Jumat, 20 April 2018

Cerita Setengah Dewasa Pendekar Penjebar Maut Bagian 2

----
Lambat laun wanita itu mendekati daerah tepi tebing celah
tersebut yang penuh ditumbuhi pohon-pohon cemara yang
rimbun. Sambil berlari berputar-putar di antara pohon-pohon
tersebut, wanita itu sesekali melongok ke bawah tebing, ke
arah permukaan air telaga yang bening yang berada sejauh
tiga empat meter dari permukaan tanah itu. Atau kadangkadang
matanya melirik ke arah permukaan air telaga yang
bermandikan cahaya bulan itu. Agaknya wanita tersebut
sedang berpikir keras untuk mencari jalan yang lebih aman
baginya, yaitu menyeberangi telaga kecil itu ataukah
menyusuri saja celah tersebut. Dan agaknya maksud hatinya
itu dapat dibaca juga oleh para pengepungnya, buktinya salah
seorang dari para perwira itu cepat memerintahkan para
prajuritnya untuk menyingkirkan perahu-perahu kecil yang
berada di sana. Selain itu juga diperintahkan untuk
memperketat pengepungan di kedua belah tepian telaga itu,
sehingga akhirnya ruang gerak dari wanita itu menjadi sangat
terbatas.
Tentu saja hal itu membuat wanita itu menjadi marah
sekali. Tampak wanita itu mengerahkan seluruh kekuatannya
dan menyerang para pengepungnya dengan lebih ganas. Ia
tidak lagi memperdulikan apakah kedua korbannya yang saat
itu berada di dalam cengkramannya akan mati atau tidak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ketika salah seorang perwira mendapat kesempatan untuk
menyerang punggung wanita itu justru menjadi terkejut
setengah mati ketika wanita itu memapaki serangannya
dengan tubuh sri baginda sendiri. Dengan kalang kabut
perwira itu berusaha menarik dan menghindarkan arah
serangannya, tapi dengan berbuat begitu ia menjadi lengah
akan pertahanan tubuh sendiri. Dan kesempatan ini memang
tidak disia-siakan oleh wanita yang sakti itu. Dengan sedikit
merendahkan tubuh, wanita itu menghantamkan ujung
tumitnya ke arah tubuh lawan yang sudah kehilangan
keseimbangan tersebut.
“Heeekkk……!!”
Bagai sebuah layang-layang putus badan perwira itu
terlempar tinggi ke udara dengan nyawa sudah meloncat pula
dari tubuhnya. Tubuh tersebut jatuh ke atas tanah dalam
keadaan hancur semua tulang dadanya. Darah segar mengalir
dengan deras dari mulutnya yang ternganga !
Ketegangan telah menyelimuti udara di pinggir telaga itu.
Darah telah mulai mengalir ! Semua perwira dan prajurit yang
saat itu berada di tempat tersebut seakan terpukau oleh
kejadian yang baru saja terjadi. Dan lagi-lagi kesempatan itu
tidak disia-siakan pula oleh wanita perkasa itu. Dengan
berteriak nyaring wanita tua itu menggerakkan lehernya kuatkuat,
dan melesatlah tiga buah tusuk kundai kemala yang
berada di atas sanggulnya, meluncur ke arah para perwira
yang berdiri di sekitarnya.
Terdengar suara mengaduh yang hebat dan kembali tiga
orang perwira telah jatuh terkapar dengan nyawa melayang.
Darah merah mengucur dari dahi setiap perwira itu yang
berlubang karena tertambus oleh tusuk kundai wanita itu.
“Adikku ………. tahan ! Kau jangan membunuh orang….!”
tiba-tiba terdengar sebuah seruan nyaring dari puncak menara
pemandangan yang berdiri di pinggir telaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bersama dengan hilangnya suara teriakan itu, tampak oleh
semua orang yang berada di tempat itu seorang pendeta tua
melayang turun dari puncak menara bagaikan burung terbang
saja. Kain lebar yang menutupi pundaknya yang telanjang
tersebut berkibar-kibar tertiup angin, sepintas lalu seperti
sepasang sayap yang menggelepar pada tubuh tua yang
sedang terbang ke bawah itu.
Sebelum sampai tanah orang tua itu tampak berjumpalitan
beberapa kali di udara, baru setelah itu mendarat dengan
empuk di atas tanah. Benar-benar suatu pertunjukan ginkang
yang telah mencapai tingkatan tinggi.
“Bu Hong Seng-jin !” Wanita itu berseru kaget. “adikmu ini
telah beberapa hari mencarimu ke mana-mana tanpa
membawa hasil, eh…. ternyata Sin-ko (nama kecil pendeta tua
itu adalah Chu Sin) berada di tempat ini.”
“Benar Siang-moi ….! Aku sebenarnya juga tahu bahwa
engkau sedang mencari aku dalam beberapa hari ini. Tapi….
aku juga mengetahui bahwa engkau ingin mengajak aku
untuk berbuat yang tidak baik di dalam istana ini. Maka oleh
karena itulah aku menyembunyikan diriku di tampat ini…..”
pendeta tua yang dipanggil dengan nama Bu Hong Seng-jin
itu menjawab teguran wanita tersebut.
“Berbuat yang tidak baik ? Eh….. Sin-ko, apakah
perbuatanku dalam membela nama keluarga kita ini adalah
jelek ? Aku ingin membalaskan dendam keluarga Chin yang
dihancurkan oleh Kaisar Han ini, apakah hal itu juga tidak baik
?”
Hening sesaat. Pertempuran berhenti dengan mendadak.
Semua orang mengawasi kedua orang itu dengan tegang.
Para perwira dan prajurit yang kini mengepung tempat itu
tahu belaka siapakah pendeta tua tersebut, karena selain
menjabat sebagai kepala kuil di istana, orang tua itu juga
merupakan salah seorang dari penasehat baginda kaisar yang
sangat dihormati. Tetapi beberapa orang dari para prajurit itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang dahulu pernah pula mengabdi kepada kaisar lama, juga
tahu siapakah sebenarnya wanita tua yang sangat sakti itu.
Karena pada zaman pemerintahan Kaisar Chin Si, wanita tua
itu merupakan seorang pengawal pribadi kaisar yang sangat
ditakuti lawannya. Sebab selain sangat sakti wanita itu masih
terhitung sebagai seorang bibi dari kaisar sendiri.
Wanita tua itu tidak lain adalah Siang-houw Nio-nio, adik
sepupu dari Bu Hong Seng-jin sendiri, yang kawin dengan
salah seorang keturunan langsung dari Sin-kun Bu-tek si
Datuk Besar dari utara itu. Pada waktu Kaisar Chin Si jatuh
dan diganti oleh kaisar baru, wanita itu lari bersama suaminya
dari istana untuk mencari putera mahkota yang pada saat itu
sedang berperang di daerah perbatasan. Wanita itu bersama
suaminya berharap agar Sang Putera Mahkota lekas-lekas
mengambil kembali singgasana yang telah diduduki oleh
seorang yang tidak berhak. Tetapi ternyata mereka telah
terlambat ! Sebelum Putera Mahkota itu sempat membawa
bala tentaranya ke kota raja, barisan para pendekar yang
dipimpin oleh Liu Pang telah lebih dahulu menduduki istana
dan mengangkat Liu Pang tersebut menjadi Kaisar Han seperti
sekarang ini. Hingga kini segala usaha dari Putera Mahkota itu
untuk kembali ke istana selalu gagal, maka tidak heran jikalau
wanita tua itu sebagai pendampingnya merasa sangat masgul
dan sakit hati. Apalagi ketika wanita tua itu mendengar kabar
tentang kedua orang puteranya yang kata orang justru telah
terbujuk oleh Kaisar Han untuk menjadi pembantunya.
Pendeta tua yang dipanggil dengan nama Bu Hong Seng-jin
itu melangkah beberapa tindak ke depan, lalu dengan sabar
dan tenang ia menjawab ucapan adik sepupunya itu.
“Adikku….., kau lihatlah baik-baik ! Kulit kita telah
berkeriput….., rambut kitapun telah memutih seperti perak…!
Itu tandanya bahwa kita ini sungguh telah lama sekali berada
di dunia ini. Sungguh jauh sekali perjalanan yang telah kita
lalui dan sungguh banyak benar pemandangan yang telah kita
nikmati selama ini. Betapa banyak pula segala macam berita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah kita dengar….! Oleh karena itu seharusnyalah kalau
kita ini sudah mengetahui dan memahami apakah sebenarnya
arti dan makna dari pada kehidupan kita di dunia ini….”
“Huh ! Sin-ko, hentikan khotbahmu itu ! Engkau salah
tempat mengucapkannya. Seharusnya hal itu kau ucapkan di
depan para muridmu, bukan di depanku, apalagi di depan
prajurit yang siap bertempur seperti sekarang ini.”
“Siang-moi, kau benar-benar tidak berubah. Tabiatmu di
kala engkau masih muda masih kau bawa hingga sekarang.
Tapi aku tetap ingin menasehatimu… Hentikanlah
pertumpahan darah ini ! Kau kembalikanlah Kaisar Han itu
kepada mereka !”
“Mengembalikan orang yang telah menghancurkan
keluarga Chin ini kepada mereka ? Huhh… enaknya ! Sin-ko,
tak kusangka engkau telah menyeberang pula kepada musuh.
Agaknya engkau pulalah yang membujuk kedua orang
keponakanmu untuk mengabdi kepada perampok ini.”
“Engkau salah, adikku. Justru kedua orang puteramu itu
yang lebih dahulu bersahabat dengan Kaisar Han itu dari pada
aku. Nah, Siang-moi, lekaslah kau serahkan baginda itu
kepada mereka, agar kau tidak menyukarkan puteramu sendiri
!”
“Orang ini tidak akan aku serahkan kepada siapapun, ia
akan kubawa menghadap Putera Mahkota untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya !” wanita itu
berteriak. Kemudian mengerahkan ginkangnya, ia meloncat
tinggi ke udara melewati kepala para pengepungnya. Kedua
tubuh tawanannya sekali lagi ia putar-putar di sekeliling
badannya, sehingga otomatis para pengepung buyar dengan
sendirinya. Dengan mudah wanita itu berlari menyusuri tebing
telaga yang menuju ke arah tembok samping istana.
“Tunggu !”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terasa ada hembusan angin yang sangat kuat di
sampingnya dan…… pendeta tua itu telah berada di depannya
kembali, sehingga terpaksa wanita itu menghentikan
langkahnya. Meskipun begitu, sambil berhenti kaki kanannya
dengan gesit meluncur ke arah pusar penghadangnya dalam
jurus Ular Sakti Memperlihatkan Ekornya. Ujung sepatu dari
wanita itu mematuk dengan cepat menuju ke arah pusar, tapi
dengan gerakan tenang pendeta tua itu menarik pinggangnya
ke kiri dalam jurus Busur Kemala Tong Pin (Tong Pin adalah
ksatria ahli panah dalam cerita rakyat), sehingga serangan
wanita itu menemui tempat kosong. Dan sebelum wanita itu
menarik kembali kakinya, tiba-tiba pendeta tersebut
mengulurkan tangannya ke arah lutut lawannya. Karena tidak
ingin mendapat malu apabila kakinya sampai terpegang oleh
lawan, wanita tua itu cepat menyusuli dengan tendangan
kakinya yang lain, kali ini ke arah lengan lawan yang terjulur
ke depan itu. Tapi dengan berani pendeta tua itu
memapakinya dengan lengannya.
“Dessss…….”
Keduanya terdorong tiga langkah ke belakang. Meskipun
demikian apabila diperbandingkan, agaknya tenaga dalam dari
wanita itu sedikit lebih tinggi dari pada tenaga dalam pendeta
tua tersebut. Hal itu dapat dilihat dari bekas tanah yang
terinjak oleh kaki mereka tadi. Biarpun harus membawa dua
buah beban ternyata tak sedikitpun kaki wanita itu
meninggalkan jejak, lain halnya dengan kaki pendeta itu,
selain meninggalkan jejak yang dalam, bekas dari jejak kaki
itupun tidak dalam posisi yang teratur. Jejak itu mencang
menceng ke kanan dan ke kiri tanda bahwa pendeta itu
melangkah mundur dengan kuda-kuda yang goyah.
Tetapi dalam pertempuran selanjutnya selisih yang sedikit
tersebut menjadi tidak begitu berarti lagi, justru kedua buah
beban yang dibawa oleh wanita itulah yang akhirnya sangat
menganggu sepak terjang wanita tua itu. Bagi seorang sakti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti pendeta tua itu tidaklah sukar untuk menghindarkan
serangannya dari tubuh Kaisar Han yang berada di dalam
cengkeraman lawan. Dengan mudah pendeta itu mencari
lowongan-lowongan di antara ayunan tubuh Kaisar Han yang
diputar-putar oleh wanita itu, sehingga tidak lama kemudian
wanita itu telah mulai terdesak.
Beberapa orang perwira yang ingin lekas-lekas
membebaskan kaisar mereka tampak mulai bersiap-siap pula
untuk terjun ke dalam pertempuran. Salah seorang di
antaranya malah sudah mempersiapkan sebuah jaring besar
dengan anak buahnya. Jaring itu mereka bentangkan di atas
tanah dekat menara pemandangan tanpa setahu wanita tua
itu.
“Siang-moi, lekas kau serahkan Kaisar Han itu kepada
mereka sebelum terlambat ! Lihat, mereka sudah tidak sabar
lagi !” pendeta tua itu memperingatkan adik sepupunya.
“Hmm…… lihat serangan !” wanita itu berseru dengan
keras. Tak ada sedikitpun niatnya untuk membebaskan Kaisar
Han itu, apalagi sampai menyerahkan diri. Tubuh Yang Kun
yang dia jinjing dengan tangan kiri ia hantamkan ke depan, ke
arah kepala Bun Hong Seng-jin.
Pendeta tua itu cepat membungkukkan badannya, sehingga
serangan tersebut lewat di atas kepalanya. Kemudian dengan
tangkas ia melangkahkan kakinya ke depan malah dan dari
samping itulah ia melepaskan totokan jarinya yang ampuh ke
arah pinggang lawan.
Akibatnya Siang-houw Nio-nio menjadi terkejut sekali !
Terpaksa wanita tua itu mengangkat lutut kirinya ke atas
untuk menahan ujung jari lawannya.
“Tukk !”
Siang-houw Nio-nio tampak meringis menahan sakit. Untuk
beberapa saat lamanya lutut kirinya terasa bebal terkena
totokan lawan, tetapi setelah beberapa saat kemudian telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pulih kembali seperti sediakala. Sementara itu Bu Hong Sengjin
terpaksa tidak dapat melanjutkan pula serangannya yang
hampir membawa hasil tersebut karena ujung jari yang
mengenai lutut lawan itu juga terasa sakit bukan main !
Tetapi beberapa orang perwira yang sedari tadi telah
bersiap-siap di sekitar mereka, ternyata tidak menyia-nyiakan
kesempatan baik itu. Selagi wanita itu terhuyung-huyung
menahan rasa sakit pada lututnya, mereka langsung terjun ke
arena untuk mengeroyoknya. Akibatnya memang terasa
sangat berat bagi Siang-houw Nio-nio, setiap kali ia
terhuyung-huyung ke belakang menahan serangan mereka,
sehingga akhirnya tanpa terasa ia mundur ke arah bentangan
jaring yang telah dipasang oleh para prajurit tadi.
Awal mendung yang tebal tampak menutup bulan di atas
langit dan untuk beberapa saat udara pun menjadi gelap
gulita. Suasana di dalam arena pertempuran itupun tampak
gelap, hanya sinar-sinar kecil dari lampu-lampu tamanlah yang
menerangi tempat tersebut. Keadaan itu tentu saja membuat
pertempuran tersebut menjadi kacau balau.
Siang-houw Nio-nio juga tidak merasa sama sekali bahwa ia
semakin mendekati bentangan jaring yang akan menjerat
tubuhnya. Ketika pada suatu saat ia meloncat mundur untuk
menghindari serangan Bu Hong Seng-jin, salah satu dari
kakinya telah menginjak pinggiran jaring. Para perwira yang
mengeroyoknya semakin meningkatkan desakan mereka,
dengan maksud agar wanita itu segera memasuki jaring yang
mereka pasang tersebut.
Dengan dilindungi oleh kawan-kawannya, salah seorang
perwira tampak menyerang dengan nekad ke arah Siang-houw
Nio-nio, sehingga akhirnya wanita itu terpaksa mundur juga.
Kemudian terdengar suara aba-aba dan jaring itu digulung
dengan cepat. Tapi terbuktilah di sini bahwa wanita tua
tersebut memang bukan seorang tokoh sembarangan.
Perasaannya yang tajam segera mencium suatu yang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beres pada tanah tempat ia berpijak, sehingga dengan
kesaktiannya yang menakjubkan dia lekas-lekas melenting
tinggi ke udara bersama dengan aba-aba ditariknya jaring itu
dari atas tanah.
Wanita tua itu meluncur tinggi ke arah puncak menara
pemandangan dengan menjinjing ke dua orang tawanannya,
sehingga maksud lawan untuk menjaring tubuhnya mengalami
kegagalan, Dan jika mereka beberapa saat yang lalu mereka
telah dibuat kagum oleh cara Bu Hong Seng-jin ketika turun
dari atas menara, kini mereka justru lebih dikejutkan lagi oleh
kehebatan wanita itu dalam menghindari tangkapan jaring
mereka.
Beberapa meter dari atas puncak menara, daya luncur dari
wanita itu telah habis. Tapi sebelum tubuh itu melayang
kembali ke bawah, tampak tubuh Yang Kun ia lepaskan. Lalu
dengan menjejakkan kakinya pada tubuh pemuda itu ia
meluncur kembali ke arah puncak dengan manisnya.
Sebaliknya, tubuh Yang Kun yang dipakai sebagai batu
loncatan tersebut melesat dua kali lebih cepat ke arah
permukaan air telaga. Disertai dengan muncratnya air telaga,
tubuh pemuda itu tenggelam ke dasar telaga dengan cepat
sekali.
Sementara itu para perwira memerintahkan anak buahnya
untuk mengepung kaki menara. Mereka tidak mungkin untuk
naik ke atas menara dengan melalui tangga yang tersedia. Hal
itu sangat berbahaya bagi keselamatan mereka, karena
dengan melalui jalan tersebut adalah sangat mudah bagi
wanita itu untuk membunuh mereka.
“Siang-moi, engkau tidak mungkin lagi untuk meloloskan
diri dari tempat ini. Kenapa engkau tidak lekas-lekas
menyerahkan saja tawananmu itu ? Biarpun engkau telah
membunuh salah seorang diantaranya, tetapi kukira apabila
engkau menyerahkan Kaisar Han itu dengan tak kurang suatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa, engkau akan diberi kelonggaran juga nanti.” Bu Hong
Seng-jin berteriak dari bawah.
“Hmm, jangan bermimpi ! Sampai matipun aku tidak akan
menyerahkannya. Sekarang aku akan beristirahat sebentar,
nanti aku akan berusaha untuk menerobos kembali kepungan
kalian. Kalau toh aku tidak dapat melakukannya, kaisar ini
akan aku bunuh lebih dahulu baru aku mengadu jiwa dengan
kalian semua.”
Semua terdiam. Mereka menanti dengan tegang. Melihat
gelagatnya wanita itu benar-benar akan membuktikan segala
ucapannya tersebut. Para perwira dan Bu Hong Seng-jin
hanya saling pandang dengan bengong. Mereka tidak tahu
harus berbuat bagaimana untuk membebaskan junjungan
mereka itu. Tiba-tiba….
“Yap Tai-ciangkun telah datang….! Harap semua prajurit
minggir !” terdengar para prajurit yang berada di daerah
belakang berteriak-teriak bersahut-sahutan.
Kepungan itu otomatis menyibak ke samping dengan
sendirinya. Mereka dengan tegap memberi penghormatan
kepada panglima mereka yang baru tiba. Yap Tai-ciangkun
dengan pakaian kebesarannya yang gemerlapan tampak
berjalan dengan gagah diiringi oleh para pengawal khususnya.
Di depan Bu Hong Seng-jin panglima itu tampak mengangguk
dengan hormat sekali, lalu berhenti. Kepalanya mendongak ke
atas ke arah puncak menara itu.
“Bu Hong supek, apakah penculik itu masih berada di atas
sana ? Bagaimana dengan keadaan baginda kaisar ?”
“Kim-ji…. kau…. ah…. kau…..” Bu Hong Seng-jin tak bisa
bicara.
“Supek, ada apakah ? Kenapa supek kelihatan …..?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hmmm…….. Kim-ji, akhirnya kau datang juga ke tempat
ini. Apakah engkau akan menangkap aku pula ?” tiba-tiba
wanita yang berada di atas menara itu berseru ke bawah.
Kalau ada halilintar menyambar di dekat telinga Yap Taiciangkun
pada saat itu mungkin tidak akan mengagetkannya
seperti ketika ia mendengar suara wanita yang datang dari
atas menara itu. Sedikitpun panglima itu tidak membayangkan
bahwa ia akan bertemu dengan ibunya di tempat ini dan
dalam suasana seperti ini pula. Sejenak Yap Tai-ciangkun
hanya terlongong-longong diam tak bisa berkata-kata.
Berbagai macam perasaan sedang bergulat di dalam hatinya !
Antara perasaan senang, sedih, kaget, gembira, menyesal,
takut dan lain sebagainya.
Ibuuu….” Panglima itu menyapa ibunya lirih. Bayangan
seorang panglima besar yang setiap kali membuat ketakutan
barisan musuh kini seperti hilang lenyap dari tubuhnya. Yang
terpancar dari wajahnya kini hanya sebuah bayangan dari
seorang anak yang ketakutan di hadapan ibunya.
Tentu saja semua gerak-gerik serta keadaan Yap Taiciangkun
yang seperti itu membuat para perwira dan prajurit
yang berada di tempat itu menjadi terheran-heran tak
mengerti. Mereka tidak mengerti, kenapa panglima mereka
yang gagah perkasa itu memanggil ibu kepada musuh yang
menculik kaisar mereka ? Kenapa agaknya panglima mereka
itu menjadi ketakutan di hadapan wanita tua itu ?
“Kim-ji ! Kenapa engkau diam saja ? Benarkah engkau akan
menangkap ibu sendiri ? Apa kata ayahmu nanti kalau
mendengar sepak terjangmu ini ?” Kembali suara wanita itu
terdengar dari puncak menara. Dan suara ini semakin
membuat panglima yang sudah biasa menghancurkan lawan
di medan laga ini makin bertambah bungkam seribu bahasa.
“Siang-moi, kenapa engkau tidak juga berasa kasihan
kepada puteramu sendiri ? Apakah engkau ingin agar
puteramu ini kehilangan muka di hadapan semua anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
buahnya ? Apakah engkau ingin agar puteramu ini
mengorbankan jiwa untuk menebus semua ini ?” Tiba-tiba Bu
Hong Seng-jin berseru sambil maju ke depan. Pendeta itu
merasa kasihan melihat keponakannya kehilangan akal di
hadapan ibunya.
Bagai tersentak pula Yap Tai-ciangkun dari keadaannya
mendengar seruan supeknya itu. Keadaan yang tak terduga ini
memang sangat mengejutkan hatinya. Tetapi seruan
pamannya itu benar-benar membuat dirinya sadar kembali
akan kedudukannya. Ia adalah seorang panglima kerajaan.
Dan kaisarnya kini dalam cengkeraman seorang musuh. Ia
harus berusaha untuk membebaskannya biarpun musuh itu
adalah ibunya sendiri. Dan ia bersedia untuk berkorban jiwa
seperti ucapan supeknya itu, demi untuk tanggung jawabnya
ini. Maka dengan langkah yang tegap dan penuh kepercayaan
diri Yap Tai-ciangkun maju ke samping Bu Hong Seng-jin.
“Supek, silahkan supek mundur ! Biarlah keponakanmu saja
yang menyelesaikannya !”
Dengan dada tengadah panglima muda itu menghadap ke
puncak menara. Suaranya terasa getir di dalam hati, meskipun
diucapkan dengan tegas dan lancar.
“Ibu, agaknya ibu memang tidak menyukai aku. Agaknya
ibu memang sudah tidak perduli akan kebahagiaan puteramu
ini. Dahulu ketika aku masih kecil, di mana aku benar-benar
sangat membutuhkan kasih sayang ibu, ibu justru pergi
meninggalkan rumah untuk menjadi pengawal pribadi Kaisar
Chin. Aku hanya tinggal bersama ayah yang lebih banyak di
ruang samadinya dari pada membimbing diriku. Untunglah di
rumah itu ada Yap suheng yang memanjakan aku. Sekarang
setelah anakmu ini memperoleh kebahagiaan di sini ibu
datang lagi untuk menghancurkannya…..”
“Kim-ji, anakku….”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Sebentar, ibu, jangan potong dahulu kata-kataku ! Ibu,
meskipun begitu sebagai seorang anak yang berbakti, aku
tidak akan melawan kepada ibu. Tetapi aku hanya memohon
kepada ibu untuk melepaskan Hong-siang demi tanggung
jawab dan nama baik anakmu yang tidak kau sukai ini…..”
“Kim-ji….”
“Sepatah kata lagi, ibu. Dan untuk kebebasan dari Hongsiang
itu aku bersedia menghabisi nyawaku sendiri di hadapan
ibu, agar ibu merasa puas di dalam hati. Nah, ibu…. aku akan
menghitung sampai tiga. Bersama dengan hilangnya nyawaku
nanti kuharap ibu menepati janji untuk melepaskan Hongsiang
! Nah…. satu…..!” Yap Tai-ciangkun mulai menghitung
sambil menempelkan ujung pedangnya di dadanya.
“Anakku….. kau……!” wanita itu berdesah dengan wajah
pucat.
“Yap Tai-ciangkun……!” para perwira berseru.
“…..dua……!”
“Kim-ji……!” Bu Hong Seng-jin melangkah maju.
“Tiga !” Yap Tai-ciangkun menghabiskan hitungannya.
Dengan tenang ujung pedang yang ia bawa itu ia tusukkan ke
arah dadanya.
“Kim-ji ! Tahan ! Aku menyerah !” wanita itu berteriak
tinggi. Tubuh Kaisar Han ia buang begitu saja ke arah para
prajurit yang berada di bawah menara, sementara ia sendiri
terjun ke arah putera satu-satunya.
“Trakk……!”
Bu Hong Seng-jin yang saat itu telah berada di samping
Tai-ciangkun cepat menghantam ke arah ujung pedang itu,
sehingga dua buah jari tangannya putus. Tetapi ujung pedang
itu dapat terpental ke samping, meskipun ujungnya yang telah
menembus daging tersebut sempat mematahkan sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tulang iga Yap Tai-ciangkun ! Darah menyembur keluar, tapi
jiwa panglima itu tertolong.
Wanita tua yang sangat sakti itu langsung menubruk
puteranya dengan air mata bercucuran. Sementara itu tubuh
Kaisar Han yang melayang dari atas itu telah ditangkap
beramai-ramai oleh para prajurit dan dibawa ke tempat yang
aman. Beberapa orang perwira tampak maju bersama para
anak buahnya untuk meringkus wanita sakti yang sedang
lengah karena menangisi Yap Tai-ciangkun itu. Senjata
mereka meluncur dengan cepat ke arah punggung wanita
yang sedang membungkuk tersebut.
“Tahan !” Bu Hong Seng-jin berteriak menggeledek.
“Kraaaaaak…..! Dessss…….!”
Bersama-sama dengan Bu Hong Seng-jin, Yap Tai-ciangkun
yang mengetahui bahaya tersebut, sehingga tubuh ibunya ikut
terjengkang ke belakang. Wanita Sakti itu lolos dari kematian,
tetapi sepasang lengan Yap-Tai-ciangkun dan Bu Hong Sengjin
juga mengalami luka-luka pula terkena senjata mereka.
“Berhenti !” Yap Tai-ciangkun menggertak anak buahnya.
“Siapapun tidak boleh melukai ibuku. Beliau telah
menyerahkan tubuh Hong-siang kepada kita dengan tidak
kurang suatu apa. Kini beliau aku bebaskan untuk pergi dari
tempat ini. Untuk itu aku akan mempertanggungjawabkan
sendiri kepada Hong-siang nanti. Tan-ciangkun…..!”
“Ya……!”
“Beri ibuku ini sebuah perahu dan biarkan beliau
menyeberangi telaga ini !”
“Baik, Tai-ciangkun !”
“Ingat, tak seorangpun boleh mengganggu dia !”
“Anakku…. Bagaimana luka-lukamu ? mengapa engkau
berlaku bodoh seperti itu ? Bagaimana semuanya menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti ini ? Ohh…… ibumu memang telah berlaku kejam
terhadapmu selama ini…….” wanita itu merintih.
“Perahu untuk ibu telah tersedia, Ibu…… lekaslah ibu keluar
dari tempat ini ! Jangan menunggu sampai Hong-siang siuman
dari pingsannya !” Yap Tai-ciangkun memotong kata-kata
ibunya.
“Tidak ! Aku tidak akan pergi lagi dari sisimu ! Biarlah
mereka membunuhku, aku tidak takut ! Aku tidak akan pergi
jika tidak dengan engkau, anakku !”
“Ibu, kenapa ibu masih saja tidak mengerti hati anakmu ini
? Apakah ibu ingin melihat kehancuranku ? Kenapa ibu tidak
membiarkan aku hidup tenteram dan bahagia dengan jalan
hidupku sendiri ? Jalan hidup yang kurintis sendiri sejak ibu
meninggalkan diriku dahulu ?”
“Kim-ji…… aku sangat menyayangimu, nak !”
“Aku tahu, ibu…… Tapi silahkanlah sekarang ibu naik
perahu untuk meninggalkan tempat ini. Pada suatu saat nanti
apabila aku masih hidup, aku akan mengunjungi ibu.”
“Kim-ji…. anakku !”
“Lekaslah, ibu ! Atau ibu benar-benar ingin melihat aku
bunuh diri sekarang ?”
“Siang-moi, ayolah….. Kau masih menyayangi anakmu
seperti katamu tadi, bukan ? Biarlah kau turuti katakatanya….”
Bu Hong Seng-jin cepat menengahi. Ditariknya
lengan wanita itu ke arah perahu yang telah disiapkan oleh Tai
Ciangkun.
“Baiklah…. baiklah, aku menurut. Tapi…. kuharap engkau
benar-benar mencari ibumu kelak.” Wanita itu melangkah ke
perahu sambil mencucurkan air mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Tai-ciangkun mengangguk. Dia juga tidak kuasa lagi
untuk berkata-kata. Dipandanginya ibunya itu sehingga
mendarat di pinggir seberang.
***
Dasar Telaga itu sungguh sangat dalam. Tubuh Yang Kun
yang bagaikan dilempar dari atas itu tenggelam ke bawah
dengan cepat hingga hampir mencapai dasar telaga. Dan
ketika daya lontar dari atas itu telah habis sehingga tubuh
pemuda tersebut mulai terangkat kembali ke atas permukaan
air, tiba-tiba datang sebuah arus air yang menyeret tubuh itu
berputar menyusuri dasar telaga.
Arus tersebut menyeret tubuh Yang Kun ke arah sebuah
lubang besar yang berada di dekat dasar telaga. Seperti mulut
seorang raksasa lubang itu menyedot tubuh Yang Kun ke
dalamnya serta menggulungnya di dalam aliran sungai di
bawah tanah.
Entah berapa saat lamanya pemuda itu terseret oleh aliran
sungai tersebut. Tahu-tahu ketika pemuda itu siuman kembali
dari pingsannya, ia telah mendapatkan dirinya di sebuah gua
yang aneh. Sebuah gua yang langit-langit dan dindingnya
terdiri dari batu bening yang beraneka macam warnanya,
sehingga rasanya seperti di dalam mimpi saja. Tubuhnyapun
terbaring di atas pasir lembut yang berkilau berwarna-warni.
Yang Kun meringis menahan sakit ketika mencoba untuk
bangkit, sehingga niatnya untuk duduk diurungkannya.
Rasanya tulang-tulang rusuk dan lengannya pada berpatahan
semua. Maka pemuda itu membiarkan dirinya terbaring diam
di tempat tersebut. Hanya kedua buah matanya saja yang
sedang melirik ke sana ke mari, memperhatikan segala
sesuatu yang berada di sekitarnya.
Di manakah dirinya sekarang ? Apakah dia telah ditawan
oleh wanita sakti itu dan kini telah dibawa ke sarangnya ? Lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke mana sahabatnya itu ? Apakah Liu-toakonya itu dapat
menyelamatkan diri dari keganasan musuh ?
Yang Kun sibuk mengingat-ingat segala kejadian yang telah
menimpa dirinya beberapa saat yang lalu. Sejak ia menolong
sahabatnya yang terpukul jatuh dari atas pagoda sampai ia
tidak sadarkan diri akibat ikut menangkis pukulan wanita sakti
itu. Peristiwa selanjutnya ia sudah tidak tahu menahu lagi.
“Biarlah aku tetap berbaring saja di sini sembil menanti
kedatangan orang yang telah membawa diriku kemari…..”
pemuda itu berkata di dalam hati. Lalu dipejamkannya
matanya sehingga akhirnya ia tertidur.
Yang Kun tidak mengetahui berapa lama ia telah tertidur
ketika mendadak ia terbangun. Telinganya yang sudah terlatih
untuk mendengarkan suara-suara lembut itu tiba-tiba
dikejutkan oleh suara hantu bernyanyi yang telah sangat
dikenalnya itu. Hanya bedanya suara seruling itu sekarang
terdengar begitu kerasnya sehingga hantu tersebut seperti
meniupnya di ruangan itu juga. Malah ketika hantu tersebut
mengucapkan pantunnya, pemuda itu merasa seakan-akan
hantu tersebut mengucapkannya di depannya.
Sinar bulan di antara bintang,
Membasahi padan di antara ilalang.
Tak terasa mulut Yang Kun ikut bergumam menyanyikan
lagu itu. Tapi ia menjadi kaget dan heran ketika mendadak
suara nyanyian itu berhenti. Dan tidak tahu dari mana
datangnya tiba-tiba di depannya telah berdiri seorang nenek
tua renta.
Bukan main kagetnya pemuda itu. Nenek tua tersebut tak
ubahnya seperti hantu. Begitu tuanya nenek itu sehingga
hampir-hampir tiada lagi rambut yang tumbuh di kepalanya.
Beberapa lembar rambutnya yang putih yang masih tinggal itu
juga lebih tepat disebut tengkorak dari pada dikatakan sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepala dari seorang manusia yang masih hidup. Mulutnyapun
kelihatan kosong tak bergigi sama sekali.
Nenek itu hampir tak memakai penutup badan sama sekali,
hanya sebuah sobekan kain kecil yang menutupi bagian
bawahnya, sehingga tubuhnya yang seperti kerangka
berselaput kulit tipis itu kelihatan nyata sekali. Satu-satunya
tanda yang bisa dipakai untuk membedakan apakah orang itu
laki-laki atau wanita hanyalah kedua buah dadanya yang
tergantung tipis bagai lidah yang terulur keluar itu.
“Siapakah yang mengajarkan bunyi pantun itu kepadamu ?”
Yang Kun menoleh ke kanan dan ke kiri dengan bingung,
lalu sekali lagi ia berusaha untuk bangkit tetapi tetap tidak
bisa. Pertanyaan itu seperti diucapkan oleh nenek tersebut,
tapi herannya bibirnya yang telah keriput itu sedikipun tidak
kelihatan bergerak.
“Ayo, jawab ! Kenapa malah menoleh ke sana kemari ?
Siapa yang kau cari ? Tidak ada orang lain di gua ini selain aku
dan kau !”
“Aku…. ah,,,,, aku……” Yang Kun masih bingung. Sekali lagi
matanya mengawasi nenek tua tersebut, tapi bibir itu tetap
diam tak bergerak seperti tadi.
“Hmmm, agaknya engkau heran melihat aku bisa berkatakata
tanpa menggerakkan bibirku. Uh, apa sukarnya berbuat
seperti itu……. hei, kenapa diam saja ? Ayo jawab
pertanyaanku tadi !”
“Aku…… aku telah sering mendengar lagu itu.”
“Heh, kurang ajar ! Apakah engkau telah siuman beberapa
hari yang lalu ? Lalu kenapa berpura-pura masih pingsan,
begitu ?”
“Siuman beberapa hari yang lalu ? apakah maksud locianpwe
? Aku sungguh tidak mengerti. Aku pingsan baru
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa saat yang lalu, kenapa lo-cianpwe katakan telah
beberapa hari yang lalu?”
“Hihihihi…….. sungguh menyebalkan ! Beberapa saat yang
lalu ? Hihihihi…….. ketahuilah, anak muda…… eh, siapakah
namamu ?”
“Chin Yang Kun !”
“Heh, ketahuilah…… kau telah pingsan selama satu bulan di
sini.”
“……. satu bulan ?” Yang Kun tersentak kaget.
Satu bulan. Benarkah itu? Lalu apa yang terjadi setelah dia
pingsan itu ? Bagaimana kelanjutan dari peristiwa yang terjadi
pada saat itu ? Dan di manakah dia sekarang ? Siapa pula
nenek tua itu?
“Hei…… siapa namamu tadi ?” Tiba-tiba pemuda itu
dikejutkan oleh pertanyaan nenek tersebut.
Yang Kun menatap wajah berkeriput itu dengan termangumangu.
Ia melihat mata yang cekung itu menatap dirinya
dengan tegang.
“Siapa namamu ? Kenapa diam saja ?” nenek tua itu
berteriak. Lagi-lagi meremang bulu kuduk pemuda itu
mendengar suara tanpa gerakan mulut atau bibir tersebut.
“Chin Yang Kun…… Chin Yang Kun nama siauw-te !”
jawabnya terbata-bata.
Jilid 6
Tiba-tiba lengan kiri nenek itu terjulur ke arah leher Yang
Kun. Jarak diantara mereka berdua kira-kira setombak, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa terkejutnya hati pemuda itu ketika lengan tersebut
dapat mencapai leher bajunya ! Gila, ilmu apa pula ini,
pemuda itu membatin.
“Engkau she Chin juga ? Huh, tidak banyak orang yang
memakai she Chin di dunia ini selain keluarga kerajaan.
Agaknya engkau hanya mengaku-aku saja sebagai keluarga
Chin agar dikira sebagai salah seorang keluarga kerajaan pula
!” wanita tua renta itu berteriak sambil mencengkram leher
baju Yang Kun.
Marah juga hati pemuda itu disangka sebagai orang yang
hanya mengaku-aku sebagai keturunan keluarga Chin.
“Maaf, lo-cianpwe jangan sembarangan menuduh orang!
Memang aku masih keturunan dari keluarga raja. Kakekku
adalah Kaisar Chin Si yang agung ! Karena ayahku adalah
putera beliau dari selir yang ke empat. Puteri Hiang Su !”
pemuda itu menyanggah perkataan nenek tua tersebut
dengan berapi-api.
“Raja Chin Si ? Siapakah dia ? Apakah dia adalah pengganti
Raja Chin Bun yang mangkat karena gempa besar itu ?” nenek
tersebut bertanya keheranan.
“Bukan ! Pengganti Raja Chin Bun adalah Raja Chin Lu,
ayah dari Kaisar Chin Si. Nah setelah berada di bawah
pemerintahan kakekku itulah semua negara-negara kecil dapat
dipersatukan. Itulah sebabnya kakekku tidak bergelar Raja
Chin Si lagi tetapi Kaisar Chin Si !” dengan lancar pemuda itu
menerangkan silsilah keluarganya.
“Ohhh…. keturunan dari Pangeran Chin Lu !” nenek tua itu
berkata dengan tandas, seakan-akan sudah mengenal dengan
baik Raja Chin Lu.
Tentu saja Yang Kun menjadi terheran-heran. Nenek tua itu
agaknya sudah mengenal para nenek moyangnya yang telah
tiada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nenek tua itu melepaskan leher baju Yang Kun, lalu
perlahan-lahan dia duduk pula di atas tanah. Diliriknya wajah
Yang Kun yang terheran-heran tersebut.
“Aku percaya pada kata-katamu ! Agaknya engkau memang
benar-benar keturunan keluarga Chin……”
“Bukan agaknya……, aku memang cucu Kaisar Chin Si !
terserah lo-cianpwe percaya atau tidak.” Yang Kun memotong
penasaran.
“Baiklah….. baiklah ! Aku percaya kepadamu ! Sekarang
aku ingin bertanya kepadamu, apa sebabnya engkau sampai
terbawa oleh arus sungai yang berada di bawah tanah ini, hah
? Beruntunglah engkau karena saat itu aku sedang
memancing ikan. Coba tidak, tubuhmu akan terus terseret
sampai di air terjun itu dan dihempaskan ke bawah jurang
yang dalam.”
“Arus Sungai di bawah tanah ? Apa ? Jadi aku kini berada di
dalam tanah ? Ohh, Tuhan….. benarkah itu ? Lalu bagaimana
aku bisa keluar nanti ?” Yang Kun terbelalak kaget.
“Hihihihi….. anak muda, engkau takkan pernah lagi dapat
keluar dari tempat ini ! Kau lihat aku ini? Aku terjebak di
dalam lorong-lorong gua di bawah tanah ini semenjak aku
berumur 17 tahun. Yaitu ketika aku masih merupakan seorang
gadis remaja.”
“Ohhhh…. tidak !” pemuda itu lemas seketika.
“Sudahlah…. menyesalpun sudah tidak berguna. Aku
dahulu juga kecewa bukan main. Tapi lambat laun aku juga
menyerah kepada keadaan ini.”
“Tapi aku tidak akan menyerahhh….!” Yang Kun berteriak
keras untuk melampiaskan keputusasaannya.
Nenek tua itu tersenyum, sehingga mulutnya yang
berkeriput semakin terhisap ke dalam mulutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hihihi…. Engkau juga sama dengan aku dahulu. Akupun
dulu berteriak-teriak juga seperti engkau ini sambil berlari ke
sana ke mari untuk mencari jalan keluar. Setiap lubang aku
masuki, setiap celah aku selidiki, tapi apa hasilnya ? Sampai
tua begini aku tetap tidak dapat keluar juga…..”
“Ooooohhh……!” pemuda itu merintih dan semakin terasa
hilang harapannya. Nenek itu bangkit dari duduknya, lalu
begitu kakinya yang reyot itu meloncat lenyaplah ia dari
tempat tersebut, sehingga Yang Kun yang sedianya masih
ingin berkata sesuatu menjadi terlongong-longong keheranan.
Dan tak beberapa lama kemudian terdengar lagi suara
seruling yang menggetarkan hati di kejauhan.
sinar bulan di antara bintang,
Membasahi padang di antara ilalang ……….
Yang Kun mendengarkannya dengan hati sedih dan
nelangsa. Dia tidak tahu bagaimana halnya dengan dirinya
sampai di tempat ini, sehingga ia harus menghabiskan seluruh
sisa hidupnya seperti nenek tua itu di lorong-lorong gua ini.
Betapa sunyinya.
Yang Kun memiringkan badannya, sekedar untuk
mengobati kepenatan punggungnya. Tapi dia melihat sebuah
mangkuk dari batu yang berisi bubur berwarna putih di
sampingnya. Ketika Yang Kun melihatnya terlebih dekat, ia
melihat beberapa huruf tergores di atas lantai gua di bawah
mangkuk batu itu.
Karena kini engkau bisa makan minum sendiri,
sekarang aku tidak perlu menyuapi kau lagi !
Tanpa merasa curiga lagi Yang Kun memakan bubur itu
dengan lahap. Yang Kun sudah tidak memikirkan mati
hidupnya lagi. Matipun ia tidak akan berkeberatan lagi, toh
lebih baik dari pada seumur hidup berada di dalam liang-liang
tikus seperti itu. Selesai makan ia tertidur lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu terjadi setiap hari. Bangun pagi-pagi telah tersedia
di sampingnya semangkuk bubur hangat, lalu tertidur. Sore
hari baru terbangun. Dan di sampingnya juga telah tersedia
lagi bubur tersebut. Makan lagi, dan ……. tertidur lagi !
Kadang-kadang sebelum tertidur, telinganya sempat
mendengar suara nyanyian dan suara seruling yang ditiup oleh
wanita tua renta itu. Dan sejak pertemuan mereka yang
pertama itu Yang Kun tidak pernah lagi melihat nenek tersebut
datang ke tempat itu. Tahu-tahu segala keperluannya telah
ada berada di sampingnya.
Sebulan telah berlalu lagi tanpa terasa. Selama itu pula
nenek tua itu tak pernah memperlihatkan batang hidungnya.
Tapi selama itu kesehatan Yang Kun semakin bertambah baik.
Dari bisa bangkit, duduk, merangkak sampai akhirnya sudah
dapat berjalan kembali seperti biasa. Badannya juga terasa
bertambah segar dan sehat. Hanya pemuda itu merasa heran
pada kulit tubuhnya.
Ia tak pernah mendapatkan sentuhan sinar matahari, tapi
kulit tubuhnya tampak kemerah-merahan seperti kulit
perawan yang terbakar oleh sinar matahari.
Sejak mulai dapat berjalan Yang Kun terus meneliti segala
sudut dan lubang yang berada di dalam gua tersebut.
Ternyata gua itu cukup luas dan terdiri dari dua buah ruangan
besar. Salah satu ruangannya ternyata dipakai untuk lewat
oleh sungai di bawah tanah itu. Sebuah sungai yang tidak
begitu besar maupun dalam, tetapi karena berada di tempat
yang aneh dan gelap maka kesannya sungguh sangat
menyeramkan.
Yang membuat pemuda itu merasa heran adalah nenek tua
tersebut. Betapapun ia mencari kemana-mana, sehingga boleh
dikatakan sampai setiap jengkal tanah dia amat-amati dengan
teliti, toh nenek tua itu tidak dapat ia temukan. Sehingga
pemuda itu hampir-hampir mulai percaya bahwa nenek
tersebut memang bukan manusia tetapi hantu. Soalnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana mungkin seorang manusia biasa dapat lenyap
begitu saja dari gua tersebut ? Padahal tak sebuah lubangpun
yang dapat dipakai untuk keluar dari dua buah ruangan yang
berada di dalam gua itu. Memang pemuda itu melihat adanya
beberapa lubang dan celah-celah sempit di sana, tetapi hanya
seekor anjing atau kucing yang mampu masuk ke dalamnya.
Satu bulan lagi telah terlewatkan pula. Yang Kun sudah
benar-benar sehat dan kuat seperti sedia kala, tapi perasaan
bosan telah mulai mencengkram hatinya. Sering kali dia
memang ingin bertemu muka dengan nenek penolongnya itu,
tetapi setiap kali pula dia tertidur sehabis makan bubur itu.
Pernah ia dua hari dua malam tidak memakan bubur yang
disediakan tersebut agar tidak jatuh tertidur. Anehnya nenek
itu tidak muncul ke tempat itu selama 2 hari 2 malam pula.
Agaknya orang tua itu tahu juga bahwa buburnya masih utuh
dan belum perlu diganti. Akhirnya dari pada kelaparan Yang
Kun tidak peduli apakah ia tertidur atau tidak. Dan untuk
perintang waktu, pemuda itu mulai berlatih silat kembali. Ilmu
Silat Hok-te Ciang-hoat warisan keluarganya. Sayang
Lweekangnya telah hilang lenyap. Tapi Yang Kun berketetapan
untuk memupuknya kembali dari sedia kala.
Pada suatu hari selagi enak-enaknya atau asyik-asyiknya ia
berlatih silat. Yang Kun dikejutkan oleh kedatangan nenek
hantu itu secara tiba-tiba. Biarpun Yang Kun di dalam
konsentrasi penuh ternyata dia tidak mampu mengetahui dari
mana datangnya nenek itu sebenarnya. Dengan mulut
ternganga ia memandang perempuan tua itu.
“Huh, bocah gila ! Siapa yang memberi pelajaran jurus
Panglima Yi Po Mengatur Barisan seperti itu ? Siapa yang
menyuruh kaki kananmu terbekuk begitu ? Dalam Hok-te
Ciang-hoat keluarga Chin tidak ada bentuk kuda-kuda seperti
itu !” nenek tua itu menghardik dengan keras.
“Lo-cianpwe…....”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Diam ! Apakah kau tidak diberi tahu bagaimana sejarah
asal mulanya jurus tersebut diciptakan ?”
“Tidak…..!” Yang Kun menjawab lirih. Dipandanginya wajah
perempuan tua itu dengan penuh pertanyaan di dalam
hatinya. Apa maksud sebenarnya dari nenek tua renta itu ?
Kenapa orang itu seperti tahu akan segala hal yang
berhubungan dengan keluarganya ?
“Goblog ! Goblog benar gurumu itu ! Kenapa memberi
pelajaran tanpa menerangkan secara jelas seluruh isi dasarnya
? Goblog ! Bagaimana mungkin muridnya bisa menyelami
serta menghayati jurus-jurus yang diberikan itu ? Hah…..!”
Tersinggung juga hati Yang Kun mendengar makian-makian
nenek tua yang ditujukan kepada para gurunya yang juga
merupakan paman-pamannya sendiri itu. Apalagi khusus
untuk Hok-te Ciang-hoat ini yang memberi pelajaran dan
melatih setiap hari adalah paman bungsunya, orang yang
paling dihormati dan dibanggakannya. Ternyata di tempat ini
mendiang paman bungsunya itu telah dicaci maki oleh
seorang nenek tua yang sudah hampir masuk ke liang kubur.
“Maksud locianpwe, latihanku ini tidak benar serta tidak
berguna sama sekali ?” pemuda itu berkata dengan
penasaran.
“Huh, engkau ingin mencobanya ? Boleh engkau
menyerang aku dengan jurus tiruanmu itu, nanti akan
kutunjukkan betapa jeleknya dia !” nenek itu menantang.
Melihat tubuhnya yang sudah reyot itu tak tega juga rasa
hati Yang Kun. Tapi tingkahnya yang sombong dan
memandang rendah kepada dirinya itu membuat Yang Kun
penasaran juga.
“Baik ! Aku ingin melihat di mana kejelekan dari jurus yang
kupelajari itu,” ucapnya tegas. Lalu dengan tangkas pemuda
itu memasang kuda-kuda untuk mempersiapkan jurus
Panglima Yi Po Mengatur Barisan !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perempuan tua itu terkekeh-kekeh melihat kuda-kuda Yang
Kun.
“Awas, serangan…….!” dengan perasaan mendongkol Yang
Kun menyerang.
Tapi sebelum serangannya sampai di tujuan, ia melihat
perempuan tua itu bergeser ke samping sambil menyapukan
kakinya ke arah Yang Kun. Gerakannya demikian sederhana
dan mudah diikuti, tapi ternyata Yang Kun tidak mampu untuk
mengelak. Sehingga bukannya nenek tua itu yang terkena
serangannya, tapi justru dia sendirilah yang roboh terlentang
disapu kaki lawan.
Dengan terheran-heran Yang Kun bangkit kembali.
Dilihatnya perempuan itu masih tertawa terkekeh-kekeh
memandang dirinya.
“Bagaimana ? Jelek sekali bukan ? Hihihihi……… kau tahu,
jurus apa yang aku pakai untuk merobohkan kamu tadi ?
Liong-ong-sao-te (Raja Naga Menyapu Tanah)! Jurus ke 8 dari
Hok-te Ciang-hoat !”
“Liong-ong-sao-te ?” Yang Kun terkejut.
Hmm, benar juga ! Tetapi ada sedikit perbedaan dalam
gerakan mengayunkan kaki, yaitu kaki tersebut dilipat terlebih
dahulu sebelum terayun ke arah sasaran ! Pemuda itu berpikir
dan mengingat-ingat gerakan lawan tadi.
Agaknya perempuan tua itu dapat membaca pikiran Yang
Kun.
“Apakah jurus Liong-ong-sao-te tiruanmu tidak sama
dengan jurusku tadi ?”
“Locianpwe, siapakah locianpwe ini sebenarnya ? Mengapa
locianpwe dapat memainkan Hok-te Ciang-hoat juga ?”
“Hihihihi……. tidak hanya Hok-te Ciang-hoat saja, tapi aku
juga dapat memainkan Hok-te To-hoat (Ilmu Golok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menaklukkan Bumi) secara lebih baik dari pada Hok-te To-hoat
tiruanmu, hihihihi……!”
“Locianpwe……”
“Locianpwe……. locianpwe….. huh ! Sungguh menyebalkan
sekali ! Kenapa tidak lekas-lekas memanggil aku nenek buyut
?” perempuan tua itu menghentakkan kakinya kanannya
dengan kesal.
“Nenek buyut ?” Yang Kun menegaskan dengan perasaan
bingung.
“Benar ! aku ini adalah adik kandung Pangeran Chin Lu……
eh……. Raja Chin Lu ! Jadi Raja eh…… Kaisar Chin Si itu
adalah keponakanku sendiri. Nah kalau engkau sungguhsungguh
cucu dari Kaisar Chin Si bukankah aku ini masih
terhitung nenek buyutmu juga ?”
“Adik kandung Raja Chin Lu ?” Yang Kun bergumam. Tibatiba
Yang Kun teringat akan cerita yang pernah didongengkan
oleh paman bungsunya. Yaitu tentang seorang anak
keturunan keluarga Chin yang mempunyai kesaktian hebat
pada usia belasan tahun. Namanya adalah Chin Hoa. Sayang
anak itu meninggal dunia tertimbun reruntuhan istana ketika
terjadi gempa bumi besar pada seratus tahun yang lalu. Anak
itu tertimbun di ruang semadinya yang berada di bawah
tanah.
“Locianpwe……. apakah locianpwe bernama Chin Hoa ?”
Yang Kun bertanya dengan harap-harap cemas.
Nenek tua itu mengerutkan alis matanya.
“Chin Hoa ? Ah, entahlah ! aku sudah melupakan namaku
sendiri…. hei, sebentar ! Coba kau baca huruf yang ditatah
pada pangkal lenganku ini ! Setiap putera Raja Chin namanya
tentu ditatahkan pada bahunya.”
Yang Kun mencari huruf itu di lengan perempuan tua itu.
Benar ! Meskipun telah hampir tidak kelihatan akibat kulitnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berkeriput, tapi masih tampak bekas-bekas huruf HOA di
sana.
“Nenek buyut…….” Yang Kun segera berlutut.
“Hihihihi…… bagus….. bagus…. Aku punya ahli waris
sekarang. Terkabul juga permohonanku selama ini. Tuhan
benar-benar mengirimkan seorang keturunan Chin kepadaku
sebelum aku mati. Nah, berdirilah cucuku ! Aku akan
menurunkan seluruh kesaktianku kepadamu. Karena engkau
dari keluarga Chin juga, maka aku tidak melanggar sumpah
keluarga kita bila aku menerimamu menjadi muridku….
hohoho…. betapa senangnya hatiku !”
Yang Kun berlutut kembali untuk menyatakan rasa terima
kasihnya, juga sebagai tanda bahwa dia bersedia untuk
menjadi murid perempuan tua itu.
“Marilah cucuku ! Akan kubenahi dan kubetulkan Hok-te
Ciang-hoatmu yang tidak keruan itu. Dan akan kuajarkan
kepadamu sebuah ilmu silat dahsyat yang telah kuciptakan
selama aku terkurung di tempat ini.”
“Terima kasih, nenek buyut !”
“Sekarang aku mau beristirahat dahulu. Kau juga boleh
beristirahat pula atau…. . sekarang engkau boleh melihat
bagaimana caranya aku meninggalkan tempat ini.” perempuan
tua itu tersenyum penuh arti. Agaknya perempuan tua itu
selalu mengintip segala gerak-geriknya selama dua bulan ini.
Juga ketika dirinya sibuk mencari nenek itu kesana kemari.
Perempuan tua itu berjalan mendekati dinding gua, dimana
terdapat sebuah lubang kecil yang semula dikira oleh Yang
Kun hanya cukup untuk lewat seekor anjing atau kucing saja.
Perempuan tua itu berdiri sebentar di depan lubang itu.
Beberapa saat kemudian terdengar tulang-tulangnya
berkerotokan lalu kepalanya menyuruk ke dalam lubang
tersebut dan…… perlahan-lahan tubuhnya tampak meluncur
masuk bagaikan seekor ular yang memasuki liangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Cucuku, sekarang engkau mengetahui, bukan ? Mengapa
aku tidak dapat kaucari di mana-mana ? Hihihi….. selain
ruangan yang kau tempati itu, di sini masih banyak gua-gua
lain. Tetapi engkau hanya bisa datang ke sini apabila kelak
sudah kuberikan kepadamu sebuah ilmu yang dinamakan Kimcoa-
i-hoat (Baju Ular Emas).” Tiba-tiba terdengar suara nenek
itu bergema dari dalam lubang.
Demikianlah, esok harinya Yang Kun mulai berlatih di
bawah bimbingan nenek buyutnya sendiri. Satu persatu dari
jurus Hok-te Ciang-hoat yang pernah dipelajari oleh pemuda
itu diperbaiki dan dibetulkan oleh nenek buyutnya. Ternyata
tak ada satu juruspun dari Hok-te Ciang-hoat pemuda itu yang
dianggap betul oleh perempuan tua tersebut. Semuanya salah
dan sudah menyimpang dari aslinya, sehingga perempuan tua
itu kembali mencaci maki orang yang mengajarkan ilmu
tersebut kepada Yang Kun. Apalagi ketika terasa olehnya
seluruh jurus yang dikeluarkan oleh pemuda itu hanya
digerakkan dengan tenaga gwakang saja. Sekejappun tidak
pernah mempergunakan lweekang.
“Anak gila ! Apakah gurumu tak pernah mengajarkan
lweekang kepadamu ?”
Yang Kun terperangah. Baru teringat dia sekarang bahwa
dia belum menceritakan tentang sudah punahnya
lweekangnya akibat kematiannya yang sekejap tempo hari.
Maka dengan nada sedih Yang Kun meriwayatkan seluruh
pengalaman dan peristiwa yang menimpa dirinya serta
keluarganya sejak terjatuhnya dinasti Chin lima tahun yang
lalu sampai dirinya terluka dan kehilangan lweekangnya
tersebut.
Bukan alang-kepalang kagetnya nenek Hoa itu.
“Apa katamu ? Keturunan Wangsa Chin yang telah
berlangsung selama ratusan tahun itu kini telah lenyap direbut
orang ? Jadi kejayaan keluarga kita itu kini sudah musnah ?
Kurang ajar….. siapakah yang berani berbuat begitu ?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perempuan tua itu menyambar leher baju Yang Kun dengan
kasar. Matanya yang kecil dan terletak di dalam lubang mata
yang dalam itu mendelik mengerikan.
“Para petani dan pendekar silat !” Yang Kun menjawab
cepat, “Mereka bersatu padu dalam Barisan Para Pendekar,
memberontak dan menghancurkan kekuasaan Kaisar Chin
si…..”
“Kurang ajar ! Bangsat ! Hmm……… manusia-manusia gila
dan tidak tahu diri ! Anjing….. ! Sayang aku sudah tidak bisa
apa-apa lagi ! Hun, sungguh penasaran sekali hatiku ! Yang
Kun ! Katakan kepadaku, siapakah yang memimpin barisan
pemberontak itu ? Apakah dia pula yang sekarang duduk di
atas singgasana ?” perempuan tua itu mengumpat-umpat
dengan kasar.
“Pemimpin pemberontak itu sekarang memang telah
mengangkat dirinya menjadi raja dengan nama Kaisar Han……
Sebelum menjadi kaisar dia hanya seorang petani biasa yang
datang dari dusun.” Yang Kun menjawab seperti yang pernah
dia dengar pula dari orang lain.
Nenek Hoa itu semakin marah hatinya. Giginya gemertak
menahan geram.
“Yang Kun, cucuku ! agaknya Thian memang sengaja
mengirimkan dirimu ke hadapanku dengan maksud agar aku
menurunkan seluruh kesaktianku kepadamu. Dengan demikian
engkau sebagai keturunan Chin akan dapat merebut kembali
singgasana kita yang telah direbut orang itu. Thian juga telah
mempersiapkan segalanya sebelum mengirimkan dirimu ke
tempat ini…….”
“Mempersiapkan ? Maksud nenek ?”
“Kau datang di hadapanku dengan lweekang yang telah
punah, sehingga kini engkau dalam keadaan kosong
melompong tanpa isi sama sekali. Bukankah hal itu
merupakan sebuah hal yang sangat kebetulan sekali ? Ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim-coa-ih-hoat yang hendak kuberikan kepadamu itu harus
dipelajari dan dilatih dengan sebuah lweekang yang khusus,
Yaitu Liong-cu-i-kang (Tenaga Inti Mustika Naga). Sebuah
pelajaran ilmu lweekang yang hanya boleh dipelajari oleh
orang yang masih kosong dan tidak punya himpunan tenaga
dalam dari golongan lain !” Nenek buyutnya menerangkan.
Yang Kun mendengarkan ucapan itu dengan kepala
tertunduk. Hatinya terasa kosong. Sebenarnyalah, terbersit di
dalam hatinya pula suatu perasaan gembira mengingat akan
hal keberuntungannya itu. Suatu hal yang dahulu dianggapnya
sebagai suatu hal yang menyedihkan dan menyengsarakan
hatinya.
Kebanyakan dari manusia memang selalu dipengaruhi dan
diombang-ambingkan oleh penilaian dan perasaannya sendiri.
Suatu peristiwa atau keadaan yang menimpa diri seseorang
kadang-kadang tidak dinilai secara jujur oleh orang itu. Suatu
peristiwa yang sama sering dinilai secara berlainan oleh orang
yang sama pada suatu saat, tergantung pada situasi dan
keadaan orang itu pada saat itu. Contohnya kini telah terjadi
pada Yang Kun sendiri. Dahulu ketika dia mengetahui tentang
lenyapnya seluruh himpunan lweekang yang dilatihnya sejak
kecil dari dalam tubuhnya, dia menganggap hal itu sebagai
suatu hal yang sangat menyedihkan dan sangat
menyengsarakan hatinya. Tetapi sebaliknya ketika kini ia
mendapat keterangan bahwa ilmu Kim-coa-i-hoat hanya dapat
dipelajari oleh orang yang masih kosong tenaga dalamnya, dia
menjadi begitu gembira dan bersyukur atas musibah yang
membuat dirinya kehilangan seluruh tenaga dalamnya
tersebut. Bukankah dengan demikian penilaian seseorang,
dalam hal ini adalah Yang Kun, sudah tidak jujur lagi ?
Maka sungguh tidak bijaksana bagi seseorang di dalam
hidupnya di dunia ini apabila dalam menghadapi setiap
peristiwa yang dihadapinya hanya selalu melihat dan
memandang dari segi kepentingannya sendiri saja. Karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandangan hidup yang demikian itu pada suatu waktu bisa
memukul atau menjebak dirinya sendiri. Beruntunglah Chin
Yang Kun dalam hal ini, bahwa perubahan pandangannya itu
hanya menyangkut soal perasaannya sendiri, tidak berkaitan
dengan seseorang yang lain. Coba, bila perubahan itu terjadi
dalam hubungannya dengan orang lain, apalagi jika hubungan
itu menyangkut tentang sesuatu hal yang penting dan besar,
apakah hal seperti itu tidak menimbulkan suatu keruwetan
atau malapetaka yang hebat ?
“Hal yang kedua……. mengapa kukatakan bahwa Thian
telah mempersiapkan dirimu sebagai lantaran (sarana) untuk
balas dendam kepada musuh keluarga Chin serta merebut
kembali kekuasaan yang terjatuh ke tangan musuh, ialah
dijadikannya darah yang mengalir di dalam tubuhmu sebagai
alat pembunuh yang maha hebat bagi lawan-lawanmu.
Dengan kekuatan Liong-cu-i-kang di dalam tubuhmu, maka
tak sebuah makhlukpun di dunia ini yang mampu bertahan
dari sentuhan tanganmu yang beracun !” nenek tua itu
melanjutkan keterangannya kepada Yang Kun.
“Tapi apa gunanya itu semua, nek. Kita selama hidup akan
tetap terkurung di sini…..”
“Yah, kau memang benar. Tetapi meskipun begitu, di
dalam hati sebenarnya aku masih mempunyai harapan
juga…… biarpun hanya sedikit ! Siapa tahu engkau
mempunyai nasib atau peruntungan yang berbeda dengan
nasibku. Kita tidak bisa meramalkan apa yang terjadi di muka
kita nanti…..”
“Baik, nek….!”
Yang Kun berlatih dengan giat siang maupun malam.
Berhari-hari pemuda itu seperti melupakan waktu dan
tenaganya. Nenek tua itu melatihnya dengan tekun dan keras
pula. Caranya melatih sungguh berlainan sekali dengan cara
para pamannya ketika memberi pelajaran silat kepadanya
dahulu. Pamannya selalu menekankan pada ketrampilan gerak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serta ketangkasan berpikir di dalam menilai gerakan lawan.
Jadi menurut para pamannya untuk menjadi seorang jago silat
yang tangguh orang harus giat berlatih sehingga menjadi
tangkas, trampil, kuat gesit dan pandai mempergunakan
otaknya dalam setiap pertempuran.
Tapi bagi nenek Hoa semuanya itu ternyata masih belum
lengkap. Tanpa memahami serta menjiwai ilmu silat yang
dipelajari itu sehingga menjadi darah daging seperasaan
dengan jiwanya, tak mungkin seseorang akan dapat
mempergunakannya dengan sempurna. Ilmu silat harus
dipahami seluruhnya, baik isi maupun kulitnya. Dan untuk
memahami isi itu seseorang yang sedang berlatih silat harus
mengetahui sejarah, riwayat ataupun makna dari setiap
gerakan atau jurus yang sedang dipelajari itu.
Itulah sebabnya setiap membetulkan gerakan yang salah
atau kurang benar, nenek Hoa selalu menerangkan dan
meriwayatkan asal mula terciptanya gerakan itu, sehingga
akhirnya pemuda itu menjadi paham akan makna yang
terkandung di dalam setiap gerakan tersebut.
“Jurus Panglima Yi Po Mengatur Barisan ini diciptakan oleh
seorang raja Chin ketika menyaksikan salah seorang
panglimanya mengatur bala tentara dalam suatu kancah
pertempuran yang hebat ! Saat itu Sang Raja yang ikut terjun
dalam medan pertempuran, melihat para prajuritnya yang
dipimpin oleh Panglima Yi Po telah didesak dan dikepung oleh
lawan mereka. Pasukan di sayap kiri panglima itu telah
bergerak terlalu maju ke depan, sehingga mereka kocar-kacir
dipukul lawan. Sementara pasukan yang berada di sayap
kanan agak ketinggalan dalam gerak maju mereka, sehingga
mereka menjadi terlambat untuk memecah perhatian lawan.
Padahal dalam saat yang kritis demikian, Panglima Yi Po
sebagai pemegang komando dari tentaranya sedang terlibat
pertempuran sendiri dengan beberapa orang perwira lawan.
Tetapi sebagai panglima yang telah mempunyai nama harum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di setiap medan laga, ternyata Panglima Yi Po tidak pernah
sekejappun kehilangan pengamatan atas seluruh bala
tentaranya……” perempuan tua menghentikan penjelasannya
sebentar. Kemudian, “………. Saat itu salah seorang lawan dari
Panglima Yi Po sedang menusukkan tombak panjangnya ke
arah leher kiri panglima itu. Sementara di samping kanan
panglima itu, juga sedang menusukkan pedangnya. Maka…..
sekalian menghadapi kedua serangan tersebut, Panglima Yi Po
juga sekalian memberi aba-aba perintah kepada ke dua sayap
pasukannya itu. Pertama-tama Panglima Yi Po mengibaskan
lengan kirinya ke atas untuk memberi perintah agar pasukan
sayap kiri mundur ke tengah, sekalian menjepit tombak lawan
yang menusuk ke arah lehernya. Lalu lengan kanan dengan
jari menunding, diayun ke depan dengan keras sambil
memberi aba-aba agar pasukan sayap kanan cepat menyerbu
ke depan, dan dengan gerakan itu Panglima Yi Po sekalian
bermaksud menghantam badan pedang lawan yang menusuk
ke arah pundaknya. Setelah itu Panglima Yi Po memutar
tubuhnya ke kiri, sehingga tombak lawan yang terjepit di
lengan kirinya dapat tersentak lepas, disusul dengan
tendangan kaki kanan ke arah lawan yang memegang pedang.
Dalam tiga gerakan kedua lawan tersebut dapat dilumpuhkan
oleh Panglima Yi Po ! Pemandangan itu ternyata sangat
menarik perhatian Raja Chin, sehingga tercipta jurus Panglima
Yi Po Mengatur Barisan sebagai pelengkap dari Hok-te Chianghoat.”
Nenek Hoa memandang cucunya dengan tajam. Agaknya
dia ingin mengetahui apakah penjelasannya tadi dapat
ditangkap oleh Yang Kun atau tidak.
“Nah, cucuku…….. Dengan mengetahui sejarah dari
terciptanya jurus yang sedang kau lakukan itu otomatis
engkau juga mengetahui pula bagaimana seharusnya gerakan
tersebut kau kerjakan dengan betul. Jadi bukan sekedar
gerakan Panglima Yi Po Mengatur Barisan mengawur seperti
kepunyaanmu itu. Kini engkau tentu telah lebih memahami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa salahnya gerakanmu dulu. Lengan kiri yang kau tekuk
ke atas itu bukan hanya sekedar sebuah tangkisan tetapi lebih
tepat dikatakan sebagai tangkapan dan capitan. Sedang jari
telunjuk kanan yang menyerang ke depan itu juga bukan
melulu sebagai totokan, tetapi lebih berfungsi sebagai
tangkisan pula.. Oleh karena itu, bila gerakan tersebut engkau
lakukan dengan tenaga bahu dan lengan, terang hal itu adalah
salah besar. Gerakan itu harus kau lakukan dengan tenaga
pinggang !”
Begitulah, selesai belajar Hok-te Ciang-hoat mereka ganti
mempelajari Hok-te To-hoat, Yang Kun membuat golok tiruan
dari batu, karena mereka tidak mempunyai sebuah golokpun
di tempat itu. Seperti pada saat berlatih Hok-te Ciang-hoat
maka pada latihan inipun Yang Kun berusaha mempelajarinya
dengan tanpa mengenal lelah pula.
Pada suatu malam selagi enak-enaknya tidur, Yang Kun
dibangunkan oleh nenek Hoa.
“Cucuku ! Saat ini adalah saat yang baik untuk memulai
pelajaran Liong-Cu-i-kang, karena pada saat suhu udara di
dalam tanah seperti inilah saat yang paling baik untuk
memperoleh tenaga Liong-Cu-i-kang sebanyak-banyaknya.”
“Nenek, …….. tapi aku belum selesai memperbaiki Hok-te
To-hoat !”
“Biarlah, tidak jadi apa ! Kita lebih baik lekas-lekas memulai
pelajaran Liong-cu-i-kang ini agar tidak terlambat. Aku
mendapat firasat yang tidak baik beberapa saat yang lalu. Aku
merasa bahwa kita akan segera berpisah ! Maka ilmu
ciptaanku yang kuberi nama Kim-coa-ih-hoat itu harus lekaslekas
kuturunkan kepadamu. Nah, ikutlah aku…..!”
Nenek tua itu membawa Yang Kun ke ruangan yang lain, di
mana mengalir sungai di bawah tanah itu. Dengan diikuti oleh
Yang Kun nenek itu berjalan menyusuri tepian sungai, Lalu di
mulut celah di mana air itu terhisap masuk ke dalam dinding
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gua, nenek itu berhenti. Lalu nenek itu membaringkan
tubuhnya pada celah tersebut, sehingga celah yang sempit itu
seperti tertutup oleh tubuhnya. Air tampak mengalir diselasela
badannya, seakan-akan mau mengisap tulang-tulang
kurus itu bersamanya.
“Yang Kun, cucuku…..! Untuk mendapatkan tenaga Liongcu-
i-kang kamu harus mengambil dan memanfaatkan
kekuatan hisap dari lubang ini. Sebentar lagi hawa di sini akan
berubah dan celah ini akan mempunyai kekuatan menghisap
yang berlipat ganda besarnya. Kau kumpulkan semangatmu di
sini lalu sedotlah daya hisap dari celah ini ke dalam tubuhmu.
Putarlah tenaga hisap yang telah kau sedot itu ke seluruh
jalan darah di dalam tubuhmu, agar berubah menjadi hawa
murni yang dapat kau pergunakan setiap saat ! Marilah….
sekarang akan kuberi contoh lebih dahulu cara kita bersamadi
!”
Kemudian sambil menjelaskan semua urutan-urutannya
nenek tua itu mulai bersamadi. Urat-uratnya tampak
menegang. Kulitnya yang semula pucat itu perlahan-lahan
kelihatan kemerah-merahan. Sedikit demi sedikit ia menyedot
kekuatan hisap dari celah tersebut dan memasukkannya ke
jalan darahnya melalui tan-tian (pusar). Kemudian dengan
melalui wa-pi-hiat tenaga murni yang disedotnya itu ia
salurkan ke seluruh tubuh. Tetapi berbeda dengan umumnya
orang yang berlatih lweekang, nenek itu tidak menyalurkannya
secara berputar seperti layaknya arah jarum jam ! Nenek itu
mendorong hawa murni yang didapatnya itu secara terbalik !
Dari bagian kanan dahulu baru setelah itu menerobos ke
bagian atas ! Tapi pengaruhnya sungguh sangat hebat.
Tampak wajah orang tua itu berubah segar kemerah-merahan
seperti wajah seorang perempuan muda !
“Yang Kun, cucuku ! Sekarang cobalah kau berlatih Liongcu-
i-kang dengan cara seperti yang kuperlihatkan kepadamu
tadi ! Dengan bakat serta bertulang baik seperti yang kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
punyai itu, kukira dalam beberapa hari saja engkau tentu
sudah dapat menembus semua jalan darah yang ada di dalam
badanmu.” nenek itu mengakhiri latihannya. “…… dan kau
sekarang tentu tahu, apa sebabnya orang yang telah
mempunyai lweekang dari golongan lain tidak boleh berlatih
Liong-cu-i-kang ini. Penyaluran hawa murni secara terbalik itu
sungguh sangat membahayakan para pemilik lweekang yang
telah terbiasa menyalurkan lweekangnya secara biasa…..
Sama halnya mereka melukai dan membunuh dirinya sendiri !”
Yang Kun mengangguk, lalu melangkah ke arah celah
sempit tersebut. Ia berbaring seperti yang dilakukan oleh
nenek buyutnya tadi.
“Nenek……., bolehkan aku bertanya sebentar ?” pemuda itu
mengawasi neneknya beberapa saat sebelum ia memulai
dengan semadinya.
“Yaaa ?!”
“Anu….. bukankah sebelum menciptakan Liong-cu-i-kang ini
nenek juga telah mempunyai lweekang yang hebat dari
keluarga Chin kita ? kenapa…..?”
Nenek tua itu tersenyum.
“Cucuku…… kau jangan heran ! Nasib kita memang hampir
sama. Nenek dahulu juga mengalami kematian sesaat seperti
yang kau alami itu. Nenek mati karena tertimbun reruntuhan
akibat gempa bumi besar itu ! Separuh tubuhku terjepit batubatu
besar di dalam gua ini tanpa mampu bergerak sedikitpun.
