Rabu, 19 September 2018

Oey Liong Kiam 2 Tamat

=======
Baca Juga:


32 . 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 7 P EMUDA yang rambutnya selalu terurai itu sebenarnya adalah seorang gadis
dan dia itu lah tunanganku. Dia sengaja menyamar sebagai seorang pemuda
dengan maksud untuk mengelabui saya. Dia selalu menjauhi diriku. Telah
setengah tahun ini aku mencari kemana-mana tetapi tidak kujumpai, Dikalangan
Kang-ouw dia terkenal dengan geJar Sio Bie Hu, Apakah Thaihiap dapat
menunjukkan kepadaku jejak tunanganku itu ?" seru Ceng Yun Leng dengan
penuh harapan. Tong Kiam Ciu berpikir sejenak, kemudian mengerutkan kening dan
mengatupkan bibirnya "Menyesal sekali aku tidak dapat memberikan petunjuk itu kepadamu. Karena
aku bertemu dengan dia hanya dua kali. Itupun dari jarak jauh . . ." jawab Tong
Kiam Ciu menegaskan. Tong Kiam Ciu tidak dapat melanjutkan kata-katanya itu, karena terasa
bembusan angin berhawa harum. Ketika itu tampaklah seorang gadis telah
berdiri didekat Tong Kiam Ciu.
Hampir terpekik Tong Kiam Ciu ketika menyaksikan gadis yang baru datang.
Karena gadis ttu tiada lain ialah Tong Bwee. Betapa girang hatinya ketika
menyaksikan kedatangan adiknya itu, maka segeralah dia menghampiri dan
lupa kalau Tong Bwee bukan adiknya yang sesungguhnya. Kiam Cu menubruk
dan memeluk gadis itu. Ji Tong Bwee membersit merah wajahnya. Karena galis itu menyadari kalau
Kiam Ciu itu bukanlah kakaknya yang sebenarnya. Maka agak tersipu gadis itu
karena ditempat itu ada orang lain ialah Ceng Yun Leng. Kiam Ciu didorongnya
dan sambil tersenyum gadis itu mengisyaratkan bahwa ditempat itu ada orang
lain. . 1 Barulah Kiam Ciu menyadari perbuatannya itu. Dia sendiri merasa malu
berpaling ke arah Ceng Yun Leog. Tetapi pemuda itu tersenyum dan berpaling
kearah lain. "Oh maaf saudara Yun Leng. Kami lama tidak bertemu semenjak masih
kanak-kanak" seru Kiam Ciu sambil memperbaiki kekikukannya.
"Sudah lumrah, dua orang yang saling mengasihi" sambung Yun Leng.
"Adik kecil . . . oh adik Tong Bwee, mengapa kau dapat berada disini ? Apakah
ayah dan ibu . . . ?" seru dan tegur Kiam Ciu bertubi-tubi tetapi akhirnya
terbungkam ketika menyaksikan gadis yang jelita itu hanya tersenyum tetapi
terurai air matanya?. Setelah menahan uraian air mata gadis yang bermata lebar dan berpipi
merah jambu itu menuturkan kata-kata dengan nada sedih.
"Twa-supek sudah meninggal dunia"
"Hah ?!" seru Kiam Ciu setengah menjerit kaget.
"Sejak kau pergi dulu. Twa-supek lalu jatuh sakit. Karena luka dalam yang
dideritanya. Penderitaannya terlalu berat, segala usaba tidak dapat untuk
menyembuhkan sakitnya. Dua tahun dia menderita. Sebenarnya ayah dan ibu
mengusulkan untuk memanggil kau pulang tetapi Twa-supek tidak setuju.
Sepanjang hari dan sepanjaog waktu Twa-supek selalu mengingat-ngingat kau
sebelum menghembuskan napas yang terakhir, menanti-nanti agar kau selalu
menjalankan perintah dan amanatnya. Ketika Twa-supek telah dipanggil kejalan
Giam-lo-ong maka aku minta ijin kepada ayah dan ibu untuk menyusulmu,
setengah tahun aku mengembara untuk mencari jejakmu. Akhirnya aku
mendengar kabar bahwa kau telah berhasil dalam pertemuan Bu-lim dalam
pesta Bu-lim-tahwee. Kau terkenal dengan gelar Giok-ciang-cui-kiam.. " seru Ji
Tong Bwee sambil tersendat-sendat kata-katanya karena menahan isakan.
Air mata gadis itu masih meleleh kepipinya, air mata keharuan. Mereka dapat
dipertemukan dalam suasana tenang. Kiam Ciu dan Tong Bwee merasa syukur
kepada Thian karena pertemuan itu.
Tong Kiam Ciu mendengar kisah penuturan Ji Tong Bwee itu dengan
seksama dan dengan hati penuh kedukaan.
. 2 Karena dia sudah tidak mungkin untuk bertemu lagi kepada suhunya Pekhi-siu-si yang telah mengasuh dengan penuh kasih sayang dan
memanjakannya. Budi lubur kakek budiman itu tak akan terlupakan sepanjang
hayatnya. Namun kini kakek budiman telah pergi ke Giam-lo-ong. Tinggalah dia
harus memenuhi segala bimbingan dan serta pesan-pesannya saja.
Maka kini Kiam Ciu bertekad untuk mengamalkan segala kebaikan dan
menindas kejahatan seperti pesan suhunya almarhum.
Ceng Yun Leng ketika itu hanya terdiam dan menundukkan kepala.
Jadinya serba kikuk perasaan pemuda itu, Akan menyaru mengundurkan diri
dia tidak sampai hati untuk memotong pembicaraan kedua insan yang ruparupanya telah lama berpisah itu, Begitu pula mau tak mau dia telah
mendengarkan kisah sedih itu. Hatinyapun ikut berduka.
Ceng Yun Leng menyaksikan keadaan itu jadinya serba salah. Maka ketika
suasana sudah tampak tenang dia baru mulai berbicara.
"Tong Siawhiap. aku tidak akan mengganggu lagi. Idzinkanlah aku minta diri.
Aku yakin bahwa kita kelak akan bertemu lagi" seru Yun Leng dengan sopan
dan membungkuk hormat. Ketika pemuda itu memutar tubuh dan akan berlalu, tiba-tiba matanya
menyaksikan serombongan orang bersenjata lengkap mendatangi tempat itu.
Yun Leng menahan niatnya dan berbalik melihat kearah Tong Kiam Ciu
kemudian melihat kembali kearah orang-orang yang semakin dekat itu.
Ketika rombongan itu bertambah dekat, Tong Kiam Ciu menarik napas
panjang dan tersenyum. Begitu juga Yun Leng menjadi terheran-heran tampak
ia kerutkan keningnya. Ternyata rombongan itu adalah rombongan orang-orang dari partai
persilatan Kim-san yang dipimpin oleh seorang gadis cantik.
Dengan satu isyarat orang-orang yang bersenjata tombak dan pedang itu
segera mengurung ketiga orang itu. Tong Kiam Ciu terheran-heran menyaksikan
sikap itu. Dia masih teringat beberapa hari yang lampau pernah berhasil dan
merobek kedok kulit sinja yang dipakai gadis itu.
. 3 "Suheng ! Kebetulan kau ada disini. kau dapat membantuku memberi hajaran
orang she Tong ini !" seru gadis itu kepada Yun Leng.
"Sumoi tunggu dulu! Apakah artinya ini?" seru Ceng Yun Leng sambil
mengangkat kedua belah tangannya dengan sikap tak mengerti.
Ternyata Ceng Yun Leng adalah saudara sepergutuan dengan gadis itu.
Hanya saja gadis itu memang bersikap angin-anginan dan terlalu dimanja,
sehingga tiada seorangpun yang ditakutinya kecuali ayahnya.
Dia telah membawa orang-orang dari partai Kim-sai untuk mengepung dan
memberi hajaran kepada Tong Kiam Ciu. Semuanya itu tidak dipahami oleh Yun
Leng. "Suheng ! Kau tak usah banyak berbicara dan beralasan ! Ayo kau bantu aku
untuk memberi hajaran kepada orang she Tong itu, Dia adalah Tong Kiam Ciu
pemegang pedang Oey Liong Kiam !" seru gadis itu dengan nada keras dan
lantang. Ceng Yu Leng menjadi serba salah dan bingung menghadapi adik
seperguruannya itu. Karena dia tidak mengetahul latar belakang yang
sebenarnya dalam kejadian itu. Dia yakin bukan karena pedang Oey Liong Kiam
yang terang sudah resmi menjadi haknya Tong Kiam Ciu setelah diperebutkan
dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee.
Ketika gadis itu memperhatikan suhengnya tidak beraksi mendengar
penuturan bujukannya itu, maka dia yakin bahwa suhengnya tidak mau
membantu untuk menghajar Tong Kiam Ciu. Maka segeralah dia memberikan
aba-aba kepada para pengikutnya untuk menyerang Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu memperhatikan keadaan itu sejak kedatangan orang-orang
Kim-sai dan mengepungnya tadi. Setelah menginsyapi bahwa bakal terjadi
sesuatu perkelahian yang tiada ujung pangkalnya. Maka dengan mengerahkan
ilmu Bo-kit-sin-kong dia berseru.
"Tahan !" seru Kiam Ciu dilambari dengan Bo-kit-sin-kong,
Suara bentaran Kiam Ciu itu berhasil membuat ngeri orang-orang dari partai
Kim-sai. Mereka menahan diri. Kemudian terdengar Kiam Ciu berseru lantang
. 4 memperlihatkan nada amarahnya diarahkan kepada gadis itu sambil
menudingkan jari telunjuk tangan kanan.
"Siocia sudah dua kali mengganggu dan merintangiku ! Kali ini lagi ! Dengan
tanpa sebab siocia hendak menyerangku, apakah salahku ?. Jika siocia dapat
menunjukkan kesalahanku dan ternyata kesalahanku itu terbukti, aku rela
dihajar. Aku tidak akan melawan !" seru Kiam Ciu dengan berakhir membuka
kedua belah tangannya. Gadis yang manja dan angin-anginan itu menjawab seenaknya.
"Tentu saja ada sebabnya I" seru gadis itu seenaknya.
Dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah meloncat menyerang Kiam Ciu.
Sambil memberikan perintah kepada orang-orangnya untuk menyerang. Namun
Kiam Ciu waspada dan menggeserkan kaki kanannya kesampiig. Ternyata
serangan gadis itu dapat dielakan.
"Jika siocia hendak menyerangku, aku terpaksa untuk melayaninya !" seru
Kiam Ciu dengan nada bersungguh-sungguh.
"Siapa takut dengan kamu ?!" seru gadis itu dan balik memutar tubuh.
Kembali menyerang dengan serangan yang lebih hebat lagi.
Namun Kiam Ciu sekali lagi berhasil menghindari serangan lawan. Gadis itu
merasa heran karena serangan-serangannya sama sekali tidak berhasil bahkan
dapat dihindari dengan mudah, padahal dia menyerang dengan tiba-tiba. Yang
paling menjengkelkan pula ialah ketika menyaksikan orang-orangnya. Orangorang partai Kim-sai yang sedianya dibawa untuk mengerubut Kiam Ciu itu
ternyata hanya diam saja menonton.
Karena sudah merasa kepalang tanggung dan malu untuk mundur. Maka
dengan meningkatkan ilmunya dia telah memasang kuda-kuda dan sedia
tangannya membentuk seperti cakaran setelah memiringkan tubuh dan agak
merandek dengan diaertai jeritan gadis itu melonpat menerkam lawan.
Namun Kiam Ciu tampak tenang saja dan meloncat kesimping. Gadis itu
menerkam angin dan terhuyung kedepan kemudian jungkir balik. Meloncat
berdiri kemudian memutar tubuh dan dengan mata berjaga-jaga meloncat
menerkam punggung Kiam Ciu.
. 5 Tetapi dalam keadaan itu tiba-tiba orang-orang Kim-sai tampak berlutut, Di
tempat itu tampak seorang kakek berjubah putih dan seluruh rambutnya sudah
berwarna putih dan digelung diatas kepala. Kakek itu menyaksikan beberapa
orang Kim-sai kemudian memandang kearah kedua orang yang sedang
bertempur itu. "Oh, luar biasa kakek itu wibawanya. Siapakah sebenarnya" pikir Kiam Ciu
ketika menyaksikan kakek itu yang telah berada ditempat itu dengan tiba-tiba
dan mempunyai pandangan mata yang memukau.
Gadis yang menyerang Kiam Ciu menahan serangannya, sedangkan Yun
Leng yang sejak tadi menyaksikan pertempuran itu juga telah berlutut. Ji Tong
Bwee juga merasa heran menyaksikan kakek itu, juga menyaksikan orang-orang
Kim-sai dengan tiba-tiba telah berlutut. Begitu pula gadis yang angin-anginan
itu tampak menahan serangan dan keningnya berkerut.
"Kalian terlalu lancang semua ! Kalian mengaku orang dari partai Kim-sai !
Tetapi kalian telah melupakan peraturan partai Kim-sai !" seru kakek itu dengan
suara lantang dan nyaring.
Kemudian suasana menjadi sepi sesaat. Hanya terdengar kesiur angin
menghembus dedaunan dalam hutan itu. Kakek itu ganti menatap kearah gadis
tadi yang menyerang Kiam Ciu detigan sinar mata tajam.
"Li Kun ! Kau bertindak terlalu sembrono dan melanggar pesanku !" seru
kakek itu kepada gadis yang menyerang Kiam Ciu yang ternyata bernama Li
Kun itu. "Ayah . . . . ." seru Lio Kun sambil berlutut dan menjura kepada kakek itu yang
ternyata adalah ayahnya. Ialah ketua partai Kim-sai.
Tetapi kakek itu tidak memperhatikan puterinya. Bahkan mendekati Kiam Ciu
dan menegurnya dengan suara ramah.
"Siauwhiap, siapakah namamu ?" seru kakek itu.
"Aku Tong Kiam Ciu" seru Kiam Ciu sambll menghormat dan menjawab
dengan suara sopan. . 6 "Tong Kiam Ciu ? Oh. kalau tidak berkeberatan aku ingin tahu siapakah
suhumu ?" sambung kakek itu dengan suara ramah dan wajah cerah.
"Aku adalah asuhan suhu Pek-hi-siu-si" jawab Kiam Ciu pula.
"Oh . . . . . . . ." kini kakek itu tampak terperanjat.
"Mengapa locianpwee ?" seru Kiam Ciu heran menyaksikan sikap kakek itu
yang tampak pucat wajahnya dengan tiba-tiba.
"Namaku Kuk Kiat. Aku sudah puluhan tahun mengasingkan diri. Apakah
suhumu tidak pernah menceritakan tentang diriku dan pariai Kim-sai kepadamu
Tong Siauwhiap ?" sambung kakek itu sambil mengusap wajahnya.
"Tidak, Suhu belum pernah menceritakan tentang diri locianpwee dan partai
Kim-sai bahkan aku menjadi sangat heran dan tidak mengerti urusan ini.
Mengapa putrimu selalu mengganggu dan menghalang-halangiku samoai tiga
kali ini. Apakah kesalahanku dan ada urusan apa diantara diriku dan partai Kimsai.." seru Kiam Ciu menjelaskan dan menyampaikan rasa tidak tahunya itu
kepada Kuk Kiat agar semua urusan menjadi terang.
"Oh, Pek-hi-siu-si. Aku merasa malu sekali karena perbuatan anakku,"
sambung kakek itu dengan nada rawan.
Sesaat suasana menjadi tenang. Semua diam, orang-orang dari partai Kimsai menunduk memandang tanah. Mereka tidak ada yang berani mengangkat
wajahnya, apa lagi memandang kearah Kuk Kiat.
"Suhu memang belum pernah bercerita tentang diri Locianpwee, sedangkan
partai silat Kim-sai aku belum pernah mendengar namanya" tiba-tiba Kiam Ciu
memecahkan keheningan itu.
Kemudian terdengar kakek itu tertawa gelak gelak.
"Pek-hi-siu-si benar-benar adalah seorang yang jujur dan luhur budinya.
Dikalangan Kang-ouw orang harus menjunjung tinggi kejujuran dan kepercayaan
orang lain. Pek-hi-siu-si adalah seorang budiman Suhumu tidak
memberitahukan tentang diriku dan partai Kim-sai karena satu perkataan.
Akupun telah meninggalkan kalangan Kang-ouw dan meninggalkan keluarga
tinggal disuatu tempat terpencil dipegunungan Tai-pie-san selama sepuluh
. 7 tahun, juga karena satu perkataan !" seru kakek itu dengan wajah cerah dan
mata bersinar bening kearah Kiam Ciu.
Sesaat suasana kembali lengang. Semua yang berada ditempai itu harap
cemas. Mereka merasa telah melanggar pesan suhunya. Serta mereka telah
melanggar peraturan partai Kim-sai.
Kemudian kakek itu berpaling kearah puterinya seraya berseru.
"Li Kun, kau telah lancang dan tanpa menyelidiki terlebih dahulu, kau telah
menyerang seseorang yang tidak bersalih ! Sehingga aku kehilangan muka
untuk menjumpai Pek-hi-siu-si"
Tong Kiam Ciu tidak mengerti maksud kakek itu. Dia merasa bahwa itu
bukanlah urusannya. Karena kata-katanya itu ditujukan kepada puterinya maka
Kiam Ciu hany diam dan mendengarkan pula kata-kata yang diucapkan oleh
kakek itu. Kemudian tampaklah kakek itu mengelus jenggotnya yang tekah
memutih dan panjang. "Sebelum aku pergi menuju ke Tai-pie-san aku telah berpesan kepadamu Li
Kun dan kepada kalian untuk mematuhi sejala peraturan partai Kim-sai serta
menjunjung nama baik kita. Bagi yang telah melanggar harus rela menerima
hukuman partai" sambung kakek itu dengan suara tenang sambil menatap Li
Kun yang menunduk dan orang-orang ya.ng berlutut didepannya.
Orang-orang partai Kim-sai yang telah merasa melanggar peraturan partai
itu menyahut serentak seperti mendapat aba-aba
"Aku merasa bersalah dan rela menerima hukuman partai!" seru beberapa
orang serentak. Hingga suara itu mengatasi suara desir angin dan desauan




daun-daun liu yang ditiup angin kencang saat itu.
Belum lagi orang-orang itu melanjutkan kata-katanya, kakek berjanggut
panjang dan putih itu membentak.
"Dengar baik-baik perkataanku !"
Kemudian diam lagi dan tampak dia memandang ke langit, setelah menghela
napas dia berseru lagi. . 8 "Sebelum aku menghukum kalian, aku harus menjumpai Pek-hi-siu-si terlebih
dahulu. Mungkin kalian belum mengetahui tentang persoalanku dan hubunganku
dengan pendekar budiman itu? Mungkin kalian ingin mendengarnya dan juga
Tong Siauwhiap ingin mendengar kisahnya ?" kakek itu terhenti lagi dan
mengamati orang-orang yang berada di tempai itu.
Apa yang diucapkan oleh kakek itu sangat menarik bagi Tong Kiam Ciu. Dia
merasa ingin mengetahui kisah hubungan antara suhunya dengan ketua partai
Kim-sai sehingga ketua partai itu rela mengasingkan diri ke gunungan terpencil
dan sepi. Serta kelihatan sangat menghargai suhunya itu. Juga gadis yang manja
Kuk Li Kun itupun ingin mendengar kisah dan latar belakang pengasingan
ayahnya. Sekitar tiga puluhan tahun yang silam. Partai silat Kim-sai telah diwariskan
kepada Kuk Kiak. Dia telah menerima kepercayaan untuk memimpin partai silat
itu dengan sepenuh hati. Kuk Kiak ternyata adalah seoraog yang berjiwa ulet
dan disiplin. Dengan bantuan kawan-kawan serta saudara seperguruan dia
berhasil membina partai silat Kim-sai menjadi partai sitat yang besar dan kuat.
Bahkan boleh dikatakan partai Kim-sai adalah partai silat yang terkuat di
kalangan Kang ouw. Pada suatu hari, dikalangan Kang-ouw muncul seseorang yang
berkepandaian tinggi, yang kemudian terkenal dengan julukan Pek-hi-siu-si.
Semua tokoh membicarakannya.
Pada pertemuan Bu-lim-ta-hwee yang diselenggarakan sepuluh tahun sekali,
dimana para jago silat mengadu kepandaian memperebutkan pedang Oey Liong
Kiam. Pada saat itu muncul pula Pek-hi-siu-si.
Dengan mengandalkan ilmu pedang Lik-siang-kiam-hoat (ilmu pedang
berobah-robah corak) serta ilmu Bo-kit-sin-kong, Pek-hi-siu-si berhasil keluar
sebagai juara dan merebut pedang Oey-liong-kiam.
Dua puluh tahun berturut-turut pedang 0ey Liong Kiam berhasil
dipertahankan oleh Pek-hi-siu-si. Sehingga namanya bertambah harum dan
disanjung-sanjung orang. . 9 Sejak munculnya Pek-hi-siu-si sebagai pemegang pedang Oey Liong Kiam
itu. Mendadak pamor partai silat Kim-sai merosot. Kuk Kiat menjadi sangat iri
melihat Pek-hi-siu-si seorang diri sanggup mengalahkan jago-jago silat.
Dengan diam-diam Kuk Kiat menemui Pek-hi-siu-si dan menantang untuk
mengadu kepandaian ditempai yang terpencil, Tantangan itu diterima oleh Pekhi-siu-si.
Hari yang ditentukan telah tiba. Dua orang yang akan saling berhadapan dan
mengadu kepandaian ilmu serta ketangkasan kini telah bertemu di tempat yang
terpencil. Tempat yang mereka tentukan sebelumnya. Sebelum dimulai tampak
Pek-hi-siu-si tersenyum memandang kepada Kuk Kiat serta berseru.
"Seseorang yang menginginkan menjadi jago silat yang terkalahkan selain
ilmunya harus tinggi, juga harus mempunyai kesempurnaan budi yang luhur
dan kemurahan hati" seru Pek-hi-siu-si dengan suara tenang dan berwibawa.
Sebenarnya Kuk Kiat telah dapat mengukur kepandaian Pek-hi-siu-si dalam
pertemuan itu. Teiapi karena dia berhati keras dan sombong maka perasaan itu
disingkirkannya dan dia bertekad untuk mengalahkan Pek-hi-siu-si.
Pertempuran itu segera berjalan. Ternyata Kuk Kiat dapat dikalahkan oleh
Pek-hi-siu-si. Namun dengan baik hati dan berwibawa sekali kakek itu telah
memberikan kesempatan kepada Kuk Kiat. Terserah untuk mematuhi perjanjian
sabagai syarat sebelum pertempuran adu kepandaian itu dijalankan, pokoknya
Pek-hi-siu-si tidak ambil peduli. Pek-hi-siu-si segera berlalu.
Sebagai syarat yang telah mereka persetujui ialah barang siapa yang kalah
harus menyingkir dari dunia Kang-ouw dan tinggal di suatu tempat yang
terpencll. Ternyata saat itu yang kalah ialah Kuk Kiat. Karena kemurahan hati serta
keluhuran budi Pek-hi-siu-si dia merasa sangat malu sekali. Orang yang semula
sangat congkak itu ternyata dapat mematuhi perjanjian dan dengan ikhlas
meninggalkan segala kemewahan dan kebahagiaan, Kuk Kiat harus pergi
meninggalkaa partai Kim-sai dan dia harus mengasingkan diri di tempat yang
terpencil. . 10 Lalu dipanggilnya menghadap puteri tunggalnya itu. Untuk menerima
pelimpahan pimpinan partai silat Kim-sai. Dipesankan kepada Kuk Li Kun agar
dia mematuhi peraturan dan menjunjung nama baik partainya. Jangan
menyerang orang yang tidak bersalah begitu pula dilarang mencampuri urusan
orang atau partai lain. Ternyata Kuk Li Kun telah melanggar semua perintah ayahnya. Dia telah dua
kali akan membinasakan Kiam Ciu, begitu pula hari itu akan berusaha
membinasakan Kiam Ciu pula. Kuk Li Kun telah menyeret orang-orangnya dalam
peristiwa itu. Dia telah mengajak orang-orangnya untuk menyerang Tong Kiam
Ciu. Semuanya itu dapat dipahami, karena gadis yang belum memahami hal-hal
yang sebenarnya terjadi antara ayahnya dengan Pek-hi-siu-si itu telah
menganggap bahwa Pek-hi-siu-si adalah orang yang menyebabkan dia harus
berpisah dengan ayahnya. Maka dia mempunyai rasa dendam kepada siapa saja
yang mengaku ada hubungan dengan Pek-hi-siu-si. Sedangkan Tong Kiam Ciu
yang membawa pedang Oey Liong Kiam, sudah terang adalah murid Pek-hi-siusi ketika pertemuannya pertama dulu maka gadis itu menganggap Kiam Ciu
itupun termasuk musuhnya.
Untung hal itu belum berlarut-larut lebih jauh sehingga menimbulkan
pertumpahan darah. Kuk Kiat telah mendengar berita itu. Maka segeralah kakek
itu turun gunung untuk mencari puterinya dan menyelesaikan kesalahan itu.
Lagi pula dia harus menghukum puterinya menurut hukum partai silat Kim-sai karena melanggar peraturan Kuk Li Kun dipersalahkan menyerang orang tanpa
kesalahan. Setelah mendengar kata-kata kakek itu yang akan menjatuhkan hukuman
kepada puterinya dan orang orang Kim-sai dengan hukuman yang amat berat.
Kiam Ciu melangkah kedepan dan memberi hormat.
"Locianpwee, aku anak muda yang bodoh ini menghargai kebijaksanaan
serta keluhuran budi locianpwee. Setelah aku mendengar penuturan locianpwee
tadi, maka kini aku dapat menarik kesimpulan mengapa orang-orang partai silat
Kim-sai dan puterimu selalu berusaha menyerang diriku. Maka setelah itu aku
. 11 memohonkan kepada locianpwee untuk mempertimbangkan hukuman itu" seru
Kiain Ciu dengan hormat. Tetapi Kuk Kiat terperanjat mendengar seruan dan penuturan Kiam Ciu itu,
Dengan dahi berkerut dan mata melotot dia membentak.
"Tong Siauwhiap ! Ini adalah urusan partai silatku, kau tidak berhak turut
campur tangan dalam urusan ini ! Dikalangan kang-ouw orang harus memegang
janji. Orang-orangku telah melanggar peraturan partai, mereka harus menerima
hukuman karena pelanggarannya itu !"
Mendengar dirinya dibentak itu Tong Kiam Ciu dapat menekan kesabarannya,
kemudian dia menghormat lagi kearah Kuk Kiat serta berseru.
"Locianpwee maafkan aku anak muda yang bodoh ini ! Locianpwee sebagai
ketua partai Kim-sai, sudah selayaknya berhak atas segala orang-orang Kim-sai
tanpa ada orang luar dapat turut campur tangan. Tetapi aku Tong Kiam Ciu
memberitahukan kepada locianpwee sukalah kiranya untuk mengurus segala
sesuatunya itu dengan kebijaksanaan. Orang-orangmu bertindak demi tegaknya
partai Kim-sai. Dia telah menyerangku karena mereka tahu bahwa saya ini
murid Pek-hi-siu-si, kalau seandainya Pek-hi-siu-si dapat terbunuh bukankah
kau dapat bebas dari pengasingan ? Maka disitulah yang kumaksudkan dengan
kebikjaksanaan. Kuk Socia menyerangku demi untuk menolong membebaskan
ayahnya dari pengasingan", seru Kiam Ciu yang mengharap agar hati Kuk Kiat
menjadi lunak dan membatalkan hukumannya terhadap orang-orang Kim-sai.
Apa yang dikatakan oleh Tong Kiam Ciu itu adalah suatu alasan untuk
membebaskan Kuk Li Kun dan orang-orang Kim-sai dari hukuman partai. Diamdiam mereka telah memuji keluhuran hati pemuda yang akan dicelakakan itu.
Kuk Li Kun adalah seorang gadis, seorang perempuan yang walaupun
bagaimana mudah sekali merasa terharu. Maka ketika mendengar pembelaan
Kiam Ciu itu dia sangat menyesal dan terharu sekali.
"Tong Siauwhiap ! Aku peringatkan kepadamu sekali lagi ! Kalau kau masih
hendak turut campur dalam urusan Kim-sai ini. aku terpaksa harus memberikan
pelajaran padamu !" seru Kuk Kiat dengan suara marah dan gusar. Tetapi apa
yang diucapkan oleh Kiam Ciu diluar dugaan mereka.
. 12 "Locianpwee, kau telah terlanjur berbuat keliru. Mengapa akan membuat
kekeliruan sekali ini ?! Sebenarnya apa untungnya aku turut campur dalam
urusan partai Kim-sai yang akan membunuhku itu ? Tetapi aku merasa bahwa
perbuatanmu itu tidak adil dan tidak bijaksana ! Lagipula sangat disayangkan
seandainya partai silat Kim-sai yang telah didirikan dan dibina dengan susah
payah itu akan menjadi hancur dan berantakan !" seru Kiam Ciu dengan nada
tenang dan hormat, "kehancuran yang diakibatkan. karena locianpwee terburu
nafsu" Semua orang yang mendengarkan segala tutur kata Kiam Ciu itu menjadi
kagum dan khawatir. Mereka khawatir kalau sampai Kuk Kiat menjadi gusar dan langsung
bertindak untuk menghajar Kiam Ciu. Bahkan Ji Tong Bwee yang sejak tadi telah
diam dan memperhatikan segala pembicaraan itu, kini telah siaga pula untuk
memberikan bantuan kepada kekasihnya bilamana dipandang perlu nanti.
Sampai sesaat suasana menjadi tenang. Sedangkan Kuk Kiat hanya diam
tetapi memandang kepada Kiam Ciu dan memberikan kesempatan kepada
pemuda itu untuk berbicara dan mengeluarkan isi hatinya.
"Lagi pula,, Kuk Siocia tidak melanggar peraturan Kim-sai" seru Kiam Ciu
dengan suara tenang dan pasti.
Justru kata-kata terakhir inilah yang membuat Kuk Kiat menjadi terheranheran karena dia sama sekali tidak mengetahui apa maksud pemuda itu
"Tong Siauwhiap, aku tidak mengerti penjelasanmu" kata Kuk Kiat.
Tong Kiam Ciu tersenyum mendengar seruan kakek iu. Dia juga merasa
mempunyai harapan karena menyebabkan kelunakan wajah Kuk Kiat saat ini.
Maka sambil menghormat terlebih dahulu, Kiam Ciu meneruskan
pembicaraannya. "Locianpwee bagaimanakah perjanjiannya dengan suhuku Pek-hi-siu-si
dulu?" tanya Kiam Ciu
"Yang kalah harus menyingkir dari kalangan Kang-ouw, selama yang
menang masih hidup" seru Kuk Kiat sambil kerutkan kening.
. 13 "Oh, kalau begitu . . . ." sambung Kiam Ciu tetapi tertahan kata-katanya.
Dipandangnya Ji Tong Bwee dan gadis itu tersenyum, mengangguk tetapi
tampak sinar matanya redup.
Perbuatan kedua orang itu menjadikan Kuk Kiat lebih ingin tahu. Belum
sampai ketua partai Kim-sai itu bersuara, telah didahului oleh Kiam Ciu
meneruskan penuturannya serta menghormat dan dengan kalimat-kalimat yang
berhati-hati sekali. "Barusan adikku Ji Tong Bwee memberikan kabar padaku, bahwa suhu Pekhi-siu-si tiga tahun yang lalu telah meninggal dunia" Tong Kiam Ciu tidak
sanggup untuk berbicara lebih panjang lagi, karena tertahan oleh ganjelan di
tenggorokannya, karena pemuda itu kembali teringat kebaikan-kebaikan hati
suhunya selama dia dalam asuhannya.
"Hah ? Apa betul kata-katamu itu Tong Siauwhiap ?" seru Kuk Kiat terperanjat
dan matanya terbeliak. Tetapi Tong Kiam Ciu tidak menjawab, pemuda itu hanya mengangguk.
"Ai ! . . . . . ." Kuk Kiat menghela nafas kemudian melanjutkan kata-katanya
dengan nada rawan, "tidak kuduga kalau dia telah mendahuluiku, Jika seandainya
dia masih hidup, aku akan menjumpainya dan akan menghaturkan rasa terima
kasihku bahwa ternyata nasehatnya itu benar"
"Nah karenanya kini sudah kujelaskan kepada locianpwce bahwa Kuk Siocia
dan orang-orang partai Kim-sai ternyata tidak bersalah dan tidak ada yang
melanggar janji atau peraturan . . . . . . ." seru Kiam Ciu.
Tidak menunggu jawaban dari Kuk Kiat terlebih dahulu, Kiam Ciu telah
memutar tubuh dan menyambar tangan adiknya untuk diajak berlalu.
"Ayolah kita pergi !" seru Kiam Ciu sambil menarik tangan Ji Tong Bwee untuk
diajak berlalu" "Tong Siauwhiap tunggu ! Jika saat ini partai Kim-sai masih utuh. Ini adalah
jasamu. Dahulu aku menghormati Pek-hi-siu-si dan sekarang akupun
menghormatimu yang ternyata tidak kalah luhur budimu" seru Kuk Kiat dengan
suara ramah dan enak didengar.
. 14 "Locianpwee semua perbuatanku itu adalah sewajarnya, lagi pula Locianpwe
jangan mempersamakan perbuatanku itu dengan suatu jasa" seru Kiam Ciu
sambil berhenti dan memutar tubuh menghadap kearah kakek itu.
Lalu kakek itu berpaling kepada orangnya serta memberikan perintah
kepada mereka untuk meoghormat Tong Kiam Ciu.
"Ayoh kalian memberi hormat dan terima kasih kepada Tong Siauwhiap !"
seru Kuk Kiak dengan suara perintah.
Begitu selesai perintah itu maka tampaklah orang-orang Kim-sai dan
termasuk juga Ceng Yun Leng dan Kuk Li Kun memberi hormat. Tong Kiam Ciu
merasa kikuk sekali diperlakukan semacam itu. Maka pemuda itu lalu
membongkokkan tubuhnya serta berseru.
"Baiklah. . . . sampai kita berjumpa lagi !" seru Kiam Ciu.
Kemudian Kiam Ctu mengangkat wajahnya dan menarik tangan adiknya
untuk diajak berlalu dari tempat itu. Baru saja Kiam Ciu melangkah, tiba-tiba
terdengar sebuah seruan lantang dan berwibawa.
"Tunggu !" Kemudian tampak dua telah berloncat dan berdiri diantara mereka. Dua
orang itu berpakaian sebagai tojin, kedua-duanya telah lanjut usianya dan
mengenakan jubah panjang berwarna abu-abu. Salah seorang dari kedua tojin
itu mengangkat tangan dan memberi hormat kepada Tong Kiam Ciu.
"Aku bernama Hian Cin Tianglo. Aku adalah suhu dari Hiong Hok Totiang,
pemimpin partai silat Bu-ting, Hiong Hok Totiang telah tewas dalam keadaan
yang mengerikan, kematiannya itun sampai sampai padaku. Maka aku sengaja
turun gunung untuk menyelidiki seluk beluk kematiannya itu, kemudian aku akan
mengadakan perhitungan yang setimpal. Kini di tempat ini kebetulan aku
menjumpai orang-orang Kim-sai-pay dan Tong Siauwhiap. Mungkin juga
diantara kalian aku akan mendapat keterangan yang pasti tentang kematian
muridku Hiong Hok Totiang itu ?"
Kemudian kakek itu berpaling kearah Tong Kiam Ciu dengan sorot mata
tajam menuduh dan membentak kearah Tong Kiam Ciu.
. 15 "Tong Siauwhiap, apakah kau yang telah menganiaya Hiong Hok Totiang ?"
seru kakek itu dengan wajah mengerikan dan mata memancar.
Teiapi karena Tong Kiam Ciu merasa tidak berbuat salah maka pemuda itu
dengan tenang menjawabnya.
"Locianpwee. kalau menanyakan masalah kematian Hiong Hok Totiang. Aku
pernah menceritakan kepada Li Hok Tian murid kesayangan Bu-tong-pay itu.
Jauh hari aku telah merasa khawatir kalau sampai aku yang dituduh sebagai
pembunuhnya. Tetapi Hiong Hok Totiang telah memberikan suatu tanda padaku
yang berupa pening partai Bu-tong. Tetapt sayang ketika pertemuanku dengan
Li Hok Tian itu . . . ." belum lagi selesai kata-kata Tong Kam Ciu telah ditukas oleh
kakek itu. "Baiklah ! Tunjukkan pening partai Bu-tong itu padaku !" seru Hian Cin Tianglo
sambil menyodorkan tangannya kearah Kiam Ctu.
Tong Kiam Ciu merogoh sakunya dan mengeluarkan pening partai Bu-tong
kemudian mengulurkannya ke tangan Hian Cin Tianglo.
Hian Cin Tianglo menerima pening kuningan itu kemudian memeriksanya
sejenak, ketika megamati itu dia telah yakin bahwa pening itu adalah pening
partai Bu-tong sebenarnya.
"Baiklah, kau telah bebas dari tuduhanku. Tetapi pening ini kuminta kembali"
seru kakek itu sambil menyimpan pening itu kedalam sakunya.
Kemudian Hian Cin Tianglo menghadap kearah Kuk Kiat memandang dengan
pandangan penuh tanda tanya. Kuk Kiat tahu apa yang akan ditanyakan oleh
orang itu. Tetapi dia tidak mau mendahului maksud seseorang,
"Pangcu Kim-sai-pai apakah muridku Hiong Hok Totiang telah dianiaya oleh
orang-orangmu ?" seru Hian Cin Tianglo.
Kematian Hiong Hok Totiang tidak diketahui oleh Kuk Kiat. Karena pada saat
itu Kuk Kiat telah menjalani pengasingan diri. Maka dia lalu memanggil-manggil
putrinya untuk minta keterangan.
"Li Kun ! Li Kun" seru Kuk Kiat.
. 16 Li Kun telah melangkah mendekati ayahnya untuk memberikan keterangan.
Tetapi tojin yang menyertai Hian Cin Tianglo terdengar tertawa gelak-gelak
dengan wajah penuh ejekan sambil berseru :
"Hey Kuk Kiat. kau adalah pemimpin partai Kim-sai yang telah malang
melintang di kalangan Kang-ouw kau telah lama merajai. Sekarang kau tidak
mengetahui tindak tanduk anak buahmu, apakah memang kau berlagak pilon ?"
seru Cok Hok Lo to. Tojin yang gegabah bicaranya itu adalah adik seperguruan Hiong Hok
Totiang. Memang kadang-kadang senang berbicara seenaknya dan sedikit
blcaranya tetapi kalau mulai bicara senang menyakiti hati orang yang diajak
bicara. Kata-kata yang diucapkan oleh tojin itu membuat hati Kuk Kiat menjadi
sangat gusar. "Sebenarnya kau akan berbuat apa terhadap partai Kim-sai ?!" seru Kuk Kiat
dengan suara gusar. Ciok Hok Lo-to masih mencibir dan menuding kearah Kuk Kiat dia berseru
dengan kata-kata yang tajam :
"Hutang uang dibayar dengan uang, hutang nyawa harus dibayar dengan
nyawa pula. Sekarang kalau kau dapat menyeret sipembunuh keluar, maka aku
akan merasa berterima kasih padamu !" seru Ciok Hok Lo-to.
Sesaat suasana menjadi sepi. Kuk Kiat tampak memandang kearah Tong
Kiam Ciu seolah-olah minta pertimbangan. Tetapi belum lagi pemuda itu
membuka suara Kuk Kiat telah berbicara.
"Baik ! Aku akan segera menyelidiki dan menyeret pembunuhnya !"
"Kau pergilah sekarang !" seru Ciok Hok Lo-to
Mendengar kata-kata itu Kuk-Kiat menjadi sangat gusar. Kemudian
memperlihatkan wajah kurang senang dan membentak kearah Ciok Hok Lo-to
dengan kata-kata keras, bersifat menantang
"Kau terlalu menghina ! Apakah kau anggap bahwa aku takut untuk
melawanmu ?" . 17 "Aku ingin kau mengikuti kami kepegunungan Bu-tong dan menanti disana
sampai pembunuhnya tertangkap I" seru Ciok Hok Lo-to.
"Hey kau jangan berbicara seenakmu ! Bukankah aku telah menyanggupi
untuk mengurus persoalan pembunuhan ini dan menyelidikinya. Kemudian
untuk menangkap pembunuhnya untuk kuserahkan kepada partai Bu-tong agar
mendapat peradilan semestinya?. Tetapi kau terlalu lancang berbicara dengan
seenakmu sendiri, kalau berani mengutik orang-orang Kim-sai maka aku akan
menyapu bersih partai Bu-tong ! seru Kuk Kiat dengan suara keras dan gusar.
Memang partai silat Kim-sai itu adalah partai silat yang besar serta kuat,
lagi pula telah lama menjagoi kalangan Kang-ouw. Namun partai silat Bu-tong
itu tidak dapat dipandang ringan, kalau sampai Kuk Kiat terlanjur mengucapkan
kata-kata yang bersifat menantang itu hanya didorong oleh emosinya saja.
Tong Kiam Ciu yang sejak tadi hanya menyaksikan saja pertengkaran mulut
itu, kini telah dapat mempertimbangkan segala yang didengarnya itu dengan
baik. Ternyata apa yang telah dikatakan oteh Ciok Hok Lo-to ini memang terlalu
kasar dan menyinggung kehormatan seseorang. Maka dia telah mengambil
kesimpulan bahwa Ciok Hok Lo-to itu tidak benar. Walaupun Kiam Ciu
menghormati Hiong Hok Totiang, tetapi dia selama mengembara itu belum
pernah mendengar hal-hal yang baik dari partai silat Bu-tong.
Seperti juga yang telah dialaminya, pertempurannya dengan Li Hok Tian.
Salah seorang dari partai Bu-tong juga, perbuatannya ternyata sangat kejam
dan keji. Maka jika sampai terjadi pertempuran Kiam Ciu pasti akas memihak
kepada Kuk Kiat. Dalam keadaan tenang itu tiba-tiba Ciok Hok Lo-to telah meloncat
menyerang Kuk Kiat. Namun pemimpin partai Kim-sai itu dapat mengegoskan
tubuhnya hingga serangan itu tidak mengenai sasarannya.
Ciok Hok Lo-to terhuyung namun untung tidak terjungkal, sebelum Kuk Kiat
mengirimkan hantaman kearah punggung penyerangnya itu. Tiba-tiba Hian Cin
Tianglo mengebutkan lengan jubahnya kearah Kuk Kiat. Angin yang ditimbulkan
oleh kebutan lengan jubah itu menderu dan bertenaga hebat. Maka segeralah
Kuk Kiat meloncat kesamping dengan mengirimkan pukulan untuk menangkis
serangan jarak jauh itu. . 18 Kini terjadilah suatu pertempuran dua orang mengerubuti seorang. Untuk
sesaat lamanya orang-orang yang berada ditempat itu hanya sebagai penonton.
Tetapi ketika Kiam Ciu meloncat ke gelanggang membantu Kuk Kiat. Orang-orang
dari partai Kim-sai segera berloncatan pula menyerang kedua tojin itu.
Maka dalam waktu sebeniar saja telah terjadu keributan. Sebenarnya Kuk
Kiat akan mencegah pengeroyokan itu. Namun setelah dipertimbangkan bahwa
hal itu telah dimulai dulu oleh orang-orang Bu-tong itu maka dibiarkannya
keadaan itu terjadi. Bahkan Kuk Kiat sendiri telah meloncat keluar dari
gelanggang. Namun beberapa saat kemudian tampaklah bayangan dua orang yang
langsung masuk ke gelanggang pertempuran itu. Bahkan mereka menyerang
orang-orang Kim-sai yang telah mengepung Hian Cin Tianglo dan Ciok Hok Loto. Mereka itu ialah Li Hok Tian dan Hian Biauw Cinjin, orang-orang dari Bu-tong
yang telah datang membantu.
Ketika itu Kiam Ciu telah memperhatikan kelebatan sinar pedang yang
dibawa oleh Li Hok Tian. Pemuda itu sangat terperanjat menyaksikan pedang




yang dipegang oleh Li Hok Tian, karena pedang yang dibawa oleh Li Hok Tian
itu tiada lain adalah pedang Oey Liong Kiam.
Padahal pedang Oey Liong Kiam beraba di tangan Cit Siocia atau siwanita
jelita yang selalu berkereta itu. Apakah gadis itu telah dapat dibinasakan oleh Li
Hok Tian ? Atau dengan cara bagaimana maka hingga pedang pusaka itu dapat
jatuh ketangan orang Bu-tong itu.
Setelah menyaksikan yang datang itu adalah Li Hok Tian dan Hian Biauw Cin
jin maka Kiam Ciu berseru girang.
"Bagus kau datang !"
"Susiok l Akhirnya aku berhasil menjumpai Susiok. Apakah pening Bu-tong
sudah diambil kembali dari tangan orang she Tong itu ?" seru Li Hok Tian dengan
suara lantang. "Sudah ! Mengapa kau tanyakan hal itu ?"" seru Hian Cin Tianglo.
. 19 "Syukurlah !" seru Li Hok Tian dengan wajah berseri-seri, "Kini serahkanlah
pening itu kepadaku Susiok. Karena menurut keputusan Dewan Tertinggi
pimpinan partai Bu-tong kini aku yang diangkat menjadi ketua partai . . . . ."
Hian Gin Tianglo dan Ciok Hok Lo-to menjadi terperanjat mendengar
pernyataan itu, Karena mereka tahu bagaimana peraturan partainya dalam
pemilihan ketua partai silat Bu-tong itu. Maka Hian Cin Tianglo lalu menyahutnya
dengan nada terperanjat. "Apa ? Dewan telah memilihmu sebagai ketua partai Bu-tong"
"Kau sekarang yang memimpin Bu-tong Pay ?" sambung Ciok Hok Lo to.
Menurut peraturan dari partai silat Bu-tong, setelah ketua partai meninggal
maka akan digantikan oleh adik seperguruan ketua partai itu dan dibicarakan
dalam rapat orang-orang gagah dalam partai itu. Ciok Hok Lo-to adalah sute dari
Hiong Hok Totiang. Maka dialah yang berhak untuk memegang jabatan sebagai
ketua Bu-tong Pay itu. Tetapi kenyataannya didalam tubuh Bu-tong Pay itu ada seorang yang
berambisi untuk menjadi ketua partai. Ialah Li Hok Tian. Dia berusaha untuk
merebut kedudukan pangcu itu.
Dengan bangga orang itu berseru kepada suhu dan subengnya itu.
"Jika kau tidak percaya, silahkan tanyakan saja kepada Hian Biauw Sik kong
ini !" seru Li Hok Tian dengan menuding kearah pamannya itu.
Hian Cin Tianglo menatap adik seperguruannya itu sejenak. Ternyata Hian
Biauw Cin jin menganggukkan kepala yang berarti apa yang telah dikatakan oleh
Li Hok Tian tidak berdusta.
"Aku tidak setuju !" seru Hian Cin Tianglo dengan suara lantang.
"Aku juga tidak setuju !" seru Ciok Hok Lo-to. "Li Hok Tian tidak pantas menjadi
seorang pemimpin, dia tidak akan dapat melindungi nama partai Bu-tong dan
lagi apakah dia lebih unggul ilmu silatnya dari pada ilmu silatku ? Apakah dia
lebih berwibawa dari padaku? Pokoknya aku tidak setuju dengan keputusan itu!"
seru Ciok Hok Lo-to dengan bersemangat.
. 20 Suasana dari mengurus kematian Hiong Hok Totiang kini beralih kearah
urusan partai Bu-tong. Orang-orang Kim-sai diam begitu pula Kiam Ciu. Ji Tong
Bwee dan Kuk Kiat mereka hanya mendengarkan saja pembicaraan dan
perdebatan orang-orang Bu-tong itu. Bahkan mereka seolah-olah sama sekali
telah melupakan bahwa ditempat itu sebenarnya kurang pantas untuk berdebat
tentang kedudukan. Karena didengarkan orang lain, namun mereka adalah
orang-orang yang berwatak keras dan tidak begitu memperhatikan aturan
dalam pergaulan. Terdengar Li Hok Tian tertawa terbahak-bahak kemudian berseru :
"Pada dewasa ini, dikalangan Kang-ouw aku telah mendapat banyak
sokongan, lagi pula pedang pusaka yang terkenal nomor Wahid di kolong langit
ialah Oey Liong Kiam telah berada ditanganku. Lihat !" seru Li Hok Tian sambil
mencabut pedang Oey Liong Kiam dari sarungnya.
Kemudian Li Hok Tian memutar-mutarkan pedang itu, tampaklah kilauan
sinar pedang pusaka itu. Diputar-putarnya hingga terdengar suara mendesing.
Kiam Ciu menyaksikan itu semua jadi terpesona.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara nyaring mengejek Li Hok Tian dan
suara itu sanggup menembus suara tawa Li Hok Tian dan desauan angin yang
ditimbulkan oleh putaran-putaran pedang Oey Liong Kiam itu.
Li Hok Tian mendengar suara itu akhirnya menghentikan permainannya,
tampaklah wajahnya yang bangga dan gembira itu mendadak menjadi sangat
pucat dan tegang. Berdirinya jadi goyah, dia tampak gemetar kakinya, tangan
yang tadi tampak kuat dan memegang pedang Oey Liong Kiam dengan sombong
itu kini tampak menggelantung seperti tidak bertenaga.
Bukan hanya Li Hok Tian saja yang bersikap seperti Itu. Tetapi segenap
orang-orang yang berada di tempat itu tidak kecuali Kuk Kiat dan Hian Cin
Tianglo seperti kehilangan semangatnya. Tetapi ketika Kiam Ciu dapat mengatasi
pengaruh itu dia berpikir dan mengingat-ngingat.
"Nada suara ejekan itu tiada asing lagi bagiku" pikir Kiam Ciu.
Kemudian Kiam Ciu menoleh kearah datangnya suata tadi. Ternyata apa
yang diduganya benar juga.
. 21 Di tempat itu tampak sebuah kereta yang sangat indah. Entah dengan cara
bagaimana kereta itu dapat tiba di tempat itu begitu saja tanpa menimbulkan
berisik kemudian tampaklah pintu kereta itu terbuka.
Semua mata memandang kearah pintu kereta yang sedang terbuka itu.
Tampaklah sepasang kaki putih mulus keluar menuruni tangga kereta,
kemudian tampaklah seorang gadis jelita yang sangat menggiurkan wajah dan
potongan tubuhnya. Semua orang mengagumi keadaan gadis itu, juga Tong Bwee sidara jelita
kekasih Tong Kiam Ciu itu merasa iri menyaksikan kejelitaan gadis yang baru
turun dari kereta indah itu. Gadis yang jelita itu ialah Cit Siocia.
Dengan suara lantang gadis itu lalu berseru :
"Minggir !""
Semua orang yang berada ditempat itu seperti terpukau. Mereka semuanya
menyibak memberikan jalan kepada wanita muda yang jelita itu. Dengan
tersenyum wanita jelita itu melangkah dengan sikapnya yang agung. Tiada
seorangpun yang berani mengeluarkan suaranya. Mereka semuanya
terbungkam, walaupun didalam hati mereka akan berbicara, namun mereka
segan untuk membuka mulutnya. Ketika Cit Siocia berjalan didepan Tong Kiam
Ciu, tampaklah dia memandang dan tersenyum kepada Tong Kiam Ciu. Tong
Kiam Ciu mengangguk pula menjawab teguran halus gadis rupawan itu.
Cit Siocia melanjutkan langkahnya dan menghampiri Li Hok Tian. Adapun Li
Hok Tian berdiri bagaikan patung yang tiada bernyawa, wajahnya pucat
bagaikan kertas. Hanya tubuhnya tampak tergoyang, dia telah tahu apa yang
akan terjadi atas dirinya.
"Li Hok Tian !" seru Cit Siocia sambil menuding kearah laki-laki yang dibentak
itu, "Ternyata sifatmu sangat curang dan keji ! Kau telah berani menganiaya
salah seorang pelayan wanitaku. kemudian kau telah berani mencuri pedang
Oey Liong Kiam ! Semuanya itu terbukti dan apakah kau akan memungkiri ?"
Semua perkataan Cit Siocia itu menggebu-gebu otak Li Hok Tian. Dia tiada
berani berbuat apa-apa lagi. Karera apa yang dituduhkan kepadanya itu adalah
. 22 benar semuanya. Maka Li Hok Tian hanya pasrah dan tanpa dapat berbicara dia
telah tampak lunglai, karena dia tahu hukuman apa yang bakal diterimanya.
"Ayoh kembalikan pedang Oey Liong Kiam itu kepadaku ?" seru warita jelita
itu membeliakkan matanya sambil menuding.
Li Hok Ttan seperti anak kecil yang berbuat kesalahan, kemudian dibentakbentak dan menurut saja, dengan langkah-langkah yang tampak kaku Li Hok
Tian melangkah maju mendekati Cit Siocia. Li Hok Tian telah terkena pengaruh
Pan-yok-sin-im sehingga semua perbuatannya itu dilakukan diluar kemauannya
sendiri. Dia tidak berdaya lagi untuk menentang segala perintah Cit Siocia.
Dergan mengangkat kedua tangan Li Hok Tian mengangsurkan pedang itu
kepada Cit Siocia. "Serahkan pedang itu kemari !" perimah Cit Siocia.
"Tahan !" seru Hian Cin Tianglo
Bersamaan dengan itu tampaklah Tojin itu melompat menerkam leher Cit
Siocia. Namun gadis jelita itu telah siap siaga. Bersamaan dengan lompatan Hian
Cin Tianglo, dia telah memekik sambil menggerakkan ilmu Pan-yok-sim-im.
Hian Cin Tianglo melesat kesamping Cit Siocia terkamannya meleset bahkan
dia sendiri telah terkena pengaruh ilmu pelenyap sukma iiu. Sesaat seperti orang
linglung yang tidak mampu uutuk berpikir secara wajar, sedangkan Cit Siocia
dengan sekali loncat telah menyambar pedang Oey Liong Kiam dari tangan Li
Hok Tian. Kemudian Cit Siocia telah mencabut pedang itu dan dengan cepat pula telah
menusuk kearah Hian Cin Tianglo.
Karena terperanjat dengan datangnya serangan itu, Hian Cin Tianglo
berusaha untuk menyentil jari jemarinya. Tetapi tidak berhasil bahkan jari tangan
terkena goresan pedang Oey Liong Kiam hingga mengucurkan darah.
Bagi Cit Siocia baru untuk pertama kalinya dia turun tangan sendiri untuk
melukai lawan. Tetapi dia tidak bermaksud untuk membinasakan orang itu.
karena dia tidak merasa mempunyai ikatan permusuhan.
. 23 Tetapi Hian Cin Tianglo sendiri merasa heran mengapa dia tidak mampu
untuk menyerang gadis itu. Menurut perasaannya dia dalam keadaan sadar
Tetapi mengapa niatnya untuk menyerang gadis itu menjadi buyar dan tidak
bertenaga. Padahal ingatannya sadar. Apakah dirinya kena terpengaruh ilmu
Pan-yok-sin-im ? "Tua bangka gila dan curang ! Itulah adalah peringatanku ! Adakah kau masih
mau dihajar lagi ? Hayo pergi dari sini sebelum aku mengubah keputusanku !"
bentak Cit Siocia yang menjadi gusar karena diserang dengan sikap yang curang
itu. Mendapat bentakkan itu sebenarnya bagi seorang tua seperti Hian Cin
Tianglo yang sudah banyak malang melintang di dunia kang-ouw seharusnya
menjadi marah tetapi saat itu Hian Cin Tianglo tidak dapat berbuat apa-apa,
Dengan diluar kemampuannya sendiri dia telah ngeloyor pergi dan diikuti oleh
Ciok Hok Lo-to dan Hian Biauw Cin jin., Adapun Li Hok Tian masih tetap berdiri
mematung didepan Cit Siocia seolah-olah tak bernyawa lagi.
Sambil menudingkan pedang Oey Liong Kiam kearah Li Hok Tian, wanita itu
memerintahkan kepada laki-laki penghianat itu untuk berlutut.
"Hayo berlutut dihadapanku !" bentaknya
Li Hok Tian seperti kehilangan sifat kejantanannya. Telah menurut saja
segala perintah. Dia telah berlutut dengan wajah tetap menunduk. Suasana
sesaat menjadi sepi sekali. Cit Siocia juga diam dan hanya memandang kearah
Li Hok Tian. Seolah-olah wanita itu sedang memberikan kesempatan kepada Li
Hok Tian untuk berdoa atau mengingat kembali segala perbuatan laki-laki itu.
Memang betul kini Li Hok Tian telah teringat kembali segala perbuatannya.
Dia terbayang satu persatu apa yang telah diperbuat. Bermunculan peristiwaperistiwa kekejiannya. Mula-mula Pit Ki yang telah dia aniaya, kemudian pelayan
wanita Cit Siocia yang telah dia lukai, namun dia tidak berhasil untuk menguasai
Cit Siocia dengan nafsu kebinatangannya itu. Hanya mampu mencuri pedang
Oey Liong Kiam kemudian dia kabur. Sekarang semuanya berantakan, gagal !
Kemudian suasana yang sepi itu digetarkan oleh sebuah suara yang merdu
sekali. Tampaklah Cit Siocia telah menatap Li Hok Tian dan menyanyikan sebuah
. 24 lagu yang sangat menyedihkan dan iramanya menyayat, Cit Siocia mengalunkan
irama lagu menyayat hati dan mengerahkan ilmu Pan-yok-sin-im, dengan
maksud untuk menyiksa Li Hok Tian.
Li Hok Tian mula-mula masih dapat bertahan mendengarkan alunan lagu itu.
Namun lama-lama tampak keringat mengucur diwajahnya. Nafasnya mulai
memburu, bibirnya kering tampak memutih dan matanya sayu memandang
kearah Cit Siocia. Kemudian tampak menggeliat-geliat bagaikan cacing
kepanasan. Dagingnya terasa bagaikan ditusuk-tusuk dengan pedang. Seluruh
tubuhnya terasa panas dan sakit sekali. Li Hok Tian terjatuh bergulung-gulung
dan melejit-lejit tak keruan, tanpa sepatah kata yang sempat dikeluarkan, lakilaki yang bersifat khianat dan keji itu lelah jatuh tertelungkup dihadapan Cit
Siocia. Jatuh tidak akan bangun untuk selamanya, Dia tewas akibat dari
kedurhakaannya. Binasa dalam keadaan yang memalukan sekali.
Keiika menyaksikan bahwa Li Hok Tian telah binasa. Maka Cit Siocia lalu
menghentikan nyanyiannya, kemudian dia memandang kearah Tong Kiam Ciu.
"Tong Siauwhiap, Bukanlah kau ingin menukar pedang Oey Liong Kiam?
Ayolah ikut aku !" seru Cit Siocia dan berlalu dari tempat itu.
Tong Kiam Ciu yang sudah waspada dan telah mengerahkan ilmu Bo-kit-sinkong, pura-pura terpengaruh ilmu Pan-yok-sin-im, Maka dia menurutkan saja
ajakan Cit Siocia menuju ke kereta yang indah itu. Begitu sampai didepan pintu
kereta maka Kiam Ciu dipersilahkan masuk kemudian disusul oleh Cit Siocia.
Ketika kedua orang itu telah berada didalam kereta maka seorang dayang telah
menutupnya pintu kereta. Kemudian kereta itu bergerak.
Orang-orang yang berada ditempat kejadian itu semuanya terkena pengaruh
ilmu Pan-yok-sin-im. Maka mereka untuk sesaat bagaikan tidak sadarkan diri,
tetapi ketika itu Ji Tong Bwee telah mendahului dapat menguasai diri. Dia sadar
bahwa selama ini dia mencari Tong Kiam Ciu. Sudah setengah tahun dia
mengembara untuk bertemu dengan kekasihnya itu. Kerena dorongan cinta
kasih itulah maka Ji Tong Bwee telah menyadari bahaya yang akan mengancam
Tong Kiam Ciu. . 25 Dengan mengembangkan ilmu lari Cian-li-pauw-bouw (terbang di angkasa)
Ji Tong Bwee mengejar kereta yang membawa Tong Kiam Ciu dan Cit Siocia
tadi. Kereta itu ternyata meluncur dengan cepatnya. Bertambah cepat lagi ketika
tiba di jalan yang arak rata, ternyata bukan kereta biasa, semuanya telah terlatih
dan dikendalikan dengan ilmu yang luar biasa. Sedangkan Ji Tong Bwee telah
membentangkan Ginkang dan ilmu lari cepat untuk mengejar kereta didepannya
itu. Rupa-rupanya ilmu lari Cian-li-pauw-hong yang dikuasai sepenuhnya sejak
kecil itu dapat menandingi larinya kereta Cit Siocia.
Beberapa saat kemudian Ji Tong Bwee telah dapat mengejar hanya tinggal
beberapa langkah lagi dia telah dapat memegang kereta itu.
Ketika pengawal kereta itu melihat bahwa Tong Bwee telah dekat maka kuda
yang menarik kereta itu lalu dicambuknya dengan bertubi-tubi hingga lari
kudanya bertambah kencang. Beberapa saat kemudian Tong Bwee telah
tertinggal lagi. Tiba-tiba dari dalam kereta itu terdengar suara gemboran keras. Ji Tong
Bwee terperanjat dan menduga-duga, karena gemboran itu adalah gemboran
Kiam Ciu. Belum lagi dia dapat kepastian, tahu-tahu kereta itu terguling. Seorang
pengawal dan seorang dayang serta kusir kereta itu terpelanting. Empat ekor
kudanya meringkik-ringkik kemudian jatuh terguling pula.
Dari dalam kereta itu tampak meloncat Tong Kiam Ciu dengan
menggenggam pedang Oey Liong Kiam, kemudian meloncat menjauhi kereta
den sambil mengembangkan ilmu lari Cian-li-pauw-hong melesat masuk
kedalam hutan. Disusul kemudian oleh Cit Siocia meloncat dari kereta itu, sambil lari
beberapa langkah, kemudian menahan langkahnya dan memanggil-manggil
Kiam Ciu. Namun pemuda itu telah bertambah jauh dan tidak memalingkan
wajahnya bahkan menggubris saja tidak.
"Hemm untuk yang ketiga kalinya aku gagal menguasainya" gerutu Cit Siocia
sambil menghentak-hentakan kakinya dan memecahkan batu di jalanan itu
. 26 dengan kakinya. Bibirnya memberengut dan melangkah menuju ke kereta, Cit
Siocia telah benar-benar jatuh cinta kepada Kiam Ciu.
Tetapi ketika dia telah mendekati kereta, dia melihat seorang gadis yang tadi
dilihatnya berdiri didekat Kiam Ctu. Gadis itu ialah Ji Tong Bwee.
Ji Tong Bwee menahan langkahnya dan memandang kearah Cit Siocia. Kedua
gadis itu saling berpandangan.
"Hey tunggu dulu !" seru Cit Siocia ketika melihat Tong Bwee akan berbalik
kearah dimana Kiam Ciu tadi menghilang.
"Apa maksadmu ?" seru Ji Tong Bwee sambil bertolak pinggang dan bersikap
seolah-olah menantang. "Apakah kau kekasihnya Tong Kiam Ciu?" seru Cit Siocia dengan rupa
bersikap menantang juga. "Itu urusanku. mengapa kau mau tahu?" jawab Ji Tong Bwee gusar.
"Oh aku hanya ingin tahu, apakah kau betul-betul menyintainya" sambung Cit




Siocia sambil tersenyum, Tetepi Ji Tong Bwee tidak menjawab pertanyaan itu. Gadis itu wajahnya
menjadi merah padam dan matanya melotot memandang Cit Siocia, seolah-olah
dia sangat benci dan ingin menampar pipi Cit Siocia.
"Hmm, aku sebenarnya yang terlalu tolol - Mengapa aku masih menanyakan
karena dari sinar matamu saja aku telah dapat menduga bahwa kau sangat
mencintai pemuda itu. Sayangnya, akupun mencintai dia juga" suara yang
terakhir itu diucapkan oleh Cit Siocia seolah-olah berbicara dengan dirinya
sendiri. Pengakuan yang berterus terang itu membuat Tong Bwee bertambah
cemburu. Karena menahan gejolak hatinya, gadis itu hingga bergetar tubuhnya.
Seribu satu perasaan bercampur baur dalam dirinya. Cemburu dan benci kepada
wanita jelita itu. Cit Siocia masih belum cukup berbicara begitu saja. Kemudian dengan nada
mengejek dan menantang dia berseru.
. 27 "Kita berdua mencintai seorang pemuda, maka salah satu diantara kita harus
mati. Agar yang hidup dapat merebut hatinya. Aku takkan menggunakan ilmu
Pan-yok-sin-im untuk bertempur melawanmu. Aku menantang kau untuk
bertanding dengan bersenjatakan pedang" seru Cit Siocia.
"Hey aku tidak menduga, dibalik parasmu yang jelita itu ternyata hatimu
buruk sekali? Kakakku Tong Kiam Ciu tidak dapat direbut dengan senjata dan
kekerasan apa lagi mempertaruhkan nyawa. Kalau dia mencintaimu aku rela
mengalah" seru Ji Tong Bwee dengan suara serak tetapi matanya tajam
mengawasi Cit Siocia. Apa yang dikatakan oleh Ji Tong Bwee itu sebetulnya sangat menusuk
perasaannya. Kata-kata gadis itu ternyata diterima sebagai makian dan hinaan,
tetapi disamping itu dia memang membenarkan kata-kata Tong Bwee itu benar.
Dia memang merasa bahwa dialah yang telah merebut kekasih orang lain.
Merebut hati Kiam Ciu. Namun karena perasaan cinta kasihnya terhadap pemuda itu sudah terlanjur
mendalam. Walaupun dengan segala usaha ternyata oleh Tong Kiam Ciu selalu
ditolaknya. Namun dia merasakan bahwa Kiam Ciu selalu menolak itu karena
dia mempunyai kekasih yang cantik itu. Maka menurut pikiran Cit Siocia dia
harus membinasakan Ji Tong Bwee agar tidak menjadi perintang. Dia yakin
setelah Ji Tong Bwee binasa pastilah Kiam Ciu akan jatuh dalam pelukannya.
Setelah itu dengan diam-diam dia telah mencabut pedang dari sarungnya,
dan menantang Ji Tong Bwee untuk menghadapinya.
"Sudah kukatakan aku tidak akan melawanmu kalau hanya karena dia !
Bukankah sudah kukatakan kalau memang dia menyintaimu, aku rela mengalah!"
kata Ji Tong Bwee dengan suara penuh kesungguhan.
"Ji Tong Bwee ayo cabut pedangmu !" seru Cit Siocia menantang.
Namun Ji Tong Bwee tetap berdiri tegak diiempatnya, Matanya hanya
memandang Cit Siocia yang sudah tidak dapat mengendalikan dirinya lagi.
Namun wajah Ji Tong Bwee masih tetap tenang dan tidak tampak takut ataupun
marah. Seolah-olah dia telah rela untuk menerima apapun yang akan terjadi dan
akan menimpa dirinya. . 28 Dalam saat itu Cit Siocia sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi. Karena
pedang sudah terlanjur dicabut, dia harus mendapatkan satu sasaran. Maka dia
dengan cepat meloncat dan berbareng dengan itu ditusukkannya kearah Ji Tong
Bwee. Ternyata gadis itu tidak mengadakan perlawanan dan menghindarpun tidak.
Maka tusukan pedang yang sedianya akan dihujankan kearah jantung Ji Tong
Bwee itu akhirnya digerakkan keatas dan mengenai pundak gadis itu, segera
tampaklah baju Ji Tong Bwee robek dan bernoda merah, darah mengucur dari
bahu Ji Tong Bwee. Tiada lama kemudian tampaklah tubuh Ji Tong Bwee condong dan jatuh.
Untuk sesaat lamanya Ji Tong Bwee jatuh pingsan. Sedangkan Cit Siocia dengan
mata terbelalak memandang kearah korbannya itu, dipandanginya mata pedang
yang masih bernoda darah, kemudian memandang kearah tubuh Ji Tong Bwee
yang menggeletak. Ketika dia menginsapi apa yang telah terjadi maka Cit Siocia
segera menubruk kearah Ji Tong Bwee dan pedangnya dilempar ke tanah.
"Adik Bwee, maafkan aku ! Maafkan aku ! Mengapa kau tidak mau
melawanku? Mengapa ? Mengapa kau tidak mengelakkan seranganku ?
Mengapa ? Adik Bwee . . . ? adik Bwee maafkan aku.. apakah kau mendapat luka
berat ?" seru Cit Siocia yang kini telah kembali sadar dan menjadi manusia yang
berperasaan dan terdiri dari darah tulang dan daging yang dilengkapi dengan
budi dan perasaan. Beberapa saat kemudian Cit Siocia telah membebaskan jalan darah Ji Tong
Bwec yang tertotok. Ji Tong Bwee membuka matanya dan tampaklah butiranbutiran air mata meluncur dari sudut mata gadis jelita itu. Hati Cit Siocia
tercekam rasa haru, kemudian timbul rasa sesalnya.
Beberapa orang dayang dan pengawalnya telah menghampiri Cit Siocia,
salah seorang dayang telah membawa kotak yang berisi obat-obatan. Setelah
itu Cit Siocia merawat luka-luka dibahu Ji Tong Bwee. Kemudian Cit Siocia
memberikan sebuitr pil kepada Ji Tong Bwee untuk segera ditelannya.
. 29 Bertepatan itu pula Tong Kiam Ciu yang telah lari meninggalkan kereta Cit
Siocia langsung ke tempat pertemuannya dengan Ji Tong Bwee. Ditempat itu dia
hanya menemukan bekas tempat-tempat pertempuran saja. Tetapi Kiam Ciu
tidak menemukan Ji Tong Bwee. Maka pemuda itu menjadi bingung dan
memanggil-manggil. "Adik Ji Tong Bwee, Adik Bwee!" pemuda itu memanggil-manggil kekasihnya
dengan perasaan cemas. Namun tiada jawaban yang terdengar hanyalah suara pantulan suaranya
sendiri. Tong Kiam Ciu berlari-lari seperti orang kebingungan kemudian tinjunya
mengepal dan dipukulnya batang pohon yang berada didepannya itu dengan
sekuat tenaga untuk menghilangkan kekesalan hatinya.
Tiba-tiba terdengarlah suara tertawa. Tong Kiam Ciu terperanjat mendengar
suara tawa itu. Belum sempat dia berpikir tahu-tahu sebuah benda berwarna
putih telah melayang kearab tubuh pemuda itu. Benda itu adalah selembar
kertas yang dilipat sangat rapih.
Dipungutnya kertas yang terlipat rapih itu. Kemudian dibukanya oleh Tong
Kiam Ciu. Ternyata kertas itu bertulisan rapi.
"Aku disini.." tertera huruf-huruf yang tersusun rapi dalam guratan yang
sangat menarik sekali tetapi huruf-huruf yang itu Kiam Ciu pernah melihatnya.
Kiam Ciu tersenyum karena sekali lagi Sio Bie Hu murid dari Shin Kai Lolo. Gadis
yang menyamar sebagai seorang pemuda itu telah membayangi dirinya.
Seketika itu urusannya untuk mencari Ji Tong Bwee agak tersingkirkan.
Karena kini perhatiannya dipusatkan kepada gadis yang menyamar sebagai
seorang pemuda itu. Kiam Ciu pura-pura tidak mengetahui sandiwara itu.
Sementara itu Sio Bie Hu Sudah berada didekat Kiam Ciu seraya berseru
kepada pemuda itu dengan senyuman yang manis.
"Kita telah bertemu lagi" seru Sio Bie Hu yang telah menyamar sebagai
seorang pemuda yang rambutnya panjang terurai.
. 30 "Hmmm, kita telah bertemu lagi" sambung Kiam Ciu sambil mengangguk,
"Sebenarnya aku ingin mencari kau, pertama untuk mengucapkan rasa terima
kasihku padamu karena peringatanmu tentang bahaya yang menghadangku,
kedua aku ingin mengembalikan sebuah kertas yang ada gambarnya seorang
gadis" "Kau tak usah mengucapkan rasa terima kasihmu padaku, lagi pula hal
gambar itu tak usah kau kembalikan padaku karena gambar itu tak penting. Aku
ingin menjumpai kau karena aku ingin memberitahukan tentang suatu urusan
padamu."" sambung Sio Bie Hu sungguh-sungguh.
"Oh. tetapi aku juga ingin memberitahukan padamu tentang satu urusan yang
penting. Belum lama ini aku telah dijumpai oleh Ceng Yun Leng. Dia bilang
gambar yang kau lemparkan padaku itu adalah gambar tunangannya. Apakah
kau telah mengenal gadis itu?" sambung Kiam Ciu.
Mendengar penuturan Kiam Ciu itu, wajah Sio Bie Hu menjadi merah.
"Kalau kau jumpai Ceng Yun Leng lagi tolong kau sampaikan kabar bahwa
dia tidak perlu mengambil perhatian dengan gadis tunangannya itu lagi" jawab
Sio Bie Hu dengan nada seolah-olah tertekan.
Mendengar jawaban gadis itu Kiam Ciu tersenyum. Kemudian dia
melanjutkan kata-katanya.
"Kita sudah sering bertemu, tetapi kita belum saling berkenalan. Kenalkan
aku Tong Kiam Ciu dan siapa namamu,"
"Panggil saja aku Teng Loote." jawab Sio Bie Hu. Kemudian gadis itu
melanjutkan kata-katanya "Tong Heng, bukankah kau ingin pergi ke telaga Ang
tok-ouw di kota Pek-seng di propinsi Anhwei untuk mencari kitab pusaka Pekseng? Aku mendapat kabar bahwa orang yang mencari kitab itu harus
mempunyai peta Pek-seng. Padahal menurut beritanya peta itu kini telah jatuh
ditangan Gan Hua Liong. Sedangkan Gan Hua Liong itu mempunyai ilmu silat
yang sangat lihay diatas suhuku. Saat ini orang-orang gagah telah menuju ke
telaga Ang-tok-ouw untuk mencari kota yang telah hilang itu. Juga kulihat Ciong
Taysu dan beberapa orang-orang lainnya. Kukira kau Tong Heng kalau ingin
. 31 mempertahankan pedang Oey Liong Kiam kau harus juga dapat menguasai kitab
pusaka Pek-seng itu."
Mendengar keterangan itu Kiam Ciu sebenarnya tertawa dalam hati karena
sebenarnya peta Pek-seng telah berada ditangan Tong Kiam Ciu. Gan Hua Liong
telah menyerahkan peta Pek-seng sebelum dia meninggal.
Tetapi Tong Kiam Ciu merasa agak kecut juga kalaau-kalau Kwi Ong juga
telah menuju ke telaga itu ! Walaupun bagaimana dia telah mencoba kehebatan
orang itu. Ternyata pemimpin suku bangsa Biauw itu tidak dapat dipandang
ringan. Bukan saja ilmunya tinggi, tetapi sifatnya keji pula.
"Aku telah minta kepada suhu untuk membantu Tong Heng untuk menuju ke
telaga itu, bahkan sampai mendapatkan kitab pusaka Pek-seng itu. Menurut
keterangan suhu, beliau pernah tiba di telaga itu pada dua puluh tahun yang
lalu, bahkan beliau pernah menolong Ouw Hin Lee pemimpin partai silat Ouw
Pang (Bendera Hitam) di daerah tersebut, jalan menuju ke telaga Ang-tok-ouw
itu suhu masih ingat benar, lagi pula kalau Ouw Hin Lee masih hidup, dia pasti
mau membantunya !" seru Sio Bie Hu.
"Teng Lotee !" sambung Kiam Ciu sambil menghela nafas "aku telah banyak
menerima bantuan dan pertolonganmu serta Shin Kai Lolo.
"Aku sangat berterima kasih . . . ." tetapi kata-kata itu belum sampai selesai
telah dipotong oleh Sio Bie Hu.
"Sudah ! Sudah !" seru Sio Bie Hu dengan mengangkat tangannya kearah
Tong Kiam Ciu "aku sudah katakan kau tak usah mengucapkan kata-kata itu lagi.
Aku malu mendengar ! Nah kini karena aku masih banyak sekali urusan maka
kita berpisah sampai disini saja ! Sampai kita bertemu lagi di telaga Ang-tokouw !" Setelah berkata begitu tampaklah Sio Bie Hu akan pergi meninggalkan
tempat itu. "Teng Lotee tunggu !" seru Kiam Ciu sambil mengangkat tangan kanan
mencegah Sio Bie Hu pergi, "kalau kau akan pergi ke telaga Ang-tok-ouw apakah
tidak lebih baik kalau kita pergi bersama-sama saja ?".
(Bersambung Jilid 8) . 32 . 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 8 S EBENARNYA aku tidak berkeberatan untuk pergi bersama-sama. Tetapi aku
lebih senang berjalan seorang diri ! seru Sio Bie Hu lalu segera memutar
tubuh dan melesat pergi. Menyaksikan sikap yang ganjil dan kata-kata gadis itu maka Kiam Ciu
menyerah. Dia tidak lagi menahan atau mengejarnya. Walaupun dalam hati
pemuda itu merasa heran mengapa Sio Bie Hu bersikap terlalu baik kepadanya?
Karena Tong Kiam Ciu tidak ingin membuang-buang waktu lagi maka segaralah
dia berangkat menuju ke Telaga Ang-tok-ouw.
Ketika Kiam Ciu sampai dipinggir telaga Ang-tok-ouw keadaan agak buruk.
Langit bagian selatan tampak hitam dan mega bergulung-gulung berpindahpindah alamat akan datang angin tofan
Walaupun tahu akan bahaya itu, namun Kiam Ciu telah bertekadd harus
mcnemukan kota Pek-seng yang hilang itu. Dia hanya mengetahui bahwa yang
menjadi pedoman ialah telega Ang-tok-ouw itu. Walaupun dia belum dapat
mempelajari peta Pek-seng itu, karena harus dilihat diwaktu malam, baru
guratan-guratan dalam peta itu dapat terlihat. Kalau diwaklu siang hari, atau
keadaan terang maka gambar peta itu tidak akan terlihat.
Setelah mengurus keperluan untuk menjelajahi telaga itu, dengan menyewa
sebuah perahu kecil dan didayungkan sendiri. Kiam Ciu telah mendayung
perahunya menuju ketempat telaga. Walaupun telah banyak perahu-perahu
yang lain dan Kiam Ciu yakin bahwa Kwi Ong dan beberapa tokoh persilatan
telah berada di telaga itu, namun dia yakin bahwa mereka pasti belum
mengetahui letak kota Pek-seng dan tempat penyimpanan kitab pusaka Pekseng itu.
. 1 Karena meyakinkan itu maka Kiam Ciu masih bersemangat untuk
meneruskan maksudnya. Ketika dia telah berada ditengah telaga Ang-tok-ouw
itu terkenanglah dia akan masa kanak-kanaknya dulu.
Dia kembali terkenang Ji Tong Bwee dan telaga Cui-ouw. Tetapi kenangankenangan itu segera diusirnya jauh-jauh, karena dia sedang meyakinkan diri
untuk merebut kitab pusaka Pek-seng.
Ketika kepalanya terangkat dan memperhatikan perahu layar yang berada
dihadapannya tahu-tahu perahu Kiam Ciu menumbuk buritan kapal layar
didepannya. "Brak!" terdengar suara nyaring.
"Kurang ajar, siapa berani kurang ajar!"' terdengar suara membentak dari
atas perahu layar yang ditumbuk oleh perahu Kiam Ciu.
Ketika itu tampak seseorang telah berdiri ditepi perahu. Kiam Ciu
menghantamkan dayungnya kearah orang itu, Ternyata orang itu ialah Liat Kiat
Koan. Ketika Kiam Ciu menghantamkan dayungnya kepinggir perahu layar dan
hembusan angin pukulan itu menghantam Liat Kiat Koan hingga kepala partai
silat Kong-tong itu jatuh di geladak perahunya.
"Turunkan layar!'" seru sihidung bawang itu dengan suara penuh kemarahan,
Apalagi ketika diperhatikan bahwa perahu kecil yang menubruknya itu adalah
perahu yang dinaiki oleh Kiam Ciu.
Suatu isyarat yang telah diberikan oleh Liat Kiat Koan itu lelah cukup
memberikan aba-aba kepada keempat perahu layar dari partai silat Kong-tong
itu untuk mengepung perahu kecil Kiam Ciu.
"Hey Kiam Ciu! Belum lama kita telah mengadu ilmu dalam pertemuan Bulim-tahwee untung kau tidak mati! Kita sama sekali tidak menduga ternyata kau
sangat berbaik hati mau mengantarkan pedang Oey l.iong Kiam di tengah telaga
ini ha-ha-ha!" setu Liat Kiat Koan.
Sesaat kemudian menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin menghembus
air telaga dan membentur tepi perahu-perahu serta suara deritan tiang-tiang
perahu yang tertiup angin.
. 2 Sedangkan Tong Kiam Ciu dengan waspada mengawasi satu persatu perahu
layar itu dia telah memperhitungkan segala kemungkinan yang bakal terjadi.
Diatas perahu layar itu ia menyaksikan ratusan orang-orang dari partai silat
Kong-tong yang bersenjata lengkap.
"Jik.a kalian ingin menguasai pedang Oey Liong Kiam, aku dapat menanti
sampai kalian dapat menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su! Itu suatu
keputusan pada Bu-lim-ta-hwee. Tanpa kalian menguasai kitab pusaka Pekseng-ki-su jangan kalian harapkan untuk dapat merebut pedang Oey Liong
Kiam!" seru Kiam Ciu dengan suara bentakan lantang.
"Tong Kiam Ciu apakah tau tidak sayang dengan ketampananmu, dengan
usiamu yang masih muda ? Kalau kau tetap akan mempertahankan pedang Oey
Liong Kiam, kau akan mati konyol!" seru Liat Kiat Koan dengan nada suara
sombong dan nemandang rendah lawannya.
"Kau boleh mencola.. !" bentuk Kiam Ciu berani menantang ketua partai Kongtong itu. Kemudian terdengar salah seorang diantara orang-orang yang berdiri
disamping Liat Kiat Koan itu memaki Tong Kiam Ciu.
"Hey Tong Kiam Ciu, kau benar-benar kurang ajar dan bernyali besar! Aku
Liong Kauw Ji akan memberikan hajaran padamu !"
Tetapi Tong Kiam Ciu telah waspada dan siap mengdapi serangan. Maka




ketika dengan selesainya kata-kata Liong Kauw Ji, tampaklah orang itu melesat
dan terjun keatas perahu Tong Kiam Ciu.
Dengan serentak pula orang itu telah mengirimkan pukulan bergandanya
mengarah dada dan ulu hati Kiam Ciu. Namun pemuda itu hanya dengan satu
gerakkan tangan kiri telah berhasil menghantam lawannya. Hingga Liong Kauw
Ji terpental dan jatuh tercebur ke dalam telaga.
"Ha. ha "ha ha ! Kukira aku menghadapi seorang jago silat ! Tidak tahunya
hanya sebuah tong tempat tuak saja !" seru Tong Kiam Ciu sengaja mengejek
menarik kemarahan orang-orang Kong-tong.
"Kauw Ji kau tidak sabaran ! Dia bukan lawanmu !" seru Liat Kiat Koan sambil
memerintahkan orang-orangnya untuk melemparkan tali kearah Liong Kauw Ji,
"ayo naik keatas perahu !"
. 3 "Orang-orang Kong-tong aku masih banyak urusan. maaf aku tidak sempat
melayani kalian !" seru Tong Kiam Ciu sambil menggerakkan dayungnya
memutar perahu kecil itu tikan meninggalkqn pengepungan.
"Tong Kiam Ciu, apakah kau takut melawan aku ? Sekarang juga kita akan
mengadakan perhitungan!" seru Liat Kiai Koan menantang sambil mengirimkan
sebuah pukulan kearah kepala Kiam Ciu
Kemudian tampuk dua orang dari partai silat Kong-tong telah meloncat
kearah perahu Tong Kiam Ciu. Mereka melompat serentak untuk menerkam dan
membinasakan Kiam Ciu Liong Kauw Ji
Tiba-tiba dari atas perahu kecil yang sangat laju mendekati perahu-perahu
yang sedang mengepung perahu Kiam Ciu itu. Terdengar sebuah seruan nyaring
dan sangat berwibawa. "Tahan !" terdengar suara itu.
Kemudian semua orang yang berada ditempat itu memandang kearah
perahu yang tengah meluncur laju kearah mereka. Diatas perahu itu tampak
seorang kakek yang mengenakan kulit singa dan di dadanya tertera huruf ONG
(Raja). Dia adalah ketua partai sitai Kim-sai.
Semua orang tidak kecuali Liat Kiat Koan menjadi heran dengan kemunculan
tokoh tua yang telah lebih dari dua puluh tahun mengasingkan diri itu telah
muncul dengan tiba-tiba. Justeru kemunculannya itu bertepatan dengan bahaya
yang sedang mengancam diri pendekar muda Tong Kiam Ciu.
Lalu mereka semuanya berpikir-pikir hubungannya dengan Tong Kiam Ciu
yang kebetulan pula saat ini sedang berada diatas telaga Ang-tok-ouw dan
dalam pengepungan orang-orang Kong-tong.
Perahu kecil itu telah mendekati kapal induk orang-orang partai Kong-tong.
Kemudian tampak dengan jelas Liat Kiat Koan berdiri di tepi perahu layarnya
dan memandang dengan sikap heran kearah Kuk Kiat.
Namun Kuk Kiat telah berdiri tegak diatas perahu kecil seolah-olah sebuah
perahu tiang baja yang dipancangkan diatas perahu itu.
. 4 "Liat Kiat Koan ! Apakah kau ingin mengganggu Tong Siauwhiap? Kalau kau
akan mengganggunya berarti kau harus berhadapan denganku ! Dengarkan
baik-baik kata-kataku itu !" seru Kuk Kiat dengan nada tegas dan bersikap
menantang dan gagah. Setelah kakek itu berseru dengan suara nyaring dan tegas, maka segeralah
memberi hormat kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian kepada pemuda itu dia
berseru pula : "Tong Siauwhiap, marilah kita lekas berlalu !" seru ketua partai silat Kim-sai
itu dengan suara nyaring pula.
Tampaklah perahu Tong Kiam Ciu telah bergerak mendekati perahu Kuk Kiat.
Tetapi Liat Kiat Koan pemimpin partai silat Kong-tong merasa bergusar hati dan
tidak mau direndahkan martabatnya. Maka segeralah dia berseru dengan suara
lantang dan marah sekali.
"Kalian akan lari kemana !" seru ketua partai Kong-tong itu dengan suara
lantang dan nyaring sekali. "Hayo kalian kepung mereka !"
Maka dengan gerakan serentak perahu layar itu telah kembali mengepung
kedua perahu kecil yang ditumpangi Kiam Ciu dan Kuk Kiat.
"Kiat Koan jahanam ! Apa artiinya ini ?"seru pemimpin partai Kim-sai dengan
sikap sangat marah. "Ha-ha ha! Kuk Kiat, kau telah mengubur partaimu sendiri selama puluhan
tahun. Kau sendiri tidak tampak malang melintang lagi dikalangan Kang-ouw.
Sehingga aku mengira bahwa partaimu telah dibubarkan. Sekarang tiba-tiba saja
kau muncul dan akan turut campur tangan dalam urusan orang lain. Ku kira kau
hanya akan mencari mati saja. Kuk Kiat, aku hanya berurusan dengan Tong
Kiam Ciu ! Tetapi kalau kau orang juga akan campur tangan, maka aku tidak
akan segan-segan untuk membinasakan kamu !" bentak ketua Kong-tong itu
dengan suara gusar. Mendengar jawaban yang panas dan bersifat menantang itu ketua partai
Kim-sai terperanjat dan wajahnya bersemu merah.
"Ha-ha-ha! Liat Kiat Koan ternyata kau tidak memandang dirimu sendiri !
Apakah kau belum sadar bahwa kau berbicara dengan siapa ? Tanyakan kepada
. 5 suhumu aku ini siapa, kau kini beruntung dapat menjadi ketua Kong-tong ! Tetapi
kini kau cari kematian !"
Tanpa menjawab lagi dampratan itu. Liat Kiat Koan telah meloncat keatas
perahu kecil itu sambil mengirimkan pukulan kearah Kuk Kiat. Tampak perahu
itu tergoncangn namun Kuk Kiat tetap berdiri tegap dan berkelit kesamping
sedikit menghindari serangan ketua partai Kong-tong itu.
Sedangkan Tong Kiam Ciu tidak dapat membantu Kuk Kiat karena perahunya
juga diserbu beberapa orang Kong-tong yang bersenjata tajam.
Maka segera terjadilah perkelahian yang ramai diatas perahu kecil itu.
Hampir saja perahu-perahu yang hanya kecil itu tenggelam karena dimuati oleh
sekian banyak orang dan sedang bergerak seenaknya.
Bahkan orang-orang Kong-tong ada pula yang telah mencebur kedalam
telaga Ang-tok-ouw mereka berenang dan menuju ke perahu kecil dengan
makud untuk menggulingkannya.
Tetapi Kuk Kiat tidak datang ke telaga itu seorang diri. Orang-orang dari
partai Kim-sai ternyata telah menyertainya dan membantu dalam pertempuran
itu. Maka dalam sekejap saja telah berkobar suatu pertempuran yang hebat
kekuatan melawan kekuatan. Antara partai Kong-tong dengan pariai Kim-sai.
Mereka bertempur mati-matian, hingga terdengar jerit dan rintihan karena
mereka terkena senjata atau banyak pula yang tercebur di atas telaga Ang-tokouw dengan luka parah.
Seolah-olah telaga yang airnya bening itu kini telah berubah menjadi telaga
darah. Mereka bertempur dengan pedang dan tombak serta senjata-senjata
andalan masing-masing ! Dalam keadaan yang sedang gaduh itu tiba-tiba datang pula kapal layar
besar dengan gerak yang sangat laju menuju kearah tempat pertempuran itu.
Kapal layar besar itu mengibarkan bendera hitam yang tampak megah dan
melambai-lambat tertiup angin.
"Hey kalian dari mana? Mengapa membuat kotor air telaga Ang-tok-ouw?
Jika kalian tidak menghentikan pertempuran, maka kami dari partai Ouw-ki-pang
. 6 tidak segan-segan untuk menggempur bersih kalian!" seru pemimpin partai itu
dengan suara lantang yang dilambari ilmu melontarkan suara "berhenti!"
Teriakan yang dikeluarkan dengan suara yang dilambari dengan ilmu
melontarkan suara dan lwekang itu didengar oleh semua orang yang sedang
bertempur itu, walaupun keadaan sangat gaduh. Tetapi mereka tidak
menggubris teriakan itu. Mereka terus bertempur!
Karena teriakannya itu tidak digubris, maka Ouw-ki-pang yang bergelar Lauhai-teng-liong (Naga sakti dari lautan hitam) menjadi sangat marah. Diatas
perahu layar besar itu terdapat pula Shin Kai Lolo dan Sio Bie Hu. Ketika Ouw
Hin Lee menjadi sangat gusar dan akan memberikan perintah kepada anak
buahnya untuk menyerbu. Tiba-tiba Sio Bie Hu mendekati ketua partai Ouw-kipang dan menunjuk kearah Tong Kiam Ciu. Kemudian mencegahnya karena dia
khawatir kalau salah menyerang orang.
Kemudian Sio Bie Hu menghampiri suhunya dan memberitahukan bahwa
yang sedang dikerubut itu ternyata adalah Tong Kiam Ciu.
"Suhu lihat ! ternyata itu Tong heng ! Marilah kita membantunya!"
Saat itu Tong Kiam Ciu baru saja memukul seorang dari partai Kong-tong,
maka dia sangat terperanjat dengan meloncatnya Sio Bie Hu di perahu itu.
Hampir saja Tong Kiam Ciu mengirimkan sebuah pukulan.
"Teng Lotee !" seru Tong Kiam Ciu dengan suara terperanjat. Karena dengan
tiba-tiba saja gadis itu telah muncul.
Namun Sio Bie Hu hanya tersenyum. Dalam waktu sekejap itu telah terjadi
pula suatu pertemuan antara Tong Kiam Ciu dengan Sio Bie Hu ketika mereka
saling berpandangan itu, tiba-tiba Kiam Ciu menggerakkan tubuhnya berputar
dan tampak seorang Kong-tong lelah terpelanting dan sambil menjerit tercebur
kedalam telaga Orang itu memang sengaja meloncat dan akan merebut pedang Oey Liong
Kiam dipunggung Tong Kiam Ciu. Namun angin sambarannya telah dirasakan
oleh Tong Kiam Ciu. Maka dengan suatu gerak putar yang cepat sekali Tong
Kiam Ciu telah berhasil menghantam lawannya itu.
. 7 Walaupun sebenarnya Tong Kiam Ciu telah mengetahui bahwa pemuda yang
berada didepannya itu adalah seorang gadis yang bernama Sio Bie Hu dan
sedang menyamar, pula pemuda itu telah mengetahui bahwa Sio Bie Hu adalah
tunangan Cen Yun Leng. namun untuk menjaga suasana itu Tong Kiam Ciu
berpura-pura tidak tahu. "Tong heng!" seru Sio Bie Hu seolah-olah akan mengucapkan sesuatu tetapi
tertahan dan tidak dapat dikeluarkannya. Hanyalah sampai disitu saja dia
berbicara dan selanjutnya hanya memandang dan tertunduk.
"Entah disebabkan karena apa tiap kali dia bertemu dengan Tong Kiam Ciu
selalu merasa kikuk dan malu, seperti juga kali itu.
Saat itu Shin Kai Lolo juga teluh meloncat ke perahu Kuk Kiat. Nenek itu telah
mengebutkan lengan jubahnya yang menimbulkan hembusan angin keras yang
hampir saja menjatuhkan kedua orang yang sedang bertempur itu.
"Liat Kiat Koan, kalau kau tidak lekas menyingkir, kau dan orang-orang Kongtong akan disapu bersih oleh Ouw Hin Lee" seru nenek Shin Kai Lolo.
Liat Kiat Koan memandang keadaan sekitarnya. timpaklah orang-orangnya
telah banyak yang binasa dan terluka. Hatinya pedih sekali. Dia yakin bahwa
orang-orangnya tidak akan mampu melawan orang-orang dari partai Kim-sai.
Apalagi kalau sampai dibantu oleh orang-orang Ouw-ki-pang. Maka setelah
menyadari hal itu segeralah dia mengangkat tangan dan menghormat.
"Oh.. . kiranya siapa yang datang.. "
Dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menyebarkan pasir beracun
kearah Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat.
Baik Shin Kai Lolo maupun Kuk Kit menangkis serangan itu. Mereka telah
berloncatan dan melindungi diri bahaya pasir beracun. Kesempatan itu
dipergunakan oleh Kiat Koan untuk melarikan diri.
Pemimpin partai Kong-tong yang bersikap keji itu telah meloncat
menceburkan diri kedalam Telaga Ang-tok-ouw.
Kuk Kiat menyaksikan itu segera mengejar, tetapi baru saja dia akan terjun
kedalam ait telaga tiba-tiba ditahan oleh Shin Kai Lolo.
. 8 "Biarkan dia lari..!" seru nenek itu sambil memegang lengan Kuk Kiat,
"dikemudian hari kita masih dapat bertemu lagi. Coba lihat orang-orang Kongtong sudah banyak yang luka dan yang masih selamat telah berusaha untuk
melarikan diri!" seru Shin Kai Lolo sambil menunjuk kearah telaga.
Kuk Kiat dapat menguasai diri, kemudian memandang kearah telaga.
Memang diatas air yang telah mulai tenang itu tampak beberapa orang dari
partai silat Kong-tong yang berusaha untuk berenang ketepian.
Dalam pada itu mereka lelah dikagetkan dengan bunyi lengkingan panjang
dan berkesan. Ketika mereka memperhatikan kearah datangnya suara itu
ternyata tampaklah sebuah perahu layar yang besar dan dihiasi sangat indah
sekali. Orang-orang yang berada di tempat itu semuanya memandang kearah
perahu indah itu. Mereka mengaguminya. Apalagi ketika perahu layar itu
bertambah dekat, tampaklah diatas perahu layar itu seorang wanita yang sangat
jelita dengan dua orang laki-laki tampan dan dua orang wanita jelita pula. Wanita
muda yang sangat jelita itu ialah Cit Siocia.
Tong Kiam Ciu menjadi sangat terperanjat ketika matanya menyaksikan
bahwa dengan tiba-tiba saja tampak ditepi perahu itu orang-orang yang dia
sangut kenal. Orang oring itu inilah Pek Giok Bwee. Ji Han Su, Siauw Liang dan Ji
Tong Bwee Sin-ciu-sam-kiat dengan tiba-tiba saja telah berada diatas telaga
Ang-tok-ouw. "Suhu!" seru Tong Kiam Ciu tidak dapat menahan hatinya lagi. Tahu-tahu
pemuda itu telah meloncat keatas perahu itu.
Ketika itu Shin Kai Lolo telah memalingkan wajahnya kearah Sio Bie Hu dan
berseru "malam ini kita akan meng idakan perjamuan besar Sio Bie Hu, lekaslah
kau beritahukan kepada paman Ouw Hin Lee uniuk menjamu tamu-tamu agung
kita !" Dengan cepat Sio Bie Hu sudah melesat menghadap Ouw Hin Lee dan
menyampaikan pesan itu. Kemudian setelah semuanya disanggupi oleh ketua
Ouw Ki pang maka gadis itu kembali akan menghadap kepada suhunya. Saat itu
masih banyak orang-orang dari kalangan Kim-sai.
. 9 Ketika Sio Bie Hu melewati beberapa orang Kim-sai, tiba-tiba dia telah
ditegur oleh seseorang. "Siok Soat ! Akhirnya aku dapat bertemu kau juga disini ! Aku telah mencari
kau dimana-mana !" seru seorang pemuda yang tiada lain adalah Ceng Yun
Leng. Sio Bie Hu juga terkenal dengan panggilan Teng Siok Soat berhenti dan
memandang kearah pemuda yang menegurnya itu.
"Tidak perlu kau mencari-cari aku lagi, hubungan kita telah putus ! Habis !"
"Siok Soat ! Apakah kau tidak mengenali aku lagi ? Aku Ceng Yun Leng orang
yang sangat mencintaimu ! Mengapa kau begitu kejam kepadaku !" seru Yun
Leng sambil mengejar gadis itu yang telah beranjak.
"Jangan berbicara keras-keras ! Kita sudah patah areng ! Apakah kau kira
aku tidak mengetahui bahwa kau telah tergila-gila dengan puteri Kuk Kiat ?"
seru Teng Siok Soat dengan mata membelalak.
"Hah ? Mengapa kau berkata begitu ? Jika aku mencintai gadis itu, mengapa
aku mencari-cari kau sampai berbulan-bulan ?" sambung Yun Leng.
"Ah bohong" sambung Teng Siok Soat.
"Betul-betul aku hanya mencintai kau seorang" seru Yun Leng. Tetapi katakata itu terpatahkan oleh kedatangan Shin Kai Lolo dan Kuk Kiat ditempat kedua
orang itu. Kedua remaja itu memandang kearah ke datangan kedua orang tokoh yang
yang telah beridi disamping mereka. Teng Siok Soat masoh tampak cemberut,
sedangkan Ceng Yun Leng tampak tegang dan keningnya masih berkerut.
Namun ketika pandangan matanya bertemu dengan nenek Shin Kai Lolo,
pemuda itu memaksakan diri untuk tersenyum.
"Hee-he-hee, kalian anak muda.., hem.. pandai benar mengambil kesempatan
untuk berduaan hee..hee. hee..hee" seru Shin Kai Lolo.
Namun Teng Siok Siat tamhah cemberut dan memandang suhunya.
"Suhu, aku akan pergi kalau suhu menggodaku terus !" seru Teng Siok Siat
dan akan melangkahkan kakinya.
. 10 Tetapi nenek itu menyandak lengan muridnya dan tertawa-tawa.
"Hee.. . hee kau anak aleman kita memang perlu cepat-cepat pergi dan
menemui tamu agung kita. He hee hari ini kita akan makan lezat bersama-sama
dengan tamu agung . . . hee he !" sambung Shin Kai Lolo.
Sambil mengakhiri kata-katanya itu mereka telah meninggalkan tempat itu
menuju kearah kapal layar milik Ouw Hin Lee.
Wajah Teng Siok Soat masih tampak kuyu dan mulutnya masih jemberut.
Sebenarnya dia adalah seorang gadis remaja yang sangat jelita seandainya dia
mengenakan pakaian wanita dan tambutnya disanggul dengan rapi. Tetapi
memang keadaannya saat itu memang disengaja, karena gadis itu memang
sengaja mengenakan samaran sebagai seorang pemuda, maksudnya agar
memudahkan dirinya dalam mengembara dikalangan Kang-ouw.
Sepanjang perjalanan menuju ke tempat pertemuan itu mereka diam
membisu, hanya mata Ceng Yun Leng yang selalu melirik kearah kekasihnya
dan tiap lirikan mereka bertemu, hati pemuda itu berdebar. Memang Ceng Yung
Leng sebenarnya sangat mencintai Teng Siok Soat dengan sepenuh hati, hanya




gadis remaja itu menaruh syak wasangka dan cemburu buta terhadap
kekasihnya. Dia menyangksikan bahwa antara Yun Leng dan putri ketua partai
Kim-sai ada hubungan cinta.
Adapun pada saat itu memang adalah hari yang sangat luar biasa. Hari-hari
yang paling bahagta selama Kiam Ciu mengembara karena saat ilu dia telah
dipertemukan oleh Thian kepada orang-orang yang sangat diciniai. Bukan saja
adiknya dan kekasihnya yang selalu dirindukan itu ialah Ji Tong Bwee tetapi juga
Ji Han Su dan Pek Giok Bwee kedua orang tua angkat yang telah dianggap seperti
orang tuanya sendiri juga kehadiran paman angkatnya ialah Siauw Liang.
Tong Kiam Ciu tidak dapat berbicara apa-apa, karepa menahan keharuan.
Pemuda perkasa itu telah berlutut dihadapan ketiga Sin-ciu-sam-kiat. Dia telah
menghaturkan sembah dan selanjutnya hanya diam.
Ditempat itu juga tampak hadir Cit siocia. Tetapi kehadirannya seolah-olah
tidak mendapat perhatian mereka. Gadis jelita itu seolah-olah tidak ada ditempat
itu. Tapi Cit siocia juga tidak merasa sakit hati, karena gadis jelita dan liehay itu
. 11 telah memaklumi bahwa mereka sedang meluapkan kerinduan dan keharuan
setelah lama saling berpisah.
Tetapi ketenangan dan kemesraan itu tiba-tiba telah dirusakan oleh
kehadirannya Shin Kai Lolo ditempai itu.
"Hee-hee-hee-kita ketemu lagi anak muda hehehe". seru Shin Kai Lolo sambil
tertawa gembira sekali. "Oh, Shin Kai Lolo . . . ." sambung Kiam Ciu sambil menghormat.
Kemudian Tong Kiam Ciu memperkenalkan kedua orang tua serta
pamannya. Mereka berempat telah saling berkenalan. kemudian Shin Kai Lolo
telah mengetengahkan bahwa dia telah menyuruh sahabatnya ketua partai Ouw
ki-pang untuk mengadakan perjamuan.
"Aku sudah minta kepada Ouw Hin Lee ketua partai Ouw-ki-pang untuk
mengadakan perjamuan" kalian Sin-ciu-sam-kiat menjadi tamu kehormatan
kami, ayohlah kita menemui Ouw Hin Lee" seru Shin Kai Lolo selesai bicara itu
sudah mau beranjak dari tempat itu.
Tetapi ketiga pendekar dari daerah Shin Ciu itu tampak ragu-ragu.
"Tetapi"." sambung Ji Han Su ragu.
"Sudahlah! Meskipun kita belum pernah berjumpa sebelum pertemuan ini,
tetapi nama kalian telah banyak kami dengar dikalangan kangouw. Cobalah
tanyakan kepada Tong Kiam Ciu. Ayolah kita berangkat sekarang !" seru Shin Kai
Lolo mengajak yang berada ditempat itu semuanya dengan tersenyum.
Semuanya mengikuti nenek itu. tetapi Cit Siocia tidak mau turut.
"Cit cici ayolah kita turut juga !" ajak Jt Tong Bwee.
Cit Siocia menggelengkan kepalanya seraya berkata :
"Tidak, kau sajalah yang pergi !" seru Cit Siocia kemudian gadis jelita itu
mengajak Tong Bwee untuk menghadap Tong Kiam Ciu.
"Kiam Ciu. meskipun kita pernah berselisih, tetapi akhirnya kuakui bahwa aku
telah jatuh cinta padamu. Entah mengapa aku dengan begitu saja telah sangat
. 12 mencintaimu.. . ." Cit Siocia berbicara dengan berterus terang kepada pemuda
yang sangat didambakan itu tanpa tendeng aling-aling lagi.
Sesaat lamanya mereka saling berpandangan, kemudian Kiam Ciu
menundukkan kepala dan Cu Siocia menarik napas panjang.
"Karena kau, aku telah banyak menghamburkan waktu untuk memancing
dirimu. Karena kau pula aku telah salah tangan melukai adikmu ini. tetapi aku
juga sudah mengobatinya. Kemudian aku telah menyadarinya bahwa Ji Tong
Bwee lebih mencintaimu dan dialah yang berharga untuk mendampingimu Dia
telah mengampuiniku dan kita telah bersumpah untuk bersaudara". Sekarang
aku menyerahkan Tong Bwee kepadamu, kuharapkan kau menjaganya dengan
baik-baik. Aku senantiasa mendoakan kebahagian untuk kalian berdua, Nah,
kukira perjumpaan ini kita akhiri dulu, aku akan segera pergi dan mudahmudahan kita akan berjumpa lagi kelak" Cit siocia mengakhiri kata-katanya.
"Cici bukankah kita telah berjanji selalu akan berkumpul dan tidak akan
berpisah?" seru Tong Bwee.
"Kau jangan timbulkan urusan begitu lagi. Sudahlah kau ikut dia dan aku akan
segera pergi!' sambung Cit siocia sambil tersenyum.
"Tetapi cici, kau sudah berjanji!" Ji Tong Bwee mendesak terus.
"Ikut dia" Cit siocia membentak sambil dilambari ilmu Pan-yok-sin-im, karena
pengaruh ilmu Pan-yok-sin-im itu, maka mereka tidak benarnya seperti orang
linglung. Mereka meninggalkan Cu Siocia seorang diri.
Ketika mereka sampai diatas kapal Ouw Hin Lee, Ji Han Su menanyakan apa
sebenarnya Cit Siocia tidak ikut serta.
"Mengapa Cit Siocia tidak turut datang ?" tanya Ji Han Su kepada Tong Bwee.
"Dia telah pergi!'" jawab Tong Bwee dengan wajah keruh.
Maka orang tua itu tidak melanjutkan pertanyaan. Mereka membisu.
Sementara itu awan tipis telah tertiup angin dan menyelubungi bulan. Angin
berhembus halus dan hawa terasa sangat sejuk.
Bertepatan dengan itu pula, kapal layar yang indah milik Cit Siocia telah
mulai bergerak. Indah sekali tampaknya. Sedangkan suasana sangat tenang.
. 13 Telaga Ang-tok-ouw tenang sekali, hanya sesekali air tertiup angin dan
bergelombang halus menuju ketepian.
Cit Siocia tampak menyendiri, menatap ke langit. Bulan yang berselubung
mega angin halus berhembus, kericikan air telaga yang menghantam lambung
perahu besar itu. Semuanya itu telah membuat hati gadis jelita itu bertambah sepi dan hanyut,
pikirannya telah hancur luluh berkeping-keping rasanya. Ia telah melakukan
pengorbanan yang besar, tetapi luhur. Seumur hidupnya dia belum pernah
mendapat siksaan yang berat seperti kali ini. Bukankah semua laki-laki tunduk
dihadapannya serta menuruti semua perintah dan kehendaknya ? Sekarang
suatu kenyataan yang baru saja dialaminya, dia telah benar-benar terpukul
hatinya. Dia mencintai seorang pendekar muda, cinia yang luar biasa hingga dia
banyak mengorbankan waktunya hanya untuk mengejar pemuda itu. Tetapi dia
telah berani berkorban pula demi cintanya kepada pemuda itu.
Cit siocia telah berani berkorban dan menderita karena cintanya kepada
pemuda itu juga tanpa disadarinya dia menaruh rasa sayang pula kepada gadis
saingannya. Dia telah menyerahkan semuanya, menyerahkan harapannya
kepada Tong Bwee. Kemudian membiarkan hatinya sendiri luluh karena cinta
yang kandas. Dia telah bersumpah tidak akan mencintai laki-laki lain ! Tetapi
apakah sumpah itu dapat dipenuhinya ? Entahlah keadaan yang akan
menentukan nanti! Dengan hati luluh dan hancur itu Cit Siocia menatap kelangit memandangi
bulan yang telah menyembul dari balik awan. Angin halus bertiup sejuk dan air
telaga bergelombang kemudian terdengar riakan air membentur lambung
perahu. Gadis itu tampak bertambah ayu parasnya karena tertimpa sinar
rembulan. Siapapun yang memandangnya akan terhanyut dalam godaan
asmara. Cit Siocia. Tapi saat itu dia sedang duka. Risau dan hancur luluh ha
tinya. Diatas kapal layar milik Ouw Hin Lee tampak sangat sibuk dan diliputi
suasana kegembiraaan. Karena diatas perahu besar itu sedang diadakan
perjamuan dan pesta kemenangan dari partai Ouw ki-pang dan partai Kim-sai
yang lelah berhasil menundukan partai Kong-tong. Tampaklah mereka
. 14 bergembira dan tertawa gelak-gelak seria menyanyikan lagu kemenangan
bahkan ada yang menari-nari pula. Pesta yang sangat meriah itu diikuti oleh
semua orang yang berada diatas perahu besar itu.
Kalau mereka itu merayakan kemenangan dalam peperangan, tetapi lain
halnya dengan Teng Siok Soat dan Ceng Yun Leng Kedua remaja ini tampak
guratan hambar diwajahnya, sedangkan tertawanyapun hambar pula. Begitu
pula Kiam Ciu dan Tong Bwee. Mereka bercanda dalam berpikir bukan saja
dalam pertemuan itu yang mereka pikirkan. tetapi mereka mempunyai
kesibukan pikiran sendiri. Kacau dan bingung meliputi hati mereka. Hal itu
hanyalah orang-orang arif yang mengetahuinya.
Tampaklah Shin Kai Lolo sangat bergembira, nenek itu rupa-rupanya telah
banyak minum tuak hingga beberapa mangkuk maka terdengarlah dia telah
banyak berbicara dan tertawa. Memang kalau nenek itu sedang mabuk dia lelah
banyak tertawa dan bicaranya sangat ringan tak terkendali. Kemudian tampak
Shin Kai Lolo mendekati Kiam Ciu dan mengajak pemuda itu untuk bersamasama dia mengangkat mangkuk arak.
"Hari ini kita telah berkumpul disini. Kau Tong Kiam Ciu, adalah seorang anak
muda yang telah menggemparkan rimba persilatan Kau masih sangat muda
dan baru saja terjun dikalangan Kangouw, tetapi namamu telah banyak dipuji
dan dipuja orang. Bukan saja karena kelihayanmu, tetapi karena sepak terjangmu
yang suka menolong dan budiman itu yang banyak dihormati. Orang hingga aku
siorang tua bangka ini, merasa hormat padamu ! Marilah kita minum untuk
kehormatan itu !" seru Shin Kai Lolo sambil mengangkat mangkuk araknya
dihadapan Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu berdiri dan menghormat kemudian mengangkat mangkuknya
sambil tersenyum dan menyahut dengan kata-kata menghormat pula.
"Kau orang tua kelewat memujiku!" seru Tong Kiam Ciu.
"Hee. . . hee. . . hee kau terlalu merendahkan diri arak muda !" sambung nenek
itu setelah selesai meneguk araknya kemudian tampik dia memperhatikan
sesuatu dan berseru dengan suara berubah nadanya Hemmm, kita kedatangan
tamu lagi. Hei tamu ! Jika kau ada urusan mengapa tidak segera datang saja
kemi !" seru Shin Kai Lolo dengan memandang ke suatu arah.
. 15 Semua yang hadir di tempat itu berhenti berbicara dan tertawa, mereka
berusaha mendengarkan sesuatu, kemudian Tong Kiam Ciu telah meloncat dan
menghormat kepada orang-orang tua didekatnya.
"Biarkan aku pergi dulu untuk menyelidiki keadaan !" setu Tong Kiam Ciu.
kemudian seorang laki-laki yang bertubuh pendek dengan wajah seram dan
alisnya tebal kaku serta hidungnya yang besar. Orang itu bernama Ho Beng
wakil ketua Ouw-ki-pang tahu-tahu telah berdiri dan beranjak kedepan
"Tong siauwhiap! Aku juga turut! Aku dari sebelah kanan dan kau kesebelah
kiri" seru Ho Beng sambil melangkah keluar dari ruang pesta itu.
Setelah sampai diluar mereka berpisah, Tong Kiam Ciu membelok kekiri,
sedangkan Ho Beng kesebelah kanan Suasana diatas geladak kapal layar itu
seketika menjadi sepi. Hanya terdengar suara angin berhembus dan gerakan air
membentur lambung perahu.
Tong Kiam Ciu memanjat tiang layar, dari atas dia memandang kebawah
memeriksa keadaan perahu itu, Tetapi sampai sebegitu jauh Tong Kiam Ciu tidak
melihat ataupun mendengar suara apa-apa yang mencurigakan.
Apakah Shin Kai Lolo salah mendengar karena terlalu banyak minum?" pikir
Tonn Kiam Ciu. Ia lekas-lekas turun tangan dan ketika tiba diatas geladak dia sangat
terperanjat ketika dihadapannya terlihat Shin Kai Lolo telah berada di tempat itu
dengan tiba-tiba dan sama sekali tidak mengeluarkan suara.
"Angkatan tua, mengapa kau juga turut keluar?" tegur Kiam Ciu.
"Hehehe kau masih terlalu muda dan belum berpengalaman. Kita dalam
keadaan begini harus hati-hati . . " sambung Shin Kai Lolo dengan suara setengah
berbisik. "Ya . . " sahut Kiam Ciu.
"Apa kau tidak melihat sesuatu?" bisik Shin Kai Lolo sambil melirik ke sekitar
tempat itu. "Tidak" jawab Kiam Ciu sambil mengerutkan keningnya
"Rupa-rupanya kau juga dalam kesulitan?" tegur Shin Kai Lolo.
. 16 "Biasa saja, kesulitan yang mana?" jawab Kiam Ciu gugup.
Nenek itu tersenyum mendapat jawaban Kiam Ciu. Tetapi senyuman itulah
justru yang membuat hati Kiam Ciu jadi gelisah.
"Kau masih muda dan belum berpengalaman, kau harus berhati-hati dalam
keadaan ini . ." bisik Shin Kai Lolo mengulangi kata-katanya tadi dan tersenyum.
Kiam Ciu memandang wajah nenek itu kemudian dia menarik kesimpulan
bahwa Shin Kai Lolo hanya mempermainkan dirinya, atau memang terlalu
banyak minum arak? "Memang aku dalam kesulitan, aku mencari seorang musuh besarku sampai
sekarang belum dapat kuketemukun.. ." bisik Kiam Ciu.
"Hah?" sahut nenek itu sambil memandang kearah Kiam Ciu.
"Ya, benar aku telah berusaha untuk mencari musuh besarku itu hampir
selama satu tahun, tetapi sampai saat ini belum juga kuketemukan. Karena.. . . . . "
sambung Kiam Ciu terputus lagi.
"Karena apa ? Siapakah musuh besarmu itu?" tanya Shin Kai Lolo.
Sambil menunjuk kearah bulan Kiam Ciu menyahut.
"Menurut suhuku Pek-hi-siu-si, bahwa musuh besarku itu bernama Ciam
Gwat" sahut Tong Kiam Ciu.
"Hem, Ciam Gwat ? Dia sangat sukar dilihat orang. Hanya beberapa jago silat
saja yang pernah melihatnya, ilmu silatnya sangat lihay.. ." sambung Shin Kai
Lolo tampak sebaris guratan asam di wajah nenek itu.
Tetapi Kiam Ciu mendesaknya. Pemuda itu merasakan, seolah-olah Shin Kai
Lolo pasti telah mengetahui rahasia musuh besarnya itu.
"Angkatan tua apakah kau kenal atau telah pernah mengenalnya?" tanya
Kiam Ciu mendesak dan berharap.
"Ya." jawab nenek itu sambil mengangguk.
"Lalu." sahut Kim Ciu tak sabar.
. 17 "Kau sebenarnya hampir menemuinya. Kau telah mendapat suatu alat untuk
menemukan musuh besarmu tetapi karena kau belum mengenalinya maka
kesempatan itu telah kau lepaskan berlalu saja!" Shin Kai Lolo menjelaskan.
Justru karera keterangan itulah maka Kiam Ciu bertambah penasaran.
Pemuda itu bertambah gelisah. Mengapa nenek itu mengatakan bahwa dia telah
mendapat jalan dan mendapat kesempatan yang baik sekali untuk menjumpai
Ciam Gwat, yang mana kesempatan itu Yang mana jalan itu? Semuanya itu
membuai hati pemuda itu bertambah gelisah saja.
Gurunya sama sekali tidak memberikan gambaran orang yang sedang
dicarinya itu. Baik wajahnya, bentuk tubuhnya maupun kelihayannya. Dia hanya
mengenal namanya saja. Itupun nama gelar musuh besarnya itu saja dan sama
sekali dia tidak mengenal wajahnya maupun ketangguhan orang yang akan
dihadapinya itu. Kiam Ciu bertambah bingung dan mendongkol dengan keterangan Shin Kai
Lolo tadi. Kau hampir menemukannya, kau telah mendapat jalan ! Semuanya itu
menggelisahkan hatinya. "Angkatan tua, jika aku telah menemukan jalannya Maka beritahukanlah
padaku keterangan-keterangan yang jelas agar aku dapat menemukan Ciam
Gwat dengan cepat. Aku akan merasa sangat berterima kasih padamu", kata
Kiam Ciu memohon dan menghormat nenek itu.
Sesaat lamanya Shin Kai Lolo terdiam. Nenek itu memejamkan matanya,
kemudian terdengar helaan nafasnya, sikapnya kini telah berubah syahdu.
"Ciam Gwat adalah seorang pendekar yang berwatak aneh dan keji. Karena
barang siapa yaug telah melihat wajahnya maka orang itu akan binasa
ditangannya, maka aku . . ." kata-kata Shin Kai Lolo terputus, nenek itu menghela
nafas sejenak. "Maka bagaimana ?" desak Kiam Ciu dengan perasaan tidak sabar.
"Hem, aku tidak ingat lagi pada tahun apa saat itu. Aku pernah sangat
membencinya saat itu, dia adalah seorang yang sangat ajaib dan saat itu benar
aku tidak dapat berbuat apa-apa terhadapnya. Namun aku masih dapat
memberikan sedikit petunjuk kepadamu, jika seandainya dia berhasil kau cari
. 18 dan lagi dia sudi mengatakan bahwa dia itu adalah Ciam Givai, maka pada saat
itulah kau akan mengetahui bagaimana sifatnya dia!" seru Shin Kai Lolo
merangkak, kemudian nenek itu memandang Kiam Ciu sejenak dan menarik
napas. Suasana sesaat lamanya menjadi hening, mereka berdua terdiam sedang
air telaga masih terus berombak dengan tenang karena hembusan angin
perlahan, sedangkan bulan masih timbul tenggelam diselubungi oleh mega di
langit. Bintang-bintang berhamburan dan hawa terasa sejuk, suara angin
menghembus tali temali menimbulkan suitan-suitan panjang seolah-olah
bagaikan rintihan. "Apakah ka n peria', dengar rentang Kim leng Ji-*u ?" tanya nenek nu sambil




menian daug wajah Kiam ( 'm
"Angkatan tua. bukankah kau pada waktu dua puluhan tahun silam telah
banyak dikenal dan dimalui di kalangan Kang-ouw, bersama dengan Kim-leng
Ji-su ?" sambung Kiam Ciu ganti menanya.
Mendengar kenyataan jawaban Kiam Ciu itu, maka nenek itu mengangguk
dan tersenyum. Kemudian meneruskun berbicara lagi.
"Pada sekira dua puluh tahun yang silam, dia tinggal di sebuah tempat di
propinsi Yun-nan dutas puncak Jit Tiauw Hong di pegunungan Tiam-cong-san.
Mungkin juga saat ini dia masih tinggal ditempai itu. Kim-leng Ji-su terpaksa
tinggal seorang diri dan terpencil ditempai yang sepi itu juga disebabkan oleh
Ciam Gwat. Jika kau telah berhasil dapat menjumpai Kim-leng Ji-su maka kau
akan mendapatkan keterangan yang jelas tentang keadaan dari siapa adanya
Ciam Gwat itu" Shin Kai Lolo menerangkan dan memberikan sedikit gambaran
betapa pengaruh yang tidak baik pernah disebarkan oleh Ciam Gwat di kalangan
Kang-ouw. Tong Kiam Ciu setelah mendengar keterangan itu lalu menarik napas
panjang. Dia merasakan bingung dan penyesalan yang mana dia harus menepati
sebuah janjinya kepada sinenek di lembah Si kok. Juga dia harus berbuat sesuatu
untuk segera menemui Kim-leng Ji-su di puncak Jit-tiauw-hong. Dua masalah
yang mempunyai arti besar bagi hidupnya. Yang satu sebuah janji dan yang
satunya lagi untuk keperluan pribadi.
. 19 Sebenarnya semuanya untuk kepentingan pribadinya juga kelakuannya.
Demi kepuasan dan tercapainya apa yang dimauinya. Untuk kepentingan pribadi.
Tetapi sama beratnya dan diatur seluruhnya agar dapat dilaksanakannya
semua. Dalam keadaan sepi dan tenang lenggang itu, tiba-tiba Shin Kai Lolo
mengerutkan kening dan sambil memutar wajahnya kearah Kiam Ciu dia
bertanya. "Barusan apakah kau tidak mendengarkan sesuatu yang laur biasa !" tanya
Shin Kai Lolo dengan suara berbisik.
Tong Kiam Ciu menggelengkan kepala, kemudian dia mencari-cari pula kalau
matanya menemukan sesutu pemandangan luar biasa atau mencurigakan Tong
Kiam Ciu merasa heran dengan kecepatan Ho Beng menghilang. Bahkan sampai
saat itu dia belum melihat kelebatan Ho Beng yang katanya akan menyelidiki
keadaan tadi ketika bersama-sama keluar dari ruang pertemuan. Tetapi Kiam
Ciu sampai saat ini sama sekali belum melihat bayangan Ho Beng. Maka mata
Kiam Ciu mengamati ke tempat-tempat gelap dibalik-balik bayangan kalau-kalau
melihat sesuatu bayangan maupun hal-hal yang patut dicurigai.
"Aku sudah menduga kalau Ho Beng itu bukanlah seorang jujur. Oh, celaka
ayolah kita cepat-cepat memberitahukan kepada kawan-kawan kita !" seru Shin
Kai Lolo dan tampaklah nenek itu gugup.
Begitu telah selesai dengan kata-katanya itu maka Shin Kai Lolo dan Kiam
Ciu segera pergi meninggalkan tempat itu menuju kearah ruangan pesta. Tetapi
mereka tertahan sejenak, karena dikejutkan oleh sebuah bayangan yang bersifat
mengejek. "Sayang sudah terlambat ! Ha ha ha ha !" suara itu menggelegar bagaikan
guruh yang menggoncangkan bumi.
Tong Kiam Ciu terperanjat, pemuda itu menahan langkahnya dan melihat
keadaan sekitarnya. Dia berusaha menemukan bayangan atau orang yang telah
melontarkan kata-kata yang mengejeknya itu.
Ketika kabut diatas telaga itu tersibak tertiup angin dan tampaklah sebuah
perahu besar yang berjarak kira-kira hanya tiga puluh meter jauhnya dari kapal
. 20 Ouw Hin Lee. Diatas tiang mengintai tampaklah seorang laki-laki bertubuh tegap
dan kuat. Oraag itu tengah mengamati kearah Tong Kiam Ciu.
Tidaklah pangling lagi Kiam Ciu, bahwa orang yang mengintai dan tadi
melontarkan ejekan itu adalah Kwi Ong. Kwi Ong yang berhaii kejam dan jahat
itu. Kemudian melihat pula Ho Beng wakil ketua partai Ouw-ki-pang. Menurut
keterangan Shin Kai Lolo bahwa Ho Beng telah berkhianat kepada partainya dan
memihak kepada Kwi Ong. Dia telah sampai hati untuk membunuh serta akan
meracuni semua tokoh-tokoh yang sedang dijamu oleh Ouw Hin Lee kemudian
akan membinasakan orang-orang dari partai Ouw-ki-pang dan partai Kim-sai.
Maka Tong Kiam Ciu segera melompat kearah kapal Kwi Ong dan akan
menyerbu orang-orang yang akan berbuat tidak baik itu. Sedangkan Shin Kai
Lolo telah lari masuk kedalam ruang pesta untuk bertindak dan menyelamatkan
mereka yang berada didalam ruang pertemuan itu,
Kapal layar besar milik Kwi Ong lelah merapat pada kapal layai milik Oow
Hin Lee, Sedangkan Kiam Ciu telah berada diatas dek kapal Kwi Ong, maksudnya
akan membinasakan Kwi Ong dan menghajar Ho Beng. Tetapi begitu Kiam Ciu
tiba diatas dek kapal tampaklah air telaga berbuih.
Ternyata dari buihan itu kemudian tampak warna merah darah. Ternyata Ho
Seng telah mulai membantai orang-orang dari partai kim-sai dan orang-orang
dari partai Ouw-ki-pang. Ketika Kiam Ciu akan memanjat tiang magun, maka
tampaklah Kwi Ong telati meluncur dari tiang itu melayang kemudian mencebur
kedalam telaga. Menyaksikan hal itu maka Kiam Ciu segera terjun kedalam telaga pula untuk
mengejar Kwi Ong, kemudian akan membinasakan Ho Beng yang telah berlaku
tidak senonoh dan keji membantai orang-orang bekas anak buahnya sendiri. Ho
Beng berkhianat dan berpaling kepada Kwi Ong dengan maksud untuk
menduduki tahta kepemimpinan partai Ouw-ki-pang.
Kemudian Ho Beng rela dan sampai hati untuk merebut dari tangan
pemimpinnya sendiri. Pemimpin yang telah memberikan kemuliaan dan
kebahagiaan kepadanya selama puluhan tahun. Tetapi iblis lelah merasuki benak
. 21 Ho Beng maka semua kebaikan dan kemanusiaan telah dilupakannya. Yang
terngiang dibenaknya hanya bisikan iblis keji untuk merebut kedudukan.
Rupa-rupanya Ho Beng telah memberikan isyarat siap untuk membinasakan
orang-orang perkumpulan dari partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang. Maka Kwi Ong
telah mengerahkan anak buahnya dari suku bangsa Biauw untuk dengan diamdiam menggasak orang-orang dari kedua partai yang sedang lengah dan
berpesta diatas kapal Ouw Hin Lee itu.
Hati Kiam Ciu menjadi sangat gusar dan benci sekali dengan orang yang
berhati curang dan khianat. Maka ketika dia melihat Ho Beng berkelebat
meloncat naik keatas kapal Kwi Ong, kembalilah kemarahan pemuda itu meluapluap Dia telah mengerahkan ilmu Ceng-teng-pa-cui atau capung melompat dari
permukaan air. Langsung Kiam Ciu melompat kearah perahu Kwi Ong.
Namun kelebatan tubuh pemuda itu terlihat oleh Kwi Ong. Segeralah orang
kejam itu membentak dan mengirimkan serangan tangan mendorong kearah
tubuh Kiam Ciu yang tengah melayang.
"Kiam Ciu mengapa kau tergesa-gesa merat !?" bentak Kwi Ong.
Dalam pada itu Kiam Ciu telah melesat, tubuhnya telah melayang diatas
geladak perahu Kwi Ong. Tanpa menduga datangnya serangan itu, maka ketika
dirasakan angin pukulan yang mendampar tubuhnya, Kiam Ciu tidak sempat lagi
mengelak. Maka tiada ampun lagi tubuhnya telah terkena hembusan tenaga
pukulan yang hebat sekali.
"Hait!" terdengar seruan Kiam Ciu. Tetapi pemuda itu tidak berdaya dan tidak
dapat mengegosi serangan Kwi Ong. Maka ketika Kiam Ciu telah menginjakan
kakinya diatas papan geladak segeralah terjatuh.
Tubuhnya terasa bagaikan dicopoti tulangnya. Dengan tubuh hancur pemuda
itu jatuh terduduk dan lunglai Semangatnya telah hilang dan napasnya jadi
sesak sekali, Sebentar kemud an dia telah memuntahkan darah kental berwarna
hitam. "Celaka. iblis itu lelah meracuniku." pikir Kiam Ciu.
. 22 "Hahaha anak kemarin sore yang berlagak mau berbuat apa kau dihadapan
tuan besarmu ini hah?!" seru Kwi Ong yang tiba-tiba telah berada didebat Kiam
Ciu. Begitu juga beberapa orang dari partai bangsa Biauw itu telah berdiri
mengepung tubuh Kiam Ciu. Juga dalam deretan orang-orang itu Kiam Ciu telah
ada beberapa orang yang dikenalnya, misalnya Pa Nu dan begitu juga si
penghianat hidung besar Ho Beng juga berada ditempat itu.
Kiam Ciu tidak dapat berbuat apa-apa karena tubuhnya terasa sangat lemah.
Karena dia tidak berhasil juga mengejarkan ilmu Bo-kit-sin-kong untuk
menghalaukan pengaruh pukulan beracun Kwi Ong.
Pemimpin suku bangsa Biauw itu tertawa dengan bangga dan memandang
rendah diri Kiam Ciu. Panas sebenarnya hati pemuda itu diperlakukan seperti
itu, namun apa boleh buat dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Hanya terdengar
kekuatan gigi-gigi pemuda itu pertanda menahan amarahnya. Kwi Ong juga
mengagumi sikap gagah pemuda itu.
"Kwi Ong, Bukankah kau datang di telaga ini akan mencari kitab pusaka Pekseng Ki-su ? Peta tempat penyimpanan kitab pek-seng itu berada ditanganku !"
seru Kiam Ciu. Mendengar keterangan Kiam Ciu itu akhirnya Kwi Ong berpikir juga:
"Tanpa peta pek-seng itu akan takkan dapat menemukan kitab pek-seng kisu. Maka aku harus merebut peta itu terlebih dahulu dari Kiam Ciu".
Ia telah mengetahui bahwa kitab pusaka pek-seng ki-su tersimpan disekitar
telaga Ang-tok-ouw, maka dia telah memimpin orang-orangnya ke telaga itu. Dia
telah bersekutu dengan Ho Beng pembantu Ouw Hin Lee itu yang berambisi
untuk menjadi pemimpin dan merebut kedudukan Ouw Hin Lee. Kwi Ong telah
menjanjikan untuk membantu Ho Beng merebut kedudukan ketua partai Ouw-kipang.
Sebelum Kwi Ong turun tangan maka dia sempat mengetahui pula
bagaimana partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang menggempur partai Kong-tong
diatas telaga Ang-tok-ouw itu.
. 23 Selelah Kwi Ong memperhitungkan bahwa dia mampu untuk menggempur
dua partai itu dan mendapat bantuan pula dari dalam ialah Ho Beng yang telah
berpaling itu. Maka Kwi Ong segera memimpin anak buahnya untuk menyerbu
partai Kim-sai dan Ouw-ki-pang
Kini setelah dia berada di telaga Ang-tok-ouw dan telah membinasakan
banyak orang2 dari partai baik Ouw-ki-pang maupun dari partai Kim-sai dan kini
telah berhadapan dengan Kiam Ciu lagi. Maka kini dia akan mengambil jalan
terdekat dan termudah untuk menemukan kitab Pek-seng-ki-su. Setelah dia
pikirkan lebih dalam maka dia harus dapat merebut peta Pek-teng yang kini
disimpan oleh Kiam Ciu. Maka kini dia tertawa sendirian, hingga menimbulkan kengerian dihati orangorang yang berada disekitarnya. Karena tawa pemimpin suku bangsa Biauw itu
sangat seram dan bergidikan bulu kuduk siapapun yang mendengarkannya.
"Kiam Ciu jiwamu berada ditanganku, sedangkan peta pek-seng di tanganmu
hayo sekarang serahkan peta itu kepadaku !"seru Kwi Ong dengan wajah seram
dan mata melotot. Namun Kiam Ciu yang kini tidak berdaya dan seluruh tubuhnya lemah itu
tetap tenang. Dia memandang kearah mata Kwi Ong Kemudian tersenyum,
sebenarnya Kiam Ciu ingin bangun, tetapi tidak berhasil.
"Kau dapat mengambil sendiri didalam saku bajuku! "seru Kiam Ciu.
Kwi Ong melangkah maju mendekati Kiam Ciu Kemudian merogoh saku
jubah pemuda itu. Didalam saku jubah itu dia menemukan beberapa lembar
kertas yang bertuliskan huruf-huruf indah, kemudian selembar kertas kosong.
Sama sekali Kwi Ong tidak menemukan selembar peta didalam saku baju luar
maupun pakain dalam Kiam Ciu.
Ketua suku bangsa Biauw itu sangat marah dan merasa dirinya
dipermainkan dan perolok-olokan oleh Kiam Ciu. Maka segeralah ia membentak.
"Kurang ajar kau mempermainkan aku. Mana peta Pek-seng!" gertak Kwi Ong
dengan bergusar hati dan sambil merenggutkan leher baju Kiam Ciu menatap
wajah pemuda itu dengan mata melotot.
. 24 Saat seperti itu dan dalam keadaan yang tidak berdaya itu, maka ibaratnya
nyawa diujung rambut, Dia telah jatuh ditangan dan dalam cengkeraman siiblis
itu. Maka sekali ini Kwi Ong membalikan tangan dan matilah Kiam Ciu.
"Peta Pek-seng berada ditanganmu, hanya saja kau belum mengetahui
caranya untuk melihat peta itu, Peta itu harus dibaca secara rahasia membaca
dan melihat peta itu oleh Gan Hua Liong telah dijelaskan kepadaku. Maka hanya
aku seoranglah yang dapat mengerti peta Pek-seng itu. Untuk menemukan
tempat kitab Pek-seng ki-su maka kau mencariyapun harus dengan aku" jawab
Kiam Ciu menjelaskan. Tong Kiam Ciu benar-benar telah berada ditangan Kwi Ong. Nyawanya
tinggal bergantung diujung rambut maka dia harus memutar akal untuk
mengulur waktu agar dia dapat selamat. Karena dia akan merasa penasaran
serta khawatir binasa dalam keadaan tugas-tugasnya belum dilaksanakan
semuanya. Maka dia berusaha untuk menyelamatkan diri dan mencari dayaupaya bagaimana caranya untuk membebaskan diri dari cengkeraman tangan
siiblis Kwi Ong itu. Kwi Ong yang keranjingan ingin menguasai dunia persilatan dan dia
berkeyakinan bahwa dengan memiliki kitab pusaka Pek-seng-ki-su itu berarti
dia akan mempunyai kesaktian yang langka diatas jagad ini. Maka dia berusaha
keras untuk dapa merebut kitab itu.
Maksud semula dia akan membunuh Kiam Ciu, karena dia yakin kalau
pemuda itu tetap hidup kelak akan membuat kacau keadaan. Kiam Ciu menurut
pandangan Kwi Ong kelak kalau dibiarkan hidup akan banyak mengacaukan
keadaan dan mungkin akan menyulitkan dirinya sendiri. Maka lebih haik
dibinasakan saja ! Namun ketika disadarinya, bahwa dia masih membutuhkan
tenaga pemuda itu untuk menunjukkan tempat penyimpanan kitab Pek-seng-kisu maka untuk sementara terpaksa dia membiarkan Kiam Ciu hidup. Lagi pula
menurut perhitungannya, bahwa Kiam Ciu sudah tidak berdaya untuk dapat
melarikan diri lagi. Akhirnya Kwi Ong berkesimpulan untuk pergi meninggalkan
telaga Ang-tok-ouw dan mencari kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Maka dia berseru
kepada Ho Beng. . 25 "Untuk sementara waktu, aku mengangkat kau sebagai wakilku. Aku telah
mengambil keputusan untuk mencari kitab Pek-seng-ki-su dan mempergunakan
si jahanam Kiam Ciu itu untuk mencarinya, Maka kini untuk sementara kau
bawalah dia keruang bawah, sementara itu kita mengubah haluan!"seru Kwi Ong
dengan sikap memerintah. Beberapa saat kemudian Ho Beng dan Pa Nu telah mengangkat tubuh Kiam
Ciu. Dengan cepat kedua orang itu telah membawa Kiam Ciu keruang bawah.
Disaksikan juga oleh Kim Ciu dan beberapa orang suku bangsa Biauw yang
berdiri ditempat itu. Adapun Kiam C'iu yang dalam keadan lemah dan tidak berdaya itu, sama
sekali tidak dapat berbuat apa-apa. Dia membiarkan saja segala apa-apa yang
yang dilakukan oleh orang-orang itu. Dia telah dibaringkan diatas lantai papan
pula di ruangan bawah. Kiam Ciu terlentang dan pikirannya kacau. Sama sekali
dia tidak berdaya dan tidak dapat berbuat apa-apa padahal dia harus
melaksanakan tugas-tugasnya yang masih terbengkalai, juga pada saat-saat
seperti itu dia teringat kembali kepada kedua orang tuanya, adiknya yang sangat
dicintai juga paman yang mennyintainya. Apakah mereka selamat atau telah
terkena racun ? Bingung pikiran pemuda itu, padahal dirinya sendiri masih
dalam keadaan tidak berdaya.
Dalam kegelisahannya itu, akhirnya dia menangkap suatu langkah halus
bagaikan tikus merangkaki mendekat. Kiam Ciu telah dapat membayangkan,
pastilah di bawah dan dalam ruangan yang gelap dan pengap itu banyak sekali
tikus buas dan kelaparan. Dia siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan
itu. "Tong Siauwhiap ! Tong Siauwhiap!" terdengar sebuah bisikan dari arah
kegelapan. Kiam Ciu membuka mata dan mengamati ke tempat itu. Lama-lama
tampaklah bentuk tubuh dan ketika orang itu mendekati dan menghampiri Kiam
Ciu maka jelaslah bahwa orang itu tiada lain adalah Pa Nu.
" Tong Siauwhiap, aku ini Pa Nu . . . Apakah kau sudah lupa ?" Aku pernah
bertemu denganmu dan pernah memberikan petuniuk untuk memasuki tempat
. 26 perangkap serta keluar dari perangkap dulu di Desa Sing-kiauw-cong. Bisik
orang itu berhati-hati sekali.
"Mengapa kau dalang kesini ? Apakah kau telah disuruh oleh Kwi Ong untuk
mengorek rahasia peta Pek-seng itu ?" tanya Kiam Ciu berbisik pula.
Sebenarnya saat itu kiam Ciu akan berbicara keras, tetari Pa Nu telah
memberikan isyarat dengan jari telunjuknya. Hingga Kiam Ciu menahan tekanan
suaranya. "Tong Siauwhiap, kuharap kau jangan salah mengerti. Aku akan datang untuk




menolongmu" Pa Nu berhenti sejenak dan menunggu reaksi Kiam Ciu.
"Aku dan Kim Ciu sangat mengagumi sifatmu yang luhur dan budiman Kau
hampir menjadi korban keganasan Kwi Ong karena kau membela Gin Ciu. Maka
kita telah bertekad untuk membalas budimu itu" sambung Pa Nu.
Ucapan-ucapan yang setengah berbisik itu diucapkan oleh Pa Nu dengan
khidmad. Maka ketika mendengar kata-kata yang meyakinkan itu percayalah
Kiam Ciu akan kata-kata Pa Nu.
"Sekarnnp aku berada dimana?" tanya Kiam Ciu berbisik kepada Pa Nu.
"Kau berada di ruang bawah dialas kapall.
Kwi Ong. Kini sedang berlayar menuju ke kota Pek-seng Kita pernah
menemukan kota yang hilang itu". jawab Pa Nu.
"Oh " sambung Kiam Ciu Sesaat suasana menjadi sepi, hanya mendengar
napas mereka yang teratur karena memang mereka sangat berhati-hati untuk
jangan sampai menarik perhatian para petugas orang-orang Biauw. Tiba-tiba
Kiam Ciu meraih lengan baju Pa Nu dan menariknya dekati benar dengan wajah
Kiam Ciu. Kiam Ciu berbisik
"Mengapa kau berusaha unluk menolongku? Aku tidak ingin melibatkan
dirimu dalam urusan ini. Menyingkirlah kalau perbuatanmu ini diketahui oleh
Kwi Ong, apakah kau tahu akibatnya?" bisik Kiam Ciu.
"Ya, aku tahu resikonya!" bisik Pa Nu.
"Perbuatanmu ini tidak ada artinya, kau hanya akan mengambil resiko saja!"
bisik Kiam Ciu dan berusaha akan mendorong Pa Nu.
. 27 Tetapi orang itu tetap nekad dan berbisik kepada Kiam Ciu.
"Apapun yang akan terjadi itu adalah resiko kami sendiri. Aku telah bertekad.
Kami merasa berhutang budi kepadamu ketika kau berusaha untuk menolong
jiwa Gin Ciu, untuk itu apakah seandainya kami juga akan menolong
membebaskan kau ? Lagi pula kami sangat menggantungkan harapan
kepadamu" bisik Pa Nu.
"Apakah harapan kalian itu ?" tanya Ki- am Ciu.
"Ya, kami merasa tidak betah lagi dibawah kekejaman Kwi Ong yang benarbenar bertambah mabuk kekuasaan dan kejam sekali" bisik Pa Nu.
"Oh . . " hela Kiam Ctu menarik nafas panjang.
"Namun untuk membinasakan Kwi Ong kami tidak mampu. Maka harapan itu
kudambakan atas dirimu dan kawan-kawanmu. Kami mengharapkan kelak Tong
Siauwhiap dapat membasmi Kwi Ong" bisik Pa Nu.
"Hem . ." sambung Kiam Ciu.
Tiba-tiba Pa Nu meloncat dan menyelinap ke tempat yang paling gelap dan
tersembunyi di balik tong-tong persediaan air. Tiada lama kemudian tampaklah
kelebatan bayangan mendekati Kiam Ciu.
"Tong siauwhiap !" bisik seseorang dari tempat kegelapan. Suaranya mirip
suara wanita. Tiada lama kemudian tampaklah bayangan itu menghampiri Tong
Kiam Ciu. Ketika jarak mereka berdekatan, barulah jelas terlihat oleh Kiam Ciu ternyata
orang yang baru dalang nu tiada lai,n adalah Kim Ciu. Gadis itu tampak
tersenyum, walaupun wajahnya tidak kelihatan jelas namun saat itu Kiam Ciu
terpesona juga melihat perubahan kecantikannya.
" Mengapa kau berada disini ?" tanya Kiam Ciu berbisik.
"Kau harus mengikutiku lari dari tempat ini ?" bisik Kim Ciu, "Suhu saat ini
belum membunuhmu, hanya karena kaulah yang mengetahui rahasia peta Pekseng itu. Jika suhu telah mendapatkan kitab Pek-seng ki-su pastilah kau akan
dibunuhnya ! Kau sekarang dalam keadaan terluka parah !"
. 28 Mendengar petunjuk itu Kiam Ciu tersenyum. Dipandanginya gadis itu
dengan penuh rasa terimakasih atas jerih payahnya. Tetapi kemudian wajah
Kiam Ciu tampak hampa. Tampaknya pemuda itu sama-sekali tidak mempunyai
hasrat untuk melarikan diri.
"Terima kasih atas jerih payah dan kebaikan budimu" jawab Kiam Ciu.
"Tetapi Tong siauwhiap harus turut kami keluar dari tempat ini!" bisik Kim
Ciu. Kiam Ciu sejenak memandang kearah gadis itu. Kemudian tampaklah wajah
pemuoa itu tegang, akhirnya tersenyum.
"Aku tidak dapat lari, tidak dapat mengikuti anda keluar dari tempat ini.
Karena aku memang tidak mau untuk lari. Aku telah bertekad untuk.. ." jawab
Kiam Ciu serius. Tiba2 Kim Ciu menggerakkan jari-jemarimya menotok jalan darah bagian
leher pemuda itu. Bertepatan dengan itu pula, tampaklah kelebatan Pa Nu
mencegah perbuatan Kim Ciu itu.
"Sumoi tahan! Mengapa kau menotok jalan darah Tong Siauwhiap ?" seru Pa
Nu sambil menampel tangan yang sedang menotok.
Numun Pa Nu terlambat beberapa saat lamanya, tampaklah Kiam Ciu telah
tidak berdaya. Karena totokan jalan darahnya itu, tbuh Kiam Ciu jadi lumpuh dan
lemah. Setelah Kim Ciu hilang dari rasa terkejut karena kedatangan Pa Nu yang telah datang dengan tiba-tiba itu. Maka segeralah gadis itu menjawab.
" Aku terpaksa menotok jalan darah bagian leher yang melumpuhkan. Karena
aku harus dapat membawa dia keluar dari tempat ini aku tidak dapat melihat
dia binasa ditangan suhu!" bisik Kiam Ciu menjelaskan.
Pa Nu berpikir sejenak kemudian mengangguk-anggukan kepala dan berkata.
"Betul. kita harus membawa Tong-siauwhtap keluar dari tempat ini!"
sambung Pa Nu menyetujui sikap Kim Ciu.
"Tidak!" seru Kiam Ciu. "Aku tidak mau dibawa keluar dari tempat ini. Aku
sangat berterima kasih kepada kalia,n tetapi aku telah luka parah dan tak dapat
. 29 melarikan diri. Jika kalian ingin menolongku, tolonglah untuk menyembuhkan
luka dalamku!" seru Kiam Ciu wajahnya masih tampak pucat dan berkeringat.
Sesaat kemudian tampaklah Kim Ciu mengambil sebutir pil dari sakunya dan
langsung dimasukan kedalam mulut Kiam Ciu tanpa ragu-tagu.
"Pil ini adalah buatan suhuku sendiri, maka aku yakin bahwa setelah Toug
siauwhiap menelannya akan segera sembuh," bisik Kim Ciu yakin.
Suasana sangat tenang, diluar telah terdengar gemuruhnya air hujan dan
angin yang berhembus kencang. Hingga dengan demikian untunglah keadaan
mereka itu. Karena gemuruhnya suara air hujan dan desauan angin maka segala
pecakapan antara Tong Kiam Ciu dan Kim Ciu maupun dengan Pa Nu tidak dapat
terdengar oleh para penjaga.
Tiba-tiba terdengar suara terompet panjang, terompet yang terbuat
daritanduk kerbau itu kedengaran melengking dan meliuk-liuk mencurigakan
iramanya. "Sumoi, suara apakah itu ? Lebih baik kita keluar saja dari tempat ini! Untuk
menjaga jangan sampai terjadi sesuatu" seru Pa Nu.
Sementara itu tampaklah Kiam Ciu telah dalam keadaan tertidur. Setelah dia
makan pil obat, keringat masih tampak membintik di wajahnya Kim Ciu
memandang wajah pemuda itu sesaat lamanya. Kemudian menghapus keringat
yang membasahi wajah pemuda itu.
"Baiklah" kita tinggalkan dulu Tong siauwhiap, setelah dia istirahat sejenak,
kukira dia akan berangsur menjadi baik" bisik Kim Ciu.
Sementara iiu diatas geladak kapal Kwi Ong terjadi kegaduhan suara orang
ribut dan berlari-lari kesana-kemari, walaupun di luat air hujan lebat sekali.
Namun kegaduhan itu terdengar tidak mereda bahkan bertambah ramai.
Tidak lama kemudian nampaklah Kim Ciu telah turun dan masuk kedalam
ruang dimana Kiam Ciu menggeletak. Pemuda iyu terbangun dan menggeliat
dirasakan pernapasannya serta tenaganya telah pulih kembali. Banyak
perobahan yang dirasakannya, dia merasa bersyukur.
Ketika Kim Ciu tiba ditempat itu dan menghampiri Kiam Ciu. maka pemuda
itu telah membuka matanya dan tersenyum kearah Kim Ciu.
. 30 "Tong siauwhiap, bagaimana peraaanmu ?" tegur Kiam Ciu.
"Terima kasih atas batuan dan pertolonganmu, Aku sudah banyak kemajuan
kini" bisik Kiam Ciu menjawab.
"Rupa-rupanya kapal akan segera merapat ketepian. Kita akan segera tiba
dikota Pek-seng. Diluar hujan turun sangat lebatnya, angin topan sedang
mengganas. Kulihat pula beberapa orang tokoh tua berada diatas telaga Angtok-ouw dengan tiga buah kapal besar mengejar kapal ini." bisik Kim Ciu
bersungguh-sungguh. "Oh . . ." bisik Kiam Ciu.
"Kulihat Tie-kiat-su-seng, Eng Ciuk Tay su, Siok-soat Shin-ni bahkan seorang
yang berwajah aneh yang kudengar bernama Kun-si Mo-kun telah berhasil
mendesak suhu. Ilmu silat orang tua itu sangat lilay dan aneh, ternyata dapat
menandingi ilmu suhuku. Dia menuntut kepada suhu agar suhu membebaskan
Tong siauwhiap. Aku telah mencuri obat-obatan ini dari tempat suhuku
menyembunyikannya. Nah. makanlah obat ini dan aku yakin kau akan segera
sembuh !" bisik Kim Ciu sambil menyodorkan sebuah benda berbentuk tabung
dan didalamnya tersimpan obat-obatan.
Tong Kiam Ciu menerima penberian gadis itu, sesaat lamanya memandangi
benda itu. Kemudian memakannya
"Terima kasih atas perhatian dan pertolonganmu, Jika aku dapat keluar dari
kapal ini lalu bagaimana kau nanti ?" tanya Kiam Ciu ragu dan tampak kuatir.
"Aku ikut kau, karena perbuatanku mencuri obat-obatan ini serta menolong
membebaskan Tong siauwhiap ini adalah suatu pelanggaran yang besa r dan
tak mungkin dapat diampuni lagi. Maka kalau Kwi Ong dapat mengetahuinya aku
akan dibunuhnya" jawab Kiam Ciu.
Belum lagi selesai dengan kata-katanya tiba-tiba terdengar sebuah tertawa
yang sangat keras dan mengejutkan. Begitulah kedunya terperanjat
mendengarkan suara tawa yang mengguntur itu. Tapi semuanva itu segera
berlalu. Kiam Ciu maupun Kim Ciu telah dapat menguasai diri lagi.
. 31 Ketika diperhatikan oleh Kiam Ciu ternyata orang yang baru datang itu tak
lain adalah Kwi Ong. Maka ketika Kim Ciu menyaksikan bahwa yang baru datang
itu adalah Kwi Ong, hatinya agak ragu-ragu tentang keselamatan Kun-si Mo-kun.
Apakah kakek aneh itu masih selamat, atau telah dapat dibinasakan oleh Kwi
Ong? "Hmmm, Perbuatanmu bagusus sekali Kim Ciu. Tetapi kau tidak mau
memperhitungkan terlebih dahulu, apa akibatnya atas perbuatanmu itu.. ."
damprat Kw Ong dengan suara serak dan mata melotot karera gusar.
"Akibatnya? Aku akan binasa ditanganmu ! Aku rela mati, paling banter
tebusannya atas perbuatan ini hanyalah maut" jawab Kim Ciu.
"Brakk !" terdengar gebrakan keras sekali.
Berbareng dengan itu terasalah kapal itu tergoncang sangat keras ternyata
kapal Kwi Ong itu bertabrakan dengan kapal lainnya.
"Bangsat! Mereka telah menabrak kapalku" seru Kwi Ong dengan suara
makian yang kasar dan melupakan keadaan Kiam Ciu.
"Brak ! Brak ! Brug ! Brug!" terdengar suara gaduh dan goncangan hebat tiga
kali, kemudian tampaklah dinding kapal itu pecah dan air telaga menyembur
kedalam ruang bawah. Semua benda-benda yang berada didalam ruang bawah itu telah terapung
dan suasana kacau balau. Mereka yang berada di tempat itu telah terbenam
dalam air, cepat sekali air telaga menyembur dan memenuhi ruangan itu, kapal
Kwi Ong lelah miring dan dengan cepatnya air telah memenuhi ruangan bawah.
Kiam Ciu juga tidak berdaya, entah bagaimana keadaannya saat itu. Dia telah
melupakan dan semuanya hilang lenyap dan dia tidak sadarkan diri. Tahu-tahu
dia telah berada di tepi telaga, dimulut sebuah gua.
Kiam Ciu bingung, dia telah berada di bagian yang mana ? Juga tidak terlihat
ada orang lain di tempat itu. Hanya terdengar suara burung berkicau jauh sekali,
kemudian terdengar sayup-sayup suara nyanyian yang sangat merdu sekali.
Suaranya sangat lembut dan menyayat hati iramanya.
. 32 Dimasuki lorong gua itu, ternyata lantai gua itu terdiri dari pasir putih dan
lembut sekali, terus saja Kiam Ciu memasuki gua sampai ke ujung sana dan
tampaklah mulut gua yang terang.
Ketika Kiam Ciu sampai depan gua matanya memandang ke suatu
pemandangan yang sangat mengagumkan, Seolah-olah suatu pertamanan yang
sangat subur dan teratur rapi sekali. Bunga-bunga tertanam dengan sangat
terawat. Pohon-pohon yang rata-rata pendek, serta saat itu sedang pada
berbunga. Kagum Kiam Ciu memandang semuanya itu.
Sebuah bangunan rumah mungil dan tampak sangat terawat. Kemudian
sebuah kolam yang airnya jernih dengan bunga teratai yang sedang
berkembang pula. Kiam Ciu perlahan-lahan melangkah memeriksa disekitar
tempat itu. Berkali-kali pemuda itu mengucuk matanya saking tidak percaya
dengan apa yang dilihatnya itu.
"Hem, apakah aku telah berada di surga?" pikir Kiam Ciu.
Sementara itu angin berhembus halus kali. Seolah-olah hanya membelainya.
Tercium bau harum sekali serta hawa yang sangat sejuk. Terdengar pula suara
merdu irama lagu yang dinyanyikan sangat enak sekali kedengarannya. Merdu
dan menyayat hati. Kiam Ciu melangkah dengan ragu-ragu mendekati tempat itu. Dari kejauhan
dia telah melihat bayangan sesosok tubuh yang ramping dan indah sekali. Pohon
rindang menghalangi sinar surva pagi itu. Dalam keremangan dan keteduhan
pohon-pohon yang rindang dan rapat ini tampaklah semuanya itu syahdu. Indah
dan mempesonakan hati. Keadaan itu tidak akan pernah berubah kalau tiada tangan manusia yang
akan mengusiknya. Juga tidak dihancurkan oleh kekerasan dunia. Indah dan
abadi. (Bersambung Jilid 9) . 33 . 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 9 W ALAUPUN itu tidak akan mungkin terjadi. Tetapi Kiam Ciu mengharapkan
semua itu tiada terusik. Maka dia sangat berhati-hati mendekati gadis yang
sedang menyanyi dan mencurahkan getaran kalbunya yang sedang dirundung
kesengsaraan. "Oh, mengapa gadis itu juga masih menyanyikan senandung duka ? Bukankah
semuanya yang berada disini serba damai dan indah? Kalau begitu apakah
benar menurut suhu Pek-hi-siu-si bahwa dunia ini penuh kepalsuan.. . " pikir Kiam
Ciu. Ketika itu Kiam Ciu telah berada sangaR dekat sekali dengan gadis yang
sedang menyanyi. Ketika gadis itu telah berhenti menyanyi dan memalingkan
wajahnya kearah Kiam Ciu. Pemuda itu sangat terpesona.
Gadis itu sangat cantik dan pakaiannya sangat indah, kecantikannya, belum
pernah dilihat oleh Kiam Ciu. Maka pemuda itu menganggapnya kecantikan itu
seperti bidadari. "Oh, apakah aku bermimpi ? Apakah dia seorang bidadari?" pikir Kiam Ciu
dengan pandangan penuh terpesona kearah gadis itu.
Tiba-tiba gadis itu melambaikan tangannya ke arah Kiam Ciu. Pemuda itu
ragu-ragu. Tetapi tempat itu tiada siapa-siapa, berarti yang dipanggilnya adalah
dia ! Karena belum yakin bahwa yang dipanggil itu dirinya, maka Kiam Ciu
menunjuk dirinya sendiri dengan ibu jari. Gadis itu menganggukkan kepala dan
tampak tersenyum. Hati Kiam Ciu bergetar.
Setelah sampai didekat gadis itu, Kiam Ciu menghormat dan membongkok
kearah gadis berwajah sayu itu.
"Apakah siocia yang menolong menyelamatkan diriku dari tangan Kwi Ong
yang kejam itu ?" tanya Kiam Ciu ingin penjelasan.
. 1 Tetapi gadis itu gelengkan kepalanya. Kemudian menyahut pertanyaan Kiam
Ciu dengan suara rawan kedengarannya.
"Tidak, aku tidak menolongmu. Kau terbawa oleh ombak telaga Ang-tok-ouw
dan terdampar di tepi telaga. Kemudian kau dengan tidak sengaja telah
memasuki sebuah gua sampai di tempat ini. Disinilah sebenarnya kota yang
bernama Pek-seng itu. Kota yang telah hilang itu. Tempat ini telah banyak
ditumbuhi semak belukar dan menjadi hutan lebat hingga lenyaplah bentuknya.
Sedangkan sebagian besar bangunan kota telah tertimbun tanah dan diatasnya
telah ditumbuhi pohon-pohon besar. Tinggallah bangunan yang saya tempati itu
satu-satunya yang tinggal" jawab gadis jelita yang berwajah rawan.
"Jadi lain-lainnya.. . apakah.. ." sambung Kiam Ciu gugup.
"Ya, aku tinggal ditempat ini seorang diri. Aku juga semula mencari kitab
Pek-seng-ki-su. Ketika aku tiba ditempat ini, aku salah makan dedaunan dan
buah-buahan yang akibatnya aku menjadi terganggu pikiran serta tidak mampu
untuk meninggalkan tempat ini. Aku hanya dapat berjalan-jalan sebatas
pekarangan gedung ini, lebih dari itu aku tidak kuat lagi, tubuhku gemetar dan
cin-kiku saling berhantam bergolak" tutur gadis itu.
Tong Kiam Ciu memandang gadis itu dan mendengarkan kisahnya dengan
penuh perhatian. Lalu gadis itu melanjutkan kisahnya :
"Sekarang kau telah berada ditempat itu mungkin juga telah dikirimkan oleh
Tuhan Yang Maha Esa untuk menolongku. Apakah kau sudi menolongku?" tanya
gadis itu penuh harapan. Tong Kiam Ciu yang berjiwa luhur itu tampak tersenyum dan memandang
kearah wajah gadis dengan mata berseri.
"Tentu saja aku bersedia menolong siocia. Lalu dengan cara bagaimanakah
aku dapat menolongmu?" tanya Kiam Ciu.
Belum lagi gadis itu menjawab pertanyaan Kiam Ciu, tiba-tiba pemuda itu
telah teringat akan sesuatu yang penting.
"Oh.. maaf siocia. Apakah siocia ini cucunya Gan Hua Liong?" tanya Kiam Ciu.
. 2 Gadis itu terperanjat mendengar nama Gan Hua Lioag. Dengan mata terbeliak
gadis itu bertanya. "Darimana kau mengenal nama Gan Hua Liong itu? Sesungguhnyalah aku ini
memang cucu Gan Hua Liong, karena dia memang engkongku."
Tong Kiam Ciu akhirnya menjelaskan.
"Sebenarnya aku bermaksud datang untuk mencari Pek-seng. Engkohmu
telah meminta diriku untuk pergi kekota ini dan menolongmu. Aku sebelumnya
tak menduga bahwa dengan kehendak Tuhan aku dapat sampai kekota ini, kota
Pek-seng yang memang menjadi tujuan utamaku. Banyak jago-jago silat yang
telah datang dan menyatroni kuil Pao-yun-ta, mereka ingin merampas peta Pekseng dari tangan engkongmu. Aku telah menyaksikannya sendiri bahwa
engkongmu telah mempertahankan peta itu dengan mati-matian. Tetapi
akhirnya engkong mu bertemu dengan musuh yang lebih tangguh hingga
mendapat luka parah" belum sele sui cerita Kiam Ctu sunah terputus helaan
terkejut gadis itu. "Oh, lalu bagaimana keadaan engkong?"
"Saat itu, aku bermaksud menolongnya Tetapi beliau menolaknya. Malah
akhirnya peta Pek-seng diserahkan padaku. Hanya dipesankan padaku, aku
setibanya di kota Pek-seng di suruh mencari cucunya dan untuk menolong
membebaskan gadis itu. Akhirnya Gan Hun Liong.. ." belum lagi kata-kata itu
selesai, telah diputus lagi oleh gadis itu dengan tidak sabar.
"Hah ? Lalu bagaimana nasib engkongku ?" tanya gadis itu tak sabar.
"Sayang engkongmu keras kepala dan sama sekali menolak untuk kutolong,
akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Tetapi sayang pula peta Pekseng itu kini telah jatuh ketangan Kwi Ong ketua partai Biauw." jawab Kiam Ciu
berhati-hati. "Oh, aku merasa sangat sedih mendengar berita kematian engkongku, Aku
merasa sangat menyesal karena dulu aku sama sekali tidak mendengar katakata nasehatnya'' sambung gadis itu dengan wajah sayu.
. 3 Sesaat lamanya suasana menjadi sepi, hanya terdengar helaan nafas gadis
itu yang terdengar sangat keras. Kemudian gadis itu dengan suara yang sangat
dalam meneruskan kata-katanya :
"Aku sangat dimanjakannya. Aku telah diajarinya ilmu silat yang tinggi. Ketika
ternyata aku dapat memahami dan dengan cepat dapat menguasai ilmu-ilmu
silat itu, engkong sangat bangga. Bahkan suatu hari engkong mengatakan bahwa
aku sebenarnya dapat menjagoi dunia persilatan kalau aku dapat menguasai
ilmu silat Pek-seng-ki-su. Aku sangat berhasrat untuk menguasai ilmu silai dari
kitab Pek-seng-ki-su itu. Maka oleh kakek aku telah diberi tahu tempat
tersembunyinya kitab pusaka itu di kota Pek-seng. Sebenarnya aku dan engkong
akan berangkat bersama ke kota Pek-seng ini, tetapi mendadak kakek jatuh sakit
dan terpaksa keberangkatan ditunda. Aku tidak sabar lagi, maka akhirnya aku
berangkat sendiri. Akibatnya, karena kesembronoanku aku salah makan buahbuahan dan dedaunan hingga aku tertawan ditempat ini. Engkongku tidak dapat
datang ke tempat ini sebelum dapat menemukan sejenis buah dan akar Cu-sik,
setelah aku memakan buah dan akar itu barulah aku dapat terbebas dari
pengaruh ajaib itu" Kiam C'iu memandang kearah gadis itu, keningnya berkerut dan seolah-olah
dia sedang memikirkan suatu masalah yang paling pelik.
"Gan siocia, dengan jalan apakah aku dapat menolongmu ?" tanya Kiam Ciu
minta penjelasan. "Aku harus makan sejenis biji buah Cu-sik yang dapat memunahkan segala




macam racun dan guna-guna. Kemudian makan pula batang Lok-bwee-kimkeng. Tetapi kedua benda itu sukar dicari. Maka dari itulah engkongku tidak
sanggup untuk menolongku. Akupun mempunyai harapan kecil sekali atas
pertolonganmu." gadis itu merasa berkecil hati dan wajahnya yang sayu itu
berpandangan dengan sinar mata yang redup.
Tong Kiam Ciu sangat bergirang hati ketika mendengar gadis itu
menyebutkan nama batang pohon Lok-bwee-kim-keng.
Dengan keterangan gadis she Gan itu, kini tahulah Kiam Ciu mengapa Gan
Hua Liong ketika terkena racun dari Tok Giam Lo tidak mau ditolong dan disuruh
memakan akar Lok-bwee-kim-keng. Ternyata maksudnya bahwa akar batang
. 4 Lok-bwee-kim-keng itu agar diberikan kepada cucunya. Namun dia belum
sempat mengutarakan permintaan itu sudah keburu meninggal. Saking
girangnya Kiam Ciu hingga tidak dapat berkata-kata dan hanya memandang
gadis she Gan itu dengan sinar mata berseri-seri. Sekarang akar batang Lokbwee-kim-keng telah dipunyai, tinggallah dia mencari biji buah Cu-sik.
Menurut anggapan gadis she Gan itu, Kiam Ciu bingung dan bimbang. Sama
sekali tidak terduga kalau pemuda yang berada dihadapannya itu telah
mempunyai akar batang Lok-bwee-kim-keng.
"Yah.. begitulah keadaannya". Kukira kaupun tidak dapat menolongku seperti
juga engkongku. Aku sudah tertawan didalam pekarangan gedung ini selama
bertahun-tahun, sedangkan usiaku kini telah mencapai tiga puluh tahun lebih,
maka aku telah hampa kini memandang hidup ini, telah sepi dari segala-galanya.
Tetapi yang mengherankan diriku sendiri mengapa aku juga tidak dapat berbuat
nekad untuk bunuh diri atau bagaimana untuk mengakhiri penderitaan ini " gadis
she Gan itu menuturkan nasibnya dan keputusasaannya kepada Kiam Ciu.
Kiam Ciu memandang gadis itu dengan pandangan penuh belas asih.
Kemudian tersenyum dan menuturkan bahwa dia dapat menolong gadis itu.
"Gan siocia, seperti telah kukatakan tadi. Aku bersedia dengan segenap jiwa
ragaku untuk menolongmu. Kebetulan pula aku telah mempunyai akar batang
Lok-bwee-kim-keng. Hanya kini tinggal mencari biji buah Cu-sik." sambung Kiam
Ciu. Gadis she Gan itu tersenyum mendengar penuturan Kiam Ciu itu. Menyatakan
rasa terimakasih dan kemudian dia berkata lagi :
"Kitab pusaka Pek-seng-ki-su tersimpan didalam gedung yang indah itu. Aku
telah menemukannya dan menyimpannya baik-baik, maka jika kau telah berhasil
mendapatkan biji buah Cu-sik aku akan menyerahkannya kepadamu kitab itu,"
sahut gadis she-Gan dengan wajuh cerah penuh harap.
Tong Kiam Ciu adalah seorang petnuda yang berwatak jujur dan budiman
dia telah mengucapkan janjinya kepada Gan Hua Liong untuk menolong cucu
kakek malang itu. Maka walaupun dia tidak akan mendapat upahpun dia akan
menolong gadis itu. . 5 "Gan siocia, aku mengerti penderitaanmu dan ijinkanlah kini aku minta diri
dan akan mencari biji buah Cu-sik itu, Aku akan kembali lagi ketempat ini setelah
aku dapatkan buah Cu-sik" kata-kata Kiam Ciu itu diucapkan dengan suara sopan
dan berhati-hati. "Baiklah, sebelumnya aku mengucapkan terima kasih." jawab gadis she-Gan
itu dengan hormat sekali.
Kitab Pek-seng-ki-su yang menjadi rebutan dikalangan Kang-ouw itu yang
dipersamakan hebatnya dengan pedang Oey Liong Kiam, Sebenarnya adalah
ciptaan seorang tojin yang bernama Hong Siat Tan Su.
Tojin itu mempunyai watak yang sangat ganjil dan lagi lihay ilmu silatnya.
Selain dia memiliki kepandaian ilmu silat, juga mempunyai kemahiran dalam
ilmu ketabiban dan ahli dalam ilmu dedaunan, akar-akaran, biji-bijian dan
ramuan segala akar dan dedaunan untuk pengobatan. Ilmunya memang sangat
luar biasa dan langka. Ilmu pengobatannya sangat hebat dan mujarab.
Karena dia tiada pernah mengangkat seorangpun murid sebagai pewarisnya
segala macam ilmu yang dia punyai itu, maka akhirnya dia telah mencatat
segala ilmu silat dan ilmu ketabibannya itu dalam sebuah kitab yang diketahui
bernama Pek-seng-ki-su. Akhirnya usaha Tojin Hong Siat Tan Su untuk membukukan ilmunya itu
didengar oleh banyak tokoh-tokoh persilatan yang mengiler dengan kelihayan
ilmu kakek itu. Maka ketika Pek-seng-ki-su selesai ditulis, telah banyaklah tokoh
persilatan yang berusaha merebut kitab Pek-seng-ki-su dari tangan Hong Siat
Tan Su. Tetapi mereka dapat dijatuhkan oleh Hong Siat Tan Su dan banyak pula
yang telah binasa ditangan kakek itu. Akhirnya kalangan Kang-ouw menjadi
gempar dan karena kelihayan kakek itu tiada seorang yang berani mencoba
untuk merebut kitab Pek-seng-ki-su dari tangan yang punya.
Ketika tersiar kabar bahwa Tojin Hong Siat Tan Su telan meninggal dunia,
maka mulailah lagi orang2 persilatan berramai-ramai untuk mencari kitab
pusaka Pek-seng-ki-su. Karena memang mereka tidak akan mampu merebutnya pada waktu Tojin
itu masih hidup. Kini beramai-ramailah orang-orang di dunia Kang-ouw
. 6 memperebutkan kitab Pek-seng-ki-su. Bahkan mereka telah memperlombakan
pada pesta pertemuan orang-orang gagah dikalangan Kang-ouw yang lazimnya
diselenggarakan tiap sepuluh tahun sekali disebut Bu-lim-ta-hwee.
Tong Kiam Ciu telah bertekad untuk menolong gadis she Gan itu. Maka kini
dia telah minta diri untuk mencari biji buah Cu-sik. Gadis itupun telah
mengucapkan rasa terima-kasihnya atas perhatian dan kesediaan Kiam Ciu
untuk menolongnya. Jalan yang ditempuhnya kini berlainan dengan ketika dia memasuki tempat
itu. Tong Kiam Ciu telah memasuki rumah bangunan yang mungil dan indah itu,
kemudian keluar lewat belakang, setelah sampai diluar dia melihat sebuah
padang luas itu. Disepanjang perjalanan itu dia melihat tanaman-tanaman bunga
yang indah dan beraneka warna.
Kemudian sampailah dia disebuah hutan cemara itu barulah Kiam Ciu
melihat mulut gua, maka pemuda itu lalu memasuki gua itu. Tiada seberapa
lama telah tampak lubang yang memancarkan kearah matahari. Maka Kiam Ciu
menuju ketempat itu. Tiada begitu sulit untuk mencapai tempat itu. Ketika dia
telah dekat dengan tempat yang terang itu barulah dia mengetahui bahwa dia
telah sampai diujung gua yang merupakan pintu keluar.
Hawa terasa sejuk sekali, Kiam Ciu melangkah kepintu gua dan langsung
keluar. Ternyata dia kini telah berada di atas bukit yang tinggi. Bukit karang yang
bertebing curam. Tampaklah dari atas bukit itu permukaan telaga Ang-tok-ouw.
Kiam Ciu menghela napas panjang. Hatinya merasa lega karena telah dapat
keluar dari kota Pak-seng yang hilang itu. Namun alangkah terperanjat ketika
menyaksikan kearah tepian telaga Ang-tok-ouw. Ditempat itu banyak terlihat
orang yang sedang bergumul.
Ketika Kiam Ciu berada dekat sekali dengan orang-orang itu, Maka dia
bertambah terperanjat. Ternyata mereka itu tiada lain adalah Eng Ciok taysu
pemimpin partai persilatan dari Siauw-lim, Tie-kiam-suseng ketua partai silat
Tie Kiam, Siok Siat Shin-ni, Kun-si Mo-kun dan tidak dilihatnya Shin Kai Lolo, KukKiat serta ayah. ibu paman dan adiknya. Kiam Ciu cemas melihat ketidak hadiran
mereka itu. . 7 Kemudian Kiam Ciu menghampiri Kun-si Mo-kun dan menegurnya.
"Locianpwe, apakah kau tidak melihat orang-tuaku serta adikku Tong Bwee?"
tanya Kiam Ciu wajahnya keruh dan cemas.
"Oh, Tong siauwhiap syukurlah kau selamat. Kami telah merasa khawatir
karena kau jatuh ketangan Kwi Ong yang telengas itu. Sungguh aku merasa
bersyukur kau tidak kurang suatu apa". kata Kun-si Mo-kun dan tampaklah
wajahnya berseri=seri dan menyandak lengan Kiam Ciu dan digoncanggoncangkannya sambil tertawa gembira.
Bertepatan dengan itu tampaklah Shin Kai Lolo telah tiba ditempat itu
bersama dengan muridnya ialah Teng Siok Siat. Ketika nenek itu menyaksikan
Kui-si Mo-kun berhadapan dan sedang berbicara dengan Kiam Ciu dia merasa
heran bahkan khawatir. "Hey tua bangka gila.. . Bukankah kau telah bertapa di pegunungan mengapa
kau keluar lagi ?"tanya Shin Kai Lolo khawatir akan keselamatan Kiam Ciu.
"Hem kau nenek gila ! Mengapa kau mengurus urusan orang lain ? Itu
urusanku sendiri !"seru Kun-si Mo-kun tegas.
"Huh Jika kedatanganmu ketempat ini untuk maksud baik dan akan menolong
Tong siauwhiap aku tidak keberatan. Tetapi.. . Oh rupa-rupanya raja iblis itu telah
datang, ayo kita berlalu saja !" seru nenek Shin Kai Lolo tampak gelisah dan akan
beranjak dari tempat itu.
"Hah ? Masakan kita sekian banyaknya dan lagi semuanya tokoh Bu-lim
merasa takut untuk meughadapi Kwi Ong seorang ?" tanya Kun-si Mo-kun.
Karena kata-kata Kun-si Mo-kun yang bersifat membakar semangat dan
memulihkan kembali keberanian, maka orang-orang yang semula juga akan
kabur ketika menyaksikan kedatangan Kwi Ong yang kini tampak lebih seram
dengan memondong pedang Oey Liong Kiam dipunggungnya. Serta wajahnya
tampak lebih seram dan bengis menakutkan.
"Ha-ha-ha! Kalian mau merat kemana? Meskipun aku belum berhasil
mendapatkan kitab pusaka Pek-seng-ki-su namun dengan pedang pusaka Oey
Liong Kiam aku dapat lekas-lekas membinasakan kalian!" seru Kwi Ong dengan
suara lantang menggema memantul dari dinding gunung.
. 8 Mereka semuanya dalam keadaan siap siaga dan tegang. Mereka
sebenarnya telah dapat mengukur kekuatan masing-masing. Mereka tidak
bakalan unggulan melawan Kwi Ong. Hanya dalam beberapa gebrak saja ketua
suku bangsa Biauw itu akan dapat membinasakan mereka itu semua.
Maka mereka hanya memandang saja ke arah Kwi Ong dan dengan mata
terbeliak serta mencabut senjata masing-masing. Menyaksikan sikap orangorang gagah itu Kwi Ong tertawa gelak-gelak dan memandang mereka itu
semakin tidak berarti dimata Kwi Ong yang telengas dan keji.
Tetapi Kiam Ciu lain halnya. Dia adalah seorang pemuda budiman dan
pemberani serta cerdik. Maka segeralah dia memutar otak untuk mencari akal
mengulur waktu dan kalau mungkin menjebak dan membinasakan Kwi Ong.
Maka segeralah dia berseru kepada Kwi Ong.
"Hey iblis jahanam! Kita telah bertemu lagi!" seru Kiam Ciu dengan nada
kasar. "Ha ha-ha kau yang akan mati untuk yang pertama kali!" seru Kwi Ong sambil
menuding kearah Kiam Ciu.
Namun pemuda itu tidak merasa gentar dia yakin bahwa Kwi Ong tidak
bermain-main. Orang suku Biauw itu berbicara dengan bersungguh-sungguh.
Kemudian Kiam Ciu memandang ke arah orang-orang yang berada disekitarnya"
dengan suara lantang dan bersipat menghasut mereka.
"Kalian dalang di telaga Ang-tok-ouw untuk mencari kitab Pek-seng-ki-su
bukan ? Padahal kalian tidak akan dapat menemukan letak penyimpanan kitab
pusaka itu kalau kalian tidak mengetahui petanya! Peta Pek-seng itu kini berada
ditangan Kwi Ong!" setu Kiam Ciu sambil menuding kearah Kwi Ong.
Bertepatan dengan kata-kata itu tiba-tiba di arena tampak berkelebat sebuah
bayangan, kemudian disusul tampaknya seorang gadis berpakaian serba hijau.
Wanita muda itu segera berdiri dengan sikap angkuh dan memandang
kearah segenap jago-jago silat yang rendah ditempat itu.
"Aku yakin bahwa kalian telah berada di tepian telaga Ang-tok-ouw ini
dengan maksud untuk mencari kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Akupun
mempunyai maksud yang sama. Aku telah mendengar berita bahwa Peta Pek
. 9 seng tidak dipegang oleh Gan Hua Liong lagi !" wanita muda yang berpakaian
hijau itu berhenti sejenak dan memandang kearah mereka.
Namun Kiam Ciu segera menyahutinya.
"Betul peta Pek-seng itu sekarang berada ditangan Kwi Ong si jahanam itu !"
seru Kiam Ciu sambil menuding kearah Kwi Ong.
Orang-orang yang berada ditepian pantai tehga Ang-tok-ouw saling
berpandangan kemudian memandang kearah Kwi Ong Mereka merasa khawatir
kalau sampai orang kejam itu turun tangan dengan tiba-tiba.
Sebenarnya Kwi Ong telah banyak bertempur pada beberapa hari ini. Sejak
berada di telaga Ang-tok-ouw dia telah banyak bertempur melawan orangorang lihay baik dari kalangan Ouw-ki-pang maupun orang-orang dari kalangan
Kim-sai serta tokoh-tokoh kang-ouw lainnya. Anak buahnya yang terdiri dari
orang-orang suku bangsa Biauw telah banyak yang luka-luka dan binasa. Pula
telah dihempaskan oleh badai telaga Ang-tok-ouw sehabis melawan Shin Kai
Lolo dan juga melawan Kun-si Mo-kun. Namun benar-benar tokoh dari suku
bangsa Biauw ini memang berilmu tinggi dan kemauan keras.
Shin Kai Lolo tidak mampu untuk menghadapi Kwi Ong dan terpaksa dia
harus dengan menggunakan siasat, kemudian Kun-si Mo-kun yang lihay itupun
ternyata juga terpaksa harus menyingkir untuk menyelamatkan nyawanya.
Sekarang seorang wanita muda berpakaian hijau, tampaknya telah
berkepandaian tinggi serta ingin merebut Peta Pek-seng itu dari tangan Kwi Ong.
Wanita itu maju dihadapan Kwi Ong dan menentangnya.
"Hey, orang biadab! Lebih baik kau serahkan Peta Pek-seng itu kepadaku,
sebelum datang marahku dan kalau kau tidak ingin mati konyol!" seru wanita
muda dan berpakaian hijau itu dengan sikap sombong.
Siapakah gerangan wanita muda atau paling tepatnya seorang gadis remaja
yang baru berusia sekitar sembilan belas tahun itu? Lagi pula begitu berani
menantang dan mencaci Kwi Ong.
Mendapat cacian dan tantangan itu Kwi Ong sangat bergusar hati. Kemudian
dia menatap pandangan Kiam Ciu dia merasa telah diadu dombakan oleh Kiam
Ciu. Maka kemarahan itu kini tampak telah dilontarkan kepada Tong Kiam Ciu.
. 10 Namun gadis remaja berpakaian hijau itu juga melihat Tong Kiam Ciu dia
merasa dipermainkan oleh pemuda itu.
"Hei kau kut aku!" seru gadis itu sambil menggerakan jari kirinya
mengisyaratkan kepada Kiam Ciu untuk datang padanya.
Namun pemuda itu merasa tersinggung dan panas hatinya diperlakukan
sepeiti itu. Maka dia mengangkat wajahnya dan memandang wajah gadis itu.
"Mengapa aku harus turut denganmu ?" tanya Kiam Ciu.
Bersamaan dengan itu tiba-tiba Kwi Ong telah bergerak melawan Kiam Ciu
dengan ilmu Hui-eng-liok-louw atau Burung elang menyambar kelinci serta
tampak kelima jari -jarinya Kwi Ong terentang untuk mencengkeram dada Kiam
Ciu. Tetapi gadis berpakian hijau itu dengan gerakan sebat pula telah mendorong
bahu Kwi Ong hingga limbung dan menerjang tempat kosong terhuyung
kesamping hampir jatuh. Semua yang berada di tempat itu telah menyaksikan kehebatan gerakan
ginkang itu merasa kagum. Ternyata Kwi Ong dapat dipermainkan!
Kwi Ong memutar tubuhnya dan meloncat lagi untuk menerkam Kiam Ciu.
Gerakannya itu begitu cepat dan disertai dengan tenaga penuh. Tetapi ternyata
sekali lagi dia dibuat tidak mengerti. Karena ternyata gadis remaja itu dapat
mendorong tubuh Kwi Ong lagi. Ternyata gadis itu dengan mempergunakan ilmu
Hui-sing-cui-gwan atau bintang sapu mengejar bulan! Gerakannya sangat lincah
dan cepat sekali. " Hey, orang biadab! Serahkan lekas peta Pek-seng padaku!" bentak gadis itu
dengan suara lantang kearah Kwi Ong.
Si iblis Kwi Ong orang yang telah mengagungkan kelihayannya. Dia bercitacita untuk menjagoi kalangan Kang-ouw. Kini dipermainkan oleh seorang gadis
remaja berusia belasan tahun, hatinya panas dan gusar sekali. Maka dia sambil
melototkan mata lalu membentak kearah gadis itu.
. 11 "Hey bocah kurang ajar! Apakah kau tidak mengenal ciriku, tuan besarmu
ini? Akulah Kwi Ong siorang gagah dari suku bangsa Biauw !" seru Kwi Ong
dengan sombong dan membusungkan dadanya.
"Kwi Ong? Kwi Ong ? Ah, aku belum pernah mendengar nama itu, apalagi
mengenalnya, kukira nama tak berarti.. . " sambung gadis iiu sambil kerutkan
keningnya seolah-olah mengingat-ingat sesuatu.
'"Kurang ajar kau bocah ! Kau memang sengaja mempermainkan aku, awas
rasakan pelajaranku!" tampaklah Kwi Ong akan meloncat menerkam gadis
remaja itu, tetapi niatnya itu dengan tiba-tiba telah diubahnya.
Semua mata memandang kearah Kwi Ong bergantian memandang kearah
gadis remaja itu kemudian memandang kearah Kiam Ciu. Tetapi Kwi Ong telah
meloncat di tempat yang tinggi, kemudian berseru dengan suara yang lebih
nyaring serta ramah kearah orang-orang yang berada ditempat itu.
"Kalian menginginkan Peta Pek-seng? Baiklah akan kuberikan pada kalian,
supaya adilnya Peta itu akan kuperebutkan untuk kalian!" seru Kwi Ong.
Orang-orang yang berada ditempat itu masih belum paham dengan maksud
kata-kata Kwi Ong itu. Mereka hanya memandangi wajah ketua suku bangsa




Biuaw itu. Tampaklah Kwi Ong meloncat keatas cadas yang agak menjorok ketebing
jurang. Dari ketinggian itu Kwi Ong berseru lagi.
"Kalau kalian memang ingin mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su maka kalian
harus mendapatkan peta Pek-seng terlebih dahulu, barulah kalian dapat
menemukan tempat bersembunyinya kiiab itu! Nah inilah salah satu dari kertaskertas yang kutemukan dikantong Tong Kiam Ciu itu yang katanya adalah peta
Pek-seng itu !" seru Kwi Ong.
Laki-laki yang berwajah mengerikan dengan jambang bauk yang kaku itu
telah menunjukan empat lembar kertas kearah para orang gagah yang berada
ditempat itu. Semuanya memperhatikan dan tampak sangat tertarik dengan
pembicaraan Kwi Ong itu. Mereka memang semuanya ingin menguasai kitab
Pek-seng-ki-su Maka perhatian mereka besar sekali akan kata-kata Kwi Ong
yang katanya akan memperebutkan peta Pek-seng itu.
. 12 "Inilah kertas-kertas yang diberikan oleh Tong Kiam Ciu padaku!" seru Kwi
Ong sambil menebarkan kertas-kertas itu kebawah, kearah mereka.
Apa yang telah direncanakan oleh Kwi Ong benar-benar dapat terlaksana.
Ternyata orang-orang itu sangat ingin mendapatkan peta Pek-seng sehingga
telah melupakan apapun ! Mereka berebut untuk mendapatkan kertas-kertas itu.
Itulah harapan Kwi Ong dengan demikian dia berhasil memecah belah orangorang itu.
Kwi Ong tertawa terbahak-bahak menyaksikan kejadian itu. Ternyata daya
tarik peta Pek-seng itu sangat besar sekali. Hingga sampai kepuncaknya mereka
berbaku hantam untuk berebutan. Tampak pula Teng Siok Soa.t sedang
berhadapan dengan gadis berpaka.an hijau tadi, Mereka berdua juga akan
bertempur. Tetapi sebelum semuanya berlarut-larut lebih hebat lagi, tiba-tiba tampaklah
sebuah bayangan telah melayang ditempat keributan itu. Disusul pula oleh
bayangan yang lainnya. Semua perhatian telah dialihkan kearah bayangan-bayang yang baru datang
itu. Ternyata mereka itu adalah dua orang Tojin. Mereka berdua adalah tokoh
dari partai silat Bu-tong masing-masing bernama Tay Jat Cin Jin dan Ciok Hok
Loto. "Aku bernama Tay Jat Cin Jin ketua partai silat Bu-tong. Aku telah lama
mengundurkan diri dari Kang-ouw. Akhir-akhir ini jago-jago silat telah ramai
memperebutkan kitab pusaka Pek-seng-ki-su, juga seorang muridku telah turut
turun gelanggang perebutan kitab pusaka itu. T3tapi muridku yang bernama
Hiong Hok Totiang telah meninggal karena dianiaya orang Aku datang kemari
untuk mencari pembunuh kejam itu!" seru Tay Jat Cin Jin dengan wajah merah.
Tokoh persilatan yang berusia tua telah tahu siapa Tay Jat Cin Jin itu, dia
adalah pemegang juara ilmu silat pedang nomor wahid pada sekira empat-puluh
tahunan yang lampau juga ilmu silatnya sangat Iihay.
Kemudian sesaat lamanya suasana menjadi lenggang, lalu kakek dari Butong itu memandang kearah Teng Siok Siat dan gadis berpakaian serba hijau
itu yang tadi akan bertempur.
. 13 "Hey, kalian akan bertempur karena memperebutkan peta Pek seng! Apakah
kalian tidak mengelahui bahwa kitab pusaka Pek-seng-ki-su itu sebenarnya tidak
ada yang menghaki! Mengapa tidak terpikir oleh kalian orang gagah dan orang
cendekia untuk mencari kitab itu secara beramai kekota Pek-seng?
Karena kata-kata Tay Jat Cin Jin itu maka semua orang pada terpaku dan
mereka saling berpandangan. Seolah-olah mereka sedang mempertimbangkan
kebenaran kata ketua Bu-tong itu. Dalam keadaan itu mereka lengah dan kertas
peta Pek-seng itu berserakan ditanah berbatu tanpa ada yang memperdulikan.
Tiba-tiba tampaklah sebuah bayangan, ternyata bayangan itu langsung
menyambar keempat kertas yang berserakan yang tadi menjadi penyebab
kegaduhan dan perbuatan itu. Ternyata orang yang menyambar keempat kertas
itu adalah Tok Giam Lo. "Hey ! Tok Giam Lo kau mau lari kemana ? seru Kun-si Mo-kun sambil
menghentakan kakinya dan meloncat mengejar Tok Giam Lo.
Menyaksikan kejadian itu. maka perhatian orang-orang itu telah
tertumpahkan kembali kearah peta Pek-seng yang dibawa kabur oleh Tok Giam
Lo. Tampaklah Tong Kiam Ciu, Teng Siok Siat, Shin Kai Lolo dan kedua orang
yang berada ditempat itu berlari-lari seolah belomba lari mengejar Tok Giam Lo
yang membawa kabur peta Pek-seng itu.
Mereka itu semuanya adalah para pendekar lihay, maka tampaklah mereka
telah membentangkan ilmu masing-masing untuk mendahului yang lainnya
dengan ilmu lari dan Gin-kang yang tinggi. Maka tampaklah seolah-olah para
dewa yang sedang berlomba lari dan beterbangan di udara.
Tong Kiam Ciu juga tidak ketinggalan, pemuda itu membentangkan ilmu
Piauw-hong-cian-li atau melayang diudara seribu li. Kiam Ciu berhasil
mendahului mereka dan dengan gemboran panjang dan kuat pemuda itu telah
meloncat menerkam punggung Tok Giam Lo.
Tok Giam Lo jatuh tersungkur. Kemudian dalam sekejap saja dia telah
terkurung oleh segenap jago silat,
Dalam keadaan itu maka Kwi Ong lah orang yang pertama-tama memaki
kearah Tok Giam Lo dengan suara keras dan tandas.
. 14 "Hei kau benar-benar bernyali besar! Hayo kembalikan lekas peta Pek-seng
itu padaku!" seru Kwi Ong sambil melototkan matanya dan mengangsurkan
tangannya kearah Tok Giam Lo.
Kemudian tampaklah Kwi Ong meloncat kedepan, sedangkan Tok Giam Lo
menggeserkan kakinya serta siap siaga untuk menghadapi segala kemungkinan.
Sambil meloncat kebelakang beberapa tindak, kemudian memeriksa kertas yang
digenggamnya itu satu persatu. Tetapi diatas kertas-kertas itu dia tidak
menemukan apa-apa. Beberapa saat kemudian terdengarlah suara tawa yang meninggi dari mulut
Tok Giam Lo. Seraya berseru :
"Ha-ha-ha-ha..ha.. .ha semuanya kertas yang tiada berguna, tanpa ada
guratan-guratan yang berarti. Apakah kau Kwi Ong akan berusaha menipu kami?
Ha-ha-ha-ha..ha.. .ha siapa yang mau silahkan mengambilnya !" seru Tok Giam Lo
sambil menyebarkan kertas-kertas itu.
Orang-orang yang sejak tadi berdiri terpaku dan mengepung Tok Giam Lo
kini sebagian ternyata masih berhasrat merebut kertas itu. Hanya beberapa
orang saja yang tetap tenang dan telah menyadari kalau kertas-kertas itu sama
sekali tidak berharga, karena mereka menganggap hanya sebagai kertas-kertas
yang tidak berarti. Mereka yang menggubris kertas yang disebarkan oleh Tok Giam Lo ialah
antara lain Kwi Ong, Shin Kai Lolo dan Tay Jat Cin Jin.
Akhirnya kertas-kertas yang tampaknya kosong dan sesungguhnya berisi
guratan peta Pek-seng itu terpegang oleh gadis yang mengenakan pakaian
serba hijau itu. Suasana ketegangan dan keributan telah mereda. Maka Tok Giam
Lo tampak tersenyum-senyum. Entah senyum yang berarti apa. Juga perasaan
yang bagaimana kini yang telah meliputi pikiran mereka para jago silat saat itu
dalam menanggapi peta penyimpanan kitab Pusaka Pek-seng-ki-su.
Tahu-tahu Kwi Ong meraung nyaring bagaikan raungan seekor harimau
besar yang sedang mengamuk. Seraya memaki kearah Tok Giam Lo.
"Bedebah kau Tok Giam Lo ! Kau telah memfitnah aku !" seru Kwi Ong dengan
suara lanta.ng dan bengis, "urusan peta Pek-seng kita kesampingkan dulu. Kini
. 15 kita menentukan nama baik kita, hayo kita selesaikan secara jantan !" seru Kwi
Ong menantang Tok Giam Lo.
Tok Giam Lo walaupun tidak ungkulan melawan Kwi Ong menurut
perhitungannya, namun dia telah ditantang dihadapan orang banyak. Maka untuk
menjaga nama baiknya, dia terpaksa menerima tantangan itu.
Kwi Ong orangnya bertubuh tegap dan tinggi besar dengan wajah seram
serta mempunyai ilmu andalan yang sangat lihay dan benar-benar telah
dikuasainya ilmu Tay-lik-kim-kong eng-jiauw-kang atau cakar garuda sakti.
Sedangkan Tok Giam Lo jago silat dari daerah tengah yang mempunyai ilmu
hebat juga serta mempunyai senjata rahasia beracun yang sangat ganas.
Kini keduanya telah bergerak ketengah-tengah kepungan para pendekar
perkasa. Mereka telah berhadap-hadapan dengan sikap waspada. Tampaklah
mata mereka sangat seram dan alis bertemu. Saling berpandang dan
mengawasi langkah-langkah awannya.
Tetapi belum lagi mereka berdua berbaku hantam, tahu-tahu sigadis remaja
yang mengenakan pakaian serba hijau telah meloncat dan berdiri diantara
kedua orang yang akan bertarung itu. Dengan berani gadis itu menghadap
kearah Kwi Ong dan membentangkan lembaran kertas putih yang kosong
tampaknya itu kearah Kwi Ong.
"Lihai ini hanya kertas putih belaka! Apakah kau memang sengaja
mengecohkan kami ?" tanya gadis remaja berpakaian hijau itu dengan mata
bersinar seram. Sikap gadis itu memang sangat berani, apalagi ketika memandang wajahnya
memang menyiratkan cahaya permusuhan sedangkan matanya bersinar tajam
bagaikan kilatan pedang pusaka.
"Apakah kau ingin mengetahui seluk-beluk kertas itu ?" tanya Kwi Ong
dengan nada ketus. "Kau jangan mencoba main-main !" bentak gadis itu dengan marah.
"Oho bagus sekali gertakanmu itu siocia ! Kalau kau tetap ingin mengetahui
rahasia peta Pek-seng itu, maka kau harus berani mewakili jago-jago silat untuk
menerima tiga buah pukulanku !" seru Kwi Ong tersenyum mencibir gadis itu.
. 16 "Kau kira aku ini apa ?" tanya gadis itu dengan ketus pula.
"Terserah apa anggapanmu sendiri! Pokoknya kalau kau ingin mengetahui
rahasia peta Pek-seng itu kau harus mau menerima pukulanku sampai tiga kali,
kalau kau kuat menahan pukulanku sampai tiga kali, maka kau akan menerima
penjelasan tentang rahasia peta Pek-seng. Tetapi kalau kau ternyata tidak
mampu maka kau dan semua jago-jago silat yang berada disini harus enyah
dari tempat ini saat itu juga !" seru Kwi Ong menantang gadis itu.
Gadis itu rupa-rupanya juga merasa panas karena dipandang karena rendah
oleh Kwi Ong. Maka dia telah mengerutkan kening dan alisnya tampak bertemu
tampaklah keren wajahnya. Namun Kwi Ong hanya tersenyum seraya
menunggu jawaban gadis itu.
Namun tiba0tiba Tay Jat Cin Jin telah melangkah maju. Dengan wajah cerah
dan tersenyum dia berkata kepada Kwi Ong.
"Rupa-rupanya Kwi Ong ini adalah jago silat yang tiada tandingnya didaerah
Selatan! Kusaksikan bahwa kau telah memiliki pedang pusaka Oey Liong Kiam,
pedang pusaka yang hanya dipegang oleh jago pedang nomor satu dikalangan
Bu-lim. Maka untuk mengelakan pertarungan dan persengkataan aku
mempunyai sebuah usul!" seru Tay Jat Cin Jin.
Kwi Ong memandang kakek itu, memandangi keadaan tubuh orang tua itu
dari kaki sampai keatas kepalanya Kemudian rajanya orang-orang suku Biauw
itu berseru kepada kakek itu.
"Apakah kau sanggup mewakili orang-orang yang berada di tempat ini ?"
Namun Tay Jat Cin Jin hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu.
Kemudian menyahut dengan suaranya yang sabar.
"Zamanku untuk mewakili para jago silat dari daerah pertengahan sudah
lama berlalu karena usiaku sudah lanjut. Tetapi aku mempunyai jalan yang adil
kurasa kaupun kalau memang berjiwa luhur dan bijaksana akan setuju dengan
usulku ini.. ." bujuk Tay Jat Cin Jin.
Shin Kai Lolo selama ini diam saja karena menahan hatinya. Tetapi akhirnya
dia sudah tidak dapat membendung desakan gelombang amarahnya lagi yang
. 17 telah meluap-luap hampir memecahkan benaknya. Maka dia segera meloncat
kedepan dan berdiri dihadapan Kwi Ong.
"Keparat kau Kwi Ong ! bahwa pedang Oey Liong Kiam selamanya selalu
dipegang oleh jago silat dari daerah tengah. Mana mungkin kau akan
menguasainya !" seru Shin Kai Lolo dengan surara lantang.
"Dengan alasan apa kau akan menguasai pedang Oey Liong Kiam ? Meskipun
kau berhasil menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su sekalipun kau tidak
berhak untuk mengangkangi pedang pusaka itu, kau harus memperebutkannya
terlebih dahulu dalam pertemuan Bu-Lim-ta-hwee " seru Shin Kai Lolo dengan
nada suara lantang dan berani.
Semua orang menganggukan kepala membenarkan perkataan nenek itu.
Tetapi Kwi Ong tampak merah wajahnya dan tertawa terbahak-bahak seperti
orang kemasukan setan. Kemudian setelah mereda tertawanya maka dia lalu
membentak kearah Shin Kai Lolo dan segenap jago silat yang berada ditempat
itu. "Ha-ha-ha! Menurut pendapatmu pedang Oey Liong Kiam ini harus
diperebutkan dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee? Baiklah! Saat ini ditempai ini
telah berkumpul banyak sekali orang-orang gagah dari kalangan Bu-lim, Maka
marilah kita anggap pertemuan ini pertemuan Bu-lim-ta-hwee. Siapa saja yang
ingin mengadu kapandaiin atau ilmu denganku kupersilahkan maju! Ayo siapa
yang ingin mengadu ilmu denganku majulah !" seru Kwi Ong dengan nada yang
sangat menyakitkan hati orang-orang yang berada ditempat itu.
Shin Kai Lolo sama sekali tidak dapat menerima tantangan itu. Dia paling
tidak tahan menerima hinaan dan tantangan. Maka segeralah dia melangkah
maju kehadapan Kwi Ong lebih dekat lagi seraya membentak.
"Jangan sesumbar disini! Kau kira aku takut untuk menghadapi dirimu?" seru
Shin Kai Lolo. Suasana menjadi sangat tegang, Semua jago-jago silat yang berada di
tempat itu sebagian besar bahkan seluruhnya adalah memusuhi Kwi Ong bukan
saja karena orang itu bersipat sombong dan memandang rendah ilmu orang
. 18 lain, tetapi karena dia telah berani menghina para pendekar dari bagian lengah.
Kwi Ong adalah seorang pendekar dari daerah bagiai selatan.
"Hahaha!" Terdengar suara tertawa Kwi Ong nyaring dan menggetarkan bulu
kuduk seram kedengarannya "Aku memang bermaksud untuk mengirimkan kau
terlebih dahulu ke akherat, sekarang ternyata kau yang mendesakku untuk aku
lekas bertindak!" Saat itu Shin Kai Lolo telah berdiri di atas kuda-kudanya yang telah siap
untuk menyerang atau siap menerima serangan lawan. Nenek itu telah
mengerahkan tenaga dalam, tetapi tiba-tiba Teng Siok Siat telah meloncat
menghampiri suhunya. Kemudian membisikan sesuatu ketelinga nenek itu.
Tampaklah Shin Kai Lolo mengangguk.
Kemudian nenek itu berseru kepada muridnya.
"Baiklah kau jalan duluan ! Aku segera akan menyusul !" seru Shin Kai Lolo
seraya meloncat menghampiri Eng Ciok Taysu.
Setelah nenek itu dekat dengan Eng Ciok Taysu maka nenek itu lalu
membisikkan sesuatu ketelinga Taysu itu. Tampaklah Eng Ciok Taysu
mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian Shin Kai Lolo berseru kepada Kwi
Ong : "Hey orang biadab ! Hari ini memang belum takdirmu harus binasa
ditanganku ! Kau masih dapat hidup selama beberapa hari lagi ! Karena ada
urusan yang sangat penting, aku terpaksa harus berlalu dan kita dapat
meneruskan urusan kita kemudian hari !" seru Shin Kai Lolo dengan sikap acuh
dan merendahkan Kwi Ong. Selesai dengan ucapannya itu maka nenek Shm Kai Lolo segera meloncat
meninggalkan arena itu yang diikuti Eng Ciok Taysu, Tie Kiam suseng, dan Siok
Siat Shin Ni. Kwi Ong terhenyak dan gusar sebenarnya, tetapi dia tidak dapat berbuat
apa-apa terhadap lawannya yang telah menyatakan keberatan saat itu. Dia
hanya mengerundel seorang diri sambil memandang kearah mereka yang telah
meninggalkannya. . 19 Suatu teka-teki yang dimasudkan oleh Siok Siat membisikan sesuatu kepada
suhunya. Apakah dia merasa khawatir kalau sampai suhunya terbinasa oleh Kwi
Ong? Atau memang ada persoalan lain yang memang sangat penting?
Semuanya itu memang merupakan teka-teki bagi para pendekar yang juga ikut
dalam pertemuan dipinggir telaga Ang-tok-ouw itu. Mereka saling memandang
sesama kawan. Kemudian mereka ikut berlari-lari dibelakang Siok Siat Shin Ni.
Murid Shin Kai Lolo telah berlari terlebih dahulu. Teng Sok Siat itu telah jauh
meninggalkan rombongan orang-orang gagah menuju kesebuah pagoda yang
terletak tiada jauh dari tempat mereka bertemu ditepian telaga Ang-tok-ouw.




Setelah nenek Shin Kai Lolo tiba didepan pintu pagoda, maka nenek itu
menyuruhi Eng Ciok Taysu untuk menunggu diluar. Sedangkan dia langsung
masuk kedalam pagoda. Begitu juga para pendekar lainnya menunggu dluar. Tiekiam-su-seng yang tidak mengetahui seluk beluknya dan hanya ikut-ikutan saja
berlari ketempat itu mengikut jejak Eng Ciok Taysu maka segera menanyakan
segala sesuatunya kepada Taysu itu.
"Laoko, ada urusan apakah semuanya ini ? Bolehkah aku mengetahui
persoala yang sedang kita hadapi sekarang ini ? Karena aku mengikuti hanya
secara membabi buta saja." kata Tie-kiam-su-seng.
Eng Ciok Taysu sejenak menelan ludah, menatap Tie-kiam su-seng dan
kemudian memperhatikan Siok Soat Shin Nie sebelum menjawab.
"Dulu aku pernah mengatakan bahwa aku akan merebut pedang pusaka Oey
Liong Kiam, tetapi kalau sampai gagal usahaku itu maka aku akan berusaha
terus demi kewibawaan partai Siauw-lim. Tetapi kalau memang untuk
memperebutkan pedang Oey Liong Kiam itu sangat tidak mungkin maka aku
akan berusaha untuk mencari kitan pusaka Pek-seng-ki-su. Kalau toh juga tidak
berhasil, maka aku akan pergi ke gunung Hiong-san untuk menemui seorang
jago silat yang maha sakti, yang saat ini telah bertapa digunung itu. Aku ingin
berguru padanya !" kata Eng Ciok Taysu.
Sesaat lamanya tiada seorangpun yang menyambung kata-kata Taysu itu.
Mereka belum menemukan sasaran pertanyaan dan belum tahu kearah mana
pembicaraan taysu itu. Karena lain jawaban yang telah diberikan oleh Eng Ciok
Taysu dari pertanyaan Tie-kiam-suseng.
. 20 "Adik Tie-kiam-su-seng, kau telah memisahkan diri dari partai kita Siauw-lim
dan telah mendirikan cabang persilatan sendiri. Tetapi walaupun bagaimana kau
adalah berasal dari Siauw-lim juga. Kau benih dari Siauw-lim. Maka kaupun
tentunya merasa tidak akan rela seandainya partai Siauw-lim hancur atau
dihina orang ?" sambung Eng Ciok Taysu.
"Hemmm.. ." gumam Tie-kiam-suseng penuh perhatian memandang Eng Ciok
Taysu yang sedang berbicara itu.
"Nah, oleh karena itu jatuhnya partai Siauw-lim juga mempengaruhi dirimu
juga bukan ?" tanya Eng Ciok Taysu sambil menatap muka adik seperguruannya
itu. "Ya" jawab Tie-kiam-su-seng mengangguk.
"Sekarang, kesimpulannya begini : apakah tidak ada baiknya seandainya
Tiekiam digabungkan menjadi satu dengan Siauw-lim ? Sehingga partai
persilatan kita menjadi kuat.. " sambung Eng Ciok Taysu dan memandang wajah
Tie-kiam suseng dengan penuh selidik.
Tetapi ketua partai cabang Tie-kiam itu diam sejenak. Kemudian tampak
mengerutkan keningnya. Melipatkan bibirnya dan mengusap dengan keras dan
penuh menggunakan perasaannya juga.
"Kalau persoalan itu.. yah, sebenarnya persoalan yang penting juga, artinya
kita harus berpikir masak-masak. Maka aku tidak berani memutuskan dengan
sembarangan" jawab Tie-kiam-su seng.
"Lalu ?" tanya Eng Ciok Taysu.
"Yah ? Aku akan mempertimbangkan dulu !" jawab Tie-kiam-su seng.
"Hemmm.. ." gumam Eng Ciok Taysu.
"Laoko, apakah yang dibisikan oleh nenek itu padamu ?" tanya Tie-kiam-su
seng penuh kesungguhan. Eng Ciok Taysu tersenyum. Taysu itu tidak mau segera memberikan
penjelasan, dia berkata dengan nada sabar.
"Tong Kiam Ciu masih sangat muda usianya. Begitu dia berkecimpung di
kalangan Kang-ouw dengan ilmu silatnya yang lihay, sehingga dia mendapat
. 21 julukan Giok-ciang-cui-kiam (Tinju baja mematahkan pedang). Disamping itu dia
mempunyai watak luhur dan budiman" kata Eng Ciok Taysu dengan
mengutarakan tentang diri Tong Kiam Ciu.
Tie-kiam suseng masih kurang mengerti dengan maksud suhengnya itu. Tiekiam suseng hanya mendengarkannya dan menundukan kepala.
"Coba pikirkan itu nenek Shin Kai Lolo, si raja setan Kun-si Mo-kun yang
pernah menyapu para pendekar silat pada jaman duapuluhan tahun yang lalu,
ternyata mereka sangat menghormati Kiam Ciu. Bahkan mereka telah
membantu dan menolong pemuda itu. Kukira akhirnya pedang Oey Lioog Kiam
dan kitab Pek-seng-ki-su akhirnya juga akan jatuh ke tangan pemuda itu. Karena
dia sangat tekun dan besar sekali kemampuannya untuk menguasai ilmu-ilmu
yang langka, aku yakin itu" sambung Eng Ciok Taysu.
"Ya, tetapi apa dikatakan yang oleh Shin Kai Lolo pada Loako ?" desak Tiekiam-suseng tak sabar ke pokok pembicaraan.
"Barusan Shin Kai Lolo memberitahukan padaku bahwa Tong Siauwhiap
menderita luka dalam, nenek itu bertekad untuk memberikan pertolongan
kepadanya" Eng Ciok Taysu menjelaskan.
"Oh, apakah Loako tidak melihatnya tadi Kun-si Mo-kun telah membawa pergi
Tong Kiam Ciu !" tanya Tie-kiam-su-seng.
Eng Ciok Taysu mengangguk. Saat itu angin halus bagaikan dihimbau lembut
sekali. "Pemuda itu memang berjiwa besar, dia telah menderita luka dalam karena
pukulan beracun Tok Giam Lo. Tetapi sikeji itu juga menderita lebih berat karena
beradunya dengan tenaga sakti Bo-kit-sin-kong yang dikerahkan oleh Kiam Ciu'",
sambung Eng Ciok Tay su. "Orang semacam Tok Giam Lo mati lebih cepat kukira lebih baik !" kata-kata
Tie-kiam-suseng seolah-olah gemas.
"Ya, ya dari pada keiak kira direpotkan juga" sambung Siok Siat Shin Ni.
Mereka yang mendengarkan mengangguk mengiyakan pendapat itu.
Selanjutnya Eng Ciok Taysu meneruskan kata-katanya.
. 22 "Karena luka-luka Tong Kiam Ciu itu si nenek Shin Kai Lolo itu merasa
khawatir, hingga dia rela menunda pertempuran melawan Kwi Ong yang
menentukan kehormatannya sebagai seorang tokoh tua. Itulah suatu bukti
bahwa orang itu sangat menghormati Tong Kiam Ciu, bahkan juga
menggantungkan harapannya untuk kemanusiaan dan kesejahteraan umat
manusia . . . ." sambung Eng Ciok Taysu bersungguh-sungguh.
"Hem, memang benar kesimpulanmu itu Laoko. Kitapun lebih ikhlas bendabenda pusaka itu jatuh ketangan Tong Kiam Ciu daripada jatuh ketangan orang
luar"! sela Tie-kiam-suseng.
"Jelas! Kalau sampai benda-benda pusaka itu jatuh ketangan orang luar, itu
pertanda yang kurang baik bagi sinar kemegahan daerah pertengahan ini"
sambang Siok Siat Shin Ni.
Kini kita telah melihat calon pewaris yang dapat diandalkan ialah Tong Kiam
Ciu. Maka kitapun bersedia untuk membantu dan menolong pemuda itu . . . ."
sahut Eng Ciok Taysu. Mereka mengobrol sudah begitu lama sambil menunggu berita dari Shin Kai
Lolo yang saat itu masih berada didalam pagoda.
Adapun Kun-si Mo-kun yang pada waktu keributan ditepi telaga Ang-tokouw antara Kwi Ong dan Tok Giam Lo, sigadis berpakaian serba hijau dan Shin
Kai Lolo tadi dia sempat memperhatikan keadaan Kiam Ciu vang tampak lemah
dan pucat wajahnya. Kakek yang digelari si Raja Setan itu telah yakin kalau Kiam
Ciu mendapat luka dalam yang berat dan terkena racun Tok Giam Lo ketika dia
mengejar siraja bisa itu tadi dalam memperebutkan peta Pek-seng. Maka
segeralah Kun-si Mo-kun bertindak membawa pergi pemuda itu dengan diamdiam.
Tindakannya itu telah diketahui oleh murid kesayangan Shin Kai Lolo yang
memang telah menaruh hati kepada Kiam Ciu. Kemudian memberitahukan
keadaan Kiam Ciu itu kepada suhunya. Juga pada saat itu sedang dalam keadaan
gawat antara Shin Kai Lolo dengan Kwi Ong.
Adapun Kun-si Mo-kun setelah membawa Tong Kiam Ciu menjauhi tempat
keributan dan membawa masuk kedalam pagoda, maka segeralah mengadakan
. 23 pemeriksaan terhadap pemuda itu. Ternyata Tong Kiam Ciu terkena racun dan
terluka dalam memerlukan perawatan dan istirahat sampai tiga hari tiga malam
lamanya. Shin Kat Lolo setelah menemui Kun-si Mo-kun dan mendapat penjelasan
bahwa Tong Kiam Ciu harus dirawat dan istirahat selama tiga hari tiga malam
untuk memulihkan kembali tenaganya dan menyembuhkan luka dalam. Maka
segeralah nenek itu menyanggupkan diri untuk menjaga Tong Kiam Ciu.
"Aii, kalau memang Tong Siauwhiap membutuhkan perawatan selama tiga
hari tiga malam maka kita harus menjaganya dari gangguan musuh-musuh kita,
terutama Kwi Ong. Aku yakin Eng Ciok Taysu dan kawan-kawannya bersedia
untuk membantu menjaga dia!" seru Shin Kai Lolo.
Mereka berdua keluar dari pagoda meninggalkan Tong Kiam Ciu di
pembaringan dalam keadaan tidur. Setelah sampai diluar pintu pagoda tentu
saja ketiga jago silat kawakan itu segera menghujani dengan pertanyaanpertanyaan.
Hati Kun-si Mo-kun jadi senang dan dia melihat suatu harapan besar
mendapat dukungan mereka itu untuk menjaga Kiam Ciu. Maka Shin Kai Lolo
segera menjelaskan persoalan tentang keadaan Tong Kiam Ciu yang harus
beristirahat dan menyembuhkan luka-lukanya selama tiga hari didalam pagoda
itu. "Kalau begitu, kita harus menjaganya !" seru Eng Ciok Taysu.
"Ya. kita harus menjaganya agar dia dapat tenang istirahat dan memulihkan
kembali jalannya Cinkie pemuda itu" jawab Kun-si Mo-kun.
Permintaan Kun-si Mo-kun kepada Eng Ciok Taysu dan kawan-kawannya itu
mendapat sambutan dengan tulus ikhlas.
Demikian para jago silat kenamaan itu mengadakan penjagaan diluar
pagoda. Adapun Teng Siok Siat mengadakan pengertian.
Belum seberapa lama mereka mengadakan penjagaan itu. Tampaklah Kwi
Ong yang di sertai juga oleh Tay Jat Cin Jin, Tok Giam Lo serta gadis berpakaian
serba hijau yang terkenal dengan sebutan Ceng-hi-Sio-li. Tetapi orang-orang dari
partai Kong-tong tidak kelihatan.
. 24 Mereka telah mendatangi pagoda itu. Kwi Ong mendatangi dengan pedang
Oey Liong Kiam terhunus dan menghampiri Kun-si Mo-kun.
"Hey orang gila, mana Tong Kiam Ciu ?" bentak Kwi Ong.
Kun-si Mo-kun dan kawan-kawannya bersikap acuh terhadap pertanyaan itu.
Mereka pura-pura tidak mendengarkan pertanyaan itu. Bahkan mereka melihat
ketempat lain. Kwi Ong gusar hati, melangkah maju lagi dan membentak.
"Jika kau tidak menyerahkan dia. aku akan masuk dan menyeretnya!"
Sikapnya yang congkak, wajahnya yang beringas dan menantang itu
menambah kegusaran Kun-si Mo-kun saja. Maka kakek itu lalu membentaknya
dengan suara gusar dan menantang pula :
"Hei Kwi Ong! Kita sudah dua kali bertemu, dua kali pula kau tidak terhasil
mengalahkan diriku. Sekarang aku akan menghadapimu dengan perangkap Ngoki-kiat-ceng (perangkap lima jalur jalan ajaib) dan akan menguji ketinggian
ilmumu!" seru Kun-si Mo-kun dengan lantang.
Ketika Kun-si Mo-kun menyebutkan perangkap Ngo-ki-kiat-ceng tampaklah
Ceng-hi-Sio li (pendekar silat wanita berpakian hijau) terkejut.
Mendengar tantangan itu hati Kwi Ong tidak tahan lagi. Dengan sebuah
gerungan keras bagaikan kerbau gila dia telah menyerang Kun-si Mo-kun
dengan mengirimkan jurus Ciok-po-thian-keng atau menggempur batu
menembus langit. Namun Kun-si Mo-kun telah siap siaga. Dengan sebuah gerakan lincah dan
cepat sekali kakek itu telah meloncat, sedangkan pedang Kwi Ong melesat
menikam tempat kosong. Begitu tubuh Kwi Ong telah lewat dan agak condong
tahu-tahu Kun-si Mo-kun telah melesat menendang mukanya. Hebat sekali
tendangan itu, jika saja Kwi Ong tidak cepat menghindar maka hancurlah
wajahnya karena terkena tendangan itu.
Kwi Ong terperanjat, tetapi untung dia nyaris dari tendangan itu ! Namun
demikian dia tidak dapat menghindari lagi terhadap serangan Siok Siat Shin-ni
. 25 yang telah menghembuskan lengan jubahnya yang mendamparkan angin
bertenaga dahsyat pula. "Aduh!" terdengar Kwi Ong menjerit dan cepat-cepat meloncat mundur
menjauhi lawannya. Namun Siok-siat Shin-ni tidak tinggal diam dan membiarkan lawannya
terlepas. Dengan mencabutkan pedang dan langsung menyerang dengan jurus
yang mematikan kearah tubuh Kwi Ong. Pedang Tiong-goan-liong-kiam (Pedang
naga merah daerah pertengahan) itu tampak berputar-putar menyilaukan mata
dan bergerak sangat cepat sekali.
Hanya dengan ilmu yang tinggi Kwi Ong dapat menghindari seranganserangan pedang Tiong-goan-liong kiam itu. Walaupun demikian pakaian Kwi
Ong telah tersayat dan terkoyak serta tampaklah noda-noda darah. Untung
bahwa raja iblis dari selatan itu mempunyai ilmu Kim-kang-lik atau Tenaga
dalam ajaib hingga goresan-goresan pedang itu tidak dapat melukai tubuhnya
lebih dalam lagi. Saat itu barulah Kwi Ong menemukan lawan yang benar-benar hebat. Dia
jadi sangat gelisah, karena sejak dia memimpin orang-orangnya dari suku Biauw
menyerbu daerah pertengahan itu belum pernah ada seorangpun jago silat yang
berhasil mengalahkan dirinya. Bahkan dia telah banyak membunuh jago-jago
silat daerah pertengahan. Tetapi kini kenyataannya, sangat hebat sekali. Dia telah
mendalami kenyataannya yang luar biasa. Ternyata Kun-si Mo-kun dan Sioksiat Shin-ni telah berhasil membuat dia kalang kabut.
Gerakan Kwi Ong tampak kacau, ternyata dia tidak berhasil memecahkan
rahasia ilmu jebakan Ngo-ki-kiat-ceng. Kwi Ong jadi gelisah.
"Adapun gadis yang berpakaian serba hijau atau terkenal dengan-panggilan
Ceng-hi Sio-li yang juga ingin merebut peta Pek-seng, setelah melihat Kwi Ong
jadi kelabakan melawan Kun-si Mo-kun dan Siok-siat Shin-ni. Maka gadis itu
segera berniat untuk membantu Kwi Ong.
Tampaklah Ceng-hi Sio-li juga telah siap-siap memberikan bantuan terhadap
Kwi Ong. Ketika kakek Kun-si Mo-kun menggunakan tangannya dan Siok-siat
Shin-ni meloncat mengarahkan pedangnya ke ulu hati Kwi Ong maka tampaklah
. 26 kelebatan Ceng-hi Sio-li meloncat melalui atas kepala Nenek jago pedang itu.
Hingga akhirnya perhatian nenek itu terpecah beralih kearah kelebatan Ceng-hi
Sio-li. Serangan terhadap Kwi Ong terhenti.
Begitulah dengan cepat gadis itu bergerak kearah Kun-si Mo-kun yang juga
tengah menggerakan pukulannya kearah Kwi Ong. Tahu-tahu tampaklah
kelebatan Ceng-hi Sio-li melalui atas kepalanya. Hingga kakek itu terpaksa
mengalihkan perhatannya kearah kelebatan bayangan yang mengancam kepala
kakek itu. Akibatnya serangan terhadap Kwi Ong terpaksa terhenti. Maka pecahlah
siasat Ngo-ki-kiat-ceng. Kwi Ong merasa sangat bersyukur terhadap bantuan
gadis itu, Maka dengan cepat pula dia telah meloncat kebelakang Ceng-hi Sio-li.
Sedangkan Kun-si Mo-kun sangat gusar mendengar kenyataan itu. Setelah itu
pertempuran berhenti ! "Hai ! Siapa namamu dan siapa suhumu ?! Hayo beritahukan lekas atau
kubunuh kau sekarang juga! " seru Kun-si Mo-kun dengan gusar.
Namun Ceng-hi Sio-li menyahut dengan tenang.
"Namaku . . . . . tidak! Aku terkenal dengan sebutan Ceng-hi Sio-li ! Aku tidak
perlu kasih tahu nama suhuku padamu, karena kalau kau mendengarnya akan
jatuh pingsan!" jawab gadis itu seenaknya.
"Hayo lekas jawab yang benar!" bentak Kun-si Mo-kun gusar sekali.
"Hihihi, baiklah kalau kau memang ingin tahu juga tentang suhuku biar kau
tidak penasaran. Apakah kau pernah dengar partai silat Ngo-kiat-pay? Aku
adalah salah seorang murid dari partai silat Ngokiat-pay!" jawab gadis
berpakaian hijau dengan bangga.
Kalau seandainya saat itu ada seribu kali geledek menyambar dan
gemuruhnya membelah bumi takkan mengejutkan Kun-si Mo-kun. Tapi serentak
dia mendengarkan nama partai silai Ngo-kiat-pay terasa tergetar hatinya. Tibatiba saja kakek raja setan itu tertawa terbahak-bahak seperti orang gila.
"Hahaha aku sudah duga. Nenek itu belum binasa! Hahaha dia telah
membentuk partai silat Ngo-kiat-pay. Hahaha!"
. 27 "Tetapi kini dia telah cacad dan wajahnya telah menjadi sangat buruk."
sambungnya lagi. Ceng-hi Sio-li mendengarkan perkataan Kun-si Mo-kun dengan sikap
waspada. Dia tahu bahwa sekarang sedang berhadapan dengan musuhmusuhnya. Juga berhadapan dengan orang pandai dari kalangan tua. Tetapi
belum lagi dia berseru menjawab kata-kata Kun-si Mo-kun, tahu-tahu kakek itu
telah berseru lagi. "Kau muridnya ? Baiklah kini kau akan kubinasakan terlebih dahulu, baru
nanti setelah muridnya aku akan mencari suhunya dan akan kubinasakan
sekalian !" seru Kun-si Mo-kun.
Begitu selesai dengan kata-katanya itu, maka Kun-si Mo-kun langsung




meloncat menerkam Ceng-hi Sio-li dengan gerak tiba-tiba dan cepatnya luar
biasa, hingga gadis itu tidak mampu lagi untuk berkelit.
Ceng-hi Sio-li terpaksa harus memapasnya dengan lengannya pula. Tetapi
Kwi Ong waspada, ketika dia melihat dayangnya bahaya yang mengancam
keselamatan Ceng-hi Sio-li maka dia langsung mengirimkan pukulan hebat
kearah dada Kun-si Mo-kun.
Akibatnya Kun-si Mo-kun tak sempat lagi mengelak maupun menangkis
serangan yang tidak terduga itu. Tubuh Kun-si Mo-kun terlempar karena
hantaman Kwi Ong itu. Kakek itu jatuh dan memuntahkan darah segar.
Kemudian Kwi Ong meloncat sambil berseru kearali Ceng-hi Sio-li, Tok Giam
Lo dan Liat Kiat Koan (pemimpin partai silat Kong-tong).
"Aku yang akan membereskan Kun-si Mo-kun! Kalian carilah dimana
persembunyian Tong Kiam Ciu." seru Kwi Ong sambil mengirimkan serangan
kearah K Kun-si Mo-kun yang telah berdiri dan siap dengan kuda-kudanya.
Tetapi sekejap itu pula telah tampak Shin Kai Lolo lelah meloncat berdiri
disamping Kun-si Mo-kun memberikan bantuan. Sedang Siok Siat Shin-ni, Eng
Ciok Taysu dan Tie-kiam-suseng telah berbaris menjaga pintu masuk ke pagoda
dengan pedang terhunus. Dalam keadaan itu, sewaktu-waktu pertempuran segera bisa berkobar.
Mereka sudah sama-sama tegang dan dari pihak Kwi Ong berhasrat untuk
. 28 menerobos pintu pagoda, sedangkan dari pihak Kun-si Mo-kun bertekad untuk
bertahan. Kedua belah pihak adalah orang-orang dari kalangan Bu-lim yang
berilmu tinggi, Hebat sekali akibatnya kalau sampai terjadi pertempuran saat itu.
Tetapi belum lagi semuanya itu berjalan, tiba-tiba dari atas pagoda terdengar
sebuah seruan yang keluar dari jendela pagoda.
"Tunggu!" seruan itu begitu nyaring dan ternyata mempengaruhi kedua belah
pihak. Orang-orang yang berada didepan pintu pagoda itu semuanya mendongak
kearah datangnya suara. Perhatian mereka tertuju kesana. Mereka menyaksikan
Tong Kiam Ciu berdiri dibelakang jendela. Di tempat itu tampak pula Teng Siok
Siat mendampingi Kiam Ciu.
"Kalian orang-orang gagah mencariku dengan maksud untuk menanyakan
rahasia peta Pek-seng bukan?" seru Tong Kum Ciu dengan suara keras dan
tenang. "Heeii Lotee (adik kecil) mengapa kau tak menghiraukan pesanku?" teriak
Kun-si Mo-kun dengan suara nyaring dan penuh khawatir.
Semua jago-jago silat yang berada ditempat itu masih tetap memperhatikan
kearah Tong Kiam Ciu. Senangkan Teng Siok Siat masih tetap mendampingi
Tong Kiam Ciu. "Kau seharusnya tetap tenang dan beristirahat didalam. Kami yang menjaga
diluar, apapun yang terjadi itu urusan kami!" seru Kun-si Mo-kun
memperingatkan Kiam Ciu dengan pesannya.
Tetapi Tong Kiam Ciu adalah seorang pemuda yang polos dan berhati mulia.
Dia tidak senang kalau orang lain menderita karena dirinya. Maka ketika dia
mendengar ribut-ribut diluar pagoda, dia telah menduga bahwa tentulah Kwi
Ong dengan kawan-kawannya yang berusaha untuk mencarinya dan ingin
mengetahu peta Pek-seng itu.
Dengan tersenyum pemuda itu menjawab kata-kata Kun-si Mo-kun.
"Locianpwe ! Aku tidak melihat apa yang terjadi diluar, tetapi aku dapat
mendengarnya. Ini adalah urusanku dan harus mengurusnya."
"Tetapi kau belum sembuh kau hanya akan mengantarkan jiwamu saja
dengan percuma jika kau harus bertarung lagi!" seru Kun-si Mo-kun.
. 29 Dengan selesainya kata-kata itu tahu-tahu tubuh kakek itu telah melesat
bagaikan terbang dan hinggap dijendela dimana Tong Kiam Ciu berdiri dengan
maksud mendorong Tong Kiam Ciu untuk masuk kembali Tetapi dengan cepat
pula Ceng-hi Sio-li telah berada di belakang Kun-si Mo-kun. Maka kakek itu lalu
membentak. "Minggir!" seru Kun-si Mo-kun sambil menghantamkan tinjunya Ceng-hi Sioli.
Namun gadis berpakaian hijau itu cepat berkelit dan langsung meloncat
kebelakang Tong Kiam Ciu sambil menerkam punggung Kiam Ciu dia
mengancam. "Jika kau dan kawan-kawanmu berani bertindak gila-gilaan, maka aku tak
segan-segan lagi memukul mati Tong Kiam Ciu! "ancam Ceng-hi Sio-li.
Lalu Ceng-hi Sio-li mengeluarkan kertas putih dan menanyakan kepada Tong
Kiam Ciu. "Ini adalah sehelai kertas putih yang kosong, tetapi kau mengatakan bahwa
kertas ini adalah peta Pek-seng. Aku minta penjelasan!" seru Ceng-hi Sio-li
sambil tetap mengancam. Suasana sudah menjadi sangat tegang sunyi senyap dan hanya napas
memeka yang terdengar. Tong Kim Ciu tampak tetap tenang dan memutar tubuhnya menghadap
kearah Ceng-hi Sio-li seraya tersenyum.
"Apakah kau kira kau dapat memaksaku dengan kekerasan?" tanya Kiam Ciu
bernada tenang dan tersenyum memandang gadis pendekar silat itu.
Mendengar perkataan Kiam Ciu itu, semua orang pada terperanjat dan
merasa kagum dengan ketenangan pemuda itu. Begitu juga Ceng-hi Sio-li yang
masih mengancam pemuda itu tampak mengerenyitkan keningnya.
"Kau tahu bahwa kita semua menginginkan kitab pusaka Pek-seng-ki-su?"
tanya Kiam Ciu dengan suara tetap tenang.
Gadis itu hanya memandangi mata Kiam Ciu dengan sorot mata tak
mengerti. Namun mata gadis itu membenarkan perkataan Kiam Ciu.
. 30 "Untuk menemukan tempat penyimpanan kitab Pusaka Pek-seng-ki-su itu
harus menggunakan peta. Tanpa petunjuk peta Pek-seng itu aku yakin takkan
mungkin dapat menemukan kitab itu. Ketahuilah satu-satunya orang yang
mengetahui rahasia peta Pek-seng itu hanyalah aku sendiri !" seru Tong Kiam
Ciu dengan suara tetap tenang, selanjutnya "tanpa petunjukku kukira kalian tidak
akan dapat menemukan tempat tersimpannya kitab Pek-seng-ki-su itu !"
Lalu Tong Kiam Ciu mengambil kertas yang dipegang oleh Ceng-hi Sio-li dan
gadis itu diam saja hanya memperhatikan. Karena semua perkataan Kiam Ciu
yang baru saja diucapkan itu semuanya benar belaka. Dia membutuhkan
keterangan pemuda itu untuk menunjukan tempat tersimpannya kitab pusaka
itu. Karena memang hanya Tong Kiam Ciu seoranglah yang mengerti rahasia
peta Pek-seng itu. "Kwi Ong telah mengambil empat helai kertas dari dalam saku. Sekarang aku
hanya mendapatkan sehelai ini, lalu yang ketiga helai lagi dimana?" tanya Kiam
Ciu sambil mementangkan kertas yang dipegangnya itu kearah luar.
Kemudian terdengarlah Eng Ciok Taysu berseru.
"Tong siauwhiap ! Tiga helai kertas lainnya berada ditanganku!" seru Eng Ciok
Taysu sambil mengeluarkan tiga helai kertas dan dilipat-lipat kemudian
dilemparkan kearah Tong Kiam Ciu.
Setelah Tong Kiam Ciu memegang keempat kertas itu lalu dia berseru
kepada semua orang yang berada ditempai itu.
"Kirab pusaka Pek-seng-ki-su itu tersimpan disuatu gedung yang indah
didalam kota Pek-seng yang hilang itu. Adapun letak kota Pek-seng itu dimana
tak usahlah kalian mengetahuinya. Yang penting kalian dapat mengikutiku ke
kota Pek-seng itu" seru Kiam Ciu.
Kwi Ong telah merasa tidak sabar lagi dengan tek-tek bengek itu. Sejak tadi
dia sangat gelisah dan seakan-akan dia ingin menghancurkan kepala Tong Kiam
Ciu, kalau tidak terhalang oleh satu perkara, ialah untuk mendapat petunjuk letak
kota Pek-seng. Karena memang Kwi Ong pernah sampai di telaga Ang-tok-ouw
kemudian mengelilingi tepian telaga itu serta memasuki hutan-hutan disekitar
. 31 telaga iiu serta mencari kota Pek-seng yang hilang itu dan dia juga mencari
kitab Pek-seng-ki-su namun tidak berhasil menemukan kota itu.
"Hahahaha Tong Kiam Ciu kau sungguh cerdik untuk menyelamatkan
nyawamu dengan menggunakan peta Pek-seng untuk alat! Kau telah
menjanjikan hal-hal yang muluk-muluk!" seru Kwi Ong dengan suara nyaring.
"Kwi Ong manusia keji dan rendah! Dengar dan pentangkan telingamu lebarlebar! Sebenarnya aku memang tidak rela kalau sampai kitab Pek-seng-ki-su
jatuh ketanganmu. Aku rela kalau seandainya kitab itu jatuh ketangan jago-jago
silat dari daerah pertengahan!" seru Kiam Ciu.
Kiam Ciu memang sengaja mengeluarkun kata-kata itu karena dia tahu
bahwa semua yang berada ditempat itu adalah para pendekar silat dari daerah
pertengahan kecuali Kwi Ong seoranglah yang bukan dari daerah pertengahan.
Kwi Ong dari daerah selatan. Maka dengan kata-kata yang diucapkan oleh Kiam
Ciu itu besar juga akibatnya dan menonjolkan Kwi Ong dalam posisi yang sulit
dan gawat sekali. "Lagi pula kau harus mengembalikan pedang pusaka Oey Liong Kian itu
kepadaku. Kau telah merampasnya dengan cara keji. Ketahuilah bahwa
sebenarnya pedang Oey Liong Kiam itu adalah pedang yang harus diperebutkan
oleh pendekar-pendekar daerah pertengahan pada tiap sepuluh tahun sekali
dalam pertemuan Bu-lim-ta-hwee. Maka pada sepuluh tahun yang akan datang
aku harus membawa pedang pusaka itu dalam pesta pertemuan Bu-lim-ta-hwee
dan pedang itu sebagai piala bagi mereka yang memenangkan dalam pibu!"
seru Kiam Ciu kearah Kwi Ong dengan menuding-nuding.
Sebenarnya Kwi Ong merasa sangat gusar dituding-tuding seperti itu oleh
Kiam Ciu. Namun selama beberapa saat itu dia masih dapat menahan
kemarahannya demi kitab Pek-seng-ki-su.
"Tong Kiam Ciu kau jangan hanya besar mulut ! Kalau memang kau
berkepandaian dan ada keberanian mengapa tidak datang kepadaku dan
mengambil pedang ini dari tanganku! " seru Kwi Ong dengan nada sombong.
Kiam Ciu sejenak diam dan memandang kearah Kwi Ong. Sebenarnya
hatinya merasa terpukul dengan tantangan itu. Dia terhenyak dan matanya
. 32 merah membara. Tetapi dia menyadari bahwa tubuhnya dalam keadaan luka
dalam dan tidaklah mungkin untuk menghadapi Kwi Ong. Walaupun hanya dalam
beberapa jurus saja dia tidak akan mampu.
"Ayolah turun kesini dan ambillah pedang Oey Liong Kiam ini ! Mengapa tidak
berani?!" seru Kwi Ong sengaja memancing kemarahan Kiam Ciu.
Semua orang memandang kearah Kiam Ciu, kemudian memandang kearah
Kwi Ong. Kiam Ciu sendiri telah menahan rasa marahnya. Dia memandang Kwi
Ong dengan mata melotot dan gigi gemeretakan.
"Untuk apa kau gusar hati kalau ternyata bernyali kecil. Percuma saja kau
bergelar Giok-ciang-cui-kiam ternyata adalah nama kosong belaka. Pemegang
pedang pusaka nomor wahid dikolong langit ? Hahaha ternyata hanya bernyali
kecil hahaha !" seru Kwi Ong dengan sengaja memancing kemarahan Kiam Ciu.
(Bersambung Jilid 10) . 33 . 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 10 T ANTANGAN Kwi Ong yang bersifat mengejek dan merendahkan Tong Kiam
Ciu itu menimbulkan rasa panas dihati siapa saja yang mendengarkan. Bukan
saja Tong Kiam Ciu namun lawan dan kawan pemuda itu merasa gusar. Tong
Kiam Ciu meloncat melalui jendela terjun ke tanah.
Begitu indahnya pemuda itu telah melayang dan berdiri diatas tanah dengan
sangat lunak sekali. Dibelakangnya menyusul pula Siok Soat dan Ceng-hi Sio-li.
Menyaksikan orang yang ditantangnya itu telah berdiri diatas tanah yang
tiada jauh dari tempatnya. Maka Kwi Ong dengan langkah pasti dan dia buat
bersuara dengan tekanan kaki keatas tanah berbatu-batu itu dengan
mengerahkan sin-kangnya untuk pamer kelihayannya. Hingga tanah yang
dipijaknya itu terlihat tapak bekas kakinya.
Kiam Ciu tidak merasa gentar hati berhadapan dengan orang keji itu. Dia
mengawasi wajah Kwi Ong dengan mata waspada.
Ketika Kwi Ong berada tiada jauh lagi dihadapan Kiam Ciu, tiba-tiba pemuda
itu meloncat menerkam dada Kwi Ong dengan tangkas sekali.
Namun Kwi Ong sudah bertekad untuk membinasakan Kiam Ciu. Dia telah
memiringkan tubuh dan dengan ilmu cakaran garuda saktinya dia akan
membinasakan Kiam Ciu. Pada saat itu banyak para pandekar silat yang berada di tempat itu
disamping para pendekar dari aliran tua, juga terdapat lebih dari empat puluh
pendekar silat daerah pertengahan berada di tempat itu. Mereka telah
menyaksikan sikap Kwi Ong yang keji dan akan membinasakan Tong Kiam Ciu.
Mereka telah mengenal jiwa dan watak Kiam Ciu. Seorang pemuda yang
mempunyai ilmu silat lihay, berwatak sairia dan berbudi luhur. Maka banyaklah
bahkan hampir semuanya membantu Kiam Ciu.
. 1 Pada saat kritis itu dimana Kwi Ong telah melayang dan mengarahkan jari
jemarinya yang beracun itu kearah wajah dan dada Kiam Ciu, tiba-tiba
tampaklah sebuah bayangan berkelebat di tengah-tengah kedua orang yang
tengah mengadu sinkang itu.
Tampaklah kedua orang itu terpental bersama. Kiam Ciu terpelanting kembali
dan jatuh begitu pula Kwi Ong mendorong balik dan jatuh pula, kedua orang itu
merasa kagum akan kehebatan orang itu.
Bersamaan dengan itu pula telah terdengar pekikan Shin Kai Lolo tahu-tahu
tubnh nenek itu telah melesat dan berdiri dihadapan Kwi Ong, yang juga disusul
oleh Kun-si Mo-kun, Siok Siat Shin-ni, Eng Ciok Taysu, Tie-kiam suseng, Teng Siok
Siat dan Ceng-hi-sio-li. Mereka berdiri dihadapan Kwi Ong dengan sikap
menantang. Kemudian tampak pula kelebatan tiga sosok tubuh yang ternyata adalah
orang-orang yang semula bersikap seolah-olah membantu Kwi Ong. Orangorang itu tidak lain ialah: Tay Jat Cin Jin, Ciok Hok Lo To dan Liat Kiat Koan
mereka telah berdiri dan meghadapi Kwi Ong dengan sikap menantang pula.
Kwi Ong menyaksikan semuanya itu dengan terperanjat, tiap kali dia
memandangi wajah orang-orang yang menggempurnya itu dengan satu
perhitungan dan mengernyitkan kening. Namun dia tidak merasa gentar
menghadapi mereka itu semuanya. Diapun telah menyangka bahwa akhirnya
dia harus berhadapan dengan sekian banyak pendekar di daerah pertengahan.
Hal itu memang telah diperhitungkannya!
Untuk menghadapi Kun-si Mo-kun saja yang menggunakan siasat Ngo-likiat-ceng, dia tidak mampu. Apalagi kini dia harus menghadapi sekian
banyaknya jago-jago silat tangguh. Maka dalam hati sebenarnya Kwi Ong
mengeluh. Tetapi terbawa dengan sikap sombong dan tidak mau ditundukkan
maka dia segera mencabut pedang Oey Liong Kiam.
Sebenarnya Kwt Ong menyadari dengan meawan sekian banyak orangorang gagah yang memang berilmu lihay dan berbagai aliran perguruan atau
partai persilatan itu maka dia berarti akan mengantarkan jiwa.
. 2 Namun untuk mengundurkan diri Kwi Ong merasa malu. Maka karena
tekanan semua perasaan dan untuk menguasai semuanya itu justru Kwi Ong
lalu tertawa terbahak-bahak.
"Sebenarnya aku telah berbuat terlalu lunak. Aku telah banyak mengampuni
nyawa banyak pendekar di daerah pertengahan ini! Namun kini aku terpaksa
menyampaikan janjiku untuk menumpas jago-jago silat di daerah pertengahan
ini !" seru Kwi Ong dengan sikap sombong dan siap menyerang.
Dengan pedang Oey Liong Kiam di tangan kanan dia telah memamerkan
permainan ilmu silat bersenjata pedang itu dengan sangat hebat sekali. Dalam
sekejap mata saja seolah-olah tubuhnya telah dikurung oleh kilauan-kilauan
sinar pedang yang memancarkan cahaya biru dan menyilaukan mata.
Tampaklah seolah-olah tangan Kwi Ong telah berubah menjadi beberapa pasang
dan masing-masing memegang pedang Oey Liong Kiam dengan suara gemuruh
yang diakibatkan oleh angin sambaran pedang itu.
Semua orang yang menyaksikan permainan pedang itu merasa kagum.
Sampai sekian lamanya dan sampai beberapa jurus Kwi Ong telah memutarmutar pedangnya namun tiada seorangpun dari para jago silat itu yang
melawan atau membalas menyerang Kwi Ong. Mereka hanya berloncatan
menjauh atau menghindari tiap sabetan, bacokan maupun tusukan pedang Kwi
Ong itu. Ketika mendapat kenyataan seperti itu, maka Kwi Ong lalu menarik kembali
serangan-serangannya. Dia memandang kearah orang-orang itu dengan wajah
yang tampak sangat seram dan mata merah menyala oleh dendam dan marah.




Kwi Ong membentak dan menantang para pendekar.
"Hey mengapa kalian tidak melawanku ? Apakah kalian takut ?" tanya Kwi
Ong dengan suara sombong dan congkak seru menantang.
Berbareng dengan berakhirnya kata-kata itu dia telah menyerang kearah
barisan para pendekar dari daerah pertengahan itu dengan tikaman keras dan
menimbulkan hawa gemuruh juga.
"Tahan !" terdengar bentakan menggeledek dan ternyata suara bentakan itu
begitu hebat dan mempunyai pengaruh hebat pula terhadap Kwi Ong.
. 3 Ternyata orang yang membentak itu tiada lain ialah teorang kakek
berjenggot putih dan panjang tiada lain ialah Tay Jat Cin Jin.
Tay Jat Cin Jin meloncat dihadapan Kwi Ong. Sambil memandang Kwi Ong
tanpa berkedip dan ternyata pandangan mata kakek itu sangat berwibawa dan
membangkitkan suatu perasaan malu dan segan di hati Kwi Ong.
"Aku sudah tua, tetapi aku berani melawan kau! Kau tidak perlu melawan
banyak, orang !" seru Tay Jat Cin Jin sambil memandang mata Kwi Ong.
Selanjutnya berkata lagi "Jika kau mau mendengarkan usulku yang bijaksana ini,
kukira pertumpahan darah dapat dihindarkan !".
Saat itu hati Kwi Ong yang biasanya keras seperti baja dan wataknya yang
sombong serta telengas itu, benar-benar telah dapat dilunakan oleh Tay Jat Cin
Jin. Dia menyadari bahwa dia dapat mati konyol, kalau nekad menghadapi sekian
banyak jago-jago silat itu.
"Apakah usulmu itu?" tanya Kwi Ong ingin tahu.
Tay Jat Cin Jin mengelus-elus jenggotnya yang putih dan panjang itu seraya
memandang kearah mata Kwi Ong dan berkata :
"Aku akan menjelaskan tentang usulku yang bijaksana itu kepadamu dan
kepada sekalian orang-orang gagah disini. Tetapi kuminta pedang Oey Liong
Kiam itu disarungkan terlebih dahulu, juga semua senjata para pendekar
disarungkan, agar supaya aku dapat berbicara dalam suasuna damai.. .!" seru Tay
Jat Cin Jin sambil menghormat kepada semua orang yang berada di tempat itu.
Kwi Ong segera menyarungkan pedangnya, begitu pula diikuti oleh segenap
pendekar menyarungkan senjata masing-masing. Seolah-olah apa yang
dikatakan oleh tokoh angkatan tua itu sangat penting dan kata-katanya
mempunyai pengaruh hebat terhadap mereka.
"Menurut pendapatku", kata Tay Jat Cin Jin, "hanyalah Tong siauwhiap yang
dapat membaca atau mengerti rahasia peta Pek-seng !" Kita telah tahu pula,
tanpa peta Pek-seng itu kita tidak akan dapat menemukan tempat penyimpanan
kitab pusaka Pek-seng-ki-su. Maka kini mengutamakan untuk mengetahui
tempat itu dan lagi sudah menjadi peraturan pada pertemuan Bu-lim-ta-hwee
bahwa barang siapa yang telah dapat memegang atau mendapatkan kitab
. 4 pusaka Pek-seng-ki-su maka dia itulah juga berhak memegang pedang Oey
Liong Kiam. Sekarang berhubung sudah jelas bahwa yang mengetahui rahasia
peta Pek-seng itu hanyalah Tong siawhiap. maka marilah kini kita menjaga
bersama keselamatannya ! kakek itu mengakhiri kata-katanya.
Semua orang yang berada di tempat itu mengangguk-anggukan kepala,
kecuali Kwi Ong. Ketika semuanya ternyata diam tanpa ada yang membuka
suara maka kakek Tay Jat Cin Jin itu meneruskan kata-katanya.
"Sekarang persoalan ini telah menjadi berlarut-larut dan telah menjadi agak
sulit ! Menurut pendapatku ada dua jalan untuk memecahkannya !" seru Tay Jat
Cin Jin sambil menatap satu persatu wajah orang-orang yang berada di tempat
itu. "Katakan apa saja yang harus ditempuh?" seru Kun-si Mo-kun tidak sabar.
"Ya!" sambung Kwi Ong pula sambil memandang Tay Jat Cin Jin.
"Pertama, Kwi Ong harus mengembalikan pedang pusaka Oey Liong Kiam
terlebih dahulu kepada Tong siauwhiap. Kemudian Tong siauwhiap menjelaskan
rahasia peta Pek-seng kepada kita semua untuk kemudian kita perundingkan
segala sesuatunya bersama. Setelah jelas maka semuanya atau kita beramairamai untuk berlomba mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su !" seru Tay Jat Cin Jin
tetapi kata-kata itu belum sampai selesai telah dipotong oleh Kwi Ong.
"Menurut pendapatmu jalan itu sudah bersifat adil ?" tanya Kwi Ong.
"Ya!" seru Tay Jat Cin Jin.
"Dimina letak keadilannya!" tanya Kwi Ong, orang itu tidak puas.
"Kau hanya mengembalikan pedang Oey Liong Kiam kepada Tong Kiam Ciu.
dengan demikian kita semuanya dapat mendengarkan rahasia atau petunjuk
dalam peta Pek-seng itu. Apakah ini tidak berarti adil menurut pendapatmu?"
kata kakek itu sambil mengelus janggotnya.
Kwi Ong membungkam, dia menundukan kepalanya memandang batu-batu
yang berserakan di tempat itu. Semua mata orang-orang gagah memandang
kearah Kwi Ong. "Lalu coba katakan jalan kedua!" seru Kwi Ong mendesak.
. 5 "Jalan kedua lebih mudah lagi," seru Tay Jat Cin Jin, "kita telah tahu bahwa
yang mengetahui rahasia membaca peta Pek-seng hanyalah Tong Kiam Ciu dan
dia rela untuk mengajak kita ke kota Pek-seng serta menunjukkan letak atau
tempat penyimpanan kitab pusaka Pek-seng-ki-su kepada kita sekalian. Nah,
setelah kita mengetahui tempat bersembunyinya kitab Pek-seng-ki-su itu, kita
mengadu kepandaian untuk memperebutkannya !" seru Tay Jat Cin Jin dengan
mengakhiri kata-katanya itu dia diam-diam mngawasi reaksi dari orang-orang
gagah yang berada di tempat itu.
Semua orang yang berada di tempat itu mengangguk-anggukan kepala.
Mereka menganggap keputusan itu memang sangat bikjaksana dan adil.
Jalan untuk menghindarkan pertumpahan darah seperti yang telah dikatakan
oleh Tay Jat Cin Jin itu memang benar-benar sangat baik. Baik jalan pertama
maupun jalan kedua adalah sangat baik.
Mereka mengharapkan Kwi Ong mengembalikan pedang Oey Liong Kiam
kepada Tong Kiam Ciu. Kemudian pemuda itu segera membuka rahasia peta
Pek-seng kepada mereka, menurut jalan pertama.
Kemudian Tay Jat Cin Jin berseru kepada Kwi Ong.
"Aku kira bagimu lebih baik mengembalikan pedang Oey Liong Kiam itu
kepada Tong Kiam Ciu, bukankah kalau kau ternyata mendapatkan kitab Pekseng-ki-su maka kaupun berhak memegang pedang Oey Liong Kiam. Mengingat
peratutan Bu-lim ta-hwee maka kau jangan merasa khawatir. Begitu pula kukira
kau mempunyai kesempatan besar sekali, karena telah kusaksikan ternyata kau
mempunyai ilmu silat yang tinggi.
Kwi Ong lama juga berpikir. Dia agak berotak bebal, walaupun dia adalah
seorang yang berilmu tinggi, tetapi dalam hal pikir memikir sangat lemah.
Hingga beberapa saat lamanya dia berpikir. Semua orang menantikan keputusan
Kwi Ong. Mereka memandang kearah ketua suku bangsa Biauw itu. Kemudian
tampaklah Kwi Ong mengangkat wajahnya dan memandang kearah Tay Jat Cin
Jin, dan dia tersenyum. "Aku memilih jalan kedua !" seru Kwi Ong.
. 6 Disitulah terlihat ketamakan Kwi Ong manusia yang berwatak sombong dan
keji itu. Dia tidak memikirkan kepentingan orang lain, dia berpikir mengapa dia
berlaku bodoh untuk mengembalikan pedang Oey Liong Kiam yang sudah jatuh
ketangannya. Yang penting sekarang baginya, ialah untuk merebut kitab pusaka
Pek-seng-ki-su ! Lalu dengan suara lantang Tay Jat Cin Jin berkata :
"Aku kira kalian telah mendengar kita mengambil jalan kedua! Tong Kiam Ciu
dapat berlalu dari tempat ini dan pergi menuju ketempat tersembunyinya kitab
Pek-seng-ki-su ! Kita semuanya membayangi secara beramai-ramai untuk
mengadu kepaudaian dan kecerdikan guna mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su.
Nah berhubung semuanya kini telah beres, dan aku minta diri!" seru Tay Jat Cin
Jin. Pegitu dia selesai dengan kata-kata itu. maka dia segera menyingkir dengan
mengajak Ciok Hok Lo To. Tay Jat Cin Jin adalah seorang kakek yang lihay dan
cerdas serta telah pernah menjagoi dunia persilatan pada masa lampau. Dia
telah mendahului orang lain dalam memperebutkan kitab Pek-seng-ki-su. Kakek
itu telah menggunakan caranya sendiri dalam usaha untuk mendapatkan kitab
itu. Bukannya dia pergi sendiri untuk menemukan kitab Pek-seng-ki-su.
Setelah kepergiannya Tay Jat Cin Jin dan Cio Hok Lo To maka satu demi satu
jago-jago silat itu meninggalkan tempat itu, Mereka akan mengikuti jejak Tong
Kiam Ciu. Tetapi ada beberapa orang pula yang belum pergi dan masih menunggu
keberangkatan Tong Kiam Ctu, Mereka itu adalah Kwi Ong, Tok Giam Lo, tampak
pula Eng Ciok Taysu, Tie-Kiam suseng. Shin Kai Lolo, Teng Siok Soat, Siok siat
Shin-ni dan Cheng-hi-sio-li.
Adapun Tong Kiam Ciu masih perlu menyembuhkan luka dalam yang
dideritanya. Dia tetali masuk kembali kedalam pagoda untuk istirahat sambil
memulihkan kembali semangat dan kesehatannya.
Setelah sampai didalam dan mulailah Kiam Ciu istirahat. Sambil berbaring
pemuda itu mengerahkan ilmu Bo-ki-sin-kong untuk mengobati luka didalam
tubuhnya yang telah terkena racun Tok Giam Lo.
. 7 Tampaklah keringat berbintik-bintik telah membasahi wajahnya. Tubuhnya
bergetar dan terasa hawa hangat telah menjalar dari ujung-ujung jari bertemu
didada kemudian bergolak dan seolah-olah mendesak dari jantung ke ujungujung jari jemarinya. Begitulah pergolakan hawa hangat yang telah mengusir
peracunan dalam hawa murni ditubuh Tong Kiam Ciu.
Beberapa saat kemudian, didalam ruang gelap itu Tong Kiam Ciu telah
terkenang kembali saat pertemuannya dengan Gan Hua Liong dan saat ketika
kakek itu akan menghembuskan napasnya yang terakhir. Segala pesanpesannya untuk menolong cucunya yang tertawan dikota Pek-seng. Juga
terkenanglah Kiam Ciu akan pertemuannya dengan cucu Gan Hoa Liong di kota
Pek-seng. Pula teringat akan janjinya untuk menolong gadis malang itu. Karena
teringat peristiwa-peristiwa itu, maka Kiam Ciu jadi kembali gelisah. Terasalah
kembali darahnya bergolak dan hawa murai telah saling berdesakan di dalam
tubuh pemuda itu. Tong Kiarn Ciu gelisah sekali, dia berusaha untuk
mengatasinya. Setelah dirasakan keadaan pergolakan hawa murni dan tenaganya telah
pulih sedikit dan menjadi agak tenang. Maka Kiam Ciu lalu mengeluarkan kertas
peta Pek-seng. Di tempat yang gelap pekat itu dia yakin bahwa peta itu dapat
dilihat. Ternyata benar juga, maka tampaklah guratan-guratan berwarna kebirubiruan seperti sinar kunang-kunang membentuk garis-garis gambar peta Pekseng. Kiam Ciu menelitinya. Tetapi sebenarnya hal itu bagi Kiam Ciu sudah tidak
berarti, karena bukankah dia mempunyai gadis she Gan yang telah mengetahui
letak penyimpanan kitab Pek-seng-ki-su ? Maka kini bagi Tong Kiam Ciu tinggal
memikirkan bagaimana caranya untuk mengelabuhi orang itu agar tidak sampai
mencelakakan gadis she Gan itu. Gadis yang malang dan terkurung dalam suatu
tempat yang terbuka. Suatu keanehan, bahwa di tempat yang terbuka dan bebas
kelihatannya itu ternyata gadis she Gan itu tidak mampu untuk pergi dan
meninggalkan bangunan mungil dan indah dikota Pek-seng yang hilang itu.
Suatu perbuatan mantra tenung yang luar biasa hebatnya !!!
. 8 Pada saat itu Kiam Ciu didalam pagoda seorang diri. Diluar telah menunggu
banyak sekali pendekar silat yang kenamaan. Juga termasuk Kwi Ong dan Shin
Kai Lolo. Persoalan utamanya ialah kitab Pek-seng-ki-su.
Adapun Ceng-hi Sio-li yang semula menaruh kebinasaan Tong Kiam Ciu
ternyata kini telah mengubah sikap. Dia lama-lama telah mengenal sipat dan
jiwa Tong Kiam Ciu. Mata tidaklah mengherankan kalau kini gadis pendekar
wanita yang baju hijau itu menaruh rasa hormat dan simpati pada Kiam Ciu.
Bahkan kini dia bersedia untuk memberikan bantuan atau membela untuk
kepentingan pemuda itu. Angin berhembus halus sejuk rasanya. Saat itu masih siang hari, namun
didalam pagoda memang tampak gelap pekat. Tetapi kalau didalam pagoda itu
telah beberapa saat lamanya, maka tampaklah keadaan dalam pagoda itu,
Seolah-olah kita telah dibiasakan dan terbuka lensa kita untuk melihat dalam
keadaan itu. Sesaat lamanya Kiam Ciu telah memeriksa peta Pek-seng itu. Kemudian
terdengarlah sayup-sayup suara seruling menebus kesunyian dalam saat itu.
Seruling itu tertiup sangat halus dan mengalun iramanya menghanyutkan
perasaan. Siapapun yang mendengarkan irama seruling itu badannya terasa
sangat letih dan kemudian terasa mengantuk.
Gaib, gaib benar suara seruing itu. Siapapun ingin mendengarkan suara
irama seruling yang menyayat hati itu, namun kalau mereka mendengarkan
maka mereka itu merasa kepingin sekali untuk tidur.
Kemudian, setelah lewat lima menit lamanya semuanya tertidur. Baik Tong
Kiam Ciu yang berada didalam pagoda maupun Kwi Ong diluar pagoda merasa
sangat mengantuk dan akhirnya mereka tertidur.
Tay Jat Cin Jin dan Ciok Hok Lo To yang berada tidak jauh dari pagoda telah
mendengar pula bunyi irama seruling itu. Mereka juga merasa sangat
mengantuk dan akhirnya tertidur diatas tanah. Pokoknya siapapun yang
mendengarkan suara seruling bambu itu akhirnya akan tertidur dengan
perasaan tenang dan pulas sekali, hingga beberapa saat lamanya dalam
keadaan terlena itu tiada mendengarkan suara apapun lagi.
. 9 Beberupa saat kemudian alunan seruling itu terhenti. Semua orang telah
tertidur dalam keadaan tidak sadar, mereka tertidur sangat nyenyak sekali.
Tampaklah ditingkat bagian teratas dari pagoda itu seorang gadis bertubuh
langsing menarik dan wajahnya sangat menarik sekali. Liuk tubuhnya
mendatangkan rasa rindu dan birahi.
Siapakah gerangan gadis jelita yang meniupkan seruling penghanyut sukma
itu ? Gadis jelita yang berilmu tinggi dan selalu mengendarai kereta indah dalam
pengembaraannya di kalangan Kang-ouw. Gadis jelita yang selalu menjadi tekateki umum. Gadis jelita yang menguasai ilmu Pan-yok-shin-im dan
menggegerkan dunia Kangouw !!!!!
Tiada lain adalah Cit-siocia, gadis jelita yang telah jatuh cinta kepada Tong
Kiam Ciu. Gadis yang telah berkorban karena cintanya kepada Tong Kiam Ciu.
Benar-benar dia tiada lagi berkata bohong dan tidak dapat membantah tanpa
disadarinya telah begitu kuat jatuh hati kepada Tong Kiam Ciu. Cintanya begitu
hebat hingga tidak dapat lagi dia berpura-pura untuk mengalah. Hatinya seolaholah telah lekat pada Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu adalah dirinya dan dirinya
adalah Tong Kiam Ciu Maka serasa tiada sempurnalah menurut perasaan Cit siocia kalau dia
berpisah dengan Tong Kiam Ciu, Hingga dia terpaksa harus selalu membayangi
dimanapun Kiam Ciu berada.
Cit siocia memeriksa hasil pekerjaanya. Kemudian melampaikan tangan dan
tiada lama kemudian tampaklah seorang wanita mendatanginya, wanita itu telah
menerima perintah dari Cit siocia kemudian pergi lagi. Tinggalah gadis jelita itu
seorang diri mendekati tempat Kiam Ciu, sedangkan Kiam Ciu telah terbangun
dan pemuda itu merasa heran karena dirinya telah tertidur diluar kesadaran.
"Mengapa aku tertidur tanpa kusadari ? pikir Kiam Ciu.
Kiam Ciu lalu berdiri dan keluar pagoda memeriksa keadaan. Ternyata
semua orang dalam keadaan tertidur nyenyak. Juga Kun-si Mo-kun dan Kwi Ong
begitu juga Teng Siok Siat dan Ceng-hi Sio-li.
"Mengapa mereka semuanya juga telah tertidur. Hem.. . semuanya sangat
aneh!" pikir Tong Kiam Ciu. Kemudian pemuda itu telah memasuki pagoda lagi
. 10 Tetapi ketika kakinya baru menginjak ambang pintu pagoda telah tercium bau
harum yang pernah dikenalnya.
Belum sempat Kiam Ciu berpikir lebih lanjut, dia telah menyaksikan Cit siocia
berdiri sambil tersenyum sangat manis sekali. Di tangan gadis jelita itu tampak
secarik kertas Peta Pek-seng.
"Oh, kau telah datang kemari juga ?"seru Kiam Ciu.
"Ya, aku datang. Marilah ikut aku!" bisik gadis itu sambil tersenyum dengan
sikap yang sangat menarik dan menawan hati.
Tiada lama kemudian tampaklah kelebatan sebuah bayangan. Kiam Ciu
terperanjat. Tetapi pemuda itu juga pernah melihat orang yang baru datang itu
yang tiada lain adalah dayang-dayang Cit siocia. Ialah dayang serta yang selalu
mengiringkan kemana saja gadis jelita itu pergi. Dialah yang bernama Sio Cien
membawa sebilah pedang yang diketemukan dari punggung Kwi Ong yang
masih tertidur. Pedang itu tiada lain ialah pedang Oey Liong Kiam.
Sio Cien telah berdiri disamping Cit siocia dan menyerahkan pedang Oey
Liong Kiam itu kepadanya. Cit Siocia menarik pedang itu sambil tersenyum dan
menyerahkan kembali kepada Tong Kiam Ciu.
"Siauwhiap, kita telah berhasil merebut kembali pedang Oey Liong Kiam dari
tangan Kwi Ong. marilah kini kita segera pergi meninggalkan tempat ini dan
pergi mencari kota Pek-seng untuk mencari kitab Pek-seng-ki-su!" seru Cit Siocia.




Sesaat lamanya Tong Kiam Ciu terdiam, dia telah menjanjikan kepada
segenap pendekar untuk mengajak mereka ke kota Pek-seng dan menunjukkan
tempat tersimpannya kitab Pek-seng-ki-su berdasarkan petunjuk yang
tergambar dalam peta Pek-seng itu. Maka gelisahlah hati Tong Kiam Ciu karena
usul Cit siocia itu. "Tetapi". aku". telah.. ." jawab Tong Kiam Ciu bingung.
Cit siocia tersenyum mendengar jawaban pemuda itu, kemudian berbisik
kepada Tong Kiam Ciu. "Apakah Tong siauwhiap ingin membangunkan mereka semua?" tanya Cit
siocia sambil tersenyum. . 11 Tong Kiam Ciu menganggukkan kepala, tetapi Cit siocia tersenyum.
"Tetapi menurut pendapatku, mereka biarlah tetap tertidur disini, lalu kita
pergi mencari kitab Pek-seng-ki-su. Setelah kita menemukan kitab itu kita
kembali lagi kesini. Cara itu saya kira sama saja dan tidak melanggar dari
ketentuan bukan? Aku ingin lihat nanti bagaimaaa musuh Tong siauwhiap dalam
keadaan kebingungan dan terheran-heran karena mereka tertidur itu !" kata Cit
siocia sambil tersenyum. Tong Kiam Ciu terdiam dan memikirkan usul yang diajukan oleh Cit siocia
itu. Menurut perhitungan Tong Kiam Ciu usul gadis jelita itu memang benar dan
baik. Pedang Oey Liong Kiam telah jatuh kembali ditangan. Tong Ki am Ciu, lalu
ia memegang pula kitab pusaka Pek-seng-ki-su dia pikir dengan kedua benda
pusaka itu dia dapat melaksanakan segala pesan suhunya.
Dalam pada itu Cit siocia dau Sio Cien telah pergi meninggalkan pagoda itu.
Peta Pek-seng masih dibawa oleh Cit siocia. Peta itu tadi telah diambil oleh Cit
siocia dari saku Tong Kiam Ciu ketika pemuda itu tertidur. Dengan melihat Peta
Pek-seng itu dia telah dapat mengingat-ngingat jalan mana yang harus
ditempuh. Setelah Tong Riam Ciu mempertimbangkan masak-masak semua usul Cit
siocia maka akhirnya Tong Kiara Ciu memilih jalan yang diusulkan oleh Cit siocia
kalau dia pergi ke kota Pek seng untuk mengambil kitab pusaka Pek-seng-ki-su
itu mendahului para pendekar silat yang saat itu sedang dalam keadaan tertidur
lelap tidaklah melanggar dari ketentuan yang lelah diputuskan ialah ketentuan
jalan kedua. Mereka salahnya sendiri tertidur, menurut persetujuan orang-orang
gagah itu bahwa mereka boleh mengikuti Tong Kiam Ciu untuk mencari tempat
disimpannya kitab Pek-seng-ki-su dan bebas menggunakan segala macam akal
dan kepandaiannya. Maka Kiam Ciu akhirnya merasa lapang pikirannya karena kalau dia telah
meninggalkan mereka itu bukan berarti dia curang.
Sengaja Cit siocia berjalan agak lambaian sedikit sambil menantikan Tong
Kiam Ciu yang masih tampak bimbang akan meninggalkan pagoda.
Namun akhirnya Tong Kiam Ciu menyusul Cit siocia juga.
. 12 Dengan berpedoman peta Pek-seng yang tadi telah dilihat dan dipelajarinya
didalam pagoda, Cit siocia berjalan menuju ke tepi telaga berhati-hati. Tong Kiam
Ciu mengikuti Cit siocia tanpa mengeluarkan sepatuh katapun.
Sampai sekian lamanya mereka berjalan tetapi belum juga menemukan jalan
menuju ke kota Pek-seng. Tong Kiam Ciu juga merasa heran karena dia belum
melihat adanya gua piniu gerbang kota Pek-seng itu. Namun pemuda itu terdiam
dan kembali teringat janjinya dengan gadis she Gan yang akan di tolong dan
membebaskan gadis itu dari belenggu kota Pek-seng. Maka akhirnya dia kembali
ragu-ragu untuk menuju ke kota itu.
Sedangkan Cit siocia merasa heran juga menyaksikan keadaan itu. Dia telah
berjalan sekian lamanya menurut petunjuk peta Pek-seng. Tetapi ternyata
sampai sekian lamanya pula dia harus berputar-putar kembali lagi ke tempat
semula. "Sungguh suatu keanehan!" seru Cit siocia dengan memandang keadaan
sekitarnya dan memandang kearah Tong Kiam Ciu.
"Apanya yang aneh Cit siocia ?" tanya Kiam Ciu.
"Aku menurutkan petunjuk peta tetapi mengapa sampai sekian lamanya aku belum sampai ke tempat yang dituju, lagi pula tempat yang kita lalui yang iniini saja. Rupa-rupanya kita hanya berputar-putar di tempat yang sama"." seru Cit
siocia. Tong Kiam Ciu hanya tersenyum, pemuda itu melihat hutan-hutan cemara
disekitarnya. Begitu pula Sio Cien merasa heran dengan pengalaman itu. Mereka
telah berjalan lama sekali tetapi mengapa tempat-tempat itu saja yang mereka
lalu lagi. Akhirnya Cit siocia mengeluarkan peta Pek-seng dan dia bermaksud
untuk memeriksanya. Tetapi ketika dia membuka peta itu ternyata gambar-gambarnya yang tadi
dilihat kini telah lenyap. Peta itu ternyata kini hanya merupakan sehelai kertas
putih tanpa sebuahpun goresan yang tampak.
Tong Kiam Ciu melirik dan dalam hati dia tersenyum. Tetapi pemuda itu
sengaja tidak memberitahukan kalau belum ditanya tentang rahasia melihat
peta Pek-seng ttu. Tampaklah Cit siocia bingung mendapat kenyataan itu. Begitu
. 13 pula Sio Cien dayang setia Cit sio cia itu tampak heran menyaksikan keadaan
itu. Namun karena watak Cit siocia yang tinggi hati dan maunya dia serba diatas
kepandaian orang lain itu, maka dia tidak mau bertanya kepada Tong Kiam Ciu.
Dia berpura-pura memeriksa psta itu seolah-olah dia dapat melihat eari?2
gambar dalam peta itu. Tetapi Sio Cien yang sudah hafal dengan sifat Cit siocia segeralah
menghampiri Tong Kiam Ciu. Tetapi ketika dia akan berbicara dengan pemuda
itu dengan tiba-tiba jadi ragu2. Kembali dia menghampiri Cit siocia dan
memandang kearah gadis jelita itu.
Tong Kiam Ciu pura-pura tidak memperhatikan keadaan dayang yang
bingung dan Cit siocia yang gelisah. Tong Kiam Ciu tersenyum tetapi pura-pura
melihat ketempat yang lain. Burung-burung beterbangan diangkasa, angin
berhembus menggoyang-goyangkan pucuk pohon Liu dan beberapa helai daun
berguguran, ada beberapa helai daun Liu yang jatuh dikepala Cit siocia. Gadis itu
mengusap rambutnya dan kemudian tersenyum memandang kearah Tong Kiam
Ciu yang kebetulan juga tengah melihat kearah gadis itu.
"Cit siocia, mungkin Tong siauwhiap dapat memberikan penjelasan tentang
peta Pek-seng itu !" bisik Sio Cien.
Akhirnya Cit siocia menuruti pula nasehat dayangnya yang setia itu. Sambil
tersenyum dan sebenarnya merasa sangat segan, gadis jelita itu lalu bertanya
kepada Tong Kiam Ciu. "Ya Tong siauwhiap, apakah kau dapat memberitahukan padaku bagaimana
rahasia untuk membaca peta Pek-seng ini ?" tanya Cit siocia dengan wajah
merah karena malu. Tong Kiam Ciu tersenyum, tetapi dia tidak dapat menolak pertanyaan gadis
itu, walaupun sebenarnya dia saat itu belum berniat untuk pergi kembali ke kota
Pek-seng. Karena dia belum dapat memenuhi janjinya untuk menolong gadis
she Gan yang terkurung di kota itu. Tong Kiam Ciu adalah seorang pemuda yang
setia kepada janjinya, Dia harus mendapatkan dulu biji buah Cu-sik untuk
menolong gadis she Gan di kota Pek-seng yang hilang itu. Tetapi kini Cit siocia
. 14 menanyakan rahasia peta Pek-seng itu kepada Tong Kiam Ciu, dia tidak dapat
menolak pemintaan gadis itu:
"Cit siocia, peta itu harus dilihat di tempat yang gelap. Tetapi". sebenarnya
aku saat ini belum berminat untuk pergi mencari kitab Pek-seng-ki-su"." jawab
Tong Kiam Ciu "Mengapa ?" tanya Cit siocia heran.
"Sebenarnya aku pernah tiba dikota Pek-seng yang hilang, tanpa petunjuk
peta Pek-seng itu. Didalam kota Pek-seng, ada sebuah gedung mungil dan indah
tertawan seorang gadis. Gadis yang malang itu adalah cucunya Gan Hua Liong
yang memberikan peta Pek-seng itu kepadaku". Kiam Ciu menjelaskan.
"Kakek Gan Hua Liong telah memberikan peta Pek-seng kepadaku dengan
pengharapan agar aku memenuhi permintaannya yang terakhir. Ialah untuk
menolong cucunya dari kurungan gaib didalam kota Pek-seng itu. Itulah sebuah
amanat yang harus kupenuhni ! Gadis she-Gan itu dapat terbebas dari pengaruh
gaib kalau dia makan buah Cu-sik dan akar batang Lok-bwee-kim-keng. Akar
Lok-bwee- kim-keng aku telah punya, ialah pemberian Kun-si Mo-kun. Tinggallah
kini aku harus mencari biji Cu-sik itu yang sampai kini aku belum
mendapatkannya. Barulah kalau kedua benda itu kudapatkaa aku akan dapat
datang kembali ke kota Pek-seng. Gadis she-Gan itu sebenarnya telah
menemukan kitab pusaka Pek-seng-ki-su dan kini dia telah menyimpannya
didalam gedung mungil itu. Dia telah berjanji kalau saya menyerahkan kedua
benda itu akar Lok-bwee-kim-keng dan biji Cu-sik diapun akan menyerahkan
kepadaku kitab pusaka Pek-seng-ki-su"
Cit siocia dan Sio Cien mendengarkan kisah Tong Kiam Ciu itu dengan penuh
perhatian, setelah Kiam Ciu berhenti bercerita maka Cit siocia lalu menyahut
dengan nada suaranya penuh kegirangan.
"Rupa-rupanya kita beruntung! Biji Cu-sik itu aku punya! Aku
mendapatkannya dari pemberian ibuku dan kusimpan baik-baik dalam kotak
obat-obatanku. Aku perlu pulang dulu untuk mengambil, kemudian kita dapat
segera pergi ke kota Pek-seng !" seru Cit siocia dengan girang.
. 15 Tong Kiam Ciu juga merasa gembira mendengar penuturan gadis itu.
kemudian dia mendesak kepada Cit siocia.
"Sekarang begini saja, Cit siocia dan Sio Cien dapat segera pulang dulu untuk
mengambil biji Cu-sik itu. Sedangkan aku akan mencari sebuah penginapan dulu
untuk mengobati luka-luka dalamku serta memulihkan kembali tenaga dalamku
yang telah kacau balau ini"."
Usul Kiam Ciu itu dapat diterima juga oleh Cit siocia. maka sampai di tempat
itu mereka berpisah Cit siocia dan Sio Cien pergi keutara untuk mengambil biji
Cu-sik. Sedangkan Kiam Ciu sesaat lamanya memandangi kepergian Cit siocia
dengan hati penuh keharuan.
"Gadis itu begitu jelita dan menawan hati, lagi pula telah banyak menolongku.
Hem.. . sayang sekali.." pikir Kiam Ciu.
Kembali dia teiingat adiknya Tong Bwee dan juga kedua orangtua serta
pamannya yang telah lenyap dan tiada mendengar kabar beritanya semenjak
pertemuan di atas telaga Ang-tok-ouw dan kemudian datang bencana angin
topan hebat itu dulu. Sedangkan dengan Shin Kai Lolo dia belum sempat
bertanya tentang keadaan ketiga Shin-ciu-sam-kiat serta adiknya Ji Tong Bwee,
karena ternyata keadaan terlalu gawat.
Saat itu Kiam Ciu masih merasakan keadaan tubuhaya sangat lemah. Dia
memerlukan istirahat selama beberapa hari lamanya untuk memulihkan
kembali kesehatan tubuhnya dan mengembalikan tenaga dalam serta tenaga
intinya yang kacau akibat luka dalam yang dideritanya. Maka kini Kiam Ciu lalu
meninggalkan tempat itu untuk mencari tempat penginapan.
Diceritakan bahwa pada saat itu Kwi Ong telah tersadar dari tidurnya. Dia
telah meraba tempat pedang Oey Liong Kiam ternyata pedang itu telah lenyap.
Dia jadi gelisah dan telah menduga hal2 yang tidak, baik. Maka segeralah dia
meloncat dan memasuki kedalam pagoda untuk mencari Tong Kiam Ciu.
Alangkah kagetnya ketika ternyata Tong Kiam Ciu tidak diketemukan didalam
pagoda itu. Dia telah mengobrak-abrik tempat itu tetapi Tong Kiam Ciu tidak
diketemukannya. Maka segeralah dia lari keluar dan membangunkan semua
jago-jago silat yang pada tertidur itu.
. 16 Mereka semuanya bangun dengan perasaan heran. Mereka sama sekali tidak
merasakan keadaan dirinya yang telah tertidur begitu saja. Maka tampaklah
kacau keadaan saat itu. "Tong Kiam Ciu telah lenyap! Dia telah mengecoh kita lagi!" seru Kwi Ong
dengan suara lantang penuh kegusaran.
Tetapi saat itu yang merasa girang adalah Kun-si Mo-kun dan kawankawannya. Mereka gembira karena ternyata Tong Kiam Ciu dapat terluput lagi
dari bencana. Sedangkan pedang Oey Liong Kiam juga telah terpegang kembali
ditangan pemuda itu menurut perhitungan Kun-si Mo-kun. Tetapi lain halnya
dengan Kwi Ong yang bergusar hati dan juga Liat Kiat Koan yang berwatak
kejam juga merasa sangat penasaran.
"Sekarang apa yang akan kita perbuat !" seru Liat Kiat Koan.
"Kita cari saja dan kita bunuh mati beres !" seru Kwi Ong dengan berakhirnya
kata-kata itu langsung dia meloncat meninggalkan pagoda.
Dibelakang menyusul pula Liat Kiat Koan dan beberapa orang lagi
mengiringkan kepergian Kwi Ong. Namun Kun-si Mo-kun dan beberapa orang
yang bersimpati terhadap Kiam Ciu telah membayangi mereka.
Kwi Ong yang hatinya terasa panas dan meluap-luap kemarahannya itu telah
berjalan dengan cepat sekali. Dia telah bertekad untuk membinasakan Kiam Ciu
bila dia bertemu dengan pemuda itu. Dimanapun pemuda itu berada akan selalu
diubernya. Dengan kemarahan yang meluap-luap. Maka perjalanan itu dengan
cepatnya telah menyusuri tepian telaga Ang-tok-ouw. Tiada seberapa lama dia
telah menemukan sebuah mulut gua yang menghadap ke tepi telaga dikaki
pegunungan. "Aneh sekali tempat ini ada guanya, baru sekali ini aku melihatnya. Ayohlah
kita masuk memeriksanya" seru Kwi Ong kepada Liat Kiat Koan.
"Ya, suatu keanehan juga!" seru Kiat Koan dengan memandangi keadaan
sekitar gua itu. Karena diapun juga baru kali ini melihat gua itu.
Maka mereka segeralah memasuki pintu gua itu. Dengan sangat berhati-hati
dan penuh kewaspadaan mereka menyusuri lorong gua itu. Ternyata tidaklah
begitu sulit dan seolah-olah suatu jalan yang halus dan tidak sukar. Kwi Ong dan
. 17 Kiat Koan telah melihat sinar didepan mereka. Sinar yang terpancar dari sebuah
lubang yang luas. "Itulah tembusan gua ini! "seru Kwi Ong sambil menunjuk kearah lubang yang
kelihatan orang. "Mungkin! "sambung Kiat Koan meneruskan langkahnya.
Ternyata benar juga. Ketika mereka sampai didekat pintu gua itu mereka
telah mendengar suara kicau burung dan melihat pepohonan yang rindang dan
mereka terus berjalan mendekati lubang itu. Ketika sampai maka mereka telah
dibuat keheranan. Ternyata didepan mereka adalah sebuah padang rumput hijau terbentang
luas, hijau dan rapi sekali. Kemudian tampak berjajar-jajar pepohonan Liu yang
sangat teratur. "Ayo kita memeriksa keadaan disekitar tempat ini !" seru Kwi Ong.
Adapun Kiat Koan hanya menurutkan saja ajakan Kwi Ong tanpa membantah
lagi. Mereka beramai-ramai meninggalkan tempat itu menyebrangi padang
rumput halus dan hijau itu. Tampaklah kemudian sebuah taman bunga yang
sangat bagus dengan tanaman bunga-bunga yang beraneka warna. Ditengahtengah petamanan itu terlihat sebuah kolam ikan yang cukup luasnya, tampak
diatas air kolam itu teratai yang sedang berbunga juga. Kwi Ong siraja iblis yang
kasar dan keji itu sempat pula merasa kagum akan semua keindahan di tempat
itu. "Lihat disana !" seru Kiat Koan kepada Kwi Ong.
Mereka semuauya melihat kearah dimana Kiat Koan menunjuk.
"Oh. sebuah bangunan rumah mungil dan bagus sekaii.. . " bisik Kwi Ong
seolah-olah kata-kata itu terucapkan tanpa sengaja.
Orang-orang yang mengikuti pada terpesona menyaksikan keadaan itu
semua. Sungguh suatu tempat yang selamanya baru kali ini mereka lihat.
Tempat yang sangat aneh dan indah sekali.
"Tempat apakah ini ?" tanya Kwi Ong heran.
. 18 "Kukira kita telah sampai dikota Pek-seng yang hilang itu" jawab Kiat Koan
sambil melihat-lihat keadaan sekitarnya.
"Hem" gumam Kwi Ong sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
Adapun cucu Gan Hua Liong yang tinggal didalam bangunan gedung mungil
dan indah itu ketika mendengar suara orang memasuki petamanan dan
kegaduhan dia merasa girang. Dia menyangka bahwa Tong Kiam Ciu telah
datang dan akan menolong dirinya. Maka terburu-buru gadis malang itu berlarilari gembira untuk menyambutnya.
Tetapi alangkah terkejutnya ketika dia baru saja sampai diluar ternyata
orang yang mendatanginya begitu banyaknya, Gadis itu menahan langkahnya
dan balik memasuki gedung lagi.
Kwi Ong dan Kiat Koan menyaksikannya. Mereka segera memburu kegedung
itu. Tetapi mereka terlambat ketika tiba didalam gedung itu telah mencium bau
kertas terbakar. Semula Kwi Ong dan Kiat Koan menganggap gadis itu membakar barang
tidak berharga. Dengan terburu-buru mereka menghampiri gadis cantik itu dan
menegurnya: "Apa yang sedang kau kerjakan disini ?'' tegur Kwi Ong kepada gadis itu dari
arah belakang. Namun gadis itu masih terus merenungi seonggok debu bekas kertas yang
terbakar. Tampaklah gadis itu begitu tenang dan seolah-olah telah mengerjakan
sesuatu yang menggoncangkan batinya.
"Apakah yang telah kau bakar itu ?" ta nya Kwi Ong sekali lagi.
Tetapi gadis she-Gan itu dengan tiba-tiba memutar tubuh dan tampaklah
wajahnya yang cantik telah berubah beringas serta matanya terbeliak
mengerikan. "Hi-bi-hi-hik! Musnah sudah! Semuanya tidak akan mendapatkannya!
Kuhancurkan, kulumatkan ha-ha-ha!" seru gadis itu dengan suara tertawa yang
menyeramkan pendengararan.
. 19 "Hey gadis gila! Apa yang kau musnahkan?! "bentak Kwi Ong yang kini telah
memegang kedua bahu gadis itu, menggoncang-goncangkannya dan menatap
wajah gadis itu dengan mata melotot.
"Ha-ha-ha-ha-ha." lihat puing-puing itu ! Kitab Pek-seng ki-su yang kalian
cari" seru gadis itu dengan tertawa-tawa pula.
"Buk! "tedengar sebuah tumbukan.
Tanpa menjerit lagi, tubuh gadis itu telah jatuh lunglai dengan kepala pecah.
Kwi Ong menjadi sangat bergusar hati ketika mendapat keterangan gadis itu dia
telah membakar kitab Pek-seng-ki-su. Kini harapan Kwi Ong telah patah. Untuk
yang sekian kalinya dia telah dikecewakan. Pedang Oey Liong Kiam lenyap kini
kitab Pek-seng-ki-su telah musnah pula.
Kemudian Kwi Ong memeriksa keadaan dalam rumah itu. Semua tempat
diobrak-abriknya untuk mencari sesuatu yang mungkin berharga.
Tetapi di tempat itu dia tidak menemukan apa-apa. Jengkel hati Kwi Ong, Kiat
Koan yang menyaksikan kekejaman Kwi Ong yang telah menghantam kepala
gadis she-Gan yang tidak berdosa itu hingga kepala gadis itu pecah dan tanpa
sempat menjerit lagi, hati Kiat Koan merasa ngeri juga.
Walaupun dia juga bersifat kejam tetapi tidak sekeji Kwi Ong itu.
"Aku harus mencari Tong Kiam Ciu, dia telah menipu kita! Bocah itu harus
dibunuh!" gerutu Kwi Ong sambil melangkah meninggalkan gedung mungil dan
kata-kata itu diucapkan ketika dia melewati samping Liat Kiat Koan.
Liat Kiat Koan yang masih terhenyak saking bingungnya menyaksikan sepak
terjang Kwi Ong itu jadi seperti orang tidak sadar. Ketua partai persilatan Kongtong itu hanya menurutkan saja langkah Kwi Ong untuk meninggalkan gedung
mungil dan membiarkan mayat gadis yang malang itu tetap menggeletak di
tempat. Mereka beramai-ramai pula meninggalkan kota Pek-seng. Wajah Kwi Ong
tampak lebih membara lagi. Dia tampak sangat gusar dengar peristiwa-peristiwa
yang dialaminya. . 20 Dendamnya ditumpahkan kepada Tong Kiam Ciu seluruhnya, dia bertekad
akan membinasakan pemuda itu. Dia akan merasa sangat puas kalau sudah
berhasil membunuh Tong Kiam Ciu. Itu sumpahnya.
Kalau tadi Liat Kiat Koan telah berhasil menyaksikan keaslian sipat Kwi Ong
membunuh orang yang sama sekali bukan lawannya seorang wanita lemah dan
sama sekali tidak melawannya. Maka dapat dipastikan bahwa iblis itu dapat
bertindak sewenang-wenang terhadap siapapun tanpa memandang bulu dan
tidak mengingat perikemanusiaan.
Saat itu Tong Kiam Ciu yang telah mendapatkan tempat penginapan tiada
jauh dari tepian telaga Ang-tok-ouw, karena memang disekitar tempat itu
banyak dikunjungi para pelancong untuk menghirup udara sejuk serta
menikmati keindahan telaga Ang-tok-ouw. Lebih-lebih pada musim semi yang
semuanya tampak lebih indah. Bunga-bunga dan semian-semian daun yang
sedang tunas. Indah dan harum baunya.




Setelah kamar untuk Tong Kiam Ciu disiapkan, maka pemuda itu segera akan
istirahat membaringkan tubuhnya yang loyo diatas pembaringan. Tong Kiam Ciu
telah memesankan kepada pengurus penginapan untuk menyediakan makanan
didalam kamarnya karena Tong Kiam Ciu akan beristirahat dan untuk beberapa
hari lamanya tidak keluar dari kamar.
"Kalau ada dua orang gadis mencariku, tunjukkanlah kamarku. Dia adalah
saudariku." pesan Tong Kiam Ciu kepada pengurus penginapan itu.
Pengurus penginapan itu menghormat dan tersenyum ketika Tong Kiam Ciu
memberikan persen beberapa keping uang perak. Hingga berkali-kali pengurus
itu membongkok-bongkok menghormat Tong Kiam Ciu.
Setelah itu pintu kamar segera ditutup. Kiam Ciu merebahkan tubuhnya dan
memulai mengatur pernafasan dan mengalirkan rasa untuk memulihkan
kembali saluran hawa murni dan peredaran darahnya.
Tetapi malangnya, tepat pada saat itu Kwi Ong dan Liat Kiat Koan telah mulai
mencari Tong Kiam Ciu. Semua penginapan telah diperiksanya. Juga kini telah
tiba gilirannya penginapan dimana Tong Kiam Ciu saat itu sedang istirahat.
. 21 Pengurus penginapan itu tidak dapat berkata apa-apa. Karena Kwi Ong
memaksa untuk minta keterangan dengan kekasaran. Memang dia telah tahu
kalau orang-orang yang baru datang itu mempunyai maksud kurang baik
terhadap Tong Kiam Ciu. Namun dibawah ancaman keras dia terpaksa
menerangkan kamar Tong Kiam Ciu.
"Tetapi, dia berpesan jangan diganggu karena sedang istirahat" pengurus
penginapan itu menerangkan.
"Diam !" damprat Kwi Ong dan memukul leber orang itu hingga jatuh.
Untungnya Kwi Ong menghantam hanya dengan tenaga biasa, jadi orang itu
tidak mengalami patah leher. Walaupun begitu pengurus penginapan itu telah
jatuh tersungkur di lantai.
Kwi Ong dan Liat Kiat Koan menuju ke kamar Tong Kiam Ciu. Suara ributribut itu terdengar juga oleh Tong Kiam Ciu. Sebenarnya dia akan bangun dan
ketika dia mendengarkan namanya sedang disebut-sebut orang dia telah
menduga bahwa yang sedang mencarinya itu pastilah Kwi Ong. Tahu-tahu telah
berada didalam rumah penginapan itu, sebenarnya pengurus penginapan telah
memberikan peringatan kepada Tong Kiam Ciu dengan bersuara keras menahan
Kwi Ong agar dapat didengar oleh Kiam Ciu dan mengulur waktu agar pemuda
itu dapat lari. Bukan Tong Kiam Ciu tidak mempunyai kerempatan untuk melarikan diri,
tetapi jiwa kesatria pemuda itu yang membuat dia tetap tinggal didalam
kamarnya. Dia merasa tidak berharga seandainya harus melarikan diri dari
sergapan lawannya. Maka dia nantikan ke datangan Kwi Ong dan kawankawannya. Maksud Kiam Ciu juga akan keluar kamar dan langsung akan
menghadapi Kwi Ong. Walaupun dia telah menyadari kalau dia tidak mungkin
mampu berhadapan dengan Kwi Ong dalam keadaan terluka itu. Namun dia
bertekad lebih baik binasa sebagai satria daripada mati meringkuk sebagai
pengecut. Bertepatan dengan langkah Kiam Ciu menghampiri pintu. tiba-tiba daun pintu
ditendang oleh Kwi Ong Terdengarlah suara derakan hebat hampir saja daun
pintu itu merobohi Kiam Ciu. Untung pemuda itu lekas menghindar kesamping.
. 22 "Brakkk !" terdengar papan tebal itu jatuh berderak di lantai.
Didepan pintu tampak Kwi Ong yang telah mengepalkan tinjunya dengan
mata membara. Sedangkan Kiam Ciu telah siap sedia menerima serangan Kwi
Ong. Rupa-rupanya Kwi Ong sudah tidak sabar lagi.
Ketika Kwi Ong melihat Tong Kiam Ciu yang berdiri didepan pintu, maka
dengan cepat dan tenaga penuh langsung mengirimkan sebuah pukulan kearah
dada Kiam Ciu. Kiam Ciu tidak sempat berkelit karena serangan itu datangnya
sangat cepat. Pemuda itu hanya dapat menangkisnya dengan mengangkat dan
menyilangkan kedua belah lengannya melindungi dada. Tetapi pukulan itu begitu
hebat, sedangkan Kiam Ciu dalam keadaan terluka parah, maka tidak dapat
menahan serangan Kwi Ong lagi.
Kiam Ciu terlempar jatuh menubruk dinding kamar. Begitu pula Kwi Ong
langsung meloncat menerkam Tong Kiam Ciu yang tidak berdaya itu. Dengan
ilmu cengkeraman Garuda Sakti dia telah menerkam dada Kiam Ciu dan sekali
menghantamkan tinjunya kewajah dan dada Kiam Ciu.
Kiam Ciu sama sekali tidak berdaya dan jatuh tersungkur ketika dilemparkan
oleh Kwi Ong. Masih juga belum merasa puas, laki-laki berhati iblis itu telah
menerkam lagi tubuh Tong Kiam Ciu dan dihantamnya dengan tinju berantai,
tubuh Kiam Ciu lemah lunglai. Menurut dugaan Kwi Ong pemuda itu binasa.
Karena memang betul-beiul saat itu Kiam Ciu terlihat seperti telah mati,
tubuhnya lemah dan tidak bernafas lagi.
Kwi Ong melemparkan tubuh Tong Kiam Ciu yang sudah lemah lunglai itu
ke dingding. Begitu membentur dinding jatuh melumpruk ke lantai tanpa berkutik
lagi. Liat Kiat Koan juga menyaksikan kejadian itu.
Dengan rasa bangga dan puas telah dapat membinasakan seorang pemuda
yang telah berkali-kali membuat pusing kepalanya itu, maka Kwi Ong lalu keluar
dari kamar yang lelah berantakan itu.
Sambil membersihkan tangannya dengan menepuk-nepuk tapak tangan dan
menepiskan pakaian luar, Kwi Ong berseru kepada Liat Kiat Koan dengan suara
lantang. . 23 "Hai Liat Kiat Koan, kita berpisah sampai disini! Tolong berilahukan kepada
segenap jago silat di daerah pertengahan ini, suatu saat nanti aku akan kembali
lagi kesini dan akan membasmi semua jago silat di daerah pertengahan ini!"
seru Kwi Ong dengan suara penuh kesombongan.
Liat Kiat Koan hanya mengangguk-nganggukan kepala, sambil menyaksikan
kepergian Kwi Ong dari tempat itu.
Begitu pula setelah Kwi Ong lenyap dari tempat itu, barulah Kiat Koan pergi
meninggalkan penginapan itu. Dia yakin pula bahwa Tong Kiam Ciu telah benarbenar binasa ditangan Kwi Ong. Kepergian Liat Kiat Koan diikuti oleh beberapa
orang anak buahnya. Setelah orang-orang yang berhati kejam dan bersipat lelengas itu pergi
semuanya dari penginapan itu. Maka pengurus penginapan itu baru berani
mendekati kamar Tong Kiam Ciu. Kamar yang daun pintu telah hancur dan
perabotan didalamnya telah berserakan. Kemudian mereka melihat tubuh Tong
Kiam Ciu menggeletak tidak bergerak-gerak lagi.
Keadaan tubuh Tong Kiam Ciu saat itu tampak seolah-olah telah hancur dan
darah berlepotan dimana-mana. Seolah-olah Kiam Ciu telah mati.
Pengurus penginapan itu memeriksa keadaan Kiam Ciu. Ternyata tubuh
pemuda itu masih hangat. Pengurus itu yakin bahwa Kiam Ciu belum mati dan
masih dapat ditolong asal dengan berhati-hati.
Maka tubuh pemuda yang dalam keadaan tidak sadarkan diri itu lalu
diusungnya kekamar lain yang kosong. Kemudian dibaringkannya diatas tempat
pembaringan. Pengurus penginapan itu telah berusaha untuk merawat dan
menolong Tong Kiam Ciu. Setelah tiga hari berlalu, saat perpisahan Tong Kiam Ciu dengan Cit siocia
dan Sio Cien untuk mengambil biji Cu-sik. Barulah tampak gadis jelita itu
memasuki penginapan untuk mendapatkan Tong Kiam Ciu.
Cit siocia sama sekali tidak mengetahui kalau didalam penginapan itu telah
terjadi sesuatu bencana yang hampir saja membinasakan Tong Kiam Ciu. Gadis
jelita yang selalu diiringkan oleh Sio Cien itu dengan tenang dan tersenyum
memasuki ruangan depan penginapan itu.
. 24 Kedatangannya disambut oleh pemilik penginapan itu. Kemudian pengurus
penginapan itu telah mendatanginya pula.
"Apa siocia ini saudara siauwhiap?" tanya pengurus itu ketika
diperhatikannya kedua gadis itu benar-benar.
"Ya" jawab Cit siocia.
"Marilah . . ." sambung pengurus penginapan itu selanjutnya sambil
memberikan isyarat untuk mengikutinya.
Cit siocia memandang Sio Cien. Dayang setia itu menganggukkan kepala
mengiayakan. Maka mereka berdua mengikuti pengurus penginapan itu setelah
menghormat pemilik penginapan yang telah memandang kearah mereka
dengan sinar mata yang aneh.
Hati Cit siocia berdebar ketika menyaksikan keanehan sikap pengurus
penginapan serta pemilik rumah itu. Pasti ada apa-apa yang tidak beres telah
terjadi di tempat itu. Begitu pengurus penginapan itu membukakan pintu kamar. Cit siocia melihat
diatas tempat tidur dalam kamar itu seorang yang telah menggeletak tenang.
Cit siocia tanpa menun gu dipersilahkan lagi langsung masuk dan dalam hatinya
penuh kekhawatiran. "Ai Tong siauwhap !" seru Cit siocia sambil setengah melompat kearah
tempat tidur di mana Tong Kiam Ciu menggeletak.
"Sabat nona !" pengurus penginapan itu menghampiri.
Tetapi Cit siocia tidak mendengarkan teguran itu. Gadis jelita itu langsung
melangkah mendekati pembaringan Tong Kiam Ciu. Disamping gadis iiu berdiri
pula dayang setianya ialah Sio Cien.
"0h Tong siauwbiap kau mendapat luka. Seandainya aku tahu akan begini
jadinya aku tidak akan meninggalkan kau seorang diri" bisik Cit siocia dengan
nada rawan dan sedih sekali.
Kemudian gadis jelita itu memerintahkan Sio Cien untuk mengembalikan
kotak obat-obatan. Sio Cien telah keluar dan Cit siocia seorang diri melap wajah
. 25 Tong Kiam Ciu yang tampak dengan bintik-bintik keringat. Sedangkan pengurus
penginapan juga telah keluar bersama dengan dayang setia Cit siocia tadi.
Ketika Sio Cien masuk lagi dengan membawa sebuah kotak yang berisi obatobatan, maka gadis itu lalu mengambil sebuah tabung yang didalamnya berisi
Yok wan. Diambilnya dua butir lalu dimasukannya kedalam mulut Tong Kiam
Ciu. Sio Cien keluar untuk mengambilkan air teh.
Tong Kiam Ciu telah dua hari dua malam tidak sadarkan diri. Tetapi pemuda
itu tampak selalu mandi keringat. Mungkin akibat bergolaknya Cinkie didalam
pembuluh darah pemuda itu pergolakan yang akibat racun dan benturan tenaga
dalam Kwi Ong dan racun Tok Giam Lo. Hebat sekali akibatnya. Menurut
perhitungan Cit siocia, jika dalam waktu tiga hari tiga malam tidak siuman, maka
Kiam Ciu akan binasa. Setelah merundingkan segala sesuatunya tentang semua kerugian dan
ongkos bermalam Tong Kiam Ciu, kemudian Cit siocia membawa Tong Kiam Ciu
keluar dari penginapan itu.
Kepergiannya dilakukan pada menjelang senja. Semuanya berjalan dengan
lancar tanpa ada yang melihat dan mencurigai. Hingga kemungkinan dibuntuti
oleh kaki tangan Kwi Ong juga tidak ada.
Dengan kereta yang indah yang biasa dipakai untuk berkelana oleh Cit siocia,
Tong Kiam Ciu dibawanya pulang kerumah gadis itu. Sama sekali pemuda itu
tidak merasakan apa-apa selama dalam perjalanan. Karena dia selama
beberapa hari sampai saat itu belum sadarkan diri.
Setelah tiba didalam rumah Cit siocia, segeralah Tong Kiam dibawa masuk
seadiri oleh Cit siocia. Dengan sangat berhati-hati sekali gadis itu mengusung
Tong Kiam Ciu. Tong Kiam Ciu telah dirawat oleh Cit siocia. Dengan penuh rasa kasih sayang
gadis jelita itu merawatnya. Cit siocia bukan saja lihay ilmu silatnya, tetapi juga
mempunyai keahlian mengobati orang sakit yang kesemuanya itu dipelajarinya
dari ibunya. Setelah beberapa saat kemudian Sio Cien sipelayan setia itu telah mengetuk
pintu kamar kemudian memasuki kamar itu.
. 26 "Bagaimana keadaan Tong siauwhiap?" tanya Sio Cien.
"Dia terluka parah, aku khawatir sekali akan jiwanya. Jika dia tidak sadarkan
diri dalam waktu tiga hari, aku khawatir dia akan mati. Jika dia sampai mati
hidupku tak ada artinya" bisik Cit siocia dengan suara rawan.
"Semoga usaha siocia dapat berhasil. Kalau sampai Tong siauwhiap
meninggal maka yang kehilangan bukan hanya siocia seorang tetapi dunia
Kang-ouw akan merasa sangat menyesal" sambung Sio Cien menghibur.
Kamar dimana Tong Kiam Ciu dirawat itu sangat indah hiasannya, warnawarni yang dipilihnya adalah warna yang kontras dan dihiasi dengan ukiranukiran yang serba indah. Sepasang pedang berjajar disudut ruang kemudian
sebuah lampion besar terletak ditengah ruangan itu. Semuanya sangat serasi
dan menimbulkan rasa kerasan tinggal didalam kamar itu.
Tong Kiam Ciu masih belum sadarkan diri. Namun pemuda itu telah
mendengarkan suara nafas dan matanya telah mulai bergerak-gerak. Cit siocia
menyaksikan itu dengan hati berdebar. Dia mengucapkan rasa syukur dan
sangat mengharapkan akan kesembuhan Tong Kiam Ciu.
Bau harum yang sangat segar tercium oleh Tong Kiam Ciu. Pemuda itu
merasakan dadanya sangat enak sekali. Ringan sekali perasaannya. Terasa
Seolah-olah dia telah terbebas dari semua ikatan ataupun himpitan yang
membelenggunya selama ini.
Dengan perlahan-lahan Tong Kiam Ciu membuka matanya. Saat seperti itu
yang dituuggu-tunggu dan diharapkan oleh Cit siocia selama menunggui Tong
Kiam Ciu. Hatinya berdebar dan menjerit girang.
Saking girangnya Cit siocia sampai menangis, air matanya meleleh karena
kegembiraan dan keharuan. Pandangan matanya bertemu dengan pandangan
mata Tong Kiam Ciu. Gadis itu tersenyum walaupun air matanya membasahi
pipinya. "Oh. aku dimana sekarang ?" bisik Tong Kiam Ciu yang masih sangat lemah
nada suaranya. "Kau. . . kau berada dikamarku" bisik Cit Siocia dengan suata penuh keharuan.
. 27 "Aku berada didalam kamarmu?" Tong Klam Ciu terperanjat dengan jawaban
Cit siocia itu. Dia ingin bangun tetapi kepalanya terasa sangat berat dan dia jatuh
lagi dipembaringan itu. "Hati-hati, kau harus banyak istirahat dulu untuk memulihkan semangatmu.
Kau telah tertidur selama tiga hari tiga malam." bisik Cit siocia sambil memegang
bahu Tong Kiam Ciu untuk membetulkan tidurnya.
"Mengapa ?" bisik Tong Kiam Ciu dan memandang ke arah jendela.
Walaupun Tong Kiam Ciu dalam keadaan masih sangat lemah tubuhnya.
Namun pikirannya lelah kembali terang dan dia memang adalah seorang
pemuda penggemar keindahan dan kerapian. Ketika matanya melihat keluar itu
tampaklah pemandangan yang sangat indah. Dengan pohon-pohon yang
berdaun hijau muda serta bunga-bunga beraneka warna.
Diluar angin berhembus sangat kencang, bahkan tampaklah pusaranpusaran yang meniup daun-daun kering berterbangan. Langit yang berawan
putih bergulung-gulung tampak sangat jelas dari dalam kamar itu.
Hanyutlah Tong Kiam Ciu kedalam pusaran-pusaran mega itu, kembali
teringat kedalam masa-masa silamnya, Teringat kembali orang-orang yang
pernah mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. Shin-ciu-sam-kiat adalah
orang-orang yang sangat berjasa dalam hidupnya, Pek-hi-siu-si yang telah
menurunkan ilmu pedang dan ilmu Bo-kit-sin-kong, juga kasih sayang yang telah
dicurahkan oleh adik Ji Tong Bwee, kemudian peristiwa demi peristiwa yang
telah dialaminya dalam pengembaraan dikalangan Kang-ouw. Pertemuanpertemuannya dengan Cit Siocia. Kemudian yang terakhir ialah ketika dia telah
berhadapan dengan Kwi Ong dan dia telah menerima hajaran yang hebat dan
tidak mampu untuk mengelakkan lagi. Terpaksa dia memapaki hantaman maut
raja iblis dari selatan itu. Semuanya jadi gelap dan dia telah bermimpi hal yang
sangat menakutkan. Kemudian Tong Kiam Ciu terhentak dari lamunannya ketika
terdengar teguran lembut dan menawan hati.
"Tong siauwhiap janganlah kau pikirkan hal-hal yang bukan-bukan . . . Lebih
baik Tong siauwhiap istirahat dulu" bisik Cit Siocia.
. 28 Tong Kiam Ciu tergagap suara lembut yang diucapkan oleh Cit siocia itu
seakan-akan dekat benar dihatinya. Tersentuhlah keharuan Kiam Ciu.
"Lagi-lagi kau telah menolong jiwaku. Aku hanya dapat mengucapkan rasa
terima kasihku saja !" bisik Tong Kiam Ciu dengan suara tandas dari dasar
hatinya. "Bagiku semuanya itu merupakan kewajiban, sebagai darmaku dalam
kehidupan. Tetapi disamping itu kau patut juga mengucapkan rasa terima
kasihmu kepada Sio Cien yang telah menolong membebaskan jalan darahmu
sehingga jantungmu tetap berdenyut. Sio Cien bukan lagi sebagai dayangku
tetapi dia sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri !" jawab Cit siocia sambil
tersenyum dan pipinya yang pulih itu tampak kemerahlan ketika matanya
bertemu pandang dengan Kiam Ciu.
Sio Cien telah menghampiri pintu kamar dan ketika pintu terbuka, terciumlah
bau sedap dan dayang itu ternyata membawa mangkuk yang berisi jamu hangat




dan mengepul asapnya. "Cit siocia ini jamunya Tong Kiam Ciu sudah tersedia !" seru Sio Cien sambil
menuturkannya dengan hormat disamping Cit siocia.
"Sio Cien, terima kasih atas segala pertolonganmu" seru Tong Kiam Ciu
dengan suara halus, tetapi pumuda itu belum dapat bangun dari tempat tidurnya.
Mendengar ucapan itu maka Sio Cien merah wajahnya karena malu:
"Aku sangat malu untuk menerima ucapan terima kasih itu. Karena
sesungguhnya aku tidak berbuat banyak. Tanpa adanya Cit Siocia kukira Tong
siauwhiap sudah meninggal . . . ketahuilah Tong siauwhiap, bahwa sebenarnya
Cit Siocia itu sangat mencintaimu . . ."
Sio Cien menundukan muka dan tersenyum serta menutupi mulutnya sendiri,
kemudian menyerahkan mangkuk yang berisi ramuan obat untuk Tong Kiam
Ciu. Mangkuk itu diterima oleh Cit Siocia, kemudian diserahkan kepada Tong
Kiam Ciu yang telah duduk di tempat tidur.
Sio Cien mengundurkan diri dan keluar dari kamar itu. Sedangkan Tong Kiam
Ciu meniup air yang masih hangat itu sambil matanya mengawasi wajah Cit
Siocia. Gadis itu dipandang seperti itu merasa sangat kikuk, maka akhirnya Cit
. 29 Siocia menundukkan muka dan melemparkan pandang ketempat lain. Namun
Tong Kiam Ciu memandangi terus.
Lama-lama Tong Kiam Ciu merasa serba salah. Dia memang sangat
mencintai Ji Tong Bwee dengan segenap jiwa dan raganya. Namun dengan
diam-diam pula dia telah menaruh sayang dan merasa banyak berhutang budi
kepada Cit Siocia, telah berkali-kali dia ditolong oleh Cit Siocia.
Tanpa disadarinya telah tumbuh pula suatu perasaan yang luar biasa pada
diri Tong Kiam Ciu. Suatu perasaan seolah-olah tidak dapat berpisah terlalu lama
dengan gadis jelita itu. Lagi pula dia telah menyadari betapa besarnya rasa kasih
sayang Cit Siocia terhadap dirinya.
"Tong siauwhiap, minumlah jamu itu selagi masih hangat !" seru Cit Siocia
sambil memain-mainkan ujung bajunya dan melirik Kiam Ciu.
"Hem. . ." hanya itu jawab Tong Kiam Ciu. Kemudian menempelkan bibir
mangkuk itu kebibirnya dan mengbirup cairan yang ada didalam mangkuk itu.
Ternyata Tong Kiam Ciu biasa minum jamu juga, dengan sekali teguk isi
mangkuk itu telah kering tandas. Cit Siocia telah menerima mangkuk yang sudah
kosong itu dan meletakannya diatas meja.
Sejak mata mereka saling beradu pandang, kemudian Tong Kiam Ciu
memecahkan kesunyian itu dengan sebuah pertanyaan.
"Apakah siocia tidak melihat adik Tong Bwee ditepi telaga tadi?"
"Tidak . . ." jawab Cit siocia singkat.
"Aku sangat khawatir akan keselamatannya, sejak ada angin topan dan
keributannya yang ditimbulkan oleh Kwi Ong diatas telaga Ang-tok-ouw aku
belum mengetahui kabar beritanya . . ." sambung Tong Kiam Ciu.
"Kukira Shin-ciu-sam-kiat dan adik Bwee telah dapat menyelamatkan diri" Cit
siocia menghibur Kiam Ciu.
"Mudah-mudahan" sambung Kiam Ciu hampa.
Namun demikian Tong Kiam Ciu tampak berubah wajahnya dan kelihatan
sayu serta kecut. Cit siocia merasa khawatir melihat perubahan itu. Maka gadis
itu menghiburnya pula. . 30 "Sudahlah Tong siauwhiap, kau perlu istirahat sebanyak-banyaknya !" bisik
Cit siocia "percayalah bahwa mereka pasti selamat".
"Hemm . . ." hanya itu yang terdengar dari mulut Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu dipaksa oleh Cit siocia untuk berbaring kembali, agar obat
yang telah diminumnya tadi dapat bekerja dengan sempurna dalam tubuh,
walaupun bagaimana Tong Kiam Ciu akhirnya menurut juga atas anjuran itu.
Tong Kiam Ciu berbaring kembali, namun matanya belum juga mau dipejamkan,
sedangkan Cit siocia tetap duduk disampingnya.
"Cit siocia" bisik Tong Kiam Ciu tanpa melihat kearah orang yang diajak
berbicara. "Ya Tong siauwhiap" jawab Cit siocia sambil mengamati pemuda itu!.
"Kamarmu indah benar dan rapi sekali".
"Ah . . ." "Dimanakah letak rumahmu ini?? Hawanya begini segar" bisik Tong Kiam Ciu
dengan suara sangat dalam.
"Di sebuah desa yang terpencil diatas gunung" jawab Cit siocia.
"Desa manakah ?" tanya Kiam Ciu mendesak.
"Desa Cit Wi diperbatasan propinsi Yunan diatas gunung" jawab Cit siocia
dengan memandang kearah wajah Tong Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu teringat akan pembicaraannya dengan Shin Kai Lolo diatas
perahu layar milik Ouw Hin Lee. Dia harus menemui seorang pendekar pertapa
yang telah memencilkan diri dipegunungan. Seorang kakek dengan gelar Kiamleng-Ji-su yang memencilkan diri di puncak gunung Jit liauw hong dipegunungan
Tiam-cong-san dipropinsi Yunan.
Untuk memulihkan kembali kesehatan Tong Kiam Ciu perlu beristirahat
selama beberapa hari. Dibawah pengawasan dan perawatan yang teliti dan
penuh kasih sayang. Ternyata Cit siocia sangat baik merawat Kiam Ciu. Gadis itu
selain parasnya cantik, ternyata juga mempunyai jiwa sabar dan kasih sayang
yang tulus. Hal itu sangat dirasakan oleh Kiam Ciu. Sehingga pemuda itu
merasakan hatinya tenteram dan tenang sekali. Walaupun kadang-kadang dia
. 31 merasa sangat sungkan menjadi beban seorang gadis yang selalu
dikecewakannya itu. Namun apa boleh buat karena dirinya belum kuat untuk berjalan dan
tangannya belum pulih kembali.
Tugas-tugasnya masih menumpuk, semua persoalan belum dapat
dikerjakannya. Dia harus dapat menyelesaikan tugasnya membalaskan dendam
keluarganya kepada Ciam Gwat.
Tetapi Ciam Gwat adalah seorang yang berilmu sangat lihay. Menurut pesan
gurunya bahwa untuk menundukan Ciam Gwat dia harus mempelajari dan
menguasai ilmu dari kitab Pek-seng-ki-su. Maka dia harus dapat mendapatkan
kitab Pek-seng-ki-su dan mempelajari serta memahami ilmunya.
Untuk mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su dia harus mendapatkan dua benda
yang berupa akar Lok-bwee-kim-keng dan biji Cu-sik. Dua benda itu telah
didapatnya. Lok-bwee-kim-keng didapat dari Kun-si Mo-kun, sedangkan biji Cusik didapat dari Cit siocia. Hatinya telah menjadi lega. Kalau kedua benda itu
telah ditangannya dan dia segera akan pergi ke kota Pek-seng dan menemui
gadis she-Gan cucu Gan Hua Liong yang terkurung pengaruh jiwanya di gedung
indah kota Pek-seng yang aneh itu. Tetapi untuk pergi ke tempat itu
membutuhkan tenaga juga, apalagi kalau sampai ditengah perjalanan dia
bertemu dengan orang-orang yang mempunyai minat juga dengan kitab Pekseng-ki-su, dia pasti akan menemui bencana.
Walaupun tekadnya sudah bulat dan sanggup untuk menghadapi segalagalanya. Namun setelah dipikirvlebih lanjut bukankah kalau dia dalam keadaan
masih lemah harus menghadapi lawan berarti akan menyerahkan nyawa. Bukan
saja badannya akan sengsara, tetapi kitab pusaka akan jatuh ke tangan orang
lain. Maka setelah memikirkan untung ruginya dalam tindakannya itu. Kiam Ciu
telah mengambi kesimpulan untuk memulihkan dulu semangat dan
menyembuhkan luka dalamnya.
Dengan perawatan Cit siocia yang dibantu oleh Sio Cien dan Peng Nio
dirumah Cit Siocia yang tenang didesa Cit Wi itu maka Kiam Ciu merasakan
kesehatannya berangsur-angsur baik.
. 32 Tiap pagi dan sore Kiam Ciu telah mulai latihan kembali. Pemuda itu mulai
sedikit demi sedikit melatih gerakan-gerakan tangan dan kakinya yang begitu
lama tidak di gerak-gerakan karena dia harus selalu berada di tempat tidur
selama dalam penderitaan itu. Latihan-latihan yang di lakukannya itu dengan
sangat berhati-hati dan perlahan-lahan. Selama satu bulan Kiam Ciu dirawat
oleh Cit siocia dengan penuh kasih sayang itu. Karena ketenteraman dan
ketulusan Cit siocia itu, lama-lama Kiam Ciu dapat melupakan segala
kegelisahannya. Dengan tiada terasa telah berlalu sebulan dia berada di rumah
Cit siocia. "Cit Sio Wie, aku telah terlalu banyak menyusahkan dirimu" kata Kiam Ciu
suatu hari. Ketika itu Kiam Ciu dan Cit Sio Wie berjalan-jalan dan menikmati
indahnya tanah pegunungan menjelang senja.
"Ah, Tong siauwhiap jangan terlalu memikirkan itu" bisik Cit Sio Wie sambil
memegang lengan pemuda itu dengan menggelendotkan tubuhnya kebahu
Kiam Ciu. "Kau terlalu baik padaku" bisik Kiam Ciu.
Namun gadis jelita itu tidak menjawab. Cit Sio Wie hanya tersenyum dan
melirik ke arah Kiam Ciu.
Gadis yang berjiwa pengembara dan angin-anginan itu ternyata mempunyai
kehalusan hati juga. Dia telah begitu menyintai Kiam Ciu hingga berkorban untuk
apapun. Dirinya memang diabdikan untuk cinta.
Lebih baik dia berkorban dari pada melihat kekasihnya menderita. Ilmunya
lihay. (Bersambung Jilid 11) . 33 . 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 11 T ETAPI sifatnya kadang-kadang kemanjaan dan memang dia adalah murid
satu-satunya dari keluarga itu. Ibunya adalah seorang pendekar yang selalu
sibuk dengan kependekarannya, selalu mengembara dikalangan Kang-ouw.
Hingga Cit Sio Wie atau yang biasa dipanggil hanya dengan sebutan Cit Siocia
menurutkan kehendak hatinya dimana dia mau saja.
Gadis itu selalu mengembara dengan pakaian yang serba indah dan selalu
mengendarai kereta bagus pula. Kecantikannya sebenarnya sangat menarik
perhatian banyak tokoh-tokoh persilatan, namun karena dia memiliki ilmu yang
lihay tiada yang berani mengganggunya. Cit siocia mempunyai ilmu yang hebat
yang selalu dapat menundukkan lawannya atau orang-orang yang dikehendaki
ialah ilmu Pan-yok-sin-im. Telah banyak dia menjatuhkan lawannya dengan ilmu
itu. Namun dengan ilmu itu pula dia telah berusaha merebut dan menundukkan
hati Kiam Ciu. Ternyata Kiam Ciu bagaikan kuda liar yang sukar untuk ditaklukan. Justru
dengan kekerasan dia bahkan bertambah binal dan lari dari samping gadis itu.
Kini maksud Cit siocia hampir tercapai, justru gadis itu tidak begitu memikirkan
lagi. Walaupun hatinya tetap tidak akan lenyap dari rasa cinta kasihnya terhadap
Kiam Ciu. Tapi seolah-olah dia telah memandang biasa saja dalam persoalannya
itu. "Aku sangat berterima kasih padamu Cit Sio Wie, kau telah berkali-kali
menyelamatkan jiwaku" bisik Kiam Ciu dengan hati penuh dengan keharuan.
"Ah itulah hanya suatu perbuatan yang tak berarti. Siapapun orang yang
berhati lurus akan menolongmu, karena kau adalah seorang pemuda yang
budiman dan kesatria" jawab Cit siocia sambil memandang Kiam Ciu dan
tersenyum. . 1 "Aku benar-benar merasa sangat berhutang padamu, entahlah kapan aku
dapat membalasnya" sambung Kiam Ciu dengan bersungguh-sungguh dan
menggenggam tangan Cit siocia.
Hati Cit siocia berdebar karen genggaman Kiam Ciu itu. Wajah gadis itu
menjadi merah karena gejolak hatinya mendesak hebat. Namun Kiam Ciu tidak
memperhatikan perasaan gadis itu. Kiam Ciu memang seorang pemuda yang
masih polos dan belum banyak pengalamannya dalam pergaulan dengan
wanita. Jadinya dia tidak dapat mengerti tentang keadaan wanita.
Keduanya terus berjalan, sedangkan langit bertambah merah karera
matahari telah menyembulkan sinarnya dari balik pegunungan. Warna merah
itu bertambah meredup dan angin halus membelai dengan kesejukan hawa
pegunungan menjelang senja itu.
"Sudah kukatakan aku tidak mengadakan hutang-piutang dengan Tong
siauwhiap. Apa yang telah kulakukan padamu berdasarkan rasa kasih sayang
yang tulus.. . " sambung Cit siocia dengan tersenyum dan kerling mata ke arah
Kiam Ciu. Kebetulan saat itu Kiam Ciu juga sedang memandang kearah Cit siocia. Hati
Kiam Ciu yang sebenarnya keras itu. dengan tiba-tiba saat itu telah mencair.
Berdebar hati Kiam Ciu. Pemuda itu membuang muka dan memandang
ketempat lain. Cit siocia merasakan perubahan sikap Kiam Ciu itu.
"Karena aku telah sembuh kembali, kukira Cit siocia dapat melepaskan aku
untuk pergi kekota Pek-seng" berkata Kiam Ciu kepada Cit Sio Wie.
Namun gadis itu tidak menjawab, hanya dipandangi wajah Kiam Ciu dengan
wajah sayu dan sorot mata redup.
"Mengapa kau memandangku sedemikan rupa?" tanya Kiam Ciu heran.
"Kukira kau telah melupakan kitab Pek-seng-ki-su." jawab Sit siocia dengan
suara hambar. "Maksudmu?" tanya Kiam Ciu dengan kening berkerut.
. 2 "Kita dapat tinggal didesa sepi dan damai ini. Kemudian melupakan
pergolakan dikalangan Kang-ouw. Kita hidup tenteram dan damai meninggalkan
dunia persilatan.. ." bisik Cit Sio Wie dengan suara penuh rayuan dan bujukan.
Kiam Ciu tahu kemana arah pembicaraan Cit siocia itu. Namun Kiam Ciu
tidak dapat menjawab pembicaraan gadis itu dengan cepat, dia hanya
memandanginya dengan sorot mata penuh sayang.
Karena merasa bahwa dirinya telah banyak berhutang budi dan berkali-kali
pula Cit siocia itu menolong menyelamatkan jiwanya. Maka Kiam Ciu tidak dapat
berbuat apa-apa. Dengan seringnya pula bergaul dan lama-lama Kiam Ciu dapat
merasakan betapa Cit Sio Wie telah merawat dengan penuh kasih sayang pula.
Maka akhirnya Kiam Ciu hatinya jadi lemah dan terharu atas pernyataan gadis
itu. "Aku masih banyak tugas yang belum dapat kuselesaikan" bisik Kiam Ciu
dengan kening berkerut. Cit Sio Wie melepaskan cekalan tangannya dan lari meninggalkan Kiam Ciu.
Gadis itu lari terus kearah matahari tenggelam. Kiam Ciu berlari-lari pula
mengejar gadis itu sambil memanggil-manggil namanya. Namun Cit Sio Wie
tanpa memperdulikan seruan-seruan Kiam Ciu.
Kiam Ciu mengejarnya terus. Pemuda itu benar-benar tidak mengerti apa
maksud gadis itu lari meninggalkannya. Sungguh Kiam Ciu tidak mengerti
maksud gadis itu. Namun Kiam Giu lerus mengejarnya.
Ketika jarak mereka begitu dekat dengan tiba-tiba Cit Sio Wie berhenti. Tahutahu Kiam Ciu lelah berada didekatnya. Pemuda itu langsung menerkam
punggung Cit siocia. Memegangnya dan menggoncang-goncangkannya.
"Mengapa ? Cit Sio Wie marahkah kau padaku ?" tanya Kiam Ciu sambil
menggoncangkan bahu gadis itu.
Cit Sio Wie memutar tubuh dan kini mereka berhadapan. Keduanya saling
bertatapan pandang. Namun gadis itu menundukkan wajahnya dihadapan Kiam
Ciu. Sekilas Kiam Ciu melihat butiran air mata meleleh disudut mata gadis itu.
Maka dengan cepat-cepat dipegangnya dagu gadis itu dan ditengadahkannya.
. 3 "Kau menangis? Mengapa ?" tanya Kiam Ciu sambil mengusap air mata gadis
itu dengan ibu jarinya. Namun Cit Sio Wie hanya menggelengkan kepala dan memaksakan diri
untuk tersenyum. Melihat keadaan itu Kiam Ciu jadi bertambah bingung. Sama
sekali dia tidak mengerti maksud gadis itu.
"Mengapa Cit Sio Wie ?" tanya Kiam Ciu.
"Karena aku belum rela melepaskan kau yang masih dalam keadaan belum
sehat benar . . . " jawab gadis itu.
"Kukira bukan itu alasannya !" sambung Kiam Ciu ragu-ragu.
"Tong Kiam Ciu, pandanglah diriku" berkata gadis itu seraya menekan bahu
Kiam Ciu dan mendorongnya.
Tong Kiam Ciu seperti anak kecil yang penurut, dipadanginya kearah gadis
itu. Wajahnya, rambutnya lehernya dadanya dan seluruh tubuhnya. Setelah itu
Kiam Ciu bagaikan orang dungu, memandang Cit Sio Wie dengan pandang tajam.
Cil Sio Wie merasakan seolah-olah pandangan mata Kiam Ciu itu menembusi
jiwanya. Serasa dia telah ditelanjangi. Tampaklah wajah gadis itu bersemu
merah karena merasa malu. Namun Kiam Ciu tetap memegang dagu gadis itu




dan tetap menatapinya dengan sinar mata yang tiada berkedip.
"Maafkan diriku Wie moay" bisik Kiam Ciu.
Betapapun saat itu senja yang cerah, namun karena kata-kata Kiam Ciu yang
telah memanggilnya dengan perkataan "moay" tanpa disadarinya gadis itu
terpekik perlahan. "Ai !" terdengar pekikan tertahan meluncur dari gadis itu.
Akhirnya Kiam Ciu tahu juga. Bahwa benar-benar gadis itu telah
mencintainya. Terbukti dengan perawatan, pertolongan yang selalu diberikan
padanya. Seolah-olah Kiam Ciu merasa bersalah besar karena dia selalu
menyia-nyiakan gadis itu. Maka mulailah luntur benteng pertahanannya yang
dia hanya mencintai Tong Bwee. Sesaat itu benar-benar telah mengambil
keputusan. Kiam Ciu tidak sampai hati untuk menyia-nyiakan cinta kasih gadis
itu. . 4 Cit Sio Wie sebenarnya akan melepaskan diri dari pandangan Kiam Ciu.
Namun pemuda itu memegang bahunya dengan erat genggaman tangan
pemuda itu bertambah erat. Akhirnya sesuatu yang sama sekali tidak terduga
tetapi selalu diharapkan telah terjadi. Cit Sio Wie terperanjat tetapi senang ketika
bibir Kiam Ciu mengulum bibir gadis itu. Suatu reaksi yang datangnya dengan
tiba-tiba ialah seolah-olah Cit Sio Wie menolak pelukan pemuda itu. Tetapi
akhirnya dia menyerah dengan perasaan penuh gelora.
Saat itu Kiam Ciu telah memberikan kasih sayangnya kepada Cit siocia.
Bahagialah hati Cit Sio Wie menerima curahan kasih sayang Tong Kiam Ciu itu.
Pemuda yang selalu dikejar-kejarnya, pemuda yang telah dicintainya. Kini
segala rindu dendam dan kasih sayang serta kerisauan hati telah terobatkan.
Kiam Ciu juga tidak merasa menyesal telah meninggalkan adiknya yang sangat
dicintai ialah Tong Bwee karena dia juga tahu apa artinya kasih sayang ini.
Senja telah terhimpit malam dan di cakrawala masih tetap merah
lembayung. Sedangkan burung-burung tetap berkicauan mencari tempat untuk
berteduh. Awan berarak tertiup angin. Angin bertiup menimbulkan suara
bagaikan siulan panjang, seolah-olah suara itu menyayat hati dan merisaukan
perasaan. Namun Kiam Ciu dan Cit Sio Wie telah bergandengan tangan dan tangan
mereka saling menggenggam. Sedangkan pandangan mereka memandang jauh
kedepan. Bibir Cit Sio Wie tersenyum-senyum puas. Seolah-olah mereka berdua
telah mendapat kemenangan. Namun Kiam Ciu juga tersenyum karena dia tidak
merasa sebagai orang yang dikalahkan.
"Tong Ko, kukira kalau kau akan ke kota Pek-seng itu menunggu dulu sampai
akhir tahun ini. Pada akhir tahun ibuku pasti pulang, aku bermaksud perjodohan
kita ini direstui ibu sekalian kau akan kuperkenalkan dengan ibu" usul Cit Sio Wie
sambil memandang wajah Kiam Ciu penuh harap.
Mau tak mau Kiam Ciu harus menganggukkan kepala juga. Ternyata Kiam
Ciu tidak dapat menolak lagi segala permintaan Cit Sio Wie. Karena pemuda itu
telah merasakan betapa kasih sayang yang telah diberikan oleh gadis itu
kepadanya. Maka karenanya Kiam Ciu tidak menginginkan untuk menyakitkan
hati gadis itu. . 5 Maka kini mereka berdua bersama-sama menuju ke rumah. Mereka
berkejaran, seperti anak kecil. Tertawa dan berlari-lari. Sio Cin dan Peng Nio
memandangi kedua muda-mudi yang sedang asyik dan bergembira itu. Mereka
menyaksikan dengan rasa senang dan terharu sekali.
Mereka itu adalah orang-orang yang selalu memanjakan dan melayani
segala kemauan Cit Sio Wie dengan penuh sayang.
Namun Kiam Ciu dan Cit Sio Wie tidak menyadari kalau mereka selalu
diperhatikan oleh Sio Cin dan Peng Nio. Karena kegembiraan yang menyelubungi
mereka itu. Mereka bergurau bagaikan anak kecil.
Ketika bahwa telah menjadi dingin, maka Kiam Ciu telah membopong Cit Sio
Wie masuk kedalam ruangan tamu sambil mendorong pintu depan.
"Ha ha ha ha. Kan kenal Tong Ko!" seru gadis itu sambil menekan hidung
Kiam Ciu dengan ujung jari telunjuk.
Mereka berdua tampak sangat gembira. Kiam Ciu tertawa-tawa dan berdiri
dibelakang kursi panjang yang diduduki Cit Sio Wie. Karena mereka sedang
gembira dan selama ini baru saat itu Sio Cin dan Peng Nio menyaksikan putri
majikannya itu dapat bergembira. Maka mereka itu tanpa disadarinya telah
menitikkan air mata karena rasa haru dan gembira.
Begitulah mulai saat itu Kiam Ciu telah mencurahkan kasih sayangnya
kepada Cit Sio Wie dengan sepenuh hati. Semua pikirannya yang berat-berat
telah dibuangnya jauh-jauh. Walaupun demikian dia telah tidak akan melalaikan
tugasnya. Dia harus menemukan Ciam Gwat dan menunaikan tugasnya, ialah
membalas dendam dan sakit hati orang tuanya serta saudara-saudaranya
Sio Cin yang setia telah menyediakan minuman dan hidangan sore di kamar
Cit Sio Wie, Karena dayang itu tahu bahwa mereka pasti menginginkan saatsaat kegembiraan itu jangan sampai terganggu.
Saat itu adalah hari-hari yang paling bahagia bagi Cit Sio Wie karena dia
telah mendapatkan suatu kenyataan bahwa Kiam Ciu dapat menanggapi isi
hatinya dan telah pula memberikan suatu imbangan cintanya. Maka keduanya
kini telah terlibat dalam suatu permainan hati dan cinta asmara.
. 6 Sesuai dengan hawa yang dingin dan suasana yang syahdu saat itu.
Gemerisiknya angin meniup dedaunan serta gemuruhnya hati kedua remaja itu
dalam pertemuan yang telah begitu masak. Kiam Ciu memandang wajah Cit Sio
Wie dengan sorot mata tajam penuh arti. Gadis jelita yang kemanja-manjaan itu
tersenyum. Manis sekali senyumannya itu. Sepasang bibirnya yang merah dan
pipinya yang tampak semburat merah sampai ketelinganya, menandakan kalau
gadis itu sedang dipengaruhi oleh suatu kegairahan.
"Kita harus menunggu sampai ibu dalang" bisik Cit Sio Wie.
"Hemm, apa yang akan kau katakan pada ibumu ?" tanya Kiam Ciu.
"Aku akan mohon idzin ibu untuk perkawinan kita" jawab Cit Sio Wie dengan
senyum menggairahkan. Suasana menjelang tahun baru sangat berlainan dengan hari-hari biasa.
Walaupun bagaimana dan ditempat yang sesepi seperti di desa Cit Wi sekalipun,
tampak juga suasana kemeriahan itu. Karena Peng Nio dan Sio Cin telah
membuat keadaan dalam rumah itu benar-benar berubah dan bertambah
semarak. Dengan hiasan lampion berwarna warni dan bermacam-macam
bentuknya. Kiam Ciu dan Sio Wie tampak bergembira pula. Mereka belum pernah
segembira saat itu. Maka ketika dua pelayan itu menyaksikan kegembiraan Cit
Sto Wie dan Tong Kiam Ciu merekapun merasa terharu.
Tiba-tiba ketika Cit Sio Wi mengangkat cawan dan akan meneguk arak untuk
menghangatkan badan, matanya melihat ke jendela. Di kejauhan tampaklah
sesosok tubuh yang sedang mendekati rumah itu.
"Oh, itu ibu telah datang!" seru gadis itu dengan gembira.
Cit Sio Wie telah meletakan mangkuknya dan mengempit tangan Kiam Ciu
untuk diajak keluar. Pemuda itupun menurutkan saja tanpa mengeluarkan katakata. Hatinya berdebar dan gelisah dengan tiba-tiba. Apalagi ketika pandangan
matanya bertemu dengan pandangan wanita yang baru datang itu, Hati Kiam
Ciu seolah-olah tercekam dan mulutnya terbungkam.
"Ibu, putrimu menghatur sembah." seru Sio Wie menyambut kedatangan
ibunya dengan menghormat.
. 7 Kemudian gadis jelita itu menubruk dada ibunya dan mereka berdua anak
dan ibu berpelukan saling mencurahkan rasa kerinduannya! Kerena biasa gadis
itu dimanjakan oleh ibunya dan oleh siapa saja yang selalu didekatnya.
Pertemuan itu adalah pertemuan yang sangat mengenangkan bahkan mungkin
yang paling menyenangkan saat itu.
"lbu maafkan putrimu ingin memperkenalkan seoraag pemuda pada ibu"
bisik Cit Sio Wie, gadis itu masih dalam pelukan ibunya.
Tetapi dengan pelukan ibunya terasa mengendor Sio Wie telah dilepaskan
dari pelukan ibunya, tampaklah wanita itu memandang kearah Tong Kiam Ciu
yang telah membongkokan tubuhnya menghormat,
"Toug Kiam Ciu" berkata Cit Sio Wie kepada ibunya sambil tersenyum
memperkenalkan kekasihnya itu.
"Bibi terimalah salam hormatku!" sambung Kiam Ciu seraya mengucapkan
kata-katanya itu dengan sikap taklim.
"Hemmm, ya aku telah mengetahui banyak tentang namamu Tong Kiam Ciu.
Tetapi . . . "seru ibu Cit Sio Wie sambil memandang tajam kearah Kiam Ciu.
"Mengapa ibu?" tanya Cit Sio Wie heran.
"Aku telah mendengar banyak tentang namamu di kalangan Kang-ouw.
Kemudian aku menyelidiki tentang dirimu, sekarang kita telah bertemu disini"
kata-kata ibu Sio Wie belum selesai telah disahut oleh anaknya.
"Ibu mengapa kita tidak omong-omong didalam saja. Hawa begini dingin?!"
usul Cit Sie Wie. "Hemmm, apakah kau mencintai dia?" tanya ibunya sambil memandang
putrinya kemudian memandang wajah Kiam Ciu.
Gadis jelita itu terkesima malu dan memandangi ujung sepatunya sambil
mempermainkan jari-jemari tangan, kemudian tersenyum matanya memancarkan sinar penuh arti.
"Aku tidak setuju!" seru ibu Sio Wie dengan suara lantang.
. 8 Cit Sio Wie terperanjat mendengar kata-kata ibunya itu. Gadis itu akan
mengejar dan menubruk ibunya yang telah membelakangi mereka dan
melangkah akan memasuki rumah.
"Ibu!" seru Cit Sio Wie.
Tetapi ibunya memutar tubuh lagi dan memandang kearah putrinya
kemudian memandang kearah Kiam Ciu seraya mendamprat dengan suara
serak dan bergetar. "Lupakan dia, dan suruh pergi." seru wanita itu dengan suara lantang dan
memutar tubuh lagi untuk kemudian melangkahkan kaki.
"Ibu, aku mencintai Ciu koko sepenuh hati!" seru Sio Wie sambil memburu
ibunya. "Suruh pergi dia." seru ibunya tanpa menggubris lagi kata-kata dan seruan
Cit Sio Wie, Gadis itu jadi bingung menerima kenyataan dan perkataan ibunya itu. Hatinya
tercekam dan bingung. Dipandangnya Tong Kiam Ciu kemudian memandang
kearah ibunya yang telah memasuki rumah.
Dalam kegelisahan itu Kiam Ciu telah menghampirinya.
Baru kali itu Kiam Ciu mendapatkan hinaan yang sangat sedih. Sama sekali
dia tidak mengetahui apa sebabnya ibu Sio Wie begitu benci kepadanya.
"Sudahlah Wie moay, kau jangan membuat suatu keretakan dengan ibumu"
bujuk Kiam Ciu sambil membelai rambut gadis itu.
"Tidak! Aku.. . Aku harus dapat melunakan hati ibu!" seru gadis itu sambil
memandang kearah pintu rumahnya dan akan melangkah.
Tetapi Tong Kiam Ciu menahan dengan menggenggam tangan gadis itu.
Kemudian Sio Wie memalingkan wajahnya dan memutar tubuh menghadap
Tong Kiam Ciu. "Cit Sio Wie!" bisik Tong Kiam Ciu sambil menarik lengan kanan gadis itu.
. 9 Sio Wie terdorong kedepan dan merebahkan tubuhnya kedada Tong Kiam
Ciu sambit menangis. Pemuda itupun mendekapnya dengan mesra dan
membelai rambut sambil membujuk.
"Sio Wie, tenangkan pikiranmu" bisik Tong Kiam Ciu halus.
"Oh, Ciu Ko, bagaimana sekarang?" bisik Sio Wie putus asa.
"Rupa-rupanya ibumu memang tidak menyukaiku." sambung Kiam Ciu.
"Tidak ! Dia harus menyetujui perjodohan kita !" seru Sio Wie dengan suara
lantang dan melepaskan dekapan Kiam Ciu.
"Mengapa kau marah padaku Wie moay ?" tanya Kiam Ciu.
"Aku tidak marah padamu, tetapi aku.. aku... oh.. ." jawab gadis itu dan tampak
bingung sekali. Cit Sio Wie menarik tangan Tong Kiam Ciu untuk diajaknya masuk dan
menemui ibunya didalam. Tetapi belum lagi mereka melangkah tiba-tiba
terdengar ibu Cit Sio Wie membentak.
"Tong Kiam Ciu! Aku harapkan kau lekas menyingkir dari hadapanku!"
"Tidak! Jangan !" seru Cit Sio Wie. "lbu, mengapa ibu begitu kejam
menghancurkan hati anakmu? Kau telah mengatakan bahwa aku bebas untuk
menentukan perjodohanku sendiri, tetapi sekarang kenyataannya kau
menghalangi hubunganku dengan Ciu Ko." seru gadis itu selanjutnya dengan
suara yang rawan kedengarannya.
"Diam kau atau pemuda itu kuhancurkan kepalanya !" bentak ibunya.
Tong Kiam Ciu sebenarnya merasa tersinggung perasaannya. Tetapi karena
wanita itu adalah ibu Sio Wie, sedangkan gadis itu telah banyak berjasa dan
diapun telah mulai menyintainya, maka dengan menekan rasa marahnya Tong
Kiam Ciu menutar tubuh akan meninggalkan tempat itu.
"Sio Wie moay.. ." hanya itu kata-kata yang terucapkan dari mulut Tong Kiam
Ciu. "Tong Kiam Ciu! Jangan tinggalkan aku!" seru Sio Wie dengan suara yang
menyayat hati kedengarannya. Gadis itu mengejar Kiam Ciu.
. 10 "Sio Wie, sudahlah turutilah nasehat ibumu. Aku memang orang yang tidak
berharga dan tidak setimpal menjadi sisihanmu.. . ." jawab Tong Kiam Ciu
membujuk gadis itu. "Tidak, aku akan ikut kau!" kata-kata Sio Wie terucapkan dengan suara yang
sangat memelas. Dilain pihak Sio Cin dan Peng Nio menyaksikan kejadian itu dengan hati
terharu dan mereka meneteskan air mata. Maklumlah mereka sangat
menyayangi Cit Sio Wie dan selalu memanjakan gadis itu, dengan demikian
perasaan mereka sangat hanyut karena derita yang sedang dialami oleh Sio
Wie. "Sio Wie minggir ! Atau kalian berdua kubinasakan !" seru ibu Sio Wie.
"Lebih baik bunuhlah kami berdua ibu !" seru Sio Wie menantang ancaman
ibunya. "Sio Wie ! Sejak kapan kau berani menentang ibumu ?" bentak wanita itu
dengan suara lantang dan matanya merah membara karena marah.
"Terserah apa yang akan ibu katakan terhadap diriku ! Aku sangat mencintai
Tong Kiam Ciu dengan sepenuh hati !" seru Sio Wie sambil memeluk lengan
pemuda itu. Tong Kiam Ciu tampak bengong. Dipandanginya Cit Sio Wie, kemudian
memandang kearah ibunya dan kepada dua orang pembantu rumah itu.
Bimbang hatinya, karena Kiam Ciu masih mencintai Ji Tong Bwee, bayangan
wajah gadis itu yang saat itu membayang terang dikelopak matanya. Dia raguragu.
"Hey Tong Kiam Ciu, apakah kau benar-benar menyukai anakku ?" tanya ibu
Sio Wie dengan suara lantang dan nyaring.
Lama juga Tong Kiatn Cm diam dan hanya menundukkan kepala. Tetapi dia
ketika mengangkat wajahnya dan matanya bertemu pandang deagan mata ibu
Sio Wie, Tong Kiam Ciu berdebar hatinya.
"Ya !" hanya itu jawabannya, singkat dan tegas.
. 11 "Kau juga menyintai pemuda ini Sio Wie ?" tanya wanita itu kepada anaknya
sambil menuding kearah Tong Kiam Ciu.
Cit Sio Wte mengangguk sambil menempelkan tubuhnya kebahu Tong Kiam
Ciu. Sedangkan Tong Kiam Ciu memegang bahu gadis itu hingga keduanya
tampak saling berhimpitan bahu.
"Aku melarangnya dan sama sekali menentang perjodohan ini !" bentak
wanita itu dengan suara lantang dan marah.
"Ibu !" seru Sio Wie dengan suara lantang pula.
"Sio Wie kau minggir ! seru ibunya dengan suara keras membentak
"Ibu mengapa ibu begitu kejam ? Aku menyintai Tong Kiam Ciu, apapun yang
akau terjadi !" seru Sio Wie dengan suara pasti.
"Tidak! Kau harus binasa!" seru ibu Sio Wie sambil mengirimkan pukulan
maut kearah Tong Kiam Ciu.
Tetapi Tong Kiam Ciu berhasil mengelak hingga pukulan itu meleset
mengenai tempat kosong, Namun ketika wanita itu akan mengulangi
perbuatannya, tiba-tiba Sio Wie telah meloncat menghalangi.
"Jangan!" seru gadis itu sambil membantingkan kedua tangannya.
"Sio Wie minggir!" seru wanita itu seraya mengayunkan tangan kanannya
dan menotok urat dibahu dan leher Sio Wie.




Tanpa menjerit, gadis itu lelah jatuh terduduk dengan tubuh lemas karena
terkena totokan. "Enyahlah dari depanku sebelum aku menurunkan tangan kejam padamu!"
seru wanita itu Kepada Kiam Ciu.
Tetapi Kiam Ciu tidak menggubris peringatan itu. Tong Kiam Ciu meloncat
menghampiri Sio Wie dengan maksud akan menolongnya.
"Wie moay!" seru Kiam Ciu.
Tetapi tiba-tiba terdengar suara angin pukulan menderu mendampar Kiam
Ciu. . 12 "Wut! "Kiam Ciu menangkisnya dengan lengan tangan kanan dan terlempar
beberapa tombak jauhnya. Karena merasakan bahwa tidak ada artinya menghadapi wanita itu maka
Kiam Ciu melompat menjauhinya dan lari meninggalkan tempat itu. Dengan hati
yang gundah Tong Kiam Ciu meninggalkan tempat yang selama sebulan lebih
telah banyak berkesan dan berarti dalam hidupnya. Ditempat itu dia telah
mendapat perawatan dari Sio Wie, ditempat itu dia telah mendapatkan arti kasih
sayang dan ditempat itu pula hatinya telah dihancurkan oleh ibu gadis yang
dicintai. Namun dia harus pergi dan harus menghindarkan kemungkinankemungkinan yang akan merugikan cita-citanya sendiri. Dia harus dapat
menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Harus dapat menunaikan tugas
keluarganya membalas dendam terhadap musuh besar keluarganya.
Mengemban amanat suhunya.
Dengan ilmu meringankan tubuh dan mengetrapkan ilmu Cin-li-piauw-hong
menuruni desa Cit Wi. Maka bagaikan terbang dengan cepat sekali Tong Kiam
Ciu telah meninggalkan desa Cit Wi.
Beberapa saat kemudian tampaklah ibu Sio Wie juga mengejar. Tetapi belum
seberapa jauh dia telah berhenti dan memperhatikan kelebatan bayangan Tong
Kiam Ciu yang telah lenyap dibalik bayangan pepobonan yang gelap.
Tujuan utama Tong Kiam Ciu ialah menuju ke perbatasan propinsi Yunan.
mendaki pegunungan Tiam-cong-san. Dihalaukannya kepedihan hati yang
memepatkan pikirannya itu. Dia telah bertekad untuk menemui seorang pertapa
sakti di puncak Jit-liauw-hong. Karena dengan menemui pertapa tua itu dia akan
mendapatkan suatu keterangan yang berharga. Keterangan ciri-ciri orang yang
selama ini dicarinya sebagai musuh besarnya.
Ketika Tong Kiam Ciu merasa badannya sangat payah maka pemuda itu lalu
istirahat di bawah sebatang pohon besar dan dari lembah telah bertiup angin
kencang sekali. Terasa amat dingin dan tiupan angin itu begitu kencang
bagaikan menyayat kulit wajah Tong Kiam Ciu.
. 13 Tubuh Tong Kiam Ciu menggigil karena dingin, digosok-gosokannya
sepasang tapak tangannya untuk menimbulkan rasa hangat. Seolah-olah
tangannya menjadi beku karena kedinginan. Ketika dia telah menggosokkan
kedua tapak tangannya itu terasalah kebekuan itu menjadi hilang dan hangat
perasaannya. Tiba-tiba Kiam Ciu dikejutkan dengan suara gemerisiknya daun terpijak. Maka
Kiam Ciu memasang kewaspadaannya dan berdiri untuk menghadapi segala
kemungkinan. Suara gemerisik itu bertambah dekat dan Kiam Ciu telah
bertambah waspada. Ketika suara itu telah dekat benar, maka terasalah suara angin menerpanya.
Kiam Ciu telah siap siaga menghadapi serangan. Tetapi ketika dia menyaksikan
kelebatan sebuah bayangan lewat samping tubuhnya, tetapi bayangan itu tidak
menyerangnya. Bahkan menegurnya dengan suara lantang dan ramah sekali
"Tong Siauwhiap. Aku khawatir kalau tidak dapat menyusulmu!" seru sosok
tubuh itu yang tiada lain adalah Sio Cin.
Walaupun Tong Kiam Ciu dalam keadaan kalut, tetapi ketika berhadapan
dengan Sio Cin tersenyum juga.
"Oh, kau, kukira.. .!" seru Tong Kiam Ciu.
"Tons siauwhiap, aku telah mengikuti jejakmu untuk menyampaikan biji Cusik padamu!" seru Sio Cin sambil mengangsurkan sebuah bungkusan kecil
kepada pemuda itu. "Biji Cu-sik? Dari mana kau mendapatkannya ?" tanya Kiam Ciu.
"Dari Cit siocia" jawab Sio Cin.
"Cit Sio Wie? Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Kiam Ciu dengan
suara gugup dan tangannya menerima bungkusan biji Cu-sik.
"Ibunya memang kejam, Cit siocia dalam keadaan tertotok lumpuh dan ketika
dia teringat apa yang kau butuhkan untuk mendapatkan kitab Pek-seng-ki-su
maka Cit siocia lalu menyuruhku untuk mengambil biji Cu-sik itu dan untuk
diserahkan kepadamu" sambung Sio Cin sambil menunduk dan wajah dayang
setia itu tampak sayu. . 14 "Lalu bagaimana sekarang keadaan Cit siocia?" tanya Kiam Ciu.
"Entahlah, aku tidak yakin benar keadaannya, Ketika kuterima biji Cu-sik maka
aku segera pergi mengejarmu" jawab Sio Cin dan tiba-tiba saja wajah dayang
setia itu tampak gelisah.
"Mengapa kau tampaknya begitu gelisah" kata Kiam Ciu.
"Lekaslah kau menyingkir, dan pergilah ke kota Pek-seng untuk menolong
cucu Gan Hua Liong!" berkata gadis pelayan itu.
"Ya, tetapi.. Cit Sio Wie bagaimana keadaannya? Apakah pantas aku harus
pergi pada saat dia dalam keadaan menderita?" sambung Tong Kiam Ciu tampak
bimbang. "Sudahlah! Kau pergi dulu, Cit siocia serahkan saja kepada kami! Kau harus
menunaikan tugasmu dulu!" seru Sio Cin menganjurkan kepada Tong Kiam Ciu.
Tanpa berpikir panjang lagi Tong Kiam Ciu telah memutar tubuh dan
bermaksud untuk pergi meninggalkan Sio Cin. Tetapi tiba-tiba terdengar suara
seorang wanita yang membentak Sio Cin.
"Sio Cin pantas kelakuanmu ya ?!" terdengar suara menegur pelayan setia
itu. Baik Sio Cin maupun Tong Kiam Ciu telah mengenal dengan baik suara itu
yang tiada lain adalah suara ibu Cit Sio Wie. Saat itu wajah Sio Cin tampak
memucat. Pelayan itu telah dapat memastikan bahwa umurnya tidak panjang
lagi. Dia akan binasa ditangan ibu Sio Wie. Karena memang wanita itu bersifat
kejam sekali. "Sio Cin apa yang kau perbuat ?" bentak wanita itu dengan suara lantang dan
matanya bersinar tajam dan membara.
Namun Sio Cin membisu, gadis pelayan itu menundukkan mukanya tanpa
memberikan jawaban. Karena menurut pikiran gadis pelayan itu dijawab
ataupun tidak akibatnya sama saja. Dia harus mati! Itu sudah menjadi peraturan
dan Sio Cin paham benar dengan watak ibu Sio Wie.
"Tong Kiam Ciu, insyapilah bahwa kedatanganmu dikeluargaku kau
membawa bencana maka tak ada jalan lain bagiku kecuali hanya untuk
. 15 membinasakan dirimu dan tanpa ampun lagi" seru wanita itu dengan suara
lantang dan menuding-nuding kemuka Tong Kiam Ciu.
Wajah Tong Kiam Ciu menjadi panas, kini dia merasa dirinya terlalu
mendapat hinaan dari wanita itu, tanpa mengingat bahwa wanita itu adalah ibu
Sio Wie maka Tong Kiam Ciu telah naik pitam. Sikap berdirinya telah berubah
dan sepasang tangannya telah tergenggam disisi tubuh dan matanya bersinar.
Dengan tatapan pasti Tong Kiam Ciu memandang kearah ibu Sio Wie.
"Aku dan bibi belum pernah bertemu tiada ikatan permusuhan diantara kita,
tetap mengapa bibi begitu berhasrat untuk membunuhku dan tampaknya sangat
benci ?" tanya Tong Kiam Ciu dengan kata-kata yang masih sopan dan teratur.
"Karena aku ingin membinasakanmu!" bentak wanita itu masih
menyembunyikan alasan-alasannya yang tepat.
"Kalau memang aku mempunyai kesalahan. maka aku rela dibunuh tanpa
melawan, tetapi jelaskanlah dulu kesalahan yang manakah ?" desak Tong Ciu.
"Baiklah, kau dengar baik-baik dan bersiap-siaplah untuk kukirim ke akherat!"
seru wanita itu dengan berkecak pinggang dan mata bercahaya memandang
Tong Kiam Ciu. Baik Tong Kiam Ciu maupun Sio Cin terdiam. Bahkan Sio Cin tampak sangat
ngeri menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan menimpa diri Tong
Ktam Ciu. Untuk membela Tong Kiam Ciu diapun rela berkorban demi
keselamatan orang budiman itu. Segala sepak terjang dan kebaikan Tong Kiam
Ciu telah banyak disaksikan dan didengar oleh Sio Cin. Gadis pelayan itu
menaruh hormat kepada pendekar muda itu bukan saja karena Tong Kiam Ciu
adalah kekasih majikannya tetapi karena keluhuran budi pemuda itulah maka
Sio Cin rela berkorban pula demi keselamatan Tong Kiam Ciu. Maka seandainya
sampai terjadi sesuatu akan membantunya.
"Sebenarnya sejak aku mendengar namamu, aku telah menyelidikinya
hingga sampai dimana kehebatanmu. Kau sebenarnya adalah orang yang harus
kubinasakan karena kau.. ." belum selesai kata-katanya itu tiba-tiba terdengar
suara orang mendekati dan wanita itu menghentikan kata-katanva.
. 16 Perhatian wanita itu beralih kepada orangyang baru datang. Beberapa saat
kemudian telah tampak dua bayangan melesat dan tahu-tahu yang seorang
telah menubruk Tong Kiam Ciu.
"Ciu Ko bawalah aku serta !" serunya dan ternyata yang menubruk Tong
Kiarn Ciu itu tiada lain adalah Cit Sio Wie.
Ketika Peng Nio atau ibu pengasuh Cit Sio Wie menyaksikan peristiwa itu
hatinya merasa sedih dan tercekam. Wanita pengasuh itu merasa terharu atas
peristiwa yang menimpa diri Cit Sio Wie. Memang Peng Nio bukanlah ibu
kandung gadis itu, tetapi sejak kecil dia telah mengasuhnya dengan penuh kasih
sayang maka serasa bagai anak kandungnya. Cit Sio Wie selalu dimanjakan dan
tak pernah dikecewakannya.
"Peng Nio ! Apa ini ?" seru ibu Sio Wie dengan mata melotot menyaksikan
Cit Sio Wie didalam dekapan Tong Kiam Ciu.
"Biarlah puterimu pergi bersama pemuda yang dicintainya, kalau memang
kau tidak ingin melihatnya dia berbahagia !" jawab Peng Nio.
Peng Nto adalah wanita yang berparas cantik juga. Dia telah bertahun-tahun
mengikuti ibu Cit Sio Wie karena mengasuh Cit Sio Wie yang masih bayi, masih
menyusui. Sedangkan ibu Cit Sio Wie selalu bepergian dan pulangnya dapat
dikatakan hanya tiap tahun baru saja, maka Peng Nio merasakan seolah-olah
Cit Sio Wie sebagai puteri kandungnya. Segala penderitaannya adalah
penderitaan ibu pengasuh itu juga. Karena kasih sayangnya yang begitu
mendalam. "Peng Nio kau tahu apa ? Ini adalah urusanku !" bentak wanita itu dengan
marah. "Benar Cit Sio Wie adalah puterimu, kau yang melahirkannya, tetapi siapa
yang mengasuhnya hingga sebesar ini ? Aku yang bersusah payah dalam
keadaan apapun, kau tidak mengetahuinya dan tidak pernah membelainya. Kini
kau akan menimpakan kekejaman padanya! Biarlah dia mengenyam kebahagian,
hidup berbahagia bersama kekasihnya dan kita orang merestuinya" berkata
Peng Nio. . 17 "Diam kau!!" sambil membentak ibu Cit Sio Wie meloncat menerjang Tong
Kiaui Ciu. Namun Tong Kiam Ciu telah waspada pemuda itu dengan mendorongkan Cit
Sio Wie kesamping dapat terhindar dari terkaman ibu Sio Wie.
"Tong siauwhiap bawalah Cit Sio Wie pergi menyingkir!" seru wanita
pengasuh itu sambil melemparkan buntalan kearah Tong Kiam Ciu.
"Apa?" bentak ibu Cit Sio Wie sambil mengirimkan hantaman kearah Kiam
Ciu. Untung Tong Kiam Ciu sambil melemparkan tubuh menyandak bungkusan
dan sekaligus menghindari serangan ibu Sio Wie. Kemudian bersiap-siap untuk
menghadapi berikutnya. "Tong siauwhiap lekaslah pergi jangan layani!" seru Peng Nio.
Begitu pula Cit Sio Wie tampak meraih tangan kanan kekasihnya dan
mengapitnya diajak pergi. Namun pemuda itu masih ragu-ragu dan memandang
kearah ibu Cit Sio Wie. Karena dia masih merasa heran mengapa ibu Cit Sio Wie
begitu membencinya bahkan hingga rela bertindak kejam terhadap puterinya
sendiri. Puteri tunggal yang selalu dimanjakannya itu.
"Ibu mengapa kau terlalu kejam? Baiklah kalau memang ibu telah merelakan"
seru gadis itu dengan suara penuh haru.
"Cit Sio Wie. kalau kau nekad aku rela kehilangan anak !" seru wanita itu
saking marahnya. Sebenarnya Tong Kiam Ciu merasa bingung menghadapi kenyataan itu. Dia
tidak ingin kekasihnya menjadi seorang durhaka. Maka sekali lagi Tong Kiam Ciu
membujuk kekasihnya untuk kembali kepada orang tuanya.
"Wie moay, baiklah kau turutkan nasehat ibumu, mungkin kita memang tidak
berjodoh . . . . . " bujuk Tong Kiam Ciu.
"Tidak ! Aku lebih baik mati daripada harus berpisah dengan Ciu-ko !" seru
Cit Sio Wie dengan suara lantang dan pasti.
"Gara2 kau!" seru ibu Cit Sio Wie berbareng kata-katanya itu dia telah
mengirimkan hantaman kearah Tong Kiam Ciu.
. 18 Sekali lagi Tong Kiam Ciu berhasil menghindar. Namun kini tampaklah
kemarahan wanita itu telah memuncak. Dari sinar matanya telah dapat diterka,
karena sorot matanya tajam kearah Tong Kiam Ciu. Ibu pengasuh Cit Sio Wie
waspada dan tahu pasti apa yang akan dilakukan oleh ibu Cit Sio Wie itu. Maka
wanita pengasuh itu telah siap-siap pula untuk menjaga segala kemungkinan.
Saat itu dengan gerakan cepat ibu Cit Sio Wie telah meloncat dan
mengirimkan pukulan maut dengan ilmu Hian-hiong-kong-ki melesat sangat
cepat dan berhawa panas. "Tong Siauwhiap menyingkir! Aduh." terdengar seruan lantang dan pengasuh
setia itu dan suaranya tertahan dengan keluhan. Kemudian tampaklah wanita
pengasuh itu terjatuh dan tidak berdaya dan memuntahkan darah.
"Nai Ma!" seru Cit Sio Wie akan menubruk tubuh wanita yang terkapar mandi
darah itu, namun Kiam Ciu menariknya.
"Kau mau pergi kemana ?!" seru ibu Cit Sio Wie dan bermaksud akan
mengirimkan jotosan lagi kearah Tong Kiam Ciu.
Namun ketika wanita itu meloncat tiba-tiba Sio Cin telah meloncat pula untuk
menerkam dan menahan ibu Cit Sio Wie.
"Lekaslah kalian lari dan menyingkir jauh dari tempat ini!" seru pelayan setia
yang selalu mengikuti kemana saja Cit Sio Wie pergi.
Sio Cin telah dapat menahan ibu Sio Wie sampai beberapa saat lamanya
dengan jalan memeluk kaki wanita itu. Sedangkan Tong Kiam Ciu serta Cit Sio
Wie telah membulatkan tekad untuk meninggalkan tempat itu. Walaupun hatinya
merasa sangat sedih dan ngeri menyaksikan peristiwa itu. namun demi untuk
keselamatan dan karena Tong Kiam Ciu masih harus menyelesaikan banyak
tugas maka dengan menyingkirkan segala perasaan itu mereka meninggalkan
lereng gunung dekat desa Cit Wie itu.
Mereka berdua telah meninggalkan kedua orang yang seiia. Dua orang yang
telah mencurahkan segala perhatian dan kasih sayangnya kepada Cit Sio Wie.
Mereka telah memanjakan dan telah memberikan segala kasih sayang kepada
Cit Sio Wie. Selama bertahun-tahun telah bersama. Betapa berat rasa hari Cit
. 19 Sio Wie sebenarnya untuk berpisah dan meninggalkan begitu saja kedua orang
yang telah banyak pengorbanan itu.
Tetapi karena memang cintanya terhadap Tong Kiam Ciu begitu dalam,
akhirnya semua sama lalunya bahkan ibunya sendiri dia telah rela untuk
meninggalkannya. "Mulai hari ini aku bukan putri ibu lagi!", seru Cit Sio Wie sambil memandang
ibunya yang masih kalap dan kakinya masih dipeluk oleh Sio Cin dengan erat.
Sio Cin sebenarnya berilmu sangat lihay setarap dengan ilmu Cit Sio Wie.
Maka tidaklah mengherankan kalau untuk sementara dia dapat menahan ibu Sio
Wie yang kejam dan berilmu lihay.
Kesempatan itu telah dipergunakan oleh Tong Kiam Cin untuk menarik pergi
kekasihnya. Kini tanpa ragu-ragu lagi Tong Kiam Ciu membawa Cit Sio Wie
berlalu dari desa Cit Wie. Karena Tong Kiam Ciu telah menyadari betapa
besarnya cinta Cit Sio Wie terhadap dirinya.
Dengan mengembangkan ilmu Cin-li-piauw-hong. Tong Kiam Ciu dan Cit Sio
Wie telah kabur dari hadapan wanita kejam itu. Mereka tanpa memperdulikan
lagi apa yang telah terjadi kemudian. Begitu pula telah memepatkan hati untuk




melupakan Peng Nio dan Sio Cin. kenapa mereka menghendaki pengorbanan
mereka untuk Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie agar mereka tetap dapat mengurus
perjodohannya. Sampai beberapa lamanya Tong Kiam Ciu dan Sio Wie berlari-lari menjauhi
desa Cit Wie menuju kepegunungan Tiam-cong-san. Dengan tiada menghiraukan
rasa lelah dan dahaga. Mereka berusaha untuk lari sejauh-jauhnya. Suatu
keanehan pula, ternyata ibu Sio Wie tidak tampak mengejarnya. Mungkinkah
telah dapat ditundukan oleh Sio Cin?
Tong Kiam Ciu memandang wajah Cit Sio Wie. Namun gadis itu tersenyum
dan belum memperlihatkan tanda-tanda bahwa dia merasa lelah.
Maka Tong Kiam Ciu menggamit tangan gadis itu dan mereka berdua
bagaikan sepasang burung Hong yang sedang beterbangan dan memadu
asmara di pegunungan yang berhawa dingin itu. Mereka beterbangan dan
. 20 melayang-layang dengan pesat sekali. Hanya kadang-kadang mereka berjalan
biasa dan bergandengan tangan.
Begitulah selama setengah bulan mereka terus berjalan mengelilingi
pegunungan Tiam-cong-san yang berpuncak sebanyak lima belas buah dan
tinggi-tinggi itu. Mereka tanpa lelah-lelahnya mencari pertapa tua yang bergelar
Kim-leng-ji-su. Untuk mencari puncak Jit-liauw-hong ternyata tidak mudah.
Ternyata selama beberapa hari mereka mengelilingi dan mendaki puncakpuncak yang terdapat disitu belum juga menemukan orang yang dicarinya itu.
"Adik Cit Sio Wie, selama setengah bulan kita berjalan terus menerus tanpa
lelah tetapi mana puncak Jit-liauw-hong yang didiami oleh Kim-leng-ji-su ?" katakata itu terucapkan oleh Kiam Ciu ketika mereka berdua sedang beristirahat.
Setelah mereka merasa lelah dan beristirahat dibawah sebatang pohon
besar yang rindang. Dari Pauw-hoknya telah dikeluarkan bekal makanan kering.
Mereka makan sedikit dan minum secukupnya, terasalah pulih kembali
tenaganya. Saat itu siang yang sunyi, musim dingin dan angin deras berhembus
dari lembah. Walaupun matahari tidak tampak namun terang tampaknya.
"Ya, kita harus sabar tetapi aku yakin bahwa kita tidak lama lagi pasti dapat
menemukan tempat yang Ciu Ko cari itu" bisik Cit Sio Wie dengan senyum.
"Semoga, tetapi apakah kau tidak kesal dan menyesal bersamaku. Kau terlalu
banyak menderita karenaku Wie moay" bisik Tong Kiam Ciu dengan suara yang
dalam. Dipandanginya wajah Cit Sio Wie, hati Tong Kiam Ciu merasa haru
menyaksikan keadaan gadis yang sangat mencintai dirinya itu. Betapapun keras
hati Kiam Ciu, namun menyaksikan ketulusan dan pengorbanan Cit Sio Wie yang
telah melepaskan ikatan keluarga ibunya demi cintanya kepada Tong Kiam Ciu.
"Hemmm, maafkan aku Wio moay". bisik. Tong Kiam Ciu.
"Ciu Ko, aku merasa bahagia kalau kau mencintaiku dengan benar-benar"
tukas Cit Sio Wie. "Kau banyak menderita karenaku" bisik Tong Kiam Ciu.
"Akupun bahagia karenamu Ciu Ko" bisik Cit Sio Wie dan tersenyum malu.
. 21 Tiba-tiba telinga Tong Kiam Ciu yang tajam telah mendengar sesuatu suara
yang mencurigakan. "Kau dengar suara kelintingan Wie moay?" bisik Tong Kiam Ciu. "kukira bunyi
kelintingan mas!" bisik Tong Kiam Ciu.
"Kalan begitu kita tidak salah lagi, disinilah tinggalnya Kim Leng ji-su tidak
jauh lagi !" seru Tong Kiam Ciu dan tampaklah kegembiraan yang membayang
diwajah Kiam Ciu. "Ya!" seru Cit Sio Wie.
"Mari kita cari dari mana asal suara itu! "ajak Kiam Ciu seraya berdiri dan
tangannya menggamit tangan kekasihnya.
"Hey siapapun yang berada disana yang membawa kelintingan tunggu! "seru
Cit Sio Wie sambil mengerahkan ilmu Pan-yok-slm-im.
Setelah selesai dengan kata-katanya itu mereka segera mengembangkan
ilmu meringankan tubuh dan lari cepat menuju kearah tempat dimana suara
kelintingan itu berasal. Beberapa saat setelah mereka berlari-lari itu terlihatlah disuatu tanah datar
dan disekitarnya batu-batu besar menonjol. Batu-batu cadas putih dan gersang
itu begitu tinggi dan besar. Dua orang kakek yang masing-masing mengenakan
jubah putih. Seorang berambut putih dan berjanggut putih pula. Rambutnya
digelung diatas kepala, sedangkan yang seorang lagi seorang kakek dengan
tubuh tegap tetapi kepalanya licin tandas dan tidak berjenggot. Ditangannya
menggenggam kelintingan yang berkilau-kilauan tampaknya.
Kakek yang bergelung telah melancarkan sebuah serangan dengan
meloncat dan mengirimkan tendangan tumit kearah lawannya itu. Lawan kakek
itu telah terlonjak terpental dan jatuh. Tangannya yang menggenggam kelinting
emas diangkat tetapi jatuh terduduk lagi. Dari mulutnya memuntahkan darah
segar. "Keparat kau !" hanya itu yang diucapkan oleh si kakek Botak.
. 22 "Ha ha-ba kini kau telah tidak berdaya. Sebentar lagi kau akan binasa, Kimleng-ji-su, Karena kau yang kalah maka kau harus meninggalkan tempat ini
dengan segera !" bentak kakek berambut putih dan tertawa sinis.
"Cepat-cepat bunuhlah aku !" seru si kakek botak dengan suara lantang pula.
"Untuk membunuhmu semudah membalikkan tangan, tetap biarlah kau
merasakan bagaimana orang menderita menjelang kematian. Sekarang aku
akan pergi dan besok pagi aku akan datang kesini untuk mengubur mayatmu.. !"
seru kakek berambut putih.
Tahu-tahu tubuh kakek itu telah melesat pergi bagaikan menghilang karena
cepatnya bergerak dan ilmu ringankan tubuh yang sudah sempurna. Sedangkan
Kim-leng-ji-su hanya memandangnya dengan napas terengah-engah dan ingin
berusaha berdiri tetapi tubuhnya terasa telah begitu lemah hingga dia terjatuh
lagi dan memuntahkan darah kental serta napasnya sesak.
Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie meloncat menghampiri kakek botak yang
tengah berjuang untuk mempertahankan hidupnya itu. Tetapi karena dia adalah
seorang sakti yang telah puluhan tahun menjagoi kalangun dunia persilatan
maka tidaklah tampak dengan jelas penderitaannya itu.
"Apakah locianpwee bernama Kim-leng-ji-su?!" tanya Kiam Ciu sambil
berlutut si samping tubuh kakek botak.
Kakek yang tengah menderita luka dalam yang sangat parah itu
memandang kearah Tong Kiam Ciu kemudian memperhatikan Cit Sio Wie. Dari
bibirnya tampuk sekilas senyuman.
"Kau siapa dan dari siapa kau mengenal namaku?" tanya kakek itu.
"Namaku Tong Kiam Ciu. aku mengenal locianpwee dari Shin Kai Lolo" jawab
Tong Kiam Ciu. Kakek yang masih menggeletak ditanah berbatu-batu itu terkatup bibirnya
ketika mendengar nama Shin Kai Lolo itu. Dipandanginya wajah Tong Kiam Ciu.
Kemudian kakek menganggukikan kepala, sikutnya menahan tubuh yang masih
menggeletak. "Oh jadi dia masih hidup?" tanya Kim-leng-jie-su.
. 23 "Ya" sambung Tong Kiam Ciu.
"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya kakek botak bersemangat sekali
tampaknya. "Dia titip salam buat locianpwee" sambung Tong Kiam Ciu sambil tersenyum
memegangi bahu kakek itu untuk membantu mendudukkannya.
Setelah sejenak kakek itu bersemedhi dan mengatur peredaran darah. maka
dia kembali berbicara : "Sebenarnya ada keperluan apa siauwhiap menemuiku? tanya kakek Kimleng-ji-su dengan suaranya yang sangat dalam dan berat.
"Aku mendapat keteiangan dari Shin Kai Lolo tentang seseorang tokoh
persilatan yang maha lihay, teiapi ada hubungannya dengan locianpwee"
sambung Tong Kiam Ciu menjelaskan.
"Maksudmu?" kakek itu tidak paham dengan kata-kata Tong Kiam Ciu.
"Aku mempunyai musuh besar yang telah membinasakan seluruh
keluargaku, ayah dan ibu serta saudara-saudaraku tetapi aku tidak mendapat
keterangan yang jelas dari suhuku siapakah sebenarnya orang itu. Aku hanya
mengetahui namanya saja ialah Ciam Gwat, keterangan lainnya aku tidak paham.
Menurut Shin Kai Lolo, Locianpwee mengetahui" kata-kata Kiam Ciu diucapkan
dengan jelas disamping Kim-leng-ji-su.
"Ciam Gwat? "sambung kakek itu tampak terperanjat.
"Ya" jawab Tong Kiam Ciu singkat.
"Oh, kalau tentang dia.. . ." terdiam dan memandang kearah Cit Sio Wie,
kemudian ia memandang lagi kepada Tong Kiam Ciu
"Katakanlah padaku siapakah sebenarnya Ciam Gwat itu? Wie moay tidak
apa-apa mendengarnya. kita akan segera mengikat tali perkawinan setelah
tugasku selesai nanti!" seru Tong Kiam Ciu menjelaskan dan mendesak kakek
tua itu untuk memberikan keterangan.
"Sebenarnya Shin Kai Lolo juga mengetahui benar tentang Ciam Gwat. namun
dia takut kalau menyinggung perasaan orang, memang dia lalu menyuruhmu
untuk menanyakan hal itu kepadaku" sambung Kim-leng-ji-su menjelaskan.
. 24 "Lekaslah katakan siapa sebenarnya Ciam Gwat itu!" tanya Kium Ciu tidak
sabar. Sesaat suasana menjadi sepi. Tong Kam Ciu menantikan keterangan Kimleng-ji-su dengan hati berdebar. Walaupun kakek tua telah berusaha untuk
mengatasi segala penderitaannya dengan sekuat tenaga.
Namun tampak sangat payah juga. Kiam Ciu merasa khawatir
menyaksikannya "Baiklah, sebelum aku menerangkan tentang Ciam Gwat, aku akan
menjelaskan dulu tentang sesuatu. Bukankah ayahmu bernama Tong Kiam Seng
yang bergelar si Tinju besi?" tanya Kim-leng-ji-su.
"Ya benar" jawab Tong Kiam Ciu menganggukkan kepala.
"Dan gadis ayu itu bukannya puterinya tunggal Cit Cai Hui ?" tanya kakek
gundul itu lagi. "Ya benar." jawab Kiam Ciu.
"Sabarlah, untuk menghadapi Ciam Gwat memang sangat sukar. Wanita itu
mempunyai ilmu yang sangat lihay. Aku tidak dapat berbuat apa-apa, palingpaling hanya janji yang dapat kusanggupkan karena aku akan segera mati
karena luka dalam yang kuderita ini . . . " sambil berkata begitu kakek itu terbatukbatuk dan memuntahkan darah kental.
"Janganlah locianpvvee berkata begitu !" seru Kiam Ciu.
"Apa yang akan kukatakan padamu tentang diriku dalam keadaan bagini. Aku
tidak lama lagi akan mati. Sekarang dengarkanlah sebuah kisah yang telah
berlalu lebih setengah abad." sambung Kim-leng-ji-su mulai memberikan
harapan kepada Kiam Ciu. Lebih dari setengah abad yang lalu ada sepasang pendekar yang maha sakti.
Pendekar muda belia dan yang laki-laki tampan sedangkan yang perempuan
jelita. Mereka telah banyak menundukan orang-orang sesat dengan ilmu mereka
berdua yang sangat lihay tanpa tandingan. Sehingga mereka mendapat gelar
Liong-Hong-Hiap-lu. Hidup mereka sangat rukun dan serasi sekali. Tampak
. 25 bahagialah mereka itu. Namanya harum dikalangan Kang-ouw karena budinya
yang mulia. Tiba-tiba datang suatu bencana, dengan munculnya seorang wanita jelita
yang berilmu tinggi pula. Rupa-rupanya wanita itu mempunyai sifat yang tidak
baik dan keji. Dia adalah wanita yang haus napsu sex, bahkan condong kearah
napsu sex yang menggila. Tiada puasnya mencari korban pemuda napsunya.
Karena dia berkeyakinan bahwa orang-orang gagah atau para pendekar itu
mempunyai tenaga yang hebat maka dia berkeyakinan kalau nafsunya dapat
terputuskan kalau berhubungan dengan pendekar-pendekar itu.
Mulailah ramai dibicarakan orang kemunculan pendekar wanita itu yang
mempunyai paras cantik jelita dan mempunyai hasrat sex yang berIebihlebihan. Wanita seperti itu memang idaman para hidung belang atau para
pendekar yang memang berjiwa kotor. Tetapi mereka satu persatu telah
berjatuhan dan ditendang begitu saja oleh wanita itu karena ternyata tiada
seorangpun yang dapat mengalahkan keinginannya.
Setelah wanita jelita itu mendengar kalau ada sepasang pendekar sakti. Maka
dia lalu mencoba menggodanya. Mula-mula si pendekar muda itu dapat
bertahan, tetapi akhirnya jebol pula benteng pertahanannya. Mulailah pemuda
gagah itu bentrok dengan istrinya dan lama-lama karena istrinya merasa tidak
betah dan patah hati lalu ditinggalkannya suaminya yang telah berubah itu.
Hancurlah rumah tangga sepasang pendekar remaja itu. Hancurlah Liong-HongHiap-lu.
Wanita jelita dan pendekar muda itu telah membentuk suatu ikatan
kekeluargaan. Mereka telah membangun sebuah rumah yang bagus dan mereka
hidup bersama dalam rumah itu sebagai-suami-istri.
Mula-mula memang mereka hidup bahagia dan tenteram. Pasangan itu
tampak serasi dan mereka sangat bahagia. Pendekar muda itu telah melupakan
istrinya yang pertama dan kini telah lenyap. Pikirnya semuanya itu tidak penting
lagi toh dia telah mendapatkan seorang wanita yang sangat jelita dan seribu
kali lebih memuaskan dari pada istrinya.
Namun kebahagiaan itu ternyata tidak lama. Mulailah kebosanan wanita iblis
itu timbul kembali. Dia telah berkenalan dengan seorang pendekar perkasa yang
. 26 terkenal dengan gelar si Tinju besi bernama Tong Kim Seng ialah ayah Tong
Kiam Ciu. Wanita itu terus menggoda Tong Kim Seng. Walaupun bagaimana
hebatnya benteng pertahanan Tong Kim Seng namun akhirnya karena digoyahgoyah terus jebol juga.
Tong Kim Seng telah mulai berhubungan dengan wanita itu. Benar-benar
wanita iblis itu telah dapat menguasai Tinju besi. Memang wanita itu mempunyai
paras yang cantik dan potongan tubuhnya yang menggairahkan serta pandai
merayu dan merangsang laki-laki.
Suatu hari, ketika mereka sedang berbuat maksiat dirumahnya sendiri maka
datanglah suaminya hingga perbua.an mereka itu kepergokkan dan mereka
tidak dapat berbuat apa-apa.
Dengan hati patah laki-laki itu mencabut pedangnya dan akan membunuh
mereka. Namun dengan tangkas istrinya dapat menghalangi tindakan suaminya.
Tong Kim Seng meninggalkan tempat itu. Ketika itu suaminya sebenarnya masih
sangat marah dan akan dibunuhnya wanita iblis itu, namun ketika suaminya
memandang kecantikan wanita itu maka lemahlah jiwanya.
Kesadarannya telah timbul, ketika laki-laki itu berpikir lebih lanjut tentang
istrinya yang berjiwa bejat dan cabul itu, maka akhirnya bertekad untuk
meninggalkannya. Hatinya telah sadar dan menyesali atas perbuatannya itu. Dia
mencari istrinya kemana-kemana, istrinya yang pertama yang telah melarikan
diri karena merasa terhina dan patah hati. Laki-laki yang tersesat itu telah
membalik kepuasan untuk meninggalkan si wanita iblis dan cabul itu dengan
membiusnya terlebih dahulu. Ketika wanita cabul itu tertidur maka dikeningnya
telah diguratkan satu tanda berbentuk bulan sabit, dengan ujung pedang yang
tajam. Kemudian ditinggalkannya.
Dahi wanita cabul dan keji itu membekas luka membentuk bulan sabit.
Akhirnya karena rasa dendamnya itu dia bukannya menjadi baik bahkan meraja
lela. Dikalangan Kang-ouw dia disebut Ciam Gwat.
Adapun wanita yang malang dan terpaksa harus mengalah dan menyingkir
dengan menanggung derita itu adalah Shin Kai Lolo. Wanita yang semula cantik
jelita dan pernah mendapat gelar Liong-hong-hiap-lu bersama suaminya.
. 27 Adapun laki-laki yang malang dan sadar setelah semuanya berantakan itu
adalah Kim-leng-ji-su. Seperti juga laki-laki lainnya yang telah diganggu ketenteramannya oleh
Ciam Gwat. Maka Tong Kim Seng begitu juga telah menjadi berantakan, Mulamula terjadi kehebohan didalam itu, kemudian terjadilah pembunuhan dan
akhirnya sampai Tong Kim Seng Tinju Baja itu telah binasa dihadapan Pek-hisiu-si.
"Lalu Ciam Gwat itu sekarang berada di mana Locianpwee ?" tanya Tong
Kiam Ciu mendesak. "Dengarkan baik-baik, Ciam Gwat itu tiada lain adalah Cit Cai Hui yang kini
tinggal di desa Cit Wi" jawab Kim-leng-ji-su.
"Oh jadi . . . ." sambung Tong Kiam Ciu berubah pucat wajahnya.
"Jadi ?" seru Cit Sio Wie pura-pura menutup mulutnya dengan tapak tangan
kanannya. "Ya dan aku dapat selamat dari siksaannya berkat kelinting emas ini. Tiaptiap Ciam Gwat melontarkan ilmu Pan-yok-sin-im maka kubunyikan keliting
emas ini dan ilmu itu akan buyar sendiri ! kakek itu menjelaskan dan tampaknya
sangat payah. Setelah menceritakan tentang riwayat Ciam Gwat dan seluk beluk tentang
Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie maka kakek itu tampak bertambah payah.
Nafasnya mulai tampak sangat sesak dan tubuhnya telah mandi keringat karena
mengerahkan tenaga untuk menahan pergolakan didalam tubuhnya. Kemudian
terdengar dia terbatuk dan menuntahkan darah segar.
"Tong Siauwhiap terimalah kelintingan pusaka ini" belum selesai dengan




kata-katanya dia telah tampah gemetar dan wajahnya menjadi sangat pucat
kemudian lunglai. Kim-leng-ji-su telah jatuh terjungkal dan menghembuskan nafas yang
penghabisan. "Locianpwee! Locianpwee!" seru Tong Kiam Ciu seraya menubruk tubuh
kakek itu. Ternyata telah menjadi kaku.
. 28 "Sudahlah Ciu Ko! Marilah kita kuburkan janazah Kim-leng-ji-su dan kita
meneruskan perjalanan!" bisik Cit Sio Wie.
"Cit Sio Wie. kau telah mendengar sendiri kisah yang diturunkan oleh Kimleng-ji-su cianpwee. Ternyata musuh besar yang kucari-cari selama ini adalah
ibumu sendiri. Maka sekarang lebih baik kita berpisah sampai disini saja," seru
Tong Kiam Ciu dengan suara hampa.
"Ciu Ko! Mengapa kaupun bertindak begitu kejam padaku? Aku rela hancur
demi cintaku padamu. Apakah ada halangannya aku untuk mencintai orang
yang ternyata orang itu adalah musuh besar dengan ibuku? Lagi pula apakah
Koko lupa bahwa aku telah bersumpah memutuskan ikatan kekeluargaan
dengan ibuku?" tanya Cit Sio Wie.
"Ya aku tahu Cit Sio Wie. Tetapi Ciam Gwat adalah ibu kandungmu, aku tidak
percaya bahwa seorang anak yang telah dikandung dan telah dilahirkan oleh
wanita itu akan tega menyaksikanrya ibunya dibunuh oleh seorang didepan
matanya sendiri!" seru Tong Kiam Ciu tetap pada pendiriannya untuk berpisah
dengan Cit Sio Wie. "Tidak! Aku tetap akau mengikuti Tong Kiam Ciu Siauwhiap. Biarlah aku kau
anggap sebagai pembantu atau sahayamu, asal aku boleh selalu bersamamu!"
seru Cii Sio Wie tetap pa da pendiriannya.
"Tiadakah kau menyadari bahwa kelak kau akan menderita karena tiap kali
kau ingit bahwa ibumu yang membunuhnya adalah aku. Maka Wie moay,
sebaiknyalah kita berpisah saja sampai disini dan lupakanlah bahwa kita pernah
bahagia karena cinta kasih kita" bujuk Tong Kiara Ciu.
"Oh, Ciu Ko, mengapa kau begitu tega menyiksa dan menghancurkan hatiku
hingga berkeping-keping karena kata-katamu itu" rintih Cit Sio Wie sambil
memeluk tubuh kekasihnya itu.
Benar-benar Cit Sio Wie telah bertekad untuk selalu bersama sehidup semati,
senang dan derita sama-sama dihayatinya. Dia telah bertekad bulat untuk
mengarungi bahtera yang cintanya penuh derita itu.
"Wie moay, walaupun cintaku juga sangat besar padamu, namun aku pantang
untuk mengingkari semua sumpahku dan semua amanah suhuku. Aku tetap
. 29 akan membalas sakit hati keluargaku. Aku harus membunuh Ciam Gwat untuk
menenteramkan roh ibu, ayah dan saudara-saudaraku di akherat" sambung
Kiam Ciu dengan suara tegas dan tandas.
"Ya aku tidak akan menghalang-halangimu untuk membalas dendam dan
membunuh ibuku. Tetapi ajaklah aku serta selalu bersama mu Ciu Ko !"
"Bagaimana dapat terjadi Wie moay? Maapkanlah diriku dan aias segala
perawatan serta pertolonganmu aku ucapkan terimakasih sebesar-besarnya
Wie moay" seru Tong Kiam Ciu.
Dengan berakhirnya kata-kata itu tiba-tiba Tong Kiam Ciu telah melesat pergi
dengan mengerahkan ilmunya Cien-li-piauw-hong melesat bagaikan terbang,
Sedangkan Cit Sio Wie pada saat itu saking gugupnya tanpa dapat mengejar.
Gadis itu hanya berseru sambil mengerahkan ilmu Pan-yok-sin-im.
"Ciu Ko tunggu !" seru Cit Sio Wie.
Saat itu Kiam Ciu mendengar seruan Cit Sio Wie yang dilambari dengan ilmu
Pan-yok-sin-im maka benar-benar dia telah berhenti. Tetapi ketika ingat kelinting
saktinya. Maka digerakannya kelintingan itu hingga terdengar bunyi nyaring dan
bunyarlah pengaruh ilmu Pan yok stn im.
Begitulah berkali-kali terjadi dan akhirnya Tong Kiam Ciu lelah dapat kabur
jauh sekali. Sedangkan Cit Sio Wie sudah tidak mampu untuk mengejarnya. Lagi
pula dia tidaklah mengetahui kemana yang akan dituju oleh Tong Kiam Ciu.
Dalam pada itu Tong Kiam Ciu terus melanjutkan perjalanannya menuju ke
kota Pek-seng yang hilang itu. Dia masih ingat betul jalan-jalan yang harus
dilaluinya. Ketika dia memasuki taman bunga hatinya berdebar. Tiada sambutan
dari gadis she-Gan itu seperti pada waktu kedatangannya yang pertama, dimana
gadis itu telah menyanyikan lagu sedih. Hari itu Tong Kiam Ciu merasakan
seolah-olah dia telah berada ditempat itu seorang diri. Burung-burungpun ikutikutan tidak berkicau.
Dengan tergesa-gesa Tong Kiam Ciu berlari-lari menuju ke gedung mungil
satu-satunya di tempa t itu. Tong Kiam Ciu akan menolong membebaskan gadis
she Gan itu untuk keluar dari kota Pek-seng. Dia telah mendapatkan biji Cu-sik
dari Cit Sio Wie, sedangkan akar pohon Lok-bwee-kim-keng lelah diterimanya
. 30 dari pemberian Kun-si Mo-kun, kedua benda syarat pembebas gadis itu telah
ada ditangan Tong Kiam Ciu saat itu. Maka dengan hati gembira Tong Kiam Ciu
mendekati bangunan gedung itu.
Namun ketika beberapa langkah dia mendekati gedung mungil itu dia
menjadi ragu-ragu dan menahan langkahnya. Karena ketika angin berhembus
terciumlah bau yang memualkan dan hampir saja Tong Kiam Ciu tidak tahan
lagi. Namun dia harus mendekati gedung dan harus mengetahui keadaan gadis
she-Gan itu. Maka dengan mengenyahkan perasaan muak dan menahan
pernafasan dia telah mendekati gedung. Bau yang memuakan itu bertambah
menyolok, rupa-rupanya memang digedung itu ada mayat manusia atau
binatang. Ketika Tong Kiam Ciu melangkah menghampiri ruang pintu depan dia telah
dikejutkan dengan suatu pemandangan. Di tempat itu tampaklah mayat seorang
gadis yang dalam keadaan menyedihkan. Tubuh mayat itu benar-benar telah
menimbulkan bau yang memuakan hampir tidak tertahan.
Walaupun bagaimana Tong Kiam Ciu ingin pula untuk melihat wajah mayat
itu. Tiba-tiba ketika dia menghampiri mayat itu terdengarlah pekikan tertahan.
"Oh Gan siocia !" seru Tong Kiam Ciu dan menutupi mulutnya dengan tapak
tangan. Ternyata mayat gadis she Gan itu telah membusuk. Sedangkan debu bekas
membakar kitab Pek-seng-ki-su masih berserakan di tempat itu, Maka dengan
tangkas Tong Kiam Ciu lalu membuat liang dan menguburkan mayat Gan siocia.
Tong Kiam Ciu menggeledah tempat di dalam rumah gedung mungil itu dan
mencari kitab Pek-seng-ki-su. Namun rupa-rupanya telah keduluan orang lain
terbukti benda-benda pada berserakan. . 31 . 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 12 S IAPA pula ini yang berbuat?" pikir Tong Kiam Ciu seraya memeriksa
keadaan didalam gedung mungil itu.
Ketika dia memeriksa didalam rumah itu ternyata tidak diketemukan barang
yang dicari, maka segeralah dia keluar. Keadaan didalam gedung yang
berserakan itu dibiarkannya seperti apa adanya. Diluar masih tampak setumpuk
debu bekas kertas terbakar. Namun Tong Kiam Ciu tidak dapat menduga bahwa
debu yang bertumpuk dan telah mulai bertebaran ditiup angin itu adalah debu
kitab Pek-seng-ki-su. Hanya satu yang diduganya, bahwa kitab pusaka itu pastilah jatuh ketangan
Kwi Ong. Kalau benar kitab pusaka Pek-seng ki-su jatuh ketangan Kwi Ong. Maka
alamat bahwa dunia persilatan akan kiamat. Orang yang berjiwa keji itu akan
merajalela dikalangan Kang-ouw dan akan berbuat sewenang-wenang serta
menginjak-injak perikemanusiaan.
"Semuanya telah menjadi ber larut-larut dan ruwet. Aku harus cepat-cepat
menyelesaikan tugasku!" pikir Tong Kiam Ciu.
Kiam Ciu meninggalkan gedung mungil itu dan kesamping taman
menghampiri makam Gan siocia. Sejenak Tong Kiam Ciu berdoa di makam gadis
malang itu. Dipandangnya makam yang membisu itu, kemudian dengan tekad
bulat dia berjanji akan membasmi segala kejahatan.
Dengan langkah pasti ditinggalkannya tempat itu. Kepergian Tong Kiam Ciu
tidak diiringkan oleh lambaian tangan. Tetapi angin kencang berhembus dan
debu bekas kitab Pek-seng-ki-su berhamburan seolah-olah mengiringkan
kepergiannya. Begitu pula kembang-kembang yang terdapat dipertamanan itu
berhamburan seolah-olah taburan kembang dan sedaun pohon liu tertiup angin
seolah-olah seruan penghuni kota Pek-seng itu mengiringi kepergian Tong Kiam
Ciu. . 1 Tong Kiam Ciu telah berjanji dengan nenek di lembah Si-kok. Dia harus
datang kelembah itu untuk mempelajari jurus-jurus pokok ilmu sakti yang
dimiliki oleh nenek itu. Dia telah berjanji bahwa dalam waktu setahun dia akan
datang kembali kedalam lembah itu dan akan menemui nenek itu. Saat itu
kurang dari setahun dengan pertemuannya yang pertama ketika dia
menyaksikan nenek itu membinasakan ular-ular berbisa dan menundukannya
dengan mudah. Begitu pula dia telah mencari dua kitab sakti yang katanya
tersimpan di bawah patung dilembah Si-kok itu. Namun patung telah dibongkar
dan selama tiga-hari tiga malam dia mencari kitab yang tersimpan itu namun
tidak diketemukannya. Akhirnya nenek itu menjanjikan untuk mengajarkan ilmu sakti itu dalam
waktu setahun lagi. Kini Tong Kiam Ciu akan menagih janji nenek itu. Karena
untuk memburu kitab sakti Pek-seng-ki-su telah mengalami kegagalan. Lagi pula
dia merasa khawatir akan datangnya bencana yang mengancam seluruh umat
manusia kalau sampai kitab Pek-seng-ki-su itu benar-benar jatuh ketangan Kwi
Ong yang berjiwa kejam. Maka Tong Kiam Ciu telah bersumpah untuk
memperdalam ilmunya guna mengatasi Kwi Ong atau orang-orang yang berjiwa
keji dan jahat. Setelah berjalan beberapa hari lamanya dan jauh dia meninggalkan kota
Pek-seng serta menyeberangi telaga Ang-tok-ouw kemudian sampailah dia di
sebuah padang pasir dan pegunungan yang tinggi puncaknya. Akhirnya
sampailah Tong Kiam Ciu dilembah Si-kok yang banyak dihuni oleh ular-ular
berbisa. Ular-ular ganas dan berbisa keras. Siapapun yang tiba dilembah itu
pasti diserangnya dan kerangka manusia banyak berserakan ditempat itu. Juga
kerangka-kerangka binatang. Maka lembah itu dinamakan lembah Si-kok atau
Lembah Maut. Tetapi berlainan dengan kedatangan Tong Kiam Ciu yang pertama, saat itu
dia tidak mendapat serangan dari ular penghuni lembah itu mungkin karena
pengaruh akar Lok-bwee-kim-keng yang berhawa wangi.
Walaupun tiada sambutan dari ular-ular penghuni lembah itu, namun Tong
Kiam Ciu berhati-hati juga menghampiri pintu gua yang mengaga dan disana
sini berserakan tengkorak manusia.
. 2 Tampaklah beberapa ekor ular penghuni gua itu meluncur cepat-cepat
memasuki kedalam lubang didinding gua. Seolah-olah ketakutan. Namun Tong
Kiam Ciu tidak merasa heran akan keadaan itu. Karena binatang-binatang itu
hanya berge rak instingnya. Pengalamannya yang lalu, kc tika untuk pertama
kali Tong Kiara Ciu me masuki lembah itu. Ular-ular itu telah menyerangnya,
tetapi akibatnya bagi mereka itu luar biasa! Bukan saja Tong Kiam Ciu tidak
mengalami bencana, tetapi beberapa ekor ular telah binasa karenanya mereka
menjadi jera setelah tercium bau Lok-bwee-kim-keng maka mereka cepat-cepat
merat dan sembunyi. Tong Kiam Ciu masih juga berjaga-jaga kalau-kalau sampat terjadi
penyerangan yang datangnya dengan mendadak. Namun sampai sekian
jauhnya dia masuk di dalam gua itu ternyata tidak ada serangan salah seekor
ularpun. Tetapi tiada antara lama tampaklah batu-batu kerikil berjatuhan dari tebing
lembah Si-kok. Tong Kiam Ciu menunggu didalam gua itu. Dia telah menduga,
pastilah si nenek aneh itu yang telah menuruni tebing lembah Si-kok dan akan
meninjau kedalam gua. Pastilah beberapa ekor ular yang memberikan laporan
atau setidak-tidaknya nenek itu mempunyai suatu ilmu yang hebat untuk
membeda-bedakan bau dan telah terlatih panca indranya.
"Hee hee hee kau lagi yang datang !" seru nenek itu sambil tertawa-tawa
mendekati Tong Kia m Ciu.
"Terimalah salam dan hormatku !" seru Tong Kiam Ciu sambil membongkok
hormat. "Hee hee hee kami dikalangan ular dilembah Si-kok sudah tidak ada lagi tata
cara seperti manusia beradab. Tetapi aku senang juga mempelajari tata cara
peradaban itu hee hee hee !" sahut nenek itu sambil membongkok-bongkok pula
menghampiri Kiam Ciu. "Ya aku tahu, nenek gemar belajar tata cara peradaban !" sambung Tong
Kiam Ciu. "Hee hee hee kau datang untuk apa anak muda ?" tanya nenek itu.
. 3 "Aku telah berjanji untuk datang kelembah Si-kok ini dalam waktu satu tahun.
Nah, kini aku datang dan ingin mempelajari ilmu-ilmu yang Locianpwee janjikan
dulu." jawab Tong Kiam Ciu.
"Ooh, sebenarnya kau ini dengan maksud apa ingin mempelajari ilmu sakti
dariku ?" tanya nenek lembah Si-kok.
"Untuk menegakkan keadilan dan membinasakan kemungkaran!" jawab Tong
Liam Ciu. "Oh.. . apakah kau sanggup berbuat begito?" tanya nenek tua dan masih
tampik ragu-ragu. "Mengapa?" sahut Tong Kiam Ciu bertanya dan heran.
"Menurut perhitungan manusia beradab, katanya selama masih ada
kehidupan maka jahat dan baik itu pasti ada. Seperti juga adanya siang dan
malam, gelap dan terang hee-hee-hee itu kata mereka" jawab nenek itu tertawa
tawar. "Benar juga Locianpwee, namun satu alasan yang sebenarnya ialah aku ingin
membinasakan seorang tokoh tua yang maha sakti. Musuh besarku itu adalah
seorang yang telah menghancurkan dan menumpas segenap saudarasaudaraku dan membunuh mati kedua orang tuaku" itu diucapkan oleh Tong
Kiam Ciu dengan hati sedih.
"Siapa orangnya yang kau maksudkan?" tanya nenek tua.
"Dia adalah Ciam Gwat!" seru Tong Kiam Ciu.
"Oh, dia pula?!"seru nenek itu dengan mata terbeliak.
Maka Kiam Ciu sedikit mengisahkan tentang keadaan keluarganya. Dengan
hati terharu dan sedih mendengar cerita Kiam Ciu, maka nenek lembah Si-kok
itu kemudaan menyanggupi untuk menurunkan ilmu kepada Tong Kiam Ciu.
"Baiklah akan kuajarkan padamu dan ilmu silat ialah Pek-jit-hui-sat (Sinar
matahari menyorot maut) dan Kai-thian-pik-tee (membuka langit membongkar
bumi)" kata-kata nenek itu diucapkan dengan sorot mata tajam memandang
Kiam Ciu. . 4 "Terima-kasih locianpwee!" seru Kiam Ciu sambil membongkok hormat dan
menundukkan kepala. "Sebelum kau memulai dengan ajaran kedua ilmu itu, maka lebih dahulu
makanlah biji Leng Yok. Biji ini khasiatnya untuk kekebalan terhadap segala
macam pukulan maut!" seru nenek itu seraya menyerahkan biji Leng Yok kepada
Kiam Ciu. Suasana kembali sepi, hanya kesiuran angin yang bertiup dari lembah Sikok menghembus dalam goa. Kiam Ciu memakan biji Leng Yok seperti petunjuk
nenek itu. Beberapa saat kemudian barulah nenek itu memulai memberikan petunjukpetunjuk untuk memulai pelajaran ilmu silat Pek-jit-hui-sat atau Sinar matahari
menyorot maut. Jurus permainan silat yang diajarkan nenek itu memang sangat aneh tetapi
mempunyai dasar-dasar langkah maupun gerakan-gerakan yang kuat. Semua
gerakan-gerakan berdasarkan keseimbangan tubuh dan pernapasan.
Tampaknya sangat lamban, tetapi pasti dan kuat.
Begitulah Kiam Ciu yang terotak tajam dan cerdas itu dapat memahami serta
menghapal semua gerakan pokoknya. Dengan tekun Kiam Ciu memperdalam
ilmu Pek-jit-hui-sat itu. Tanpa lelah-lelahnya dia terus berlatuh. Istirahat hanya
untuk makan dan minum sebentar, kemudian memulai berlatih lagi Nenek itu
memang dengan bersungguh-sungguh mengawasi latihan Kiam Ciu. Semua
keperluan makan dan minum telah disediakannya.
Dalam beberapa hari saja Tong Kiam Ciu telah dapat memahami rahasia
ilmu yang diajarkan olah nenek itu.
"Bagui. bagus, dan sekarang kau akan kuajarkan ilmu Kai-thian-pik-tee. Nah,
perhatikanlah baik-baik". Selesai dengan kata-katanya itu tampaklah nenek itu
mulai berloncatan. Tong Kiam Ciu memperhatikan semua jurus-jurus yang dimainkan oleh
nenek itu. Perhatian Kiam Ciu sangat besar sekali terhadap ilmu ajaran nenek
itu. Maka dalam beberapa kejap saja dia telah dapat menghapal semua langkahlangkah dan gerakan Kai-thian-pik-tee.
. 5 Seperti juga ketika memperdalam ilmu Pek-jit-hui-sat maka kini Tong Kiam
Ciu juga dengan penuh semangat telah memperdalam segala langkah maupun
gerakan Kai-thian-pik-tee dengan tekun sekali.
Dalam waktu beberapa hari saja Kiam Ciu telah dapat memperdalam kedua
ilmu itu. Hal ttu menjadikan nenek yang mengajarkan ilmunya itu menjadi sangat
bergembira dan mengagumi kesanggupan serta kecerdasan Tong Kiam Ciu.
Kini Tong Kiam Ciu telah dapat memperdalam kedua ilmu itu. Bahkan telah
dicoba oleh nenek yang baik hati itu. Ternyata ilmu Pek-jit-hui-sat dan Kai-thianpik-tee dapat dipahami, diperdalam perkembangannya oleh Kiam Ciu.
"Bagus !" seru nenek itu memuji.
"Terima kasih atas pujian Locianpwee" seru Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu masih terus memanggil nenek itu dengan sebutan
Locianpwee, karena nenek itu tidak mau menyebut namanya serta tidak mau
disebut sebagai suhu oleh Kiam Ciu.
"Kau telah dapat memahami dengan sempurna ilmu itu! Tinggalah kini kau
memperdalam cara latihan-latihan yang tekun!" seru nenek itu seraya
mengamati Kiam Ciu. Adapun Kiam Ciu hanya menundukkan kepala memandangi lantai goa yang
berbatu-batu itu. "Apakah aku telah diizinkan untuk keluar dari lembah Si-kok ?" kata Kiam Ciu
sangat sopan kepada nenek itu.
"Ya, akupun tidak akan menahanmu lebih lama ditempat ini!" jawab nenek
itu dengan nada seenaknya.
"Terimakasih atas kebaikan . . . . " belum selesai kata-kata itu diucapkan oleh
Tong Kiam Ciu, Nenek yang aneh dari lembah Si-kok itu telah lenyap. Tong Kiam
Ciu mengarahkan pandangan matanya kesegenap sudut di daiam gua itu tetapi
ttdak dapat menemukan nenek itu.
"Hem, nenek yang aneh tetapi baik hati" pikir Tong Kiam Ciu.
. 6 Tong Kiam Ciu tidak dapat lebih lama lagi berada di dalam gua itu. Dia harus
cepat-cepat untuk menunaikan tugas mencari Ciam Gwat kemudian mencari
kitab Pek-seng-ki-su. Dengan rasa puas dan gembira Tong Kiam Ciu telah meninggalkan gua di
lembab Si-kok itu. Selama Tong Kiam Ciu berada di gua itu tiada seekor ularpun
yaug berani mendekati ataupun tampak berkeliaran ditempat sekitar gua.
Padahal dilembah Si-kok itu terkenal dengan ribuan ular berbisa.
Ketika itu udara masih sangat dingin walaupun matahari telah tampak tinggi.
Kiam Ciu berjalan setengah berlari di lembah Si-kok. Matanya sekali-sekali
mengawasi ke langit memandang kearah awan yang sedang bergolak di langit
biru. Seolah-olah awan-awan itu sedang saling memburu dan bergurau. Tiba-tiba
kembali dia teringat akan masa kanak-kakaknya dulu di telaga bermain-main
dengan adiknya yang jelita. Tong Kiam Ciu terbayang saat berlatih ilmu dan
berkejaran di atas air telaga dengan Ji Tong Bwee saat itu. Mereka sedang
melatih ilmu Cian-li-piauw-biauw (melayang diangkasa seribu li). Karena
mengenangkan ke masa-masa lampau itu maka kini kembalilah kerinduannya
akan diri Ji Tong Bwee sangat menjadi-jadi. Bahkan dia merasa khawatir janganjangan Ji Tong Bwee mendapat bencana ketika terjadi angin topan di telaga Angtok-ouw dulu.
Juga tentang kabar berita ketiga Shin-ciu-sam-kiat sampai sekian lamanya
dia tidak mendengarkannya. Banyak persoalan kini yang harus dihadapinya.
Tong Kiam Ciu merasa banyak bersalah dan hampir saja terjerumus dan
memadamkan semangatnya untuk menuntut balas sakit hati keluarganya.
Dengan mengembangkan ilmu Cian-li-piau-hong Tong Kiam Ciu telah
meninggalkan lembah Si-kok. Kemudian meloncat keatas tebing serta berlarilari di pegunungan. Tujuan utama ialah desa Cit Wi.
Beberapa saat kemudian ketika Tong Kiam Ciu istirahat dibawah sebatang
pohon, tiba-tiba telinganya mendengar ada seseorang yang telah
mendatanginya. Tong Kiam Ciu telah berdiri dan siap siaga untuk menghadapi
segala kemungkinan. . 7 Tetapi sosok tubuh yang berke!ebat itu terdengar tertawa dan memanggil
nama Tong Kiam Ciu. Suaranya tidak asing lagi bagi pemuda itu, ialah suara
murid tunggal Shin Kai Lolo.
"Tong Siauwhiap! Lama aku mencarimu dan kemana-mana tetapi baru
sekarang aku dapat bertemu !" seru Teng Siok Siat sambil tertawa.
"Teng heng!" seru Kiam Ciu sambil tersenyum.
"Idih Ciu Ko, mengapa kau nemanggilku begitu ? Bukankah kau telah
mengetahui kalau aku ini seorang gadis .?" seru Teng Siok Siat sambil cemberut.
"Oh, maaf kukira kau masih sebagai laki-laki" Kiam Ciu menggoda dan tertawa
geli. "Biar kutinggalkan dan ada suatu berita penting yang seharusnya kau
penting sekali untuk mendengarnya, tetapi aku tidak jadi mengabarkannya dan
akan segera pergi!" terdengar gadis itu berseru dan suaranya manja sekali.
Tampaklah dia akan segera meninggalkan Tong Kiam Ciu. Pemuda itu jadi
merasa khawatir juga, karena Teng Siok Siat itu mempunyai sifat aneh seperti
suhunya Maka segeralah Tong Kiam Ciu mengejar dan melarangnya.
"Maaf Siat siocia! Maafkan aku dan jangan kau pergi dulu!" seru Tong Kiam
Ciu seraya meloncat menghampiri gadis itu.
"Ai aku tidak sudi".!" seru Teng Siok Siat seraya akan meneruskan langkahnya.
Tong Kiam Ciu menahannya dengan memegang lengan kanan gadis itu
ditahannya dan Teng Siok Siat pura-pura ingin melepaskan lengannya. Tetapi
Tong Kiam Ciu membujuknya.
"Maafkan kelancanganku adik Siat kalau memang kau sudi memberikan
kabar penting itu padaku, aku akan menganggap dirimi sebagai adikku sejati !"
seru Tong Kiam Ciu sambil tertawa dan membujuk.
"Semua orang sedang bingung, tetapi kau bersenang-senang dengan Cit
siocia! Dimana dia sekarang berada?" tegur Siok Siat sambil melepaskan




tangannya dan cemberut. "Yang jelas tidak bersamaku sekarang!" jawab Tong Kiam Ciu.
. 8 "Apakah Tong Siauwhiap tahu bahwa dunia Kang Ouw sedang terancam ?"
tanya Tong Siok Siat. "Ya, aku tahu karena kiiab Pek-seng-ki-su dan pedang Oey Liong Kiam telah
jatuh ketangan Kwi Ong!" jawab Tong Kiam Ciu.
"Bukan-bukan, karena itu saja, Ketahuilah bahwa kitab Pek-seng-ki-su telah
musnah terbakar !" seru Teng Siok Siat menjelaskan.
"Hah? kitab Pek-seng-ki-su telah terbakar, Dari mana kau tahu?" Tong Kiam
Ciu tampak heran akan keterangan Stok Siat itu.
"Dari Kiat Koan yang mengikuti Kwi Ong kekota Pek-seng. Tempat itu tadi
telah menemukan sebuah gedung mungil yang sangat indah. Saat itu ada
seorang gadis cantik yang sedang membaca buku, ketika Kwi Ong dan Kiat Koan
tiba di gedung itu, gadis itu tertawa terbahak-bahak dan katanya kitab Pekseng-ki-su telah dimusnahkan. Maka gadis itu lalu dibunuhnya! Gedung itu
diperiksa oleh Kwi Ong dan Kiat Koan tetapi tidak diketemukan apa-apa." Siok
Siat berceritera tentang Pek-seng-ki-su dan gadis cucu Gan Hua Liong.
"Lalu siapakah yang membunuh gadis itu?" tanya Kiam Ciu.
"Menurut keierangan Kiat Koan, yang membunuh gadis tidak dikenal itu ialah
Kwi Ong. Dengan sekali hantam tanpa jeritan lagi gadis itu telah jatuh terjungkal
dan mati!" seru Siok Siat dengan wajah yang menggambar kan rasa kengerian.
"Kejam dan biadab benar orang itu" sambung Tong Kiam Ciu.
"Menurut keterangan Kiat Koan, Tong Siauwhiap juga telah dibunuh oleh Kwi
Ong serta pedang Oey Liong Kiam telah jatuh lagi ketangan iblis itu. Itulah yang
menyebabkan gegernya dunia Kang-Ouw! "seru Siok Siat.
"Aku tahu! Aku tahu semuanya itu! "seru Tong Kiam Ciu dengan suara
bergetar karena menahan kemarahan yang meluap.
"Kwi Ong telah menantang semua jago-jago di bagian tengah ini. Dia
mengatakan kepada Kiat Koan bahwa hari ini dia akan datang serta akan
menyapu bersih semua jago-jago silat dari daerah kita ini Sebenarnya semua
tokoh persilatan telah menaruh kepercayaan padamu untuk mewakili mereka
semua. Selain kau adalah seorang yang berilmu tinggi, tetapi kau adalah pemuda
. 9 yang memiliki kecerdasan, kecerdikan mereka yakin dengan kecerdikan dan
kelihayanmu, Kwi Ong pisti dapat dibasmi !" seru Siok Siat mengharapkan.
Ketika Teng Siok Siat mendengar bahwa Tong Kiam Ciu telah dapat bencana
dan dibinasakan oleh Kwi Ong. Maka gadis itu lalu pergi untuk mengusut
kebenaran berita kematian Tong Kiam Ciu itu. Hatinya menjadi lega ketika dia
sampai di suatu penginapan dekat dengan telaga Ang-tok-ouw yang
mengatakan, bahwa Tong Kiam Ciu masih hidup dan kini dirawat oleh seorang
wanita yang sangat jelita berkendaraan kereta indah.
Yakinlah Siok Siat bahwa wanita yang menolong Tong Kiam Ciu itu adalah
Cit siocia. Namun murid Shin Kai Lolo itu ketika sampai didesa Cit Wi telah
terlambat. Dia telah menyaksikan Cit Cai Hui yang sedang menguburkan mayat
Pek Nio dan mayat Sio Cin.
Hatinya cemas ketika menyaksikan hal itu. Dengan diam-diam Siok Soat
mencari jejak Tong Kiam Ciu dan Cit Sio Wie. Menjejaki perjalanan mereka berdua
ternyata sangat sulit. Sok Siat menjadi bingung dan hampir saja berputus asa.
Pertemuannya dengan Tong Kiam Ciu tiada jauh dari lembah Si-kok itu hanyalah
secara kebetulan saja. "Jadi aku sengaja mencari Tong Siauwhiap atas kehendak hatiku sendiri"
sambung Teng Sok Siat sambil menundukkan kepala memandangi ujung
sepatunya. "Hem, kau jangan pergi terlalu jauh seorang diri. Apakah suhumu dan---dan
dia.. . tidak cemas?" Tong Kiam Ciu menggoda.
"Bah! Apa yang kau bicarakan itu? damprat Siok Siat cemberut.
"Jangan marah!" seru Tong Kiam Ciu tersenyum.
"Ha ha ha hah! Ternyata tidak terlalu sukar mencari-carimu Tong Kiam Ciu
keparat!" terdengar suara kasar dengan tiba-tiba.
"Kwi Ong! Jangan kau menepuk dada dan bangga karena kau telah dapat
menguasai Oey Li ong Kiam!" seru Tong Kiam Ciu.
"Ha ha ha bocah iblis kau masih hidup juga? Hayo terimalah kematianmu!"
bentak Kwi Ong dan langsung menyerang Kiam Ciu.
. 10 Laki-laki yang berwatak kejam itu telah menyerang Tong Kiam Ciu dengan
sebuah hantaman yang bertenaga hebat. Namun Kiam Ciu dengan cepat dapat
meloncat menghindari serangan itu.
Sambil melambung menghindari serangan lawan kemudian mengirimkan
serangan tendangan. Gerakan itu adalah ilmu Liong Hong Hun Hai, cepat dan
hebat sekali akibatnya. Kwi Ong merasa kagum dan terhadap kegesitan Kiam
Ciu saat itu. "Hebat sekali! Pantas kau berlagak dihadapanku, ternyata kau telah dapat
menyempurnakan ilmumu anak muda!" seru Kwi Ong sambil tertawa.
"Tidak usah banyak bicara, ayo serahkan Oey Liong Kiam padaku sebelum
terlanjur kau binasa dan tidak bermakam" seru Tong Kiam Ciu.
"Ha ha ha baru segitu sudah besar kepala kau!" bentak Kwi Ong.
Selesai dengan kata-katanya itu. segeralah dia meloncat menerkam bahu
Tong Kiam Ciu. Cakaran garuda maut itu sangat hebat. Namun Kiam Ciu waspada.
cepat-cepat dia meloncat menghindari terkaman beracun yang dilancarkan oleh
Kwi Ong. Beberapa langkah Tong Kiam Ciu berloncatan menghindari serangan itu.
Tampaklah dia berloncatan dan serangan Kwi Ong bagaikan angin dan topan
mendebur air laut hingga berdebur bagaikan gelombang dan badai mengamuk.
Namun Tong Kiam Ciu tetap angkuh bagaikan batu karang yang tetap megah
walaupun badai dan gelombang menghempaskannya.
Gerakan lincah dan mengutamakan kelincahan serta ilmu meringankan
tubuh dalam menghadapi serangan cakaran-cakaran garuda maut Kwi Ong itu.
Tampaklah pertempuran itu berjalan dengan cepat sekali. Tahu-tahu mereka
telah bertempur sampai beberapa jurus tanpa ada salah seorang yang dapat
dilukai atau disinggung kulitnya.
Keduanya sama-sama mempunyai keistimewaan. Kwi Ong bertambah gusar
ketika menerima kenyataan bahwa tiap serangannya selalu dapat dielakan oleh
Tong Kiam Ciu. Diam-diam dia merasa kagum juga akan kehebatan dan
kelincahan Tong Kiam Ciu.
. 11 Ketika menurut perhitungan Kwi Ong bahwa dia telah dapat menerobos
pertahanan Kiam Ciu maka dengan gerungan keras yang mengejutkan Kwi Ong
telah meloncat menerkam Kiam Ciu dengan kesepuluh jari jemarinya yang
berkuku tajam serta beracun.
Namun Kiam Ciu dengan memutar tubuh telah meloncat ke udara. Kakinya
terangkat bertepatan dengan meluncur lalu mengirimkan hantaman Ciu sianglok-hua kearah Kwi Ong.
Serangan yang tidak terduga datangnya itu hampir saja dapat mendampar
wajah Kwi Ong. Karena sama sekali tidak terduga bahwa lawannya yang didesak
itu dapat menghindar sambil mengirimkan serangan. Kwi Ong merasa gugup
menghindari hantaman yang membadai dan berangin keras itu.
Namun ketika Kiam Ciu kembali berdiri diatas tanah, dengan satu loncatan
Kwi Ong telah mengirimkan jotosan lagi kearah dada Kiam Ciu. Serangan yang
bertenaga berat itupun dilancarkan oleh Kwi Ong dengan cepat pula. Kiam Ciu
waspada menggeser berdirinya dan membongkok. Terasalah angin berkesiuran
diatas kepalanya. Kemudian Kiam Ciu menggelundung menjauhi tempat itu. Karena Kwi Ong
bertambah gusar mendapat kenyataan itu. Serangan demi serangannya tambah
cepat dan bertenaga hebat. Batu-batu cadas yang terdapat disekitar tempat
pertempuran itu berantakan menjadi sasaran hantaman maut.
Dalam pada itu telah datang pula ditempat pertempuran itu beberapa orang
yaog sebenarnya akan memenuhi tantangan Kwi Ong. Para pendekar itu adalah
Shin Kai Lolo, Shin-ciu-sam-kiat, Siok Siat Sin Ni, Eng Ciok Taysu, Tay Jat Cin Jin,
Tie Kiam Suseng, Ceng-hi Sio-li, Ji Tong Bwee, ketua partai Kim-sai dan ketua
partai Ouw-ki-pang, si raja setan Kun-si Mo-kun dan masih banyak lagi tokohtokoh persilatan yang membanjiri lembah Angin itu.
Mereka mendatangi tempat itu dengan berhati-hati sekali. Karena mereka
menjaga jangan sampai Tong Kiam Ciu terpengaruh dengan kedatangan mereka.
Sementara itu Tong Kiam Ciu dan Kwi Ong masih terus bertempur saling
mengeluarkan ilmu-ilmunya yang ampuh. Beberapa jurus telah berlalu. Mereka
telah mengadu kelincahan dan kepandaian. Kemudian mengadu sinkang.
. 12 Tampaklah Kwi Ong terpental kebelakang sampai beberapa tombak jauhnya.
Iblis keji itu jatuh terduduk dan memuntahkan darah segar. Dengan gusar dia
telah meloncat kembali dan mencabut pedang Oey Liong Kiam di tangan kanan.
Pedang itu diputar-putarnya terdengarlah deruan angin yang ditimbulkan oleh
pedang itu. Tong Kiam Ciu menghadapinya hanya dengan tangan kosong.
Kwi Ong sambil tertawa-tawa telah menyerang Kiam Ciu dengan bacokan
pedang Oey Liong Kiam. Bacokan itu begitu keras mengarah kepala Kiam Ciu.
Namun pemuda itu telah meloncat menghindar kesamping dengan cepat sekali.
Pedang Kwi Ong menyerempet dan membentur batu disamping Kiam Ciu, lalu
hancur berantakan. Kiam Ciu menggelundung kesamping dan Kwi Ong mengejar dengan
bacokan-bacokan pedangnya kearah kepala dan tubuh pemuda itu. Ketika Kwi
Ong telah meloncat dan berhasil mengakangi tubuh Kiam Ciu, pemuda itu dalam
keadaan tidak berdaya dan pedang Oey Liong Kiam telah diangkat tinggi dengan
kedua belah tangan Kwi Ong menggenggam hulu pedang pusaka itu diangkat
tinggi untuk ditublaskan ke dada Kiam Ciu. Kiam Ciu berusaha untuk melepaskan
diri dan bergerak-gerak menggeliat seria menggerak-gerakan kakinya. Namun
tidak berhasil untuk melepaskan diri dari himpitan Kwi Ong.
Ketika bahaya telah dekat sekali terdengar Kiam Ciu memekik dan terdengar
suara kelintingan beradu dengan pedang Oey Liong Kiam.
"Tring-tringl" tampak Kiam Ciu menggenggam kelinting emas ditangan kanan
dan pemuda itu telah berdiri dihadapan Kwi Ong.
Kwi Ong tampak seperti orang bingung dan keheranan memandangi Kiam
Ciu yang masih tersenyum dengan menggenggam kelinting emas ditangan
kanan. "Keparat!" hanya itu kedengaran suara Ong sambil meloncat menyerang
dengan pedangnya lagi. Dengan pengalamannya tadi, kini Kiam Ciu tidak berani terlalu sembrono
dalam menghadapi lawannya yang ternyata berilmu tinggi itu.
Tiap kali Kwi Ong menyabetkan pedangnya maka Kiam Ciu selalu
menghindar dan berputar-putar sambil mencari lubang kelengahan lawan.
. 13 Sebuah loncatan panjang sambil mengayunkan pedang kearah lambung
Tong Kiam Ciu. Namun Pemuda itu telah berbasil menghindarinya dengan
menggerakan kelintingannya. Buyarlah jurus-jurus yang dimainkan oleh Kwi Ong
ketika mendengar suara kelintingan yang ternyata dapat membuat pekak telinga
dan pening kepala. "Kurang ajar kau membawa permainan setan!" seru Kwi Ong dengan gusar
dan mengayunkan pedangnya.
Pedang yang diayunkan oleh Kwi Ong itu hampir saja membelah kepala Kiam
Ciu. Untungnya Kiam Ciu dengan tangkas memapakinya dengan tali kelintingan
sambil tangan kanan dan kiri memegang kelintingan emas pedang tertahan.
Dengan tendangan punggung! kaki mengarah ke selangkang Kwi Ong.
Terpaksa Kwi Ong harus menghindari tendangan itu dan meloncat mundur
sambil menarik pedangnya. Namun Kiam Ciu telah mendapat angin dalam
kelengahan Kwi Ong itu maka segeralah Kiam Ciu menggerakkan kelintingannya
dan mengirimkan tendangan-tendangan berantai.
Kwi Ong kewalahan juga. Dia tidak lagi menyerang namun mempergunakan
pedangnya untuk melindungi tubuhnya dari benturan kelinting emas yang
ternyata berhawa keras juga. Berloncatanlah Kwi Ong menghindari serangan
Kiam Ciu. karena dia tahu bahwa kelinting emas yang dipegang oleh Kiam Ciu
itu mempunyai kehebatan juga. Tidaklah berani dia untuk menggempurnya.
Sampai beberapa jurus Kiam Ciu telah dapat mendesaknya. Kwi Ong terus
mundur dan memutar-mutarkan pedang Oey Liong Kiam. Suara yang menderuderu, akibat dari angin yang ditimbulkan oleh gerakan pedang pusaka itu
membuat orang yang mendengar mengkirik kuduknya.
Tokoh-tokoh persilatan yang menyaksikan pertempuran antara Kwi Ong
melawan Kiam Ciu pada tercekam hatinya. Mereka memperhatikan benar-benar
jalannya pertempuran itu. Begitu pula orang-orang yang menaruh hati kepada
pribadi Kiam Ciu merasa kuatir akan keselamatan pemuda itu. Maka mereka
siap siaga untuk menjaga segala kemungkinan seandainya mereka harus
bertindak dimana perlu nanti.
. 14 Kwi Ong terus memutar-mutarkan pedang Oey Liong Kiam dengan gerakan
cepat sekali. Bahkan dengan loncatan-loncatan yang tangkas dan cepat sekali
dia berhasil mengurung tubuhnya sehingga terlindung. Kiam Ciu mendesaknya
dengan gerakan-gerakan kelinting mas dan mempergunakan ilmu Pek-jit-huisat. Kelebatan tubuh Kiam Ciu begitu cepat sehingga mengejutkan lawannya.
Ketika Kwi Ong nekad menerjang kedepan dengan membabatkan pedangnya
kearah lambung Kiam Ciu. Maka pemuda itu berhasil menahannya dengan
sabetan ketintingnya. Dan tangan kiri membalik menghantam kebahu Kwi Ong.
"Buk! "terdengar suara tumbukan keras dan tahu-tahu tubuh Kwi Ong telah
terlontar sekira lima tombak jatuh terduduk.
Kiam Ciu masih mengepalkan tinjunya dan melompat menyerang kearah
Kwi Ong yang kini tidak berdaya lagi. Pedang Oey Liong Kiam telah jatuh
terpental. Ketika Kiam Ciu akan memungut pedang Oey Liong Kiam, dengan tibatiba Kwi Ong telah meloncat menyerang.
Keadaan Kiam Ciu pada saat itu sedang membongkok akan memungut
pedang Oey Liong Kiam. Tetapi pemuda itu telah siap siaga untuk menghadapi
kemungkinan. Ketika tiba-tiba Kwi Ong meloncat menyerang dengan tendangan
kedepan. maka Kiam Ciu menjatuhkan diri dan menggelinding kesampmg.
Tubuh Kwi Ong melebat menerjang tempat kosong. Begitu jatuh Kiam Ciu
meloncat menerkam pedang Oey Liong Kiam. Namun kembali Kwi Ong
menyapukan kakinya kearah Kiam Ciu, hingga terpaksa pemuda itu menarik
kembali tangannya dan meloncat kesamping membuang diri.
Kwi Ong memutar tubuh dan mengejar lawannya. Mempergunakan kakinya
sebagai baling-baling berputar mendesak Kiam Ciu. Namun dengan entengnya
tubuh Kiam Ciu meloncat melalui atas kepala Kwi Ong mengarah pedang Oey
Liong Kiam. Begitu tangan Kiam Ciu akan memegang pedang pusaka tiba-tiba Kwi Ong
telah mengirimkan tendangan. Kiam Ciu meloncat menghindar sayang pedang
pusaka itu belum berhasil ditangkapnya. Begitu pula Kwi Ong tidak berhasil
memegang pedang Oey Liong Kiam karena diserang oleh Kiam Ciu.
. 15 Jadinya sekarang mereka memperebutkan pedang itu. Pedang Oey Liong
Kiam memang menjadi tanggung jawab Kiam Ciu. Karena didalam perebutan
dalam pesta pertemuan orang-orang gagah dalam pesta pertemuan yang
disebut Bu-lim-ta-hwee yang berhasil mendapatkan pedang Oey Liong Kiam
adalah Tong Kiam Ciu. Maka pada pertemuan Bu-lim-ta-hwee sepuluh tahun
yang akan datang, Tong Kiam Cu harus membawa pedang itu.
Lagi pula pedang Oey Liong Kiam adalah pedang yang dijadikan semacam
piala dalam mengadu kepandaian dalam pertemuan orang-orang gagah
dikalangan Kang-ouw dalam pesta Bu-lim-ta-hwee itu.
Maka kini Kiam Ciu dengan mati-matian akan merebut kembali pedang Oey
Liong Kiam dari tangan Kwi Ong karena Kwi Ong bukanlah orang daerah
pertengahan, jadi tidaklah ada haknya dalam mempergunakan dan memegang
pedang pusaka Oey Liong Kiam.
Orang-orang yang menyaksikan pertempuran itu tiada seorangpun yang
turut turun tangan. Mereka menghormati sikap jantan dan kesatrianya. Maka
mereka menantikan pertempuran itu dengan hati berdebar. Baik mereka itu
kawan maupun lawan rata-rata mendoakan semoga kemenangan ditangan
Kiam Ciu. Karena mereka tahu, kalau sampai yang mendapat kemenangan Kwi
Ong mereka tahu akan akibatnya. Orang yang berwatak kejam dan sombong itu,
dengan pedang Oey Liong Kiam ditangannya akan merajalela dan akan banyak
membinasakan orang. Tampaklah harapan mereka itu tidaklah hampa. Karena Kiam Ciu kelihatan
bertempur dengan bersungguh-sungguh dan kini tampak lebih hebat dari waktu
beberapa bulan yang lampau. Kwi Ong sendiri memujinya. Malah kini Kwi Ong
yang sombong itu merasa menyesal karena kurang berhati-hati dan kurang
teliti. Hingga meninggalkan Kiam Ciu yang dulu disangka telah mati. Ternyata




kini muncul kembali dengan kepandaian yaug lebih hebat lagi.
"Wah berat juga untuk menumpas pemuda ini" pikir Kwi Ong dengan
memutar otak untuk menjatuhkan lawannya.
Tiap usahanya untuk menubruk pedang Oey Liong Kiam selalu mengalami
kegagalan. . 16 Begitu pula serangan-serangannya selalu dapat dihindari oleh Kiam Ciu
dengan mudah. Pukulan maupun cengkeraman garuda mautnya ternyata tidak
ada artinya lagi bagi Kiam Ctu Pemuda itu seolah-olah telah menjadi kebal
kulitnya maupun tenaga dalamnya begitu hebat.
Sebenarnya kehebatan Tong Kiam Ciu adalah dikarenakan dia telah
memakan biji Leng Yok pemberian nenek lembah Si-kok. Biji Leng Yok yang
mempunyai kasiat dapat kebal terhadap segala macam pukulan sakti maupun
racun. Maka tidaklah mengherankan kalau sampai sekian jurus yang dikerahkan
oleh Kwi Ong untuk menggempar Kiam Ciu dengan mengerahkan segala macam
ilmu dan sinkang. Namun Kiam Ciu ternyata selalu dapat mengatasinya dengan
mudah. Bahkan Kwi Ong selalu mendapat kenyataan yang memalukan. Dia berkalikali jatuh terjengkang dan langsung diserang oleh pemuda yang dipandang
rendah itu. Ternyata kini Tong Kiam Ciu memiliki ilmu hehat. Dengan pesat pula
telah mengembangkan ilmunya dan tenaga sinkangnya bertambah bebat.
Kwi Ong yang semula hanya mengandalkan dan membanggakan ilmunya
sendiri kini tampak kerepotan juga menghadapi Kiam Ciu. Pedang Oey Liong
Kiam yang masih menggeletak ditanah itu belum ada yang berhasil
memegangnya. Baik Kwi Ong maupun Tong Kiam Ciu.
Tong Kiam Ciu meloncat kearah pedang Oey Liong Kiam. Kwi Ong
menyaksikan itu dengan cepat pula dia meloncat mengejar dan mengirimkan
tendangan kearah Kiam Ciu.
Namun Kiam Ciu waspada, dengan memiringkan tubuh dia berhasil
menghindari tendangan Kwi Ong, langsung pula mengirimkan tendangan
berputar dengan cepat sekali dan beruntun. Kwi Ong berusaha untuk
menghindari serangan beruntun itu.
Namun sebuah tendangan kearah lambung telah membuat dia terhuyung
hampir jatuh. Tetapi Kwi Ong tetap bertahan. Ketika Kiam Ciu akan memungut
pedang, dengan sebuah lompatan Kwi Ong berhasil menendang tangan Tong
Kiam Ciu. Tangan pemuda itu terangkat, namun dengan tangkas pula Kiam Ciu
meloncat kesamping dan memasang kuda-kuda untuk menghadapi serangan
Kwi Ong berikutnya. . 17 Lompatan Kwi Ong berikutnya adalah menerkam kearah pedang Oey Liong
Kiam, karena pemimpin suku bangsa Biauw itu berkeyakinan bahwa dengan
pedang Oey Liong Kiam dia dapat merajai seluruh daerah Pertengahan dan
selatan. Gerakan itu begitu cepat dan tidak terduga oleh Tong Kiam Ciu. Maka pemuda
itu terlambat menyerang Kwi Ong yang telah berhasil mencekal pedang Oey
Liong Kiam. Namun demikian Tong Kiam Ciu tetap menyerangnya dengan
tendangan tumit kearah iga Kwi Ong.
Karena Kwi Ong telah memegang pedang pusaka, maka tampaklah orang
kejam itu yang semula sangat takabur kembali dapat tertawa cekakakan dan
menantang Kiam Ciu. "Hebat-hebat permainanmu anak muda! Tetapi sekarang bersiap-siaplah
untuk kupenggal kepalamu" seru Kwi Ong dengan nada seraya sangat sombong
dan mengacung-acungkan pedang Oey Liong Kiam.
"Bah!" hanya itu sambutan Kiam Ciu.
Selanjutnya Kwi Ong telah menyerbu Kiam Ciu dengan memutar-mutarkan
pedang Oey Liong Kiam. Begitu hebat ilmu pedang Kwi Ong dari Selatan itu.
Memang dia adalah orang yang terkenal jago pedang nomor satu didaerah
selatan. Walaupun kelihatannya permainan pedang pemimpin suku bangsa Biauw itu
begitu hebat dan rapat, namun Kiam Ciu terus mengamati dengan teliti dan
waspada. Langkah-langkah permainan pedang Kwi Ong telah dipermainkan oleh
Kiam Ciu. Dia terus memutar olaknya untuk mencari kelemahan pihak lawan.
Namun Kwi Ong terus berusaha untuk membinasakan lawannya dengan
sangat bernapsu. Dia tidak hendak memberikan kesempatan kepada Kiam Ciu
sedikitpun. Mendesak membacok, masuk dan membabatkan pedangnya kearah
Kiam Ciu. Semuanya dikerjakan dengan cepat dan sangat berbahaya.
. 18 "Tiap kali angin berkesiur, maka tampaklah kilatan seolah-olah halilintar
menyambar. Setiap kali pula terdengar desingan, ternyata pedang Oey Liong
Kiam melewat disisi atau didepan Kiam Ciu. Untung Kiam Ciu punya kelincahan
dan kewaspadaan yang luar biasa pula.
Sampai beberapa saat lamanya, kedua orang itu saling memamerkan
kelincahan dan keindahan gerakannya. Kiam Ciu mempunyai gerakan yang
sangat lemas dan indah sekali. Seolah-olah tubuhnya sangat lemas dan ringan
sekali. Kwi Ong yang mengeluarkan langkah-langkah kaku tetapi gerakannya
sangat indah pula dan tampak kalau mempunyai kekuatan luar biasa, baik
sinkang maupun lwekang. Berkali-kali Kwi Ong menghancurkan batu-batu besar karena bacokannya
dapat dihindari oleh Kiam Ciu. Kiam Ciu juga telah berkali-kali pula nyaris dari
terpapras kepalanya oleh pedang Oey Liong Kiam.
"Telah beberapa jurus permainan itu berlalu, maka lama-lama tampaklah Kwi
Ong agak lemas gerakan-gerakannya. Sedangkan Kiam Ciu bertambah hebat
pula gerakan-gerakannya. Menyaksikan kebebatan ilmu Tong Kiam Ciu itu, diam-diam Kwi Ong merasa
heran dan kagum juga. Bukan saja Kwi Ong tetapi semua orang yang telah
berada ditempat itu memujinya. Yang paling gembira dalam kal itu ialah Kun-si
Mo-kun. Karena dia mengenali jurus-jurus permainan yang saat itu dimainkan
oleh Kiam Ciu. "Bagus! Bagus, kau telah herhasil kelembah Si-kok" gumam Kun-si Mo-kun
berbicara dengan diri sendiri.
Karena pada saat itu tampaklah perubahan-perubahan jurus-jurus langkah
permainan silat Kiam Ciu. Jurus permainan silat Pek-jii-hui-sat ajaran si nenek
dari lembah Si-kok. Giranglah hati Kun-si Mo-kun menyaksikan itu semua. Diamdiam raja setan itu menaruh simpati sangat besar kepada Tong Kiam Ciu.
Seolah-olah dia telah menaruhkan harapan besar sekali kepada pemuda itu,
Seluruh jalannya perkelahian, Kun-si Mo- kun mengikutinya dengan seksama.
Kwi Ong juga merasa heran dengan perubahan jurus permainan silat Kiam Ciu.
Lagi pula cakaran garuda maut Kwi Ong sudah tidak ada artinya lagi bagi Kiam
. 19 Ciu. Pukulan maut yang diandalkan benar oleh tokoh dari selaian ini ternyata
dapat dihalaukan dengan begitu saja oleh Kiam Ciu.
Lama-lama Kwi Ong merasa gentar juga setelah menghadapi kenyataan itu
Dia telah memutar pikiran dan mengerahkan segenap kebisaannya. Dengan
mengerahkan Sinkang maupun Gwakang untuk menjatuhkan lawan. Tetapi dasar
Kwi Ong adalah orang yang berwatak berangasan serta sombong, dia tidak mau
mengaku kalah. Tekadnya dia daripada mendapat malu lebih baik binasa!
Kiam Ciu waspada dan memperhitungkan masak-masak atas segala
tindakan maupun perbuatannya untuk melawan musuh yang lihay dan keji itu.
Sama sekali dia tidaklah membanggakan ilmunya. Walaupun dia telah yakin
akan mampu untuk mengatasi ilmu Kwi Ong, namun dia sangat berhati-hati.
Kenyataannya Kwi Ong juga sangat ulet. Karena ketua suku Biauw itu adalah
tokoh kawakan yang sangat lihay dan banyak pengalaman dalam pertempuran.
Saat-saat yang menentukan untuk menguasai kembali pedang pusaka Oey
Liong Kiam itu telah berlalu dari satu jurus kesatu jurus. Namun tampaknya
mereka memang sama-sama mempunyai keuletan.
Telah menjadi kebiasaan dikalangan Kang-ouw bahwa secara kesatria
mereka bertempur. Karena mereka menjunjung kehormatan diri dan
kehormatan perguruan, maka mereka sangat menaati peraturan itu, dengan
demikian mereka tidak akan mengerubut Kwi Ong.
Walaupun para tokoh Kang-ouw pada saat itu banyak berkumpul serta
menyaksikan pertempuran antara Kiam Ciu dengan Kwi Ong. Mereka menaruh
harapan dan hormat kepada Kiam Ctu. Bukan saja karena mereka itu kebetulan
para tokoh dibagian tengah dan Kiam Ciu kebetulan juga adalah orang
pertengahan, sedangkan Kwi Ong adalah orang dari Selatan, namun mereka
menaruh harapan karena keluhuran dan budi Kiam Ciu.
Mereka tahu bahwa Kiam Ciu lah kelak yang akan membawa keharuman
dikalangan Kaag-ouw dari bagian pertengahan. Sedangkan Kwi Ong sangat
berbahaya dikalangan orang-orang gagah karena kebengisannya dan telah
berani mengancam seluruh orang gagah didaerah bagian pertengahan.
. 20 Apa yang diucapkan oleh Kwi Ong ketika habis menggerebek Kiam Ciu dan
bermaksud untuk membinasakan pemuda budiman itu. Karena Kwi Ong merasa
kesal hati selalu dipermainkan oleh Kiam Ciu. Ketika itu Kwi Ong pernah
mengatakan kepada Kiat Koan bahwa Kwi Ong akan memusnahkan semua jagojago silat dibagian pertengahan. Lagi pula Kwi Ong telah sangat menghina tokohtokoh kang-ouw dibagian pertengahan dengan membawa-bawa Oey Liong Kiam.
Sedangkan dikalangan pertengahan Oey Liong Kiam pada masa itu adalah
merupakan pedang pusaka yang dipandang sangat suci dan keramat. Karena
dengan pedang Oey Liong Kiam para pendekar dibagian pertengahan berarti dia
telah memenangkan dalam perebutan pedang pusaka itu dalam pesta Bu-limta-hwee dan mereka adalah pendekar yang arif bijaksana.
Namun saat itu Kwi Ong telah menginjak-injak tanda kebesaran dikalangan
kang-ouw bagian pertengahan. Samalah artinya dengan merendahkan orangorang bagian pertengahan. Untuk itu saja mereka telah cukup untuk membenci
Kwi Ong. Orang yang sama sekali tidak berhak untuk menguasai Pedang Naga
Kuning itu. Karena mereka masih menghargai peraturan dikalangan Kang-ouw maka
saat itu mereka hanya turut membantu dengan sorakan dan seruan saja yang
bersifat mendorong semangat Kiam Ciu dalam bertempur.
Sampai seratus jurus Kiam Ciu dan Kwi Ong melakukan pertempuran itu.
Namun selama itu belumlah dapat ditentukan siapa yang bakal menang dan
siapa yang bakal kalah. Tiba-tiba tampaklah Kwi Ong telah mengubah jurus permainannya. Dengan
langkah sangat pendek serta memutar seperti orang menari, namun pedang
Oey Liong Kiam yang digenggamnya itu telah berputar sangat cepat mengurung
tubuh. Kilatan menyilaukan memancar dari mata pedang yang menampakan
seolah-olah telah haus darah.
Kiam Ciu tampak agak kebingungan dengan jurus permainan pedang
melebur samudra itu. Ternyata Kwi Ong dengan tiba-tiba telah ingat akan ilmu
simpanannya yang selalu berhasil. Karena jarangnya ilmu silat pedang melebur
samudra itu dipergunakan, karena jurus pelebur samudra itu adalah ilmu yang
. 21 paling hebat dan hanya dipergunakan dimana Kwi Oag telah kehabisan akal dan
lawan sangat libay. Menghadapi Kiam Ciu yang mempergunakan jurus Pek-jit-hui-sat (sinar
matahari menyorot maut) yang bukan saja mempunyai langkah cepat dan rapat,
namun ternyata banyak sekali perubaban-perubahan bagaikan sinar matahari
yang beruntai-untai banyaknya.
Langkah dan tendangannya serta cengkeraman silih berganti dengan
cepatnya. Bahkan seolah-olah dimana ada saja tubuh Kiam Ciu menurut
penglihatan Kwi Ong. Maka tampaklah Kwi Ong sangat kebingungan umuk
menyerangnya. Ternyata berkali-kali dia dibikin kecele karena menyerang
tempat kosong. Karena telah merasa penasaran dan kegusaran hati, tidak tersangka Kwi
Ong telah mengubah jurusnya dengan ilmu Pelebur samudra. Dengan sebuah
loncatan panjang menyerang Kiam Ciu. Pedang berputar kesamping dan
menghentakan kaki kanan. "Wuss! Wuss! Rakkk!" terdengar hembusan angin dan suara kain terobek.
"Hait!" terdengar Kiam Ciut terpekik perilahan dan keringat dingin membasahi
tubuhnya. Punggung jubahnya terobek panjang.
"Houw!" terdengar serentak suara bersama dari para pendekar yang tengah
menyaksikan pertempuran itu. Mereka terperanjat menyaksikan serangan tibatiba yang sangat cepat dan ternyata mengenai sasarannya itu Namun untung
Kiam Ciu dapat terhindar dari kebinasaan itu.
Namun demikian Kiam Ciu terperanjat juga. Dibalik wajahnya yang pucat itu
ter sungginglah senyuman.
"Hebat kau Kwi Ong!" seru Kiam Ciu memuji secara jujur.
"Kau tidak perlu memujiku, terimalah kematianmu dan selanjutnya aku akan
menyapu bersih semua orang gagahnya bagian pertengahan !" seru Kwi Ong.
Dengan seruan sombong itu semua orang yang hadir ditempat pertempuran
merasa gusar dan panas hati.
. 22 "Jangan kau takabur Kwi Ong! Semuanya itu belum tentu, kalau bukan aku,
kaulah yang akan mengalami kebinasaan. Hanya itu pilihan bagi kita !" jawab
Kiam Ciu dengan tersenyum tetapi kata-katanya tandas.
"Bedebah!" seru Kwi Ong.
Selesai dengan kata-kata itu maka Kwi Ong tampak telah menyerang dengan
pedangnya. Serangan ttu bagaikan gelombang menerjang batu karang dan
dahsyat sekali. Kiam Ciu menghadapi serangan Kwi Ong itu dengan tangan kosong. Dia telah
mengerahkan Sinkang, Bo-kit-sin-kong dan mengembangkan jurus Pek-jit-huisat serta meloncat ke samping menghindari serangan Kwi Ong. Dengan
memutar tubuh maka Kiam Ciu mengirimkan pukulan dengan jurus Kai-thian
Pek-tee (membuka Langit membakar bumi) tangannya setengah
mencengkeram kearah punggung Kwi Ong.
"Haya." terdengar suara pekikan kaget dan tertahan dari mulut Kwi Ong.
Namun Kwi Ong dapat menghindari hantaman maut ajaran lembah Si-kok itu.
Dengan menjatuhkan tubuhnya Kwi Ong dapat terhindar dari kebinasaan
kemudian melejit dan berdiri dengan sekaligus menyerang. Pedang Oey Liong
Kiam terdengar berderu-deru menyeramkan suaranya. Angin yang ditimbulkan
oleh permainan pedang itu telah mendesak Kiam Ciu.
Hingga beberapa langkah Kiam Ciu melangkah mundur. Ternyata dengan
jurus melebur samudra itu Kwi Oag dapat menguasai lagi ketangguhan Sin kang,
lwe-kang maupun gwakangnya. Terbukti saat itu Kiam Ciu terpaksa mundur
karena desakan hawa yang ditimbulkan oleh pedang Oey Liong Kiam. Baru
hawanya saja sudah mampu untuk mendesak lawan. Apalagi kehebatan babatan
atau bacokan pedangnya. "Luar-biasa!" seru Kiam Ciu dalam hati.
Namun Kiam Ciu telah bertekad untuk membinasakan manusia keji dan
berbahaya itu. Kwi Ong memang manusia yang paling berbahaya kalau
dibiarkan terus merajalela. Kakek keji dari Biauw itu harus cepat-cepat dapat
dibinasakan sebelum terlanjur membikin berantakan dan hancur manusia serta
mencemarkan kalangan Kang-ouw.
. 23 "Hayo Kiam Ciu, mana ilmu pukulan bajamu !" tanya Kwi Ong dengan suara
mengejek. "Jangan kau menepuk dada Kwi Ong! Kaupun belum tentu!" seru Kiam Ciu
dengan suara pasti dan menyilangkan kedua belah lengannya didada.
Panas hati Kwi Ong, maka dengan serentak pula Kwi Ong telah meloncat dan
menyerang dengan pedangnya. Pedang Oey Liong Kiam yang berhawa keras
dan panas itu, seperti apa yang dimainkan oleh Kwi Ong pada saat itu. Pedang
Oey Liong Kiam dapat dikendalikan seperti apa yang disalurkan oleh kehendak
pemegangnya. Kalau orang itu mempunyai inti jiwa kejahatan maka pedang
pusaka Naga Kuning itu akan bersifat ganas, seganas hati orang yang
memegangnya. Kalau orang yang memegangnya adalah orang yang berjiwa
bersih dan agung maka pedang itu akan berhawa sejuk walaupun dapat
menggempur gunung. Kiam Ciu terlonjak melesat dua langkah dan menghindarkan serangan
lawannya itu. Dengan sebuah tendangan samping dan hantaman geledek kearah
pedang yang digenggam oleh Kwi Ong. Namun Kwi Ong dengan langkah surut
selangkah dan memutar pedangnya kekanan tendangan Kiam Ciu melesat
terhalau. Ketika Kiam Ciu terhuyung karena tendangannya menemui tempat kosong
itu dengan cepat Kwi Ong menghantamkan sisi tapak tangan kiri ketengkuk Kiam
Ciu. Kiam Ciu menyadari suatu kesalahan langkahnya dan langsung memutar
tubuhnya dan tangan kanan bergerak menghantam lengas kiri Kwi Ong. Karena
Kwi Ong sama sekali tidak menduga bahwa lawannya dapat berbuat begitu
cepat dalam penangkisan serangannya itu. Maka dengan tidak terduga dia telah
menjadi lengah.



"Plakkk!" terdengar suara dua kekuatan berbentur.
Punggung tapak tangan kanan Kiam Ciu menempel pada lengan kiri Kwi Ong.
Ternyata Kwi Ong mempunyai Sin-kang yang hebat juga.
Mereka beradu Sin-kang untuk sesaat itu hanya Kiam Ciu mengirimkan
hantaman tapak tangan ke lambung Kwi Ong dangan cepat Kwi Ong sadar akan
. 24 hal itu maka ketika tangan Kiam Ciu bergerak akan mengirimkan hantaman
tapak tangan kelambungannya. Dengan cepat Kwi Ong meloncat surut dengan
menghentakan tangan kiri.
Kiam Ciu mengejar dengan satu loncatan panjang. Namun Kwi Ong dengan
tangkas telah memutar pedang dan memapaki serangan Kiam Ciu. Namun apa
yang terjadi? Ternyata Kiam Ciu telah mengirimkan pukulan mematahkan baja
kearab lengan Kwi Ong. "Haya! "terdengar seruan kaget Kwi Ong dan terlonjak kebelakang.
Namun Kiam Ciu mendesak terus dan mengirimkan tendangan beruntun
silih berganti, hantaman dengan jurus Kai-thian-pik-tee. Begitulah Kwi Ong telah
dibuat kalang kabut oleh Kiam Ciu karena ternyata pemuda itu telah dapat
menguasai ilmu baru yang diterimanya dari nenek Si-kok.
"Bisa celaka aku kalau begini !" pikir Kwi Ong.
Tampak Kwi Ong telah melirik kearah sekitarnya, rupa-rupanya Kiam Ciu
telah menduga dan memperhitungkan suatu kemungkinan. Maka dengan
bergerak lebih cepat dan mengerahkan sin-kang dan dengan jurus Lui-sianglok-hwa (angin topan menghembus bunga) telah menghantam dada Kwi Ong.
Namun Kwi Ong telah berhasil memiringkan tubuh dan langsung mengirimkan
tendangan samping kearah lambung Kiam Ciu.
Dengan hentakan kaki maka Kiam Ciu telah melentik dengan
mengembangkan ilmu Cian-li-piauw-biauw. Menyaksikan kegesitan Kiam Ciu itu
Kwi Ong jadi melompong dan pedang Oey Liong Kiam telah membacok batu
besar yang tadi berada disisi Kiam Ciu. Batu itu hancur dan meledaklah suatu
derakan keras dan batu itu berhamburan.
Tetapi dengan cepat dan tidak terduga Kiam Ciu telah meluncur turun
sedangkan Kwi Ong masih dalam sikap membongkok dengan pedang masih
dibawa hendak membacok. Tanpa dapat terduga Kiam Ciu telah mengirimkan
tendangan kaki kanan jurus Liong-hong-hun-hui menyerang wajah Kwi Ong
dengan cepat dan dahsyat.
Namun Kwi Ong dapat dengan cepat menggelundung menghindari serangan
Kiam Ciu itu. Dengan mengandalkan ilmu trenggiling menggelundung, maka
. 25 tubuh Kwi Ong dapat terluput dari kehancuran terkena hantaman dan tendangan
Kiam Ciu. Namun Kiam Ciu telah mendepaknya dengan sebuah lompatan lebar. Semua
orang yang berada ditempat itu berseru kaget. Saat itu Kiam Ciu telah bersikap
menerkam tubuh Kwi Ong yang tergeletak ditanah.
Dengan cepat pula Kwi Ong telah menggerakan pedang Oey Liong Kiam tepat
menikam perut Kiam Ciu yang tengah melayang akan menerkamnya.
Tetapi suatu yang tidak terduga telah terjadi. Ternyata Kiam Ciu telah
menggunakan jurus Kai-thian-pik-tee (membuka langit membakar bumi) dimana
tampaklah tangan kanan Kiam Ciu menghantam pedang Oey Liong Kiam dan
tangan kiri menebak dada Kwi Ong. Gerakan itu begitu cepat bahkan tidak dapat
diikuti dengan seksama oleh para Kang-ouw yang berada ditempat itu.
Namun Kun-si Mo-kun yang pernah berhadapan dengan nenek lembah Sikok itu dapat menduganya dan ketika Kiam Ciu meloncat diam-diam dada Kunsi Mo-kun telah berdebar hebat. Ingin dia menyaksikan lekas-lekas Kiam Ciu
menyudahi pertempuran itu dengan Kwi Ong binasa.
"Auwww!" terdengar teriakan Kwi Ong.
Dengan secepat kilat Kiam Ciu telah meloncat menyambar pedang Oey Liong
Kiam yang terpental melambung tinggi. Sedangkan Kwi Ong telah binasa dengan
dada remuk dan mata terbeliak.
"Trang !" terdengar desiran angin laju dan logam tertimpuk.
Ketika Kiam Ciu telah meloncat hendak menyamber Oey Liong Kiam, tibatiba saja pedang itu telah meleset terkena timpukan batu kerikil. Namun Kiam
Ciu dengan ilmu Cian-li-piauw-biauw berhasil mencandak pedang itu.
Namun bertepatan dengan itu telah melesat pula berdiri dihadapan Kiam Ciu
yang telah kembali berdiri diatas tanah dengan Oey Liong Kiam tergenggam
ditangan kanan. "Kiam Ciu, kau merasa dirimu jago ya? Kau harus binasa ditanganku!" bentak
orang yang baru datang itu dengan rasa bengis.
. 26 Orang yang baru datang dan turut campur tangan di gelanggang
pertempuran itu adalah seorang wanita yang berwajah cantik. Jelas kalau wanita
itu adalah seorang jago silat yang berilmu tinggi juga. Karena memiliki tindak
dan gerak yang sangat ringan dan ilmu meringankan tubuh yang sempurna.
Semua orang menebak-nebak tentang wanita cantik yang baru datang itu.
Mereka belum mengenalnya, jago silat dari bagian mana dan siapa sebenarnya
wanita yang baru muncul itu.
Namun pada saat itu Shin Kai Lolo. Siok Siat Sin-ni dan Tong Kiam Ciu
tampak terperanjat dengan kehadiran wanita cantik itu. Karena wanita itu tiada
lain adalah Ciam Gwat. Orang-orang yang berada ditempai itu saling
berpandangan. Tanpa banyak bicara lagi Kiam Ciu telah mengerahkan sin-kang dan dengan
ilmu Kai-thian-pik-tee telah melesat menerkam kearah wanita cantik itu. Kiam
Ciu mencakar wajah wanita itu hingga rambut yang menutupi dahi wanita itu
tersingkap dan tampaklah suatu tanda didahi wanita itu. Bulan sabit yang jelas
tergores dikeningnya. "Houwww!" terdengar suara gumam orang-orang yang menyaksikannya.
Mereka baru melihat tanda didahi wanita itu telah dapat menebak siapa
adanya wanita cantik itu. tiada lain adalah Ciam Gwat.
Ciam Gwat wanita jelita yang berilmu silat tinggi dan sempurna. Sesaat
lamanya mereka yang berada dilempat itu bagaikan terpaku melibat kehadiran
wanita jelita itu. Mereka baru kali itu melihatnya.
"Ciam Gwat, kaupun harus menemui kebinasaanmu untuk menebus dosadosamu!" seru Kiam Ciu dengan berkecak pinggang dan menuding kearah jago
silat wanita itu. Ciam Gwat bergusar hati karena diperlakukan seperti itu, rambutnya yang
dipergunakan untuk menutupi dahinya yang bernoda goresan bulan sabit itu
telah disingkap oleh Kiam Ciu. Dia barus membunuh pemuda itu dan
mencincangnya atas kekurang ajarannya. Juga dia sangat marah karena Kiam
Ciu dia telah kehilangan orang-orang yang selama ini sangat disayanginya dan
sangat setia padanya. Mereka itu ialah Peng Nio wanita yang dengan setianya
. 27 mengikuti dan mengasuh anaknya hingga dewasa dan dia bunuh gara-gara
Kiam Ciu, juga Sio Cien telah dibunuhnya karena Kiam Ciu.
Dengan minggatnya putri tunggal yang sangat disayanginya ialah Cit Sio Wie
karena mengikuti Kiam Ciu. Semuanya itu menambah kemarahan Ciam Gwat
yang merasa telah dihancurkan oleh Kiam Ciu segala kebahagiaannya itu. Maka
tiadalah mengherankan lagi kalau wanita itu menjadi sangat gusar, marah sekali
bertekad untuk mengadu jiwa dan membinasakan Kiam Ciu.
"Jahanam! Kau harus binasa!" berbareng dengan suara itu Ciam Gwat
mengerahkan ilmu Pan-yok-sin-im.
Tetapi Kiam Ciu telah memegang kim leng ditangan kiri. Kelintingan emas
itu digerakannya dan terdengarlah bunyi kelintingan itu. Berbareng dengan
suara bentakan Ciam Gwat. Sehingga suara yang mengandung ilmu Pan-yoksin-im itu buyar punah. Ciam Gwat merasa gusar dan heran menyaksikan itu
semua. Tetapi ketika menyaksikan apa yang dipegang oleh Kiam Ciu itu hatinya
bertambah gusar. Maka dengan teriakan nyaring Ciam Gwat telah meloncat
menerkam Kiam Ciu dengan jurus Hian-hiong-kong-ki.
Namun Kiam Ciu dengan gerakan Liong-hong-hun-hui memutar tubuh dan
mengirimkan hantaman kelambung Ciam Gwat.
"Darrrl" terdengar dua tenaga berhantam yang menimbulkan suatu ledakan
keras dan mengejutkan para hadirin semuanya. Orang-orang gagah yang berada
ditempat itu merasa takjub dan memuji kegesitan Kiam Ciu menghadapi
serangan lawannya itu. Ciam Gwat terkenal sebagai wanita aneh yang berilmu
tinggi dan kejam. Siapapun yang pernah melihat tanda ciam gwat didahinya
pasti orang itu akan binasa ditangan wanita kejam itu.
Orang-orang yang menyaksikan pertempuran itu sebenarnya menjadi
sangat heran karena mereka tidak mengetahui sebab musababnya mengapa
sampai Kiam Ciu bermusuhan dengan Cim Gwat. Mereka dalam bertanya-tanya
itu tiba-tiba Kiam Ciu berseru kepada Ciam Gwat.
"Cit Cai Hui, aku putra Tong Kiam Seng! Hari ini telah bersumpah untuk
mengambil nyawamu dan memenggal kepalamu untuk menebus kematian
. 28 seluruh saudara-saudaraku ibuku dan ayahku yang telah kau bunuh!" seru Kiam
Ciu dengan suara lantang dan tegas penuh wibawa.
Namun Ciam Gwat atau nama aslinya Cit Cai Hui tampak tertawa mendongak
kelangit. Tampaklah suatu perubahan diremak muka yang jelita itu. Kini
tampaklah guratan wajah wanita jelita itu menjadi kentara dan menampakan
kebengisannya. "Tong Kiam Ciu, karena kau maka hancur keluargaku. Kau harus binasa
ditanganku supaya tenang ayahmu karena menunggu anaknya yang gagah dan
hari ini kau akan menyusulnya kealam baka!" seru Ciam Gwat dengan suara
mengejek dan wajahnya tampak bengis dengan mulut menyeringai.
Berbareng dengan teriakan dan ancaman itu maka Ciam Gwat telah
menerkam kearah dada Kiam Ciu dengan mengerahkan segenap sinkang dan
lwekangnya untuk menghancurkan dada pemuda itu.
"Binasa!" seru Ciam Gwat sambil mengirimkan hantaman dengan jurus Hianhiong-kong-ki yang bertenaga bebat.
Kiam Ciu waspada dengan hantaman itu maka pemuda itu lalu berkelit dan
kelinting emas yang digenggamnya di tangan kiri berbunyi. Maka buyarlah ilmu
Pan-yok-sin-im yang telah dikerahkan oleh Ciam Gwat. Berkali-kali wanita itu
berusaha mengerahkan ilmunya untuk melumpuhkan Kiam Ciu namun selalu
dapat dibuyarkan akibat tenaga sakti yang ditimbulkan oleh Kim Leng atau
kelinting emas. Ketika Kiam Ciu berkelit dengan menggeser kaki kanannya kebelakang dan
Ciam Gwat dengan tiba-tiba telah mengubah serangannya dari hantaman
kearah dada dengan kepalan tinju kini telah diubah dengan membabat
kesamping dengan sisi tapak tangan kearah perut Kiam Ciu.
"Buk!" terdengar suara benda tertumbuk hantaman sisi tapak tangan wanita
itu. Kiam Ciu terlempar kebelakang beberapa tombak. Namun berkat biji Leng
Yok pemberian nenek lembah Si-kok dan telah dimakannya, maka dia menjadi
kebal akan pukulan bertenaga hebat itu.
. 29 Sebenarnya Kiam Ciu dapat hancur isi perutnya akibat terkena pukulan sisi
tapak tangan Ciam Gwat karena wanita itu telah mengerahkan segenap tenaga
dengan jurus Hian-hiong-kong-ki. Apalagi isi perut baru besar sebesar gajah saja
dapat dilumatkan karena hantaman itu mempunyai tenaga dasyat.
Kiam Ciu dapat menahan pukulan sakti itu berkat biji Leng Yok yang telah
dimakannya. Dia hanya terpental karena dorongan tenaga sakti Ciam Gwat.
Namun pemuda itu tidak jatuh, dia tetap berdiri walaupun sampai terpental lima
tombak, namun masih dapat menguasai keseimbangan tubuhnya. Serta kelinting
emasnya selalu memperdengarkan kelintingan nyaring mengatasi suara-suara
Ciam Gwat yang dilambari dengan ilmu Pan-yok-sin-im.
"Hebat tidak omong kosong kau mendapat gelar Giok-ciang-cui-kiam!" seru
Ciam Gwat sambil memutar tubuh dan berhadapan dengan Kiam Ciu.
Kiam Ciu bukannya bergirang hati mendapat pujian itu. Namun pemuda itu
bertambah waspada. Karena dia tahu bahwa Ciam Gwat adalah tokoh sakti yang
banyak ilmu dan pengalamannya.
Segenap tokoh Kang-ouw yang berada di tempat itu kini telah mengetahui
latar-belakang pertempuran antara Ciam Gwat dengan Kiam Ciu. Maka mereka
banya dapat menyaksikan tanpa berani bercampnr tangan dalam urusan itu.
Mereka hanya menyaksikan saja serta bersiap-siap untuk memberikan bantuan
kepada Kiam Ciu dimana diperlukan atau kalau sampai pemuda itu menghadapi
bencana. Kiam Ciu masih menggenggam pedang Oey Liong Kiam. Diam-diam pemuda
itu teiah memunguti sarung pedang itu yang masih terselip dipinggang Kwi Ong.
Kemudian pedang Oey Liong Kiam disarungkannya dan disisipkan
kepinggangnya. Semuanya itu dilakukan dengan cepat dan Cium Gwat tahu apa
yang dikerjakan oleh Kiam Ciu itu tanpa mengusiknya. Karena dia adalah tokoh
kenamaan dan walaupun bagaimana kejam dan kejinya Ciam Gwat namun
ternyata dia masih mempunyai harga diri. Maka lawan yang dalam keadaan
tidak siap dia tidak sudi menyerangnya. Pada saat Kiam Ciu mengambil sarung
pedang dipinggang mayat Kwi Ong itu dianggap oleh Ciam Gwat dalam keadaan
tidak siap. Walaupun sebenarnya Kiam Ciu selalu waspada seandainya
mendapat serangan tiba-tiba saja dapat menghadapinya.
. 30 Ketika Kiam Ciu telah berdiri kembali dengan kuda-kuda lutut setengah
tertekuk dan renggang kedua belah kakinya, maka Ciam Gwat berseru sambil
tertawa. (Bersambung Jilid 13) . 31 . 0 OEY LIONG KIAM (Warisan Jenderal Gak Hui)
Diolah Oleh : HO TJING HONG
Jilid ke 13 K IAM CIU ! Kau kira aku tidak mampu menghadapi pedang dan ilmu
pedangmu ? Mengapa kau sarungkan pedang pusakamu ?" seru Ciam Gwat
dengan sikap menantang. "Tidak perlu banyak mulut, hayo hadapi kematianmu !" seru Kiam Ciu sambil
meloncat mengirimkan hantaman kearah dada Ciam Gwat.
Gerak cepat melesat kedepan dengan jurus Pek-jit-hui-sat dan mata
memancarkan sinar aneh dan ingin mencengkeram kearah dada lawan.
Perubahan serangan dari hantaman menjadi cengkeraman itu sangat
mengejutkan Ciam Gwat. Ternyata hebat juga ilmu Kiam Ciu dalam gerak ilmu
Pek-jit-hui-sat itu. Ciam Gwat hampir saja tidak mampu untuk menghindarinya,
Karena daya pukau sinar mata aneh yang terpancar dari mata Kiam Ciu
kearah Ciam Gwat. Seria kelintingan emas itu sangat mengganggu pemusatan
pikiran Ciam Gwat. Ternyata wanita sakti dan cantik itu sama sekali telah dibuat
tidak berdaya oleh Kiam Ciu.
Namun untuk membinasakannya Kiam Ciu belum mampu, dengan satu
gerakan kesamping saja Kiam Ciu ternyata hanya menerkam tempat kosong
dan sempoyongan akan jatuh karena dorongan tenaga sendiri.
Ciam Gwat meloncat mengirimkan tendangan maut kepunggung Kiam Ciu.
Pemuda itu merasakan sambaran angin tendangan dan sempat mengelak
sambil melejit dan memutar tubuh.
Keduanya ingin saiing menjatuhkan dan menghindari serangan lawan.
Kelihatannya kini mereka seimbang. Kiam Ciu dengan tangan kosong juga
menghadapi serangan Ciam Gwat itu.
. 1 Sampai puluhan jurus mereka bertempur, belum ada ketentuannya. Karena
Ciam Gwat yang biasanya mengandalkan ilmu Pan-yok-sin-im itu kini ilmu
andalannya itu tidak berarti lagi terhadap Kiam Ciu.
Maka kini Ciam Gwat harus mengerahkan Gin-kangnya juga untuk
mengimbangi kelincahan Kiam Ciu. Dia harus mengerahkan ilmu-ilmu silat yang
dapat untuk melumpuhkan Kiam Ciu.
Dengan memutar tubuh dan meloncat kemudian menghentakkan kaki kanan
diatas tanah maka terlihatlah Ciam Gwat menyerang Kiam Ciu.
Dengan mengerahkan ilmu pukulan maut Hwe-sat-pik-tee (api maut
membongkar bumi) maka Ciam Gwat menghantamkan kepalan tinjunya kedada
Kiam Ciu. "Darr," terdengar dua tenaga beradu.
Karena Kiam Ciu tidak sempat menghindar, maka satu-satunya jalan
hanyalah memapaki serangan tinju maut itu dengan tapak tangannya. Kepalan
tinju Ciam Gwat bagaikan melekat pada tapak tangan Kiam Ciu.
Kiam Ciu terdorong sedikit kebelakang dan dengan mencondongkan




tubuhnya kedepan maka pemuda itu dapat bertahan.
Sesaat lamanya mereka mengadu sinkang. Kiam Ciu tampak mandi keringat
karena mengerahkan Bo-kit-sin-kong untuk mengatasi ilmu Kie-kang Ciam Gwat
yang memang sangat lihay itu.
Mereka yang menyaksikan hal itu menahan napas. Lebih-lebih Teng Siok
Soat murid Shin Kai Lolo. gadis itu kalau tidak ditahan oleh subonya pastilah
telah melesat kegelanggang untuk membantu Kiam Ciu. Karena Siok Soat
dengan diam-diam telah menaruh hati kepada pemuda perkasa dan budiman
itu. "Siok Soat tenangkan pikiranmu" bisik Shin Kai Lolo ke telinga gadis anginanginan itu.
"Subo" bisik gadis itu dan wajahnya bersemu merah jambu. Sesaat Siok Soat
memandang wajah subonya. . 2 Tampaklah nenek itu tersenyum dan mengisyaratkan kepada muridnya itu
untuk memperhatikan jalannya pertempuran. Mereka yang berada ditempat itu
terpesona menyaksikan kehebatan Kiam Ciu. Seolah-olah mereka sedang
menyaksikan suatu pertandingan yang menentukan masa depan kalangan
Kang-ouw didaerah bagian pertengahan.
"Haya!" terdengar suara terluncur dari mulut Ciam Gwat.
Tampaklah wanita itu telah terdorong dan Kiam Ciu telah menyiramkan
pukulan jarak jauh dengan tapak tangannya kearah Kiam Gwat. Ternyata ilmu
pukulan Kai-thian-pik-tee ajaran nenek lembah Si-kok itu dapat mengimbangi
ilmu pukulan Ciam Gwat Hwe-sat-pik-tee. Seo!ah-olah kedua ilmu itu ada
persamaannya. Hanya ilmu pukulan Hwe-sat-pik-tee terasa lebih ganas dan berhawa panas.
Namun Kai-thian-pik-tee mengutamakan hembusan angin besar dan tenaga
sinkang yang besar. Pada intinya kedua ilmu pukulan itu sama-sama mempunyai jurus
perkembangannya yang berlainan. Hanya pada intinya yang sama. Hebat keduaduanya. Namun Kiam Ciu ternyata dapat melebihi setingkat lebih tinggi dari ilmu
sinkang Ciam Gwat. Karena Kiam Ciu telah memakan biji Leng-yok. Sehingga
menambah kehebatan sin-kang maupun lwekang pemuda itu. Tenaga dalam
yang luar biasa itu ternyata dapat mengatasi serangan tenaga memukul jantung
yang disalurkan dalam mengadu sin-kang lewat kepalan tinju dengan ilmu Hwesat-pik-tee.
Kiam Ciu lelah mengirimkan sekali lagi hantaman mautnya kearah Ciam
Gwat yang ternyata merasa agak keripuhan juga. Dia telah meloncat kesana
kemari. Sebenarnya bukanlah karena dia menghindari serangan lawannya
Tetapi dia mencari kelemahan jurus-jurus permainan ilmu silat Kiam Ciu.
Sampai sepuluh jurus Ciam Gwat bertempur dengan Kiam Ciu. Noda darah
dipunggung pemuda itu tadi telah terobek oleh pedang Oey Liong Kiam yang
dilancarkan oleh Kwi Ong. Maka kini tampaklah merah membasahi jubahnya
dibagian punggung yang terobek memanjang.
. 3 Rupa-rupanya karena terlalu banyak darah yang mengalir itu, mata Kiam Ciu
menjadi berkunang-kunang. Tubuh Ciam Gwat didepannya itu tampak
bergoyang-goyang dan kabur tampaknya. Kiam Ciu merasa kecewa dengan
keadaan tubuhnya itu. Tetapi pemuda itu telah bertekad untuk membinasakan
musuh besarnya. "Kiam Ciu ! Kiam Ciu ! Kiam Ciu kuatkan ditimu, kerahkan semangatmu musuh
besarmu berada dihadapanmu ! Tunaikan tugasmu dengan baik !" terdengarlah
bisikan telinganya. Diam-diam Kiam Ciu terheran-heran mendapat bisikan halus
ditelinganya itu. Padahal para pendekar berdiri mengelilingi tempat pertarungan
itu berjarak cukup jauh. Tetapi ketika diingat-ingat suara itu, dia telah pernah
mengenalnya. Dalam kesayup-sayupan daya pikir yang telah kabur dan kepala
mulai berputar-putar rasanya Kiam Ciu mendengar bisikan itu lagi.
Tiba-tiba wajah Kiam Ciu yang telah menjadi pucat itu, kini tampak gembira.
Bahkan ketika Ciam Gwat meloncat menyerangnya dia telah mampu untuk
memiringkan tubuh dan terhindar dari sasaran lawan.
Ciam Gwat melesat kebelakang Kiam Ciu. Dengan cepat wanita itu telah
memutar tubuh dan dengan genggaman kepalan mautnya serta memasang
kuda-kuda. Kiam Ciu memutar tubuh pula dan kini telah dapat menguasai diri
lagi dan mengerahkan Bo-kit-sin-kong.
Mereka berdua telah berhadapan dan masing-masing telah pada puncaknya
Ciam Gwat sudah tidak sabar lagi. Dia bertekad harus memusnahkan Tong Kiam
Ciu. Karena dengan adanya Kiam Ciu selangit dan sebumi dengan dirinya maka
selama itu hidupnya tidak akan merasa tenang. Hanyalah dua pilihan, binasa
atau membinasakan itulah kesimpulan Ciam Gwat.
Tampaklah sinar mata Ciam Gwat menanar dan menyeramkan roman
mukanya. Dengan gerakan yang sangat cepat dan pasti langkah-langkahnya
mendesak Kiam Ciu. Dengan satu jeritan yang menyerupai auman harimau betina, maka
melesatlah Ciam Gwat menerkam Kiam Ciu, Tetapi belum sampai tangan wanita
itu menyentuh tubuh Kiam Ciu. Tiba-tiba terdengar suatu teriakan dan kelebatan
. 4 tubuh seseorang didepannya. Ciam Gwat menahap serangannya karena
khawatir mencelakai orang yang baru datang.
"Ibu tahan dulu!" terdengar seruan itu dan kelebatan tubuh .yang
menghambur diantara Kiam Ciu dengan Ciam Gwat.
"Wus." terdengar angin berhembus kesamping tubuh Kiam Ciu.
"Cit Sio Wie! Anak durhaka apa yang kau lakukan?" seru Ciam Gwat.
Walaupun suaranya melengking membentak dengan gusar, namun tandatanda bahwa wanita jelita itu menaruh kasih sayang dan selalu memanjakan
kepada orang yang baru datang itu. Tiada lain kecuali Cit Sio Wie gadis cantik
yang bernasib malang itu.
"Ibu, kau menyingkirlah dari tempat ini" seru Cit Sio Wie:
"Anak durhaka! Apa maksudmu? Kau teruskan untuk berhubungan dengan
pemuda laknat tak berguna itu?" bentak Ciam Gwat dengan suara serak dan
sangat bergusar hati. "Ibu, pergilah! Pergilah dari tempat ini! Ibu aku minta seru Cit Sio Wie sambil
memeluk kaki ibunya dan menggoncang-goncangkan.
Tetapi Ciatn Gwat tidak sabar lagi. Darah kemarahan telah bergolak dan
menggelegak diseluruh tubuhnya. Pembuluh-pembuluh darahnya telah menjadi
hangus dan tegang penuh amarah.
"Minggir anak durhaka !" seru Ciam Gwat dan menggerakkan kakinya maka
terlemparlah Cit Sio Wie melesat beberapa tombak kesamping.
Orang-orang yang menyaksikan drama itu merasa bergidik dan bingung.
Karena mereka tidak mengetahui latar belakang kejadian ditempat itu. Begitu
tampak kejamnya Ciam Gwat kepada anaknya sendiri yang mereka ketahui
bahwa gadis itu adalah yang terkenal dengan nama panggilan Cit Siocia. Gadis
cantik jelita yang selalu mengendarai kereta indah dan bertamasya.
Begitu selesai melempar putrinya maka Ciam Gwat lalu memasang kudakuda kan mengerahkan sinkang kemudian bergerak dengan jurus Hwe-sat-piktee dan tampaklah tubuhnya melesat kearah Kiam Ciu.
. 5 Namun bersamaan dengan itu pula tampaklah tubuh Cit Sio Wie telah
melesat diantara Kiam Ciu dan Ciam Gwat.
"Bukk !" terdengar suara tinju menumbuk dada.
Tampaklah Cit Sio Wie telah terhantam oleh pukulan maut ibunya sendiri.
Dadanya hancur dan tangan wanita jelita itu melesak kedalam dada Cit Sio Wie
sebatas pergelangan tangan dan darah menyembur ke baju dan wajah Ciam
Gwat karena jantung Cit Sio Wie pecah.
Gadis itu tidak dapat menjerit lagi. Sekali hantam telah hancur dadanya dan
langsung menuju kejalan maut. Ciam Gwat tidak dapat mengelakkan pukulannya
lagi karena datangnya Cit Sio Wie tidak terduga dan dengan cepat sekali.
Semuanya terlanjur dan diluar perhitungannya Ciam Gwat tampak pucat
wajahnya dan menubruk tubuh anaknya.
"Cit Sio Wie . . anakku, mengapa kau nekad anakku ? Untuk apa lagi aku harus
hidup ini kalau kau tinggalkan . . . oh, Sio Wie . . . kau telah binasa ditanganku
sendiri . . " Ciam Gwat berbicara sambil memeluki tubuh dan wajah Cit Sio Wie
yang telah tidak bernyawa lagi.
Seolah-olah untuk sementara dia telah melupakan permusuhannya dengan
Tong Kiam Ciu. Semua pendekar dari kalangan Kang-ouw menyaksikan kejadian
itu dengan hati penuh haru. Namun mereka tidak ada yang berbicara turut
campur tangan dalam urusan itu. Mereka seolah-olah penonton yang sedang
nonton lelakon sandiwara diatas pentas terbuka. Walaupun sebenarnya Tong
Bwee merasa kurang pernah menyaksikan kejadian itu. Karena walaupun
bagaimana dia pernah mendapat cinta kasih tulus dari Cit Sio Wie yang telah
menganggapnya sebagai saudara kandung.
Namun Pek Giok Bwee memegangi tangan putrinya untuk tetap tenang
menyaksikan perkembangan selanjutnya.
Tiba-tiba diantara kesunyian dan isak tangis Ciam Gwat itu, terdengar suatu
bentakan nyaring dan tegas kearah Ciam Gwat,
"Ciam Gwat! Kita masih ada urusan dan perhitungan!" seru Kiam Ciu dengan
suara tegas dan lantang. . 6 Giam Gwat terkejut dan tersadar dengan keadaannya. Maka dengan sekali
loncat dia telah berdiri dan menghadap kearah Kiam Ciu
"Tong Kiam Ciu, kau tak perlu melawan aku lagi !" seru wanita itu dengan
meloncat memutar tubuh dan menyambar pedang Kim-kong-sai-giok-kiam milik
Cit Sio Wie yang terselip dipinggang mayat gadis itu. Begitu memutar tubuh dan
tangan kanan tergenggam sebilah pedang milik Cit Sio Wie. Mengkilat dan tajam
sekali tampaknya. Kiam Ciu dengan cepat pula telah mencabut pedang Oey Liong Kiam
tampaklah sinar menyilaukan dan tajam berkilat-kilat diputar cepat sekali di
tangan kanan Kiam Ciu. Pemuda itu bergerak secepat kilat dan secepat gerakan
Ciam Gwat. "Crakk! Brukk !" terdengar suara bacokan keras dan terpenggallah kepala
Ciam Gwat oleh pedang Oey Liong Kiam. Kemudian tubuh Ciam Gwat terjungkal
ke tanah dengan kepala terputus. Darah menyembur dan berakhirlah riwayat
iblis wanita yang selalu menghancurkan rumah tangga para pendekar muda
yang masih hijau dalam lautan asmara.
Namuu ketika Kiam Ciu meneliti keadaan Ciam Gwat hatinya menjadi malu.
Kareda ternyata Ciam Gwat bukannya mempergunakan pedang Kim-kong-saigiok-kiam untuk menyerang Kiam Ciu, tetapi ternyata Ciam Gwat
mempergunakan pedang itu untuk menikam perutnya sendiri. Semuanya
berjalan dengan cepat dan tanpa terduga sebelumnya.
Belum lagi Kiam Ciu sempat mengurus jenasah Cit SioWie dan Ciam Gwat,
tiba-tiba terdengar suara teriakan wanita lagi.
"Koko awas!" terdengar teriakan Tong Bwe.
Namun Kiam Ciu yang mendengarkan suara teriakan yang sudah sangat
dikenalnya itu. Maka dia bukannya berwaspada tetapi memalingkan wajahnya
memandang kearah datangnya suara itu.
Pada saat itu sebuah hantaman telah mengenai lambung Tong Kiam Ciu
hingga pemuda itu terpental jatuh, menggelinding di tanah.
. 7 Orang yang menyerangnya itu adalah seorang laki-laki bertubuh gemuk
pendek tiada lain adalah wakil Kwi Ong. Ialah Ho Beng bekas wakil ketua Ouw
Hin Lee yang telah berkhianat karena inginkan kedudukan.
Ho Beng telah menjadi orang Kwi Ong dan telah diangkat sebagai wakilnya.
Maka ketika dia menyaksikan keadaan pemimpinnya telah binasa, tiadalah
jalan lain baginya kecuali hanya untuk merebut pedang Oey Liong Kiam.
Begitu telah menghantam roboh Kiam Ciu maka segeralah dia melompat
menyambar pedang Oey Liong Kiam.
Namun belum lagi tangannya menjamah hulu pedang pusaka Naga Kuning
itu, Kiam Ciu dengan sebuah lompatan panjang dan cepat sekali dalam jurus
Kai-thian-pik-tee menerkam lengan kanan Ho Beng yang terjulur akan meraih
hulu pedang Oey Liong Kiam.
Namun walaupun tangannya telah tercengkeram kuat oleh tangan Kiam Ciu
namun Ho Beng terus nekad akan meraih hulu pedang. Akhirnya sebuah
hantaman keras telah bersarang dirahang Ho Beng dan orang itu menggelinding
kesamping menghindari hantaman Kiam Ciu selanjutnya.
Ho Beng meloncat berdiri dan dengan sebuah loncatan pendek telah
mengirimkan tendangan punggung kaki kanan. Namun Kiam Ciu dapat
menangkisnya dengan punggung tapak tangan kanan. Kedua tenaga beradu dan
mereka berdua sama-sama surut kebelakang. Kiam Ciu surut selangkah
kebelakang, sedangkan Ho Beng terlonjak surut lima langkah dan tampak
matanya melotot memandang Kiam Ciu dengan takjub.
Sesaat lamanya Ho Beng berhenti dan mengatur pernafasan dan debaran
jantungnya. Karena ketika dia terhempas surut oleh tangkisan Kiam Ciu dia
merasakan bagaikan ada suatu tenaga keras dan kuat sekali telah
menghempasnya. Kakinya terasa sesemutan dan nafasnya sesak.
Namun semuanya sudah kepalang tanggung. Maka dengan tidak banyak
perhitungan lagi Ho Beng telah menyerang Kiam Ciu dengan sebuah hantaman
beruntun dan tendangan-tendangan bergantian. Beberapa orang dari suku
Biauw yang setia kepadanya telah terjun kedalam gelanggang untuk membantu
Ho Beng menyerbu Kiam Ciu.
. 8 Menyaksikan kecurangan dikalangan orang-orang suku Biauw itu. Maka Tong
Siok Soat, Ji Tong Bwee dan Kun-si Mo-kun telah melibatkan diri dalam
pertempuran itu. Kini tampaklah beberapa orang Biauw telah roboh oleh amukan
Kun-si Mo-kun dan Kiam Ciu menghadapi Ho Beng.
Yang menjadi perebutan adalah Oey Liong Kiam. Namun Ho Beng tidak
pernah dapat menyentuh hulu pedang pusaka itu. Dengan cepat pula Kiam Ciu
berusaha untuk menubruk pedang Oey Liong Kiam yang tergeletak di tanah
dekat jenazah Ciam Gwat. Ho Beng melompat menerkam punggung Kiam Ciu. Namun Kiam Ciu berhasil
mengi rimkan tendangan kebelakang. Ternyata tendn. ngan yaDg tidak terduga
itu dapat mengenai sasarannya dengan tepat.
"Auw !" terjerit Ho Beng dan terlempar kebelakang dua tombak dan jatuh
dengan mulut menyeringai dingin gigi meringis menahan sakit.
Tong Kiam Ciu telah berhasil memegang kembali pedang Oey Liong Kiam
dan pemuda itu melangkah dengan langkah pasti mendekati Ho Beng dan
tangan kanan tergenggam pedang pusaka Naga Kuning yang menjadi perebutan
dikalangan Kang-ouw didaerah bagian pertengahan.
Langkah pasti Kiam Ciu menghampiri Ho Beng yang memandang Kiam Ciu
dengan mata terbeliak dan panik.
Pedang Oey Liong Kiam tampak bersinar-sinar menyilaukan mata. Hawa saat
itu sangat dingin karena pada saat itu adalah musim Chiu. Ho Beng memandang
kilatan sinar Oey Liong Kiam yang tergenggam ditangan kanan Kiam Ciu.
Dengan hati penuh kepanikan dan meraba-raba lehernya. Ho Beng terbeliak
matanya menyaksikan langkah tetap Kiam Ciu.
Ketika jarak antara Kiam Ciu dan Ho Beng kira-kira lima langkah, tiba-tiba
Kiam Ciu mengangkat pedangnya. Ho Beng terbeliak matanya. Tetapi apa yang
dilakukan oleh Kiam Ciu ternyata diluar dugaan semua orang meraka lega hati.
Ternyata pedang Oey Liong Kiam itu telah diputar kebelakang dan disarungkan.
"MenggelindingIah dari hadapanku, sebelum aku mengambil keputusan lain!"
bentak Kiam Ciu kepada Ho Beng.
. 9 Tanpa banyak bicara lagi Ho Beng telah berdiri dan membongkok hormat
kepada Kiam Ciu. Kemudian memberikan isyarat kepada orang-orang Biauw
untuk menyingkir. Maka suasana sementara itu menjadi tenang kembali.
Beberapa saat kemudian terdengar teriakan seseorang tiada jauh dari
tempat pertempuran. "Auwww!" terdengar suara teriakan kepanikan dan mengerikan.
Kiam Ciu dan beberapa tokoh persilatan yang berada ditempat itu dengan
cepat meloncat menuju ketempat dimana suara teriakan itu berasal.
Ketika mereka tiba dibawah sebatang pohon ternyata tampaklah Ho Beng
telah tergantung dengan kaki diatas kepala dibawah.
Namun orang yang berkepala dua itu lelah binasa. Beberapa anak panah
telah menembusi punggungnya dan darah kehitam-hitaman tampak meleleh
dari mulut, telinga, hidung dan mata Ho Beng.
Kiam Ciu mengambil pedang Oey Liong Kiam, dengan satu gerakan meloncat
dan membabat tali yang menjerat kaki Ho Beng. Sekali tabas tali itu putus dan
dengan gerakan yang sangat indah Kiam Ciu telah memondong tubuh Ho Beng.
Setelah kembali kaki Kiam Ciu menginjak tanah dengan gerakan sangat indah
dan lunak sekali. Maka tubuh Ho Beng lalu diletakkan diatas tanah berumput.




Tubuh Ho Beng telah berubah berwarna hitam bagaikan terbakar.
"Oh, panah beracun orang-orang Ouw-ki-pang". terdengar seruan sikakek raja
setan Kun-si Mo-kun. Benar juga tiada lama kemudian tampaklah serombongan orang-orang yang
menyandang busur dan dipunggungnya dengan menggendong setabung penuh
anak panah dengan bulu angsa bitara. Dibagian depan berjalan seorang laki-laki
berjambang bauk tetapi wajahnya tampak arif dan tenang sorot matanya. Orang
itu tiada lain adalah Ouw Hin Lee ketua partai silat Ouw-ki-pang.
"Omitohud! Rupa-rupanya Ouw Hin Lee pangcu dari Ouw-ki-pang yang telah
menghukum Ho Beng.. !" terdengar seruan Shin Kai Lolo sambil menghadap
kearah Ouw Hin Lee. . 10 "Ya, memang aku yang menghukumnya itulah ganjarannya orang yang
berkhianat. Apakah urusan kita sudah selesai ?" pangcu Ouw-ki-pang itu
bertanya dan menahan langkah kakinya dihadapan Shin Kai Lolo.
"Berkat bantuan semua orang gagah, hari ini persoalan Rimba persilatan
dibagian pertengahan ini telah selesai. Pedang Oey Liong Kiam telah dapat
direbut kembali oleh yang berhak. Giok-ciang-cui-kiam si orang she-Tong yang
gagah perkasa!" jawab Shin kai Lolo.
Tampaklah Shin Kai Lolo sangat gembira saat itu. Karena dia telah merasa
puas menyaksikan bahwa orang yang paling dibenci dan menyebabkan dia
menderita hingga menjadi seperti sekarang ini karena Ciam Gwat. Tetapi
disamping rasa puasnya itu dia merasa terharu pula karena pada saat itu bekas
suaminya yang malang ialah Kim-leng-ji-su telah meninggal dalam keadaan
mengenaskan dan menderita sampai akhir hayatnya.
Menderita kemenyesalan dan patah hati karena perbuatannya yang semula
hanya terburu nafsu disebabkan godaan dan rayuan Ciam Gwat yang memang
sangat cantik jelita. "Ting ting ting tingg !" terdengar bunyi kelintingan dan tersadarlah Shin Kai
Lolo ketika mendengarkan bunyi kelintingan mas (Kim-leng) yang digerakgerakan oleh Kiam Ciu.
Nenek itu memandang kearah Tong Kiam Ciu. Ketika pandangan mata nenek
dan Kiam Ciu saling bertemu maka nenek itu menyeringai. Begitu pula Kiam Ciu
maklum dengan seringai nenek itu.
Orang-orang Ouw-ki-pang telah mengambil jenazah Ho Beng dan dirawatnya
dengan baik-baik. Walaupun dia pada masa hidupnya adalah seorang
pengkhianat, namun orang yang sudah mati tidaklah pantas kalau didiamkan
terlantar. Begitu juga jenazah-jenazah yang berada ditempat bekas pertempuran
itu telah mendapat perawatan secukupnya.
Kiam Ciu berlutut didekat jenazah Cit Sio Wie sampai beberapa saat lamanya
pendekar muda yang berjiwa luhur dan gagah perkasa itu berlutut serta
merenungi keadaan Cit Sio Wie.
. 11 Hati Kiam Ciu sangat mengenas dan pedih sekali menyaksikan keadaan
orang yang pernah banyak memberikan pertolongan serta pernah mencurahkan
kasih sayang kepadanya itu kini ternyata telah meninggal dan semua kecantikan
dan ilmunya telah lenyap kalau manusia telah mengalami kematian itu.
Didekat Kiam Ciu tampak sebuah bayangan dan angin sejuk berhembus serta
terciumlah bau harum yang sangat halus dan nyamnan sekali.
"Koko.." terdengar bisik seorang gadis didekat telinga kanan Kiam Ciu. Hati
pemuda itu tercekat dan berdebar keras jantungnya.
Ketika Kiam Ciu memutar wajahnya dan dipandanginya ujung sepatu orang
yang berdiri didekatnya, merayaplah pandangannya itu sedikit demi sedikit
keatas. Tampaklah gadis jelita tersenyum dan mengulurkan tangan kearah Kiam
Ciu. "Ciu Koko, janganlah kau hanyutkan terlalu dalam kepedihan hatimu karena
kematiannya" bisik gadis itu yang tiada lain adalah Ji Tong Bwee. Suara gadis
itu sangat merdu dan meresap sekali dihati Kiam Ciu.
Maka dengan perlahan-lahan Kiam Ciu telah berdiri dan disambutnya uluran
tangan Ji Tong Bwee. Kemudian keduanya saling berpandangan dan dari sudut
mata gadis jelita itu telah meleleh air-mata dan tidak tahan lagi tubuhnya telah
menubruk jatuh kepelukan Kiam Ciu.
"Bwee moay.. ." hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Kiam Ciu,
selanjutnya tangan pemuda itu telah mengelus rambut Ji Tong Bwee dengan
kemesraan. Ketika itu tampak pula Shin-ciu-sam-kiat ialah Ji Han Su, Pek Giok Bwee dan
Siauw Liang. Maka Kiam Ciu lalu melepaskan pelukannya dan menjura
dihadapan ketiga oraug tuanya itu. Ketiga orang pengasuhnya itu dengan rasa
hormat dan terharu. Semua yang berada ditempat itu merasa terharu pula menyaksikan
pertemuan mereka. Angin semilir berhembus dan beberapa ekor burung hong
jantan telah terbang melintasi, sekali kulumnya yang panjang menjurai bagai
kan selendang sutera dewata.
. 12 "Kapan kita diundang untuk meresmikan perjodohan Giok-ciang-cui-kiam
dengan Ji Tong Bwee?" berseru Shin Kai Lolo sambil tertawa dan nenek itulah
yang mulai menggembor-gemborkan Kiam Ciu dengan gelarnya sebagai Giokciang-cu-kiam.
Mendengar perkataan Shin Kai Lolo itu maka tampaklah Tong Bwee sangat
malu dan wajahnya tampak merah sampai keteiinga.
Walaupun sebenarnya hati kedua muda-mudi itu merasa senang. Namun
mereka merasa malu. Tahu-tahu Teng Siok Soat telah melesat pergi dari tempat itu. Shin Kai Lolo
memaklumi sikap murid tunggalnya itu. Maka segeralah nenek itu menjura
dihadapan Shin-ciu-sam-kiat untuk minta diri.
"Maafkan kelakuan muridku yang tidak sopan itu. Aku menunggu
undangannya dan kini ijinkanlah aku orang tua untuk menyusul muridku" berkata
nenek itu sambil membongkok hormat.
Tampaklah Ji Han Su tersenyum dan mengangkat tangan kanannya.
Sikapnya begitu agung dan sopan. Setelah memberikan hormat kepada nenek
itu maka berkatalah Ji Han Su.
"Baiklah dan terima kasih atas bantuan Shin Kai Lolo cianpwee yang telah
banyak diberikan kepada anakku Kiam Ciu, hingga dia dapat berhasil tugasnya
!" jawab Ji Han Su dengan kata-kata sopan dan sikap sangat menghormat.
Setelah Ji Han Su mengutarakan maksudnya untuk membicarakan dulu
tentang perjodohan Kiam Ciu dan Ji Tong Bwee maka sambil menunggu
kepastian dan hari baik, mereka diundang untuk berkunjung ketelaga Cui-ouw
bertamasya dan bergembira.
Ternyata Shin-ciu-sam-kiat adalah tokoh yang dihormati dikalangan Kangouw. Apalagi dengan munculnya Kiam Ciu dikalangan Kang-ouw yang ternyata
pemuda itu bukan saja berilmu lihay, tetapi berhati arif dan bijaksana serta
budiman. Maka undangan untuk mengunjungi tempat tinggal Shin-ciu-sam-kiat itu
diterima oleh segenap orang gagah yang berada ditempat itu.
. 13 Juga termasuk si pendekar wanita berpakaian serba hijau atau Ceng-hi Sioli.
Angin sejuk berhembus dengan halus. Terasalah hawa yang sangat nyaman
dan sangat berkesan. Pada saat itu semua orang gagah telah pada pergi menuju
ke telaga Cui-ouw. Ji Tong Bwee tersenyum menyaksikan keindahan alam dihadapannya itu.
Hatinya terasa tenteram karena kekasihnya kini telah berada disampingnya.
Maka gadis jelita itu menempelkan bahunya kebahu Kiam Ciu. Masa depan
mereka berada diujung senja itu. Air telaga bening dan bayangan langit merah
jingga, angin berhembus halus dan sejuk. Tenteramlah hati mereka penuh bahagia. TAMAt

Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments