Selasa, 24 April 2018

Memburu Iblis 6 Cerita Silat Mandarin Tamat Full Komplit Baca Online disini

-----
"Tidak ada yang aneh, Tok-ong. Memang benar apa yang
dikatakan oleh Butek Sin-tong itu." orang yang baru saja
datang, yang tidak lain adalah Bok Siang Ki sendiri itu
menyahut ucapan Giok-bin Tok-ong.
"Bok Siang Ki......... .?" Giok-bin Tok-ong dan Bu-tek Sintong
berdesah berbareng.
''Benar, akulah yang datang.......” Bok Siang Ki
mengangguk. Kemudian katanya lagi kepada Liu Yang Kun.
"Ah.....tak kusangka kau masih hidup pula. Kukira kau telah
hancur berkeping-keping terkena peluru maut Giok-bin Tokong
itu. hmmm......kepandaianmu benar-benar hebat sekali!
Sebagai penguasa tertinggi di Perguruan Ui-soa-pai, aku ikut
berbangga pula karenanya........"
Liu Yang Kun menatap Bok Siang Ki lekat-lekat.
"Maksudmu...........?" tanyanya kemudian dengan suara
dingin.
Bok Siang Ki tertawa dingin pula.
"Wah......kelihatannya kau sangat sombong dan tinggi hati.
Tapi tak apalah. Kau belum mengenal betul siapa aku ini.
Dengarlah! Seperti halnya Bu-tek Sin-tong tadi, akupun
menjadi curiga pula kepada ilmu silatmu. Bahkan di dalam hati
kecilku aku berani memastikan bahwa ilmu silat yang
kaumainkan tadi tidak lain adalah ilmu perguruan Ui-soa-pai.
Memang di dunia ini banyak ilmu silat yang memiliki kesamaan
dan kemiripan di dalam gerakannya. Tapi hal seperti itu
takkan terjadi pada ilmu-silat Perguruan Ui-soa-pai. Betul
bukan kata-kataku ini, Sin-tong?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu-tek Sin-tong mengangguk-anggukkan kepalanya.
Bok Siang Ki tersenyum. "Wah, kau lihat itu......! Dahulu
Bu-tek Sin-tong juga anak murid Perguruan Ui-soa-pai pula.
Karena malu atas perbuatan ayahnya yang berkhianat
terhadap Perguruan Ui-soa-pai, Bu-tek Sin-tong lalu pergi
mengasingkan diri bertapa selama hidupnya.”
“Jangan kau ungkat-ungkat lagi peristiwa itu!” Bu-tek Sintong
menggeram marah.
“Maaf. Tapi pengkhianatan ayahmu itu telah mencoreng
dan menjatuhkan martabat kebesaran Perguruan Ui-soa-pai,
karena pengkhianatan ayahmu, maka sejarah kebesaran Uisoa
pai menjadi hancur. Tak seorangpun dari anak murid
perguruan Ui-soa-pai, setelah pengkhianatan itu, yang mampu
keluar dari pintu perguruan. Selama hampir seabad anak
murid perguruan Ui-soa-pai hanya mampu merenungi diri di
dalam rumah perguruannya. Coba kalau waktu itu kau mau
keluar dari lobang pertapaanmu, kau akan bisa melihat betapa
nistanya kehidupan anak murid bekas perguruanmu itu.
Selama hampir seabad mereka tak mampu atau tak berani
menampakkan dirinya di muka umum, sementara ayahmu
malang melintang di dunia persilatan dengan sebutan yang
menakutkan. Bit-bo-ong ! Betapa menyakitkan.....,..” Bok
Siang Ki menjawab pula dengan tak kalah geramnya.
"Bit bo-ong (Si Raja Kelelawar)........., .?" Giok-bin Tok-ong
dan Liu Yang Kun mengulang ucapan Bok Siang Ki. Sekali lagi
Liu Yang Kun merasa seperti pernah mendengar atau sangat
dekat dengan nama itu. Tapi seperti biasanya pula pemuda itu
tak bisa mempergunakan ingatannya untuk mengingat-ingat
atau mengenal nama tersebut.
Sebaliknya bagi Giok-bin Tok-ong bukan nama itu yang
mengagetkannya, tapi hubungan yang tak terduga antara
nama itu dengan Bu-tek Sin-tong lah yang justru sangat
mengejutkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hoi, Sin-tong! Jadi kau ini anak Si Hantu Kelelawar yang
termashur itu, heh? Oh, bukan main! Benar-benar tak
kusangka! Lalu..... jika demikian berapa umurmu sekarang?"
"Diam, bangsat! Jangan berani kau mengusik-usik hal itu!
Kubunuh kau!"
"Hehaheh......, !" Giok-bin Tok-ong tetap tertawa tapi tak
berani meneruskan godaannya.
"Kalau dihitung-hitung usia Bu-tek Sin-tong tentu sudah
lebih dari seratus tahun. Tapi karena ia tak pernah
meninggalkan goa pertapaannya, maka ia tetap awet muda
dan segar bugar. Padahal anak murid Ui-soa-pai yang
seangkatan dengan dia sudah tiada semua. Bahkan tokoh tua
atau 'sesepuh' kami yang seangkatan di bawahnya pun juga
telah pergi semua." Bok Siang Ki menjawab pertanyaan Giokbin
Tok-ong.
“Ya, tapi dengan meringkuk di dalam gua yang pengap
selama puluhan tahun, membuat perkembangan tubuhnya
menjadi kacau. Dia tidak tumbuh menjadi besar, tapi
sebaliknya justru mengkerut menjadi kecil, hahahah...........!
Lain halnya dengan aku! Meskipun usiaku juga hampir setua
dia, tapi karena aku nikmati kehidupan ini dengan sebaik
baiknya, maka tubuhku tetap tumbuh dengan subur dan
terawat baik........" Giok-bin Tok-ong tertawa lagi.
"Kurang ajar! Kau tidak juga mau membungkam mulutmu?”
Bu-tek Sin-tong membentak dan berusaha menghajar mulut
yang usil tersebut.
Thaaas! Giok-bin Tok-ong menangkis dan keduanya segera
terpelanting mundur beberapa langkah. Cuma Giok-bin Tokong
tampak lebih jauh dan agak terhuyung, sehingga dengan
marah kakek-tampan tersebut merogoh saku bajunya. Siap
dengan segala macam senjata-senjata beracunnya!
Tapi sebelum mereka bergebrak kembali, Bok Siang Ki telah
terlebih dahulu menengahinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan berkelahi sekarang! Bukankah kita telah
menetapkan diri untuk bertemu tengah malam nanti di
bangunan tua itu? Kita bertiga akan menetapkan, siapakah
diantara kita bertiga yang lebih banyak kemajuannya setelah
mempelajari isi Buku Rahasia yang asli itu? Oleh karena itu
tunda dulu perkelahian kalian! Kita lebih baik mengurus dulu
anak muda ini..........!"
"Baik! Aku memang ingin menghukum anak ini. Dia telah
berani menggagalkan keinginanku untuk memelihara bayi
sebagai penyambung hidup dan ilmuku besok." Bu-tek Sintong
menggeram setuju.
"Benar! Anak itu juga telah mengacaukan urusanku dengan
bekas gundikku itu. Aku juga akan minta
pertanggungjawabannya pula. Kalau perlu akan kulenyapkan
dia.........!" Giok-bin Tok-ong ikut mengancam Liu Yang Kun.
"Bagus! Kalau begitu kita bertiga mempunyai urusan
dengan anak muda ini. Kita selesaikan urusan ini satu persatu.
Sekarang akulah yang akan lebih dulu mengurusnya........"
Bok Siang Ki berkata tegas.
Jilid 31
"Hei! Mengapa harus kau yang lebih dahulu? Bukankah
engkau datang belakangan?" Giok-bin Tok-ong menyela
penasaran.
"Benar! Mengapa kau yang lebih dahulu?" Bu-tek Sin-tong
mengancam pula. Hok Siang Ki tertawa dingin. "Karena akulah
yang paling tinggi tingkatannya diantara kita bertiga. Aku
nomor dua di dalam urut-urutan Buku Rahasia itu, sedang
kalian nomer tiga dan empat. Bukankah hal ini sudah adil?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'"Adil? Huh! Jangan coba-coba mengelabuhi aku! Palingpaling
kau ingin lebih dahulu merampas bukuku yang ada di
tangan anak muda itu, bukan?" Giok-bin Tok-ong yang merasa
bahwa buku bagiannya masih berada di tangan Liu Yang Kun
itu membantah berang.
"Hei? Apakah anak itu telah merampas Buku Rahasia yang
menjadi bagianmu?" Bu-tek Sin-tong menyela. Matanya yang
kecil itu menatap dengan curiga kepada Giok-bin Tok-ong.
"Tutup mulutmu! Kau jangan turut campur dalam urusan
ini!" hardik kakek tampan itu kesal.
"Bangsat kurang ajar! Kuhancurkan kepalamu!” Bu-tek Sintong
menjadi marah juga.
Tapi dengan tangkas Bok Siang Ki melerai mereka lagi.
“Tahan! Sudah kukatakan jangan berkelahi dulu! Kita masih
cukup waktu untuk melakukannya nanti!" Penguasa dari Uisoa-
pai itu memperingatkan. Kemudian katanya lagi yang dia
tujukan kepada Giok-bin Tok-ong. "Tok-ong! Kau tak perlu
takut aku akan merampas buku yang menjadi bagianmu itu
sekarang. Sebab hal itu akan aku lakukan secara terhormat di
pertemuan kita tengah malam nanti. Di dalam pertemuan itu
aku akan merampas bagian-bagian dari Buku Rahasia yang
ada di tangan kalian semua, sehingga buku itu akan menjadi
lengkap kumiliki. Setelah itu.......hahaha.. baru aku akan
menantang Bun-hiat Sian-seng! Akan kubuktikan siapa yang
paling jago di dunia ini, haha….!”
Sementara itu Liu Yang Kun yang sejak tadi hanya diam
saja, karena bingung dan tak paham apa yang mereka
percakapkan, tiba-tiba menggeram marah. Dari sela-sela
bibirnya tiba-tiba juga terdengar desis mengerikan seperti
suara desis ular marah.
“Hmmh! Kalau memang semuanya ingin berurusan dengan
aku, kenapa kalian hanya berdebat saja tiada hentinya? Ayoh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
majulah, kalian bersama-sama! Kita selesaikan secepatnya
segala macam urusan itu!"
Ketiga orang sakti itu terperanjat bukan main. Mereka
menatap anak muda yang mereka anggap terlalu sombong
dan berani itu dengan wajah tegang serta kaku. Beberapa saat
lamanya mereka malah tidak bisa berkata apa-apa. Mereka
seperti tak percaya pada kata-kata yang keluar dari mulut
anak muda itu.
"Anak muda..... ! Aku tahu namamu tercantum pula di
dalam daftar Tokoh-tokoh Persilatan terkemuka di Dunia itu.
Dan dilihat dari sudut usia, memang kaulah yang termuda di
antara tokoh-tokoh itu. Tapi hal itu tampaknya justru
membuatmu sombong dan takabur. Sama sekali kau tak
memandang sebelah mata kepada kami bertiga, tokoh-tokoh
yang kedudukannya jauh berada di atasmu. Kau cuma tertulis
di urutan yang ke tujuh, sementara kami bertiga berada di
urutan yang kedua, ketiga dan keempat,” akhirnya Bok Siang
Ki sambil menekan kegeraman hatinya berkata kaku.
"Persetan dengan tokoh-tokoh atau urutan segala macam
itu ! Aku tak perduli! Yang penting kenyataannya! Habis
perkara! Ayoh, majulah .............?"
"Kurang ajar! Tampaknya kau memang sudah bosan hidup
atau......... pikiranmu memang sudah tidak waras lagi !
Baiklah, akan kuturuti kemauanmu? Tapi., sebelum kau tewas
di tanganku, lebih baik kau berterus terang dahulu kepadaku.
Siapa sebenarnya kau ini? Dari mana kau memperoleh ilmuilmu
yang mirip dengan ilmu-silat perguruan Ui-soa pai itu?
Apakah kau memiliki hubungan tertentu dengan mendiang Bitbo-
ong atau Keluarga Souw?"
"Aku tidak tahu-menahu tentang segala macam hantu
seperti Bit-bo-ong itu. Dan aku juga tidak mempunyai
sangkut-paut dengan......... keluarga Souw!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba suara Liu Yang Kun menurun ketika menyebut
nama keluarga Souw, karena tiba tiba pula melintas di dalam
pikirannya wajah Souw Lian Cu, yang juga keturunan keluarga
Souw.
"Hmm.......mengapa kau sebut-sebut pula nama keluarga
Souw dalam urusan ini? Apakah hubungan keluarga Souw
dengan ilmu silatku?" kemudian pemuda itu menambahkan.
Bok Siang Ki mendengus dingin. "Karena Bit-bo-ong itu
sebenarnya juga berasal dari keluarga Souw. Dengan tipu
muslihat dan kelicikannya dia berhasil menyelundup ke dalam
perguruan Ui-soa pai. Meskipun akhirnya dia juga dibunuh
oleh keluarga Souw sendiri, tapi perguruan Ui-soa-pai sudah
terlanjur rusak pula oleh ulahnya, ia telah berani membunuh
tokoh-tokoh tua yang telah dengan susah payah
membimbingnya dalam ilmu silat. Bahkan ia telah berani pula
merusak dinding gua semadi perguruan Ui-soa-pai, yang
penuh dengan tulisan dan petunjuk-petunjuk rahasia tentang
ilmu silat kami, sehingga kami para angkatan yang lebih muda
menjadi kehilangan pegangan dalam ilmu-silat kami sendiri.
Nah, anak muda...... itulah sebabnya hal itu kutanyakan
kepadamu. Sebab aku percaya dan yakin bahwa kau tentu
memiliki hubungan dengan salah seorang dari nama yang
kusebutkan itu, Bit-bo-ong atau keluarga Souw!"
Liu Yang Kun menggeretakkan giginya. "Tapi aku benarbenar
tak merasa memiliki hubungan dengan keduanya!"
jawabnya keras. Ia yang telah kehilangan 'ingatannya’ itu
memang tak bisa mengingat apa-apa lagi.
"Lalu dari mana kau mempelajari ilmu silatmu itu?"
"Aku tidak tahu! Ilmu itu sudah melekat dan mendarah
daging di dalam jiwaku. Mungkin sejak lahir aku sudah
menguasainya." Liu Yang Kun yang telah kehilangan 'masa
lalunya' itu menjawab gusar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omong kosong! Mana ada bayi lahir bisa ilmu silat? Kau
jangan seenaknya saja berbicara!"
"Persetan! Kaulah yang sedari tadi berbicara seenaknya!
Main tuduh dan curiga tanpa alasan!”
"Keparat.....! Kau memang sudah bosan hidup!" Bok Siang
Ki berteriak nyaring, kemudian melompat menyerang Liu Yang
Kun. Kedua belah telapak tangannya terpentang lebar,
sehingga jari-jarinya membentuk dua buah cakar yang siap
untuk meremas kepala lawannya.
Dan gerakan kedua cakar itu bukan main cepatnya.
Mungkin lebih cepat dari pada sambaran burung elang di
udara, karena perguruan Ui-soa-pai yang pernah menelurkan
Bit-bo-ong itu memang jagonya gin-kang di dunia.
Tapi Bu-eng Hwe-teng juga bersumber pada ilmu
meringankan tubuh Ui-soa pai pula. Bahkan gin-kang itu
diciptakan Bit-bo-ong dengan gaya yang lebih tangkas karena
Bit-bo-ong telah menambah dan memperbaikinya berdasarkan
ilmu-ilmu dari perguruan lain yang pernah digelutinya pula.
Maka tidaklah mengherankan bila Liu Yang Kun juga bisa
bergerak segesit dan selincah lawannya. Bahkan dengan gaya
yang lebih indah dipandang. Bit-bo-ong memang seorang
seniman silat pada zamannya.
Demikianlah di jurang yang sunyi dan sepi itupun lalu
berlangsung sebuah pertandingan gin-kang dengan
dahsyatnya. Keduanya mengeluarkan segala macam ilmu yang
ada pada dirinya. Ilmu ilmu yang dahsyat yang jarang terlihat
di dunia persilatan. Liu Yang Kun mengeluarkan ilmu-ilmu
warisan Bit-bo-ong, seperti Kim-liong Sin-kun dan Pat hong
Sin-ciang. Sementara Bok Siang Ki sebagai penguasa tertinggi
di perguruan Ui-soa-pai juga melepaskan ilmu-ilmu warisan
leluhurnya.
Mereka bertarung dengan cepat sekali, karena masingmasing
memang mengerahkan seluruh gin-kangnya. Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergumul, berbelit dan saling berpencar kembali dengan
cepatnya, sehingga gerakan mereka menimbulkan pusaran
angin yang menghantam semak-semak dan pohon-pohon di
sekitar mereka.
Daun-daun pun lantas berguguran. Ranting-ranting serta
dahan-dahan yang tidak seberapa kuatpun juga terlepas pula
dari tangkainya. Bahkan semak-semak kering yang tumbuh
terlalu dekat pun juga terlepas pula bersama akar-akarnya.
Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong terpaksa melangkah
mundur menjauhi arena. Diam-diam hati mereka merasa
kaget dan kagum juga menyaksikan kedahsyatan ilmu kedua
orang yang sedang berlaga tersebut. Dan diam-diam hati
mereka juga merasa bergetar pula melihat 'kesaktian' yang
benar-benar diluar dugaan mereka itu. Terasa hati mereka
menjadi kecut. Dan otomatis keberanian dan kegarangan
mereka menyusut dengan cepatnya.
Limapuluh juruspun telah berlalu dengan cepatnya. Liu
Yang Kun tetap mempergunakan ilmu warisan Bit-bo-ong. Dan
pemuda itu sudah mulai menyalurkan 'tenaga batin’ untuk
mempengaruhi jiwa dan pikiran lawannya. Inilah tingkat yang
tertinggi dalam buku warisan Bit-bo-ong, yang oleh Hoa-san
Lo-Jin telah disobek karena sangat berbahaya untuk dipelajari.
Namun dengan ketajaman indera dan perasaannya, akibat
ilmu Lin-cui-sui-hoat yang ada pada dirinya, ternyata Liu Yang
Kun mampu mengurai dan mengarang sendiri inti ilmu yang
hilang tersebut.
Selanjutnya dengan mulai tersebarnya ‘tenaga batin' yang
dilontarkan oleh Liu Yang Kun, maka suasana alam di sekitar
tempat itupun lalu berubah pula dengan perlahan-lahan.
Setiap orang tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh
menerkam perasaan mereka, terutama Bok Siang Ki yang
langsung berhadapan dengan lontaran ilmu itu.
Perlahan-lahan Giok-bin Tok-ong dan Bu-tek Sin-tong
merasa seperti ada perubahan hawa di sekitar mereka. Udara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malam yang amat dingin itu lambat-laun terasa semakin
dingin, sehingga tubuh mereka seolah-olah bergetar
kedinginan. Bahkan langit yang terang berbintang itu sedikit
demi sedikit juga berubah pula menjadi gelap, sehingga rasarasanya
mata mereka semakin terhalang untuk menyaksikan
sesuatu di sekitar mereka. Dan lambat laun pula wajah dan
sepak terjang Liu Yang Kun semakin tampak amat garang dan
menakutkan hati mereka.
Dan perasaan yang serupa juga mencekam pula pada hati
dan perasaan Bok Siang Ki. Bahkan dalam kadar yang jauh
lebih kuat.
"Gila! inilah ilmu perguruan Ui-Soa-pai yang hilang dirusak
oleh Bit-bo-ong itu. Aku harus cepat-cepat melawannya
dengan ilmu itu pula. Selama ini aku telah berusaha sekuat
tenaga untuk menggapai dan menemukan kembali ilmu yang
hilang itu. Semoga apa yang kucapai selama ini sudah cukup
untuk melawannya,” katanya di dalam hati.
Sekejap kemudian Bok Siang Ki pun lalu melontarkan pula
ilmu puncaknya, yaitu ilmu silat Ui-soa-pai yang telah diisi
dengan kekuatan batinnya. Sebuah kekuatan yang hampir
sama dengan kekuatan yang dilontarkan oleh Liu Yang Kun,
yaitu semacam ilmu sihir yang dapat mempengaruhi rasa dan
pikiran lawannya. Sehingga apa yang terjadi kemudian benarbenar
suatu pertarungan yang dahsyat, ngeri serta
menegangkan.
Dan oleh karena pertempuran tersebut adalah pertempuran
yang menitik-beratkan pada kekuatan tenaga sakti dan
kemampuan tenaga dalam serta tenaga batin mereka maka
gerakan-gerakan yang mereka lakukan pun lantas menjadi
lambat dan tampak sangat berat sekali. Namun demikian
ternyata pengaruhnya justru lebih berbahaya dari pada tadi.
Selain masing-masing harus menerima dan melayani secara
wajar semua serangan-serangan lawannya, merekapun harus
menghadapi pula tekanan dan desakan tenaga batin lawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hendak merampas serta mempengaruhi perasaan dan
pikiran mereka masing-masing.
Begitu hebatnya pengaruh ilmu yang terlontar dari dalam
tubuh mereka, sehingga Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong
yang berada di luar arena pun kadang-kadang ikut
terpengaruh pula. Beberapa kali mereka berdua secara tak
sadar ikut mengelak atau menghindar apabila tokoh yang
mereka lihat itu kebetulan juga berkelit atau meloncat.
Keduanya baru sadar kembali setelah tangan atau kaki mereka
itu terlanjur bergerak.
Bahkan lebih dari pada itu, pengaruh tenaga batin yang
terlontar dari mata Liu Yang Kun dan Bok Siang Ki seringkali
membuat Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong terpesona
atau terpaku diam di tempat mereka tak tahu apa yang harus
mereka perbuat. Dan yang paling parah, mereka berdua
kadang-kadang menjadi kehilangan kesadaran mereka untuk
beberapa saat lamanya, sehingga mereka menjadi bingung
ketika tiba-tiba kesadaran mereka pulih kembali.
"Gila! Sin-tong........! Ilmu apa ini, heh? Kenapa keduanya
sama-sama memiliki ilmu seaneh ini?" dengan rasa penasaran
Giok-bin Tok-ong bertanya kepada Bu-tek Sln-tong.
"Itulah ilmu yang paling rahasia di perguruan Ui-soa-pai.
Huh, semakin yakin aku sekarang. Anak itu tentu memiliki
hubungan yang erat dengan perguruan itu."
Demikianlah, duapuluh juruspun telah berlalu pula. Mereka
benar-benar telah bertempur dengan sekuat tenaga mereka.
Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendirisendiri.
Liu Yang Kun tampak lebih tinggi dan lebih kuat
tenaga dalamnya, sementara Bok Siang Ki yang memiliki dasar
ilmu silat asli Ui-soa-pai itu tampak lebih lincah, lebih gesit dan
lebih cepat ilmu meringankan tubuhnya. Namun karena ilmu
silat yang mereka pergunakan ternyata memiliki banyak
persamaan, maka pertempuran itu seolah-olah tidak pernah
mendapatkan lobang atau kunci untuk mencapai kemenangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Masing-masing seperti sudah mengenal dan mengerti arah
tujuan lawan, sehingga akhirnya mereka seperti sedang
berlatih ilmu silat saja. Meskipun demikian karena semuanya
itu dilontarkan dengan pengerahan ilmu puncak, maka
pengaruh dan akibat yang ditimbulkannyapun menjadi hebat
dan menggiriskan hati.
Keadaan itu tentu saja sangat menggelisahkan hati Bok
Siang Ki. Dia yang sejak melangkah keluar dari pintu
perguruannya belum pernah menemukan lawan yang berarti,
kini dipaksa untuk bertarung seimbang dengan hanya seorang
pemuda yang masih amat muda usianya. Tentu saja hatinya
menjadi penasaran. Masakan ia harus kalah melawan tokoh
yang duduk di nomer ketujuh?
Sebaliknya keadaan itu juga membikin dongkol pula di hati
Liu Yang Kun. Sebagai anak muda yang masih berdarah
panas, keadaan tersebut benar-benar membuatnya kehilangan
kesabaran. Namun karena ia memang telah mengerahkan
segala kemampuannya, maka ia tetap tak bisa berbuat apaapa
lagi.
Memang, beberapa kali terlintas di dalam pikiran Liu Yang
Kun untuk mempergunakan ilmu silatnya yang lain, misalnya
Kim-coa-ih hoat! Tapi setiap kali pula pemuda itu selalu
membatalkan niatnya tersebut. Kim-coa-ih-hoat merupakan
sebuah ilmu silat yang gerakan-gerakannya boleh dikatakan
amat berlawanan dengan gerakan ilmu silat kebanyakan. Dan
cara penyaluran tenaganya pun juga berbeda pula, yaitu
patah-patah dan tidak selalu searah pula. Pemuda itu menjadi
kurang yakin akan bisa menghadapi lawan dengan ilmu itu.
Apalagi untuk itu ia juga harus melepaskan lontaran 'tenagabatinnya'
pula, sebab dengan cara penyaluran tenaga sakti
yang patah patah dan tidak selalu searah itu tak mungkin ia
memusatkan pikiran untuk membangun tenaga batinnya.
Alhasil pertempuran itu terus berlanjut dengan ramai dan
seimbang. Liu Yang Kun yang merasa memiliki lwee kang lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuat, berusaha dengan segala cara untuk menekan lawannya.
Sebaliknya Bok Siang Ki yang agak lebih tinggi gin-kangnya
berusaha melepaskan diri dan menghindari benturan tenaga
secara langsung. Sehingga dengan demikian pertempuran itu
berlangsung semakin seru dan ramai. Namun juga sangat
mengerikan. Karena dengan kekuatan tenaga batin mereka,
banyak hal-hal yang tak masuk akal terjadi di dalam
pertempuran itu.
Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong lah yang kemudian
menjadi tidak sabar hatinya. Suasana sudah mendekati tengah
malam, tapi pertempuran itu ternyata tidak kunjung selesai
juga.
“Hei, Bok Siang Ki......! Lihat! Tengah malam sudah hampir
tiba! Apakah pertempuran itu tidak jadi kita laksanakan?”
kakek kerdil itu berseru keras.
“Benar! Jangan-jangan kau malah tak bisa datang karena
pertempuranmu ini!” Giok-bin Tok-ong ikut membakar pula.
“Huh! Percuma saja ditulis di urutan nomer dua kalau
begitu! Masakan menghadapi si Nomer Tujuh saja
kewalahan.....” Bu-tek Sin-tong mengejek lagi.
Giok-bin Tok-ong tertawa pula. “Memang urut-urutan itu
perlu ditinjau kembali kebenarannya. Siapa tahu Bok Siang Ki
sekarang tidak......hei?”
Tiba-tiba baik Giok-bin Tok-ong maupun Bu-tek Sin-tong
terbelalak memandang kepada Bok Siang Ki. Di mata mereka,
Bok Siang Ki yang marah itu mendadak berubah menjadi dua
kali lipat besarnya. Kedua buah lengannya yang kini juga
menjadi sangat panjang itu tampak menyambar-nyambar
dengan ganasnya. Sementara kedua kakinya yang juga
membengkak seperti kaki gajah itu juga tampak menghentak
kesana-kemari seakan-akan hendak menginjak dan
meremukkan tubuh lawannya yang kecil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giok-bin Tok-ong dan Bu-tek Sin-tong bersandar di tebing
jurang. Dengan wajah pucat pasi mereka menatap sepakterjang
Bok Siang Ki yang menggiriskan hati itu.
“Sin-tong.....? Apa katamu tentang Bok Siang Ki itu? Ilmu
apa lagi itu?”
"Tenanglah, Tok-ong! Ini tentu cuma tipuan saja! Tak
mungkin manusia bisa berubah menjadi raksasa seperti itu.
Mungkin ini........ Ini merupakan tambahan ilmu yang
didapatkan Bok Siang Ki dari sobekan Buku Rahasia itu."
"Ooooooh. lalu......apa yang mesti kita perbuat?"
"Goblog! Tentu saja kerahkan seluruh tenaga dalammu!
Kuasai dengan baik hati dan pikiranmu sendiri. Jangan biarkan
perasaan dan pikiranmu itu terbuai oleh mimpi yang
diciptakan Bok Siang Ki! Ingatlah! Dia tetap seorang manusia
biasa. Tak mungkin dia memiliki tubuh sebesar itu! Itu cuma
permainan.......” Bu-tek Sin-tong menggeram sambil
memusatkan pikirannya sendiri.
Giok-bin Tok-ong tersadar. Buru-buru ia memusatkan
pikirannya. Lalu dikerahkannya pula tenaga dalamnya,
sehingga beberapa waktu kemudian hatinya menjadi tenang
kembali. Dan ketika ia membuka pelupuk matanya, Bok Siang
Ki telah kembali ke ujudnya yang semula. Bahkan jago nomer
dua di dunia persilatan itu tampak memperoleh kesulitan
sekarang.
Bagaimanakah sebenarnya yang terjadi? Betulkah Bok
Siang Ki mempergunakan ilmu yang diperolehnya dari sobekan
Buku Rahasia itu? Dan bagaimana pula pengaruhnya terhadap
Liu Yang Kun?
Seperti telah diketahui bahwa setahun yang lalu Bok Siang
Ki, Bu-tek Sin tong dan Giok-bin Tok-ong saling berebut Buku
Rahasia, sehingga buku itu terbagi menjadi tiga bagian.
Masing-masing memperoleh satu bagian. Dan sebelum
berpisah mereka berjanji untuk bertemu lagi setahun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian, yaitu persis pada malam ini, di luar kota Lai-yin, di
sebuah bangunan kuno yang telah rusak dan tak terpakai lagi.
Namun ternyata semuanya menjadi kecewa. Buku yang
sangat tersohor dan diperebutkan orang itu ternyata cuma
berisi catatan-catatan, syair-syair, sejarah, ramalan dan segala
macam petunjuk tentang kehidupan manusia di dunia.
Tak secoret pun ulasan atau tulisan tentang ilmu silat,
apalagi tentang pelajaran atau jurus-jurus ilmu silat. Kalaupun
dibilang ada, itupun hanya petunjuk-petunjuk tentang
kesehatan tubuh dan cara-cara perawatannya.
Meskipun mereka bertiga dapat juga menyadap dan
mengambil manfaat dari petunjuk petunjuk tentang kesehatan
itu bagi kemajuan ilmu silat mereka masing masing. Dengan
petunjuk-petunjuk itu Giok-bin Tok-ong bisa mengobati salah
ilmu yang biasa diderita oleh orang yang bergelut dengan
racun seperti dia sehingga dengan demikian ia dapat
meningkatkan kemampuan ilmunya lebih tinggi lagi.
Dan berdasarkan pada petunjuk petunjuk tentang
kesehatan itu pula Butek Sin-tong mampu meningkatkan
ginkangnya sehingga ilmu meringankan tubuhnya sekarang
benar-benar amat sempurna. Lebih sempurna dari pada Bueng
Hwe-teng maupun gin-kang Ui-soa-pai yang tersohor itu.
Demikian pula halnya dengan Bok Siang Ki. Berpedoman
pada petunjuk-petunjuk itu ia mampu pula meningkatkan
kemampuan ilmu sihirnya, sehingga ia mampu menciptakan
bentuk-bentuk semu yang dapat mengelabui pandangan
lawannya. Jadi selain dapat mempengaruhi perasaan dan
pikiran lawannya, Bok Siang Ki juga bisa mengelabuhi
pandangan mata orang pula.
Dan kemampuan itu pula yang kini dia keluarkan untuk
menghadapi Liu Yang Kun. Sambil tetap berusaha
mempengaruhi pikiran dan perasaan Liu Yang Kun, Bok Siang
Ki juga berusaha mengelabuhi penglihatan lawannya tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bok Siang Ki membentuk dirinya menjadi raksasa yang
tingginya dua kali lipat tinggi manusia biasa, sehingga Liu
Yang Kun menjadi kaget dan bingung menghadapinya.
Sekejap Liu Yang Kun dapat dipengaruhi oleh bentuk semu
itu, sehingga kekuatannya tiba-tiba seperti menyusut dan tak
mampu berbuat banyak terhadap kekuatan lawan yang
berubah menjadi raksasa. Namun beberapa waktu kemudian
pemuda itu menjadi sadar kembali bahwa dirinya sedang
berkelahi dengan seorang lawan yang memiliki kekuatan sihir
pula seperti dirinya, walau dalam bentuk lain.
Tanpa berpikir panjang lagi Liu Yang Kun lalu memejamkan
matanya. Entah bagaiman nantinya, tapi pemuda itu
berpendapat bahwa tanpa melihat lawan ia tentu terbebas dari
bentuk semu itu. Dengan ketajaman panca inderanya pemuda
itu lalu melawan musuhnya dengan mata tertutup.
Dan ternyata itulah awal dari kesulitan Bok Siang Ki!
Seperti telah diceritakan di bagian depan bahwa selain
memiliki ilmu silat yang tinggi Liu Yang Kun diam-diam juga
memiliki ‘ketajaman batin’ yang amat kuat pula. Bila
dikehendaki pemuda itu dapat memusatkan pikiran dan
batinnya, sehingga dia bisa ‘melihat’ atau ‘membayangkan’ di
dalam otaknya, apa saja yang tergelar dan terjadi disekitarnya
tanpa ia harus melihat dengan kedua buah matanya.
Dan kemampuan itu pulalah yang kini dipergunakan oleh
Liu Yang Kun untuk menghadapi 'bentuk-bentuk semu' Bok
Siang Ki. Dengan memejamkan matanya dan kemudian
membangkitkan 'kemampuannya' tersebut, Liu Yang Kun
melayani serangan Bok Siang Ki dengan tangkasnya. Bahkan
beberapa waktu kemudian ketika 'kemampuannya' tersebut
sudah berkembang semakin kuat dan mantap, maka pemuda
itu dapat pula 'mencium’ atau 'menduga' apa yang hendak
dilakukan oleh lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja cara-cara yang dilakukan oleh Liu Yang Kun itu
benar-benar sangat mustajab. Otomatis kedahsyatan ilmu sihir
Bok Siang Ki menjadi hilang dan tidak bermanfaat lagi
menghadapi Liu Yang Kun yang telah memejamkan matanya.
Bahkan ketika pemuda itu kemudian mengeluarkan Kim-coaih-
hoatnya, karena pemuda itu sudah tidak takut lagi kepada
‘kekuatan sihir' lawannya, maka Bok Siang Ki benar-benar
jatuh ke dalam kesulitan. Apalagi ketika kemudian pemuda itu
dapat 'menebak’ pula apa yang hendak dilakukan oleh Bok
Siang Ki sebelum tokoh Ui-soa-pai itu sendiri bergerak
melakukannya!
"Anak iblis! Si-siapa .....kau sebenarnya?" dalam kekalutan
dan kerepotannya Bok Siang Ki berseru dengan suara
gemetar.
Penguasa tertinggi dari perguruan Ui-soa-pai itu mulai
goyah hatinya. Kemampuan-kemampuan Liu Yang Kun yang
amat mentakjubkan itu mulai menurunkan kegarangannya.
Bahkan kemudian mulai timbul pula perasaan sangsi dan takut
di dalam hatinya. Apapula ketika menyaksikan Kim-coa-ih-hoat
yang aneh dan mengerikan itu.
Dhuuuugh! Plaaaaak! Plak! Di dalam kerepotannya Bok
Siang Ki terpaksa menangkis dan menyongsong beberapa
pukulan dan tebasan tangan Liu Yang Kun! Dan akibatnya
sungguh berat bagi Bok Siang Ki! Tokoh sakti itu terpental dan
terhuyung-huyung hampir jatuh. Tenaga dalamnya benarbenar
tak mampu menandingi tenaga dalam Liu Yang Kun!
Maka ketika sekali lagi Liu Yang Kun menerjang dengan
kaki tangannya yang bertambah panjang satu setengah kali
lipat panjang as linya, maka Bok Siang Ki benar-benar tak bisa
bertahan lagi. Tokoh tertinggi dari perguruan Ui-soa-pai itu
kembali terlempar dengan kuatnya, meskipun ia sudah
menangkis dengan siku tangannya.
Breeeeees!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tubuh Bok Siang Ki menabrak pohon siong tua itu dengan
kerasnya, sehingga daun-daunnyapun segera berguguran ke
bawah. Namun dengan cepat pula orang itu berdiri tegak
kembali menghadapi Liu Yang Kun, walaupun sekejap
kemudian tampak darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
"Anak Iblis!" jago Ui-soa-pai itu mengumpat marah.
Ternyata penguasa tertinggi dari perguruan Ui-soa-pai itu
mendapat 'luka dalam' yang cukup parah. Gempuran tangan
Liu Yang Kun yang penuh tenaga sakti Liong-cu-i-kang itu
benar-benar sangat dahsyat dan tak kuasa ditahannya.
Sementara itu di luar arena, Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin
Tok-ong pun juga amat kaget pula menyaksikannya. Selain
terkejut mereka juga takjub pula melihat kehebatan ilmu silat
Liu Yang Kun. Keduanya baru sadar sekarang bahwa anak
muda itu memang benar-benar hebat luar biasa. Terutama
bagi Giok-bin Tok-ong yang telah beberapa kali bertemu serta
menyaksikan sepak terjang Liu Yang Kun!
Kini semuanya menatap Liu Yang Kun dengan tatapan mata
yang berbeda. Ada rasa jeri atau takut di dalam mata itu.
“Nah, Bok Siang Ki……! Apakah kau masih menghendaki
pertarungan ini dilanjutkan lagi?” tiba-tiba terdengar suara Liu
Yang Kun menantang.
Dan mendadak pula Bok Siang Ki mengendorkan ototototnya.
Sambil menghela napas panjang ia menggeram.
“Baiklah, aku mengaku kalah hari ini. Hari telah larut malam
dan aku mempunyai urusan yang tidak bisa ditunda lagi. Lain
waktu kita berjumpa pula……..”
Liu Yang Kun tersenyum dingin. Pemuda itu lalu melirik Butek
Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong. “Bagaimana dengan kalian
berdua…..? apakah kalian masih menginginkan bayi dan
pendeta wanita itu?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Bangsat keparat! Mentang-mentang bisa mengungguli kita
semua, sikapmu lantas menjadi sombong dan sangat
menghina sekali! Kurang ajar……….” Giok-bin Tok-ong
menjerit marah, namun tak bisa berbuat apa-apa.
“Huh, bocah sombong! Kaukira aku takut kepadamu? Huh?
Kalau aku tak mengingat bahwa malam ini ada urusan penting
yang harus kulakukan, aku akan mengadu nyawa denganmu !
Biarlah untuk sementara urusan tentang bayi itu
kusampingkan dahulu! Tapi.......awas! Setelah semua
urusanku itu selesai, aku akan mencarimu untuk membuat
perhitungan!” Bu-tek Sin-tong berseru pula dengan
berangnya.
"Benar! Kalau urusanku juga telah rampung, aku akan
mencari kau pula! Akan kulihat sekali lagi, apakah kau masih
mampu menghindarkan diri dari peluru mautku!” Giok-bin Tokong
ikut mengancam pula.
Sekali lagi Liu Yang Kun tersenyum dingin. Namun sebelum
pemuda itu menjawab tiba-tiba terdengar suara tertawa
lembut di dalam jurang itu. Dan ketika semuanya
menengadahkan kepalanya, maka mereka melihat seorang
sastrawan tua renta di atas cabang pohon siong itu.
Dan bersamaan dengan saat itu pula, tiba-tiba dari arah
barat muncul dua sosok bayangan mendatangi. Bayangan
seorang lelaki dan seorang wanita yang kemudian berdiri di
dekat Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun sangat kaget, karena kedua orang itu tak lain
adalah Yap Kiong Lee dan Souw Lian Cu! Namun seperti
halnya yang lain, rasa kaget itu tidaklah sebesar rasa kagetnya
melihat sastrawan tua renta di atas pohon siong tua itu.
Karena sastrawan tua itu tidak lain adalah pemain catur yang
tinggal di warung makan itu.
"Lo-cianpwe............?" Liu Yang Kun menyapa perlahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Bun hoat Sian seng.......!!” Bok Siang Ki, Bu-tek Sin-tong
dan Giok-bin Tok-ong berseru tertahan.
"He-he-he-he .................!”
Kakek tua renta yang tidak lain memang Bun hoat Sianseng
itu tertawa panjang. Suaranya terdengar bening,
sebening wajah dan pandang matanya. Lalu dengan amat
ringan, seperti daun kering yang tanggal dari tangkainya,
orang tua itu melayang turun ke atas tanah.
Bagaikan sudah berjanji sebelumnya Bu-tek Sin-tong dan
Giok-bin Tok-ong segera melangkah mendekati Bok Siang Ki.
Mereka bertiga tampak siap sedia menghadapi Bun-hoat Sianseng.
"Hmm, selamat bertemu kembali, Bok Siang Ki, Bu-tek Sintong
dan Giok-bin Tok-ong......,! Bagaimanakah khabar kalian
selama setahun ini? Apakah bukuku itu sudah selesai kalian
baca? Eh, kalau sudah......tolong kaukembalikan lagi dia
kepadaku! Aku memerlukannya.” Orang tua itu menyapa lebih
dulu.
Sementara itu Souw Lian Cu cepat melangkah pula
menyongsong kedatangan Bun-hoat Sian-seng. “Suhu…………!”
sapanya gembira.
“Pangeran………?” Yap Kiong Lee berbisik pula kepada Liu
Yang Kun. “Pangeran berlari cepat sekali. Saya tak bisa
mengikuti. Hmm…..bagaimana Pangeran tadi bisa menemukan
orang-orang itu?”
Liu Yang Kun tersenyum. “Hanya kebetulan saja.
Dan…..aku telah berkelahi dengan mereka. Eh, bagaimanakah
dengan Han Sui Nio? Apakah ciangkun bertemu dengan dia
tadi?”
“Ya! Dialah yang menunjukkan tempat ini kepadaku.
Sementara itu di jalan aku bertemu dengan nona Souw. Dia
juga sedang mengikuti jejak Giok-bin Tok-ong.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun melirik ke dalam arena kembali. Dia melihat
Bok Siang Ki, Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong saling
berbisik. Tampaknya mereka bertiga sedang berunding
tentang Buku Rahasia yang ada di tangan mereka.
“Bagaimana......? Apakah kalian mau mengembalikan buku
itu kepadaku?” Bun-hoat Sian-seng mengulangi
permintaannya.
Bok Siang Ki melangkah maju mewakili teman-temannya.
"Baiklah! Buku itu akan kami kembalikan kepadamu. Tapi
sebelum itu ... tolong kauterangkan kepada kami tentang isi
buku itu. Mengapa buku yang pernah menggegerkan dunia
persilatan itu cuma berisi tentang silsilah, ramalan, pantunpantun
dan beberapa buah petunjuk tentang kehidupan dan
kesehatan manusia? Mengapa tidak tertulis tentang ilmu silat
sedikitpun? Apakah kau telah menipu kami?"
Bun-hoat Sian-seng kembali tertawa panjang. "Sudah
kukatakan sejak semula bahwa buku itu bukan buku pelajaran
ilmu silat tapi kalian tak pernah mempercayainya. Namun
begitu..... kulihat ilmu silat kalian juga bertambah baik tadi.
Lebih baik dari pada ilmu silat kalian setahun yang lalu.
Bukankah itu sudah lumayan pula?"
Baik Bok Siang Ki, Bu-tek Sin-tong maupun Giok-bin Tokong
menjadi merah mukanya. Namun demikian mereka tetap
diam dan pura-pura tak mendengar sindiran orang tua itu.
Bahkan Bok Siang Ki melanjutkan lagi kata-katanya tadi.
"Tapi.....buku itu pernah tersohor dan menjadi buah bibir
kaum persilatan pada beberapa ratus tahun yang silam yaitu
jauh sebelum zaman keemasan Bit-bo-ong dan Empat Datuk
Persilatan itu. Kasarannya buku itu pernah menelorkan
seorang Pendekar Tak Terkalahkan dari Keluarga Souw,
sehingga sampai sekarangpun keluarga itu selalu dihormati
orang ..............”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Bun-hoat Sian-seng tertawa. "Ya! Tapi buku itu
tak pernah membuat heboh dan membuat kacau dunia
persilatan seperti sekarang ini. Karena ulah kalian yang
memalsu buku itu dan mempertontonkannya di dunia kang
ouw, maka dunia kang ouw menjadi gempar dan panas.
Orang-orang persilatan menjadi ribut dan saling membunuh
hanya karena ‘soal nama'. Bahkan sebagian besar dari mereka
makin berduyun-duyun ke tempat tinggalku di puncak Gunung
Hoa-san untuk melihat atau menantang aku. Semua itu terjadi
karena di dalam buku palsu kalian itu kalian cantumkan uruturutan
Daftar Tokoh-tokoh Persilatan Terkemuka dewasa ini.
Padahal di dalam buku aslinya, daftar itu sama sekali tidak
ada........." Katanya kemudian dengan nada kesal.
"Hmmh, tapi kalau tidak kubuat dengan cara yang demikian
itu, kau tentu takkan keluar dengan buku aslimu!” Bok Siang
Ki menjawab tegas.
"Hei? Jadi kau sendiri yang membuat Buku Rahasia palsu
itu?" tiba-tiba Bu Tek Sin-tong dan Giok-bin Tok ong berseru
kaget.
Bok Siang Ki menoleh. "Benar. Semua itu kubuat agar dia
mau keluar dari tempat persembunyiannya. Kalau tempat
pertapaannya yang tenang dan indah itu tiba tiba dibanjiri
orang untuk melihat dan membuktikan kesaktian Si Jago
Nomer Satu di dunia persilatan, dia pasti keluar karena
penasaran. Dan apabila setiap orang yang datang itu
menanyakan tentang urut-urutan Daftar Tokoh-Tokoh
Persilatan Terkemuka di Dunia Persilatan itu, dia tentu dengan
geram akan menunjukkan buku aslinya! Hehehe.....! dan
semua rencanaku itu ternyata memang berhasil. Dan kalian
berdua ini memang juga kupersiapkan untuk bersama-sama
mengeroyok dia. Karena aku sendiri merasa belum dapat
menandinginya.......”
“Bangsat iblis!” Giok-bin Tok-ong mengumpat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heh-heh, Tok-ong...... kau tak usah mengumpat dia!
Bagaimanapun juga kita dapat untung pula. Ternyata Bok
Siang Ki juga salah perhitungan. Dia terlalu memandang
ringan kepada kita sehingga ia terpaksa melepaskan dua
pertiga bagian dari Buku Rahasia asli itu kepada kita berdua,
heh-heh-heh !” Bu tek Sin-tong tertawa terkekeh-kekeh. Sekali
lagi wajah Bok Siang Ki menjadi merah. "Benar. Aku memang
telah salah memperhitungkan kemampuan kalian. Aku tak
menyangka kalau kalian berdua juga tidak kalah liciknya
dengan aku,” ia mengakui.
Giok-bin Tok-ong mendengus melalui lubang hidungnya.
"Tapi....... dengan cara bagaimana kau menyusun urut-urutan
daftar jago persilatan itu? Bukankah selama ini kau tak pernah
mendatangi mereka itu satu persatu dan mencobai semua
kepandaian mereka itu?" Bok Siang Ki tertawa dingin.
"Hoho.......apa sulitnya mengerjakan urutan itu? Siapakah
yang bisa menandingi gin-kang Ui-soa-pai di dunia ini?"
Giok-Bin Tok-ong mengerutkan keningnya.
"Maksudmu.........?" desaknya kurang paham.
“Huh, maksudku tentu saja, , ,,. ,aku tidak perlu mencobai
semua kepandaian mereka itu! Cukup kukarang dan kukirakira
saja tingkat kemampuan mereka itu berdasarkan
pengamatan yang amat teliti. Memang sekali waktu aku juga
mengerahkan orang-orangku untuk mencobanya apabila aku
kurang yakin terhadap pengamatanku itu. Tapi biasanya aku
juga hanya memutuskannya sendiri. Aku tak peduli putusan
itu benar atau tidak. Bukankah yang perlu dunia persilatan
menjadi kacau-balau karena daftar urut-urutan itu?
Hohoho......!”
“Gila!” Liu Yang Kun mengumpat.
“Hehehe......aku memang gila! Gila akan kedudukan dan
kehormatan! Aku ingin menjadi jago nomer satu di dunia
persilatan demi arwah para leluhur perguruan Ui-soa-pai! Aku
ingin menjadi murid yang berbakti terhadap para leluhurku itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku ingin namaku nanti dicatat dan dikenang oleh anak murid
perguruan Ui-soa-pai sampai ke anak-cucu mereka!” Bok
Siang Ki menjawab bersemangat.
“Tapi ternyata cita-citamu itu tak terlaksana, Bok Siang Ki.”
Bun Hoat Sian-seng berkata perlahan. “Walaupun kau bisa
mengalahkanku pun kau takkan dapat disebut sebagai jago
nomer satu di dunia persilatan, karena......ternyata kau telah
dikalahkan oleh pemuda di depanmu itu!”
Bok Siang Ki melirik ke arah Liu Yang Kun. Wajahnya
menjadi tegang dan merah padam, namun apa daya ia
memang telah dikalahkan oleh pemuda itu.
“Sudahlah. Siang Ki......" akhirnya Bun-hoat Sian-seng
menarik napas panjang. “...... Lupakan saja niatmu untuk
menjagoi dunia persilatan itu. Lebih baik kau pulang kembali
ke Gurun Go-bi untuk membangun Ui-soa-pai. didiklah anak
muridmu sebaik-baiknya agar kelak mereka menjadi pendekarpendekar
yang gagah perkasa. Dengan demikian perguruan
Ui-soa-pai akan terkenal dan tersohor kembali seperti dahulu
kala ketika dipegang oleh nenek moyangmu. Dan dengan
demikian namamu juga akan terpateri pula di dalam hati anak
muridmu, sehingga otomatis namamu juga akan dicatat pula
di dalam sejarah perkembangan perguruanmu.”
Ucapan Bun-hoat Sianseng yang panjang lebar itu
tampaknya masuk ke dalam hati sanubari Bok Siang Ki.
Beberapa saat lamanya tokoh perguruan Ui-soa-pai itu
berdiam diri untuk memikirkannya.
Akhirnya penguasa tertinggi Ui-soa pai itu berdesah
perlahan. "Baiklah, Sian-seng. Aku akan pulang kembali ke Uisoa-
pai. Tapi...... benarkah Buku Rahasia itu tak mengandung
pelajaran ilmu silat sama sekali? Jawablah yang jujur agar
hatiku menjadi lapang, karena buku itu akan kukembalikan
lagi kepadamu........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Benar, Sian-seng. Aku pun akan mengembalikan pula
bagian Buku Rahasia yang ada padaku bila kau mau
menjawab....." Bu-tek sin-tong bersuara pula.
Tiba-tiba Bun-hoat Sian-seng tersentak diam. Beberapa
saat lamanya ia termangu-mangu dan tak segera menjawab
pertanyaan itu. Tampaknya ada sesuatu yang sedang
dipikirkannya dan sulit untuk memutuskannya.
"Bagaimana, Sian-seng?” Bok Siang Ki mendesak.
Akhirnya orang tua dari Gunung Hoa san itu menghela
napas panjang. "Baiklah, Siang Ki….. aku akan berterus terang
kepadamu. SebenarnyaIah bahwa bukuku itu tidak memuat
sejurus pelajaran ilmu silatpun. Namun demikian apabila orang
yang membacanya mau meneliti, menekuni dan mengupas
seluruh isinya, tak pelak orang itu akan memperoleh kemajuan
di dalam ilmu silatnya. Seperti halnya kalian semua yang telah
membawanya selama setahun ini, bukan?”
"Jadi......?" Bok Siang Ki belum puas juga.
“Aaah, sudahlah. Bukankah aku sudah mengatakannya
kepadamu? Sekarang kembalikanlah buku itu kepadaku!" Bunhoat
Sian-seng memperingatkan.
Bok Siang Ki melangkah mundur dua tindak, yang
kemudian juga diikuti pula oleh Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin
Tok-ong.
"Kalau begitu...... perbolehkanlah kami meminjamnya .....
barang setahun atau dua tahun lagi. Kami akan
mempelajarinya dengan lebih tekun, agar kami dapat
memperoleh hasil yang lebih baik lagi." Bok Siang Ki menolak.
Tiba-tiba wajah Bun-hoat Sian-seng menjadi keruh. “Tidak
bisa! Buku itu tidak untuk dipinjamkan. Kalau sekarang aku
hanya memintanya kembali, tanpa menghukum atau bertindak
terhadap kalian bertiga, hal itu karena aku merasa tak perlu
berlaku kasar terhadap kalian. Dan juga.....aku memang tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ingin memperpanjang urusan ini dengan pertikaian atau
permusuhan di antara kita."
"Jadi.......?" Bok Siang Ki berseru tegang.
"Kembalikanlah sekarang juga, atau .........?"
"Bagus! Aku memang ingin mencoba kepandaianmu!
Bukumu akan aku kembalikan bila engkau bisa
mengalahkanku!” Bok Siang Ki menantang.
"Setuju.....!" Bu-tek Sin-tong ikut berteriak pula dengan
gembira. “Akupun akan menyerahkannya bila Bun-hoat Sianseng
dapat menundukkan aku, he heh!"
Bun-hoat Sian-seng mengawasi Souw Lian Cu yang ada di
sampingnya, kemudian mengangkat bahunya.
"Baiklah......kalau itu yang kalian inginkan. Tapi.......
bagaimana dengan lembaran buku yang ada padamu, Tokong?"
Giok-bin Tok-ong menjadi gugup.
“A-aku.... aku..... eh, maaf.......bukuku berada di tangan
pemuda itu!” ujarnya kemudian dengan terbata-bata. Jarinya
menuding ke arah Liu Yang Kun.
Tentu saja Liu Yang Kun tersentak kaget. "Huh..... apa
katamu? Jangan main tuduh sembarangan! Kapan aku
mengambilnya dari tanganmu, heh?" pemuda itu berteriak
gusar.
"Bangsat......!” Giok Bin Tok-ong menjerit pula tidak kalah
berangnya. "Kau jangan berpura-pura lagi ! Bukankah kau
telah menemukan bukuku di reruntuhan rumah Coa In Lok?
Huh! Kau jangan mungkir! Ketiga orang muridku pun telah
melihatmu pula! Kau membaca buku itu di dalam hutan !"
"Muridmu ... ?" Liu Yang Kun berseru semakin tak
mengerti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun demikian pemuda itu tak berani mendesak lagi.
Tiba-tiba saja pemuda itu teringat kembali akan 'penyakitnya’.
Ia menjadi ragu-ragu. Jangan-jangan apa yang diucapkan oleh
Giok-bin Tok-ong tersebut memang benar adanya.
Bun-hoat Sian-seng cepat menengahi mereka. "Sudahlah,
Tok-ong. Aku tahu kau telah kehilangan buku yang kaubawa
karena muridku ini juga sudah melaporkannya kepadaku,"
katanya perlahan seraya menoleh ke arah Souw Lian Cu.
“Maka dari itu aku memberi kelonggaran kepadamu. Kau
boleh mcngembalikan bukumu yang hilang itu setengah tahun
lagi. Ingat! Setengah tahun lagi! Lebih dari batas waktu yang
kuberikan itu, kau akan memperoleh hukuman,.....”
"Persetan dengan waktumu! Bangsat ..,.. !” Giok-bin Tokong
mengumpat.
Tapi Bun-hoat Sian-seng tak mempedulikan kegusaran
lawannya. Dengan tenang orang tua itu menghadapi Bok
Siang Ki kembali.
"Bagaimana, Siang Ki? Kita jadi bergebrak sekarang?”
"Tentu saja! Apa kaukira aku takut kepadamu?”
"Bagus! Mari kita mulai! Anggap saja aku sekalian menjadi
juri bagi kalian bertiga. Aku akan menilai, siapa yang lebih
banyak memperoleh kemajuan dari Buku Rahasia itu, sehingga
kalian tak perlu mengadakan pertemuan di bangunan kuno itu
lagi."
"Kurang ajar! Kau jangan terlalu menyombongkan
dirimu......!" Bok Siang Ki menggeram gusar. Telapak
tangannya segera meluncur ke depan, menampar ke arah
mulut Bun-hoat Sian-seng.
Liu Yang Kun terbeliak kagum menyaksikan kecepatan
tangan Bok Siang Ki. Tangan itu menyambar dengan cepat
laksana kilat, sehingga lapat-lapat terdengar suaranya yang
mencicit seperti suara desing senjata tajam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tadi ketika menghadapi sendiri pemuda itu tak
merasakannya. Kini setelah melihat lagi dari luar arena,
barulah hatinya menjadi kagum bukan main. Memang tidak
keliru kalau penguasa tertinggi Ui-soa-pai itu menyombongkan
gin-kangnya.
Tapi ternyata Bun-hoat Sian-seng juga tidak kalah gesitnya.
Meskipun tidak selincah Bok Siang Ki namun sebagai jago
nomer satu ternyata gin-kangnya juga tidak dapat dipandang
enteng. Sambil mendorong tubuh Souw Lian Cu ke luar arena,
ia menggeliatkan badannya ke belakang, hingga tamparan itu
tak mengenainya. Kemudian dengan kecepatan yang hampir
sama ia balas menyerang dengan cengkeraman jari-jari
tangannya.
Tentu saja Bok Siang Ki tak ingin tangannya patah atau
hancur diremas jari tangan lawannya. Oleh karena itu
lengannya segera ditarik, dan sebagai gantinya ia menerjang
perut Bun-hoat Sianseng dengan ujung sepatunya.
Plaaak! Plaaaak!
Bun-hoat Sianseng menekuk lengannya yang terulur itu
untuk menghantam ujung sepatu Bok Siang Ki! Dan benturan
tersebut ternyata menimbulkan suara yang amat keras dan
nyaring!
Masing-masing segera tergetar mundur empat langkah ke
belakang. Dan setiap langkah mereka selalu meninggalkan
bekas tapak sepatu yang dalam di tanah, suatu tanda bahwa
mereka berdua benar-benar telah mengeluarkan tenaga dalam
yang amat dahsyat!
Namun demikian tampaknya Bok Siang Ki sudah menyadari
bahwa tenaga dalamnya masih lebih rendah dari pada
lawannya. Hal itu dapat dilihat dari bekas tapak sepatu itu.
Tapak sepatunya tampak tinggi rendah tak beraturan,
sementara tapak sepatu lawannya kelihatan urut dan rapi,
baik jarak maupun kedalamannya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu Bok Siang Ki segera mengerahkan ilmu
puncaknya! Penguasa tertinggi Ui-soa-pai itu berpendapat
bahwa tak ada gunanya bertempur terlalu lama dengan
lawannya! Dengan sebat kedua lengannya segera bersilang di
depan dadanya. Dan sekejap saja tubuhnya seperti
memancarkan hawa dingin ke arah lawannya! Hawa dingin
yang persis seperti hawa dingin dipancarkan Liu Yang Kun
apabila pemuda itu mengerahkan tenaga sakti Liong-cu-ikangnya!
Bedanya udara dingin yang terpancar dari dalam tubuh Liu
Yang Kun menyebar ke segala penjuru dan benar-benar terasa
menggigilkan kulit dan tubuh orang-orang yang ada di
sekelilingnya, sedangkan hawa dingin yang keluar dari dalam
tubuh Bok Siang Ki cuma tertuju kepada Bun-hoat Sian-seng
saja ! Itupun juga hanya terbatas pada perasaan dan pikiran
Bun-hoat Sian-seng pula, karena 'hawa dingin’ yang
ditimbulkan Bok Siang Ki tersebut adalah ilmu sihir belaka.
"Bagus, Siang Ki! Ternyata kau langsung mempergunakan
ilmu puncakmu! Oleh karena itu akupun juga takkan segan
segan pula mengeluarkan segala kemampuanku ! Nah,
marilah kita lihat siapa yang lebih unggul di antara kita ...... !"
Bun-hoat Sian-seng berkata tegas.
Kemudian orang tua itu berdiri tegak sambil merangkapkan
kedua telapak-tangannya di depan dada. Dan sesaat
kemudian di atas ubun-ubunnya tampak mengepul asap tipis
berwarna putih dan merah. Asap itu kemudian turun dengan
cepat membungkus tubuhnya, bagaikan kabut tipis yang
menyelimuti bumi. Hanya yang sangat aneh kedua macam
kabut itu tidak mau saling bercampur. Kabut yang berwarna
putih hanya menyelimuti bagian tubuh sebelah kiri, sementara
kabut yang berwarna merah juga hanya membungkus tubuh
bagian kanan pula.