Entah kenapa aku menjadi siuman kembali. Tapi seperti yang
kau alami juga. lweekang yang telah kuhimpun sejak aku
kanak-kanak telah hilang lenyap pula dari badanku. Rasarasanya
aku ingin mati saja saat itu. Tubuh tak bisa bergerak
karena terjepit, tenaga sudah hilang pula dari badan,
bagaimana pula bisa hidup ? Tapi….. agaknya Thian masih
menghendaki lain. Tiba-tiba saja seperti ada sinar terang di
dalam hatiku untuk tidak menyerah begitu saja kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keganasan alam yang mencelakai diriku. Aku teringat kepada
seseorang yang mungkin lolos dari keganasan gempa itu dan
saat itu sedang sibuk mencari diriku……” nenek tua itu
termangu-mangu memandang kosong ke depan.
“Nenek…….. kau…..?”
“Cucuku, keinginanku untuk dapat bertemu kembali atau
setidak-tidaknya bisa keluar dari tempat ini untuk mencari
khabar tentang diri orang itu, membuat aku bersemangat
serta tidak ingin mati. Aku teringat ada suatu ilmu yang
disebut orang dengan nama Sia-Kut-hoat (Ilmu Mengkerut
Tulang). Dengan ilmu tersebut kukira aku akan sangat mudah
untuk melepaskan diri dari jepitan batu-batu itu. Tetapi karena
aku tidak tahu bagaimana melatihnya, maka aku lalu mencari
sendiri dan menciptakannya. Dengan hanya minum air dan
memakan ikan yang kebetulan bisa ku tangkap setiap harinya
aku menciptakan Liong-cu-i-kang ini. Akhirnya berhasil ! Aku
bisa mengatur dan memerintah susunan persendian tulangku
menurut sekehendak hati sendiri…… Aku bisa lolos dari lubang
yang menjepit tubuhku itu, tapi untuk beberapa bulan aku
seperti menderita kelumpuhan pada anggota badan yang
terjepit itu. Untunglah dengan Liong-cu-i-kang aku bisa
menyembuhkannya.” sekali lagi nenek Hoa menghentikan
penuturannya, lalu dipandangnya Yang Kun yang berbaring di
celah sempit itu dengan pandangan aneh. “…… dan tahukah
kau di mana aku telah terjepit selama itu ? Ketahuilah cucuku,
aku terjepit pada lubang….. yang sekarang kautempati itu !”
“Hahh ?!?”
“Nah, kau tentu tidak percaya bahwa aku telah mampu
meloloskan diri celah sesempit itu. Tapi kalau kau telah
menguasai Liong-cu-i-kang dengan baik, kau akan
mempercayainya.”
Dan tentu saja perkataan nenek buyutnya itu semakin
membuat Yang Kun bergairah untuk lekas-lekas menguasai
ilmu tersebut. Pemuda yang tidak pernah mengenal lagi hari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siang ataupun malam itu semakin tidak memperhitungkan
waktu pula. Setiap ada waktu atau kesempatan sehabis
berlatih silat dia tentu lekas-lekas merendam dirinya di celah
sempit tersebut. Oleh karena itu tidak mengherankan jikalau
sebulan kemudian nenek buyutnya sendiri sampai
menggeleng-gelengkan kepala saking kagum atas kemajuan
yang dicapainya.
“Yang Kun, cucuku…..! Kau benar-benar bertulang baik dan
berbakat sekali dalam ilmu silat. Aku beranggapan bahwa
dalam waktu setengah tahun engkau baru akan dapat
menguasai Liong-cu-i-kang itu. Tak kusangka hanya dalam
waktu sebulan engkau telah menguasainya dengan lancar !
Baiklah…..! Karena kini kau telah mahir mengatur dan
menguasai seluruh jalan darahmu sesuai dengan pelajaran
Liong-cu-i-kang, maka sekarang akan kuberi tahu rahasia Ilmu
Kim-coa-i-hoat yang telah kujanjikan itu kepadamu……!”
Dengan perasaan gembira yang meluap-luap Yng Kun
mempersiapkan diri untuk menerima kunci-kunci rahasia dari
Ilmu Kim-coa-i-hoat itu. Inilah memang saat-saat yang telah ia
nanti-nantikan selama ini ! Kim-coa-ih-hoat !
“Rahasia utama dari Kim-coa-ih-hoat adalah penyaluran
arus tenaga murni yang dibolak-balik secara mendadak,
sehingga untuk sesaat orang akan kehilangan daya lengket
dari dalam tubuhnya. Yaitu daya lengket yang membuat
tulang-tulang di dalam badan selalu saling bertautan, di
samping otot-otot dan urat-urat daging tentunya !” nenek itu
mulai dengan keterangannya. “…….. Coba kaulihat siku
lenganku ini ! aku akan mempertunjukkan kehebatan Ilmu
Kim-coa-ih-hoat itu….. kepadamu !”
Nenek tua itu mengangkat lengan kanannya ke atas. Lalu ia
mengerahkan Liong-cu-i-kang ke arah lengannya itu.
Terdengar suara gemertak dari tulang-tulangnya yang saling
beradu dan kemudian secara mendadak nenek itu
membalikkan seluruh Liong-cu-i-kang !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hap !
Dan perempuan tua itu lalu memegang lengan kanan
tersebut dengan tangan kirinya. Sungguh aneh sekali ! Siku
lengan kanan itu dapat ia tekuk sekehendak hatinya ! Ke
muka….. ke belakang,,,,, ke kiri…… ke kanan ! Juga dapat
ditarik memanjang memendek, bagai sebuah lengan boneka
dari karet saja. Yang Kun sampai melongo melihat keajaiban
itu ! Gila, teriaknya di dalam hati. Sebuah ilmu yang
mengerikan !
“Kau lihat, cucuku ? Hihi….. tentu saja dalam prakteknya
engkau tak usah menekuknya dengan pertolongan anggota
tubuh yang lain. Cukup kau kerahkan otot-otot lenganmu……
dan tulang itu akan tertekuk ke arah yang kau kehendaki
dengan sendirinya ! Begitu juga pada persendian-persendian
tulang-tulang yang lain. Mereka dapat kau permainkan sesuka
hatimu ! Semua tergantung pada kekuatan Liong-cu-i-kang
yang telah kau pelajari. Semakin tinggi kau meyakinkannya,
semakin bebas pula kau dapat mempermainkan susunan
tulang-tulangmu ! Dan oleh karena kita dapat menggeser uraturat
darah atau otot-otot daging kita, sehingga keadaan itu
sangat menguntungkan kita dalam setiap pertempuran.”
“Nenek, adakah nenek menamakan ilmu itu dengan
sebutan Kim-coa-ih-hoat karena nenek ingin mencontoh
kehebatan seekor ular yang dapat memperpanjang…..
memperpendek…….. memperbesar dan memperkecil tubuhnya
itu ?” Yang Kun menyela.
“Benar, cucuku…..! Sejak semula aku memang ingin lepas
dari lubang sempit itu, seperti halnya seekor ular yang dapat
keluar masuk celah sempit betapapun besar tubuhnya……!
Hanya dengan kekuatan tenaganya aku tidak mengambil dari
kekuatan seekor ular, tetapi dari seekor naga ! Liong-cu-i-kang
!”
Demikianlah, dalam waktu yang tidak terlalu lama pemuda
itu telah menguasai pula Kim-coa-ih-hoat secara mahir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehingga kini pemuda itu dapat mengikuti nenek buyutnya
menerobos lubang-lubang kecil, dan mengunjungi gua-gua
lain.
Betapa gembiranya hati Yang Kun melihat banyak gua yang
sambung-menyambung bagai sarang semut itu. Terasa
hatinya menjadi bertambah lapang, seakan dunianya menjadi
bertambah luas pula. Tidak hanya berada di dalam sebuah
gua yang terdiri dari dua buah ruangan seperti tempatnya
semula itu !
Masing-masing gua mempunyai keistimewaan dan
keindahan sendiri-sendiri. Ada sebuah gua yang entah apa
sebabnya hawanya dingin sekali, sehingga suasana di
dalamnya seperti suasana di daerah kutub saja. Batubatuannya
yang beraneka macam warnanya itu seluruhnya
diselimuti gumpalan-gumpalan salju yang tebal. Tapi ada pula
sebuah gua yang hawanya panas bukan main, sehingga rasarasanya
semua batu yang berada di dalamnya telah berubah
menjadi bara api yang sangat panas.
Ada pula sebuah gua yang penuh dengan tanaman jamur
yang beraneka macam bentuk dan warnanya. Agaknya jamurjamur
itulah yang selama ini dimasak menjadi bubur oleh
nenek buyutnya sebagai makanan pokoknya. Di tempat itu
pulalah neneknya tidur dan menaruh segala peralatannya.
Yang membuat takjub dan heran di hati Yang Kun adalah
penerangan di dalam lorong-lorong gua itu. Tak ada
sedikitpun sinar matahari yang masuk, tapi ruangan-ruangan
di dalam gua-gua itu ternyata cukup terang. Pemuda itu sama
sekali tidak menyadari bahwa selain keadaan batu-batuannya
yang bening dan memantulkan sinar, pemuda itu sendiri kini
telah menjadi lebih tajam daya penglihatannya !
Pemuda itu memang tidak menyadari betapa hebat
sebenarnya dia sekarang. Tiadanya manusia lain selain nenek
buyutnya yang sangat sakti itu membuat dia tidak dapat
memperbandingkan kepandaian dengan orang lain. SatuTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
satunya perbandingan cuma neneknya itu ! Padahal kesaktian
neneknya terasa selalu lebih hebat dari pada kepandaiannya.
Otomatis pemuda itu selalu merasa dirinya bodoh dan lemah !
“Nenek…….! Nenek…….!”
Tiba-tiba pada suatu hari Yang Kun berteriak-teriak mencari
neneknya. Tubuhnya yang jangkung itu bagaikan seekor ular
menelusup ke lorong-lorong gua yang sempit untuk menemui
neneknya. Tangan kanannya membawa tangkai pancing
pendek yang tadi ia pakai untuk memancing di sungai bawah
tanah itu. Neneknya yang baru sibuk membuat bubur itu
sampai kaget dibuatnya.
“Ada apa, cucuku…..?”
Dengan terengah-engah Yang Kun bercerita bahwa aliran
sungai yang berada di dalam gua mereka itu kini bercampur
dengan darah ! Begitu banyaknya darah tersebut sehingga
baunya menjadi sangat amis.
“Hah…..? Daraaahh……..?”
Nenek itu berteriak kaget, sehingga pemuda itu menjadi
kaget dibuatnya ! Baru kali inilah pemuda itu melihat
neneknya berkata atau berteriak dengan mulutnya.
Kedengarannya menjadi sangat aneh di telinganya. Selama
berbulan-bulan bersamanya nenek itu selalu berbicara tanpa
menggerakkan bibirnya.
Bagai kilat menyambar nenek itu melesat ke arah sungai itu
melalui lorong-lorong gua yang sempit. Tanpa terasa Yang
Kun mengikutinya dengan tidak kalah gesit pula. Dengan Kimcoa-
ih-hoat mereka menyusup, menerobos, menyusuri celahcelah
sempit seperti dua ekor ular yang berkejaran !
“Ya…… Thian ! Aku benar-benar tidak bermimpi ! Isyarat
yang ku terima itu kini telah menjadi kenyataan…….” nenek
tua itu terbelalak menyaksikan gumpalan-gumpalan darah
mengental yang hanyut dibawa aliran sungai tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Isyarat……? Isyarat apakah itu, nenek ? Apa….. apa……?”
Yang Kun dengan gagap menegaskan.
Untuk pertama kalinya pula Yang Kun melihat nenek itu
tampak ketakutan dan merasa ngeri, sehingga otomatis
membuat pemuda itu menjadi tegang pula.
“Nenek…..! Nenek……! Katakanlah……!”
“Yang Kun……. nenek pernah mengatakan kepadamu
bahwa aku harus lekas-lekas menurunkan Kim-coa-ih-hoat
kepadamu sebab aku telah mendapat suatu firasat. Firasat
mengatakan bahwa sesuatu bakal terjadi kepada kita sehingga
kita akan berpisah untuk selama-lamanya. Dan Sekarang
agaknya firasat itu akan segera terjadi……! Saat itu aku seperti
sedang bermimpi…… Aku merasa gua-gua ini tergenang oleh
air bah yang kemerah-merahan karena telah bercampur
darah. Aku dan engkau terhanyut dan digulung oleh air
tersebut tanpa bisa menyelamatkan diri lagi. Kita…… hei……
ooooooohhh…… apa ini ? Oooooh Yang Kun….. ini…… ini…..
Ya, Thian…… ini gempa ! GEMPA !” nenek itu tiba-tiba
berteriak kuat-kuat. Wajahnya semakin menampilkan rasa
ngeri dan takut yang maha hebat !
Terdengar suara gemuruh yang dahsyat. Gua itu bergetar
dengan keras. Debu berhamburan memenuhi ruangan itu dan
menghalangi pandangan mereka. Atap gua tampak berderakderak
mau pecah. Begitu juga lantai gua yang mereka injak !
“Gempaaaa……?” Yang Kun ikut berteriak sekuat tenaga.
Pemuda itu terjerembab ke depan. Hampir saja mereka
bertubrukan. Keduanya berlari ke sana ke mari, tapi
bagaimanapun mereka tetap tak bisa melepaskan diri dari
dalam gua. Oleh karena itu dapat dibayangkan betapa
paniknya mereka. Apalagi ketika bongkahan-bongkahan batu
sebesar gajah mulai berguguran menghantam lantai gua
dengan suara yang memekakkan telinga. Debu dan batu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerikil bertebaran, menyebabkan udara menjadi gelap gulita
dan menyesakkan nafas.
“Nenekkk……!” Yang Kun berteriak di antara gemuruhnya
suasana yang mengerikan itu. Ternyata kedua orang itu
terpisah oleh damparan batu-batu yang berjatuhan di sekitar
mereka.
“Yang Kuuuuun………!” suara nenek tua itupun hampir tak
kedengaran lagi, padahal mereka cuma terpisah dalam
beberapa langkah saja.
Yang Kun berusaha mati-matian untuk mendekati
neneknya. Beberapa bongkah batu besar yang
menghantamnya ia elakkan atau kalau tidak sempat lagi
terpaksa ditahannya dengan Liong-cu-i-kangnya ! Sehingga
akhirnya pemuda itu dapat memegang lengan kanan
neneknya. Tetapi bersamaan dengan itu terdengar suara
berderak yang sangat hebat ! Dinding gua itu pecah bagaikan
terbelah menjadi dua bagian. Suara deburan gelombang air
menyembur ke arah tempat mereka berdiri dan tidak lama
kemudian tubuh mereka telah dihempaskan oleh arus air yang
menyembur dari lapisan tanah yang terbelah lebar itu.
Mereka digulung dan dihempaskan oleh gelombang yang
menyerbu dan memenuhi lubang gua tersebut. Sedikitpun
mereka tidak dapat berkutik melawan keganasan alam yang
pada saat itu sedang mempermainkan tubuh mereka. Di
sinilah terbukti betapa lemahnya dan betapa kecilnya manusia
dibandingkan dengan kebesaran alam. Betapapun hebat dan
saktinya manusia tersebut !
Yang Kun tidak tahu lagi di mana dan terbawa ke arah
mana dirinya dihanyutkan oleh arus yang dahsyat itu. Mata,
telinga maupun seluruh anggota badannya sudah tidak
berdaya lagi menghadapi amukan gempa dan air bah yang
melanda dirinya. Dia hanya merasa bahwa badannya dibawa
berputar-putar, dihempas ke sana kemari, lalu dilontarkan ke
atas bersama-sama batu-batu besar yang tampak berenang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekelilingnya. Tangan nenek Hoa telah terlepas dari
gandengannya.
Gempa yang maha dahsyat itu tidak lebih lama dari pada
sekejap mata, tetapi akibat yang ditimbulkannya ternyata
sungguh bukan kepalang besarnya. Tak sebuah bangunanpun
yang tampak berdiri tegak. Rata-rata telah menjadi rata
dengan tanah. Daerah yang semula merupakan sebuah
perkampungan yang bersih dan rapi, dengan tanaman yang
hijau subur, kini berubah menjadi sebuah padang reruntuhan
yang kotor dan hancur sama sekali !
***
Yang Kun merasa bahwa telah terjadi suatu kemukjijadan
pada dirinya. Bencana hebat yang timbul pada saat dirinya
berada di dalam lorong-lorong bawah tanah, ternyata tidak
menghancurkan dirinya tetapi justru malah menyelamatkan
dan membebaskan dirinya dari penjara alam tersebut !
Tubuhnya sehat dan tidak ada segores lukapun yang menodai
kulit dagingnya. Padahal tubuhnya dihempas dan diombangambingkan
oleh arus air yang menggila, bersama-sama
dengan bongkahan-bongkahan batu sebesar gajah ! Selain
pakaiannya yang basah dan compang-camping tak ada setitik
tandapun yang menyatakan bahwa dirinya baru saja bergulat
dengan maut yang sangat dahsyat ! Thian benar-benar
menurunkan suatu mukjijad pada diri pemuda itu !!
Yang Kun duduk termangu-mangu di dekat sebuah sumber
air yang menyembur keluar dari sebuah tebing jurang yang
terbelah menjadi dua bagian. Air tersebut menyembur begitu
saja dari dalam tanah dengan amat derasnya, lalu mengalir
melalui batu-batu besar yang berserakan di bawah jurang dan
akhirnya terjun ke sungai besar yang membawanya ke Sungai
Yang Tse Kiang. Dilihat dari keadaan tempat dan susunan
batu-batu di mana sumber air tersebut keluar, mudah diduga
bahwa lubang air itu baru saja terbentuk beberapa saat yang
lalu. Mungkin akibat gempa besar yang baru saja berlalu tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan dari tempat itu pulalah agaknya pemuda tersebut
dilontarkan keluar dari “penjara di bawah tanahnya”.
“Yang……. Kun……. Cu….. cuku……!”
Tiba-tiba pemuda itu mendengar rintihan neneknya yang
memanggil namanya. Bagai seekor kijang Yang Kun meloncat
dari tempat duduknya dan bergegas mencari arah suara itu,
Yang Kun tanpa terasa mengeluarkan Liong-cu-i-kangnya yang
maha hebat. Bongkahan-bongkahan batu sebesar kerbau ia
angkat dan ia pindahkan dengan kedua belah tangannya !
Suara itu seperti datang dari bawah tumpukan batu yang
berserakan di depan sumber air tersebut. Oleh karena itu
Yang Kun semakin bernafsu untuk menyingkirkan batu-batu
tersebut dari tempatnya. Dan semakin banyak batu yang ia
singkirkan, semakin jelas pula suara tersebut terdengar.
Akibatnya Yang Kun bekerja bagai orang kesetanan !
Tumpukan batu-batu besar yang berserakan tersebut menjadi
porak-poranda dibongkarnya.
Didapatinya nenek tua itu dalam keadaan terluka parah di
dasar tumpukan batu itu. Luka tersebut sangat parahnya
sehingga tidak mungkin tertolong lagi. Tubuhnya boleh
dikatakan sudah remuk dan hancur. Tapi disebabkan oleh
kepandaiannya yang tinggi dan semangat keinginannya untuk
bertemu dengan Yang Kun, maka nenek itu masih dapat
bertahan untuk beberapa saat.
“Nenek……” Yang Kun berlutut di sampingnya. Matanya
berkaca-kaca.
“Cucuku…… dengarlah amanatku ! Aku sudah tidak dapat
hidup lebih lama lagi, maka aku ingin meninggalkan pesan dan
warisan kepadamu… huk…huk ! Uuuuuhh…” nenek itu
terbatuk batuk dan memuntahkan gumpalan-gumpalan darah
kental dari mulutnya.
“Nenek……..”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Cucuku…. untuk pertama kalinya sejak seratus tahun ini
aku dapat memandang langit dan matahari lagi.
Bagaimanapun juga akhirnya aku dapat kembali ke dunia
umum ini lagi……. oh…… betapa gembiranya aku. Aku benarbenar
rela untuk mati sekarang. Hanya….. hanya aku minta
tolong kepadamu……”
“Katakanlah, nek ! Apapun permintaan nenek tentu akan
aku kerjakan ! Biar sampai berkorban nyawa sekalipun…..”
pemuda itu berkata dengan penuh perasaan. tak terasa air
matanya mengalir membasahi pipinya.
“Simpanlah abuku nanti….. dan kalau kau mengembara
nanti, pergilah kau ke daerah Kang-lam ! Carilah sebuah
dusun di kaki Bukit Pat-sian-gai (Bukit Delapan Dewa), yang
bernama dusun Ho-ma-cun…… lalu kau carilah berita tentang
seorang gembala tampan yang sangat terkenal pada 100
tahun yang lalu ! Namanya Pao Liang ! Kalau dia masih hidup,
berikanlah abu dari tubuhku itu kepadanya….. tapi kalau dia
juga telah mati…. kau… kau tanamlah abuku itu di samping
makamnya huk…. huk !”
“Jangan khawatir, nek….. cucumu tentu akan menjalankan
segala perintahmu ini dengan sungguh-sungguh.” Yang Kun
berjanji.
“Terima kasih, cucuku ! Huk ! Sekarang kau duduklah
dalam sikap…. huk…. dalam sikap Naga Bertapa ! Aku….. a –
aku akan memindahkan seluruh tenaga dalam Liong-cu-i-kang
yang kulatih selama 100 tahun i – itu ke……k – kepadamu !”
“Nenek……” pemuda itu tertegun.
“Jangan membantah ! Aku tahu aku akan mati kalau hawa
murni itu kupindahkan ke tubuhmu….. tapi tidak ada bedanya
bagiku, mati sekarang atau nanti…. toh hari ini aku tentu mati
juga ! Le – lekaslah…. mumpung badanku masih mampu.”
Terpaksa Yang Kun menuruti kemauan neneknya.
Tubuhnya berbaring di samping neneknya dalam sikap Naga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bertapa. Salah satu sikap bersamadi dalam Liong-cu-i-kang
yang hebat. Sikap bersamadi yang sering ia lakukan apabila ia
berlatih di celah-celah lubang sungai di bawah tanah itu.
“Yang Kun, cucuku….. Kau jangan melawan atau berusaha
menolak tenaga yang akan kusalurkan kepadamu. Berdiam
dirilah…. a –apapun yang a – akan kuperbuat ke – kepadamu
itu….huk ! Nah, aku a – akan m – mulai…..!”
Terdengar suara gemertak dengan keras ketika kedua
orang itu secara bersama-sama mengerahkan Liong-cu-i-kang
mereka. Secara bersamaan pula mereka menyalurkan hawa
murni mereka, berputar melalui jalan darah terpenting ke
seluruh tubuh mereka secara terbalik. Suara nafas mereka
yang teratur itu seperti desis seekor ular atau naga yang
sedang marah.
“Ssssssssssss…………!”
Beberapa saat kemudian…………
Ketika hawa murni itu telah berputar kembali ke arah tan –
tian tiba-tiba tampak badan nenek tua itu melenting ke atas
disertai desis mulutnya yang semakin kuat. Seakan seluruh
kekuatan Liong-cu-i-kangnya telah terpusat untuk
menggempur lawan ! Sekejap Yang Kun terperanjat
menyaksikan peristiwa itu ! Hampir saja dia menggerakkan
tangan untuk berjaga-jaga, apalagi ketika nenek itu meluncur
turun dengan mulut menganga menuju ke arah pusarnya. Tapi
dalam sekejap pula pemuda itu telah teringat kembali akan
pesan neneknya, sehingga ia menjadi urung melakukannya.
Dia justru bersiap-siap untuk menyambut tenaga yang akan
dilimpahkan oleh orang tua itu kepadanya. Dia tidak ingin
menggagalkan maksud neneknya itu ! Ia juga tidak mau
membuat orang tua tersebut merasa penasaran menjelang
kematiannya.
“Ceppp…….!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagai seekor ular yang ganas mulut nenek tua yang tak
bergigi itu mematuk dan menggigit pusar Yang Kun yang
tersembul di antara bajunya yang compang-camping ! Sebuah
arus tenaga yang maha dahsyat menyerbu masuk ke dalam
tubuh si pemuda melalui pusarnya dan berputar dengan cepat
ke seluruh tubuh. Terasa tubuhnya semakin lama semakin
terasa panas, lalu disertai perasaan sakit seperti ditusuk oleh
ribuan jarum pada urat-urat darahnya. Begitu sakitnya
sehingga lama-kelamaan Yang Kun tidak kuat bertahan lagi.
Pemuda itu jatuh pingsan !
Ketika Yang Kun telah sadarkan diri kembali, terasa
badannya menjadi lebih segar dan terasa ringan bukan main.
Begitu dirinya menghentakkan badan untuk bangkit dari
tanah, pemuda itu menjadi terkejut setengah mati ! Tubuhnya
melenting ke atas bagaikan burung mau terbang ! Buru-buru
pemuda itu mengenjotkan kakinya ke bawah untuk turun
kembali ke tanah……
“Jlugg !!”
Kakinya amblas terbenam di dalam tanah sebatas lutut !
Gila, Yang Kun mengumpat di dalam hati. Ada apa pula ini ?
Mengapa tenaganya menjadi sedemikan dasyatnya ?
Bermimpikah dia ?
“Ohh, pemuda itu sudah siuman dari pingsannya…..”
Tiba-tiba terdengar beberapa orang berseru sehingga
semakin mengagetkan hati Yang Kun. Terlihat oleh Yang Kun
beberapa orang penduduk mendatangi ke tempatnya. Yang
Kun menoleh ke kanan dan ke kiri mencari jenazah nenek
buyutnya, tapi ia tidak menemukannya. Mayat tersebut sudah
tidak ada. Dan yang sangat mengejutkan hati pemuda itu
adalah bahwa ternyata dirinya bukan lagi berada di dekat
sumber air itu. Dia telah berada di antara perkampungan
penduduk yang mengalami musibah gempa dahsyat itu.
Dirinya ternyata terbaring di atas tanah bekas reruntuhan
sebuah rumah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Saudara, kami adalah orang-orang dari dusun Hi-sancung.
Dusun kami terbenam oleh air bah akibat gempa bumi
yang mengerikan itu. Kami terpaksa mengungsi ke dusun ini
untuk menyelamatkan diri. Tadi di tengah jalan kami
menemukan tubuh saudara dan seorang nenek tua tergeletak
di antara batu-batu. Agaknya saudara dan nenek tua itu juga
mengalami musibah gempa besar kemarin. Kami membawa
saudara ke tempat ini, sementara nenek tua yang telah
meninggal dunia itu kami kubur di tempat itu juga.”
“Ohhhh……. terima kasih !” ucap pemuda itu dengan lega.
Ternyata jenazah neneknya telah diurus orang dengan
baik. Dan pemuda itu mengucapkan terima kasihnya kembali
ketika melihat dirinya juga telah berpakaian rapi dan bersih.
Biarpun hanya pakaian seorang petani biasa.
“Kami memang bukan dari golongan penduduk yang
mampu, apalagi baru saja kami mengalami musibah, tapi
salah seorang dari kami masih menyimpan beberapa buah
pakaian untuk sewaktu-waktu dipergunakan…..” Orang itu
berkata lagi mewakili teman-temannya. Agaknya dia adalah
pemimpin dari kelompok penduduk tersebut. “Saudara ini dari
mana…..? Bolehkah kami mengetahui juga nama saudara ?”
“Saya…… saya adalah pengembara yang datang dari
jauh…. Kebetulan saya bertemu dengan nenek itu….. dan…..
dan terjadilah bencana itu.” Yang Kun menjawab pertanyaan
mereka dengan gagap. Ia sama sekali belum mempersiapkan
jawaban yang baik. Dan ketika dilihatnya orang-orang masih
menanti kelanjutan dari perkataannya, Yang Kun cepat
meneruskan.
“Saya bernama Yang Kun……”
“Untuk sementara saudara dapat tinggal di sini dengan
kami….. Cuma tentang makan dan minum….. ya….. seadanya
saja.” orang itu menawarkan lagi jasanya dengan simpatik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Terima kasih ! Saya akan berangkat besok. Hanya pada
malam ini saya memang bermaksud untuk memohon agar
diperbolehkan tidur di sini….”
“Hei, mengapa merasa sungkan ? Marilah kita berkumpul di
rumah sebelah ! Di sana ada banyak kawan-kawan pengungsi
yang lain.”
Yang Kun bangkit dan membersihkan pakaian dan sepatu
yang kotor, lalu melangkah mengikuti orang-orang yang
menolongnya itu ke rumah sebelah. Dari jauh pemuda itu
telah mendengar suara ribut para pengungsi yang saling
bercerita tentang musibah yang menimpa diri mereka masingmasing,
juga ributnya anak-anak yang telah kehilangan orang
tua mereka. Beberapa orang tampak duduk menyendiri
mengenangkan nasibnya yang buruk.
Kedatangan mereka tidak begitu menarik perhatian orangorang
yang ada di sana. Tempat itu adalah satu-satunya
bangunan yang masih kelihatan utuh, sehingga dapat dipakai
sebagai tempat berteduh untuk sementara bagi para
pengungsi. Mereka membentangkan tikar dan tiduran di
segala tempat sementara para anak-anak mereka bermainmain
di halaman.
Yang Kun melewati beberapa orang yang terbaring di atas
tikar lebar di bawah pohon siong yang rimbun. Seorang gadis
yang tidak bisa menyembunyikan kecantikannya meskipun
mengenakan pakaian yang sederhana dan kasar, tampak
merawat luka-luka mereka. Yang sangat menarik perhatian
Yang Kun ialah dengan gadis yang cantik itu. Lengan yang
sebelah kiri telah buntung sebatas siku ! Sejenak Yang Kun
menghela nafas dengan perasaan tidak rela. Gadis secantik itu
kenapa mesti cacat tangannya ?
Gadis itu menoleh. Agaknya dia juga merasa kalau dirinya
sedang diperhatikan orang. Dua pasang mata bertemu….. dan
Yang Kun cepat-cepat meneruskan langkahnya, takut gadis itu
akan tersinggung karenanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun duduk di antara laki-laki yang berwajah kasar
dan bengis. Pakaian mereka seperti pakaian seorang piauwsu
lengkap dengan senjatanya. Mereka berbicara dengan bebas
tanpa memperdulikan para pengungsi lain yang berada di
sekitar mereka. Kadang-kadang terdengar suara umpatan dan
caci-maki mereka di antara suara ketawa mereka yang keras.
Sebuah nada ketawa yang sumbang, karena mereka tertawa
untuk menutupi ketegangan hati mereka sendiri. Mereka
adalah para pekerja piauw-kiok yang meninggalkan
keluarganya di rumah. Mereka tidak tahu bagaimana nasib
anak istrinya yang terkena musibah bencana ini.
“Gila ! Mengapa penderitaan ini tidak juga selesai ? Baru
saja kita menderita akibat peperangan besar lima tahun yang
lalu….. dan belum juga kita sekarang dapat membenci lukaluka
itu, kini datang lagi bencana yang lain,” salah seorang
dari mereka menggerutu.
“Itulah kalau Thian menjadi murka akibat ketamakan
manusia. Dari dulu orang selalu mengejar kemulian dan
kekayaan saja. Tak segan-segan manusia berbuat dosa dan
nista hanya demi kepentingan pribadi mereka sendiri. Mereka
membunuh, merampok dan merusak nilai kehidupan mereka
sendiri, tanpa memperhitungkan segi-segi kemanusiaan dan
kesopanan. Mereka berlindung dalam panji-panji dan sebutansebutan
yang muluk-muluk…. demi kaum yang miskin dan
menderita….. demi rakyat yang tertindas…… demi tegaknya
keadilan….. Tapi mereka ternyata berbuat yang justru
berlawanan dengan azas peri-kemanusiaan itu sendiri……!”
orang yang tertua di antara mereka menyambung dengan
nada berfilsafat.
“Agaknya Ji-suheng masih belum hilang rasa penasarannya
akibat barang kawalan kita yang diganggu oleh anak buah
Keh-sim Siauw-hiap itu……” orang yang pertama tadi berkata
lagi sambil tersenyum mengawasi kawan-kawannya yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tentu saja……! Akupun masih mendongkol juga sampai
sekarang. Sudah dua kali ini Keh-sim Siauw-hiap dan anak
buahnya mengganggu Kim-liong Piauw-kiok kita. Tujuh bulan
yang lalu mereka mencegat dan merampas barang kawalan
kita sehingga suhu menjadi sangat marah. Kita bersama-sama
dengan Thio Lung twa-suheng dikirim suhu untuk meminta
barang kawalan yang dirampas itu di sarang mereka, Tapi
dengan mudah kita dikalahkan oleh mereka dan twa-suheng
dilukai pula. Kini mereka kembali merampas barang-barang
kita lagi tanpa kita dapat berkutik sama sekali untuk
melawannya…. Sungguh penasaran sekali, bukan ?” yang lain
lagi turut berbicara dengan mata melotot.
“Mereka memang sangat lihai dan kita bukan lawan
mereka….. Apalagi Keh-sim Siauw-hiap itu ! Agaknya suhu
sendiri juga belum dapat menyamai kesaktian si Keh-sim
Siauw-hiap yang hebat itu…..” orang yang dipanggil ji-suheng
itu menghela nafas berat.
“Lalu bagaimana nasib Kim-liong Piauw-kiok kalau setiap
barang kawalannya mesti dirampok orang tanpa dapat
merebutnya kembali ? Selain orang tidak akan percaya lagi
pada kita, harta benda kitapun akan habis pula untuk
mengganti barang-barang yang telah hilang.. Dan bagaimana
kita harus memberi makan anak-istri kita di rumah ?”
“Hmm…… dan perampok-perampok itu dengan enaknya
bilang bahwa barang-barang itu akan mereka bagi kepada
kaum miskin yang membutuhkannya ! Huh ! Aku tidak percaya
! Paling-paling juga akan mereka makan sendiri !”
Yang Kun yang ikut mendengarkan percakapan mereka,
turut menjadi penasaran pula di dalam hati. Pemuda itu
memang benci sekali kepada segala macam pembunuh dan
perampok, karena hal itu akan mengingatkan dia kepada para
musuh besarnya yang telah membantai orang tua dan pamanpamannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Mengapa tuan menghina Keh-sim Siauw-hiap ?” tiba-tiba
terdengar suara parau di belakang mereka. Otomatis
semuanya menoleh dengan cepat.
Seorang laki-laki berpakaian penuh tambalan tampak
mendatangi ke arah mereka. Beberapa langkah di
belakangnya tampak mengikuti dua orang temannya dengan
baju yang penuh tambalan pula. Mereka memandang
rombongan piauw-su itu dengan rasa tak senang. Dan ketika
berhenti di depan para piauw-su itu mereka mengeluarkan
tongkat kecil dari besi yang terselip di masing-masing
pinggangnya.
“Tiat-tung Kai-pang (Perkumpulan Pengemis Bertongkat
besi)…..!” terdengar seruan tertahan dari beberapa orang
yang mengenal mereka.
Terkejut juga orang-orang dari Kim-liong Piauw-kiok itu
demi mendengar siapa sebenarnya orang yang kini sedang
berdiri di hadapan mereka. Sebagai orang dari sebuah
perusahaan pengawalan barang, sesungguhnya mereka tidak
ingin menanam permusuhan dengan siapapun juga. Apalagi
bermusuhan dengan sebuah perkumpulan yang terkenal dan
banyak anggotanya. Hal seperti itu hanya akan mengganggu
bidang pekerjaan mereka saja. Tapi meskipun begitu, bukan
berarti bahwa orang-orang dari sebuah perusahaan
pengawalan barang adalah orang-orang yang sangat penakut
dan tidak berani berkelahi, sama sekali bukan ! Justru
sesungguhnya mereka itu adalah jago-jago berkelahi yang
bekerja dengan modal kekuatan dan otot mereka !
Maka sebelum adik-adik seperguruannya menjawab
tantangan mereka, orang tertua dari para piauw-su itu bangkit
menyongsong ketiga orang itu.
“Ah, apakah kami sekarang sedang berhadapan dengan
saudara-saudara dari Tiat-tung Kai-pang ?” sapanya halus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tidak salah ! Kami bertiga memang anggota Tiat-tung Kaipang.
Dan harap tuan ketahui juga bahwa ketua kami adalah
sahabat karib dari Keh-sim Siauw-hiap….”
“Huh !”
Tiba-tiba terdengar suara orang mendengus di antara
orang-rang Kim-liong Piauw-kiok yang duduk menggerombol
itu. Dengus yang bernada menghina atau meremehkan lawan
! Tentu saja ketiga orang pengemis itu menjadi tersinggung
karenanya. Mereka menoleh ke arah orang-orang piauw-kiok
itu dengan melotot dan mencari orang yang telah
mengeluarkan suara dengusan tadi.
Yang Kun yang kebetulan juga sedang menatap mereka
dengan pandangan tak suka, malahan dicurigai oleh para
pengemis itu. Ketiga orang itu memandang Yang Kun dengan
mata mendelik ! Padahal suara dengusan itu keluar dari mulut
orang termuda Kim-liong Piauw-kiok yang duduknya memang
berada di dekat Yang Kun.
Agaknya orang piauw-kiok yang bangkit menyongsong
mereka tadi mencium suasana yang membahayakan itu.
Mereka dengan tergesa-gesa ia meloncat menengahi di antara
mereka dan berusaha menenangkan hati ketiga pengemis itu.
“Sam-wi (saudara bertiga), maafkan kelancangan suteku….!
Jangan saudara masukkan di dalam hati….. Marilah kita
berbicara secara baik-baik ! Anu….. bolehkan kami
mengetahui maksud sam-wi semua menghampiri tempat kami
di sini ? Adakah sesuatu hal atau kesalahan yang telah kami
perbuat sehingga tanpa sengaja telah merugikan sam-wi ?”
“Jangan berpura-pura tidak tahu. Kalian telah melakukan
suatu kesalahan besar. Kalian telah menghina dan
memperolok-olokkan Keh-sim Siauw-hiap yang menjadi
sahabat kami para fakir miskin.” salah seorang dari para
pengemis itu membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Huh ! Musang berbulu domba. Pura-pura menjadi pembela
para fakir miskin. Tapi hal itu cuma untuk kedok saja. Sekali
perampok…. ya…. tetap perampok !” orang yang mendengus
tadi mengeluarkan suara mengejek lagi.
“Bangsat ! Keluar kau dari tempat itu !” pengemis yang
pertama berteriak marah.
“Jit-te (adik ke 7)….!” Orang yang tertua diantara para
piauw-su itu memperingatkan pula adiknya yang ringan mulut
itu.
Terlambat. Pengemis itu telah meloncat dan menerkam ke
arah…. Yang Kun ! Orang yang disangkanya telah
mempermainkan dirinya. Tentu saja pemuda itu kaget bukan
main ! Dengan gesit pemuda itu menghindar ke samping.
“Duaaaarrr……”
Lantai tempat di mana Yang Kun baru saja duduk telah
hancur berkeping-keping terkena tongkat besi si pengemis.
Meskipun begitu pecahan-pecahan batu itu telah mengotori
pakaian Yang Kun, sehingga pemuda itu menjadi marah juga.
Tapi sebelum pemuda itu melayani mereka, orang termuda
dari Kim-liong Piauw-su itu telah maju menghalanginya.
“Saudara….. maafkan ! Agaknya mereka salah mengenali
lawannya. Silahkan saudara menyingkir! Biar kuhadapi
dia……!”
“Jit-te, jangan sembrono……!”
“Ji-suheng ! Biarkah aku melepaskan rasa sesak di dadaku
ini. Aku bisa gila kalau tidak melampiaskannya……”
Dan orang termuda dari Kim-liong Piauw-kiok itupun
meloloskan sebuah cambuk panjang dari pinggangnya. Lalu
dengan kaki direnggangkan ia menghadapi pengemis yang
marah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Gelandangan bermata buta ! Kau lihatlah aku ! Inilah
orang yang telah mendengus dan mengejekmu tadi….. Bukan
dia ! Dengarlah pula, bahwa aku memang sangat benci
kepada Keh-sim Siauw-hiap ! Maka kalau engkau telah
menjadi begundalnya dan ingin membela dia…….. nah,
silahkan kau maju !”
“Kau memang bosan hidup !” pengemis itu berteriak
mengguntur.
Tongkatnya yang sepanjang lengan itu diayun ke depan, ke
arah kepala lawannya. Suaranya mencicit saking kuatnya
pengemis itu mengayunkan tongkatnya. Tapi jago dari Kimliong
Piauw-kiok itupun juga tidak mau kalah gertak.
Cambuknya yang berjuntai panjang itu ia sabetkan pula ke
depan untuk menyongsong tongkat lawan. Dan sekali lagi
terdengar suara menggelegar yang memekakkan telinga,
ketika dua buah kekuatan yang terlontar itu bertemu di udara.
“Duaaaaaarr……”
Para pengungsi yang terdiri dari wanita dan anak-anak
menjerit serta berlarian menyelamatkan diri dari tempat itu.
Suasana di tempat tersebut menjadi kacau balau tidak keruan.
Anak-anak kecil menjadi ketakutan dan menangis dalam
gendongan ibunya.
Sementara itu kedua orang itu masih melanjutkan
pertempuran mereka. Keduanya bergeser ke arah halaman, di
mana tempatnya lebih luas dan lebih leluasa untuk
menggerakkan senjata mereka. Suara ledakan cambuk mereka
terdengar berdentam-dentam di udara, memanggil para
pengungsi yang lain untuk datang ke tempat itu. Sehingga tak
lama kemudian halaman rumah itu telah penuh dengan
pengungsi yang ingin menyaksikan pertempuran dahsyat itu.
Ketika beberapa saat kemudian tampak oleh rombongan
piauw-su itu, adik seperguruan mereka terdesak oleh tongkat
lawan, dua orang di antara mereka lalu terjun membantu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja kedua orang pengemis yang lain juga tidak tinggal
diam pula. Mereka turun juga ke dalam arena pertempuran
membantu kawannya, sehingga akhirnya terjadi pertempuran
tiga melawan tiga di tengah-tengah halaman itu.
Empat orang piauw-su yang lain, di antaranya adalah jisuheng
mereka itu, tampak masih menonton di pinggir dengan
perasaan tegang. Agaknya mereka kini telah menyadari bahwa
kepandaian para pengemis dari Tiat-tung Kai-pang rata-rata
memang lebih tinggi dari pada kepandaian mereka.
“Sam-te (adik ke 3), hari-hari keruntuhan Kim-liong Piauwkiok
kita agaknya telah berada di depan mata……” orang tua
dari rombongan piauw-su yang disebut sebagai ji-suheng oleh
kawan-kawannya itu berdesah perlahan kepada orang yang
berada disampingnya. “Kau lihat ! Dalam dua hari ini saja kita
telah tertimpa bencana dua kali. Barang kawalan kita telah
dirampas orang…… kuda dan gerobak angkutan kitapun
dihancurkan gempa !”
“Dan Kini….. kini agaknya akan mendapat malu pula karena
dikalahkan orang !” kawannya menyambung. “….. Masa
kejayaan Kim-liong Piauw-kiok agaknya memang telah
lampau.”
“Taaar ! Taaar ! Taaar !”
Suara lecutan cambuk ketiga orang piauw-su yang
bertempur di dalam arena itu semakin jarang terdengar.
Jangankan untuk meledakkan ujung cambuknya, sedang
untuk bertahan saja mereka semakin tampak kerepotan.
Tongkat besi lawan yang besarnya tak lebih daripada besar
ibu jari mereka itu terdengar mengaung-gaung di sekitar
tubuh mereka. Lambat tapi pasti, tongkat besi itu mengurung
dan mendesak mereka.
Dibandingkan dengan lawannya, orang-orang dari Tiat-tung
Kai-pang itu memang tampak lebih gesit dan lebih tinggi
kepandaiannya, sehingga biarpun orang-orang dari Kim-liong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Piauw-kiok itu akan maju semua, rasa-rasanya juga tidak akan
menang. Gerakan ketiga orang pengemis itu benar-benar
sangat tangkas dan hebat. Terutama si pengemis yang datang
pertama kali tadi ! Ayunan tongkatnya sangat kuat dan tak
terlawan oleh ketiga orang musuhnya. Suaranya mendesingdesing
di udara seperti digerakkan oleh tenaga raksasa.
Siapapun yang berani menangkis tangan maupun senjatanya
tentu akan terlempar dari tempatnya.
“Apa boleh buat ! Sam-te, mari kita bantu saudara-saudara
kita ! Biarlah…. kita tidak usah memperdulikan apa kata orang
terhadap kita. Biarlah kita dikatakan orang sebagai tukang
keroyok.” ajak ji-suheng kepada saudara-saudara yang lain.
Keempat piauw-su itu segera melolos cambuk mereka, lalu
secara bersama-sama mereka terjun membantu kawankawannya
yang telah terdesak di tengah-tengah arena.
Tampaknya ketiga orang pengemis itu juga telah
memperhitungkan kemungkinan itu. Buktinya mereka tidak
merasa kaget sedikitpun melihat datangnya bala bantuan itu.
Pengemis yang pertama itu malah tertawa terkekeh-kekeh
menyambut mereka.
“Hahaha…… kenapa tidak sejak tadi kalian maju ke arena
ini….. Kalian boleh melihat sekarang macam apa kami bertiga
ini. Sehingga lain kali kalian akan berpikir dulu beberapa kali
sebelum mengejek dan menghina orang.”
“Kurang ajar……! Siapa yang mulai mengejek dan
menghina orang ? Kalian benar-benar pandai omong ! Siapa
yang mula-mula menghardik kami bersaudara tadi ? Bukankah
kalian yang mencari gara-gara terlebih dahulu ?” orang
termuda dari rombongan piauw-su yang ringan mulut itu
berteriak marah.
“Benar ! Tapi bukankah pihakmu juga yang mula-mula
mengejek dan menjelek-jelekkan nama Keh-sim Siauw-hiap ?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lhoh ! Mengapa kami mesti tidak boleh memaki-maki Kehsim
Siauw-hiap ? Orang itu adalah musuh kami. Dia
merampok barang-barang kami ! Mengapa kami tidak boleh
memakinya ? Apakah kita justru diharuskan untuk berterima
kasih atas dirampoknya barang-barang kami itu ? Begitukah ?”
“Persetan ! Kami tidak perduli ! Pokoknya kalau kalian tidak
meminta maaf atas hinaan kalian kepada Keh-sim Siauw-hiap
itu kami akan menyeret kalian kehadapan Keh-sim Siauw-hiap
sendiri!”
“Bangsat ! Jangan harap dapat memaksa kami………..!”
Dan pertempuran tiga melawan tujuh orang itu makin
menjadi seru dan ramai. Biarpun dikepung oleh tujuh orang
bersenjata cambuk, ternyata ketiga pengemis dari Tiat-tung
Kai-pang itu tidak mengalami kesukaran sama sekali. Agaknya
mereka tadi memang belum mengeluarkan seluruh
kepandaian mereka.
Sementara itu di luar kalangan telah penuh dengan para
pengungsi yang ingin menyaksikan perkelahian tersebut. Yang
Kun yang berdiri di deret paling depan tampak meremasremas
telapak tangannya dengan perasaan tegang. Pemuda
itu benar-benar mengkhawatirkan nasib para piauwsu dari
Kim-liong Piauw-kiok tersebut. Bagaimanapun lihainya mereka,
ketiga orang pengemis itu masih berada di atas kepandaian
mereka.
Dan kekhawatiran pemuda itu segera terbukti ketika secara
tiba-tiba terdengar suara teriakan kesakitan dari piauwsu
termuda yang ringan mulut itu. Tubuhnya tampak terhuyunghuyung
dari arena pertempuran. Lalu jatuh terlentang di atas
tanah. Mati ! Perutnya terobek lebar oleh tongkat besi
lawannya. Darah mengalir membasahi besi lawannya.
Darahnya mengalir membasahi tanah di bawahnya. Yang Kun
tersentak ! Tiba-tiba terbayang di benaknya wajah mendiang
ayahnya yang jatuh berlumuran darah di atas lantai gedung
itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Jit-te (adik ke 7)…..!” Para piauwsu itu serentak menjerit
dengan hati pilu.
orang yang tertua diantara mereka bermaksud keluar dari
kancah pertempuran untuk menengok adiknya tersebut justru
termakan lagi oleh tongkat besi lawannya.
“Aduuuuhh…….!”
Orang itu terkulai dengan dada tertembus tongkat besi !
Tubuhnya terkapar di atas tanah menyusul adiknya.
Para penonton mulai bubar ketakutan. Yang Kun yang
belum hilang rasa kagetnya itu semakin muak dan pening
kepalanya. Kini tidak saja wajah ayahnya yang terbayangbayang
di depan matanya …… tapi wajah paman dan ibunya
juga turut menggoda di depannya.
“Berhentiii……!” mendadak pemuda itu berteriak sekuatkuatnya.
Untung Yang Kun berteriak hanya sekedar untuk
menghentikan perkelahian dan juga hanya sekedar untuk
menghentikan perkelahian dan juga hanya sekedar untuk
menghilangkan bayang-bayang yang menggoda hatinya.
Coba, pemuda itu mengerahkan Lion-cu-i-kangnya, mungkin
akan terjadi bencana kematian di antara orang-orang yang
berada di tempat penampungan pengungsi itu. Meskipun
demikian suaranya yang keras itu mengagetkan juga pada
semua orang. Termasuk pula orang-orang yang sedang
berkelahi.
“Mengapa saudara menghentikan pertarungan kami ?”
pengemis dari Tiat-tung Kai-pang itu membentak pula.
Pemuda itu melangkah ke depan, menghampiri ketiga
orang Tiat-tung Kai-pang itu dengan pelan. Wajahnya tampak
pucat menahan geram. Dan semua orang mengikuti
langkahnya dengan perasaan tegang pula. Mereka tidak tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa yang akan dikerjakan oleh pemuda tinggi kurus itu setelah
menghentikan pertarungan para jago-jago silat tersebut.
Pemuda itu berhenti tiga empat langkah di depan orangorang
Tiat-tung Kai-pang tersebut. Matanya yang mencorong
dingin itu menatap dengan tajam ke tiga orang pengemis yang
berdiri congkak di depannya. Beberapa saat lamanya mereka
saling beradu pandang untuk mengukur kekuatan masingmasing.
Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh orang-orang
Kim-liong Piauw-kiok untuk menengok kedua orang saudara
mereka yang tergeletak di atas tanah. Sementara di antara
para penonton juga telah bertambah dengan dua orang lain,
yaitu sepasang gadis cantik berpakaian hitam-hitam.
Keduanya tampak memandang dengan penuh perhatian ke
tengah-tengah arena.
“Kudengar kalian berdua adalah seorang pengemis yang
tergabung dalam Tiat-tung Kai-pang.” Yang Kun mulai
berbicara.
“Tidak salah ! Saudara mau apa ? Mau membela kawankawanmu
itu ? Majulah !”
“Kurang ajar…….! Kalau semua pengemis sedemikian kejam
dan sombong seperti kalian, betapa akan tidak amannya dunia
ini. Sedikit-sedikit suka membunuh orang. Mengemis tidak
diberi…. lalu membunuh orang !” Yang Kun menggeram
marah.
“Apa pedulimu ? Kalau berani, majulah ! Kalau tidak,
lekaslah pergi dari tempat ini. Pergilah menyusu ke dada
ibumu…….!”
Hinaan itu benar-benar keterlaluan. Dan tanpa disadari
juga menyinggung pada tempat yang rawan di hati Yang Kun.
Pemuda itu seperti diingatkan kembali kepada kematian
ibunya yang menyedihkan ! Tampak wajah pemuda itu
menjadi merah padam. Tulang-tulangnya terdengar gemertak
menahan aliran Liong-cu-i-kang yang membanjir melanda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seluruh urat-urat darahnya. Dan ketiga orang pengemis itu
agaknya juga menyadari akan bahaya itu. Maka sebelum
pemuda itu selesai mengerahkan lweekangnya, ketiga orang
itu serentak menerjangnya terlebih dahulu.
“Awas serangan……….!”
Tiga buah tongkat besi itu menghantam dengan kekuatan
yang dasyat ke arah tubuh Yang Kun. Debu di sekitar pemuda
itu bagai tersibak kesegala penjuru saking hebatnya ketiga
orang itu mengerahkan tenaganya. Yang Kun merasa kaget
juga menyaksikan kehebatan lawan. Tapi kemarahan pemuda
itu telah sampai di puncak ubun-ubunnya. Tak seorangpun di
dunia ini yang mampu menakut-nakuti dirinya lagi.
Seperti gerakan seekor belalang Yang Kun melentingkan
tubuhnya ke samping menghindarkan diri. Bagaimanapun juga
ia belum yakin benar akan kekuatan lweekangnya. Selama ini
ia hanya mengenal kekuatan lweekang paman dan ayahnya,
serta yang paling akhir ini adalah nenek buyutnya. Dan
semuanya itu dia anggap sangat hebat pula. Tak seorangpun
di antara mereka yang mampu dia kalahkan. Oleh sebab itulah
sekarang pemuda tersebut juga masih ragu-ragu akan
kemampuan dirinya. Dia masih ragu-ragu untuk
membenturkan tenaganya.
“Blaaaaaar………….!”
Tiga buah tongkat besi itu menghantam tanah dengan
keras sekali. Untuk beberapa saat lamanya tempat itu menjadi
gelap oleh debu yang berhamburan ke mana-mana. Ketiga
orang pengemis itu tampak telah bersiap-siap kembali dengan
serangannya, sementara Yang Kun masih juga menghindari
batu-batu kerikil yang berhamburan ke arah dirinya.
Ketiga orang pengemis itu berpencar ke samping. Mereka
bermaksud menyerang lawannya dari tiga jurusan. Dan selagi
Yang Kun masih disibukkan oleh debu yang berhamburan ke
arahnya, ketiga orang itu kembali menyerang secara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbareng. Mereka menyerang dengan kekuatan penuh
seperti tadi. Seorang menyerang bagian kaki, sedang dua
orang lainnya menggempur bagian kepala dan dada ! Tongkat
mereka tampak bergetar saking kuatnya mereka menyalurkan
tenaga.
Hembusan angin serangan mereka sungguh-sungguh
mengagetkan pemuda itu. Tahu-tahu serangan itu telah
melanda dirinya. Terutama serangan lawan yang tertuju ke
arah kepalanya. Begitu pemuda itu menyadari bahaya yang
datang, tongkat itu sudah berada di depan alis matanya.
Padahal serangan lawan yang lain juga telah memburu
datang.
Tak ada kesempatan lagi bagi Yang Kun untuk mengelak.
Serangan tongkat lawan sungguh di luar dugaan cepatnya.
Apa boleh buat, terpaksa pemuda itu memberanikan diri untuk
membentur senjata lawan dengan sisi tangannya. Lebih baik
menderita patah lengan dari pada harus mati karena kepala
pecah, pemuda itu membatin.
Meskipun begitu Yang Kun tetap masih berusaha
menghindari benturan langsung. Dengan sedikit
menggeliatkan badannya Yang Kun menghantam ke arah
tongkat lawan yang datang. Untuk melindungi dirinya sedapat
mungkin, pemuda itu mengerahkan seluruh tenaga Liong-cu-ikang
kearah lengannya ! Terdengar suara berdesis dari
mulutnya, seperti suara ular senduk yang sedang marah ! Dan
bersamaan dengan benturan yang terjadi, pemuda itu masih
dapat menghindari kedua serangan lawan yang lain.
“Kraaaaak !”
“Aduuuuuuuuh…….!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 7
Yang Kun terdorong keras ke samping terhuyung-huyung.
Tenaga pengemis itu memang sangat hebat, apalagi
kedudukannya memang lebih menguntungkan. Begitu dapat
berdiri tegak kembali, yang pertama-tama diperbuatnya oleh
Yang Kun adalah memeriksa lengan tangannya. Melihat lengan
itu tetap dalam keadaan baik dan tidak kurang suatu apa,
begitu juga badannya, pemuda tersebut malah menjadi
terheran-heran di dalam hati. Cepat pemuda itu menoleh ke
arah lawannya.
“Aduuuh…….. oh…….. gatal………..! Gataaaaal……..! Gatal
dan panaaas …….! Argggg……..!”
Yang Kun ternganga. Tampak di depan matanya pengemis
yang beradu tenaga dengan dia tadi terguling-guling di atas
tanah dalam keadaan sekarat. Dari seluruh lubang di tubuhnya
mengalir darah segar. Dan tidak lama kemudian orang itu
menghembuskan nafasnya yang penghabisan dalam keadaan
yang sangat mengerikan.
Untuk sesaat suasana di tempat itu menjadi hening sepi.
Semua orang tidak menyangka sama sekali kalau pengemis
yang amat lihai itu akan mati dengan begitu mudahnya. Dan
kedua orang pengemis yang lain tampak termangu-mangu
pula seperti tidak percaya pada apa yang telah terjadi. Tapi
begitu menyadari pada apa yang telah terjadi, mereka menjadi
sangat marah sekali. Dengan berteriak keras mereka
meloncat, menyerang ke arah pembunuh yang telah
menghabisi nyawa temannya.
Sekarang Yang Kun telah yakin pada kemampuan ilmunya.
Maka melihat kedua orang lawannya yang lain menyerbu ke
arah dirinya, ia sudah tidak merasa ragu-ragu lagi. Kembali
dikerahkannya Lion-cu-i-kang sepenuhnya ke arah lengan.
Begitu serangan mereka tiba, pemuda itu menyongsong
dengan kedua belah tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kraaaak……..!”
“Auuuugh………!”
Seperti 2 buah layang-layang putus, tubuh kedua orang
pengemis itu terlontar kembali dengan nyawa melayang dari
tubuhnya. Mereka jatuh berdebam di tanah dengan darah
mengalir dari semua lubang tubuhnya. Kulit mereka menjadi
merah bagai kepiting yang baru saja direbus. Selain digempur
dengan tenaga dalam yang sangat hebat, ternyata kedua
orang itu menderita keracunan yang mematikan pula.
Yang Kun memandang kepada korbannya dengan
termangu-mangu, lalu mengawasi kedua belah telapak
kakinya yang terbenam ke dalam tanah. Tampak wajahnya
sedikit muram. Timbul juga perasaan menyesal di dalam hati
pemuda itu. Sebenarnya tak ada niat di hatinya untuk
membunuh mereka. Maka pemuda itu hanya melirik saja
ketika para piauw-su dari Kim-liong Piauw-kiok menjura
menyatakan rasa terima kasih mereka. Sedikitpun ia tidak
merasa gembira atas kemenangan itu.
“Saudara tadi mengatakan bahwa dunia ini tidak akan
aman lagi kalau ada orang yang sedikit-sedikit suka
membunuh orang….. Lalu apa bedanya perbuatan saudara ini
dengan para pengemis itu ?” tiba-tiba terdengar suara
perlahan dari tengah-tengah penonton.
Tersentak Yang Kun dari lamunannya. Dilihatnya dua orang
gadis berparas manis datang menghampiri dirinya. Pakaian
hitam-hitam yang mereka kenakan benar-benar tampak
menyolok di antara kulit mereka yang putih bersih. Sebuah
pedang pendek tampak tergantung pada masing-masing
pinggangnya.
Yang Kun tergagap tidak dapat menjawab pertanyaan
mereka. Setelah semua kemarahannya hilang pemuda itu
memang merasa menyesal atas perbuatannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Nah, bukankah saudara tidak dapat menjawabnya ? Maka
untuk selanjutnya saudara tidak usah membual dengan katakata
yang muluk-muluk, karena saudara sendiri ternyata juga
bukan orang yang baik. Dalam hal ini ternyata saudara tidak
ada bedanya pula dengan orang-orang Tiat-tung Kai-pang itu.
Malah kalau ditimbang, saudara justru lebih kejam dan bengis
daripada mereka. Mereka cuma membunuh dua orang
sementara saudara membunuh tiga orang…..”
“Benar ! Aku memang terlalu terburu nafsu sehingga
menjadi lupa diri….” Yang Kun mengakui dengan gagah.
“Tapi penyesalan saudara itu sudah terlambat !
Bagaimanapun saudara telah menanam bibit permusuhan
dengan Tiat-tung Kai-pang dan …. Keh-sim Siauw-hiap.”
“Apa boleh buat ! Nasi telah menjadi bubur….. Aku tidak
takut, apalagi ingkar !” Yang Kun berkata dengan dada
tengadah.
“Bagus ! Saudara memang seorang ksatriya tulen !
Sekarang bersiaplah…..!” kedua gadis berbaju hitam itu
membentak.
“Bersiap……? Apa maksud nona ? Apakah……?” Yang Kun
terperanjat setengah mati. Sedikitpun dia tidak mengetahui
apa maksud kedua orang gadis manis tersebut.
“Mereka berdua adalah anak buah Keh-sim Siauw-hiap !”
salah seorang dari para piauw-su itu membisiki Yang Kun.
“Harap tuan berhati-hati ! Kepandaian mereka sangat tinggi.
Lebih tinggi dari pada kepandaian orang-orang Tiat-tung Kaipang
itu.”
“Hah ?!? Anak buah Keh-sim Siauw-hiap……?” pemuda itu
ternganga.
“Perkataan piauw-su itu adalah benar…. kami memang para
pembantu dari Keh-sim-Siauw-hiap. Mereka telah mengenal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami dengan baik. Apakah sekarang saudara menjadi takut ?”
gadis manis tersebut berkata dengan tandas.
Tersinggung kembali rasa keangkuhan pemuda itu.
“Hmh….. takut ? Gila ! Mana ada kata-kata takut di hatiku ?
Majulah ! Apabila aku sampai kalah melawan kalian, aku akan
membunuh diri didepan hidungmu !” serunya marah.
“Oh…. Tuan, ja…. jangan terlalu memandang rendah gadis
itu ! Dialah yang merampas barang kawalan kami.
Kepandaiannya benar-benar sangat tinggi…..” piauw-su tadi
memegang tangan Yang Kun dengan khawatir.
“Ah, tak usah saudara bersumpah seperti itu. Sedikitpun
kami tidak ingin melihat saudara membunuh diri di hadapan
kami. Nah, sekarang pilihlah di antara kami berdua, yang
mana di antara kami yang akan saudara lawan ?” gadis itu
berkata tenang.
Keangkuhan pemuda itu kembali tersentuh oleh perkataan
gadis tersebut.
“Memilih ? Huh ! Membuang-buang waktu saja. Majulah,
nona berdua sekalian, biar lekas beres !”
Kedua gadis itu justru terlongong-longong seperti orang
kehilangan akal melihat kesombongan Yang Kun. Begitu pula
orang-orang lainnya. Para piauw-su yang berada di dekat
Yang Kun menatap pemuda itu dengan perasaan aneh.
Waraskah pemuda ini ?
“Tuan….? Adakah tuan bersungguh-sungguh ? Maaf…..
kami bukan tidak mempercayai kepandaian tuan, tetapi….
tetapi….. sesungguhnyalah kedua wanita itu mempunyai
kepandaian yang sangat tinggi. Kami tujuh bersaudara telah
dikalahkan hanya oleh salah seorang diantara mereka….”
seorang dari para piauw-su itu berbisik kembali.
“Sudahlah ! Silahkan saudara sekalian minggir. Tolong
bawa mayat-mayat itu sekalian…..!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Salah seorang dari kedua gadis berbaju hitam itu maju ke
depan.
“Saudara agaknya ingin lekas-lekas membunuh diri. Tapi
kami tidak sekejam itu. Biarlah aku saja yang menghadapi
saudara…..” katanya perlahan. “nah, lekaslah saudara
mengeluarkan senjata ! Biarlah kuhadapi dengan tangan
kosong.”
“Telah kukatakan tadi, majulah kalian bersama-sama ! Dan
hunuslah pedang kalian itu ! Atau kalian akan mati di sini
tanpa sempat lagi mempergunakannya ?” Yang Kun
membentak tidak kalah garangnya.
“Saudara sungguh sangat takabur. Baiklah, akan kulihat
sampai di mana saudara dapat bertahan untuk tidak
mempergunakan senjata.” gadis itu berkata sambil bersiapsiap
untuk menyerang.
“Majulah berbareng, kataku !” Yang Kun menjerit marah.
“Dan hunus pedang itu !”
Tubuhnya yang jangkung itu tiba-tiba mencelat ke depan
dengan cepat sekali. Begitu cepatnya sehingga gadis yang
berada di depannya itu menjadi terkejut sekali. Kali ini Yang
Kun memang mengerahkan seluruh kepandaiannya. Dia tidak
mau berlaku setengah-setengah lagi. Dari mulutnya terdengar
suara desis yang mengerikan.
Gadis itu meloncat ke samping sehingga serangan Yang
Kun menemui tempat kosong. Lalu dengan tidak kalah
gesitnya gadis tersebut memukul Yang Kun dari arah samping.
Hembusan angin panas menerjang pemuda itu bersama-sama
dengan serangan yang menuju pinggangnya.
Begitu menjejakkan kakinya di atas tanah, Yang Kun cepat
memutar badannya. Kedua belah tangannya segera
menyongsong ke depan untuk memapaki pukulan lawan.
Gadis itu tampak mengerahkan seluruh tenaganya guna
menindih tenaga Yang Kun yang terlontar ke arah dirinya. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan pemuda itu ternyata hanya merupakan gerak tipu
saja. Sebelum kedua belah tangan mereka saling berbenturan,
Yang Kun segera menarik serangannya dan menggantinya
dengan cengkraman ke arah gagang pedang lawan yang
masih tergantung di atas pinggang.
Gadis itu menyentakkan tangannya kembali dengan kaget.
Kakinya melangkah selangkah untuk menghindari cengkraman
lawan yang datang. Tetapi bukan main kagetnya gadis itu
ketika dilihatnya lengan lawan yang terulur ke arah gagang
pedangnya tersebut mulur (bertambah panjang) menjadi satu
setengah kali lipat dari lengan manusia biasa. Maka tak ampun
lagi senjatanya telah berpindah ke tangan lawannya itu.
Begitu berhasil merampas pedang lawannya, Yang Kun
segera melenting ke arah gadis yang lain. Pedang
rampasannya ia sabetkan ke arah leher gadis yang masih
berada di pinggir arena tersebut. Selain sangat cepat gerakan
pemuda itu benar-benar tidak terduga oleh lawannya.
Memperoleh serangan yang begitu mendadak, gadis itu
menjadi kelabakan. Otomatis tangannya mencabut pedang
pendeknya, lalu dengan gugup berusaha untuk menangkis
serangan tersebut sedapatnya.
“Trang !”
Bunga api berpijar ketika kedua buah senjata itu saling
berbenturan di udara. Tampak tubuh si pemuda berjumpalitan
lebih dahulu di udara sebelum dengan manis mendarat di atas
tanah. Sedang si gadis tampak memutar badannya setengah
lingkaran untuk mengurangi daya tekan lawan yang hebat.
Dan begitu berdiri tegak gadis itu secara kebetulan berada di
belakang punggung lawannya, sehingga dengan enak gadis itu
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membokong lawan
dari belakang.
Jarak di antara mereka hanya 2 langkah saja. Maka
menurut aturan, serangan tersebut tak mungkin dielakkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi. Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan diri hanya
dengan menangkis pedang itu. Tapi mana mungkin hal itu
dilakukan ? Sebagai manusia normal, untuk menggerakkan
lengan tangan ke belakang sungguh suatu hal yang sulit dan
amat kikuk sekali. Misalnya bisa, juga takkan dapat mengejar
lagi kecepatan gerak lawan.
Tapi kali ini gadis itu ternyata juga terkecoh oleh kehebatan
dan keanehan Kim-coa-ih-hoat seperti juga kawannya tadi….!
Gadis itu menjadi gembira bukan main begitu melihat
tusukan pedangnya telah menyentuh baju lawan. Tetapi
sedetik kemudian kegembiraan itu berubah menjadi kekagetan
yang luar biasa. Dengan mata terbelalak gadis itu melihat
suatu hal yang menakjubkan dan mustahil dapat dilakukan
oleh manusia biasa. Gadis tersebut melihat lengan si pemuda
terlipat ke belakang dengan siku tertekuk terbalik, sehingga
pedang yang terpegang dalam tangannya dapat menangkis
pedang yang tertuju ke arah punggungnya.
Dan selagi gadis itu masih dalam keadaan tercengang dan
tertegun, Yang Kun menyerangnya kembali dengan
cengkeraman tangannya. Dengan mudah pedang si gadis
dapat dirampasnya. Dan tidak itu saja….. pundak si gadispun
dapat ia cengkeram pula dengan tangannya. Lalu begitu
tangan itu bergerak, tubuh gadis itu terlempar ke arah
kawannya, sehingga dengan terburu-buru kawannya tersebut
menyanggahnya.
“Hunuslah pedang dan majulah berbareng, kataku !” Yang
Kun berseru lantang. “Nah, apa kata kalian sekarang ?”
Kedua orang gadis itu terdiam tak tahu apa yang mesti
mereka katakan. Peristiwa yang menimpa mereka tadi masih
mencekam perasaan mereka. Demikian cepat dan
membingungkan seperti dalam mimpi saja.
Begitu juga para penonton. Banyak di antara mereka malah
tidak tahu apa yang telah terjadi dengan ketiga orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tahu-tahu kedua orang gadis tersebut telah dikalahkan oleh
pemuda itu. Begitu juga dengan orang-orang Kim-liong Piauwkiok.
Mereka masih ternganga keheranan menyaksikan sepak
terjang pemuda yang menolong mereka itu. Sungguh tidak
mereka sangka sejak semula bahwa pemuda itu begitu
saktinya.
“Baiklah ! Kali ini kami berdua mengaku kalah. Tapi
sebenarnya di dalam hati kami belum sepenuhnya mengaku
kalah. Saudara telah memanfaatkan waktu dan keanehan ilmu
silat saudara untuk menjebak kami. Jadi belum berarti kalau
ilmu silat kami adalah lebih rendah dari pada ilmu silat
saudara. Hal itu dapat dibuktikan apabila kita bisa mengadu
ilmu dengan tenang serta jujur….” salah seorang dari kedua
gadis itu berkata.
“Hmh ! Begitukah pendapat kalian ?” Yang Kun
mendengus. “Apakah kalian berani bertaruh ?”
“Hal ini………”
Tiba-tiba terlihat sesosok bayangan berkelebat dengan
cepat sekali dari kerumunan para penonton. Bayangan itu
berjumpalitan beberapa kali di udara sebelum mendarat
dengan ringan di depan kedua gadis tersebut.
“Cici….,” bayangan itu menoleh ke arah kedua orang gadis
tersebut penuh wibawa,” …… tak usah cici melayani tantangan
pemuda ini ! Lebih baik cici pulang saja ke Meng-to (Pulau
Mimpi)…….!”
“Nona Souw…..! Kami memang sedang mencari nona. Nona
disuruh pulang selekasnya !” kedua orang gadis itu berseru
berbareng begitu mengetahui siapa yang datang. Kedua orang
gadis berbaju hitam itu tampak sangat menghormat kepada
gadis cantik yang baru tiba tersebut.
Sementara itu di lain pihak Yang Kun menjadi sangat
terkejut sekali begitu melihat siapa yang datang di
hadapannya. Di pandangnya dengan seksama tubuh gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik yang hanya bertangan sebelah itu. Gadis yang tadi
dilihatnya membantu para pengungsi yang sakit. Gadis yang
sempat menyentuh perasaannya dan menimbulkan rasa iba di
dalam hatinya. Ternyata gadis cantik itu segolongan dengan
mereka dan mempunyai kepandaian yang tinggi pula.
Gingkang yang baru saja dipertunjukkan tadi adalah ginkang
tingkat tinggi.
Gadis cantik bertangan buntung itu menganggukkan
kepalanya.
“Baik !” Aku memang sudah ingin pulang kembali. Ayolah,
kita berangkat bersama-sama !”
Lalu tanpa memperdulikan lagi pada Yang Kun, ketiga
orang gadis itu beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut.
“Hei, kalau kalian tak mau lagi bertarung denganku,
kembalikan barang-barang kawalan para piauw-su yang telah
kaurampas itu !” Yang Kun berteriak di belakang mereka.
Gadis buntung itu berputar dengan cepat. Matanya yang
jeli dan lebar itu mengawasi Yang Kun dengan tajam. Sinar
kemarahan tampak di dalam pandang mata gadis itu.
“Kalau saudara menginginkan barang-barang itu kembali,
silahkanlah saudara mengambilnya di Meng-to pada tanggal
lima bulan depan………!”
Yang Kun menjadi tergagap mendapat semprotan gadis itu.
Heran ! Hilang semua kegarangan dan kesombongannya
selama ini.
“Aku….. aku…. eh, bukan itu maksudku…..! Aku tidak
mempunyai sangkut-paut sebenarnya dalam hal ini. Aku tidak
kenal dengan mereka,” pemuda itu menerangkan. Jarinya
menunjuk ke arah rombongan piauw-su yang berdiri di
dekatnya. “Maka….. aku tidak bermaksud ke Meng-to
untuk…… menerima undanganmu itu.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Huh ! Lalu apa maksudmu membantu mereka dan
membunuh kawan-kawan Keh-sim Siauw-hiap ini ? Hanya
untuk gagah-gagahan dan memameran kepandaian saja ?”
Memang benar-benar mengherankan sekali. Sedikitpun
pemuda itu tidak menjadi marah atau tersinggung oleh
perlakuan gadis tersebut, membuat para penonton merasa
heran juga. Padahal tadi pemuda itu demikian garang dan
sombong bukan main.
“Eh….. aku tadi hanya tidak menyukai ada kekejaman dan
kebengisan orang-orang Tiat-tung Kai-pang itu terhadap para
piauw-su dari Kim-liong Piauw-kiok ini. Barang-barang mereka
sudah dirampas, orangnya masih dihina dan dibunuh
pula……..”
“Hmm…… itulah kalau orang terlalu usil dan suka
mencampuri urusan orang. Apakah saudara telah mengetahui,
mengerti atau memahami persoalannya ?”
“Ini…… ini…. aku tidak tahu…..”
“Nah, itulah ! Dan saudara telah mencampurinya. Tapi
semuanya sudah terlanjur. Saudara tidak boleh ingkar lagi.
Saudara telah membunuh sahabat-sahabat dari Keh-sim
Siauw-hiap…… dan itu berarti bahwa saudara telah tersangkut
pula dalam urusan ini.”
Yang Kun mengangguk tegas.
“Nona… aku memang tidak ingkar. Akan aku hadapi
semuanya, apapun yang terjadi.”
“Bagus ! Bersiaplah mulai sekarang ! Jalan yang akan
saudara lalui tidak akan selicin dulu lagi. Banyak aral yang
akan melintang di jalan karena perbuatan saudara ini !”
Gadis itu membalikkan badannya, lalu bergegas pergi
dengan diikuti oleh kedua orang temannya. Mereka keluar dari
halaman itu dan lenyap di tikungan jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang dari Kim-liong Piauw-kiok itu datang
mengelilingi Yang Kun untuk sekali lagi menyatakan rasa
terima kasih mereka. Tapi pemuda itu hanya mengangguk
kecil, kemudian melangkah pergi dari tempat itu pula. Di dekat
pintu halaman Yang Kun dihentikan oleh orang yang telah
menolong dirinya dan membawanya ke tempat ini.
“Tuan…. apakah tuan tidak jadi bermalam di sini ?”
“ohh…. tidak ! Terima kasih ! Saya bermaksud untuk
meneruskan perjalanan saya sekarang juga. Sekali lagi saya
mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan tuan
itu….” Yang Kun menjura dengan hormat.
Kemudian pemuda itu meneruskan langkahnya. Tapi di
tengah pintu halaman pemuda itu menoleh lagi.
“Tuan…. di manakah tuan mengubur nenek saya itu ?
Maksud saya…. di kampung mana ?”
“Oh, apakah tuan belum pernah ke tempat ini ? Nenek itu
kami makamkan di dekat sumber air baru yang muncul di
sebelah selatan Hok-cung….”
“Hok-cung (Kampung kelelawar)? Di manakah itu ?”
“Ah, agaknya tuan memang bukan orang dari sini.
Kampung Hok-cung itu terletak di sebelah timur Pesanggrahan
Delapan Dewa, yaitu sebuah pesanggrahan yang sering
dipergunakan oleh Baginda Kaisar Han apabila sedang ingin
menyendiri.”
“Terima kasih !”
***
Yang Kun berjalan dengan kepala tertunduk. Dia tak tahu
apa yang pertama-tama mesti ia lakukan setelah dirinya
terbebas dari penjara bawah tanah itu. Sebenarnya banyak
tugas-tugas yang harus dia selesaikan, antara lain mencari
benda pusaka yang diwariskan oleh leluhurnya. Kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga mencari musuh-musuh besar keluarganya yang telah
membantai ayah, ibu dan paman-pamannya. Setelah itu dia
juga mendapat tugas dari nenek buyutnya untuk mencari
seorang gembala yang bernama Pao Liang untuk mengantar
abu neneknya itu.
Matahari telah mulai terbenam. Hari telah berangsur-angsur
menjadi gelap. Yang Kun berjalan perlahan-lahan ke arah
kampung Hok-cung yang tadi telah ditunjukkan oleh
penolongnya. Ia bermaksud bertanya kepada seseorang
tentang arah yang benar, tapi sudah sekian lamanya dia
berjalan belum pernah sekalipun ia berjumpa atau berpapasan
dengan seseorang. Apalagi jalan yang dia lalui sekarang
memang sebuah jalan gunung yang sunyi. Malam hari pula.
Baru sekarang pemuda itu memasuki pedusunan, ia baru
dapat melihat beberapa orang laki-laki duduk menggerombol
di sebuah gardu penjagaan kampung. Orang-orang itu
serentak berdiri begitu melihat dirinya. Seorang di antaranya
lalu melangkah ke jalan dan menghentikan perjalanannya.
“Maaf, saudara siapa ? Mengapa malam-malam begini
berjalan seorang diri ?”
Yang Kun mengerutkan keningnya. Ada sesuatu yang tidak
beres dilihatnya pada sikap orang itu. Seperti ada suatu
kecurigaan yang ditujukan kepada dirinya. Dilihatnya kawankawan
dari orang itu juga telah turun ke jalan dan bersiapsiap
menghadapi dirinya.
“Saudara….. aku seorang pengembara yang sedang
mencari sebuah kampung yang bernama Hok-cung. Namaku
adalah Yang Kun. Tolonglah…. adakah di antara saudarasaudara
sekalian yang mengetahui letak kampung tersebut ?”
pemuda itu menjawab pertanyaan dengan halus.
Tapi bukan main terkejutnya Yang Kun ketika orang-orang
itu tiba-tiba mengepung dirinya sambil mengacungkan senjata
mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hah ! Agaknya engkau juga kawan dari para penculik dan
perampok itu, kurang ajar ! Akan kami tangkap engkau lebih
dahulu sebelum engkau bergabung dengan teman-temanmu
itu.” teriak orang itu dengan geram. Lalu orang itu menoleh ke
arah kawan-kawannya yang telah bersiap-siap pula untuk
menyerang. “Tangkap orang yang mencurigakan ini ! Kita
sandera dia sebagai alat penukar untuk membebaskan gadisgadis
kita yang telah diculik oleh teman-temannya !”
Dan tanpa berkata-kata lagi orang-orang itu segera
menyerang Yang Kun. Senjata mereka yang terdiri dari
bermacam-macam bentuk itu menyerang bagai hujan ke arah
tubuh pemuda tersebut.
Tapi dengan tangkas Yang Kun meloncat ke atas,
melampaui kepala mereka, kemudian turun dengan ringan di
belakang orang-orang itu.
“Tahan ! Saudara-saudara harap bersabar ! Aku bukan
seorang perampok, apalagi menjadi seorang penculik gadis !”
teriaknya mendongkol.
“Hmm, penipu ! Kawan-kawanmu dulu juga berkata begitu.
Katanya mau menolong warga kampung ini dari penderitaan
akibat serangan gempa, tak tahunya malah merampok dan
menculik gadis-gadis kami. Oleh karena itu sekarang kami
tidak akan percaya lagi pada omongan orang…..”
Wah, repot sekali nih, pemuda itu berpikir. Tanpa
menundukkan mereka terlebih dahulu, tentu sangat sukar
untuk mengajak mereka bicara. Maka pemuda itu lalu bersiapsiap
pula untuk menghadapi orang-orang yang sudah mata
gelap tersebut. Kedua tangannya ia tekuk di depan dada,
sedang badannya yang jangkung itu mendorong ke depan.
Dari mulutnya terdengar suara desisan yang mengalun
mengikuti gelombang pernapasannya. Tapi karena dia tidak
ingin mengulang kejadian seperti beberapa saat yang lalu, di
mana pukulannya ternyata menewaskan ketiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengemis dari Tiat-tung Kai-pang, maka pemuda itu hanya
mengerahkan seperempat saja dari kekuatannya.
Ketika orang-orang itu menyerang kembali, Yang Kun
sengaja diam saja menanti. Dan begitu senjata mereka telah
berada di depan matanya, kedua lengannya segera melayang
ke depan dengan cepatnya. Lebih cepat dari luncuran senjata
lawan-lawannya. Dan di lain saat, jari-jarinya telah membagi
totokan serta merampas senjata mereka. Gerakan pemuda itu
cepat bukan main sehingga sebelum orang-orang itu
menyadari keadaannya, senjata mereka telah berpindah
semuanya ke tangan Yang Kun.
Baru setelah mereka sadar apa yang telah terjadi, mereka
menjadi gemetar ketakutan. Mereka sungguh tidak
menyangka sama sekali bahwa pemuda tampan yang mereka
kepung dan akan mereka tangkap itu ternyata mempunyai
kesaktian yang sangat hebat.
Sementara itu setelah berhasil menguasai lawannya, Yang
Kun membuang senjata-senjata yang telah dirampasnya itu
melangkah menghadapi mereka lagi. Ditatapnya wajah orang
yang pertama-tama menghadang dirinya tadi.
“Apakah engkau yang memimpin semua kawan-kawanmu
ini ?”
Dengan tubuh gemetar orang itu mengangguk.
“Nah, ceritakan kepadaku semuanya ! Apa yang telah
terjadi di tempat ini beberapa waktu lalu sehingga kalian
menyangka bahwa aku adalah salah seorang anggota dari
para perampok yang kalian benci.”
Sambil mengusap peluh dingin yang mengalir di dahinya
orang itu menceritakan apa yang telah menimpa para gadis di
kampungnya.
Setelah siang harinya terjadi bencana alam yang
menimbulkan banyak korban itu, pada sore harinya kampung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka kedatangan tiga orang laki-laki asing. Begitu datang,
mereka langsung membantu para penduduk yang sedang ribut
mencari harta dan anggota keluarganya yang hilang atau
diduga tertimbun dalam reruntuhan rumah mereka masingmasing.
Mereka pergi ke sana ke mari membantu orang-orang
yang memang sangat membutuhkan pertolongan.
Tidak tahunya perbuatan mereka itu hanya sebagai kedok
saja agar mereka bisa mengetahui siapa-siapa yang
mempunyai harta benda banyak dan anak gadis yang cantik.
Malam harinya mereka datang lagi dengan membawa belasan
orang kawan-kawannya untuk merampok dan menculik gadisgadis
di kampung mereka itu.
Para perampok itu membawa hasil rampokan mereka ke
Hok-cung yang letaknya tak jauh dari kampung mereka itu. Di
sana mereka berpesta-pora bersama-sama dengan temanteman
mereka yang lain dan disaksikan oleh penduduk
setempat yang gemetar ketakutan melihat kekejaman mereka.
Harta benda penduduk yang masih tersisa dan terhindar dari
malapetaka mereka pakai untuk berpesta, sementara gadisgadis
yang mereka culik mereka ajak menari dan minum arak
secara paksa. Dan akhirnya pada pagi hari gadis-gadis itu
mereka perkosa secara bergantian. Siapa saja yang merintangi
dan mengganggu perbuatan mereka tentu mereka bunuh
tanpa ampun.
“Bangsat keji !” Yang Kun berteriak marah mendengar
penuturan orang itu. Matanya yang tajam itu mencorong
ganas sehingga orang-orang kampung itu menjadi semakin
ketakutan melihatnya.
“Lagi-lagi perampok……! Lagi-lagi perampok……!” pemuda
itu menggeram dengan penuh penasaran. “Hei, mengapa
kalian tidak pergi ke kota yang terdekat untuk melaporkan
mereka? Mengapa kalian malah mencegati orang-orang yang
tidak bersalah ?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itu semakin gemetar tubuhnya. “Kami….. kami
tidak berani …. eh…. tidak seorangpun dari kami yang berani
berangkat ke kota untuk melapor. Se-selain itu….. tidak ada
gunanya pula kalau kita melaporkannya. Sebab….. sebab kami
dengar para perampok yang berada di kampung Hok-cung itu
justru baru saja kembali dari penyerbuan mereka ke kota.
Malah kata beberapa orang yang menyaksikannya, jumlah
mereka banyak sekali. Ribuan jumlahnya. Dan di kota,
perampok-perampok itu telah menyerbu dan merusak istana
kaisar sebelum mereka dihalau dan diceraiberaikan oleh
pasukan Yap Tai-ciangkun.”
Bukan main terperanjatnya pemuda itu. Istana kaisar
diserang gerombolan perampok ? Ah, tentu orang-orang ini
yang salah terka. Sungguh tidak masuk akal apabila kawanan
perampok sampai berani menyerang kota raja. Apalagi sampai
menyerbu istana ! Yang disangka sebagai perampok itu
tentulah gerombolan para pemberontak yang ingin membunuh
Kaisar Han, Yang Kun berpikir di dalam hatinya.
Yang Kun lalu teringat akan gerombolan pembunuh yang
mengadakan pertemuan di rumah Si Ciangkun di kota Tiekwan
beberapa bulan yang lalu. Mungkinkah gerombolan itu
yang menyerang kota raja ? Jikalau benar-benar mereka,
hmmm…. sungguh kebetulan sekali baginya. Akan kubasmi
mereka sehingga tak seorangpun yang tersisa, pemuda itu
menggeram di dalam hati !
“Ayo, antarkanlah aku menemui perampok-perampok itu !
Akan kumusnahkan mereka semuanya !” Yang Kun menunjuk
kepada orang itu.
“Ini…. ini…. anu, mana aku berani ke sana ?” orang itu
segera menyahut dengan muka pucat.
“Sudahlah ! Antarkan saja aku !” Yang Kun meloncat pergi
sambil menyambar lengan orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang itu berteriak minta tolong kepada teman-temannya,
tapi tak seorangpun berani bergerak untuk menolong. Temantemannya
malah bubar melarikan diri. Lenyap ditelan oleh
gelapnya malam.
Yang Kun menurunkan orang itu di tempat yang sepi di
tengah tengah persawahan.
“Sekarang tunjukkan arahnya ! Di manakah letak dari
kampung Hok-cung itu ?”
“Baik…… a-akan saya tunjukkan !” orang itu menjawab
ketakutan.
Yang Kun mengikuti orang itu sambil sibuk memikirkan apa
yang akan ia perbuat sesampai di tempat para perampok itu
nanti. Haruskah dia menghadapi gerombolan itu secara
terang-terangan ? Ataukah dia mesti menghadapinya dengan
secara sembunyi-sembunyi dan main kucing-kucingan ? Baik
kulihat dulu keadaan di sana, setelah itu baru kupikirkan
tindakan apa yang mesti kuambil, Yang Kun bergumam.
Langit biru bersih, Bintang-bintang bertaburan di angkasa
raya. Berkelap-kelip, sepintas lalu seperti mutiara yang
berserakan di atas beludru berwarna biru maya. Maka dari itu
biarpun bulan belum tampak menampilkan diri, suasana jalan
yang mereka lalui sudah tampak terang benderang.
Dari jauh telinga Yang Kun sudah dapat mendengar suara
gaduh yang suara ketawa para perampok yang berpesta di
kampung Hok-cung.
“Itu mereka, tuan !” kembali orang yang mengantarnya
mengigil ketakutan.
“Baik ! Kau pulanglah kembali ! Aku dapat mencari sendiri
sekarang.”
“Terima kasih, tuan. Terima kasih……!” dengan sangat
gembira orang itu bergegas pergi meninggalkan Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya Yang Kun meneruskan perjalanannya tanpa
penunjuk jalan lagi. Tapi suara gelak ketawa dari gerombolan
perampok itu dapat ia pakai sebagai pedoman dari
langkahnya.
Semakin lama gaung suara gelak ketawa mereka semakin
keras terdengar oleh tenaga pemuda itu, menandakan bahwa
kampung yang dicarinya tersebut telah berada di depan
matanya. Benarlah, di antara bayang-bayang hitam yang
menyelimuti udara di sekitar tempat itu, Yang Kun melihat
berkelipnya lampu-lampu obor yang dinyalakan orang kira-kira
satu lie di depannya.
Yang Kun mempercepat langkahnya. Tapi beberapa waktu
kemudian tiba-tiba didengarnya suara gemericik air tidak jauh
dari jalan yang dilaluinya. Yang Kun berhenti melangkah. Lalu
bergegas ia mencari arah suara air mengalir itu. Sebuah
sungai yang mengingatkan dia akan gua-gua di bawah tanah
serta….. neneknya !
Yang Kun berloncatan di antara tanah-tanah retak dan
bongkah-bongkah batu yang berserakan akibat gempa itu.
Dan semakin mendekati suara air itu, semakin banyak pula
bongkah-bongkah batu yang harus dilompatinya. Tanah-tanah
retak yang dijumpai pemuda itupun semakin dalam dan
semakin lebar pula. Sedangkan karena dalamnya tanah yang
retak tersebut kadang-kadang menjadi terisi air.
Akhirnya sampai juga Yang Kun ke tempat di mana suara
air yang didengarnya itu berasal. Pada sebuah tebing gunung
yang terbelah menjadi dua bagian, tampak sebuah mata air
yang menyembur dengan deras sekali. Airnya yang melimpah
ruah itu mengalir ke bawah, melalui sela-sela bongkah batu
yang berserakan di bawahnya.
Seketika itu juga Yang Kun menjadi teringat kembali pada
peristiwa yang menimpa dirinya beberapa waktu yang lalu.
Yaitu pada saat dirinya dilahirkan kembali ke dunia ramai dari
dalam perut bumi. Bongkah-bongkah batu yang kini diinjak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan dilompatinya itu adalah batu-batu yang dulu ia singkirkan
ketika ia berusaha untuk menolong nenek buyutnya. Dan di
tempat ini pulalah neneknya memberikan seluruh tenaga
Liong-cu-i-kangnya kepada dirinya. Dan menurut keterangan
para pengungsi itu, di tempat ini pulalah neneknya telah
dikuburkan.
Bergegas Yang Kun mencari kuburan itu dan
menemukannya di tempat yang agak tinggi, tempat di bawah
pohon cemara yang telah hampir tumbang digoyang gempa.
Pemuda itu merasa lega dan bersyukur di dalam hati melihat
makam itu tidak kekurangan suatu apa. Hanya sekarang ia
harus memikirkan, apa yang mesti diperbuatnya dengan
makan neneknya itu. Apakah ia harus membongkarnya
sekarang dan membakar jenasahnya ? Atau biarkan seperti ini
saja dahulu, baru setelah semua urusannya nanti telah selesai
ia kembali lagi ke sini untuk mengurusnya?
Belum juga pemuda itu memperoleh keputusan apa yang
mesti ia kerjakan, mendadak dari jauh terdengar suara suitan
nyaring memecah kesunyian malam. Pemuda itu segera
berlindung di balik sebuah batu besar, karena suara itu
bergerak menuju ke tempat di mana ia sekarang berada.
Bukan main terperanjatnya pemuda itu ketika tiba-tiba di
atas sebuah batu besar yang tidak jauh dari tempat ia
bersembunyi telah berdiri seorang laki-laki tinggi kurus.
Hampir seluruh badan orang itu tertutup oleh mantel hitamnya
yang lebar dan panjang sampai ke bawah lutut. Kepalanya
tertutup pula dengan sebuah topi lebar yang bagian
pinggirnya terjuntai kain sutera tipis, sehingga wajah itu
menjadi tertutup dan tidak kelihatan dari luar.
Yang membuat kaget Yang Kun bukanlah dandanannya
yang aneh itu tapi…… orang yang mengenakannya ! Biarpun
dahulu hanya melihat orang itu sebentar saja tapi Yang Kun
takkan mungkin dapat melupakannya. Sebab ketika dirinya
ditangkap secara licik oleh gerombolan yang ingin merebut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusaka warisan keluarga Chin di kota Tie-kwan, Yang Kun
sempat melihat bahwa orang inilah yang ternyata menjadi
pemimpin dari gerombolan tersebut. Gerombolan yang sampai
saat ini ia anggap sebagai gerombolan yang bertanggung
jawab atas terbantainya seluruh keluarganya.
Belum juga hilang rasa kagetnya, Yang Kun mendengar lagi
langkah seseorang yang datang menuju ke tempat itu. Dan
tak lama kemudian di depan orang berkerudung itu telah
berdiri seorang laki-laki berpakaian putih-putih. Wajahnya
yang putih pucat itu hampir tertutup pula oleh rambutnya
yang dibiarkan lepas terurai ke bawah.
Sekali lagi Yang Kun dibuat kaget setengah mati begitu
memandang dandanan orang yang baru tiba itu ! Hanya
kekagetannya sekali ini dibarengi dengan geraman hebat di
hatinya.
Laki-laki berbaju putih itu telah dikenalnya pula dengan
baik, karena orang inipun termasuk salah seorang pimpinan
dari gerombolan itu pula. Orang inilah yang telah menyuruh
seorang yang bergelar Tee-tok-ci untuk menyiksa dia dan Hekmou-
sai dengan barisan tikus-tikusnya. Hampir saja pemuda
itu tidak dapat mengekang kemarahannya. Tetapi ia segera
menyabarkan dirinya. Ia tidak boleh gegabah ! Orang itu tidak
seorang diri di sana. Di depannya berdiri seorang laki-laki yang
ilmu meringankan tubuhnya benar-benar sangat mengetarkan
hati. Jika ia bertindak ceroboh, boleh jadi malah dia sendiri
yang akan menjadi korbannya. Oleh karena itu Yang Kun tetap
berdiam diri di tempatnya. Dengan mata menyala pemuda itu
mengawasi gerak-gerik dua orang tersebut.
“Mungkin benar dugaanku itu. Orang-orang ini dan anak
buah merekalah yang kiranya oleh para penduduk itu sebagai
perampok yang berani menyerang istana Kaisar Han. Dan
mereka sebetulnya memang bukan perampok tetapi memang
sebuah gerombolan pemberontak yang telah dipersiapkan
untuk mengambil alih kekuasaan Kaisar Han !” pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata di dalam hati. “Sayang agaknya gerakan mereka
beberapa hari yang lalu telah menemui kegagalan….. Dan kini
mereka mundur dari kota raja benar-benar menjadi perampok
! Mereka menjarah-rayah, merampok harta benda penduduk
dan mengacau keamanan negeri.”
Yang Kun menghentikan lamunannya ketika melihat orang
berkerudung itu mengulapkan tangannya ke arah laki-laki
berbaju putih di depannya.
“Bagaimana hasil penyelidikanmu, Kwa-heng ?” orang
berkerudung itu berkata memecah kesunyian malam.
Laki-lai berbaju putih itu membungkuk dengan hormat
sekali.
“Ong-ya, apakah Wan Lo-cianpwe belum datang
menghadap ?”
“Belum. Mungkin dia belum dapat datang pada malam ini.
Dia aku perintahkan untuk pergi menyelidiki istana di kota
raja. Adakah berita yang mengatakan bahwa istana telah
diserang oleh para pengacau itu benar adanya ? Aku juga
ingin mengetahui siapakah yang ingin mendahului kita dalam
memperebutkan takhta kerajaan itu ?”
“Ong-ya, agaknya berita itu memang benar. di dusun
sebelah ini siauw-te telah melihat beberapa puluh orang
bersenjata sedang berpesta-pora mengganggu para
penduduk. Siauw-te dengar mereka memang sebagian dari
para pengacau yang beberapa hari yang lalu telah menyerbu
kota raja.”
“Hahaha…. Liu Pang itu sungguh sial sekali nasibnya. Baru
lima tahun di atas singgasana sekarang telah mulai dirongrong
berbagai macam kesulitan. Sudah dikacau istananya masih
dihancurkan pula oleh gempa yang dahsyat ! Kwa-heng inilah
tandanya Thian tidak merestui segala perbuatannya. Hal
tersebut juga dapat dipakai sebagai tanda bahwa saat-saat
kejatuhannya telah berada di ambang pintu !”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Benar ! Ong-yalah yang sebentar lagi akan
menggantikannya. Karena Ong-yalah sebenarnya yang lebih
berhak menduduki singgasana emas itu. Kami semua telah
bersiap siaga menanti perintah dari Ong-ya, kapan
pemberontakan itu akan dimulai. Kapan barisan kita itu
diperbolehkan bergerak untuk menghancurkan kekuatan
Kaisar Han !”
“Haha…. kau sabar dulu, Kwa-heng ! Kukira saat itu tidak
akan lama lagi. Kita tidak boleh terlalu tergesa-gesa. Kita
harus benar-benar memperhitungkan seluruh keadaan.
Baiklah…. kita menunggu berita dari Wan-heng ! Kalian
berdua adalah pembantu-pembantu utamaku. Aku harus
mendengarkan nasehat kalian semua, lalu bersama-sama kita
merundingkannya. Baru setelah itu aku akan memutuskan apa
yang mesti kita perbuat selanjutnya dengan pasukan kita itu.”
“Terserah Ong-ya kalau begitu…….”
Kini semakin jelas bagi Yang Kun, apa sebenarnya masalah
besar yang dahulu pernah diucapkan oleh ayah dan
pamannya. Masalah besar yang selalu dirahasiakan oleh
orang-orang tua itu kepadanya. Masalah besar yang kata
pamannya sedang dihadapi oleh keluarganya. Keluarga Chin !
Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialaminya selama ini
Yang Kun sudah dapat meraba serba sedikit, apa sebetulnya
masalah besar yang sedang dihadapi oleh keluarga Chin
tersebut. Menurut pengamatannya, yang dimaksudkan dengan
masalah besar oleh pamannya itu tentulah masalah tentang
takhta kerajaan !
Sebagai keturunan dari keluarga Chin yang masih tinggal
hidup, Ayah dan pamannya merasa berhak untuk
mendapatkan kembali takhta yang direbut oleh Kaisar Han.
Apalagi ayah dan pamannya juga merasa telah memegang
warisan pusaka kerajaan yang diperebutkan itu, biarpun
karena sesuatu hal benda itu belum sempat diambilnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah pula sebabnya, mengapa pamannya tidak dapat
menyebutkan siapa saja sebenarnya yang memusuhi
keluarganya. Selain itu pamannya juga tidak bisa mengatakan
siapakah sebenarnya musuh yang sedang dihadapi oleh
keluarga Chin dalam menghadapi masalah besar itu. Sekarang
baru jelas bagi Yang Kun tentang sebab-sebab dan duduk
persoalannya. Tentu saja pamannya tidak bisa mengatakan
siapa saja yang menteror dan membikin sengsara
keluarganya, karena musuh yang mereka hadapi adalah
sebuah kekuatan besar yang terdiri dari ratusan, bahkan
ribuan orang jumlahnya.
Kemungkinan malah tidak itu saja. Dari percakapan dua
orang di hadapannya itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
kekuatan besar yang kini sedang bersaing untuk mendapatkan
takhta ternyata tidak cuma satu golongan saja. Oleh karena
itu otomatis yang memperebutkan atau mengincar pusaka
warisan keluarganya juga semakin tidak bisa dihitung lagi
jumlahnya.
Tetapi dengan semakin jelasnya masalah besar itu bagi
Yang Kun, justru membuat pemuda itu malah semakin pusing
untuk menentukan siapa-siapa yang telah membunuh
keluarganya. Dulu pemuda itu beranggapan bahwa pembunuh
keluarganya tentunya orang-orang yang ingin merebut pusaka
warisan itu. Dan karena yang dijumpainya pertama kali dan
terbukti juga ingin merebut pusaka itu adalah rombongan dari
orang berbaju putih itu, maka saat itu ia telah memastikan
bahwa orang-orang itulah yang telah membantai seluruh
keluarganya.
Tidak tahunya yang mengincar dan ingin memiliki pusaka
warisan itu tidak hanya satu golongan saja. Tidak hanya
rombongan orang berbaju putih itu saja. Tetapi masih ada
golongan yang lain !
Wah, repot juga sekarang, pemuda itu berpikir di dalam
hati. Dugaannya bahwa orang berbaju putih dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerombolannya itu yang bertanggung jawab terhadap
kematian keluarganya menjadi pudar sekarang. Artinya bisa
juga orang-orang itu yang berbuat, tapi bisa juga tidak !
“Terpaksa aku harus menyelidikinya lagi secara lebih teliti,”
pemuda itu memutuskan dalam hati.
Ketika Yang Kun memandang lagi ke depan dilihatnya
kedua orang itu telah bersiap-siap untuk meninggalkan tempat
tersebut. Orang berkerudung itu telah berdiri berdampingan
dengan laki-laki berbaju putih di atas tanah. Kepalanya yang
tertutup topi lebar itu mendongak ke arah bulan muda yang
baru saja muncul di atas langit.
“Kwa-heng, aku mendengar kedatangan seseorang ke
tempat ini. Mari kita pergi !”
“Marilah, Ong-ya…….”
Tetapi belum juga mereka melangkah, tiba-tiba terdengar
suara bentakan yang sangat mengagetkan semua pihak. Baik
pihak kedua orang itu maupun pihak Yang Kun yang masih
berada di tempat persembunyiannya !
“Berhenti !!”
Dua orang yang sesungguhnya telah bersiap-siap untuk
pergi itu benar-benar terkejut dengan kehadiran orang yang
sangat tiba-tiba tersebut. Mereka sungguh tidak menduga
sama sekali bahwa gerakan orang yang baru tiba itu demikian
cepatnya. Baru saja orang berkerudung itu mendengar
langkahnya, orang itu telah berada di depan mereka.
Begitu juga dengan Yang Kun. Selain dikagetkan oleh
kehebatan gin-kang orang itu, Yang Kun dikagetkan pula oleh
kenyataan tentang siapa yang telah datang di hadapan kedua
orang yang diintipnya itu. Yang Kun benar-benar masih dapat
mengingat dengan jelas, siapakah orang yang baru saja tiba
itu. Pemuda itu tidak mungkin melupakannya karena dia
berhutang jiwa dengan orang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi sungguh di luar dugaan. Ternyata orang itu juga
sangat kaget begitu tahu siapa yang berdiri di samping orang
berkerudung itu.
“Kau……?” desah orang itu tertahan.
“Kau…….?” laki-laki berbaju putih itu berdesah pula.
“Hei ?!?” orang berkerudung itu mengangkat wajahnya.
“Kwa-heng, apakah kau juga telah mengenal orang ini ?”
Laki-laki berbaju putih itu cepat menggangguk dengan
tegas.
“Tentu saja, Ong-ya. Bangsat inilah yang telah memelet
dan membujuk adik siauw-te dengan ketampanan wajahnya
sehingga adik siauw-te yang belum berpengalaman itu
menjadi terpikat olehnya.”
“Kurang ajar…….!” saking marahnya orang yang baru
datang itu sampai tidak dapat berkata apa-apa selain
mengumpat.
Orang berkerudung itu menoleh kepada pembantunya.
“Kwa-heng, orang ini sungguh tidak tahu diri. Sudah
mengaet adik orang, masih memaki-maki kakaknya pula !
Hmm, mengapa tidak kau bunuh saja dia ?”
“Siauw-te memang akan membunuhnya ! Sejak dia
menggoda adik Siauw-te, siauw-te telah berketetapan hati
untuk melenyapkannya dari muka bumi.” laki-laki berbaju
putih itu mengeram.
Orang yang baru datang itu menggeram pula menahan
hati. Tapi agaknya ia tidak bernapsu untuk melayani
tantangan orang berbaju putih tersebut. Dia justru
menghadapi orang berkerudung dengan mata yang menyalanyala.
“Hmm….. akupun tidak akan lari apabila saudara memang
ingin membuat perhitungan dengan aku. Tapi tidak sekarang !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedatanganku kali ini untuk membuat perhitungan lebih dulu
dengan Ong-yamu yang bergelar Hek-eng-cu (Bayangan
Hitam) itu !”
“Apa maksudmu ?” laki-laki berbaju putih itu membentak.
Pendatang baru itu mengebutkan ujung lengan bajunya
yang lebar.
“Sudahlah ! Biar aku berurusan sendiri dengan Hek-eng-cu
! Kau minggirlah !”
“Anjing kurapan ! Selesaikan dulu urusan kita !” orang
berbaju putih itu meloncat marah.
Melihat orang berbaju putih itu menyerang dirinya, orang
yang baru datang itu cepat meloncat ke samping. Kemudian
sambil membalikkan badan ia balas menyerang dengan
cengkraman tangan kanannya ke arah mata lawan. Lengan
bajunya yang longgar itu sampai melembung saking cepatnya
tangan itu bergerak.
Orang berbaju putih itu tersentak kaget juga melihat
kegesitan lawannya. Dengan amat tangkas ia menarik
kepalanya ke belakang, sehingga cengkraman orang itu gagal
memcapai wajahnya. Lalu sebelum lawannya itu sempat
menyusuli lagi dengan serangan lain, orang berbaju putih itu
cepat melangkah dua tindak ke belakang dan kembali di
tempatnya semula.
Orang yang baru datang itu juga tidak mengejar lebih jauh.
Masing-masing berdiri berhadapan kembali seperti tadi.
Masing-masing menatap lawannya dengan tajam, seolah-olah
ingin menjajaki kemajuan apa yang didapat oleh lawan selama
lima tahun tidak berjumpa. Selama ini, masing-masing merasa
telah memperoleh kemajuan yang pesat dalam ilmu masingmasing.
Tapi dalam gebrakan pertama tadi masing-masing
merasa pula bahwa pihak lawan juga telah mendapatkan
kemajuan dalam ilmu silatnya. Oleh karena itu tampaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keduanya menjadi lebih berhati-hati. Masing-masing tidak
berani gegabah dan memandang enteng lawannya lagi.
Sementara itu di balik tempat persembunyiannya Yang Kun
menggeleng-gelengkan kepalanya. Hatinya kagum bukan main
melihat ketangkasan dan kegesitan orang-orang itu. Inilah
baru benar-benar jago silat kelas satu. Gerakan mereka dalam
menyerang, mengelak, meloncat, berputar lalu berdiri tegak
kembali di tempat semula itu mereka lakukan dengan amat
cepat dan manis serta tidak lebih dari pada sekejap mata !
Betapa mengagumkan ! Melihat ini, jago-jago silat seperti para
pengemis Tiat-tung Kai-pang, para piauw-su Kim-liong Piauwkiok
dan gadis berbaju hitam itu menjadi seperti tidak ada
artinya lagi.
Orang berbaju putih itu tampak mengerahkan seluruh
tenaga dalamnya, sehingga beberapa saat kemudian tampak
semua keringat yang berada di badannya seperti menguap
menjadi kabut tipis di sekeliling tubuhnya. Bau dupa hio
tercium semerbak ke mana-mana.
“Hio-yen Sin-kang…..!” lawannya menggeram. “Kwa Sun
Tek ! Apakah engkau tidak dapat menunda dulu urusan kita ini
? Apakah engkau tidak mau memberi sedikit kesempatan
kepadaku untuk membuat perhitungan dengan Hek-eng-cu itu
?”
“Tidak bisa, Seng Kun ! Sebab bila kuberi kesempatan itu
kepadamu, selama hidup aku tidak akan bisa mengadakan
perhitungan denganmu…..” laki-laki berbaju putih yang
dipanggil dengan nama Kwa Sun Tek itu menggelengkan
kepalanya.
“Maksudmu…..?” pendatang baru yang ternyata adalah
pemuda ahli pengobatan itu bertanya menegaskan.
“Maksudku…. engkau tak mungkin hidup lagi bila
berhadapan dengan Ong-ya.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Bedebah bermulut lancang….! kalau begitu majulah kalian
berbareng ! Akan kulihat macam apa kepandaian kalian itu !”
Chu Seng Kun berteriak marah sekali.
Pemuda ahli pengobatan itu menerangkapkan kedua belah
telapak tangannya di depan dada. Tubuhnya tampak bergetar
menahan tenaga Pai-hud Sing-kang (Tenaga Sakti
Menyembah Buddha) yang tersalur ke seluruh badannya. Paihud
Sing-kang adalah ciptaan mendiang Bu-eng Sin-yok-ong
yang sakti.
Lalu bersama-sama dengan hentakan napasnya yang berat
Chu Seng Kun menyerang lawannya. Kedua belah telapak
tangannya yang tadi terkatup di depan dada ia lontarkan ke
depan dalam jurus Kim-hong-pai-thian (Burung Hong Emas
Menyembah langit) ! Jurus ke tiga dari ilmu silat andalan
mendiang Bu-eng Sin-yok-ong yang disebut Kim-hong-kunhoat
(Ilmu Pukulan Burung Hong Emas).
Udara hangat menerpa tubuh Kwa Sun Tek. Rasanya
nyaman dan nikmat ke dalam badan. Tapi orang itu tidak mau
lengah karenanya, sebab di balik kehangatan itu terkandung
bahaya yang dapat membawa maut. Cepat Hio-yen Sing-kang
yang telah ia persiapkan tadi ia salurkan ke lengan tangannya,
lalu dengan membentak keras kedua tangannya mendorong
ke depan untuk memapaki pukulan Chu Seng Kun.
Sebuah tenaga sedot yang luar biasa kuatnya seperti mau
menarik tubuh pemuda ahli pengobatan itu ke arah lawannya.
Tapi biarpun demikian, ilmu pukulan lawan yang bersifat aneh
itu tidak membuat pemuda itu menjadi takut atau tergetar
hatinya. Bagi seorang ahli pengobatan seperti dia, tak sebuah
hal pun yang membuat dirinya takut atau merasa aneh.
Apalagi dia memang sudah sangat mengenal ilmu silat
lawannya itu. Adik Kwa Sun Tek adalah calon istrinya. Dan
ilmu kepandaian Kwa Siok Eng, calon istrinya itu, tidak kalah
pula tingginya dengan lawannya ini.
“Deeessssssss…………..!!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua buah tenaga sakti yang berlainan sifatnya tetapi samasama
merupakan ilmu yang sukar dicari tandingannya, saling
berbenturan satu sama lain. Tampak asap mengepul dari
kedua pasang tangan mereka yang bertemu. Kwa Sun Tek
tampak terhuyung-huyung ke belakang dua tiga langkah,
sementara Chu Seng Kun tampak terseret pula dua langkah ke
depan oleh daya sedot lawannya yang aneh itu.
Lalu keduanya berdiri tegak kembali untuk mempersiapkan
diri.
Chu Seng Kun mengamat-amati kedua belah lengannya,
kalau-kalau pukulan Hiat-chuo-kun-hoat (Ilmu Pukulan
Penghisap Darah) lawannya dapat menembus pertahanannya.
Dan hatinya menjadi lega begitu melihat kedua lengannya
tetap dalam keadaan bersih, tak setetespun darahnya yang
merembes keluar dari kulitnya.
Sebaliknya Kwa Sun Tek juga meneliti keadaan di dalam
tubuhnya. Dan begitu terasa olehnya semua jalan darah dalam
keadaan normal dan tidak kurang suatu apa diapun menjadi
lega pula.
Beberapa saat kemudian kedua orang itu terlibat pula
kembali dalam sebuah pertempuran yang dahsyat. Mereka
sama-sama keturunan dari Datuk Besar Persilatan yang hidup
pada ratusan tahun yang lalu. Kwa Sun Tek adalah keturunan
Cui-beng Kui-ong dari Tai-bong-pai, sedangkan Chu Seng Kun
adalah keturunan Bu-eng Sin-yok-ong ! Masing-masing
mempunyai keistimewaan dan kehebatannya sendiri-sendiri.
Pertempuran itu benar-benar suatu pertempuran yang
hebat dan dahsyat. Masing-masing mengerahkan segala
kemampuannya. Kedua-duanya tidak membawa senjata.
Mereka bertempur dengan tangan kosong. Tapi dengan
tingkat kesaktian seperti mereka, tangan dan kaki sama juga
berbahayanya dengan senjata. Dengan tangan kosong mereka
mampu membelah batu dengan kakinya mereka mampu
meruntuhkan batu karang !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baru kali inilah Yang Kun dapat menyaksikan sebuah
pertarungan yang demikian hebatnya. Debu dan pasir, bahkan
kerikil dan batu-batu kecil yang berhamburan ke mana-mana
terlanda angin pukulan mereka. Sehingga sepintas lalu tempat
tersebut seperti sedang dilanda oleh angin puting beliung.
Bahkan batu besar tempat dia berlindung juga tidak luput dari
hamburan pasir dan batu tersebut. Dan lapat-lapat hidung
pemuda itu mencium bau hio yang menyesakkan nafas.
Orang berkerudung yang di kalangan persilatan dikenal
dengan sebutan Hek-eng-cu itu tampak pula menjauhi badai
pasir tersebut. Di dunia persilatan orang itu mendapat gelar
Hek-eng-cu, karena ilmu meringankan tubuhnya telah
sempurna, sehingga banyak orang yang hanya mampu
melihat bayangannya saja tanpa dapat mengenal siapa
dirinya. Meskipun demikian ternyata orang ini juga
menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ilmu meringankan
tubuh Chu Seng Kun yang mempesonakan itu.
Pek-in Gin-kang warisan Bu-eng Sin-yok-ong itu memang
bukan main hebatnya ! Untunglah aku memperoleh warisan
buku-buku pusaka itu. Kalau tidak, akupun takkan mampu
menghadapi Pek-in gin-kang (Ilmu Meringankan Tubuh Awan
Putih) pemuda ini.” Hek-eng-cu berkata di dalam hati.
Apa yang dikatakan oleh orang berkerudung itu memang
benar adanya. Satu-satunya kelebihan dari Chu Seng Kun atas
lawannya memang hanyalah ilmu meringankan tubuhnya yang
hebat itu. Kim-hong-kun-hoat (Ilmu Pukulan Burung Hong
Emas) yang dikeluarkannya ternyata tidak dapat menindih
Hiat-chuo-kun-hoat lawannya. Begitu pula tenaga Pai-hud-sinkangnya,
sedikitpun tidak bisa mengungguli Hio-yen-sin-kang
lawannya. Dalam segala hal mereka memang seimbang.
Maka dari itu Chu Seng Kun tidak menyia-nyiakan
kelebihannya itu. Ia mengerahkan Pek-in gin-kang
sepenuhnya sehingga lawannya menjadi repot dalam
mengembangkan ilmunya yang aneh dan mengerikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut. Dan akhirnya biarpun lambat pemuda itu dapat
mendesak laki-laki berbaju putih yang bernama Kwa Sun Tek
itu.
Diam-diam Yang Kun bersorak di dalam hatinya.
Kebalikannya, orang berkerudung itu tampak tegang dan
khawatir. Jari-jarinya yang panjang-panjang itu tampak
mencengkeram batu karang yang berada di sebelahnya.
“Gila ! Lihai benar bocah ini !” gumamnya perlahan.
“Duueesssssss……..!!”
Sekali lagi kedua buah pasang lengan mereka saling beradu
di udara.
Chu Seng Kun tergetar mundur tiga langkah, sementara
Kwa Sun Tek tampak terhuyung-huyung tidak dapat menjaga
keseimbangannya. Sejenak mereka saling berdiri beradu
pandang. Sedikitpun tidak ada tanda-tanda kelelahan setelah
sekian lamanya mereka mengadu tenaga.
Tiba-tiba Chu Seng Kun dikagetkan oleh perubahan gerakgerik
lawannya. Tampak oleh pemuda ahli obat itu lawannya
melipat kedua belah lengannya di depan dada seperti orang
yang kedinginan. Sedangkan tubuhnya yang kurus itu tampak
berdiri lurus seperti sebuah tonggak kayu yang tertancap di
atas tanah. Hanya yang sangat aneh tapi juga sangat
mengerikan adalah gerak-gerik dari tubuh yang kaku kejang
tersebut. Tubuh itu bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri
seperti tonggak pohon yang mau rebah karena tertiup badai.
Dan belum juga rasa kaget itu hilang, Chu Seng Kun
melihat tubuh yang kaku seperti mayat itu melayang ke arah
dirinya. Heran ! Bersamaan dengan tubuh lawan yang
melayang ke arah dirinya itu, Seng Kun merasa serangkum
hawa yang luar biasa dinginnya menerjang dan melibat
tubuhnya. Begitu dingin hawa tersebut sehingga rasa-rasanya
pemuda itu ingin melipat lengannya seperti yang dilakukan
oleh lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selain itu, Chu Seng Kun merasa adanya suatu perubahan
yang aneh pada alam sekelilingnya ! Udara seperti berubah
menjadi gelap dan suasana alam seperti berubah menjadi
sunyi. Padahal pemuda itu masih melihat bintang-bintang
yang bertaburan di langit. Dan bulanpun masih pula tampak
bersinar di angkasa.
“Hmm, sungguh gila ! Ini pengaruh dari ilmu Kwa Sun Tek
yang aneh itu. Bocah ini benar-benar telah mewarisi semua
ilmu iblis dari Tai-bong-pai!” Chu Seng Kun menggeram
didalam hatinya.
Pemuda ahli obat itu lalu teringat pada kata-kata yang
pernah diucapkan oleh Kwa Siong Eng, tunangannya, bahwa
salah sebuah ilmu rahasia dari Tai-bong-pai yang paling
mengerikan adalah Ilmu Silat Mayat Mabuk. Ilmu tersebut
sangat sukar dipelajari, karena harus mempergunakan ilmu
sihir dan ilmu hitam untuk melengkapinya. Hanya ayahnya,
ketua Tai-bong-pai, yang telah menguasainya. Ternyata
pemuda berbaju putih itu kini telah menguasainya pula.
Tapi Chu Seng Kun tidak mempunyai banyak waktu untuk
memikirkan ilmu silat lawan yang aneh itu. Beberapa detik
kemudian tubuh kaku dari lawannya telah meluncur tiba.
Bagai sebatang anak panah yang dilepaskan dari busurnya,
kepala dari Kwa Sun Tek menghantam ke arah dadanya.
Chu Seng Kun mengerahkan Pek-in ginkangnya untuk
meloncat dan menghindari serangan itu. Dan tubuh Kwa Sun
Tek meluncur lewat di sampingnya. Sehingga tubuh yang lurus
kaku itu menghujam ke arah batu besar di belakang Chu Seng
Kun dengan kepala terlebih dahulu.
Yang Kun hampir saja memejamkan matanya karena tak
ingin melihat kepala orang berbaju putih itu pecah berantakan
menghantam batu besar tersebut. Tapi mata yang telah
hampir terpejam itu menjadi terbelalak kembali ketika melihat
tubuh kaku Kwa Sun Tek itu membuat suatu gerakan aneh
dan menakjubkan sebelum membentur batu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa jengkal sebelum menghantam batu, kedua buah
lengan yang semula terlipat di dalam dada tiba-tiba
mengembang keluar. Bagaikan sepasang per baja, kedua buah
lengan itu melindungi kepala dan menahan daya luncur dari
tubuhnya.
“Dunggggg!”
Tubuh yang lurus dan kaku itu menekuk sebentar ketika
menghantam batu, lalu bagai seekor ulat daun, tubuh itu
melenting kembali ke arah Chu Seng Kun dengan kecepatan
yang berlipat ganda. Kali ini tubuh kaku itu meluncur dengan
kaki terlebih dahulu. Dengan deras dan kuat tumit itu
meluncur ke arah pinggang dan punggung Chu Seng Kun yang
terbuka.
Kembali Yang Kun menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pengalaman yang dilihatnya kali ini benar-benar sangat
berharga sekali. Tampak oleh Yang Kun orang berkerudung
yang berdiri tak jauh dari tempatnya itu juga menghela napas
kagum. Beberapa kali dilihatnya orang itu menganggukangguk,
sehingga tirai sutera hitam yang menutupi wajahnya
itu kelihatan melambai-lambai. Mungkin juga baru kali inilah
dia menyaksikan seluruh kepandaian dari pembantunya yang
dipercaya itu.
Gerakan melenting dan membalik dari Kwa Sun Tek itu
memang sangat aneh dan di luar dugaan semua orang.
Termasuk pula Chu Seng Kun yang menjadi sasaran dari
serangan tersebut ! Pemuda ahli pengobatan itu benar-benar
tidak menyangka bahwa lawannya akan menyerang lagi
dengan gerakan yang begitu aneh, sehingga ketika tumit itu
tinggal sejengkal lagi dari punggungnya, baru pemuda itu
menyadari akan keterlambatannya.
Dan keterlambatannya itu benar-benar dibayar mahal oleh
Chu Seng Kun. Tak ada kesempatan lagi buat pemuda ahli
pengobatan itu untuk mengelakkan serangan tersebut.
Padahal untuk menangkisnya juga sulit, karena harus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memutar tubuh dahulu baru menangkis. Sehingga satusatunya
jalan hanya menahan serangan itu dengan
pengerahan lweekangnya.
“Desssss………..!’
Kedua buah tumit Kwa Sun Tek tepat mengenai
sasarannya, sehingga tubuh Chu Seng Kun terbanting dengan
keras ke tanah. Untunglah dalam saat-saat terakhir pemuda
itu dengan Pek-in ginkang masih mampu menggeser
badannya, sehingga sasaran dari serangan tersebut bergeser
ke arah pundak dan siku tangannya.
Sekali sudah terbanting ke atas tanah, pemuda ahli obat itu
sudah tidak bisa memperbaiki posisinya lagi. Dan
lawannyapun tidak mau memberi kesempatan pula, sehingga
dalam keadaan terbaring Chu Seng Kun dicecar habis-habisan
oleh lawannya !
Tak ada kesempatan sedikitpun bagi Chu Seng Kun untuk
bangkit dari atas tanah. Bagai seekor cacing tanah yang
sedang dipermainkan oleh paruh burung bangau, pemuda itu
menggeliat ke sana ke mari untuk menghindari serangan
lawannya. Dan keadaan ini tak berlangsung lama. Beberapa
saat kemudian pemuda itu terpaksa tidak dapat menghindari
lagi serangan Ilmu Silat Mayat Mabuk itu.
“Desss……..!”
“Aughh………!”
Tersentak Yang Kun melihat pemandangan itu. Saking
kagetnya pemuda itu meloncat keluar dari tempat
persembunyiannya tanpa terasa, lalu dengan sigap
menghambur ke arena untuk menolong pemuda yang pernah
melepas budi kepadanya itu. Tampak oleh Yang Kun, orang
berbaju putih itu sudah bersiap-siap untuk melepaskan
serangan berikutnya.
“Berhenti………!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun berteriak sekuat tenaga. Tubuhnya yang
jangkung itu menyambar ke arah pertempuran dengan
dahsyatnya. Tangan kanannya terulur ke depan untuk
mencengkeram punggung laki-laki berbaju putih itu, dengan
maksud agar orang itu mengurungkan maksudnya menyerang
Chu Seng Kun yang sudah tidak berdaya.
Dan penampilan Yang Kun yang sangat tiba-tiba itu
memang mengagetkan semua pihak. Terutama orang berbaju
putih yang sudah siap dengan serangan mautnya. Orang ini
mengira bahwa kawan dari Chu Seng Kun telah datang untuk
menolong calon korbannya itu. Begitu pula orang berkerudung
yang sedari tadi menyaksikan pertarungan itu. Selain sangat
kaget karena tidak dapat mengetahui kehadiran Yang Kun
yang berada di balik batu tersebut, orang misterius itu juga
menyangka bahwa Yang Kun adalah kawan dari Chu Seng Kun
pula.
“Kwa-heng, awas di belakangmu…..!” Hek-eng-cu memberi
peringatan kepada pembantunya.
Orang berbaju putih itu merasakan pula hawa pukulan
Yang Kun yang tertuju ke arah punggungnya, tapi dia tidak
bergitu mengacuhkannya. Selain dia sangat percaya pada
kemampuan ilmunya, serangan yang tertuju ke arah
punggungnya itu masih terlalu jauh pula darinya. Sehingga ia
masih mempunyai banyak kesempatan untuk menangkis atau
menghadapinya setelah dia membereskan korbannya itu
terlebih dahulu.
Tetapi bukan main terperanjatnya orang berbaju putih itu.
Hampir-hampir dia tidak percaya pada apa yang telah terjadi.
Ternyata semuanya berjalan di luar dugaan, tidak seperti yang
telah dia bayangkan semula.
Semula Kwa Sun Tek berpikir bahwa ia masih mempunyai
banyak waktu untuk menghadapi serangan ke arah
punggungnya itu, karena orang yang menyerangnya itu masih
empat lima meter jauhnya dari tempat dia berdiri. Di luar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dugaan serangan itu ternyata justru datang lebih cepat dari
pada maksud hatinya untuk memukul mati Seng Kun ! Baru
saja tangannya bergerak ke atas, serangan yang tertuju ke
arah punggungnya itu telah menyelinap tiba !
Dengan tergesa-gesa Kwa Sun Tek meloncat menjauh
untuk menghindari cengkeraman lawannya yang baru tiba itu.
Tapi belum sempat juga ia berbalik, tahu-tahu punggung
bajunya telah kena dicengkeram lawan. Dan di lain saat
tubuhnya telah terlempar tinggi di udara.
Begitu mendarat lagi di atas tanah. Kwa Sun Tek
terlongong-longong tak habis mengerti. Dilihatnya orang yang
menyerang dirinya itu masih tegak berdiri dua tiga meter
jauhnya dari tempat dia berdiri tadi. Tapi….. benar-benar sial
dangkalan, mengapa punggung bajunya sampai kena
dicengkeramnya tadi ?
Hek-eng-cu yang dari semula selalu mengawasi gerak-gerik
Chin Yang Kun, tersentak kaget sekali setelah dengan jelas
dapat mengetahui siapa sebenarnya pemuda yang menolong
Chu Seng Kun itu. Tidak itu saja. Diapun mengetahui dengan
jelas apa yang telah terjadi dengan pembantunya itu sehingga
pembantunya tersebut terlempar ke udara.
“Kwa-heng…. kau tidak apa-apa, bukan ? Lihatlah anak
muda itu ! Dia…… dia…… bukankah dia Chin Yang Kun yang
dulu kau tangkap dan kita jebloskan ke penjara di bawah
tanah itu ?”
“Chin Yang Kun…..” laki-laki berbaju putih itu mendesah.
“Saudara Yang Kun……..” terdengar suara Chu Seng Kun
menyapa begitu mengetahui siapa yang telah datang
menolongnya.
Dengan tersenyum puas karena dapat menolong Chu Seng
Kun, Yang Kun menghampiri ahli pengobatan itu dan
membuatnya bangkit dari atas tanah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Chu twa-ko…. engkau tidak apa-apa bukan ?” Yang Kun
bertanya khawatir melihat muka Chu Seng Kun yang pucat.
Bibirnya membiru dan tubuh yang dipegangnya terasa dingin
bukan main.
“Jangan khawatir, aku tidak apa-apa……..! Ini hanya
pengaruh dari ilmu silat orang itu saja. Begitu aku terkena
pukulannya, tenaga Pai-hud Sin-kang yang kukerahkan
menjadi buyar sehingga pertahananku menjadi lemah.
Akibatnya pengaruh dari ilmu iblis itu memasuki diriku…..
Saudara Yang Kun, terima kasih ! Sebentar kalau aku telah
memakan obat, badanku tentu akan menjadi baik kembali.”
“Syukurlah kalau begitu…..”
Sementara itu Hek-eng-cu dan Kwan Sun Tek semakin
yakin kalau orang yang berada di depan mereka itu memang
benar-benar Chin Yang Kun adanya.
“Ong-ya, anak ini memang bocah yang kita cari dahulu…..
Tapi mengapa sekarang…..?”
“Benar ! Aku juga sangat heran ! Dari mana anak ini
memperoleh ilmu yang begitu dahsyat ? Kwa-heng tidak
melihatnya tadi….. ketika ia menyerang punggung Kwa-heng
dari kejauhan, lengannya mulur (memanjang) menjadi dua
kali lipat panjangnya ! Oleh karena itu biar Kwa-heng
meloncat pergi, tangan itu tetap mengejar juga.”
“Oh ? Jadi…. hmm ?!? Dan……. lwee-kang anak itu juga
hebat sekali ! Hio-yen Sin-kang yang siauw-te kerahkan
ternyata tidak berhasil membendung tenaganya.”
“Jika demikian kita memang harus berhati-hati
menghadapinya.”
“Ong-ya apakah kita akan menangkapnya sekali lagi untuk
memaksa agar dia mengaku di mana cap Kerajaan itu
disembunyikan ? Kita telah membongkar hampir semua goa di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
negeri kita, baik yang bernama goa harimau maupun yang
bukan, tapi benda itu tetap belum kita ketemukan.”
“Ya ! Tapi kita tidak boleh memandang rendah bocah itu
sekarang ! Kepandaian bocah itu ternyata telah meningkat
dengan hebatnya.”
Tapi belum juga mereka menggerakkan kaki untuk
melangkah, tampak Yang Kun dan Chu Seng Kun mendahului
tiba di depan mereka. Kedua orang ini tampak datang dengan
pandang mata merah penuh rasa dendam. Chu Seng Kun
yang telah menjadi baik kembali setelah minum obat, tampak
menatap Hek-eng-cu dengan mata menyala. Sementara Yang
Kun juga memandang mereka tanpa berkedip.
“Nah, Hek-eng-cu ! Di mana adikku kau sembunyikan ?
Lekas katakan !” teriak Chu Seng Kun kepada Hek-eng-cu.
Tidaklah mengherankan kalau Chu Seng Kun yang biasanya
tenang dan sabar itu kini dapat menjadi demikian kasar dan
marahnya. Ketenangan dan kesabaran hatinya telah habis
dimakan perasaan tegang dan khawatir selama berbulan-bulan
sejak ia berkelana ke seluruh pelosok negeri untuk mencari
jejak adiknya yang hilang. Apalagi usaha pencariannya itu
dapat dikatakan sebagai usaha yang sangat mustahil dan
penuh sia-sia. Sehingga pertolongan dari seorang kaisar
seperti Kaisar Hanpun tidak memperoleh hasil apa-apa.
Usaha pemuda itu dalam mencari adiknya dapat diibaratkan
sebagai mencari sebuah jarum yang terjatuh ke dalam
samodra luas. Sangat sulit dan mustahil diketemukan kembali
! Betapa tidak ? pemuda itu tidak mempunyai petunjuk sama
sekali, ke mana atau di mana adik perempuannya itu pergi.
Pemuda itu juga tidak mengetahui, apa yang menyebabkan
adiknya itu pergi meninggalkan rumah dan dengan siapa
adiknya itu pergi. Adiknya seperti hilang begitu saja dari muka
bumi ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Satu-satunya petunjuk yang dapat dipegangnya hanyalah
sebuah topi bambu lebar yang pada pinggirnya digantungi
kain sutera tipis berwarna hitam. Itupun kalau boleh dianggap
sebagai petunjuk. Karena topi tersebut hanyalah pemberian
dari seorang pemilik warung, yang merasa bahwa tempat
tinggalnya pernah dipakai oleh seorang laki-laki yang terlihat
oleh pemilik warung itu berjalan bersama dengan adiknya.
Tapi bagaimana mungkin untuk mencari pemilik topi
tersebut di antara jutaan penduduk di dunia ini ?
Tapi karena terdorong oleh perasaan sayang dan cinta
terhadap adiknya, membuat pemuda itu tidak pernah
mengenal perasaan putus asa. Biarpun kawan-kawannya yang
membantu dia telah putus asa dan menghentikan usaha
pencarian itu, ia tetap tekun dan terus mencari tanpa
mengenal lelah.
Thian agaknya merasa kasihan juga kepada pemuda itu,
sehingga akhirnya ketekunannya tersebut membuahkan hasil
juga. Ketika keluar dari kota Tie-kwan bersama-sama dengan
Kwa Siok Eng, tunangannya, dan nona Ho Pek Lian, murid
Kaisar Han, Chu Seng Kun menuju ke kota Lou-yang dan
menginap di kota itu. Mereka ingin memulai penyelidikan
mereka di kota tersebut.
Ketika Chu Seng Kun yang selalu tekun dan selalu
memanfaatkan setiap waktunya untuk mencari adiknya itu
secara kebetulan berjalan-jalan seorang diri di pinggiran kota,
matanya melihat seorang gemuk tinggi besar sedang berusaha
mengobati luka-lukanya. Sebagai seorang ahli obat Chu Seng
Kun menjadi sangat tertarik dengan mendekati orang itu.
Maksudnya hanyalah ingin membantu orang itu mengobati
luka-lukanya.
Tak disangkanya orang itu justru menjadi marah dan
mengusirnya pergi. Tentu saja keadaan itu membuat Chu
Seng Kun menjadi melongo keheranan. Sungguh aneh sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sikap orang itu ! Biasanya orang tentu sangat berterima kasih
apabila ada orang yang memperhatikan penderitaannya.
Oleh karena merasa penasaran atas sikap orang yang
sangat aneh itu, Chu Seng Kun secara diam-diam justru selalu
membayanginya. Dalam hati sebenarnya ia hanya ingin
mengetahui, apa sebenarnya yang menyebabkan sehingga
orang itu mempunyai kelakuan yang begitu anehnya.
Kemanapun orang itu pergi, Seng Kun selalu mengikutinya.
Begitu juga ketika orang itu berlari keluar kota dan menuju ke
arah bukit-bukit kecil yang melingkari kota tersebut.
Di sebuah kuil kosong yang telah hampir roboh karena
tidak terawat, orang itu berhenti. Kedua tangannya bertepuk
tiga kali, setelah itu dengan mendongakkan kepala ke atas
orang itu bersuit panjang satu kali. Lalu beberapa saat
kemudian dari dalam kuil terdengar suara nyaring yang
mempersilahkan orang itu masuk ke dalam kuil.
“Wan Li-heng (saudara Wan)…… silahkan masuk ! Kami
semua telah menanti Wan Lo-heng sejak tadi.”
Karena hari masih sore dan di sekitar tempat itu tidak ada
tempat berlindung yang baik, maka Chu Seng Kun tidak berani
mengikuti orang itu masuk ke dalam kuil. Chu Seng Kun
berlindung di antara semak-semak yang tumbuh tidak jauh
dari bangunan tersebut. Dengan sabar dia menanti di tempat
itu, biarpun sebenarnya hatinya ingin segera mengetahui apa
yang diperbuat oleh orang itu dan kawan-kawannya di dalam
kuil. Tetapi untuk berlari menyeberangi halaman kuil yg
terbuka itu terang tidak mungkin !
Tetapi sebelum hari menjadi gelap, orang yang tadi dia
ikuti telah melangkah keluar dari pintu kuil. Seng Kun segera
memasang matanya dengan seksama. dia ingin tahu, siapa
saja yang berada di dalam kuil tersebut. Dan…… kedua buah
matanya terbelalak lebar begitu melihat orang-orang yang
melangkah keluar dari dalam kuil tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa orang di antara mereka telah dikenalnya atau
diketahuinya dengan baik. Di antaranya adalah Si Tikus Tanah
Beracun dan tiga orang adik seperguruannya, yaitu Iblis
Kembar Jeng-bin Siang-kwi dan Si Gundul Ceng-ya-kang !
Adapun seorang lagi yang telah dikenalnya pula dengan baik
adalah Song-bun-kwi Kwa Sun Tek (Setan Berkabung) ! Yaitu
laki-laki rambut riap-riapan yang mengenakan baju putih
bersih itu.
Tapi yang membuat kaget dan terbelalak mata Chu Seng
Kun bukanlah orang-orang yang telah dikenalnya itu, tetapi
justru orang yang belum pernah dilihat maupun dikenalnya
malah.
Orang yang dimaksudkan itu berperawakan tinggi kurus
dan melangkah di samping Song-bun-Kwi Kwa Sun Tek.
Pakaiannya yang berwarna kelabu tua itu tertutup oleh sebuah
mantel hitam sampai di bawah lututnya. Tetapi bukan pakaian
maupun jubah mantelnya yang lebar itu yang membuat Chu
Seng Kun tergetar di dalam hati, tapi….. Topi lebar yang
dikenakan oleh orang itu !
Topi itu terbuat dari anyaman bambu yang sangat halus.
Dan pada pinggirannya terjuntai kain sutera tipis yang
menutupi wajah pemakainya. Otomatis Chu Seng Kun menjadi
teringat pada topi pemberian seorang pemilik warung
minuman kepadanya. Topi tersebut sampai sekarang masih
disimpan dengan baik dan rupa maupun bentuknya….. persis
dengan yang dipakai oleh orang yang sedang keluar dari kuil
itu !
Chu Seng Kun merasa dadanya seperti mau meledak saking
menahan perasaan gembira yang memenuhi seluruh rongga
hatinya. Ia seperti menemukan jarum yang selama ini dicaricarinya
di dalam gelombang samodra luas. Biarpun dalam
kegembiraannya kali ini dia juga tidak mau meninggalkan
kewaspadaannya. Dia tidak mau tergesa-gesa mencegat orang
itu untuk menanyakan persoalan adiknya. Sekarang orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang dikelilingi oleh tokoh-tokoh silat yang bukan
sembarangan. Mereka adalah iblis-iblis dari dunia persilatan
yang mempunyai kepandaian atau kesaktian yang tidak
lumrah manusia.
Begitulah, karena takut kehilangan jejak orang bertopi lebar
tersebut, Chu Seng Kun tidak sempat memberi tahu kepada
nona Ho dan tunangannya di penginapan. Dengan Pek-in
ginkangnya yang hebat pemuda itu membuntuti orang-orang
tersebut kemanapun mereka pergi, dengan sangat hati-hati
sekali.
Tujuh orang itu berlari-lari menyusup hutan keluar hutan
dan melalui tanah kosong serta perbukitan. Dan akhirnya
mereka masuk ke dalam sebuah lembah yang dikelilingi oleh
bukit-bukit yang tinggi. Beberapa orang bersenjata tampak
menyongsong mereka, kemudian bersama-sama dengan
ketujuh orang itu memasuki pintu gerbang lembah.
Chu Seng Kun terpaksa mencari tempat yang terlindung
dan menaiki bukit untuk masuk ke dalam lembah tersebut.
Dan…… Seng Kun melihat perkemahan orang-orang
bersenjata yang menebar di tanah yang luas ! Tampak pula
oleh Seng Kun ketujuh orang itu telah berada di suatu tanah
yang lapang, dikelilingi oleh ribuan orang bersenjata.
Seng Kun menjadi berdebar-debar hatinya. Pasukan apa
pula ini ? Mengapa ada pemusatan pasukan di tempat yang
tersembunyi begini ? Pasukan siapakah gerangan ? Tak
mungkin kalau orang-orang ini adalah pasukan pemerintah,
karena pasukan kerajaan maupun pasukan para kepala daerah
tentu memakai seragam dan perlengkapan perang yang
komplit. Sedangkan pasukan yang berada di lembah itu
tampak bercampur baur serta tak berseragam. Sepintas lalu
seperti kumpulan orang-orang kang-ouw (persilatan) yang
sedang berkumpul untuk memilih seorang beng-cu (pemimpin
rakyat) !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Malam itu Chu Seng Kun terpaksa tidur di atas pohon.
Maksud hatinya untuk bertemu empat mata dengan orang
berkerudung itu belum dapat terlaksana. Orang itu selalu
dikelilingi oleh kawan-kawannya !
Menjelang pagi Seng Kun dikejutkan oleh langkah kaki
beberapa orang yang lewat di bawah pohon tempat dia
berlindung. Ketujuh orang yang dibuntutinya itu tampak
sedang pergi meninggalkan lembah itu lagi. Dengan tergesagesa
Seng Kun turun dari atas pohon dan mengikuti langkah
mereka.
Ketujuh orang itu berlari menuju ke arah sungai dan
menyewa sebuah perahu besar. Chu Seng Kun terpaksa
menyewa sebuah perahu pula. Mereka berperahu hampir
sepanjang hari. Beberapa buah dusun dan kota telah mereka
lewati, sehingga akhirnya pada suatu sore hari perahu orangorang
itu berlabuh di suatu perkampungan kecil.
Ketujuh orang itu turun dari perahu dan kembali berlari-lari
melintasi bukit dan pegunungan. Dan akhirnya mereka
berhenti di kaki sebuah bukit terjal yang mempunyai puncak
menembus awan. Satu persatu mereka merembet naik.
Chu Seng Kun yang selalu mengikuti langkah mereka juga
turut memanjat tebing itu pula. Sampai di atas tampak oleh
pemuda itu sebuah gua besar yang menghadap ke arah timur.
Mulut gua itu menyerupai mulut seekor harimau yang sedang
menganga.
Tempat itu benar-benar sangat sepi. Ketujuh orang yang
telah naik terlebih dahulu tadi tak seorangpun yang kelihatan.
Agaknya mereka telah masuk semua ke dalam gua tersebut.
Biarpun hatinya sangat berhasrat untuk melihat ke dalam. tapi
Chu Seng Kun tidak berani secara gegabah memasuki gua itu.
Pemuda itu memilih di luar saja menunggu mereka.
Bintang tampak mulai bermunculan di langit. Sinarnya yang
berkelap-kelip itu ternyata mampu mengusir kegelapan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelubungi bukit terjal tersebut, sehingga Seng Kun dapat
melihat dengan jelas seluruh permukaan bukit itu.
Dengan hati tegang Seng Kun duduk mengawasi ke arah
mulut gua. Dan baru pada saat menjelang tengah malam
orang-orang itu keluar lagi dari dalam gua. wajah mereka
kelihatan lesu, marah dan kecewa.
“Gila ! Mungkinkah pemuda itu membohongi aku ?” tibatiba
orang yang pertama-tama dibuntuti Chu Seng Kun itu
mengeram marah.
Sambil melangkah ke tempat di mana mereka tadi
memanjat tebing, kawan-kawannya menyabarkan orang itu.
“Sudahlah, Wan Lo-heng ! Mungkin yang dimaksudkan oleh
pemuda itu bukanlah Goa Harimau Gunung) ini. Mungkin yang
dimaksudkan adalah Goa Harimau yang lain.” Tee-tok-ci yang
berperawakan kecil itu menghibur dengan suaranya yang
nyaring.
“Benar……! Rasanya memang tidak mungkin kalau bocah
itu sampai membohongi Wan Lo-cianpwe. Sandiwara yang
Wan Lo-cianpwe lakukan waktu itu sungguh sangat hebat,
sampai aku sendiri juga tidak menyangka maupun
menduganya.” Song-bun-kwi Kwa Sun Tek ikut meredakan
kemarahan orang itu.
“Tentu saja Kwa-sicu tidak akan menduga akan hal itu,
karena sandiwara itu memang telah dipersiapkan oleh Ong-ya
untuk menjebak bocah she Chin itu. Kami sebelumnya juga
belum pernah mengenal Wan Lo-heng ! Baru setelah Ong-ya
menemui kami dan Tee-tok-ci suheng serta memberi perintah
tentang rencana jebakan itu kami berkenalan dengan Wan Loheng,”
salah seorang dari Jeng-bin Siang-kwi berkata sambil
tersenyum ke arah kawannya yang berbaju putih tersebut.
Orang berkerudung yang selalu diincar oleh Chu Seng Kun
itu tampak menghentikan langkahnya, kemudian kepalanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tertutup oleh kerudung hitam itu menoleh kepada orang
yang dipanggil dengan nama Wan Lo-heng tersebut.
“Wan Lo-heng jangan cepat menjadi kecewa ! Perkataan
saudara-saudara kita ini memang benar. Marilah kita pergi ke
Laut Timur ! Aku pernah mendengar bahwa di salah satu
pantainya juga terdapat sebuah goa yang bernama Goa
Harimau. Mungkin goa itulah yang dimaksudkan oleh pemuda
itu.”
Demikianlah, dengan terpaksa Chu Seng Kun mengikuti
mereka kembali ke arah yang mereka tuju. Pemuda itu selalu
berharap bahwa sekali waktu orang berkerudung tersebut
pergi meninggalkan teman-temannya barang sebentar agar ia
dapat berhadapan muka satu lawan satu. Tapi harapannya itu
tidak pernah terlaksana. Orag itu kelihatannya sangat
diagung-agungkan oleh teman-temannya, sehingga
kemanapun orang itu pergi tentu ada beberapa orang yang
menemaninya.
Jilid 8
SELAIN bingung memikirkan siapa sebenarnya wajah di
balik kerudung itu, Chu Seng Kun sangat kaget melihat apa
yang dilakukan oleh kelompok tujuh orang tersebut di
sepanjang perjalanan mereka. Hampir di setiap tempat
ketujuh orang itu tentu mengunjungi tempat-tempat
pemusatan pasukan liar yang tersembunyi di daerah sepi dan
jarang dikunjungi orang. Lambat-laun Chu Seng Kun menjadi
curiga juga. Kelihatannya orang-orang itu telah
mempersiapkan sebuah pemberontakan terhadap kekuasaan
pemerintah. Tak mungkin kelompok-kelompok pasukan orang
bersenjata yang sedemikian banyak dan di tempatkan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbagai daerah seperti yang dilihatnya itu hanya merupakan
sebuah pertemuan antara orang-orang persilatan. Orangorang
itu tentulah merupakan sebuah kekuatan yang
dipersiapkan untuk melakukan suatu hal yang besar dan
hebat. Dan satu-satunya kemungkinan yang paling tepat
adalah...... sebuah pemberontakan !
Chu Seng Kun mengikuti mereka sampai di daerah pantai
Laut Timur. Dengan lebih meningkatkan kewaspadaannya
pemuda itu selalu membayang-bayangi ketujuh orang
tersebut, karena di tempat yang terbuka seperti itu sungguh
sangat berbahaya baginya. Orang-orang itu berjalan
menyusuri pantai untuk mencari goa yang mereka maksudkan.
Tapi setelah berhari-hari mereka menyusuri pantai, goa itu
baru mereka ketemukan. Dan kali inipun mereka dikecewakan
lagi dengan kenyataan bahwa di dalam goa tersebut juga tidak
mereka dapatkan benda yang mereka cari-cari itu. Kemudian
ketujuh orang itu pergi meninggalkan daerah pantai tersebut
dan mengembara kembali untuk mencari sebuah goa yang
bernama Goa Harimau. Dan seperti seekor anjing pelacak
yang baik Chu Seng Kun membuntuti mereka dengan sabar
dan tekun. Berbulan-bulan mereka berjalan dari tempat yang
satu ke tempat yang lain, hingga akhirnya mereka tiba di
dekat kota raja. Dan secara kebetulan ketujuh orang tersebut
saling berpisah pula di tempat itu. Masing-masing mendapat
tugas dari orang berkerudung tersebut untuk memeriksa dan
melihat keadaan pasukan-pasukan mereka sehubungan
dengan terjadinya bencana gempa bumi dua hari yang lalu.
Dan saat yang seperti itulah yang sangat dinanti-nantikan
oleh Chu Seng Kun. Berhadapan muka satu lawan satu
dengan orang berkerudung itu! Tapi ternyata kali ini Chu Seng
Kun salah duga lagi. Kalau selama ini dia dapat membayangbayangi
mereka hal itu disebabkan oleh karena mereka selalu
berjalan bersama-sama. Sehingga masing-masing dari mereka
tidak pernah mempergunakan gin-kang mereka secara
sepenuhnya. Tapi begitu tinggal berjalan seorang diri, orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkerudung itu ternyata tancap-gas dengan ginkangnya!
Sebentar saja orang itu hilang lenyap dan pandang matanya,
sehingga Chu Seng Kun yang keturunan jago ginkang nomer
wahid di dunia itu menjadi kehilangan jejak sama sekali!
Tentu saja Chu Seng Kun menjadi penasaran sekali. Jerih
payahnya selama ini ternyata lenyap begitu saja. Berbulan
bulan dia hidup seperti orang gila, makan tak teratur tidurpun
tak tentu sehingga tubuhnya menjadi kurus kering dan
matanya cekung. Tapi begitu kesempatan itu terpampang di
depan mata, buruan itu lenyap tanpa dia sanggup
menahannya. Dapat dibayangkan betapa sakit dan penasaran
hatinya! Ingin rasanya dia menangis. Tahu begitu, lebih baik
dia menggasak orang itu dulu-dulu! Tak perduli orang tersebut
berkawan atau tidak!
Chu Seng Kun menjadi teringat kembali pada tunangannya
yang ditinggalkan di kota Lou yeng tanpa pamit itu. Ah, gadis
itu tentu bingung mencarinya. Apa lagi sampai berbulan bulan
dia tak memberi kabar maupun berita apa apa. Ah, janganjangan
gadis yang sangat mencintainya itu menjadi pendek
pikiran. Tapi…..tapi disana ada nona Ho Pek Lian yang tentu
dapat menghiburnya dan mengawaninya! Hmm, ternyata
kekhawatirannya terhadap nasib adik satu-satunya itu
membuat dia melupakan segala-galanya. Sampai-sampai
keadaan dirinya sendiripun juga dilupakannya!
Bagaikan orang yang tidak waras pemuda itu berputarputar
di daerah tersebut untuk mencari-cari orang
berkerudung yang lenyap dari depan matanya. Oleh karena itu
dapat dimengerti kalau di depan telah diceritakan betapa
marah dan kasarnya pemuda itu ketika dapt menemukan
kembali buruannya di dekat mata air baru tersebut! Marah dan
penasaran, tapi juga lega!
“Hek-eng-cu….dimana adikku kausembunyikan? Katakanlah
lekas!” Chu Seng Kun mengulangi bentakannya.
Orang berkerudung itu kelihatan tersinggung hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Huh, mengapa kautanyakan hal itu kepadaku?
Apakah…..?”
“Diam! Jangan mungkir! Lihat, benda apakah ini?” Chu
Seng Kun membentak lagi dengan keras.
Tangannya merogoh buntalan yang berada di atas
punggungnya, lalu mengambil sesuatu dan membantingnya di
depan orang tersebut.
Hek-eng-cu hampir terlonjak saking kagetnya. Di depannya,
diatas tanah, terlentang sebuah topi lebar yang serupa benar
dengan topi kerudung yang sekarang dikenakan di atas
kepalanya. Oleh karena itu mulutnya menjadi terdiam tak bisa
berkata apa-apa.
"Seseorang telah memberi tahu kepadaku, bahwa orang
yang membawa pergi adik perempuanku ialah orang yang
selalu mengenakan topi khusus seperti ini. Setahun lebih aku
berkelana di seluruh pelosok negeri, kulihat dan kuselidiki
semua tokoh persilatan yang ada, ternyata hanya engkaulah
yang mengenakan tanda khusus seperti ini. Oleh karena itu
engkau tidak bisa mengelak lagi …..”
“Benar! Akulah yang menculik gadis ayu itu ! Nah, engkau
mau apa? Membalas dendam? He-he…kalau begitu….ayolah!
kuantar sekalian kau menyusul dia ke akherat!”
“A-apa k-katamu…..? kau….kaua-apakan adikku?” Chu
Seng Kun tergagap.
“Kubunuh! Kubunuh dia setelah kuperkosa lebih
dahulu…..!” jawab orang berkerudung itu menyakitkan hati.
Wajah pemuda yang cekung kurus itu seketika menjadi
pucat! Jantungnya seakan copot dengan mendadak sehingga
aliran darahnya juga seakan berhenti mengalir pula! Bibirnya
tampak bergetar, tapi tak sebuah suarapun yang terucapkan!
Lidahnya keluar, matanya melotot!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Bangsat….!” Akhirnya bibir itu mengeluarkan suara serak
dan perlahan.
Ternyata Hek-eng-cu tidak menyia-nyiakan kesempatan
tersebut. Selagi lawannya dalam keadaan kaget dan berdiri
mematung seperti orang kehilangan akal, ia menyerang
dengan sepenuh tenaganya. Memang agaknya dia tidak ingin
membuang-buang waktunya di tempat itu. Maka sekali
gempur dia ingin membinasakan Chu Seng Kun.
Perbawa dari pukulan orang itu memang benar-benar
menggiriskan ! Tidak heran kalau orang-orang sakti seperti
Song bun-kwi, Tee tok-ci, Jeng bin Siang-kwi dan yang lainlain
sampai begitu mengagung-agungkan dan begitu tunduk
kepadanya. Perbawa dari pukulan yang kini sedang
dilontarkan ke arah Chu Seng Kun itu ternyata tidak hanya
dirasakan oleh pemuda ahli obat tersebut tetapi juga
dirasakan oleh orang-orang yang sekarang berada di tempat
itu. Termasuk pula Chin Yang Kun dan Song-bun-kwi Kwa Sun
Tek!
Setiap orang yang sekarang berdiri di sekitar orang
berkerudung tersebut merasa seolah-olah dari segala penjuru
bertiup angin badai yang menggencet ke arah diri mereka
masing-masing, sehingga tubuh mereka seperti terpaku di
atas tanah tempat mereka berpijak. Sukar sekali rasanya
untuk menggerakkan anggota badan mereka.
”Pat-hong-sin-ciang (Tangan Sakti Delapan Penjuru)…..!"
Song-bun-kwi berbisik perlahan.
Dapat dibayangkan, jikalau yang lain saja sampai
merasakan kehebatan ilmu tersebut, apalagi Chu Seng Kun
yang langsung menjadi sasaran dari pada ilmu pukulan itu.
Lebih lebih pemuda itu kini sedang dalam keadaan bengong
ditempatnya!
Untunglah Yang Kun yang sedari tadi selalu
memperhatikannya segera bergerak menolong. Lebih dahulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu mengerahkan Liong cu-I-kangnya untuk mengusir
pengaruh ilmu lawan yang mengerikan tersebut, setelah itu
baru dia maju menyongsong pukulan lawan dengan kedua
belah tangannya.
Di balik kain kerudungnya Hek-eng-cu tersenyum
menghina. Anak muda ini sungguh tidak melihat tingginya
langit, sehingga berani menyongsong pukulannya yang
dahsyat. Jangankan baru bocah kemarin sore seperti dia,
sedang orang-orang sakti seperti mendiang Empat Datuk
Besar Persilatan itu jika masih hidup tentu harus berpikir
seribu kali bila ingin adu tenaga dengan dirinya!
"Bresss..... !!"
Yang Kun merasakan sebuah kekuatan yang maha dahsyat
menghantam dadanya dan menghimpit seluruh urat urat
darahnya. Untuk sesaat pemuda itu menjadi gelagapan seperti
anak ayam terbenam di dalam empang. Tubuhnya yang
jangkung itu bergetar menahan Pat hong-sin-ciang yang maha
hebat!
Memang. Betapapun tingginya tenaga Liong-cu-i-kang yang
kini terkandung di dalam tubuh Yang Kun, tapi pemuda itu
belum dapat menyesuaikan dirinya, sehingga kekuatan
tersebut belum mampu dia kendalikan maupun dia
pergunakan menurut keinginan hatinya. Dapat diibaratkan
sebagai sebuah pusaka yang ampuh, kehebatan maupun
kedahsyatannya akan tetap tersembunyi bila berada di tangan
seorang yang belum dapat menjiwai dan mengungkapkannya.
Antara orang dan pusaka itu harus terdapat suatu pertalian
jiwa dan persenyawaan yang sangat erat ! Dan hal seperti itu
tentu saja harus membutuhkan waktu dan usaha yang lama.
Padahal Yang Kun baru mendapatkan tenaga sakti itu dua hari
yang lalu.
Meskipun demikian, Liong-cu-i-kang memang bukan ilmu
yang sembarangan. Apalagi telah dipupuk dan dihimpun
selama seratus tahun lebih oleh orang sakti seperti Chin Hoa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Kedahsyatan dan keampuhannya tak dapat diragukan lagi.
Oleh karena itu biarpun berada di tangan seorang yang belum
berpengalaman seperti Chin Yang Kun, kehebatannya toh
masih terpancar pula dengan sendirinya !
Ketika tangannya beradu dengan tangan Hek eng-cu, untuk
sesaat Yang Kun memang menjadi gelagapan seperti anak
ayam tercebur ke kolam. Tapi sesaat kemudian tenaga sakti
Liong-cu-i-kang yang tersimpan di dalam tubuhnya meronta
dengan dahsyat dan menggempur gencetan Pat-hong-sinciang
lawan bagai seekor ayam aduan yang membalas
sabetan Iawan dengan tajinya!
Akibatnya, orang berkerudung itulah kini yang menggelepar
seperti ayam jago kalah perang. Senyum hina yang tadi
terlukis di balik kerudungnya seketika lenyap bersama dengan
terbantingnya dia dari tempatnya berdiri. Mata di balik
kerudung itu juga melotot seakan tak percaya pada apa yang
telah terjadi ! Pat-hong-sin-ciang yang dibanggabanggakannya
itu ternyata dengan mudah digempur oleh
kekuatan lawan yang masih sangat muda tersebut.
Song-bun kwi Kwa Sun Tek melompat ke depan untuk
menolong kawannya, tapi Hek-eng-cu dengan tangkas telah
berdiri tegak kembali. Tak seorangpun mengetahui apa yang
tersimpul pada wajah yang terbungkus oleh kerudung hitam
tersebut. Yang terang orang itu seperti menggigil menahan
suatu perasaan yang tak tertahankan. Kadang-kadang secara
tidak sadar jari-jarinya tampak berusaha menggaruk kulit
tubuhnya yang terbungkus mantel jubah yang lebar itu,
seakan di balik baju dan mantelnya tersebut telah bersarang
kutu dan semut gatal. Tentu saja kawannya merasa heran
sekali melihatnya !
Tapi sebelum semuanya menyadari apa yang telah terjadi,
orang berkerudung itu telah menyambar lengan pembantunya
dan lenyap ditelan oleh redupnya malam. Ketika Yang Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud untuk mengejar Chu Seng Kun segera
mencegahnya.
"Percuma ! Orang itu mempunyai ilmu meringankan tubuh
yang dinamakan orang Bu-eng Hwe-teng ! Sebuah ilmu sakti
yang dahulu pernah dipunyai oleh mendiang Bit-bo-ong. Tak
seorang pun di dunia ini yang mampu mengejarnya apa bila
dia sudah berlari begitu !"
"Tapi... bagaimana dengan., dengan nona…..?”
"Adikku? Saudara Yang Kun terima kasih! Terima kasih atas
perhatian saudara terhadap adikku. Yang-hiante tentu juga
dapat merasakan betapa dendamku pada orang berkerudung
itu. Dia telah… ohh, lihat… aku tentu akan membunuhnya
sendiri nanti! Tapi aku sudah terluka, padahal dia sakti bukan
main. Entah dari mana asalnya, ternyata orang itu kini
mewarisi semua ilmu-ilmu iblis dari Si Raja Kelelawar Bit-boong
almarhum lengkap dengan seluruh ciri-ciri
kebesarannya…”
"Lalu... , mengapa kita melepaskannya? Belum tentu kita
akan kalah!"
"Sudahlah, Yang-hiante! Aku percaya pada suatu saat tentu
akan kuketemukan juga dia, lambat atau cepat. Tapi aku
harus bersabar dan tidak boleh bertindak sembrono apabila
aku ingin berhasil dalam membalas dendam terhadapnya.
Karena salah-salah aku bisa gagal atau menjadi korbannya.
Oleh karena itu sekarang yang harus aku perbuat adalah
mengobati lukaku, kemudian membenahi ilmu silatku. Baru
setelah itu aku akan mencarinya lagi untuk membunuhnya !
Dan aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa orang itu akan
dengan..... cara yang sangat sengsara sekali!”
Chu Seng Kun mengakhiri keterangannya dengan nada
yang mengerikan sekali, sehingga Yang Kun yang
mendengarkan kata kata itu menjadi meremang bulu
kuduknya. Kalau yang mengucapkah kata seperti itu adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang lain, mungkin Yang Kun tidak akan merasa ngeri seperti
itu. Tapi karena yang mengucapkan sekarang adalah Chu
Seng Kun, seorang ahli pengobatan yang ia kenal sangat
sabar dan lemah lembut, maka Yang Kun ikut merasa seram
pula mendengarnya. Tapi dengan demikian Yang Kun semakin
bisa merasakan, gejolak apa yang sebenarnya sedang bergulat
di dada pemuda ahli pengobatan itu. Hanya karena cara
berpikirnya yang telah matang itu saja yang membuat Tabib
muda itu mampu mengendalikan perasaannya.
Yang Kun membuang napas dengan berat. Ia sangat
terpengaruh akan perkataan Chu Seng Kun tersebut sehingga
dia menjadi urung menceriterakan persoalannya sendiri yang
mungkin juga akan melibatkan orang berkerudung itu pula.
"Yang-hiante... sebelumnya kita belum pernah saling
mengenal sama sekali. Tapi agaknya Tuhan telah menakdirkan
kepada kita untuk saling bersahabat dan saling menolong. Dua
kali kita bertemu dan kedua pertemuan itu benar-benar sangat
bermanfaat bagi kita masing masing. Eh .... kemana saja
Yang-hiante selama beberapa bulan ini? Agaknya Yang-hiante
telah memperdalam ilmu silat serta tenaga dalam yang hilang
itu, benarkah? Kulihat lweekang Yang-hiante telah pulih
kembali malah kurasa menjadi lebih hebat malah! Hek eng-cu
yang tersohor dengan Pat-hong-sin ciangnya yang berbau sihir
itupun dapat saudara gertak dengan sekali pukul."
Yang Kun mengangguk biasa. Sedikitpun tidak ada tandatanda
kalau dia merasa senang dengan kemenangannya itu.
"Chu twako, siauw-te memang merasa penasaran sekali
atas lenyapnya Iweekang siauw-te dahulu itu. Maka siauw-te
lantas mencari tempat sepi untuk mempelajari kembali apa
yang telah hilang itu,” pemuda itu berbohong.
Sebenarnya Chu Seng Kun kurang begitu mempercayai
jawaban tersebut, tapi sebagai orang yang tidak mau
mencampuri urusan pribadi orang lain maka dia tidak
mengurusnya lebih lanjut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu ke mana tujuan Yang-hiante sekarang?” tanyanya
untuk mengalihkan pembicaraan mengenai hal itu.
Tiba-tiba Yang Kun mengertakkan giginya.
"Seperti juga dengan Chu-twako, siauw-tepun sedang
mencari musuh besar yang telah menganiaya siauw-te dan
keluarga siauw-te!" geramnya keras.
Suasana menjadi hening kembali. Masing-masing sibuk
dengan khayalan mereka sendiri-sendiri. Mendadak terdengar
suara ketawa riuh di kejauhan yang mengagetkan mereka.
Yang Kun tiba-tiba menjadi teringat akan maksudnya semula,
yaitu untuk menghajar para perampok yang menculik dan
menduduki dusun sebelah!
"Chu-twako! Suara itu adalah suara para perampok yang
sedang berpestapora di dusun sebelah. Menurut beberapa
orang penduduk yang tadi siauw-te temui, mereka telah
mengganggu dan menculik gadis-gadis di daerah ini. Maka
siauw-te saat ini sebenarnya sedang dalam perjalanan ke
tempat itu."
“Hah? Ada perampok di dekat kota raja? Gila, orang-orang
itu benar benar sangat berani! Agaknya mereka
memanfaatkan keadaan saat ini, dimana kaisar dan para
perajuritnya tentu sedang sibuk dengan urusan mereka sendiri
sendiri akibat malapetaka gempa itu. Huh, Yang-hiante!
Marilah, kita pergi bersama-sama ke sana ! Akupun paling
benci dengan segala macam perampok !"
Kedua orang pemuda yang sama-sama jangkungnya itu
bergegas pergi menuju ke tempat para perampok itu
berpestapora. Masing-masing mengerahkan ginkang mereka
yang tinggi.
Tetapi baru saja mereka menginjakkan kakinya di jalan
besar yang menuju ke dusun itu, telinga mereka dikejutkan
oleh suara keleningan kuda yang datang dari arah utara. Chu
Seng Kun yang berada di sebelah depan cepat menghentikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
larinya, sehingga Chin Yang Kun juga ikut berhenti pula di
sampingnya.
"Sebentar, Yang-hiante! Kita lihat dulu siapa yang datang.
Jangan-jangan Hek-eng-cu kembali lagi dengan membawa
teman-temannya. Mari kita bersembunyi dahulu!”
Begitu kedua orang tersebut meloncat ke dalam semak
semak yang tumbuh di pinggir jalan, dari utara muncul
seorang gadis muda berpakaian dan berdandan sangat mewah
sedang menuntun kuda yang didandani dengan sangat mewah
juga. Agak jauh di belakangnya tampak berjalan dua gadis
pula. Hanya dandanan kedua orang gadis itu biarpun bersih
tapi tidak semewah gadis yang menuntun kuda tersebut.
Kedua orang gadis masing-masing juga menuntun kuda pula.
Hanya bedanya kuda yang mereka tuntun itu juga tidak
didandani dengan mewah seperti kuda yang didepan itu.
Chu Seng Kun dan Chin Yang Kun mengawasi ketiga orang
gadis itu dengan heran. Keduanya sibuk menduga duga,
mengapa ketiga orang gadis itu membiarkan kuda mereka
berjalan tanpa menungganginya? Apakah mereka takut
mengendarai kuda pada malam hari dan takut terperosok ke
dalam semak atau lubang yang dalam? Tapi saat itu suasana
cukup terang benderang. Bintang dan bulan tampak bersinar
dengan cemerlang diatas langit.
Semakin dekat dengan tempat persembunyian mereka,
semakin jelas pula wajah dan dandanan mereka.
Gadis yang berjalan di depan itu ternyata sangat cantik
sekali dan benar-benar masih muda belia. Umurnya tentu
tidak lebih dari pada enam belas tahun. Pakaiannya terbuat
dari kain sutera halus yang dihiasi dengan berbagai macam
perhiasan yang mahal-mahal. Sedangkan rambutnya disanggul
dan dikepang menjadi dua bagian. Beberapa buah tusuk
kundai emas yang dihiasi dengan batu-batu giok yang mahal
tampak menancap di sanggulnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lengannya yang putih dan halus itu penuh dengan gelanggelang
emas yang bermatakan intan berlian, sehingga di
bawah sinar bulan dan bintang, lengan itu seperti dihinggapi
ribuan kunang-kunang yang gemerlapan !
Gadis cantik itu menuntun seekor kuda putih yang tegar
dan gagah. Tubuhnya yang panjang mengkilap dengan otot
yang keras melingkar-lingkar itu menandakan kalau kuda
tersebut adalah seekor kuda yang hebat. Apalagi dengan
pelana dan hiasan kendali yang bertaburan batu-batu
permata, membuat kuda itu semakin terlihat gagah dan
anggun.
Sayangnya kuda itu berjalan dengan kaki pincang. Kaki
depan yang sebelah kiri tampak membengkak di bawah
lututnya. Mungkin hal itulah yang menyebabkan gadis itu tidak
mau menaikinya. Beberapa kali kuda itu memperdengarkan
rintihannya sehingga beberapa kali pula gadis cantik itu
menghentikan langkahnya guna membujuk dan membelai
kuda tersebut.
Dua orang gadis yang berjalan beberapa Iangkah di
belakang itu ternyata berpakaian seperti seorang pelayan.
Masing-masing juga menuntun kuda berwarna coklat yang
kelihatan tegap pula biarpun tidak secantik dan segagah kuda
putih itu. Dan melihat sepintas lalu Yang Kun dan Seng Kun
sudah dapat menduga kalau kedua gadis itu adalah pelayan
dari gadis cantik itu.
"Chu-twako, gadis ini benar-benar tidak mengenal bahaya !
Masa dalam suasana yang keras dan banyak orang jahat
seperti ini malah mempertontonkan kekayaannya ke manamana,”
Yang Kun berbisik perlahan.
"Benar! Baru kuda putih yang dibawanya saja setiap orang
tentu mengincarnya. Kuda itu tentulah seekor kuda mustika
yang mampu berlari seribu lie dalam sehari….” Chu Seng Kun
mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Dan celakanya gadis itu justru berjalan menuju ke dusun
yang sedang diduduki oleh para perampok itu!” sambung Yang
Kun dengan perasaan khawatir. “Chu twako, apakah kita akan
menghentikannya dan memberi tahu tentang bahaya yang kini
berada di depan matanya?”
Chu Seng Kun tersenyum menyaksikan kekhawatiran
kawannya itu.
“Yang-hiante, kenapa hiante menjadi repot amat? Kalau
kita secara tiba-tiba lalu menghadangnya, apakah bukan kita
sendiri yang akan dia curigai sebagai perampoknya? Ingat,
hari telah malam dan kita belum saling mengenal dengan
gadis itu….”
“Wah…..lalu bagaimana yaa…..?”
“Yaa biarkan saja mereka berlalu…..! kemudian kita nanti
berjalan agak jauh di belakangnya, sambil bersiap-siap untuk
menolongnya apabila mereka mendapat kesukaran di dusun
itu. Bagaimana Yang-hiante?”
Yang Kun menunduk sambil mengerutkan alisnya, lalu
kembali mendongak ke depan.
“Terserah Chu twako sajalah….”
Keduanya lalu duduk kembali di atas rumput. Celakanya,
ketiga orang gadis itu justru datang mendekati semak-semak
yang kini sedang mereka pakai untuk bersembunyi, lalu duduk
bersama melepaskan lelah di atas batu di depan semak
tersebut. Bau harum semerbak menyentuh hidung mereka
sehingga udara yang mereka isap seakan bertambah segar.
"Bersabarlah untuk beberapa saat lagi, Hong ma ! Kota raja
sudah tidak jauh lagi dari sini. Di sana tentu banyak tabib
yang akan dapat mengobatimu....." gadis cantik itu menghibur
sambil membelai kepala kuda putihnya.
Kedua orang pelayan itu tampak sibuk dengan barang
bawaan mereka. Setelah itu mereka seakan berlomba untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melayani gadis cantik tersebut. Ada yang membenahi pakaian
si gadis yang agak kedodoran, ada yang merapikan rambutnya
yang sedikit kotor dan tak teratur.
Gadis yang manja, Seng Kun dan Yang Kun berkata di
dalam hati.
Gadis cantik itu tampak menepiskan tangan-tangan yang
sibuk melayani dirinya. Lalu dengan gaya seorang majikan
yang sudah terbiasa dilayani segala keperluannya ia memberi
perintah kepada pelayan-pelayannya tersebut.
"A-Kin! Kau pergilah bersama A-Kun mencari air bersih
untuk membasuh muka dan tanganku. Kotor dan lengket
benar rasanya pipiku ini…..”
Kedua orang pelayan itu tampak ragu-ragu dan berat
meninggalkan majikannya.
“.... Lalu siapakah yang akan menemani siocia (nona) di
sini?"
“Teman? Uh….. !" gadis itu mengerenyitkan cuping
hidungnya. "Di sini telah banyak kerbau yang sudah setahun
tidak dimandikan.......,mengapa kalian masih repot
memikirkan aku pula?"
Kontan Yang Kun dan Seng Kun mencium baju mereka
masing-masing lalu menoleh dan saling berpandangan dengan
senyum kecut di wajah mereka. Kurang ajar! Apakah gadis itu
menyindir mereka? Kalau benar, memang sungguh keterlaluan
sekali bocah ini !
Kedua orang pelayan itu memandang majikannya dengan
bingung.
"Kerbau bau ? A-apakah maksud siocia,.....?” pelayan yang
berbaju kuning membelalakkan matanya dengan bingung.
“Sudahlah! Cepat kalian pergi mengambil air!'' Kedua orang
pelayan itu segera melangkah dengan tergesa-gesa biarpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati mereka masih diliputi berbagai macam pertanyaan.
Mereka kelihatan sangat takut kepada nona majikannya yang
masih sangat muda itu.
“Nah, sekarang keluarlah kalian semua dari semak-semak
itu !" gadis tersebut berkata sambil menengadahkan mukanya
yang cantik. Suaranya terdengar acuh dan sombong serta
sangat memandang remeh pada orang lain. Seperti suara
seorang majikan yang sedang memerintah hambanya. Chu
Seng Kun meraih tangan Chin Yang Kun untuk mencegah tapi
terlambat! Pemuda yang berada di sampingnya itu telah
berdiri seakan menjawab tantangan yang dikeluarkan oleh
gadis tersebut. Mata temannya yang tajam itu tampak
memandang dengan sangat gemas, seakan hilang semua
perasaan simpatinya terhadap si gadis. Tetapi Chu Seng Kun
juga memaklumi sifat temannya yang masih berdarah panas
itu.
Terpaksa Chu Seng Kun juga berdiri di sebelah Chin Yang
Kun. Tapi bukan main terkejut hatinya ketika dari semak
semak yang lain muncul belasan laki-laki berwajah kasar dan
bengis. Orang orang itu menyeringai ganas dan kurang ajar
sekali seakan mereka mau berebut untuk menelan dan
memiliki gadis cantik yang membawa harta benda banyak
tersebut.
Seperti juga Chu Seng Kun, Chin Yang Kun juga tidak kalah
pula kagetnya melihat begitu banyaknya orang yang muncul
dari balik semak-semak di pinggir jalan itu. Pemuda itu
menjadi terkejut karena ternyata dia telah kehilangan
kewaspadaan sehingga tidak mengetahui kehadiran mereka di
sekitar tempat tersebut. Agaknya orang-orang itu telah lama
bersembunyi disana sebelum dia sampai di tempat itu. Melihat
posisi mereka agaknya orang-orang itu memang telah
merencanakan untuk mencegat perjalanan gadis cantik itu
guna merampas kekayaannya yang berlimpah-limpah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun balik menjadi bersimpati kembali kepada si gadis
cantik. Mungkin kata katanya yang sombong tadi memang
bukan ditujukan kepada dirinya tapi kepada orang-orang itu.
Mungkin mereka memang telah bermusuhan sejak lama dan
rombongan pencegat itu sekarang bermaksud untuk membuat
perhitungan di tempat ini. Buktinya gadis itu telah
menyingkirkan para pelayannya agar dapat menghadapi
Iawannya ini dengan bebas.
Melihat lagak dan gayanya, Yang Kun dapat menduga
bahwa gadis cantik itu tentu mempunyai kepandaian yang
tinggi. Gayanya yang sombong dan terlalu percaya kepada diri
sendiri itu menandakan bahwa selama ini dia tidak pernah
menemui kesukaran dengan orang lain. Namun demikian Yang
Kun merasa khawatir juga melihat begitu banyaknya orang
yang kini mengepung gadis itu.
Sebaliknya gadis itu tampak sedikit terperanjat memandang
Chin Yang Kun dan Chu Seng Kun yang tiba-tiba muncul dari
semak di belakangnya. Kelihatannya gadis itu tidak
menyangka kalau di balik semak tersebut ada penghuninya.
Dari kaget gadis itu menjadi marah. Apalagi begitu muncul
Yang Kun tampak menatap dirinya dengan menantang!
“Bocah sombong!” laki-laki pendek kecil itu berteriak
mengguntur. Tongkatnya yang besar dan panjang melebihi
tinggi tubuhnya itu ia hentakkan di samping kakinya lalu
badannya meloncat ke depan dengan cepat sekali. Kawankawannyapun
segera mengikuti langkahnya, mereka berdiri
mengepung gadis cantik itu.
Gadis itu tidak merasa takut sedikitpun. Dengan tenang dia
mengeluarkan sebuah kipas yang terbuat dari lempenganlempengan
baja tipis yang tajam dan kuat. Dan ketika kipas
tersebut dibuka terlihat gambar seekor burung rajawali yang
sedang mengembangkan sayapnya, ditatah halus di tengahtengah
kipas itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Bocah sombong! Kaukira engkau demikian hebatnya
sehingga semua orang kami harus keluar untuk
menangkapmu? Huh! Secara kebetulan saja engkau dapt
masuk ke gedung pusat kami. Engkau mengambil kesempatan
selagi orang baru sibuk menyelamatkan diri dari keganasan
gempa bumi. Apakah kaukira engkau akan mampu apabila
dalam keadaan biasa? Jangan kauharapkan. Nah, lekas
kaukembalikan barang yang kauambil itu!”
“Kembalikan…? Ih, enaknya! Dahulu kalian mendapatkan
benda itu tentu dengan mencuri pula. Maka kalau sekarang
aku ganti mencurinya, bukankah hal itu sudah lumrah?” gadis
itu menjawab seenaknya. “…..tapi jika kalian ingin merebutnya
kembali……ya…..silahkan! akan kuhajar kalian seperti aku
menghajar puluhan orang Im-yang-kauw yang mencegat aku
kemarin!”
“Hmmm…..perempuan tak tahu diri, kali ini kau jangan
bermimpi dapat lolos dari tanganku,” laki-laki pendek kecil itu
membentak. “Tangkap bocah ini!”
seperti belasan ekor anjing yang sedang memperebutkan
tulang, orang-orang itu menerjang ke arah gadis cantik
tersebut. Senjata mereka yang terdiri dari bermacam-macam
jenis itu saling berebut dahulu untuk mencacah tubuh molek
lawannya. Sementara itu si pendek kecil justru mundur ke
samping untuk memberi tempat kepada anak buahnya.
Dengan waspada ia mengawasi ke sekelilingnya. Matanya
melirik ke samping, ke arah Chu Seng Kun dan Chin Yang Kun
berdiri. Dia berjaga-jaga kalau dua orang yang tidak
dikenalnya itu turut campur dalam pertentangan ini.
Sementara itu Yang Kun dan Seng Kun diam saja tak
bergerak di tempatnya. Ternyata mereka telah salah duga
lagi. Mendengar percakapan mereka tadi keduanya justru
menjadi salah tingkah dan bingung, tidak tahu apa yang mesti
mereka lakukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis yang demikian cantik dan molek, dengan dandanan
dan kekayaan yang demikian melimpah ternyata bukanlah
seorang gadis yang baik. Gadis itu ternyata seorang pencuri!
Dan barang yang sekarang dicurinya benar-benar tidak
tanggung-tanggung, yaitu….. barang kepunyaan Im-yangkauw!
Padahal setiap orang tahu belaka macam apa
perkumpulan Im-yang-kauw itu.
Yang Kun pernah pula mendapat keterangan serba sedikit
tentang aliran kepercayaan Im-yang-kauw ini dari mendiang
paman bungsunya. Pamannya itu pernah mengatakan bahwa
aliran kepercayaan itu muncul pada akhir abad ke lima
sebelum masehi, jadi sekitar duaratus tahun yang lalu. Dan
aliran kepercayaan ini menjadi ternama serta memperoleh
banyak pengikut pada abad ke empat sebelum masehi sampai
sekarang. Nenek moyangnya, mendiang raja-raja Chin semua
adalah penganut aliran kepercayaan ini. Dan aliran
kepercayaan ini memperoleh kejayaannya pada masa
pemerintahan kakeknya, yaitu Kaisar Chin Si Hong-te. Banyak
sekali tokoh-tokoh aliran ini yang ditarik oleh mendiang
kakeknya untuk dijadikan pembantunya.
Aliran Im-yang atau Yin-yang ini beranggapan bahwa alam
semesta terbentuk oleh unsur “wu-sing” atau unsur penggerak
dan unsur ‘im-yang’ atau daya negatif dan positif. Kedua buah
unsur itu mengakibatkan segala kejadian di alam dunia. Aliran
kepercayaan ini menggali serta mempelajari segala kejadian
dan peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat yang
dihubungkan dengan perjalanan matahari, bulan, bintang,
musim dan gejala-gejala aneh yang lain. Oleh karena itu aliran
ini banyak menghasilkan ahli-ahli nujum dan peramal yang
sangat pandai. Begitu hebat kepercayaan mendiang Kaisar
Chin Si Hong-te terhadap para ahli nujum ini sehingga sekali
waktu kaisar itu pernah mengadakan perjalanan seorang diri
mendaki gunung Tai-san yang sangat tinggi, hanya untuk
mencari obat untuk hidup abadi. Padahal gunung yang paling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi di seluruh daratan Tiongkok itu beribu-ribu lie jauhnya
dari istana kerajaan.
Tapi dalam menyebarkan pengaruhnya, aliran Im-yangkauw
ini banyak mendapatkan saingan dari berbagai macam
aliran kepercayaan yang lain, biarpun mereka itu tidak sehebat
dan sebesar Im-yang-kauw. Aliran-aliran itu diantaranya yang
terbesar adalah aliran Mo (Mo-kauw) dan aliran Bing (Bingkauw).
Dan seperti juga Im-yang-kauw, kedua aliran
kepercayaan itu mulai menyebar pada abad kelima sebelum
masehi. Ketiga buah aliran besar ini saling berebut pengaruh
di kalangan masyarakat sehingga karenanya mereka sering
bentrok satu sama lain.
Demikianlah, karena tidak tahu apa yang seharusnya
mereka lakukan, Yang Kun dan Seng Kun akhirnya
berketetapan hati untuk tidak mencampuri urusan mereka.
Keduanya lalu duduk kembali dan menonton pertempuran itu.
Ternyata dugaan mereka tentang kepandaian gadis itu
memang benar. Biarpun dikeroyok oleh belasan orang Imyang-
kauw ternyata gadis tersebut masih dapat bergerak
lincah seperti burung walet yang menyambar-nyambar. Kipas
bajanya yang kadang-kadang terbuka atau kadang-kadang
tertutup itu terayun kesana kemari mengincar nyawa lawan
dengan ganas.
Selain ganas permainan ilmu kipas gadis tersebut sungguh
sangat aneh. Begitu anehnya sehingga Yang Kun, Seng Kun
maupun laki - laki pendek kecil itu menjadi bingung dan tidak
bisa menebak asal-usulnya.
Biasanya orang yang bersenjata kecil, pendek dan mudah
rusak seperti yang dibawa oleh gadis itu tentulah seorang
yang sangat mengandalkan gin-kang atau lwee-kang yang
sangat hebat. Selain daripada itu biasanya ilmu silat kipas itu
tentu dilakukan dengan gerakan yang lemas dan lemah
lembut bagaikan seorang penari yang mahir dan
berpengalaman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi apa yang mereka lihat sekarang sungguh sangat
berlawanan sekali dengan semua kebiasaan tersebut. Memang
benar lwee-kang dan ginkang gadis itu sangat hebat, tetapi
kehebatan tersebut ternyata tidak dipergunakan sebagai
landasan untuk memainkan ilmu silat kipasnya secara ringan
dan lemah gemulai! Ternyata kehebatan itu dipakai untuk
menunjang ilmu silat kipasnya yang kasar, ganas, keji serta
penuh tipu muslihat yang lain. Kipas yang terdiri dari
lempengan-lempengan dari baja itu lebih banyak berfungsi
sebagai sebuah kipas yang berjari banyak dari pada sebagai
kipas biasa. Sepintas lalu jari-jari kipas yang tajam bagai pisau
belati itu seperti jari jari tangan si gadis yang bertambah
panjang.
Yang Kun dan Seng Kun menggeleng gelengkan kepalanya.
Mereka sungguh sangat menyayangkan keadaan itu. Seorang
gadis yang demikian cantik, molek, kaya raya, dan tampaknya
juga dari kalangan keluarga yang terhormat, ternyata hanya
seorang pencuri yang mempunyai ilmu silat begitu ganas, keji
dan licik! Biarpun sangat hebat tetapi ilmu silat itu sungguh
tidak cocok untuk gadis tersebut. Ilmu silat seperti itu lebih
pantas dipergunakan oleh seorang benggol penjahat atau
seorang iblis yang tidak mengindahkan lagi norma-norma
hukum dan susila!
“Aaaarrrghhhh….!”
Tiba-tiba Yang Kun dan Seng Kun dikejutkan oleh suara
salah seorang pengeroyok yang berteriak setinggi langit
sehingga dalam kesepian malam yang mencekam itu benarbenar
mendirikan bulu roma. Lalu tampak orang-orang Imyang-
kauw itu saling berloncatan mundur.
Yang Kun dan Seng Kun tersentak berdiri dari tempat
duduknya! Apa yang mereka lihat sungguh sangat
mengerikan! Hampir-hampir mereka tidak mempercayai apa
yang telah terpampang di depan mata mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seorang pengikut Im-yang-kauw yang berperawakan tinggi
besar tampak berkelojotan di atas tanah dengan suara
mengorok dari mulutnya. Kedua belah tangannya tampak
mendekap sela-sela pahanya yang telah basah oleh darah
yang membanjir keluar. Sementara itu di depannya berdiri
gadis cantik itu dengan kaki terkangkang dan mulut
tersenyum sadis. Tangan kirinya tampak teracung ke depan,
masih mencengkeram potongan alat kemaluan korbannya
yang hancur! Tampak darah menetes dari sela-sela jari
tangannya tersebut!
"Hih! Mengapa kalian malah mundur? Ayoh…..majulah!
Lihat! Kalian akan kubunuh dengan cara seperti kawanmu ini!"
gadis itu menggeram, membuat semua laki-laki pengepungnya
meremang di dalam hati.
Kelihatannya gadis itu telah menjadi marah benar. Matanya
yang bulat besar itu tampak berkilat-kilat menatap para
pengeroyoknya. Hawa pembunuhan terasa mengembang di
antara mereka.
"Cepat majulah!" gadis itu membentak.
Orang-orang Im-yang-kauw itu terkejut. Dari terkejut
mereka menjadi marah. Dengan berteriak keras mereka
kembali menyerbu berbareng.
Tapi kali ini agaknya gadis itu tidak ingin mengulur-ulur
waktu lagi. Begitu bergerak ia telah mengerahkan segala
kemampuannya. Kipas bajanya menyambar-nyambar tidak
mengenal ampun lagi. Terdengar suara teriakan kesakitan
saling susul-menyusul memenuhi udara malam yang dingin
itu. Dan beberapa saat kemudian tempat itu telah menjadi
sebuah medan berdarah, yang sangat mengerikan. Belasan
orang pengeroyokya tampak berkelojotan saling tumpang
tindih tidak keruan. Semuanya mendekap sela-sela pahanya.
Darah muncrat dan memercik membasahi seluruh arena
bersama potongan-potongan daging yang berserakan. Baunya
amis memuakkan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Biadab! Sungguh biadab!” Chu Seng Kun bergumam
dengan hati kecut.
“Siocia…..! siocia…..!”
Tiba-tiba dari dalam gelap muncul dua orang pelayan yang
pergi mencari air tadi. Dengan cemas mereka berlari
menghampiri nona mereka. Masing-masing membawa kantong
kulit domba yang telah diisi dengan air. Kedua orang pelayan
itu tampak sangat cemas sekali, apalagi melihat demikian
banyak orang yang terkapar sambil mengaduh-aduh di sekitar
majikannya.
“A-a-apakah siocia terluka?” mereka bertanya khawatir.
Dengan tenang gadis itu menggeleng. Dijulurkannya kedua
lengan yang berlumuran darah itu kepada mereka. Dan tanpa
diperintah kedua orang pelayan itu segera mengurusnya.
Yang seorang cepat membasuh lengan yang terkena darah
itu dengan air dan alat pembersih, sementara yang lain
mengambil kipas baja itu siap membersihkannya pula dengan
sikat. Setelah itu masing-masing mengeluarkan minyak wangi
yagn berbau harum untuk dioleskan pada lengan dan kipas
yang baru saja mereka bersihkan tadi. Semuanya itu
dikerjakan oleh kedua orang pelayan tersebut dengan cepat
dan terlatih.
"Siocia, seharusnya siocia tidak boleh memegang tubuh
orang-orang itu dengan tangan telanjang begini. Mengotori
saja...” pelayan yang berbaju kuning menggerutu. Dari dalam
kantungnya ia mengeluarkan sepasang sarung tangan putih
halus dan mengenakannya pada tangan majikannya.
"Kurang ajar! Bocah iblis !" laki-laki pendek kecil yang
memimpin rombongan orang-orang Im-yang-kauw itu
meloncat ke depan dengan garang. Senjata tongkatnya yang
besarnya lewat ukuran itu diayun ke depan, ke arah dimana
gadis cantik tersebut berdiri bersama pelayannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hembusan angin dahsyat melanda ketiga orang gadis yang
berdiri berdampingan itu. Agaknya orang pendek kecil itu ingin
membalaskan dendam teman-temannya dalam sekali terjang.
Gadis cantik itu menyiapkan kembali kipas bajanya yang
telah dibersihkan oleh pelayannya. Tapi sebelum ia bergerak
untuk menyongsong pukulan lawan, kedua orang pelayannya
telah lebih dulu melangkah ke muka sambil mencabut
pedangnya.
“A-kin! A-kun! Jangan sembrono!” gadis itu
memperingatkan pelayannya.
“Traaaannngg!!”
Terlambat! Kedua orang pelayan itu terlempar ke belakang
dengan keras. Lalu jatuh terbanting di atas permukaan tanah.
Pingsan!
Si gadis memburunya dengan tergesa-gesa. Begitu melihat
kedua orang pelayannya itu terluka dalam dan pingsan, ia
menjadi marah sekali. Dengan mengeretakkan gigi tangan
kirinya mengeluarkan sebuah kipas lagi. Bentuk dan bahannya
serupa dengan kipasnya yang pertama, Cuma yang kini
dikeluarkan dua kali lipat besarnya.
“Bangsat cebol! Engkau berani melukai pelayanku…..!
Hmm, akan kukorek keluar seluruh isi perutmu dan akan
kusebar di atas jalan ini!” ancamnya dengan suara tandas.
“Tapi sebelum semua itu terlaksana, katakan dulu siapa
dirimu!”
“Hahaha…..bocah! kaukira aku takut dengan selorohmu itu?
Hahaha……dengarlah, kau memang tidak percuma akan mati
di tanganku! Engkau sekarang sedang berhadapan dengan
salah seorang jago dari Ruang Pengadilan Im-yang-kauw!”
“Berhenti! Aku tidak perduli apakah kau ayam jago atau
ayam betina! Yang kuperlukan adalah namamu, agar aku tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siapakah yang telah menjadi korban kipas bajaku ini. Nah,
jangan berbelit-belit! Lekas katakan!”
bukan alang kepalang marahnya orang pendek kecil itu.
Begitu hebat kemarahan yang melibat dirinya sehingga orang
itu justru terdiam tak mampu berkata sepatahpun. Matanya
yang sipit kecil itu mendelik, rambutnya seakan tegak berdiri
di atas kepalanya.
"Bedebah! Bangsat! Kau sungguh sangat menghina sekali
pada Mo-tung Lo Bin (Si Tongkat Setan Lo Bin)!" akhirnya
orang itu berteriak dengan suara serak.
Tanpa berkata apa-apa lagi orang Im-yang-kauw yang
bernama Mo tung Lo Bin itu mengayun tongkatnya mendatar
ke arah pinggang lawan. Suaranya menderu, sehingga Yang
Kun dan Seng Kun yang berdiri belasan langkah dan tempat
itupun merasakan hembusan anginnya. Gelar Si Tongkat Setan
yang diberikan orang kepadanya itu memang sungguh amat
sesuai baginya.
Tapi gadis cantik itu tidak kalah pula sigapnya. Sebelum
tongkat itu dapat menyentuh ujung pakaiannya gadis itu telah
meloncat tinggi ke atas sehingga serangan Mo tung Lo Bin
lewat di bawah kakinya. Dan bersamaan dengan terputarnya
tubuh Lo Bin yang terseret oleh ayunan tongkatnya sendiri,
gadis itu menyabetkan kipas besarnya ke arah kepala lawan
secara melintang.
Yang Kun menghela napas, llmu silat gadis itu benar-benar
keji sekali. Jurus serangan kipasnya selalu berbau
pembunuhan yang sadis. Ilmu dari golongan putih apabila
menyerang dari atas kepala lawan biasanya tentu tertuju ke
ubun-ubun, mata atau pelipis. Sehingga biarpun serangan
tersebut adalah serangan yang mematikan pula, tetapi tidak
akan merusakkan tubuh lawan. Berbeda dengan serangan
yang kini sedang dilakukan oleh gadis itu. Serangan melintang
dengan daun kipas yang terbuka seperti itu sama saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud memotong kepala lawannya bagai membelah
kayu!
Ternyata Mo-tung Lo Bin tahu bahaya itu. Dan ia juga tahu
bahwa akan percuma baginya kalau ingin menghindari
serangan tersebut. Dengan kedudukan lawan yang berada
diatas kepalanya, praktis lawan itu sudah menguasai medan
geraknya. Satu-satunya jalan untuk mematahkan kurungan
tersebut hanyalah dengan menangkis dan kemudian
melibatnya dengan serangan beruntun. Dan hal itu memang
benar-benar dilakukan oleh Mo-tung Lo Bin.
Dengan gerakan Liong-bwe-chuo-goat (Ekor Naga
Menangkap Bulan) Lo Bin memapaki kipas lawannya. Ujung
tongkatnya bagian belakang dia sontek keatas melalui bawah
ketiaknya. Gerakannya demikian bagus dan manis sambil
membungkuk ke depan. Dan seperti seorang pemain sulap
saja, ujung tongkat yang muncul dari balik ketiaknya itu
meluncur keatas memapaki kipas lawan.
“Traaaang!”
Kipas itu terpental ke samping, sementara gadis itu
terpaksa berjumpalitan pula untuk mematahkan kekuatan Lo
Bin yang sangat besar. Dan begitu kakinya menginjak tanah
gadis tersebut bermaksud menyerang lagi dengan kipasnya
yang lain, tapi rangkaian serangan dari lawannya keburu
menerjang lagi dengan hebatnya. Terpaksa gadis itu
menangkis dengan kedua buah kipasnya sambil berloncatan
kekiri dan kekanan. Tak ada kesempatan baginya untuk
membalas serangan si pendek kecil dari Im-yang-kauw itu.
Malahan pada sabetan toya Lo Bin yang terakhir membuat
gadis itu seperti kehilangan keseimbangannya, sehingga
tongkat yang sangat berat itu menyerempet punggungnya.
Kontan gadis itu terjungkal ke atas tanah.
Gadis itu meregang sebentar lalu diam tak bergerak.
Pingsan. Tubuh yang ramping dan molek itu tergolek miring
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diatas tanah yang kotor dan berbatu-batu. Dari mulutnya yang
mungil segar itu mengalir darah segar.
Yang Kun dan Seng Kun terkejut sekali.
Begitu juga Mo-tung Lo Bin sendiri! Sejenak tokoh Imyang-
kauw tersebut justru seperti orang kehilangan akal
malah. Serangan beruntun yang dilakukan tadi sebenarnya ia
maksudkan untuk membebaskan dirinya dari kurungan gadis
itu. Dengan serangannya yang menggebu susul-menyusul itu
ia berharap agar gadis tersebut meloncat mundur dan
memberi kesempatan padanya untuk melepaskan diri. Jadi
tidak terlintas sedikitpun dalam pikirannya bahwa gadis itu
akan termakan oleh senjatanya. Gadis muda itu demikian
lihainya, sehingga tak mungkin rasanya kalau ia akan menang
dengan begini mudah. Tapi kenyataannya memang demikian.
Gadis itu kini telah menggeletak di depannya.
Terbetik juga suatu perasaan sesal dalam hati Mo-tung Lo
Bin. Bagaimanapun sombongnya gadis itu terhadapnya, tak
seharusnya dia menghajarnya sampai demikian keras. Apalagi
sebagai seorang tokoh agama yang setiap harinya selalu
mengumandangkan kebaikan dan kebajikan seperti dirinya itu.
Mo-tung Lo Bin segera mendekat, lalu membungkuk di
hadapan korban tongkatnya itu. Ia ingin memeriksa, apakah
luka yang diderita oleh gadis tersebut kira-kira masih dapat ia
obati. Begitu tangannya terjulur ke depan, tiba-tiba……
“Aaaaarrrggghhhh…..!”
Yang Kun sampai terlonjak saking kagetnya. Tampak
olehnya tubuh kecil dari Mo-tung Lo Bin terlempar tinggi ke
udara. Dari mulut orang itu terdengar suara mengorok keras
sekali seperti orang disembelih. Bersama dengan tubuhnya
kelihatan pula sebuah benda kecil panjang yang berbelit-belit
melayang mengikutinya. Kemudian tubuh itu terhempas
dengan keras di pinggir jalan, sedang benda panjang tadi
telah terburai dan tercecer kemana-mana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh Mo-tung Lo Bin tampak menggeliat beberapa kali,
lalu mati! Dan seperti perkataan yang pernah diucapkan oleh
si gadis, perut tokoh Im-yang-kauw tersebut benar-benar
telah terbuka dan…. Ususnya telah terburai keluar memenuhi
medan itu.
Ternyata gadis itu tidak terluka sama sekali, apalagi
pingsan. Ternyata semua yang dilakukannya tadi hanyalah
siasat belaka. Siasat yang kotor dan licik! Sehingga tokoh
agama yang lihai seperti Mo-tung Lo Bin terperangkap oleh
jebakannya. Begitu jago Im-yang-kauw tadi lengah dan
membungkuk kearahnya, gadis itu secepat kilat menyabetkan
kipas bajanya ke perut lawannya. Usaha Lo Bin untuk
melenting menghindari sudah tidak keburu lagi, perutnya
tersobek lebar oleh kipas lawannya sehingga terbuka
menganga dan seluruh isi perutnya tumpah keluar.
Sekarang gadis itu tegak berdiri dengan tersenyum penuh
kegembiraan.
"Anak iblis..” Yang Kun bergumam dengan hati muak dan
ngeri.
Tak terasa pemuda itu melangkah maju ke depan. Hatinya
yang terluka melihat kenyataan itu membuat dirinya menyesal
bukan main. Coba dia tadi tidak terpengaruh oleh wajah gadis
yang cantik, tidak terpengaruh oleh keadaan si gadis yang
dikasihani karena kudanya yang terluka dan tidak terpengaruh
oleh sikap si gadis yang seakan-akan seperti orang baik dan
tidak mengerti bahaya, tentulah dia dapat segera mengambil
keputusan untuk menyelamatkan orang-orang Im-yang kauw
itu. Sekarang semuanya telah terlanjur. Rombongan dari Imyang-
kauw itu telah habis dibabat oleh si gadis yang kejam.
Melihat seorang pemuda mendekati dirinya, gadis cantik itu
mempersiapkan kipasnya kembali. Bibir yang tadi tersenyum
kembali terkatup rapat. Matanya yang bulat dan bersinar
kejam itu menatap dengan waspada kepada Chin Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Berhenti ! Sebutkan dulu namamu sebab engkau juga
mengalami nasib yang sama dengan orang itu !" gadis itu
berteriak nyaring.
Yang Kun berhenti melangkah. Hampir saja bentakan itu
menyinggung perasaannya yang sudah terluka. Tapi meskipun
demikian tenaga sakti Liong-cu-I-kangnya tanpa ia sadari telah
tersalur dengan sendirinya ke seluruh urat-urat darahnya.
Dalam keremangan malam sinar matanya tampak mencorong
mengawasi gadis cantik itu.
Tak terasa pula gadis itu melangkah mundur setindak.
“Mengapa diam saja? Hayo, cepat katakan namamu….dan
apa kedudukanmu dalam Im-yang-kauw?” sekali lagi gadis itu
membentak, sebab untuk mengusir perasaan ngerinya melihat
pandangan mata Chin Yang Kun yang tajam itu.
Yang Kun mengerutkan dahinya. Ternyata gadis itu
menyangka bahwa dia adalah anggota dari Im-yang-kauw
pula. Oleh karena itu dalam sekejap terlintas pada pikirannya
untuk memberi pelajaran kepada gadis itu dengan meminjam
nama Im-yang-kauw pula. Dan juga sekalian untuk memberi
peringatan kepada si gadis agar tidak terlalu kejam dan
memandang rendah agama yang sangat dimuliakan oleh
keluarganya itu.
"Nona... ," katanya pelan tapi jelas. "Perbolehkan juga aku
mengetahui nama dan asalmu.... sehingga apabila aku nanti
sungguh-sungguh mati di tanganmu, aku si algojo dari Imyang-
kauw ini tidak akan merasa penasaran di alam baka,"
sambungnya berbohong.
Chin Yang Kun mengambil nama sekenanya karena ia tidak
tahu sama sekali siapa tokoh-tokoh yang sekarang duduk di
dalam kepengurusan Im-yang-kauw. Hanya karena ia
bermaksud untuk menghukum dan memberi pelajaran kepada
gadis itu maka ia berbohong sebagai algojo dari Im-yangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kauw. Ia tidak memikirkan lebih lanjut apakah dalam aliran
kepercayaan tersebut ada jabatan algojo atau tidak.
Tapi ucapan pemuda itu ternyata mengagetkan semua
orang !
Chu Seng Kun tertegun di tempatnya. Begitu pula gadis itu.
Mereka terbelalak matanya tidak percaya. Masih terngiang di
dalam telinga mereka tentang ceritera burung yang selalu
menjadi bahan pembicaraan umum di kalangan persilatan.
Setiap orang tentu telah mendengar bahwa di dalam aliran
Im-yang-kauw berkumpul jago-jago silat yang mempunyai
kepandaian tidak lumrah manusia. Selain sakti beberapa orang
diantaranya juga merupakan ahli nujum atau peramal yang
sangat terkenal di dunia kang-ouw. Dan diantara sekian
banyak tokoh sakti itu ada dua orang yang mempunyai
kehebatan melebihi yang lain, sehingga namanya sangat
terkenal dan ditakuti orang. Kedua orang tokoh Im-yang-kauw
itu adalah ketua dan……algojonya!
Oleh karena itu tidak heran kalau pernyataan Chin Yang
Kun yang mengaku sebagai algojo dari Im-yang-kauw tadi
mengagetkan pendengarnya, termasuk Chu Seng Kun !
Pemuda ahli pengobatan ini sudah sering mendengar
dongeng-dongeng tentang kehebatan kedua orang tokoh
puncak Im-yang-kauw itu biarpun dia belum pernah melihat
ataupun mengenalnya. Tapi menurut cerita orang kedua orang
tokoh tersebut usianya sudah tidak muda lagi. Apalagi baru
belasan tahun seperti pemuda yang kini berdiri di hadapan
mereka itu. Meskipun begitu Chu Seng Kun juga tidak berani
gegabah untuk tidak mempercayainya. Sebagai seorang ahli
pengobatan dia tahu bahwa banyak orang-orang sakti di dunia
ini yang mempelajari ilmu awet muda atau ilmu yang sejenis
dengan itu. Apalagi dia memang belum mengenal asal-usul
dari pemuda yang pernah ia selamatkan nyawanya itu dengan
baik. Siapa tahu pemuda itu memang sungguh-sungguh si
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
algojo dari Im-yang-kauw yang bergelar Toat-beng-jin
(Manusia Pencabut Nyawa) itu?
“….Toat-beng-jin,. Benarkah engkau Toat beng-jin dari Im-
Yang kauw ?” gadis cantik itu menegaskan. Suaranya sedikit
gemetar. Tak terasa kakinya juga melangkah mundur setindak
lagi.
Seperti juga yang lain, gadis itu belum pernah bertemu
dengan si algojo dari aliran Im-yang-kauw pula. Diapun hanya
mendengar tentang kehebatan orang itu dari cerita-cerita
yang tersebar di dunia kang-ouw, sehingga ucapan Yang Kun
yang mengaku sebagai Toat-beng jin tersebut benar-benar
mengagetkan dirinya.
Ketika dirinya memasuki gedung pusat Im-yang-kauw
tempo hari tak seorangpun tokoh-tokoh sakti yang
dijumpainya. Juga tidak seorang penjagapun yang
memperhatikan kedatangannya, sehingga dengan mudah ia
memasuki gedung yang amat besar itu dan mengambil sebutir
mutiara ya-beng-cu (mutiara yang dapat bersinar di dalam
gelap) di sanggar pemujaan. Seluruh penghuni gedung
tersebut sedang dalam keadaan panik berlarian kesana kemari
akibat gempa yang sedang melanda seluruh daerah itu.
Ternyata Yang Kun sendiri menjadi tersentak juga hatinya
melihat sikap si gadis yang kaget dan agak takut-takut itu.
Toat-beng-jin ? Siapakah dia ? Mengerikan benar julukannya !
Kenapa gadis yang lihai dan sangat ganas itu kelihatan
gemetar ketika mengucapkan nama tersebut ? Benarkah di
dalam lm-yang-kauw terdapat seorang algojo yang bernama
Toat-beng-jin ?
Tetapi karena sudah terlanjur berbohong dan kepalang
untuk mundur lagi, maka terpaksa Yang Kun mengangguk
mengiyakannya. Biarpun di dalam hati dia merasa bergetar
juga. Tidak biasanya ia berbohong, apalagi sampai memalsu
nama orang. Bukannya dia merasa takut, tapi ia sungguh tidak
merasa enak di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar..!” jawab pemuda itu sendat, "Menyerahlah kau
untuk kuikat lenganmu !”
Ternyata jawaban gadis cantik itu benar-benar di luar
dugaan ! Perasaan kaget dan sedikit takut yang tadi terpancar
pada sinar matanya kini ternyata sudah hilang. Sekarang
tampak wajah gadis itu kembali ganas seperti semula.
"Menyerah.....? Huh ! Menyerah.....untuk akhirnya akan
kauperkosa? Jangan harap ! Kau majulah, aku tidak takut
pada nama besarmu !" gadis itu berteriak keras sekali.
Yang Kun terperangah ! Merah benar mukanya! Gila,
omong apa pula gadis ini...? Kotor benar pikirannya !
“A-apa... apa katamu? Si-siapa akan memperkosamu?
Kau… kau sungguh rusak jiwamu.. !" sukar sekali rasanya
pemuda itu mengeluarkan perkataannya.
Gadis itu semakin marah. Dengan berteriak nyaring ia
menyerang Yang Kun. Kipas bajanya ia kebutkan ke arah
muka Yang Kun dengan pengerahan tenaga sepenuhnya.
Tampak serangan angin yang sangat dahsyat menghembus
menerpa tubuh pemuda itu, sehingga rambut dan pakaian
yang dikenakannya berkibaran seperti dihembus oleh angin
kencang.
Tapi Chin Yang Kun sekarang bukan lagi Chin Yang Kun
yang lemah dan mudah dilukai seperti dahulu. Chin Yang Kun
sekarang adalah seorang pemuda yang kepandaiannya tentu
telah melampaui kepandaian paman bungsunya, andaikata
gurunya itu masih hidup. Dan tenaga sakti Liong-cu-i-kang
yang kini mengeram di dalam tubuhnya adalah tenaga sakti
yang dihimpun oleh seorang maha sakti selama seratus tahun
lebih. Maka dapat dibayangkan betapa hebat kekuatan
pemuda itu sekarang. Mungkin tokoh tokoh persilatan yang
kini dapat disejajarkan dengan dirinya cuma beberapa orang
saja jumlahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu biarlah di mata orang lain serangan
tersebut tampak sangat hebat dan dahsyat, tetapi bagi Chin
Yang Kun serangan gadis itu tidak lebih dari pada hembusan
angin lalu saja.
Pemuda itu tetap berdiri tegak di tempatnya, sehingga Chu
Seng Kun yang menonton di pinggir justru yang menjadi
khawatir malah. Apalagi ketika gadis cantik itu menyusuli
serangannya dengan kipasnya yang lain.
Yang Kun mengerahkan separuh dari tenaga sakti Liong-cui-
kang untuk melindungi tubuhnya. Kini dia telah yakin dan
mantap dengan kekuatan yang dipunyainya, oleh karena itu
sekarang dia mulai berhati-hati dalam melontarkan
kemampuannya tersebut. Dia tidak ingin setiap kali harus
melihat korban yang berjatuhan akibat pukulannya. Hanya
dalam tempo satu hari dia telah melihat kenyataan bahwa tak
seorang jago silatpun yang mampu menahan Liong-cu-Ikangnya,
betapapun lihainya orang itu.
Dengan jurus Chan-san-li-chio-tiap (Puteri Pagi Menangkap
Kupu), yaitu jurus keduapuluh satu dari Hok-te-ciang-hoat,
pemuda itu memapaki kedua buah kipas lawan yang melayang
ke arah dirinya. Seperti layaknya seorang penangkap kupu,
sepuluh jari tangannya terulur ke depan membentuk sepasang
jepitan yang sangat kuat. Dan sepasang jepitan itu berusaha
untuk menangkap kedua buah kipas yang terbang mengurung
dirinya itu.
Bibir yang tipis itu merekah dengan manjanya seakan mau
mengejek tingkah Yang Kun yang sembrono, mau menangkap
kipas bajanya yang tajam bagai mata pedang itu.
“Traaaang!”
terdengar suara nyaring seperti suara logam beradu yang
sangat keras ketika kipas baja itu bertemu dengan jari-jari
Yang Kun yang mengandung Liong-cu-I-kang! Dan sebuah
pemandangan yang menarik hati kembali terpampang di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan mata Chu Seng Kun. Lagi-lagi pemuda ahli pengobatan
ini dikejutkan oleh kehebatan pemuda yang dulu hampir mati
terkena racun yang ganas itu.
Tubuh cantik molek dari gadis itu terdorong mundur bagai
didesak oleh sebuah tenaga raksasa, sehingga hampir saja
terhempas ke dalam parit di pinggir jalan. Tanpa mengerti
sebab-musababnya gadis itu merasa kedua buah tangannya
menjadi kesemutan dan kedua buah kipas bajanya….terlempar
ke atas tanah. Dengan muka pucat gadis itu mengawasi Chin
Yang Kun yang sedang berdiri mengamat-amati telapak
tangannya.
Ternyata kali ini Yang Kun juga telah salah sangka dalam
menilai kepandaian lawannya. Meskipun gadis itu dapat ia
rampas senjatanya serta dapat ia hempaskan ke belakang,
tetapi ujung kipas yang dipegangnya ternyata masih sempat
menggores dan melukai telapak tangannya. Sehingga
sepasang kipas lawan yang telah berhasil ia rebut terpaksa
dilepaskannya kembali dan jatuh ke atas tanah.
Melihat Yang Kun terluka, Chu Seng Kun segera berlari
mendatangi. Pemuda itu tidak mempedulikan lagi apakah
kawannya itu benar-benar Toat-beng-jin atau bukan. Melihat
telapak tangan itu mengalirkan darah otomatis jiwa tabibnya
tergugah.
“Yang-hiante…..apakah lukamu parah? Marilah ku….”
Chu Seng Kun tidak meneruskan kata-katanya. Matanya
yang awas itu melihat sesuatu yang aneh pada darah yang
menetes dari telapak tangan Yang Kun.
"Darahmu.... eh, Yang-hiante ... kau terkena racun!"
Terdengar suara tertawa puas dari gadis cantik itu.
"Pemuda itu memang sangat bodoh, hihihi…. Biarpun
kepandaiannya setinggi langit tetapi otaknya tolol dan
pengalamannya nol.....! Mana dapat dia menang dengan aku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangannya telah kemasukan racun getah Jamur Batu Karang
yang kuoleskan pada kipas bajaku. Sebentar lagi tulangtulangnya
akan retak, sehingga setiap gerakan yang
bagaimana lemahpun akan membuat tulang-tulang dalam
tubuhnya remuk dan berpatahan di dalam dagingnya. Nah....
bukankah tidak lama lagi tubuhnya hanya merupakan
onggokan daging yang tidak bertulang? Mengerikan sekali,
bukan ? Coba kalian lihat mayat-mayat itu!”
Gadis itu menunjuk ke arag mayat Mo-tung Lo Bin dan
kawan kawannya.
Chu Seng Kun mencengkeram buntalannya erat-erat. Tak
terasa kakinya melangkah mundur dua tindak ke belakang.
Sebuah pemandangan yang sangat mengerikan telah terjadi di
depan matanya. Mayat-mayat itu masih tetap utuh seperti
semula. Hanya bentuknya yang sekarang berubah menjadi
sangat menakutkan. Bagaikan boneka-boneka karet yang
kempes tanpa udara, mayat-mayat itu peot-peot tidak karuan
bentuknya. Semuanya tidak dapat dikenal lagi wajahnya.
Kepala-kepala itu tidak bulat lagi bentuknya tapi seperti ban
karet yang belum diisi dengan udara.
Bukan alang kepalang marahnya Chin Yang Kun. Gadis
cantik itu benar-benar luar biasa kejamnya.
“Perempuan keji! Engkau jangan keburu merasa puas dulu
di dalam hati.....! Awaslah! Sebelum aku akan mati, lebih
dahulu aku akan mematahkan dulu kaki dan tanganmu,
setelah itu aku akan membeset kulitmu sehingga terkelupas
semuanya. Baru kemudian aku akan mencekik lehermu sampai
akupun akan mati bersama-sama denganmu !”
"Yang-hiante... tenanglah! Kau bersabarlah ! Biarlah aku
memeriksa tanganmu dahulu....." Chu Seng Kun berusaha
untuk mencegah kemarahan kawannya. Rasa-rasanya berdiri
semua bulu romanya mendengar ancaman itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi kemarahan Chin Yang Kun sudah tidak bisa dibendung
lagi. Seluruh urat-uratnya tampak menegang, pertanda tenaga
sakti Liong-cu-i-kangnya telah siap-siaga penuh dalam
tubuhnya. Dan beberapa saat kemudian kepalan tangan
kanannya telah meluncur ke depan dengan disertai suara yang
sangat mengerikan dari sela-sela bibirnya. Suara desis ular
kobra kalau sedang marah! Terpaksa Chu Seng Kun
melangkah mundur kembali.
Gadis itu meloncat ke belakang. Tapi betapa terkejutnya
ketika kepalan tersebut masih saja mengejar tubuhnya.
Terpaksa ia membanting badannya ke samping! Brukk! Lalu
melejit pula sekali lagi ke belakang dan….. tangan itu tetap
berada di depan hidungnya!
Gadis itu mulai panik. Bagaikan sebuah bayangan, kepalan
tersebut selalu mengikuti dirinya. Akhirnya gadis itu
memberanikan diri untuk menangkisnya. Tapi seperti kepala
seekor ular berbisa, kepalan itu melingkar ke bawah
menghantam dadanya.
“Buukk...!"
Seperti dihempas oleh gelombang pasang tubuh gadis itu
terlempar tinggi ke udara, kemudian terbanting ke bawah ke
arah batu-batu tajam yang berserakan di tepi jalan besar itu.
Ternyata tenaga dalamnya yang tampak hebat ketika melawan
orang-orang Im-yang-kauw tadi benar-benar tidak ada artinya
sama sekali begitu berhadapan dengan Liong-cu-i kang si
remaja. Untunglah ginkangnya cukup lumayan sehingga tubuh
yang terbanting ke bawah itu tidak sampai menghantam batu
! Dengan bersalto beberapa kali tubuhnya bisa mendarat di
atas kedua kakinya dengan ringan dan manis.
Gadis itu tampak pucat pasi wajahnya. Bibirnya yang
mungil dan berwarna merah itu juga tampak bergetar. Baju
pada bagian dadanya telah hancur, sehingga tampak lapisan
Kim-pouw-san (Baju Mustika Emas) yang berwarna kuning
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
emas di sana. Sebuah baju pusaka yang tidak mempan segala
macam senjata !
Pada mulanya Yang Kun sangat terkejut sekali menyaksikan
gadis itu hanya terpental saja dan seperti tidak terpengaruh
oleh daya keampuhan pukulannya. Tapi serentak terlihat
olehnya lapisan kuning yang melindungi dada gadis itu ia
menjadi maklum.
"Perempuan ganas, ternyata engkau mengenakan sebuah
baju mustika yang tidak tembus senjata, sehingga dapat
terhindar dari kematian…! Tapi baju itu tentu tidak menutupi
kaki dan tanganmu! Apalagi lehermu yang akan kucekik itu!
Maka hati-hatilah...,, aku akan tetap melaksanakan
ancamanku tadi!" ancam pemuda itu sambil meremas-remas
jari tangannya.
Gadis itu tampak semakin pucat dan gemetar. Semua
kesombongan dan keganasan yang diperlihatkan tadi seperti
hilang musnah dan tubuhnya. Ilmu yang diperlihatkan oleh
Chin Yang Kun tadi benar-benar sangat mencekam hatinya
dan merontokkan seluruh keberaniannya. Sungguh tak pernah
terbayangkan sebelumnya bahwa lengan manusia bisa
bergerak seperti ular, panjang pendek dan dapat ditekuk ke
segala arah !
“Toat.... beng-jin! Ilmu…. a-apakah yang kau pergunakan
tadi ?”
Chin Yang Kun tertawa panjang sehingga wajahnya yang
tampan itu semakin kelihatan ganteng dan menarik. Dia
memang jarang-jarang tersenyum, apalagi tertawa.
"Nah, ternyata engkaupun punya perasaan takut juga.
Kukira hatimu yang keras, kasar dan kejam itu sudah tidak
mengenal takut lagi ! Kukira perasaanmu telah mati…..
hemm…. . ternyata tidak! Nah, ketahuilah...... ilmu yang baru
saja kaulihat tadi adalah Kim coa-i hoat, ilmu andalan dari
Toat beng jin yang terkenal!" Yang Kun berbohong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kim-coa-i-hoat.....! Kim-coa-i-hoat…..!” gadis itu
bergumam sambil berpikir.
"Siocia….! Siocia…..! Apakah yang telah terjadi?” tiba-tiba
kedua orang pelayannya yang pingsan tadi telah bangkit dan
berlari menghampiri. Dan begitu mengetahui nonanya hampir
saja mati dipukul Yang Kun, kedua pelayan itu segera
mengambil senjata masing-masing dan berdiri menghadang di
depan majikannya.
"Berani benar engkau menyakiti nona majikanku? Siapakah
kau? Apakah kau belum tahu siapakah sebenarnya nonaku itu
? Kau….”
"A-Kin…… A-Kun... !" gadis itu mencegah pelayannya untuk
berbicara lebih jauh.
Yang Kun memandang kedua orang pelayan tersebut
dengan tenang.
"Mmm..... mengapa aku mesti takut kepada nonamu itu?
Aku justru akan menghukum majikanmu itu karena dia telah
berani membunuh orang-orang lm-yang-kauw serta berani
mencuri benda pusaka kami. Aku tidak peduli siapa pun
dia...Nah….. kalian minggirlah!”
"Tahaan... !”
“Apalagi….? Apakah kalian ingin kubunuh terlebih dahulu ?"
Sementara itu si gadis cantik yang berdiri di belakang
kedua orang pelayannya tampak semakin resah hatinya,
lawannya tampaknya belum terpengaruh oleh racun getah
Jamur Batu Karang yang ia oleskan pada kipas bajanya.
Hatinya mulai bertanya-tanya, adakah orang yang mengaku
Toat-beng jin ini telah kebal terhadap racunnya yang ganas itu
? Oleh karena itu ketika lawannya hendak mulai bergerak
untuk membunuh pelayannya, ia segera merogoh kantong di
balik bajunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toat-beng-jin ! Inilah barang itu kukembalikan
kepadamu… ! Aku mengalah malam ini. Tapi lain waktu aku
akan datang mencarimu kembali untuk membalas
kekalahanku…." gadis itu melemparkan mutiara yang dulu
dicurinya kepada Chin Yang Kun, kemudian mengajak kedua
orang pelayannya, untuk pergi dari tempat itu bersama kuda
kuda mereka.
Yang Kun menjadi gelagapan. Tangannya otomatis
menerima mutiara pusaka sebesar kelereng itu. Tapi hatinya
menjadi bingung dan serba salah, tak tahu apa yang harus
dikerjakan dengan benda pusaka yang bersinar biru cemerlang
itu. Ia hanya mengawasi saja dengan bengong kepergian
lawannya.
"Yang-hiante coba kulihat lukamu itu...." tiba tiba suara
Chu Seng Kun menyadarkan Yang Kun.
"Oohh... terima kasih, Chu-twako. Kukira.. kukira aku tidak
apa-apa dengan lukaku ini...."
“Memang .... tapi siapa tahu ada sesuatu yang lain ?
Sudahlah, biarkanlah aku memeriksanya.”
Yang Kun terpaksa menurut. Tidak enak hatinya harus
menolak kebaikan itu terus-menerus.
Chu Seng Kun memegang nadi Yang Kun, lalu memeriksa
dan mengamat-amati luka pada telapak tangan itu. la
mendekatkan hidungnya dan berusaha mencium bau yang
keluar dari luka tersebut. Kemudian ia mengeluarkan sebuah
botol yang berisi cairan putih dan meneteskan pada luka itu.
“Yang-hiante, engkau tadi mengatakan bahwa dirimu
adalah Toat-beng-jin dari aliran Im-yang-kauw. Benarkah itu?"
Yang Kun hanya tersenyum.
"Chu-twako, bagaimana menurut pengamatanmu ? Adakah
diriku ini cocok berperan sebagai Toat-beng-jin ?” pemuda itu
balik bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda yang ahli dalam pengobatan itu menggelenggelengkan
kepalanya lalu melepaskan tangan Yang Kun yang
telah selesai ia periksa.
“Entahlah, Yang-hiante…. Aku juga bingung. Aku seperti
ingin mempercayainya tapi juga seperti tidak,.....
Kepandaianmu yang sangat aneh dan hebat itu seakan akan
memang seperti kepandaian Toat-beng jin yang pernah
kudengar. Tapi kalau melihat umurmu yang masih muda ini
aku rasa sangat bertentangan dengan berita yang tersebar di
dunia kang-ouw tentang tokoh Toat-beng-jin itu."
“Lalu., .?"
"Yang-hiante, racun ganas yang memasuki tubuhmu itu
sebenarnya sangat keji sekali. Tak seorangpun di dunia ini
yang mampu bertahan terhadap keganasannya," kata pemuda
ahli pengobatan itu sambil menghela napas panjang. Lalu
dengan wajah heran seakan tidak percaya pada apa yang
telah dilihatnya pemuda itu meneruskan kata-katanya. "Tapi
anggapan itu ternyata salah.....Ternyata racun yang keji itu
tidak bisa mencelakai tubuhmu. Setelah kuperiksa darahmu
tadi, racun itu justru telah melebur menjadi satu dengan racun
yang selama ini berada di dalam cairan darahmu. Sehingga
racun yang terkandung di dalam darahmu sekarang menjadi
bertambah hebat kekuatannya!"
Hening sejenak Chu Seng Kun menghentikan kata katanya,
seolah ingin mencari kesan dari wajah Chin Yang Kun.
"Yang hiante, oleh karena itu aku mempunyai dugaan
bahwa pengakuanmu tentang diri Toat-beng-jin itu mungkin
benar juga. Setidak-tidaknya engkau tentu mempunyai
hubungan erat dengan nama itu. Entah muridnya, entah
keluarganya! Dan pengakuanmu sebagai seorang putera
kepala desa yang baru tamat belajar silat itu hanya untuk
menutupi rahasiamu saja. Yang-hiante benarkah tebakanku
ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chin Yang Kun mendengarkan semua perkataan temannya
itu dengan perasaan geli sehingga wajahnya yang biasanya
selalu gelap itu kini ramai dengan senyuman.
“Chu twako! Sambil omong-omong marilah kita kubur
mayat mayat yang berserakan ini. Nanti akan kujawab semua
pertanyaan Chu twako itu." pemuda itu berkata sambil
memungut sebuah tombak yang terletak di dekatnya. Lalu
dengan senjata tersebut ia menggali sebuah lobang di pinggir
jalan.
''Oh..... benar! Marilah ! Biarlah aku yang mengumpulkan
mayat-mayat ini !” Chu Seng Kun mengiyakan. Disambarnya
tongkat besar kepunyaan Mo-tung Lo Bin yang tergeletak tidak
jauh dari tempatnya berdiri. Kemudian dengan tongkat
tersebut ia mengumpulkan mayat itu ke pinggir jalan.
"Uh! Ah ! Uh !"
Tiba-tiba semak lebat yang berada di dekat lobang galian
Yang Kun tampak bergoyang goyang. Chu Seng Kun dan Chin
Yang Kun saling pandang. Keduanya menghentikan
pekerjaannya lalu bersiap siaga menghadapi segala
kemungkinan.
"Siapa? Silahkan keluar.....!" hampir berbareng mereka
menyapa.
"Ah! Uh! Ahh „.!"
Semak itu bergoyang semakin keras, tetapi tak seorangpun
yang keluar. Yang Kun sekali lagi menatap ke arah kawannya,
minta pertimbangan.
Chu Seng Kun mengangguk, kemudian melangkah
mendekati tempat itu.
"Agaknya ada seorang anak buah Im-yang kauw yang
terlolos dari keganasan kipas baja gadis cantik itu, biarpun
juga mengalami luka parah......”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu berdesah perlahan. Lalu disibakkannya rantingranting
semak tersebut dengan tongkat Mo-tung Lo Bin yang
besar dan panjang.
Seorang laki-laki tua dengan rambut yang memutih tampak
terbaring di sana. Kaki tangannya terikat erat dengan tali.
Mulutnya juga tersumbat dengan kain.
"Hei?”
'Uh…. Uh....."
Chu Seng Kun bergegas menolong orang itu. Tali
pengikatnya dia potong dan kain yang dipakai untuk
menyumbat ia lepaskan.
"Uh..... uh...terima kasih…….terima kasih!" orang tua itu
menjura berulang ulang, sehingga jenggotnya yang putih
panjang tampak melambai ke kiri dan ke kanan. Lalu dengan
muka ketakutan ia melihat tumpukan mayat yang telah
dikumpulkan oleh Chu Seng Kun tadi.
“Mereka... mereka......?” bibirnya gemetar.
"Mereka sudab mati semua, kek. Apakah mereka itu teman
kakek?” Chu Seng Kun bertanya.
Orang tua itu menggeleng kuat-kuat.
"B-bukan! bukan! Oh, iya…. iya!" jawabnya gugup.
Chu Seng Kun duduk di dekat orang tua itu. Dengan sabar
ia tersenyum sambil berusaha untuk menenangkan hati orang
tua tersebut.
"Tenanglah, kek. Jangan gugup! Jawablah perlahan
lahan….!"
Kakek itu menghela napas berulang-ulang. Akhirnya dapat
juga dia menenteramkan hatinya sendiri. Lalu dengan
memandang kepada pemuda yang menolongnya dia mulai
bercerita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tuan, saya… saya adalah seorang pengurus Im-yang-si
(Kuil Im-yang) yang terletak di belakang bukit itu!” katanya
sambil menunjuk ke arah bukit di sebelah kiri mereka. "Dan
mereka semua itu adalah para anggota perkumpulan kami
yang baru saja datang dari Gedung Pusat. Mereka
mengatakan bahwa mereka sedang mengejar seorang pencuri
yang berani mengambil benda pusaka kami. Sebagai seorang
anggota Im yang-kauw tentu saja saya ikut membantunya.
Tapi ketika kuketahui pencurinya seorang gadis kecil, aku
menjadi sangat kasihan. Kuusulkan kepada mereka agar
bocah itu tidak usah dihukum. Tapi mereka tidak setuju
sehingga akhirnya terjadi perselisihan. Aku diikat dan ditaruh
di sini agar supaya tidak mengganggu rencana mereka."
Chu Seng Kun mendengarkan ceritera itu dengan sungguh
sungguh. Begitu penuturan itu selesai ia segera menoleh ke
arah Chin Yang Kun lalu kembali mengawasi kakek tersebut.
"Kek, kalau begitu engkau tentu mengenal kawanku ini …..”
katanya menunjuk Chin Yang Kun.
Orang tua itu menatap Yang Kun dengan kening berkerut,
lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Siapakah dia, tuan?
A-aku belum pernah melihat…..”
"Benarkah? Dia termasuk orang terpenting di dalam
perkumpulan kalian. Dia adalah algojo dari Im-yang-kauw….!"
"Toat….Toat beng-jin... ?"
"Nah…..kau masih ingat?"
Tak terduga orang tua itu menjadi sangat ketakutan.
Bergegas dia merangkak ke hadapan Chin Yang Kun dan
membentur-benturkan jidatnya di atas tanah.
"Oh, Lo-jin-ong...... maafkan aku! Ampunkanlah diriku !
Karena belum pernah ke Gedung Pusat maka aku orang tua ini
tidak segera mengenal pada Lo-jin-ong......” ratapnya berkalikali,
membuat Yang Kun menjadi gelagapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kakek... kakek! Kau... kau bangkitlah! A-aku.....aku....."
“Jangan! Oh.......jangan bunuh aku! Lo-jin-ong..... maafkan
aku! Ampunkanlah diriku......!" kakek itu menangis sambil
membenturkan jidatnya semakin keras.
Chu Seng Kun dan Chin Yang Kun menjadi bingung. Mereka
sungguh tidak mengerti. Semakin halus Yang Kun menyapa,
orang tua itu semakin ketakutan. Ternyata mereka berdua
tidak mengetahui akan kebiasaan dari tokoh Toat beng jin. Di
kalangan orang Im-yang-kauw, Toat-beng jin dikenal sebagai
tokoh yang mempunyai sifat aneh. Semakin tidak senang ia
terhadap seseorang, justru semakin ramah pula sikap yang ia
tunjukkan!
Oleh karena itu semakin halus Chin Yang Kun membujuk
semakin keras pula tangis orang tua tersebut. Sehingga
akhirnya Chin Yang Kun menjadi jengkel juga dibuatnya.
"Diam! Siapa bilang aku Toat-beng-jin. Sungguh
menyebalkan sekali! Ayoh…. berdiri !” bentaknya.
Heran! Begitu mendengar bentakan Yang Kun orang tua itu
langsung bangun ! Hup! Wajahnya yang kotor dan penuh air
mata itu kelihatan berseri-seri. Bibirnya yang keriput dan
tertutup oleh jenggot dan kumis lebat itu tampak tersenyum
lega.
"Terima kasih, Lo-jin-ong… oh, terima kasih, Lo-jin ong! Lojin-
ong sungguh sangat bijaksana! Ohh... Thian Yang Maha
Agung......!” teriaknya penuh kegembiraan seperti anak kecil
yang memperoleh kembali mainannya. Lalu tanpa diperintah
orang itu mengambil tongkat yang dibawa oleh Chu Seng Kun
dan ikut sibuk membantu mengumpulkan mayat-mayat
kawannya.
Yang Kun dan Seng Kun mengangkat pundak masingmasing,
lalu saling pandang dengan mulut meringis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Yang-hiante..... jadi kau ini bukan Toat-beng-Jin?” Chu
Seng Kun berbisik dan mendekati kawannya. Keduanya lalu
duduk bersama di atas batu sambil menonton orang tua itu
memasukkan mayat-mayat kawannya ke dalam lobang yang
dibuat oleh Yang Kun.
"Saya memang hanya berbohong ketika berhadapan
dengan gadis itu. Semula saya hanya ingin memberi pelajaran
kepadanya. Dan saya mengarang sebuah nama sekenanya…
eh, tak tahunya betul-betul ada!" Yang Kun menjawab dengan
perlahan pula, takut terdengar oleh orang tua yang sinting itu.
"Ternyata tebakanku salah..... Yang hiante tidak ada
hubungan sama sekali dengan tokoh yang ternama itu. Eh,
kalau begitu apa... . apakah Yang-hiante ini sungguh-sungguh
putera seorang kepala desa yang baru tamat belajar silat?"
"Bukan juga… " Chin Yang Kun menggelengkan kepalanya.
"Ohh.. lalu ?"
Yang Kun menghela napas panjang, lalu mengalihkan
pandang matanya ke arah puncak bukit yang terlihat remangremang
di kegelapan malam. Pikirannya melayang tinggi di
udara mengingat semua peristiwa yang menimpa diri dan
keluarganya. Hingga beberapa saat lamanya ia berdiam diri
tak menjawab pertanyaan itu.
"Yang-hiante, maafkan aku. Tak seharusnya aku terlalu
mendesakmu. Setiap orang memang mempunyai urusan
pribadi masing-masing…."
Chu Seng Kun segera menarik kata-katanya begitu melihat
temannya tampak sedikit sukar mengeluarkan isi hatinya.
Chin Yang Kun menolak dengan cepat. “Ah ... tidak apa
apa, Chu-twako. Tidak apa-apa.... Engkau tidak bersalah sama
sekali. Pertanyaan Chu-twako itu memang wajar sekali. Hanya
aku sedang berpikir, mana yang perlu aku ceriterakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadamu, karena memang ada sebagian yang sampai
sekarang harus aku rahasiakan... ..."
"Ah..... sudahlah, Yang-hiante. Aku juga hanya bertanya
sambil lalu saja. Lupakanlah.........!”
“Tidak, Chu-twako, mana berani aku bersikap begitu
kepadamu. Chu-twako mempunyai arti tersendiri bagiku.
Tanpa adanya Chu-twako aku sudah tidak mungkin hidup lagi
di dunia. Aku tentu sudah mati termakan racun ubur ubur dan
tikus laut." Yang Kun cepat memotong perkataan Chu Seng
Kun. Lalu dengan nada rendah pemuda itu mengatakan siapa
dirinya. Biarpun di dalam pengakuannya kali ini ia masih tetap
menyembunyikan nama keluarganya. Ia masih tetap memakai
she Yang seperti pengakuannya di depan Liu-twakonya
dahulu.
Jilid 9
“CHU TWAKO, namaku yang sebenarnya memang Yang
Kun....... Dan sebelum berkelana di dunia kang-ouw aku
tinggal bersama orang tuaku di suatu lembah yang terpencil di
daerah Ho-pak. Aku belajar silat dari ayah dan pamanpamanku.
Kami hidup bersama dengan aman dan damai.
Bercocok tanam dan menanam gandum sendiri, mendirikan
rumah sendiri. Hanya kadang-kadang saja sekali waktu ayah
atau pamanku pergi ke kota untuk berbelanja kebutuhan kami
yang tidak dapat kami hasilkan sendiri.” Yang Kun
menghentikan ceriteranya sebentar untuk mengambil napas.
Lalu, "Chu-twako…. ternyata kebahagiaan kami itu tidak
berlangsungl. Pada suatu hari paman bungsuku kami dapatkan
mati dibunuh orang. Aku tidak tahu siapa pembunuhnya. Kata
ayah, musuh keluarga kami telah datang menemukan tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
persembunyian kami itu dan kini telah mulai dengan
gerakannya untuk menumpas kami semua. Oleh karena itu
ayah membawa kami semua meninggalkan lembah tersebut,
pergi menghindar dari kejaran mereka..”
“Ah….masa ! Mengapa tidak dilawan saja mereka ? Kau
saja demikian lihainya, apalagi ayah dan pamanmu. Kukira
tidak ada lagi yang mampu melawan keluargamu... !" Chu
Seng Kun memotong dengan nada tak percaya.
"Itulah…. Chu-twako! Akupun dulu berpendapat demikian.
Tapi kata ayah lawan kami itu tidak hanya satu dua orang,
mereka merupakan sebuah kekuatan besar yang mungkin
terdiri dari ribuan orang."
"Hah? Ribuan orang?" Chu Seng Kun tersentak kaget.
Yang Kun mengangguk. Terbayang kembali peristiwa hebat
yang sangat melukai hatinya itu. Wajah ibunya yang selalu
ketakutan di dalam perjalanan, wajah ayah dan pamannya
yang tak pernah tidur dan beristirahat, serta wajah-wajah
adiknya yang pucat pias menahan tangis dan lapar ! Dan
wajah-wajah yang sangat dicintainya itu kini telah tiada.
Tak terasa air mata pemuda itu mengalir membasahi
pipinya. Tapi dengan cepat disekanya dengan lengan bajunya,
sambil meminta maaf kepada Chu Seng Kun atas
kelemahannya tersebut.
"Aku memahami kesedihanmu itu, Yang-hiante ... Lalu di
manakah keluargamu itu sekarang ?"
Wajah Chin Yang Kun tertunduk semakin dalam. Suaranya
hampir tidak terdengar ketika menjawab.
“Mereka semua telah pergi….."
"Pergi? Pergi ke….. oh, Yang-hiante maksudmu....
maksudmu... ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Yang Kun mengangguk. Matanya kembali
berkaca-kaca.
"Satu persatu keluargaku dibantai secara menggelap oleh
mereka…..”
"Bangsat keji!" Chu Seng Kun terlonjak dari tempat
duduknya, sehingga kakek tua yang sedang sibuk menimbun
lobang itu tersentak ketakutan.
"Ssssaya .. s-saya..?!" kakek tersebut tergagap dengan
tubuh gemetar.
Chu Seng Kun menjadi tersipu-sipu. "Oh, tidak apa-apa.
Kau teruskan pekerjaanmu.....!" katanya sambil duduk kembali
di samping Yang Kun.
Untuk beberapa saat orang tua itu masih tetap berdiri
bengong, tapi begitu terlihat kedua orang pemuda itu kembali
asyik berbicara satu sama lain, ia menjadi lega. Perlahan-lahan
ia mengambil alatnya kembali dan meneruskan pekerjaannya.
"Jadi ... kau sekarang tinggal sebatangkara saja di dunia
ini? Tapi kata Hong.... eh, anu... kata orang kau bersamasama
dengan seseorang ketika ditolong dari penjara bawah
tanah itu? Siapa dia? Orang tersebut mengaku sebagal
gurumu pada saat itu."
Hampir saja Chu Seng Kun keseleo lidahnya menyebut
Hong-siang (Kaisar Han). Untunglah ia segera teringat pesan
baginda bahwa dia harus turut menutupi rahasia penyamaran
baginda. Dan untuk beberapa saat lamanya pemuda itu
menatap wajah Yang Kun. kalau-kalau kata katanya tadi
menimbulkan kecurigaan kawannya. Tapi dilihatnya Yang Kun
tidak bereaksi apa apa. Pemuda itu kelihatannya masih terlibat
dengan kesedihannya.
Chu Seng Kun menjadi lega hatinya. Dengan sabar ia
berdiam diri menanti jawaban Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia adalah pembantu ayahku yang paling terpercaya.
Dialah satu-satunya orang kami yang sekarang masih tinggal
hidup. Besar sekali pengorbanannya terhadap keluargaku.
Entah sekarang ada di mana dia....." akhirnya Yang Kun
memberikan keterangannya.
"Yang hiante, engkau tidak usah bersedih. Pada suatu saat
nanti engkau tentu akan berjumpa pula dengannya.
Bagaimanapun juga dia tentu akan mencari engkau pula...."
"Orang itu tidak mungkin mencari aku!" Yang Kun
memotong dengan cepat. “Dia telah menganggap aku sudah
mati. Bukankah aku diselamatkan oleh Liu-twako dalam
keadaan tak bernyawa?"
"Hmm …. kalau begitu kitalah yang akan mencari dia !"
ucap Seng Kun tegas.
"Kita........?" Chin Yang Kun tersentak kaget.
"Benar ! Aku akan membantu mencari orang itu. Tentu saja
kalau engkau memperbolehkan... .”
"Ah, Chu-twako..... mana aku berani menolak uluran
tanganmu? Tapi..... tapi......." Yang Kun menyela dengan
kikuk.
"Sudahlah Yang-hiante, kau tak perlu sungkan kepadaku.
Anggap saja kita bekerja sama dalam hal ini. Kita sama-sama
mencari seseorang. Kau mencari orangmu itu, aku mencari
adikku....."
"Ya! Ya! Tetapi...."
"Aku tahu! Jangan khawatir! Aku cukup memaklumi
kesulitanmu. Engkau tentu akan mengatakan bahwa selain
berusaha mencari orangmu engkau akan mengurus juga
sesuatu yang tidak boleh diketahui oleh orang lain. Begitu
bukan? Haha, Yang-hiante, percayalah kepadaku. Begitu aku
tahu engkau sedang mengurus suatu rahasia aku tentu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat-cepat menghindar untuk sementara dari sampingmu.
Bagaimana....?"
"Terima kasih, Chu-twako. Kau sungguh sangat bijaksana.”
Chu Seng Kun tersenyum, tapi hanya sebentar, karena
wajah itu berubah menjadi tegang dan keruh kembali.
"Tapi omong-omong….eh... siapakah sebenarnya musuh
keluargamu itu? Sudahkah kau menemukannya?" katanya
berhati-hati.
Perlahan-lahan Yang Kun bangkit dari tempat duduknya,
lalu menoleh ke arah kakek tua yang sudah hampir
menyelesaikan pekerjaannya itu. “Itulah yang sampai
sekarang masih tetap membingungkan aku, Chu-twako!
Sebelum meninggal ayah dan pamanku belum pernah
memberitahukannya kepadaku, sehingga kini aku
mendapatkan kesukaran untuk mengenal mereka." Pemuda itu
berkata kesal. “Memang, dalam berkelana selama ini aku telah
beberapa kali mencurigai orang! Malah di antaranya adalah
orang yang kau sebut Hek-eng-cu dan Kwa Sun Tek itu !"
"Hah?"
"Ya .... tapi kecurigaan itu menjadi kabur kembali. Aku
tidak memperoleh bukti yang kuat untuk membuktikan
keterlibatan mereka.”
"Ohh...!" Chu Seng Kun bernapas lega. "Tapi…. tapi apakah
tidak ada petunjuk barang sedikitpun yang dapat kaupakai
untuk melacak para pembunuh itu?"
Yang Kun menggelengkan kepalanya.
“Kalau toh ada hal itu tidak cukup kuat untuk membuktikan
keterlibatan mereka," keluhnya lirih.
"Lo-jin-ong....." tiba tiba kakek yang telah selesai
menimbuni lobang itu menghampiri mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpaksa kedua pemuda itu mengakhiri pembicaraan
mereka.
"Chu-twako, semula maksudku datang ke daerah ini hanya
ingin melihat para perampok yang katanya sedang
mengganggu penduduk desa Hok-cung. Tapi baru sampai
disini perjalananku telah terhambat oleh beberapa peristiwa
yang datang secara beruntun tadi….. maka aku
bermaksud……”
“Baik. Kita berangkat menuju desa Hok-cung sekarang!”
Seng Kun memutuskan.
“Lo-jin ong, saya ikut!" kakek itu memohon kepada Chin
Yang Kun.
"Hei, kek! Bukankah kau sudah bebas sekarang? Mengapa
engkau tidak lekas-lekas kembali ke kuilmu? Mengapa malah
ingin mengikuti kami?" Chu Seng Kun menyela.
Orang tua itu menjawab pertanyaan Chu Seng Kun tanpa
berani beranjak dari tempatnya. Kepalanya tertunduk,
sedikitpun tidak berani memandang Yang Kun.
"Sudah lama sebetulnya saya ingin mengabdi kepada Lojin-
ong. Sejak pengangkatan Tai-si-ong (Raja Kuil Agung)
baru, kira-kira empat tahun yang lalu saya sudah berusaha
untuk menghadap Lo-jin-ong, tapi selalu tidak berhasil... Oleh
karena itu kesempatan ini tentu tidak akan saya lewatkan
begitu saja. Boleh tidak boleh saya akan ikut Lo-jin-ong !”
jawabnya mantap.
"Kakek yang baik..." Yang Kun berkata dengan halus. Tidak
enak juga rasanya membohongi kakek itu terus terusan.
"Ketahuilah, sebenarnya aku ini........"
Tapi bukan main kagetnya Yang Kun ketika tiba-tiba kakek
itu menangis meraung-raung kembali begitu mendengar
ucapannya yang sopan dan halus tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lo-jin-ong, jangan bunuh aku! Ampunkanlah diriku yang
tua ini! Aku sangat ingin menjadi pelayanmu! Jangan
kaubunuh diriku!"
"Kurang ajar! Siapa mau membunuh dirimu? Ngaco!
Hmmh...... terserah! Kau boleh mati sekarang atau mau ikut
denganku !" Yang Kun berteriak sambil meloncat pergi
meninggalkan tempat itu. Menghadapi ulah kakek sinting
tersebut hatinya terasa jengkel bukan main. Chu Seng Kun
mengangkat pundak. Lalu sambil tersenyum kecut ia juga
berlari mengikuti kawannya.
Oo0dwkz0hend0oO
Malam semakin larut. Udarapun terasa dingin sekali. Tapi
Yang Kun tidak memperdulikan semua itu. Bagai seekor kijang
ia berloncatan cepat sekali menyusuri jalan besar yang menuju
ke desa Hok-cung. Sementara tidak jauh di belakangnya,
tampak Chu Seng Kun yang mewarisi Pek-in-gin-kang dari Bueng
Sin-yok-ong, menempel terus seperti bayangan saja! Dan
tak seorangpun dari kedua orang itu yang mau memikirkan
keadaan si kakek tua lagi.
Sekejap saja dusun yang mereka tuju telah berada di
depan mata. Biar malam sudah mulai larut, ternyata suara
gelak ketawa para perampok itu masih saja terdengar dengan
ramainya. Sinar obor yang mereka sulut kelihatan terang
benderang menerobos rimbunnya daun dan pepohonan yang
melingkari dusun kecil tersebut. Dari jauh kadang-kadang
terlihat beberapa orang sedang hilir mudik dengan obor besar
di tangan mereka.
Yang Kun berhenti tidak jauh dari mulut jalan yang
membelah desa itu. Tampak tujuh atau delapan orang laki-laki
kasar berdiri di mulut jalan tersebut, lengkap dengan senjata
mereka masing-masing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Agaknya mereka menempatkan para pengawal juga di
setiap mulut jalan. Kalau begitu mereka memang bukan
perampok biasa. Mereka tentu pernah mendapatkan latihan
latihan khusus." Yang Kun berkata kepada Chu Seng Kun yang
telah berdiri pula di sampingnya.
“Selain itu orang-orang ini sungguh berani sekali. Desa ini
hanya beberapa puluh lie dari kota raja, meskipun begitu
mereka seakan-akan tidak memperdulikan bahaya itu.” Chu
Seng Kun mengiyakan.
“Tapi menurut pembicaraan Hek-eng-cu dan Kwa Sun Tek
tadi, perampok ini justru datang dari kota raja. Mereka
menyerbu istana kira-kira dua atau tiga hari yang lalu.....”
Yang Kun mengatakan apa yang didengarnya dari kedua tokoh
sesat itu.
"Hah? Kalau demikian itu pemberontakan namanya...."
"Benar! Chu-twako, hatiku rasanya jadi ingin sekali bertemu
dengan Liu twako."
Chu Seng Kun tersenyum penuh arti. Untunglah suasana
sangat gelap di sekitar mereka, sehingga senyum itu tak
terlihat oleh siapapun juga.
“Yang-hiante, lalu apa yang akan kita kerjakan sekarang?
Menggasak para penjaga ini atau langsung masuk menemui
pimpinan mereka?"
"Bagaimana kalau kita masuk dulu secara rahasia agar kita
bisa menilai keadaan sebaik-baiknya?" Chin Yang Kun
mengajukan usul.
"Bagus sekali! Itu memang jalan yang terbaik. Dan untuk
dapat memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan luas,
sebaiknya kita masuk secara berpencar. Yang-hiante masuk
dari sebelah utara, aku masuk dari sebelah selatan. Kita
masing-masing harus berusaha mengumpulkan keterangan
sebanyak-banyaknya agar kita dengan mudah dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentukan apa yang mesti kita lakukan nantinya. Kita
bertemu di tempat mereka berkumpul dan bersuka-ria.
Bagaimana, Yang-hiante?”
"Setuju ! Mari kita berangkat !" jawab Yang Kun tegas.
Keduanya lalu berpisah. Yang Kun berlari ke arah utara,
sedang Chu Seng Kun menyelinap ke arah selatan. Sebentar
saja mereka telah lenyap ditelan kegelapan malam.
Yang Kun melangkah perlahan lahan menyusuri selokan
kecil yang mengalir di tepi dusun. Lalu dengan tenang ia
mendekati tembok halaman seorang penduduk yang hanya
diterangi oleh lampu minyak, sehingga di antara rimbunnya
tanam-tanaman di sekitarnya sinar itu hampir tidak berarti
sama sekali.
Melihat tempat itu sepi sekali dan tak seorang penjagapun
yang kelihatan Yang Kun segera meloncat ke atas tembok.
Matanya yang tajam lalu mengawasi seluruh halaman rumah
yang luas di bawahnya. Tampak olehnya halaman yang
remang-remang karena cahaya beberapa buah lampu minyak
yang ditaruh di beberapa tempat itu benar-benar sangat
bersih dan terawat rapi. Suatu tanda bahwa penghuni rumah
itu adalah seorang yang berkecukupan serta suka akan
kebersihan.
Yang Kun meloncat turun, kemudian berlari menyelinap di
antara pohon-pohon perdu dan bergegas melintasi halaman
samping. Pemuda itu lalu berhenti sebentar di dekat kandang
kuda. Agak lama ia berdiri di tempat itu. Hatinya merasa
bergetar. Perasaannya mengatakan bahwa ada sesuatu yang
tidak beres, yang mungkin dapat membahayakan jiwanya di
sekitar halaman itu. Tapi ia tidak dapat mengetahui, bahaya
apakah itu? (Seperti telah diceriterakan di bagian depan,
secara tidak sengaja Yang Kun telah berlatih semacam ilmu
yang biasa disebut orang Lin-cui Sui-hoat ketika sedang
mengobati kakinya di istana. Ilmu kesaktian ini didasarkan
pada ketajaman perasaan dan kesempurnaan panca indera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
manusia. Sehingga apabila ilmu ini telah dipelajari dengan
sempurna, orang akan mampu mencium dengan perasaannya,
segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya atau yang bakal
terjadi di sekitarnya, tanpa melibatkan kelima panca-inderanya
secara langsung !)
Ketika Yang Kun akan berkonsentrasi seperti yang dahulu
biasa ia lakukan di istana apabila ingin mendengarkan suara
hantu seruling, tiba-tiba telinganya mendengar desah napas
seseorang di tempat penimbunan rumput. Secepat kilat Yang
Kun menjejakkan kakinya ke atas tanah dan di lain saat
tubuhnya telah melayang ke tempat itu.
Hampir saja kakinya menginjak tubuh seseorang ketika
Yang Kun mendaratkan kakinya di tumpukan rumput tersebut.
Untunglah dengan sangat cekatan pemuda itu segera
menggeser kakinya ke samping lalu meloncat selangkah lagi
ke depan.
"Bangsat! Anjing busuk! Apakah kau tidak bisa menunggu
giliranmu sebentar lagi...?” dari dalam tumpukan rumput itu
tiba tiba muncul tubuh seorang laki-laki kasar, bertelanjang
bulat mengumpat-umpat ke arah Yang Kun. Badannya yang
kekar berbulu lebat itu tampak berkilat kilat karena peluh.
Sebelum Yang Kun menjawab makian itu, dari dalam
timbunan rumput telah muncul lagi sesosok tubuh wanita,
juga bertelanjang bulat, berdiri dengan menangis tersedusedu.
"Diam kau, perempuan !!" laki-laki itu menghardik. Tangan
kirinya tampak melayang. Plaaakk! Wanita itu tersungkur
kembali ke dalam tumpukan rumput. Lalu dengan beringas ia
menghadapi Chin Yang Kun dengan bertolak pinggang.
"Kau belum enyah juga? Babi kotor! Apakah ingin
kuremukkan dahulu kepalamu hingga hancur? Hah? Kau !"
Mendadak laki-laki itu menghentikan sumpah serapahnya.
Baru tersadar kalau yang dia hadapi bukan kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba tiba terdengar suara derit pintu dibuka orang. Yang
Kun menjadi terkejut dan agak panik. Dilihatnya pintu samping
rumah besar itu terbuka perlahan lahan. Karena tidak ingin
usahanya gagal. Yang Kun menjadi mata gelap. Kedua
tangannya yang penuh tenaga Liong-cu i-kang itu terayun ke
depan dengan dahsyatnya.
Laki laki kasar itu berusaha mengelak, tapi mana mampu ia
lolos dari tangan yang penuh sin-kang tersebut?
“Prakkk!!"
Tanpa sempat berteriak lagi laki laki yang sedang
memperkosa wanita itu terlempar dengan kepala hancur
berantakan!
"Hei, Lo-go (Buaya Tua)...! Sudah selesai? Lekaslah!
Mengapa kau hanya berteriak-teriak saja sejak tadi ? Apakah
kuda binal itu belum dapat kau tundukkan juga, he. ...?”
seorang lelaki tampak melongok keluar dari pintu yang dibuka
tadi.
Dalam saat yang begitu mendesak Yang Kun sudah tidak
dapat berpikir banyak lagi. Sambil terjun ke dalam timbunan
rumput ia berteriak kasar, menirukan suara laki-laki yang baru
saja dibunuhnya tadi.
"Diam kau, bangsat….!"
Tak terduga karena tergesa-gesa pemuda itu jatuh persis di
atas tubuh si wanita yang malang tadi dan tanpa dia sengaja
pula tangannya memegang persis pada buah dada wanita
tersebut. kontan saja perempuan itu menjerit kaget!
Mendengar jerit perempuan itu orang yang melongok tadi
segera tertawa tergelak-gelak.
"Setan kuburan ! Buaya tua itu benar-benar seekor kuda
gila...!" serunya sambil menutup pintunya kembali. Lalu
terdengar suara ketawanya yang kasar bercampur dengan
ketawa teman-temannya yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun menjadi lega kembali. Tapi ia segera tersipu-sipu
ketika wanita yang ditindihnya itu mendorong dadanya dengan
keras. Dengan muka merah ia melepaskan pegangannya dan
meloncat berdiri. Dan ia semakin kikuk sekali ketika melihat
wanita itu bangkit sambil berusaha menutupi tubuhnya yang
telanjang dengan kedua belah tangannya.
"Aku .... aku .... oh, maafkan ... aku tak sengaja ! Sungguh
...!" pinta pemuda itu dengan hati tak karuan rasanya.
Dan ketika wanita yang ternyata masih sangat muda itu
mulai menangisi nasibnya, Yang Kun makin menjadi bingung
dan tidak tahu apa yang mesti dikerjakan. Maklumlah, selama
ini pemuda yang masih hijau itu memang selalu tinggal di
daerah terpencil serta belum pernah berhubungan dengan
wanita, apalagi melihat seorang gadis bertelanjang bulat
sedemikian dekatnya. Maka tak heran kalau keadaan seperti
itu benar-benar sangat menggoncangkan jiwanya.
Keadaan Yang Kun masih juga seperti orang linglung ketika
gadis malang itu sambil menangis melangkah ke arah mayat
laki laki yang tadi dengan biadab telah memperkosanya. Yang
Kun juga masih terpaku diam ketika melihat gadis itu
mencabut pedang lelaki tersebut dan kemudian dengan buas
mencacah cacah tubuh yang sudah tidak bernyawa itu.
Barulah ia menjadi tersentak kaget setengah mati ketika gadis
itu membalikkan ujung pedang tersebut dan menusukkannya
ke dalam lambungnya sendiri.
"Nonaaaa..... !?" serunya sendat.
Dengan sigap Yang Kun menyambar tubuh si gadis yang
terhuyung-huyung mau jatuh. Darah segar tampak
menyembur dari luka akibat pedang itu. Tanpa sadar pemuda
itu memeluk tubuh yang telanjang tersebut.
"Nona...... mengapa kau mengambil jalan yang sependek
ini? Bukankah...."
Gadis itu menggeliat sebentar, lalu membuka matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ti......ada gunanya a-aku hidup.... Ke-ke-luargaku telah
mereka bu-bunuh s-semuanya., ! A-aku juga sudah ti-tidak
la.... layak untuk h-hidup lagi ! Me- mereka....te...telah
meng....hina diriku ohhh....!"
Kepala itu jatuh terkulai, nyawanya melayang.
"Keparat busuk......! Kalian benar-benar harus
dilenyapkan!” Yang Kun menggeram dengan marah.
Hati-hati tubuh itu diletakkan oleh Yang Kun di atas
timbunan rumput, lalu dengan hati-hati pula tubuh yang
telanjang tersebut ditutup dengan baju luarnya yang lebar.
Kemudian dengan mengangguk kaku pemuda itu menggeram
di hadapan mayat yang malang tersebut.
“Kau beristirahatlah dengan tenang, nona…. Akan
kubalaskan sakit hatimu ini. Percayalah!”
Dengan wajah yang menyeramkan Yang Kun menoleh ke
arah pintu yang tadi dibuka oleh kawan si pemerkosa itu. Lalu
perlahan lahan kakinya melangkah mendekatinya.
Di depan pintu itu tiba-tiba Yang Kun berhenti. Hatinya
terasa bergetar kembali. Malah sekarang terasa lebih keras
dari pada tadi. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan, tapi tidak ada
barang sesuatunya yang mencurigakan. Halaman itu tetap
sepi. Hanya yang membuat pemuda itu merasa agak aneh
ialah suasana di dalam rumah tersebut.
Semula dari dalam rumah besar itu terdengar suara
percakapan dari beberapa orang teman penjahat yang
dibunuhnya tadi, tapi sekarang di dalam rumah itu juga
tampak sunyi. Tentu saja keadaan itu menambah keresahan di
hati Yang Kun. Dugaannya bahwa ada sesuatu yang aneh
telah terjadi di sekitarnya semakin kuat.
Berindap-indap Yang Kun mendekati pintu tersebut dan
membukanya perlahan-lahan. Ternyata pintu itu tidak dikunci
dari dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hah?!?”
Yang Kun ternganga di depan pintu. Di dalam rumah
tampak beberapa sosok tubuh bergelimpangan tidak teratur.
Ada yang tertelungkup di atas meja, ada yang terlentang di
atas meja, ada yang terlentang di atas kursi dan ada yang
terkapar di atas lantai. Semuanya dalam keadaan pingsan dan
tertotok lumpuh seluruh anggota badannya!
Tanpa mengurangi kewaspadaan Yang Kun memasuki
ruangan dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan
tersebut. Dua orang diantaranya, yang tertelungkup diatas
meja, masih tampak bergoyang-goyang lengannya di bawah
meja, suatu tanda bahwa peristiwa yang membuat mereka
berkeadaan seperti itu belum lama berlalu.
Yang Kun semakin meningkatkan kewaspadaannya.
Ternyata apa yang dia rasakan sejak dia memasuki halaman
tadi benar-benar tidak salah. Ada orang lain yang memasuki
tempat ini pula dan telah membereskan semua penjahat itu
selagi ia sibuk mengurus gadis malang tersebut.
Yang Kun memeriksa kamar kamar yang lain. Keadaannya
sama saja, di sana juga terdapat tubuh-tubuh bergelimpangan
di antara makanan dan minuman yang berserakan pula.
Mereka tergeletak dalam posisi yang aneh-aneh. Ada yang
bersandar di dinding dengan mulut masih menggigit makanan,
ada yang terduduk di atas kursi dengan tangan masih
memegang cangkir, malah ada empat orang yang terkapar di
atas lantai dalam posisi memperebutkan guci arak ! Dan ada
beberapa benda di tempat itu yang masih kelihatan bergoyang
goyang, tanda bahwa peristiwa ini juga baru saja terjadi.
Yang Kun berlari memasuki kamar belakang kalau kalau
orang tersebut masih berada di sana. Tapi kamar belakang
juga sepi, tak seorangpun yang kelihatan di tempat itu. Di
dapur Yang Kun malahan mendapatkan keluarga tuan rumah
telah menjadi mayat. Seorang laki laki tua dengan istrinya
yang berwajah mirip sekali dengan gadis yang bunuh diri itu !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di atas tumpukan kayu juga tampak beberapa mayat anak
anak yang semuanya menderita luka bekas siksaan.
Untuk sesaat kepala Yang Kun menjadi pening. Bayangan
wajah ibu dan adik-adiknya berkelebat di depan matanya.
Dendam yang selama ini tersekap di dalam tubuhnya menyala
kembali dengan hebatnya.
Pemuda itu menggeretakkan giginya. Tiba-tiba terdengar
suara gemerisik di luar rumah. Bergegas pemuda itu meloncat
keluar.
Tapi di luar tetap sunyi sepi. Hanya di pekarangan
sebelahnya terdengar suara maki-makian beberapa orang
perampok yang sedang mabuk. Agaknya di sana juga sedang
dikunjungi oleh kawanan perampok seperti halnya di tempat
ini.
Dengan perasaan berang Yang Kun melesat ke pekarangan
sebelah. Tapi ketika meloncati tembok halaman, hati pemuda
itu terasa berdesir kembali. Perasaannya mengatakan bahwa
ia telah didahului orang lagi.
Benarlah ! Di rumah itupun ia mendapatkan para perampok
telah tertotok pingsan, berserakan di segala tempat!
Yang Kun berlari keluar kembali, lalu dengan gesit ia
melesat ke rumah sebelahnya lagi. Dan seperti yang terjadi di
kedua tempat itu, di sinipun telah terjadi hal yang sama. Para
perampok yang bercokol di tempat itu juga telah pingsan
tertotok oleh orang yang mendahuluinya !
Begitulah, setiap kali Yang Kun melongok ke rumah
penduduk yang ia curigai ada kawanan perampoknya, ia
hanya menemukan tubuh tubuh yang bergelimpangan di atas
lantai.
Gila! Macam apa pula orang itu? Gerakannya demikian gesit
dan kepandaiannya begitu hebat, pemuda itu membatin.
Kawanan perampok itu sedemikian banyaknya dan satu atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang di antaranya tentu juga mempunyai kepandaian
pula, tapi hanya dalam tempo yang sangat singkat sudah
dapat dilumpuhkan oleh orang misterius tersebut. Dan tanpa
menimbulkan suara ribut pula! Sungguh menakjubkan!
Sementara itu Chu Seng Kun yang menyelidiki dari arah
selatan juga telah mengalami peristiwa yang mendebarkan.
Pemuda yang berkepandaian tinggi itu menyelinap di
antara pohon-pohon rindang yang memagari pinggiran desa
sebelah selatan. Hampir di setiap tempat ia melihat kelompok
para perampok bersuka ria dengan makan dan minum,
dilayani oleh para wanita penduduk desa, sementara para
suami dan anak anak mereka menonton dengan wajah
ketakutan di antara rumah rumah mereka yang hampir roboh
digoyang gempa itu.
"Kurang ajar! Ini terang bukan perampok lagi. Kekuatan
yang demikian besar seperti ini terang membutuhkan waktu
lama untuk menghimpunnya. Dan untuk memimpin pasukan
besar seperti ini tentulah harus orang yang hebat serta
disegani pula oleh mereka." Chu Seng Kun bergumam di
antara langkahnya "Lalu .... siapakah pemimpin itu?"
Chu Seng Kun segera meloncat ke atas pohon dan
bersembunyi di antara daun daun yang rimbun ketika sampai
di sebuah rumah besar yang berada di pinggir jalan besar
yang menghubungkan desa itu dengan desa sebelahnya.
Rumah tersebut terang benderang dengan sinar obor yang
ditaruh di segala tempat. Belasan anggota perampok tampak
hilir-mudik sambil bersuka-ria dengan cara masing-masing.
Rumah yang berada di seberang jalanpun tak kalah
ramainya. Selain ramai tempat itu juga kelihatan dijaga ketat
oleh pengawal-pengawal bersenjata tombak. Para wanita yang
melayani di tempat itu juga lebih banyak dan masih mudamuda,
biarpun seperti di tempat lain rata-rata wajahnya
mereka juga tampak suram serta sangat menderita. Beberapa
di antaranya malah kelihatan pucat dan putus asa. Tak heran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jikalau Yang Kun, kawannya yang masih muda itu sampai
bertekad untuk menolong para penduduk itu, demikian pikir
Chu Seng Kun di dalam hati.
Sambil berlindung di antara rimbunnya daun Chu Seng Kun
merambat dari dahan ke dahan, sehingga akhirnya ia dapat
mencapai di atas rumah di seberang jalan. Lalu tubuhnya
melorot turun ke atas genting. Kemudian dengan sangat hatihati
ia membuka sebuah genting untuk dapat mengintai ke
dalam.
Semua itu dikerjakan oleh Chu Seng Kun tanpa
menimbulkan kecurigaan para perampok yang bertebaran di
bawahnya. Dengan Pek-in-gin-kangnya yang sangat tinggi tak
sepotong dahanpun tampak bergoyang ketika diinjaknya dan
tak selembar daunpun kelihatan tanggal dari kelopaknya
ketika tersenggol badannya. Seperti seekor kucing hitam
tubuhnya yang jangkung itu bertengger di atas genting yang
telah dibukanya, dan kedua buah matanya yang tajam itu
mengawasi ke dalam ruangan yang dijaga ketat pada bagian
luarnya tersebut.
Mula-mula terlihat oleh Chu Seng Kun beberapa orang
gadis duduk di dekat pintu masuk. Dengan wajah tunduk
mereka bersimpuh di hadapan seorang pemuda yang duduk di
atas kursi kebesaran. Gadis-gadis itu juga tampak pucat dan
takut. Sesekali mereka tampak melirik dengan takut ke arah
laki laki muda yang kelihatan sedih di atas kursinya itu.
Chu Seng Kun tergetar hatinya. Kelihatannya pemuda itulah
yang memimpin semua perampok di desa ini. Seorang
pemuda halus berusia tiga-puluh tahun dengan pakaian sutera
yang sangat mahal !
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendatangi ruangan
tersebut. Para pengawal yang berada di depan pintu kelihatan
sibuk memberi jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran... ! Ah, mengapa pangeran masih juga
memikirkan hal itu ? Pangeran….” seorang laki-laki kurus
berwajah keras dan kasar menyapa pemuda tersebut sambil
memasuki ruangan. Sarung pedangnya yang panjang tampak
terayun-ayun di pinggang kirinya.
Pemuda yang duduk lesu di atas kursinya itu menoleh
sekejap, lalu kembali merenung seperti semula. "Sam-mo
(Iblis ke Tiga), pergilah! Jangan ganggu aku!" katanya
perlahan.
Tapi seperti seorang hamba yang sudah hapal akan watak
tuannya, orang yang dipanggil Sam-mo itu tetap datang
mendekat dan berdiri di samping kursi kebesaran itu. Dengan
wajah penuh senyuman orang itu menjura.
“Perjuangan kita kali ini memang menemui kegagalan,
pangeran. Tapi bukan berarti bahwa kita tidak mempunyai
kesempatan lagi di masa datang. Kalau dipikirkan kembali,
gerakan yang kita lakukan beberapa hari yang lalu memang
terlalu tergesa gesa. Kita kurang teliti memperhitungkan
kekuatan Kaisar Han yang berada di kota raja. Ayahanda
pangeran belum memperhitungkan jago-jago Sha-cap-mi-wi
yang ternyata sangat hebat itu !”
Kali ini Chu Seng Kun benar-benar terkejut sekali. Pangeran
? Pangeran dari mana, tanyanya dalam hati. Sejak semula ia
dan Yang Kun memang telah bercuriga pada kekuatan yang
sangat besar ini, tapi ia benar-benar tidak menyangka kalau
kekuatan itu dipimpin oleh seorang pangeran. Apabila
demikian kekuatan ini memang telah dipersiapkan oleh
seseorang untuk melakukan pemberontakan kepada
pemerintahan Kaisar Han !
Chu Seng Kun menjadi semakin bergairah untuk
mengetahui tentang orang-orang ini. Matanya dengan tajam
mengawasi orang orang yang berada di dalam ruangan
tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau melupakan sesuatu, Sam-mo...." pemuda yang
dipanggil dengan sebutan pangeran itu terdengar menukas
kata-kata pembantunya yang baru saja tiba tersebut.
"Ayahanda memang tergesa-gesa dalam melancarkan
serangan itu. Tetapi hal itu karena sangat terpaksa. Menurut
penyelidikan yang dilakukan oleh Siang-houw Nio Nio Locianpwe,
ada kekuatan lain yang lebih besar dari kekuatan kita
juga sedang bersiap-siap untuk menggulingkan kekuasaan
Kaisar Han. Kekuatan yang sangat besar itu dipimpin oleh
seorang manusia aneh yang selalu menyembunyikan
wajahnya di balik topi bertutup sutera tipis. Siang-houw Lo
cianpwe tidak bisa menebak siapakah orang tersebut, hanya di
dalam kalangan persilatan orang aneh itu dipanggil dengan
nama Hek-eng-cu..... Nah, karena ayahanda tidak ingin
didahului oleh orang itu, terpaksa beliau mengerahkan
kekuatan kita selekasnya. Sungguh menyesal sekali kita telah
gagal dan kekuatan kita menjadi bercerai berai seperti
sekarang....."
Pemuda itu menghela napas berulang-ulang. Tampak benar
betapa sedihnya dia.
Sebaliknya, orang yang dipanggil dengan sebutan Sam-mo
itu tampak menyeringai kurang senang. "Pangeran..!” ucapnya
perlahan. "Seharusnya ayahanda pangeran harus lebih
berhati-hati jikalau mau mengambil keputusan."
"Hah? Apa maksudmu? Kau ingin.....?" pemuda itu
tersentak marah.
Tapi dengan cepat orang itu menyabarkannya.
“Jangan tergesa gesa marah, pengeran.......! Hamba tidak
bermaksud apa-apa. Hamba hanya ingin memberi peringatan
tentang sesuatu hal yang mungkin telah dilupakan oleh
ayahanda pangeran.” katanya sambil membungkuk hormat.
"Hmh! Lekas katakan apa yang kaumaksudkan !" pemuda
itu membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang dipanggil dengan nama Sam-mo itu tersenyum,
kakinya melangkah mendekati pemuda tersebut, lalu berbisik
perlahan, “Seharusnya ayahanda pangeran tidak boleh
percaya seratus persen kepada wanita tua itu. Kita semua
telah tahu bahwa dia adalah ibu dari Yap Tai-ciangkun,
panglima besar yang diandalkan oleh Kaisar Han ! Siapa tahu
ada hubungan rahasia antara ibu dan anak itu? Kelihatannya
saja wanita tua itu berada di pihak kita, tapi siapa tahu ia
membantu musuh? Dengan mendorong-dorong kepada
ayahanda pangeran agar lekas-lekas menggerakkan pasukan,
selagi kita belum siap benar, berarti sama saja dengan
menjerumuskan kita pada kehancuran. Maaf, pangeran jangan
menjadi marah dahulu. ... ! Hamba harap pangeran
merenungkan dulu kata-kata hamba ini, baru kemudian kita
perbincangkan lagi…!” orang itu menutup ucapannya dengan
membungkuk hormat sekali, ketika dilihatnya pemuda tersebut
menatap dirinya dengan mata merah.
Pangeran muda itu kembali menghela napas panjang.
Mukanya tertunduk lagi seperti semula. Dengan acuh ia
menggerakkan tangannya.
"Tinggalkan aku sendiri, Sam-mo ! Jangan ganggu aku lagi
!”
“Baiklah, pangeran...!" orang itu menjawab halus.
Tapi sebelum dia pergi, dari luar mendadak terdengar suara
nyaring dari penjaga pintu yang memberitahukan kedatangan
seseorang untuk menghadap.
"Orang ke dua dari Tung-hai Sam-mo datang
menghadap......!"
"Ji-ko.....I" Sam-mo menoleh ke arah pintu.
Seorang laki-laki berperawakan tegap dan memelihara
kumis dan jenggot tebal tampak memasuki ruangan. Sama
dengan adik seperguruannya, Ji-mo (Iblis ke Dua) juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyandang pedang panjang di pinggang kirinya. Wajahnya
yang tertutup kumis dan jenggot itu tampak ganas dan kejam.
“Maaf, hamba mengganggu sebentar, Pangeran.....”
katanya membungkuk di ambang pintu.
"ji-mo (Iblis ke Dua), ada apa...?" Pangeran itu
memandang dengan dahi berkerut.
"Pangeran.... " Iblis itu mendekat dan menjura dengan
hormat. "Kita harus lekas lekas menentukan sikap, karena
orang yang kita kirim ke kota raja telah mengirim berita
bahwa pasukan Yap Tai Ciangkun sudah berangkat untuk
menumpas pasukan kita disini. Diperkirakan tengah hari besok
mereka sudah akan tiba di tempat ini. Toako sekarang sedang
berkeliling desa untuk mempersiapkan semua teman-teman.”
“Apa? Begitu cepatnya Yap Tai Ciangkun mengirim
pasukan? Apakah suasana di kota raja sudah pulih dan baik
kembali?” pangeran itu bangkit dari tempat duduknya dengan
tegang. Kedua telapak tangannya mencengkeram pegangan
kursi kebesarannya hingga hancur. Lapat-lapat tercium bau
sangit bagai bau kayu terbakar!
Sejenak orang-orang yang berada di dalam ruangan itu
tersentak kaget. Begitu pula dengan Chu Seng Kun yang
berada di atas genting. Ternyata pangeran yang masih muda
itu mempunyai lwee-kang yang cukup tinggi pula ! Tak heran
sikapnya demikian keras dan sedikit sombong!
"Demikianlah khabar yang dikirimkan kepada kita,
pangeran!" jawab Iblis ke Dua dengan tegang pula.
“Kurang ajar ..! Lalu bagaimana dengan pasukan ayahanda
pangeran yang mundur ke arah barat? Apakah kita sudah
mengetahui beritanya?”
"Belum! Tapi menurut pendengaran orang kita tersebut
pasukan ayahanda pangeran untuk sementara akan tetap
aman, sebab ayahanda pangeran telah membawa pasukan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke arah Pegunungan Kun-lun yang luas. Sangat sukar bagi
pasukan Yap Tai Ciangkun untuk mengejarnya."
"Lalu….. berapa besar kekuatan pasukan yang dikirim oleh
Yap Tai ciangkun ke tempat ini? Adakah mereka lebih besar
dari pada pasukan kita?"
“Tidak begitu banyak, pangeran! Pasukan itu tidak lebih
dari seribu orang, hanya separuh dari kekuatan kita disini.
Tapi mereka membawa peralatan yang lebih lengkap dan
bahan makanan yang sangat banyak untuk persediaan
mereka. Ada lebih dari duapuluh kereta besar yang mereka
pakai untuk membawa bahan makanan itu. Agaknya mereka
telah bertekad untuk mengejar kita sampai dapat!”
“Bah! Gila betul! Berarti tiada pilihan lain bagi kita selain
bertempur menghadapi mereka. Tak ada gunanya kita lari
atau menghindar dari mereka. Mereka akan tetap membuntuti
kita dan akhirnya kita toh akan terpaksa berhadapan juga
dengan mereka. Kemungkinan kita akan berada di pihak yang
lemah malah! Dengan mudah pasukan yang mempunyai
persediaan makan lebih dari cukup itu akan menangkap
pasukan kita yang lelah dan kelaparan!”
"Lalu..... apa yang mesti kita perbuat sekarang, pangeran?"
Ji-mo dan Sam mo bertanya hampir berbareng.
"Pergilah kalian berdua menyusul Toa mo. Siapkan seluruh
kekuatan kita malam ini juga. Besok pagi akan kita atur
persiapan untuk menyongsong pasukan musuh!"
"Baik!" kedua orang itu menjawab, lalu bergegas mereka
meninggalkan ruangan tersebut.
Chu Seng Kun melihat pangeran itu dengan gelisah dan
tegang berjalan mondar-mandir di dalam ruangan. Hampir
saja ia meninggalkan genting itu ketika tiba-tiba pangeran
tersebut berseru ke arah penjaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Pengawal! Panggil Hong-gi-hiap Souw Thian Hai kemari!
Lekas!”
Bukan main terkejutnya Chu Seng Kun mendengar seruan
pangeran itu. Pemuda itu sampai lupa bahwa dirinya sedang
berada di atas genting dan sedang mengintai orang. Sehingga
tanpa terasa ia bergerak dan menyentuh genting yang baru
saja ia buka tadi.
Terdengar suara gaduh ketika genting tersebut lepas dan
meluncur turun ke bawah, kemudian jatuh serta pecah
berantakan diantara kumpulan pengawal yang sedang makan
minum bersama.
"Babi! Bangsat ! Anjing !" para pengawal itu menyumpahnyumpah.
"Siapa berada di atas ? Turun !" pangeran itu dengan kaget
juga berteriak.
Hampir tak terikuti oleh pandangan mata biasa pangeran
itu bergerak menyambar kursi kebesarannya, lalu dilontarkan
ke atas ke arah di mana Chu Seng Kun berada.
Terdengar suara gemuruh, lalu diikuti suara ribut yang
hebat ketika kursi tersebut menghantam genting dan langitlangit
kamar, sehingga atap di mana Chu Seng Kun tadi
mendekam bagaikan meledak hancur berkeping keping.
Para pengawal dan para wanita yang berada di tempat itu
bergegas menyelamatkan diri dari reruntuhan kayu dan
genting yang berjatuhan ke arah mereka.
Chu Seng Kun terpaksa meloncat pula menyelamatkan diri.
Rasa kaget ketika mendengar disebutnya nama Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai tadi masih melekat di hatinya, sehingga ia
menjadi salah langkah ketika bermaksud untuk melarikan diri.
Bukannya meloncat kembali ke atas pohon, tapi kakinya justru
meloncat turun ke atas tanah. Tentu saja sebelum dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyadari kekeliruannya, para perampok itu dengan sigap
telah mengepungnya.
"Mata mata musuh! Mata-mata musuh! Tangkap!” teriak
mereka bersama sama.
Berbagai macam bentuk senjata meluncur menyerang Chu
Seng Kun! Terpaksa pemuda itu mengerahkan Pek-in gin-kang
untuk mengelak ke sana ke mari, kemudian dengan Kim-hongkun
dia balas menyerang para pengepungnya dengan hebat.
Terdengar beberapa orang diantara pengepungnya berteriak
kesakitan sambil melepaskan senjata mereka, ketika secara
aneh kedua tangan dan kaki Seng Kun dapat menerobos
pertahanan mereka serta melukai tubuh mereka.
Tapi para perampok itu semakin banyak yang datang,
sehingga tempat tersebut menjadi penuh sesak oleh mereka.
Chu Seng Kun tampak berkeringat juga akhirnya. Rasa
rasanya sukar pula untuk melepaskan diri dari kepungan itu.
Apalagi para perampok yang baru saja banyak minum arak itu
menyerang dengan nekad, tanpa merasa takut sedikitpun.
Mula mula Chu Seng Kun hanya berusaha melumpuhkan
mereka tanpa melukai badan mereka. Tapi setelah beberapa
saat lamanya, mereka ternyata tidak juga jerih, padahal
korban serangannya telah bertumpuk-tumpuk berserakan di
sekitar tempat itu. Bagaikan kawanan semut yang ganas
mereka tetap merubung dirinya, kemanapun dia pergi.
Beberapa saat kemudian justru dirinya yang mendapat luka
karena sambaran pedang salah seorang diantara mereka
malah !
Akhirnya pemuda itu menjadi marah. Dengan berteriak
keras tubuhnya melenting tinggi ke atas. Sekejap terdengar
suara gemeretak tulang-tulangnya ketika pemuda itu
mengerahkan tenaga sakti Pai-hud ciangnya yang hebat! Lalu
begitu tubuhnya turun kembali, terasa oleh para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengepungnya itu seakan-akan udara di sekitar mereka
menjadi hangat bagai dihembus oleh udara panas.
Dan sebelum orang orang itu sadar, kaki dan tangan Chu
Seng Kun yang penuh lwee-kang tersebut telah menghantam
ke arah mereka.
"Plak! Plak! Blukk! Blukk!"
"Aduuh!"
"Auughh !"
"Ohhhh!"
Bagai rumput alang alang dilanda air bah, beberapa orang
di antara para pengepung itu tercabut dari tempatnya dan
berpelantingan menimpa kawan-kawannya, sehingga untuk
sesaat lamanya Chu Seng Kun terlepas dari kepungan mereka.
Tapi sebelum pemuda tersebut dapat memanfaatkan
suasana yang kacau balau itu, dari luar telah meloncat tiga
sosok bayangan menghadang di depannya. Ketiga sosok
bayangan tersebut mengambil tempat di sekitar tubuhnya,
agaknya menjaga agar dia tidak dapat melarikan diri.
Chu Seng Kun memperhatikan mereka dengan seksama
dan ternyata dua di antara mereka telah ia lihat di dalam
ruangan tadi. Ji-mo dan Sam-mo dari Tung-hai Sam mo! Dan
oleh karena yang datang sekarang adalah tiga orang, pemuda
itu segera bisa menebak bahwa yang lain tentulah Toa-mo.
Mereka bertiga kini telah lengkap berada di hadapannya !
"Berhenti!" ketiga orang iblis dari Laut Timur itu berteriak
berbareng. Wajah mereka yang bengis dan kasar itu
memperlihatkan kemarahan yang tertahan.
Melihat sikap mereka, Chu Seng Kun merasa bahwa akan
percuma saja bila ia ingin memberi keterangan kepada
mereka. Apapun yang akan dia katakan tentu tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka percaya. Tampaknya ketiga Iblis yang ganas itu hanya
ingin berkelahi dan membunuh, lain tidak!
Oleh karena itu Chu Seng Kun tidak berkata sepatahpun.
Dia justru mempersiapkan seluruh tenaga Pai-hud ciangnya.
Dan sebelum mereka berkata lebih lanjut, kedua belah
lengannya telah terayun ke depan dengan dahsyatnya.
"Wuuuuussss…..!"
Serangkum angin hangat menerpa ketiga orang lawannya
dan membuat hawa malam yang dingin itu menjadi terasa
nyaman dan nikmat. Begitu nyamannya sehingga ketiga orang
lawannya itu seperti sedang dibelai-belai oleh tangan-tangan
yang halus. Mata mereka menjadi berat dan rasa-rasanya tadi
kepingin tidur.
Tetapi sesaat kemudian ketika tangan Chu Seng Kun yang
penuh lwee-kang itu telah berada di dekat tubuh mereka,
mereka baru menjadi sadar dan kelabakan setengah mati.
Mereka baru sadar ketika dalam kenyamanan suasana itu tibatiba
dada mereka seperti ditindih oleh barang yang beratnya
ribuan kati, sehingga pernapasan mereka rasa-rasanya
menjadi tersumbat dan sukar untuk bernapas.
Darah mereka bergolak dan otomatis lwee-kang mereka
meronta untuk mengadakan perlawanan. Dan sungguh untung
bagi mereka bahwa pada saat-saat terakhir mereka bertiga
mampu menghimpun lwee-kang masing-masing dan
melontarkannya secara berbareng!
“Bummmmm…..!”
dua buah himpunan lwee-kang bertemu di udara dan
menimbulkan suara menggelegar seperti ombak menghantam
gunung karang.
Chu Seng Kun terdorong mundur dua langkah ke belakang,
sementara ketiga lawannya jatuh terguling-guling beberapa
meter jauhnya. Ketiga orang iblis dari Laut Timur itu melenting
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdiri dengan cepatnya. Mula-mula wajah mereka
menunjukkan perasaan heran dan takjub melihat kekuatan
pemuda yang berada di hadapannya itu, tapi sejenak
kemudian wajah mereka berubah menjadi gelap dan penuh
nafsu membunuh.
"Bangsat! Anjing busuk yang mau mampus. Setan mana
yang mengirim engkau ke mari?” Toa mo mengumpat umpat.
"Hai, orang asing! Apa yang ditugaskan oleh Yap Tai
ciangkun kepadamu ? Menyelidiki kekuatan kami di sini?" Ji
mo yang garangpun ikut berteriak.
Ketika Chu Seng Kun tetap diam dan bahkan telah
mempersiapkan lagi serangannya, mereka tidak berani lagi
banyak omong. Toa-mo segera memberi isyarat kepada
saudaranya untuk membentuk barisan Ang-cio hi-tin.
"Siapapun adanya dia kita tidak peduli! Karena dia berani
memasuki daerah kita, kita harus membungkam mulutnya
untuk selama-lamanya. Siapkan Ang cio hi tin ! Lekas !"
Ketiga iblis tersebut cepat mencabut pedang mereka yang
aneh. Kecuali Ji-mo yang memegang dua buah pedang, yang
lain memegang sebuah pedang di tangan kanan mereka
masing-masing. Masing-masing menempatkan dirinya di
belakang kakak seperguruannya yang tertua secara berurutan.
Chu Seng Kun melangkah setindak ke belakang melihat
formasi lawan yang aneh itu. Dalam perantauannya selama ini
ia belum pernah melihat atau mendengar bentuk barisan
seperti itu. Dipandangnya senjata lawan yang panjang seperti
gergaji sambil membayangkan moncong dari ikan cucut yang
pernah ia lihat.
“Ang-cio-hi-tin! Barisan Cucut Merah ! Apakah itu? Adakah
itu sebuah nama ilmu silat andalan mereka yang mereka
mainkan secara bersama ? Dimanakah letak kehebatannya?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Chu Seng Kun tidak memperoleh banyak waktu lagi
untuk berpikir. Ketiga iblis itu telah meloncat ke arah dirinya
dan menyerang dengan pedang gergajinya !
Seng Kun melangkah ke samping dengan tergesa-gesa
untuk menghindari serangan itu, tapi karena ia tidak
membawa senjata apapun, maka untuk selanjutnya ia hanya
bisa mengelak saja kesana kemari, sedikitpun tidak berani
menangkis. Padahal serangan lawan hampir tidak pernah
berhenti dan memberi peluang bagi dirinya untuk mengambil
napas. Tentu saja keadaan itu sungguh membuat ia menjadi
repot sekali ! Beberapa kali senjata gergaji itu hampir saja
mengenai tubuhnya. Untunglah Pek-in Gin-kang yang ia
kerahkan masih mampu menolongnya.
Tapi keadaan seperti itu terang tidak bisa berlangsung
lama, apalagi ketika lapat-lapat ia mencium bau amis dari
senjata yang aneh tersebut. Pemuda itu melirik ke
sekelilingnya, mencari senjata yang dapat ia pakai untuk
menahan serangan lawan. Dan ia menjadi gembira ketika
beberapa jauh dari tempatnya berdiri tergeletak sebuah golok
besar yang tadi ditinggalkan oleh para pengepungnya. Maka
sambil mengelak dari cecaran lawannya ia beringsut sedikit
demi sedikit ke arah tempat tersebut.
Tapi Toa mo tampaknya mencium maksudnya itu.
“Singkirkan golok itu!” teriaknya ke arah anak buahnya
yang menonton di pinggir arena, sementara pedang
gergajinya semakin menekan lawannya.
Gila. Chu Seng Kun menyumpah di dalam hati. Tampak
beberapa orang perampok mengambil golok yang diincarnya
itu.
Terpaksa pemuda itu mengerahkan tenaga Pek-hudciangnya
untuk mencari tempat-tempat lowong dari ketiga
orang musuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Ang-cio-hi-tin tersebut memang benar-benar hebat!
Pertahanan dari pedang sepasang yang dipegang oleh Ji-mo
sungguh kuat sekali, padahal kedua buah pedang yang
dipegang oleh Toa-mo dan Sam-mo selalu menyerang secara
bergantian.
“Hahahaha…..orang asing! Kini baru terbuka matamu,
bukan ? Haha….. jangan harap kau bisa lolos dari tangan kami
! Satu kali goresan saja dari pedang kami, kau akan
berjingkrak-jingkrak seperti monyet kena terasi….dan
……ginkangmu yang hebat itu tidak akan bisa lagi
menolongmu.” Ji-mo yang bersuara lantang itu terkekehkekeh
gembira.
“Eh, pemuda tampan! Sudahkah engkau mendengar Racun
Ubur-ubur Laut yang bisa bikin gatal itu? Hihihihi….itulah dia
kalau engkau ingin merasakannya! Terimalah sebuah goresan
saja dari pedang kami, hohoho…..!” Sam-mo yang bertubuh
kecil itu ikut mengolok-olok. Dari belakang ia mengayunkan
pedangnya dari samping tubuhnya.
“Racun Ubur-ubur Laut? Bukankah racun tersebut adalah
racun yang hampir membunuh Yang Kun, temanku itu? Kalau
begitu apakah orang ini pula yang melukainya…….?” Dengan
kaget Chu Seng Kun berdesah di dalam hati.
“Chu-toako!” tiba-tiba terdengar suara memanggil dari luar
arena. “Serahkan orang itu kepadaku! Dialah yang hampir
membunuh aku dahulu….!”
Dan sebelum gema suara itu hilang, dari semak-semak di
belakang mereka melayang sesosok tubuh ke tengah-tengah
arena. Di lain saat di dalam arena telah bertambah dengan
seorang pemuda lagi. Chin Yang Kun!
Kali ini giliran dari Tung-hai Sam-mo yang dibuat kaget
setengah mati. Tapi rasa kaget itu segera berubah menjadi
perasaan gembira bukan main begitu melihat siapa yang
datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hahaha-hohoho……anak setan! Benar-benar ajaib! Dicaricari
kemana-mana tidak ketemu tidak dicari malah datang
sendiri! Hohoho…. Sudah digariskan oleh takdir bahwa kau
memang harus mampus di tangan kami. Nah, lekas berikan
benda itu kepada kami!” Sam-mo yang sejak dahulu masih
juga takabur itu tertawa berkepanjangan.
“Benar, engkau agaknya selama ini juga mencari kami
untuk mengembalikan benda berharga kepunyaan pendekar Li
itu…..” Toa-mo menyambung perkataan adiknya.
“Dan…..jangan sampai kami melukai engkau lagi dengan
pedang ini,” Ji-mo ikut berbicara.
Ketiga orang iblis itu benar-benar tidak memandang
dengan sebelah mata kepada Chin Yang Kun. Mereka masih
meremehkan pemuda itu sebagaimana pada pertemuan
mereka setahun yang lalu, dimana pada saat itu mereka dapat
melukai dan menawan pemuda tersebut tanpa kesulitan.
“Yang-hiante, iblis inikah yang dulu melukai engkau….?”
Chu Seng Kun menyambut kedatangan kawannya dengan
gembira.
"Benar !" pemuda itu mengangguk. “Oleh karena itu
biarkanlah aku membalaskan sakit hatiku itu.” Yang Kun
berkata mantap.
“Tapi kuminta Yang-hiante tidak membunuh mereka! Toh
dahulu Yang-hiante juga tidak sampai mati di tangan
mereka.....” Chu Seng Kun yang sangat mengetahui siapa
adanya Chin Yang Kun sekarang benar-benar merasa khawatir
jikalau pemuda itu akan menyebar kematian di tempat
tersebut.
Yang Kun menoleh sekejap kepada temannya lalu dengan
sedikit mengangguk dia kembali mengawasi lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Asal mereka tidak terlalu mendesakku, aku juga tidak akan
membunuh mereka,” katanya. “Aku hanya ingin membalas
perlakuan yang pernah mereka lakukan kepada diriku....”
Kedua orang pemuda itu berbicara seenaknya seakan-akan
Tung-hai Sam-mo yang mereka bicarakan itu tidak berada di
hadapan mereka. Mereka berbicara seolah-olah mereka
berdua telah yakin benar bahwa mereka pasti dapat
menundukkan lawan-lawannya dengan mudah!
Tak heran jika iblis itu menjadi marah bukan main. Seakan
berdiri semua rambut di kepala mereka mendengar kata-kata
yang bernada meremehkan tersebut! Apalagi perkataan itu
dikeluarkan oleh dua orang yang mereka anggap
berkepandaian di bawah kemampuan mereka.
“Gila! Benar-benar gila......!” Toa-mo mencak-mencak.
“Bocah! Apakah engkau telah lupa bahwa kau tadi nyaris
mampus di tangan kami? Dan...kau bocah yang dulu juga mau
mampus pula! Apakah kau juga telah melupakan
pengalamanmu ketika kami seret dari luar kota Tie-kwan
sampai ke tempat tinggal pendekar Li itu?” teriaknya sambil
melotot ke arah dua pemuda itu berganti-gantian.
Tapi sedikitpun kedua pemuda itu tidak menggubris
kemarahan iblis tersebut. Keduanya justru saling memandang
dengan senyum dikulum.
Hampir meledak rasanya dada ketiga iblis yang biasa
ditakuti orang itu.
"Hiyaaaaaat.....!" ketiga-tiganya berteriak berbareng.
Dengan formasi Ang-cio-hi-tin yang pernah mereka pakai
untuk menundukkan Chin Yang Kun, Tung-hai Sam-mo
kembali menyerang pemuda tersebut. Pedang gergaji yang
berada di tangan Toa-mo meluncur cepat ke arah tenggorokan
Yang Kun. Gerakan mereka persis gerakan seekor ikan cucut
yang sedang menerjang mangsanya. Biarpun hanya Toa mo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menyerang, tetapi ternyata kedua orang adiknya juga
ikut melayang bagai menempel di badan Toa-mo !
Tetapi Chin Yang Kun yang mereka hadapi sekarang
bukanlah Chin Yang Kun beberapa tahun yang lalu. Selain
kepandaiannya telah maju berlipat ganda, pemuda tersebut
memang telah mempersiapkan diri jika sekali waktu bertemu
kembali dengan musuh lamanya itu. Dan kini cita-citanya
tersebut telah terlaksana, tanpa terduga ia dapat berhadapan
muka dengan mereka!
Tapi untuk menjajagi kekuatan mereka bila bandingkan
dengan kekuatannya sekarang, Yang Kun tidak lekas-lekas
menginjak tempat kelemahan barisan itu. Beberapa saat
lamanya ia masih berusaha mengelak kesana kemari dengan
sesekali juga melontarkan serangan balasan.
Kadang-kadang terbersit juga pada pikiran Yang Kun untuk
mengadu kekuatan tenaga dalamnya yang ampuh itu dengan
kekuatan gabungan mereka yang dulu mampu menggempur
dan menggencet dirinya. Tapi ia menjadi ragu-ragu. Ia telah
berjanji dengan Chu Seng Kun tadi bahwa ia tidak akan
membunuh mereka. Ia takut kalau tenaga Liong-cu-I-kangnya
itu tidak mampu mereka tahan, sehingga mereka menjadi
lumat karenanya. Selain itu ia telah berjanji kepada dirinya
sendiri bahwa ia akan membalas perlakuan mereka dahulu
dengan mempergunakan racun mereka sendiri. Agar mereka
juga tahu bagaimana rasanya Racun Ubur-ubur laut itu!
Oleh karena itu pertempuran satu lawan tiga tersebut
masih berlangsung dengan sengitnya. Tung-hai Sam-mo yang
marah dengan garang berusaha meringkus lawannya yang
masih muda, sementara lawannya itu masih juga meloncatloncat
mengitari barisan mereka.
“Memecah Karang memotong jalan…..!” Toa-mo
meneriakkan jurus yang harus mereka lakukan.
“Melepas Sirip berbalik jalan!” sambungnya lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tidak mengherankan kalau selama ini barisan mereka itu
belum pernah menemukan lawan. Gerakan mereka memang
benar-benar gesit dan tangkas. Sepintas lalu hampir tak
terlihat lowongan sedikit pun pada pertahanan mereka.
Mereka melenting, meloncat, menerkam dan menghindar
secara berbareng. Mereka bagaikan terdiri dan satu perasaan
saja.
Tenaga yang mereka lontarkan juga bukan main kuatnya,
karena dalam barisan itu tenaga mereka juga terkumpul
menjadi satu. Setiap serangan dan tangkisan yang dilakukan
oleh salah seorang dari mereka tak ubahnya kekuatan
gabungan dari mereka bertiga!
Untunglah Hok-te Ciang-hoat dari Chin Yang Kun telah
disempurnakan oleh neneknya sehingga kehebatannya sudah
menjadi berlipat ganda pula. Oleh karena itu meski Ang-cio-hitin
demikian hebatnya, pemuda itu tetap bisa melayaninya
dengan tangkas, tanpa mengalami kesulitan sama sekali.
Tentu saja keadaan itu membuat Chu Seng Kun yang tadi juga
menghadapi barisan itu menggeleng-geleng kagum. Sungguh
bukan main pesatnya kemajuan yang dicapai oleh temannya
itu.
"Moga-moga hati dan jiwanyapun berkembang ke arah
yang baik dan lurus. Pemuda dengan kepandaian seperti dia
sungguh sangat berbahaya apabila sampai berjalan di jalan
yang gelap dan kotor……” pemuda ahli pengobatan itu berdoa
dalam hati.
Ketika sekali lagi Yang Kun mampu meloloskan diri dari
serangan lawannya yang hebat dan ganas, Chu Seng Kun
menggeleng-gelengkan kepalanya. Ilmu silat kawannya ini
benar-benar hebat, katanya dalam hati. Mungkin dia sendiri
tidak bisa berbuat seperti itu. Dan hebatnya pemuda itu
seperti belum mengeluarkan seluruh kepandaiannya! Kadangkadang
tampak pemuda itu seperti masih mau menjajagi
kepandaian Tung-hai Sam-mo!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belasan jurus telah berlalu pula. Sekarang kelihatan kalau
Tung-hai Sam-mo mulai dijalari oleh kegelisahan. Lawan yang
dulu pernah mereka kalahkan itu kini ternyata telah berubah
menjadi sangat perkasa. Jangankan mengalahkannya, sedang
untuk melindungi diri dan mempertahankan barisan
merekapun kini tampaknya mulai susah. Gerakan tangan dan
kaki lawan mereka semakin tampak membingungkan serta
sulit diduga!
Agaknya Chin Yang Kun sudah dapat menyelami gaya
permainan ketiga iblis tersebut. Beberapa kali pemuda itu
seperti sudah dapat membaca maksud dan arah dari gerakan
mereka. Sehingga setiap jurus yang mereka keluarkan tentu
akan dipotong dan dibikin kocar-kacir sebelum jurus itu selesai
mereka lakukan.
Dan agaknya kegelisahan Tung hai Sam-mo ini terasa pula
oleh anak buah mereka yang berada di pinggir arena. Mereka
tampak mulai ribut dan siap untuk turun tangan membantu
pemimpin mereka itu.
"Nah ! Apakah kalian belum juga mengaku kalah dan
meletakan pedang itu?” Yang Kun mengejek.
Ternyata ketiga iblis itu sudah mata gelap! Rasa malu dan
penasaran membuat mereka gelap mata dan tak
mempedulikan lagi keselamatan mereka! Mereka menyerang
membabi buta.
“Tahan…..!” Yang Kun berseru, hingga ketiga orang
lawannya terpaksa menghentikan amukan mereka. “agaknya
kalian belum sadar kalau kalah. Kalian belum percaya kalau
aku masih menyayangi jiwa kalian. Huh, kalau aku mau, tanpa
bergerak ke tempat lainpun kalian takkan bisa mencelakakan
diriku…..”
"Babi sombong....! coba buktikan ucapanmu,” Toa-mo
berteriak makin marah. Bersama kedua adiknya ia kembali
menerjang Chin Yang Kun. Yang Kun tertawa gembira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Baik, lihatlah.....!”
Pemuda itu melingkar ke samping untuk menghindari
terkaman ujung pedang Toa-mo. Lalu ketika dilihatnya iblis itu
masih juga memburunya pemuda itu cepat-cepat melangkah
mundur lima tindak ke belakang.
Melihat gerakan itu Toa-mo yang sedang marah menjadi
tertawa dan menghentikan serangannya.
“Hahaha....anak muda, kau tadi bilang tidak akan bergerak
dari tempatmu. Lalu mengapa kau sekarang malah berlari
mundur sambil terkencing-kencing begitu?”
Sekejap Yang Kun seperti mau marah, tetapi di lain saat
matanya menjadi redup kembali. “Hm, jangan bergembira
dahulu.....! aku memang belum mulai.....”
“Persetan! Kalau begitu mengapa engkau tidak lekas lekas
memulainya? Masih menunggu saat yang baik bagi
kematianmu? Ayoh!”
Tiga orang iblis dari Laut Timur itu memasang kuda-kuda
berdasarkan barisan Ang-cio-hi-tin mereka. Toa-mo yang
berdiri di depan menyilangkan tangan kirinya di depan dada,
sementara tangan kanannya yang memegang pedang terjulur
lurus ke atas. Ji-mo yang berdiri di belakangnya tampak
menyilangkan juga kedua bilah pedangnya diatas kepala,
sementara kedua kakinya ditekuk rendah sekali. Sedang Sammo
yang berada di ujung belakang dari barisan itu tampak
memegang tangkai pedangnya dengan kedua buah telapak
tangannya, seperti layaknya seorang tukang kayu yang ingin
membelah tonggak pohon dengan kapaknya! Itulah
pembukaan dari jurus Ikan Cucut Menunggang Ombak!
Sebuah jurus yang kaya dengan variasi dan kembangan!
Jurus itu biasa mereka pergunakan untuk menghadapi musuh
yang lihai dan sukar mereka hadapi. Karena dengan jurus
yang kaya dengan perubahan tersebut mereka cepat dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesuaikan diri dengan gaya dan gerakan lawan apabila
mereka secara tak terduga menemukan lawan yang berat.
Dan itu berarti ketiga iblis tersebut mulai berhati-hati dalam
menghadapi Chin Yang Kun. Agaknya mereka mulai berpikir
kalau-kalau lawannya kali ini memang telah maju pesat sejak
pertemuan mereka dahulu. Siapa tahu pemuda ini telah
memperoleh seorang guru yang pandai?
Sebaliknya, pemuda yang secara diam diam sudah
menyiapkan sebuah cara untuk menundukkan Ang-cio-hi tin
itu dengan tenang mengerahkan sebagian dari tenaga Liongcu-
i-kangnya. Tampaknya pemuda itu juga tidak mau
meremehkan barisan Cucut Merah lawannya. Dahulu ia pernah
pula merasakan bagaimana hebatnya barisan tersebut. Apalagi
dalam perang tanding seperti kali ini mereka tentu akan
mengerahkan segala kemampuan yang mereka miliki untuk
menjaga nama baiknya selama ini.
Oleh karena itu tentu tidak mudah pula bagi pemuda
tersebut untuk begitu saja menjalankan rencananya. Mereka
tentu akan melindungi tempat kelemahan mereka itu dengan
ketat sekali.
Sementara itu suasana di luar arena terjadi sedikit
kegaduhan ketika dari dalam rumah besar yang dijaga ketat
itu keluar seorang pemuda berpakaian sutera indah. Pemuda
itu berjalan tegap diikuti oleh seorang laki-laki gagah bertubuh
tinggi besar.
"Siauw Ongya, ...! Siauw Ongya.. !” para perampok itu
berteriak teriak menyambut pemuda berpakaian indah
tersebut.
Semula, baru mendengar nama Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai disebut oleh pangeran itu saja Chu Seng Kun sudah
merasa kaget setengah mati. Kini begitu melihat siapa yang
benar-benar datang di belakang pangeran itu, Chu Seng Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasanya malah seperti sedang bermimpi dan hampir-hampir
tidak mempercayai apa yang telah dilihatnya.
Laki-laki tampan bertubuh tinggi besar itu sungguhsungguh
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang sangat
dikenalnya!
Sementara itu empat orang jago yang telah siap untuk
bertarung di dalam arena itu telah mulai berlaga. Mereka tidak
mempedulikan sama sekali keributan kecil yang disebabkan
oleh kedatangan pangeran itu. Masing-masing telah dicekam
suasana tegang di antara mereka sendiri. Masing-masing tidak
mau melepaskan mata dan perhatian kepada lawan yang
berada di depannya. Dan pertempuran mereka kali ini benarbenar
hebat luar biasa.
Tung-hai Sam-mo yang menyadari bahwa mereka kini
sedang berhadapan dengan seorang jago muda
berkepandaian tinggi, benar-benar mengerahkan segala
kemampuan mereka dalam Barisan Cucut Merah itu. Mereka
bertiga bergerak dengan lincah dan gesit secara berbareng,
sehingga sepintas lalu mereka seperti bukan terdiri dari tiga
orang manusia tetapi seperti lengket menjadi satu jiwa saja.
Mereka meloncat, menerjang, menghindar dan menjatuhkan
diri dengan manis sekali seperti tiga orang pemain akrobat
yang sedang memainkan gaya dan gerakan ikan cucut di
lautan.
Mereka menyerang dan bertahan dengan rapi sekali.
Mereka agaknya juga telah menyadari tempat kelemahan
mereka, sehingga dalam pertempuran mereka itu mereka
sungguh sungguh memperkuat tembok pertahanan dari
barisan mereka tersebut.
Sedangkan Chin Yang Kun yang kali ini ingin membuktikan
ucapannya bahwa ia sebenarnya mampu menundukkan Ang
cio-hi-tin juga berusaha sekuat tenaga untuk
membuktikannya. Biarpun karena alasan-alasan yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disebutkan di muka pemuda itu tidak mau mengeluarkan ilmu
pemberian nenek buyutnya.
Ternyata Hok te Ciang-hoat yang telah disempurnakan itu
telah lebih dari cukup untuk menghadapi Barisan Cucut Merah
ketiga iblis tersebut. Gerakan tangan dan kakinya yang kuat
dan cepat itu ternyata mampu menahan dan membendung
gerakan ikan cucut yang dilakukan oleh ketiga iblis tersebut!
Sehingga lambat laun ikan yang ganas itu semakin terpojok
dan sulit bergerak seperti layaknya seekor ikan yang
terperangkap di dalam jarring! Kemanapun mereka akan
bergerak rasa rasanya selalu membentur kekuatan lawan yang
melingkupinya.
Akhirnya beberapa saat kemudian justru ketiga orang itulah
yang terkurung dan tidak bisa bergerak lagi dengan leluasa.
Hok te Ciang-hoat dari Chin Yang Kun yang hebat itu
mengurung dan mendesak mereka.
“Setan! Ibliiis…..!" Toa-mo yang suka mengumpat itu
berteriak penasaran.
“Hei, kau memaki siapa?" Yang Kun dengan tenang
membalas seloroh itu. "Apakah engkau memaki dirimu sendiri
? Haha.... sungguh baru kali ini aku mendengar ada orang
memaki julukannya sendiri! Benar benar tidak aturan !"
"Anjing! Babi! Cacing busuk.......! Kubunuh kau!” Toa-mo
meralat makiannya.
“Hahaha….. cobalah kalau bisa! Tapi sementara itu aku
akan membuktikan bahwa Ang-cio-hi-tin kalian ini benar-benar
tidak bisa berbuat apa-apa kepadaku meski aku hanya berdiri
diam saja di suatu tempat….!”
"Bangsaaaat…..! Kau sungguh sombong sekali! Lekas
kaulakukan....... Iekaaaas........!"
Kemarahan Tung-hai Sam-mo benar-benar telah mencapai
ubun-ubun. Dengan Ang-cio-hi-tin mreka menerjang Chin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun tanpa perhitungan lagi. Dalam benak mereka hanya
ada satu keinginan yaitu lekas-lekas menggasak pemuda
sombong itu dan mencincangnya sampai lumat. Begitu
bernafsunya mereka sehingga mereka tidak begitu
memperhatikan lagi pertahanan mereka!
Dan inilah yang dikehendaki Chin Yang Kun. Di antara
amukan mereka yang membabi buta ia melihat banyak
lowongan yang terbuka. Maka tanpa menanti waktu lebih lama
lagi Yang Kun melejit ke depan, menerobos pertahanan lawan
dan menurunkan kakinya di samping tubuh Ji-mo.
Ji-mo segera menyongsong dengan pedang gergajinya.
Tapi pemuda itu dengan mudah mengelakkannya, lalu dengan
sedikit mengerahkan Liong-cu-i-kang pada jari-jarinya pemuda
itu menjentik pedang lawan.
“Tingggg!”
Pedang itu membalik dengan keras dan benar saja
menyobek leher Ji-mo sendiri. Untuk saat itu segera
membuang diri ke belakang, biarpun oleh karena hal itu ia
menjadi terhuyung-huyung keluar dari dalam barisan!
Otomatis bentuk barisan tersebut menjadi rusak. Dan kalau
saja Chin Yang Kun pada saat itu mau meneruskan
serangannya, tak pelak lagi barisan tersebut akan hancur.
Tapi Yang Kun ternyata tidak mempergunakan kesempatan
baik itu. Pemuda itu hanya melangkah ke depan mengikuti
gerakan kaki Ji-mo yang goyah. Tampaknya ia benar-benar
ingin membuktikan ucapannya tadi, bahwa ia mampu
membuat barisan yang sangat dibangga-banggakan itu tak
berkutik sama sekali terhadap dirinya ! Pemuda itu berusaha
menempel terus di sebelah Ji mo yang malang.
Kedua Iblis yang lain segera menyesuaikan diri. Mereka
segera mendekati Ji-mo guna menyusun lagi barisan mereka.
Mereka belum menyadari bahwa lawannya sudah menginjak
titik kelemahan mereka. Mereka baru merasa terkejut ketika
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka bertiga sama sekali tidak bisa menyerang pemuda itu.
Mereka menjadi kikuk dan tak bisa menyerang lawan yang
berada di samping perut dan cucut mereka!
Bagai seekor belatung ketiga iblis itu melejit kesana kemari,
berusaha dengan sekuat tenaga menghindari tempelan Chin
Yang Kun. Tapi seperti seekor lintah pemuda itu tetap melekat
di samping mereka.
“Nah, kalian lihat! Bukankah barisan kalian ini sudah tidak
berguna lagi......? Baik moncong maupun sirip ekor kalian
tidak mampu menyentuh tubuhku! Satu-satunya jalan
hanyalah mempergunakan pedang Ji-mo. Tapi seperti kalian
lihat tadi, begitu Ji-mo ikut menyerang….. barisan ini tidak
punya pertahanan lagi! Sekali terjang Ang-cio-hi-tin ini akan
hancur!” Yang Kun berseru diantara langkahnya.
"Kurang ajar! Monyet busukkk...!" Tung hai Sam-mo
semakin naik pitam. Mereka menyerang semakin ngawur. Kini
tidak lagi dalam formasi Ang-cio-hi-tin. Mereka menyerang
berserabutan.
“Heeiiitt!”
Yang Kun menjejakkan kakinya ke atas tanah dan tubuhnya
melenting tinggi melampaui kepala lawannya sehingga ketiga
orang musuhnya untuk sekejap seperti kehilangan sasaran.
Dan sebelum ketiga orang itu menyadari keadaannya, Yang
Kun sekali lagi menyerang mereka. Dengan jurus liongongsao-
te (Raja Naga Menyapu Tanah) kaki pemuda itu dari
atas menyapu tiga kepala lawan yang berada dibawahnya.
Angin tajam yang meniup di atas mereka segera
menyadarkan ketiga iblis tersebut dari kebengongannya.
Secara berbareng mereka bertiga menjatuhkan diri di atas
tanah, kemudian berguling menjauhkan diri.
Mereka bergerak dengan sangat tangkas dan sigap.
Meskipun begitu ternyata gerakan mereka masih terlalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lamban bagi Chin Yang Kun! Pemuda itu dengan gesit telah
mendahului dan memotong gerakan tersebut.
Bagai kilat menyamber kedua belah tangan Chin Yang Kun
menyambar ke arah lawannya dan sebelum semua orang tahu
apa yang telah terjadi, ketiga iblis dari Laut Timur itu telah
kehilangan pedang masing-masing. Semuanya telah berpindah
ke tangan Chin Yang Kun! Dan sebelum ketiga iblis itu mampu
berdiri dengan tegak, pedang yang berada di tangan pemuda
itu kembali meluncur ke arah pemiliknya masing-masing
dengan dahsyat.
Tiada waktu atau kesempatan sama sekali bagi Tung-hai
Sam-mo untuk mengelak. Semuanya berlangsung dalam
tempo yang sangat cepat. Jangankan untuk menggerakkan
badan, sedang untuk mengejapkan mata saja rasa-rasanya
sudah tidak keburu lagi! Maka di lain saat terdengar suara
jeritan mereka ketika pedang-pedang itu menghujam ke
dalam paha mereka masing-masing.
“Nah! Inilah pembalasanku! Kalian rasakan juga racun
ubur-ubur laut kalian itu.....!” Yang Kun berseru diantara suara
lolongan mereka.
“Hmm…..sungguh kejam!” tiba-tiba terdengar suara desah
seseorang dari pinggir arena.
Chin Yang Kun cepat membalikkan tubuhnya. Dengan
tajam matanya menatap laki-laki muda yang mengeluarkan
suara itu. Seorang laki-laki muda dengan pakaian bersih dan
indah! Beberapa orang pengawal tampak melingkarinya. Dan
salah seorang di antaranya, yang bertubuh tinggi besar benarbenar
membuat pemuda itu tersentak kaget bukan kepalang!
Beberapa saat lamanya Yang Kun seperti tidak percaya
pada penglihatannya! Beberapa kali pemuda itu mengejapngejapkan
matanya, persis seperti yang dilakukan pula oleh
Chu Seng Kun! Kedua-duanya sama-sama terkejut setengah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati! Hanya kekagetan mereka kali ini mempunyai dasar yang
berlainan.
Bagi Chu Seng Kun, selain tidak menyangka bahwa ia akan
dapat bertemu muka dengan sahabat lamanya yang telah
lama tidak pernah jumpa, pemuda itu juga merasa kaget
melihat sahabat itu kini berbalik memusuhi pemerintahan
Kaisar Han!
Sementara bagi Chin Yang Kun, perasaan kaget itu lebih
didasarkan pada rasa gembiranya dapat bertemu dengan
salah seorang yang dianggapnya telah membantai seluruh
keluarganya. Pada waktu ibu dan adik-adiknya mati diracun
orang di tengah hutan itu, si pembunuh meninggalkan surat
agar ia pergi ke tepi sungai Huang-ho untuk menemui orang
itu. Dan di dalam gubug yang telah ditentukan itu ia
menjumpai orang ini! Saat itu ia dapat menangkap orang ini,
sayang karena kelalaiannya orang ini dapat melarikan diri.
Dalam waktu yang singkat, wajah Yang Kun yang semula
cerah karena dapat membalas dendam terhadap Tung-hai
Sam-mo, berubah menjadi keruh kembali. Hatinya tampak
bergolak dengan hebat. Bayangan ibu dan adik-adiknya yang
mati keracunan kembali menggoda hatinya.
Tapi sebelum pemuda itu berbuat lebih lanjut, laki-laki
muda yang dikawal oleh musuh besarnya itu telah melangkah
ke depan. Dengan garang ia menunjuk ke arah Tung-hai Sammo
yang bergulingan di atas tanah karena menderita gatal di
sekujur tubuhnya itu.
"Souw-taihiap... Bawa mereka ke pinggir dan obatilah!"
perintah laki-laki muda yang dipanggil siauw-ongya oleh para
pengikutnya itu.
Pengawal berperawakan tinggi besar yang dipanggil
dengan nama Souw taihiap itu melangkah maju tanpa berkata
sepatahpun. Wajah yang sebenarnya sangat ganteng itu
tampak sangat dingin dan kaku, sedikitpun tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memancarkan perasaan yang terkandung di dalam hatinya.
Dengan langkah ringan ia mendekati Tung-hai Sam-mo
bergulingan di tengah-tengah arena, menotoknya beberapa
kali kemudian menyeret mereka kepinggir dan menyerahkan
kepada pengawal-pengawal yang lain. Semua itu ia kerjakan
dengan cepat dan tangkas sehingga semua orang baru sadar
ketika semua itu telah selesai dikerjakannya.
"A Hai... eh saudara Souw ! Selamat berjumpa!” Chu Seng
Kun yang sudah sekian lamanya berdiri mematung itu
menyapa dengan suara bergetar. Oleh karena sedikit gugup
pemuda itu sampai memanggil dengan namanya saja. Sebuah
nama yang dipakai oleh Souw taihiap itu ketika masih
menderita sakit ingatan dahulu.
Pengawal itu tergagap dan menoleh dengan cepat!
Matanya yang dingin itu terbelalak, seperti orang yang sedang
tersentak dari sebuah lamunan yang mengecewakan. Sekejap
mata ia memancarkan sinar kegembiraan yang besar, tapi
sedetik kemudian sinar itu menjadi layu kembali. Malahan
beberapa kali tampak oleh Chu Seng Kun, sahabat lamanya itu
menghela napas berulang-ulang.
“Saudara Chu..." sahabat itu akhirnya berdesah perlahan,
"….. sayang kita terlambat berjumpa sehingga kita terpaksa
harus berdiri berseberangan..... Aku..... ahh, sudahlah !"
"Saudara Souw! Apa….apakah maksudmu? Apakah yang
terjadi ? Kau......?" pemuda ahli pengobatan itu terbelalak
bingung menyaksikan sikap sahabatnya yang aneh.
"Saudara Chu, sungguh panjang kalau diceritakan.
Sekarang lebih baik kalian meninggalkan tempat ini,
sebelum...”
"Souw taihiap, mengapa berhenti? Ringkus juga kedua
mata-mata Kaisar Han itu! Jangan biarkan lolos !" siauwongya
yang berpakaian indah itu memberi perintah lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah pendekar itu tampak menegang sebentar kemudian
tertunduk lesu kembali. Matanya yang sayu itu menatap jauh
ke depan.
"Orang ini adalah temanku. Dia bukan penjahat atau matamata.
Biarkanlah dia pergi....” ucapnya datar.
“Huh! Apakah Souw taihiap sudah mulai membangkang
terhadap perintahku?” siauw-ongya itu menegur tak senang.
“Apakah Souw-taihiap sudah melupakan.....?”
“Baik! Akan kutangkap dia!” pendekar itu berteriak dengan
penuh penasaran. Suaranya menggeledek, menggetarkan
pucuk-pucuk pohon yang tinggi. Lalu dengan enggan ia
menunduk ke arah Chu Seng Kun. “Saudara Chu.....maafkan
aku! Aku benar-benar seorang yang tidak tahu membalas
budi! Dengan sangat terpaksa hari ini aku harus menangkap
kalian....”
“Bangsat! Pembunuh keji! Lihatlah mukaku....” Yang Kun
yang sejak tadi juga hanya berdiam diri itu tiba-tiba berteriak
keras. Kakinya yang panjang itu meloncat dengan tangkas ke
muka.
“Yang-hiante, tunggu.....! Jangan.....!” Chu Seng Kun
berteriak khawatir.
Tapi dengan tegak dan dada tengadah Chin Yang Kun telah
berdiri di depan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Matanya
menyala seakan mau membakar tubuh lawan yang berada di
mukanya. Kedua tangannya terkepal di depan dadanya, siap
untuk melontarkan Liong-cu-i-kangnya yang ampuh.
“Pembunuh licik! Apakah kau masih mengenal aku?”
geramnya menahan marah.
Hong-gi-hiap cuma melirik sekejap, sedikitpun tidak
terpengaruh oleh sikap Chin Yang Kun yang ganas dan
mengandung nafsu membunuh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hmm, aku belum pernah melihatmu, apalagi mengenalmu.
Siapakah engkau? Mengapa engkau menuduh aku sebagai
pembunuh licik?" Hong-gi-hiap balik bertanya. Lalu
sambungnya lagi dengan nada agak ragu, “Apa..... apakah
ada salah seorang dari keluargamu yang telah kubunuh?"
"Kau memang telah melupakanku. Tapi aku tidak akan
pernah lupa pada pembunuh ibu dan adik-adikku!” Chin Yang
Kun menjawab tegas.
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menghela napas dengan
berat sekali, kepalanya tertunduk semakin dalam. Kelihatan
betapa sedih hatinya.
“Engkau mungkin benar! Hampir sepuluh tahun aku
kehilangan ingatanku, dan selama itu pula aku tak sadar pada
apa yang telah kukerjakan. Mungkin pada saat itu pulalah aku
telah kesalahan tangan membunuh keluargamu…..”
Sementara Chu Seng Kun menjadi semakin bingung
menyaksikan keadaan tersebut. Belum juga hilang rasa kaget
dan herannya, kini ditambah lagi dengan sikap Yang Kun yang
aneh terhadap Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, sahabat
lamanya!
“Yang-hiante, bersabarlah…..! mengapa pula kau ini?”
serunya melerai. Kemudian melihat kawannya itu tidak dapat
juga disabarkan, ia baru menghadapi Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai. “Saudara Souw, kawanku ini agaknya telah
mencurigai engkau, bahwa kau telah membunuh
keluarganya…..saudara Souw, benarkah engkau meracuni
wanita dan anak-anak setahun yang lalu? Tepatnya di hutan
sebelah utara kota Tie-kwan?"
Hong-gi hiap menoleh dengan cepat. Matanya yang
mencorong itu tampak berkilat merah. Kelihatannya ia
tersinggung mendengar tuduhan itu.
"Setahun yang lalu... ? Saudara Chu, jikalau aku sampai
berbuat jahat ataupun perbuatan tidak baik yang lain pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepuluh atau lima tahun yang lalu, mungkin semua orang
akan percaya, karena pada saat itu aku menderita sakit lupa
ingatan. Tapi setelah penyakit tersebut kausembuhkan pada
lima tahun berselang....apakah semua orang masih
mempercayainya juga kalau aku berbuat sekeji itu? Dan harap
direnungkan baik-baik, pernahkah Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai mempergunakan racun? Kukira, kalau hanya untuk
membunuh orang saja kedua tanganku ini sudah lebih dari
cukup. Tak perlu aku mempergunakan senjata ataupun tetek
bengek seperti racun itu.....!”
Chu Seng Kun mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia
percaya seratus persen pada kata-kata itu, karena ia tahu
betul macam apa Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu. Apa yang
baru saja diucapkan oleh pendekar sakti itu memang benar
adanya.
Lain halnya dengan Chin Yang Kun! Selain selama ini dia
memang belum pernah mendengar ataupun melihat sepak
terjang Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, pemuda itu memang
benar-benar telah dibutakan oleh dendam yang menyala di
dalam hatinya. Ucapan yang panjang lebar dari pendekar sakti
itu justru ditafsirkan sebagai kata-kata hinaan terhadap
dirinya.
“Bangsat! Betapa sombongnya engkau.....!”
“Hah? Apa-apaan ini? Souw taihiap, mengapa tidak lekaslekas
turun tangan juga?” tiba-tiba siauw-ongya itu berteriak
tak sabar. “Cepat ringkus mereka!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 10
“SAUDARA Souw ingatlah ! Jangan kauindahkan perintah
gila itu! Mari kita bersama-sama meninggalkan tempat ini!"
Chu Seng Kun berteriak memperingatkan sahabat lamanya itu.
Dan ketika Hong gi hiap tidak juga bergerak dari tempatnya.
Chu Seng Kun berganti siasat. “… Atau kita lawan saja orang
itu dan kita bubarkan para perampok yang mengganggu
rakyat ini! Saudara Souw….?”
"Kurang ajar! Tutup mulutmu!” siauw ongya itu
membentak.
Kakinya menjejak tanah dan tubuhnya meluncur ke arah
Chu Seng Kun. Kedua buah tangannya dengan telapak tangan
terbuka menghantam lurus ke muka, mengarah ke wajah
pemuda ahli pengobatan itu. Serangkum hawa panas melesat
dari kedua belah telapak tangannya, membelah udara malam
yang dingin mencekam itu.
Pada saat yang sama, Chin Yang Kun yang juga sudah
tidak tahan lagi menahan luapan dendamnya, telah maju
menerjang Hong gi-hiap Souw Thian Hai !
Maka di lain saat dengan disaksikan oleh ratusan pasang
mata, berlangsunglah suatu pertempuran sengit antara tokohtokoh
persilatan berkepandaian tinggi. Begitu dahsyatnya
pertempuran mereka, sehingga para perampok yang
memagari arena itu terpaksa berlarian mundur menjauhkan
diri. Masing masing mencari perlindungan diantara pohon
pohon dan reruntuhan rumah yang berserakan di sekitar
tempat itu. Mereka menjadi ketakutan ketika melihat beberapa
orang kawan mereka jatuh terkapar di atas tanah akibat
terkena angin pukulan mereka yang nyasar.
Bukan hanya itu saja!
Tanah, pasir dan batu kerikil yang tersepak oleh kaki kaki
orang sakti itu ternyata juga mampu menembus kulit mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan merusak benda benda di sekitar arena tersebut. Oleh
karena itu dapat dibayangkan, betapa dahsyatnya
pertempuran mereka itu.
Chu Seng Kun yang melayani pangeran muda itu benar
benar dibuat terkejut oleh kesaktian lawannya. ilmu silat
lawan yang bersifat keras dan cepat itu benar-benar hebat
luar biasa. Apalagi setiap gerakannya selalu ditunjang oleh
hawa panas yang keluar dari tubuh pangeran itu ketika
mengerahkan Iwee kangnya! Dan hawa panas ini benar-benar
sangat mengganggu konsentrasi Chu Seng Kun, karena hawa
panas itu keluar dari badan lawan seperti tak habis habisnya,
sehingga lambat laun hawa panas tersebut seperti mau
membakar udara di sekitar mereka.
"Gila! Ilmu apa pula ini?” geram Chu Seng Kun sambil
meringis kesakitan ketika lengannya menangkis pukulan
lawan. Lengan lawannya seperti berubah menjadi bara api
yang menyengat kulitnya ketika saling berbenturan.
Sedangkan di arena yang lain tampak Chin Yang Kun
sedang berusaha keras untuk menguasai lawannya. Masih
terbayang bayang di dalam benak pemuda itu ketika mereka
bertemu dan bertempur di dalam gubug kosong di tepi sungai
setahun yang lalu. Lawannya, yagg ternyata adalah seorang
pendekar besar itu mempunyai bermacam-macam ilmu silat
aneh. Salah satu di antaranya adalah ilmu silat yang dilakukan
dengan separuh badan. Untunglah dengan Hok te Ciang
hoatnya yang belum disempurnakan itu ia mampu
menundukkan orang itu.
Sekarang ilmu silatnya telah dibenahi dan disempurnakan
oleh neneknya. Selain dari pada itu ia juga telah menerima
warisan Liong cu i-kang dan Kim coa ih-hoat! Maka betapapun
selama ini orang itu juga telah menyempurnakan ilmunya,
Yang Kun masih beranggapan bahwa ilmunya masih lebih
tinggi dari pada ilmu lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang Kun tampak semakin bernafsu. Ia tidak ingin
lawannya terlepas seperti dulu lagi. Dengan Hok-te Cianghoatnya
yang hebat ia mengurung Hong gi hiap Souw Thian
Hai. Beberapa kali dapat mendesak dan menggempur ilmu
silat Iawan tapi sejauh itu ia belum dapat menjatuhkannya.
Sedangkan Hong gi hiap sendiri, biarpun selalu terdesak
dan terkurung oleh pukulan Yang Kun tapi pada saat yang
sulit ternyata masih selalu bisa menyelamatkan diri. Dan hal
itu tentu saja sangat menjengkelkan Chin Yang Kun! Rasanya
dalam keadaan terjepit pendekar besar itu masih punya jurusjurus
cadangan yang aneh-aneh untuk meloloskan diri.
Dan yang lebih menjengkelkan lagi, meski sedang repot
mempertahankan diri, pendekar itu masih selalu mencari
kesempatan untuk menoleh ke arah pertempuran yang lain.
Sehingga dalam pandangan semua orang, meski pendekar itu
kelihatan terdesak dan mengalami kesulitan, tapi sebenarnya
justru berada di atas angin. Perbuatannya yang seolah-olah
sedang mengalami kerepotan itu hanyalah suatu siasat untuk
menjajagi kekuatan lawannya.
Tentu saja keadaan itu membuat Chin Yang Kun
tersinggung dan marah sekali! Apalagi ketika berkali-kali
lawannya memang selalu dapat lolos dari lubang jarum,
pemuda itu menjadi semakin marah dan merasa terhina. la
merasa seakan-akan lawannya itu memang sedang bermainmain
untuk menggoda dirinya.
"Yang-hiante, tahaaaan.. .! Jangan kau lawan orang itu!
Kau……kau…….dia….!" Chu Seng Kun berteriak di antara
kesibukannya sendiri melawan siauw-ongya itu.
Tapi teriakan Seng Kun itu justru semakin menambah
kemarahan Chin Yang Kun. la merasa dipandang rendah
kepandaiannya. la merasa bahwa kawannyapun menyangsikan
kemampuannya untuk menghadapi Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kurang ajar!” pemuda itu menggeretakkan giginya dan di
lain saat ia telah menyambar sebuah golok yang tergeletak di
atas tanah. Dan sekejap kemudian pemuda itu telah
mengubah cara bersilatnya.
Sementara itu Chu Seng Kun yang sedang terkurung oleh
hawa panas lawannya tampak berusaha memperbaiki
keadaannya. Dengan Kim-hong-kun hoat warisan nenek
moyangnya, pemuda menghadapi ilmu silat lawan yang keras
dan cepat. Sementara secara perlahan-lahan ia mengerahkan
Pai-hud-sin kang untuk melindungi badannya dari pengaruh
sinkang lawannya yang aneh. Beberapa waktu kemudian
keadaannya berangsur-angsur menjadi baik. Ternyata baik
Kim hong-kun hoat maupun Pai hud sin kangnya mampu
mengimbangi ilmu yang aneh tersebut. Udara disekelilingnya
tidak terasa begitu panas lagi, sehingga tubuhnya menjadi
lega dan dapat berkonsentrasi kembali.
Chu Seng Kun lalu berusaha mengamati ilmu silat lawan
yang hebat tersebut. Biarpun gerakan-gerakannya terasa
asing, tapi pemuda itu merasa pernah melihatnya. Cuma di
mana ia pernah menyaksikannya, ia telah lupa sama sekali.
Begitu pula dengan sinkang lawan yang berhawa panas itu,
rasa rasanya ia pernah mendengarnya pula.
Ketika siauw-ongya itu berputar ke samping untuk
memukul pelipisnya. Chu Seng Kun tidak berusaha untuk
mengelakkannya. Pemuda itu justru memapakinya dengan
jurus Merentang Sayap di Atas Kepala, salah sebuah jurus Kim
hong kun hoat yang hebat. Kedua buah lengannya secara
serentak merentang ke samping dengan kuatnya, hingga
ketika lengan itu membentur pukulan lawan terdengar suara
berdentang bagai besi menghantam baja.
"Duuuuukkk !!”
Mereka sama-sama tergetar, mundur beberapa langkah ke
belakang. Dan untuk beberapa saat mereka hanya berdiri
saling pandang, masing-masing masih mencoba mengamati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri untuk mengukur kekuatan lawan. Ternyata tenaga mereka
berimbang, begitu pula ilmu silat mereka !
Chu Seng Kun menoleh ke samping. Dilihatnya Yang Kun
masih bertempur dengan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan
sepintas lalu sahabat mudanya itu seperti di atas angin. Tapi
meskipun demikian Chu Seng Kun tetap juga khawatir
terhadap keselamatan Yang Kun.
Yang Kun masih sangat muda, pengalamannyapun belum
banyak. Meski dilihatnya anak muda itu mempunyai ilmu silat
tinggi, tapi yang dihadapinya sekarang adalah Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai, seorang pendekar sakti yang selama itu
belum pernah menemukan tandingan. Jadi kalau pendekar
sakti itu kini sampai terdesak oleh serangan Yang Kun, hal itu
benar-benar sangat mengherankan. Tentu ada apa apanya
dalam hal ini.
"Hah, ternyata kepandaianmu sangat tinggi. Tak heran
engkau berani melawan kami…" tiba-tiba siauw-ongya itu
menggeram keras, sehingga Chu Seng Kun tersentak dari
lamunannya. "......Tapi bagaimanapun juga kalian takkan
lepas dari tangan kami!"
"Siauw-ongya, biarkanlah kami yang membekuknya...."
empat orang pengawal yang tadi mengelilingi pangeran muda
itu maju ke depan.
Pangeran itu menoleh dengan dahi berkerut. Sejenak
kelihatan ragu-ragu. tapi akhirnya mengangguk. “Baik!
Lakukanlah! Tapi kuharap kalian berhati hati! Orang ini
mempunyai kepandaian yang lumayan ..."
Empat orang pengawal itu meloncat ke arena. Masingmasing
menggenggam golok besar di tangan kanan dan
membawa perisai besi di tangan kiri. Mereka berempat
meloncat berbareng, dengan gaya yang sama dan mendarat di
depan Chu Seng Kun secara berbareng pula. Gerakannya
tangkas dan sigap serta indah dipandang mata. Suatu tanda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa merekapun bukanlah orang-orang lemah dalam dunia
persilatan.
Tapi sebelum mereka mulai bergebrak, tiba tiba Hong gi
hiap Souw Thian Hai tampak melejit datang. Ternyata kali
inipun pendekar itu mampu meloloskan diri dari kurungan Chin
Yang Kun. Padahal pemuda itu sudah mempergunakan sebuah
golok untuk mengurung pendekar tersebut.
"Berhenti !” pendekar sakti itu berteriak. Tubuhnya yang
besar itu berdiri bertolak pinggang di antara kedua pihak yang
akan berlaga. Matanya yang mencorong dingin itu menatap ke
arah siauw-ongya. “Pangeran, sekali lagi kumohon kepadamu
untuk membebaskan saja mereka. Aku berani menanggung
bahwa mereka bukanlah mata-mata seperti yang dituduhkan
oleh Tung-hai Sam-mo. Aku yakin benar akan hal ini. Orang ini
adalah sahabat lamaku….”
“Souw Tai-hiap…..” pangeran itu menjawab tidak kalah
garangnya. “Sejak kapan Souw Tai-hiap mulai menyanggah
perintahku? Apakah mulai saat ini Souw Tai-hiap akan
mengingkari janjinya! Sekali lagi kukatakan, orang ini harus
ditangkap. Nah, silahkan Souw Tai-hiap mengerjakannya….!”
Wajah pendekar besar itu tampak merah padam.
“Pangeran! Agaknya pangeran juga telah melupakan
sesuatu. Dalam perjanjian yang kita buat itu hanya
menyebutkan bahwa aku hanya bertanggung jawab atas
keselamatan pangeran! Itu saja, lain tidak.”
"Tapi...... bukankah mereka juga bermaksud mencelakai
diriku ? Mereka datang sebagai mata-mata musuh, padahal
musuh itu akan membasmi kita semua. Lalu apa bedanya
semua itu?” pangeran itu berkata marah.
"Tentu ada bedanya, pangeran. Karena pangeran
bermaksud merebut takhta, maka musuh pangeran tentu
banyak sekali. Selain Kaisar Han dan pembantu pembantunya,
tentu masih ada juga yang lain, yaitu orang orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menginginkan juga singgasana itu. Dan semua orang itu tentu
akan selalu berusaha keras membunuh pangeran. Nah,
apakah saya harus membunuh mereka itu semua? Padahal
semua yang dikhawatirkan itu belum terjadi…?”
“Tetapi…?”
"Sudahlah, pangeran ! Aku hanya akan bertindak kalau
pangeran benar-benar di dalam bahaya. Selainnya hal itu aku
akan berdiam diri saja." Hong-gi-hiap Souw Thian Hai berkata
tegas.
"Huh! Baiklah ! Jika demikian biarlah kami menangkapnya
sendiri! Pengawal, kerahkanlah semua teman temanmu untuk
meringkus mata-mata ini !” Pangeran itu berseru.
"Baik !" jawab para pengawal, diikuti suara gemuruh para
perampok.
"Tahaaaan.....!”
Hong-gi hiap berteriak keras untuk menghentikan orangorang
itu. "Biarkan mereka pergi!”
Bukan main berangnya siauw-ongya itu !
“Hong-gi-hiap Souw Thian Hai! Kau benar-benar
menjengkelkan! Kau bilang kalau tidak akan turut campur, tapi
sekarang menghentikan pasukanku. Apa maksudmu
sebenarnya?”
"Orang ini bukan mata-mata! Dan orang ini juga tidak
bermaksud membunuh pangeran! Mengapa pangeran tetap
saja akan meringkusnya?"
"Jangan turut campur! Tentang mata-mata atau bukan,
biarkanlah aku nanti yang menyelidiki. Pokoknya ini saya
curigai, maka aku akan menangkap dia untuk diurus benar
tidaknya !"
"Hahahahahaaa ,.!" tiba tiba terdengar suara tertawa Chin
Yang Kun yang sangat keras. "Kalian ini benar-benar kerbau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sombong yang tidak tahu aturan. Memperbincangkan nasib
orang lain seperti anaknya sendiri, tanpa menanyakan
pendapatnya lebih dahulu.”
"Yang-hiante ? Apa maksudmu?'' Chu Seng Kun tergagap
kaget.
"Chu-toako, maafkanlah aku. Biarkanlah aku berkata
kepada mereka."
“Yang hiante….. ! Tapi kuharap .... kau jangan……”
Yang Kun meloncat setombak ke depan. Tanpa merasa
gentar sedikitpun ia bertolak pinggang diantara musuh-musuh
yang mengepungnya.
“Hai, dengarlah kau!” serunya lantang sambil menunjuk ke
arah siauw-ongya. “aku tidak peduli, apakah kau benar-benar
pangeran atau bukan. Yang terang kedatanganku kemari
hanya mempunyai satu maksud, yaitu menumpas....ya,
menumpas para perampok gila yang mengganggu wanita dan
penduduk di sini! Maka aku sungguh-sungguh tidak peduli apa
yang kalian perdebatkan tadi. Apapun yang akan kalian
putuskan, aku tetap akan menghajar kalian semua,....!"
pemuda itu berhenti sebentar, kemudian menoleh dengan
cepat ke arah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. ".......Dan kau,
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai! Aku baru tahu sekarang bahwa
nama dan gelarmu demikian muluk serta megah. Kau pun
tidak usah berlagak baik hati kepadaku. Bagaimanapun juga
aku akan tetap menuntut kematian ibu dan adikku! Nah, siapa
yang ingin kubereskan lebih dulu, majulah... ..!!"
"Bocah sombong ! Aku ingat sekarang, kiranya engkaulah
pemuda gila yang menyerang aku tanpa alasan di gubug
kosong itu. Lalu menyeret tubuhku melalui hutan di tepi
Sungai Huang-ho...." Secara mendadak Chu Seng Kun
mengerahkan Pek in Gin kangnya. Tubuhnya melesat tinggi,
lolos dari penjagaan empat pengawal yang tadi mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerangnya. Lalu dengan ringan mendarat di samping
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
“Saudara Souw..... saudara tidak usah melayani kemarahan
temanku itu. Ia telah dibutakan oleh dendamnya dan hal itu
memang bisa dimaklumi. Segala sanggahan ataupun
keterangan saudara Souw tentu tidak akan diterima olehnya.
Oleh karena itu demi kebaikan semua pihak, kuharap saudara
Souw mengalah kali ini. Biarkanlah hatinya menjadi dingin
lebih dahulu, baru nanti kita beri keterangan yang
sebenarnya.....” bisik pemuda ahli pengobatan itu kepada
Hong-gi-hiap Souw Tian Hai.
“Baiklah, Chu-toako. Aku memang tidak bermaksud
melawannya. Sejak tadi aku memang selalu mengalah.”
“Terima kasih, saudara Souw. Marilah kita berdiri di pinggir
sekarang! Kita lihat sepak terjang temanku itu.”
Perlahan-lahan kedua sahabat lama itu bergerak ke tepi,
menyisih dari para perampok yang berduyun-duyun
mengepung tempat tersebut. Oleh karena ada Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai disisinya, tak seorangpun anggota perampok
yang mengganggu Chu Seng Kun.
“......tapi kita jangan terlalu jauh dari pertempuran.
Bagaimanapun juga aku terikat untuk melindungi keselamatan
pangeran itu.” Hong-gi-hiap berkata pelan.
“Tidak! Akupun ingin sekali melihat pertempuran ini.
Sebuah pertempuran yang tentu sangat mengerikan sekali
keadaannya….”
"Mengerikan? Apa maksud saudara Chu?" Chu Seng Kun
menghela napas berulang ulang. Dipandangnya Chin Yang
Kun yang kini berada sendirian di tengah-tengah arena.
Pemuda sakti itu tampak memegang sebuah golok besar,
matanya yang tajam tampak memandang berkeliling, ke arah
lautan senjata yang mengepungnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Saudara Souw, ketika bertempur melawanmu tadi,
mungkin dia belum mengeluarkan ilmunya yang
mengerikan.....Lihat sajalah nanti kalau dia sudah marah atau
sudah kewalahan menghadapi pengepungnya! Golok itu justru
akan dibuangnya dan dia akan mengeluarkan ilmunya yang
sangat mengerikan.”
“Mengerikan….?” Hong-gi-hiap berdesah perlahan, dahinya
berkerut.
Sementara itu suasana panas benar-benar telah membakar
hati setiap orang di tempat itu. Mereka seperti tidak punya
pilihan lain selain bertempur dan membunuh untuk
menghilangkan rasa sesak dan panas di dada mereka.
Mereka seperti lupa pada keadaan mereka. Lupa bahwa
mereka hampir tidak istirahat sepanjang hari. Lupa bahwa
malampun telah menjelang pagi dan semalam suntuk mereka
tidak tidur sama sekali.
Dan begitu salah seorang telah memulai menggerakkan
senjatanya, maka seperti kawanan lebah yang marah, yang
lain pun ikut mengayunkan senjata mereka. Dan disertai suara
hiruk pikuk yang memekakkan telinga pertempuran itupun
meledak dengan dahsyatnya !
Chin Yang Kun yang marah itupun tidak mau sungkan
sungkan lagi, Hok te To hoat (ilmu Golok Menaklukkan Bumi)
yang telah disempurnakan oleh neneknya ia keluarkan
sepenuh hati. Dengan disokong oleh liong-cu i-kangnya yang
tinggi, golok itu bergerak bagai malaikat yang haus darah.
Kemanapun golok itu pergi korban pasti berjatuhan ! Tak
seorangpun dari para perampok itu yang mampu menahan
kekuatan Liong-cu i kang yang tersalur lewat golok tersebut.
"Mundur….! jangan terlalu dekat dengan pemuda iblis itu!
Kepunglah dia dari kejauhan! Persiapkan anak panah !" siauwongya
yang belum mau turun tangan itu berteriak mengatur
anak buahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itu berloncatan mundur menjauhi Chin Yang
Kun. Mereka berdiri berjajar mengepung dari kejauhan.
Sebagian dari mereka mengeluarkan busur dan anak panah
yang telah diolesi racun pada ujungnya.
Yang Kun tegak berdiri di antara korban-korban yang
berserakan di tanah. Dipandang sepintas lalu keadaannya
sungguh sangat mengerikan. Kulit lengan serta pakaian yang
dipakainya penuh dengan percikan darah korbannya. Golok
yang dijinjingnyapun sudah tak berupa golok pula.Dari
pangkal sampai ujung telah dibasahi oleh darah segar yang
masih menetes-netes.
Pemandangan dalam arena pertempuran itu memang
sangat menggiriskan hati. Puluhan mayat yang tumpang tindih
tampak bergelimpangan memenuhi halaman rumah,
sementara bau amis dari darah yang berceceran semakin
terasa menusuk hidung. Pemuda itu benar-benar telah
menjadi malaikat pencabut nyawa yang menyebar maut!
"Huh, pengecut ! Mengapa kalian mundur ketakutan?
Bukankah aku hanya sendirian, sedang kalian ratusan
jumlahnya?" Chin Yang Kun menantang sambil mengacungacungkan
senjatanya.
"Lepaskan panah!" siauw-ongya itu berseru.
Sebentar kemudian terdengar suara jepretan panah hampir
bersamaan dan... untuk sekejap udara malam yang gelap itu
tampak semakin kelam dengan ratusan anak panah yang
terlepas dari busurnya. Dan sesaat kemudian Yang Kun telah
disibukkan oleh anak panah yang datang dan segala penjuru.
Pemuda itu memutar goloknya dengan kencang sehingga
hujan panah tersebut tak sampai mengenai tubuhnya. Tapi
anak panah itu seperti tak habis-habisnya! Benda itu meluncur
datang tak putus-putusnya, dan ini sangat menyukarkan
pemuda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bidik juga kakinya !” siauw-ongya itu memerintahkan
kembali.
Yang Kun semakin menjadi repot. Dia harus memutar
goloknya lebih kencang dan lebih merata. Dan ini sungguh
sangat memeras tenaga ! Satu dua batang anak panah mulai
lolos dari putaran goloknya, menghantam tubuh serta melukai
kulitnya. Untunglah, bagaimanapun juga Liong-cu i-kang
masih tetap melindungi dia, meski tidak sepenuhnya.
Tiba tiba pancaindera Yang Kun yang peka itu mendengar
desing suara panah yang lain dari pada desing anak panah
lainnya. Gaung suara anak panah tersebut serasa lebih
nyaring dari yang lain. Tapi karena panah yang datang
demikian banyaknya mana mampu dia membedakannya.
Tahu-tahu mata goloknya seperti membentur benda keras,
sehingga untuk sekejap daya putarnya seperti tertahan. Dan
akibatnya sungguh sangat hebat! Beberapa batang anak
panah kembali lolos dari putaran golok, sehingga kini betul
betul melukai badannya !
Darah mulai mengalir dari tubuh Chin Yang Kun. Darah
beracun yang sangat berbahaya bagi orang lain!
Darah yang keluar dari luka itu benar-benar makin
menggelapkan pikiran Chin Yang Kun. Dengan tenaga Liongcu
i-kang sepenuhnya pemuda itu membuang golok ke arah
lawan, diikuti oleh teriakannya yang merontokkan jantung !
Apa yang dilakukan oleh Yang Kun ini sungguh di luar
dugaan semua orang !
Kehebatan Liong-cu-i-kang yang tersalur lewat teriak
kemarahan itu benar benar menggoyahkan keseimbangan
badan pendengarnya. Belasan orang yang berdiri di baris
depan tampak terjerembab ke atas tanah dengan muka
kesakitan. Mereka merasa seperti ada ledakan petir yang
mengguncang isi dada mereka. Begitu sakit rasanya sehingga
mereka tidak dapat segera bangun. Malah beberapa orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diantaranya tampak bergulingan kesana kemari sambil
mendekap dadanya.
Sementara itu belasan orang pemegang panah yang telah
siap untuk melepas panah juga tidak luput dari pengaruh
teriakan itu. Tiba tiba mereka juga terhuyung sehingga busur
yang mereka tarik terlepas tak tentu arahnya. Akibatnya
beberapa batang diantaranya justru mengenai teman mereka
sendiri.
Dan yang paling mengerikan adalah golok yang dilepas oleh
Chin Yang Kun! Golok itu melesat bagai kilat menyambar,
suaranya mengaung tinggi menggetarkan udara malam. Dan
ketika benda itu menerjang ke arah para pengepung, tak
seorang pun sempat bergerak untuk mengelakkannya.
Golok itu menghajar dada seorang perampok hingga
tembus, lalu membabat putus dua buah lengan perampok lain,
kemudian menembus lagi tubuh dua orang di belakangnya
dan akhirnya baru berhenti ketika menghantam sebatang
pohon hingga tumbang.
Semua akibat dari perbuatan Chin Yang Kun tersebut
berlangsung seketika dan tidak lebih dari pada sekejap mata
saja. tetapi pengaruhnya sungguh membuat semua orang
tergetar hatinya. Termasuk Hong gi-hiap, Chu Seng Kun serta
orang yang disebut siauw-ongya oleh anak buahnya itu.
"Saudara Chu, kata orang tenaga sakti Im-yang kang dari
tokoh tokoh Im yang kauw itu tiada duanya di dunia ini."
Hong-gi hiap Souw Thian Hai berkata kepada Chu Seng Kun.
"Tapi melihat tenaga dalam pemuda ini, kata kata itu kukira
sudah tidak cocok lagi."
"Ahh …..saudara Souw terlalu merendahkan diri. Ang-peksin
kang (Tenaga Sakti Merah dan Putih) dari saudara Souw
sendiri juga tiada lawannya di dunia ini.....”
“Benar.....orang juga mengatakan demikian pula. Tapi
setelah aku menyaksikan sin-kang pemuda ini aku sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai ragu-ragu pula terhadap keampuhan Ang-pek-sin-kang
yang kumiliki.... Saudara Chu, siapakah sebenarnya pemuda
ini ?"
Chu Seng Kun menggeleng dengan cepat. "Entahlah! Aku
mengenal dia karena Kaisar Han….”
''Kaisar Han?"
“Benar! Baiklah nanti saya ceritakan setelah keadaan sudah
tenang....dan tentu saja saya juga ingin mendengar cerita
tentang .....keadaan saudara Souw.” pemuda ahli pengobatan
itu menjawab sambil tersenyum.
Air muka pendekar sakti itu mendadak menjadi gelap.
"Saudara Chu, riwayatku kali ini sungguh sangat
menyedihkan. Lebih berat rasanya daripada penderitaan yang
kualami ketika aku hilang ingatan dahulu....” katanya lemah.
Sementara itu pertempuran sadis dalam arena telah dimulai
lagi. Siauw-ongya yang kini telah turun tangan dengan
membawa busur dan anak panah, yang anak panahnya tadi
sempat membuat jebol pertahanan Chin Yang Kun, tampak
sudah memerintahkan lagi untuk melepas anak panah.
“Jangan takut! Dia sudah terluka oleh panah beracun
kalian. Sebentar lagi tentu jatuh ke atas tanah. Ayoh, bidikkan
panah kalian ke segala bagian dari tubuhnya!”
Kemarahan Chin Yang Kun benar-benar telah sampai
puncaknya. Dan seperti apa yang tadi telah diramal oleh Chu
Seng Kun, Yang Kun benar-benar telah mulai mempersiapkan
ilmunya yang mengerikan, Kim-coa ih hoat atau Baju ular
Emas. Pertama-tama pemuda itu melepas baju atas yang
kotor oleh darah, sehingga beberapa anak panah yang tadi
menancap di tubuhnya ikut tercabut pula keluar. Tak sepatah
katapun keluhan yang keluar dari mulutnya. Kalau toh bibir
yang terkatup itu mengeluarkan bunyi mendesis, hal itu bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena menahan sakit, tapi karena pemuda itu sedang
mengerahkan Liong-cu-i-kangnya yang ampuh!
Dalam keremangan sinar obor tampak kulit badan pemuda
itu berubah menjadi mengkilap kekuning-kuningan persis
seperti kulit ular yang terbalut minyak. Kemudian matanya
yang tajam itu juga berubah mencorong seperti mata harimau
marah!
Dan ketika hujan panah itu kembali menyerang dengan
derasnya, pemuda itu segera memutar lengannya untuk
menangkis. Terdengar gemeretak suara anak panah
berpatahan ketika lengan yang penuh berisi lwee-kang itu
menyongsong derasnya anak-anak panah yang datang. Tak
sebatang panahpun yang mampu melukai kulit lengan
tersebut, seolah-olah kulit itu kini telah berubah menjadi baja
yang tahan segala senjata!
Semuanya ternganga! Begitu pula dengan orang yang
disebut siauw-ongya itu! Baru terbuka pikiran mereka
sekarang kalau pemuda yang mereka hadapi itu ternyata
bukan pemuda sembarangan. Tapi kesadaran mereka itu
ternyata benar-benar telah terlambat!
Ketika pemuda yang mereka kepung itu tampak menyedot
udara segar sebanyak-banyaknya dan kemudian menghantam
dengan telapak tangan terbuka ke arah mereka, mereka
semua masih juga ternganga di tempat mereka. Sedikitpun
mereka belum menyadari bahaya yang tertuju ke arah
mereka.
Baru setelah terasa ada serangkum hawa dingin menerjang
ke badan mereka, mereka baru tergagap sadar dari lamunan
masing-masing. Tapi kesadaran itu sudah tidak ada gunanya !
Pukulan jarak jauh dari pemuda itu keburu datang menghajar
mereka.
"Duuaaaaaaar!” Disertai teriak kesakitan mereka, beberapa
orang pengepung itu terlempar menimpa kawan kawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat lamanya orang itu berkelojotan sambil
menggaruk-garuk tubuhnya, kemudian mati. Kulit tubuhnya
berubah menjadi kehitam-hitaman.
"Pukulan beracun !" Siauw ongya itu tersentak kaget.
"Hei?” Hong-gi-hiap tersentak pula. Lalu katanya sambil
menoleh ke arah Chu Seng Kun yang berada di dekatnya.
"Saudara Chu, inikah ilmu yang kaumaksudkan tadi?”
Chu Seng Kun mengangguk. "......Tapi itu bukan pukulan
beracun,” pemuda itu menerangkan. “Darahnyalah yang
mengandung racun, sehingga tenaga sakti yang
dikeluarkannyapun menjadi beracun pula….”
"Bisa begitu ?" Hong-gi-hiap heran. “Ah….. sungguh
berbahaya !"
Sementara itu siauw-ongya tampak meloncat ke tengahtengah
arena diikuti keempat orang pengawalnya. Agaknya
dia tidak ingin lagi melihat anak buahnya menjadi korban terus
terusan.
"Saudara Chu. ... celaka. Pangeran itu maju ke gelanggang
sekarang. Wah, bagaimana ini? Apakah aku harus bertempur
juga dengan pemuda itu?" tiba-tiba Hong-gi-hiap berseru
tertahan. Hatinya cemas bukan main. Bukan karena takut tapi
karena tak ingin ia berkelahi dengan pemuda yang menarik
perhatiannya tersebut.
“Sudahlah, biarkanlah dulu mereka berkelahi. Pangeran
itupun bukan orang sembarangan, apalagi di sana ada empat
orang pengawal yang siap membelanya mati matian." Chu
Seng Kun menenangkan hati Hong gi hiap Souw Thian Hai.
Dalam arena, Yang Kun telah bersiap siap menghadapi
siauw-ongya dan pengawalnya. Tubuhnya yang berminyak itu
semakin berkilat-kilat di bawah sinar obor, sementara
mulutnya yang terkatup itu masih berdesis perlahan-lahan.
“Heittt!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran itu menyerang dengan busurnya. Tangkainya
yang panjang diayun mendatar seperti pedang, yang dituju
adalah leher. Suaranya gemuruh, menandakan kalau benda
tersebut digerakkan dengan tenaga dalam yang tinggi.
Bersamaan dengan itu, keempat orang pengawal yang
bersenjata golok dan perisai tampak menyerang juga. Secara
berbareng mereka menusukkan ujung golok mereka yang
lancip ke arah betis Yang Kun. Sedang perisai yang berada di
tangan kiri mereka taruh di atas kepala sebagai tembok
pertahanan.
Mendapat serangan atas dan bawah seperti itu Yang Kun
tetap bersikap tenang. Dengan jurus Panglima Yi Po Mengatur
Barisan ia mengulur tangan kirinya ke arah busur lawan yang
datang, lalu sambil melangkah tiga tindak ke kanan ia
berusaha menyambar busur tersebut, sedang lengan
kanannya yang bebas segera menghantam ke lengan siauw
ongya agar melepaskan pegangannya.
Tentu saja pangeran itu tidak mau kehilangan busurnya.
Begitu melihat tangan lawan terulur ke arah senjatanya, ia
segera mengubah arah serangannya. Busur besar itu
ditariknya ke belakang, lalu dengan ujungnya yang tumpul
busur itu ia sodokkan kembali ke arah dada lawan.
Sedang keempat pengawal yang telah kehilangan sasaran
karena lawan melangkah pergi, segera mengubah pula
serangannya. Golok yang tidak jadi mendapatkan sasaran itu
bergegas pula mengejar mangsanya. Dan yang mereka tuju
tetap kaki lawan!
Karena selalu diserang pada bagian atas dan bawah, Yang
Kun menjadi kewalahan, sedikitpun tidak punya peluang untuk
membalas. Untuk mengadu tenaga juga tidak mungkin. Selain
mereka semua memakai senjata, sasaran merekapun selalu
terpencar, sehingga kalau mau mengadu tenaga Yang Kun
harus membagi bagi pula tenaga dalamnya. Dan hal itu sangat
berbahaya sekali! Ya.. kalau tenaga itu dapat mengatasi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenaga lawan, kalau tidak, sama saja dengan menggali lubang
untuk mengubur diri sendiri!
Agaknya antara pangeran dan keempat pengawal itu sudah
terlatih dalam menghadapi musuh secara bersama sama.
Buktinya serangan maupun pertahanan bersama mereka
selalu terjalin dengan cepat dan rapi. Sehingga sangat sukar
bagi Yang Kun untuk mendapatkan tempat lowong untuk
menyerang. Beberapa jurus telah berlalu dan Yang Kun masih
saja berada di pihak yang terdesak.
"Ilmu silat dan tenaga dalam pemuda itu memang sangat
tinggi, tapi kulihat ia belum berpengalaman sama sekali."
Hong gi hiap berdesah perlahan. "Dengan kepandaiannya itu
sebenarnya ia akan mampu menindih lawannya. Tapi kulihat ia
belum bisa menggunakan kelebihannya tersebut... Eh.. ?"
pendekar sakti itu tiba-tiba mendongak dan menajamkan
pendengarannya.
Tentu saja Chu Seng Kun menjadi terheran heran
dibuatnya.
"Ada apa saudara Souw.....?”
"Eh, saudara Chu, apakah engkau mendengar sesuatu? Aku
seperti mendengar suara terompet di kejauhan. . "
"Terompet?" Chu Seng Kun ikut ikutan memasang telinga,
"Kenapa aku tidak mendengarnya....?"
Pemuda itu mendongakkan kepalanya, berusaha
menembus rimbunnya daun dan menatap ke arah langit yang
mulai dijalari warna kemerah-merahan. Tapi tetap saja ia tak
mendengar suara itu.
"Ahh...... sudahlah! Mungkin aku cuma salah dengar tadi!"
Hong gi-hiap berkata lagi. Lalu pendekar itu mengawasi
jalannya pertempuran antara pangeran dan Yang Kun lagi.
"Ah, pemuda itu masih saja belum dapat memanfaatkan
ilmunya !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang. Apa yang dikatakan oleh pendekar sakti itu
memang benar. Dalam dunia persilatan orang yang
mempunyai tingkat kepandaian seperti Chin Yang Kun
memang sulit dicari. Tapi pengalaman bertempurpun sangat
diperlukan dalam ilmu silat. Sebab dengan pengalaman orang
akan bisa mengenal dan mengetrapkan ilmunya baik-baik.
Meskipun demikian karena ilmu yang dipelajari itu memang
bukan ilmu sembarangan, apalagi dipelajari oleh seorang
pemuda yang bertulang baik seperti Chin Yang Kun, maka
perbawanya juga tetap menggiriskan lawan. Hal itu dapat
dibuktikan di dalam pertempuran yang berat sebelah itu.
Biarpun lawan mampu mendesaknya sedemikian rupa, tapi
mereka toh tetap tidak dapat menyentuh dia barang
sekalipun.
Akhirnya hati sang pangeran itu menjadi penasaran sekali.
Tanpa mempedulikan lagi akibatnya, pangeran itu
mengerahkan Iwee-kangnya yang ampuh. Sehingga tidak
lama kemudian, diantara ayunan busur dan gerakan
tangannya, tersebar hawa panas yang makin lama terasa
membakar tubuh mereka semua. Termasuk Yang Kun dan
keempat orang pengawal itu !
Pada mulanya Yang Kun merasakan pula pengaruh hawa
panas itu, tapi serentak dia meningkatkan tenaga sakti Liong
cu i-kangnya, maka pengaruh hawa panas itu segera lenyap !
Tapi tidak demikian halnya dengan keempat pengawal yang
berada di sekitarnya. Karena tenaga dalam mereka terbatas
maka justru merekalah yang menderita tekanan hawa aneh
tersebut. Sehingga saking tak tahan mereka saling
berloncatan mundur menyelamatkan diri.
Akibatnya tinggal pangeran itu sendiri yang bertempur
melawan Chin Yang Kun.
“Hmm, pangeran itu agaknya telah mengeluarkan lagi Iwee
kangnya yang berhawa panas. Tadi aku-pun hampir terjebak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan keanehannya itu....” Chu Seng Kun berbisik kepada
Hong-gi-hiap.
"Tidak aneh.. ." Hong gi hiap menukas. "Ilmu hanya
berpengaruh terhadap lawan yang mempunyai Iwee-kang
lebih rendah. Jika berhadapan dengan lawan yang mempunyai
sin-kang lebih tinggi, keanehan tersebut sudah tidak ada
gunanya lagi. Yang lebih berbahaya dari pangeran itu justru
ilmu silatnya, yaitu ilmu Silat Angin Puyuh ..„.."
"Hah?!? Ilmu Silat Angin Puyuh?" Chu Seng-Kun terbelalak.
"Bukankah ilmu itu kepunyaan Yap Lo cianpwe sebagai
keturunan dari Sin-kun Bu tek ? Ohh..... makanya aku seperti
mengenalnya tadi……”
"Benar! Pangeran itu adalah murid dari Yap Lo-cianpwe."
"Murid Yap Lo-cianpwe??” tabib muda itu semakin kaget.
Dipandangnya lelaki gagah di sampingnya. Hatinya merasa
ragu ragu, tapi tak mungkin rasanya sahabat itu berbohong
kepadanya. Tapi untuk percaya begitu saja, rasa-rasanya juga
berat pula. Bukannya ia tak percaya kepada sahabat itu, tapi
baginya kata-kata tersebut benar-benar sukar dipercaya.
Khabarnya, Yap Cu Kiat atau lebih terkenal dengan sebutan
Yap Lo-cianpwe itu adalah keturunan langsung dari salah
seorang Datuk Besar Persilatan yang hidup pada zaman
seratus tahun yang lalu. Datuk yang bergelar Sin kun bu-tek
(Kepalan Sakti Tanpa Tanding) itulah yang menciptakan Ilmu
Silat Angin Puyuh tersebut.
Ilmu itu hanya diberikan kepada keluarga terdekat saja, tak
mungkin diberikan kepada orang lain. Maka tak mungkin
rasanya kalau ilmu tersebut sampai diberikan oleh Yap Cu Kiat
kepada pangeran itu. Apalagi pangeran itu ternyata adalah
seorang pemberontak yang ingin menumbangkan kekuasaan
Kaisar Han !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun Yap Cu Kiat adalah seorang tokoh besar persilatan,
tapi selama ini ia tidak pernah turut campur dalam soal
pemerintahan. Baik pada zaman kaisar lama maupun pada
zaman kaisar sekarang !
Jadi tak mungkin rasanya kalau pendekar tua sampai
mendidik seseorang untuk memberontak kepada Kaisar Han.
Apalagi kedua orang putera pendekar itu sendiri, yaitu Hong
lui-kun Yap Kiong Lee dan adiknya Yap Kim (Yap Taiciangkun),
adalah pembantu-pembantu utama dari kaisar
tersebut.
Agaknya Hong-gi-hiap Souw Thian Hai merasakan keraguraguan
sahabatnya itu. "Sebenarnyalah apa yang kukatakan
itu, saudara Chu. Sudah beberapa saat lamanya aku hidup
bersama rombongan mereka. Malah bukan hanya Yap
Locianpwe saja guru dari pangeran itu. Masih ada yang lain, di
antaranya adalah Beng Tian locianpwe dan Siang houw Nio
nio ....."
"Hah? Gila? Benarkah……?" Chu Seng Kun melonjak saking
kagetnya.
Hong-gi hiap tersenyum. "Nanti aku ceriterakan……..”
katanya.
Chu Seng Kun termangu-mangu.
Beng Tian Lo cianpwe ! Tak seorangpun yang akan
melupakan nama besar itu. Nama seorang jenderal besar pada
zaman Kaisar Chin Si beberapa tahun yang lalu. Jenderal
besar yang selalu setia kepada tugasnya! Jujur dan
berwibawa! Kepandaiannyapun sangat tinggi. Tak salah lagi,
sinkang berhawa panas itu tentu Hwi-hiat Yang kang dari
jenderal besar tersebut…” Seng Kun berpikir di dalam hati.
Dan Siang-houw Nio nio juga bukan tokoh sembarangan.
Setahun yang lalu khabarnya dapat menyusup ke istana dan
hampir saja bisa membunuh Kaisar Han. Pendekar wanita ini
meskipun isteri dari Yap Cu Kiat, tapi karena masih ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hubungan keluarga dengan kaisar lama, maka sangat
membenci Kaisar Han. Begitu bencinya wanita itu kepada
Kaisar Han, yang dia anggap menjadi sebab runtuhnya Dinasti
Chin, sehingga ia rela bermusuhan dengan putera kandungnya
sendiri.
Chu Seng Kun menoleh ke arah Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai, tapi melihat sahabat itu sedang memusatkan
perhatiannya ke arah gelanggang, ia tak jadi bertanya lebih
lanjut. Dengan menghela napas iapun memandang ke arena.
Tampak kedua jago itu telah berlaga kembali. Masingmasing
bertempur tanpa menggunakan senjata. Agaknya
busur yang dibawa oleh pangeran tadi juga telah dibuangnya,
sehingga sekarang mereka berkelahi dengan tangan kosong.
Meski dengan tangan kosong ternyata pertempuran itu
justru kelihatan lebih dahsyat dari pada perkelahian mereka
tadi.
Kalau tadi semua orang hanya menyaksikan ketangkasan,
kecepatan dan kekuatan ilmu silat masing-masing, sekarang
semua orang dibuat kagum oleh kedahsyatan dan keanehan
ilmu mereka yang tinggi. Begitu hebat dan tinggi ilmu kedua
orang itu sehingga pengaruhnya terasa pula oleh para
penonton yang berada jauh di sekitar mereka.
Hawa panas dan dingin silih berganti mempengaruhi udara
di sekitar tempat berlangsungnya pertandingan. Kalau
pangeran itu sedang berada di atas angin, udara terasa
berubah menjadi pengap dan panas, sehingga mereka semua
seperti berada di dalam tungku perapian yang menyala.
Sebaliknya kalau Yang Kun yang berada di atas angin udara
segera berubah menjadi dingin menggigilkan, sehingga semua
yang berada di tempat itu merasa seperti diselimuti oleh kabut
es yang membekukan.
Tapi suasana aneh seperti di atas tidak berlangsung lama.
Bagaimanapun hebatnya ilmu silat Angin Puyuh dari pangeran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut ternyata tidak dapat juga mengatasi Hok te Ciang
hoat Chin Yang Kun ! Apalagi selama mereka bertempur sang
pangeran tidak berani beradu tangan maupun kepalan barang
sekalipun. Mungkin pangeran itu telah merasa bahwa dirinya
belum cukup kuat untuk menahan pukulan beracun dari
lawannya.
Akhirnya pangeran itu menjadi sadar pula bahwa
bagaimanapun juga ia takkan mampu memenangkan
pertempuran tersebut. Maka sambil berteriak nyaring ia
mencabut pedang yang berada di pinggangnya.
Mendengar aba-aba itu empat pengawal yang sedari tadi
menonton di pinggir segera meloncat kembali ke tengah
arena. Dengan cepat mereka memotong gerakan Chin Yang
Kun, sehingga desakan yang dilancarkan kepada pangeran itu
menjadi terputus di tengah jalan.
Tentu saja Yang Kun menjadi marah sekali. Dengan berdiri
tegak pemuda itu mengerahkan Liong-cu i-kang sepenuh
penuhnya!
Sementara itu Hong-gi-hiap tampak menghela napas lega.
Otot badannya yang sudah menegang itu mengendor pula
kembali.
“Nah, begitulah seharusnya. Pemuda itu terang masih
terlalu kuat baginya. Tanpa bantuan pengawal tak mungkin ia
bisa menahan serangan yang hebat itu."
Tapi Chu Seng Kun segera menyentuh lengan Hong-gi-hiap.
"Jangan keburu lega dulu. Lihatlah gerakan kawanku itu!
Kalau saudara Souw tidak lekas-lekas menyelamatkan
pangeran itu, sebentar lagi saudara Souw akan menyesal
seumur hidup. Sungguh !!”
"Hah? Apa? Ohh....!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba tiba pendekar sakti itu meleset bagai kilat ke tengah
arena. Orang yang harus ia lindungi keselamatannya sedang
dalam bahaya!
Dan bersamaan dengan saat itu pula di luar dusun
terdengar suara terompet dan sorak sorai yang gegap-gempita
seakan mau merobohkan desa tersebut !
"Siauw-ongya! Siauw-ongya! Pasukan pemerintah telah
datang !" para penjaga yang berjaga-jaga di mulut jalan
tampak berlarian datang.
Suasana menjadi gempar.
Tapi yang sedang berada di tengah tengah gelanggang
hampir tidak mendengar keributan itu. Keadaan pertempuran
mereka sendiri juga telah mencapai titik gawat.
Yang Kun pada saat terakhir telah melontarkan pukulan
udara kosongnya ke arah siauw ongya ! Sebuah pukulan yang
penuh berisi tenaga sakti liong cu-i-kang! Perbawanya
sungguh sangat menggiriskan hati, hingga sulit rasanya
pangeran itu untuk meloloskan diri.
Dengan semangat yang hampir putus asa pangeran itu
berusaha menghindar. Kedua kakinya menjejak tanah sekeraskerasnya
sehingga tubuhnya terlontar tinggi ke udara,
meskipun demikian usaha itu ternyata tidak seratus persen
berhasil.
Mula-mula empat orang pengawal yang berusaha menolong
tuannya tampak terpental ke kanan dan ke kiri. Perisai yang
mereka gunakan untuk menahan pukulan Yang Kun terhantam
pecah berantakan. Sementara tubuh mereka yang kekar-kekar
itu terhempas keras ke tanah dengan kulit berubah kehitamhitaman.
Beberapa saat lamanya mereka menggelepar seperti
ikan di dalam jaring dan selanjutnya mati dengan wajah
mengerikan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sedikit hambatan dari empat orang pengawal ternyata tidak
mempengaruhi maksud Yang Kun dalam menghajar Iawan
pokoknya. Bersama dengan hancurnya perisai pengawal tadi
Yang Kun menghentikan aliran Iwee kangnya sesaat. Dan
dalam waktu yang sesaat itu terjadilah suatu pemandangan
yang mendirikan bulu roma !
Tampak tangan Yang Kun yang terulur itu memanjang
dengan cepat, mengejar tubuh Siauw-ongya yang berada di
udara. Begitu panjangnya lengan itu sehingga hampir
mencapai dua kali lipat lengan biasa. Oleh karena itu dengan
mudahnya lengan tersebut menjangkau tubuh siauw-ongya.
Tapi pada saat yang sangat gawat bagi pangeran itu, tibatiba
datang segulung asap tipis berwarna putih dan merah,
menerjang ke arah lengan Yang Kun yang memanjang
tersebut. Lalu terdengar suara ledakan kecil, seperti suara
cambuk yang meletup!
"Taasss!"
Dan lengan yang panjang itu mengkerut kembali dengan
cepat!
Tampak oleh Chu Seng Kun, Yang Kun terhuyung huyung
mundur dengan wajah pucat. Dari sudut bibirnya menetes
darah yang kehitam-hitaman, darah yang khas dari pemuda
tersebut.
Sedangkan di hadapannya berdiri tegak Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai, memanggul siauw-ongya yang pingsan. Pendekar
itu tampak kesakitan pula. Telunjuk kirinya sibuk menotok di
beberapa bagian lengan kanannya yang kehitam-hitaman.
Kemudian dengan tergesa gesa pendekar sakti itu meloncat
menghindar dari tempat yang hingar-bingar tersebut.
"Saudara Chu, bawa kawanmu yang terluka itu keluar dari
tempat ini ! Sebentar lagi akan terjadi perang besar di dusun
ini!" teriaknya sebelum hilang dari pandang mata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengecut! Jangan lari…!” Yang Kun yang terluka itu
berteriak marah. Dengan agak sempoyongan pemuda itu
berlari mengejar Hong-gi-hiap.
Chu Seng Kun terkejut, apalagi ketika dijalan sudah
terdengar sorak-sorak perajurit yang bertempur. Pendudukpun
sudah terlihat berlarian kesana kemari mencari tempat
perlindungan. Wanita dan anak-anak tampak menjerit-jerit
ketakutan mencari suami dan ayah mereka.
"Yang-hiante, tunggu !" Chu Seng Kun berlari pula dari
tempat itu.
(Oo-dwkz-hend-oO)
Perang!
Bagaimanapun macam dan bentuknya perang adalah
tragedi yang paling buruk dalam hidup kebudayaan manusia.
Dari dulu hingga sekarang perang adalah sama saja,
semuanya tak ada keuntungannya, yang ada hanya kerugian,
kerusakan dan kehancuran ! Kehancuran dalam bidang apa
saja, baik bidang kejiwaan maupun bidang kebendaan! Maka
tak seorangpun di dunia ini yang suka akan perang. Perang
hanya akan merampas kebebasan hidup mereka! Perang
hanya akan memunahkan hasil kerja yang telah mereka timba
dengan darah dan keringat mereka. Perang hanya akan
menjauhkan ketenteraman hidup mereka. Pendeknya, perang
hanya berarti penderitaan dan kesengsaraan!
Meski begitu, perang ternyata selalu berulang, dari zaman
ke zaman. Seakan-akan perang itu memang sebagian dari
kegiatan hidup manusia. Seakan akan semua masalah dalam
kehidupan ini akan dapat diselesaikan dengan perang.
Sehingga bagaimanapun juga perang akan selalu ada.
Mungkin semuanya itu akan berhenti kalau kehidupan juga
telah tiada !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pasukan Yap Tai-ciangkun yang diperkirakan tengah hari
baru akan tiba itu ternyata sudah muncul bersamaan dengan
terbitnya matahari di ufuk timur. Biarpun pasukan itu
jumlahnya lebih sedikit, tetapi karena datang secara
mendadak, apalagi pihak lawan belum bersiap sama sekali,
maka dengan mudah dapat menguasai medan pertempuran.
Sementara itu, Yang Kun yang berusaha mengejar Hong gi
hiap Souw Thian Hai ternyata mengalami banyak hambatan di
jalan. Pemuda itu tidak menyangka bahwa Hong-gi-hiap bisa
melontarkan pukulan sedemikian dahsyatnya, sehingga bisa
melukai bagian dalam tubuhnya.
Semakin kuat ia mengerahkan tenaganya semakin terasa
pula sakit di dalam dadanya. Beberapa kali pemuda itu harus
berhenti berlari untuk mengambil napas! Dan rasa sesak itu
semakin mengganggu ketika beberapa kali pula ia harus
meloloskan diri dari kepungan Yap Tai-ciangkun yang datang.
Apalagi kalau ia harus menghadapi perwira-perwira yang
punya kepandaian lumayan. Rasanya luka itu semakin
menganga saja di dalam rongga dadanya.
Lambat laun Yang Kun makin sukar mengerahkan tenaga
saktinya. Oleh karena itu ketika berhadapan dengan beberapa
orang perwira Kepercayaan Yap Tai-ciangkun, Yang Kun mulai
mendapatkan luka luka pada tubuhnya. Dan biarpun beberapa
orang diantara lawannya menjadi korban pula dari pukulan
dan darahnya yang beracun, tetapi kalau diteruskan pemuda
itupun takkan bisa bertahan lebih lama lagi. Celakanya, karena
suasana di tempat itu memang kelewat ribut, maka sudah
sekian lamanya pula Chu Seng Kun belum juga muncul.
Untunglah pada saat yang gawat itu datang juga sebuah
pertolongan yang tak disangka sangka ! "Lo-jin-ong......oh......
Lo-jin-ong!”
Dari dalam gelap tiba tiba muncul kakek tua anggota Imyang-
kauw itu. Dengan berlari lari kecil orang tua itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghambur ke arah pertempuran. "Lojin-ong! Jangan takut,
hambamu datang membantu," serunya lantang.
Kedatangan kakek itu justru membuat Yang Kun menjadi
kelabakan. Dia sendiri dalam keadaan repot, kalau harus
melindungi pula orang tua tersebut keadaan mereka tentu
akan semakin runyam.
Benarlah, begitu bergerak kakek itu nyelonong begitu saja
di antara berkelebatnya senjata. Yang Kun terbelalak, ingin ia
menolong tapi dadanya seperti terbakar secara mendadak dan
badannya justru terbanting ke atas tanah.
"Lo-jin ong......"
Yang Kun tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Matanya
menjadi gelap, lalu ia tak ingat apa-apa lagi.
Pemuda itu tak tahu pula berapa lama ia pingsan. Hanya ia
menjadi heran ketika siuman kembali tubuhnya justru telah
berada di atas gendongan kakek sinting itu. Sepatunya terasa
basah dan telinganya seperti mendengar gemericiknya air
mengalir. Dan dikejauhan masih terdengar pula suara
pertempuran yang riuh.
Agaknya kakek itu tahu juga kalau Yang Kun sudah sadar.
"Lo-jin-ong, parit yang dalam inilah satu-satunya jalan
paling aman untuk menghindar dari mereka," katanya gembira
biarpun napasnya kelihatan tersengal.
"Kek, lepaskan tanganku ! Biarkan aku turun dan berjalan
sendiri.....!" Yang Kun berkata dengan perasaan tak enak.
"Ah, tak apalah ! Lo Jin-Ong tak perlu sungkan kepadaku.
Lo jin ong masih sakit,” kakek itu menolak.
Yang Kun akan memaksa turun juga, tetapi tiba tiba
lukanya terasa menyengat lagi sehingga niat itu cepat ia
urungkan. "Kek, ke mana kita akan pergi......?” pemuda itu
bertanya sekedar untuk menutupi rasa rikuhnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmm, ke mana lagi? Tentu saja ke kuil kita sendiri yang
ada di belakang bukit itu. Di sanalah hambamu selama ini
bertapa.......!”
Mereka menyusuri parit itu sampai ke pinggang bukit. Dan
di tempat yang landai tersebut mereka naik ke daratan. Kakek
yang sudah tua itu tampak semakin tersengal-sengal. Meski
begitu wajahnya selalu ramai dengan senyuman. Kelihatan
sekali kalau hatinya gembira bukan main dapat menolong Chin
Yang Kun.
"Lojin-ong, tempat ini sangat aman sekali... Bolehkah
hambamu ini beristirahat sebentar untuk melepaskan lelah di
sini? Nanti kalau sudah terang tanah kita dapat melanjutkan
perjalanan melalui punggung bukit itu.....heh-heh !"
"Silahkan, kek ..... silahkan!" Yang Kun menjawab cepat.
"Engkau tentu lelah sekali.”
"Wah, memang benar.....„ habis badan sudah
tua.....kepandaian silatpun tiada punya." orang tua itu
mengeluh sambil menurunkan tubuh Yang Kun ke atas tanah.
"Coba hamba mempunyai kepandaian seperti Lojin-ong atau
Tai si-ong, sepuluh orangpun akan mampu hamba panggul
naik ke puncak bukit itu tanpa berhenti."
Kakek itu menyandarkan tubuhnya ke sebuah batu, lalu
mengipas-ngipaskan tangan ke arah leher untuk mengusir
keringat yang meleleh. Tampak benar kalau dia baru saja
mengerahkan tenaganya secara berlebihan. "Heh..heh...... tak
usah setinggi Lojin-ong atau Tai-si-ong, bisa sejajar dengan
Pang Cu si (Pengurus Perkumpulan) atau Kauw Cu-si
(Pengurus Keagamaan) saja sudah senang sekali rasanya....."
“Pang Cu-si..... Kauw Cu-si? Maaf kek, siapakah mereka
itu?" Kakek tua itu terbelalak sebentar, lalu tersenyum tersipu
- sipu.
“Ah, Lo-jin-ong benar-benar suka menggoda orang...
Masakan dengan anak buah sendiri tidak tahu. Bukankah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sampai sekarang Song Kang Cu-si dan Tong Ciak Cu-si masih
memangku jabatan mereka itu?”
Yang Kun menghela napas berkali-kali.
"Itulah repotnya kalau kakek masih tetap juga tidak
percaya kepadaku.,.." katanya kesal. “Sudah kukatakan sejak
semula bahwa aku ini bukan Toat-bengjin! Tapi kakek tidak
percaya juga....”
Yang Kun menatap orang tua itu lekat lekat, maksudnya
agar orang itu tahu kalau dia bersungguh-sungguh dalam
ucapannya. Tapi benar-benar celaka ! Wajah yang semula
ramai dengan senyuman itu tiba-tiba saja berubah keruh dan
sedih, mata yang berkeriput itu menjadi merah berkaca
kaca....
"Maaf kek. Mungkin pengakuanku ini sangat melukai
hatimu...... Tapi ... sebenarnyalah......" Yang Kun segera
menghentikan kata-katanya. Tampak olehnya kakek tua itu
mulai menyeka air mata yang bercucuran di atas pipinya.
Tapi Yang Kun telah bertekad untuk menghentikan
kesalahsangkaan ini. la tak ingin semuanya ini menjadi
berlarut-larut, sehingga akhirnya ia sendiri pulalah yang nanti
akan mendapatkan kesukaran.
“Kakek, coba bayangkan….! Bagaimana akan repotnya
nanti dan betapa akan malu ku….. apabila......"
Tapi belum juga kata-kata itu habis, kakek sinting yang
sedari tadi sudah siap menangis itu keburu membanting
tubuhnya ke atas tanah dan berguling-guling kesana kemari
sambil melolong-lolong. "Lo-jin-onggg….. ohhh …... Lo-jinong,
kukira Lojin-ong benar-benar telah memaafkanku. Kukira
Lo-jin-ong telah menerima aku sebagai hambamu..... oh,
ternyata …. ternyata tidak ! Lojin-ong masih tetap mau
membunuhku ! Oohh... !" suaranya sangat keras sehingga
mengagetkan burung-burung yang mulai keluar dari
sarangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Yang Kun menjadi kelabakan lagi. Matanya
nyalang menoleh kesana kemari, takut kalau ada orang lewat
yang mendengarnya. Siapa tahu pula di dekat mereka ada
musuh atau orang jahat? Kan repot nanti!
"Kek, lekaslah kau diam ! Didengar orang bisa celaka kita !”
pemuda itu berseru gugup.
"Biarlah ! Ada orang atau tidak, aku toh tetap akan
dihukum mati, hoa - hoa... ! Dan aku tidak mau mati sambil
tertawa seperti semua kurban Toat-beng-jin selama ini ! Hoahoaha......
hoa....!” kakek itu menangis bertambah keras. Dan
lagaknya pun semakin bertambah gila. Kalau semula hanya
bergulingan, kini ditambah pula dengan menyobeki
pakaiannya !
“Kurang ajar ! Kambing tua berotak udang...!" Yang Kun
berteriak saking jengkelnya, sehingga luka di dalam dadanya
terasa perih kembali. "Ohh, bangsat tua... kau benar-benar
menjengkelkan hatiku!" kemudian keluhnya lirih sambil
mendekap dada.
Sebaliknya, mendengar Yang Kun mengumpat-umpat,
kakek itu justru menghentikan ulahnya yang konyol. Masih
dengan terlentang di atas tanah orang tua itu menatap Yang
Kun dengan ragu-ragu. Lalu perlahan-lahan wajahnya menjadi
cerah kembali. Apalagi ketika dilihatnya wajah Yang Kun
semakin masam dan keruh, kontan ia bangkit dan berlari
menubruk kaki si pemuda.
"'Oh, Lojin-ong. . terima kasih! Hambamu tahu bahwa
engkau akan mengampuni juga.....! Hei ?" tiba tiba kakek
sinting itu berseru kaget.
Kakek itu menaruh jarinya di depan mulut lalu bergegas
menyeret tubuh Yang Kun ke dalam semak. "Awas! Ada orang
datang!” bisiknya ke telinga Yang Kun.
Yang Kun diam saja. Hatinya masih merasa jengkel bukan
main !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Celakanya, kakek sinting itu seperti tak tahu kalau Yang
Kun sedang jengkel. Enak saja dia melenggut ketiduran di
dalam semak persembunyian mereka, membuat jumlah kerut
merut di dahi Yang Kun semakin bertambah banyak. Apalagi
ketika sekian lamanya dinanti, orang yang dimaksudkan itu
belum lewat juga.
“Hei, kambing tua ...! Mana orang itu? Mengapa sudah
sekian lama tidak juga terdengar langkahnya?" Yang Kun
bertanya mendongkol. Benar-benar sinting!
Kakek itu justru amat gembira sekali dimaki sebagai
kambing tua. Dengan tersenyum simpul ia menjawab
seenaknya, "Entahlah, mungkin masih jauh! Akupun belum
mendengar langkahnya....”
Ingin rasanya pemuda itu menggantung kakek konyol itu,
kemudian mencabuti kumis dan jenggotnya selembar, biar
sedikit tahu rasa!
Tapi bila melihat kembali ke arah tubuhnya yang kurus,
lemah dan kelihatan memelas itu tak tega pula hati Yang Kun
untuk berbuat kasar. Apalagi mengingat bagaimana kakek tua
itu telah bersusah payah menggendong dirinya sampai ke
tempat tersebut, hatinya terasa menjadi dingin kembali.
"Lalu ..... apa maksudmu mengatakan ada orang datang
dan kemudian menyeretku ke semak-semak begini ?"
"Tidak ada maksud dari kambing tua.. eh, maksud
hamba...... hamba tidak bermaksud apa-apa. Anu…..hamba
memang tidak atau mendengar suara langkahnya, tetapi.....
hamba merasa pasti akan ada orang yang datang sebentar
lagi. Soalnya perasaan hamba telah mengatakan hal itu ...."
orang tua itu agak takut juga melihat sinar mata Yang Kun
yang seram.
“Perasaan.,,,? Merasa.,..? Sungguh gila !" Yang Kun
menggeram.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Eh? memangnya kenapa? Apakah hamba salah omong, Lo
jin-ong....?" orang tua itu heran. "Bukankah manusia dibekali
dengan akal, budi dan perasaan oleh Thian? Nah, kalau kita
mempergunakan ketiga hal itu secara bersungguh sungguh,
kita tak usah terlalu mengandalkan kelima panca indera kita
seperti telinga, mata dan hidung ini…." sambung kakek itu
sedikit penasaran,
"Jadi maksud kakek..... oh…." Yang Kun segera menutup
mulutnya. Kini telinganya benar-benar mendengar langkah
kaki orang yang datang ke tempat itu. Gila, benar juga kata
kakek sinting ini, pemuda itu membatin. Atau hanya kebetulan
saja ?
Yang Kun sungguh sungguh menahan napas ketika dari
jauh terlihat dua orang berjalan menyusuri parit. Salah
seorang diantaranya tampak memanggul sesuatu di pundak
kanannya. Mereka tampak mengayun langkahnya dengan
pelan, tapi sekejap kemudian ternyata mereka telah melayang
tiba, sehingga tanpa berjanji Yang Kun dan kakek sinting itu
saling pandang dengan sinar mata kagum.
Tapi kekaguman kakek itu segera berubah menjadi
kekagetan begitu tahu dengan jelas siapa yang datang!
"Put-gi-ho (Burung Bangau Tak berbudi), kita menanti
sebentar di sini! Biarlah matahari naik agak lebih tinggi. Tak
enak rasanya berkunjung ke tempat orang terlalu pagi......"
salah seorang diantara kedua orang itu, yaitu yang bertubuh
gemuk, berkata sambil meletakkan pantatnya di atas batu
yang tadi dipakai bersandar si kakek sinting.
Temannya, yang bertubuh tinggi kurus dan dipanggil
dengan nama Put-gi-ho mengangguk. Tubuh wanita yang tadi
dipanggul di atas pundaknya, ia letakkan di atas rumput. “Putchih
to (Jalan Tidak Lurus), kau benar! Kita memang harus
berhati-hati! Apalagi kita membawa kawan mereka yang
terluka sedang kita sendiri dengan mereka selalu berselisih.
Salah-salah bisa terjadi salah paham nanti.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau semula kakek sinting tersebut yang kaget, kini ganti
Yang Kun yang terkejut melihat tubuh wanita yang terletak di
atas rumput itu.
“Gadis buntung!” pemuda itu berseru dalam hati. "Hmm,
mengapa dia sampai terluka? Bukankah kemarin pergi
bersama sama dengan kedua gadis anak buah Keh sim Siauw
hiap itu? lalu kemana kedua kawannya tersebut ?"
Yang Kun dan kakek sinting tak terasa saling memandang
lagi. Ternyata masing-masing telah mengenal salah seorang
dari ketiga orang yang ada di depan mereka itu.
"Lo Jin-ong mengenal gadis buntung yang terluka itu?"
kakek tersebut berbisik di telinga Yang Kun.
"Tidak!" Yang Kun berbisik pula. "Aku hanya pernah
bertemu dengan dia di perkampungan pengungsi. Lalu...
siapakah kedua orang yang membawanya itu? Mengapa
namanya demikian aneh-aneh?"
Kakek itu tersenyum lagi. “Ah, Lojin-ong bergurau pula ..”
bisiknya malu-malu. "Bukankah mereka sering berselisih
dengan kaum kita? Kini .... lihatlah dandanan mereka !”
Yang Kun mengawasi dandanan kedua orang tersebut.
Mereka tampak berdandan secara biasa cuma mereka tidak
bersepatu dan rambutnya yang panjang tidak digelung seperti
kebanyakan orang, tapi hanya diikat dengan tali di atas
kepala. Sehingga sepintas lalu rambut tersebut menyerupai
ekor kuda.
Yang Kun kembali menoleh ke arah kakek sinting. la
merasa tidak ada keanehan pada dandanan mereka.
"Ah, masa Lo-jin-ong sudah lupa pada dandanan seperti
itu? Namanya saja sudah pakai put semua, bukankah mereka
orang orang Bing-kauw (Aliran Bing)?" bisik kakek itu
penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu menatap si kakek dengan dahi berkerut.
Hampir saja dia marah. Untung hati kecilnya segera sadar
kembali.
Memang benar. Mendiang paman bungsunya memang
pernah mengatakan tentang hal itu. Di masyarakat memang
banyak aliran agama atau kepercayaan yang berkembang, di
antaranya adalah Bing-kauw tersebut. Tetapi karena baru kali
ini ia menjumpai atau melihat mereka, maka ia tidak segera
mengetahuinya.
Sementara kedua orang Bing kauw itu tampak berbicara
satu sama lain.
"Put gi-ho, mengapa tidak kita bawa saja gadis ini ke
gedung pusat Im-yang-kauw sekalian? Mengapa hanya kita
bawa ke kuil di belakang bukit itu? Apakah engkau takut?"
Put-chih-to bertanya.
“Hmh !” Put gi-ho mendengus. "Apakah engkau pernah
mendengar kalau aku takut kepada mereka ? Aku tidak pernah
takut kepada siapapun, biar terhadap Tai si ong atau Toat
beng jin mereka! Aku hanya ingin melaksanakan anjuran isteri
Kauw cu (Ketua Aliran Agama) kita yang baik budi itu....
Siapapun dilarang membuat kerusuhan atau memancingmancing
kerusuhan dengan aliran lain. KUIL ITU BUKAN
KANDANG KUDA. SEBAB KANDANG KUDA ADA DI MULUT
LETAKNYA !”
"Benar ! Maafkan aku, aku hanya ingin mengetahui
pendapatmu saja,” Put chih to berkata pula. "Aku juga sangat
menghargai anjuran isteri Kauwcu tersebut. Apalagi kalau
diingat bahwa pendapat orang tidak ada yang sama KUDA
PUTIH ADALAH HITAM !"
Yang Kun menatap kakek sinting dengan bingung. Selain
nama mereka sangat aneh, ucapan ucapan yang mereka
keluarkanpun aneh-aneh pula. Kuil itu bukan kandang kuda,
kuda putih adalah hitam! Apakah artinya semua itu?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Agaknya kakek itu melihat juga kebingungan Yang Kun.
Dengan menahan ketawa ia berbisik. "Mereka menyebut nama
Lo jin ong…. Lo-jin-ong tidak perlu bingung! Kita tak perlu
mendengarkan ucapan-ucapan mereka yang aneh, karena hal
itu sudah menjadi ciri khas mereka. Ini saja belum ! Kalau Lojin-
ong nanti berjumpa dengan Put ceng li Lojin, wah
kutanggung bisa sakit kepala nanti."
"Put-ceng-li lo-jin (Si Orang Tua Yang Tak Punya Aturan)?
Siapakah dia?"
Kakek sinting itu merengut dengan mendadak. "Lojin ong
mau menggoda aku lagi ..” desahnya pelan. “Setiap orang kan
tahu, kalau Put-ceng-Ii Lo-jin adalah ketua Bing-kauw….”
Yang Kun diam, tak ingin dia berbantah lebih lanjut dengan
kakek sinting itu. la mengalihkan pandangannya ke tubuh
gadis buntung yang tergeletak di atas rumput. Biarpun dalam
keadaan tak sadar gadis itu tampak cantik bukan main. Di
bawah sinar matahari pagi yang cerah pipi yang putih halus itu
kelihatan membara kemerah-merahan seperti buah tomat
yang siap untuk dipetik. Sayang mengapa lengan kiri itu mesti
buntung?
Ya, mengapa lengan itu mesti tidak ada ? Apa yang
menyebabkannya? Adakah cacat itu memang terjadi sejak
kecil? Ataukah lengan itu dipatahkan orang ?
Yang Kun memandang tubuh indah itu sepuas-puasnya.
Alangkah kasihan dia ! lngin rasanya pemuda itu memberikan
lengannya, agar kecantikan itu menjadi sempurna sekali…..
"Put gi ho, untung benar kita mendapatkan pimpinan
seperti isteri Kauw cu itu. Sejak dia berada di Rumah Suci
mendampingi Kauw-cu, perkumpulan kita semakin besar dan
teratur....."
"Dan beliau demikian cantiknya. Alangkah bahagianya
Kauw cu!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ssst ! Matahari sudah demikian panasnya, ayoh kita
berangkat!"
Kedua orang Bing kauw itu mengangkat tubuh gadis itu
kembali lalu berangkat meneruskan perjalanan mereka.
Sedang Yang Kun dan kakek sinting mengawasi saja langkah
mereka hingga mereka tak bisa melihat lagi.
"Kek, agaknya tujuan mereka sama dengan kita….."
“Benar! Lo-jin-ong, marilah kita juga lekas-lekas pergi ke
sana! Agaknya ada sesuatu yang penting..... " kakek itu
berkata sambil mendekati Yang Kun untuk menggendongnya
kembali.
"Biarlah aku berjalan sendiri, kek ! Asal tidak terlalu cepat
kukira aku bisa juga berjalan."
"Lo-jin-ong.......”
"Sudahlah, kek! Marilah kita berangkat !” pemuda itu
berkata sambil mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Lalu
dengan perlahan ia mulai melangkahkan kakinya. Mula mula
perlahan, akhirnya dapat juga melangkah sedikit cepat.
Kakek sinting itu membuntuti terus dengan perasaan
khawatir, tapi ketika dilihatnya pemuda itu bisa juga berjalan
sendiri, iapun lalu berjalan di sampingnya dengan perasaan
lega.
“Heran! Ada juga perwira kerajaan yang berkepandaian
tinggi sehingga mampu melukai lo-jin-ong," kakek itu berkata
sambil mengawasi Chin Yang Kun.
"Hmm!" Yang Kun menggeleng dengan cepat. "Bukan
perwira perwira itu yang melukai aku…”
"Bukan mereka? Lalu siapa….?"
"Hong gi hiap Souw Thian Hai!"
"Hah??" kakek itu tersentak sehingga terbatuk batuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya berhenti melangkah.
"Ada apa kek? Kenapa engkau begitu kaget mendengar
nama itu?”
Kakek itu membersihkan mulut dan jenggotnya dengan
telapak tangannya sebelum menjawab pertanyaan itu. "Jadi
Lo-jin-ong telah bertempur dengan pendekar muda itu? Ah..."
kakek itu menghela napas berkali-kali.
Tentu saja pemuda itu semakin terheran-heran.
"Apa sih yang aneh?" tanyanya tak mengerti. Kakek Sinting
itu mengangguk angguk dengan pandang mata jauh.
"Ah, kalau begitu khabar yang tersebar selama ini benar
juga adanya. Dia memang benar-benar hebat !"
"Kek, apa yang kaukatakan?"
"Lo-jin-ong, mungkin karena Lo jin-ong selalu berdiam di
Kuil Agung yang berada di Gedung Pusat, maka tidak pernah
mendengar atau mengetahui segala sesuatu yang terjadi di
luaran. Maksud hamba ...yang terjadi di dunia persilatan!”
"Hmmm.......lalu?"
Sambil melangkah perlahan lahan kakek itu bercerita.
Sejak Empat Datuk Besar Persilatan telah tiada, puluhan
tahun lamanya dunia kang-ouw hanya dipenuhi dengan cerita
tentang keganasan dan sepak terjang para tokoh dunia hitam
yang bermunculan bagai jamur di musim hujan. Mereka
menteror dan mengganggu penduduk tanpa rintangan.
Mereka seperti mendapat kesempatan karena pemerintah
sibuk dengan perang saudara dan perang perbatasan,
sementara tidak seorang pendekarpun yang muncul untuk
menghadapi mereka.
Biarpun Empat Datuk Besar itu yang mempunyai keturunan
dan anak murid, tapi tidak ada di antara mereka yang
menonjol atau sesakti nenek moyang mereka tersebut. Malah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak di antara mereka yang menjadi korban keganasan
tokoh-tokoh hitam itu. Oleh karena itu semakin lama semakin
tampak kalau dunia semakin dikuasai oleh para penjabat.
Mereka malang-melintang dan meraja lela di antara penduduk
dengan kejamnya.
Begitu hebat kekuatan dan kekuasaan mereka sehingga
dengan enaknya mereka membagi-bagi daerah Tiongkok yang
luas itu menjadi beberapa daerah kekuasaan. Dan setiap
daerah dikuasai oleh seorang raja tak bermahkota, seorang
yang terlihai dalam daerah itu. Dan raja tak bermahkota ini
selalu berganti ganti setiap waktu, sebab dalam kamus
mereka siapa yang terlihai adalah yang menjadi raja.
Akhirnya pada belasan tahun yang lalu, secara hampir
berbareng, di setiap daerah itu muncul seorang tokoh hitam
yang untuk waktu lama tiada punya lawan lagi. Sehingga
dalam waktu bertahun-tahun mereka menjadi raja yang tak
tergoyahkan di daerah masing-masing. Mereka adalah Su-go
(Buaya Sakti) Mo Kai Ci, yang berkuasa di daerah perairan
sungai, rawa, telaga dan tempat tempat perairan lainnya.
Tokoh ini menguasai segala penjahat yang beroperasi di
daerahnya, sehingga dapat dibayangkan betapa besar dan
hebat kekuasaannya. Dan dapat dibayangkan pula betapa
hebat ilmu kepandaiannya sehingga ia mampu menaklukkan
ratusan bahkan ribuan penjahat yang malang-melintang di
daerahnya yang luas.
Tokoh yang kedua adalah San hek houw (Si Harimau
Gunung). Tokoh ini tidak kalah lihainya dengan Sin go Mo Kai
Ci, kalau tidak lebih lihai malah. Tokoh yang berwajah dan
berwatak kasar ini menguasai dusun dusun, hutan dan
gunung serta kota kota yang tidak dijaga oleh pasukan
kerajaan. Tokoh ini ke mana mana selalu memakai baju kulit
binatang dan membawa sepasang harimau kumbang!
Tokoh yang ketiga, yaitu tokoh yang jarang sekali muncul
di tempat ramai, tapi ternyata adalah tokoh yang paling lihai di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
antara mereka, adalah Tung-hai tiauw (Rajawali Laut Timur).
Tokoh yang berkepandaian sangat tinggi ini hampir tidak
pernah terlihat di daratan Tiongkok, karena daerah
kekuasaannya memang berada di Lautan Timur yang luas.
Mereka bertiga sering di sebut Sam Ok (Si Tiga Jahat) oleh
para penduduk. Dan memang mereka itulah yang menjadi
dewanya tokoh hitam selama bertahun-tahun!
Tetapi keadaan seperti itu ternyata tidak kekal pula.
Kira - kira enam atau tujuh tahun yang lalu dari dunia
hitam muncul pula seorang iblis lagi, yang kesaktiannya
ternyata jauh lebih dahsyat dari pada ketiga Sam Ok tersebut.
Iblis itu mengaku masih keturunan Bit-bo ong yang hidup
sezaman dengan Empat Datuk Besar itu. Dan sebagai buktinya
iblis tersebut mengenakan segala perlengkapan dan ciri ciri
kebesaran dari Si Raja Kelelawar juga.
Dengan cepat dan mudah iblis itu menaklukkan Sin-go Mo
Kai Ci dau San hek-houw, kemudian mengobrak-abrik sarang
Tung-hai-tiauw di Lautan Timur.
Setelah ketiga Sam Ok itu dapat ditaklukkan, Bit-bo-ong
tiruan itu mengangkat dirinya menjadi raja diraja dari semua
tokoh golongan hitam. Tapi hal itupun ternyata belum
memuaskan iblis yang serakah tersebut. Dengan mengerahkan
seluruh kaumnya, iblis itu memberontak terhadap Kaisar Chin
Si Hong te.
Tentu saja hal itu membuat Kaisar Chin repot bukan main,
sebab pada saat itu juga pemerintahannya sedang
menghadapi rongrongan pemberontakan Chu Siang Yu dan Liu
Pang. Sedangkan untuk menghadapi pemberontakan Chu
Siang Yu yang dibantu oleh pasukan asing dan
pemberontakan Liu Pang yang disokong oleh seluruh rakyat
saja Kaisar Chin mengalami kesukaran, apa lagi harus
ditambah dengan pemberontakan Kaum Hitam. Maka tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
heran kalau akhirnya Kaisar Chin terpaksa harus melepaskan
Singgasananya.
Bit bo-ong tiruan sempat duduk di singgasana emas itu
selama empatpuluh hari. Tapi pada hari yang ke empatpuluh
satunya, kekuatan pemberontak Chu Siang Yu telah menjebol
benteng kota raja dan mengenyahkannya. Bagaimanapun
saktinya iblis itu, tapi menghadapi ribuan bahkan laksaan
manusia, mana dia mampu?
Iblis itu meloloskan diri dari kota raja diikuti oleh para
pembantu utamanya yang terdiri dari tokoh tokoh golongan
hitam. Dan istana kerajaan ganti dikuasai oleh Chu Siang Yu.
Tapi keadaan itupun tak berlangsung lama, karena
beberapa hari kemudian Barisan Para Pendekar yang dipimpin
oleh Liu Pang telah memasuki kota raja pula. Perang besarpun
terjadi. Keduanya sama-sama mempunyai kekuatan yang
maha besar. Tapi karena pasukan Chu Siang Yu baru saja
mabuk kemenangan, maka mereka menjadi lengah. Apalagi
mereka juga baru saja berselisih dengan pasukan asing yang
membantu mereka, maka akhirnya pasukan Chu Siang Yu
tidak dapat menahan amukan pasukan Liu Pang. Dan kota
rajapun berpindah tangan lagi! Sekarang Liu Pang yang
berkuasa dengan gelar Kaisar Han.
Nah ! Pada saat negara ribut seperti itulah di dunia
persilatan muncul seorang pendekar muda yang mempunyai
kesaktian seperti dewa. Sayang pendekar muda itu menderita
sakit lupa ingatan, sehingga segala gerak geriknya amat
membingungkan orang. Kadang kadang membantu pihak ke
satu, kadang kadang membantu pihak yang lain, atau
kadangkala justru memusuhi semua pihak !
Dengan kepandaian kata-katanya, akhirnya Liu Pang bisa
menarik pendekar itu menjadi pembantunya. Dan untuk
selanjutnya, dalam setiap pertempuran, tak seorangpun
mampu bertahan terhadap pendekar muda itu. Semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digilasnya, termasuk Bit bo ong tiruan dan kawan kawannya
yang melarikan diri itu !
Kakek sinting itu mengakhiri ceriteranya dengan menghela
napas berulang ulang. "Demikianlah lo-jin ong.... Pendekar
muda yang hebat itu khabarnya bernama Hong-gi hiap Souw
Thian Hai! Oleh karena itu betapa kaget hati hamba tadi
mendengar Lojin-ong telah dilukai oleh pendekar itu!”
Yang Kun hampir tidak mendengar kata kata terakhir dari
kakek sinting tersebut, sebab dia sendiri sedang sibuk berpikir
tentang ceritera yang menyinggung persoalan keluarganya itu.
Hanya sekarang pemuda itu mendengar ceritera yang sudah
sering ia dengar dari mulut pamannya itu dalam versi yang
berbeda!
Paman pamannya tidak pernah mengatakan bahwa sang
pek hu yang bergelar Bit bo-ong itu adalah seorang raja
penjahat yang sangat dibenci orang. Paman pamannya selalu
mengatakan bahwa pek hunya adalah seorang pahlawan
penyelamat Dinasti Chin mereka.
Pada waktu berita kematian Kaisar Chin Si Hong-te
terdengar oleh keluarga dan seluruh punggawa kerajaan,
semuanya menjadi bingung dan khawatir, karena pasukan
pemberontak yang dipimpin oleh Chu Siang Yu dan Liu pang
telah berada tak jauh dari kota raja. Pada saat yang genting
seperti itulah menurut penuturan pamannya sang pek hu
tampil ke depan untuk mengambil alih tugas berat tersebut.
Tapi karena musuh yang datang memang terlalu kuat, apalagi
pada saat itu tentara kerajaan sudah terpecah belah, maka
laju pasukan pemberontak sudah tak bisa dibendung lagi, Kota
raja jatuh ! Pek hu serta pembantu pembantunya mati di
tangan salah seorang pimpinan pasukan musuh yang bernama
Hong gi-hiap Souw Thian Hai!
Souw Thian Hai! Lagi-lagi Souw Thian Hai, pemuda itu
menggeretakkan giginya. Dahulu telah membunuh pek hunya,
sekarang membunuh ibu dan adik adiknya pula ! Sungguh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyesal ketika ia dapat meringkus orang itu di tepi Sungai
Huang-ho, tidak segera membunuhnya.
Suatu saat aku akan membunuhnya pula, pemuda itu
berkata di dalam hati. Bukan karena kematian pek-hunya,
tetapi karena kematian ibu dan adik-adiknya ! Soal kematian
pek-hunya itu sudah lumrah dalam peperangan besar. Orang
tidak bisa menyalahkan setiap pribadi yang melakukan
pembunuhan dalam pertempuran. Kalau toh dia ingin mencari
orang yang menjadi penyebab semua itu dan ingin membalas
dendam, ia harus menimpakan semua itu kepada penanggung
jawabnya, yaitu Kaisar Han.
Sementara itu si kakek sinting tampak ketakutan melihat air
muka Yang Kun yang menyeramkan itu. Dalam pandangannya
air muka itu seperti berubah menjadi muka raksasa yang
seram dan mau menelan dirinya.
“Lo-jin ong, hamba takut. ..! Jangan memandang hamba
seperti itu!" ratapnya gelisah.
Yang Kun tersentak dari lamunannya. Dengan membuang
napas pemuda itu melemparkan pandangannya ke depan, ke
arah kuil yang telah sayup-sayup terlihat di kejauhan sana.
"Kek, lihat ! Kedua orang itu telah kembali!" tiba-tiba
pemuda itu berseru kaget.
"Hah? Mana? Oh,., benar! Marilah kita bersembunyi lagi.
Lo-jin ong!" kakek itu menggandeng tangan Yang Kun dengan
tergesa, dan di Iain saat mereka telah bersembunyi di balik
pohon-pohon yang rimbun.
“Telah kukatakan sejak tadi, kita harus menahan diri agar
tidak terjadi salah paham. Bagaimanapun juga gadis itu telah
menolong kita dari cengkeraman kematian, sehingga kita
harus melaksanakan kata-kata yang diucapkannya sebelum
pingsan. Gadis itu menghendaki agar dia dibawa ke kuil Imyang
kauw. Tapi dalam kuil itu engkau ternyata tidak bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menahan dirimu.....!" Put gi ho yang tinggi kurus itu
mengomeli kawannya.
"Habis mereka juga keterlaluan, sih . !"
"Yaa..... tapi kejadian ini tentu mengakibatkan suasana
menjadi buruk, dan kemungkinan besar akan timbul
penumpahan darah yang tak terelakkan !''
Bayangan kedua orang Bing kauw itu hilang di kelokan
jalan.
"Hmh, agaknya telah terjadi peristiwa besar di dalam kuil
itu," Yang Kun membuka mulutnya.
"Demikianlah agaknya….” kakek itu menjawab dengan
gelisah. Mukanya yang penuh keriput tampak pucat sekali.
Lalu, "Lo jin-ong, hamba sungguh khawatir sekali. Jangan
jangan telah terjadi sesuatu yang tak diinginkan di dalam kuil
kita itu. Lo jin ong… mari... marilah kita cepat-cepat ke sana!"
Yang Kun segera menggelengkan kepalanya. "Kakek, kau
berjalanlah lebih dahulu! Aku akan segera menyusul….."
pemuda itu berkata sambil mendekap dadanya yang sakit.
"Ba baik., ba baik, Lo-sin-ong! Hamba menurut....,!" orang
tua itu mengangguk angguk, lalu berlari sempoyongan menuju
ke arah kuilnya.
Yang Kun kemudian melangkah perlahan-lahan. Luka dalam
itu terasa sangat melemahkan badannya, maka sambil
berjalan seenaknya pemuda itu memandang jauh ke
sekelilingnya. Siapa tahu secara tak sengaja ia dapat melihat
atau memergoki kawannya yang ahli dalam pengobatan itu ?
Tadi malam ia merasa bahwa temannya itu berlari mengejar di
belakangnya, tapi entah apa sebabnya sampai mereka
berpisah jalan.
"Untuk selanjutnya aku harus lebih berhati-hati bila
berhadapan dengan Hong gi-hiap Souw Thian Hai. Orang itu
benar-benar lihat sekali !” gumamnya lemah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lapat lapat pemuda itu masih dapat membayangkan
peristiwa itu. Saat pukulannya yang mengandung tenaga sakti
Liong cu I-kang sepenuhnya, hampir mengenai tubuh
pangeran yang telah putus asa itu. Saat itu tiba tiba ia merasa
seperti ada hawa tajam yang memotong ke arah lengannya.
Ketika matanya melirik tampak segulung asap tipis yang terdiri
dari dua warna, berhembus ke arah dirinya, sementara di
belakang asap itu meluncur sesosok tubuh yang segera
dikenalnya sebagai Hong-gi hiap Souw Thian Hai !
Tak ada kesempatan sama sekali baginya untuk menarik
serangannya itu dan kemudian ia pergunakan untuk
menyongsong serangan Hong-gi-hiap. Meskipun begitu ia
percaya akan kekuatan pertahanan Liong-cu i kang yang
ampuh.
Ia benar-benar mengerahkan segala kemampuannya ketika
pukulan Hong-gi-hiap tersebut membentur kedua lengannya!
Tapi ternyata kali ini ia sungguh-sungguh salah perhitungan.
Kekuatan Iwee-kang lawannya ternyata bukan main hebatnya!
Liong cu-i kang yang demikian ampuh serta sudah ia
kerahkan sepenuhnya, ternyata masih dapat ditembus oleh
kekuatan lawan dan melukai dadanya.
"Tapi aku berdiri di pihak yang bertahan." ia menghibur
dirinya sendiri. "Coba kalau kita saling berhadapan muka,
mungkin akibatnya akan lain. Aku tidak percaya kalau Iweekangnya
lebih kuat dari pada Liong-cu-i-kang !"
Yang Kun melihat kesibukan yang luar biasa ketika ia mulai
menginjakkan kakinya di halaman kuil tersebut. Beberapa
orang tampak berlarian melintasi halaman samping dan
tengah yang luas. Mereka seperti sedang menyiapkan sesuatu
yang genting dan besar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 11
YANG KUN berjalan di antara arca dan patung yang banyak
berdiri di kanan kiri jalan masuk tersebut, kemudian berdiri
termangu-mangu di muka pintu gerbang masuk yang besar
dan terbuat dari kayu tebal itu.
Pemuda itu sekali lagi merasa seperti ada kesibukan besar
di belakang pintu tebal di hadapannya. Seakan-akan ia
merasakan seluruh penghuni kuil yang tentu berjumlah lebih
dari limapuluh orang itu berlutut di halaman tengah menanti
kedatangannya. Ah, sungguh sebuah pikiran gila, Yang Kun
mengumpat di dalam hati. Seperti si kakek sinting saja, suka
meramal !
Yang Kun segera melangkah ke depan lalu mendorong
pintu perlahan. Tak terduga pintu itu terbuka sendiri dengan
cepat dan….
"Selamat datang di kuil kami, Lo jin-ong.... !" terdengar
suara gemuruh memenuhi halaman tengah kuil yang luas itu.
Dan seperti yang tadi telah dibayangkan oleh Yang Kun,
halaman tengah dari kuil tersebut penuh dengan para
pengikut Im-yang-kauw. Semuanya berlutut ke arah pintu di
mana ia sekarang sedang berdiri. Sedangkan di dekat pintu itu
tampak si kakek sinting juga berlutut ke arahnya.
Yang Kun berdiri mematung di tengah-tengah pintu seperti
orang yang kehilangan akal. Lalu dipandangnya orang-orang
yang berlutut di halaman dan si Kakek sinting berganti-ganti.
Hmm, semua ini tentu ulah si kakek yang kurang ajar ini, Yang
Kun menggeram di dalam hati.
"Lo jin-ong, marilah...! Semua penghuni kuil yang kupimpin
ini telah lama menunggu Lo-jin-ong." sapa orang tua itu
sambil mempersilahkannya masuk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Gila! Sandiwara apa pula ini? Kakek, kau jangan bergurau,
di hadapan begini banyak orang. Aku akan benar-benar
menjadi marah kalau begini !” Yang Kun berseru marah.
Pemuda itu sungguh-sungguh berang. Mukanya menjadi
merah padam, kedua buah tangannya terkepal erat-erat di
samping tubuhnya.
"Lo-jin-ong, mana kami berani bersandiwara maupun
bergurau di hadapan Lo-jin ong?" kakek sinting itu mendekat
dengan suara gemetar.
"Benar! Bagaimana kami berani berbuat begitu terhadap
Lo-jin-ong?” puluhan orang Im-yang-kauw yang berlutut di
halaman itu kembali bersuara gemuruh.
"Hah?!?" Yang Kun terlonjak di tempatnya. "Kalian kalian ...
huh, gila! Kalian semua sudah gila! Sudahlah, aku mau pergi
saja dari tempat ini! Aku tidak mau tinggal bersama dengan
orang-orang sinting dan gila!"
"Lo-jin-onggg... !” tiba-tiba kakek sinting itu menubruk kaki
Yang Kun, sehingga pemuda yang sedang terluka dalam itu
hampir saja terguling jatuh. "Lo jin ong, kau jangan pergi
meninggalkan kami! Saat ini kami benar-benar sangat
membutuhkan Lo-jin-ong........!"
"Benar! Kami sekarang benar-benar sangat membutuhkan
kehadiran Lo-jin-ong di sini.,” sekali lagi orang orang Im-yang
kauw itu berteriak gemuruh.
"Nah, Lo-jin-ong telah mendengar sendiri permintaan
mereka. Oleh karena itu kabulkanlah permintaan kami ini.
Lihatlah ke ruang samping itu ! Salah seorang di antara kawan
kita telah mati dibunuh oleh dua orang Bing-kauw itu !”
"Benar, Lo-jin-ong. Kami membutuhkan nasehat Lo jin-ong,
apa yang mesti kami kerjakan berkenaan dengan peristiwa
ini?" orang-orang itu bergemuruh pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Persetan ! Aku tidak perduli!” Yang Kun berkata tegas
sambil berusaha lolos dari rangkulan kakek sinting.
"Oh, Lo jin-ongggg,... !” kakek sinting itu meratap.
".....Kalau Lo-jin-ong tetap juga mau pergi, lebih baik aku
membunuh diri saja sekarang. Tak ada gunanya pula hidup,
kalau lo-jin-ong membenci kami!” sambungnya pula sambil
mencabut sebilah pisau kecil dari pinggangnya.
"Benar ! Tak ada gunanya pula kami hidup kalau para
pimpinan kami sendiri telah meninggalkan kami !" orang-orang
Im yang kauw itu berteriak gemuruh sambil mencabut senjata
mereka masing-masing, lalu secara bersama-sama mereka
mengangkat senjata masing rnasing di atas kepala dan
kemudian menghujamkannya ke dalam tubuh masing-masing.
Mula mula Yang Kun tetap tidak peduli, ia telah benarbenar
marah. Tapi menyaksikan sedemikian banyak orang
sungguh-sungguh mengayunkan senjatanya untuk membunuh
diri, hatinya berdentang pula dengan hebatnya !"
"Hentikaann.....!!"
Pemuda itu berteriak sekeras-kerasnya. Tanpa sadar ia
mengerahkan tenaga sakti Liong-cu-i-kangnya, sehingga tanpa
sadar pula ia membuat lukanya semakin bertambah parah.
Huaaak! Darah hitam tampak menyembur dari mulutnya yang
terbuka, lalu pemuda itu terjerembab pingsan.
Beberapa orang tampak terpelanting karena terkena
getaran suara Yang Kun, sementara yang lain tampak
terlongong-longong dengan tangan lemas pula seakan seluruh
tenaga mereka telah tersedot habis oleh getaran suara
teriakan Yang Kun tadi.
Tapi dengan demikian seluruhnya telah selamat dari
bencana bunuh diri massal.
Kakek sinting itu segera menolong Yang Kun, lalu
memerintahkan beberapa orang untuk menyiapkan sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar khusus bagi pemuda tersebut, yaitu sebuah kamar
kosong yang terletak di pojok belakang, di dekat ruang
semadi. Sebuah kamar yang sepi dan tenang bebas dari
kesibukan penghuni kuil yang lain.
Para penganut Im-yang-kauw dan penghuni itu lalu bubar
untuk kembali ke tempat masing-masing. Beberapa orang
diantara mereka tampak menuju ke ruang samping di mana
terdapat seorang teman mereka yang terbunuh beberapa saat
yang lalu, karena berkelahi dengan dua orang tamu yang
datang ke tempat mereka membawa seorang gadis cantik.
Matahari merangkak semakin tinggi. Di dalam kuil Im-yangkauw
itu masih tampak kesibukan yang luar biasa. Kakek
sinting itu beberapa kali memimpin upacara sembahyang,
kemudian pada waktu lewat tengah hari kakek itu memanggil
beberapa orang pembantunya dan orang-orang yang tadi pagi
terlibat langsung dalam perkelahian melawan kedua orang
Bing-kauw itu.
Lama sekali mereka berbincang mengenai persoalan
tersebut. Lalu menjelang sore hari tampak belasan anggota
Im-yang kauw pergi meninggalkan kuil itu menuju ke Gedung
Pusat mereka yang berada di kota Sin-yang. Sedangkan
beberapa orang yang lain tampak mempersiapkan segala
sesuatu bagi keamanan kuil dan sekitarnya. Mereka tampak
mengeluarkan senjata-senjata mereka yang selama ini jarang
mereka pakai.
Sementara itu di dalam kamar pojok belakang Yang Kun
juga baru saja siuman dari pingsannya. Pemuda itu melirik ke
sekelilingnya, dan ia menjadi kaget begitu sadar ia berada di
tempat yang asing. Dengan tergesa pemuda itu bangkit dari
tempat tidurnya, tapi….
''Aduuuuh…….!" pemuda itu terlentang kembali sambil
mendekap dadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang penjaga melangkah masuk dengan tergopohgopoh.
Dengan pandang mata khawatir mereka berdiri di
hadapan Yang Kun. "Lo-jin-ong...... adakah yang perlu kami
bantu? Apa......apakah luka Lo-jin-ong terasa sakit kembali ?"
Mata pemuda itu berkilat memandang kedua penjaga
tersebut. Kemudian dengan sekali sambar pemuda itu telah
mencengkeram leher baju mereka.
"Kurang ajar! Kalian juga ikut ikutan memanggil aku Lo-jinong!
Lo-jin-ong …... Lo jin-ongggg.....! Gila! Kalian lihat
mukaku! Apakah wajah ini sudah demikian tua dan keriput
sehingga kalian panggil Lo jin ong? Jawabbb.... !" Yang Kun
berteriak sambil menuding mukanya sendiri.
"Lo-jin..... eh, anu..... hamba mana bera….berani.....!”
kedua penjaga itu menjawab dengan tubuh menggigil.
"Nah ! Apa sebabnya kalian ikut ikutan pula menyangka
aku sebagai Lo-jin-mo (OrangTua Setan)?” Yang Kun
mengguncang tubuh mereka.
"Lo-jin mo? Ahh mana aku berani me….menyebut begitu?
K-kami m-menyebut Lo jin..... eh, maaf .... kami menyebut Lo
jin .... ong, bukan Lo-jin mo!" kedua orang itu menjawab
semakin takut. Sungguh-sungguh takut sekarang!
"Hah, siapa bilang? Bukankah baru saja kalian
mengucapkannya?"
"Tapi..... t - tapi.,.”
"Bah ! Awas, kalian telah menyebut Lo-Jin-mo, bukan Lo
jin-ong! Akan kulaporkan kepada Lo-jin-ong nanti!" Yang Kun
memancing.
"Jangan! Jangan! Kami…..oh!” tiba tiba mereka menutup
mulut mereka dengan telapak tangan, sadar bahwa mereka
telah kelepasan omong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, apa kataku ... kalian juga ikut bersandiwara pula !
Kalian sebetulnya juga sudah tahu kalau aku bukan Lo jin
Ong!" Yang Kun bernapas lega seraya melepaskan tangannya
dan mendorong mereka ke belakang. "Pergilah. . !”
"Tetapi Lo-jin-…."
"Heii, kalian mau menyebut Lo jin-mo lagi ?”
"Tidak ! Tidak.....!"
"Nah, kalau begitu pergilah sekarang! Panggil kemari kakek
sinting yang menjadi biang-keladi semua lelucon ini! Lekas!
Akan ku ..." Yang Kun tidak melanjutkan perkataannya. Ujung
perasaannya yang terlatih tanpa sengaja itu seperti
mengisyaratkan sesuatu bahwa ada orang datang mendekati
tempat itu dengan jalan mengendap endap. Tapi ketika
pemuda itu berusaha menangkap suara tersebut dengan
telinganya, tak sesuatupun yang terdengar! Gila, perasaannya
mulai meramal lagi, pemuda itu mengumpat di hati! Tapi...
"Hihi, Lo jin ong ! Maaf, hambamu datang terlambat. Habis,
hamba harus mengurus kuil ini dahulu,” Kakek sinting itu
mendadak muncul di ambang pintu. Dengan membungkuk, ia
melangkah ke tengah ruangan. Tapi serentak melihat wajah
Yang Kun yang kusut itu melotot kepadanya, kakek tersebut
lalu menjura berkali-kali sambil meminta maaf. “Maafkan
hamba, Lo-jin-ong. Seharusnya hamba tidak boleh terlalu
mengganggu Lo jin-ong. Dan hamba sebenarnya sudah
berusaha agar tidak menimbulkan suara tadi, tapi agaknya
gelombang perasaan kita memang sama dan sejalan, sehingga
perasaan Lo jin ong tersentuh juga.....! Oleh karena itu hamba
terpaksa muncul pula."
Gelombang perasaan? Sejalan ! Huh! Omong kosong apa
pula itu ?
Tapi tiba-tiba Yang Kun terdiam. Sejak ia belajar
menenangkan pikiran dan perasaan hati di dalam istana itu, ia
seperti mempunyai kelebihan dalam mencium suasana yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum terlihat maupun terdengar oleh indera tubuhnya.
Seperti ketika ia dapat merasakan adanya penjahat yang
memasuki kompleks istana tempo hari padahal Liu-toakonya
yang Iihai itu belum mendengar sama sekali. Juga yang terjadi
beberapa saat yang lalu. Perasaannya seperti sudah memberi
isyarat, sehingga apa yang terjadi kemudian benar-benar
seperti yang telah terbayangkan sebelumnya.
Gila! Lambat laun aku bisa sinting seperti kakek ini nanti,
pemuda itu menggeram dalam hati.
Tampaknya kakek itu merasakan juga apa yang sedang
bergejolak di dalam pikiran Yang Kun. Oleh karena itu
sebelum pemuda itu membuka mulutnya, ia telah lebih dahulu
mengalihkan pembicaraan mereka.
“Lo jin ong, kau jangan terlalu menurutkan perasaan
marahmu. Sebab dengan berbuat begitu, sama saja Lo-jin-ong
mempercepat proses luka yang ada di dalam dadamu. Coba
Lo jin-ong periksa kembali luka itu ! Kerahkan sedikit saja
tenaga sakti ke dalam dada ! Sekarang tentu lebih sakit dari
pada tadi......."
Bagai dihentak rasanya dada Yang Kun mendengar
peringatan itu. Sebagai seorang ahli silat yang berkepandaian
tinggi ternyata ia masih melupakan juga hal yang sangat
penting tersebut. Maka dengan tergesa gesa ia menggerakkan
sedikit tenaga dalamnya ke arah dada.
Benarlah ! Dengan mulut meringis menahan sakit Yang Kun
menarik kembali tenaga saktinya ke arah tan-tian (pusat).
hampir saja pemuda itu tak kuasa menahan perasaan sakit
yang menyengat di dalam dada. Untunglah pemuda itu segera
menghentikan arus tenaganya, kalau tidak, mungkin ia telah
jatuh pingsan untuk kedua kalinya.
"Nah..... benar bukan?" kakek itu menegaskan sambil
mendekati tempat tidur Yang Kun. ".... Berbaring sajalah yang
tenang, hamba akan berusaha mengobatinya ! Biasanya luka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam yang diakibatkan oleh tenaga sakti yang membalik
seperti ini, sangat mudah disembuhkan dengan Im-yang-kang
golongan kami. Itulah sebabnya gadis buntung itu minta
dibawa ke Kuil Im-yang-kauw.....!"
“Gadis itu ......!" Yang Kun tersentak kaget. "Kakek, di
manakah dia?” pemuda itu mencengkeram lengan orang tua
tersebut.
Orang tua itu tersenyum. Perangainya ternyata telah sedikit
berubah setelah berada di antara anak buahnya. Sekarang
telah tidak begitu sinting dan konyol lagi. Sikapnya juga tidak
lagi gemetar dan ketakutan terhadap Chin Yang Kun. Cuma
anggapannya terhadap diri pribadi Yang Kun tetap belum
berubah, kakek itu masih menganggap Yang Kun sebagai Toat
beng jin!
"Lo jin ong, kau tak usah khawatir! Gadis itu berada di
kamar sebelah ! Tubuhnya juga terluka dalam seperti Lo jinong.
Hamba sedang berusaha untuk mengobatinya pula. Nah,
sekarang kami harap Lo jin ong beristirahat dahulu. Besok
pagi sebelum matahari terbit, hamba akan datang kemari
untuk memulai pengobatan tersebut," kakek itu berkata sambil
terus memohon diri.
Sudahlah, biarkan saja orang tua itu bersandiwara, Yang
Kun berdesah di dalam hati. Nanti akan terbuka juga
kedoknya ! Maka dengan perasaan tenang pemuda itu
memejamkan matanya untuk istirahat.
Seorang penjaga telah memukul lonceng dua kali berturut
turut ketika Yang Kun terjaga dari tidurnya.
"Ah, sudah lewat tengah malam.” pemuda itu bergumam.
"Sungguh enak sekali! Aku tertidur sejak sore tanpa
terganggu......"
Pemuda itu bangkit lalu duduk di tepi tempat tidurnya.
Matanya nyalang mengawasi kamarnya yang gelap, agaknya
lampu kamar itu telah dibawa keluar oleh penjaga atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjaga penjaga itu memang sengaja tidak menaruh lampu di
dalam kamarnya. Tapi dari sela-sela lobang angin dan jendela,
Yang Kun melihat sorot sinar bulan yang terang benderang.
"Hem...... terang bulan agaknya !" pemuda itu berdesah
pula perlahan.
Perlahan-lahan pula Yang Kun turun dari tempat tidurnya.
Sinar bulan yang putih cemerlang itu seolah olah menarik hati
pemuda itu untuk keluar menikmatinya.
Pintu itu mengeluarkan suara bergerit ketika Yang Kun
menguakkannya, tapi dua orang penjaga yang tertidur di
samping tangga tak bergerak sedikitpun. Mereka masih
terdengar mendengkur perlahan, meskipun kedua tangan
mereka tak pernah lepas dari tangkai tombak masing-masing.
Sambil menghirup udara segar sebanyak banyaknya Yang
Kun menuruni tangga di samping kamarnya, kemudian
melangkah perlahan ke halaman samping yang penuh dengan
tanaman bunga beraneka warna. Tak dia sangka orang-orang
Im-yang kauw itu pandai juga mengatur halaman, sehingga
kuil yang megah dan besar ini menjadi semakin semarak dan
menarik.
Yang Kun berdiri diantara jajaran patung yang banyak
terdapat diantara pohon-pohon bunga. Matanya memandang
redup, mengagumi segala keindahan yang tergelar luas di
hadapannya. Bunga bunga yang indah, tanah berlekuk
diantara bukit-bukit menghijau dan hamparan lembah yang
berumput. Semuanya benar benar mentakjubkan.
Kuil itu dibangun di lereng bukit yang landai, menghadap
ke arah timur, sehingga Yang Kun yang berdiri di halaman
samping, benar-benar dapat melepaskan seluruh
pandangannya ke bawah. Ke arah hamparan lembah hijau
yang terbentang luas dan jauh sampat ke tepi langit.
Sementara di tengah-tengah jalur lembah yang berkelok-kelok
itu tampak sebatang sungai kecil, yang apabila dilihat dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempatnya berdiri seperti seekor ular putih yang melingkarlingkar
di dalam sarangnya.
Pemuda itu menatap lagi lebih teliti. Di tepi sungai tersebut
tampak bangunan-bangunan rumah penduduk yang
bergerombol dalam sebuah dusun kecil dan bertebaran di
sepanjang alirannya.
Beberapa orang yang memperoleh giliran tugas jaga
tampak melintas di dekat Yang Kun. Mereka berjalan
mengelilingi setiap sudut kuil untuk menjaga keamanannya.
Semuanya mengangguk hormat ketika melewati pemuda itu.
“Selamat malam, Lo jin ong….!” Mereka menyapa halus
sambil berjalan terus tanpa berhenti.
Yang Kun hanya mengangguk tak acuh. Hati dan
perasaannya sedang tenggelam dalam arus keindahan alam
yang terpampang di sekitarnya. Perlahan-lahan pemuda itu
melangkah menaiki tangga batu yang menuju ke tempat yang
lebih tinggi, ke tempat dimana didirikan sebuah patung besar
setinggi manusia. Patung seorang kakek tua berjenggot
panjang sedang meniup suling.
Patung itu terbuat dari perunggu dan benar-benar terawat
bersih. Dari tempat itu Yang Kun bisa memandang ke seluruh
bangunan kuil. Dan agaknya maksud dari ditempatkannya
patung tersebut disana memang agar bisa dilihat oleh semua
orang.
Sambil menebarkan pandangannya Yang Kun menghela
napas berkali-kali. Sungguh takjub hatinya melihat semua itu.
Sinar bulan yang putih cemerlang, tampak seperti hamparan
perak yang menyepuh setiap benda yang disentuhnya, batubatuan,
rumput, daun-daun dan air sungai yang mengalir.
Semuanya mengkilap keputih-putihan! Tak heran kalau
seorang pujangga sering terhanyut untuk menciptakan syair
atau Iagu tentang keindahan seperti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak terasa pemuda itu juga berdendang lirih sekedar untuk
ikut mengagumi semuanya itu,
Sinar bulan di antara bintang,
membasahi padang di antara ilalang.
Hamparan perak luas membentang,
alas tidur menentang awan.
Dua sejoli bergandeng tangan,
mempererat tali kasih dalam pandangan
Bagai tak ada batu rintangan,
naik jenjang sorga idaman.
Saking asyiknya, alunan irama itu makin lama makin tinggi,
sehingga menggema mengarungi udara di sekitar bangunan
kuil tersebut. Tidak begitu keras sebenarnya, tapi karena
suasana malam itu memang sangat sunyi dan desau angin
pegunungan yang tajam ikut pula mendorong dan
menggetarkan alunan suara yang keluar dari mulutnya, maka
suara itu jelas sekali kedengarannya.
Selesai berdendang pemuda itu semakin tenggelam dalam
suasana malam yang mengesankan tersebut. Dipandangnya
patung perunggu di depannya, terasa patung itu ikut
tersenyum melihat keasyikannya. Ah, betapa tampannya
kakek dalam patung itu ketika masih muda!
Tak terasa Yang Kun melangkah mendekati patung
tersebut. Dengan sikap hormat ia memperhatikan patung itu
dari dekat sekali. Wajahnya, ikat kepalanya, baju longgar yang
dikenakannya, jari jari tangan yang memegang suling dan
suling itu sendiri ! Semuanya dari perunggu, sehingga dalam
keremangan sinar bulan memang persis seperti manusia yang
bernyawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika Yang Kun memperhatikan lebih lanjut terasa
ada sesuatu yang berbeda pada batang suling tersebut. Kalau
yang lain berwarna kemerah-merahan seperti batu bata,
suling itu sendiri berwarna mengkilap kehitam-hitaman. Dan
pemuda itu menjadi terperanjat ketika tangannya mencoba
memegang, benda tersebut terasa goyah dan bergerak.
Perlahan-Iahan Yang Kun menarik suling tersebut dari
tempatnya. Ternyata suling itu benar-benar suling sungguhan,
jadi bukanlah bagian dari patung perunggu tersebut. Suling itu
memang sengaja diletakkan pada genggaman tangan si
patung yang berlubang.
Ternyata suling tersebut terbuat dari besi baja yang amat
kuat, panjangnya hampir menyamai panjang lengannya. Tak
secercah debupun yang melekat pada batang suling itu, suatu
tanda bahwa benda tersebut selalu dibersihkan pula. Secara
iseng pemuda itu menempelkan suling tersebut pada bibirnya,
dan sekejap kemudian terdengar alunan suaranya yang bening
melengking dalam lagu seperti tadi........
Malam terasa semakin dingin. Kabut pagi juga telah mulai
turun. Namun demikian pemuda itu tidak merasa dingin sama
sekali. Badannya malah terasa nyaman luar biasa, sehingga
luka yang dideritanya seperti sudah hilang dari tubuhnya. Luka
tersebut bagai larut terbawa oleh getaran suara suling yang
menggema di atas bukit dan lembah.
Begitu rampung, Yang Kun menghempaskan tubuhnya
perlahan di atas rumput sambil menarik napas panjang sekali.
Tapi pemuda itu kembali terlonjak berdiri ketika tarikan
napasnya tersebut dijawab oleh belasan bahkan puluhan
tarikan napas yang lain.
Gila! Ketika Yang Kun memandang ke bawah, tampak
puluhan penghuni kuil itu telah keluar semua dan berlutut ke
arah dirinya. Di halaman samping, halaman tengah, halaman
belakang, semuanya penuh orang-orang Im-yang-kauw yang
berlutut ke arah dirinya !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-couw. ..!" orang-orang tersebut berdesah perlahan.
Pemuda itu justru terdiam bagai patung. Rasa kaget dan
bingung malah membuat pemuda itu termangu-mangu seperti
orang yang kehilangan akal. Akhirnya seperti seorang gadis
yang bangun pagi kesiangan, pemuda itu tergagap dari
lamunannya dan bergegas turun dari tempat tersebut. Tanpa
menoleh ke kanan atau ke kiri ia langsung kembali ke kamar
melewati orang-orang itu.
Tanpa menutup pintunya lagi Yang Kun memasuki
kamarnya, kemudian menghempaskan diri ke atas
pembaringan. Dan. ...
"Kurang ajar! Kau..... kau mau apa?" tiba-tiba terdengar
jeritan seorang wanita di sampingnya.
Bagai orang disengat lebah, Yang Kun melompat turun
kembali dengan gugup. Begitu gugupnya pemuda itu sehingga
ia meloncat terlalu keras, akibatnya kakinya menghajar rak
buku dengan kuatnya. Braak! Rak buku setinggi dua meter itu
roboh dengan suara yang hiruk-pikuk! Sedangkan pemuda itu
sendiri tersungkur pula ke lantai.
"Aduuuuh....!" Yang Kun menyeringai sambil mendekap
dadanya yang sakit.
Terdengar suara langkah kaki berlari lari mendatangi
tempat itu. Dan sekejap kemudian kakek sinting dan beberapa
orang pembantunya telah masuk ke kamar dengan membawa
lampu. Mereka semuanya tampak siap siaga menghadapi
sesuatu yang gawat. Agaknya pengalaman yang terjadi dalam
kuil mereka kemarin, sehingga salah seorang anggota mereka
menjadi korban, membuat mereka berhati hati sekali.
Tapi mereka tidak mendapatkan siapapun di dalam kamar
itu selain kedua orang tamu mereka. Yaitu Lo-jin-ong yang
tadi baru saja mempesonakan mereka dengan lagu dan tiupan
sulingnya, dan si Gadis Buntung yang terluka dalam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ohh, Lo-Jin-ong..... ada apa ini! Mengapa Lo jin ong
menggeletak di sini? Apakah..... oh, nona sudah siuman pula?"
Kakek Sinting itu menyapa kedua orang itu bergantian.
"Kalian siapa…? Mengapa aku berada di sini? Dan... si…
siapakah... pemuda ku-kurang ajar itu?” gadis tersebut
bertanya garang.
Biarpun wajahnya pucat, tapi sikap gadis itu masih
menunjukkan sikap seorang pendekar wanita yang galak.
Tampak beberapa kali ia mengawasi tubuh dan pakaiannya,
kalau-kalau ada sesuatu yang tak beres di sana. Tapi
wajahnya tampak menjadi lega begitu terasa tak ada sesuatu
yang perlu dicurigai.
"Ah, tak apa-apa .... tak apa-apa! Marilah kita berbicara
yang baik! Nona tidak perlu bercuriga kepada kami." Kakek itu
menerangkan, lalu bersama para pembantunya ia menolong
Yang Kun berdiri.
"Ohh.... kau!" tiba-tiba gadis itu menggeram begitu melihat
dengan jelas siapa yang tadi telah begitu berani naik ke atas
pembaringannya.
"Ohh.. sabar.....sabar!" Kakek itu menengahi.
"Maaf, nona ... maafkanlah aku! Karena tergesa-gesa,
apalagi baru semalam di sini, maka aku telah salah masuk
kamar tadi. Sekali lagi.....maafkan, bukan maksudku mau
kurang ajar kepadamu. Sungguh !" Yang Kun meminta maaf
dengan suara parau.
"Hmh!" gadis itu mendengus.
"Ah, sungguh sial benar nasibku! Dua kali aku bertemu
dengannya, tapi selalu saja dalam suasana yang tak
mengenakkan hati." Yang Kun menyesali nasibnya yang sial.
Mereka keluar bersama-sama dan duduk di kursi yang telah
disediakan. Dengan dada masih dipenuhi oleh berbagai
macam perasaan curiga gadis itu duduk menghadapi mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona......." kakek itu membuka pembicaraan.
“Lebih dulu kami akan memperkenalkan diri kami. Kami
semua ini...... adalah penganut-penganut Im-yang-kauw.”
katanya sambil mengedarkan pandangannya ke arah para
pembantunya, termasuk juga Chin Yang Kun ! (Karena tak
ingin berbantah lagi, maka pemuda itu diam saja tak bereaksi)
".....Dan bangunan besar ini adalah kuil kami, tempat kami
semua melaksanakan dan mengamalkan ajaran-ajaran yang
kami peroleh.” Kakek itu menghentikan keterangannya
sebentar. Lalu, “Kemarin kami mendapat kunjungan dua orang
tamu dari Bing kauw, yang bernama Put-gi-ho dan Put chih to.
Mereka datang membawa tubuh nona yang pingsan karena
menderita sebuah luka dalam yang hebat. Sebenarnya
kedatangan mereka kemari hanya untuk memenuhi dan
melaksanakan pesan yang telah nona berikan kepada mereka.
Mereka mau memenuhi pesan itu karena mereka telah
berhutang nyawa kepada nona. Tapi karena nona keburu
pingsan, maka keterangan yang mereka peroleh dari nona itu
ternyata belum begitu jelas dan terang bagi mereka, sehingga
hal itu menyebabkan terjadinya kesalahpahaman di antara
mereka dan penghuni kuil ini. Salah seorang pimpinan kuil ini
telah menjadi korban dalam perselisihan itu. Sekarang
mayatnya telah kami tempatkan di ruangan samping….”
“Oh.,..?!" gadis itu terbelalak sambil menutupi mulut
dengan telapak tangannya. "....... Aku….aku tak mengira,
kalau akan sampai terjadi demikian. Aku sungguh berdosa
kalau begitu !” serunya dengan wajah penuh rasa sesal.
Semuanya juga menghela napas menyesali peristiwa itu.
Tapi bagaimanapun juga semuanya telah terlanjur terjadi dan
mereka tak dapat menyalahkan siapa-siapa. Begitu juga
terhadap gadis buntung yang belum pernah mereka kenal
sebelumnya itu! Keadaanlah yang membuat semua itu terjadi
tanpa dapat mereka kendalikan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh suatu kebetulan yang tidak pernah diperkirakan
sebelumnya, bahwasanya antara salah seorang dari kedua
orang Bing-kauw itu dengan kawan kami yang mati, telah ada
permusuhan sebelumnya. Sehingga ketika mereka datang ke
kuil ini, pertempuranpun tak dapat dielakkan lagi......" kakek
sinting itu memberi keterangan lebih lanjut.
Gadis Buntung itu semakin tampak merasa bersalah.
Wajahnya yang pucat itu tertunduk dalam, hilang sudah
semua kegalakannya tadi. Dengan suara serak gadis itu
menyesali keadaannya.
"Betapa malangnya orang itu.... hanya karena memikirkan
kepentingan diri sendiri, aku telah menyebabkan dia mati
secara sia-sia. Maka... sungguh tidak berbudi kalau aku masih
mengharapkan pertolongan....”
"Oh, nona tak perlu menyesali diri. Kami tahu maksud nona
minta dikirim ke kuil Im-yang-kauw...... karena memang
hanya lwee-kang kepunyaan kamilah yang sanggup
memulihkan kesehatan nona. Kudengar tenaga sakti Pai-hud
sin-kang kepunyaan mendiang Bu Eng Sin-yok-ong dengan
disertai ilmu tusuk jarumnya, juga dapat untuk mengobati luka
dalam seperti itu. Tapi untuk mencari anak muridnya memang
bukanlah hal yang mudah, karena.......”
"Yang melukai siauw-te (aku yang rendah) justru
muridnya……,” gadis itu menukas dengan cepat.
"Hah ? Yang melukai nona adalah murid Bu Eng Sin-yok
ong.. . ?" kakek itu berseru kaget, Yang Kun juga tak kalah
kagetnya. Pikiran pemuda itu langsung tertuju ke arah
temannya, Chu Seng Kun ! Menurut penuturan Liu-toako,
kawannya itu adalah cicit murid dari tokoh besar tersebut.
Benarkah kawannya yang baik hati itu yang melukai gadis ini?
Tapi kelihatannya gadis itu tidak ingin memperpanjang
persoalannya lagi. Dengan wajah yang semakin memucat ia
berdiri menjura kepada semua orang yang berada di tempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut. Lalu dengan berdiri tegak gadis itu menghadap ke
arah kakek tua itu kembali.
"Lo cianpwe, karena terlalu bodoh dan miskin pengalaman,
maka siauwle benar benar tidak tahu dengan siapa siauw-te
sekarang berhadapan. Oleh karena itu, siauw-te sungguh
amat menyesal dan meminta maaf yang sebesar besarnya . .!
Tetapi, biarpun tidak tahu, siauw-te yakin bahwa sekarang
siauw-te tentu sedang berhadapan dengan salah satu diantara
kelima tokoh besar Im-yang-kauw yang terkenal itu. Maka
siauw-te kira tidaklah keliru alamat apabila siauw te sekarang
berkeinginan untuk memaparkan semua isi hati siauw te pada
locianpwe....." katanya merendah.
Kakek itu berdiri pula dengan tersipu-sipu. Beberapa kali
matanya yang keriput itu melirik kepada Yang Kun, seolaholah
semua perkataan yang dikeluarkan oleh gadis tersebut
amat mengganggu perasaannya.
"Ah, nona tak perlu sungkan sungkan kepada kami. Di sini
memang ada salah seorang dari kelima Tokoh pimpinan kami
itu, beliau......." kakek itu melirik sekali lagi kepada Yang Kun.
Tapi begitu dilihat olehnya pemuda itu melotot dengan muka
beringas, kakek itu tak berani meneruskan ucapannya.
Sebagai gantinya, kakek tersebut lalu membelokkan katakatanya.
“tapi…….baiklah! Nona dapat mengatakan kepadaku,
apa yang menjadi keinginan nona…..”
Tentu saja gadis itu menjadi bingung melihat sikap yang
aneh tersebut. Tapi karena kakek itu telah mempersilahkan
dia untuk bicara, maka gadis tersebut tak memikirkan pula hal
ini lebih lanjut.
"Lo cianpwe, nama siauw te adalah Souw Lian Cu. Karena
terlalu usil mencampuri urusan orang, maka siauw-te terpaksa
berhadapan dengan Ketua Mokauw.....”
“.....Dengan Pek-i Liong ong (Raja Naga Berjubah Putih)?"
Kakek Sinting itu menegaskan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lalu apa sebabnya tubuh nona yang terluka itu dibawa
kemari oleh orang Bing kauw?”
“Itulah persoalannya, lo-cianpwe....... Pada suatu hari
siauw-te melihat perkelahian yang tidak seimbang antara para
pengikut Bing-kauw dan para pengikut Mo-kauw. Sebenarnya
dalam hati siauw-te tidak ingin mencampuri urusan mereka,
tapi melihat dua orang anggota Bing kauw hendak dibunuh
oleh para pengikut Mo kauw, siauw-te menjadi tidak tega.
Siauw-te menolong kedua orang tersebut, sehingga siauw-te
menjadi bentrok dengan mereka. Kebetulan sekali ketua
mereka datang pula ke tempat itu, maka siauw-te terpaksa
berhadapan dengan dia pula.....”
“Dan nona Souw dilukainya....” kakek sinting memotong,
kemudian sambungnya lagi. “Karena nona teringat bahwa
yang bisa mengobati luka dalam seperti itu hanya lwee kang
golongan kami, maka nona meminta tolong kepada dua orang
Bing-kauw itu agar segera membawa nona kemari…”
Gadis itu menjura kembali dengan hormat. "Benar,
locianpwe. Tapi tak siauw-te sangka keadaan bisa
berkembang menjadi begini menyedihkan, sehingga sekarang
siauw-te tak mempunyai keberanian lagi untuk meminta
pertolongan locianpwe. Dengan tulus hati siauw te sekarang
justru minta agar diberi hukuman yang setimpal ..."
"Ah, nona......mana ada aturan begitu? Dalam hal ini nona
Souw tidak bersalah sama sekali. Sejak dahulu orang-orang
Bing kauw dan Mo kauw memang sering berselisih dengan
golongan kami, sehingga persoalan seperti ini masih belum
apa-apa bila dibandingkan dengan peristiwa lima tahun yang
lalu. Bentrokan yang terjadi antara Im-yang-kauw dan Bingkauw
pada lima tahun yang lalu begitu hebat sekali, sehingga
antara ketua kami yang lama dan ketua Bing-kauw yang lama
sampai terlibat dalam sebuah pi-bu yang maha dahsyat! Coba
kalau pada saat itu suasana negara tidak sedang tenggelam
dalam kekalutan dan kekeruhan akibat pemberontakan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejadian tersebut tentulah akan menggegerkan dunia
persilatan.....” kakek itu cepat-cepat memotong pula.
Gadis itu mendengarkan keterangan tersebut dengan
mengangguk-angguk. Tampak betapa hatinya merasa sedikit
terhibur dengan keramahan yang diterimanya dari tuan rumah
itu.
“Nona Souw, kami tak pernah mengecewakan tamu kami.
Nona jauh jauh telah sampai di tempat kami, maka kami juga
akan berusaha pula sekuat tenaga untuk mengobati luka itu.
Sekarang fajar sudah hampir menyingsing, lebih baik nona
masuk kembali ke kamar dan beristirahat dulu barang
sejenak.....!"
"Terima kasih, lo cianpwe. Tapi kalau diperbolehkan, siauw
te ingin menengok jenazah itu dahulu…."
“Oho, tentu saja boleh. Biarlah salah seorang dari kami
mengantarkan nona kalau begitu.....”
Maka dengan diantar oleh salah seorang dari mereka, gadis
itu melangkah menyeberangi halaman tengah menuju ke
ruang samping. Sedangkan yang lain segera membubarkan
diri pula untuk kembali kepada tugas masing-masing.
Sekarang tinggal Yang Kun dan kakek sinting yang masih
berada di tempat itu. Tapi pemuda tersebut segera bangkit
pula dari tempat duduknya, lalu melangkah perlahan ke
kamarnya sendiri tanpa mengacuhkan si kakek sinting.
“Lo jin-ong......!”
Kakek itu mengejar dengan tergopoh-gopoh. Tampak
sikapnya telah kembali pula seperti semula, konyol serta
ketolol-tololan.
Pemuda itu berhenti dengan mendadak. Tubuhnya berbalik
dengan cepat, sehingga kakek itu hampir saja menabraknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kakek tua, dengarlah! Apakah engkau menghendaki aku
berbuat kurang ajar serta tak sopan kepadamu?” Yang Kun
menggeram dengan mata melotot. "Kalau kau memang
menghendaki demikian... nah, panggil aku dengan sebutan
Lo-jin-ong lagi! Akan kuhitung sampai hitungan
ketiga,......,satu..... dua...." pemuda itu berhenti sebentar,
lalu, “Tiga!”
"'Huh! Mengapa engkau tidak berani juga?'' Yang Kun
menghardik.
Kakek sinting itu meringis seperti kucing mencium terasi.
"Ba-baiklah.... !” katanya terpaksa. "Saudara memang seorang
pemuda yang hebat. Mungkin saudara inilah pemuda yang
dimaksudkan oleh Su couw kami itu .. Dan dalam beberapa
hari ini mata perasaanku memang telah menangkap pula
isyarat isyarat tentang kedatangan saudara.....”
“Su-couw...” pemuda itu berdesah perlahan, pikirannya
segera terbayang pada orang orang yang berlutut kepadanya
tadi malam.
Kakek itu tersenyum melihat Yang Kun tidak segera tahu
apa yang ia maksudkan.
“Saudara, marilah kita kembali dulu ke kamarmu! Nanti
akan kuterangkan semuanya kepadamu....”
Dengan hati masih ragu-ragu dan bimbang. Yang Kun
mengikuti kakek itu ke kamarnya. Kakek itu bersikap kembali
seperti ketika berada di antara anak buahnya, keren dan
berwibawa ! Bayangan wajah yang konyol dan ketolol-tololan
itu lenyap pula dari mukanya. Dan kini muka itu tampak kaku
serta dingin, malahan matanya yang semula kocak itupun
berubah menjadi tajam, sekilas orang tua itu menoleh. Yang
Kun menjadi kaget dan meremang bulu tengkuknya! Mata itu
berkilat seperti cahaya petir menyambar!
Ayam jantan telah mulai berkokok bersahut-sahutan ketika
keduanya memasuki kamar. Dengan suara pelan tapi tegas,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek itu mempersilakan Yang Kun duduk, kemudian dia
sendiri berjalan kearah almari besar yang berada di sudut
kamar. Dari dalam almari kakek itu mengeluarkan lebaranlembaran
kulit domba, yang saking tuanya sampai berwarna
coklat kehitam-hitaman. Lembaran-lembaran kulit itu digulung
satu persatu dan terikat oleh tali yang kuat.
Kakek tua itu meraupnya menjadi satu, lalu dibawanya ke
atas meja yang berada di depan Yang Kun.
“Saudara…..em, maaf…….bolehkah lo-hu (aku yang tua ini)
mengetahui nama saudara? Nama saja, tak usah yang lain!
Lo-hu memahami, seperti juga gadis itu, saudara tentu
merasa keberatan pula untuk menceritakan asal-usul saudara.
Lo-hu dapat membaca hal itu lewat pandang mata saudara,
itulah sebabnya tadi lo-hu juga tidak menanyakan kepada
gadis itu….” Kakek tersebut bertanya tanpa memandang
kepada Yang Kun, tangannya asyik melepas tali pengikat
gulungan kulit itu.
“Aku yang muda bernama Yang Kun…..” pemuda itu
memperkenalkan dirinya. Suaranya sedikit bergetar,
bagaimanapun juga sikap kakek itu benar-benar
mencerminkan sikap seorang lo cianpwe sekarang.
“Yang-hiante, kau tentu merasa heran melihat sikap para
anggota kami tadi malam. Yaitu ketika Yang hiante selesai
mendendangkan sebuah lagu dan meniup seruling itu..,!"
kakek tersebut berkata lagi sambil menunjuk suling yang
sampai sekarang ternyata masih berada dalam genggaman
Yang Kun.
"Ohh!? Maaf... maafkan aku!" pemuda itu kaget begitu
menyadari kekeliruannya. Dengan tergesa-gesa diletakkannya
benda tersebut di atas meja. "Saking terburu-buru, siauw te
sampai lupa mengembalikan suling ini di tempat semula,"
katanya terbata-bata.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kakek itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Air mukanya
tetap dingin ketika berkata. “Tak apalah! Kami semua
memang telah mengikhlaskannya untuk Yang hiante miliki.
Lihatlah !” kakek itu menyorongkan selembar kulit yang sudah
dibuka kepada Yang Kun.
Pemuda itu terpaksa menerimanya dengan wajah masih
penuh tanda tanya. Benda tersebut lalu diletakkannya di atas
meja, kemudian dia perhatikan lembaran kulit itu dengan
seksama.
"Yang hiante tentu kaget melihat tulisan yang berada di
atas kulit itu, seperti juga yang kami alami tadi malam ketika
Yang hiante menyanyikan lagu itu serta mengiringinya dengan
tiupan suling." kakek itu berkata lagi.
Memang benar. Begitu Yang Kun membaca tulisan kuno
yang tertulis dengan indah pada kulit tersebut, seketika
menjadi tertegun. Perlahan-lahan dibacanya tulisan itu dari
atas sampai di bawah.
Sinar bulan di antara bintang,
membasahi padang di antara ilalang
Hamparan perak luas membentang,
alas tidur menentang awan.
Dua sejoli bergandeng tangan,
mempererat tali kasih dalam pandangan.
Bagai tak ada batu rintangan,
naik jenjang sorga idaman.
"Hei, ini .... ini....." Yang Kun tergagap.
"Benar! Ini naskah asli dari lagu yang Yang hiante
nyanyikan itu,” kakek itu menerangkan. "Tapi itu belum
lengkap. Itu baru lembar pertama. Ini masih ada sebelas
lembar lagi, lihatlah....! Tiap tiap lembar berisi dua bait pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti lembar pertama, sehingga kalau dijumlah semuanya
ada duabelas kali dua, yaitu duapuluh empat bait. Kalau setiap
bait berisi empat baris kalimat, maka seluruhnya akan terdiri
dari duapuluh empat kali empat, yaitu sembilanpuluh enam
baris kalimat...."
"Oh?! Lalu...... lalu apa maksud kakek memperlihatkan
naskah yang lengkap dari lagu yang kunyanyikan itu ?”
"Begini....., Yang-hiante !” kakek itu memperbaiki
duduknya. “Gulungan kulit domba ini adalah warisan dari
nenek moyang kami, yaitu pendiri Im-yang-kauw yang
pertama. Sebenarnya jumlah kulit domba ini tidak hanya
duabelas, tapi tiga-belas lembar,,... Yang-hiante, ketahuilah!
Selama berpuluh-puluh tahun ini tak seorangpun dari anggota
aliran kami yang bisa melagukan isi dari kulit domba ini.
Sebenarnya kami semua tahu bahwa tulisan dalam kulit
domba ini adalah lagu, tapi karena tak seorangpun yang
mengetahui nada lagunya, maka kami cuma dapat
menghapalnya saja selama ini. Dan semua hal tersebut
menyebabkan kami tidak bisa melatih diri secara sempurna."
"Melatih diri secara sempurna? Apakah itu?” Kakek itu
menatap Yang Kun dengan tajamnya, kemudian dengan
menarik napas dalam dalam ia memberi keterangan lagi
secara lebih jelas.
"Baiklah ! Akan kujelaskan semuanya ! Akhirnya Yang
hiante toh akan menjadi orang kami pula.......”
"Aku..,..? Apa maksudmu?" pemuda itu semakin tak
mengerti.
"Sudahlah! Nanti Yang-hiante akan mengetahuinya juga.
Sekarang kumohon untuk mendengarkan lebih dahulu
keteranganku... !" kakek itu memberi penjelasan. "Begini Yang
hiante….! Ketahuilah, selain bait bait pantun dalam kulit
domba itu merupakan sebuah lagu yang indah, sesungguhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap kalimat dalam pantun tersebut adalah jurus rahasia dari
pada ilmu silat kami! Ilmu Silat Im-yang-kauw!”
"Ohhh...." Yang Kun berdesah. “.....jadi, sembilanpuluh
enam baris kalimat yang tertulis dalam duabelas lembar kulit
domba ini adalah jurus jurus rahasia ilmu silat Im-yang kauw
?" tegas pemuda itu pula.
"Benar! Aneh sekali, bukan?" kakek itu menjawab, "Tapi
sebenarnya tidaklah aneh. Pendiri Im-yang kauw kami adalah
seorang sastrawan pandai, maka setiap huruf dan kalimat
yang dia gubah di dalam lagu itu adalah sari pelajaran ilmu
silat yang sangat dalam. Semuanya tinggal tergantung kepada
kita, apakah kita bisa menangkap maksud beliau atau
tidak......"
"Hmm.... jadi setiap orang yang ingin mempelajari ilmu silat
tersebut harus mencari sendiri makna dari setiap huruf yang
terlukis dalam kulit domba ini?" Yang Kun bertanya. Hatinya
semakin merasa tertarik.
"Ya ! Seharusnya memang demikian! Tapi kenyataannya,
irama ini hanya beberapa orang saja dari anggota Im-yangkauw
yang berbuat demikian. Yaitu menelaah dan
mempelajari sendiri makna dari pantun dan lagu tersebut.
Sebagian besar dari kami biasanya hanya mencontoh saja dari
buku tulisan salah seorang nenek moyang kami juga, yang
selama ini kami anggap paling berhasil dalam mempelajari isi
lagu tersebut.”
“Ah, mengasyikkan juga kalau begitu. Dapat kubayangkan,
betapa anehnya ilmu silat dari orang-orang yang berusaha
mencari sendiri makna dari lagu tersebut. Nama jurus mereka
sama, tetapi gerakan mereka berbeda, tergantung selera
mereka masing-masing."
''Yang-hiante, bayanganmu itu memang betul. Tapi
meskipun berbeda, ternyata perbedaan tersebut tidaklah
banyak......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu memandang orang tua di hadapannya.
"Lalu..., masih adakah para anggauta Im yang-kauw yang
nekad mempelajari ilmu tersebut dengan cara mencari sendiri
makna dari lagu itu sekarang?" ia bertanya.
"Masih ada juga! Tapi di antara jutaan pengikut Im yang
kauw sekarang ... hanya dua orang yang berbuat demikian.
Itupun yang seorang hanya melanjutkan usaha kakek
gurunya.....”
"Hanya dua orang saja? Ah .... lalu siapakah mereka itu ?”
Kakek itu tidak segera menjawab. Beberapa kali ditatapnya
muka Yang Kun yang penuh minat dan perhatian terhadap
ceritera itu.
"Yang pertama adalah Tong Ciak Cu si, pengurus
keagamaan kami yang baru. Dia menggantikan pengurus lama
yang kini telah terpilih sebagai Tai si ong (Kepala Kuil Agung).
Tong Ciak Cu-si inilah yang meneruskan usaha kakek gurunya
dalam mempelajari isi lagu tersebut. Sekarang Tong Ciak Cu si
telah sampai pada tahap terakhir, yaitu lembar ke tigabelas
dari kulit domba itu. Nah, itulah sebabnya tadi kukatakan
bahwa gulungan kulit domba tersebut berjumlah tigabelas,
bukan duabelas. Lembar terakhir sekarang dibawa oleh Tong
Ciak Cu si.....”
"Lalu….. siapakah orang yang ke dua?"
Sekali lagi kakek itu terdiam untuk beberapa saat lamannya
sehingga pemuda tersebut menjadi penasaran dibuatnya.
"Siapakah orang yang kedua itu?" desak pemuda itu lagi.
"Yang ke dua adalah Toat beng-jin!”
"Kurang ajar! Kau mau menggoda aku lagi? Kubunuh kkau.....!"
Yang Kun berteriak marah.
Kakek itu meloncat ke tengah kamar dengan tangkas.
Gerakannya ringan bukan main, sehingga Yang Kun yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di dekatnya hampir hampir tak merasakan hembusan
anginnya.
"Yang-hiante, sabarlah ! Aku yang tua ini tidak mengolokolok
lagi! Apa yang kukatakan tadi adalah yang sebenarnya.
Orang ke dua itu memang Toat beng jin! Dengarlah! Toatbeng-
jin, bukan kau !!"
“Ohh! Maafkan aku...!" pemuda itu kembali ke tempat
duduknya dengan lemah. "Maafkan aku..... aku benar benar
keterlaluan !"
Kakek itu kembali duduk pula, "Tak apalah......" katanya.
Pemuda itu benar-benar merasa tak enak di dalam hati.
Sejak pertemuan mereka kemarin, ia selalu membentakbentak
dan memperlakukan kakek tua itu seperti seorang
pesuruh saja. Padahal kakek itu demikian baik dan ramah. Ah,
jangan-jangan ia telah salah menduga terhadap kakek tua ini,
Yang Kun membatin. Jangan-jangan kakek tua ini justru salah
seorang dari kelima tokoh lm yang kauw itu ! Yah, siapa tahu?
"Lalu di mana kedua orang itu kini berada?" Yang Kun
bertanya sekedar untuk menghilangkan kekakuan di antara
mereka. Tapi jawaban yang dia peroleh benar-benar
mengagetkan hatinya.
"Di sini!”
"Hah? Di dalam kuil ini?"
"Benar!"
“Oh! Lalu.... di mana mereka sekarang?"
"Ada di luar pintu ! ..... Tong-hiante, silahkan masuk!" tibatiba
kakek itu menoleh ke arah pintu.
Dengan diiringi suara tertawa perlahan pintu kamar itu
terbuka lebar lebar, sehingga cahaya matahari yang remang
remang menerobos masuk. Seorang laki laki pendek kekar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kumis dan jenggot terpotong rapi tampak melangkah
masuk.
"Haha, Lo jin-ong! Baru sebulan kita berpisah, rasanya ilmu
lo jin ong makin bertambah hebat saja....." orang itu tertawa
pendek.
"Ah, Tong-hiante ini bisa saja memuji orang. Kukira kalau
berbicara soal ilmu kepandaian, mana ada di antara penganut
Im-yang kauw kita ini yang mampu melebihi kepandaian Tong
Ciak Cu-si? Dalam sejarah Im-yang kauw selama ini, baru
Tong Ciak Cu si saja yang berhasil menekuni ilmu kita sampai
ke lembar tigabelas. Padahal usia Tong Ciak Cu si masih
muda..." kakek tua yang ternyata adalah Toat-beng jin sendiri
itu tersenyum, matanya menatap rambut kepala Tong Ciak
Cu-si yang hitam dan belum banyak ditumbuhi uban itu.
"Ah, perkataan Lo jin-ong ini sepintas lalu seperti tidak ada
salahnya, tapi di dalam kenyataannya hal itu belum tentu
benar," kata Tong Ciak Cu-si sambil duduk pula di antara
mereka. “Contoh yang mudah saja yaitu antara Lo jin-ong dan
aku dipandang sepintas lalu ilmu silatku tentu lebih tinggi dari
pada ilmu silat Lo jin-ong, karena aku telah sampai ke lembar
tigabelas sementara Lo-jin-ong baru sampai ke lembar
sebelas. Tetapi kalau dipandang dari sudut yang lain,
kepandaian yang kumiliki ternyata benar-benar masih sangat
jauh kalau dibandingkan dengan kepandaian Lo-jin-ong....."
"Eh??" tanpa terasa Yang Kun mengeluarkan suara
dengusan.
Pada mulanya Yang Kun memang belum mempunyai
dugaan apa-apa tentang kakek tua itu, tapi setelah beberapa
saat yang lalu kakek itu rnemperlihatkan sikap dan
kepribadiannya sendiri yang asli ia mulai punya gambaran
tentang tokoh aneh tersebut. Meskipun dalam gambarannya
itu ia juga hanya bisa menduga secara samar samar saja.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka begitu tahu siapa sebenarnya kakek sinting itu, Yang
Kun sudah tidak begitu kaget lagi. Yang agak mengagetkan
pemuda itu malah bukan kenyataan tentang siapa adanya
kakek sinting tersebut, tetapi justru tentang ketigabelas
lembar kulit domba dan cara-cara mempelajarinya yang aneh.
Apalagi ketika dia ikut mendengarkan percakapan kedua tokoh
Im-yang-kauw itu!
"Ehh, mengapa.... mengapa kalau dipandang dari sudut
yang lain, Tong Ciak Cu si masih berada di bawah Toat bengjin?"
begitu terpikatnya Yang Kun terhadap percakapan
mereka tentang ilmu silat, sehingga tanpa sadar ia ikut
memotong pembicaraan mereka.
Tong Ciak memandang Yang Kun beberapa saat lamanya,
kemudian menoleh ke arah Toat-beng jin. "Lo-jin-ong,
siapakah dia? Pemuda inikah yang Lo-jin ong maksudkan itu?”
"Demikianlah, Tong-hiante. Kalau aku tidak salah, memang
dialah pemuda yang tersirat dalam ramalan itu. Sebulan yang
lalu aku pernah mengatakan kepada Tong-hiante bahwa aku
telah dibayangi oleh firasat itu, maka aku yang tua ini akan
mencarinya. Nah, setelah aku mengelilingi hampir ke seluruh
pelosok negeri, bertemulah aku dengan dia di balik bukit
ini....”
“Aha......selamat kalau begitu!” Tong Ciak Cu-si menyalami
Toat-beng-jin dengan wajah gembira. Kemudian dengan
kepala tegak tokoh terlihai dari Im-yang-kauw itu menghadapi
Chin Yang Kun. “Hiante (saudara muda), marilah kita
berkenalan! Lo-hu bernama Tong Ciak. Di dalam
kepengurusan Im-yang-kauw, lo-hu menjabat sebagai Kauw
cu-si.”
Yang Kun membalas pula dengan menjura, ia tidak ingin
dikatakan sebagai pemuda yang tidak tahu kesopanan.
"Nama siauw-te adalah Yang Kun....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Haha ... bagus! Yang-hiante, kalau tak salah engkau tadi
menanyakan sesuatu kepadaku. Apakah itu?”
"Ah, terima kasih ! Siauw te tadi sangat penasaran
mendengar ucapan Tong Cu si. Semula Tong Cu-si
mengatakan bahwa ilmu silat Tong Cu si lebih tinggi dari pada
ilmu silat Toat-beng jin, tapi akhirnya Tong Cu-si mengatakan
pula bahwa kalau dipandang dari sudut lain, ilmu silat Toatbeng-
jin malah berkali-kali lebih hebat dari pada ilmu silat
Tong Cu-si ! Wah, bagaimana bisa begitu?”
Tong Cu-si tersenyum lebar. Sambil mempersilahkan Yang
Kun agar duduk kembali orang itu mengangkat pundak ke
arah Toa beng-jin berkali-kali.
"Ha-ha- ha.... duduklah, Yang hiante! Akan kuterangkan hal
itu kepadamu.........."
"Ah, sudahlah! Jangan didengarkan omongan Tong Cu-si
itu !" Toat beng jin segera menengahi mereka. "...... Paling
paling Tong Cu si tentu akan membual tentang kepandaian
seseorang yang beraneka macam dan hebat - hebat !"
"Ah, Lo jin-ong jangan marah. Bukankah semuanya itu
benar belaka?" Tong Cu-si cepat berkata pula. "Yang-hiante,
marilah kukatakan kepadamu, agar engkau tidak penasaran
lagi !"
Orang itu memperbaiki letak duduknya, kemudian dengan
muka bersungguh sungguh ia meneruskan keterangannya.
"Yang hiante, ..... kalau orang hanya berbicara soal ilmu
silat saja, maka sesungguhnyalah dalam Im yang-kauw kami
itu akulah yang terunggul. Tak seorangpun melebihi aku,
termasuk pula Tai-si-ong dan Lo-jin-ong ini !" Tong Ciak mulai
dengan ceritanya, "Tapi kalau yang dibicarakan itu tentang
kepandaian seseorang secara menyeluruh artinya selain
kepandaian ilmu silat juga kepandaian lweekang, ginkang dan
lain lainnya, maka hanya Toat beng jin sajalah dalam Im-yang
kauw yang patut mendapat gelar nomer satu !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, bukankah kata kataku tadi benar! Tong Cu-si tentu
akan membual!" Toat-beng-jin menyela.
"Biarlah Yang-hiante mengetahuinya sekalian.” Tong Ciak
menyambung ceritanya, sedikitpun tidak ambil pusing
terhadap kata kata Toat beng-jin. "Dalam hal tenaga dalam,
misalnya. Setiap jago-jago persilatan tahu belaka, bahwa Imyang
kang (Tenaga Sakti Im dan Yang) dari golongan kami
adalah satu satunya inti pelajaran ilmu Iwee-kang yang tak
bisa diukur kedalamannya. Semakin tekun dan berbakat orang
yang mempelajarinya, semakin tinggi dan hebat pula yang
diperolehnya ..."
"Im-yangkang memang satu satunya lweekang yang tidak
mempunyai batas akhir untuk dipelajari.....!" Toat beng-jin
menyambung cerita Tong Ciak tanpa sadar.
"Nah, ucapan Lo-jin ong itu benar !" Tong Ciak tersenyum
geli sehingga Toat beng-jin buru-buru menutup mulutnya
dengan mata melotot. "Im-yang-kang memang satu-satunya
ilmu menghimpun tenaga sakti di dunia ini yang tidak
mengenal batas puncak! ..... Dan apabila Yang-hiante
menanyakan juga kepada kami, siapakah di antara kami yang
telah mencapai tingkat tertinggi dalam Im-yang-kang.....
beliau itu adalah......." orang itu menghentikan ucapannya
lagi, tapi matanya melirik ke arah Toat beng jin dengan penuh
arti.
"Huh, Tong Cu-si ‘ngecap' lagi! Yang-hiante, jangan kau
percaya bualannya itu!" Toat beng-jin berseru dengan suara
mendongkol.
“Lo-cianpwe, kali ini siauw te memang kurang begitu
percaya pada ucapan Tong Cu-si," Yang Kun menyetujui katakata
Toat-beng jin. "Hei? Mengapa Yang-hiante tidak percaya
padaku ?" Tong Ciak penasaran.
“Maaf, Tong Cu si. Meskipun kepandaian siauw te tidak
begitu tinggi, tapi siauw-te cukup mengerti bahwa seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang belajar ilmu silat tak mungkin dapat meniti ke jenjang
yang tinggi tanpa mengikutsertakan semua unsur yang
menunjangnya. Contohnya, bagaimanapun hebat mutu
sebuah ilmu silat, tapi kalau gerakan-gerakannya tidak
ditunjang oleh Iwee kang dan gin-kang yang sepadan, artinya
sesuai dengan kehebatan ilmu silat tersebut, sama halnya
dengan seekor harimau buas yang tak punya gigi.......! Nah,
oleh karena itulah siauw-te kurang mempercayai ucapan
Tong-Cu si tadi. Apabila Tong Cu-si sudah dapat mempeIajari
isi kulit domba ini sampai ke lembar yang ketigabelas, maka
sungguh tidak mungkin kalau Iwee kang dan gin kang Tong
Cu-si berkali-kali lebih rendah dari lwee-kang dan gin-kang
Toat-beng jin yang baru belajar sampai ke lembar yang ke
sebelas," jawab Chin Yang Kun tegas.
"Hura! Tahu rasa kau sekarang!" Toat beng jin bertepuk
senang.
Kauw Cu si dari Im-yang kauw itu tampak sedikit tersipusipu.
"Yang-hiante, pendapatmu itu memang betul. Tapi apa
yang kukatakan tadi juga tidak salah,” katanya membela diri.
Kemudian begitu dilihatnya pemuda itu menatap dia dengan
pandang mata bingung, ia segera menjelaskan apa yang ia
maksudkan.
“Baiklah, aku akan menjelaskannya kepada Yang-hiante,
biarpun hal ini sebenarnya menyangkut rahasia kaum kami,”
kata Tong Ciak sambil menoleh kepada Toat-beng-jin. “Lebih
dari seratus tahun yang lalu.... salah seorang dari murid Imyang-
kauw telah berbuat suatu kesalahan besar sehingga ia
diusir dan dipecat dari keanggotaan Im-yang-kauw.
Sebenarnya orang itu harus dihukum mati karena
kesalahannya, tapi oleh karena gurunya yang pada saat itu
menjabat sebagai Tai-si-ong sangat menyayanginya, maka dia
hanya diusir dari kuil. Ia tidak boleh sama sekali menginjak
lantai kuil dimana ia selama ini dibesarkan. Selain itu, ia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diperbolehkan pula mempergunakan semua ilmu kepandaian
yang ia peroleh dalam kuil tersebut.”
“Ah, Tong-hiante berani pula mengungkat-ungkat rahasia
lama. Apakah Tong-hiante tidak takut kuwalat pada kakek
gurumu itu?” Toat-beng-jin memotong cerita itu.
“Lo-jin-ong, mendiang su-couw Kim-mo Sai ong telah
menebus kesalahannya itu selama tiga turunan, dan hal itu
sudah sesuai dengan keputusan gurunya. Maka kalau saya
sekarang sebagai keturunan beliau yang ke empat, telah
diperkenankan kembali ke kuil Im-yang-kauw lagi, mengapa
saya harus takut menceritakan peristiwa? Semuanya telah
dimaafkan, tak perlu ada yang ditakutkan lagi.”
“Hai, Tong-hiante benar. Semuanya telah berlalu dan
sekarang sudah tidak ada persoalan apa-apa lagi. Tong hiante
memang benar. Akulah yang benar-benar sudah
pikun......maafkanlah!” Toat beng jin buru-buru mengakui
kekeliruannya.
Sementara itu Yang Kun sudah tidak sabar lagi menunggu
kelanjutan cerita itu.
“Tong Cu-si.....apakah nenek moyang Tong Cu-si yang
bergelar Kim-mou Sai-ong itu adalah tokoh pendiri Soa-hu-pai
(Partai Danau Pasir) yang terkenal sebagai salah seorang dari
Empat Datuk Besar itu?”
Tong Ciak cepat mengangguk.
“Betul! Pada saat itu su-couw baru berusia duapuluh lima
tahun dan oleh para pimpinan Im-yang kauw, ia sebenarnya
telah disebut-sebut sebagai calon terkuat untuk menggantikan
gurunya sebagai Tai-si-ong.” Tong Ciak berhenti sebentar
untuk mengambil napas. “Tapi nasi telah menjadi bubur,
keputusan para pimpinan Im-yang kauw untuk mengusir sucouw
tidak dapat diganggu gugat lagi. Terpaksa dengan
perasaan hancur su-couw pergi meninggalkan kuil yang
dihormatinya itu. Beliau telah mengakui kesalahannya, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk itu beliau akan menebusnya dengan mengasingkan diri
di tempat sepi selama hidup.” Tong Ciak mengambil napas
lagi. “.....beliau mempunyai bakat ilmu silat yang luar biasa.
Semuda itu usianya, ternyata beliau telah mampu mempelajari
ilmu yang tertera pada kulit domba itu. Biarpun cara yang
ditempuh oleh beliau dalam mempelajari ilmu tersebut sama
dengan yang ditempuh oleh rata-rata anggota Im-yang kauw
yang lain, yaitu mencontoh dari buku tulisan itu..... tapi ketika
beliau sudah berada di tempat pengasingannya, beliau
menciptakan ilmu silat yang lain, meskipun dasar gerakannya
masih beliau ambilkan dari catatan dalam buku tulisan itu.
Beberapa puluh tahun kemudian beliau mendirikan perguruan
tersendiri dan mulai menerima murid. Kesaktian beliaupun
telah terkenal di seluruh negeri. Meskipun begitu, dalam
menurunkan ilmunya, beliau tak pernah menyinggungnyinggung
ilmu silat yang beliau peroleh dari Im-yang kauw.
Beliau tetap hanya mengajarkan ilmu ciptaan beliau
sendiri.....”
“Dan hal itulah yang menjadi awal mula dari malapetaka
yang menimpa generasi Aliran Im-yang kauw selanjutnya.....”
akhirnya Toat-beng jin ikut pula menambahkan. Kelu juga
lidahnya karena tak ikut berbicara dalam cerita yang menarik
tersebut. “Sepeninggal Kim-mou Sai-ong, Tai-si-ong jatuh
sakit dan akhirnya meninggal dunia. Agaknya peristiwa yang
menimpa murid beliau itu benar-benar sangat melukai hatinya.
Sepeninggal beliau, barulah setiap orang menyadari akan
kekurangan mereka, yaitu tak seorangpun di antara tokohtokoh
Im-yang kauw saat itu yang hapal akan lagu dalam kulit
domba. Satu-satunya orang yang mengerti lagu itu hanyalah
mendiang Tai-si-ong tersebut dan.....Kim-mou Sai-ong,
muridnya! Tapi untuk memanggil kembali murid yang telah
diusir itu benar-benar tidak mungkin. Maka.....untuk
selanjutnya, nada lagu dari pantun tersebut menjadi hilang
musnah sampai ke generasi-generasi berikutnya.....” Toatbeng
jin yang kini telah menjadi bersemangat itu memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keterangan pula kepada Yang Kun. “.....Yang hiante, itulah
sebabnya ketika engkau dapat menghapal dan menyanyikan
lagu tersebut secara fasih, kami semua segera teringat kepada
su-couw kami!”
“Semua cerita Lo-jin-ong itu memang betul.” Tong Ciak
membenarkan. “Nah, Yang-hiante, sekarang akan kujelaskan,
apa hubungan dari cerita ini tadi dengan pernyataanku yang
tidak kau percaya itu. Yang-hiante tadi tidak percaya kalau
lweekang Toat-beng jin berkali-kali lebih tinggi dari pada
lweekangku. Sesungguhnya, apa yang kukatakan itu adalah
benar..... Cobalah pikirkan, Toat-beng jin mempelajari ilmu itu
sejak muda, sehingga kalau dihitung sampai saat ini telah
lebih dari limapuluh tahun lamanya. Sedangkan aku mengenal
ilmu tersebut baru lima tahun yang lalu, yaitu saat aku
kembali ke kuil untuk memenuhi pesan mendiang su-couw.
Sebelumnya, aku hanya mengenal ilmu-ilmu perguruan Soahu-
pai saja. Aku hanya mengenal Soa-hu sinkang (Tenaga
Sakti Danau Pasir), dan Soa-hu lian-ciang (Pukulan Bunga
Teratai dari Danau Pasir)! Untunglah Soa-hu lian-ciang ciptaan
su-couw itu segala sesuatunya sangat mirip Im-yang-kun
(Pukulan Im dan Yang) yang tertulis dalam kulit domba ini,
sehingga ketika Tai-si-ong memperlihatkan gulungan kulit
domba ini kepadaku, dengan mudah aku mempelajari dan
menyelesaikannya! Aku sungguh sangat berterima kasih sekali
kepada mendiang su-couw, ternyata Soa-hu lian-ciang itu
sebenarnya adalah hasil pengamatan beliau sendiri dari makna
lagu yang tertera pada kulit domba ini. Cuma karena tempat di
mana beliau itu mengasingkan diri adalah di permukaan
sebuah danau pasir yang panas, maka gerakan gerakan kaki
pada Soa-hu lian-ciang disesuaikan dengan keganasan tempat
tersebut. Lain halnya dengan Soa hu-sin kang. Lweekang itu
benar-benar asli ciptaan su-couw, sedikitpun tidak ada
hubungannya dengan Im-yang-kang. Kalau ada sediikit
pengaruh unsur Im juga, hal itu disebabkan karena su couw
ingin menandingi tenaga sedot yang panas dari rawa pasir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut," tokoh Im-yang-kauw itu mengakhiri kisahnya. "Nah,
sekarang Yang-hiante sudah tahu, bukan? Apa sebabnya aku
tadi berkata begitu? Im-yang kang yang kupelajari benarbenar
masih rendah sekali, belum ada sepersepuluhnya Toatbeng
jin.”
“Tapi.....bukankah Tong Cu-si mempunyai Soa-hu sin-kang
yang tinggi?” Yang Kun masih merasa penasaran.
“Benar, tetapi Soa-hu sin-kang itu hanya cocok untuk
memainkan Soa-hu lian-ciang saja. Memang bisa pula untuk
memainkan Im-yang-kun, tapi pengaruhnya tentu tidak
sehebat Im-yang kang, sebab bagaimanapun juga Im-yang
kang memang merupakan paduannya sendiri.”
“Tong Cu-si, lalu......”
“Yang-hiante, sudahlah! Lihat matahari telah terbit, dan
janjiku untuk mengobati lukamu belum juga terlaksana. Nanti
kita berbicara lagi, sekarang marilah kaubuka bajumu......!”
Toat-beng jin memotong perkataan Yang Kun.
“Lo-jin-ong benar. Biarlah aku juga beristirahat dahulu.
Semalam suntuk aku berjalan dari gedung pusat kesini,
rasanya lelah juga.....” Tong Ciak berkata pula.
“Eh, Tong-hiante, kapankah utusan dari sini itu sampai di
Gedung Pusat?”
“Kemarin, menjelang makan malam..... sebenarnya Tai-siong
tidak memperbolehkan aku berangkat, toh Lo-jin-ong
sudah berada disini. Tapi aku benar-benar tidak enak hati,
peristiwa seperti ini kan termasuk dalam tugasku. Maka begitu
selesai sembahyang malam, aku memaksa untuk minta diri
kepada Tai-si-ong! Bagaimana, Lo-jin-ong? Adakah sesuatu
yang harus segera dilakukan berhubung dengan kejadian ini?”
Kauw Cu-si dari Im-yang kauw itu bertanya sambil berjalan ke
arah pintu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Entahlah, Tong-hiante. Aku juga belum sempat
memikirkannya. Nanti sajalah kita berbicara lagi, sekarang
silahkan Tong-hiante beristirahat dahulu biar segar.....!”
Pintu kamar itu ditutup kembali oleh Tong Ciak Cu-si dari
luar.
“Marilah, Yang-hiante.....kita mulai dengan pengobatan
lukamu itu.” Toat-beng jin mengajak.
Tetapi pemuda itu masih tetap terdiam di kursinya, sama
sekali tidak beringsut dari tempat tersebut. Pemuda itu malah
menatap Toat-beng jin dengan tajamnya, sedikitpun tidak
merasa takut apalagi gemetar mendengar kesaktiannya yang
maha hebat itu.
Tentu saja kakek itu menjadi bingung melihat sikap Yang
Kun yang aneh tersebut.
“Yang-hiante, ada apakah....? apa ada sesuatu yang
salah?” tanyanya khawatir.
Dengan menarik napas panjang, Yang Kun bangkit dari
tempat duduknya. “Lo.....locianpwe....,” sapanya kaku, sukar
juga rasanya untuk mengubah panggilannya terhadap kakek
tua itu. “Terima kasih atas pertolongan yang locianpwe
berikan kepada saya. Suatu saat siauw-te tentu akan
membalas budi yang sangat besar itu. Locianpwe, sekarang
siauw-te mohon diri. Kukira luka ini sudah tidak begitu
mengganggu lagi....”
Setelah menjura kepada Toat-beng jin, pemuda itu
melangkah perlahan ke arah pintu. Tapi sebelum tangannya
meraih daun pintu, Toat-beng jin telah memburunya.
“Yang-hiante.....kau berhentilah dahulu, aku ingin berbicara
sebentar!”
Yang Kun membalikkan tubuhnya dengan cepat. Matanya
yang dingin seram itu kembali mengawasi Toat-beng jin yang
datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Locianpwe ingin memberi pesan sesuatu kepadaku?”
“Oh, tidak.....tidak!” orang tua itu tergagap.
“Ah, Yang-hiante.....agaknya ada sesuatu persoalan yang
sangat mengganggu hatimu dan tampaknya persoalan
tersebut adalah persoalan yang menyangkut diriku. Yanghiante....
benarkah dugaanku ini?”
“Ah.....locianpwe, mana aku berani? Hal itu......”
“Sudahlah...... marilah kita duduk kembali. Agaknya ada
suatu kesalahpahaman diantara kita.” Kakek itu menarik
lengan Yang Kun ke arah kursi. Lalu katanya lagi, “Yanghiante,
agaknya kau masih merasa sakit hati karena sandiwara
menjengkelkan yang kulakukan terhadapmu kemarin,
bukan....? memang, lohu merasa pula bahwa lohu agak
keterlaluan memperlakukan Yang-hiante.... Lohu benar-benar
menyesal sekarang, maukah Yang-hiante memaafkanku.....?”
Yang Kun tetap berdiri di dekat kursinya. Ia memang masih
merasa mendongkol terhadap perlakukan kakek tua itu
kepadanya. Kakek itu telah mempermainkan dia seenaknya,
padahal ia merasa belum pernah berlaku tidak pantas
terhadap kakek itu sebelumnya.
“Locianpwe, kurasa kita memang belum pernah saling
mengenal sebelumnya. Oleh karena itu kurasa pula siauw-te
belum pernah berbuat salah terhadap locianpwe. Tapi
mengapa locianpwe begitu tega mempermainkan diriku
sedemikian rupa? Locianpwe....untunglah aku masih ingat
akan budi yang locianpwe berikan kepada saya, kalau
tidak......hm, jangan dikira Yang Kun silau oleh nama
seseorang yang setinggi langit!” pemuda itu menggeram
menahan marah.
Toat-beng jin merasa kaget bukan main. Sungguh tak ia
sangka sama sekali bahwa pemuda itu menjadi marah
sedemikian rupa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Yang hiante, maafkanlah lohu.....! marilah ! silahkan
duduk, akan kujelaskan kepadamu semuanya.....! Setelah itu,
kau boleh menimbang-nimbang, apakah perbuatanku itu kau
nilai keterlaluan atau tidak.....”
“Hmmm......”
Tak enak juga hati Yang Kun untuk tidak menuruti
permintaan kakek itu. Bagaimanapun juga ia telah berhutang
nyawa kepadanya, "Nah, sekarang lo-hu akan bercerita.....”
kakek itu mulai dengan penuturannya, begitu Yang Kun telah
mau duduk kembali di atas kursinya.
Dalam Aliran Im yang kauw selain para pengikutnya belajar
tentang keagamaan dan ilmu silat, mereka juga ada yang
belajar tentang ilmu meramal dan ilmu perbintangan, sebuah
ilmu yang agak berbau kebatinan, yang sejak dahulu secara
turun-temurun diwariskan oleh pendiri Aliran im-yang kauw
kepada anak muridnya yang berbakat.
Dan untuk waktu sekarang, anak murid Im yang Kauw
yang paling berbakat serta paling berhasil dalam mendalami
ilmu tersebut adalah Toat-beng jin. ltulah sebabnya, mengapa
Tong Ciak tadi mengatakan bahwa jika dipandang dari
berbagai sudut, ilmu kepandaiannya masih sangat jauh
apabila dibandingkan dengan kepandaian Toat beng Jin yang
beraneka macam itu.
Beberapa bulan yang lalu, berkali kali dalam setiap
semadinya Toat-beng jin memperoleh isyarat bahwa pada
suatu saat di dunia persilatan akan muncul seorang pemuda
berkepandaian tinggi, tapi sangat berbahaya dan tidak boleh
terlalu didekati. Meskipun demikian dalam isyarat tersebut
juga ditunjukkan bahwa pemuda itu juga pada hari tuanya
mempunyai ‘peruntungan baik’ dalam dunia keagamaan.
Isyarat-isyarat tersebut oleh Toat-beng jin dikatakan
kepada para pimpinan Im-yang kauw, termasuk pula kepada
Tong Ciak Cu-si. Dan oleh para pimpinan itu diputuskan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedapat-dapatnya mencari pemuda tersebut, dan kalau bisa
agar membujuknya sekalian supaya menjadi penganut Imyang
kauw. Tujuannya adalah agar supaya hari depan aliran
mereka menjadi besar dan terpandang karena ikut terangkat
oleh ‘nasib peruntungan baik’ (hok-kie) pemuda itu.
Dengan keyakinan seperti itulah akhirnya satu bulan yang
lalu Toat-beng jin mulai berkelana di dunia kang-ouw untuk
mencari pemuda yang tersirat dalam isyarat yang diterimanya
itu. Karena kepandaiannya dalam membaca isyarat dan
ramalan yang ia terima setiap waktu, maka dengan mudah
Toat-beng jin menemukan Yang Kun, yaitu pemuda yang
dimaksudkan dalam isyarat tersebut.
Oleh karena itu, pada pertemuan mereka yang pertama,
ketika Toat-beng jin tahu bahwa pemuda tersebut memakai
atau menyaru sebagai Toat-beng jin, dia tidak menjadi marah
ataupun tersinggung sama sekali. Orang tua itu justru merasa
senang bukan main dan setiap saat malah berusaha sekuat
tenaga agar pemuda tersebut menyukai dan memakai terus
nama dan gelar itu. Orang tua itu rela dan ikhlas nama serta
gelarnya dipakai oleh pemuda tersebut, sebab ia yakin dengan
jalan itu Yang Kun akan menjadi tertarik dan kemungkinan
besar akan terus menyukai Im-yang kauw.
Demikianlah, orang tua itu berceritera dengan terus terang
dan apa adanya. Kakek itu tak ingin ada ganjalan barang
secuilpun diantara mereka, yang mungkin dapat menjadi bibit
pertentangan di kemudian hari.
Sementara itu bagi Yang Kun cerita yang diuraikan oleh
Toat-beng jin tersebut ternyata dapat mendinginkan hatinya
yang terbakar. Sebagian besar dari perasaan dongkolnya telah
larut oleh kenyataan bahwa semua tingkah laku kakek itu
bukan disebabkan oleh maksud-maksud jahatnya, tapi oleh
karena besarnya rasa pengabdian kakek itu terhadap
agamanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu ketika melihat kakek itu memandang
kepadanya seakan minta pertimbangan, Yang Kun
mengangguk sambil menarik napas panjang. “Baiklah, lo
cianpwe..... Kukira semuanya telah terjadi dan kita tak perlu
menarik panjang urusan itu sehingga menjadi berlarut-larut.
Sudahlah, kita putus sekian saja !" katanya menegaskan.
Kemudian sambil beranjak dari kursinya pemuda itu
meneruskan, “Sekarang siauw-te benar-benar mau memohon
diri......."
"Eeeee...... nanti dulu! Yang hiante, kau………” Kakek itu
segera menahan lengan Yang Kun dan mendudukkan kembali
di kursinya. Kemudian katanya dengan nada yang dalam, "Yan
hiante, lohu percaya kalau engkau sudah memaafkan
perbuatanku yang keterlaluan itu. Tapi... lo-hu juga masih
melihat bahwa hatimu masih juga merasa terluka oleh
peristiwa tersebut, sehingga meskipun engkau sudah tidak
akan menarik panjang urusan ini, tapi engkaupun sudah tak
ingin berhubungan lagi dengan kami …."
Yang Kun menatap Toat beng jin beberapa saat. Tampak
betapa menyesalnya orang tua itu terhadap peristiwa yang
telah terjadi. Tapi memang sebenarnyalah bahwa Yang Kun
sudah tidak ingin lagi berada di antara para penganut Im
yang-kauw itu. Bukannya ia masih mendendam terhadap
mereka, tetapi karena ia ingin lekas-lekas menyelesaikan
urusannya sendiri. Ia tidak ingin terlibat secara
berkepanjangan dengan urusan-urusan mereka. Oleh karena
itu untuk menenangkan hati Toat-beng jin, Yang Kun menjura
sambil berusaha menampilkan sebuah senyuman di bibirnya.
"Locianpwe, janganlah berpikir yang bukan-bukan.
Sesungguhnyalah bahwa semuanya telah siauw te lupakan.
Sungguh ! Hanya karena siauw-te mempunyai urusan yang
tidak boleh ditunda-tunda lagi maka siauw-te terpaksa harus
cepat-cepat meninggalkan tempat ini."
“Tapi engkau masih terluka….."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Jangan khawatir ! Aku sudah tidak merasakannya lagi
sekarang...." pemuda itu menukas dengan cepat, biarpun rasa
pedih itu masih terasa juga.
Dengan langkah yang tegap Yang Kun keluar dari tempat
itu, meninggalkan Toat beng-jin termangu-mangu sendiri.
Kakek yang telah kenyang memakan garam kehidupan itu
masih melihat betapa pemuda itu meringis menahan sakit,
biarpun hanya sekilas saja.
"Pemuda yang keras hati!" orang tua itu berkata di dalam
hatinya. "Dia........aku telah gagal menarik dirinya."
Matahari benar-benar telah menumpahkan seluruh sinarnya
ke halaman kuil yang luas itu. Beberapa orang tampak
menyiapkan sesuatu untuk upacara keagamaan yang hendak
dilakukan setiap pagi hari. Sementara di ruangan samping
tampak belasan penganut Im-yang-kauw bersembahyang
bersama di depan peti jenasah.
Yang Kun tidak ingin menarik perhatian orang-orang itu,
maka ia melangkah menyusuri lorong di depan kamarnya ke
arah kiri untuk mencapai pintu yang menuju ke halaman
samping. Dari sana Yang Kun berjalan ke halaman depan
melalui jalan setapak yang dibuat di antara tanaman bunga,
yang semalam telah ia lalui ketika menikmati keindahan alam
itu.
Tapi ketika melalui jalan dimana patung orang tua bersuling
itu didirikan, Yang Kun dikagetkan oleh suara orang yang
menghardik dirinya dengan keras.
“Berhenti!”
Yang Kun segera mempersiapkan diri. Ia benar-benar
terkejut, sebab sebelumnya ia telah meningkatkan
kewaspadaannya, namun demikian ternyata ia tak mendengar
kehadiran orang itu sama sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan ketika ia menoleh ke atas, tampak di dekat patung
perunggu itu berdiri seorang gadis cantik molek memegang
sebuah kipas besi di tangan kanannya. Sementara
disampingnya juga berdiri seorang lelaki kurus berusia kirakira
limapuluhan tahun, dengan dandanan yang tidak kalah
mewahnya dengan gadis tersebut. Orang itu memandang ke
langit dengan acuh tak acuh.
“Paman, inilah pemuda yang dimaksudkan oleh ketiga
suhengku itu. Aku sudah mengenalnya, karena aku pernah
bertempur dengannya. Paman....hati-hatilah, pemuda ini
mempunyai kepandaian yang sangat aneh!” gadis cantik itu
memperingatkan orang tua yang berada di sampingnya.
“Cuh!” laki-laki kurus itu berludah, sehingga serta merta
muka Yang Kun menjadi merah padam. Otomatis Liong-cu-ikang
bekerja dengan sendirinya. Tapi tiba-tiba tubuhnya
terhuyung ke samping dan hampir saja pemuda itu terjungkal
ke atas tanah. Dadanya bagai dihantam dengan palu yang
ribuan kali beratnya!
“Aduhh......lukaku!” pemuda itu berdesis menahan sakit.
Gadis cantik dan lelaki kurus itu saling memandang dengan
perasaan heran. Mereka malah menjadi curiga, jangan-jangan
pemuda dihadapan mereka itu memasang sebuah perangkap
buat mereka. Oleh karena itu mereka justru melangkah
mundur setindak dan bersiap-siap untuk menghadapi segala
kemungkinan.
Kedua orang itu datang dari lingkungan orang-orang yang
telah terbiasa hidup di alam kekerasan dan kemunafikan.
Maka tak mengherankan kalau mereka selalu merasa takut
dan bercuriga terhadap siapa saja. Jangankan terhadap lawan
atau orang yang belum mereka kenal, sedang terhadap kawan
atau saudara mereka sendiripun mereka selalu waspada dan
tidak percaya. Karena dalam kamus mereka, tiada seorang
makhlukpun di dunia ini yang dapat menolong atau menjaga
kelangsungan hidup mereka selain diri mereka sendiri. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
toh mereka itu saling berkawan atau hidup bersama dalam
satu kelompok, hal itu bukan didasarkan pada azas hidup yang
suci bersih berdasarkan cinta kasih antar sesama, tetapi
langkah mereka itu lebih dititikberatkan pada pamrih pribadi
yang telah mereka hitung segala untung ruginya bagi
kepentingan diri mereka masing masing.
Memang, betapa menyedihkan sebenarnya hidup dalam
dunia seperti itu. Mereka takkan pernah merasakan
ketenteraman hidup dan kedamaian hati dalam arti yang
sesungguhnya. Hidup mereka hanya dipenuhi oleh perasaan
takut, khawatir terhadap keselamatan diri mereka, sehingga
mereka selalu curiga dan tidak percaya pada segala hal yang
berada di sekeliling mereka. Kalau toh orang seperti mereka
kadang kala tampak gembira dan senang, hal itu hanya
sebuah kegembiraan palsu belaka, sebab dalam lubuk hati
mereka yang paling dalam tentu masih terselip rasa takut atau
khawatir, betapa kecil sekalipun.
Seperti juga halnya kedua orang yang mencegat Yang Kun
di dekat patung perunggu itu. Mereka cepat menjadi curiga
dan takut kalau kalau ulah Yang Kun itu hanya sebuah
jebakan yang akan membahayakan keselamatan mereka,
padahal ulah pemuda yang demikian itu benar benar karena
disebabkan oleh rasa sakit yang tiba-tiba mengentak dadanya
akibat penyaluran Liong-cu-i kang itu.
Yang Kun bersandar pada dinding taman sambiI mendekap
dadanya. Beberapa saat lamanya ia berbuat demikian
sehingga kedua orang itu menjadi tidak sabaran lagi. Lelaki
kurus itu segera melangkah ke depan, tangannya menuding
ke arah muka Yang Kun.
"Engkau jangan berbuat yang aneh aneh untuk
mengelabuhi kami ! Lekas kauserahkan benda itu kepada kami
!" bentaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Benda apa ?” Yang Kun berdesah diantara rasa sakit yang
masih menyengat-nyengat dadanya. Pemuda itu benar-benar
tak mengerti dan menjadi bingung oleh pertanyaan tersebut.
"Hmm, kurang ajar! Lekas berikan ! Jangan paksa aku
Tung-hai Nung-jin (Petani dari Lautan Timur) berlaku keras
kepadamu !" lelaki kurus itu membentak lagi.
"Kurang ajar!” Yang Kun mengutuk di dalam hati. Hampir
saja pemuda itu tidak bisa mengendalikan diri. Untung ia
segera teringat akan lukanya. Meskipun demikian matanya
telah berubah menjadi merah dan beringas.
Orang yang bergelar Tung-hai Nung-jin agaknya tahu kalau
lawannya tersinggung. Tapi ia tidak perduli dari mula ia
memang telah menduga kalau pemuda tersebut tentu tidak
akan memberikan benda itu.
"Cepat keluarkan !” serunya keras. Telapak tangannya telah
siap di depan dada dengan jari-jari terbuka.
"Bangsat ! Benda apa yang kau maksudkan?” Yang Kun
membentak pula saking marahnya.
“Huh ! Masih berpura-pura pula….." gadis cantik itu ikut
membentak.
Ah! Yang Kun menjadi ingat sekarang. Benda yang
dimaksud itu tentu mutiara ya-beng-cu, yang dahulu oleh
gadis itu telah diberikan kepadanya. Wah, bila demikian, iapun
telah berbuat suatu keteledoran pula. Seharusnya ia
menyerahkan benda berharga itu kepada pemiliknya,
mumpung tokoh-tokoh tingkat atas Im-yang-kauw seperti
Toat-beng jin dan Tong Ciak Cu-si berada di tempat ini.
Pemuda itu segera merogoh saku bajunya dan
mengeluarkan benda bersinar biru cemerlang itu, kemudian
mengamat-amatinya di atas telapak tangannya.
“Hmm, kau ingin mengambil kembali mutiara ini?” tanyanya
kepada gadis cantik itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak kedua orang lawannya terbelalak, lalu saling
memandang satu sama lain. Tampak mata Tung-hai Nung-jin
yang sipit itu berkelap-kelip seperti orang yang baru bangun
dari tidur.
"Gila! Bukan benda itu yang kami maksudkan, biarpun
mutiara itu juga akan kami minta kembali sekarang! Keluarkan
potongan emas itu!" gadis itu menghardik dengan kerasnya.
Kelihatannya mereka tidak perduli sama sekali kalau suara
mereka akan didengar oleh para penghuni kuil yang lain.
“Potongan emas... ?”
“Benar! Potongan emas yang kauperoleh di rumah
Pendekar Li itu?!”
"Potongan emas?" Yang Kun mengingat ingat di dalam hati.
"Ya, potongan emas seperti ini........!" Tung hai Nung-jin
mengeluarkan sebuah potongan emas sebesar jari tangan.
“Ohh.....itu!” pemuda itu teringat kembali.
Tapi sesaat kemudian Yang Kun menjadi termangu-mangu.
Ternyata ia telah melupakan sama sekali benda tersebut,
sehingga iapun telah lupa dimana ia telah menyimpan benda
yang ia peroleh secara tak sengaja itu selama ini.
Yang Kun menyimpan benda itu asal menaruh saja di
dalam buntalannya, karena ia memang tidak mengetahui
kegunaannya selain sebagai emas saja. Padahal buntalan itu
telah hilang sejak ia tertangkap oleh tabib palsu yang
menjebak dia dan Hek-mou sai di kota Tie-kwan setahun yang
lalu.
"Benda itu telah kalian bawa sendiri, mengapa masih
menanyakan padaku?" pemuda itu menjadi curiga pula,
jangan jangan kedua orang ini termasuk kelompok orang yang
telah menahan dia di ruang bawah tanah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak babi, engkau jangan berputar-putar seperti orang
gendeng ! Benda ini adalah merupakan potongannya yang
lain, jadi bukan benda yang telah berada di tanganmu itu!
Nah, cepat……babi kotor !”
Jilid 12
YANG KUN sudah tak bisa mengekang lagi kemarahannya,
orang itu benar benar bermulut kotor, memaki orang
seenaknya. Tanpa menghiraukan lagi rasa sakit pada lukanya,
Yang Kun meloncat menerjang Tung hai Nung jin. Kedua
telapak tangannya yang terbuka itu menabas ke arah pundak
lawan dalam jurus Menatap Lantai Menyembah Raja, jurus ke
sebelas dari Hok te To hoat. Oleh karena tidak membawa
golok maka kedua belah sisi telapak tangan itu dia ayun
sebagai golok.
Itulah salah satu keistimewaan Hok te To hoat! Ada
beberapa jurus yang dapat dimainkan dengan tangan kosong
pula seperti halnya Hok-te Ciang hoat, meskipun perbawanya
tentu saja tidak sehebat aslinya.
Melihat pemuda itu telah menyerang dirinya, Tung-hai
Nung-jin segera mengelak. Tubuhnya yang kurus itu
menggeliat ke belakang seakan mau jatuh terlentang! Tapi
bersamaan dengan gerakannya itu kaki kanannya tidak tinggal
diam begitu saja. Dengan secara mendadak kaki itu
diangkatnya ke atas, ke arah perut lawan yang berayun di
depannya.
Sekejap Yang Kun tergagap oleh serangan lawannya.
Ternyata kemarahannya tadi membuat dia kurang berhatihati,
sehingga dia kurang memperhitungkan gerakan lawan.
Terpaksa dengan mengerahkan sedikit tenaga pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjejakkan kakinya ke tanah, hingga tubuhnya melayang ke
samping dengan manis.
Yang Kun terhindar dari kaki Tung hai Nung-jin, tapi
pengerahan tenaga itu membuat lukanya semakin terasa
pedih. Dengan sedikit terbatuk-batuk pemuda itu bersiap
kembali menghadapi lawannya.
Sementara itu tampaknya Tung hai Nung jin juga sudah
tidak sabar pula. Meskipun mereka tidak takut kepada para
penghuni kuil itu, tapi kalau mereka itu maju beramai ramai,
bagaimanapun juga akan mengganggu urusannya. Maka
tanpa sungkan-sungkan lagi ujung bajunya yang longgar itu
meluncur menghantam ke arah Yang Kun. Terdengar suara
angin bersiutan menyertai gerakannya tersebut.
Terpaksa Yang Kun mengelak pula ke samping, karena
untuk mengerahkan tenaganya lagi ia tidak berani. Kemudian
dari arah samping ia mencengkeram ujung baju lawan yang
berkibaran seperti kupu-kupu, maksudnya kalau dia dapat
meraihnya, lengan itu akan segera diputarnya ke belakang,
sehingga dengan mudah dia dapat menghantam tengkuk
lawan dengan sisi telapak tangannya.
Tapi lawannya ternyata juga bukan orang sembarangan.
Tung hai Nung-jin adalah tokoh kedua di antara kawanan
bajak laut di Lautan Timur setelah Tung-hai-tiauw (Rajawali
Lautan Timur). Enam-tujuh tahun yang lalu, ketika mendiang
Bit-bo ong palsu mengajak San hek houw dan Sin go Mo Kui
Ci menyerbu kedudukan Tung hai tiauw, Tung hai Nung jin
mampu membuat kedua pembantu Bit-bo ong tersebut
merasa kewalahan.
Seperti sudah dapat membaca apa yang akan dimaksudkan
oleh Yang Kun, Tung-hai Nung-jin membiarkan ujung lengan
bajunya dicengkeram oleh lawan. Tapi bertepatan dengan
terpegangnya lengan baju tersebut, ia menekuk sikunya
secepat kilat ke arah dada Yang Kun. Sementara kakinyapun
tidak tinggal diam. Dengan gerakan memutar kaki kanannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyapu kaki lawan. Gerakan ini dilakukan sambil mendesak
maju.
Tak ada jalan lain bagi Yang Kun selain menangkis siku
lawan. Serangan itu cepat sekali datangnya, dan untuk
mengelak sapuan kaki dengan meloncat mundur juga
percuma, sebab orang itu menyapu sambil mendesak maju.
Maka tiada jalan lain terpaksa harus mengerahkan tenaga
untuk menangkis serangan itu.
“Desssss!”
"Huaakk ....!"
Tenaga Yang Kun membalik dihantam oleh arus tenaga
sakti Tung-hai Nung jin! Bagaimanapun juga luka dalam itu
sangat mengganggu Yang Kun dalam mengerahkan tenaga
dalamnya, hingga tidak saja luka itu menjadi bertambah
parah, tetapi tenaga dalam yang hanya setengah setengah itu
justru menambah kekuatan lawan yang menghantam
tubuhnya. Oleh karena itu bagai layangan putus, Yang Kun
terlempar ke belakang dengan memuntahkan darah segar dari
mulutnya.
Tung hai Nung jin mengebutkan lengan bajunya untuk
menghalau semburan darah yang memercik ke tubuhnya,
meskipun begitu toh masih tetap ada juga setetes darah yang
memercik mengenai lengannya.
“Kurang ajar!" umpatnya sambil mengambil sapu-tangan
untuk membersihkan noda darah tersebut.
Tapi laki laki itu menjadi terkejut sekali ketika bekas noda
darah itu menjadi hitam dan terasa gatal bukan main. Dan
rasa kaget itu semakin menjadi jadi begitu melihat noda hitam
tersebut berkembang semakin besar. Tanpa ayal lagi laki-laki
itu segera mengambil pisau dan secepat kilat mengorek noda
hitam yang mengerikan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Bangsat, iblis setan….!" umpatnya lagi tapi dengan nada
lega begitu dagingnya yang bernoda hitam itu telah terkorek
keluar semua, rasa gatal pun juga hilang seketika.
Dengan mata menyala tetapi juga ada sedikit rasa ngeri,
Tung-hai Nung-jin menatap korbannya yang terkapar pingsan
di atas tanah. Dipandangnya darah yang menetes keluar dari
mulut pemuda itu. Darah itu berwarna kehitam-hitaman, sama
sekali berbeda dengan warna darah biasa.
"Gila! Bocah ini benar benar penjelmaan iblis, setan dan
demit.....!" katanya sambil membungkuk. Kemudian dengan
hati hati agar tidak sampai menyentuh darah maut itu, Tung
hai Nung jin memeriksa saku Yang Kun. Tapi biarpun telah
mencari kesana kemari, ia tetap tidak bisa mendapatkan
potongan emas yang dicarinya itu.
"Hmm, bocah ini berani benar mempermainkan aku....."
orang itu mengangkat tangannya ke atas, siap untuk
menghabisi nyawa Yang Kun.
"Tahaaan.. .!"
Tiba-tiba dari arah kuil terdengar suara nyaring
menghentikan gerakan itu. Dan sekejap kemudian di depan
mereka telah berdiri dua orang laki laki. Yang seorang sudah
tua dengan kumis dan jenggot panjang yang telah memutih,
sedangkan yang seorang lagi agak lebih muda dengan
perawakan pendek kekar.
"Hmm, kalian siapa? Mengapa menghentikan gerakanku?"
Tung-hai Nung-jin menoleh dengan perasaan tak senang.
"Hei, lucu benar tuan ini.....! Kami adalah penghuni kuil ini,
seharusnya kamilah yang bertanya pada tuan ..." lelaki pendek
yang tidak lain adalah Tong Ciak Cu si itu mengerutkan
dahinya.
"Benar, siapakah sebenarnya tuan ini.. .?" orang tua
berjenggot putih yang tidak lain adalah Toat-beng-jin itu ikut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanya. Matanya yang sipit dan hampir tertutup oleh alis
mata itu melirik ke arah gadis cantik yang berdiri agak ke
belakang.
"Persetan ! Aku tidak perduli kalian siapa, pokoknya cepat
sebutkan nama kalian!" Tung hai Nung jin membentak lagi.
Toat-beng jin saling pandang dengan Tong Ciak Cu si, lalu
sambil tersenyum Tong Cu-si menjawab, "Lo hu adalah Tong
Ciak! Lo-hu menjabat sebagai Kouw Cu-si dalam lm yang
kauw. Sedang orang tua yang berada di sebelahku ini adalah
Toat-beng-jin, algojo dari aliran kami...."
"Bohoooong.....!" tiba-tiba gadis cantik itu berseru. “Paman,
orang ini berbohong. Yang bernama Toat beng-Jin bukan dia,
tapi pemuda yang pingsan itulah……!"
"Biar saja!" Tung hai Nung jin mendengus. "Siapapun dia
aku tidak peduli! Aku juga belum pernah mendengar nama itu
dan aku juga tidak ingin mengenalnya lebih lanjut.. . !"
sambungnya dengan nada angkuh.
"Yaa, paman memang benar. Tidak ada gunanya paman
mengenal nama-nama seperti itu, terlalu merepotkan paman
saja ..." gadis cantik itu mengangguk-angguk.
Toat-beng-jin menatap Tong Cu-si dengan mulut meringis.
"Nah, Tong-hiante, tahu rasa kau sekarang. . ! Apa hiante kira
nama kita ini sudah cukup berharga untuk diperkenalkan pada
orang lain ? Hihi .. . benar benar celaka !''
"Wah..... ini„... ini., ah, sesungguhnya bukan maksudku
untuk menyombongkan nama." Tong Cu si menjadi tersipu
sipu.
"Yaah, sudahlah....." Toat-beng-jin berdesah.
"Anggap saja kita ini memang orang yang tak tahu diri...
tapi .. kini perbolehkan kami bertanya kepada tuan," lanjutnya
sambil menghadap ke arah Tung hai Nung-Jin kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"'Siapakah nama besar tuan, dan apakah maksud tuan ke
tempat kami sehingga tuan melukai tamu kami itu?"
"Hmm, aku adalah Tung hai Nung-jin dan gadis ini adalah
keponakanku. Kalian tidak perlu tahu maksud kedatanganku
kemari, karena aku hanya butuh bertemu dengan bocah ini!"
orang itu berkata kaku.
"Tapi pemuda itu adalah tamu kami, dan karena dia masih
berada di lingkungan kami maka kami wajib bertanggung
jawab terhadap keselamatannya." Tong Ciak segera menukas
dengan keras pula.
Tung hai Nung jin maju melangkah dengan mata melotot.
"Telah berkali-kali kukatakan, aku tidak peduli siapapun juga !
Nah, pergilah! Jangan membuang nyawa di hadapanku......"
Tong Ciak menggeram dengan dahsyat. Kemarahannya
sudah tak bisa dibendung lagi.
“Tong hiante, kau bersabarlah.......!” Toat-beng jin menarik
lengan kawannya. Tapi Tong Ciak sudah tidak bisa ditahan
lagi, tangan Toat-beng-jin yang memegangnya segera
dilepaskannya. "Lo jin ong, sekali ini kuminta jangan halanghalangi
aku. Sungguh ! Akan kulabrak mulutnya yang tak
sopan itu!" teriaknya keras.
"Cuhh !” Tung-hai Nung-jin meludah lagi, "Congkaknya….
huh, seperti biasa menaklukkan langit saja!"
"Bangsat ! Lihat serangan......"
Tong Ciak melangkah dengan cepat ke depan, sehingga
saking cepatnya kaki itu seperti mengambang saja di atas
permukaan tanah. Sedangkan lengannya yang pendek-pendek
itu berputar-putar tidak kalah cepatnya di atas kepala,
sehingga sepintas lalu lengan itu seperti berubah menjadi
berpuluh-puluh pula jumlahnya. Dan berhareng dengan
gerakannya itu tiba-tiba berhembuslah angin dingin yang
sangat kuat ke sekitarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Membasahi Badan di Antara Ilalang !” Toat-beng-jin
bergumam dengan takjub begitu melihat jurus yang
dikeluarkan oleh temannya itu. "Jurus kedua dari lembar
pertama kuIit domba, tapi gerakan kakinya telah diubah...
hmm, ini tentulah Soa hu-lian-ciang ciptaan Kim-mou Sai-ong
itu!"
Jika Toat-beng-jin saja demikian takjubnya, apalagi orang
lain seperti Tung - hai Nung-jin!
Orang berperawakan kurus itu benar benar terperanjat
setengah mati ! Dia sungguh tak menyangka sama sekali bila
di atas daratan ia akan menjumpai ilmu silat yang demikian
hebatnya. Sejak muda ia memang jarang sekali menginjakkan
kakinya di daratan Tiongkok. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan kalau dia tidak mengenal Toat-beng-jin
maupun Tong Ciak Cu si.
Meskipun, demikian dia juga bukan tokoh sembarangan
pula. Di antara ribuan bahkan mungkin laksaan anggota bajak
laut, yang tersebar di Lautan Timur yang maha luas, antara
daratan Tiongkok, pulau pulau es di utara dan Kepulauan
Jepang serta pulau-pulau kecil lainnya di daerah selatan, tidak
seorangpun yang tidak mengenal nama Tung-hai Nung-jin
atau Si Petani Lautan Timur. Sebutan itu saja sudah
merupakan papan nama yang menakutkan dan menggiriskan
setiap penghuni lautan dan pantai-pantai di sekitarnya.
Oleh karena itu keterkejutannya tadi hanya berlangsung
sebentar saja, karena di lain saat ia telah melejit dengan
tangkasnya ke arah samping, lalu secepat kilat berputar ke
belakang lawan malah. Langkah kakinya benar-benar aneh
dan cepat bukan main, seperti main petak saja, sehingga
seorang tokoh sakti seperti Toat-beng-jin sampai melongo dan
menggeleng-gelengkan kepala dibuatnya.
"Pantas orang ini demikian sombongnya, ilmunya memang
sungguh hebat! Hehe..,. tapi sekarang dia mendapatkan lawan
yang cocok,” Tokoh sakti itu berkata di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang benar ucapan yang dikeluarkan oleh Toat-beng jin
itu. Kedua orang yang kini sedang bertempur itu agaknya
sama-sama mengandalkan cepatnya gerakan sebagai inti dari
ilmu silat mereka. Dan hal itu memang tidak aneh!
Mereka berdua sama-sama berasal dari daerah yang
sejenis. Tung-hai Nung-jin berasal dari daerah yang setiap
harinya selalu bergaul dengan air, sehingga ilmu yang ia
pelajari harus pula sesuai dengan tempat di mana ia selalu
berada. Badan atau tubuhnya haruslah seenteng kapas agar
supaya ia tetap bisa bergerak lincah di atas permukaan air.
Oleh karena itu tidaklah heran kalau gerakannya cepat bukan
main, karena lambat sedikit saja niscaya tubuhnya akan
kelelap dan tenggelam ke dalam air.
Begitu pula Tong Ciak Cu-si! Meskipun dalam bentuk yang
berbeda tetapi sifat dari tempat tinggal mereka adalah sama.
Sebelum terjun ke dunia persilatan, Tong Ciak Cu-si bertempat
tinggal di sebuah danau atau rawa pasir yang ganas.
Dikatakan ganas, karena pasir lembut bercampur air itu sangat
panas dan selalu bergerak tak menentu. Benda betapapun
kecilnya akan terhisap masuk dan tak mungkin dapat dicari
kembali, sebab selain amat luas, danau pasir itupun
mempunyai kedalaman yang tak mungkin dijajagi! Oleh
karena itu, seperti halnya Tung hai Nung-jin, Tong Ciak Cu-si
juga mendapatkan ilmu yang sesuai dengan sifat tempat
tinggalnya. Gerak kaki Tong Ciak Cu-si haruslah sigap dan
cepat agar supaya kaki itu tidak terlanjur amblas dan terhisap
oleh putaran pasir yang ganas. Sebab sekali kaki itu terbenam
sampai di lutut jangan harap orang itu bisa mencabutnya dari
daya hisap pasir panas tersebut.
Maka pertempuran yang terjadi kaIi ini sungguh suatu
pertempuran yang amat menarik untuk dilihat. Gerakangerakan
mereka cepat seperti kilat, sehingga sukar sekali
diikuti oleh pandang mata biasa. Keduanya berkelebat
berputar-putar saling membelit dan berpencar dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecepatan tinggi, hingga orang tidak bisa melihat jelas yang
mana Tung hai Nung-jin dan yang mana Tong Ciak Cu-si!
Keduanya berubah menjadi bayang-bayang hitam yang
bergulat dengan seru.
Toat-beng jin dan gadis cantik itu terpaksa mundur
beberapa langkah ke belakang. Angin pukulan kedua orang itu
begitu dahsyatnya sehingga dalam radius beberapa meter di
sekeliling mereka seperti sedang terjadi serangan angin
puting-beliung yang bergemuruh mengerikan.
Tigapuluh jurus telah berlalu dan belum juga salah seorang
di antara mereka kelihatan kalah, sehingga badai angin yang
mereka timbulkan juga semakin menjadi-jadi. Keadaan taman
bunga itu menjadi rusak dan porak poranda, sementara para
penghuni kuil yang sudah berkumpul di tempat itu hanya
dapat menggeleng-gelengkan kepala saja.
Tiba tiba terdengar suara benturan yang amat keras, dan
sesosok tubuh terlempar keluar dari arena pertempuran.
Otomatis pertempuran itu menjadi berhenti dan badai
anginpun segera lenyap pula.
Toat beng-jin melangkah ke depan dengan tergesa gesa,
diikuti oleh para penghuni kuil yang lain. Dengan hati tegang
mereka bergegas untuk segera ingin tahu siapa yang
terlempar dari arena tersebut.
Orang yang terlempar itu tampak berjungkir balik di udara
sebelum menginjakkan kakinya di tanah. Meskipun begitu
ketika kaki itu mendarat di atas tanah, tubuhnya masih tetap
terhuyung sedikit, suatu tanda bahwa benturan tadi benarbenar
menggoncangkan tubuhnya. Dan begitu muka itu
menengadah kembali, semua orang menjadi lega, termasuk
pula Si Kakek Tua Pencabut Nyawa Toat-beng-jin! Karena
orang tersebut adalah Tung-hai Nung-jin!
"Penyu kotor bau busuk...!" umpat orang itu tak habishabisnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang tidaklah mengherankan kalau orang itu
mengumpat tak habis-habisnya. la sebagai tokoh sakti yang
selama ini hampir tak pernah terkalahkan, selain oleh Tunghai-
tiauw (Rajawali Lautan Timur), benar-benar merasa
terpukul oleh kenyataan yang ia hadapi sekarang. Dia
sungguh tidak mengira sama sekali bahwa dalam
penampilannya yang pertama di atas daratan Tiongkok, ia
telah menemukan seorang lawan yang amat tangguh. Lebih
tangguh dari yang ia duga sebelumnya sehingga ia harus
menelan pil pahit karenanya!
Ternyata dalam pertempurannya selama lebih dari
tigapuluh jurus tadi, ia sungguh-sungguh dapat diibaratkan
sebagai anak burung yang sedang belajar terbang, tapi sudah
berani mengarungi samudra bersama kawanan burung yang
lain. Memang, bagi para penonton yang tidak dapat melihat
dengan jelas jalannya pertempuran itu akan menganggap
bahwa pertempuran tersebut adalah pertempuran yang
seimbang. Tapi bagi dirinya sendiri yang langsung
menghadapi tokoh Im-yang-kauw itu benar-benar merasa
betapa ilmunya yang dibangga-banggakan itu tak mampu
mengimbangi kehebatan ilmu lawan.
Dari mula mereka bergerak sudah dapat ia rasakan bahwa
gerakan kaki tangannya yang selama ini ia bangga-banggakan
sebagai gerak kilat yang tidak mungkin dapat dilampaui
kecepatannya oleh siapapun juga, ternyata menemukan lawan
yang jauh lebih cepat malah. Tenaga saktinya yang sejak
dahulu juga sangat dibangga-banggakan sebagai tenaga sakti
yang jarang menemukan lawan seimbang, kini ternyata harus
mengakui pula keunggulan tenaga lawannya sehingga dalam
benturan yang melibatkan seluruh tenaga sakti mereka,
tubuhnya terlempar keluar arena tanpa dapat dicegah Iagi.
Oleh karena itu Tung-hai Nung jin tidak lekas-lekas
menerjang lawannya kembali. Lebih dahulu ia membenahi diri
serta mempersiapkan segala kemampuannya. Setelah siap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
barulah ia melangkah maju mendekati Tong Ciak Cu-si
kembali.
Sementara itu melihat ada kesempatan untuk menolong
Yang Kun, Toat-beng-jin segera beranjak mendekati tempat di
mana pemuda itu tergeletak lalu menggotongnya ke pinggir.
Dengan pertolongan beberapa orang anak buahnya, Toatbeng-
jin menotok dan mengurut tubuh Yang Kun di beberapa
tempat, sehingga luka tersebut tidak menjadi semakin parah
atau membahayakan.
"Nah, gotonglah pemuda ini ke kamarnya... !" orang tua itu
memberi perintah kepada anak buahnya, kemudian ia sendiri
kembali menonton ke arah pertempuran yang telah siap
meletus lagi.
"Berhenti ! Jangan kalian bawa anak itu ke mana-mana! Dia
adalah tawananku! Tak seorang pun boleh membawa pergi
dia." Tung-hai Nung-jin berteriak memperingatkan.
Orang-orang yang menggotong Yang Kun saling pandang
dengan bingung, tak tahu apa yang mesti mereka kerjakan.
Mereka memang benar-benar tidak tahu persoalan apa yang
sedang mereka hadapi sebenarnya.
"Jangan hiraukan orang itu ! Laksanakan perintah Lo jin
ong! Biarkanlah aku yang akan menghadapinya !” tiba tiba
Tong Ciak berteriak pula tak kalah kerasnya. Dengan langkah
tegap dan dada membusung tokoh sakti dari Im yang-kauw
itu melangkah di antara anak buahnya dan Tung-hai Nung-jin!
"Penyu busuk berkaki pendek!" Tung hai Nung-jin
menggeretakkan giginya. "Jangan buru buru berbesar hati dan
besar kepala karena dapat melemparkan aku keluar arena.
Pertempuran yang sesungguhnya baru akan dimulai.
Bersiaplah !"
Dengan muka merah karena menahan berang, tokoh bajak
laut berbadan kurus itu melepas jubah dan baju atasnya yang
gemerlapan, sehingga dada yang ceking tapi terbalut oleh otot
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
otot kenyal itu menjadi terbuka dan dapat dilihat oleh semua
orang. Gulungan bajunya ia lemparkan kepada keponakannya,
lalu tangannya mencabut senjata yang tadi tertutup oleh
jubahnya yang lebar.
Senjata yang menyerupai mata pacul itu besarnya hanya
selebar telapak tangan, gagangnyapun tampak pendek sekali.
Tapi ketika Tung hai Nung-jin menarik gagang itu ke atas
maka terciptalah sebuah pacul kecil bergagang panjang,
karena gagang yang pendek tersebut ternyata dapat
diperpanjang dan diperpendek.
"Nah penyu berkaki pendek......keluarkanlah senjatamu!"
tantangnya sambil memasang kuda-kuda.
Sejak lawannya itu melepas jubah dan baju, Tong Ciak
beserta para penganut Im-yang-kauw yang lain telah
terbelalak keheranan. Mereka tercengang-cengang
memandang ulah Tung-hai Nung-jin yang aneh tersebut,
mereka seolah-olah melihat seekor banteng aduan yang
sedang bersiap untuk turun ke gelanggang, dimana segala
macam hiasan dan penutup badan ditanggalkan dulu sebelum
masuk gelanggang aduan.
Tapi Tung hai Nung-jin tampak serius dan tidak terlihat
sama sekali kalau ia mau berolok olok. Oleh karena itu Tong
Ciak Cu-si juga meningkatkan kewaspadaannya. Tokoh Imyang
kauw ini tak ingin terjebak karena kelalaiannya sendiri.
Maka perlahan lahan tangannya diangkat dan disilangkan di
depan dadanya, sementara kedua kakinya tertekuk ke depan,
sehingga tubuhnya yang pendek itu hampir-hampir seperti
sedang berjongkok.
"Hmm! Seranglah aku, jangan sungkan-sungkan, karena
selama ini lohu tak pernah memegang senjata! Seperti yang
kaukatakan, seekor penyu hanya mengandalkan kekerasan
tubuhnya, ia tak pernah membawa senjata untuk melawan
musuhnya "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Penyuuu ... ," bajak laut itu tidak meneruskan makiannya.
"Betul! Penyu itu sekarang sedang bersiap-siap untuk
menghajar seekor belut kurus yang tidak tahu diri,” Tong Ciak
melanjutkan.
Kini keadaan menjadi berbalik. Kalau tadi adalah si pendek
Tong Ciak yang tidak bisa mengekang kemarahannya, kini
ganti Tung hai Nung-jin yang terbakar oleh sikap yang
ditunjukkan lawannya. Dengan suara menggeledek pimpinan
bajak itu mengayunkan paculnya ke arah kepala Tong Ciak!
"Lihat serangan!"
Pacul kecil itu terayun deras dengan disertai hembusan
angin tajam, membuat rambut dan ujung pakaian Tong Ciak
berkibar-kibar saking kuatnya. Tapi dengan cepat pula kudakuda
separuh jongkok itu bergeser ke belakang tanpa
menggerakkan atau merubah posisi badan sama sekali. Baru
setelah mata pacul yang tajam itu menghantam tanah di
depannya, tangan yang semula bersilang itu dengan cepat
mematuk ke arah tangan lawan yang memegang tangkai
pacul !
Gerakan tangan itu bukan main cepatnya sehingga
dipandang sepintas lalu justru seperti tidak bergerak malah.
Cuma anginnya saja yang bersiut keras, menandakan kalau
gerakan itu ditopang oleh tenaga dalam yang tinggi.
Tentu saja Tung-hai Nung-jin tak ingin lengannya dipatuk
oleh jari-jari lawan, tapi untuk menarik tangannya yang
memegang pacul itu terang tidak mungkin. Sebab gerakan
yang demikian terang akan kalah cepat dengan gerakan
lawan, kecuali kalau tangannya melepaskan tangkai pacul itu
terlebih dahulu. Tapi jika ia berbuat demikian, berarti ia akan
kehilangan senjatanya. Dan hal itu sungguh sangat
memalukan, masa dalam satu jurus ia harus melepaskan
senjata itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka, jalan satu-satunya hanyalah menangkis jari jari itu
dengan tangan kirinya yang bebas. Dan hal itu benar benar
dilakukan oleh Tung-hai Nung jin. Begitulah, dengan suara
keras tangan kirinya memotong ke depan, ke arah lengan
Tong Ciak yang terjulur ke ujung gagang paculnya.
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru