Minggu, 22 April 2018

Cerita Silat Seradan Jorok Pendekar Penyebar Maut 6

-------
Demikianlah, setelah masing-masing menyadari betapa
berbahayanya ilmu lawan yang mereka hadapi, mereka segera
mempersiapkan ilmu andalan masing-masing. Song-bun-kwi
mengerahkan Hio-yan Sin-kang serta Ilmu Silat Mayat
Mabuknya, sementara Tung-hai-tiau mengeluarkan golok di
tangan kanan dan mempersiapkan Tiau-jiau-kang (Ilmu
Cengkeraman Elang) di tangan kiri.
Sesaat kemudian tempat itu segera disesakkan oleh bau
dupa hio tanpa seorangpun di antara orang-orang di tempat
tersebut yang tahu mana asalnya. Bau dupa itu tiba-tiba
muncul begitu saja di antara mereka. Seolah-olah bau
tersebut keluar dari dalam tubuh mereka sendiri. Dan bau
yang amat tajam dan menyengat hidung itu benar-benar
mengejutkan semua orang dan membuat hati mereka menjadi
kecut seperti dicengkam oleh kengerian yang tak mereka
ketahui sebabnya.
Tung-hai-tiau yang langsung berhadapan dengan Songbun-
kwi, merasakan pula hal yang sangat aneh itu. Tapi
sebagai seorang datuk persilatan yang telah kenyang dengan
pengalaman ia segera tahu apa yang sedang terjadi. Oleh
karena itu hatinya semakin mantap untuk cepat-cepat
mengeluarkan ilmu simpanannya. Dia tak ingin terlambat,
sehingga merasa menyesal nantinya.
Demikianlah, beberapa saat kemudian keduanya terlibat
dalam pertempuran sengit lagi. Dan kali ini sungguh-sungguh
sebuah pertempuran yang sangat memukau dan mencekam
hati. Keduanya merupakan tokoh-tokoh ternama di dunia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persilatan. Apalagi mereka sekarang mengeluarkan ilmu
simpanan masing-masing!
Kedua-duanya bergerak dalam kecepatan yang sukar diikuti
oleh mata, dan jurus-jurus yang mereka keluarkanpun sangat
aneh-aneh dan jarang terlihat di dunia kang-ouw. Apalagi Ilmu
Silat Mayat Mabuk yang kini sedang dikeluarkan oleh Songbun-
kwi Kwa Sun Tek! Selain gerakan-gerakannya amat aneh,
perbawa yang dikeluarkanpun ternyata sangat mengerikan.
Orang yang melihat lambat-laun seperti terbius dan ikut
terhanyut dalam suasana magis yang menyeramkan.
Tapi permainan golok Tung-hai-tiau juga bukan main
hebatnya. Selain cepat dan kuat, jurus-jurusnyapun amat
kasar dan ganas luar biasa. Apa lagi permainan golok itu
ditunjang pula dengan Ilmu Cengkeraman Elang yang
dahsyat. Kedua buah ilmu ini menjadikan Tung-hai-tiau
tersohor dan tak terkalahkan selama ini! Maka dari itu tidaklah
heran kalau Song-bun-kwi kali ini benar-benar menemui
kesulitan.
Pertempuran antara dua tokoh berkepandaian tinggi itu
berlangsung dengan ketat dan dalam tempo yang amat cepat,
sehingga sebentar saja seratus jurus telah berlalu tanpa
terasa. Golok dan jari-jari Tung-hai-tiau itu ternyata mampu
membendung dan mengimbangi kesaktian Song-bun-kwi yang
mengerikan itu. Malahan beberapa waktu kemudian ayunan
goloknya mampu membatasi gerak Iangkah iblis Tai-bong-pai
tersebut, sehingga lambat laun Ilmu Silat Mayat Mabuk yang
terkenal menggiriskan hati itu menjadi mati Iangkah dan tak
bisa berbuat apa-apa.
“Bangsat!” Song-bun-kwi mengumpat-umpat.
"Hahahaha...! Jangan menangis ! Ayoh,,. keluarkanlah
seluruh kepandaianmu yang aneh-aneh itu! Aku Tung-hai-tiau
takkan mundur sejengkalpun, hahahaha !” Tung-hai-tiau
tertawa puas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Keparat! Kau jangan buru-buru bergembira dulu!
Sebenarnya ilmu golokmu itu tidak seberapa. Begitu pula
dengan cengkeraman jari-jarimu.......... yang seperti cakar
ayam itu ! Engkau menang angin hanya karena........ golok
pusakamu! Coba kaulepaskan golok itu... hmm, kutanggung
nyawamu takkan kuat bertahan dalam sepuluh jurus!” Songbun-
kwi yang terdesak itu mencoba memanasi pada lawannya.
Tapi Tung-hai-tiau yang telah terbiasa memimpin orangorang
kasar, yang tidak pernah menghiraukan perasaan orang
itu hanya tertawa saja. "jangan merengek-rengek seperti anak
kecil, heheh....... Dan...... kenapa aku harus melepaskan
golokku ? Bagi seorang ahli silat, senjata dapat diibaratkan
sebagai pakaian. Mengapa mesti harus dilupakan ?"
Sebenarnyalah apa yang dikatakan oleh Song-bun-kwi itu.
Yaitu bukan karena Ilmu Silat Mayat Mabuk lebih rendah dari
pada ilmu golok dan ilmu cengkeraman Tung-hai-tiau. Golok
pusaka yang tajam luar biasa itulah yang menyebabkan Songbun-
kwi jatuh di bawah angin. Sebab bagaimanapun hebat
dan dahsyatnya ilmu iblis muda dari Tai-bong pai itu, dia tetap
belum berani mengambil resiko melawan tajamnya golok
pusaka tersebut. Sehingga setiap ayunan dan tabasan golok
tersebut Song-bun-kwi dengan mati-matian terpaksa harus
menghindarinya. Sedikitpun iblis itu tak berani menepiskan
atau menyentuhnya, meski hanya pada punggung goloknya!
Dan hal ini tentu saja sangat merepotkannya!
Akibatnya Song-bun-kwi terdesak dan makin tak bisa
mengembangkan ilmunya yang hebat! Ketakutan iblis itu
terhadap keampuhan golok lawannya membuat dia tak dapat
bergerak dengan leluasa, sehingga otomatis kedahsyatan Ilmu
Silat Mayat Mabuknya menjadi berkurang pula karenanya.
Selain dari pada itu ilmu golok dan ilmu cengkeraman elang
Tung-hai-tiau sendiri memang bukan main hebatnya!
Kedahsyatan ilmu tersebut kiranya juga tidak kalah dengan
ilmu yang dimiliki Song-bun-kwi. Tanpa golok pusaka itupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tung-hai-tiau tak mungkin kalah dengan Song-bun-kwi. Maka
dengan adanya golok pusaka yang ampuh itu di tangannya,
sudah sewajarnyalah raja perompak tersebut menang di atas
angin.
Sementara itu di dalam arena yang lain Tung-hai Nung-jin
semakin merajalela dengan paculnya. Korban semakin
bertumpuk di dalam arena tersebut sehingga akhirnya mereka
terpaksa harus bertempur di atas tumpukan mayat yang
berserakan. Keng Si Yu dan beberapa pemimpin kelompok
yang lain yang merupakan orang-orang penting setelah Songbun-
kwi ternyata juga tak mampu menjinakkan petani dari
laut timur tersebut. Sebagian dari mereka malah telah ikut
menjadi kurban pula seperti yang lain.
Karena tidak ada yang bisa menahannya, maka Tung-hai
Nung-jin dengan mudah dapat mendekati arena pertempuran
Tung-hai-tiau dan Song-bun-kwi. Begitu datang orang itu
segera mengayunkan paculnya ke punggung Song-bun-kwi
yang sedang mengalami kesulitan.
"Hai-ong, marilah kita habisi dia.......!” teriaknya.
"Ayoh !” Tung-hai-tiau menjawab bersemangat.
Bajak laut seperti mereka memang tidak pernah
mempedulikan atau menghiraukan tata tertib maupun adat
kesopanan umum. Mereka melakukan apa saja yang mereka
inginkan tanpa mempedulikan kepentingan atau perasaan
orang lain.
Begitu pula yang mereka lakukan kali ini. Enak saja mereka
mengeroyok Song-bun-kwi yang sudah terdesak hebat itu.
Padahal mereka tokoh-tokoh besar yang sudah sangat
ternama di dunia persilatan.
Tentu saja jago muda dari Tai-bong-pai itu semakin tidak
berkutik. Melawan seorang Tung-hai-tiau saja tidak mampu,
apalagi harus ditambah dengan Tung-hai Nung-jin yang tidak
kalah saktinya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka ayunan cangkul itu dengan telak mengenai punggung
Song-bun-kwi ! Bressss ! Iblis itu terlempar ke samping
dengan kuatnya, kemudian jatuh terguling-guling di atas
tanah.
"Mampus kau ! Hahahaha.......!" Tung-hai Nung-jin dan
Tung-hai-tiau tertawa terbahak-bahak. Keduanya bertolak
pinggang sambil memandang ke arah Song-bun-kwi yang
terkapar di depan mereka.
Tapi suara tertawa itu berhenti dengan tiba-tiba. Dengan
mata melotot kedua orang tokoh bajak laut itu memandang
tubuh Song-bun-kwi. Korban cangkul Tung-hai Nung-jin itu
tiba-tiba menggeliat, lalu meloncat bangun kembali dengan
tangkas ! Dan di lain saat iblis itu telah berdiri kembali di
depan mereka seperti tak pernah terjadi apa-apa !
"Gila ! Setan mana yang telah masuk ke dalam tubuhnya ?"
Tung-hai-tiau dan Tung-hai Nung-jin saling memandang
dengan mulut mengumpat-umpat.
Sementara itu Song-bun-kwi melepaskan bajunya yang
robek lebar di bahagian punggungnya. Dan sekali lagi Tunghai-
tiau terbelalak mengawasinya. Di bawah baju yang robek
terkena cangkul itu tampak selapis lagi baju pendek berwarna
kuning keemasan. Itulah Kim pouw-san (Baju Mustika Emas),
baju yang tidak mempan senjata !
"Kim-pouw-san........?" bibir Tung-hai-tiau berdesah
gemetar begitu mengenali benda pusaka miliknya sendiri itu.
Dengan mata beringas Tung-hai-tiau menoleh mencari
puterinya, Tiau Li Ing, yang telah membawa baju tersebut.
“Ayah, dia mengambil baju itu ketika aku
ditangkapnya..........." Tiau Li Ing yang berada di tepi arena
lekas-lekas berteriak dengan suara ketakutan. Bagaimanapun
manjanya gadis itu ternyata sangat takut kepada ayahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat ! Kau sungguh berani sekali merampas barang
milik keluarga Tung-hai-tiau!" raja perompak itu kembali
menggeram ke arah lawannya. Lalu, "Nung-jin........! Kita
bunuh saja orang ini!” serunya kepada Tung-hai Nung-jin.
"Marilah, Hai-ong !" petani dari lautan timur itu menjawab
seraya mengayunkan cangkulnya ke muka Song-bun-kwi.
"Bagus!" Tung-hai-tiau berteriak ke arah pembantunya
tersebut. “Hantam saja kepala atau kaki tangannya! Jangan
sekali-kali menghantam badannya! Marilah kita lihat, apakah ia
mampu melindungi kepala dan kaki tangannya terus-menerus
?”
Sementara itu yang kaget karena Baju Mustika Emas itu
ternyata bukan hanya Tung-hai-tiau dan pembantunya saja !
Song-bun-kwi sendiri ternyata juga merasa terkejut bukan
main!
Iblis itu sejak semula sudah lupa dan tak ingat lagi kalau ia
mengenakan Kim-pouw-san yang dirampasnya dari Tiau Li
Ing. Coba kalau sejak tadi ia mengingatnya, tak mungkin ia
ketakutan menghadapi golok pusaka Tung-hai-tiau itu. Dan
ayunan cangkul yang nyaris merenggut nyawanya itu kini
justru telah menyadarkannya kembali. Maka dari kaget iblis itu
menjadi gembira bukan kepalang. Wajahnya tampak berseriseri
dan hatinya besar kembali !
“Baju pusaka begini setiap orang boleh memakainya,
hehehe......! Siapa yang kuat dan lihai, dialah yang berhak
mengenakannya. Mengapa mesti engkau sendiri yang harus
memilikinya ? Memangnya nenek moyangmu yang membuat
dia? Huh!” Song-bun-kwi meludah sambil mengelakkan
serangan Tung-hai Nung-jin.
"Bangsaatt!" Tung-hai-tiau naik pitam.
Golok pusaka raja perampok itu menyambar kaki, lalu
berputar ke atas menuju leher. Semua gerakan itu dilakukan
sambil melompat ke depan dalam jurus Melepas Kail Menarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelampung! Dan serangan itu dibarengi oleh Tung-hai Nungjin
dengan sodokan gagang paculnya ke arah selangkangan.
Song-bun-kwi buru-buru mengangkat kakinya ke atas
sambil menggeliatkan tubuh atasnya ke belakang, sehingga
serangan Tung-hai-tiau tidak mengenai sasarannya.
Sementara itu sodokan gagang pacul Tung-hai Nung-jin cepat
dijepitnya dengan kedua belah pahanya, sehingga tubuh
petani lautan itu ikut tertarik ke depan. Dan sebelum bajak
laut ini mampu melepaskan ujung gagang paculnya, kaki
Song-bun-kwi telah menjejak ke arah dadanya.
Tentu saja Tung-hai Nung-jin itu tak ingin kehilangan
cangkulnya. Cepat dia melepaskan salah sebuah tangannya
yang memegang cangkul dan memapaki tumit itu dengan
tenaga penuh.
"Bressssss!''
Tung-hai Nung-jin terjengkang ke belakang, tapi Song-bunkwi
terpaksa melepaskan jepitannya pula. Dengan demikian
masing-masing dapat melepaskan diri dari kesukarannya.
Cuma kalau hendak diperbandingkan, terang kalau kekuatan
lwee-kang Song-bun-kwi masih sedikit lebih kuat dari pada
Tung-hai Nung-jin.
Demikianlah, Song-bun-kwi yang menjadi berbesar hati
kembali karena merasa terlindung oleh Baju Mustika Emas,
kini dikeroyok oleh Tung-hai-tiau dan Tung-hai Nung-jin.
Sungguh berat memang bagi Song-bun-kwi, tapi dengan
mengenakan Kim-pouw-san di badannya iblis itu menjadi lebih
sulit lagi untuk dikalahkan. Setidak-tidaknya Tung-hai-tiau dan
pembantunya harus membutuhkan waktu untuk dapat
membunuhnya.
Sementara itu pertempuran antara sisa-sisa pasukan Songbun-
kwi melawan para bajak laut anak buah Tung-hai-tiau
sudah sampai pada saat-saat akhir pula. Pasukan Song-bunkwi
yang sudah tidak begitu banyak lagi itu memang bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan yang seimbang bagi bajak-bajak laut yang setiap
harinya selalu bergelut dengan kekerasan. Apalagi serangan
mendadak dari para bajak laut yang semula mereka kira
merupakan teman sendiri itu benar-benar sangat
mengagetkan mereka, sehingga mereka yang tidak
menyangka dan menduga sebelumnya itu menjadi bingung
dan mudah dicerai-beraikan. Matahari telah jauh condong ke
barat. Sinar matahari yang semula tajam menyengat itu mulai
meredup, dan angin selatanpun mulai bertiup pula dengan
sedikit kencang. Daun-daun kering yang semula masih
menempel pada gagangnya, kini tampak bertanggalan dan
meIayang-layang tertiup angin. Mereka bertebaran ke bawah
bagaikan taburan bunga di atas sosok-sosok mayat yang
terbaring di bawahnya.
"Ah ! Aku telah banyak kehilangan waktu karena mengurusi
pemuda tam....... eh, gadis bengal itu, sehingga urusanku
sendiri menjadi terbengkalai karenanya........." tiba-tiba Chin
Yang Kun yang menonton di pinggir arena itu berdesah
perlahan.
Pemuda itu membalikkan tubuhnya, Ialu melangkah pergi
meninggaIkan tempat itu. Sambil menghindar dari tempattempat
pertempuran yang masih berlangsung dia menuruni
puncak bukit yang kini berubah menjadi neraka pembantaian
tersebut.
"Toat-beng-jin ....!" Tiau Li Ing yang mendadak melihat
bayangan Chin Yang Kun itu berteriak memanggil, dan
kemudian tubuhnya yang mungil itu cepat berkelebat
mengejar.
"Hei ! Li Ing.......! Mau pergi kemana lagi kau ? Ayoh,
kembali............!" Tung-hai-tiau yang sibuk bertempur itu
ternyata tak pernah melepaskan perhatiannya kepada puteri
kesayangannya.
"Ayah ! Aku ingin menangkap seorang pemuda yang telah
berani kurang ajar kepadaku !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa?? Kurang ajar…..!” Tung-hai-tiau berteriak.
Tiba-tiba tubuh Tung-hai-tiau melesat pergi meninggalkan
pertempuran. Badannya yang tegap kekar itu melayang turun
cepat sekali melewati Tiau Li Ing, dan di lain saat dia telah
berada di hadapan Chin Yang Kun.
"Pemuda inilah yang berani kurang ajar kepada ....... eh,
kau rupanya !" Tung-hai-tiau yang siap untuk marah itu tibatiba
tertegun begitu melihat wajah Chin Yang Kun.
Sebaliknya Chin Yang Kun yang telah bersiap siaga
menghadapi segala kemungkinan itu untuk sesaat juga
bingung melihat sikap Tung-hai-tiau yang baru kali ini
dilihatnya. Raja bajak laut yang amat ternama itu kelihatannya
sudah mengenalnya, padahal dia sendiri merasa belum pernah
bertemu dan berkenalan.
"Oh, rupanya kau pemuda yang tadi mengendap-endap di
lereng bukit ini ........" raja perampok itu menghela napas.
"Ohhh ..... jadi kau rupanya yang menulis pada secarik
kertas itu," Chin Yang Kun tiba-tiba juga teringat pada orang
misterius yang meninggalkan surat di atas gerumbul perdu itu.
"Ayah, mengapa kau tidak lekas-lekas meringkusnya ? Dia
telah berani kurang ajar kepadaku........." Tiau Li Ing yang
sudah sampai di tempat itu cepat memegang lengan ayahnya.
"Kurang ujar.......? Apa maksudmu? Apa yang telah
dilakukannya terhadapmu?" Tung-hai-tiau menatap puterinya
dengan kening berkerut.
"Ahh, ayah .....!" tiba-tiba Tiau Li lng merengek manja
sambil bergantung di lengan ayahnya. Wajahnya yang cantik
itu berubah menjadi merah sekali.
“Apa yang dia lakukan terhadapmu? Lekas katakan !" Tunghai-
tiau menjadi tegang. Tiau Li Ing tersentak kaget dan
ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anu...... anu, yah........ dia....... dia telah melihat, eh.......
meraba-raba badanku. Padahal.... padahal....... padahal
aku...... ahh, ayah ini!" Tiau Li Ing meremas dan
mengguncang-guncang lengan ayahnya dengan mulut
bergetar hampir menangis.
"Apaaa........?? Katakan yang jelas! Jangan berbelit-belit
begitu !" Tung-hai-tiau membentak.
Dibentak-bentak begitu Tiau Li lng semakin menjadi gugup
dan tak bisa bicara. SeIain takut gadis itu juga malu untuk
mengatakan apa yang terjadi sebenarnya. Dan oleh karena tak
tahan selalu didesak terus, akhirnya Tiau Li Ing berlari pergi
sambil menutupi mukanya. “Tidak ! Tidak mau.......! Aku tidak
akan mengatakannya ! Ayah........ sih!” jeritnya dengan suara
gemas.
"Hei! Berhenti! Mau ke mana kau .......?" Tung-hai-tiau
yang merasa bingung melihat tingkah laku anaknya itu
membentak lagi. Kakinya melangkah mau mengejar Tiau Li
Ing.
Tapi Chin Yang Kun cepat menahannya. "Biarkanlah saja
dia, Lo-cianpwe.......... Aku yang akan memberi keterangan."
Tung-hai-tiau cepat membalik, dipandangnya Chin Yang
Kun lekat-lekat. "Lekas katakan!" katanya geram. “Ada apa ini
sebenarnya?"
Sementara itu sepeninggal Tung-hai-tiau keadaan Tung-hai
Nung-jin menjadi kalang kabut. Kalau semula Petani Lautan itu
bersama ketuanya mampu mendesak Song-bun-kwi, kini
setelah dia sendirian keadaan berubah menjadi sebaliknya.
Cangkulnya yang ia bangga-banggakan itu kini seperti menjadi
tidak berguna lagi, karena setiap kali mengenakan sasaran,
lawannya seperti tidak pernah merasakannya. Song-bun-kwi
yang mengenakan Baju Mustika Emas itu bagaikan manusia
besi yang tak mempan segala macam senjata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Licik! Pencuri ! Maling.....!" Tung-hai Nung-jin bertempur
sambil mengumpat tiada habisnya.
"Hehehe........kau jangan meratap tidak keruan begitu!
Sendirian kau takkan mampu melawanku. Kau bukan
tandinganku," dalam kegembiraannya Song-bun-kwi
mengejek.
"Bangsat! Anjing busuk kau!"
"Hihihi..... ayoh ! Merataplah sepuas-puasnya sebelum
putus nyawamu !"
Ternyata Tung-hai-tiau mendengar pula umpat dan cacian
pembantunya tersebut. Raja bajak Laut itu segera menyadari
bahwa pembantunya dalam bahaya, maka bentaknya dengan
tegang kepada Chin Yang Kun, "Ayoh, katakan cepat! Apa
yang kaulakukan terhadap puteriku?”
Chin Yang Kun menghela napas. "Lo-cianpwe......! Seperti
kauketahui, aku menyelundup ke puncak bukit ini memang
untuk menolong puterimu itu. Kami telah berkenalan
sebelumnya......." pemuda itu memberi keterangan. "Sayang
aku terlihat oleh para penjaga, sehingga aku dikepung dan
dikeroyok beramai-ramai. Ketika aku terdesak aku terjeblos ke
dalam sumur tua. Tak tahunya sumur itu mempunyai jalan
tembus ke ruang bawah tanah tempat iblis Song-bun-kwi itu
menyekap puterimu. Di sana aku melihat Song-bun-kwi akan
memperkosa puterimu. Untunglah sebelum itu terjadi seorang
penjaga datang memberitahukan tentang pertempuran besar
ini kepada Song-bun-kwi, sehingga iblis itu cepat-cepat pergi
meninggaIkan tempat itu. Nah, pada saat itulah aku masuk ke
ruangan itu untuk menolong nona Li Ing. Tapi tampaknya dia
merasa malu mengingat keadaannya pada saat itu. Dan dari
malu ia menjadi marah, apalagi ketika aku berani menotok
dan menyentuh tubuhnya yang lumpuh. Aku dianggapnya
kurang ajar karena berani menyentuh tubuhnya yang.......
yang telanjang. Padahal aku hanya bermaksud membebaskan
dia dari pengaruh totokan Song-bun-kwi......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, begitu kiranya......" bajak Iaut itu bernapas lega.
Tapi ketika sekali lagi terdengar jerit umpatan Tung-hai Nungjin,
raja perompak itu menjadi tegang kembali. Dipandangnya
wajah Chin Yang Kun dengan tegang pula. “Anak muda.....
Aku minta tolong sekali lagi kepadamu. Tolong kaubawa
kembali puteriku yang nakal itu kemari! Aku tak punya waktu
untuk mengejarnya sendiri, karena aku harus menolong anak
buahku."
Selesai berkata demikian Tung-hai-tiau segera melesat
kembali ke arena pertempuran. Dan kedatangannya di sana
sungguh tepat pada waktunya. Hampir saja pembantunya
yang sakti itu mati dicekik Song-bun-kwi.
"Gila !” Raja perompak itu memaki sambil mengayunkan
goloknya ke arah lengan Song-bun-kwi. Golok pusakanya
berkelebat ke depan setengah lingkaran, lalu berubah arah ke
samping untuk menebas Ieher. Semuanya menuju ke bagianbagian
yang tidak terlindung oleh Baju Mustika Emas.
Jari-jari Song-bun-kwi yang sudah berhasiI mencengkeram
leher Tung-hai Nung-jin itu terpaksa dilepaskan. Iblis itu
dengan lincah berjumpalitan ke belakang menghindarkan diri.
Setelah menyelamatkan Tung-hai Nung-jin, Tung-hai-tiau
cepat maju menghadapi Song-bun-kwi kembali. Keduanya
lantas bertempur dengan dahsyatnya seperti tadi. Hanya
bedanya setelah kini Song-bun-kwi menyadari kegunaan baju
Kim pouw san, mereka bertempur dengan seimbang. Memang
ilmu golok Tung-hai-tiau yang hebat itu mampu mendesak
Song-bun-kwi, apalagi permainan golok itu diselingi dengan
Tiau jiau kang yang maha ganas pula. Tapi dengan selalu
berlindung pada kesaktian baju Mustika Emas itu Song-bunkwi
juga selaIu bisa menyelamatkan dirinya pula. Apa pula
Tung-hai-tiau tampaknya tidak sampai hati membenturkan
golok pusakanya pada baju Kim-pouw-san. Bajak laut itu
kelihatannya masih merasa sangsi, jangan-jangan baju pusaka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarganya itu akan rusak dibentur golok pusaka yang sangat
tajam luar biasa itu.
Tung-hai-tiau menjadi penasaran sekali. Dan rasa
penasaran itu semakin memuncak ketika goIok pusakanya
yang ampuh itu ternyata juga tidak mampu merusakkan Baju
Mustika Emas!
“Gila ! Tak kusangka baju itu mampu menahan sabetan
golok pusaka yang bisa mematahkan besi baja ini ! Sungguh
gila !" bajak laut itu marah-marah.
“Hihihi...... ayoh, kuraslah semua ilmu kepandaianmu !”
Song-bun-kwi tertawa mengejek.
"Keparat! Jangan buru-buru tertawa dulu!" Tung-hai-tiau
membentak. Lalu teriaknya ke arah Tung-hai Nung-jin. "Nungjin!
Ambil cangkulmu, mari kita cincang orang ini!”
“Baik, Hai-ong........!"
Tanpa menunggu perintah yang kedua kalinya Petani
Lautan itu cepat menyerbu ke dalam arena lagi. Paculnya yang
mengerikan itu diayun berputar-putar di atas kepala, lalu
menukik menuju ke kepala Song-bun-kwi. Suaranya
mengaung menyakitkan telinga saking cepatnya.
Bagaimanapun juga kepandaian Tung-hai Nung-Jin itu
sebenarnya tidak berselisih banyak dengan lawannya. Hanya
karena Kim pouw san itulah yang menyebabkan jago cangkul
itu cepat berada di bawah angin.
Demikianlah ketiga orang itu kembali bertempur dengan
sengitnya. Meskipun dikeroyok dua, Iblis dari Tai-bong-pai itu
ternyata masih dapat bergerak leluasa. Dibiarkannya saja
semua serangan lawan yang tertuju ke arah badannya, iblis itu
baru bergerak menghindar bila cangkul dan golok itu
menyerang ke arah tubuhnya yang lain.
Sementara itu Chin Yang Kun meneruskan langkahnya
menuruni puncak bukit tersebut. Pemuda itu sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ambil pusing terhadap permintaan Tung-hai-tiau tadi. "Peduli
amat gadis bengal itu! Urusanku sendiri menjadi terlantar
karena mengurus dia. Kalau hal ini masih juga kulanjutkan,
hmm ....... lama-lama aku akan menjadi pelayan gadis manja
itu nanti,” gumam pemuda itu penasaran.
Maka tanpa menoleh lagi pemuda ini lantas berlari turun
dengan cepatnya. Dengan lompatan-lompatan panjang dia
meluncur turun seperti seekor kijang sedang berpacu.
Sebentar saja telah tiba di kaki bukit.
Pemuda itu berhenti sejenak di sini. Sambil menghela
napas pemuda itu melayangkan pandangannya kembali ke
atas bukit. Kepulan debu yang diakibatkan oleh pertempuran
itu kelihatan semakin menipis, suatu tanda bahwa
pertempuran besar itu sudah hampir berakhir.
"Sebentar lagi pasukan Song-bun-kwi itu tentu menyerah
kalah. Demikian pula dengan iblis itu sendiri. Tak mungkin dia
bisa menyelamatkan diri dari keganasan Tung-hai-tiau dan
pembantunya .... "
Chin Yang Kun lalu berjalan lagi meninggalkan tempat itu.
Dia berjalan menuju ke arah kota Poh-yang kembali. Sambil
melangkah pikirannya masih terbayang pada pertempuran
besar di puncak bukit tersebut.
"Huh, tampaknya iblis Tai-bong-pai itu memang bermaksud
melawan kekuasaan pemerintah Kaisar Han. Tapi sayang
pasukan itu sudah terlanjur musnah sebelum dipergunakan."
Matahari semakin jauh condong ke barat. Sinarnya yang
tidak begitu panas lagi itu mulai berwarna kemerah-merahan.
Udarapun terasa semakin sejuk, apalagi langit tampak bersih
dan cerah, seolah-oIah gumpalan-gumpalan awan yang siang
tadi bergulung berdesakan, kini telah kembali pulang ke
tempat masing-masing.
Chin Yang Kun melangkah di jalan besar yang
menghubungkan kota Poh-yang dan Ko-tien. Sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melangkah pemuda itu menimang-nimang pundi-pundi uang
pemberian Liu twa-konya. Dengan uang tersebut Chin Yang
Kun bermaksud membeli kuda dan pakaian yang bersih.
Setelah itu dia akan berpacu ke kota Sin-yang.
Orang-orang yang lewat di jalan itu selalu memandang
keadaan Chin Yang Kun dengan kening berkerut. Tampaknya
mereka menganggap pemuda yang bercelana compangcamping
dan tidak berbaju itu sebagai orang gila. Apalagi
tangan dan kaki pemuda itu kotor oleh bercak-bercak darah
yang mengering.
"Teretet........tet ! Tet ! Teretet-tet......!"
Sore hari yang cerah itu tiba-tiba dikejutkan oleh suara
terompet panjang berkali-kali. Dan tak lama kemudian dari
dusun sekitar jalan itu tampak berlarian anak-anak disertai
kakak dan orang tua mereka. Mereka berlarian melalui
pematang-pematang sawah dan tegalan sambil bersorak-sorak
dan berteriak-teriak gembira menuju ke jalan raya.
Sambil mengacungkan kedua tangannya yang memegang
apa saja, anak-anak itu berloncatan dan bersorak-sorak di
jalan raya. Sementara di belakang mereka para kakak dan
orang tua mereka melihat dengan bibir tersenyum.
"Hidup pasukan Kaisar......!"
"Hidup pasukan pelindung rakyat !"
"Hidup pasukan kaisar........!”
"Horeee....... !"
Chin Yang Kun berhenti, lalu dengan wajah bingung
ditatapnya anak-anak kecil yang bergembira ria itu. Semuanya
memandang ke arah timur, seolah-olah mereka menantikan
sesuatu dari balik bukit.
"Tet-tet tet-tet! Teretet-tet ........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tampaknya orang ini mau menyongsong kedatangan
para perajurit....." Chin Yang Kun berkata di dalam hati.
"Tapi….. dari manakah prajurit-prajurit itu? Mengapa mereka
dielu-elukan rakyat sedemikian rupa?"
Suara terompet itu semakin dekat dan beberapa waktu
kemudian dari kelokan jalan muncul pasukan perajurit berkuda
berbaris rapi memasuki jalan. LaIu di belakang mereka
tampak pula pasukan perajurit berjalan kaki, lengkap dengan
segala macam senjata mereka. Barisan mereka luar biasa
panjangnya sehingga dari jauh seperti ular yang berkelokkelok
di atas jalan raya.
Chin Yang Kun ikut terseret pula diantara para penonton.
Dan karena tak ingin menjadi perhatian orang, pemuda itu
mengikuti saja ke mana didesak orang.
Beberapa orang perajurit berkuda tampak mendahului
barisan untuk menertibkan penduduk yang berdesak-desakan
di pinggir jalan itu. Dengan senyum ramah para perajurit itu
mempersilakan para penonton agar berdiri tertib di tepi jalan.
Mereka melarang anak-anak berlarian di tengah jalan.
"Eh, Lo-pek....... mau ke manakah para perajurit ini?
Kelihatannya mereka baru saja berjalan jauh." Chin Yang Kun
bertanya kepada seorang petani tua yang ada di sampingnya.
Sejenak petani tua itu mengawasi Chin Yang Kun, lalu
jawabnya perlahan. "Mereka memang datang dari kota raja.
Mereka didatangkan kemari oleh Kaisar Han untuk menumpas
pasukan pemberontak yang diperkirakan berada di sekitar
daerah ini. Khabarnya baginda telah mendengar adanya
pemusatan-pemusatan pasukan perusuh di beberapa daerah,
sehingga baginda cepat-cepat mengirimkan pasukannya untuk
menumpas perusuh-perusuh itu."
"Oh, begitu......" Chin Yang Kun mengangguk-angguk dan
pikirannya segera melayang ke puncak bukit yang baru saja
ditinggalkannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, beberapa saat kemudian barisan itu telah
lewat di depan mereka. Meskipun tampak lelah para perajurit
itu tetap berjalan tetap dan teratur. Wajah merekapun
kelihatan gembira dan bersemangat, sedikitpun tidak tersimpul
dalam sikap mereka bahwa kedatangan mereka untuk
berperang mengadu nyawa.
Beberapa lamanya Chin Yang Kun ikut menonton diantara
penduduk itu. Tapi setelah sekian lamanya pemuda itu
menonton tidak seorangpun dari para prajurit itu yang
dikenalnya, maka perlahan-lahan ia keluar dari kerumunan
para penonton dan berjalan kembali ke arah yang berlawanan.
Pemuda itu tidak meneruskan langkahnya ke kota Poh-yang
seperti maksudnya semula, tetapi langsung pergi ke kota Kotien
yang masih seratus lie jauhnya dari tempat tersebut.
"Percuma aku pergi ke kota itu. Poh-yang akan menjadi
luar biasa ributnya dengan kedatangan pasukan dari kota raja
itu. Lebih baik aku langsung pergi ke Ko-tien saja. Meskipun
lebih jauh aku akan lebih mudah mendapatkan apa yang
kuperlukan di sana."
Begitulah, dengan langkah pasti pemuda itu berjalan cepat
ke arah Ko-tien. Mula-mula pemuda itu terpaksa harus
berjalan di atas pematang sawah dan tegalan karena jalan
masih dipenuhi oleh jejalan penduduk yang menonton barisan
itu. Tapi setelah barisan itu habis jalan menjadi lapang
kembali, sehingga ia bisa melangkah kembali dengan leluasa
di sana.
Hari semakin kelam dan lambat laun menjadi gelap juga.
Chin Yang Kun terpaksa harus mengendurkan langkahnya
karena suasana jalan itu tidak bisa dilihatnya dengan jelas
lagi. Baru setelah bintang-bintang mulai muncul di atas langit
keadaan menjadi bertambah terang.
Sambil berjalan Chin Yang Kun mencoba untuk mengingat
kembali apa yang telah terjadi kepadanya sejak pagi tadi.
Mula-mula pertemuannya dengan Tiau Li Ing yang menyamar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai pemuda tampan itu, lalu perjumpaannya kembali
dengan Song-bun-kwi yang pernah memenjarakannya di
gedung Si Ciang-kun itu. Kemudian pertemuannya yang tak
tersangka-sangka dengan pendekar Souw Thian Hai dan
.......... bekas pengawal ayahnya, Hek-mou-sai Wan It, Ialu
pertempuran dahsyat antara pasukan Song-bun-kwi dan Tung
hai tiau.
“Hmmm, heran benar aku. Mengapa tiba-tiba paman Wan
It menjadi begitu baik dengan bangsat Song-bun-kwi itu ? Apa
sebenarnya yang telah terjadi? Dan....... ke mana paman Wan
It sekarang pergi ? Mengapa tiba-tiba saja ia lenyap bersama
dengan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai? Apakah mereka tidak
bersama-sama dengan Song-bun kwi di ruang bawah tanah itu
? Tapi di mana? Mengapa mereka tidak keluar?" Chin Yang
Kun melangkah sambil merenungkan kejadian-kejadian yang
baru saja dialaminya.
Sementara itu di atas langit tampak semakin banyak
bintang-bintang yang bermunculan. Mereka berkelap-kelip di
kejauhan, seakan-akan ribuan lampu minyak yang
bergantungan di angkasa raya. Sesekali ada yang melesat
dengan cepat untuk berpindah tempat. Begitu cepat
gerakannya sehingga bintang itu seperti meninggalkan ekor
yang amat panjang. Dan bila sekali waktu ada beberapa buah
yang beralih tempat secara bersamaan, maka pemandangan
menjadi bukan main indahnya !
Chin Yang Kun menghela napas berulang-ulang. Sambil
merenungi pengalamannya, dan sambil menikmati juga
keindahan alam yang tergelar di sekitarnya, pemuda itu terus
menjejakkan kakinya di atas jalan yang berkelok-kelok
panjang itu. Selain melingkar-lingkar jalan itu juga naik-turun
di antara tebing dan lereng-lereng gunung yang membatasi
kota Poh-yang dan Ko-tien.
Di kanan kiri jalan hanya hutan saja yang tampak. Yaitu
hutan yang tidak begitu rapat, tetapi pohonnya tinggi-tinggi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan besar-besar, sehingga tanah di bawahnya selalu tampak
kering dan tidak basah. Meskipun begitu tiupan angin malam
yang menerobos di tempat itu ternyata amat dingin sehingga
Chin Yang Kun yang tak berbaju itu terpaksa harus melipat
lengannya di atas dada.
"Wah, dingin-dingin begini seharusnya duduk-duduk di
dekat perapian sambil minum minuman penghangat
badan........" pemuda itu menyesali dirinya yang tak jadi pergi
ke kota Poh-yang. Dan begitu mengingat makanan, pemuda
itu lantas ingat juga bahwa perutnya belum terisi sejak pagi
tadi.
Tiba-tiba angin bertiup sedikit kencang dan tiba-tiba pula
hidung Chin Yang Kun mencium bau daging bakar yang bukan
main sedapnya. Kontan saja perutnya yang lapar itu segera
berkeruyuk bagai ayam jago memperoleh tantangan lawan.
"Kurang ajar ! Siapa malam-malam begini membakar
daging di dalam hutan ?" pemuda itu menggerutu di dalam
hati.
Tapi seperti tersedot magnit Chin Yang Kun melangkah
memasuki hutan mencari tempat di mana asal mula bau sedap
itu berkembang. Dan tempat itu cepat sekali ia temukan
karena tempat itu ternyata tidak terlalu jauh dari jalan raya.
Seorang laki-laki bertubuh besar tampak duduk santai
menghadapi api unggun.
Chin Yang Kun melangkah mendekati orang itu, kemudian
berdiri beberapa langkah di belakangnya. Sambil
membungkukkan badan Chin Yang Kun bermaksud
menyapanya, tapi.....
"Duduklah, saudara........! Aku mempunyai banyak daging
di sini. Marilah kita menikmatinya bersama-sama!” tiba-tiba
orang yang sedang membakar daging itu menegur terlebih
dahulu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ah! Ba…baik ....! Terima kasih!" Chin Yang Kun tergagap
kaget karena tidak menyangka orang itu akan menegur
terlebih dulu.
Terpaksa dengan agak sedikit curiga Chin Yang Kun
mendekat dan duduk di dekat orang itu. Sambil meletakkan
pantatnya di atas sebuah batu Chin Yang Kun berusaha
melihat wajah orang itu.
Tapi yang dilihat justru menoleh dengan tiba-tiba sehingga
Chin Yang Kun tersipu karenanya. "Hmm, ada apa........?”
orang itu bertanya dengan mulut tersenyum.
"Oh, kau….!" Chin Yang Kun berdesah lega.
“Ya! Bagaimana khabarnya ? Tampaknya kau ikut terseret
juga dalam kancah pertempuran itu," orang yang tidak lain
adalah Hong-gi hiap Souw Thian Hai itu tersenyum geli
melihat keadaan Chin Yang Kun yang seperti gelandangan itu.
"Benar!” akhirnya pemuda itu ikut tersenyum pula
membayangkan keadaannya yang konyoI itu. “Aku tidak
hanya ikut terseret, tapi malah terjun menjadi pemeran
utamanya….”
"Hahaha......, dan akibatnya kau terserang penyakit
kelaparan sekarang!”
"Be-betul!" Chin Yang Kun menunduk dengan wajah yang
semakin memerah.
“Nah....... kalau begitu kau jangan malu-malu lagi! Marilah
kita makan bersama-sama ! Aku toh takkan bisa
menghabiskan semua daging ini sendirian......." Souw Thian
Hai mempersilahkan sekali lagi.
"Baik !" Chin Yang Kun mengiyakan karena tak enak
menolak maksud baik orang.
Chin Yang Kun lalu mengambil segumpal daging dan ikut
membakarnya di dalam api unggun itu. Sambil membakar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesekali pemuda itu melirik ke arah Souw Thian Hai. Di dalam
hati pemuda itu mulai tidak tentram lagi bila teringat akan
persamaan she (marga) pendekar sakti itu dengan gadis yang
selalu dikenangnya. Sebenarnya ada maksud di hati pemuda
itu untuk menanyakannya, tapi setiap saat mulutnya selalu
batal mengatakannya.
"Bagaimana dengan kawanmu? Apakah kau sudah
menemukannya ?" justru Souw Thian Hailah yang tiba-tiba
memecahkan kebisuan tersebut.
"Sudah...... sudah........!" dalam kekagetannya Chin Yang
Kun menjawab. Dan mendadak saja keringat dingin
bermunculan di keningnya.
Tentu saja perubahan sikap Chin Yang Kun itu sangat
mengherankan hati Souw Thian Hai. Tapi melihat pemuda itu
bersikap seperti seorang gadis yang tak ingin diketahui
rahasianya, maka Souw Thian Hai juga diam saja dan tak ingin
menanyakannya.
"Lalu ...... di mana dia sekarang?”
"Entahlah ! Setelah dapat kubebaskan kami berdua lalu
berpisah kembali. Mungkin dia pergi ke Poh yang......"
"Ooh !” pendekar sakti itu mengangguk-anggukkan
kepalanya.
Hening lagi sejenak.
"Dan .. kau? Kemana saja kau mengejar bayangan Songbun-
kwi dan Hek-mou-sai Wan It itu? Kenapa aku tak bisa
mengejar kalian?" Chin Yang Kun ganti melontarkan
pertanyaannya.
"Wah! Akupun telah kehilangan jejak mereka pula.
Entahlah ! Mula-mula bayangan Song-bun kwi hilang di dekat
sebuah sumur tua. Lalu sebentar kemudian ganti
bayangan........ eh, siapa tadi ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hek-mou-sai Wan lt !”
"Ya...... sebentar kemudian ganti bayangan Hek...... Hekmou-
sai Wan It yang hilang di antara kerumunan orang di
lereng bukit itu. Aku telah berusaha mencarinya kemana-mana
tapi tak berhasil. Aku lalu kembali ke tempat kita semula
bersembunyi, tapi kau tak kuketemukan lagi di sana.
Sebaliknya aku malah melihat sebuah pertempuran yang tak
kumengerti sebab- sebabnya......... Oleh karena engkau tetap
tak kujumpai maka aku lantas meninggalkan puncak tersebut."
"Oooo...?!"
“Dan bagaimana dengan engkau sendiri ? Apa yang telah
terjadi padamu?”
Chin Yang Kun tersenyum getir, Ialu diceritakannya semua
yang telah terjadi sepeninggal Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
Bagaimana ia dikeroyok ribuan orang, dan bagaimana ia
terjeblos ke dalam sumur tua itu. Lalu pertemuannya dengan
Song-bun-kwi dan kawan yang dicurinya itu di dalam ruangan
di bawah tanah. Dan akhirnya diceritakannya juga tentang
pertempuran hebat di luar gedung itu.
"Kalau begitu Song-bun-kwi itu memang kembali lagi ke
gedung melalui sumur tua itu...... Makanya kucari kemanamana
tidak ada.” Souw Thian Hai berkata perlahan.
Sambil bercakap-cakap mereka menikmati daging bakar
yang amat lezat itu. Chin Yang Kun yang seharian penuh tidak
makan itu tampak lahap sekali. Beberapa kali pemuda itu
mengambil irisan daging yang telah tersedia dan
membakarnya di dalam api. Begitu getolnya sehingga diamdiam
Souw Thian Hai tersenyum melihatnya.
"Ah....... aku sampai lupa ! Kenapa aku sampai hati benar
membiarkanmu telanjang dada begitu," tiba-tiba Souw Thian
Hai berhenti mengunyah dan menepuk-nepuk dahinya sendiri
dengan wajah menyesal. Lalu dengan tergesa-gesa pendekar
sakti mengambil buntannya dan mengeluarkan sepotong baju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersih yang tampaknya masih baru. "Nih! Kau pakailah untuk
sementara, agar kau tidak dikira orang sebagai
gelandangan.......!”
“Wah, tidak usahlah......! aku.... aku ..." Chin Yang Kun
menolak.
"Sudahlah! Pakailah saja ! Kau tak usah berasa sungkan
kepadaku. Baju itu belum pernah kupakai, sebab ukurannya
terlalu sempit buatku...”
Chin Yang Kun ingin membantah lagi. Tapi keinginan itu
batal ia utarakan ketika terpandang oleh pemuda itu wajah
Souw Thian Hai yang ikhlas dan berwibawa.
“Ini........ ini....... eh, mengapa kau membawa juga baju
yang sudah terlalu sempit buat dirimu?" akhirnya diterima
juga baju itu oleh Chin Yang Kun, meski dengan hati berat.
Souw Thian Hai bangkit seraya menghela napas panjang
sekali. Sisa daging yang berada di tangannya dibuangnya ke
dalam api. Kemudian sambil menyilangkan lengannya di depan
dada pendekar sakti itu berjalan menjauhi api unggun. Di
tempat yang agak Iapang pendekar itu menengadahkan
mukanya ke langit yang biru.
"Baju itu dibuat sendiri oleh puteriku ketika dia berumur
limabelas tahun. Katanya dia sudah dewasa, maka ia ingin
membuat sendiri baju-baju ayahnya dan pakaian-pakaiannya
sendiri. Tapi karena baru mulai belajar maka baju yang
pertama kali dibuatnya itu terlalu kecil buatku. Tapi agar
supaya puteriku itu tidak kecewa, maka aku tetap
menyimpannya juga."
"Ah !” Chin Yang Kun tersentak kaget. "Kalau begitu baju
ini mempunyai arti tersendiri buatmu. Mengapa sekarang
malah kauberikan kepadaku ?"
Souw Thian Hai membalikkan tubuhnya, lalu berjalan
kembali ke tempatnya semula. "Tidak apa. Biarlah kuberikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja baju itu kepada kau yang membutuhkan dari pada aku
selalu bersedih bila melihatnya. Dan..... sejak semula aku
memang sudah bermaksud untuk membuangnya atau
memberikannya kepada orang lain. Hampir empat tahun aku
berkelana mencari puteriku itu tanpa hasil. Kini aku sudah
mulai putus asa......"
Chin Yang Kun mendengarkan penuturan pendekar sakti itu
dengan kepala tunduk. Hatinya seperti ikut merasakan
kesedihan pendekar tersebut.
''Hei??" tiba-tiba mata Chin Yang Kun terbelalak. Ditatapnya
dua buah huruf yang terlukis di pojok baju itu. Huruf “Lian"
dan "Cu" !
“Ada apa?" Souw Thian Hai mengerutkan keningnya.
"Ini......! ini ....! Hei........ apakah puterimu itu bernama
Souw Lian Cu ?" Chin Yang Kun berseru tegang.
"Betul! Ada apa......?"
"Apakah puterimu itu....... lengannya.....lengannya.....”
"Yaaa ! Lengannya memang cacat sebelah ! Ada apa?
Apakah kau pernah berjumpa dengan dia?" Souw Thian Hai
berseru pula dengan tidak kalah tegangnya. Tanpa terasa
tubuhnya yang tinggi besar itu telah melesat ke depan Chin
Yang Kun.
Sementara itu Chin Yang Kun sungguh-sungguh menjadi
kelabakan sekarang. Setelah kini dia benar-benar yakin bahwa
Souw Lian Cu itu memang sungguh-sungguh puteri Souw
Thian Hai, tiba-tiba hatinya menjadi tegang dan bingung.
Dengan gelisah pemuda itu menundukkan kepalanya,
sementara bibirnya yang pucat itu tampak bergetar dan tak
bisa berkata-kata malah !
Tentu saja melihat sikap pemuda itu Souw Thian Hai ikut
menjadi kelabakan pula. Segala macam pikiran buruk segera
menghantui hati pendekar sakti itu. jangan-jangan sesuatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang jelek telah menimpa diri anaknya. Maka saking
tegangnya pendekar sakti itu mencengkeram pundak Chin
Yang Kun tanpa terasa. Dan tanpa terasa pula tenaga sakti
Ang-pek Sin-kang meluncur ke luar dan....... menerjang tubuh
Chin Yang Kun! Sekejap tampak asap tipis mengumpul di atas
ubun-ubun pendekar sakti tersebut.
Ternyata dalam ketegangannya segala macam ilmu yang
melekat di dalam tubuh Souw Thian Hai telah keluar dengan
sendirinya. Dan kini yang menjadi korbannya adalah Chin
Yang Kun.
Tanpa disadari oleh Souw Thian Hai sendiri ilmunya telah
menyerang Chin Yang Kun ! Ilmu yang amat dahsyat, yang
jarang ada tandingannya di muka bumi ini!
Tapi satu keajaiban benar-benar telah terjadi !
Chin Yang Kun yang berdiri diam seperti orang yang
sedang kehilangan akal itu, yang secara tak sengaja kini
dihantam tenaga Ang-pek Sin-kang itu sama sekali tak
bergeser dari tempatnya ! Jangankan bergeser, kalau dilihat
dari tampangnya yang masih terlongong-longong itu
tampaknya merasapun dia tidak ! PadahaI akibat dan
pengaruh dari ilmu itu sendiri bukan main hebatnya !
Dalam sekejap pundak yang dicengkeram oleh jari-jari
Souw Thian Hai itu tampak bergetar hebat seperti sedang
menahan beban yang sangat berat. Dan bersama dengan itu
semacam kabut tipis berwarna putih tampak menyelubungi
lengan Souw Thian Hai dan pundak Chin Yang Kun yang saling
bersentuhan itu. Kabut tipis yang luar biasa dinginnya, yang
pengaruhnya dapat dirasakan sampai beberapa tombak
jauhnya. Begitu luar biasa hawa dingin itu sehingga dalam
sekejap rambut dan pundak Chin Yang Kun seperti dilapisi
dengan salju.
Meskipun demikian Chin Yang Kun sendiri kelihatannya
tidak terpengaruh sama sekali oleh keadaan itu. Pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetap saja berdiri termangu-mangu di tempatnya seperti tidak
pernah terjadi apa-apa.
Malahan Souw Thian Hai itulah yang kemudian tersentak
kaget dan tersadar dari keadaan mereka yang aneh tersebut.
"Hai ? Apa yang telah kulakukan ?” pendekar sakti itu
memekik seraya meloncat mundur dengan wajah pucat. Lalu
dengan tergesa-gesa melompat maju lagi untuk memeriksa
keadaan Chin Yang Kun, sehingga pemuda itu malah menjadi
kaget karenanya.
Tapi pendekar sakti itu segera mengernyitkan alisnya
dengan wajah keheranan. Jangankan pemuda itu merasa
sakit, merasa diserangpun ternyata tidak! Pemuda itu justru
kaget dan bingung ketika tubuhnya diperiksa oleh Souw Thian
Hai.
"Eh........ada apa ini?" Chin Yang Kun berseru dengan
wajah bingung, apalagi ketika dilihatnya pundak dan
rambutnya diselimuti salju tipis berwarna putih.
Souw Thian Hai menatap Chin Yang Kun seolah tak
percaya, lalu sambil menghela napas berat ia duduk kembali di
tempatnya. "Kau dudukIah…..!" katanya kepada Chin Yang
Kun perlahan.
Chin Yang Kun duduk pula kembali. Matanya tetap menatap
Souw Thian Hai dengan tajamnya, seolah-olah mau menuntut
kepada pendekar itu agar mengatakan apa yang telah terjadi.
"Anak muda, tenaga dalammu sungguh hebat sekali.......!
Benar-benar tak kusangka ! Meskipun sejak semula telah
kuketahui bahwa lwee-kangmu sangat tinggi, tapi aku benarbenar
tidak menyangka bahwa engkau akan mampu
mengimbangi Ang-pek sin-kangku. Padahal Ang-pek sinkangku
selama ini belum pernah ada yang bisa
menahannya........” Souw Thian Hai memberi keterangan.
"Ang-pek sin-kang…..? Lwee-kangku .....? Apa maksudmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketahuilah ! Saking tegangnya aku tadi telah
mencengkeram pundakmu tanpa terasa. Dan celakanya.....
tanpa kusadari pula tenaga saktiku membanjir keluar,
menghantam tubuhmu melalui jari-jariku itu. Tapi tak
kusangka sin-kangmu secara otomatis juga keluar untuk
melindungi pundakmu....”
"Ah........ mana aku berbuat demikian? Ini....... ini ........"
"Sudahlah ! Marilah kita duduk kembali yang baik ! Kita
berbicara dengan tenang !"
Keduanya lalu duduk kembali di tempat masing-masing.
Souw Thian Hai mengambil kayu-kayu kering agar api unggun
itu dapat menyala lebih besar lagi, sementara Chin Yang Kun
yang masih juga memegang baju pemberian Souw Thian Hai
itu belum juga bisa menenangkan perasaannya yang
tergoncang.
Jilid 31
SAUDARA Yang ..... eh, kalau tak salah namamu Yang Kun,
bukan? Saudara Yang, coba ceritakan yang jelas..... benarkah
engkau pernah melihat puteriku?"
Untuk sesaat Chin Yang Kun masih belum juga dapat
menenangkan hatinya. Baru beberapa waktu kemudian
dengan kekerasan hatinya pemuda itu dapat mengatasi
ketegangannya.
“Aku memang pernah bertemu dengan nona Souw Lian Cu
beberapa hari yang lalu. Bersama-sama dengan Toat beng-jin
dan Pang Cu-si Tong Ciak dari Im-yang-kauw, kami berjalan
dari Kuil Delapan Dewa........ke desa Ho-ma-cun…” akhirnya
Chin Yang Kun dapat juga bercerita. Bercerita dari awal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertemuan mereka di Kuil Delapan Dewa sampai dengan saat
perpisahan mereka di rumah kediaman Kakek Kam. Hanya
dalam ceritanya itu Chin Yang Kun tidak menyinggung sama
sekali tentang perselisihannya dengan gadis tersebut.
Souw Thian Hai mendengarkan ceritera itu sambil
mengangguk-angguk.
"Begitukah........? Lalu ke mana kira-kira anak itu
sekarang?" tanya pendekar itu.
"Katanya dia mau pulang ke Pulau Mimpi, yaitu tempat
tinggal Keh-sim Siauw-hiap."
"Pulau Mimpi........?” pendekar sakti itu menegaskan.
Wajahnya tampak gembira dan penuh harapan.
"Ya........ benar!"
"Wah, terima kasih! Kalau begitu aku akan pergi ke sana
sekarang." Souw Thian Hai berkata dan cepat-cepat bangkit
dari tempatnya. Lalu seraya menyambar buntalannya
pendekar sakti itu melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
"Maaf... aku sudah tidak sabar lagi untuk mencari puteriku,
maka biarlah aku pergi lebih dahulu. Terima kasih atas
petunjukmu."
Kemudian dengan hanya sekali berkelebat pendekar itu
telah lenyap dari pandangan Chin Yang Kun. Dan kini
tinggallah pemuda itu sendirian di sana, merenungi nyala api
yang semakin tinggi menjilat udara.
Angin malam terasa berhembus kembali dengan tajamnya,
sehingga nyala api unggun itu tampak bergoyang-goyang.
Chin Yang Kun cepat-cepat mengenakan baju pemberian
Souw Thian Hai tadi untuk mengurangi resapan hawa dingin
yang menggigit tubuhnya. Lalu dengan tenang pemuda itu
melangkah pula meninggalkan tempat tersebut.
Sambil berjalan pikiran Chin Yang Kun masih dipenuhi
dengan bayangan Souw Lian Cu yang cantik itu. Kecantikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menurut pandangan Chin Yang Kun amat agung dan
menumbuhkan perasaan hormat, tapi sekaligus juga perasaan
kasihan yang sangat mendalam. Dan diam-diam.... entah
mengapa pemuda itu merasa amat berbahagia bisa
mengenakan baju buatan gadis itu.
Demikianlah, Chin Yang Kun keluar lagi dari dalam hutan
itu dan melangkah pula kembali di jalan raya. Wajahnya
kelihatan gembira dan berseri-seri. Pertanyaannya dengan
Souw Thian Hai, ayah dari gadis yang dikaguminya, sungguh
saat membahagiakan hatinya. Apalagi di dalam pertemuan
yang amat sangat singkat itu ayah Souw Lian Cu kelihatan
sangat bergembira sekali dan amat menyukai dirinya, sampaisampai
baju yang mengandung sejarah itu diberikan pula
kepadanya.
"Berhenti !"
Tiba-tiba terdengar suara bentakan dari dalam hutan,
sehingga buyarlah semua lamunan dan khayalan Chin Yang
Kun ! Kemudian dari balik pohon-pohon berloncatan keluar
belasan orang perajurit yang seragamnya sama dengan
seragam para perajurit yang berbaris di jalan itu sore tadi.
Perajurit-perajurit itu segera mengepung Chin Yang Kun
dengan tombak-tombak mereka yang panjang.
"Maaf...... kami adalah perajurit-perajurit kerajaan yang
ditugaskan oleh baginda kaisar di daerah ini," salah seorang
perajurit yang tampaknya adalah pimpinan mereka melangkah
maju ke depan Chin Yang Kun. Lalu, "Saudara siapa........?
Apakah keperluan saudara sehingga malam-malam begini
masih bepergian juga?"
Chin Yang Kun mengumpat di dalam hati. Tapi mengingat
yang dihadapinya sekarang adalah para perajurit kerajaan
yang sedang dalam tugas, apabila kalau diingat mungkin
mereka adalah anak buah Liu twakonya sendiri, maka pemuda
itu segera menekan kedongkolan hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Teringat akan Liu twakonya Chin Yang Kun lantas teringat
pundi-pundi uangnya pula.
"Hmm....... baiklah! Aku seorang pengembara, namaku.......
Yang Kun. Aku memang tidak mempunyai tujuan yang pasti,
dan aku sudah biasa berjalan........ di malam hari! Tapi selama
ini aku tak pernah mendapat kesukaran dengan kebiasaanku
itu. Mengapa sekarang tuan-tuan malah menghentikan aku?”
Pemimpin perajurit itu mengangguk-angguk. "Saudara,
ketahuilah…..! Keadaan dalam negeri akhir-akhir ini sedang
gawat. Benar-benar gawat ! Kelompok-kelompok perusuh kini
sedang dipersiapkan oleh orang-orang yang ingin
menumbangkan kekuasaan baginda di seluruh negeri.
Untunglah baginda segera dapat mencium gerakan mereka,
sehingga baginda cepat-cepat mengirimkan kami untuk
menumpasnya."
"Oh....... itulah sebabnya tuan-tuan sekarang berada di
daerah ini?" Chin Yang Kun menegaskan.
"Benar! Dan........ oleh sebab itu pulalah kami semua
mencurigai saudara pula. Saudara berjalan sendirian....... di
tempat sunyi .....malam-malam begini…. dan di daerah yang
rawan pula! Maka kami terpaksa harus memeriksa saudara.
Sekarang marilah kita menghadap kepada Kim Cian-bu
(Kapten Kim) ! Biarlah komandan kami itu yang memeriksa
saudara kami......." perajurit itu memberi keterangan dengan
suara halus namun sangat tegas.
Untuk sesaat perasaan Chin Yang Kun bergolak. Ada
terselip perasaan tersinggung dan terhina mendapatkan
perintah seperti itu. Dia yang cucu Kaisar Chin Si, yang
sesungguhnya berhak atas negeri ini, sekarang justru malah
dicurigai sebagai perusuh dan ditangkap oleh anak buah
musuhnya, yaitu Kaisar Han ! Sungguh penasaran !
Chin Yang Kun perlahan-lahan mengangkat tangannya.
Terdengar suara berkerotok di dalam tubuhnya, seakan-akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua tulang-tulangnya saling beradu satu sama lain. Kulitnya
yang putih itu tiba-tiba berubah mengkilat kekuning-kuningan,
sementara hawa yang luar biasa dingin terasa menghembus
keluar dalam tubuhnya.
Tentu saja para perajurit itu menjadi kaget sekali. Mereka
segera menyadari bahaya yang sedang mengancam jiwa
mereka. Tapi pancaran udara dingin itu telah mencengkeram
seluruh urat-urat tubuh mereka sehingga darah mereka seolah
membeku dan tak bisa bergerak sama sekali. Jangankan untuk
bergerak menyelamatkan diri, untuk berteriakpun lidah
mereka rasanya sudah menjadi kaku sehingga tak mungkin
bisa mengeluarkan suara Iagi ! Maka dengan air muka
ketakutan mereka terpaksa hanya menanti maut yang akan
mencabut nyawa mereka !
Tetapi.......
Chin Yang Kun tiba-tiba menghela napas dalam sekali.
Otot-ototnya yang telah menegang itu mengendur kembali.
Dalam saat-saat terakhir ternyata pemuda itu seperti
diingatkan kembali pada keadaan dan kedudukannya
sekarang. Betapa selama ini dengan kesadarannya sendiri ia
telah merelakan haknya tersebut, dan ia lebih suka menjadi
orang biasa seperti halnya penduduk yang tinggal di dusun
atau di pegunungan. Dan ia telah berjanji pada dirinya sendiri
bahwa ia takkan ikut campur lagi dalam urusan pemerintahan.
"Hmmmh! Marilah.......! Jikalau tuan memang ingin
memeriksa saya, sayapun juga tidak berkeberatan," katanya
perlahan.
Dan pengaruh hawa dingin itu tiba-tiba juga lenyap seperti
tertiup angin lalu, sehingga patung-patung hidup itu dapat
bergerak pula seperti semula.
"Ah......eh anu ....... ya ...... ya, marilah !" perajurit yang
baru saja terbebas dari serangan udara dingin itu tergagapTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
gagap kaget. Suaranya terdengar sumbang dan gemetar,
suatu tanda bahwa hatinya masih tercekam oleh kengerian.
Perajurit itu lalu berjalan mendahului, kemudian diikuti Chin
Yang Kun dan para perajurit yang lain. Chin Yang Kun
melangkah dengan tenang, sementara para penangkapnya
malah tampak tegang, gelisah dan takut-takut, seolah-olah
mereka sedang mengiringkan seekor singa yang setiap saat
bisa menerkam mereka.
Chin Yang Kun dibawa ke sebuah tanah lapang di pinggang
bukit, di mana di tempat tersebut didirikan kemah-kemah
darurat ratusan jumlahnya. Meskipun malam hari dan udara
sangat dingin pula, banyak sekali perajurit-perajurit yang
berada di luar kemahnya. Ada yang main kartu dengan
kawan-kawannya, ada pula yang hanya duduk-duduk
mengelilingi perapian sambil mengobrol. Sementara yang
sedang bertugas jaga tampak hilir mudik dengan senjata
selalu siap di tangan. Sikap mereka tampak garang-garang
dan angker-angker seperti layaknya para perajurit yang biasa
mengadu jiwa di medan laga.
Sekejap tergetar juga hati Chin Yang Kun melihat bala
tentara sedemikian banyaknya ! Sungguh kekuatan yang sukar
dihadapi bilamana terjadi perselisihan nanti. Maka untuk
sesaat pemuda itu menjadi ragu-ragu, jangan-jangan ia nanti
justru terjebak seperti ikan di dalam jaring. Tapi sungguh
janggal dan tidak enak hatinya bila secara tiba-tiba dia lalu
membatalkan niatnya untuk pergi memasuki kemah tersebut.
Apa kata para perajurit yang membawanya itu nanti kalau ia
sungguh-sungguh berbuat demikian? Mereka tentu akan
mencap dirinya sebagai pengecut! Dan ini benar-benar tidak
diingininya.
"Ah, peduli amat! Kalau toh mereka ingin membunuhku
juga..... hmm, kurasa juga bukan hal yang mudah bagi
mereka. Paling tidak mereka juga akan kehilangan sepertiga
atau separuh dari kekuatan mereka !" geramnya di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan keputusan ini membuatnya tenang kembali. Dengan
langkah tegap ia mengikuti orang-orang yang membawanya.
Sebaliknya para perajurit itu menghela napas lega. Setelah
berada kembali di antara kawan-kawannya yang banyak, para
perajurit itu seperti terbebas dari bencana yang selalu
mengincarnya.
Di depan pintu gerbang perkemahan mereka dihentikan
oleh empat orang penjaga.
“A Kuang! Apa yang terjadi? Siapakah pemuda yang kau
bawa ini ?” salah seorang penjaga yang berjanggut lebat
segera maju ke depan menyongsong iring-iringan itu.
"Kami........ kami akan menghadap Kim Cian-bu. Kami
menangkap....... eh, anu........kami membawa seorang yang
sangat mencuriga........eh, maksudku seseorang yang patut
kita curigai." perajurit yang membawa Chin Yang Kun yang
dipanggil dengan nama A Kuang itu melapor. Suaranya
gemetar sambil beberapa kali matanya memberi isyarat
kepada penjaga itu. Isyarat yang maksudnya memberitahukan
bahwa orang yang dibawanya itu mempunyai kepandaian
yang menggiriskan hati.
Tapi penjaga itu sedikitpun tidak bisa menangkap isyarat
tersebut. Penjaga itu justru merasa terheran-heran melihat
sikap kawannya yang amat aneh tersebut.
"Hei ? Kau ini ada apa? Sakit gigi ? Kalau begitu lekas
kaubawa tangkapanmu itu ke hadapan Kim Cian-bu. Kebetulan
beliau juga belum tidur. Baru saja seorang gadis cantik
membuat onar di tepi jalan sana. Gadis itu sempat melukai
beberapa orang kita. Untunglah beberapa orang anggota Shacap-
mi-wi kebetulan berada di sini malam ini, sehingga gadis
itu dapat kita tangkap pula. Kim Cian-bu sedang memeriksa
gadis itu sekarang."
Berdebar hati Chin Yang Kun mendengar kata-kata penjaga
itu. Entah mengapa bayangan Li Ing tiba-tiba berkelebat di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan matanya. Jangan-jangan gadis itu yang ditangkap oleh
para perajurit ini.
"Tuan, marilah kita lekas-Iekas menghadap Kim Cian-bu
itu!" desaknya kepada perajurit yang menangkapnya. "Malam
telah larut. Padahal aku harus berada di Ko-tien besok pagi....”
"Baik....... baiklah ! Kami memang akan pergi ke sana.” A
Kuang itu menjawab gagap.
Mereka berjalan diantara kemah-kemah itu. Melewati para
perajurit yang sedang santai menurut kegemaran mereka
sendiri-sendiri, atau melewati pos-pos penjagaan yang penuh
dengan perajurit-perajurit yang sedang bertugas. Semuanya
tentu menegur atau menanyakan apa yang telah terjadi
kepada perajurit yang membawa Chin Yang Kun itu.
Setelah melewati beberapa penjagaan barulah kemah Kim
Cian-bu yang besar dan megah itu kelihatan di depan mereka.
Belasan orang perajurit bertombak tampak berdiri berjagajaga
mengelilingi tenda tersebut.
"Kami ingin menghadap Kim Cian-bu," A Kuang melapor
kepada penjaga yang berdiri di depan pintu. “Kami membawa
seseorang untuk diperiksa."
Penjaga itu mengawasi Chin Yang Kun dengan seksama,
lalu, "Baiklah! Aku akan melapor dulu kedalam. Kalian
nantikan saja dulu di sini !"
"Terima kasih !" A Kuang mengangguk lalu mengajak
kawan-kawannya duduk di atas tanah di depan pintu tenda
tersebut.
Chin Yang Kun tetap saja berdiri sambil melihat kesana
kemari, sikapnya tenang luar biasa, membuat orang-orang
yang menangkapnya semakin kagum dan segan.
“Nah, kalian masuklah.......!” tiba-tiba penjaga pintu tadi
telah keluar lagi menemui mereka. "Kebetulan Kim Cian-bu
sedang memeriksa seorang pesakitan pula.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang yang menangkap Chin Yang Kun itu bergegas
bangkit berdiri dan menyatakan terima kasihnya, kemudian
salah seorang diantaranya, yaitu A Kuang mengajak Chin Yang
Kun masuk.
Chin Yang Kun melihat seorang lelaki gagah berusia sekitar
empat puluhan tahun, duduk dengan garang diatas kursi kayu.
Pakaian perangnya yang indah itu tampak gemerlapan kena
sorot lampu minyak. Di sekitarnya berdiri delapan orang
pengawalnya yang bertubuh tegap-tegap. Sedangkan di depan
lelaki gagah yang tidak lain adalah Kim Cian-bu sendiri itu
tampak berdiri seorang gadis cantik yang diikat kaki
tangannya.
“Li Ing…..!” teriak Chin Yang Kun begitu mengenal siapa
sebenarnya gadis cantik tersebut.
"Toat-beng jin !" Si gadis menjerit pula. Wajah yang cantik
itu mendadak berubah menjadi merah jengah, lalu tertunduk
dengan tiba-tiba.
Tanpa mempedulikan para perajurit yang berada di
sekitarnya Chin Yang Kun tiba-tiba melompat ke samping Tiau
Li Ing. “Nona, apakah engkau sudah menemui ayahmu?"
tanyanya kepada gadis itu.
Tiau Li Ing menggeleng lemah. Kepalanya tetap tertunduk
dan mukanya semakin bertambah merah. Sedikitpun ia tidak
berani menoleh, apa lagi menatap wajah Chin Yang Kun.
Bagaimanapun juga bebas dan bengalnya watak gadis itu
ternyata ia masih tetap seorang perempuan juga. Perempuan
muda yang sedang tertarik kepada lawan jenisnya. Apa pula
lawan jenisnya itu pernah melihat pula seluruh miliknya yang
terahasia, yang tidak sembarang orang boleh melihatnya.
"Hei, nona....... bagaimana kau ini sebenarnya ? Ayahmu
dengan susah payah telah mencarimu. Jauh-jauh dia datang
ke bukit itu hanya untuk membebaskan puteri kesayangannya.
Tapi kini kau malah lari meninggalkannya. Bagaimanakah kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini? Apakah kau tidak merasa kasihan kepada ayahmu itu?"
Chin Yang Kun mendesak lagi. Tapi yang didesak lagi, semakin
merapatkan mulutnya.
Dan sementara itu delapan orang pengawal Kim Cian-bu
telah berloncatan ke depan untuk mengepung Chin Yang Kun
dan Tiau Li Ing. Dengan garang mereka mengacungkan
senjata mereka.
"Diam ! Ayoh, beri hormat kepada Kim Cian-bu! Kalian
sekarang ini sedang berada di depan pemimpin dari seluruh
perajurit di perkemahan ini ! Tahu …. ? Jangan bersikap
seenakmu sendiri!" salah seorang dari para pengawal itu
membentak.
Chin Yang Kun cepat memalingkan mukanya dan menatap
pengawal itu Iekat-lekat. Untuk sesaat mata pemuda itu
tampak berkilat-kilat menyeramkan seperti mata harimau
marah. Tetapi beberapa waktu kemudian mata itu kembali
meredup seperti sedia kala, dan lalu untuk selanjutnya
terdengarlah suara tarikan napasnya yang dalam dan panjang.
Ternyata dalam waktu yang sekejap itu telah terjadi pula
pergolakan di dalam dada Chin Yang Kun, yaitu perasaan
tersinggung dan marah karena dibentak oleh pengawal
tersebut. Tapi seperti yang telah terjadi di tengah jalan tadi,
kinipun pemuda itu dapat pula mendinginkan hatinya Iagi.
"Ohh........ maafkanlah aku ! Karena melihat kawanku di
tempat ini aku lantas lupa bahwa aku sekarang sedang berada
di tempat orang." pemuda itu meminta maaf.
"Hmmmh! Berada di tempat orang katamu? Kurang ajar!
Kau kini memang ditangkap dan dijadikan pesakitan,
tahu.......?" pengawal yang tidak tahu diri itu masih tetap juga
mengumbar kemarahannya, sehingga A Kuang yang masih
tetap berdiri di dalam ruangan itu menjadi gemetaran
badannya, takut kalau tawanan yang dibawanya itu menjadi
marah seperti tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang. Mendengar bentakan yang menyakitkan hati itu
Chin Yang Kun hampir saja tidak dapat mengendalikan
kemarahannya. Tapi dengan mati-matian pemuda itu dapat
juga menahannya. “Aku tadi telah mengalah, dan ternyata
sikapku itu benar-benar membuahkan keuntungan buatku.
Aku dapat berjumpa dengan Tiau Li Ing. Coba aku tadi terus
saja menyikat para perajurit yang menghadang itu, aku tentu
tidak akan bisa bertemu dengan gadis itu disini……nah! Apa
salahnya aku mengalah sekali lagi sekarang?” Chin Yang Kun
menimang-nimang di dalam hati.
Demikianlah, pemuda itu tidak melayani bentakan-bentakan
lawannya. Dengan tenang dia menghadap ke arah kursi Kim
Cian-bu dan menjura dengan hormat. “Siauw-te mohon maaf
sebesar-besarnya kepada Kim Cian-bu. Karena tidak
menyangka bertemu teman di tempat ini, maka siauw-te
menjadi lupa diri tadi. Maaf......” katanya halus.
Sebagai seorang perwira tinggi kepandaian Kim Cian-bu
juga tidak rendah. Maka sejak melihat Chin Yang Kun masuk
tadi perwira itu telah menduga bahwa pemuda itu bukan
orang sembarangan. Hal itu dapat ia lihat dari sinar mata Chin
Yang Kun yang mencorong dingin menyeramkan itu.
Maka berbeda dengan para pengawalnya yang kasar itu,
Kim Cian-bu dengan cepat dapat menilai suasana dan
keadaan. Dengan bermodalkan pengalaman dan kematangan
berpikirnya sebagai seorang pemimpin, perwira itu segera
dapat mencium sesuatu yang aneh pada diri pemuda yang
baru datang itu.
Begitu melihat Chin Yang Kun, Kim Cian-bu segera dapat
menerka dan memastikan bahwa pemuda itu tentulah seorang
pendekar muda yang berilmu tinggi. Dan menurut
pendapatnya kepandaian pemuda itu paling tidak tentu lebih
tinggi dari pada kepandaiannya sendiri. Hal itu dapat dilihat
dari sorot matanya yang mencorong tajam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Cuma yang sangat mengherankan ialah....mengapa
pemuda itu tidak melawan ketika ditangkap oleh perajuritperajurit
peronda itu? Apa sebabnya pemuda itu menurut saja
ketika dibawa ke tempat itu? Padahal kalau pemuda itu mau
melawan, jangankan cuma perajurit-perajurit peronda itu,
seluruh perajurit yang ada di perkemahan inipun belum tentu
bisa menangkapnya.
Kukira hanya ada dua macam alasan mengapa pemuda itu
sengaja membiarkan dirinya ditangkap dan dibawa oleh
perajurit peronda itu ke sini......” Kim Cian-bu berpikir di dalam
hati. “.......yaitu dia ingin berhadapan langsung dengan aku.
Suatu hal yang tak mungkin bisa ia peroleh bila ia
melakukannya dengan membuka jalan darah! Dan alasan yang
kedua.....yang sebetulnya bukan alasan, yaitu pemuda ini
memang sungguh-sungguh seorang pengembara biasa yang
secara kebetulan lewat di tempat rawan ini.”
Tetapi untuk menjaga segala kemungkinan Kim Cian-bu
yang selalu berhati-hati itu segera memerintahkan seorang
pengawalnya, agar menghubungi wakilnya untuk mensiapsiagakan
seluruh perajurit di dalam perkemahan tersebut.
Setelah itu barulah Kim Cian-bu bangkit dari kursinya dan
menghadapi Chin Yang Kun.
“Siapakah engkau sebenarnya? Apakah kedatanganmu ke
tempat ini memang sengaja ingin menjumpai aku? Jawablah!”
perwira itu berkata lantang dan berwibawa. Pertanyaannya
langsung saja ke tujuannya, tanpa harus berputar-putar lebih
dahulu. Agaknya perwira itu ingin menyelesaikan urusan
tersebut dengan cepat dan tegas. Kalau memang ingin
berjumpa, apa tujuannya…..tapi kalau tidak…..akan terus
dilepaskan!
“Menjumpai Kim Cian-bu……? Mengapa siauw-te harus
menjumpai Kim Cian-bu? Untuk keperluan apa.....?” Chin Yang
Kun bertanya keheranan. “Para perajurit itulah yang mengajak
siauw-te kemari.....”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Cian-bu mengerutkan keningnya. Sikap dan suara Chin
Yang Kun itu tampak wajar dan tak dibuat-buat. Kim Cian-bu
dapat merasakan napas kejujuran pada jawaban pemuda itu.
Dan hal itu berarti bahwa pemuda yang dihadapkan
kepadanya itu memang benar-benar seorang pengembara
biasa, yang tidak ada sangkut-pautnya dengan kelompokkelompok
perusuh itu.
"Jadi kau memang bukan anggota kelompok perusuh itu ?”
sekali lagi Kim Cian-bu menegaskan.
Wajah Chin Yang Kun tampak sedikit memerah. "Maaf!
Meskipun selama ini siauw-te selalu bersikap kurang baik
terhadap negara, tetapi bayangan untuk menjadi perusuh
sama sekali belum pernah terlintas di dalam otak saya !" Chin
Yang Kun menjawab dengan nada yang agak keras.
Kim Cian-bu mengangguk-angguk puas. Dengan wajah
berseri-seri ia kembali duduk di kursinya. Sambil melambaikan
tangannya perwira itu berkata, "Aku percaya kata-katamu
......! Kau pergilah!”
"Kim Cian-bu.......!” para pengawal yang sudah gatal
tangan itu memandang wajah komandannya dengan bingung.
"Sudahlah, biarkanlah dia pergi ! Kalian telah salah tangkap
kali ini."
Para pengawal itu terpaksa mundur untuk memberi jalan
kepada Chin Yang Kun. Tapi pemuda itu sendiri ternyata tidak
beranjak dari tempatnya. Pemuda itu masih tetap berdiri
mengawasi Tiau Li Ing yang berada di dekatnya.
"Nona...........! Marilah kita meninggalkan tempat ini!" ajak
pemuda itu kepada Tiau Li Ing.
“Tapi……” akhirnya bibir yang mungil itu merekah juga.
"Sudahlah! Kim Cian-bu sudah memberikan ijinnya. Ayoh!”
Chin Yang Kun memotong seraya menarik lengan gadis itu.
Untuk sekejap pipi itu semakin tampak memerah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hai ! Berhenti........!" para pengawal yang tadi mundur itu
tiba-tiba maju kembali.
"Oh, kenapa .....? Bukankah kami telah diijinkan pergi oleh
Kim Cian-bu ?" Chin Yang Kun pura- pura bertanya.
"Kau saja yang diijinkan pergi oleh Kim Cian-bu! Gadis ini
tidak!"
Chin Yang Kun mengerutkan alisnya, hatinya mulai panas.
Dipandangnya sekali lagi gadis cantik yang diikat kaki
tangannya itu, lalu pandangannya beralih kembali ke tempat
di mana Kim Cian-bu duduk.
"Anak muda, silakan kau meninggalkan tempat ini! Tapi
gadis itu biarlah tinggal di sini dahulu. Dia adalah tawanan
kami, karena dia telah berani membunuh dan melukai
beberapa orang perajuritku," Kim Cian-bu berkata tegas.
“Kalianlah yang muIai lebih dahulu! Perajurit-perajuritmu
yang menghadang perjalananku! Lalu perajurit-perajuritmu
hendak kurang ajar kepadaku! Nah, mengapa aku tak boleh
menghajar mereka? Masakan aku sebagai wanita harus diam
saja diperlakukan begitu?” tiba-tiba wajah Tiau Li ing yang
tertunduk itu terangkat ke atas dengan berangnya. Rasa
dongkol dan penasaran akibat perlakuan para perajurit di
dalam perkelahian itu membuat gadis tersebut untuk sesaat
melupakan kecanggungannya.
Kim Cian-bu meremas tangkai kursi yang didudukinya.
"Tapi kau pun juga terlalu kasar dan kejam terhadap mereka
!" geramnya. "Mereka itu hanya perajurit-perajurit yang
sedang menjalankan tugasnya. Kau seharusnya tahu itu!"
"Ya....... tapi sebagai seorang perajurit merekapun juga
harus tahu tata cara dan kesopanan, bukan ? Mereka adalah
perajurit-perajurit negara, bukannya anggauta perampok yang
sedang membekuk korbannya!” Tiau Li Ing berteriak
menjawab, sedikitpun tidak mau mengalah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Diaaam !” pengawal Kim Cian-bu yang berangasan tadi
membentak seraya meloncat ke depan, lalu diikuti oleh
kawan-kawannya pula. "Perempuan tak tahu diri ! Kau berani
bersikap kasar di depan Kim Cian-bu?"
"Mengapa aku tidak berani ? Mau menantang berkelahi?
Ayoh, lepaskan ikatan ini.....kemudian kita bertempur sepuaspuasnya!"
tantang gadis itu dengan lantangnya.
"Nona....... " Chin Yang Kun menyentuh lengan Tiau Li Ing.
Tapi gadis pemberang itu sudah tidak bisa dilunakkan lagi
hatinya. Dengan mata melotot gadis itu meludah ke arah
pengawal tersebut.
“Pengecut! Ayoh! Berani tidak ? Aha…. tidak berani, bukan?
Kalian tentu takut, karena kalian tahu bahwa aku mampu
membunuh kalian semua dalam waktu singkat !"
“Bangsat kuntilanak......!” kedelapan orang pengawal Kim
Cian-bu itu berteriak marah. Tanpa meminta ijin lagi kepada
Kim Cian-bu mereka menyerang Tiau Li Ing.
''Kurang ajar........!" Chin Yang Kun terpaksa tidak bisa
berdiam diri. Dengan tangkas tangan kanannya menyambar
pinggang gadis itu, lalu meloncat menghindar. Tangan kirinya
yang bebas tampak menyapu ke arah lawan-lawannya,
sehingga dua di antara pengawal itu terbanting tungganglanggang
di atas tanah.
"Nona kita harus lekas-lekas keluar dari tempat ini!"
bisiknya kepada Tiau Li Ing.
"Tapi........ lepaskan dulu ikatanku ini !"
"Tak ada kesempatan lagi ! Maaf, aku terpaksa
menggendongmu….”
Sambil berkata Chin Yang Kun melejit ke pintu, lalu
menerobos keluar. Kim Cian-bu dan para pengawalnya segera
berbondong-bondong mengejar di belakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Awaaaas........! Tawanan lolos ! Tangkaaap!” beramairamai
mereka berteriak.
Chin Yang Kun mengumpat tiada habisnya. Di luar kemah
telah berbaris rapi para perajurit dalam kesiap-siagaan penuh.
Mereka berdiri berbaris bersap-sap mengepung tempat
tersebut.
“Kurang ajar......! Nona Tiau, kita terpaksa harus membuka
jalan darah untuk dapat keluar dari tempat ini,” Chin Yang Kun
berkata seraya meletakkan tubuh Tiau Li Ing di atas
pundaknya agar ia dapat lebih leluasa bergerak nanti.
“Bersiap-siaplah! Bertahanlah sebisamu.....!”
“Kau menyerahlah! Tidak ada gunanya kau melawan ribuan
orang perajurit pilihan seperti ini,” Kim Cian-bu berseru dari
depan pintu kemahnya. Belasan perajurit berperisai kelihatan
menjaga ketat di sekelilingnya.
"Maaf, Kim Cian-bu...... lebih baik Iepaskanlah saja kami
berdua! Gadis ini memang telah bersalah terhadap Kim Cianbu,
tapi dia bukanlah anggota kaum perusuh itu ! Hanya saja
untuk membuktikannya dia tak bisa.........” Chin Yang Kun
masih juga berusaha mengelakkan pertumpahan darah.
Tapi Kim Cian-bu yang sudah terlanjur tersinggung dan
marah karena merasa dipermainkan oleh Yang Kun itu
membentak marah. “Diam! Aku telah berbaik hati
melepaskanmu! Tapi apa yang kaulakukan sekarang?
Melarikan tawanan penting di depan hidungku! Apa yang lebih
gila dari perbuatanmu itu? Kurang ajar! Aku takkan
melepasmu untuk yang kedua kalinya……hmm, perajurit!
Tangkap dia!!!”
Tanpa menanti perintah yang kedua kalinya pasukan
perajurit yang mengepung tempat itu segera menerjang ke
depan dengan gegap gempita. “Serbuuu…….!” Teriak mereka.