"Ang-pek Sin-kang dari keluarga Souw .......!" Bu-tek Sintong
dan Giok-bin Tok-ong berdesis perlahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tubuhnya terbungkus kabut tipis itu, Bun-hoat Sianseng
lalu melangkah maju mendekati Bok Siang Ki. Dengan
berani kakek itu menentang mata Bok Siang Ki, seakan-akan
kakek itu tak terpengaruh oleh ilmu sihir lawannya yang
menggiriskan itu.
Tentu saja Bok Siang Ki sangat terkejut. Apalagi ketika
pandangannya menjadi silau, seolah-olah kabut yang
membungkus tubuh lawannya itu dapat memantulkan cahaya.
“Gila.....!" Bok Siang Ki mengumpat, lalu melesat ke depan
menyerang lawannya.
Gerakan Bok Siang Ki benar-benar cepat bukan main!
Demikian cepatnya sehingga tubuhnya seakan-akan
menghilang menjadi baying-bayang yang melesat dibawa
angin!
Tampaknya Bok Siang Ki menyadari kalau ilmu sihirnya
sudah tidak bisa diandalkan lagi. Maka seperti halnya ketika
melawan Liu Yang Kun tadi, Bok Siang Ki lalu menghentakkan
seluruh kemampuan gin-kangnya. Dengan harapan satusatunya
keunggulannya itu bisa untuk mengatasi kesaktian
lawannya. Meskipun ilmu sihirnya juga masih tetap dipakainya
pula.
"Oooooooh.......???" semua orang yang menyaksikan
pertempuran tersebut berdesah.
Namun orang orang itu berdesah bukan karena
menyaksikan keajaiban kabut merah putih yang diciptakan
Bun-hoat Sian-seng ataupun kegesitan yang diperlihatkan oleh
Bok Siang Ki tapi mereka berdesah karena merasa kaget dan
ngeri melihat keanehan yang terjadi pada diri Bok Siang Ki itu
sendiri!
Di mata mereka, tubuh Bok Siang Ki yang sedang
melompat menyerang Bun-hoat Sian-seng itu tiba-tiba 'pecah'
menjadi beberapa bagian! Dan anehnya setiap bagian itu tibatiba
juga menjadi Bok Siang Ki pula, sehingga dalam waktu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hanya sekejap itu tiba-tiba ada belasan orang Bok Siang
Ki yang menerjang ke arah Bun-hoat Sian-seng!
Tapi mereka tidak mempunyai kesempatan lagi untuk
berbicara tentang keanehan itu, sebab di lain saat
pertempuran tersebut telah berlanjut pula dengan sengitnya.
Bun-hoat Sian-seng telah mengelak dengan memutar
tubuhnya kemudian dengan cepat tangannya membalas pula
serangan tersebut. Terdengar suara mencicit ketika dari
ujung-ujung jari tangan orang tua itu meluncur angin tajam
yang mampu melobangi benda-benda yang dilanggarnya!
"Tai-lek Pek-khong-ciang (Pukulan Udara Kosong Bertenaga
Seribu Kati)......!" Giok-bin Tok-ong bergumam perlahan.
"Benar, Tai-lek Pek-khong-ciang dari keluarga Souw yang
tersohor…….” Bu-tek Sin-tong menambahkan.
Demikianlah, meskipun kalah gesit dan kalah cepat, namun
Bun-hoat Sian-seng memiliki serangan jarak jauh yang ampuh
serta menakutkan. Sehingga kemanapun tubuh Bok Siang Ki
bergerak, pukulan jarak jauh orang tua itu selalu bisa
mengejar dan memburunya. Maka akibatnya bisa diduga.
Sedikit demi sedikit orang tua itu bisa mendesak Bok Siang Ki.
Apalagi penguasa tertinggi Ui-soa-pai itu sama sekali tak
berdaya dengan ilmu sihirnya.
Padahal di mata Bu-tek Sin-tong maupun Giok-bin Tok-ong
ilmu sihir yang dipergunakan oleh Bok Siang Ki itu benarbenar
mengerikan dan membingungkan sekali. Belasan tubuh
Bok Siang Ki yang bertebaran di sekeliling Bun-hoat Sian-seng
itu benar-benar memusingkan mereka.
"Setan! Demit! Heh, Sin-tong.,..,. bingung aku melihatnya!
Kautahu mana Bok Siang Ki yang asli?" Giok bin Tok-ong
berteriak-teriak bingung.
“Huh! Aku juga tak tahu! Coba kau tanyakan pada anak itu!
Dia tentu mengetahuinya, karena dia tadi bisa menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bok Siang Ki dengan baik.....” Bu-tek Sin-tong menyahut
sambil menunjuk ke arah Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun tersentak kaget, karena dia sendiri juga tak
bisa membedakannya. Kalau dia tadi bisa mengalahkan Bok
Siang Ki, hal itu bukan karena ia tidak terpengaruh oleh ilmu
sihir penguasa Ui-soa-pai itu. Ia bisa melayani Bok Siang Ki
karena ia memejamkan matanya, sehingga ia tak melihat
keanehan-keanehan yang diciptakan oleh lawannya.
Namun demikian kalau Cuma membedakan mana Bok
Siang Ki yang asli saja pemuda itu tidak mendapatkan
kesukaran. Dengan kecerdikannya ataupun dengan ilmunya
yang menyerupai Lin-cui-sui-hoat itu Liu Yang Kun mampu
menebak dan mengira-ngira Bok Siang Ki yang asli.
“Mengapa mesti sulit membedakan mereka? Asal locianpwe
mau memperhatikan cara-cara Bun-hoat Sian-seng
melawan mereka, lo-cianpwe tentu dapat menebak pula mana
Bok Siang Ki yang asli......” dengan suara dingin pemuda itu
berkata.
"Setan Demit! Anak iblis yang tak tahu diri, kubunuh
kau......!" Giok-bin Tok-ong menjerit gusar. Tangannya
terangkat, siap untuk menerjang.
Tapi dengan cepat Bu-tek Sin-tong melompat ke tengahtengah
mereka. Kedua lengannya terpentang lebar untuk
mencegah kawannya bertindak lebih jauh.
“Goblog! Kita memang goblog, Tok ong! Anak itu benar,”
teriaknya keras.
“Apanya yang benar?” Giok-bin Tok-ong berteriak pula.
Namun demikian tangannya yang terangkat tadi telah
diturunkannya lagi.
“Coba kauperhatikan Bun-hoat Sian-seng itu! Aku berani
bertaruh dia tentu tidak terpengaruh oleh ilmu sihir Bok Siang
Ki ini! Kalaupun dia juga terpengaruh oleh ilmu sihir ini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setidaknya dia tentu bisa mengatasinya. Buktinya ia bisa
melawan Bok Siang Ki dengan baik. Bahkan ia seperti tidak
terpengaruh sama sekali oleh ilmu sihir itu. Nah, sekarang
perhatikan cara-cara Bun-hoat Sian-seng dalam melayani Bok
Siang Ki itu! Kau akan mengerti pula nanti!”
Tiba-tiba Giok-bin Tok-ong seperti tersadar dari
kebodohannya. “Benar. Wah, aku memang goblog! Bun-hoat
Sian-seng selalu memburu salah seorang dari belasan Bok
Siang Ki itu! Hoho.., tentu dialah yang asli ! Benar, bukan,”
serunya kemudian seolah bersorak.
Sementara itu Liu Yang Kun sendiri sudah tidak peduli lagi
kepada orang tua itu. Dengan langkah seenaknya ia
menghampiri Souw Lian Cu dan Yap Kiong Lee.
"Selamat malam, nona Souw. Apakah nona tadi telah
kembali ke penginapan?” tegurnya ramah.
Gadis itu memandang Liu Yang Kun lalu menggeleng.
Mulutnya tetap terdiam. Sikapnya masih kelihatan kaku
terhadap Liu Yang Kun.
Tapi Liu Yang Kun tidak menjadi tersinggung karenanya.
Dengan sabar pemuda itu tetap juga mengajaknya berbicara.
“Emm...... lalu bagaimanakah dengan urusan yang pernah
nona ceritakan itu? Apakah urusan itu sudah beres?" Sekali
lagi mata yang bening indah itu menatap kepada Liu Yang
Kun. Namun hanya beberapa saat saja, karena beberapa saat
kemudian gadis ayu itu telah mengalihkan pandangannya
kembali.
“Sudah....." Bibir itu bergetar pendek, kemudian terdiam
pula kembali.
Sungguh mengherankan sekali! Liu Yang Kun yang
biasanya mudah tersinggung itu ternyata tidak menjadi marah
atau merasa sakit hati mendapat perlakuan dingin seperti itu.
Pemuda itu justru bertambah banyak bicaranya. Nada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suaranya juga sangat riang, seolah-olah ia memang sangat
gembira dapat berdekatan kembali dengan Souw Lian Cu.
Padahal gadis itu sendiri hampir tak pernah menyahut atau
menjawab perkataannya. Paling-paling hanya mengangguk,
menggeleng atau bergumam saja.
Tentu saja Yap Kiong Lee lah yang menjadi tak enak
hatinya. Bagaimanapun juga Liu Yang Kun adalah seorang
pangeran. Putera Hong-siang pula. Maka sungguh tidak
selayaknya kalau dia memperoleh perlakuan seperti itu.
“Pangeran......” ia menyela dengan hati-hati sekedar untuk
ikut berbicara agar Liu Yang Kun tidak hanya berbicara
sendirian. "Ternyata nona Souw ini memang sedang
mengemban tugas dari Bun-hoat Sian-seng untuk melacak
Buku Rahasia yang dibawa oleh ketiga orang itu. Itulah
sebabnya nona Souw selalu mengikuti jejak mereka selama
ini.....”
Liu Yang Kun terbelalak sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya. Ia memang telah mendengar perdebatan mereka
tentang Buku Rahasia itu tadi. Tapi tak mengira kalau ternyata
Souw Lian Cu juga terlibat pula di dalam urusan itu.
Sementara itu pertempuran antara Bok Siang Ki melawan
Bun-hoat Sianseng juga telah menampakkan tanda-tanda
akan berakhir pula. Meskipun masing-masing memiliki
keistimewaan dan kehebatan sendiri-sendiri, tapi ternyata ilmu
kepandaian Bun-hoat Sian-seng masih lebih unggul dari pada
Bok Siang Ki.
Pakaian Bok Siang Ki yang longgar itu tampak berlubang di
beberapa tempat terkena sambaran Tai-lek Pek-khong-ciang
yang memancar dari ujung jari Bun-hoat Sian-seng, walaupun
sebenarnya dengan gin-kangnya yang maha tinggi itu Bok
Siang Ki juga telah berusaha pula untuk mengelakkannya.
Untunglah tokoh Ui-soa-pai itu memiliki juga ilmu kebal atau
Tiat-poh-san yang cukup sempurna, sehingga kulitnya tidak
menjadi terluka karenanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun demikian gempuran-gempuran ujung jari yang
mengandung tenaga dahsyat itu membuatnya sakit pula.
Bahkan semakin lama gempuran-gempuran itu semakin
menggoyangkan benteng ilmu kebalnya, sehingga beberapa
saat kemudian kulitnya mulai bisa tergores oleh hentakanhentakan
ujung jari tersebut. Dan selanjutnya darahpun mulai
menetes membasahi bajunya.
“Bok Siang Ki….! Apakah kau tidak juga mengakui
kekalahanmu? Apakah kau ingin salah seorang di antara kita
menggeletak tak bernyawa di tempat ini........?" tiba-tiba
terdengar suara Bun-hoat Sian-seng dari dalam arena itu.
Tapi tak ada jawaban dari Bok Siang Ki. Tokoh Ui-soa-pai
itu masih juga bertempur dengan gigihnya. Tampaknya ia
masih juga belum mau menyadari keadaannya. Namun, hal itu
bisa dimengerti pula, karena bagaimanapun juga tokoh Ui-soapai
itu merasa telah dapat mengenai tubuh lawannya pula.
Biar pun semua yang telah dilakukannya tersebut hampir tak
berarti bagi Bun-hoat Sian-seng yang memiliki tenaga dalam
lebih tinggi.
Demikianlah, semuanya itu ternyata tak luput pula dari
penglihatan Bu-tek Sin-tong dan yang lainnya. Bahkan Liu
Yang Kun yang sejak semula selalu dapat mengikuti jalannya
pertempuran tersebut menjadi berdebar-debar pula hatinya.
Setiap kali tubuh Bok Siang Ki yang asli itu terluka dan
mengeluarkan darah, maka pemuda itu juga melihat yang
serupa pula pada bentuk-bentuk kembaran Bok Siang Ki yang
lain. Dan sejalan dengan semakin banyaknya luka yang
diderita oleh Bok Siang Ki as li itu, maka semakin susut pulalah
jumlah bentuk-bentuk semu dari Bok Siang Ki tersebut.
Sehingga beberapa waktu kemudian semua bentuk-bentuk
semu itu lenyap dari pandangan.
"Hei, lihat......! Sekarang Bok Siang Ki tinggal seorang saja
lagi ! Dan...... dia telah menderita luka di beberapa tempat!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu-tek Sin-tong tiba-tiba berseru sambil menunjukkan jari
telunjuknya ke dalam arena pertempuran.
"Ya! Tampaknya dia telah banyak kehilangan kekuatannya,
sehingga kemampuannya untuk membangkitkan ilmu sihirnya
juga telah berkurang pula." Giok-bin Tok-ong menyahut.
Bu-tek Sin-tong tiba-tiba menoleh ke arah Giok-bin Tokong.
"Tok-ong.. .. ...! Apa yang harus kita kerjakan sekarang?
Membiarkan Bok Siang Ki kalah atau membantunya.......?”
Giok-bin Tok-ong melangkah dengan cepat ke depan. "Kita
bantu saja dia.....! Sebab setelah Bok Siang Ki kalah, tentu
kita pula yang akan menjadi giIirannya. Nah, dari pada
menunggu nanti-nanti .. ehm, bukankah lebih baik kita maju
sekarang? Kita bisa bertiga malah!"
"Bagus! Kalau begitu tunggu apa lagi? Marilah ......" Bu-tek
Sin-tong berkata dengan gembira pula, kemudian bersamasama
dengan Giok-bin Tok ong dia menerjang ke dalam arena
pertempuran.
Cuuus ! Cuus ! Plaak ! Plaaak......!
Dengan tangkas Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong
menangkis sambaran angin tajam yang meluncur dari ujung
jari Bun-hoat Sian-seng. Angin tajam yang mampu menembus
atau menggores kulit seperti layaknya sebilah pedang itu
hampir saja mengenai dada Bok Siang Ki. Untunglah pada saat
yang tepat Bu tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong datang
menolongnya, walaupun akibatnya kedua kakek sakti itu harus
menderita kesakitan pula.
"Bangsat!" Giok-bin Tok-ong mengumpat seraya
memandangi kulit lengannya yang lecet ketika membentur
‘angin tajam’ itu.
"Bukan main! Tak kusangka Tai-lek Pek-khong-ciang
demikian hebatnya...!" Bu-tek Sin-tong menggeram pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sambil melihat-lihat telapak tangannya yang kemerahmerahan.
"Hmmh, Sin- tong..... Tok-ong! Apa maumu? Mengapa kau
ikut-ikutan menangkis seranganku? Apakah kau tak sabar lagi
untuk menunggu giliranmu?" Bun-hoat Sian-seng menegur
perlahan.
"Benar. Ini tidak adil.....!" Souw Lian Cu tiba-tiba melompat
ke dalam arena dan berdiri di samping gurunya. “Kalian telah
diberi kesempatan oleh suhu untuk mempertahankan buku
yang kalian curi. Mengapa kalian masih juga kurang terima?
Apakah kalian tidak merasa malu?"
Wajah Bok Siang Ki menjadi merah. Begitu pula dengan Butek
Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong. Mereka menjadi malu juga
mendengar perkataan gadis itu.
"Baiklah.....! Aku memang sudah kalah. Biarlah aku kembali
saja ke Gurun Go-bi. Nih, kukembalikan buku itu,” tiba-tiba
Bok Siang Ki mendengus, Ialu merogoh sakunya dan
melemparkan bagian Buku Rahasia yang disimpannya kepada
Souw Lian Cu.
Selesai berkata Bok Siang Ki lalu melesat pergi
meninggalkan jurang tersebut.
"Hei? Siang Ki.....? Kenapa kau…Tunggu…..!” Bu-tek Sintong
berteriak memanggil.
Jilid 32
“Sudahlah! Aku akan pulang untuk bertapa lagi!" terdengar
jawaban Bok Siang Ki di tempat yang jauh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Bangsat! Lalu bagaimana dengan pertemuan kita di
bangunan kuno itu?" Giok-bin Tok-ong berseru pula.
"Tak usah! Kita tak perlu lagi menguji kepandaian kita!
Semuanya sudah kelihatan tadi,.!" sayup-sayup masih
terdengar jawaban Bok Siang Ki.
"Kurang ajar! Huh, benar-benar kurang ajar ..!" Bu-tek Sintong
menggeram dengan suara mendongkol. Lalu
sambungnya pula kepada Giok-bin Tok-ong. "Eh Tok-ong!
Bagaimana menurut pendapatmu?”
Tiba-tiba Giok-bin Tok-ong mengertakkan giginya yang
masih utuh. "huh......! Mengapa kita mesti takut? kalau satu
lawan satu kita memang bukan lawannya. Tapi kalau kita
maju bersama-sama? Huh, belum tentu kita kalah!"
"Tapi... bagaimana dengan gadis itu?" tiba-tiba Bu-tek Sintong
merendahkan nada suaranya.
"Persetan dengan perempuan kecil itu! Marilah……!”
Kemudian tanpa menunggu jawaban lagi Giok-bin Tok-ong
menyerang Bun-hoat Sian-seng. Tangannya tiba-tiba telah
menggenggam sebuah saputangan hitam, dan saputangan itu
kelihatan berkibar ketika menyambar ke depan.
Wuuuuuuus! Bau harum yang sangat semerbak bertiup ke
arah hidung Bun-hoat Sian-seng! Dan bau harum itu terasa
nikmat ketika dihirup ke dalam dada! Terutama bagi wanita
muda seperti Souw Lian Cu itu!
Namun hal itu ternyata sangat mengejutkan Bun-hoat Sianseng.
Sambil mendorong gadis itu ke pinggir, Bun-hoat Sianseng
berbisik, "Kerahkan tenaga saktimu! Keluarkan kembali
bau harum yang kauisap itu! Lekas!"
“Su-hu? Mengapa aku............???"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Belum juga gadis itu sempat menyelesaikan ucapannya,
tiba-tiba tubuhnya sudah terhuyung. Matanya yang indah itu
terbeliak kaget. Napasnya tersengal-sengal.
"Lian Cu.....!" Bun-hoat Sian-seng berdesah kaget.
Tapi ketika orang tua itu hendak menolong, tiba-tiba Bu-tek
Sin-tong juga sudah datang pula menyerangnya. Kakek kerdil
itu menyabetkan rambutnya yang terurai panjang ke arah
wajahnya.
Terpaksa Bun-hoat Sian-seng mengurungkan niatnya.
Bergegas orang tua itu mengerahkan Iwee kangnya ke
tangan, kemudian mengibaskan tangan tersebut ke depan
untuk menyongsong serangan rambut Bu-tek Sin-tong itu.
Wuuuuuuut! Praaaaaaaaat........!
Rambut Bu-tek Sin-tong yang bergumpal kaku seperti
kawat baja itu terpental balik ketika membentur tangan Bunhoat
Sian-seng. Bahkan gumpalan rambut itu hampir saja
menyambar kepala Giok-bin Tok-ong yang sudah datang
kembali dengan saputangannya.
Sementara itu Liu Yang Kun menjadi kaget pula melihat
Souw Lian Cu. Bergegas pemuda itu melompat ke depan
untuk menolong. Tapi gadis itu dengan cepat mengibaskan
tangannya, sehingga pemuda itu segera terdorong mundur
kembali.
“Nona Souw.....? Kau…..?"
Tapi gadis itu tak mempedulikannya. Dengan cepat gadis
itu duduk di atas tanah dan berbuat seperti apa yang
diperintahkan gurunya, yaitu mengerahkan tenaga dalamnya
untuk mengusir hawa beracun yang memasuki paru-parunya.
Tentu saja Liu Yang Kun menjadi gelisah melihatnya.
Dengan wajah tegang serta khawatir pemuda itu berdiri di
dekat Souw Lian Cu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa yang telah terjadi, pangeran?” Hong lui-kun Yap Kiong
Lee datang pula menghampiri dan bertanya kepada Liu Yang
Kun.
“Entahlah. Mungkin………terkena racun Giok-bin Tok-ong.”
"Racun......? Eh, mengapa pangeran tidak segera
mengobatinya? Bukankah pangeran tadi siang juga berhasil
menyembuhkan Hek-pian-hok Ui Bun Ting? Apakah pangeran
lupa membawa mustika itu?"
"Mustika? Mustika apa........? Aku sama sekali tak......?" Liu
Yang Kun bertanya bingung sambil merogoh sakunya.
"Maaf, pangeran.......Saya tak sengaja ketika melihat
pangeran mengeluarkan batu mustika itu. Batu mustika yang
tuan genggam dan kemudian tuan tempelkan di pergelangan
tangan Ui Bun Ting itu,......,”
"Tapi aku sama sekali tak punya batu....,, eh?” Tiba-tiba Liu
Yang Kun tersentak kaget. Tangannya yang merogoh saku
tadi tiba-tiba telah keluar memegang Po-tok-cu. "Eh......
ini.....ini? Mengapa ada benda semacam ini di sakuku? inikan
batu yang ciang-kun maksudkan itu? Oough,... ya......ya!
Ingat aku sekarang. Aku memang telah menggunakan batu ini
untuk menyembuhkan Ui Bun Ting........Tapi...... tapi mengapa
mendadak aku telah melupakannya?"
Mula mula Yap Kiong Lee menjadi bingung juga
menyaksikan keadaan Liu Yang Kun itu. Namun setelah
berpikir lagi dengan lebih seksama, maka jagoan dari Istana
itu segera bisa mengurai pula apa yang terjadi.
"Ah, pangeran tidak perlu terlalu resah memikirkannya.
Selama penyakit 'lupa ingatan' itu belum sembuh kembali,
maka hal-hal seperti itu akan sering terjadi pada diri
pangeran. Sebab penyakit itu membuat pangeran seolah-olah
memiliki dua jiwa, yaitu....... jiwa pangeran yang asli dan jiwa
pangeran yang cacat. Dalam keadaan sadar seperti sekarang
ini pangeran justru dalam keadaan jiwa yang cacat tersebut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tapi sebaliknya, apabila pangeran di dalam keadaan tidak
sadar, maka pangeran justru berada dalam keadaan yang
normal dan sehat malah. Pada saat yang seperti itu pangeran
justru benar benar sebagai Pangeran Liu Yang Kun yang asli."
Liu Yang Kun mendengarkan sambil mengangguk-angguk.
Tangan pemuda itu juga masih tetap menimang-nimang Potok-
cu itu pula.
"Nah....... itu pulalah sebabnya mengapa pangeran bisa
mengobati Ui Bun Ting, karena pada saat itu pangeran secara
kebetulan bertindak tanpa sadar dan hanya menurutkan naluri
saja. Tapi......, lihatlah sekarang! Karena pangeran telah
berada dalam keadaan sadar kembali, maka semuanya itu lalu
hilang. Pangeran menyandang sebagai penderita cacat jiwa
kembali,......."
"Oooooch…..!" Liu Yang Kun berdesah paham.
Sementara itu di depan mereka Souw Lian Cu masih tetap
berjuang melawan racun yang masuk ke dalam dadanya. Dan
racun yang terkandung di dalam saputangan Giok-bin Tok-ong
itu tampaknya sangat hebat sekali, sehingga gadis sakti
semacam Souw Lian Cu pun masih tetap kewalahan
mengatasinya.
"Pangeran….? Mengapa pangeran tidak segera
menolongnya?" tiba-tiba Yap Kiong Lee mendesak.
Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya, “Ehuh…..
ya-ya, baik......!” pemuda itu menjawab gugup.
Dengan hati-hati pemuda itu lalu duduk bersila di belakang
Souw Lian Cu. Tangannya yang menggenggam Po-tok-cu itu
ia tempelkan di punggung gadis itu.
"Maaf, nona Souw..........”
Gadis itu sedikit terkejut. Sekejap tubuhnya terasa
bergetar. Namun di lain saat gadis itu dapat tenang kembali,
Nafasnya semakin teratur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan pada saat itu pula pertempuran ditengah-tengah arena
telah sampai pada puncaknya juga. Giok-bin Tok-ong benarbenar
berpesta-pora dengan segala macam racunnya,
sehingga arena pertempuran itu benar-nenar seperti neraka
saja layaknya. Segala macam bentuk racun bertebaran
dimana-mana.
Akibatnya tidak hanya Bun-hoat Sian-seng yang menjadi
repot, tapi Bu-tek Sin-tong pun ikut menjadi sibuk pula
menghindari racun-racun itu. Sambil bertempur kakek kerdil
itu mengumpat dan memaki tiada habis-habisnya. Mengumpat
dan memaki Giok-bin Tok-ong, temannya sendiri.
"Gila ! Uhh! Banyak benda yang baik serta menyenangkan
di dunia ini, tapi....... kenapa kau pilih juga barang-barang
busuk semacam ini, heh?”
"Heh-heh ,... peduli amat! Kalau kau tak tahan ..... yah,
silahkan pergi! Biarlah kuhadapi sendiri Bun-hoat Sian-seng
ini!"
“Jangan sombong kau! Kaukira kau mampu menghadapi
sendiri. Bun... aduh!”
Tiba-tiba Bu-tek Sin-tong mengaduh kesakitan. Sedikit saja
ia membagi perhatiannya ternyata pundaknya telah disambar
oleh pukulan lawan. Dan sekejap kemudian darahpun segera
mengucur dari lukanya yang panjang.
Bu-tek Sin-tong cepat mendekap luka itu. Matanya
melancarkan sinar kemarahan yang amat sangat. Tapi ia tetap
tak bisa apa-apa, karena serangan Bun-hoat Sian-seng yang
lain telah datang lagi seperti badai.
Tiada jalan yang lain bagi Bu-tek Sin-tong selain mengadu
nyawa. Sambil menghindar kakek kerdil itu mengeluarkan
senjata rahasianya yang berbentuk paser-paser kecil berujung
ganda. Begitu ada kesempatan sedikit, maka paser-paser
itupun segera melesat menyerang Bun-hoat Sian-seng.
Sebenarnya bukan cuma Bu-tek Sin-tong yang repot, sebab
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giok-bin Tok-ong pun juga tidak kalah sibuknya menghadapi
Tai-lek Pek-khong-ciang Bun-hoat Sian-seng. Walaupun
tampaknya racun-racunnya dapat menguasai arena, tapi tak
sepercik-pun diantaranya yang mampu melumpuhkan
lawannya. Sebaliknya justru hentakan-hentakan ‘angin tajam’
Bun-hoat Sian-seng yang tidak kelihatan ujudnya itu yang
setiap saat selalu mengintai nyawanya.
Bahkan keadaan Giok-bin Tok-ong sendiri sebenarnya lebih
parah dari pada Bu-tek Sin-tong. Sudah beberapa kali ia
terhindar dari maut. Namun demikian ia tetap tak luput dari
luka-luka kecil atau goresan-goresan luka yang diakibatkan
oleh 'tusukan' angin tajam tersebut. Pakaian yang
dikenakannyapun sudah tidak berbentuk lagi. Di sana-sini
telah sobek atau berlubang, warnanya pun juga sudah dikotori
pula oleh bercak bercak darah yang mengering.
Demikianlah, ketika Bu-tek Sin-tong melepaskan paserpasernya
itu, Giok-bin Tok-ong pun telah membarengi pula
dengan melemparkan 'peluru mautnya' ! Tampaknya iblis dari
Lembah Tak berwarna itu juga sudah berputus-asa pula.
Maka pada waktu yang hampir bersamaan ketiga tokoh
sakti itu telah melepaskan serangan akhir untuk menghentikan
perlawanan musuhnya. Bun hoat Sian-seng meningkatkan
badai 'angin tajamnya’, Bu-tek Sin-tong meluncurkan paserpasernya
dan Giok-bin Tok-ong melontarkan senjata
pamungkasnya !
Sementara itu Yap Kiong Lee menjadi gugup juga melihat
pek-lek-tan yang dilepas oleh Giok-bin Tok-ong itu. Tanpa
pikir panjang lagi ia merangkul tubuh Souw Lian Cu dan Liu
Yang kun, serta membawa mereka bertiarap di atas tanah!
Dhuaaaaaaaaaaaar..............!!!
Malam yang sepi itu tiba tiba dikejutkan oleh suara ledakan
pek-lek-tan yang amat dahsyat. Debu mengepul jauh tinggi ke
udara, menggelapkan jurang yang cukup dalam itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seusai suara gema ledakan itu maka keadaan menjadi
lengang kembali. Tinggallah kemudian asap tebal yang sedikit
demi sedikit juga hilang ditiup angin. Dan samar-samar terlihat
pula keadaan di bekas arena itu.
Yap Kiong Lee bergegas bangun. Tanpa memperdulikan
debu dan tanah yang berjatuhan dari tubuhnya ia
mengguncang tubuh Liu Yang Kun.
“Pangeran........! pangeran!” serunya gugup dan khawatir.
Seberapa bongkah tanah dan batu yang menindih tubuh Liu
Yang Kun ia singkirkan. Dan tubuh yang tertelungkup itu ia
balikkan pula. Namun mata Liu Yang Kun tetap tertutup,
meskipun pernapasannya masih tetap berjalan dengan
normal.
Demikian gelisahnya Yap Kiong Lee memikirkan
keselamatan Liu Yang Kun, sehingga dia lupa kepada Souw
Lian Cu. Dia baru sadar ketika mendengar suara keluhan gadis
itu.
“Nona Souw.....! Bangunlah! Bagaimana keadaanmu?"
serunya kemudian agak khawatir pula.
Gadis itu menggeliatkan badannya sehingga tanah dan
pasir yang menimbunnya rontok ke bawah. Dan kemudian
seperti orang kaget gadis itu meloncat bangun. Matanya
nyalang melihat ke arena.
Sementara itu asap dan debu yanq bergulung gulung di
tempat itu telah bertebaran dibawa angin. Arena dimana para
tokoh sakti tadi bertarung kini telah berubah menjadi
kubangan atau sumur besar yang cukup dalam. Mulut gua
yang tadi menganga di belakang arena itu telah tertimbun
oleh bongkahan-bongkahan tanah longsor. Pohon siong tua
berbatang besar itu bahkan telah tumbang bersama akarakarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-hu.......??? Dimana suhu?" Souw Lian Cu tiba-tiba
menjerit.
“Aku berada di s ini, Lian Cu.............” terdengar suara Bunhoat
Sian-seng lemah namun jelas.
Souw Lian Cu mengerutkan dahinya. Kepalanya menoleh ke
kanan dan ke kiri. Begitu melihat gurunya berada di dekat
pohon siong yang tumbang itu ia segera berlari mendekat.
Sama sekali ia sudah lupa kepada Liu Yang Kun yang telah
menolongnya. Ia baru teringat kembali kepada kekasihnya itu
ketika telah berada di depan Bun-hoat Sian-seng.
“Su-hu ...?” gadis itu berdesah bingung dan berdiri
termangu-mangu di depan gurunya. Beberapa kali ia menoleh
ke arah dimana Liu Yang Kun masih terbaring.
Bun-hoat Sian seng duduk bersila di atas tanah. Di
depannya tergeletak tubuh Bu-tek Sin tong yang terluka
parah. Baik Bun-hoat Sian-seng maupun Bu-tek Sin-tong
hampir tidak mengenakan pakaian sama sekali. Pakaian
mereka nyaris hancur oleh ledakan pek-lek-tan tadi.
“Su-hu! kau......... kau tidak apa-apa? Dimanakah Giok-bin
Tok-ong tadi?" Souw Lian Cu bertanya gemetar.
Kulit muka Bun-hoat Sian-seng tampak pucat sekali.
Bahkan pada rambut kumisnya yang putih itu masih kelihatan
bekas darah yang telah mengering. Namun demikian orang
tua itu tersenyum menyaksikan kekhawatiran muridnya.
"Jangan cemas, Lian Cu, Aku tidak apa-apa. Aku memang
terluka cukup parah. Tapi aku bisa menjaga diri. Aku malah
mengkhawatirkan luka Bu-tek Sin-tong ini. Dia telah menerima
dua macam gempuran sekaligus. Pukulan Tai-lek Pek-khongciangku
dan ledakan peluru Giok-bin Tok-ong itu! Tapi aku
telah membantunya untuk mengembalikan
kekuatannya...........”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ooooh…….” Souw Lian Cu menghela napas lega. ".......
Lalu dimanakah Giok-bin Tok-ong sekarang?”
“Dia telah pergi. Tapi dia juga menderita luka pula seperti
Kami. Mungkin lebih parah malah....... Hemm, bagaimana
dengan engkau sendiri? Racun itu sudah kaukeluarkan?"
Tiba-tiba Souw Lian Cu tersentak kaget. Gadis itu teringat
kembali kepada Liu Yang kun. Otomatis kepalanya menoleh
lagi.
"Oooooh!" desahnya lega begitu melihat 'kekasihnya' itu
telah bangkit berdiri kembali.
"Lian Cu, kenapa kau.......? Bagaimana dengan racun itu?
Apakah.........?"
"Tidak apa-apa. su-hu. Racun itu telah hilang. Pemuda itu
yang membantuku menghilangkannya.”
“Oooooo........." Bun-hoat Sian-seng mengangguk-angguk.
"..,. Kalau begitu mengucaplah terima kasih kepadanya.
Tampaknya dia terkena hawa ledakan itu pula.”
"B-ba-baik, su-hu........”
Sementara itu Yap Kiong Lee menolong Liu Yang Kun
membersihkan pakaiannya.
"Bagaimana keadaan pangeran? Ada sesuatu yang tidak
beres? Dimanakah mustika itu?” jagoan dari istana itu berbisik.
“Tidak apa-apa, ciang-kun. Aku cuma kaget, sehingga
tenaga saktiku membalik. Untunglah pada saat yang tepat aku
bisa menghentikan saluran tenaga dalamku. Kalau
tidak.........emm, entah apa jadinya dengan nona Souw tadi,"
jawab Liu Yang Kun sambil memperlihatkan po-tok-cu yang
masih tergenggam di telapak tangannya.
"Syukurlah, pangeran. Saya sendiri memang sangat
tergesa-gesa tadi. Begitu kagetnya saya ketika melihat Giokbin
Tok-ong melemparkan peluru mautnya, sehingga tiada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalan lain yang terpikirkan oleh saya selain membawa
pangeran bertiarap................”
"Peluru Giok-bin Tok-ong itu memang dahsyat bukan
main."
Demikianlah, setelah mengucapkan rasa terima kasihnya,
Souw Lian Cu lalu mengajak Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
ke tempat Bun-hoat Sian-seng. Dan gadis itu sedikit
tercengang ketika tidak melihat Bu-tek Sin-tong lagi di tempat
tersebut.
"Su-hu, perkenalkanlah..... beliau-beliau ini adalah para
bangsawan istana. Beliau......."
"Ooh? Aku sudah dua kali bertemu dengan ji-wi (tuan
berdua) ini. Tapi aku tak menyangka kalau beliau datang dari
istana......” Bun-hoat Sian-seng memotong perkataan
muridnya.
"Su-hu sudah mengenal mereka?"
"Sudah. Bukankah ji-wi ini bernama Yap Kiong Lee
dan...,Liu Yang Kun?”
"Pangeran Liu Yang Kun! Beliau ini adalah putera Hongsiang!”
Souw Lian Cu membetulkan perkataan gurunya.
"Oooh......?" Bun-hoat Sian-seng tertegun.
"Bukan main. Hong-siang sungguh beruntung sekali
memiliki putera seperti ini."
Souw Lian Cu mendengus pelan. Entah mengapa hatinya
tidak senang mendengar gurunya memuji Liu Yang kun. Oleh
karena itu untuk mengalihkan pembicaraan yang kurang ia
senangi itu Souw Lian Cu lalu bertanya tentang Bu-tek Sintong.
"Su-hu, kemanakah Bu-tek Sin-tong tadi?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun-hoat Sian-seng menghela napas panjang. "Dia telah
pergi. Tapi bukunya telah ia kembalikan kepadaku. Inilah dia
!" katanya kemudian sambil menunjukkan sobekan Buku
Rahasia yang semula dibawa oleh Bu-tek Sin-tong.
"Ah, kalau begitu tinggal bagian depan saja yang belum
kembali.” Souw Lian Cu berkata pula seraya mengeluarkan
sobekan Buku Rahasia yang tadi diberikan oleh Bok Siang ki
kepadanya.
Diam-diam gadis itu melirik kepada Liu Yang Kun, karena
menurut Giok-bin Tok-ong tadi, sebagian dari buku yang
belum kembali itu kini berada di tangan pemuda itu. Dan
ketika gadis itu melihat ke arah gurunya, ia juga menyaksikan
gurunya itu menatap aneh kepada Liu Yang Kun. Tampaknya
gurunya itu agak segan pula untuk berbicara tentang buku itu
kepada Liu Yang Kun.
Untunglah Liu Yang Kun sendiri dapat merasakan pula sikap
mereka itu. Dengan nada pasrah ia berkata kepada Souw Lian
Cu. "Nona, kau tahu sendiri bagaimana keadaan ingatanku
sekarang. Mungkin memang benar apa yang dikatakan Giokbin
Tok-ong tadi, bahwa aku telah merebut bukunya itu. Tapi
yang jelas aku sekarang tidak membawanya. Maka terserah
kepadamu, apa yang hendak kau lakukan terhadap diriku.
Tapi bila aku boleh meminta, biarlah penyakitku ini hilang
dahulu. Apabila kemudian buku itu memang ada padaku, aku
tentu akan mengembalikannya. Bukan watakku untuk memiliki
benda yang bukan hakku.”
Bun-hoat Sian-seng menjadi bingung mendengar ucapan
Liu Yang Kun tersebut. Bolak-balik orang tua itu memandangi
Souw Lian Cu dan Liu Yang Kun berganti-ganti.
"Lian Cu.....! Ada apa ini sebenarnya? Mengapa Pangeran
Liu Yang Kun ini berkata seperti itu?"
Souw Lian Cu tertunduk. Ia memang belum menceritakan
tentang hal Liu Yang Kun itu kepada gurunya. Karena kini tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bisa mengelak lagi, maka ia pun lalu terpaksa
menceritakannya kepada gurunya. Tapi tentu saja ia tak
bercerita tentang masa lalunya dengan pemuda itu.
Ternyata Bun-hoat Sian-seng menjadi heran juga
mendengar 'penyakit' yang diderita Liu Yang Kun itu. Dengan
pandang mata heran, namun juga kasihan, orang tua itu
mengawasi pemuda yang memiliki ilmu sangat tinggi itu.
"Sayang aku tak mempunyai banyak pengetahuan tentang
iImu pengobatan. Rasanya ingin juga ikut membantu
mengembalikan ingatannya yang hilang itu. Ehmm,
jadi.......kau mau membawanya ke depan ibu tirimu itu?
Bagus! Agaknya memang cuma dia yang mampu mengobati
penyakit itu. Aku juga pernah mendengar tentang kehebatan
Bu-eng Sin-yok-ong di masa lalu," katanya kemudian dengan
suara perlahan.
"Jadi...... suhu setuju aku mengantar.....mengantar
Pangeran Liu ini?" Souw Lian Cu bertanya.
“Mengapa tidak? Kau telah berpisah dengan ayahmu
sedemikian lamanya. Kini tugasmu juga sudah selesai pula.
Tinggal sebagian lagi sobekan Buku Rahasia itu yang belum
kembali. Itupun kukira juga sudah tidak sulit lagi. Asal
Pangeran Liu Yang Kun ini sudah sembuh kembali, sobekan
Buku Rahasia itu tentu akan cepat diketemukan pula......."
Souw Lian Cu memandang Liu Yang Kun dengan sudut
matanya, kemudian menghela napas panjang. "Terima kasih,
su-hu. Kalau begitu aku akan berangkat lebih dahulu. Aku
akan segera kembali apabila sobekan Buku Rahasia yang
terakhir itu telah kuketemukan.”
Tiba-tiba Liu Yang Kun melangkah maju.
"Lo-cianpwe, percayalah..................! Apabila kelak buku
itu memang ada padaku, aku tentu akan segera
mengembalikannya kepada Io-cianpwe!" katanya tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, pangeran.......! Nah, Lian Cu........ kau
berangkatlah!"
"Su-hu, kau.............??!”
"Jangan pikirkan aku! Aku dapat mengurus diriku sendiri.
Pergilah........!” Bun-hoat Sianseng berkata dengan suara
lembut namun tegas, sehingga Souw Lian Cu tidak berani
membantah lagi.
Demikianlah Souw Lian Cu lalu kembali ke dalam kota lagi.
Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee mengikuti di belakangnya.
Karena pintu gerbang kota telah ditutup, maka mereka bertiga
terpaksa memanjat dan melompatinya. Malam telah larut dan
penjagapun telah tidur lelap pula, sehingga gerak-gerik
mereka tidak ada yang mengetahui.
Pengurus penginapanpun telah tertidur pula. Terpaksa
mereka langsung menuju ke kamar yang mereka pesan; Souw
Lian Cu tidur sendiri, sedangkan Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee tidur sekamar.
Embun malam telah mulai turun ke bumi. suatu tanda
bahwa malam telah merayap turun pula dari puncaknya.
Suasana di dalam rumah penginapan itu benar-benar sepi.
Sepi dan sunyi bagaikan kuburan. Satu-satunya benda yang
tampak hidup hanyalah lampu minyak yang apinya bergoyanggoyang
ditiup angin.
Banyak tamu yang menginap di penginapan itu, tapi hanya
mereka bertiga yang belum memicingkan mata. Hati dan
pikiran mereka masih digeluti oleh peristiwa yang baru saja
mereka alami, meskipun sebenarnya mereka telah berusaha
untuk melupakannya.
Di kamarnya sendiri, Souw Lian Cu duduk bersila di atas
pembaringan. Gadis itu berusaha untuk bersemadi dan
melepaskan lelahnya, tapi hati dan pikirannya tetap saja sulit
ia kendalikan. Apalagi ketika pikirannya melayang kepada
ayahnya, Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, yang telah bertahunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tahun ia tinggalkan. Tak terasa air matanya meleleh turun
membasahi pipinya. Dan air mata itu semakin banyak
membanjiri pangkuannya tatkala pikirannya mulai merambat
menyusuri nasibnya sendiri.
Sejak dilahirkan ke dunia ternyata nasibnya selalu kurang
beruntung. Walaupun dilahirkan di lingkungan keluarga baikbaik
serta tersohor, namun sejak berumur dua tahun ia telah
ditinggaIkan keluarganya. Kakek, nenek, serta ibunya mati
dibunuh orang. Sedangkan ayahnya menjadi gila sejak
kematian ibu dan kakeknya itu.
Untunglah masih ada keluarga pelayannya yang mau
merawat dia. Tapi musuh yang telah membasmi keluarganya
itu ternyata masih saja mencari dirinya. Ketika ia telah mulai
besar, keluarga yang merawatnya itu juga dibasmi pula oleh
musuhnya. Bahkan di dalam kekalutan dan pelariannya akibat
peristiwa itu, tangan kirinya juga dibabat putus oleh lawan
lawannya.
Saat itu ia telah berusia sebelas atau dua belas tahun. Pada
waktu itu ia ditolong oleh Chu Bwee Hong, Ho Pek Lian
dan......... ayahnya sendiri! Tapi tentu saja ia tak mengenal
ayahnya itu. Apalagi ayahnya itu juga belum sembuh dari sakit
gilanya. Sakit gila atau sakit 'lupa ingatan', persis seperti yang
diderita oleh Liu Yang Kun sekarang.
Mengenangkan hal itu diam-diam Souw Lian Cu tersenyum
sendirian. Senyum diantara derai air matanya. Sungguh aneh
sekali. Mengapa orang-orang yang sangat dekat di hatinya itu
mengalami penderitaan yang sama?
Souw Lian Cu menarik napas dalam-dalam. Tangannya
mengambil saputangan dan menyeka air matanya. Pikirannya
segera menerobos dinding kamarnya. Sedang apakah Liu Yang
Kun itu sekarang? Apakah pemuda itu juga sedang
memikirkan dirinya?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, tentu tidak.......... Bukankah ia sudah beristeri?
Bukankah ia sudah kawin dengan Tiauw Li Ing?
Ooooohh.......!" tiba-tiba Souw Lian Cu berdesah tanpa terasa.
Dan tiba-tiba pula air matanya kembali turun membasahi
pipinya.
Pada waktu yang sama di kamar sebelah Liu Yang Kun juga
sedang merenung pula seperti halnya Souw Lian Cu. Dan
seperti ada selarik benang yang menghubungkan hati mereka,
maka Liu Yang Kun juga sedang berpikir pula tentang gadis
itu. Bahkan begitu asyiknya Liu Yang Kun melamunkan gadis
itu, sehingga ucapan dan kata-kata Yap Kiong Lee tidak
pernah diperhatikannya. Dia hanya mengangguk atau
menggeleng saja bila jagoan istana itu mengajaknya
berbicara.
"Eh, dia..... sedang menangis? Tampaknya.,tampaknya dia
juga tidak bisa tidur pula," tiba-tiba Liu Yang Kun bergumam
lirih seperti kepada dirinya sendiri.
Ternyata saking kuatnya Liu Yang Kun berpikir tentang
Souw Lian Cu, maka ilmunya yang sejajar dengan Lin-cui-suihoat
itu bangkit dengan sendirinya. Dinding tebal yang
memisahkan kamar itu dengan kamar Souw Lian Cu seperti
tak kuasa menghalangi tatapan 'mata batinnya'. Dengan jelas
pemuda itu seperti melihat segala tingkah laku Souw Lian Cu.
"Eiiii, pangeran bilang apa tadi........?!" Yap Kiong Lee
terkejut mendengar gumam Liu Yang Kun tadi.
Liu Yang Kun tersentak dari lamunannya. Dengan gugup
pemuda itu menjawab,”Ah, tidak.....! T-ti-tidak apa-apa. Ciang
kun juga belum mengantuk?"
"Belum. Pikiranku masih tercekam oleh peristiwa di dasar
jurang itu. Aku benar-benar tidak menyangka bisa bertemu
dengan Bun-hoat Sian seng, Jago Nomor Satu di dunia
Persilatan itu. Dan pertarungan dahsyat di dasar jurang itu
benar-benar telah membuka mataku pula, betapa kecilnya aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibandingkan dengan mereka. Namun demikian masih ada
juga perasaan bangga menyelinap di dalam hatiku yang kecil
ini bila menyaksikan……”
"Menyaksikan apa, ciang-kun.......?"
Yap Kiong Lee tersenyum. "Bila menyaksikan sepak terjang
pangeran tadi!”
Liu Yang Kun menoleh dengan kaget. "Sepak terjangku?
Apa maksud, ciang-kun?"
Sekali lagi Ya Kiong Lee tersenyum, "maaf, pangeran. Saya
benar-benar bangga menyaksikan sepak terjang pangeran di
dalam menghadapi mereka tadi. Saya sungguh sangat
berbesar hati melihat pangeran dapat mengalahkan tokohtokoh
sakti itu. Hmm, saya lantas teringat kepada Hong-siang.
Betapa bangganya beliau bila mengetahui puteranya yang
dibangga-banggakan itu benar-benar menjadi seorang
pendekar yang gagah perkasa."
“Aaaaaaah !” Liu Yang kun berdesah.
Yap Kiong Lee mengerutkan keningnya. Ada nada sangsi
dan ragu pada suara pemuda itu. Tapi Yap Kiong Lee segera
memakluminya. Pemuda itu masih belum yakin siapa
sebenarnya dirinya.
Tiba-tiba Liu Yang Kun berdiri, sehingga mengejutkan Yap
Kiong Lee.
"Ciang-kun, silahkan kau beristirahat dahulu...! Mataku sulit
sekali dipejamkan. Biarlah aku keluar dulu di halaman. Siapa
tahu udara di luar dapat membuatku mengantuk......." Liu
Yang Kun berkata perlahan.
Yap Kiong Lee bangkit berdiri pula. “Tapi .........eh,
bolehkah saya menemani?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun tersenyum. "Apakah ciang-kun takut aku akan
lari ? Ah....... Hilangkanlah prasangka seperti itu.
Percayalah.......” katanya kemudian dengan nada bergurau.
"Ah, pangeran mana........ mana aku berani berbuat
demikian? Silahkanlah! Silahkan........!" Yap Kiong Lee
menyahut dengan kikuk dan cepat-cepat duduk kembali.
"Terima kasih."
Liu Yang Kun lalu melangkah keluar dari kamar itu. Ketika
menoleh ke kamar Souw Lian Cu, pemuda itu menjadi kaget
sekali. Ternyata gadis itu juga sedang membuka pintunya.
Dan gadis ayu itu juga sedang menoleh pula ke arahnya.
Liu Yang Kun menjadi merah mukanya. Begitu pula dengan
Souw Lian Cu. Bahkan dengan cepat mereka menundukkan
wajah mereka. Entah mengapa tiba-tiba mereka menjadi
kikuk. Tampaknya mereka menjadi malu karena baru saja
masing-masing melamunkan yang lain.
Tapi dengan cepat pula Liu Yang Kun dapat menguasai
dirinya kembali.
"Nona hendak kemana.......?" sapanya dengan suara sedikit
gemetar, sehingga pemuda itu menjadi benci kepada suaranya
sendiri.
“A-aku tak bisa tidur. Maka....... aku bermaksud keluar
untuk mencari hawa segar.........” Ternyata Souw Lian Cu pun
menjadi gemetar pula ketika menjawab.
''Oh, kalau begitu......sama dengan aku. Aku juga tak bisa
tidur.”
Liu Yang Kun menghela napas. Perlahan-lahan kakinya
melangkah menghampiri Souw Lian Cu. Mendadak ia seperti
mendapatkan keberaniannya kembali. "Kalau memang benar
aku pernah menjalin hubungan batin dengan dia, maka
sekarang aku harus memperbaikinya kembali." pemuda itu
berpikir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona......! Sebenarnya ada sesuatu hal yang hendak aku
bicarakan denganmu. Tapi aku takut kau tak mau
mendengarkannya.” Liu Yang Kun berkata perlahan ketika
sudah berada di depan Souw Lian Cu. Matanya menatap
tajam, seolah-olah ingin menjenguk ke dalam hati gadis itu.
Souw Lian Cu menengadah dengan cepat. Matanya yang
bulat bening seperti bintang kejora itu membalas pandangan
Liu Yang Kun dengan tak kalah tajamnya.
"Pangeran hendak berbicara denganku? Berbicara soal apa?
Silahkanlah! Aku tentu akan mendengarkannya," katanya
perlahan pula, namun tegas.
Liu yang Kun menoleh ke kanan dan ke kiri. "Tapi tak enak
rasanya berbicara di tempat ini. Bagaimana kalau kita
berbicara sambil berjalan jalan di luar sana........? Nona
keberatan?"
Sekali lagi mata yang bening itu menatap Liu Yang Kun
dengan tajamnya. Baru beberapa saat kemudian wajah yang
ayu itu menggelengkan kepalanya. "Marilah.....” jawabnya
pendek.
Sekejap wajah Liu Yang Kun tampak berseri. Matanya
berbinar menandakan kebahagiaan yang amat sangat. Namun
di lain saat pemuda itu menjadi sadar pula kembali. Tergesagesa
ia membalikkan badan untuk menyembunyikan rasa
kikuknya.
"Marilah.......!" katanya kemudian sambil melangkah
mendahului.
Mereka turun ke halaman, kemudian berjalan ke jalan raya.
Semuanya tampak lengang dan sunyi. Di beberapa tempat
masih kelihatan lampu-lampu minyak yang dipasang penduduk
di kanan-kiri jalan itu, sementara lampu-lampu yang lain telah
banyak yang mati karena kehabisan minyak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa ekor anjing tampak berlarian melintasi jalan itu,
sementara di ujung jalan terdengar lolongan mereka yang
panjang dan menggiriskan hati.
“Sepi benar.,…” Liu Yang Kun bergumam. "Rasa-rasanya
tak seorangpun yang masih terjaga pada malam yang telah
larut seperti ini. Hmm..........rasanya tengkukku juga menjadi
tebal. Jangan-jangan Hantu Kuntilanak yang diributkan orang
itu tiba-tiba muncul di jalan ini…,”
Liu Yang Kun mencoba bergurau untuk memancing
percakapan dengan Souw Lian Cu. Dan pancingan tersebut
agaknya memang berhasil.
"Hmm….. lagi-lagi Hantu Kuntilanak! Lagi-lagi Hantu
Kuntilanak! Mengapa pangeran selalu berbicara tentang hantu
itu? Apakah pangeran mempunyai hubungan dengan dia......?"
dengan nada agak kesal Souw Lian Cu menyahut.
“Maaf, nona Souw…” Liu Yang Kun menyeringai kikuk.
Tampaknya gadis ayu itu masih terngiang- ngiang ketika
dituduh sebagai Hantu Kuntilanak kemarin dulu.
"Maaf, nona Souw. Saya memang agak penasaran dengan
hantu yang dihebohkan orang itu. Diam-diam aku ingin
melihatnya, sehingga aku ikut mencarinya pula. Sore tadi aku
melihatnya di pintu gerbang kota. Hantu itu sedang mengejar
kereta Bu-tek Sin-tong. Aku lantas mengikutinya, tapi
kehilangan jejak. Aku cuma mendapatkan reruntuhan kereta
itu di jurang. Hantu itu tidak ada di sana. Yang ada justru
Giok-bin Tok-ong, Bu-tek Sin-tong dan Han Sui Nio, calon
isteri ketua Tiam-jong-pai itu. O leh karena itu........aku…..heii?
Oh, benar! Wanita muda yang pingsan itu !” Tiba-tiba Liu
Yang Kun berseru kaget. Dahinya berkerut, matanya bersinarsinar,
seakan-akan ingat sesuatu.
"Wanita muda........? Siapa dia? Apa maksud pangeran?"
tentu saja Souw Lian Cu menjadi bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Benar! Tentu wanita muda itu yang menjadi Hantu
Kuntilanak! ingat aku sekarang! Dia menggendong bayi kecil
yang masih merah! Oh, nona Souw.......sungguh berbahaya!
Marilah kita ke rumah Ui Ciang-bun (Ketua Ui) !” Liu Yang Kun
berseru tertahan seraya menarik lengan Souw Lian Cu, diajak
berlari ke rumah Ui Bun Ting.
"Pang........ pangeran, aku tak........tak mengerti
maksudmu! Aku tak melihat wanita muda itu di jurang sana.
Dan aku............ aku juga tak melihat pula......wanita calon
isteri Hek-pian-hok Ui Bun Ting itu. Mengapa.............
mengapa....?” sambil berlari Souw Lian Cu bertanya.
"Apakah nona tidak melihatnya ketika bertemu dengan
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee...,,...?"
“Melihatnya? Ah! Aku hanya melihat Hong-lui-kun seorang
saja ! Pendekar istana itu tak bersama siapa-siapa............"
Liu Yang Kun menoleh dengan kaget. Dan kebetulan Souw
Lian Cu juga sedang memandanginya, sehingga otomatis mata
mereka bentrok satu sama lain.
Liu Yang Kun cepat melepaskan pegangan tangannya.
Wajahnya menjadi merah. Gadis itu tampak cantik sekali.
Pipinya yang putih halus itu kelihatan merona merah karena
dibawa berlari.
“Ahhhhhh......!” tiba-tiba Liu Yang Kun berdesah. Ia seperti
merasa ada bara api yang menyala di dalam tubuhnya.
“Kau......... kau kenapa?" Souw Lian Cu menjerit kecil.
Otomatis tangannya yang dilepas oleh Liu Yang Kun tadi
menyambar ke depan untuk mencengkeram lengan pemuda
itu kembali.
"Ini.......ini.....eh, tidak! Aku.....aku tidak apa-apa ! Marilah
kita segera ke rumah Ui Bun Ting dulu! Sambil berjalan nanti
kuceritakan semuanya !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan halus Liu Yang Kun melepaskan tangannya,
kemudian bergegas mendahului berlari. Souw Lian Cu
terpaksa berlari pula mengikutinya. Untunglah pemuda itu
segera bercerita tentang Han Sui Nio dan wanita muda yang
disangkanya Hantu kuntilanak itu, sehingga suasana yang
kaku itu kembali normal kembali. Namun gadis ayu tidak tahu
bahwa sebenarnya sambil bercerita Liu Yang Kun juga
berusaha mati-matian untuk membunuh bara api yang nyaris
membakar jiwa raganya itu.
Di perempatan jalan mereka berbelok ke kiri, menuju ke
rumah Ui Bun Ting yang ada di ujung jalan tersebut. Tapi dari
arah lain tiba-tiba terlihat dua sosok bayangan menuju ke
tempat mereka. Tentu saja Liu Yang Kun dan Souw Lian Cu
menjadi kaget. Sudah sekian lamanya mereka menerobos
jalan-jalan di kota itu, ternyata baru sekarang mereka melihat
orang. Dan orang itu tampaknya memiliki ilmu meringankan
tubuh yang tinggi pula.
"Nona Souw, berhati-hatilah. Ada orang datang. Mungkin
mereka petugas keamanan kota. Tapi mungkin juga bukan."
Liu Yang Kun berbisik, kemudian bersama-sama Souw Lian Cu
mengendorkan langkahnya.
Namun yang terjadi kemudian benar-benar di luar dugaan
mereka, apalagi untuk Liu Yang Kun! "Ko-ko........?” terdengar
salah seorang dari kedua bayangan yang datang itu
memanggil kepada Liu Yang Kun. Suara seorang wanita muda.
"Pangeran Liu Yang Kun ? Benarkah dia itu suamimu?"
bayangan yang lain segera menyahut pula. Kali ini suara lelaki,
lelaki yang sudah berumur.
Kalau pada saat itu ada petir menyambar, mungkin Liu
Yang Kun tidak akan sekaget mendengar suara itu. Begitu
kagetnya pemuda itu, sehingga untuk sesaat ia justru menjadi
bengong di tempatnya. Matanya terbeliak memandang ke arah
Tiauw Li Ing dan Lo-sin-ong yang tiba-tiba telah berdiri di
depannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Li Ing...........” desahnya hampir berbisik.
Kedua sosok bayangan itu memang Tiauw Li Ing dan Losin-
ong adanya. Kedatangan mereka di larut malam buta itu
benar-benar beruntung sekali. Sebab begitu datang mereka
langsung dapat berjumpa dengan orang yang mereka cari.
Maka tak mengherankan bila Tiauw Li Ing segera
menghambur dengan suka citanya ke depan Liu Yang Kun.
Tapi wajah gadis bajak laut itu segera berubah masam dan
keruh begitu memandang Souw Lian Cu yang ada di samping
'suaminya'. Tentu saja gadis itu takkan lupa kepada gadis
buntung yang berwajah sangat ayu itu. Oleh karena itu
pandangannya segera berubah curiga kepada Liu Yang Kun.
Curiga dan cemburu !
"Kau.,,...?” Souw Lian Cu terdengar menggeram pula begitu
melihat siapa yang datang. Gadis ini tak mungkin lupa pula
kepada Tiauw Li Ing yang telah membunuh Keluarga Chu
Seng Kun si ahli pengobatan itu.
“Kau.......!” Tiauw Li Ing balas menggeram. Giginya
terkatup rapat, sedangkan matanya menantang liar dan
ganas.
"Pembunuh keji! Lihat pembalasanku!" sesaat kemudian
Souw Lian Cu telah menyerang sambil menjerit keras sekali.
Tiauw Li Ing yang sedang dibakar api cemburu itu segera
membalas pula dengan tidak kalah garangnya. Kedua
tangannya yang telah memegang kipas besar dan kipas kecil
itu segera menyambar nyambar pula untuk melayani serbuan
lawannya. Sementara Lo-Sin-ong yang datang bersama dia
tadi cepat pula menepi untuk menjaga segala kemungkinan.
Semuanya berjalan dengan cepat dan di luar dugaan Liu
Yang Kun, sehingga pemuda itu baru menyadari apa yang
terjadi setelah kedua wanita muda itu bertarung dengan seru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ini….ini......ini......eh, Lo-cianpwe! Ba-bagaimana......ini?”
pemuda itu berseru gugup ke arah Lo-sin-ong.
"Hmh!" Lo-sin-ong mendengus pendek. "Inilah akibatnya!
Pangeran telah pergi meninggalkan Li Ing tanpa pamit. Kini
pangeran berjalan bersama seorang wanita lain. Isteri mana
yang tidak marah melihat itu?"
"Tapi...... tapi aku.......ah!" Liu Yang Kun berdesah
bingung.
Liu Yang Kun benar-benar bingung dan tak tahu apa yang
harus ia lakukan. Dia tak ingin Souw Lian Cu terluka atau
kalah di dalam perkelahian ini, karena ia sangat
membutuhkannya. Lahir dan batin. Ia sangat membutuhkan
gadis ayu itu sebagai jalan untuk penyembuhan penyakitnya.
Selain itu ia juga tak ingin kehilangan pula. Entah mengapa,
diam-diam ia merasa sangat cocok dengan Souw Lian Cu.
Sebaliknya ia juga merasa kurang pada tempatnya bila ia
membiarkan Tiauw Li Ing kalah atau cedera. Walaupun ia
kurang menyukai wanita itu, tapi kenyataannya wanita itu
adalah isterinya. Maka sungguh amat tidak lucu bila ia lebih
memberatkan orang lain dari pada isterinya sendiri.
"Ahh.....! Hmmh, mengapa isteriku harus dia? Mengapa
isteriku bukan nona Souw itu saja, sehingga aku tidak menjadi
bingung karenanya?” Liu Yang Kun merintih di dalam hatinya.
Sementara itu perkelahian dua macan betina itu semakin
lama semakin bertambah seru pula. Masing-masing telah
mulai mengeluarkan ilmu-ilmu andalan mereka. Selain
memainkan sepasang kipasnya, Tiauw Li Ing juga sudah mulai
mempergunakan senjata-senjata rahasianya yang ampuh pula.
Tapi sebaliknya Souw Lian Cu juga sudah mengeluarkan
ilmu warisan keluarganya pula. Meskipun tangannya tinggal
sebuah saja, tapi tangan itu ternyata mampu melepaskan ilmu
Tai-kek Sin-ciang maupun Tai-lek Pek-khong-ciang yang
dahsyat itu. Walaupun ilmunya belum setinggi ayahnya, HongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
gi-hiap Souw Thian Hai, namun ternyata juga sudah cukup
untuk melayani serbuan kipas dan tembakan-tembakan
senjata rahasia Tiauw Li Ing.
Ternyata suara pertempuran mereka yang berisik itu
membangunkan pula para pemilik atau penghuni rumah di
sekitar jalan tersebut. Meskipun mereka tidak berani keluar,
namun secara sembunyi-sembunyi mereka mengintai juga dari
balik pintu atau jendela rumah mereka. Dan rata-rata
semuanya menjadi ketakutan menyaksikan bayangan Souw
Lian Cu dan Tiauw Li Ing yang berkelebatan kesana-kemari
seperti hantu itu. Apalagi ketika mereka mendengar letupan
atau desau angin pukulan yang menyambar-nyambar seperti
amukan angin puting beliung itu. Bahkan sesekali mereka juga
menyaksikan ledakan-ledakan kecil yang disertai tanah dan
pasir yang berhamburan diantara kaki-kaki bayangan yang
berkelebatan tersebut.
Bila diperbandingkan agaknya kepandaian Souw Lian Cu
dan Tiauw Ling memang tidak terpaut banyak. Walaupun di
dalam hal ilmu silat Souw Lian Cu tampak lebih unggul, namun
demikian keunggulan itu ternyata juga tak berarti banyak
pula. Sebab untuk menutupi kekurangannya itu Tiauw Li Ing
segera mengeluarkan pula keahliannya dalam melepas senjata
rahasia. Bahkan untuk sementara cara-caranya yang aneh
dalam melepas senjata rahasia itu sempat membikin bingung
Souw Lian Cu malah.
Demikianlah untuk menghindari serangan senjata rahasia
Tiauw Li Ing yang selalu berkelebatan mengancam dirinya itu,
Souw Lian Cu setiap saat harus berloncatan mundur menjauhi
Tiauw Li Ing. Sehingga akhirnya pertempuran mereka
bergeser terus tanpa terasa. Selangkah demi selangkah
pertempuran itu bergeser mendekati rumah Hek-pian-hok Ui
Bun Ting.
Dan rumah Ui Bun Ting sendiri ternyata masih terangbenderang,
biarpun semua pintu dan jendela sudah tertutup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rapat, namun di ruang tengah masih terdengar suara
percakapan orang. Bahkan dari dekat suara percakapan itu
terdengar riuh dan ramai, menandakan bahwa yang sedang
bercakap-cakap di dalam ruangan itu tentu lebih dari empat
atau lima orang.
Sebenarnyalah bahwa di dalam ruangan itu masih
berkumpul seluruh keluarga Ui Bun Ting. Bahkan diantara
mereka duduk pula Si Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai Han Sui
Nio dan Han Tui Lan yang tadi diselamatkan Liu Yang Kun dari
tangan Giok-bin Tok-ong. Sambil menggendong bayinya
sesekali Tui Lan menjawab pertanyaan orang-orang yang ada
di dalam ruangan itu.
“Jadi.....kaukah yang disebut-sebut orang sebagai Hantu
Kuntilanak itu, nak?” Ui Bun Ting bertanya kepada Tui Lan.
“Benar,.......Anakku ini telah diculik dan dibawa pergi oleh
Bu-tek Sin-tong. Katanya anakku ini akan dijadikan pewaris
ilmunya kelak. Tentu saja aku tidak boleh. Tapi aku tidak bisa
menandingi gin-kangnya sehingga aku kehilangan jejaknya.
Namun aku terus memburunya. Setiap ada tangis bayi aku
tentu singgah untuk menengoknya. Siapa tahu bayi itu
anakku. Tapi ternyata ulahku itu diterima salah oleh
orang......" Tui Lan menjawab sambil menerawang jauh.
"Ya, kau dianggap Hantu Kuntilanak karena setiap bayi
yang kautengok tentu mati."
"Sebenarnya bukan demikian.......Aku sama sekali tak
berbuat apa-apa terhadap bayi-bayi itu. Mereka memang mati
karena penyakit. Tampaknya ada penyakit menular yang
berjangkit di kalangan anak-anak di daratan pantai timur ini.
Tapi sulit untuk memberi pengertian kepada orang-orang itu.
Mereka cenderung untuk lebih mempercayai kabar bohong
tentang Hantu Kuntilanak itu. Dan kebetulan pula aku sedang
mencari hilangnya anakku ini.....”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar! Lan-ji (anak Lan)............ Kau memang hanya
menjadi korban dari khabar bohong itu. Semuanya memang
serba kebetulan. Seperti halnya pertemuan kita ini......” Han
Sui Nio membenarkan ucapan Tui Lan.
"Ya........semuanya memang serba kebetulan. Rasa-rasanya
kisah kita ini seperti kisah di dalam sandiwara saja.
Sebelumnya aku juga tak menyangka kalau aku akan bisa
bertemu dengan kau lagi........” Ui Bun Ting menyambung
perkataan calon isterinya. "........Bahkan aku juga tak mengira
kalau kau sudah punya anak dan cucu pula. Hmm, tapi semua
itu tak menjadi soal bagiku. Bagiku,.......Tui Lan juga sudah
kuanggap seperti anakku sendiri. Sama sekali aku tak akan
mempersoalkan, apakah dia anak Ang-leng Kok-jin ataukah
anak Giok-bin Tok-ong. Yang penting bagi aku sekarang
adalah........ kita berkumpul sebagai keluarga baru yang
berbahagia! Bukankah begitu, Sui Nio? Lan-ji......?"
Tui Lan saling pandang dengan wajah cerah dan bahagia
bersama ibunya. Ibu yang sejak kecil ia anggap sebagai guru.
Guru yang keras dan bengis dalam mendidiknya. Tapi
sekarang Tui Lan tahu, mengapa guru atau ibunya itu bersikap
demikian. Dan semua itu membuat hati Tui Lan semakin
bersimpati terhadap ibunya.
Demikianlah, tampaknya di dalam pertemuan mereka
malam itu, baik Han Sui Nio maupun Ui Bun Ting telah saling
berterus-terang terhadap Tui Lan, sehingga gadis itu menjadi
tahu sejarah hidupnya. Juga sejarah hidup Ui Bun Ting, calon
ayah tirinya. Dan gadis itu tampaknya juga sangat bergembira
melihat kebahagiaan ibunya. Baru kali ini ia melihat sinar
cerah di wajah gurunya, atau ibunya, yang dijuluki orang Si
Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu.
Namun sebaliknya Tui Lan sendiri tampaknya belum mau
berterus-terang seperti mereka. Hal itu terlihat ketika ibunya
masih saja bertanya tentang suami atau ayah dari anak yang
digendongnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masakan sudah menjadi suami-isteri selama berbulanbulan
di lorong gelap seperti itu suamimu belum juga mau
menyebut nama dan asal-usulnya?"
Tapi pertanyaan Han Sui Nio itu segera dipotong oleh Ui
Bun Ting. Ketua Partai Tiam-jong-pai itu juga melihat
kejanggalan cerita anak tirinya, namun demikian sebagai
orang yang telah arif ia segera bisa meraba bahwa tentu ada
sesuatu yang masih dianggap rahasia oleh Han Tui Lan. Dan
ia tak ingin calon isterinya itu tetap terus mendesakkan
pertanyaannya.
“Ah, Sui Nio........sudahlah! Mengapa kau masih tetap
belum percaya juga kepada Lan-ji? Kalau memang demikian
halnya, mau apa lagi.......? Apalagi menurut Lan-ji suaminya
itu sudah mati. Dia tidak ikut terselamatkan oleh arus air yang
membawanya ke Danau Tai-ouw itu. Nah! Tidak baik
mencerca orang yang sudah mati, bukan?"
“Aaah!" Han Sui Nio berdesah perlahan. "Maafkan ibu, Lanji.......!"
Kata wanita tua itu kemudian kepada Tui Lan.
Tui Lan tertunduk sendu. Matanya berkaca-kaca. Sekejap
terbayang wajah Liu Yang Kun, suaminya. Apalagi ketika
terpandang olehnya wajah Chu Siok Eng, bayinya yang mungil
itu. Wajah itu persis wajah ayahnya, bulat panjang dan
berdagu runcing, sehingga wajah mungil itu tampak cantik
sekali. Ah....... betapa akan bangganya suaminya bila dapat
melihat si mungil ini, desahnya di dalam hati.
"Ada suara perkelahian di jalan!" tiba-tiba Ui Bun Ting
berseru kaget.
"Eh……? Siapa?” Tui Lan dan ibunya, Han Sui Nio, berseru
pula. Dan kegugupan mereka ini segera diikuti pula oleh
kepanikan para keluarga Ui yang lain. Semuanya segera
menjadi pucat ketakutan. Perasaan takut dan ngeri yang
diciptakan oleh Giok-bin Tok-ong ketika menculik Han Sui Nio
siang tadi masih melekat di benak mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ui Bun Ting bangkit berdiri, tapi Han Sui Nio cepat
menahannya.
"Kesehatanmu belum pulih. Kau jangan keluar dulu. Biarlah
aku saja yang melihat." Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu
berkata.
"Tapi,….. itu sangat berbahaya bagimu! Siapa tahu Giok-bin
Tok-ong datang lagi?" Ui Bun Ting mencegah niat calon
isterinya itu pula.
Tiba-tiba Tui Lan maju ke depan. Sambil menyerahkan
anaknya kepada ibunya, ia berkata, "Biarlah aku saja yang
melihat keluar! Kalaupun diantara mereka itu memang ada
Giok-bin Tok-ong, sungguh kebetulan sekali ! Aku akan
berbicara dengannya! Berbicara yang banyak sekali,.........."
Han Sui Nio cepat menerima cucunya. Tapi di lain pihak
tangannya yang lain cepat menahan lengan Tui Lan pula.
"Jangan! Kalau Giok-bin Tok-ong benar-benar datang, kau
akan dibunuhnya! Dia telah bertekad untuk membunuh semua
keturunannya! Dia tak ingin punya anak! apalagi anaknya itu
seorang perempuan. Kau tidak boleh........oh !” katanya
gugup.
Namun dengan tenang Tui Lan menjawab, "Jangan
khawatir, ibu. Ayah tak akan membunuh aku. Aku sudah
beberapa kali berjumpa dengan dia sebelum aku terperosok
ke dalam gua di bawah tanah itu. Dia justru lari ketakutan bila
kusebutkan nama julukan ibu pada waktu itu."
"Tapi......Lan-ji, kau tak tahu jalan pikiran ayahmu itu. Dia
benar-benar seorang iblis yang bisa membunuh darahdagingnya
sendiri. Kau .........?"
"Benar, lan-ji. Kau jangan membahayakan dirimu sendiri.
Sudahlah! Lebih baik kita semua tidak usah keluar melihat
keributan di luar itu! Kita bertahan saja di dalam rumah." Ui
Bun Ting turut mencegah niat Tui Lan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Tui Lan sudah tidak bisa dicegah lagi. Bayangan
tentang kedatangan ayahnya itu justru menambah
keinginannya untuk keluar malah.
“Ayah! Ibu! Kau tidak usah mengkhawatirkan aku.
Kalaupun Giok-bin Tok-ong ingin membunuh aku, emm.........
rasanya juga tidak gampang! Aku bisa menjaga diri. Nah, aku
keluar dulu."
Kemudian tanpa mengindahkan lagi cegahan ibunya, Tui
Lan 'terbang' ke pintu. Membukanya, dan selanjutnya.........
lenyap di dalam kegelapan malam. Han Sui Nio dan Ui Bun
Ting hanya mampu saling pandang dan menggelenggelengkan
kepalanya.
"Bukan main! Anak-anak muda sekarang memang hebathebat
kepandaiannya! Rasanya kita memang tak perlu
mengkhawatirkan keselamatannya andaikata yang datang itu
bukan tokoh semacam Giok bin Tok-ong......." Ui Bun Ting
berdesah kagum.
"Ya! Kuharap saja yang datang itu bukan tokoh semacam
Giok-bin Tok-ong." Han Sui Nio mengiyakan lalu membawa
bayi itu ke dalam dan menidurkannya.
Memang yang datang itu bukanlah Giok-bin Tok-ong. Suara
perkelahian itu adalah suara perkelahian Souw Lian Cu
melawan Tiauw Li Ing, yang telah bergeser sampai di tempat
tersebut. Keduanya masih bertarung dengan amat serunya.
Dan oleh karena jalan di depan rumah Ui Bun Ting itu lebih
besar serta luas, maka pertempuran mereka seolah-olah telah
mendapatkan tempat yang cocok. Souw Lian Cu agak lebih
leluasa untuk berputar-putar mengelilingi lawannya sehingga
otomatis pertarungan itu berhenti di tempat tersebut.
Lo-sin-ong dan Liu Yang Kun masih tetap juga mengikuti
perkelahian itu dari jarak empat atau lima tombak. Dan Liu
Yang Kun masih tetap juga tak tahu apa yang harus ia lakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menghentikan perselisihan itu. Perasaannya masih tetap
bingung.
Demikian kalutnya perasaan Liu Yang Kun sehingga dia tak
menyadari kehadiran Tui Lan di dekat arena pertempuran
Souw Lian Cu dan Tiauw Li Ing itu. Pemuda itu baru sadar
ketika Lo-sin-ong menggamitnya.
"Pangeran.,.....? Siapakah yang datang mendekati
pertempuran? Aku seperti mendengar desah suara napas
seseorang," orang tua itu berbisik.
“Hah? Eh-oh.......ya, yaa.......ada seorang wanita muda
berdiri di pinggir jalan. Tapi......tapi dia hanya menonton
dan........tidak berbuat apa-apa.”
Lo-sin-ong mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Hemm.......aneh benar! Mengapa justru wanita yang
keluar dari rumahnya?"
Sementara itu Tui Lan melirik pula ke tempat Liu Yang Kun
dan Lo-sin-ong berdiri. Tapi karena udara sangat gelap, maka
ia hanya bisa melihat bayangan mereka saja. Sungguhpun
apabila ia menginginkan, ia dapat mengerahkan
'kemampuannya' untuk melihat mereka dengan jelas. Namun
karena yang lebih menarik perhatiannya adalah pertempuran
yang berlangsung di depannya itu, maka ia menjadi kurang
menaruh perhatian. Apalagi Tui Lan juga hanya menduga
bahwa mereka itu cuma penduduk yang keluar untuk
menyaksikan keributan tersebut, seperti halnya dirinya itu.
"Oonoh.......? Souw li-hiap? Souw in-kong, kaukah itu?"
tiba-tiba gadis itu menjerit kaget begitu mengenali wajah
Souw Lian Cu, yang pernah menyelamatkan nyawanya itu.
Bahkan yang juga menyelamatkan nyawa anaknya pula.
Lalu tanpa berpikir panjang lagi Tui Lan menghambur ke
dalam pertempuran untuk membantu dewi penolongnya itu.
Dengan telapak tangan kanannya yang terbuka Tui Lan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendorong ke arah Tiauw Li Ing, sementara tangan kirinya
siap melancarkan serangan yang lain apabila lawannya itu
tidak mau mundur.
Tapi jeritan Tui Lan dan kemudian kedatangannya yang
mendadak di dalam arena itu ternyata juga sangat
mengejutkan, serta sekaligus juga menggoyahkan konsentrasi
Souw Lian Cu. Padahal pada saat itu Tiauw Li Ing juga sedang
melepaskan senjata rahasia segitiga bintangnya.
Senjata rahasia terbentuk bintang berkaki tiga dan
berjumlah enam buah itu menyambar dari balik kipas Tiauw Li
Ing dalam formasi berurutan yaitu meluncur berjajar seperti
halnya kelompok burung bangau yang terbang berbarengan di
udara.
"Ci-ci Tui Lan, kau…..? Eh, awas! Iblis wanita ini lihai sekali!
Kau jangan......aduuuh !" tiba-tiba Souw Lian Cu memekik
kesakitan. Sebuah dari senjata rahasia yang menyambar itu
menembus lengan tunggalnya. Persis di atas siku, sehingga
otomatis lengan itu menjadi lumpuh dan tak bisa
dipergunakan lagi untuk melawan.
Dan selanjutnya Souw Lian Cu hanya mampu menghindar
berloncatan atau menyerang dengan kedua kakinya.
"Souw Li-hiap......!" sekali lagi Tui Lan menjerit seraya
menarik telapak tangannya yang dipakai untuk mendorong
tadi, untuk kemudian meIompat mengejar Tiauw Li Ing yang
terus mendesak Souw Lian Cu.
Tui Lan tidak tahu bahwa pada saat yang bersamaan Liu
Yang Kun juga berteriak tertahan pula menyaksikan nasib
Souw Lian Cu itu. Hanya saja pemuda itu tak bisa segera
menolong karena dengan cepat lo-sin-ong telah menahan
tubuhnya. Dengan dalih bahwa tak selayaknya bila ia
membantu lawan isterinya, orang tua itu mencegah dia untuk
turun ke arena.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ingat, pangeran! Kau tidak boleh memusuhi isterimu
sendiri ! Biarkanlah mereka bertarung sepuasnya, agar
isterimu puas, karena semua ini juga akibat dari perbuatanmu
sendiri !” orang tua itu menasehati.
"Tapi Lo-cianpwe, dia....... dia.......?"
"Jangan khawatir, pangeran! Kawan wanitamu itu takkan
mati ! isterimu bukanlah seorang pembunuh! Dia anak yang
baik! Anak... yang baik.,.......! Percayalah!” orang tua itu
memotong lagi dengan ucapan yang pasti, biarpun suaranya
seperti gemetar dan kurang meyakinkan.
Sementara itu Tiauw Li Ing menjadi kaget sekali ketika
tiba-tiba ada bayangan lain yang memotong di depannya.
Otomatis ia menangguhkan langkahnya untuk mengejar Souw
Lian Cu. Dengan hati penasaran karena maksudnya untuk
membunuh Souw Lian Cu menjadi terhalang, ia melotot sambil
bertolak pinggang.
"Kurang ajar! Siapa berani mengganggu permainanku?”
pekiknya tinggi.
“Hmh! Inilah aku! Tui Lan dari Teluk Po-hai! Aku adalah
teman dari Souw li-hiap! Aku minta jangan kau ganggu dia !
Pergilah.........!"
Tiauw Li Ing tersentak melihat keberanian Tui Lan. Tapi
sekejap kemudian dia malah tertawa gembira. Gadis itu
merasa telah mendapatkan kelinci pemainan yang lebih
menyenangkan malah.
Sementara itu dengan wajah pucat karena kesakitan Souw
Lian Cu mendekati Tui Lan. Wajahnya masih menampilkan
perasaan herannya melihat kehadiran Tui Lan di tempat itu.
*Ci-ci, kau......? Dimana pu-puterimu itu.......? Apakah kau
sudah pulang ke Teluk Po-hai?"
"Belum, li-hiap. Anakku diculik orang, sehingga waktuku
banyak terbuang untuk mencarinya. Tapi sekarang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kutemukan kembali. Malahan aku sudah berjumpa pula
dengan guruku. Bahkan guruku itu ada di s ini sekarang. Dia di
dalam rumah seberang itu bersama anakku.........."
Tui Lan menunjuk ke rumah Ui Bun Ting yang masih terang
benderang. Kemudian katanya lagi.
"Lalu..... siapa perempuan ini, li-hiap? Mengapa kau
berkelahi dengannya?”
Souw Lian Cu menggeretakkan giginya. Tanpa melepaskan
kewaspadaannya gadis ayu itu memberi peringatan kepada
Tui Lan. "Hati-hatilah, ci-ci ! Inilah orangnya, jika ci-ci ingin
tahu siapa yang telah membasmi keluarga Chu itu!
Kepandaiannya hebat sekali! Oleh karena itu minggirlah!
Biarlah aku saja yang melawannya. Dia terlalu berbahaya
bagimu!"
Tak terduga keterangan itu justru menyulut api kemarahan
di dada Tui Lan!
"Apa.....? Jadi perempuan inikah yanq telah membunuh
Chu in-kong dan isterinya yang berbudi itu? ah, sungguh
kebetulan sekali ! Kita dapat membalaskan dendam itu
sekarang.,......!”
"Ci-ci, jangan.....! Dia bukan lawanmu! Akupun sudah
terluka pula olehnya! Kita tak bisa melawannya! Lebih baik
kau pergi saja! Dia masih mempunyai dua orang kawan lagi
yang belum turun ke arena. Lihat.......I Disana masih ada guru
dan suaminya !"
Tapi api kemarahan benar-benar telah membakar seluruh
dada Tui Lan. Tanpa menoleh sedikitpun Tui Lan tertawa
dingin.
"Li-hiap! Aku tak peduli dengan siapa dia datang! Dengan
suaminya........gurunya .......bahkan dengan Kakekgurunyapun
aku takkan mundur! Kau tunggulah saja di
pinggir, aku akan menghadapinya!" geram Tui Lan keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ci-ci................??”
"Hi-hi-hi, bagus..........bagus! Kau sungguh bersemangat
dan menyenangkan. aku sangat senang mendapatkan lawan
seperti kamu!" Tiauw Li Ing tertawa semakin gembira.
Kemudian sambungnya pula. "tapi..... sebelum mati,
kausebutkan dulu namamu! Dan apa hubungannya denqan
keluarga Chu itu!”
“Sudah kukatakan tadi, namaku Tui Lan ! Han Tui Lan!
Akulah orang yang kaukejar-kejar dari danau Tai Ouw sampai
ke rumah Keluarga Chu itu. Akulah orangnya yang dilindungi
oleh keluarga Chu itu sehingga kau tega membasmi keluarga
itu!"
Tiauw Li Ing tersentak kaget. "Ah, jadi... kaukah
perempuan yang dibawa oleh kakek pencari kayu itu? Oh........
sungguh kebetulan sekali kalau begitu. Kami sekeluarga dari
Lautan Timur memang selalu mencari-cari kau, karena kau
kami anggap mempunyai hubungan dengan binatang langka
Ceng-liong-ong itu. Nah................. sekarang katakan
kepadaku. Bagaimanakah dengan binatang langka itu? Kalau
masih hidup, dimana dia sekarang? Tapi kalau sudah mati,
dimana pula barang-barang peninggalannya? Lekas katakan !"
"Ci-ci, pergilah...... Jangan berkeras kepala di sini! Ingatlah
puterimu! Biarlah aku saja yang menghadapinya..........." Souw
Lian Cu berusaha mencegah niat Tui Lan untuk melawan
Tiauw Li Ing yang ganas.
Tapi Tui Lan tetap teguh pada pendiriannya. Dengan
tangkas ia melepaskan diri dari pegangan tangan Souw Lian
Cu, kemudian menerjang ke arah Tiauw Li ing.
Wuuuuuusss..........! Kedua telapak tangannya mendorong ke
depan sehingga menimbulkan hembusan angin yang sangat
besar! Dan hembusan angin itu menghantam tubuh Tiauw Li
Ing dengan kuatnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun dengan gesit pula Tiauw Li Ing melompat
menghindar. Biarpun gadis itu tidak memandang sebelah mata
kepada Tui Lan, tapi perasaannya juga mengatakan bahwa dia
perlu berhati-hati pula.
Selanjutnya mereka lalu saling serang dan saling terjang
dengan hebatnya. Souw Lian Cu tak bisa mencegah lagi.
Terpaksa dengan perasaan was was gadis bertangan buntung
itu bersiap siaga untuk menyelamatkan Tui Lan, apabila pada
suatu saat temannya itu terjerumus ke dalam kesulitan. Sama
sekali ia tak menyangka bahwa temannya itu justru memiliki
ilmu kepandaian yang lebih tinggi daripada dia.
Baru setelah beberapa jurus kemudian gadis buntung itu
menjadi kaget. Apalagi ketika kemudian ia seperti mengenali
jurus-jurus ilmu silat yang dikeluarkan oleh Tui Lan.
Dan rasa kaget tersebut ternyata juga tidak hanya dia yang
merasakannya. Ternyata Liu Yang Kun pun ikut merasakannya
pula. Meskipun pemuda itu sudah tidak ingat lagi akan jurusjurus
ilmu silatnya, namun nalurinya segera mengatakan
bahwa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh lawan isterinya
itu sama dengan miliknya.
Demikianlah pada saat itu Tui Lan memang memainkan
Pat-hong Sin-ciang. Maka tidaklah mengherankan apabila
Souw Lian Cu maupun Liu Yang Kun merasa seperti
mengenalinya. Sebagai keturunan Keluarga Souw yang
memiliki hubungan khusus dengan tokoh Bit-bo-ong sedikit
banyak Souw Lian Cu pernah melihat atau diberi tahu oleh
ayahnya tentang ilmu-ilmu warisan Bit-bo ong.
"Ilmu silat ci-ci Tui Lan itu seperti..,,.seperti ilmu silat
warisan Bit-bo-cng. Aah......mengapa dia bisa memainkannya?
Dari mana ci-ci Tui Lan mempelajarinya? Ataukah....... di
dunia ini ada ilmu silat lain lagi yang gerakannya mirip ilmu
silat warisan Bit-bo-ong?" Souw Lian Cu membatin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Liu Yang Kun pun menjadi sibuk pula
pikirannya.
"Heran! Rasa-rasanya aku tahu semua gerakannya.
Hmm........jangan-jangan dia mempunyai hubungan perguruan
dengan aku. Siapa dia sebenarnya........?"
Lima belas jurus segera berlalu. Bahkan duapuluh juruspun
akhirnya juga telah berlangsung dengan cepat. Tui Lan tetap
bertangan kosong, sementara Tiauw Li Ing juga masih
melawannya dengan kipas bajanya. Hanya saja, semakin lama
mereka semakin meningkatkan tingkat kemampuan mereka
masing-masing. Secara perlahan namun pasti Tui Lan
meningkatkan pengerahan tenaga dalamnya. Begitu pula
halnya dengan Tiauw Li Ing. Sehingga akhirnya mereka
berdua benar-benar berada di dalam kondisi puncak
kemampuan masing-masing.
Pat-hong Sin-ciang memang merupakan ilmu iblis yang
dahsyat dan mengerikan. Meski ilmu silat itu dimainkan oleh
seorang wanita lembut semacam Tui Lan, namun
pengaruhnya ternyata masih tetap saja mendebarkan dan
menakutkan. Semakin kuat Tui Lan mengerahkan tenaga
dalamnya, maka menjadi semakin kuat pula daya cekam serta
daya pengaruh magisnya.
Dengan Bu-eng Hwe-tengnya yang hampir sempurna,
bayangan Tui Lan berkelebatan mengeliIingi lawannya. Dan
setiap ada kesempatan Tui Lan selalu menekan, mendesak
dan menyerang Tiauw Li Ing dari segala arah. Akibatnya di
dalam arena itu lambat-laun seperti ada semacam kekuatan
besar yang menghimpit Tiauw Li Ing dari segala penjuru.
Bahkan beberapa waktu kemudian di dalam arena itu seperti
timbul semacam kekuatan aneh yang mampu mempengaruhi
pikiran dan perasaan orang yang melihatnya.
Karena Iwee-kang Tiauw Li Ing memang lebih rendah
setingkat bila dibandingkan dengan Tui Lan, maka pengaruh
serta tekanan Pat-hong Sin-ciang tersebut lambat-laun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin terasa menghimpit dan menyesakkan dada Tiauw Li
Ing. Bahkan pengaruh magis yang ditimbulkan oleh ilmu
warisan Bit-bo-ong tersebut juga mulai menyentuh pula
perasaan dan pikiran Tiauw Li Ing.
Selain merasa sesak dan sulit bergerak Tiauw Li Ing juga
mulai terpengaruh oleh gerakan-gerakan maupun suara-suara
aneh yang dilagukan Tui Lan. Misalnya saja Tiauw Li Ing mulai
terhanyut pula oleh bayangan-bayangan Tui Lan yang pergi
datang seperti setan di sekeliling dirinya itu. Selain itu Tiauw Li
Ing juga mulai terpengaruh oleh suara angin pukulan atau
hembusan angin berputar yang ditimbulkan oleh gerakan
tubuh Tui Lan. Suara-suara itu lambat-laun seperti suara
manusia yang tertawa atau mendengus mengejek Tiauw Li
Ing. Semakin lama semakin ribut, seolah-olah di luar arena itu
menjadi semakin banyak penonton yang mencemooh dan
mengejek kekalahan Tiauw Li Ing.
Maka Tiauw Li Ing pun akhirnya menyadari keadaannya.
Ternyata lawan yarg dia anggap enteng tersebut memiliki ilmu
yang sangat mengerikan malah. Oleh karena itu sebelum
dirinya benar benar jatuh dalam kesulitan, maka Tiauw Li Ing
lalu mengeluarkan kantung senjata rahasianya. Seperti yang
dia lakukan terhadap Souw Lian Cu tadi, ia lalu
memberondong lawannya dengan peluru-peluru rahasianya.
Jilid 33
Tiauw Li Ing memang memiliki cara atau ilmu melepas amgi
yang hebat dan sulit diduga. Setiap macam senjata
rahasianya mempunyai keanehan keanehan khusus yang
setiap saat bisa menjebak atau membingungkan lawannya.
Selain dari pada itu cara melepaskannyapun juga berbeda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kebiasaan umum. Maka tidaklah mengherankan bila
ilmu melepas am-gi warisan Lo-sin-ong tersebut sangat
ditakuti di dunia persilatan.
Tapi yang dihadapi Tiauw Li Ing sekarang adalah pewaris
Bu-eng hwee-teng yang tubuhnya dapat bergerak secepat
angin. Walaupun ilmu melepas am-gi Tiauw Li Ing itu hebat
sekali, namun tetap saja tak bisa menyentuh pakaian Tui Lan.
Memang, kadang-kadang Tui Lan dibuat bingung pula oleh
tebaran senjata rahasia Tiauw Li Ing. Tapi dengan ginkangnya
yang sanqat tinggi Tui Lan bisa juga menyelamatkan
dirinya. Bahkan setelah itu Tui Lan lalu semakin memperberat
tekanannya terhadap Tiauw Li Ing.
Demikianlah, akhirnya Souw Lian Cu yang menjadi
terheran-heran menyaksikan kekalahan Tiauw Li Ing itu.
Praaaaaaak....!!!
"Aaaaah!
Tiba-tiba terdengar suara derak yang nyaring ketika ujung
lengan baju Tui Lan menghajar badan kipas Tiauw Li Ing!
Selanjutnya kipas baja itu tampak pecah berhamburan ke
mana-mana! Bahkan dua diantara belasan daun kipas yang
terbuat dari baja pipih itu melesat melukai pundak Tiauw Li
Ing sendiri. Gadis itu menjerit kesakitan!
Lo-sin-ong terkejut bukan buatan. Tubuhnya yang kurus itu
tiba-tiba melesat ke arena. "Li Ing.............?" desahnya
ketakutan seraya menangkap tubuh muridnya yang
terhuyung-huyung mau jatuh.
Liu Yang Kun terkejut juga. Namun untuk sesaat pemuda
itu hanya terbelalak serta termangu saja di tempatnya. Baru
beberapa saat kemudian pemuda itu tersadar bahwa Tiauw Li
Ing itu adalah isterinya.
“Ah!” pemuda itu tersentak dan di lain saat tubuhnya telan
melenting bagaikan belalang ke tempat isterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lo-sin-ong yang sedang berusaha menolong Tiauw Li Ing
itu memiringkan kepalanya. Begitu mengenali yang datang di
dekatnya adalah Liu Yang Kun hatinya menjadi lega.
"Pangeran........! Tiauw Li Ing terluka. Dia terkena pecahan
kipasnya sendiri. Hmh…. sungguh mengherankan! Siapakah
wanita muda itu?" Orang tua itu berkata perlahan. Matanya
yang kosong itu tampak bergerak-gerak seakan-akan
berusaha untuk bisa melihat wajah Tui Lan yang telah
mengalahkan muridnya.
Lalu bagaimana dengan Tui Lan maupun Souw Lian Cu
sendiri? Apa yang kemudian terjadi begitu Liu Yang Kun
menampakkan dirinya? Bagaimana sikap Tui Lan ketika
mendadak melihat Liu Yang Kun yang telah disangkanya mati
itu berada di depannya? Dan bagaimana pula sikap Liu Yang
Kun yang telah kehilangan ingatannya itu? Apakah ia bisa
mengenali kembali wajah Tui Lan, isterinya sendiri yang asli?
Semuanya memang serba mengejutkan! Begitu pula yang
terjadi pada Yap Kiong Lee pada saat itu!
Beberapa saat yang lalu pendekar dari istana itu menjadi
curiga tatkala Liu Yang Kun tidak juga kembali ke kamarnya,
ketika dia memeriksa kamar sebelah, ternyata Souw Lian Cu
juga tidak ada di tempat.
Sebenarnya pendekar istana itu tak berani menuduh yang
bukan-bukan terhadap mereka. Terutama terhadap Liu Yang
Kun. Tapi mengingat akan tugasnya sendiri untuk membawa
pangeran itu ke istana maka tidak boleh tidak hatinya menjadi
khawatir juga. Apalagi bila mengingat akan sikap Pangeran Liu
Yang Kun terhadap istana selama ini.
"Ah! Apabila kali ini aku gagal lagi untuk membawa
Pangeran Liu Yang Kun kehadapan Hong-siang, hanyalah
hukuman mati yang menantiku di istana............!”
Yap Kiong Lee lalu kembali ke kamarnya. Diambilnya
sepasang pedang pendeknya yang ia taruh di bawah bantal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua bilah pedang itu lalu ia ikat di lengannya, persis di
bawah sikunya. Di lengan kiri maupun lengan kanan. Begitu
pendeknya pedang itu sehingga lengan bajunya yang lebar
segera menutupinya begitu dibawa melangkah.
Di luar penginapan benar-benar gelap-gulita. Satu satunya
lampu minyak yang sore tadi dipasang di pintu halaman sudah
padam pula kehabisan bahan bakar. Suasana betul-betul
sunyi. Sunyi dan sepi. Yap Kiong Lee benar-benar bingung,
kemana ia harus mencari Pangeran Liu Yang Kun.
"Kemanakah dia pergi? Kalau cuma sekedar jalan jalan,
mengapa tidak segera kembali? Apakah..................?”
Tiba-tiba Yap Kiong Lee teringat pada rumah Ui Bun Ting.
"Jangan-jangan dia pergi ke sana untuk melihat, apakah Han
Sui Nio telah kembali atau belum? Hmm, benar.................
mungkin dia memang pergi ke rumah itu, Biarlah aku ke sana
saja,” gumamnya perlahan seraya bergegas pergi ke rumah
keluarga Ui Bun Ting itu.
Semakin dekat dengan rumah keluarga Ui Bun Ting, Yap
Kiong Lee semakin yakin bahwa dugaannya benar.
Perasaannya yang sudah sangat terlatih mengatakannya
demikian. Tapi ketika ia menginjakkan kakinya di jalan besar
yang menuju ke rumah keluarga Ui Bun Ting itu tiba-tiba
dadanya berdebar-debar. Nalurinya seperti mengatakan
bahwa ia sedang diikuti orang.
Betul juga. Ketika dengan tiba-tiba ia membalikkan
tubuhnya, ia melihat seseorang sedang berusaha menyelinap
di balik pohon di pinggir jalan.
"Siapa...,.....?" Yap Kiong Lee berseru kaget. “Ayoh,
keluar.....,.....?”
"Ah, Saudara Y ap memang awas sekali ! Aku benar-benar
kagum kepadamu! Nah, saudara Yap... selamat bertemu !"
terdengar suara berdecak kagum dan tiba-tiba dari balik
tembok halaman rumah di sebelah kiri Yap Kiong Lee muncul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesosok bayangan menghampiri. Sesosok bayangan manusia
bertubuh tinggi besar mengenakan mantel lebar berwarna
hitam mengkilat.
Tentu saja Yap Kiong Lee terkejut bukan buatan.
Sementara itu dari balik pohon yang dilihat Yap Kiong Lee tadi
muncul pula dua sosok bayangan dengan langkah ragu-ragu.
Keduanya menghampiri Yap Kiong Lee dengan sikap waspada.
"Saudara Souw......,..??” Yap Kiong Lee menegur bayangan
pertama, yang mengenakan mantel hitam itu.
“Benar.... akulah yang datang saudara Yap." Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai menyahut ramah. Matanya yang tajam itu
melirik ke arah dua orang yang datang.
Yap Kiong Lee tersenyum kecut, karena sebenarnya ia tak
tahu kalau Hong-gi-hiap Souw Thian Hai ada di tempat itu.
Yang ia maksudkan sebenarnya bukan pendekar sakti itu, tapi
kedua orang yang baru datang tersebut.
Namun untuk menghilangkan rasa kikuknya pendekar dari
istana itu cepat berbisik, "Saudara Souw......! Apakah mereka
itu kawanmu?"
Souw Thian Hai mengerutkan dahinya. Sambil
memperhatikan kedua orang yang datang itu ia menjawab,
"Mereka.......? Ah, bukan! Aku datang sendirian saja."
Yap Kiong Lee menghela napas. Ditatapnya kedua orang
yang baru datang itu lekat-lekat. Semuanya berusia lebih dari
empatpuluh lima tahun.
"Maaf.,. Ji-wi siapa? Mengapa mengikuti langkahku?”
dengan suara kaku Yap Kiong Lee bertanya.
Kedua orang itu saling pandang sebentar. Yang seorang
segera mengangguk kepada yang lain.
"Maaf, Yap Tai-hiap. Kami berdua tak bermaksud apa-apa
terhadap tai-hiap. Kami dari partai Tiam-jong-pai bermaksud
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjumpai ketua kami di rumah keluarganya di ujung jalan
ini. Secara kebetulan kami berjalan di belakang Yap tai-hiap.
Karena takut mengganggu kepentingan Tai-hiap maka kami
terpaksa berjalan dengan sembunyi-sembunyi. Tak tahunya
tai-hiap tetap mendengar juga langkah kami......." orang yang
pertama segera memberi keterangan.
Ternyata kedua orang itu datang dari Cin-an. Mereka
datang dari Partai Tiam-jong-pai. Bahkan mereka telah
mengenal nama besar Yap Kiong Lee pula.
"Aaah!" Yap Kiong Lee berdesah lega. "Mengapa malammalam
begini Ji-wi mau menemui Ui Ciang bun?"
Kedua orang itu saling pandang lagi satu sama lain. Namun
yang seorang segera menjawab pertanyaan itu pula.
"Maaf, besok malam pesta perkawinan Ciang bun jin sudah
harus berlangsung. Tapi hingga sekarang Ciang-bun-jin belum
juga pulang ke Cin-an. Tentu saja kami menjadi khawatir
sekali. Para pengurus segera mengadakan musyawarah dan
memutuskan untuk mengirim kami menjemput beliau."
Yap Kiong Lee mengangguk angguk, “Hmm……memang. Ui
Ciang-bun memang baru saja memperoleh halangan, tapi
sekarang semuanya sudah beres. Ji-wi dapat menemuinya
sekarang..........”
“Halangan........? Ada apa dengan ketua kami?” kedua
orang Tiam-jong-pai itu berseru kaget.
Souw Thian Hai tampak kaget juga. “Eh, saudara Yap…..
ada apa dengan Ui Ciang bun? Apakah ada orang jahat yang
telah mencelakainya? Dimanakah Ui Ciang bun sekarang?”
tanyanya khawatir, karena ketua Tiam-jong-pai itu adalah
kawan baiknya pula.
Yap Kiong Lee tersenyum tenang. “Cu-wi jangan gelisah! Ui
Ciang bun tidak apa-apa. Dia memang baru saja dilukai oleh
Giok-bin Tok-ong. Bahkan calon isterinya juga diculik oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giok-bin Tok-ong pula. Namun mereka sekarang telah kembali
dengan selamat. Silahkan kalau mau menemui mereka…..!”
“Baik! Kami berdua memang ditugaskan untuk menjemput
Ui Ciang bun……” salah seorang dari kedua utusan Tiam-jongpai
itu cepat-cepat menjawab, lalu bergegas mengajak
temannya untuk berangkat.
"Terima kasih, Yap Tai-hiap........” sebelum melangkah
mereka mengucapkan terima kasih kepada Yap Kiong Lee.
Setelah kedua orang itu pergi Souw Thian Hai mendekati
Yap Kiong Lee.
"Saudara Yap, mau kemanakah kau malam-malam begini?
Apakah ada tugas rahasia dari Hong-siang?"
Yap Kiong Lee tidak segera menjawab. Wajahnya kelihatan
agak ragu-ragu. Tapi setelah berpikir sebentar ia lalu berkata.
"Benar, saudara Souw. Aku memang sedang memikul sebuah
tugas penting dari Hong-siang. Tapi…….eh, saudara Souw
sendiri mau kemana pula? Tampaknya kau juga sedang
mempunyai kepentingan……?”
Tiba-tiba Yap Kiong Lee teringat kepada Souw Lian Cu,
puteri pendekar sakti itu. Oleh karena itu sebelum Souw Thian
Hai menjawab pertanyaan, ia segera meneruskan lagi
pertanyaannya.
“Eh…….apakah saudara Souw masih mencari puterimu itu?”
Tak terduga wajah pendekar sakti itu tersentak penuh
harap. Matanya menatap tegang.
"Benar, saudara Yap. Aku memang tak pernah berhenti
mencarinya. Kudengar sebuah berita bahwa seorang pendekar
wanita bertangan buntung berkeliaran di daerah pantai timur.
Aku curiga jangan-jangan wanita itu..........puteriku! Oh,
apakah saudara Yap pernah berjumpa dengan dia?” Yap Kiong
Lee tersenyum. Diam-diam hatinya tersentuh. Ternyata
selama ini pendekar sakti itu tak pernah melupakan puterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Souw......... Aku memang telah bertemu dengan
puterimu. Bahkan puterimu itu telah melakukan perjalanan
bersama aku. Dia memang ingin menemuimu di kota Cin-an.
Tapi sekarang……….”
"Saudara Yap!” Souw Thian Hai tiba-tiba mencengkeram
lengan Yap Kiong Lee. "Katakan cepat! Dimanakah dia
sekarang?” seru pendekar sakti itu dengan suara serak dan
gemetar.
Bertahun-tahun bahkan mungkin sudah belasan tahun Yap
Kiong Lee bersahabat dengan Souw Thian Hai, namun baru
sekarang pendekar dari istana itu melihat pendekar besar
yang disohorkan orang itu tampak gugup dan tidak bisa
mengendalikan perasaannya.
"Saudara Souw, tenanglah..,.! Nanti akan kuceritakan
semuanya, asalkan............."
“Eh-oh.......maaf, maafkanlah aku. Aku...sampai tak bisa
menguasai diri.” Souw Thian hai tersipu-sipu. Wajahnya
kelihatan sedikit merah. "Ah, tidak apa-apa. Saya bisa
memakluminya, saudara Souw. Marilah......akan kuceritakan
semuanya. Tapi........kuminta untuk sementara Saudara Souw
merahasiakan sebagian dari ceritaku ini nanti, karena ada
sebagian yang menyangkut tugasku sebagai utusan Hongsiang.”
Souw Thian Hai memandang sahabatnya sebentar.
Pandangannya tajam menyelidik. Tampaknya pendekar itu
agak tergetar juga hatinya mendengar syarat sahabatnya itu,
sehingga dalam sekejap timbul berbagai macam pikiran di
dalam otaknya. Namun rasa ingin tahu terhadap nasib
puterinya membuat pendekar itu mengesampingkan semua
pikiran tersebut. Perlahan-lahan ia mengangguk.
"Baik. saudara Yap. Silahkan kau menceritakannya
............!” katanya kemudian sambil menghela napas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee mengusap rambutnya yang sedikit basah
oleh embun. Setelah itu dengan jelas dan urut ia bercerita
tentang Souw Lian Cu dan Pangeran Liu Yang Kun. Sedikitpun
tidak ada yang disembunyikannya. Bahkan keadaan Pangeran
Liu Yang Kun yang anehpun dia utarakan pula. Juga tentang
maksudpangeran itu untuk berobat kepada Chu Bwe Hong
atau nyonya Souw di Cin-an nanti.
“Kata puterimu di dunia ini sudah tidak ada lagi yang
mewarisi ilmu pengobatan Bu-eng Sin-yok-ong selain Nyonya
Souw, karena Chu Seng Kun, kakak Nyonya Souw telah tewas
di tangan putera-puteri Tung-hai Tiauw.”
“Apa…..? Saudara Chu tewas di tangan anak Tung-hai
tiauw? Kurang ajar!” Souw Thian Hai tiba-tiba berseru geram.
Berita itu benar-benar sangat mengejutkan hati Souw Thian
Hai. Selain terikat sebagai saudara ipar, Chu Seng Kun juga
merupakan sahabat eratnya di masa muda. Bahkan telah
banyak budi yang dilepas oleh sahabatnya itu kepadanya.
“Ya! Bahkan menurut penuturan puterimu, Keluarga Chu
Seng Kun dibantai didepan hidungnya!"
“Oh, sungguh keji sekali! Lalu,.apa masalahnya sehingga
kawanan bajak laut itu bermusuhan dengan chu twa-ko?"
Yap kiong Lee menghembuskan napasnya kuat-kuat. "Kata
puterimu........ semuanya itu berpangkal pada seorang wanita
muda yang hendak melahirkan! Wanita muda itu ditemukan
oleh seorang pembantu Chu Seng Kun di dekat rumah
mereka. Karena melihat wanita muda itu hendak melahirkan,
maka dia dibawa pulang oleh pembantu keluarga Chu
tersebut. Eee…..tak tahunya wanita muda itu ternyata adalah
buronan dari keluarga Tiauw. Oleh karena itu perselisihan pun
tak bisa dielakkan lagi. Apalagi Chu Seng Kun berkeras tidak
mau menyerahkan wanita muda itu.”
“Kurang ajar,.,.....!” sekali lagi Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai menggeram. Kedua tangannya terkepal erat-erat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Apapun alasannya.......... kawanan bajak laut itu memang
patut dikutuk! Akupun akan membuat perhitungan pula
apabila pada suatu saat berjumpa dengan mereka!” Yap Kiong
Lee berkata penasaran pula.
“Hmm, saudara Yap.........! Bagaimana pendapatmu
sekarang? Kemana kira-kira Pangeran Liu Yang Kun dan
puteriku itu pergi?"
“Entahlah! Tapi aku tadi bermaksud ke rumah keluarga Ui
Bun Ting di ujung jalan ini. Aku ingin menengok ke sana.
Siapa tahu mereka pergi ke rumah itu?"
“Ah, kalau begitu marilah kita lekas-lekas ke sana pula!
Kalau di rumah itu tidak ada, kita mencarinya lagi di tempat
lain………” ajak Souw Thian Hai bersemangat.
Demikianlah kedua pendekar itu lalu berlari menuju ke
rumah Ui Bun Ting. Mereka tidak menyangka bahwa pada saat
yang sama di dalam rumah itu telah terjadi keributan yang
hampir saja merenggut nyawa ketua partai Tiam-jong-pai dan
calon isterinya.
Memang. Pada saat itu, ketika di tepi jalan Han Tui Lan
sedang tertegun kaget menyaksikan Pangeran Liu Yang Kun
tiba-tiba berdiri di depannya, maka di dalam rumahpun Ui Bun
Ting beserta seluruh keluarganya juga tertegun pula tatkala
tiba-tiba Giok-bin Tok-ong berdiri di depan mereka! Sambil
meringis kegirangan iblis tua itu menghampiri Han Sui Nio
yang baru saja selesai menidurkan bayi Tui Lan. Tak
seorangpun mengetahui bagaimana iblis tua itu masuk ke
dalam rumah.
“Su-moi, awas……..! dia datang kembali!” Ui Bun Ting
berteriak. Suaranya terdengar gemetar kaget dan ketakutan.
Han Sui Nio yang baru saja menutup pintu terkejut pula.
Dengan wajah pucat wanita itu bersandar pada daun pintu
yang ditutupnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“K-k-kau……kau…..kembali lagi…..?” pekiknya tertahan di
kerongkongan.
Kakek iblis itu berhenti tiga langkah di depan Han Sui Nio.
"Benar, anak manis. Aku datang lagi untuk menjemputmu.
Marilah kita pulang kembali ke Lembah tak Berwarna, kita
lupakan semua ganjalan yang pernah ada diantara kita. Dan
kita buka nanti lembaran yang baru..,,"
“Tidak......! Aku tidak mau! Kau pergilah! Kau pulanglah
sendiri ke Lembah Tak berwarna! Jangan ganggu aku!" Han
Sui nio berteriak.
Tapi Giok-bin Tok-ong tak mempedulikan teriakan itu. Dia
maju selangkah lagi, sehingga iblis tua itu dapat meraih
pundak Han Sui Nio.
"Lepaskan dia!” tiba-tiba terdengar Ui Bun Ting memekik.
Ternyata di puncak ketakutan dan kekhawatirannya, timbullah
keberanian ketua partai Tiam-jong-pai itu. la berteriak seraya
menyerang dengan kedua tangannya.
Tapi dengan tenang Giok-bin Tok-ong mengibaskan lengan
bajunya. Serangkum angin berbau busuk tiba-tiba
menyongsong kedatangan Ui Bun Ting. Dan selanjutnya ketua
Partai Tiam-jong pai itu tergetar mundur dengan
sempoyongan.
"huk.....huk...,,huk!" ketua Tiam-jong-pai yang masih
belum pulih benar sakitnya itu terbatuk-batuk sambil
mendekap dadanya. Ternyata ia telah terluka dalam lagi.
Sebaliknya dengan wajah puas Giok-bin Tok-ong
memandang ke arah lawannya itu. "Heheh..... ternyata kau
belum mati juga, heh? Siapa yang telah mengobati lukamu
siang tadi? Apakah kau telah mendatangkan seorang malaikat
yang bisa menghidupkan kembali nyawamu, heh?"
Sambil berkata Giok-bin Tok-ong mengangkat lagi
tangannya. Siap untuk melancarkan lagi serangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan ! Jangan bunuh dia.........! Bunuh saja aku!” tibatiba
Han Sui Nio menjerit sambil menubruk kaki Giok-bin Tok
ong.
Iblis tua dari Lembah Tak Berwarna itu tak mengelak.
Namun dia telah mengerahkan lwee-kangnya, sehingga Han
Sui Nio pun takkan bisa berbuat apa apa bila bermaksud jahat.
Dan sementara itu para penghuni rumah itu juga tak bisa
berbuat apa-apa pula. Mereka telah ketakutan sejak tadi.
Bahkan beberapa orang diantara mereka telah pingsan sejak
Giok-bin Tok-ong muncul.
"Hehehe....... Sui Nio!" Giok-bin Tok-ong menoleh dan
menunda pukulannya. "Aku dapat mengampuninya, asal........
kau mau menuruti perintahku! Nah, cepatlah kau mengambil
keputusan ! Kau ikut aku atau tidak?"
Suasana di dalam ruangan itu menjadi tegang luar-biasa.
Han Sui Nio dengan wajah pucat memandang Ui Bun Ting,
sementara Ui Bun Ting sendiri dengan bibir yang semakin
membiru juga menatap kekasihnya itu.
"Su-moi.........?" ketua Partai Tiam-jong-pai itu berbisik
lemah. Ternyata luka dalamnya semakin parah juga.
“Aku............ aku sungguh bahagia bisa mati di depanmu.
Oleh karena itu……. jangan kau terima ajakannya ! Hindarilah
dia! Larilah sejauh-jauhnya!"
Giok-bin Tok-ong menggeram marah. Tangannya sudah
bergetar lagi. Iblis tua itu benar-benar tidak bisa menahan diri
lagi.
"Kau memang sudah bosan hidup! Setan busuk.....!”
umpatnya keras-keras. Kemudian tangannya menyambar ke
depan dengan dahsyatnya.
"Tok-ong, jangannnnn...........!!! Aku ikut kau!” tak terduga
Han Sui Nio memekik dan memeluk kaki Giok Bin Tok-ong
erat-erat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangan yang sudah terayun itu mendadak berhenti. Dan
desau angin yang bertiuppun lenyap pula dengan tiba-tiba.
Ternyata pada kesempatan yang terakhir iblis tua itu telah
membatalkan pukulannya. Sebagai gantinya iblis dari lembah
Tak Berwarna itu lalu tertawa terkekeh-kekeh,
"Hehheh-heheh........ternyata kau masih dapat berpikir pula
dengan baik. Bagus sekali, Sui Nio. Keputusanmu itu telah
menyelamatkan jiwa kekasihmu. Nah, kalau begitu mau
tunggu apa lagi? Ayolah...........!" ajak kakek iblis itu
kemudian.
Lalu dengan kasar kakek iblis itu menarik lengan Han Sui
Nio dan diseretnya kepintu.
"Su-moi.....! Kau jangan pergi! Kau akan sangat menderita
nanti ! Biarlah aku saja yang menjadi korban...,.......!” dari
belakang Ui Bun Ting berteriak dan berusaha mengejar ke
pintu.
Tapi pintu itu dengan kasar telah ditutup pula oleh Giok-bin
Tok-ong dari luar. Dan selanjutnya iblis tua itu telah lenyap
membawa Han Sui Nio.
"Sui Nio..…..!” Ui Bun Ting menjerit lirih.
Ketua Tiam-jong-pai itu lalu meratapi keadaannya. Hatinya
benar-benar pedih. Pedih bercampur penasaran. Di depan
Giok-bin Tok-ong ternyata dirinya tak lebih dari seoranq lemah
yang tak mampu berbuat apa-apa. Sama sekali hilang
kegarangannya sebagai seorang ketua partai persilatan
terkemuka di dunia.
Ui Bun Ting lalu membanting pandangannya ke tanah. Ia
benar-benar merasa sedih dan malu. Malu kepada Han Sui
Nio, karena ia sama sekali tak mampu melindungi calon
isterinya itu.
Namun wajah itu tiba-tiba terangkat kembali. Di luar
tembok halaman itu terdengar suara perkelahian. Bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa saat kemudian terdengar pula suara umpatan dan
cacian. Suara Giok-bin Tok-ong!
"Oh? Dengan siapa iblis itu berkelahi? Ah, jangan-jangan
iblis tua itu telah bertemu dengan Tui Lan ........."
Bergegas Ui Bun Ting turun ke halaman. Dia tak
memikirkan lagi keadaan tubuhnya yang semakin lemah.
Bahkan di dalam dadanya tumbuh kembali harapannya untuk
bisa menyelamatkan Han Sui Nio. Siapa tahu ada pertolongan
yang tak terduga?
Benar juga. Begitu ia membuka pintu halaman depan,
matanya segera menyaksikan pemandangan yang benar-benar
diluar dugaannya. Ia melihat Giok-bin Tok-ong bertempur
melawan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee. Han Sui Nio tidak
berada di tempat itu. Calon isterinya itu berada di jalan raya.
Wanita itu sedang memeluk Tui Lan.
Dan beberapa langkah di belakang Han Sui Nio tampak
pendekar besar Souw Thian Hai sedang berangkulan dengan
seorang gadis berlengan satu. Pendekar itu kelihatan sangat
terharu hatinya. Wajahnya tengadah memandang ke langit,
sambil sesekali menghela napas panjang.
Sementara itu agak jauh di seberang jalan tampak pula
wajah seorang pemuda yang tak mungkin dapat dilupakannya.
Liu Yang Kun! Pemuda itu tampak berdiri termangu-mangu di
dekat seorang kakek buta yang sedang sibuk merawat gadis
muda.
“Oh-oh……ada apa sebenarnya di tempat ini tadi? Aneh
benar suasananya…….” Ui Bun Ting berdesah bingung.
Jalan itu tetap gelap dan sepi. Walaupun orang-orang yang
tinggal di sekitar tempat tersebut juga mendengar keributan
itu, namun mereka tetap tidak berani keluar untuk melihatnya.
Mereka justru menutup rapat-rapat pintu dan jendela mereka,
kemudian bersembunyi bersama seluruh keluarga mereka di
tempat yang aman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lian Cu, anakku….! Kemana saja kau selama ini? Hampir
putus asa ayah mencarimu…..” Souw Thian Hai berbisik di
telinga puterinya. Keduanya masih berpelukan.
Perlahan-lahan Souw Lian Cu melepaskan diri dari dekapan
ayahnya. Wajahnya yang basah dengan air mata itu
mendongak ke atas. terbata-bata ia menjawab. “Maafkanlah
aku, ayah….aku memang anak yang tak berbakti. Aku
selalu……selalu membuat ayah menderita.”
“Tidak, nak…..kau tidak bersalah. Ayahlah yang telah
menyia-nyiakanmu. Ayah terlalu mementingkan dirinya sendiri,
sehingga kau menjadi kecewa karenanya. Seharusnya ayah
lebih memperhatikanmu, karena sejak kecil kau tak pernah
merasakan kasih sayang orang tua……”
“Ayah……..!”
Kedua ayah dan anak itu lalu berpelukan lagi. Pertemuan
itu benar-benar sangat mengharukan, tapi juga sekaligus
membahagiakan hati mereka.
Sementara itu Han Sui Nio yang sedang berpelukan dengan
Tui Lan tiba-tiba menjerit. Tui Lan yang ada di dalam
pelukannya itu mendadak pingsan.
“Tui Lan.....!!!”
Jeritan Sui Nio itu tentu saja amat mengagetkan yang lain.
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan Souw Lian Cu tersentak
kaget dari keharuan mereka. Liu Yang Kun yanq sedang
termangu-mangu bingung itupun juga menoleh pula dengan
cepat. Bahkan Giok-bin Tok-ong yang sedang bertempur
dengan Yap Kiong Lee itu juga menjadi kaget sekali. Tanpa
mempedulikan lawannya lagi iblis tua itu melesat menghampiri
Han Sui Nio.
"Sui Nio, ada apa.........?” tanyanya khawatir.
Han Sui Nio menoleh sekejap, kemudian mendekap tubuh
Tui-Lan kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anakmu! Anakmu pingsan !" Sui Nio menjerit pula sekali
lagi.
"Apaaa.........? Anakku..,,......?” tiba-tiba Giok bin Tok-ong
memekik. Wajahnya menjadi tegang.
Han Sui Nio menoleh lagi dengan cepat. Tiba-tiba wajahnya
menjadi garang ketika menatap Giok bin Tok-ong.
"Benar! Anak ini memang anakmu. Ayah bodoh. Cepat!
Obati dia..... !" bentaknya kemudian dengan keras.
Air muka kakek iblis itu berubah dengan hebat. Bibirnya
menjadi pucat tak berdarah, sementara matanya yang biasa
liar dan ganas itu tiba-tiba terpukau diam tak bergerak.
"Anakku...............?" desahnya seperti tak percaya.
Lalu kakek itu tiba-tiba menyambar ke depan. Sekejap saja
tubuh Tui Lan telah berpindah dalam pelukannya.
"Tui Laaaan.......!” Han Sui Nio memekik.
"Ci-ci.............!" Souw Lian Cu menjerit pula, kemudian
menghambur dari pelukan Souw Thian Hai untuk menolong
Tui Lan.
Namun dengan cepat Giok-bin Tok-ong mengebutkan
lengan bajunya yang lebar. Dan serangkum angin berbau
amispun segera menahan langkah Souw Lian Cu dengan
kuatnya.
"Ooouuugh ,...........!” Souw Lian Cu mengeluh pendek.
"Lian Cu...............!" Hong-gi-hiap Souw Thian Hai berteriak
kaget dan bergegas menyambar tubuh puterinya itu.
Kemudian sambil membawa puterinya ke pinggir, Souw
Thian Hai cepat-cepat mengurut dan menotok di beberapa
bagian punggungnya. Semuanya itu dia lakukan dengan
tangkas dan cekatan. Sehingga napas Souw Lian Cu yang
sesak segera pulih kembali seperti semula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Ui Bun Ting masih tetap juga berdiri bingung
di luar pintu halaman rumahnya. Ketua partai Tiam-jong-pai
itu benar-benar tak bisa menerka, apa sebenarnya yang telah
terjadi di tempat itu sebelum dia keluar tadi.
“A-a-apa…….yang telah terjadi………” desahnya serak.
Benar. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Mengapa tibatiba
Giok-bin Tok-ong berkelahi dengan Hong-lui-kun Yap
Kiong Lee? Dan bagaimana pula tiba-tiba Tui Lan telah
berpelukan dengan Han Sui Nio, serta pingsan di dalam
pelukannya tersebut?
Seperti telah diceritakan di bagian depan, pertempuran
antara Tui Lan melawan Tiauw Li Ing telah berakhir dengan
kemenangan Tui Lan. Kipas yang dipegang gadis bajak-laut itu
telah pecah, dan pecahannya justru melukai pemiliknya
sendiri. Akibatnya Lo-sin-ong dan Liu Yang Kun terpaksa
datang menolongnya.
Namun kemunculan Liu Yang Kun itu ternyata sangat
mengejutkan hati Tui Lan. Beberapa saat lamanya gadis itu
mengejap-ngejapkan kelopak matanya. Gadis itu seperti tak
percaya pada penglihatannya. Baru beberapa waktu kemudian
gadis itu mengeluh pendek dan tubuhnya terhuyung ke depan.
Tubuh gadis itu tentu akan terbanting ke tanah kalau pada
saat yang sama tidak datang Han Sui Nio, yang dengan
tangkas menyambar tubuhnya. Ternyata kedatangan Han Sui
Nio bersama Giok-bin Tok-ong dari dalam rumah Ui Bun Ting
tadi benar-benar tepat pada waktunya. Dan kedatangan
mereka tersebut ternyata juga bersamaan pula dengan
kedatangan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee. Bahkan pendekar
istana itu segera menyerang Giok-bin Tok-ong begitu
menyaksikan iblis tersebut keluar dari rumah Ui Bun Ting.
Dan pertempuran yang baru saja mulai itu segera bubar
kembali ketika terdengar jeritan Han Sui Nio. Dan seperti yang
telah diceritakan pula, tubuh Tui Lan telah berpindah dengan
cepat ke tangan Giok-bin Tok-ong. Bahkan Souw Lian Cu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bermaksud menolong sahabatnya itu telah terluka dalam pula
oleh pukulan iblis dari Lembah Tak Berwarna tersebut.
Semuanya itu berlangsung dengan cepat sekali, sehingga
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai itu tak sempat pula menolong
puterinya. Untunglah luka yang diderita gadis ayu itu tidak
begitu parah sehingga Souw Thian Hai segera dapat
menolongnya pula. Namun demikian semua itu telah
membangkitkan amarah Souw Thian Hai.
“Bangsat keji..............!” pendekar besar itu menggertakkan
giginya. "Kau telah melukai puteriku! Hmm...... kubunuh kau!”
Tapi Giok-bin Tok-ong sendiri ternyata tidak mengacuhkan
ancaman tersebut. Iblis tua itu sedang sibuk dengan
urusannya sendiri. Urusan Tui Lan yang tiba-tiba dikatakan
sebagai anaknya oleh Han Sui Nio.
“Heh? Apa katamu, Sui Nio? Dia……dia……anakku? Betulkah
itu…….? Kau…….kau bohong!” sanggah iblis tua itu hampir
berteriak. Matanya liar menunjukkan nafsu membunuh.
Tiba-tiba Han Sui Nio tersadar bahwa ia telah mengatakan
sesuatu yang amat membahayakan nyawa anaknya. Iblis itu
telah bersumpah untuk membunuh semua keturunannya. Tui
Lan tentu akan dihabisinya pula. Oleh karena itu dengan
sangat ketakutan Han Sui Nio menjerit dan berusaha
merampas tubuh Tui Lan dari tangan Giok-bin Tok-ong.
“Tidaaaakk……..! eh, aku keliru! Dia bukan anakmu!
Dia…….dia…….anak Ang-leng Kok-jin!”
Tapi perubahan sikap dan keadaan Han Sui Nio itu justru
menumbuhkan keyakinan di dalam hati Giok-bin Tok-ong,
bahwa Tui Lan memang anaknya. Dengan menyeringai kejam
iblis tua itu segera mengangkat tubuh Tui Lan yang tak
berdaya.
Namun pada saat itu pulalah Souw Thian Hai telah berada
di depannya. Dengan pengerahan tenaga sepenuhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar besar itu menyerang. Tangan kiri menyergap ke
arah wajah, sedangkan tangan kanan berusaha menyambar
tubuh Tui Lan!
Dan serangan itu memang sangat mengejutkan Giok-bin
Tok-ong. Apalagi ketika terasa olehnya udara yang terpancar
dari kedua tangan Souw Thian Hai itu mempunyai pengaruh
yang berlawanan. Panas dan dingin. Yang tertuju ke arah
wajahnya bagaikan jilatan api yang hendak membakar
kepalanya. Sementara yang terarah ke tubuh Tui Lan bagaikan
siraman air es yang hendak membekukan tangannya.
"Gila.....,.....!!!" Ketua Lembah Tak Berwarna itu
mengumpat kasar.
Dan kemarahannya menjadi semakin hebat pula begitu
menyaksikan siapa yang telah menganggunya. Meskipun gelap
ternyata ia mampu mengenali wajah Souw Thian Hai.
"Kau.......? Huh!” lanjutnya kemudian seraya melompat ke
belakang. Otomatis maksudnya untuk mencekik atau
membanting tubuh Tui Lan menjadi tertunda.
Tetapi Souw Thian Hai tak ingin memberi kesempatan lagi
kepada lawannya untuk melaksanakan niatnya itu. Menyadari
sergapannya tak berhasil pendekar besar itu segera
menyusulinya lagi dengan serangan berikutnya. Kali ini
dengan lompatan panjang ke arah pinggang lawan. Tumit
kanannya berputar dari kanan ke kiri dalam jurus Menebas
Rumput Meratakan Tanah, salah sebuah jurus yang pernah
mengangkat nama keluarganya di dunia persilatan.
Lagi lagi Giok-bin Tok-ong terperanjat. Kali ini serangan
kaki lawannya diikuti oleh hawa panas yang tak terhingga
kuatnya. Belum juga serangan itu menghantam pinggangnya,
kilatan udara panas lebih dulu menerjang bagaikan petir yang
hendak menghanguskan tubuhnya.
Dengan tergesa-gesa Giok bin Tok-ong meloncat lagi ke
belakang. Kali ini benar-benar dengan kemarahan yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memuncak sampai di ubun-ubunnya. Sehingga ketika sekali
lagi Souw Thian Hai memburunya, ia tak mau mengelak pula.
Dengan geram tangannya yang bebas menyongsong serangan
lawannya.
Tapi ternyata Souw Thian Hai tak mau beradu tenaga
dengannya. Pendekar besar itu menggeliat ke samping
dengan gesitnya, kemudian dari samping menyerang lagi
dengan kedua jari tangannya. Seleret sinar seperti kilatan petir
melesat dari ujung jari-jari tersebut. Menerjang ke arah lengan
Giok-bin Tok-ong, bagaikan kilatan anak panah yang terlepas
dari busurnya!
Cuuuuss!
“Kurang ajar……..!!!” iblis dari Lembah Tak Berwarna itu
mengumpat kasar. Otomatis tangannya yang memegang
tubuh Tui Lan menangkis kilatan sinar tersebut, sehingga
tubuh gadis itu terlepas dari cengkeramannya.
Dan kesempatan itu benar-benar tak disia-siakan oleh
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai ! Dengan cepat tangannya yang
lain segera mendorong tubuh Tui Lan ke pinggir!
Sementara itu Liu Yang Kun yang sejak tadi hanya berdiri
termangu-mangu di dekat Lo-sin-ong dan Tiauw Li Ing, tibatiba
seperti disentakkan dari lamunannya. Pemuda itu
bergegas menangkap tubuh Tui Lan yang kebetulan melayang
ke arah dirinya. Sekejap ia menjadi bingung dan salah tingkah,
tak tahu apa yang harus ia perbuat terhadap gadis itu.
“Pangeran! Apa yang kaulakukan? Apa yang telah terjadi?
Siapakah yang berkelahi itu?” Lo-sin-ong yang sudah selesai
mengobati Tiauw Li Ing itu tiba-tiba bertanya dengan kaget
dan waspada.
“anu…..eh…..anu, Giok-bin Tok-ong berkelahi dengan
seorang lelaki tinggi besar bermantel hitam……..!” Liu Yang
Kun menjawab dengan gugup. Ternyata ia tak ingat lagi
kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Giok-bin Tok-ong……?” Lo-sin-ong tersentak kaget.
“Benar."
“Eh, mengapa iblis tua itu sampai bisa datang kemari?
Oh.......sungguh gawat sekali! Kita tak boleh berlama-lama di
sini! Kita harus cepat-cepat pergi................!"
Kakek tua itu segera mengangkat tubuh muridnya. Namun
pada saat yang sama gadis itu juga membuka matanya.
Melihat Liu Yang Kun memeluk tubuh Tui Lan, gadis itu cepat
melepaskan diri dari pegangan gurunya. Dengan marah gadis
itu berdiri menghadapi Liu Yang Kun. Namun karena
kesehatannya memang belum pulih kembali, maka tubuhnya
segera terhuyung mau jatuh.
Bagaikan orang yang awas matanya Lo-sin ong menyambar
tubuh Tiauw Li Ing!
"Kau........? kauuu,.....?" gadis itu menjerit sambil menuding
'suaminya', lalu pingsan di dalam gendongan su-hunya.
Tentu saja Lo-sin-ong yang buta itu menjadi bingung dan
tak tahu apa yang menyebabkan muridnya bertingkah
demikian.
"Oh........dia pingsan! Apa........apa sebenarnya yang
terjadi, Pangeran?"
“A-a-aku tak tahu, Lo-cianpwe...........dia......... seperti
marah sekali," Liu Yang Kun tak berani berterus terang.
“Aneh sekali! Kalau begitu kita memang harus cepat-cepat
meninggalkan tempat ini ! Hemmh, sungguh mengherankan!
Malam-malam begini, di tempat seperti ini pula, tiba-tiba
muncul sedemikian banyak tokoh-tokoh persilatan yang saling
berbenturan.............."
Kakek tua itu lalu mengangkat tubuh Tiauw Li ing dan
melangkah pergi. Namun langkahnya segera terhenti kembali
ketika tak didengarnya langkah Liu Yang Kun di belakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran. Kenapa kau masih tetap berdiri di situ?
Ayolah...... !" ajaknya kemudian dengan suara agak keras.
Liu Yang Kun tersentak kaget, lalu menghela napas
panjang. Kakinya terasa berat sekali untuk melangkah. Apalagi
ketika ia menyadari bahwa beberapa orang telah datang
mendekatinya. Bahkan mengepungnya. seolah-olah orangorang
itu tidak memperbolehkan dia pergi dari tempat
tersebut. "Yap Tai-hiap! Nona Souw.........? Ini.........???" bibir
Liu Yang Kun bergetar hampir tak bersuara. Matanya juga ikut
bergetar pula ketika memandang ke arah kawan-kawannya
itu.
"Saudara Liu! Letakkan wanita itu baik-baik. Jangan ganggu
dia! Aku bersumpah untuk membalas dendam kepadamu
apabila kau sampai berani mengusiknya!” Souw Lian Cu yang
biasa bersikap tenang itu mengancam.
“Pangeran....hendak kauapakan wanita itu?
Berikan......berikan dia kepada Ui Ciang bun! Gadis itu adalah
anak-tiri Ui Ciang bun....” di dalam ketegangannya Yap Kiong
Lee lupa menyebut ‘pangeran’ kepada Liu Yang Kun.
Untunglah semua orang yang datang mengepung Liu Yang
Kun itu juga dalam keadaan tegang pula hatinya, sehingga
mereka tidak begitu memikirkan keganjilan itu.
“Betul, Tai-hiap. Dia anak tiriku. Ampunilah dia......” Ui Bun
Ting yang juga datang bersama Han Sui Nio ikut memohon
kepada Liu Yang Kun.
Seketika Liu Yang Kun menjadi sadar, bahwa temantemannya
itu mengkhawatirkan keselamatan wanita yang kini
berada di dalam pelukannya. Agaknya mereka menyangka
bahwa dirinya hendak mencelakakan wanita itu.
“Oh, maaf........maaf! Inilah dia! Silahkan kalian
merawatnya! Sama sekali aku tak berniat untuk
mencelakakannya......! sungguh!” terbata-bata Liu Yang Kun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata sambil menyerahkan tubuh Tui Lan kepada Y ap Kiong
Lee.
Di lain pihak keributan kecil itu tampaknya didengar pula
oleh Lo-sin-ong. Kakek tua yang belum jauh melangkah dari
tempat itu tampak mengerutkan alisnya.
“Pangeran….? Apakah kau mendapatkan kesulitan?”
tanyanya dingin.
“Oh, tidak! Tidak……! Lo-cianpwe harap berjalan dahulu!
Mereka adalah teman-temanku. Aku hendak berbicara dengan
mereka sebentar,” Liu Yang Kun cepat menyahut.
Namun tentu saja kakek tua itu tak mau dibohongi oleh Liu
Yang Kun. Begitu sulitnya dia dan Tiauw Li Ing mencari Liu
Yang Kun. Kini setelah pemuda itu dapat mereka ketemukan,
bagaimana mungkin kini ia lepaskan begitu saja? Bagaimana
kalau pemuda itu nanti melarikan diri lagi?
“Hmmh! Kukira masih banyak waktu untuk berbicara
dengan mereka nanti. Yang lebih penting bagi pangeran
sekarang adalah merawat isterimu. Marilah! Tinggalkan saja
dahulu kawan-kawanmu itu.......!”
“Tapi.......? Liu Yang Kun berdesah bimbang. Matanya
mengawasi Souw Lian Cu, seolah-olah meminta pertimbangan.
Tapi Souw Lian Cu sendiri seperti tak mengacuhkan tatapan
mata itu. Gadis ayu itu bahkan menyibukkan diri di samping
Tui Lan yang telah dirawat oleh Ui Bun Ting dan Han Sui Nio.
Yap Kiong Lee lah yang kemudian maju mendekati Liu Yang
Kun.
“Pangeran……! Jangan kauikuti ajakan orang tua itu!
Bukankah Pangeran hendak berobat kepada isteri Hong-gihiap
Souw Thian Hai. Nah, lihatlah….! Pendekar besar itu telah
datang kemari. Sebentar lagi isterinya tentu akan tiba pula,”
pendekar dari istana itu mencoba membujuk Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar saja. Pemuda itu kelihatan terkejut mendengar
keterangan tersebut.
"Hong-gi-hiap Souw Thian Hai? Betulkah orang yang
bertempur dengan Giok-bin Tok-ong itu ayah nona Souw?”
desah pemuda itu kaget.
“Benar. Tanyakan saja kepada nona Souw kalau Pangeran
tak percaya."
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Tapi sebeIum dia
menjawab, tiba-tiba Lo-sin-ong telah berkelebat di depannya.
“pangeran! Dia berbohong! Jangan hiraukan dia! Mari kita
segera pergi dari tempat ini! Isterimu itu harus cepat-cepat
mendapatkan perawatan......” kakek itu memotong dengan
perkataan keras.
Tapi Liu Yang Kun sudah tidak bisa dibujuk lagi. Apalagi
pemuda itu merasa bahwa luka-luka isterinya tidak begitu
parah.
“Lo-cianpwe, jangan paksa aku.....! lebih baik Lo-cianpwe
berjalan lebih dahulu. Aku akan tetap berbicara dahulu dengan
kawan-kawanku........”
“Pangeran! Apakah kau.....?” Lo-sin-ong menggeram.
Tangan sudah terangkat. Siap untuk menyerang.
Namun dengan tangkas Yap Kiong Lee melompat di
depannya. Melihat orang tua di depannya itu sudah
mengetahui siapa Liu Yang Kun, pendekar dari istana itu juga
tidak mau main sembunyi lagi.
“Lo-cianpwe, saya benar-benar heran menyaksikan sepakterjang
Lo-cianpwe saat ini. Rasanya menjadi hilang
bayanganku selama ini. Bayangan tentang seorang bekas
ketua aliran kepercayaan terkemuka, yang selama hidupnya
terkenal sebagai tokoh persilatan yang berbudi luhur dan
menjunjung tinggi kebajikan serta keadilan. Yang kulihat
sekarang justru kebalikannya. Tokoh itu kini ternyata telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergaul dengan penjahat. Bahkan menjadi guru dari puteri
bajak laut Tung-hai-tiauw yang terkenal itu. Malahan demi
muridnya yang jahat itu tokoh tersebut hendak membinasakan
putera kaisar yang tidak bersalah…….”
Wajah Lo-sin-ong yang buta itu menjadi pucat. Matanya
yang kosong itu terbuka mengerikan, seolah-olah ingin melihat
orang yang berani berkata kasar kepadanya.
“Cukup......! Siapakah kau?” bibir yang pucat gemetaran itu
akhirnya menjerit.
“Maaf, Lo-cianpwe. Aku yang rendah ini adalah Yap Kiong
Lee, seorang hamba kerajaan yang khusus diutus oleh Hongsiang
untuk menjemput Pangeran Yang Kun.”
“Yap Kiong Lee……? Aah!” tiba-tiba suara Lo-sin-ong
merendah. “.......jadi saudara ini salah seorang dari dua
bersaudara Yap yang mengabdi kepada kerajaan itu?”
“Benar. Oleh karena itu kami minta Lo-cianpwe jangan
mengganggu Pangeran Liu Yang Kun. Mengganggu dia sama
saja berarti melawan kekuasaan Hong-siang.”
Lo-sin-ong tertegun dengan wajah merah-padam. Ia
menjadi serba salah memikirkan nasib Tiauw Li Ing.
Membantu salah, tidak membantu juga salah. Seperti telah
dikatakan oleh Yap Kiong Lee tadi, namanya akan jatuh bila ia
tetap membantu Tiauw Li Ing. Tapi bagaimana ia harus
berdiam diri melihat nasib muridnya itu?
Tiba-tiba kakek tua itu menghela napas sedih. Hatinya
merasa menyesal sekali. Ia terlalu memanjakan Tiauw Li Ing,
sehingga selama ini ia cenderung untuk selalu menuruti
keinginan muridnya tersebut. Sampai-sampai ia mencarikan
jalan yang kurang terpuji untuk menuruti keinginannya.
"Baiklah. Ciang-kun. Melihat ayahmu, Yap Cu Kiat, yang
telah kukenal dengan baik, aku tidak akan mengganggu lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Pangeran Liu Yang Kun. Nah, aku memohon diri......."
akhirnya kakek itu berkata dengan suara rendah.
Selesai berkata kakek sakti itu lalu berkelebat pergi. Dari
jauh masih terdengar suara tarikan napasnya yang berat.
"Yap Tai-hiap.....? Betulkah pemuda sakti ini Pangeran Li
Yang Kun yang terkenal itu?" tiba-tiba Ui Bun Ting berseru
seakan-akan tak percaya.
"Benar, Ui Ciang-bun. Tapi kumohon kau jangan
membocorkannya dahulu kepada orang lain. Aku dan
Pangeran Liu Yang kun sedang mengemban sebuah tugas
rahasia dari Hong-siang," Yap Kiong Lee cepat-cepat menukas
dengan sedikit berbohong.
Di lain pihak Liu Yang Kun hanya menggeleng gelengkan
kepalanya saja. Pemuda yang selama ini tidak pernah merasa
sebagai putera Kaisar Han itu beberapa kali tersenyum kecut
ketika memandang kepada Yap Kiong Lee.
“Bun Ting.........! Tui Lan belum juga siuman dari
pingsannya. Bagaimana ini?" tiba-tiba Sui Nio menyela
pembicaraan mereka.
“Oh ! Kalau begitu kita bawa saja dia ke dalam rumah.
Marilah............!”
“Benar, Li-hiap. Bawalah puterimu ke dalam bersama Ui
Ciang-bun! Biarlah aku di sini bersama Pangeran Liu Yang Kun
mengawasi pertempuran Souw Tai-hiap." Yap Kiong Lee
memberi saran pula.
“Aku juga di sini untuk melihat pertempuran ayah," Souw
Lian Cu yang masih belum pulih kembali kesehatannya itu
menyela juga.
“Tapi nona baru saja keracunan.....” Yap Kiong Lee
memperingatkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak apa-apa. Keadaanku sudah lebih baik. Ayah telah
mengobati aku."
Karena Souw Lian Cu berkeras untuk tinggal maka Ui Bun
Ting lalu mengajak Sui Nio saja untuk membawa Tui Lan ke
dalam rumahnya. Ketua Tiam-jong-pai itu berjalan melingkari
arena pertempuran yang semakin dahsyat tersebut. Demikian
asyiknya dia mengawasi jalannya pertempuran sehingga ia
menjadi kaget ketika tiba-tiba ada dua orang lelaki yang
datang menyongsongnya.
“Ciang-bun-jin, apakah yang telah terjadi di sini ?” kedua
orang yang baru datang itu menyapa dengan suara khawatir.
"Oooh.........!” Ui Bun Ting berdesah lega begitu melihat
siapa yang datang. Mereka adalah orang-orang Tiam-jong-pai
yang tadi dijumpai Yap Kiong Lee di jalan. "Hmm..... syukurlah
kalian datang. Mari, tolonglah aku membawa gadis ini ke
rumah. Nanti akan kuceritakan semuanya."
"baik, Ciang-bun............"
Sepeninggal mereka tinggallah kini Yap Kiong Lee dan Liu
Yang Kun bersama Souw Lian Cu di pinggir arena itu. Mereka
bertiga menonton pertempuran antara Hong-gi-hiap Souw
Thian hai melawan Giok-bin Tok-ong yang semakin seru dan
menegangkan itu. Tampaknya kedua-duanya sudah mulai
mengeluarkan ilmu-ilmu andalan mereka. Terbukti sambaran
angin pukulan mereka telah mulai merusakkan benda-benda di
sekeliling arena pertempuran itu.
Asap maupun cairan-cairan beracun mulai tersebar
memenuhi arena sehingga bermacam-macam bau yang
menyengat hidung pun mulai mengganggu tempat itu pula.
Bahkan pengaruh dari berbagai macam racun yang tersebar
dari tangan Giok-bin Tok-ong itu mulai menyentuh para
penonton juga.
Meskipun demikian pengaruh racun itu tampaknya tidak
terlalu menyulitkan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Pendekar itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih tampak lincah menyerang lawannya. Bahkan dengan
daya perlindungan mantel pusaka warisan Bit-bo-ong itu ia
mampu mendesak dan mematahkan serangan Giok-bin Tok-
Ong. Malahan sedikit demi sedikit ia mulai kelihatan
mengungguli lawannya.
"Bangsat keparat! Setan ! Iblis ! Kau hanya mengandalkan
mantel pusakamu? Kau tidak berani menyongsong serangan
dengan dadamu! Kau hanya mampu berlindung di balik
keampuhan mantelmu? Kurang-ajar................!" Giok-bin Tokong
mengumpat berkali-kali, karena setiap serangannya selalu
tertahan oleh mantel pusaka yang dikenakan oleh Souw Thian
hai.
“Hahaha.........Kau tak perlu gusar, Tok-ong! Mantel ini
memang merupakan senjataku, seperti halnya racun-racun
yang kausebar itu! Mengapa kau mesti marah terhadapku?
Marilah kita tentukan di sini, siapakah sebenarnya yang berhak
menyandang sebutan Jago Silat Nomer Empat atau Nomer
lima itu?"
"Setan busuk..... lihat seranganku!!" Giok-bin Tok-ong
menjerit marah.
Ketua Lembah Tak Berwarna itu semakin menggila dengan
racun-racunnya, sehingga pertempuran di pinggir jalan itupun
semakin menjadi berbahaya dan mengerikan. Yap Kiong Lee
bergegas menarik lengan Liu Yang Kun dan Souw Lian Cu
untuk menjauhi arena. Apalagi ketika untuk mengimbangi
serangan-serangan racun kakek iblis tersebut Souw Thian Hai
juga semakin meningkatkan pula Tai-lek Pek-khong-ciangnya.
Kilatan-kilatan sinar tajam berwarna merah dan putih, yang
melesat keluar dari ujung jari-jari pendekar itu, juga tampak
menggapai semakin jauh keluar arena. Dan ujung sinar-sinar
itu segera menghancurkan pula semua benda-benda yang
dilewatinya.
Dan sebentar kemudian Giok-bin Tok-ong pun semakin
kelihatan kewalahan menghadapi kilatan-kilatan sinar yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mematikan itu. Semua gerakannya seolah-olah selalu dicegat
dan dipotong oleh sinar yang keluar dari ujung jari lawannya
sehingga beberapa kali pula ia terpaksa harus mengerahkan
tenaga untuk menangkisnya.
Kllatan-kilatan sinar yang sangat tajam itu memang tidak
dapat melukai lengan Giok-bin Tok-ong yang penuh terisi
tenaga. Tapi goresan-goresannya ternyata mampu mencabikcabik
lengan baju yang dikenakan oleh kakek lblis tersebut.
Namun lambat laun iblis tua itu tak sepenuhnya bisa
menghindar atau menangkis semua serangan Souw Thian Hai.
Ada satu dua yang terlepas dari pengamatan iblis itu dan
menerobos pertahanannya, sehingga melukai kulit dagingnya.
"Setan keparat! Kubunuh kau ! Kucerai-beraikan
tubuhmu...................!"
Giok-bin Tok-ong sudah tidak bisa mengekang
kemarahannya lagi. Tiba tiba dikeluarkannya dua buah senjata
pek-lek-tannya!
Tapi hal itu tampaknya sudah diduga pula oleh Souw Thian
Hai. Dengan gesit pendekar itu justru melompat mendekati
Giok-bin Tok-ong. Sambil meloncat pendekar itu berteriak
keluar arena.
"Lian Cu! Jauhi arena ini! Cepaaaat.... !!!”
"Heh-heh-heh…. tampaknya kau sudah ketakutan melihat
peluru mautku ini !" Giok-bin Tok ong tertawa terkekeh-kekeh.
Yap Kiong Lee terkejut. Bergegas tangannya menarik Liu
Yang Kun dan Souw Lian Cu ke belakang. Mereka bertiga
segera berloncatan menjauhi tempat berbahaya itu. Wajah Liu
Yang Kun juga menampilkan perasaan ngerinya. Sama sekali
pemuda itu sudah melupakan bahwa dirinya pernah beberapa
kali menghadapi peluru maut tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kawan-kawannya sudah menjauhkan diri, Souw
Thian Hai merasa lega. Dengan sikap yang masih tetap tenang
pendekar itu menertawakan ancaman lawannya.
“Kau jangan salah terka, Tok-ong. Aku sama sekali tidak
takut menghadapi pelurumu itu. Aku tahu cara
menjinakkannya. Hahaha...............!"
Souw Thian Hai berdiri bertolak pinggang di depan Giok-bin
Tok-ong. otomatis pertempuran mereka berhenti.
Giok-bin Tok-ong melangkah mundur. Tapi dengan cepat
Souw Thian Hai mendesak maju pula, seakan-akan pendekar
itu memang tidak takut kepada peluru maut itu.
"Kau bisa menjinakkan peluru ini? Bagaimana
caranya......?" Giok-bin Tok-ong menjadi heran malah.
Sekali lagi Souw Thian Hai tertawa, "Mudah saja. Asalkan
aku selalu berusaha di dekatmu, kau tentu takkan berani
meledakkannya, haha…! Betul tidak?"
Giok-bin Tok-ong tertegun. Namun sesaat kemudian
wajahnya kembali cerah.
"Kau memang cerdik. Tapi kaupun tak selamanya bisa
mengejar aku. Selain gin-kangmu tidak lebih unggul dari pada
aku, akupun juga mampu mencegah kau mendekati aku.
Asalkan kubanjiri kau dengan racun-racunku, gerakanmu tentu
terhalang.......”
"Dan dengan demikian kau akan bisa menjauhi aku.
Begitukah?” Souw Thian Hai meneruskan perkataan lawannya.
Pendekar besar itu masih tetap bersikap tenang.
"Tentu saja, Setan Busuk! Dan itu berarti aku dapat dengan
leluasa mempergunakan pek-lek-tan kembali, hen-hehheh........!"
Giok-bin Tok ong tertawa mengejek.
Tak terduga Souw Thian Hai pun ikut tertawa pula.
"Ah.......jangan buru-buru bergembira dulu! Kalau memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian halnya nanti, akupun takkan membiarkan peluru itu
meledak di dekatku! Akan kuledakkan peluru itu begitu
terlepas dari tanganmu! Apakah kau lupa pada Tai-lek Pekkhong
ciangku tadi? Nah....... dengan demikian kaupun takkan
bisa terlepas dari pengaruh ledakan itu! Paling tidak kita akan
sama-sama terluka......."
Wajah Giok-bin Tok-ong menjadi keruh dengan tiba-tiba.
Matanya bergetar menunjukkan nafsu membunuh.
“Tidak bisa!" teriaknya. "Kesempatan itu cuma sekilas saja!
Dan bidikanmu belum tentu mengenainya!"
Souw Thian Hai masih tetap tertawa juga.
“Terserah kalau pendapatmu begitu? Kita dapat
membuktikannya sekarang! Semuanya memang dapat
terjadi.......!"
"Betul! Marilah kita buktikan?!” Giok-bin Tok-ong yang
sudah menjadi marah itu memekik, kemudian menyerang
dengan tangan kirinya.
Tiba-tiba dari telapak tangan iblis tua itu meniup angin
berputar yang berbau wangi. Demikian wanginya sehingga
kepala Souw Thian Hai terasa pening dengan tiba-tiba. Bahkan
sekejap kemudian pandangan Souw Thian Hai terasa berputar
pula.
“Gila...!" pendekar itu berdesah seraya melompat mundur.
Kemudian tiba-tiba kakinya ikut bergetar seakan tidak kuat
untuk menopang tubuhnya.
Seketika Souw Thian Hai menjadi sadar bahwa ia telah
terkena racun berbahaya.
"Kurang ajar! Kapan iblis tua itu menebarkan racunnya?
Rasanya bukan racun berbau wangi ini yang membuatku
lemas. Aku baru menghirupnya sedikit saja. Itupun segera
kuhembuskan keluar kembali......” sambil bertahan Souw
Thian Hai berpikir keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Heh-heh-heh......... Sekarang tahu rasa kau! Tanpa peklek-
tan pun aku sekarang dapat membunuhmu! Kau telah
terjebak oleh tipu muslihatku! Karena pikiranmu terlalu
terpaku pada pek lek-tan ini, kau lalu menjadi lengah! Kau
tidak menyadari kalau aku tadi meniupkan sian-hwa-tok
(racun bunga dewa] kepadamu! Heh-heh-heh, racun sianhwa-
tok memang tidak berwarna dan berbau. Racun itu
mengalir seperti hembusan angin ke hidungmu. Kalau
kemudian aku tadi menyerangmu dengan angin pukulan
berbau wangi, aku hanya ingin menguji apakan racun sianhwa-
tok itu telah merasuk ke dalam paru-parumu. Heheh, kini
aku sudah yakin bahwa kau sudah dalam cengkeraman racun
sian-hwa-tok. Tanpa kubunuhpun sebentar lagi kau akan mati
dengan sendirinya. Paling-paling kau hanya bisa bertahan
sampai matahari terbit nanti. Heh-heh-heh......!” Giok-bin Tokong
mengakhiri ejekannya dengan tertawa menyakitkan.
"Ayahhhh...........!" Souw Lian Cu menjerit dengan suara
parau, kemudian berlari ke dalam arena dan menubruk kaki
ayahnya.
Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun pun ikut melesat ke dalam
arena pula. Yap Kiong Lee segera memegang lengan
sahabatnya, sementara Liu Yang Kun segera menghadapi
Giok-bin Tok-ong.
“Kau..,.,? Kenapa kau berada di sini?" Giok-bin Tok-ong
berseru kaget begitu melihat Liu Yang Kun. Otomatis kakinya
melangkah mundur, kegarangannya seketika lenyap.
"Selamat bertemu lagi, Orang tua! Tampaknya
pertempuran kita di dalam jurang tadi memang belum selesai !
Sekarang kau datang ke sini untuk menyelesaikannya!
Begitukah.......?" dengan tenang Liu Yang kun menantang.
Sudah beberapa kali Giok-bin Tok-ong terlibat perkelahian
melawan Liu Yang Kun. Namun selama itu pula ia tak pernah
dapat memenangkannya. Pemuda itu seperti kebal terhadap
racun-racunnya, bahkan ledakan pek lek-tannya juga tak bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuh pemuda itu. Rasa-rasanya pemuda itu seperti iblis
saja kepandaiannya.
Namun demikian rasanya malu bagi Giok-bin Tok-ong untuk
mengaku kalah begitu saja. Ia sudah terbiasa menjadi
pemenang dan ditakuti oleh setiap orang, dimanapun dia
berada. Apalagi kini lawannya sudah menantangnya.
“Hmm! kau jangan buru-buru berbesar hati dulu dengan
kemenanganmu di dalam jurang tadi. Waktu itu aku belum
benar-benar mengeluarkan kemampuanku.” Giok-bin Tok ong
menjawab tantangan Liu Yang Kun.
Kalau begitu mau tunggu apa lagi? Apakah kau ingin
memberikan dulu obat pemunah racun kepada Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai? Silahkan.....! Aku justru akan mengampuni
jiwamu kalau kau memang benar-benar memberikan obat
pemunah itu."
"Bangsat! Kaukira aku memiliki obat pemunahnya? Huh!
Racun itu tidak ada obat pemunahnya. Sekali telah terkena,
orang itu akan mati! Habis perkara!"
"Kurang ajar! Kalau begitu kau akan mati lebih dahulu!" Liu
Yang Kun menggeram, kemudian menerjang Giok-bin Tok-ong
dengan kedua buah kepalannya.
Iblis tua dari Lembah Tak Berwarna itu cepat menghindar,
lalu balas menyerang pula dengan tidak kalah dahsyatnya.
Mereka lalu bertempur dengan sengit. Karena masing-masing
telah saling mengenal tingkat kepandaian lawannya, maka
mereka tidak menjadi sungkan lagi. Masing-masing segera
mengeluarkan ilmu andalannya, dan sekali lagi tempat itu
menjadi ajang pertempuran yang hebat dan mengerikan.
Sementara itu Souw Thian Hai telah dibawa Yap Kiong Lee
dan Souw Lian Cu ke depan pintu halaman rumah Ui Bun Ting.
Di tempat itu Souw Thian Hai dengan dibantu Yap Kiong Lee
berusaha menahan pengaruh racun sian-hwa-tok. Rasa pening
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di kepala pendekar itu memang telah susut. Namun hal itu
bukan berarti bahwa pengaruh racun tersebut telah hilang.
Souw Lian Cu tidak bisa berbuat apa-apa. Gadis itu hanya
berdiri sedih di belakang ayahnya. Ia tahu bahwa racun yang
menyerang ayahnya sangat keji dan ganas. Lebih ganas dari
pada racun yang hampir merenggut nyawanya di dalam
jurang itu.
Souw Lian Cu mengusap air mata yang tiba-tiba meleleh di
pipinya. Kemudian matanya memandang Liu Yang Kun yang
sedang bertempur melawan Giok-bin Tok-ong. Tanpa
pertolongan pemuda itu nyawanya juga tidak mungkin
tertolong lagi.
“Aaah.,!" tiba-tiba gadis itu berdesah. Timbul kembali
harapannya. Siapa tahu Liu Yang Kun juga mampu mengobati
ayahnya?
Bergegas Souw Lian Cu menggamit lengan Yap Kiong Lee.
"Yap Ciang-kun......! Mengapa kita tidak meminta
pertolongan....... Pangeran Liu Yang Kun? Bukankah tadi
Pangeran Liu Yang Kun juga mampu mengobati aku? Siapa
tahu Pangeran Liu Yang Kun juga bisa mengobati ayah?" bisik
gadis itu.
"Hah? Betul! Nona...... betul! Mengapa aku sampai
melupakannya? Tapi........., dia sekarang baru bertempur
dengan Giok-bin Tok-ong!” Yap Kiong Lee bersorak gembira.
"Yah, kalau begitu mari kita bantu dia agar dia dapat lekaslekas
mengalahkan Giok-bin Tok-ong !” Souw Lian Cu berkata
penuh semangat.
"Jangan..........!" tiba-tiba Souw Thian hai berdesah,
''Pemuda itu takkan kalah! Lihat......! Sungguh mengherankan
sekali! Dia seolah-olah tidak terpengaruh sama sekali oleh
racun yang disebar Giok-bin Tok-ong! Hmm...... benar-benar
yang hebat! Rasanya akupun takkan menang melawannya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bok Siang Ki pun telah dikalahkannya pula, ayah!" Souw
Lian Cu melapor dengan suara bangga pula.
“Bok Siang Ki.........? Tokoh dari Gurun Gobi itu juga
dikalahkannya?” Souw Thian Hai berseru heran.
"Benar, Saudara Souw. Aku juga melihatnya pula, Pangeran
Liu Yang Kun memang telah mengalahkan tokoh dari Gurun
Go-bi itu. Bahkan bukan cuma dia. Bu-tek Sin-tong dan Giokbin
Tok-ong itupun juga pernah dikalahkannya pula,” Yap
Kiong Lee ikut mengiyakan.
"Oh, bukan main.........!" Souw Thian Hai berdesah kagum.
Tiba-tiba terdengar suara berdebuk yang sangat keras dari
arena pertempuran. Ternyata Giok bin Tok-ong yang telah
berada di bawah angin itu jatuh berdebam di atas tanah
terkena pukulan Liu Yang Kun. Darah segar tampak menetes
dari sudut bibir Giok-bin Tok ong. Iblis tua itu telah mendapat
luka dalam yang cukup parah.
"Bangsat busuk! Kau mempergunakan ilmu sihir untuk
mengalahkan aku!" iblis tua itu menggeram penuh dendam.
Liu Yang Kun menarik napas panjang seraya menyeka
keringat yang mengalir di lehernya. "Terserah apa yang
kaukatakan. Tapi yang terang ilmu silat yang kupergunakan
tadi bukanlah ilmu sihir. Nah ! Bagaimana maumu sekarang?
Kita selesaikan terus pertempuran kita ini hingga salah
seorang diantara kita mengaku kalah?"
"Tentu saja! Aku masih memiliki senjata pamungkas yang
belum kupergunakan. Aku akan menyerah dan bertekuk-lutut
kepadamu apabila kau mampu menahan pek-lek-tanku!"
tantang Giok-bin Tok-ong sengit.
"Baik! Marilah......”
"Pangeran......?” tiba-tiba Souw Lian Cu dan Yap Kiong Lee
berseru khawatir. Khawatir terhadap keselamatan Liu Yang
Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menoleh. Bibirnya tersenyum kepada Souw
Lian Cu dan Yap Kiong Lee, seolah-olah pemuda itu ingin
mengatakan bahwa mereka tak perlu cemas terhadap
keselamatannya.
Pada saat Liu Yang Kun lengah itulah Giok-bin Tok-ong
mengulangi tipu muslihatnya lagi. Tipu muslihat yang tadi ia
pergunakan untuk membokong Souw Thian Hai. Tangan
kirinya bergerak ke depan, seolah-olah sedang mengusap
lengan kanannya, padahal tangan itu sebenarnya melepaskan
racun sian-hwa-tok.
Bubuk beracun itu tertiup ke wajah Liu Yang Kun. Tapi
karena racun tersebut tidak berwarna mau pun berbau, maka
Liu Yang Kun sama sekali tak merasakannya.
Jilid 34
Demikianlah, setelah menunggu sejenak Giok-bin Tok-ong
pun lalu menyerang lagi. Seperti yang dia lakukan terhadap
Souw Thian Hai tadi, maka sekarangpun kakek iblis itu
mempergunakan pukulannya yang berbau wangi.
Whuuuuus! Bau harum mewangi menyebar dari telapak
tangan Giok-bin Tok-ong! Bau harum yang disertai hembusan
angin berputar yang amat kuat.
Liu Yang Kun tergagap kaget. Namun demikian dengan
cepat tubuhnya berkisar ke samping, hingga angin pukulan
Giok-bin Tok-ong gagal mengenai dirinya. Kemudian dengan
jurus Membelah-Laut-Memutar-Kemudi pemuda itu balas
menyerang Giok bin Tok ong. Sambil menyerang pemuda itu
tetap waspada. Matanya selalu melirik terus ke tangan Giokbin
Tok-ong yang menggenggam pek-lek-tan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah pertempuran berlangsung kembali dengan
sengitnya. Masing-masing mengeluarkan jurus-jurus
simpanannya. Mereka bertempur dengan tangkas dan cepat
sehingga sebentar saja sepuluh jurus telah berlalu.
Giok-bin Tok-ong mulai cemas. Apa yang dinantikannya tak
kunjung terlaksana. Liu Yang Kun tetap segar-bugar. Sama
sekali tak terlihat kalau pemuda itu terkena pengaruh racun
sian-hwa-tok.
"Sungguh gila! Tampaknya bocah ini kebal terhadap racun
sian-hwa-tok! Satu-satunya jalan kini tinggal pek-lek-tan saja!"
Giok-bin Tok-ong menggerutu. Hatinya panas bukan main
sehingga tangannya yang memegang pek-lek-tan mulai
gemetaran.
“Nah! Kulihat kau sudah mulai gemetar ketakutan. Apakah
kau sudah mulai berpikir untuk menyerah atau melarikan diri?"
Liu Yang Kun sengaja mengejek agar supaya lawannya
semakin menjadi marah dan lengah.
Benar juga. Ejekan itu benar-benar membuat Giok-bin Tokong
tak bisa mengendalikan diri lagi. Tanpa mempergunakan
akal atau tipu muslihat lagi, kakek iblis itu lalu melontarkan
pek-lek-tannya.
Yap Kiong Lee, Souw Thian Hai dan Souw Lian Cu
terkesiap. Otomatis mereka berloncatan menjauhi arena.
Bahkan mereka melompat memasuki halaman rumah keluarga
Ui Bun Ting. Untuk itu Yap Kiong Lee terpaksa harus memberi
bantuan kepada Souw Thian Hai, karena pendekar sakti itu tak
mampu meloncat lagi dengan baik. Racun Sian-hwa-tok itu
seolah-olah telah melumpuhkan urat-uratnya.
Bersamaan dengan mendaratnya kaki mereka di dalam
tembok halaman rumah keluarga Ui Bun Ting, maka
terdengarlah suara ledakan yang menggetarkan seluruh isi
kota itu. Semburan debu dan tanah tampak menjulang tinggi
ke udara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tembok halaman rumah Ui Bun Ting yang terbuat dari
susunan batu-bata merah itu bagaikan didorong oleh kekuatan
yang maha dahsyat! Terdengar suaranya yang gemuruh ketika
tembok itu roboh ke dalam!
Demikianlah beberapa saat lamanya tempat itu menjadi
gelap-gulita oleh debu dan asap yang tersebar kemana-mana.
Sebaliknya di dalam kegelapan itu mulailah terdengar suara
jerit dan tangis dari penduduk yang tinggal di sekitar tempat
tersebut. Mereka berlarian keluar rumah untuk
menyelamatkan diri. Mereka menyangka ada gempa bumi
yang hendak menghancurkan rumah tinggal mereka.
Meski sudah berada di dalam tembok, namun daya hentak
dari ledakan peluru Giok-bin Tok-ong tersebut masih tetap
terasa oleh Yap Kiong Lee dan kawan-kawannya. Bahkan
Souw Thian Hai yang keadaannya menjadi semakin lemah itu
tampak terhuyung-huyung dan hampir terjatuh karenanya.
"Ayah........?" Souw Lian Cu cepat memapah ayahnya,
kemudian dibawa duduk di emper bangunan samping
pendapa.
Pada saat itu pula tiba-tiba sebuah benda jatuh di samping
mereka. Benda itu seakan-akan jatuh dari atas langit.
Berdebam keras bersama percikan barang cair yang sedikit
membasahi pakaian Souw Lian Cu.
"Lian Cu, apakah itu.,......?” Souw Thian Hai berseru kaget.
"Ah, paling-paling batu atau gumpalan tanah yang
terlempar akibat ledakan ini.......'' Yap Kiong Lee
menyambung.
"Saya kira memang,.......ah! Ayah!" mendadak Souw Lian
Cu memekik keras sekali.
Gadis itu menuding ke arah potongan kaki yang masih
segar di dekatnya. Kemudian seperti orang yang terserang
penyakit gatal gadis itu menggosok-gosok kulit dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pakaiannya yang terkena percikan barang cair tadi. Barang
cair yang tidak lain adalah darah segar yang keluar dari
potongan kaki tersebut.
"Potongan kaki….? Oh! Oh, Pangeran!” tiba-tiba Yap Kiong
Lee terbelalak dan berdesah ketakutan.
Bergegas pendekar dari istana itu melesat keluar,
menerobos kepulan debu dan asap yang masih bertebaran di
luar tembok halaman itu. Dalam waktu yang hampir
bersamaan, melesat pula di belakangnya tubuh Souw Lian Cu
mengikutinya. Ternyata keduanya mempunyai perasaan yang
sama yaitu mengkhawatirkan nasib Liu Yang Kun. Mereka
tinggalkan begitu saja Souw Thian Hai di halaman depan Ui
Bun Ting.
Karena gelap keduanya terperosok ke dalam lubang yang
tercipta akibat letusan tadi. Meskipun tidak begitu dalam
namun cukup membuat mereka kaget.
“Pangeran.......! Pangeran…..?” Yap Kiong Lee memanggilmanggil
dengan gelisah. Tiada jawaban.
"Dia tidak ada di dalam kubangan ini......" Souw Lian Cu
berbisik di telinga Yap Kiong Lee.
"Benar. Kita cari di luar arena......!" Yap Kiong Lee
mengangguk.
Mereka lalu melompat ke luar. Sementara itu tebaran debu
dan asap yang menggelapkan bekas arena itu telah semakin
menipis ditiup angin, sehingga mereka berdua mulai bisa
menyaksikan keributan atau kegemparan penduduk yang
berlarian di jalan raya itu.
"Ah.....kota ini menjadi gempar! Penduduk di kanan kiri
jalan ini menjadi ketakutan! Jangan-jangan tubuh Pangeran
Liu yang Kun dan Giok-bin Tok-ong, yang terlempar dari arena
ini, terinjak-injak oleh kaki mereka.........." Yap Kiong lee
berkata gemetar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh, jangan...........!” bibir Souw Lian Cu tiba-tiba berdesah
serak. Suaranya seperti tersekat di tenggorokan, sementara
air matanya tiba-tiba juga meleleh membasahi pipinya.
Yap Kiong Lee tertegun. Dahinya berkerut. Dipandangnya
wajah Souw Lian Cu yang putih pucat itu beberapa saat
lamanya. Mereka berdiri di bawah pohon peneduh-jalan yang
hampir rontok seluruh daun-daunnya terkena angin ledakan
tadi. Mereka terpaksa menepi karena semakin banyak orang
yang keluar dari rumah dan berlarian di jalan itu.
"Nona Souw......? Nona menangis........?" Souw Lian Cu
tersentak kaget. Dengan gugup gadis itu mengusap matanya.
"Yap Tai-hiap, aku.......” desahnya kikuk.
"Sudahlah, nona...Nona tak perlu bersedih dulu. Kita belum
menemukan jenasah Pangeran Liu Yang Kun. Belum tentu
Pangeran meninggal dunia. Mari kita cari sekali lagi !"
Souw Lian Cu menghela napas panjang. Kakinya
melangkah ke tengah jalan lagi. Tapi baru dua tindak ia
melangkah, tiba-tiba terasa ada setetes air yang jatuh
membasahi ujung hidungnya. Sekejap gadis itu terperanjat. Ia
menyangka air matanya menitik lagi. Namun ketika diusapnya
air itu terasa liat dan berbau amis.
Otomatis gadis itu melihat ke atas, ke dahan-dahan pohon
yang hampir tak berdaun lagi. Dan tiba-tiba matanya
terbeliak! Tangannya otomatis mencengkeram lengan Yap
Kiong Lee pula!
"Yap Tai-hiap, lihat.........! Tubuh siapakah yang........
tersampir di atas cabang itu? Jangan-jangan..........” jeritnya
sesak.
"uoooh!” Yap Kiong Lee berseru kaget pula.
Pendekar dari istana itu lalu berkelebat ke atas dahan.
Tangannya cepat menyambar tubuh manusia yang nyaris
hancur di atas cabang pohon tersebut. Segumpal daging
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlepas dari tubuh manusia itu dan jatuh ke bawah hampir
menimpa Souw Lian Cu.
"Si-siapakah,...... dia?" Yap Kiong Lee bergumam seraya
meletakkan tubuh manusia yang tidak utuh lagi itu di hadapan
Souw Lian Cu.
Mereka tidak segera bisa mengenali wajah manusia itu,
karena hampir seluruh tubuh orang itu dibalut oleh gumpalan
darah yang sudah mengental. Pakaian yang dikenakan orang
itupun juga sudah hancur pula di sana-sini. Lengket dengan
darah.
Tiba-tiba tubuh yang sudah tidak keruan macamnya itu
bergerak-gerak, sehingga tentu saja Yap Kiong Lee dan Souw
Lian Cu kaget setengah mati! Keduanya cepat berloncatan
mundur.
"Dia., ..dia…. masih hi-hidup........ ?" Souw Lian Cu
berteriak, namun suaranya seperti tersangkut di
kerongkongannya, ngeri.
“Be-bangsat........! K-k-k-kubunuh k-k kauu......! K-kkubu.......
kubunuh kau!" bibir yang sudah robek dan tidak
utuh lagi itu tiba tiba bergumam dengan suara yang kurang
jelas. Kemudian tubuh itu tampak bergetar untuk beberapa
saat, lalu terdiam kembali. Tampaknya sekarang benar-benar
telah mati.
"Dia......dia….Giok-bin Tok-ong! Dia bukan Pangeran Liu
Yang Kun!” mendadak Souw Lian Cu bersorak gembira.
"Benar. Nona benar. Tapi...... tapi dimanakah Pangeran Liu
Yang Kun?” Yap Kiong Lee berdesah gelisah.
"Aku ada di sini, Ciang-kun!!" Sebuah bayangan tiba-tiba
melompat turun dari atas pohon itu pula. Sekejap saja Liu
Yang Kun telah berdiri di depan mereka. Namun keadaan
pemuda itu hampir tidak ada bedanya dengan keadaan Giokbin
Tok-ong. Pakaiannya nyaris hancur pula. Dan walaupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuh pemuda itu masih tampak utuh namun di sana-sini juga
tampak luka-luka bakar dan lepotan-lepotan darah kental di
sekujur tubuhnya. Bahkan rambutnya yang panjang itu sudah
tidak bisa digelung lagi sekarang. Sebagian besar telah
terbakar habis di dalam ledakan pek-lek-tan itu.
Namun demikian pemuda itu masih dapat tersenyum
kepada Souw Lian Cu.
"Nona Souw............?"
“Pangeran.,.." Tiba-tiba Souw Lian Cu menjadi malu.
Mukanya tertunduk dalam-dalam.
Sementara itu di dalam kegembiraannya Yap Kiong Lee
juga merasa khawatir pula menyaksikan keadaan Liu Yang
Kun.
"Pangeran, kau.......kau terluka?"
"Tidak!! Cuma sedikit luka-bakar di tanganku. Pek-lek-tan
itu memang benar-benar dahsyat. Mungkin tubuhku tadi akan
hancur-lebur pula kalau aku tak lekas-lekas berlindung di
belakang tubuh Giok-bin Tok-ong itu," dengan tenang Liu
Yang Kun menjawab seraya mengawasi tubuh Giok-bin Tokong
yang telah binasa itu.
"Berlindung di belakang tubuh Giok-bin Tok-ong,........?"
Yap Kiong Lee bertanya bingung.
"Ya !" Liu Yang Kun mengangguk. "Sejak mula aku
bertempur dengan dia, aku memang tak pernah melupakan
kata-kata Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, bahwa aku harus
selalu menempel dia. Aku tak boleh terlalu jauh dari dia, agar
dia tak berani melepaskan pelurunya. Kalaupun akhirnya ia
nekad melepaskannya, maka dengan cepat pula aku dapat
mengetahuinya. Itulah sebabnya aku tadi mengejek serta
membakar hatinya, agar dia cepat-cepat melemparkan
pelurunya tanpa perhitungan yang matang, sehingga aku
dengan mudah dapat mematahkan.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Bagaimana cara pangeran mematahkan lemparan
pelurunya itu?" Yap Kiong Lee mendesak.
Liu Yang Kun tersenyum mengingat keberanian dirinya tadi.
Keberanian yang sebetulnya sangat berbahaya bagi
keselamatannya. Keberanian yang bisa merenggut nyawanya.
“Untung-untungan aku tadi menepiskan peluru itu dengan
kebutan lengan bajuku. Sementara itu lenganku yang lain
cepat menyambar tubuh Giok-bin Tok-ong dengan ilmu Kimcia-
ih-hoatku. Kuringkus tubuh orang tua itu dan
kupergunakan sebagal perisai sehingga aku tidak langsung
terkena daya-ledak dari pek-lek-tan itu.........”
"Ooh, sungguh berbahaya sekali............” Yap Kiong Lee
berdesah lega, walaupun air mukanya menampilkan rasangerinya.
Sementara itu para petugas keamanan kota mulai
berdatangan ke tempat itu. Mereka mulai mengatur orangorang
yang berlarian di tengah jalan dan menanyakan sebabsebab
keributan itu.
"Kita tak usah berurusan dengan mereka. Kita hindari saja
mereka! Marilah. Biarlah para petugas keamanan itu yang
mengurus mayat Giok-bin Tok-ong........” Yap Kiong Lee
cepat-cepat membisiki Liu Yang Kun dan Souw Lian Cu.
“Bagaimana dengan ayah?" Souw Lian Cu menukas.
"Tentu saja kita menemuinya dahulu. Mari!"
Bergegas mereka bertiga meninggalkan tempat itu. Mereka
bertiga menyeberang jalan dan masuk ke halaman rumah
keluarga Ui Bun Ting. Souw Thian Hai masih tetap duduk di
tempatnya. Pendekar besar itu segera berdiri menyambut
mereka. Tampaknya dia telah berhasil mengatasi racun yang
menyerang tubuhnya.
"Saudara Yap, bagaimana.......? Apa yang telah terjadi?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tidak apa-apa, Saudara Souw. Pangeran Liu Yang Kun
selamat. Giok-bin Tok-ong sendirilah yang menjadi korban dari
peluru mautnya itu. Sekarang kita semua harus cepat-cepat
pergi dari tempat ini karena para petugas keamanan kota ini
sudah mulai berdatangan kemari. Kita tak perlu berurusan
dengan mereka.”
"Tapi, bukankah kau bisa memberi keterangan kepada
mereka?"
"Ya. Tapi terlalu banyak membuang waktu nanti. Apalagi
aku sedang mengemban tugas penting sekarang.
Marilah........! Lebih baik kita tinggalkan kota ini cepat-cepat!"
"Kemana........?" Souw Thian Hai bertanya.
"Tentu saja ke Cin-an! Bukankah Nyonya Souw berada di
sana? Kita bawa Pangeran Liu Yang Kun ke sana agar segera
mendapatkan pengobatan dari Nyonya Souw..,.......”
"Oh..........!” Souw Thian Hai berdesah sambil menganggukangguk.
"Tapi..... tapi bagaimana dengan Ci-ci Tui Lan dan Ui Ciangbun?"
Souw Lian Cu menyela. “Apakah kita tidak berangkat
saja bersama-sama dengan mereka? bukankah mereka juga
akan kembali ke Cin-an pula?"
Yap Kiong Lee memandang Souw Lian Cu sekejap. "Nona.
semakin cepat Pangeran Yang Kun memperoleh pengobatan
akan semakin baik. Waktu kita tinggal sedikit saja, karena
besok malam pesta perkawinan Ui Ciang-bun telah tiba. Pada
saat itu semuanya akan menjadi s ibuk sehingga Nyonya Souw
juga tidak akan mempunyai banyak kesempatan lagi untuk
mengobati Pangeran Liu Yang Kun. Akan tetapi apabila kita
berangkat sekarang, maka sebelum tengah-hari besok kita
akan sudah berada di Cin-an. Masih ada waktu beberapa saat
untuk meminta Nyonya Souw untuk mengobati Pangeran Liu
Yang Kun......." katanya kemudian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Lian Cu menundukkan kepalanya. Ia memahami jalan
pikiran Yap Kiong Lee. Tapi ia juga tak bisa berpangku tangan
begitu saja melihat keadaan Tui Lan, sahabatnya. Apalagi ia
seperti melihat sesuatu yang aneh pada diri sahabatnya itu.
"Kalau begitu....... kalau begitu.....biarlah aku tinggal dulu
di sini. Aku akan segera menyusul bila Ci-ci Tui Lan sudah
sehat. Boleh bukan?” gadis ayu itu akhirnya berkata seraya
menoleh kepada ayahnya.
Sebenarnya Souw Thian Hai sendiri tak tega meninggalkan
puterinya. Selain ia sendiri belum hilang rasa rindunya ia juga
takut anaknya itu akan pergi meninggalkan dirinya lagi. Tapi di
lain pihak pendekar sakti itu juga menyadari pula akan
kepentingan Yap Kiong Lee, sahabatnya itu. Tanpa dirinya
mungkin Chu Bwee Hong takkan bersedia mengobati Liu Yang
Kun.
Apa boleh buat. Pendekar besar itu terpaksa mengorbankan
kepentingan pribadinya dahulu. Apalagi kalau diingat bahwa
pertemuan dengan puterinya itu juga atas jasa Yap Kiong Lee
pula. Oleh karena itu dengan berat hati terpaksa Souw Thian
Hai meluluskan permintaan puterinya untuk tinggal lebih
dahulu di kota itu.
"Tapi kau harus cepat-cepat menyusul aku ke kota Cin-an!'"
pesan pendekar sakti itu tegas.
Demikianlah. Yap Kiong Lee bersama Liu Yang Kun
berangkat ke kota Cin-an dengan Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai. Mereka bertiga menerobos keributan orang-orang di
jalan-raya yang ketakutan akibat ledakan peluru pek-lek-tan
tadi. Beberapa kali Pangeran Liu Yang Kun masih saja berhenti
dan menoleh, seakan-akan tidak tega meninggalkan Souw
Lian Cu.
"Marilah, Pangeran! Pangeran tidak usah cemas, Souw Lian
Cu bisa menjaga dirinya........”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Thian Hai yang sedikit banyak juga mengetahui
hubungan puterinya dengan pangeran itu beberapa kali juga
menenangkan hati Liu Yang Kun.
"Oh, maaf......maaf,” pemuda itu menjawab dengan paras
muka merah.
Beberapa kali mereka bertiga berpapasan dengan petugas
petugas keamanan kota. Bahkan di depan pintu gerbang kota
sebelah barat mereka juga bertemu dengan seregu pasukan
berkuda yang lengkap dengan persenjataan mereka. Mereka
berbaris menjaga pintu gerbang kota yang telah ditutup rapat.
“Mereka adalah pasukan berkuda dari Kota raja yang
ditempatkan di kota ini. Sulit untuk melewati mereka." Yap
Kiong Lee cepat memberi keterangan sebelum temantemannya
bertanya.
“Kita terobos saja..........?" Liu Yang Kun mengusulkan.
"Ah, tidak enak rasanya. Mereka adalah prajurit-prajurit
adikku. Lebih baik kita menghindar dan mencari jalan yang
lain. Kita melompati tembok saja di tempat yang sepi.” Yap
Kiong Lee tidak setuju.
"Tapi......aku belum bisa mengerahkan tenagaku, Saudara
Yap." Souw Thian Hai tiba-tiba berkata.
Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun terkejut.
"Jadi.,.,. Saudara Souw belum terbebas dari racun Sianhwa-
tok itu?" Yap Kiong Lee tersentak kaget.
“Belum sepenuhnya. Aku hanya bisa menahan dan
membatasi daya-serangnya saja. Racun itu tetap bercokol di
dalam darahku." Souw Thian Hai menerangkan.
"Oooh! Kalau begitu…. eh, bagaimana ini, Pangeran?" Yap
Kiong Lee berdesah seraya menoleh ke arah Liu Yang Kun.
"Dapatkah Pangeran mengobati Souw Tai-hiap dulu?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu. Tentu saja. Marilah kita cari tempat yang
baik................!'" dengan gugup Liu Yang Kun mengiyakan.
Mereka lalu berbelok menyusuri jalan di samping tembok
kota. Namun dimana-mana mereka bersua dengan para
penduduk yang berlarian dari rumahnya.
“Tampaknya ledakan itu benar-benar membangunkan
seluruh penduduk kota ini. Rasanya sampai pagi pun kita
takkan mendapatkan tempat yang sesuai dengan keinginan
kita. Kita memang harus keluar dari dalam tembok kota........”
akhirnya Yap Kiong Lee berkata kesal.
"Benar. Kita bantu Souw Tai-hiap untuk meloncati tembok
kota itu." Liu Yang Kun membenarkan, "bagaimana, Tai-hiap?
Apakah Tai-hiap setuju?”
"Baiklah. Aku tidak berkeberatan," jawab pendekar ternama
itu kemudian.
Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun merasa lega. Di tempat
yang agak terlindung keduanya lalu menarik lengan Souw
Thian hai untuk dibawa melompat ke atas tembok kota.
Hampir saja kaki Souw Thian Hai terpeleset. Tapi dengan
cepat pula tangan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
menahannya.
Di luar tembok mereka lalu berlari menyusup ke dalam
gelap. Dengan hati-hati mereka menerobos hutan, kemudian
di tempat yang agak lapang, namun cukup tersembunyi dan
jauh dari tembok kota, mereka bertiga berhenti. Liu Yang Kun
lalu meminta kepada Souw Thian Hai untuk duduk bersila agar
dapat dia obati.
Souw Thian Hai tidak menolak. Pendekar itu tampak
percaya sepenuhnya kepada Liu Yang Kun. Dia cuma berdesah
pendek ketika melihat ke langit yang mulai bersinar terang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebentar lagi pagi akan tiba. Kuharap kita tidak terlalu
lama di tempat ini...,.." katanya perlahan seperti kepada
dirinya sendiri.
"Tidak, Souw Tai-hiap. Pengobatan ini hanya sebentar. Tak
lebih dari sepeminuman teh saja." Liu Yang Kun
menerangkan.
Kemudian Liu Yang Kun merogoh saku di bawah ikatpinggangnya.
Dikeluarkannya Mustika-inti-racunnya.
Untunglah benda itu tidak hilang atau terlempar dari sakunya
ketika terjadi ledakan tadi. Dan sungguh beruntung pula bagi
dia karena benda pusaka itu tidak ia taruh di saku-bajunya.
Coba kalau benda itu ia tempatkan di dalam saku-bajunya,
niscaya benda tersebut telah lenyap bersama bajunya tadi.
Benar juga apa yang dikatakan olen Liu Yang Kun. Dengan
pertolongan Mustika Inti Racunnya maka racun yang berada di
dalam tubuh Souw Thian Hai itu segera hilang. Dengan
dorongan tenaga dalam Liu Yang Kun yang tersalur melalui
Po-tok-cu tersebut, serta ditunjang oleh tenaga dalam Souw
Thian Hai sendiri, maka racun sian tok-hwa pun segera
menguap keluar dari dalam tubuh Souw Thian Hai.
Meskipun demikian ternyata langit benar-benar telah
menjadi terang. Dan merekapun mulai dapat melihat
kawannya dengan jelas. Liu Yang Kun telah melepaskan
telapak tangannya dari punggung Souw Thian Hai. Sementara
Yap Kiong Lee memandang putera junjungannya itu dengan
pandangan kagum.
Namun ketika terpandang olehnya keadaan baju dan
rambut pangeran tersebut, hatinya menjadi geli. Pangeran itu
kini tak lebih seperti seorang pengemis gelandangan akibat
ledakan pek-lek tan tadi. Sama sekali pemuda itu tak kelihatan
sebagai seorang pangeran yang gagah perkasa.
Souw Thian Hai yang telah terhindar dari keganasan racun
Sian-tok-hwa itu juga telah membuka matanya pula. PerlahanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
lahan ia membalikkan tubuhnya, lalu dipandangnya wajah
pangeran Liu Yang Kun yang masih amat muda itu dengan
kagumnya. Dan pandangannya itu segera terhenti pada baju
atau rompi kulit ular yang melekat di dada Liu Yang Kun.
Sejenak matanya terbeliak heran.
"Terima kasih, Pangeran. Tapi.........ehm, bolehkah aku
bertanya sedikit?” akhirnya pendekar sakti itu berkata.
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Tangannya menyeka
keringat yang mengalir di atas dahinya, lalu matanya terbuka
mengawasi wajah Souw Thian Hai pula.
"Souw Tai-hiap hendak bertanya tentang apa?” Souw Thian
Hai menunjuk ke arah Po-tok-cu dan baju kulit ular yang ada
pada Liu Yang Kun.
"Tampaknya kedua buah benda itu adalah pusaka-pusaka
yang tak ternilai harganya. Ehmm …… bolehkah saya
mengetahui namanya........?"
"Ah..........!" Tiba-tiba Liu Yang Kun berdesah murung.
Kepalanya tertunduk. Matanya memandang Mustika Inti Racun
dan baju kulit ular yang ada pada dirinya itu lama sekali.
Souw Thian Hai menjadi heran. Ia tak tahu mengapa tibatiba
Liu Yang Kun itu menjadi murung. Otomatis ia menoleh
kepada Yap Kiong Lee.
Dan pendekar dari istana itu segera maju pula untuk
memberi keterangan.
"Maaf, Saudara Souw. Sudah kuceritakan dengan singkat
tadi, bahwa Pangeran Liu Yang Kun telah kehilangan masa
lampaunya. Itulah sebabnya kenapa kami buru-buru hendak
menemui Nyonya Souw.”
Souw Thian Hai mengerutkan keningnya. Seperti tidak
percaya ia memandang kepada Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sungguh mengherankan sekali ! Mengapa ada juga orang
lain yang terkena musibah seperti aku dulu? Aneh!"
"Benar, Saudara Souw. Itu pula sebabnya kenapa kami
ingin meminta pertolongan Nyonya Souw. Dahulu Saudara
Souw juga bisa disembuhkan oleh Nyonya Souw….."
"Souw Tai-hiap, tolonglah aku! Bantulah aku agar Souw
Hu-jin (Nyonya Souw) mau mengobati penyakitku ini,.....” Liu
Yang Kun meminta pula.
Souw Thian Hai tersenyum. "Tentu! Tentu! Pangeran telah
menolong aku, maka sudah sewajarnyalah kalau aku juga
menolong pangeran pula. Nah! Marilah kita berangkat
sekarang! Mumpung hari telah terang.,..„,..."
"Tapi..., apakah kesehatanmu sudah pulih kembali. Saudara
Souw?" Yap Kiong Lee bertanya.
Lagi-lagi Souw Thian Hai tersenyum. “Jangan takut. Aku
benar-benar sudah sehat kembali, Paling-paling tinggal
melemaskan otot-ototku saja,” jawabnya kemudian seraya
beranjak mendahului Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun saling pandang dengan Yap kiong Lee.
Mereka berdua segera melangkah pula mengikuti Souw Thian
Hai.
"Tapi kita harus segera mencari baju baru untuk mengganti
pakaian pangeran itu. Pangeran tak layak mengenakan
pakaian seperti itu," sambil berjalan Yap Kiong Lee berkata
kepada Liu Yang Kun.
"Ah....... itu mudah nanti. Tanpa bajupun aku tak merasa
risi atau dingin." Liu Yang Kun cepat menjawab.
"Ya, tapi……?" Yap Kiong Lee tetap pada pendiriannya.
Demikianlah mereka bertiga berjalan terus ke arah barat.
Mereka melewati jalan besar yang semakin lama semakin
sering menerobos hutan belukar yang sunyi dan jarang dilalui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang. Dan tanah yang mereka pijakpun semakin ke barat
kelihatan semakin kekuning-kuningan pula warnanya.
“Kita sudah tidak jauh lagi dari aliran sungai Huang-ho."
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai berkata.
"Ya. Dan kitapun akan segera lewat pula di perkampungan
penduduk yang padat kembali.,,...," Yap Kiong Lee
mengiyakan.
"Dan........ sebenarnya aku ingin makan
dan......beristirahat! Sudah sehari semalam mataku tak
terpicingkan sama sekali.” Liu Yang Kun berkata pula.
Yap Kiong Lee menoleh dengan cepat. "Tapi kita tidak
mempunyai banyak waktu lagi, Pangeran. Kita sudah harus
tiba di Cin-an sebelum tengah hari nanti. Selewatnya waktu
itu, Nyonya Souw sudah tidak mempunyai banyak kesempatan
lagi. Apalagi kalau rombongan Ui Bun Ting sudah tiba pula
dari kota Lai-yin," sergahnya.
Souw Thian Hai tertawa. "Ah! Mengapa Saudara Yap
berpikiran demikian? Kita tak perlu tergesa-gesa. Biarlah
Pangeran Liu Yang Kun beristirahat bila dia memang
menginginkannya. Tentang isteriku nanti, biarlah aku yang
mengaturnya.”
"Ah, terima kasih........Terima kasih..........!" pendekar dari
istana itu bernapas lega. Demikian pula dengan Liu Yang Kun.
Semakin lama mereka semakin banyak melihat lahan-lahan
pertanian. Dan merekapun semakin sering pula melihat atau
berpapasan dengan para petani yang hendak mengerjakan
sawahnya.
"Nah….. pangeran sudah melihatnya sendiri, bukan? Setiap
orang yang berpapasan dengan kita tentu memandang kepada
Pangeran dengan pandangan heran. Pangeran memang harus
cepat-cepat mengenakan pakaian yang pantas." Yap Kiong
Lee bergurau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya. Kelihatannya semua orang menganggapku gila.” Liu
Yang Kun tertawa.
Ketika mereka memasuki dusun yang pertama, yang mulamula
mereka cari adalah pasar. Yap Kiong Lee segera
berputar-putar mencari pakaian yang cocok untuk Liu Yang
Kun. Dipilihnya baju yang berpotongan longgar, yang
mempunyai kancing berderet-deret di bagian depannya. Baju
itu sangat cocok dan serasi untuk potongan tubuh Liu Yang
Kun. Apalagi ketika Yap Kiong Lee menambahkan topi atau
tutup kepala di kepala Liu Yang Kun. Pemuda itu semakin
tampak tampan berwibawa. “Nah! Sekarang Pangeran tidak
usah merasa malu lagi pergi ke sebuah pesta pernikahan,"
pendekar dari istana itu memberi komentar.
Souw Thian Hai tersenyum pula. Diam-diam ia merasa
kagum juga kepada pangeran muda itu. Sakti, tampan dan
rendah hati. Padahal ia seorang pangeran yang berkedudukan
tinggi serta kaya raya. Tak mengherankan bila Souw Lian Cu
sampai jatuh cinta kepadanya.
"Tapi Lian-ji sudah mengenalnya sejak ia masih berkelana
sebagai orang biasa. Sebelum pangeran ini diakui sebagai
putera Hong-siang......” katanya kemudian di dalam hati.
Demikianlah, setelah makan pagi sekedarnya mereka lalu
melanjutkan lagi perjalanan mereka. Mereka tidak jadi
beristirahat di tempat itu karena Pangeran Liu Yang Kun tidak
ingin mengecewakan hati Yap Kiong Lee.
Jalan yang mereka lalui bukan main ramainya. Kuda,
kereta, gerobak dorong ataupun pejalan kaki tampak hilirmudik
di jalan itu.
"Heran. Bukankah tempat ini cuma sebuah kampung kecil
saja? Kenapa ramainya bukan main?" Pangeran Liu Yang Kun
bertanya heran,
Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee menoleh sambil
tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah Pangeran belum pernah lewat di tempat ini?"
Souw Thian Hai bertanya.
"Belum." Liu Yang Kun menjawab cepat.
"Kampung ini sudah dekat dengan tempat penyeberangan.
Dan tempat penyeberangan di sini adalah tempat
penyeberangan yang paling baik dan aman untuk daerahdaerah
di sekitar tempat ini. Maka tidaklah mengherankan bila
semua pedagang dan pejalan kaki yang hendak pergi ke barat
berkumpul di tempat ini. Sebentar lagi akan dapat kita lihat
betapa ramainya tempat penyeberangan itu." Yap Kiong Lee
kemudian memberi keterangan.
"Oooh………….!” Liu Yang Kun mengerti.
Memang benar. Semakin dekat dengan sungai, jalan itu
semakin ramai pula. Rumah-rumah pendudukpun semakin
berdesak-desak pula. Berpuluh-puluh gerobak maupun kereta
tampak berderet-deret di pinggir jalan, menunggu giliran
untuk diseberangkan.
Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee kelihatan mengerutkan
dahinya juga.
"Tempat penyeberangan ini memang selalu ramai. Namun
hari ini rasa-rasanya memang berbeda. Belum pernah kulihat
antrian kereta dan gerobak sepanjang ini. Malam tadi ketika
aku lewat di sini suasana juga belum seperti ini. hmm......ada
apa sebenarnya hari ini?" Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
bergumam perlahan.
"'Baiklah kita tanyakan saja kepada pemilik gerobak dan
kereta itu. Kita tentu akan mendapatkan jawaban." Yap Kiong
Lee menyahut.
Yap Kiong Lee lalu mendekati salah seorang pengendara
kereta itu. Seorang lelaki setengah tua yang rambutnya sudah
banyak ubannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lo-pek......! Sungguh mengherankan sekali, mengapa hari
ini banyak sekali orang yang hendak menyeberang ke arah
barat? Apakah ada sesuatu di sebelah barat sana?"
Pengendara kereta itu tersentak bangun dari lamunannya.
Dengan gugup ia mengawasi rombongan Yap Kiong Lee. Paras
mukanya kelihatan mendongkol karena merasa terganggu
istirahatnya.
"Kalian orang mana? Mengapa sampai tak tahu kalau hari
ini ada pesta perkawinan di kota Cin-an?" katanya kaku.
“Perkawinan.....? Oh, benar! Ya-ya.......tentu saja kami
sudah mengetahuinya. Tapi.....apakah semua kereta dan
gerobak ini hendak ke sana?" Yap Kiong Lee bertanya lagi.
"Tentu saja. Mereka semua adalah tamu-tamu yang
diundang oleh ketua Tiam-jong-pai itu.” Pengendara kereta itu
menjawab semakin kesal.
"Oh? Kalau begitu......?"
"Ah! Sudahlah.........! Aku mau beristirahat !” pengendara
kereta yang semalaman kurang tidur itu mendengus marah
seraya merebahkan punggungnya di sandaran kereta.
Matanya tertutup dan tak mempedulikan Yap Kiong Lee lagi.
Pendekar dari istana itu menarik napas panjang. Hampir
saja harga dirinya tersinggung, untunglah pada saat yang
sama dari belakang kereta tiba-tiba muncul seorang lelaki
gagah berpakaian rapi dan bagus. Di belakang lelaki gagah itu
muncul pula dua orang pengawal berpakaian ringkas-ringkas.
Semuanya membawa tombak panjang.
Begitu datang lelaki gagah itu segera menegur pengendara
kereta tersebut.
"A Siang! Kenapa kau berteriak-teriak? Ada persoalan apa?”
Pengendara kereta tua itu segera meloncat turun dengan
kagetnya. Wajahnya kelihatan kecut dan ketakutan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Maaf.....! Maaf, Siauw-ya! Saya......saya tidak bermaksud
mengganggu istirahat nyonya.,......” katanya gugup sambil
melirik ke dalam kereta. "Orang-orang inilah yang
mengganggu saya dengan pertanyaan-pertanyaannya........"
lanjutnya kemudian seraya menuding Yap Kiong Lee beserta
Souw Thian Hai dan Liu Yang Kun.
"Hmmh!" lelaki gagah itu mendengus, lalu berpaling
mengawasi Yap Kiong Lee. Matanya kelihatan galak ketika
menentang mata pendekar dari istana itu.
Diam-diam Yap Kiong Lee merasa lega karena tidak dikenali
orang. Namun demikian hatinya merasa khawatir juga ketika
orang itu tiba-tiba mengalihkan pandangannya kepada Honggi-
hiap Souw Thian Hai. Pendekar Souw itu terlalu dikenal di
dunia persilatan. Jangan-jangan orang itu mengenal Hong-gihiap
Souw Thian Hai sehingga perjalanan mereka menjadi
terhambat karenanya.
"Hemm...... cu-wi datang dari mana? Dan ada keperluan
apakah sehingga cu-wi harus berselisih kata dengan
pengendara keretaku?" tanya lelaki gagah itu seperti tidak
mengenal kepada Souw Thian Hai pula.
Sekali lagi Yap Kiong Lee menghela napas lega.
"Maaf, Sebenarnya kami tak bermaksud mengganggu
pengendara kereta tuan. Kami cuma ingin bertanya saja
tentang sesuatu hal kepadanya, yaitu tentang kereta dan
gerobak yang berderet-deret panjang ini. Apa sebenarnya
yang telah terjadi? Tidak biasanya terjadi hal-hal seperti ini
sebelumnya.”
"Hmm..... cuma itu saja ?” lelaki gagah itu menegaskan.
Wajahnya seperti kurang percaya.
"Ya! Memang hanya itu !" akhirnya Yap Kiong Lee merasa
kesal pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lelaki gagah itu mengerutkan dahinya. Agaknya ia juga
kurang senang dengan jawaban Yap kiong Lee itu.
“Nah, kalau begitu Cu-wi tak usah mengganggu dia lagi.
Bukankah cu-wi sudah memperoleh jawabannya? Kini biarlah
orangku itu beristirahat,” katanya kemudian dengan nada
dingin.
Hampir saja Liu Yang Kun melompat menghajar mulut lelaki
gagah itu. Untunglah Hong gi-hiap Souw Thian Hai yang
berada di sampingnya cepat menahannya.
Yap kiong Lee cepat membalikkan tubuhnya. Matanya
menatap Liu Yang kun. Mulutnya tersenyum.
"Marilah kita meneruskan perjalanan....!” ajaknya kemudian
seolah-olah tak ada kejadian apa-apa.
Souw Thian Hai tersenyum pula. Senyum kagum
menyaksikan ketenangan kawannya.
“Marilah, Pangeran............!" pendekar sakti itu berbisik ke
telinga Liu Yang Kun. kemudian menarik lengan pemuda itu
dan mengajaknya pergi dan tempat itu.
Liu Yang Kun terpaksa menurut. Walaupun hatinya masih
terasa panas, namun ia tak bisa ikut campur. Ternyata Yap
Kiong Lee sendiri tak merasa tersinggung atas perlakuan
orang itu.
Tapi belum juga ada sepuluh langkah mereka berjalan,
mendadak terdengar suara jerit lelaki gagah tadi di belakang
mereka. Sebuah jerit yang mengungkapkan perasaan kaget
dan kemarahan.
Otomatis mereka bertiga menoleh. Dan mereka terbelalak
kaget ketika menyaksikan lelaki gagah itu memeluk dan
mengeluarkan mayat seorang wanita dari dalam keretanya.
Mayat seorang wanita muda yang hampir tidak tertutup
pakaian sama sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun bertiga cepat berbalik kembali. Bahkan Yap
Kiong Lee cepat melemparkan baju-luarnya untuk menutupi
tubuh molek itu. Sementara itu orang-orang yang berada di
sekitar tempat tersebut telah berlarian datang pula mendengar
jeritan lelaki gagah tadi.
Namun orang-orang itu segera bubar kembali ketika lelaki
gagah itu tiba-tiba berdiri dan berteriak keras sekali.
"Pergiiiii............!!!!!"
Liu Yang Kun bertiga terpaksa melangkah mundur pula.
Namun langkah mereka segera terhenti tatkala lelaki gagah itu
menuding ke arah mereka.
"Hei, kalian bertiga jangan lari..........! Kalian harus
mengganti nyawa isteriku! Pengawal ! tangkap mereka!" teriak
lelaki gagah itu.
Kedua orang pengawal bersenjatakan tombak panjang itu
segera meloncat menghadapi Liu Yang Kun bertiga. Gerakan
mereka cukup gesit, menandakan bahwa mereka berdua
memiliki cukup kepandaian pula.
Tapi dengan sikapnya yang masih tetap tenang Yap Kiong
Lee mengawasi teman-temannya. "Hmm, tampaknya kita
bertiga dituduh sebagai pembunuh dan pemerkosa isteri
orang. Sungguh jelek sekali nasib kita........" katanya
bergurau.
"Pembunuh dan pemerkosa.......?” Souw Thian Hai dan Liu
Yang Kun berdesah hampir berbareng. Keduanya memandang
Yap Kiong Lee dengan kening berkerut.
"benar. Menurut keadaan mayat wanita itu ia tentu telah
diperkosa sebelum dibunuh. Dan karena kita tadi berada di
tempat ini, bahkan telah bertengkar dengan pengendara
kereta itu pula, maka kitalah yang dicurigai oleh suaminya!"
“Tapi kita baru saja datang! Dan kita bertiga tidak pernah
berbuat apa-apa di sini!" Liu Yang Kun menggeram penasaran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee mengangguk hormat. "Ya! Tapi tak seorang
pun mau percaya kepada kita. Apalagi...... orang itu !” katanya
sambil menuding lelaki gagah beserta pengawalnya.
"Jangan banyak cakap! Menyerah sajalah kepada kami!
kalian tidak akan bisa berbuat apa-apa di depan Siauw Cungcu
kami!" salah seorang pengawal bertombak itu mengancam
seraya menyabetkan ujung tombaknya kepada Yap Kiong Lee.
Sementara pengawal yang seorang lagi segera menerjang
Souw Thian Hai pula. Tampaknya mereka berdua sangat
memandang enteng kepada Liu Yang Kun, karena pangeran
itu berusia paling muda diantara lawan-lawan mereka.
Tapi tentu saja Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai dapat
mengelakkan serangan tersebut dengan mudahnya. Bahkan
kalau mau, kedua pendekar sakti itu bisa saja membunuh
kedua pengawal tersebut dalam sekali pukulan. Namun
mereka tidak ingin melakukannya, karena mereka justru ingin
mengetahui masalahnya terlebih dahulu.
Yang kemudian dilakukan oleh kedua pendekar itu
hanyalah mengelak dan menghindar saja dari serangan kedua
orang pengawal itu. Bahkan Hong gi-hiap Souw Thian Hai
yang mengenakan mantel pusaka warisan Bit-bo-ong itu sama
sekali juga tak ingin memamerkan keampuhan mantel
pusakanya tersebut.
Sambil berloncatan Yap Kiong Lee berusaha menyelidiki
asal-usul lawannya.
"Siauw Cung-cu..,.,.? Eh, apakah tuanmu itu seorang
Kepala Kampung?" Tanya pendekar dari istana itu kepada
lawannya.
Pengawal yang belum sadar akan kelemahannya itu
semakin ganas mempermainkan tombaknya. Bahkan pengawal
itu mengira kalau Yap Kiong Lee mulai jerih terhadap
majikannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hahaha......kau mulai takut rupanya. Ketahuilah........!
Majikan kami itu adalah Siauw Tong Jin, yang mendapat
julukan Sin Tung (Si Tongkat Sakti) penguasa tigabelas
kampung nelayan di pantai Syan-tung Timur!" serunya
sombong.
“Oooh..........?" Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai purapura
berdesah kagum.
"Dan harap kau ketahui pula bahwa majikanku itu ikut
tertulis pula namanya di dalam Buku Rahasia yang
menghebohkan itu...........!” pengawal itu semakin tinggi
menyombongkan majikannya.
"Heh? Ikut termasuk di dalam Buku Rahasia?" Yap Kiong
Lee betul-betul kaget. Otomatis matanya mengerling kepada
Hong-gi-hiap, Souw Thian Hai.
"Ya! Majikanku itu tertulis pada urutan yang ke enampuluh
empat!”
"Enampuluh empat........?” sekali lagi Yap Kiong Lee
berdesah, namun kali ini sambil mengulum senyum.
Tentu saja pendekar dari istana itu tahu pula tentang daftar
di dalam Buku Rahasia itu. Bahkan khabarnya namanya sendiri
juga ikut tertulis pula di urutan yang ke empatbelas. Namun
demikian baru kali ini dia mendengar bahwa urut-urutan
nomer tersebut mencapai lebih dari limapuluh.
"Saudara Souw.....? Betulkah urut-urutannya sampai sekian
banyaknya?" akhirnya pendekar dari istana itu bertanya
kepada sahabatnya.
Tak terduga pendekar sakti yang menempati urutan kelima
itu tertawa keras.
"Wah...... mana aku tahu? Aku belum pernah melihat buku
itu......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah sambil bercakap dan bergurau kedua sahabat
itu melayani serangan tombak lawannya. Mereka tetap tidak
mau membalas dan hanya menghindar saja kesana-kemari,
sehingga lambat-laun lawan mereka menjadi sadar sendiri
akan kelemahannya. Tapi untuk melangkah mundur dari arena
kedua orang pengawal itu merasa takut. Takut kepada
majikannya, Siauw Cung-cu.
Sementara itu Siauw Cung-cu sendiri telah menempatkan
mayat isterinya ke dalam kereta kembali. Dengan wajah
beringas penuh dendam ia melangkah mendekati arena
pertempuran.
"Minggir........Biar aku sendiri yang menghadapi mereka!"
serunya lantang kepada pengawalnya.
Kedua pengawal yang sudah mandi keringat itu cepat-cepat
mundur meninggalkan arena. Mereka benar-benar kehabisan
napas. Panggilan untuk keluar dari arena itu sungguh sangat
melegakan mereka.
"Cung-cu, hati-hati.,,„! Mereka lihai sekali !” kedua orang
pengawal itu memberi peringatan.
"Diam! Jaga kereta itu!" hardik Siauw Tong Jin.
Kepala kampung yang masih muda itu lalu menghampiri
Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai. Tangan kanannya telah
memegang sebuah tongkat besi sepanjang satu depa.
Warnanya hitam mengkilat.
Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai terkejut melihat tongkat
itu. Mereka mengenal ciri-ciri tongkat tersebut.
"Siauw Cung-cu, tahan dulu........!" tiba-tiba Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai berseru.
"Huh, ada apa? Kalian mau menyangkal lagi?” Siauw Tong
Jin menggeram.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Thian Hai menghela napas. Tiba-tiba sikap pendekar
sakti itu berubah keras. Matanya mencorong berwibawa.
"Siauw Cung-cu! Coba jawab...........! Apa hubunganmu
dengan Tiat-tung Kai-pang......?” pendekar itu tiba-tiba pula
membentak.
Sungguh mengherankanl Begitu nama perkumpulan
pengemis itu disebutkan oleh Souw Thian Hai, maka Siauw
Tong Jin tampak kaget sekali. Matanya terbeliak lebar, seolah
menentang mata Souw Thian Hai dengan tegangnya.
"Kau......mengenal ciri perguruanku? Siapakah.........
kalian?" serunya sedikit gugup, sehingga kesan kegarangan
dan kebengisannya menjadi berkurang.
Souw Thian Hai tersenyum. "Siauw Cung-cu tak perlu
kaget. Ciri tongkatmu itu sangat mudah dikenali. Bahkan
melihat panjangnya, aku bisa menduga bahwa kau bukan
murid Tiat-tung Lo-kai, tetapi murid Tiat-tung Hong-kai."
Siauw Tong Jin semakin terperanjat. "Kau... kau siapa?"
geramnya kemudian dengan mata melotot.
Souw Thian Hai terdiam dan tak segera menjawab
pertanyaan itu. Sekilas matanya melirik kepada Yap Kiong Lee,
kemudian menarik napas panjang sekali. Baru sesaat
kemudian setelah tidak ada reaksi dari sahabatnya itu, ia
menjawab. "Namaku,….Souw Thian Hai! Aku sudah kenal baik
dengan gurumu. Bahkan aku juga sudah bersahabat erat
dengan Keh-sim Siauw-hiap, orang yang sangat dihormati
Tiat-tung Kai-pang."
"Souw..„... Thian..,.Hai? Kau..... Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai yang tersohor di dunia persilatan itu?" Siauw Tong Jin
berseru tak percaya.
Lagi-lagi Souw Thian Hai hanya tersenyum tanpa
menjawab. Pendekar sakti itu hanya menggerakkan jari
telunjuknya yang sebelah kanan untuk menuding tongkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw Tong Jin. Cuss.... thaas! Serangkum angin tajam
menerjang tongkat itu!
Tongkat besi itu terlempar dari tangan Siauw Tong Jin.
Sementara kepala kampung yang masih muda itu tampak
terbelalak kesakitan.
Demikianlah, selagi kedua temannya menghadapi Siauw
Tong Jin dan pengawalnya, maka Liu Yang Kun sendiri tampak
sibuk bercakap-cakap dengan seorang penonton di pinggir
arena. Pemuda itu bergabung dengan para penonton karena
ia merasa bahwa kedua temannya itu akan dapat mengatasi
persoalan mereka dengan baik.
"Eh, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa mereka
berkelahi?" pangeran muda itu pura-pura bertanya.
Seorang nelayan tua yang baru saja datang di samping Liu
Yang Kun menjawab, "Entahlah. Aku juga tidak tahu. Aku baru
saja datang. Kata orang di sini baru saja terjadi pembunuhan
dan perkosaan."
"Pembunuhan dan perkosaan?"
"Begitulah. Sungguh memprihatinkan sekali. Aku baru saja
datang dari pinggir sungai. Disana juga ada peristiwa seperti
ini."
"Di pinggir sungai...,,? Di sana juga ada peristiwa
perkosaan dan pembunuhan?" Liu Yang Kun tersentak kaget.
"Ya ! Hmmh ! Entahlah, akhir-akhir ini memang banyak
sekali tindak kejahatan di kampung ini. Dalam waktu dua hari
saja telah terjadi empat kali peristiwa pembunuhan dan
perkosaan. Bahkan malah menjadi lima kali bila ditambah
dengan peristiwa di tempat ini........"
"Gila ! Mengapa demikian? Apakah tidak ada petugas
keamanan yang menangani masalah ini?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Petugas keamanan?" nelayan tua itu menyeringai kecut.
"Di kampung ini tidak ada petugas keamanan. Kalaupun ada,
mereka juga takkan bisa mengatasinya. Pelaku-pelaku
kejahatan itu adalah orang orang persilatan yang mampu
terbang seperti burung.........”
"Maksud Lo-pek?"
Nelayan tua itu memandang Liu Yang Kun sekejap. "Anak
muda. kau tentu bukan orang sini ....."
Liu Yang Kun mengangguk.
"Nah, ketahuilah...........! Sudah beberapa hari ini banyak
orang berbondong-bondong lewat di kampung ini. Sebagian
besar dari mereka adalah orang-orang persilatan. Khabarnya
mereka hendak menghadiri pesta perkawinan besar di Kota
Cin-an. Kedatangan mereka di kampung kecil ini ternyata juga
membawa bencana pula. Diantara mereka terdapat penjahatpenjahat
yang suka mernperkosa dan membunuh orang,
seperti yang kau lihat di tengah arena itu. Siapa yang akan
menyangka kalau mereka itu penjahat?"
“Lo-pek maksudkan kedua orang gagah yang sedang
berhadapan dengan si pemilik kereta itu?"
Nelayan tua itu mengangguk. "Ya. Tidak kita sangka
bukan?"
"Kurang ajar.......,! Mereka bukan penjahat! Mereka
kawanku !” tiba-tiba Liu Yang Kun menggeram.
"A-a-apa........? Ooh!" nelayan tua itu berdesah ketakutan
dan tiba-tiba saja ia lari meninggalkan tempat itu. Akibatnya
orang-orang di sekeliling merekapun juga ikut-ikutan lari pula,
sehingga Liu Yang Kun tertinggal sendirian di tempat tersebut.
"Gila!” pemuda itu tersenyum. Sementara itu perkelahian di
dalam arena benar-benar telah berhenti. Siauw Tong Jin
sudah yakin benar bahwa yang ia hadapi adalah Hong-gi-hiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Thian Hai, tokoh nomer lima di dalam Buku Rahasia itu
dan karena itu ia sudah tidak berani berkutik lagi.
“Nah, Siauw Cung-cu......... Apakah kau masih menyangka
bahwa kami yang mencelakakan isterimu?" akhirnya Hong-gihiap
Souw Thian Hai mendesak kepala kampung itu.
"Oh, tidak.......tidak! Kami tidak berani, Tai-hiap. aku..aku
mengaku salah. Aku dan orang-orangku mohon maaf
kepadamu......"
Kedua orang pengawal Siauw Tong Jin itu mendekati
majikannya dengan wajah ketakutan. Mereka berdua hampir
tidak berani memandang kepada Souw Thian Hai maupun Yap
Kiong Lee.
"Dia....... dia itu......Hong-gi-hiap Souw thian Hai yang amat
tersohor itu, Cung-cu?" bisik mereka kepada Siauw Tong Jin.
"Kalian memang goblok! Untung saja kalian masih hidup
sekarang!" kepala kampung itu menggeram pendek.
Yap Kiong Lee maju ke depan. "Sudahlah,, Cung-cu! Mari
kita rawat mayat isterimu! Nanti kita selidiki, siapa yang telah
menganiayanya. Ehm, nanti.........."
Pendekar dari istana itu menghentikan ucapannya, karena
beberapa orang laki-laki tampak mendekati mereka. Seorang
diantaranya kelihatan lebih berwibawa dari pada yang lainnya.
"Cung-cu datang ! Cung-cu datang...,.!" tiba-tiba terdengar
beberapa orang penonton berseru perlahan.
Yap Kiong Lee saling bertukar pandang dengan Souw Thian
Hai. Sementara itu Liu Yang Kun juga telah berada bersama
mereka kembali. Pemuda itu segera membisiki mereka tentang
apa yang telah didengarnya dari nelayan tua tadi. "Maaf, saya
adalah kepala kampung di sini. Bolehkah saya bertanya, apa
yang telah terjadi di tempat ini?" begitu datang orang yang
tampak lebih berwibawa tadi bertanya kepada Yap Kiong Lee
dan Souw Thian Hai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee menarik napas panjang, Kemudian
diceritakannya serba sedikit apa yang telah terjadi di tempat
itu tadi, sehingga dia dan kawan-kawannya berselisih dengan
Siauw Tong Jin.
"Nah. apa kataku......?" Selesai mendengar cerita Yap Kiong
Lee kepala kampung itu berdesah. "Kampung ini benar-benar
telah dikotori oleh ulah para penjahat yang datang bersamasama
para penyeberang sungai. Belum juga selesai aku
mengurus peristiwa di tepian sungai tadi, kini telah timbul pula
peristiwa yang serupa. Oh, rusak.,......rusak! Rusak
kampungku ini........."
"Cung-cu...........Cung-cu harap bersabar hati
menerimanya........" para pengikutnya segera membujuk dan
menenangkan hatinya.
“Souw Tai-hiap..„...,. !" tiba-tiba Liu Yang Kun berkata
kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. "Aku percaya
pembunuh itu belum pergi dari kampung ini. Dia tentu masih
berkeliaran di sekitar tempat penyeberangan itu. Hmm,
bagaimana kalau kita mencarinya ke sana?"
"Tapi tak seorangpun mengetahui wajah pembunuh itu.
Bagaimana kita dapat mencarinya?" Yap Kiong Lee menyahut.
"Siapa bilang tak ada yang melihat wajahnya?" tiba-tiba
kepala Kampung itu memotong pula. Namun perkataannya
segera terhenti. Bahkan air mukanya menjadi pucat ketakutan.
"Siapa? Bagaimana wajah pembunuh itu?" Siauw Tong Jin
yang telah kehilangan isterinya itu mendadak menerkam
lengan kepala kampung itu.
"Aduh..........!" kepala kampung yang tak mengerti silat itu
berteriak kesakitan.
"Sabar ! Sabar, Siauw Cung-cu...!” Yap Kiong Lee cepat
melerai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siauw Tong Jin melepaskan tangannya. Namun sikapnya
masih tampak beringas.
”Siapakah dia? Ayoh, lekas katakan!" teriaknya.
Tersinggung juga pengiring kepala kampung itu mendengar
dan melihat kekasaran Siauw Tong Jin. Mereka segera
mengepung Siauw Tong Jin dengan sikap mengancam.
Tapi dengan cepat Yap Kiong Lee menengahinya. Pendekar
dan istana itu segera menegang lengan kepala kampung itu
dan membujuknya.
"Cung-cu, kau jangan tersinggung. Siauw-heng ini juga
seorang kepala kampung di daerah pantai timur. Dia baru saja
kehilangan isterinya sehingga dia tak bisa mengendalikan
dirinya. Harap Cung-cu bisa memakluminya........."
Kepala kampung itu menghela napas panjang, kemudian
mengangguk kepada pengiring-pengiringnya. "Baiklah, aku
memakluminya.....” desahnya kemudian dengan perlahan.
"Terima kasih, Cung-cu. Nah! Sekarang kami harap Cungcu
mau mengatakan! Siapakah pembunuh itu? Atau kalau
Cung-cu belum mengenalnya, katakan bagaimana bentuk dan
ciri-ciri wajahnya?”
Tiba-tiba kepala kampung itu menjadi pucat kembali.
Matanya melirik ke arah penonton yang mulai berjubel
mengelilingi mereka.
Souw Thian Hai mendekat pula. Tangannya menepuk
pundak kepala kampung itu.
"Cung-cu tidak perlu takut. Kami bertigalah yang akan
bertanggung-jawab apabila penjahat itu nanti marah. Kami
memang sudah lama mendengar khabar tentang penjahat
yang suka memperkosa wanita itu. Di daerah Kiang-su banyak
wanita korbannya yang diketemukan orang di aliran sungai."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, akupun pernah mendengarnya pula. Oleh karena itu
kita harus mencegahnya. Penjahat itu tidak boleh meraja-lela
dengan kekejamannya. Nah Cung-cu..........! Lekaslah katakan
kepada kami ciri-cirinya!" Yap Kiong Lee menyambung.
"Ba baiklah..,........!" kepala kampung itu berkata dengan
gemetar, “Menurut keluarga korban yang diketemukan di
pinggir sungai itu, mereka... mereka itu terdiri dari dua
orang."
“Dua orang?" Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee berseru
hampir berbareng.
“Benar, Penjahat itu terdiri dari dua orang. Yang seorang
berperawakan gagah. Sedang yang seorang lagi bertubuh
kecil biasa. Namun yang menakutkan ialah kedua-duanya
berwajah putih pucat seperti tidak berdarah. Sinar mata
mereka juga liar mengerikan."
"Cuma itu saja? Tak ada tanda tanda atau ciri-ciri yang
lainnya? Wah,,..,, sulit kalau begitu! Bagaimana kita bisa
mencarinya? Sangat banyak orang yang memiliki ciri seperti
itu......" Yap Kiong Lee mengeluh.
“Dia tidak menyebutkan namanya?" Siauw Tong Jin ikut
menggeram penasaran.
Kepala kampung itu menggelengkan kepalanya.
“Ooooooh...........!" semuanya mengeluh pendek.
"Untung-untungan kita cari ke pinggir sungai itu.
Bagaimana......?" Liu Yang Kun akhirnya mengajukan usul.
"Ya. Aku juga sependapat. Siapa tahu penjahat itu masih
berada di sana?" Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menyetujui
usul itu.
“Baiklah! Kalau begitu...........???"
Belum juga Yap Kiong Lee menyelesaikan perkataannya,
tiba-tiba dari arah sungai muncul beberapa orang penduduk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlari-lari mendatangi. Mereka berteriak-teriak mencari
kepala kampungnya.
"Cung-cu,............! Cung-cu........! Cepatlah ke sungai lagi?
Pembunuh itu telah beraksi kembali. Dia...,., dia......." mereka
berseru dan berteriak bersaut-sautan.
Kepala kampung itu dengan diikuti oleh Yap Kiong Lee dan
Souw Thian Hai segera menyongsong mereka.
"Penjahat itu telah beraksi kembali? Siapakah korbannya?
Apakah korbannya juga dibunuh?” dengan suara gemetar
kepala kampung itu bertanya.
Salah seorang dari mereka segera melapor dengan suara
terputus-putus karena hampir kehabisan napas.
"Kali ini....... kali ini yang diculik.....put-put........puteri
Cung-cu sendiri! Dia-....dia,...... dibawa menyeberang,........”
“Apa......??? Ouugh..........?" kepala kampung itu menjerit
lalu pingsan.
Souw Thian Hai saling bertukar pandang dengan Yap Kiong
Lee dan Liu Yang Kun. Dan sekejap kemudian mereka bertiga
telah 'terbang' meninggalkan tempat itu. Begitu cepatnya
mereka bergerak sehingga orang-orang yang ada di sekeliling
mereka tidak menyadari bahwa mereka bertiga telah pergi.
Baru beberapa saat kemudian orang-orang itu menjadi sadar
bahwa mereka telah kehilangan Yap Kiong Lee.
“Bukan main! Sekarang aku makin percaya bahwa
pendekar sakti itu benar-benar Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
yang tersohor itu! Hei! Marilah kita menyusul ke sungai ! Souw
Tai-hiap tentu kesana!" Siauw Tong Jin berseru kepada
pengawalnya. "Ba-bagaimana dengan jenasah Siauw Hujin......?'
pengawalnya bertanya ragu.
"Ooouoh.... benar! Aku....... aku.....oooooh!" tiba-tiba
Siauw Tong Jin mengeluh pendek, kemudian berlari menuju
keretanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah ketika orang-orang di tempat itu sibuk
merawat kepala kampungnya yang pingsan dan Siauw Tong
Jin bersama para pengawalnya juga sedang sibuk mengurusi
jenasah Siauw Hu-jin, maka Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
bersama dengan Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun telah
berada di tepian sungai Huang-ho, atau tempat
penyeberangan yang ramai itu.
Yang sampai lebih dahulu adalah Liu Yang Kun. Kemudian
Souw Thian Hai. Dan yang terakhir, agak jauh beberapa
langkah di belakang mereka, adalah Yap Kiong Lee. Dan
merekapun tidak perlu bersusah payah pula untuk bertanya
tentang penjahat yang mereka cari? Karena semua orang
telah mengarahkan pandangan mereka ke tengah sungai. Ke
arah perahu besar yang bergoyang-goyang diterjang
gelombang air.
Sungai Huang-ho memang lebar dan luas bukan main,
sehingga perahu besar setinggi hampir tiga meter itu bagaikan
potongan kayu kecil saja di tengah-tengahnya. Namun bukan
keganasan ombak yang mempermainkan perahu itu yang
membuat semua orang memperhatikannya, akan tetapi
keributan yang terjadi di atas perahu itulah yang menjadi
pokok perhatian mereka.
Keributan itu sendiri memang tidak begitu jelas terlihat dari
tepian sungai. Semua orang hanya bisa melihat bahwa diatas
perahu besar itu terjadi perkelahian hebat yang melibatkan
beberapa orang, Dan pertempuran itu menjadi semakin ribut
dan seru ketika beberapa perahu kecil mulai menempel, serta
melibatkan para penumpangnya dalam pertikaian tersebut.
“Tampaknya penjahat itu telah dikepung ramai-ramai di
atas perahu itu." Souw Thian Hai berkata kepada Liu Yang
Kun. "Hemm.......... bagaimana kita bisa ke sana?"
"Di dekat dermaga itu banyak ditambatkan sampan-sampan
kecil. Kita pinjam saja sebuah. Bagaimana.,…?” Yap Kiong Lee
mengajukan usul.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sampan-sampan itu hanya dipergunakan orang di
pinggiran sungai yang tidak begitu dalam Bagaimana mungkin
ia bisa menerjang gelombang besar yang ada di tengah sana?"
Liu Yang Kun menyatakan keraguannya.
Souw Thian Hai saling pandang dengan Yap Kiong Lee,
kemudian tertawa bersama-sama. Mereka salah terima.
Mereka berdua menyangka bahwa perkataannya tadi Liu Yang
Kun menyangsikan kemampuan mereka di atas air.
"Pangeran..............,! Meskipun gin-kang dan Iwee kang
kami belum setinggi pangeran, namun kalau hanya
menyeberangi sungai ini saja kami berdua masih mampu,"
akhirnya Yap Kiong Lee menjawab hati-hati.
Liu Yang Kun terkejut sekali. "Eh-oh......ja-jangan salah
paham! Aku tak bermaksud demikian. Sungguh. Aku tak
bermaksud seperti itu. Ini.......ini.......eh mengapa jadi begini?”
Sekali lagi Souw Thian Hai saling bertatap mata dengan
Yap Kiong Lee. Senyum di bibir mereka menghilang. Sadarlah
mereka kini bahwa pangeran Liu Yang Kun yang kadangkadang
memang berpikiran sangat sederhana itu tak
bermaksud meragukan ilmu mereka. Dengan penyakitnya itu
Liu Yang Kun kadang-kadang memang kurang menyadari akan
kehebatan ilmunya sendiri.
Oleh karena itu dengan sabar dan berwibawa Souw Thian
Hai melangkah ke depan.
"Sudahlah, Pangeran. Kami berdua hanya bergurau.
Pangeran tak usah memasukkannya ke dalam hati.
Marilah..........! Kita pinjam salah sebuah dari sampan sampan
itu, kemudian kita bawa bersama-sama ke tengah. Dan kita
bertiga memang harus berjuang dengan segala kemampuan
ilmu kita agar sampan kecil itu tidak terbalik dihantam
gelombang," katanya kemudian dengan hati-hati.
"Ya-ya, marilah...........!" Liu Yang Kun menyahut dengan
gembira pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan uangnya Yap Kiong Lee lalu menyewa sebuah
sampan yang agak besar. Mula-mula pemiliknya memang
berkeberatan. Namun setelah Yap Kiong Lee mau membayar
lebih banyak, serta berjanji akan menggantinya kelak apabila
sampan itu sampai rusak atau hilang, maka si pemilik sampan
tersebut lalu melepaskannya.
Tapi sementara itu perahu-perahu kecil yang datang dan
menempel pada perahu besar tadi sudah bertambah menjadi
semakin banyak pula. Bahkan yang mempergunakan sampan
pun tidak cuma mereka sendiri. Ternyata jauh agak ke tengah
sungai telah ada pula sampan-sampan kecil yang ditumpangi
oleh pendekar-pendekar persilatan yang kebetulan berada di
tempat penyeberangan tersebut.
Semakin ke tengah maka ombak pun semakin terasa
menggelora. Sampan kecil yang mereka tumpangi terasa sulit
mereka kendalikan. Hanya karena kesaktian mereka saja
sampan kecil itu tidak tergulung di dalam pusaran gelombang
air.
Tiba-tiba Liu Yang Kun tersentak kaget. Diantara amukan
gelombang sungai yang ganas itu, dan juga di antara tebaran
perahu lain yang terombang-ambing di sekitar tempat itu
matanya melihat sebuah sampan besar yang dinaiki oleh
seorang kakek tua. Dan pemuda itu segera mengenalnya
sebagai Lo-sin-ong, guru Tiauw Li Ing.
"Lo-sin-ong...........? Oh, mengapa kakek itu berada di sini
pula? Lalu dimana Tiauw Li Ing berada? Mengapa dia tidak
berada bersama dengan kakek itu?"
"Pangeran! Ada apa?" Yap Kiong Lee yang melihat
kekagetan Liu Yang Kun itu cepat bertanya.
Liu Yang Kun terbatuk-batuk. Jari telunjuknya menuding ke
tempat dimana Lo-sin-ong tadi berada.
“Aku melihat Lo-sin-ong di sana..........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai mencoba untuk mencari
arah yang ditunjukkan oleh pemuda itu, tapi sebuah perahu
besar melintas menghalang-halangi pandangan mereka.
Bahkan ombak yang diciptakan oleh perahu besar tersebut
hampir saja menenggelamkan sampan kecil mereka. Dan
ketika akhirnya mereka bisa menguasai sampan mereka
kembali, mereka sudah tidak dapat menemukan sampan Lo
sin-ong lagi.
"Sudahlah. Pangeran. Kalau memang jodoh kita tentu akan
bertemu dengan dia lagi nanti,” Yap Kiong Lee membujuk.
“Tapi..... tapi aku justru tak ingin bertemu dengan mereka
lagi!” tiba-tiba Liu Yang Kun berdesah.
“Eh, mengapa? Bukankah isteri pangeran itu…….?”
Jilid 35
“Ya-ya ! Tapi......... ah ! Biarlah semuanya itu kita pikirkan
saja nanti setelah penyakitku ini sembuh." Liu Yang Kun cepat
menjawab dengan suara berat. Wajahnya kelihatan pucat
seperti sedang menahan beban perasaan yang amat berat.
Tentu saja Souw Thian Hai menjadi bertanya-tanya di
dalam hatinya. Tapi pendekar sakti itu tak mau ikut campur
dalam percakapan itu. Ia pura-pura sibuk mengendalikan
sampan mereka.
"Ada sesuatu yang aneh pada pangeran muda ini......"
katanya di dalam hati.
Kemudian pendekar sakti itu teringat akan Souw Lian Cu,
puterinya. Diam-diam hatinya menjadi sedih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Rasanya aku seperti melihat getaran cinta diantara mereka
berdua. Tapi kenapa nasib seakan-akan selalu memisahkan
mereka? Apakah mereka itu memang benar-benar tidak
berjodoh?"
Demikianlah, selagi pendekar sakti itu memikirkan
hubungan Souw Lian Cu dengan Pangeran Liu Yang Kun,
maka di tempat lain Souw Lian Cu sendiri juga sedang berpikir
pula tentang hubungannya dengan Liu Yang Kun.
Saat itu Souw Lian Cu juga sedang dalam perjalanan ke
kota Cin-an pula bersama rombongan Ui Bun Ting. Mereka
belum begitu jauh dari kota Lai ying karena keberangkatan
mereka memang jauh tertunda akibat kegemparan semalam.
Dan kuda serta kereta yang mereka pergunakan juga tidak
dapat mereka kendarai dengan cepat pula, karena kesehatan
Ui Bun Ting yang belum baik.
Souw Lian Cu berkuda sendirian di depan. Sedang kereta
yang ditumpangi Ui Bun Ting, Han Sui Nio dan Tui Lan beserta
bayinya, berada di belakangnya. Dan sebagai pengawal dari
rombongan tersebut adalah orang-orang Tiam jong-pai yang
menyusul Ui Bun Ting tadi malam. Mereka berkuda di
belakang kereta.
Tak ada sinar kegembiraan di wajah Souw Lian Cu. Gadis
ayu itu lebih banyak merenung di atas punggung kudanya.
Hanya sesekali ia tampak melirik atau memandang dengan
sudut matanya ke arah kereta, dimana Tui Lan bersama
bayinya berada. Gadis ayu itu merasa bahwa ada sesuatu
yang disembunyikan oleh Tui Lan terhadapnya, namun ia tak
tahu apa yang disembunyikan oleh sahabatnya itu.
Gadis itu hanya bisa mengingat bahwa sejak siuman dari
pingsannya, sahabatnya itu bersikap amat aneh. Yaitu seperti
orang yang kaget, bingung dan sedih luar biasa. Dan
celakanya, sahabatnya itu tak mau mengatakannya apa yang
sedang dideritanya. Bahkan kepada ibunya, Han Sui Nio, Tui
Lan juga tak mau berterus terang pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heran. Dengan akupun ci-ci Tui Lan juga bersikap aneh.
Ci-ci Tui Lan seperti selalu menghindari aku. Apa sebenarnya
yang dipikirkannya ? Apakah ci-ci Tui Lan tak menyukai ibunya
kawin dengan Ui Bun Ting?” Souw Lian Cu menerka-nerka di
dalam hatinya.
Sebenarnyalah bahwa pada waktu itu Tui Lan sedang
mengalami goncangan pikiran yang hebat sekali.
Pertemuannya yang tak terduga dengan Liu Yang Kun, yang
selama ini telah ia anggap mati, benar-benar sangat
menggoncangkan jiwanya. Dia seperti mendapatkan sebuah
mukjijat Namun di lain pihak, ketika ia sadar bahwa
kemunculan suaminya itu bersama dengan Tiauw Li Ing dan
Souw Lian Cu, kegembiraan itu tiba-tiba seperti hilang
kembali. Bahkan kehilangan tersebut seperti meninggalkan
bekas-luka yang menyakitkan di dadanya. Tiba-tiba ia merasa
semua kesedihan dan kesengsaraan di dunia ini tertimbun di
pundaknya. Apalagi ketika diketahuinya, suaminya itu pergi ke
Cin-an tanpa sedikitpun mempedulikannya.
Semalam, begitu siuman dari pingsannya, yang dicari Tui
Lan adalah Liu Yang Kun. Ia segera bangkit dari
pembaringannya. Matanya nanar melihat kesana-kemari.
Bahkan ketika di dalam kamar itu hanya ada ibunya dan
keluarga Ui Bun Ting yang lain ia berlari keluar. Ke ruangtengah,
dimana terdengar suara orang banyak bercakapcakap.
Namun di ruang tengah itupun Tui Lan juga tidak dapat
melihat wajah Liu Yang Kun. Yang ada hanya Ui Bun Ting dan
beberapa orang saudaranya. Mereka sedang berbincang ramai
dengan Souw Lian Cu, yang tampaknya baru saja masuk ke
rumah itu. Sedang di luar rumah, di jalan raya, terdengar
suara ribut para penduduk yang berlarian sambil menangis
dan menjerit-jerit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei, Lan-ji.......? Ada apa?" Ui Bun Ting yang belum
sembuh dari pengaruh racun Giok-bin Tok-ong itu cepat
menyapa Tui Lan.
Sementara Han Sui Nio yang mengejar Tui Lan dari dalam
kamarpun telah berada di belakangnya pula. Dengan perasaan
khawatir wanita tua itu memeluk Tui Lan dari belakang.
“Tui Lan? Apa yang kaucari, nak? Kau mencari
bayimu...........? Jangan khawatir ! Dia ada di kamar belakang.
Dia sedang tidur,” wanita tua itu membujuk.
Namun dengan tegas Tui Lan menggelengkan kepalanya.
Matanya tetap nanar mencari kesana kemari.
Ui Bun Ting saling pandang dengan Han Sui Nio.
“Lan-ji.......! Apakah engkau mencari Giok-bin Tok-ong?”
dengan hati-hati ketua Tiam-jong-pai itu bertanya.
Tui Lan tidak menjawab. Tiba-tiba saja gadis itu berlari ke
pintu dan melesat ke jalan raya dengan cepatnya. Dan gadis
itu menjadi kaget sekali menyaksikan penduduk yang berlarian
di depan rumah itu. Dan kekagetannya itu semakin menjadijadi
pula tatkala melihat tembok depan yang roboh serta
kubangan yang dalam di depan rumah tersebut.
Ketika Tui Lan hendak berbalik untuk menanyakan
semuanya itu, ternyata mereka telah datang kepadanya.
"Ibu.........! Oh, ibu! Apa yang telah terjadi? Apa artinya
semua ini......?” akhirnya Tui Lan menjerit dan menubruk
ibunya.
Han Sui Nio cepat memeluk dan mengusap rambut Tui Lan.
Dengan lembut dibawanya gadis itu ke dalam rumah kembali.
Diambilnya sebuah kursi, kemudian Tui Lan disuruhnya duduk
dengan baik. Sedangkan yang lain-lain segera mencari tempat
duduk sendiri-sendiri, sambil menunggu di sekitar kursi Tui
Lan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak seorangpun yang menyangka kalau gadis itu sedang
mencari Liu Yang Kun. Semuanya mengira kalau Tui Lan
sedang mencari Giok-bin Tok-ong, yang pada saat-saat
terakhir tadi baru diketahui oleh gadis itu sebagai ayahnya.
Oleh karena itu dengan perlahan-lahan dan hati-hati Ui Bun
Ting mencoba untuk menerangkannya. Namun sebelumnya
ketua Tiam-jong-pai itu mengerling dahulu ke arah Souw Lian
Cu, karena orang tua itu juga baru saja mendengar nasib Giok
bin Tok-ong dari gadis ayu itu.
Ketika gadis ayu berlengan tunggal itu juga
menganggukkan kepalanya, maka Ui Bun Ting pun menjadi
semakin mantap untuk bercerita. Mula-mula dia nasehatkan
agar Tui Lan tidak berkecil hati ataupun bersedih karena
memiliki ayah seperti Giok-bin Tok-ong itu. Setelah itu dengan
hati-hati Ui Bun Ting bercerita pula tentang sepak terjang
ayah Tui Lan pada malam itu. Bagaimanakah kakek jahat itu
ketika menculik Han Sui Nio dan membunuhi anggauta
keluarga Ui. Dan bagaimana pula ketika kakek jahat itu
melukai dirinya dan hampir membunuh Han Sui Nio, ibu Tui
Lan.
Untunglah mereka semua diselamatkan oleh Pangeran Liu
Yang kun dan pengawalnya, Hong-lui kun Yap Kiong Lee.
Sehingga akhirnya terjadilah peristiwa mengerikan di depan
rumah itu, Giok-bin Tok-ong mati oleh ledakan peluru pek-lektannya
sendiri!
"'Oooh…..?!?!" Tui Lan mengeluh pendek seraya menutupi
mukanya.
“Kau sendiri juga hampir dibunuhnya pula, Lan-ji! Ayahmu
memang bersumpah akan membasmi semua anak
keturunannya sendiri." Han Sui Nio ikut menyambung cerita Ui
Bun Ting.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar. Untunglah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai ayah Nona
Souw ini, bersama-sama dengan Pangeran Liu Yang Kun
segera menolongmu." Ui Bun Ting menambahkan.
Dengan cepat Tui Lan tengadahkan kepalanya. "Hong gihiap
Souw Thian Hai dan Pangeran Liu Yang Kun,.........?”
desisnya. "Lalu......lalu kemanakah mereka itu sekarang?"
"Ayah dan Pangeran Liu Yang Kun telah pergi mendahului
ke kota Cin-an, Ci-ci........,......?” Souw Lian Cu yang sejak tadi
hanya berdiam diri tiba-tiba menyahut.
Tui Lan menoleh dengan kaget sekali. Gadis itu seperti baru
menyadari bahwa Souw Lian Cu juga berada di tempat itu.
Dan tiba-tiba gadis itu menjerit sambil menutup wajahnya.
Selanjutnya tangisnya meledak dan tak bisa dihibur atau
dihentikan lagi. Terpaksa Han Sui Nio memapahnya memasuki
kamar.
Demikianlah pagi harinya sikap Tui Lan benar-benar
berubah sama sekali. Gadis itu tak mau berbicara sedikitpun.
Dia hanya merenung dan meneteskan air mata. Ia segera
berlari ke kamar bila ada orang yang mendekatinya. la benarbenar
tak mau berbicara dengan siapapun juga. Hanya tangis
bayinya saja yang mampu menggugah minatnya.
Namun demikian gadis itu tak menolak ketika diajak
berkereta ke kota Cin-an. Hanya saja gadis itu tetap tak mau
berbicara dengan siapapun juga. Dan anehnya gadis itu selalu
menghindar bila bertatap muka dengan Souw Lian Cu, orang
yang pernah menyelamatkan nyawanya. Satu-satunya yang
dilakukan oleh gadis itu hanyalah menggendong serta
membujuk bayinya supaya tidak menangis.
Tentu saja hal itu membuat Ui Bun Ting dan Han Sui Nio
sedih sekali. Mereka tetap menyangka bahwa Giok-bin Tokong
lah yang menjadi sebab dari kesedihan Tui Lan itu. Gadis
itu tak tahan menerima kenyataan bahwa ia adalah puteri
seorang iblis jahat. Namun demikian kedua orang tua itu juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percaya bahwa kesedihan puteri mereka itu tentu hanya
sementara pula. Besok pagi atau lusa tentu telah sembuh lagi.
Begitulah, seperti yang telah diceritakan di bagian depan,
mereka semua berangkat ke kota Cin-an dengan kereta dan
kuda. Ui Bun Ting dan Han Sui Nio yang tak ingin
mendapatkan gangguan ataupun kesulitan lagi di dalam
perjalanannya sengaja menutup diri di dalam kereta bersama
Tui Lan. Sedangkan Souw Lian Cu dan kedua pengawal Ui Bun
Ting yang datang dari Tiam-jong-pai itu penunggang kuda di
belakang mereka.
Rombongan itu melaju dengan cepatnya ke arah barat,
menyusuri jalan yang sama dengan jalan yang ditempuh oleh
rombongan Yap Kiong Lee semalam. Mereka memacu kuda
dan kereta mereka seolah-olah mereka sedang berpacu
dengan matahari yang merangkak di atas punggung mereka.
Bahkan Souw Lian Cu memacu kudanya lebih cepat lagi,
sehingga gadis itu seperti terlepas dari rombongan itu.
Dan sementara itu di tempat lain, jauh di depan mereka,
yaitu di tempat penyeberangan sungai Huang-ho, rombongan
Yap Kiong Lee justru sedang terlibat dalam keributan yang
kacau balau, sebuah keributan yang berlangsung di tengahtengah
sungai, yang melibatkan belasan atau puluhan jagojago
silat dari dunia persilatan.
Dan telah diceritakan pula di bagian depan bahwa
rombongan Yap Kiong Lee itu telah kehilangan jejak Lo-sinong,
yang semua mereka lihat lewat dekat sampan mereka.
Dan karena mereka tidak bisa menemukan buruan mereka
tersebut maka merekapun lalu meneruskan kembali arah
tujuan mereka semula, yaitu ke perahu besar di tengahtengah
sungai, dimana keributan itu terjadi.
Namun untuk mencapai ke perahu besar tersebut sungguh
tidak mudah. Gelombang dan arus air di bagian tengah sungai
itu segera menyambut mereka. Sampan mereka segera
meliuk-liuk, berputar putar dan timbul-tenggelam ditelan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ombak. Begitu ganasnya arus sungai tersebut sehingga
mereka bertiga benar-benar harus mengerahkan segala
kemampuan dan kesaktian mereka.
Demikianlah, berkali-kali sampan kecil itu harus jungkir
balik dan timbul tenggelam dihantam gelombang yang ganas.
Namun pada waktu gelombang itu tiba-tiba agak mereda
ternyata sampan itu telah berada di samping perahu besar
tersebut.
Lega benar hati Yap Kiong Lee bertiga. Dengan pakaian
yang basah oleh percikan air sungai, mereka bertiga segera
melambung ke atas geladak perahu besar itu. Tapi belum juga
kaki mereka menginjak lantai perahu, segulung asap tebal
yang disertai taburan jarum beracun telah menyongsong
kedatangan mereka.
Mereka bertiga cepat menghindar dengan cara masingmasing.
Dan otomatis ketiganya berpencar. Yap Kiong Lee
yang berada di sebelah kiri cepat melejit ke kiri sambil
mengebutkan lengan bajunya ke arah gumpalan asap itu.
Sedangkan Souw Thian Hai yang berada di sebelah kanan
juga melompat pula ke kanan, sambil tak lupa menyelimutkan
mantel pusakanya ke tubuhnya.
Yang agak sulit adalah posisi Liu Yang Kun. Karena pemuda
itu berada di tengah-tengah temannya, maka hanya ada dua
jalan untuk menghindar gumpalan asap itu. Kembali meloncat
ke belakang yang berarti harus mencebur ke dalam sungai,
atau melenting ke atas melewati gulungan asap tebal
tersebut.
Ternyata Liu Yang Kun memilih jalan yang terakhir. Dengan
gin-kang warisan Si Raja Kelelawar pemuda itu menjejakkan
kakinya, sehingga tubuhnya melayang ke atas seperti burung
garuda yang terbang ke angkasa. Kemudian sambil
berjumpalitan beberapa kali pemuda itu mendaratkan kakinya
di atas atap perahu. Semua gerakan pemuda itu dilakukan
dengan amat gesit dan cepat luar biasa, serta tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menimbulkan suara atau desir angin yang berarti, sehingga
sepintas lalu tubuh yang jangkung itu seperti bayangan hantu
yang berpindah tempat begitu saja.
Dan sungguh kebetulan bagi Liu Yang Kun, karena dari atas
atap perahu itu dia bisa melihat dengan jelas seluruh
keributan yang terjadi di atas perahu besar tersebut.
Di ujung haluan perahu yang luasnya hampir mencapai dua
belas tombak persegi itu tampak tiga orang berseragam
hitam-hitam, kuning-kuning dan putih-putih, dikeroyok oleh
sembilan atau sepuluh orang berpakaian macam-macam,
sehingga tempat yang luas tersebut terasa sempit oleh
gerakan mereka, ketiga orang berseragam itu sama sekali
tidak memegang senjata, sementara para pengeroyoknya
mengepung mereka dengan senjata di tangan. Namun
demikian Liu Yang Kun melihat bahwa ketiga orang
berseragam itu sama sekali tidak mengalami kesulitan. Bahkan
setelah beberapa saat melihat pertempuran itu Liu Yang Kun
dapat memastikan bahwa ketiga orang berseragam tersebut
akan bisa mengatasi lawan-lawannya.
Sedangkan di bagian lain, yaitu di buritan perahu, Liu Yang
Kun melihat sebuah pertempuran yang lain, yang justru lebih
seru malah. Bahkan belasan sosok mayat telah tampak
berserakan di sekitar pertempuran itu. Semuanya mati dalam
keadaan yang sangat mengerikan. Ada yang tubuhnya seperti
terbakar dan mengeluarkan bau busuk. Ada yang lukanya
menganga dan mengalirkan cairan kuning seperti bubur cair
yang banyak sekali. Bahkan ada yang kulit tubuhnya berubah
menjadi putih meletak seperti kapur dinding, sementara
seluruh rambutnya rontok ke bawah.
"Hmm…… tampaknya kepulan asap yang disertai taburan
jarum beracun tadi datang dari tempat itu." Liu Yang Kun
bergumam perlahan.
Ketika Liu Yang Kun mencoba untuk melihat lebih teliti lagi,
maka ia melihat dua orang Ielaki gagah, yang masing-masing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah berusia lebih dari empat puluh tahun, dikeroyok oleh
belasan tokoh persilatan yang rata-rata kepandaiannya juga
sangat tinggi. Namun demikian kedua orang gagah yang
bersenjatakan ular hidup itu ternyata dapat melayani para
pengeroyoknya dengan mudah. Bahkan ternyata korban yang
berjatuhan di sekeliling pertempuran tersebut adalah hasil
amukan mereka pula.
"Heran, ilmu silat kedua orang itu mirip sekali dengan ilmu
silat Giok-bin Tok-ong …..” sekali lagi Liu Yang Kun
bergumam.
Ternyata Liu Yang Kun sama sekali sudah tak ingat lagi
bahwa ia sebenarnya pernah bertemu dengan kedua orang
itu. Bahkan pernah berkelahi malah. Kedua orang itu memang
murid Giok bin Tok ong, Kim Hong San dan Tang Hu. Mereka
tinggal berdua saja sekarang, karena Nyo Kin Ong telah mati
dalam pertempuran melawan anak buah Siang Ki dahulu.
"Grobyaaaaag !" tiba-tiba terdengar suara keras di bawah
atap yang diinjak Liu Yang Kun. Liu Yang Kun cepat mendekap
di atas seraya bersiap-siaga menghadapi segala kemungkinan.
Apa lagi ketika kemudian terdengar suara angin pukulan yang
berderak-derak menerjang dinding perahu.
“Ada orang berkelahi di dalam ....... “ pemuda itu berkata di
dalam hati. Sementara itu kedua orang murid Giok-bin Tokong
semakin tampak beringas mendesak lawan-lawannya.
Tangan mereka semakin latah mengobral racun-racun
pembunuh, sehingga korbanpun menjadi semakin bertambah
banyak pula.
Souw Thian Hai yang berada lebih dekat dengan
pertempuran tersebut segera mendekati. la menghampiri dua
orang lelaki kurus yang juga menonton pertempuran itu. Dua
orang itu berdiri di pinggiran perahu, berlindung di dekat
tumpukan barang. Dan mereka segera memegang hulu
pedang yang terikat di belakang punggung mereka ketika
mendengar langkah kaki Souw Thian Hai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Souw Thian hai……" desah mereka kemudian ketika
mereka melihat siapa yang datang! Otomatis mereka
melepaskan kembali gagang pedang mereka. Bahkan dengan
cepat mereka membungkukkah tubuh mereka untuk memberi
hormat.
Souw Thian Hai tidak mengenal mereka. Namun sebagai
seorang pendekar besar yang namanya sangat tersohor dan
dikenal orang ia dapat memahami hal itu. Oleh karena itu
dengan sopan pula pendekar itu mengangguk.
"Maaf. Semakin tua ingatanku ini menjadi semakin lemah
pula. Bolehkah saya bertanya, siapakah sebenarnya tuan
berdua ini," Souw Thian Hai bertanya perlahan.
Dengan tersipu-sipu kedua orang lelaki kurus itu
membungkukkan tubuhnya lagi.
"Ah! Bukannya Tai hiap yang telah lupa kepada kami, tapi
kami berdualah yang terlalu kecil sehingga tak mungkin orang
seperti kami ini dapat berkenalan dengan Tai-hiap. Kami
hanyalah dua orang murid rendahan dari Tiam-jong-pai,” salah
seorang dari mereka cepat menjawab.
Souw Thian Hai menjadi kikuk pula, "Ah.....jangan berkata
seperti itu. Aku menjadi malu terhadap diriku sendiri. Aku
memang sering berkunjung ke Tiam-jong-pai, tapi ingatanku
yang terbatas ini tentunya tak bisa mengenal cu-wi satu
persatu. Oleh karena itu ..... maafkanlah keterbatasanku ini.”
"Kami mengerti, Tai-hiap. Kami berdua memahaminya.
Namaku Ong Su, dan ini adikku Ong Kak. Eh ..... mengapa
Tai-hiap sampai berada disini pula? Bukankah Tai-hiap
kemarin sudah berada di Cin-an untuk menghadiri pernikahan
Ciang-bun-jin kami?”
Souw Thian Hai tersenyum, kemudian memalingkan
pandangannya ke pertempuran yang tampak semakin seru itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku juga heran melihat ji-wi berada disini. Padahal malam
nanti perhelatan itu sudah akan dilaksanakan. Apakah ji-wi
sebagai orang Tiam-jong pai tidak ingin menghadiri
perkawinan ketuanya?” Souw Thian Hai balik bertanya.
"Kami ….. kami eh?!?" dengan gugup kedua orang lelaki itu
mengawasi Souw Thian Hai.
Tapi dengan mulut masih tetap tersenyum Souw Thian Hai
kembali memandang kedua orang itu.
"Jangan gugup, Saudara Ong. Aku tidak mencurigai Ji-wi.
Aku justru ingin mengatakan kepada Ji-wi bahwa
kedatanganku kemari kemungkinan besar justru sama dengan
kepentingan Ji-wi."
Ong Cu dan Ong Kak terkejut. "Apakah ……apakah Tai-hiap
juga bermaksud untuk menjemput Ciang-bun-jin kami?" Ong
Su berdesah.
“Ya. Dan Ji-wi tak perlu gelisah lagi. Ui Ciang-bun sudah
diketemukan. Mungkin sekarang sudah hampir sampai di
tempat ini pula."
"Oooh......!” kedua saudara Ong itu berseru gembira.
"Tapi... eh, apakah yang sebenarnya yang terjadi di perahu
ini? Mengapa mereka saling berkelahi?" tiba-tiba Souw Thian
Hai mengalihkan pembicaraannya.
"Oh, Tai hiap. Masalahnya cuma orang orang dari Lembah
Tak Berwarna itu. Mereka menculik seorang gadis dari
kampung itu dan hendak membawanya ke seberang. Karena
perahu mereka kecil, maka ketika hendak melewati perahu ini
mereka lalu berpindah tempat. Tapi di dalam perahu besar ini
ternyata mereka ketemu batunya. Seorang pendekar silat
berkepandaian tinggi telah merebut gadis itu dari tangan
mereka," Ong Su bercerita sambil menunjuk kesana-kemari.
Souw Thian Hai mengerutkan dahinya. "Lalu bagaimana?"
desaknya. Ong Su lalu menunjuk ke arah korban yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergelimpangan di sekitar pertempuran. “Tapi ... orang-orang
yang mengejar para penculik itu telah sampai pula kemari.
Termasuk kami juga. Kami lalu mengeroyok mereka."
"Lalu......di manakah gadis itu?" Souw Thian hai bertanya.
“Disembunyikan oleh pendekar yang merebutnya dari
tangan orang-orang Lembah Tak Berwarna itu. Ternyata
pendekar tersebut juga bukan orang baik baik pula. Tiga
orang anak buahnya segera melabrak kami. Terpaksa kami
berpencar untuk melawan mereka....”
"Begitukah? Hmmh?" Souw Thian Hai menggeram.
"Benar, Souw Tai-hiap. Ternyata mereka semua
berkepandaian sangat tinggi. Korban segera berjatuhan di
tangan mereka. Baik di tangan anak-buah pendekar itu
maupun di tangan orang-orang Lembah Tak Berwarna," Ong
Kak meneruskan cerita kakaknya.
Tiba-tiba Ong Su menjatuhkan diri berlutut di depan Souw
Thian Hai.
"Souw Taihiap! Kalau Souw Tai-hiap tidak lekas-lekas
membantu kami, orang-orang jahat itu tentu akan membasmi
kita semua." Serunya bersemangat.
Souw Thian Hai memandang ke arah pertempuran. "Kalian
memang terlalu gegabah melawan mereka. Mereka semua
adalah orang-orang dari perguruan ternama. Saya sendiri
belum tentu menang melawan mereka. Apalagi kalau majikan
dari ketiga orang berseragam itu juga ada disini."
"Ketiga orang berseragam itu? Siapakah mereka, Tai-hiap?"
“Mereka itu orang-orang Ui-soa-pai dari Gurun Go-bi. Dan
pendekar yang Ji-wi sebutkan tadi kemungkinan besar adalah
pemimpin mereka, yaitu Bok Siang Ki.”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ui-soa-pai? Bok Siang Ki?" Kedua orang saudara Ong itu
menjerit kaget. Dan wajah merekapun segera berubah
menjadi pucat.
Souw Thian Hai menarik napas. Katanya kemudian,
“Mengapa? Ehm, jangan takut! Mereka justru tidak
seberbahaya orang-orang dari Lembah Tak Berwarna itu.
Kalaupun Bok Siang Ki itu memang benar-benar berada di sini,
kita juga tak perlu takut kepadanya. Aku membawa seorang
jago yang bisa menghadapinya."
"Menghadapi Bok Siang Ki? Apakah Tai-hiap datang
bersama Bun-hoat Sian-su ......?"
“Bukan! Tanpa Bun-hoat Sian-su pun pemuda itu bisa
menghadapi Bok Siang Ki ....!” Souw Thian Hai berkata
mantap seraya menunjuk ke arah Liu Yang Kun yang
bertengger di atas atap perahu.
“Pemuda ... itu….?” Ong Su dan Ong Kak berdesah tak
percaya.
Souw Thian Hai tersenyum. Sambil melangkah mendekati
pertempuran ia berkata, "Jangan remehkan dia. Meski masih
muda tapi kesaktiannya tidak kalah dengan Bok Siang Ki. Lihat
saja nanti. Nah, sekarang biarlah aku menolong teman-teman
Ji-wi dahulu. Kasihan mereka ."
Dan kedatangan Souw Thian Hai pun segera tercium pula
oleh Kim Hong San dan Tang Hu. Kedua orang murid Giok-bin
Tok-ong itu segera menyongsongnya dengan taburan pasir
beracun. Namun hanya dengan mengebutkan mantel
pusakanya Souw Thian Hai bisa merontokkannya ke bawah.
Sebaliknya pendekar sakti itu lalu membalasnya dengan
pukulan jarak-jauhnya.
Siuut ! Siiiut ! Taas ! Duk!
Sambaran-sambaran angin tajam segera melanda jago dari
Lembah Tak Berwarna itu. Dan ketika mereka mencoba untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkisnya, maka hati merekapun menjadi kaget setengah
mati. Kedua ujung lengan baju Kim Hong San terputus bagian
ujungnya, seolah-olah dipotong dengan pisau tajam.
Sementara keadaan Tang Hu lebih parah lagi. Bagian
punggung tangannya yang ia pakai untuk menangkis pukulan
angin tajam itu tampak terluka dan berdarah, seperti tergores
oleh ujung pedang.
"Gila! Kau siapa...... !" Kim Hong San berteriak.
Souw Thian Hai hendak menjawab. Namun sebelum
mulutnya terbuka, orang-orang yang baru saja bertempur
dengan Kim Hong San itu telah menyebut namanya.
"Hong-gi-hiap Souw Thian Hai ......???" mereka berdesah
gembira.
“Huh! Jadi kaukah pendekar yang sangat disohorkan orang
itu! Pantas ! Pantas ! ilmu s ilatmu sedemikian hebatnya .......”
Kim Hong San menggeram.
“Kita harus berhati hati, su-heng,” Tang Hu bergumam pula
seraya mengobati lukanya.
Souw Thian Hai mengedikkan kepalanya. Dengan nada
marah ia membentak, "Jadi kaliankah penjahat yang suka
memperkosa dan membunuh wanita di daerah pantai timur
selama beberapa bulan ini?"
"Tak salah. Memang kamilah yang melakukannya! Kami
berbuat seperti itu untuk melengkapi kesempurnaan ilmu
kami. Kau mau apa? Mau menghukum kami? Ha-he-hehaa!
Kau jangan menjadi besar kepala hanya karena namamu
tertulis di dalam Buku Rahasia! Kami berdua tidak silau
melihatmu! Ha-he-hehaaa..........!" Kim Hong San tertawa
terbahak-bahak.
"Gila …..! Kalian guru dan murid memang pantas untuk
dibunuh! Orang-orang seperti kalian ini sangat berbahaya dan
mengotori dunia saja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-he-hehaaaa........! Jangan sebut-sebut nama guru
kami! Kau akan semakin ketakutan menghadapi kami nanti !
Nama Giok-bin Tok-ong lebih tersohor dan lebih tinggi
daripada namamu, he-ha-hehaaa......!"
Wajah Souw Thian Hai yanq gagah berwibawa itu tiba-tiba
menjadi gelap. Dengan nada dalam ia menggeram, "Kalianlah
yang seharusnya tidak menyebut-nyebut nama Giok-bin Tokong
lagi! Gurumu itu telah tewas berkeping-keping akibat
ledakan pek-lek-tannya sendiri tadi malam ! Hmmh!”
Seketika suara tawa kedua orang murid Giok-bin Tok-ong
itu terputus. Dengan pandang mata marah serta tak percaya
mereka menghardik, "Tutup mulutmu; kau telah berani
menghina guru .......!”
Ternyata Souw Thian Hai pun sudah tidak bisa menahan
kemarahannya pula. Dengan geram telapak tangannya
digosok-gosokkannya ke depan dada, dan sekejap kemudian
dari ubun ubun kepalanya, mengepul asap berwarna merah
dan putih bergantian.
"Ang-pek Sin-kang..........?!" Kim Hong San berdesah kaget.
Kemudian bisiknya kepada Tang Hu. “Su-te! Hati-hati! Orang
ini tampaknya memang benar-benar berbahaya.........”
"Ah, persetan ! Aku tidak takut!" Tak terduga Tang Hu
menjawab sambil berteriak. Tampaknya berita tentang
kematian gurunya itu sedikit mempengaruhi perasaannya
juga. Hatinya menjadi bimbang.
Oleh karena itu justru Tang Hu lah yang kemudian memulai
pertempuran itu. Tangan kanannya terayun ke depan, dari
bawah ke atas seperti orang menabur benih. Dan dari telapak
tangan itu memang benar-benar berloncatan belasan paku
beracun ke arah kepala dan dada Souw Thian Hai. Dan
gerakan ini segera diikuti pula oleh gerak tangan kirinya, dari
belakang ke depan, seakan-akan mendorong lajunya pakupaku
tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu melihat adik seperguruannya telah memulai
serangannya, Kim Hong San juga tidak mau ketinggalan juga.
Dengan tangkas ia melompat ke samping kiri Souw Thian Hai.
Tak lupa telapak tangan kanannya menebas ke arah pinggang
lawannya. Dan tiupan angin dingin berbau amis segera
tercium pula dengan kerasnya.
Melihat kedua orang lawannya mendahului menyerang,
apalagi serangan mereka itu betul-betul ganas dan keji, Souw
Thian Hai semakin menjadi marah sekali. Namun demikian
pendekar sakti juga tak bisa mengabaikan kedahsyatan
serangan tersebut. Kedua murid Lembah Tak Berwarna itu
tentu juga mewarisi kelicikan gurunya, sehingga ia juga harus
berhati-hati dan waspada terhadap jebakan-jebakan
tersembunyi yang ada di dalam serangan tersebut.
Oleh karena itu demi amannya Souw Thian Hai segera
menghindari saja serangan itu. Kaki kanannya bergeser ke
samping dengan cepat, sehingga tubuhnya seolah-olah rebah
ke samping. Kemudian setelah itu dengan cepat pula tubuh
atasnya terayun ke belakang seperti layaknya orang
terjengkang ke belakang. Seluruh gerakan itu dilakukan
dengan tangkas dan manis, serta kuda-kuda yang tetap kokoh
kuat menghujam bumi, sehingga ketika kedua serangan
lawannya dapat ia elakkan, Souw Thian Hai cepat bisa tegak
kembali dengan baik.
Lalu sebelum kedua orang lawannya itu menyusuli
serangannya lagi, Souw Thian Hai cepat-cepat memotong dan
mendahului mereka dengan Tai-lek Pek-khong-ciangnya.
Cuuus ! Cus! Cusss! Dan loncatan-loncatan angin tajam segera
melesat dari ujung ujung jari tangannya!
Kini ganti Kim Hong San dan Tang Hu yang kelabakan
menghadapi tusukan-tusukan angin tajam yang mampu
menghunjam melukai kulit daging itu. Sehingga untuk
melindungi diri mereka dari kejaran angin tajam tersebut, Kim
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong San dan Tang Hu terpaksa meledakkan tabir asap tebal
di sekeliling mereka.
Souw Thian Hai terpaksa menahan serangannya karena ia
tak ingin salah sasaran dan melukai orang-orang yang ada di
sekitar pertempuran tersebut. "Sungguh licik!” pendekar sakti
itu mengumpat marah. Kemudian teriaknya kepada orangorang
yang ada di buritan tersebut. "Saudara-saudara,
awas...............! Jauhkan diri dari arena pertempuran!"
Benar juga peringatan Souw Thian Hai itu. Sambil masih
tetap berlindung di dalam pekatnya asap, kedua murid Giokbin
Tok-ong itu balas menyerang Souw Thian Hai dengan
lontaran-lontaran senjata rahasianya. Dan tentu saja lontaran
senjata rahasia yang membabi-buta itu juga akan
membahayakan orang lain pula.
Namun ternyata kali ini Souw Thian Hai juga tak ingin
menghindari serangan-serangan itu pula. Selain tak ingin
membahayakan keselamatan orang lain, pendekar sakti itu
juga ingin lekas-lekas menyelesaikan pertempuran tersebut.
Demikianlah dengan perlindungan mantel pusakanya Souw
Thian Hai nekad menerobos tabir asap yang menyelimuti
arena pertempuran itu. Beberapa kali terdengar suara denting
senjata rahasia yang menghantam mantel pusakanya, tapi
pada saat itu pula Souw Thian Hai melepaskan tusukantusukan
angin tajamnya ke arah dari mana senjata rahasia itu
datang.
Ternyata siasat Souw Thian Hai tersebut berhasil. Kim
Hong San dan Tang Hu benar-benar kelabakan menghadapi
serangan itu. Selain mereka bingung bagaimana harus
menghadapi lawannya yang tak bisa dilukai dengan senjata itu
Kim Hong San dan Tang Hu harus menghindari tusukantusukan
angin tajam yang tak dapat dilihat oleh mata
tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ternyata Kim Hong San juga tidak kekurangan akal. la
tahu bahwa lawannya dapat mengetahui tempatnya karena ia
melepaskan senjata rahasia.
“Su-te! Hentikan serangan! Bunuh saja ia dengan racun!
Masa dia.............eh!" Kim Hong San berseru namun terpotong
karena pundaknya terserempet oleh tusukan angin tajam yang
dilepaskan Souw Thian Hai.
"Su-heng, kau tidak apa-apa...... hei?! bangsat!” Tang Hu
berteriak kaget. Namun suaranya segera berganti dengan
makian pula karena teriakannya itu membuat Souw Thian Hai
mengetahui dimana dia berada. Akibatnya dadanya hampir
saja termakan oleh tusukan jari tangan pendekar sakti itu.
Begitulah kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu segera
menyadari kesalahan mereka. Maka untuk selanjutnya mereka
berdua lalu berdiam diri di tempat masing-masing dan tetap
berlindung di dalam pekatnya asap tebal yang mereka
ciptakan. Kemudian dengan hati-hati mereka meniupkan asap
beracun ke sekeliling mereka.
Tapi Souw Thian Hai juga mengenal bahaya pula. Melihat
lawannya berdiam diri, ia cepat-cepat meloncat keluar dari
dalam gulungan asap itu. Ternyata pendekar itu masih ingat
akan pertempurannya melawan Giok-bin Tok-ong tadi malam,
dimana ia terkena jenis racun yang tidak berwarna maupun
berbau, sehingga ia hampir saja celaka di tangan iblis tua itu.
"Pengecut! Ayoh ! Kenapa kau melarikan diri dari
arena......?" Tang Hu berteriak dari dalam gulungan asap.
"hmm….. buat apa aku takut bermain-main dengan
asapmu? Mending aku melihat dan menunggu kalian di sini.
Toh asapmu juga akan sirna ditiup angin........” Souw Thian
Hai menjawab seenaknya.
“Bangsat..............!" sekali lagi Tang Hu mengumpat kasar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba dari dalam kepulan asap itu meluncur dua buah
bola api yang melesat ke arah Souw Thian Hai! Dan serangan
yang tak terduga itu sungguh sangat mengejutkan pendekar
sakti itu. Tapi dari mula pendekar itu memang telah bersiap
siaga pula. Oleh karena itu meskipun terkejut pendekar itu
tetap tidak kehilangan pengamatannya. Bahkan sambil
menghindar pendekar sakti itu sempat membalas menyerang
pula dengan tidak kalah cepatnya. Dan serangan itu ditujukan
ke arah bola api tersebut berasal.
Cuuuus ! Cuuuuuus ! Cus !
"Aduh !" terdengar suara Tang Hu mengeluh pendek.
Sementara itu sebuah tiupan angin yang agak kencang
telah menghalau tabir asap yang dibuat oleh Kim Hong San
itu. Dan sejalan dengan hilangnya tabir asap itu maka
tampaklah tubuh Kim Hong San dan Tang Hu yang
sempoyongan terkena pukulan jarak jauh Souw Thian Hai tadi.
“Su-te.....kau terluka?” Kim Hong San cepat memegang
tubuh adik seperguruannya.
“Bangsat gila! Monyet itu memang lihai sekali! Tanpa
melihatpun dia bisa menyerang aku…..” Tang Hu mengeluh
dan mengumpat tiada hentinya.
“Tidak aneh! Namanya memang tertulis hanya satu tingkat
di bawah nama su-hu. Tidak mengherankan bila
kepandaiannya sangat tinggi. Kitalah yang terlalu memandang
rendah dia. Hmm……lalu bagaimana denganmu? Kau masih
bisa meneruskan pertempuran ini?"
Tiba-tiba Tang Hu mengibaskan tangan kakak
seperguruannya. Dengan menggeretakkan giginya ia
menggeram. “Mengapa tidak? Aku hanya kaget saja. Aku tidak
apa-apa. Aku justru hendak membunuh bangsat itu sekarang!
Apalagi ia telah menghina su-hu..........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kim Hong San mendengus pula. Sambil menoleh ke arah
Souw Thian Hai ia berkata. “Aku juga tidak percaya pada
omongannya. Masakan su-hu sampai bisa mati oleh
senjatanya sendiri. Huh! Dia memang patut dibunuh!”
Souw Thian Hai mengangkat bahunya. "Terserah kalau
kalian tidak percaya. Tapi apa yang kukatakan itu memang
benar. Kalian akan mengetahuinya pula besok.”
“Kurang ajar...........!" Tang Hu mengumpat keras,
kemudian menerjang Souw Thian Hai. Dari kedua tangannya
meluncur dua ekor ular kecil yang amat ganas.
Souw Thian Hai segera bergeser ke samping. Tak lupa
telunjuk kanannya yang penuh sin-kang itu ia kibaskan ke
arah ular itu. Cuus.......! Serangkum angin tajam segera
menusuk ke arah ular tersebut.
Tapi sungguh sangat mentakjubkan. Kedua ekor ular itu
seperti bersayap saja pada tubuhnya. Dengan gesit dan ringan
tubuhnya yang pipih panjang itu meliuk dan menggeliat
beberapa kali di udara, sehingga angin tajam itu melesat lewat
tanpa mengenainya. Sebaliknya dengan kecepatan yang
berlipat ganda ular tersebut meneruskan serangannya ke arah
Souw Thian Hai.
Walaupun merasa heran dan takjub, namun kehebatan
ular-ular kecil itu tak sampai menggoyahkan ketenangan Souw
Thian Hai. Bahkan dengan kematangannya sebagai seorang
pendekar silat besar, Souw Thian Hai justru menyongsong
kedatangan dua ekor ular itu. Bagian atas tubuhnya berputar
setengah lingkaran, sehingga mantel pusakanya terayun ke
depan menutupi dadanya. Sementara dari balik mantel pusaka
tersebut jari-jari tangannya memuntahkan kembali seranganserangan
angin tajamnya yang menggiriskan itu.
Whuuuuus..................! Cuuus! Cuus!
Ular-ular itu masih mencoba berkelit beberapa kali di udara.
Namun pada serangan Souw Thian Hai yang terakhir,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan untuk menghindar sudah tidak ada lagi. Sebuah
hentakan yang amat kuat membuat kedua ekor ular kecil itu
terpental ke udara. Tubuh mereka yang pipih panjang itu
terpotong menjadi beberapa bagian!
"Gila !” sekali lagi Tang Hu mengumpat.
Namun kedua orang murid Giok-bin Tok-ong itu tak punya
kesempatan untuk mengobral makiannya lagi, karena di lain
saat berondongan angin tajam yang meluncur dari tangan
Souw Thian Hai telah membikinnya jungkir-balik untuk
mengelakkannya. Dan saat-saat selanjutnya mereka harus
memeras keringat dan memeras tenaga untuk menghadapi
Tai-lek Pet-khong-ciang Souw Thian Hai yang dahsyat dan
mengerikan itu.
Belasan jurus pun telah berlalu. Penonton yang berada di
buritan perahu itu telah menyingkir jauh-jauh pula. Serangan
angin tajam yang dilontarkan oleh Souw Thian Hai
berkelebatan kesana-kemari dan merusakkan dinding-dinding
perahu yang dilewatinya. Sementara Kim Hong San dan Tang
Hu pun juga mengobral racun mereka pula untuk menandingi
kedahsyatan ilmu Souw Thian Hai tersebut.
Namun semakin lama semakin terlihat bahwa ilmu silat
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai lebih unggul dari pada ilmu
kedua murid Giok-bin Tok-ong itu. Walaupun kedua orang
murid lembah Tak Berwarna itu menguras segala kemampuan
mereka, tetapi dengan perisai mantel pusakanya Souw Thian
Hai mampu bertahan sekaligus mendesak mereka.
Semua macam racun telah dikeluarkan oleh Kim Hong San
dan Tang Hu. Segala macam binatang berbahaya, seperti ular,
kala-jengking, kelabang, ulat berbisa juga telah dipergunakan
pula oleh kedua orang itu. Namun semuanya dapat diatasi
oleh Souw Thian Hai. Dengan benteng mantel pusakanya
pendekar sakti itu benar benar tak bisa disentuh oleh siapapun
juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehingga akhirnya kedua orang murid Giok-bin Tok-ong tak
dapat mengelakkan lagi tusukan-tusukan angin tajam yang
dilontarkan oleh Souw Thian Hai. Darahpun mulai menetes
membasahi lantai perahu. Semakin lama semakin banyak
sehingga akhirnya mereka tak kuasa melawan lagi.
"Su-te,..... kita...kita lari saja ! Kita......terjun ke air !” di
dalam kesulitannya Kim Hong San masih bisa berseru kepada
Tang Hu. Lalu tanpa menanti jawaban adiknya ia melompat
dalam air yang menggelegak di bawahnya.
Tang Hu yang keadaannya lebih parah segera berlari ke
pagar perahu. Tapi beberapa orang penonton yang berada di
dekatnya cepat menyongsongnya dengan taburan senjata
rahasia.
"Aduuuh........!” Tang Hu menjerit keras, kemudian
terjungkal ke dalam air pula.
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menghela napas panjang.
Dikebut-kebutkannya lengan bajunya, serta dirapikannya pula
kembali pakaiannya yang kedodoran, baru kemudian menemui
orang-orang yang ada di buritan perahu tersebut.
Sementara itu pertempuran antara murid-murid Bok Siang
Ki melawan para pengeroyok mereka di haluan perahu
ternyata juga tidak kalah serunya dibandingkan dengan
pertempuran Souw Thian Hai tadi. Meskipun tidak
mempergunakan senjata-senjata beracun, namun
pertempuran mereka ternyata tidak kalah dahsyatnya
dibandingkan dengan pertempuran murid-murid Lembah Tak
Berwarna. Bahkan dipandang dari segi ilmu silat pertempuran
di haluan perahu tersebut tampak- lebih bermutu, dan lebih
mengasyikkan.
Ternyata Yap Kiong Lee telah ikut pula bertempur di antara
para pengeroyok itu. Dengan kepandaiannya yang sangat
tinggi pendekar dari istana itu segera menjadi lawan yang
paling berbahaya bagi ketiga orang murid perguruan Ui-soaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pai itu. Bahkan orang termuda dari Sam-eng yang dipanggil
dengan nama Pek-eng atau Garuda Putih itu tak mampu
beradu dada, satu lawan satu, melawan Yap Kiong Lee.
Sehingga murid termuda dan ui-soa-pai itu terpaksa
berkelebatan kesana-kemari mempergunakan kelebihan ginkangnya
untuk mengimbangi desakan Yap Kiong Lee.
"Hmmh.....kepandaianmu sungguh hebat sekali. Siapakah
sebenarnya engkau ini? Apakah kamu masih mempunyai
hubungan perguruan dengan Yap Tai ciangkun dari Kota raja
itu?” di dalam kesibukannya Pek-eng masih dapat juga
bertanya kepada Yap Kiong Lee.
Yap Kiong Lee terperanjat, “Kau pernah berjumpa dengan
adikku?" sergahnya cepat.
Mendadak Pek-eng tertawa, "hahaha…… jadi dia itu
adikmu? Untunglah aku tidak jadi membunuhnya. Kalau pada
waktu itu kami jadi membunuh dia, kau tentu tidak akan
punya adik lagi, hahaa........”
“Kurang-ajar.........! Apa yang telah kau lakukan terhadap
adikku?" Yap Kiong Lee membentak penasaran.
Sekali lagi Pek-eng tertawa semakin keras.
“Hahaha............! Kau tidak perlu khawatir. Kami benarbenar
tidak mengganggu adikmu. Bun-hoat Sian-seng telah
menolongnya dari cengkeraman kami bertiga.”
"Bun-hoat Sian-seng......?” Yap Kiong Lee bernapas lega.
Lega karena adiknya selamat. “Tapi......apa sebabnya kalian
berselisih dengan adikku? Apakah kalian telah berlaku jahat
terhadap dia?"
"Bukan kami yang memulainya. Adikmu yang merasa
menjadi pembesar kerajaan itulah yang terlalu usil
mencampuri urusan kami,” Pek-eng menggeram.
"Kurang ajar! Adikku tak pernah mengganggu orang lain.
Kalaupun adikku memusuhi kalian, tentu haI itu karena kalian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah terbuat jahat kepada orang lain. Adikku tentu hanya
bermaksud menghalang-halangi kejahatan kalian........”
Bukan main marahnya Pek-eng. “Monyet busuk! Kau
memang tidak berbeda dengan adikmu! Sama-sama
sombongnya. Huh, kaukira aku takut padamu; lihat
pukulan............!!!" bentaknya keras.
Tiba-tiba Pek eng bergerak semakin cepat. Dan
serangannyapun juga semakin kuat pula. Bahkan gerakangerakannya
terasa berubah. Semakin lama kedua buah
lengannya bergerak semakin cepat, sehingga lengan itu
seperti berubah menjadi banyak sekali. Begitu pula dengan
kedua buah kakinya.
Yap Kiong Lee tertegun. Matanya terbeliak. Ia seperti
sedang melawan seorang lelaki bertangan dan berkaki seribu.
“Gila……!” Yap Kiong Lee mengumpat dan kakinya terus
saja mundur.
Dan keadaan pun segera berbalik. Kini Yap Kiong Lee ganti
terdesak dan hanya bisa mengelak dan bertahan saja.
Pendekar dari istana itu seperti terkepung oleh ribuan tangan
dan kaki lawannya. Dan kepungan tersebut semakin lama
semakin rapat sehingga akhirnya Yap Kiong Lee merasa
seperti berada di dalam kurungan.
Tapi Yap Kiong Lee adalah jago nomer satu di kota raja.
Kakak kandung Yap Kim atau Yap Tai ciangkun. Panglima
Besar dari seluruh pasukan kerajaan, dan juga keturunan
langsung dari Datuk Utara, pada zaman Lima Datuk Persilatan
dulu. Oleh karena itu kepandaian silatnya tentu juga tidak
hanya sampai sekian itu saja. Merasa dirinya dalam bahaya,
otomatis ilmu simpanannya keluarganya keluar. Hong-lui-Kunhoat
atau Tinju petir dan Badai segera dimainkannya.
Demikianlah di dalam arena itu segera terdengar suara
gemuruh disertai hembusan angin berputar yang semakin
lama semakin kuat, sehingga orang-orang yang ada di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalamnya seperti tergulung oleh badai! Dan diantara kurungan
angin berputar itu kadang kadang terdengar pula suara
letupan keras seperti petir menyambar yang ternyata adalah
suara pukulan jarak jauh yang terlepas dari telapak tangan
Yap Kiong Lee! Ternyata Yap Kiong Lee benar-benar telah
mengeluarkan ilmu warisan ayahnya yang membuat dirinya
dijuluki Hong-lui-kun atau Si Tinju Petir dan Badai!
Dan pengaruhnya memang amat hebat. Ilmu silat Ui-soapai
yang baru saja dikeluarkan oIeh Pek-eng, yang membuat
murid Bok Siang Ki itu seperti memiliki kaki dan lengan seribu,
segera tertahan oleh pusaran angin yang keluar dari tangan
Yap Kiong Lee. Bahkan beberapa waktu kemudian murid Bok
Siang Ki itu kembali dibikin repot oleh letupan-letupan petir
yang melesat dari telapak tangan Yap Kiong Lee.
Untunglah semua orang Ui-soa-pai sudah dibekali dengan
gin-kang yang tiada duanya di dunia ini. Sehingga biarpun
terdesak, namun Pek-eng masih tetap bisa menyelamatkan
diri dari lubang kesulitan.
Melihat adik seperguruannya masih juga dilanda kesulitan,
maka Ui-eng segera datang membantu. Mula-mula diputarnya
kedua belah lengannya kuat-kuat, sehingga pengeroyoknya
terpaksa berloncatan mundur menjauhinya. Setelah itu
dengan gin-kangnya yang sangat tinggi ia melayang
mendekati Pek-eng. Tak ketinggalan kedua belah telapak
tangannya mendorong ke arah Yap Kiong Lee. Sebuah
dorongan yang mengandung sin-kang maha besar,
mengalahkan tiupan topan dan badai yang ditimbulkan Yap
Kiong Lee.
Buuuuuum!
Dua macam kekuatan yang amat besar saling berbenturan
dan menimbulkan suara berdentam keras sekali. Tubuh Ui-eng
sedikit tertahan di udara. sementara tubuh Yap Kiong Lee
tampak terpental menabrak pagar perahu. ui-eng kemudian
mendarat dengan manis di samping Pek-eng, sedang Yap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kiong Lee sambil meringis kesakitan terpaksa berpegangan
pada pagar perahu.
Sementara itu dari atap kamar perahu Liu Yang Kun bisa
menyaksikan pula kejadian itu. Namun pemuda itu merasa
bimbang untuk memberi pertolongan karena pada saat yang
sama suara berderak yang terdengar di bawah atap itu juga
semakin keras pula.
“Tampaknya di dalam kamar ini betul-betul ada orang
berkelahi. Hmmh.... Biarlah aku lihat dulu siapa mereka,"
pemuda itu berkata di dalam hatinya.
Sekali lagi Liu Yang Kun menoleh ke arah Yap Kiong Lee.
Melihat pendekar dari istana masih punya kemungkinan untuk
bertahan beberapa saat lamanya, hatinya menjadi lega.
Dibukanya sedikit atap perahu yang diinjaknya, sehingga di
celah-celahnya ia bisa mengintip ke dalam.
"Ah..........!” tiba-tiba bibir Liu Yang Kun berdesah kaget.
Di dalam ruangan itu ia menyaksikan Bok Siang Ki sedang
beradu tangan dengan Lo-sin-ong ! Masing-masing tampak
sedang mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
sehingga tubuh mereka tampak mengeluarkan kabut tipis.
Sementara itu di pojok ruangan terlihat tubuh Tiauw Li Ing
tergolek pingsan di atas bangku kecil.
Otomatis Liu Yang Kun menjadi tegang dan berdebardebar.
Apalagi ketika dilihatnya badan Lo-sin-ong yang tua itu
bergetar hebat seakan-akan sedang menahan beban yang
amat berat. Liu Yang Kun menjadi bimbang. Menolong atau
tidak?
Ketika sekali lagi Liu Yang Kun melongok ke bawah,
dilihatnya kakek buta itu telah menekuk kedua lututnya. Dan
wajah kakek tua itu tampak kesakitan, sementara keringatnya
mengalir deras membasahi jubahnya. Sebentar lagi kakek buta
itu tentu takkan kuat bertahan lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya Liu Yang Kun tak tega menyaksikannya. Tapi
bagaimana ia harus menolongnya ?
Lu Yang Kun merasa bahwa Iwee-kangnya tidak kuat atau
lebih tinggi dari pada Bok Siang Ki biarpun di dalam
pertempuran mereka kemarin ia bisa mengalahkan orang itu.
Oleh sebab itu ia tak yakin bisa berhasil membantu Lo-sin-ong
apa bila ia lalu menyalurkan sin-kangnya kepada kakek buta
itu. Salah-salah dia malah dapat mencelakakan orang tua
tersebut bila gagal.
Tapi jalan lain tidak ada. Memisahkan telapak-tangan
mereka justru lebih berbahaya bagi Lo-sin ong. Bok Siang Ki
justru akan dapat memanfaatkan tambahan tenaga dalamnya
untuk menggencet Lo-sin-ong.
“Oooouugh.........!?!”
Tiba-tiba terdengar Lo-sin-ong mengeluh pendek. Liu Yang
Kun terperanjat. Tanpa berpikir panjang lagi Liu Yang Kun
segera menggempur ambrol atap yang diinjaknya. Dan tubuh
pemuda itu segera melayang turun bersama dengan serpihan
atap yang dirusakkannya.
Duuug! Liu Yang kun jatuh persis di belakang Lo-sin-ong.
Begitu menginjakkan kakinya di lantai, pemuda itu segera
mengambil kesempatan selagi Bok Siang Ki merasa kaget atas
kedatangannya itu dengan menghantam punggung Lo-sinong.
Liong-cu-i-kang atau tenaga Sakti mustika naga milik Liu
Yang Kun yang selama ini telah disempurnakan dan
diperhebat kedahsyatannya oleh darah Ceng liong-ong itu
cepat mengalir melalui tubuh Lo-sin-ong, kemudian dengan
kuat membentur tenaga sakti yang keluar dari tangan Bok
Siang Ki.
Dieeeees.........!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun terpental mundur bersama dengan tubuh Losin-
ong. Tapi sebaliknya tubuh Bok Siang Ki pun juga
terlempar pula menabrak dinding! Grobyag ! Dinding kamar
yang terbuat dari kayu tebal itu pecah berantakan sehingga
tubuh Bok Siang Ki melayang keluar dan tercebur ke dalam
sungai.
"Ong-ya...........??” Ui-eng dan Pek-eng yang sedang
mendesak Yap Kiong Lee itu tiba-tiba berteriak ketika
menyaksikan tubuh ketuanya tersebut tercebur ke dalam
sungai. Lalu seperti mendapatkan komando saja mereka
berdua meloncat meninggalkan Yap kiong Lee. Keduanya turut
terjun ke dalam air.
"Hei.......? Kenapa? Ada apa ini?” Hek-eng yang dari tadi
tidak bisa melihat keadaan di sekelilingnya karena disibukkan
oleh para pengeroyoknya itu, tiba-tiba menjadi bingung
menyaksikan kedua adiknya terjun ke dalam sungai. Apalagi
ketika dilihatnya bangunan di atas geIadak, dimana
majikannya tadi membawa Tiauw Li Ing telah jebol dan
hampir roboh.
Namun sulit bagi tokoh Ui-soa-pai itu untuk meninggalkan
para pengeroyoknya. Selain pengeroyoknya berjumlah banyak,
mereka pun memiliki ilmu yang tinggi pula.
"'Kurang ajar! Kalian menang sudah bosan hidup!” akhirnya
ia berteriak kesal.
Tiba-tiba Hek-eng meningkatkan ilmu meringankan
tubuhnya. Tubuhnya berkelebat semakin cepat, melenting dan
berputar mengelilingi pengeroyoknya. Semakin Iama semakin
cepat, sehingga di mata para pengeroyoknya tiba-tiba tubuh
Hek-eng seperti berubah menjadi belasan banyaknya. Dan
setiap bagian dari bayangan itu seperti hidup dan bernyawa
pula, yang di dalam gerakannya juga mampu melayani
pengeroyoknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ilmu iblis ! Ilmu setan.........?” beberapa orang
pengeroyoknya berdesah ngeri. Bahkan beberapa orang
diantaranya segera jatuh bergelimpangan terkena serangan
bayangan-bayangan itu.
Tentu saja Yap Kiong Lee tak mau membiarkan hal itu.
Setelah bisa mengatur pernapasannya kembali, ia beranjak
dari pagar perahu. Tubuhnya meluncur ke dalam arena dan
menerjang bayangan Hek-eng yang berkelebatan menguasai
arena itu.
Plaaaak! Plaaaak ! Dug ...,...!
Yap Kiong Lee terpelanting keluar arena kembali. Tapi
sebaliknya lebih dari separuh jumlah bayangan Hek-eng itu
juga hilang musnah pula. Bahkan beberapa saat kemudian
sisanya juga melenyapkan diri, sehingga akhirnya tinggal
sebuah saja, yaitu tubuh Hek-eng yang asli.
Wajah tokoh Ui-soa-pai itu tampah pucat. “Gila ! Tenaga
dalammu sungguh hebat sekali! Siapakah kau........?" tokoh
Ui-soa-pai itu menggeram marah. Tubuhnya berhenti
berkelebat dan berdiri di depan Yap Kiong Lee.
Sementara itu Liu Yang Kun dan lo-sin ong yang tadi juga
terpental oleh hentakan tenaga dalam Bok Siang Ki, cepat
bangkit pula kembali. Liu Yang Kun segera bersiap-siaga
menghadapi Bok Siang Ki lagi. Tapi pemuda itu cepat
mengendorkan kembali ototnya ketika melihat lawannya
tercebur ke dalam sungai.
"Ooough......?!?!” Lo-sin-ong yang belum dapat berdiri
tegak itu kembali terhuyung-huyung dan mau jatuh.
"Lo-cianpwe…..? Kau terluka?" Liu Yang Kun berdesis
kaget.
"Pangeran? Oh...... kaukah yang menolong? Ooouh.......!"
tiba-tiba Lo-sin ong juga menjerit kaget pula begitu
mendengar suara Liu Yang Kun. Hatinya serasa terpukul.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun cepat menyambar tubuh kakek tua itu dan
menolongnya duduk di tempat yang baik. Tapi ketika pemuda
itu hendak menyalurkan sin-kang untuk mengobati luka
dalamnya, Lo-sin-ong cepat-cepat menolak. "Terima kasih.
Pangeran, sudah tidak ada gunanya lagi. Jalan darah Boh-kihiat
dan Koan-ki-hiat di rongga dadaku telah terputus.
Sebentar lagi darah akan membanjiri paru-paruku. Aku akan
mati. Tapi ....... tapi aku sungguh sangat berbahagia
sekali...... karena ...... karena sebelum mati dapat bertemu
denganmu. Oouh.... kalau tidak, aku benar-benar akan mati
penasaran....." kakek buta itu merintih sambil mendekap
dadanya.
Liu Yang Kun tertegun. Matanya menatap kakek buta itu
dengan bingung serta penuh tanda tanya.
"A-apa maksud Lo-cianpwe..... ?” pemuda itu berbisik.
“Pangeran....... Kau benar-benar pemuda yang baik. Tidak
selayaknya bila aku sampai berbuat jahat terhadapmu. Aku
sungguh sungguh berdosa besar, hanya karena kasihan serta
untuk memanjakan muridku, aku telah sampai hati
mencelakakanmu. Ouugh....hukk.........hukk!" Lo-sin-ong
terbatuk-batuk seperti seorang yang sedang menahan sakit.
Liu Yang Kun cepat mencengkeram pundak kakek buta itu.
“Lo-cianpwe, kau...... kau......? Apa yang kaukatakan? Aku
tak mengerti."
Lo-sin-ong menengadahkan kepalanya. Matanya yang
kosong itu seolah-olah hendak memandang wajah Liu Yang
Kun. Tapi karena bola matanya tidak ada maka lobang itu
tampak mengerikan sekali.
Tapi Liu Yang Kun sama sekali tak mempedulikan hal itu.
Pemuda itu lebih tertarik pada ucapan yang baru keluar dari
mulut kakek itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lo-cianpwe! Lo-cianpwe……! Tampaknya kau menyimpan
sebuah rahasia yang hendak kau katakan kepadaku…..” desak
pemuda itu kemudian dengan hati berdebar-debar.
Tangan kakek buta itu cepat mencengkeram tangan Liu
Yang Kun. Kemudian dengan suara terputus-putus ia
bertanya. “Pangeran? Apakah pangeran tahu
dimana….dimana…..isterimu eh, anu…..anu……Tiauw Li Ing
disembunyikan oleh Bok Siang Ki?”
“Dia.,.,,,,, dia berbaring di bangku kecil di pojok ruangan.
Ada apa.......? Apakah Lo-cianpwe menginginkan aku untuk
membawanya kemari? Dia tampaknya terluka atau
pingsan.....,....."
Lo-sin-ong tampak bernapas lega.
"Gadis sengsara...........Ah!” Lo-sin-ong berdesah sedih.
Kemudian ujarnya kepada Liu Yang Kun. "Pangeran, gadis itu
tidak bersalah sama sekali. Jangan kaubenci atau kausiasiakan
dia. Akulah yang bersalah dan berdosa besar
terhadapmu.”
Liu Yang Kun semakin tegang dan tidak sabar. "Lo-cianpwe
! Apa yang hendak kaukatakan? cepatlah !”
Namun dengan suara yang semakin lemah dan gemetar
seperti lampu kehabisan minyak, Lo-sin-ong memohon,
“Tapi........ tapi...,. maukah Pangeran berjanji......untuk tidak
menyakiti atau menyia-nyiakan Tiauw Li Ing?"
Liu Yang Kun yang semakin tidak sabar itu tiba-tiba
terdiam. Matanya yang tajam bagai pisau sembilu itu menatap
kakek buta itu dengan ragu. Perasaannya mengatakan bahwa
ada sesuatu yang tidak wajar yang disembunyikan kakek itu.
Sementara itu wajah Lo-sin-ong tampak semakin membiru.
Daya tahannya makin habis. Beberapa kali kakek buta itu
menahan batuk, agar darah segar yang mulai mengisi paruparunya
tidak melonjak ke atas menutupi tenggorokannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun tak ingin kehilangan waktu lagi. la harus
berterus terang kepada orang-tua itu, supaya semuanya
menjadi jelas. Siapa tahu kakek buta itu tahu asal-usul dan
sejarah hidupnya sehingga ia menderita penyakit 'lupa
ingatan’ ini.
“Lo-cianpwe, mengapa kau berkata demikian. Kalau Tiauw
Li Ing itu memang benar-benar isteriku, aku tentu tidak akan
menyia-nyiakannya. Biarpun..... biarpun.....sebenarnya aku
merasa sangsi apakah dia benar-benar isteriku. Aku
seperti.....seperti tidak mempunyai perasaan mesra atau dekat
dengan dia. Bahkan di dalam hatiku, aku.....aku seperti
tidak......tidak menyukainya. Ah, maafkan aku. lo-cianpwe,"
akhirnya Liu Yang Kun berterus terang, wajah yang membiru
itu semakin pias dan gemetar. Walau sudah menduga, namun
apa yang dikatakan oleh Liu Yang Kun itu benar-benar sangat
memukul hatinya. Kakek itu semakin merasa sedih atas nasib
yang menimpa muridnya.
“Huuk ! Huuk ! Oouugh.........!" Lo-sin-ong tak bisa
menahan batuknya lagi dan darah segar-pun segera
membanjir keluar dari mulutnya.
“Lo-cianpwe ! Lo-cianpwe!" Liu Yang Kun berseru kaget.
Dengan tangkas Liu Yang Kun menotok dan mengurut
beberapa jalan darah di dada dan di leher Lo-sin-ong,
sehingga darah yang berdesakan di tenggorokan kakek buta
itu surut kembali, dan Lo-sin-ong pun dapat bernapas pula
lagi, meski tersengal-sengal.
"Lo-cianpwe ! Lo-cianpwe.......... !" kemudian pemuda itu
mencoba menyadarkannya.
"Oough, Pangeran......? Maaf...... maafkanlah aku. A-aakulah...
yang sebenarnya..... membuatmu kehilangan
ingatan........ Aku ..aku merasa kasihan...... kepada Tiauw Li
Ing. Dia....... dia...... sangat ingin menjadi isterimu,
sehingga....... sehingga aku terpaksa... terpaksa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencelakaimu. Aku telah menanamkan beberapa buah
jarum......di.......dikepalamu, agar......agar kau....... kehilangan
ingatanmu......! Oooooooouuugh...........!!"
Tiba-tiba mulut kakek buta itu kembali menyemburkan
darah segar. Kali ini benar-benar sangat banyak, sehingga
kakek itu tidak bisa bernapas lagi.
Apa yang diucapkan oleh Lo-sin-ong itu benar-benar
mengejutkan Liu Yang Kun. Begitu kagetnya Liu Yang Kun
sehingga pemuda itu tidak bereaksi apa-apa tatkala darah
kakek buta itu menyemprot dada serta membasahi
pakaiannya. Bahkan pemuda itu seperti tak peduli pula ketika
kakek buta itu melepaskan nyawanya.
Berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam hati Liu
Yang Kun. Perasaan kecewa, marah dan penasaran. Tapi di
lain pihak pemuda itu juga merasa bingung pula, kepada siapa
atau bagaimana dia harus menumpahkan segala kekecewaan
dan kekesalannya itu. Orang yang telah membuatnya
sengsara, yang telah mencelakakan dirinya kini telah mati.
Bahkan di dalam lubuk hatinya pemuda itu seperti tidak dapat
menyalahkan perbuatan orang tua itu. Kakek buta itu berbuat
demikian karena terdorong oleh keinginannya untuk
membahagiakan muridnya.
“Kelihatannya memang akulah yang bernasib buruk, harus
menjadi korban dari maksud baik orang tua itu..........”
akhirnya Liu Yang Kun menyesali nasibnya.
Kemudian dipandanglah oleh pemuda itu mayat Lo-sin-ong
yang tergolek di depannya. Wajah yang dingin pucat itu
seolah-olah tidak menampilkan perasaan bersalah kepadanya.
Bahkan mata dan mulut yang kosong itu seakan-akan masih
tetap menuntut kepadanya, agar dia tetap menjadi suami
Tiauw Li Ing.
Liu Yang Kun bangkit berdiri sambil menghela napas
panjang. Kesepuluh jari tangannya meraba-raba kulit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepalanya. Dia mencoba untuk mencari jarum-jarum yang
ditanamkan oleh Lo-sin-ong itu.
“Sulit sekali. Bagaimana aku harus mencarinya? Kepalaku
seperti biasa-biasa saja. Semua terasa wajar, seperti tidak ada
kelainan apa-apa. Sakitpun juga tidak. Hemm..” Liu Yang Kun
berdesah kesal karena tak bisa mendapati jarum-jarum itu.
Sekali lagi Liu Yang Kun menarik napas panjang. Air
mukanya tampak semakin kesal. Apalagi ketika terpandang
oleh matanya tubuh Tiauw Li Ing yang tergolek di pojok
ruangan. Oleh karena itu dengan cepat pandangannya beralih
ke tempat lain, yaitu ke dinding kayu dimana Bok Siang Ki tadi
terlempar keluar.
Dari lobang kayu yang jebol itu Liu Yang Kun dapat
menyaksikan pertempuran Yap Kiong Lee melawan Hek-eng,
tokoh tertua dari Sam-eng atau Tiga Garuda itu. Bahkan Liu
Yang Kun juga bisa melihat Hong-gi-hiap Souw Thian Hai pula.
Pendekar sakti itu sudah bergeser pula ke arena pertempuran
tersebut dan berdiri di tepi arena.
"Ah ! Tampaknya nasibku masih tetap bergantung kepada
pendekar itu atau kepada isterinya….”
Di lain pihak Hong-gi-hiap Souw Thian Hai seperti merasa
pula diperhatikan oleh Liu Yang Kun. Tiba-tiba kepalanya
menoleh dan menatap ke arah lobang tersebut.
“Pangeran.........?” pendekar sakti itu berdesis perlahan,
lalu melangkah menghampiri Liu Yang Kun.
Pendekar sakti itu tampak meningkatkan kewaspadaannya
sebelum masuk ke dalam lobang dinding tersebut. Dan
dahinya segera berkerut ketika menyaksikan pemandangan di
dalam ruangan sempit itu. Apalagi ketika terpandang oleh
matanya mayat Lo-sin-ong!
“Eh? Apakah yang telah terjadi di ruangan ini? Pangeran
tidak apa-apa, bukan?” pendekar itu bertanya kaget.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ternyata Bok Siang Ki lah yang menculik gadis itu. Dan
gadis yang menjadi korbannya itu kebetulan adalah murid dari
Locianpwe ini, sehingga mereka lalu berkelahi. Lo-cianpwe ini
dibantu oleh orang-orang kang-ouw yang kebetulan berada di
tempat penyeberangan ini. Tapi karena lawan mereka adalah
Bok Siang Ki, maka mereka kalah. Untunglah kita segera
datang menolong. Meskipun demikian orang tua ini sudah
terlanjur dilukai oleh Bok Siang Ki dengan sangat parahnya.
Saya tidak bisa menolong jiwanya…..” Liu Yang Kun mencoba
menerangkan kepada Souw Thian Hai tentang apa yang kirakira
telah terjadi di tempat itu.
Jilid 36
"Lalu...... Kemanakah Bok Siang Ki sekarang?
Apakah.........”
"Dia terlempar keluar menerobos dinding kayu itu."
"Jadi....... Pangeran telah melemparkan dia ke dalam
sungai? Ah.....tak kusangka sama sekali, Aku memang
melihatnya. Tapi aku tak menduga kalau dia yang terlempar
itu,” ujar Souw Thian Hai kagum.
Souw Thian Hai memandang Liu Yang Kun lekat-lekat. Ia
benar-benar sangat kagum pada Pangeran itu. Tapi tiba-tiba
hatinya menjadi heran ketika menyaksikan kemurungan di
wajah pangeran yang masih muda itu. Pangeran itu seperti
sedang merasa kesal dan tidak gembira atas kemenangannya.
"Pangeran .........? Ada sesuatu yang kaupikirkan?” Souw
Thian Hai mendesak.
Liu Yang Kun tersentak kaget dari lamunannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Eh-Oh ! Benar, Souw Tai-hiap. Aku sedang memikirkan
penyakitku. Aku telah menemukan penyebabnya. Ternyata
kakek buta inilah yang telah membuatku menderita penyakit
"lupa ingatan”…..”
"Hei ? Lo-sin-ong......? Apa yang telah diperbuat oleh orang
tua ini kepada pangeran?” Souw Thian Hai berseru kaget pula.
"Dia telah mengakui sendiri perbuatannya sebelum
menghembuskan napasnya yang terakhir. Katanya dia telah
menanamkan beberapa batang jarum kecil ke dalam
kepalaku.” Liu Yang Kun menjawab. Kemudian juga
diceritakannya pula kenapa orang tua tersebut berlaku
demikian.
Souw Thian Hai tertegun. Wajahnya menjadi tegang luar
biasa. Ingatannya segera melayang pada peristiwa yang
menimpa dirinya sendiri pula beberapa tahun berselang.
Waktu itu dirinya juga mengalami nasib yang sama pula
dengan yang dialami oleh pemuda itu. Dia juga menderita
penyakit ‘lupa ingatan’ seperti itu.
Bedanya dia dahulu menjadi lupa-diri disebabkan oleh
adanya benjolan daging yang menekan syaraf dan jalan darah
di kepalanya, sedangkan Liu Yang Kun disebabkan oleh
tusukan jarum yang ditanamkan pada urat-urat penting di kulit
kepalanya.
“Pangeran……! Kukira aku tahu dimana jarum-jarum itu
ditanam. Aku dulu juga menderita penyakit ‘lupa ingatan’ pula.
Kukira urat syaraf atau jalan darah yang terganggu di
kepalamu tidak jauh berbeda dengan aku dahulu. Marilah
kubantu mencarinya…..” Souw Thian Hai kemudian mencoba
menawarkan bantuannya.
Liu Yang Kun tertegun. Tapi hatinya menjadi gembira.
Harapannya timbul.
“Souw Tai-hiap juga pernah menderita penyakit seperti aku
pula?” Liu Yang Kun pura-pura kaget. “Ah! Kalau begitu….
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau begitu Souw Tai-hiap tentu bisa menolong aku.
Silahkan…..!”
Dengan cepat Liu Yang Kun lalu bersila di lantai perahu.
"Souw Tai-hiap. silahkan......!” Katanya pasrah.
"Maaf, Pangeran. Aku akan mencobanya melihatnya. Siapa
tahu aku bisa menolong pangeran sekarang? Namun demikian
apabila aku tak sanggup Pangeran jangan marah kepadaku.
Aku Hanya mencoba......” Souw Thian Hai merendahkan diri.
“Ah, Souw Tai-hiap tak perlu berkata demikian. SouwTaihiap
dapat mencobanya. Semakin cepat aku sembuh dari
penyakitku ini akan semakin baik bagiku. Tapi kalaupun Souw
Tai-hiap tak sanggup menemukan jarum-jarum itu juga tak
apa-apa. Kita bisa meminta tolong kepada Souw Hu-jin
nanti……..”
“Baiklah, Pangeran. Maaf........"
Souw Thian Hai lalu membungkuk di belakang Liu Yang
Kun. "Pangeran jangan melawan bila kutotok nanti !
Kendorkan seluruh urat-urat di kepala! Jangan mengerahkan
tenaga ! Aku ingin menyelidiki, apakah jarum-jarum tersebut
betul-betul ditanam di tempat yang sama dengan gangguan
yang ada padaku dahulu........."
Kemudian pendekar sakti itu juga duduk bersila pula
dibelakang Liu Yang Kun. Ia bersemadi sebentar untuk
mengerahkan sin-kangnya. Setelah itu dengan hati-hati ia
meraba pelipis Liu Yang Kun. Persis dimana dia dahulu
mengalami gangguan jari telunjuknya menotok. Perlahan saja.
Hanya ingin mengetahui apakah dugaannya benar.
“Aaaah!” tiba-tiba Liu Yang Kun menjerit kaget dan tibatiba
saja tubuh pemuda itu terhuyung ke samping seperti akan
roboh.
Memang, pemuda itu sendiri merasakan kesadarannya
seperti hilang dalam sekejap tadi. Totokan dari Souw Thian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hai yang sebenarnya amat sangat perlahan itu ternyata telah
membuatnya hampir pingsan. Namun hal ini justru amat
menggembirakan hati Souw Thian Hai. Pendekar itu hampir
bersorak saking gembiranya.
“Bagus, Pangeran! Dugaan saya ternyata benar!”
“Tapi…..tapi aku hampir pingsan tadi. Sakit benar rasanya.”
Liu Yang Kun mengeluh. Namun suaranya juga terdengar
gembira pula.
"Nah, kalau begitu saya akan mencoba menyedotnya
keluar. Sekali lagi kuharapkan agar Pangeran tidak melawan
bila aku mengerahkan tenaga nanti. Lemaskan saja seluruh
urat-urat Pangeran.”
"Silahkan, Tai-hiap."
Demikianlah ternyata apa yang diduga oleh Souw Thian Hai
itu memang benar. Jarum-jarum itu benar-benar ditanam
persis di bagian-bagian dimana Souw Thian Hai dulu
mengalami gangguan. Sehingga ketika pendekar sakti itu
menyedotnya dengan tenaga saktinya, maka ujung jarum
tersebut segera tersembul keluar pula.
Namun untuk mencabut jarum-jarum tersebut, Souw Thian
Hai harus benar-benar berhati-hati. Salah sedikit saja
akibatnya akan sangat besar terhadap jiwa Liu Yang Kun.
Dimisalkan sebuah saluran air, urat darah dimana jarum itu
ditanam telah mengering akibat tersumbat oleh jarum
tersebut. Oleh karena itu setiap kali jarum-jarum itu diambil,
maka saluran-saluran yang telah lama mengering itu akan
dibanjiri lagi dengan darah. Dan hal ini benar-benar sangat
menyakitkan bagi Liu Yang Kun !
Aliran darah yang membasahi urat-urat kering itu terasa
sangat pedih. Bahkan juga menggetarkan syaraf-syaraf yang
dilaluinya. Sehingga setiap kali pula tubuh pemuda itu tampak
bergetar dengan hebat seperti terserang oleh demam yang
amat parah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Aaaaaaaan-uuuuuuh......!" setiap kali pula pemuda itu
berdesis dan menyeringai menahan sakit dan nyeri yang
menyerangnya.
Tapi di lain pihak sejalan dengan diambilnya jarum-jarum
tersebut dari kepalanya, maka sedikit demi sedikit daya ingat
Liu Yang Kun pun juga pulih pula seperti sedia-kala. Meskipun
ingatan yang kembali tersebut juga masih terasa samar-samar
pula.
Sementara itu di luar kamar, pertempuran antara Yap Kiong
Lee melawan Hek-eng juga telah sampai ke puncaknya pula.
Yap Kiong Lee benar-benar telah mengamuk dengan Hong-luikun-
hoatnya sehingga di atas geladak perahu yang tak begitu
luas tersebut seperti bertiup angin puting-beliung yang maha
dahsyat. Bahkan diantara ributnya badai yang menerjang
tubuh Hek-eng, sesekali juga terdengar pula suara ledakanledakan
kecil dari telapak tangan Yap Kiong Lee.
Walaupun Hek-eng juga telah melawannya dengan ilmu
andalan Ui-soa-pai yang berbau sihir itu, tetapi karena ilmu
tersebut memang belum sempurna ia pelajari maka
pengaruhnyapun juga belum sehebat yang dimiliki Bok Siang
Ki, ketuanya. Bahkan kalau diperbandingkan, ilmu andalan Uisoa-
pai yang dikeluarkan oleh Hek-eng tersebut masih belum
mencapai sepertiga dari yang dimiliki Bok Siang Ki. Oleh
karena itu sungguh tidak mengherankan bila akhirnya dia
terdesak oleh ilmu pukulan Petir dan Badai Yap Kiong Lee.
Dheees ! Dheeek !
"Ouuuugh...........!"
Dua buah pukulan Yap Kiong Lee tidak bisa dielakkan oleh
Hek-eng. Pukulan itu menyambar paha dan lengan kirinya,
seperti kilatan petir yang meledak, persis di kedua tempat
tersebut. Hek-eng menjerit kesakitan dan tubuhnya terdorong
mundur dua langkah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Yap Kiong Lee tak mau melepaskannya lagi. Sekali lagi
telapak tangannya mendorong ke depan. Wuuuus! Sebuah
letupan kecil kembali menyambar tubuh Hek-eng. Kali ini
terarah ke bagian dada.
"Ah......!" Hek-eng berdesah seraya melompat ke kiri untuk
mengelakkannya.
Tapi bukan main kagetnya dia ! Tangan Yap Kiong Lee
yang masih bebas itu tiba-tiba juga melepaskan pukulan pula
untuk mencegat gerakannya ! Suaranya menderu bagaikan
suara angin ribut!
Whuuuus ! Dhiesssssss!
Sekali lagi Hek-eng tak kuasa mengelakkannya. Bahkan
sekarang betul-betul teIah mengenai tubuhnya, sehingga
tubuhnya yang tegap itu sampai terlempar menghantam pagar
perahu. Demikian kerasnya sehingga pagar perahu itu
berderak patah dan roboh ke dalam air bersama-sama dengan
tubuhnya.
Yap Kiong Lee bernapas lega. Begitu pula dengan tokohtokoh
persilatan yang tadi mengeroyok Tiga Garuda atau Sameng
itu.
"Terima kasih. Yap Tai-hiap............. !" orang-orang itu
menyatakan rasa terima kasihnya.
Pendekar dari istana itu mengangguk, kemudian bergagas
mencari kedua orang temannya. Tapi belum juga lima langkah
ia terjalan, tiba-tiba telinganya mendengar suara kecipak air
yang amat keras. Dan tiba-tiba pula matanya melihat
berkelebatnya beberapa sosok bayangan melenting ke atas
perahu tersebut.
Yap Kiong Lee terbelalak. Wajahnya menjadi pucat. Hatinya
berdebar-debar. Beberapa sosok bayangan itu kini berdiri
tegak di depannya. Dan Yap Kiong Lee tidak akan lupa pada
wajah-wajah itu. Bok Siang Ki dan ketiga orang pengikutnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sam-eng ! Meskipun salah seorang dari ketiga pengikut Bok
Siang Ki tersebut yaitu si Garuda Hitam, tampak pucat dan
kesakitan akibat luka-lukanya.
"Hek-eng ! Kau kalah melawan orang ini?" dengan suara
dalam Bok Siang Ki bertanya kepada Hek-eng.
Hek-eng tampak menahan geram dan malu. Namun
demikian sambil meringis ia menjawab pertanyaan majikannya
itu: "Benar, Ong-ya. Orang inilah yang telah melukai hamba.
Kepandaiannya sangat tinggi............"
"huh !" Bok Siang Ki mendengus melalui hidungnya, seolah
dia tak memandang sebelah mata kepada kepandaian Yap
Kiong Lee. "Kalau begitu biar kedua saudaramu saja yang
melawannya. Kau menjaga disini kalau-kalau ada lagi orangorang
yang hendak membantu dia !"
“Ba-baik, Ong-ya. Tapi...... tapi Ong-ya sendiri hendak
kemana?”
"Aku hendak melanjutkan pertempuranku sendiri yang
terputus tadi........,”
Lalu tanpa mempedulikan pandangan orang terhadap
dirinya, Bok Siang Ki berjalan ke kamar perahu dimana Souw
Thian Hai sedang mengobati Liu Yang Kun. Kedua belah
telapak tangannya terkepal erat siap untuk melontarkan
serangan.
Tapi langkahnya segera tertegun diambang pintu kamar itu.
Kedua buah matanya yang mencorong tajam itu menatap
seorang lelaki gagah tinggi besar yang berdiri tegar
menghadapinya. Dari sepasang mata lelaki tinggi besar itu
juga keluar sinar tajam dan berwibawa pula. Tidak kalah
dengan dirinya.
Bok Siang Ki menarik napas pendek. Matanya segera
beralih ke segala penjuru kamar itu. Tapi orang yang dicarinya
tidak ada. Ia memang melihat mayat Lo-sin-ong. Tetapi dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak melihat pemuda yang tadi telah melemparkan dirinya ke
dalam sungai.
"Kau siapa ? Dan.......... dimanakah pemuda yang ada di
sini tadi ?" akhirnya Bok Siang Ki bertanya dengan suara
dingin.
Lelaki tinggi besar yang tiada lain adalah Souw Thian Hai
itu mendengus pula dengan tidak kalah dinginnya. Meskipun
demikian pendekar sakti itu juga semakin meningkatkan
kesiap-siagaannya pula, karena ia tahu bahwa yang
dihadapinya adalah Bok Siang Ki, jago silat nomer dua di
dunia.
Tidak ada siapa siapa di sini. Yang kuketahui hanyalah
mayat kakek-buta itu. Lo-cianpwe, kau Bok Siang Ki, bukan ?"
Souw Thian Hal menjawab kaku.
Bok Siang Ki tertawa dingin. ''Hmm...ternyata kau telah
mengenalku. Dan kelihatannya kau tidak merasa gentar
menghadapi aku. Kau tampak sangat percaya pada
kemampuanmu. Huh, kalau tak salah, melihat dandanan dan
perawakanmu....,.,, kau tentu Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
yang disohorkan orang itu. Benarkah........?"
"Tak salah. Aku yang rendah dan bodoh ini memang Souw
Thian Hai. Walaupun kepandaianku tidak setinggi
kepandaianmu namun aku takkan membiarkan kau berbuat
seenakmu sendiri terhadap gadis itu." Souw Thian hai
kemudian menjawab pula sambiI melirik ke arah Tiauw Li Ing
yang masih tetap terbaring di tempatnya.
Tiba-tiba Bok Siang Ki menggeretakkan giginya. Karena Liu
Yang Kun tidak ada maka kemarahannya beralih kepada Souw
Thian Hai.
“Huh....... kau tahu apa tentang gadis itu ? Aku justru yang
menyelamatkan dia dari cengkeraman murid-murid Giok-bin
Tok-ong itu ! Kini datang-datang kau malah menuduhku yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak-tidak ! Huh! Kau anggap apa aku ini ? Bangsat !”
teriaknya lantang.
Souw Thian Hai tersenyum dingin. Dengan nada mengejek
ia menyahut, "Ternyata kau juga pandai bersilat lidah pula.
Kalau kau memang mau menyelamatkan gadis itu, mengapa
kau kemudian justru membunuh gurunya?"
Wajah Bok Siang Ki menjadi merah padam. "Tutup
mulutmu..........!" bentaknya. Kemudian tanpa memberi
peringatan lagi kakinya menerjang ke arah perut Souw Thian
Hai. Demikian cepat dan hebat tenaganya, sehingga
hembusan anginnya saja sampai menggetarkan dinding kamar
itu.
Souw Thian Hai terperanjat. Walaupun sudah bersiap-siaga,
namun serangan Bok Siang Ki yang dahsyat tersebut tetap
saja mengejutkannya. Belum juga serangan itu menyentuh
tubuhnya, tiupan anginnya sudah lebih dulu menyambar dan
menyakiti kulitnya. Bahkan kulit tersebut seolah-olah hampir
terkelupas dari dagingnya.
Dengan hati berdebar-debar Souw Thian Hai mengelak.
Pendekar sakti itu benar-benar mengerahkan seluruh
kemampuan gin-kangnya, namun demikian hampir saja
gerakannya itu terlambat. Kaki Bok Siang Ki itu tetap saja
menyerempet mantel pusakanya.
Bheek !
Mantel pusaka itu tersibak. Tapi berbareng dengan itu Bok
Siang Ki pun juga tertegun pula, sehingga serangan
berikutnya menjadi tertunda.
“Gila ! Rupanya mantelmu itu sangat istimewa. Hampir saja
tenagaku membalik ketika mengenainya tadi.” pemimpin Uisoa-
pai itu menggeram kaget.
Souw Thian Hai tidak menjawab. Dengan tenang kakinya
melangkah keluar dari dalam ruangan itu, seolah-olah ia mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencari tempat yang lebih lapang untuk arena mereka. Di
atas geladak perahu tidak jauh dari pertempuran Yap Kiong
Lee melawan anak buah Bok Siang Ki, kakinya berhenti.
Dan Bok Siang Ki pun mengikutinya pula.
"Di sini lebih lapang, sehingga aku bisa leluasa
membuktikan, apakah kau benar-benar nomer dua di dunia
Ini......” Souw Thian hai menantang.
Tak terduga Bok Siang Ki tertawa. Tokoh puncak Ui-soa-pai
itu seakan-akan telah melupakan kemarahannya.
"Ketahuilah........! Yang membuat urut-urutan itu adalah
saya. Semula hal itu kumaksudkan untuk mengail di air keruh.
Agar dunia persilatan menjadi ribut. Sehingga Bun-hoat Sianseng
mau keluar dari persembunyiannya. Dan kemudian aku
bisa mengakali Buku Rahasianya yang asli. heh hehheh............,
Tetapi biarpun begitu, dalam menyusun uruturutan
tersebut aku juga tidak asal menulis pula. Aku telah
menyebarkan orang-orangku untuk menyelidikinya. Termasuk
kau juga. Heh-heh-heh,........Dan kau memang berada di
urutan yang kelima."
Souw Thian Hai mengerutkan keningnya. Namun demikian
sesaat kemudian ia telah tidak mempedulikan kata-kata Bok
Siang Ki lagi.
"Aku tidak peduli apakah aku nomer lima atau nomer
seratus. Yang jelas aku sekarang hendak membuktikan apakah
kau bisa mengalahkan aku atau tidak, Nah...... lihat pukulan !"
Souw Thian Hai menyadari bahwa lawannya memiliki
kepandaian yang amat tinggi. Mungkin setingkat atau dua
tingkat di atasnya. Oleh karena itu ia tak ingin mengulur-ulur
waktu lagi. Begitu bergerak la telah mengeluarkan segala
kemampuannya.
Dalam sekejap saja kulit tubuhnya telah berubah. Bagian
sebelah kiri berwarna kemerahan, sedangkan bagian sebelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanan berwarna putih pucat, sehingga wajahnya yang gagah
tampan itu tampak aneh dan mengerikan.
Bok Siang Ki menjadi kaget juga melihatnya. Selama ini dia
memang baru mendengar saja dari penuturan orang bahwa
ilmu kepandaian Keluarga Souw sangat hebat dan aneh.
Bahkan menurut khabar burung ilmu kepandaian keluarga
tersebut masih satu Sumber dengan ilmu kepandaian Bunhoat
Sian-eng.
Kini setelah berhadapan sendiri dengan ilmu silat Souw
Thian hai, Bok Siang Ki benar-benar sependapat dengan
khabar tersebut. Ilmu silat yang dikeluarkan oleh Souw Thian
Hai memang mirip bahkan boleh dikatakan sama dengan ilmu
silat Bun-hoat Sian-seng. Kalaupun ada sedikit perbedaan,
perbedaan itu tidaklah banyak. Mungkin hanya soal
kematangan dan tingkat kesempurnaannya saja.
Semakin lama pertempuran itu berlangsung, Bok Siang Ki
semakin banyak melihat kemiripan maupun kesamaan ilmu
silat Souw Thian Hai dengan Bun-hoat Sian-seng. Keduanya
sama-sama mempergunakan dua macam tenaga yang satu
sama lain diungkapkan secara terpisah. Bagian anggauta
tubuh sebelah kiri mempergunakan dasar tenaga yang bersifat
panas.
Gerakan-gerakan yang dikeluarkan oleh Souw Thian Hai
ketika menyerangpun juga mirip pula dengan gerakan-gerakan
Bun-hoat Sian-seng. Lontaran lontaran angin tajam yang
melesat dari ujung-ujung jari Souw Thian Hai persis dengan
sambaran sambaran angin tajam yang keluar dari telapak
tangan Bun-hoat Sian-seng. Keduanya sama-sama bisa
merusak atau melukai benda-benda yang dilewatinya,
bagaikan tajamnya mata-pedang siluman yang menyambar
tanpa terlihat ujudnya.
Untunglah dengan gin-kangnya yang tiada bandingnya itu
Bok Siang Ki bisa mengelak kesana-kemari. Tubuhnya
berkelebatan dan melayang-layang seperti bayangan hantu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang berputaran di atas geladak itu. Sehingga akhirnya yang
menjadi korban adalah benda-benda disekitarnya. Setiap kali
ia menghindar, maka peralatan perahu yang ada di
belakangnya secara berderak patah atau berlubang terlanggar
sambaran angin tajam itu.
"Gila ! Ilmu silatmu itu benar-benar mirip dengan ilmu silat
Bun-hoat Sian-seng ! Hmmh! Apakah kau mempunyai
hubungan keluarga atau hubungan perguruan dengan orangtua
itu ?"
“Aku belum pernah mengenal ataupun bertemu dengan
Bun-hoat Sian-seng. Apabila ilmu silatku ini kauanggap mirip
dengan ilmu silatnya, kukira hal itu cuma kebetulan saja. Yang
jelas kita tak perlu mempersoalkannya. Marilah kita selesaikan
dulu pertempuran kita ini !”
"Kurang ajar ! Kaukira kau dapat mengalahkan aku, heh ?
Jangan sombong ! Lihatlah ilmuku yang sebenarnya !" Bok
Siang Ki tiba-tiba menggertak marah, dan mendadak pula
gerakannya berubah.
Kedua kaki Bok Siang Ki bergerak semakin cepat. Demikian
cepatnya sehingga kedua kaki itu hampir tidak pernah
menyentuh lantai. Tapi sebaliknya, kedua buah lengan Bok
Siang Ki justru bergerak semakin lambat malah, lambat namun
penuh tenaga. Dan tenaga yang tersebar dari telapak tangan
tersebut seakan-akan selalu bertambah tiada habisnya,
sehingga udara di dalam arena itu lambat-laun bertambah
sesak dan padat.
Souw Thian Hai terkejut. Paru-parunya terasa semakin
berat untuk mengambil napas. Bahkan beberapa saat
kemudian dia juga semakin sulit menggerakkan anggauta
tubuhnya. Udara yang padat itu bagaikan kolam lumpur yang
menyulitkan gerakannya.
Otomatis Souw Thian Hai harus mengerahkan sebagian
tenaga saktinya untuk melawan serangan udara padat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehingga dengan demikian ia tak bisa lagi mencurahkan
seluruh kemampuannya untuk melepaskan angin-angin tajam
itu. Namun demikian setiap kali ia bisa meloloskan diri dari
himpitan udara padat itu, tangannya segera melepaskan
serangan angin tajamnya.
Akan tetapi karena terlalu sering membagi tenaga, maka
daya tahan Souw Thian Hai pun juga cepat sekali surut.
Bahkan kelincahan tubuhnya pun akhirnya juga menjadi
berkurang pula. Akibatnya serangan-serangan angin tajam
yang dilepaskannyapun juga semakin jarang pula. Dan
akhirnya pendekar sakti itu cuma bisa bertahan saja dari
serangan lawannya.
Demikianlah, tigapuluh jurus telah berlalu. Souw Thian Hai
semakin repot menghadapi desakan Bok Siang Ki. Ilmunya
yang selama ini hampir tidak pernah memperoleh tandingan,
kini ternyata menjadi seperti tidak berguna melawan ilmu s ilat
Bok Siang Ki. Selain kalah dalam segala-galanya, baik lweekang
maupun gin-kangnya, ternyata ia juga kalah pula dalam
pengalaman. Pemimpin perguruan Ui-soa-pai itu seakan-akan
selalu bisa meramal dan menduga apa yang hendak ia
lakukan. Maka sungguh tidak mengherankan bila beberapa
waktu kemudian pendekar sakti itu benar-benar jatuh dalam
kesulitan.
Beruntunglah pendekar sakti itu karena ia mengenakan
mantel pusaka sebagai perisai, sehingga pukulan ataupun
tendangan lawan yang lolos dari pengamatannya dapat
tertahan oleh kekuatan mantel pusaka tersebut.
“Huh, kau benar-benar beruntung mengenakan mantel itu.
Tampaknya mantel itu memang sebuah mantel pusaka. Eh...,
apakah mantel itu mantel kepunyaan mendiang Bit-bo-ong
dulu ?"
Souw Thian Hai tidak menjawab. Pendekar sakti itu sedang
mencari kesempatan untuk menjebak lawannya. Diam-diam
tangannya telah mempersiapkan belati panjang warisan BitTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
bo-ong. Di dalam kerepotannya pendekar sakti itu hendak
mencoba mengecoh Bok Siang Ki.
"Hei ? Apa kau tuli ? Mengapa kau tidak menjawab
pertanyaanku ? Apa kau ingin dipukul dulu baru mau
menjawab ? Huh, baiklah ! Lihat pukulan !" Bok Siang Ki
berteriak marah. Tangannya yang penuh tenaga itu tiba-tiba
menyambar ke wajah Souw Thian Hai.
Souw Thian Hai cepat menggeliat ke belakang. Tapi
berbareng dengan itu tangannya yang memegang belati tibatiba
juga menyambar ke depan. Cepat bukan main ! Dan
disertai hentakan tenaga dalam sepenuhnya pula !
Bok Siang Ki terkejut setengah mati ! Namun demikian
ketangkasan dan kelincahannya ternyata benar-benar telah
mencapai kesempurnaannya. Bagai kilat tubuhnya bergeser ke
samping. Tangannya yang terulur ke depan itu ditarik pula
dengan cepatnya. Satu setengah kali lebih cepat dari pada
gerakan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Benar-benar suatu
kelincahan dan kegesitan yang tiada duanya di dunia.
Namun demikian ketua perguruan Ui-soa-pai itu tiba-tiba
menjerit !
“Kurang ajar ! Kau telah melukai aku! Kau licik ! Kau
membokong aku........!" ketua Ui-soa-pai itu mengumpatumpat.
Tangan kanannya memegang dua buah jari kirinya
yang terputus separuh.
Untuk beberapa saat lamanya Souw Thian Hai tertegun
diam memandang lawannya. Di dalam waktu yang hanya
sekejap tadi ternyata telah terjadi hal-hal yang amat
mengejutkan. Sangat mengejutkan namun juga menimbulkan
perasaan amat kagum pula.
Ternyata di dalam keadaan yang amat sulit dan tak
berdaya tadi, yang bagi orang lain tentu tak mungkin bisa
berbuat apa-apa lagi, Bok Siang Ki masih dapat menghindar
dari tikaman pisau itu. Sehingga di samping perasaan kaget
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Thian Hai diam-diam juga merasa kagum pula atas
kesaktian lawannya. Meskipun perasaan kagum tersebut juga
dibarengi dengan perasaan kecewa pula.
Tapi rasa kecewa itu segera berganti dengan rasa gembira
pula ketika ternyata Souw Thian Hai menyaksikan lawannya
tidak sepenuhnya dapat menghindari serangan pisaunya.
Ketua Ui-soa-pai itu putus dua buah jari tangannya terkena
sambaran angin tajam yang terpancar dari mata pisaunya.
Mata pisau itu memang tidak bisa menjangkau tubuh Bok
Siang Ki. Tapi ilmu Tai-lek Pek-khong-ciang yang tersalur pada
pisau itu ternyata telah memancar keluar mengenai jari
tangan ketua ui-soa-pai tersebut. Dan jari tangan itu terbabat
putus bagaikan diiris oleh pisau tajam.
Tentu saja keadaan itu benar-benar sangat
menggembirakan hati dan menimbulkan harapan di hati Souw
Thian Hai. Dan sekaligus juga telah membukakan hatinya
pula. Ternyata Tai-lek Pek-khong-ciangnya tidak hanya bisa
tersalur melalui ujung jarinya saja, tetapi juga bisa disalurkan
melalui senjatanya. Dengan Tai-lek Pek-khong-ciangnya
ternyata ketajaman pisau itu dapat menjangkau jarak yang
lebih jauh lagi. Lebih panjang dan pada ukuran pisau itu
sendiri.
"Kau licik ! Kau membokong aku !" sekali lagi Bok Siang Ki
mengumpat.
Souw Thian Hai tertawa, meskipun hatinya tetap tegang
dan gelisah. Pendekar sakti itu menyadari bahwa
kepandaiannya masih kalah jauh dengan ketua Ui-soa-pai
tersebut. Jadi semakin hebat lawannya itu marah, maka akan
semakin hebat pula sepak terjangnya. Dan hal itu berarti
dirinya semakin berada dalam bahaya pula.
"Siapa yang membokong ? Apakah aku tidak boleh
mempergunakan senjata untuk mempertahankan diri ? Apakah
aku harus menyerahkan nyawaku begitu saja bila aku dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan bahaya ?" dengan tenang Souw Thian Hai membela
diri.
"Persetan! Kubunuh kau ............ !"
Bok Siang Ki benar benar marah. Kedua tangannya terulur
ke depan kemudian menubruk Souw Thian Hai. Dan Souw
Thian Hai segera menyongsongnya pula dengan sabetan
pisaunya. Dari atas ke bawah, seolah-olah hendak membelah
tubuh ketua Ui-soa-pai itu.
Tapi tiba-tiba mata Souw Thian Hai terbeliak lebar.
Pisaunya seakan-akan benar-benar mengenai sasaran. Tubuh
Bok Siang Ki benar-benar seperti terbelah menjadi dua bagian.
Namun yang mengejutkan, tubuh yang terbelah itu tiba-tiba
dapat bergerak sendiri-sendiri. Bahkan setiap bagian yang
terbelah itu menjelma menjadi Bok Siang Ki pula secara utuh.
Sehingga kini Souw Thian Hai melawan dua orang Bok Siang
Ki yang wajah maupun gerak-geriknya persis satu sama lain.
“llmu sihir,……???” Souw Thian Hai berdesah seraya
mengejap-ngejapkan matanya dengan bingung.
Tapi pendekar sakti itu tak punya kesempatan untuk
berpikir lagi. Dua sosok bayangan Bok Siang Ki itu
menyerangnya bergantian. Mereka berdua seperti saudara
kembar yang mempunyai satu hati. Setiap kali Souw Thian Hai
menyerang atau menghadapi salah satu dari mereka, maka
yang lain akan segera membantu. Keduanya dapat bekerja
sama dan saling mengisi dengan baiknya. Dan hal tersebut
tentu saja semakin membuat Souw Thian Hai terdesak dan
kewalahan.
"Oh, sungguh gila ! Ini tentu hanya tipuan! Ini tentu ilmu
sihir ! Tidak mungkin semuanya asli ! Aaagh !” Di dalam
kerepotannya Souw Thian Hai mengeluh.
Namun sudah beberapa kali pendekar sakti itu mencoba
untuk memusatkan pikiran dan ilmunya tetap saja lawannya
tak berubah. Bok Siang Ki tetap berjumlah dua orang. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tetap mencecarnya terus seolah-olah mereka itu tak
ingin memberinya kesempatan lebih lama lagi.
Beberapa buah pukulan Bok Siang Ki mulai mengenai tubuh
Souw Thian Hai. Meskipun pukulan tersebut tidak mengena
dengan telak, apalagi tubuh Souw Thian Hai juga terlindung
oleh kekebalan mantel pusaka, namun hentakan dan kekuatan
yang tersalur ke dalam pukulan tersebut tetap membuat
pendekar sakti itu kesakitan. Dan ketika pukulan dan
tendangan itu juga semakin sering melanda tubuh Souw Thian
Hai, maka daya tahan dari pendekar sakti itupun juga menjadi
semakin lemah dan kendor pula.
Celakanya, keampuhan Tai-lek Pek-khong-ciang yang
selama ini selalu diandalkan Souw Thian Hai, kini seperti
melempem menghadapi kedahsyatan ilmu silat Bok Siang Ki.
Loncatan-loncatan angin tajam yang meluncur dari ujung jari
maupun dari mata pisaunya seakan-akan tak berpengaruh
apa-apa terhadap bayangan Bok Siang Ki. Angin tajam itu
seperti menusuk udara kosong saja.
Tentu saja keadaan Souw Thian Hai semakin payah. Selain
pukulan dan sabetan pisaunya selalu mengenai angin, pukulan
dan tendangan Bok Siang Ki juga semakin sering menyentuh
kulitnya. Bahkan pada suatu saat sebuah pukulan Bok Siang Ki
tepat mengenai dadanya. Sehingga biarpun sudah terlindung
oleh mantel pusaka, tetap saja pukulan tersebut menyengat
kulitnya dan menggetarkan isi dadanya.
Tubuh Souw Thian Hai terbanting ke lantai perahu.
Demikian kerasnya sehingga papan perahu tersebut berderak
patah dan tubuh Souw Thian Hai terjeblos ke dalam lunas
perahu.
“Ooouugh..........!" Souw Thian Hai mengeluh panjang
kemudian suaranya hilang di balik lobang tersebut.
Bok Siang Ki tidak mengejar ke dalam lobang, ketua Ui-soapai
itu justru melangkah kembali ke dalam perahu. Dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penasaran dicarinya Liu Yang Kun yang telah melemparkan
dirinya ke dalam sungai tadi. Tapi pemuda itu tidak ada di
sana. Bahkan di sekitar kamar itupun juga tidak ada pula.
Tentu saja Bok Siang Ki sangat heran. Kemanakah sebenarnya
pemuda itu ?
Ketika kemudian Bok Siang Ki menoleh ke haluan perahu,
maka dilihatnya ketiga orang pembantunya telah terjun semua
mengeroyok Yap Kiong Lee. Dan jagoan dari istana itu tampak
kewalahan sekarang. Ilmu silatnya yang dahsyat, yang dapat
menimbulkan pusaran angin itu memang masih menderu-deru
dengan hebatnya. Namun kerja sama di antara Hek-eng, Uieng
dan Pek-eng itu seolah-olah telah menciptakan sebuah
benteng yang kokoh kuat, yang mampu menahan serta
mengurung amukan badai ganas tersebut. Bahkan ledakan
ledakan pukulan petir yang beberapa kali dilepaskan oleh Yap
Kiong Lee pun tak bisa menggoyahkan benteng tersebut.
Beberapa kali memang terlihat Hek-eng yang telah terluka
dalam itu meringis menahan sakit, dan Pek-eng yang belum
begitu sembuh dari patah tulang kakinya itu terpincangpincang
ketika melangkahkan kakinya, namun dengan
bantuan Ui-eng mereka berdua dapat bekerja sama dengan
baiknya.
Lambat-laun Yap Kiong Lee menyadari pula keadaannya.
Apalagi ketika dilihatnya Souw Thian Hai juga sudah kalah dan
terjeblos ke dalam lobang perahu, sementara Pangeran Liu
Yang Kun juga tidak tampak pula di atas perahu itu.
Kekhawatiran dan kegelisahan atas keselamatan Liu Yang Kun
membuat pendekar dari istana itu menjadi nekad dan tak
mempedulikan nasibnya lagi.
Tiba-tiba kedua tangannya telah mencabut sepasang
pedang pendeknya. Dan pedang itu segera berkelebatan
menyambar-nyambar dengan ganasnya. Yap Kiong Lee
memang sengaja mengerahkan seluruh kemampuannya, dan
tak begitu memikirkan lagi keselamatannya. Sepasang pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendeknya menerjang terus tiada hentinya. Terutama kepada
Hek-eng dan Pek-eng yang tampak lebih lemah karena lukalukanya.
Secara perorangan Hek-eng memang kalah melawan Yap
Kiong Lee. Begitu pula dengan saudara-saudara
seperguruannya yang lain. Tapi dengan bekerja sama dalam
formasi segitiga, kekuatan mereka benar-benar menjadi
berlipat-ganda, bagaikan kekuatan tiga orang dijadikan satu.
Namun demikian kekuatan tersebut sebenarnya juga hanya
dititikberatkan pada kecepatan dan penyatuan tenaga mereka
saja, sehingga kekuatan itu segera mengalami kesulitan begitu
Yap Kiong Lee mempergunakan senjata tajam.
Ketajaman pedang pendek itu tidak dapat mereka lawan
hanya dengan persatuan tenaga mereka saja. Sebenarnya
dalam hal seperti ini mereka harus menghadapinya dengan
kecepatan mereka. Tapi celakanya saat ini dua orang diantara
mereka telah terluka, Hek-eng dan Pek-eng kurang leluasa
untuk bergerak cepat. Oleh karena itu beberapa jurus
kemudian perimbangan kekuatanpun menjadi bergeser pula.
Sepasang pedang pendek Yap Kiong Lee dengan mudah
memotong kerja-sama mereka, sehingga formasi atau barisan
merekapun menjadi buyar pula.
Bok Siang Ki menggertakkan giginya. Setindak demi
setindak kakinya melangkah mendekati pertempuran.
Tangannya sudah bergetaran siap untuk turun tangan.
Namun maksud tersebut segera ditundanya ketika tiba-tiba
terdengar suara aba-aba Hek-eng.
"Keluarkan Hwee-coa.........! Lemparkan kepadanya !"
Yap Kiong Lee terkejut bukan main. Wajahnya menjadi
pucat. Kedahsyatan ular-ular kecil itu pernah didengarnya
pula. Bahkan ia seperti tak percaya kalau lawan-lawannya itu
benar-benar memiliki ular langka tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi Yap Kiong Lee benar-benar harus menahan napas.
Ketiga orang lawannya itu memang betul-betul mengeluarkan
Hwee-coa. Malahan di lain saat ular-ular tersebut telah
dipergunakan pula untuk menyerangnya.
Wuuut ! Sinnng ! Siiiing ! Uuuut !
Ular ular pemakan jantung itu mulai berkelebatan seperti
anak panah yang terlepas dari busurnya. Mereka melayang
dan berloncatan menyambar-nyambar. Semuanya mencari
lobang di dalam tubuh Yap Kiong Lee. Tapi dengan gesit pula
Yap Kiong Lee mengelak dan berlindung di balik ayunan
pedangnya.
Namun dengan demikian Yap Kiong Lee harus tetap
membagi perhatiannya. Selain harus tetap menghadapi
keroyokan Sam Eng, ia juga harus selalu waspada terhadap
serangan hwee-coa. Dan semua itu tentu saja sangat
menyulitkan permainan pedangnya. Otomatis dia tidak bisa
melepaskan ilmu pedangnya dengan baik lagi.
"Gila !” Yap Kiong Lee mengumpat di dalam hatinya. Dia
mulai kewalahan. Permainan pedangnya mulai terdesak. Dan
ular-ular kecil itu sulit sekali diserang. Gerakan mereka amat
gesit sekali.
Bok Siang Ki menjadi lega sekali melihatnya. Namun
demikian hatinya tetap penasaran. Liu Yang Kun tetap tak
diketemukannya.
“Apakah pemuda itu juga ikut terjun ke dalam sungai pula
ketika aku tercebur tadi ? Ataukah......? Hei !”
Tiba-tiba ketua Ui-soa-pai itu tersentak kaget. Pikirannya
segera tertuju ke lobang di bawah geladak itu. Sampai
sekarang Souw Thian Hai yang telah dikalahkannya itu belum
keluar juga dari lobang tersebut. Hal itu berarti ruangan di
bawah lantai geladak tersebut cukup luas dan bisa untuk
bersembunyi pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan-jangan pemuda itu juga bersembunyi di bawah
geladak ini pula,” sambil menggeram Bok Siang Ki berkelebat
kembali ke kamar perahu itu.
Di tempat itu masih ia dapati tubuh Tiauw Li Ing yang
tergeletak di pojok ruangan. Namun ia tak menyentuhnya.
Sebaliknya dengan kasar ia membongkar semua barang yang
tertumpuk di dalam ruangan tersebut dan melemparkannya
keluar.
"Nah !” Bok Siang Ki memekik kecil ketika akhirnya ia
menemukan sebuah lobang di bawah tumpukan papan.
Bahkan ia juga memperoleh sobekan kecil baju Liu Yang Kun
yang terselip di tepian lobang.
Bok Siang Ki segera berdiri di depan lobang tersebut
dengan sikap siaga.
"Keluarlah ! Kau tidak usah bersembunyi lagi ! Cepat !”
bentaknya kemudian.
“Baiklah, Bok Siang Ki…….. aku akan keluar ! Kau tak perlu
berteriak teriak lagi,” tiba-tiba terdengar jawaban dari dalam
lobang tersebut.
Whuuuuuus ! Tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan keluar
dari dalam lobang itu. Dan otomatis dengan sigap pula Bok
Siang Ki melangkah mundur dua tindak. Matanya mencorong
tajam. Sementara kedua tangannya juga sudah siap untuk
melontarkan serangan.
Bayangan itu segera berdiri tegak di depan Bok Siang Ki.
Sementara dari dalam lobang tersebut tiba-tiba masih muncul
pula sesosok bayangan yang lain, yang segera berdiri pula di
belakang bayangan pertama. Dan ternyata bayangan yang
kedua itu tidak datang sendirian. Bayangan tersebut tampak
menggendong seorang wanita yang sedang pingsan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku tidak akan lari darimu, Bok Siang Ki ! Inilah
aku.........!" bayangan pertama yang tidak lain adalah Liu Yang
Kun itu berkata dengan suara keren.
"Hati-hati, Pangeran ! Dia lihai sekali! Aku baru saja
dikalahkannya.......!” bayangan kedua yang tidak lain adalah
Souw Thian Hai itu berbisik. Wajahnya kelihatan amat pucat,
sementara di sudut bibirnya masih tersisa tetesan darah akibat
pukulan Bok Siang Ki tadi.
Liu Yang Kun berdesah pendek. Sekejap matanya melirik ke
belakang. Sikapnya sekarang benar benar sangat berubah.
Kini tampak garang dan berwibawa. Sikapnya yang semula
sering kelihatan ragu dan kurang yakin pada diri sendiri,
sekarang sudah hilang.
"Terima kasih Souw Tai-hiap. Silakan Souw Tai-hiap
beristirahat saja sekalian mengurus gadis itu. Biarlah aku saja
yang menghadapi orang ini," dengan tegas Liu Yang Kun
berkata.
Souw Thian Hai memandang gadis yang ada di dalam
gendongannya, kemudian menatap ke arah Liu Yang Kun
kembali.
“Baiklah. Tapi ehm, apakah Pangeran benar-benar telah
menjadi baik ? Maksud saya......maksud saya apakah
Pangeran benar-benar telah sembuh dan sehat kembali ?"
Liu Yang Kun menghela napas pendek. Sekilas tampak air
matanya berlinang.
"Terima kasih, Souw Tai-hiap. Budimu benar-benar takkan
kulupakan. Penyakitku sudah hilang. Aku sudah sembuh. Aku
sudah bisa mengingat-ingat lagi siapa diriku......” dengan
suara bergetar Liu Yang Kun menjawab.
Sementara itu Bok Siang Ki menjadi tidak sabar
mendengarkan percakapan mareka. Dengan tangannya
terayun ke depan mengarah ke pinggang Liu Yang Kun. Suara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
angin pukulannya berdesir lembut seperti tidak bertenaga.
Namun ketika Liu Yang Kun bergerak agak sedikit terlambat
karena terlalu meremehkan kekuatannya, maka tiba-tiba
tubuh pemuda itu terguncang dengan hebatnya. Hampir saja
pemuda itu terlempar ke belakang kalau tidak segera
mengerahkan tenaga untuk mengatasinya.
Lain halnya dengan Souw Thian Hai yang berdiri di
belakang Liu Yang Kun. Pendekar sakti itu jauh-jauh sudah
menyadari betapa dahsyatnya ilmu Bok Siang Ki, sehingga
ketika ia melihat tangan ketua Ui-soa-pai itu bergerak dia
sudah lebih dulu meloncat ke samping dengan cepatnya.
Meskipun demikian hembusan angin yang lewat masih juga
dapat menerbangkan pita rambut yang dikenakan gadis
didalam gendongannya itu.
Tak urung Souw Thian Hai berdecak kagum pula. Ternyata
lwee-kang ketua aliran Ui-soa-pai itu benar-benar hebat bukan
main. oleh sebab itu pula kemudian Souw Thian Hai membawa
gadis yang digendongnya itu ke tempat yang aman.
Dibawanya gadis tersebut ke kamar perahu yang rusak itu.
Souw Thian Hai melihat beberapa orang jago silat yang tadi
mengeroyok murid-murid Giok-bin Tok-ong Sam-eng tadi.
Mereka semua datang mendekat dengan wajah lega di
mukanya. Walaupun air-muka mereka rata-rata masih tampak
pucat menyaksikan pertempuran mengerikan tadi.
Sebagian dari orang-orang itu segera menolong Souw
Thian Hai, sementara yang lainnya menjenguk keadaan Tiauw
Li Ing.
“Souw Thian Hai.......” salah seorang yang ikut membantu
Souw Thian Hai menyapa pelan. "Gadis yang Tai-hiap bawa ini
adalah cucu kepala kampung di sini. Karena dialah
pertempuran di tengah sungai ini berlangsung."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemmmm ....." Souw Thian Hai mengangguk-angguk.
Kemudian pendekar sakti itu memandang ke tempat T iauw Li
Ing terbaring.
"Lalu......bagaimana dengan gadis yang seorang itu ?
Apakah dia juga korban penculikan pula ?”
Orang yang berbicara dengan Souw Thian Hai itu menghela
napas panjang. Matanya juga terarah kepada Tiauw Li Ing.
"Sebenarnya gadis itu juga bermaksud seperti kita pula. Dia
juga bermaksud untuk menolong gadis ini. Namun ketika
maksudnya itu hampir berhasil tiba-tiba muncul rombongan
Bok Siang Ki itu. Mereka dengan mudah menangkap gadis itu.
Bahkan kemudian merebut pula gadis itu dari tangan para
penculik itu .......„,.”
Souw Thian Hai bangkit berdiri. Dipandangnya pertempuran
yang terjadi antara Liu Yang Kun dan Bok Siang Ki. Juga
pertempuran yang seru antara Yap Kiong Lee dengan anak
buah Bok Siang Ki. Tapi ketika pandangannya terarah keluar
perahu. Hatinya menjadi kaget.
"Eh …….. dimana perahu-perahu yang lain?" desahnya
sedikit keras begitu menyaksikan perairan yang kosong di
sekitar perahu tersebut.
Orang yang berada di dekat Souw Thian Hai segera
menyahut: "Perahu ini sudah sejak tadi terputus tali
jangkarnya. Kita telah jauh meninggalkan tempat
penyeberangan itu. Perahu ini telah hanyut ke hilir............"
"Oooooh ! Makanya sepi benar keadaannya…"
"Eh, Tai-hiap......? Apakah....., apakah kita tidak perlu
membantu Yap Tai hiap itu.,..,?" tiba-tiba orang itu berkata
pula ketika dilihatnya Yap Kiong Lee mulai kewalahan
menghadapi ular-ular Hwee-coa itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar !" Souw Thian Hai tersentak kaget puIa begitu
melihat berkelebatnya ular-ular kecil itu. “Silakan cu-wi
mengurus gadis-gadis ini, aku akan menolongnya !”
Souw Thian Hai bergegas mendekati pertempuran Yap
Kiong Lee dan lawan-lawannya. Hatinya segera menjadi
tegang dan berdebar ketika mengenali ular-ular kecil yang
sangat berbahaya itu. Apa lagi ketika menyaksikan temannya
itu mengalami kesulitan untuk menghadapinya.
Ular-ular yang hanya sejengkal panjangnya itu tampak
sangat lincah sekali, dan sulit sekali untuk ditabas dengan
pedang. Sebenarnya agar lebih mudah bagi Yap Kiong Lee
untuk mengenyahkan mereka dengan pukulan Petir dan
Badainya. Tapi setiap kali pendekar dari istana itu
mempergunakan ilmunya itu, maka ketiga orang lawannya
segera bergabung pula untuk menanggulanginya. Sehingga
dengan demikian kerja-sama antara ketiga ekor ular tersebut
dengan tuan-tuannya benar-benar sangat sukar ditembus.
"Maaf, Saudara Yap. Ijinkanlah aku membantumu
mengenyahkan ular-ular kecil itu. Kau layani saja ketiga orang
lawanmu itu baik-baik !" Souw Thian Hai kemudian
menggeram seraya melepaskan serangan Angin-tajamnya.
Cuuuus ! Cuuus !
Meskipun luka dalamnya sedikit mempengaruhi pengerahan
tenaganya, namun hentakan 'angin tajam’ yang dilepaskan
oleh Souw Thian Hai tetap saja berdesing dengan kuatnya !
Dan angin tajam itu meluncur dari ujung-jarinya bagaikan
tajamnya ujung-pedang yang menghunjam ke sasaran yang
ditujunya ! Bahkan kecepatannya justru lebih berlipat ganda
dari pada ujung pedang yang sesungguhnya !
Seekor ular yang belum menyadari kedahsyatan ilmu Tailek
Pek-Khong ciang itu segera terpental menjadi dua bagian,
tertabas oleh hentakan angin tajam itu. Tapi kedua ekor
Hwee-coa yang lain cepat menyadari bahaya tersebut.
Sebelum Souw Thian Hai melepaskan ilmunya lagi, mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah lebih dulu menghilang di sela-sela lantai geladak itu.
Tampaknya mereka sangat ketakutan menghadapi ilmu Tai-lek
Pek-khong-ciang itu, sehingga suara panggilan yang
dilontarkan oleh tuan-tuan mereka tidak mereka hiraukan.
“Hong-gi-hiap Souw Thian Hai......??” ketiga orang
pembantu Bok Siang Ki itu berdesah gemetar. Otomatis
mereka juga menghentikan serangan mereka.
Sebenarnya Sam-eng tidak takut menghadapi Souw Thian
Hai. Tapi dengan adanya Yap Kiong Lee di situ, mereka harus
berpikir juga dengan seksama. Apalagi ketika mereka
memandang ke arah majikan mereka, mereka mendapatkan
majikan mereka itu juga sedang menghadapi lawan yang
setimpal pula.
Walaupun sedang sibuk menghadapi Liu Yang Kun,
ternyata Bok Siang Ki masih tetap jeli dan tidak melupakan
anak buahnya. Keadaan para pembantunya tersebut segera
diketahui pula. Dan perbandingan kekuatan yang tidak
seimbang itu segera memaksanya untuk berpikir kembali.
Apalagi lawannya yang masih amat muda itu terasa semakin
sulit ia hadapi.
Oleh karena itu Bok Siang Ki segera mengambil keputusan.
Ia memberi isyarat rahasia kepada pembantu-pembantunya
itu untuk mengalah dan meloloskan diri dari tempat itu.
Tapi sementara itu di dalam bilik perahu telah terjadi
keributan. Begitu siuman dari pingsannya tiba-tiba Tiauw Li
Ing mengamuk. Gadis itu masih merasa bahwa dirinya berada
dalam cengkeraman para penjahat, sehingga amukannyapun
benar-benar menggiriskan hati. Dasar gadis itu memang
memiliki watak yang kejam serta sadis, maka serangannyapun
juga tidak tanggung-tanggung pula. Segenggam paku beracun
ia tebarkan ke sekelilingnya.
Tentu saja para pendekar kang-ouw itu menjadi kaget
setengah mati. Mereka benar-benar tidak menduga akan hal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu, sehingga tentu saja mereka tidak mempunyai kesempatan
lagi untuk menghindarinya. Mereka segera berteriak ngeri dan
terjungkal menemui ajalnya.
Hanya ada dua orang yang selamat dari pembantaian
tersebut, yaitu dua orang pendekar yang kebetulan sedang
merawat putri kepala kampung tadi. Kedua orang itu segera
menyambar tubuh gadis itu dan membawanya menghindari
dari kamar tersebut.
"Jangan lari ! Lepaskan gadis itu !” Tiauw Li Ing yang
melihat mereka segera berteriak dan mengejar.
"Tiauw Li Ing.......?" Pangeran Liu Yang Kun yang sedang
bertempur seru melawan Bok Siang Ki itu memekik marah
menyaksikan ulah Tiauw Li Ing.
"Hah ? Ko-ko, kau...........?” Tiauw Li Ing yang tidak
menyangka dapat bertemu dengan ‘suaminya' di tempat itu
mendadak berteriak kegirangan.
Lalu tanpa mempedulikan orang lain lagi gadis itu berlari
mendekati Liu Yang Kun. Tapi sebaliknya dengan cekatan pula
pemuda itu melompat menghindarinya. Dan kesempatan
tersebut benar-benar dimanfaatkan oleh Bok Siang Ki untuk
lolos dari tempat itu.
Ketua partai Ui-soa-pai itu segera menjejakkan kakinya,
sehingga tubuhnya melesat ke arah pertempuran anak
buahnya. Sambil melayang ia mengerahkan ilmu sihirnya.
Tiba-tiba dari kedua belah telapak tangannya seperti
menyemburkan lidah api. Dan lidah api itu seperti memancar
dengan dahsyatnya menerjang Yap Kiong Lee dan Souw Thian
Hai !
“Awas, Saudara Souw........!" Jagoan dari Istana itu
berteriak memperingatkan sahabatnya.
Dan kedua orang sahabat itu buru-buru menghindar
dengan melompat sejauh-jauhnya. Tapi dengan demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan tersebut segera dipergunakan oleh Bok Siang Ki
dan anak buahnya untuk meloloskan diri dari tempat itu.
Mereka meloncat ke dalam air dan pergi dari tempat tersebut.
Demikianlah, semuanya itu berlangsung dengan cepat
sekali. Sehingga ketika Liu Yang Kun menyadari hal itu,
semuanya telah berlalu. Bok Siang Ki dan anak buahnya telah
lenyap ditelan gelombang sungai.
Namun sementara itu di atas geladak perahu, Tiauw Li Ing
tampak sangat terpukul hatinya melihat sikap Liu Yang Kun.
Wajah puteri bajak laut itu kelihatan pucat sekali. Matanya
menatap kosong ke depan, sementara air matanya mulai
mengumpul di sudut matanya. Dan bibirnya yang kering itu
tampak bergetaran, seolah menahan jerit yang tak kunjung
keluar.
Di lain pihak, Liu Yang Kun sudah demikian marahnya
terhadap Tiauw Li Ing yang kejam dan telah mencelakakan
dirinya, sehingga ia benar-benar mengambil sikap yang sangat
bermusuhan dengan bekas isterinya itu.
"Huh ! Perbuatanmu sungguh kelewatan dan... tak tahu diri
! Membujuk seorang tua renta untuk mencelakakan aku ! Kini
membunuhi orang yang sebenarnya hendak menolong engkau
! Ooo........gadis macam apa sebenarnya engkau ini ?” sergah
pemuda itu dengan berangnya.
Tiauw Li Ing benar-benar tak mampu bicara lagi. Begitu
dahsyat pukulan batin yang diterimanya sehingga tiba-tiba
tubuhnya sempoyongan ke pagar perahu. Dan ketika
badannya tersandar di atas pagar pendek tersebut, tangannya
sama sekali tak berusaha untuk mencari pegangan. Akibatnya
tubuhnya segera terhuyung keluar pagar dan kemudian
terjungkal ke bawah, ke dalam air. Dan anehnya, gadis itu
sama sekali tak mau mengerahkan kepandaiannya untuk
menyelamatkan diri. Bahkan dilihat sepintas lalu gadis itu
seperti sengaja mau bunuh diri !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"nona ........... ??” Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai lah
yang kemudian berteriak kaget.
Kedua pendekar itu segera mencari apa saja yang bisa
mereka pergunakan sebagai pelampung, Yap Kiong Lee
mendapat segulung tali panjang yang kemudian ia ikatkan di
pagar perahu dan di pinggangnya, sementara Souw Thian Hai
yang memiliki gin-kang tinggi itu mengikatkan sebilah papan
panjang di bawah telapak sepatunya. Mereka bergegas
meloncat ke dalam air untuk menolong Tiauw Li Ing.
Tapi maksud baik kedua sahabat tersebut sia-sia belaka.
Mereka tak dapat menemukan tubuh Tiauw Li Ing. Gadis itu
bagaikan sudah terhisap oleh arus air yang menggila.
“Aduuuuh........!” tiba-tiba Souw Thian Hai berseru
kesakitan.
Baik Liu Yang Kun yang ada di atas perahu maupun Yap
Kiong Lee yang berada di dalam air di dekat Souw Thian Hai,
menoleh dengan kaget ! Tiba-tiba saja mereka menyaksikan
sebuah tangan tersembul dari dalam air dan menghantam ke
arah Souw Thian Hai !
"Awasss, Saudara Souw,.........di sebelah kirimu !" dalam
gugupnya Yap Kiong Lee menjerit.
Byuuur ! Souw Thian-Hai menjejakkan kakinya yang
mengenakan papan itu ke arah tangan yang tersembul dari
dalam air tersebut. Dan bentrokan yang terjadi membuat
papan yang terikat di kaki Souw Thian Hai itu pecah
berantakan kemana-mana sementara pendekar itu sendiri
terlempar kembali ke dalam air.
"Saudara Souw........?” Yap Kiong Lee berseru kaget, lalu
meluncur mendekati sahabatnya itu dan memegangi
lengannya agar tidak tenggelam.
"Terima kasih, Saudara Yap." Souw Thian Hai berbisik
seraya menatap kesana kemari untuk mencari lawannya tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Souw, marilah kita naik saja ke atas perahu !
Sungguh berbahaya di tempat ini. Kita tak bisa melihat lawan
kita."
"Marilah........!"
Kedua pendekar sakti itu lalu bergegas naik ke atas perahu
kembali. Di atas daratan mereka berdua memang seorang
pendekar yang sulit dicari tandingannya. Tapi di dalam air
ternyata kesaktian mereka benar-benar tidak bisa berbuat
banyak terhadap lawan.
Sementara itu kedatangan mereka di atas perahu segera
disongsong oleh Pangeran Liu Yang Kun, "Siapakah yang
menyerang Ji-wi Tai-hiap di dalam air tadi ?" pemuda itu
bertanya.
“Kami juga tidak mengetahuinya, Pangeran.” Souw Thian
Hai cepat menjawab. "Orang itu selalu bersembunyi di dalam
air. Kami hanya bisa ......hei.. Hei ........?? Lihat itu !”
Tiba-tiba pendekar sakti itu mengangkat jari telunjuknya ke
seberang. Dan mata Liu Yang Kun maupun Yap Kiong Lee
segera terbelalak !
Mereka melihat Bok Siang Ki melenggang di atas pemukaan
air dengan entengnya. Padahal di atas puncaknya tergantung
tubuh Tiauw Li Ing yang tadi tercebur ke dalam sungai. Tokoh
Ui-soa pai itu mendarat di seberang sungai, dimana para
pembantunya ternyata telah lebih dulu menunggunya.
“Ah, ternyata Bok Siang Ki lah yang menyerangku di dalam
air tadi. Pantas!" Souw Thian Hai bergumam seraya
memegangi pahanya yang pegal akibat benturan tenaga di
dalam air tadi.
"Untunglah kita lekas-lekas naik ke perahu tadi. Kalau
tidak, hmm..... kita benar-benar telah menjadi bangkai." Yap
Kiong Lee bersungut-sungut lega.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, karena tak mungkin bisa mengejar Bok Siang
Ki lagi, maka mereka lalu membawa perahu tersebut ke
tepian. Mereka segera menguburkan mayat-mayat yang ada di
dalam perahu itu. Oleh karena perahu tersebut sudah terlalu
jauh dan kampung tempat penyeberangan itu maka Yap Kiong
Lee meminta kepada dua orang pendekar kang ouw yang
masih tersisa, untuk membawa kembali perahu tersebut ke
asalnya beserta cucu kepala kampung yang dapat mereka
selamatkan itu sekalian.
Sedangkan Liu Yang Kun, Yap Kiong Lee dan Souw Thian
Hai, lalu mengambil jalan darat ke tujuan mereka semula,
yaitu kota Cin-an. Karena sudah pulih kembali kesehatannya,
maka Liu Yang Kun benar-benar kelihatan sangat gembira di
dalam perjalanannya. Dia bercerita tentang pengalamannya di
masa lalu, ketika ia bersama Tui Lan di dalam lorong-lorong
gua itu.
Bahkan pemuda itu juga berterus terang pula tentang
hubungannya dengan Tui Lan. Bahkan ia juga tidak
menyembunyikan pula kealpaannya, bagaimana ia
mempelajari ilmu warisan Bit-bo-ong yang secara kebetulan
diketemukan oleh Tui Lan di dalam gua tersebut. Dan akhirnya
pemuda itu juga menceritakan pula perjuangannya untuk
keluar dari neraka di bawah tanah itu.
"Akhirnya aku bisa keluar juga dari Iorong gelap itu. Namun
sayang, aku terpisah dengan isteriku. Aku khawatir dia
menjadi korban dari arus air di bawah tanah itu.,.....” Liu Yang
Kun mengakhiri ceritanya.
"Oh !” Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai menganggukangguk.
Keduanya benar-benar tertarik dengan cerita itu.
Terutama Souw Thian Hai yang merasa memiliki buku warisan
Bit-bo-ong itu. Tapi pendekar itu tetap berdiam diri saja.
Demikianlah bersamaan dengan terbenamnya matahari di
balik cakrawala, mereka pun tiba pula di pintu gerbang kota
Cin-an. Orang telah mulai menyalakan lampu-lampu mereka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga kota itu tampak hidup dan terang benderang.
Sementara di jalan-jalan yang membelah kota itu kelihatan
sebagian dari penduduk kota itu berjalan hilir-mudik dengan
kebutuhan mereka masing-masing.
Gedung di mana pusat perguruan Tiam-jong-pai itu berdiri
ada di tengah-tengah kota. Halamannya amat luas, dikelilingi
oleh tembok yang tinggi. Gedung itu sendiri terdiri dari sebuah
bangunan induk yang besar, dengan bangunan-bangunan
samping dan belakang yang banyak serta indah-indah. Dan di
bagian tengah dari bangunan-bangunan itu terdapat sebuah
lapangan yang luas untuk berlatih silat.
Dan pada malam itu ratusan buah lampu teng tampak
bergantungan di segala sudut bangunan tersebut. Ditambah
dengan Hiasan kertas berwarna-warni, maka gedung itu
benar-benar kelihatan semarak dan meriah sekali. Kursi dan
mejapun tampak ditata dengan rapi, berderet-deret memenuhi
pendapa. Bahkan sampai meluber pula ke halaman.
Beberapa orang pekerja masih kelihatan sibuk merapikan
hiasan-hiasan yang ada di dalam pendapa itu. Sementara
beberapa orang gadis dan perempuan setengah-baya juga
kelihatan sibuk pula memasang bunga-bunga di kursi
pengantin dan di atas meja-meja tamu. Dan di halaman yang
kosong kelihatan pula anak-anak berlarian dengan
gembiranya.
Namun demikian ketika Pangeran Liu Yang Kun dan Yap
Kiong Lee memasuki gapura halaman itu, beberapa orang tua
tampak bergegas menyambut mereka dengan wajah tegang
dan khawatir. Bahkan salah seorang diantara mereka tampak
sekali mengungkapkan perasaan kecewanya begitu melihat
siapa yang datang. Tampaknya mereka kecewa karena bukan
rombongan Liu Yang Kun yang mereka nantikan.
"Tampaknya rombongan Ui Bun Ting belum sampai di s ini."
Souw Thian Hai berbisik kepada Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun demikian orang-orang itu segera menyambut pula
dengan ramahnya. Apalagi setelah mengetahui wajah hong-gihiap
Souw Thian hai dan hong-lui-kun Yap Kiong Lee yang
sangat tersohor itu.
"Ah, marilah ji-wi Tai-hiap......! Silakan masuk !
Silakan,.........!"
Souw Thian Hai dan Yap Kiong Lee membalas pula
penghormatan mereka, kemudian melangkah masuk.
"Apakah Ui Ciang-bun belum pulang ?" sambil berjalan
Souw Thian Hai bertanya pelan.
"Belum. Apakah Tai-hiap juga tidak bertemu dengan
beliau?" dengan suara seret orang yang tertua diantara para
penyambut itu menjawab. Wajahnya kelihatan sedih dan
bingung.
"Kami telah mengutus beberapa orang ke kota Lai-yin.
kalau-kalau Ciang-bun-jin ada di rumah keluarganya di sana.
Tapi sampai sekarang mereka belum kembali juga. Bahkan
kami semua mengira, kepergian Tai-hiap kemarin malam juga
karena hal ini....,.....” yang lain ikut menyambung pula
perkataan orang itu.
Tiba-tiba Souw Thian Hai menepuk bahu orang itu.
"Jangan bersedih! kami memang telah menemukan Ui
Ciang-bun. Beliau sedang dalam perjalanan kemari. Kami
memang sengaja mendahului mereka untuk memberi khabar
lebih dahulu.....”
"Hhha ,....... ???” orang-orang Tiam-jong-pai itu bersorak
kaget. “Tai-hiap telah menemukan Ciang-bun-jin kami ? Oh !"
"Wah, kalau begitu kita harus lekas-lekas
memberitahukannya kepada su-siok .....! Kita harus segera
mengirimkan rombongan untuk menjemput Ciang-bun-jin."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf. Tai-hiap... Silakan Tai-hiap dan rombongan duduk di
pendapa dulu ! Kami akan melapor kepada su-siok ! Oh,
Thian.....Ciang-bun-jin sudah pulang !"
Murid-murid Tiam-Jong-pai itu segera berlarian memasuki
halaman samping untuk menemui susiok mereka. Souw Thian
Hai dan Yap Kiong Lee saling pandang dengan Liu Yang Kun.
Mereka bertiga dapat memaklumi perasaan orang-orang itu,
sehingga mereka tidak merasa tersinggung ditinggalkan begitu
saja di halaman. Dengan langkah biasa mereka naik ke
pendapa.
Tampaknya keributan kecil itu telah menarik perhatian
orang orang yang berada di dalam gedung itu. Beberapa
orang lelaki dan wanita tampak keluar menjenguk mereka
bertiga. Dan salah seorang diantara mereka terdapat seorang
wanita yang sangat cantik sekali, menggendong seorang anak
kecil.
"Hai-ko. kaukah itu........?" wanita itu tiba-tiba menyapa
Souw Thian Hai dengan suara merdu. Wajahnya yang gilanggemilang
seperti bidadari itu tampak berseri-seri menyambut
kedatangan Souw Thian Hai.
"Ya ! Akulah yang datang, Hong moi, Aku datang bersama
Saudara Yap dan Pangeran..........?” Souw Thian Hai tidak
meneruskan perkataannya karena pinggangnya keburu
disodok oleh Yap Kiong Lee.
"Ah....... ? betulkah itu Saudara Yap ? Rasa-rasanya aku
sudah tidak mengenalnya lagi. Sudah lama sekali kita tidak
berjumpa.......” wanita cantik itu yang tidak lain adalah Chu
Bwee Hong, isteri Souw Thian Hai, menyambut pula
kedatangan Yap Kiong Lee dengan ramahnya.
"Ah..... tentu saja Souw Hu-jin sudah tidak mengenalku
lagi. Aku sudah semakin tua sekarang. Tidak sekuat dan
segesit dulu lagi, hahaha...” Yap Kiong Lee yang usianya
sejajar dengan Hong-hiap Souw Thian Hai dan tubuhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih tegap dan gagah itu cepat-cepat menyahut pula dengan
kelakarnya. Di kala mereka masih amat muda memang
merupakan sahabat-sahabat yang baik.
Chu Bwee Hong yang ayu itu bersenyum manis sekali. "Ah,
Saudara Yap ini ada-ada saja. Eh, kenapa sendirian saja ?
Bagaimana dengan ci-ci Pek Lian ?”
Pek Lian adalah adik seperguruan Yap Kiong Lee sendiri,
yang kemudian diperisterikannya. Wanita itu juga merupakan
sahabat kental Chu Bwe Hong pula.
"Ah...... dia baik-baik saja di rumah. Sayang dia tidak
sebahagia Souw Hu-jin karena dia selalu kutinggalkan
bertugas kemana-mana.”
Merekapun lalu duduk di pendapa. Chu Bwee Hong tampak
ragu-ragu ketika bertatap muka dengan Liu Yang Kun. Wanita
ayu itu merasa sudah pernah mengenalnya.
"Beliau adalah Pangeran Liu Yang Kun yang selama ini kami
cari-cari. Apakah Souw Hu-jin sudah lupa kepada beliau ?" Yap
Kiong Lee cepat-cepat berbisik kepada Chu Bwee Hong.
"Oooh !” wanita ayu itu tersentak kemudian cepat-cepat
menganggukkan kepalanya.
Ternyata Liu Yang Kun ikut menjadi gugup pula. Wajah
Souw Hu-jin yang amat cantik itu mengingatkannya kepada
Souw Lian Cu. Mereka benar-benar mirip, padahal Souw Hu-jin
itu bukanlah ibu kandung Souw Lian Cu.
Sementara itu dari halaman samping tiba-tiba berderap
belasan ekor kuda yang melesat keluar melalui pintu depan.
Sebagian dari para penunggangnya adalah orang-orang yang
tadi menyambut kedatangan rombongan Liu Yang Kun di pintu
halaman. Tampaknya orang-orang itu hendak menyongsong
kedatangan Ui Bun Ting.
Yap Kiong Lee saling bertukar pandang dengan Souw Thian
Hai. Namun sebelum mulut mereka berbicara, tiba-tiba dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruang dalam muncul seorang lelaki bertubuh jangkung
menghampiri mereka. Dengan langkahnya yang mantap lelaki
itu diiringkan oleh beberapa orang muridnya. Rambutnya telah
mulai memutih di kedua pelipisnya.
"Yap Tai-ciangkun ! Souw Tai-hiap ! Selamat datang ........!
Wah, kami terlambat keluar untuk menyambut kedatangan Jiwi
! Maaf ! Maafkanlah kami ! Mari silakan duduk...... !” lelaki
tua itu yang tidak lain adalah adik seperguruan Ui Bun Ting
segera menyapa dan memberi hormat.
"Ah ! Kamilah yang terlalu tergesa-gesa. Upacara belum
juga mulai, kami sudah terburu-buru datang. Kamilah yang
seharusnya meminta maaf.,." Yap Kiong Lee cepat menyahut
pula.
Jilid 37 Tamat
Tidak lama kemudian tamupun mulai berdatangan. Selain
para pejabat di kota itu, datang pula kawan-kawan akrab Ui
Bun Ting dari dunia persilatan. Mereka berbondong-bondong
datang untuk ikut memeriahkan perkawinan ketua Tiam-jongpai
itu. Sama sekali mereka semua tidak tahu bahwa orang
yang hendak mereka elu-elukan malam ini belum datang.
Yang sangat repot menyambut dan melayani pertanyaan
para tamu adalah su-te Ui Bun Ting tadi. Sebagai wakil tuan
rumah orang-tua itu harus dapat bersikap bijaksana terhadap
tamu-tamu kakak seperguruannya.
Demikianlah semakin malam tamu yang datang-pun
menjadi semakin banyak pula. Kursi di tengah pendapa telah
penuh tamu. Bahkan deretan kursi yang ditempatkan di
ruangan samping pendapa pun juga telah penuh pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Terpaksa para murid Tiam-jong-pai memasang kursi lagi di
halaman.
Namun demikian rombongan Ui Bun Ting belum juga tiba
dari kota Lai-yin. Tentu saja pihak tuan rumah menjadi gelisah
sekali. Terutama adik seperguruan Ui Bun Ting. Dengan peluh
bercucuran orang tua itu mondar-mandir kesana-kemari,
sambil sesekali menatapkan pandangannya keluar halaman,
kalau-kalau melihat kedatangan kakaknya.
Oleh karena itu ketika di jalan besar terdengar suara
gemuruh dan riuhnya derap kaki kuda, wajahnya seketika
menjadi cerah dan berseri-seri. Ia segera bangkit dari kursinya
dan bergegas turun ke halaman. Yap Kiong Lee dan Souw
Thian Hai pun segera mengikutinya pula. Kedua pendekar itu
tersenyum dan mengangguk kepada Liu Yang Kun sehingga
pangeran itu terpaksa bangkit pula mengikuti mereka.
“Maaf, Souw Hu-jin. Aku akan melihat suasana di jalan itu
pula...” pemuda itu minta diri kepada Chu Bwee Hong yang
duduk di dekatnya.
“Silakan, Pangeran. Biarlah aku menunggu di sini bersama
anakku.”
Suara gemuruh itu juga menarik perhatian para tamu yang
duduk di tempat tersebut. Namun mereka juga tidak begitu
mempedulikannya, karena mereka menyangka bahwa suara
itu adalah suara kedatangan para tamu pula. Mereka baru
menjadi kaget ketika puluhan pasukan berkuda yang
bersenjata lengkap memasuki halaman itu.
Namun demikian mereka tetap mengira bahwa salah
seorang tamu yang berpangkat tinggi datang dengan
diiringkan oleh para pengawalnya. Semua tamu baru merasa
kaget setengah mati ketika di belakang pasukan berkuda itu
tiba-tiba muncul sebuah kereta kerajaan yang di kanan-kirinya
dihiasi panji-panji kekaisaran. Malahan di kanan-kiri kereta
tersebut juga berbaris pula prajurit-prajurit Kim-i-wi dan Gin-iTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
wi (pengawal Kaisar berbaju emas dan perak) yang sangat
terkenal itu.
"Hong Siang...... ???” hampir semua tamu berbisik kaget.
Sementara itu Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai yang
melangkah di halaman ikut tertegun pula melihat kejadian
yang tidak disangka-sangka tersebut. Bergegas mereka
menyongsong ke depan mendahului adik seperguruan Ui Bun
Ting yang berdiri termangu-mangu di tengah halaman.
"Hong-siang...........! Benar-benar Hong-siang datang ! Eh,
Saudara Souw ......! Sungguh mengherankan sekali ! Mengapa
pula Hong-siang yang sudah bertahun-tahun tak mau
meninggalkan istananya itu kini tiba-tiba muncul di tempat
yang jauh ini ? Apakah yang telah terjadi ?” Yap Kiong Lee
berseru heran.
"Ehh, mana aku tahu ? Lebih baik Saudara Yap
menanyakannya saja secara langsung kepada prajuritprajuritmu
itu......."
Tapi ternyata Yap Kiong Lee tak perlu bertanya lagi.
Pendekar dari istana itu segera bisa menebaknya sendiri
tatkala melihat kehadiran adiknya diantara para prajurit
pengawal itu. Tentu adiknyalah yang membawa Hong-siang
itu kemari.
Para prajurit itu segera menebar dan bersiaga di halaman
rumah tersebut. Namun karena jumlah mereka memang
sangat banyak, maka sebagian besar juga masih tetap
bertebaran di jalan-raya.
Kereta yang ditumpangi kaisar Han berhenti di tengahtengah
halaman. Para prajurit Kim-i-wi dan Gin-i-wi yang
gagah-gagah itu segera berbaris rapat mengelilinginya. Yap
Tai Ciang-kun turun dari atas kudanya dan bergegas
menghampiri kereta.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi panglima besar tentara Kerajaan itu segera berhenti
ketika melihat Yap Kiong Lee dan Souw Thian Hai mendatangi.
"Twa-ko ...? Souw Tai-hiap.....,.?" sapanya gembira.
Souw Thian Hai mengangguk pula dengan hormat.
Sedangkan Yap Kiong Lee segera merangkul Yap Tai-ciangkun.
Liu Yang Kun berdiri saja di kejauhan.
"Kaubawa Hong-siang kemari ?" Yap Kiong Lee bertanya
pendek.
Yap Khim menarik napas panjang. Matanya nanar mencari
Liu Yang Kun.
"Aku tak bisa menghalangi kehendak Hong-siang untuk
segera melihat puteranya. Hm..... dimanakah Pangeran Liu
Yang Kun ?"
Yap Kiong Lee membalikkan tubuhnya, "Itu dia..........!"
katanya seraya mengarahkan pandangannya kepada Liu Yang
Kun.
Yap Khim tertegun sebentar, lalu menganggukkan
kepalanya kepada pemuda itu.
“Pangeran........!” sapanya hormat.
"Yap Tai-ciangkun, dimanakah anak itu....?" tiba-tiba
terdengar suara lantang dari dalam kereta.
Yap Khim cepat memberi hormat ke arah kereta. "Pangeran
ada disini, Hong-siang..,........."
Jawabnya tegas pula.
"Mana dia ......?"
Tiba-tiba pintu kereta terbuka lebar dan Kaisar Han Koucou
atau Kaisar Liu Pang itu melangkah keluar. Tubuhnya
yang tinggi besar itu masih tampak kokoh kuat meskipun
rambut dan cambangnya yang lebat itu sudah hampir putih
semuanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kecuali para pengawal, semua orang yang berada di
tempat itu segera berlutut. Demikian pula dengan Yap Kiong
Lee, Souw Thian Hai dan para undangan yang menghadiri
pesta pernikahan itu. Walaupun sedikit gugup dan ragu-ragu
Liu Yang Kun juga menekuk lututnya pula.
"Yang Kun, dimanakah dia.......?" karena tidak segera bisa
melihat Liu Yang Kun, Hong-siang itu menggeram marah.
Baik Yap Khim, Yap Kiong Lee, maupun Souw Thian Hai
cepat-cepat berpaling kepada Liu Yang Kun. Mereka bertiga
memandang pemuda itu dengan tajam, seperti menuntut agar
pemuda itu segera memperlihatkan diri kepada Hong-siang.
Liu Yang Kun yang untuk beberapa saat lamanya memang
seperti orang bingung itu akhirnya menyadari keadaannya. Ia
segera bangkit berdiri. Kemudian dengan wajah tertunduk ia
melangkah menghampiri ayahnya. Para pengawal Kim-i-wi dan
Gin-i-wi cepat menggerakkan ujung tombaknya ke depan. Siap
untuk menerjang Liu Yang Kun apabila pemuda itu berani
mengganggu junjungan mereka. Liu Yang Kun lalu berdiri
hanya beberapa langkah di hadapan Kaisar Han. Pemuda itu
lalu menengadahkan kepalanya, dan untuk beberapa waktu
lamanya dua pasang mata mereka saling menatap dengan
tegangnya.
"Ayahanda...........!" tiba tiba Liu Yang Kun berdesah
pendek serta menjatuhkan diri berlutut di depan Kaisar Han.
"Anakku.....!” Kaisar Han cepat mengelus pula kepala Liu
Yang Kun. Air matanya tampak menetes ke atas pipinya.
Hong-siang yang terkenal sangat keras hati itu ternyata dapat
juga meneteskan air mata.
Tapi suasana haru itu segera terputus pula oleh suara
derap kaki kuda yang berdentangan di jalan raya. Bahkan
diantara dencingnya suara tapal kaki kuda itu terdengar pula
suara derit roda kereta, yang dipacu dengan sekuat tenaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa itu.........?" Hong-siang menoleh ke arah Yap Khin
dan berdesis pendek.
Dan suara gemuruh itu berhenti tepat di depan rumah Ui
Bun Ting. Bagaikan kijang Yap Khim dan kakaknya melompat
menyibakkan prajurit-prajuritnya, kedua jagoan Kerajaan itu
saling berlomba menuju ke jalan raya.
"Siapa......?" Yap Khim bertanya kepada salah seorang
perwiranya yang berada di luar pintu gerbang halaman.
Perwira itu menunjuk ke arah Kereta yang berhenti di tepi
Jalan. "Rombongan dari kota Lai yin, Tai-ciangkun. Ketua
Partai Tiam-jong-pai dan anak muridnya," jawabnya hormat.
"Ooh !” Yap Kiong Lee berdesah lega, kemudian cepatcepat
menyongsong kedatangan pengantin tua itu.
"Nona Souw......!" pendekar dari istana itu menyapa halus
ketika berpapasan dengan puteri Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai.
Beberapa langkah dari kereta yang berhenti itu Yap Kiong
Lee berhadapan dengan Ui Bun Ting dan Han Sui Nio, calon
isteri ketua Partai Tiam-jong-pai itu. Orang tua itu tampak
terheran-heran menyaksikan para prajurit kerajaan yang
bertebaran di segala tempat tersebut.
"Yap Tai-hiap ? Ada apa ? Mengapa Tai-hiap membawa
prajurit sedemikian banyaknya ? Apakah kami mempunyai
kesalahan terhadap Hong-siang ?" Ui Bun Ting berseru kaget.
"Tidak ! Tidak ada apa-apa, Ui Ciang-kun ! Jangan salah
duga ! Kami memang sengaja datang untuk mengiringkan
Hong-siang kemari. Hong-siang berkenan untuk menghadiri
pesta perkawinanmu...” dengan sedikit berbohong Yap Kiong
Lee cepat-cepat memberi keterangan untuk meredakan
kekhawatiran Ui Bun Ting.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hah ? Hong-siang berkunjung kemari ? Yap Tai-hiap,
mana........mana aku berani menerima kunjungan Hong-siang
?" Ui bun Ting berdesah gugup.
Dan ketua partai Tiam-jong-pai itu semakin menjadi gugup
lagi ketika Yap Khim atau Yap Tai-ciangkun datang pula
mendekatinya.
"Yap Tai-ciangkun. selamat datang .,.....!" sapanya pelan.
"Selamat berjumpa, Ui Ciang-bun. Bagaimanakah khabar
Tiam-jong-pai selama ini ? Maaf, Kami terpaksa membuat
kaget Tiam-jong-pai dan Ui Ciang-bun hari ini. Hong-siang
berkenan datang ke sini untuk menemui puteranya, Pangeran
Liu Yang Kun. Dan tentu saja...... sekalian menghadiri
perkawinan Ui Ciang-bun!" Yap Khim berkata pula sambiI
mengangguk hormat.
"Pangeran Liu Yang Kun....... ? Pemuda.....yang menolong
aku itu? Beliau itu putera Hong-siang ?" Ui Bun Ting berseru
kaget seraya memandang ke arah Yap Kiong Lee.
"Benar, Ui Ciang-bun. Pemuda itu memang putera Hongsiang.
Karena menderita penyakit lupa ingatan, maka beliau
pergi meninggalkan istana untuk mencari obatnya, kini beliau
sudah sembuh dan berada di sini bersama aku. Dan berita
kesembuhan pangeran ini telah didengar pula oleh Hongsiang.
Itulah sebabnya junjungan kita itu berkunjung
kemari......" pendekar istana itu menjelaskan.
Akhirnya Ui Bun Ting seperti tersadar dari mimpinya.
Bergegas ketua partai Tiam-jong-pai itu menggandeng lengan
Han Sui Nio.
"Kalau begitu antarkanlah kami menemui Hong Siang…..!
Oh, jangan-jangan beliau tidak mendapatkan pelayanan yang
layak !" katanya tergesa-gesa.
Yap Kiong Lee dan Yap Tai-ciangkun cepat
mengiringkannya. Sambil berjalan kedua kakak-beradik itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkata bahwa Ui Bun Ting tak perlu bersusah-payah melayani
kedatangan hong-siang, karena kehadiran Hong-siang kali ini
memang mendadak serta di luar pengetahuan Ui Bun Ting
sendiri, apalagi Hong-siang sendiri juga tak suka disanjungsanjung
secara berlebihan pula.
Demikian gugup dan bingungnya Ui Bun Ting dan Han Sui
Nio sehingga mereka lupa kepada Tui Lan dan bayinya yang
masih berada di dalam kereta. Apalagi Tui Lan juga tak mau
keluar dari kereta itu, wanita muda itu tetap asyik menimangnimang
puterinya. Bahkan dia juga tetap diam pula ketika
kereta itu diparkir di seberang jalan.
Sementara itu dengan sikap yang masih sangat gugup Ui
Bun Ting berlutut di depan Hongsiang yang masih merangkul
kepala Liu Yang Kun.
“Hmm, Ui Ciang-bun.,. silakan berdiri !" Kaisar Han yang
sudah bisa mengendalikan perasaan harunya itu kemudian
memberikan perintahnya. "Aku sungguh berbahagia sekali
malam ini. Karena pesta perkawinanmu ini aku bisa
menemukan kembali puteraku yang hilang. Oleh karena itu
aku akan duduk di meja perjamuanmu sampai upacara yang
kauadakan selesai. Nah, marilah kita mulai upacaranya
sekarang ? Yang Kun, kau ikut aku !”
Selesai berbicara Kaisar Han melangkah menuju ke
pendapa. Diikuti oleh Ui Bun Ting, Yap Tai ciangkun, Yap
Kiong Lee, Souw Thian Hai dan para perwira pasukan
pengawal kaisar. Otomatis para tamu yang ada di dalam
pendapa segera menyibak dan menyingkir dari deretan kursi
utama.
Untuk beberapa langkah Liu Yang Kun memang mengikuti
langkah Kaisar Han. Namun ketika pandangan pemuda itu
tertumbuk pada wajah gadis ayu yang juga ikut berjalan di
belakang rombongan tersebut tiba-tiba langkahnya terhenti.
Matanya terbeliak lebar seakan-akan melihat sesosok hantu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Souw......? Kau ?” bibir Liu Yang Kun bergetar
menyebut nama gadis ayu namun berlengan satu itu. Matanya
tetap nanar seolah-olah baru saat itu ia melihat Souw Lian Cu.
Souw Lian Cu tersentak kaget pula. Gadis itu juga berhenti
melangkah, sehingga mereka berdua lalu berdiri berhadapan
dan ditinggalkan oleh rombongan mereka. Sejenak mereka
hanya saling berpandangan saja. Namun kali ini Souw Lian Cu
melihat adanya perubahan pada pandangan Liu Yang Kun.
Berbeda sekali dengan pandang mata pemuda itu kemarin.
Kini pandang mata pemuda itu telah kembali normal seperti
yang dikenalnya dulu.
"Pangeran .......?"
"Jangan panggil aku begitu ! Aku........” tiba-tiba Liu Yang
Kun berkata agak kesal. Tangannya mencengkeram lengan
Souw Lian Cu, sehingga gadis itu menjadi merah mukanya.
"Ah, Pangeran...... tanganmu menyakiti lenganku.”
“Hmm. biarlah. Aku ingin berbicara denganmu. Marilah kita
duduk di pendapa agar ayahandaku tidak mencari aku.........!"
"Tapi........tapi ........??”
"Dengar, Nona Souw ! tidak ada tetapi lagi sekarang. Ayoh
!” Liu Yang Kun berkata tegas dan menarik lengan Souw Lian
Cu ke pendapa.
Ketika lewat di dekat Kaisar Han, Liu Yang Kun diminta
duduk di sampingnya. Tapi pemuda itu dengan hormat
menolak. Sambil menuding kepada Souw Lian Cu pemuda itu
mencari tempat duduk yang lain. Dan ternyata Kaisar Han
tidak memaksanya. Kaisar yang bijaksana itu seperti
memaklumi hati puteranya.
Kebetulan Liu Yang Kun dan Souw Lian Cu memperoleh
kursi yang agak terpisah sehingga mereka berdua bisa
berbincang-bincang dengan leluasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Souw, aku.........."
"Ah, Pangeran jangan........ jangan begitu. Tidak enak
dilihat orang.” Dengan wajah merah Souw Lian Cu melepaskan
lengannya dari pegangan tangan Liu Yang Kun.
"Aku tidak peduli. Dan kukira juga tidak ada seorangpun
yang memperhatikan kita. Semuanya melihat ke rombongan
ayahanda Kaisar. Jadi kita bebas untuk saling berbicara disini.”
"Ya. Tapi.. tapi Pangeran jangan terlalu ........terlalu......,..?"
"Terlalu apa?”
Souw Lian Cu segera menundukkan kepalanya.
"Anu......Pangeran jangan terlalu mesra kepadaku ! Aku
merasa tidak enak kalau dilihat orang. Bukankah........
bukankah Pangeran sudah beristri ?”
“Heh......?"
Tiba-tiba Liu Yang Kun tercenung diam. Di dalam
pikirannya segera terbayang wajah Tiauw Li Ing yang genit
dan kejam itu.
“Eh......kau maksudkan puteri bajak laut yang bernama
Tiauw Li Ing itu ?" akhirnya pemuda itu berkata kesal.
"Ketahuilah, Nona. Aku belum pernah kawin dengan dia. Eh,
maksudku….. aku belum resmi menikah dengan gadis itu.
Semua yang telah terjadi itu hanyalah tipu-dayanya saja. Guru
gadis itu telah menanamkan beberapa buah jarum di kepalaku
sehingga aku menjadi lupa pada masa-laluku. Nah, selama itu
aku dibohongi dan dicekoki pengertian bahwa aku adalah
suami Tiauw Li Ing.........."
Souw Lian Cu tersenyum melihat kedongkolan Liu Yang
Kun.
"Sst ! Tenanglah, Pangeran! Jangan keras-keras begitu !
Nanti dilihat orang."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tapi…..tapi kau berprasangka yang bukan-bukan. Aku jadi
penasaran.”
Sekali lagi Souw Lian Cu tersenyum sehingga wajahnya
yang memang sangat cantik itu menjadi semakin manis dilihat
oleh Liu Yang Kun.
"Sudahlah, Pangeran. Sekali lagi, tenanglah ! Aku juga tidak
berprasangka pula secara membabi buta. Aku mempunyai
bukti yang sangat kuat……..”
"Nah ! Kau sudah memulainya kembali !” Liu Yang Kun
menjadi berang kembali. "Sudah kukatakan bahwa semuanya
itu hanya tipu-daya ! Antara aku dan Tiauw Li Ing.......”
"Sssst ! Aku tidak mengatakan hubungan Pangeran dengan
gadis itu......” dengan cepat Souw Lian Cu memotong. "Kalau
tentang gadis itu aku sudah bisa memakluminya ........"
Wajah Liu Yang kun tiba-tiba menjadi pucat. Matanya
terbeliak memandang Souw Lian Cu, hatinya menjadi kaget
dan bingung.
"Apakah.......apakah yang Nona maksudkan?" tanyanya
kemudian dengan suara gemetar. Namun di dalam hatinya
telah timbul bayangan yang sangat menakutkan.
"Sudahlah, Pangeran. Pembicaraan ini tak perlu
diperpanjang lagi. Diantara kita memang tidak pernah terjadi
apa-apa. Oleh karena itu pula kita tak usah mengungkit-ungkit
urusan pribadi masing-masing. Lihatlah, upacara perkawinan
telah hampir selesai. Sebentar lagi tentu akan diselingi dengan
pertunjukan dan hiburan yang amat menarik.”
Tapi bujukan gadis itu justru semakin memanaskan hati Liu
Yang kun. Pangeran muda itu justru bertambah berang dan
penasaran. Sikapnyapun menjadi bertambah berani pula.
“Tidak ! Aku tidak mau menghentikannya ! Aku justru akan
mengatakannya sekarang ! Dulu aku memang selalu raguragu
untuk mengeluarkannya ! Tapi sekarang...... tidak ! Nah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nona Souw......ketahuilah ! Aku mencintaimu ! Aku ingin
memperisterimu ! Apapun yang terjadi …”
Senyum yang tersungging di bibir Souw Lian Cu tiba-tiba
lenyap. Wajah itu seketika menjadi pucat pasi. Beberapa kali
kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, kalau-kalau ucapan
pemuda itu didengar oleh orang lain.
Tapi saat itu sebuah tarian kipas sedang dipertunjukkan
oleh sepuluh orang gadis, dan semua mata tertuju ke sana.
Tentu saja hati Souw Lian Cu menjadi lega. Namun demikian
untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, maka gadis itu
segera menyeret Liu Yang Kun keluar. Untunglah pada saat itu
pula beberapa orang tamu banyak yang hilir-mudik di pendapa
tersebut, sehingga kepergian mereka tidak menimbulkan
perhatian orang Iagi.
Mata para prajurit dan pengawal kaisar dengan tajam
menatap mereka ketika mereka melewati halaman. Namun Liu
Yang kun tidak peduli.
“Nona Souw..... Mengapa tiba-tiba kau membawa aku
keluar ? Apakah kali ini kau juga akan mengatakan
penolakanmu seperti dahulu, sehingga kau takut aku akan
mengamuk dan membuat onar di dalam pesta perkawinan ini
??” Liu Yang kun mendesak tak sabar ketika mereka telah
berada di pintu gerbang halaman.
"Sabarlah, Pangeran! Aku hendak menunjukkan sesuatu
pada Pangeran. Sebuah bukti bahwa apa yang kukatakan
tentang istri Pangeran tadi bukanlah mengada-ada.
Marilah.......!"
"Hah, Tiauw Li Ing lagi ! Bosan aku !” Tiba-tiba Souw Lian
Cu menghentikan langkahnya. Matanya yang indah itu
menatap mata Liu Yang Kun dengan tajamnya.
“Dengar, Pangeran ! Bukan gadis itu yang kumaksudkan !
Aku tidak berbicara tentang Tiauw Li Ing ! Aku berbicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentang wanita yang lain !" Sekali lagi hati Liu Yang Kun
tergetar.
“Lalu......lalu siapakah yang kaumaksudkan ?"
Souw Lian Cu kembali melangkah. "Ikutlah aku ! Nanti
Pangeran akan mengetahui sendiri........"
Dengan hati berdebar-debar penuh tanda tanya Pangeran
Liu Yang Kun terpaksa mengikuti langkah Souw Lian Cu.
Namun di luar pintu halaman mereka dihadang oleh seorang
perwira tua. Dan perwira tua itu segera mempersilakan
Pangeran Liu Yang Kun untuk kembali lagi ke dalam gedung.
“Maafkan kami, Pangeran. Kami semua mendapat tugas untuk
menjaga pintu gerbang halaman ini. Tidak seorangpun
diperkenankan keluar oleh Hong-siang, sebelum Hong-siang
sendiri keluar dari dalam gedung ini. Oleh karena itu...... “
“Jadi ......akupun tidak boleh keluar pula dari tempat ini ?”
Liu Yang Kun memotong dengan kening berkerut.
“Maaf, Pangeran. Bukan maksud kami untuk menghalanghalangi
Pangeran. Tapi kami takut mendapat murka dari
Hong-Siang apabila kami melalaikan tugas ini.”
Liu Yang Kun memandang Souw Lian Cu. Dan gadis ayu itu
segera melangkah ke depan perwira tua tersebut.
“Maaf. Sebenarnya Pangeran Liu Yang Kun juga tidak akan
pergi kemana-mana. Beliau hanya mau mengambil sesuatu di
kereta yang diparkir di seberang jalan itu. Apakah hal ini juga
tidak diperbolehkan ?" dengan pintar Souw Lian Cu mencari
alasan.
Ternyata perwira tua itu menjadi bingung dan ragu-ragu
pula.
"Ini......ini...ehm baiklah ! Tapi perbolehkanlah Kami
mengawal Pangeran ke sana," akhirnya perwira tua itu
mengambil keputusan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, Souw Lian Cu terpaksa menyetujui syarat itu
agar tidak terjadi kericuhan di tempat tersebut. Bersama
Pangeran Liu Yang Kun dan perwira tua itu dia pergi
menyeberangi jalan. Dengan langkah mantap dia menuju ke
kereta yang tadi dipakai oleh Ui Bun Ting.
Di samping kereta itu Souw Lian Cu berhenti. Ditatapnya
mata Pangeran Liu Yang Kun sejenak, kemudian ditunjuknya
pintu kereta yang tertutup rapat.
"Silakan Pangeran menjenguk ke dalam. Bukti yang
kukatakan itu berada di dalam kereta ini. Silakan......!" dengan
suara yang tiba-tiba berubah serak dan gemetar Souw Lian Cu
berkata kepada Pangeran Liu Yang Kun.
Tentu saja Liu Yang Kun yang belum tahu arah tujuan
Souw Lian Cu itu menjadi ragu-ragu. Namun demikian
keinginan tahunya segera mendesak di dalam pikirannya.
Dengan sangat hati-hati ia membuka pintu kereta itu.
"Hah......??? Tui Lan ........???”
Pangeran Liu Yang Kun meloncat surut seraya menjerit
kaget. Matanya melotot menatap Tui Lan yang duduk bengong
menggendong bayinya. Berulang kali Pangeran Liu Yang Kun
mengucak-ucat matanya.
Tapi ketika wajah Tui Lan yang ada di dalam kereta itu
tidak juga hilang dari pandangannya, maka Pangeran Liu Yang
Kun baru yakin bahwa ia tidak sedang bermimpi. Wanita yang
duduk di dalam kereta itu benar-benar Tui Lan istrinya yang
selama ini telah dianggapnya mati.
"Tui Lan......! Betulkah engkau....... Tui Lan?" desahnya
kemudian dengan napas terengah-engah.
Tapi berbeda dengan Pangeran Liu Yang Kun yang menjadi
kaget oleh perjumpaan tersebut, Tui Lan sebaliknya sama
sekali tidak merasa kaget. Sejak semula gadis itu memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah membayangkannya. Bahkan apa yang hendak
dilakukannya juga telah dipikirkannya pula.
Meskipun demikian ketika pertemuan tersebut benar-benar
terjadi, ternyata sulit juga bagi Tui Lan untuk bersikap tenang.
Melihat sikap yang diperlihatkan oleh suaminya tadi hatinya
kembali Iuluh.
“Ko-ko.......??" bisiknya pula sambil mencucurkan air mata,
"Lan-moi......!" Liu Yang Kun berdesah haru.
Dan keduanya lalu saling berpelukan dengan erat. Tui Lan
sampai lupa bahwa dia sedang menggendong bayinya,
sehingga bayi itu menangis keras karena terhimpit tangan Liu
Yang Kun.
Otomatis Liu Yang Kun melepaskan pelukannya. Wajah
pemuda itu penuh curiga ketika memandang bayi tersebut.
"Siapakah dia ? Anakmu ? Kau sudah kawin lagi ?”
Tui Lan menggelengkan kepalanya. Bibirnya tersenyum
ketika memandang kearah suaminya. Dan bayi yang sedang
menangis itu tiba-tiba ia serahkan kepada Liu Yang Kun!
"Ko-ko, anak ini adalah anak kita. Mengapa kau sama sekali
tak merasakannya ? Lihat, wajahnya mirip wajahmu.....,”
"Apa.......???” Pangeran Liu Yang Kun tersentak kaget, dan
tiba-tiba saja lengannya yang panjang itu menyambar bayi
tersebut.
"Anak ini anak kita ?" pekik Liu Yang Kun gembira. "Benar.
Aha, benar. Kau memang telah hampir melahirkan ketika kita
berpisah dulu. Wah ........sungguh cantik sekali anak ini.
Siapakah namanya?"
“Chu Siok Eng.”
"Chu Siok Eng........?" Liu Yang Kun tersentak bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Tui Lan tersenyum. Kemudian diceritakannya
pengalamannya dulu. Bagaimana dirinya dilontarkan oleh arus
air Telaga Tai-ouw. Lalu bagaimana pula ia ditolong oleh
keluarga Chu Seng Kun dari kebiadaban kawanan bajak laut
yang mengejar-ngejarnya.
Demikian asyiknya mereka bercerita sehingga mereka tidak
mengacuhkan lagi pada orang-orang, yang kemudian datang
mendekati kereta itu. Barulah mereka menjadi kaget ketika
perwira tua yang mengikuti Liu Yang Kun tadi menegur
mereka.
"Pangeran …? Mungkin ada sesuatu yang dapat kami bantu
?"
"Eh-oh.......?” Liu Yang Kun tergagap sadar dan bergegas
turun dari tangga kereta, Chu Siok Eng tampak tertidur pula di
pelukannya.
Dan perwira tua itu segera melangkah maju pula mendekati
Liu Yang Kun.
"Apakah Pangeran membutuhkan seorang dayang untuk
merawat anak itu,” ia menawarkan lagi bantuannya.
Tapi pada saat itu pula tiba-tiba Liu Yang Kun teringat
kembali kepada Souw Lian Cu. Gadis ayu itu tidak ada lagi di
tempat tersebut.
“Hei.....anu, eh...... di manakah dia tadi ?" Liu Yang Kun
berseru kepada perwira tua itu.
"Siapa yang Pangeran maksudkan ? Pendekar wanita yang
datang bersama Pangeran ? Ah, dia sudah pergi sejak tadi.
Sejak Pangeran membuka pintu kereta itu........" perwira tua
itu cepat menyahut.
"Pergi ? Pergi kemanakah dia ?" Tui Lan yang kemudian
berdiri di belakang Liu Yang Kun itu berseru kecewa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Liu Yang kun menoleh ke arah Tui Lan. "Kau......
kau sudah mengenal dia pula ?"
Tui Lan menatap wajah Liu Yang Kun lekat-lekat. Dan tibatiba
matanya berkaca-kaca. Sehingga ketika akhirnya ia
menganggukkan kepalanya, maka air yang bening itu meleleh
membasahi pipinya.
"Maafkan aku, ko-ko. Di dalam perjalanan tadi aku dan Liingkong
(Dewi Penolong) memang telah berbicara banyak
tentang diri kita masing-masing. Dan aku tak tega menyimpan
rahasia seperti membohonginya terus-menerus mengenai
diriku, padahal aku tahu bahwa dia adalah kekasihmu dan
calon istrimu yang sesungguhnya. Ia benar-benar seorang
wanita yang sangat mulia. Aku dan anakmu ini telah
berhutang nyawa kepadanya. Bahkan sebagian dari
darahnyapun telah masuk dan mengalir pula di dalam
tubuhku........”
"Jadi...... jadi kalian berdua juga sudah saling mengetahui
persoalan.....persoalan kita masing-masing ?" dengan suara
lemah dan getir Liu Yang Kun bergumam seperti kepada
dirinya sendiri.
Tui Lan pun tak kuasa lagi menjawab. Gadis yang juga
telah sarat dengan beban kesengsaraannya itu hanya bisa
menganggukkan kepalanya. Namun isyarat tersebut sudah
cukup untuk melemahkan seluruh sendi-sendi tulang Liu Yang
Kun.
"Oooh..........!" pemuda itu berdesah panjang seraya
memandang jauh kedalam kegelapan. Semangatnya terasa
hilang. Seperti ada sesuatu yang terbang dari lubuk hatinya.
"Pangeran......?" perwira tua itu kembali menyela untuk
menghilangkan suasana aneh yang tidak dimengertinya itu.
Liu Yang Kun hanya melirik sekejap. Kemudian seperti
orang linglung ia melangkah kembali ke gedung Tiam-jongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pai. Chu Siok Eng yang masih kecil itu tetap pula di dalam
gendongannya.
Tapi dengan langkah tergesa Tui Lan mengejarnya.
"Ko-ko. hendak kau bawa kemana anak kita? Jangan
dibawa kemana-mana ! Berikan dia kepadaku............. !”
ujarnya khawatir.
"Oooh !" Liu Yang kun tiba-tiba tersentak kaget, kemudian
dengan tergesa-gesa pula memberikan bayi itu kepada Tui
Lan. "Ini.....ini.,..terimalah ! Aku.......... aku hanya ingin
mengajaknya mencari Souw Lian Cu. Mungkin….. mungkin dia
kembali ke dalam gedung itu."
Sambil mendekap anaknya erat-erat Tui Lan menatap
wajah suaminya. Matanya yang indah itu kembali berkacakaca.
Tampak mendung kesedihan menggayut di matanya.
"Ko-ko......kuatkanlah hatimu. Kau tak perlu lagi
mencarinya. Seperti juga kau nanti tak perlu mencariku pula.
Dia telah pergi jauh. Demikian juga dengan aku nanti. Kami
berdua telah sama-sama berikrar serta berjanji untuk samasama
pergi jauh dan,.....melupakanmu !"
"Tui Lan..........”
“Nah, ko-ko ...... peliharalah dirimu baik-baik ! Selamat
tinggal !”
Tiba tiba Tui Lan melesat pergi, menerobos di kegelapan
malam. Liu Yang Kun hendak mengejar, tapi perwira tua itu
cepat menghadangnya.
"Pangeran..... Lihat ! Hong-siang sudah keluar ! Beliau
mencari paduka," perwira tua itu berkata keras seraya
menunjuk ke arah pintu halaman gedung Tiam-jong-pai.
Pangeran Liu Yang Kun tertegun. Ayahandanya benarbenar
datang menghampirinya. Beliau diiringkan oleh Yap Taiciangkun
dan Yap Kiong Lee. Sementara para perwira dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
para prajurit yang menjaga keselamatannya tampak sibuk
bersiap-siap meninggalkan tempat itu.
Liu Yang Kun menghela napas panjang, ketika dicobanya
untuk melihat kemana Tui Lan tadi pergi, gadis itu telah
lenyap ditelan oleh kegelapan. Kembali terasa ada sesuatu
yang tanggal dan hilang di dalam hatinya.
“......Lian Cu...... Tui Lan......” rintihnya pedih.
"Yang Kun ! Apa yang kaulakukan di sini? Ayoh, kita
kembali ke pesanggrahan !” Kaisar Han tiba-tiba berkata.
“Marilah, Pangeran!" Yap Kiong Lee datang mendekat dan
ikut membujuknya pula.
Bagai kerbau yang dicocok hidungnya Liu Yang Kun
menurut saja ketika lengannya dituntun pendekar dari istana
itu. Rasa-rasanya tiada lagi semangatnya yang tersisa.
Semuanya seperti terbawa oleh kepergian Souw Lian Cu dan
Tui Lan.
Ketika kaki pemuda itu hendak naik ke kereta
ayahandanya, dari sebelah barat muncul serombongan tamu
yang hendak menghadiri pesta pernikahan itu pula. Dan Liu
Yang Kun segera mengenal dua orang diantaranya. Mereka itu
adalah rombongan dari aliran Im-Yang-kauw dan dua orang
yang telah dikenal oleh Liu Yang Kun itu adalah Toat-beng-jin
serta Tong Ciak.
Tokoh-tokoh Aliran Im-Yang-kauw itu kelihatan terkejut
melihat panji-panji dan prajurit-prajurit yang bertebaran
mengelilingi sebuah kereta Kerajaan itu. Mereka hampir saja
meninggalkan jalan itu bila kemudian mereka tidak melihat
Pangeran Liu Yang Kun yang telah mereka kenal itu.
“Saudara Yang Kun, apa khabar ?” Toat-beng-jin berseru
gembira dan bergegas menghampiri kereta.
Tapi dengan cepat para pengawal Kim-i-wi mencegat
mereka. Terpaksa Liu Yang Kun yang telah kehilangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semangat hidup itu mengurungkan niatnya untuk menaiki
kereta. Dengan langkah lesu pangeran muda itu menghampiri
mereka.
“Lo-cianpwe........?" pemuda itu menyapa puIa setelah lebih
dulu menyibakkan para prajuritnya.
"Pangeran..........? Siapakah mereka?" seorang perwira
segera mendekati Liu Yang Kun dan bertanya dengan suara
curiga.
Liu Yang Kun menoleh, “Ciang-kun tak perlu
mengkhawatirkan mereka. Mereka semua adalah temantemanku.
Mereka adalah tokoh-tokoh Aliran lm-Yang-kauw
yang selama ini selalu membantu kerajaan.”
"Oh !” perwira itu berdesah lega, kemudian melangkah
mundur.
"Pangeran......??” sebaliknya Toat-beng-jin dan kawankawannya
berseru kaget mendengar panggilan terhadap Liu
Yang Kun tersebut. Baru sekarang mereka menyadari siapa
sebenarnya Liu Yang kun selama ini.
Dan kenyataan itu benar-benar membuat hati mereka
menjadi kikuk. Dengan tergesa-gesa Toat-beng-jin meminta
diri dan mengajak kawan-kawannya masuk ke halaman rumah
Ui Bun Ting.
"Maafkanlah kami, Pangeran. Kami semua benar-benar
tidak tahu, sehingga selama ini kami selalu menganggap
Pangeran sebagai sahabat kami. Maafkanlah kami. Kami….
kami sekarang sudah tidak berani lagi mengharapkan
kehadiran pangeran di tempat perkumpulan kami," sebelum
hilang di balik gapura halaman Toat-beng-jin berkata kepada
Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun mengerutkan keningnya. Pemuda itu jadi
ingat kembali pada peristiwa beberapa tahun berselang, ketika
ia berkenalan pertama kali dengan tokoh aliran Im-Yang-kauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Tokoh itu telah membujuknya untuk memasuki aliran
tersebut. Bahkan orang tua itu selalu mengundangnya agar ia
mau mengunjungi kuil mereka.
Dalam keadaan patah hati dan kehilangan semangat seperti
sekarang, tiba-tiba muncul keinginan Liu Yang kun untuk
menuruti keinginan itu. Menjadi pendeta dan melepaskan
semua pikiran yang meresahkan hatinya.
"Lo-cianpwe, jangan khawatir ! Lain hari aku benar-benar
akan mengunjungi kuilmu !" serunya kemudian dengan suara
mantap.
Demikianlah, dengan semangat yang masih tetap lesu, Liu
Yang Kun mengikuti rombongan Kaisar Han Kou-cou kembali
ke Kota raja. Di sepanjang jalan, pemuda itu tak pernah
mengeluarkan suara apabila tidak diajak bicara oleh
ayahandanya. Namun anehnya, Kaisar seperti tak
mengacuhkan perubahan sikap putranya itu. Bahkan kaisar itu
sering melirik dan tersenyum sendiri tanpa sepengetahuan Liu
Yang Kun. Seperti ada sesuatu yang dirahasiakan oleh Kaisar
Han terhadap putranya.
Dua hari kemudian rombongan itu telah tiba di kota raja
dan sambutan untuk mereka benar-benar meriah bukan main.
Hampir di seluruh bagian kota itu dihias dengan indahnya.
Ucapan-ucapan selawat datang yang ditujukan kepada Liu
Yang Kun tampak terpancang dimana-mana. Dan teriakanteriakan
gembira menyambut kedatangan pangeran muda itu
juga terdengar pula dengan riuhnya.
"Hidup Pangeran muda......! Hidup Pangeran muda..........!”
"Lihat dan dengarlah, anakku ? Mereka semua menyambut
kedatanganmu dengan sangat bergembira ! Apakah kau tidak
menyukainya ?” Kaisar Han berbisik kepada Liu Yang Kun.
Dengan sangat lesu dan amat terpaksa sekali Liu Yang Kun
menganggukkan kepalanya. Bibirnya sedikit tersenyum,
meskipun hatinya tetap terasa hampa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Ayahanda," jawabnya kemudian dengan
nada datar. "Hamba benar-benar tidak menyangka kalau akan
memperoleh sambutan seperti ini. Hmm, bagaimana mungkin
orang orang itu tahu kalau hamba hendak pulang ?"
Kaisar menatap Liu Yang kun lekat-lekat, lalu tertawa.
"Tentu saja para petugas kita yang memberitahukan hal itu
kepada mereka. Mereka adalah rakyat kita. Dan mereka
sangat mencintaimu. Itulah sebabnya mereka sangat gembira
sekali melihat kedatanganmu,.........."
Di pintu istana mereka kembali disambut oleh para
punggawa dan kerabat keraton. Semuanya mengelu-elukan
kedatangan Hong-siang dan Liu Yang Kun. Kemudian
berbondong-bondong mereka mengikuti rombongan Kaisar
Han melalui halaman tengah istana yang sangat luas itu,
menuju ke bangunan induk. Di pendapa depan dari bangunan
induk itu seluruh rombongan pengantar terpaksa berhenti,
mereka tidak diperbolehkan lagi memasuki halaman dalam.
Di tempat itu telah dijaga ketat oleh pasukan Gin-i-wi yang
berbaju perak itu, mereka tampak garang-garang dan tangguh
luar biasa. Dan tak seorangpun yang mereka perbolehkan
masuk selain Baginda Kaisar beserta kerabat-kerabat
dekatnya. Oleh karena itu hanya Liu Yang Kun beserta dua
Saudara Yap itu sajalah yang kini tinggal menyertai Kaisar
Han.
Bahkan ketika sudah menyeberangi halaman dalam dan
hendak memasuki gapura bercat emas di sebelah dalam, dua
Saudara Yap itupun juga tidak diperbolehkan pula mengikuti
mereka. Di mulai dari gapura tersebut kekuasaan telah
digantikan oleh pasukan pengawal Kim-i-wi.
"Hong-siang........! Kami berdua hanya mengantar sampai
disini saja.” Yap Tai-ciangkun menjura dengan sangat hormat.
Kaisar Han Kao-cou berhenti melangkah. "Terima kasih.
Kalian benar-benar sangat berjasa. Aku tak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melupakannya. Nah, sekarang kalian berdua boleh kembali ke
tempat kalian masing-masing. Keluarga kalian telah lama
menunggu kedatangan kalian. Selamat beristirahat.........!”
Di pintu ruang dalam Hong-siang dan Liu Yang kun
disambut oleh seorang wanita muda yang amat cantik. Wanita
berusia sekitar tigapuluhan tahun itu menyanbut kedatangan
Kaisar Han bersama-sama dengan belasan wanita yang lain
pula. Mereka semua mengenakan pakaian yang biasa
dikenakan oleh keluarga atau isteri seorang raja.
Ketika wanita cantik itu berdatang sembah di hadapan
Kaisar Han, tiba-tiba dari ruang dalam muncul empat orang
anak lelaki yang umurnya hampir sebaya satu sama lain.
"Ayahanda ......?” mereka semua berteriak kegirangan dan
menubruk serta bergantungan di lengan Kaisar Han.
Kaisar Han tampak sangat berbahagia pula. Sambil
menggendong salah seorang di antara anak-anak itu Kaisar
Han menuding ke arah Liu Yang Kun.
"Lihat pemuda itu ! Dialah kakak kalian yang selama ini
selalu ayahanda ceritakan. Gagah sekali, bukan ?”
"Ko-ko ! ko-ko......! Ko-ko........!” empat orang anak itu
kemudian berteriak-teriak pula kepada Liu Yang Kun.
Sekejap Liu Yang Kun menjadi gugup. Apalagi ketika semua
mata wanita yang ada di dalam ruangan ini memandang
kepadanya.
“he-he-he........! Mengapa kau lantas menjadi bingung di
sini ? Ini semua adalah keluarga kita. Anak-anak ini adalah
adik-adikmu. Sementara semua wanita itu adalah ibu-ibumu."
Hong-siang berkata keras seraya menepuk-nepuk pundak Liu
Yang Kun.
Dan Liu Yang Kun pun segera membalas pula pelukan adikadiknya.
Kemudian pemuda itu juga membalas pula
penghormatan selir-selir Ayahnya. Namun demikian pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu tetap bersikap lesu dan kurang gembira. Semakin sering
dan semakin banyak ia melihat wajah wanita, maka semakin
tebal pula bayangan wajah Tui Lan dan Souw Lian Cu di
matanya.
Tampaknya Hong-siang selalu memperhatikan kekecewaan
puteranya itu. Oleh karena itu sambil tertawa Hong-siang
berseru kepada permaisurinya, si wanita cantik berusia
tigapuluhan tahun tadi.
"Liong-hui,.....! Coba bawa kemari calon menantu kita ! Aku
akan melihat, apakah anakku ini masih akan bersikap lesu
begini ?”
"Baik, Hong-siang..........” wanita cantik yang dipanggil
dengan nama Liong-hui itu menjawab, kemudian pergi ke
ruang dalam bersama beberapa orang selir yang lain.
“Ayahanda ........? Apa-apaan ini ? Apa maksud ayahanda
?" Liu Yang kun dengan kaget memprotes.
Hampir saja Liu Yang Kun meninggalkan ruangan itu kalau
tiba-tiba dari ruang dalam tidak muncul dua orang wanita
yang membuatnya kaget setengah mati!
"Nona Souw ........? Tui Lan......?" pekiknya hampir tak
percaya.
“Pangeran........!" Souw Lian Cu dan Tui Lan tersenyum
sambil menundukkan kepalanya.
Liu Yang Kun memandang Kaisar Han. "Ayahanda......?
Ini.......Ini......? Apakah kehendak Ayahanda sebenarnya ?
Mengapa mereka tiba-tiba berada di sini ?"
"Lhoh.......? Bukankah kau mencintai mereka? Apa salahnya
bila aku melamar mereka untukmu ?" Kaisar Han berpura-pura
kaget, padahal bibirnya tak henti-hentinya tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Tapi...... tapi bukankah mereka berdua telah pergi jauh ?
Bagaimana Ayahanda dapat menemukan tempat tinggal
mereka ?"
Kaisar Han tertawa gelak-gelak, suatu yang sama sekali tak
pernah dia lakukan dalam beberapa tahun ini.
“Ho-ho-ho-ho........Anak Bodoh ! Ayahmu sudah tua. Tentu
saja bisa membaca apa yang terkandung di dalam hati
anaknya. Begitu aku tahu kau tidak mau duduk bersama aku
di pesta perkawinan Ui Bun Ting itu dan memilih duduk
berdua dengan gadismu itu, maka aku sudah bisa menduga
apa yang sedang terjadi di dalam dirimu. Tentu saja aku
segera mencari tahu, siapa gadismu itu, dan kemudian
melamarnya sekalian setelah kutahu dia putri Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai, hahaha!"
"Ah, Ayahanda............."
"Tapi ketika kulihat kalian bertengkar dan keluar dari
tempat pesta itu, aku buru-buru memerintahkan Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai dan Hong-lui kun Yap Kiong Lee untuk
mengikuti kalian. Ternyata kalian berselisih paham karena ada
gadis lain yang juga mencintaimu. Bahkan gadis itu telah
mempunyai anak denganmu."
"Dia...... dia kawin dengan hamba ketika kami sama-sama
hidup di..... di lorong-lorong gua itu, Ayah. Kami..., kami saling
mencintai......"
Kaisar Han Kou-cou mengangguk. "Aku sudah tahu. Kau
memang tidak bisa meninggalkan dua-duanya. Keduanya
sama berat bagimu. Oleh karena itu aku lalu mencarikan jalan
keluar untukmu. Kuhubungi orang tua Tui Lan, yang ternyata
adalah isteri Ui Bun Ting sendiri. Kulamar sekalian anaknya
agar jadi istrimu yang resmi. ha-ha-ha.......! Jadi di dalam
pesta perkawinan Ui Bun Ting itu, aku sekaligus melamarkan
dua orang istri untukmu, ha-ha-ha-ha..........!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi malam itu........baik Souw Lian Cu maupun Tui Lan
telah menghilang dari tempat pesta itu !"
"Ha-ha-ha...... kau memang benar-benar anak bodoh ! Apa
gunanya aku mengutus Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, kalau aku tak yakin mereka bisa
mengatasi semua masalah yang kuhadapi ? Apa sulitnya
mencegah kepergian istrimu itu, ha-ha-ha......! Bukankah
demikian, Souw Tai-hiap ?" tiba-tiba Kaisar Han berseru keras.
"Ah, Hong-siang bisa saja.......!” mendadak terdengar suara
jawaban pendekar sakti itu dari dalam ruangan.
Pangeran Liu Yang Kun berseru kaget. Dari ruangan dalam
dilihatnya ayah Souw Lian Cu itu keluar bersama Chu Bwee
Hong, isterinya. Bahkan di belakang mereka itu muncul pula
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee dan adiknya, Yap Tai-ciangkun,
yang tadi telah meminta diri untuk kembali pulang ke rumah
mereka masing-masing.
“Ayahanda......” Liu Yang Kun tersipu-sipu.
Tiba-tiba Kaisar Han Kou-cou berkata serius, "Yang Kun !
Semua ini memang telah kami persiapkan untukmu. Kedua
orang kekasihmu itu telah setuju pula. Maka bulan depan
istana ini akan merayakan pesta perkawinan kalian secara
besar-besaran ! Nah, sekarang kalian boleh berbicara sepuaspuasnya.
Kami semua akan masuk kedalam……" selesai bicara
Kaisar Han mengajak semua orang yang ada di dalam ruangan
tersebut masuk ke dalam. Mereka meninggalkan Liu Yang Kun
dan kedua calon istrinya di tempat itu.
Tapi lama sekali mereka bertiga hanya saling
berpandangan saja. Tak seorang yang mau mendahului
berbicara. Namun di dalam adu pandang tersebut mereka
bertiga seolah-olah telah saling berbicara satu sama lain. Dan
itu telah lebih dari cukup bagi mereka.
"Ko-ko........!" Souw Lian Cu dan Tui Lan berdesah hampir
berbareng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Lian Cu..... Tui Lan……..!"
Dan mereka bertigapun lalu saling berpelukan dengan
hangatnya, seolah-olah mereka bertiga itu telah berikrar untuk
saling mengasihi satu sama lain, saling mecintai satu sama
lain. Hidup rukun bersama-sama.
Mereka baru melepaskan pelukan masing-masing ketika
dari ruangan lain tiba-tiba terdengar suara tangis Chu Siok
Eng yang keras.
"Hei...... Siok Eng sudah bangun !” Souw Lian Cu berseru,
lalu berlari ke dalam ruangan itu.
Dan Liu Yang Kun bersama Tui Lan pun segera berlari
mengejarnya pula. Mereka semua benar-benar tampak
berbahagia sekali.
— SEKIAN — Yogyakarta, 33 Oktober 1985
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru