, tetapi kemudian ia berkata juga: "Ia adalah.... ow, namanya Yu-kok Oey-eng"
Agaknya ia masih likat2 memberitahukan terus
terang bahwa wanita tadi adalah tunangannya.
Yan-jie rupanya merasa tidak senang. Dengan
muka cemberut, kembali ia menegur: "Dari mana yah datangnya siluman itu" Selama hidupku, belum pernah kudengar ada nama Yu-kok Oey-eng. Boleh jadikah ia seorang cantik luar biasa?"
527 Lim Tiang Hong sebagai seorang pemuda jujur yang
selamanya belum pernah berdusta lantas mengangguk seraya berkata: "Meskipun aku belum pernah melihat wajah di balik kerudungnya, tapi aku kira ia barangkali cantik. Malah pernah ia katakan bahwa aku ini adalah tunangannya yang sudah dijodohkan oleh kedua orang tua kita sejak kita masih dalam perut"
Yan-jie lompat berjingkrak. Terang ia kaget sekali ketika Lim Tiang Hong berkata sampai pada kata
"tunangan" tadi. Lalu dengan agak mendongkol, ia
berkata lagi: "Hemm! Dalam dunia ini betul2 ada seorang
perempuan tidak tahu malu" Cis! sungguh tidak tahu malu. Cobalah kau pikir, kau yang belum tahu asal usul dirimu sendiri, mendadak muncul itu siluman yang
mengakui kau tunangannya, apa kau percaya
perkataannya tadi semua?"
Lim Tiang Hong diam saja. Ia tidak berani
menjawab. Meskipun sepenuhnya ia tidak berani
mempercayainya, akan tetapi sedikitpun ia tidak
menyangkal kebenaran kata2 nona tadi. Sebabnya ialah karena ia belum menemui ayahnya. Apabila ayahnya Yu--
528 kok Oey-eng adalah sahabat karib ayahnya sendiri, maka pengikatan jodoh tatkala masih dalam perut itu, pada jaman itu memang masih bisa terjadi.
Pengemis Mata Satu yang berdiam sendiri sekian
lama mendadak membuka mulut, katanya: "Dalam soal ini, yah, aku juga tidak mengatakan tidak mungkin. Tapi sebaiknya kita tunda dulu sebelum urusan menjadi
terang, janganlah kita sembarang percaya mulut orang.
Jangan sembarang menarik kesimpulan yang bukan2.
Kau ketahuilah, dalam kalangan kang-ouw banyak sekali akal muslihatnya. Barangkali ada maksud lain dari wanita itu dan kita tidak tahu, bukan" Paling baik marilah kita balik. Kita merundingkan per-lahan2 dengan Sin-soan Cukai, bagaimana?"
Lim Tiang Hong tidak mengutarakan maksudnya
apa2, sebaliknya Yan-jie terus cemberut, kelihatan selalu muka asamnya. Rupanya ia tidak gembira seperti tadi datang.
Begitulah, akhirnya mereka bertiga berjalan ke
rumahnya Sin-soan Cu-kat.
Baru sampai mereka di depan pintu, Sin-soan Cu-
kat telah datang keluar menyambuti sambil ber-senyum2
529 berkata: "Menurut perhitunganku, memang seharusnya kau pulang"
Lim Tiang Hong dengan ke-heran2an bertanya:
"Berdasarkan atas patokan apa Lo cianpwee bisa
menduga kalau boanpwe bisa pulang sekarang?"
"Urusan ini jelas sudah seperti kaca. Kesatu, sejak kau pura2 mati, dalam dunia kang-ouw lantas muncul dua Lim Tiang Hong, malah kuburanmu besoknya
kedapatan sudah dibongkar orang. Ini semua tentu
semua orang sudah tahu kalau kau cuma berlagak mati.
Kedua, karena tujuan Thian-cu-kauw dipusatkan padamu seorang, tentu tidak mereka biarkan kau tahu rahasia mengenai dirimu. Dan kau setelah mengetahui rahasia mereka, sudah tentu akan kembali pada asal mulamu untuk memikirkan daya upaya pada pekerjaan
selanjutnya" "Perhitungan Locianpwee benar2 seperti dewa,
boanpwee sungguh2 merasa kagum" demikian Lim Tiang Hong dengan kata2 pujiannya.
Ia setelah itu lalu menceritakan apa yang telah
terjadi semenjak ia berada di Tang-gak-bio sebagai 530
penjual buah lie sampai ia masuk ke dalam lembah Loan-phiauw-kok.
Sin-soan Cu-kat mendengarkan penuh minat pada
penuturan Lim Tiang Hong tadi. Setelah memikir lama juga ia lalu berkata: "Menurut dugaanku, ibumu memang benar adalah nyonya dari Kauwcu Thian-cu-kauw itu.
Barangkali ia dengan Kauwcu, satu dengan yang lain tidak mempunyai kecocokan paham, maka ibumu itu
tidak mendapat hak besar dalam perkumpulan itu. Dan lainnya, mengenai Kauwcu itu, dia ayahmu atau bukan, masih ragu2 aku mengatakan sekarang. Karena waktu yang lalu mereka menjunjung tinggi kau sebagai Siauw kauwcu-nya. Dalam hal ini ada dua kemungkinan.
Kesatu, memang sebetulnya ada tentu seorang Siauw-Kauwcu nya yang berwajah mirip dengan kau, hingga mereka salah mata, salah menduga melihatmu. Dan
kedua, sebab asal usulmu sendiri belum jelas, tapi kau mempunyai kepandaian tinggi sekali hingga mereka
rupanya berpikiran mau memakai tenaga baru seperti kau, maka sengaja mereka berbuat begitu untuk
menempel kau. Kedua kemungkinan itu sama besarnya dan bisa diketahui dari apa yang telah terjadi terhadap 531
kau dilembah Loan-phiauw-kok. Mengenai apa sebabnya setelah ibumu menganggap kau benar2 adalah putranya, mereka sebaliknya malah tidak hargakan kau. Karena kala itu kau pura2 seperti orang tidak mengerti ilmu silat, hingga dalam pandangan mereka kau sudah tidak ada harganya buat ditempel. Thian-cu-kauw memang terang2
kelihatan maksudnya yang mau menjagoi dan terang
juga mereka ingin menimbulkan banyak bencana dalam rimba persilatan, tentu sekali merekapun harus menjaga tindakan mereka, selalu berhati2, tentu mereka memikir, bagaimana Lim Tiang Hong yang berkepandaian sangat tinggi bisa mendadak binasa dan bagaimana pula di Tang-gak-bio bisa mendadak muncul Lim Tiang Hong
yang tidak mengerti ilmu silat sama sekali. Semua ini tentu menimbulkan kecurigaan mereka. Tapi untuk
selanjutnya, kau hati2lah dalam sepak terjangmu"
"Orang yang mencelakakan ayahku pasti juga
orangnya Thian-cu-kauw! Aku mau cari pusat orang2
jahat itu untuk membuat pembalasan bagi ayahku!?"
nyeletuk Yan-jie mendadak, hingga Sin-soan Cu-kat yang mendengarnya lantas geleng2kan kepala dan berkata kepadanya: "Jangan keburu napsu dulu. Thian-cu-kauw 532
berani terang2an memusuhi semua partai rimba
persilatan akhirnya pasti akan hancur sendiri. Pada waktu ini orang2 itu bolehlah dikata dalam puncak kejayaannya.
Ingatlah, bukan cuma kau dan kita semua ini yang
mempunyai tenaga bantu menakutkan orang2 jahat itu.
Legakanlah hatimu, ada aku Sin-soan Cu-kat pamanmu si Pengemis miskin ini yang mengatur rencana. Kami tidak bisa membikin kau kecewa"
Mengingat segala sepak terjang orang2 Thian-cu-
kauw yang kejam sekali, Lim Tiang Hang sendiri
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
merasakan darahnya mendidih. Tiba2 ia membuka kedok yang menutupi wajahnya dan mendadak pula
membentak dengan suara keras: "Aku si orang she Lim segera akan muncul lagi didunia kang-ouw dan
menantang terang2an semua orang. Hal itu guna
menegakkan kebenaran diatas segala kebenaran"
Si Pengemis Mata Satu lantas ber-gelak2 lalu,
berkata: "Dalam ha! ini aku si pengemis miskin adalah orang pertama yang paling setuju atas tindakanmu.
Kalau kau muncul lagi dalam dunia Kang-oow itu dua Lim Tiang Hong palsu pasti akan terbongkar sendiri
rahasianya. Apalagi dalam dunia kang-ouw ini ini diliputi 533
selalu oleh perasaan kuatir dan ketakutan seperti dunia mau kiamat. Kalau kau bisa memberi pukulan telak
secara terang2an kepada orangnya Thian-cu-kauw, aku percaya hal ini pasti akan besar sekali pengaruhnya! Kau disamping boleh membangun kembali semangat orang2
dunia kang-ouw, juga sekalian boleh bikin kuncup nyali kawanan penjahat itu".
Sin soan Cu-kat juga lantas berkata: "Begitu juga baik. Marilah kita perintahkan, agar tolong saudara pengemis yang menjalankan tugas ini, menyiarkan berita kepada kawan2 Kay-pang, makin luas makin baik.
Katakan kalau Kauwcu dari Thian-cu-kauw itu benar adalah ayah Lim Siauw-hiap. Aku percaya ia pasti bisa keluar sendiri mencarinya dan pada waktu itu boleh kita usahakan menasehatinya supaya tidak melakukan
kejahatan lagi". Demikian telah diambil keputusan. Lim Tiang Hong
kembali berjalan seorang diri. Hanya dengan membekal sebilah Pedang, terjunkan diri lagi dalam dunia kang-ouw.
534 Kali ini ia keluar tanpa menggunakan kedok buruk
yang menakutkan dan menjemukan itu, tetapi terang2an dengan wajah aslinya yang tampan cakap.
-odw-smhno- Bab 15 LIM TIANG HONG yang telah diberitakan mati
karena keracunan, kembali unjukkan diri di dunia kang-ouw. Jago muda yang memiliki kepandaian luar biasa, yang masih belum dikenal betul asal usulnya, yang membuat juga sepak terjangnya seperti berada dalam kabut remang2, kini muncul lagi dalam kalangan rimba persilatan. Sungguh gerak-geriknya anak muda ini sukar diraba oleh orang2 rimba persilatan, mereka semua umumnya menyangka anak muda ini sebagai binatang
yang dapat mendadak muncul.
Kabar mengenai muncul kembalinya jago muda ini
tersiar luas di kalangan kang-ouw, juga merupakan salah satu berita amat penting.
Hanya dirampasnya bendera perserikatan enam
partai golongan Hian-bun, diketemukannya kembali kitab pusaka Tat-mo-keng kepunyaan Siauw-lim-pay dan
535 munculnya perkumpulan Thian-cu-kauw dengan
orang2nya yang ganas telengas dalam dunia kauw-ouw, semua itu dalam waktu sekejapan saja terjadi. Begitupun beritanya dari mulut kemulut terus tersiar luas sekali.
Lim Tiang Hong yang sudah bertekad bulat hendak
menggempur Thian-cu-kauw, sudah dengan sendirinya harus mempunyai satu pedoman penting. Iapun merasa bahwa partai yang sering mendapat gangguan orang2
Thian-cu-kauw adalah Siauw-lim-pay dan Bu-tong-pay.
Siauw-lim-pay meskipun sudah mendapatkan
kembali kitab pusakanya yang hilang, akan tetapi
percaya bahwa dikemudian hari pasti akan terjadi banyak hal partai terbesar itu.
Enam partai golongan Hian-bun yang bendera
perserikatannya dirampas, sudah tentu tidak akan tinggal diam begitu saja.
Akan tetapi Lim Tiang Hong yang dari kawanan
imam tidak mendapat kesan baik, tidak suka turut
mencampuri urusan mereka. Sebaliknya soal kitab Siauw-lim-sie itu yang membuat ia paling kuatir maka setelah memikir-mikir baik buruknya, ia lalu mengambil
keputusan akan mengunjungi gereja Siauw-lim-sie dulu 536
untuk melihat apakah kitab pusaka tersebut sudah tiba dalam gereja Siauw-lim-sie dengan selamat tak
mendapat gangguan atau tidak. Berbareng dengan itu, iapun hendak meminta keterangan dari Hui Hui Taysu sendiri mengenai hal2 yang terjadi dalam dunia kang-ouw selama ia tidak muncul2.
Selagi ia berlari2 menuju ke gunung Siong-san,
tiba2 ditengah perjalanan ia mendengar berita ganjil luar biasa. Berita itu adalah kabar mengenai perkumpulan Thian-cu-kauw yang kabarnya dalam waktu semalaman telah dimusnahkan beberapa cabangnya. Orang yang
turun tangan terhadap mereka dikatakan ganas dan
telengas, juga disiarkan orang itu meninggalkan tiga bilah pedang emas kepunyaan Bu-ceng Kiam-khek yang dulu namanya sangat terkenal serta seorang yang
mengaku bernama Lim Tiang Hong. yang memakai
gelaran To-liong Kongcu. Berita tersebut benar2 aneh. Orang tersebut bukan saja telah memalsukan secara terang2an tanda
kepercayaan suhu Lim Tiang Hong serta namanya, tetapi juga memberi gelar bagi dirinya sendiri To-liong Kongcu.
537 Maka diam2 ia lantas berpikir: "Apakah suhu sendiri yang muncul lagi kedunia kang-ouw?"
Akan tetapi ketika ia memikir pula, tidak mungkin sampai hal itu terjadi. Sebab apabila suhunya ada maksud hendak terjunkan diri dalam dunia kang-ouw, tentulah tidak sampai sang suhu itu membebankan tugas berat atas dirinya. Dan apabila itu adalah perbuatan musuh yang dengan memakai nama orang lain hendak
mencelakakan orang yang dipakai namanya itu, musuh yang mempunyai kekuatan serta kepandaian begitu
tinggi yang telah memusnahkan beberapa cabang Thiancu-kauw sudah tentu berani pula menanggungnya secara terang2an. Apa perlunya ia main sembunyi2 dan
melakukan perbuatan rahasia demikian"
Ia berpikir bolak balik, tetap tak dapat menduga
siapa adanya orang yang mengaku dirinya bernama Lim Tiang Hong itu.
Tetapi karena ia sendiri sudah bertekad hendak
menggempur Thian-cu-kauw, dan pula perbuatan itu
tidak bertentangan dengan tujuannya, maka tidaklah terlalu penting baginya untuk memikirkan kelakuan orang tersebut lebih jauh.
538 Dengan tindakan lebar ia melanjutkan
perjalanannya ke gereja Siauw-lim-sie. Kali ini adalah untuk ketiga kalinya ia mengunjungi gereja tersebut.
Setibanya ia didepan pintu gereja, beberapa padri kecil pada mengawasinya dengan mata ter-heran2.
Setelah ia memberitahukan maksud kedatangannya
kepada seorang padri kecil yang ada disitu, padri kecil tersebut lantas masuk kedalam untuk memberi laporan pada Hui Hui Taysu.
Ketua Siauw-lim-sie, Hui Hui Taysu, ketika
diberitahukan kedatangannya Lim Tiang Hong lantas keluar menyambut sendiri.
Lim Tiang Hong setelah melihat tuan rumah lantas
maju memberi hormat seraya berkata: "Taysu begitu merendah diri, boanpwee sungguh merasa berat
menerima penghormatan ini"
"Siauw-lim-pay telah beberapa kali mendapat
bantuan dari Siauw-hiap, maka tidaklah terlalu merendah kalau lolap mewakili Siauw-lim-pay menyambut Siauwhiap"
Setelah berkata demikian, padri kedua ini lantas
mengajak Lim Tiang Hong masuk kekamarnya.
539 Lim Tiang Hong yang melihat roman Hui Hui Taysu
agak guram lantas menduga bahwa Taysu tersebut tentu sedang diliputi perasaan kesal, maka ia lantas menanya:
"Kitab Tat-mo-kheng rasanya sudah sampai digereja dengan selamat, bukan?"
Hui Hui Taysu menjawab pertanyaan Lim Tiang
dengan menghela napas: "Lolap sungguh tidak punya guna, kitab itu dirampas orang lagi ditengah perjalanan"
"Apa itu lagi2 perbuatan orang2 Thian-cu-kauw?"
tanya Lim Tiang Hong dalam kagetnya.
"Hari itu, sesudah sicu berlalu, wakil Kauwcu Beng Sicu dari Thian-cu-kauw mendadak balik lagi. Dia datang bersama dua orang anggota pelindungnya, dan Lolap sungguh tidak berguna, bukan cuma tidak berhasil
melindungi kitab suci itu, malah beberapa anak murid Siauw-lim-pay tidak bisa Lolap hindarkan dari bahaya"
Ketika berkata demikian, Hui Hui Taysu
mengeluarkan sebuah kayu hitam berbentuk anak panah yang segera diberikan kepada Lini Tiang Hong, katanya:
"Baru2 ini partai Siauw-lim-pay dan enam partai lainnya berbareng pada menerima barang seperti ini yang
diberikuti surat perintah yang menyatakan bahwa dalam 540
waktu enam bulan kami sudah harus masuk menjadi
anggota Thian-cu-kauw. Dikatakan dalam surat perintah itu selanjutnya, bilamana ada orang yang menentang, akan dibasmi seluruh partainya. Selain dari pada itu, dari keterangan surat itu juga, mereka menantang, katanya partai manapun boleh mengundang orang pandai untuk mengadu kekuatan dipuncak gunung Toan-beng-gay
melawan Thian-cu-kauw Kauwcu yang menamakan
dirinya sendiri Pek-tok Hui-mo. Dikatakan, selain untuk mengadu kekuatan, juga diberikan kesempatan bagi
partai2 Hian-bun untuk merebut kembali bendera
perserikatan dan kitab Tat-mo-kheng"
Lim Tiang Hong lantas memeriksa benda itu, yang
seperti besi tapi bukan besi, semacam kayu, tapipun bukan kayu. Diatas benda tersebut ada lima huruf yang berbunyi: "THIAN-CU PEK-KUT-LENG".
Huruf2 itu semuanya ditulis merah, disamping
huruf2 itu masih ada sebuah lukisan tengkorak manusia dan lagi dua potong tulang yang menyilang tengkorak kepala itu ditengah-tengah.
"Thian-cu-kauw masih berani menantang terang2an
kepada semua partai besar dalam rimba persilatan.
541 Bagaimana pikiran Taysu dalam urusan besar demikian"
Lim Tiang Hong menanya Hui Hui Taysu.
"Sekalipun tidak ada tantangan, Siauw-lim-pay
sudah bersumpah secepat mungkin merebut kembali
kitab yang terampas itu. Soal ini sudah Lolap rundingkan dengan Pek Ho Totiang dari Bu-tong pay. Bilamana
sudah sampai waktunya, kami orang2 Siauw-lim-pay
bersama dengan lima partai besar lain akan pergi ke puncak gunung Toan-beng-gay untuk memberaskan
persoalannya" Lim Tiang Hong nampak mengkerutkan keningnya,
lain berkata pula dengan suara tandas: "Kalau waktunya masih memungkinkan, boanpwee juga akan bertempur si kepala iblis itu sendiri!"
Hui Hui Taysu menyebut nama Buddha, lantas
memejamkan matanya. Lim Tiang Hong tidak termaksud menggerecok lebih
lama, iapun lantas minta diri.
Hui Hui Taysu juga tidak menahan, padri ini
menyuruh seorang padri kecil mengantarkan tamunya.
Lim Tiang Hong setelah meninggalkan gereja
Siauw-lim-sie, merasa bahwa apa yang akan terjadi, 542
benar seperti apa yang diramalkan oleh si Pengemis Mata Satu, bahwa bcncana hebat sudah mengancam dunia
rimba persilatan. Pertandingan antara jago2 partai2
besar yang dipimpin oleh Siauw lim-pay dan Bu-tong-pay disatu pihak dengan Thian-cu-kauw dilain pihak, apabila pihak partai2 besar yang dipimpin Siauw-lim-pay yang menang, maka bencana tersebut untuk selanjutnya
dengan mudah tentu dapat disingkirkan. Akan tetapi bilamana kejadian menjadi sebaliknya, adalah Thian-cu-kauw yang mendapat kemenangan, entah akan berapa
banyak jiwa orang2 ternama dan terkuat yang berkorban di bukit itu.
Lim Tiang Hong berjalan seorang diri dengan kepala ditundukkan, ia keras memikirkan soal itu.
Tiba2 telinganya dapat menangkap suara yang
tidak asing lagi baginya. Agaknya suara itu menimbulkan kesan istimewa baginya. Demikian cepat sekali ia
menggerakkan kakinya menuju ke tempat dari mana
suara tadi datang. Ketika sampai ia disebuah rimba lebat, matanya
lantas dapat melihat itu wanita muda berkerudung yang mengaku dirinya bernama Yu-kok Oey-eng yang kala itu 543
sedang berdiri ber-hadap2-an dengan seorang anak
muda yang wajahnya mirip dengan Lim Tiang Hong.
Pemuda itu dengan lakunya yang tengik, sambil
ketawa cengar cengir ia berkata kepada siwanita
berkerudung: "Dalam dunia ini, hanya ada satu aku Lim Tiang Hong. Dimana kau ketemukan Lim Tiang Hong
yang kedua?" "Tulen atau palsu, cuma hatimu sendiri yang tahu.
Aku anggap bahwa nyalimu sungguh besar" demikian
wanita itu berkata dengan suara merdu.
"Jikalau aku bisa mendapat perhatian dari nona,
sekalipun ke gunung golok dan ke lautan api aku juga tidak takut. Lagipun, nama To-liong Kongcu sudah begitu tenar, rasanya tidak akan dapat mengecewakan nona".
Perbuatan yang secara terang2an dan tidak tahu
malu dari Lim Tiang Hong tetiron itu rupanya sedikitpun tidak menggerakkan hati wanita berkerudung itu.
Dan ketika nota ini memalingkan mukanya kearah
tempat bersembunyinya Lim Tiang Hong, seperti
disengaja benar tertawalah wanita se-kuat2nya. Lalu setelah puas tertawa ia lantas berkata: "Hei, jikalau 544
barang tiruan ini ketemu dengan dengan barang yang tulen, bagaimanakah akibatnya?"
"Pedang To-liong-kiam dipinggangku ini tidak akan gampang2 memaafkan padanya" menjawab pemuda itu
sambil tepuk2 pedang dipinggangnya.
"Apakah pedang di pinggangmu itu benar adalah
pedang To-liong-kiamnya Bu-ceng Kim-khek yang dulu pernah menggetarkan dunia kang-ouw?" tanya lagi nona itu. "Bolehkah kau Lim Tiang Hong memperlihatkan
barang itu padaku?" Pemuda itu kelihatan agak bersangsi sejenak, tetapi tatkala ia melihat si nona sudah mengulurkan tangan kanannya, terpaksa juga ia mengeluarkan pedang dari sarungnya yang lantas diangsurkan ketangan wanita berkerudung itu.
Wanita berkerudung itu tanpa malu kelihatan
menyambut pedang itu, setelah sebentar dibulak balik, ia lalu ketawa cekikikan dan berkata: "Sungguh pedang bagus sekali!" serunya "Jikalau digunakan untuk
memotong tahu dan sayuranku dirumah, memang baik
sekali...." 545 Belum sirap suara ketawanya, lantas kedengaran
mana barang logam pecah. Pedang panjang yang diakui sebagai To-hong-kiam itu sudah dibikin patah ber-keping2 dalam jepitan jari2 tangan halus wanita itu.
Kepandaian yang dipertunjukkan si wanita
berkerudung boleh dikata cukup mengejutkan.
Kepandaian ini serupa benar dengan kepandaian yang dimiliki Lim Tiang Hong. Apa yang dinamakan Kek-hie Seng-wan-kong.
Pemuda itu setelah menyaksikan perbuatan si nona, wajahnya berubah seketika. Ia lantas maju dua tindak.
Sambil ketawa dingin ia lalu berkata: "Kau sengaja menghina Kauwcu mudamu atau mau pamerkan
kepandaianmu!" Wanita berkerudung itu tidak menggubris teguran
pemuda tersebut. Bagi orang2 rimba persilatan, senjata umumnya
dipandang lebih tinggi daripada jiwa sendiri. Maka pedang si pemuda yang di-patah2kan demikian oleh
wanita berkerudung tersebut, sudah tentu pemiliknya sangat gusar sekali. Apalagi ketika melihat cara wanita itu yang sangat menghinanya, maka si sikapnya yang 546
buas lantas menjadi2. Dengan mata mendelik dan
menjebikan bibirnyaa pemuda yang mengaku Lim Tiang Hong itu lantas menyerang pada siwanita berkerudung.
Bertepatan pada waktu itu, dihadapan pemuda tadi
nampak berkelebat satu bayangan orang. Dari luar rimba mendadak melayang turun seorang pemuda cakap
tampan yang dengan tangannya menyambuti serangan
sepemuda ceriwis tadi. Apa yang membuat pemuda
ceriwis tadi gusar sekali, badannya lantas dibikin terpental mundur sampai dua tindak lebih.
Ketika matanya dibuka lebar2, pemuda ceriwis itu
kelihatan terkejut sekali, sebab orang yang berada didepannya itu tenyata mirip sekali dengan dia sendiri, hanya yang berbeda adalah sikap serta tingkah lakunya.
Kalau pemuda ceriwis tadi pada kala itu wajahnya
nampak pucat pasi, diliputi kegusaran yang me-luap2, adalah sebaliknya dengan pemuda yang dihadapannya Ia ini bersikap tenang. Dengan wajah yang merah
segar ber-api2, tingkah lakunya tidak memperlihatkan laku yang ceriwis.
Melihat pemuda yang baru datang ini, pemuda
ceriwis tadi segera mengetahui tentu itulah lawannya, 547
Lim Tiang Hong asli, yang pada waktu belakangan ini menggemparkan dunia kang-ouw, yang hendak
disingkirkannya dari muka bumi.
Yu-kok Oey-eng tiba2 ketawa cekikikan dan lantas
berkata: "Baru saja kusebutkan, orangnya sudah sampai, sih! Begitu cepat, begitu cepat! Sekarang aku mau lihat lagi, barang tiruan itu kemana mau taruh mukanya?"
Pemuda yang mengaku dirinya Lim Tiang Hong tadi
setelah dibikin terpental sejauh dua tiga tindak oleh Lim Tiang Hong asli kemarahannya semakin men-jadi2.
Apalagi mendengar ejekan wanita berkerudung itu,
sudah tak dapat ditahan lagi ia lantas bersiul panjang, dari luar rimba lantas terdengar suara "srr....srr" dan serombongan laki2 yang semuanya beroman bengis
muncul mendadak dihadapan pemuda itu. Mereka
menjura memberi hormat seraya katanya: "Leng-cu dari 36 Thian-tan sudah siap menerima titah Siauw Kauwcu"
Pemuda itu dengan sikap sombong tampak
mendongakkan kepala. Sambil ketawa jari tangan
menuding Lim Tiang Hong ia berkata: "Kauwcu muda
sebetulnya merasa sayang terhadap kau. Siapa tahu kau begitu berani mati menentang Thian-cu-kauw. Untuk 548
perbuatanmu itu, jangan kau sesalkan kalau Kauwcu muda-mu berlaku kejam terhadapmu! Sekarang tidak
ada pilihan lagi. Kau harus ambil satu diantara dua, mati atau hidup.
"Jikalau kau masih ingin melindungi jiwamu, segera kau berlutut dan mengakui dosa2mu dihadapan Kauwcu mudamu dan selanjutnya kau adalah orang bawahanku.
Tapi apabila kau tidak suka, rimba ini adalah tempat kuburanmu. Sekarang pikir dan pilihlah sendiri"
Lagak pemuda itu benar2 jumawa.
Pada waktu itu, rombongan Leng-cu yang
berjumlah tiga puluh enam orang. Orang2 Thian-cu-kauw sudah pada berpencaran mengurung Lim Tiang Hong
dan Yu-kok Oey-eng. Yu-kok Oey-eng dongakkan kepalanya memandang
awan2 berterbangan diangkasa. Sikapnya begitu tenang, agaknya sedikitpun tidak memandang mata kepada
manusia2 buas di depan matanya itu.
Sementara itu, Lim Tiang Hong setelah mendengar
perkataan pemuda di depan matanya dengan gayanya
begitu sombong, dalam hatinya lantas berpikir: "pemuda ini wajahnya ada mirip benar dengan aku. Apakah dia 549
ada engkoku yang dikatakan oleh ibu" Apakah semua peristiwa yang terjadi dulu dikelenteag Tang-gak-bio, Li-jo-kok dan pencurian kitab didalarn gereja Siauw-lim-pay ada perbuatannya"
Makin dipikir, makin kuat dugaannya itu. Maka ia
iantas membentak dengan suara gusar. "Banyak
peristiwa pembunuhan diwaktu yang lalu, barangkali semua itu ada kau yang lakukan dengan memakai
namaku" Hm! Hari ini jika kau tidak mau menjelaskan, tangannya Lim Tiang Hong tidak akan kenal saudara"
"Kauwcu mudamu sudah berani berbuat, sudah
tentu berani tanggung jawab. Perlu apa meminjam
namamu" Sungguh lucu. Kuberitahukan padamu,
Kauwcu mudamu jarang injak kaki didunia kang-ouw, juga belum pernah melakukan segala pembunuhan itu, kau jangan sembarangan menuduh orang," jawabnya
pemuda itu sambil ketawa dingin.
Kemudian ia dongakkan kcpalanya, dan ketawa
terbahak-bahak dan lantas berkata pula: "Kau juga tidak usah bertingkah, siapa yang sudi mengaku saudara
dengan anak haram" Kau sudah ambil keputusan atau 550
belum" Kauwcu mudamu sudah tidak ada banyak tempo untuk menunggu lama2"
Lim Tiang Hong dengan alis berdiri membentak pula dengan suara keras: "Kau berani memiki aku anak
haram?" Tangannya lalu bergerak, dengan kecepatan
bagaikan kilat ia melancarkan serangannya.
Tapi 4 Lengcu yang berdiri disampingnya pemuda
itu dengan berbarang sudah menyambuti serangannya Lim Tiang Hong.
Pemuda itu masih tetap berdiri di tempatnya
dengan sikapnya yang sombong.
"Memang benar kau ada anak haram, perlu apa
harus menyangkal?" demikian ia melontarkan kata2nya yang keji.
Lim Tiang Hong lantas naik darah, selagi hendak
melancarkan serangannya yang kedua kalinya, tiba2
terdengar suara ketawa nyaring yang memekakkan
telinga. Dari luar rimba melayang turun 5 orang.
Yang berjalan paling depan. ternyata ada Cin-cit, yang mempunyai gelar Tiat-ciang Kim liong dan
551
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
merupakan kepala dari Thian-lam Ngo-liong serta pernah mengadu tenaga dengan Lim Tiang Hong.
Dibelakangnya ada mengikuti 4 saudara
seperguruannya yang masing2 mendapat gelar: Song-
kang It-liong, Kiu-sian In-liong, Tiam-hong Giok-liong dan Jie-sui Khim-liong.
Namanya Thian-lam Ngo-liong ada sangat terkenal
dikalangan kang-ouw. Mereka mempunyai kepandaian
sangat tinggi, tapi mereka jarang unjukkan diri didunia kang-ouw. Maka kali ini setelah muncul berbareng dan turun ke dalam gelanggang pertempuran, diam2 telah mengejutkan rombongan orang-orang Thian-cu-kauw.
Dengan cepat dua orang Thian-cu-kauw sudah
maju menghampiri dan menegur mereka: "Dengan
maksud apa kalian datang kemari. Lekas dijelaskan.
Andai kata kedatangan kalian hendak memberi bantuan tenaga kepada bocah itu, kini aku nasehatkan kepada kalian, paling baik kalian jangan turut campur tangan dalam urusan ini"
Tiat-ciang Kim-liong mengawasi orang ini sejenak, lalu menjawab dengan suara dingin: "Orang yang dicari oleh Thian-lam Ngo-!iong adalah Lim Tiang Hong
552 muridnya Bu-ceng Kiam-khek. Yang lainnya kita tidak mau tahu"
Sehabis berkata lalu maju menghampiri Lim Tiang
Hong dan berkata: "Kalian berdua, siapa yang bernama Lim Tiang Hong" Lekas jawab!".
Lim Tiang Hong yang melihat 5 "naga" itu telah
datang berbareng, ia tahu bahwa pertempuran sengit tidak dapat dihindarkan lagi. maka seketika itu juga ia lantas maju dan berkata sambil pelembungkan dada
"Didalam dunia cuma ada satu Lim Tiang Hong, Yang lainnya adalah kawanan kurcaci yang tidak tahu malu, yang hendak meminjam nama orang. Tuan" ada
keperluan apa mencari aku?"
Tiat-ciang Kim-liong Cin-cit dengan sorot matanya yang tajam memandang anak muda itu, kemudian
berkata dengan suara gusar: "Tidak nyana kau yang masih berusia begini muda, ternyata sudah berani
melakukan perbuatan yang begitu rendah. Jikalau aku si orang she Cin tidak mengetahui dengan cepat, barangkali akan mengalami nasib seperti Heng-lim Con-loan, akan menjadi korbannya akal kejimu"
553 Lim Tiang Hong mendengar orang she Cin ini ada
menyebut-nyebut dan menimpakan dosa perihal
kematiannya Heng-lim Cun-loan diatas pundaknya,
wajahnya pucat seketika, dengan suara gusar ia
membentak: "Kau jangan sembarangan menuduh orang.
Racun diatas Ngo-liong Kau-hun-leng itu bukan aku si orang she Lim punya perbuatan. Apalagi aku si orang she Lim dengan kau dulu belum pernah mengenal satu sama lain, perlu apa aku harus meracuni kau?"
"Heh, heeh! kau sungguh pandai menyangkal.
Sekarang aku tanya padamu, mengapa kau sendiri tidak kena racun itu?".
"Aku pernah makan nyalinya ular yang sudah ribuan tahun umurnya, hingga tubuhku kebal terhadap segala jenis racun. Percaya atau tidak, terserah padamu.
Sekarang aku sudah menerangkan apa sebabnya
kepadamu. Jikalau dulu ada mempunyai ganjalan sakit hati dengan suhuku, semua itu aku tanggung resikonya.
Untuk membereskan ganjalan sakit hati itu, paling baik kau jangan menimbulkan soal yang lain-lain"
"Bagus, bagus! mengenai soal racun, untuk
sementara boleh kita jangan bicarakan lagi. Kedatangan 554
Thian-lam Ngo-liong hari adalah hendak balajar kenal dengan kepandaian ilmu silatnya murid Bu-ceng Kiamkhek"
Pemuda yang menyaru Lim Cang Hong tadi, begitu
melihat mereka hendak menempur Lim Tiang Hong,
diam2 merasa sangat girang. Ia mengawasi orang2nya sejenak, lalu memberi isyarat kepada mereka, supaya semua mundur.
Thian-lam Ngo-liong yang selamanya tidak pandang
mata pada orang lain. Mereka mengira bahwa orang2
Thian-cu-kauw itu mundur karena merasa jeri terhadap nama Thian-lam Ngo-liong yang sudah kesohor didunia kang-ouw. maka merasa sangat bangga hingga pada
tertawa terbahak-bahak. Dengan berdiri berendeng, 5 "Naga" itu maju di
hadapannya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sambil dongakkan kepala, berkata
dengan suara dingin: "Sudah lama aku dengar namanya Thian-lam Ngo-liong. Pertandingan hari ini kita lakukan dengan cara satu lawan satu atau dengan maju
berbareng?" 555 "Tuan jangan sombong. Aku Jie-sui Kim-liong disini ingin belajar kenal dengan kepandaian tuan. Tipu
pukulan "Lui- tian Hui-hoan-ciang" Bu-ceng Kiam-khek dahulu pernah menggetarkan dunia kang-ouw,"
"Mana, mana! Tuan terlalu memuji. justru ilmu
pukulan "Ngo-heng Ciang-hoat Thian-lam Ngo-liong itulah yang namanya sudah kesohor dikolong langit".
"Kalau begini tuan harus hati2 menghadapi ilmu
pukulan ini....!" "Silakan...." Kedua pihak meski dimulutnya pada sangat
merendah, tapi sikap mereka amat tegang.
Jie-sui Kim-liong sembari berkata, diam2 kerahkan seluruh kekuatan tenaga dalannya. Dengan tindakan perlahan2 ia maju lagi beberapa tindak.
Kemudian dengan mendadak, sontak ia lompat
menerjang. Kedua kepalannya, dengan kecepatan
bagaikan kilat sudah melancarkan serangan dengan
beruntun sampai 3 kali dengan 5 cara, hingga seluruhnya 15 cara. Pukulannya itu dilakukan begitu cepat.
Kelihatannya sangat membingungkan lawannya.
556 Dalam waktu sekejapan saja, dirinya Lim Tiang
Hong sudah dikurung oleh sambaran angin dan
bayangannya tangan Jie-sui Kim-liong.
Sambil ketawa Lim Tiang Hong menggunakan
ilmunya mengegoskan diri yang sangat aneh, kedua
kakinya dengan gerakan entah bagaimana, tahu2 sudah bisa meloloskan diri dari kurungan lawannya, kemudian ia berseru dengan suara keras: "Tunggu dulu, kita harus jelaskan dulu. Hari ini kita bertempur secara mati-matian atau hanya main towel saja?"
"Bocah, kau tak usah banyak mulut, Lohu nanti
suruh kau menerima kekalahan dengan hati ikhlas"
"Baiklah! Kau sambutlah seranganku"
Baru saja habis berkata, tangannya bergerak
menyerang dengan cepat. Jie-sui Kim-liong dalam hati diam2 merasa terkejut.
Ia tidak menduga bahwa Lim Tiang Hong ada
mempunyai kekuatan tenaga dalam begitu hebat.
Buru2 ia keluarkan seluruh kekuatannya untuk
menangkis serangan Lim Tiang Hong.
"Kau tadi kata hendak belajar dengan ilmu pukulan Lui-tian Hui-hoan-ciang. Baru beberapa jurus saja, kau 557
nampaknya sudah kewalahan!" berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa dingin, kemudian lompat melesat ke atas, untuk mencecar lawannya, sehingga Jie-sui Kim-liong sampai dipaksa mundur 8 kaki.
Jie-sui Kim-liong kaget berbareng gusar. Ia segera menggunakan ilmu pukulan Ngo-heng Ciang-hoat,
mulutnya berseru: "Bocah, kau jangan bangga dulu!"
Ia lalu kerahkan seluruh kekuatan tenaga
dalamnya, kedua tangannya diputar, untuk menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Sebentar kemudian terdengar suara beradunya
kedua kekuatan yang dasyat, kedua-duanya nampak
mundur. Dengan mata mendelik, Jie-sui Kim-liong maju
menyerang lagi. Mendadak ia nampak berkelebatnya bayangan Lim
Tiang Hong. Entah dengan cara bagaimana, ia sudah berhasil mncekal penggelangan tangan Jie-sui Kim-liong.
Dalam kagetnya yang tidak terhingga, orang tua itu coba menarik tangannya dengan paksa.
Tapi, tangan Lim Tiang Hong yang lainnya sudah
menekan dadanya, suatu tenaga lunak yang mempunyai 558
kekuatan luar biasa sudah mendorong dirinya sehingga satu tombak lebih jauhnya.
Masih untung Lim Tiang Hong tidak mengandung
maksud jahat terhadap dirinya kawanan 5 naga itu. Kalau tidak, niscaya siang2 jiwanya salah satu dari kawanan naga itu sudah binasa ditangannya.
Sejenak sete!ah Jie-sui Kim-liong didorong mundur oleh Lim Tiang Hong, disitu lalu terdengar suara
bentakan berulang-ulang yang lalu disusul dengan
majunya Tiat-ciang Kim-liong dan ketiga kawannya.
Dengan serentak mereka melancarkan serangan
kepada dirinya Lim Tiang Hong secara berbareng.
Karena hebatnya serangan tersebut, anginnya
sampai menimbulkan suara menderu-deru.
Tapi gesit Lim Tiang Hong geser kakinya 3 tindak, sikapnya begitu tenang, seolah-olah tidak menghadapi serangan yang sesungguhnya amat dahsyat.
Thian-lam Ngo-liong yang namanya sudah begitu
kesohor, sesungguhnya tidak menduga sama sekali
bahwa hari itu dengan kekuatan 4 tenaga tergabung tidak berdaya menghadapi satu anak muda yang baru muncul di dunia kang-ouw.
559 Pada saat itu, Jie-sui Kim-liong yang batu mulai
hilang tata kagetnya, diam2 mencoba jalan
pernapasannya. Setelah mendapat kenyataan bahwa
dirinya tidak terluka, lantas turut menyerbu ke dalam kalangan. Dengan demikian, 5 "Naga" itu masing masing lalu mengambil kedudukannya sendiri2, sembari
mengerahkan seluruh kekuatan tenaga masing2, hendak melakukan tekanan lebih hebat terhadap dirinya si anak muda.
Pada saat itu, Lim Tiang Hong sendiri diam2 juga
terkejut. Waktu mengetahui dirinya sudah terdesak demikian rupa, mendadak sudah gerakkan tangannya
untuk melakukan serangan pembalasan.
Usahanya itu ternyata berhasil. Desakan hebat yang menekan dari lima penjuru tadi, dalam waktu sekejapan sudah dibikin buyar tanpa bekas.
Tapi... kekuatan tenaga 5 naga belum habis sampai disitu saja. Mereka sudah bertekad bulat hendak
menuntut balas sakit hati terhadap kekalahan yang dialami oleh mereka ditangannya Bu-ceng Kiam-khek.
Mereka harus bisa menebus kemaluan yang diderita oleh suhu mereka. Maka sudah bertahun-tahun mereka
560 melatih diri, hari itu adalah saatnya bagi mereka untuk melaksanakan cita2 mereka yang telah ditunggu-tunggu bertahun-tahun lamanya.
Oleh karena itu ada suatu pertempuran yang
mcnyangkut nama baik mereka untuk seumur hidupnya, maka tidaklah heran kalau setiap orang dari kawanan 5
"naga" itu sudah memforsir semua kekuatan dan
kepandaian yang mereka punyai, berusaha sekuat tenaga untuk menjatuhkan lawannya itu.
Karena sengitnya pertempuran tersebut, sambaran
angin menimbulkan suara mendesing tidak hentinya.
Sebentar-sebentar diseling dengan suara bentakan dan beradunya kekuatan dari kedua pihak.
10 jurus, 20 jurus... 30 jurus,100 jurus, 200 jurus....
sudah dilalui. Sekejap mata saja 300 jurus lebih sudah dilewati, meski kekuatan tenaga dalam kedua fihak sudah mulai kendur, tapi serangan mereka kelihatan semakin hebat.
Lim Tiang Hong dalam hati diam2 berpikir: jika
bertempur secara demikian, paling sedikit bisa sampai seribu jurus. Pada saat itu, tenagaku sendiri tentunya sudah mulai habis. Jika orang2 Thian-cu-kauw
561 melakukan serangan dengan tiba2, bukankah akan mati konyol"
Memikir sampat disitu, hatinya mulai merasa cemas, maka ia lantas membentak dengui suara keras:
"Bukankah kalian hendak belajar kenal dengan ilmu pukulan Lui-tian Hui-hoan-ciang" Sekarang kalian lihat!"
Sehabis berkata, ia lalu menggunakan ilmunya
"Siauw-yang It-ku Sin-kang", dengan satu gerakan yang dinamakan "Hong-lip Suat-u" atau "Angin menderu salju berterbangan". Secepat kilat jari tangannya menyentil, kekuatan tenaga dalam yang dipusatkan ke dalam jari tangannya lantas menyambar keluar.
Serangan itu menimbulkan suara ser-ser an dan
kekuatan tenaga yang sangat hebat menyambar saling susul.
Sial bagi Siong-kang It-liong, dialah merupakan
sasaran pertama dari serangannya Lim Tiang Hong yang sangat hebat itu.
Ia coba buru2 angkat tangannya hendak menahan
serangan tersebut, tapi kesudahannya seperti terdorong oleh sesuatu kekuatan tenaga yang tidak berwujud, hingga kakinya sudah tidak menuruti perintahnya lagi, 562
sudah mundur sampai 5 tindak dan mulutnya
memuntahkan darah segar. Melihat keadaan demikian, Tiat-ciang Kim-liong lalu berseru keras sambil mendorong dengan kedua
tangannya. Satu sambaran angin mendadak nyelusup dari sela2
serangan tangannya dan terus menyambar ke arah jalan darah "Kian-kin".
Tiat-ciang Kim-liong coba hendak memutar
tubuhnya, tapi sudah tidak keburu.
Srt! Serangan tadi mengenakan telak kepada
sasarannya. Pundaknya Tiat-ciang Kim-liong berlobang, darah mengalir keluar membasahi sekujur badannya.
Dengan cepat ia tarik mundur dirinya sampai setombak lebih.
Pada saat itu, Kiu-hian In-liong, Tiam-cong Giok-
liong dan Jie-sui Kim-liong masing2 juga sudah dibikin rapuh oleh sambaran angin dari tangannya Lim Tiang Hong, sehingga pada lompat mundur.
Meski Lim Tiang Hong sudah berhasil memukul
mundur lawannya, tapi ia sendiri juga sudah kehabisan tenaga, sehingga wajahnya pucat pasi dan terpaksa 563
berdiri saja sambil pejamkan matanya untuk mengatur pernapasannya.
Semua kejadian itu sudah disaksikan oleh kauwcu
muda dari Thian-cu-kauw serta begundalnya. Maka
ketika melihat Lim Tiang Hong berdiri sambil pejamkan matanya, mereka telah geser maju kaki masing2 dengan perlahan.
Walaupun bagaimana Thian-lam Ngo-liong ada
jago2 kenamaan dan bukan orang2 dari kalangan jahat.
Setelah mengalami kekalahan ditangannya Lim Tiang Hong, dengan tanpa berkata apa2 lantas meninggalkan tempat tersebut.
Lim Tiang Hong masih berdiri ditempatnya sambil
pejamkan mata. Yu kok Oey-eng menyaksikan kelakuan orang2 dari Thian-cu-kauw, yang agaknya hendak
berlaku tidak baik terhadap dirinya Lim Tiang Hong.
mendadak keluarkan suara ketawa dingin, sedang
badannya sudah bergerak mendekati si anak muda.
Mendadak dari kalangan orang banyak itu terdengar suara bentakan, lalu disusul melesat keluarnya 2
bayangan orang. Dengan kecepatan bagaikan kilat
menyerang dirinya Lim Tiang Hong.
564 Serangan itu dilakukan secara berbareng dan
dilakukan dari tengah udara hingga sambaran angin yang amat dingin telah mengurung badannya Lim Tiang Hong.
Berbareng dengan itu, tangan kedua orang yang
melakukan serangan tersebut pada saat itu juga terpisah hanya 6 atau 7 kali saja di atas kepalanya si anak muda.
Lim Tiang Hong mendadak membuka kedua
matanya. Kedua tangannya lalu bergerak untuk
menyambuti serangan tersebut.
Suara menggelegar dari beradunya kedua kekuatan
itu sekali terdengar nyaring, dan setelah suara itu sirap, kedua orang yang melakukan serangan tadi tampak
berteriak dan lantas jungkir balik di tengah udara, darah kelihaan berhamburan disana sini.
Tampak dimana Lim Tiang Hong berdiri, saat itu
tanahnya juga sudah ambles kira2 setengah kaki
dalamnya. Dalam segebrakan saja Lim Tiang Hong sudah
membikin tamat jiwanya kedua Leng-cu dari Thian-cu-kauw, hal mana lantas bikin kuncup nyalinya orang2
Thian-cu-kauw yang tadinya hendak melakukan serangan membokong.
565 Tapi sebentar kemudian, dari rombongan orang2 itu kembali sudah muncul dua orang lagi yang menyerang dari kanan dan kiri dengan berbareng.
Orang yang di sebelah kiri ada seorang laki2
berwajah sawo matang dan berewokan lebat. Ia
menggunakan serangan kepalan tangan dari jarak jauh, kepalannya yang begitu besar, nampaknya ada
mengandung kekuatan tenaga yang amat dahsyat.
Orang yang melakukan serangan dari sebelah
kanan, ada menggunakan serangan dengan kekuatan
tenaga "im" yang seperti mengandung racun berbisa, karena sebelum serangannya sampai, anginnya sudah meaghembuskan bau amis itu bisa.
Lim Tiang Hong hanya ketawa dingin. Kekuatan
Siauw-yang It-ku Sin-kangnya mengurung sekujir
badannya, hingga seperti pagar tembok yang kokoh
kuat. Ia hanya memutar sedikit badannya, dengan
tangan kanan ia menangkis serangan yang dilancarkan dari kedua pihak. Berbareng dengan itu, jari tangan kirinya lantas menyentil mengarah dada kedua orang tersebut.
566 Kedua gerakan itu dilakukan sedemikian cepatnya.
Sebentar kemudian setelah terdengar suara benturan nyaring, laki2 wajah sawo matang merasakan dadanya seperti digempur oleh satu kekuatan yang amat dasyat.
Sambil mengeluarkan jerita ngeri, mulutnya
menyemburkan darah segar, badannya jatuh terjungkal dan tidak bisa bangun lagi.
Hampir berbarengan dengan rubuhnya laki2 wajah
sawo matang tadi, orang yang melakukan serangan dari kanan, juga perdengarkan suara jeritan ngeri, karena dadanya sudah berlobang tertembus serangan jari
tangannya Lim Tiang Hong.
Dengan sorot mata dingin Lim Tiang Hong
memandang keadaan sekitarnya, kemudian ia berkata dengan suara mengeledek: "Orang2 dari Thian-cu-kauw kalau hanya seperti kantong nasi itu saja. Sekalipun datang sampai puluhan ribu jumlahnya, percuma saja hanya mengantarkan jiwa secara sia2"
Pemuda yang mengaku Lim Tiang Hong tadi,
nampaknya sangat gusar ketika mendengar ucapan Lim Tiang Kong itu. Dengan sorot mata buas ia mengawasi 567
Lim Tiang Hong, kemudian sembari membentak ia
menghampiri. Kawanan orang2 Thian-cu-kauw yang lainnya,
mungkin karena merasa tertusuk oleh ejekan Lim Tiang Hong tadi, maka sedetik itu hatinya merasa panas.
Sambil menghunus senjata masing2 orang2 itu pada
maju menghampiri dirinya si anak muda.
Dengan demikian, suasana kembali nampak sangat
tegang. 30 lebih orangnya Thian-cu-kauw yang namanya sudah terkena! karena keganasan mereka, nampak
setindak demi setindak hendak mendekati si anak mada sampai sejarak kira2 sedepa, tapi sikapnya Lim Tiang Hong saat itu masih tetap tenang, sedikitpun tidak merasa gentar.
Mendadak terdengar suaranya Yu-kok Oey-eng,
yang memecahkan tersebut. "Jika berbuat licik demikian ingin menjagoi di dunia kang-ouw, ini benar2 membikin orang mati ketawa"
Demikian katanya si nona dengan suaranya yang
lantang, tajam, seolah-olah suaranya burung kenari.
Tidak heran kalau ia mendapat nama julukan seperti itu.
568 Perkataan yang sangat menusuk hati itu telah
menyinggung perasaan agungnya pemuda yang
mengaku diri Lim Tiang Hong disana.
"Kalian semua mundur, biarlah aku sendiri yang
membereskan dia" demikian ia menggeram.
Lim Tiang Hong melirik padanya sejenak,. kemudian tertawa ringan dan tidak mati ambil pusing lagi padaya.
Tepat pada saat itu, diluar rimba terdengar suara orang ketawa berkakakan, kemudian disusul oleh
munculnya 3 orang yang terbang melayang laksana
burung garuda. Orang yang pertama yang pertama
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
unjukkan diri adalah seorang pengemis berewokan yang kakinya pincang, dua yang lainnya ada orang tua yang berpakaian baju hijau dan bertopi kecil.
Lim Tiang Hong kenali mereka sebagai orang-nya
Hong-hong-tie. Maka ketika menampak kedatangan
mereka, ia telah anggukkan kepala sembari tersenyum.
Si orang tua itu yang bukan lain dari pada Gin-sie-siu, telah membalas hormat dengan menyoja. Mereka
agaknya sangat menghormat sekali terhadap Lim Tiang Hong, karena setelah memberi hormat, mereka lantas berdiri di kedua sisinya si anak muda, sedang si
569 pengemis berewokan lantas berdiri dibelakangnya sambil menunjang kakinya yang pincang dengan tongkatnya
Kedatangan ketiga orang yang tidak diduga-duga
Itu, telah membikin kesima si anak muda yang mengaku dirinya "Lim Tiang Hong".
Si pengemis berewokan "Cian-lie Tui-hong",
ketrukkan tongkatnya ditanah, sehingga menimbulkan suara nyaring, kemudian berkata sambil perdengarkan ketawanya yang aneh: "Apa kalian hendak menempuh
kemenangan dengan mengandalkan jumlah banyaknya
orang" Itu bagus sekali! Mari, mari hari ini kita bertempur secara main keroyok bagaimana" Aku kepingin lihat, Siauw-kauwcu dari Thian-cu-kauw lebih kuat atau kongcu dari Hong-hong-tie lebih tangkas" Ha...
ha.... ha...." Suara pengemis berewokan itu ada begitu besar
dan nyaring seolah-olah bunyi gembreng sehingga
memekakkan telinga. Lim Tiang Hong nampak kerutkan keningnya.
Cian-lie Tui-hong yang menampak demikian, lalu
hentikan ketawanya, ia mundur 2 tindak, kemudian
mambongkokkan badan kepada Lim Tiang Hong seraya
570 berkata untuk minta maaf: "Aku yang rendah biasa
berlaku berandalan, harap kongcu suka maafkan"
"Kau tak usah merendah," jawabnya Lim Tiang
Hong sembari ketawa. Namun dalam hati anak muda itu diam2 merasa
heran, ada hubungan apa sebenarnya antara dirinya dengan kedua golongan atau partai besar itu" Sehingga saat itu ia masih belum jelas.
Dulu, orang2 Thian-cu-kauw menjunjung dirinya
sebagai kauwcu muda. Setelah ia mengetahui keadaan sebenarnya, ia anggap bahwa sebutan siauw kongcu
atau kauwcu muda itu agaknya tidak terlalu banyak menyimpang dari keadaan yang sebenarnya. Tapi
selanjutnya Thian-cu-kauw berbalik anggap dirinya sebagai musuh, bahkan kemudian muncul lagi seorang kauwcu muda yang wajahnya mirip dengan dirinya.
bukankah itu adalah satu hal yang sangat aneh"
Kalau pada saat itu ia sedang berdiri bingung
memikirkan persoalan yang menyangkut dirinya, adalah si anak muda yang tadi mengaku sebagai Lim Tiang
Hong dan kini berdiri dihadapannya, juga merasa terkejut 571
dan terheran-heran dengan munculnya orang2 dari
Hong-hong-tie secara mendadak itu.
Selama 10 tahun itu, Thian-cu-kauw telah berusaha hendak menguasai atau menjagoi dunia kang-ouw. Entah berapa banyak tenaga kuat yang ditarik masuk olehnya, tapi orang2 kuat itu kebanyakan terdiri dari kawanan iblis, penjahat dikalangan kang-ouw atau rimba hijau.
Namun kekuatan dan pengaruh mereka sesungguhnya
tidak boleh dipandang ringan. Kekuatan mereka rasanya sudah cukup untuk menghadapi dunia rimba persilatan dan kalau mereka tidak lantas bergerak serta berlaku secara terang-terangan, itu disebabkan karena masih merasa jeri terhadap kekuatannya Hong-hong-tie.
Hong-hong-tie juga merupakan satu partai besar
yang baru kedengaran namanya pada waktu belakangan ini. Orang2nya terdiri dari orang2 pilihan, Rata2
mempunyai kepandaian sangat tinggi, namun tindak
tanduknya sangat misterius, juga jarang sekali muncul di dunia kang-ouw. Tapi begitu turun tangan, sudah tentu menggemparkan, karena sepak terjangnya yang begitu tegas, terutama terhadap orang2 dari golongan hitam, boleh dikata tidak mau memberi ampun sama sekali.
572 Oleh karenanya, maka Thian-cu-kauw selalu
menghindarkan diri, jangan sampai timbul bentrokan dengan mereka.
Tapi hari itu, dengan tidak terduga-duga orang2nya Hong-hong-tie telah muncul secara mendadak dan secara terang2an menantang pihaknya Thian-cu-kauw serta
melindungi dirinya Lim Tiang Hong yang mereka
bahasakan kongcu. Semua ini telah membuat Siauw-kauwcu Thian-cu-
kauw yang biasanya sangat galak kejam dan banyak akal kejinya, menjadi kememak, entah bagaimana harus
menyelesaikan soal tersebut pikirnya.
Kedua pihak pada bungkam, tidak ada satu
orangpun yang membuka suara.
Tiba2 dari luar rimba kembali ada masuk dua orang lagi. Begitu unjukkan diri, kedua orang itu lantas berkata dengar, suara mereka yang seram: "Siauw-kauwcu,
mengapa tidak lekas bereskan mereka. Kauwcu sedang menantikan kabar darimu!"
Pemuda yang dipanggil Siauw-kauwcu itu lantas
berpaling, sambil unjukkan ketawanya yang tidak wajar ia berkata: "Oh, kiranya Mo-kiong Tay-nio dan Hwee-soa 573
Koay-khek, kedua anggota pelindung hukum kita yang datang... Orang2-nya Hong-hong-tie telah telah
mencampuri tangan persoalan ini. Kalian pikir, apakah itu tidak mendongkolkan orang?"
Ini adalah kelicikannya pemuda itu. Sebab jika
timbul bentrokan dengan Hong-hong-tie, itu ada
merupakan satu persoalan yang sangat besar, apalagi bentrokan secara langsung, akibatnya sungguh hebat. Ia takut apabila hal itu terjadi nanti akan disesali oleh kauwcu, maka ia hendak limpahkan soal tanggung jawab itu diatas pundak kedua anggota pelindung hukum itu.
Dan ketika melihat kedatangan mereka, ia segera
memberi keterangan secara ngawur, sedang ia sendiri tidak mau menyatakan pikiran apa2.
Kedua anggota pelindung hukum itu, kedudukannya
didalam perkumpulan Thian-cu-kauw cuma dibawahnya wakil kauwcu seorang saja, mereka sangat dihargakan tenaganya oleh kauwcu. Saat itu mereka mengira bahwa kauwcu mudanya itu ada menghargai diri mereka
sebagai orang2 golongan tua. Dalam kegirangannya
sudah lantas menjawab tanpa dipikir lagi: "Siapapun yang berani menghalang-halangi tindakkannya orang2
574 Thian-cu-kauw, segera harus disingkirkan dari muka bumi ini. Sekalipun orang2nya Hong-hohg-tie juga tidak boleh dikecualikan"
Hanya dengan ucapan mereka itu, sudah berarti
memikul semua tanggung jawab dalam soal bentrokan dengan orang2nya Hong-hong-tie itu. Kauwcu muda itu setelah mendengar perkataan tersebut, diam2 merasa girang, tapi diluarnya ia masih pura2 menjawab dengan lakunya yang menghormat sekali: "Boanpwee menurut perintah saja!"
Dengan cepat ia gerakkan tangannya melancarkan
satu serangan. Kauwcu muda itu sejak kecil sudah mendapat
didikan dari kauwcu sendiri. Kepandaiannya sangat tinggi, begitu turun tangan lantas menggunakan tipu pukulannya yang paling ganas.
Siapa nyana baru saja angin pukulannya itu
meluhcur keluar dari tangannya. dari samping terdengar suara "ser, ser" Sambaran angin nerobos tangannya dan terus mengarah dadanya.
Kiranya adalah si pengemis Cian-lie Tui-hong
punya perbuatan. Ketika ia melihat kauwcu muda itu 575
gerakkan tangannya melancarkan serangannya, ia lantas angkat tongkatnya. Ilmu khikangnya yang tunggal lantas disalurkan keujung tongkat dan menghalau serangan kauwcu muda itu.
Kauwcu muda itu terpaksa tarik kembali
serangannya. Berbareng dengan itu ia juga lantas lompat mundur sampai 5 kaki jauhnya untuk menghindarkan diri dari serangan si pengemis tadi.
Kedua anggota pelindung hukum dari Thian-cu-
kauw, saat itu juga sudah berada ditengah lapangan.
Hwee-soa Koay-khek lantas berdiri dihadapannya si pengemis, Sambil tudingkan payungnya yang butut, ia berkata dengan suaranya yang seram: "Thian-cu-kauw dengan Hong-hong-tie, seolah-olah air sungai dengan air sumur yang satu sama lain tidak saling mengganggu.
Tuan dangan mengandalkan sedikit kepandaian yang
tidak berarti itu, sudah berani menghalang-halangi usaha orang kami. Apakah tuan anggap Thian-cu-kauw sudah tidak ada orangnya lagi?"
Cian-lie Tui-hong lantas menjawab sambil ketawa
bergelak-gelak: "Air sungai meski tidak mengganggu air sumur, tapi kauwcu mudamu yang tidak punya mata itu 576
sudah berani mengganggu kongcu kami, bagaimana aku si pengemis boleh tinggal diam" Kabarnya tuan pernah melakukan latihan istimewa dengan senjatamu yang
berupa payung butut itu. Kita boleh coba main2
beberapa jurus, apa perlunya menggunakan mulut untuk berdebat dengan perkataan yang tidak ada gunanya?"
Sebetulnya mereka berdua ada merupakan orang2
yang sudah ternama dikalangan kang-ouw, tidak
seharusnya main damprat begitu rupa. Tapi oleh karena perkataannya Hwee-soa Koay-khek yang nyeloncong
tadi, telah membikin meluap darahnya si pengemis
pincang, maka lantas membalas dengan perkataan yang lebih pedas.
Hwee-soa Koay-khek lantas pentang payungnya
dan berkata sambil ketawa terbahak-bahak: "Aku si Hwee-soa Koay-khek, sejak malang melintang di dunia kang-ouw, belum Pernah bertemu dengan orang yang
begitu jumawa seperti kau ini!"
"Dan hari ini aku suruh kau belajar kenal dengan
kepelannya orang jumawa itu"
577 Begitu menutup mulutnya, Cian-lie Tui-hong lantas putar tongkatnya begitu rupa cepatnya, untuk
mengemplang lawannya. Tongkat yang digerakkan demikian cepatnya itu
telah menimbulkan sinar hitam berkelabatan yang lantas mengancam kapalanya Hwee-soa Koay-khek.
Dengan matanya yang seperti mata burung alap2,
Hwee-soa Koay-khek mengawasi menyambarnya tongkat itu, tapi ia masih berdiri tegak tanpa bergerak, dan setelah tongkat itu persis hendak tiba di atas batok kepalanya, mendadak ia menotol dengan ujung
payungnya. "Creng!" demikian terdengar suara nyaring, tongkat yang meluncur turun sangat hebatnya itu
ternyata sudah tersampok miring oleh totolan ujung payung butut itu.
Hwee-soa Koay-khek lantas membuka dan menutup
payungnya, untuk melakukan serangan pembalasan.
Dan orang kuat kelas satu dari kalangan kang-ouw
itu, sama2 beradat keras berangasan. Begitu adu mulut, lantas disusul dengan pertarungan mati2an, maka begitu bergebrak, masing2 sudah menggunakan serangan2nya yang paling berbahaya.
578 Senjata payung butut yang oleh Hwee-soa Koay-
khek dinamakan "payung berapi", saat itu sudah diputar laksana titiran, hingga uap merah mengepul memenuhi di sekitar tanah lapang. Dalam lingkungan seputar 3
tombak, masih membawa panasnya.
Si pengemis berewokan itu meski kakinya pimcang,
tapi gerakan badan dan kakinya ternyata sangat lincah dan gesit sekali. Ia tidak kecewa mendapat gelar Cian-lie Tui-hong atau si Pengejar Angin. Senjatanya yang
berupa tongkat kecil itu diputar sedemikian rupa hingga kelihatannya seperti gumpalan asap hitam saja, namun sebentar2 kelihatan menerjang gumpalan merah yang keluar dari payungnya Hwee-soa Koay-khek.
Untuk sementara, pertempuran itu nampaknya
berjalan seru karena kekuatan kedua pihak kelihatannya berimbang.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan jalannya
pertempuran itu, ia merasa bahwa tipu2 pukulan yang digunakan oleh kedua pihak, semuanya belum pernah dilihatnya. Begitu aneh serta mengandung kekuatan sangat hebat.
579 Dalam keadaan demikian, mendadak ia ingat dirinya Yu-kok Oey-eng, si nona kerudung yang sangat misterius itu. Apakah nona itu benar2 ada bakal istrinya" Ataukah ia ada mempunyai maksud lain yang tersembunyi"
Mengingat sampai disitu, dengan tanpa sadar lantas berbalik mengawasi si nona yang pada saat itu kebetulan juga sedang arahkan pandangan matanya yang melalui lobang kerudung kepala dirinya.
Lim Timg Hong lalu mengambil keputusan, setelah
pertempuran itu selesai, ia nanti akan berbicara banyak dengan ia.
Justru pada saat itu, di medan pertempuran
terdengar suara bentakan, kemudian disusul oleh suara ketawanya si pengemis pincang yang aneh.
Ia lalu menengok kearah medan pertempuran,
dimana ia dapat lihat dirinya Hwee-soa Koay-khek telah berdiri dengan muka pucat pasi. Tangannya cuma
memegang senjata payungnya yang cuma tinggal
sebelah, yang sebagian mungkin salah dibikin hancur atau patah oleh senjata tongkatanya si pengemis
pincang. 580 Si pengemis pincang itu setelah umbar ketawanya,
lalu berkata sambil geleng2-kan kepalanya: "Tidak ada artinya, tidak ada artinya! Seorang pelindung hukum dari Thian-cu-kauw yang tidak mempunyai kemampuan apa2.
Benar2 sangat lucu!"
Hwee-soa Koay-khek dengan wajah bengis lantas
menjawab sambi! ketawa meringis: "Pengemis busuk, kau tak usah bangga, hadiahmu hari ini. aku si Hwee-soa Koay-khek tidak akan melupakan selama-lamanya"
Senjata payungnya yang cuma tinggal sebagian ia
lemparkan di tanah, kemudian kabur terbirit-birit.
Tapi ia tidak tahu bahwa perbuatannya telah
membawa ekor, karena senjata payung yang
dilemparkan tadi, diluar dugaannya sudah mengenakan dadanya salah seorang anak buah Thian-cu-kauw,
sehingga orang tersebut rubuh binasa seketika itu juga.
Dengan kekalahan yang dialami oleh Hwee-soa
Koay-khek tadi, diam2 telah membikin kaget hatinya Mo-kiong Toa-nio. Karena kekuatan dan kepandaian nyonya ini ada berimbang dengan Hwee-soa Koan-khek. Kalau yang tersebut belakargan ini sudah mengalami
kekalahan, buat ia rasanya jega tidak bisa berbuat apa2.
581 Tapi oleh karena terdesak oleh keadaan, ia terpaksa keraskan kepala. Dengan gerak jalannya yang dibikin-bikin, ia masuk kelapangan, dan selagi nyonya itu henda membuka mulutnya sambil menuding dirinya si pengemis pincang, tiba2 pemuda yang dipanggil kauwcu muda
olehnya sudah mencegah sembari ia berkata: "Toanio, harap suka mundur dulu. Mari biarlah boanpwee yang membereskan anak haram ini"
Perkataan "anak haram" itu, telah membuat Lim
Tiang Hong naik darah, dengan cepat ia menghampiri dan berkata dengan suara bengis: "Siapa yang kau
katakan anak haram?"
"Itulah kau sendiri!"
"Kalau begitu kau sudah bosan hidup"
Dalam keadaan murka, Lim Tiang Hong lalu
melancarkan serangannya yang sangat hebat. Serangan itu merupakan salah satu serangan dalan tipu
pukulannya yang ampuh yang dinamakan Hui-hoan-
ciang. Kauwcu muda itu mana tahu lihaynya serangan itu.
Dengan sangat semberono ia putar tangannya untuk
menyambuti serangan tersebut. Tapi begitu kedua
582 kekuatan saling bentur, ia segera merasakan gelagat kurang baik. Dengan cepat ia tarik mundur dirinya, kemudian dengan menggunakan kedua tangan ia balas
menyerang secara bertubi-tubi.
Terdengar suara benturan nyaring. Badannya
kauwcu muda itu terpental mundur dalam keadaan
sempoyongan seperti orang mabuk. Wajahnya yang
terhitung cakap juga, seketika itu sudah berobah merah sepeti kepiting direbus, sambi kertak gigi, kembali ia lompat menerjang.
Lim Tiang Hong mengawasi semua perbuatan
kauwcu muda itu sembari ketawa dingin kemudian
menyambuti terjangan kauwcu muda itu dengan
serangannya yang sedemikian cepat sampai 3 kali
beruntun. Kauwcu muda itu nampaknya sudah kalap benar,
sehingga dengan tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, sudah menyambuti semua serangan Lim Tiang Hong
dengan kekerasan pula. Kekuatannya kauwcu muda ini benar2
menakjubkan. Lim Tiang Hong jika hendak merubuhkan padanya, juga tidak mungkin dengat begitu mudah saja.
583 Tapi si kauwcu muda yang sudah kalap benar2 itu
ternyata sudah gelap pikirannya. Ia tidak memikir panjang lagi, hendak mengadu kekuatan tenaga dalam dengan Lim Tiang Hong.
Ia tidak tahu bahwa Lim Tiang Hong yang berkali-
kali menemukan kejadian gaib, ada mempunyai kekuatan tenaga dalam begitu hebat, maka hanya menggunakan 5
atau 6 bagian saja, sudah cukup membikin si kauwcu muda itu tidak berdaya.
Ketika Lim Tiang Hong mengingat bagaimana
kauwcu muda itu pernah menyaru dan menggunakan
namanya untuk mengganas dan melakukan pembunuhan
besar2 terhadap orang2 dari golongan baik2, hatinya begini panas, hingga saat itu ia lantas menggunakan ilmunya Kian-liong Pat-jiauw, menyambar pergelangan tangan si kauwcu muda dan kemudian ditekan dengan keras.
Kauwcu muda itu merasa kesakitan setengah mati,
sekujur badannya sampai lemas, hampir saja ia berlutut untuk minta ampun, sedang keringat dingin mengetel keluar membasahi badannya.
584 Dalam keadaan demikian, disitu lalu timbul suara
bentakan berulang-ulang, dari berbagai penjuru.
Orang2nya Thian-cu-kauw sudah pada memburu kearah Lim Tiang Hong untuk menolong kauwcu muda mereka.
Tapi, orang2nya Heng-hong-tie ternyata bertindak
lebih cepat. Si pengemis pincang, Gin-sie-siu dan Ceng-phoo-siu bertiga, sudah bertindak melindungi dirinya Lim Tiang Hong. Maka ketika menampak orang2nya Thian-cu-kauw bergerak, mereka lalu putar tangan mareka untuk menyambuti kedatangan orang2 tersebut.
Beberapa orang yang mencryang duluan telah
dibikin terpental oleh serangan ketiga orang kuat itu, yang lainnya katika menyaksikan keadaan demikian
semua lantas pada mundur tidak berani mendekati lagi.
"Siapa yang tidak takut mati, boleh maju" demikian sesumbarnya si pengemis pincang.
Tapi, siapapun tidak ada yang mempunyai
kepandaian dan kekuatan untuk menerjang dirinya ketiga orang kuat itu, termasuk Mo-kiong Toa-nio sendiri. Tapi ia yang mempunyai keedudukan sebagai pelindung
hukum dalam perkumpulan Thian-cu-kauw, sudah tentu tidak dapat membiarkan dirinya kauwcu mudanya
585 terjatuh didalam tangan musuh, maka ia lantas pentang senjatanya yang berupa anak panah dengan busurnya dan lantas maju menyerang dirinya si pengemis pincang.
Dengan wajah beringas si pengemis pincang
menyambuti setiap serangan yang dilancarkan oleh Mo-kiong Toa-nio.
Semua kejadian itu telah terjadi dalam waktu
sekejapan saja. Lim Tiang Hong setelah menekan si kauwcu muda itu dan selagi hendak menotok jalan
darah, mendadak nampak berkelebatnya satu bayangan orang. Dengan kecepatan bagaikan kilat sudah berada di sampingnya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang mempunyai daya reflek begitu
tajam, segera geser kakinya untuk menyingkir kesamping sembari menyeret dirinya si kauwcu muda.
Tiba2 ia dengar orang yang baru tiba itu berseru
padanya: "Lepaskan tanganmu, itu adalah kakakmu
sendiri!" Suara itu ada mengandung nada kaget dan
ketakutan demikian rupa dan tatkala Lim Tiang Hong berpaling padanya, ia baru kenali bahwa orang yang baru 586
datang itu ternyata adalah ibunya sendiri, Lok-hee Hujin.
Maka seketika itu ia lantas berdiri kesima.
"Bagaimana aku bisa mempunyai kakak?" demikian
ia menanya dengan heran. Tapi karena memandang muka ibunya, ia lantas
lepaskan tangannya yang mencekal pergelangan tangan si kauwcu muda tadi. Dan kauwcu muda itu begitu
dirinya sudah bebas lagi lantas atur pernapasannya, memandang Lim Tiang Hong dengan penuh amarah.
Setelah itu ia lantas balikkan badannya untuk kabur.
Lok-hee Hujin mengawasi berlalunya kauwcu muda
itu sembari gelengkan kepala. Ia menghela napas
perlahan kemudian berpaling kearah si pengemis pincang sembari berkata: "Kita masih ada sedikit urusan pribadi yang akan bicarakan dengan kongcu kalian, bolehkan kalian berlalu sebentar saja?"
Si pengemis pincang itu saling berpandangan
dengan Gin-sie-siu dan Ceng-phoa-siu sejenak kemudian meninggalkan Lim Tiang Hong.
Saat itu orang2nya Thian-cu-kauw juga sudah pada
berlalu mengikuti jejak kauwcu maka dalam rimba itu hanya tinggal Lim Tiang Hong dan Lok-hee Hujin berdua.
587 Tatkala Lim Tiang Hong mencari Yu-kok Oey-Lng, si nona itu ternyata juga sudah meninggalkan tempat tersebut.
Hatinya merasa seperti kehilangan apa2, tiba2 ia
menanyakan pada Lok-hee Hujin: "Ibu, mengapa kau
tidak memberitahukan tentang asal usul yang mengenai dirinya anak muda yang menyaru sebagai diriku tadi.
Bagaimana ia bisa menjadi kakakku?"
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
"Dia benar2 adalah kakakmu, ibumu tidak
membohongi kau... Anak, apakah kau masih pikir hendak pulang ke lembah Loan-phiauw-kok".
"Apapun aku tidak pikirkan, aku cuma ingin tahu
asal usul diriku, dimana sebetulnya ayah berada?"
Mendengar pertanyaan itu, Lok-hee Hujin wajahnya
berubah seketika: "Tentang ini, cepat atau lambat kau nanti akan tahu sendiri, sekarang aku tidak mengijinkan kau menanyakan lagi"
"Ibu! Apakah kau masih ada apa2 yang tidak boleh
diketahui oleh orang luar?"
Lok-hee Hujin gelagapan. Hatinya merasa bimbang.
Ia tidak berdaya untuk memberi jawaban yang
sebenarnya terhadap anaknya ini.
588 Dalam keadaan demikian, diluar rimba tiba2
terdengar suaru yang ketawa dingin.
Lim Tiang Hong lantas membentak: "Siapa"...., "
Dengan ilmunya It-sia Cian-lie, laksana anak panah terlepas bari busurnya ia sudah melesat keluar dari dalam rimba.
Gerakan itu ada begitu gesit, tapi tatkala ia tiba di luar rimba, disitu sudah tidak kelihatan bayangan seorangpun juga.
Ia masih merasa penasaran. Dengan cepat ia
lompat keatas pohon. Dari situ ia memandang keadaan disekitarnya, ditempat sejauh kira2 2 atau 3 ratus tombak ia melihat satu bayangan orang lari kearah timur laut. Karena merasa sudah tidak keburu untuk mengejar, maka lantas balik lagi ke dalam rimba, tapi pada saat itu Lok-hee Hujin juga sudah tidak kelihatan bayangannya lagi.
Ia memanggil berulang-ulang, tapi tidak mendapat
jawaban. Ia tahu bahwa ibunya sudah pergi jauh, maka rupa2 pikiran lantas timbul dalam otaknya. Ia coba menganalisa segala kejadian yang sudah lalu,
kesimpulannya ialah: 589 1. Apa sebabnya ibunya tidak mau memberi
tahukan tentang asal usul yang menyangkut dirinya" Dan kalau ditanya tentang itu, sang ibu itu nampaknya ada kesulitan atau kesusahan batin yang menindih
perasaannya. Apa sebabnya Thian-cu-kauw membasakan dirinya Siauw-kauwcu atau kauwcu muda" Dan apa
sebabnya kemudian pandang dirinya sebagai musuh"
2. Bagaimana kauwcu muda dari Thian-cu-kauw.
Mendadak, sontak bisa berubah menjadi kakaknya" Kalau hal itu benar, maka kauwcu Thiau-cu-kauw itu sudah tentu adakah ayahnya sendiri. Tidak! Itu tidak mungkin, sebisa-bisa ia coba menyingkirkan pikiran yang demikian itu.
3. Kauwcu muda yang menyaru sebagai dirinya itu.
kalau betul adalah kakaknya, maka Im-san Mo-lie juga terhitung masih kakaknya" Dan mengapa mereka suka menyaru dirinya melakukan perbuatan mengganas"
Andaikan ada kebetulan saja, ada permusuhan apa
orang2 Thian-cu-kauw itu dengan orang2 golongan
partai Hian-bun" 4. Heng-lim Cun-loan sebetulnya binasa ditangan
siapa" Mengapa orang itu harus turun tangan membunuh 590
padanya" Apakah itu juga ada perbuatannya Im-san Mo-lie" Apakah karena orang tua itu mengetahui asal usul dirinya, sehingga perlu disingkirkan dari dalam dunia untuk menutup rahasia itu"
Dengan kesimpulan seperti diatas, ia telah
mendapat kapastian bahwa asal usul dirinya itu
sesungguhnya sangat misterius. Ada kemungkinan
didalamnya terdapat permusuhan sangat hebat. Oleh karena itu, maka ia semakin keras keinginannya untuk membongkar semua rahasia yang meliputi dirinya.
Ia berpikir lagi sejenak, kembali ia teringat segala sepak terjangnya orang2 dari Hong-hong-tie. Mengapa orang2 dari Hong-hong-tie membahasakan dirinya
Kongcu" Apakah Kie-lin Kokcu, yang pemimpin mereka itu adalah ayahnya sendiri.
Kembali ia ingat bagaimana ketika ia mencekal
pergelangan tangannya kauwcu muda dari Thian-cu-
kauw tadi. Siapapun sebetulnya tidak mudah bisa
menembus dalam lingkaran yang dibuat oleh si pengemis pincang dan kawan2nya tadi, tapi mengapa ibunya bisa menembus bendungan itu begitu mudah" Dari situ dapat 591
diduga bahwa orang2nya Hong-hong-tie mungkin juga kenal baik dengan Lok-hee Hujin.
Banyak kejadian setelah dipikir dengan tenang,
pelahan2 mulai menemukan jawabannya. Jalan satu2nya pada saat itu, ialah bikin terang dulu asal usul yang mengenai dirinya. hingga semua persoalan akan menjadi terang.
Tapi kemana ia harus mencari keterangan itu"
Dalam pikiran pepat, dengan tanpa sadar
tangannya dimasukan ke dalam sakunya, mendadak
tangannya menyentuh sebuah benda bundar. Ia lantas keluarkan benda itu. Ternyata adalah benda yang
diberikan oleh Im-san Mo-lie yang rupanya seperti petasan.
Benda apakah ini" Demikian ia tanyakan dalam
hatinya sendiri. Tertarik oleh perasaan aneh, kedua jarinya lantas memencet benda tersebut. Tiba2 terdengar suara
ledakan, sinar hijau lantas meluncur ke tengah udara, sinar itu lama sekali masih belum pudar, maka seketika itu ia lantas sadar bahwa semua kejadian dan peristiwa 592
berdarah serta orang yang menyaru dirinya itu, mungkin adalah perbuatannya Im-san Mo-lie seorang.
Selagi ia masih dalam keadaan termenung, dari
empat penjuru nampak berkelebatnya bayangan banyak orang, yang lari menuju ke arahnya. Dilihat dari
dandanannya orang2 itu, ternyata adalah orang2nya Thian-cu-kauw.
Bukan kepalang rasa kagetnya pada saat itu.
-odw-smhno- Bab 16 DALAM keadaan tidak sengaja Lim Tiang Hong
melepaskan api pertandaan yang diberikan oleh Im-san Mo-lie kepadanya, hingga dalam waktu sekejapan saja dari empat penjuru muncullah banyak orang2.
Orang2 itu terdiri beberapa kelompok. Tiap
kelompoknya paling sedikit berjumlah lima orang yang kesemuanya lantas lari menghampiri kedekatnya.
Menyaksikan kejadian demikian, hati Lim Tiang
Hong tergerak. Diam2 dalam hati ia berpikir: "Siauw-kauwcu dari Thian-cu-kaaw itu setiap kali melakukan kejahatan selalu menggunakan namaku. Maka kini
593 sekali2 aku juga boleh mengaku sebagai Si kauwcu itu untuk mencari sedikit keterangan".
Sementara itu orang2nya Thian-cu-kauw tadi sudah
berada didepannya dan pada menjura memberi hormat.
Dari wajah mereka kelihatan sikap yang sedikit kikuk bingung.
Lim Tiang Hong se-bisa2nya meniru gerak geriknya
pemuda yang mengaku Siauw-kauwcu Thian-cu-kauw
itu, dengan sikap keren dan suara dingin berkata:
"Apakah kalian pernah melihat seorang pengemis
pincang" Dia adalah orangnya Hong-hong-tie. Barusan pernah bergebrak beberapa jurus dengan aku, sekarang sudah kabur lagi"
Wajahnya Lim Tiang Hong dengan pemuda yang
menamakan diri Siauw-kauw-cij itu memang sangat mirip satu sama lain. Ditambah pula sikap yang di-bikin2 Lim Tiang Hong seperti sikap Siauw-kauwcu mereka, sudah tentu tidak dapat dikenali oleh orang2 Thian-cu-kauw. Itu karena dengan Siauw-kauwcu mereka sendiripun mereka jarang saling bertemu.
Maka mereka lantas menjawab: "Hunjuk beritahu
kepada siauw-kauwcu, kami belum pernah melihat"
594 Diwajah orang2 itu ada sedikit kelihatan kekagetan dan ketakutan. Sebabnya ialah, Kauwcu mereka pernah pesan wanti2, tidak boleh mencari setori dengan orangnya Hong-hong-tie. Dan sekarang mengapa Siauw-
kauwcu ini berani turun tangan terhadap si pengemis pincang dari Hong-hong-tie"
Lim Tiang Hong yang melihat mereka benar saja
tidak menaruh curiga terhadapnya sedikitpun, lantas berkata pula dengan suaranya yang tetap ketus dingin:
"Tahukah kalian bahwa sanak atau kerabatnya Heng-lim Cun-loan dari Kim-leng selama ini ada menunjukkan gerakan apa2?"
Murid2nya Thian-cu-kauw itu pada geleng2 kepala
dan hampir dengan serentak pula menjawab: "Hamba
sekalian karena tidak mendapat perintah, terhadap soal ini tidak berani melakukan penyelidikan"
Orang2 Thian-cu-kauw itu semuanya merupakan
orang yang belum masuk hitungan. Mereka biasanya
hanya tahu melakukan tugasnya menuruti perintah
atasnnya saja. Maka hal2 yang belum ditugaskan dengan sendirinya sama sekali tidak diketahui.
595 Lim Tiang Hong yang tidak mendapat keterangan aedikitpun juga dari orang2 itu, dalam hati merasa gusar, maka lantas ia membentak keras: "Manusia tidak punya guna! Sekalipun tidak ada perintah dalam urusan besar seperti ini juga seharusnya kalian turut ambil perhatian!"
Orang2 itu kelihatan pada mengkeret badannya,
sambil tundukkan kepala mereka membungkam dalam
seribu bahasa. Lim Tiang Kong sebetulnya ingin mendapatkan
keterangan siapa2 adanya musuh Heng-lim Cun-loan dan kematiannya Heng-lim Can-loan itu betul atau bukan perbuatannya orang2 Thian-cu-kauw.
Sebab kalau benar kematian itu disebabkan oleh
orang2, Thian-cu-kauw, kerabat atau sanak dekatnya heng-lim Cun-loan sudah tentu ambil perhatian. Dan sekarang ternyata sedikitpun ia tidak dapat keterangan, maka ia juga merasa kewalahan. Akhirnya ia hanya dapat berkata setelah ulap2kan tangan: "Sudah tidak ada urusan apa2 lagi! Kalian semua boleh pergi! Tinggalkan seorang saja untuk membawaku suratku ke pusat"
Diantara orangnya Thian-cu-kauw itu nampak pada
berunding sebentar, tetapi tidak ada seorangpun yang 596
berani maju hingga hal ini tentu saja membuat Lim Tiang Hong mendongkol dalam hati.
"Telur busuk! Kalian berani membangkang Siauw-
kauwcu kalian" Apa kalian sudah tidak perlu jiwa kalian lagi?"
Orang2 itu agaknya ketakutan. Salah seorang
menjawab sambil bungkukkan badan: "Bukannya hamba sekalian berani menolak atasan. Hamba sekalian
sebetulnya tidak tahu dimana letak pusat perkumpulan kita"
Lim Tiang Hong berlagak seperti baru sadar "Ow!
Kiranya begitu," katanya "Kalau begitu baik, pergilah semua! Aku sudah tidak perlu apa2 lagi!" "
Orang2 Thian-cu-kauw itu seperti orang2 tawanan
yang mendapat pengampunan besar, lantas serentak
balik badan dan kabur sipat kuping tanpa menoleh-noleh lagi.
Percuma saja semua usahanya Lim Tiang Hong
tadi, sebab sampaipun dimana letak pusat perkumpulan Thian-cu-kauw itu ia juga tidak bisa dapatkan alamatnya.
Dalam jengkelnya, setelah menggebah orang2
Thian-cu-kauw dan selagi hendak berlalu, tiba2
597 terdengar suara berkibarnya baju tertiup angin. Dari tengah udara lalu mendadak melayang turun seorang wanita berparas cantik bukan main.
Wanita itu ternyata adalah ibunya sendiri, Lok-hee Hujin.
Setelah kakinya menginjak tanah dan melihat Lim
Tiang Hong berdiri disitu, lama ia menanya dengan sikap keheranan: "Hong-jie, apa kau tadi yang melepas api pertandaan?"
Terhadap ibunya ini yang selalu berdandan perlente dan berpupur medok selalu itu, Lim Tiang Hong memang sudah merasa tidak senang. Maka ketika ditanya hanya mengangguk, tidak menjawab sepatahpun.
Lok-hee Hujin rupanya masih tetap heran, maka
bertanya lagi: "Bagaimana kau bisa mempunyai api
pertandaan dari partai kita itu?"
"Im-san Mo-lie yang memberikan padaku"
"Apa kau kenal dia?"
"Aku dengan dia pernah mengikat tali persahabatan sebagai encie dan adik. Cuma aku merasa ia terlalu jahat. Beberapa kali menjadi dan menggunakan namaku 598
melakukan kejahatan. Lain kali apabila aku bertemu lagi dengannya, tentu tak kuampuni lagi"
"Kau jangan semberono! Dia adalah enci
kandungmu sendiri!" Sudah lama Lim Tiang Hong memang mencurigai
Im-san Mo-lie yang mungkin ada hubungan denganya.
Dan sekarang setelah diberitahukan oleh ibunya sendiri, kegusarannya lantas meluap. Sambil gedruk2an kakinya ia lantas berkata "Ahh! Jikalau semua ini benar, aku yang mempunyai satu engko dan satu enci seperti itu, habislah semuanya"
Setelah itu ia menarik lengan baju Lok-hee Hujin
dan menanya lagi dengan tegas tandas: "Ibu, hari ini kau harus memberitahukan tentang asal usulku! Sebetulnya ayah sekarang ada dimana dan kauwcu dari Thian-cu-kauw itu apa benarkan ayahku?"
Diwajahnya Lok-hee Hujin saat itu terkilas suatu
roman yang aneh luar biasa. Kelihatan sang ibu agak tercengang sejenak dan kemudian se-olah2 sudah
mengambil suatu keputusan tetap, dengan tandas pula ia berkata: "Kauwcu adalah ayahmu sendiri! Perlu apa kau begitu taruh curiga" Baru2 ini ayahmu sedang berusaha 599
hendak mengambil suatu barang. Kalau kau bertemu
dengan dia, harus kau ingat, dia adalah ayahmu sendiri!"
Apa yang dikuatirkan oleh Lim Tiang Hong dan apa
yang ditakuti serta dibuat kuatir selama itu akhirnya benar2 ada suatu kenyataan, suatu hal yang menakutkan dan menyeramkan hatinya.
Orang yang semula disangsikan adalah ayahnya
sendiri, kini telah menjadi jelas, karena ibunya sendiri yang mengatakan demikian. Maka seketika itu seperti orang mabok, matanya dirasakan ber-kunang2, dengan kedua tangan menekap kepalanya sendiri, hampir saja ia roboh tidak ingat orang, sedang mulutnya tidak
henti2nya mengeluh sendiri: "Oh Tuhan! Bagaimana kau permainkan umatmu begini rupa". Apa yang harus
kuberbuat selanjutnya". Apa aku diharuskan berhadapan sebagai musuh bebuyutan dengan ayahku yang jahat
yang melakukan segala rupa kejahatan itu. Aku yang mempunyai kepandaian silat cukup tinggi, seharusnya kugunakan ilmuku itu untuk msnyingkirkan segala
kejahatan. Tapi tujuan pertama yang halus kusingkirkan ternyata adalah ayahku sendui... Aah...!"
600 Lok-hee-Hujin setelah mengetahui hubungan antara
Kauwcu Thian-cu-kauw dengan Lim Tiang Hong bcgini buruk, maka semua perkataan yang sedianya hendak
diucapkan terpaksa ditelannya kembali. Ia merasa seperti perkataannya tadi telah melanggar hati nuraninya
sendiri, maka akhirnya dengan diam2 lalu meninggalkan anaknya itu.
Keadaan Lim Tiang Hong pada waktu itu sungguh
sangat mengenaskan. Dalam keadaan demikian, semua hal disekitarnya hampir tidak diambil perhatian.
Lama sekali ia berada dalam keadaan jengkel dan
murung demikian dan akhirnya, ketika ia mengangkat muka dan selagi hendak minta penjelasan lagi dari ibunya, ternyata sang ibu itu sudah tidak kelihatan lagi sekalipun bayangannya.
Dalam hatinya seketika itu lalu timbul perasaan
curiga. Pikirnya: "Dia setiap kali berbicara dengan aku, selalu kelihatan gaga gugu seperti suaranya tidak sewajarnya dikeluarkan. Dalam urusan ini, benar atau bohong masih harus dipastikan. Sebaiknya aku sekarang mengambil tindakan. Menurut rencanaku semula, setelah 601
aku bertemu sendiri dengannya atau kalau sudah
mendapat bukti2, baru nanti aku berusaha lagi"
Berpikir memang tidak terlalu sulit, tetapi dalam perkara itu se olah2 besi berat yang hendak diangkat dari dalam dasar lautan dan se-olah2 duri yang hendak
dikeluarkan dari tenggorokan, tidak begitu mudah
dilakukan. Disamping itu, masih ada lagi satu soal yang lebih rumit dan pelik yang hingga pada waktu itu masih belum dapat dibuktikan, yakni orang yang menjadi
Kauwcu Thian-cu-kauw itu apakah betul adalah itu orang yang dikatakan suhunya "Manusia Buas Nomor Satu" atau bukan. Apabila hal itu benar, maka persoalan itu tentu akan menjadi semakin pelik.
Saat itu ia sendiri juga tidak tahu sedang berada dimana, lama sekali berdiri dalam sikap menjublek demikian, sampai hari hampir gelap baru per-lahan2
meninggalkan tempat tersebut.
Sambil gerakkan kakinya untuk melemaskan otot2,
dalam suasana yang gelap, dalam hatinya berpikir
"Urusan sudah menjadi demikian rupa, jengkel juga tidak guna. Maka sebaiknya aku lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya...."
602 Selagi ia masih berjalan sembari melamun itu, lima sosok bayangan orang laksana anak2 panah lepas dari busurnya tiba2 sudah terbang melesat depan matanya.
Oleh karena daya penglihatan, begitupun daya
pendengaran Lim Tiang Hong jauh lebih terang daripada manusia biasa, meskipun dalam keadaan melamun
telinganya masih dapat menangkap suara yang
sebagaimana kecilpun juga, dan matanyapun segera
dapat meiihat bahwa kelima sosok bayangan orang itu adalah Thian-lam Ngo-liong.
Melihat orang2 itu hatinya tergerak, diam2 dalam
hati berpikir: "Malam buta rata seperti ini orang2 itu kelihatan seperti ter-gesa2, apa mungkin ada kejadian apa2?"
Sebagai orang dunia rimba persilatan sudah tentu
Lim Tiang Hong mempunyai perasaan lebih tajam
daripada manusia umumnya. Sedikit merasa curiga,
lantas ingin mengetahui se-dalam2nya. Begitu juga halnya Lim Tiang Hong pada ketika itu tidak dapat dikecualikan. Maka ia lantas ia lompat melesat dengan ilmu mengentengi tubuhnya, sebentar saja ia sudah 603
melesat tujuh delapan tombak mengejar lima "naga" yang terbang duluan tadi.
(-0odwkzo0-) Jilid Ke 7 Dengan perbuatannya itu, benar saja Lim Tiang
Hong dapat menyaksikan keadaan yang agak ganjil
baginya. Tindak tanduknya Ngo-liong itu mengherankan
hatinya maka dikejarnya terus mengambil jalanan
gunung yang kecil dan sunyi2. Tampak dari sikap mereka kelihatan sangat tegang sekali.
Jalanan yang ditempuh makin lama berbahaya,
untuk orang2 kebanyakan, jalanan sulit yang berbahaya itu tentu akan menyulitkan perjalanan. Lim Tiang Hong melihat itu diam2 lantas berpikir: "Thian-lam Ngo-liong ini apa maksudnya mengambil jalanan gunung yang sempit dan berbahaya?"
Pada saat itu Tiat-ciang Kim-liong tiba2 berhenti larinya dan sambil balik badan berseru: "Barangkali ada disini!"
604 Dari dalam sakunya "Liong" ini lalu mengeluarkan
segulung peta warna kuning yang lalu dibuka serta dibaca dibawah penerangan dewi malam.
Lima orang itu berkerumun membuat satu
lingkaran, lalu dengan tangan menunjuk-nunjuk, entah apa yang dirundingkan mereka"
Lim Tiang Hong ketika pasang kuping, lapat2
didengarnya Tiat-ciang Kim-liong berkata dengan nada rendah sekali "Suhu dulu sering memeriksa gambar ini sambil menarik napas. Katanya lantaran sebiji nyali naga yang sudah berubah menjadi batu, ia telah
mengorbankan tiga jiwa saudara seperguruannya. Tapi barang itu sendiri katanya lagi, belum berhasil
diambilnya. Maka ber-kali2 suhu memesan kepada
Suhengmu yang bodoh ini, jangan sekali-kali coba
menempuh bahaya lagi"
Song-kang, It-liong lantas berkata seperti orang
penasaran, suaranya lebih keras dari yang duluan. "Aku justru tidak percaya kalau tempat ini begitu angker"
Tiat-ciang Kim-liong kemudian berkata pula setelah menarik napas: "Sam-tee jangan terlalu gegabah.
Dengan terus terang, jikalau bukan karena kali ini kita 605
jatuh pamor oleh muridnya Bu-ceng Kiam-khek,
suhengmu ini lebih suka benda pusaka nyali naga yang sudah berubah jadi batu itu, selamanya terpendam tanpa orang lain yang tahu, tidak perlu harus menempuh jalan bahaya seperti ini"
Tiam-cieng Giok-liong lantas berkata: "Waktu sudah tidak pagi lagi. Kita sudah datang kemari, Perlu apa mesti mundur lagi" Kita cari sampai ketemu. Aku percaya, asal kita berlaku hati2 sedikit tidak akan ada halangan apa2"
Tiat-ciang Kim-liong menggulung peta kuning itu
lagi yang lalu dimasukkan kedalam sakunya.
Dan mereka berlima lantas pada bangun berdiri
semuanya. Sementara itu ditempat agak kejauhan, Lim Tiang
Hong yang mencuri dengar pembicaraan mereka, diam2
berpikir: "Entah benda apa yang dinamakan nyali naga yang sudah jadi batu itu dan bahaya apa sampai begitu besar mendapat perhatian Thian Tam Ngo-liong ini?"
Tetapi ia juga lantas menduga, bahwa nyali naga
yang katanya sudah berubah jadi batu itu pasti adalah sebuah benda mujijat yang tidak ternilai harganya harganya.
606 Pada waktu itu tiba2 kedengaran suara ketawa
ganjil. Dari belakang sebuah batu besar mendadak muncul
seorang taotho yang rambutnya riap2an bersama2
seorang imam yang rupanya mirip seperti tengkorak hidup. Kedua orang ini begitu perdengarkan suara lalu terus menghadang perjalanan Thian-lam Ngo-liong.
Tiat-ciang Kim-liong rupanya kenal baik dengan
taotho dan imam itu, yang dikenalnya sebagai orang2
jahat terkenal dalam kalangan Liok-lim. Taotho itu bergelar Mo-hoat Hiong-ceng, sedang si-imam adalah yang dikenal dengan sebutan Cao-sat Cinjin dari kuil Liong-hauw-koa dikota Kui-tim.
Melihat munculnya dua iblis itu begitu mendadak,
diam2 ia merasa kaget. Mo-hoat Hiong-ceng sambil perdengarkan suara
ketawa anehnya tadi berkata: "Sudah lama kudengar Thian-lam Ngo-liong katanya menyimpan sebuah peta yang dinamakan Hong-bong Pit-kok. Sekarang, kalian bawa itu peta atau tidak". Menurut pikiranku sabaiknya kau serahkan pada kami dalam keadaan damai, sebab 607
kalau Hud-yamu nanti turun tangan, cuma kematian
yang jadi bagian untuk kalian!"
Perlulah sedikit diketahui, iblis ini kepandaiannya tinggi luar biasa. Meskipun seorang yang sudah terkenal ganas dan kejam, dia masih lebih ganas dan lebih kejam lagi. makanya kata2nya ada demikian sombong.
Tiat-ciang Kim-liong yang ingin mengandal
kekuatan gabungan mereka lima orang, meski dalam hati merasa jeri, tetapi juga tidak sudi memperlihatkan kelemahannya, maka sambil ketawa berkakakan lalu
berkata: "Orang lain boleh takut kau jin atau setan Mo-hoat Taotho yang begitu jahat dan telengas. Tapi Thian-lam Ngo-liong bukan sebangsa cecurut yang bila kau permainkan seenaknya. Ha ha ha!"
Mo-hoat Taotho dengan sorot mata buas beringas
nampak menggeser kakinya, per-lahan2 baru berkata.
"Kalian ini rupanya belum mau mengucurkan air mata kalau belum melihat peti mati, maka Hud-ya mu terpaksa akan menyempurnakan kalian!..."
Kedua tangannya mendadak bergerak berbareng,
yang sebelah kiri mengarah Tiat-ciang Kim-liong, sedang yang sebelah kanan mengarah Sie-liong.
608 Serangan itu menimbulkan angin puyuh, sampai
terdengar suara gemuruh, angin men-deru2.
Ngo-liong sudah gusar semua. Masing2 lalu
mengeluarkan serangan tangannya menyambut serangan tangan sitaotho.
Sebentar lalu terdengar suara nyebeleduknya suara bentrokan.
Mo-hoat Taotho tiba2 keluarkan suara ketawanya
yang aneh, badannya melesat tinggi, se-akan2 burung garuda besar. Sepuluh jari tangannya dipentang dan menyambar dirinya Tiat-ciang Kiam-liong.
Tiat-ciang Kiam-liong dengan beringas lalu
mengeluarkan ilmu Ngo-heng Ciang-hoatnya, sambil
menutup hawa jalan darahnya untuk menghindarkan
serangan taotho itu terus menerus sampai lima belas kali beruntun melakukan serangan balasan baru dapat
terhindar dari serangan sitaotho.
Walaupun demikian, tidak urung ia sudah mundur
sampai delapan kaki jauhnya.
Berbareng pada waktu Mo-hoat Taotho menyerang
ber-tubi2 Tiat-ciang Kiam-liong, adalah Siong-kang It-609
liong dan Jie-sui Khim-liong. Ke-dua2nya melakukan serangan dari belakang punggung Mo-hoat Taotho.
Mo-hoat Taotho tiba2 dongakkan kepala dan....
rambutnya yang awut2an itu nampak pada berdiri
semua. Tiba2 terdengar suara "Srr Srr"-an beberapa puluh kali. Hawa kekuatan yang mengandung warna hitam
lantas meluncur dari atas kepalanya dengan kecepatan kilat.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan.
Siong-kang It-hong lantas jatuh terjengkang
dengan wajah berlumuran darah.
Jie-sui Khim-liong dengan ter-sipu2 baru berhasil lolos dari serangan mengandung kabut hitam itu setelah dengan susah payah berjungkir balik beberapa kali.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan seluruh kejadian
dari tempat sembunyinya, diam2 juga terkejut. "Ini ada ilmu gaib apa?" demikian ia ber-tanya2 pada dirinya sendiri.
Pada saat itu empat naga sudah berdiri mengambil
tempat sendiri2, hingga Mo-hoat Taotho terkurung
ditengah2. 610 Dengan wajah murung dan suara halus Tiat-ciang
Kim-liong berkata: "Sahabat! Kau kejam dan telengas.
Thian-lam Ngo-liong tidak akan biarkan kau terus
mengganas" Mo-hoat Taotho dengan mata tetap beringas,
disertai senyum iblisnya menjawab: "Kau tidak perlu omong besar! Malam ini adalah kalian, Ngo-liong yang harus pulang ke akhirat:"
Tangannya lalu diubat abitkan ketengah udara
beberapa kali. Dengan beruntun tujuh belas kali sudah dilancarkan serangannya dengan kaki diputar demikian rupa hingga seperti gangsingan, angin lantas men-deru2
ber-putar2, menyapu seputarnya.
Serangan yang dilakukan secara aneh luar biasa itu sesungguhnya banyak tenaga yang dikeluarkan. Tetapi dengan sendirinya pula banyak korban yang pasti akan jatuh.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan diam2
mengeluarkan keringat dingin sendiri. Meskipun Ngo-liong itu ada sedikit ganjalan dengannya, akan tetapi biar bagaimanapun mereka masih dalam golongan orang
baik2. 611 Thian-lam Ngo-liong mendapatkan namanya itu
sebetulnya tidak dengan jalan mudah. Mo-hoat Taotho, begitu melancarkan serangannya dengan cara demikian, lima persaudaraan itu lantas bersama mengerjakan
tangan2 mereka dan melancarkan serangan balasan dari empat penjuru.
Empat pasang kepalan tangan dengan membawa
angin men-deru2 sebentar saja telah berhasil mengurung Mo-hoat Taotho di-tengah2.
Tetapi serangan yang demikian hebat dari keempat
"naga" itu kelihatannya tidak akan dapat berbuat banyak, sebab badannya Taotho itu kelihatan terus ber-putar2an, sedang sebentar melesat ke atas, lain detik meluncur kebawah. Sebentar lagi menyerang dengan tangannya, lain saat sudah menyerang dengan kakinya.
Semuanya itu dilakukan dengan caranya yang aneh
luar biasa. Lim Tiang Hong yang menyaksikan jalannya
pertempuran ganjil itu sudah lantas mengetahui bahwa dipihaknya Tiat-ciang Kim-liong dan saudara2nya, cepat atau lambat pasti akan jatuh korban pula. Maka dengan 612
memikir demikian lalu timbul pikiran kasihan, ia ambil keputusan hendak membantu pihak Ngo-liong.
Mendadak dilihatnya itu tosu (imam) yang
macamnya seperti tengkorak hidup matanya
menyinarkan sorot kebuasan sedang mengawasi Tiat-
ciang Kim-liong. Maka hatinya lalu tergerak.
Saat itu awan yang tadinya meliputi tempat sekitar situ sudah fajar hingga keadaan sekitar gunung itu terang benderang.
Wajahnya Mo-hoat Taotho yang bengis
kelihatannya tambah menyeramkan.
Lima bersaudara Naga itu karena dalam
pertempuran itu ada menyangkut nama baik mereka,
setiap orang tentu saja pada memusatkan seluruh
perhatiannya. Maka setiap serangannyapun dilakukan dengan sepenuh tenaga juga, dan semua yang diarah merupakan jalan darah kematian.
Tetapi Mo-hoat Taotho itu sesungguhnya
mempunyai kepandaian bukan cuma tinggi saja, tapi juga memiliki ilmu gaib. Maka setiap kali turun tangan, selalu keluar tipu2 serangan yang aneh2, hingga susah diraba oleh lawannya.
613 Pertempuran sengit itu berjalan cepat luar biasa.
Setelah berjalan sampai empat puluh jurus lebih ternyata empat "naga" yang tadi sudah berhasil melakukan ofensip sekarang sudah berubah jadi defensif (pertahanan). Pada saat itu terdengar suara ketawanya Mo-hoat Taotho yang aneh.
Sebentar kemudian mendadak terdengar suaranya
Jie-sui Kim-liong yang mengerikan. Badannya terpental laksana bola yang terus menggelinding ke dalam jurang.
Tiat-Ciang Kim-liong yang menyaksikan kematian
saudara seperguruannya demikian mengenaskan lalu
keluarkan seruan bengis: "Iblis jahat! aku akan adu jiwa dengan kau!"
Setelah lama tangannya lantas diputar cepat
laksana titiran, tanpa menghiraukan jiwanya sendiri, dicecarnya sang lawan itu sampai sebelas kali.
Serangan itu disusul olah Tiang-cong Giok-liong,
Kui-hian In-liong dengan serangan hebatnya masing2!
Oleh karena serangan2 ketiga Liong itu dilakukan
dengan cara nekad2an, mana jauh lebih dahsyat
daripada yang semula, ketika mereka masih berempat.
614 Tetapi Mo-hoat Taotho rupanya masih tidak
pandang mata serangan2 yang hebat itu. Ia
perdengarkan suara anehnya ber-ulang2. bentuk
tubuhnya yang gendut nampak berputaran ke sana ke mari.
Mendadak kakinya digeser kedepan Tiat-ciang Kim-
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
liong, lalu menyerang dengan tenaganya yang besar.
Tiat-ciang Kim-liong dalam keadaan kalap lalu
memusatkan seluruh kekuatan tenaganya. sambil
menggeram keras kedua tangannya didorong keluar
menyambuti serangan si taotho hingga dua serangan hebat saling beradu.
Sebentar lain terdengar suara benturan keras. Tiat-ciang Kim-liang nampak mundur sampai enam kaki,
dadanya dirasakan sesak sampai sukar bernapas, sedang mulutnya sudah menyemburkan darah hidup.
Kui-hiang In-liong dan Thian-cong Giok-liong
melihat Toako mereka terluka, kedua2nya lantas maju menubruk seperti harimau terluka. Dengan dua pasang tangan mereka menyerang dengan sepenuh tenaga.
615 Tetapi Mo-hoat Taotho malah berkata sambil
ketawa dingin: "Semua jangan ter-gesa2! malam ini satupun tidak akan ada yang bisa lari"
Mendadak diputarnya tubuhnya yang gemuk itu,
badannya merandek. Rambutnya kelihatan pada berdiri seperti anak panah. Sebentar rambut itu telah meluncur seperti hujan jarum, menyerang ke arah musuh2nya!
Kui-hian In-liong dan Thiam-cong Giok-liong tidak menduga kalau taotho itu mempunyai kepandaian gaib demikian rupa, hingga sebentaran saja sekujur badannya penuh lubang2 seperti sarang tawon. Ke-dua2nya lalu pada menjerit dan jatuh di tempat satu tombak jauhnya.
Berbareng pada ketika dua saudara seperguruan itu melayang jiwanya, si tosu dengan kecepatan bagaikan kilat sudah menyerang pada Tiat-ciang Kim-liong.
Yang dicari oleh Mo-hoat Taotho justru adalah
adalah Tiat-ciang Kim-liong. Dan kini, selagi peta pusaka itu akan terjatuh dalam tangannya, sudah tentu saja mana mau mengerti kalau lain orang ikut campur
tangan" Maka ketika menyaksikan tojin itu bergerak dan menyerang Tiat-ciang Kim-liong, dia lantas berseru 616
dengan suaranya yang aneh: "Kau berani campur
tangan"!" Badannya yang gendut berputaran laksana
gangsingan, menyerang kepada Cao-sat To-jin.
Sebentar lalu terdengar suara bluk-blukan. Mereka keduanya saling hantam sendiri.
Tiat-ciang Kim-liong yang melihat bahwa Thian-lam Ngo liong sekarang hanya ia sendiri yang masih hidup, tetapi sudah terluka payah, kini melihat lagi si taotho dan sitosu semua pada mengarah jiwanya sudah menduga
bahwa ajalnyapun sudah hampir tiba.
Selagi ia hendak mengerahkan seluruh kekuatan
tenaga yang masih ada padanya uniuk mengadu jiwa, tiba2 di hadapannya melayang turun seorang anak muda cakap tampan yang lantas menyoja dihadapannya dan berkata dengan sikap dan suaranya yang halus: "Cin-heng, silahkan mengaso dulu. Dua orang iblis ini biarlah aku si orang She Lim yang membereskan"
Tiat-ciang Kim-liong kini baru mengetahui bahwa
orang yang baru datang itu ternyata adalah muridnya Bu-ceng Kiam-khek, Lim Tiang Hong, sungguh tidak enak 617
perasaannya pada saat itu. Ia hanya dapat menarik napas panjang, tidak dapat berkata apa2.
Lim Tiang Hong maklum bahwa dalam hatinya tentu
orang ini merasa, maka ia berkata pula dengan suara lemah lembut: "Gotong royong atau bantu membantu
ada merupakan suatu kewajiban bagi orang2 rimba
persilatan. Antara perguruanmu dan perguruanku meski dimasa yang lampau ada sedikit ganjalan sakit hati, tapi biar bagaimana toh bukan permusuhan yang sangat dalam. Maka hal itu sekarang kita boleh kita kesampingkan dulu. Pasti aku akan mengeluarkan seluruh tenaga untuk melindungi keselamatan Cin-heng"
Nama dan pengaruhnya Thian-lam Ngo-liong pada
dewasa itu sesungguhnya sangat pesat dan di-sohor2kan orang. Benar2 tak terduga bahwa pada malam ini
mereka mengalami kekalahan total, hingga dalam
barisan lima "Naga", empat telah binasa, dan satu yang hidup, tetapi dalam keadaan luka parah bahkan harus berdiri dibawah perlindungan dan murid musuh
perguruannya sendiri. Sudah tentu saja Tiat-ciang Kim-liong merasa tidak puas. Disamping itu iapun ingat, ia sendiri sudah tidak mempunyai itu kekuatan dan
618 kemampuan hendak mendapatkan nyalinya naga yang
telah berubah menjadi batu itu. Maka saat itu ia lantas berkata setelah sambil menghela napas panjang: "Budi dan kebaikan Lim-heng, aku si orang she Cin merasa sangat berterima kasih. Akan tetapi dalam barisan Thian-lam Ngo-liong empat sudah tidak ada, tinggal aku yang terluka, maka apa siauwte masih ada muka untuk
menemui kawan2 didunia kang-ouw?"
Ia lalu mengeluarkan peta pusaka Hong-hong pie-
kok itu yang lalu disesapkan dalam tangan Lim Tiang Hong seraya berkata: "Dengan menurut petunjuk peta ini bisa mengambil nyalinya naga yang sudah berubah jadi batu, tetapi harus bisa diketemukan selama satu dua hari ini. Sebab di jalan lembah ini setiap 60 tahun ada terjadi satu kali gempa bumi. Jikalau saat itu tiba, kejadian disini sudah tidak karuan, hingga peta ini juga sudah tidak ada gunanya lagi:"
Lim Tiang Hong lantas menolak pemberian itu
sembari berkata: "Ini mana boleh" Biarlah Cin-heng sendiri yang mengambil, aku yang membantu kau
membereskan musuhmu ini"
619 Sembari berkata, dari saku bajunya ia
mengeluarkan sebutir pil Soat-som-wan yang lantas diberikan kepada Tiat-ciang Kim-liong seraya katanya.
"Harap Cin-heng suka makan pil ini. Lukamu nanti akan segera sembuh"
Tiat-ciang Kim-liong menyambuti pil obat itu yang lantas dimasukkan kedalam mulutnya, lalu berkata pula dengan suara cemas: "Waktu sudah tidak banyak.
Lekaslah kau pergi. Pada waktu ini pikiran Siauwtee sudah terlalu ruwet, bagaimana masih ada keinginan mengambil benda pusaka itu lagi?"
Tiba2 Tiat-ciang Kim-liong memutar, dan dengan
cepat lari menuju ke tempat dimana empat saudara
seperguruannya itu binasa. Dengan satu tangan
mengempit dua jenazah, ia lantas kabur turun gunung tanpa menoleh2 lagi.
Lim Tiang Hong selagi hendak mengacau tiba2
telinganya mendengar ada angin kuat menyambar depan matanya.
Mo-hoat Toatho dan Tiao-sat Toijin yang tadi saling hantam sendiri, kedua-duanya lalu menghadapi Lim
620 Tiang Hong dan berkata sambil ketawa aneh:
"Tinggalkan itu peta kalau masih sayang jiwamu!"
Lim Tiang Hong dengan sikap tenang berdiri tegak
di-tengah2 lapangan. Setelah ketawa sebentar, ia
berkata: "Kalian suka memberi jalan hidup kepadaku, tetapi sebaliknya aku segan berbuat kebaikan terhadap kalian berdua"
Diwajahnya Cao-sat Tojin yang kering keriputan
seperti mayat itu, nampak ber-gerak2 sejenak. Lengan bajunya yang gerombongan lalu dikebaskan. Tangan
kirinya lantas mengirim serangannya yang menggunakan ilmu Kan-goan Cac-cie. Dari tangan itu nampak asap ke-merah2an, dan hawa dingin cepat bagaikan kilat
meluncur ke arah Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2. Dengan
menggunakan tipunya, Sam-sam-po, sudah
menghindarkan serangan tersebut. Tatkala matanya
mengawasi keadaan di sekitar tempat tersebut,
dilihatnya, di belakang bukit yang ke-gelap2an, ada beberapa bayangan orang ber-gerak2. Disitu agaknya banyak orang2 kang-ouw bersembunyi, maka dalam hati diam2 merasa kaget. Ia maklum apabila tidak lekas2 ia 621
turun tangan membereskan nyawanya kedua iblis ini, perubahan selanjutnya akan lebih runyam akibatnya tentu.
Dan selagi ia masih merasa ragu2 turun tangan,
Mo-hoat Taotho yang menggunakan kesempatan
tersebut lebih dulu, lantas mengirim serangan delapan kali beruntun. Sedang kakinyapun tidak tinggal diam, terus menendang sampai dua belas kali. Kaki serta tangan bergerak, mulutnya terus mengoceh "Anak
haram. Jikalau kau tidak mau serahkan peta itu secara baik2, Hud-yamu nanti akan kirim kau kepada Giam-lo-ong!"
Lim Tiang Hong dengan nada dingin berseru:
"Jangan mimpi. Malam ini yang akan menemui Giam-lo-ong barangkali bukan Siauw-yamu!"
Berbareng dengan seruannya itu, kedua tangannya
lantas dipentang dan menyerang sampai delapan kali, kemudian dengan ilmunya Cek-khie Seng-wan-kang dan Kim-liong Pat-jiauw, maka dalam waktu sekejapan
membuat Mo-hoat Taotho keripuhan hingga terpaksa
iblis ini mundur teratur, sepuluh tombak lebih jauhnya.
622 Co-sat Tojin melihat kesempatan baik, menyusul
dari samping, dengan ilmu pukulan tangan Hian-im Cek-sat-ciang menyerang kalap ke arah si pemuda. Dan apa yang lebih ganas, dari tangan, ilmunya yang ganas Kan-goan Cao-cie sudah meluncur keluar.
Lim Tiang Hong ketawa dingin. Mendadak ia putar
tubuh dan balikkan tangannya balas menyerang.
Berbareng dengan gerakannya itu iapun mengeram
hebat sambil berseru: "Biarlah Siauw-yamu coba2
mengadu kekuatan ilmu jari"
Seteleh itu, ia juga melancarkan serangannya
dengan mengeluarkan jari2
Maka sebentar lalu terdengar suara beradunya dua
gelombang kekuatan dan setelah itu lantas disusul lagi dengan suara siulan nyaring.
Co-sat Tojin dengan kekuatan tenaga dalamnya
masih dibawah setingkat dari kekuatan Lim Tiang Hong, dan ilmunya, Kan-goan Cao-cie jauh lebih rendah dari pada ilmu Cek-khie Seng-wan-kang, maka kedua orang2
setelah saling mengadu kekuatan nasing2, akhirnya adalah badan Co-sat Tojin sendiri yang dibikin terpental mundur sampai lima kaki jauhnya, dalam badannya
623 terluka parah hingga darah hampir saja tak dapat ditahan keluar dari mulut.
Lim Tiang Hong hanya kelihatan bergoyang saja
badannya sebentar. Dalam pada itu Mo-hoat Taotho
sudah melancarkan serangan keduanya.
Cao-sat Tojin itu adalah seorang jahat satu2nya dari daerah Kwitang barat, gelarnya adalah Liong-ho Cao-sat.
Sudah tentu tidak mau dikalahkan mentah2. Dalam
gusarnya, tanpa menghiraukan luka2 yang dideritanya, juga lantas menubruk Lim Tiang Hong lagi!
Pada saat itu angin kedengarannya men-deru2,
kabut hitam nampak ber-gulung2. Diantara serangan kedua iblis itu sebentar2 diselingi oleh suara serangan jari dari sitojin tadi.
Lim Tiang Hong yang dikeroyok okh dua orang
jagoan ganas, masih tetap dapat menjaga
ketenangannya. Dengan menggunakan ilmu Sam-sam-
ponya badannya bergerak lincah, malah terkadang balas menyerang pada lawan2nya hingga berhasil juga membuat kedua musuh itu mundur ber-ulang2.
Serangan yang aneh2 dari kedua pihak sering2
terlihat dengan nyata. Dan pertempuran itu makin lama 624
seru kelihatannya. Hingga dalam waktu sekejapan saja tiga puluh jurus lebih telah dilalui.
Pada saat itu didalam kalangan itu entah sejak
kapan sudah datang berkerumun banyak orang kuat dari dari rimba persilatan. Mereka pada menonton kedua pihak yang sedang bertempur sengit. Meskipun mereka tidak mengetahui sebab musababnya pertempuran seru itu dapat terjadi, tetapi apa bila ditinjau dari
keseluruhannya, dari jauh sudah dapat dipastikan bahwa itu karena perebutan peta pusaka.
Sebab, barang pusaka yang berupa batu dari
nyalinya naga itu sudah lama menjadi idamkan orang2
rimba persilatan. Sedangkan peta pusaka itu sendiri setelah terjadi gempa bumi besar 60 tahun berselang, juga ada orang yang tidak tahu bahwa orang yang
datang ke tempat tersebut seratus persen pasti dengan maksud untuk mengambil barang pusaka itu.
Saat itu kedua pihak yang sedang bertempur
masing2 sudah melancarkan serangannya sepuluh jurus lebih Lim Tiang Hong yang sudah mendapat pengalaman satu kali dalam pertempuran berebut patung kuno,
hatinya mulai merasa cemas. Ia lalu mempercepat
625 gerakannya. Dari kedudukan menjaga diri lantas dirobah menjadi gerakan menyerang. Tangannya bergerak
bagaikan kilat cepatnya, sebentar saja sudah dua balas kali serangan diluncurkan.
Serangan yang dilanjutkan itu adalah tipu serangan dari golongan Hian-bun yang tiada keduanya dalam
kalangan kang-ouw. Maka itu serangan tersebut
mengandung kekuatan yang sangat dahsyat.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan, Cao-sat Tojin yang kurus kering badannya sudah dibikin sempoyongan dan mundur sampai delapan kaki, mulutnya juga
menyemburkan darah segar.
Mo-hoat Taotho nampak wajahnya semakin bengis,
matanya melotot sebesar jengkol. Setelah mengeluarkan suara siulan yang seram, kepalanya kelihatan menunduk, rambut diatas kepalanya nampak ber-gerak2 dan
sebentar kenudian "Sraat!" meluncur keluar.
Benda Hitam macam jarum lantas beterbangan ke
arah Lim Tiang Hong. Si pemuda sejak tadi sudah waspada terhadap
senjata istimewa ini. Maka melihat benda2 kecil itu bergerak, ia lalu menggunakan ilmunya Siauw-yang It-ku 626
Sin-kang menutup seluruh jalan darah di badannya, lalu menggunakan lagi salah satu tipu dari tipu seranganya Lui-thian Hu-hoat-ciang, menyambuti serangan
dahsyatnya si taotho tadi.
Suara "Srr srr" saling susul terdengar nyaring
diwaktu sunyi itu. Hawa hitam yang meluncur laksana hujan deras telah ditangkis terpental seluruhnya, dan sebentar saja sudah disapu bersih. Hawa hitam yang mengandung kekuatan gaib itu adalah ilmunya Mo-hoat Taotho yang menggunakan tenaga murni seluruh
badannya yang dipusatkan di atas kepalanya. Maka
setelah dibikin buyar, tenaga murni itu segera buyar juga dengan sendirinya, dan orangnya lantas terluka parah.
Maka setelah terdengar suara seruan tertahan, badan taotho itu nampak sempoyongan, hampir saja roboh
seketika. Tetapi taotho yang jahat ganas itu meski tahu
dirinya tidak bakal luput dari bahaya kematian, dalam keadaan luka parah serta tidak mampu mengambil
barang pusaka, masih penasaran rupanya, Maka setelah menggeram kalap ia berseru pada jago2 silat yang
627 merubung menonton pertandingan "Peta pusaka berada dalam bocah ini, lekas turun tangan semua"
Seruan itu sesungguhnya sangat manjur, sebab dari sana sini lantas saja muncul berpuluh2 bayangan orang, hingga dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong
sudah dikurung rapat oleh orang2 dunia kang-ouw.
Lim Tiang Hong merasa sangat panasaran. Sebab
gambar peta yang diberikan oleh Tiat-ciang Kim-liong kepadanya, bagaimana keadaan sebetulnya ia sendiri masih belum tahu. Sebaliknya harus menghadapi
kerewelan demikian rupa ia merasa ogah. Tetapi tidak perduli bagaimana, sebab barang pusaka itu sudah
berada dalam tangannya, sudah tentu tidak akan
membiarkan orang lain mengambilnya. Maka setelah
mengawasi orang2 disekitarnya dengan sorot mata
dingin, ia lantas berkata setelah tertawa panjang:
"Apa tuan2 hendak mendapatkan peta pusaka ini"
Tentu mudah sekali...."
Orang2 kuat itu ramai tertarik oleh perkataan Lim Tiang Hong. Semangat mereka terbangun. Serentak
mereka maju dua tindak hendak mendengarkan
syaratnya yang akan dikatakan si pemuda lebih jauh 628
"Lima persaudaraan Thian-lam Ngo-liong oleh
karena menyimpan gambar peta ini hingga hari ini
mengalami nasib buruk sampai empat mati dan satu
terluka parah. Kalian ingin mendapatan peta, juga harus serahkan jiwa kalian untuk menebus jiwa empat orang itu" kemudian Lim Tiang Hong berkata dengan sikap tenang.
Perkataan Lim Tiang Hong itu sudah barang tentu
membuat orang2 itu gusar dan pada ber-kaok2 "Bocah kurang ajar!"
"Kau berani permainkan tuan2 besarmu demikian
rupa apa sudah tidak menyayang jiwamu lagi?"
Akan tetapi seruan2 tadi masih terus bercampuran
dengan seruan2 lain, belum juga ada seorangpun yang berani maju terang2an. Sebabnya karena tadi mereka dengan mata kepala sendiri telah menyaksikan Mo-hoat Taotho dan Cao-sat Tojin yang merupakan iblis2
kenamaan yang namanya. sudah terkenal dalam dunia kang-ouw, sekalipun dua orang itu maju berbareng, toh masih dikalahkan oleh lawannya yang masih muda ini.
Dari sini dapatlah diduga bahwa si pemuda sebetulnya tidak baleh dipandang sebelah mata.
629 Disamping itu juga ada sebagian orang yang lantas mengenali pemuda itu sebagai pemuda yang mendapat gelar Tio-liong Kongcu yang baru ini muncul dan sudah menggemparkan dunia kang-ouw, maka setiap orang
dalam hati sendiri2 sekalipun sudah siap dengan
kekuatan sepenuhnya, tapi biar bagaimana mereka masih harus ber-pikir2 dulu, sebab pemuda itu ternyata bukan orang sembarangan.
Selagi orang2 kuat itu masih merasa sangsi dan
ragu2 mengambil tindakan, dari atas bukit tiba2
terdengar suara aneh yang kemudian disusul dengan munculnya lima enam orang disitu.
Orang2 yang baru datang ini semuanya berseragam
kuning, diantaranya ada seorang wanita muda yang
roboh dandanannya. wanita muda ini dengan gerak
kakinya yang di-bikin2 bergerak menuju ketengah
lapangan lalu berkata setelah tertawa cekikikannya "Hi, hi... Kalian benar2 berani main2 diatas kepala macan.
Berani mengganggu orangnya Thian-cu-kauw! Tahukan kalian siapa dia itu" Dia adalah Kauwcu muda
perkumpulan Thian-cu-kauw kami, putera kandung
630 Kauwcu sendiri. Kalian sekarang boleh tanya pada diri sendiri, beranikah kalian berhadapan dengan dia...?"
Kemudian ia berjalan di hadapannya Lim Tiang
Hong. dan sambil menarik lengan tangan baju si pemuda wanita itu berkata pula "Aku beritahukan padamu, Siauw-kauwcu, kau tak usah takut2. Selama masih ada kita disini, aku kepingin lihat siapa diantara mereka yang berani ganggu seujung rambutmu saja!"
Lim Tiang Hong kebaskan lengan bajunya, ia
menggerutu sendiri. Sebab perkumpulan Thian-cu-kauw itu sebentar berlaku baik terhadapnya, sebentar
kemudian bersikap seperti musuh2. Ia sebenarnya tidak mengerti apakah maksudnya yang sebenarnya. Terutama ucapan anak kandung Kauwcu sendiri tadi, membuat
bulu romanya berdiri seketika. Dalam hatinya ia jengkel sekali sebenarnya, sebab nama Thian-cu-kauw yang
sebenarnya tidak sedap didengar, tetapi ternyata
pengaruhnya besar bukan main.
Buktinya setelah beberapa orang berpakaian serba
kuning itu tiba2 disitu, orang2 kuat dunia Kang-ouw tadi lalu pada bergerak mundur dua tindak. Dan wanita anda genit tadipun, setelah habis kata2nya mengawasi orang2
631 itu sejenak, lalu berkata pula sambil me-nepuk2 pundak Lim Tiang Hong: "Siauw-kauwcu, bagaimana sih kejadian sebenarnya hingga mereka begitu berani mati mau
menghina padamu" Cobalah kau terangkan, dan setelah mendengar keteranganmu biarlah nanti Ie-ie (bibi)-mu yang bertindak".
Lim Tiang Hong mengkerut alisnya. Hatinya sangat
mendelu. Pada saat itu dari antara orang2nya Thian-cu-kauw mendadak muncul seseorang yang lantas ber-bisik2
ditelinga wanita muda itu.
Wanita itu wajahnya berubah seketika dan lantas
berseru dengan suara kaget: "Ow....!"
Tiba2 tangannya diulur hendak menjamah badan
Lim Tiang Hong seraya katanya: "Serahkan gambar peta itu, biarlah Ie-ie mu nanti yang simpan. Aku kepingin lihat siapa yang berani hendak coba2 merampas"
Lim Tiang Hong hanya ketawa dingin, tidak
menjawab, juga tidak bergerak.
"Apa kau tidak percaya Ie-ie mu?" tanya wanita
muda itu dengan suara dingin.
"Phui! Manusia rendah tidak tahu diri!"
632 Kemudian lantas disusul dengan terdengarnya suara
"Plak. Plak" nyaring, dikedua pipinya wanita muda itu lantas berbekas merah dan bengkak.
Hampir berbareng pada saat itu bau harum
semerbak menusuk hidung orang2 yang berada disitu.
Entah sejak kapan disitu telah berdiri pula seorang wanita lain, yang sebagai bakal isterinya Lim Tiang Hong.
Wanita muda yang muncul dulaan tadi adalah
gundiknya Kauwcu Thian-cu-kauw. Didalam perkumpulan itu biasanya ia berlaku se-wenang2, menuruti
kemauannya sendiri. Oleh karena ia adalah selirnya Kauwcu yang paling disayang, maka semua orang tidak ada yang berani membantah kehendaknya, tidak ada
yang berani menolak permintaannya, tidak ada juga ada yang berani mengganggunya.
Tapi kali ini tidak nyana ia kena ditampar orang, baru tahu kalau yang menampar tadi adalah perempuan berkerudung ini, dan dengan sendirinya pula yang
mengejek tadi adalah dia juga. Maka saat itu wajahnya lantas pucat pasi, badannya gemetar macam orang
meriang. Dia lantas lompat menubruk Yu-kok Oey-eng, 633
sambil menggerakkan tangannya secara beruntun sampai sembilan kali ia menyerang terus.
Wanita, itu kejam dan ganas. Kepandaiannya juga
tinggi. Setelah menyerang secara ber-tubi2 se-olah2
tidak ingin memberi kesempatan lawannya balas
menyerang, agaknya ia ingin sekali dapat merengut jiwa musuhnya itu dengan beberapa gebrakan.
Akan tetapi Yu-kok Oey-eng bukanlah macam
orang2 sembarangan, yang mudah sembarangan pula
dipermainkan. Dengan gesit dan lincah sekali badannya nampak ber-gerak2. Setiap serangan gencar tadi semua sudah dihindarkan, sampaipun ujung bajunya bahkan juga tak sampai kesenggol.
Wanita muda itu merasa cemas dan mendongkol
agaknya, ketika berpaling lantas ia berseru pada
orang2nya: "Kalian kenapa diam saja" Apa semua sudah mampus"! Lekas turus tangan! Tangkap budak hina ini!"
Beberapa anak buahnya yang dibawa itu se-olah2
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
mendapat titah ratu. seketika menyahut serentak: "Baik!"
Dan lantas bergerak serentak pula menyerang Yu-kok Oey-eng dari empat penjuru.
634 Tiba2 suara seperti geledek terdengar mengguntur
"Kau berani!" Sambaran angin yang meluncur keluar dari tangan
telah menyerang orang2 berjubah kuning itu, sehingga mereka pada mundur secara teratur.
Wanita muda itu kini telah dapat melihat bahwa
orang yang menyerang orang2nya itu adalah Lim Tiang Hong, seketika itu wajahnya lantas berubah pucat, malutnya menegur dengan suara bengis: "Bagus sekali.
Kau juga berani berkhianat dan membantu orang luar"
Jikalau Ie-ie mu nanti tidak memberi tahukan kepada kauwcu, supaya kau diajar adat, kau jangan pangil aku
"Lak-ciu Sian-nio" lagi"
Dengan alis berdiri, Lim Tiang Hong rnenjawab
dengan suara dingin: "Jikalau mulutmu masih
mengucapkan perkataan kotor yang bukan2, tuan
mudamu nanti akan ambil jiwamu!"
"Bagus! Kau telah berani berlaku tidak pandang
mata kepada orang tua, dan berani memaki kepada
diriku, kau benar2 satu anak durhaka...." wanita muda itu berteriak dengan suara kalap.
635 Tiba2, dari dalam rimba terdengar suara yang
melanjutkan perkataannya wanita muka itu: "Siapa
orangnya yang berani menghina dan memaki nyonya
kauwcu?" Berbareng dengan itu, didalam kalangan lantas
melayang turun dirinya seorang tua berbaju hijau dan seorang teebadan tinggi besar dengan alisnya yang luar biasa lebarnya, tapi seputar matanya tertutup oleh kedok.
Lim Tiang Hong masih mengenali kedua orang itu.
Satu adalah wakil ketua atau hu-kauw-cu Thian-cu-kauw Beng Sie Kiu dan yang satu orang berkedok yang dulu pernah membunuh mati jiwanya 5 cian bunjin partai golongan Hian-bun didalam rimba. Dalam hatinya lalu tergerak, seketika itu lantas berpikir "Apakah dia ini adalah kauwcu dari Thian cu-kauw?"
Wanita muda itu ketika melihat kedatangannya
orang berkedok itu, segera menubruk dan sesapkan
dirinya dalam pelukannya kemudian berkata dengan
suara setengah menangis: "Siapa lagi kalau bukan anak masmu itu?""
636 Orang berkedok itu dari lobang kedua matanya
kelihatan sinar matanya yang beringas, matanya
menatap wajahnya Lim Tiang Hong dengan sikap dingin kaku: "Kau sudah masuk menjadi orang kita, tidak boleh kau mengacau balau lagi!"
Lim Tiang Hong berdiri tegak dengan sikap keren.
Ia tidak menjawab perkataannya orang berkedok itu, juga tidak membantah. Sepasang matanya mengawasi
keadaan disekitarnya dengan tajam, lalu menatap
wajahnya orang berkedok itu, agaknya hendak
menembusi isi hatinya orang yang mendapat gelar
manusia buas nomor satu itu.
Orang berkedok itu agaknya merasa tidak tenang,
ia berkata pula: "Apakah ibumu tidak pernah
mengatakan kepadamu?"
"Hal ini apakah ada buktinya?" Lim Tiang Hong
tiba2 balas menanya. "Apakah ibumu perlu2 harus mendustai kau?"
"Hm! Itu mungkin saja bisa terjadi, kau mudah bisa mengaku sebagai ayahnya, apakah kau tahu bahwa
diatas badannya adu satu tanda yang hanya ayahnya 637
saja yang mengetahui tanda itu?" Yu-kok Oey-eng tiba2
nyeletuk. Orang berkedok itu nampak tercengang sejenak,
mendadak ia membentak dengan suaranya
menggeledek: "Kau siapa" Mengapa kau berani
mencampuri urusan dalam rumah tangga kauwcu?"
Tangannya yang segede kipas lalu digerakkan.
Hawa dingin se-olah-olah gelombang air sungai telah meluncur ke arah diri Yu-kok Oey-eng.
Lim Tiang Hong mendadak membentak dengan
suara keras: "Tahan!"
Berbareng pada saat itu, satu gerak tipu terampuh dalam ilmu silat "Lui-tian Hui-hoan-ciang" yang bernama
"Hie-koan Kian-khun" indah meluncur keluar dari
tangannya Dalam serangannya itu, ia menggunakan
kekuatan tenaga sampai 8 bagian.
"Dang!" Suara itu terdengar amat nyaring, disitu
lalu timbul angin hebat berputaran seperti angin puyuh.
Orang berkedok ini perdengarkan suara seruan
tertahan. Kedua pundaknya nampak bergoyang-goyang, kemudian terdampar ke samping sampai 3 langkah, baru bisa berdiri tegak.
638 Di pihaknya Lim Tiang Hong kelihatan mundur
sempoyongan sampai 2 tindak.
Oleh karena Lim Tiang Hong sudah mengetahui
kekuatannya orang itu, maka ia tidak merasa begitu heran. Sebaliknya bagi orang berkedok itu, perasaan kaget dan keheran-heranannya benar2 sukar dilukiskan.
Ia ada seorang buas ganas dan telah menganggap
bahwa di dalam dunia kang-ouw ini sudah tidak ada seorangpun yang mampu menandingi kepandaiannya
sendiri. Tapi malam itu ia benar2 telah menyaksikan sendiri bahwa dikalangan kang-ouw benar2 ada seorang dari angkatan muda yang mempunyai kepandaian dan
kekuatan yang sudah tidak ada taranya. Untuk
menghadapi anak muda itu, ia sekarang hanya
mempunyai dua jalan, satu ialah menakluk padanya dan yang kedua ialah membunuh mati.
Saat itu ia terpaksa menahan kesabarannya, sambil kerutkan alisnya ia berkata: "Perbuatanmu ini apa maksudnya" Dia telah mengadu domba antara kita ayah dan anak. Apakah tidak seharusnya kalau diberi sedikit hajaran?"
639 Hawa amarah mendadak meluap di dadanya Lim
Tiang Hong, maka lalu menjawab sambil ketawa dingin:
"Dalam hal ini sebelum ada buktinya yang nyata, kau tak usah mengaku-aku anak dulu kepadaku"
Lim Tiang Hong sudah berpikir bolak-balik, ia
agaknya merasa bahwa orang itu bukanlah ayahnya.
Sebab diantara ayah dan anak, biar bagaimana tentunya ada semacam perasaan yang timbul dari dalam pikiran masing2. Tapi ia sendiri setelah melihat orang itu, bukan saja tidak timbul perasaan tersebut, bahkan timbul kesannya yang memuakkan. Oleh karenanya, maka ia
tetap tidak mau mengakui bahwa orang yang
dihadapinya itu ada ayahnya.
Orang berkedok yang sifatnya kejam dan buas itu,
setelah berkali-kali kebentur dengan sikapnya yang keras dari Lim Tiang Hong, keganasannya lantas timbul
seketika. Dengan mendadak ia membentak keras:
"Manusia tidak kenal budi. Hai, orang2ku, lekas tangkap padanya dan bawa pulang ke pusat, nanti setelah Lok-hee Hujin pulang, baru kita ambil tindakan"
Orang2nya Thian cu-kauw segera menjawab
dengan lakunya sangat menghormat dan diantaranya
640 yang tergolong anak buahnya yang terkuat, sudah lantas keluar dari rombongannya dan perlahan2 menghampiri si anak muda.
Lim Tiang Hong dengun sikapnya yang masih tetap
tenang, menyaksikan kelakuannya orang2 itu sambil ketawa dingin. Ia buka matanya lebar2 mengawasi
orang2 yang menghampiri padanya.
Orang2 kuat dari Thian-cu-kauw itu makin lama
makin dekat. Ketika tiba sejarak beberapa depa di depan Lim Tiang Hong, mereka menahan kakinya, lalu
memusatkan seluruh kekuatan dalam tubuh masing2
kedalam tangan. Siap sedia hendak melakukan serangan.
Lim Tiang Hong menyaksikan semua gerak geriknya
orang2 itu, rupa2 pikiran timbul dalam otaknya. Ia tidak tahu dalam keadaan seperti itu, harus bagaimana
menghadapi orang2 itu". Orang berkedok itu betul atau bukan ayahnya sendiri" Jikalau Than-cu-kauw melakukan penyarangan total terhadap dirinya, entah bagaimana harus dihadapi"
Lembah Hong-hong Pi-kok, dalam waktu satu dua
hari ini akan mengalami gempa bumi hebat, apakah
benda pusaka nyalinya naga yang sudah membatu itu 641
dapat diambil" Dan bagaimana cara mengambilnya"
Semua itu masih merupakan tanda tanya besar!
Seseorang jika dalam hatinya sedang banyak
pikiran, sudah tentu pikirannya tidak dapat dipusatkan.
Orang2 Thian-cu-kauw itu, semuanya merupakan orang2
yang banyak pengalaman dan bermata jeli, maka
keadaannya Lim Tiang Hong yang lagi setengah
melamun itu, sudah tentu tidak lolos dari mata mereka.
Maka seketika itu mereka lantas maju dan menyerang dengan serentak.
Dalam keadaan demikian, mendadak terdengar
suara orang ketawa bergelak-gelak dengan suaranya yang begitu keras dan nyaring.
Setelah suara ketawa itu sirap, lalu disusul oleh suara jeritan dan orang2nya Thian-cu-kauw yang tadi menyerang Lim Tiang Hong, kini pada melayang
ketengah udara seperti layangan terputus dari talinya.
Orang2 itu semuanya terpental balik. Dan pada saat itu juga, dikedua sisinya Lim Tiang Hong tiba2 kelihatan berdiri dua orang tua berbaju hijau dan seorang
pengemis pincang yang wajahnya berewokan.
642 Sambil mengawasi Lim Tiang Hong ketiga orang tua
itu lantas berkata kepada anak muda itu: "Harap kongcu segera masuk kedalam lembah Hong-hong-kok, tentang dirinya kawanan manusia busuk ini, biarlah budak2
tuamu ini yang membereskan"
Lim Tiang Hong tercengang, tiba2 hidungnya dapat
mengendus bau harum, ternyata tangannya sudah
dicekal oleh tangannya Yu-kok Oey-eng yang putih halus laksana batu giok.
Nona itu lalu berkata padanya dengan suara agak
cemas: "Waktu sudah mendesak, mari lekas jalan!"
la lalu menarik dengan paksa, diajak kabur kedalam sebuah rimba.
Pada saat itu, dibelakang dirinya terdengar suara bentakan ber-ulang2 dan menderunya angin.
Pertempuran agaknya sudah dimulai. Lim Tiang Hong masih ingin berpaling untuk menyaksikan pertempuran tersebut, tapi Yu-kok Oey-eng tidak memberi
kesempatan lagi padanya, ia terus tarik dirinya dan kabur.
Tidak antara lama, mereka telah tiba dipinggir
rimba. Itu ternyata ada sebuah rimba belantara yang 643
keadaannya sangat gelap, sehingga tidak kelihatan ada jalanan masuknya atau tidak.
Lim Tiang Hong merasa ragu2, tapi Yu-kok Oey-eng
terus tarik tangannya masuk ke dalam rimba.
Baru saja mereka berdua masuk ke dalam rimba,
diluar rimba kelihatan berkelebat banyak bayangan orang. Mereka rupanya ada itu orang2 kang-ouw yang menguntit perjalanannya Lim Tiang Hong.
Dari dalam rimba yang gelap itu, tiba2 terdengar
suara orang membentak: "Sahabat, baik kau pulang
saja!" Ucapan itu disusul oleh serangan tangan yang
mengeluarkan sambaran angin kuat, menyambar ke arah orang2 yang mengikuti Lim Tiang Hong berdua tadi, hingga mereka pada mundur beberapa tindak dan tidak seorangpun juga yang berani maju lagi.
(-0odwkzo0-) Bab 17 YU-KOK OEY-ENG sambil menarik tangan Lim Tiang
Hong dalam gelap itu, akhirnya tibalah disuatu tempat yang merupakan satu lembah yang aneh bentuknya.
644 Hampir setiap benda yang terdapat didalam lembah
itu, semuanya mengunjukkan kegaibannya. Disitu tidak ada pohon2 yang besar, tinggi juga tidak tumbuh
rumput. Yang ada hanya pasir berwarna merah dan
tanah liat yang berwarna ungu.
Diatas tanah liat yang aneh warnanya itu, ada
tumbuh pohon2 bunga setinggi manusia dewasa dan apa yang mengherankan adalah bunganya yang demikian
lebar sampai kira2 sama lebarnya dengan meja bundar.
Bunga2 itu warnanya ungu semua, bentuknya seperti bunga teratai.
Ditengah-tengah lembah, ada terdapat batu2
gunung besar2 yang bertebaran seperti biji telur. Embun yang warnanya merah dadu, kelihatan mumbul dari
dalam tanah, seolah-olah awan atau asap merah terus naik ke angkasa.
Dilain bagian dilembah tersebut, adalah puncak2
gunung yang terdapat banyak batu2 aneh bentuknya.
Apa yang mengherankan, didalam lembah itu tidak
tertampak seekorpun binatang kaki empat atau burung.
Lim Tiang Hong mengawasi sekian lama, ia
gelengkan kepala. 645 Yu-kok Oey-eng lalu berkata dengan suara agak
cemas: ..... (halamannya terpotong)
Kedua orang membeberkan gambar peta.
Diperiksanya dengan seksama. Baru tahu bahwa warna merah dadu itu adalah pasir yang tenggelam dan sudah tidak naik keluar lagi, sedang warna ungu itu adalah danau yang cuma berisi pasir yang mengeluarkan hawa panas. Jika orang terperosok kedalamnya, sekalipun mempunyai kepandaian tinggi, juga tidak mampu
menolong dirinya lagi. Dan itu bunga raksasa yang berwarna ungu, adalah bunga yang makan manusia. Jika ada manusia yang berada didekatnya, akan disedot oleh bunga raksasa itu dan bunga itu kemudian menutup, sedang manusianya yang tersedot lantas dibikin menjadi bubur oleh semacam barang lendir yang terdapat dalam bunga itu.
Semua itu masih tidak begitu menguatirkan. Apa
yang paling lihay, adalah itu kabut warna dadu dan angin aneh yang kadang2 datang meniup. Kabut itu ada serupa hawa udara yang sangat jahat dan mengandung racun yang sangat berbisa. Begitu tersedot dan masuk kedalam paru2 manusia orang itu segera akan jatuh pingsan dan 646
tubuhnya dalam waktu duapuluh empat jam akan
berubah menjadi darah kental. Sedangkan arah angin itu, timbulnya dari bumi yang mempunyai kekuatan luar
biasa dan bukan kesan kekuatan tenaga manusia
umumnya yang dapat menahan.
Mereka setelah habis memeriksa gambar itu, wajah
masing2 memperlihatkan perasaan kuatir, namun
demikian sedikitpun tidak ada keinginan akan mundur.
Mereka ingat betul2 jalannya yang menuju ke
tempat tujuannya. Yu-kok Oey-eng mendadak membuka kerudung
yang menutupi wajahnya lalu berkata sambil ketawa kepada Lim Tiang Hong: "Sebelum kita menyebrangi
lembah ini lebih dulu aku ingin supaya kau dapat melihat wajahku yang asli. Jika ada terjadi apa2 jangan sampai terjadi kemenyesalan seumur hidup dan diantara kita berdua biar bagaimana toh sudah ditetapkan oleh orang tua kita"
Lim Tiang Hong angkat kepala, hatinya bercekat.
Sebab apa yang tertampak dihadapannya ialah satu
wajah yang cantik jelita, hampir sedikitpun tidak ada cacadnya. Seketika itu ia menghela napas perlahan dan 647
lain wajah lalu terlintas didalam otaknya. Itu adalah wajahnya Yan-jie, wanita yang agak nakal dan
berandalan. Yo-kok Oey-eng sebaliknya telah timbul salah
paham terhadap si pemuda. Wanita ini mengira Lira Tiang Hong menghela napas karena keadaan berbahaya yang berada didepan matanya, maka ia lalu menarik tangan si pemuda dan menghiburi padanya dengan kata2
demikian: "Aku hanya mengatakan sekenanya saja. Kita toh
sudah kenal baik jalanannya, lagipun kita masing2 ada punya kepandaian cukup lumayan. Asal kita berlaku sedikit hati-hati aku yakin pasti bisa melalui bahaya ini dan tiba diseberang sana"
Lim Tang Hong dengan kepala kosong, angguk2kan
kepa!anya. Yu-kok Oey-eng lalu mengeluarkan dua butir pil warna hijau dari dalam sakunya, sebutir diisapnya sendiri dan sebutir pula diberikan kepada Lim Tiang Hong seraya katanya: "Ini adalah obat penolak racun buatan khusus dari Hong-hong-tie. Kalau kau isap dalam mulut.
Segala racun atau hawa jahat semua bisa ditolak"
648 Lim Tiang Hong merasa heran dan berkata: "Eei,
mengapa kau juga mempunyai barang dari Hong-hong-
tie?" Yu-kok Oey-eng hanya tersenyum saja. Rupanya
sengaja ia mengelakkan pertanyaan pemuda itu, karena ia lantas berkata demikian: "Mari kita jalan. Waktu sudah keliwat mendesak!"
Dan nona ini lantas menarik tangan Lim Tiang
Hong. Dengan memperhatikan tempat yang akan
digunakan bagi injakan kaki mereka terus terbang
melayang kedalam lembah. Ilmu kepandaian mengentengi tubuh Yu-kok Oey-
eng sungguh luar biasa hebatnya, lain dari yang lain.
Begitu ia bergerak, se-akan2 bidadari baru turun dari kayangan. Dengan gayanya yang sangat manis sudah
mencapai jarak tujuh sampai delapan tombak jauhnya.
Lim Tiang Hong yang melihat kepandaian itu, diam2
mengaguminya. Ia juga lalu menggunakan ilmunya It-sia Cian-lie mengikuti jejak kawannya.
Kedua pasangan muda mudi itu sc-o!ah2 burung
kepinis saling susul terbang me-layang2 diatas pasir dan 649
kabut racun yang berbahaya. Dalam waktu sekejap saja sudah sampai keduanya di tengah lembah.
Mendadak di tengah2 lembah itu timbul angin aneh, ini berputaran cepat sekali.
Yu-kok Oey-eng adalah yang pertama menjadi
korban. Ia menjerit kaget, badannya yang ceking
langsing mendadak tergulung angin aneh itu se-akan2
tersedot dan masuk ke dalam gundukan pasir.
Lim Tiang Hong yang saat itu berada dibelakangnya terpisah tidak sabegitu jauh. Ketika melihat keadaan sang kekasih itu, dengan nekad dan tanpa menghiraukan keselamatannya sendiri secepat kilat menerobos dalam gulungan angin puyuh itu, lalu dengan menggunakan salah satu gerak tipu dari dalam ilmunya Kim-liong Pat-jiauw ia sudah berhasil menyambar sebelah tangan Yu-kok Oey-eng, kemudian dengan sekali sentak, satu
gerakan luar biasa, dibarengi dengan gerakan meletik badannya sendiri ke atas, ke-dua2nya terbang keluar.
Tetapi angin puyuh itu kekualannya sungguh luar
biasa. Tatkala badan Lim Tiang Hong melesat keatas, dirasakan si pemuda kepalannya seperti ditindih barang 650
berat ribuan kati, hingga kedua orang itu se-akan2
dipaksa turun lagi. Dalam saat2 sangat berbahaya itu, Lim Tiang Hong
mengeram "Kita toh sudah berada disini, bagaimana juga harus kita.... (tidak terbaca)
hebat, sebelah tangannya cepat bagaikan kilat
menepok tiga kali beruntun.
Tepukan tangannya itu memakai kekuatan
seluruhnya, maka ketika terbentur dengan gulungan angin puyuh itu, lantas menerbitkan suara gemuruh yang dahsyat.
Begitulah dangan timbulnya suara gempuran hebat,
keduanya terpental naik lagi setinggi delapan kaki.
Tetapi kekuatan tenaga dalam Lim Tiang Hong pada
saat itu mendadak dirasakan mengendur, hingga
badannya melayang turun lagi.
Sebaliknya dengan Yu-kok Oey-eng. Wanita ini kala itu sudah memusatkan seluruh kekuatan tenaganya,
maka tatkala badannya meluncur turun, lalu ia yang menggantikan menepuk beruntun sampai lima kali.
Perbuatannya ini nampak ada hasilnya. Badan
keduanya lantas mumbul lagi. Laksana anak panah
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
651 melesat keluar dari gulungan angin puyuh, lantas
terjatuh kesebuah batu besar yang aneh bentuknya.
Kedua orang itu se-olah2 baru keluar dari ancaman maut. Keduanya saling berpandangan dan masing2 pada memperlihatkan senyum getir.
Setelah mengaso sejenak lalu dilanjutkan pula
perjalanan mereka. Kali ini benar2 tiba di tempat tujuannya dengan selamat.
Itu adalah suatu tempat curam. Kecuali batu2 yang berbentuk aneh, tidak lain lagi terdapat disitu. Tanaman rumput juga tidak tumbuh.
Diperiksanya lagi oleh Lim Tiang Hong gambar
petanya, tempat tersebut ternyata tidak disebut sama sekali, hingga mereka tidak tahu bahwa benda pusaka berupa nyalinya naga yang sudah berubah menjadi batu itu berada dimana"
Mereka berdua setelah berunding sejenak. Lim
Tiang Hong lantas berkata: "Cari sampai ketemu, mesti kita dapatkan barang itu!"
Yu-kok Oey-eng agaknya setuju dengan jalan
pikiran si pemuda dan begitulah hasil perundingan, 652
keduanya lantas merayap maju dengan mengikuti
perjalanan diatas jalan gunung.
Berjalan belum seberapa jauh tiba2 terlihat sebuah gua. Dalam gua tersebut lapat2 terlihat sinar terang, tidak begitu gelap. Mereka terus memasuki lorong gua dan berjalan lagi belum sampai setombak lantas jalan menurun, masuk ke bagian bawah gua tersebut.
Kiranya dalam gua tersebut ada sebuah kolam yang
berada di tengah. Kolam ini airnya jernih sekali, sampai dasarnyapun kelihatan nyata.
Yu-kok Oey-eng mendadak berseru kaget: "Eh disini pernah kedatangan orang lain!"
Lim Tiang Hong mengawasi tempat yang ditunjuk si
nona. Benar saja sebuah biji tasbih yang biasa di-bawa2
murid2 golongan Buddha nampak berada didasarnya
kolam dengan pancaran sinarnya yang mencorong. Dari sini lantas keduanya menduga bahwa orang yang datang sebelumnya itu mungkin belum terlalu lama. Sebab
jikalau tidak mengapa biji tasbih yang terbuat dari bahan baja itu belum berkarat"
653 Dari tempat atau kolam jernih itu mereka
melanjutkan perjalanan, terus menyusuri lolong sempit, lalu sampai keduanya di sebuah kamar lain.
Kamar yang didatangi ini sangat luas, bentuknya
aneh, hingga disebut kamar rupanya lebih mirip dengan satu kobakan yang bertutup. Didalam kamar ini ada tembus keluar sinar penerangan, tetapi entah dari mana sumbernya penerangan itu, tidak ada yang tahu.
Mendadak Lim Tiang Hong bungkukkan badan,
tangannya menjumput secarik kertas. Ternyata kertas ini adalah sobekan dari suatu kitab pelajaran ilmu silat, entah dari partai atau golongan mana.
"Sayang sudah hampir hancur dan tidak kebaca lagi tulisan2nya" demikian pikirnya.
Selagi hendak memberitahukan penemuannya,
dilihatnya kala itu si nona sedang memungut segumpalan kertas hancuran yang lantas diserahkan kepadanya.
Terang itu adalah sejilid kitab yang dihancurkan
oleh kekuatan tenaga dalam manusia. Rupa2nya
ditempat ini pernah terjadi pertarungan antara dua jago dan sebagian kitabnya, buku ilmu silat itu hancur lebur, 654
itulah yang ditemukan oleh dua muda mudi yang baru datang ini.
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng menggunakan
waktu cukup lama membereskan hancuran kertas itu.
Tetapi hanya didapat dua helai yang utuh yang termuat dua rupa gambar gerakan ilmu silat. Dua rupa gerakan itu setelah dicoba-coba, benar2 merupakan suatu
gerakan ilmu silat yang luar biasa
Lim Tiang Hong yang telah mendapatkan didikan
langsung dalam ilmu silat oleh dari Orang Tua Pencipta, pengetahuannya tentang ilmu silat boleh dikata lumayan.
Begitulah setelah diperiksa teliti ia lantas menetapkan bahwa itu adalah sobekan sebuah kitab ilmu silat yang tidak ada taranya, Sayangnya sudah ter-koyak2 dan hancur tak teratur, di-coba2 disambung-sambung tidak dapat dibuat utuh lagi. Ia menjadi heran, dan lantas berkata pada temannya "Lembah ini akan terpencil
tempatnya lagipun berbahaya sekali disepanjang jalan.
Ada orang lain sebelum kita yang bisa sampai kesini, itu bagaimana?"
Yu-kok Oey-eng lalu berkata: "Lembah Hong-hong
Pie-kok ini sudah lama menjadi tempat yang diincar oleh 655
orang2 rimba persilatan. Meski tidak ada gambar petanya mereka agaknya terus berdaya dengan menempuh
segala bahaya" Setelah berkata, mendadak tangannya menunjuk
sesuatu, mulutnya berkata: "Hei kau lihat, apa itu?"
Kiranya, disuatu sudut dalam goa tersebut terdapat dua mayat. Salah satu bangkai itu kelihatan berpakaian taotho yang gemuk besar, seorang lagi adalah seorang tua yang mengenakan tungsha panjang. Keduanya mati dalam keadaan bergulat. Dilihat dari situ dapat ditarik dalam kesimpulan bahwa keduanya itu pernah bertempur hebat dan pada babak terakhir pernah tergulat hingga kedua-duanya mati dalam keadaan gulat pula.
Yu-kok Oey-eng lantas berkata: "Mari kita masuk
terus, satu2 kita periksa. Kalau dilihat dari dua orang ini datangnya tentu membawa maksud tertentu"
Kedua muda mudi Itu lalu berjalan pula. Dengan
melalui batu2 cadas yang ber-tumpuk2 dan lorong2
sempit yang curam, kembali sudah masuk ke suatu
tempat yang berbentuk bundar lonjong. Disini mereka memeriksa agak lama, dan mereka lihat itu adalah
656 tempat yang penuh ditimbuni batu2 hingga mirip kalau dikatakan rimba batu.
Tiba2 dari jauh terdengar suara raungan yang
keras. Lim Tiang Hong yang mendengar itu lantas
berkata: "Itu terang suaranya orang, bukan?"
Dan pada saat itu didalam rimba batu yang gelap
gulita tiba2 kedengaran suara ganjil yang mengerikan.
Suara ini bagi si pengecut tentu akan terus berdiri bulu tengkuknya. Malah Yu-kok Oey-eng sendiri, yang
berkepandaian sangat tinggi, tidak urung harus merasa jeri mendengar suara itu terbukti karena seketika ia menubruk ke arah Lim Tiang Hong.
Dalam keadaan dan tempat demikian, mendadak
timbul suara demikian ganjil, benar2 bisa membuat berdiri bulu roma orang2. Lim Tiang Hong sendiri meski juga merasa takut, tetapi ia adalah seorang laki2, ia merasa mempunyai kewajiban melindungi kaum wanita, maka ia lantas membentak keras: "Siapa! Siapa disitu, jangan main sembunyi2, lekas keluar!"
Baru habis ucapannya si pemuda dari dalam rimba
batu lantas terdengar menggemanya suara Lim Tiang Hong sendiri.
657 Terang itu adalah suara menggemanya suara
sendiri, tetapi kedengarannya begitu seram dan kedua muda mudi itu setelah melihat tiada reaksi apa2, lalu berjalan maju lagi.
Tiba2 pada waktu itu di bawah tanah yang diinjak
oleh muda mudi itu terjadi getaran hebat seperti gempa (lindu) yang lama2 disusul oleh suara gemuruh. Seluruh gua se-akan2 hendak gugur.
Yu-kok Oey-eng lantas berseru: "Celaka! Gempa
bumi! mari lekas keluar!"
Kedua orang ini baru saja balik badan, suara
gemuruh lantas terdengar disana sini. Batu2 cadas dalam ruangan itu pada beterbangan dan dibeberapa bagian dalam gua itu sudah mulai ambruk.
Lim Tiang Hong dalam kecemasannya lantas
mengeluarkan dua kali serangan maksudnya hendak
membuka jalan dalam kegelapan itu. Sambil berbuat demikian ia menarik Yu-kok Oey-eng dan terus kabur keluar.
Waktu itu oleh karena getaran hebat karena gempa
itu, batu cadas dari manapun pada bergelindingan
keluar. Badannya Lim Tiang Hong juga sekali kena
658 ketimpa oleh batu, untungnya ilmu Siauw-yang It-ku Sinkang sudah menjaga rapat tubuhnya, hingga sedikitpun ia tidak menderita luka.
Dalam keadaan yang penuh ancaman bahaya,
nampaknya ia sudah tidak bisa bergerak lagi
setindakpun. Beberapa kali mereka berdua hampir saja tertindih batu2 cadas yang bergelindingan.
Kejadian demikian berlangsung terus sekian
lamanya sampai mereka merasa benar2 tidak dapat
bergerak lagi. Yu-kok Oey-eng mendadak menarik lengan Lim
Tiang Hong diajak masuk sebuah ruangan yang dikiranya agak baikan dan kuat. Didalam ruangan mana ia berkata:
"Mati attu hidup sudah tulisan takdir, untuk sementara tidak usah kita bergerak, tunggu sebentar dulu nanti kita bicara lagi"
Tapi baru saja kedua orang itu sembunyi, tiba2
terdengar suara ledakan hebat. Suara itu membuat
pekak telinganya kedua orang yang sedang
menyembunyikan diri, dan lantas disusul dengan suara barang2 ambruk, tempat dimana mereka berdiri tadi 659
lantas ambruk. Maka jikalau tadi mereka terus diam disitu, pasti tidak dapat hidup terus.
Lim Tiang Hong diam2 mengucapkan syukur
kepada Yang Maha Esa yang telah melindunginya.
Keadaan serupa iiu berlangsung lagi sampai sekian lama, baru semua debu pada bujar dan pada kala itulah timbul lain kejadian aneh.
Yu-kok Oey-eng yang melihat semua itu lebih dulu, lantas berseru kaget: "Kau lihat itu apa!"
Lim Tiang Hong juga sudah dapat melihat didalam
tumpukan batu2 tiba2 kelihatan seorang laki2 dan
seorang wanita. Yang lelaki mengepalkan tangan tangan kirinya, tangan kanannya menggenggam sebatang
seruling emas. Sedang si perempuan tengah me-
nudingkan jari tangan kirinya dan tangan kanannya sedang menjinjing sebuah gendewa kecil yang
memancarkan warna hitam. Dibelakang geger kedua
orang itu masing masing menggemblok buntalan yang besar panjang.
Didepannya laki2 dan wanita tadi, ada suatu tempat seluas dua tombak setengah. Disitupun ada naga raksasa jaman kuno yang besar sekali. Bagian kepala naga itu 660
kira2 sebesar satu kamar, gigi2nya yang putih nampak menyeramkan, sedang kedua biji matanya jauh lebih besar dari satu kaleng minyak tanah. Sinar biru
gemerlapan mencorot keluar dari biji2 mata binatang itu.
Dalam kagetnya kedua orang yang bersembunyi itu
sudah memusatkan tenaga untuk menghadapi segala
kemungkinan. Tetapi sekian lama mereka menanti, tidak ada reaksi apapun juga, baik dari manusia2 itu, maupun dari binatang purba itu.
Lim Tiang Hong tiba2 berkata sambil tertawa:
"Semuanya kan sudah mati?"
Lalu sambil menarik tangan Yu-kok Oey-eng, ia
berjalan mendekati kedua orang itu. Sewaktu ia
memeriksa dengan seksama, bukan saja kedua manusia Itu sudah tidak bernapas, tetapi juga tidak tahu berapa tahun lamanya mereka mati disitu, sebab seluruh
badannya sudah berubah menjadi batu hingga berupa patung. Hanya itu dua senjatanya yang masih utuh, membuat heran yang melihatnya.
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng mengambil
masing2 serupa senjata itu.
661 Yu-kok Oey-eng memilih gendewa dan anak2 panah
kecil. Ketika dicoba memainkan sebentar, sinarnya lantas memancar begemerlapan ber-kelebat2 keluar dan dari gendewa untuk anak panah itu yang kemudian
membentur sebuah batu cadas. Heran bin ajaib begitu kebentur batu cadas itu lantas hancur berantakan!
Lim Tiang Hong tidak perhatikan itu semua, karena ia sedang menggunakan jari tangan dengan kekuatannya Kian-kong-cie-keng mengorek kotak batu giok dalam buntalan digeger orang laki2 yang sudah membatu.
Yu-kok Oey-eng yang menyaksikan ketawa
terkekeh-kekek lalu menggunakan gendewa Hian-
liongnya menggores dengan pelahan, dan kotak batu giok yang ada dalam buntalan di geger si wanita yang sudah membatu itu lantas pindah kedalam tangannya.
Kedua muda mudi itu membuka kotak masing2,
memeriksa isinya, ternyata hanya dua buah benda yang sudah membatu.
Kedua manusia yang menjadi batu itu, ternyata ada sepasang suami isteri dari jaman Chun-yalu. Yang laki2
bernama Boan-lie Yu-liong dan yang perempuan
bernama Hian-kiong Tek-lie.
662 Dalam kotak yang ada dipunggungnya si-laki2,
masih terdapat sejilid kitab. Dalam kitab itu mana ditulis dengan jelas kepandaian ilmu silat yang ia pelajari. Ilmu silat itu dinamakan "Hian-wan Tiao-khie Tin-coan" dan ilmu seruling "Kim-hong Tek-hoat" serta beberapa
gerakan yang aneh. Sedang di dalam kotak yang terdapat digegernya
sang isteri, juga terdapat sejilid kitab kecii, di dalamnya ada dimuat pelajaran tipu pukulan dengan gendewa,
"Bong-im Kiong-hoat" dan "Kim Cat Ciang-cao" serta lain2nya lagi.
Diatas sehelai kain sutera persegi, ada dimuat
terjadinya mereka yang sampai berada di empat
tersebut. Kiranya naga raksasa yang ada didepannya suami istri. ada seekor binatang raksasa peninggaian jaman purbakala. Binatang itu selalu mengganas terhadap manusia, entah berapa banyak jiwa yang sudah menjadi korbannya.
Sepasang suami istri itu ada orang2 gagah pada
masa itu. Mereka telah bertekad hendak menyingkirkan binatang yang menjadi musuh besarnya menusia itu.
Maka seluruh kepandaian mereka masing2 ditulis dalam 663
kitab dan dimasukkan didalam kotak batu giok yang terdapat digeger mereka masing2, maksudnya iaiah jika ada terjadi apa2 atas diri mereka, supaya pelajaran ilmu silatnya itu bisa diturunkan kepada orang yang berjodoh.
Tapi entah apa sebabnya, pada sepasang suami istri itu bersama naganya tidak terdapat luka apa2, sebaliknya pada berubah menjadi batu.
Lim Tiang Hong setelah membaca, tiba2 berkata:
"Menurut dugaanku, sepasang suami istri ini, ketika sedang bertempur sengit dengan naga raksasa itu, tiba2
mengalami gempa bumi seperti sekarang ini, hingga mereka terpendam didalam tanah, dan kemudian
berubah menjadi batu. Sekarang, coba kita pergi lihat keadaannya naga raksasa itu. Mungkin, nyali naga yang sudah menjadi batu adalah nyalinya naga raksasa ini.?"
Yu-kok Oey-eng anggukkan kepala, sebagai tanda
menyetujui pikirannya Lim Tiang Hong. Mereka lalu berjalan kedepannya naga raksasa itu. Ketika memeriksa dengan seksama, mereka merasa bahwa naga raksasa ini ada luar biasa besarnya.
Yu-kok Oey-eng mendadak ayun gendewanya,
sebentar saja semua giginya naga raksasa itu sudah 664
dibikin rompak ia melesat masuk kedalam mulut naga raksasa itu sembari berseru: "Mari kita masuk kedalam perut naga ini, untuk lihat apa isinya"
Lim Tiang Hong lalu mengikuti jejaknya. Mereka
dengan berendeng berjalan masuk melalui
tenggorokannya naga raksasa itu, makin maju terasa makin gelap.
Yu-kok Oey-eng mendadak berseru: "Tidak ada
penerangan bagaimana?"
Lim Tiang Houg kibaskan seruling emasnya dan
berkata: "Dengan ini sudah cukup terang".
Sinar gemerlapan yang memancar keluar dari
seruling emas itu, benar saja membuat terang keadaan didalam perut naga raksasa itu.
Oleh karena terpendam sudah banyak tahun,
semua isi perutnya sang naga juga sudah berubah
menjadi batu hingga keadaannya tidak beda seperti di dalam lorong2 gua batu saja.
Berjalan kira2 20-30 tombak, Yu-kok Oey-eng
mendadak berseru kegirangan: "Kau lihat apakah ini?"
Ditulang bagian dada naga raksasa itu, ada
tergantung sebuah benda seperti balon lampu listrik, 665
yang membuat terang keadaan dalam perutnya. Oleh
karena sinar terang halus yang keluar dari benda bundar itu, bisa diduga bahwa benda itu tentunya adalah Liongcu.
Karena yang dicari oleh mereka adalah nyalinya
naga yang sudah membeku, dengan penerangan yang
keluar dari "Liong-cu" itu, mereka terus mencari, dan akhirnya mereka dapatkan itu nyalinya naga yang
bentuknya besar sekali. Orang2 dalam dunia, terutama orang2 dunia kang-
ouw, pada anggap nyali naga itu sebagai barang pusaka yang tidak ternilai harganya. Sayang nyali naga itu kini sudah berubah menjadi batu keras berwarna kuning
ungu. Diatasnya batu keras itu, ada tumbuh jamur yang berwarna itu pula.
Lim Tiang Hong yang melihat tumbuhan itu lantas
berkata sambil ketawa: "Jamur ini jika dimasak untuk teman makan nasi, pasti enak sekali rasanya"
Yu-kok Oey-eng coba memetik sebuah, lalu
dimasukkan ke dalam mulutnya.
"Aku coba bagaimana rasanya," demikian katanya
sambil ketawa. 666 Perbuatannya itu sebetulnya cuma bersifat main2
saja, siapa nyana ketika jamur itu masuk kedalam
mulutnya, bau harum dan rasa manis segera dari jamur itu telah masuk kedalam tenggorokan, hingga ia berseru kaget: "Celaka" Jamur sudah kena aku telah masuk ke dalam perut"
"Lalu bagaimana?" tanya Lim Tiang Hong gelisah.
Yu-kok Oey-eng seperti yang ketakutan. Tapi Lim
Tiang Hong yang belajar silat pada orang tua penyipta, pengertiannya terhadap ilmu obat2an ada cukup luas, maka setelah berpikir sejenak, lalu berkata: "Nyali dan jantung merupakan pusat pendaratan dari anggota
badan manusia atau binatang, naga raksasa ini binatang dari jaman purbakala, semua darah dan kekuatannya, mungkin terkumpul dalam nyali dan jantungnya,
sehingga timbul tumbuhan jamur ini, maka kalau
dimakan tidak ada jahatnya, sebaliknya besar sekali faedahnya. Kau tak usah kuatir!"
Sehabis berkata, ia juga memetik sebuah dan
dimasukan ke dalam mulutnya.
Ia rasakan jamur itu enak sekali rasanya, harum.
Yu-kok Oey-eng tadi sudah merasakan itu, oleh karena 667
kuatir ada racunnya, maka ia berseru kaget, tapi kini setelah menyaksikan Lim Tiang Hong juga berani makan, ia lantas memetik lagi beberapa buah.
Hingga kedua muda mudi itu masing2 lantas pada
berebut memetik jamur itu sampai pada kenyang. Yu-kok Oey-eng sambil tepok2 perutnya, berkata sambil ketawa terkekeh-kekeh: "Perutku rasanya sudah hampir meledak karena kekenyangan makan jamur!"
Tapi jamur itu ternyata masih banyak, maka ia
lantas berkata pula: "Jamur ini ada begini enak rasanya, kita masing2 pada bawa pulang sedikit, supaya kita dapat berikan kepada kawan2 kita!"
Lim Tiang Hong lalu menghunus pedang, untuk
memotong nyalinya naga raksasa itu.
Mendadak sinar hijau terang mencorot keluar dari
bagian yang dipotong oleh Lim Tiang Hong. Ia lalu ulur tangannya untuk merogoh. Sebuah benda bulat sebesar telur angsa, segera sudah berada di dalam tangannya.
Benda bundar itu berwarna hijau gelap, tapi
gemerlapan, indah dan menarik hati.
668 Yu-kok Oey-eng setelah melihat barang itu lalu
berkata: "Ini barangkali yang dinamakan nyalinya naga yang sudah membatu?"
"Mungkin betul" jawab Lim Tiang Hong sambil
anggukkan kepala. Karena barang yang dicari itu sudah didapatkan,
sepasang muda-mudi itu dengan sangat gembira keluar dari dalam perut naga raksasa.
Yu-ko Oey-eng merasa senang sekali dengan biji
"Liong-cu" yang bersinar terang itu, ia lalu mengambil 4
butir dengan senjata gendewanya, sebutir untuk ia sendiri, 3 butir yang lainnya diberikan kepada Lim Tiang Hong. Dengan tersenyum penuh arti, ia berkata:
"Aku sudah cukup mempunyai sebutir, yang lainnya
untuk kau dan kau boleh berikan kepada siapa saja!"
"Aku berikan kepada siapa?" tanya Lim Tiang Hong
heran. "Orang yang kau hendak berikan banyak sekali,
umpama itu Kow-loan, Pek-hong Siauw-yan dan
sebagainya...." jawab si nona sambil ketawa terkekeh-kekeh.
669 Mendengar jawaban itu, Lim Tiang Hong meringis,
tapi ia juga tidak membantah. Diam2 ia simpan barang bersinar itu kedalam sakunya, dan pada saat itu mereka sudah keluar dari mulut naga raksasa.
Tiba2 terdengar suara seperti suara setan yang
menyeramkan. Yu-kok Oey-eng paling takut kepada setan, dengan
cepat ia keluarkan senjata gendewanya. Sebentar
berkelebat dua bayangan orang, yang ternyata ada dua makhluk aneh yang bentuknya seperti setan atau
memedi. Satu ada orang perempuan tua dengan
potongannya seperti momok. Sambil ulur jari tangannya yang seperti cakar burung, ia menunjuk kepada naga raksasa itu, kemudian menunjuk kepada buntalan yang berada di punggungnya kedua manusia yang sudah
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
membantu, mulutnya mengeluarkan perkataan yang
tidak dapat dimengerti oleh mereka.
Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng meski tidak
mengerti perkataan yang diucapkan oleh makhluk aneh itu, tapi dari sikapnya itu agaknya seperti hendak menanya, buntalan yang ada diatas punggungnya dua 670
orang itu dan nyalinya naga raksasa yang sudah
membatu, apakah kalian sudah ambil"
Kawannya perempuan tua itu, seorang laki2 tua
yang berdandan seperti orang beribadat, ketika melihat kedua muda mudi itu tidak menjawab, lalu berkata
dengan suaranya yang menyeramkan: "Apa yang
diucapkan oleh nenek Kiu-phan-po tadi kepada kalian, apakah kalian tidak dengar?" Aku pikir, lebih baik kalian serahkan barang2 itu secara baik2. Kalian harus tahu, aku Kok-bin Hoat-su dan nenek Kiu-phan-po ini, jikalau bekerja, selamanya tidak mau meninggalkan saksi hidup"
"Aku juga boleh beritahukan kepada kalian,
Siauwya mu ini. tidak gampang2 digertak oleh siapa saja!" jawabnya Lim Tiang Hong sambil ketawa dingin.
"Kalau begitu, jangan sesalkan kalau Kok-bin Hoat-su berlaku kejam!" kata Kok-bin Hoat-su sambil ketawa dingin.
"Kalau kau mempunyai kepandaian, kau boleh
keluarkan saja, siauwya-mu tidak suka dengar perkataan yang menjemukan itu" jawab Lim Ting Hong sambil
bersenyum. 671 Sepasang orang aneh yang sangat buas itu, adalah
iblis kenamaan dari daerah Biauw-ciang. Karena karena mendengar kabar bahwa di lembah Hong-hong-kok itu segera akan terjadi gempa bumi, hingga nyalinya naga raksasa yang sudah membatu itu akan muncul lagi, maka mereka dari daerah Biauw-ciang yang begitu jauh,
memperlukan datang ke lembah tersebut. Ternyata
mereka sudah berhasil melewati daerah2 bahaya didalam lembah itu dan bisa masuk ke dalam goa.
Dan kemudian, secara main sradak-srudak, telan
didapatkan oleh mereka sejilid kitab pelajaran ilmu gaib peninggalan "Pek-ji Heng-sie, seorang iblis yang pernah mengganas didunia kang-ouw pada suatu masa.
Kedua orang tua itu setelah mendapatkan kitab
tersebut, masih merasa belum puas, hingga mencari lagi disana-sini, dimana adalah nyali sudah membatu itu.
Dengan demikian, mereka lantas barjumpa dengan Lim Tiang Hong dan Yu-kok Oey-eng.
Kok-bin Hoatsu ada seorang yang sifatnya ganas
buas. Ilmu silatnya tinggi pula, diejek demikian rupa oleh Lim Tiang Hong kebuasaannya lantas timbul seketika.
Sambil keluarkan suaranya, yang seperti setan, lengan 672
bajunya yang lebar dikibaskan, segera angin dingin yang berbau busuk dan mengandung warna hitam, meluncur keluar menyerang Lim Tiang Hong.
Serangan yang cepat dan keras itu, sedikitnya
sudah mempunyai latihan 50 tahun lebih.
Lim Tiang Hong yang sudah mempunyai banyak
pengalaman Jalam pertempuran besar kecil, begitu lihat serangan Kok-bin Hoatsu ini, dalam hati diam2 merasa kaget. Dengan cepat angkat kedua tangannya. Setelah membuat satu lingkaran, lalu mendorong kedepan.
Serangannya secara demikian ini, ia menggunakan
kekuatan tenaga sepenuhnya.
Diantara suara menderunya angin yang meluncur
keluar dari tangannya itu, lantas disusul aleh suara jeritan ngeri, sedang badannya Kok-bin Hoatsu, seketika itu lantas terbang melayang seperti kaun kering tertiup angin, melesat sejauh 5 tombak, tatkala jatuh kebawah, tepat di atasnya sebuah batu cadas yang besar dan lonjong, hingga saat itu juga sudah tidak bisa bergerak lagi.
Baru sirap suara jeritannya Kok-bin Hoatsu, disana, Kiu-phan-po yang berhadapan dengan Yu-kok Oey-eng 673
juga sudah keluarkan suara jeritan hebat, dengan badan penuh darah ia kabur terbirit-birit.
Yu-kok Oey-eng dengan senjata gendewa ditangan,
selagi hendak mengejer, sudah dicegah oleh Lim Tiang Hong seraya berkata: "Biarlah ia kabur"
Yu-kok Oey-eng lantas urungkan maksudnya
hendak menghabiskan jiwanya nenek buas dari daerah Biauw-cang itu.
Siapa tahu bahwa perbuatan Lim Tiang kali ini,
telah meninggalkan ekor yang menyulitkan dirinya Lim Tiang Hong dikemudian hari.
Setelah Kiu-phan-po kabur, Lim Tiang Hong baru
berkata sambii ketawa: "Aku benar2 tidak percaya, bahwa kekuatanku mengapa mendadak bisa bertambah
berlipat ganda?" "Jikalau kau tidak mengatakan, aku juga tidak
percaya. Dengan sejujurnya, jika diwaktu dulu, aku bisa menangkan Kiu phan-po atau tidak, masih merupakan satu pertanyaan. Tidak nyana barusan baru 2-3 jurus saja, sudah berhasil membikin patah lengan kirinya. Ini benar2 ada satu kejadian gaib yang susah dimengerti"
674 Lim Tiang Hong pejamkan matanya, untuk
bersemedi sejenak, tiba2 ia berkata sambil ketawa: "Aku sekarang baru ingat, semua itu atas jasanya jamur tadi!"
Yu-kok Oey-eng juga beranggapan demikian, sebab
selain daripada itu, sudah tidak ada sebab lainnya lagi.
Maka ia lantas berkata dengan girang: "Sekarang kita toh sudah tidak ada bekerja apa2, mengapa kita tidak
mempelajari ilmu gendewa dan seruling itu sekalian?"
Lim Tiang Hong ada seorang yang gemar segala
macam ilmu silat. Karena menampak Yu-kok Oey-eng
ada begitu gembira, sudah tentu ia tidak menolak, hingga keduanya masing2 lantas mempelajari kedua rupa ilmu silat itu.
Kedua orang muda itu masuk kedalam goa lagi.
Didalam goa yang keadaannya gelap gulita, siang atau malam serupa saja mereka entah berapa hari berdiam di dalam goa yang gelap, sampai semua ilmu pelajaran yang didapat dalam kitab itu sudah dipelajari seluruhnya, baru memikirkan hendak keluar dari goa.
Lembah Hong-hong Pik-kok itu, setelah mengalami
gempa bumi hebat itu, keadaannya sudah jauh berlainan daripada keadaannya semula. Kedua muda mudi
675 sekeluarnya dari lembah tersebut, lantas bernapas lega, lalu pada gerakkan badannya, untuk menyeberangi
lembah yang sangat berbahaya. Kali ini jauh lebih ringan dari pada ketika pertama kali memasuki lembah itu, karena bukan saja banyak tempat tempat yang curam sudah pada teruruk api, kepandaian mereka juga sudah bertambah berlipat ganda, hingga dalam waktu
sekejapan saja, mereka sudah tiba dirimba dimana
mereka semula datang. (-0odwkzo0-) Bab 18 LIM TIANG HONG dan Yu-kok Oey-eng setelah
menyeberangi lembah yang berbahaya dan tiba di rimba ditempat semula.
Yu-kok Oey-eng tiba2 mengeluarkan kerudung
hijaunya, dan kembali dikerudungkan di wajahnya
sembari berkata: "Sekarang aku harus pergi lagi, sampai ketemu dilain waktu"
Lim Tiang Hong merasa bahwa gadis yang mengaku
sebagai tunangannya ini, sesungguhnya mempunyai sifat yang sangat misterius. Selama dilembah Hong-hong Pit-676
kok, meski sudah berada ber-sama-sama beberapa hari lamanya, tapi oleh karena selalu repot mencari nyalinya naga raksasa yang sudah membatu itu, dan kemudian sama2 mempeiajari ilmu silat yang baru, sehingga tidak mendapat kesempatan untuk menanyakan halnya lebih banyak. Dan kini melihat ia hendak pergi, lalu mencegah sembari berkata: "Namamu dan asal usulmu, bolehkah kau beritahukan padaku" Lagi pula dimana adanya
ayahku, seolah-olah kau ada mengetahui dengan baik, maka hari ini aku minta dengan amat sangat, jangan kau merahasiakan lagi padaku, sudikah kau berbuat demikian?"
Perkataannya itu diucapkan dengan setulus hati dan sungguh2. Ia mengira Yu-kok Oey-eng tentunya merasa tidak enak hati, untuk tidak memberitahukan padanya.
Siapa nyana, Yu-kok Oey-eng lantas geleng2kan
kepalanya dan berkata: "Mengenai urusan ini, untuk sementara kau tidak perlu tahu. Pendeknya, kau lakukan saja segala urusan yang kau harus lakukan"
Sehabis berkata demikian, dengan tanpa menunggu
sampai Lim Tiang Hong membuka mulut lagi, ia sudah menghilang dari depannya anak muda kita.
677 Lim Tiang Hong cuma bisa mengawasi bayangan
yang makin lama makin jaah. Setelah berdiri menjublek sekian lamanya, ia baru menghela napas dan selagi hendak berlalu, tiba2 dari dalam rimba nampak
berkelehatnya bayangan orang. Dilihat sekelebatan, bayangan itu mirip dengan Im-san Mo-lie, hingga dalam hatinya diam2 berpikir "hari ini aku pasti menangkap padanya untuk menanyakan dengan jelas"
Ia lalu bergerak secepat kilat, membuntuti
perempuan itu. Rimba purbakala itu ada sangat hebat, oleh
karenanya, tidak tepat untuk menggunakan ilmu
mengentengi tubuh, maka setelah berputar-putaran
setengah harian didalam rimba, baru berhasil keluar dari rimba yang lebat itu.
Ia segera dapat lihat dirinya si nona yang baru saja keluar dari rimba tersebut. Dengan tanpa pikir banyak2, ia lantas berseru padanya: "Berhenti!"
Berbareng dengan itu, badannya lompat melesat
laksana kilat, dan sebelum kakinya menginjak tarah, tangannya sudah menjambret dirinya si nona dengan 678
tipu silat "Bu-san Chun-san" atau "Kabut menutup gunung Chun-san."
Si nona kelihatannya sangat terkejut, mendadak ia balikkan badannya dan berputar dengan gayanya yang sangat manis, hingga jambretannya Lim Tiang Hong tadi sudah dapat dielakkan dengan mudah.
Ketika si nona tadi balikkan badannya, ternyata
bukan Im-san Mo-lie, melainkan seorang perempuan
muda dengan wajahnya yang dingin kecut.
Dengan sikapnya yang ketus dingin, nona itu
mengawasi Lim Tiang Hong, kemudian berkata: "Kau
dengan tanpa sebab telah menyerang aku, apakah
artinya?" Oleh karena sudah berbuat salah, Lim Tiang Hong
tidak bisa terbuat apa2. Ia terpaksa angkat tangannya memberi hormat sedalam-dalamnya seraya berkata: "Aku yang rendah karena kesalahan melihat, telah melanggar dari nona, disini aku minta maaf sebanyak-banyaknya"
Nona itu menolak permintaan maaf Lim Tiang
Hong, sembari berkata: "Tidak usah, asal kau segera melakukan syarat lama dari nonamu, sudah cukup"
679 Lim Tiang Hong melengak, ia lalu menanya:
"Bagaimana syaratnya nona itu" Aku yang rendah masih belum mengerti!"
"Kalau kau belum mengerti, baiklah sekarang
nonamu beritahukan padamu, jikalau sepasang tangan atau sepasang kakimu melanggar diri nonamu, kau harus kutungkan sendiri sepasang tangan atau kakimu. Jika matamu yang melanggar, kau harus korek sendiri
sepasang biji matamu dan jikaiau mulutmu yang melanggar, maka kau harus potong lidahmu sendiri..."
"Astaga! ini benar2 bikin orang tidak bisa hidup
lagi" Lim Tiang Hong ketawa bergelak-gelak dan
kemudian berkata pula: "Jikalau aku tidak mau
memotong tangan atau kakiku sendiri, sedangkan kau tidak mempunyai itu kepandaian untuk memotong
tangan atau kakiku, lalu bagaimana?"
"Hm! nonamu belum pernah menemukan kejadian
demikian! Tapi aku boleh beritahukan padamu, sekalipun hari ini kau bisa lolos dari tangan nonamu, kepala dari 12
puncak gunung Bu-san, juga tidak akan melepaskan kau begitu saja"
680 Lim Tiang Hong berlagak seperti sedang berduka,
sambil menghela napas panjang ia berkata: "Kalau
demikian halnya, aku benar2 sudah tidak bisa hidup lagi"
"Dihadapan nonamu kau tidak usah berlagak"
berkata nona tu dengan suara dingin.
Mendadak badannya bergerak, menyerang Lim
Tiang Hong. Tangannya yang putih halus secepat kilat sudah melancarkan serangannya sampai 18 kali, sedang sepasang kakinya sudah menendang sampai 18 kali.
Setiap gerakannya itu dilakukan dengan caranya yang sangat aneh dan ganas dan setiap serangan yang diarah selalu ditempat bagian jalan darah yang terpenting dalam anggota badan manusia.
Lim Tiang Hong mendadak tergerak pikirannya.
Gerak tipu ini rasanya ia pernah mengenalnya dan
dimana melihat, tapi kini sudah tidak ada keempatan untuk memikirkan lebih jauh. Dengan tipu silatnya Sam-sam-po, gerak maju mundurnya dilakukan laksana dan yangliu yang tertiup angin. Hanya nampak bergoyang saja, ia sudah terlepas dari kurungan serangannnya si nona.
681 Nona itu seteiah melancarkan serangannya, seolah-
olah air sungai yang sedang mengalir, dengan tidak henti2nya menyerang terus. Jika hal itu dilakukan sebelum Lim Tiang Hong masuk ke lembah Hong-hong
Pit-kok, Lim Tiang Hong benar2 harus memeras teringat untuk menghadapi nona itu. Tapi sekarang, meski dirinya dikurung oleh serangan2 tangan dan kaki si nona begitu hebat, tapi ia masih dapat melayani sembari memikir-mikir dimana ia pernah melihat tipu serangan semacam itu.
Mendadak.... Didalam otaknya terlintas suatu pikiran, ia lantas rubah kedudukannya yang tadinya dipihak yang
diserang, berbalik menyerang dengan kecepatan
bagaikan kilat. Sebentar saja sudah melancarkan 3 kali serangan, sehingga membuat si nona cepat2 menarik kembali serangannya dan mundur sambil mata terbuka lebar. Tapi, secepat kilat pula ia sudah lompat maju kedepannya Lim Tiang Hong, dengan suaranya yang
ketus dingin ia menanya: "Seranganmu dua jurus tadi, kau dapat pelajari dari mana" Apakah kau sudah mencuri kitab "Hian-hian Pit-kip" dari golongan kita?"
682 Dua jurus garak tipu yang digunakan olah Lim
Tiang Hong tadi, adalah dari 2 helai sobekan kitab yang didapatkan didalam goa dilembah Hong-hong Pit-kok.
dan sekarang setelah disebut-sebut oleh si nona, baru tahu kalau kitab yang sudah hancur itu ternyata ada kitab pelajaran ilmu silat "Hian-hian Pit-kip".
Meski ditanya secara kasar demikian, tapi ia tidak marah, sebaliknya malah menjawab sambil tersenyum:
"Bagaimana kau bisa kenal kalau ini adalah kepandaian dari Hian-hian pit-kip" Dan kapankah kalian kehilangan kitab pelajaran ilmu silat?"
Keduabelas kepala dari 12 puncak gunung Bu-san
itu, setiap orang mempunyai kepandaian ilmu silat sangat tinggi. Kitab yang dilindungi oleh mereka sendiri, sampai bila dicuri oleh orang luar bagaimana nona itu mudah untuk menerangkan"
Maka ia hanya berkata: "Hian-hian Pit-kip ini adalah kitab peninggalan dari Cow-su kita, bagaimana tidak mengenali" Sementara dengan cara bagaimana bisa
hilang, kau tidak perlu mengetahui. Jikalau kau memang dapatkan itu dengan jalan mencuri, lekas kembalikan kepada nonamu"
683 "Nona, bolehkah nona memberitahukan nama nona
yang mulia?" "Mengapa tidak" Sin-lie Hongcu (kepala puncak
gunung Sin-lie hong) itu adalah nonamu sendiri"
"Sekarang aku boleh beritahukan padamu, kitab
Hian-hian Pit-kip itu bukan saja sudah tercuri orang, bahkan sudah rusak keadaannya.?"
Sin-lie Hongcu terkejut mendengar keterangan itu.
Ia lalu maju dan mencekai penggelangan tangan Lim Tiang Hong seraya berkata: "Apa perkataanmu ini
benar?" "Sudah tentu tidak salah, apalagi aku pernah
menyaksikan dengan mata kepala sendiri"
Sin-lie Hongcu tadi dalam keadaan cemas, dengan
tanpa pikir lantas mencekal tangannya pemuda itu
sangat lunak seperti tidak bertulang, selagi hendak kerahkan kekuatannya untuk mencekai lebih erat tangan itu, mendadak ia merasakan bahwa tangan yang lemas seperti kapas itu didalamnya mengadung serupa kekuatan lunak. Dengan melalui telapak tangak, kekuatan itu mengalir masuk kedalam dirinya, hingga seketika itu juga dirinya dirasakan tergetar hebat, maka dengan cepat ia 684
lantas lepaskan cekalannya dan menanya: "Dimana kau dapat lihat Hian-hian Pit-kip itu dirusak orang?"
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan 2 helai sobekan
kertas, dan diserahkan padanya sembari berkata: "Dua helai sobekan Pit-kip bolehkah untuk menebus
kesalahanku terhadap nona" Ini adalah perbuatan
seorang taoto dan seorang tua. Dikala mereka
berebutan, kitab itu telah dibikin rusak oleh mereka.
Sekarang mereka sadah mati dua2nya dan terkubur
dalam goa di lembah Hong hong Pit-kok"
Setelah itu. ia lantas hendak berlalu. Mendadak
terdengar suara bentakan, lalu disusul oleh munculnya serombongan orang.
Lim Tiang Hong menampak kedatangan mereka,
diam2 lantas berpikir: "orang2 ini terangkali hendak mencari setori".
Serombongan orang kang-ouw itu, begitu tiba,
lantas menghadang di depannya Lim Tiang Hong sambil mengawasi dengan sorot mata gusar.
Lim Tiang Hong coba mengawasi cecongornya
orang2 itu ternyata satupun tidak ada yang kenal.
685 Sin-lie Hongcu mendadak menghampiri rombongan
orang2 ini sembari berkata: "Kalian boleh pulang, disini tidak ada urusanmu"
Rombongan orang2 itu benar saja lantas pada
balikkan badan dan kabur dengan cepat.
Lm Tiang Hong setelah rombongan orang2 itu
pergi, lantas menanya kepada si nona: "Orang2 itu barangkali ada anak buahmu?"
"Benar, mereka ada anak buahku yang aku bawa
dari gunung untuk membantu mencari kitab Hian-hian Pit-kip, tapi sekarang kau sudah beritahukan tentang keadaannya kitab2 ini, maka kita harus melakukan
pekerjaan yang lainnya. Jikalau kau sudi dengar, aku hendak memberitahukan padamu sedikit kabar, tidak perduli kau sudah atau belum dapatkan nyalinya naga raksasa yang sudah membatu dilembah Hong-hong Pit-kok. Dalam perjalanannya pulang nanti, sebaiknya kau berlaku sedikit hati2, sebab menurut apa yang aku tahu, disekitar kira2 10 lie didaerah ini, sudah penuh dengan kaki tangannya Thian-cu-kauw." berkata Sin-lie Hongcu.
"Terima kasih atas perhatian nona, tentang
kawanan kurcaci itu, aku masih tidak pandang mata 686
sama sekali" kata Lim Tiang Hong sambil ketawa
hambar. Sin-lie Hongcu melirik padanya sejenak, lalu
gerakkan kakinya dan berlalu dengan cepat.
Lim Tiang Hong mengawasi padanya sampai hilang
dari depan matanya, baru berjalan dengan tindakan lambat2, meninggalkan tempat tersebut.
Ia memang benar tidak pandang mata orang2nya
Thian-cu-kauw, maka selama berjalan, pikirannya me-layang2 memikirkan persoalannya sendiri, entah
bagaimana caranya membereskan"
Diluar dugaannya, disepanjang jalan itu ia tidak
pernah berjumpa dengan orang2nya Thian-cu kauw.
Setelah keluar dari daerah pegunungan, tiba2
didepannya ada dua orang yang mencegat
perjalanannya. Sambil perdengarkan suara ketawanya yang menyeramkan orang2 itu membentak: "Jangan
bergerak!" Lim Tiang Hong segera mengetahui bahwa orang
yang mencegat perjalanannya itu ternyata adalah
kauwcu dari Thian-cu-kauw, juga adalah itu laki2
berkedok yang berbadan besar tegap dan pundaknya
687 lebar, sedang orang yang berdiri disampingnya adalah itu kauwcu muda yang dulu pernah menyaru sebagai
dirinya. Orang berkedok itu setelah membentak, lalu
berkata dengan suara bengis: "Binatang, sungguh besar sekali nyalimu. Kau bukan saja sudah tidak mau
mengakui ayahmu sendiri, bahkan sudah berkomplot
dengan orang luar, memusuhi ayahmu sendiri. Sekarang aku hendak tanya kau, apakah kau masih mempunyai
hati dan pikiran sebagai manusia?""
Ucapannya orang berkedok itu makin lama makin
sengit. Lim Tiang Hong melengak, sebelum ia bisa berpikir, orang berkedok itu sudah membentak pula
"Perjalananmu kelembah Hong-hong kali ini, bagaimana hasilnya" Lekas beritahukan terus terang kepada
ayahmu!" Lim Tiang Hong tetap membisu, ia tidak perdulikan perkataan orang berkedok itu. Pikirannya sedang bekerja keras, ia tidak tahu bagaimana harus bertindak untuk menghadapi kedua orang itu" Didalam otaknya saat itu timbul dua rupa pertanyaan: Orang berkedok ini betul 688
ada ayahnya sendiri atau bukan" Apakah hari ini baik mengakui atau tidak"
Kauwcu muda yang pernah menyaru dirinya itu,
tatkala menyaksikan dirinya terus tidak membuka mulut, lantas turut bicara: "Hm! sampaipun ayah bundanya sendiri, musih tidak mau mengakui, apakah kau masih ada muka sebagai orang kang-ouw?"
Tiba2 Lim Tiang Hong delikkan matanya dan
berkata dengan suara keras: "Sebelum mendapat bukti yang nyata, aku tidak nanti mau mengakui. Kalian tidak perlu menggertak aku"
Orang berkedok itu tiba2 perdengarkan suara
ketawa dingin, lalu berkata: "Bagus bagus. Kau sudah berani mati tidak mau mengakui ayahmu sendiri, maka kau jangan sesalkan kalau ayahmu berlaku keterlaluan terhadap dirimu"
Pada saar itu, tiba2 terdengar suara berkaok-kaok:
"Adik, kau jangan begitu, apa kau tidak takut akan melukai hati ibu" Jikalau kau benar2 getas tindakanmu, enci-mu nanti juga tidak akan perdulikankau lagi!"
Suara itu dibarengi munculnya dirinya Im-san Mo-lie yang lantas berdiri di hadapannya.
689 Lim Tiang Hong sejak muncul didunia kang-ouw,
pernah mencari kemana-mana tentang asal usul dirinya.
dan setelah mengetahui siapa ibunya ia sudah tentu ingin segera melihat wajah ayahnya. Tapi orang yang
mengaku sebagai ayahnya ini sebetulnya agak sulit untuk dipercaya kebenarannya. Tapi ketika berhadapan dengan Im-san Mo-lie, dalam hatinya merasa bimbang, karena sang enci ini benar2 sangat mirip dengan wajah ibunya.
Lagi pula, bukankah kauwcu muda itu juga mirip
benar dengan wajahnya sendiri"
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Orang berkedok itu sifatnya sangat buas, kejam,
berbahaya dan licik. Begitu melihat Lim Tiang Hong bimbang pikirannya, tahu bahwa hatinya sudah mulai tergerak, maka lantas berkata pula dengan suara sedih:
"Aku tahu tentunya kau kena dibujuk orang, sehingga bisa berbuat demikian. Sekarang asal saja kau tahu kesalahanmu sendiri dimasa yang lalu, sudah tentu ayahmu tidak akan membangkit-bangkit urusan yang
sudah2" Ucapan itu tatkala masuk ditelinganya Lim Tiang
Hong, entah apa sebabnya, lantas timbul kesan yang 690
sebaliknya. Dalam hatinya lantas mengampil keputusan, bahwa biar bagaimana, orang itu pasti bukan ayahnya.
Tiba2 ia angkat kepalanya. sepasang matanya
menatap wajahnya si orang berkedok kemudian berkata padanya: "Sekarang aku hendak tanya kau, pada 10
tahun berselang, apakah kau pernah pergi ke sumber air segar digurun pasir?"
Se-olah-olah bunyi geledek disiang hari bolong,
pertanyaan Lim Tiang Hong itu membuat tergetar
hatinya orang berkedok itu, kemudian ia membentak dengan suara keras: "Kau menanya segala urusan tetek bengek ini apa perlunya" Bukankah lekas pulang, apakah perlu ayahmu harus turun tangan untuk minta kau
berjalan?" Lim Tiang Hong ketawa terbahak-bahak, kemudian
berkata lagi: "Hari ini biarlah kuberikan banyak
kelonggaran padamu. Jikalau lain waktu aku mengetahui kau cuma mengaku-ngaku saja maka rekening ini harus kita perhitungkan"
Orang berkedok itu darahnya naik seketika. Ia lalu lompat sambil pentang kedua tangannya yang besar, untuk menyambar dirinya Lim Tiang Hong.
691 Lim Tiang Hong geser kakinya. Badannya
mengegos. Dengan mudah dapat menyingkirkan
sambaran tangan orang berkedok itu.
Melihat sambarannya tadi mengenakan tempat
kosong, si orang berkedok lalu gerakkan tangannya dan menyambar untuk kedua kalinya.
Lim Tiang Hong ketawa dingin. Selagi hendak balas menyerang, tiba2 hidungnya dapat mencium bau harum.
Dirinya Lok-hee Hujin sudah berada ditengah-tengah antara mereka. Dengan suara cemas berkata: "Jangan bertempur lagi, apakah kalian ayah dan anak hendak saling hantam sendiri?"
"Anak durhaka yang tidak berbakti terhadap orang
tua, perlu apa dibiarkan hidup?" berkata orang berkedok itu dengan suara dingin.
Lim Tiang Hong sebaliknya masih berdiri tegak
dengan sikapnya yang dingin.
Lok-hee Hujin per-lahan2 menghampiri padanya,
sambil menepuk pundaknya berkata: "Hong-jie, kau tak boleh begitu. Dia toh ada ayahmu sendiri!"
Lim Tiang Hong dongakkan kepala sambil ketawa
bergelak-gelak, kemudian berkata dengan suara tawar: 692
"Mana buktinya kalau dia ada ayahku" Ibu, kau jangan desak aku. Jikalau tidak, jiwanya iblis jahat ini akan segera melayang!"
Kauwcu muda ketika mendengar perkataan Lim
Tiang Hong itu, lantas membentak dengan suara keras:
"Anak haram, sungguh besar nyalimu hei!"
Ia lalu lompat hendak menyerang dirinya Lim Tiang Hong, tapi dicegah oleh Im-san Mo-lie sembari berkata:
"Kau jangan sembrono, nanti aku yang menanya
padanya," Ia lalu menghampiri Lim Tiang Hong sembari
berkata: "Adik, kau ini bagamana sih" Mengapa ayahmu sendiri kau tidak mau mengakui?"
Lim Tiang Hong ketawa dingin, diwajahnya terlintas suatu perasaan gusar. Im-san Mo-lie yang menyaksikan keadaan demikian, dalam hati diam2 merasa kaget.
Diam2 tangannya dimasukkan kedalam saku untuk
mengambil sapu tangan, lalu dengan kecepatan bagaikan kilat dikibaskan di mukanya Lim Tiang Hong. Bau harum luar biasa segera menusuk hiduntnya si anak muda.
Oleh karena Lim Tiang Hong pernah makan
nyalinya naga api (Hwe-liong-tan) segala macam racun 693
tidak mempan terhadap dirinya, ditambah lagi baru2 ini telah makan banyak jamur yang tumbuh dalam perutnya naga raksasa, dan dibadannya sedang membawa
nyalinya naga raksasa jsng sudah membatu, maka hawa.
racun yang dikibaskan oleh Im-san Mo-lie melalui sapu tangannya, sudah tentu saja tidak berarti apa2 baginya.
Tapi dalam otaknya mendadak terlintas suatu
pikiran, disaat bau harum itu masuk hidungnya lantas rubuh tidak ingat orang, ternyata ia sudah menggunakan pelajaran ilmu menutup sendiri jalan pernapasannya yang diajarkan oleh si pengemis pincang, hendak
permainkan orang2 Thian-cu kauw.
Orang berkedok itu begitu melihat ia jatuh rubuh, lantas perdengarkan ketawanya yang aneh. Secepat kilat hendak menerjang padanya, tapi Lok-hee Hujin lantas menjerit: "Kau mau apa?"
"Anak haram semacam ini kalau dibiarkan hidup
akhirnya pasti akan menggagalkan urusan besar, ada lebih baik dibereskan siang2, bukankah meringankan beban kita?" jawabnya orang berkedok bengis.
Lok-hee Hujin mana mau mengerti. Dengan
mati2an ia berusaha melindungi dirinya Lim Tiang Hong.
694 Tapi, ia berhasil mendesak orang berkedok, sebaliknya sudah tidak berhasil mencegah Im-san Mo-lie dan
kauwcu muda. Dua orang itu masing2 dengan
menggunakan jari tangannya, menotok bagian jalan
darah Lim Tiang Hong. Oleh karena Lim Tiang Hong sadah menutup sendiri
semua jalan darahnya, maka totokan kedua orang itu tidak ada gunanya sama sekali.
Orang berkedok itu pada saat itu sudah mendorong
dirinya Lok-hee Hujin dan berjalan kesampingnya Lim Tiang Hong. Dari sakunya pemuda itu ia mengambil
nyalinya naga raksasa yang sudah membeku, kemudian berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Anak haram ini sungguh cerdik. Barang pusaka nyalinya naga raksasa yang sudah membatu itu, ia sudah berhasil
mendapatkannya" Lim Tiang Hong yang rebah menggeletak di tanah,
sedikitpun tidak bergerak, didalam hatinya diam2
memaki "kau tidak usah bangga, sebentar Siauwya-mu akan mengambil jiwamu"
Orang berkedok itu dengan bangga buat main
nyalinya naga itu sekian lama, tiba2 dengan telapakan 695
tangannya ia menekan tubuhnya Lim Liang Hong yang rebah menggeletak di tanah. Menyerang secara gelap dengan menggunakan telapakan tangan ini, ada lebih ganas daripada menggunakan kekuatan jari tangan.
Lim Tiang Hong diam2 kertak gigi. Selagi hendak
memberi perlawanan, mendadak nampak berkelebat
bayangan merah. Secepat kilat lewat didepannya orang berkedok dan dengan tiba2 menyambar nyali naga di tangannya, kemudian dengan kedua jari tangan menotok jalan darah "Ciok-tie-hiat" di badannya orang berkedok.
Orang berkedok itu yang semua pikirannya
dipusatkan hendak membinasakan dirinya Lim Tiang
Hong, apa lagi dalam hatinya merasa gembira karena dengan secara mudah sudah berhasil mendapatkan
nyaiinya naga yang sudah membeku, hingga tidak
menduga dirinya ditotok orang dan barang pusakanya direbut. Dan oleh karena totokan orang baju merah itu pula, telapakan tangannya yang hendak digunakan untuk menekan tubuhnya Lim Tiang Hong, terpaksa ditarik kembali sambil lompat ke samping sejauh 3 kaki
Selagi orang baju merah itu sudah berhasil
mendesak mundur orang berkedok, Im-san Mo-lie dan 696
Kauwcu muda sudah menerjang dirinya orang itu dengan secara kalap.
Tapi seketika itu juga lalu terdengar suara bentakan berulang-ulang. Dari gerombolan pohon ada muncul
beberapa orang, yang mendesak mundur Im-san Mo-lie berdua.
Ketika Lim Tiang Hong mencuri melihat, orang baju merah yang merebut nyalinya naga dan menolong
dirinya, ternyata ada Sin-li Hongcu dari gunung Bu-san.
Disampingnya ada berdiri 4 laki2 gagah yang melindungi padanya.
Orang berkedok itu yang memang buas tabiatnya,
kini telah jatuh ditangannya seorang perempuan muda, sudah tidak dapat mengendalikan hawa amarahnya lagi, sehingga rambut dan jenggotnya pada berdiri. Dengan suara keras ia membentak: "Budak hina, besar sekali nyalimu. Hei! Kau siapa" Berani2 turut campur tangan dalam urusannya Thian-cu-kauw"
Sin-lie Hongcu dengan sikapnya yang dingin
menjawab: "Kalian sekeluarga, telah berserikat untuk menipu satu bocah yang baru muncui didunia kang-ouw.
697 Aku Sin-lie Hongcu tidak bisa lihat perbuatan kalian yang begitu rendah!"
Setiap perkataan si nona itu se-olah2 pisau belati tajam menusuk hatinya si orang berkedok, hingga
merasa sangat gusar dan malu. Dengan wajah beringas, mulutnya mengeluarkan suara tertawanya yang
menyeramkan, sedang kakinya dengan tindakan perlahan2 maju menghampiri si nona, ia hendak melakukan serangan secara mendadak yang mematikan. 12 hongcu (kepala) dari gunung Bu-san, ada
merupakan orang2 kuat yang agak aneh tabiatnya.
Mereka namanya sangat terkenal didaerah Su-cuan
selatan. Diantara 12 hongcu itu, hanya Sin-lie Hougcu yang merupakan seorang wanita. Sejak kanak2 sudah menerima didikan dari ayahnya sendiri. Karena ia
dibesarkan didalam kalangan keluarga yang tabiatnya kokoay, tinggi hati dan suka menyindir, maka tabiatnya juja berubah menjadi seorang yang ketus dingin.
Ketika menyaksikan orang berkedok itu setindak
demi setindak menghampiri dirinya, ia masih tetap berdiri ditempatnya dengan sikap tidak memandang mata.
698 Empat pengawalnya Sin-lie Hongcu, masing2 sudah
siap sedia menghadapi segala kemungkinan....
Mendadak terdengar berulang-ulang suara siulan
aneh, sampai disana sini di dalam rimba itu terdengar suara ramainya, lalu dalam rimba ada muncul
serombongan orang. Rombongan orang yang baru muncui itu, tidak
seorang diantara mereka yang memperhatikan
kebuasannya orang berkedok, juga tidak ada satu yang menikmati paras cantik dari Sin-lie Hong-cu. Mata mereka semua ditujukan kepada nyalinya naga yang berada didalam tangannya Sin-lie Hongcu.
Orang berkedok itu tahu bawa itulah ada
kesempatan yang paling baik, maka ia lantas membentak dengan suara keras, kemudian tangannya dengan
kecepatan bagaikan kilat menyerang dirinya Sin-lie Hongcu,
Empat pengawalnya Sin-lie Hongcu, begitu melihat
orang berkedok itu meiancarkan serangan, lantas
sodorkan tangan mereka dengan serentak. Serangan 4
orang yang tergabung menjadi satu itu, merupakan
serupa kekuatan yang amat dasyat. menyambuti
699 serangannya si orang barkedok. Dan tatkala kedua
kekuatan saling beradu, lalu menimbulkan suara hebat.
Empat pengawalnya Sin-lie Hongcu dengan wajah
pucat pasi, masing2 mundur 2 tindak, sedang orang berkedok itu masih tetap tidak bergerak. Sambil ketawa dingin, ia maju lagi 2 tindak. Dengan sorot mata buas, terus menatap parasnya Sin-lie Hongcu.
Pada saat itu, dari dalam rombongan orang itu
muncul kemudian berkata dengan suaranya nyaring:
"Jangan turun tangan dulu, lohu ingin bicara sepatah dua patah saja"
Berbareng dengan itu, kembali muncui lagi
beberapa orang kedalam kalangan.
Orang berkedok itu dengan suaranya seperti
geledek, berkata: "Selamat bertemu! Tuan Jie-hay Sam-sian, Meh-pak It-koay, Tong-hay Gia-mo, Ma-hoat Taoto, Cao-sat Totiang dan lain2nya. Sebab mengikuti pertemuan ini semua, sungguh merupakan suatu
pertemuan yang jarang ada. Tapi Thian-cu-kauw perlu memberi sedikit keterangan, barang siapa yang berani berhadapan langsung sebagai musuhnya Thian-cu-kauw, kami tidak akan melupakan untuk selama-lamanya"
700 Keterargan itu tidak bedanya dengan satu
peringatan keras, hingga para jago itu sampai pada melongo.
Lim Tiang Hong yang berlagak pingsan, tahu bahwa
saat itu keadaannya ada sangat gawat. Disamping itu, dari pembicaraan antara Sin-lie Hongcu dengan orang berkedok tadi, ia sudah mendapat kepastian, bahwa orang barkedok itu memang benar bukan ayahnya. Maka ia lalu kerahkan kekuatannya, semua jalan darah yang tertutup telah terbuka lagi, dengan satu gerakan ringan sekali, ia sudah lompat bangun.
Sin-lie Hongcu yang terdorong oleh perasaan gusar, dari dalam tangannya orang berkedok ia menolong
dirinya Lim Tiang Hong dan merebut nyalinya naga yang sudah membeku itu, tidak nyana bahwa tindakannya itu telah mengakibatkan datangnya banyak kawanan iblis itu. sehingga keadaan semakin gawat, sedang dipihaknya sendiri agak kekurangan tenaga, maka dalam hatinya diam2 merasa gelisah.
Dalam keadaan demikian, mendadak tangannya
dirasakan ringan. Nyali naga yang berada ditangannya sudah diambil orang dengan mudah. Dalam kagetnya ia 701
lantas kibaskan tangannya, tangan yang lain melakukan serangan membalik, tapi belum keluar kekuatan dalam tangannya, tangannya sudah dipegang oleh satu tangan yang kuat, berbareng dengan itu, telinganya dengar suara lemah lembut: "Kau jangan cemas, aku yang
rendah adalah Lim Tiang Hong"
Tatkala Sin-iie Hongcu berpaling, ia baru dapat lihat bahwa orang yang memegang tangannya adalah itu
pemuda yang mengembalikan padanya 2 helai sobekan kitab Hian-hian Pit-kip, ia baru merasa lega. Mendadak ia ingat nama Lim Tiang Hong itu seperti tidak asing lagi baginya. karena ia sudah lama berkelana didunia kang-ouw. Setelah berpikir sejenak, lantas saja ingat, kiranya pemuda ini adalah Lim Tiang Hong yang mendapat
julukan To-liong Kongcu dan yang namanya sangat tenar pada waktu belakangan ini. Dengan tanpa sadar ia
mengawasi lebih lama, sayang Lim Tiang Hong pada saat itu sedang mengawasi para jago dengan sorot mata
beringas. Sin-lie Hongcu dari gunung Bu-san itu meskipun
dirinya merupakan satu bintang dalam keangkuhan, tapi bisa pegang derajat, jarang sekali ia bergaul dengan 702
kaum pria, dan hari itu ia berdiri berendeng dengan Lim Tiang Hong. Ini ada merupakan sang pertama kalinya dalam sejarah hidupnya, maka seketika itu, dalam
hatinya lalu timbul semacam perasaan akrab dan
perasaan itu juga seumur hidupnya belum pernah ia alami.
Karena ia ada satu gadis sombong, tinggi hati, tapi menghadapi pemuda yang tampan gagah dan sangat
simpatik ini, agaknya ia merasa dirinya telah berubah menjadi lain daripada lain.
Kita kembali lagi kepada para jago yang dikejutkan oleh peringatannya orang berkedok tadi, kini mendadak mendapat lihat dirinya Lim Tiang Hong yang muncui secara aneh dan berdiri berendeng dengan Sin-lie
Hongcu, untuk sesaat mereka terkejut, tidak terkecuali dengan si orang berkedok, Im-san Mo-lie, kauwcu muda dari Thian-cu-kauw dan Lok-hee Hujin. Mereka pada tidak habis mengerti, dengan cara bagaimana Lim Tiang Hong bisa siuman sendiri"
Dengan mata menatap para jago itu, Lim Tiang
Hong berkata sambil ketawa: "Tidak nyana aku si orang Lim hari ini kembali berjumpa lagi dengan tuan2 sekalian.
703 Aku masih ingat dulu ketika bertempur itu adalah karena urusan patung kuno, tapi patung kuno itu, memang
benar tidak ada didalam badanku si orang she Lim.
Kedatangan tuan2 hari ini, tak usah ditanya juga sudah kuketahui, adalah karena nyalinya naga raksasa yang sudah membatu. Tapi benda itu, adalah aku yang rendah dengan pertaruhan jiwa baru mendapatkan dari lembah Heng-hong Pit-kok, kalian entah dengan alasan apa hendak merebut" Seolah-olah diwajahnya kalian setiap orang, semua dipasangi merek "perampok". Tidak perduli barang apa saja, seketika hendak dirampok dengan
kekerasan. Menurut pikiranku yang bodoh, lebih baik tuan2 bikin mati pikiran demikian itu, karena itu berarti mengantarkan jiwa secara cuma2. Sesungguhnya tidak ada harganya"
Semua orang yang ada disitu, kecuali Jie-hay Sam-
sian, hampir semuanya sudah pernah mengadu kekuatan dengan Lim Tiang Hong. Meski mereka tahu bahwa anak muda ini tidak gampang dilayani, tapi dihadapan mata orang banyak, siapapun tidak mau mengunjukkan
kelemahannya sendiri. 704 Jie-hay Sam-sian lalu maju kedepan dan berkata
sambil menuding Lim Tiang Hong: "Kami orang tidak ada maksud hendak merampok nyali naga itu. Aku hanya
hendak menanyakan padamu satu hal saja, gambar
petamu Hong-hong Pit-kok itu. kau dapat dari mana?"
"Tiat-ciang Ngo-liong Cin Ciat yang menghadiahkan itu padaku"
"Ucapanmu ini boleh kau gunakan untuk menipu
orang lain, mungkin boleh kau gunaksn untuk
menggertak, tapi didepan kita orang Jie-hay Sam-sian, kau tak perlu menggunakan akal muslihat semacam ini.
Siapa yang tidak tahu, kalau Thian-lam Ngo-liong dengan Bu-ceng Kiam-khek ada sedikit ganjalan hati, bagaimana bisa menghadiahkan barang padamu" Lagipula Thian-lam Ngo liong bukannya orang2 yang tidak ada gunanya, bagaimana mereka mati melepaskan kesempatan yang
baik ini dan diberikan padamu?" berkata Jie-hay Sam-sian sambil ketawa dengan serentak.
"Percaya atau tidak terserah padamu!" jawab Lim
Tiang Hong dingin. Jie-hay Sam-sian mendadak berubah menjadi
keren, dengan suara bengis mereka membentak:
705 "Kebanyakan adalah kau dapatkan dengan jalan mencuri!
Kami beritahukan padamu, biar bagaimana, Jie-hay Sam-sian hari ini hendak mewakili Thian-lam Ngo-liong untuk minta kembali gambar peta yang hilang dan nyalinya naga itu"
Lim Tiang Hong belum lagi menjawab, orang
berkedok itu mendadak sudah lompat melesat
menyerang Jie-hay Sam-sian. Di-antara suara jeritan ngeri, Glok-san-sian dari barisan Jie-hay Sam-sian itu kena dihajar dengan telak oleh orang berkedok, hingga tubuhnya terpental setingi 2-3 tombak, sambil
mengeluarkan suara jeritan ngeri, ia jatuh menggelinding kebawah bukit.
Tho-teng-sian dan Thian-koay-sian dalam keadaan
kaget, keduanya lantas ayun tangan menyerang
berbareng dari kanan dan kiri orang borkedok.
Orang berkedok itu sambil mengeluarkan suara
ketawa yg seram, badannya berputaran dengan cepat tangannya yang mengayun beberapa kali, kembali
terdengar suara jeritan ngeri Tho-teng-sin dan Thian koay-sian kedua-duanya mulutnya menyemburkan darah dan telah menggelinding ke bawah bukit.
706 Orang berkedok dalam sekejapan tadi sudah
mambinasakan jiwa 3 orang kuat dalam rimba persilatan, hingga seketika itu juga para jago pada merasa jeri.
Tatkala menampak sinar mata orang berkedok yang
begitu buas, dengan tanpa sadar mereka mundur
berulang-ulang dengan mengunjukkan perasaan takut.
Hanya Lim Tiang Hong, yang sikapnya tetap
tenang, sambil menggendong kedua tangannya, dan
sorot mata dingin mengawasi keadaan dalam kalangan.
Dalam pikirannya Sin-lie Hongcu pada saat itu juga merasa kaget, tapi tatkala ia menyaksikan sikapnya Lim Tiang Hong seolah2 tidak menghadapi kejadian apa2, diam2 merasa kagum, maka ketika sinar matanya
kebentrok dengan si pemuda ia telah unjukkan
senyumannya yang menggiurkan.
(-0odwkzo0-) Jilid Ke 8 ":dow: " Lim Tiang Hong meski tidak begitu puas terhadap
sepak terjangnya nona itu, tapi karena sikapnya yang 707
sangat simpatik terhadap dirinya, mau tidak mau ia terpaksa anggukkan kepala sambil bersenyum.
Orang berkedok itu setelah membinasakan jiwanya
Jie-hay Sam-sian, lalu berkata sambil ketawa bangga:
"Siapa lagi orangnya yang ingin merebut nyali naga raksasa ini, boleh keluar coba main2 berapa jurus dengan aku!"
Tapi, didalam kalangan itu nampak sepi sunyi, tidak seorangpun yang berani menjawab.
Orang berkedok itu kembali berkata sambil ketawa
bangga: "Kalau memang tidak ada itu nyali semua boleh enyah dari sini!"
Orang2 dari rimba persilatan, kebanyakan rela
dipenggal kepalanya atau kucurkan darahnya, tapi tidak mau mandah dihina dihadapan umum. Perbuatannya
orang berkedok yang demikian jumawa, seketika lantas menimbulkan reaksi hebat bagi para jago itu, meski mereka tidak berani menjawab terang2an.
Tapi suasana disitu mendadak menjadi gawat,
mereka masing2 pada siap dengan diam2, agaknya
sudah akan melakukan gerakan serentak terhadap orang jumawa itu.
708 Orang berkedok ternyata licin sekali, begitu lihat bahwa gertakannya telah menimbulkan reaksi sebaliknya yang hampir saja merunyamkan keadaan, segera rubah sikapnya. Sambil ketawa terbahak-bahak ia berkata:
"Lohu, benar2 dibikin jengkel oleh binatang cilik itu.
Dalam urusan ini bagaimana bisa sesalkan tuan...?"
Tubuhnya yang tinggi besar lalu melayang
kedepannya Lim Tiang Hong dan lantas menyerang.
Serangan itu ternyata dilakukan dengan sepenuh
tenaga dan mengandung hawa dingin yang bisa bikin kaku badan dan napas sesak.
Lim Tiang Hong yang tidak menduga akan diserang
secara mendadakan, lalu gerakkan kaki kanan, bertindak.
Satu tangannya melancarkan serangan dengan ilmunya Siauw-yang It-ku Sin-kang.
Suara gemuruh segera terdengar seperti gunung
meledak atau geledek menyambar.
Angin hebat bersambaran seperti ada terbit angin
puyuh. Semua orang yang ada disitu pada lari berserabutan berseru kaget....
(-0odwkzo0-) 709 Bab 19 ADU KEKUATAN antara orang berkedok dengan Lim
Tiang Hong itu kesudahannya benar2 mengejutkan
banyak orang. Lok-hee Hujin dengan wajah pucat pasi lari ke
depannya orang berkedok dan dengan suara cemas
bertanya: "Apa kau terluka?"
Tetapi yang ditanya sebaliknya malah mendorong
badan Lok-hee Hujin dan menggeram dengan suara
hebat: "Lekas enyah kau dari sini"
Lok-hee Hujin yang sama sekali tak menduga akan
diperlakukan demikian kasar oleh suaminya, hampir saja rubuh terjengkang. Wanita pesolek ini lalu memanggil Lim Tiang Hong seraya katanya: "Hong-jie, kau tidak boleh berbuat keterlaluan. Kau berani melawan
ayahmu?" Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan ibunya
soal itu, dalam hati merasa kasihan tetapi juga
mendongkol. Sebaliknya terhadap orang berkedok itu, perasaan jemu dan bencinya ber-tambah2.
710 Pada saat itu orang berkedok itu agaknya sedang
berusaha menekan darahnya yang menggolak hebat
akibat kemarahannya yang memuncak. Ia lantas
menggeram dan untuk kedua kalinya melesatkan
badannya, dengan dua2 tangannya mencengkeram
dirinya Lim Tiang Hong! Tangannya yang besar itu terayun cepat sekali,
dalam waktu sekeajapan sudah duapuluh satu kali
serangan beruntun dilancarkannya.
Dalam kabuasannya, si orang berkedok dalam
setiap serangannya terus memasukkan seluruh
kekuatannya. Serangan2nya bukan hanya cepat saja, tetapi gencar juga. Kekuatan tenaga dalam yang
terkandung dalam serangan2nya itu begitu hebatnya sehingga boleh juga dikata dapat merubuhkan gunung.
Kala itu seluruh badannya Lim Tiang Hong seperti
kecil saja dalam kurungan sepasang tangannya orang berkedok.
Sin-lie Hong-cu yang menyaksikan pertempuran
secara demikian pincang, diam2 menguatirkan juga
keselamatannya Lim Tiang Hong.
711 Tetapi Lim Tiang Hong yang telah ber-kali2
menemukan kejadian gaib, ilmu silatnya tentu saja besar sekali kemajuannya. Serangan yang begitu kuat dan hebat dari si orang berkedok masih dapat dilayani semua dengan sikap yang tenang, sekali juga tak pernah terlihat wajah gugupnya.
Diantara berseliwerannya tangan2 kasar si orang
berkedok yang senantiasa menyusup sana mencari
lowongan kemari, Lim Tiang Hong yang masih bersangsi, bahkan sama sekali tidak percaya kalau orang berkedok itu ayahnya sendiri, tetapi memikir lagi bahwa segala sesuatu didunia ini ada saja kemungkinannya, maka ia terus saja mempertahankan diri dengan gigih tetapi hati2.
Demikianlah, begitu gencar dan sengitnya si orang berkedok ber-kali2 serangannya hanya dikelit terus oleh Lim Tiang Hong, lebih banyak menjaga diri dari pada menyerang.
Pertempuran yang berjalan pincang itu sudah tiga
puluh jurus dilalui. Selagi pertempuran masih berlangsung sengit2nya
mendadak orang berkedok mundur lima kaki seperti
712 orang kena pagutan ular berbisa. Dengan wajah
kekagetan dan perasaan was2 ia lantas buka mulut
menanya: "Apa kau muridnya si Orang tua Penyipta?"
Dalam matanya Lim Tiang Hong mendadak
terpancar sinar gemerlapan yang aneh. Dengan
kecepatan kiiat dia terbang ke depan dan lantas
mengulur tangannya hendak menyambar pergelangan
tangan si orang berkedok disertai dengan suaranya yang keras: "Apa kau sendiri itu orang yang mendapat julukan Manusia Buas Nomor Satu di kolong langit....?"
Semua itu terjadinya hanya makan waktu beberapa
detik. Tetapi dalam waktu sesingkat itu entah sudah berapa hanya kali timbul niatnya si orang berkedok hendak menyingkirkan jiwa anak muda dihadapannya.
Maka ia lantas mengibaskan pergelangan tangannya
yang kala itu sudah tercekal Lim Tiang Hong. kemudian lagi dengan kecepatan kilat menyerang tiga bagian jalan darah terpenting di badan Lim Tiang Hong.
Karena kedua pihak berdiri hanya terpisah dalam
jarak yang dekat sekali dan pula orang berkedok itu sudah begitu bulat tekadnya ingin melenyapkan lawan 713
mudanya, maka serangan itu dengan sendirinya amat ganas lagi mematikan.
Akan tetapi bagaimanakah keadaannya Lim Tiang
Hong pada kala itu" Tidaklah percuma ia sebagai murid Bu-ceng Kiam-
khek. karena pada ketika si orang berkedok
menggerayangkan tangannya lantas dikempeskan sedikit perutnya dan tangannya sendiri lantas terayun mengirim serangan balasan.
Orang berkedok itu terpaksa tarik mundur
serangannya sebab apabila tidak demikian ia tahu sendiri apa akan menjadi akibatnya. Terkejut den ketakutannya orang berkedok pada saat itu sudah sampai di
puncaknya. Begitu pun dengan kegusarannya.
Rambutnya yang berwarna ke-kuning2an nampak pada
berdiri, kedoknya yang berwarna hijau hampir lepas dari wajahnya. Berewoknya berdiri seperti bulu landak. Sorot matanya jelas dari lubang kedok beringas sekali. Dengan gerangan keras dia lantas menjulurkan dua lengannya yang panjang, sedangkan kakinya setindak demi setindak per-lahan2 mendekati Lim Tiang Hong.
714 Lim Tiang Hong dalam keadaan demikian mencoba
se-bisa2 menindas perasaannya yang bergolak hebat.
Dengan cepat dipusatkannya ilmu Siauw-yan It-ku Sinkang. Dengan mata tak berkesip terus meng-amat2i
gerakan lawannya sedang diatas kepalanya nampak asap warna putih mengepul tinggi se-olah2 selaput kabut yang meliputi kepalanya.
Dalam medan pertempuran saat itu keadaan sudah
sunyi sekali. Semua orang pada tertekan perasaannya disebabkan suasana panas yang tegang sekali itu.
Mereka tanpa berkedip mengawasi dua jago yang tengah bertempur itu.
Im-San Mo-lie dan ketua muda Thian-cu-kauw
sebaliknya dengan wajah penuh napsu membunuh diam2
geser kaki mendekati Lim Tiang Hong.
Tetapi Sin-lie Hongcu yang senantiasa
memperhatikan jalannya pertempuran sambil tengok
sana tengok sini, ketika menyaksikan kelakuan dua manusia licik itu, diparasnya yang agung dingin
mendadak berobah merah padam, gusar sekali dia
rupanya. Seketika itu lantas terdengar suara ketawanya yang berkakakan. sedangkan empat orang pengawalnya, 715
yang pun melihat perbuatan dua orang itu, semua sudah pada bergerak kesampingnya Lim Tiang Hong ingin
menutup diri anak muda itu. Mata mereka tidak terlepas dari Im-san Mo-lie dan kakaknya.
Padahal mereka itu semua sedang merasa kuatir
akan percuma perbuatannya. Sebabnya ialah, dengan kepandaian ilmu silat dan kekuatan tenaga yang dimiliki Lim Tiang Hong dewasa itu, sekalipun semua anak
buahnya orang berkedok turut campur tangan barangkali masih bukan tandingannya.
Orang yang paling cemas hatinya dan paling sulit
kedudukannya pada saat itu adalah Lok-hee Hujin.
Matanya sebentar mengawasi sikap orang berkedok,
yakni suaminya sendiri yang se-olah2. ingin menelan bulat2 lawannya. Dalam keadaan setengah sadar dia lantas maju dan mencekal tangan suaminya itu dan
berkata: "Kau jangan berbuat begitu.... Kau berdua ayah dan anak nanti kedua2nya akan jatuh semua...."
Tetapi orang berkedok itu kibaskan tangannya,
dengan bengis membentak: "Menyingkir jauh2. Dan
jangan ambil pusing dalam urusanku!"
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
716 Karena pada saat itu semua kekuatan dan tenaga
dalam orang berkedok itu telah terpusat dikedua
tangannya, maka kebuasannya terhadap isterinya hebat luar biasa. Sebaliknya dengan Lok-hee Hujin yang tak ber-jaga2 sebelumnya, sudah tentu lantas ter-guling2
jungkir balik di tanah. Lim Tiang Hong yang menyaksikan kejadian
demikian hatinya terasa di-iris2. Semua kekuatan tenaga yang telah terpusat dan tersalur dikedua tangannya lantas ditariknya kembali, maksudnya ingin menolong ibunya lebih dahulu.
Akan tetapi Lok-hee Hujin sebaliknya sudah tidak
menghiraukan jiwanya sendiri, kembali sudah merayap bangun dan memeluk lutut suaminya sembari berseru:
"Jangan berbuat begitu...."
Orang berkedok lantas berseru nyaring: "Budak
hina! Kau juga cari mampus!"
Tangannya yang besar lantas mengayun hendak
menghajar batok kepala Lok-hee Hujin.
Serangan tangan itu meskipun tidak menggunakan
tenaga penuh, tetapi apabila mengenai sasarannya, 717
sekalipun tidak sampai menjadi bangkai seketika, akan terluka parah sudah tentu.
Lim Tiang Hong yang melihat betapa ganas dan
telengasnya si-orang berkedok turun tangan, lantas menggeram dan membentak keras: "Kau berani!?"
Disaat itupun kedua jari tangannya dlsentilkan.
Kekuatan tenaga dalam yang telah berubah menjadi biji sebesar kacang lantas meluncur keluar!
Yang diarah rupanya adalah jaian darah Ciok-tie-
hiat di badan orang berkedok. Akan tetapi si orang berkedok nyatanya tahu bahaya. Dengan cepat sudah ditarik kembali tangannya, kemudian lagi dengan
beruntun beberapa kali tangannya dihalaukan kedepan untuk menangkis serangan Lim Tiang Hong tadi.
Dalam kaget dan gusarnya, orang berkedok ini
terus menatap Lim Tiang Hong dan Lok-hee Hujin berganti2.
Mendadak badannya lompat melesat.... dia sudah
kabur jauh! Lok-hee Hujin agaknya dibuat kaget sekali oleh
kejadian di luar dugaan itu. Dia terus membuntuti dengan ekor mata ke punggung suaminya, sampai
718 lenyap dan lantas mengejar. Rambutnya yang riap2an dan pupurnya yang pada sudah pada rontok sudah tak diperhatikannya lagi. Betapa cemas dan kuatirnya dia pada kala itu dapatlah dibayangkan sendiri.
Im-san Mo-lie bersama anak muda yang menjadi
Kauwcu muda Thian-cu-kauw juga sudah lantas
mengikuti jejak dua orang tuanya yang lantas
menghilang dari situ. Lim Tiang Hong kalau melihat tingkah laku ibunya, yang dihadapan orang berkedok itu demikian takutnya, dalam hati merasa tidak enak.
Ketika ia berpaling mengawasi Sin-lie Hong-cu
dengan empat orang pengiringnya, mereka tampak
dengan sikap amat tegang berdiri disekitarnya. Maka ia lalu menjura seraya katanya: "Tuan2 masih adakah
urusan lain" Harap kalian bisa urus dulu, itu urusan disini, aku yang rendah percaya masih bisa bereskan sendiri"
Parasnya Sin-Iie Hong-cu yang agung dan dingin
tiba2 tampak suatu perasaan yang aneh. Agaknya ia ingin mengucapkan apa2, namun selalu diurungkan,
tidak jadi membuka mulutnya. Ia sebagai seorang yang 719
berkedudukan kepala, belum pernah minta pertolongan orang.
Kali ini, ia butuhkan sangat pertolongannya Lim
Tiang Hong namun rupanya ia tak mampu membuka
mulut. Lim Tinng Hong yang melihat keadaan nona itu
demikian, sudah dapat menduga apa yang sedang
dipikirkannya. Maka ia lantas berkata: "Duabelas Hong-cu dari gunung Bu-san jikalau membutuhkan sesuatu, aku asal dikabarkan dengan sepucuk surat saja pasti akan datang"
Sin-lie Hong-cu segera berkata: "Siauw-moay
terlebih dahulu menghaturkan terima kasih atas kebaikan Lim-heng, semoga janji itu bisa dipegang teguh"
Mendadak ia mengibaskan tangannya, dan kepada
empat kawannya memberi isyarat, ia sendiri dengan gerakan sangat indah sudah berlalu meninggalkan Lim Tiang Hong.
Pada saat itu semua orang yang bersangkutan
sudah berlalu semua. Disitu kini hanya tinggal Lim Tiang Hong seorang. Ia lalu berpaling dan berkata pada para jago2 rimba persilatan yang masih berdiri di sekitarnya.
720 "Aku si orang she Lim sekarang memberikan
peringatan terakhir kepada tuan2. Jangan kalian pikir yang bukan2, apalagi inginkah nyali naga yang sudah membatu. Kalian tidak perlu korbankan jiwa cuma2!"
Orang2 yang ada disitu, yang pernah mengadu
kekuatan dengan Lim Tiang Hong adalah Pak-bin It-koay, Tong-hay Gia-mo, Mo-hoat Taotho dan Cao-sat Tojin.
Mereka biar bagaimanapun sangat merasa penasaran, apabila sampai dapet digertak oleh beberapa patah kata saja. Akan tetapi mereka tidak berani maju seorang saja untuk menghadapi Lim Tiang Hong. maka hanya saling berpandangan amani sesamanya, lama sekali tak berani bergerak....
Lim Tiang Hong ketika menyaksikan tingkah laku
orang2 itu yang hanya saling pandang antara
sesamanya, kembali berkata dengan suara dingin:
"Jikalau kalian benar2 masih belum merasa puas, aku si orang she Lim ingin memberikan satu kelonggaran.
Sekarang boleh maju berbareng, dengan begitu nyali kalian tentunya akana jadi lebih besar"
Perkataan itu apabila diucapkan pada waktu2 biasa, itu berarti suatu penghinaan besar terhadap orang2 yang 721
sudah mempunyai nama didalam kalangan kang-ouw itu.
Tetapi saat itu perkataan Lim Tiang Hong merupakan suatu alasan yang dapat dipakai se-baik2nya oleh
mereka. Maka baru saja ucapan Lim Tiang Hong tadi
berhenti, sudah ada empat orang yang mengambil posisi sendiri2 masing2. Keempat orang ini berdiri sambil kepal2 tangan, ingin mencoba mengadu peruntungan.
Tepat pada saat itu, darl jauh terdengar suara
mengaung yang amat nyaring. Suara itu nyaring dan tajam, berkumandang di udara lama sekali.... Itupun merupakan suatu bukti bahwa orang yang mengeluarkan suara begitu ilmunya tinggi luar biasa.
Semua jago yang ada disini semua pada terkejut
hingga tangan2 yang per-lahan2 sudah keluar ingin menyerang Lim Tiang Hong sudah pada ditarik kembali.
Dari suara itu dapat diduga bahwa orang yang baru datang itu sebetulnya mempunyai kekuatan luar biasa.
Tatkala untuk pertama kalinya terdengar suara
mengaung itu, kedergarannya masih berada ditempat sepuluh lie jauhnya. Tapi suara yang kedua kalinya sudah 722
berada dekat sekali. Dan kemudian lagi lantas muncul satu orang yang melayang turun dari tengah udara.
Orang itu kepalanya mengenakan kopiah bulu
kambing, demikian pula pakaiannya terdiri dari bahan itu.
Wajahnya pucat bagai tak berdarah, hidungnya
meiengkung sampai hampir menutup bibirnya. Setiba orang iiu di tanah, sepasang matanya yang kecil kecil seperti mata tikus terus berputaran. Dan kemudian, sambil menuding Lim Tiang Hong ia berkata: "Bocah!
Kau tentunya adalah anak muridnya Bu-ceng Kiam-khek.
Dan setan tua itu, sekarang dimana dia?"
Lim Tiang Hong menyaksikan sikap dan tingkah
laku orang yang baru datang itu bagai orang yang tak kenal perikesopanan, maka segera jawabnya: "Benar!
Aku si orang she Lim adalah muridnya Bu-ceng Kiamkhek. Mengenai dimana adanya Bu-ceng Kiam-khek
sekarang, kau masih belum pantas menanyakannya"
Orang itu delikkan niatanya lebar2, kemudian
membentak keras2: "Lohu malang melintang seumur
hidup. Belum ada seorang juga yang berani pentang bacot lebar2 di depan Liauw-tong Kim-cie. Hari ini kalau 723
tidak kau beritahukan tempat tinggalnya suhumu, jangan harap kau bisa berlalu dari sini!"
Liauw-tong Kim-cie, demikian orang yang baru
datang ini namanya. Setelah memperkenalkan sendiri namanya, membuat terkejut semua orang yang ada
disitu. Orang2 itu tanpa merasa telah bergerak mundur beberapa tindak.
Lim Tiang Hong sebaliknya tidak tahu bahwa orang
yang menyebut dirinya Liauw-tong Kim-cie itu sebetulnya adalah salah seorang yang di daerah Koan-tong dapat malang melintang sesukanya itu orang yang dalam
kalangan hitam namanya amat kesohor dengan gelarnya Tui-beng Giam-lo (Raja Akhirat Merengut Nyawa).
Adatnya paling ku-koay, berangasan. Sedikit salah lantas dia mengambil jiwa orang tanpa pandang bulu, laki maupun perempuan, Kadang2 orang itu dipereteli kaki tangannya, atau dibikin mati tidak, matipun belum.
Kepandaiannya yang luar biasa didapatkan dari
sebuah kitab (Pit-kip) yang tidak ketahuan namanya dalam keadaan setengah hancur. Oleh karena ia benci kitab yang dalam keadaan setengah rusak itu, maka isi didalamnya tidak dipelajari sampai selesai. Oleh
724 karenanya pula, apabila ia melukai orang, kebanyakan dibikinnya orang itu cacad untuk seumur hidupnya. Itulah sebabnya, orang2 rimba persilatan yang melihat atau mendengarnya, lantas merasa seperti sakit kepala tujuh keliling.
Lim Tiang Hong Sebaliknya sudah tidak perdulikan
itu semua. Ketika mendengar orang itu menyebutnya beberapa kali dengan "bocah", darahnya naik seketika.
"Setan tua!" demikian bentaknya kemudian. "Kau
tidak usah jual lagak disini. Kau punya kepandaian apa"
boleh keluarkan semua disini akan kusambuti sendiri.
Tidak usah mencari suhuku! Hmm! orang semacam kau ini yang tidak mirip manusia juga bukannya setan, tidak pantas menemui suhuku!"
Liauw-tong Kim-cie adatnya berangasan sekali.
Belum habis Lim Tiang Hong dengan semua kata2nya, dia sudah ber-teriak2 seperti orang kebakaran jenggot.
Lengan bajunya yang gerombrongan lantas dikibaskan.
Suatu tenaga yang berhawa dingin lantas meluncur
keluar dari tangannya itu tanpa bersuara, menyerang dada Lim Tiang Hong!
725 Lim Tiang Hong tiba2 ketawa nyaring dan berkata:
"Aku tahu kau setan tua ini tentu menganggap dirimu yang bercecongor buruk bukan orang yang
sembarangan. Sekarang Siauw-yamu ingin timbang berat badanmu, sebetulnya ada berapa kati bobotnya?"
Kemudian sebelah tangannya diulurkan dengan
gerakan manis luar biasa. Ilmunya Siauw-yang It-ku Sinkang lantas keluar.
Tatkala dua jenis kekuatan tenaga dalam yang
bersifat lunak itu saling membentur, Liauw-tong Kim-cie mendadak berubah wajahnya. Ia heran dan kaget bukan main lalu mundur dengan matanya yang kecil dibuka lebar2.
Dia betul2 tidak menduga kalau seorang anak muda
kekuatan tenaga dalamnya ternyata demikian tinggi.
Lim Tiang Hong sendiri dalam hati pun merasa
kaget. Anggapnya Liauw-tong Kim-cie yang dihadapinya kali ini betul beda dari yang lain2. Kekuatan tenaga dalam orang itu sangat tinggi, cukup tinggi baginya sendiri.
Dalam pada itu Liauw-tong Kim-cie sehabis mundur
kembali maju lagi dan kini untuk kedua kalinya telah 726
menyerang Lim Tiang Hong sampai duabelas kali dengan serangan-serangan yang gencar.
Iblis ganas itu memang luar biasa lihay
kepandaiannya. Hampir pada setiap serangannya disertai kekuatan yang hebat luar biasa. Ditambah lagi karena gencarnya ia melancarkan serangannya, membuat
orang2 menontonnya sukar bernapas.
Lim Tiang Hong yang baru pertama kali berhadapan
dengan musuh yang benar2 kuat, semangatnya
bertambah bergelora. Disini ia ingin mencoba
menggunakan pelajaran yang didapat dari kitab pelajaran Hong-hong Pit-kok.
Begitulah, secepat kilat pula ia telah balas
menyerang, juga sampai duabelas kali.
Kepandaian yang hampir lenyap dari muka bumi ini
betul2 luar biasa hebatnya.
Dalam waktu sekejapan saja, dimedan pertempuran
im seolah-olah terkurung oleh angin puyuh yang
mengamuk, sehingga debu tanah nampak berhamburan.
Para jago yang menonton pertempuran itu telah
dibikin mundur berulang-ulang oleh desakan angin yang keluar dari serangan tangan kedua pihak.
727 Liauw-tong Kim-cie sudah mengeluarkan seluruh
kepandaiannya, terus melakukan serangannya untuk
merebut posisi, tapi selalu terbendung oleh gerakan tipu silat lawannya yang aneh luar biasa hingga serangannya makin lama makin kalut, dan akhirnya sampai tidak bisa melancarkan serangannya lagi karena kehabisan akal.
Pertempuran terus berlangsung sampai 30 jurus
lebih, sedikit-pun ia tidak mampu menoblos pertahanan Lim Tiang Hong, hingga kegusarannya memuncak dan
akhirnya ia membentak dengan suara keras: "Bocah, kalau berani kau sambut lagi serangan lohu!" Ucapannya itu segera disusul oleh serangannya yang luar biasa hebatnya.
Sambil menyambuti serangan tersebut. Lim Tiang
Hong berkata sambil ketawa: "10 kali juga tidak menjadi halangan!"
Suara benturan hebat dari beradunya kedua
kekuatan tenaga dalam itu terdengar amat nyaring.
Liauw-tong Kim-cie mundur 2 tindak, sedang Lim Tiang Hong hanya bergerak mundur sedikit, sebab kekuatan tenaga dalamnya Lim Tiang Hong pada saat itu, hampir 728
setaraf dengan kekuatannya orang yang mempunyai
latihan 100 tahun lebih. Ia tadi hanya menggunakan kekuatan tenaga 8
bagian saja, akhirnya sudah dibikin tergeser sedikit kakinya, maka ia merasa agak panas hatinya. Perasaan ingin merebut kemenangan semakin kuat, maka seketika itu ia lantas membentak dengan suara keras: "Mari Siauwya-mu juga membalas kau satu kali sebagai
penghormatan!" Telapak tangannya lalu dipentang, dari situ
meluncur keluar kekuatan tenaga dalam, dengan
kecepatan bagaikan kilat menyerang musuhnya!
Liauw-tong Kim-cie perdelikkan matanya, urat2
diwajahnya pada menonjol keluar. Sambil menggeram, kedua tangannya diputar, lalu dilempangkan kebatas dadanya dan kemudian mendorong keluar.
Beledur! Suara bagaikan gunung meletus terdengar, debu berhamburan, tanah bagaikan dilanda lindu.
Berbareng dengan itu, lalu terdengar suara seruan tertahannya Liauw-tong Kim-cie, yang kemudian mundur 8 kaki.
729 Lim Tiang Hong dengan wajah sungguh2, bajunya
berkibaran tertiup angin, kakinya tergeser kesamping 2
tindak, itu hanya disebabkan serangannya yang keliwat cepat sampai tidak bisa mengimbangi badannya. Tapi dipihaknya Liauw-tong Kim-cie, sekalipun hanya mundur 8 kaki, tapi darahnya dirasakan bergolak, wajahnya seperti kepiting direbus. Dengan cepat ia lantas
mengeluarkan senjata "Bun-chiang-pit"nya yang
panjangnya 2 kaki lebih. Sambil tudingkan senjata pit itu ke arah Lim Tiang Hong, ia berkata: "Bocah, kita sudah adu kekuatan tenaga tangan, sekarang lohu ingin mencoba
kepandaianmu menggunakan senjata"
"Terserah padamu, aku iringi saja!" jawabnya Lim
Tiang Hong sambil ketawa hambar.
Ia lalu mengeluarkan senjata seruling ke-emas2an, yang didapatkan dari goa Hong-hong Pit-kok. Hari ini ia hendak menggunakan kesempatan untuk mencoba
kepandaiannya yang didapat dari kitab peninggalan dari jaman purbakala itu.
Begitu melihat Lim Tiang Hong mengeluarkan
senjatanya yang agak luar biasa itu, Liauw-tong Kim-cie 730
lantas putar senjata pit di tangannya, kemudian
digunakan untuk menotok jalan darah "Hian-kie-hiat" di badannya Lim Tiang Hong. Tapi, ditengah jalan
mendadak ia robah dan kali ini ia mengarah jalan darah
"Khie-bun" dan "Cit-khian".
Lim Tiang Hong dengan seruling emas di tangan,
tetap berdiri tanpa bergerak, setelah ujung pit hampir mengenakan bajunya, ia baru gerakkan serulingnya.
Setelah memancarkan sinarnya berkilauan, lalu terdengar suara "trang" yang amat nyaring. Seruling itu ternyata sudah berhasil menahan serangan pit lawannya.
Selanjutnya, hanya sinar emas berkilauan yang
menguasai keadaan, seolah-olah ular emas ribuan ekor banyaknya. Lim Tiang Hong dengan secara beruntun
sampai 9 kali dan 9 rupa tipu gerakan, menyerang
lawannya dengan hebat. Gerak tipu luar biasa anehnya ini, adalah ciptaan dari pendekar berkelana dijaman purbakala, gerak tipu itu nampaknya sangat aneh, indah dan hebat sekali.
Liauw-tong Kim-cie dengan senjata "Bun-chiang-
pitnya itu, sudah pernah malang melintang didunia kang-ouw beberapa puluh tahun lamannya, terutama didaerah 731
Koan-tong namanya ada sangat terkenal. Tapi kini ini menghadapi Lim Tiang Hong, meski ia sudah keluarkan semua simpanan kepandaiannya, toh masih tidak
berdaya menjatuhkan lawannya yang masih muda belia itu. Dengan susah payah, ia baru berhasil
menyelamatkan dirinya dari ancaman senjatanya Lim Tiang Hong.
Iblis dari Liauw-tong ini sudah mempunyai banyak
pengalaman ia dapat lihat ada kesempatan baik ketika Lim Tiang Hong agak kendor serangannya, lalu
melancarkan serangan pembalasan dan mendesak
dengan hebatnya. Suatu pertempuran yang jarang ada telah
berlangsung dengan sengitnya....
Sinar emas berkilauan yang keluar dari seruling
emasnya Lim Tiang Hong, bagaikan lapisan sinar
matahari diwaktu sore. sedangkan sinar hitam yang keluar dari senjata pit, seolah-olah seekor ular besar yang sedang bertarung menghadapi musuhnya, nampak berkelebatan dan suara beradunya dua senjata telah menggoncangkan tanah pegunungan itu. Dahsyatnya
732 pertempuran itu, membuat orang sampai tidak bisa
bernapas. Mendadak terdengar suara bentakannya Lim Tiang
Hong: "Aku nasehatkan padamu, lebih baik kau lekas tarik kembali tanganmu. Jikalau tidak, didalam 5 jurus, aku nanti akan bikin terlepas senjatamu dari tanganmu!"
"Bocah, kau tak usah jual lagak belum tentu kau
tercapai maksudmu!" jawabannya Liauw-tong Kim-cie bengis.
Suara beradunya senjata terdengar pula. Dua-nya
sama2 menggunakan kekerasan.
Lim Tiang Hong putar serulingnya membuat satu
lingkaran, kemudian berseru: "ini ada jurus kedua...."
Liauw-tong Kim-cie berkaok-kaok: "Kalau kau
mempunyai itu kepandaian, kau boleh keluarkan aja, bagi lohu tidak menjadi soal...."
Tiba2 terlihat berkelebatnya sinar emas. Lim Tiang Hong dengan menggunakan tipu gerak "Thian-liang Sip-cui" atau naga dari langit menyedot air, dengan dibarengi oleh suara mengaungnya nenggoncangkan hati, seruling emasnya itu seolah-olah bianglala, membabat musuhnya dengan hebat.
733 Diantara suara jeritan kaget dan suara bentakan
serta suara beradunya senjata, pitnya Liauw-tong Kim-cie sudah terlepas dari tangannya dan melesat bagaikan anak panah terlepas dari busurnya.
Kejadian diluar dugaan ini, membuat Liauw-tong
Kim-cie berdiri menjublek dengan wajah pasi, hingga ia lantas lompat mundur sampai satu tombak lebih.
Lim Tiang Hong tidak mengejar, ia hanya berkata
sambil lintangkan serulingnya: "Terima kasih yang kau telah mengalah!"
Perkataan Lim Tiang Hong itu sesungguhnya ada
lebih hebat daripada sebilah belati yang ditikamkan pada ulu hatinya. hingga Liauw-tong Kim-cie wajahnya merah padam, kemudian ia putar tubuhnya, bagaikan anak
panah terlepas dari busurnya, ia lompat melesat
meninggalkan Lim Tiang Hong.
Setelah Liauw-tong Kim-cie kabur, Lim Tiang Hong
mendadak ingat kepada itu para jago yang mengurung dirinya dan bermaksud hendak merebut nyalinya naga yang sudah membatu. Tapi ketika Lim Tiang Hong
mengawasi kearah mereka tadi berdiri, ternyata sudah tidak ada semua. Manyaksikan keadaan demikian, ia jadi 734
merasa geli sendiri, hingga lantas dongakkan kepala dan ketawa bergelak-gelak.
Pada saat itu, dari jauh tiba2 mendatangi
seseorang, yang lantas berkata padanya sambil ketawa besar: "Lotee, kau benar2 beruntung!"
Kemudian disusul oleh munculnya si Pengemis Mata
Satu, yang secepat kilat sudah berada di hadapannya.
Lim Tiang Hong sambut kedatangan kawan aneh itu
sambil bersenyum, kemudian ia balas menanya: "Aku beruntung apa?"
Si Pengemis Mata Satu lantas mencekal lengannya sembari berkata: "Disini bukan tempatnya untuk bicara.
Mari kita mencari tempat yang lebih cocok untuk
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
mengobrol" (-0odwkzo0-) Bab 20 LIM TIANG HONG mengikuti si Pengemis Mata Satu
sampai kesebuah kota Kecil. Kedua orang itu lalu mencari satu rumah minum, setelah duduk dan pesan minuman, si Pengemis Mata Satu kembali berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Lotee, kau benar2 hebat. Begitu muncul 735
didunia kang-ouw, sudah berhasil membikin kuncup
nyalinya orang2 Thian-cu-kauw yang sedang merajalela pengaruhnya. Hingga kini sudah tidak kedengaran ada gerakan apa2 lagi, hal ini sesungguhnya membuat aku yang menjadi saudara tua merasa sangat bangga dan girang!"
"Mana ada kejadian demikian" Semua ini mungkin
adalah anak buah loko yang meniup-niup dan membesar-besarkan saja!" berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa.
"Kau sengaja merendahkan diri atau memang
sebenarnya tidak tahu urusan ini" Nama gelarmu "To-liang Kongcu" ada demikian terkenalnya, sampai tidak seorangpun yang tidak tahu. Dibanding dengan Bu-ceng Kiam-khek dimasa terkenalnya, barangkali kau ada lebih terkenal. Jikalau tidak lantaran kau setelah membasmi cabang2nya Thian-cu-kauw dan meninggalkan nama dan tanda pengenalmu yang istimewa, tidak nanti bisa
demikian terkenalnya"
"Hal ini aku juga pernah dengar, semula aku kira
ada saudara2 dari golongan Kay-pang yang berbuat
untukku, kalau begitu, ternyata ada lain orang lagi!"
736 Si Pengemis Mata Satu yang menyaksikan sikap
sungguh2 dari Lim Tiang Hong, ia tahu bahwa
perkataanya itu memang bukan pura2, maka lantas
berkata sambil anggukkan kepala: "Jika benar seperti apa yang kau katakan, dalam soal ini agaknya ada apa2
yang sangat mencurigakan"
Pembicaraan mereka kemudian dialihkan kesoal
nyalinya naga yang sudah membatu dari lembah Hong-hong Pit-kok.
"Aku sungguh2 kagum dengan mata dan telinganya
orang2 kang-ouw. Baru saja aku keluar dari lembah Hong-hong Pit-kok semua lantas pada datang mengejar disekitarku. Kau pikir heran tidak?" berkata Lim Tiang Hong sambil ketawa.
"Apa yang dibuat heran" Kali ini kau bisa masuk
keluar ke lembah Hong-hong Pit-kok dengan selamat, apa kau kira ini ada satu perkara sederhana" Hong-hong-tie hampir mengerahkan seluruh kekuatannya, baru
berhasil memukul mundur itu kawanan manusia temaha dan kawanan manusia buas yang hendak mengejar kau dan hendak merampas gambar peta. Dalam pertempuran 737
yang berlangsung sengit itu, yang mendapat luka2 parah atau yang binasa hampir meliputi jumlah ratusan jiwa!"
Lim Tiang Hong kini baru mengerti apa yang telah
terjadi tempo hari, ia hanya tidak habis mengerti, apa sebabnya orang2 Hong-hong-tie setiap kali memberi bantuan padanya dengan tanpa syarat" Bahkan dengan sejujur hati"
Si Pengemis Mata Satu setelah mengobrol sekian
lama, lantas minum araknya sambil tundukkan kepala, tidak berkata apa2 lagi. Sikapnya Pengemis Mata Satu ini ada beda dari biasanya yang suka2 bersenda gurau. Dari sikapnya, seolah-olah sedang dirundung kekesalan
pikirannya. Lim Tiang Hong agaknya sudah dapat menduga
pikirannya kawan itu, maka lantas berkata sambil
ketawa: "Sudah berulang kali aku menerima bantuan tenaga loko. Jika loko ada mempunyai kesulitan apa2
dan memperlukan bantuan tenagaku, harap loko suka jelaskan, tidak nanti aku akan menolak"
"Aku pengemis tua sudah berapa puluh tahun
lamanya malang melintang didunia kang-ouw, belum
pernah minta pertolongan kepada orang lain. Walaupun 738
antara kau dengan aku, tali persahabatannya melebihi saudara sekandung tapi aku juga tidak mau mendobrak tradisiku sendiri ini" berkata si Pengemis Mata Satu sambil ketawa terbahak-bahak.
"Sebetulnya ada urusan apa, kau ceritakan saja
untuk bahan mengobrol rasanya toh tidak halangan, bukan?" kata Lim Tiang Hong sambil bersenyum.
"Aku si pengemis tua malam ini akan mengadakan
suatu pertemuan dengan salah satu sahabat dunia kang-ouw. Pertemuan ini merupakan suatu pertempuran
antara mati dan hidup. Bagaimana kesudahannya
pertempuran itu nanti, aku merasa malas untuk me-
mikirkan soal itu. Aku pengemis tua yang sudah hidup sampai pada usiaku seperti sekarang ini, matipun sudah puas!"
"Loko ternyata ada seorang berpikiran luas, aku
merasa sangat kagum. Malam ini aku akan ikut kau
untuk membantu memberi semangat saja rasanya toh
tidak halangan, bukan?"
Si Pengemis Mata Satu anggukkan kepala, lantas
tenggak kering araknya. Setelah itu lalu berbangkit dan berkata: "Mari kita berangkat!"
739 Kedua sahabat itu setelah meninggalkan rumah
minuman terus berjalan menuju ke suatu tanah
pekuburan yang disekitarnya terdapat banyak pepohonan lebat.
Lim Tiang Hong ber-tanya2 pada dirinya sendiri:
"Apa inikah tempat pertemuannya?"
Si Pengemis Mata Satu tiba2 buka mulut "Lotee"
katanya, "kembali tentang dirimu, apa sudah kau
dapatkan keterangan lebih jelas?"
Lim Tiang Hong tiba2 tarik napas panjang. Iapun
segera juga menceritakan hal pertemuannya dengan
seorang yang mukanya berkedok, bagaimana orang yang selalu pakai tutupan muka ini mengaku bahwa dia adalah ayahnya.
Si Pengemis Mata Satu kerutkan keningnya.
"Bukankah kau sudah angkat saudara dengan Im-san
Mo-lie. Seharusnya dia tahu juga kau siapa nama dan she-nya!"
"Ya, rasa2nya memang pernah dengar, menurut
katanya ia seorang she Im"
Si Pengemis Mata Satu itu mendadak tepuk paha dan tertawa ber-gelak2 "Itulah!" serunya "Dia she Im, 740
sudah barang tentu kalau orang berkedok itupun Im juga she-nya. Sekarang aku hendak tanya sekali lagi padamu, namamu itu kau dapatkan dari pemberian nama itu imam Tang-gak-bio ataukah sudah sudah sejak mulanya kau gunakan nama itu?"
"Dari semula memang itu namaku"
"Kalau begitu boleh kutetapkan! Orang berkedok itu bukan ayahmu! Boleh jadi dia...."
Perkataan selanjutnya tidak dapat diteruskan,
karena Lim Tiang Hong sudah memotong "Stop! Tak
usah kau katakan lagi. Aku sudah mengerti".
Penasaan malu dan gusar membuat selebar wajah
anak muda itu menjadi merah membara, hatinya
terguncang hebat. Ia malu yang orang lain akan
membuka rahasianya didepannya, gusar mengingat
kelakuan orang berkedok tingkahnya memualkan.
Selain daripada itu semua, pun ia harus merasa
lega, sebab dari berbagai pihak telah diperoleh
keterangan bahwa orang tinggi besar yang selalu
memakai kedok itu sebenarnya adalah si Manusia Buas Nomor Satu. Kalaupun dulu ia tidak turun tangan
terhadapnya, itu disebabkan karena dahulu itu,
741 hubungan antara ayah dan anak belum jelas lagi
baginya. Hanya itu senantiasa merupakan ganjalan besar dalam hatinya. Akan tetapi kini, setelah mendengar pendapat si Pengemis Mata Satu, ia segera nimbrung pada pendapatnya itu, mungkin betul ibunya pernah menikah dengan lain lelaki. Tetapi apabila dipikirkan lebih mendalam makin pening terasa kepalanya. Mengapa
usianya Im-san Mo-lie dan pemuda yang mengaku bagai Kauwcu muda itu kedua2-nya malah lebih tinggi daripada usianya sendiri"
Baiknya nama turunannya (she) dangan nama
keturunan orang berkedok itu berlainan. Dengan
demikian, nyatalah sudah kalau orang berkedok itu bukan ayahnya sendiri.
Memikir bolak balik persoalannya sendiri, Lim Tiang Hong tiba2 melihat kawannya itu berdiri dengan wajah muram, hai ini membuat tergerak hatinya
"Waktu masih segini pagi, belum lagi larut malam
ada apa sih yang perlu dibikin kesal" Disini aku aku ada sedikit barang, yang ingin kuminta Loko makan. Kalau sudah dimakan dan mengaso sebentar, nanti kau boleh bersiap2 menepati janjimu itu"
742 Dari sakunya lalu dikeluarkannya jamur empat
buah. Benda yang didapatkannya dari perut naga raksasa jaman purba yang telah jadi batu, lantas disesapkan ditangan si Pengemis Mata Satu.
Pengemis Mata Satu setelah menyambuti barang
itu, meng-amat2i sekian lama. Ia yang penuh maklum, mengetahui betapa saudara kecilnya ini sering
mendapatkan penemuan gaib berkali2. Maka meski ia belum tahu juga barang apa sebenarnya itu, tapi ia percaya penuh tentu bukan sembarangan barang itu.
Begitulah maka tanpa banyak bicara dan pikir2 lagi lantas ditelannya pemberian itu. Setelah mana ia lalu duduk mendeprok dengan pejamkan mata melatih ilmunya.
Dalam melatih itu ia merasa lega, sebab disampingnya ada saudara kecilnya yang berkepandaian tinggi yang setiap saat dapat melindungi dirinya. Maka begitulah sebelum melakukan pertempuran dahsyat ia dengan hati tenang dapat menggunakan kesempatan yang diberikan kepadanya untuk mengatur pernapasan dan memulihkan tenaganya.
Lim Tiang Hong sendiri, berdiri tenang sambil
mengawasi awan lalu di angkasa biru yang sedikit
743 bintangnya. Dalam hati banyak pikiran yang selalu mendatang, banyak hal2 yang silih berganti memasuki otaknya.
Mendadak dari jauh terdengar ada suara
berkelesernya baju manusia. Lim Tiang Hong pun
dengar, lantas ia keluarkan kedok kulit dari sakunya yang lantas dikenakan untuk menutupi wajahnya.
Tidak lama kemudian disitu telah tiba dua orang.
Seorang adalah Cao-sat Tojin yang pernah dikalahkan dengan Lim Tiang Hong dalam suatu pertempuran dan yang lain adalah seorang Kongcu cakap yang
mengenakan pakaian serba perlente tetapi entah orang dari cabang persilatan mana dan entah orang macam apa dia, Lim Tiang Hong belum tahu
Kedua orang itu baru saja tiba di tempat tersebut, si Pengemis Mata Satu sudah sudah lompat bangun dan
sambil ketawa ber-gelak2 berkata: "Sahabat, apa kau baru sampai" Aku si pengemis tua sudah lama
menunggumu" Cao-sat melirik Lim Tiang Hong sejenak. Imam ini
seperti pernah kenal dergan dandanan pemuda yang
dilihatnya hanya wajahnya yang pucat bagai tak
744 berdarah itulah yang membuatnya merasa agak asing, maka ia lalu monyongkan mulut dan kepada si Pengemis Mata Satu berkata: "Pengemis busuk, ternyata kau bawa konco, ya...."
"Aku pengemis tua selama masih bernyawa
berkelana hanya seorang diri. Masih belum tahu apa yang kau maksud dangan konco itu" Tapi bolehlah aku perkenalkan dia adalah...."
Si Pengemis Mata Satu selama berkata belum
melihat kawannya. Betapa kagetnya dia tatkala melirik Lim Tiang Hong yang pucat pias dan berlainan wajahnya, maka tadi dia tidak melanjutkan kata2nya.
Lim Tiang Hong tersenyum. "Aku yang rendah
adalah seorang hina tak bernama, orang panggil aku Yo Hong"
Cao-sat Tojin kernyitkan keningnya. Ia coba meng-
ingat2 di-dunia kang-ouw ada tokoh muda pandai dari cabang mana yang namanya Yo Hong. Tapi tentu saja ia tak pernah ingat nama itu, juga belum pernah dengar yang menyebabkan sikapnya kembali jumawa, melirik pada Lim Tiang Hong sejenak, kemudian sambil
menunjuk kongcu cakap itu, pada Pengemis Matu Satu ia 745
memperkenalkan "Saudara ini adalah Hong-goat Kongcu, datang dari pulau Tho-hoa-to sengaja untuk meninjau dari dekat keadaan rimba persilatan dan kemajuan2 ilmu silat di daerah Tiong-goan dewasa ini"
Si pengemis Mata Satu buka lebar2 matanya cuma
tinggal satu itu ketawa bergelak2 dan berkata: "Aku si pengemis tua merasa beruntung sekali bisa berkenalan dengan Kongcu"
Kongcu serba perlente itu cuma mendonggak,
matanya diarahkan ke atas, sikap demikian itu jumawa sekali. Ia tak menghiraukan sekali atas kata2 si pengemis tadi.
Si Pengemis Mata Satu yang meski telah mendapat
nama baik dan terkenal lagi, kini dihadapan Kongcu itu se-akan2 dipandang tak ada harganya sama sekali,
mendongkol sekali ia dalam hati.
Dua musuh besar yang masing2 keluaran orang
baik2 dan jahat itu, hari itu kembali mengadakan
pertemuan, tentu ingin menentukan kesudahan dengan jalan mengadakan pertempuran mati2an. Disamping itu mereka masing2 membawa kawan muda, yang masih
belum dapat dijajaki berapa tinggi kepandaiannya. Tetapi 746
yang terang ialah, kedua kawan muda yang mereka
bawa itu sama-sama jumawanya.
Hong-goat Kongcu memang biasa tidak pandang
mata orang lain. Anggapnya hanya dialah seorang yang paling tinggi dan paling mulia. Tidak demikian halnya dengan Lim Tiang Hong, pemuda ini yang kini dengan wajah palsunya mirip tak berdarah itu yang menyebalkan sekali bagi orang yang melihat, sepintas lalu pun nampak bagai orang tak berperasaan, sombong dan jumawa.
Cao-sat Tojin dengan ilmu tenaga dalamnya yang
sudah sampai ketaraf paling tinggi, kalau dibandingkan dengan si Pengemis Mata Satu masih banyak lebih
unggul. Setelah mengetahui bahwa si pengemis itu tidak memasukkan tokoh kuat dalam pihaknya sebagai
pembantu, hatinya rada senang sedikit.
Sambil ketawa mesem ia lalu berkata: "Pengemis
busuk kita tak perlu ulur kata2 sampai panjang. Lebih baik lekas turun tangan. Mari"
"Terserah padamu! Aku si pengemis selalu sedia
mengiringi keinginanmu. Aku ingin tahu selama beberapa tahun belakangan ini berapa banyak sih ilmu Liong-houw Cao-satmu mendapat kemajuan"
747 Cao-sat Tojin dengan sikap dan paras dingin lantas mulai membuka serangan. Dengan satu gerak tangan
yang didorong ke depan, lantas ilmunya Hian-im Cek-sat meluncur keluar hingga satu gumpalan angin dingin seolah2 ombak laut yang tak terlihat telah ber-gulung2
disekitar badan si Pengemis Mata Satu.
Pengemis Mata Satu itu dengan sikapnya yang
tenang luar biasa, maju setindak. "Timbang dulu
badanmu berapa kati sih bobotnya"!"
Pada detik itu ia sudah berdiri tegak sambil
sodorkan tangannya. Angin hebat meluncur keluar,
kekuatan tenaga dalam yang amat dasyat yang kedua datang menyusul menyambuti tenaga pertama yang
dilancarkan oleh Cao-sat Tojin. Kesudahannya, sungguh tegang! Segera menggeleger bunyi ledakan hebat....
Cao-sat Tojin terpental mundur 4 langkah, sedang
si Pengemis Mata Satu juga mundur sampai 2 kaki.
Hal demikian itu membuat Cao-sat Tojin terkejut
bukan main. Dimasa yang lampau pada waktu diadakan pertempuran dengan pengemis itu, kekuatan dan
latihannya banyak lebih matang dari pada pengemis itu.
Akan tetapi kini ternyata kekuatan pengemis itu sudah 748
lebih tinggi dan hebat dari padanya. Maka bukankah itu berarti kesudahan pertandingan sudah boleh ditentukan lebih dulu bahwa dialah yang bakal keok"
Pengemis Mata Satu agaknya tidak mau memberi
kesempatan lawannya berpikir. Cepat setelah itu ia maju lagi, sambil menggeram hebat kedua tangannya
dikerjakan berbareng dan dengan beruntun keluar
serangan2 hebat sampai 18 kali. Selama itu kakinya juga telah menyepak, mendupak atau menendang sampai 9
kali. Bukan kepalang kaget dan gusarnya Cao-sat Tojin.
Ia kerahkan setakar tenaganya. Dan setelah berhasil melumpuhkan serangan si Pengemis Mata Satu yang
dilancarkan ber-tubi2 dan hebat serta gencar luar biasa.
lantas ia sendiri mengirimkan serangan2 balasan yang mematikan. Dengan menggunakan tipu2 dalam ilmu
silatnya, Hian-im Cek-sat dan Kan-goan Cao-cie.
Angin dingin bagai ber-gulung2. Kekuatan tenaga
tangan datang seperti ombak laut. Tempat disekitar kuburan yang sunyi sepi itu, pada malam itu mengalami kejadian hebat.
749 Kedua tokoh kuat terkenal itu samenjak mulai
keluarkan tangan adu tenaga lantas merubah suasana menjadi tegang, menakutkan dan penuh bahaya!
Tetapi betapapun hebatnya pertempuran antara
dua tokoh kuat itu, Hong-goat Kongcu masih tetap
dengan sikapnya sendiri yang jumawa, sedikit pun tidak melirik kearah pertempuran, agaknya tak ada harganya itu buat matanya untuk turut menyaksikan.
Lim Tiang Hong melirik dua jago yang sedang
bertempur, dalam hati merasa lega. Si pengemis dalam penglihatannya saat itu sudah dapat mengimbangi
kekuatan musuhnya. Dan sebentar lagi apabila pengaruh jamur mujijat itu sudah bekerja, sudah dapat dipastikan kalau pengemis itulah yang akan merebut kemenangan.
Yang membuat hatinya mendongkol ialah, sikap si
kongcu yang jumawa sekali itu. Melihat sikap demikian, se-kali2 ia hanya berkata pada dirinya sendiri: "Kau tidak perlu terlalu sombong. Sebentar aku ingin tahu sampai dimana sih tingginya kepandaianmu?"
Dalam pada itu keadaan dua jago jaog tengah
bertanding itu sudah terjadi banyak perubahan. Babak terakhir sudah hampir tercapai.....
750 Si Pengemis Mata Satu dengan matanya yang cuma
tinggal satu nampak sorotnya yang bercahaya makin terang. Serangan2 dari tangannya makin lama keluar makin gencar. Tiap serangannya selalu diikuti sambaran angin yang mengeluarkan suara men-deru2 hingga Cao-sat Tojin dibikin harus mundur ber-ulang2, agaknya tak ada tenaga lagi padanya untuk balas menerjang.
Keadaan Hong-goat Kongcu kini tidak seperti tadi2
lagi yang begitu acuh tak acuh. Diwajahnya yang cakap nampak kegusarannya. Alisnya yang lentik kelihatan ber-gerak2.
Mendadak terdengar suara geraman si Pengemis
Mata Satu yang mengguntur bagai geledek menyambar.
Kemudian satu tanganya mendadak menghantam Cao-
sat Tojin! Dan imam itu nyatanya sudah tidak kuat lagi, lantas menyemburlah darah merah dan mulutnya,
badannya mundur ter-huyung2 sampai beberapa tindak.
Si Pengemis Mata Satu sendiri rupanya juga sudah
kelewat lelah, napasnya sengal2, kedengaran mem-
buru2. Baru saja dia hendak buka mulut, tiba2 Hong-goat Kongcu dengan gerakan secepat kilat sudah menerjang sampai dihadapannya.
751 Gerakan yang diperlihatkan itu gesit dan cepatnya luar biasa. Si Pengemis Mata Satu belum lagi melihat tegas siapa yang datang, tahu2 urat nadinya dikuasai oleh lain tangan.
Kemudian si pengemis hanya merasakan tangan
kuat itu menekan urat dijalan darah Hian-khie-hat di bagian dadanya.
Setelah tertawa ter-bahak2, Hong-goal Kongcu,
begitulah si pembokong itu namanya, lalu berkata:
"Tidak kira para cianpwee dari tingkatan tua daerah Tiong-goai cuma sebegini saja. Ha, ha.... Kami sudah kenal kepandaian kalian ha, ha...."
Kemudian dengan secara mendadak dengan suara
keras memekakkan telinga ia membentak si pengemis tua mata satu "Hai, pengemis! Kau dengan To liong Kongcu Lim Tiang Hong kabarnya ada hubungan baik.
Sekarang dimana dia! Asal kau suka sebutkan tempat sembunyinya terus terus terang, kami masih bisa beri kelonggaran bagimu. Tidak sampai dapat bagian mati, hayo lekas katakan!"
Pengemis Mata Satu tadi karena tidak ber-jaga2,
dirinya telah dikuasai orang hingga kini tak berdaya. Tapi 752
ia sudah perasaannya itu nampak jelas tercermin
diwajahnya yang sudah keriputan. Tapi apalah daya"
Setengah dadanya dirasa kesemutan! Maka sambil
menahan malu se-bisa2, berkatalah dia! "Kau.... kau....
kau mengambil kesempatan selagi orang tak ber-jaga2"
Pada saat itu Lim Tiang Hong juga sudah bergerak
sampai dihadapannya. Dengan suara dingin anak muda ini juga berkata: "Menggunakan kesempatan selagi orang tidak siap siaga itu bukan perbuatan seorang jago. Licik dan pengccut tidak boleh dibilang kelakuan orang gagah!
Kau kata tadi ingin bertemu dengan To-liong Kongcu"
Tidak susah! Asal kau mampu menangkan aku yang tak bernama, aku nanti akan ajak kau mencari padanya"
Hong-goat Kongcu ketawa ber-gelak2 dan berkata:
"Orang yang jatuh dalam tangan Hong-goat Kongcu
belum pernah bisa hidup lagi. Karena itu mengatakan aku licik dan pengecut, biarlah kulepaskan selembar jiwa tua pengemis ini. Tapi bagi kau sendiri, hehh, hehh! Itu susah dikata. Marilah!"
Lim Tiang Hong lalu ketawa panjang, kemudian
jawabnya: "Yang lemah binasa dan yang kuat tetap
tinggal hidup. Masing2 boleh menggunakan
753 kepandaiannya sendiri untuk mempertahankan nama dan jiwanya. Perlu apa banyak omong besar2 yang hanya akan membuat buah tertawaan orang2 saja" Tetapi aku tidak tahu tuan hendak mencari Lim Tiang Hong
sebetulnya ada keperluan apakah?"
"Orang2 kuat didaerah Tiong-goan yang Kongcumu
hadapi, sudah seratus orang lebih paling kurangnya begitu banyak, tidak ada satu yang boleh dibilang ada punya kepandaian lumayan. Kabarnya ada seorang
Kongcu yang memiliki kepandaian istimewa, maka aku sengaja datang dari pulau Tho-hoa-to, ingin belajar kenal dengan dia"
"Itu gampang sekali. Kau boleh menyerang
sesukamu terhadap aku. Kalau kau berhasil
menggulingkan diriku, To-liong Kongcu pasti akan segera tiba"
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Hong-hoat Kongcu yang berwajah cakap mendadak
nampak dingin. Dengan mata menatap kemuka Lim
Tiang Hong, badannya secepat kilat sudah berada
disisinya anak muda itu. Sepasang tangannya ketika digerakkan, lantas timbul bagai ada ribuan tangan disitu.
754 Dalam waktu sekejapan 16 kali serangan tangan
sudah meluncur dari berbagai jurusan, kesemuanya
diarahkan ke dirinya Lim Tiang Hong.
Serangan yang dilakukan secara cepat dan aneh
luar biasa itu se-akan2 banyak orang yang
melancarkannya berbareng disekitar badan Lim Tiang Hong.
Gerakan yang aneh luar biata itu untuk sesaat
membuat Lim Tiang Hong diam2 merasa kaget dan terheran2. Dengan cepat ia lalu geser kakinya, setelah itu dengan menggunakan ilmu Sam-sam Po-hoat-nya ia
sudah berhasil mengelak manis sekali. Kemudian lagi lantas menyusul gerak tipunya yang dinamakan Liong-keng Siang khek-ciang, Jie goat Mo-phoan-ciang dan Boan-thian Hui-ciang serta lain2 tipu serangan bertangan kosong yang jarang terlihat dan jarang terdengar telah dikeluarkan semuanya.
Dengan demikian, kini kedudukan Hong-goat
Kongcu berganti dari pihak penyerang menjadi pihak orang yang terserang, tertahan dalam jarak delapan kaki tanpa dapat melancarkan serangan balasan lagi.
755 Hong-goat Kongcu kini yang mengalami sendiri
betapa hebat serangan2 pihak lawan, menambah
semangat bertempuranya "Heee, sungguh hebat"
demikian ia berseru dan dengan cepat ia sudah maju lagi, tangannya kembali melancarkan serangan yang amat dahsyat!
Angin yang meluncur keluar den setiap
serangannya, sampai menyambar ke pohon2an yang
terletak dalam tempat tiga tombak daripadanya yang lantas ber-goyang2 bagai hendak tumbang,
Lim Tiang Hong dengan sikap sungguh2 memutar
tangannya se-oleh2 roda kereta dan melakukan serangan gencar laksana hujan turun dari langit.
Hampir dalam waktu yang bersamaan, dia juga
sudah balas menyerang sampai 14 kali. Dalam setiap serangannya itu ia juga pernah memasukkan serangan dengan menggunakan jarinya.
Dalam waktu yang sangat singkat dimedan
pertempuran itu terjadi suatu keganjiian. Dari angin pukulan yang dari kedua pihak lantas timbul angin puyuh yang berputaran demikian tinggi. Pengaruh dari angin itu dapat menggempur hancur batu2 cadas besar
756 disekitarnya. Pohon2 besar juga lantas pada tumbang.
Tempat disekitar lima tombak dari keduanya, lantas nampak tanah dan hancuran batu2 pada beterbangan.
Betapa hebat dan sengitnya pertempuran dua jago muda ini, dibayangkan sendiri kiranya!
Si Pengemis Mata Satu yang mempelajari ilmu silat dan makan waktu hampir seumur hidupnya, juga belum pernah melihat suatu pertempuran yang begitu sengit, seru dan hebat. Maka sambil pentang lebar2 matanya yang hanya setelah itu, tidak berhentinya dia geleng2
kepala dan julurkan lidah.
Sampat rasa rendah diri dari kehinaan dan
kemaluan yang tadi dikuasai orang kini telah lenyap entah kemana.
Selagi pengemis mata satu itu asyik menyaksikan
pertempuran sengit dengan perasaan tegang, tiba2
dalam medan pertempuran terdengar suara gerakan
keras. Kedua pihak lantas nampak pada memisahkan diri.
Hong-goat Kongcu yang berwajah cakap kini tampak
pucat pasi serta menakutkan. Kalau dilihat lebih teliti lagi keringat sudah membuat basah pakaiannya. Kopiahnya sudah menceng kesamping juga. Kongcu ini dengan
757 wajah beringas dengan lantang berseru: "Kau siapa sebetulnya?"
Lim Tiang Hong tetap dengan sikapnya yang
tenang, menjawab lambat2: "Aku yang rendah adalah To-liong Kongcu yang kau ingin cari" Dan begitu berkata habis, lantas ditanggalkannya kedok yang menutupi wajahnya. Kini nampak wajah yang cakap tampak serta gagah!
Hong-goat Kongcu perdengarkan ketawanya yang
begitu tidak enak "Kiranya kau sendiri" Kalau begitu kita boleh bertempur lagi sampai ada keputusannya!"
Demikian katanya dengan roman penasaran.
Setelah itu lantas ia keluarkan sebilah pedang
panjang dari serangkanya. Saking hebatnya ia
menghunus pedang, sampai terdengar suara mengaung yang hebat.
Lim Tiang Hong juga mengeluarkan pedang To-
liong kiam. Setelah memainkan senjata itu sejenak ia tertawa dan berkata: "Kau bisa membuat aku si orang she Lim sampai menghunus pedang To-liong kiam guna melayani kau, bolehlah kau merasa bangga dan puas"
758 Hong-goat Kongcu telah mengangkat pedangnya.
Ia lantas membuat lingkaran ditengah udara hingga sinar hijau lantas memancar daripadanya. Sambil ketawa
dingin ia lalu berkata: "Kau tidak usah terlalu jumawa.
Jika ingin menangkan aku juga harus berkeringat dan keluar tenaga penuh"
Lalu kongcu itu mengebaskan pedangnya, suara
mengaung yang amat dahsyat lantas terdengar.
Setelah itu, pedang yang mengeluarkan sinar hijau itu se-akan2 bianglala meluncur ke arah Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong lintangkan pedangnya didepan
dada, tangannya hanya menggunakan sedikit tenaga
untuk menggerakkan pedangnya sampai ke dada itu. Di dadanya lantas seperti diliputi oleh selapis sinar kilat.
Dalam waktu sekejapan itu pedang dari kedua
belah pihak masing2 dengan sinarnya yang khas, juga sudah terlihat khasiatnya. Ditengah udara se-olah2 sudah penuh dengan sinar pedang dan hawa dingin yang keluar dari kesiuran pedang2 mereka.
Serangan pembukaan Hong-goat Kongcu kini
ternyata sudah dimulai. 759 Lim Tiang Hong yang mendapat warisan langsung
dari seluruh kepandaian Bu-ceng Kiam-khek, dalam ilmu pedang sesungguhnya mendapat sukses yang gemilang.
Akan tetapi, ia mengerti orang yang datang dari luar daerah Tiong-goan yang harus dihadapinya ini, juga memiliki kepandaian tinggi, maka begitu pertandingan dimulai, semua tipu2 serangan yang istimewa2, sebentar saja telah keluar semuanya.
Pertempuran pedang itu bukan main hebatnya,
merupakan salah satu pertempuran yang jarang terlihat dalam dunia Kang ouw. Sebab segala tipu2 serangan yang digunakan oleh kedua pihak, kesemuanya
merupakan tipu2 serangan yang jarang tertampak dan hampir tak pernah kedengarannya. Semua tipu2
serangan itu tidak ada satupun yang seperti akan putus ditengah jalan. Hampir setiap tipu serangan merupakan tipu ilmu pedang yang sangat mujijat dan luar biasa hebatnya.
Tiba2 terdengar suaranya Hong-goat Kongcu yang
berseru: "Bocah kau rebah!" Dan seruan itu disusul oleh meluncur cepatnya segumpal sinar hijau kemilau!
760 Tetapi sesaat itu juga segera menyusul bentakan
Lim Tiang Hong yang tidak kalah gertaknya: "Jangan mimpi! Bikin terlepas dulu pedangku, baru bisa kau rebut kemenangan!"
Kemudian, disusul dengan tercetusnya suara
"trangg!" yang amat nyaring, dan pedang Ceng-hong-kiam dengan secepat kilat sudah terbang ke tengah udara! Ceng-hong-kiam itu adalah senjatanya Hong-goat Kongcu.
Hong-goat Kongcu dengan gerakannya yang gesit,
lincah dan manis sudah lompat mundur setombak lebih.
Lim Tiang Hong sendiri, dengan sikap tenang luar biasa, se-akan2 tidak pernah ada kejadian apa2 disitu, kala itu sedang berdiri, tampak sikapnya agung berwibawa
menghadapi lawannya. Hong-goat Kongcu dengan sikap muram lalu
berkata: "Lim Tiang Hong, apakah kau masih ada nyali, satu tahun kemudian, sukalah kau datang ketempatku untuk kita saling melatih senjata2 kita"
"Pulau Tho-hoa-to toh bukannya sarang naga atau
gua macan" Ya! Setahun kemudian, aku si orang she Lim 761
pasti akan datang ke sana untuk minta pelajaran
daripadamu" Hong-goat Kongcu tidak berkata apa2 lagi. Sambil
menyambari badan Cao-sat Tojin yang menggeletak
karena lukanya, ia lantas kabur meninggalkan tempat bersejarah tersebut....
Pertempuran sengit telah selesai, tempat kuburan
kuno itu kembali keadaan semula: sunyi senyap. Si Pengemis Mata Satu, seolah-olah baru tersadar dari mimpinya, kegembiraannya telah lenyap sama sekali, meskipun dalam pertempuran mati-hidup kali ini ia mendapat kemenangan, tapi kalau menyaksikan
pertandingan kedua jago dari tingkatan muda tadi, ia merasa bahwa dirinya sendiri terlalu kecil sekali. Ia kini mulai merasa bahwa usianya sudah lanjut. Masa jayanya ia sudah lewat.
Mendadak ia dapat lihat bahwa To-liong Kongcu
yang selama in. belum menemukan tandingan, sedikitpun tidak mengunjukkan rasa gembira atas kemenangannya, sebaliknya telah berdiri termenung di tempatnya la menjadi heran, lalu maju menghampiri dan berkata
762 padania sambil menepok pundaknya: "Lotee. kau sedang memikiri apa?"
Lim Tiang Hong unjukkan baju bagian atas pundak
kirinya, satu tanda bekas sontekan pedang selebat 3 cun, lalu berkata: "Jikalau aku tidak menggunakan tipu pukulan yang paling ampuh dalam ilmu pedang "To-liong Keng-hong", entah siapa yang menjadi pecundang dalam pertempuran tadi?"
"Menyaksikan pertandingan kalian berdua tadi, ada lebih berharga daripada melatih ilmu silat 10 tahun lamanya. Aku si pengemis tua benar2 merasa sangat kagum akan kepandaian kalian"
Mendadak ia seperti ingat sesuatu, lalu menanya:
"Lotee. barusan kau memberikan aku makan obat mujijat apa" Dengan terus terang, aku barusan bisa merubuhkan lawanku, semata-mata karena makan obat itu!"
"Aku sendiri juga tidak tahu, barang itu apa
namanya, barang itu aku dapat ambil dari dalam
perutnya naga raksasa dari jaman purbakala yang sudah membeku menjadi batu" berkata Lim Tiang Hong sambil gelengkan kepala.
763 "Kaiau begitu benar2 ada obat mujijat dari langit, barang itu bernama "Ciok-liong Cie-cie", kalau digunakan untuk menyembuhkan penyakit satu saja sudah cukup.
Bagi orang yang melatih ilmu silat, jika makan itu bisa menambah kekuatan tenaganya berdasar atas keadaan masing2. Aku si pengemis tua keadaan badannya cuma sebegitu saja. Ditambah lagi kekuatannya juga terbatas, makan lebih banyak malah jadi sayang obat itu, karena akhirnya toh percuma saja," berkata si Pengemis Mata Satu kaget.
Dari kantong kulitnya Lim Tiang Hong
mengeluarkan sebanyak-banyaknya jamur mujijat itu, kemudian berkata sambil ketawa: "Banyak sekali, kau masih memerlukan berapa banyak?"
"Kau simpan saja untuk keperluan lain hari, jangan sia-siakan barang gaib"
Lim Tiang Hong masukkan kembali jamur mujijad
itu ke dalam kantongnya, kemudian berkata sambil
menyoja "Budi loko yang sangat besar, aku selamanya tidak akan lupakan, oleh karena aku masih ada sedikit utusan yang harus diselesaikan, sekarang aku hendak minta diri duiu"
764 Setelah itu ia lantas putar tubuhnya dan
menghilang ke tempat gelap.
Malam gelap, diatas langit cuma kelihatan bintang2
yang menyinari jagat. Lim Tiang Hong dengan tindakan ringan telah balik ke tempat penginapannya.
Diperjalanan, tiba2 ada suara bentakan nyaring
masuk ke dalam telinganya. Mendengar itu, bangun
semangatnya Lim Tiang Hong.
Sebab suara itu sudah tak asing lagi baginya. Ia
segera mengenakan kedoknya, yang terbuat dari kulit manusia, lalu dengan sebat sudah gerakkan badan
menuju ketempat dari mana suara tadi datang.
Dalam waktu sekejapan saja ia sudah tiba disebuah rimba. Disitu dia bersembunyi di sebuah pohon yang besar.
Dari atas pohon ia melihat ketempat seputarnya.
Ternyata di dalam rimba tersebut terdapat seorang anak muda yang roman mukanya mirip sekali dengan Lim
Tiang Hong. Dihadapan anak muda itu, sebelah kiri ada berdiri Tan Yan-jie dan si Burung Hong Putih Cu Giok Im.
Semuanya, dengan masing2 memegarg sebilah pedang
panjang, berdiri dengan wajah gusar,
765 Tidak jauh dari tempat dimana ketiga orang tadi
berdiri, ada lagi sekelompok imam berjumlah sepuluh orang lebih. Kawanan imam itu berlainan raut muka dan usianya masing2 juga ada pedang menggemblok
dipunggungnya. Dengan paras gusar pula, semua imam itu
mengawasi tiga orang yang disebut tadi, tetapi diantara kawanan imam itu, tidak ada seorangpun yang dikenal oleh Lim Tiang Hong.
Salah satu diantara imam itu, yang wajahnya tirus dan dibawah janggutnya tumbuh jenggot panjang, yang tua usianya, sambil menuding si pemuda yang mirip Lim Tiang Hong, berkata kepada Cu Giok Im dengan suara lunak: "Nona, jangan kena dikelabuinya. Dia bukan Lim Tiang Hong yang tulen. Pinto dengan nama Pinto It-ceng sebagai tanggungan berani pastikan, dia bukannya Lim Tiang Hong yang sebenarnya"
"Betul atau tidak bisa kita bereskan sendiri. Kau tidak usah kuatir begitu. Jikalau kalian niat turun tangan terhadap orang yang sedang menderita sakit keras, nonamu tidak dapat terima baik tindakan seperti itu" Itu 766
adalah Cu Giok Im yang berkata, sebagai jawaban atas kata2 si-imam tadi.
Seorang imam lain, yang wajahnya keren,
mendadak maju dua langkah dan membentak kepada Cu Giok Im: "Kalau begitu Pinto sekalian terpaksa cuma ingin menggunakan cara keras!"
Yan-jie dengan lintangkan pedang didepan dada
lantas juga membentak: "Kau berani?"
Tetapi gerakannya malah membangkitkan rasa
gusarnya kawanan imam itu. Karena demi mendengar
teriakan itu mereka sudah menghunus pedang masing2.
Dengan cara berpencaran sebentar saja kawanan imam ini sudah mengurung ketiga orang yang disebut duluan.
Suasana menjadi tegang. Pedang2 bergemerlapan dibawah penerangan
bintang kelap kelip nampak berkilauan. Didalam rimba itu juga seolah2 diliputi oleh suasana pertempuran.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan itu diam2
merasa geli. "Dengan cara bagaimana didalam dunia ini ada begitu banyak manusia tidak tahu malu yang berani palsukan nama orang lain demi kepentingan diri sendiri"
demikian pikirnya dalam hati.
767 Seketika itu pikirannya entah melayang kemana tapi kemudian dengan kecepatan luar biasa menerjang ke arah Lim Tiang Hong palsu.
Dengan cara yang manis ternyata dalam waktu
sedetik itu ia telah berhasil mencekal pergelangan Lim Tiang Hong palsu. Dan dengan cepat pula Cu Giok Im dan Yan-jie menunjukkan reaksinya sendiri2. Pedang mereka turun berbareng, satu mengarah bawah ketiak, seorang lainnya membabat pergelangan tangan Lim
Tiang Hong! Lim Tiang Hong lantas berkata dengan suara
perlahan: "Ini aku sendiri"
Lalu kakinya nampak pindah tempat sedikit dan
berputar sambil menggandeng tangan Lim Tiang Hong palsu, dan tak kalah cepatnya dari waktu ia datang, sudah lompat keluar dari kalangan.
Cu Giok Im dalam kagetnya cepat ingat siapa
adanya orang itu Tetapi tidak demikian dengan Yan-jie
"Perduli apa kau siapa kek!" demikian serunya.
Bentakannya itu lantas disusulkan dengan serangan pedangnya yang membabat lagi pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
768 Tiba2 kelihatan berkelebatnya sinar pedang yang
kemudian disusul dengan beradunya suara benturan
senjata. Ternyata itu adalah perbuatan Cu Giok Im yang
hendak mencegah kelakuan gegabahnya Yan-jie dan
nona yang duluan disebut ini lantas berkata: "Encie, sabar sedikit, jangan turun tangan dulu" Dalam soal ini sedikit kulihat hal2 aneh yang mencurigakan"
Yan-ji dengan cepat menarik pulang pedangnya dan
dengan sorot mata ragu2 terus mengawasi Cu Giok Im yang memanggilnya "encie" tadi sembari menanya: "Kalau begitu siapa dia?"
Cu Giok Im tidak menjawab pertanyaan "encie" itu, sebaliknya dengan tindakan cepat berjalan menghampiri Lim Tiang Hong palsu. Didepan anak muda itu lama
sekali dia meng-amat2i seluruh mukanya, kemudian dari daun telinga Lim Tiang Hong palsu ia dapatkan sebuah anting2, lalu berkata sambil ketawa ter-kekeh2 "Kiranya cuma barang tiruan!"
Yan-jie yang adatnya sedikit aseran, ketika
mendengar Lim Tiang Hong palsu itu ada barang tiruan, wajahnya merah padam. Pedangnya juga lantas
769 menyabet leher orang yang semula masih disangkanya Lim Tiang Hong itu.
"Manusia tidak tahu malu!" demikian teriaknya
"Hampir2 nonamu kena kau akali mentah2, jahanam!"
Lim Tiang Hong yang mencekal pergelangan tangan
orang yang mirip dirinya, tetap tidak mau melepaskan.
Sedang sementara itu serangan datang semakin dekat.
Maka dengan cepat ia tarik diri, sambil geser sekalian badan si orang palsu itu menghindar dari serangan Yan-jie.
Lim Tiang Hong palsu setelah kena ditangkap oleh
seorang bermuka pucat pias dan ditarik lagi oleh orang itu, lantas merah dan pucat ber-ganti2an wajahnya.
Sambil jatuhkan diri diatas pelukannya si orang
muka pucat dan sambil menangis ter-isak2 ia berkata:
"Adik,, apa betul kau tidak suka melepaskan diriku lagi?"
Lim Tiang Hong tergerak hatinya. Kiranya orang
yang menyamar sebagai dirinya itu adalah Im-san Mo-lie sendiri.
Seketika itu membuat dirinya sadar. Apa yang telah terjadi dimasa lampau, boleh jadi karena gara2nya Lim Tiang Hong tiruan ini.
770 Selagi mereka berkutetan dalam alam pikirannya
masing2. It-ceng Totiang, yakni imam dari Ngo-bie sudah berkata kepada Lim Tiang Hong dengan suara nyaring:
"Sicu sendiri murid dari golongan manakah" Iblis
buas yang kau tangkap itu harap suka kau serangkan pada Pinto. iblis itu tangannya sudah penuh berlumuran darah, banyak kali melakukan pembunuhan, banyak jiwa manusia melayang ditangannya, itu juga yang membuat kami tidak rela lepaskan lagi padanya begitu saja"
Lim Tiang Hong segera menjawab hanbar "Maaf,
dalam urusan ini tidak dapat aku luluskan permintaan Totiang sekalian. Dia setiap kali menyamar sebagai diriku, melakukan segala macam perbuatan busuk atas namaku. Sekarang setelah kena ditangkap olehku, aku harus menanyakan padanya tentang sepak terjangnya itu"
Hanya Cu Giok Im mungkin yang mengerti maksud
ucapannya Lim Tiang Hong. Nona ini lantas berdiri disamping tanpa buka suara, tidak demikian halnya dengan Yan-jie, yang agaknya belum juga mengerti
duduknya perkara. Nona berangasan ini lalu
771 menghampiri Lim Tiang Hong sembari berkata: "Tidak bisa! Dengan hak apa kau bawa orang!"
Cu Giok Im ketawa geli. Cepat ia menghampiri Yan-
jie, ber-bisik2 sebentar di telinganya.
Yan-jie nampak gusar dan peloloti Lim Tiang Hong
yang berkedok, dia tidak buka mulut lagi.
It-ceng Totiang mendengar betapa Lim tiang Hong
mengatakan tidak suka menyerahkan tawanannya
kepadanya, lalu berkata pula: "Kalau Sicu ingin tanya, sekarang saja toh bisa tanya" Orang ini biar bagaimana harus diserahkan kepada enam partai golongan Hian-bun supaya beres persoalan kami beramai"
"Dan jikalau aku tidak menurut bagaimana?"
demikian Lim Tiang Hong yang masih tetap belum buka kedoknya.
"Hmmmmm" Hie-leng Totiang dari Kunlun-pay mendadak maju
lima langkah, berkata dengan bengis setelah mendehem sekali: "Kalau begitu, jangan pikir kau bisa tinggalkah rimba ini!"
Saat itu Lim Tiang Hong lantas meraba mukanya.
dalam waktu sekejap telah beralih roman mukanya yang 772
tadinya begitu dingin pucat menjadi wajah cakap
ganteng. "Aku seorang she Lim," demikian dia berkata, "tidak percaya kalau kalian golongan Hian-bun bisa mencegah kemauanku"
Setelah Lim Tiang Hong unjukkan muka aslinya,
rombongan imam itu serentak berseru kaget: "Eh, ada satu lagi Lim Tiang Hong!"
Hie-leng Totiang lantas berkata: "Didalam dunia ini, orang yang suka menyamar dan memakai nama lain
orang jumlahnya begitu banyak. Sukar dibilang. Pinto benar2 tidak percaya kalau kau pun, Lim Tiang Hong yang belakangan datang ini betul atau tidak Lim Tiang Hong tulen"
"Kalau begitu dengan cara bagaimana lagi suruh
aku bikin kau percaya?""
"Gampang sekali, asal kau suka unjukkan beberapa
jurus ilmu pedang To-liong Keng-hong warisan Bu-ceng Kiam-khek, kami akan segera dapat membedakan yang mana palsu dan mana yang tulen"
Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak "Pedang To-liong
kiam" katanya "Selamanya tidak gampang2 keluar dari 773
sarungnya. Jikalau pedang itu terpaksa keluar juga, barang kali tidak baik akibatnya bagi kalian. Aku rasa lebih baik jangan sajalah!"
"Ilmu pedang Yu-liong Kiam-hoat belum tentu
dibawah permainan pedang To-liong Keng-hong mu.
Maka itu, Pinto ingin sekali saja belajar kenal"
Tadi itu adalah suaranya Hie-leng Tojin yang sudah gusar agaknya, kemudian betul saja dia menyerang
dengan cara gesit sekali menggunakan pedangnya.
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Lim Tiang Hong masih tidak memperlihatkan reaksi
apa2 di wajahnya. Ia hanya senyum-senyum simpul,
badannya lantas berputar seoiah-olah gangsingan.
Serangan yang demikian hebat, yang dilancarkan
oleh imam Kun-lun-pay ternyata hanya mengenakan
tempat kosong. Dan setelah seiangan berhenti dan agak mereda,
orangnya ternyata masih berdiri di tempat itu juga, setengah tindakpun ia tidak berkisar!
Hie-leng Totiang, dengan kedudukannya sebagai
orang dari tingkatan tua, dengan mendadak tadi
mengadakan serangan bokongan terhadap orang dari
tingkatan muda, sebetulnya sudah merupakan suatu hal 774
yang merendahkan derajatnya. Apalagi serangan itu justru dengan mudah sekali dapat dielakkan lawannya, malah tanpa berkisar dari tempatnya lagi, kemana harus ditaruh mukanya untuk hari2 selanjutnya"
Begitulah, secara tiba2 juga ia ketika menarik
serangannya. ketika membalik badan, dengan satu gerak tubuh Yu-liong pay-gwee kembali sudah membabat
pinggangnya Lim Tiang Hong.
Sengit sekali agaknya serangan itu dilancarkan,
karena yang di arah adalah tempat penting.
Lim Tiang Hong berubah wajahnya. Dengan satu
gerak tangan yang manis ia sudah berhasil membikin mencong arah pedangnya Hie-leng Totiang. Berbareng dengan itu jari tangannya yang lain tidak tinggal diam, telah menotok jalan darah pingsannya Im-san Mo-lie, lalu didorongkan kepada Yan-jie yang sudah berada dekat dengannya sembari berkata: "Adik Yan, sukalah kau tolong awasi dia. Aku hendak belajar kenal dengan permainan pedang enam partai golongan Hian bun"
Berbareng dengan habisnya ucapannya tadi,
tangannya sudah memotes sebatang ranting pohon
sepanjang tiga kaki. Ranting ini selanjutnya lantas 775
digunakannya sebagai senjata, menangkis maupun
menyerang lawan di hadapannya.
Lalu, sembari gerak2kan rantingnya itu ia berkata:
"Kalian hendak bertempur majulah berbareng. Aku si orang she Lim dengan setangkai ranting kayu ini boleh jugalah menemani kalian main2 dalam beberapa jurus saja"
"Bocah kau jumawa sekali!" demikian Hie-leng
Totiang kembali membentak, kemudian dengan ternama sampai tiga-empat kali imam Kun-lun ini sudah
menyerang dengan pedangnya.
Lim Tiang Hong hanya geser kaki dengan tangan
masih tetap memegang ranting kayunya yang diputarkan se-olah2 pedang sedemikian rupa hingga seluruh
badannya se-akan2 telah terbungkus sinar hijau tak terlihat lagi
Dengan jalan demikian maksudnya ingin
menggunakan salah satu gerak tipu To-liong Keng-hong.
Sinar hijau mendadak nampak melesat tinggi,
mematahkan serangan Hie-leng Totiang tadi dan ketika itu pula terdengar suara "Srr-srr"an dari senjatanya itu.
776 Hie-leng Totiang tiba2 seperti menemukan binatang buas, lantas ter-huyung2 mundur sampai delapan kaki, jeri sekali ia agaknya.
Sementara itu Lim Tiang Hong sudah kembali lagi
pada kedudukannya semula, kemudian dengan senyum
dikulum lalu berkata "Gerak tipu ilmu pedang To-liong Keng-hong rasanya toh tidak palsu bukan?"
Pada saat itu kawanan imam dari enam partai besar itu agaknya telah dapat menduga kalau pemuda
dihadapan mereka itu benarlah To-liong Kongcu Lim Tiang Hong sendiri, itu Kongcu yang namanya sangat kesohor dikalangan kang-ouw pada dewasa ini. Akan tetapi, enam partai besar golongan Hian-bun, didunia kang-ouw nama baik dan kedudukannya berderajat tinggi sekali, bagaimana dengan hanya satu jurus saja sudah dapat gertak mundur"
Oleh karena timbulnya pikiran semacam itu, maka
semua imam tadi masih tetap berlagak pilon. Sembari mengeluarkan bentakan berbareng semuanya lantas
meluruk maju! Sinar2 pedang dari berkelebatnya sepuluh pedang
lebih nampak berkilau-kilauan menyilaukan mata. Dan 777
sudah barang tentu pula, arah atau yang menjadi
sasaran mereka adalah badan Lim Tiang Hong, semua datang dari empat penjuru.
Lim Tiang Hong dalam kepungan, senjata ranting
kayunya nampak ber-gerak2 cepat menyambuti setiap serangan yang dilancarkan oleh kawanan imam itu.
Kini sinar hijau yang timbul dari "senjata" Lim Tiang Hong kelihatan begitu gesit "Naga" berseliweran
menembusi sinar pedang kawanan imam itu, hingga
membuat orang sukar dapat menangkap ilmu pedang
mana sebetulnya yang lebih unggul.
Berbareng dengan itu tubuh Lim Tiang Hong tiada
henti2nya berseru: "Ilmu pedang Mo-in Kiam-hoat dari Khong-tong-pay cukup ganas....!"
"Ng! Ilmu pedang Thay-im-kiam dari Ngo bie-pay
benar lain daripada yang lain...." demikian suaranya menyambungi suara yang terdengar duluan.
Pada saat itu gumpalan sinar pedang yang putih
ternyata sudah terjadi keretakan.
Setelah itu terdengar pula suara Lim Tiang Hong
yang kembali berkata "Ah sayang, ilmu pedang Liang-gie Kiam-hoat ini belum cukup sempurna... Eei! Orang yang 778
mainkan Yu liong-kiam itu kekuatannya belum cukup, seharusnya pulang dulu minta gurunya ajarin melatih diri tiga tahun lagi"
Demikianlah se-akan2 laku seorang guru sedang
mendidik murid2nya, Lim Tiang Hong sebentar2 berkata memberi komentar tentang ilmu pedang lawan2nya. Hal damikian tentu saja membuat kawanan imam Hian-bun itu mendongkol bukan main. Tetapi apa daya" Tak
berdaya! Sekalipun semuanya mengerahkan seluruh
kekuatan yang ada padanya, sekalipun sudah
digabungkan semua serangan2 itu menjadikan kekuatan yang ber-ganda2 tenaganya, akan tetapi percuma saja rupanya.
Tepat pada saat itu, se-olah2 burung elang
menyambar mangsanya, meluncur ke arah Yan-jie dan menyambar badannya Im-san Mo-lie dalam sarangnya.
Yan-jie segera menggeram dan menyerang cepat orang yang baru datang itu dengan pedangnya.
Tetapi orang itu se-akan2 lakunya burung elang
menyambar mangsa, tetap saja mengangkat badan Im-
san Mo-lie yang menggeletak di tanah, sedangkan
779 tangannya yang lain mengebas. Dari kibasan tangannya itu meluncur keluar hawa dingin luar biasa yang
mengarah Yan-jie! Yan-jie yang tidak ber-jaga2 atas serangan itu
lantas jatuh rubuh di tanah....
Cu Giok Im baru2 mengejar orang itu dan hendak
merampas Im-san Mo-lie kembali, tetapi sudah
terlambat.... Orang itu, sambil mengempit pinggangnya Im-san
Mo-lie kelihatan lompat melesat keluar rimba! Dan semua gerakannya itu se-olah2 bukan tenaga manusia yang melakukan, cepat dan luar biasa sebatnya!
Lim Tiang Hong yang masih dalam kepungan,
ketika mendengar geraman ber-ulang2 dari mulut
kawannya, lantas mengerjakan ranting2 sedemikian rupa memecahkan kepungan lawan.
Setelah berhasil membuat "lubang" diantara
berkelebatannya sinar2 pedang lawan, Lim Tiang Hong lantas melesat keluar kepungan.
Tetapi saat itu Yan-jie sudah terluka parah, dan
orang yang melukainya juga sudah tak kelihatan mata hidungnya.
780 Buru2 diperiksanya keadaan Yan-jie, nyata napas
nona ini memburu, sekujur awaknya dingin memucat.
Sudut2 bibirnya nampak darah sudah menghitam sebagai tanda bahwa luka yang diderita nona itu parah sekali.
Sesaat lamanya Lim Tiang Hong merasa seperti
kehilangan akal, tak tahu bagaimana harus berbuat.
Cu Giok Im lalu berkata dengan suara serak: "Kita pergi cari rumah penginapan dulu baru dayakan lain akal"
Setelah itu lantas dipondongnya badan sang kawan
dan kabur keluar rimba. Lim Tiang Hong dengan sorot mata tajam, menyapu
kawanan imam itu satu-satu, kemudian mengikuti jejak Cu Giok Im dengan langkah ringan.
Imam2 dari golongan Hian-bun itu berpandang
antara sesamanya, semua berdiri diam bagai patung membisu. Mereka gegetun mengapa demikian rupa akhir kejadiannya. Oleh karena hendak menuruti hawa napsu, penjahat yang di-kejar2 dari tempat jauh kini ternyata sudah dibawa kabur orang lain. Mereka kini hanya dapat menyaksikan Cu Giok Im dan Lim Tiang Hong yang lari 781
keluar rimba, tiada seorangpun diantara mereka yang coba merintangi mereka
(-0odwkzo0-) Bab 21 LIM TIANG HONG dan Cu Giok Im yang membawa-
bawa Yan-jie yang terluka, terus berlari dan berlari, yang dicari adalah sebuah penginapan.
Lebih dulu Cu Giok Im rebahkan dirinya Yan-jie
diatas pembaringan, sedang Lim Tiang Hong kala itu telah mengeluarkan sebutir obat Soat-som-wan yang terus dicekoki dimulutnya si nona.
Tetapi keadaan Yan-jie pada saat itu sudah seperti mayat layaknya. Sekujur badannya dingin kaku,
mulutnya terkancing rapat, hingga pil Soat-som-wan itu tak dapat dimasukkan dalam mulutnya.
Ketika sekali ditatapnya wajah Cu Giok Im, Lim
Tiang Hong lalu berkata: "Encie Cu, tolong jejalkanlah se-bisa2 supaya obat ini bisa masuk dalam mulutnya"
Cu Giok Im sambi! mesem2 kecut berkata:
"Badannya sekarang dingin sekali, terang dia tadi terkena serangan yang mengeluarkan hawa dingin. Sekarang
782 justru memerlukan tenaga murni seorang laki2 baru ada gunanya. Betapapun besar dayaku, tanpa laki2 pasti akan sia2...."
Ucapannya Cu Giok Im itu meski dikeluarkan dari
hati yang jujur, tatapi biar bagaimana Lim Tiang Hang merasa tidak enak untuk mengusahakan dengan cara
memasukkan hawa dari mulutnya melalui mulut Yan-jie pula.
Cu Giok Im yang agaknya dapat menduga hatinya
Lim Tiang Hong, lalu berkata pula: "Seorang laki2
bertindak haruslah tegas! Tidak boleh berlaku maju mundur begitu. Apa yang harus dan perlu dikerjakan olehnya harus segera dilakukan tanpa ragu dan bimbang.
Apa kau boleh enak melihat begini saja dia dalam bahaya tanpa memberi pertolongan sedikitpun?""
Dengan apa boleh buat Lim Tiang Hong mendengar
kata2 Cu Giok Im yang terakhir lantas maju selangkah hendak menurut nasehatnya.
Demikianlah ia masukkan hawa dari mulut Yan-jie,
kemudian pil Soai-som-wan itupun sekalian dimasukkan juga. Kemudian lagi, dengan tangannya yang besar kasar meng-urut2 sekujur badan Yan-jie.
783 Sayang semua usahanya itu ternyata sia2 belaka.
Setelah dikerjakan sekian lama, belum nampak si nona mendusin.
Lim Tiang Hong nampak cemas, demikian pula
halnya dengan Cu Giok Im.
Ternyata Yan-jie tadi sudah terkena semacam ilmu
pukalan yang kejam dan teramat ganas. Isi perutnya sudah bergeser dari tempatnya semula. Itu pulalah sebabnya darah matang menggumpal dalam suatu
bagian dalam tubuhnya, hingga meski betul Soat-som wan dalam rimba persilatan merupakan obat mujijat, akan tetapi sifat obat itu adalah dingin.
Maka setelah dicekoki obat itu, Lim Tiang Hong
hanya dapat membuat jantung Yan-jie yang hampir
berhenti dapat diteruskan sementara, tetapi tidak dapat melancarkan lagi jalannya darah sebagaimana mestinya.
Orang yang dalam keadaan bingung setiap kali suka menjadi pelupa. Demikian kali ini halnya dengan Lim Tiang Hong. Agaknya ia terlupa kalau saat itu dalam sakunya banyak terdapat jamur yang ia dapatkan dari perut naga purba yang telah jadi batu. Obat mujijat yang mengandung hawa murni dari binatang raksasa
784 purbakala itu, apabila diberikan untuk Yan-jie sebutir sa-ja, niscaja akan segera sembuh lukanya.
Selagi dua orang itu dalam keadaan kebingungan,
dari luar tiba2 mendatangi si orang imam tua. Iman itu nampaknya ganjil sekali tindak tanduknya, diujung bibirnya tertampak senyum di kulum. Sambil ketawa dia lantas berkata kepada Lim Tiang Hong: "Lie-sicu ini ternyata terkena ilmu pukulan Cek-san Ciang-lek yang sangat dingin. Apakah Sicu memerlukan batuan tenaga Pin-to?"
Dua orang yang ditanya, karena kegelisahan, ketika ditanya demikian oleh imam itu, tanpa memperhatikan lagi orangnya. lekas2 Cu Giok Im menanya: "Totiang, apa kah tahu cara mengobatinya?"
"Tunggu dulu. Pinto akan periksa dulu keadaan
nadinya" Dan lantas imam itu diberi jalan menuju
kepembaringan. Diluar dugaan Cu Giok Im, imam itu sudah
menyambar badannya Yan-jie yang dikempitnya di
bawah ketiaknya. Kemudian sambil ketawa yang tak
enak didengar berkata lagi dia: "Jikalau kalian inginkan 785
jiwanya tak terganggu, serahkan nyalinya naga raksasa yang sudah jadi batu itu pada Toyamu!"
Lim Tiang Hong karena lalai kena terpedaya oleh
imam itu yang sekarang menggunakan Yan-jie sebagai tawanan, minta ditebus dengan benda pusakanya. Dalam murkanya ia lalu maju menghampiri dan hendak merebut pulang Yan-jie.
Tetapi imam itu cukup cerdik, ia sudah menggeser, sedang dengan sebelah tangan mengancam jalan darah Beng-bun-hiat di badan Yan-jie. Lantas dengan dingin berkata: "Jikalau kalian berani berlaku sembarangan, setiap saat jiwa budak ini dalam tanganku lho!"
Lim Tiang Hong dan Cu Giak Im benar2 tak berani
maju lagi. Dengan gemas dan bernada bengis Lim Tiang Hong lalu berkata: "Siapa kau sebetulnya! Kau si
jahanam menggunakan tipu muslihat begitu rendah apa kau kira bisa mengancam Siauw-yamu?"
"Toyamu ini adalah Liong-houw Koancu, suheng
dari Cao-sat Totiang! Sekarang seharusnya kau sudah mengerti sendiri, Di dalam rumah penginapan ini
terdapat banyak orang, bukan tempat kita bicara mari kita pergi keluar kota!"
786 Setelah itu dengan cepat benar saja imam itu sudah kabur keluar kota.
Lim Tiang Hong dan Cu Giok Im terpaksa mengejar.
Ketiga orang itu dalam waktu sekejap saja telah
sampai ke tempat berupa rimba di luar kota.
Liong-houw Koancu dengar, cepat berhenti dan
ketika menoleh lantas bertanya: "Apa kau sudah
mengambil keputusan" Lebih baik lekas kau berikan benda itu, Toyamu sudah tidak punya kesempatan lebih lama berada didekatmu lagi"
Lim Tiang Hong cemas dan gusar. Seperti orang
kalap ia lalu berseru: "Kau juga terhitung sebagai seorang ternama dan kedudukan cukup layak! Tidak
kusangka perbuatanmu begitu keji, rendah sekali! Jika kau berani, secara terang2an kita bertanding cara laki2
ayoh!" Liong-houw Koancu tertawa ter-bahak2 "Apa kau
kira Toyamu takuti kau" Cepat atau lambat haa haa akan kukasih kau rasa sampai dimana kelihayannya Lionghouw Koancu. Cuma waktu ini Toyamu tidak ada waktu banyak adu mulut dengan kau, lebih baik serahkan saja benda itu padaku"
787 Lim Tiang Hong gusar sekali, ia lalu memusatkan
ilmu Siauw-yang It-ku-sinkang kedua telapak tangannya.
sedang kakinya setindak demi setindak menggeser maju.
Ia agaknya sudah siap sedia hendak melancarkan
serangan mematikan pada si imam licik itu.
Tetapi Liong-houw Koancu lantas keluarkan
bentakannya: "Berhenti disitu! Kalau kau berani maju selangkah lagi, jiwanya budak ini lebih dulu akan kuambil! Sekarang pilih salah satu. Serahkan nyali naga itu lekas atau dia yang mati! Lekasss!"
Lim Tiang Hong sudah gusar tak tertahankan lagi.
Beberapa kali tadi dia sudah angkat tangan, tetapi ketika mengingat budi Heng-lim Cun-loan yang dicurahkan
terhadapnya, mengingat lagi nasib Yan-jie untuk hari kemudian yang patut dikasihani, lantas menarik napas panjang dia akhirnya....
Bagaimanapun juga ia tak dapat membiarkan Yan-
jie terhina demikian. Apalagi tindak tanduknya ini kali erat sekali hubungannya dengan mati hidupnya si nona.
Maka akhirnya ia lantas rnerogoh saku dan
mengeluarkan nyali naga yang telah membatu, sambil ketawa lantas berkata: "Barang mujijat ini bisa kuberikan 788
padamu, cuma terus terang kukatakan padamu,
sekalipun ada padamu, barang ini tidak berguna. Cepat atau lambat pasti Siauwya-mu akan ambil kembali"
Cu Ciok Im mendadak menghampiri Lim Tiang Hong
dan berkata "Dia toh sudah terima baik hendak berikan nyali naga padamu, lepaskanlah dulu nona itu!"
Liong-houw Koancu sambil ketawa hambar lantas
berkata: "Apa kau kira Pun-koancu akan ingkar janji terhadap orang tingkatan muda" Hei! Lekas serahkan itu!"
Setelah itu benar saja lantas ditaruhnya per-lahan2
badan Yan jie di tanah dan tangannya sendiri sudah mengulur panjang2 ingin menyambuti nyali naga.
Tetapi, sebelum tangan itu menjamah nyali naga
yang telah membatu itu mendadak terdengar suara
orang menggeram yang lalu disusul dengan berkelebat datangnya satu bayangan orang. Cepat luar biasa yang sebentar kemadian sudah berada didepan imam itu.
Orang yang baru datang ini dengan tangan kanan
menyerang Liong-houw Koancu, sedang tangan kirinya sudah menyambar nyali naga yang telah membatu di
tangan Lim Tiang Hong. 789 Tetapi orang itu salah alamat, siapa dikiranya Lim Tiang Hong itu"
Ia sama sekali tidak pernah menduga kalau dua
orang yang dimaui itu, satu ternyata adalah Liong-houw Koancu, yang namanya sangat terkenal di daerah barat laut, sedang yang lain adalah To-liong Kongcu, yang baru2 saja namanya menggetarkan dunia Kang ouw yang masing2 mempunyai gerak reflek yang sangat kuat.
Bagaimana dengan gerakannya yang cuma sebegilu itu ia bisa berhasil"
Demikianlah, sebelum orang itu berhasil dengan
tindakannya, kedua orang yang "dimaui" sama2 sudah berasa rupanya. Lim Tiang Hong telah geser kaki sambi!
menyerang dengan tangan kirinya yang bebas, sedang Liong-houw Koancu pun sudah mengeluarkan tangannya menyambar badan orang yang baru datang itu.
Orang ini rupanya juga bukan dari cabang
persilatan biasa. Selagi kedua pihak menyerang dirinya dari kanan dan kiri ia segera dapat tarik mundur
serangannya tadi dan lantas lompat jauh sampai tujuh kaki.
790 Liong-houw Koancu rupanya kesal. Barang yang
sedianya akan jatuh dalam tangannya mendadak
diganggu orang sudah tentu gusar dan benci pada orang itu, selebar wajahnya lantas jadi merah padam.
Sebentar nampak dia menggulung lengan bajunya,
secara beruntun telah menyerang sampai tujuh kali!
Dihujani serangan yang mengandung hawa dingin
itu, orang yang diserang tak membalas, diam saja. Tetapi sebentar kemudian ternyata ia sudah lompat keluar kalangan, lalu sambil ketawa dingin berkata: "Sahabat lama yang baru ketemu lagi, apa inikah caranya kau menyambut tamu?"
Liong-houw Koancu agaknya baru kini dapat
melihat rupa orang yang baru datang ini, yang ternyata adalah seorang iblis kenamaan untuk daerah perbatasan In-lam. yang sudah sekian lama dikabarkan orang
mengasingkan diri. Orang itu adalah Beng Sie Kiu dengan gelar yang melar: Pie-ma Thian-kao. Tentu saja dia kaget sekali, sebab iblis itupun terkenal sebagai manusia anjing yang sukar diajak berurusan. Maka seketika itu ia lantas berkata sambil ketawa: "Sungguh bagus untungku
bertemu lagi denganmu. Tidak nyana, sahabat, lama 791
yang lama sudah tidak kelihatan dalam dunia kang-ouw kini bisa bertemu lagi denganku disini"
Kala itu rupanya ia belum mengetahui kalau orang
she Beng ini telah masuk dalam perkumpulan Thian-cu-kauw. Bahkan dalam jabatannya yang tertinggi
disamping ketuanya sendiri, Wakil Kauw-cu.
Beng Sie Kiu lalu menjawab ketus: "Sama sama.
Kita ambil dulu nyali naga yang jadi batu itu dari tangan bocah ini, nanti kita bicara lagi"
Tetapi dalam hatinya, Liong-houw Koancu diam2
memaki "Kurang ajar! Barang yang sudah akan jatuh dalam tangan Toyamu sudah kau gagalkan, dan
sekarang berlagak teman segalalah, apa-apaan itu?"
Tetapi meskipun dalam hati ia berpikir demikian,
dimulutnya dia tidak berani mengutarakan isi hatinya, diluar ia nampak ketawa ber-gelak2 dan lantas berkata:
"Ucapan Beng-heng sungguh cocok! Mari kita turun
tangan!" Dan ia lalu berpaling mengawasi Lim Tiang Hong.
Ternyata benda mujijat itu sudah disimpan kembali dalam sakunya. Dengan wajah dingin pemuda itu sedang berdiri disisinya Yan-jie, sedangkan Cu Giok Im sendiri 792
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
sambil memegang pedangnya dengan sorot mata ber-
api2 mengawasi dua orang itu.
Liong-houw Koancu berkata kepada Lim Tiang
Hong: "Bagaimana" Bukan kau lekas serahkan nyali naga itu padaku?"
Lim Tiang Hong dengan muka kecut lalu
mendengus: "Dengan hak apa kau inginkan nyalinya
naga ini. Tapi kalau kau betul ingin, gampang saja. Asal kau punya kepandaian dan bisa menangkan sepasang
kepalan ini, barang ini akan segera jadi milikmu!"
Liong-houw Koancu kebogehan, sambil ketawa
dingin lalu berkata: "Satu anak muda yang tidak boleh dipercaja! Lihat seranganku!"
Perkataan itu ditutup dengan satu serangan yang
berhawa dingin mengarung badan Lim Tiang Hong
lim Tiang Hong putar tangan kirinya. Dari situ lantas meluncur keluar kekuatan tenaga dalamnya yang
merupakan angin puyuh menyambuti serangan Liong-
houw Koancu. Setelah terdengar nyaring dari beradunya dua rupa kekuatan itu, jubahnya Liong-houw Koancu nampak
793 berkibaran, kakinya mundur sampai tiga langkah,
wajahnya berubah seketika.
Lim Tiang Hong sedikitpun tak bergerak, pemuda ini mengawasi lawannya sambil bersenyum sinis. Dalam
serangannya tadi hanya enam bagian kekuatannya saja yang keluar.
Liong-houw Koancu yang dibikin terpental mundur
oleh seorang dari tingkatan muda dihadapan Beng Sie Kiu, malu dan gusarnya bercampur aduk. Setelah
perdengarkan suara geramnya yang hebat ia lompat
maju lagi. Serangan kali ini menggunakan ilmu Hian-im-Pek-sa-ciang, secepat kilat sebentar saja sudah 17 kali serangan dilancarkan. Sedangkan tangan kirinya juga menggunakan ilmu Kan-goan Cao-cia, dengan beruntun telah menyerang sampai 5 kali.
Lim Tang Hong yang dihujani serangan hebat ber-
tubi2 sedemikian rupa, nampaknya masih tetap tenang2
saja. Setelah itu kedua tangannya lalu digerakkan, laksana titiran kencangnya tangan itu membabat atau menyapu, dalam waktu singkat saja sudah balas
menyerang sampai 21 kali hingga Liong-houw Kongcu 794
yang kewalahan terdesak mundur lagi sampai tujuh-
delapan kaki jauhnya. Barbareng pada saat Liong-houw Koancu
melancarkan serangannya tadi terhadap Lim Tiang Hong, Pie-ma Thian-kao Beng Sie Kiu se-olah2 asap badannya melayang mendekati Yan-jie. Ia agaknya tahu bahwa anak perempuan itu pasti jauh lebih penting untuk dapat menguasai Lim Tiang Hong. Maka ia juga timbul
keinginannya hendak mencontoh perbuatan Liong-houw Koancu menawan nona itu.
Tetapi sebelum berhasil dia mendekat, pedang si
Burung Hong Putih Cu Giok Im se-olah2 bianglala sudah menikam depan dadanya!
Beng Sie Kiu dengan wajah beringas sambil ketawa
dingin berkata: "Budak tidak tahu diri! Kau cari mampus disini"!" Berbareng dengan itu. beruntun tiga kali ia mengirimkan serangan2 tangan kosongnya, membuat
pedang Cu Giok Im tergetar dan merasakan tangannya kesemutan hingga terpaksa nona ini mundur sampai tiga kali ke belakang.
Tetapi ia tahu betapa pentingnya detik2 kemudian
yang akan dihadapinya. Apabila ia lengah sedikit niscaya 795
hilanglah Yan-jie. Maka ia lantas berlaku nekad, dengan pedangnya menyerang dan membabat musuhnya ber-ulang2!
Ilmu permainan pedangnya cabang persilatan
Tiang-lim-pay telah terkenal didunia kang-ouw dengan kegaiban dan kemujijatannya. Sekalipun kekuatan tenaga dalam yang dimiliki Cu Giok Im belum seberapa apabila dibandingkan dengan tenaga Beng Sie Kiu, akan tetapi begitu keluar tipu2 pedang cabang Tiang-lim-pay yang luar biasa itu, disitu se-olah2 timbul gunung pedang, hampir setiap ujung pedang senantiasa mengancam
dirinya Beng Sie Kiu sehingga terpaksa wakil ketua Thian-cu-kauw ini harus mundur sampai lima langkah.
Pada ketika itu sesosok bayangan manusia
mendadak melayang turun gesit sekali dan tahu2 sudah berada di depan Yan-jie. Gerakan orang itu nampaknya begitu ringan, indah, sedikit suarapun tidak kedengaran dari jejaknya.
Dengan kecepatan bagaikan kilat orang itu
menepok 28 jalan darah dibadan Yan-jie, membuat si nona yang sudah empas empis dalam waktu sekejapan 796
tiba2 bisa membuka mulutnya dan mengeluarkan rintihan tertahan.
Orang itu tidak berayal lagi. Dengan cepat dari
sakunya keluarkan sebutir obat berupa pil yang segera dimasukkan dalam mulut Yan-jie, kemudian lebih cepat dari datangnya, dia sudah menghilang lagi!
Perbuatan orang itu, dari semula muncul dan
menotok jalan darah serta memasukkan obat kemulut Yan-jie, dilakukan dalam waktu sedetik saja. Bukan saja Cu Giok Im dan Lim Tiang Hong tidak tahu, sekalipun Beng Sie Kiu dan Liong-houw koancu yang sedang
mengincar nona itu, sama sekali sampai tidak berasa....
Lim Tiang Hong yang pikirannya selalu mengingat
keselamatan Yan-jie, dalam pertempuran melawan Lionghouw Koancu ia bertindak cepat se-cepat2nya dengan maksud dalam waktu singkat dapat menyelesaikan
pertempuran. Demikianlah, setelah penempuran berlangsung 10
jurus lebih, mendadak nampak Lim Tiang Hong tarik diri dan bersuara memperingati sang lawan dihadapannya
"Siauwya-mu tidak ingin melakukan banyak
pembunuhan! Aku cuma bisa beri sedikit nasehat tahu 797
dirilah sedikit dan lekas mundur! Tidak turut, jangan sesalkan nanti kalau Siauwyamu berlaku ganas
terhadapmu" Liong-houw Koancu meskipun tahu dia kalau anak
muda yang dihadapinya kini bukan pemuda sembarang yang boleh dipermainkan begitu saja. Akan tetapi iapun tak dapat rupanya digertak dengan hanya beberapa
patah kata saja sampai mundur teratur. Maka seketika itu ia hanya ganda ketawa dingin, dan selagi hendak balas mengejek tiba2 dari dalam rimba sudah terdengar suara orang yang amat nyaring: "Kongcu dari Hong-hong-tie tidak boleh ada seorangpun yang berlaku tidak sopan terhadap dirinya! Maka perlu aku peringatkan pada kalian, Dengar, Lekas mundur paling baik! Kalian seharusnya sudah tahu bagaimana orang2 Hong-hong-tie memperlakukan semua musuh-musuhnya"
Perkataan itu dikeluarkan sepatah demi sepatah
dan setiap patahnya se-olah2 sudah mengetok hati
sanubari musuh2nya. Liong- houw Koancu dan Beng Sie Kiu pada terperanjat, terutama dengan Pie-ma Thiankao.
Orang ini lantas tarik kembali maksudnya hendak
menawan Yan-jie, lalu berseru keras "Sahabat kau siapa!
798 Kau datang tidak unjuk diri, bagaimana aku Beng Sie Kiu bisa ajar kenal?"
Orang dalam rimba itu dengan suaranya yang
bernada dingin sudah keluarkan suara pula "Dengan kepandaianmu yang tak ada artinya itu ingin belajar kenal dengan kami orang Hong-hong-tie, masih belum sampai waktunya. Kau harus pulang dulu kerumahmu
untuk melatih lagi ilmumu sampai tiga atau empat tahun"
Beng Sie Kiu yang berkedudukan sebagai wakil
ketua dari perkumpulan Thian-cu-kauw sudah barang tentu tidak mau mengerti dihina sedemikian rupa.
Seketika itu darahnya bagai me-luap2 dan lekas juga dia bar-kaok2: "Kau jangan banyak jual lagak"
Kemudian badannyapun secepat kilat melesat
masuk dalam rimba.... Tetapi baru saja tiba ditepian rimba suatu angin
lunak berhawa dingin telah menyambar dirinya hingga dalam kegelagapannya orang ini terpental balik sampai lima enam tombak baru bisa partahankan diri lagi. Ketika dicobanya mengatur pernapasannya, nyata tidak ada terjadi sesuatu atas dirinya. Namun biar bagaimana ia sudah dikejutkan sekali oleh kepandaian lawmnya itu, 799
hingga untuk sekian lama ia hanya mampu berdiri
menjublak saja. Tiba2 terdengar pula suara orang dalam rimba itu, yang dibarengi oleh suara tertawanya yang ber-gelak2
"Sekarang kau seharusnya sudah percaya. Lebih baik lekas tarik kembali hati dan maksud serta niatmu yang serakah itu" Liong-houw Koancu, yang pun menyaksikan setiap
kejadian atas dirinya Beng Sie Kiu, dalam hati merasa kaget, pun berbareng timbul rasa jerinya. Sebab, ditilik dari kepandaiannya Beng Sie-Kiu saja, yang tidak ada dibawah kepandaiannya sendiri, akan tetapi kini
dipermainkan oleh orang dalam rimba itu se-akan2
barang permainan saja layaknya, dipermainkan demikian rupa seenaknya. Sudah barang tentu pula kalau orang yang lebih jago sudah damikian, ia sendiri tentu rasanya tak mampu bikin apa2. Oleh karena memikir demikian, maka ia lantas kabur sipat kuping.
Dengan kaburnya Liong-houw Koancu, kini Beng Sie
Kiu tanpa memperdulikan kedudukannya sendiri lantas enjot kaki dan masuk rimba disebelah lain dan
menghilang tanpa keluar suarapun dari mulutnya....
800 Lim Tiang Hong sebaliknya dibikin ter-heran2 oleh peristiwa yang terjadi secara mendadak itu. Ia buru2
menghadap kedalam rimba dari mana suara tadi berkali-kali keluar, dan cepat pula berkata "Cianpwee dari mana yang berada didalam sana mengapa tidak sukakan
unjukkan diri menemui boanpwee?"
Akan tetapi dalam rimba sebelah situ, tempat yang dihadapan Lim Tiang Hong nyatanya sunyi senyap, lama dalam hening, tak ada jawaban sepatahpun dari orang dalam rimba tadi.
Ketika kemudian ia berpaling dan mengawasi Yan-
jie, ternyata nona Im dilihatnya sudah siuman, kala itu nampak dengan asyiknya dia ber-omong2 dengan Cu
Giok Im. Dengan perasaan bingung tak habis pikir cepat ia
menghampiri dan lantas bertanya: "Adik Yan, dengan cara bagaimana kau bisa sembuh kembali?"
Yan-jie lantas menjawab sambil jebikan bibir: "Aku sendiri juga tak tahu. Aku seperti sedang mimpi ada orang yang membuka jalan darahku dan memberi obat padaku, kemudian aku siuman per-lahan2 dan sekarang 801
badanku segar bugar lagi malah rasanya jauh lebih sehat daripada sebelum terluka. Bukankah itu perbuatanmu"
Cu Giok Im lantas nimbrung "Aku pikir orang yang
menolong adik Yan itu tentu adalah itu orang yang bicara dalam rimba tadi".
"Ow! Kalau begitu ini tentu sekali lagi perbuatan orang Hong-hong-tie" demikian pikir Lim Tiang Hong dalam hatinya. Akan tetapi masih belum dapat ia
menduga dengan pasti, ada hubungan apakah
sebetulnya antara Hong-hong-tie dengannya"
Menurut pikirannya sendiri mungkin sekali Hong-
hong-tie mempunyai hubungan erat dengan si Orang Tua Pencipta.
Yan-jie per-lahan2 menghampiri Lim Tiang Hong,
dengan sikapnya ke-kanak2an dia berkata: "Kabarnya, kau bersama Yu-kok Oey-eng pernah pergi ke lembah Hong-hong Pie-kok, betulkah itu?"
Lim Tiang Hong hanya mengangguk dan kemudian
lalu menceritakan juga sekalian hal ikhwal dan setiap bahaya yang pernah dihadapinya ketika masuk dalam lembah tersebut lalu lagi dia mengeluarkan dua butir Liong-cu sebesar telur ayam yang lantas diberikan 802
kepada Cu Giok Im dan Yan-jie seraya katanya: "Ini namanya Liong-cu. Didapat dari dalam badan binatang, yaitu naga raksasa yang telah berubah jadi batu. Apa kegunaannya, akupun tidak tahu. Yang pernah kualami, diwaktu malam benda ini dapat bersinar terang"
Cu Giok Im yang bersifat ke-kanak2an, sama sekali tidak memikirkan soal2 tetek bengek seperti wanita2 lain.
Anggapnya bahwa pergaulan antara lelaki dan wanita itu serupa saja. Setelah dia menyambuti Liong-cu itu dan diperiksa dengan seksama, lalu dimasukkan kedalam sakunya. Tetap tidaklah demikian halnya dengan Yan-jie.
Nona ini tatkala dia mendengar Yu-kok Oey-eng mengaku ber-hadap2an bahwa dia adalah tunangannya Lim Tiang Hong dalam hati sudah merasa tidak enak. Kini ia mendengar pula, betapa katanya Lim Tiang Hong bersama2 Yu-kok Oey-eng itu pergi kelembah Hong-hong Pie-kok dan menemukan banyak penemuan gaib. Apalagi dia itu orangnya cantik sekali, pun keluaran orang baik2
pula, maka dengan adanya hubungan begitu rapat,
sama2 menempuh bahaya, sekalipun belum lagi
ditetapkan kedudukannya tetapi hubungan antara
mereka tentunya erat sekali. Sebaliknya, apabila ia 803
mengingat dan memikirkan dirinya sendiri, yang kini hidup sebatang kara, bagaimana penghidupannya
dikemudian hari masih sulit dibayangkan. Itu pulalah sebabnya yang membuat hatinya sedih pilu, hingga
tanpa dirasa air mata telah mengalir keluar.
Lim Tiang Hong yang sedang gembira2nya dan
dapat menghadiahkan dua buah Liong-cu kepada wanita itu, sama sekali tidak pernah pikir mengapa sampai Yan-jie menangis, ia tak tahu dan apa yang ditangisi oleh nona itu. Maka buru2 di-elus2nya rambut nona itu, dan berkata dengan suara lemah lambut: "Adik Yan, kau jangan bersusah hati. Menang atau kalah ada soal biasa bagi kita orang2 kang-ouw. Kekalahanmu ini, juga bukan bertandingnya dengan musuh, tetapi karena diserang secara gelap. Kau tenanglah nanti kalau aku ada waktu terluang pasti akan kuturunkan beberapa pelajaran dari kitab Hong-bong Pie-kok hingga untuk selanjutnya
barangkali kau tidak akan dirugikan lagi"
Ternyata anak muda ini telah salah duga. Dikiranya Yan-jie terluka hatinya dan menangis karena mengingat kejadian kekalahannya tadi hingga menderita luka parah.
Itulah sebabnya ia menghibur dengan kata2 demikian.
804 Tetapi tentu saja buat pihak orang yang dihibur, bukan terhibur dia, malah semakin gemas.
Diam2 nona ini lalu berkata dalam hatinya sendiri:
"Sungguh tolol. Aku toh bukannya bersedih karena soal itu?"
Akan tetapi, biar bagaimanapun Yan-jie tak dapat
utarakan pikirannya itu kepada si pemuda, maka dengan terpaksa ia lalu tersenyum ke-malu2an.
Cu Giok Im meskipun hubungannya cukup erat
dengan Lim Tiang Hong, tetapi biar bagaimana dia
maklum bahwa dia adalah turunan dan orang tingkatan muda dari cabang persilatan Tiang-lim It-hong, maka sedikitpun tidak ada maksudnya mengeruk pelajaran silat gaib dari dirinya Lim Tiang Hong. Sewaktu mendengar Lim Tiang Hong berkata ingin memberikan pelajaran ilmunya yang baru kepada Yan-jie, ia lalu minta diri sembari berkata: "Lukanya adik Yan sudah sembuh
semasekali. Nah, kalian boleh lanjutkan cita2 kalian berdua. Aku sendiri masih punya urusan yang harus cepat dibereskan. Aku hanya berharap kita dikemudian hari bisa bertemu kembali"
805 Setelah ulap2kan tangan kepada Lim Tiang Hong
dan Yan-jie, nona gagah itu lantas menghilang masuk rimba....
Setelah berlalunya Cu Giok Im si Burung Hong
Putih, Yan-jie dengan sikapnya yang selalu manja itu tempelkan kepalanya di dada Lim Tiang Hong, lalu sambil dongakkan kepala bertanya: "Engko Hong, kita sekarang kemana lagi?"
Lim Tiang Hong nampak berkerut keningnya, baru
menjawab: "Aku pikir mengantarkan surat Heng-Thian lt-ouw dulu yang paling penting. Surat ini adalah surat suhu pribadi yang minta aku sampaikan pada Hang-thian It-ouw si nenek ketika aku mau turun gunung. Apalagi batas waktu sudah hampir sampai, maka aku harus
selesaikan dulu itu secepat mungkin"
"Apa aku boleh ikut pergi ber-sama2?" menanya
Yan-jie, tetap dengan sikapnya yang kolokan.
Ia yang sudah hidup sebatang kara, sebetulnya
tidak ingin sampai berpisahan lagi dengan "engko Hong"-
nya. Lim Tiang Hong setelah berdiam diri sejenak, lalu sambil gelengkan kepala menjawab "Tentang ini,
806 barangkali agak kurang pantas, sebab suhu pernah kata, nenek tua itu beradat kukoay sekali. Sedang Henghay Kow-loan sendiri pernah nasehatkan supaya aku tidak pergi kesana"
Yan-jie nampak bermuram durja, kemudian dengan
sedih lalu berkata: "Kalau begitu, kita bukankah akan berpisahan lagi?"
"Aku pergi dan akan lekas kembali. Kau berdiamlah dulu beberapa waktu dirumahnya Sin-soan Cu-kat, nanti aku cari kau di sana"
Dengan demikian berahirlah sudah pembicaraan
mereka. Hati masing2 mengetahui sendiri. Sudah
diputuskan bahwa kembali mereka harus berpisahan.
Bagi Yan-jie, hal itu dirasakan berat sekali. Sedang Lim Tiang Hong sendiri, sebetulnya iapun merasa kurang enak, tetapi apalah dayanya" Sekarang ia masih
mempunyai banyak urusan. Toh tidak boleh lantaran perempuan urusan besar sampai terlantar, bukan" Maka terpaksa dengan keraskan hati dan pikiran, dengan cepat, lantas melesat tinggi meninggalkan tempat itu.
807 Oleh karena gerakannya yang cepat luar biasa itu, sebentar saja sudah melayang sampai seratus tombak lebih.
Ilmu meringankan tubuh yang dinamakan It-shia
Cian-lie itu sesungguhnya merupakan ilmu yang indah luar biasa, bagus tanpa tandingan. Lim Tiang Hong yang mengganakan ilmu itu, se-akan2 burung garuda,
melayang begitu pesat. Dan sebelum hari gelap lagi dia sudah mencapai
perjalanan sejauh 400 lie.
Tiba2 dalam cuaca remang2 tampak sesosok
bayangan orang meluncur dengan cepat. Gerakan orang itu bukan main gesitnya.
Dari semula Lim Tiang Hong dapat lihat bayangan
orang itu. Dan me-raba2 siapa kiranya orang itu. Hanya dalam sekejapan saja, tetapi orang itu ternyata sudah meluncur jauh sampai seratus tombak lebih.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan kepandaiannya
orang itu begitu luar biasa, semangatnya lantas
terbangun. Ia lalu kerahkan seluruh tenaganya untuk melombai orang itu. Dan ia kini mendapat kenyataan, orang itupun kiranya tengah dalam perjalanan menuju 808
lembah Bu-ceng-hiap, yakni lembah tempat kediaman Heng-thian It-ouw. Hal ini membuatnya heran dan
terkejut. "Bu-ceng-hiap bukankah sudah putus hubungannya
dengan dunia kang-ouw" Mengapa sekarang ada orang yang mau menuju ke sana lagi?" demikian Lim Tiang Hong dalam hati berpikir.
Gerakan kedua orang itu sama cepat dan setanding
gesitnya. Dalam waktu sekejapan saja keduanya sudah tiba dimulut lembah Bu-ceng-hiap.
Kala itu, seluruh mulut lembah tertutup kabut,
gelap lagi sempit. Tetapi orang yang dibuntuti Lim Tiang Hong itu tanpa aral terus masuk kedalam.
Lim Tiang Hang kini timbul rasa curiganya, juga
lantas lompat mengejar. Pada saat itu ia juga dapat melihat lapat2, orang yang dikejar itu seperti orang dari golongan pelajar, pertengahan umur kira2 usianya.
Orang itu agaknyapun sudah merasa bahwa
dibelakangnya ada orang membuntuti, maka seketika ia berpaling. Sorot matanya yang begitu tajam ditujukan ke arah Lim Tiang Hong.
809 Lim Tiang Hong buru2 melesat kesamping. Lapat2
ia dengar suara ketawa orang itu. Tanpa menoleh lagi teruskan memasuki lembah.
Pada saat itu didalam lembah tiba2 timbul
segumpalan awan yang dari bawah tepat melayang
menuju kemulut lembah. Tatkala terpisah beberapa
puluh tombak dari orang tadi itu, tiba2 terdengar suara orang berkata disertai ketawanya yang tak enak
didengar. "Aku kira siapa yang adu nyali begitu besar berani memasuki tempat kediamanku. Bu-ceng-kok ini....
Tidak tahunya adalah kau...."
Orang berdandan pelajar pertengahan umur itu
ketawa ber-gelak2 dan lantas berkata: "Bu-ceng-hiap toh bukan sarang naga atau goa macan, mengapa tidak- bisa dimasuki" Dan sekalipun betul sarang naga goa macan, juga tidak bisa mencegah kedatanganku, si Tiat-hie Sie-seng"
Selama diadakan pembicaraan tadi, dua orang itu
sudah saing berhadapan dan sama2 melayang turus ke bumi.
Yang diperhatikan Lim Tiang Heng hanyalah itu
orang, yang muncul dari dalam lembah, yang munculnya 810
laksana segumpalan awan. Ternyata dia adalah seorang nenek2 yang beruban rambutnya. Pipi2nya sudah
keriputan, sedang ditangannya tergenggam sebatang tongkat. Dalam hatinya ia sudah lantas menduga, nenek itu tentu adalah Heng-thian It-ouw sendiri.
Nenek itu, ketika mendengar ucapan orang
pertengahan umur yang jumawa sekali itu, wajahnya mendadak berubah. Kini nampak keriput2nya lebih
menebal dan banyak. Tangannya yang memegang
tongkat pun di-gerak2kan, mengetuk-ngetukkan tongkat itu ke tanah. Ia menanyakan maksud kedatangan orang pelajar itu.
Orang pertengahan umur itu dengan dingin
berkata: "Aku si pelajar miskin lama sudah mendengar kalau Bu-ceng Kiam-khek yang dikabarkan orang sudah mati 60 tahun belakangan, kini sudah muncul kembali kedunia kang-ouw. Aku pikir dia pasti sembunyikan diri dalam lembahmu ini, maka itu aku datang"
"Aku dengan setan tua itu" demikian nenek itu,
"bercidera sudah 60 tahun juga. Bagaimana kau anggap dia bisa datang kemari" Lagipun, andai kata betul dia 811
muncul lagi ke dunia kang-ouw, apa dia takut padamu, pelajar miskin" Hi, hi.... benar2 lucu!"
"Aneh, sungguh aneh!" menggerutu si pelajar tadi.
"Terang aku sudah dapat kabar dia muncul ke dunia kang-ouw sudah dua kali. Kenapa aku tidak bisa
dapatkan dia" Aneh!"
Dan ia lantas balik badan, berlalu dengan tindakan gesit sekali.
Tiba2 terdengar bentakan si nenek yang keras
"Tunggu du!u!" serunya. "Lembah Bu-ceng-hiap ini tidak begitu gampang membiarkan orang keluar masuk se-mau2nya"
(-0odwkzo0-) Jilid ke 9 "Kau, yang ingin mencari Bu-ceng kiam-khek,
bolehlah jadikan aku wakilnya menyelesaikan
persengketaan antara kalian dua orang. Aku sekalian ingin tahu, selama 60 tahun belakangan ini sampai berapa tinggi sih kemajuaamu bertambah?"
Pelajar pertengahan umur itu ketawa ber-gelak2
lalu katanya: "Kalau begitu, itu sungguh baik. Mari!".
812 Dan pelajar ini lalu mengeluarkan sepotong "Hie"
(alat penggosok tinta Tionghoa) yang terbuat dari pada besi. Dengan warnanya yang hitam berkilauan, Hie dari besi itu panjangnya satu kaki, lebarnya 4 chun.
Ditengah2 alat yang hendak dijadikan senjata itu ada lubang besar. Senjata sekecil itu ternyata adalah ganggamannya Tiat-hie Sie-seng yang sangat terkenal.
Si nenek lintangkan tongkat kedepan dada, lalu
maju tiga kaki seraya katanya: "Orang yang datang adalah tamu. Silahkan tetamu mulai"
Tiat-hie Sie-seng tak berkata apa2 lagi. Senjatanya yang aneh itu diputarnya sedemikian rupa, kemudian mendadak diangkat tinggi2. Kala itu nampak dilain pihak si nenek memutar tongkatnya, badannya sendiri berputar perlahan.
Selagi pertempuran akan dimulai, tiba2 dari mulut gua nampak muncul seseorang yang dengan suaranya
yang nyaring lantas berkata: "Heng-thian Locianpwe, harap suka bersabar dulu.... Biarlah boanpwee yang menalangi menyambuti serangannya beberapa jurus
saja" 813 Nenek tua ketrukkan tongkatnya di tanah. Dengan
suara ketas berwibawa berseru: "Kau siapa! Berani juga kau masuk dalam lembahku?"
Orang itu menjawab: "Boanpwee Lim Tiang Hong.
Atas perintah Orang Tua Penyipta, disini ada sepucut surat yang akan, disampaikan kepada Heng-thian It-ouw Lecianpwee"
Setelah itu, dari sakunya, Lim Tiang Hong, demikian pemuda yang baru datang ini, mengeluarkan sepucuk surat yang lantas disodorkan kepada si nenek.
Si nenek dengan acuh tak acuh masukkan surat
yang diterimanya kedalam sakunya. "Kau berdiri dulu disampingku" demikian memerintah "Setelah aku nanti berurusan dengan pelajar miskin ini, baru aku akan melayani kau"
Setelah itu si nenek lalu menghadapi si pelajar
kembali. Lim Tiang Hong dengan cepat menghadang di hadapan si nenek. Dengan cepat pula berkata: "Segala urusan yang menyangkut soal suhu, haruslah muridnya yang menalangi menyelesaikan. Dia toh mencari Bu-ceng Kiam-khek" Maka sudah seharusnya juga kalau teecu yang melayani dia juga"
814 Nenek itu pelototkan matanya. Sambit kebutkan
lengan jubahnya, dia berkata: "Menyingkir!" katanya.
"Dengan usiamu yang begitu muda, juga ingin tonjolkan kepala. Jangan2 kau nanti bikin hilang maka suhumu sendiri"
Nenek itu sangat kuat tenaga dalamnya. Dengan
satu kebasan tangan saja, entah berapa ribu kati
kekuatanya. Tetapi Lim Tiang Hong sebaliknya masih tetap berdiri ditempatnya, sedikit pun tidak bergeming oleh tiupan kibaran angin lengan jubah si nenek.
"Tee-cu yakin" katanya kemudian, "Tidak sampai
membikin hilang muka suhu"
Selagi si nenek hendak berkata lagi, Tiat-hie Sieseng mendadak ketawa ter-gelak2 dan berkata: "Kalau begitu, benar saja si setan tua itu masih hidup dalam dunia"
Dan dengan cepat pelajar pertengahan umur itu
maju menghampiri Lim Tiang Hong sambil pentang
kelima jari tangannya. Secepat kilat menyambar
pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong hanya ganda tertawa atas
datangnya serangan itu. Tangannya yang hendak
815 disambar mendadak membalik dan memutar. Lima jari2
tangannya dengan cepat sekali malah sudah mencekal urat nadi Tiat-hie Sie-seng.
Tiat-hie Sie-seng diam2 terkejut. Tangannya cepat ditarik kembali. Kini dengan tangan sebelah yang lain, se-olah2 pisau tajam memapas jalan darah Ciok-tie-hiat Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong sedikitpun tidak bergerak dan
tanpa merubah gerak tipunya tadi tangannya sudah
diulur, tetapi ketika dekat pada tangan Tiat-hie Sie-seng mendadak merubah dan menepuk tangan orang itu.
Suara nyaring lantas terdengar.
Kedua orang yang kiranya telah mengadu kekuatan
itu masing2 melompat mundur.
Dalam waktu sesingkat itu kedua orang itu dengan
kecepatan luar biasa masing2 telah mengirim serangan hebat untuk lawannya, bahkan sudah pula mengadu
kekuatan tenaga dalam. Ternyata sama2 kuat.
Dengan demikian, Tiat-hie Sie-seng benar2
dikejutkan dan sampai melongo dia sekian lama.
Sungguh tak dapat diduganya, seorang muda belia
816 berani terang2an mengadu kekuatan dengannya, yang sudah mempunyai latihan 90 tahun lamanya.
Sementara itu Heng-thian It-ouw yang berdiri
disamping juga merasa ter-heran2. Ia berkata pada dirinya sendiri: "Sungguh tidak nyana bocah ini begitu tinggi dan sukar dijajaki ilmu silatnya".
Pada saat itu Tiat-hie Sie-seng lantas berkata:
"Bocah, sungguh tak kusangka kau begini muda
kepandaianmu cukup berarti. Aku si pelajar miskin biarlah hari ini coba main2 dua jurus denganmu"
Satu tangannya itu menekan dengan perlahan,
kekuatan tenaga yang tersembunyi dengan tidak
putus2nya mengalir keluar laksana mengalirnya arus gelombang mengarah Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang maklum sedang berhadapan
dengan musuh kuat, tak berani main ayal2an. Cepat dikerahkannya tenaga dalamnya. Dengan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang ia melindungi lebih dulu seluruh badannya, kemudian kedua tangannya, dengan memakai satu gerakan Liu-ciok Siok-him sudah menyambuti
datangnya serangan Tiat-hie Sie-seng yang datang ber-gulung2.
817 Kedua kekuatan tenaga dalam yang merupakan
kekerasan dan kelunakan saat itu juga lantas saling beradu.
Ditengah udara terdengar nyaring bunyi beradunya
kedua jenis kekuatan yang berlainan itu.
Tiat-hie-Sie-seng nampak mundur dua langkah,
sedang Lim Tiang Hong hanya ber-goyang2 saja
badannya untuk kemudian tenang kembali. Kakinya tetap pada tempatnya, sama sekali tidak mengisar atau
merubah kedudukan. Tiat-hie Sie-seng dengan sorot mata tajam
mengawasi Lim Tiang Hong dari atas sampai ke bawah.
Mendadak dia bersiul panjang yang kedengarannya
menakutkan, lalu badannya melesat tinggi sampai tujuh-delapan tombak! Ditengah udara nampak dia ber-poksay, kemudian bagaikan elang yang terbang, lari kemulut lembah, sebentar saja sudah menghilang tidak kelihatan bayang2nya....
Heng-thian It-ouw melongo sama sekali tidak
menyangka Tiat-hie Sie-seng dalam segebrak menurut hitungannya ternyata sudah di bikin kabur sipat kuping.
Ketika ia hendak mengejar, nyata sudah terlambat.
818 Dalam gusarnya nenek tua ini lantas membentak Lim Tiang Hong: "Semua ini gara2mu! Kaulah yang
membiarkan dia bisa berlalu dengan begitu gampang"
Lim Tiang Hong lantas menjawab: "Dia memang
tahu diri mundurnya secara teratur. Biarlah dia kabur saja"
"Hmm! lembah Bu-ceng-hiap ku ini, selamanya
tidak rnengijinkan orang laki2 menginjakkan kaki
sejengkal saja di tanah ini. Ia mempunyai nyali begitu besar masuk sini, seharusnya tidak boleh biarkan dia keluar dalam keadaan masih bernapas. Hai bocah, kau jangan bangga dulu. Sekalipun kau, tidak ada kecuaiian dari peraturanku"
Lim Tiang Hong dengan muka ke-malu2an berkata:
"Aku toh diperintah oleh suhu?"
"Didalam lembahku ini, tidak ada kecualian dari apa yang telah kutetapkan"
"Kalau begitu, boanpwee betul sudah melanggar
undang2 Cianpwe" "Orang yang sembarang masuk dalam lembah Bu-
ceng-hiap ini harus mati tanpa ampun! Tapi mengingat 819
kau justru membawa tugas orang mengantar surat, maka aku ijinkan kau potong sendiri dua kakimu itu".
Lim Tiang Hong mendongkol. Dia lalu berkata:
"Peraturanmu ini pernah sekalikah diumumkan di
luaran?" "Peraturan tinggal peraturan. Peraturan ini kubuat sendiri, tidak ada perlunya diumumkan bagi orang luar"
"Kalau begitu, buat orang yang tidak tahu, toh
boleh dianggap tidak berdosa" Bolehkah kali ini Teecu dikecualikan?"
"Ngaco! Dalam lembahku ini tidak pernah ada
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
kecualian, tidak perduli siapa saja!"
Kelakuan yang tidak pada tempatnya itu sebetulnya membuat gusar Lim Tiang Hong. Akan tetapi ia pernah menerima pesanan dari suhunya yang wanti2
mengatakan, diperlakukan bagaimanapun oleh si nenek harus bisa dia bersabar.
Mengingat itu maka sambil menindas perasaannya
sendiri, lantas Tiang Hong lalu bersenyum dan berkata pula: "Utusan ini bolehlah ditunda dulu, harap
Locianpwee baca dulu surat suhu itu, nanti kita bicara lagi"
820 Heng-thian It-ouw rupanya kena pengaruh atas
kewibawaan kata2nya Lim Tiang Hong, lantas mengambil surat itu dan dibacanya dengan cepat.
Tiba2 saja si nenek itu lalu berkata diiringi gelak ketawanya "Bagus sekali rencana setan tua itu, tapi aku si nenek sama sekali tidak bisa terima!"
Dan lalu dilemparkannya surat itu ke tanah, dan
berkata pu!a: "Bacalah sendiri!"
Lim Tiang Hong memungut surat tersebut yang
lantas dibacanya dengan seksama. Surat itu ditulis oleh Orang Tua Penyipta, ditujukan kepada Heng-thian It-ouw.
Selain menjelaskan kesalahpahaman antara dua
orang tua itu pada tahun2 yang silam juga di-sebut2
halnya Lim Tiang Hong. Dalam surat itupun diterangkan, karena waktu sangat terbatas, masih belum sempat si Orang Tua Penyipta menembuskan batas jalan darah
Hian-koan, maka itulah dia menyuruh Lim Tiang Hong pergi ke lembah Bu-ceng-hiap membawa surat itu, minta sekalian supaya Heng-thian It-ouw dengan ilmunya
Thian-it Sin-kang menyempurnakan ilmunya Lim Tiang Hong.
821 Tindakan Orang Tua Penyipta itu sebetulnya
dengan maksud baik. Pertama, dia si orang tua hendak menjelaskan kesalahpahaman antara suami isteri dan Kedua, karena dia sendiri sudah bersumpah takkan
muncul2 lagi dalam dunia kang-ouw, maka apabila Lim Tiang Hong dapat bantuan Heng-thian It-ouw, maka
selanjutnya pasti akan menjadi seorang sempurna dalam ilmu silatnya.
Lim Tiang Hong setelah membaca habis surat itu,
sambil menyoja lantas berkata: "Jalan darah Hian-koan Tee-cu sudah tembus, tidak perlulah Locianpwee
keluarkan tenaga lagi. Sedang mengenai dosa yang
Cianpwee katakan, yang berani masuk lembah ini secara lancang, teecu sebetulnya tidak tahu, mohon supaya Locanpwee juga suka maafkan!"
Heng-thian It-ouw mendadak dengan keras
membentak: "Dengan lancang kau memasuki lembahku, ini dosamu yang pertama. Dan kau lalu melepas Tiat-hie Sie-seng begitu saja itu dosa kedua. Bukannya lekas kau bereskan dirimu sendiri" Apakah perlu aku si orang tua yang turun tangan sendiri?"
822 Lim Tiang Hong dengan perasaan mendongkol
dalam hati berkata sendiri: "Nenek ini benar2 tidak bisa diajak bicara dengan aturan. Tiat-hie Sie-seng itu tinggi sekali kepandaiannya. Kalau dia pergi, mungkin nenek ini juga tak mampu menahan perginya orang itu"
Tetapi masih belum hilang dari otaknya semua
pesanan wanti2 si Orang tua Penyipta.
Maka dengan menahan hawa amarahnya berkata
pula Lim Tiang Hong: "Dalam hal ini sukalah Locianpwe pikirkan masak2"
Heng-thian It-ouw sambil lintangkan tongkatnya
berjalan mendekati Lim Tiang Hong sambil berkata:
"Tidak perlu banyak bicara! Kalau tidak lekas kau turun tangan sendiri, nanti kalau sudah marah nenek tuamu ini, barulah kau tahu sendiri"
Tetapi Lim Tiang Hong hanya ketawa menyengir,
sepatahpun tidak ber-kata2.
Heng-thian It-ouw rupanya naik darah. Tongkatnya
lantas diputar dan digunakan menghantam kepala Lim Tiang Hong.
Lim Thian Hong geser kakinya maju dan mundur. Ia
menggunakan ilmunya yang disebut Sam-sam Hoat.
823 Dengan mudah sekali, sudah berhasil lolos dari serangan Heng-thian It-ouw dan berdiri kembali ditempat tadinya.
Si nenek adatnya sungguh ganjil. Setelah
serangannya mengenai tempat kosong penasaran sekali ia agaknya. Maka kemudian dengan cara beruntun lalu disusulkannya serangan kedua dengan tiga serangan2
berikutnya. Dasar si nenek sudah sempurna, kekuatan tenaga
dalamnya pun sudah tinggi tiada tara. Serangannya hantaman tangannya itu se-olah2 gunung meledak di tempat sekitar tiga tombak sampai dibikin mengepul debu2nya.
Lim Tiang Hong buru2 menutup tubuhnya dengan
ilmu Siauw-yang It-ku-sin-kangnya, sedangkan kakinya tetap masih dengan Sam-sam Po-hoat, berputaran
kesana kemari mengitari tongkat dan ketiga serangan beruntun si nenek tadi kembali dengan mudah
dipunahkannya. Heng-thian It-ouw yang pada 60 tahun yang lalu
namanya sudah sangat terkenal dalam dunia kang-ouw.
Ditambah lagi selama tahun2 belakangan ini dia telah melatih terus menerus ilmunya, maka kemajuannya
824 cepat berkembang. Tetapi tidak nyana dengan
kedasyatannya serangan tadi, nyata masih belum mampu meringkus si anak muda.
Bahna gusarnya, rambutnya sampai pada berdiri,
dengan tongkatnya diputar bagai kitiran lantas dia berseru: "Binatang bernyali besar! Ternyata kau sudah berani mengandalkan si setan tua jual lagak didepan nenek tuamu. Apa kau sudah bosan hidup?"
Lim Tiang Hang yang melihat nenek itu sudah gusar benar2 mengetahui bahwa serangan berikutnya pasti hebat sekali, hingga apabila dalam serangan berikutnya masih tetap ia dengan cara sendiri, mungkin sulit menghindarkan malapetaka. Maka ia juga lantas berkata:
"Boanpwee hanya sekedar membawa perintah, datang
kelembah ini mengantarkan surat. Boanpwee tidak
merasa telah melakukan hal2 yang tidak patut. Dan mengenai kabur dan terlolosnya Tiat-hie Sie-seng, itu suatu kejadian diluar dugaan, tidak dengan sengaja boanpwee lepaskan dia. Ber-kali2 Cianpwee menegur dengan kekerasan, karena boanpwee junjung kau
sebagai orang dari tingkatan tua, maka setiap
seranganmu tak pernah kubalas, sekarang lagi2
825 Cianpwee hendak turunkan tangan keji. Boanpwee kini terangkan lebih dalu, jikalau terpaksa boanpwee harus menjaga diri, jangan sesalkan kalau boanpwee
melanggar peraturan melawan orang tingkatan tua"
Tetapi Heng-thian It-ouw yang sudah kalap
rupanya, tidak menghiraukan kata2 si anak muda, lantas dengan keras membentak: "Kumampuskan kau si setan cilik ini, nanti akan kucari lagi setan tua itu buat bikin perhitungm!"
Tongkatnya lalu diputar, tetapi ditengah jalan
mendadak senjata itu berubah menjadi bayangan
tongkat laksana ribuan banyaknya, yang dengan
kecepatan kilat lalu meluncur ke sekitar Lim Tiang Hong berdiri!
Lim Tiang Hong geser kaki dan lompat kesampirg
sampai tujuh-delapan kaki. Dengan cepat pula lalu dikeluarkannya seruling emasnya sebagai senjata,
kemudian berkata: "Cianpwee mendesak terus2an.
Boanpwee terpaksa akan berlaku kurang ajar"
Tepat pada saat itu dari jauh terdengar orang
berseru dengan suaranya yang serak: "Lim Tiang Hong!
Kau tidak boleh kurang ajar terhadap suhuku!"
826 Lalu disusul dengan munculnya Henghay Kouw-loan
yang lari dari mulut lembah. Dari sejarak lima tombak ia lompat melesat dan lantas menubruk dirinya heng-thian It-ouw. Si nona sambil menangis berkata: "Suhu, jangan hadapi dia lagi. Dia adalah muridnya Bu-ceng Supek"
"Kau sebut2 setan tua itu apa perlunya" kata si
nenek gusar "Binatang ini secara lancang berani masuk lembah tempat kediamanku, maka harus kukutungkan
dulu kedua kakinya!"
"Orang toh cuma disuruh mengantarkan surat?"
nyeletuk Lim Tiang Hong. "Didalam peraturanku tidak pernah tersebut orang
laki2 yang datang mengantar surat lantas boleh masuk!"
Henghay Kouw-loan monyongkan mulutnya, dengan
sikap manja berkata pula: "Dia toh bukan laki2" Dia cuma anak2. Kenapa suhu begitu gusar terhadapnya?"
Heng-thian It-ouw, yang hanya mendapatkan murid
seorang, yakni Heng-hay Kouw-loan ini, maka juga paling sayang padanya. Dan murid satu2nya ini, si murid
tunggal ini karena kemanjaannya itu akhirnya berhasil meredakan kegusararnya.
827 Sambil meng-usap2 rambut panjangnya sang
murid, si nenek itu lalu berkata: "Ucapanmu itu meski benar, tapi aku tidak suka satu anak dari tingkatan muda berani jual lagak dihadapanku"
Henghay Kouw-loan tidak memberi jawaban atas
kata2 sang suhu itu, sebaliknya sudah memberi isyarat dengan matanya pada Lim Tiang Hong seraya katanya:
"lekas kemari dan minta ampun pada suhu?"
Perbuatan Henghay Kouw-loan itu mirip dengan
orang yang sedang mainkan sandiwara.
Lim Tiang Hong terpaksa menurut, ia terus
menghampiri Heng-thian It-ouw, sambil menjura dalam2
lalu berkata: "Orang tua tidak mengingat kesalahan anak. Semua apa yang terjadi tadi itu, adalah salah boanpwee melulu, mohon supaya Cianpwee suka
memaafkan se-dalam2nya"
Heng-thian It-ouw agaknya masih belum hilang
gusarnya, ia keluarkan suara dihidungnya.
Lim Tiang Hong tahu kalau si nenek itu masih
dongkol karena terlalu agungkan diri sendiri, maka ia lalu berkata pula sambil ketawa: "Barusan, jikalau bukan karena boanpwee yang sudi gawe ikut campur tangan, 828
barangkali saat itu Tiat-hie Sie-seng sudah dapat kepukul tongkat Cianpwee"
Diumpak demikian rupa, Heng-thian It-ouw merasa
bangga. Sambil ketawa ber-gelak2 ia lalu berkata:
"Sedikitpun tidak salah"
Dengan demikian, kini semua urusan telah beres
sendirinya. Henghay Kouw-loan sambil membimbing
tangan suhunya berkata: "Suhu, mari kita masuk
kedalam untuk ber-omong2"
Mendadak.... Lim Tiang Hong dengan keras
membentak "Siapa"!" dan secepat suara itu berhenti orangnya sudah berada dimulut lembah.
(-0odwkzo0-) Bab 22 HERAN sekali Lim Tiang Hong. Dalam hatinya lalu
berkata serdiri: "Terang tadi kulihat ada berkelebatnya orang kenapa bisa mendadak sontak hilang?"
Pada saat itu Henghay Kouw-loan dan gurunya, si
nenek juga sudah datang saling susul menghampiri Lim Tiang Hong. Tatkala mengetahui si pemuda berdiri
bengong karena tak menemui apa2 si nenek lalu
829 menggerendeng: "Barangkali lamur matamu. Tuli
kupingmu. Aku tak percaya ada orang begitu berani mati datang menyelidiki lembahku"
Lim Tiang Hong sambil geleng2kan kapala berkata:
"Sedikitpun boanpwee tak salah lihat"
Karena tetap si pemuda mengatakan penasaran,
maka bertiga mereka berpencaran tetapi akhirnya balik lagi mereka ke tempat kediaman Heng-thian It-ouw.
Lim Tiang Hong ketika ingin membicarakan soal itu lagi, mendadak ingat didalam kantungnya masih ada Liong-cu dan jamur mujijatnya. Maka segera
dikeluarkannya barang2 itu semua lalu disodorkan
kepada Henghay Kouw-loan dan gurunya.
Henghay Kouw-loan yang mendapat hadiah Liong-
cu, girangnya bukan alang kepalang. Teiapi ketika melihat jamur mujijat yang dikeluarkan belakangan, sambil lelet2kan lidah dan kerutkan kening berkata:
"Barang begini kotor apa sih kegunaannya?"
Sebaliknya tidak demikian dengan Heng-thian It-
ouw, si nenek ini ketika melihat jamur kotor itu lantas berseru kaget: "Eh! Dari mana kau dapat barang ini?"
830 Lim Tiang Hong lalu menuturkan semua
pengalamannya sewaktu ia berada di lembah Hong-hong Pie-kok.
Heng-thian It-ouw mendengarkan seluruh
penuturannya dengan perhatian penuh, lalu diakhir kata si pemuda ia ketawa ter-kekeh2 dan berkata: "Pantas si pelajar miskin itu bukan tanndinganmu. Tak dinyana kau sudah mendapat penemuan mudiijad ini?"
Setelah berkata begiiu si nenek lalu menyerahkan
lagi jamur itu pada Lim Tiang Hong, tetapi keras ditolak oleh si pemuda meskipun nenek itu telah berkata: "Aku si tua bangka, terbatas oleh bakatku, kepandaianku tak bi-sa lebih tinggi dari sekarang. Sekalipun ada obat lebih mujijat daripada ini, juga tak dapat menjadikan
kepandaian yang sudah tak ada taranya menjadi lebih atas lagi. Sebaiknya kau simpanlah untuk digunakan nanti bilamana perlu"
Tetapi Lim Tiang Hong tetap juga memaksa hingga
akhirnya dijemputnya juga dua buah oleh si nenek yang lantas dimasukkan kedalam botol obat2nya dengan hati2
sekali. 831 Setelah menyimpan jamur mujijat itu si nenek lalu melihat barang ditangan muridnya "Seharusnya," kata nenek itu setelah melihat sejenak, "mesti ada empat buah Liong-cu ini. Kemana dua yang lain" Kau harus tahu, 4 Liong-cu itu ada namanya sendiri2, yaitu Tee (tanah) satu, Cui (air) satu. Hwee (api) satu dan Hong (angin) satu, dengan masing2 mempunyai khasiatnya sendiri2"
Lim Tiang Hong mengangguk dan berkata: "Barang
ini memang ada empat, dua yang lain sudah boanpwee hadiahkan pada kawan boanpwee. Mohon tanya apakah Locianpwee tahu faedahnya barang2 mujijat ini?"
Henghay Kouw-loan tadi ketika mendengar Lim
Tiang Hong menuturkan pengalamannya dengan
tunangannya, Yu-kok Oey-eng, sebenarnya dalam hati sudah tak senang. Kini kembali mendengar dua buah Liongcu lain telah dihadiahkan pada orang lain, segera ia mengerti kalau yang dimaksudkan dengan "kawan" oleh pemuda itu tentu adalah Yan-jie dan si Burung Hong putih dua kawan wanitanya. Maka dengan perasaan
mendelu Liongcu itu lalu dikembalikan iagi kepada si anak muda seraya katanya: "Tak sudi aku dengan
832 barangmu ini. Baik kau berikan sekalian saja pada kawan2mu itu" Lalu dipelengoskan mukanya, mengambul dia agaknya.
Lim Tiang Hong kaget "Apa artinya ini?" katanya
dengan wajah agak berubah.
Sebetulnya Lim Tiang Hong terhadap kawan2
wanitanya sama sekali tak pernah berbuat mem-
beda2kan. Yang manapun, harus mendapat perlakuan
sama rata. Tidak nyana Henghay Kouw-loan bisa
cemburuan begitu rupa, hal ini membuat hatinya kurang senang. Tentu saja, ia mana tahu isi hati dan
perangainya satu wanita dalam usianya yang baru
menanjak masa remaja. Ia hanya merasa bahwa
kelakuan Henghay Kouw-loan itu menyakiti hatinya. Ia tak senang mengapa tak boleh, ia membagi2 barangnya sendiri kepada lain orang.
Buat Henghay Kouw-loan sendiri, sebenarnya nona
itu cuma berbuat pura2 saja mengambutnya. Sama sekali tak pernah tersangka kalau perbuatannya itu telah menimbulkan reaksi tidak baik bagi dirinya sendiri.
Melihat perubahan paras pemuda dihadapannya agak
cemas hatinya, tetapi dari cemas hatinya dibuat jengkel 833
dan dari perasaan jengkelnya ini timbul amarahnya.
Dengan suara melengking tinggi ia berseru: "Kalau aku tak senang apa kau mau paksa" Aku tak sudi dengan pemberianmu!"
Lim Tiang Hong masih mengindahkan si nenek,
maka ia tak berani banyak buka suara. Sampai Henghay Kouw-loan men-jerit2 pun, ia tetap membungkam saja.
Heng-thian It-ouw meski ada seorang wanita
beradat ganjil lain dari yang lain, tetapi sebenarnya tidaklah demikian kemauan hatinya. Sebenarnya ia juga ingin berbuat lain daripada apa yang telah diperbuatnya.
Ia merasa sekalipun dengan Bu-ceng Kiam-khek telah bercidera, tetapi terhadap murid Orang Tua Penyipta itu ia telah timbul rasa sukanya. Ia telah dapat meneliti dalam waktu singkat itu, baik sifat, kelakuan maupun kepandaian pemuda itu. Sebenarnya ia ingin merecoki jodoh murid satu2nya dengan anak muda itu, tapi
sungguh tak dinyana dalam urusan sekecil itu saja, Henghay Kouw-loan bisa mengamuk. Maka untuk
merukunkan kedua anak2 remaja itu, sengaja ia
membentak: "Kalian tak boleh ribut mulut lagi! Dan untuk sementara, Liong-cu itu biar kusimpan dulu"
834 Setelah itu itu berpaling mengawasi Lim Tiang Hong dan berkata pula "Mengenai kau, anak muda" katanya,
"katanya muridku ini, sampai saat ini, bukankah kau belum tahu juga asal usulmu sendiri" jelaskanlah padaku segala apa yang kau tahu, biar kutolong memecahkan persoalanmu"
Lim Tiang Hong lalu rnenceritakan segala apa yang ia tahu kepada nenek itu.
Heng-thian It-ouw mendengarkan dengen seksama,
lama sekali tiba2 terdengar suaranya "Pada beberapa puluh tahun yang lalu" katanya, "didalam dunia kang-ouw timbul desas desus yang mengatakan adanya
sebuah gambar peta dari Gunung Sakti itu. Tapi itupun cuma sebentaran, lalu sirap lagi. Tak tahu sekarang ini jatuh ditangan siapa gambar itu. Sedang dari
penuturanmu tadi, anak muda, aku dapat menarik
kesimpulan, mungkin gambar itu telah didapati ayahmu"
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, lalu katanya
"urusan ini boanpwee tak mengerti sedikitpun. Dan tentang kepergian ayah, juga boanpwee tahu setelah diceritakan oleh seorang imam dari kelenteng Tang-gak-bio"
835 "Aku dengar kata orang, Gunung Sakti itu letaknya disuatu daerah padang pasir. Pasti2nya setiap 10 tahun sekali gunung itu nampak tinggi diatas permukaan laut, selebihnya dari waktu sehari itu selalu berada dalam timbunan pasir yang rata tinggi semua. Banyak orang2
tingkatan tua rimba persilatan yang pergi ingin mencari ilmu kesana. Kabarnya asal seseorang bisa dapatkan satu saja dari barang2 peninggalan disana, lantas bisa digunakan untuk seumur hidup. Itulah yang
menyebabkan banyak orang rimba persilatan yang pada pergi kesana. Dan ayahmu termasuk salah satu
diantaranya. Umumnya siapa saja setelah sampai disana lantas tak terdengar kabar ceritanya. Barangkali mati, atau jadi dewa atau dewi entahlah"
Lim Tiang Hong mendengarkan dengan cermat.
Hatinya mendelu, begitu berakhir penuturan si nenek dan ketika berpaling mencari Hang-hay Kouw-loan kiranya nona itu entah kapan telah berlalu dari situ. Ia tahu nona itu mengambul, maka dalam hatinya merasa kurang
senang. Ia bangkit dan pamitan kepada Heng-thian It-ouw.
836 Nenek itu tidak mencegah, pun tak mengantarkan
pemuda itu ketika keluar pintu.
Lim Tiang Hong menjura dalam2 dan lalu balik
badan lagi dan berlalu. Begitu keluar pintu, ia lalu menggunakan ilmu
mengentengkan tubuhnya terus melesat ke mulut
lembah. Dalam perjalanannya kali ini, ia merasa telah
melaksanakan tugas yang diberikan gurunya kepadanya, maka ia tak memikirkan lagi soal lain2nya.
Siapa nyana, baru tiba di mulut lembah, mendadak
terdengar suara orang menggeram: "Diam disitu!"
Si pemuda karuan saja merasa kaget ter-heran2,
segera berhenti dan melihat bahwa orang yang
mencegatnya itu ternyata Henghay Kouw-loan sendiri adanya.
Melihat nona itu, si pemuda lalu kerutkan kening
dan bertanya: "Ada urusan apakah?"
Henghay Kouw-loan dengan wajah dan sikap tawar
berkata: "Aku ingin tanya, tunanganmu itu siapa
namanya?" 837 Lim Thian Hong menggelengkan kepala dan
berkata: "Aku cuma tahu dia dipanggil Yu-kok Oey-eng.
Namanya yang sebenarnya malah aku belum tahu"
"Kalau begitu bagaimana kau bisa tahu kalau dia itu bakal isterimu?"
"Itu adalah dia sendiri yang mengatakan"
Henghay Kouw-loan ketawa cekikikan. "Dia sendiri
yang mengatakan" Tentu dia berkata seenaknya dan kau lantas percaya betul karena dia cantik bukan" Dan andaikata aku juga berkata begitu...."
Bicara sampai pada kalimat itu si nona merasa telah kelepasan omong, wajahnya dirasakan panas dan ucapan selanjutnya tak dapat dilanjutkan lagi.
"Tidak perduli dia benar atau bohong, tapi dia
begitu baik perlakukan aku, itu memang sebenarnya. Aku toh tak boleh mengecewakan pengharapan orang,
bukan?" demikian Lim Tiang Hong.
"Kau cuma tahu dia berlaku manis terhadapanmu.
Dan ada orang lain yang akan lebih baik bisa perlakukan dirimu, tidak kau taruh dihatimu. Sekarang barulah kukenal bagaimana perangaimu"
838 Lim Tiang Hong kembali menarik napas "Kau begitu
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
baik juga perlakukan diriku, bagaimana tak mengetahui hal itu" Aku tidak pernah melakukan perbuatan tak patut padamu dan se-tidak2nya tidak pernah terkandung
maksud jelek terhadapmu. Mengapa kau begitu marah melihatku?"
Hakekatnya, Heng-hay Kouw-loan sebetulnya tanpa
alasan begitu gusar terhadap si pemuda, tetapi karena pengaruh cemburunya ingin mengangkangi sendiri yang begitu keras dalam perasaan nona itu akhirnya membuat hatinya beranggapan kalau cuma terhadapnya Lim Tiang Hong berbuat baik barulah dikatakan jujur.
Akan tetapi, biarpun bagaimana belum ada hak
untuknya memberitahukan maksud pun hatinya kepada pemuda itu. Maka setelah mendengar perkataan Lim
Tiang Hong, ia lalu tak mempunyai daya lagi. Sesaat tak dapat ia ber-kata2.
Tepat pada saat itu tiba2 terdengar suara orang
ketawa tawar. Lim Tiang Hong lalu membentak: "Siapa?"
Dibarengi dengan bentakannya, kakinya menotol
tanah dan lompat melesat mendekati suara itu.
839 "Ha, ha, ha....hi, hi, hi...."
Suara orang ketawa riuh lantas terdengar di tempat seputar lembah. Dari dalam rimba belakang sebuah
gunung-an tiba2 muncul serombongan orang berdandan ringkas yang aneh2
Lim Tiang Hong lalu melayang turun. Ketika melihat orang2, diantaranya kecuali Liong-how Koan-cu dan Cao-sat Tojin, yang lain tak tahu ia siapa2. Tetapi rombongan orang2 itu hampir tiap jiwanya, bentuk dan keadaan badannya sangat aneh. Disetiap mata terpancar sinar buas dan kejam. Maka ia lalu mengetahui kalau
kedatangan mereka itu tentu membawa maksud tidak
baik. Setelah mengawasi orang: aneh itu sejenak, lalu si pemuda membentak keras: "Kalian datang kemari ingin Ketemu dengan aku si orang she Lim kah" urusan
apapun lekas kalian jelaskan, tak perlu banyak jual lagak!"
Liong-houw Koancu maju dua tindak lalu berkata:
"Kau yang menggunakan kesempatan selagi Tiat-ciang Kim-liong Cin-cit terluka, dengan akal muslihatmu mengangkangi sendiri gambar peta Hing-hong Pie-kok 840
dan malah pergi sendiri mengambil nyali naga raksasa yang sudah membatu. Atas perbuatan curangmu itu
Toyamu tak mau mengerti. Aku sebagai wakil saudara Cin-cit, ingin membuat purhitungan denganmu!"
Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2 "Urusan ini, tak perlu kau terlalu capaikan hatimu. Gambar peta Hong hong Pie-kok adalah Cin-cit sendiri yang memberikan padaku, sedikitpun tak ada sangkut pautnya denganmu.
Apa kiramu Siauw-ya mu bisa kena perangkap akal
bulusmu?" Liong houw Koancu lalu ketawa mengejek "Semua
orang tahu Thian-lam Ngo-liong dan Bu-ceng Kiam-khek adalah musuh bebuyutan. Kau kata Cin-cit memberikan benda berharga itu padamu" Terlalu bohonganmu!
Perkataanmu sungguh tak dapat diterima oleh orang2|"
"Percaya tidaknya orang, itu kan tergantung dari
macam orangnya. Kalau yang semacam kau ini
orangnya, boleh juga bilang tak percaya"
"Kalau benar seperti apa yang kau kata, niscaya
antara kau dengan Cin-cit ada juga hubungan
persahabatan yang rapat. Tapi bagaimana sebetulnya?"
841 "Dimasa yang lalu meski tak ada hubungan apa2,
tapi buat sekarang, antara aku dengan Cin-cit boleh dikata sudah merupakan sahabat2 sejati dalam arti kata yang sebenarnya"
Liong-houw Koancu mendadak ketawa ber-gelak2
dan berkata "Kalau begitu, amat bagus sekali!"
Dari lalu tangannya menggapai kearah rimba. Dan
dalam rimba tiba2 lompat keluar dua orang. Mereka menggendong seseorang dan orang itu bukan lain
daripada Tiat-ciang Kim-liong sendiri. Tetapi Cin-cit pada Saat itu wajahnya kuning seperti malam, matanya tak bersemangat, agaknya hatinya sedang dipaksa dan
diperdayakan oleh mereka.
Liong-houw Koancu sambil menuding Cin-cit,
berkata kepada Lim Tiang Hong sambil ketawa ber-
gelak2: "Toya mu malam ini ingin menggunakan jiwa Cin-cit menukarkan dengan nyali yang sudah membantu.
Bagaimana" Terima betul2 baik. Tidak, berarti maut bagi sahabatmu ini!"
Bukan kepalang gusarnya Lim Tiang Hong. Alisnya
berdiri, matanya mendelik dan lantas berseru:
"Perbuatan terkutuk!"
842 Bersamaan dengan itu badannya terbang ke depan
menubruk Cin-cit. Akan tetapi Cao-sat Tojin yang agaknya telah siap sedia, sudah menjaga-jaga akan semua kejadian, sudah lari kebelakang Cin-cit. Dengan satu tangan menekan jalan darah Hian-peng-hiat mulutnya membentak:
"Jikalau pikiranmu ingin menolong, To-ya-mu akan
menamatkan riwayatnya lebih dulu!"
Tindakan Cao-sat Tojin itu benar2 membuat Lim
Tiang Hong seperti tak berdaya. Tanpa sadar kakinya mundur lagi, sampai tiga tindak.
Pada saat itu Tiat-ciang Kim-liong mendadak
membuka kedua niatanya dan berkata dengan suaranya yang serak: "Lim Siauw-hiap kau jangan kena dipedayai mereka. Jiwa. Cin-cit ini sudah tak ada artinya lagi.
Barang pusaka itu sekali-kali jangan kau berikan pada mereka"
Cao-sat Tojin gusar, dengan cepat tangannya
dikerjakan menepuk badan Cin-cit beberapa kali hingga orang she Cin itu menderita kesakitan sampai urat2nya menonjol keluar, keringat dingin sebesar-besar kacang mengetel tapi tetap bertahan. Sambil kertak gigi memaki-843
maki dengan suaranya yang serak: "Kawanan iblis jahat!
Tak peduli bagaimana kau siksa aku, tapi untuk suruh aku menyerah, jangan harap"
Lim Tiang Hong yang melihat keadaan badan orang
she Cin itu hatinya tak tega. lalu dikeluarkannya nyali naga yang menjadi gara2 itu dan berkata dengan suara nyaring: "Nyali naga itu ada disini. Lekas bebaskan dia!"
Tetapi Tiat-ciang Kim-liong dengan suaranya yang
serak di-besar2kan berseru kuat2: "Lim Siauw-hiap jangan berbuat begitu! Sekali-kali jangan! Aku si orang she Cin sudah...."
Tapi mulutnya tak dapat melanjutkan kata2nya
karena jalan darah gagunya telah ditotok oleh Cao-sat Tojin.
Lim Tiang Hong merasa cemas dan gusar. Dengan
cepat maju tiga tindak dan dengan suara bengis berseru:
"Jahanam2. Lepaskan dia. Kalau berani siksa dia lagi, aku nanti suruh kalian mati semua disini, jangan harap satu bisa lolos"
Oleh karena gusarnya yang sudah memuncak dan
alisnya pada berdiri, matanya beringas mengawasi
mereka. 844 Keadaan demikian benar2 membuat kawanan
manusia jahat itu pada merasa keder.
Liong-houw Koancu sebagai orang yang licik,
merasa takut kalau2 sampai si anak muda gusar benar2, yang ia tahu benar akan merunyamkan urusan, lantas berkata sambil ketawa: "Legakanlah hatimu, Cin-cit tak terluka sedikitpun. Asal barang itu sudah dalam
tanganku, kami akan segera lepaskan dia"
Lim Tiang Hong berpikir pergi datang. Ia agaknya
merasa sayang dengan nyali naga raksasa itu, tetapi lebih merasa sakit hatinya kalau sampai Cin-cit binasa di depan mukanya. Jiwa orang padanya dihargai lebih tinggi berlipat ganda daripada barang2 yang ada dalam dunia ini, yang bagaimanapun baiknya. Ia sudah menetapkan, meski tak rapat hubungannya dengan Cin-Cit, tetapi sebagai orang dari golongan orang baik2, apalagi
memang asalnya gambar peta itu berasal dari pemberian orang itu, sudah tentu harus rela juga kini korbankan nyali naga itu untuk menolong jiwanya.
Maka memikir demikian lantas diberikannya benda
pusaka itu kepada Liong-houw Koan-cu seraya katanya:
"Lekas bebaskan dia!"
845 Dan setelah itu ia lalu lompat mendekati Cin-cit.
Cao-sat Tojin mendorong Cin-cit kedepan Lim Tiang Hong kemudian ia sendiri ber-sama2 Liong-houw Koancu dan yang lain2 kabur masuk rimba.
Lim Tiang Hong pada saat itu sudah tak ada
kesempatan untuk mengurus soal2 yang lainnya. Ia
hanya kerepotan dalam menyambut Cin-cit.
Setelah membuka jalan darahnya dan meng-urut2
sebentar, lantas mengambil sebutir Soat-som-wan yang lantas dijejalkan ke dalam mulut orang.
Lama dia berkutetan sendirian membela orang, Cin-
cit baru mendusin. Tatkala matanya yang sudah uk bertenaga itu
dibuka, segera dilihatnya ada seorang anak muda
didepannya, dan berseru: "Lim Siauwhiap, kau berikan juga benda pusaka itu pada mereka?"
Lim Tiang Hong mengangguk sedikit.
Tiat-ciang Kim-liong menarik napas perlahan dan
lalu berkata: "Lim Siauw-hiap. meskipun kau betul orang jujur dan setia kawan yang ingin menolong cepat jiwa orang, tapi kau masih belum tahu bagaimana jahatnya orang2 dunia kang-ouw. Aku si-orang she Cin siang2
846 sudah dibikin celaka oleh mereka. Sekalipun ada obat yang bagaimanapun mujijatnya sudah tak dapat
menolong jiwaku lagi....".
"Begitu jahat perbuatan mereka?"
"Apa.... apakah kiramu aku berkata dusta....?"
begitu Tiat-ciang Kim-liong yang seolah2 tak bertenaga memaksakan keluar kata2nya. Dan tiba2 juga dia
menjerit, semua lubang2 panca-inderanya mengeluarkan darah hitam dan orangnya lantas roboh dan tewas disaat itu juga.
Terjadinya perubahan secara mendadak itu
membuat Lim Tiang Hong gugup sekali tak keruan.
Sungguh tak pernah dia menyangka kalau orang2 tadi itu bisa begitu jahat perbuatannya. Sesudah menipu barang, sekalian juga merengut jiwa orang.
Mengingat pada Thian-lam Nyo-liong satu2 yang
kesemuanya binasa secara mengenaskan darahnya
dirasakan mendidih. Lantas ditaruhnya jenazih Cin-Cit ditanah. Dengan suara keras berseru: "Jikalau aku tak dapat menumpas habis kalian manusia jahat itu, bukan murid Bu-ceng Kiam khek lagi aku...."
847 Tiba2 telinganya mendengar orang bicara dengan
nada tawar: "Bocah, sungguh sombong kata2mu. Bu-
ceng Kiam-khek si tua bangka itu dimana sekarang?"
Dalam kagetnya Lim Tiang Hong mendongak.
Didepan matanya lantas tampak seorang tua berewokan dengan jalannya yang lambat sekali berjalan
menghampirinya. Orang tua berewok itu mengenakan pakaian jaman
kuno, rambut dan jenggotnya telah putih semua, tetapi sikapnya masih seperti anak muda.
Lim Tiang Hong tahu bahwa orang tua itu pasti
adalah salah seorang dari tingkatan tua rimba persilatan, maka sambil menyoja memberi hormat ia lantas berkata:
"Locianpwee kau menanyakan suhu ada urusan apakah?"
Kedua bola mata orang tua yang sipit itu mendadak dibuka lebar. Dari situ lantas terpancar sinar tajam, mengawasi Lim Tiang Hong dari atas sampai kebawah, kemudian baru berkata seperti orang yang tak percaya:
"Kau ini murid Bu-ceng Kiam-khek?"
Mendadak matanya menuju ke badan jenazah Tiat-
ciang Kim-liong yang menggeletak di tanah. Jelas
nampak perubahan wajahnya. Seketika itu juga orang 848
tua itu menegur Lim Tiang Hong: "Hai anak muda, kau yang membunuh Cin-cit?"
Sewaktu berkata kata, tangannya mengulur ingin
menjambak baju Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong geser kakinya, lompat mundur
sejauh tiga kaki lalu berkata dengan nada tawar: "Apa artinya ini?"
Orang tua itu dilihatnya sudah pada berdiri alis
serta rambutnya, menyambuti perasaan herannya si anak muda dengan seruannya yang keras: "Binatang sungguh besar nyalimu! Berani kau mengambil jiwanya muridku"!
Kau berani tak pandang mata aku si Ho-siu Ciat-liong".
Mari sini kuambil jiwamu dulu baru nanti berhitungan dengan Bu-ceng Kiam-khek si tua bangka!"
Dan lalu dikebaskannya lengan bajunya yang
gerombrongan. Angin hebat lantas meluncur keluar
menggulung badan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong tahu kalau orang tua itu salah
paham, maka dibiarkannya serangan itu lalu
disampingnya Ia menggunakan ilmu Sam-sam Po-hoat.
Dengan mahir melompat kesana mengelit kemari
menghindarkan setiap serangan yang datang kedirinya, 849
sedang mulutnya lantas berseru "Locianpwee tahan! Kau sebagai orang tingkatan tua dalam rimba persilatan mana boleh sebelum tahu duduk perkara sebenarnya
turun tangan menghajar orang" Apa tak kuatir
kedudukanmu yang begitu tinggi nanti di-injak2 orang?"
Ho siu Ciat-liong, demikian nama julukan orang tua itu, hanya dialah satu-nya orang yang masih hidup dari partai Kim-liong itu. Adatnya sangat aseran. Ketika melihat kematian Cin-cit yang begitu mengenaskan, tanpa tanya ini tanya itu, lantas kalap dan mengamuk.
Atas perkataan Lim Tiang Hong sudah tak digubrisnya sama sekali, bahkan terus dilancarkannya serangan2
mematikannya sampai 12 kali beruntun.
Kepandaian orang tua itu sungguh tinggi. Dengan
serangannya yang ber-tubi2 itu telah membuat Lim Tiang Hong se-akan2 berada dalam gulungan angin serangan tangannya.
Lim Tiang Hong dalam cemas dan gusarnya, lantas
menggunakan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kangnya
dikedua belah tangannya, sambil ketawa menyeringai balas mengadakan penyerangan.
"Blung! Blung!"
850 Suara nyaring berkali-kali lantas terdengar. Dua2
pihak terpental mundur. Ho-siu Ciat-liong berdiri alis dan rambutnya,
matanya yang sipit dibuka lebar2. Dengan wajah
beringas menakutkan ditatapnya wajah lawan mudanya.
Sudah beberapa puluh tahun lamanya orang tua ini
sembunyikan diri, sungguh tak pernah disangkanya
bahwa selama itu bisa muncul orang kuat dari tingkatan muda.
Lim Tiong Hong pun mengagumi kepandaian dan
kekuatan orang tua itu. Meskipun orang tua itu datang2
mengumbar caranya sendiri yang tak tahu aturan, tetapi biar bagaimana tetap ia seorang dari tingkatan tua yang sama tarafnya dengan Bu-ceng Kiam-khek gurunya,
maka ia merasa harus mengindahinya juga sedikit.
Setelah menyambuti sampai 12 kali serangannya,
lantas berkata sambil menyoja lagi: "Saudara Cin-cit ini bukan boanpwee yang bunuh, Adalah Cao-sat Tojin yang mencelakakan. Aku yang rendah karena sedikit lalai, bukan saja tak berhasil menolong jiwa Cin Toako, bahkan oleh orang2 jahanam itu aku telah tertipu barangku nyali naga raksasa yang telah membatu"
851 Ho-siu Ciat-liong lantas lompat maju lagi, menyekal tangan Lim Tiang Hong dan berkata lagi: "Apa semua kata2mu tadi ada sejujurnya?"
Lim Tiang Hong dengan tenang menjawab: "Apa
gunanya aku berbohong?"
Dan lantas dituturkannya segala apa yang barusan
terjadi. Ho-siu Ciat-liong mendadak tarik kembali
tangannya. Dengan sorot mata ke-heran2an ditatapnya wajah Lim Tiang Hong sejenak, lalu berkata keras2 "Tua bangka kawanan hidung kerbau! Sungguh besar nyali kalian! Begitu berani kalian meng-injak2 atas kepala Thian-lam Ngo-liong. Jikalau tak dapat kuratakan
kelenteng Liong-houw-koan dengan bumi aku bersumpah tak mau jadi orang lagi!"
Kemudian berpaling ke arah Lim Tiang Hong dan
berkata: "Adik kecil, nyali naga yang kau kata sudah membatu itu adalah satu barang pusaka tak ternilai harganya didalam dunia ini. Sekali-kali tak boleh sampai jatuh dalam tangan kawanan penjahat itu"
Barusan, karena dalam keadaan kalap, disambarnya
tangan Lim Tiang Hong. Dan ketika dapat dicekalnya 852
juga, ia hanya merasakan mencekal barang lunak seperti kapas yg seolah2 benda lunak tak bertulang. Kemudian dengan tak sengaja dlcobanya mencekal terlebih keras, siapa nyana anak muda itu mendadak juga berubah
keras seperti baja, bahkan ada kekuatan lebih dari tenaga yang membalik yang terus menyerangnya. hingga hampir saja tubuhnya terjungkal. Maka dalam kagetnya ditatapnya wajah Lim Tiang Hong dengan sorot mata terheran2.
Orang tua ini dahulu pernah berselisihan dengan
Bu-ceng Kiam khek. Itu hanya soai keributan ingin merebutkan nama dalam dunia kang-ouw. Maka tak
sedikit ia menaruh dendam. Kini setelah melihat betapa tingkatan muda dari golongan Ngo-liong telah terbinasa secara mengenaskan, sedangkan Lim Tiang Hong, murid dari Bu-ceng Kiam-khek, sebaliknya malah membantu pihaknya. Maka lantas dihapus habis segala ganjalan sakit hatinya dan lalu berkata pula: "Lohu kini segera ingin berangkat, akan membasmi Liong-houw Koancu
dan kamberatnya. Apa saudara kecil juga ingin ikut?"
Lim Tiang Hong lantas menjawab: "Sekalipun
Locianpwe tidak datang boanpwee juga takkan mau
853 lepaskan kawanan orang2 jahat itu begitu saja saja.
Sekarang waktu kelewat mendesak sukalah Locianpwe jalan lebih dulu, boanpwee menyusul kemudian"
Orang tua itu tak berkata apa2 lagi, setelah
mengkebumikan jenazah Cin-cit badannya lompat
meleset dan menghilang di kegelapan.
Setelah orarg tua itu berlalu, Lim Tiang Hong baru ingat kenapa ia tidak melihat Henghay Kouw-loan"
Semula ia masih mengira nona itu sudah balik kedalam lembah, tetapi kemudian selelah dipikir lagi ia merasa tidak benar dugaannya.
Meski nona itu barusan pernah berselisihan
dengannya, tetapi itu cuma soal kecil baginya. Tidak nanti selagi menghadapi musuh2 besar lantas
ditinggalkan pergi begitu saja.
Mengingat sampai disitu ia anggap perlu balik lagi kelembah Bu-ceng-hiap. Maka ia lantas gerakkan kakinya dan lari bagaikan terbang menuju ke dalam lembah.
Begitu tiba di dalam lembah, satu firasat tidak baik terbayang didepan matanya. Kediaman Heng-thian It-ouw nampak sunyi sepi tak tertampak bayangan
seorangpun juga. Di tanah lapang di depan rumahnya 854
terlihat rebah menggeletak beberapa bangkai manusia serta banyak senjata tajam yang sudah pada patah.
Terang kalau di tempat tersebut barusan pernah terjadi pertempuran hebat.
Ketika memasuki rumah, disitu ternyata tidak
terdapat seorang pun juga, tetapi tak ada tanda2
kerusakan. Maka diam2 ia berpikir dalam hatinya: "Siapa sih orang2 yang begitu besar nyalinya cari urusan ditembah Bu-ceng-hiap ini" Heng-thian It-ouw belum pernah muncul kedunia kang-ouw. Mengapa bisa
menghilang mendadak" Aku tak percaya dengan
kepandaiannya yang begitu tinggi sampai kena
dicelakakan orang. Tapi kemana sekarang nenek itu?".
Lim Tiang Hong tidak tahu, sebab ia ber-kali2
menggunakan nama Bu-ceng Kiam-khek, muncui didunia kang-ouw, banyak orang rimba persilatan mengangap kalau Orang Tua Penyipta itu masih ada. Maka hal itu lalu banyak menarik perhatian musuh2 Bu-ceng Kiam-khek dahulu, sehingga pada datang ke lembah Bu-ceng-hiap untuk mencari-cari urusan. Selain dari pada itu mereka juga telah melarikan Henghay Kouw-loan.
855 Heng-thian It-ouw meskipun tinggi sekali
kepandaiannya, tetapi biar bagaimana seorang nenek yang sendirian harus menghadapi banyak musuh, sudah tentu tak dapat melayani terus menerus. Setelah terjadi pertarungan sengit sekali, terpaksa dengan melepas kekukuhan adatnya sendiri, terjunkan diri ke dunia kang-ouw.
Lim Tiang Hong mengadakan pemeriksaan diselat
Bu-ceng-hiap itu. Sebentar ia lantas menduga pasti kalau Heng-thian It-ouw benar2 telah terjunkan diri ke dunia kang-ouw, Tetapi yang belum dapat diduganya,
mengapa sampai nenek tua itu bisa melanggar
peraturannya sendiri dan apakah Henghay Kouw-loan pergi ber-sama2 dengan gurunya itu"
Setelah pertemuannya kali ini dengan Heng-thian
It-ouw, yaitu waktu mengantarkan surat dari gurunya, manusia Penyipta, ia sudah mengerti kalau Heng-thian It-ouw itu dulu dengan Bu-ceng Kiam khek adalah isteri dengan suami, maka selat Bu-cenghiap itu tentu juga-merupakan rumah perguruannya. Dan sekarang, setelah rumah perguruannya yang kedua itu mengalami
peristiwa demikian, dengan sendirinya iapun merasa 856
cemas sedikit banyak. Akan tetapi peristiwa yang tak ketahuan ujung pangkalnya itu untuk sementara
dibuatkan buntu dalam otaknya.
Apalagi dia juga perlu minta kembali nyali naga
raksasa yang telah membatu itu dari tangan Liong-houw Koancu. Disamping itu iapun merasa berkewajiban
membantu menutut balas sakit hati Cin-cit. Ini malah dijadikan tugas utama baginya.
Maka ia lantas kemulut lembah, dan baru saja
keluar dari lembah, kira2 seratus tombak lebih, tiba2
dilihatnya satu bayangan langsing lari mendatang, laksana terbang.
Karena sama2 ter-gesanya, hampir saja
bertubrukan. Untuk saja Lim Tiang Hong dapat cepat menyingkir, hingga tubrukan yang hebat dapat
dihindarkan. Ia tak tahu orang yang lari ter-gesa2 itu sengaja berbuat itu atau tidak, yang saat itu sudah berada dalam pelukannya.
Dengan ter-sipu2 diulurnya tangannya untuk balas
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
memeluk orang itu. Dibawah sinar rembulan yang
remang2 barulah dapat diketahui kalau bayangan
857 langsing yang lari laksana terbang itu ternyata adalah pelayan wanita Lok-hee Hujin, yaitu Chun Lan.
Pelayan itu rebahkan kepalanya di dada Lim Tiang
Hong. Dengan suara ter-putus2 berseru: "Ow, kaget hampir mati...."
Lim Tiang Hong kerutkan alisnya, setelah
mendorong pelayan wanita itu, berkata: "Sebetulnya apakah yang telah terjadi" Mengapa kau begitu buru2
kelihatannya?" Chun Lan angkat kepala, setelah melihat Lim Tiang Hong sebentar, pura2 kaget sebentar dan berkata "Siauw Kauwcu, celaka! Oleh karenamu Hujin telah dikeram oleh Kauwcu. Enci Bwee-Hiang juga disiksa, maka ia suruh aku mengantarkan suratnya untukmu. Harap kau lekas pergi ke lembah Loan-phiauw-kok, dan tolonglah
mereka". Lim Tiang Hong yang mendengar ibunya disekap
oleh Thian-cu-kauw, seketika lantas naik darahnya.
Dengan tanpa sadar ia berseru: "Apa dia berani?"
"Mengapa mereka tidak berani" Sedangkan kau
sendiri juga harus berlaku hati2. Apakah kau berani 858
melawan ayahmu?" katanya Chun Lan sambil
monyongkan mulutnya yang kecil.
"Ngaco! dia mana ada ayahku" Ada satu hari, jika
aku nanti sudah bikin terang urusannya, kalau aku tidak beset dan cincang dirinya, aku tidak mau jadi orang lagi!"
kata Lim Tiang Hong gusar.
Melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang begitu
gusar, Chun Lan sampai ketakutan setengah mati.
"Aku harus lekas pulang, kalau terlambat nanti bisa diketahui oleh mereka. Siauw-kauwcu, kau harus lekas pergi menolong mereka!"
Dengan tanpa menantikan jawabannya Lim Tiang
Hong lagi, Chun Lan lantas lari kabur kearah semula.
Lim Tiang Hong sebetulnya hendak pergi ke Liong-
houw-koan untuk mencari Liong-houw Koancu, tepi
karena ada kejadan itu, mau tidak mau, ia harus pergi ke lembah Loan-phiauw-kok lebih dulu.
Kejadian penting yang terjadi secara saling susul, membuat ia tidak mendapat waktu untuk berpikir, bahwa kejadian itu ada benar atau tidak" Ia hanya memikir dari sikap orang berkedok itu terhadap ibunya, lantas anggap bahwa hal tersebut tentunya benar2. Maka setelah Chun 859
Lan berlalu, ia juga berangkat menuju ke lembah Loan-phiauw-kok.
Lim Tiang Hong yang pernah berdiam dilembah
Loan-phiauw-kok, sudah tentu kenal baik keadaannya lembah tersebut. Maka setelah tiba dilembah tersebut, ia lantas langsung menuju ketempat tawanan kamar batu.
Didalam tempat tawanan itu ia sudah pernah menolong dirinya si Burung Hong putih Cu Giok Im.
Karena ia sudah kepingin lekas dapat menemui
ibunya, hingga tidak memikirkan keadaannya sendiri yang saat itu sebetulnya dalam keadaan bahaya.
Ia sudah tidak pikir bahwa keadaan lembah Loan-
phiauw-kok saat itu sudah berbeda jauh daripada waktu semula ia kesana.
Thian-cu Kauw-cu baru2 ini karena melatih serupa
ilmu kepandaian telah mengeram dirinya dipusat.
Dengan demikian maka markasnya dipindah kedaerah
Kang-lam. Semua urusan dalam perkumpulan diserahkan kepada wakil Kauwcu, yakni Beng Sie Kiu dan Lok-hee Hujin.
Tetapi Beng Sie Kiu ada maksudnya sendiri. Sudah
lama wakil Kauwcu ini ingin mendapat kedudukan lebih 860
tinggi lagi dalam perkumpulan itu dan ingin
menyingkirkan Kauwcunya sendiri. Tetapi oleh karena merasa jeri menghadapi kepandaian Kauwcunya itu yang begitu tinggi, maka dengan akal muslihat dicobanya merampas kitab pelajaran dari Siauw-lim-pay. Tetapi belakangan meski kitab itu sudah didapatkannya, namun sudah diambil oleh Kauwcu itu. Meski dalam hati
memang merasa berat, tetapi apalah daya, ia tak berani menentang.
Kemudian Wakil Kauw-cu ini mendengar berita
diketemukannya nyali naga yang telah membatu itu oleh Lim Tiang Hong. Pikirnya kalau bisa ia memiliki benda pusaka luar biasa dalam dunia itu dan dimakan menurut aturan niscaya dapat bertambah kekuatannya menjadi lebih hebat dan pikirnya dengan demikian sudah tak perlu takuti kauwcunya lagi dan dapat berkuasa penuh atas Thian-cu-kauw.
Tetapi benda pusaka itu kini berada dalam tangan
Lim Tiang Hong. Dan anak muda itu terkenal sebagai orang kuat tingkatan muda yang pada saat itu justru sukar mendapat tandingan. Apalagi si pemuda mendapat bantuan tenaga dari Hong-hong-tie secara diam2.
861 Apabila ingin merebut secara terang2an sudah tentu takkan berhasil.
Maka diluar tahunya Lok-hee Hujin ia lalu
merancangkan satu rencana keji. Maksudnya hendak
menggunakan kedudukan Lok-hee Hujin dan hubungan
antara ibu dan anak dengan Lim Tiang Hong, ingin
memancing anak muda itu masuk jebakan.
Lim Tiang Hong yang terlalu kuatirkan nasib ibunya, terus berlari menuju kekamar tawanan, dan kamar batu itu ternyata tak berbeda keadaannya dengan sewaktu dulu ia disitu, masih tetap gelap dan demak. Begitu masuk dalam kamar, hawa dingin lantas menusuk tulang.
Angin dingin yang menyembur keluar dari dalam tambah membuatnya menggigil.
Tetapi semua itu sudah tak dihiraukannya. Masih
tetap dengan mengikuti jalan lorong, terus masuk
kebagian dalam. Sedangkan itu orang2 Thian-cu-kauw yang
mengadakan penjagaan keras, sudah bagai tak ada
dimatanya, dianggapnya mereka itu toh cuma patung belaka.
862 Sebentar saja si anak muda ini telah melalui lima-enam kamar tawanan, tetapi belum juga melihat
bayangan ibunya. Pikirannya kini agak bersangsi "Apa Chun Lan menipuku?" begitulah ia tanya2 pada dirinya sendiri.
Meskipun hatinya memikir demikian, tetapi kakinya terus bekerja.
Tiba2 dikamar yang paling ujung dilihatnya ada
bayangan orang sedang meringkuk. Dilihat dari bentuk tubuh dan pakaiannya, mirip dengan Lok-hee Hujin.
Tanpa banyak pikir lagi Lim Tiang Hong lalu
menerjang masuk. Diambang pintu, ada sebuah ruji besi yang besar, tetapi di situ tak kelihatan seorangpun menjaga.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan keadaan orang
itu, meringkuk dalam tempat demak2, hatinya serasa seperti di-iris2. Dengan sekuat tenaga ditolaknya ruji2
besi itu hinggai patah dan kemudian masuk kedalam.
Siapa nyana baru sampai disamping orang yang
meringkel bagai bangkai itu, tatkala dipandangnya dengan seksama, ternyata bukan ibunya melainkan
hanya orang2an bikinan yang terbuat dari pada rumput.
863 Tepat pada waktu itu terdengan suara keresekan
dan pintu lantas tertutup selapis besi tebal.
Kini barulah sadar Lim Tiang Hong kalau dirinya
telah masuk perangkap. Tetapi tak takut ia, sambil menenangkan pikiranya, mengawasi keadaan sekitarnya.
Kamar itu ternyata terbuat dari batu alam
seluruhnya. Satu2nya lubang untuk meloloskan diri adalah itu pintu yang telah tertutup besi tebal.
Ketika dicobanya menghampiri dan mengetuk pintu
besi itu, dapat diperkirakan tebalnya mungkin satu kaki.
Untuk menggempur rusak, bukan suatu pekerjaan
mudah. Tetapi belum putus harapannya. Dicobanya
mengerahkan seluruh kekuatannya dengan maksud
menggempur pintu besi itu.
Tetapi kesudahannya ia sendiri yang terpental balik sampai dua tindak, sedang pintu besi itu sedikitpun tak bergeming.
Belum dapat memikirkan cara lain, tiba2 satu suara lain terdengar.
864 Diatas pintu besi itu mendadak kelihatan banyak
lubang2 kecil macam sarang tawon. Dari lubang2 itu lantas menyembur asap putih.
Maka dalam waktu sekejap kamar itu sudah se-
akan2 berlapis batu tebal. Hawa pedas dari bau amis menusuk hidungnya. Asap putih itu bukan asap biasa, melainkan kapur gamping. Dan kapur gamping yang
disemburkan kedalam kamar yang tak mempunyai hawa itu, justru merupakan senjata yang sangat jahat.
Mungkin dewa sekalipun takkan tahan menerima
serangan kapur secara demikian.
Lim Tiang Hong dalam gemas dan gusarnya, coba
menghalau kapur yang menyembur ke arahnya dengan
kedua tangannya. Tetapi mungkin terlebih baik kalau dia tak berbuat demikian. Sebab begitu tangannya bergerak. Kapur itu justru pada meledak dan membuat pernapasannya
serasa terhalang. Dalam keadaan sangat genting itu tiba2 teringat
sipeiwuda akan satu pelajaran menutup napas sendiri, yang didapatkannya dari si pengemis pincang melalui tulisan yang pernah dipraktekkan dengan baik.
865 Sebetulnya hanya itu saja yang merupakan jalan
satu2nya yang dapat menolong diri sendiri.
Kapur putih itu menyembur kira2 sejam kedalam
kamar tak berlubang itu, baru berhenti. Dan pintu basi itupun per-lahan2 lalu terangkat naik.
Kembali setengah jam sang waktu berlalu, kabut
putih dalam kamar selama itu telah buyar.
Keadaan Lim Tiang Hong pada waktu itu tak
bedanya bagai seekor beruang putih yang meringkuk di tanah tanpa bergerak.
Dalam pada itu dari jalanan lorong mendadak
muncui dua orang laki2 tinggi besar ke-dua2nya.
Dua orang tinggi besar ini lalu mengangkat bangun badan Lim Tiang Hong. Dengan melalui jalanan ber-liku2
lalu dibawanya pemuda itu ke sebuah kamar rahasia.
Kamar rahasia ini justru merupakan satu kamar
terpenting untuk para tokoh Thian-cu-kauw di Loau-phiauw-kok merundingkan soal2 penting.
Wakil Kauwcu Beng Sie Kiu dengan sikapnya yang
angkuh dingin tampak berduduk di kursi tengah. Dikedua sisinya ada beberapa anggota pelindung hukum dan lain2
anggota penting perkumpulan tersebut. Tetapi disitu tak 866
tampak Lok-hee Hujin, yang pada saat itu ternyata tak barada dalam lembah.
Dua laki2 tinggi besar yang menggendong Lim
Tiang Hong lalu meletakkan orang pondongannya ke atas sebuah meja. Selagi hendak memberi laporan, Beng Sie Kiu yang rupanya sudah tak sabaran sudah turun dari kursi kebesarannya dan lantas meraba kantong2 Lim Tiang Hong.
Kiranya sampai pada waktu itu tak terlupakan
olehnya itu benda pusaka berapa nyali naga yang
menjadi idam2an setiap orang rimba persilatan.
Siapa tahu baru saja wakil kauwcu ini mengulur
tangan, mendadak terdengar suara orang ketawa dingin yang menusuk telinga.
Beng Sie Kiu yang memang mempunyai maksud tak
baik, dalam detik itu, ditempat demikian, apalagi ditempat yang begitu penting, mengetahui ada orang yang dapat masuk, sudah tentu membuat dia ketakutan setengah mati. Lantas diurungkannya maksudnya dan lantas membentak keras: "Siapa!?"
Dan berbareng dengan itu badannya terus lompat
melesat keluar melalui lubang dijendela.
867 Perbuatan wakil ketua itu lalu ditelad oleh orang2
yang lainnya. Kini dalam kamar rahasia hanya ada
ketinggalan seorang lagi, yakni Lim Tiang Hong.
Tetapi ketika orang2 Thian-cu-kauw itu berada
diatas genting keadaan terus sunyi senyap, tak
seorangpun kelihatan, maupun bayangan.
Beng Sie Kiu yang masih memikiri nyali naga
raksasa itu, buru2 hendak kembali kekamar rahasia.
Tetapi belum lagi bertindak, mendadak ada sesosok bayangan orang yang lari mendatangi sambil ber-teriak2:
"Hujin beritahu kepada Hu Kauwcu. Diujung sebelah timur ada orang2 menerjang masuk. Mereka telah
merusak tempat2 penjagaan rahasia dan musuh kini
sudah mulai merembes ke beberapa tempat penting"
Dalam kagetnya, Beng Sie Kiu lantas membentak:
"Suruh Sam-sat dari selatan kirim bala bantuan dan seluruh tempat geledahi"
Belum habis wakil Kauwcu ini dengan perintahnya,
kembali muncul dua orang yang dengan napas sengal2
memberi laporan lagi: "Di lembah sebelah barat tiba2
muncul musuh kuat. Dua belas Hiocu telah gugur semua.
Harap Hu Kauwcu suka keluarkan titah selanjutnya"
868 "Musuh sudah memasuki tempat penting. Banyak
anggota perumpulan kita tewas dan terluka. Mohon Hu Kauwcu beri titah apa yang harus kita lakukan?"
Demikian ada serentetan laporan yang
mengejutkan, yang membuat wakil ketua ini berdiri menjublek saja, sesaat lamanya bungkam tak keluar suaranya.
Pada waktu itu lembah Loan-phiauw-kok itu sudah
ramai dengan suara2 macam2 senjata dan di udara
sudah nampak sinar2 biru beberapa batang sebagai
tanda S.O.S, suatu tanda bahwa dalam lembah
orang2nya sedang menghadapi bahaya besar.
Beng Sie Kiu dalam cemas dan gusarnya, masih
tidak juga melupakan nyali naga raksasa sasarannya itu.
Dalam hatinya agaknya hanya memikir: "Tidak peduli musuh kuat siapa yang datang, akan kuambil dulu benda pusaka itu"
Tanpa memberikan perintah apa2 lantas sang wakil
Kauwcu ini memutar tubuh dan balik ke kamar rahasia.
Tiba2 dibelakang gegernya terdengar suara orang
berkata perlahan: "Tuan, tunggu Sebentar. Kita masih ada rekening yang belum diperhitungkan"
869 Beng Sie Kiu kini terperanjat benar2. Cepat laksana kilat berbalik badan, dan.... si anak muda, Lim Tiang Hong sudah berdiri dihadapannya. Tenang sekali anak muda itu. Kedua bola matanya yang seperti gunting tajam terus mengawasi wakil Kauwcu itu.
Bukan kepalang kagetnya wakil Kauwcu itu, dalam
hati merasa heran: "Bocah ini apa punya ilmu weduk"
Kenapa dalam kamar tak ada udara dimasuki kapur satu jam dia masih bisa hidup?"
Biar bagaimana memang karena sifatnya yang licik, meski keadaan tak menguntungkan bagi pihaknya, ia masih bisa berlaku tenang.
Sambil mengawasi Lim Tiang Hong setelah
bersenyum ia berkata: "Bocah, rupanya masih panjang umurmu. Pada waktu begini kami tak mempunyai banyak waktu buat berurusan denganmu. Sebentar lagilah kita berhitungan"
Setelah berkata demikian, wakil Kauwcu ini lantas lompat lari menuju ke luar ruangan.
Lim Tiang Hong ketawa. "Apa kau kira kau bisa
kabur begitu mudah?" katanya mengejek.
870 Dengan cepat ia sudah menghadang didepannya
wakil Kauwcu itu. Tapi pada saat itu juga, 4 pengawalnya Beng Sie Kiu juga sudah lompat melesat menghalangi gerakannya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang pada saat itu sudah berkobar
hawa amarahnya. Dengan alis berdiri ia berkata sambil ketawa dingin: "Jikalau kalian memang sudah bosan hidup, biarlah Siauwya-mu ini mengiringi kehendak kalian!"
Berbareng dengan itu, tangannya lantas bergerak.
Suatu kekuatan yang amat dahsyat lantas meluncur
keluar menggulung diri 4 pengawal itu.
Empat pengawal Beng Sie Kiu itu, adalah orang2
yang dididik sendiri oleh Beng Sie Kiu. Kepandaiannya ilmu silat didalam kalangan kang-ouw juga termasuk golongan kelas 2. Begitu melihat datangnya bahaya, segera pada memencarkan diri dan kemudian menerjang Lim Tiang Hong dari 4 penjuru dengan melancarkan
serangan tangan secara beruntun.
Lim Tiang Hong sedikit pun tidak pandang mata
orang2 sebangsa demikian. Sambil ketawa dingin,
badannya berputaran laksana gangsingan. Setelah
871 melepaskan diri dari serangan 4 orang itu, lalu balas menyerang secara beruntun juga sehingga 7 kali.
Sebentar kemudian lalu terdengar suara gaduh. 2
dari 4 pengawal itu, sudah dibikin terpental sampai setinggi 2 tombak. Kemudian sambil menyemburkan
darah 2 manusia sial itu terbang keluar dinding.
Lim Tiang Hong dengan tanpa perdulikan yang
lainnya lagi, sudah menerjang kedalam ruangan. Ia juga kepingin tahu, siapakah sebetulnya orang yang malam itu menyerbu ke lembah Loan-phiauw-kok" Selain
daripada itu, ia sudah benci benar pada orang she Beng itu, maka ia harus bisa membekuk dirinya baru merasa puas.
Tapi begitu tiba di ruangan besar, dari jauh sudah dapat lihat bahwa orang2 yang datang menyerbu ke
lembah itu ternyata terdiri dari kawanan imam
semuanya. Imam2 itu terdiri dari tokoh2 terkuat yang terpilih dari 6 partay golongan Hian-bun, jumlahnya kira2
ada 30-40 orang dan saat itu sedang bertempur mati2an dengan orang2nya Thian-cu-kauw.
Lim Tiang Hong tidak bisa campur tangan, maka ia
naik ke atas genteng, disitu ia berdiri sebagai penonton.
872 Diantara iman2 dari 6 partay itu, ada banyak yang ia kenal.
Disitu ternyata ada Pek-ho Totiang dari Bu-tong-
pay, Hian-ie Lie-hiap Oh Bie Tiu dari Ngo-bie-pay, dua persaudaraan Lie, Kun-lun-pay Siang-kiam dari Kun-lun-pay dan si burung ungu Gouw Hong Ing, Giok-teng Cinjin dari Ciong-lam-pay dan Thay-hie Totiang dari Khong-tong-pay.
Di pihaknya Thian-cu-kauw, yang maju menghadapi
kawanan imam itu ada Beng Sie Ku, dibantu dengan para anggota pelindung dari Loan-phiauv-kok, Bin-hoan-siu, put-ceng Taotho dan lain2nya.
Dalam pertempuran itu kecuali Pek-ho Totiang yang berhadapan dengan Beng Sie Kiu, Giok teng Cinjin
dengan Put-ceng Taotho, Thay-hie Totiang dengan Bin-hoan-siu yang merupakan pertempuran satu lawan satu, lainnya pada itu boleh dikata pertempuran secara
keroyokan. Imam2 dari enam partai itu telah datang dengan
perasaan gusar. Maka dalam pertempuran iiu juga tak mengenal kasihan mereka turun tangannya, secara
873 kejam dan ganas se-olah2 sudah bertekad bulat hendak manumpas habis2an orang2 Thian-cu-kauw.
Sungguh tak beruntung bagi pihak Thian-cu-kauw
sebab banyak anggota2 kuat disuruh keluar melakukan tugas, hingga tenaga didalam berkurang banyak.
Meskipun mereka bertempur mati2an, tetapi masih kalah jauh dari pihak musuh. Maka sebentar saja sudah banyak yang binasa atau terluka berat.
Lim Tiang Hong tahu bahwa dalam pertempuran
mati2an itu nyata2 pihak enam partai besar telah dapat merebut posisi sangat baik. Ia anggap tidak perlu turut campur tangan. Maka lantas ditinggalkannya tempat tersebut dan lari menuju ke loteng tempat kediaman ibunya. Ia ingin sekali mengetahui kalau rencana hendak menjebak dirinya itu, ibunya mengetahui atau tidak.
Disamping itu ia juga ingin berjumpa sekali lagi dengan Bwee Hiang. Tetapi ketika tiba di loteng tersebut, ternyata tak seorangpun kedapatan di situ. Agaknya ibunya pada waktu itu sedang bepergian keluar lembah.
Dan dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa
urusan itu mungkin ibunya sendiri juga tak tahu. Ketika dicobanya memeriksa keadaan loteng sekali lagi, ternyata 874
juga tak mendapatkan sesuatu. Dan selagi hendak balik keruang besar tiba2 tampak satu bayangan merah
berkelebat dimukanya yang lalu disusul dengan
munculnya Yong-jie, itu gadis cilik jenaka dari Hong-hong-tie.
Gadis kecil jenaka itu, setibanya didepan Lim Tiane Hong, lantas berkata setelah menarik lengan baju si pemuda: "Kongcu, urusan disini tidak perlu kau campuri.
Lekas pergi ke kelenteng Liong-houw-koan. Lambat
sedikit saja kau nanti akan menyesal untuk selama-lamanya"
Terhadap gadis cilik yang nakal dan jenaka ini Lim Tiang Hong memang sudah mendapat kesan baik sekali.
Maka seketika itu sambil mengusap-usap rambut si gadis cilik telah menyahut: "Yong-jie, sejak kapan kau datang".
"Siang2 aku sudah datang. Lok-hee Hujin tidak ada didalam lembah. Sedang enci Bwee Hiang-mu-itu juga siang2 sudah pergi ikut dengan ibumu. Disini sudah tidak ada urusan apa2 lagi. Mari lekas kita ke Lionghouw-koan"
begitu Yong-jie sambil ketawa lebar berkata
Setelah itu badannya lantas bergerak, se-olah2
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
bianglala saja sudah melesat tinggi dan sebentar saja 875
ternyata ia sudah berada disuatu iempat empat-lima tombak jauhnya dari Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong meski tahu bahwa urusan di Liong-
houw-koan jauh lebih penting beberapa kali lipat
daripada urusan dalam lembah Loan-phiauw-kok, akan tetapi agaknya masih belum lega hatinya kalau tidak menyaksikan sendiri hasil kesudahan pertempuran itu.
Maka setelah Yong-jie berlalu balik lagi dia ke medan pertempuran.
Pada saat itu pertempuran sengit tadi ternyata telah berakhir. Orang2 dari enam partai besar sedang
menolongi kawan2 mereka yang terluka. Pek Ho Totiang dengan wajah kuning pucat sedang duduk bersila sambil pejamkan mata. Dan Thay-hie Totiang sedang memesut ujung bibirnya keluar darah, berdiri menyandar di dinding tembok. Lain2nya banyak pula yang menderita luka. Sedang dipihak lawan mereka, sudah tak kelihatan barang seorangpun juga.
Lim Tiang Hong ketika tiba ditempat tersebut lantas mendapat teguran dari beberapa orang imam: "Siapa!
Jangan coba maju lebih dekat!"
876 Lim Tiang Hong mendengar itu tersenyum, lalu
menjawab: "Kalian mengapa setelah menang menjadi
begitu galak" Apa kalian masih ingin berkelahi" Marilah dengan aku"
Kun-lun Siang-kiam, Hiao-ie Lihiap dan lain2nya
pernah kalah oleh Lim Tiang He Hari itu. Karena
mengandal jumlah lebih besar ketika melihat Lim Tiang Hong muncul secara mendadakan, lantas semuanya pada menghunus pedang masing2, agaknya ingin sekali
mengeroyok. Lim Tiang Hong mengawati orang2 yang telah siap
itu dengan sorot mata dingin, lalu dengan langkah lebar menghampiri Pek-ho Totiang.
Tetapi ada beberapa orang imam yang maju
menghalangi sambil menghunus senjata mereka
membentak: "Jangan coba maju lagi! Berani setapak meninggalkan tempat itu, berarti maut bagimu! Toyamu akan ambil jiwa anjingmu!"
Lim Tiang Hong nampak berdiri alisnya. Selagi
hendak buka mulut lagi, Pek Ho Totiang yang sedang duduk bersila mengatur pernapasannya tiba2 membuka matanya dan lantas berkata kepada orang2 yang telah 877
menghunus senjata itu: "Lekas minggir! Aku tak
mengijinkan kalian mengacau lagi" Kemudian ia sendiri sudah bangkit berdiri dan kepada Lim Tiang Hong, sambil anggukkan kepala, berkata: "Ada urusan apakah Siauw sicu sampai memerlukan datang ke mari?"
Lim Tiang Hong sambil membalas hormat lantas
menjawab: "Aku yang rendah sengaja datang untuk
menengoki Totiang sekalian"
Lalu dari dalam sakunya dikeluarnya sebutir pil
Soat-som-wan yang lantas diberikan Pek-ho Totiang seraya katanya: "Meskipun urusan disini boleh dikata sudah beres semua, tapi buat hari depan mungkin masih berbuntut panjang, barangkali akan ada lain kejadian.
Totiang, lebih baik kau telanlah obat2 Soat-som-wan ini"
Soat-som-wan sebenarnya adalah satu obat
mujarab penyembuh segala luka2, dalam maupun luar.
Pek-ho Totiangpun mengetahui benar khasiat obat itu, maka lantas disambutinya pemberian itu tanpa2 malu2
dengan kedua targannya sembari mengucapkan terima kasih ber-ulang2, kemudian dibelahnya pil itu menjadi dua buah, separuh dimasukkannya kedalam mulutnya
878 sendiri, sedang separuh yang lain ditelankannya ke mulut Thay-hie Totiang.
Lim Tiang Hong yang merasa telah selesai dengan
tugasnya lalu memberi hormat sambil angkat tangan dan kemudian lompat melesat meninggalkan mereka.
(-0odwkzo0-) Bab 23 SETELAH meningalkan Loan-phiauw-kok, Lim Tiang
Hong langsung lari menuju ke kota Kui-lim. Pernah sekali ia mendengar dari mulut si Pengemis Mata Satu tentang kelenteng Liong-houw-koan itu. Iapun tahu bahwa
kelenteng tersebut tak boleh dianggap remeh. Ho-siu Ciat-liong yang pergi seorang diri, apabila ada kejadian2
menimpa dirinya sebetulnya iapun akan merasa, tak enak. Maka dalam perjalanannya itu, waktu sedetikpun tak berani berlaku ayal.
Menjelang magrib ia telah sampai dalam pintu
gerbang kota Kui-lim. Setelah memikir bolak balik ia lalu mengambil keputusan untuk langsung pergi kekelenteng Liong-houw-koan malam itu juga, maka ia lantas mencari rumah penginapan lebih dulu untuk mengaso, pikirnya 879
supaya tengah malam nanti dapat bekerja dengan
tenaga cukup. Selagi seorang diri berada dalam kamar, tiba2 anak muda ini melihat berkelebatnya bayangan merah,
ternyata dialah Yong-jie si-gadis cilik bengal yang telah lompat masuk melalui jendela. Dengan ter-buru2 gadis itu sesampai di dalam, terus berkata: "Kongcu lekas. Mari ikut aku. Keadaan terlalu amat mendesak. Si tua bangka Ho-siu Ciat-liong itu sudah terpancing oleh Liong-houw Koancu kejeblos masuk dalam jalanan di bawah tanah kelenteng. Kawanan imam2 jahat kelenteng itu sudah akan pergi meninggalkan sarang mereka sendiri dan selain itu semua orang2 kang-ouw dari berbagai partai dan golongan rupanya telah mengendus juga kalau
Liong-houw Koan-cu telah mendapat benda pusaka nyali naga itu, maka pada meluruk datang ke kota ini"
Mendengar itu Lim Tiang Hong lantas ikut Yong-jie keluar kota. tentu keleteng Liong-houw-koan yang
menjadi arah tujuan. Kelenteng Liong-houw-koan disamping sebuah
bukit2-an kecil diluar kota Kui-lim. Karena dua orang itu mempunyai ilmu lari pesat yang sudah tiada tara dalam 880
waktu sekejap saja sampailah mereka ketempat yang dituju.
Baru saja Lim Tiang Hong ingin berunding lebih
dulu dengan Yong-jie mencari akal masuk secara
menggelap ataukah terang2an begitu saja, siapa tahu sgadis binal itu ternyata sudah tak kelihaian mata hidungnya. Tak tahu apakah yang diperbuatnya saat itu, tetapi Lim Tiang Hong segan mencarinya, lantas
mengambil tindakan sendiri, lompat menuju ke kelenteng tersebut.
Tidak nyana Lim Tiang Hong baru injak kakinya
diatas genting kelenteng, tiba2 terdengar suara ketawa yang agak ganjil kedengarannya yang lalu disusul lagi dengan melayang turunnya beberapa bayangan orang.
Mereka itu adalah kawanan imam. Dengan sikap
garang menegur Lim Tiang Hong "Bocah!" seru mereka kasar "Toaya-mu sudah menduga kalau kau akan datang kemari"
Lim Tiang Hong mengawasi kawanan imam dan
seorang imam yang bicara tadi. Mereka itu ternyata semuanya pada membawa pedang ditangan kanan dan
ditangan kiri mereka pada membawa bendera2 panjang 881
warna kuning seperti juga kawanan imam yang sedang hendak melakukan ibadat.
Kawanan imam itu masing2 mengambil kedudukan
sendiri2 mengelilingi Lim Tiang Hong di-tengah2.
Seketika itu orang yang dilingkari berkata dengan nada dingin: "Kalian tak perlu main gila didepan Siaw-ya lekas suruh Lionghouw Koancu menggelinding keluar temui aku"
Satu diantara kawanan imam itu lantas membentak
dengan suara keras: "Kau tak perlu banyak tingkah.
Liong-houw-koan hari ini boleh jadi tempatmu mengubur diri. Lekas, serahkan nyawamu!"
Setelah berkata, dikibaskan bendera bawaannya
dan pedang di tangan kanannya, setelah
memperdengarkan suara menggerung dahsyat, lalu
menyerang Lim Tiang Hong.
Gerakan itu lalu disasul dengan terdengarnya suara bentakan ber-ulang2 dan berkelebatnya beberapa puluh sinar pedang serta asap hitam yang berhamburan
ditengah udara. Itu adalah gerakan kawanan imam itu, yang mengadakan penyerangan bersama.
882 Pedang dari beberapa puluh imam itu dengan
sinarnya yang gemerlapan telah mengurung tempat
berdirinya Lim Tiang Hong, sedang bendera warna
kuning itu nampak bakelebatan diantara sinar puluhan pedang se-olah2 kawanan ular sedang menari, dan dari bendera itu kelihatan beberapa kali tersembur asap hitam yang sekejap saja telah mengulung Lim Tiang Hong dengan selapis kabut hitam.
Asap hitam yang keluar dari bendera kuning itu
sebenarnya adalah senjata, yakni senjata gelapnya Liong-houw-koan yang terampuh. Senjata itu oleh
mereka dinamakan Ban-ciong Jin-sat serupa senjata dari ciptaan ilmu2 iblis yang menggunakan bangkai manusia dengan serupa bahan beracun dari daerah Biauw-ciang.
Asap itu asal masuk dan tersedot hidung sedikit saja, dalam waktu dua belas jam orang itu akan hancur luluh seluruh tubuhnya.
Lim Tiang Hong yang berada dalam kurungan kabut
nampak tenang2 saja. Dengan ilmunya Sam-sam Po-hoat kelihatan badannya berputaran, menghindarkan setiap ancaman pedang yang datang kearah dirinya. Bahkan 883
terkadang dapat juga balas menyerang, sampai kawanan iiu berputaran seperti orang gila.
Tiba2 ia merasa bahwa asap hitam itu berbau
sangit, karena kelalaiannya sedikit, sekali tersedot juga oiehnya. Seketika itu dirasakan kepalanya pening, hingga dalam kagetnya segera mengerahkan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kangnya, dan waktu itu pula mengepul uap putih diatasan kepalanya
Ilmu Siauw yang It-ku Sin-kang telah dilatihnya dari tenaga Yang yang murni dan asalnya adalah ilmu
golongan Hian-bun. Apa lagi pernah Lim Tiang Hong makan nyalinya naga api, terhadap segala racun boleh dikata takkan mempan. Begitu ilmu itu mengadakan
reaksi, bukan saja racun dari asap hitam itu tak berdaya merubuhkannya, bahkan yang tersedot masuk sedikit itu tadi juga lantas keluar sendiri dari mulutnya. Maka seketika itu semangatnya bertambah. Dengan kebasan kedua lengan bajunya ditutupnya rapat2 setiap pedang yang meluncur ke arahnya.
Selagi bertempur sengit dengan cara demikian,
tiba2 matanya yang tajam dapat melihat di belakang 884
kelenteng liong-houw-koan ada bayangan hitam
beberapa titik yang menjauhi.
Hatinya tergeiak, anggapnya tentu itu Liong-houw
Koan-cu serta kawan2nya yang baru merat dari situ.
Dari si anak dara cilik Yong-jie, ia tahu Liong-houw Koan-cu katanya ingin kabur jauh2, maka semakin besar dugaannya kalau tadi tentu adalah mereka. Seketika tanpa memperdulikan lagi semua kawanan imam yang
coba mengurungnya. Setelah menggeram sekali
dilancarkannya serangan mematikan 12 kali beruntun.
Kawanan imam yang mengurungnya itu keripuhan
agaknya, lantas terbuka satu lowongan yang
memudahkan bagi Lim Tiang Hong lompat keluar
kepungan dan terus lari bagai terbang kebelakang
kelenteng. Dengan ilmunya. It-shia Cian-lie, hanya dengan
beberapa kali menotolkan kaki ditanah telah berhasil ia mencegat beberapa bayangan hitam yang mau lari itu.
Apa yang timbul dalam dugaannya ternyata tak
sedikitpun meleset. Beberapa bayangan hitam yang
dilihatnya tadi itu benar adalah Liong-houw Koan-cu dan Cao-sat To jin dan beberapa konco mereka yang
885 bermaksud melarikan diri. Mereka itu ketika melihat Lim Tiang Hong datang secara mendadak agaknya merasa
heran. Lim Tiang Hong ketika dapat menyandak, lantas
dengan suaranya yang menggelegar membentak: "Iman durhaka! Sungguh kejam hatimu! Kau setelah menipu barang Siauw-ya mu nyali naga raksasa itu, berani lagi kau turunkan tangan keji mengambil jiwa Tiat-ciang Kim-liong. Perbuatan terkutukmu kau bagaimana harus
mempertanggungkannya" Ingin kabur" Hm! Tak
gampang!" Liong-houw Koancu orangnya licik. Melihat Lim
Tiang Hong datang hanya sendirian, tak seberapa takut hatinya. Lantas dijawabnya perkataan anak muda itu sambil ketawa sinis: "Aku sebetulnya tak sudi berurusan dengan kau yang masih berbau pupuk bawang. Tapi
sekarang ternyata kau sendiri datang cari mampus, maka jangan sesalkan kalau aku kelewat kejam perlakukan dirimu"
Kebutan ditangannya lalu dikebutkan dengan
perlahan. Empat imam kecil yang membawa pedang,
yang berdiri di kedua belah sisi belakang Liong-houw 886
Koancu lantas pada lompat maju ke depan dengan
pedang masing2 yang telah terhunus. Berbareng dengan itu kawanan imam yang tadi mengepung Lim Tiang Hong juga sudah pada sampai ke tempat itu. Dan mereka yang datang belakangan ini kembali dalam sikapnya,
mengurung Lim Tiang Hong rapat2.
Lim Tiang Hong yang mengalami kejadian demikian,
dikurung dari berbagai jurusan, dengan sikap
memandang hina berkata dingin: "Kawanan gentong nasi ini, sekalipun tambah seribu lagi jumlahnya percuma saja melawanku! Lebih baik jangan unjuk lagak dan
bertingkah! Majulah semua supaya Siauw-ya mu bisa kirim jiwa kalian menghadap Giam-lo-ong, Bukankah lebih cepat beres?"
Setelah itu pedang To-liong kiamnya lalu dihunus
dari serangkanya. Sebenarnya tak gampang pedang To-liong-kiam keluar dari sarungnya, tetapi agaknya hari itu baginya merupakan hari istimewa ia boleh menyabut pedang karena ingin sekali merengut jiwa2 kawanan imam itu.
Liong-houw Koan-cu dengan kawan2 ketika melihat
pedang To-liong-kiam pada jeri hati mereka. Pedang 887
yang dahulu pernah digunakan oleh Bu-ceng Kiam-khek itu benar2 sudah menciutkan nyali mereka. Pedang itu membuat mereka teringat pada kebiasaan dan ada
kebiasaan si orang Tua Penyipta. Setiap kali pedang To-liong-kiam keluar dari serangkanya berani bahwa urusan tak dapat diselesaikan dengan cara damai lagi. Sebab sebelum pemilik pedang melihat darah, To-liong-kiam takkan masuk sarungnya lagi. Oleh karena itu maka Orang Tua Penyipta yang menggunakan pedang tersebut lantas mendapat julukan Bu-ceng Kiam-khek, yang
berarti Ahli Pedang yang Tak Bercita Rasa.
Lim Tiang Hong justru adalah murid satu2nya,
sudah tentu tak kecuali mempunyai juga sifat2 gurunya itu.
Selagi Liong-houw Koan-cu melamun memikirkan
nasibnya di hari kemudian, dari empat penjuru terdengar berkibaran jubah imam serta suara ketawa aneh
cekikikan yang datang dari luar kelenteng.
Ternyata itu ada serombongan orang2 kang-ouw
yang pada menyerbu masuk kelenteng. Diantara
rombongan tersebut, ada satu anggota pelindung hukum Thian-cu-kauw yakni Hwee-san Koay-kek, Mo-kiong Toa-888
nio dan seorang tua yang memagang pipa rokok panjang (Hun-cwee) ditangannya. Yang lain, tak dikenal oleh Lim Tiang Hong. Ia hanya mengira tentu sebagai sebagian besar dari mereka adalah orang2nya Thian-cun-kauw.
Melihat kedatangan rombongan orang2 itu, Liong-
houw Koancu terperanjat sekali.
Dengan mata berputaran Imam jahat ini berkata:
"Liong-houw koan dengan Thian-cu-kauw namanya
seperti air sungai yang tak pernah mengganggu air sumur. Kedatangan tuan2 ini tentunya disebabkan
karena adanya nyali naga yang telah membatu bukan"
Tidak salah, barang berharga itu memang kini berada dalam tangan Pinto. Dan tuan2 apabila menginginkan bagian diriku, lebih dulu kita bekerja sama dulu, singkir bocah ini dan selanjutnya berunding dengan lain jalan lagi"
Orang2 Thian-cu-kauw itu, sebetulnya adalah
musuh2 buyutan kalau melihat Lim Tiang Hong. Karuan saja setelah Liong-houw Koancu berkata demikian,
mereka lantas pada tergerak hati. Meski tak keluar sepatahpun kata jawaban, tapi dari mata mereka, yang 889
semua ditujukan kearah Lim Tiarg Hong, tentu orang tahu apa artinya itu.
Lim Tiang Hong dengan pedang To liong-kiam
ditangannya, berdiri tegak ditengah-tengah kepungan orang banyak Sekalipun ditempat sekitarnya banyak musuh kuat mengitarinya, tetapi sedikitpun tak
tertampak roman jeri diwajahnya. Dengan kedua bola matanya yang beringas yang ditatap cuma Liong-houw Koan-cu seorang.
Suasana benar2 sangat panas. Tujuan Lim Tiang
Hong tetap seorang yakni Liong-houw Koan-cu, Sedang imam dari Liong-hauw koan, semua menujukkan mata
mereka keatas diri Lim Tiang Hong. Dan orang2 Thiancu-kauw sudah tentu, pun mengawasi anak muda
ditengah-tengah itu, akan tetapi mereka juga tidak meninggalkan sedikitpun perhatian mereka kepada
Liong-houw Koancu. Namun demikian, siapa pun tidak ada yang suka
bergerak terlebih dahulu.
Lim Tiang Hong tahu jika ia sendiri menyerang
Liong-houw Koan-cu sudah tentu akan lantas dikerubungi imam2 itu. Dan apabila hal demikian terjadi, berarti sama 890
saja ia memberi kesempatan bagi Koan-cu itu melarikan diri.
Dipihaknya para imam Liong-houw-koan, pun
agaknya telah berpikir jikalau bergerak menyerang anak muda ditengah itu, maka orang2nya Thian-cu-kauw
sudah barang tentu akan mengepung dan menyerang
Liong-houw Koancu seorang yang memang niat mereka merampas nyali naga raksasa itu, bukankah menghadapi musuh dari dua pihak" Oleh karena demikian tak berani bergerak dengan segera.
Selagi ketiga pihak masih dalam ragu dan sangsi2, sedang ber-jaga2 untuk kepentingan masing2, tiba2 dari belakang kelenteng terdengar suara bentakan keras dan seorang tinggi besar telah melayang dan menerjang Liong-hoaw Koancu. Tangannya menyerang cepat
laksana kilat. Dalam waktu sekejapan telah melancarkan serangan beruntun sampai 18 kali.
Perbuatan yang terjadi mendadakan itu
mengejutkan sekali imam2 Liong-houw-koan. tanpa
merasa telah mundur mereka semua beberapa tindak.
Tidak kecewa Liong-houw Koancu sebagai satu
tokoh kenamaan. Sekalipun mendapat serangan secara 891
tiba2, tidak menjadi gugup dia. Dengan senjata kebutan di tangannya, ditangkisnya setiap serangan yang datang atas dirinya. Kemudian mundur sejauh delapan kaki.
Tetapi karena orang yang menyerang itu tinggi sekali kepandaiannya, maka sebegitu jauh masih belum dapat juga ia melepas diri.
Orang itu kembali perdengarkan geramnya yang
hebat. Dengan menggunakan ilmu Ngo-heng Ciang-hoat kembali menyerang hebat imam kepala Liong-houw-koan itu.
Cao-sat Tojin ketika menyaksikan Liong-houw
Koancu mendadak diserang pihak musuh, dengan
mengeluarkan bentakan keras tangan kirinya lantas melancarkan serangan dengan ilmu Im-sek Sat-ciang, ke arah belakang punggung orang itu.
Lim Tiang Hong yang bermata jeii, segera
mengetahui dengan tegas bahwa orang yang datang
menyerang itu adalah Ho-siu Ciat-liong sendiri, maka lantas disesapkan pula pedangnya dan berkata sambil ketawa dingin: "Apa kalian pikir ingin merebut
kemenangan dengan mengandal jumlah orang banyak?".
892 Dengan cepat ia sudah maju, lalu menyerang
dengan tangan kosong kearah Cao-sat Tojin. Yang diarah itu mau tak mau mesti menghindarkan dulu serangan Lim Tiang Hong dan tarik kembali serangannya yang ditujukan kepunggung Ho-siu Ciat-liong, Dengan
demikian barulah dapat ia menghindarkan serangan
tangan si anak muda tadi. Tetapi pun gagal pula
serangannya terhadap si orang tua.
Begitu serangan2 pertama dimulai, kawanan imam
Liong-houw koan serentak lalu mengangkat pedang,
menyerang Lim Tiang Hong dari berbagai penjuru.
Lim Tiang Hong saat itu sudah gusar benar2.
Sambil ketawa ber-gelak2 lalu menghunus pedangnya dan diputar laksana titiran untuk menyambuti serangan para imam itu.
Suara jeritan lalu terdengar, dua imam yang maju
terdepan lantas roboh dengan mulut bermandikan darah dan badan kutung.
Tetapi para imam itu semuanya merupakan tokoh2
pilihan dalam Liong-houw-koan. Dalam ilmu pedang
mereka punya latihan cukup sempurna. Terutama
dengan empat imam cilik itu, dengan empat pedang
893 pendek mereka melancarkan serangan2 yang tak kalah hebatnya dengan imam2 lain yang lebih tua usianya.
Mereka segera membuka serangannya, mengurung Lim
Tiang Hong. Meskipun Lim Tiang Hong keluaran satu ahli pedang kenamaan, tetapi untuk sementara merasa sukar juga merobohkan lawannya yang jauh lebih banyak
jumlahnya. Dalam medan pertempuran waktu itu nampak kalut
sekali. Bayangan tangan dan pedang nampak
berseliweran disana-sini. Liong- hoat Koancu dan Cao-sat Tojin berdua dengan bahu membahu melayani Ho-siu
Ciat-liong. Sedangkan si empat imam cilik dan kawanan imam yang membawa pedang dan bendera kuning, pada mengepung Lim Tiang Hong seorang hingga
pertempuran itu merupakan pertempuran dua
rombongan yang sengit sekali.
Hanya orang2nya Thian-cu-kauw yang belum
bergerak. Mata mereka tanpa berkedip mengawasi
keadaan diseputar tempat mereka pada berdiri sebagai penonton. Sebab, tak perduli pihak mana pun yang
kalah, bagi mereka adalah keuntungan besar.
894 Lim Tiang Hong semenjak munculkan diri didunia
kang-ouw telah ber-kali2 mengalami pertempuran hebat.
Pengalaman bertempur tentu telah banyak. Sekalipun dirinya dalam kepungan begitu rapat, matanya yang tajam masih dapat memperhatikan keadaan disekitarnya.
Begitupun telinganya. Begitu melihat gelagat2 keadaan orang2 Thian-cu-kauw, segera dapat menebak hati
mereka, maka dalam hatinya merasa geli sendiri.
Dalam sengitnya, Lim Tiang Hong suatu waktu
melancarkan serangannya dengan hebat. Pedangnya
seolah2 bianglala mendesak kawanan imam begitu rupa, lalu disusulkan dengan serangan2 lain yang lebih hebat.
Serangan2nya merupakan tipu2 serangan yang terampuh dalam permainan pedangnya. Maka dimana ujung
pedang lewat, darah lalu bercipratan. Sedikitnya sudah lima-enam imam yang terbinasa dalam satu gerakannya.
Gerakan itu agaknya tak akan berhenti hingga kawanan imam yang jatuh korban bukan sedikit lagi jumlahnya.
Setelah menjatuhkan banyak musuhnya, Lim Tiang
Hong lalu melesat kearahnya Liong-houw Koancu.
Liong-houw Koancu yang sedang melawan Ho-siu
Ciat-liong dengan dibantu oleh Cao-sat Tojin, ketika 895
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
melihat anak muda itu menyerang dengan cara tiba2, lalu disambutnya dengan senjata kebutannya. Dengan tenega sepenuhnya kebutan itu digunakan untuk
menyambuti serangan Lim Tiang Hong, pun maksudnya untuk melindungi drinya sendiri. Maka tatkala kebutan itu digerakkan, orangnya sampai mundur lima kaki lebih.
Tiba2 terdengar saara "Crakk!"
Ternyata kebutan (Hud-tim)nya Liong houw Koancu
telah terpapas kutung oleh pedang To-liong-kiam. Kini yang ada dalam genggamannya hanya gagang kebutan
yang cuma kira2 satu kaki panjangnya.
Ia yang selamanya menganggap diri sendiri sebagai satu jago tanpa tanding, atau tokoh terkuat dari rimba perisijatan untuk daerah Kwitang-barat, sungguh tak pernah mimpipun dalam segebrakan saja senjatanya
telah dikutungkan musuh. Sudah barang tentu
terkejutnya bukan main, berbarengpun lantas timbul gusarnya.
Selagi hendak menerjang lawanya dengan mati2an,
tiba2 ada bayangan kecil langsing dengan kecepatan bagaikan sinar kilat melayang turun ke samping
badannya. Tangan orang itu yang kecil mungil nampak 896
merogoh sakunya kemudian melesat lagi ke tengah
udara. Gerakan yang demikian cepat itu, bagi orang2 yang menyaksikan, hanya melihat berkelebatnya bayangan merah yang datang dan pergi lagi seperti bayangan setan dan setelah bayangan merah itu melesat setinggi tujuh-delapan tombak lantas terdengar suara seseorang yang merdu "Kongcu, nyalinya naga raksaa yang sudah membeku itu sudah Yong-jie ambilkan untukmu. Untuk sementara biarlah kuserahkan kepada Kokcu, biar dia si orang tua yang menyimpan. Aku hendak pulang dulu, harap kau sendiri suka berlaku hati2 sedikit".
Suara itu kedengaran begitu nyaring dan merdunya, menggema sekian lama ditengah udara. Tentu saja hal ini sangat mengejutkan setiap orang.
Karena terjadinya peristiwa tadi terlalu mendadak, bukan hanya Lingg-houw Koancu saja yang dibikin
tercengang sampai menjublek, bahkan Lim Tiang Hong sendiri pun merasa teramat kagum atas kegesitannya gerak badan si gadis cilik yang nakal itu.
897 Selagi sekalian orang dibikin terperanjat oleh
peristiwa barusan, tiba2 dimedan pertempuran itu
terdengar suara geraman hebat.
Ternyata Ho-siu Ciat-liong menghajar Cao-sat Tojin yang coba menghalanginya hingga mulut orang ini
menyemburkan darah. Badannya mundur ter-huyung2
sampai tujuh delapan kaki, hampir saja imam itu jatuh terjengkang.
Liong-houw Koancu yang sedang gusar, kini melihat betapa Suteenya terluka parah oleh serangan orang tua itu, amarahnya menjadi lebih berkobar. Sambil
menggeram hebat diterjangnya Ho-siu Ciat-liong, orang yang mencelakakam Suteenya itu. Tangannya dipakai menyapu dan membabat. Dalam waktu sekejapan telah 12 kali serangan dilancarkannya. Disamping itu pun ia melakukan penyerangan dengan ilmu jarinya, Kan-goan Coa-cie.
Imam biadab ini dalam keadaan gusarnya,
serangannya ternyata tak boleh diremehkan begitu saja.
Ho-siu Ciat-liong yang berambut putih, pada berdiri rambut dan jenggotnya. Wajahnya yang merah seperti muka bayi itu hampir berubah menjadi biru saking
898 merahnya. Sambil keluarkan geraman hebat orang tua ini maju memapaki musuhnya.
Lantas terdengar serentetan suara beradunya dua
kekuatan, kedua pihak lantas terpental mundur dua tindak. Ho-siu Ciat-liong yang sudah bertekad bulat hendak menuntut balas kematian Ciat-ciang Kim-liong, tentu saja tidak mau sudah, Begitu didesak mundur lantas merangket maju lagi. Dengan menggunakan ilmu serangan Ngo-heng-cianghoatnya, kembali menerjang lawan.
Gelombang hebat dari kekuatan serangan tangan
orang tua ini sudah sampai pada orang yang diarahnya.
Liong-houw Koancu yang saat itu telah kehilangan
ketenangan dan kelicikannya seperti biasa. Ketika diserang oleh lawannya yg sudah nekad agaknya, tanpa menyingkir maupun berkelit disambutnya serangang
orang tua muka merah itu dengan tangan.
Untuk kedua kalinya terdengar suara nyaring dari
beradunya dua kekuatan, kembali masing2 terpental mundur dua tindak.
899 Dalam keadaan demikian tiba2 terdengar suara riuh orang mendatangi. Kawanan imam Lionghouw-koan pada lompat melesat menyerang Ho-siu Ciat-liong.
Lim Tiang Hong yang melihat itu, lantas dengan
keras membentak: "Sungguh tak tahu malu! Lekas kalian enyah dari sini!"
Setelah memasukkan lagi pedangnya, lalu kedua
tangannya nampak berputar, menyerang kawanan imam itu secara bergelombang. Dimana saja gelombang
anginnya sampai lantas terdengar suara jeritan dan dua orang yang bergerak dimuka sudah dibikin terpental olehnya sampai melesat setinggi dua tombak dan terus jatuh menggelinding kedalam tumpukan rumput untuk terus tak bangun lagi.
Lim Tiang Hong pada saat itu sudah marah benar
agaknya, setelah dapat membunuh dua musuhnya, lalu menyerang pula dengan serangannya yang terampuh.
Maka dalam waktu sekejapan, kembali beberapa orang imam telah jatuh jadi korbannya. Setelah itu lantas nampak badan anak muda itu melesat ke hadapan Cao-sat Tojin yang masih meeingkuk ditanah. Dengan
900 kecepatan bagaikan kilat disambarnya pergelangan
tangan imam itu. Cao-sat Tojin yang masih dalam keadaan terluka,
sudah barang tentu tak berani melawan, lantas
melompat maksudnya hendak menghindarkan dari
terkaman si anak muda. Tetapi jauh lebih cepat gerakan Lim Tiang Hong,
apalagi tipu serangannya, yakni Khim-liong Pat-jiauw yang luar biasa hebatnya sudah dikeluarkan, maka dalam waktu beberapa detik itu telah direnggutnya tangan imam itu.
Sambil berseru "Ho-siu Cianpwee, imam jahat ini
kuserahkan padamu. Biarlah Boanpwee yang bereskan Liong-houw Koancu"
Berbareng dengan itu didorongnya badan Cao-sat
Tojin kepada Ho-siu Ciat-liong, kemudian ia sendiri lantas menerjang Liong-houw Koancu.
Liong-houw Koancu yang sedang bertempur sengit
dengan Ho-siu Ciat-liong, tadinya telah mengira kalau orang2 Thian-cu-kauw sudah turun tangan menghalangi Lim Tiang Hong. Siapa tahu, setelah munculnya Yong-jie dan sesudah noua cilik itu berlalu lagi setelah merampas 901
nyali naga raksasa, orang2 Thian-cu-kauw itu pada lari memburu kearahnya Yong-jie lenyap. Agaknya mereka ingin mengejar nona cilik yang nakal itu. Maka pada saat itu dimedan pertempuran sudah tak kelihatan seorangpun orang2nya Thian-cu-kauw.
Dalam pada itu imam inipun melihat suteenya, Cao-
sat Tojia sudah dalam genggaman musuhnya dan Lim
Tiang Hong juga sudah menerjangnya. Maka ia sudah memikir kalau malam itu kekalahan mutlak adalah
bagiannya. Ia tak berani meneruskan pertempuran itu, maka sambil memperlihatkan wajah murung, menuding Lim Tiang Hong dan berkata dengan nada gemas:
"Malam ini kau boleh merasa bangga. Lihatlah nanti, ada satu hari akan kusuruh kau tahu sampai dimana lihaynya Liong-houw-koan!"
Sehabis berseru demikian, lantas imam itu lompat
melesat ke belakang kelenteng dan lantas menghilang.
Lim Tiang Hong juga tak mengejar, diawasinya saja imam itu berlalu sambil tersenyum menyeringai.
Tiba2 teiinganya mendengar suara geraman hebat,
lalu tedengar suara jeritan ngeri. Ketika ia berpaling, ternyata Ho-siu Ciat-liong dalam murkanya yang me-902
luap2, sudah menghajar batok kepala Cao-sat Tojin hingga otak imam itu berantakan bermandikan darahnya sendiri dan dia mati seketika itu juga! Tetapi orang tua muka merah itu juga nampak mundur ter-huyung2.
Kiranya, pada waktu Lim Tiang Hong menyerahkan
Cao-sat Tojin dengan mendorong badannya kearah Ho-siu Ciat-liong tadi, Cao-sat Tojin telah menggunakan seluruh kekuatan tenaga dalamnya menyerang pundak Ho-siu Ciat-liong dengan menggunakan ilmu jarinya Kan-goan Cao-cie. Dan orang tua muka merah itu, yang tak menduga perbuatan imam itu, telah terkena serangan telak. Untungnya kekuatan tenaga dalamnya telah
mencapai tingkat tertinggi, lagipun Cao-sat Tojin masih dalam keadaan terluka, maka serangannya itu tidak membawa akibat luka terlalu parah. Lim Tiang Hong yang baru menyaksikan belakangan Ho-siu Ciat-liong mundur ter-huyung-huyung, lantas membimbing orang tua itu sambil berkata: "Apakah Lociaopwee tidak
terluka?" Ho-siu Ciat-liong sambil ketawa getir dan
pelembungkan dada berkata: "Luka tak ada artinya ini kuanggap sepi"
903 Hakekatnya, orang tua muka merah sudah terlalu
lelah, hingga wajahnya waktu itu nampak pucat pasi.
Kalau ia masih coba berkata demikian, se-mata2 melulu untuk menutupi kekurangannya, demi nama baiknya
Thian-lam Ngo-liong. Cobalah bayangkan, Ho-siu Ciat-liong yang
merupakan tokoh kuat dari tingkatan tua, merobohkan musuhnya saja masih dibantu oleh seorang kawan muda.
Dan ia sendiri ternyata pun sampai terluka. Apabila ia mengaku terluka parah, kemana harus ditaruh mukanya"
Lim Tiang Hong mengerti jalan pikiran orang tua
itu, maka ia lantas berkata dengan suara menghibur
"Luka sudah tentu tak berarti apa2 bagi kita orang2
kang-ouw, tapi ada baiknya kalau kita berjaga-jaga"
Lalu dari dalam sakunya, dikeluarkannya lagi sebutir Soat-som wan yang lantas dimasukkan ke dalam muut orang tua itu tanpa minta permisi lagi.
"Locianpwee harap suka telan pil ini, supaya
kesehatan Locianpwee lekas pulih kembali"
Ho-siu Ciat-liong merasa sukar menolak pemberian
yang sudah dekat mulut itu maka terpaksa lalu
ditelannya juga. Dengan perasaan bersyukur orang tua 904
ini lalu ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Anak muda, sungguh hebat kau. Jauh terlebih kuat daripadaku si tua bangka ketika masih jayaku. Jikalau kau nanti ada kesempatan dan pergi ke Thian-lam, datanglah kekota Thay-lee mencari aku. Sampai disini sajalah kita berpisah dulu"
Setelah mengucapkan perkataan, orang tua itu
lompat melesat kedinding tembok kelenteng dan
sebentar saja lantas menghilang dari hadapan si anak muda.
Kedatangan Lim Tiang Hong ke Liong-houw-koan
kali ini boleh dibilang sudah menyelesaikan dua tugas sekaligus. Nyalinya naga raksasa telah dapat direbut kembali dan kematian Tiat-ciang Kim-liong pun telah dibalas. Maka setelah Ho-siu Ciat-liong berlalu ia sendiri juga lantas berangkat menuju ke kota Kui-lim.
Dikota itu ia menginap semalam, pada keesokan
paginya terus berangkat kekota Kim-Leng. ingin ia menemukan saudara tuanya yakni si Pengemis Mata Satu dan padanya ia mau minta supaya dapat dipakai tenaga orang2 dari golongan pengemis (Kay-pang) untuk
menyelidiki kejadian diselat Bu-ceng-hiap pada waktu itu 905
sebetulnya ada apa sampai Heng-thian It-ouw bisa kabur keluar lembahnya".
Apa sebenarnya yang telah terjadi diselat Bu-cenghiap" Mari kita balik kepada Henghay Kouw-loan. Malam itu, sealah ribut-mulut dengan Lim Tiang Hong,
kemudian pemuda ini berhadapan musuh2 kuat, malam itu sebenarnya si nona sudah tahu kalau Lim Tiang Hong sedang menghadapi banyak kawanan tangguh. Semula
memang maksudnya ingin mau bertempur membantu
pihak si anak muda. Tapi tidak nyana sebelum bergerak tiba2 ada serombongan orang lain yang dilihatnya lari menuju ke selat Bu-ceng-hiap.
Selat Bu-cerg-hiap yang selamanya tak pernah
didatangi orang2 kang-ouw, sudah tentu kedatangan orang2 itu sangat ganjil bagi si nona. Ia lalu mengira akan maksud jahat orang2 itu. Maka lantas
diurungkannya niat membantu Lim Tiang Hang dan dia balik lagi keselat Bu-ceng-hiap.
Ketika tiba dalam lembah benar saja di pekarangan rumah ada serombongan orang2 kang-ouw yang sedang ribut mulut dengan gurunya.
906 Yang terdiri berhadapan dengan Heng thian It-ouw
adalah seseorang tua yang ditangannya mencekal
huncwe (pipa tembako yang panjang), disamping itu masih ada beberapa laki2 berbadan tegap semuanya
dengan pakaian mereka yang ringkas. Saat itu ia dengar suara Heng-thian It-ouw yang sudah gusar agaknya
"Kalian sebenarnya siapa" Begitu berani mati nyelonong masuk ke lembahku ini" Sungguh besar nyali kalian heh!"
Orarg tua itu sambil menyedot huncwenya, telah
menjawab kata2 si nenek dengan nada mengejek: "Siapa adanya Lohu" Apa pedulimu" Aku cuma ingin tanya
padamu Lim Tiang Hong si bocah cilik itu apa pernah datang kemari" Nyali naga raksasanya yang sudah
membatu apa diberikan padamu dan kau simpan".
Heng-thian It-ouw memang ada seorang beradat
aseran serta tinggi hati. Mendengar kata2 kasar demikian serasa pengang telinganya, maka sambi! tertawa dingin lantas menjawab: "Kalau benar dia datang kau mau apa"
Dan kalau tidak bagaimana" Sekali pun nyali naga
raksasanya diberikan padaku, juga tak ada urusan
denganmu. Apa maksudmu menghendaki benda itu"!"
907 Orang tua itu lantas angkat huncwenya diketokkan
pada batu dua kali, lalu dengan sikap tenang berkata pula "Jikalau benar begitu bagaimana?"
Heng-thian It-ouw gusar. Tanpa tanyak kata lagi
dihajarnya orang tua temberang itu.
Sikakek angkat huncwe-nya, menyambuti tongkat
Heng-thian It-ouw seraya katanya: "Orang lain boleh takuti kau Heng-thian It-ouw, tapi buat Lohu. hm!, Sedikitpun kepandaianmu itu tak ada dimataku"
Sambil menyambuti serangan Heng-thian It-ouw ia
menyerang hingga dua orang tua itu melakukan
pertempuran sengit dalam jarak dekat.
Orang tua dengan huncwe sebagai senjata itu
adalah seorang aneh yang telah lama menasingkan diri di daerah perbatasan. Kepandaian dan kekuatan tenaga dalamya sudah mencapai taraf tertinggi. Jarang ia unjuk diri di dunia kang-ouw, hingga namanya tak seberapa terkenal. Munculnya ia sekali ini se-mata2 karena dipancing dan disogok orang lain. Tidaklah heran kalau Heng-thian It-ouw tidak tahu namanya itu. Dan kini mendadak bertarung, tentu ia tak bisa mendapat
kesempatan bertanya. 908 Dua tokoh sama2 aneh dan lama2 pula
mengasingkan diri dari dunia kang-ouw pada detik itu telah mengadu kekuatan satu sama lain. Tidak heran sebentar saja lalu kelihatan satu pertempuran sengit yang jarang tertampak.
Heng-thian It-ouw, meskipun orang dari golongan
kaum Hawa namun kepandaian dan kemahirannya,
hampir semua menggunakan tenaga keras. Tongkatnya yang berwarna merah begitu digerakkan, kecepatan dan kehebatan setiap serangan yang keluar dari situ tidak berada dibawah kebisaan kaum pria menggunakannya.
Sebaliknya bagi orang tua itu, betapapun hebat
serangan2nya, namun bagi Heng-thian It-ouw masih
dapat disambuti atau ditolak dengan tenang dengan tongkat panjangnya. Jarang sekali mengadu kekuatan benar2, apalagi keras lawan keras.
Henghay Kauw-loan yang barusan mendongkol
terhadap Lim Tiang Hong, kali ini mendapatkan banyak orang yang berani masuk ke tempat kediaman gurunya, seluruh kegusarannya lantas ditumplekkan ke atas
orang2 itu. Maka tatkala melihat gurunya telah ber-909
gebrak, ia sendiri lantas mencabut pedang dan
diserbunya rombongan orang kang-ouw itu.
Orang2 yang diserang secara mendadak itu,
meskipun kedatangannya bersamaan dengan si orang
tua bersenjata huncwe, tetapi sebetulnya lak ada
hubungan apapun dengan si orang tua itu. Apalagi
kepandaian mereka, tidak nempil barang sedikit dengan si orang tua. Tatkala Henghay Kouw-loan menyerbu, mereka lantas hunus senjata masing2 dan mengepung gadis itu.
Henghay Kouw-loan yang kepandaiannya dapat
direndengi dengan orang2 kelas satu, sudah tentu
istimewa gerak tipu2nya. Dalam gusarnya lebih2, pedang di tangannya diputarkan sedemikian rupa hingga dalam waktu pendek suara jeritan memilukan terdengar berkali2 saling susul, darah merah nampak berhamburan.
Ternyata pedangnya sudah mengambil beberapa orang korban.
Orang tua yang bersenjata pipa itu dengan Heng
thian It-ouw sebetulnya merupakan tandingan sama kuat sama teguh. Mungkin karena pengaruh suara jeritan orang2 diluar kalangan mereka, maka agak sedikit
910 lengah dia. Kesempatan ini digunakan oleh Heng-thian It-ouw untuk menyerang makin gencar dan memaksa si orang tua mundur berkali2.
Pada saat itu dimulut lembah tiba2 terdengar suara siulan. Si orang tua itu mendadak putar senjata pipanya, dengan cepat membalas menyerang si nenek, kemudian ia juga keluarkan siulan panjang, badannya lalu melesat tinggi dan terus loncat mundur ke mulut lembah.
Heng-thian It-ouw yang beradat tinggi tak mau
membiarkan orang luar menginjak tempat kediamannya.
Ketika melihat orang tua itu hendak kabur, dengan murkanya lantas berseru: "Setan tua! Apa kau masih pikir ingin mabur?"
Lalu sambil putar tongkatnya lantas mengejar
kemulut lembah. Serombongan orang kang-ouw yang bertempur
dengan Henghay Kouw-loan, begitu mendengar suara
siulan dari mulut lembah, juga segera tarik mundur diri mereka dan mundur ke mulut lembah.
Henghay Kouw-loan yang kuatirkan keselamatan
gurunya, tidak mengejar orang2 itu sebaliknya mengikuti jejak suhunya.
911 Akan tetapi kecepatan kakinya tidak dapat
menandingi jejak suhunya. Belum sampai seratus
tombak, sudah tak kelihatan bayangan gurunya itu lagi.
Diteruskan pengejarannya menuruti hatinya masih tak dapat menyandak orang2 yang dikejar. Dalam hati mulai timbul bimbang. Tak tahu ia, meneruskan mengejar atau balik, lagi kemulut lembahkah" Selagi dalam keadaan demikian mendadak terdengar suara orang ketawa riuh.
Lalu disitu muncul serombongan orang2 kang-ouw yang berbaju pendek dan ceiana pendek. Sambil cengar cengir aneh orang2 itu berkata: "Budak! Apa kau mau cari gurumu" Sekarang ini barangkali ia sudah menghadap Giam-lo-ong"
Dengan alis berdiri Henghay Kouw-lonn
membentak: "Kentut! Kalau berani sekali lagi kau
mengaco belo, awas! Aku menghendaki jiwa kalian"
Seorang laki2 wajah hitam yang penuh2 tanda
bacokan golok dimukanya tiba2 maju dua langkah,
sambil ketawa ceriwis berkata: "Nona manis, tuan2mu sekalian ini tidak bergurau dengan nona manis. Malam ini sungguh benar gurumu itu sudah masuk jebakan kami.
Jiwanya telah melayang, itu sudahlah pasti. Sekarang 912
tuan2mu tidak akan menyusahkan satu nona manis,
cuma nona manis suka mengawani kami ber-senang2, itu saja sudah cukup. Ha. ha, ha...."
Henghay Kouw-loan gusar bukan main. Lantas
ditarik keluar pedangnya. Dengan beruntun ia
melancarkan serangan kedirinya laki2 ceriwis tadi.
Ilmu pedang Bu-ceng-hiap sudah amat terkenal
kemahirannya dalam dunia kang-ouw. Sekarang
dilakukan dalam keadaan gusar, sudah terang ganas dan cepatnya melebihi kebiasaan se-hari2.
Selagi orang laki2 itu mundur delapan kaki,
Henghay Kouw-loan yang menguatirkan keselamatan
gurunya, lantas melesat meninggalkan mereka.
Tetapi rombongan laki2 itu tidak cuma sebegitu
jumlahnya. Dipelosok lain telah bersembunyi lain
rombongan, sudah tentu mereka tak mau memberi
kesempatan Henghay-Kouw-loan melarikan diri karena mereka membawa maksud tertentu. Mereka yang
dibelakangpun telah bergerak serentak dan didesaknya terus si nona balik kembali ke tempat tadi.
Henghay Kouw-loan sambil lintangkan pedangnya
membentak dengan suara gusar: "Kalian sebetulnya
913 orang2 apa" Dan apa maksud kalian menghalangi jalan nonamu?"
Seorang laki2 kurus berwajah tirus lantas menjawab sambil ketawa cekikikan: "Heng-thian It-ouw saat ini sudah melayang jiwanya. Kami dengan maksud baik
ingin mengawani nona bermain sebab kami kuatir kalau nona memaksakan diri pergi mengejar, sudah tentu akan mengantarkan jiwa secara cuma2. Buat Heng-thian It-ouw si nenek jelek itu, memang seharusnya atau sudah waktunya masuk dalam peti mati. Orang sudah tua itu tak menjadi soal. Tapi kau nona manis, kau yang masih muda belia dan cantik bagaikan kembang baru mekar ditaman, jikalau sampai ikut2an guru tuamu berkorban, sebetulnya sangat sayang"
Henghay Kouw-loan gusar sekali. Dengan suaranya
yang nyaring lantas nona ini berseru: "Ngaco belo!"
Berbareng lalu menyerang dengan pedangnya.
Laki2 kurus wajah tirus itu berubah air mukanya Ia putar tangannya memapaki serangan Henghay Kow.loan yang datang tiba2, kemudian balas menyerang.
Beberapa orang2 itu kesemuanya merupakan
tokoh2 pilihan dari dunia kang-ouw. Dan laki2 kurus itu 914
begitu bertempur dengan Henghay Kouw-loan, yang
lainnya juga segera turut menyerbu hingga si nona terkurung di tengah-tengah.
Henghay Kouw-loan merasa cemas berbareng
sengit. Seluruh kepandaiannya lantas dikeluarkan semua, pedangnya diputar laksana titiran, hampir setiap
serangannya dilakukan secara ganas. Tapi, betapapun hebatnya serangannya, masih tetap belum mampu
pecahkan kepungan kepungan mereka. Tapi rombongan orang2 itu nampaknya mengandung maksud tertentu,
sebab kecuali mengurung dengan rapat, mereka tidak mau turun tangan keji.
10 jurus, 20 jurus, telah berlalu....
Dalam waktu sekejapan saja, kedua pihak sudah
bertempur hampir seratus jurus. Dalam pertempuran secara demikan, yang rugi sudah tentu pihaknya
Henghay Kouw-loan, sebab dengan seorang diri ia harus melawan musuh yang jumlahnya lebih banyak sudah
tentu per-lahan2 tenaganya mulai habis dan serangannya mulai kendor dan tidak sebegitu ganas seperti semula.
Apalagi Henghay Kouw-loan berkelahi sambii
memikirkan nasib suhunya. Itupun merupakan faktor 915
pula bagi perhitungan untuk ruginya orang kang-ouw, hingga Sama kelamaan keadaannya mulai payah.
Setelah bertempur sekian jam lamanya, keadaan
Henghay Kouw-loan semakin sulit. Tetapi tidak mau menyerah mentah2 dia,
Ia melawan mati2an dengan pengharapan gurunya
bisa lekas2 balik dan memberi pertolongan.
Sedangkan dipihak musuh2nya, karena mereka
mengandung maksud tertentu, ketika melihat keadaan Henghay Kouw-loan sudah mulai payah, mereka makin rapat menyerang dan makin gencar serangan2
dilancarkan, sedikit pun tak memberi ketika nona itu bernapas hingga dengan tak adanya kesempatan balas menyerang, ia keripuhan juga.
Meskipun sangat mendongkol, tetapi apa dayanya"
Maka perasaan pilu dihati nona itu lantas timbul, diam2
lantas berpikir: "Melihat keadaan ini barangkali suhu benar2 sudah jatuh atau dicelakakan mereka. Dan
orang2 ini yang rupanya mengandung maksud tak baik, malam ini rupanya sulit untukku lolos dari mereka.
Memikir sampai disitu Henghay Kouw-loan lalu
menghela napas. Agaknya sudah putus asa dia,
916 anggapnya malam itu adalah malam penghabisan
baginya dan suhunya. Dalam keadaan sangat kritis itu ia sudah ingin
membunuh diri saja. Sebab ia merasa hanya dengan
jaian bunuh diri baru dapat mempertahankan
kesuciannya. Jikalau ia nanti sudah kehabisan tenaga dan benar2 terjatuh dalam tangan kawanan orang2 jahat itu, sudah tentu akan menderita kenistaan yang sangat hebat. Pendeknya pikiran Henghay Kouw-loan pada saat iiu sudah terlalu kalut sekali. Dalam pada itu tiba2
terbayang satu wajah jakap gagah, Lim Tiang Hong.
Bukankah pemuda itu juga sedang bertempur dengan
musuh2nya yang kuat" Kini timbul harapan baru,
mendoakan agar cepat Lim Tiang Hong dapat
melepaskan diri dan menolongnya. Oleh karenanya maka timbul pengharapan baru baginya. Ia mengharap supaya Lim Tiang Hong dalam saat2 begitu bisa muncul secara tiba2 dan memberi pertolongan kepadanya.
(dw-kz) 917 Jilid ke 10 Pengaruh cinta jauh lebih besar daripada segala
perasaan apapun. Henghay Kouw-loan yang pada itu
sudah jatuh cinta pada anak muda itu. Begitu
mengingatnya, semangatnya bangun kembali. Pedang
ditangannya bergerak lagi sangat hebat.
Pihak lawannya semula sudah menganggap si nona
bagai burung dalam kurungan yang akan dapat
ditangkap dengan mudah. Sungguh tak pernah mereka pikir kalau dalam keadaan setengah tak bernapas itu Henghay Kouw-loan bisa mengadakan serangan
membalas. Oleh karenanya maka hampir saja lolos nona itu dari kepungan.
Tetapi rombongan orang2 itu kebanyakan
merupakan orang2 kang-ouw yang sudah banyak
pengalaman, maka perubahan cepat itu dapat
dihadapinya dengan tenang. Dengan demikian Henghay Kouw-loan sebentar kemudian lantas terkurung lagi dengan rapat dan kini tak mungkin lagi baginya keluar lagi dari kepungan yang bertambah rapat itu.
Melihat keadaan demikian Henghay Kouw-loan
dalam hatinya berkata sendiri sambil menarik napas 918
panjang: "Suhu, muridmu sudah kehabisan tenaga. Aku tak mau sampai kau si orang tua kehilangan muka,
sekarang aku hendak pergi.... Adik Hong, encimu sangat menyesal sekali, barusan tak saharusnya aku tanpa sebab menyalahkan kau. Tapi encimu biar bagaimana akas menjaga kesucian dirinya. biarlah dilain penitisan kita bertemu lagi...."
Dalam putus asa dan sedihnya, pedang si nona
sudah hendak menggorok lehernya sendiri....
Tiba2 dari luar medan pertempuran terdengar suara orang membentak "Enci, jangan bingung. Adikmu Lim Tiang Hong sudah datang...."
Lalu sesosok bayangan orang cepat bagaikan kilat
meluncur turun kedalam medan pertempuran. Dengan
beberapa kali mengeluarkan serangan orang2 yang
mengepung Henghay Kouw-loan tadi sebentaran saja
lelah dibikin kocar kacir.
Rombongan orang2 itu agaknya takut benar
terhadap anak muda yang baru datang ini, sebab begitu sampai mereka pada berseru dan kabur sipat kuping.
Orang itu ketika melihat rombongan orang2 itu
sudah pada kabur, segera maju dan mencekal tangannya 919
Henghay Kouw-loan, lalu dipeluknya nona yang sudah lemas itu dan berkata: "Siauwtee karena terlambat sedetik saja, hampir membuat enci celaka oleh mereka.
Apa enci tidak terluka?"
Henghay Kouw-loan setelah bertempur hampir tiga
jam lamanya, tenaganya sudah habis sama sekali. Kala itu karena pergharapan satu2nya cuma pada Lim Tiang Hong, ia masih bertahan terus melawan musuh2nya. Dan kini setelah melihat pemuda idamannya itu muncul tiba2, turun tangan begitu tangkasnya membubarkan orang2
yang mengepung dirinya, lantas susupkan kepalanya dalam dada anak muda itu. Dia pingsan....
Diwajah orang itu nampak senyuman iblisnya.
Dengan cepat dibawa lari nona itu dan terus lari dan lari.
Sampai disuatu kelenteng tua barulah berhenti ia
ber-lari2. Kelenteng tua itu tak ada penghuninya, tetapi disitu keadaannya ada sangat bersih. Orang itu letakkan dirinya Henghay Kouw-loan keatas pembaringan,
kemudian diserbu secara kalap.
Henghay Kouw-loan dalam keadaan tak ingat diri,
tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya.
Sewaktu membuka mata dan siuman, baru merasa ada
920 kejadian tidak beres atas dirinya. Sedang disitu tampak
"adik Hong"-nya tengah memeluk dirinya. Anak muda ini mengawasi wajah nona dihadapannya dengan senyuman puas. Heran, sikapnya memperlihatkan tingkah ceriwia, tidak seperti biasanya se-hari2.
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Bukan kepalang kagetnya si nona "Adik Hong,
kau...!" Lalu didorongnya anak muda itu dari pelukannya,
tapi orang itu malah maju dan memeluknya lagi semakin kencang.
Henghay Kouw-loan sebetulnya memang telah jatuh
cinta pada anak muda di hadapannya. Maka hari itu, setelah ditolong dari bahaya, sudah bersyukur bukan main. Dan sekarang, ketika melihat tingkah laku anak muda itu yang seperti srigala kelaparan, meski dalam hati merasa tidak senang, tetapi biar bagaimana orang di hadapannya itu tetap adalah pemuda idamannya.
Sekarang, setelah nasi sudah jadi bubur, apa gunanya menolak lagi"
Setelah agak bimbang sejenak, dapat juga hatinya
dipengaruhi oleh rasa simpatiknya. Maka ia lantas balas 921
memeluk, dan berkata: "Adik Hong, dengan cara begini rasanya kurang pantas. Ahhh... kau benar2 keterlaluan"
Dengan cara demikian, dua mahluk itu menjadi lupa daratan dan akhirnya Henghay Kouw-loan dalam
kelelahannya telah tertidur.
Ketika ia mendusin, "adik Hong"nya ternyata sudah tiada, entah kapan ia sudah ditinggalkan dalam keadaan demikian.
Heng hay Kouw-loan kini merasa kaget dan gusar,
hatinya menyesal. Sungguh tak dinyana kalau "adik Hong" nya Itu ada satu pemuda pemogoran. Mengapa
menggunakan waktu selagi orang dalam keadaan tak
berdaya mengambil kesuciannya" Kini dengan begitu saja ditinggalkannya, maka meskipun nona ini cinta sekali pada si pemuda meski sudah rela ia mengorbankan se-gala2nya untuk kekasih itu, tetapi dengan
perbuatannya yang bejad moral itu, biar bagaimana masih harus diselesaikan juga.
Ketika melihat keadaan cuaca, ternyata hari sudah mulai sore. Maka dengan tindakan lesu setelah
mengenakan pakaiannya ia balik ke lembah Bu-ceng-
hiap. Ia masih mengharap suhunya pada waktu itu sudah 922
kembali dalam keadaan selamat. Siapa tahu begitu
sampai di rumah gurunya, Heng-thian It-ouw itu nenek ternyata belum kembali. Maka dalam hatinya lantas berpikir: "Apa benarkah suhu telah mereka celakakan?"
Dengan pikiran tak keruan seorang diri ia kembali keluar dari dalam rumah, berjalan dengan langkah
bearah mana semalam ia melayani musuh2nya. Ia
mencari dengan teliti, namun tak menemukan bekas2
apapun juga. Setelah berpikir sejenak, dalam soal ini lebih baik mencari Lim Tiang Hong atau "suami"-nya lebih dulu. Dan kemudian mengajak pemuda itu bersama2 pergi mencari suhunya.
Karena Heng-thian It-ouw adalah isterinya Bu-ceng Kiam-khek itu juga berarti ia menjadi sumoay Lim Tiang Hong. Sudah barang tentu anak muda itu tak berani menolak permintaannya, lagi pula ia sendiri dengan Lim Tiang Hong, setelah terjadinya kejadian semalam itu, berarti sudah menjadi suami isteri. Maka seharusnya ia lekas mencari anak muda itu untuk merundingkan soal selanjutnya.
923 Mengingat lagi kejadian semalam, wajahnya merah
seketika. Dengan pikiran kalut nona itu terus jalan dan jalan mencari Lim Tiang Hong. Menurut dugaannya, Lim Tiang Hong pada waktu itu mungkin sudah berada
dirumah Sin-soan Cu-kat pergi menemui Siauw Yan.
(dw-kz) Bab 24 SEKARANG mari kita lihat Lim Tiang Hong.
Setibanya pemuda ini kekota Kim-leng, terus
dicarinya rumah Sin-soan Cu-kat.
Sejak meninggalnya Heng-lim Cun-loan, rumah Sin-
soan Cu-kat lantas menjadi tempat berkumpulnya orang2
golongan baik2. Banyak tokoh2 kang-ouw asal orang baik2 yang datang ke kota Kim-leng kebanyakan
menginap dirumah orang pandai itu. Dan ketika Lim Tiang Hong tiba di rumahnya, Sin-soan Cu-kat dilihatnya sedang minum2 arak dengan si Pengemis Mata Satu.
Dua orang tua itu ketika melihat Lim Tiang Hong
muncul, lantas pada balik mata dan ketawa ter-bahak2
"Lotee," kata mereka hampir berbareng, "Kau benar2
hebat. Lembah Hong-hong-kok yang menjadi buah
924 impian banyak orang jahat ternyata telah kau kunjungi, malah sudah berhasil mendapatkan nyali naganya yang sudah jadi batu itu. Penemuan ajaib ini benar2 bisa membuat kami orang tua bangka pada mengiri"
Lim Tiang Hong bersenyum "Semua ini karena
bantuan jiwi Locianpwee sampai boanpwee bisa
menemukan benda ajaib itu" demikian Lim Tiang Hong berkata merendah.
Ketika orang itu selagi enak2nya bicara sambil
ketawa2, Yan-jie mendadak lari masuk sambi! ber-
lompat2an. Nona ini terus lari kedepan Lim Tiang Hong dan berkata dengan nada gembira: "Engko Hong, kenapa hari ini baru kau datang?"
Lim Tiang Tiang Hong memegang tangna nona itu
berkata sambil ketawa getir: "Susah dibicarakan...."
Dalam pada itu tiba2 mata Lim Tiang Hong dapat
melihat mata Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu mengawasinya sambil ketawa2. Maka wajahnya berubah merah seketika dan buru2 menghampiri si Pengemis
Mata Satu. 925 Si Pengemis Mata Satu malah ketawa ter-bahak2
dan berkata: "Mari kita habiskan dulu arak dalam cawan ini"
Setelah itu ia sendiri lantas menghirup araknya
sendiri. Dan Lim Tiang Hong meski tak biasa minum, terpaksa juga mengawani orang tua itu menenggak arak.
Pada saat itu Yan-jie yang sudah tidak sabaran
agaknya, lantas buka mulut lagi "Engko Hong" katanya
"Kau pergi mengantar surat kenapa begitu lama, sampai dua bulan sekarang baru balik lagi" Ada soal2 apakah dijalanan yang bisa melambatkan urusanmu?"
Melihat perhatian nona cilik itu atas dirinya, Lim Tiang Hong bercekat dalam hati. Sebab sejak ia
mengetahui mempunyai tunangan, yakni ketika bertemu dengan Yu-kok Oey-eng, terhadap kawan2 wanitanya
selalu ia berlaku dengan hati2 sekali. Sekalipun ia masih belum tahu jelas apakah Yu-kok Oey-eng itu benar2
tunangannya atau bukan, akan tetapi tak boleh tidak ia merasa perlu kalau ber-hati2 juga.
Ketika ditanya oleh Yan-jie, sambil gelengkan
kepala ia menjawab: "Sungguh panjang kalau mau
diceritakan...." 926 Kemudian ia lantas menceritakan dengan singkat
semua pengalaman dalam perjalanannya.
Si Pengemis Mata Satu nampak garuk2 kepalanya yang tak gatal, setelah kerutkan kening lama juga, baru berkata: "Ini sungguh aneh. Kepandaian Heng-thian It-ouw kutahu benar tingginya. Kenapa sampai ada orang yang berani menyerbu tempat kediamannya" Aku pikir dalam urusan ini tentu ada terselip apa2. Menurut penglihatanku, urusan itu kebanyakan ada hubungannya dengan benda pusakamu, nyali naga pusaka yang sudah jadi batu itu"
Lim Tiang Hong juga menganggap demikian, maka
dengan suara cemas buru2 berkata lagi "Jika cuma
lantaran itu sampai dia si orang tua mendapat
kecelakaan, aku sungguh tak enak terhadap perguruanku sendiri"
Sin-soan Cu-kat lalu berkata sambil goyang2kan
kepalanya: "Karena semua sudah jadi begitu, kau juga tak perlu terlalu gelisah. Menurut pandanganku, sedikit keruwetan meski akan ada, tak nanti bisa sampai orang tua itu ketemu bahaya. Untuk tahun2 belakangan ini, 927
orang yang mampu menggulingkan Heng-thian It-ouw
hanya sedikit saja" Lim Tiang Hong meskipun dalam hati merasa
perkataan orang pandai itu beralasan cukup kuat, tapi biar bagaimana hatinya masih merasa tidak tenteram, hingga untuk sesaat lamanya keadaan hening.
Tiba2 Sin-soan Cu-kat pentang lebar matanya,
dengan suara berat membentak: "Sahabat dari mana
yang datang berkunjung" Mengapa tidak mau turun"
Dengan caramu seperti maling itu jangan sesalkan kalau nanti aku Sin-soan Cu-kat berbuat tak pantas membalas perbuatanmu"
Setelah itu lalu berkelebat bayangan hijau, seorang wanita dengan pakaian ringkas warna hijau sudah
melayang masuk dari atas genting.
Yan-jie lantas mengenali orang yang baru datang
itu, karena pernah sekali ia dimintai keterangan oleh orang itu yang menanyakan Lim Tiang Hong. Maka saat itu ia lalu membentak orang tu: "Aku siang2 sudah tahu kau bukan orang baik2. Hari ini kau datang lagi, mencari kabar apa lagikah"
928 Orang yang baru tiba itu ternyata adalah Henghay
Kouw-loan Ia sudah tidak seperti dahulu lagi, anggapnya itu sudah menjadi isteri Lim Tiang Hong, buat apa malu2
lagi. Dan kini, ketika datang2 melihat Yan-jie begitu kasar dan mengejeknya, sudah tentu agak gusar hatinya.
Seketika itu juga dengan suara dingin menjawab kata2
Yan-jie: "Kau jangan coba berlagak. Apa kau kira
perbuatanmu sendiri pantas dipandang mata?"
Yan-jie tadi telah menyambut kedatangan Henghay
Kow-loan dengan sikap kasar, adapun sebabnya karena ia telah salah paham. Anggapnya nona yang baru datang itu segolongan dengan Im-san Mo-lie, yang datang untuk mencari kabar. Tidak nyana Henghay Kow-loan barbalik demikian mengejeknya, maka cemas juga hatinya,
berbarengpun agak mendongkol. Dan setelah
mengucapkan perkataan "Kau ngaco belo..." lantas
menerjang dan mencakar wajah wanita baju hijau itu.
Henghay Kouw-loan yang saat itu sedang berada
dalam keadaan kesal dan mendongkol, maka ketika
diterjang oleh Yan-jie, dengan alis berdiri menyerang dengan tangannya, mengarah jalan darah Ciok-tie-hiat di badan Yan-jie.
929 Lim Tiang Hong pada saat itu tahu2 sudah menyela
sama tengah sambil berseru: "Jangan salah mengerti.
Semua ada orang sendiri!"
Yan-jie lantas melotot sambil monyongkan
mulutnya "Siapa kata dia orangmu sendiri?"
Pada saat itu si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan
Cu-kat sudah pada memburu. Sin-soan Cu-kat menarik tangan Yan-jie, sedlang si Pengemis Mata Satu
menghadang depan Henghay Kouw-loan.
Lim Tiang Hong lantas memperkenalkan siapa
adanya nona itu. Ia mengira setelah diperkenalkan satu sama lain, tentu kesalahpahaman tadi bisa dibikin habis dengan cepat. Tapi tak tahunya kesalah-pahaman itu selamanya takkan habis karena diantara kedua wanita muda itu bukan berebut apa2, hanya ingin merebut cinta dan hati anak muda itu. Dalam hal ini Lim Tiang Hong sendiri masih seperti berada dalam kegelapan. Sedikitpun ia tak tahu kalau dua wanita itu diam2 mencintainya.
Sebaliknya bagi Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis
Mata Satu dua tokoh kang-ouw kawakan ini sudah lantas mengerti duduknya hal.
930 Setelah semua turun tangan, dua wanita itu
akhirnya tidak jadi berkelahi. Tetapi toh masih pada mendendam dalam hatinya. Siapapun tidak mau
membuka mulut untuk saling tegur. Mendongkol sekali mereka agaknya.
Lim Tiang Hong merasa suasana seperti sudah
panas, maka sengaja ia mengalihkan pembicaraan kelain soal. Sambil ketawa ditegurnya Henghay Kouw-loan "Enci Kouw-loan, malam itu di lembah Bu-ceng-hiap sebetulnya telah terjadi urusan apa?"
"Kau sendirikan ada disana apa tak tahu?" demikian jawab Henghay Kouw-loan ketus.
Lim Tiang Hong dengan mata membelalak tajam
berkata pula: "Aku benar2 tak tahu semula aku
dikerubuti oleh imam2 Lionghouw-koan dan setelah
berhasil pukul mundur mereka aku terus balik ke lembah, tapi sudah tak melihat bayangan kalian murid dan
guru...." "Dan selanjutnya?"
"Selanjutnya aku tidak berhasil menemukan kalian, lantas pergi ke lembah Loan-phiauw-kok maksudku ingin menolong ibuku yang dikabarkan dibekuk mereka"
931 "Perkataanmu ini kepada siapa kau tujukan?"
"Kepadamu tentunya. enci"
"Phui!..." Henghay Kouw-loan mendadak
membuang ludah dan sambil menuding mukanya Lim
Tiang Hong berkata "Kau berani kata juga malam itu kau tidak melihatku?" Dan mukanya lantas merah membara.
"Benar2 aku mencari kau sekian lama, tapi tak
pernah menemukan jejakmu" demikian Lim Tiang Hong dengan wajah kebingungan berkata.
"Kalau begitu ketika aku ditengah jalan ketemu
dengan musuh2 kuat siapa yang menolongku" Dan
selanjutnya.... selanjutnya...."
Berkata sampai disitu, agaknya sukar ingin
mengucapkan yang selanjutnya, parasnya terlebih merah lagi.
Lim Tiang Hong tidak tahu perkataan apa yang
ingin diucapkan nona itu selanjutnya. Dengan wajah minta keterangan ia berkata lagi: "Setelah aku berlalu dari selat Bu-ceng-hiap aku terus ke lembah Loan-phiauw-kok. Di tengah jalan sama sekali belum pernah menolongmu enci"
932 Henghay Kouw-loan melihat Lim Tiang Hong
mungkir malam itu tak pernah melihatnya tentu saja jadi kalap. Hampir saja karena satu jawaban yang
belakangan ini air matanya mengucur keluar.
Dimata orang lain pertengkaran secara demikian
sebetulnya kelihatan terlalu berlebih-lebihan. Tetapi Henghay Kouw-loan sendiri anggap itu penting sekali.
Sebab dengan mungkirnya Lim Tiang Hong dengan
perbuatannya malam itu, tak ubahnya seperti hendak melepaskan tanggung jawabnya dari semua peristiwa di dalam kelenteng tua yang sudah mengorbankan
kesuciannya. Dengan demikian bukankah berarti bahwa kehidupannya selanjutnya akan ditutup habis begitu saja" Maka seketika itu sambil kepalkan tangannya lantas berkata: "Lim Tiang Hong! Mari ikut padaku! Aku ada urusan penting sekali yang ingin dibicarakan dibawah dua pasang mata...."
Dan tanpa berkata apapun lagi kepada yang lain,
nona itu terus lari keluar dengan hati panas sekai.
Lim Tiang Hong terpaksa mengikuti kemauannya.
lari mengikuti di belakang nona itu terus keluar kota.
933 Tiba disuatu tempat yang sunyi, Henghay Kon-loan
tiba2 berhenti. Setelah berdiri berhadapan dengan Lim Tiang Hong
nona itu terus berkata sambil gatrukkan kakinya, "Kau sungguh kejam"
Nona itu lantas mendekap mukanya dan menangis
ter-sedu2. Lim Tiang Hong tahu, selama berkelana di dunia
kang-ouw nona ini berkelana seorang diri hingga menjadi orang kosen yang jarang ada yang menandingi. Ia heran kali ini, kelihatan si nona begitu lemas lesu dan sebentar2 mengucurkan air mata. Bermula sangkanya kelakuan si nona disebabkan karena suhunya belum juga diketahui jejaknya. Maka ia lantas meng-usap2 pundak si nona berkata dengan suara lemah lembut "Enci Kouw-loan, kau jangan salah paham. Di selat Bu-ceng-hiap ada terjadi urusan, buat aku biar bagaimana tak dapat mengelakkan tugasku. Kedatanganku ke daerah Kang-lam ini adalah untuk mencari si Pengemis Mata Satu sekalian untuk merundingkan bagaimana kita harus
bertindak lebih jauh. Sebaiknya berlaku tenanglah enci, 934
suhumu sudah mencapai taraf tertinggi dalam ilmunya, tidak nanti bisa ketemu bahaya"
Dan masih pemuda itu mengira bahwa
perkataannya yang diucapkan dengan sikap sungguh2 itu akan dapat meredakan hatinya. Siapa tahu semakin lama mengeluarkan suara, semakin nyaring suara tangis nona itu. Dan tiba2 si nona berkata dengan suara keras:
"Tidak usah kata2 yang muluk2. Aku cuma mau tanya satu. Perbuatanmu dalam kelenteng tua itu mau kau akui atau tidak?"
"Aku berbuat apa dalam kelenteng tua?" menanya
Lim Tiang Hong dengan sikap kebingungan.
Henghay Kouw-loan yang melihat tetap Lim Tiang
Hong mengatakan tidak tahu semua urusan, membuat
hatinya semakin panas. Dengan kalap ditariknya
pedangnya sampai berbunyi mengaung, dan sambil
menudingkan pedang itu kemuka Lim Tiang Hong
berkata: "Semula aku masih anggap kau orang baik2.
Tidak nyana perbuatanmu lebih dari binatang. Kau
sesudah menggunakan kesempatan selagi aku kehabisan tenaga mencemarkan kesucianku, sekarang ternyata kau mungkir terus! Hari ini kalau kau tidak memberi
935 penjelasan padaku, antara kau dan aku jangan harap bisa hidup berdua2. Kau mati atau aku mampus!"
Lim Tiang Hong yang mendengar kata
"mencemarkan kesucian" itu, bukan kepalang kagetnya.
Dengan wajah penuh rasa ingin tahu berkata lagi
"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu" Benar2 aku tak pernah berbuat. Itu pasti adalah perbuatan lain orang yang menyaru sebagai aku. Dan... sekarang bagaimana dengan urusan ini?"
Henghay Kouw-loan sudah barang tentu tak mau
percaya omongan si anak muda. Sambil ketawa dingin lalu berkata: "Mataku tidak buta! Aku tak mungkin bisa salah lihat orang. Jangan main gilalah. Sekali lagi kutanya, mau tidak kau pertanggung jawab kan
perbuatanmu itu?" Bagi seorang wanita, jikalau keadaan tidak
terlampau mendesak, tidak nanti mengeluarkan kata2
kasar atau membentak. Apalagi terhadap orang yang
"dimauinya". Akan tetapi Lim Tiang Hong yang benar2
memang tak pernah merasa melakukan perbuatannya,
dikatakan nona itu, tentu saja tak mau mengaku. Maka ia lalu berkata setelah menarik napas panjang "Enci Kow-936
loan, mohon kau suka percaya keteranganku. Bisakah kau percaya aku semacam orang yang kau katakan"
Dalam hal ini pasti ada sebab lain. Mungkin.... akh!
Barang kali ada orang yang menyaru Lim Tiang Hong lagi"
"Menyaru" Menyaru katamu" Dalam soal lainnya
masih boleh kau kata begitu tapi kalau benar2 ada seseorang menyaru dirimu berbuat tidak patut
terhadapku, Henghay Kouw-loan, maka itu berarti
habislah harapanku untuk hidup...."
Dalam cemasnya kembali Henghay Kouw-loan
mengisak tangis dan ter-sedu2. Rupanya sudah tidak bisa berbuat apa2 lagi nona ini, hanya timbul satu harapan, apabila benar ada orang yang menyaru sebagai Lim Tiang Hong, ia berharap Lim Tiang Hong suka
menjelaskan. Sebab jikalau tidak, bagaimana ia
dikemudian hari bisa menemui orang"
Maka dengan secara kalap nona ini maju dua
tindak. Setelah mencekal lengan Lim Tiang Hong, sambil menangis me-raung2 berkata: "Apa benar kau begini kejam?"
937 "Kau adalah Suciku, tidak nanti aku berani
melanggar ujung rambutmu. Perbuatan itu benar2 bukan aku yang melakukan. Jikalau kau tetap tak percaya, aku boleh bersumpah dihadapanmu kepada Tuhan" Lim
Tiang Hong membersihkan dirinya.
Heng-hay Kouw-loan pikirannya sudah kalut betul2, tiba2 berteriak seperti lakunya orang gila.
Lim Tiang Hong yang melihat tingkah laku Sucinya
yang begitu sedih, mengetahui kalau saat itu kakak seperguruannya itu telah tertekan hebat batinnya, hingga pikirannya jadi berubah. Maka ia buru2 maju dan berkata sambil tarik lengan baju si nona: "Enci kow-loan, harap kau suka berlaku tenang. Urusan sudah terjadi, seperti nasi sudah jadi bubur, lebih baik kita dayakan dengan lain akal, kita cari dulu orang itu dan nanti kita bicara lagi"
Henghay Kow-loan mendadak berhenti ketawa dan
mangangkat pedangnya menyerang Lim Tiang Hong
secara orang kalap. Serangan yang dilakukan secara tiba2 itu, dimana
Lim Tiang Hong sama sekali tak berjaga-jaga. Hampir2
pemuda itu celaka. Saat itu pedang Hong-hay Kouw-loan 938
sudah datang begitu dekat. Nona beringas seperti
keranjingan setan, maka serangannya itu tak segan2 lagi rupanya. Tapi dasar jago tanpa tandingan, dalam si tuasi begitu kejepit, ia masih dapat menghindari serangan Heng-Kouw-loan.
Lim Tiang Hong setelah dapat mengelakkan setiap
serangan dengan ilmu mengentengi tubuhnya yang telah sempurna, terus menerus mencoba meredakan
kekalapannya nona itu. Akan tetapi biar pecah
tenggorokannya barangkali Henghay Kouw-loan tak mau mengerti. Makin lama makin ganas serangannya.
Pada saat itu mendadak muncul satu bayangan
orang, yang dengan cepat mengulurkan tangannya
menyampok pedang Heng-hay Kow-loan dan berkata
dengan suara keras: "Nona! Tahan dulu serangan! Ada urusan apapun, harus dirundingkan dengan pikiran
dingin" Ketika Henghay Kouw-loan menengok, yang
menghalangi tangannya itu ternyata adalah si Pengemis Mata Satu. Tiba2 si nona tancapkan pedangnya yang tersampok tadi ke tanah dan mendadak ia telah ketawa ber-gelak2.
939 Pengemis Mata Satu mengawasi Lim Tiang Hong.
Selagi hendak menanya apa sebetulnya yang telah
terjadi, Henghay Kouw-loan sudah putar tubuh dan lari kabur.....
Lim Tiang Hong semula tercengang. Dan ketika
mendusin Henghay Kouw-loan sudah lari jauh, lantas dengan suara cemas berkata: "Lekas kejar! Lekas kejar nona yang sudah kalut pikiraannya itu. Dengan ia
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
sendirian, nanti bisa terjadi apa2 yang tidak kita inginkan"
Sambil menarik tangan si Pengemis Mata Satu Lim
Tiang Hong pikir hendak coba mengejar.
Tetapi pada saat itu Henghay Kouw-loan ternyata
sudah tak kelihatan mata hidungnya lagi.
Dua orang itu pasang mata mengawasi keadaan
sekitar tempat itu, masih tidak kelihatan jejak Henghay Kouw-loan. Maki Lim Tiang Hong dengan keheranan
berkata: "Ha, ini begitu aneh. Kenapa sebentar saja sudah hilang?"
Si Pengemis Mata Satu garuk2 kepalanya, dengan
perasaan ter-heran2 pula menanya Lim Tiang Hong:
"Kalian berdua sebetulnya tadi meributi urusan apa sih?"
940 Lim Tiang Hong geleng2kan kepala, lalu berkata
setelah menarik napas panjang: "Lagi2 ada satu
peristiwa hebat" katanya "Loko, dalam urusan ini
bagaimana aku harus bertindak?"
Selanjutnya pemuda ini lantas menceritakan apa
yang dituduhkan terus menerus oleh Henghay Kouw-loan itu padanya.
Terhadap segala urusan didunia kang-ouw,
betapapun besarnya si Pengemis Mata Satu itu selalu bisa bertindak tenang. Ia sudah pernah mengatakan terlebih dulu, segala soal dapat kuatasi. Hanya terhadap soal wanita saja ia merasa pusing kepala.
Maka setelah mendengar penuturannya Lim Tiang
Hong, lalu dibukanya matanya yang cuma tinggal satu, seraya menatap wajah pemuda itu ia berkata: "Lotee, urusan ini sungguh hebat! Sebaiknya kau saja terus terang, kau berbuat atau tidak?"
"Apa kaupun tak percaya Lim Tiang Hong?"
Pengemis Mata Satu merasa sudah kelepasan
omong, maka lantas buru2 memperbaiki "Aku si
pengemis tua" katanya, "karena bingung memikiri soal itu maka aku berkata sembarangan padamu. Lotee,
941 jangan kecil hati, ya" Sekarang sebaiknya kita pulang dulu. Kita rundingkan dengan Sin-soan Cu-kat barangkali ia bisa memecahkan soal ini"
Lim Tiang Hong yang saat itu juga merasa tak
berdaya. Begitu diajak pulang lantas mengikuti balik kerumah Sin-soan Cu-kat.
Selagi kedua orang itu berjalan berendeng, tiba2
dari samping jalan muncul seseorang laki2 dengan
dandanannya yang ringkas warna hitam. Orang itu lantas menyoja memberi hormat dan berkata: "Apa tuan ada To-liong Kongcu?"
Lim Tiang Hong tercengang beberapa saat, lalu
menjawab: "Benar, aku adalah Lim Tiang Hong. Ada
urusan apa tuan mencari aku?"
Orang itu lalu mengeluarkan sepucuk surat yang
lantas diangsurkan dengan kedua tangannya kepada Lim Tiang Hong dan berkata: "Hongcu kita tahu yang tuan bisa pegang kepercayaan, maka Hongcu telah suruh aku yang rendah mencari tuan untuk minta supaya tuan sudi membuang sedikit waktu datang ke Duabalas puncak
gunung digunung Bu-san"
942 Lim Tiang Hong lalu merobek surat yang diberikan
padanya, ternyata tertuliskan nama didalamnya: Sin-lie Hong-cu.
Surat itu hanya bertuliskan beberapa kata, yang
maksudnya mengatakan: Di gunung Bu-san baru2 ini
telah terjadi perkara besar, supaya Lim Tiang Hong suka datang sendiri agar bisa membereskan persoalan itu.
Karena surat itu ditulis dengan sungguh2 dan
urusan rupanya mendesak. Setelah membaca habis surat itu Lim Tiang Hong kerutkan alisnya.
Karena waktu itu ia sedang dibikin pusing oleh
urusannya Henghay Kouw-loan, bagaimana bisa pergi kegunung Bu-san lagi"
Akan tetapi memikir pula, bahwa sebagai laki2
harus dapat pegang janji, yang karena dulu pernah berjanji kepada Sin-lie Hong-cu demikian, bagaimana sekarang bisa pungkiri janjinya dulu"
Si Pengemis Mata Satu yang juga membaca surat itu, dalam hati merasa heran. "Adik kecilku ini benar2
hebat. Dia juga bisa berkenalan dengan 12 Hong-cu dari gunung Bu-san?" begitulah pikir pengemis itu. Tapi iapun cukup maklum bahwa 12 Hong-cu dari gunung Bu-san itu 943
semuanya merupakan orang2 gagah untuk daerah Su-
coan selatan. Kepandaian mereka merupakan aliran tersendiri. Kecuali agak misteri, yang lain, dilihat dari kelakuannya, masih tergolong dalam aliran orang baik2.
Muka dapat berkenalan dengan Lim Tiang Hong, ada
faedahnya. Begitulah ia lantas menama: "Lotee, kau pikir sekarang mau bertindak bagaimana?"
Lim Tiang Hong setelah tarik napas berkata: "Aku
pernah menjanjikan mereka sesuatu, pergi sudah pasti pergi, tapi urusan disini bagaimana?"
Ia berpaling kepada laki2 itu berkata: "Harap tuan suka pulang lebih dulu. Tolong beritahukan pada Sin-lie Hong-cu kalau aku si orang she Lim sedikit hari lagi pasti akan datang"
Laki2 itu ketika mendapat jawaban dari Lim Tiang
Hong menyanggupi datang, wajahnya nampak gembira.
Kembali dengan lakunya sangat menghormat ia menyoja, dan lantas berlalu.
Ketika Lim Tiang Hong dan si Pengemis Mata Satu
kembali kerumah Sin-soan Cu-kat, pertama mereka lihat Yan-jie sedang menanti di ruang tengah dengan Sin-soan Cu-kat di kursi lain.
944 Dan ketika melihat kedatangan Lim Tiang Hong
nona itu segera menanya apa sebetulnya yang telah terjadi"
Lim Tiang Hoag hanya bungkam tanpa menjawab.
Si Pengemis Mata Satu lantas menuturkan apa yang
telah terjadi tadi antara Lim Tiang Hong dan Henghay Kow-loan.
Sin-soan Cu-kat setelah mendengar penuturan hal
Lim Tiang Hong dari pengemis itu, nampak berpikir keras. Sedang Yan-jie kelihatan sedang tujukan matanya yang bersinar seram itu sambil bersenyun, namun
senyuman anak dara itu membuat hati Lim Tiang Hong ber-debar2 tak enak.
Sin-soan Cu-kat setelah berpikir lama, tiba2
membuka mulutnya "Menurut dugaan Lohu" katanya,
"perkara ini mungkin suatu akal dan jebakah yang sudah direncanakan baik2 lebih dulu. Maksudnya orang2 itu masuk ke selat Bu-ceng-hiap, adalah hendak merampas nyali naga yang sudah jadi batu. Dengan menyaru
sebagai Lim Siauw-hiap dan mencemarkan kesucian
Henghay Kouw-loan adalah suatu perbuatan membalas maksudnya. Pada tahun2 belakangan ini, orang2 yang 945
bisa menyaru sebagai Lim Siauw-hiap cuma ada. dua orang, satu Im-san Mo-lie dan yang satunya lagi adalah Kauw-cu muda Thian-cu-kauw. Im-san Mo-lie orang
perempuan, tidak mungkin bisa berbuat begitu maka pasti orang yang berbuat itu adalah Kauwcu muda Thian-cu-kauw itu"
Lim Tiang Hong yang sudah melihat wajah Kauwcu
muda itu, yang memang benar tampangnya mirip
dengannya, lalu merasa bahwa kecuali dia sudah tak mungkin ada lain orang yang berani demikian, maka lantas mengangguk menyetujui pendapat Sin-soan Cukat.
Sin-soan Cu-kat lalu berkata pula: "Buat sekarang ini kita harus bertindak. Pertama, minta saudara Mata Satu ini segera keluarkan perintah pada saudaranya golongan pengemis untuk menyelidiki dimana jejak
Heng-thian It-ou dan muridnya" Kedua, melakukan
penyelidikan secepat mungkin siapa dan orang dari golongan mana yang malam itu menyerbu lembah Bu-ceng-hiap" Jikalau dua2 soal sudah jelas, tahu orang2
yang menyerbu selat itu dari golongan mana, perkara ini selanjutnya gampang untuk dibereskan. Lim Siauw-hiap 946
ingin kegunung Bu-san" Boleh pergi saja. Nanti setelah urusan di gunung Bu-san selesai, perkara penyaruan ini juga pasti sudah akan mendapat keterangan"
Pengemis Mata Satu itu setelah mendengar
keterangan tersebut, lantas berkata setelah ketawa besar: "Kau atur secara itu, bagus sekali. Tak kecewa kau mendapat julukan Sin-soan Cu-kat, aku, si pengemis tua akan segera atur semua urusan"
Maka urusan itu lantas diurus menurut rencana
yang dibentangkan Sin-soan Cu kat tadi.
Lim Tiang Hong hari itu juga lantas berangkat ke
gunung Bu-san dengan mengambil jalan air. Ia yang dibesarkan di daerah utara, dengan perjalanan air merupakan satu perjalanan yang pertama kali.
Disepanjang sungai Tiang kang, pemandangan
alamnya sangat indah. Akan tetapi, ada beberapa tempat yang keadaannya berbahaya sekali.
Ia berduduk di tengah-tengah kapal, menikmati
pemandangan di kedua belah sisinya. Ternyata jauh lebih nikmat daripada jalan di daratan.
Kapal yang ditumpangi oleh Lim Tiang Hong adalah
kapal muatan barang. Maka kecuali sipemilik barang dan 947
beberapa kelasinya, tak ada penumpang yang lain.
Kepada orang2 itu Lim Tiang Hong tidak pikir untuk berkenalan, maka sepanjang jalan jarang terdengar mereka ber-cakap2.
Orang2 di atas kapal meskipun merasa bahwa
pemuda yang ikut mereka itu agak misteri, akan tetapi juga tak seorangpnn yang memperhatikannya lagi selagi selewatnya beberapa daerah.
Selewatnya daerah Gie-ciang, sungai itu
menyempit. Airnya nampak mengaiir amat deras.
Orang2 di atas kapal waktu itu semua pada
ketakutan, begituan para kelasi, juga mulai tegang otak.
Lim Tiang Hong yang melihat begitu derasnya air
mengalir, lekas keluar dari dalam geladak dan
memandang kearah bukit Bu-san yang saat itu lapat2
sudah kelihatan di depan mata. Ia melihat bahwa
dibelakang kapal yang ditumpanginya ada dua buah
perahu kecil yang cepat mengejar kapalnya. Ia yang bermata tajam, sudah lantas melihat kalau orang2 yang menumpangi kedua perahu itu adalah orang2 kang-ouw.
Maka ketika melihat hal itu lantas juga ia tahu bahwa mereka itu pasti mempunyai maksud tertentu, maka
948 diam2 lalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri: "Orang2
itu entah dari aliran partai mana" Apa maksud mereka lu ditujukan padaku?"
Berpikir sampai disitu ia lantas menggerendeng
sendirian dalam hati. Tetapi diluarnya nampak masih tenang2 saja
pemuda ini. Sambil bersedekap ia berdiri diatas lantai kapal, menikmati pemandangan di kedua sisinya.
Pada saat itu orang2 diatas kapal juga sudah dapat melihat dua perahu kecil itu yang mereka anggap pun mengandung maksud tidak baik. Semua memperlihatkan muka cemas, terutama si pengemudi kapal. Dengan
wajah ketakutan orang ini lantas menghampiri sipemilik barang dan berkata: "Celaka! Ada bencana datang.
Lihatlah disana!" Pemilik kapal barang itu adalah seorang saudagar
pertengahan umur. Ketika menengok kearah yang
ditunjuk, benar saja ada dua perahu cepat dengan
penumpangnya orang2 kang-ouw yang pada membawa
senjata tajam. Perahu itu sedang mengejar kapalnya dan waktu itu terpisah dengan kapal kira2 50 tombak saja.
949 Maka dengan wajah pucat lesu saudagar ini lantas berteriak2: "Hai tukang kapal! Sekarang ini bagaimana?"
Tepat pada saat itu dari jurusan muka tiba2
terdengar suara riuh, lalu mendatangi beberapa puluh perahu yang jalannya memapaki kapal besar itu.
Karena begitu lajunya perahu2 itu, sebentar saja
sudah berada di depan kapal besar.
Sekarang ternyata dari belakang dan depan telah
dikurung oleh perahu2 yang agaknya ditujukan kepada kapal besar tersebut.
Lim Tiang Hong juga merasa sangat heran. Baru
saja hendak membuka mulut bertanya sesuatu, tiba2 dari perahu yang datang dari sebelah depan terdengar suara orang berkata dengan berbareng "Anak buah dari Sin-lie Hong-cu yang disini menyambut kedatangan To-liong Kongcu"
Suara perkataan ini lalu disusul pula dengan suara orang lain yang berkata: "Kawanan manusia yang tak bermata! Lekas hentikan kapalmu!"
Sebentar lalu terdengar suara air bergolak, perahu2
itu ketika tiba didepan kapal yang ditumpangi oleh Lim 950
Tiang Hong, mendadak terpisah menjadi dua cabang dan terus menghampiri kapal besar itu.
(dw-kz) Bab 25 DUA BUAH PERAHU yang memencar dari belakang
dengan sangat lajunya itu, adalah perahu2 yang dikirim oleh cabang Thian-cu-kauw didaerah Kang-lam. Mereka telah dengar kabar bahwa Lim Tiang Hong dari Kim-leng dengan ambil jalan air hendak pergi ke Su-cwan. Maka lantas mengutus beberapa orangnya yang mahir dalam air, hingga turun tangan terhadap Lim Tiang Hong diselat yang airnya deras di sungai Tiang-kang.
Dalam pikiran mereka, betapapun tingginya
kepandaian Lim Tiang Hong, kalau saja dapat dilelepkan masuk kedalam air. Mereka tak takuti anak muda itu bisa terbang lagi.
Siapa sangka selagi mereka baru saja hendak turun tangan, perahu yang dikirim oleh Duabelas Hongcu dari bukit Busan dan khusus hendak menyambut kedatangan Lim Tiang Hong justru memilih tempat itu juga. Didalam 951
dua perahu kepunyaan Thian-cu-kauw itu masing2 ada orang kuatnya yang memimpin.
Perahu yang disebelah kiri, dipimpin oleh seorang yang bernama Auw Khek Peng bergelar "Belut Dalam Air".
Sedang perahu yang sebelah kanan itu berada dibawah pimpinan seorang bernama Go-Chit, dengan gelarnya
"Kalajengking Air".
Mereka itu sebetulnya merupakan kawanan iblis
dari golongan hitam di daerah Tong-hay.
Begitu melihat perahu milik Duabelas Hongcu
didepan yang sudah lantas menghalangi maksudnya,
diam2 mereka putar otak dan meng-hitung2 kekuatan pihaknya sendiri dan kekuatan pihak lawan, dan akhirnya lalu mengambil keputusan tidak akan memperdulikan orang2 dalam perahu milik Duabelas Hongcu itu. Lebih dulu mereka hendak menggempur kapal yang
ditumpangi Lim Tiang Hong. Jikalau maksud pertama ini tercapai, sekalipun harus kebentrok dengan orang2nya Duabelas Hongcu dari Bukit Busan, mereka merasa tidak perlu kuatir lagi.
Maka mereka tidak menghiraukan perahu2 yang
datang menyongsong dari muka itu. Dua perahu ini
952 sudah akan menggempur kapa! yang didalamnya ada
Lim Tiang Hong. Dua buah perahu itu diperlengkapi dengan senjata
khusus berbentuk luar biasa. Dibagian kepala perahu2 itu ditaruh semacam bor tajam yang panjangnya kira2 tiga kaki. Bagi kapal atau perahu biasa, apabila kena
diseruduk oleh bor itu pasti akan segera tenggelam.
Selagi dua perahu Thian-cu-kauw ini meluncur
dengan teramat cepatnya dan sudah akan menggempur dekat sekali pada kapal yang ditumpangi Lim Tiang Hong, tiba2 ada semacam kekuatan yang berwujud
angin, dari atas menindih bagian kepala dua perahu tersebut.
Dua perahu itu, yang terpisah hanya kira2 tujuh-
delapan kaki dari kapal yang ditumpangi oleh Lim Tiang Hong. Dan selagi hendak membentur, tiba2 ada
sambaran angin yang meluncur keluar dari serangan tangan, lantas tidak berani menggempur maju lagi dan dengan cepat berpencaran ke bagian kiri dan kanan badan kapal besar tersebut.
Dengan demikian angin yang keluar dari serangan
tangan yang ternyata dilancarkan oleh Lim Tiang Hong 953
sendiri tidak berhasil mengenakan sasaran, hanya air sungai Tiang-kang yang saat itu memuncrat naik setinggi dua-tiga kaki.
Dua perahu yang memencarkan diri ke kanan kiri
badan kapal, kembali hendak menggempur kapal besar tersebut dari sisi kanan dan samping kiri.
Pengemudi kapal besar, semula ketika melihat ada
perahu yang mengejar dari belakang, sudah ketakutan setengah mati. Dan ketika melihat pula dari depan juga ada perahu yang mendatangi, yang ternyata juga
ditujukan ke arah kapalnya, ia jadi menggigil dan kakinya merasa lemas. Mereka sebagai tukang kapal yang sudah biasa mengemudikan kapal setiap harinya, segera
mengenali perahu2 dari dua golongan itu, yang semunya dari golongan orang2 kuat. Tetapi mereka mana tahu apa sebabnya dua golongan itu justru mengarah
saudagar biasa yang menumpang di atas kapalnya.
Dan sewaktu melihat Lim Tiang Hong angkat
tangan tenang2 lantas saja air di depannya berkecebur begitu hebat, baru tahu bahwa penumpang muda yang kelihaian berdandan amat sederhana itu ternyata ada seorang tokoh dunia kang-ouw yang mempunyai
954 kepandaian luar biasa tingginya. Hingga diam2 ia
mengeluh sendiri. Pikirnya bahwa hari ini kapalnya akan hancur. Sekalipun jiwanya sendiri mungkin bisa
ketolongan, tapi kapalnya sudah pasti akan hancur lebur.
Dan seiagi anak buah dalam kapal itu pada berser
kaget, Lim Tiang Hong hanya ketawa dingin. Kedua
tangannya yang semula nampak berpeluk tangan, tiba2
dibentangkan lebar2 kekanan dan ke kiri. Ia menekan dengan tenang, dipermukaan air lain timbul segumpalan angin.
Kapal yang bentuknya begitu besar se-olah2
dibantu oleh dewa tiba2 melesat ke depan sejauh dua-tiga tombak.
Dengan demikian maka dua perahunya Thian-cu-
kauw sekali lagi tidak berhasil makan sasaran, bahkan hampir2 bertubrukan sendiri.
Kejadian gaib itu membuat si "Belut Air dan
Kalajengking Air" pada saling berpandangan, tidak tahu bagaimana harus berbuat.
Pada saat itu serombongan perahu2 yang datang
dari sebelah atas, sudah mengurung rapat dua
perahunya orang2 Thian-cu-kauv. tadi. Dari atas perahu 955
yang terbagus lantas terdengar orang berkata dengan suaranya yang nyaring: "Sahabat, apa kau sengaja cari setori dengan kami orang2nya Duabelas Hongcu dibukit Bu-san" Apakah kalian sudah tak mempunyai mata"
Tahukah kalian bahwa didalam selat sungai Tiang-kang ini kalian boleh anggap sebagai tempat kalian unjukkan kegagahan dan berbuat sesukanya saja?"
Duabelas Hongcu bukit Bu-san, untuk daerah
perairan sungai Tiang-kang bagian atas namanya sangat kesohor. Jika diwaktu biasa2nya si Belut Air dan si Kalajeagking Air tidak nanti berani banyak tingkah didepan mereka itu, tapi karena sekarang mereka telah menjadi orang-nya Thian-cu-kauw, dalam hati mereka anggap telah mempunyai sandaran kuat, merasa
keadaan telah lebih kuat, lalu si Belut Air menghadap sambil ketawa dingin.
"Selat Sam-hiap di sungai Tiang-kang toh bukan
milik kalian pribadi. Mengapa kami tidak boleh masuk!
Bocah tadi itu adalah tahanan penting Thian-cu-kauw kami yang melarikan diri. Jikalau dia sampai lolos, hm"
Lain kali kalian Duabelas Hongcu bukit Bu-san berat akan menanggung tanggung jawab ini"
956 Orang2 didalam perahunya milik hongcu2 bukit Bu-
san itu, semua merupakan anak buahnya Sin-lie Hongcu yang paling kuat. Mereka juga sudah dapat dengar dan kegagahan To-liong Kong-cu didunia kang-ouw. Mereka dengar juga terhadap Kauwcu Thian-cu-kauw sendiri Kongcu itu tidak takut, apalagi cuma kawanan kurcaci dari cabangnya saja.
Ketika mendengar ucapan sombong orang2 itu,
sudah tentu mereka pada merasa geli dan mendongkol.
Selagi hendak balas mengejek, tiba2 dari bagian atas mendatangi sebuah kapal yang dirias indah, dengan lajunya mendatangi ketempat itu.
Diatas kapal indah itu ada duduk seorang gadis
remaja, dengan parasnya yang angkuh dingin
memandang kedepan. Di kedua sisi wanita ini, berdiri empat orang pelayan wanita.
Gadis remaja ini dengan sorot mata dingin
mengawasi orang2nya Thian-cu-kauw itu sejenak
kemudian bangkit berdiri dan berkata kepada Lim Tiang Hong: "Siauw-moay kelambatan datang setindak, tidak nyana membuat Kongcu jadi kerepotan dan terganggu 957
sedikit oleh manusia2 keparat ini. Siauw-moay
sesungguhnya merasa tidak enak dihati..."
Lim Tiang Hong segera rangkap tangan, sambil
ketawa ber-gelak2 menyahut: "Bukannya Siauwte
takabur dan omong besar. Jangan kata cuma beberapa orang tak ada gunanya itu, sekalipun Pek-tok Hui-mo sendiri yang datang tidak nanti dia bisa berbuat banyak terhadap Siauwtee"
Setelah menutup mulutnya, mendadak nampak
melesat badannya dari atas kapal besar itu. Dengan kecepatan bagaikan anak panah meluncur kearah
perahunya si Belut Air. Lalu dengan gerak tipunya, Khim-liong Pat-jiauw, hanya dalam segebrakan saja, tangannya sudah berhasil menyambar lengan si Belut Air, kemudian melompat balik lagi keatas kapal dimana gadis jelita itu tengah berdiri, diketiaknya terkempit si Belut Air.
Semua kejadian itu terjadi hanya dalam waktu
sekejap mata saja. Si Belut Air sebetulnya ada merupakan salah satu
orang kuat juga di dalam cabang Thian-cu-kauw daerah Kang-lam. Tidak nyana dalam waktu segebrakan saja 958
sudah dibikin tidak berdaya dan malah sudah ditotok jalan darahnya.
Se-olah2 anjing sudah mampus ketika ia
dilemparkan ke geladak kapal, badannya tiada nampak berkutik.
Gadis jelita itu adalah Sin-lie Hong-cu dari bukit Busan. Begitu melihat gerakan Lim Tiang Hong yang
sebagai dewa turun dari langit, dengan caranya yang kelihatan gampang sekali, dari perahu sejarak enam-tujuh tombak berhasil menangkap pemimpin Thian-cu-kauw cabang Kang-lam itu. Kepandaian serupa itu
sebetulnya jauh diluar dugaannya semula, hingga ia merasa kagum dan takluk benar2.
Ia, sebagai gadis yang sering dimanja sejak masih kanak2 selamanya belum pernah merasa takluk kepada lain orang. Maka kali ini boleh dikata merupakan
perasaan tunduk kepada orang lain untuk yang pertama kalinya.
Dan kemudian, dengan merubah kebiasaannya,
lantas terlihat senyuman ramai diatas wajahnya lalu berkata: "Kepandaian Kong-cu begitu mengagumkan
959 Siauw-moay. Manusia2 yang tak tahu diri ini bagaimana harus ditindak, harap Kong-cu suka beri petunjuk"
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Lim Tiang Hong yang selamanya berlaku sangat
hati2, sebetulnya tidak sembarang suka pertunjukkan kepandaiannya dihadapan orang banyak. Tetapi kali ini, karena melihat sikap sombong dan congkaknya orang2
Thian-cu-kauw itu, yang agaknya betul2 menganggapnya sebagai tawanan pentingnya Thian-cu-kauw yang harus ditangkap kembali, itulah yang membuat amarahnya meluap2, menganggap patut orang macam begitu diberi pelajaran. Itulah juga yang menyebabkan ia perlihatkan kepandaian utamanya, dan turun tangan menangkap
orang tersebut. Kini, ketika mendengar Sin-lie Hongcu ber-kali2
memuji dan mengangkat dirinya tinggi tinggi serta minta supaya ia yang memberi petunjuk bagaimana harus
membereskan tawanan itu, hatinya mulai merasa tak enak.
Maka ia lantas berkata sambil ketawa: "Sebagai
tetamu, tidak pantas Siauwtee mendahului keputusan tuan rumah. Siauwtee si orang she Lim adalah pihak 960
tetamu, tentu takkan berani merebut haknya tuan rumah maka sebaiknya Hongcu sendiri yang memberi putusan"
Sin-lie Hongcu tidak berlaku sungkan lagi. Dengan suaranya yang dingin mengeluardan perintahnya. "Orang ini tidak punya mata! Dengan berani mati ingin
mengganggu To-liong Kong-cu, maka hukumannya,
kutung tangan. Inilah peringatan bagi siapa yang berani mengganggu Kongcu ini. Yang lainnya uatuk sementara tidak perlu kita usut lebih jauh dan segera suruh enyah dari sini!"
Dari belakang kapal lantas muncul keluar dua laki2
yang berjalan menghampiri si Belut Air. Lantas yang seorang mengangkat tangan si Belut Air, kemudian yang lain membabat dengan telapakan tangannya.
Dan lengan si Belut Air segera lepas dari badannya!
Si Belut Air nampak pucat sekait wajahnya. Keringat di atas jidatnya turun berketel2. Tetapi ia sudah tak mampu bergerak sama sekali, maka hanya me-ringis2
saja. Lim Tiang Hong dengan tenang membuka kembali
totokannya hingga si Belut Air barulah dapat bergerak.
961 Sekalipun darah masih mengucur deras dari
tangannya yang bekas terkutung, ia masih punya
kekuatan untuk berdiri. Sementara itu Sin-lie Hongcu sudah berkata sambil menudingkan tangan kepadanya:
"Kali ini kau boleh merasa enak. Lain kali, berani langgar diri kami ini, lihat akan kami sapu bersih cabang perkumpulan kalian. Dan sekarang, lekas enyah kau dari sini!"
Si Belut Air meski dalam hati sangat mendongkol
diperlakukan demikian, tetapi ia tak berani mengutarakan diwajahnya. Dengan roman gemas mengawasi Sin-lie
Hongcu sejenak, baru berjalan untuk kembali
keperahunya sendiri dan dengan kawan2nya membawa
perahu2nya menyingkir. Sin-lie Honcu setelah melihat perahu mereka telah jauh, lalu berkata pula kepada Lim Tiang Hong sambil tersenyum: "Lim-heng benar2 satu laki2 yang boleh dipercaya. Kali ini, kau sudah datang dengan senang hati, sesungguhnya membuat Siauw-moay merasa
bersyukur dan girang sekali"
Lim Tiang Hong lantas ketawa, dan menyahut:
"Satu laki2 sekali janji berarti ribuan kilo emas.
962 Bagaimana aku bisa tidak memenuhi undangan kalian"
Tapi entah apakah kiranya Hongcu minta aku datang kemari?"
"Disini bukan tempatnya kita bisa bicara leluasa, mari jalan dikediamanku nanti kiia teruskan pembicaraan ini"
Sin-lie Hongcu ini, diwaktu-waktu biasanya selalu bersikap angkuh dingin. Siapapun agaknya tak pernah dipandang mata olehnya. Parasnya yang cantik jelita, kalihatan begitu dingin dan angkuh, belum pernah
seperti hari ini begitu ramai dengan senyum manisnya.
Sejak hari itu untuk pertama kalinya ia berjumpa
dengan Lim Tiang Hong dipinggir rimba Hong-hong Pie-kok ia lantas dibikin kagum dan ter-gila2 oleh sikap dan ketampanan paras pemuda itu. Kali ini, ia minta Lim Tiang Hong datang kebukit Bu-san kecuali untuk minta bantuan tenaganya, juga masih ada lain maksud yang lebih dalam.
Lim Tiang Hong ketika melihat nona cantik itu tidak bicara, tidak mau menanya lebih jauh. Ia hanya
bicarakan hal2 lainnya yang tidak perlu, dan selama 963
bicara itu tahu2 kapal terebut sudah berhenti disamping bukit yang berbatu banyak.
Sin-lie Hongcu lebih dulu lompat keluar dari kapal, lalu persilakan tetamu agungnya mendarat.
Kedua muda mudi ini dengan berjalan
berdampingan, terus menujukan kaki mereka ke dalam lembah.
Sembari berjaian Lim Tiang Hong perhatikan
sikapnya Sin-lie Hong-cu. Ia merasa bahwa nona
disampingnya ini mempunyai sifat ketus dingin, ganas seperti Im-san Mo-lie. Tetapi toh ada lebih baik daripada Im-san Mo-lie. Wanita inipun mempunyai gaya yang
menarik seperti Yu-kok Oey-eng, tetapi tidak mempunyai perangai lebih halus daripadanya.
Pendeknya wanita ini se-olah2 merupakan satu
gadis yang sangat misteri dan sukar dimengerti
perasaannya. Tempat kediamannya Duabelas Honacu dari bukit
Bu-san terletak disebelah selatan dari lembah tersebut.
Itu ada sebuah bangunan yang bagai mahligai
kencana. Dari jauh kelihatan bagai sebuah kelenteng 964
yang berada di-tengah2 rimba, nampaknya sangat
angker. Dua anak muda ini ketika berjaian seratus tombak
didepan gedung istimewa tersebut, tiba2 terdengar suara gemuruhnya suara petasan. Pintu besar yang terbuat dari besi lantas terpentang lebar2. Dari dalam nampak berjalan keluar dua baris anak buahnya Dua belas
Hongcu, yang kesemuanya berpakaian seragam warna
kuning dengan di tangan pada memegang tombak
panjang. Mereka berdiri dikedua sisi, dan setelah itu dari pintu dalam keluar lagi sebelas orang yang bentuknya tidak rata. Begitupun pakaian mereka ber-beda2.
Yang berjaian paling depan, adalah seorang tua
wajah merah dengan pakaiannya yang mewah serta
diatas kepala memakai kopiah tinggi, dengan semangat besarnya. Tangannya nampak menggenggam dua butir
besi yang berkilauan cahayanya.
Lim Tiang Hong diam2 berkata kepada dirinya
sendiri. "Ini barangkali 12 Hongcu. Dan penyambutan mereka begitu terlalu luar biasa...."
965 Selagi anak muda ini masih berpikir, Sin-lie Hongcu menyenggol lengannya perlahan. "Toako sekalian pada keluar menyambutmu, mari lekasan kita jalan"
Lim Tiang Hong tergugah dari lamunannya. Ia
buru2 percepat tindakan kakinya.
Orang tua wajah merah itu jauh2 kelihatan sudah
menyoja memberi hormat sembari tertawa ter-bahak2
berkata: "Tidak nyana To-liong Kongcu benar2 suka berkunjung. Ia membuat bukit Bu-san mendapat
kehormatan sangat besar sekali".
Lim Tiang Hong segera menyoja membalas hormat
seraya katanya: "Aku yang rendah si orang she Lim cuma orang tidak berarti dalam kalangan kang-ouw. Mendapat kehormatan begini besar dari Hongcu sekalian,
sebetulnya merasa sangat malu"
Sin-lie Hongcu melirik si pemuda sejenak, lalu
berkata sambil bersenyum: "Jangan terlalu banyak
bicara. Mari aku perkenalkan. Ini adalah Toako kita, Cit-seng Hongcu Oey Pek To".
Selanjutnya diperkenalkannya satu persatu dengan
Hongcu yang lainnya. Sikap Sin-lie hongcu hari ini jauh berbeda dari pada biasa2nya. Parasnya yang tadinya 966
angkuh dingin, kini telah berganti dengan senyumnya yang selalu ramai menghias wajahnya. Ia se-olah2 sudah pandang Lim Tiang Hong sebagai bakal suaminya.
Begitu pula Hongcu2 yang lainnya, juga mempunyai
pikiran serupa, maka setelah melihat wajah rupawan Lim Tiang Hong semua lantai tumplekkan perhatian atas dirinya pemuda itu.
Para Hougcu itu diam2 mengagumi mata lihay adik
mereka yang paling kecil itu, yang mereka sangka sudah mendapatkan pemuda gagah ini sebagai kawan hidup.
Hanya Siong-yang Hongcu yang diam2 merasa tidak
senang. Sebab sudah lama ia mengandung maksud,
hendak merecokkan perjodohannya Sin-lie Hongcu
dengan adik isterinya yang bernama Cu Tek dengan
gelarnya Giok-bin Long-kun. Dan ini, dengan adanya pemuda kosen cakap ini, bukankah berarti bahwa
rencananya selama itu akan ter-sia2 saja".
Rombongan orang2 itu diluar pintu saling memberi
hormat sedang Cit-seng Hongcu lantas mengajak tamu agungnya ini masuk ke ruang penerimaan tamu.
Didalam ruangan itu ternyata sudah disediakan
barang hidangan dan minuman, agaknya spesial dibuat 967
untuk menyambut Lim Tiang Hong se-meriah2nya.
Dengan wajah ber-seri2 Cit-seng Hongcu Oey Pek To tarik Lim Tiang Hong dan didudukkan dikursi kepala, lalu berkata sambil ketawa: "Didalam gunung yang sunyi ini, tidak ada hidangan yang enak untuk menjamu tamu
agung kita. Hanya beberapa cawan arak saja, sekedar sebagai tanda hormat kami"
Lim Tiang Hong yang selalu berlaku merendah
lantas menjawab: "Aku yang rendah belum lama terjun kedunia kang-ouw, apapun tidak mengerti. Hongcu
sekalian telah berlaku begini merendah, sesungguhnya membuatku sungguh tak enak"
Oey Pek To kembali ketawa ber-gelak2, kemudian
berkata: "To-liong Kongcu, nama besarmu sudah kesohor ke-mana2 di kolong langit. Kita masih ada banyak hal yang untuk hari2 kemudian ingin minta bantuan
tenagamu. Apalagi kau ada sahabat karib dengan adik kami yang ke-12 ini"
Lim Tiang Hong biasanya tidak pandai
memperindah kata juga tidak pandai merendah, maka ketika diperlakukan demikian, ia merasa likat sekali.
968 Pada saat itu para Hongcu satu per satu sudah
pada ambil tempat duduknya masing2.
Sin-lie Hongcu dengan sikapnya yang nampak
girang selalu tanpa malu2 lagi sudah duduk di
sebelahnya Lim Tiang Kong. Sikapnya itu
memperlihatkan perhatiannya yang sangat besar
terhadap pemuda itu. Lim Tiang Hong yang diperlakukan demikian,
hatinya tercekat. Berkata kepada diri sendiri: "Celaka!
Kalau dilihat dari keadaan disini, rupanya semua orang sudah kandung maksud lebih dari apa yang ditulis dalam surat. Aku sendiri yang terlibat dalam banyak
permusuhan dan urusan dengan sahabat2 perempuanku, bagaimana aku boleh berlaku sembrono dan paksakan diri pergi juga ke tempat ini?"
Oleh karena berpikiran demikian, maka ia telah
mempersingkat segala persoalannya dan majukan
pertanyaan dengan terus terang: "Para Hongcu sekalian mengundang aku yang rendah datang iemari ada
keperluan apakah?" Cit-seng Hongcu yang sikapnya ramah tamah dan
agaknya senang bergaul, terutama terhadap Sin-lie 969
Hongcu, adiknya yang paling kecil, sudah
diperlakukannya sebagai adik kandungnia sendiri. Ia rupanya sudah dapat menangkap keseluruhan hati
siadiknya itu. Meski kali ini mengundang Lim Tiang Hong kemari memang betul ada urusan, tetapi urusan itu lantas didorong kepundaknya Sie-lie Hongcu. Maka
setelah ditanya oleh Lim Tiang Hong, Hongcu yang
pertama ini lantas menjawab sambil tersenyum: "Tempo hari, ketika Cap jie-moay kembali ke gunung, pernah rnemujikan kepandaian dan kepribadian saudara Lim.
Dan kemudian, atas kebaikan saudara Lim telah
mengembalikan dua lembar robekan kitab Hian-hian Pit-kip. Kami, saudara2 disihi sekalian, pertama ingin menyakslkan dan belajar kenal dengan saudara, dan kedua juga hendak menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan terima kasih dan hormatnya Cap-jie Hongcu terhadap saudara"
Dipuji setinggi langit demikian rupa Lim Tiang Hong merah lebar wajahnya. Ia lalu menjawab sambil ketawa jengah: "Pujian yang berkelebihan ini bagaimana aku sanggup terima?"
970 Sehabis berkata, lalu bangkit dan angkat cawan
araknya, membalas hormat pada 12 tuan rumahnya.
Pada saat itu tiba2 terdengar suara orang bicara
dengan nada seruannya yang kurang enak didengar
"Dengar kabar, kepandaian Lim Siauwhiap telah
menjagoi dunia kang-ouw. Kalau dibandingkan dengan Bu-ceng Kiam-khek pada masa jayanya, agaknya masih dan akan lebih terkenal lagi. Siauwtee yang tak berguna disini ingin minta petunjuk beberapa jurus saja untuk meluaskan pemandangan kita. Tidak tahu apakah
Siauwhiap keberatan atau tidak?"
Perkataan itu meskipun diucapkan dengan kata2
yang merendah, tetapi nada suaranya yang tak enak didengar itu, sebetulnya mengandung tantangan
bertanding. Lim Tiang Hong begitu melihat orangnya yang buka
suara itu ternyata adalah Siong-yang Hongcu. Seketika lantas kerutkan alisnya dan tidak segera menjawab.
Matanya terus mengawasi Sin-lie Hongcu.
Pada saat itu terdengar suara ramai orang bertepuk tangan.
971 Umumnya orang2 itu pada suka menonton
keramaian. Apalagi sebagai orang kang-ouw, yang gemar ilmu silat. Nama besar To-liong Kongcu meskipun telah tersebar luas dikalangan kang-ouw, tapi itu hanya suara dan siaran dari mulut kemulut saja. Dan ketika mereka dapat lihat bahwa Lim Tiang Hong hanya seorang pemuda yang usianya belum lagi mencapai duapuluh tahun, dalam hati mereka sebagian besar timbul rasa curiga.
Cuma oleh karena disebabkan anak muda itu katanya adalah kawan dari Sin-lie Hongcu sudah tentu tidak berani menyatakan terus terang. Dan kini Siong-yang Hongcu telah ajukan tantangan, boleh dikata merupakan alasan terbaik untuk ikutkan meramaikan suasana, maka begitulah tadi lantas disambut dengan tepukan tangan yang amat riuh.
Sin-lie Hongcu yang melihat keadaan demikian,
wajahnya lantas berubah dengan suara dingin lantas berkata: "Jiko, apa maksudmu tindakan ini" Kiia telah mengundang orang yang kita perlukan tenaganya,
bukannya untuk mengajak bertanoding dengan dia.
Lagipun, dengan kepandaian jiko yang cuma sebegitu itu... Hmm...."
972 Siong-yang Hongcu juga lantas berubah wajahnya
dan lantas berkata: "Lucu! Duabelas Hongcu dari bukit Bu-san sudah lama malang melintang didunia Kang ouw.
Sejak kapan pernah mengemis pada orang lain punya bantuan tenaga segala" Kau undang dia kemari
barangkali bukan bermaksud begitu. Hmm, Aku sudah tahu apa yang kau kandung dalam hatimu. Kau tidak pandang mata Ji-komu, maka hari ini aku tidak boleh tidak harus minta dia bertanding untuk menguji
kepandaiannya" Sehabis berkata, Hongcu yang kedua ini bangkit
dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke lapangan.
Sin-lie Hongcu kecuali terhadap toakonya, yakni Cit-teng Hongcu Oey Pek To yang masih dihormati dan
dihargai, terhadap Hongcu yang lainnya sama sekali tak dipandang mata. Begitulah, setelah mendengar suara Siong-yang Hongcu yang mengandung jengekan itu,
selebar wajahnya lantas menjadi merah dan lantas
bangkit seraya berkata: "Aku dengan maksud baik
nasehatkan kau supaya kau jangan sampai hilang muka di depan orang banyak. Terus terang saja, dengan
kepandaianmu yang cuma sebegitu itu, ditangan orang 973
ini tidak sampai tiga atau lima jurus sudah pasti akan kehilangan muka. Jikalau kau sudah bertekad mau
pertunjukkan kepandaianmu itu, marilah, aku saja yang melayani"
Cit-seng Hongcu ketika melihat mereka bertengkar
sendiri, kuatir akan retak hubungan persaudaraan
sendiri, lantas buru2 membentak dengan suaranya yang keras: "Cap-jie-moay, kau tidak boleh berbuat tidak aturan terhadap jikomu!"
Kemudian tangannya menggapai Siong-yang
Hongcu dan kepadanya berkata: "Ji-tee, jangan kau turuti hawa napsumu! Lekas kau balik kemari!"
Siong-yang Hongcu dengan sikap ber-sungut2
berdiri di-undak2an. Tidak berhentinya kedengaran suara ketawa dinginnya.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan sikap orang itu,
dalam hati juga merasa mendelu. Diam2 kepada dirinya sendiri berkata "Orang datang sebagai tamu, kenapa diperlakukan bagai musuh saja" Lagipun, aku toh tidak datang atas kemauanku sendiri!"
Ketika itu ia lantas ketawa lebar dan berkata
"Jikalau tuan benar2 menghendaki aku si orang she Lim 974
memperlihatkan kejelekanku, akan kuterima baik, akan kulayani kau beberapa jurus saja"
Sehabis berkata bagitu dia bangkit, meninggalkan
tempat duduknya dan berjalan menghampiri Siong-yang Hongcu.
Setelah terjadi perdebatan ramai antara Sin-lie
Hongcu dan Siong-yang Hongcu tadi, semua tidak berani bertepuk tangan iagi sebaliknya malah kuatir dengan pertandingan yang akan segera berlangsung itu. Mereka tentu kuatir, jika seandainya terjadi, kedua pihak tak dapat mengendalikan hawa napsu, lantas akan berubah menjadi pertempuran sungguh2 bisa2 akan jadi runyam.
Cit-seng Hongcu yang menjadi kepala diantara 11
Hongcu yang lainnya, biasanya selalu bertindak sangat hati2. Ia maklum, pada saat begitu tidak dapat
membiarkan mereka bertanding. Maka buru2 lompat
bangun dan menghalangi mereka sembari berkata:
"Urusan pertandingan ilmu silat lain waktu baru bisa kita bicarakan lagi. Hari ini, baru pertama kali saling ketemu muka, seharusnya kita ngobrol dan minum2 se-puasnya"
Lim Tiang Hong yang sebetulnya tidak kandung
maksud cari musuh, setelah dipisah oleh Cit-seng
975 Hongcu, ia pun urungkan maksudnya melayani Siong-
yang Hong-cu. Tepat pada saat itu diluar nampak berkelebat satu bayangan orang.
Seorang pemuda baju kuning masuk kedalam
ruangan dengan tindakan lebar. Sikapnya yang begitu angkuh, membuat orang2 sebal. Matanya memandang
Lim Tiang Hong sejenak, lalu menanya pada Siong-yang Hongcu: "Ciehu, hari ini kelihatannya kau begitu gusar, sebetulnya ada urusan apa?"
Siong-yang Hongcu dengan hati mendongkol
menjawab: "Tidak usah tanya dan tidak ada bagianmu disini!"
Pemuda baju kuning itu berkata pula: "Kabarnya
Sin-lie Hongcu telah mengundang seorang yang bernama To-liong Kongcu untuk dimintai bantuan tenaganya. Aku ingiin belajar kenal padanya. Sebetulnya dia ada
berkepandaian tinggi bagaimana sih!?"
Dengan sikap acuh tak acuh Lim Tiang Hong melirik si pemuda baju kuning sejenak. hatinya merasa bahwa orang muda itu meski dedak dan tampangnya boleh
976 dikata cukup lumayan, tetapi sikapnya yang begitu sombong dan sok aksi, membuat ia merasa tidak suka.
Tidak nyana dengan lirikannya ia telah membuat
pemuda itu lantas naik darah dan panik sendiri.
Dengan tindakan lebar berjalan menghampiri Lim
Tiang Hong, kemudian dengan sombong berkata: "Tuan inikah barangkali yang disebut To-liong Kongcu yang namanya banyak disohorkan orang di dunia kang-ouw"
Ha, ha.... Mendengar nama tidak bagai melihat muka.
Kiranya tuan bukan seorang yang mampunyai tiga kepala dan enam lengan.... Ha, ha ha...."
Sikap yang begitu memandang rendah muka orang
itu benar2 akan membuat orang merasa dihinakan.
Lim Tiang Hong yang juga bukan seorang yang
gampang2 diejek, wajahnya berubah seketika. Dengan sorot mata dingin ditatapnya balik mata orang itu dan selagi hendak balas mengejek, tiba2 dibelakang dirinya terdengar suara orang membentak: "Siapa yang berani berlaku tidak sopan kepada tetamu! Lekas enyah dari sini!"
Sin-lie Hongcu sudah bangkit dari tempat
duduknya, lompat sampai kesamping Lim Tiang Hong.
977 Sambil menuding pemuda baju kuning itu, ia
mengucapkan perkataan begini:
"Pemuda itu adalah iparnya Siong-yang Hongcu
yang bernama Cu Tek, gelarnya saja yang bagus, Giok-bin Longkun. Siapa tahu hatinya busuk. Ia sudah lama
"naksir" Sin-lie Hongcu. Cuma Sin-lie Hongcu itu adatnya tinggi, terhadap orang begituan selalu ambil sikap tak perduli. Meskipun Siong-yang Hongcu sudah
menggunakan daya upaya sekuat tenaga, juga tak
berdaya sama sekali terhadap adik seperguruan sendiri itu"
Saat itu si pemuda she Cu itu, melihat Sin-lie
Hongcu berdiri berendeng begitu rapat dengan orang yang dikatakan To-liong Kongcu itu, sedang terhadapnya sendiri mem-bentak2 seperti terhadap orang
bawahannya, amarahnya semakin men-jadi2 maka ia
lantas dongakkan kepala dan ketawa bagai orang gila, setelah itu baru berkata: "Perlu apa kau harus berlaku begitu galak dalam suaramu, Apa kiramu Cu Toaya mu bisa diperlakukan sembarangan?"
978 Sin-lie Hongcu juga agaknya sudah gusar.
Badannya melejit dari samping Lim Tiang Hong dan
lantas menyerang pemuda baju kuning itu.
Giok-bin Long-kun Cu Tek ada muridnya seorang
gaib dari daerah Biauw-ciang. Kepandaian ilmu silatnya mendapat warisan asli, cuma sayang adatnya, ia tidak ambil jalan benar sebaliknya menempuh jalan sesat.
Semua kepandaiannya itu digunakan tidak pada
tempatnya.
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Ketika melihat Sin-lie Hongcu benar2 telah
menyerang, sifatnya yang buas lalu timbul seketika, sengaja ia tidak menyingkir maupun berkelit, bahkan lantas disambutnya serangan itu dengan cara kekerasan.
Perbuatannya itu memang dilakukan dengan
sengaja, maksudnya ingin membuat Sin-lie Hongcu
mendapat malu. Maka ia telah menggunakan tanaga penuh seratus
persen. Sin-lie Hongcu yang tak pernah menduga dan
disambut secara demikian, setelah beradu kekuatan, badannya dibikin terpental sampai mundur dua tindak dan tangannya dirasakan kesemutan.
979 Dalam kagetnya, rasa gusarnya makin men-jadi2.
Sambil membentak ia lompat maju lagi dan menyerang untuk kedua kalinya.
Tetapi perbuatannya itu sudah lantas dicegah oleh beberapa Hongcu yang lainnya.
Cit-seng Hongcu juga dengan wajah gusar berkata
kepada Siong-yang Hongcu: "Jitee, lekas kau ajak keluar iparmu ini! Hmm! Benar2 menyebalkan! Tidak mengenal sopan santun....!"
Cit-seng Hongcu ini adalah merupakan Hongcu
yang teratas. Dia sangat ditakuti dan dihormati sekali oleh semua Hongcu bawahannya.
Kali itu, melihat Hongcu yang tertua ini benar2
unjuk wajah gusar, meski bagaimana perasaannya Siong-yang Hongcu, dengan terpaksa lantas ditariknya Giok-bin Long-kun bagai algojo menggelandang orang hukuman.
Setelah terjadinya peristiwa seperti itu,
kegembiraan dalam perjamuan itu se-olah2 sudah
tersapu bersih. Lim Tiang Hong yang merasa kedatangannya itu
hanya sekedar menepati janji, tidak menyangka akan mendapat perlakuan demikian, perasaannya lantas
980 kurang senang. Ia lalu menghampiri Cit-seng Hongcu, sambil menyoja berkata: "Kedatanganku si orang she Lim ke bukit Bu-san ini sebetulnya ialah untuk menepati janjiku yang pernah kunyatakan kepada Sin-lie Hongcu.
Sekarang disini kalau sudah tak ada urusan aku yang rendah ingin minta diri. Disamping itu aku yang rendah sebetulnya masih terlalu banyak mempunyai urusan, tidak bisa omong2 disini terlalu lama"
"Kejadian barusan harap jangan ditaruh di hati. Aku si tua bangka masih ada urusan penting yang mesti dirunding berdua dengan saudara"
Sin-lie Hongcu yang mendengar maksud Lim Tiang
Hong ingin pergi itu, nampaknya juga gelisah sekali.
Buru2 maju dan menarik-narik tangan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang diperlakukan demikian,
terpaksa manahan sabar. Malam itu Sin-lie Hongcu sengaja tempatkan Lim
Tiang Hong ditempat kediamannya sendiri. Untuk
tetamunya ini disuruh pelayannya yang paling cerdik untuk melayani Lim Tiang Hong. Ia yang semenjak
kecilnya hidup selalu dalam kalangan orang miskin, merasa kikuk dengan perlakuan demikian, maka ia suruh 981
dua pelayannya berlalu dan lampu lantas dipadamkan, duduk diatas pembaringan sambil bersila untuk melatih ilmunya. Siauw-yang It-ku Sin-kang.
Kira2 jam 3 malam, dari jauh tiba2 terdengar suara orang saling bentak. Lim Tiang Hong yang daya
pendengarannya sudah melebihi manusia biasa, segera dapat mengenali bahwa suara itu bukan suaranya
penjaga malam, maka ia lantas menduga bahwa malam itu diatas bukit Bu-san ini pasti sudah terjadi apa2.
Dengan tanpa ayal lagi, ia lantas lompat keluar dari dalam kamarnya. Siapa nyana baru saja kakinya
menginjak atap genteng dari tempat gelap tiba2
terdengar suara orang membentak "Bocah, benar saja kau bukan cuma nama kosong belaka. Telingamu
ternyata ada sangat tajam. Tapi entah kau ada
mempunyai itu nyali atau tidak untuk bertanding dengan tuan besarmu?"
Ketika Lim Tiang Hong sudah dapat lihat dengan
tegas, orang yang menantang padanya itu ternyata
adalah, itu Giok-bin Long-kun Cu Tek, yang tadi siang pernah mencari gara2 dengannya. Ia merasa sangat
mendongkol, maka lantas menjawab: "Aku si orang she 982
Lim dengan kau toh tidak mempunyai ganjaian apa2, mengapa kau memaksa hendak mengadu kekuatan
dengan aku?". "Jikaiau kau merasa takut, tuan besarmu juga tidak memaksa, cuma kau harus segera meninggalkan bukit Bu-san ini" katanya Giok-bin Long-kun dingin.
"Aku si orang she Lim, sebetulnya juga tidak
kesudian tinggal disini, tapi karena tuan rumah ada begitu baik hari undang aku datang kemari, terpaksa aku tinggal untuk sementara. Jikalau orang luar paksa aku pergi, aku kepingin lihat orang itu ada mempunya itu kemampuan untuk mengusir aku atau tidak?"
Giok-bin Long-kun kuatir nanti akan membikin
kaget Sin-lie Hong-cu, maka ia lantas berkata dengan suara yang agak perlahan: "Mengadu mulut tidak ada gunanya, mari, kita uji kekuatan masing2!"
Sehabis berkata demikian, ia lantas melesat
kebelakang bukit. Lim Tiang Hong yang berkepandaian tinggi, sudah
tentu tidak merasa takut, maka ia lalu menggunakan ilmunya It-sia Cian-lie secepat kilat sudah menyusul dirinya Giok-bin Long-kun.
983 Sebentar kemudian, kedua orang itu sudah tiba di
satu tanah latar dibawah kaki bukit.
Giok bin Long-kun mendadak hentikan kakinya dan
berkata kepada Lim Tiang Hong dengan suara dingin:
"Memang benar seperti apa yang kau katakan, antara kau dengan aku dimasa yang lampau memang tidak ada ganjalan apa2 tapi kau tentunya tahu juga itu pepatah dari jaman SAM KOK (Tiga Negeri) yang diucapkan oleh Ciu Jie, jenderal dan penasehat kerajaan Gouw, yang berbunyi: "Kalau sudah ada Jie (Ciu Jie), mengapa lahir Liang (Cu-kat Liang atau Khong Beng). Aku si orang she Cu apabila malam ini kalah ditanganmu, selanjutnya akan berlalu jauh ke daerah Biauw-ciang, tidak akan berkelana lagi di dunia kang-ouw. Cuma kau juga jangan sungkan2
lagi. Jika kau yang kalah, hm! Barangkali lembah gunung ini akan merupakan tempat semayammu untuk selama-lamanya. Aku sedikitpun tidak akan memberi hati
padamu" Lim Tiang Hong setelah mendengar keterangan
tersebut, hatinya tercekat. Kini ia telah mendapat kenyataan bahwa ia sedang berhadapan dengan satu
pemuda yang berhati kejam dan ganas, maka ia lantas 984
menjawab dengan suara nyaring: "Dalam segala
pertandingan, sudah tentu ada yang menang dan yang kalah, perlu apa saudara mengucapkan perkataan yang begitu getas?"
"Segala sesuatunya aku sudah terangkan
semuanya, banyak bicara tidak ada gunanya, lebih baik lekas mulai! Diatas bukit Busan ini, malam ini mungkin akan terjadi kejadian apa2!"
Ia tidak memberikan kesempatan bagi Lim Tiang
Hong untuk menjawab, lantas menyerang ke arah dada orang.
Ia sejak kanak2 sudah dibawa oleh pulang ke dalam goa dan kemudian dididik ilmu silat oleh seorang gaib dari daerah Biauw-ciang, maka ilmu silatnya sudah mempunyai dasar baik, kekuatan serangannya itu
sesungguhnya tidak boleh dipandang ringan.
Lim Tiang Hong meskipun tidak senang atas sikap
orang itu yang begitu jumawa, tetapi sebetulnya juga tidak suka tanpa sebab sesuatu mengadu jiwa. Maka ketika diserang ia lantas geser kakinya mengelakkan serangan tersebut. Sedikitpun tidak dibalasnya serangan tadi.
985 Tapi dipihaknya Giok-bin Long-kun agiknya sudah
tidak perdulikan sikap mengalahnya Lim Tiaug Hong itu.
Setelah keluarkan serangan yang pertama lalu disusulkan dengan serangan2 lain yang beruntun beberapa kali, bahkan setiap serangan diarahkan ke tempat2 yang
berbahaya pada anggaota badan pemuda itu.
Serangannya itu beerganti2 dan nampaknya aneh sekali.
Semua itu telah terjadi tidak menurut tata tertib dari kebiasaan dalam pertempuran. Hingga mau tidak mau Lim Tiang Hong terus mundur ber-ulang2 sampai lima-enam tindak.
Giok-bin Long-kun yang sudah dapat "hawa",
sikapnya semakin garang. Sambil ketawa ber-gelak2 ia lalu berkata: "To liong Kongcu yang namanya begitu disohorkan orang dunia kang-ouw tidak tahunya cuma punya kepandaian yang begitu saja. Ha,.ha.... Aku si orang she Cu hampir saja kena dikelabui dengan nama kosongmu. Ha.ha...."
Sembari berkata, tangannya terus gerakkan
melancarkan serangan2 beruntun sampai delapanbelas kali. Mungkin anggapnya lawannya itu terlalu lemah, 986
maka pada serangan2 berikutnya ini dilakukan kurang gencar dan tanpa pikir dengan perhitungan lagi.
Mendadak ia dengar suaranya Lim Tiang Hong yang
berkata: "Kalau saudara Cu terus2an mendesak dengan cara begini aku terpaksa akan coba2 berlaku kurang ajar"
Mendadak badannya kelihatan lompat melesat
menyusup diantara serangan2 tangan Giok-bin Long-kun yang gencar tadi. Kedua tangannya nampak diulur dan ditarik kembali lalu balas menyerang laksana kilat cepatnya.
Karena kala itu kekuatan tenaga dalamnya sudah
tidak ada taranya, buat dunia kang-ouw yang mampu menandingi kekuatannya barangkali cuma terbatas
beberapa orang saja. Giok-bin Long-kun meskipun termasuk salah satu
orang kuat dari tingkatan muda, tapi biar bagaimana masih belum mampu menyambuti kekuatan Lim Tiang
Hong yang sudah tidak ada taranya itu.
Dalam keadaan kaget dan ketakutan Giok-bin Long-
kun mundur sejauh satu tombak lebih. Dengan biji
matanya yang kelihatan kaget bercampur heran
ditatapnya terus wajah Lim Tiang Hong.
987 Lim Tiang Hong yang tak ada maksud
mencelakakan orang muda itu, lantas berkata sambil menyoja: "Pertemuan antara kau dengan aku itu semua karena terjadi karena ada jodoh, perlu apa harus
bertengkar" Bagaimana kalau kita mengikat tali
persahabatan saja?" Giok-bin Long-kun setelah dikagetkan sedemikian
rupa kini pikirannya mulai tenang kembali. Ketika mendengar perkataan Lim Tiang Hong, bukannya
disambut dengan muka riang, sebaliknya malah
cemberut kecut wajahnya, agaknya masih mendongkol dia, sambil ketawa menyengir berkata: "Kau tak usah pura2! Aku si orang she Cu tahu bahwa saat ini kekuatan tenaga dalamku masih belum mampu menandinginmu.
Tapi ada satu hari pasti akan kuparani kau dimana saja untuk tebus kekalahanku hari ini"
Sehabis mengucapkan perkataannya itu ia menatap
wajahnya Lim Tiang Hong dengan rupa gemas. Lalu
kabur meninggalkan tempat itu.
Lim Tiang Hong yang tanpa sebab merasa telah
menanam permusuhan, dalam hati merasa kurang enak.
Pikirnya: "Orang2 yang ada didunia kang-ouw kenapa 988
begitu banyak yang sifatnya seperti orang ini" Aku tidak mau bertanding dengan dia, dia terus mendesak begitu rupa. Dan kalau kalah, lantas kabur setelah mengancam dan mendendam sakit hati. Dia rupanya tidak pikir, kalau aku yang kalah bagaimana...."
Sendirian Lim Tiang Hong memikirkan tindak tanduk pemuda baju kuning tadi itu. Saat itu rembulan sudah muncul hingga keadaan diatas bukit nampak terang
benderang. Setelah tertiup oleh angin gunung, Lim Tiang Hong merasa otaknya jernih kembali. Ia mendadak ingat
bahwa diatas bukit mungkin ada kejadian apa2.
Bukankah tadi telinganya mendengar suara orang saling bentak"
Maka tanpa berayal lagi lantas digerakkannya
kakinya, lari ke atas bukit.
Hanya dengan beberapa kali gerakan saja ia sudah
berada dibelakangnya itu bangunan gedung yang amat mewah.
Benar saja dugaannya, matanya yang jeli segera
melihat, di tengah lapangan yang siang tadi digunakan untuk menyambutnya, ada kelihatan beberapa bayangan 989
orang yang sedang ber-gerak2. Sinar lampu menerangi tanah lapang tersebut, agaknya ada orang sedang
melakukan pertempuran. Lim Tiang Hong yang berhati mulia merasa bahwa
orang yang mengundang dirinya selagi orang itu berada dalam bahaya, kalau dibiarkan begitu saja dengan peluk tangan, tentu merasa malu terhadap sahabat yang
mengundangnya itu. Setelah berpikir demikian ia lalu lompat melesat
setinggi tujuh-delapan tombak. Di tengah udara
tangannya ber-gerak2.... Gedung yang begitu besar dan luas telah dapat
dilampaui olehnya dan kemudian menukik turun tiba di lapangan tersebut.
Pada ketika itu, di tengah lapangan sedang
berlangsung satu pertempuran sengit.
Pihak lawan yang datang cuma ada empat hweesio
pertengahan umur. Kawanan padri itu kelihatannya
bukan dari golongan orang2 jahat Akan tetapi masing2
mempunyai kepandaian dan kekuatan sangat tinggi.
Sedang dipihak orang2nya bukit Bu-san sudah ada tiga-empat orang yang luka2 dan yang sedang bertempur
990 saat itu, adalah Cit-seng Hongcu, Siong-yang Hongcu, Sin-lie Hongcu dan Tiauw-yang Hongcu.
Cit-seng Hongcu Oey Pek To di dalam Duabelas
Hongcu dari bukit Bu-san itu terkenal karena
kepandaiannya paling tinggi. Kelihatan saat itu Hongcu yang tertua ini bertempur dengan laku tenang, sedang yang menjadi lawannya, kelihaian berimbang.
Sin-lie Hongcu mahir dalam hal ilmu meringankan
tubuh. Ini jutru yang dapat membantu kekalahan tenaga dalamnya yang masih belum seimbang dengan
lawannya. Sebaliknya dengan Giok-yang Hongcu dan Tiauw-
yang Hongtiu, ke-dua2nya per-lahan2 kelihatan mulai keteter. Lim Tiang Hong lalu menduga, tidak sampai sepuluh jurus lagi pasti mereka akan terjungkal.
Kedatangan Lim Tiang Hong itu se-olah2 malaikat
baru turun dari langit, membuat semua orang yang ada disitu pada kaget. Dan orang2 yang sedang bertempur, juga dikejutkan oleh melayangnya badan orang diluar dugaan mereka itu. Karenanya semua orang dengan
tidak sadarkan diri sudah pada kendorkan serangannya.
991 Menggunakan kesempatan tersebut, Lim Tiang
Hong lantas berkata dengan suara nyaring: "Harap
berhenti sebentar, aku si orang she Lim datang!"
Suaranya itu dikeluarkan dengan menyebarkan
kekuatan tenaga dalamnya melalui mulutnya, bisa bikin pekak telinga setiap yang mendengarnya.
Di pihak empat hweesio itu, menduga kalau
Duabelas Hongcu dari Bukit Bu-san telah mendatangkan seorang kuat bagi pihak mereka, maka lalu pada tarik kembali serangan dan lantas mundur sampai delapan kaki. Buru2 pasang mata dan melihat yang baru datang itu, tapi ternyata cuma tampak satu orang yang masih terlalu muda usianya, hingga semuanya jadi tercengang.
Adapun empat hwesio yang datang malam itu,
adalah empat hwesio dari cabang persilatan Ngo-thay-pay. Mereka itu adalah Tie cin, Tie-hui, Tie-kok dan Tie-tlong. Semuanya mereka merupakan orang2 yang
beribadat tinggi. Kedatangan mereka malam itu ke bukit Bu-san dan sampai terjadinya pertempuran, sebetulnya adalah karena kesalah-pahaman.
Lim Tiang Hong yang melihat pertandingan
berhenti, lalu berkata kepada Cit-seng Hongcu sambil 992
menyoja: "Hongcu, numpang tanya, apakah sebabnya
sampai kalian kebentrok dengan empat Siansu ini"
Bolehkah Hongcu memberi sedikit keterangan padaku?"
Cit-seng Hongcu mengawasi empat hwesio dari
Ngo-thay-san itu sejenak, kemudian setelah menghela napas panjang berkata: "Urusan ini sebetulnya
merupakan kesalahpahaman yang sangat besar...."
Selanjutnya Hongcu ini lantas menceritakan hal
ikhwalnya sampai terjadinya permusuhan dengan pihak Ngo thay-pay.
Kiranya Hongcu dari bukit Bu-san, yakni Kiu Tiong Thian yang gelarnya terkenal dengan sebutan Pat-kwa-ciang, dahulu dengan Goan-goan Taysu dari Ngo-thay-pay, pernah menjadi sahabat2 karib. Satu hari, dua orang itu dalam sebuah guha diatas gunung sama2
mendapatkan sejilid kitab yang bernama Hian-hian Pit-kip. Mereka telah membaca isi dari kitab tersebut.
Merasa sulit untuk dimengerti, ternyata sangat dalam arti kata dalam kitab itu. Oleh karena kedua orang itu sama2
memegang pimpinan dari dua partai besar, tidak ada banyak waktu ber-sama2 mempelajari isi kitab tersebut.
Maka lalu mereka mengadakan suatu perjanjian, dengan 993
masing2 manyimpan dan mempelajari kitab itu dalam waktu tiga tahun secara bergiliran. Jadi, setiap tiga tahun kitab itu harus berpindah tangan.
Kedua partai itu sampai sekarang selalu tenang
tidak pernah timbulkan kejadian apapun. Tidak nyana, ketika tiba pada giliran kitab itu mesti dipelajari oleh pihaknya bukit Bu-san, mendadak hilang lenyap tercuri penjahat. Barang tentu 12 Hongcu lantas turun gunung menyelidiki sebab2 kehilangan itu, tetapi usaha mereka ternyata sia-sia belaka. Sedang kala itu, giliran pihak Ngo-thay-pay sudah sampai lagi.
Cit-seng Hongcu dalam keadaan tak berdaya dan
putus asa mencoba memberi penjelasan dengan se-
baik2nya kepada pihak Ngo-thay-pay, dalam harapannya supaya urusan bisa ditunda sementara. Siapa tahu tunda punya tunda, satu tahun sudah berlalu. Dan kabar tiada datang ke gunung Ngo-tay-san. Sudah barang tentu pihak itu merasa tidak senang, lantas diutus empat orang dari golongan tua untuk menanyakan urusan itu lagi.
Siong-yang Hongcu yang beradat berangasan,
apalagi ketika memberi jawaban tentu akan tidak
994 memuaskan pihak lawan, begi tulah sampai terjadinya pertikaian tersebut.
Lim Tiang Hong setelah mendengar penuturan itu,
dalam otaknya mendadak terkilas kejadian2 masa lalunya ketika ia berada di Hong-hong Pit-kok, apa2 yang pernah dilihatnya, didalam sebuah gua ia melihat ada seorang Taotho dan seorang tua lain yang sudah pada mati
dalam keadaan bergulat. Maka ia lantas putar badannya dan berjalan
menghampiri empat padri Ngo-thay-pay itu, kemudian sambil menyoja berkata: "Dalam urusan kalian ini, aku yang rendah ada sedikit keterangan. Sukalah kiranya Siwie Siansu dengarkan keteranganku dan sementara hentikan pertikaian ini?"
Tie-cin Tiang-lo segera membalas hormatnya si
anak muda, berkata: "Sicu siapakah" Dan mengapa sicu tahu hal ikhwalnya urusan kami?"
"Aku yang rendah adalah Lim Tiang Hong. Belum
lama berselang, ketika aku masuk ke lembah Hong-hong Pie-kok, kebetulan melihat seorang tua dan seorang Taotho. Ke-dua2nya mati dalam keadaan gulat. Kitab2
Hian-hian Pit-kip kalian yang terhilang itu, juga ada di 995
sekitar mereka dalam keadaan hancur. Cuma yang
ketemu dua lembar, yang pun tidak sempurna. Dua
lembar sobekan kertas itu aku pungut, dan sudah
kuserahkan kepada Sin-lie Hongcu"
Tie-cin Tiang-lo begitu mendengar nama Lim Tiang
Hong nampak perubahan di wajahnya. Dengan wajah
nampak kaget mengawasi pemuda itu dan atas sampai kebawah, baru berkata: "Apa sicu yang digelarkan
orang2 kang-ouw sebagai To-liong Kongcu itu" Pinceng sudah lama dengar namamu yang besar itu. Hanya,
dalam urusan kami ini, hubungannya dengan
keselamatan, runtuh atau bangunnya partai kami, ada erat sekali, tidak bisa dengan sepatah dua kata saja lantas bikin habis perkara, maka sebaiknya sukalah sicu jauhi perkara ini"
"Aku yang rendah, sebetulnya juga tidak suka turut terlibat dalam pertikaian kalian, tetapi karena diminta bantuanku oleh seseorang, aku rasa tidak boleh tidak harus memenuhi permintaannya. Lagipun kitab Hian-hian Pit-kip itu sudah pernah kulihat dengan mata kepala sendiri, dalam keadaan hancur tak keruan. Dengan cara bagaimana kalian hendak suruh 12 Hongcu dari bukit Bu-996
san ini mencarikannya lagi" maka anggapku, hal ini haraplah siansu sekalian pikirkan lagi masak2"
Tie thong mendadak maju 3 tindak, ia berkata
dengan suaranya nyaring: "Apa yang pinceng cari adalah Hongcu dari bukit Bu-san, dengan orang luar tidak ada sangkut pautnya. Malam ini jika tidak diserahkan kitab Hian-hian Pit-kip, sekalipun kaisar sendiri sendiri yang turut campur tangan, Ngo-thay-pay juga tidak bisa bikin habis begitu saja"
Sin-lie Hongcu yang mendengar ucapan itu merasa
sangat gusar, maka lalu nyeletuk: "Hm! orang2 dari bukit Bu-san, tidak nanti takut kepada kalian orang2 dari ngo-thay-pay. Menurut pikiranku, soal ini kebanyakan adalah kalian orang2 Ngo-ihay-pay yang sengaja kirim orang untuk mencuri kitab itu, dan kemudian mencari setori dengan kami orang"
Tie-thong gusar sekali dituduh demikian, maka ia
lantas membentak dengan suara keras "Ngaco!"
Berbareng dengan itu, tangannya lantas diayun
menghajar nona yang dianggapnya lancang mulut itu.
997 Hweshio ini tenaga dalamnya kuat sekali, dengan
serangannya yang ringan sekali sudah bukan main
hebatnya. Tiba2 dari samping ada samberan angin yang
segera membikin musnah tanpa bekas serangan kuat
yang dilancarkan oleh Tie-thong Hweshio tadi, kemudian disusul oleh bergeraknya Lim Tiang Hong yang menyela di tengah-tengah mereka.
Tie-thong Hweshio hatinya bercekat, diam2 lalu
berpikir "sungguh tidak nyana bocah ini betul2 ada mempunyai kekuatan tenaga ialam begitu hebat"
Seketika itu lantas berkata sambil menyebut nama
Buddha: "Orang luar paling baik jangan turut campur"
Lim Tiang Hong saat itu sudah dibikin mendongkol
dengan sikapnya Tie-thong yang amat congkak itu, maka lantas berkata sambil donggakan kepalanya: "Jikala aku tidak menurut?"
"Akan dipandang sebagai komplotan yang
menggelapkan kitab Hian-hian Pit-kip sudah tentu akan mendapat hukuman serupa"
Didalam kitab Hian-bian Pit-kip, ada banyak ilmu
kepandaian yang khusus untuk menjatuhkan ilmu
998
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
kepandaiannya golongan Ngo-thay-pay, tapi oleh karena artinya terlalu dalam, kedua partay itu meski sudah pelajari begitu banyak tahun, namun tidak seorangpun yang mengerti. Daa kini telah hilang, apa bila terjatuh dalam tangannya orang yang "kenal barang", setelah berhasil mempelajari isinya, maka untuk selanjutnya buat partay Ngo-thay-pay sudah tidak bisa taacap kaki lagi didunia kang-ouw.
Oleh karenanya, maka 4 hweshio itu tanpa
memikirkan resikonya yang akan terjadi, yakni
persengketaan antara dua partai, sudah bertekad bulat hendak minta kembali kita tersebut.
Lim Tiang Hong yang mendengar ucapan kasarnya
Tie-thong Hweshio, alisnya lantas berdiri, dan berkata sambil ketawa: "Terhadap urusan ini aku yang rendah malam ini sudah pasti hendak campur tangan. Kalian ada mempunyai kepandaian apa boleh keluarkan saja
kepadaku si orang she Lim"
Setelah itu ia lantas berdiri tegak di-tengah2
lapangan dengan sikapnya yang gagah.
Karena sepatah perkataan saja telah membuat
keadaan jadi runcing, suasana jadi tegang.
999 Tie-thong Hweshio tiba2 tertawa bar-gelak2 dan
berkata: "Pinceng tidak suka bertengkar mulut dengan kau, satu bocah dari tingkatan muda sebetulnya, tapi kalau sudah pasti kau kata mau campur tangan, kalau tidak dikasih sendiri hajaran barang kali tidak tahu tingginya langit dan tebalnya bumi kau si bocah"
Se-konyong2 ia mengebutkan lengan jubahnya
yang gembrongan, angin kuat menyambar keluar
mengarah muka si anak muda.
Lim Tiang Hong yang kala itu termaksud hendak
menguji tingginya kepandaian empat hwesio dari Ngo-thay pay ini, sengaja tidak menyingkir maupun kelit, bahkan dengan menggunakan enam bagian tenaga
murninya, dengan satu tangan menyambuti sambaran
angin tersebut. Sebentar lalu terdengar suara benturan nyaring,
kekuatan dua pihak ternyata berimbang.
Lim Tiang Hong diam2 berkata kepada dirinya
sendiri. "Hwesio dari Ngo-thay-pay ini kiranya bukan cuma nama kosong belaka. Betul2 berarti juga
kepandaiannya" 1000 Sebaliknya dipihak sana, Tie-thong Hweshio jadi
terkejut sekali. Sama sekali tak pernah ia menduga kaiau pemuda yang dihadapinya ini begitu hebat
kepandaiannya. sanggup menyambuti serangannya yang mengandung kekuatan tenaga dalam delapan bagian.
Tapi saat itu ia sudah merasa terlanjur turun tangan yang sudah tentu tidak bisa ditarik kembali setengah jalan. Maka ia lantas berkata sambil menyebut nama Buddha: "To-liong Kongcu, sicu ternyata mempunyai nama betul2 nama berisi, harap sambuti lagi serangan pinceng selanjutnya"
Jubahnya yang gedombrongan nampak ber-kibar2,
dengan kecepatan bagaikan kilat sekejap saja sudah melancarkan serangan sampai duapuluh satu kali.
Hweshio ini tahu benar bahwa lawannya itu meskipun masih muda sekali usianya, akan tetapi kepandaiannya tak bisa dibikin mainan. Maka lantas dikeluarkannya semua ilmu2 simpanan Ngo-thay-pay. Dalam waktu
sekejapan cuma tertampak bayangannya yang tinggi
besar beterbangan ke sana ke mari.
Sambaran angin dari serangannya tadi lantas
menimbulkan suara gemuruh serta membikin dua meter 1001
persegi disekitar tempat tersebut se-o!ah2 dilanda angin pujuh yang menggulung dirinya Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang mendapat serangan demikian
rupa, merasa kaget juga dalam hati. Lantas
dikeluarkannya ilmu mengentengi tubuhnya, menggeser ke sana melompat kemari kelihatan bagai orang
beterbangan, ia selalu mengikuti kemana arah angin itu menerjang. Kemudian dengan cara mendadak badannya tahu2 berada diluar lingkungan gulungan angin itu. dan berseru dengan suara nyaring: "Siansu sekalian kalau benar ingin mendapat keputusan siapa yang lebih unggul paling baik semua maju berbareng saja supaya tak
terbuang waktuku yang berguna"
Tie-thong Hweshio dengan kedudukannya sebagai
Tiang-lo, apalagi dari tingkatan tua itu ia sudah mendapat nama baik, melakukan serangan terhadap
searang dari tingkatan muda saja, sudah merupakan suatu hal yang kurang pantas, mana ada muka lagi kalau empat orang sekaligus mengerubuti satu anak muda"
Maka seketika itu lantas membentak dengan suara gusar:
"Kau jangan berlaku sombong! Kalau kau mampu
jatuhkan pinceng kau boleh buka mulut lagi"
1002 Dan badannya melesat, mengayun tangannya lagi,
kembali melancarkan serangannya, kini yang terhebat barangkali.
Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar itu sudah tentu lebih seru dan lebih hebat. Hingga membuat 12 hongcu yang menyaksikan pertempuran tersebut
diam2 kuatir keselamatannya si pemuda.
Akan tetapi ilmu meringankan tubuh Sam-sam Po-
hoatnya Lim Tiang Hong sesungguhnya luar biasa aneh. Hanya terlihat badannya sedikit bergoyang, tahu2 sudah lepas dari incaran mata lawannya.
Dibelakang Tie-thong Hweshio ia berseru: "Kalau
siansu sekalian tidak mau turun tangan sendiri, aku yang rendah terpaksa tidak akan sungkan2 lagi"
Mendadak melompat lagi, menyerang Tie-cin
Hweshio. Tie-cin yang diserang secara tiba2, lalu kebaskan lengan jubahnya dan coba menotok Lim Tiang Hong
yang tengah menerjangnya. Tetapi si pemuda kosen saat itu kelihatan berputaran badannya, dengan gerakan sekaligus menyerampang Tie-hui dan Tie-kak.
1003 Dengan demikian maka empat hweshio itu lantas
menjadi murka. Setelah masing2 pada menyebut nama Buddha, lalu ayun tangan masing2 melancarkan
serangannya. Kali ini keempat Hweshio itu telah turun tangan
berbareng, dalam arti kata lain, mengeroyok. Sudah tentu keadaan kini menjadi berlainan dengan yang tadi.
Dalam waktu sekejapan saja tanah lapang itu lantas timbulkan debu2 yang mengulak ke atas, kelihatan bagai disitu diratai dengan air hujan, tiada tampak bayangan orang2 yang bertempur.
Perbuatan Lim Tiang Hong yang amat berani itu
benar2 menggelisahkan sekali hati orang2 yang
menonton. Terutama bagi Sin-lie Hongcu, yang saat itu juga
sudah hendak turut turun tangan. Tapi Cit-seng Hongcu yang lebih dulu maklum, melihat pundaknya bergerak lantas tarik tangan adiknya ini, sambil bersenyum sang toako ini berkata: "Dia berani menantang dikerubuti, tentu mempunyai andalan cukup. Sudah pasti juga tahu kalau dia akan dapat menundukkan lawan2nya. Tidak perlu kau begitu gelisah, tenang2 sajalah"
1004 Merah selebar wajah Hongcu yang buncit ini.
Sebetulnya ia terlalu memperhatikan pemuda cakap
gagah itu, yang membuat hatinya kuatir sendiri. Tetapi setelah mendengar perkataan toako-nya, ia lantas ingat bahwa dulu pernah pemuda itu menundukkan banyak
kawanan iblis, maka lantas tahu bahwa empat lawannya pemuda tersebut tidak bisa berbuat apa2.
Pada saat itu terdengar suara siulan panjang dari tengah kalangan, tangan Lim Tiang Hong berputar
laksana titiran menerobos kedalam serangannya empat hweshio lawannya.
Seketika itu lantas terdengar suara benturan yang sangat hebat, lalu terbuka lowongan kira2 dua tombak persegi.
Empat hweshio dari Ngo-thay-san itu, karena
hendak menjaga nama baik Ngo-thay-pay mereka,
masing2 sudah berusaha keluarkan kepandaian dan
kekuatan sendiri yang telah dilatih dan dipupuk puluhan tahun lamanya, maka serangan2 mereka hebat luar
biasa. Lagi pula empat orang itu merupakan empat
serangkai yang bekerja sama dengan baik hingga sudah dapat ditembus musuhnya. Untung yang dikepung oleh 1005
mereka kali itu adalah To-liong Kongcu, jikalau orang lain benar2 tidak akan sanggup-menghadapi.
Lim Tiang Hong yang dikepung dan diserang hebat
oleh empat orang tua itu, semangatnya bangun. Sebab dengan cara itu ia baru bisa bertempur secara berani dan banyak dapatkan kesempatan untuk menggunakan
seluruh kepandaian. Tapi pun dengan cara demikian, apabila kesalahan tangan, akan lantas membawa
bencana bagi dirinya sendiri.
Karena ia mempunyai kepandaian capcai dari ber-
bagai2 golongan, pikirnya dengan cara bertempur
demikian, baru dapat menguji kepandaian dan
mengoreksi diri sendiri. Pertempuran itu makin lama berlangsung makin
sengit. Sebentar saja lima orang itu sudah terbungkus oleh debu yang mengepul tinggi, tidak kelihatan
bayangan orangnya. Duabelas Hongcu dari bukit Bu-san pada buka lebar mata mereka, dengan perasaan tegang bercampur kuatir mengikuti segala perubahan yang terjadi dalam medan pertempuran. Sebab, pertempuran itu ada sangkut
pautnya dengan keselamatan dan nama baik partai Bukit 1006
Bu-san dikemudian hari. Perhatian mereka begitu
besarnya jika dibanding dengan seandainya mereka
turun tangan sendiri. 50 jurus, 100 jurus, dalam waktu sekejap saja
sudah dilalui, tiba2.... Dalam medan pertempuran terdengar dua kali
suara nyaring, sedang yang bertempur lantas nampak pada pencarkan diri. Tie-hong dan Tie-kak kedua-duanya nampak pada menekap dada masing2 dan pada mundur
8 kaki, sedang Lim Tiang Hong sudah melesat keluar dari kalangan seolah-olah meluncurnya anak panah dan
kemudian melayang turun diluar kalangan sejauh kira2
satu tombak, dengan sikapnya yang tenang mengawasi lawannya yang terluka.
Tie-cin dan Tie-hui melihat kedua suteenya terluka, tidak berani melanjutkan pertempuran lagi, lantas memburu ke depan kedua suteenya dan menanya
dengan suara perlahan: "Sutee, bagaimana dengan luka kalian?"
Tie-thong geleng2kan kepalanya, tidak menjawab,
dari mulutnya lantas muntahkan darah hitam. Tie-cin tahu bawa sang sutee ini lukanya tidak ringan, wajahnya 1007
berubah seketika, dengan cepat, ia balikkan badannya, sepasang mata nampak sangat beringas, kemudian
dengan sikap bengis ia berkata kepada Lim Tiang Hong:
"Bangsat cilik! Kau sungguh kejam.....!"
Tie-cin dan Tie-hui sebetulnya ada hweshio2 yang
beribadat tinggi, malam itu karena menyaksikan kedua suteenya terluka parah telah berubah sikapnya yang bisa berlaku tenang, hingga dapat mengeluarkan perkataan agak kasar.
Dengan penah hawa amarah, kedua-duanya geser
maju kakinya, per-lahan2 menghampiri Lim Tiang Hong.
Suasana menampak semakin gawat.
Orang2 yang menyaksikan pertempuran itu, semua
mengerti bahwa pertempuran itu apabila dilanjutkan, pasti akan lebih hebat dari yang duluan. Cit-seng Hongcu kerutkan keningnya, sedang Sin-lie Hongcu yang selalu perhatikan keselamatannya Lim Tiang Hong, dengan
tanpa sadar sudah mendekati dirinya anak muda itu.
Selagi suasana sangat kritis itu, dari jauh tiba2
terdengar suara orang memuji nama Buddha: "O Mie To Hud! Tie-cin, tidak boleh kau turun tangan secara sembarangan...."
1008 Seorang hweshio tua yang berbadan tinggi besar
dan berjubah gerombongan, dengan pengiringnya 4
hweshio kecil, seolah-olah terbang datang memburu medan pertempuran.
Tie-cin dan Tie hui ketika mendengar suara itu,
wajahnya segera berubah menjadi sangat menghormat, sambil taruh kedua tangannya diatas dadanya, mereka sendiri dengan tundukkan kepala, tidak berani angkat mukanya.
Paderi tua itu begitu tiba dikalangan, matanya
lantas menyapu semua orang yang ada disitu. kemudian baru berkata sambi! merangkapkan kedua tangannya:
"Siapakah ada Cit-seng Hongcu Oey Sicu?"
Cit-seng Hongcu lalu maju kedepan, sambi!
menyoja membalas hormat ia menjawab: "Teecu adalah Oey Pek To, bukankah Tay-su ini adalah Khe-tek Taysu?"
"Lolap benar adalah Khe-tek, ciang-bun-jin dari
Ngo-thay-pay" jawabnya Khe-tek Taysu sambil
bersenyum. kemudian ia anggukkan kepala dan berkata kepada Lim Tiang Hong: "Siauw sicu ini siapakah
namanya yang mulia?"
1009 Saat itu, Lim Tiang Hong justru menghampiri
hweshio tua itu dengan tindakan lebar. Ketika ditanya, ia lantas menjawab sambil membungkukan badan:
"Boanpwee bernama Lim Tiang Hong...."
Khe-tek Taysu mendadak membuka lebar, sepasang
matanya, mengawasi Lim Tiang Hong. sejenak
kemudian, tiba2 ia menanya "Ada seorang bernama Lim Thian Sun dengan nama gelarnya Ho-lok Siu-su, apakah sicu kenal?""
Lim Tiang Hong gelengkan kepala, untuk
menyatakan bahwa ia tidak kenal orang itu.
Khe-tek Taysu tiba2 menghela napas panjang dan
berkata: "Lim Tayhiap itu kabarnya pergi ke gunung Dewa. Tapi lantas tidak ada kabar ceritanya lagi.
Sekarang setelah lolap melihat sicu yang wajahnya mirip sekali dengan Lim Tayhiap itu, seolah-olah lolap bertemu dengan kenalan lama. Ah...."
Perkataannya paderi beribadat ini agak
mengherankan semua orang yang mendengarkannya.
Karena begitu tiba dilapangan, ia tidak mengurus
persoalan pokok yang menjadi gara2 pertikaian antara kedua partay itu, sebaliknya menanya hal2 yang tidak 1010
ada sangkut pautnya dengan soal penting itu, malahan ia lantas mengucurkan air mata, mengenangkan sahabat lamanya.
Lim Tiang Hong setelah mendengar perkataan Khe-
tek Taysu, hatinya tergoncang keras, ia segera menanya:
"Tay-su boleh boanpwee numpang tanya, Lim Tayhiap yang tay-su maksudkan apakah dia itu adalah orang penduduk kota Lok-yang" Orang itu kabarnya pada 12
tahun berselang karena mendapat selembar gambar
petanya gunung Dewa, lantas pergi ketempat tersebut, tapi sehingga sekarang masih belum ada kabar
ceritanya" "Betul adalah orang itu yang lolap maksudkan"
jawabnya Khe-tek Taysu sambil anggukkan kepala.
Lim Tiang Hong berpikir keras memikirkan soal
tersebut, ia merasa bahwa Lim Thian Sun yang
ditanyakan oleh Khe-tek Taysu stu, pasti adalah ayahnya sendiri.
Sejak ia terjunkan diri dikalangan kang-ouw selama 2-3 tahun ini, malam itu baru mendapat kabar yang sebenarnya tentang diri ayahnya. Tidak heran kalau seketika itu hatinya lantas tergoncang keras, air matanya 1011
hampir saja mengalir keluar. Tapi ia ada seorang berhati baja, tidak gampang2 mengucurkan air mata di hadapan orang banyak, maka ia tahan jangan sampai air matanya mengalir keluar.
Khe-tek Taysu ada seorang yang sudah banyak
makan asam, semua perubahan atas dirinya anak muda itu sudah dapat dilihat olehnya, hingga diam2 hatinya berpikir "apakah bocah ini ada anaknya Lim Thian Sun?"
Ia sendiri dengan Lim Thian Sun sebetulnya ada
merupakan sahabat karib, tapi saat itu ia tidak mau memecahkan rahasia tersebut, hanya berkata dengan suara hambar: "Lim Tayhiap ada seorang yang besar rezekinya, lagipula mempunyai kepandaian ilmu silat yang patut dibanggakan, menurut perhitungan lolap, tidak nanti ia bisa mendapat bahaya"
Lim Tiang Hong yang mendengar ucapan tersebut,
masih saja berdiri menjublek ditempatnya, tidak berkata apa2.
Khe-tak Taysu merasa bahwa pada saat itu bukan
pada tempatnya untuk membicarakan persoalannya Lim Thian Sun lebih lanjut, maka lantas alihkan
pembicaraannya ke lain soal.
1012 Ia berpaling dan berkata kepada Cit-seng Hongcu
sambi! rangkapkan kedua tangannya: "Dengan cara
bagaimana sebetulnya kitab Hian hian Pit-kip itu telah hilang" Harap sicu suka menjelaskan dengan sejujurnya".
Cit-seng Hongcu kembali menuturkan hal ikhwal
tentang hilangnya kitab itu dan dari tangannya Sin-lie hongcu ia minta itu dua helai sobekan kitab yang sudah hancur, lalu diangsurkan ke hadapannya Khe-tek Taysu.
Tentang kitab Hian-hian Pit-kip itu, Khe-tek Taysu pernah menyimpan dan mempelajari sendiri, sudah tentu begitu melihat segera mengenali. Ia tundukan kepala untuk berpikir, mendadak ia angkat kepalanya menanya kepada Lim Tiang Hong. "Apakah Lim Siauwhiap masih ingat, bagaimana bentuk dan rupanya itu taotho yang Siauwhiap ketemukan di dalam goa dilembah Hong-hong Pit-kok dalam keadaan sudah tidak benyawa?"
Lim Tiang Hong yang saat itu sudah mulai tenang
kembali pikirannya, lantas maju dan menjawab: "Taotho itu wajahnya kasar, dibatok kepalanya ada tanda cap dari emas. Dibelakang telinga kanannya ada terdapat tanda bekas bacokan sepanjang kira2 3 chun".
1013 "Kalau begitu" kata Khe-tek Taysu, "dalam
persoalan ini yang bertanggung jawab bukan semuanya harus dibebankan kepada pihaknya bukit Bu-san. Kita sendiri juga harus turut tanggung jawab. Sebab taotho itu adalah murid murtad partay kami bernama Pho-ceng.
Dulu ketika kitab itu tiba giliran pihak kami yang menyimpan, jahanam itu memang sudah pernah putar
otak untuk mencurinya, tapi lolap siang2 sudah dapat menebak jalan pikirannya, maka usahanya itu berhasil, hingga selanjutnya dia turun tangan ketika kitab itu tiba gilirannya pihak partay bukit Bu-san yang menyimpan.
Sekarang karena semua itu sudah terjadi menyesal juga sudah terlambat. Masih untung kitab itu sudah rusak, hingga tidak membawa pengaruh apa2 bagi dunia kang-ouw, maka apa perlunya lagi oleh karena soal kecil saja lantas membikin rusak perhubungan kedua partay yang selama itu telah kita pupuk dengan baik?"
Sehabis berkata, ia lalu menjura kepada Cit-seng
Hongcu seraya berkata: "Urusan malam ini, masing2 ada salahnya, lolap disini mewakili pihak Ngo-thay-pay menghaturkan maaf sebesar-besarnya kepada Hongcu
1014 dan sekarang urusan ini kita bikin habis sampai disini saja!"
"Semua terserah kepada Taysu, boanpwee selalu
menurut saja" jawabnya Cit-seng Hongcu sambil
membalas hormat. Khe-tek Taysu dengan wajah penuh welas asih
berkata kepada Lim Tiang Hong: "Dilain hari apabila sicu ada waktu, harap suka datang ke kelenteng Pho-hian Sian-sie di gunung Ngo-thay-san"
"Kalau ada tempo boanpwee pasti akan berkimjung
ke kelenteng Taysu untuk menerima nasihat2 yang
berharga" jawab Lim Tiang Hong dengan sikap
menghormat. Khe-tek Taysu dengan tidak banyak bicara lagi,
lantas berkata kepada Tie-cin berempat: "Mari kita pulang!"
Setelah itu, tubuhnya yang tinggi besar nampak
bergerak, sebentar kemudian sudah menghilang
ditempat gelap. Suatu keonaran besar, akhirnya telah dibikin beres secara memuaskan. Cit-seng Hongcu dengan perasaan 1015
penuh terima kasih, berjalan menghampiri Lim Tiang Hong untuk menyatakan terima kasihnya.
Sin-lie Hongcu juga dengan paras berseri-seri dan dengan pandangan mata yang mengandung arti, berkata kepada Lim Tiang Hong: "Kita sudah repot sata
malaman, kau tentunya juga sudah letih sekali! Mari kita lekas pulang mengaso!"
Semua perhatian dan perasaan si nona telah
tercakup dalam perkataannya yang singkat itu.
Akan tetapi, Lim Tiang Hong sedikitpun tidak dibikin tergerak hatinya oleh perkataan yang lemah lembut itu, ia hanya menjawab sambil ketawa hambar: "Terima
kasih, aku masih belum merasa letih. Sekarang karena aku masih ada banyak soal penting yang harus
diselesaikan, maka aku pikir hendak minta diri saja, lain waktu apabila ada kesempatan kita akan berjumpa lagi!"
Ia tidak menantikan dua hongcu itu menjawab,
orangnya sudah lompat melesat setinggi 7-8 tombak, setelah berputaran saja naik ditengah udara, lalu melayang turun meninggalkan bukit Bu-san.
Perbuatannya Lini Tiang Hong itu, sebetulnya diluar dugaan Sin-lie Hongcu, maka untuk sekian lamanya ia 1016
berdiri menjublek di tempatnya, lama tidak bisa
membuka mulut. Cit-seng Hongcu dapat menebak isi hatinya adik
seperguruannya, maka lalu maju menghampiri dan
menepok pundaknya seraya berkata: "Pemuda itu
mempunyai sifat saorang ksatria, kepandaian ilmu
silatnya sukar dijajaki, benar2 merupakan naganya manusia. Dikemudian hari apabila ada jodoh, aku ingin sekali mengikat tali persahabatan dengannya!"
Sin-lie Hongcu menghela napas panjang dengan
perasaan sedih, atas perkataan toakonya ia tidak
menjawab apa2, pada saat itu, hatinya dirasakan kosong melompong.
Sejak masih kanak2 ia sudah dimanja oleh ayahnya.
Dalam usianya yang sangat muda sekali sudah menyabet kedudukan Hong cu. Sejak berkelana di dunia kang-ouw, belum pernah mengalami kesulitan, juga tidak pernah mengalami kegagalan atau kekalahan dari musuhnya, sehingga menjadi seorang yang beradat tinggi, angkuh dan dingin.
Biasanya suka tidak pandang mata atau
memperlakukan tidak pantas terhadap pemuda2 yang
1017 ingin berkenalan padanya, sehingga merupakan bunga mawar yang sedap dipandang, tapi sukar dipetik.
Apa mau sejak ia berjumpa dan sehingga
berkenalan dengan Lim Tiang Hong, perasaan dan
cintanya telah ditumplekan kepada dirinya anak muda gagah itu. Hanya apa yang dibuat sesalan, ialah Lim Tiang Hong tidak seperti pemuda biasanya, yang
kebanyakan gemar dengan paras cantik. Pemuda gagah itu terhadap kawan wanita yang mana saja, diperlakukan sama rata, tidak pilih kasih. Ia selalu jauhkan diri jangan sampai menjadi "tawanannya" kawan wanita. Sebab
dalam alam pikirannya, yang paling berat adalah menerima budinya seorang wanita. Maka dari itu. setelah urusan di bukit Bu-san itu selesai, ia juga lantas pamitan kepada tuan rumahnya.
Sin-lie Hongcu lama sekali dalam keadaan
termenung, baru kembali ke kamarnya.
(dw-kz) Bab 26 MARI kita mengikuti perjalanannya Lim Tiang Hong.
1018 Pemuda itu setelah meninggalkan bukit Bu-san,
segera balik menuju ke kota Kim-Ieng. Berita yang ia dapatkan dari mulutnya Khe-tek Taysu, ia hendak
menanyakan kepada Sin-soan Cu-kat dan si Pengemis Mata Satu, apakah benar bahwa Ho-lok Siu-su Lim Thian Sun itu adalah ayahnya sendiri atau bukan. Sebab jika soal ini sudah dapat dibuktikan, maka teka-teki yang mengenai dirinya, lantas menjadi terang.
Tidak nyana ketika ia baru saja tiba dipintu kota, mendadak ada sesorang yang menghadang dirinya, dan sambil menuding orang itu memaki padanya: "Lim Tiang Hong, tadinya aku kira kau ada muridnya golongan orang baik2, hingga aku pandang kau sebagai manusia baik2
juga. Tidak tahunya perbuatanmu ada begitu rendah daripada binatang!"
Lim Tiang Hong melengak, karena orang yang
menegur padanya itu ternyata adalah Hong-gwat Kongcu dari Tho-hoa-to. Ia lalu balas menyoja sambil kerutkan keningnya: "Kita sudah berjanji dalam waktu satu tahun kita nanti saling bertemu lagi, mengapa kau sekarang mencari setori denganku?"
1019 "Perjanjian mengadakan pertandingan ilmu silat
adalah urusan antara kita berdua, tapi hari ini aku mencari kau, soalnya adalah lain. Hm! Dahulu ketika untuk pertama kali aku bertemu dengan kau, aku merasa kau seperti orang2 baik2, tidak nyana perbuatanmu ternyata ada begitu rendah!"
Lim Tiang Hong yang dihujani tuduhan keji terus-
terusan, dalam hati merasa sangat mendongkol, maka lantas menjawab dengan perasaan agak gusar: "Aku si orang she Lim selamanya suka berlaku terus terang, tidak suka main sembunyi2an, juga tidak pernah
melakukan perbuatan yang tidak patut diketahui orang.
Kalau kau masih mengucapkan perkataan kotor serta menuduh orang secara keji demikian, aku nanti akan berlaku tidak sungkan2 lagi terhadapmu"
Hong-gwat Kongiju dongakkan kepala dan ketawa
bergelak2 "Kau rupanya hendak cuci tangan. Jikalau aku tidak ada mempunyai bukti, tidak nanti aku mencari kau.
Di sini bukan tempatnya untuk bicara, mari kita cari tempat yang agak sepi"
Dengan tanpa banyak rewel, ia lantas tarik
tangannya Lim Tiang Hong. Lim Tiang Hong diam2
1020 merasa heran atas perbuatannya tongcu itu, hingga diam2 menanya kepada dirinya sendiri: "Ada apa
sebetulnya" Mengapa nampaknya dia begitu serius?"
Tak mendapat jawaban pertanyaan itu, ia lalu
mengikuti Beng-gwat Kongcu. Mereka berjalan terus sampai keluar kota begitu tiba di salah satu tempat yang agak sunyi keadaannya, lantas Hong-gwat Kongcu
mencari sebuah batu besar yang agak bersih, lalu
berduduk di atasnya dan kemudian berkata: "Kau
duduklah, mari kita omong2 secara tenang"
Dengan otak penuh tanda tanya Lim Tiang Hong
duduk di depannya Kongcu itu, sambil pentang lebar kedua matanya, ia mengawasi padanya.
Hong-gwat Kongcu dehem2 sebentar, kemudian
berkata dengan perlahan2: "Ada seorang pendekar
wanita bernama Henghay Kouw-loan, apa kau kenal
padanya?" Lim Tiang Hong terkejut, dengan perasaan cemas ia menjawab: "Dia adalah suciku, sekarang berada dimana"
Aku justru mencari padanya!"
"Mula2 kau acak2 dan kemudian kau buang begitu
saja. Sesudah kau permainkan dengan lantas kau anggap 1021
habis perkara. Apa perlunya kau masih mencarinya!" itu adalah serentetan kata2nya Hong-gwat Kongcu sambil ketawa panjang.
"Kau ngaco belo! Aku si orang she Lim ada seorang laki2 sejati. Tidak bisa melakukan perbuatan terkutuk seperti itu!" Sekarang adalah Lim Tiang Hong, yang sengit mengucapkan kata2nya.
"Menurut perkataanmu ini, apa dia sengaja
menuduhmu" Kehormatan seorang gadis umumnya
dipandang lebih penting dari pada jiwanya sendiri.
Apalagi dia adalah seorang dari golongan orang baik2.
Pikirku betapa rendah sekalipun martabatnya juga tidak mau memberi pengakuan yang berarti merusak nama
baiknya sendiri" kata Hong-gwat Kongcu lagi, dingin. Dan kemudian mendadak bangkit berdiri, berkata pula
dengan suara keras: "Hari ini jikalau kau tidak memberi penjelasan dalam urusan aku selamanya tidak mau
mengerti terhadapmu!"
(dw-kz) 1022
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Jilid Ke 11 Ini benar2 merupakan suatu tuduhan keji yang
membuat kata2 Lim Tiang Hong ada mulut juga tak
dapat membantah. Dalam keadaan demikian rupa, Lim Tiang Hong
hanya dapat menarik napas panjang, dan cuma
kata2nya: "Kapan kau bertemu dengan dia" Dan
sekarang bagaimana keadaannya?"
Hong-gwat kongcu yang melihat sikap Lim Tiang
Hong berubah tenang, tidak mendesak lagi. Ia duduk pula di atas batu seraya katanya: "Dengan terus terang kuberitahukan, dia sekarang sudah jadi encie angkatku.
Maka aku tidak mengijinkan siapa saja mengganggu dia, lebih2 tidak suka kalau dia mendapat perlakuan tidak patut dan orang."
Selanjutnya ia lantas menuturkan bagaimana
jalannya sampai ia dapat berkenalan dengan Henghay Kouw-loan.
Ternyata pada hari itu, Henghay Kouw-loan karena
Lim Tiang Hong tidak mengaku pernah menodai
kesuciannya, pikirannya terpukul hebat. Se-olah2 lakunya 1023
orang yang sudah tidak beres ingatannya, terus lari dan lari disepanjang jalan.
Oleh karena saat itu otaknya sudah kosong
melompong, ia sudah tidak dapat menguasai dirinya lagi.
Dengan sendirian terus lari dan lari, tanpa mengetahui apa yang harus diperbuat untuk hari2 selanjutnya. Ia lari terus, sampai di tengah jalan raya.
Oleh karena pikirannya sudah kalut, ia tidak tahu bagaimana harus menggunakan ilmu mengentengi
tubuhnya. Ia hanya lari dan lari terus mengikuti bisikan hatinya.
Begitu sampai di jalan raya tersebut, agaknya dia sudah kehabisan tenaga. Pada saat ini ada seekor kuda tinggi besar yang ditunggangi oieh satu Kongcu
berpakaian perlente lari mendatangi dari depan laksana terbang.
Henghay Kouw-loan dengan tindakan kaki tidak
karuan, larinyapun tidak mempunyai tujuan tertentu. Lari terus, sebentar lari ke kanan dan sebentar balik ke kiri hingga sebentar hampir bertubrukan dengan
penunggang kuda itu. Untung kongcu itu pandai
mengendalikan binatang tunggangannya, segera dikedut 1024
les kudanya, dan kuda itu lantas berhenti sambil angkat tinggi kaki depannya. Dengan demikian baru terhindarlah suatu tubrukan yang hebat.
Berjalan di atas jalan raya sebetulnya masing2
boleh lalu menurut kesukaannya sendiri2, juga tidak ada terjadi apa2 yang patut dibikin ribut. Tapi Henghay Kouw-loan yang saat itu sudah kalut pikirannya, bagai telah hilang otak jernihnya, begitu melhat penunggang kuda itu adalah satu pemuda tampan cakap, semakin perih rasa hatinya. Maka tanpa banyak bicara lantas berseru dan menghujani serangan ber-tubi2 kepada
Kongcu penunggang kuda itu.
Penunggang kuda iiu adalah Hong-gwat Kongcu.
Melihat keadaan Henghay Kouw-loan kala itu, lantas mengetahui bahwa dalam urusan ini tentu ada sebabnya.
Dan tatkala ia lompat turun dari binatang
tunggangannya, menyambuti serangan wanita yang
mengamuk itu, merasakan ilmu kepandaian nona itu
sebetulnya tidak lemah, karena kalut pikiran kelakuannya jadi ikut2an ngaco, tidak seperti biasanya. Nona itu agaknya sedang menderita pukulan batin yang hebat.
Sebab, tatkala turun tangan, lakunya seperti orang mau 1025
adu jiwa. Sama sekali tidak menghiraukan serangan balasan lawan, hanya main pukul main seruduk hingga semakin menimbulkan perasaan curiganya Kongcu itu.
Kepandaian Hong-gwat Kongcu yang hanya selisih
setingkat saja dengan Lim Tiang Hong, maka dalam
waktu hanya beberapa jurus ia sudah berhasil menotok rubuh Henghay Kouw-loan dan dikempitnya wanita itu, dikaburkan naik kuda.
Hong-gwat Kongcu ini, meskipun rnempunyai gelar
Hong-gwat yang berarti angin dan bulan, yang pun
mengandung arti yang sangat romantis, tetapi orangnya masih terhitung dalam golongan orang baik2.
Setelah Kongcu ini berhasil menangkap Henghay
Kouw-loan, sudah timbul niatnya hendak mengusut
soalnya yang menjadi sebab kenapa sampai Heng hay Kouw-loan jadi demikian rupa.
Dibawanya wanita ini ke sebuah rumah penginapan,
terus dibuka totokannya, kemudian ditotok lagi jalan darah Sui-hiatnya, supaya bisa tidur nona itu satu malaman. Keesokan harinya, pagi2 baru dibukanya lagi totokannya.
1026 Henghay-Kouw-loan setelah mendusin, dapatkan
dirinya tidur di rumah penginapan. Seorang Kongcu tampan cakap berpakaian perlente rampak duduk di
sampingnya. Bukan kepalang rasa kagetnya, lalu lompat bangun
seketika dan dengan suara nyaring membentak: "Kau siapa! Kenapa kau bawa2 aku ke tempat ini!"
Hong-gwat Kongcu meski adatnya sangat sombong,
tapi mempunyai kecerdikan luar biasa, ia tahu bahwa pada saat demikian, sedikipun tidak boleh mengganggu pikirannya itu nona yang baru saja mendusin, maka ia lantas menjawab dengan sikapnya yang jujur dan
merendah: "Aku yang rendah adalah Hong-gwat Kongcu dari pulau Tho-hoa-to. Kemarin, karena melihat nona dalam keadaan kalut pikiran, sudah terang telah
terganggu, maka sengaja kubawa nona ke tempat ini supaya jangan terjadi apa2 diluar dugaan. Kecuali itu tidak ada maksud lain"
Henghay Kouw-loan sudah lama terjun di dunia
kang-ouw. Ia tahu bahwa Tho-hoa-to. Kepandaiannya merupakan pelajaran tersendiri, jarang sekali bergerak dikalangan kang-ouw. Kini, melihat sikap orang pulau 1027
Tho-hoa-to begitu sopan santun dan jujur lantas tidak jadi gusar. Hanya dengan suaranya yang hambar, berkata: "Kalau begitu, aku harus ucapkan terima kasih atas kebaikanmu. Dan sampai ketemu lagi."
Dan nona ini lalu bertindak menuju keluar pintu.
Dengan cepat Hong-gwat Kongcu merintangi
jalannya dan berkata: "Nona, harap suka bersabar dulu sebentar. Melihat keadaan kemarin, pasti ada apa2 yang menimpa diri nona. Jikalau nona anggap ada
memerlukan bantuanku yang rendah ini sebagai sama2
orang dikalangan kang-ouw, aku tidak dapat peluk
tangan begitu saja" Henghay-Kow loan gelengkan kepala dan menjawab
setelah ketawa getir. "Dalam perkara ini, betapa lebih tinggi beberapa kali lipat lagi kepandaianmu, juga tidak akan bisa berbuat banyak. Kebaikanmu cuma bisa
kuterima dalam hati".
Sehabis berkata, kembali ia hendak berjalan keluar.
Tetapi ucapan si nona itu malah membangkitkan
sifat sombongnya Hong-gwat Kongcu. Sambil ketawa
ber-gelak ia berkata: "Didalam dunia ini tidak ada suatu perkara yang tak dapat dibereskan. Aku yakin urusan 1028
nona tidak begitu ruwet seperti yang nona kata. Biar bagaimana harap nona suka ceritakan supaya aku bisa mempertimbangkan"
Dengan suara sedih, setelah mengelah napas.
Henghay Kouw-loan menjawab: "Menurut satu
peribahasa, yang mengatakan, menteri yang jujur
sekalipun tak dapat memutuskan perkara dalam rumah tangga seseorang. Aku yang dijelmakan sebagai manusia yang mesti bernasib malang, apa daya telah menemukan orang yang tidak jujur...."
Henghay Kouw-loan meskipun sikapnya polos,
tetapi sesudah mengucapkan perkataannya yang se-
olah2 bagai membuka rahasia sendiri didepan orang lain itu, parasnya lantas menjadi merah. Dengan sejujurnya, perkataannya itu sebetulnya bukanlah pada tempatnya.
Sebab, antara ia dengan Lim Tiang Hong sama
sekali masih belum terikat oleh pertunangan, apalagi juga bukan sebagai suami isteri. Maka ucapannya
barusan sebetulnya hanya mengambil pikirannya sendiri, dari satu pihak.
Hong-gwat Kongcu ketika mendengar keterangan
itu, juga lantas melongo.
1029 Memang, apabila benar urusan yang dikatakan itu
ada merupakan perkara yang bersangkutan antara suami dengan isteri, tentu ia takkan mampu campur tangan.
Tetapi Kongcu ini orangnya suka menurut kemauannya sendiri. Karena sudah berkuputusan ingin menyelidiki soal tersebut, tentu tak akan melepas setengah jalan.
Setelah tundukkan kepala bagai berpikir sejenak, tiba2
membuka mulut lagi: "Siapa sebetulnya suhu nona dan sudah berapa tahun usia nona tahun ini" Sudikah kiranya nona beritahukan kepadaku?"
Ditanya demikian semula heran hatinya Henghay
Kouw-loan. Tetapi mengingat pemuda di depannya itu bagai sangat memperhatikan urusannya, ia merasa tak enak untuk menyimpang. Ia lalu menjawab: "Suhuku
Heng thian It-ouw, tahun ini usiaku masuk 19 tahun"
Hong-gwat Kongcu mendadak ketawa ber-gelak2
dan berkata: "Jikalau begitu nona boleh kusebut toacie"
Toacie, harap suka terima hormat siauwtee"
Dan ia lalu menjura dalam2 dengan lakunya yang
menghormat sekali. Henghay Kouw-loan tidak tahu apa maksud yang
terkandung dalam hati Kongcu yang begitu sopan, maka 1030
buru2 menjawab sambil balas hormat: "Apa artinya ini semua?"
Hong-gwat Kongcu tertawa nyaring dan segera
berkata: "Diempat penjuru lautan semua adalah saudara.
Siauwtee tahun ini baru berumur 17 tahun, kalau
siauwtee menyebut kau toa-cie, itu toh sudah
sepantasnya bukan" Dan sekarang, karena kita satu sama lain sudah menjadi saudara2 sendiri, segala
kesulitanmu seharusnya bisa siauwtee tahu"
Henghay Kouw-loan kini baru tahu bahwa ia ber-
putar2an dan berlaku demikian maksudnya ialah hendak memancing supaya ia suka memberitahukan urusannya kepada Kongcu itu. Dan mengingat orang itu bermaksud baik, dan ia sendiri justru sebatang kara tanpa sanak tanpa kadang, kini mendapat adik seperti Kongcu ini se-tidak2nya dapat meringankan penderitaannya dirinya sendiri. Maka ia lalu balik lagi masuk ke kamar, dan setelah menghela napas berkata: "Aku merasa berterima kasih yang kau suka pandang orang sebagai aku ini jadi encie. Sekarang apa mau dikata, urusan ini kalau aku ceritakan, sebetulnya sangat memalukan sekali"
1031 Ia lalu menuturkan segala kejadian yang terjadi
atas dirinya malam itu, dan sehabis menuturkan wanita gagah yang biasanya malang melintang dikalangan kang-ouw ini, kali itu telah berubah menjadi seorang
perempuan yang lemah dan selalu penuh dengan air
mata. Hong-gwat Kongcu yang sifatnya suka menuruti
hatinya sendiri apalagi urusan tersebut justru terjadi atas diri encie angkat yang baru dikenalnya, maka setelah mendengar seluruh penuturannya, hawa amarahnya
lantas meluap. Dengan alis berdiri dan suara menggelegar iantas
berkata: "Bocah Lim Tiang Hong itu, aku kenal! Aku sekarang segera pergi cari dia! Jikalau tak dibereskan dengan cara baik2 akan kuambil jiwanya!"
Henghay Kow-loan melirik anak muda itu sejenak,
sekujur badannya merasa menggigil. Buru2 distopnya perkataan anak muda itu. Selanjutnya dan berkata:
"Jikalau kau bertemu dia, kau nasehatilah saja dia secara baik2 jangan sampai terbit keonaran. Sebab kalau
sampai terjadi onar urusan tentu akan lebih runyam lagi"
1032 Ia meski merasa benci sekali kepada Lim Tiang
Hong tetapi dalam hatinya masih tetap memperhatikan keselamatan anak muda itu. Ia kuatir kalau Hong-gwat Kangcu nanti sampai berbentrokan dengannya, bisa
mengerahkan kekuatan Tho hoa-to menghadapi dia.
Hong-gwat Kongcu agaknyapun mengetahui isi hati
nona itu, lantas berkata, sambil ketawa dengan
ucapannya yang nakal: "Toacie, harap legakan hatimu.
Bagaimana aku berani berlaku kurang ajar terhadap bakal Cie-huku" Ha, ha, ha, ha...."
Henghay Kouw-loan menjadi merah sekujur
wajahnya, berkata dengan ter-sipu2: "Kau berani goda enciemu" Lihat aku berani pukul kau atau tidak!"
Dan benar saja, kedua tangannya lantas dikerjakan, menggebuk adik angkatnya yang dikatakan nakal itu.
Hong-gwat Kongcu buru2 lompat keluar pintu.
Sambil ketawa berkakakan, berkata: "Ah, kau ini benar2
tidak bisa terima budi orang...."
Dan semenjak itulah keduanya berpisahan.
Henghay Kouw-loan terus balik ke selat Bu-ceng-
tiap dan Hong-gwat Kongcu pergi ke kota Kim-leng
mencari Lim Tiang Hong. 1033 Setelah mendengarkan penuturan Hong-gwat
Kongcu, ia baru tahu apa sebabnya Kongcu didepannya ini mencari padanya. Seketika itu dengan sikap sungguh2
lalu berkata: "Aku si orang she Lim telah menerima badi begitu besar dari suhu yang sudah mendidikku hingga bisa mendapat kedudukan seperti sekarang. Terhadap kesopanan antara sesama manusia, sedikit banyak aku diberi pelajaran juga. Dengan cara bagaimana aku-berani ganggu Sucieku sendiri" Jikalau kita toh dua2nya suka sama suka, juga boleh diatur menurut peraturan
sebagaimana mestinya. Tidak nanti aku berani berbuat atau melakukan perbuatan itu selagi orang dalam
keadaan tak berdaya. Dan andainya benar karena tidak dapat menahan hawa nafsu, tapi setelah berbuat tidak akan aku mau lepaskan tanggung jawab. Saudara
termasuk golongan pelajar yang pintar, tentu bisa gunakan otak dengan tenang Itu adalah suatu bal yang mustahil sekali, bukan?"
Hong-gwat Kongcu nampak merenung, ketika
mendongak mengawasi wajah Lim Tiang Hong ia
berkata: "Jikalau benar begitu persoalannya, tentu benar2 kau tidak berbuat bukan?"
1034 "Didunia kang-ouw baru2 ini sering timbul kejadian dan perkara yang tidak2 dan dilakukan oleh orang yang menyaru dan mencemarkan nama baikku. Maka dalam
urusan ini menurut pikiranku boleh jadi adalah perbuatan itu orang juga yang menyaru dan memakai namaku, tapi hal ini se-kali2 jangan kau beritahukan kepada encie Kow-loan. Sebab kalau ia tahu tentu takkan sanggup ia menerima penderitaan batinnya. Tunggulah sampai nanti aku berhasil menangkap orang itu, akan kuserahkan padanya supaya persoalan antara mereka bisa
dibereskan sendiri" Terhadap kepribadian Lim Tiang Hong, Hong-gwat
Kongcu telah mendapat kesan baik. Meskipun ia pernah menerima kekalahan daripadanya, namun itu dalam soal lain. Kini setelah mendengar perkataan Lim Tiang Hong, tiba2 lantas bangkit berdiri dan berkata: "Baik, aku percaya kau penuh. Sekarang kita urus begini. Aku segera memberi kabar ke pulau Tho-hoa-to supaya lekas mengirim orangnya yang paling kuat untuk membantu mencari jejak orang itu. Kiranya dia juga takkan dapat ioios dari kepungan kita!"
1035 Sehabis berkata, lantas menghunus pedang dari
pingganggnya. Pedang itu dipakai membabat pohon
besar yang berada di depannya hingga pohon yang
begitu besar itu roboh seketika. Setelah itu kepada Lim Tiang Hong dengan nada dingin berkata lagi: "Jikalau saudara berani main gila didepan siauwtee, menipu dan permainkan nama Hong-gwa Kongcu, harus tahu pedang ini tidak bermata"
Lim Tiang Hong dongakkan kepa!a dan ketawa ber-
gelak2, kemudian menjawab: "Jikalau siauwtee benar2
telah melakukan perbuatan terkutuk itu, sekalipun Tho-hoa-to dikerahkan takkan bisa berbuat apa2 terhadap siauwtee"
Hong-gwat Kongcu tidak banyak bicara lagi. Lantas dimasukkannya kembali pedangnya ke dalam sarung,
kemudian badannya bergerak, dengan kecepatan
bagaikan kilat sudah lari meninggalkan Lim Tiang Hong.
Setelah mengalami kejadian yang tidak enak itu pikirannya anak muda kosen ini makin tidak terteram.
Satu2nya yang membuatnya agak tenang pikirannya,
yakni hanya Henghay Kow-loan yang ia tahu telah
1036 kembali ke selat Bu-ceng-hiap. hingga untuk sementara ia tak usah kuatirkan ada terjadi perubahan apa2.
Dalam pikiran ruwet ia lalu gerakkan kakinya pergi ke rumahnya Sin-soan Cu-kat.
Kala itu Sin soan Cu-kat sedang duduk termenung
dengan alat2nya untuk membuat ramalan diatas meja.
Begitu melihat Lim Tiang Hong masuk, lantas bangkit dan berkata: "Sudah ku-hitung2 hari ini memang kau harus pulang. Bagaimana dengan urusanmu di bukit Busan?"
Lim Tiang Hong lalu menceritakan apa yang terjadi dibukit Bu-san dengan partai Ngo-thay-pay, setelah itu ia alihkan pembicaraan tentang soalnya sendiri, kemudian bertanya: "Sin soan Lo-cianpwee, adakah kau tahu
seseorang yang namanya Lim Thian Sun, yang dikenal orang2 gelarnya Ho-lok Siu-su?"
Sin-soan Cukat urut2 jenggotnya yang panjang,
nampak berpikir sekian lama baru menjawab: "Dulu, diantara daerah Ho dan Lok memang pernah dengar ada orang dengan gelarnya itu. Tapi selama 10 tahun kemari sudah tidak terdengar namanya lagi. Sementara itu dia sebenarnya ayahmu atau bukan, masih sukar dikatakan"
1037 Kedua orang itu bicarakan hal2 yang lainnya lagi
sebentar. Saat si Pengemis Mata Satu dan Yan-jie sudah masuk menemani mereka.
Lim Tiang Hong kembali mengulangi pertanyaannya
tadi kepada si Pengemis Mata Satu.
Orang yang ditanya ketawa ber-gelak2 dan
menjawab: "Tentang orang itu, aku si Pengemis Tua bukan cuma tahu saja, malah pernah berkenalan. Cuma perkenalan itu tidak begitu akrab. Kabarnya dia
mendapatkan selembar gambar peta tentang Gunung
Dewa dan lalu pergi ke gurun pasir, maksudnya hendak mencari tempatnya. selanjutnya lantas tidak terdengar kabar beritanya lagi. Lotee, tidak usah kau kuatir, asal ada she dan namanya yang harus kau ingat benar2,
semuanya serahkan saja pada si Pengemis Tua ini. Aku yakin dalam waktu sebulan bisa bikin jelas semua hal yang bersangkutan dengan asal usulmu. Pun, mengenai ibumu dan itu orang tinggi besar yang berkedok, juga dapat diusut dari sini".
Lim Tiang Hong mendengarkan keterangan itu, dan
apa yang ia dengar dari berbagai pihak bahwa ayahnya dulu telah pergi ke Gunung Dewa dan lantas tak
1038 terdengar kabar ceritanya lagi, maka wajahnya kelihatan murung, sebab dengan berdasarkan berita2 itu,
kebanyakan sang ayah telah mendapat bahaya dalam
perjalanannya. Si Pengemis Mata Satu ketika melihat Lim Tiang
Hong tidak buka mulut lagi, kembal alihkan pembicaraan kelain soal "Lotee, tahukah kau bahwa Hui-hui Tay-su dari Siauw-lim-pay bersama semua ketua enam partai besar telah mengadakan perjanjian bersama dengan
Thian-cu-kauw Kauwcu Pok-tok Hui-mo" Mereka dalam waktu tidak selang lama lagi akan berangkat ke lembah Toan-bun-gay di puncak gunung Boan-kiap-hong.
Pendapatmu mengenai soal ini bagaimana?""
Lim Tiang Hong tiba2 ingat bahwa Hui-hui Taysu
pernah berkata padanya tentang penemuan di Toan-bun-gay pada bulan 6 dan kalau di-hitung2 perjalanannya, memang benar waktunya itu sudah kelewat dekat. Maka ia lekas menjawab: "Soal ini, sudah pernah juga
boanpwee dengar dari mulut Hui-hui Taysu sendiri.
Sebagai orang kang-ouw, sudah tentu boanpwee takkan menolak kalau dimintai bantuan. Sekarang waktu sudah kelewat mendesak, malam ini juga akan berangkat"
1039 Si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan-Cu-kat sama2
nasehatkan anak muda ini: "Thian cu-kauw sudah lama kandung maksud hendak menjagoi seluruh rimba
persilatan. Kali ini Kauwcunya berani tantang Siauw-lim pay dan 6 partay besar lain, sudah tentu mengandung rencana yang paling keji. Kita lihat gelagat demikian, lebih baik kau berlaku hati2 malah lebih baik lagi kalau kau tidak pergi"
Lim Tiang Hong geleng kepala dan berkata:
"Boanpwee sudah sanggupi permintaan Hui-hui Taysu, tak berani hilangkan kepercayaan diri sendiri. Disamping itu, soal membasmi kawanan iblis dan membantu
golongan orang baik2 adalah tugas utama bagi kita orang2 kang-ouw. Tentu tak dapat dielakkan kesamping tugas itu, dan kalian orang2 tua tidak usah kuatir, boanpwee masih punya sedikit kekuatan untuk menjaga diri sendiri".
Semua perkataannya itu diucapkan si anak muda
dengan nada bersemangat hingga membuat si Pengemis Mata Satu dan Sin-soan Cu-kat diam2 malu sendiri.
Yang paling tidak enak adalah dipihak Yan-jie
seorang. Sudah lama nona cilik ini meng-harap2
1040 kembalinya Lim Tiang Hong pemuda pujaannya. Tidak nyana, pulang belum diam satu hari, sudah akan segera berangkat lagi. Sudah tentu hatinya risau bukan
kepalang, pedih hatinya amat sangat. Tetapi iapun merasa segan menahan kepergian pemuda itu, maka
setelah berpikir sejenak tiba2 nyeletuk: "Didalam pertemuan di Toan bun-gay itu, aku ingin ikut. Aku pikir kematian ayah tentu adalah perbuatan orang2 Thian-cu-kauw. Aku harus menuntut balas atas kematian ayah!"
Lim Tiang Hong paling takut berurusan dengan
kaum wanita. Maka ketika Yan-jie berkata begitu, yang terang maksudnya ialah hendak ikut dia pergi, hatinya lantas dirasakan memukul keras. Buru2 berkata: "Mana boleh, dalam perjalanan ini, bahayanya terlalu banyak, kau sekali2 tidak boleh turut pergi"
Yan-ji pelambungkan dada dan monyorgkan mulut,
berkata: "Aku tidak percaya kalau Pek-tok-Hui-mo itu bisa makan daging manusia! Biar siapa yang larang kali ini aku mau pergi! Lagi-pun, sakit hati orang tua sendiri, siapa yang berani larang anaknya menuntut balas?"
Sin-soan Cu-kat tahu benar bahwa dalam perjalan
ke lembah itu sangat bahaya. Meskipun Yan-jie telah 1041
dapatkan didikan langsung dari ayahnya, tetapi
pengalamannya di dunia Kangouw sedikitpun tidak
dimilikinya. Apa lagi harus pergi ber-sama2 dengan Lim Tiang Hong, itu sama saja artinya dengan menambah beban atas pundak si pemuda. Maka iapun buru2
mencegah dengan katanya: "Yan-ji, kau tidak boleh bikin repot saja. Mengenai soal menuntut balas, nanti setelah aku dengan pamanmu si pengemis ini berunding, baru ambil keputusan lagi. Andai kata benar kau mesti pergi, aku bersama pamanmu juga akan mengantarkan"
Yan-jie tidak berani ribut lagi. Ia lantas duduk
disamping sambil tundukan kepala dan monyongkan
mulutnya. Matanya nampak mengalirkan butir2 air.
Lim Tiang Hong yang melihat keadaan nona itu,
merasa tak enak hati. Cepat lalu dihampirinya nona itu, dengan suara lemah lembut berkata: "Adik Yan kau
jangan gusar, aku bukan tidak suka ditemani olehmu, cuma karena dalam perjalananku ini banyak bahayanya, malah mati hidupku juga belum tentu, bagaimana aku suka me-rembet2 kau?"
1042 Siapa tahu Yan-jie begitu mendengar perkataan
anak muda tu, bukan jadi tenang, sebaliknya malah menangis ter-isak2.
Dalam suara tangisannya itu sebetulnya terkandung banyak maksud. Selain karena terharunya si nona
mendengar perkataan pemuda itu pun merasa sedih
bakalan ditinggalkan lagi oleh Lim Tiang Hong. Pendek kata, saat itu hati si nona risau tak karuan, ini pula yang membuatnya menangis semakin sedih.
Lim Tiang Hong yang memang tidak pandai dalam
menghadapi persoalan kauw wanita, apalagi dihadapan dua orang tingkatan tua, sekalipun hendak menghibur lagi, juga masih merasa likat untuk menghiburnya lebih dekat, la hanya merasa cemas, tak bisa buat apa2.
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Akhirnya dikeraskannya juga hatinya, ketika
berpaling kepada Sin-soan Cu kat dan si Pengemis Mata Satu berkata: "Harap Ji-wie Locianpwee suka nasehatkan adik Yan, boanpwee mau berangkat sekarang"
Sehabis berkata, ia lantas berjalan dengan tindakan lebar.
(dw-kz) 1043 Bab 27 MARI kita tengok keadaannya Thian-cu-kauw.
Semenjak cabang2nya di kota Kim-leng dan lain2
tempat terbasmi habis, serta lembah Loan-phiauw-kok juga telah dihancurkan oleh orang2nya enam partai besar, orang2 umumnya pada menduga bahwa
perkumpulan yang sedang pentang sayap itu pasti tidak akan bikin habis permusuhan begitu saja.
Siapa tahu beberapa bulan telah berlalu, ternyata masih tidak kelihatan ada pergerakan apa2 dari pihak mereka. Sampaipun dikalangan Kangouw juga jarang
terlihat lagi orang2nya Thian-cu-kauw.
Keadaan yang tak sewajarnya ini benar2 membuat
ter-heran2 orang dunia kang-ouw dan partai2 rimba persilatan. Terutama buat enam partai besar, orang2nya merasa semakin tidak tenteram, hingga semua
murid2nya yang berkelana di dunia kang-ouw dipanggil pulang untuk menjaga2 setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi setiap waktu.
Disamping itu, beberapa orang2 penting dari
keenam partai tersebut hampir setiap hari, siang dan 1044
malam melatih diri tanpa berhenti, untuk menghadapi pertandingan di lembah Toan-bun-gay
Pada hari itu, yakni ketika Lim Tiang Hong
berangkat, di dunia kang-ouw justru ramai
membicarakan soalnya Hui-hui Taysu ketua Siauw-limpay bersama Pek-ho Totiang dari Butong-pay serta lain orang kuat dari partai2 besar akan pergi ke lembah Toan-bun-pay untuk minta Thiah-cu-kauw Kauwcu kembalikan kitab Tat-mo-keng kepunyaan Siauw-lim-sie dan bendera
perserikatan dari enam partai.
Itu adalah berita penting, semua orang agaknya
telah dapat menduga bahwa pertempuran kemudian itu partai akan merupakan pertempuran terhebat yang
jarang terjadi. Maka tak seorangpun suka melalaikan kesempatan itu, mereka rata2 ingin menyaksikan
pertandingan kesitu, tapi mereka merasa tak sanggup.
Bahkan ada sebagian orang yang menggambarkan bukit Boan-kiap-hong itu ada sangat misterius dan berbahaya keadaannya, seolah2 orang yang menuju kesitu berarti akan berjumpa dengan rupa2 bencana yang sukar dapat dielakkan.
1045 Lim Tiang Hong yang disepanjang jalan mendengar
banyak cerita2 burung serupa itu, hanya ganda ketawa sendiri.
Menurut maksudnya semula, lebih baik pergi
kebukit Siong-san geraja Siauw-lim-sie, kemudian bersama2 Hui-hui Taysu beramai-ramai pergi ke lembah Toan-bun-gay. Tetapi setelah mendengar berita yang ramai itu, menurut adatnya yang keras dan tinggi hati, ia berkeputusan hendak menerjang tempat yang amat
berbahaya itu sendirian! Ia yang memang memiliki potongan wajah tampan
dan badan tegap dan beda dengan pemuda biasa, sudah tentu disepanjang perjalanannya, juga tidak sembunyi-sembunyikan dirinya maka siang2 sudah diketahui oleh kaki tangan perkumpulan Thian-cu-kauw.
Hari itu, ketika sedang asyik2nya ia berjalan. dari dalam rimba dipinggir jalan raya tiba2 muncu! seorang wanita cantik dengan dandanan pakaiannya yang heboh.
Wanita ini lantas memanggil: "Hong-ji, kemari!"
Lim Tiang Hong ketika menoleh, segera melihat
bahwa orang yang memanggilnya tadi itu tidak lain daripada ibunya sendiri, Lok-hee Hujin Ia lalu berhenti 1046
seketika dan terus menghampiri wanita itu. Dengan sikapnya yang sangat hormat, memanggil "Ibu" kepada perempuan itu.
Lok-hee Hujin dengan wajah ramai senyuman
bertanya: "Kau mau pergi kemana anakku" Mari
mengasolah dulu sebentar, nanti boleh lanjutkan
perjalananmu lagi" Perkataan seorang ibu tidak bisa ditolak oleh
anaknya. Disamping itu, Lim Tiang Hong memerlukan banyak keterangan dari ibunya, maka ia lantas mengikuti Lok-hee Hujin berjalan mamasuki rimba.
Satelah melalui rimba lebat, disuatu tempat dalam rimba itu diiihatnya berdiri sebuah kuil kecil. Di depan pintu terpasang papan merek: Khow-tiok-ham, tiga huruf besar berwarna emas.
Lok-hee Hujin agaknya kenal baik keadaan dalam
kuil tersebut lantas mengajak Lim Tiang Hong sampai dipendopo dalam.
Kuil ini meski tidak besar, tetapi segala perabotan di dalamnya teratur rapi dan bersih.
1047 Dua orang ini baru saja melangkah pintu, dari
dalam tiba2 ada suara orang menanya: "Sicu dari mana yang mengunjungi kuilku ini?"
Dan perkataan disertai dengan terdengarnya suara
orang bertindak keluar. Dari dalam kelihatan muncul Nikow pertengahan umur yang berjalan sambil membawa kebutan.
Lok-hee Hujin tak menjawab pertanyaan Nikow itu,
berjalan terus dengan angkat kepala.
Lim Tiang Hong meski merasa sifat tinggi hati
ibunya, tetapi tidak dikentarakan di wajahnya, iapun turut berjalan dan lantas duduk disamping ibunya yang telah duduk lebih dulu di suatu bangku dekat meja.
Nikow itu ketika melihat Lok-hee Hujin bagai
terperanjat, buru2 menghampirinya lalu memberi
hormat, sambit rangkap kedua tangannya beikata: "Pin-nie Ceng-siu disini menghadap Kauwcu Hujin"
Lok-hie Hujin dengan sikapnya gagah2an, kebaskan
tangannya seraya berkata: "Tidak perlu banyak
peradatan. Suruh orang2 sediakan sedikit hidangan dan arak"
1048 Lim Tiang Hong yang duduk disamping diam2
berpikir. "Heran, di dalam kuil Nikow dari mana ada sedia arak dan hidangan"
Ia lantas melirik Nikow yang mengaku bernama
Ceng-siu itu, seketika itu lantas kaget.
Kiranya Nikow itu tidak mirip dengan orang
beribadat tinggi, mungkin lebih mirip kalau dikatakan sebagai anak wayang yang akan main ke atas pentas lagipula parasnya yang menampakkan kebengisannya itu, membuatnya lantas memgira kalau Nikow ini sebetulnya adalah kaki tangannya Thian cu-kauw.
Lok-hee Hujin setelah menyuruh Nikow itu pergi,
tiba2 menanya kepada Lim Tiang Hong: "Kau
kelihatannya begitu ter-buru2, apa juga mau pergi ke lembah Toan bun-gay?"
Lim Tiang Hong menjawab sambil anggukkan
kepalanya: "Ya, aku ingin menemui itu Pek-tok Hui-mo"
Lok-hee Hujin perlihatkan perubahan atas parasnya.
"Ngaco!" bentaknya, "Didalam dunia, dimana ada anak bermusuhan dengan ayahnya" Aku larang kau pergi
kesana!" 1049 Lim Tiang Hong dalam hatinya merasa tidak senang
di-bentak2 begitu, tetapi ia merasa tidak sampai hati untuk membantah kemauan ibunya. Ia hanya tertawa
hambar, dan tiba2 balik bertanya: "Ibu, tahukah seorang yang bernama Lim Thian Sun, yang bergelar Ho-lok Siu-su?"
Mendadak hatinya Lok-hee Hujin se-olah2 ditusuk
oleh pisau belati. Sekujur badannya gemetaran,
wajahnya pucat pasi. Lama ia baru berkata lagi: "Aku tidak kenal orang itu! Apa perlumu mananyakan soal ini?"
Lim Tiang Hong yang menyaksikan perubahan air
muka ibunya, dalam hatinya sudah dapat menebak
sebagian. Maka diam2 berkata kepada dirinya sendiri.
"Kalau kulihat, Ho-lok Siu-su pasti adalah ayahku.... Aku sekarang tidak perlu pecahkan rahasia ini. Aku mau lihat nanti saja. Kalau si Pengemis Mata Satu dapatkan berita pasti, coba2 kudesak dia ini lagi"
Maka karena sudah terlalu lama tidak berkata,
lantas menjawab sekenanya sambil ketawa: "Sebab dia bersamaan she dengan aku, iseng2 ingin tanya saja, tidak lain maksud"
1050 Lok-hee Hujin baru kelihatan mengeluh napas lega.
Perasaannya yang tadinya tegang, mulai tenang. Lalu dibaliknya lagi persoalan tadi ke soal lama.
"Katanya, dalam pertemuan di lembah Toan-bun-
gay itu, adalah orang2 golongan Hian-bun dengan Siauw lim-pay sebagai kepala yang hendak membereskan
pertikaian lama. Dengan kau tidak ada hubungannya, maka paling baik kau berdiri diluar garis, jangan cari pusing sendiri"
Lim Tiang Hong menggeleng kepala dan berkata:
"Itu tidak mungkin, orang dalam dunia dapat mengurus setiap urusan dunia. Thian cu-kauw yang sering
timbulkan bencana bagi dunia kang-ouw tidak bisa
dibiarkan, aku mesti ikut campur dalam persoalan ini.
Lagipun, Pek-tok Hui-mo itu mungkin adalah itu orang yang suhu perintahkan aku supaya dibinasakan selekas mungkin!"
Lok-hee Hujin kenbali nampak terperanjat, lama tak bisa membuka mulut. Dalam hatinya terus memikirkan daya bagaimana supaya anaknya ini tidak teruskan
maksudnya pergi ke lembah Toan-bun-gay.
1051 Sebab disatu pihak adalah suaminya sendiri dan
yang lain adalah anaknya. Apabila kedua pihak itu saling bunuh sendiri, akibatnya tentu sengat hebat.
Pada saat itu hidangan dan arak yang diminta
sudah disediakan. Lok-hee Hujin lalu berkata kepada anaknya: "Kau yang ber-hari2 menempuh perjalanan
jauh, barang kali sudah lapar. Lekas makan hidangan ini.
Dalam kuil kecil ini, meski tidak ada makanan enak, tapi se-tidak2nya toh jauh lebih enak dari pada makanan di luaran"
Lim Tiang Hong menyaksikan semua barang
hidangan di atas meja berbau harum dan kelihatan
sedap. Apalagi kala itu ia memang sudah terlalu lapar, maka lalu jemput sumpitnya dan makan dengan
lahapnya. Dalam hati Lok-hee Hujin saat itu merasa tidak
karuan. Terus wanita yang berdandan heboh ini duduk termenung, lama baru angkat cawannya untuk mengirup isinya, dan berkata kepada anaknya: "Keringkanlah arakmu"
Lim Tiang Hong yang sedang dahar hidangannya,
lalu angkat cawan araknya dan diminum hingga kering.
1052 Lok-hee Hujin lantas ambil cawan anaknya dan
diisikan lagi. Dengan bajunya yang panjang dan
gedombrongan saat itu menutupi cawan, kemudian
nampak ia menaruh apa2 ke dalam cawan itu dengan
gerakan tidak beres, Kemudian mengangsurkan kembali cawan itu.
"Kita antara ibu dan anak jarang terkumpul,
minumlah secawan lagi baru makan nantinya"
Lim Tiang Hong karena pandang muka ibunya
sendiri, dan satu dua cangkir arak pikirnya takkan memabukkan, maka lantas dikeringkannya lagi arak yang diangsurkan tadi.
Tidak nyana, ketika arak itu masuk dalam perutnya, kepalanya mendadak dirasakan pening. Tapi ia yang memiliki tenaga dalam tinggi, begitu merasa gelagat tidak baik, buru2 kerahkan tenaga dalamnya untuk
mengeluarkan obat mabuk itu, tetapi ternyata sudah terlambat. Dalam keadaan setengah mabuk jatuh
badannya di lantai..... Lok-hee Hujin setelah mengawasi wajah anaknya
sejenak, lalu berkata sambil menghela napas panjang.
"Anak, bukannya ibumu mau celakakan kau, sebetulnya 1053
karena aku tidak tega melihat kau bertempur mati2an melawan ayahmu...."
Dan wanita heboh ini lalu keluarkan perintah, dari dalam muncul dua Nikow bertubuh kuat yang lantas
pondong badan Lim Tiang Hong, dibawa masuk ke
dalam. Setelah Lim Tiang Hong dibawa pergi, Lok-hee
Hujin memberi pesan pula kepada Ceng-siu, baru
meninggalkan tempat tersebut.
Kini Lim Tiang Hong, sejak dibius dengan obat
mabuk, baru siuman kembali. Ketika membuka matanya, didapati dirinya berada dalam sebuah kamar tahanan yang gelap gulita. Diketuknya kepalanya sendiri, lalu berkata bagai orang menggerutu: "Bagaimana ini bisa terjadi....?"
Diam2 ia mencoba kekuatannya, tidak ada halangan
apa2 atas dirinya. Ia lalu bangkit, maksudnya mau keluar. Tetapi
ketika tangannya me-raba2, ternyata sekelilingnya terdiri dari batu2 yang dingin, demak dan sedikitpun tak
tertampak pintu untuk keluar.
1054 Kini ia benar2 gusar, tetapipun gemas. Ia berkata kepada dirinya sendiri setelah menghela napas panjang:
"Hati manusia benar2 susah dijajaki. Sampai ibuku sendiri, begitu tega turun tangan mencelakakan anaknya.
Bagaimana kalau aku terjatuh dalam tangan orang lain?"
Memikir sampai kesitu, lalu tangannya diangkat
digempur tembok batu itu.
Gempuran ini begitu hebat, pembaringan dimana
tadi ia direbahkan, kini telah hancur berantakan. Tetapi tembok yang kokoh kekar itu sedikitpun tiada bergeming.
Kiranya itu adalah satu kamar tahanan dibawah
tanah. Kecuali sebuah lubang pintu, diseputarnya terdiri dari batu dan tanah yang tebal.
Dalam pada itu, samar2 Lim Tiang Hong dengar ada
suara orang berkata: "Kongcu, hematlah tenagamu.
Tempat di bawah tanah ini sangat kokoh. Setelah
pertemuan di lembah Toan hun-gay nanti selesai, sudah tentu Lok-hee Hujin sendiri akan datang membebaskan lagi"
Lim Tiang Hong gusar, lantas membentak: "Kau
siapa! Lekas buka! Lihat kalau tidak dan aku bisa keluar, akan kuhabiskan nyawamu lebih dulu!"
1055 "Astaga! Kongcu, kenapa kau jadi begitu galak" Pin-nie hanya bekerja menuruti perintah saja...."
Berkata sampai disitu, mendadak orang berkata
diluar berhenti, samar2 kedengaran bagai ada barang jatuh.
Daya pendengar Lim Tiang Hong yang amat tajam,
lantas dapat membedakan bahwa orang yang bicara tadi mungkin sudah digulingkan orang lain. Dalam kagetnya pikirnya lalu dikerjakan. "Apa ada orang lain lagi?"
begitulah tanyanya pada diri sendiri.
Tepat pada waktu itu di atasan kepalanya terdengar suara berisik, dan segera lantas terbuka satu pintu kecil.
Dari situ keluar satu tangan yang menggapai. "Anak, lekas keluar!" demikian suara dari luar itu.
Lim Tiang Hong yang sudah sering mendengar
orang lain menyebutnya "Anak," maka kala itu sudah tak dihiraukannya lagi. Dengan cepat senjala seruling emasnya dikeluarkan, lalu setelah memutarkan gencar, sinar emas berkilauan membuat terang keadaan kamar yang gelap itu, tubuhnyapun lantas melesat tinggi menerobos pintu kecii tadi.
1056 Saat itu rembulan baru mulai muncul. Keadaan di
sekitarnya nampak terang benderang.
Lim Tiang Hong yang sudah keluar dari kamar
tahanan, baru dapat tahu bahwa tadi ia disekap dalam kamar tahanan yang terdapat di bagian belakang kuil tersebut. Sedang pengurus kuil itu sendiri, entah dibikin rubuh oleh siapa"
Seorang laki2 berdandan bagai seorang pelajar,
dengan bentuk badannya yang tinggi, mendadak berdiri dipelataran sambil memandang tangan dan kepala
mendongak melihat rembulan. Sikapnya itu tampak
tenang. Lim Tiang Hong yang melihat itu, lantas tahu tentu orang bagai pelajar itu sendiri yang menolongnya tadi.
Ia buru2 menghampiri pelajar pertengahan umur
itu, sambil menyoja berkata: "Atas pertolongan tuan disini aku yang rendah mengucapkan banyak2 terima kasih"
Pelajar itu menoleh, bersenyum tanpa berkata
apa2, tidak membalas penghormatan si anak muda.
1057 Lim Tiang Hong melihat wajah pelajar itu, bercekat hatinya. Ia merasa bahwa laki2 didepannya ini seperti pernah melihat, tetapi tak tahu dimana"
Ternyata dengan senyumannya itu, yang menawan
hati, membuat orang tidak jemu memandang. Lantas
timbul suatu perasaan hangat yang tidak terhingga, yang se-olah2 telah mempengaruhi diri anak muda ini, maka seketika itu ia hanya berdiri tercengang.
Pelajar itu mendadak berjalan dua tindak dan
menepuk-nepuk pundak Lim Tiang Hong. Dengan suara lemah lembut dan nada suara penuh welas asih berkata:
"Anak, apa yang kau perlihatkan semuanya baik. Aku merasa puas dan bangga sekali"
Setelah itu pelajar ini lalu memberikan Lim Tiang Hong sebuah benda yang berupa tanda kepartaian,
wamanya hitam berkilauan, kiranya terbuat dari besi bukan besi, emas bukannya logam itu. Di atasnya terukir seekor binatang Kie-lin yang indah sekali. Selain dari pada itu, masih ada lagi satu sampul yang disesapkan ketangannya, dari pelajar itu dengan suara perlahan berkata: "Selanjutnya, kalau kau berada dalam kesulitan atau menemukan bahaya, tanda Kie-iin itu boleh kau 1058
capkan di suatu tempat yang letaknya gampang dilihat orang. Dengan sendirinya sudah tentu nanti akan datang orang2 yang akan memberi bantuan kepadamu. Dalam
pertemuan di lembah Toan-hun-gay nanti, meski banyak bahayanya, tapi kau boleh pergi. Dan meskipun Pek-tok Hui-mo sudah berhasil mempelajari dua rupa ilmu yang terdapat dalam Tat-mo-keng, tapi asai kau sudah
berhasil mempelajari dua jurus ilmu silat yang kutulis dalam sampul itu, pasti kau akan dapat menjatuhkannya.
Tapi ingatlah aku berpesan, terhadap Pek-tok Hui-mo itu tidak boleh kau berlaku keterlaluan. Nanti setelah dosanya sudah meluap dari takaran, sudah tentu ada orangnya tersendiri yang akan membereskan jiwanya.
Sebab jikalau kau turun tangan kepadanya.... ini kurang pantas"
Lim Tiang Hong heran, lalu bertanya: "Lho, kenapa bisa begitu?"
Senyum yang tersungging dibibir pelajar
pertengahan umur itu mendadak lenyap. Dan mulutnya membuka lagi, setelah menghela napas berkata: "Semua sebab dan akibat dalam soal ini kau belum tahu. Tapi 1059
dikemudian hari akan mengerti sendiri, sekarang tidak usah banyak tanya"
Dalam otaknya Lim Tiang Hong telah dipenuhi oleh
berbagai pertanyaan. Selagi ia mau bertanya pula, ia hanya merasakan angin bertiup dan pelajar pertengahan umur tadi sudah hilang dari depan matanya.
Ia buru2 mengejar dengan mengambil jalan lompat
keatas genteng, tapi hanya suasana malam yang meliputi daerah itu. tidak kelihatan satu bayangann manusiapun juga.
Ilmu mengentengi tubuhnya, It-sia Cian lie
sebetulnya sudah merupakan suatu ilmu entengi tubuh yang tidak ada tandingannya Tapi ilmu meringankan badan orang itu tadi ternyata jauh lebih hebat daripada It-sia Cian-lie.
Diatas genteng pemuda ini berdiri ter-mangu2
sebentar, tiba2 digatrukkannya kakinya, berkata kepada dirinya sendiri. "Ah! Aku benar2 gelo.... Kenapa sampai kelupaan rnenanyakan she dan namanya....?"
Hanya dalam pertemuan yang begitu singkat tadi
itu, suara, senyum serta wajah orang itu telah tercatat nyata sekali dalam otaknya. Belum pernah ia perhatikan 1060
seseorang yang begitu baik seperti orang tadi yang dijumpainya malam itu.
Pelajar pertengahan umur tadilah yang merupakan
satu2nya orang yang mendapat perhatian penuh
daripadanya. Dan kini, orangnya sudah tiada,
menyesalpun tidak berguaa lagi. Ia tidak ada waktu untuk memikir lebih lama lagi, buru2 menyimpan benda dan sampul yang diberikan laki2 pelajar tadi, lalu lompat turun dari genteng kuil dan menuju ke jalan raya.
Baru berjalan kira2 setengah jam, tiba2 matanya
melihat sinar biru, melayang tinggi di angkasa, arahnya diduga dari pojok kuil tadi.
Sinar itu perdengarkan ledakan dan berpencaran
diangkasa. Ia yang sudah kenal baik tanda itu, segera mengetahui bahwa kawanan Nikow dalam kuil tadi tentu sudah mengeluarkan tanda bahayanya.
Kembali terdengar suara "Srr, srr" an dua kali dan sinar biru nampak meluncur kearah dimana ia berjalan.
Tidak usah dikata lagi, tentu itu adalah hasil perbuatan orangnya Thian-cu-kauw yang hendak menghadapinya.
1061 Jikalau pada saat itu ia mau menyingkir, masih
keburu. Akan tetapi ia tidak sudi berbuat demikian.
Sambil ketawa dingin, terus berjalan lambat2.
Tiba2 di sekeliling terdengar suara riuh. Dari
pinggiran jalan tersebut keluar serombongan orang2
yang menghadang di hadapannya.
Dengan sorot mata dingin Lim Tiang Hong
mengawasi orang2 itu, kesemuanya berjumlah duapulah orang, keseluruhannya masih asing baginya. Hanya satu, yang tangannya membawa cangklong panjang, yang
pernah datang ke selat Bu-ceng-hiap ia kenali.
Rombongan orang2 itu setelah merintangi
perjalanan Lim Tiang Hong, tidak perlihatkan gerakan apapun. Pemuda ini juga tidak mau menegur, hanya
berdiri sambil sedekapkan kedua tangannya.
Pada waktu itu dari lain jurusan kembali muncul
serombongan orang2. Lim Tiang Hong yang mengetahui itu, lantas ketawa ber-gelak2 dan berkata: "Kalian ini semua tentu adalah anjing2nya Thian cu-kauw. Berapa banyak semuanya"
Suruh mereka keluar tinggalkan rumah!?"
1062
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Belum habis perkataannya, dari rimba sebelah kiri kembali muncul serombongan imam yang semuanya
membawa bendera2 panjang. Sama seperti imam2 yang hendak menjalankan ibadat. Rombongan imam ini
dipimpin oleh Liong-houw Koancu, yang berjalan paling depan.
Tiga rombongan itu berkumpul disitu, tidak ada
yang saling tegur, seakan2 telah mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya yang harus diambil.
Lim Tiang Hong yang dikurung demikian, masih
tenang2 saja sedikitpun tak menunjukkan wajah keder atau jeri.
Mendadak keluar bentakannya, kakinya digedrukan
dan menudingkan tangannya kepada orang tua jaog
membawa cangklong: "Aku tanya kau! Kau pancing
kemana Heng-thian It-ouw Lo-cianpwee?"
Orang tua itu angkat cangklongnya dua kali, ini
baru menjawab sambil ketawa: "Nenek tua itu sudah pulang ke akhirat. Kau mau cari dia" Susul saja kesana"
Lim Tiang Hong gusar, lantas berseru: "Kentut!"
Bersamaan dengan teriakannya itu, tangannya
bergerak, sudah mengirim satu serangan hebat.
1063 Orang itu kelihatan kaget, ia samasekaii tak pernah menduga bahwa kekuatan tangan anak muda tanggung
yang dihadapinya itu, ternyata jauh lebih hebat daripada tenaga yang dimiliki Heng-thian It-ouw. Sekalipun ia merasa kepandaiannya cukup tinggi, terhadap serangan itu tak berani menyambuti. Buru2 dikeluarkan ilmunya mengegos membuang serangan lawannya ke samping.
Sementara itu kakinya juga menggeser ke samping
sejauh tiga kaki. Rombongan orang2 yang datang malam itu
semuanya merupakan tokoh2 terkuat pilihan. Maksudnya hanya untuk menjaga jangan sampai Lim Tiang Hong
bisa kabur. Mereka hampir kesemuanya merupakan
tokoh2 kelas wahid dalam dunia kang-ouw.
Ketika mengetahui Lim Tiang Hong mempunyai
tenaga besar dan hebat demikian, semua pada
terperanjat. Maka meskipun Lim Tiang Hong yang lebih dahulu
mulai menyerang, semua orang itu masih belum mau
bergerak. Masing2 pada mengumpulkan tenaga, agaknya untuk nanti bergerak serentak.
1064 Lim Tiang Hong yang sudah banyak mengalami
pertempuran besar maupun kecil, pengetahuannya
dalam menghadapi musuh banyak tentu makin banyak.
Ketika serangan pertamanya tak menghasilkan telor yang dimaksud, ia tidak turun tangan lagi. Diam2 lalu menggunakan ilmu Siauw-yang It-ku Sin-kang
melindungi tubuhnya, kemudian berdiri tegak di-tengah2
kurungan menantikan perubahan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Untuk sesaat medan pertempuran itu sunyi. Kecuali suara napas orang dan berkisarnya kaki manusia, tak terdengar suara apapun lagi.
Ini sebetulnya merupakan suatu pertempuran yang
tak adil. Tiga-empat puluh orang yang kesemuanya
merupakan tokoh2 kenamaan, mengepung seorang anak muda, apalagi mengingat orang2 itu semuanya
merupakan orang yang sudah lama berkecimpung di
dunia kang-ouw. Akan tetapi sekalipun mereka itu berjumlah besar, masih belum seorangpun yang berani membuka
serangan lebih dulu. 1065 Dengan demikian kedua pihak nampak pada saling
menantikan kesempatan baik untuk turun tangan.
Mendadak dari luar kalangan ada seseorang
menerobos masuk bagai orang kesetanan.
Orang ini ternyata ada seorang Kongcu tampan,
dengan pakaiannya yang perlente itu, se-oleh2 ingin perlihatkan kemewahannya dalam berpakaian itu, terus masuk melalui sela2 oang banyak itu, kemudian tahu2
sudah berdiri berendeng dengan Lim Tiang Hong.
Setelah itu dia mendongak ketawa ter-bahak2. "Bagus!"
katanya kemudian. "Malam ini, mendapat kesempatan dapat menyaksikan barisan Bong-gu-tin dari tokoh2
terkuat rimba persilatan daerah Tiong-goan, rejeki mataku sesungguhnya besar sekali!"
Oleh karena semua orang tadi sedang pusatkan
perhatiannya ketengah kalangan, maka kedatangannya Kongcu yang secara mendadakan itu sudah tidak
diketahui oleh mereka. Setelah kongcu itu buka muiut, baru mereka sadar
kalau dalam kalangan telah bertambah dengan satu
orang, maka tentu saja pada ter-heran2.
1066 Liong-houw koancu segera mengenali Kongcu yang
baru masuk itu, yang ia tahu adalah Hong-gwat Kongcu dari pulau Tho-hoa-to.
Maka ia lantas berkata dengan membawakan
perasaan herannya dalam kata2nya: "Kongcu, kau
dengan bocah itu...."
Belum habis perkataannya, Hong-gwat Kongcu
sudah memotong, dan ketawa dingin: "Bersahabat
dengan dia se-tidak2nya jauh lebih baik daripapa
berkenalan dengan bangsa telor busuk yang suka tipu dan tidak tahu malu seperti rombongan kalian ini!"
Liong-houw Koancu yang biasanya menyebut diri
sendiri satu jagoan dalam daerahnya, meski merasa agak jeri terhadap orang2 Tho-hoa-to. tapi ketika mendapat hinaan didepan begitu banyak orang, ia tidak suka unjuk kelemahan.
"Pinto nasehatkan kau dengan maksud baik. Mau
dengar atau tidak terserah padamu sendiri. Kalau sampai terjadi pertempuran dan kau tak bisa meramalkan
persahabatan antara gereja kami dengan Tho-hoa-to nanti jadinya bagaimana.?"
1067 Hong-gwat Kongcu ketawa ter-bahak2, lalu berkata:
"Perbuatlah sebagaimana kau suka. Tidak perlu pikir pembalasan orang2 Tho-hoa-to. Dan apabila kau punya kepandaian bisa sentuh kulit badanku, hitung2
pelajaranku kurang dalam. Cuma aku juga barangkali perlu beritahukan kau dulu, kalau sudah mulai
bertempur, saat itu kaki dan tangan tentu tidak punya mata dan jangan sesalkan kalau nanti Kongcumu yang baik hati ini akan berlaku telengas menghajar kalian. Ha, ha, ha, ha...."
Kadatangan Hong-gwat Kongcu itu mesti dengan
maksud baik hendak memberi bantuan tenaga, tetapi atas perbuatannya dan kelakuannya tadi yang melampaui batas itu, membuat tidak senang hatinya Lim Tiang Hong.
Setelah ketawa sebentar, pemuda itu lalu berkata:
"Maksud baik saudara cuma bisa membuat aku si orang she Lim terima dalam hati dengan perasaan bersyukur sangat. Sayang untuk melayani bicokok2 semacam ini, aku masih belum perlu bantuan lain orang"
1068 Mendadak badannya kelihatan melesat, menerjang
si orang tua bercangklong. Sebentar saja sudah 13 kali serangan beruntun dilancarkan.
Orang tua itu kerepotan agaknya, kelit sana
menyingkir kemari tahu2 sudah delapan kaki mundur ke belakang.
Orang tua ini, kepandaiannya juga tidak bisa
dipandang remeh. Sebentar kelihatan mundur, sesudah itu menerjang keras ke depan. Senjatanya huncwenya (cangklong panjang) sebentar saja sudah balas
serangan2 pemuda tadi sampai 15 kali. Sedang ujung senjatanya, yakni kepala cangklong, terus menuju jalan2
darah penting lawan mudanya.
Pertempuran itu begitu dibuka dengan terjangan
Lim Tiang Hong tadi, sebentar saja suara bentakan orang dan bayangan kepalan tangan maupun senjata2 tajam lantas mengarah badan Lim Tiang Hong dari berbagai penjuru. Sebaliknya tiada seorang pun yang berani menerjang Hong-gwat Kongcu.
Hong-gwat Kongcu tahu telah ditolak pemberian
bantuannya kepada Lim Tiang Hong, tetapi ia tidak 1069
bermaksud terus batalkan niatnya yang keras hendak membantu pemuda itu.
Maka ketika melihat orang banyak mengerubuti Lim
Tiang Hong ia menggeram dan menerobos masuk lagi
dalam kalangan. Adapun beda jauh dari gerakan Lim Tiang Hong,
Kongcu ini begitu turun tangan tentu ada korban jiwa melayang.
Maka begitu tadi ia menerobos masuk, terdengar
satu jeritan ngeri. Dua imam yang membawa dua bendera panjang
sudah dipentalkan olehnya keluar kalangan.
Hong-gwat Kongcu kini bagai bayangann, begitu
masuk dalam kalangan lantas berdiri belakang
membelakangi dengan Lim Tiang Hong.
Dua pemuda gagah perkasa yang se-akan2 menjadi
anak emasnya Tuhan, begitu bergandengan tangan
lantas merubah suasana. Semua serangan yang aneh2, gerak tipu2 yang luar biasa meluncur dari pihak dua anak muda itu.
Diantara mengulaknya debu yang tinggi ke atas,
cuma tampak berkelebatnya dua bayangan orang itu
1070 tiba, disitu lantas kocar kacir. Orang2 yang
mengepungnya, kebanyakan pada mundur ter-birit2.
Orang2 yang turut bertempar disitu, kecuali Lionghouw Koancu dan orang tua dengan senjata huncwe,
masih banyak orang2 yang merupakan tokoh2 dunia
kang-ouw. Maka setelah terjadi kekalutan sebentar perlahan2 mereka dapat memperbaiki suasana, bisa
kumpulkan orang2nya kembali dan serangan dari mereka lantas tambah cepat, tekanan dari pihak mereka makin tambah berat.
Hong-gwat Kongcu yang selalu sombong, begitu
merasakan tekanan hebat, lantas pikir hendak
menghunus pedangnya. Tetapi ketika melihat Lim Tiang Hong masih tetap tenang2 saja menghadapi musuh dari berbagai jurusan, hatinya yang ingin menang selalu itu timbul seketika. Maka sambil kertak gigi, niatan
mencabut senjata itu diurungkannya.
Kedua pihak berkutetan lagi sekian lama. Dipihak
orang banyak, pihak pengepung itu, agaknya telah
merancangkan rencana. Mereka gunakan orang tua dan Liong-houw Koancu itu sebagai induk kekuatan mereka.
1071 Orang tua bersenjata huncwe itu menghadapi Lim
Tiang Hong, sedang Lionghouw Koancu melayani Hong-gwat Kongcu.
Dan yang lainnya menyerang dari empat penjuru.
Setiap kali Lim Tiang Hong dan Hong-gwat Kongcu
melancarkan serangannya, mereka itu turun tangan dari samping, dengan demikian kedua Kongcu itu mau tak mau harus tarik kembali serangannya untuk menolong diri sendiri dulu.
Dengan demikian maka orang tua itu bersama
Liong-houw Koancu boleh menghadapi musuhnya
dengan hati tabah. Sedangkan dipihaknya Lim Tiang Hong, mereka dua
orang, tak mendapat banyak kesempatan untuk balas menyerang. Pertempuran secara begini sudah tentu
berat sebelah. Lim Tiang Hong yang melihat gelagat perubahan
itu, yang ternyata tidak menguntungkan bagi pihaknya sendiri kalau lama2 tiba2 berkata kepada kawannya:
"Mari kita bertempur secara berpencaran. Masing2 boleh cari korban sendiri2"
1072 Setelah itu badannya loncat tinggi ke atas,
kemudian melancarkan serangannya dari tengah udara, mengarah rombongan orang yang berdiri di posisi timur.
Setelah itu nampak badannya berputaran lagi
sebentar, dan menyerbu terus orang2 dalam rombongan disitu.
Suara jeritan ngeri terdengar ber-ulang2.
Dua orang kuatnya Thian-cu-kauw yang menjadi
tataran pertama, telah dipukul rubuh dan tidak bisa berkutik lagi.
Selagi Lim Tiang Hong bergerak, Hong-goat Kongcu
juga segera menelad perbuatan kawannya itu. Ternyata Kongcu ini lebih ganas daripada Lim Tiang Hong, maka setelah terdengar suara jeritan ngeri ber-ulang2, banyak orang sudah rubuh dalam keadaan putus nyawa dibawah tangannya.
Keadaan kalut lagi. Pertempuran tidak berimbang
tadi kini berubah jadi pertempuran main keroyok tidak karuan.
Dalam keadaan demikian, dari rombongan orang2
Thian-cu-kauw itu, terdengar suara nyaring: "Keluarkan senjata! Jangan sampai dua orang itu lolos!"
1073 Sebentar kemudian suara senjata yang keluar dari
sarungnya terdengar gemuruh di mana2, sinar2
berkilauan lantas berkelebatan memenuhi kalangan.
Rombongan orang2 itu kini dengan senjata
terhunus maju menyerang dua pemuda yang seolah2
bayangan itu. Hong-goat Kongcu lantas ketawa ber-gelak2 dan
berseru: "Bagus! Ini adalah pertempuran yang baru memuaskan hatiku!"
Pakaiannya yang begitu mentereng nampak
berkibaran. Kongcu ini lompat melesat melalui kepala orang2 itu.
Tiba2 sinar putih seperti bianglala meluncur
menggulung ke arah kepala2 orang banyak itu.
Hong-goat Kongcu yang terkenal dengan ilmu
pedangrya yang luar biasa, dengan keluarnya kini
pedang panjangnya itu, bagai macan tumbuh sayap,
membuat setelah pedang berkelebatan di atas kepala orang banyak, lantas disusul dengan jeritan ngeri ber-ulang2.
Lim Tiang Hong yang menggunakan sedikit
kesempatan melihat cara melayani lawan2 dari Hong-1074
goat Kongcu yang begitu bagus, dalam sekejap
membinasakan banyak lawan, lantas berseru panjang dan menghunus keluar seruling emasnya hingga
sebentar kemudian senjata luar biasa itu sudah
mengamuk diantara badan2 orang banyak itu.
Dua anak muda yang merupakan malaikat Jibril itu
begitu timbul nafsu mereka hendak membunuh, bagai sudah tak ada yang dapat menahan. Maka pertempuran disitu sebentar saja sudah berubah begitu rupa.
Empat lima puluh orang kuat yang mengepung
mereka dua orang, belum sampai dua jam sudah pada terluka atau gugur separuhnya.
Tinggal lagi kini beberapa puluh yang
kepandaiannya lumayan, masih coba mengadakan
perlawanan secara mati2an.
Tidak dikira dari jumlah mereka yang kini berkurang separuh tetapi daya penyerangan mereka malah lebih hebat dari yang tadi.
Rombongan lantas terpecah menjadi dua kelompok.
Liong-houw Koancu membawa delapan anak
buahnya sendiri melawan Hong-goat Kongcu. Sedangkan 1075
orang tua bersenjatakan huncwe itu, dengan sebelas orang2nya Thian-cu-kauw melawan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong yang mempunyai kekuatan tenaga
dalam tak ada taranya, meski sudah bertempur semalam suntuk, semangatnya masih me-nyala2.
Ketika melihat keadaan pihak kawannya, Hong-goat
Kougcu, kelihatan sudah berpeluh banyak, wajahnya yang cakap nampak merah membara. Maka ia lantas
menyerukan temannya itu. "Saudara apa masih bisa
terus bertahan" Aku akan segera habiskan mereka dan bantu ke sana"
Hong-goat Kongcu yang berwatak sombong, sudah
tentu tak mau unjuk kelemahannya. Dengan napas
sengal2, ia masih coba menjawab: "Kau tak usah kuatir, aku masih banyak punya kekuatan menghadapi mereka"
Namun Lim Tiang Hong tahu sang kawan
sebenarnya sudah lelah, maka ia lantas memberi
semangat padanya: "Ilmu pedang saudara dalam dunia ini tidak ada tandingannya. Tidak perlu aku kuatirkan"
Setelah berkata demikian, senjatanya sendiri
berputar bagai titiran, kemudian dengan gerakan yang 1076
luar biasa manisnya, seruling emas itu telah minta itu korban pula.
Seorang tancu dari Thian-cu-kauw, saat itu juga
telah tertembus dadanya dan tewas seketika itu juga.
Hong-gwat Kongcu yang melihat kawannya kembali
telah mengambil jiwa lawannya, semangatnya bangkit pula. Dengan sisa tenaga yang ada padanya, mendadak dikeluarkan satu tipu serangan yang terampuh.
Tipu serangan ini dinamakan Gin-yam Kong-yang.
Dan serangan itulah yang dulu hampir membuat Lim
Tiang Hong terkalahkan olehnya.
Seorang imam anak buahnya Liong-hauw Koancu
sebentar sudah terpapas bagian pundaknya, sehingga sebelah lengannya terpisah dari badannya.
Imam itu tidak bisa keluarkan suara, sudah mati.
Tetapi bagi Hong-gwat Kongcu sendiri, pemuda
mentereng ini juga sudah bagai kehabisan napas.
Dengan badan ter-huyung2 mundur sampai tiga tindak.
Liong houw Koancu agaknya tak mau melepaskan
kesempatan baiknya. Senjata kebutannya lantas diputar, dengan kecepatan bagaikan kilat menotok jalan darah pemuda itu.
1077 Lim Tiang Hong meskipun sedang melawan banyak
musuh2 kuat, tetapi matanya masih sempat setiap waktu ditujukan kepada kawannya itu. Maka begitu melihat Hong-gwat Kongcu dalam bahaya, lantas dipukul mundur satu lawannya, kemudian lompat melesat maksudnya
hendak memberikan pertolongan.
Tetapi orang tua itu ternyata cerdik otaknya.
Dengan gerak pertama Lim Tiang Hong menghalau
temannya, ia lantas tahu anak muda lolos. Tentu ia tak suka orang ini keluar kalangan, maka lantas diputarnya huncwenya makin gencar, melancarkan serangan bertubi2.
Dalam keadaan demikian Lim Tiang Hong terpaksa
menggunakan senjatanya melindungi dirinya sendiri lebih dulu.
Dipihaknya Liong-houw Koancu, agaknya imam ini
telah anggap pasti Hong-gwat Kongcu akan tewas oleh senjatanya.
Ketika senjatanya itu meluncur turun, mendadak
nampak berkelebatnya sinar pedang. Hong-gwat Kongcu dengan ganas membabat dengan pedangnya, mulutnya
1078 berseru: "Imam busuk! Kau mau pedayai Kongcu mu"
tidak kena dengan caramu itu!"
Liong-houw Koancu yang sama sekali mimpipun
takkan menduga gerakan Hong-gwat Kongcu itu hampir saja mampir di dadanya.
Justru pada saat itulah dari jauh terdengar suara siulan nyaring.
Dibawah sinar matahari pagi. Delapan orang laki2
berpakaian perlente dengan masing2 membawa pedang digegernya, meluncur ke dalam kalangan bagaikan anak panah lepas duri busurnya.
Belum lagi mereka tiba masuk kalangan, semua
sudah berkata dengan suara nyaring: "Kongcu, silakan mengaso dulu. Biarlah kami yang bereskan kawanan
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
imam bangsat yang tidak punya mata ini!"
Kedatangan orang2 muda yang secara mendadakan
ini mengejutkan sekali hatinya Liong-houw Koancu
hingga diam2 berkata pada dirinya sendiri: "Orang2nya Tho-hoa-to sudah pada datang, kalau pertempuran
dilanjutkan barangkali pihak kita yang akan celaka"
Dan selagi orang2 dalam kalangan itu semua masih
berada dalam kaget dan ke-heran2annya, dari dalam 1079
rimba kembali terdengar suara ketawa aneh. Dan di atas pohon besar dirimba sebelah timur kelihatan berdiri seseorang pengemis berewokan berkaki satu Dia ini datang bersama dua orang tua berpakaian hijau dengan jenggotnya warna putih yang berkibaran tertiup angin.
Pengemis kaki satu itu lantas berkata sambil
perdengarkan suara ketawanya yang aneh. "Apa cuma kau Tho-hoa-to saja saja yang bisa kirim bala bantuan"
Apakah kalian kira kami dari Hong-hong tie tidak ada orang?"
Nama "Hong-hong-tie itu lebih besar pengaruhnya
daripada Tho-hoa-to. Dan kini, orang2 dari dua pihak itu ternyata sudah pada datang semuanya, ini membuat ciut nyali semua orang yang ada disitu.
(dw-kz) Bab 28 PENGEMIS berewokan yang kakinya pincang itu,
adatnya paling berangasan. Setelah perdengarkan suara ketawanya yang aneh, tubuhnya sudah melesat laksana seekor burung rajawali, menerjang ke dalam kalangan dan tangannya juga lantas turut bekerja dengan saat 1080
pukulan ia sudah bikin terpental dirinya seorang dari anak buahnya Thian-cu-kauw, sehingga melayang tinggi kira2 dua tombak. Sambil perdengarkan suara jeritan ngeri, orang itu kemudian terlempar jauh di luar
kalangan. Lim Tiang Hong yang menyaksikan si pengemis
berewokan itu telah turun tangan, lantas berseru:
"Jangan turun tangan lagi! Aku tidak membutuhkan
bantuan siapapun juga!"
Pengemis berewokan itu terperanjat sekali agaknya, seketika hentikan gerakannya. Tatkala menyaksikan sikap pemuda tersebut begitu agung dan keren, lantas undurkan diri keluar dari kalangan.
Orang tua aneh dengan senjatanya pipa panjang itu adalah seorang aneh dari daerah Kam-siok yang
dikabarkan telah mengasingkan diri lama dari dunia rimba persilatan, namanya Khong Bun Thian. Dia lebih yang terkenal dengan sebutan Cit-sat-sim, sebetulnya sudah tidak bermaksud menjagoi dunia kang-ouw akan tetapi karena dapat undangan orang dan dimintai
bantuannya ber-ulang2 oleh wakil ketua Thian-cu-kauw, yakni Beng Sie Kiu, barulah munculkan diri lagi
1081 dikalangan masyarakat ramai dan mendapat jabatan
sebagai pelindung hukum dalam perkumpulan itu.
Kali ini, dengan membawa satu rombongan orang2
pilihan perkumpulan Thian-cu-kauw, pergi menyatroni Lim Tiang Hong. Akan tetapi kesudahannya bukan saja tidak berhasil menangkap pemuda tersebut, sebaliknya malah telah kehilangan banyak orang2nya yang gugur dan tewas oleh anak muda itu. Maka hatinya merasa gusar berbareng cemas. Diam2 telah mengambil
keputusan untuk teruskan pertempuran sampai titik darah penghabisan.
Siapa tahu orang2nya Hong-hong-tie dan Tho-hoa-
to mendadakan datang untuk memberi bantuan kepada anak muda itu, maka lantas mengetahui bahwa hari itu pasti pihaknya akan mengalami kekalahan total.
Dengan sekilas kemahiran menggunakan ilmunya
yang dipertunjukkan oleh pengemis kaki pincang itu, pun dia telah dapatkan kesimpulan tentu pengemis
berewokan tersebut bukanlah orang sembarangan. Ini pula yang menimbulkan maksudnya ingin undurkan diri.
Tetapi manakala kemudian mendengar Lim Tiang Hong menyerukan agar pengemis itu tidak membantunya,
1082 hatinya jadi tergerak. Ia jadi bersangsi dan tidak mempercayai kekuatan hebat yang dimiliki oleh Lim Tiang Hong. Dia hendak menjajalnya dengan
melanjutkan terus pertempuran untuk menguji
kekuatannya atau boleh juga dikata untuk mencari
kesempatan baik memukul jatuh pemuda itu. Sekalipun orang2nya Hong-hong-tie akan menolong mungkin saat itu sudah tidak keburu lagi.
Setelah mengambil keputusan demikian, Khong Bun
Thian ber pura2 gusar dan melanjutkan serangannya, mengarah Lim Tiang Hong. Dia berbuat demikian ini, bagai tak pernah melihat dan mendengar sama sekali akan kedatangan orang2 Hong-hong-tie, cara
bertempurnya semakin sengit.
Dalam pada itu, pengemis pincang melakukan
serangannya pada orang2 Thian-cu-kauw. Delapan orang laki2 berpakaian perlente orang2nya Tho-hoa-to juga telah menghunus pedang masing2 siap hendak
menempur orang2nya Liong-houw Koancu. Tetapi tiba2
lantas terdengar suara Hong-gwat Kongcu: "Kamu semua berdiri menonton saja di samping, tidak boleh ikut campur tangan"
1083 Kedatangan balabantuan itu se-akan2
membangunkan kembali semangat tempurnya Kongcu
perlente ini. Pedang di tangannya berputar lagi,
dilanjutkan serangan balasan.
Sebaliknya, dipihaknya Liong-houw Koancu, sang
pemimpin ini manakala melihat orang2nya Tho-hoa-to pada berdiri disamping dengan tangan menggenggam
senjata masing masing, semangatnya patah. Hal
demikian ini, sebetulnya membawa pengaruh tidak sedikit.
Sebab Liong-houw Koancu tahu, apabila
pertempuran terus dilanjutkan, harapan unggul tipis pihaknya, malah mungkin sekali dia akan mengalami kekalahan mutlak. Begitulah. Liong-houw Koancu yang terkenal amat licik itu, lantas tidak memikirkan nama baik serta kedudukannya sendiri, lalu mengajak kawan2nya kabur dengan dia lebih dahulu panjangkan langkah.
Dengan meratnya Liong-houw Koancu dan
kawan2nya, Hong-gwat Kongcu jadi ter-bahak2 tertawa deagan sikapnya yang bangga. Siapa tahu selagi masih tertawa enak2an, mendadak badan Kongcu ini ter-huyung2 dan hampir2 jatuh dia ketanah.
1084 Karena sifat tinggi hati Kongcu perlente ini, sifat ingin menang sendiri mania menguasai dirinya, meski dalam pertempuran yang hampir semalaman itu ia telah gunakan hampir habis seluruh tenaganya, ia masih coba pertahankan diri. Sayang, setelah kendor semangatnya, dia sudah tak dapat bertahan lagi. Tapi masih tetap dia hendak bertahan, pedangnya ditancapkan ke tanah,
maksudnya ingin menunjang badannya supaya jangan
jatuh. Akan tetapi meski badan tidak roboh, mulutnya sudah keluarkan darah hitam.
Delapan orang2 dari pulau Tho-hoa-to tatkala
menyaksikan keadaan Kongcunya, tiada satu yang tak terperanjat. Mereka serentak memburu, maksudnya ingin menolong Kongcu perlente itu, tapi Hong-gwat Kongcu mendadak ulapkan tangannya seraya katanya: "Minggir!
Sedikit luka2 tak berarti ini masih bisa kutahan, tidak perlu kalian begitu kebingungan!?"
Delapan orang itu kembali terperanjat mendengar
kata2 kasar Kongcu perlente itu. Mereka merasa serba salah. Terang Kongcu itu sudah payah sekali kemampuan bertahannya, tapi kalau dilarang memberikan
pertolongan, apalah daya mereka"
1085 Tepat pada saat itu ada berkelebat satu bayangan
orang dan tahu2 Lim Tiang Hong sudah melayang turun di hadapan Kongcu perlente itu. Tengannya
menyodorkaa selembar daun obat, itulah obat mujarab penyembuh segala luka2 yang didapatkan dari Naga
raksasa, kepada Hong-gwat Kongcu seraya katanya:
"Hai, kau makanlah daun segar ini untuk menyegarkan tenggorokannu, rasanya enak sekali".
Dia berkata sambil sodorkan daun obat itu ke
mulutnya Hong-gwat Kongcu.
Si Kongcu yang tiada mengetahui daun tersebut
sebetulnya mempunyai khasiat apa, semula tidak
bernafsu menerima. Akan tetapi, orang dengan baik hati sudah menyodorkan dimulutnya, lantas dicicipi juga.
Kala itu tetap dia belum tahu kalau Lim Tiang Hong sebetulnya bermaksud baik dalam pemberiannya itu.
Sebabnya, pemuda she Lim ini yang memiliki sifat2 setia kawan, ketika melihat kapayahannya Hong-gwat Kongcu, yang segera pula dapat tahu luka Kongcu itu takkan dapat sembuh dalam waktu singkat, lantas merasa tidah enak hati. Pikirnya, Kongcu itu terluka justru karena ingin 1086
membantunya. Apalah enaknya ia membiarkan kawan
dalam bahaya tanpa memberi pertolongan"
Begitulah, meski ia masih repot dalam menghadapi
musuh2nya, dia masih berusaha mendesak hebat semua lawanannya. Dan hanya dalam waktu singkat ia berhasil membuka jalan dan lantas melesat mendekati Hong-gwat Kongcu.
Ketika Lim Tiang Hong tinggalkan musuh2nya,
kepada orang2nya Hong-hong-tie lebih dahulu sudah berseru. "Kawanan manusia ini aku serahkan kalian bereskan sajalah"
Tentu saja orang2 itu yang sudah gatal tangan,
lantas pada bergerak. Tiga bayangan orang menyerbu ke dalam kalangan dan sebentar kemudian lantas terdengar suara jeritan saling susui yang kemudian menyusul pula berhamburannya darah manusia, sedang sisa2 orang
Thian-cu-kauw telah dibikin kucar kacir oleh Gin-sie-siu bertiga.
Khong Bun Thian yang melihat kejadian itu,
semangatnya runtuh. Sambil keluarkan siulan nyaring senjata huncwenya diputar, dipakai untuk menahan
1087 musuhnya yang kuat, dan setelah itu badannya mencelat menjauhi ketiga lawannya dan kabur masuk rimba.
Lim Tiang Hong tahu bahwa Hong-gwat Kongcu itu
beradat tinggi. Apabila kepadanya diberitahukan daun itu sebetulnya adalah obat, tentu dia takkan mau menerima.
Maka itulah tadi hanya dikatakan, itu adalah daun yang dapat melegakan tenggorokan.
Hong-gwat Kongcu tapi cerdik dan tahu orang
bermaksud baik. Begitu makan obat mujarab itu, ada rasa enak yang mengalir di badannya. Hawa hangat yang tiba2 menyusuri sekujur badannya itu belum lama,
mulutnya lantas menyemburkan darah. Kalau dibanding dengan yang tadi, darah itu malah lebih hitam, tetapi setelah itu dirasakan badannya segar nyaman, begitulah memang cepatnya obat mujarab tersebut bekerja.
Maka ia lantas buru2 mengatur pernapasannya
supaya obat itu dapat berjalan dengan baik di dalam badannya. Karena dia adalah seorang yang mempunyai latihan cukup tinggi maka sebentar saja luka2 di
dalamnya sudah sembuh sama sekali.
1088 Setelah merasakan segar dan nyaman betul2, baru
terbuka matanya, kepada Lim Tiang Hong dia perlihatkan senyum manisnya.
Delapan orang2 nya Tho-hoa-to yang tadi gelisah
memperhatikan perubahan sikap Kongcunya, apalagi
waktu tadi si Kongcu itu semburkan darah hitam sekali.
Kini setelah menyaksikan Kongcu-nya sembuh dengan mendadak dan merah wajahnya, lantas pada ter heran2
bercampur rasa syukur. Hong-gwat Kongcu begitu membuka mata lantas
bertanya: "Pertandaan yang kulepaskan itu apa kalian sudah terima?"
Kata2 itu ditujukan kepada delapan orang perlente dari Tho-hoa-to. Mereka lantas bungkukkan badan ketika menjawab ber-sama2: "Kami semua sewaktu melihat
perandaan itu, malam2 juga pergi meninggalkan pulau.
Entah Kongcu ada perlukan bantuan kami untuk
apakah?" Hong-gwat Kongcu ulapkan tangannya, dan
kemudian berkata: "Sebentar lagi akan kuberitahukan pada kalian"
1089 Lalu ia berpaling, kepada Lim Tiang Hong berkata:
"Saudara selanjutnya mau kemana?"
"Sekarang juga aku mau pergi ke lembah Toan-
beng-gay di bukit Ban-kiat-hong. Aku kesana maksudnya mau menyaksikan pertemuan antara orang2nya Siauw
lim-pay dengan Pek-tok Hui-mo" demikian Lim Tiang Hong bagai tak dipikir lagi keluarkan jawabannya.
Hong-gwat Kongcu lantas ketawa ber-gelak2. dan
kemudian katanya: "Bagus sekali. Bagaimana kalau aku ikut ber-sama2 saudara?"
Lim Tiang Hong nampak kerutkan keningnya,
sebentar lalu geleng2kan kepala dan berkata: "Saudara mempunyai kegembiraan begitu besar, sebenarnya sukar aku menolak, tapi aku yang masih punya urusan lain, tidak bisa menemani saudara, kalaupun saudara mau pergi, pergilah sendiri kesana, harap jangan kecil hati".
Hong-gwat Kongcu agaknya merasa kecewa. Ia
lantas berkata dengan perlihatkan wajah murungnya:
"Kalau saudara merasa tidak bisa berjalan sama2, baiklah kita ambil jalan sendiri2 saja".
Setelah satu sama lain jalankan peradatan dengan
masing2 bungkukkan badan, Lim Tiang Hong lantas balik 1090
badan. Kini baru dapat dilihatnya Gin-sie-siu sekalian dengan sikap mereka yang hormat sekali, masih berdiri di belakangnya, maka hatinya pemuda kosen itu menjadi tak enak sendiri. Buru2 kepada mereka bertiga berkata dan bersoja: "Ber-kali2 aku menerima bantuan kalian, sebetulnya merasa sangat menanggung budi. Disini
sajalah kuucapkan terima kasihku dan sekarang karena harus pergi lagi ke bukit Ban-kiap hong, sampai lain ketika saja kita bertemu kembali"
Gin-sie-siu dan kawan2nya agaknya merasa serba
salah. Gin-sie-siu yang agaknya sebagai kepala, berkata:
"Kami, telah mendapat titah Kokcu, datang kemari untuk membantu Kongcu dalam segala keperluan. Kokcu suruh kami temani Kongcu kemanapun, kami tidak
diperkenankan membiarkan Kongcu seorang diri pergi menempuh bahaya!"
"Aku yakin, masih mampu lindungi diri sendiri.
Maksud baik kalian cuma bisa kuterima di dalam hati" Ini adalah kata2 sebagai jawaban Lim Tiang Hong, yang diucapkan sambil perlihatkan senyum manisnya. Setelah mana, tangannya me-lambai2 dan badannya lantas
1091 melesat, laksana anak panah lepas dari busurnya, dalam waktu sekejap telah meluncur ke arah timur laut.
Hong-gwat Kongcu yang berdiri disitu, manakala
melihat gerakan Lim Tiang Hong yang mengagumkan
lalu berkata kepada delapan orang2nya: "Lekas pergi ke daerah Soa-pak. Kalian boleh selidiki orang yang
menyaru To-liong Kongcu di sana. Begitu dapat kabar, lekas juga sampaikan padaku! Kau boleh kirimkan berita dengan pertandaan kilat"
Sehabis meninggalkan pesanannya, lantas Kongcu
inipun gerakkan badannya melompat ke atas, dan
sebentar kemudian telah menghilang jauh dari depan mata orang2nya.
Suatu pertempuran besar2an di dalam rimba
persilatan kini telah berakhir.
(dw-kz) Matahari pagi memberi penerangannya yang ke-
emas2an menyoroti bumi, darah segar yang berubah
hitam telah berbau amis yang memualkan. Suara
burung2 berkicau, dan suara2 binatang2 rimba lain 1092
terdengar. Namun suasana dalam rimba itu demikian menyeramkan sekali.
Gim-sie-siu dan Ceng-pao-siu, kedua orang tua dari Hong-hong-tie itu saling berpandangan sesamanya,
kemudian dua kepala menggeleng ber-sama2.
Karena suatu pertempuran yang lebih dasyat dan
lebih ganas telah membayangi otak2 mereka.
Orang2 Hong-hong-tie ini, bagaikan tiga asap putih muluncur ke angkasa juga meninggalkan tempat tadi menuju ke rimba yang letaknya jauh sekali dari situ.
Kita balik mengamati perjalanan Lim Tiang Hong.
Setelah meninggalkan medan pertempuran, pemuda ini terus tujukan langkahnya ke bukit Ban-kiap-hong.
Ditengah perjalanan, pada sebuah pahon besar
dipinggir jalan, matanya mendapat lihat satu tanda bagai cap dari satu binatang Kie-lin berwarna merah.
Seketika kakinya berhenti, lantas mengeluarkan cap yang diberikan kepadanya oleh orang pertengahan umur, yang seterusnya dicapkan ke pohon itu juga.
Seketika tertampak lagi satu cap binatang Kie-lin, serupa benar dengan yang mula2. Hal ini menimbulkan kewaspadaan dalam hatinya, diam2 berpikir. "Apa sudah 1093
ada orang yang pergi lebih dulu dariku atau ada lain bahaya apa lagi...."
Pemuda ini mana tahu, tanda cap itu sebenarnya
tanda atau cap partai dari golongan besar mana, maka iapun tak dapat memastikan siapa gerangan orang yang telah mendahuluinya datang ke sana. Tetapi biar
bagaimana, iapun akan pergi ke lembah Toan-beng-gay.
Di sana tentu akan mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Masuk lagi tanda cap binatang Kie-lin itu ke dalam sakunya, tangannya lantas menyentuh itu sampul surat yang ditaruhnya dalam saku yang sama dengan cap itu.
Mengingat kejadian malam tadi dengan kejadian2
berikutnya yang saling susul datangnya, ia belum
mendapat kesempatan untuk memeriksa isi simpul surat itu. Hampir terlupa ia pada sampul tersebut, dan kini, begitu diingatkan kembali karena tak sengaja tercekat.
Buru2 dikeluarkannya. Tetapi di dalamnya hanya berisi dua carik kertas
biasa saja yang melukiskan dua tubuh manusia. Setiap lembarnya ada tiga macam bentuk dan gerakan manusia yang berlainan. Apabila kertas itu didapatkan oleh orang 1094
biasa saja, tentu takkan dapat terpahami bahwa
gerak2an serta bentuk2 tubuh yang terlukis dalam
bentuk gambaran itu ternyata adalah dua rupa gerakan tipu silat yang kini sudah hilang dari dunia kang-ouw.
Lim Tiang Hong balik2kan beberapa kali dua carikan kertas tersebut, dalam hati merangsang sedikit perasaan.
Dia tersadar dari sesuatu. Dia yang sudah memiliki dasar2 baik dalam berbagai cabang persilatan, apalagi otaknya begitu cerdik, maka segera mengerti bahwa itu sebetulnya adalah dua gerak tipu ilmu silat yang luar biasa ampuhnya.
Dia lalu mulai mempelajari dua tipu silat itu dengan menurut gambar2 dari dua carikan kertas itu.
Diluar dugaannya, kaiau lukisan itu nampak
sederhana dan seperti mudah dipelajari, tetapi setelah dipraktekkan menuruti gambar2nya, ternyata sulit sekali.
Terus diulang dan diulang sampai sepulah kali lebih, tapi merasa seperti belum dapat menyelami pengupasan
gerakan indah tersebut. Lim Tiang Hong adalah satu pemuda cerdik pandai.
Sifat pribadinya teguh dan keteguhan hatinya tidak ada taranya. Dalam segala hal selalu ilmu dipelajarinya 1095
sampai pada dasar2nya, tidak pernah berhenti sebelum berhasil.
Oleh karena mempelajari dua macam gerak tipu
silat itu, sampai kecantol perjalanannya. Terus duduk dia di bawah pohon besar itu, otaknya terus memikir,
tangannya terus bekerja. Entah berapa lama dalam keadaan demikian, hanya
otaknya saja yang agaknya dapat menyadari sedikit, tetap masih dirasakan sulit untuk memahami maksudnya.
Entah itu suatu kejadian yang kebetulan atau boleh jadi semacam reaksi yang timbul dari ketekunannya, ketika diletakkan kedua tangannya di depan dada sambil mengadakan gerakan melingkar dan telapakan tangan dipentang keluar, mendadak merasakan hawa murni di sekujur badannya mengalir, bagai hendak keluar
semuanya. Tepat pula pada waktu itu, angin gunung bertiup
santar, membuat daun2 pohon berguguran ke tanah.
Daun2 itu jatuh ke atas kepalanya sejarak tiga kaki masih di-atasnya, se-akan2 membentur semacam
kekuatan membalik, tahu2 melayang ke atas kembali dan 1096
beterbangan di tengah angkasa dan kemudian menjadi hancur ber-keping2.
Lim Tiang Hong yang mengetahui juga keadaan
demikian, seketika itu lalu sadar. Kakinya menotol tanah dan badannya mencelat. Dengan wajah riang berkata sendiri: "Aaa.... aku sekarang paham...."
Kembali latihan semacam tadi diulangnya. Sekarang bagai telah mendapatkan rahasia dari kedua macam tipu silat tadi, barulah ia berjalan dengan tindakan lebar melanjutkan perjalanannya.
Disepanjang jalan, di tempat2 yang dilihat orang, banyak terdapat cap binatang Kie-lin warna merah itu.
Sampai pada jalanan yang hampir sampai ke bukit Ban-kiap-hong, baru tidak kelihatan tanda2 itu.
Sekarang apa yang terbentang dihadapan matanya
hanyalah awan dan kabut belaka. Puncak gunung Ban-kiap hong yang bagai pencakar langit sudah berbayang didepan matanya.
Keadaan disekitar gunung ini sepi sunyi, tiada
tertampak bayangan binatangpun juga, jangan kata lagi manusia. Disini timbul kesangsiannya. Pikirnya, "apa 1097
waktu yang ditetapkan antara mereka siang atau
malam?" Selagi masih terbenam dalam keraguannya sendiri,
telinganya sudah mendengar suara orang berjalan, arah datangnya juga datang dari tempat dimana tadi
dilaluinya. Tak selang berapa lama, dari belakang bukit muncul serombongan padri. Dan Lim Tiang Hong segera dapat mengenali Hui-hui Taysu dan Pek-ho Totiang dari Butong-pay yang berjalan paling depan sebagai pemimpin rombongan. Di belakang kedua orang ini terdapat banyak padri2 yang tinggi, pendek, tua maupun muda,
berjumlah kurang lebih dua puluh jiwa.
Kawanan padri itu, pernah diketemukan Lim Tiang
Hong, sebagai orang2 kuat dari masing2 golongan.
Hui-hui Taysu ketua Siauw lim pay, dari jauh sudah perdengarkan suaranya, sambil menyebut nama Buddha berkata: "Siauw sicu benar saja ada seorang yang boleh dipercaya, ternyata sudah datang lebih dulu dari kami"
"Perintah dari orang tingkatan tua mana bisa tidak diturut?" demikian Lim Tiang Hong menyambuti kata2
1098 Hui-hui Taysu, di-ucapkannya kata2nya itu sambil
tersenyum. Waktu itu, rombongan tersebut telah sampai di
hadapannya. Selain daripada Hui-hui Taysu dan Pek-ho Totiang kiranya masih ada lagi It-ceng Totiang dari Ngo-bie pay, Hie-leng Totiang dari Kun-lun-pay, Thay-hie Totiang dari Khong-tong-pay. Keempat orang padri dari bagian penyimpan kitab gereja Siauw lim-sie pun terdapat disitu. Begitupun tiga Tianglo (Pinisepuh) dari Tatmo-ie, boleh dikata hampir hampir semuanya orang2
kuat dari golongan padri maupun inam telah datang ke bukit itu.
Rombongan orang2 itu, hampir kesemuanya
mengenali itu pemuda To-liong Kongcu, yang pada waktu akhir2 ini namanya sangat ditonjolkan orang dan sering disebut2 sebagai pendekar. Sikap yang diperlihatkan oleh mereka untuk Kongcu itu, ber-lain2an. Ada yang merasa kagum, ada yang dipenuhi rasa dengki, ada yang
mengandung perasaan benci. Demikianlah, orang2 itu memandang si Kongcu dengan kaca mata berlainan.
Lim Tiang Hong tidak ambil mumet perhatian
mereka, Dia tampak bersenyum riang, seraya angkat 1099
tangan bersoja, ia berkata kepada Pek-ho Totiang dan Hui-hui Taysu: "Tay-su dan Totiang, silahkan jalan lebih dulu, boanpwee akan segera menyusul"
Hui-hui Taysu dan Pek-ho Totiang pun tidak
memaksa minta anak muda itu jalan ber-sama2, mereka menjawab hampir berbarengan "Begltupun baik," sahut mereka, pun dengan wajah ber-seri2.
Dalam perjanjian suatu pertempuran ganas yang
sifatnya kejam dan mati hidupnya kedua pihak ini, bagaimana bisa mengajak orang luar jalan ber-sama2"
Lim Tiang Hong mengawasi padri2 dan imam2 itu.
Ceritasilatcersil.blogspot.co.id
Setelah menghilang dalam kabut gunung baru ia
kerahkan tenaganya. Dengan gerak badannya laksana asap terbang itu sudah lompat dan mengitari belakang bukit.
Pemuda ini yang pernah mendengar beberapa
orang berkata dengan peringatannya. Umumnya mereka itu semua menganggap, perjalanan kebukit Ban-kiap-hong itu terlalu sulit untuk ditempuh tapi ini bagi si pemuda malah telah membangkitkan semangatnya. Ingin lebih dulu mengadakan penyelidikan secara diam2.
1100 Dia bukan merupakan orang penting yang diundang
dalam perjanjian pertemuan itu, tidak begitu penting juga kiranya apabila datang agak terlambat sedikit.
Ilmu lari pesatnya, It-shia Cian-lie, ditambah lagi dengan kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya, yang sudah mencapai ke taraf tiada taranya, begitu digunakan bagai burung terbang melayang badannya diantara
bukit2 itu, bagi orang biasa sukar untuk dapat
membedakan itu bayangan orang atau binatang besar.
Puncak gunung Ban-kiap-hong adalah puncak
gunung utama dari serentetan puncak-puncak gunung disitu, pun merupakan puncak tertinggi dan paling bahaya keadaannya.
Disebelah kanan lamping gunung tersebut, ada
sebuah lapangan yang terbuat dari batu2 cadas,
keadaannya amat berbahaya. Itulah dia tempatnya yang dinamakan Toan-beng-gay.
Lim Tiang Hong telah merambat naik melalui
lamping gunung sampat tiba di puncaknya.
Dia sembunyi di puncak gunung tersebut, matanya
mengawasi keadaan diseputarnya.
1101 Disitu ternyata tiada terlihat sebuah bangunan
rumahpun juga, hingga dalam hati diam2 merasa heran.
"Disini katanya adalah pusat baru perkumpulan Thian-cu-kauw" pikirnya, "kenapa tidak ada satu bangunan
rumahpun juga?" Matanya memutar lagi, ke sebelan kanan, lalu
menurun ke bawah. Di dalam lembah di bawah puncak itu, disuatu
tempat yang agak rata, terdapat banyak anak buahnya Thian-cu-kauw, sedang repot nampaknya, entah apa
yang sedang mereka kerjakan.
Pada saat itu rombongan padri dan imam tadi
sudah be-ramai2 memasuki lembah tersebut, setelah disambut, lalu nampak beberapa orang Thian-cu-kauw mengantar rombongan tamunya itu. Kecuali itu, semua sepi sunyi, di dalam gunung itu se-akan2 tak didiami orang sama sekali.
Tetapi si pemuda tidak percaya kalau tempat yang
dijadikan pusat perkumpulan yang sedang hendak
berkembang pesat itu cuma sebegitu sempit yang bagai tak berpenjaga. Oleh karena itu, timbul was-wasnya dalam hati. Ia kuatirkan rombongan imam dan padri itu.
1102 Menurut pandangannya, kecuali Hui-hui Taysu dan Pek-ho Totiang, yang lainnya pasti takkan mampu
menandingi Pek-tok Hui-mo. Kini apabila diukur dari kekuatan Pek-tok Hui-mo, itu orang berkedok yang
berperawakan tinggi besar, dimasa lampau dan
sekarang, selama setengah tahun belakangan ini, dia telah berhasil mempelajari ilmu silat yang terdapat dari kitab Tat-mo-keng sudah tentu lain halnya dengan yang dulu2.
Saat itu hari sudah tengah hari. Teriknya sinar
matahari membuat rasa hangat dibadan setiap orang yang berada di bukit itu.
Lim Tiang Hong yang sembunyikan diri memdekam
di atas puncak, se-akan2 pemburu sedang mengincar mangsanya dengan sorot mata tajam mengawasi
keadaan disekitar tanah perbukitan tersebut.
Tiba2, dari belakang batu cadas itu nampak
berkelebat sinar terang. Lim Tiang Hong yang mempunyai daya tangkap
mata sangat tajam, segera dapat mengenali bahwa sinar tadi itu sebenarnya adalah sinar yang keluar dari satu senjata tajam yang memantulkan cahaya matahari.
1103 Dari situ lantas dialihkannya pandangannya ke
sekitar batu cadas tersebut.
Kini telah diketahuinya, bahwa batu2 cadas yang
berbahaya itu se-olah2 diliputi oleh kabut pembawa maut. Di sekitar tempat itu kiranya telah banyak orang mengurung, tidak perlu disangsikan lagi tentu mereka itu adalah orangnya Thian-cu-kauw
Sebentar kemudian dari mulut lembah nampak
melayang masuk seorang padri dan seorang imam. Gerak badan kedua manusia itu demikian gesitnya. Di dalam penglihatan mata Lim Tiang Hong yang begitu tajam pun hanya terlihat lapat2 saja, tahu2 sudah menghilang lagi dari depan matanya.
Imam itu memperlihatkan kelincahannya dengan
ilmu meringankan tubuh dari golongan Bu tong-pay, sedangkan padri itu mengeluarkan ilmu entengkan badan yang umum terlihat diperlihatkan orang2 Siauw-lim-pay.
Tiba2 dari sebelah Timur batu cadas itu kembali
tertampak delapan orang berseragam hitam, itu adalah orang2nya Tho-hoa-to.
Meskipun Hong-gwat Kongcu suruh orangnya ini
pergi, tetapi orang2nya itu agaknya masih merasa kuatir, 1104
maka dengan diam2 telah menyelundup masuk ke dalam gunung mengadakan pemeriksaan lebih dahulu.
Lim Tiang Hong yang sembunyikan diri di puncak,
dari atas itu dapat memperhatikan keadaan disekitar lembah dengan tegas.
Mendadak terdengar satu suara dari berkibarnya
baju tertiup angin. Suara itu meski cukup halus, tetapi bagi pendengaran Lim Tiang Hong cukup nyata. Ketika dengan cepat pemuda ini berbalik, segera dapat terlihat satu bayangan merah.
Ternyata adalah Yong-jie yang telah melayang
turun sampai dibelakang badan To-liong Kongcu ini.
Gerakannya gesit dan manis, bagaikan geraknya
bianglala. Baru Lim Tiang Hong hendak buka mulut menegur,
gadis cilik itu sudah mendahului memberi isyarat dengan telunjuk jari menutup bibirnya sebagai tanda peringatan supaya pemuda itu jangan buka suara. Kemudian dengan jarinya itu pula tangannya menunjuk, yang ditunjuk adalah lembah Toan-beng-gay....
Matanya Lim Tiang Hong yang teramat tajam
segera melihat seorang nenek2 perpakaian hitam yang 1105
sangat aneh bentuk tubuhnya. Nenek tua ini memimpin empat orang wanita muda dari suku bangsa Biauw yang ke-empat2nya berpakaian terbuka di bagian pundaknya. Dengan cepat rombongan si nenek itu sudah
menuju ke bawah bukit. Hampir dalam waktu yang bersamaan, dari bawah
bukit itu kelihatan melayang naik serombongan orang yang dikepalai oleh seseorang tinggi besar berkedok, yang bukan lain daripada ketua Thian-cu-kauw Pek-tok Hui-mo sendiri.
Disebelah kiri sang keiua ini, berjalan Beng Sie Kiu, sedang disebelah kanannya mengikuti agak kebelakang adalah Lak-chiu Sian-kow yang cantik dan genit. Sedang agak kebelakang lagi dari wanita cantik ini, mengekor serombongan orang2 penting yang sudah terkenal
keganasannya, anak2 buah Thian-cu-kauw.
Pek-tok Hui-mo dengan nenek itu nampak ber-
cakap2 beberapa saat, lalu keduanya sama2 pergi ke dalam lembah yang keadaannya rata itu.
Lembah tersebut, adalah sebagai tempat yang akan
digunakan sebagai medan pertempuran tidak lama lagi.
1106 Lim Tiang Hong kini mendadak sadar. Sarang Pek-
tok Hui-mo kiranya berada di dalam sebuah gua di
bawah lembah Toan-beng-gay itu. Tatkala ditelitinya dengan seksama wajah perempuan tua pembawa gadis2
suku Biauw itu, se-rasa2 pernah kenal. Tetapi oleh karena berjarak terlalu jauh ia dengan nenek itu, tak dapat matanya melihat tegas.
Setelah mereka berjalan jauh, Yong-jie baru buka
mulut, dengan suara perlahan sekali berkata: "Kongcu, kedatanganmu ke Toan-beng-gay ini dengan maksud dan tujuan apakah?"
"Maksudku" Aku mau bikin perhitungan dengan
Thian-cu-kauw" "Tidak adakah lain maksud" Kalau cuma ingin bikin perhitungan dengan Thian-cu-kauw, orang dari pihak kita sudah datang semuanya"
Mendengar ini Lim Tiang Hong kelihatan sangsi
sejenak, kemudian baru berkata: "Kali ini, sebagai orang terpenting yang dapat undangan adalah Siauw-lim-pay dengan enam partay golongan Hian-bun lainnya. Maksud dan tujuan mereka datang kemari, yaitu untuk merebut kembali kitab Tat-mo-keng Siauw-lim-pay dan bendera 1107
perserikatan milik enam partai besar itu. Sedang
kedatanganku, sekedar hanya untuk memenuhi
undangan Hui-hui Taysu. Apabila perlu, akan membantu sekedar tenaga bagi pihak mereka untuk bantu merebut kembali kitab Tat-mo keng dan bendera perserikatan itu.
Sudah tentu, jikalau menurut keinginanku, memang aku ada maksud hendak menyingkirkan Pek-tok Hui-mo
sekalian, Tapi ditengah jaian aku pernah berjumpa dengan seseorang tingkatan tua dari rimba persilatan.
Menurut katanya aku tidak boleh turun tangan kejam lebih dulu. Pikirku, didalam soal ini pasti ada sebab2nya, maka aku merasa agak sulit untuk mengambil keputusan tetap"
Yong-jie membuka matanya yang kecil, sambil
unjukkan senyumnya yang mengandung kemisteriusan
gadis cilik ini berkata: "Cianpwee itu kalau betul telah berpesan begitu padamu, pasti tentu ada maksudnya lebih dalam bukan" Juga seharusnya kau menuruti saja, lagipun Pek-tok Hui-mo barangkali bukan seorang yang gampang2 bisa digulingkan dari kejayaannya"
Lim Tiang Hong mengawasi keadaan dibawah
lembah, menjawab dengan suara acuh tak acuh.
1108 "Perkataanmu ini, mungkin ada benarnya. Biar
bagaimana hari ini orang2 yang memegang peranan
penting bukanlah kita. Sekarang kita boleh melihat sebagai penonton dulu, perlu turun tangan atau tidak, kalau tidak terlalu perlu, paling baik memang tidak turun tangan. Kita melihat ilmu kepandaian dari berbagai partay itu, juga ada gunanya"
Buat Yong-jie, yang mendapat kesempatan untuk
menonton keramaian, agaknya merasa sangat gembira.
Dengan wajah riang ber-seri2, ditariknya lengan baju pemuda disisinya seraya katanya: "Jalan! Kita masih ada tempat yang amat baik untuk menonton keramaian ini.
Bukankah itu suatu hal yang amat menyenangkan
sekali?" Sehabis berkata, lebih dahulu bergerak kedua
kakinya, dengan menuruni lamping puncak gunung itu badannya melayang turun ke bawah.
Lim Tiang Hong juga tidak tinggal diam. Pemuda ini lantas mengikuti jejak nona cilik itu, hingga kedua orang Itu se-olah2 dua ekor burung yang beterbangan diantara puncak2nya gunung2.
1109 Yong-jie agaknya kenal betul seluk beluk tempat
tersebut. Di sepanjang jalan memang ternyata tidak menyumpai apa2, pun tidak menemukan pos2
penjagaannya Thian-cu-kauw.
Dengan perasaan heran Lim Tiang Hong mendadak
bertanya: "Apa kau pernah datang kemari?"
"Thian-cu-kauw adalah musuh utama kita. Apa kita
boleh kendorkan pengawasan terhadap gerak gerik
mereka?" "Ini sungguh aneh! Bagaimana Thian-cu-kauw bisa
menjadi musuh utama bagi Hong-hong-tie mu?"
Lim Tiang Hong meskipun dalam hatinya curiga,
akan tetapi disepanjang perjalanan ia tidak mau banyak menanya, maka untuk sementara itu semua hal itu masih merupakan teka teki besar bagi dirinya.
Gerakan kedua orang itu sama2 cepatnya.
Sebentar saja mereka telah mencapai tempat
didekat medan pertempuran.
(dw-kz) 1110
Tag:cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf
- Cersil Ke 8 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Cer...
- Cersil Ke Tujuh Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti...
- Cersil ke 6 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
- Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung
- Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko
- Cersil Yoko 3 Condor Heroes
- Cersil Yoko Seri Ke 2
- Cerita Silat Cersil Ke 1 Kembalinya Pendekar Rajaw...
- Cerita Silat Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Komp...
- Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendeka...
- Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
- Cersil Ke 23 Kwee Ceng Pendekar Lugu
- Cerita Silat Ke 22 Kwee Ceng
- Cersil Ke 21 Kwee Ceng
- Cerita Silat Ke 20 Cersil Kwee Ceng Rajawali Sakti...
- Cerita Silat Ke 19 Kwee Ceng Jagoan Sakti
- Cersil Ke 18 Kwee Ceng
- Cersil Ke 17 Kwee Ceng Cerita Silat Pendekar Rajaw...
- Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Ke 16 Pendekar Kw...
- Cersil Ke 15 Pendekar Kwee Ceng
- Cersil Hebat Kweeceng Seri 14
- Cersil Cerita Silat Kwee Ceng 13
- Cersil Pendekar Ajaib : Kwee Ceng 12
- Kumpulan Cerita Silat Jawa : Kwee Ceng 11
- Cerita Silat Pendekar Matahari : Kwee Ceng 10
- Cersil Mandarin Lepas :Kwee Ceng 9
- Cersil Langka Kwee Ceng 8
- Cerita Silat Mandarin Online : Kwee Ceng 7
- Cersil Indo Kwee Ceng 6
- Cerita Silat Cersil Kwee Ceng 5
- Cersil Kwee Ceng 4
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 3
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 2
- Cersil Pendekar Kwee Ceng ( Pendekar Pemananah Raj...
- Cersil Seruling Sakti dan Rajawali Terbang
- Kumpulan Cersil Terbaik
- Cersil Jin Sin Tayhiap
- Cersil Raisa eh Ching Ching
- Cersil Lembah Merpati
- Cerita Silat Karya stefanus
- Cersil Pedang Angin Berbisik
- Cersil Sian Li Engcu
- Cersil Si KAki Sakti
- Cersil Bendera Maut
- Cersil Pahlawan Gurun
- Cersil Pedang Pusaka Buntung
- Cersil Terbaik Pendekar Kunang Kunang
- Cersil Mandarin Imam Tanpa Byangan