Kilatan sinar pedang, golok dan ujung tombak tampak
berkelebatan di udara. Untuk beberapa saat warna mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang putih mengkilat itu kelihatan gemerlapan ditimpa sinar
obor yang menyala. Tapi beberapa waktu kemudian kilatankilatan
senjata tersebut lalu pudar dan lenyap tertutup
kepulan debu yang bergulung-gulung memenuhi arena
pertempuran itu. Dan untuk selanjutnya hanya terdengar
suara dentangnya yang hiruk-pikuk bercampur dengan suara
umpatan dan teriakan pemegangnya yang hingar bingar.
Demikianlah untuk yang kedua kalinya dalam sehari itu
Chin Yang Kun dikeroyok dan dikepung oleh ribuan orang
bersenjata. Kesemuanya hanya karena gara-gara gadis bengal
yang kini berada di atas pundaknya itu. Hanya bedanya pagi
tadi ia bertempur sendirian, melawan para perusuh yang
memang wajib dimusnahkan. Sementara sekarang ia harus
menggendong Tiau Li Ing, melawan tentara pemerintah yang
seharusnya ia hindari.
Sesungguhnyalah, pertempuran kali ini memang sungguh
berat bagi Chin Yang Kun. Selain harus menanggung beban
Tiau Li Ing yang berat, ia diharuskan juga berkelahi melawan
pasukan pemerintah yang sebenarnya tidak ia inginkan. Oleh
karena itu perlawanannya kali ini menjadi canggung dan raguragu!
Seringkali serangannya yang dahsyat dan berbahaya itu
ia tarik kembali.
Padahal para perajurit itu menyerangnya dengan sungguhsungguh.
Oleh karena itu tidaklah heran kalau beberapa saat
kemudian pemuda itu menjadi repot dan terdesak hebat.
Otomatis Tiau Li Ing menjadi ketakutan dan menjerit-jerit.
Apalagi ketika gadis itu melihat dua-tiga senjata lawan mulai
menggores kulit dan daging Chin Yang Kun !
"Toat-beng-jin........! Lepaskanlah saja aku! Biarlah aku
yang dicincang oleh mereka!" gadis itu berteriak-teriak di atas
pundaknya.
"Manusia Penyabut Nyawa(Toat-beng-jin)? Mentereng
benar sebutanmu, hehehe........" Pengawal Kim Cian-bu yang
berangasan itu mendengus hina begitu mendengar nama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebutan Chin Yang Kun tersebut. "Nyawa binatang apa saja
yang pernah menjadi korban cabutanmu.......? Hohoho.......?"
Chin Yang Kun memang bukanlah Toat-beng-jin, karena
sebutan tersebut tercipta akibat kesalah-sangkaan belaka.
Meskipun demikian mendengar olok-olok tersebut tak urung
Chin Yang Kun menjadi marah juga. Dan kemarahan itu
semakin cepat menggelegak akibat jeritan-jeritan Tiau Li Ing
dan goresan-goresan luka yang dideritanya!
“Bangsat! Kau ingin melihat aku mencabut nyawa seekor
monyet? Nah, kaubukalah matamu lebar-lebar! Aku akan
melakukannya sekarang……” pemuda itu berteriak lantang
mengagetkan para pengepungnya.
Dan tiba-tiba saja tubuh pemuda itu melesat tinggi-tinggi
ke atas melewati kepala para perajurit yang mengepungnya
seraya meninggalkan hembusan udara dingin yang luar biasa
hebatnya. Udara dingin yang dihembuskan oleh pengaruh
tenaga sakti Liong-cu-I-kang. Begitu dahsyatnya hembusan
hawa dingin tersebut sehingga untuk sekejap darah mereka
bagaikan membeku, sehingga untuk sekejap pula gerakan
mereka menjadi terhenti dengan mendadak. Akibatnya seluruh
gerakan mereka menjadi kacau dan tidak tentu arahnya,
terayun kesana kemari mengenai kawan sendiri.
Di dalam suasana yang demikian itulah tiba-tiba Chin Yang
Kun menunjukkan giginya!
Sambil mengeluarkan suara desis mengerikan dari
mulutnya pemuda itu menukik dengan dahsyatnya ke arah
pengawal yang lancang mulut itu. Jarak diantara mereka ada
tiga atau empat tombak jauhnya, meskipun begitu tidak ada
setengah detik tubuh Chin Yang Kun telah berada di depan
pengawal tersebut. Dan sebelum kaki pemuda itu mendarat di
atas tanah, lengannya lebih dulu memanjang beberapa jengkal
panjangnya, sehingga bersamaan dengan jatuhnya kaki di
atas tanah pemuda itu telah berhasil mencekik leher si
pengawal!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua kejadian yang diceritakan dengan panjang lebar itu
berlangsung hanya sekejap atau sedetik saja! Oleh karena itu
tidaklah heran jikalau setiap perajurit hampir tidak mengerti
apa yang telah terjadi dengan lawan mereka itu! Tahu-tahu
mereka melihat pengawal Kim Cian-bu itu telah dicekik
lehernya dan kini sedang menjerit-jerit ketakutan!
“Tolong……! Tolong! Jangan bunuh aku! Ampunilah aku!”
pengawal itu melengking-lengking seperti babi mau
disembelih.
Chin Yang Kun berdiri gagah dengan kaki terpentang lebar.
Tangan kanannya tetap tidak mau melepaskan leher
lawannya, sementara dengan buas matanya menatap para
perajurit yang telah mengepungnya kembali.
“Kim-coa-ih-hoat!” Tiau Li Ing berbisik kagum di atas
pundaknya.
“Bagaimana? Apakah engkau masih ingin melihat aku
mencabut nyawa seekor monyet?” Chin Yang Kun menggeram
dengan suara berat. Matanya mencorong mengawasi
korbannya.
“Tidak! Tidak! Jangan bunuh aku……! Jangan bunuh aku!”
pengawal itu meratap-ratap.
Chin Yang Kun tersenyum menghina sambil mendenguskan
angin melalui lobang hidungnya.
“Nah, sekarang kau tentu baru percaya kalau aku bisa
mencabut nyawamu, bukan? Lihatlah! Padahal kau berada di
tengah-tengah ribuan kawanmu……” Chin Yang Kun berkata
sambil menunjuk ke sekelilingnya.
“Ya..... ya, aku percaya......” pengawal itu menganggukangguk
dengan wajah pucat.
"Jangankan cuma engkau, kalau aku mau .... Kim Cian-bu
itupun dapat aku bunuh dengan mudah!" Chin Yang Kun
mengancam lagi. Matanya berkilat ke arah Kim Cian-bu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri dalam penjagaan yang ketat tidak jauh dari tempat
tersebut.
Sungguh mengherankan sekali ! Ribuan orang perajurit
yang sudah terbiasa melihat keanehan- keanehan dan kadangkala
malah kengerian-kengerian di medan laga itu, kini seperti
terhenyak semuanya melihat apa yang telah dilakukan Chin
Yang Kun. Untuk beberapa waktu lamanya mereka cuma diam
saja di tempatnya, mengawasi seorang pemuda yang menurut
pandangan mereka mempunyai kesaktian seperti malaikat itu.
Sampai-sampai seorang perwira berpengalaman seperti Kim
Cian-bu itupun dibuat tergetar hatinya dan ikut-ikutan ngeri
menyaksikan kemampuan Chin Yang Kun! Padahal sebagai
seorang perwira yang sudah puluhan tahun bergelut dengan
maut di medan perang, Kim Cian-bu telah sering pula melihat
kesaktian-kesaktian yang dahsyat seperti itu.
Tetapi entah mengapa, apa yang dilakukan oleh Chin Yang
Kun itu memang mempunyai perbawa dan pengaruh yang
amat hebat! Meskipun akhirnya perbawa tersebut juga tidak
dapat bertahan lama pula.
Setelah kekaguman mereka mereda, mereka pun lantas
menyadari pula keadaan diri mereka yang aneh itu. Bagaikan
orang yang baru saja bangun dari tidurnya mereka gelagapan
sambil memaki-maki !
"Keparat! Mengapa kita diam saja menyaksikan kawan kita
dalam bahaya ?"
"Ayoh......! Tangkap orang berbahaya itu !"
"Masakan dia bisa melawan kita semua? Serbuuuuu.....!"
Bagaikan luapan air bah perajurit-perajurit itu menyerang
Chin Yang Kun! Derap suara langkah mereka berdebam
bergemuruh mengepulkan debu tinggi ke udara, membuat hati
Tiau Li Ing yang biasanya garang dan ganas itu menjadi ciut
ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toat-beng-jin....... apa ...... eh, bagaimana ini ? A-apa
yang harus kita lakukan?"
"Hmh, tenang sajalah .....! Paling juga kita mati. Apa yang
mesti ditakutkan lagi? Bukankah kau juga tidak takut mati?"
Chin Yang Kun menjawab sambil mengerahkan seluruh
kekuatan sin-kangnya. siap untuk mengadu jiwa.
"Yaa...... ya ! Tapi.... aku sekarang tidak ingin mati !
Bersamamu aku jadi takut mati ! Aku kepingin hidup terus
kalau ada engkau..."
Dalam keadaan bingung, tegang dan ketakutan, dimana
kemungkinan untuk hidup sudah tidak ada lagi, tanpa terasa
gadis itu telah mengeluarkan isi hatinya yang paling dalam.
"Apa? Kau....... bilang apa tadi?" Chin Yang Kun kaget.
"Toat beng jin…, oh, aku cinta kepadamu…."
"Hah ?!??!"
Chin Yang Kun terlonjak kaget. Hampir saja Tiau Li Ing
terlempar dari atas pundaknya. Dan bersamaan dengan itu
para perajurit telah datang menyerang mereka. Belasan
batang senjata tajam melayang, menyabet dan menghunjam
ke arah tubuh mereka, terutama tertuju kepada Chin Yang
Kun !
Pemuda itu cepat melemparkan tubuh pengawal yang
hampir mati ia cekik itu ke arah para penyerangnya. lalu
dengan nekad maju menerjang kepungan tersebut.
"Nih, terimalah kawanmu...,,,.!" serunya lantang.
Kemudian selagi para penyerangnya ribut menghindari
tubuh pengawal Kim Cian-bu tersebut, Chin Yang Kun
menerjangnya dengan kekuatan penuh! Badai atau arus angin
dingin yang luar biasa kuatnya terasa menyertai gerakan
pemuda tersebut, menggempur lawan-lawannya bagaikan
angin puting-beliung yang menyapu semua penghalangnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Whuuuuss ! Dhiess! Traaang!"
Beberapa buah senjata tampak terlempar berpatahan
ketika membentur lengan Chin Yang Kun, sementara para
pemegangnya juga tampak terlempar menimpa kawankawannya
yang lain. Suasana pertempuran menjadi kacau
balau.
Dan kesempatan itu dipergunakan oleh Chin Yang Kun
untuk membobol kepungan yang mendesak dirinya itu. Sambil
berloncatan di udara, kadang-kadang di atas pundak atau
kepala lawannya. Pemuda itu berusaha keluar dari kepungan.
Berkali-kali kakinya menjejak, menendang, menangkis dan
menyapu senjata lawan yang bercuatan ke arah dirinya. Dan
apabila ia tidak mempunyai kesempatan lagi karena gencarnya
serangan lawan, maka pemuda itu segera menggempur
mereka dengan kekuatan Liong-cu-I-kangnya yang maha
dahsyat!
Korban mulai berjatuhan. Sejak semula Chin Yang Kun
memang tidak ingin bentrok, apalagi sampai membunuh
perajurit-perajurit itu, tapi karena ia sendiri mulai terdesak
sehingga jiwanya sendiri dalam keadaan bahaya maka tidak
boleh tidak pemuda itu terpaksa juga membunuh lawanlawannya.
Meskipun begitu pemuda itu juga tidak asal bunuh
seperti ketika melawan kelompok perusuh di puncak bukit pagi
tadi. Pemuda itu baru membunuh bila sudah tidak ada jalan
lain lagi buat memecahkan kepungan lawannya. Bagaimana
pun juga pemuda itu masih ingat kepada Liu twa-konya.
Tapi yang dihadapi Chin Yang Kun kali ini bukanlah
gerombolan perusuh yang hanya mengandalkan kekuatan
jasmani dan lahiriah saja. Yang dihadapi pemuda itu sekarang
adalah sepasukan perajurit yang berpengalaman dan terlatih
baik dalam setiap pertempuran. Oleh sebab itu ketika
beberapa orang perwiranya mulai memberi aba-aba dan
mengatur kelompok masing-masing, maka gerakan Chin Yang
Kun mulai terasa sulit untuk membobol kepungan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap kali pemuda itu selalu membentur tembok pertahanan
yang terdiri dari sekelompok pasukan yang luar biasa kuatnya.
Memang, korban dari pihak perajurit itu juga semakin
bertambah banyak pula, tapi kekuatan manusia toh ada
batasnya juga.
“Ah, tampaknya aku akan kehabisan napas lagi di tempat
ini! Kurang ajar……!” pemuda itu menggeram dengan
penasaran.
“Toat-beng-jin……bagaimana ini? Apakah lebih baik kita
menyerah saja?” Tiau Li Ing patah semangat.
"Tidak! Kita tidak boleh putus asa! Kita harus berusaha
sekuat tenaga! Biarlah nasib yang menentukannya nanti........
Kau berpeganglah yang lebih kuat, aku akan menerjang
mereka sekali lagi !"
Chin Yang Kun lalu mengumpulkan seluruh kekuatan Liongcu-
i-kangnya, kemudian menyalurkannya ke lengannya. Lantas
dengan kedahsyatan seekor gajah ia menerjang ke arah
kepungan! Breeesss........! Kepungan tersebut jebol ! Sepuluh
atau limabelas orang perajurit yang menahannya terlempar
jatuh tunggang langgang! Mati!
Tapi dengan cepat pasukan yang berada di belakangnya
maju ke depan menggantikannya. Dan kepungan tersebut
telah terkatup kembali!
Dengan marah Chin Yang Kun mengerahkan tenaga
saktinya lagi. Tapi sebelum dia menerjang ke depan, tiba-tiba
terdengar suara terompet mengalun panjang. Dan……sungguh
aneh! Pasukan yang mengepungnya itu segera mundur
dengan tertib. Mereka mundur sambil membawa kawankawan
mereka yang mati atau terluka. Tampak para perajurit
itu mundur dengan wajah kecewa dan penasaran!
Kemudian pasukan pengepung itu menyibak, dan dari
belakang kepungan muncul enam orang lelaki gagah diiringi
Kim Cian-bu. Mereka melangkah perlahan-lahan mendekati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun. Wajah mereka tidak kelihatan karena tertutup
bayangan topi mereka yang lebar.
"Saudara Yang......" tiba-tiba enam lelaki itu menyapa Chin
Yang Kun.
"Heh ? Saudara siapa?” Chin Yang Kun terkejut.
"Kelihatannya saudara Yang telah lupa kepada kami. Hmm,
kami adalah para pengawal rahasia yang tergabung dalam
Sha-cap-mi wi. Dan kami pernah bertemu dengan saudara di
kota Tie-kwan……”
"Oh, kalian......." Chin Yang Kun tersenyum. “Maaf, aku
benar-benar sudah pikun sehingga lupa kepada tuan-tuan
semua. Akh, bagaimana khabarnya Liu twa-ko? Apakah tuan
semua ikut menyertai dia pula? Kulihat Liu twa-ko di dekat
kota Poh-yang tadi pagi…..”
“Ah……eh, tidak……! Tidak……! Kami tidak
menyertai……menyertai…..menyertai tuan Liu,” anggota Shacap-
mi-wi itu menjawab dengan gugup.
Seperti telah diceritakan di bagian muka, pertemuan antara
Chin Yang Kun dan Kaisar Han yang menyamar sebagai
seorang perwira she Liu, membuat keduanya saling cocok satu
sama lain. Chin Yang Kun sama sekali tidak tahu bahwa Liu
twakonya yang baik hati itu adalah Kaisar Han sendiri, musuh
dari keluarganya. Dan Kaisar Han yang amat menyukai Chin
Yang Kun juga tidak ingin dikenal oleh pemuda itu. Kepada
semua orang yang pada waktu itu juga mengetahui
persoalannya, Kaisar Han berpesan agar ikut pula membantu
merahasiakannya.
Dan di antara orang-orang yang menerima pesan baginda
itu termasuk pula enam orang anggota Sha-cap-mi-wi ini.
Maka tidaklah heran kalau mereka menjadi gugup ketika Chin
Yang Kun bertanya tentang Kaisar Han tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Tiau Li Ing, yang berada di atas pundak Chin
Yang Kun, tampak menggeretakkan giginya ketika melihat
kedatangan enam orang anggota Sha-cap-mi-wi itu. Tetapi
melihat orang-orang yang pernah meringkusnya itu sudah
kenal dengan Chin Yang Kun maka ia tidak jadi memaki
mereka. Disimpannya saja kemarahannya itu di dalam hati.
“Saudara Yang, maafkanlah kami datang terlambat
menemuimu, sehingga perajurit-perajurit Kim Cian-bu ini
terlanjur mengeroyokmu…..bukankah begitu, Kim Cian-bu?”
“Benar ! Benar…..! maafkanlah anak buahku tadi, saudara
Yang. Aku benar-benar tidak tahu kalau kau adalah saudara
angkat…..eh, saudara angkat Liu Ciang-kun!” Kim Cian-bu
menjura pula dihadapan Chin Yang Kun dengan hormatnya.
“Jadi…..jadi kalian ini benar-benar anak
buah……eh…..kawan dari Liu-twako? Ahh, kalau begitu aku
sungguh berdosa sekali telah berani melukai dan membunuh
para perajurit tadi,” Chin Yang Kun berkata dengan penuh
penyesalan.
“Ah, saudara Yang tidak perlu menyesali diri. Kamilah yang
kurang teliti dan hati-hati sehingga keadaan menjadi begini.
Biarlah musibah ini menjadi contoh dan peringatan bagi kami,”
Kim Cian-bu cepat-cepat menukas kata-kata Chin Yang Kun.
Tapi Chin Yang Kun tetap merasa tidak enak hati.
Perubahan sikap yang mendadak ini tentu disebabkan oleh
karena pengaruh nama Liu twakonya itu. Para anggota Shacap-
mi-wi yang mengenali wajahnya itu tentu memberi tahu
Kim Cian-bu siapa sebenarnya dirinya.
“Bukan! Bukan! Kim Cian-bu tidak bersalah……apa yang
telah dilakukan oleh Kim Cian-bu tadi sudah benar. Semua
orang tentu akan bertindak begitu pula bila menjadi Kim Cianbu
tadi…..akulah yang bersalah! Dan aku akan
mempertanggungjawabkannya nanti di hadapan Liu Twako.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terima kasih atas kelonggaran dan kemurahan hati Kim Cianbu
dan saudara-saudara sekalian malam ini…..”
“Eh, saudara Yang mau kemana? Apakah tidak bermalam
saja disini malam ini?” salah seorang dari anggota Sha-cap-miwi
itu cepat-cepat menahan Chin Yang Kun yang akan segera
meninggalkan tempat itu.
“Terima kasih! Lain kali saja. Saya masih banyak pekerjaan
yang harus diselesaikan. Besok aku sudah harus berada di Kotien,
dan selanjutnya pergi lagi ke Sin-yang……”
“Ah……!” anggota Sha-cap-mi-wi itu berdesah lalu menoleh
ke arah Kim Cian-bu. Matanya berkedip memberi isyarat agar
Kim Cian-bu dapat menyediakan kuda tunggangan buat adik
angkat Kaisar Han itu.
“Eh….ah, kalau begitu biarlah perajuritku menyediakan
kuda untuk saudara Yang,” Kim Cian-bu cepat mengangguk.
“Ah, tak usahlah…..”
Tapi Kim Cian-bu tetap bertepuk tangan memanggil
petugasnya dan sekejap saja seorang perajurit telah datang
menuntun kuda. Seekor kuda yang tegar dan gagah, lengkap
dengan pelana dan perhiasannya. Bulunya yang hitam legam
itu tampak mengkilat kebiru-biruan dalam cahaya obor.
“Kuda ini adalah kuda pilihan. Namanya Cahaya Biru. Aku
memperolehnya lima tahun yang lalu, ketika aku ditugaskan
baginda memadamkan kerusuhan di daerah selatan. Kumohon
agar engkau merawatnya baik-baik, sebab dia adalah kuda
yang hebat dan tahu membalas budi kepada tuannya.
Nah.....silahkanlah, saudara Yang,” Kim Cian-bu lekas-lekas
memberikan kuda itu kepada Chin Yang Kun tanpa memberi
kesempatan sedikitpun pada pemuda itu untuk berbicara atau
menyatakan pendapatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sesudah itu Kim Cian-bu segera berdiri di pinggir dan
memerintahkan seluruh perajuritnya agar menyibak dan
memberi jalan kepada Chin Yang Kun.
“Selamat jalan, saudara Yang.....! berhati-hatilah di jalan!
Daerah ini menjadi sangat berbahaya dengan adanya para
perusuh itu......” enam orang anggota Sha-cap-mi-wi itu
menjura.
Chin Yang Kun tidak bisa menolak lagi. Ia telah dipojokkan
sedemikian rupa sehingga tiada jalan lain selain menerima
pemberian tersebut.
“Baiklah! Terima kasih atas pemberian yang amat berharga
ini, meskipun hatiku sebenarnya merasa tidak enak untuk
menerimanya. Maaf.......”
Setelah memberi hormat Chin Yang Kun lantas melompat
ke punggung kuda dan pergi meninggalkan tempat itu
bersama-sama dengan Tiau Li Ing. Para perajurit yang
dilewatinya tampak menatapnya dengan pandang mata
bingung dan tak mengerti. Agaknya mereka sungguh-sunguh
tak mengerti apa sebabnya Chin Yang Kun dibiarkan lepas
oleh Kim Cian-bu.
Setelah keluar dari perkemahan Chin Yang Kun
membalapkan kudanya menuju ke jalan besar kembali. Kuda
itu benar-benar kuda pilihan seperti yang dikatakan oleh Kim
Cian-bu. Selain kuat dan cerdik kuda itu tampaknya sudah
terlatih sekali. Dengan tangkas kakinya yang panjang-panjang
itu menuruni lereng bukit yang terjal dan tidak rata itu dengan
cepat sekali. Sedikitpun tidak kelihatan merasa berat meskipun
harus menanggung beban dua orang di punggungnya.
Chin Yang Kun menepuk-nepuk leher binatang itu sebagai
tanda kekagumannya. "Hmm, nona Li Ing....... kuda ini
sungguh hebat sekali!" pujinya gembira.
"Benar! Engkau sungguh beruntung bisa memilikinya.
Ehh........ Toat-beng jin! Siapakah namamu sebenarnya?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengapa orang-orang itu tadi memanggilmu saudara Yang?”
Tiau Li Ing yang masih tetap berada di atas pundak Chin
Yang Kun itu tiba-tiba membelokkan pembicaraan mereka
dengan bertanya tentang nama Chin Yang Kun yang
sebenarnya.
"Akhhh........!" Chin Yang Kun berdesah lalu diam.
"Mengapa engkau tidak menjawab pertanyaanku?” Tiau Li
Ing mendesak.
Chin Yang Kun masih tetap berdiam diri. Pemuda itu
memang bermaksud akan menjernihkan kesalah-sangkaan ini,
tapi selama ini ia selalu mendapatkan kesulitan untuk
memulainya. Maka sungguh kebetulan sekali baginya gadis itu
telah membukakan jalan untuk mengungkapkannya sekarang.
Tapi meskipun demikian ia juga harus berhati-hati dalam
memulainya.
Demikianlah, pemuda itu tidak segera menjawab
pertanyaan Tiau Li Ing, sebaliknya pemuda itu malah
menghentakkan tali kendali kudanya, sehingga kuda itu
melonjak dan berlari lebih cepat lagi.
"Nona, lebih baik kita pergi mencari tempat untuk
beristirahat dulu, baru nanti bercerita tentang segala macam
soal, setuju…. ?" Chin Yang Kun membujuk.
Gadis itu mendongakkan kepalanya ke langit. Tampak
olehnya bintang-bintang mulai bergeser ke arah barat, suatu
tanda bahwa tengah malam telah lewat dan fajar pagi mulai
merangkak mendekati cakrawala.
"Yah, malam memang telah larut....... Kita memang juga
harus beristirahat barang sebentar, agar tenaga kita menjadi
pulih kembali. Tapi cobalah kauturunkan aku lebih dahulu
untuk melepaskan ikatanku ini, agar orang takkan bercuriga
melihat keadaan kita nanti." Akhirnya gadis cantik itu
menjawab dengan suara gemetar. Entah mengapa gadis itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiba-tiba merasa rikuh dan malu menghadapi pemuda yang
membelanya mati-matian itu.
“Oh, ya......ya benar!”
heran! Perasaan itu seperti menular juga kepada Chin Yang
Kun, sehingga pemuda itu mendadak menjadi gugup pula.
Entah mengapa pemuda itu merasa seperti mendapatkan
teguran halus dari si gadis.
Memang secara tidak sadar pemuda itu seperti merasakan
sesuatu yang asyik dan nikmat bersentuhan dengan tubuh
yang mulus dan lembut itu. Begitu nikmatnya sehingga tidak
terlintas sama sekali di dalam otaknya untuk menurunkan
tubuh molek itu dari atas pundaknya. Barulah ia menjadi sadar
ketika gadis itu menegurnya!
Maka dengan amat tergesa-gesa sekali pemuda itu lalu
menghentikan kudanya. Mukanya tetap tertunduk ketika
menurunkan tubuh Tiau Li Ing dan membuka ikatannya.
Wajahnya yang putih tampan itu tampak kemerah-merahan.
Begitu gugup hatinya sehingga jari-jarinya tampak gemetar
ketika memegang tali.
Ternyata keadaan Tiau Li Ing juga sama saja. Gadis itu
juga tertunduk saja mengawasi tangan Chin Yang Kun yang
melepas tali ikatannya. Sekejappun gadis itu tak berani
menatap wajah pemuda yang begitu dekat dengannya itu.
“Terima kasih, Yang-twako........" ucapnya hampir berbisik
ketika ikatan itu telah terurai semua.
Suara Tiau Li Ing terdengar mesra. Dan entah apa
sebabnya gadis itu tiba-tiba saja juga mengubah panggilannya
dengan Yang-twako, suatu panggilan yang lebih indah dari
pada Toat-beng-jin.
"Eh, oh…… marilah ! Jangan sungkan-sungkan !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka Ialu diam tak berkata-kata untuk beberapa saat
lamanya. Masing-masing tampaknya sedang berusaha untuk
menenangkan perasaannya sendiri-sendiri.
“Oh, ya........mengapa kita hanya berdiam diri saja disini?
Hari telah larut malam dan kita belum memperoleh tempat
untuk melepaskan lelah,” akhirnya Chin Yang Kun yang lebih
dulu dapat menenteramkan hatinya membuka suara.
"Be-benar! Kita berangkat sekarang.......” Tiau Li Ing
berkata pula.
"Ayoh.......!”
Lalu keduanya bangkit berdiri. Chin Yang Kun segera
menuntun kudanya. "Kau naiklah.....! Aku akan berjalan kaki
mengiringimu.” pemuda itu berkata.
"Ah, mana bisa begitu? Kuda ini milikmu. Tidak enak kalau
aku yang menaikinya, sementara engkau malah berjalan
kaki......." Tiau Li Ing cepat-cepat menggelengkan kepalanya.
"Tapi engkau seorang wanita, sudah seharusnya aku
mengalah."
"Eh, mana ada aturan begitu? Itu peraturan kuno! Wanita
dan lelaki sekarang sama saja, apalagi untuk kaum persilatan
seperti kita ini.”
Chin Yang Kun tersenyum sambil mengangkat pundaknya.
Pemuda itu tak ingin berdebat dengan Tiau Li Ing, apalagi
yang diperdebatkan cuma persoalan seperti itu. “Yah.....bagi
kaum persilatan seperti kita ini memang tidak begitu
mempersoalkan lagi masalah seperti itu, tapi.....dalam hal
etika pergaulan dan adat kesopanan umum kukira peraturanperaturan
seperti itu masih juga berlaku.”
“Siapa bilang?” Tiau Li Ing tetap ngotot. “Lelaki dan
perempuan sama saja!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hmm, kalau begitu.....nona setuju, misalkan pada suatu
saat mandi bersama atau tidur berdua dengan pemuda lain?”
Chin Yang Kun menggoda.
“Hah?!? Gila apa.....?” Tiau Li Ing menjerit dengan muka
merah padam.
“Nah, tidak mau bukan? Itulah yang kumaksudkan tadi.
Bagaimanapun juga lelaki dan perempuan tetap berbeda. Dan
karena adanya perbedaan itu maka lalu timbul etika dan
aturannya,” Chin Yang Kun menghentikan kata-katanya
sebentar, lalu,”.....aku percaya nona mempunyai kesaktian
yang sangat hebat, sehingga kalau diperbandingkan dengan
pemuda-pemuda biasa, mesi dengan pemuda yang paling
berotot sekalipun, kekuatan nona masih berada jauh diatas
mereka. Tetapi meskipun demikian nona toh masih tetap
seorang wanita juga....”
“Tapi aku tetap tidak mau kalau disuruh naik kuda ini.......”
Tiau Li Ing masih tetap tidak mau mengalah juga.
“Lalu bagaimana......?” Chin Yang Kun bertanya bingung.
“Engkaulah yang lebih berhak untuk menaikinya, karena
kuda ini adalah kudamu.”
“Dan.....kau akan berjalan kaki?”
“Ya!”
“Wah, kalau begitu aku juga akan berjalan kaki saja. Tidak
enak rasanya dilihat orang di jalan nanti. Lebih baik kita
tuntun saja kuda ini.”
“Hei! Jangan.....! orang akan bercuriga kepada kita kalau
engkau menuntun kuda itu. Kita malah akan disangka sebagai
pencuri kuda nanti......” Tiau Li Ing buru-buru mencegah.
“Wah....! repot benar, sih? Begini salah begitu juga salah.
Lalu harus bagaimana kita? Kita lepaskan saja kuda ini biar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali ke tempat para perajurit itu,” Chin Yang Kun
menghentakkan kakinya dengan perasaan jengkel.
"Hei.... jangan dilepaskan ! Kim Cian-bu akan menjadi
curiga terhadap kita. Dia tentu akan mengerahkan para
perajuritnya untuk mencari kita nanti." sekali lagi Tiau Li Ing
mencegah maksud Chin Yang Kun untuk melepaskan kuda
tersebut.
"Lalu harus bagaimana........?" Chin Yang Kun habis akal.
"Kaulah yang naik !" Tiau Li Ing berkata tegas.
Chin Yang Kun terdiam tak menjawab. Dipandangnya
wajah cantik di depannya itu untuk beberapa saat lamanya
dengan kening berkerut.
"Kalau begitu kita naik kuda lagi saja bersama-sama seperti
tadi atau...... semuanya berjalan kaki!" akhirnya pemuda itu
memutuskan. "......... bagaimana ?”
Tiau Li Ing terdiam juga untuk sementara. Kemudian,
"Baiklah! Terserah kepadamu !” jawabnya dengan kepala
tertunduk. Warna merah membersit di atas pipinya yang
ranum.
Demikianlah kedua muda-mudi itu akhirnya menaiki Si
Cahaya Biru bersama-sama. Chin Yang Kun duduk di depan
memegang kendali dan Tiau Li Ing duduk rapat di
belakangnya. Mereka mengendarai kuda dengan mulut
tertutup, masing-masing sibuk dengan angan-angan mereka
sendiri.
Kabut turun semakin deras membasahi tubuh mereka dan
jalan yang mereka lalui. Kabut itu membasahi tanah sehingga
menyebabkan jalan itu menjadi licin dan becek. Meskipun
demikian Cahaya Biru tetap berlari dengan gagahnya.
Tampaknya jalan yang licin tersebut bukanlah rintangan yang
berat baginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kota Ko-tien mereka capai berbareng dengan suara kokok
ayam pertama kali. Kota ini masih gelap dan belum ada
seorangpun yang telah membuka pintu rumahnya. Jalan-jalan
juga masih sunyi senyap, sehingga langkah kaki kuda mereka
terdengar nyaring ketika menimpa batu-batu di jalan tersebut.
"Ah, meremang bulu kudukku. Rasa-rasanya kita sedang
memasuki sebuah kota mati saja.” Tiau Li Ing mendekatkan
bibirnya ke telinga Chin Yang Kun dan berbisik pelan.
"Ya, akupun merasakannya juga. Rasanya kesunyian ini
memang tidak wajar, seperti suasana di dalam kuburan saja."
Chin Yang Kun mengangguk dengan hati berdegup kencang.
Napas gadis itu terasa hangat menghembus kulit pipi dan
telinganya.
Chin Yang Kun lalu berusaha menghilangkan perasaan yang
menggangu tersebut dengan mempercepat langkah kaki
kudanya. Dan si Cahaya Biru memang seekor kuda yang
garang ! Begitu terasa kendali yang menempel mulutnya itu
disentakkan tuannya, ia segera melesat bagai anak panah
yang terlepas dari busurnya ! Suara telapak kakinya yang
dilapisi tapal besi itu terdengar berdentangan menimpa batu.
Chin Yang Kun lalu membelokkan kudanya ke jalan utama
yang membentang di tengah-tengah kota itu. Di sana jalan
lebih lebar dan bangunan rumahpun tampak lebih rapat dan
lebih bagus. Warung dan toko berceceran hampir memenuhi
seluruh bangunan yang ada di sepanjang jalan tersebut. Dan
bangunan-bangunan itu juga tampak lebih meriah pula, sebab
mereka tentu memasang papan nama atau gambar yang
besar dan menyolok mata, lampu teng besar kecil juga
tergantung dimana-mana, menerangi dan menyemarakkan
suasana malam.
Meskipun demikian mereka tetap tak melihat sesosok
bayangan manusiapun di sana. Jalan besar itu juga sepi dan
lengang pula. Tak sebuah makhlukpun yang tampak, sampaisampai
para gelandangan atau pengemis yang biasa tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di setiap kota itu pun tak kelihatan pula di sana. Kota itu
betul-betul Iengang, sepi, bagaikan kota mati !
"Eh, Yang twa-ko....... bagaimana ini?” Tiau Li Ing berbisik
lagi. dan ...... tubuhnya yang molek itu lagi-lagi mendesak ke
depan sehingga buah dadanya yang mulai tumbuh itu
"mendorong" punggung Chin Yang Kun !
Keruan saja pemuda itu menjadi panas dingin badannya!
Pikirannya menjadi kacau sehingga otaknya menjadi rusuh
pula ! Segala macam angan-angan yang tidak-tidak menggoda
batinnya dengan hebat! Dan entah mengapa tiba-tiba timbul
keinginannya untuk memeluk tubuh yang menempel ketat di
belakangnya itu.
"Eh, Yang twa-ko…… mengapa kita berhenti di sini? Apakah
kita akan beristirahat di penginapan ini ?" Tiau Li Ing yang
tidak tahu bahaya itu tiba-tiba bertanya.
"Eh ...... eh, eh...... apa ?" Chin Yang Kun tersentak kaget.
Kaget sekali, sehingga buyar semua lamunannya!
“Hai..... kau kenapa ? Mengapa matamu merah sekali ?"
Tiau Li Ing mengerutkan keningnya.
Chin Yang Kun cepat-cepat meloncat turun dan membawa
kudanya ke pinggir. "Ah, tidak apa-apa! Cuma kena debu
tadi.......” pemuda itu membohong. "Marilah kita beristirahat
saja di sini !"
Ternyata tanpa kemauan Chin Yang Kun kudanya telah
berhenti di depan sebuah rumah penginapan. Mungkin di
dalam ketegangannya tadi Chin Yang Kun telah menarik
kendali kudanya tanpa sengaja, sehingga kuda itupun lalu
berhenti pula dengan mendadak.
Tiau Li Ing turun juga dari kuda, lalu setelah Chin Yang Kun
menempatkan kuda tersebut di tempat yang tersedia, mereka
bersama-sama melangkah memasuki penginapan itu.
Kemudian mereka mengetuk pintu tiga kali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak ada jawaban.
Chin Yang Kun penasaran. Ia mengetuk sekali lagi,
sekarang lebih keras. Tapi tetap tidak ada orang yang
menjawab. Keduanya saling memandang dan Tiau Li Ing
mengangkat pundaknya sambil memonyongkan mulutnya.
"Heran ! Penginapan ini dipasangi lampu, dan semua
perabotannya juga teratur rapi. Tapi....... ke mana pemiliknya?
Masakan tiada yang menjaganya sama sekali?" Chin Yang Kun
bersungut-sungut seraya mengguncang pintu penginapan
tersebut keras-keras.
"Blug!"
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sesosok tubuh yang jatuh
dari atap rumah ke samping mereka. Dan begitu jatuh orang
itu langsung melenting berdiri kembali. Dari mulutnya lantas
terdengar sumpah-serapah dan caci-makinya, sementara
kedua tangannya sibuk membersihkan pasir dan tanah yang
melekat di atas rambutnya yang amat jarang.
“Bangsat ! Binatang ! Monyet busuk..... Uhh....... sedang
enak-enak tidur di atas atap, rumahnya digoyang gempa !
Makanya aku bermimpi bisa terbang........ eh, tahunya jatuh
dari peraduan, hehehe.....! Huh, keparat! Keparaaaat.......!"
Chin Yang Kun memegang lengan Tiau Li Ing, kemudian
menariknya beberapa langkah ke belakang, menjauhi orang
gila itu. Dan gerakan mereka itu ternyata sangat mengagetkan
orang tersebut. Kelihatannya orang itu sama sekali tidak tahu
kalau di depan pintu itu ada orang lain.
“Hei, gempa bumi.......! Eh, kok gempa lagi, hehehe!” teriak
orang gila itu latah. Matanya yang kocak dipicingkan,
mengawasi wajah Chin Yang Kun dan Tiau Li Ing, sementara
mulutnya yang lebar itu pringas-pringis menjijikkan.
Tapi tiba-tiba muka yang kocak itu berubah menjadi tegang
dan bersungguh-sungguh!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh! Kau lagi ......!” serunya dingin. Lalu.".....Mau apa kau
kemari? Ingin membunuh banyak orang lagi? Cek! Cek! Cek..!
Usiamu belum seberapa, tetapi tanganmu ternyata sangat
telengas dan ganas bukan main ! Dalam sehari ini saja kau
telah membunuh lebih dari limaratus orang! Dan tanganmu
benar-benar tidak mau memilih korbannya. Siapa pun jadilah.
Sampai-sampai para perajurit kerajaanpun tidak terkecuali
pula. Sungguh-sungguh edan….. !"
Chin Yang Kun mengerutkan dahinya, Ialu melirik ke arah
Tiau Li Ing, seolah-olah ingin bertanya tentang orang gila itu.
Apa sebabnya orang itu tahu tentang sepak-terjangnya hari
itu? Apakah gadis itu sudah mengenalnya?
Tapi gadis itu menggelengkan kepalanya, suatu tanda
bahwa gadis itu juga tidak tahu pula. Oleh karena itu dengan
hati-hati Chin Yang Kun menghadapi orang yang tingkah
lakunya seperti orang gila itu.
"Siapakah Lo-cianpwe ini......? Dari mana Lo-cianpwe tahu
aku telah membunuh banyak orang ?" tanyanya halus.
"Hah? Huahaha........ hahaha! Engkau menanyakan namaku
? Apakah aku juga akan engkau jadikan korbanmu pula ? Eit,
jangan harap....... hohoho !" Orang itu tiba-tiba tertawa
terpinkal-pingkal sampai kedua buah matanya mengeluarkan
air mata. Kemudian sambil menyeka air matanya orang itu
mengambil buli-buli arak yang tergantung di pinggangnya dan
meminum isinya.
"Hwaduh, segarnya! Arak putih memang pedas
rasanya........ Minum seteguk sebulan bermimpi, hahaha........!
Tapi……”
"Lo-cianpwe........" Chin Yang Kun berusaha memotong
celoteh orang itu.
“Tapi...... Arak Merah manis rasanya...Minum
segentongpun orang takkan merasa hehehe.........!” orang itu
meneruskan nyanyiannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lo-cianpwe……!”
“Sebentar! Kau diamlah dulu…..!” orang itu mengangkat
tangannya dengan cepat. Keningnya tampak berkerut-kerut,
agaknya sedang memikirkan rangkaian pantun yang akan
dinyanyikannya lagi.
Tapi Chin Yang Kun sudah tidak mau menunggunya.
Dengan suara geram pemuda itu membentak. "Orang tua! Aku
tidak butuh suaramu yang sumbang itu ! Aku hanya ingin
mengetahui gelar dan namamu, karena aku ingin bertanya
tentang sesuatu hal kepadamu!"
Mata yang kocak itu terbelalak lebar. MuIutnya melongo
seakan tak percaya bahwa ia baru saja dibentak orang.
"Ahhh......!" orang itu lalu menghela napas panjang.
Wajahnya yang lucu itu berubah menjadi serius. "Anak muda,
keberanianmu sungguh mengagumkan. Engkau telah berani
membentakku, padahal selama ini aku belum pernah dibentak
orang. Dan kalaupun ada, orang itu tentu takkan bisa hidup
lama.....” orang itu berkata lagi dengan nada marah.
Tapi kesombongan itu justru semakin menaikkan darah
Chin Yang Kun. "Begitukah ? Hmm, kalau begitu engkau sama
saja dengan aku. Selama ini aku pun belum pernah dipandang
rendah oleh siapapun juga. Dan...... kalaupun ada, orang itu
tentu sudah tidak bernyawa pula!” geramnya keras.
“Apa katamu? Kurang ajar.......! Kubunuh kau!” orang gila
itu menjerit marah. Tapi Chin Yang Kun segera mengangkat
tangannya. "Nanti dulu........!" serunya.
"Monyet buruk! Ada pesan apa lagi?"
“Oh, jangan buru-buru marah dulu ! Tak ada gunanya
bagiku berkelahi denganmu kalau tidak ada taruhannya.”
“Taruhan? Apa maksudmu? Bukankah taruhannya sudah
ada, yaitu.....nyawa?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun lebih dahulu menyuruh Tiau Li Ing
menyingkir, baru setelah itu ia menjawab,”....... nyawa itu
bukan taruhan namanya, sebab kehilangan nyawa sudah
merupakan resiko dari setiap pertempuran. Yang kumaksud
dengan taruhan adalah imbalan yang telah kita sepakati
bersama bagi yang menang dalam pertempuran ini.
Bagaimana? Berani bertaruh tidak?”
“Bangsat! Kau benar-benar sombong sekali dan kau akan
menyesal nanti! Ayoh, lekas katakan apa taruhannya? Kurang
ajarrr......!”
Chin Yang Kun melangkah ke depan, lalu tangannya
bertolak pinggang. “kalau kau kalah, kau harus menyebutkan
namamu. Setelah itu kau juga harus bercerita kepadaku
mengenai semua yang kauketahui tentang kota ini, itu saja!”
“Begitukah? Lalu....bagaimana kalau kau yang mampus di
tanganku?” orang itu bertanya dengan suara tinggi.
“Wah, kau ini bagaimana.....? kalau aku mampus di
tanganmu, tentu saja kau boleh berbuat sesukamu. Mau
kaukubur kek.....atau mau kau buang ke sungai kek.....itu
terserah kepadamu!” Chin Yang Kun menjawab tenang.
Hampir-hampir orang itu tak dapat mengendalikan hatinya,
ulah Chin Yang Kun itu betul-betul telah membakar dadanya.
“Baik! Ayoh bersiaplah untuk mampus!”
"Nanti dulu.......!"
“Babi ! Tikus! Monyet! Apa lagi... ?”
“Pertandingan ini harus dibatasi, yaitu dua-puluh jurus saja.
Kalau dalam duapuluh jurus ternyata belum ada yang kalah
atau menang, nanti kita tambah lagi......bagaimana.......?”
“Duapuluh jurus? Hah! Terlalu banyak! Lima juruspun
sudah lebih dari cukup untuk mencabut nyawamu!” orang itu
berteriak sambil menubruk ke depan. “Ayoh, kita mulai……!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kau boleh merasa menang jika dalam duapuluh jurus tidak
mampus!”
tampaknya saja otaknya tidak waras, tapi ketika bergerak
ternyata cepatnya bukan main! Belum juga kata-katanya
selesai, sepuluh buah jari tangannya telah berada di ubunubun
Chin Yang Kun! Padahal jarak mereka berdiri lebih dari
tiga tombak jauhnya!
Tentu saja Chin Yang Kun terkejut setengah mati! Sejak
semula pemuda itu memang sudah menduga bahwa lawannya
tentu berkepandaian tinggi, tapi ia tidak membayangkan
bahwa lawannya itu akan mampu bergerak sedemikian
cepatnya!
Untunglah pemuda itu sejak semula juga telah bersiapsiaga
sepenuhnya. Maka dalam keadaan yang sulit seperti itu
ilmunya segera bergerak dengan sendirinya. Tiba-tiba saja
kepalanya melesak ke bawah, mendorong masuk tulangtulang
lehernya yang panjang ke dalam rongga dada,
sehingga leher itu menjadi lenyap dan kepalanya kini seolaholah
menempel begitu saja tanpa tangkai di atas pundak. Tapi
gerakan langka yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang
mahir Kim-coa-ih-hoat itu ternyata mampu membebaskan
pemuda itu dari sambaran jari-jari lawannya.
Tentu saja cara Chin Yang Kun yang aneh dalam
menghindari serangan itu membuat tercengang lawannya.
Dengan mata mendelik orang itu menatap Chin Yang Kun,
seolah-olah tidak percaya bahwa di dunia ini ada seseorang
manusia yang mampu berbuat seperti itu. Saking kagumnya
orang itu sampai terpaksa diam untuk beberapa saat lamanya,
lupa bahwa dirinya sedang marah dan bertempur dengan
musuh.
“Mengapa berhenti menyerang? Kau sudan mengaku
kalah?” Chin Yang Kun bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu tersentak dari lamunannya. “Setan kuburan.....!”
umpatnya. “.....kiranya engkau punya modal juga. Makanya
sikapmu demikian sombong dan takabur...."
"Engkau mengaku kalah?"
"Mengaku kalah? Huh! Terlalu pagi.......Kau memang hebat,
tapi kau jangan lekas-lekas menepuk dada dan menganggap
bahwa kepandaianmu sudah tidak ada yang menandingi !
Sekarang kau bersiaplah, akan kutunjukkan kepadamu bahwa
di luar langit masih ada langit........!"
Seperti tadi tiba-tiba orang itu menyerang lagi tanpa
memberi peringatan lebih dahulu. Hanya cara menyerangnya
kali ini juga aneh bukan main, sama sekali berbeda dengan
cara-cara yang umum dipakai oleh ilmu-ilmu silat kebanyakan.
Tampaknya orang itu tidak mau kalah dengan Chin Yang Kun,
dan kini mau memamerkan bahwa ilmunya juga tidak kalah
uniknya dengan ilmu silat Chin Yang Kun!
Orang itu meloncat ke atas, kemudian meluncur ke arah
Chin Yang Kun dengan kedua kaki lebih dahulu. Meskipun
gerakan itu amat aneh dalam ilmu silat, tetapi gayanya
sungguh enak dipandang dan cepat bukan main! Apalagi
lapat-lapat terdengar pula suara deru angin yang diakibatkan
oleh gerakan itu.
“Wuuuuussssss.......!”
“Dua jurus!” Chin Yang Kun berteriak sambil meloncat ke
samping untuk mengelakkan serangan tersebut. Lalu dari arah
samping pemuda itu membalasnya dengan tendangan pula.
Tapi melihat sasarannya telah pergi orang itu cepat-cepat
mengubah serangannya pula. Kedua buah kakinya yang
terjulur ke depan itu segera ia tekuk ke belakang, sehingga
gaya berat tubuhnya berubah pula. Otomatis kepala orang itu
terlempar ke depan sementara kaki dan pantatnya terayun ke
belakang. Dan selanjutnya tubuh orang itu tampak berputar
(berjumpalitan) dengan kencangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepintas lalu orang tentu akan mengira bahwa gerakan
tersebut hanya dilakukan untuk mengurangi kecepatan daya
luncurnya, sehingga tubuh itu tidak jatuh berdebam begitu
saja di atas tanah. Dan ternyata demikian pula yang dipikirkan
oleh Chin Yang Kun!
Tapi dugaan itu ternyata keliru sekali!
Dengan perasaan kaget Chin Yang Kun merasakan
tubuhnya tiba-tiba tersedot ke arah lawan, sehingga kudakudanya
lepas dan tubuhnya terbanting ke depan. Otomatis
tendangan kakinya melenceng dan ikut tersedot pula ke
depan.
Orang gila itu tertawa gembira. “rasakan jurusku ini!
Baling-baling mengisap kaki....eh, keliru! Maksudku....balingbaling
mengisap madu! Wah, bukan....bukan madu,
anu.....baling-baling
mengisap.....mengisap......mengisap.......bangsat! kurang ajar
! kenapa aku sampai lupa pada ilmu silatku sendiri?”
celotehnya.
Tampaknya seperti main-main saja, tetapi pengaruhnya
ternyata hebat bukan kepalang! Buktinya Chin Yang Kun yang
berkepandaian tinggi itupun sampai terkecoh dan termakan
oleh jurus baling-baling tersebut! Tubuh dan kakinya tersedot
ke arah lawan tanpa dapat dicegah lagi!
Untunglah pemuda itu segera menyadari keadaannya. Pada
saat-saat terakhir, dimana kakinya tinggal sejengkal saja dari
lawannya, pemuda itu cepat mengerahkan Liong-cu-i-kang ke
kakinya, lalu dengan ilmu Kim-coa-ih-hoatnya yang ampuh ia
melepaskan sambungan dari semua persendian tulangtulangnya,
sehingga ketika ia mengerahkan otot-ototnya kaki
itu tertarik mengkerut ke belakang dan jauh lebih pendek dari
pada ukurannya yang normal!
Oleh karena itu kaki yang nyaris masuk ke dalam putaran
baling-baling itu selamat dari guntingan lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tiga jurus!” begitu lolos dari lubang jarum pemuda itu
berteriak.
“Tiga jurus!” orang gila itu mengulangi perkataan Chin
Yang Kun.
Demikianlah, semakin lama mereka bertanding semakin
dahsyat di halaman rumah penginapan itu. Karena
pertandingan itu hanya dibatasi dalam duapuluh jurus, maka
masing-masing segera mengeluarkan ilmu andalan mereka.
Keduanya sama-sama tidak ingin kehilangan waktu mereka.
Waktu sedetikpun sangat berharga bagi mereka.
Tiau Li Ing berdiri di bawah pohon, menonton pertempuran
itu dengan wajah tegang. Matanya hampir tidak pernah
berkedip mengawasi Chin Yang Kun. Hatinya merasa khawatir
sekali. Dilihatnya lawan pemuda itu benar-benar lihai bukan
main. Ilmu silatnya amat aneh dan konyol, meskipun begitu
dahsyatnya tiada terkira. Sampai-sampai Chin Yang Kun yang
belum pernah menemukan tanding itupun dibuat kewalahan
pula sekarang.
Jilid 32
DAN yang sangat menjengkelkan tapi juga menggelikan
adalah ulah tingkah orang yang kini bertempur dengan Chin
Yang Kun itu. Orang itu bertempur sambil berceloteh tidak
karuan. Ada-ada saja yang dikatakan, dari yang biasa-biasa
saja sampai yang kotor-kotorpun keluar dari mulutnya. Ilmu
silatnyapun sangat konyol dan menggelikan, meskipun begitu
Chin Yang Kun dibuat kewalahan karenanya.
Untunglah Chin Yang Kun mempunyai Kim-coa-ih-hoat yang
maha hebat. Biarpun kadang-kadang dibuat bingung oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan lawannya yang aneh-aneh, tapi dengan Kim-coa-ihhoat-
nya yang lemas bagai ular itu ia selalu bisa meloloskan
diri dari serangan lawannya. Malahan kadang kala ilmu
silatnya yang sangat mengerikan itu mampu mengecoh dan
mengelabuhi musuhnya sehingga orang itu ganti dibuatnya
jungkir-balik kebingungan pula. Begitu dahsyatnya mereka
berkelahi sehigga mereka sudah lupa menghitung jumlah jurus
yang telah mereka keluarkan. Masing-masing sudah lupa pada
taruhan yang mereka sepakati bersama. Yang ada di dalam
hati mereka sekarang adalah mengadu iImu silat mereka
sampai tuntas, sampai salah satu dari mereka mengaku kalah!
"Hei ! Hai........Yang twako ! Berhenti! Pertempuran sudah
lebih dari dua puluh jurus ! Sekarang malah telah menginjak
pada jurus yang ke duapuluh lima! Berhenti! Yang twa-ko, kau
jangan terpancing oleh orang itu ! Kau sudah menang.......!"
tiba-tiba Tiau Li Ing berteriak-teriak.
"Jangan hiraukan gadis itu ! Mari kita selesaikan dulu
pertempuran ini!” orang gila itu menggeram.
Mendadak Chin Yang Kun menjadi sadar. Memang tidak
ada gunanya ia bermusuhan dengan orang ini, hanya
menambah-nambah kesulitan saja. Yang perlu baginya adalah
keterangan mengenai kota ini, bukan bermusuhan dengan
para penghuninya.
"Hai, berhenti..........! Kau sudah kalah! Kita bertempur
lebih dari duapuluh jurus! Ingat kata-katamu tadi ! Jangan
menjilat ludah sendiri!" Chin Yang Kun melompat keluar dari
arena pertempuran sambil berteriak memperingatkan
lawannya.
"Menjilat ludah sendiri ? Ah, masakan pertempuran kita tadi
telah ada duapuluh jurus?" Orang itu terpaksa menghentikan
serangannya pula. Mulutnya yang lebar itu melongo dan
meringis berganti-ganti. Hatinya tampak bimbang, penasaran
dan menyesal telah menyetujui taruhan dalam duapuluh jurus
itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Malahan sudah lebih dari duapuluh jurus. Jadi kau
sudah kalah...... dan akulah yang jadi pemenangnya dalam
taruhan ini." Chin Yang Kun menjelaskan dengan bibir
tersenyum.
"Wah, ini....... ini tidak adil ! Aku toh belum kalah. Malahan
engkaulah yang repot mempertahankan diri tadi. Betul
tidak.......?" orang itu berteriak penasaran.
"Ya....... tapi kau tadi sudah setuju bertarung dalam
duapuluh jurus, bukan ? Malah engkau sendiri yang bilang,
kalau dalam duapuluh jurus aku tidak mampus........aku sudah
dapat dianggap sebagai pemenangnya, ingat tidak?"
Orang itu membanting-bantingkan kakinya di atas tanah
tanda penasaran sekali. "Babi busuk! Monyet gila......!"
umpatnya sambil menggaruk-garuk rambutnya yang jarang.
"Baik ! Aku kalah dalam pertaruhan ini ! Lekas katakan
kehendakmu, bangsat !''
Chin Yang Kun tidak marah dicaci maki begitu. Ia tahu
orang itu tidak bermaksud untuk menghina atau
meremehkannya. Orang itu memaki dan mengumpat asal
bicara saja dan hanya merupakan logat kebiasaan setiap
harinya.
"Nah, pertama-tama katakan dulu nama dan
gelarmu.........!" pintanya.
"Ha!” orang itu menggeram. "....... Aku sudah lupa pada
nama pemberian orang tuaku. Tapi aku biasa disebut Hong-Jin
(orang gila) oleh orang-orang yang mengenalku. Dan di dalam
perkumpulanku aku diberi nama...... Put-pai-siu (Tak Punya
Malu) ! Nah, puas ... ? Sekarang katakan keinginanmu yang ke
dua !"
Chin Yang Kun hampir tak kuasa menahan tawanya. Nama
itu benar-benar kocak dan sangat sesuai dengan orangnya.
"Put-pai-siu...!" tegasnya sambil melirik Tiau Li Ing. Kedua
remaja itu saling pandang dengan mulut tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya ! Memangnya kenapa….? Apakah kau ingin berkelahi
lagi? Ayoh !" orang itu bersiap-siap kembali.
"Nanti dulu.....! Aku toh belum mengatakan pertanyaanku
yang kedua."
"Kalau begitu.....lekaslah kaukatakan, jangan cerewet saja
!”
Chin Yang Kun melangkah maju. “Begini..........!
Kedatangan kami ini sebenarnya hanya mau mencari
penginapan. Cuma yang sangat mengherankan hati kami
adalah keadaan di dalam kota ini. Kenapa kota yang cukup
besar ini mendadak menjadi sepi seolah tak ada penghuninya
sama sekali? Ke mana mereka itu ?”
"0hh...... itu !" Put-pai-siu Hong-jin mendengus dingin.
"Mereka semua adalah pengecut-pengecut yang takut mati.
Mereka semua bersembunyi di dalam rumah masing-masing
dan memalang pintu mereka kuat-kuat dari dalam."
"Bersembunyi........? Mengapa mereka bersembunyi ?" Chin
Yang Kun dan Tiau Li Ing bertanya hampir berbareng.
"Itulah........! Kata mereka gerombolan perusuh yang mau
memberontak kepada Kaisar Han akan lewat di sini malam ini.
Maka penduduk lantas menjadi panik dan bingung. Anak-anak
dan perempuan segera diungsikan oleh keluarganya,
sementara yang laki-laki tetap berada di rumah menjaga harta
bendanya."
"Para perusuh.......?" sekali lagi Chin Yang Kun dan Tiau Li
Ing saling memandang. Keduanya segera teringat pada
gerombolan yang sangat mencurigakan di puncak bukit itu.
"Tapi........ bukankah Kaisar Han telah mengirimkan
tentaranya ke daerah ini ?" pemuda itu mengerutkan
keningnya.
"Benar! Itulah sebabnya kukatakan mereka pengecut.
Meskipun di dalam kota ini tidak ada pasukan Kaisar, tapi di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekeliling daerah ini toh sudah dijaga dengan ketat oleh
pasukan itu. Masakan mereka masih berani lewat di kota ini
juga ?"
"Ooo......... jadi mereka itu masih berada di dalam rumah
masing-masing ? Dan mereka itu takut keluar karena khabar
tentang kaum perusuh itu? Wah, jika demikian ...... janganjangan
aku ini disangka sebagai anggauta kaum perusuh pula
oleh mereka….." Chin Yang Kun tertawa kecut.
"Mungkin juga......." Put-pai-siu Hong-jin menganggukangguk.
"Mungkin juga? Eh, kalau begitu engkaupun mempunyai
anggapan demikian?" Chin Yang Kun tersentak kaget. Lalu
katanya, "Nah, sekarang aku baru mengerti....... mengapa
engkau berpura-pura marah dan menyerang aku tadi.
Sebenarnya engkau mencurigai aku dan bermaksud untuk
menangkapku. Ya atau tidak.......?”
"Berpura-pura marah dan bermaksud menangkapmu?
Hei...... apa yang kaumaksudkan? kenapa aku mesti harus
menangkapmu? Dan....... mengapa aku mesti berpura-pura
pula? Apa hubunganku denganmu ? Kurang ajar....! Setan
busuk ! Bukankah engkau yang mula-mula membuatku
marah?" Put-pai-siu Hong-jin berjingkrak-jingkrak marah.
"Ah, tidak usah kaututup-tutupi lagi! Bukankah kau salah
seorang dari penghuni kota ini ? Dan melihat kepandaianmu
aku berani bertaruh bahwa kau tentu orang penting di sini.
Paling tidak sebagai pejabat keamanan atau........"
"Bocah gila..........! Kau benar-benar ngawur ! Siapa bilang
aku penduduk kota ini? Siapa bilang aku pejabat keamanan ?
Huh....... masakan rupa seperti ini patut menjadi pembesar?
Nekad saja!"
"Lantas siapakah sebenarnya engkau ini? Mengapa berada
di tempat ini?" Chin Yang Kun yang telah salah terka itu
tersipu-sipu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, begitu baru pertanyaan yang benar....." Put pai-siu
Hong-jin tersenyum dengan wajah kocak. Perlahan-lahan ia
membuka tutup buli-buli araknya, lalu meminumnya beberapa
teguk sebelum menjawab pertanyaan Chin Yang Kun. "......
Akupun orang asing di kota ini. Aku juga baru saja datang tadi
malam, beberapa jam lebih awal dari pada kalian. Aku terus
berjalan kemari ketika kau ditangkap oleh pasukan Kaisar
itu......."
"Hah?!? Jadi........ Jadi Lo-cianpwe tahu ketika aku
ditangkap oleh anak buah Kim Cian-bu itu?" Chin Yang Kun
terkejut.
“Hahaha........ tentu saja. Kenapa tidak? Aku telah
membayang-bayangi kau sejak dari kota Poh-yang, sejak kau
dikelabuhi gadis ini untuk membawakan pedati kecilnya.....
sampai kau membakar daging di hutan bersama-sama Honggi-
hiap Souw Thian Hai dan diberi baju yang kaupakai
sekarang ini, hehehe....... Semuanya telah kulihat, sampai
yang sekecil-kecilnya." Put-pai-siu Hong-jin berkata sambil
melirik Tiau Li Ing.
Sekejap muka Chin Yang Kun menjadi merah. "Jadi.... Locianpwe
melihat juga ketika aku bertempur dengan mayatmayat
di dalam kuil itu?"
"Tentu saja. Akupun berada di sana pada waktu itu. Kulihat
kau sampai menjadi ketakutan melihat mayat-mayat hidup itu.
heee.... Padahal apa sih hebatnya ilmu hitam seperti itu ?
Asalkan kaumusnakan sumbernya mereka takkan berguna
lagi.”
".....Dan ketika aku terjerumus ke dalam sumur tua itu ?"
"Nah, saat itu aku beranggapan bahwa kau telah mampus.
Maka akupun lalu melihat-lihat ke dalam gedung besar itu.
Hehehe.... hampir saja aku diketahui Tung-hai-tiau dan
kawan-kawannya….”
"Ah........!" Chin Yang Kun berdesah kikuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh....... tak tahunya ketika pertempuran di atas bukit itu
sedang berlangsung dengan sengitnya ....... kau tiba-tiba
keIuar dari dalam gedung mengejar-ngejar gadis itu." Put-paisiu
Hong-jin meneruskan keterangannya sambil menunjuk ke
arah Tiau Li Ing. ''........Maka akupun lalu membuntutimu
lagi........”
"Eh....... ahh......" Chin Yang Kun berdesah berulang-ulang,
hatinya terasa semakin kikuk. "........ Tapi....... tapi mengapa
aku sama sekali tidak mengetahui kalau Lo-cianpwe selalu
mengikutiku? Bukankah Souw Tai-hiap (pendekar besar Souw)
saat itu juga bersamaku? Apakah dia juga tidak tahu pula?"
"Tentu saja kau tidak melihatku, karena ginkangku jauh
lebih tinggi dari pada ginkangmu, hehehe........ Eit, nanti dulu!
Kau jangan lekas-lekas merasa tersinggung pada perkataanku
ini!" Put-pai-siu Hong-jin cepat-cepat menggoyangkan
tangannya begitu melihat mata Chin Yang Kun menyala
mendengar kelakarnya. "Dengarlah......! Kau memang hebat!
Kepandaianmu luar biasa tingginya! Sebagai seorang tua yang
telah puluhan tahun berkecimpung di dunia persilatan, aku
benar-benar kagum melihat kesaktianmu. Selama ini aku
belum pernah menjumpai anak muda mempunyai ilmu
sedahsyat ilmumu itu. Tetapi,.......meskipun demikian kau juga
harus mengakui bahwa gin-kangmu tidaklah sedahsyat
ilmumu yang lain. Kalau boleh kumisalkan, kau adalah seperti
seekor naga yang kokoh kuat dan bertenaga besar. Kulitmu
liat dan keras, tenagamu luar biasa kuat dan dahsyat, tapi.....
sayang gerakanmu lamban !"
Chin Yang Kun tidak jadi marah. Memang, secara diamdiam
iapun harus mengakui bahwa gin-kangnya tidak sehebat
ilmu-ilmunya yang lain. Hal ini pernah disinggung pula oleh
Keh-sim Siau-hiap di haIaman rumah Pendekar Li beberapa
hari yang lalu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya........ ya, misalkan aku tak melihat Lo-cianpwe,
tapi........ masakan Souw Tai-hiap juga tidak melihat pula?”
sambil menghela napas pemuda itu bertanya.
"Ahh, kalau dia memang lain......... Di depan matanya tak
seorangpun bisa menyembunyikan dirinya. Akupun sempat
dilihatnya, beberapa kali malah! Tapi meskipun demikian ia tak
bisa menangkapku, biarpun dia juga telah mengerahkan
seluruh kepandaiannya."
Setelah sedikit membanggakan dirinya Put-pai-siu Hong-jin
diam. Begitu pula dengan Chin Yang Kun dan Tiau Li Ing.
Masing-masing sibuk dengan jalan pikiran mereka sendirisendiri.
Sepi.
Sementara itu di ufuk timur telah mulai bersinar kemerahmerahan.
Alam pun mulai tampak terjaga dari tidurnya. Daundaun
pohon yang semula tampak diam tak bergerak itu mulai
terayun-ayun ditiup angin pagi. Embun-embun yang berada
diatasnya tampak bercucuran ke bawah, menimpa semaksemak
dan rumput sehingga pohon-pohon kecil itu ikut
bergoyang-goyang pula.
Tiba-tiba keheningan di halaman itu disentakkan oleh kicau
burung di pojok rumah. Burung itu menggelepar terbang
meninggalkan sarangnya menuju ke pohon pek yang tinggi di
samping rumah. Dan suara kicau yang nyaring itu seolah-olah
merupakan lonceng pembukaan bagi burung-burung yang
lain, karena sebentar kemudian ramailah suasana pagi itu
dengan suara nyanyian mereka.
Dan satu persatu pintu rumah di pinggir jalan besar itu
mulai terbuka. Beberapa buah kepala tampak menjenguk ke
luar dengan wajah pucat dan sinar mata ketakutan. Dan
wajah itu perlahan-lahan menjadi lega begitu melihat suasana
tampak aman.
Satu persatu penghuni kota itu mulai ke luar dari
rumahnya. Mereka saling menyapa dengan tetangga mereka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu berbincang-bincang berkelompok-kelompok,
membicarakan keadaan kota mereka.
Begitu pula dengan pemilik rumah penginapan itu.
Bersama-sama dengan para pembantunya orang itu mulai
berani membuka pintu dan jendelanya. Setelah itu mereka
keluar untuk melihat-lihat keadaan.
"Heh? Sia-siapa......?" pemilik rumah penginapan itu
terpekik kaget begitu matanya tiba-tiba bentrok dengan mata
Put-pai-siu Hong-jin yang nakal.
"Nah, lihatlah...! Mereka telah keluar dari
persembunyiannya. Kau ingin bertemu dengan mereka?" Put
pai-siu Hong-jin tersenyum ke arah Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun tidak segera menjawab. Lebih dahulu
pemuda itu menatap Tiau Li Ing untuk menanyakan
pendapatnya, lalu setelah gadis itu menyerahkan semua
keputusan mereka kepadanya, barulah pemuda itu
mengangguk kepada Put-pai-siu Hong-jin.
"Yah, kami memang bermaksud beristirahat di penginapan
ini meskipun hanya sebentar sebab kami hari ini juga harus
lekas-lekas pergi melanjutkan perjalanan kami ke kota Sianyang,"
pemuda itu menjawab pertanyaan Put-pai-siu Hong-jin.
“Kalau begitu silakan menemui orang-orang ini......." Putpai-
siu Hong-jin menunjuk pemilik rumah penginapan dan
para pembantunya, lalu perlahan-lahan dia sendiri melangkah
meninggalkan tempat itu.
"Eh......,Lo-cianpwe mau pergi ke mana?" Chin Yang Kun
buru-buru bertanya.
Orang sinting itu menoleh sebentar, lalu sambiI tetap
melangkahkan kakinya dia menjawab, "Akupun harus cepatcepat
pergi dari tempat ini, sebab kalau tidak........ aku bisa
ditangkap suhuku nanti. Dan kalau aku tertangkap,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hehehe........ paling tidak aku harus menghadap tembok
selama tiga bulan sebagai hukumannya."
''Ditangkap suhu Lo-cianpwe...........?” Chin Yang Kun
tercengang, tapi tak berani menanyakan lagi sebab-sebabnya,
takut dikatakan terlalu cerewet dan mau tahu urusan orang.
"Orang tua itu masih mempunyai guru? Lalu macam apa
gurunya itu? Kenapa dia dikejar-kejar gurunya sendiri ?" Tiau
Li Ing yang sedari tadi diam saja itu tiba-tiba bergumam
bingung.
"Entahlah! Orang itu memang sungguh aneh dan penuh
rahasia. Coba saja kaupikirkan, namanya saja Put pai-siu,
yang berarti Tak Punya Malu ! Lalu kepandaiannya yang
sangat konyol dan aneh gerakannya namun ternyata hebat
bukan main itu. Bukankah semuanya itu sangat aneh?
Kemudian sikapnya yang ketakutan karena dikejar gurunya.
Bukankah itu juga sangat membingungkan? Hmmm …. dunia
persilatan memang penuh rahasia, apapun bisa terjadi..... Hei!
Put-pai siu......?"
Tiba-tiba pemuda itu terhenyak, pikirannya segera
melayang kepada Toat beng-jin dari Im-yang-kauw, orang tua
yang pernah menolong dan menggendongnya keluar dari
dusun Hok-cung itu. Ketika berada di Bukit Delapan Dewa
orang itu bercerita tentang Aliran Bing kauw, yang para
anggotanya selalu memakai huruf "PUT" sebagai namanya.
Kalau begitu, apakah orang sinting itu tokoh dari Aliran Bingkauw?
"Twa-ko, apakah yang sedang kaupikirkan?" Tiau Li Ing
memegang lengan Chin Yang Kun.
"Ah, sudahlah....... nanti kuceritakan. Sekarang marilah kita
menemui pemilik rumah penginapan ini dahulu !"
Keduanya lalu mendekati pemilik rumah penginapan yang
keluar bersama-sama para pembantunya tersebut. Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
singkat mereka mengatakan maksud mereka untuk menyewa
kamar pada hari itu.
"Masih ada kamar kosong, bukan?" Tiau Li Ing bertanya.
Mula-mula pemilik penginapan itu masih curiga juga kepada
kedua muda-mudi itu, tapi setelah Chin Yang Kun memberi
keterangan siapa sebenarnya mereka pemilik penginapan itu
mau juga menerima mereka.
"Baiklah, tuan ... akan kami sediakan kamar tuan. Hei, A
Sun........ kauantarkanlah tuan-tuan ini ke kamar paling ujung
itu !" pemilik rumah penginapan itu menjura, lalu
memerintahkan pembantunya untuk melayani Chin Yang Kun
berdua.
Tapi Tiau Li Ing segera menjadi marah ketika mereka
dibawa ke kamar yang disediakan itu.
"Lhoh, kenapa hanya satu kamar? Aku minta dua kamar,
tahu....... ?" bentaknya kepada pelayan yang
mengantarkannya.
"Tapi...... tapi bu........ bukankah nyonya tadi tidak ....
tidak….?" pelayan itu ketakutan.
"Kaupanggil apa aku, he? Nyonya ... ? Siapa bilang aku
sudah menjadi nyonya ? Kurang ajar ! Kugampar mulutmu !"
Tiau Li Ing semakin menjadi marah.
"Ini…..ini…..?!?” pelayan itu semakin gemetar sambil
menoleh ke arah Chin Yang Kun.
"Sudahlah ! Sudahlah......! Kita tadi memang salah, belum
mengatakan bahwa yang kita butuhkan adalah dua kamar.
Pelayan ini tidak bersalah, kau jangan marah.......!" pemuda
itu membujuk Tiau Li Ing. LaIu pemuda itu menoleh ke arah
pelayan yang ketakutan itu. “....... Nah, tolong sediakan kami
dua kamar !" perintahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi….. tapi kami memang hanya tinggal mempunyai satu
kamar ini, tuan. Sungguh !" jawab pelayan itu terbata-bata.
"Hanya tinggal satu kamar ini saja ? Bagaimana dengan
kamar-kamar yang lain itu ? Apakah kamar-kamar itu isi
semua?" Tiau Li Ing membentak lagi.
"Yaa.... ya, benar ! Kamar-kamar itu ada penghuninya
semua. Oleh karena takut kepada kaum perusuh yang akan
menyerbu kota ini, maka banyak para hartawan yang
bertempat tinggal di luar kota masuk ke sini untuk tidur di
penginapan. Mereka lebih aman dari pada tinggal di rumah
mereka sendiri."
Chin Yang Kun memandang wajah Tiau Li Ing sambil
menggeIeng-gelengkan kepalanya agar supaya gadis itu mau
menghentikan kemarahannya. "Sudahlah, nona..... kau tidak
perlu memarahi pelayan ini. Biarlah, satu kamarpun tak apa.
Kau pakailah kamar ini ! Aku akan duduk-duduk di pendapa
sana.....” katanya sambil tersenyum.
"Hah? Tidak............! Aku tidak mau!"
'"Lhoh? Kenapa?" Chin Yang Kun yang sudah mau beranjak
ke pendapa itu membatalkan niatnya.
"Aku tidak mau! Kau saja yang tinggal di kamar ini ! Aku
yang pergi ke luar sana.”
"Lhoh? Kenapa sih....? Kau seorang gadis, jadi lebih leluasa
kalau beristirahat di dalam kamar ini. Bagiku sih mudah, tidur
di kursi pun jadi.... Ataukah nona takut berada di kamar
sendirian ?”
"Siapa takut sendirian?" Tiau Li Ing menyangkal dengan
suara tinggi, tapi tidak segera mengatakan alasannya.
"Lalu kenapa... .?" Chin Yang Kun mendesak.
Gadis itu diam saja tak menjawab. Pipinya tiba-tiba
berubah merah bagai buah tomat masak. Bagaimana ia dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatakan keberatannya itu kalau alasannya hanya karena
dia takut ditinggal pergi oleh pemuda yang mulai menarik
hatinya tersebut?
"Pokoknya aku tidak mau ! Kau saja yang tinggal di kamar
ini!” gadis itu menjawab seraya melangkah pergi ke pendapa.
"Eeee..... nanti dulu!" Chin Yang Kun cepat-cepat
menahannya. "Wah, nona... repot benar kita ini. Masakan
sejak tadi cuma bertengkar saja soal begini. Sekeluar kita dari
perkemahan Kim Cian-bu tadi kita bertengkar soal siapa-siapa
yang harus naik kuda kini di sini kita bertengkar lagi tentang
siapa yang harus tinggal di dalam ini. Bagaimana sih
sebenarnya kita ini? Baiklah, sekarang begini saja....!
Perbedaan pendapat ini kita putuskan pula seperti tadi. Kita
bersama-sama tinggal di dalam kamar ini! Atau ..... kalau
nona keberatan, lebih baik kita berpisah di sini saja dari pada
selamanya kita selalu berselisih pendapat. Bagaimana..... ?"
Sambil berkata pemuda itu menggandeng lengan Tiau Li
Ing masuk ke dalam kamar, lalu menutupnya dari dalam. Dan
pelayan yang melongo melihat pertengkaran yang sangat
aneh itu juga pergi meninggalkan tempat tersebut. Beberapa
kali pelayan itu menoleh, seolah-olah tak mempercayai apa
yang dilihatnya tadi.
Sementara itu di dalam kamar Tiau Li Ing tidak berani
menatap muka Chin Yang Kun. Mukanya masih tampak merah
sekali seperti kepiting direbus. Dan mereka duduk berhadapan
di atas kursi rotan, dipisahkan oleh meja kayu tebal yang amat
kuat. Sambil beberapa kali mempermainkan ujung taplak meja
gadis itu berusaha mencuri pandang ke arah Chin Yang Kun
yang juga duduk diam saja mengawasi langit-langit kamar.
Akhirnya kedua orang muda-mudi itu merasakan juga
kecanggungan tersebut. Bagai disentakkan dari dunia lamunan
mereka masing-masing keduanya lalu menoleh secara
berbareng sehingga sepasang mata mereka bertatapan satu
sama lain, Tiau Li Ing tersipu-sipu malu, sementara Chin Yann
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kun justru malah terlongong-longong bingung mengawasi
wajah cantik yang kemerah-merahan seperti sekuntum bunga
bwee yang sedang mekar itu.
Tiba-tiba darah Chin Yang Kun bergolak dengan hebat.
Matanya terasa berkunang-kunang sementara kepalanya
terasa pening pula dengan mendadak. Dan sesuatu yang aneh
yang selama ini belum pernah ia rasakan tiba-tiba bergolak di
dalam tubuhnya. Mendadak saja ia ingin menerkam gadis itu
dan menciuminya sepuas-puasnya. Entah mengapa bibir yang
merekah itu seperti menantang kejantanannya!
Pemuda itu bergegas bangkit dari kursinya. Tangannya
menyambar lengan Tiau Li Ing, kemudian...
"Twa-ko! Eh, twa-ko ! Kau.....kau kenapa? Ja-jangan
menakut-nakuti aku.......!" Tiau Li Ing menjerit sekuatnya
sehingga Chin Yang Kun tersentak kaget dan urung menerkam
gadis itu.
"Ohhh.....!" pemuda itu sadar kembali. Wajahnya berubah
pucat dan merah berganti-ganti. Kedua belah tangannya
meremas-remas rambutnya sendiri. "Maaf....... maafkan aku!
Aku tak tahu apa yang telah kuperbuat . . ." katanya penuh
rasa sesal dan malu.
"Twa-ko ! Kau kenapa? Mengapa mukamu merah sekali?
Kau....... ? Mengapa sikapmu tiba-tiba berubah menjadi
sangat menakutkan ?” Tiau Li Ing cepat memeluk pundak Chin
Yang Kun dengan perasaan khawatir.
Tapi pemuda itu cepat meronta sehingga Tiau Li Ing
terdorong ke belakang dengan kuatnya dan hampir menabrak
pintu keluar.
"Pergi.......! Nona, kau pergilah dahulu dari kamar ini! Lekas
!" pemuda itu berteriak.
"Twa-ko.......!" Tiau Li Ing menjerit seraya berlari kembali
menghampiri Chin Yang Kun. Gadis yang "belum mengenal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahaya" ini cepat merangkul Chin Yang Kun kembali.
Wajahnya tampak cemas bukan main!
Tapi sekali lagi Chin Yang Kun mengibaskan tangannya,
dan ..... gadis itu kembali terhuyung-huyung ke belakang, kini
tubuhnya malah menabrak pintu sehingga pintu tersebut
terbuka lebar.
Seorang wanita muda dengan dandanan menyolok cepat
menangkap lengan Tiau Li Ing sehingga gadis itu tidak jadi
terjatuh di Iuar pintu. Wanita itu tidak cantik, tapi karena
pandai berdandan maka wajahnya tampak menarik juga.
Sayang sikapnya terlalu bebas dan binal. Dan hal ini bisa
dilihat ketika dia mulai berbicara. Suaranya yang centil dan
gerakan tubuhnya yang dibuat-buat !
"Auu........ ramai benar, nih ! Ada apa sebenarnya ?
iiiiiih.......!” wanita itu menutupi mulutnya dengan saputangan.
Matanya yang nakal ini tiba-tiba "menyala" melihat
ketampanan Chin Yang Kun. Dan selanjutnya mata itu tampak
berkedip-kedip seperti orang mengantuk. Sekejap saja wanita
itu ternyata telah tahu apa yang sedang bergejolak di dalam
tubuh Chin Yang Kun.
“Dia.... dia....?” Tiau Li Ing menunjuk ke arah Chin Yang
Kun yang sedang menjambaki rambutnya sendiri.
"Dia kenapa? Ahh, dia tidak apa-apa! Kenapa kau takut?
Apakah kalian baru saja menikah?" wanita itu tertawa
terkekeh-kekeh malah.
Tetapi gadis yang sedang bingung dan gelisah hatinya itu
seperti tak mendengar seloroh wanita pesolek tersebut. Dan
seluruh perhatian gadis itu memang sedang tertumpah pada
Chin Yang Kun, sehingga dia sama sekali tidak menaruh
perhatian kepada wanita yang tiba-tiba muncul di dekatnya
itu, apalagi kepada orang-orang yang berdatangan ke tempat
tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Twa-ko........!" gadis itu memanggil kembali dengan suara
khawatir.
"Sudahlah, kau tak usah cemas! Dia tidak apa-apa,
biarkanlah dia sendirian, sebentar juga dia akan kembali
normal lagi, hihihihi ........! Dia cuma kecewa….." wanita
pesolek itu membujuk Tiau Li Ing sambil sebentar-sebentar
tertawa geli melihat "kebodohan" gadis yang dikiranya
pengantin baru itu.
"Ah, twa-ko......."
"Pergiiiii......! Semua pergilah dahulu!" mendadak Chin Yang
Kun berteriak seperti orang gila, kemudian meloncat menutup
pintu kamarnya.
"Twa-ko........ ?" Tiau Li Ing menjerit dan mau menerjang
pintu tersebut, tapi dengan tangkas wanita pesolek itu
menahannya.
"Hei, adik........... jangan kauganggu dia ! Dalam keadaan
demikian laki-laki sungguh berbahaya sekali. Sekarang marilah
kau beristirahat dahulu di kamarku! Nanti setelah panas yang
"membakar" tubuh kawanmu itu lenyap, dia akan kembali
normal lagi. Dan pada saat itulah kau boleh menemuinya
kembali......" wanita itu cepat-cepat menggandeng lengan Tiau
Li Ing, lalu membawanya ke ruangan belakang, di mana
kamarnya berada.
Orang-orang yang datang ke tempat itu ingin melihat
ramai-ramai tersebut segera menyingkir begitu mereka Iewat.
Para pelayan yang mendapat laporan tentang keributan itu
juga datang dengan tergopoh-gopoh. Tapi sambil berjalan
wanita pesolek itu memberi keterangan kepada mereka bahwa
semuanya sudah beres, sehingga merekapun lalu kembali lagi
ke tempat masing-masing.
"Adik, agaknya cara kau melayani dia tadi kurang
memuaskan sehingga dia tidak puas dan marah-marah
kepadamu. Tapi tak apa, jangan takut ! Lama-lama kau nanti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga akan bisa melayaninya pula, hihihihi.....” sambil
melangkah wanita itu mencoba mencari tahu tentang
keributan tersebut dari mulut Tiau Li Ing.
Tapi karena masih dicekam oleh kegelisahan dan kerisauan
hatinya Tiau Li Ing tetap belum bisa "menangkap" maksud
dari kata-kata wanita yang agak jorok itu. Malahan gadis itu
seolah-olah baru sadar dari mimpi buruknya ketika memasuki
kamar wanita tersebut.
Kamar itu diatur dengan rapi dan luar biasa bagusnya.
Hiasan gambar-gambar dan sulaman-sulaman benang sutera
tampak dipasang di mana-mana, sementara pot-pot bunga
dengan segala macam isinya juga tampak menyegarkan
seluruh isi ruangan tersebut. Dan bau yang harum dari hunga
bunga inilah yang menyadarkan Tiau Li Ing.
"Ah, di mana aku........? Dan kau...... kau siapakah ?" gadis
itu bertanya bingung. Matanya yang lebar dan bagus itu
terbelalak mengawasi ruangan itu.
Wanita itu tersenyum genit. "Adik, kau duduklah dulu…..!
Nanti kubuatkan teh biar hatimu sedikit tenang kembali."
katanya seraya mendudukkan Tiau Li Ing di kursi rotan yang
sangat bagus. Lalu sebelum gadis itu membantah lebih lanjut,
wanita pesolek tersebut telah menghilang ke pintu samping.
Dan beberapa saat kemudian terdengar suara cangkir yang
sedang dituangi air.
Hati Tiau Li Ing semakin gelisah. Untunglah wanita pemilik
kamar itu lekas kembali. Kalau tidak, gadis itu mungkin telah
lari kembali ke kamarnya sendiri.
"Nah, kauminumlah dulu agar hatimu sedikit tenang!
Setelah itu baru kita pergi menengok kembali suamimu.......”
"Suami........? Dia..... dia bukan suamiku! Eh,
maksudku.......... maksudku kami belum menjadi suami-isteri
........" dengan kaget Tiau Li Ing memotong perkataan wanita
itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Aihh.......... jadi baru calon pengantin, ya....... ? Wah….
wah, kalau begitu gawat juga kekasihmu itu!" wanita genit itu
seolah seperti anak kecil yang mendapatkan barang mainan
baru. Matanya yang binal itu tampak bergetar liar.
Tiau Li Ing menunduk saja tak menjawab. Entah mengapa
gadis berwatak keras dan ganas itu kini seperti telah
kehilangan kegarangannya. Tampaknya pengaruh panah
asmara itu benar-benar telah menggoyahkan jiwanya dan
melupakan kepribadiannya, sehingga gadis itu untuk
sementara seperti gadis kebanyakan yang lemah tak berdaya.
"Ayolah! Mengapa tidak kauminum cangkir itu ?
Marilah.......! Nanti kita segera kembali ke kamarmu." wanita
itu tersenyum dan mempersilakan tamunya minum.
Bagaikan seorang yang sedang bingung dan kehilangan
akal Tiau Li Ing mengangguk, meskipun demikian ia tak
segera mengangkat cangkirnya. Biarpun sedang bingung gadis
itu masih juga tidak lupa untuk berhati-hati. Baru setelah
wanita genit itu mendahuluinya minum, Tiau Li Ing berani
meminum tehnya pula. Rasa segar dan bau harum teh itu
membuat gadis itu mulai mendapatkan kembali
ketenangannya.
Tapi perasaan segar itu tiba-tiba lenyap dan diganti dengan
perasaan mengantuk yang luar biasa kuatnya. Bukan main
terkejutnya Tiau Li Ing ! Dengan cekatan gadis itu bangkit dari
kursinya, tapi tubuhnya segera terhuyung-huyung mau jatuh.
Kepalanya terasa berat sekali, sehingga kedua tangannya
terpaksa bertelekan pada meja di depannya.
"Kau....... kau?!” jeritnya sebelum tubuhnya jatuh
berdebam di lantai.
Wanita genit itu tertawa melihatnya. "Hihihi.....
bagaimanapun hebat kepandaianmu kau takkan menang
melawan tipu muslihatku, hihi-hi....! Nah, sekarang kau
tidurlah barang sebentar, gadis bodoh ! Akan kulihat dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekasihmu yang tampan itu, apakah dia memang seekor kuda
jantan yang sangat hebat? Hihihi....!"
Wanita itu segera keluar dan menutup kamarnya. Dengan
gairah nafsu yang berkobar-kobar wanita itu bergegas pergi
ke kamar Chin Yang Kun. Belum-belum sudah terbayang
dalam angan-angannya suara kegembiraan yang tidak terkira
memperoleh kuda jantan yang masih muda belia seperti itu.
Sementara itu sepeninggal Tiau Li Ing tadi Chin Yang Kun
cepat merebahkan dirinya di atas pembaringan. Dengan
sekuat tenaga pemuda itu melawan keinginan aneh yang
mendadak timbul di dalam tubuhnya. Keringat mengalir deras
dari seluruh badannya, sehingga baju dan celananya basah
kuyup bagai direndam di dalam air.
"Gila! Kenapa aku in....ini ?” pemuda itu berdesah dengan
gelisah di atas pembaringannya. Badannya berguling kesana
kemari, sehingga alas tempat tidurnya tersebut menjadi
berantakan.
Pemuda itu lalu mencoba mengerahkan tenaga sakti Liongcu-
i-kangnya untuk menekan pengaruh aneh itu, tapi tak
berhasil. Semakin ditentang nafsu iblis itu justru semakin
berkobar tak terkendalikan !
"Keadaan ini be-belum pernah kuderita se... sebelumnya.
Mengapa tiba-tiba pengaruh aneh me- menyerangku?” Chin
Yang Kun menjerit di dalam hatinya. "Mula-mula nafsu Iblis ini
menyerang untuk yang pertama kalinya ketika aku naik kuda
bersama-sama dengan nona Tiau itu. Tapi serangan itu cepat
berhenti dan tak sehebat sekarang ini. ohhhh......! Ough
...apa........ apakah aku kini sedang keracunan? Tapi kalau
keracunan.... lalu keracunan apa ini? Mengapa aku masih bisa
keracunan juga?"
Lama-kelamaan pengaruh nafsu iblis itu mereda juga,
sehingga akhirnya pemuda itu dapat bernapas lega kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi meskipun demikian pengaruh itu juga belum lenyap sama
sekali. Badan rasanya masih terasa panas bukan main.
"Tok! Tok! Tok !”
Tiba-tiba pintu kamar itu diketuk dari luar. Chin Yang Kun
terkejut. Wajahnya berubah pucat. Jangan-jangan Tiau Li Ing
kembali lagi, pemuda itu berpikir di dalam hati. Sungguh
gawat! Selama nafsu iblis itu belum hilang sepenuhnya dari
badannya, kedatangan gadis itu sungguh berbahaya sekali.
"Sia......pa ?” pemuda itu menyapa dengan suara seret.
“Aku pemilik rumah penginapan ini….. Bolehkah aku
masuk?" terdengar suara genit di luar pintu.
Dan sebelum pemuda itu sempat menjawab, pintu
kamarnya telah dibuka dari luar dan bau wangi segera
menyebar ke dalam ruangan itu. Seorang wanita muda
dengan pakaian sangat sembrono memasuki kamarnya.
Chin Yang Kun terperangah ! Nafsu iblisnya tiba-tiba
bangkit kembali !
Entah disengaja atau tidak kancing baju sebelah atas dari
wanita itu tidak tertutup sebagaimana mestinya. Lebih gila lagi
di bawah baju tersebut sama sekali tidak ada Iapisan
penutupnya lagi, sehingga ketika wanita itu membungkuk
untuk memberi hormat kepada Chin Yang Kun, buah dadanya
yang montok itu seolah-olah mau meloncat keluar dari
kandangnya !
Tidak hanya itu !
Kain celana yang dikenakan oleh wanita itu sedemikian
tipisnya sehingga bayangan lekuk-liku tubuhnya menerawang
dengan jelas ketika berdiri di depan pintu. Itupun masih
ditambahi pula dengan lagak dan gayanya yang merangsang
serta mengundang berahi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka tak heran kalau nafsu iblis yang sudah hampir bisa
dijinakkan oleh Chin Yang Kun itu tiba- tiba kambuh kembali !
Dan karena yang jadi penyebabnya juga lebih merangsang
dari pada tadi, maka akibat yang ditimbulkannya sekarang
juga Iebih hebat dan bergelora pula !
Mata pemuda itu tampak melotot merah mengerikan!
Semua urat-urat di dalam tubuhnya kelihatan menegang pula!
Dan sekejap kemudian, bagaikan singa yang lepas dari
kurungannya Chin Yang Kun menerkam wanita genit itu
dengan buasnya. Dan kali ini mangsanya tidak mengelak atau
menjerit seperti Tiau Li Ing tadi. Korbannya kali ini justru
menyongsongnya dengan semangat yang meluap-luap pula.
Maka di pagi hari yang mulai cerah itu terjadilah suatu
pergumulan penuh nafsu antara seorang pemuda yang entah
karena apa telah menderita kelainan pada tubuhnya, dengan
seorang wanita binal isteri pemilik rumah penginapan! Dan
gilanya, perbuatan itu mereka lakukan begitu saja di atas
lantai kamar yang terbuka pintunya!
Semula wanita binal itu memang tak menyangka bahwa
lawannya akan sebuas itu terhadapnya, tapi serentak ia
merasakan pula kenikmatan yang selama ini belum pernah ia
dapatkan dari lelaki lain, maka iapun lalu menjadi lupa segalagalanya!
Untunglah tak seorangpun diantara para pelayan dan
penghuni kamar-kamar itu yang berani melongok ke kamar
tersebut. Dan untung juga kamar itu berada di ujung lorong
yang tak mungkin dilewati oleh penghuni-penghuni kamar
lainnya, sehingga perbuatan terkutuk itu dapat mereka
lakukan dengan aman pula.
Hanya suara rintihan wanita binal itu saja yang terdengar
oleh penghuni kamar sebelahnya. Suara rintihan yang
menyerupai suara kucing betina yang sedang mabuk berahi.
Tapi penghuni kamar sebelah itu tiba-tiba menjadi pucat
ketika suara rintihan tersebut tiba-tiba berubah menjadi jerit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesakitan yang mendirikan bulu roma. Dan jerit kesakitan itu
semakin lama semakin keras dan mengerikan. Malahan
sebentar kemudian terdengar suara gedubrakan di dalam
kamar tersebut, seolah-olah ada perkelahian seru di sana.
Penghuni kamar sebelah itu menjadi ketakutan. Meskipun
demikian ia tetap tak berani keluar dari kamarnya.
Ketakutannya terhadap kaum perusuh itu membuatnya selalu
curiga kepada siapa pun.
Tapi seorang pelayan yang kebetulan lewat di dekat kamar
itu mendengar pula jeritan tersebut. Dan suara jeritan yang
diikuti oleh suara gedubrakan itu sungguh menakutkan
hatinya, sehingga ia segera berlari menemui majikannya. Lalu
bersama-sama dengan si pemilik penginapan dan beberapa
orang pelayan yang lain ia mendatangi kamar di ujung lorong
tersebut.
Dan apa yang mereka lihat di dalam kamar itu benar-benar
menggoncangkan jiwa mereka !
"Ohhhh.......!" Pemilik rumah penginapan itu ternganga.
Di dalam kamar yang telah berantakan isinya itu tampak
mayat seorang wanita dengan keadaan yang sangat
menyedihkan ! Dan mayat itu ternyata adalah mayat si wanita
genit atau isteri si pemilik rumah penginapan itu sendiri.
Dan suami yang malang itu bergegas melompat ke dalam
kamar menghampiri mayat isterinya. Isteri yang baru
dikawinnya dua bulan yang lalu, yaitu seorang wanita bekas
kupu-kupu malam yang sangat terkenal di kota tersebut.
Pemilik rumah penginapan itu meneteskan air mata melihat
keadaan mayat isterinya. Tubuh yang biasanya sangat
menggairahkan itu kini tampak kaku dan penuh bekas-bekas
cakaran pada bagian bawah perutnya, sementara wajah dan
bibirnya yang biasanya amat menarik itu kini tampak pucat
kebiru-biruan. Dan kelihatannya kematian isterinya itu
didahului oleh penderitaan atau kesakitan yang amat hebat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hal itu dapat dilihat dari pakaiannya yang sobek dan
compang-camping, serta bekas-bekas cakaran kukunya sendiri
pada bagian bawah perutnya. Isterinya itu seperti menderita
keracunan hebat sebelum kematiannya!
"Dia... dia mati karena racun !" pemilik penginapan itu
menggeram penasaran. Lalu bentaknya kepada para
pembantunya, "Cari di mana tamu yang menyewa kamar ini
tadi ! Tentu dia yang membunuhnya....... !"
Para pelayan itu lalu mencari Chin Yang Kun, orang yang
baru saja masuk ke kamar itu. Mereka mengobrak-abrik
seluruh isi kamar yang sudah porak-poranda itu, tapi mereka
tidak menemukannya. Mereka lalu mencarinya di seluruh
penginapan itu, tapi pemuda itu tetap tidak mereka
ketemukan juga. Pemuda itu telah menghilang entah kemana.
"Masakan kalian tak bisa menemukannya ? Bukankah dia
baru saja di sini? Dia tentu masih berada di sekitar tempat
ini!” pemilik rumah penginapan itu marah-marah.
"Tapi..... dia memang benar-benar tidak ada lagi,
tuan......." pelayan-pelayan itu menjawab ketakutan.
"Kurang ajar......!''
"Tapi........ teman puterinya ma-masih di sini tuan?!" tibatiba
pelayan yang melihat Tiau Li Ing tadi melapor.
"Hah ? Di mana dia.......?”
"Di kamar nyonya........" pelayan itu menjawab agak takuttakut.
“Hah? Benarkah ? Mari kita lihat........!" Pemilik rumah
penginapan itu bersemangat kembali. "....... Tapi marilah
mayat itu kita taruh di atas pembaringan dulu !"
Demikianlah, setelah mayat isterinya ditidurkan di atas
tempat tidur dan kemudian menutupinya dengan kain, pemilik
penginapan tersebut lalu bergegas pergi ke kamar isterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pintu kamar itu ditendangnya dengan kasar sehingga
menimbulkan suara hiruk-pikuk ketika terbuka.
Kebetulan Tiau Li Ing juga sedang siuman dari pengaruh
obat yang diberikan oleh wanita genit itu. Gadis itu terkejut
bukan main mendengar suara gaduh tersebut. Otomatis
tubuhnya melompat tinggi dan bersiap-siap menghadapi
segala kemungkinan. Kecurangan yang ia dapatkan dari
wanita yang berpura-pura berbaik hati kepadanya itu
membuatnya marah dan membangunkan kembali sifat kejam
dan ganasnya !
Sementara itu Si pemilik rumah penginapan yang baru saja
kehilangan isteri mudanya itu ternyata tidak melihat sama
sekali "bahaya" yang memancar dari mata Tiau Li Ing. Dengan
suara serak orang itu memberi perintah kepada para
pembantunya untuk meringkus Tiau Li Ing!
"Tangkap gadis itu......!” teriaknya lantang.
Pelayan-pelayan itu cepat menyerbu ke dalam kamar.
Mereka berebut dahulu mendekati Tiau Li Ing seperti
sekawanan serigala buas yang hendak memperebutkan
mangsa. Celakanya korban mereka kali ini ternyata jauh lebih
kuat dari pada yang mereka sangka. Bukan saja korban itu
sangat garang, tapi korban itu justru berani menyonsong
serangan mereka pula.
"Aduhh!”
"Hegh ! Ohh!"
"Mati aku...!”
Para pelayan itu berjatuhan ke lantai seperti buah kelapa
yang jatuh ke atas pasir. Mereka tampak berkelojotan
sebentar lalu mati. Darah mengalir dari seluruh lobang-lobang
tubuhnya.
"Hah? Kau.... ?!?” pemilik rumah penginapan itu terbelalak
tak bisa mengeluarkan suara. Tubuhnya gemetaran saking
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takutnya! Dia sungguh-sungguh tak menyangka kalau gadis
itu pandai silat, sehingga para pembantunya yang hanya
mengandalkan otot itu tersapu habis dalam sekejap mata.
Perlahan-lahan kakinya melangkah mundur, kemudian
setelah dekat dengan pintu ia meloncat melarikan diri. Tiau Li
Tng yang telah kembali pada sifat aslinya itu tak
membiarkannya. Gadis ganas itu mengayunkan tangannya dan
sebuah kipas kecil yang terbuat dari besi baja tampak
meluncur dengan cepatnya ke arah batok kepala lawan. Prak !
Kepala itu pecah berantakan, sehingga darah berhamburan
memercik ke mana-mana !
Gadis itu lalu membalikkan tubuh yang jatuh berdebam di
atas lantai itu, mengambil kembali kipasnya, lalu keluar dari
kamar tersebut. Kakinya segera berlari-lari kecil menuju ke
kamarnya sendiri. Wajahnya yang pucat itu tampak gelisah
karena memikirkan keadaan Chin Yang Kun.
Bukan main kagetnya gadis itu ketika dilihatnya pintu
kamar itu masih tetap terbuka lebar seperti ketika ia
tinggalkan tadi. Dan hatinya semakin bertambah kecut ketika
dilongoknya kamar itu dalam keadaan kalang-kabut seluruh
isinya.
Dengan tergesa-gesa Tiau Li Ing masuk ke dalam kamar
dan serasa terbang semangatnya melihat sesosok mayat
tertutup kain di atas pembaringan !
"Toat-beng-jiiiiiiiin........!" jeritnya.
Tergopoh-gopoh gadis itu menghambur ke arah
pembaringan. Kain penutup mayat itu disentakkannya begitu
saja sehingga isinya ikut tertarik pula ke pinggir dan hampir
saja jatuh ke lantai. Kepala mayat itu tergantung dengan
muka tengadah di bibir pembaringan.
"Ouhhh.......eh.....!?!" Tiau Li Ing terpekik melihat wajah
wanita genit itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu menghela napas berulang-ulang. Dia memang
kaget, tapi kekagetannya itu segera berganti dengan
kelegaan, karena mayat tersebut ternyata bukan mayat
kawannya. Tapi dengan demikian hatinya lantas menjadi
bingung, apa sebenarnya yang terjadi di rumah penginapan
ini? Mengapa tiba-tiba kawannya bersikap sangat aneh begitu
memasuki kamar ini? Dan siapa sebenarnya wanita genit itu?
Mengapa mendadak ia mati di tempat ini pula? Dan ke mana
pula temannya itu sekarang?
Sesungguhnyalah, ke mana sebenarnya Chin Yang Kun itu
?
Setelah melakukan perbuatan terkutuk dengan wanita yang
belum pernah dikenalnya yang akhirnya ternyata
mengakibatkan kematian wanita itu, Chin Yang Kun lantas lari
meninggaIkan tempat itu seperti orang dikejar dosa. Beberapa
kali pemuda itu hampir menabrak para pejalan kaki yang
mulai berani keluar dari rumah masing-masing. Tentu saja
tingkah lakunya itu sangat menarik perhatian orang-orang
yang berada di jalan tersebut.
Tapi Chin Yang Kun tidak mempedulikan semua itu. Rasa
berdosa, malu dan menyesal karena peristiwa yang baru saja
dilakukannya itu membuat dia seperti selalu dikejar-kejar oleh
perasaan bersalah. Maka ia segera berlari. Berlari sejauhjauhnya
dari tempat terkutuk itu !
Hanya yang sangat mengherankan adalah Si Cahaya Biru!
Kuda itu seperti mempunyai pikiran dan perasaan saja. Melihat
majikannya berlari keluar dari rumah penginapan ia segera
membetot pula dari tali ikatannya, lalu berlari juga mengikuti
tuannya.
Demikianlah, Chin Yang Kun berlari terus bagai dikejar
setan. Mula-mula pemuda itu berlari menyusuri jalan besar di
kota itu, sehingga akhirnya ia keluar dari kota dan berlari
melewati ladang dan sawah penduduk. Dan beberapa waktu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian ladang dan sawah itu telah berganti dengan padang
alang-alang dan hutan pula.
Chin Yang Kun tetap berlari terus dan makin lama makin
jauh, sementara Si Cahaya Biru juga selalu berderap beberapa
langkah di belakangnya. Keduanya berlari cepat seperti
berkejaran di jalan yang semakin lama semakin sukar dan
jelek di daerah perbukitan dan lembah yang berhutan lebat.
Akhirnya langkah pemuda itu makin lama makin lambat
juga, dan ketika mendaki sebuah perbukitan lagi pemuda itu
sudah tidak berusaha untuk berlari seperti semula. Sambil
menyeka aliran keringat yang membasahi muka dan lehernya
pemuda itu berjalan dengan langkah biasa. Demikian juga
yang dilakukan oleh Si Cahaya Biru. Kuda itu segera
menghentikan pula larinya, kemudian dengan langkah yang
tegap berjalan di samping tuannya.
Chin Yang Kun tetap berjalan terus, sama sekali tak
mengacuhkan kehadiran kudanya itu. Hatinya masih tetap
resah dan gelisah meskipun telah jauh meninggalkan tempat
terkutuk itu. Kekacauan dan kerisauan hatinya akibat peristiwa
yang tidak dimengertinya itu tetap belum mereda juga sampai
sekarang.
Diam-diam peristiwa yang sangat memalukan itu terbayang
kembali di depan matanya. Mula-mula perasaan aneh yang
timbul di dalam hatinya ketika naik kuda berhimpitan dengan
Tiau Li Ing. Saat itu ia sendiri menjadi heran, mengapa tibatiba
seperti ada suatu aliran aneh di dalam darahnya yang
menyebabkan nafsu berahinya memuncak dan bergelora !
Lalu yang kedua adalah ketika ia dan Tiau Li Ing duduk
berduaan saja di dalam kamar di rumah penginapan itu.
Melihat kecantikan Tiau Li Ing yang mempesonakan itu
darahnya serasa bergolak kembali. Getaran-getaran iblis itu
rasanya seperti mengalir kembali di dalam darahnya. Dan kali
ini serangannya terasa lebih kuat sehingga ia bagaikan mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi gila karenanya. Untunglah Tiau Li Ing segera dibawa
pergi oleh wanita genit itu!
Tapi pada serangan yang ketiga ternyata dia tak bisa
mengelakkannya lagi. Ketika ia belum sepenuhnya bisa
menguasai serangan yang kedua, mendadak wanita genit itu
datang lagi ke kamarnya. Akibatnya nafsu iblis itu menjadi
bergolak kembali dan ternyata kali ini ia tak bisa
mengekangnya lagi. Dan selanjutnya terjadilah peristiwa
terkutuk yang sangat memalukan itu !
Celakanya, setelah semuanya selesai dan ia baru
menyesali perbuatannya itu, tiba-tiba wanita genit yang
menjadi lawannya bermain cinta itu menjerit-jerit dan
menggaruk-garuk bagian bawah perutnya. Tampaknya wanita
itu merasa kesakitan dan gatal yang amat sangat di tempat
tersebut. Dan tampaknya rasa sakit dan gatal itu semakin
lama semakin menghebat serta tak tertahankan lagi, sehingga
akhirnya wanita itu seperti orang gila yang menggaruk-garuk
kulitnya sendiri secara ganas. Sambil menggaruk wanita itu
bergulung-gulung menabrak ke sana ke mari sampai seluruh
isi kamar itu menjadi kalang-kabut berantakan !
Kemudian setelah menderita siksaan beberapa saat
lamanya wanita tersebut mati !
Tentu saja kematian wanita itu sangat mengejutkan! Tibatiba
terlintas dalam benaknya keterangan Chu Seng Kun
tentang dirinya setahun yang lalu. Pada waktu itu Chu Seng
Kun mengatakan kepadanya bahwa di dalam darahnya kini
tersimpan kadar racun yang tak mungkin bisa dihilangkan lagi.
Racun itu telah menyatu dengan sel-sel darahnya sendiri,
sehingga kadar racun tersebut semakin berkembang seperti
halnya darah yang mengalir di dalam tubuhnya itu. Dan hal ini
mengakibatkan dirinya menjadi seorang manusia beracun
yang sangat berbahaya ! Darah beracun yang mengalir di
setiap pembuluh darahnya itu membuat semua kelenjar di
dalam tubuhnya menjadi beracun pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau....... kalau begitu wanita itu tampaknya juga
keracunan pula oleh darahku.....Ahhh.......!" Chin Yang Kun
mengeluh panjang pendek sambil kakinya tetap melangkah di
atas jalan yang jelek itu.
Tiba-tiba saja Chin Yang Kun menjadi sedih dan hampa luar
biasa. Kalau dugaannya itu betul, hal itu berarti bahwa dirinya
tak mungkin dapat hidup bersama dengan orang lain. Dia
harus hidup menyendiri di tempat yang sunyi, jauh dari
kehidupan manusia dan binatang, karena semua yang ada
pada tubuhnya bisa membahayakan kehidupan orang lain.
Darahnya, keringatnya, ludahnya, air kencingnya dan semua
saja yang keluar dari tubuhnya dapat menjadi alat pembunuh
untuk orang lain.
"...... Dan hal itu juga berarti bahwa selama hidup aku tak
boleh kawin pula, sebab siapa saja yang kawin denganku akan
mengalami juga nasib seperti wanita genit itu."
Kenyataan tersebut sungguh-sungguh merupakan pukulan
batin yang amat berat bagi Chin Yang Kun. Seketika itu juga
wajah Souw Lian Cu kembali terbayang di dalam anganangannya.
Wajah yang cantik itu seolah-olah sedang
melambai-lambaikan tangannya yang cuma satu itu sambil
pergi meninggalkan dirinya.
"Ooooooh........!" bibir Chin Yang Kun berdesah tak terasa.
Hatinya bagai teriris sembilu.
Pemuda itu berhenti melangkah, kemudian dipandangnya
matahari yang sudah hampir berada di atas kepalanya itu.
"Aaaah, ternyata sudah hampir setengah hari aku berlari.
Sampai di mana aku sekarang ? Semoga aku tidak semakin
menjauhi kota Sin-yang saja." desahnya sambil menoleh ke
arah kudanya yang ikut berhenti dan mencari rumput di
dekatnya.
Ditepuk-tepuknya leher kuda itu, lalu perlahan-lahan
pemuda itu naik ke atas punggungnya. "Maafkan aku, Cahaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biru. Tadi aku sampai lupa mengajakmu.... Sekarang marilah
kita meneruskan perjalanan kita lagi. Kita cari dusun yang
terdekat untuk mencari tahu di mana kita sekarang ini
sebenarnya."
Kuda itu meringkik kecil seolah tahu apa yang dikatakan
tuannya, kemudian melompat ke depan dengan garangnya.
Jalan yang jelek dan mendaki terus itu seperti tak
dirasakannya. Dengan gagah ia mencongklang bagai tidak
membawa muatan berat saja.
Sampai di pinggang bukit jalan yang terus menanjak itu lalu
habis, diganti dengan jalan yang melingkar-lingkar turun
seperti mau turun ke Iembah yang dalam. Dan jalan itu
memang menuju lembah, di mana dari atas telah terlihat
sebuah kota yang cukup lumayan besarnya. Biarpun tidak
sebesar Ko-tien maupun Poh-yang, tapi kota yang tampak dari
atas bukit itu cukup Iebar dan padat penduduknya. Hal itu
dapat dilihat dari bangunan rumahnya, yang rapat dan
berjajar di sepanjang lembah.
"Lihatlah kota di bawah itu, Cahaya Biru! Tampaknya kali
ini kita masih beruntung juga, tidak tersesat atau salah jalan.
Marilah kita ke sana untuk menanyakan kepada penduduknya,
apa nama kotanya itu.......!" Chin Yang Kun berusaha
menghibur hatinya sendiri dengan bayangan kegembiraan di
kota yang tampak dari atas bukit tersebut.
Sambil meringkik kuda itu mengangkat kedua kaki
depannya ke atas, lalu berlari menuruni bukit dengan
tegarnya. Tampaknya kuda itu juga sangat bergembira
melihat kota itu. Kakinya yang panjang-panjang itu melangkah
dengan cepat, seolah-olah ingin lekas-lekas sampai di sana
dan beristirahat sepuas-puasnya.
Dan tidak lama kemudian mereka telah tiba di pintu
gerbang kota itu. Berbeda sekali dengan penduduk Ko-tien
yang selalu merasa ketakutan kepada kaum perusuh,
penduduk kota ini tampaknya sangat tenang sekali. Sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tak tampak pada wajah dan sikap mereka yang
mencerminkan rasa takut mereka kepada kaum perusuh yang
berkeliaran di daerah mereka. Tapi rasa heran Chin Yang Kun
itu segera hilang begitu melihat sepasukan pemerintah yang
terdiri dari belasan orang perajurit keluar dari pintu gerbang
tersebut untuk melakukan tugas perondaan. Dan ketika
pemuda itu telah memasuki kota, dia juga banyak melihat
beberapa orang anggota pasukan kerajaan berlalu-lalang
hilir-mudik diantara penduduk.
"Ah, tampaknya kota ini lebih beruntung mendapatkan
perlindungan dari pada Ko-tien, Cahaya Biru." Chin Yang Kun
menepuk-nepuk leher kudanya seraya mengedarkan
pandangnya ke sekeliling mereka. “Nah, di sana ada sebuah
rumah makan besar, Cahaya Biru! Marilah kita ke sana! Kau
boleh beristirahat sambil makan sepuas-puasmu.........."
Chin Yang Kun membawa kudanya ke rumah makan yang
dilihatnya itu. Seorang anak kecil berusia sekitar sepuluh
tahunan datang menyongsongnya. Tampaknya anak itu biasa
mencari upah dengan membantu para tamu yang akan masuk
ke dalam restoran tersebut.
"Marilah, tuan......! Cobalah mencicipi masakan restoran
yang paling terkenal di daerah ini ! Kalau tuan juga merasa
lelah, di sinipun disediakan pula kamar-kamar yang paling
nyaman di seluruh dunia........" katanya dengan gerak yang
lucu.
Chin Yang Kun menjadi tersenyum juga mendengar katakata
anak itu.
"Adik kecil, apakah tempat ini juga menyediakan tempat
penitipan kuda yang paling baik seluruh dunia?" tanyanya
kepada anak itu.
Anak itu tersenyum kemalu-maluan. Tapi melihat tamunya
sekedar berkelakar saja kepadanya, iapun lalu mengangguk
pula dengan berani, "Terbaik sih tidak ! Tapi kalau tuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bandingkan dengan yang lain-lain, tempat ini kukira masih
yang paling baik juga....” katanya sambil mengacungkan
jempolnya.
"Baik, aku akan mencobanya ! Nah, tolong urus kudaku ini
baik-baik! Nih, uangnya....! Sisanya boleh kauambil," Chin
Yang Kun merogoh kantung pemberian Liu-twakonya dan
mengeluarkan sekeping uang perak.
“Eh .. ini …. ini terlalu banyak." anak itu terbelalak
menerimanya.
"Sudahlah, kauambil saja! Bukankah sudah sewajarnya,
kalau tempat yang baik itu sewanya juga mahal?" Chin Yang
Kun tersenyum lagi.
"Baik! Baik ! Terima kasih...! Tuan benar-benar akan
mendapatkan pelayanan yang istimewa hari ini." anak itu
mengangguk-angguk sambil mengambil tali kendali Si Cahaya
Biru.
"Eh, tunggu….!” Chin Yang Kun berseru perlahan ketika
anak itu mau menuntun kudanya ke belakang. "Apakah nama
kota ini?” tanyanya.
"Lho, masakan tuan belum tahu? Ini adalah…. kota Yu-tai !
Apakah tuan belum pernah ke kota ini? Dari mana tuan ini
sebenarnya?" anak kecil itu menjawab dengan wajah heran.
Chin Yang Kun bertepuk tangan. "Bagus! Ternyata aku
tidak salah jalan! Sungguh beruntung sekali aku bisa sampai di
kota Yu-tai. Nah, kau pergilah! Urus baik-baik kuda itu, karena
aku akan memakainya setelah makan siang nanti.......!”
“Jadi tuan hanya akan beristirahat sebentar saja di Yu-tai ?"
"Ya !" Chin Yang Kun mengangguk seraya melangkah
memasuki restoran. "Aku akan meneruskan perjalanan ke Sinyang.
Di sana aku akan menginap….”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh!” anak kecil itu tampak kecewa. Dipandanginya
punggung tamunya yang royal dan dermawan itu dari
belakang. "Sayang...." gumamnya.
Rumah makan itu ternyata penuh dengan orang-orang
yang ingin makan siang, sehingga ruangan ini menjadi riuh
luar biasa. Chin Yang Kun segera diantar ke meja yang paling
bagus setelah memberi uang hadiah kepada pelayan yang
menyongsongnya.
"Silahkan, tuan muda........! Silakan! Tuan muda mau
memesan apa ?” pelayan itu bertanya sambil membersihkan
meja yang telah bersih itu.
“Masakan apa yang paling mahal dan paling terkenal di
rumah makan ini?” Chin Yang Kun baIik bertanya.
Pelayan itu mengerutkan keningnya sebentar lalu tertawa.
"Wah, semua masakan dari restoran kami mahal-mahal dan
amat terkenal, terutama masakan telur burung daranya.
Banyak orang dari luar daerah yang datang kemari hanya
khusus untuk menikmati masakan telur burung dara kami…”
"Baik! Aku memesan masakan itu….. dan ehh..... apakah
restoran juga menyediakan arak merah dari Kang-lam?"
"Wah, tentu saja kami menyediakannya pula. Jangankan
hanya arak merah dari Kang-Iam, semua arak-arak pilihan
yang sukar didapatkan orangpun kami menyediakannya juga.
Tuan muda ingin Arak Tetesan Madu dari Hong-ciu? Ataukah
tuan menginginkan arak Harimau Kelabu dari Tibet? Dan
masih banyak lagi yang lain kalau tuan muda ingin
mencicipinya, seperti Arak Air Mata Perawan, Arak Embun
Salju, Arak Pengantin dari Tiang-An dan lain sebagainya….."
pelayan itu menyebutkan nama-nama arak pilihan dengan
bersemangat.
Chin Yang Kun melongo, matanya hampir tak berkedip
mengawasi bibir si pelayan yang berkicau tentang segala
macam nama arak yang aneh-aneh itu. Tak satupun dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sederetan nama itu yang pernah dikenal ataupun
didengarnya.
"Tuan muda ingin yang mana.......?" pelayan itu bertanya.
Chin Yang Kun cuma meringis. "Wah, bisa gila kalau aku
meminum minuman yang aneh-aneh itu. Beri saja aku Arak
Merah dari Kang-lam.......!” akhirnya pemuda itu berkata.
“Ohh, baik .....baik!" pelayan itu mengangguk-angguk
seperti ayam makan padi.
Begitu pelayan itu pergi Chin Yang Kun segera
mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya.
Diperhatikannya semua orang yang kini sedang makan-minum
di dalam ruangan itu. Dilihatnya seorang hartawan kaya
sedang menjamu tamu-tamunya di meja tengah. Rata-rata
tamunya juga dari kalangan orang berada. Mereka makanminum,
bergurau dan tertawa seakan-akan tidak
menghiraukan sama sekali kekacauan yang diletuskan oleh
para perusuh di daerah mereka. Agaknya mereka benar-benar
telah merasa aman dengan adanya pasukan kerajaan di kota
mereka.
Dan Chin Yang Kun memang melihat belasan orang
perajurit yang sedang makan-minum pula di restoran itu.
Mereka ada yang duduk di meja depan, di meja dekat jendela
dan malahan ada pula yang duduk di dekatnya. Mereka
dilayani secara khusus dan istimewa oleh para pelayan karena
mereka dianggap sebagai dewi pelindung kota mereka.
Selain hartawan dan tamu-tamunya, serta para perajurit
itu, Chin Yang Kun masih melihat banyak orang lagi yang
makan minum di ruangan itu. Diantara mereka adalah para
pedagang dan pelancong yang kebetulan sedang singgah di
kota itu.
Mata Chin Yang Kun tiba-tiba terbelalak mengawasi dua
orang Ielaki yang keluar dari ruang dalam. Kedua orang itu
berpakaian ringkas dan membawa senjata di tangannya. Salah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang diantaranya segera dikenal oleh Chin Yang Kun
sebagai penjaga yang kemarin ikut memergoki dirinya di atas
bukit yang digunakan oleh para perusuh itu.
Chin Yang Kun cepat-cepat menutupi wajahnya supaya
tidak terlihat oleh mereka. Tapi dua orang anggota kaum
perusuh itu malah berjalan ke arahnya kemudian duduk di
meja kosong yang ada di belakangnya. Begitu duduk kedua
orang itu Ialu memanggil pelayan dan memesan makanan.
Chin Yang Kun tidak bisa menebak, apakah kedua orang itu
sudah melihat dia atau belum tapi yang terang dengan
kehadiran orang itu di dekatnya ia harus hati-hati.
“Apakah yang harus kita kerjakan sekarang, twa-ko ?"
salah seorang dari kedua orang perusuh itu berbisik.
"Ssst, jangan terlalu keras! Lihat, di sini banyak sekali
telinga!” perusuh yang lain, yang dikenal oleh Yang Kun
sebagai penjaga itu berbisik pula memperingatkan temannya.
Sambil berbisik orang itu menggerakkan ibu jarinya ke arah
perajurit-perajurit itu.
"Ah, mereka takkan peduli kepada kita…. Bagaimana, twako?
Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Apakah yang
harus kita lakukan sekarang? Memberitahukan musibah ini ke
daerah-daerah dahulu, atau kita langsung mencari Wan Locianpwe
untuk melaporkan kematian Song-bun-kwi itu?"
Temannya tidak segera menjawab. Beberapa saat lamanya
orang ini berpikir, apa yang sebaiknya mereka lakukan
berkenaan dengan musibah atau bencana yang telah menimpa
kawan-kawan mereka itu.
Chin Yang Kun mendengarkan bisikan-bisikan itu dan
hatinya merasa kaget juga mendengar kematian Song-bun-kwi
Kwa Sun Tek. "Heh ! Iblis itu meninggal dunia? Siapakah yang
membunuhnya? Apakah Tung-hai-tiau dan kawan-kawannya?”
pemuda itu menduga-duga di dalam hati. "..... Tampaknya
memang demikian. Siapa lagi yang mampu membunuh Iblis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu selain Tung-hai-tiau? Dan musibah atau bencana yang
mereka katakan itu tentulah peristiwa hancurnya kekuatan
mereka di puncak bukit itu.”
"Sebaiknya kita membagi tugas," tiba-tiba Chin Yang Kun
mendengar lagi suara bisikan mereka, sehingga pemuda itu
buru-buru menghentikan lamunannya. "Kau pergi ke daerahdaerah
mengabarkan berita musibah ini, dan....... aku akan ke
Laut Timur menyusul Wan Lo-cianpwe untuk melaporkan hal
itu pula. Sukur aku bisa menghadap Ong-ya sendiri.
Bagaimana? Ataukah kau yang ke Laut Timur?” terdengar
suara perusuh, yang dikenal oleh Chin Yang Kun sebagai
penjaga itu membagi tugas yang harus mereka lakukan.
"Ah, aku tak biasa berhadapan dengan Wan Lo-cianpwe,
apalagi dengan Ong-ya sendiri. Twa-ko, kau sajalah yang ke
sana, biarlah aku yang ke daerah-daerah mengabarkan hal
ini." kawannya lekas-lekas menyahut.
"Baiklah kalau begitu. Kita makan dahulu, setelah itu kita
berpisah, untuk menunaikan tugas masing-masing. Mogamoga
saja Wan Lo-cianpwe dan Ong-ya tidak terkejut
mendengar laporanku nanti."
Kedua orang perusuh itu lalu makan makanan yang telah
dihidangkan oleh pelayan, sementara Chin Yang Kun malahan
menjadi hilang nafsu makannya. Mendengar percakapan itu
pikirannya lantas menjadi sibuk sendiri malah ! Beberapa kali
telinganya mendengar sebutan Wan Lo- cianpwee dan Ongya.
Siapakah sebenarnya tokoh-tokoh itu ? Tampaknya kedua
tokoh itu adalah tokoh puncak atau pimpinan mereka, yang
memimpin dan menghimpun kaum perusuh di seluruh daerah.
Dan tokoh yang mereka sebut "ong-ya" itu tentulah orang
berkerudung hitam dan bergelar Hek-eng-cu itu, yaitu orang
yang pernah menyekap dia di rumah Si Ciangkun setahun
yang lalu.
Persoalannya sekarang adalah, siapa sebenarnya tokoh
yang mereka sebut dengan panggilan Wan Lo-cianpwe itu ?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jangan-jangan orang itu adalah Wan It atau Hek-mou-sai Wan
It, bekas pembantu atau bekas kepercayaan mendiang
ayahnya.
Demikianlah, sementara dua orang anggota kaum perusuh
yang ada di belakangnya itu sibuk dengan makanan mereka,
Chin Yang Kun juga sibuk dengan angan-angan dan pikirannya
sendiri pula.
“Tampaknya yang mereka sebut Wan Lo-cianpwe itu
memang paman Wan it adanya.” pemuda itu meneruskan
renungannya. “Buktinya aku telah melihat sendiri kemarin
paman Wan It bersama-sama dengan Song-bun-kwi Kwa Sun
Tek di puncak bukit itu. Dan.......”
Tiba-tiba wajah pemuda itu menjadi pucat, hatinya terasa
dingin. Lapat-lapat ia teringat akan penuturan Chu Seng Kun
beberapa waktu yang lalu. Pemuda ahli obat itu pernah
bercerita kepadanya tentang seorang lelaki tinggi gemuk
berbulu lebat, yang kemana-mana selalu bersama-sama
dengan Hek-eng-cu.
"Yaa, tampaknya orang itu memang paman Wan It dan tak
dapat dipungkiri lagi. Tapi lalu apa maksudnya ia berkawan
atau menjadi pembantu Hek-eng-cu, padahal ia pernah
ditangkap dan disakiti oleh iblis berkerudung itu? Mungkinkah
paman Wan It telah mencurigai Hek-eng-cu sebagai
pembunuh keluarga Chin sehingga ia menyelidikinya dengan
cara mendekati iblis itu ? Tapi rasanya juga tidak mungkin
pula kalau ia berbuat demikian. Sebab kalau paman Wan lt
memang bermaksud menyelidiki keterlibatan Hek-eng-cu
dalam masalah pembunuhan keluargaku, tak mungkin rasanya
sampai memakan waktu yang sedemikian lamanya. Dua atau
tiga bulan rasanya sudah cukup, tidak perlu sampai berbulanbulan
atau setahun lebih seperti sekarang ini. Ah, janganjangan......
jangan-jangan paman Wan It....... paman Wan
It…."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu tak berani meneruskan dugaannnya. Rasanya
sungguh ngeri kalau membayangkan bekas tangan kanan
ayahnya itu berkhianat terhadap keluarganya.
"Hatiku benar-benar penasaran sekali. Aku harus
menyelidikinya sampai jelas."
Setelah memperoleh keputusan apa yang seharusnya ia
Iakukan pemuda itu lalu menghela napas lega kembali.
Matanya melirik sekilas ke belakang, melihat kalau-kalau dua
orang itu telah selesai dengan makan siangnya. Tapi betapa
terperanjatnya dia !
Dua orang itu sudah tidak ada lagi di tempatnya. Meja itu
sudah bersih. Tempat itu telah diduduki orang Iain lagi
sekarang, yaitu seorang kakek tua yang membawa-bawa
sepasang tongkat penyangga tubuh, yang kini disandarkan
pada kursinya. Dan kakek itu tampak sedang menatap Chin
Yang Kun pula dengan tajamnya !
"Ah !" Chin Yang Kun berdesah, lalu bangkit dengan
tergesa-gesa untuk memanggil pelayan.
"Sabarlah, anak muda........! Kenapa kau lantas terburuburu
pergi ? Marilah kita bercakap-cakap sebentar! Aku ingin
bertanya sepatah dua patah kepadamu......." tiba-tiba telinga
Chin Yang Kun berdengung perlahan tapi jelas sekali. Dan
ketika pemuda itu menoleh, dilihatnya kakek tua itu masih
tetap mengawasinya. Bibirnya yang berkeriput itu tampak
bergerak-gerak, tetapi tak sebuah suarapun yang terdengar
keluar.
"Kakek ini sengaja berbicara dengan aku memakai Ilmu
Coan im-jib bit. Apa maksudnya? Baiklah kululuskan saja
permintaannya barang sebentar........ setelah itu aku akan
mengikuti orang yang hendak menemui paman Wan It itu.
Biarlah, terlambat satu dua hari ke Sin-yang tidak apa. Toh
semuanya juga untuk menyelidiki persoalan keluargaku
pula........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu Chin Yang Kun lantas mengangguk,
kemudian kakinya segera melangkah menghampiri kakek
tersebut, "Apakah Lo-cianpwe memanggil saya ?" tanyanya
pelan seraya menarik kursi yang tersedia di meja kakek itu.
Dan tanpa sengaja pemuda itu melirik ke bawah sehingga
kedua buah kaki kakek yang lumpuh itu terlihat jelas olehnya.
Kakek itu meringis sambil memutar-mutarkan biji matanya
ke atas dan ke bawah seperti orang yang tak waras. Setelah
berhenti, mata yang kocak itu lalu menatap Chin Yang Kun
dengan tajamnya. Dan mata itu menatap terus hampir tak
pernah berkedip seolah-olah mata kucing yang sedang
mengincar korbannya.
Tentu saja Chin Yang Kun menjadi risih dan hilang
kesabarannya.
"Kakek, apakah yang kaukehendaki sebenarnya?
Katakanlah cepat atau.......aku akan pergi dari tempat ini ! Aku
harus lekas-lekas mengejar dua orang lelaki yang duduk di sini
tadi......" bisiknya sedikit keras.
"Ahh!” kakek itu tergagap seperti orang yang baru
dibangunkan dari tidurnya. Matanya kembali berputar-putar
dengan kocaknya, sementara bibirnya terbuka lebar
memperlihatkan mulutnya yang ompong tak bergigi sama
sekali. “Ah-uh, kaumaafkanlah aku .... anak muda ! Begitu
asyiknya aku menaksir-naksir dirimu, sehingga aku sampai
melupakan segalanya.....”
"Menaksir-naksir diriku? Apa maksudmu?" Chin Yang Kun
bertanya bingung.
"Begini, anak muda ! Kulihat usiamu masih sangat muda.
Gerak-gerikmu juga amat halus........ Tapi kata orang kau
telah mengalahkan....... Put-pat-siu Hong jin tadi pagi !
Benarkah itu? Kalau benar, lalu........ di manakah orang sinting
yang telah kaukalahkan itu sekarang ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun mengerutkan keningnya. Matanya yang
mencorong tajam itu balas menatap kakek tersebut dengan
berani. Nada suaranya terdengar kaku ketika menjawab
pertanyaan itu.
"Hmm, aku tidak tahu ke mana orang sinting itu
selanjutnya! Dia segera pergi begitu kalah bertaruh denganku.
Nah......... puas? Atau masih ada lagi pertanyaanmu yang lain
? Kalau tidak.......akulah yang akan ganti bertanya kepadamu.
Dengarlah.....! Siapakah kau ini sebenarnya? Mengapa kau
menahan aku di sini?"
Kakek itu menutupi mulutnya agar suara tawanya tidak
terdengar oleh orang di sekitar mereka. "Anak muda, kau
bersabarlah.......! Pertanyaanku belum habis. Coba katakan!
Apakah orang sinting itu tidak mengatakan apa-apa kepadamu
ketika akan pergi? Maksudku, apakah dia tidak mengatakan
kepadamu........mengapa dia terburu-buru pergi dari rumah
penginapan itu ?”
Chin Yang Kun tertegun, matanya sedikit memerah.
"Yang dikatakannya kepadaku? Ya, orang sinting itu
memang ada mengatakan sesuatu kepadaku. Katanya dia
sedang dikejar-kejar dan dicari-cari oleh gurunya. Nah,
memangnya kenapa? Mengapa kautanyakan itu kepadaku?
Apakah kau kenal dengan gurunya?"
"tentu saja! Akulah ..... gurunya orang sinting itu!”
Chin Yang Kun terbelalak. "Kau........ eh, Lo-cianpwe
gurunya?"
"Tidak salah! Akulah Put-chien-kang Cin-jin........”
"Put-chien-kang Cin-jin ?" tiba-tiba pemuda itu teringat lagi
akan dugaannya tentang tokoh-tokoh bernama "PUT” itu. “Eh,
apakah.....lo-cianpwe ini tokoh dari Aliran Bing-kauw?"
Kakek itu tidak segera menjawab. Perlahan-lahan dia
berdiri, lalu meletakkan sekeping uang tembaga di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mejanya. Tangannya meraih tongkat yang tersandar pada
meja, kemudian melangkah tertatih-tatih meninggalkan
tempat itu. Dan sebelum kakinya yang lumpuh itu melangkah
keluar pintu, dia menoleh.
"Benar ! Aku memang seorang tokoh dari Aliran Bing-kauw.
Bekas ketuanya malah...." gumamnya dengan Ilmu Coan-imjib-
bit.
“Ohhh ......!” Chin Yang Kun yang sedianya mau mengejar
itu terhenyak di atas kursinya dan dibiarkannya kakek tua itu
lenyap di balik pintu.
Chin Yang Kun lalu bergegas memanggil pelayan dan
membayar makanannya. Kemudian tanpa menunggu uang
kembaliannya lagi pemuda itu cepat-cepat keluar. Digapainya
anak kecil yang tadi ia serahi tugas mengurus kudanya.
"Tuan muda sudah selesai makan?” anak itu bertanya.
“Ya ! Aku akan berangkat sekarang…..eh, adik kecil........
apakah kau tadi melihat dua orang lelaki berpakaian ringkas
dan bersenjata pedang yang keluar dari rumah makan itu ?”
"Dua orang lelaki berpakaian ringkas ?” anak itu berpikir.
"Maksud tuan muda.......dua orang Ielaki berkuda yang
berpisah ketika tiba di jalan raya itu?"
"Ya...... ya! Kemana mereka?"
Anak kecil itu menunduk sebentar sambil memegang
dahinya. "Oh, ya....... aku ingat sekarang.. Orang yang lebih
tua mengendarai kudanya ke pintu gerbang kota sebelah
timur, sedangkan orang yang lebih muda kalau tidak salah
terus memacu kudanya ke selatan.”
"Terima kasih! Nah, sekarang kaubawalah kemari kudaku
itu! Aku akan segera berangkat.........”
"Baik tuan muda.” anak kecil itu mengangguk, lalu berlari
ke belakang mengambil kuda Chin Yang Kun. Kuda yang kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah bersih dan tampak segar itu dituntunnya ke depan.
Kendali dan pelananya sudah terpasang pula dengan rapi.
"Nih, ambillah lagi untuk membeli makan dan minummu
nanti!" Chin Yang Kun melemparkan sekeping uang perak
kepada anak kecil itu, Ialu meloncat ke punggung Cahaya
Biru.
"Terima kasih, tuan muda ........” anak kecil itu menangkap
uang tersebut dengan wajah gembira.
Chin Yang Kun lalu memacu kudanya ke pintu kota sebeIah
timur. Dari sana pemuda itu lalu memacu kudanya kembali
melalui jalan yang keras dan berdebu. Panas matahari yang
menyengat punggung tidak dirasakannya. Kuda itu terus
dipacunya melewati sawah, ladang dan lereng-lereng bukit
yang gersang.
Cahaya Biru berderap terus tanpa mengenal lelah. Kuda itu
hanya mengendurkan langkahnya bila memasuki
perkampungan penduduk. Meskipun demikian orang yang
dikejarnya itu belum tampak juga batang hidungnya.
"Gila! Kenapa orang itu belum kelihatan juga? Masakan
kuda yang ditungganginya juga kuda pilihan yang dapat
berlari cepat seperti angin ?” Chin Yang Kun bersungut-sungut
di dalam hati.
Jilid 33
CHIN YANG KUN berpacu terus. Semakin dekat dengan
kota Sin-yang semakin sering pula mereka melewati
perkampungan penduduk. Meskipun demikian orang yang
mereka kejar itu tetap tidak mereka ketemukan juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu hari telah menjadi sore. Matahari telah
hampir mencapai cakrawala barat, sehingga sinarnyapun
menjadi semakin redup. Tetapi keredupan ini justru membuat
suasana menjadi segar dan nyaman. Angin timur yang
membawa air itu bertiup lembut, menghalau udara sore yang
sudah tidak begitu panas lagi.
Tapi udara yang sejuk dan nyaman itu ternyata tidak dapat
mengobati hati Chin Yang Kun yang penasaran. Pemuda itu
tetap saja merasa jengkel karena tak bisa menemukan
buruannya.
"Baiklah, agaknya aku memang takkan bisa menemukan
orang itu. Lebih baik aku pergi saja sekarang ke Sin-yang
meneruskan rencanaku semula, menemui Thio Lung di
Gedung Kim-liong Piauw-kiok," akhirnya pemuda itu
mengambil keputusan.
Demikianlah, Chin Yang Kun Ialu memacu kudanya
kembali. Semakin dekat dengan kota Sin-yang, tanah ladang
dan persawahan semakin berkurang jumlahnya. Di kanan kiri
jalan yang dilaluinya sekarang mulai banyak didirikan
bangunan dan perkampungan penduduk. Dan makin dekat
dengan Sin-yang, bangunan dan perkampungan itu semakin
tumbuh rapat.
Tiba-tiba pemuda itu menarik tali kendali kudanya. Sekejap
pemuda itu berdebar-debar hatinya ketika mendadak
dilihatnya sebuah iring-iringan gerobag berjalan perlahan di
depannya. Iring-iringan itu terdiri dari lima buah gerobag
besar, yang masing-masing ditarik oleh dua ekor kudan beban
yang kuat-kuat. Beberapa orang penunggang kuda tampak
berjaga-jaga di depan dan di belakang barisan.
“Kim-liong Piauw-kiok……” Chin Yang Kun bergumam
perlahan ketika dilihatnya sebuah bendera besar bersulamkan
gambar naga di tengah-tengahnya. “Sungguh kebetulan sekali
aku bersua dengan mereka disini. Aku tak usah bersusahsusah
mencari mereka di Sin-yang nanti…..”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan hati gembira Chin Yang Kun memacu kudanya
mengejar iring-iringan gerobag tersebut. Di dalam hati
pemuda itu sudah merencanakan, bagaimana dia akan
menegur orang-orang itu nanti. Siapa tahu diantara mereka
ada yang telah mengenal dirinya.
Tapi kegembiraan itu segera musnah ketika Chin Yang Kun
melihat kain-kain putih yang melilit di kepala mereka. Orangorang
itu sedang berkabung! Wajah mereka tampak sedih,
pucat dan lelah!
Chin Yang Kun cepat menahan kendali kudanya. Tapi
karena jarak mereka sudah dekat dan suara kaki Cahaya Biru
sangat nyaring, maka kedatangan pemuda itu segera didengar
oleh orang-orang Kim-liong Piauw-kiok tersebut. Dengan
tangkas dan sigap orang-orang itu menoleh dan bersiap-siaga.
Terpaksa Chin Yang Kun tak dapat menghindarkan diri lagi.
Dengan perasaan tegang pemuda itu mengendarai kudanya
melewati mereka. Mulut yang sedianya mau menyapa tadi
mendadak bungkam, sebab diantara orang-orang itu ternyata
tak seorangpun yang pernah dikenalnya. Orang-orang yang
sedang berkabung itu menatap dirinya dengan pandangan
asing dan curiga.
Angin bertiup sedikit kencang dan tiba-tiba Chin Yang Kun
mencium bau yang tidak sedap. Pemuda itu menjadi curiga.
Diliriknya gerobag-gerobag yang ditutup rapat dengan kain
tebal itu. Apakah gerangan isi gerobag itu sebenarnya?
Chin Yang Kun menjadi bimbang, apa yang sebaiknya harus
ia lakukan! Menyapa mereka dan mengatakan maksudnya
untuk menemui Thio Lung, sehingga mereka bisa berjalan
bersama-sama ke kota Sin-yang? Ataukah lebih baik ia diam
saja meninggalkan mereka dan langsung menemui Thio Lung
disana?
Pemuda itu tidak dapat segera mengambil keputusan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda yang bergemuruh di
kejauhan. Semuanya terperanjat, tak terkecuali Chin Yang
Kun! Untuk sesaat mereka melupakan kecurigaan masingmasing,
karena seluruh perhatian mereka sedang tertuju
kepada suara gemuruh tersebut.
“Suara apa itu…..?” salah seorang dari anggota Kim-liong
Piauw-kiok itu bertanya kepada temannya.
“Tampaknya seperti suara barisan berkuda berjumlah
besar. Hah!! Lihatlah itu……! Debu di depan itu!”
Semuanya berdiri di atas punggung kuda masing-masing.
“Oh……pasukan kerajaan kiranya!” orang-orang Kim-liong
Piauw-kiok itu bernapas lega begitu melihat bendera dan
panji-panji yang dibawa oleh barisan itu.
“Ya! Hampir terbang semangatku! Kukira kaum perusuh
itu…..” yang lain mengangguk sambil menyeka keringatnya.
Tanpa terasa semuanya mempercepat langkah kaki kuda
mereka, sehingga roda-roda gerobag itu berdentangan pula
semakin riuh. Chin Yang Kun dan kudanya ikut terseret pula
dalam iring-iringan mereka.
“Hei…..pasukan itu ternyata tidak sedang menuju ke arah
kita!” anggota Kim-liong Piauw-kiok yang berada di depan
sendiri berteriak memberi tahu kawan-kawannya yang berada
di antara iring-iringan gerobag itu.
“Apa…..?” orang yang berada di belakang iring-iringan itu
berseru menegaskan.
“Mereka tidak melintasi jalan ini! Mereka cuma memotong
jalan ini menuju ke bukit-bukit itu!” orang yang di depan itu
berteriak lagi seraya menuding ke arah perbukitan di sebelah
utara.
“Yaa…..tampaknya pasukan itu sedang mencari tempat
berkumpulnya gerombolan-gerombolan perusuh itu. Kata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang Baginda Kaisar secara diam-diam telah mengerahkan
tentaranya untuk menggempur tempat-tempat pemusatan
mereka di seluruh negeri,” yang lain memberi keterangan
pula.
“Hei! Mengapa bendera Hong-thian-liong-cu (Burung Hong
Langit Mustika Naga) itu ada diantara panji-panji mereka?”
dengan kaget salah seorang diantara orang Kim-liong Piauwkiok
itu berseru.
“Apa? Bendera Hong-thian-liong-cu? Hei……benar juga
penglihatanmu! Itu memang bendera Hong-thian-liongcu…..
Panji Kekaisaran! Apakah baginda berada diantara
mereka?”
Chin Yang Kun mengernyitkan alis matanya. Dilihatnya
diantara bendera-bendera dan panji-panji itu memang ada
sebuah panji besar berwarna merah bergambarkan seekor
burung Hong dan naga sedang bercengkeraman. Dan menurut
apa yang telah didengarnya, panji tersebut memang bendera
pertanda kekaisaran Tiong-kok.
Barisan itu berderap seperti tiada habis-habisnya. Selain
pasukan berkuda, di dalam barisan itu ternyata ada pula
pasukan panah dan perbekalan. Mereka berjejal di atas
pedati-pedati yang mereka bawa, bercampur dengan makanan
dan perbekalan yang mereka angkut. Dan di ekor barisan
tampak gerobag-gerobag pengangkut peralatan perang,
seperti jaring, alat-alat perangkap, senjata dan alat pelempar
batu dan api.
“Wah, biarpun bukan sebuah laskar yang besar, tetapi
kekuatan itu benar-benar merupakan pasukan penggempur
yang komplit,” terdengar salah seorang anggota Kim-liong
Piauw-kiok itu berkata.
“Dan tampaknya dipimpin oleh Baginda Kaisar……” yang
lain menambahkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah, pasukan yang kurang lebih berjumlah limaratus
orang perajurit lengkap itu memotong jalan di depan mereka,
menuju ke perbukitan yang memanjang di sebelah utara jalan.
Yaitu sebuah perbukitan yang mempunyai banyak lembahlembah
subur. Dan derap langkah pasukan itu meninggalkan
kepulan debu yang bergulung-gulung tinggi di udara.
Beberapa saat lamanya Chin Yang Kun dan orang-orang
Kim-liong Piauw-kiok itu tetap berdiam diri saja di tempat
masing-masing, menanti hilangnya atau habisnya kepulan
debu yang menggelapkan jalan di depan mereka. Dan sambil
menanti itu tanpa sadar mereka saling berpandangan lagi.
Dan Chin Yang Kun kembali bimbang dan ragu-ragu pula.
“Keteprak….! Keteprak…..! Keteprak…..!”
tiba-tiba mereka dikejutkan lagi dengan suara derap kaki
kuda yang datang ke arah mereka. Dan sebelum semuanya
bisa menduga siapa yang telah datang, dari balik kepulan
debu muncul bayangan lima orang penunggang kuda berpacu
ke arah mereka.
Saking kencangnya lima orang berkuda itu hampir saja
menabrak iring-iringan gerobag mereka. Untunglah orangorang
Kim-liong Piauw-kiok itu sudah berwaspada
sebelumnya. Dengan tangkas mereka mengelak dan
menyabetkan cambuknya.
“Taar! Taar! Taaaaar !”
ujung cambuk mereka menyengat kuda-kuda yang hampir
melanggar mereka itu. Kontan saja kuda-kuda yang terkena
sabetan itu melonjak tinggi ke atas, seolah mau melemparkan
penunggangnya ke udara.
“Kurang ajar! Siapa berani mengganggu jalannya kudakuda
kami?” salah seorang dari lima penunggang kuda itu
menjerit marah. Tubuhnya yang terlempar ke atas itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjumpalitan di udara dengan manisnya, lalu mendarat di
atas tanah tidak jauh dari penyerangnya!
“Kalianlah yang tidak punya mata…..!” orang Kim-liong
Piauw-kiok yang baru saja mengayunkan cambuknya itu
memaki pula tidak kalah berangnya.
“Bangsat ! kalian….hei! Su-te, kau…..?”
Penunggang kuda yang marah-marah itu tiba-tiba berteriak
kaget serentak mengenali siapa yang mencambuk kudanya
tadi. Ternyata orang yang menghadang jalan dan mencambuk
kudanya itu adalah adik seperguruannya sendiri.
Yang lain-lainpun segera menjadi kaget pula. Ternyata
mereka segolongan, sama-sama anggota Kim-liong Piauw-kiok
juga. Maka beberapa saat kemudian merekapun lantas saling
berpelukan dengan hangatnya. Tapi sekejap kemudian
kegembiraan itu segera beralih menjadi tersendat-sendat lagi
manakala mereka teringat akan keadaan mereka yang sedang
dalam keadaan berkabung itu.
Dan kesedihan mereka itu ternyata masih berlanjut dan
…….belum selesai!
“Suheng, kenapa kau membawa kemari saudara-saudara
kita ini? Apakah Thio su-hu mengkhawatirkan keadaan kami
sehingga kalian mengutus su-heng kemari untuk
menyongsong rombongan ini?” orang yang memimpin iringiringan
gerobag itu bertanya kepada penunggang kuda yang
baru tiba.
Orang yang dipanggil su-heng itu tiba-tiba merangkul lagi
dengan sedihnya. Sesaat lamanya dia tak bisa menjawab
pertanyaan tersebut. “Su-te……” rintihnya.
Tentu saja sikap itu membuat cemas dan gelisah orangorang
yang membawa iring-iringan itu. Apalagi ketika mereka
melihat saudara-saudara mereka yang baru datang itu tibatiba
meruntuhkan air mata semuanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan entah apa kabarnya, melihat keributan kecil itu Chin
Yang Kun menjadi tertarik. Tanpa terasa pemuda itu ikut
berhenti pula diantara mereka. Matanya hampir tak pernah
berkedip memandang orang-orang itu.
“Su-heng, ada apa pula ini? Mengapa semuanya lantas
menangis? Bukankah kita semua sudah menangis kemarin?”
orang yang disebut su-te itu menggoyang-goyangkan tubuh
su-hengnya. “Sudahlah! Su-heng dan kawan-kawan jangan
menangis lagi! Kita selesaikan dulu tugas kita. Jenazah para
susiok itu telah kubawa pulang semua……lihatlah gerobaggerobag
itu! Marilah kita segera membawanya ke hadapan
Thio Lung su-hu!”
“Su-te, kau belum mengetahui semuanya…..” orang yang
dipanggil su-heng itu meratap semakin sedih. “Ketahuilah!
Thio……Thio su-hu juga mati dibunuh orang!”
“Huh……..? apa……..??” orang-orang yang membawa iringiringan
gerobag itu menjerit kaget. Berita itu seperti petir di
siang bolong.
“Thio su-hu dibunuh orang?”
“Be-benar……..! malam tadi……”
“Lalu…….siapa yang membunuhnya?”
orang yang dipanggil suheng itu menatap sutenya dengan
air mata berlinang. “Sute, kau jangan kaget……! Kaupun
pernah pula mendengar nama si pembunuh itu sebelumnya,
karena namanya pernah kita sanjung-sanjung sebagai “dewa
penolong” Kim-liong Piauw-kiok beberapa waktu yang lalu…..”
“Maksud su-heng…..yang membunuh Thio su-hu itu adalah
si pemuda aneh yang menolong Kim-liong Piauw-kiok ketika
berhadapan dengan Tiat-tung Kai-pang di tempat para
pengungsi dahulu itu?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tepat! Pemuda itulah pembunuhnya! Entah
mengapa…..pemuda itu tiba-tiba berbalik memusuhi Kim-liong
Piauw-kiok dan …..membunuh su-hu Thio Lung malam tadi!”
“Ah, benarkah itu? Tapi Tuan Hua dan pembantunya itu
bilang……”
“Eh, benar! Dimanakah Tuan Hua itu sekarang?” orang
yang disebut su-heng itu cepat-cepat memotong perkataan
su-tenya yang menyebut-nyebut nama Tuan Hua.
Orang yang memimpin iring-iringan gerobag itu menghela
napas sedih. “Luka yang diderita oleh Tuan Hua itu benarbenar
sangat parah, sehingga ia tak dapat mengikuti
rombongan gerobag pengambil jenazah ini. Dia dan
pembantunya terpaksa kutinggalkan di Ko-tien untuk berobat
dulu….. eh! Suheng, benarkah kata-katamu tadi? Benarkah
pemuda yang menolong kita itu yang membunuh Thio su-hu?
Apakah su-heng tidak salah?”
“Apa katamu? Kaukira aku membohongimu? Su-te, kenapa
kau ini……!” orang yang disebut su-heng itu melangkah
mundur dengan mata terbelalak.
“Ah, su-heng! Kau jangan terburu-buru marah dulu! Aku
tidak bermaksud demikian,” adik seperguruannya cepat-cepat
berkata.
“Lalu….mengapa kau berkata begitu tadi?”
“Ahh…….!” Adik seperguruannya berdesah. Wajahnya
tampak kebingungan dan serba salah. Berkali-kali kepalanya
menoleh ke belakang ke arah para pembantunya.
“Wah, pusing aku…..!” akhirnya ia berkata. “Su-heng,
sebenarnya keterangan siapa yang benar dalam masalah ini?
Keterangan yang su-heng berikan tadi atau……atau
keterangan yang diberikan oleh Tuan Hua?”
“Maksudmu?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Su-heng tadi mengatakan bahwa orang yang membunuh
Thio su-hu itu adalah pemuda yang dulu pernah menolong
kita. Tapi…..Tuan Hua tadi pagi juga berkata kepadaku bahwa
orang yang telah menolong dia menghadapi para perampok
kemarin siang juga pemuda itu pula. Eh, bagaimana ini…..?
jarak antara Poh-yang dan Sin-yang yang luar biasa jauhnya,
tak mungkin ditempuh hanya dalam beberapa jam saja.
Masakan pemuda itu sedemikian saktinya sehingga dia bisa
“terbang” secepat burung walet? Maksudku, masakan hanya
dalam beberapa jam saja setelah pemuda itu membantu Tuan
Hua, dia sudah berada di Sin-yang untuk membunuh Thio suhu?”
“Tidak! Apa yang dikatakan oleh Tuan Hua itu tentu salah!
Dia pasti telah salah lihat kemarin…..” orang yang disebut suheng
itu berteriak keras sekali.
“Su-heng, kau…..”
“Su-te, percayalah kepadaku. Apa yang kukatakan tadi
adalah benar, karena orang yang melihat si pembunuh itu
adalah su-couw Kim-liong Lo-jin sendiri. Beliaulah yang
memergoki pembunuh itu ketika keluar dari kamar Thio suhu…..”
“Su-couw Kim-liong Lo-jin? Bukankah su-couw itu……?”
“Su-couw itu sakit keras maksudmu?” orang yang dipanggil
su-heng itu memotong. “Benar! Su-couw memang masih
selalu berbaring di tempat tidurnya. Tapi justru karena tidak
pernah pergi kemana-mana itulah beliau dapat melihat
keterangan si pembunuh itu. Sayang su-couw sedang sakit
parah…..”
“Jadi……jadi…….?”
“Nah, su-te…..kini kau lebih percaya kepadaku dari pada
keterangan Tuan Hua itu bukan?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohhh…...” pemimpin iring-iringan gerobag yang dipanggil
su-te itu menundukkan kepalanya seraya menghela napas
panjang.
Dan orang yang disebut su-heng itu segera menghampiri
su-tenya serta menepuk-nepuk bahunya. “Su-te, marilah……!
Kedatanganku ini memang atas perintah su-couw untuk
menolongmu membawa jenazah-jenazah itu pulang……”
Sementara itu debu tebal yang menutupi jalan itu sudah
hilang, sehingga semuanya bisa saling melihat wajah masingmasing
dengan jelas. Dan orang yang disebut su-heng itu
tiba-tiba tertegun tatkala pandang matanya terbentur pada
seraut wajah asing yang belum pernah dilihatnya. Wajah yang
tampan namun bermata tajam mengerikan! Dan orang itu
berada di atas punggung kuda tunggangannya yang tegar dan
gagah di tepi jalan.
“Su-te! Siapakah dia……?” orang yang disebut su-heng itu
berbisik.
“Siapa yang su-heng maksudkan? Dia? Ohhhh……entahlah!
Entahlah! Aku juga belum mengenalnya……” pemimpin
rombongan gerobag pembawa jenazah itu menggelengkan
kepalanya.
“Tapi…..kulihat dia disitu sejak tadi. Kukira ia memang ikut
dalam rombonganmu ini.”
“Tidak! Orang itu baru saja muncul beberapa saat yang
lalu. Semula aku juga mencurigainya karena matanya selalu
mengawasi kami dan gerobag-gerobag itu.”
“Su-te, kalau begitu bersiaplah! Aturlah semua anak
buahmu! Kita harus berhati-hati terhadap orang ini. Meskipun
demikian kita tak perlu merisaukannya. Yang penting kita
harus menyelesaikan tugas kita dahulu. Marilah……!”
demikianlah, orang-orang Kim-liong Piauw-kiok itu lalu
bersiap-siap kembali untuk membawa gerobag-gerobag
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembawa jenazah itu ke Sin-yang. Mereka berharap, sebelum
matahari benar-benar tenggelam dan hari menjadi gelap,
mereka telah memasuki kota Sin-yang. Segala sesuatupun
akan lebih mudah diselesaikan disana dari pada di tempat lain.
Nama Kim-liong Piauw-kiok merupakan jaminan yang tak
tergoyahkan bagi setiap orang di kota besar itu.
Sementara itu pemuda yang mereka percakapkan dan
mereka curigai, yaitu Chin Yang Kun, tiba-tiba maju ke depan
rombongan mereka dan melintangkan kudanya di tengah
jalan! Wajah pemuda itu tampak kaku dan pucat, sementara
tatapan matanya terasa dingin menyeramkan, sehingga
penampilannya yang tiba-tiba di tengah jalan itu bagaikan
malaikat elmaut yang mendirikan bulu roma di setiap hati
anggota rombongan Kim-liong Piauw-kiok tersebut.
"Dia......dia merintangi jalan yang akan kita lalui, su-heng !
Heran! Mengapa perbawanya demikian besarnya? Dia cuma
sendirian, tapi ..... tapi kenapa hatiku menjadi ketakutan
begini?" pemimpin iring-iringan gerobag yang dipanggil su-te
itu berdesah kepada su-hengnya.
"Kau benar, su-te .... aku merasa seperti yang kaurasakan
juga. Aku yang tidak pernah merasa takut selama hidupku ini
tiba-tiba juga seperti seorang yang sedang dirayapi perasaan
ngeri dan gelisah. Pemuda ini mempunyai perbawa yang luar
biasa……”
“A-apa yang …..harus kita lakukan, su-heng?”
“Eng……entahlah!”
matahari sudah tidak kelihatan lagi. Yang kini tertinggal
hanyalah sisa-sisa sinarnya yang kemerah-merahan di langit
sebelah barat. Suasana di jalan tersebut sudah tidak begitu
terang lagi. Yang masih tampak jelas tinggallah pucuk
pepohonan tinggi di sekitarnya.
“semuanya berhenti!” Chin Yang Kun menggertak.
Suaranya terdengar nyaring dan bergema seolah-olah suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
guruh yang menggelegar di atas awan. “Dengarlah........! Sucouw
(kakek guru) kalian itulah yang telah salah mengenali
pembunuh su-humu! Pemuda yang pernah menolong kalian
itu tak pernah memusuhi Kim-liong Piauw-kiok, apa lagi
sampai membunuh Thio Lung! Mengerti......?"
Belasan orang anggota Kim-liong Piauw-kiok itu terdiam tak
berkutik. Semangat mereka seperti tiada lagi dalam tubuh
mereka. Keberanian yang selama ini selalu menjadi ciri khas
para anggota Kim-liong Piauw-kiok kini seolah-olah menjadi
melempem. Seluruh jiwa dan semangat mereka menjadi
hancur tertindih perbawa Chin Yang Kun!
''Dan....... kau!" tiba-tiba pemuda itu menuding ke arah si
pemimpin iring-iringan gerobag pembawa jenasah. “Apa yang
dikatakan oleh Tuan Hua itu…. Benar ! Memang pemuda itulah
yang membantu dia menghadapi para perampok di lereng
bukit itu!"
"Kau….. kau, eh....... bagaimana kau bisa memastikan hal
itu?" orang yang dipanggil su-heng itu akhirnya memperoleh
keberaniannya kembali. "Dan...... dan siapakah kau ini ?
Mengapa tiba-tiba ikut mencampuri urusan kami ?"
"Yaa........ ya, siapakah tuan ini?" su-tenya ikut mendesak.
Chin Yang Kun menyibakkan rambut yang menutupi pipi
dan pelipisnya. “Lihatlah baik-baik! Akulah pemuda itu!”
"Hah ?”
“Ohh ?!"
"Eh………!??"
Tiba-tiba belasan orang anggota Kim-liong Piauw-kiok itu
mencabut senjata masing-masing. Mereka menyebar ke segala
penjuru dengan perasaan was-was.
“Apa yang hendak kalian lakukan? Mengeroyokku?
Hmmm….jangan gegabah. Meskipun jumlah kalian banyak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tapi kalian masih tetap bukan lawanku. Masih ingat bentrokan
antar kaum kalian melawan Tiat-tung Kai-pang di tempat para
pengungsi itu? Hmm, tujuh orang su-siok kalian yang lihai-lihai
itu tak mampu melawan tiga orang pengemis Tiat-tung Kaipang.
Coba, kalau aku tak tampil di arena itu dan membunuh
tiga orang pengemis itu, apa jadinya nasib tujuh orang su-siok
kalian itu? Nah, sekarang pikirkanlah baik-baik! Apakah
kepandaian kalian ini sudah lebih hebat dari tujuh orang susiok
atau tiga orang pengemis itu?”
“Tapi……” kedua orang su-heng dan su-te itu mencoba
membela diri.
“Tidak ada tetapi…..! kalian harus percaya bahwa bukan
aku pembunuhnya. Aku akan membuktikannya nanti." Chin
Yang Kun memotong dengan suara tegas.
"Bagaimana tuan membuktikannya......?” su-heng dan su-te
itu masih belum percaya juga. "Dan kalau memang bukan
tuan, lalu siapakah….. pembunuhnya?"
“Bodoh! Kalau aku kalian pertemukan dengan Tuan Hua
atau su-couw kalian itu, bukankah semuanya akan menjadi
beres? Masakan mereka tidak bisa menimbang dan
membedakan antara aku dan si pembunuh itu? Dan….tentang
pembunuh itu, aku tidak tahu-menahu ! Itu urusan kalian
sendiri ! Aku tidak mau mencampurinya."
"Baik! Kalau begitu tuan kami undang ke gedung kami.
Tuan akan kami pertemukan dengan su-couw Kim-liong Lojin,"
orang yang dipanggil su-heng itu menyetujui pendapat
Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun menghela napas, laIu membalikkan kudanya
dan melangkah mendahului rombongan itu. “Aku akan
berangkat lebih dahulu. Aku akan menanti kalian di sana.”
“Eh, bagaimana kami menghubungi tuan nanti?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Jangan terlalu repot! Akulah yang akan menghubungi
kalian nanti. Bukan kalian!” Chin Yang Kun berseru sambil
melarikan kudanya.
Demikianlah, dengan perasaan dongkol dan geram Chin
Yang Kun memacu Si Cahaya Biru ke kota Sin-yang. "Kurang
ajar…..aku telah kehilangan jejak ! Orang yang kucari-cari dan
ingin kudengar keterangannya telah mati dibunuh orang. Dan
kau justru didakwa sebagai pembunuhnya, sungguh
penasaran!”
Hari semakin gelap dan semuanya tampak remang-remang.
Bulan belum muncul, sementara bintang-bintangnya juga baru
beberapa buah saja yang kelihatan. Namun demikian si
Cahaya Biru tetap saja berderap dengan kencangnya. Kuda
jantan yang berwarna hitam legam itu menerobos kegelapan
tanpa kesukaran. Sepasang matanya yang terlatih itu
menembus kepekatan malam seperti mata kucing dalam
kegelapan.
Beberapa saat kemudian kota Sin-yangpun telah kelihatan
di depan mereka. Kota besar yang dilingkari parit dan tembok
tinggi yang tampak kehitam-hitaman dari kejauhan, sepintas
lalu seperti raksasa tidur dalam kegelapan. Satu-satunya
petunjuk atau tanda bahwa tempat itu adalah kota yang
dihuni manusia hanyalah sinar-sinar lampunya yang
gemerlapan di balik tembok tinggi berwarna hitam tersebut.
“Lihatlah, Cahaya Biru! Kita telah sampai di Sin-yang.
Sebentar lagi kita akan mencari penginapan yang baik dan kau
boleh beristirahat lagi sepuas-puasmu.” Chin Yang Kun
mengelus-elus rambut kudanya yang berkibaran tertiup angin.
Kuda itu meringkik, lalu melesat ke depan lebih cepat lagi,
seakan-akan ikut bergembira dan ingin lekas-lekas pula
sampai di sana.
Pintu gerbang kota itu masih terbuka lebar dan jembatan
gantungnyapun masih terpasang di atas paritnya yang lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Masih banyak orang yang hilir mudik melewati jembatan
tersebut sehingga kedatangan Chin Yang Kun diantara orangorang
itu benar-benar tidak menarik perhatian sama sekali.
Banyak juga diantara orang itu yang naik kuda, keledai atau
pedati yang ditarik kuda beban.
Di dalam tembok suasana sungguh ramai dan meriah. Sinyang
memang sebuah kota yang amat besar.
Penduduknyapun sangat banyak, berjejal di dalam kampungkampungnya
yang rapat. Maka tak heran kalau kehidupan
kota itu setiap harinya amat sibuk dan hiruk-pikuk luar biasa.
Toko-toko, warung-warung buka di jalan-jalan setiap saat
selalu ramai dengan orang. Apalagi di jalan besar, para
penjaja makanan dan minuman, penjual obat dan pedagangpedagang
lainnya selalu ribut bersaing menawarkan dagangan
mereka.
Chin Yang Kun mengendarai kudanya perlahan-lahan.
Sambil menikmati kehidupan malam yang riuh dan semarak
itu ia akan mencari sebuah rumah penginapan yang baik dan
bersih. Malahan kalau bisa ia akan mencari yang mewah, agar
istirahatnya nanti dapat lebih nikmat dan tidak terganggu.
Soal uang ia tidak perlu khawatir, uang pemberian Liutwakonya
itu masih lebih dari cukup untuk membeli hotel dan
seluruh isinya.
Pemuda itu tidak menjadi heran tatkala beberapa kali harus
berpapasan dengan perajurit kerajaan yang bersenjata
lengkap. Sebagaimana layaknya sebuah kota besar kota itu
tentu juga diperlengkapi dan dijaga oleh pasukan kerajaan
yang cukup besar pula, sehingga kehadiran perajurit-perajurit
itu di jalan tidak perlu diherankan lagi.
Tapi ketika pemuda itu melihat kereta-kereta perang dan
persenjataan-persenjataannya yang lengkap diparkir di depan
sebuah penginapan besar dan mewah, hatinya menjadi
terkejut juga. Keadaan itu benar-benar aneh. Tak biasanya
alat-alat perang seperti itu ditaruh di depan rumah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penginapan. Lain halnya kalau alat-alat itu ditaruh di tangsi
atau barak-barak para perajurit!
Apalagi ketika pemuda itu melihat puluhan atau belasan
orang perajurit memenuhi ruangan depan rumah penginapan
itu, hatinya semakin bertanya-tanya, apa gerangan yang
terjadi di dalam rumah penginapan mewah itu?
Saking tertariknya, tanpa terasa Chin Yang Kun membawa
kudanya berbelok ke tempat itu. Dan ketika pemuda itu
menyadari apa yang telah dilakukannya, ia sudah terlanjur
memasuki halaman rumah penginapan tersebut, sehingga ia
tak enak hati untuk berbalik keluar lagi tanpa alasan. Apalagi
ketika dilihatnya beberapa orang perajurit berkuda juga ikut
pula memasuki halaman itu, rasa sungkan itu menjadi semakin
besar. Maka untuk menghilangkan rasa canggungnya pemuda
itu lalu berpura-pura sebagai pelancong biasa yang tak tahu
apa-apa. Dengan tenang ia menuju tempat penambatan kuda
untuk menitipkan kudanya.
Tapi baru beberapa langkah kudanya berjalan, empat atau
lima orang perajurit pengawal yang berjaga-jaga di halaman
itu telah mencegatnya. Dengan sopan namun tegas para
perajurit pengawal itu menyuruhnya turun.
“Saudara mau kemana?” salah seorang dari para pengawal
itu bertanya.
“Ohh……? Ada apa ini?” Chin Yang Kun berpura-pura kaget.
“Saya sedang mencari tempat penginapan. Mengapa tempat
ini dijaga para perajurit…..?”
“Maaf, saudara…….kaucari saja di tempat lain. Penginapan
ini telah penuh, karena semua kamar telah kami sewa sejak
kemarin.” Pengawal itu menjawab sambil tersenyum sabar.
“Sudah tuan sewa semuanya? Eh, mengapa begitu? Apakah
asrama atau barak-barak perajurit yang ada di kota ini telah
penuh sesak sehingga sudah tidak bisa memuat tuan-tuan
lagi? Waduh, celaka……! Aku terus menginap dimana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang? Aku sudah terbiasa menginap di penginapan ini
kalau singgah kemari sehingga aku tak mempunyai langganan
yang lain. Ahhhhh……!” Chin Yang Kun berpura-pura bingung.
“Ah, saudara tak usah merasa bingung. Kota ini adalah kota
yang sangat besar, dimana-mana banyak penginapan.
Saudara bisa memilih salah satu diantaranya…..”
“Yaa……tapi tentu tidak akan sebaik rumah penginapan ini.
Dan……suasananya serta pelayanannyapun tentu juga tidak
sebagus suasana dan pelayanan di sini. Apalagi aku
mempunyai kesenangan-kesenangan dan selera khusus yang
telah dikenal baik oleh para pelayan di rumah penginapan ini.
Aku tidak perlu meminta ini dan itu, atau harus memberi
perintah ini dan itu kepada para pelayan, karena para pelayan
di sini sudah mengenal baik semua adat kebiasaan saya. Oleh
karena itu……”
“Yaa……..ya, kami tahu semua itu,” perajurit pengawal itu
cepat-cepat memotong perkataan Chin Yang Kun yang
panjang lebar itu.
“Tapi bagaimana lagi kalau tempat ini sudah terlanjur kami
sewa semuanya? Masakan saudara mau mengusir kami yang
datang lebih dahulu?”
“Ah……tidak begitu maksudku. Masakan aku berani
mengganggu para petugas negara? Yang hendak kuminta
kepada tuan-tuan cuma pengertian dan sedikit belas kasihan,
yaitu berikanlah padaku sebuah kamar saja untuk tidur malam
ini. Biarlah yang paling kotor dan paling jelekpun tidak
apa……” Chin Yang Kun yang semakin tergelitik hatinya untuk
mengetahui rahasia para perajurit itu mencoba berbohong
untuk mendapatkan tempat di penginapan itu.
“maaf, kami tetap tak bisa meluluskan permintaan saudara.
Kami cuma pengawal-pengawal yang diberi tugas utuk
menjaga tempat ini. Dan tugas yang diberikan kepada kami itu
diantaranya ialah….menjaga jangan sampai orang luar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memasuki rumah penginapan ini! Oleh karena itu kami
terpaksa dengan berat hati mengusir saudara dari halaman
ini……!” pengawal itu menjawab sedikit kaku. Tampaknya
sikap Chin Yang Kun yang agak kepala batu itu mulai
menjengkelkannya.
“Kalau begitu tolong tuan katakan kepada pimpinan tuan,
siapa tahu beliau mengijinkannya? Soalnya……” Chin Yang Kun
tetap saja tak mau beranjak dari tempat itu. Dalam hati
pemuda itu berharap semoga ada salah seorang pengawal
atau anak buah Liu-twakonya di tempat itu, sehingga suara
ribut-ribut itu terdengar oleh mereka.
“Maaf, saudara......! Sekali lagi kami minta kau
meninggalkan tempat ini dengan segera! Kuharap kau jangan
menyusahkan dan menjengkelkan hati kami!” perajurit itu
akhirnya membentak karena sudah hilang kesabarannya.
Perajurit-perajurit pengawal itu lalu menodongkan tombaktombak
mereka ke arah Chin Yang Kun sehingga Si Cahaya
Biru menjadi kaget dan melonjak-lonjak. Dan keributan itu
segera dilihat oleh pengawal-pengawal yang lain. Mereka
bergegas mendatangi tempat itu dan sebentar saja Chin Yang
Kun telah dikepung oleh belasan orang perajurit.
Tapi keributan itu juga telah menarik perhatian para
perwira yang tadi berkuda di belakang Chin Yang Kun ketika
memasuki halaman rumah penginapan tersebut. Para perwira
itu cepat membelokkan kudanya ke tempat Chin Yang Kun
dikepung.
“Ada apa ribut-ribut di sini?” salah seorang perwira itu yang
bertubuh tegap dan berkumis Iebat membentak.
Kepungan itu segera menyibak untuk memberi jalan masuk
perwira berkumis lebat itu. Dan perajurit pengawal yang mulamula
mencegat Chin Yang Kun tadi segera maju ke depan
dengan tergopoh-gopoh menyongsongnya. Lalu dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
singkat namun jelas ia melaporkan semua kejadian yang telah
terjadi di tempat itu.
Perwira berkumis lebat itu lalu turun dari punggung
kudanya. Diambilnya sebuah obor dari tangan perajurit di
dekatnya, kemudian berjalan mendekati Chin Yang Kun.
"Kau sia ... eh, Tuan Yang Kun rupanya!” perwira berkumis
lebat yang sudah siap untuk marah itu tiba-tiba terbelalak
kaget.
“Wah, maaf.......... maaf. Kami sungguh tidak tahu kalau
tuan yang akan datang berkunjung kemari…." katanya
meminta maaf. Lalu dengan garang perwira itu membubarkan
kepungan tersebut.
Sesaat lamanya Chin Yang Kun hanya terIongong-longong
bingung mengawasi lawannya. Baru beberapa saat yang lalu
dia berharap agar supaya ia dapat bertemu dengan salah
seorang pengawal atau anak buah Liu twakonya, tapi setelah
harapan itu kini benar-benar terkabul ternyata dia telah
melupakannya malah.
Tampaknya perwira berkumis lebat itu tahu kalau Chin
Yang Kun sudah lupa kepadanya.
“Tuan, marilah kita masuk dulu ke dalam! Kami akan
menyediakan sebuah kamar yang bagus kepada Tuan Yang,
setelah itu kita dapat saling berbicara tentang diri kita masingmasing.
Bagaimana……?”
Chin Yang Kun tetap belum bisa mengingat nama perwira
berkumis lebat itu. Tapi melihat kesungguhan orang itu, ia tak
bisa berdiam diri terus-menerus. Akhirnya ia mengangguk
ketika perwira itu mempersilahkannya sekali lagi.
“Baiklah….. terimakasih! Maaf, aku benar-benar sudah tak
ingat lagi kepada tuan. Ehm…..bolehkah aku mengetahui
nama tuan?” sambil melangkah Chin Yang Kun bertanya
kepada perwira tegap berkumis lebat tersebut. Sementara itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan cekatan seorang pengawal sudah mengambil si
Cahaya Biru dan membawanya ke belakang.
“Ahaa…..baru kemarin kita berjumpa, Tuan Yang sudah
lupa lagi. Eh, aku adalah pengawal Hong….Hong……uh,
bukan. Aku adalah pengawal Tuan Liu……Liu Ciangkun, yang
kemarin berjumpa dengan tuan di jalan dekat kota Poh-yang
itu.” Perwira itu menjawab dengan gagap dan hampir saja dia
melupakan pesan junjungannya, yaitu menyebutkan sebutan
“Hong-siang” atau Baginda di depan Chin Yang Kun.
Untunglah pemuda itu tidak bercuriga.
“Ohh……jadi tuankah pengawal yang hampir saja marah
karena aku telah menghentikan kereta Liu twa-ko itu?”
pemuda itu bertanya dengan suara gembira.
“Benar! Setelah itu…..setelah itu Tuan Liu, eh……Liuciangkun
bercerita tentang Tuan Yang. Dan beliau juga
berpesan kepada kami semua agar menghormati tuan Yang
seperti kami menghormati beliau sendiri.”
“Wah…….Liu twako itu ada-ada saja.” Chin Yang Kun purapura
tidak senang.
Mereka melangkah naik ke atas pendapa, melewati
beberapa orang penjaga yang berdiri tegak memegang
tombak. Dan diatas pendapa itu terang benderang dengan
lampu-lampu yang tergantung disana-sini, menerangi semua
perabotan mewah yang diletakkan dan dipajang di dalam
ruangan itu. Beberapa orang perwira berpakaian indah
gemerlapan kelihatan sedang duduk-duduk disana, dilayani
oleh pelayan-pelayan cantik berpakaian bersih menarik.
Belasan orang perajurit pengawal juga tampak berdiri dimanamana.
Mereka bersikap biasa dan santai, berjalan hilir mudik
kian kemari, sambil kadangkala mengambil minuman dan
makanan yang telah tersedia dan memakannya bersama para
penjaga yang berdiri tegak di depan pintu tersebut. Meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu tampak benar bahwa mereka selalu waspada dan siapsiaga
menjaga segala kemungkinan.
Sekejap Chin Yang Kun menjadi silau dengan sinar lampu
yang tiba-tiba menimpanya. Dan tiba-tiba pula dia menjadi
risih dan sungkan dengan keadaannya yang kotor dan
berdebu itu. Apalagi ketika beberapa orang pelayan cantikcantik
dan berpakaian bersih-bersih itu datang
menyongsongnya! Rasa-rasanya kaki yang bersepatu kotor
berlepotan lumpur itu menjadi berat untuk melangkah di atas
lantai pendapa yang licin mengkilap seperti kaca.
"Ohh........ Siangkoan Ciangkun telah pulang. Selamat
datang, Ciangkun ! Mari, silahkan........!" pelayan-pelayan
cantik itu menyapa dan memberi hormat kepada perwira
kumis lebat yang datang bersama Chin Yang Kun itu. Lalu
mereka tertawa cekikikan melihat tampang Chin Yang Kun
yang merah padam dan kemalu-maluan itu. Mereka saling
mencubit satu sama lain.
"Hai, kalian mentertawakan siapa ? Jangan kurang ajar !
Ayoh, panggil teman-teman kalian yang lain ! Siapkan sebuah
kamar yang baik untuk tuan Yang ini! Awas, jangan
sembrono……!” Siangkoan Ciangkun pura-pura membentak
mereka.
“Baik, ciangkun!”
“Baik, ciangkun……! Akan kami laksanakan!”
“Baik, Siangkoan ciangkun……akan hamba kerjakan!”
para pelayan itu menjawab seperti anak ayam yang
menciap-ciap di hadapan induknya. Mereka saling berebut di
depan untuk mendapatkan perhatian Siangkoan Ciangkun
yang tegap dan gagah itu. Dan sebelum Chin Yang Kun
menyadari keadaannya, pelayan-pelayan cantik itu telah
menariknya ke ruangan yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciangkun ! Ciangkun ! Ini........ ini.......bagaimana ini?"
Chin Yang Kun berteriak-teriak kebingungan. Pemuda itu
meronta-ronta, tapi karena ia tak ingin melukai gadis-gadis itu
maka diapun tak bisa melepaskan pegangan mereka pula.
Malahan sebentar kemudian ada suatu perasaan aneh yang
tiba-tiba menjalar dari jari-jari halus dan lembut yang
berpegangan pada tubuhnya tersebut. Dan makin lama
perasaan aneh itu berkembang semakin mengasyikkan bagi
Chin Yang Kun sehingga akhirnya pemuda itu menjadi
keenakan dan tak mau meronta lagi!
Gadis-gadis itu lalu menyiapkan air hangat dan pakaian
bersih untuk Chin Yang Kun. Setelah itu mereka
mempersilakan pemuda itu mandi.
"Tuan Yang, silakan kau mandi dulu! Biarlah kami semua ke
pendapa untuk menyiapkan makan malam."
"Terima kasih…..!"
Dengan dada berdebar-debar pemuda itu mengawasi
kepergian gadis-gadis cantik tersebut. "Ah, gila....... ! Kenapa
aku ini? Mengapa watakku menjadi jorok dan mudah
terangsang paras cantik sekarang? Heran aku.......!"
Pemuda itu lalu menghela napas sedih. Perlahan-lahan
direbahkannya tubuhnya diatas pembaringan, kemudian
dipandangnya langit-langit kamarnya yang berwarna kelabu
tua itu. Warna sedih yang selama ini selalu merundung
dirinya. Pemuda itu lalu memejamkan matanya. Bau harum
yang keluar dari pembaringan itu membuat pikirannya lantas
melayang jauh menyelusuri bayang-bayang hidupnya.
Mula-mula terlintas di dalam pikiran pemuda itu nasib
seluruh keluarga dan kerabatnya yang amat buruk. Satu
persatu keluarga dan kerabatnya meninggal dunia dengan
cara yang sangat menyedihkan. Mereka dibunuh dan dibantai
oleh lawan yang tak pernah menampakkan dirinya, sehingga
akhirnya tinggal dia sendirilah yang masih hidup di dunia ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu menghela napas sekali lagi. Setelah itu
berkelebat pula di dalam pikirannya bayangan-bayangan
dendam kesumat yang dibawanya akibat peristiwa yang
sangat menyedihkan itu. Dendam kesumat itu menuntun
dirinya menjadi pemburu manusia yang sekiranya dapat ia
curigai dan ia sangka sebagai pembunuh keluarganya.
Berbagai macam cobaan dan pengalaman telah melanda
dirinya, dari yang kecil sampai yang besar, dari yang biasa
sampai yang aneh-aneh, sehingga semua itu membuat dirinya
menjadi seorang manusia aneh seperti keadaannya sekarang
ini.
Chin Yang Kun berdesah sedih seperti mau menyesali
hidupnya yang kurang berbahagia itu. Bagaimana dia bisa
berbahagia kalau kini hanya tinggal sebatangkara di dunia?
Bagaimana dia bisa berbahagia kalau sanak keluarganya
dibantai orang tanpa ia tahu siapa yang melakukannya?
Bagaimana dia bisa berbahagia kalau dalam tubuhnya
mengalir racun aneh yang sangat menyusahkan kehidupannya
kelak?
Dan……sekarang ada satu gejala lagi di dalam tubuhnya
yang sangat mencemaskan hatinya. Beberapa hari terakhir ini
nafsu berahinya terasa mudah sekali bergolak. Dan apabila
sudah terlanjur bergolak, rasa-rasanya otak dan akal sehatnya
sudah tidak bisa mengendalikannya lagi. Rasa-rasanya seperti
ada suatu dorongan aneh di dalam tubuhnya sendiri yang sulit
dijinakkan ataupun dielakkan. Dan dorongan nafsu iblis itu
belum akan hilang kalau belum terlampiaskan!
Chin Yang Kun lalu teringat akan pengalamannya bersama
Tiau Li Ing. Kemudian pemuda itu teringat pula
pengalamannya yang mengerikan dan menjijikkan bersama
wanita muda isteri pemilik rumah penginapan itu. Wanita itu
mati keracunan karena telah berhubungan dengannya!
“Ohhh…….!” Chin Yang Kun menutup mukanya dengan
telapak tangannya. Batinnya benar-benar merasa terpukul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh peristiwa itu. Ia sungguh menyesal bukan main. Kejadian
itu benar-benar membuat dirinya merasa kotor dan berdosa!
“Ada apa sebenarnya di dalam tubuhku ini? Mengapa selalu
ada-ada saja cobaan yang harus kuterima? Semakin lama
rasanya aku menjadi semakin asing terhadap diriku
sendiri……” Chin Yang Kun meratapi nasibnya.
Tok! Tok! Tok!
Tiba-tiba pintu kamar itu diketuk orang dari luar. Dan
sebelum Chin Yang Kun bangkit untuk membukanya, dari luar
sudah menerobos masuk pelayan-pelayan cantik tadi. Begitu
masuk mereka langsung mengepungnya.
“Tuan Yang Kun sudah selesai mandi? Kalau sudah…..hei!?
mengapa tuan belum mandi juga?”
“sebentar……ini…..ini……” Chin Yang Kun mencoba
menerangkan sambil tersenyum.
Tapi gadis-gadis cantik itu ternyata sudah tidak sabar lagi.
Sambil tertawa cekikikan mereka menyergap Chin Yang Kun
dan……melucuti pakaiannya!
Sedetik lamanya Chin Yang Kun melongo saking kagetnya.
Serentak sadar ia langsung meronta sebisa-bisanya.
Dipertahankannya habis-habisan selapis celana dalam yang
masih tersisa!
“Ini……ini……jangan! Ja-jangan…….!” Teriaknya ketakutan.
Gadis-gadis itu melangkah mundur dengan tertawa
cekikikan.
“Nah! Tuan Yang Kun ingin kami mandikan sekalian…..atau
mandi sendiri?” mereka bertanya dengan nada menggoda.
“Aaaaa…….tidak! Jangan! Aku akan mandi sendiri……!” Chin
Yang Kun menjerit seraya berlari tunggang-langgang ke kamar
mandi. Ditutupnya pintu kamar mandi itu keras-keras,
sehingga gedung itu rasanya mau runtuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi gadis-gadis itu tertawa gembira menyaksikan
tingkah laku Chin Yang Kun yang konyol dan menggelikan itu.
“Cepat sedikit Tuan Yang! Kau telah dinantikan oleh Siangkoan
Ciangkun di pendapa depan!” mereka berteriak dengan suara
genit. Lalu dengan tertawa riang mereka kembali ke ruang
depan. Sama sekali mereka tidak mengira atau menyadari
bahwa perbuatan mereka tadi sungguh sangat berbahaya
sekali. Hampir saja Chin Yang Kun tadi tidak bisa mengekang
nafsu iblisnya yang mulai merambat naik ke otaknya.
Sementara itu di dalam kamar mandi Chin Yang Kun
langsung saja terjun ke dalam bak air dan membenamkan diri
untuk beberapa saat lamanya. Dikibas-kibaskannya kepalanya
di dalam air agar supaya menjadi dingin kembali. Setelah itu
barulah ia keluar dari bak air itu dan mandi seperti biasanya.
Dan beberapa waktu kemudian ketika gadis-gadis itu
kembali lagi Chin Yang Kun telah siap berdandan. Sepatu dan
celananya sudah berganti dengan yang baru, sementara
rambutnya yang hitam panjang itu digelung ke atas dan diikat
dengan kain sutera kuning gemerlapan. Hanya baju pemberian
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu saja yang tidak berganti.
Meskipun demikian karena baju tersebut juga masih baru,
maka pemuda itu benar-benar tampak rapih dan tampan
sekali.
Sesaat lamanya gadis-gadis itu hanya berdiri saja
mengawasi di depan pintu. Tampak benar bahwa mereka
terkejut melihat Chin Yang Kun yang tampan itu. Kelihatannya
mereka tidak menyangka sama sekali bahwa pemuda desa
yang dekil dan kotor itu ternyata demikian tampan dan
menariknya!
“Oh, Tuan Yang…….” Mereka menyapa, dan kini mereka
benar-benar tidak berani atau sungkan mengolok-olok lagi.
Kini merekalah yang menjadi canggung dan salah tingkah!
Tapi Chin Yang Kun tidak mempedulikan sikap mereka itu.
Dengan tenang pemuda itu melangkah keluar menuju ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendapa. Di tempat itu Siangkoan Ciangkun telah menunggu
di pojok ruangan, menghadapi sebuah meja besar yang telah
siap dengan segala macam masakan untuk makan malam.
Beberapa orang perwira tampak berada di meja itu pula
menemani Siangkoan Ciangkun.
Bagaikan sedang menghadapi tamu besar saja Siangkoan
Ciangkun dan para perwira itu berdiri menyambut kedatangan
Chin Yang Kun. Akibatnya Chin Yang Kun menjadi malu dan
sungkan ketika diperkenalkan kepada para perwira itu. Sikap
para perwira yang sangat menghormat itu sungguh membuat
pemuda itu menjadi kikuk dan tidak enak hati.
“Tuan Yang, perkenalkanlah…..! Tuan-tuan yang sekarang
duduk bersama kita ini adalah para pembantu dekat Liu……Liu
Ciangkun! Atas perintah Hong-siang mereka membawa
pasukan mereka masing-masing kemari untuk membantu Liu
Ciangkun……” perwira berkumis lebat itu berkat. Dan kepada
para perwira itu Siangkoan Ciangkun juga berkata.
“Dan…….seperti yang telah saya katakan tadi, inilah Tuan
Yang…….saudara angkat Liu Ciangkun.”
Mereka lalu saling memberi hormat. Dan sekali lagi sikap
para perwira yang sangat menghormat dirinya itu membuat
Chin Yang Kun menjadi sungkan sekali. Sementara di dalam
hatinya Chin Yang Kun semakin heran sekaligus kagum
terhadap Liu twa-konya. Ternyata Liu twa-konya itu
sedemikian tinggi kedudukannya, sehingga perwira-perwira
itupun cuma merupakan pembantu-pembantunya saja.
“Ah, bodoh benar aku ini! Jangankan cuma perwira-perwira
ini, sedang Yap Tai-ciangkun yang berkedudukan sangat tinggi
itu masih menjadi bawahannya juga.” Chin Yang Kun berkata
di dalam hatinya. “Kalau begitu tidak heran kalau mereka juga
sangat menghormati aku…..”
lima orang pelayan cantik yang mengantar Chin Yang Kun
tadi datang membawa cangkir dan minuman. Mereka
meletakkan cangkir-cangkir itu di depan Chin Yang Kun dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para perwira tadi dan mengisinya dengan arak putih yang
sedap dan harum. Setelah itu mereka membuka tutup
makanan yang mereka sediakan di atas meja itu dan
mempersilakan semuanya untuk memulainya.
“Terima kasih!” Siangkoan Ciangkun mengangguk,
kemudian merogoh saku dan mengeluarkan beberapa keping
uang perak untuk hadiah mereka. “Nih, kalian bagi yang rata!”
“Terima kasih, Siangkoan Ciangkun……” gadis-gadis itu
tersenyum dengan gembira.
“Nah, Tuan Yang……marilah kita makan dulu seadanya!”
setelah para pelayan itu pergi Siangkoan Ciangkun
mempersilakan Chin Yang Kun dan yang lain untuk makan.
Chin Yang Kun terpaksa menurut juga. Sambil makan
mereka berbicara tentang apa saja, sehingga akhirnya mereka
berbicara tentang tugas yang sedang mereka lakukan di
daerah itu.
“Jadi…..peralatan-peralatan perang yang berada di jalan itu
memang sengaja Ciangkun bawa untuk menghadapi
gerombolan-gerombolan perusuh itu?” Chin Yang Kun
bertanya kepada Siangkoan Ciangkun.
“Benar! Menurut laporan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee
kepada Hong-siang, kekuatan mereka yang terbesar berada di
daerah ini. Oleh sebab itu Hong-siang sengaja mengirimkan
pasukan-pasukan terbaiknya ke sini, dan dipimpin langsung
oleh……eh, oleh Liu Ciangkun sendiri!”
Chin Yang Kun mengangguk-angguk karena diapun
beberapa kali melihat pasukan-pasukan tersebut tersebar di
beberapa tempat, termasuk pula diantaranya adalah pasukan
yang dipimpin oleh Kim Cian-bu itu!
“Jadi…..jadi Baginda telah mencium adanya rencana
pemberontakan itu dari Hong-lui-kun Yap Kiong Lee? Tapi
mengapa…..malahan tak kulihat pendekar sakti dan Yap TaiTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ciangkun itu disini…..?” sambil lalu Chin Yang Kun
menanyakan kakak beradik yang sangat terkenal itu.
“Ah, mereka berdua telah mendapat tugas sendiri dari
Hong-siang, dan tugas mereka justru lebih berat dari pada
tugas kami disini. Mereka harus melacak dan menangkap para
pimpinan gerombolan perusuh itu, yang tempatnya telah
diketahui pula oleh Hong-lui-kun Yap Kiong Lee. Dan karena
dikhabarkan bahwa pimpinan gerombolan tersebut dan para
pembantu utamanya berkepandaian sangat tinggi, maka
Hong-siang mengikutsertakan juga pasukan Sha-cap-mi-wi
untuk membantu gerakan mereka.”
Sekali lagi Chin Yang Kun hanya mengangguk-angguk,
karena dia juga telah tahu siapa pemimpin gerombolan itu dan
para pembantunya. Memang kalau cuma pasukan biasa saja
tidak mungkin dapat menangkap Hek-eng-cu dan para
pembantunya yang lihai-lihai itu.
Pembicaraan itu lalu berhenti untuk beberapa saat
lamanya. Masing-masing tampak sedang sibuk menghabiskan
bagian-bagian terakhir dari makan malamnya. Hidangan
makan malam tersebut benar-benar lezat sehingga Chin Yang
Kun dan para perwira itu merasa puas sekali. Seluruh
masakan yang berada di atas meja itu betul-betul istimewa
sehingga rasa-rasanya mereka segan untuk menghentikan
makan malam mereka.
Tetapi perut mereka ternyata tidak bisa memuatnya lagi.
Sambil mengisi cangkirnya lagi Siangkoan Ciangkun menatap
Chin Yang Kun. “Nah, Tuan Yang……puas bukan? Sekarang
marilah kita nikmati sebuah hiburan lagi! Ayoh, kalian
mulailah……!”
Perwira berkumis lebat itu bertepuk tangan dan tiba-tiba
Chin Yang Kun dikejutkan oleh suara kecapi yang mendadak
berdenting nyaring memenuhi ruangan pendapa yang luas
tersebut. Dan seperti juga datangnya suara kecapi yang
sangat mengejutkan itu, tiba-tiba dari pintu dalam muncul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula dengan mendadak belasan orang penari cantik, berlari
berurutan ke tengah-tengah pendapa tersebut. Sambil berlari
mereka mengibas-ngibaskan kipas yang mereka bawa ke
kanan dan ke kiri bersama-sama, sementara pakaian mereka
yang berwarna-warni itu berkibaran seperti bunga mekar yang
bergetar tertiup angin.
Kemudian mulailah gadis-gadis itu menggerak-gerakkan
tubuh mereka dengan indahnya. Berbareng dengan denting
suara kecapi yang semakin panas tubuh merekapun bergerak
semakin cepat dan menggairahkan. Mereka melangkah,
meliuk dan berputar bersama-sama dengan lemah gemulai,
membikin semua orang terpaksa menahan napas tanpa
berkedip!
"Ahhh…..!" Chin Yang Kun berdesah tanpa terasa.
Siangkoan Ciangkun menoleh dan........tersenyum melihat
air muka Chin Yang Kun yang mulai terbakar itu.
"Tuan Yang, coba kaulihat mereka itu! Cantik-cantik,
bukan?” perwira itu mencoba untuk menjajagi hati Chin Yang
Kun. “Eeh, manakah yang tercantik menurut pendapat Tuan
Yang?”
Chin Yang Kun tersentak kaget. Mukanya menjadi merah
seketika. Tapi sebaliknya gairah yang mulai menyala di dalam
tubuh itu menjadi padam malah!
"Ah…….eh……..oh, Ci…..Ciangkun ini ada-ada saja!
Aku……aku tidak sedang memikirkan para penari itu. Aku
sedang berpikir tentang……..”
“Oooh, aku tahu ! Tuan Yang telah terlanjur jatuh hati
kepada para pelayan tadi, bukan? Hehehe….jangan khawatir!
Mereka akan kusuruh menemani Tuan Yang nanti.” Siangkoan
Ciangkun cepat-cepat memotong perkataan Chin Yang Kun.
“Ahhhh!” Chin Yang Kun berdesah lagi dengan hati
berdebar-debar. Satu persatu wajah para pelayan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkelebat di depan matanya. Namun dengan
menggeretakkan giginya pemuda itu berusaha menghapus
bayangan-bayangan tersebut.
“Terimakasih, Siangkoan Ciangkun. Aku benar-benar tidak
sedang memikirkan siapa-siapa. Aku hanya ingin lekas-lekas
bertemu dengan Liu twa-ko. Dan…..sejak tadi Siangkoan
Ciangkun belum mengatakan kepadaku, dimana Liu twa-ko
sekarang berada……”
“Hah? Ooo…..benar……benar! mengapa aku menjadi orang
ling-lung begini? Sejak semula seharusnya aku sudah tahu
bahwa kedatangan Tuan Yang kemari ini tentu hendak
bertemu dengan Liu Ciangkun, hahaha……” perwira berkumis
lebat itu tertawa.
“Maafkanlah aku, Siangkoan Ciangkun……” Chin Yang Kun
tersenyum pula.
“Hahaha…..akulah yang seharusnya meminta maaf kepada
Tuan Yang. Tapi……..sudahlah, sebentar juga Liu…..Liu
Ciangkun akan datang. Sejak siang tadi beliau ikut Hong-siang
pergi berburu.”
"Hong siang.........? Berburu.......?” Chin Yang Kun
terbelalak matanya. Tiba-tiba pemuda itu teringat pada
pasukan besar yang melintasi jalan raya sore tadi.
Tapi Siangkoan Ciangkun menyangka bahwa kekagetan
tamunya itu disebabkan karena hadirnya Hong-siang di kota
Sin-yang. Oleh karena itu diam-diam Siangkoan Ciangkun
tertawa di dalam hati. Perwira yang telah diberitahu oleh
Baginda tentang sandiwara “Liu twa-ko” atau Liu Ciangkun” itu
benar-benar tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan
pemuda itu kalau nanti akhirnya tahu bahwa orang yang
selama ini ia anggap sebagai “Liu twa-ko” itu ternyata adalah
Kaisar Han sendiri.
“Maaf…….aku tadi belum mengatakan pula kepada Tuan
Yang tentang kedatangan Hong-siang kemari.” Perwira itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat-cepat berkata. “Pagi tadi seluruh pasukan kamipun juga
terkejut melihat kedatangan Hong-siang di kota ini! Apalagi
Hong-siang hanya dikawal oleh empat orang perwira
kepercayaannya……”
“Oooh! Tapi…….tapi sore tadi kulihat sebuah pasukan besar
dan lengkap menuju ke bukit di sebelah utara kota ini.
Dan……aku melihat juga bendera Hong-thian-liong-cu diantara
mereka. Masakan untuk berburu saja Hong-siang membawa
Liu twa-ko dan pasukan sebesar itu?”
“Hei……….jadi Tuan Yang telah berjumpa dengan pasukan
Hong-siang tadi? Ah, kalau begitu mereka cuma berada di
sekitar kota ini saja sekarang,” perwira berkumis lebat itu
menatap Chin Yang Kun dengan perasaan lega.
“Lhoh…….memangnya kemana Hong-siang pergi berburu?”
Chin Yang Kun bertanya dengan wajah sedikit curiga. Masakan
perwira-perwira itu tak tahu dimana Hong-siang sedang
berburu?
“Eh-oh, maaf……Tuan Yang! Berburu itu cuma istilah yang
kami pakai untuk gerakan kami dalam menumpas gerombolan
perusuh itu. Maaf……” Siangkoan Ciangkun cepat-cepat
memberi keterangan.
“Ohh……!”
Keduanya lalu menatap ke depan lagi, melihat ke arah para
penari yang ternyata telah mulai menutup bagian terakhir dari
tari-tarian mereka. Para penari itu tampak berdiri berjajar
sambil meletakkan kipas di dada masing-masing, lalu secara
berbareng mereka membungkuk ke arah Chin Yang Kun dan
para perwira itu. Setelah satu persatu mereka berlari
mengundurkan diri ke ruangan dalam lagi.
Sekejap kemudian tempat itu menjadi riuh dengan tepuk
tangan para perajurit dan pengawal yang ternyata telah
memadati pintu pendapa. Mereka berdiri berdesakan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang para penjaga yang membatasinya dengan tombak
mereka yang panjang.
“Lagi! Lagi! Lagi…..!” mereka berteriak.
Siangkoan Ciangkun tersenyum memandang Chin Yang
Kun. “Lihat, Tuan Yang…..! para perajurit kami itu benarbenar
haus akan hiburan. Mereka merasa bosan juga
tampaknya kalau setiap hari harus bertempur dan berkelahi.”
Chin Yang Kun tersenyum pula. "Yaaa…. dan tampaknya
Siangkoan Ciangkun memang bermaksud untuk menghibur
mereka pula."
"Benar. Pertunjukan malam ini selain untuk menyambut
Tuan Yang memang kami maksudkan untuk sekalian
menghibur mereka juga.”
"Pertunjukan malam ini.......? Apakah masih ada yang lain
lagi ?” Chin Yang Kun bertanya dengan kening berkerut.
"Ya! Dan pertunjukan berikutnya malah akan lebih menarik
lagi, karena kami akan meminta kepada Tuan Yang untuk ikut
memeriahkannya pula nanti......"
"Apa....? Pertunjukan apakah itu ?” Chin Yang Kun bertanya
pula semakin tidak mengerti.
Lagi-lagi Siangkoan Ciangkun hanya tersenyum sambil
menuding ke pintu ruangan dalam. "Tuan lihat saja nanti.....!”
katanya menggoda.
Chin Yang Kun menjadi penasaran. Dengan hati gelisah dan
tak sabar ia menatap ke arah pintu yang ditunjuk oleh
Siangkoan Ciangkun.
Terbeliak mata Chin Yang Kun ketika dari dalam pintu
tersebut tiba-tiba muncul empat orang gadis cantik membawa
tombak berkait pada masing-masing tangannya. Tetapi
bukanlah tombak berukuran pendek dan terbuat dari perak itu
yang mengejutkan hati Chin Yang Kun, melainkan gadis-gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itulah yang membuatnya kaget. Dan perubahan wajah Chin
Yang Kun ini tak luput dari pandangan mata Siangkoan
Ciangkun yang sedari tadi selalu memperhatikan pemuda
tersebut.
"Hahaha, Tuan Yang kali ini benar-benar tak menyangka
bukan? Pelayan-pelayan cantik yang telah mampu menarik
hati Tuan Yang ini memang bukan pelayan-pelayan biasa.
Mereka adalah dayang-dayang istana yang selalu mengikuti
kemanapun Hong-siang pergi. Dan mereka adalah dayangdayang
yang sangat terlatih dalam memainkan senjata,
meskipun tentu saja tidak semahir para pengawal khusus
Hong-siang yang lain........." Siangkoan Ciangkun
menerangkan dengan suara gembira.
"Aaah.......!" Chin Yang Kun tersipu-sipu.
"Lihat……!"
Gadis-gadis yang tadi tampak lemah lembut dan halus
gerak-geriknya, kini kelihatan tangkas dan garang ketika
menarikan tombak pendeknya. Mereka memainkan jurus demi
jurus secara mantap, indah dan serempak ! Tombak berkait
yang seluruhnya terbuat dari besi berselaputkan perak itu
kelihatan ringan tanpa bobot di tangan gadis-gadis itu.
Setelah mereka memainkan kira-kira sepuluh jurus secara
mengagumkan, gadis-gadis itu lalu menyebar. Masing-masing
berhadapan dengan pasangannya, sehingga mereka lalu
berpisah menjadi dua kalangan. Dan sebentar kemudian
masing-masing lantas terlibat dalam pertempuran sengit
dengan pasangannya!
Masing-masing bertempur seperti dua ekor ayam aduan.
Makin lama makin cepat, sehingga banyak dari para penonton
yang merasa gelisah dan khawatir terhadap keselamatan
mereka. Tiba-tiba.......
"Traaaaang! Traaang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertempuran berhenti dengan mendadak. Keempat orang
gadis itu tahu-tahu telah berdiri berjajar sambil menjura ke
arah meja Chin Yang Kun. Dan empat buah tombak mereka
tampak menancap di atas lantai di depan mereka. Ujungujung
tombak itu masih kelihatan bergetar, suatu tanda
bahwa tenaga yang mereka keluarkan benar-benar tidak
ringan.
Sekejap ruangan itu malah menjadi sepi seperti kuburan,
semua penonton bagai dicengkam oleh permainan tombak
yang sangat mengagumkan itu. Tapi di lain saat merekapun
lalu bertepuk tangan dengan gegap-gempita seperti pasukan
perajurit yang memperoleh kemenangan di medan perang.
"Terima kasih! Terima kasih......!" gadis-gadis itu menjura
pula ke arah penonton. Wajah mereka tampak segar berseri,
sedikitpun tidak terlihat keringat yang mengalir di dahi
mereka.
Sambil menikmati tepuk tangan kekaguman dari penonton
gadis-gadis itu berkali-kali melirik ke arah Chin Yang Kun,
seolah-olah permainan mereka itu tadi memang mereka
peruntukkan bagi pemuda itu. Tentu saja pemuda yang sejak
semula memang telah tertarik kepada gadis-gadis itu menjadi
semakin sukar mengendalikan nafsu aneh yang bergejolak di
dalam dirinya. Tetapi dengan segera kekuatan jiwa dan
batinnya pemuda itu berusaha menindasnya!
Tiba-tiba Siangkoan Ciangkun berdiri sambil mengangkat
kedua tangannya ke atas, sehingga tepuk tangan dan soraksorai
yang gegap gempita itupun berhenti dengan mendadak.
Lalu dengan tersenyum lebar perwira berkumis lebat itu
berseru, "Nah ! Siapakah yang ingin bermain-main sebentar
dengan mereka? Ayoh....... siapa yang berani silakan maju ke
depan ! Hitung-hitung kalian ikut memeriahkan pertunjukan
mereka malam ini........!”
Hening sesaat. Semuanya tampak saling menantikan siapa
yang hendak maju ke arena untuk menguji kepandaian para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dayang istana itu. Sebetulnya banyak juga diantara para
perajurit pengawal yang ingin mencobanya, tapi mereka
tampaknya masih sungkan dan malu untuk mendahului maju
ke depan.
"Ayoh.......mengapa ragu-ragu? Heh, Teng Bo....... kau
ingin maju tidak?" Siangkoan Ciangkun menuding seorang
perajurit berperawakan tinggi besar, yang sejak tadi selalu
memilin-milin kumisnya.
"Baik, Siangkoan Ciangkun…. Siauwte akan mencobanya !"
perajurit itu segera melangkah ke depan. Sebuah goIok besar
kelihatan tergantung di pinggangnya.
Setelah memberi hormat lebih dahulu ke arah para perwira
yang duduk satu meja dengan Chin Yang Kun, Teng Bo
meloloskan golok besarnya. Dengan rasa percaya diri yang
besar Teng Bo menyilangkan golok itu di depan dadanya.
"Marilah, nona…..kita bermain-main sebentar! Aku yang
rendah ingin berkenalan dengan ilmu tombak berkait nona
yang hebat itu." perajurit itu berkata merendah.
Keempat dayang itu tersenyum sambil mencabut tombak
masing-masing, kemudian salah seorang diantara mereka,
yang berbaju putih-putih, maju ke depan membalas
penghormatan Teng Bo. “Maaf, Tuan Teng.....kami berempat
ini selalu maju bersama. Maka dari itu agar pertempuran kita
nanti menjadi adil, kami harap Tuan Teng mencari kawan lagi
untuk melawan kami," katanya.
"Terima kasih, nona....... kukira tak usahlah ! Akupun sudah
biasa bertempur sendiri dalam setiap peperangan.”
"Kalau begitu maafkanlah kami terpaksa mengeroyok Tuan
Teng......."
"Tak apa! Marilah......!"
Sambil berkata Teng Bu memutar golok besarnya, lalu
dengan mengandalkan kekuatan tubuhnya yang hebat ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyabetkan golok tersebut ke depan, ke arah lengan dayang
berbaju putih yang memegang tombak itu. Dalam sorotan
lampu pendapa yang terang benderang golok yang putih
mengkilap itu berkelebat cepat bagai kilatan petir menyambar!
Semua penonton menahan napas, mereka khawatir
terhadap keselamatan gadis itu ! Mereka melihat Teng Bo
yang biasa berlaku ganas di setiap pertempuran itu benarbenar
menyerang lawannya dengan sungguh-sungguh!
Tapi dayang berbaju putih itu meloncat ke belakang
dengan cepat, sementara ketiga orang temannya yang
berbaju merah, kuning dan hijau tampak melesat ke depan
melindunginya. Ketiga batang tombak mereka merunduk ke
depan, memapaki ayunan golok Teng Bo!
“Traaaang!”
Terdengar suara nyaring yang memekakkan telinga ketika
golok tersebut menghantam tiga ujung tombak lawannya.
Begitu hebat tenaga yang dikeluarkan Teng Bo sehingga
ketiga buah tombak itu terpental menghantam lantai. Perajurit
bertenaga raksasa itu memang sangat terkenal di dalam
kesatuannya. Dia langsung berada di bawah pimpinan
Siangkoan Ciangkun dan mendapat kepercayaan memimpin
enampuluh orang perajurit pengawal yang lain. Selain
mempunyai tenaga gwa-kang yang hebat Teng Bo juga mahir
mempergunakan golok, sebab dia adaIah murid Kim-to-pai
(Perguruan Golok Emas) yang terkenal di daerah Shoa-tang
beberapa puluh tahun yang lalu.
Empat orang dayang istana itu lalu menyebar ke segala
penjuru. Mereka menempatkan diri mereka pada titik mata
angin, yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat, sementara Teng
Bo mereka tempatkan di tengah-tengah mata angin tersebut.
Sambil memutar-mutarkan goloknya di depan dada Teng
Bo membiarkan dirinya dikepung oleh lawannya. Kenyataan
bahwa tenaganya masih jauh lebih besar dari pada tenaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan-perempuan cantik itu membuat Teng Bo sangat
yakin dapat menundukkan mereka dalam waktu singkat. Oleh
karena itu dengan jurus Kai san siu-yi (Membuka Payung
Menerobos Hujan), Teng Bo mendahului menerjang! Sekali
lagi yang dia serang adalah dayang berbaju putih yang berdiri
di titik Utara.
Mendadak mata angin itu berputar ke arah kanan seperti
jarum jam, dan gadis yang berdiri di titik utara itu tiba-tiba
telah berganti dengan gadis berbaju hijau, yaitu gadis yang
semula berada di titik barat. Begitu datang gadis berbaju hijau
itu lantas menyodokkan ujung tombaknya ke arah putaran
golok Teng Bo yang cepat seperti baling-baling itu, sementara
teman-temannya yang lain cepat pula membantunya dari arah
kanan kiri dan belakang Teng Bo.
Pada waktu yang bersamaan ternyata serangan Teng Bo itu
dipapaki dengan serangan pula oleh keempat orang lawannya.
Tentu saja keadaan itu sangat merepotkan Teng Bo, karena
tidak mungkin kedua tangannya bisa melayani delapan buah
tangan sekaligus. Dan apabila dia nekat menyerang si Baju
Hijau, maka tubuhnyapun akan menjadi bulan-bulanan
serangan tombak tiga orang lawannya yang Iain pula.
Maka Teng Bo segera menarik serangannya. Dengan sigap
tubuhnya mendoyong ke arah kiri seraya menepiskan mata
tombak dayang berbaju kuning yang menusuk ke arah
bahunya. Kemudian berbareng dengan gerakannya itu Teng
Bo mengibaskan golok besarnya ke arah tombak Si Baju Putih
dan Si Baju Merah. Gerakannya itu dilakukan dengan sangat
cepat dan kuat, suatu tanda bahwa ilmu goloknya itu memang
telah ditekuninya selama bertahun-tahun. Malahan sekejap
kemudian golok itu telah menyerang kembali dengan
ganasnya dan kali ini memakai jurus Sao-chiao-teng-toa atau
Menyapu Kaki Menara Api. Tujuan Teng Bo adalah membabat
kaki lawan-lawannya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi dengan cepat empat orang dayang istana itu
menancapkan tombaknya ke lantai. Braaak ! Dan tubuh
mereka melenting ke atas dengan manisnya, seperti para
pemain akrobat yang bertumpu pada sebilah bambu.
Malah tidak hanya itu yang diperbuat oleh dayang-dayang
istana tersebut. Sambil melenting ke atas kaki mereka segera
berputar menghantam kepala Teng Bo! Dan perajurit
bertenaga raksasa itupun terpaksa jatuh bangun untuk
mengelakkannya!
Demikianlah, pertempuran satu lawan empat itu makin
lama makin seru. Teng Bo yang semula menyangka tenaga
terlalu berlebihan untuk menghadapi gadis-gadis itu, kini
terpaksa harus mengakui bahwa anggapannya tersebut adalah
keliru sama sekali. Tenaga luarnya yang hebat itu ternyata
tidak berguna dan mati kutu menghadapi kerja sama
lawannya yang kompak dan rapi. Malahan beberapa jurus
kemudian dialah yang menjadi kewalahan dan tidak bisa
mengembangkan ilmu goloknya dengan sempurna. Tombaktombak
lawannya yang berkait pada setiap sisinya itu benarbenar
cocok untuk menahan atau membatasi gerakan
goloknya. Beberapa kali golok besarnya hampir terlepas dari
tangannya akibat terjepit oleh kaitan tersebut. Kaitan-kaitan
itu sungguh-sungguh seperti catut (jepitan) yang sangat
berbahaya dan selalu mengejar goloknya!
"Traaaaang…...!”
Dan akhirnya golok itu benar-benar terlepas karena tak
dapat mengelak lagi dari jepitan tombak Si Baju Putih dan Si
Baju Hijau. Dan begitu golok tersebut lepas, tombak-tombak
lawannya telah teracung di depan hidungnya.
"Baiklah ! Baiklah! Aku mengaku kalah….” Teng Bo
berdesah kecewa seraya menyambar goloknya kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Bagus! Nah, siapa lagi yang mau mencobanya?"
Siangkoan Ciangkun bertepuk tangan sambil berteriak ke arah
penonton yang semakin berjubal di tangga pendapa.
“Siangkoan Ciangkun, kamipun ingin mencoba juga......."
dari tengah-tengah penonton yang berdesakan itu tiba-tiba
terdengar suara jawaban.
Penonton yang berjejal di depan pintu itu segera menyibak
untuk memberi jalan kepada tiga orang perajurit, yang
mendesak maju dan kemudian meloncat naik ke atas
pendapa. Sebelum pergi ke tengah pendapa untuk
menghadapi dayang-dayang istana itu mereka memberi
hormat ke arah Siangkoan Ciangkun lebih dahulu. Setelah itu
ketiga-tiganya lantas berlompatan ke arena.
Begitu mengetahui siapa yang masuk ke dalam arena, para
penonton segera bersorak-sorai dengan bersemangat. Setiap
perajurit yang bertugas di tempat itu tahu belaka, siapa tiga
orang perajurit yang kini hendak mencoba kekuatan dayangdayang
istana itu. Meskipun baru beberapa hari masuk
menjadi perajurit, ketiga orang itu telah sering kali
menunjukkan kehebatan dan kelebihan-kelebihan mereka di
muka perajurit-perajurit yang lain. Malahan di setiap
pertempuran yang terjadi antara pasukan kerajaan melawan
gerombolan kaum perusuh, ketiga orang perajurit baru itu
selalu membuat kagum kawan-kawan mereka. Mereka bertiga
selalu berdiri di baris terdepan sebagai ujung tombak pasukan
mereka. Dan apa yang mereka lakukan di dalam menghadapi
musuh itu benar-benar sangat menggiriskan dan tak mungkin
bisa dilakukan oleh para perajurit yang lain, bahkan tak
mungkin bisa dilakukan oleh pemimpin mereka sendiri.
Sepak terjang mereka yang hebat itu hanya pantas
dilakukan oleh para perwira atau pangIima mereka yang
mempunyai kesaktian dan kepandaian tinggi. Oleh karena itu
meskipun baru beberapa hari menjadi perajurit, mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertiga sudah dikenal oleh para perwira dan semua perajurit
yang ditugaskan ke daerah tersebut.
“Nah…….sekarang baru sebuah pertandingan benar-benar!"
Siangkoan Ciangkun berbisik kepada Chin Yang Kun yang
menatap ke arena dengan wajah tegang pula. Dan perwira itu
segera tersenyum melihat kegelisahan tamunya. "Aha, Tuan
Yang...... kau tak perlu mengkhawatirkan keselamatan gadisgadis
manis itu. Mereka berempat akan tetap melayanimu
malam ini. Percayalah.....!” bisiknya lagi.
"Siangkoan Ciangkun.......?" Chin Yang Kun memotong
perkataan perwira itu dengan nada tak senang.
"Sudahlah, Tuan Yang....... kau tak perlu khawatir!
Meskipun Mo, Lim dan Pang itu sangat lihai tapi mereka
takkan berani melukai dayang Hong-siang." Siangkoan
Ciangkun menegaskan lagi kata-katanya. Perwira itu tetap
salah terka terhadap sikap Chin Yang Kun tersebut.
Pemuda itu menghela napas panjang. Dia tak mau
berdebat lebih lanjut. Matanya menatap ke arena kembali dan
dilihatnya orang-orang itu sudah berhadapan dengan dayangdayang
istana. "Aku tak mungkin lupa kepada orang-orang itu,
karena ulah merekalah yang menyebabkan tubuhku menjadi
beracun begini. Hmmm......, Tung-hai Sam-mo! Mengapa
mereka bisa berbalik menjadi perajurit kerajaan? Masakan
orang seperti Siangkoan Ciangkun ini tidak tahu kalau mereka
adalah bekas pemberontak yang dulu pernah menyerang ibu
kota (kota raja)?" pemuda itu membatin.
Sementara itu pertempuran antara empat gadis melawan
tiga lelaki di tengah ruangan pendapa ini sudah berlangsung
dengan hebatnya. Tiga orang lelaki yang dikenal Chin Yang
Kun sebagai Tung-hai Sam-mo itu bertempur dengan pedang
gergajinya yang mengerikan. Mula-mula mereka bertempur
dengan serabutan dan tidak memilih lawan. Mereka
menyerang siapa saja yang dekat dengan mereka masingmasing.
Tapi setelah dayang-dayang itu mulai membuka jurus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mata angin mereka, Tung-hai Sam-mo juga tidak bisa tinggal
diam pula. Ketiga Iblis Laut Timur itu segera mengeluarkan
Ang-cio-hi-tin pula. Demikianlah, kedua macam barisan itu
segera bertarung satu sama lain !
"Ah! Biarpun Barisan Mata Angin dari dayang-dayang itu
sangat kuat, tapi gerakan mereka masih terlampau lamban
bisa menjaring atau mengepung Tung-hai Sam-mo." Chin
Yang Kun menilai pertempuran itu.
Memang benar apa yang dikatakan oleh pemuda itu.
Barisan Mata Angin itu memang kokoh kuat dan sukar
ditembus lawan. Laksana sebuah benteng istana keempat
orang dayang tersebut merupakan pintu-pintu gerbangnya, di
mana lawan tak mungkin dapat masuk ke dalam tanpa
melewati bangkai penjaganya terlebih dahulu. Padahal pintu
gerbang itu selalu berpindah-pindah tempat dan para
penjaganyapun juga selalu berganti-ganti setiap saat.
Meskipun demikian benteng tersebut ada juga
kelemahannya. Sebelum kemampuan dari setiap penjaganya
belum bisa diandalkan, gerakan merekapun masih terasa
lamban dalam berpindah atau berganti tempat. Oleh karena
itu tidaklah heran kalau Barisan Cucut Merah yang licin dan
gesit itu akhirnya bisa menerobos dan menggempur benteng
Barisan Mata Angin tersebut. Dan Barisan Mata Angin itu
menjadi kalang kabut ketika Cucut Merah itu mulai
“berkubang” di dalamnya !
Para perajurit yang berdesakan itu semakin riuh bersoraksorak
menjagoi Tung hai Sam-mo yang mulai dapat mendesak
lawan mereka. Perasaan mereka yang kecewa akibat
kekalahan Teng Bo tadi menjadi terobati sekarang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 34
TERNYATA tidak semua penonton gembira melihat
kemenangan Tung-hai Sam-mo itu. Chin Yang Kun yang sejak
semula memang tidak menyukai iblis-iblis itu segera
penasaran dan bermaksud untuk membantu dayang-dayang
itu. Tapi tentu saja pemuda itu tidak bisa turun ke arena
begitu saja.
"Aku harus mencari jalan untuk menghentikan pertempuran
mereka selama beberapa saat. Setelah itu aku akan membisiki
gadis-gadis itu bagaimana caranya menghadapi Barisan Cucut
Merah tersebut...” Pemuda itu berpikir di dalam hati.
Demikianlah, Chin Yang Kun lalu mengambil dua buah biji
Iengkeng yang tersedia di atas meja. Kemudian setelah yakin
bahwa tidak seorangpun yang memperhatikan perbuatannya,
pemuda itu lalu mengerahkan Liong-cu-I-kangnya. Untunglah
suasana di tempat itu sangat riuh dan ramai, sehingga suara
gemeretak tulang-tulangnya akibat mengalirnya tenaga sakti
dari tan-tian ke seluruh tubuh itu tidak terdengar oleh
siapapun.
Kemudian bersamaan dengan suara denting senjata di
arena, Chin Yang Kun membidikkan biji lengkeng tersebut ke
arah tali yang digunakan untuk menggantungkan lampu besar
di tengah-tengah ruangan. Srrrt! Srrrrt! Dua buah biji
Iengkeng itu melesat seperti kilat ke arah sasaran dan.…..
"Taaas ! Pyaaar......!”
Tali tersebut putus dan lampunya jatuh berantakan ke
bawah!
Semua orang terperanjat sekali. Apalagi ketika pecahan
lampu tersebut hampir menimpa orang-orang yang sedang
bertempur. Sorak-sorai penonton berganti dengan jerit dan
teriakan khawatir !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otomatis orang-orang yang sedang bertempur itu
berloncatan mundur menyelamatkan diri. Dan waktu yang
sekejap itu dipergunakan oleh Chin Yang Kun untuk
melaksanakan niatnya membantu dayang-dayang istana itu.
Dibisikkannya kepada Si Dayang Berbaju Putih dengan Coanim-
jib-bit, tentang rahasia Ang-cio-hi-tin dan cara bagaimana
menghadapinya.
"Ohhh!” Dayang Berbaju Putih itu terkejut. Bola matanya
melirik ke sana kemari, mencari siapa yang telah berbisik
kepadanya. Dan ketika pandangannya sampai kepada Chin
Yang Kun, gadis itu segera tahu siapa yang telah memberikan
rahasia itu kepadanya.
Tapi sebelum gadis itu menjawab isyarat yang diberikan
Chin Yang Kun, Tung-hai Sam-mo telah menyerang mereka
berempat kembali.
“Aha....... cuma sebuah lampu tua yang rontok akibat
getaran permainan kita tadi, hahaha ! Ayoh........ sekarang
kita lanjutkan lagi pertempuran kita !" orang she Mo, yaitu
iblis pertama dari Tung-hai Sam-mo berteriak seraya
menyabetkan pedang gergajinya.
Si Dayang berbaju Putih cepat mengelak, Ialu bergegas
mengajak kawan-kawannya membentuk Barisan Mata Angin
kembali. Sebetulnya dayang-dayang yang lain sudah merasa
ragu-ragu melihat kehebatan lawan mereka, tapi menyaksikan
Si Baju Putih sudah diserang oleh lawan, terpaksa mereka
datang membantunya juga.
"Ah, sudahlah ! Kalian tak perlu melanjutkan lagi
pertandingan ini! Kita semua sudah dapat meraba siapa yang
lebih unggul diantara kalian .......” Siangkoan Ciangkun tibatiba
melompat ke arena dan mencoba melerai mereka.
Tapi maksud baik Siangkoan Ciangkun itu disambut dengan
keluhan kecewa dari kalangan penonton. Mereka menggerutu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mengeluh panjang-pendek menyatakan ketidakpuasan
mereka bila pertandingan yang belum selesai itu dihentikan.
Dengan tangkas Tung-hai Sam-mo melangkah mundur, lalu
memberi hormat kepada Siangkoan Ciangkun dengan khidmat.
Wajah mereka tampak berseri-seri gembira karena dapat
menundukkan dayang-dayang cantik itu.
“Terima kasih atas pujian Siangkoan Ciangkun........" Toamo
berkata mewakili kawan-kawannya.
Tapi Si Dayang Berbaju Putih cepat maju ke depan.
Mukanya kelihatan kecewa dan penasaran ketika memberi
hormat kepada Siangkoan Ciangkun. “Ciangkun, mengapa
Ciangkun menghentikan pertandingan yang belum selesai ini?
Kami belum merasa kalah, kami justru baru akan mulai malah
!"
"Bagus! Bagus.....!” penonton berteriak-teriak gembira.
“Eh.... tapi......" Siangkoan Ciangkun terkejut.
Ternyata tidak hanya Siangkoan Ciangkun saja yang kaget
mendengar pernyataan Si Baju Putih tersebut, Tung-hai Sammo
dan..... kawan-kawan Si Baju Putih sendiripun juga
terperanjat mendengar perkataan itu. Tapi kekagetan kawankawan
Si Baju Putih itu segera pudar dan hilang ketika secara
bergilir mereka mendengar pesan Chin Yang Kun melalui
Coan-im-jib-bit. Seperti juga tadi, pemuda itu memanfaatkan
waktu luang tersebut untuk memberi tahu cara-cara
menghadapi Ang-cio-hi-tin kepada dayang-dayang yang lain.
"Maksud kalian ..... mau meneruskan pertarungan ini?"
dengan ragu-ragu Siangkoan Ciangkun menatap ke arah
dayang-dayang istana itu.
"Benar, Ciangkun.......!" tiba-tiba gadis-gadis itu menjawab
serentak.
"Tapi........ pertarungan tadi cuma sebuah pertunjukan,
bukan? Kalian tidak bermusuhan dan...........”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami memang tidak bermusuhan dengan mereka,
Ciangkun. Oleh karena itu kami juga tidak akan melukai,
apalagi membunuh mereka dalam pertarungan ini. Malam ini
adalah malam pertunjukan kami, karena itu kami akan
menyuguhkan permainan terbaik kami kepada para penonton"
Si Baju Putih berkata mantap.
"Hore... bagus ! Bagus !" penonton berteriak-teriak lagi.
Tung-hai Sam-mo bergegas maju ke arena kembali.
"Siangkoan Ciangkun, biarlah kami menghadapi nona-nona ini
lagi agar supaya semuanya merasa puas," Toa-mo menjura.
"Tapi........ kalian jangan melukai mereka ! Mereka adalah
dayang-dayang Hong-siang......” dengan terpaksa Siangkoan
Ciangkun mengangguk, lalu kembali ke tempat duduknya lagi.
“Wah, repot........ repot !" Siangkoan Ciangkun berdesah
sambil mengawasi Chin Yang Kun yang duduk di sebelahnya.
"Siangkoan Ciangkun tak perlu merasa khawatir. Mereka
bukan anak-anak kecil lagi. Mereka tentu masih bisa berpikir
bahwa mereka itu masih sama-sama menghamba kepada
Baginda Kaisar, sehingga mereka itu tidak mungkin berbuat
hal-hal yang akan menyulitkan diri mereka sendiri. Kukira
mereka hanya akan mempertunjukkan kebolehan mereka saja
kepada kita," Chin Yang Kun berusaha menenangkan hati
perwira itu.
Sementara itu Tung-hai Sam-mo dan dayang-dayang itu
sudah saling berhadapan lagi di dalam arena. Masing-masing
juga telah membentuk barisan mereka. Dayang-dayang itu
berdiri dalam posisi segi-empat, sedangkan Tung-hai Sam-mo
berdiri berjajar dalam jarak satu setengah langkah.
Demikianlah, beberapa saat kemudian merekapun Ialu
terlibat ke dalam pertempuran yang seru kembali. Tung-hai
Sam-mo yang merasa lebih unggul dari pada lawannya itu
sangat meremehkan sekali keampuhan barisan lawan.
Beberapa kali mereka sengaja mencegat gerakan gadis-gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, lalu menerobos masuk dan kemudian.......keluar lagi!
Tampaknya para iblis dari Laut Timur itu memang sengaja
mau mentertawakan ilmu kepandaian lawan mereka yang
masih jauh di bawah kepandaian mereka itu.
"Biarlah mereka semakin lengah dahulu, setelah itu baru
salah seorang dari kalian menempel di samping orang yang
berada di tengah barisan itu. Berusahalah dan jangan sampai
gagal! Sekali kalian gagal mereka akan tahu bahwa kalian
telah menemukan rahasia barisan mereka, selanjutnya mereka
akan sangat berhati-hati sekali !" sekali lagi Chin Yang Kun
berbisik kepada Si Baju Putih.
Benar juga, semakin lama Tung-hai Sam-mo semakin
lengah juga. Apalagi ketika mereka semakin menyadari bahwa
kepandaian mereka masing-masing masih jauh lebih tinggi bila
diperbandingkan dengan kepandaian gadis-gadis itu.
Tampaknya tanpa mempergunakan sengajapun mereka masih
dapat mengalahkan gadis-gadis itu dengan mudah.
Sampai pada suatu saat Sam-mo (iblis ketiga) sambil
tertawa berpura-pura ketinggalan langkah dari saudarasaudaranya
yang lain. Kelihatannya iblis tersebut bermaksud
berkelakar sambil menunjukkan bahwa mereka memang lebih
hebat. Tapi tidak mereka sangka kesempatan itu
dipergunakan dengan cepat oleh Si Baju Putih. Bagai kilat
gadis itu melesat ke belakang Ji-mo (iblis kedua),
menggantikan kedudukan Sam-mo.
Dan dayang-dayang yang lainpun segera menyesuaikan
diri. Dengan cepat mereka bergerak membentuk Barisan Mata
Angin kembali dan menempatkan Toa-mo dan Ji-mo di dalam
barisan, sementara Sam-mo mereka pisahkan di luar barisan.
Demikianlah, akibat kesombongan dan kepongahan mereka
sendiri Tung-hai Sam-mo terjatuh dalam kesulitan. Merekalah
kini yang kena tempur habis-habisan dari kanan kiri, muka dan
belakang! Gadis-gadis itu tak memberi kesempatan sama
sekali kepada mereka untuk bergabung kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang paling susah dan menderita adalah Toa-mo dan Jimo!
Oleh karena mereka berada di dalam barisan lawan, maka
mereka terus menerus mendapat gempuran dari penjuru.
Beberapa kali mereka hampir tak dapat lagi mengelakkan
ujung-ujung tombak yang berseliweran di sekitar tubuh
mereka.
Malahan beberapa waktu kemudian ujung-ujung kait pada
tombak itu mulai menunjukkan keganasannya pula. Berkalikali
ujung kait baja itu menjepit, menggantol dan memuntir
pedang-pedang gergaji mereka, sehingga akhirnya satu
persatu pedang itu terlepas dari tangan mereka! Dan
selanjutnya tubuh mereka menjadi bulan-bulanan tangkai
tombak tersebut.
"Nah ! Apakah kalian menyerah sekarang? Atau........ kita
lanjutkan pertarungan ini sampai habis-habisan?" Si Baju Putih
mengancam. "Jangan hiraukan kata-katanya. Toa-ko...! Jiko.......!
Nantikanlah, aku akan masuk ke dalam barisan reyot
ini dan bergabung dengan kaIian untuk mengobrak-abrik
mereka!” Sam-mo berteriak-teriak dari luar barisan.
“Tutup mulutmu, Orang Goblog (Bodoh) ! Lekas kerjakan!
Jangan omong saja......!" Toa-mo yang sedang kerepotan
mempertahankan dirinya itu berseru marah-marah.
Berkata memang mudah, tapi untuk melaksanakannya
ternyata sangat sulit. Dengan bekerja sama dalam satu
barisan, kekuatan mereka memang menjadi berlipat ganda
dan sukar untuk dikalahkan. Tapi dengan keadaan yang sudah
tercerai-berai seperti sekarang, kemampuan mereka tak lebih
dari kekuatan diri mereka masing-masing. Dan celakanya,
yang mereka hadapi sekarang bukanlah lawan perorangan
yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi yang
mereka hadapi adalah sebuah kerja sama pula yang terhimpun
dalam satu barisan kuat! Setiap serangan atau pertahanan
dari barisan itu merupakan hasil himpunan kekuatan mereka
secara berbareng. Maka bagaimanapun juga Sam-mo itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berusaha dengan segala kemampuannya, ia tetap tidak
mampu menerobos barisan tersebut. Sementara itu di dalam
barisan Toa-mo dan Ji-mo semakin kewalahan dan sukar
bertahan lagi!
Perubahan yang sangat mendadak itu benar-benar sangat
mengejutkan semua orang, termasuk pula Siangkoan
Ciangkun dan para perwira yang duduk satu meja dengan
Chin Yang Kun. Perwira-perwira tersebut hampir tak percaya
bahwa perimbangan kekuatan yang amat jauh itu tiba-tiba
bisa berbalik sedemikian rupa secara mendadak. Para
penonton pun tiba-tiba menjadi diam, mereka hampir tidak
mengerti apa yang telah terjadi.
Tapi dengan cepat Siangkoan Ciangkun menyadari suasana
yang rawan itu. Tubuhnya segera melesat ke depan untuk
memisahkan mereka. "Perajurit Mo, Lim dan Pang.......!
Berhenti ! Kalian mundurlah !" serunya lantang.
Pertempuran itupun lalu berhenti dengan segera. Masingmasing
saling berhadapan dengan sikap tegang. Apalagi Tunghai
Sam-mo, wajah mereka tampak merah padam menahan
marah dan penasaran!
“Ciangkun, kami belum kalah! Hanya karena keteledoran
adikku gadis-gadis itu bisa menang. Berilah kami kesempatan
sekali lagi, niscaya mereka akan kami kalahkan!" Toa-mo
menggeram dengan nada marah.
"Sudahlah! Kalian tak perlu menyesal atau marah-marah
lagi! Kalau kalian sampai menderita kekalahan itu karena
akibat kelalaian atau kesalahan kalian sendiri. Kalian tak perlu
menggerutu atau menyalahkan orang lain," Siangkoan
Ciangkun membentak.
Sekilas wajah tiga orang itu tampak membara. Sebagai iblis
yang selama ini selalu ditakuti dan disegani orang belum
pernah mereka dibentak-bentak sebegitu rupa. Apalagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian orang yang membentak itu jauh lebih rendah dari
kepandaian mereka.
“Gila! Kita bunuh saja perwira yang sombong ini, twako.......!”
Ji-mo menggeram sambil berbisik kepada Toa-mo.
''Hah? Kau yang gila !" Toa-mo berbisik pula perlahanlahan.
"Apakah kau ingin dikepung dan dikeroyok oleh ribuan
orang perajurit di sini? Jangan gegabah ! Kita turuti saja
perkataannya....”
“Hei! Kalian tidak mau mundur juga?" Siangkoan Ciangkun
membentak lagi.
"Ah-eh....... ya-ya, Ciangkun ! Kami akan mundur.........."
Toa-mo menjawab dengan suara gemetar karena terlalu
menahan perasaan.
Demikianlah, tiga iblis dari Laut Timur itu segera mundur
dan pergi meninggalkan ruangan tersebut. Para penontonpun
lalu bubar pula dengan wajah kecewa karena jago mereka
kalah semua. Beberapa orang perajurit berusaha menghibur
hati Tung-hai Sam-mo, tapi ketiga iblis itu cepat pergi dan tak
mau diganggu.
"Awas! Hatiku benar-benar penasaran malam ini! Suatu
saat orang-orang itu akan kuberi pelajaran agar tahu
rasa.......!” Toa-mo melangkah sambil menggeretakkan
giginya.
“Orang-orang itu........? Siapa yang toa-ko maksudkan?" Jimo
bertanya.
“Perwira sombong itu! Siapa lagi?" Toa-mo berteriak kesal.
"Ohhhh..,.!" Ji-mo dan Sam-mo berdesah perlahan.
Sementara itu sepeninggal Tung-hai Sam-mo, dayangdayang
itu bergegas memberi hormat kepada Siangkoan
Ciangkun dan kemudian juga menyatakan perasaan terima
kasih mereka kepada Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eeeee..... ada apa pula ini? Mengapa kalian mengucapkan
terima kasih kepada Tuan Yang segala?" Siangkoan Ciangkun
yang tidak mengetahui adanya "permainan" di dalam
pertempuran tadi menjadi salah sangka kepada para dayang
itu. "Aha....... tampaknya kalian sudah benar-benar terjerat
pada jaring Tuan Yang, hahaha.....! Tapi tak apa! Jangan
takut! Aku akan mengaturnya nanti......." katanya lagi seraya
tertawa keras-keras.
Gadis-gadis itu tertunduk dengan muka merah sekali.
Menghadapi orang seperti Siangkoan Ciangkun yang selalu
ceplas-ceplos mengatakan apa adanya, tanpa memperdulikan
perasaan orang itu, benar-benar membuat mereka menjadi
kikuk sekali. Oleh karena itu untuk menghilangkan rasa malu
dan canggung mereka, Si Baju Putih segera melangkah maju
ke depan perwira tersebut.
"Ciangkun, lalu......... bagaimana dengan pertunjukan kita
selanjutnya?" tanyanya.
Perwira itu tersenyum penuh arti. Sambil menepuk-nepuk
pundak gadis itu Siangkoan Ciangkun berbisik, "Ahh........ tak
usah diteruskan! Kalian teruskan saja nanti di dalam kamar
Tuan Yang Kun, hehehe....!"
"Ciangkun....?" gadis itu mengangkat wajahnya yang merah
dadu.
"Ssst! Kalian berempat boleh melayani Tuan Yang malam
ini ! Awas, jangan sampai dia kecewa! Kalian harus ingat
bahwa dia adalah saudara angkat Hong-siang !"
"Aaah.... Ciangkun!” Si Baju Putih berbisik pula dengan
sikap agak genit.
"Nah, sekarang kalian boleh mengundurkan diri.........!"
Siangkoan Ciangkun berkata dengan suara keras.
Si Baju Putih melirik sekejap ke arah Chin Yang Kun,
kemudian berlari masuk diikuti oleh kawan-kawannya. Sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siangkoan Ciangkun segera melangkah pula kembali ke
kursinya. Wajahnya tampak berseri-seri ketika menatap Chin
Yang Kun.
“Pertunjukan telah selesai. Sebenarnya kami ingin sekali
mengundang Tuan Yang yang selama ini telah sering kami
dengar. Tapi tampaknya Tuan Yang sudah lelah dan capai.
Maka kami juga tidak ingin mengganggu lebih lanjut. Para
dayang yang tadi sudah kami perintahkan untuk menyiapkan
sebuah kamar buat Tuan Yang ..." perwira itu berkata kepada
Chin Yang Kun.
“Ah! Tapi saya......." Chin Yang Kun cepat-cepat memotong.
“Liu Ciangkun ?" Siangkoan Ciangkun tertawa. "Jangan
khawatir, Tuan Yang ! Kami akan segera memberi tahu Tuan
Yang apabila beliau datang nanti."
"Ah, terima kasih....Tapi bukan itu yang saya maksudkan!
Saya memang sangat berterima kasih sekali atas
penghormatan dan kebaikan Siangkoan Ciangkun yang sangat
memperhatikan kebutuhan saya di sini. Tapi......”
"Yaaa..........?" perwira itu mendesak.
Chin Yang Kun menghela napas panjang, ia tidak segera
mengatakan jawabannya.
"Siangkoan Ciangkun......! Sebetulnya kedatangan saya
kemari ini bukan untuk menemui Liu twa-ko, tapi untuk
menyelesaikan sebuah urusan. Urusan pribadi antara saya
dengan seseorang yang tinggal di dalam kota ini."
"Urusan ? Urusan apakah itu ? Eh, maaf... tentu saja kalau
Tuan Yang tidak berkeberatan untuk mengatakannya
kepadaku."
Sekali lagi Chin Yang Kun menghela napas panjang sekali.
"Seseorang telah menuduh saya membunuh muridnya.
Padahal ketika pembunuhan tersebut dilakukan, saya sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada jauh dari tempat pembunuhan itu. Dan saya benarbenar
mempunyai bukti yang kuat tentang hal itu."
"Oooh....... begitu !" Siangkoan Ciangkun menganggukangguk.
"Lalu.....apa yang hendak tuan lakukan sekarang ?”
"Saya akan menemui orang itu. Dan akan saya jelaskan
kepadanya bahwa bukan saya pembunuhnya." Chin Yang Kun
menjawab dengan suara berat dan mantap.
"Tapi...... kalau orang itu masih tetap juga tidak percaya
pada penjelasan tuan dan tetap juga menuduh tuan sebagai
pembunuhnya ?” Siangkoan Ciangkun yang sangat
berpengalaman dalam soal-soal seperti itu mendesak.
Chin Yang Kun tertawa kecut, "Kalau memang demikian
halnya, hmmm....... mereka benar-benar akan menyesal nanti
!”
"Ah, kalau begitu biarlah saya dan beberapa orang perajurit
menemani Tuan Yang ke sana. Siapa tahu orang itu menjadi
sadar melihat kami."
"Jangan, Ciangkun ! Tidak usahlah !" Chin Yang Kun cepatcepat
menolak. “Saya malah menjadi khawatir urusan ini akan
bertambah ruwet kalau Siangkoan Ciangkun turut campur
pula. Biarlah saya berangkat sendirian saja ke sana. Ciangkun
tetap di sini menunggu kedatangan Hong-siang dan Liu-twako.
Siapa tahu beliau berdua itu segera datang........?"
“Oh, benar!" perwira itu mengangguk-angguk. "Tetapi.......
kuharap Tuan Yang segera kembali ke sini kalau semuanya
sudah beres."
“Tentu saja. Sayapun ingin berjumpa juga dengan Liu twako
nanti," Chin Yang Kun tersenyum, lalu tiba-tiba. " .... eh,
Siangkoan Ciangkun? Kapan Ciangkun menerima tiga orang
yang bertempur dengan dayang-dayang itu sebagai perajurit
di sini?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maksud Tuan Yang.... tiga orang perajurit berpedang
gergaji itu ?"
“Benar!”
"Ah, belum lama. Tapi karena kepandaian mereka sangat
tinggi dan selalu menunjukkan kemampuan mereka di dalam
setiap pertempuran, mereka cepat dikenal diantara para
perajurit lainnya. Eh, ada apakah.......?" Siangkoan Ciangkun
menjawab dengan terheran-heran melihat sikap Chin Yang
Kun yang mendadak berubah serius itu.
"Ah........ tidak apa-apa ! Tapi saya mohon Siangkoan
Ciangkun berhati-hati bila berhadapan dengan mereka."
“Berhati-hati........?" perwira itu semakin bingung dan tidak
mengerti apa yang dimaksudkan Chin Yang Kun.
Chin Yang Kun mengangguk dan tersenyum. "Saya tak
ingin menjelek-jelekkan orang lain di depan Siangkoan
Ciangkun. Siapa tahu orang itu telah menjadi baik dan sadar
sekarang ? Dan kini mereka benar-benar ingin menjadi
perajurit yang baik ! Maaf....... pada saatnya nanti Ciangkun
akan mengerti juga. Sudahlah! Saya mohon diri dahulu !”
Dengan wajah masih dipenuhi oleh berbagai macam
pertanyaan perwira itu terpaksa melepaskan Chin Yang Kun
pergi. Seorang perajurit diperintahkannya ke belakang untuk
mengambil Si Cahaya Biru.
Begitulah, dengan naik di atas punggung Cahaya Biru Chin
Yang Kun keluar dari halaman rumah penginapan itu.
Perlahan-lahan pemuda itu mengendarai kudanya di jalan
raya. Suasana masih tampak riuh dan ramai. Orang-orang
yang hilir-mudik berlalu lalang di jalan itu semakin bertambah
banyak juga.
"Gwa-mia (Ramal atau Nujum).......! Gwa-mia........!”
Tiba-tiba dari pinggir jalan terdengar Iantang suara seorang
Tukang Nujum atau ramal menjajakan kepandaiannya. Chin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun terpaksa menoleh juga untuk melihatnya. Dan
seorang kakek tua dengan topi lebar bergegas mendatangi.
Tongkat besinya yang panjang terdengar gemerincing ketika
diseret di atas jalan yang berbatu.
Chin Yang Kun menghentikan kudanya. Sungguh sangat
kebetulan bagi pemuda itu, ada yang bisa dia mintai
keterangan, di mana letaknya gedung Kim-liong Piauw-kiok
itu. Dan peramal keliling tersebut tentu tahu belaka setiap
pojok dan pelosok kota itu.
"Nasib mujur....... nasib beruntung, nasib sedih atau.....
celaka ! Berdagang selalu merugi ....... berdagang selalu
bangkrut, semuanya tidak perlu terlalu dimasukkan ke dalam
hati ! Setiap orang mempunyai peruntungan atau nasib
sendiri-sendiri. Semuanya telah digariskan Thian sejak mereka
dilahirkan. Oleh karena itu berbahagialah orang yang pagipagi
telah bersiap-sedia menghadapi kehidupannya, baik itu
sedih, gembira, susah ataupun celaka .......! Nah, siapa yang
ingin meminta tolong untuk melihat nasibnya ?" Peramal itu
"berkicau" bagai burung yang menyombongkan suara
emasnya.
Chin Yang Kun tersenyum mendengarnya.
"Kakek, bolehkah aku bertanya......?"
"Tentu saja, tuan muda........Tentang jodoh ? Pangkat?
Jabatan? Atau hari depan perkawinan tuan muda? Aha, tuan
muda tidak usah takut biayanya. Tanggung murah, murah
sekali......," orang tua itu berkicau lagi dengan suara
bersemangat.
"Oh, bukan itu yang kumaksudkan." Chin Yang Kun lekaslekas
memotong perkataan kakek itu dengan perasaan tak
enak. "Aku.....aku cuma mau bertanya kepada kakek, di
manakah letak gedung Kim-liong Piauw-kiok itu?”
"Oouuw...... itu ! Baiklah, nanti akan kutunjukkan kepada
tuan. Tapi....... omong-omong, apakah tuan muda tidak ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu nasib tuan muda nanti? Berilah saya sekeping uang
tembaga saja, dan saya akan meramal nasib tuan di kelak
kemudian hari," kakek itu tetap mendesak Chin Yang Kun.
Tak sampai juga hati Chin Yang Kun untuk menolaknya.
Bukan soal uangnya, tapi tentang....... ramalan itu ! Pemuda
itu takut apabila isi ramalan-ramalan tersebut justru akan
mempengaruhi sikapnya sehari-hari, yaitu tidak bisa bebas
dan wajar seperti biasanya. Padahal ramalan itu belum tentu
benar salahnya !
Sambil memberikan tiga keping uang tembaga Chin Yang
Kun berkata dari punggung kudanya, "Maaf, kek........ aku
sangat tergesa-gesa. Tolong tunjukkan saja tempat yang
kutanyakan itu. dan....... lain hari aku akan menemuimu untuk
meramalkan nasibku......"
"Wah...... kenapa begitu? Sungguh tak enak rasanya harus
menerima pemberian cuma-cuma."
“Tak apalah, kek. Aku benar-benar tergesa kali ini.
Maafkanlah......!"
"Baiklah. Silahkan tuan muda berjalan terus sampai di
perempatan jalan itu, lalu berbelok ke kiri. Kira-kira setengah
Iie kemudian tuan akan melihat sebuah restoran besar di
sebelah kiri jalan. Nah....... di belakang rumah makan itulah
gedung Kim-liong Piauw-kiok berada. Memang selain
mengusahakan piauw kiok, pemilik gedung tersebut juga
membuka restoran pula.”
"Oh, terima kasih....... kek!"
"Ya, tuan muda........ silakan ! Dan kuharap kalau Tuan
muda nanti masih punya waktu, datanglah ke tempat ini ! Aku
akan tetap menunggu, karena tak enak rasanya memperoleh
uang secara cuma-cuma."
"Baiklah, kek."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan........ berhati-hatilah, tuan muda! Kulihat ada kabut
gelap yang menyelimuti tuan malam ini."
Chin Yang Kun mengangkat alisnya. Beberapa kali
mulutnya mau bertanya, tapi tidak jadi. Akhirnya sambil
menghela napas panjang pemuda itu menghentakkan kendali
kudanya dan pergi meninggalkan kakek itu. Sambil berjalan
pemuda itu masih juga memikirkan kata-kata kakek tersebut.
Sampai di perempatan jalan Chin Yang Kun berbelok ke kiri
seperti yang dikatakan oleh kakek peramal tadi. Jalan di situ
lebih lebar dan lebih ramai. Di sebelah kanan kiri jalan hanya
terdapat toko-toko dan warung-warung saja. Tampaknya
memang itulah jalan utama dari kota Sin-yang!
Benarlah, setengah lie kemudian Chin Yang Kun melihat
sebuah rumah makan besar di pinggir jalan. Hanya saja pintu
dan jendela rumah makan itu tampak tertutup dengan rapat.
Dan di atas pintu depannya dipasang kain putih terjulur
panjang menyentuh lantai.
Kim liong Piauw-kiok memang sedang dalam suasana
berkabung. Oleh karena itu Chin Yang Kun menjadi ragu-ragu,
apa yang harus dia lakukan. Langsung masuk melalui pintu
depan, atau........secara diam-diam lewat pintu belakang dan
menemui Kim-liong Lo-jin !
"Hmm, apapun yang akan terjadi aku harus menunjukkan
dadaku lewat pintu depan," pemuda itu akhirnya berkata di
dalam hatinya.
Di depan pintu halaman Chin Yang Kun dihentikan oleh
empat orang penjaga, yang semuanya mengenakan kain
pembalut berwarna putih di lengannya.
"Tolong katakan kepada Kim-liong Lo-jin bahwa di luar ada
seorang pemuda bernama Yang Kun mau bertemu.......!” Chin
Yang Kun berkata kepada para penjaga tersebut.
"Ooh?!?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba para penjaga itu menjadi tegang. Nama Yang Kun
itu tampaknya benar-benar mengejutkan mereka. Dua orang
diantaranya bergegas berlari ke dalam, sementara yang dua
lagi dengan gelisah dan gemetaran menyambut Chin Yang
Kun.
"Oh, tuan.......! Ma-marilah.......! Kami.....kami memang
telah me-menantikan tuan sejak.... sejak tadi," penjaga itu
mempersilakan Chin Yang Kun masuk.
Yang satu, mengambil kuda Chin Yang Kun, sementara
yang seorang lagi mengantar pemuda itu ke dalam. Di bawah
tangga pendapa Chin Yang Kun disambut oleh barisan penjaga
yang berdiri di kanan kiri tangga masuk. Semuanya
mengenakan kain putih pada lengan masing-masing, sehingga
tergetar juga rasanya hati Chin Yang Kun melihatnya.
Setelah naik ke pendapa Chin Yang Kun dipersilakan duduk
di kursi yang tersedia. Beberapa orang lelaki muda yang tadi
sore membawa gerobag-gerobag jenazah tampak bergegas
keluar menyambutnya.
"Ah. ternyata saudara Yang telah datang kemari. Hari telah
malam, kami mengira saudara akan datang besok......." lelaki
yang dikenal oleh Chin Yang Kun sebagai lelaki yang tadi sore
membawa kawan-kawannya menjemput rombongan pembawa
jenazah, tampil ke depan dan menyapa Chin Yang Kun.
"Maaf, karena harus menghadiri jamuan makan yang
diselenggarakan oleh seorang kawan, aku terpaksa terlambat
datang kemari." Chin Yang Kun cepat memberi keterangan.
"Silakan duduk, saudara Yang........!"
"Terima kasih!"
Chin Yang Kun mengangguk, tapi tidak segera duduk
seperti yang mereka harapkan. Sebaliknya pemuda itu malah
menatap pihak tuan rumah dengan tajamnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Terima kasih sekali lagi atas penyambutan saudara
saudara semua kepadaku. Tetapi......terus terang aku tidak
ingin berlama-lama disini. Setelah hari menjadi malam,
akupun masih mempunyai urusan lain yang harus kukerjakan.
Maka dari itu, aku ingin segera bertemu dengan Kim-liong Lo
jin. Di manakah dia............?"
Terdengar lapat-lapat suara geram dari orang-orang Kimliong
Piauw-kiok yang sedang menyambut pemuda itu.
Perlahan-lahan wajah mereka menjadi merah dan tangan
mereka kelihatan sudah gemetaran mau meraih senjata yang
berada di pinggang masing-masing. Tampaknya sikap Chin
Yang Kun yang kaku dan seenaknya sendiri itu benar-benar
telah menyinggung perasaan dan hati mereka.
Sejak sore mereka telah menunggu kedatangan pemuda itu
dengan perasaan tegang dan gelisah. Tetapi orang yang
mereka tunggu ternyata malah menghadiri sebuah jamuan
makan. Dan kini setelah mereka sudah mengendorkan syaraf
karena mengira pemuda itu akan datang besok, tahu-tahu dia
muncul di hadapan mereka. Meskipun demikian mereka
berusaha menyambutnya dengan baik. Eeee....... tidak mereka
sangka pemuda itu malah bersikap demikian kaku dan
meremehkan sekali kepada mereka. Malah datang-datang
pemuda itu lalu mendesak agar su-couw mereka yang sakit
dan sudah terlanjur kembali beristirahat di dalam kamarnya itu
cepat-cepat keluar menemuinya. Siapa yang tidak tersinggung
?
"Saudara Yang ! Sekali lagi....... Silakan duduk ! Ketahuilah,
sudah sejak sore tadi Su-couw duduk di sini menantikan
saudara. Sekarang beliau berada di belakang untuk menemui
sahabat akrabnya yang telah bertahun-tahun tidak berjumpa.
Oleh karena itu kami diperintahkan untuk sementara
menemani saudara di sini.....” orang yang mewakili pihak tuan
rumah tadi berkata dengan nada kaku pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm...... bukankah pihak kalian yang membutuhkan aku?
Cepatlah ! Kalau tidak, aku akan pergi dari sini !" Chin Yang
Kun berkata lagi dengan nada tak sabar. Sedikitpun pemuda
itu tidak mempedulikan sikap tuan rumah yang gondok dan
mendongkol itu.
"Kurang ajar ! Saudara Yang, kau benar-benar tidak
menghargai kami sebagai tuan rumah di sini!” wakil tuan
rumah itu membentak penasaran.
"Benar. Dikiranya kita takut dan gemetar mendengar
namanya," yang lain ikut menggeram dengan marah.
"Hantam saja! Apa gunanya kita bersikap baik kepada
pembunuh seperti dia? Mari kita membalaskan dendam Thiosuhu
!"
Demikianlah, orang-orang Kim-liong Piauw-kiok itu lalu
mengeluarkan cambuk mereka ! Kemudian semuanya
menyebar mengelilingi Yang Kun. Mereka berjumlah kira-kira
empatbelas atau lima belas orang, sehingga ruang pendapa
itu menjadi penuh dengan mereka.
Tapi orang yang berada di dalam kepungan mereka itu
ternyata tidak takut atau gemetar sama sekali. Pemuda itu
malah memandang mereka acuh tak acuh.
"Lekas katakan kepada Su-couw kalian agar datang kemari!
Dan jangan coba-coba membuat aku marah!" pemuda itu
mulai kehilangan kesabarannya.
"Persetaaaan.......!! Bunuh dia !" wakil pihak tuan rumah
tadi menjerit.
Dan....... orang-orang itu segera menyerang Chin Yang Kun
dengan cambuknya. Taaar! Taaar ! Taaar ! Terdengar letupan
cambuk mereka berkali-kali. Dan sebentar kemudian mereka
telah bertempur seru di dalam ruangan yang sempit tersebut.
Meja dan kursi segera terbalik dan terlempar ke mana-mana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun mengerahkan sebagian dari tenaga
saktinya, lalu dengan Hok-te Ciang-hoat ia melayani para
pengeroyoknya. Tubuhnya yang ringan dan gesit itu meloncat
dan melejit ke sana kemari menghindari cambuk yang
berseliweran di sekitar tubuhnya. Beberapa kali tangannya
menangkis ujung cambuk yang tak sempat dia hindarkan, lalu
ganti menyerang pemegangnya dengan tebasan tangan yang
kuat dan tajam bagai golok ! Dan satu atau dua orang dari
para pengeroyoknya segera menjadi korban dari telapak
tangannya yang ampuh!
Tapi keributan tersebut segera menarik perhatian orangorang
Kim-liong Piauw-kiok yang lain. Mereka segera
berdatangan ke tempat itu dan ikut mengeroyok Chin Yang
Kun. Demikianlah, pertempuran semakin berkobar dan
melibatkan seluruh anak murid Kim-liong Piauw-kiok yang ada
di dalam gedung itu. Sampai-sampai orang yang bertugas
menjaga mayat Thio Lung di ruang tengahpun ikut-ikutan pula
mengeroyok Chin Yang Kun ! Dan karena pendapa tersebut
sudah tidak muat lagi, maka pertempuran itu lalu bergeser ke
luar, yaitu ke halaman depan.
Semula Chin Yang Kun memang tidak ingin memperuncing
urusan pembunuhan itu dengan pembunuhan pula. Tapi
menghadapi sedemikian banyak orang, mana mampu ia
mengontrol gerakannya lagi ? Satu dua orang mulai roboh
dengan luka yang cukup parah terkena pukulannya. Mereka
cepat digotong keluar arena oleh teman-temannya, takut
terkena senjata nyasar atau terinjak-injak.
"Berhentiiiii.......! Mengapa kalian tidak mau berhenti juga?
Apakah kalian semua menginginkan pertumpahan darah di
halaman ini?" di dalam kesibukannya Chin Yang Kun masih
dapat berteriak memperingatkan lawan-lawannya.
"Persetan! Kaulah tadi yang memulainya ! Mengapa
sekarang kau pura-pura tidak menginginkan pertumpahan
darah ini? Bukankah keributan seperti ini yang kau idamTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
idamkan di dalam hatimu? Sebab dengan kericuhan seperti ini
kau dapat melampiaskan nafsu membunuhmu sepuas-puasnya
! Tidak........! Kami tidak akan berhenti melawanmu ! Kami
tidak takut mati !" lelaki yang menyambut kedatangan Chin
Yang Kun tadi berteriak pula untuk menjawab tantangan Chin
Yang Kun itu.
"Kalianlah yang memulainya! Bukan aku! Mengapa kalian
tidak lekas-lekas mengeluarkan Kim-liong Lo-jin tadi?"
"Bangsat ! Sungguh hanya mau menangnya sendiri saja!
Bukankah tadi sudah kukatakan sebab-sebabnya ?”
"Aaah....... itu cuma alasan kalian saja!"
"Keparaaaaaat !" lawan Chin Yang Kun mengumpat kasar
sekali, suatu tanda bahwa hatinya benar-benar marah dan
mendongkol sekali.
Dan pertempuranpun berlangsung lagi dengan sengitnya.
Orang-orang Kim-Liong Piauw-kiok itu menyerang semakin
beringas dan dengan kemarahan yang meluap-luap. Begitu
ramai dan riuhnya pertempuran mereka sehingga
mengagetkan para tetangga dan orang-orang yang lewat di
jalan raya. Maka sebentar saja suasana menjadi ribut.
"Tahaaaan !"
Tiba-tiba dari atas pendapa terdengar suara lantang yang
memekakkan telinga! Begitu kuatnya pengaruh suara tesebut,
sehingga orang-orang yang berada di halaman itu seperti
mendengar suara geledek di telinganya. Beberapa orang
tampak terhuyung-huyung mau jatuh.
Sekarang Chin Yang Kun benar-benar terkejut ! Ulu hatinya
terasa seperti digempur oleh getaran tenaga yang tak
kelihatan ujudnya. Dan hal ini berarti bahwa di dalam arena
telah muncul lawan baru yang menyerang dia dengan ilmu
semacam Sai-cu Ho-kang (Auman Singa) yang maha dahsyat !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otomatis Chin Yang Kun menoleh ke atas pendapa.
Seorang kakek tinggi kurus dengan kumis dan jenggot putih,
tampak berdiri tegak memandang ke arahnya. Mata kakek itu
luar biasa tajamnya dan menatap dirinya tanpa berkedip. Dan
semua orang yang mengeroyoknya tadi tampak memberi
hormat kepada kakek tersebut.
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru