Senin, 23 April 2018

Memburu Iblis 5 Cerita Senonoh

------
Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa Liu Yang Kun tidak
binasa setelah menerima gigitan ular berbisa itu?
Bahkan, mengapa pula pemuda itu seperti tidak
terpengaruh oleh Asap Pengantar Tidur tadi?
Seperti telah diketahui, di dalam tubuh Liu Yang Kun sendiri
juga bersemayam kadar racun yang sangat tinggi. Bahkan
racun tersebut telah menyatu dengan darah, sehingga
pemuda itu merupakan manusia beracun yang sangat
berbahaya pula. Namun bukan hal itu yang menyebabkan
pemuda tersebut lolos dari racun Ular Madu Lebah maupun
Asap Pengantar Tidur tadi, karena semenjak meminum darah
Ceng-liong-ong, racun itu telah tawar atau telah hilang dari
tubuhnya. Tapi-Po-tok-cu atau Pusaka Mustika Racun-lah yang
menyebabkan pemuda itu terhindar dari maut.
Dalam keadaan yang sangat berbahaya tadi, Liu Yang Kun
segera teringat akan Po-tok-cu miliknya. Cepat benda itu
dikulum di dalam mulutnya, lalu dikerahkannya pula Liong-cui-
kangnya, sehingga dengan cepat pula khasiat itu menyebar
ke dalam tubuhnya. Dan sebentar saja khasiat dari mustika
racun tersebut telah mendesak keluar semua racun yang
masuk ke dalam tubuhnya. Bahkan pengerahan tenaga dalam
yang sangat berlebihan itu menyebabkan badan Liu Yang Kun
mengeluarkan bau yang khas, yaitu bau amis ular.
Dan bau amis itu ternyata mempunyai pengaruh yang
sangat hebat terhadap Ang-leng-coa dan Ular Madu Lebah.
Ketiga ekor ular yang dipegang oleh murid-murid Giok-bin
Tok-ong tersebut tiba-tiba terkulai jatuh ke tanah, kemudian
merayap dengan ketakutan ke depan Liu Yang Kun. Seperti
pesakitan yang sedang menunggu keputusan hukumannya,
ketiga ekor ular itu tergolek lesu di depan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja hal itu sangat mengejutkan Kim Hong San dan
Nyo Kin Ong. Dan rasa kaget tersebut semakin bertambah
menjadi-jadi pula ketika tiba-tiba mereka menyaksikan
belasan, bahkan berpuluh-puluh ekor ular dari berbagai
macam jenis, tampak bermunculan dari semak-semak di
sekitar mereka. Ular-ular itu menjalar berbondong-bondong
mengelilingi Liu Yang Kun. Puluhan ekor ular itu kelihatan
agak segan dan takut kepada pemuda aneh tersebut. Mereka
berderet-deret rapi dengan kepala tertunduk.
"Kim su-heng.......? A-apa apa apaan ini?" Nyo Kin Ong
berseru gemetar. Mukanya pucat dan tanpa terasa kakinya
melangkah mundur menjauhi arena.
Ternyata Kim Hong San sendiri juga menjadi bingung
melihat peristiwa yang tak diduganya itu. Namun sebagai
murid tertua dari Giok-bin Tok-ong, kecerdikannya dalam
merangkai sesuatu hal atau sesuatu peristiwa, ternyata juga
tidak kalah dengan gurunya. Sebentar saja ia segera bisa
menebak apa yang kiranya telah terjadi.
"Nyo su-te......! Hanya ada dua orang yang mampu berbuat
seperti pemuda itu di dunia ini, yaitu su-hu sendiri dan.....
mendiang Ang-leng Kok-jin !"
"Benar, su-heng .......kau be-benar. Aku pun pernah
melihatnya pula. Hanya su-hu dan mendiang Ang-leng Kok-jin
yang mampu berbuat seperti ini."
"Kau tahu sebabnya mengapa mereka bisa berbuat
demikian?"
"Tentu saja, su-heng. Su-hu ditakuti ular karena beliau
memiliki Po-tok-cu. Lalu ketika Po-tok-cu itu dicuri oleh suheng
Ang-leng Kok-jin, su heng pun lantas ditakuti pula oleh
ular-ular itu."
“Huh.......kamu masih saja memanggil su-heng kepada
pengkhianat itu?" Kim Hong San menghardik su-tenya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan aku, su-heng............" Kim Hong San lalu
menghela napas dalam-dalam. Ditolehnya adik
seperguruannya itu sambil berdesah perlahan. "Nah.......
sekarang apa pikiranmu setelah pemuda itu juga mampu
berbuat seperti su-hu dan Ang-leng Kok-jin?"
Tiba-tiba mata Nyo Kin Ong terbelalak. "Hei? Apakah dia.....
dia... eh? Apakah Ang-leng Kok-jin telah memberikan Po-tokcu
itu kepadanya?" desahnya serak seakan mau berteriak.
Kim Hong San mengangguk. "Tampaknya memang
demikian. Entah diberikan atau tidak, tapi yang jelas pemuda
itu tentu membawa Po-tok-cu sekarang. Dan hal itu berarti
segala macam senjata beracun yang kita bawa tidak akan
berguna terhadap dia."
"Ooh..... jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? Lari
meninggalkan dia? Lalu......bagaimana dengan buku itu?
Bagaimana su-hu nanti menanyakannya?"
"Hus! Mengapa kita harus lari? Bukankah kita masih
memiliki berbagai macam senjata yang dapat kita andalkan
pula? Apa kau lupa pada pek-lek-tan kita?" Kim Hong San
mendengus marah.
"Oh, benar......" Nyo Kin Ong yang berangasan itu tiba-tiba
tersenyum lega. Tapi senyum segera hilang tatkala matanya
memandang ke arah arena lagi.
Ternyata sesuatu telah terjadi pula di dalam arena. Entah
bagaimana asal mulanya, namun sekarang puluhan ekor ular
itu tampak mengepung Ular Madu Lebah dan Ang-leng-coa
milik mereka. Bahkan dengan amat sangat garangnya ularular
itu telah bersiap-siap hendak menyerang ketiga ekor ular
mereka itu.
"Su-heng! Kita tolong ular-ular peliharaan kita! Mari........!"
Nyo Kin Ong cepat berteriak, kemudian melompat ke dalam
arena.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat adik seperguruannya telah terjun ke dalam arena
kembali, maka Kim Hong San terpaksa menyusul pula. Mereka
tetap berpasangan melawan Liu Yang Kun, karena dengan
jalan demikian mereka bisa saling menolong dan saling
melindungi satu sama lain. Sesekali mereka terpaksa
menghindar atau menyepak kawanan ular berbisa yang
berseliweran di bawah kaki mereka.
Sementara itu kawanan ular yang baru datang itu benarbenar
telah menyerang ular piaraan Kim Hong San dan Nyo
Kin Ong. Tampaknya ketiga ekor ular peliharaan Kim Hong
San dan Nyo Kin Ong itu mereka anggap bersalah karena
berani menyerang Liu Yang Kun, titisan raja mereka. Dan
sebentar saja telah banyak yang bergelimpangan menemui
ajal mereka.
Ketiga ekor ular piaraan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong itu
memang termasuk jenis ular yang amat berbisa. Di kalangan
masyarakat ular sendiri mereka bertiga termasuk dari jenis
ular istimewa yang sangat ditakuti oleh jenis-jenis ular yang
lain. Dalam keadaan biasa takkan ada seekor ularpun dari
jenis-jenis yang baru datang itu yang berani melawan mereka.
Namun karena mereka sekarang seperti sedang mengemban
kewajiban untuk menghukum mereka yang bersalah, maka
mereka terpaksa berani melawan tiga ekor ular berbisa itu.
Di dalam masyarakat ular memang ada ketentuanketentuan
atau kebiasaan kebiasaan yang mereka junjung
tinggi sebagai tata aturan di kalangan mereka. Dan salah satu
diantara aturan-aturan tersebut adalah tentang hukuman bagi
mereka yang dianggap berani melawan pemimpin kelompok
atau berani melawan raja mereka. Mereka yang dianggap
bersalah itu akan dikeroyok beramai-ramai sampai mati.
Meskipun demikian, ular yang mendapat hukuman tersebut
juga diberi hak untuk melawan dan membela diri. Kalau
kebetulan ular yang bersalah itu dapat meloloskan diri dari
hukuman, maka otomatis nyawa mereka diampuni pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Itulah sebabnya mengapa ketiga ekor ular piaraan Kim
Hong San dan Nyo Kin Ong tersebut berusaha melawan mati
matian. Sungguh beruntung bagi mereka bertiga, karena
diantara pengeroyok mereka itu tidak ada seekor ularpun yang
setaraf atau sebanding dengan 'kemampuan' mereka.
Kawanan ular yang mengeroyok mereka itu cuma dari jenis
ular biasa, yang walaupun berbisa pula, tapi tak sehebat dan
sedahsyat racun atau bisa mereka. Apalagi kulit Ang-leng-coa
yang keras itu tak dapat ditembus dengan taring yang
bagaimanapun tajamnya. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan bila beberapa saat kemudian banyak diantara
kawanan ular tersebut yang binasa oleh serangan mereka
bertiga.
Sementara itu pertempuran antara Liu Yang Kun dan Kim
Hong San pun berlangsung semakin seru pula. Dengan senjata
jaring atau jala yang dapat dilipat ataupun ditebarkan, Kim
Hong San bekerja sama dengan Nyo Kin Ong. Nyo Kin Ong
sendiri juga mengeluarkan senjatanya, yaitu sebuah pipa
tembakau atau huncwe, yang panjangnya hampir sepanjang
lengannya. Dan pipa tersebut mengepulkan asap yang
semakin lama semakin tebal pula.
Demikianlah, setelah yakin bahwa Po-tok-cu yang berada di
dalam mulutnya itu mampu melindungi tubuhnya, Liu Yang
Kun tidak merasa takut atau khawatir lagi terhadap racun
lawannya. Dengan sangat berani ia menangkis atau bahkan
menyongsong serangan-serangan lawannya. Hanya saja ia
sangat berhati hati bila harus melayani jaring Kim Hong San
itu. Perasaannya memperingatkan bahwa senjata tersebut
sangat berbahaya.
Namun yang ternyata juga tidak kalah berbahayanya
adalah senjata di tangan Nyo Kin Ong tersebut. Senjata aneh
yang berwujud hun-cwe atau pipa tembakau itu ternyata
diperlengkapi dengan berbagai macam alat rahasia yang
mengerikan. Beberapa kali Liu Yang Kun hampir terkecoh dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
celaka oleh senjata-senjata rahasia yang terkandung di
dalamnya. Pipa itu ternyata dapat mengeluarkan jarum-jarum
lembut yang bisa menembus daging dan memasuki jalan
darah. Juga dapat menyemprotkan cairan cairan berbahaya
yang bisa membakar rambut dan merusakkan kulit. Bahkan
juga dapat menyemburkan asap-asap pembunuh yang bisa
membutakan mata dan mencekik pernapasan orang.
Untunglah Liu Yang Kun memiliki Bu eng Hwe-teng dan Potok-
cu. Kalau tidak, walaupun ia mempunyai lwee-kang dan
ilmu silat yang tinggi, ia tetap takkan bisa menghindar terusmenerus
dari keganasan senjata tersebut.
Dengan Bu-eng Hwe-tengnya Liu Yang Kun mampu
bergerak cepat seperti kilat untuk menyelamatkan dirinya.
Sementara dengan Po-tok-cu yang ia kulum di dalam
mulutnya ia mampu bertahan menghadapi asap-asap beracun
atau cairan-cairan berbahaya yang tersimpan di dalam huncwe
tersebut.
Begitulah, sepuluh jurus telah berlalu. Kemudian limabelas
jurus. Dan akhirnya menginjak pula pada jurus yang ke
duapuluh. Namun kedua belah pihak tetap belum juga
menunjukkan bahwa mereka lebih unggul dari pada lawannya.
Liu Yang Kun memang belum mengerahkan segala
kemampuannya. Meski telah mempergunakan Pat-hong-sinciang,
namun ia masih memainkan secara lumrah atau biasa.
Ia belum lagi mengungkapkannya sampai ke puncaknya, yaitu
dengan disertai kekuatan atau kemampuan batinnya. Karena
untuk melakukannya ia harus mempergunakan kekuatan yang
berlipat, dan hal itu benar-benar amat melelahkannya. Ya
kalau ia dapat segera cepat menaklukkan lawannya. Kalau
tidak? Ialah yang justru akan terjerumus ke dalam kesulitan
nanti. Selain itu ia memang ingin lebih berhati-hati.
Sementara itu kawanan ular yang membela Liu Yang Kun
itu benar-benar telah dibabat habis oleh ular-ular piaraan Kim
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong San dan Nyo Kin Ong. Bangkai mereka berserakan di
segala tempat.
Tapi beberapa ekor ular baru masih juga berdatangan ke
tempat itu. Seperti kawanan ular sebelumnya, mereka itu
lantas terjun pula ke arena, mengeroyok ular-ular piaraan Kim
Hong San dan Nyo Kin Ong tersebut. Namun seperti halnya
kawan-kawan mereka yang terdahulu, mereka itu juga
bergelimpangan pula menemui ajalnya.
Beberapa waktu kemudian barulah Liu Yang Kun sadar
bahwa ular-ular yang membelanya telah habis dibunuh ularular
Kim Hong San dan Nyo Kin Ong. Tiba-tiba hatinya merasa
sedih. Dan kesedihan itu akhirnya menyalakan kemarahannya.
Tiba-tiba pemuda itu mengubah cara bersilatnya. Kalau
semula ia bergerak dengan lincah dan gesit, sekarang
mendadak pelan namun penuh tenaga. Kalau semula
tubuhnya sering berloncatan dan berkelebat kian kemari
seperti burung walet terbang di udara, kini kakinya hampir
tidak pernah lepas dari permukaan tanah. Bahkan ia hanya
menggeliat ke sana kemari sambil menggeser kakinya.
Tubuhnya lebih banyak merunduk seperti hendak berbaring,
sehingga sepintas lalu ia seperti ular naga yang sedang
berkecimpung di permukaan laut.
Kim Hong San dan Nyo Kin Ong menjadi kaget juga
menyaksikan perubahan itu. Namun melihat gerakan lawan
justru menjadi lambat dan mudah diikuti, mereka menjadi
gembira malah. Mereka lalu meningkatkan serangan mereka
dan berusaha mendesak Liu Yang Kun. Dengan garangnya
Kim Hong San memutar-mutar jaring pusakanya dan setiap
kali tampak menukik ke bawah untuk mengurung, membelit
atau bahkan untuk menangkap lawannya. Sementara Nyo Kin
Ong dengan hun-cwenya, tampak semakin ganas dan
bernafsu pula untuk mengakhiri perlawanan Liu Yang Kun.
Keduanya seolah-olah saling berlomba untuk lebih dulu
membunuh lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya Liu Yang Kun yang sekarang bersilat dengan
Kim-coa-ih-coat itu justru lebih banyak menghindar dan
mengelak terus menerus. Melihat lawannya seperti belum
mengenal keistimewaan dari ilmunya, Liu Yang Kun seperti
sengaja mengalah terlebih dahulu. Pemuda itu tampaknya
ingin menjebak lawannya, sehingga sekaligus dapat meringkus
mereka.
Demikianlah beberapa saat kemudian datang pula
kesempatan itu. Kim Hong San dan Nyo Kin Ong menyerang
secara bersamaan, dari depan dan dari belakang. Nyo Kin Ong
sambil menyemburkan asap tebal dari pipa tembakaunya
menerjang dari depan. Ujung pipanya tampak bergetar
dengan hebat, sehingga sulit untuk diduga arah tujuannya.
Sementara itu pada waktu yang bersamaan, Kim Hong San
mencegat pula dari belakang dengan tebaran jaringnya.
Keduanya bekerja sama untuk mendesak Liu Yang Kun ke
dalam jeratan jaring mereka. Sebuah jaring pusaka yang
penuh kaitan duri tajam di dalamnya.
Dan mereka berdua telah mulai tersenyum ketika yakin
bahwa mereka akan bisa menangkap Liu Yang Kun. Tapi
sekejap kemudian senyum itu tiba-tiba lenyap dari muka
mereka. Dan dalam sekejap pula senyum tersebut berganti
dengan rasa kaget, bingung serta tak percaya. Bahkan rasa
kaget itu lalu berganti dengan rasa takut dan ngeri yang tak
terhingga.
Di depan mata mereka tiba-tiba Liu Yang Kun seperti
berubah menjadi hantu yang sangat menakutkan.Tangan
kanannya yang panjang itu mendadak terayun ke belakang
dengan gampangnya, seakan-akan sebuah lengan boneka
yang tak bersendi. Bahkan lengan itu kemudian memanjang
terus melebihi ukurannya.
Begitu cepatnya lengan itu bergerak, sehingga tahu-tahu
ujung jarinya telah menotok jalan darah ci-kong-hiat di
pergelangan tangan Kim Hong San. Dhug.......!! Tangan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkulai lemas, dan jaring pusaka yang dipegangnya otomatis
terlepas.
Dan berbareng dengan saat itu pula Liu Yang Kun
menundukkan badannya seraya menyambar ke depan untuk
merebut hun-cwe Nyo Kin Ong dengan tangan kirinya.
Gerakannya demikian cepat dan dengan tenaga sepenuhnya,
sehingga tak heran kalau mendadak lawannya menjadi
bengong dan tersengal-sengal tak berdaya.
Tiba-tiba saja gerakan Nyo Kin Ong itu berhenti di tengah
jalan. Murid Giok-bin Tok-ong yang lihai itu tiba-tiba menjadi
lupa akan ilmu silatnya sendiri. Selain itu dadanya seperti
ditindih oleh beban yang sangat luar biasa beratnya.
Pada saat itulah tangan kiri Liu Yang Kun menyambar huncwenya.
Wuuut ! Dan pipa tersebut sudah berpindah tangan.
Kemudian masih dengan kecepatannya yang luar biasa Liu
Yang Kun menjatuhkan dirinya ke tanah.
"Aduuuuuh.......?” tiba-tiba Nyo Kin Ong yang termangumangu
itu menjerit kesakitan, karena mendadak saja jaring
pusaka yang terlepas dari tangan su-hengnya tadi meluncur
tepat mengenai kepalanya.
"Su-te........!" Kim Hong San berseru kaget.
Tapi jaring pusaka berduri tajam itu sudah terlanjur
menjerat kepala dan leher Nyo Kin Ong. Bahkan kaitan-kaitan
bajanya juga sudah terlanjur mencengkeram dan melukai
wajah, leher serta kulit kepala orang itu, sehingga untuk
melepaskannya lagi benar-benar sangat sulit dan
membutuhkan waktu. Sebab selain amat sakit, kulit dan
daging yang terkenapun akan menjadi rusak pula.
"Bukan main! Bukan main! Benar-benar sebuah kepandaian
yang hebat luar biasa! Baru setahun lebih tak bertemu,
ternyata kepandaian saudara telah meningkat banyak sekali !
Selamat.... ! Selamat!" tiba-tiba terdengar suara Giok-bin Tokong
di pinggir arena.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giok-bin Tok-ong melirik ke arah Kim Hong San dan
menggeram marah. "Sudah kukatakan kalau anak itu lihai
sekali, kalian tetap tak mau percaya, Hmmh..., kini
menyesalpun tiada guna! Kalian sudah dikalahkan."
"Su-hu? Dia.......?" Tang Hu yang tadi menjemput Giok-bin
Tok-ong, dan kini berada di belakang gurunya tersebut
menyela perkataan itu.
Sekali lagi Jago Silat Nomer Empat di Dunia itu
menggeram.
"Dia adalah Chin Yang Kun atau Liu Yang Kun, orang yang
tertulis diurutan ke tujuh pada Buku Rahasia itu!" katanya
kemudian dengan kaku.
"Oh….. Chin Yang Kun?" ketiga orang murid Giok-bin Tokong
itu berdesah hampir berbareng. Wajah mereka
menunjukkan perasaan kaget dan tak percaya. Dalam benak
mereka memang tak pernah terbayang bahwa Ching Yang Kun
itu masih berusia begitu muda.
"Sudahlah. Biarlah aku yang menyelesaikan urusan ini.
Kalian katakan tadi bahwa ia benar-benar membawa Buku
Rahasia itu?" Giok-bin Tok-ong memotong.
Kim Hong San cepat-cepat menghampiri gurunya. "Bebenar,
suhu ......Kami lihat ia membaca buku itu tadi. Kini
anak itu telah menyembunyikannya di dalam saku bajunya.
Bukankah buku itu sudah tidak lengkap lagi dan tinggal bagian
depannya saja?" lapornya bersemangat.
Tiba-tiba wajah kakek sakti itu menjadi cerah kembali.
Berita tentang bukunya yang hilang itu benar-benar sangat
menggembirakan hatinya.
"Benar," katanya pendek.
Tapi ketika kakek itu hendak maju ke arena, tiba-tiba Kim
Hong San memegang tangannya. "Su-hu........?” cegahnya
perlahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hmmmh.....ada apa?" Giok-bin Tok-ong menggeram pula.
"Su-hu......... anak itu lihai sekali!" Giok-bin Tok-ong
mengangguk. "Aku tahu.........Oleh karena itu kau bersiaplah!
Kita melawannya berdua. Biarlah Tang Hu yang menolong Nyo
Kin Ong membuka jaring itu. Setelah itu dia juga dapat
membantu kita pula."
"Jadi........ kita mengeroyoknya?" Kim Hong San berdesah
ragu.
"Benar. Kenapa.........?"
"Ah..... tidak apa apa su-hu. Marilah.......!" Kim Hong San
tersipu-sipu. "Cuma........ cuma su-hu harap berhati-hati
menghadapinya. Dia kebal terhadap semua racun kita.
Tampaknya..... tampaknya dia membawa Po-tok-cu yang
dicuri Ang-leng Kok-jin itu."
"Ya......ya...... aku juga sudah melihatnya tadi."
"Sudah melihatnya? Jadi......jadi su-hu sudah datang sejak
tadi?”
Giok-bin Tok-ong tersenyum dan tidak menjawab
pertanyaan itu. Sebaliknya dengan langkah tenang ia
mendekati Liu Yang Kun.
"Jadi selain menemukan Buku Rahasia di reruntuhan rumah
Coa In Lok, engkau juga memperoleh Po-tok-cu dari bekas
muridku yang sudah meninggal itu?" tanyanya kemudian
kepada pemuda itu.
Tapi dengan suara dingin Liu Yang Kun menjawab, "Jangan
main tuduh secara sembarangan! Kaukira hanya engkau saja
yang memiliki Po-tok-cu di dunia ini?"
"Hmmh!" Giok-bin Tok-ong menggeretakkan giginya.
Matanya menyala merah. "Aku tidak sembarangan menuduh.
Para penduduk yang mengurus mayat Coa In Lok itulah yang
memberitahukan kepadaku tentang kau. Siapa lagi kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan kau yang mengambil buku itu dari reruntuhan
kamarku? Sebab engkau pulalah yang mengambil simpanan
emasku dan membagi-bagikannya kepada para nelayan itu!
Dan...... tentang Po-tok-cu itu? Huh tampaknya kau memang
telah mendapatkannya dari tangan Ang-leng Kok-jin. Hayo,
kembalikan benda itu kepadaku!"
Ternyata sikap Giok-bin Tok-ong yang kasar itu telah
membangkitkan kemarahan Liu Yang Kun pula.
"Bangsat! Sama sekali aku belum pernah bertemu, apalagi
mengenal Ang-leng Kok-Jin itu. Apakah kaukira hanya kau dan
dia saja yang mempunyai pusaka anti racun itu?"
"Tentu saja! Karena hanya satu Ceng-liong-ong di dunia ini!
Dan......akulah yang membunuhnya beberapa puluh tahun
yang lalu!" hardik Giok-bin Tok-ong tak kalah sengitnya.
Tiba-tiba Liu Yang Kun mendengus dan mencibirkan
bibirnya.
"Huh.... kau salah! Ada sepasang Ceng-liong-ong di dunia
ini ! Jantan dan betina! Si betina itulah yang kaubunuh dan
kauambil mustikanya! Si jantan masih berada di dalam
liangnya, jauh di dasar bumi. Dan bila engkau ingin
mengetahuinya.......hmmh, akulah pembunuh Si Jantan itu!
Dan aku pulalah yang memiliki mustika racunnya! Paham?"
"Oooooh.......???"
Ucapan Liu Yang Kun itu benar-benar mengejutkan Giokbin
Tok-ong dan murid-muridnya. "Ceng-liong-ong
jantan........? Jadi........ jadi........eh, masih ada Ceng-liong-ong
lain di dasar bumi? Dan.....kau telah berhasil membunuh dan
mendapatkan mustika racunnya? Huh.......bohong! Kau tentu
berbohong kepadaku!” mendadak kakek sakti itu berteriak
marah.
Liu Yang Kun cepat mengibaskan tangannya untuk
mencegah lawannya bertindak tergesa-gesa. Kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tenang ia mengeluarkan Po-tok-cu dari mulutnya.
Pusaka sebesar telur burung merpati itu ditaruhnya di atas
telapak tangannya, sehingga sinarnya yang kehijau-hijauan itu
memancar terang di dalam gelap.
"Nah..... kaulihat ! Berbeda bukan? Apakah Po-tok-cu
milikmu itu sebesar dan seterang ini sinarnya?" pemuda itu
mengejek.
"Oooooh....." sekali lagi Giok-bin Tok-ong tersentak kaget.
Lalu tanpa mempedulikan keheranan dan kekagetan
lawannya Liu Yang Kun memasukkan kembali mustika itu ke
dalam mulutnya.
Tiba-tiba tubuh Giok-bin Tok-ong menyambar ke depan
dengan cepatnya. Begitu cepatnya sehingga rasa-rasanya
seperti bayangan yang meluncur di dalam kegelapan.
Namun ternyata Liu Yang Kun masih cepat lagi. Dengan
kecepatan yang hampir tak bisa diikuti mata biasa pemuda itu
telah bergerak pergi meninggalkan tempatnya, sehingga
sambaran tangan lawannya itu menemui tempat kosong.
Bahkan pada saat yang hampir bersamaan pemuda itu
membalas menyerang dari arah samping. Sasarannya adalah
pinggang dan lutut Giok-bin Tok-ong.
Wuuuuuuus!
Dengan tangkas pula kakek sakti itu mengelak. Tubuhnya
berputar ke kanan, kemudian melenting ke atas seperti
belalang. Setelah itu tangannya terayun ke arah Liu Yang Kun
untuk menyebarkan jarum-jarum kecil yang berwarna
keemasan. Dan di tengah-tengah arena itu pun lantas tercium
bau harum yang semerbak kemana-mana.
"Ah..... kau masih juga berani main racun di depanku?" Liu
Yang Kun menghindar pula sambil mengejek.
"Racun itu memang tidak akan berpengaruh terhadapmu.
Tapi kulitmu juga tidak kebal terhadap tajamnya jarum-jarum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
emasku. Terutama bagian-bagian tubuhmu yang lemah. Sekali
jarum kecilku itu masuk ke jalan darahmu.........hehe ...
nyawamu berada di ujung maut!"
"Kurang ajar! Dasar manusia busuk! Lihat saja... apakah
maksud busukmu itu bisa terlaksana atau tidak?" Liu Yang Kun
mengumpat sambil melompat menghindar jarum-jarum halus
tersebut.
Sementara itu di pihak lain ular-ular yang ingin membunuh
ular piaraan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong itu benar benar
telah habis binasa. Di dalam arena tinggal ketiga ekor ular
piaraan Giok-bin Tok-ong tersebut, Mereka berdiri dengan
pongahnya diantara bangkai bangkai korbannya. Meski tubuh
mereka juga terluka pula, namun tidak akan membahayakan
jiwa mereka.
Tapi ketika mereka bermaksud pergi meninggalkan Liu
Yang Kun yang mereka takuti itu, tiba-tiba dari dalam hutan
terdengar suara mendenging tajam seperti denging suara
ribuan ekor nyamuk yang mendatangi. Tapi suara itu
sebenarnya juga tidak begitu menarik perhatian, karena
sepintas lalu suara itu juga hanya seperti suara angin malam
yang meniup diantara dedaunan. Buktinya suara tersebut juga
tidak menarik perhatian Liu Yang Kun, Giok-bin Tok-ong
maupun murid-muridnya.
Namun suara itu ternyata mempunyai pengaruh yang lain
kepada ular-ular piaraan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong
tersebut. Suara denging yang menyerupai suara ribuan ekor
nyamuk itu ternyata sangat mengejutkan, bahkan sangat
menakutkan ketiga ular itu. Sikap mereka yang pongah tadi
tiba-tiba hilang. Mendadak mereka menjadi lemas. Bahkan
tubuh mereka seolah-olah telah menjadi lumpuh dan tak bisa
bergerak sama sekali. Mereka tergolek lemas di tempat
masing-masing.
Dan kemudian seperti halnya ketika muncul tadi, suara itu
mendadak juga lenyap begitu saja. Namun berbareng dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saat itu pula tiba-tiba di dekat ketiga ekor ular piaraan Kim
Hong San dan Nyo Kin Ong itu telah ada seekor binatang lain.
Bentuknya mirip ular pula, namun sangat kecil. Besarnya tak
lebih dari seekor induk cacing besar. Dan panjangnya pun
juga tidak melebihi dari sejengkal jari tangan saja. Tapi yang
sangat menakutkan atau sangat mengherankan adalah
keadaannya.
Ular kecil itu berwarna merah darah. Dan di dalam
keremangan malam tubuhnya seperti bara api yang menyala
di dalam tungku. Bersinar merah menyala seperti potongan
besi terbakar. Dan asap tipis tampak selalu menyelimuti
tubuhnya.
Ketika ular kecil itu bergerak, maka terlihatlah dengan jelas
bahwa rumput-rumput yang dilaluinya telah menjadi layu,
seolah-olah rumput itu baru saja terbakar atau tersiram air
panas saja. Dan ketika lewat di bagian yang agak basah, ular
itu seperti mengeluarkan asap seperti halnya besi panas yang
dicelupkan ke dalam air!
Dan ketika ular kecil itu semakin mendekati lawanlawannya,
ular-ular piaraan Kim Hong San dan Nyo Kin Ong
itu tampak semakin pasrah dalam ketakutan. Tubuh mereka
menggigil seperti sedang kedinginan. Sementara dari bawah
sisik sisik mereka juga keluar lendir yang membasahi tubuh
mereka, seakan-akan keringat dingin telah membanjir keluar
dari dalam badan mereka.
Tiba-tiba ular kecil itu melengkungkan tubuhnya melenting
cepat sekali ke arah lawan-lawannya. Mula-mula ekornya
menyambar leher Ular Lebah Madu sehingga ular piaraan Nyo
Kin Ong itu membuka mulutnya karena kesakitan. Tapi
bersamaan dengan terbukanya mulut ular berbau wangi itu,
mendadak ular kecil tersebut menyusup masuk dengan
kecepatan yang luar biasa. Dan sekejap saja tubuhnya yang
kecil itu telah menghilang ke dalam perut lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ular Madu Lebah itu meronta dan menggeliat kesakitan.
Tapi cuma sekejap pula, karena sesaat kemudian tubuhnya
telah terbujur kaku di atas tanah. Ular kecil berwarna merah
itu dengan tenang keluar dari duburnya. Sepotong hati yang
masih segar tampak tergigit di dalam mulutnya yang kecil.
Hati dari si Ular Madu Lebah.
Potongan hati itu kemudian dibuang begitu saja, karena di
lain saat tubuh ular kecil tersebut telah melesat pula untuk
menyerang lawannya yang lain. Dan seperti juga halnya
dengan Ular Madu Lebah tadi, maka Ang-leng-coa piaraan Kim
Hong San itupun juga binasa pula dengan cara yang sama.
Ular kecil yang menggiriskan hati itu masuk ke dalam mulut
dan keluar dari lobang dubur sambil menggigit potongan hati
lawannya.
Kim Hong San yang sedang asyik mengikuti pertempuran
gurunya itu dan Tang Hu yang juga sedang sibuk melepaskan
jaring pusaka di kepala Nyo Kin Ong itu baru menyadari
keadaan tersebut setelah ular-ular piaraan mereka mati.
Mereka bertiga benar-benar menjadi kaget melihat ular kecil
berwarna merah darah itu. Apalagi ketika mereka
menyaksikan ular itu masih menggigit potongan daging hati
yang masih meneteskan darah segar.
Sebagai jago-jago racun yang sering dan biasa bergulat
dengan binatang-binatang berbisa, maka mereka bertiga
segera mengenal ular kecil berwarna merah itu.
"Hwee-coa (Ular Api)..........???" mereka berdesah dengan
mata terbelalak.
Kemudian mereka bertiga saling berpandangan dengan
wajah ngeri, seolah tak yakin bahwa mereka benar-benar
berhadapan dengan jenis ular yang langka itu. Selama ini
mereka memang belum pernah melihatnya. Mereka cuma
mengetahuinya dari buku atau dari orang-orang yang pernah
melihatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Menurut pengetahuan yang mereka terima, di dunia ini ada
dua macam golongan ular. Yaitu golongan ular yang bersisik
dan golongan ular yang tak bersisik. Golongan ular bersisik itu
juga terdiri dari dua bagian pula, yaitu ular yang berbisa dan
ular yang tidak berbisa. Dan masing-masing bagian itu juga
terdiri dari beberapa jenis pula, yaitu jenis ular yang hidup di
darat, di dalam air, dan jenis ular yang hidup di dua tempat,
baik di darat maupun di air. Mereka itu terdiri dari berpuluhpuluh
bahkan mungkin beratus-ratus macam ular.
Sebaliknya, golongan ular yang tidak bersisik itu cuma
mempunyai satu golongan saja, yaitu golongan ular berbisa
ganas. Dan mereka juga hanya terdiri dari tiga jenis ular saja,
yaitu Ular Api (Hwee-coa), Ular Berbulu (Mou coa) dan Ular
Setan (Kui-coa). Meskipun cuma tiga jenis dan sangat jarang
ditemui, namun ular-ular itu amat ditakuti dan disegani oleh
ular-ular bersisik yang banyak jumlahnya itu. Padahal tiga
jenis ular tak bersisik itu rata-rata bentuknya sangat kecil dan
jauh lebih pendek dari pada mereka.
"Kim su-heng......? Mengapa.......mengapa ular itu sampai
di tempat ini? B-benarkah dia Hwe-coa.........?" Tang Hu
menegaskan dengan suara gugup.
"Tampaknya memang benar, su-te. Tentu ada orang yang
membawanya dari luar tembok besar, karena ular itu hanya
terdapat di tengah-tengah Gurun Go bi saja."
"Ada yang membawanya? Siapa.....?”
Tang Hu bertanya lagi dengan suara yang semakin
gemetar.
"Entah, su-te. Aku belum bisa memastikannya. Tapi hatiku
merasa berdebar-debar, seakan-akan ada sesuatu yang bakal
terjadi. Kalian berhati-hatilah ......!"
Sementara itu pertempuran antara Liu Yang Kun dan Giokbin
Tok-ong telah mencapai puncaknya pula. Kakek sakti
berwajah tampan itu telah mengerahkan segala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemampuannya. Demikian pula halnya dengan Liu Yang Kun.
Di dalam keremangan sinar bulan yang menerobos sela-sela
daun, tubuh mereka berkelebatan hampir tidak bisa diikuti
oleh mata lagi. Angin pukulan mereka pun terasa bersiutan
menerjang pepohonan yang ada di sekeliling arena mereka.
Ranting-ranting berpatahan dan daun-daun pun jatuh
berguguran tanpa tersentuh oleh tangan mereka. Bahkan
dahan-dahan yang agak lebih besarpun ada pula yang retak
sehingga dahan-dahan itupun lantas berpatahan pula dengan
suara hiruk-pikuk. Dahan-dahan berdaun rimbun itu
berjatuhan menimpa arena pertempuran mereka. Tapi belum
juga dahan-dahan tersebut sampai di bawah, mereka kembali
tercerai-berai terkena hantaman atau dorongan angin pukulan
kedua jago silat berkepandaian dahsyat tersebut.
Sementara itu Giok-bin Tok-ong pun telah mengaduk dan
mengotori arena pertempuran tersebut dengan segala macam
peralatan racunnya pula. Kakek itu telah menaburkan bubukbubuk
beracunnya, meniupkan asap-asap pembunuhnya serta
mengobral berbagai macam senjata-senjata rahasianya yang
mematikan. Bahkan segala macam binatang berbisa yang
dimilikinya telah ia keluarkan pula, sehingga arena
pertempuran itu benar-benar seperti kubangan neraka yang
sangat mengerikan!
Untunglah Liu Yang Kun memiliki Po tok-cu Jantan dan
lwee-kang yang sangat tinggi. Meskipun ia harus terbatukbatuk
dan merasa mual menghadapi serangan racun-racun
itu, tapi ia dapat bertahan dan melawan musuhnya dengan
baik. Walaupun dengan demikian ia juga tidak bisa
berkonsentrasi untuk mengerahkan tenaga batinnya, tapi ilmu
silatnya juga telah lebih dari cukup untuk menghadapi ilmu
silat Giok-bin Tok-ong. Bahkan ia masih bisa menyisakan
tenaga untuk berjaga-jaga terhadap serangan Pek-lek-tan
lawan yang ia ketahui sangat dahsyat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah lambat-laun dapat pula Liu Yang Kun
mengungguli lawannya. Sedikit demi sedikit Giok-bin Tok-ong
mulai kewalahan melayani ilmu silatnya. Bahkan beberapa
waktu kemudian Raja Racun itu hanya bisa bertahan saja.
Segala macam peralatan senjata racunnya sama sekali tidak
bermanfaat menghadapi dirinya.
Giok-bin Tok-ong mulai merasa panik. Keringat dingin mulai
membasahi dahinya.
"Hong San, ayo bantu aku! Anak Goblog!" teriaknya
kemudian dengan suara marah.
Kim Hong San terkejut. Demikian pula dengan kedua adik
seperguruannya. Dan mereka semakin kaget ketika Hwee-coa
tadi sudah tidak ada lagi di tempatnya. Ular merah itu telah
menghilang entah kemana. Mungkin memang telah pergi, tapi
mungkin juga hanya tertutup oleh kepulan asap atau
tumpukan dahan dan ranting yang berserakan di arena itu.
Tapi munculnya Hwee-coa itu benar-benar sangat
menggiriskan hati Kim Hong San. Seraya melompat ke arena
untuk membantu gurunya, ia berteriak memberi peringatan.
"Su-hu, awas........! Siauw-te melihat Hwee-coa di tempat
ini!"
"Apa kau bilang? Hwee coa ........? Huh...... jangan mainmain
kau! Ayoh ajak semua adikmu untuk membantuku!”
Giok-bin Tok-ong yang tidak percaya akan kata-kata muridnya
itu menghardik.
Sambil menangkis pukulan Liu Yang Kun dengan kedua
buah lengannya Kim Hong San menjawab. “Be-benar, su-hu!
Siauw-te tidak bohong! Baru saja ular itu membunuh Angleng-
coa dan Ular Madu Lebah kami!"
Giok-bin Tok-ong yang sedang sibuk melayani serangan Liu
Yang Kun itu terdiam. Tampaknya ia mulai percaya pada
ucapan muridnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah. Nanti kita urus binatang langka itu. Sekarang mari
kita bereskan dulu bangsat cilik ini!" akhirnya kakek itu
berseru.
"Baik, su-hu! Tang su-te, sudah selesaikah kau melepas
jaring itu dari kepala Nyo su-te? Kalau sudah..... cepatlah
kalian kemari! Kita bersama-sama mengenyahkan bangsat
ini!" Kim Hong San berteriak pula ke arah adik-adiknya.
Begitulah, beberapa saat kemudian Liu Yang Kun telah
dikepung beramai-ramai oleh Giok-bin Tok-ong dan muridmuridnya.
Mereka semua adalah jago-jago silat tingkat tinggi,
yang rata-rata telah memiliki kemampuan yang boleh
dikatakan sempurna dalam perguruan mereka. Giok-bin Tokong
sendiri telah memperoleh nama tinggi di dunia persilatan
sehingga ia tertulis sebagai jago silat nomer empat di dunia di
dalam Buku Rahasia. Sedangkan ketiga orang muridnya itu
juga telah mewarisi hampir semua kepandaiannya, sehingga
kesaktian mereka itu pun rasanya juga tidak akan kalah pula
bila dibandingkan dengan para ketua persilatan, seperti Pek-i
Liong-ong, Put-ceng-li-jin maupun Keh-sim Siau-hiap. Maka
sungguh tidak mengherankan kalau akhirnya Liu Yang Kun
menjadi kewalahan menghadapi mereka berempat.
Tak terasa malam semakin larut. Bulan pun telah mulai
condong ke barat. Dan pertempuran yang sangat dahsyat
namun berat sebelah itu tetap berlangsung terus dengan
sengitnya. Liu Yang Kun semakin tercecer. Meskipun pemuda
itu memiliki tenaga dalam yang amat tinggi dan ilmu silat yang
hebat-hebat namun lawannya juga, bukan tokoh-tokoh
sembarangan pula. Dengan bekerja sama saling bahumembahu
keempat orang dari Lembah Tak Berwarna itu
mampu menahan, bahkan menjinakkan tenaga dalam dan
ilmu silat Liu Yang Kun yang dahsyat itu. Walaupun dalam
waktu cepat mereka berempat belum segera bisa menguasai
pemuda itu, tapi lambat atau cepat hal itu tentu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlaksana juga. Apalagi sejalan dengan bertambahnya waktu,
kekuatan pemuda itu juga semakin tampak berkurang pula.
Sementara itu dibalik rimbunnya semak-semak tempat
empat pasang mata menonton pertempuran tersebut. Mereka
terdiri dari empat orang lelaki yang rata-rata berusia
empatpuluh tahun atau limapuluh tahun. Wajah maupun air
muka mereka kelihatan keras dan kaku, seperti halnya tokohtokoh
persilatan yang telah biasa berkecimpung di dalam
dunia kekerasan. Namun demikian sinar mata mereka yang
mencorong tajam seperti mata harimau di dalam kegelapan itu
menunjukkan bahwa mereka adalah tokoh-tokoh sakti yang
telah sempurna dalam mempelajari ilmunya.
“Sam-eng (Tiga Garuda), lihat....! Pemuda itulah yang
bernama Ching Yang Kun, seorang tokoh muda yang telah
menggegerkan dunia persilatan beberapa tahun yang lalu,
sehingga namanya ikut tercantum pula di urutan ke tujuh
Tokoh-tokoh Persilatan Dunia dewasa ini. Melihat permainan
silatnya, tampaknya urut-urutan di dalam Buku Rahasia itu
sudah tidak sesuai lagi sekarang. Kau lihat.....!" seorang
diantara mereka yang tampaknya sangat dihormati dan
disegani oleh yang lain berbisik pelan.
“Benar, tuanku. Bahkan ilmu silatnya tampaknya juga lebih
hebat pula dari pada ilmu silat Bu-tek Sin-tong. Wah.....
pemuda itu sungguh berbahaya sekali!" salah seorang dari
tiga orang yang disebut Tiga Garuda itu menjawab.
"Dan...... tampaknya kita juga telah keduluan pula olehnya.
Pemuda itu telah merampas sebagian dari Buku Rahasia yang
dibawa oleh Giok-bin Tok-ong itu. Hmm.... tampaknya kita
juga harus bekerja keras untuk merebut buku itu kembali.
Bagaimana pendapat kalian, sam-eng?" orang yang pertama
tadi berkata pula.
"Ah...... terserah tuanku saja, kami bertiga hanya menurut.
Tapi kami rasa sebaiknya kita bantu dulu pemuda itu
menghadapi Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya. Setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu baru kita hadapi pemuda itu untuk merampas bukunya.
Mungkin jalan ini akan lebih baik dari pada kita harus
menghadapi Giok-bin Tok ong nanti."
"Benar. Pendapatmu sesuai sekali dengan apa yang
terkandung di dalam hatiku. Bersama-sama dengan pemuda
itu kita akan lebih mudah menundukkan Giok bin Tok-ong dari
pada kita harus berhadapan sendiri dengan lblis-lblls dari
Lembah Tak Berwarna itu. Bagus. Kalau begitu marilah kita
sekarang terjun ke dalam pertempuran mereka!" orang yang
paling disegani itu berkata gembira.
"Silahkan, tuanku! Tapi.... ehm... bolehkah kami bertiga
menggunakan Hwee coa (Ular Api) lagi untuk melawan
mereka?”
"Boleh. Tapi kalian harus berhati-hati. Ular itu sulit didapat
dan sulit dijinakkan pula. Dan kalian masing-masing cuma
memiliki seekor saja. Oleh karena itu sekali kalian kehilangan
dia, maka akan sulit pula bagi kalian untuk mendapatkan
gantinya."
"Baik, tuanku." tiga orang yang disebut Sam-eng itu
menjawab berbareng. Demikianlah, keempat orang itu lalu
menampakkan diri mereka. Perlahan-lahan kaki mereka
melangkah mendekati pertempuran. Kemudian mereka
berpencar untuk mempersiapkan diri mereka dan mencari
tempat lowong untuk segera melibatkan diri mereka di dalam
pertempuran tersebut.
Namun kehadiran mereka itu tentu saja segera diketahui
oleh Liu Yang Kun dan Giok-bin Tok-ong. Tapi karena suasana
pertempuran mereka memang sedang mencapai puncaknya,
maka kedua belah pihak sama-sama tidak mau
mempedulikannya. Baik Liu Yang Kun maupun Giok-bin Tokong
benar-benar tidak mau memecah perhatian mereka.
Apalagi bagi Giok-bin Tok-ong yang sedang berada di atas
angin dan tinggal menunggu saatnya saja untuk
menyelesaikan pertempuran itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Telah beberapa kali pukulan dan tendangan Giok-bin Tokong
serta murid-muridnya mengenai badan Liu Yang Kun
bahkan telah beberapa kali pula jaring pusaka yang ada di
tangan Tang Hu menyerempet dan melukai kulit Liu Yang Kun
yang tidak terlindung oleh kulit Ceng-liong-ong itu. Sehingga
kekuatan Liu Yang Kun yang telah terperas habis habisan itu
menjadi semakin susut pula. Peluh semakin deras mengalir
dari tubuhnya.
Demikianlah, ketika empat orang asing itu mendekati arena
pertempuran, keadaan Liu Yang Kun benar-benar sudah
terpojok dan tinggal menantikan saatnya saja. Itulah
sebabnya pemuda itu benar-benar sedang mengerahkan
segala kemampuannya untuk meloloskan diri dari sergapan
musuhnya.
Meskipun tenaganya telah susut banyak sekali, namun Liu
Yang Kun masih bisa menghindari sabetan Jaring pusaka Tang
Hu. Bahkan selanjutnya pemuda itu masih mampu pula
mengelakkan cakar tangan Kim Hong San dan Nyo King Ong.
Tapi setelah itu ternyata ia tak bisa lagi menahan gempuran
lutut Giok-bin Tok-ong yang mendarat di perutnya.
Duuuuuuk!
"Uuhh......." Liu Yang Kun melenguh pendek dan tubuhnya
terlempar keluar arena pertempuran.
Salah seorang dari empat orang yang baru datang tadi,
yang dipanggil dengan sebutan "Tuanku" oleh yang lain,
bergegas melangkah ke depan untuk menolong dan
menangkap tubuh Liu Yan Kun. Tapi belum juga tangannya
dapat menyentuh, ternyata Liu Yang Kun telah lebih dahulu
menggeliat di udara dan melesat ke samping dengan
manisnya. Dan kemudian, meskipun dengan terhuyunghuyung,
pemuda itu mendaratkan kakinya dengan enteng di
tempat yang aman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giok-bin Tok-ong dan ketiga orang muridnya tak ingin
membuang kesempatan lagi. Cepat mereka meloncat
mengejar Liu Yang Kun.
"Tahan......!" Orang yang disebut “Tuanku" itu membentak
dan menghadang di depan Liu Yang Kun. Dan ketiga orang
kawannya yang disebut Sam-eng itu segera melindunginya
pula.
Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya tertegun dan
otomatis menghentikan gerakan mereka. Dengan kaget
mereka menatap orang-orang yang telah mengganggu
pertempuran mereka itu.
“Bok Siang Ki!” Giok-bin Tok-ong berseru kaget.
Sementara itu Liu Yang Kun tak mau menyia-nyiakan
kesempatan tersebut. Bergegas pemuda itu mengerahkan
tenaga sakti untuk mengobati luka dalamnya yang agak
parah. Matanya terpejam dan berkali-kali ia menyedot napas
untuk memberi kesegaran pada bagian dada serta perutnya
yang terluka. Hantaman lutut Giok-bin Tok-ong tadi benarbenar
sangat keras dan hampir saja merusakkan isi perutnya.
Untunglah dengan sisa-sisa tenaganya dia masih mampu
bertahan.
“Huh-huk......huk!”
Liu Yang Kun terbatuk dan beberapa gumpal darah beku
ikut tersentak keluar bersama dahak yang keluar dari
mulutnya. Tapi dengan demikian dada dan perutnya menjadi
lega. Untuk sementara waktu lukanya telah terobati dan tidak
akan terlalu mengganggunya lagi.
Kemudian pemuda itu mengerahkan pandangannya ke
arena kembali. Tiba-tiba jantungnya tersentak! Empat orang
lelaki yang pernah dilihatnya di dalam perjalanannya kemarin
dulu tampak sedang berhadapan dengan Giok-bin Tok ong
dan murid-muridnya. Orang yang kemarin dulu mengaku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bernama "Ki" itu kelihatannya ingin melindungi dia dari
keganasan Giok-bin Tok-ong.
“Bok Siang Ki.......!" sekali lagi Giok-bin Tok-ong menegur
lelaki yang menghadang di depannya itu. “Ternyata kau
sampai di tempat ini pula, huh? Apakah kau sedang mencari
aku? Baiklah …….akupun ingin bertemu pula denganmu. Tapi
…..menyingkirlah terlebih dahulu! Aku hendak menyelesaikan
urusanku dulu dengan pemuda ini.”
“Bok…..Siang…..Ki?” diam-diam Liu Yang Kun berdesah di
dalam hatinya.
Orang yang ternyata adalah Bok Siang Ki, tokoh nomer dua
di dunia persilatan itu tiba-tiba tersenyum. Matanya yang
mencorong tajam luar biasa itu menatap Giok-bin Tok-ong
hampir tak berkedip.
“Hmmh! Tok-ong.....! Jangan harap kau bisa membohongi
aku dengan tipu dayamu. Sejak kita bertiga dengan Bu-tek
sin-tong dapat memancing keluar Ban-hoat Sian-seng dari
pertapaannya setahun lalu dan kemudian dengan tipu
muslihat kita bertiga bisa mendapatkan Buku Rahasianya yang
asli, aku sudah berjanji kepada diriku sendiri bahwa untuk
selanjutnya aku harus waspada dan selalu berhati-hati bila
berhadapan denganmu. Kau adalah manusia yang tidak bisa
dipercaya. Kau tega berbuat licik terhadap kawanmu sendiri.
Dengan akal bulusmu kau bermaksud mengelabuhi aku dan
Bu-tek Sin-tong. Kau berniat untuk menguasai sendiri Buku
Rahasia yang asli itu. Untunglah pada waktu itu aku dan Butek
Sin-tong sudah lebih dahulu menaruh curiga kepadamu.
Hmm, kalau tidak........ kau tentu telah berhasil menguasai
sendiri buku itu.”
"Hi-ha-ha-hi-ha …..!” Giok-bin Tok-ong tertawa terkekehkekeh.
“Bok Siang Ki.....! Sebenarnya kau tidak perlu
mendongkol atau marah kepadaku. Apa yang telah kulakukan
itu merupakan hal yang wajar dalam tata-kehidupan kita. Kita
adalah manusia yang memiliki otak untuk berpikir. Dan sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi kelaziman setiap manusia untuk mencari keuntungan
bagi dirinya sendiri. Dan sudah merupakan Hukum Alam bagi
kita. Nah..... lalu apa salahku kalau pada waktu itu aku
berbuat licik kepadamu?Kalianlah yang seharusnya menyesali
kebodohan kalian sendiri. Coba kalau kalian pintar, tentu tiada
seorangpun yang bisa memperdayakan kalian. Si bodoh
memang merupakan makanan si pandai he-he-he-he.......”
“Hm.......kauanggap aku bodoh?” sahut Bok Siang Ki datar,
sama sekali tidak terpengaruh oleh ucapan lawannya.
“Jangan takabur! Apa kau lupa bahwa otak rencana untuk
mendapatkan Buku Rahasia yang asli itu adalah aku? Sayang
aku terlalu jujur dan percaya kepadamu sehingga kau
memanfaatkannya untuk mengelabuhi aku. Kau sebenarnya
tidak pandai, Giok-bin Tok-ong. Kau cuma licik serta pandai
mengambil kesempatan. Itu saja. Sebab kalau engkau pintar,
kau pasti berhasil menguasai buku itu sendirian. Nyatanya,
kau cuma memperoleh sebagian saja. Sementara sebagian
yang lain masih dapat kupertahankan bersama Bu-tek Sintong.”
Giok-bin Tok-ong menjadi merah mukanya. “Bangsat! Lalu
apa maumu sekarang? Mau mengambil sebagian dari Buku
Rahasia yang kubawa itu, hah?” bentaknya berang.
Tiba-tiba Bok Siang Ki mengedikkan kepalanya. Matanya
menyorot tajam.
"Tentu saja, Tok-ong. Aku telah hampir putus asa
mencarimu selama setahun ini. Engkau benar-benar pandai
memilih tempat persembunyian, sehingga aku benar-benar
mengalami kesulitan untuk mendapatkanmu. Kalau tidak
karena aku selalu memata-matai murid-muridmu itu, aku tentu
belum berhasil juga menemukan tempat ini. Nah, sekarang
bersiaplah, aku akan mulai!"
"Kau berani melawan aku?" Giok-bin Tok-ong masih
mencoba untuk menggertak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bok Siang Ki mendengus dingin. "Mengapa tidak? Bukankah
kau masih belum berubah juga? Bukankah kau masih Giok bin
Tok-ong yang dulu itu? Bukankah kedudukanmu masih berada
di urutan yang keempat dan masih berada dua tingkat di
bawahku? Lalu apalagi yang harus kutakuti? Karena engkau
telah mempelajari sebagian dari Buku Rahasia yang kau bawa
itu? Huh, jangan congkak! Kita sama-sama mendapatkan
sebagian dari buku itu. Dan kulihat tadi kepandaianmu belum
bertambah pula. Tampaknya kepandaianmu justru semakin
menurun malah. Nyatanya melawan pemuda itu saja kau
kalah. Padahal pemuda itu adalah Chin Yang Kun, orang ke
tujuh dalam urut-urutan Buku Rahasia itu."
"Kurang ajar! Kau sudah mengenal setan busuk itu?" Giokbin
Tok-ong meraung marah. Wajahnya benar-benar menjadi
merah-padam.
"Sudahlah! Jangan banyak berprasangka. Akupun baru
melihatnya sekarang. Yang penting sekarang adalah kau dan
aku. Marilah......!"
"Tunggu.....! Dengar, buku itu sudah tidak ada padaku lagi
sekarang. Buku itu telah berada di tangan pemuda itu!" tibatiba
Giok-bin Tok-ong menyela.
"Begitukah? Hmm..... lagi-lagi kau hendak memperdayakan
aku, agar aku bermusuhan dengan pemuda itu, sementara
engkau nanti yang akan mengambil keuntungannya. Sungguh
licik sekali siasatmu!” Bok Siang Ki pura-pura tidak tahu agar
dengan demikian ia bisa meneruskan rencananya semula,
yang menghadapi Giok-bin Tok-ong terlebih dahulu.
“Aku tidak bohong! Tanyakan kepadanya kalau kau tidak
percaya!"
"Persetan! Aku tidak peduli! Lihat serangan.....!" Bok Siang
Ki membentak, lalu menyerang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Giok-bin Tok-ong cepat menghindar kemudian berteriak ke
arah murid muridnya, "Hong San, jangan hiraukan aku! Cepat
kaubereskan pemuda itu ! Dia sudah terluka parah!"
Kim Hong San dan adik-adiknya yang bermaksud
membantu gurunya itu segera berpaling kepada Liu Yang Kun.
Ketika dilihatnya pemuda itu memang sedang berusaha
mengobati luka-lukanya, ia mengangguk.
“Baik, su-hu,” Jawabnya sambil melompat dan menerjang
Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun yang baru saja menyelesaikan pengobatan
dirinya itu terpaksa mengerahkan tenaganya lagi untuk
menghindar. Dan serangan tersebut memang dapat ia
elakkan, tapi gerakan itu membuat perutnya menjadi pedih
kembali. Rasa-rasanya ada luka yang menganga kembali di
dalam perut itu.
“Ouugh!” pemuda itu mengeluh pendek.
Kim Hong San menjadi gembira. Ia menyerang semakin
garang. Dikerahkannya seluruh kekuatan dan kemampuannya.
Bahkan ia masih memberi isyarat kepada Nyo Kin Ong dan
Tang Hu untuk membantunya.
Kesempatan tersebut benar-benar tak disia-siakan Nyo Kin
Ong dan Tang Hu. Kedua orang adik seperguruan Kim Hong
San itu segera terjun pula ke arena. Mereka bermaksud
menyelesaikan pertempuran itu secepatnya, agar dengan
demikian mereka bisa segera menolong guru mereka.
Tetapi tiga sosok bayangan yang lain tiba-tiba memotong
gerakan mereka. Ketiga sosok bayangan itu yang tidak lain
adalah Sam-eng, datang bagaikan gulungan angin putingbeliung
yang menerjang dengan kuatnya ke arah mereka.
Begitu dahsyatnya kekuatan yang melandasi gerakan ketiga
orang itu sehingga mereka berdua sampai terdorong mundur
beberapa langkah ke belakang. Bahkan mereka berdua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa seperti ikut tergulung dan terseret pula beberapa saat
ketika menangkis tadi.
"Gila......!" mereka mengumpat dan memaki tiga orang
lelaki gagah berpakaian seragam hitam-hitam, kuning kuning
dan putih-putih itu. Kini mereka saling berhadapan dalam
jarak dua tombak.
"Ji-te! Sam-te! Kau layani mereka. Aku akan membantu
pemuda itu." orang pertama dari Sam-eng itu yang
mengenakan seragam hitam-hitam, memberi perintah kepada
kawan-kawannya. Setelah itu ia melompat dan menyerang
Kim Hong San yang sedang sibuk mendesak Liu Yang Kun.
"Kurang ajar!" sekali lagi Nyo Kin Ong dan Tang Hu
memaki, kemudian menerjang dua orang lawan mereka yang
berseragam kuning-kuning dan putih-putih itu.
''Bagus! Ini baru adil dan seimbang! Dua lawan dua!" orang
yang berseragam kuning-kuning itu berkata dengan
bersemangat.
“Benar, Ji su-heng. Marilah kita masing-masing seorang
lawan, lalu kita buktikan mana yang lebih unggul, perguruan
Lembah Tak Berwarna atau Perguruan Pasir Kuning (Ui-soapai)
dari Gurun Go-bi!" anggauta Sam-eng yang paling muda,
yang mengenakan seragam putih-putih, menyahut perkataan
su-hengnya dengan suara gembira pula.
"Baik!" orang yang berseragam kuning-kuning mengiyakan.
Kemudian dia mengambil Nyo Kin Ong sebagai lawannya,
sementara adiknya berhadapan dengan Tang Hu.
Kedua orang murid Giok-bin Tok-onf itu tak bisa
mengekang diri lagi. Mereka merasa ditantang untuk
mempertahankan nama perguruan mereka. Oleh karena itu
dengan menggeram keras segera menyerbu lawan-lawannya,
sehingga sekejap kemudian mereka berempat telah terlibat
dalam pertarungan sengit yang sangat menegangkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu kedatangan anggauta Sam-eng berbaju
hitam itu benar-benar telah menyelamatkan jiwa Liu Yang
Kun. Dengan berani anggauta Sam-eng berbaju hitam itu
menyongsong serbuan Kim Hong San yang menggebu-gebu.
Berkali-kali tangan dan kaki mereka bentrok di udara dan
menimbulkan suara berdebug dan berdentam pula dengan
kerasnya.
Ternyata mereka berdua memiliki tenaga dalam yang
berimbang, sementara ilmu silat mereka pun ternyata juga
tidak berselisih banyak pula. Tapi karena Kim Hong San sambil
bertempur juga selalu mengobral racun-racunnya, maka
anggauta Sam-eng berbaju hitam itu terpaksa harus
menyisihkan sedikit tenaga dan kewaspadaannya untuk
bertahan dan berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan yang
ada. Untung ilmu meringankan tubuhnya agak sedikit lebih
tinggi dari pada tokoh Lembah Tak Berwarna tersebut,
sehingga sedikit banyak ia juga bisa memanfaatkannya untuk
mengambil jarak dari lawannya.
Bhuuuuussssshhhh........!
Mendadak arena pertempuran tersebut digelapkan oleh
asap tebal berwarna kuning pekat, yang tersebar dari bahan
peledak yang dibanting oleh Giok-bin Tok-ong. Ternyata di
dalam pertarungan cepat melawan Bok Siang Ki tadi Giok-bin
Tok-ong segera tercecer di bawah angin. Walaupun ketua
Lembah Tak Berwarna itu memiliki ilmu silat yang tinggi,
namun lawannya adalah jago silat nomer dua di dunia
persilatan. Di dalam segala hal ketua perguruan Ui-soa-pai itu
ternyata memiliki beberapa kelebihan dari pada dia. Oleh
karena itu pula akhirnya Giok-bin Tok-ong memutuskan untuk
mempergunakan senjata senjata racunnya. Demikianlah
akhirnya arena pertempuran tersebut menjadi gelap oleh asap
beracun yang disebarnya.
Bok Siang Ki yang langsung terserang oleh kepulan asap
tersebut cepat menghindar dengan meloncat tinggi ke udara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekejap saja tubuhnya telah bertengger di atas dahan pohon
yang tinggi. Dari atas pohon tersebut ia melihat sekejap ke
arah Sam-eng, pembantu pembantunya. Begitu menyaksikan
para pembantunya itu dapat menyelamatkan diri pula,
perasaannya menjadi lega.
“Sam-eng! Lekas kalian keluarkan tepung daun coa-tou
(kepala ular) itu. Ambillah sedikit, lalu makanlah! Selanjutnya
kalian tak perlu takut menghadapi racun-racun mereka!
Cepat!” teriaknya keras.
Tiba-tiba Bok Siang Ki tersentak kaget. Ternyata ia telah
melupakan Liu Yang Kun. Ia tidak melihat pemuda itu di luar
kepulan asap. Dan hal itu berarti bahwa si pemuda masih
berada di tengah-tengah asap bersama rombongan Giok-bin
Tok-ong.
"Kurang ajar! Giok-bin Tok-ong benar-benar licik sekali! Dia
menggunakan tabir asap itu untuk berlindung. Dan dengan
perlindungan tabir asap itu pula ia dan anak-buahnya
menyergap Liu Yang Kun. Bangsat! Hei....... Sam Eng! Mari
kita terjang tabir asap itu! Kita tidak boleh keduluan oleh iblis-
Iblis Lembah Tak Berwarna itu!"
Ternyata benar apa yang diduga oleh Bok Siang Ki itu.
Karena merasa takkan menang melawan Bok Siang Ki dan
anak-buahnya, Giok-bin Tok-ong mulai menggunakan siasat
dan akal-bulusnya. Ia meledakkan bahan peledak yang dapat
menimbulkan kepulan asap tebal di arena pertempuran
tersebut. Selain juga untuk menyerang lawan-lawannya, asap
tebal yang mengandung racun itu juga dapat ia pergunakan
untuk berlindung dari sergapan musuh. Sementara itu dengan
perlindungan tabir asap tersebut ia dan murid-muridnya dapat
pula melanjutkan niat mereka semula, yaitu mengepung dan
menyergap kembali Liu Yang Kun. Pokoknya Buku Rahasia
yang dibawa pemuda itu harus direbut dahulu.
Demikianlah Bok Siang Ki dan tiga orang pembantunya lalu
menerjang tabir asap itu. Hanya dengan mengandalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketajaman perasaan mereka saja mereka itu menyerang Giokbin
Tok-ong dan murid-muridnya. Oleh karena itu pula dalam
kemelutnya pertempuran mereka seIanjutnya, mereka semua
tak bisa lagi membedakan mana kawan mana lawan. Bahkan
merekapun sudah tidak bisa menentukan lagi, apakah Liu
Yang Kun masih berada diantara mereka atau tidak?
Lain dari pada itu kepekatan asap beracun tersebut benarbenar
membuat napas mereka menjadi sesak. Sekali tempo
mereka harus keluar dari kepulan asap dahulu untuk
menyedot udara segar.
Siiiing! Siiiing! Siiiing!
Ternyata tabir asap yang amat pekat itu telah dimanfaatkan
pula oleh Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya untuk
mengobral senjata-senjata rahasia mereka. Mereka
melepaskan pisau-pisau terbang, jarum-jarum lembut yang
bisa menyusup ke dalam daging dan pembuluh darah, dan
peluru-peluru beracun yang dapat meletus dan memuntahkan
cairan atau tepung berbahaya ke arah lawan mereka.
Sehingga beberapa saat kemudian pertempuran tersebut
menjadi semakin ruwet dan simpang-siur oleh desingan
senjata-senjata rahasia itu. Bahkan sekejap kemudian juga
digaduhkan pula oleh letupan-letupan peluru yang
memuntahkan alat-alat pembunuh berbahaya.
Tentu saja hal itu benar-benar sangat merepotkan Bok
Siang Ki dan tiga orang pembantunya. Bertempur dengan
membuta di dalam tabir asap itu saja sudah amat menyulitkan
mereka, apalagi harus menghadapi senjata-senjata gelap yang
seolah-olah berhamburan menghujani mereka itu. Sebagian
besar dari taburan senjata gelap itu memang dapat mereka
hindarkan, tapi beberapa buah diantaranya terpaksa tidak bisa
mereka elakkan. Beberapa buah dari pisau-pisau terbang itu
sempat menghujam kedalam daging Sam-eng, sementara
sebuah diantara peluru yang meletus itu juga sempat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memercikkan cairan berbahaya yang membakar mata kiri dan
sebagian pelipis kiri anggauta Sam-eng yang termuda.
Dan Bok Siang Ki sendiri ternyata juga tidak luput dari
bencana itu. Sebuah di antara puluhan jarum yang tersebar di
arena itu dapat lolos dari kebutan lengan bajunya dan
menembus paha kanannya. Sekejap saja jarum itu telah
masuk ke dalam daging dan seakan akan terus bergerak
sesuai dengan gerakan atau menegangnya otot paha itu.
Jilid 26
“Gila!” jago silat nomer dua di dunia persilatan itu
menggeram marah. Dan kemarahannyapun semakin menjadi
pula ketika telinganya juga mendengar pekikan dan keluhan
para pembantunya yang terkena senjata lawan itu. "Sam-eng!
Lepaskan Hwee-coa! Cepat!" lengkingnya meninggi seraya
melompat keluar dari kurungan asap beracun itu.
Tiba-tiba tiga buah cahaya berwarna kemerah-merahan
tampak melesat di tengah-tengah arena pertempuran
tersebut. Warnanya yang terang bagal bara api di dalam
sekam itu seolah-olah dapat mengusir pekatnya asap tersebut.
Cahaya merah itu tampak bergerak dengan cepat sekali,
melenting kesana-kemari mengejar Giok-bin Tok-ong dan
murid-muridnya.
Dengan segala kelincahannya Giok-bin Tok-ong mencoba
menghadapi kegesitan Ular Api itu. Begitu pula dengan Kim
Hong San dan adik-adik seperguruannya. Meskipun mereka
juga merasa sedikit gentar, namun mereka berusaha pula
untuk melawan ular kecil itu. Bahkan mereka berusaha
dengan sekuat tenaga untuk membunuh ular yang sangat
mengerikan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ular kecil itu benar-benar lincah dan gesit luar biasa.
Berkali-kali ular tersebut berhasil menusup ke dalam pakaian
Giok-bin Tok-ong dan muridnya. Namun setiap kali pula ular
kecil itu harus keluar lagi, karena tokoh-tokoh sakti dari
Lembah Tak Berwarna itu segera berguling dan
bergelundungan di atas tanah. Ular kecil yang cerdik itu tak
mau mati tertindih.
Hwee-coa itu selalu mengincar lobang telinga, mulut atau
hidung Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya. Tapi tentu saja
hal itu sangat sulit untuk dilaksanakan. Mereka adalah tokohtokoh
silat tingkat tinggi, yang tidak mudah untuk diserang
atau dicari kelengahannya. Namun demikian ular kecil itu
melejit kesana-kemari dengan amat gesitnya, diantara tubuhtubuh
lawan mereka tersebut, seolah-olah ular-ular kecil yang
ganas itu tidak pernah mengenal lelah maupun putus-asa.
Bahkan ketika Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya telah
mulai kelelahan, ular-ular kecil itu tetap tidak kehilangan
kegesitannya. Ular-ular kecil itu bahkan mulai berani
menyusup ke dalam pakaian dan menggigit sekenanya.
Tentu saja hal itu sangat mengesalkan hati Giok-bin tokong
dan murid-muridnya. Untunglah mereka telah minum obat
penawar racun yang paling hebat, sehingga racun Hwee-coa
yang sangat dahsyat itu tidak dapat membinasakan mereka.
Walaupun demikian mereka berempat menjadi kesal sekali
dan kemudian mulai menyesali asap tebal yang mereka buat
sendiri itu. Asap itu terasa mengganggu pandangan mereka
sekarang, sehingga mereka tidak bisa melihat dan tidak bisa
melawan ular-ular jahanam tersebut dengan baik. Tanpa asap
itu mereka tentu bisa membinasakan ular-ular itu dengan
mudah.
Sementara itu Bok Siang Ki dan keempat pembantunya
telah berada di luar tabir asap tersebut. Sambil berusaha
mengobati luka-luka yang mereka peroleh tadi, mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencoba mengetahui apa yang telah terjadi di dalam tabir
asap yang amat pekat itu.
"Sam-eng......? Dimanakah pemuda itu......? Rasa-rasanya
aku tidak pernah beradu tangan ketika berada di dalam tadi,"
dengan heran Bok Siang Ki bertanya kepada pembantupembantunya.
"Entah, tuanku. Hambapun rasa-rasanya juga
tak bersinggungan dengannya tadi.”
“Jangan-jangan dia telah lari meninggalkan arena
pertempuran ini!”
“Tidak mungkin. Kita telah mengepungnya tadi. Kalaupun
dia telah lari, Giok-bin Tok-ong dan murid-muridnya itu tentu
telah pergi pula. Bocah itu tentu masih ada di dalam asap itu,”
ujar anggota Sam-eng yang termuda seraya meringis
kesakitan. Mata kiri dan pelipis kirinya ternyata telah rusak
dan menjadi cacat terkena letusan peluru Giok-bin Tok-ong
tadi.
"Benar katamu, Pek eng (Garuda Putih). Akupun masih
mempunyai dugaan demikian pula. Pemuda itu tentu masih
berada di dalam asap itu! Hmmh........bagaimana dengan luka
luka kalian? Bagaimana kalau kita masuk lagi ke dalam arena
untuk membantu ular-ular kita?” Bok Siang Ki menggeram tak
sabar.
"Kami telah selesai mengobati luka luka kami, tuanku.
Meskipun agak parah, tapi kami sekarang sudah siap untuk
bertempur. Kami justru sangat mengkhawatirkan jarum yang
menembus paha tuanku itu.....” Hek eng (Garuda Hitam),
anggauta yang tertua dari Sam-eng itu menjawab perlahan.
"Bagus! Aku pun tidak apa-apa. Jarum itu telah
kukeluarkan pula. Daging pahaku telah kurobek sedikit untuk
mengeluarkannya. Kalau begitu mari kita terjun lagi ke arena."
"Marilah, tuanku......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, masuknya kembali mereka itu ke dalam arena
pertempuran ternyata bersamaan pula dengan habisnya
kesabaran Giok-bin Tok-ong dalam menghadapi Hwee-coa.
Karena tokoh Lembah Tak Berwarna itu juga sangat
mengkhawatirkan Liu Yang Kun, yaitu kalau kalau pemuda itu
telah diringkus lebih dahulu oleh lawannya, maka ia telah
mengambil keputusan yang tak dapat ditunda lagi. Kakek
tampan itu telah memutuskan untuk mempergunakan Pek-Iektan!
Apalagi ketika pada saat itu pula ia mendengar jeritan
Nyo Kin Ong, muridnya! Jerit kematian!
"Nyo su-te.....??" Kim Hong San memekik kaget.
"Nyo su-heng........?” Tang Hu berseru pula.
“Suiiiit! Suiiiiiiiiiiiit……!” tiba-tiba Giok-bin Tok-ong bersiul
panjang dua kali, memberi tanda atau isyarat kepada muridmuridnya
itu untuk menyingkir dari arena sejauh-jauhnya.
Dan pada detik itu pula kakek tampan itu membanting
peluru mautnya! Kemudian bergegas melesat pergi
meninggalkan arena! Demikian pula dengan Kim Hong San
dan Tang Hu meskipun keduanya belum lenyap rasa kagetnya!
Hampir saja mereka bertiga bertubrukan dengan Bok Siang
Ki dan pembantu-pembantunya! Untunglah kedua belah pihak
sama-sama lincahnya dan sama-sama tinggi ilmu meringankan
tubuh mereka, sehingga dengan tangkas dan gesit, masingmasing
cepat menghindarkan diri! Giok-bin Tok-ong dan
kedua muridnya cepat menjatuhkan diri dan menggelundung
pergi cepat sekali! Sedangkan Bok Siang Ki dan para
pembantunya cepat pula menggeliatkan tubuh mereka ke
samping, kemudian melesat ke belakang menjauhkan diri.
Entah mengapa, mendengar suara siulan Giok-bin Tok-ong
dan menyaksikan ketergesaan lawan mereka itu, Bok Siang Ki
dan para pembantunya menjadi curiga. Tiba-tiba saja mereka
juga ikut meloncat pergi menjauhkan diri. Biarpun tidak sejauh
lawan-lawan mereka itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan pada saat itu pula terdengar sebuah ledakan yang
maha dahsyat di tengah-tengah arena pertempuran itu!
Sebuah ledakan yang benar-benar mengguncangkan isi hutan
tersebut!
Tanah dan pasir berhamburan ke udara. Empat atau lima
batang pohon besar di sekeliling arena itu roboh pula dengan
suara yang bergemuruh. Bok Siang Ki dan para pembantunya
yang benar-benar tidak menduga akan hal itu, terlempar pula
dengan kuatnya. Tubuh mereka melanggar pepohonan di
belakang mereka, kemudian terbanting jatuh ke dalam semaksemak.
Bok Siang Ki, Hek-eng dan Ui-eng tidak apa-apa. Mereka itu
hanya menderita beberapa goresan luka akibat melanggar
pepohonan tadi. Tapi Pek-eng orang yang termuda diantara
mereka menderita patah tulang pada kaki kirinya. Kaki itu
patah ketika melanggar sebatang pohon siong besar. Meski
pohon tersebut juga berderak patah tersabet kakinya.
Sebaliknya Giok-bin Tok-ong dan kedua orang muridnya,
Kim Hong San dan Tang Hu, selamat tak kurang suatu apa.
Mereka bertiga bangkit berdiri limabelas atau duapuluh
tombak dari tempat ledakan. Pakaian mereka memang
menjadi kotor oleh tanah dan lumpur. Mereka berdiri
mengawasi tempat mereka bertempur tadi, tapi kegelapan
malam menghalangi pandangan mereka.
“Su-hu......? Nyo su-te..... telah ......telah tiada!" Kim Hong
San berkata tersendat-sendat.
"Ah, Nyo su-heng......" Tang Hu mengeluh pula dengan
sendu.
Giok-bin Tok-ong menghela napas panjang. "Sudahlah kita
tak perlu terlalu menyedihkan kematiannya. Dia mati karena
Hwee-coa. Dan Hwee-coa itu kini sudah binasa pula
mengiringinya. Sekarang Nyo Kin Ong tentu tersenyum
gembira di alam baka sana. Sayang Bok Siang Ki dan orangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
orangnya sempat menghindar dari neraka itu.
Hmmmmh........!"
“Tapi belum tentu mereka selamat, su-hu. Paling tidak
mereka tentu terluka parah. Mereka berada terlalu dekat
dengan tempat ledakan itu." Tang Hu menyahut.
"Ya. Tapi pemuda yang membawa Buku Rahasia itu tentu
hancur pula bersama bukunya. Aku belum melihat dia keluar
dari kurungan asap itu." Kim Hong San berkata pula.
"Biarlah. Dari pada jatuh ke tangan Bok Siang Ki....." Giokbin
Tok-ong menghentikan omongan muridnya.
Demikianlah, kedua belah pihak sama-sama beranggapan
pula bahwa Liu Yang Kun telah hancur luluh bersama bukunya
oleh ledakan itu. Oleh karena itu pula masing-masing pihak
menganggap bahwa perselisihan mereka tidak perlu
dilanjutkan lagi. Apalagi kedua belah pihak sekarang telah
sama-sama mengalami kerugian pula. Giok-bin Tok-ong telah
kehilangan salah seorang muridnya, sedangkan Bok Siang Ki
walaupun tidak kehilangan salah seorang pembantunya, tapi
keadaan Pek-eng itu hampir sama dengan orang mati. Kalau
pun harus ada perang tanding lagi, orang termuda dari Sameng
tersebut juga tidak bisa berbuat apa-apa pula.
Bahkan sekarang justru Bok Siang Ki-lah yang kemudian
bergegas mengajak pergi para pembantunya. Dengan
musnahnya buku yang diperebutkan itu, praktis tinggal Bok
Siang Ki dan Bu-tek sin-tong-lah yang memiliki bagian dari
buku itu. Jadi kalau ia tidak lekas-lekas pergi, mungkin ganti
Giok-bin Tok-ong lah yang kemudian justru akan meminta
sebagian dari buku yang lain itu kepadanya.
Sebaliknya Giok-bin Tok-ong yang telah kehilangan salah
seorang muridnya itu juga tidak ingin memperpanjang urusan
itu lagi. Dengan wajah lesu kakek tampan itu mengajak kedua
muridnya yang masih tinggal untuk pergi meninggalkan
tempat tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Angin tengah malam mulai meniup membelai bumi.
Anginnya yang dingin bercampur embun itu mulai pula
membasahi di dalam hutan itu. Binatang-binatang malampun
telah mulai bernyanyi kembali. Suara-suara mereka yang khas
saling bersahut-sahutan, sehingga membentuk sebuah irama
yang khusus pula. Irama keheningan sebuah hutan di malam
hari! Hening, sunyi, namun juga mencekam hati!
Tapi keheningan dan kesunyian itu mendadak dipecahkan
oleh suara bisik-bisik dan langkah kaki manusia. Seorang
kakek buta tampak berjalan bersama seorang pemuda
berwajah buruk sekali, menerobos rimbunnya semak-belukar
yang tumbuh di tempat itu. Di atas pundak kakek buta itu
tersampir sesosok tubuh manusia pula. Sebentar-sebentar
tubuh itu melorot turun dan hampir jatuh dari punggung
kakek buta tersebut sehingga setiap kali pula kakek itu harus
membetulkannya.
"Su-hu.....? Apakah luka-lukanya bisa disembuhkan?
Apakah dia bisa menjadi sehat kembali seperti sediakala?”
pemuda berwajah buruk itu berbisik khawatir. Suaranya
terdengar bening bernada tlnggi seperti layaknya seorang
perempuan. Sungguh sangat bertolak belakang dengan
wajahnya yang mengerikan itu.
Kakek buta itu menarik napas panjang. Katanya kemudian
dengan nada lembut, "Engkau tidak perlu merasa khawatir.
Dia tentu akan sembuh pula nanti. Kau justru harus berterima
kasih sekali dengan kejadian ini. Siapa lagi yang akan dapat
melukai pemuda ini sedemikian parahnya kalau bukan orangorang
itu? Coba kau bayangkan! Sampai kapan kita harus
menunggu pemuda ini menjadi pingsan dan terluka parah,
sehingga kita berdua bisa melaksanakan rencana kita, kalau
tidak ada orang seperti Giok-bin Tok ong dan Bok Siang Ki
itu?"
Pemuda berwajah buruk itu menundukkan mukanya. "Suhu
benar......" bisiknya lirih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah! Oleh karena itu pula kita tidak boleh menyia-nyiakan
kesempatan yang amat bagus ini. Mulai detik ini kita harus
sudah memulainya. Mulai dengan rencana yang telah kita
susun itu. Kau harus melakukannya dengan sungguh-sungguh
seluruh petunjuk yang kuberikan kepadamu dulu. Jangan
sampai lupa….!”
Sekali lagi pemuda berwajah buruk itu menundukkan
kepalanya. Tiada tampak kesan apapun pada wajahnya yang
hitam itu. Hanya sikapnya saja yang tiba-tiba berubah menjadi
malu-malu.
"Ba-ba-baik...... su-hu," desahnya gemetar seperti perawan
yang sedang malu malu atau mabuk kepayang.
"Bagus. Kalau begitu marilah kita sekarang mencari rumah
penduduk yang terdekat. Dan kau harus lekas-lekas
menanggaIkan penyamaranmu itu. Pemuda ini sebentar lagi
akan siuman."
Kedua orang aneh yang tidak lain memang kakek Lo dan A
Hek itu segera mempercepat langkah mereka. Ternyata
selama ini mereka berdua selalu mengikuti Liu Yang Kun.
Memang, sejak terjadinya huru-hara kebakaran perahu di
tepian sungai itu, mereka berdua lalu memisahkan diri. Tapi
walaupun demikian secara diam-diam mereka tetap mengikuti
segala langkah Liu Yang Kun. Dan setiap saat pula mereka
berdua selalu mencari kesempatan atau menanti kesempatan
untuk melaksanakan rencana rahasia yang hendak mereka
lakukan terhadap Liu Yang Kun.
Demikianlah setelah dengan tekun mereka menanti,
akhirnya kesempatan tersebut datang juga. Mereka berdua
sampai di hutan itu malam itu. Mereka menyaksikan Liu Yang
Kun bertempur melawan Giok-bin Tok-ong dan Bok Siang Ki.
Dengan berharap-harap cemas mereka berdua menantikan
akhir dari pertempuran tersebut. Tapi sambil menanti dan
berdoa di persembunyian mereka, kakek Lo juga berusaha
untuk mencari kesempatan yang baik bagi rencananya. Tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja kakek buta itu juga sadar kalau orang yang dihadapinya
adalah tokoh-tokoh sakti yang berada di atasnya.
Ketika menyaksikan Liu Yang Kun tercecer dan terluka oleh
serangan Giok-bin Tok-ong, kakek Lo hampir-hampir tidak bisa
mengendalikan dirinya. Untunglah kakek itu cepat menyadari
bahwa waktunya belumlah tiba, sehingga ia tidak terlanjur
terjun ke arena.
Ternyata kesabaran kakek itu membuahkan hasil juga.
Yaitu ketika secara tak terduga Giok-bin Tok-ong meledakkan
senjata asapnya. Asap tebal kuning pekat itu menutup hampir
seluruh arena pertempuran, sehingga orang-orang yang
sedang berkelahi itu tak bisa melihat apa-apa. Mereka
bertempur secara membuta dan hanya mengandalkan pancaindera
mereka yang lain saja.
Pada saat itulah kakek Lo terjun ke dalam pertempuran.
Terjun secara diam-diam, tanpa sepengetahuan orang-orang
yang sedang berkelahi. Demikianlah, dengan matanya yang
memang sudah buta itu kakek Lo justru menjadi orang yang
paling awas di dalam gelapnya tabir asap tersebut. Kalau
semua orang menjadi bingung dan sulit membedakan lawan,
kakek Lo justru dengan mudah mendapatkan Liu Yang Kun.
Dan kemudian dengan perlindungan tabir asap itu pula kakek
Lo berusaha melumpuhkan Liu Yang Kun yang sudah terluka
parah itu.
Dalam keadaan biasa kakek Lo memang bukan lawan Liu
Yang Kun. Tapi di dalam pekatnya asap yang bergulunggulung
itu, dengan tubuh yang sudah terluka pula, bahkan
empat buah pisau terbang tampak menancap di kedua
lengannya, Liu Yang Kun benar-benar tidak berdaya melawan
kakek Lo yang masih segar-bugar tersebut. Dalam beberapa
jurus saja pemuda itu telah dapat diringkus oleh kakek Lo.
Lalu setelah ditotok pingsan pemuda itu dibawa lari oleh kakek
Lo. Itulah sebabnya pemuda itu terbebas dari ledakan dahsyat
pek lek-tan tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun memang terbebas dari keganasan Giok-bin
Tok-ong, dan juga terhindar pula dari kekejaman Bok Siang Ki.
Namun apa yang hendak terjadi atas pemuda itu sekarang,
ternyata justru akan jauh lebih seram dan mengerikan dari
pada nasibnya bila jatuh ke tangan Giok-bin Tok-ong atau Bok
Siang Ki tadi. Pemuda itu memang tidak akan mati di tangan
kakek Lo, karena kakek Lo memang tidak bermaksud untuk
membunuhnya Tapi meskipun tidak mati, keadaan yang
diterimanya nanti justru akan lebih hebat dari pada mati.
Embun semakin tebal menyelimuti hutan itu. Sebaliknya
tiupan angin justru semakin hilang dan mereda. Kakek Lo
sengaja membawa Liu Yang Kun menjauhi aliran sungai,
karena ia khawatir akan bertemu kembali dengan Giok-bin
Tok-ong atau Bok Siang Ki. Air embun yang menempel di
pucuk-pucuk daun menetes membasahi rambut dan pakaian
mereka. Dinginnya bukan alang-kepalang.
Mereka berjalan terus di dalam naungan kegelapan
pepohonan yang tumbuh lebat di hutan itu. Hanya kadangkadang
saja mereka memperoleh secercah sinar rembulan
yang menerobos diantara rimbunnya dedaunan. Meskipun
demikian mereka tidak berhenti untuk melepaskan lelah.
Bahkan orang setua kakek Lo itu, yang tubuhnya kelihatan
kurus dan kecil, ternyata masih tampak gesit dan lincah
memanggul tubuh Liu Yang Kun. Sedikitpun kakek tua itu
tidak kelihatan capai atau kehilangan tenaganya. Justru
muridnya yang masih amat muda itulah yang kemudian
tampak kusut dan terengah-engah. Berkali-kali pemuda
berwajah buruk itu hampir jatuh ketika melewati tanah becek
atau melompati jurang kecil yang sangat licin.
Beberapa saat kemudian pepohonan yang mereka lalui pun
semakin menjadi jarang. Bahkan semak-semak pun tampak
semakin menghilang pula, sehingga akhirnya yang ada hanya
satu-dua pohon dengan rumput atau alang-alang di
sekitarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-hu! Ada sinar lampu di depan sana. Tampaknya kita
sudah mendekati sebuah perkampungan penduduk." tlba-tiba
A Hek berbisik seraya menggamit lengan kakek Lo.
"Bagus. Kalau begitu...... marilah kita ke sana!”
Tapi tampaknya saja amat dekat, namun setelah mereka
menuju ke tempat itu ternyata cukup jauh juga. Mereka harus
menuruni sebuah jurang dahulu, kemudian harus
menyeberangi sungai pula. Sebuah sungai kecil yang dangkal
dan jernih airnya. Setelah itu masih harus mendaki sebuah
lereng bukit lagi. Dan di lereng bukit itu pulalah sinar lampu
tersebut berasal.
Dari jauh tadi sinar lampu itu memang tampak jelas. Tapi
setelah mendaki bukit tersebut, sinar lampu itu tiba-tiba
menghilang. Pandangan A Hek yang menuntun kakek Lo itu
mendadak terhalang oleh hutan cemara yang tumbuh lebat di
lereng bukit tersebut.
"Ah! Ternyata bukan perkampungan penduduk, su-hu. Kita
sampai di sebuah hutan pohon cemara. Dan tampaknya sinar
lampu itu datang dari tengah-tengah hutan ini. Kalau begitu
sinar lampu itu tentu bukan keluar dari rumah orang. Mungkin
sinar itu cuma datang dari sebuah obor yang dibawa oleh
seseorang di dalam hutan ini. Seorang pemburu
barangkali....."
Kakek itu membetulkan tubuh Liu Yang Kun yang ada di
atas punggungnya. Kedua belah alisnya yang putih itu tampak
berkerut sehingga hampir bertemu satu sama lain.
Tiba-tiba kakek itu menggeleng. “Tentu bukan. Apa yang
hendak dicari oleh seorang pemburu di hutan cemara larut
malam begini?" sanggahnya kemudian.
"Lalu apa menurut pendapat su-hu?"
Kakek itu menengadahkan mukanya sebentar ke langit,
seolah-olah matanya yang buta itu ingin melihat bintangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
bintang yang bertaburan di sana. Sesaat kemudian dia
kembali menundukkan kepalanya sambil menarik napas
panjang.
"Entahlah. Tapi perasaanku mengatakan bahwa kita harus
berhati-hati di tempat ini. Hmm.....Li Ing! Lebih baik kau
lekas-lekas menanggalkan penyamaranmu itu. Kita harus
benar-benar mulai dengan rencana kita. Lekaslah...!"
"Di sini, su-hu? Ah.....aku malu!" pemuda buruk rupa yang
ternyata adalah penyamaran Li Ing itu berkata kaget.
"Memangnya kenapa? Tiada orang di hutan ini malammalam
begini. Dan kau juga tak perlu menanggalkan
pakaianmu. Basuh saja mukamu di sungai tadi sehingga
penyamaranmu hilang.....!"
"Oh......ba-baik, su-hu." Dengan tersipu-sipu Li Ing
menjawab.
Gadis itu lalu berlari kembali ke bawah. Kemudian setelah
yakin bahwa tiada seorangpun yang melihatnya, ia
membersihkan tepung dan perekat yang menempel pada
wajahnya. Gigi palsu yang dipakai untuk mengganjal mulutnya
pun juga dia tanggalkan pula. Demikianlah, beberapa waktu
kemudian A Hek yang buruk rupa itu telah berubah menjadi
Tiauw Li Ing yang cantik jelita kembali.
Gadis itu lalu kembali lagi ke tempat gurunya berada. Tapi
ia menjadi kaget sekali ketika menyaksikan tubuh Liu Yang
Kun telah dibaringkan di atas tanah dan gurunya yang tiada
lain adalah Lo-sin-ong itu sedang sibuk menusukkan jarumjarum
emasnya ke kepala pemuda itu.
"Eh.....su-hu? Apa yang sedang kau lakukan?" serunya
kaget dan khawatir.
Tapi dengan tenang Lo-sin-ong menggelengkan kepalanya.
"Sssst! Jangan ribut! Pemuda itu tampaknya sudah akan
siuman kembali. Kita tidak boleh terlambat. Kini aku sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membetulkan letak jarum-jarum itu, agar kalau ia siuman
nanti tidak merasakannya. Nah....kau bersiap-siaplah!" ujarnya
perlahan.
"Dia.....dia.....oh, dia hendak siuman sekarang?" tiba-tiba
Tiauw Li Ing yang biasanya lincah dan berani itu berseru
gugup. Pipinya pun mendadak juga menjadi merah.
Lo-sin-ong tersenyum. Biarpun buta, tapi ia bisa merasakan
nada suara muridnya yang gembira, gugup dan tegang itu.
"Tenanglah! Jangan gugup! Bisa berantakan rencana kita
itu nanti. Bersikaplah wajar, seakan-akan tidak terjadi apa-apa
pada kita! Nah sekarang mari kita bawa dia ke sungai itu! Kita
guyur dia dengan airnya yang dingin, biar lekas sadar!"
Lo-sin-ong lalu membawa Liu Yang Kun ke sungai.
Kemudian dicelupkannya telapak tangannya ke dalam air
untuk seterusnya ia usapkan ke wajah pemuda itu. Tiga kali
hal itu ia lakukan ketika tiba-tiba pemuda itu sudah membuka
matanya.
"Hah.........???" pemuda itu tersentak kaget lalu bangkit
berdiri dengan tiba-tiba. Sigap dan cepat sekali, sehingga
tokoh sakti seperti Lo-sin-ong dan Tiauw Li Ing yang sudah
bersiap-siaga sejak semula itu pun tetap ikut kaget pula.
Lo-sin-ong melompat ke belakang dan berdiri tegak.
Tongkatnya melintang di depan dadanya. Sedangkan Tiauw Li
Ing ikut-ikutan meloncat pula ke belakang, namun wajahnya
tampak tegang dan khawatir.
Liu Yang Kun berdiri tegak mengawasi Lo-sin-ong dan
Tiauw Li Ing bergantian. Sinar matanya tampak mencorong
mengerikan. Sementara kulit wajahnya yang pucat itu tampak
mengkilat kekuningan. Seolah-olah sedang menahan marah.
Memang pemuda itu dalam keadaan siap tempur!
Tapi hal itu cuma beberapa kejap saja berlangsung, karena
di lain saat pemuda itu tiba-tiba menggeram dengan mulut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meringis. Kepalanya terasa sakit, seperti ada sesuatu yang
menyengatnya. Bahkan beberapa saat kemudian seluruh
tubuhnya juga terasa linu dan lemas. Dan pemuda itu juga
terkejut ketika melihat kedua buah lengannya telah dibalut
dengan kain pula.
"Sia..... siapa ka-kalian? A-a-apa yang telah kalian perbuat
terhadapku?" katanya kaget.
Plong! Lega hati Lo-sin-ong sekarang. Ternyata garapannya
berhasil. Pemuda sakti itu sudah tidak mengenal mereka lagi.
Tidak mengenal dia sebagai kakek Lo dan juga tidak mengenal
Tiauw Li Ing pula. Dan hal itu berarti bahwa pemuda itu telah
melupakan masa lalunya.
Oleh karena itu Lo-sin-ong segera memberi isyarat kepada
Tiauw Li Ing untuk segera menjalankan rencana mereka. Tapi
untuk beberapa saat gadis itu masih bungkam saking
tegangnya. Gadis yang biasanya lincah dan berani itu hanya
mampu memandang kekasihnya dengan mata terbelalak serta
dengan bibir yang bergetar pucat.
"Kenapa kalian diam saja? Siapakah sebenarnya kalian
berdua ini? A-a-pa yang telah kalian perbuat terhadapku di
hutan malam-malam begini?" Liu Yang Kun berseru pula
kembali. Suaranya juga masih terdengar tegang dan curiga.
"Ko-ko......?" akhirnya Tiauw Li Ing menegur setelah
dengan susah payah dapat menguasai hatinya.
Namun dengan cepat Liu Yang Kun menghindar ketika
gadis itu hendak memeluknya. Dengan air-muka semakin
heran ia memandang Tiauw Li Ing.
"Kau....kau siapa? Mengapa kau memanggilku 'ko-ko'?
Apakah engkau adikku?"
Tiauw Li Ing kembali terdiam dan menjadi salah tingkah
lagi. Semua rencana dan petunjuk yang ia terima dari Lo-sinong
tiba-tiba juga menghilang dari ingatannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hmm, Yang Kun ....Mengapa kau menjadi lupa kepada
isterimu sendiri? Oh, celaka!" Lo-sin-ong tiba-tiba mengeluh
dengan suara keras untuk memancing perhatian Liu Yang Kun.
Benar juga. Bagai disengat lebah Liu Yang Kun tersentak
menghadapi Lo-sin-ong. Wajahnya semakin bingung.
"Isteriku? Dia ... ini.....isteriku?" desahnya tertahan.
Tiauw Li Ing sendiri seperti terlepas dari beban berat yang
menindihnya. Sambil menjerit ia menubruk dada Lo-sin-ong
dan menangis sepuas-puasnya.
"Su-hu. a-aku takut! Aku.. aa-malu.....! Jangan-jangan ....
jangan-jangan ia masih tetap sadar! Jangan-jangan dia
mencemoohkan aku! Oooh, suhu.....!” ia mengeluh diantara
isaknya.
Sebaliknya tangis Tiauw Li Ing itu ternyata semakin
mengalutkan hati dan pikiran Liu Yang Kun. Pemuda yang kini
telah menjadi lupa akan masa lalunya, akibat cekokancekokan
obat dan jarum-jarum emas yang dimasukkan ke
kepalanya oleh Lo-sin-ong itu, semakin menjadi bingung
menghadapi hal-hal yang tak dimengertinya itu. Pikirannya
seolah-olah telah buntu dan tak tahu apa-apa. Rasanya ia
benar-benar seperti bayi yang baru saja lahir.
Akhirnya Liu Yang Kun menatap Lo-sin-ong yang ada di
depannya. Dipandangnya orang tua itu dengan wajah sedih
dan tertekan.
"Kakek.....! Tolonglah aku! Aku benar-benar sangat
bingung. Aku sungguh-sungguh tak tahu apa-apa. Siapakah
sebenarnya aku ini? Dan siapa pula kakek berdua ini?
Mengapa aku berada di tempat ini? Dan mengapa pula kakek
berada pula disini bersama aku? Tolonglah, kek ....!" rintihnya
memelas seperti orang yang menderita sakit berat.
Lo-sin-ong menundukkan kepalanya dan berbisik pelan
kepada Tiauw Li Ing, "Lihat ! Dia benar-benar telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melupakan segalanya. Berarti semua rencana kita berhasil
dengan baik. Kau tidak perlu takut lagi. Kau harus melakukan
peranmu sebaik-baiknya. Kau masih ingin menjadi isterinya,
bukan?"
Tiauw Li Ing menghentikan isaknya. Masih dengan butirbutir
air mata yang menggenangi matanya gadis itu
tersenyum. Pelan-pelan gadis itu menganggukkan kepalanya.
Lo-sin-ong berdesah lega. Kemudian sambil memiringkan
wajahnya ke arah Liu Yang Kun ia berkata, "Yang Kun...!
Sungguh tak kusangka luka-luka yang kau peroleh dalam
pertempuran itu telah membuatmu menderita seperti ini.
Hmmmh..............!”
"Luka-luka dalam pertempuran? Aku baru saja berkelahi?
Dengan siapa ?” Liu Yang Kun tersentak kaget. Otomatis
matanya memandang kain pembalut yang melilit lengannya.
Bagaikan seorang pemain sandiwara ulung orang tua itu
menunduk sedih. Dipeluknya kepala Tiauw Li Ing yang
bersandar di dadanya.
"Ya! Tak kusangka semuanya berlalu sedemikian cepatnya.
Kau yang kemarin masih segar bugar dan tampak mesra
dengan isterimu ini, ternyata kini telah berubah sama sekali
akibat luka-luka itu. Ooooh .....!" orang tua itu sengaja
menggelitik hati Liu Yang Kun.
Benar saja Liu Yang Kun cepat melompat ke depan dan
menyambar lengan Lo-sin-ong. Cepat bukan main, sehingga
Lo-sin-ong yang agak ragu-ragu itu tidak kuasa mengelak lagi.
Lengannya yang memegang tongkat itu telah dicengkeram
oleh Liu Yang Kun.
"Kek, katakanlah cepat apa yang terjadi pada diriku?
Lekaslah! Jangan kau siksa aku berlama-lama..........!" pemuda
itu memohon dengan sangat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lo-sin-ong mendorong tubuh Tiauw Li Ing dan
menyuruhnya duduk, lalu sambil mempersilahkan Liu Yang
Kun pula ia duduk di samping muridnya itu.
"Yang Kun, namamu adalah Liu Yang Kun. Kau memang
benar-benar suami dari muridku ini. Namanya....Tiauw Li Ing.
Kalian adalah pengantin baru." Lo-sin-ong memulai cerita
palsunya.
"Liu Yang Kun ......? Ehm, ya ....rasa-rasanya aku juga
sangat mengenal nama itu. Hmm.... Jadi namaku Liu Yang
Kun? Lalu.... dia itu isteriku?'* Liu Yang Kun bergumam sambil
mengangguk-anggukkan kepalanya. Matanya melirik Tiauw Li
Ing yang menjadi merah padam mukanya.
Kemudian pemuda itu mengetuk-ngetuk dahinya sendiri
dengan jari-jarinya. "Tiauw Li Ing .... isteriku. Benar rasarasanya
aku memang sudah beristeri. Cuma aku memang lupa
nama itu."
"Dia memang isterimu. Dia adalah puteri Tung-hai-tiauw,
tokoh besar dari lautan Timur sana." Lo-sin-ong menerangkan
lagi.
"Tung-hai-tiauw? Ah, aku sudah melupakannya pula. Hmm
.... lalu siapa orang tuaku? Dari mana aku berasal?"
Kini Lo-sin-ong lah yang ganti terdiam menerima
pertanyaan pemuda itu. Sekejap orang tua itu menjadi
bimbang untuk menjawabnya. Apakah ia harus berbohong
atau mengatakan yang sesungguhnya?
Namun sekejap kemudian orang tua itu telah mengambil
keputusan pula. Dia harus mengatakan yang sebenarnya,
sebab tidak mungkin membohongi orang tentang pemuda itu.
Liu Yang Kun telah terkenal di dunia persilatan. Bahkan
pemuda itu adalah putera Kaisar Han yang sedang dicari-cari
oleh para punggawa kerajaan. Setiap saat pemuda itu akan
segera mengetahui siapa dirinya. Sungguh sangat berbahaya
bila ia membohonginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebenarnya kau pun juga bukan pemuda sembarangan
pula, Yang Kun. Kau adalah seorang pangeran. Bahkan kau
adalah putera Hong-siang sendiri. Tapi kau selalu
mengembara di dunia kang-ouw, karena kau tak senang
berada di istana yang gemerlapan itu. Dan selama ini Hongsiang
selalu mencarimu dan memanggilmu agar kembali ke
istana, tapi kau tak mau. Kau justru bersembunyi dan kawin
dengan puteri Tung-hai-tiauw ini ......."
Liu Yang Kun ternganga. Ia seperti tak percaya kepada
cerita orang tua itu. Tapi apa daya? Ia benar-benar tak
mengerti apa-apa, sehingga ia juga tidak bisa membantahnya.
"Lalu siapakah yang telah berkelahi dan melukai aku
kemarin?" tanyanya kemudian.
Lo-sin-ong menghela napas, lalu bercerita dengan singkat
pertempuran yang terjadi di tengah-tengah hutan semalam.
Bagaimana pemuda itu berkelahi dengan Giok-Bin Tok-ong
dan Bok Siang Ki, tokoh nomer empat dan nomer dua di dunia
persilatan. Tapi tentu saja orang tua itu tidak bercerita
tentang sebagian dari Buku Rahasia yang mereka perebutkan
itu, karena buku itu kini berada di dalam saku bajunya.
"Giok-bin Tok-ong dan Bok Siang Ki?" lagi-lagi Liu Yang Kun
merasa belum pernah mengenal nama-nama itu. Dan hal itu
benar-benar sangat menyedihkannya.
"Sudahlah, kau tak perlu menjadi sedih karena keadaanmu
ini. Yang penting kau selamat lebih dahulu. Suatu saat kau
tentu akan sembuh kembali seperti semula. Sekarang marilah
kita meneruskan perjalanan kita .....!" Lo-sin-ong pura-pura
membujuk dan membesarkan hati Liu Yang Kun.
“Ah .... kemana kita akan pergi? Aku sama sekali tak
mempunyai tujuan...," Liu Yang Kun menjawab hambar.
"Tentu saja kita pulang ke rumah, ko-ko. Kau harus banyak
beristirahat agar ingatanmu menjadi segar kembali." tiba-tiba
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiauw Li Ing menyela dan menyentuh lengan pemuda itu
dengan jari-jarinya.
Liu Yang Kun menoleh dengan cepat. Ditatapnya wajah
Tiauw Li Ing yang cantik itu dengan pandangan asing. Tapi ia
buru-buru menundukkan mukanya lagi ketika menyaksikan
pancaran sinar kasih di mata gadis itu.
"Be-benarkah kau isteriku?" katanya kemudian seperti tak
percaya.
Untuk sesaat pipi Tiauw Li Ing menjadi merah. Namun di
lain saat gadis itu telah menemukan keberaniannya kembali.
"Ah, ko-ko. Mengapa kau masih belum percaya juga? Kita
memang belum resmi dimeriahkan dengan pesta oleh ayahku.
Tapi percayalah, Kita memang benar-benar .. suami-isteri!"
"Baik .... baiklah kalau begitu." Liu Yang Kun menyahut
dengan gugup. Apalagi ketika Tiauw Li Ing merangkul
pinggangnya dan menyandarkan kepalanya di pundaknya.
"Sudahlah. Marilah sekarang kita berangkat!" Lo-sin-ong
memotong pula, kemudian mendahului melangkah pergi
meninggalkan tempat itu.
Tiauw Li Ing segera mengajak Liu Yang Kun untuk
mengikuti orang-tua itu. Ketika mereka mendaki lereng bukit
itu kembali, Lo-sin-ong berkata kepada Liu Yang Kun.
"Yang Kun! Sementara ingatanmu belum pulih kembali, kau
lebih baik menurut saja apa perintah isterimu. Biarlah dia yang
mengatur dan memberitahukan kepadamu, apa yang
seharusnya kau lakukan nanti."
Liu Yang Kun memandang orang tua itu sekejap, kemudian
menoleh pula ke arah Tiauw Li Ing." Baiklah, aku menurut
........" jawabnya pelan seperti kepada dirinya sendiri.
Lalu ketika pada suatu saat Tiauw Li Ing mendekati
gurunya, Lo-sin-ong juga berpesan pula, meskipun dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perlahan sekali. "Dan kau juga harus ingat pula akan janjimu.
Kau harus mengubah sikap dan kelakuanmu selama ini."
Gadis itu mengerling dan memainkan bibirnya. "Tentu saja,
su-hu. Akupun tak ingin kehilangan dia pula," desahnya
manja.
Demikianlah, mereka bertiga sampai pula ke tempat
berhenti mereka semalam.
Sementara itu di ufuk timur mulai membersit sinar pagi
yang kemerah-merahan.
"Su-hu, lihat! Sebentar lagi fajar akan menyingsing........."
Walaupun tidak bisa melihat, namun Lo-sin-ong bisa
merasakan nada gembira yang terpancar dalam suara
muridnya itu. Diam-diam hatinya juga ikut berbahagia pula.
"Aaoh... moga-moga kebahagiaannya ini benar-benar bisa
mengusir kekelaman jiwanya dan menuntunnya ke dalam
kehidupan yang lebih baik. Dengan demikian dosa yang telah
kuperbuat ini rasanya menjadi ringan dan tidak sia-sia,” ia
bersyukur di dalam hati.
Dan ketika matahari benar-benar tersembul di ufuk timur,
maka tirai kegelapanpun rasanya seperti terkuak dari muka
bumi. Meskipun masih remang remang, tapi semuanya sudah
dapat ditembus dengan penglihatan mereka.
'Mengapa kau diam saja sejak tadi? Lihatlah, pemandangan
alam demikian indah dan mempesonakan! Kau pernah
menyaksikan panorama seperti ini?" tiba-tiba Tiauw Li Ing
berkata kepada Liu Yang Kun. Jari tangannya menunjuk ke
lembah di sebelah kiri mereka. Lembah dlmana sungai kecil
tadi mengalir.
Liu Yang Kun mengikuti arah jari telunjuk itu. Dan matanya
segera memancarkan sinar kekaguman pula. Lembah itu
tampak hijau segar, sehingga aliran air jernih yang membelah
di tengah-tengahnya itu bagaikan tinta perak yang mengalir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemerlapan di pagi hari. Bahkan kabut tipis yang kemudian
turun dari bukit-bukit di sekitarnyapun semakin menambah
keelokan dan keindahannya. Bagai tirai kain yang sangat tipis,
kabut itu membuat tempat-tempat yang dilaluinya menjadi
samar-samar.
"Bagaimana .... ? Pernahkah?" Tiauw Li Ing mendesak lagi.
Liu Yang Kun menatap wajah Tiauw Li Ing, kemudian
menggelengkan kepalanya.
"Entahlah, aku sudah tak ingat lagi. Tapi panorama seperti
ini rasanya juga tidak asing bagiku. Aku seperti sering
melihatnya. Bahkan rasanya aku pernah tinggal pula di tempat
seperti ini......."
Tiauw Li Ing meraih lengan Liu Yang Kun. Matanya melirik,
sementara bibirnya menyunggingkan senyum manis sekali.
"Ah, mana mungkin? Kau adalah seorang pangeran. Mana
mungkin kau tinggal di tempat sunyi seperti ini?"
Liu Yang Kun tersenyum pula. Entah mengapa hatinya tidak
enak untuk terus menerus bercuriga terhadap gadis cantik itu.
"Aku seorang pangeran? Hmm... aku berani bertaruh kalian
keliru dalam hal ini. Aku sama sekali tidak merasa sebagai
pangeran selama ini. Aku memang telah kehilangan seluruh
ingatanku, tapi aku tidak kehilangan perasaan dan naluriku.
Ketika gurumu itu mengatakan bahwa kau adalah isteriku,
naluriku memang merasakan bahwa aku memang sudah
beristeri. Ketika orang tua itu juga mengatakan bahwa aku
berkelahi dengan tokoh-tokoh ternama di dunia persilatan,
hati dan perasaanku juga tidak membantahnya, karena
naluriku juga mengatakan pula bahwa aku memang seorang
Jago persilatan berkepandaian tinggi.....Eh, maaf, aku tidak
bermaksud menyombongkan diri......Tapi kalau kalian katakan
bahwa aku seorang pangeran, hmm.... kalian keliru! Sekali lagi
kukatakan bahwa aku bukan seorang pangeran. Sama sekali
aku tidak merasakannya. Aku bahkan sangat setuju kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kaukatakan bahwa aku ini seorang dusun atau seorang
pengembara, karena naluriku mengatakan bahwa aku sangat
akrab dengan lembah dan gunung yang indah seperti ini.
Bahkan aku merasa pernah tinggal lama sekali di tempat
seperti ini."
Tiba-tiba Tiauw Li Ing tertawa lepas. Begitu wajar dan
segar suaranya. Dan begitu cantik pula wajahnya, sehingga
tak terasa mata Liu Yang Kun seperti terpaku dan terpesona
melihatnya.
Dan diam-diam hati pemuda itu merasa tergetar.
Tak terasa Liu Yang Kun meraih jari-jari Tiauw Li Ing.
"Kau...kau sungguh cantik sekali! Be-benarkah kau
ini......isteriku?" bisiknya gemetar pula.
Tawa itu tiba-tiba terhenti dengan mendadak. Wajah yang
segar dan renyah itu tiba-tiba juga berubah menjadi merah.
Bahkan wajah yang cantik itu kemudian tertunduk pula dalamdalam.
Sama sekali tidak berani menatap Liu Yang Kun.
Barulah gadis itu menjadi kaget setengah mati ketika tibatiba
tubuhnya dipeluk. Bahkan semangatnya seperti melayang
pula dengan mendadak ketika tiba-tiba bibirnya juga dicium
oleh Liu Yang Kun. Selanjutnya gadis itu sudah tidak ingat
lagi. Tahu-tahu ia sudah terlena dalam pelukan pemuda yang
dicintainya itu.
“Hem... hem....! Kalian kenapa! Ada sesuatu di sekitar kita?
Mengapa tiba-tiba kalian terdiam?" mendadak Lo-sin ong yang
berada jauh di depan mereka itu membalikkan badan dan
berseru kepada mereka.
Tergesa-gesa Tiauw Li Ing melepaskan diri dari pelukan Liu
Yang Kun. Mukanya yang cantik itu merah padam bagai udang
direbus.
"Ti-tidak a-apa-apa, su-hu......,tidak apa-apa!" jawabnya
gugup seraya membenahi bajunya yang kedodoran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang tidak kalah kagetnya adalah Liu Yang Kun. Pemuda
itu seperti terbangun dari mimpinya. Wajah dan matanya
tampak memerah seperti singa sedang marah, sementara
napasnya seperti kuda yang baru saja berjalan jauh.
"Gila!" pemuda itu menggeram perlahan sambil mengibasngibaskan
kepalanya, ke kanan dan ke kiri.
"Kalau begitu marilah kita meneruskan perjalanan kita! Kita
capai dulu desa atau kota yang terdekat, baru kemudian kita
istirahat sepuasnya nanti." Lo-sin-ong berkata lagi seolah-olah
menyindir mereka.
Wajah Tiauw Li Ing semakin merah padam. Begitu pula
halnya dengan Liu Yang Kun.
"Huh.....kau! Nekad saja!" gadis itu menggerutu sambil
memukul dada kekasihnya.
"Apakah dia tahu? Bukankah matanya tidak dapat melihat?"
Liu Yang Kun membantah.
Tiauw Li Ing melirik. Mulutnya yang runcing itu kemudian
mencibir.
"Huh, enak saja! Meskipun buta suhu memiliki perasaan
yang peka dan tajam luar biasa! Tahu?"
"Ya, tapi dia juga sudah bilang sendiri bahwa kau adalah
isteriku. Apa salahnya kalau aku memeluk dan
mmmmmnim........?" Liu Yang Kun mau membantah lagi, tapi
keburu ditutup mulutnya oleh Tiauw Li Ing.
"Li Ing, ayolah......! Ajak suamimu !" Lo-sin-ong berseru
lagi.
"Baik. su-hu... Sssst......... ayolah, jangan membantah lagi!"
Tapi baru beberapa langkah mereka berjalan, Tiauw Li Ing
telah berteriak pula. "Su-hu...... Lihat! Aku menemukan bekas
tangkai obor di sini! Bahkan tidak cuma satu. tapi....... lima
buah ah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benarkah.....? Coba kauselidiki, obor itu baru saja dipakai
ataukah sudah lama dibuang? Dan apakah ada tanda tanda
yang bisa kita pakai untuk mengenali pemiliknya?"
Tiauw Li Ing membungkuk dan mengambil tangkai-tangkai
obor-obor itu. Dua diantaranya ia berikan kepada Liu Yang
Kun. "Tolong kau lihat pula....!" pintanya.
Liu Yang Kun menerima tangkai obor itu, kemudian
mencoba untuk menelitinya. Tangkai obor itu masih hangat,
suatu tanda bahwa obor itu memang baru saja dipergunakan.
Namun selain itu tiada lagi yang istimewa, karena tangkai obor
tersebut juga hanya terbuat dari bambu hijau biasa. Bahkan
obor itu agaknya juga dibuat secara darurat dan sembarangan
saja. Buktinya garapannya tampak sangat kasar dan satu
sama lain tidak sama panjangnya.
"Ini hanya obor biasa. Tidak ada istimewanya. Memang ada
apa? Mengapa tiba-tiba kau tertarik pada benda ini?" Liu Yang
Kun bertanya.
Tiauw Li Ing tersenyum, kemudian bercerita tentang sinar
lampu yang mereka lihat tadi malam. “Kami mengira kalau
sinar lampu itu datang dari perkampungan penduduk, tapi
ternyata bukan. Namun demikian hal ini juga berarti bahwa
kita telah dekat dengan tempat tinggal atau perkampungan
penduduk. Benar-benar suatu hal yang amat melegakan
setelah berjalan semalam suntuk di hutan saja."
"Bagaimana, Li Ing?" Lo-sin-ong mendesak.
"Hanya tangkai obor biasa, suhu. Tidak ada
keistimewaannya."
"Hmmh, masa.....? Coba kau lihat di sekitar tempat ini!
Adakah bekas-bekas jejak manusia di sana?"
Tiauw Li Ing merengut. Matanya yang bulat bening itu
menatap ke sekelilingnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kenapa suhu menanyakan yang lain? Bukankah suhu tadi
.... eh, benar suhu! Di sini ada bekas-bekas tapak kaki orang!
Tumpukan daun cemara kering ini sampai melesak ke dalam
tanah diinjak orang!” tiba-tiba gadis itu berseru nyaring.
Liu Yang Kun mendekati isterinya. Dia ikut mengawasi
bekas-bekas telapak kaki itu.
"Benar. Ini memang bekas kaki orang. Tampaknya tempat
ini memang telah dekat dengan tempat tinggal manusia."
"Bagus! Kalau begitu marilah kita ikuti jejak itu! Li Ing,
ayoh.........kau duluan,” Lo-sin-ong berseru gembira.
Mereka lalu bergegas mengikuti bekas-bekas telapak kaki
itu. Dan sungguh beruntung bagi mereka, karena jejak-jejak
kaki itu tampaknya memang masih sangat baru, sehingga
amat jelas dan mudah dilihat oleh mata mereka. Kalaupun ada
yang kurang jelas, mereka segera mencari tanda-tanda lain di
sekitarnya.
Beberapa kali mereka melingkari lereng lereng bukit yang
banyak terdapat di daerah itu. Untung pula bagi mereka,
tanah yang mereka lewati sedikit berair dan agak becek,
sehingga mereka tak pernah kehilangan jejak-jejak tersebut.
"Su-hu! Kita telah sampai di jalan besar......!" akhirnya
Tiauw Li Ing bersorak gembira.
"Betul.....? Apa kau melihat rumah penduduk juga?" Lo-sinong
menyahut gembira pula.
"Belum! Tapi aku melihat debu mengepul di ujung jalan
besar itu. Hmm, tampaknya ada pasukan berkuda yang
hendak lewat."
"Pasukan berkuda? Mengapa ada pasukan berkuda lewat
pagi hari begini?" Lo-sin-ong terhenyak kaget. Dahinya yang
berlipat-lipat itu semakin berkeriput pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa tahu ada gerombolan perampok atau ada
pemberontakan di daerah ini?” tiba-tiba Liu Yang Kun ikut
berbicara.
Tlauw Li Ing tersenyum. "Mungkin kau benar, ko-ko.
Tapi...... sudahlah! Kita tak perlu main tebak-tebakan.
Sekarang marilah kita mendekat saja ke jalan itu! Kita
lihat.....apa sebenarnya yang menyebabkan debu mengepul
itu?"
Mereka lalu menuruni lereng bukit itu, kemudian naik lagi
ke bukit di depan mereka. Karena ingin lekas sampai di jalan
itu, maka masing-masing tanpa terasa lalu mengerahkan ilmu
meringankan tubuh mereka. Tiauw Li Ing berada di depan,
sementara gurunya yang buta itu mengikutinya dari belakang.
Keduanya berloncatan dengan amat lincah dan ringan luar
biasa. Ujung sepatu mereka seakan-akan tidak pernah
menyentuh tanah. Bahkan kadang-kadang mereka melenting
tinggi ke atas, kemudian berjumpalitan melompati semaksemak
belukar yang banyak terdapat di lereng itu. Tampaknya
gadis itu sengaja memamerkan kepandaiannya kepada
'suaminya'.
Dan Tiauw Li Ing benar-benar amat puas ketika
menginjakkan kakinya di pinggir jalan itu. Wajahnya atau
pipinya tampak memerah, tanda bahwa ia sungguh-sungguh
telah mengerahkan tenaganya beberapa saat tadi. Ketika
melirik ke arah gurunya, gadis itu sempat menyaksikan
bagaimana gurunya yang amat sakti itu menarik napas
panjang. Suatu tanda juga bahwa gurunya tersebut diam-diam
juga telah mengerahkan sedikit tenaganya pula. Tapi ketika ia
menoleh ke belakang, dimana Liu Yang Kun berada, tiba-tiba
matanya terbelalak!
Ternyata sikap dan keadaan suaminya itu sama sekali tidak
mengalami perubahan. Air mukanya tetap biasa. Bahkan
pernapasannyapun juga masih tetap teratur pula seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semula. Sedikitpun tidak ada tanda-tanda bahwa pemuda itu
baru saja berlari menuruni lereng bukit tersebut.
"Ada apa....? Mengapa matamu terbelalak memandangku?
Ada yang salah?" Liu Yang Kun bertanya kepada Tiauw Li Ing.
"Oh, tidak.... tidak!" Tiauw Li Ing berdesah sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya, tapi matanya tidak bisa
menyembunyikan kekagetan dan kekagumannya.
"Lalu.....kenapa kau memandangku seperti itu?" Liu Yang
Kun mendesak.
Masih dengan menatap kagum kepada 'suaminya’ itu Tiauw
Li Ing tersenyum. Senyum bangga dan bahagia.
"Ko-ko, ilmu meringankan tubuhmu sungguh luar biasa
sekali. Aku sungguh kagum sekali, siapakah sebenarnya
gurumu itu? Apa nama ilmu itu?" gadis itu bertanya. Air
mukanya tampak berbinar-binar dan bersemangat sekali.
Tiba-tiba wajah Liu Yang Kun tampak keruh dan lesu.
Matanya menerawang jauh tinggi ke angkasa. Lalu perlahanlahan
kepalanya menggeleng.
"Entahlah, aku sudah lupa pula. Aku tak ingat lagi siapa
guruku. Dan... aku juga tak ingat lagi nama ilmu itu. Bahkan
aku juga sudah tak ingat lagi bagian-bagiannya. Aku hanya
bergerak menurut naluriku saja," jawabnya sedih.
Lo-sin-ong mendekati Tiauw Li Ing dan kemudian menyikut
lengan muridnya itu.
"Hmmh..... Jangan kau usik dia dengan masa lalunya!
Semua itu hanya akan membuatnya sedih. Sebab dia sudah
takkan bisa mengingatnya lagi. Kalau ia sekarang masih bisa
bersilat, itu hanya karena nalurinya saja. Seperti halnya kalau
kita berjalan, berbicara atau bernapas. Kalau kau suruh dia
mengingat-ingat, hmm.... semuanya justru akan menjadi kalut
dan kacau malah!" orang tua itu berbisik perlahan di telinga
Tiauw Li Ing.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oooh.....!"
"Nah, sudahlah.......kalian jangan berisik lagi! Aku sudah
mendengar suara gemuruh di balik hutan itu. Marilah kita
bersembunyi.....!" Lo-sin-ong kemudian menambahkan
dengan suara keras.
Mereka bertiga lalu bergegas menyembunyikan diri. Mereka
berlindung di balik batu-batu karang besar yang banyak
terdapat di kanan kiri jalan itu. Dan mereka tidak usah
menunggu lama, karena sebentar kemudian suara gemuruh
dan debu yang mengepul tinggi itu telah muncul di balik
tikungan jalan.
Suara sepatu kuda segera menghentak-hentak ke telinga
mereka. Dan sesaat kemudian mereka telah melihat
serombongan pasukan berkuda yang terdiri dari limapuluhan
perajurit lewat di depan mereka. Sebuah bendera besar
berwarna hijau gemerlapan tampak berkibar di depan pasukan
itu. Tiga buah pedati besar yang masing masing ditarik oleh
enam ekor kuda beban tampak meluncur pula di belakang
pasukan itu. Dan kemudian agak jauh dari barisan pedati
tersebut masih berbaris pula sekelompok pasukan bertombak
dan berpedang berjalan kaki. Kedua buah pasukan ini
berjumlah kira-kira seratusan orang perajurit. Semuanya
masih tampak segar dan bergembira-ria, mungkin mereka
semua itu baru saja meninggalkan barak mereka.
Diam-diam dengan wajah tegang Tiauw Li Ing melirik ke
arah 'suaminya'.
Tapi ketika ia tidak melihat perubahan di wajah suaminya
itu, hatinya menjadi lega. Apalagi ketika 'suaminya' itu
tersenyum kepadanya.
"Nah, apa kataku? Sepasukan prajurit berkuda, bukan?"
pemuda itu berkata.
Tiauw Li Ing mengerling. "Kau tidak mengenal mereka?"
tanyanya menguji.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun mengerutkan keningnya. "Mengenal mereka?
Apa maksudmu?"
"Aku mengenal mereka," gadis itu menjawab. "Mereka
adalah prajurit-prajurit kerajaan. Kaulihat bendera itu? Dan
kaulihat pula panglima yang berkuda di deretan paling depan
tadi?"
"Kau maksudkan orang yang berpakaian gemerlapan dan
selalu dikawal oleh seorang lelaki yang berseragam tadi?" Liu
Yang Kun menegaskan.
"Ya! Dia itu adalah Panglima Besar Kerajaan. Namanya Yap
Khim, tapi orang biasa menyebutnya Yap Tai-ciangkun.
Sedangkan pengawalnya itu bernama Yap Kiong Lee, kakak
kandung panglima itu sendiri. Orang kang-ouw biasa
menyebutnya Hong-lui-kun (si Tinju Petir Dan Badai). Mereka
berdua adalah orang-orang kepercayaan Hong-siang.
Kepandaian mereka sangat tinggi, terutama Hong lui-kun Yap
Kiong Lee itu. Dialah jago silat nomer satu di istana.
Eh.....masakan kau telah melupakan mereka?" Tiauw Li Ing
masih tetap mencoba juga daya ingatan Liu Yang Kun.
Ternyata Liu Yang Kun menjadi tidak senang oleh
pertanyaan itu.
"Huh...... jadi kau masih menganggap aku ini seorang
pangeran?" pemuda itu berkata kesal.
Tiauw Li Ing cepat menyambar lengan 'suaminya’ itu.
"Eeee............jangan lekas menjadi marah! Aku bertanya baikbaik,
dan guruku itu memang tidak berbohong ketika
mengatakan bahwa kau adalah putera Kaisar Han. Kalau kau
memang tidak menyukai pertanyaanku tadi, baiklah..... aku
takkan mengulanginya lagi. Aku tadi hanya berpikir, kalaukalau
kau ingin menemui mereka, karena mereka itu memang
prajurit-prajurit ayahandamu……” katanya cepat pula untuk
membujuk dan meredakan kemarahan kekasihnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menatap wajah 'isterinya', kemudian
menghela napas panjang.
"Sudah kukatakan bahwa aku tidak pernah merasa menjadi
seorang pangeran. Oleh karena itu aku juga tak ingin
menemui mereka atau menemui siapa saja yang berbau
istana. Bahkan sekarang aku menjadi takut malah. Janganjangan
cerita kalian itu memang benar, sehingga aku harus.....
harus kembali ke istana. Hmh .. aku benci kehidupan yang
berbau gemerlapan dan banyak aturan. Semua itu tidak cocok
dengan jiwaku. Aku lebih suka hidup bebas merdeka di alam
terbuka, tanpa terikat oleh segala macam aturan dan adatistiadat."
Pemuda itu berkata dengan berapi-api. Dan Tiauw Li Ing
menyambutnya dengan rasa gembira dan lega. Karena
memang ucapan seperti itu pulalah yang ingin ia dengar dari
mulut 'suaminya' itu. Rasa cintanya yang amat besar membuat
gadis cantik itu takut kehilangan Liu Yang Kun. Maka betapa
bahagia hatinya tatkala mendengar kata-kata tersebut.
"Nah.....mereka telah lewat. Bagaimana sekarang menurut
pendapatmu, Li Ing? Kemanakah kita harus pergi? Mengikuti
pasukan itu ataukah mencari jalan yang lain......?" tiba-tiba Losin
ong menengahi percakapan mereka.
Tiauw Li Ing tersentak kaget. Untuk sekejap wajahnya
menjadi merah. Tapi sekejap kemudian ia menoleh ke arah
'suaminya'. Matanya yang bening seolah olah memancarkan
sinar pertanyaan atau meminta pertimbangan kepada Liu
Yang Kun.
Tapi Liu Yang Kun diam saja. Bahkan pemuda itu balas
memandangnya dengan tajam, sehingga Tiauw Li Ing
terpaksa mengalihkan pandangannya kembali kepada
gurunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimanakah menurut pendapat suhu sendiri? Jalan
mana yang sebaiknya harus kita pilih?" la lalu balas bertanya
kepada gurunya.
Lo-sin-ong menengadahkan kepalanya sebentar. Setelah
menarik napas berulang-kali orang tua itu lalu berkata,
"Pasukan itu tampaknya baru saja berangkat meninggalkan
perkemahan tempat mereka melepaskan lelah malam tadi. Hal
itu berarti tempat ini jauh dari kota maupun perkampungan
penduduk. Oleh karena itu menurut pendapatku kita
sebaiknya mengikuti saja pasukan itu dari jauh. Dengan begitu
paling tidak kita telah mendapatkan teman seperjalanan. Siapa
tahu kita kelaparan atau bertemu dengan perampok di jalan
nanti?"
"Ah, suhu......? Masakan kita takut kelaparan dan takut
kepada segala macam perampok?" Tiauw Li Ing cemberut.
"Aha, aku cuma bergurau saja. Bagaimana pendapatmu?"
"Terserah suhu saja......"
Lo-sin-ong mengangguk-angguk. "Kalau begitu ajaklah
suamimu berangkat ! Kita ikuti pasukan berkuda itu!”
Tiauw Li Ing menatap Liu Yang Kun. “Bagaimana
pendapatmu, ko-ko? Apakah kau setuju kalau kita berjalan di
belakang pasukan berkuda itu?"
Liu Yang Kun mengangkat pundaknya. "Terserah
kepadamu. Asal saja kita tidak sampai ketahuan oleh mereka."
Tiauw Li Ing mengangguk dan tersenyum manis sekali.
Dengan mesra tangannya lalu merangkul dan menggandeng
lengan pemuda itu. Kemudian perlahan-lahan mereka
melangkah di belakang Lo-sin-ong.
Belum juga ada lima lie mereka berjalan, di depan mereka
telah tampak membentang sebuah tembok kota yang
dibangun di kaki bukit. Bahkan rumah-rumah pendudukpun
sudah banyak pula yang dibangun di sekitar tembok kota
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersebut. Sementara sawah dan ladang juga telah mulai
bertebaran pula dikerjakan orang di sekitar jalan yang mereka
lalui.
Ketika rombongan pasukan berkuda yang ada di depan
mereka itu berhenti dan membuat kemah di luar tembok kota
tersebut, Lo-sin-ong juga berhenti puIa. Orang tua itu
memanggil Tiauw Li Ing.
"Li Ing, kudengar suara derap di depan itu telah berhenti.
Apakah yang telah terjadi pada mereka?"
"Su-hu, kita telah sampai di sebuah kota. Pasukan itu
berhenti di luar tembok dan membuat kemah di sana. Apa
yang harus kita lakukan?"
"Oh......begitu cepatnya kita sampai di sebuah kota? Kota
mana itu?"
"Entahlah, su-hu. Tembok kota itu masih jauh dari s ini. Aku
belum bisa membaca huruf yang tertulis di atas Pintu
Gerbangnya."
Lo-sin-ong berdiam diri sebentar. Lalu katanya lagi,
"Baiklah. Marilah kita sekarang mencari jalan lain dengan
menjauhi perkemahan para prajurit itu. Lalu secara diam-diam
kita menyelinap memasuki pintu gerbang kota."
Demikianlah, dengan jalan melingkar mereka memasuki
pintu gerbang kota itu. Mereka lewat di ladang-ladang dan
perkampungan penduduk sehingga mereka tidak bertemu
dengan para prajurit itu.
"Kota Cia-souw......! Ah, ternyata kita berada di kota Ciasouw
di semenanjung Syan-tung, suhu!” Tiauw Li Ing
bergumam sedikit keras ketika membaca huruf yang tertera di
atas pintu gerbang yang mereka lalui itu.
"Kota Cia-souw? Ah, kalau begitu kita berada agak jauh di
sebelah timur kota Cin-an." Lo-sin-ong menyahut dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kening berkerut. Sama sekali tak disangkanya kalau mereka
sampai melenceng sedemikian jauhnya dari kota An-lei.
"Benar, su hu. Ternyata malam tadi kita telah menempuh
perjalanan yang jauh sekali. Tapi sungguh kebetulan malah,
karena ayahku justru banyak mempunyai kaki tangan di
daerah ini. Nanti kita bisa menghubungi mereka."
"Cin-an.. . Cin-an .. ..Cin-an.....?" tiba-tiba Liu Yang Kun
turut bergumam pula ketika Lo-sin-ong menyebut-nyebut kota
Cin an. Dahinya berkerut seakan-akan sedang mengerahkan
semua ingatannya.
"Ko-ko, ada apa.....?" Tiauw Li Ing berdesah khawatir. "Kau
teringat sesuatu?"
"Tidak ..... tidak. Aku tidak teringat apa-apa. Cuma kota itu
rasa-rasanya sudah kukenal. Malahan kota itu
seperti......seperti penting bagiku. Hmmm.....jangan-jangan
aku memang berasal dari kota itu. Ah.......! Li Ing, aku harus
ke sana! Aku ingin ke kota itu! Siapa tahu ingatanku akan
kembali lagi setelah melihat kota Cin-an?"
Liu Yang Kun menatap mata Tiauw Li Ing. Wajahnya
tegang, seolah-olah keinginannya untuk pergi ke kota Cin-an
itu sudah tak bisa diganggu-gugat lagi. Bahkan seandainya
dicegah oleh Tiauw Li Ing sekalipun.
Tentu saja Tiauw Li Ing menjadi khawatir dan bingung.
Kota itu adalah kota yang sangat besar. Kota yang dihuni oleh
banyak perwira dan prajurit kerajaan. Bahkan di kota itu juga
banyak tinggal tokoh-tokoh persilatan yang terkenal. Malah
diantara mereka itu adalah Hek-pian-hok Ui Bun Ting, Ketua
Tiam-jong-pai yang dua atau tiga hari lagi akan
melangsungkan perkawinannya. Tentu akan banyak lagi
tokoh-tokoh persilatan yang akan berkunjung ke kota itu. Lalu
bagaimana kalau nanti pemuda itu dikenal orang dan dibawa
pergi oleh prajurit-prajurit istana?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ko-ko, bukankah kau tidak ingin bertemu dengan.......
dengan punggawa punggawa ayahmu? Di kota itu banyak
berkeliaran perwira dan prajurit kerajaan. Bagaimana kalau
kau dikenali mereka nanti?''
"Tapi…. tapi aku harus ke sana. Kita.... kita bisa menyamar
atau pergi secara diam-diam. Tetapi kalau kau takut, biarlah
aku pergi ke sana sendirian." Liu Yang Kun tetap bersikeras
untuk melaksanakan keinginannya.
Hampir saja Tiauw Li Ing tak bisa menguasai dirinya. Kalau
saja saat itu mereka tidak sedang berjalan di jalan umum yang
penuh orang, mungkin Tiauw Li Ing sudah menangis dan
merengek-rengek kepada Liu Yang Kun agar supaya pemuda
itu mau membatalkan niatnya.
"Su-hu, bagaimana ini? Dia ingin pergi ke kota Cin-an yang
banyak prajuritnya itu. Bagaimana nanti kalau ada yang
mengenalinya? Ooooh,.........!" gadis itu mengeluh ketakutan.
"Ah, kalian ini seperti anak kecil saja. Berdebat dan
bertengkar di muka umum. Ayoh, kita cari dulu tempat untuk
beristirahat, baru kemudian kita rundingkan semua persoalan
kalian itu!” Lo-sin-ong membentak perlahan.
Jilid 27
Liu Yang Kun menghela napas sambil memandang ke
sekelilingnya. Ia sedikit tersipu ketika menyadari dirinya telah
menjadi perhatian beberapa orang yang lewat. Oleh karena itu
ia tidak membantah ketika tangan Tiauw Li Ing
menggandengnya dan cepat-cepat mengajak pergi mencari
rumah penginapan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hampir saja Tiauw Li Ing meminta kamar sendiri ketika
berada di rumah penginapan. Untunglah gurunya cepat-cepat
menyikut lengannya, sehingga ia menjadi ingat kembali akan
sandiwara yang telah mereka lakukan. Namun demikian
pipinya menjadi merah juga, sebab bagaimanapun juga ia
belum pernah tidur sekamar dengan seorang lelaki. Bahkan
setelah berada di dalam kamar, tiba-tiba saja keringat
dinginnya membanjir tanpa terasa.
Dan gadis itu semakin menjadi kikuk dan ngeri
menyaksikan mata 'suami-nya' itu selalu tertuju kepadanya.
Bahkan semakin lama gadis itu merasa seperti seekor tikus
yang berada di dalam cengkeraman seekor kucing liar.
Sehingga niatnya untuk mandi dan berganti pakaian pun
menjadi urung pula.
“Ko-ko, kau jangan…..jangan memandangku terus-menerus
begitu! Aku takut,” akhirnya Tiauw Li Ing berkata gemetar.
"Ahhh........!” Liu Yang Kun tunduk malu. Tiba-tiba hatinya
ikut bergetar juga. Gadis yang mengaku sebagai isterinya itu
benar-benar cantik bukan main. Entah mengapa tiba-tiba ia
ingin memeluknya.
"Tapi...... tapi….bukankah kau ini isteriku? Me-mengapa
aku tak boleh memandangmu?" pemuda itu mencoba
membantah.
"Ya.....ya! Tapi aku menjadi ngeri melihatmu! Kau……kau
keluarlah sebentar! Aku ingin mandi dan berganti pakaian…..”
“Hei……mengapa begitu? Masakan suami isteri masih pakai
malu-malu segala?” tiba-tiba timbul kembali keberanian Liu
Yang Kun. Bukannya keluar, tapi sebaliknya dia malah
menyambar tubuh Tiauw Li Ing dan menciumnya.
Gadis itu segera meronta-ronta dan mendorong tubuh Liu
Yang Kun ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ini…..ini……aauph! Lepaskan! Lepaskan…..!” jeritnya
ketakutan sehingga Liu Yang Kun terpaksa melepaskannya.
“Ssssst! Jangan berisik! Memalukan……!” Liu Yang Kun
berbisik kesal seraya menoleh ke arah pintu. Takut kalau ada
penghuni kamar lain yang mendengar jeritan gadis itu.
“Habis ……kau gila sih! Nekad saja!” Tiauw Li Ing
merengut. Kemudian dengusnya lagi, ”Nah, sekarang kau mau
keluar atau tidak? Kalau tidak mau, aku akan menjerit lagi."
Liu Yang Kun yang telah mulai panas itu terpaksa
mengalah. "Baiklah! Baiklah....... aku akan keluar," katanya
mendongkol, lalu melangkah ke pintu dan keluar dari kamar
itu.
Di luar kamar pemuda itu menoleh ke kanan dan ke kiri,
kalau-kalau ada tamu lain yang mendengar jeritan 'isterinya'
tadi. Tapi ternyata tak seorang pun yang mendengarnya.
Semua tamu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Hanya
seorang pelayan saja yang tampaknya bercuriga kepadanya.
Tapi pemuda itu tak peduli. Dia melangkah ke pendapa, yang
dipergunakan juga sebagai restoran atau tempat makan.
"Silakan duduk, Siauw-ya. Siauw-ya ingin memesan
makanan apa?" seorang pelayan cepat mempersilakan dia
duduk dan menanyakan makanan yang ia kehendaki.
Liu Yang Kun merogoh sakunya dulu, untuk melihat apakah
dia membawa uang atau tidak. Ketika jari-jarinya menyentuh
kantung kecil penuh uang di dalam sakunya, hatinya menjadi
lega. Ia lalu memesan makanan dan minuman yang ia
inginkan. Sekaligus untuk tiga orang. Dia sendiri, isterinya dan
guru isterinya itu.
"Heran. Di sakuku tersimpan uang yang amat banyak.
Tampaknya aku memang seorang yang kaya raya.
Hmm..........jangan-jangan aku ini memang seorang
pangeran,” gumamnya sendirian ketika pelayan itu sudah
pergi meninggalkannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian sambil menantikan kedatangan Tiauw Li Ing dan
Lo-sin-ong, Liu Yang Kun melamun dan merenungkan
nasibnya sendiri. Ia benar-benar merasa sedih dan tak habis
mengerti, bagaimana dia sampai bisa menderita sakit ‘lupa
pada masa lalunya' itu. Padahal ia merasakan tubuhnya dalam
keadaan sehat dan kuat. Otak dan pikirannyapun juga masih
terasa terang dan bersih. Dan sama sekali ia juga tidak
merasa kehilangan akal pula. Bahkan sampai sekarangpun ia
juga masih merasa dapat berpikir dengan baik. Ia tidak gila
atau hilang ingatan. Ia cuma lupa pada masa lalunya. Itu saja.
Begitu berat tampaknya sakit yang dideritanya itu sehingga
ia sampai lupa akan asalnya, keluarganya dan namanya
sendiri. Bahkan iapun sampai lupa pada isterinya pula.
Padahal semuanya itu menurut Lo-sin-ong hanya karena
luka-luka yang dideritanya ketika melawan Bok Siang Ki dan
Giok-bin Tok-ong, yaitu dua orang tokoh sakti dari dunia
persilatan.
"Aku harus mengembalikan semua ingatanku yang hilang.
Akan kucari seorang tabib yang pandai, atau akan aku
kunjungi tempat-tempat yang sekiranya telah kukenal. Siapa
tahu dengan begitu ingatanku bisa kembali normal seperti
sediakala?" pemuda itu menutup lamunannya.
Krengkeittt! Brug! Brug!
Tiba-tiba pemuda itu dikagetkan oleh suara kursi ditarik
dan orang duduk dengan kasar di pojok ruangan itu. Dan
ketika pemuda itu melirik ia melihat enam orang lelaki
bersenjata duduk di sana. Mereka tampak lelah dan lesu.
Bahkan empat orang di antaranya seperti sedang menderita
sakit.
Sebagai seorang yang memiliki kepandaian silat tinggi Liu
Yang Kun segera mengetahui kalau orang-orang itu telah
menderita luka dalam. Bahkan seorang di antaranya benarTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
benar menderita luka dalam yang amat berat. Hanya karena
semangat dan kekuatannya saja orang itu bisa bertahan.
Belum juga mereka itu sempat membereskan tempat duduk
mereka, mendadak dari luar pendapa masuk lagi beberapa
lelaki. Begitu masuk orang-orang itu segera menghampiri
enam orang yang datang lebih dahulu itu.
"Bagaimanakah perjalananmu, Ouw twa-ko? Dapatkah
kalian menangkap kuntilanak pemakan bayi itu?" salah
seorang dari orang-orang yang datang belakangan itu
bertanya kepada orang yang datang lebih dulu tadi.
Laki-laki yang menderita luka dalam paling berat itu
menengadahkan kepalanya. Dipandangnya orang yang
bertanya kepadanya itu beberapa saat lamanya, baru
kemudian kepalanya mengangguk.
"Silakan duduk dulu, Ci su-te! nanti akan kuceritakan
semuanya......" orang itu menjawab dengan suara agak
tersengal-sengal.
Orang-orang itu lalu menarik sebuah meja lagi, kemudian
mereka duduk menjadi satu. Orang-orang yang datang
belakangan itu tampak kaget dan heran begitu menyadari
kawan-kawan mereka yang datang duluan itu banyak yang
menderita luka dalam. Bahkan mereka semakin menjadi heran
ketika mengetahui orang yang mereka sebut Ouw twa-ko
justru menderita luka yang paling berat.
Beberapa orang tamu yang saat itu berada di dalam
pendapa pun juga sangat menaruh perhatian pada mereka.
Diam-diam semuanya kelihatan menunggu keterangan yang
hendak diberikan oleh orang yang disebut Ouw twa-ko itu.
Oleh karena itu tanpa terasa Liu Yang Kun juga ikut
menunggu pula. Sebagai jago silat pemuda itu ikut tergelitik
juga hatinya untuk mengetahui permasalahannya, mengapa
orang-orang itu sampai terluka dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Makanan dan minuman sudah siap semua, tuan muda.
Silahkan……!” tiba-tiba Liu Yang Kun dikagetkan lagi oleh
suara pelayan yang telah menyiapkan pesanannya tadi.
“Eh-oh….b-baik, terima kasih!” Liu Yang Kun mengangguk
gugup. Lalu sambil lalu pemuda itu berkata lagi, “Eh, sebentar
dulu! Siapakah mereka itu? Dari mana mereka datang?
Tampaknya ada sesuatu hal yang amat penting telah terjadi di
kota ini……”
pelayan itu tak jadi melangkah pergi. Sambil mengawasi
wajah Liu Yang Kun pelayan itu mengangguk.
“Memang ada sesuatu yang telah terjadi di kota ini, tuan
muda. Sesuatu yang aneh, namun juga sangat menakutkan
hati penduduk kota ini. Ehmm, tampaknya tuan muda bukan
penduduk daerah ini, sehingga Tuan belum mendengarnya.”
“Aku memang bukan orang sini. Aku seorang petualang
yang baru saja datang dari daerah lain. Nah......bolehkah aku
mengetahui peristiwa yang kalian takutkan itu?"
Pelayan itu menoleh ke kanan ke kiri, seakan-akan ada
yang dia takutkan. Tapi melihat semua perhatian tertuju ke
arah orang-orang yang baru datang tadi, pelayan itu menjadi
lega. Keberaniannya timbul kembali. Dengan suara perlahan ia
bercerita.
Telah sepekan ini kota Cia-souw digemparkan oleh
munculnya hantu kuntilanak di malam hari. Hantu yang
berwujud sebagai wanita cantik itu selalu gentayangan
mencari mangsa di rumah-rumah penduduk yang memiliki
anak kecil atau bayi. Setiap kali hantu cantik itu singgah atau
lewat di rumah penduduk yang mempunyai bayi, niscaya bayi
itu akan meninggal keesokan harinya.
Dan selama sepekan itu telah ada empat bayi yang menjadi
korban. Jadi setiap malam tentu ada satu bayi yang menjadi
korban. Semuanya mati tanpa diketahui sebab-sebabnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja penduduk kota Cia-souw menjadi gelisah dan
ketakutan. Terutama bagi keluarga yang memiliki bayi atau
anak kecil. Hati mereka menjadi kecut apabila malam datang.
Mereka berjaga semalam suntuk untuk melindungi anak
mereka.
Peristiwa yang sangat menggemparkan itu akhirnya sampai
juga di telinga para pembesar di kota Cia-souw itu. Mereka
lalu mengerahkan pasukan keamanan kota untuk mencari dan
menangkap ‘kuntilanak’ tersebut.
“Menangkap kuntilanak? Eh……mana bisa orang
menangkap hantu? Bukankah hantu itu bisa menghilang?” Liu
Yang Kun memotong cerita pelayan itu.
Pelayan itu menyeringai kecut. "Memang tidak........ tidak
bisa. Jangankan hendak menangkap, sedang melihat
bayangannyapun mereka tidak bisa. Oleh sebab itu pulalah Un
Tai-jin lalu minta pertolongan para jago silat di kota ini untuk
ikut menyingkirkan hantu itu. Un Tai-jin berharap, dengan
kepandaian mereka yang tinggi para pendekar itu akan
mampu mengusir kuntilanak tersebut dari kota ini."
"Ehmmmm........?" Liu Yang Kun berdesah. "Siapakah Un
Tai-jin itu?"
"Un Tai-jin (Pembesar Un) adalah pejabat kota yang
menguasai pasukan keamanan. Beliau adalah tangan kanan
Liong Tai-jin (Pembesar Liong), penguasa kota Cia-souw ini."
"Oooo...... lalu bagaimana kelanjutannya? Adakah para
pendekar silat yang mampu menangkap hantu itu?"
Pelayan itu tidak menjawab. Sebaliknya ia melayangkan
pandangannya ke pojok ruangan, dimana rombongan lelaki
kasar tadi duduk.
"Tuan lihat orang-orang itu? Mereka adalah sebagian dari
jago-jago silat yang diundang oleh Un Tai-jin itu. Telah dua
malam mereka berputar-putar di kota ini. Dan baru tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malam mereka bisa bertemu dengan hantu itu. Mereka
bersama-sama dengan para pendekar silat yang lain mengejar
hantu itu semalam suntuk. Dan baru sekarang mereka pulang.
Silahkan tuan mendengarkan sendiri pembicaraan
mereka........!" kata pelayan itu kemudian sambil pergi
meninggalkan Liu Yang Kun.
"Terima kasih....." ucap pemuda itu.
Tanpa menunggu lagi kedatangan isterinya, Liu Yang Kun
mulai menyantap pesanannya. Sambil menyuapkan makanan
itu ke mulutnya ia mendengarkan percakapan orang-orang di
pojok ruangan itu.
"Ci su-te.....! Untunglah kau dan rombonganmu tidak
berjumpa dengan 'hantu wanita’ itu. Kalau kalian juga
bertemu dengan hantu itu, niscaya kalian pun juga akan
bernasib sama pula seperti kami. Hantu wanita itu benarbenar
lihai bukan main!" terdengar suara lelaki yang dipanggil
Ouw Twa-ko tadi.
"Lihai......? Jadi kuntilanak itu bukan hantu sungguhan?"
orang yang disebut dengan sebutan Ci su-te itu bertanya
kaget.
Orang yang dipanggil Ouw Twa-ko itu mengangguk.
Matanya menerawang jauh.
"Mula-mula kami mendapat laporan kalau di dekat kuil
Liong-tee-bio ada sesosok bayangan yang mencurigakan.
Bayangan itu selalu berputar-putar mengitari rumah pande
besi (tukang membuat peralatan dari besi), yang mempunyai
anak kecil di rumahnya."
Orang itu menghentikan ceritanya sebentar, seakan-akan
ingin mengumpulkan kembali semua ingatan tentang kejadian
yang dia alami semalam.
"Karena tempat kami meronda berada paling dekat dengan
tempat itu, maka kami pula yang datang paling dulu disana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun demikian kami juga hanya bisa melihat bayangannya
saja. Hantu wanita itu keburu melarikan diri dari tempat si
pande besi.”
“keburu lari…..?” orang yang dipanggil dengan sebutan Ci
su-te itu memotong.
“Benar. Tapi karena hantu itu mengenakan pakaian putihputih,
maka kami dapat melihatnya dengan jelas. Apalagi
ketika dia berlari-lari di lereng bukit Cemara yang jarang
pepohonannya itu.”
“Wah……kalau begitu Ouw twa-ko berhasil
menangkapnya?”
Orang yang disebut dengan sebutan Ouw twa-ko itu
menggelengkan kepalanya sambil menarik napas panjang.
“Tampaknya memang mudah, serombongan lelaki kasar
mengejar satu hantu wanita. Tapi dalam pelaksanaannya
ternyata sungguh berat dan sulit. Bayangan putih yang selama
ini kita anggap sebagai hantu kuntilanak itu ternyata juga
manusia biasa seperti kita. Bahkan kesaktiannya benar-benar
di luar dugaan kami yang mengejarnya. Hanya dengan sebuah
saputangan dan….hanya dalam satu jurus pula, kami semua
telah dibuatnya bergelimpangan terluka parah.”
"Cuma.... satu Jurus?" orang yang dipanggil dengan
sebutan Ci su-te itu berdesah tak percaya.
"Ya! Untunglah pada saat itu pula dari bawah bukit
terdengar langkah kaki orang mendatangi tempat tersebut,
sehingga nyawa kami selamat. Wanita itu segera pergi
meninggalkan kami, karena dia menyangka kami membawa
bala-bantuan yang banyak. Tapi.........?"
"Rombongan siapa yang datang menolong Ouw twa-ko
itu?" orang yang disebut dengan panggilan Ci su-te tadi
mendesak tak sabar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami tak tahu. Tiba-tiba saja suara langkah kaki itu
menghilang kembali. Kami menunggu sampai lama, tapi suara
itu tak kunjung datang juga. Akhirnya kami pulang dengan
tangan hampa. Dan baru sekarang kami tiba di sini karena
kami harus mengobati luka-luka kami......." orang yang
disebut dengan sebutan Ouw twa-ko itu mengakhiri ceritanya.
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Mendengar kisah
orang-orang itu, ingatannya segera melayang ke bekas-bekas
tangkai obor dan bekas-bekas jejak yang ia temukan tadi
malam.
“Ah, ternyata tangkai obor dan jejak-jejak kaki itu milik
mereka…..” tiba-tiba terdengar suara Tiauw Li Ing di
sampingnya.
Liu Yang Kun memalingkan mukanya dengan terperanjat.
Dilihatnya isterinya dan orang tua buta itu telah berdiri di
belakangnya.
"Ah! Sudah selesai kau mandi? Mari silakan duduk! Aku
telah memesan makanan dan minuman untuk tiga orang
sekaligus. Tapi aku sudah makan lebih dulu karena kau tak
kunjung datang juga."
Sambil duduk di kursinya Tiauw Li Ing berkata kepada
gurunya, "Suhu....! Ternyata bekas-bekas obor dan jejak-jejak
kaki itu milik macan-macan kampung kota ini. Tuh……mereka
sedang duduk-duduk di pojok ruangan!"
“Hmmh! Kalau begitu kita tak usah melibatkan diri dengan
urusan mereka. Marilah kita sekarang makan dan minum, lalu
istirahat sepuasnya. Besok kita berangkat ke Cin-an untuk
mengantarkan suamimu. Nah, Li Ing...... mana makanan dan
minuman yang harus kumakan? Tolong letakkan di depanku!"
Lo-sin-ong menyahut pelan.
Demikianlah mereka bertiga lalu sibuk menghabiskan
masakan dan minuman yang telah dipesan oleh Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu mereka kembali lagi ke kamar masing-masing
untuk beristirahat.
Lo-sin-ong sendirian di kamarnya, sedangkan Tiauw Li Ing
menjadi satu dengan Liu Yang Kun di kamar yang lain.
Hari belumlah terlalu siang. Matahari baru sepenggalan
tingginya. Namun demikian kota itu telah menjadi sepi. Satusatunya
pasar yang ada di dalam kota itu pun telah bubar
pula. Para pedagang dan pembelinya telah pulang ke rumah
masing-masing. Dan jalan raya yang membelah di tengahtengah
kota itu pun tampak sepi pula. Hanya ada satu dua
orang yang berjalan melintasinya. Sementara di kanan-kiri
jalan itu banyak pedati, kereta atau kuda yang ditambat dan
ditinggalkan pergi oleh pemiliknya.
Suasana memang tampak lesu dan lengang. Orang lebih
suka menghangatkan tubuh di dalam rumah. Selain udara di
daerah mereka itu telah mulai mendingin, angin kencangpun
kadang-kadang meniup pula dengan mendadak. Oleh karena
itu penduduk kota tersebut lebih suka berdiam di rumah
daripada berada di luar.
Tiauw Li Ing telah merebahkan dirinya di pembaringan.
Gadis itu masih merasa takut dan ngeri kepada ‘suaminya’
sehingga tidurnya sengaja terlentang memenuhi seluruh
tempat tidur, agar dengan demikian suaminya tidak mendapat
tempat di dekatnya.
“Tempat tidur ini tidak cukup untuk dua orang. Lebih baik
kita tidur bergantian saja. Atau……kau tidur di meja itu!”
ujarnya sebelum memejamkan mata.
Liu Yang Kun melirik dan mendengus kesal. Perlahan-lahan
kakinya melangkah ke pintu.
“Ko-ko, kau mau kemana……….?” Tiba-tiba Tiauw Li Ing
berseru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Aku tak biasa tidur siang. Dan aku juga tidak merasa lelah.
Biarlah aku keluar saja untuk melihat-lihat suasana kota ini.
Nanti aku kembali.”
Tiba-tiba Tiauw Li Ing meloncat dan menghadang di depan
Liu Yang Kun. Kedua tangannya mencengkeram lengan
pemuda itu. Matanya memandang gelisah dan serba salah.
“Ko-ko, kau….kau marah kepadaku?”
Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya. Lalu tangannya
melepaskan cengkeraman isterinya. Kakinya melangkah ke
samping.
"Jangan menduga yang bukan-bukan. Aku sama sekali
tidak marah kepadamu. Aku cuma merasa kesal di ruangan
yang sempit ini. Bahkan aku bisa menjadi gila kalau tidak
lekas-lekas keluar mencari hawa segar."
Namun dengan cepat Tiauw Li Ing menghadang kembali.
“Tapi…..tapi di luar banyak prajurit kerajaan. Kau akan segera
dikenali oleh mereka. Dan kau tentu akan dibawa oleh
mereka.”
Liu Yang Kun tersenyum kecut. “Tidak mudah untuk
menangkap aku. Kalau pun mesti tertangkap juga, kukira juga
tidak menjadi soal pula. Ayahmu tentu bisa membebaskan
aku,” jawabnya enak.
“Tapi……tapi……bagaimana dengan maksudmu ke kota Cinan
itu? Kau tidak akan bebas lagi kalau telah ditangkap oleh
mereka.”
Liu Yang Kun mengibaskan lengan bajunya. “Sudahlah! Kau
tak perlu mengkhawatirkan aku. Berikanlah aku kesempatan
untuk mendinginkan hati dan kepalaku di luar sana. Aku bisa
gila kalau berdekatan terus denganmu. Nah…..aku pergi
sebentar.”
Tanpa menunggu jawaban lagi pemuda itu bergerak ke
samping. Otomatis Bu-eng Hwe-tengnya keluar. Tubuhnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggeliat dua kali kemudian melesat ke pintu, dan sekejap
saja dia telah berada di luar kamar. Tiauw Li Ing hanya bisa
terpaku di tempatnya. Gadis itu benar-benar seperti orang
linglung, tak tahu apa yang harus dia lakukan. Gadis itu baru
menangis setelah Liu Yang Kun lenyap dari pandangannya!
Liu Yang Kun bergegas keluar dari rumah penginapan itu.
Tapi ketika kakinya melangkah di halaman, tiba-tiba terdengar
suara memanggilnya.
"Tuan muda, tunggu......!”
Liu Yang Kun cepat membalikkan tubuhnya. Pelayan ruang
makan yang melayaninya tadi tampak mengejarnya.
"Bukankah tuan muda yang bernama Liu Yang Kun? Ini ada
surat titipan untuk tuan muda!" pelayan itu berkata terengahengah
sambil menyerahkan sebuah surat kepada Liu Yang
Kun.
"Surat......? Dari siapa?" pemuda itu berdesah kaget, lalu
menerima surat itu.
“Entahlah, tuan muda. Gadis cantik itu tidak mengatakan
namanya." pelayan itu menjawab, kemudian kembali lagi ke
dalam rumah.
“Gadis cantik…….? Siapa dia?" Liu Yang Kun bergumam
seraya merenung.
Liu Yang Kun lalu membalik surat itu. Tapi di sana juga
tidak dicantumkan nama si pengirimnya. Hanya dua huruf
tertulis di s itu, yaitu TEMAN LAMA.
"Teman lama......? Ah....... siapa dia?"
Akhirnya Liu Yang Kun menjadi tak sabar lagi. Dibukanya
surat itu, kemudian dibacanya pelan-pelan.
Saudara Liu Yang Kun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana kau sampai di kota ini? Bukankah kemarin kau
masih di kota An-lei, dan bermaksud pergi ke kota Cin-an?
Apakah ada sesuatu yang terjadi? Tolong kau pergi ke hutan
di sebelah barat kota Cia-souw malam ini. Aku ingin berbicara
kepadamu.
Teman lama.
“Teman lama....... teman lama.. ..teman lama........?”
pemuda itu bergumam dan mengulang kata-kata itu beberapa
kali.
Kemudian untuk beberapa saat pula Liu Yang Kun mencoba
untuk memeras ingatannya, kalau-kalau ia bisa menduga
siapa 'teman lama' yang telah mengirim surat kepadanya itu.
Tapi lagi-lagi dia tak mampu mengingatnya. Semua masa
lalunya benar-benar gelap gulita dan tak bisa dikorek sama
sekali.
Akhirnya Liu Yang Kun menyerah. "Baiklah, akan kutemui
dia nanti. Siapa tahu kedatangannya akan bisa
menyembuhkan penyakit lupaku ini? Hmm.....!"
Liu Yang Kun melangkah kembali ke kamarnya. Dia tak jadi
mendinginkan pikirannya di luar. Ia ingin beristirahat saja agar
nanti malam bisa menemui wanita yang mengaku sebagai
teman lamanya itu.
"Eehmm, bagaimana sebaiknya nanti? Apakah aku harus
membawa serta Li Ing? Tapi ……bagaimana kalau dia
cemburu? Atau...... atau biarlah aku pergi sendirian saja,"
sambil melamun pemuda itu mengetuk pintu kamarnya.
"Siapa......?" terdengar suara isak Tiauw Li Ing di dalam
kamar.
"Aku. Bukalah........!" Liu Yang Kun menjawab singkat.
Tiba-tiba pintu itu dibuka dengan cepat. Dan di lain saat
Tiauw Li Ing telah menghambur ke dalam pelukan Liu Yang
Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ko-ko, maafkan aku......Marilah, kini aku tidak akan
menolak lagi! Maafkanlah aku!" gadis itu merintih dan
mengeluh di dalam tangisnya.
Tentu saja Liu Yang Kun menjadi kaget setengah mati.
Otomatis pemuda itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Untunglah
tak seorangpun yang melihat adegan itu. Tampaknya semua
tamu sedang beristirahat di dalam kamar masing-masing.
Bergegas Liu Yang Kun menggendong tubuh Tiauw Li Ing
yang menggelendot lemas di dadanya itu ke dalam kamar.
Kemudian dibaringkannya tubuh yang molek itu di atas
pembaringan. Namun ketika pemuda itu hendak turun, gadis
itu merangkulnya erat-erat.
“Ko-ko, jangan tinggalkan aku! Kau…. kau tidurlah di sini!
Peluklah aku erat-erat!" gadis itu meminta dengan sangat.
Liu Yang Kun menjadi gelagapan. Wajahnya yang putih itu
menjadi merah padam. Badannya tiba-tiba juga menjadi
panas. Apalagi ketika kulit tangannya yang kasar itu
menyentuh kulit Tiauw Li Ing yang halus dan licin. Sekejap api
yang selama ini telah padam menjadi menyala kembali dengan
hebatnya.
“Li Ing....... oh, Li Ing.........kau? Oh, kau......? Ah!" pemuda
itu ikut merintih pula.
Demikianlah mereka berdua tidak jadi istirahat siang itu.
Mereka justru bermain cinta sampai malam hari. Mereka juga
lupa makan dan minum. Bahkan Liu Yang Kun juga lupa pula
pada rencananya untuk pergi ke hutan di sebelah barat kota
itu. Dan tampaknya Lo-sin-ong juga memakluminya, terbukti
orang tua itu juga tidak mengusik mereka sama sekali.
Keduanya baru terjaga dari dunia impian mereka ketika
tiba-tiba di luar terdengar suara riuhnya jeritan dan teriakan
orang. Liu Yang Kun cepat berpakaian kembali. Dengan
tergesa-gesa pemuda itu meloncat ke pintu, meninggalkan
Tiauw Li Ing yang masih tergolek kelelahan di tempat tidur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ko-ko, kau mau kemana..........?” gadis itu berseru lemah
sambil membetulkan selimut yang menutupi tubuhnya.
Pakaiannya masih tampak berserakan dibawah kakinya.
"Akan kulihat dulu keributan di luar itu. Sebentar saja. Aku
akan cepat kembali lagi.” Liu Yang Kun menjawab pendek,
kemudian menghilang keluar pintu.
“Hati-hati……!” Tiauw Li Ing berpesan.
Ternyata hari belum terlalu malam. Bulan yang sudah tidak
bulat lagi itu juga baru saja muncul dan kini masih berada
diatas pucuk-pucuk pepohonan yang tinggi. Liu Yang Kun
cepat berlari ke jalan raya, dimana keributan itu berasal.
Disana telah tampak orang-orang yang berkumpul di tepi-tepi
jalan. Semuanya ribut membicarakan sesuatu.
Liu Yang Kun mendekati salah sebuah dari kerumunan
orang itu. Pelan-pelan dia bertanya kepada seorang diantara
mereka.
“Apakah yang telah terjadi?”
Orang itu menoleh sekejap, kemudian menjawab,
”Kuntilanak itu muncul lagi. Ia benar-benar semakin nekat.
Tempat kediaman Liong Tai-jin pun berani ia injak pula.
Huh……!”
“Tempat kediaman Liong Tai-jin? Lalu…….?” Liu Yang Kun
mencoba mengorek keterangan yang lebih lengkap lagi.
“Tentu saja Liong Tai-jin menjadi marah bukan main!
Semua pasukan keamanan lalu dikerahkan untuk mengejar
hantu itu. Itulah sebabnya seluruh kota menjadi gempar!”
"Oooh....!” Liu Yang Kun berdesah dan menganggukanggukkan
kepalanya. Kemudian sambungnya lagi,
”Lalu……Kemana larinya hantu wanita itu?”
"Kata orang dia berlari ke hutan di sebelah barat kota
ini……”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ke hutan di sebelah barat kota ini?” tiba-tiba Liu Yang Kun
terpekik dan terperanjat bukan kepalang. Seketika ia teringat
akan undangan si teman lama itu.
Tanpa meminta diri lagi Liu Yang Kun berkelebat pergi dari
tempat itu. Begitu cepatnya pemuda itu bergerak sehingga
orang-orang tersebut menjadi kaget. Mereka seperti melihat
hantu pula, karena secara tiba-tiba pemuda tersebut
menghilang dari depan mereka.
“Dia…….dia………h-h-han-hantu pula……..?” mereka
berdesah ketakutan.
Sementara itu dengan mengerahkan Bu-eng Hwe-tengnya
Liu Yang Kun berlari ke hutan itu. Pikirannya sibuk mendugaduga,
jangan-jangan si teman lama itulah yang menjadi
kuntilanak selama ini.
“Gila! Aku benar-benar menjadi penasaran. Siapakah
sebenarnya orang itu? Benarkah dia teman lamaku?” dan
pemuda itu menjadi bingung ketika memasuki hutan lebat
tersebut. Dimanakah ia harus menemui ‘teman lamanya’ itu?
Apakah ia sudah terlambat datang? Dan dimana pula pasukanpasukan
keamanan kota yang katanya sedang mengejar hantu
kuntilanak itu?
Karena ragu-ragu maka Liu Yang Kun tidak berusaha untuk
memasuki hutan itu lebih dalam lagi. Ia hanya termangumangu
saja dipinggirnya.
“Tampaknya kuntilanak itu berlari memasuki hutan ini dan
para pengejarnya juga ikut membuntutinya pula.
Hmmm…….bagaimana ini? Apakah aku harus ikut masuk
kedalam hutan ini juga?” pemuda itu berpikir di dalam hati.
Liu Yang Kun menyandarkan punggungnya pada batang
pohon siong tua. Dan angin malam pun tiba-tiba bertiup
menggoyangkan daun-daun di sekitarnya. Beberapa lembar
daun yang sudah menguning tampak melayang jatuh dari
tangkainya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu tiba-tiba tersentak kaget. Selembar daun yang
masih hijau jatuh menimpa pundaknya. Terasa ada getaran
tenaga yang menyertai gerakan daun itu, sehingga sekejap
pemuda itu merasa kesemutan pada lengannya. Dan tatkala
pemuda itu menghentakkan kekuatannya untuk bersiap s iaga,
hidungnya mendadak mencium bau wangi atau harum khas
wanita.
Otomatis Liu Yang Kun menengadahkan mukanya.
“Selamat bertemu, pangeran…..” dari atas pohon tiba-tiba
terdengar suara lembut menyapa.
Liu Yang Kun tertegun. Hatinya berdesir keras. Seperti ada
sesuatu yang menjamah jantungnya ketika ia memandang
seorang gadis ayu seperti bidadari menatap kepadanya.
Gadis ayu itu duduk di atas dahan yang paling rendah,
sehingga jaraknya hanya satu setengah tombak saja dari
tempatnya berdiri. Di bawah sinar bulan yang terang wajah
gadis itu benar-benar kelihatan cantik bukan main. Lebih
cantik dari pada wajah Tiauw Li Ing yang juga sudah amat
cantik itu.
Gadis itu tersenyum manis sekali. Kedua bola matanya
yang bersinar cemerlang bagaikan bintang kejora itu tampak
bergetar indah seperti permukaan telaga di bulan purnama.
Sementara pipinya yang halus licin itu tampak kemerahmerahan
seperti buah tomat yang mulai masak.
“Kau.....kau siapa? Mengapa...... mengapa kau menyamar
sebagai... kuntilanak?” dalam gugup dan kekagetannya Liu
Yang Kun menyapa.
Tiba-tiba senyum manis itu menghilang. Gadis itu
memandang heran, seolah-olah tak percaya apa yang
didengarnya.
"Pangeran.....? Pangeran bertanya apa?" gadis itu
berdesah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau ini siapa? Mengapa kau berada di sini malam begini?
Engkaukah yang menyamar sebagai kuntilanak itu? Dan.......
ehm.... jangan panggil aku pangeran! Aku bukan seorang
pangeran. Mungkin kau telah salah mengenali orang......" Liu
Yang Kun mengulang pertanyaannya tadi.
Sekali lagi mata yang indah itu terbelalak. Namun kini
wajah itu tampak sangat menderita dan terpukul hatinya.
Bahkan seperti terpancar pula perasaan malu dan tersinggung.
"Kau......kau l-l-lupa.....Padaku? Oouugh!" tiba-tiba gadis
ayu itu mengeluh, kemudian meloncat turun dan berlari
meninggalkan tempat itu. Lapat-lapat terdengar suara isaknya
yang tertahan.
Liu Yang Kun terperanjat. Dia baru sadar kalau gadis ayu
itu ternyata buntung lengan kirinya. Lengan baju gadis itu
yang sebelah kiri tampak melambai lambai ketika berlari.
“Nona, tunggu……!” Liu Yang Kun berseru dan
mengejarnya.
Tapi gadis berlengan satu itu tak mau berhenti. Ia berlari
terus sambil terisak-isak, sehingga Liu Yang Kun terpaksa
mengerahkan Bu-eng Hwe-tengnya untuk mengejar. Mereka
berlari dan berkejaran di pinggiran hutan itu ke arah selatan.
Ternyata gadis itu juga memiliki ilmu meringankan tubuh yang
tinggi.
Akhirnya mereka sampai ke perkemahan para prajurit yang
dilihat oleh Tiauw Li Ing pagi tadi. Gadis ayu itu kelihatan
terkejut, begitu pula Liu Yang Kun. Namun ketika mereka
hendak menghindar, dari kanan kiri mereka mendadak muncul
sepasukan prajurit yang sedang meronda.
“Berhenti!” para prajurit itu membentak.
Liu Yang Kun berhenti, tapi gadis itu tidak, sehingga para
prajurit itu menyerang dan mengepungnya. Liu Yang Kun tak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tega melihat hal itu, maka lalu membantunya. Begitulah,
mereka lalu bertempur dengan prajurit-prajurit tersebut.
Keributan itu memancing perhatian prajurit-prajurit lainnya.
Semuanya berbondong-bondong keluar, sehingga
pertempuranpun menjadi semakin ribut dan ramai. Namun
gadis bertangan buntung itu tampaknya tak berminat untuk
melayani mereka. Begitu pula dengan Liu Yang Kun. Keduanya
hanya mengelak dan menghindar dari serangan mereka.
Keduanya hanya berusaha mencari jalan untuk lolos dari
kepungan mereka.
Tapi sungguh tidak mudah untuk meloloskan diri dari
kepungan prajurit-prajurit terlatih itu tanpa melukai atau
membunuh mereka. Maka tidak mengherankan kalau
keduanya Cuma berputar-putar saja di dalam kepungan itu.
Pada saat itu Liu Yang Kun memang menjadi kesal dan tidak
sabar. Tapi melihat gadis ayu itu juga tidak mau bermain
keras dan tetap bermain kucing-kucingan saja dengan
pengepungnya, maka ia juga terpaksa mengikutinya.
“Munduuuuuuur…….! Tai Ciangkun dataaaaaang…….!”
Tiba-tiba terdengar suara aba-aba.
Benar saja. Bagaikan gelombang pasang yang tiba-tiba
kembali menyurut ke laut, para prajurit terlatih itu mundur
menjauhi Liu Yang Kun dan gadis ayu itu. Namun dalam jarak
sepuluh langkah mereka berhenti dan membentuk sebuah
lingkaran untuk mengelilingi kedua muda-mudi tersebut.
Seorang panglima yang masih muda tampak berjalan
memasuki lingkaran. Ia dikawal oleh seorang lelaki gagah
yang agak lebih tua dari padanya. Para prajurit tampak segan
dan memberi jalan kepada mereka berdua.
Panglima muda itu tidak lain memang Yap Tai Ciangkun
atau panglima besar Yap Khim. Sedangkan pengawalnya itu
tidak lain juga Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, yang selama ini
selalu mengawal adiknya itu bila bepergian atau mendapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tugas ke daerah. Keduanya hanya mengenakan pakaian
ringkas dan sederhana saja, karena mereka tadi sebenarnya
sudah beristirahat di tenda masing-masing.
"Lam Ciang-kun! Apa yang telah terjadi di tempat ini?”
Panglima itu menoleh dan bertanya kepada seorang perwira
bertubuh pendek kekar, yang memiliki pangkat paling tinggi
diantara prajurit-prajurit itu.
Perwira itu maju ke depan, kemudian memberi hormat. "Tai
Ciang-kun, kedua orang anak muda ini telah berani memasuki
daerah perkemahan kita. Ketika para pasukan peronda
memerintahkan berhenti, mereka justru berusaha melarikan
diri. Oleh karena itu para prajurit terpaksa turun tangan untuk
menangkap mereka. Tapi ternyata kepandaian mereka sangat
tinggi, sehingga kami kewalahan menghadapi mereka.”
Yap Tai-ciang-kun mengangguk kaku, kemudian menatap
Liu Yang Kun dan gadis ayu yang berada di tengah-tengah
lingkaran tersebut. Tiba-tiba dahinya berkerut. Meskipun
suasana agak gelap oleh temaramnya sinar rembulan, tapi dia
seperti mengenal potongan dan wajah kedua orang itu. Ketika
ia ingin meminta pendapat Hong-lui-kun Yap Kiong Lee,
ternyata kakaknya itu sudah keburu melangkah ke depan.
“Eh……bukankah kau nona Souw Lian Cu?” kakaknya itu
menyapa dengan kaget.
“Siok-hu (paman)…….” Gadis ayu itu menjawab lirih.
Kepalanya tertunduk.
“Oh, benar…….! Kau memang Souw Lian Cu! Aaaah!”
Hong-lui-kun berseru gembira, kemudian melesat
menghampiri gadis itu. Telapak tangannya segera menepuknepuk
pundak Souw Lian Cu. “Hmmm……. Dimana ayahmu?
Sudah lama aku tak berjumpa dengan Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai. Beliau baik-baik saja, bukan?”
Tap Tai Ciangkun segera menghampiri gadis itu pula.
Wajahnya kelihatan cerah dan gembira pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Hai…..benar juga perasaanku! Sejak tadi aku sudah
merasa bahwa aku telah mengenalmu. Hmm, ternyata
memang benar-benar kau! Apakah kau datang bersama
ayahmu?" sapanya ramah, namun matanya melirik ke arah Liu
Yang Kun dengan curiga.
Yap Khim dan Yap Kiong Lee memang sahabat baik Souw
Thian Hai sejak muda dulu. Mereka mengenal baik pula
keluarga Souw Thian Hai, sehingga mereka kenal juga pada
Souw Lian Cu. Bahkan mereka berdua juga tahu pula semua
masalah yang terjadi dalam keluarga itu termasuk masalah
Souw Lian Cu sendiri. Apalagi gadis ayu berlengan buntung itu
pernah mempunyai hubungan cinta dengan Liu Yang Kun,
putera Kaisar Han junjungan mereka.
"Saya....... datang sendirian saja, Tai ciang-kun." Souw Lian
Cu menjawab singkat. Kepalanya tetap tertunduk.
Panglima Besar Yap Khim saling berpandangan dengan
kakaknya. Keduanya segera merasakan adanya rahasia atau
sesuatu yang berat untuk diutarakan gadis itu. Sehingga
mereka berduapun segera menghela napas panjang pula.
“Tampaknya masalah di dalam keluarga Souw itu masih
berkelanjutan dan belum juga selesai sampai sekarang.”
Keduanya berpikir dan menduga-duga di dalam hati.
Sementara itu Liu Yang Kun menjadi serba salah pula. Ia
sama sekali tidak mendapat perhatian dari orang-orang yang
ada di sekelilingnya. Tapi untuk meninggalkan tempat tersebut
ia juga tak bisa. Selain ia masih mempunyai urusan dengan
gadis ayu itu, ia tentu juga tidak gampang pula untuk pergi
dari tempat itu. Tampaknya saja mereka tidak
mengacuhkannya, tapi kalau ia bergerak mereka tentu akan
segera menyerangnya.
“lalu….. siapakah temanmu ini, Lian Cu?” Yap Tai ciangkun
lalu mengalihkan pembicaraan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee yang sejak tadi masih memegangi pundak
Souw Lian Cu ikut tersenyum pula dengan sikap yang masih
tetap ramah dan simpatik ia juga mendesak,”siapakah
temanmu itu, nona Souw?”
Bisa dimengerti kalau kedua panglima Kaisar Han itu
sampai lupa dan tidak mengenal Liu Yang Kun lagi. Selain
suasana memang agak gelap, pemuda itu sendiri memang
telah bertahun-tahun meninggalkan istana. Apalagi dengan
penyakit lupa ingatan yang kini diderita oleh Liu Yang Kun,
membuat sikap dan gerak-gerik pemuda itu menjadi berubah
pula.
Berbeda dengan Souw Lian Cu. Selain sikap dan dandanan
gadis ayu itu masih tetap seperti dulu, keadaan lengannya
yang buntung itu benar-benar sangat memudahkan orang
untuk segera mengenalinya. Maka tidaklah mengherankan bila
Yap Khim bersaudara itu cepat mengenalinya.
Tiba-tiba wajah Souw Lian Cu menjadi gelap kembali.
Dengan suara lirih dan agak tersendat gadis itu menjawab.
“Entahlah, paman……aku ber-berjumpa…..dengan dia di
pinggir hutan. Aku……eh……dia lalu mengejarku…….sampai di
sini.”
“Hah……?” Yap Tai ciangkun dan Yap Kiong Lee berdesah
berbareng. Otomatis mereka memandang dengan tajam ke
arah Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun sendiri tidak sadar akan bahaya yang bisa
menimpanya. Pemuda itu benar-benar telah lupa kepada
Souw Lian Cu maupun para perwira bawahan ayahnya itu.
“Nona……?” pemuda itu mengeluh dan memandang Souw
Lian Cu dengan pandangan tak bersalah.
Sebaliknya Hong-lui-kun Yap Kiong Lee yang lihai itu telah
melangkah ke samping adiknya dan menggeram curiga. “kau
siapa? Lekas jawab!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun tiba-tiba tersentak pula dari kebengongannya.
Matanya mendadak mencorong pula mengawasi Yap Kiong
Lee. Hatinya sedikit tersinggung mendengar bentakan itu.
“Maaf, ciangkun. Walau kukatakan namaku takkan
ciangkun kenal. Biarlah saya berurusan saja dengan nona
Souw itu. Maaf…..!” pemuda itu menyahut dengan suara
dingin pula, lalu bergerak mendekati Souw Lian Cu.
Tapi dengan cepat pula Yap Kiong Lee mencegatnya.
Dengan tangkas jago nomer satu dari istana itu mengebutkan
lengan bajunya yang lebar. Wuut! Serangkum angin yang
sangat kuat terasa menyambar ke arah dada Liu Yang Kun.
Begitu kuatnya hembusan angin tersebut sehingga Souw Lian
Cu yang ada di dekat pendekar istana itu pun ikut bergoyanggoyang
pula karenanya.
"Siok-hu, dia.........?" gadis ayu itu mencoba untuk
mencegah perkelahian itu.
Tapi dengan cepat Yap Tai ciangkun memotong ucapan
Souw Lian Cu itu. "Lian Cu, kau beristirahat sajalah! Biarlah
kakakku yang mengusir pemuda itu. Kau tak perlu turun
tangan sendiri."
"Tapi dia adalah......"
"Yaaa.... ya, aku sudah tahu. Kau telah cukup
menceritakannya. Sekarang kau minggir sajalah!" Yap Tai
Ciangkun menukas lagi dengan suara sedikit keras. Namun
matanya tak pernah lepas dari pertempuran kakaknya.
Liu Yang Kun memang amat kaget menerima serangan itu.
Meskipun sebelumnya ia telah menduga dan berjaga-jaga
terhadap panglima dan pengawalnya itu, namun
bagaimanapun juga serangan yang amat mendadak tersebut
benar-benar mengejutkannya. Apalagi tenaga yang
tersembunyi di balik hembusan angin tersebut ternyata bukan
main besarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena belum mengetahui sampai dimana kekuatan lweekang
lawannya, maka Liu Yang Kun juga tidak berani
sembrono atau sembarangan. Bagaimanapun juga ia tak ingin
bermusuhan dengan para prajurit kerajaan. Bahkan di dalam
pikirannya masih terngiang-ngiang tadi siang, bahwa
sebenarnya dia adalah putera Hong-siang, meskipun dia
sendiri tak mempercayainya.
Oleh karena itu dia hanya mengerahkan separuh dari
tenaganya ketika menyongsong serangan Hong-lui-kun
tersebut. Sambil memiringkan tubuhnya ia juga mengebutkan
lengan bajunya ke depan.
Bhuuug! Dua gelombang tenaga dalam yang tidak kelihatan
ujudnya berbenturan melalui ujung lengan baju itu! Dan
masing-masing segera terdorong mundur tiga langkah ke
belakang. Hanya bedanya, Liu Yang Kun mundur dengan
tegak dan mantap, sedangkan Hong-liu-kun Yap Kiong Lee
mundur dengan langkah goyang dan agak terhuyung.
Tentu saja semua yang melihat menjadi kaget, termasuk
pula diantaranya Yap Tai ciangkun dan Hong-lui-kun sendiri.
Bahkan untuk sekejap wajah jago nomer satu dari istana itu
menjadi merah menahan malu. Dia yang menyangka akan
menghadapi perlawanan keras tadi memang Cuma
mengerahkan dua pertiga bagian tenaganya.
“maaf, ciangkun. Sebenarnya aku tak ingin melawan
ciangkun. Aku hanya ingin berbicara dengan gadis itu,” Liu
Yang Kun meminta maaf.
Tapi Hong-lui-kun sudah terlanjur tersinggung pernya.
Dengan tersenyum dingin jago silat nomer satu dari istana itu
menggeram. “Tak kusangka kau memiliki tenaga dalam
sedemikian hebatnya. Tahu begitu….aku sudah berhati-hati
sejak tadi. Hmmmm, baiklah! Mari kita bergebrak sekali lagi!
Aku ingin lebih banyak belajar lagi darimu!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa menunggu jawaban lagi Hong-lui-kun menyerang.
Kali ini jago silat dari istana itu menyerang dengan
bersungguh-sungguh. Ia langsung mengerahkan seluruh
kekuatannya. Kekuatan dan kecepatan yang tersembunyi di
dalam ilmu warisan keluarganya, yaitu Hong-lui-kun-hoat ( ilmu
pukulan petir dan badai).
Sebentar saja arena pertempuran itu seperti diamuk oleh
angin putting beliung. Debu dan rontokan dedaunan yang ada
di tempat itu berhamburan kemana-mana terkena pengaruh
angin pukulan Yap Kiong Lee. Bahkan batu kerikil, pasir dan
rerumputanpun ikut tercabut pula dari tempatnya. Begitu
dahsyatnya tenaga dan letupan-letupan yang keluar dari
tangan jago silat istana itu, sehingga para prajurit yang
melingkari arena tersebut terpaksa mundur beberapa langkah
ke belakang.
Untuk beberapa jurus Liu Yang Kun memang tampak
kewalahan menahan angin pukulan lawan yang berputar
menderu-deru bagai gelombang topan dan badai itu. Berkat
Bu-eng Hwe-tengnya saja pemuda itu mampu menghindar
dan melepaskan diri dari libatan serta cengkeraman angin
putting-beliung tersebut. Namun kalau diterus-teruskan juga
tanpa membalas serangan lawan itu, niscaya pemuda itu akan
terperangkap juga oleh kedahsyatan Hong-lui-kun-hoat.
Apalagi setelah lawannya itu menyerang dengan hentakanhentakan
tenaga dan pukulan-pukulan jarak jauh yang
meledak-ledak bagaikan petir menyambar.
Dhuaar! Whussss! Dhuaaaaar! Daaaar…….!
Para prajurit yang melingkari arena itu mundur semakin
jauh menjauhi arena. Tiupan angin yang menyambar-nyambar
dan meledak-ledak itu terasa sakit bila menyentuh kulit
mereka. Bahkan beberapa orang prajurit yang berdiri di deret
paling depan ada yang jatuh atau terjengkang bila pukulan
jarak jauh Yap Kiong Lee meledak di dekat mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun merasa kagum juga menyaksikan ilmu silat
lawannya yang sangat hebat itu. Ia benar-benar merasa
kewalahan. Dan tak pelak lagi ia akan mendapat kesulitan
kalau tak lekas-lekas membalas serangan itu dengan ilmu
yang setingkat pula. Oleh karena itu dengan sangat terpaksa
ia lalu mengeluarkan ilmunya yang lain, yang sekiranya bisa
melayani ilmu lawannya yang dahsyat tersebut.
Liu Yang Kun memang sudah lupa nama dan jurus-jurus
ilmu silatnya. Tapi yang terang pemuda itu takkan bisa pula
akan gerakan-gerakannya. Bagaimana juga semua ilmu silat
yang dipelajarinya telah mendarah daging di dalam tubuh dan
jiwanya. Ilmu itu akan keluar dengan sendirinya bila ia
kehendaki. Tak usah harus berpikir atau mengingat-ingat
gerakan-gerakannya. Semuanya Cuma naluri saja, seperti
halnya kalau ia berjalan, bernapas, mengedipkan kelopak
mata atau menggaruk punggungnya yang gatal.
Demikianlah tanpa terasa Liu Yang Kun telah mengeluarkan
Kim-coa-ih-hoat warisan Nenek Buyutnya dari Keluarga Chin.
Bagaikan seekor ular emas kecil yang lincah ia menggeliat,
meliuk dan meluncur atau melenting di dalam amukan topan
badai itu. Sementara itu tangan dan kakinya yang bisa
memanjang atau memendek, selalu bergerak menyerang Yap
Kiong Lee. Sesekali jari tangannya tampak menotok, mematuk
atau menebas ke arah lawan, tetapi kadang-kadang tangan
atau kakinya yang bisa bergerak secara mustahil itu juga
dapat memagut, melilit atau menerjang dengan kekuatan
yang maha dahsyat!
Beberapa jurus kemudian keadaan mereka menjadi
berbalik. Liu Yang Kun yang semula berada di bawah angin itu
kini ganti mendesak Yap Kiong Lee. Kedahsyatan Hong-luikun-
hoat yang meledak-ledak dan menderu-deru laksana
amukan petir dan badai itu benar-benar tak berdaya
menggulung atau melumatkan tubuh Liu Yang Kun yang lemas
dan lentur bagaikan tubuh ular itu. Bahkan dalam hirukTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pikuknya serangan topan dan badai itu Liu Yang Kun mampu
meliuk-liuk dan menyusup kesana-kemari memburu lawannya.
Dan kemudian dengan kegesitan dan kecepatannya yang
mengagumkan pemuda itu mampu menyerang dan
menyengatkan pukulan yang berkekuatan sangat dahsyat itu.
Dhieeees......! sekali lagi Yap Kiong Lee tidak bisa mengelak
dari pagutan jari dari Liu Yang Kun, sehingga jago silat dari
istana itu terpaksa menangkisnya! Dan untuk yang kesekian
kalinya pula ia harus terbanting ke tanah karena tak mampu
menahan kekuatan pemuda itu.
“Twa-ko.......!” Yap Tai ciangkun berseru kaget, kemudian
berkelebat ke depan untuk menolong kakaknya.
Dhuk! Dhies…….! Terjadi lagi benturan kekuatan antara Liu
Yang Kun dan Yap Tai ciangkun yang ingin menyelamatkan
jiwa Y ap Kiong Lee!
Serangan Liu Yang Kun yang menggebu-gebu itu memang
dapat tertahan dan dipatahkan. Namun untuk itu Yap Tai
ciangkun juga harus membayar mahal. Tubuhnya yang kokohkekar
itu ternyata juga harus menggelepar pula di tanah
karena tak kuasa menahan gempuran tenaga sakti Liu Yang
Kun yang dahsyat seperti ayunan ombak di lautan itu.
"Lee-ko!"
"Khim-te.......!"
Yap Kiong Lee dan Yap Tai ciang-kun saling pandang, dan
saling berpegangan tangan. Mereka tidak berbicara satu sama
lain, tapi di dalam pandangan mata itu mereka seolah-olah
telah saling bertukar kata tentang lawan mereka. Bahkan
kemudian tampak senyum yang merekah di bibir mereka.
Senyum syukur dan kegembiraan, meskipun tubuh mereka
terasa linu dan remuk akibat pukulan Liu Yang Kun tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu ketika para prajurit mereka menjadi marah
dan hendak mengerubut Liu Yang Kun, mereka cepat-cepat
menahan dan mencegahnya.
“Mundur…..! jangan ganggu Pangeran Yang Kun! Cepat
kalian memberi hormat kepada beliau!” Yap Tai ciangkun
berteriak.
Tentu saja para prajurit itu menjadi kaget dan bingung.
Mereka saling pandang pula dengan heran. Mereka benarbenar
tak mengerti dan tak memahami perintah panglima
mereka itu.
“Pangeran Yang Kun….?” Mereka berdesah bingung.
Tapi Yap Tai ciangkun dan Yap Kiong Lee tak peduli akan
keheranan prajurit-prajurit mereka itu. Mereka segera bangkit
berdiri dan memberi hormat kepada Liu Yang Kun. Mereka
tidak peduli pula pada darah yang menetes dari sudut bibir
mereka.
“Pangeran…….!” Mereka menyapa berbareng.
Kemudian sambil menoleh kepada Souw Lian Cu, Yap Kiong
Lee berkata, ”Ah, mengapa nona Souw tidak
memberitahukannya kepada kami tadi?”
Souw Lian Cu tersenyum pahit. Entah mengapa, pertemuan
antara Liu Yang Kun dengan pejabat-pejabat tinggi kerajaan
itu semakin membuatnya sedih dan rendah diri. Ia merasa
jaraknya semakin jauh dengan pemuda itu.
“Oh……seharusnya aku ini tahu diri. Aku Cuma seorang
gadis piatu biasa. Cacat pula. Sedang dia seorang pangeran.
Putera seorang kaisar yang berkuasa di seluruh negeri ini.
Ooooh.... tak heran kalau ia telah melupakanku. Akulah yang
terlalu berharap dan tak mau berkaca diri. Bagai pungguk
merindukan bulan......” ratapnya di dalam hati.
“Ah, Lian Cu tidak salah, twa-ko. Dia telah berusaha
memberitahu dan mencegah kita tadi. Kitalah yang tak mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberi kesempatan kepadanya,” tiba-tiba Yap Tai ciangkun
memotong perkataan kakaknya.
Pertemuan yang tak disangka-sangka ini memang sangat
menggembirakan hati Yap Tai ciang-kun dan Yap Kiong Lee.
Perjalanan mereka ke daerah pantai timur ini memang untuk
mencari Liu Yang Kun. Mereka mendapat tugas khusus dari
Hong-siang, setelah pihak istana mendapat laporan rahasia
tentang munculnya Pangeran Yang Kun di daerah pantai timur
Kiang-si dan Syan-tung.
Siang malam mereka mengaduk daerah pinggiran Propinsi
Kiang-si. Selain itu Hong-lui-kun Yap Kiong Lee juga menyebar
puluhan petugas rahasia untuk mencari Liu Yang Kun. Namun
sampai kemarin usaha mereka itu sia-sia. Pangeran Liu Yang
Kun yang diberitakan orang muncul di daerah pantai timur
Propinsi Kiang-si itu seolah-olah telah menghilang kembali.
Demikianlah rombongan mereka itu akhirnya pulang
kembali dengan tangan hampa. Namun demikian mereka tak
segera pulang ke kota-raja. Mereka sengaja mengambil jalan
ke utara, dengan maksud untuk singgah di kota Cin-an
dahulu. Mereka mendengar bahwa Ketua Tiam-jong-pai, Hekpian-
hok Ui Bun Ting hendak melangsungkan perkawinannya
beberapa hari lagi. Diam-diam mereka berharap bisa bertemu
dengan Pangeran Liu Yang Kun disana. Paling tidak mereka
bisa bertanya kepada pendekar-pendekar persilatan yang
hadir dalam pesta perkawinan tersebut.
Ternyata keputusan mereka itu benar-benar membawa
keberhasilan. Sungguh tak terduga mereka justru bisa
menemukan Pangeran Liu Yang Kun di tempat ini. Walau
hampir saja mereka melepaskan pangeran itu, karena mereka
sudah tak mengenal lagi wajah Pangeran Liu Yang Kun.
Untunglah pangeran itu mengeluarkan Kim-coa-ih-hoat,
sebuah ilmu langka yang hanya dimiliki oleh pangeran itu saja
di dunia ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pangeran.......! Kami diutus Hong-siang untuk menjemput
paduka. Inilah surat yang dititipkan Hong-siang kepadaku.
Surat ini ditujukan kepada pangeran......." Yap Tai-ciang-kun
berkata kepada Liu Yang Kun yang masih berdiri bengong di
tempatnya.
Panglima Pasukan Kerajaan itu mengeluarkan sebuah surat
lalu diberikan kepada Liu Yang Kun. Tapi pemuda itu sendiri
ternyata malah mundur ke belakang, seperti orang yang
ketakutan. Matanya menatap bingung ke arah Souw Lian Cu
maupun kepada Yap Tai Ciangkun.
“Ini.......ini........ah, sebentar dulu! Aku benar-benar
bingung.....” pemuda itu berdesah bingung dan tak mau
menerima surat itu.
Tentu saja Yap Tai ciangkun dan Yap Kiong Lee
mengerutkan keningnya. Dengan wajah tak mengerti pula
mereka memandangi Liu Yang Kun. Tiba-tiba timbul dugaan di
dalam hati mereka, kalau-kalau pangeran itu memang sengaja
tak mau pulang kembali ke istana.
Otomatis Yap Tai ciangkun saling melirik dengan kakaknya,
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee. Akan berat sekali tugas mereka
apabila pemuda itu benar-benar tak mau pulang bersama
mereka nanti. Mereka berdua merasa tak sanggup
menghadapi ilmu pemuda itu.
“Maaf, jiwi ciangkun. Aku......aku bukan seorang pangeran.
Kata orang namaku memang Liu Yang Kun, tapi aku……aku
tidak merasa menjadi seorang pangeran. Apalagi kalau
ciangkun katakan saya adalah putera…..putera Hong-siang.
Aku…..aku malah menjadi bingung. Benar-benar bingung.
Tadi….tadi nona Souw itu juga…..juga menyangka aku sebagai
seorang pangeran. Kini ciangkun berdua juga menyangka
demikian pula. Ini......ini sebenarnya bagaimana? Benarkah
aku ini seorang pangeran? Oh, bisa gila aku kalau seperti ini!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun tampak sedih, bingung dan putus-asa.
Pemuda itu lalu duduk di tanah dan menjambaki rambutnya
sendiri.
Sekali lagi Yap Tai ciangkun saling pandang dengan Honglui-
kun. Tapi sekarang wajah mereka menjadi pucat. Tiba-tiba
terselip sebuah dugaan yang sangat mengerikan di dalam
pikiran mereka. Jangan-jangan pangeran yang mereka cari itu
telah menjadi gila!
Tak terasa Hong-lui-kun Yap Kiong Lee menoleh kearah
Souw Lian Cu. Sebenarnya ia ingin bertanya tentang Liu Yang
Kun kepada gadis itu. Tapi niat itu batal ketika ia melihat sikap
Souw Lian Cu yang aneh pula.
Gadis ayu puteri pendekar besar Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai itu tampak bangkit berdiri dari tempatnya. Matanya
menatap penuh perasaan kepada Pangeran Liu Yang Kun.
Pelan-pelan kakinya melangkah menghampiri. Kemudian
dengan penuh kasih saying jari-jarinya mengelus dan
membelai rambut pemuda itu.
Tiba-tiba suasana menjadi hening. Tak seorangpun
bersuara. Semuanya seperti terpaku atau terpesona oleh
kejadian yang tak mereka sangka itu.
Liu Yang Kun tersentak dari kesedihannya. Wajahnya
tengadah. Tiba-tiba ia menubruk dan merangkul kaki Souw
Lian Cu. Air matanya mengalir membasahi celana gadis itu.
"Ibuuuuuu........?" pemuda itu berdesah perlahan. Ia ingat
akan ibunya yang sudah meninggal. Dan sudah lama pula ia
tak pernah mendapat belaian seperti itu.
Lama sekali mereka berdekapan. Liu Yang Kun sambil
berjongkok memeluk kaki Souw Lian Cu, sedangkan Souw Lian
Cu sendiri sambil berdiri mendekap kepala Liu Yang Kun.
Tetapi akhirnya Liu Yang Kun maupun Souw Lian Cu
menjadi sadar pula akan keadaan mereka. Cepat-cepat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka saling melepaskan pelukan mereka. Liu Yang Kun
memandang ke arah Souw Lian Cu dengan pandangan terima
kasih, sementara Souw Lian Cu sendiri malah tertunduk
dalam-dalam dengan muka merah.
“Nona, engkaukah yang mengirim surat padaku tadi siang?"
pemuda itu berbisik perlahan.
Souw Lian Cu mengangguk. Tapi ia tetap berdiam diri dan
kepalanya juga tetap menunduk pula. Rasa malu dan seribu
rasa lainnya tampaknya masih menguasai hatinya.
"Jadi....jadi engkau pulakah yang menjadi hantu kuntilanak
itu?” Liu Yang Kun berbisik pula sekali lagi.
Tiba-tiba kepala gadis itu tersentak. Matanya yang bening
tajam itu seolah-olah mau mengalahkan terangnya sinar
rembulan yang menyoroti mereka. Dengan galak mata itu
memandang kepada Liu Yang Kun.
“Aku tak tahu apa yang kaumaksudkan! Aku bukan hantu,
apalagi kuntilanak. Darimana kau memperoleh dugaan keji
seperti itu?” desahnya gemetar.
Mendadak Liu Yang Kun juga menjadi sadar pula akan
kesembronoannya. Belum-belum dia telah menuduh yang
bukan-bukan kepada gadis itu. Padahal ia merasa pula bahwa
ia baru sekali ini berjumpa dengan gadis itu.
“Maaf.....maaf! aku benar-benar minta maaf. Aku sungguhsungguh
ceroboh sekali. Padahal aku hanya menduga-duga
saja, karena di kota telah tersebar berita tentang ‘hantu
kuntilanak’ itu. Maafkan aku, nona Souw.” Cepat-cepat
pemuda itu memperbaiki ucapannya.
Sekali lagi Souw Lian Cu menatap dengan tajamnya. Tapi
sesaat kemudian mata itu kembali meredup pula. Lalu
perlahan-lahan kepala yang molek itu mengangguk. Liu Yang
Kun menjadi lega. Sehingga timbul pula keberaniannya.
"Dalam surat nona, nona menyebutkan sebagai ‘Teman Lama'.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benarkah..... benarkah itu? Eh, maksudku.........
maksudku......... benarkah kita dulu merupakan sahabat
akrab? Soalnya......hmh, soalnya.......” Sulit juga ia untuk
mengutarakan kata hatinya.
Sekali lagi mata yang indah itu terbelalak. Seperti melihat
sesuatu yang aneh gadis itu memandang Liu Yang Kun lekatlekat.
Bahkan keningnya juga ikut berkerut pula. Kemudian
seperti halnya Yap Tai ciang-kun dan Hong-liu-kun Yap Kiong
Lee tadi, gadis itupun menjadi pucat pula.
"Kau........ kau.......?" desahnya serak seperti hendak
menangis.
Liu Yang Kun terpaku diam di tempatnya. Pemuda itu
melihat sesuatu yang sama pada pandang mata Souw Lian Cu
dan yang lain-lain. Pandang mata ngeri, aneh dan juga
khawatir. Seperti halnya orang yang memandang kepada
orang gila atau orang yang tidak waras otaknya.
Tapi di dalam hati Liu Yang Kun juga memaklumi dan
menyadari pula keadaan itu. Dia telah lupa pada masa lalunya,
sehingga ia juga lupa pula pada orang-orang yang pernah
dikenalnya. Maka sungguh tidak mengherankan bila orangorang
yang pernah dikenalnya itu menjadi heran melihat
sikapnya. Bahkan dia juga tidak menjadi heran pula bila
orang-orang itu lalu menganggapnya gila.
“Maaf, nona Souw.....aku mengerti keherananmu. Kalau
engkau memang benar-benar sahabat lamaku, engkau tentu
akan heran dan kaget melihat sikapku ini. Demikian pula
dengan ji-wi ciangkun beserta prajurit-prajurit ini. Mereka
tentu merasa heran dan kaget pula. Tapi sungguh mati aku
tak membuat bingung atau mau mempermainkan kalian
semua. Aku benar-benar tak tahu siapa diriku ini. Nona
mengatakan bahwa aku ini Pangeran Liu Yang Kun. Begitu
pula dengan ji-wi ciangkun dan para prajurit. Bahkan isteriku
dan gurunyapun juga berkata demikian pula. Tapi……”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Isteri........?" Souw Lian Cu tersedak kaget hampir pingsan.
Yap Tai Ciang-kun dan Yap Kiong Lee yang selalu mengikuti
dan mendengarkan percakapan mereka juga terkejut sekali.
"Pangeran sudah beristeri?' Tai ciang-kun menegaskan
dengan suara tinggi. "Siapakah nama puteri itu? dari mana dia
berasal?"
Liu Yang Kun yang terpotong ceritanya dan kemudian
malah memperoleh pertanyaan dari Yap Tai ciang-kun itu
tidak segera menjawab pertanyaan tersebut. Perhatiannya
sedang tertuju kepada Souw Lian Cu yang tampak sangat
terpukul hatinya setelah mendengar ucapannya tadi.
Jilid 28
“Nona Souw, kau kenapa......? Apakah kau sakit?" tanpa
menyadari kesalahannya pemuda itu bertanya.
Tapi dengan menguatkan hatinya Souw Lian Cu
menggelengkan kepalanya. Diam-diam gadis itu
menyembunyikan tetesan air matanya.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku.... aku............oh!" gadis itu
berdesah serak hampir tak bersuara. "Teruskan
ceritamu..........!"
Yap Tai Ciang-kun dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, yang
juga pernah mendengar kisah percintaan mereka dulu, hanya
dapat menghela napas saja. Mereka mulai mendapat
gambaran tentang hubungan kedua muda mudi itu sekarang.
Tampaknya kisah percintaan kedua orang itu masih tetap
kurang mulus seperti dulu. Bahkan pada pertemuan mereka
yang terakhir kali ini, sang pangeran justru telah memetik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gadis yang lain, sehingga kedua muda-mudi itu menjadi
cekcok satu sama lain.
Liu Yang Kun menelan ludahnya. Setelah yakin bahwa
Souw Lian Cu memang tidak apa-apa, ia lalu meneruskan
ceritanya.
"Tapi.......aku sendiri tetap kurang yakin kalau aku ini
adalah Pangeran Liu Yang Kun. Entah kenapa, tiba-tiba aku
menjadi lupa pada masa laluku. Bahkan aku sampai lupa pula
pada namaku sendiri. Tahu-tahu aku berada bersama seorang
kakek buta bernama Lo-sin-ong dan muridnya yang bernama
Tiauw Li Ing. Dari mereka itulah aku mendapat keterangan
tentang diriku."
"Lo-sin-ong dan Tiauw Li Ing?" Souw Lian Cu, Yap Tai
Ciang-kun, maupun Hong-lui-kun Yap Kiong Lee berdesah
berbareng. Mereka bertiga sangat terkejut karena mereka
mengenal sekali nama nama itu.
"Dari kedua orang itulah aku mendapat keterangan bahwa
namaku Liu Yang Kun, putera Kaisar Han yang berkuasa saat
ini. Dari mereka itu pulalah aku memperoleh keterangan
bahwa aku telah kawin dengan gadis itu."
"Oooooh......!?" sekali lagi Souw Lian Cu berdesah.
"Bahkan mereka itu pulalah yang memberitahu padaku,
mengapa aku sampai menderita sakit 'lupa ingatan' seperti
ini."
Liu Yang Kun terdiam lagi. Matanya melirik ke arah Souw
Lian Cu, Yap Tai Ciang-kun dan yang lain-lain. Semuanya
kelihatan masih bengong, kaget dan tertegun di tempat
masing-masing. Namun semuanya sudah kelihatan mulai
berpikir dan mulai mencernakan kata-katanya. Tampaknya
mereka juga sudah mulai mengerti pula. Bahkan Souw Lian Cu
kelihatan mulai bersemangat dan sangat menaruh perhatian
sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jadi...... jadi kau telah kehilangan 'ingatanmu'? Apa kata
mereka?" gadis itu mendesak dengan suara tak sabar.
“Yaaa.......... ya apa kata mereka tentang penyakit
pangeran itu?" Hong-lui-kun Yap Kiong Lee ikut mendesak
pula.
Sekali lagi Liu Yang Kun mengedarkan pandangannya. Lalu
katanya perlahan tapi jelas. “Kata mereka aku telah dikeroyok
oleh Giok-bin Tok-ong, Bok Siang Ki dan murid-muridnya
sehingga luka parah. Luka-luka itulah yang menyebabkan aku
menjadi lupa pada semua 'masa laluku'."
"Giok-bin Tok-ong? Bok Siang Ki?" Semuanya benar-benar
sangat terkejut mendengar nama-nama itu. Nama-nama yang
saat ini menjadi buah bibir yang mengerikan di kalangan
orang-orang persilatan. Baru satu Giok-bin Tok-ong saja sudah
merupakan hantu yang sangat menakutkan, apalagi masih
ditambah dengan Bok Siang Ki lagi. Maka tidaklah
mengherankan kalau mereka menjadi kaget dan terpaku diam
di tempat masing-masing. Nama-nama itu memang betul-betul
menggetarkan hati mereka.
Namun demikian di balik semua itu mereka pun menjadi
semakin kagum pula kepada Liu Yang Kun. Sebab meskipun
terluka parah, tapi untuk melawan pemuda itu ternyata iblisiblis
yang mengerikan itu terpaksa harus berjuang keras
dengan mengeroyoknya.
"Pangeran........." akhirnya Hong-lui-kun Yap Kiong Lee
berdesah perlahan. "Kalau begitu kami sekarang sudah tahu,
mengapa sikap pangeran menjadi demikian anehnya terhadap
kami. Ternyata pangeran telah terkena sebuah musibah
sehingga 'menjadi lupa' kepada kami semua."
"Pangeran......?" Liu Yang Kun berdesah pula dengan
termangu-mangu, "Jadi menurut Ciang-kun...... aku ini
memang benar-benar Pangeran Liu Yang Kun?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Tai Ciang-kun cepat melangkah maju pula. “Benar,
pangeran," sahutnya tegas. "Pangeran tak perlu ragu-ragu.
Kami berdua juga yakin dan menguatkan keterangan........
keterangan Lo-sin-ong itu. Pangeran memang benar-benar
Pangeran Liu Yang Kun yang menghilang beberapa tahun
lalu."
"Ya! Kami berdua telah membuktikannya tadi. Tiada
seorangpun di dunia ini yang memiliki ilmu Kim-coa-ih-hoat itu
selain Pangeran Liu Yang Kun sendiri.” Hong-lui-kun Yap Kiong
Lee ikut menambahkan pula.
"Ilmu Kim-coa-ih-hoat......?" Liu Yang Kun bergumam
sambil mengerutkan dahinya.
“Benar! Ilmu silat yang pangeran keluarkan untuk melawan
kami tadi adalah ilmu yang dahsyat itu. Ilmu silat itu pulalah
yang membuat Pangeran menjadi tersohor beberapa tahun
yang lalu. Mungkin banyak orang lain yang wajahnya mirip
pangeran, tapi tak mungkin mereka itu memiliki I lmu Kim-coaih-
hoat seperti pangeran!” sekali lagi Hong-liu-kun Yap Kiong
Lee menandaskan.
"Ehmmmmm........" Liu Yang Kun bergumam dan
mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia dapat menerima
keterangan yang disodorkan oleh dua orang perwira kerajaan
itu. Keterangan mereka memang masuk akal dan beralasan.
Namun demikian di dalam hati kecilnya masih ada juga sedikit
ganjalan untuk menerima kenyataan itu. Entah mengapa
hatinya tetap tak suka pada kedudukan sebagai pangeran itu.
Tapi apa dayanya lagi. Semuanya telah meyakinkan dirinya,
bahwa ia memang benar-benar Pangeran Liu Yang Kun. Dia
sudah tak bisa ingkar pula.
"Baiklah, Tai Ciang-kun. Lalu apa yang mesti kulakukan
sekarang?” akhirnya ia berkata pasrah.
Yap Tai Ciang-kun saling pandang dengan kakaknya.
Hatinya menjadi gembira sekali. Ternyata mereka tidak pulang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tangan hampa. Mereka benar benar dapat membawa
pulang Pangeran Liu Yang Kun. Betapa suka citanya hong
siang nanti.
"Terima-kasih, pangeran. Kami betul-betul merasa lega
sekarang. Sungguh, kami tak bisa membayangkan, bagaimana
suka-citanya ayahanda baginda nanti? Beliau akan keluar dari
penjaranya di Kuil Agung itu......." Yap Tai Ciang-kun berkata
dengan gembira. Bersama kakaknya ia memberi hormat
kepada Liu Yang Kun.
"Hong-siang......? Dipenjara di Kuil Agung?" Liu Yang Kun
dan Souw Lian Cu berdesah bengong.
Sekali lagi Yap Tai Ciang-kun saling pandang dengan
kakaknya. Mereka tersenyum ketika memandang ke arah Liu
Yang Kun lagi.
"Panjang ceritanya, pangeran..... Biarlah kami dan nona
Souw Lian Cu nanti yang bercerita tentang masa lalu
pangeran. Termasuk diantaranya, mengapa hong-siang
sampai memenjarakan dirinya sendiri di Kuil Agung istana itu.
Dan bagaimana pula sumpah hong-siang untuk tidak keluar
dari halaman Kuil Agung itu sebelum Pangeran kembali ke
istana.” Yap Tai Ciang-kun menerangkan.
"Aku.......? Mengapa aku juga harus bercerita pula?" tibatiba
Souw Lian Cu menyela dengan kaget.
Lagi-lagi Yap Tai Ciang-kun tersenyum pula.
“Maaf, nona Souw......... Kami tidak bermaksud untuk
memaksa kepada nona Souw. Kami hanya bermaksud untuk
meminta tolong kepadamu, karena kaupun juga paham dan
tahu pula akan masa lalu Pangeran Liu Yang Kun. Bahkan
mungkin lebih lengkap dari pada pengetahuan kami sendiri.
Kami hanya........"
''Aku tidak mau!" dengan tegas Souw Lian Cu menolak.
"Tapi.......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak! Aku akan pergi dari sini!” sekali lagi Souw Lian Cu
menolak, kemudian melangkah pergi dari tempat itu.
"Tunggu......!" tiba-tiba Liu Yang Kun berteriak dan
berkelebat pula mencegat gadis itu.
Souw Lian Cu terpaksa menunda langkahnya. Dia berdiri
tegang di depan Liu Yang Kun. Matanya yang bulat indah itu
menatap dengan tajamnya.
"Pangeran....... pangeran mau apa? Ke-kenapa
menghalangi langkahku?" katanya kaku.
Tiba-tiba Liu Yang Kun menekuk lututnya di depan gadis
itu. Dengan suara lembut, seperti ketika dia memeluk kaki
gadis itu tadi, ia berkata, “Nona Souw.......! Kuminta dengan
sangat kau jangan pergi dulu! Kau tolonglah aku dulu untuk
memulihkan 'ingatanku yang hilang' itu. Dan...... bukankah
nona belum berkata apa-apa kepadaku? Di dalam surat itu
nona menyatakan bahwa nona ingin berkata sesuatu
kepadaku...."
Pemuda itu memohon sambil menengadahkan mukanya.
Perpaduan antara suara dan tatapan matanya seolah-olah
menimbulkan getaran yang menyusup ke dalam hati sanubari
Souw Lian Cu, sehingga batu-batu yang tersimpan di dalam
dada gadis itu seakan-akan melumer dengan sendirinya.
Wajah yang tegang itu tiba-tiba mengendor, dan mata
yang dingin itu tiba tiba juga menghangat kembali. Lalu
dengan suara lirih, sehingga hampir-hampir tak terdengar oleh
siapapun, gadis itu berbisik, "Tapi aku.......aku tak
bisa........bercerita apa-apa. Dan....dan sebenarnya aku juga
tak punya kata kata yang hendak kuucapkan kepadamu...”
Namun dengan suara yang tak kalah lirihnya, Liu Yang Kun
tetap memohon pula dengan penuh perasaan. "Tapi
bagaimanapun juga aku tetap memohon pertolonganmu, nona
Souw. Janganlah kau biarkan aku terus-terusan menderita
seperti ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keduanya lalu terdiam untuk beberapa saat lamanya.
Terjadi perang batin di dalam dada gadis ayu itu, antara
mengabulkan atau menolak permintaan itu.
"Maukah.......? Maukah nona menolong aku?" dengan suara
bergetar Liu Yang Kun terus mendesak.
Akhirnya getaran batin Souw Lian Cu tak bisa menolak lagi.
Rasa cinta yang selama ini tetap mekar di dalam hati gadis
ayu itu telah mengalahkan segalanya.
"Baiklah........" Bibir itu berbisik pelan seperti kepada dirinya
sendiri.
Tiba-tiba Liu Yang Kun berlutut. Dengan suara gembira
pemuda itu berdesah, "Terima kasih, Nona Souw. Terima
kasih..........."
Yap Tai Ciang-kun dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tidak
dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun kedua
perwira itu menjadi lega dan gembira pula tatkala
menyaksikan akhir dari perselisihan itu.
"Nah! Sekarang marilah kami persilahkan nona Souw dan
Pangeran Liu Yang Kun untuk memasuki perkemahan kami..!"
Yap Tai Ciang-kun mempersilahkan mereka.
Demikianlah, di bawah kawalan para perajurit yang semula
telah mengeroyok mereka Souw Lian Cu dan Liu Yang Kun
memasuki komplek perkemahan tersebut. Mereka langsung
menuju ke tenda Yap Tai Ciang-kun, yaitu tenda yang terbesar
dan terletak di tengah-tengah tenda-tenda yang lain.
Demikianlah para perwira dan perajurit yang ada di dalam
perkemahan itupun lalu mengadakan pesta sederhana, untuk
merayakan keberhasilan tugas mereka, karena telah
menemukan kembali Pangeran Liu Yang Kun. Di dalam tenda
Yap Tai Ciang-kun pun juga diadakan perjamuan sekedarnya
pula untuk menyambut kehadiran Pangeran Liu Yang Kun di
antara mereka. Dan sambil makan-minum sajian sederhana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mereka suguhkan, Liu Yang Kun mendengarkan cerita
Yap Tai Ciang-kun tentang dirinya. Kadang-kadang Hong-luikun
Yap Kiong Lee dan Souw Lian Cu ikut pula menyela atau
memberi tambahan dalam cerita itu.
Pangeran Liu Yang Kun memang mempunyai riwayat hidup
yang sangat menarik. Dia lahir pada saat jaya-jayanya Kaisar
Chin Si Hong-te almarhum. Dan secara kebetulan pula dia
dibesarkan di dalam keluarga seorang pangeran Chin, karena
ketika dia berusia dua bulan di dalam kandungan ibunya,
ibunya itu diambil isteri oleh salah seorang dari putera Kaisar
Chin Si Hong-te. Ibunya itu diambil secara paksa dari tangan
Liu Pang, ayahnya, yang pada waktu itu masih merupakan
seorang petani miskin di desanya. (Baca: Pendekar Penyebar
Maut)
Sekarang Liu Pang telah menjadi Kaisar, bergelar Kaisar
Han Ko Co. Dan ternyata ayah dan anak yang telah berpuluh
tahun dipisahkan itu dapat bertemu kembali. Namun karena
sesuatu hal keduanya terpaksa berpisah lagi. Liu Yang Kun
yang menderita penyakit 'tubuh beracun' itu terpaksa pergi
meninggalkan istana untuk menyembuhkan penyakitnya.
Sementara sepeninggal puteranya, hong-siang telah
bersumpah untuk tidak meninggalkan halaman Kuil Agung
Istana sebelum Liu Yang Kun kembali pulang.
Demikianlah karena sesuatu hal pula Liu Yang Kun baru
dapat diketemukan sekarang. Bahkan setahun yang lalu
pemuda itu pernah dikhabarkan mati, sehingga hong-siang
sempat hampir putus-asa karenanya. Untunglah hati hongsiang
sangat kuat dan tidak mau percaya kalau puteranya
sudah mati, sehingga beliau tetap saja mengirimkan orangorang
kepercayaannya untuk mencari Liu Yang Kun.
Lewat tengah malam perjamuan sederhana itu baru selesai.
Selama itu pula Souw Lian Cu tidak berani menyebut-nyebut
surat-suratnya yang telah beberapa kali dia titipkan orang
untuk Liu Yang Kun. Gadis itu tahu bahwa Liu Yang Kun yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah kehilangan ingatannya itu takkan ingat pula pada suratsuratnya
yang terdahulu, sehingga ia diam saja dan tak berani
mengutik-utik masalah surat itu. Apalagi gadis itu telah
menjadi hambar hatinya begitu mendengar kekasihnya itu
telah menikah dengan Tiauw Li Ing, gadis jahat yang telah
membunuh keluarga Chu Seng Kun itu.
Ternyata Yap Tai Ciang-kun dan Hong lui-kun Yap Kiong
Lee pun tidak berusaha mengorek keterangan tentang
perkawinan Liu Yang Kun. Sebagai seorang perwira kerajaan
mereka sudah terbiasa melihat para bangsawan memiliki
beberapa orang isteri atau selir di rumahnya. Selain itu
mereka juga ingin menjaga perasaan hati Souw Lian Cu yang
mereka tahu pernah memiliki hubungan asmara dengan
Pangeran Liu Yang Kun.
'Nah, pangeran.......kami telah menceritakan riwayat hidup
pangeran. Dan hanya itu pulalah yang kami ketahui selama
ini. Kalau pangeran masih belum juga puas, pangeran bisa
bertanya sendiri kepada hong-siang. Beliau akan bercerita
tentang masa lalu pangeran sejelas-jelasnya," Yap Tai Ciangkun
mengakhiri keterangannya.
Liu Yang Kun tidak segera menyahut. Pemuda itu masih
tetap merenung mengawasi tikar tenda yang digelar sebagai
alas ruangan itu. Meskipun ia sudah tak bisa ingkar lagi dan
sudah sanggup menerima kenyataan itu, namun di dalam hati
kecilnya pemuda itu tetap belum merasa puas juga. Selain dia
tak menyukai kedudukan sebagai pangeran itu, dia sendiri
juga sudah lupa pula kepada orang-orang yang berada di
sekelilingnya dulu. Jangankan dengan punggawa-punggawa
istana lainnya, sedangkan wajah hong-siang pun ia sudah tak
ingat pula lagi. Bagaimana dia bisa senang dengan keadaan
seperti itu?
"Paling tidak aku harus dapat mengembalikan ingatanku
yang hilang itu dahulu, baru aku bisa berkumpul dengan
hong-siang di Istana. Tanpa itu hatiku akan selalu tersiksa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku akan seperti orang asing yang terpenjara di sangkar
emas......" akhirnya pemuda itu bergumam perlahan seperti
kepada dirinya sendiri.
"Tapi...... dengan beradanya kembali pangeran di istana,
ingatan yang hilang itu kemungkinan besar akan kembali pula
dengan sendirinya. Apalagi kalau pangeran nanti sudah
berdekatan dengan ayahanda baginda.........." Yap Tai Ciangkun
cepat-cepat memotong takut kalau tiba-tiba Liu Yang Kun
membatalkan lagi niatnya untuk pulang kembali ke istana.
Perlahan-lahan Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya.
"Itu akan memerlukan waktu yang lama, Tai Ciang-kun.
Aku tidak sabar lagi. Aku tidak tahan terlalu lama begini. Lebih
baik aku mencari tabib yang pandai untuk mengobati
'penyakitku' ini. Baru setelah sembuh nanti aku akan kembali
ke istana."
Yap Tai Ciang-kun memandang kakaknya dengan tegang.
Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Membiarkan Liu
Yang Kun pergi berarti tugasnya gagal. Tapi kalau harus
mencegah pemuda itu, ia merasa takkan mampu pula
melakukannya. Kalau pemuda itu marah, semuanya akan
menjadi runyam nanti.
"Di istana pun banyak tabib yang pandai, pangeran,"
akhirnya Hong-lui-kun Yap Kiong Lee mencoba untuk
mencegah kehendak Liu Yang Kun itu.
Namun sekali lagi Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya.
"Maaf, ciang-kun......aku agak merasa kurang yakin dengan
tabib-tabib istana. Kalau mereka itu benar-benar pandai,
tentunya mereka juga bisa mengobati tubuhku yang beracun
itu, sehingga aku tak perlu jauh-jauh pergi keluar istana
seperti cerita ciang-kun tadi......." pemuda itu membantah.
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee menghela napas. "Lalu...... apa
yang hendak pangeran lakukan sekarang?" desaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku akan mencari tabib yang sekiranya bisa
menyembuhkan penyakitku ini dulu......."
"Tapi.........?" Yap Tai Ciang-kun hendak memotong, tapi
cepat-cepat menutup kembali bibirnya. Yap Kiong Lee tiba-tiba
telah menggamit tangannya.
“Ba-baiklah kalau pangeran memang menghendaki
demikian......." jago silat nomer satu di istana itu segera
meneruskan perkataan adiknya. "Tapi.....tapi untuk itu
perbolehkan kami semua membantu pangeran........"
Liu Yang Kun mengangkat wajahnya dengan kaget.
"Maksud ciang-kun?" desahnya.
"Maksud kami ialah agar kami diperbolehkan mengawal
pangeran kemanapun pangeran pergi. Pangeran adalah putera
Hong-siang. Tidak selayaknyalah kalau pangeran berjalan
sendirian. Selain itu kami juga takut akan kemurkaan hong
siang pula."
"Benar, pangeran. Perbolehkanlah kami semua mengantar
pangeran mencari tabib sakti itu." Yap Tai Ciang-kun yang
segera memahami maksud kakaknya itu cepat-cepat
menambahkan.
Namun dengan cepat pula Liu Yang Kun menggelengkan
kepalanya.
"Wah, jangan......! Itu akan sangat merepotkan aku malah,
Bagaimana aku harus menjelajah desa dan kota dengan
pasukan sebanyak ini?"
“Tapi…..?” Yap Tai Ciangkun hendak membantah pula.
Untunglah kakaknya cepat menggamitnya lagi.
Lalu dengan tenang jagoan istana itu berkata, "Kalau
begitu...... biarlah aku sendiri saja yang mengawal pangeran.
Selain tidak merepotkan pangeran, kami berdua juga tidak
akan kena murka pula dari hong-siang nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan kaget Y ap Tai Ciang-kun menatap kakaknya. "Toako,
kau........?" tegurnya.
Tapi dengan tenang pula Hong-lui-kun Yap Kiong Lee
menjawab teguran adiknya itu. "Biarlah, Khim-te. Inilah jalan
tengah yang terbaik buat kita. Dari pada kita kehilangan jejak
pangeran Liu Yang Kun lagi.”
"Ah!" Panglima itu berdesah, memaklumi kebijaksanaan
kakaknya.
"Bagaimana, pangeran? Kalau cuma aku saja yang
mengawal, tentu tidak akan merepotkan pangeran, bukan?
Bahkan aku bisa mengurusi segala kebutuhan pangeran di
dalam perjalanan itu.” Yap Kiong Lee mendesak pula.
Liu Yang Kun tersenyum kikuk. Tidak ada alasan lagi
baginya untuk menolak tawaran Yap Kiong Lee itu. Maka
dengan sangat berat ia terpaksa menganggukkan kepalanya.
“Terima kasih, pangeran.........." jagoan istana itu
menyatakan terima kasihnya dengan air muka berseri-seri.
"Tapi......kemanakah pangeran hendak mencari tabib sakti
itu?" Yap Tai ciang-kun yang tetap tak ingin kehilangan jejak
Pangeran Liu Yang Kun itu mencoba untuk mencari tahu
tujuan perjalanan tersebut.
Liu Yang Kun menatap wajah panglima itu sebentar, lalu
menggeleng pula dengan ragu-ragu. "Entahlah! Aku tidak
tahu….” desahnya perlahan.
Di dunia persilatan pernah hidup seorang tabib sakti yang
memiliki ilmu seperti dewa. Tabib itu bergelar Bu-eng-sin-yokong.
Begitu hebat ilmu pengobatannya sehingga banyak orang
yang mengatakan bahwa dia mampu menghidupkan kembali
orang yang sudah mati. Namun sayang sekali....... orang itu
hidup pada zaman seabad yang lalu." Yap Kiong Lee tiba-tiba
bercerita.
Liu Yang Kun menoleh dengan cepat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah......... apakah dia itu tidak mewariskan ilmunya
kepada muridnya!" tanyanya bersemangat.
“Sebenarnya ada. Salah seorang cucu muridnya ada yang
mewarisi ilmu ketabibannya itu. Namanya adalah.....,Chu Seng
Kun!" tiba-tiba Souw Lian Cu ikut menyela pula pembicaraan
itu.
"Chu Seng Kun..........?" Liu Yang Kun, Yap Tai Ciang-kun
dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee berdesah berbareng.
''Ya!” Souw Lian Cu mengangguk dengan kaku. Tiba-tiba
matanya bersinar tajam penuh kebencian. "Namun saying....
beliau itu telah mati pula dibunuh orang!"
"Hah.......?" sekali lagi Liu Yang Kun, Yap Tai Ciang-kun dan
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee berseru berbareng pula. Terutama
yang paling keras adalah Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, karena
jagoan istana tersebut sudah sangat mengenal dengan Chu
Seng Kun.
"Siapa yang telah berani membunuh tabib yang baik budi
itu?" tiba-tiba Hong-lui-kun Yap Kiong Lee menggeram.
Sekejap matanya seperti menyala di dalam terangnya sinar
obor yang menyala di dalam ruangan itu.
Souw Lian Cu menggeram pula. Tiba-tiba matanya
menatap ke arah Liu Yang Kun.
"Yang membunuh beliau adalah......orang-orangnya Tunghai-
tiauw! Mereka adalah....... Tung-hai Nung-jin, Tiauw Kiat
Su dan...... Tiauw Li Ing!"
"Haaaah???" Hong-lui-kun Yap Kiong Lee dan Yap Tai
Ciang-kun berseru kaget. Otomatis pandangan mereka juga
tertuju ke arah Liu Yang Kun.
Yang tidak kalah kagetnya pula adalah Liu Yang Kun.
Meskipun dia sudah tidak ingat lagi kepada Chu Seng Kun,
namun melihat sikap dan cara mereka berbicara tentang tabib
sakti itu ia bisa menggambarkan macam apa orang yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka ceritakan tersebut. Sehingga di dalam hatinyapun
diam-diam telah timbul pula dugaan jelek kepada Tiauw Li
Ing, wanita yang mengaku sebagai isterinya itu.
"Ayahnya seorang Raja Bajak Laut di Lautan Timur.
Seorang bajak laut tentunya juga bukan orang baik-baik. Dia
tentu suka merampok dan membunuh orang. Dan tampaknya
nona Souw ini juga tidak berbohong pula tentang.......tentang
tabib sakti Chu Seng Kun. Oooh...... aku menjadi bingung dan
pusing memikirkannya. Benarkah......benarkah dia itu
isteriku?"
Karena itu pula Liu Yang Kun tak berani menatap orangorang
yang duduk di depannya itu. Tiba-tiba kepalanya
tertunduk. Keningnya berkerut. Bahkan beberapa kali
mulutnya berdesah.
Tak tega juga Yap Tai Ciang-kun dan Yap Kiong Lee
menyaksikan keadaan itu. Sambil menghela napas panjang
Yap Tai Ciang-kun memandang ke arah Souw Lian Cu.
''Benarkah mereka membunuh Chu Seng Kun?" katanya
kemudian dengan suara agak ragu pula.
Dengan cepat Souw Lian Cu lalu bercerita tentang kejadian
yang menyedihkan di rumah keluarga Chu setengah bulan
yang lalu. Bagaimana tabib sakti itu berusaha menolong dan
melindungi seorang wanita yang mau melahirkan. Dan
bagaimana pula seluruh keluarga tabib sakti itu dibasmi dan
dibakar rumahnya oleh Tiauw Li Ing beserta kawan kawannya
itu.
"Sungguh keji......" tak terasa mulut Liu Yang Kun
bergumam. Namun mulut itu cepat-cepat terkatup kembali
ketika teringat bahwa Tiauw Li Ing adalah isterinya.
"Memang sangat keji dan tak berperi-kemanusiaan. Oleh
karena itu pula apabila ada kesempatan aku akan menuntut
balas atas kejadian itu." Souw Lian Cu berkata tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimanapun juga paman Chu masih terhitung keluargaku
pula, karena ibuku adalah adik perempuan paman Chu."
"Ah. benar......!" tiba-tiba Hong-lui-kun Yap Kiong Lee
tergagap sadar dari ketermanguannya. "Souw Hu-jin (Nyonya
Souw) memang adik dari Chu Tai-hiap. Kalau begitu Souw Hujin
tentu mewarisi pula kepandaian kakaknya itu. Ehmmm,
pangeran.............! Bagaimana kalau kita menemui Hong-gihiap
Souw Thian Hai dan isterinya saja? Siapa tahu Souw Hujin
itu bisa mengobati penyakit pangeran itu?"
Liu Yang Kun tersentak kaget pula. Sesaat tampak sinar
kegembiraan di matanya. Tapi di lain saat wajah itu kelihatan
sedih dan ragu-ragu lagi. Apalagi ketika tampak di matanya
wajah Souw Lian Cu yang keras dan kaku serta penuh dendam
itu.
"Ini....... ini...... tentu saja terserah kepada nona Souw.
Kalau nona Souw mau......mau mengantarkan aku kepada
ibunya......." akhirnya pemuda itu berdesah perlahan seperti
kepada dirinya sendiri. Dan sama sekali pemuda itu tidak
berani menatap Souw Lian Cu.
Yap Tai Ciang-kun dan Hong-lui-kun Yap Kiong Lee segera
menjadi maklum dan sadar pula. Tak terasa mereka lalu
memandang kepada Souw Lian Cu dengan sinar mata penuh
permohonan.
"Nona Souw.......? Maukah nona menolong Pangeran Liu
Yang Kun?" Yap Tai Ciang-kun lalu meminta dengan halus.
Namun dengan angkuh gadis itu melengos. Suaranya
terdengar sangat keras dan kaku ketika menjawab permintaan
itu.
"Maaf, Tai Ciang-kun. Bagaimana aku bisa berjalan
bersama dengan wanita yang telah membunuh keluarga
paman Chu? Kalaupun aku mau, masakan ibuku juga mau
mengobati suami orang yang telah membunuh kakaknya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah........benar juga. Hmm.......bagaimana, ya?" Yap Tai
Ciang-kun tersipu-sipu.
Sementara itu Hong-lui-kun Yap Kiong Lee lalu mendekati
Liu Yang Kun.
"Pangeran...... Bagaimana menurut pendapat pangeran?
Satu-satunya ahli waris Bu-eng Sin-yok-ong sekarang tinggal
Souw Hu-jin saja. Tampaknya hanya dia yang mampu
mengobati penyakit pangeran itu. Tapi..... tentu saja Souw
Hu-jin tidak mau dan tidak bersedia mengobati penyakit itu
kalau.......kalau isteri pangeran yang bernama Tiauw Li Ing itu
ikut serta. Mereka saling bermusuhan."
Tiba-tiba Liu Yang Kun mengangkat wajahnya. Ditatapnya
mata Hong-lui-kun Yap Kiong Lee lekat-lekat.
"Ciang-kun...... Menurut pendapat Ciang-kun, apakah benar
dia itu isteriku........?" tanyanya mengagetkan.
Tentu saja ucapan itu terasa aneh di telinga Hong-lui-kun
Yap Kiong Lee, Yap Tai Ciang-kun dan Souw Lian Cu. Begitu
anehnya sehingga mereka bertiga menjadi kaget dan
ternganga keheranan.
Dan Liu Yang Kun sendiri ternyata dengan cepat juga
menyadari keanehannya itu.
"Eh, maksudku........ maksudku.. ..aku sendiri juga kurang
yakin akan hal itu. Begitu sadar dari pingsanku, dia ......... dia
telah berada di dekatku. Dan dia pula yang mengatakan
bahwa aku adalah suaminya. Terpaksa.... terpaksa aku pun
menerimanya. Aku beranggapan, masakan seorang gadis
cantik seperti dia membohongi aku. Tapi di dalam hati kecilku
aku agak........agak kurang yakin akan hal itu. Namun untuk
membuktikannya aku tak bisa. Selain ingatanku telah hilang,
akupun tak punya alasan dan bukti untuk
menyanggahnya......" katanya kemudian dengan terbata-bata.
Sambil berkata matanya tak lepas memandang ke arah Souw
Lian Cu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lalu mengapa pangeran menanyakan hal itu kepada kami?
Tentu saja kami-pun semakin tak bisa menjawab pertanyaan
itu." Hong-lui-kun Yap Kiong Lee menjawab pula.
"Bukan begitu, ciang-kun? Maksudku bagaimanakah
menurut tanggapan ciang-kun tentang perkawinan itu? Masuk
akalkah kalau aku ini kawin dengan Tiauw Li Ing itu?
Maksudku......... maksudku...... kalau aku ini dalam keadaan
sehat dan waras........ bisakah aku ini kawin dengan wanita
itu? Maksudku ..... dengan puteri seorang raja bajak laut itu?"
Hong-lui kun Yap Kiong Lee menghela napas panjang. Ia
tahu pangeran itu membutuhkan pertolongan orang lain untuk
menjawab pertanyaan itu. Namun bagaimana dia harus
menjawabnya? Semuanya serba mungkin. Dan dia sendiri tak
tahu persis lika-liku perjalanan hidup mereka.
"Ah......sungguh sulit untuk menjawabnya, pangeran.
Semuanya itu memang bisa saja terjadi. Tiada yang tidak
mungkin di dunia ini. Memang, kalau dipandang sepintas
lalu...... perkawinan pangeran itu seperti tidak mungkin.
Sedikit banyak saya sudah mengerti watak dan pribadi
pangeran. Begitu pula dengan watak dan pribadi anak Tunghai-
tiauw itu. Dan kedua watak dan pribadi itu rasa-rasanya
sulit dipertemukan. Apalagi pangeran adalah putera hongsiang,
kaisar yang paling terhormat dan berkuasa di negeri
kita ini. Sedangkan gadis itu adalah anak seorang raja bajak
laut yang menjadi musuh negara.....” Belum habis perkataan
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, tiba-tiba Liu Yang Kun melompat
dan mengguncang lengan jago dari istana itu. Wajah pemuda
itu tampak lega dan berseri-seri.
"Ciang-kun! Itulah jawaban yang kumaksudkan! Rasarasanya
hatikupun berpendapat begitu! Hanya.......hanya aku
sendiri tak bisa mengatakan.........!”
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tersenyum, walaupun
sebenarnya pundaknya terasa sakit. Selain luka dalam yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dideritanya tadi masih belum sembuh, cengkeraman Liu Yang
Kun itu pun memang sangat kuat.
Beberapa saat kemudian Hong-lui-kun Yap Kiong Lee lalu
bertanya, "Lalu apa yang hendak pangeran lakukan setelah
mengetahui jawaban saya itu?"
Liu Yang Kun terdiam. Tiba-tiba saja pemuda itu sadar
kembali. Dengan wajah agak malu-malu ia melirik ke arah
Souw Lian Cu.
"Ciang-kun. kalau nona Souw memang menghendaki
demikian, akupun takkan membawa Tiauw Li Ing pula. Biarlah
untuk sementara ia tinggal bersama gurunya. Aku akan
menemui dia lagi setelah penyakitku itu hilang, sehingga aku
bisa menentukan sikap terhadapnya. Kalau aku dan dia
memang benar-benar sudah kawin dan saling mencinta,
yah........apa boleh buat, aku tentu akan kembali kepadanya.
Tapi sebaliknya, kalau semua ini hanya lelucon dan sandiwara
belaka, hmm....... akupun tak mau tinggal diam pula. Aku
akan membuat perhitungan dengan mereka!"
"Oooh!" Hong-lui-kun dan Yap Tai Ciang-kun berdesah
lega.
Kemudian semua pandangan terarah kepada Souw Lian Cu.
Gadis itulah kini yang harus mengambil keputusan. Tadi dia
telah mengajukan alasan dan keberatannya. Namun kini
ternyata Liu Yang Kun sanggup meninggalkan Tiauw Li Ing.
"Nah, nona Souw......kau sekarang tidak berkeberatan lagi,
bukan?" Yap Tai Ciang-kun berkata halus.
Souw Lian Cu tidak bisa mengelak lagi. Selain ia tak punya
alasan untuk menolak lagi, sebenarnya hati kecilnya pun
merasa tak tega pula melihat penderitaan orang yang
dicintainya itu. Maka tiada jawaban lagi yang harus ia berikan,
selain mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, nona Souw.........." Liu Yang Kun hampir
saja berteriak saking gembiranya.
Yap Tai ciang-kun saling pandang dengan kakaknya. Diamdiam
mereka tersenyum sambil mengangguk-angguk.
Ternyata jalinan kasih sayang di lubuk hati kedua muda-mudi
itu sedemikian kuatnya sehingga masing-masing seperti saling
mendekat dengan sendirinya. Padahal Pangeran Liu Yang Kun
dalam keadaan 'hilang ingatan', dan sudah tak ingat lagi
bahwa ia pernah mencintai gadis itu.
"Nah, twa-ko.......bagaimana rencanamu sekarang?" Yap
Tai ciang-kun berbisik kepada kakaknya.
"Kau boleh meneruskan perjalananmu ke kota raja besok
pagi. Kauberitahukanlah kepada hong-siang bahwa Pangeran
Liu Yang Kun telah kita temukan. Aku sekarang akan
mengikuti Pangeran Liu Yang Kun kemanapun dia pergi.”
"Kalau begitu.....baiklah. Tapi kuharap twa-ko berhati-hati.
Jangan sampai pangeran itu terlepas lagi."
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tersenyum. "Jangan khawatir,
Khim-te. Aku akan mempertaruhkan seluruh jiwa dan ragaku
untuk menjaga Pangeran Liu Yang Kun. Bagaimanapun juga
dia harus kembali ke istana."
Demikianlah, malam itu juga Souw Lian Cu mengajak Liu
Yang Kun untuk berangkat. Karena gadis itu juga tidak tahu
dimana ayah dan ibu tirinya berada, maka ia memutuskan
untuk pergi ke Cin-an saja. Siapa tahu ayah ibunya juga
diundang pada pesta perkawinan Ketua Tiam-jong-pai itu?
Ketika mereka bertiga lewat di tepi hutan dimana Liu Yang
Kun dan nona Souw Lian Cu tadi berjumpa, mereka melihat
bekas-bekas pertempuran di sana. Dan tampaknya
pertempuran yang terjadi di tempat itu sedemikian hebatnya,
sehingga tempat itu seperti habis diamuk oleh kawanan gajah
liar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Emm....... tampaknya baru saja ada pertempuran besar di
tempat ini." Yap Kiong Lee berkata perlahan. Lalu tambahnya
lagi dengan dahi berkerut.
"Tapi.....siapa saja yang telah bertempur itu? Mengapa
suara dentang senjata mereka tidak terdengar sama sekali?"
Souw Lian Cu menoleh sambil mengangkat pundaknya.
"Entahlah, saya juga tidak tahu. Tadi sore aku memang
berada di tempat ini pula, tapi waktu itu aku tak melihat apaapa.
Mungkin pertempuran itu terjadi setelah aku
meninggalkan tempat ini........."
"Aku juga tidak tahu pula. Namun aku bisa
menduganya....." tiba-tiba Liu Yang Kun menyela.
"Apa? Pangeran mengetahui siapa mereka.....?" Yap Kiong
Lee dan Souw Lian Cu berdesah hampir berbareng. Otomatis
keduanya mengawasi Liu Yang Kun dengan nada ingin tahu.
Tapi dengan cepat Liu Yang Kun menggoyangkan
tangannya. "Bukan begitu. Saya tidak mengatakan bahwa
saya tahu. Saya hanya mengatakan bahwa saya dapat
menduga saja...." ia menjelaskan.
Yap Kiong Lee tersenyum. “Maaf. Hmm ....... kalau begitu
lekaslah pangeran mengatakannya," ujarnya kemudian.
"Kedatanganku di tempat ini sore tadi, selain untuk
menemui nona Souw Lian Cu juga untuk mengejar hantu
kuntilanak yang mengganggu penduduk kota Cia-souw.
Namun karena datang terlambat, maka aku telah kehilangan
jejak kuntilanak itu bersama para pengejarnya. Oleh karena
itu aku mempunyai dugaan bahwa tempat ini digunakan
sebagai ajang pertempuran oleh Kuntilanak itu dengan para
pengejarnya."
"Oh......jadi itukah sebabnya pangeran menuduh aku
sebagai kuntilanak?" Souw Lian Cu berkata geram.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menyeringai kikuk. "Benar....." desahnya
kemalu maluan.
"Hantu kuntilanak........?" sebaliknya Yap Kiong Lee berseru
heran. "Apa itu.......?"
Liu Yang Kun memandang Jagoan istana yang kini menjadi
pengawalnya itu. “Ciang-kun belum mendengarnya?"
Dengan kening tetap berkerut Yap Kiong Lee
menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana dengan nona Souw? Apakah nona juga belum
mendengar cerita tentang hantu itu?" Liu Yang Kun bertanya
pula kepada Souw Lian Cu.
"Aku pernah mendengarnya. Bahkan tidak cuma di sini. Di
kota Lai-couw dan Si-pouw pun aku pernah mendengar
tentang kuntilanak itu."
Kota Lai-couw dan Si-pouw adalah kota kecil yang letaknya
tidak jauh dari kota Cia-souw itu. Kedua kota kecil itu terletak
agak jauh dari jalan utama yang menghubungkan kota Ciasouw
dengan Cin-an, sehingga jarang sekali disinggahi para
pelancong maupun pedagang. Maka sungguh mengherankan
sekali kalau gadis itu sampai di sana.
"Apa saja yang nona dengar tentang hantu itu?" Liu Yang
Kun mendesak.
Souw Lian Cu mengangkat wajahnya. Matanya yang bening
itu menatap Liu Yang Kun sebentar. Setelah itu seraya
melangkahkan kakinya ia menjawab, "Cukup banyak. Tapi
sebaiknya kita meninggalkan tempat ini terlebih dahulu. Hutan
ini cuma beberapa lie saja dari kota Cia-souw. Kau tidak akan
jadi berangkat kalau isterimu menyusul kemari......."
"Ah.....!" Liu Yang Kun berdesah kecut. Mukanya merah
padam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee tersenyum di dalam hati. Diamdiam
ia merasa geli, namun juga bercampur dengan perasaan
prihatin pula menyaksikan jalan percintaan mereka.
"Hmm.....sungguh mengherankan! Bagaimana sebenarnya
hubungan kasih mereka itu? Demikian dekat hati mereka, tapi
juga demikian jauh rasanya jarak mereka ? Aneh benar......?!"
jagoan dari istana itu bergumam di dalam hati. Lalu tangannya
menggandeng Liu Yang Kun dan membawanya melangkah
mengikuti Souw Lian Cu.
Demikianlah mereka lalu bergegas meninggalkan hutan
kecil itu. Mereka berjalan cepat melewati jalan utama yang
menuju ke arah kota Cin-an. Mereka melangkah tanpa
berbicara sama sekali, seolah-olah mereka itu memang
berjalan sendiri-sendiri.
Sementara itu di penginapan Tiauw Li Ing tidur pulas
sampai pagi. Permainan cinta yang menggelora sehari penuh
bersama Liu Yang Kun itu membuatnya lemah dan lelah luar
biasa. Ia baru bangun ketika gurunya yang buta itu mengetuk
pintu kamarnya.
Tapi betapa kagetnya dia ketika Liu Yang Kun tak ada di
sampingnya. Dan hatinya semakin menjadi kaget pula begitu
menyadari dirinya juga belum berpakaian sama sekali. Apalagi
ketika dilihatnya pembaringan itu masih kusut dan berantakan
seperti kemarin malam.
"Aku.....aku telah tertidur malam tadi. Dan.....dan.....dia
belum kembali dari melihat keributan itu! Oh !" dia menjerit di
dalam hati.
Bergegas Tiauw Li Ing mengenakan pakaiannya. Kemudian
ia membuka pintu dan melompat keluar.
"Suhu, dia....dia pergi!" serunya serak. Matanya yang
merah hampir menangis itu menatap kesana kemari dengan
liarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja Lo-sin-ong menjadi bingung dan kaget. Tak tahu
apa yang dimaksudkan Tiauw Li Ing.
"Pergi? Siapa yang pergi? Suamimu .......?"
"Benar. Suamiku......dia......dia telah pergi tadi malam.
Sekarang belum juga kembali." Tiauw Li Ing menjawab gugup.
Dan kini air matanya benar-benar telah menggenangi pelupuk
matanya.
"Ooooh.....?" Orang tua itu tersentak dan buru-buru
menarik tangan Tiauw Li Ing ke dalam kamar kembali.
"Mengapa? Bagaimana itu bisa terjadi?" desaknya sambil
menutup pintu kamar.
Sekejap wajah yang cantik itu menjadi merah. Tapi di lain
saat wajah itu kembali tegang dan ketakutan pula. Dengan
suara gugup dan terputus-putus gadis itu lalu bercerita
tentang kejadian malam tadi. Kecuali tentu saja mengenai
permainan cintanya yang bergelora itu.
"Hmm.....aku memang mendengar pula suara ribut tentang
kuntilanak itu. Tapi aku tetap tinggal di dalam kamar.
Jadi......anak itu keluar dan belum kembali lagi? Mengapa kau
sampai pulas begitu?" kakek buta itu akhirnya berkata dengan
suara agak menyesal.
Sekali lagi wajah Tiauw Li Ing menjadi merah. Ia tak bisa
menjawab pertanyaan orang tua itu. Hanya air matanya saja
yang mulai turun membasahi pipinya.
"Kalau begitu....bersiaplah! Kita cari pemuda itu!"
"Ba-baik, suhu.....”
Demikianlah, sambil mendengarkan cerita orang tentang
keributan yang terjadi tadi malam, mereka mencari Liu Yang
Kun. Mereka membaurkan diri diantara orang-orang yang
bergerombol di jalan, di warung-warung, yang semuanya ratarata
selalu membicarakan keributan yang dibuat oleh 'hantu
kuntilanak' itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan semakin banyak mereka mendengar serta mengetahui
kejadian itu, mereka justru semakin menyesal malah. Mereka
sungguh tak mengira kalau keributan itu ternyata sedemikian
hebatnya. Keduanya benar-benar menyesal tak ikut keluar
melihatnya.
"Begitu dahsyat pertempuran yang terjadi di pinggir hutan
itu, sehingga pohon-pohon besar bertumbangan. Dan hantu
kuntilanak itu sedemikian saktinya, sehingga belasan pasukan
keamanan itu terbang berhamburan terkena angin
pukulannya. Bahkan Un Tai-jin yang berkepandaian tinggi
itupun ikut terluka parah pula diterjang hantu wanita itu,”
seorang pemilik warung bercerita kepada para pembelinya.
Tiauw Li Ing dan gurunya sedikit mendongkol juga
mendengar kisah yang berlebih-lebihan itu. Diam-diam mereka
pergi meninggalkan warung kecil itu. Namun sebelum pergi
mereka masih sempat mendengar pula pembicaraan di dalam
warung itu.
"A Jui......! Apakah tadi malam kau juga berada di pinggir
hutan itu?"
"Anu....anu....tidak! Tidak! Aku hanya....hanya diberi tahu
oleh keponakanku. Bukankah keponakanku menjadi pengawal
Un-Tai-jin?"
"Ah, A Jui....yang benar saja. Pengawal atau pelayan?
Hehehe......!”
Dan warung Itu kemudian dipenuhi oleh gelak tertawa para
pengunjungnya.
"Ada-ada saja orang itu. Tapi untuk membuktikan ucapan
mereka, marilah kita pergi ke hutan itu," sambil berjalan Losin-
ong bergumam.
"Marilah, su-hu....."
Walaupun keadaannya tidak seperti yang diceritakan oleh
pemilik warung itu, namun bekas-bekasnya memang tampak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa tempat itu baru saja dipergunakan sebagai ajang
pertempuran yang dahsyat. Dan Tiauw Li Ing lalu meneliti
tempat itu dengan seksama seakan-akan ia ingin menemukan
jejak Liu Yang Kun di sana.
Tapi sampai pegal ia berdiri dan berjongkok, tetap saja ia
tak bisa menemukan tanda-tanda bahwa Liu Yang Kun pernah
ada di tempat itu.
"Li Ing.....? Mengapa kau cuma mondar-mandir saja tanpa
bicara? Apa saja yang kaulihat di tempat ini? Apakah kau
dapat menemukan jejak-jejak 'suamimu’?" Lo-sin-ong
bertanya tak sabar.
"Tidak, su-hu. Aku tidak bisa menemukan jejaknya di sini.
Tempat ini memang rusak dan berantakan. namun aku tak
bisa menemukan senjata, sobekan kain ataupun bekas-bekas
mayat di tempat ini........"
"Kalau begitu marilah kita kembali ke kota lagi .....! Tapi.....
tunggu dulu!"
"Ada apa, su-hu?" Tiauw Li Ing berseru kaget melihat
gurunya itu tiba tiba berdiri tegang. Kepalanya yang berambut
putih itu miring ke kanan, seakan-akan sedang mendengarkan
sesuatu.
"Aku mendengar suara barisan itu lagi!” orang tua itu
menjawab singkat.
"Oh....? Barisan perajurit kerajaan itu? Mengapa mereka
lewat di tempat seperti ini? Bagaimana dengan pedati-pedati
mereka?"
'"Diamlah! Biarlah......ah, ternyata mereka lewat di sana!"
Lo-sin-ong tiba tiba menuding ke arah kota.
“He.....benar! Sekarang aku mendengarnya pula. Oh, kalau
begitu pasukan itu lewat di jalan yang mengelilingi tembok
kota itu. Apa yang hendak kita lakukan, su-hu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Marilah kita melihatnya! Siapa tahu 'suamimu’ ada di
sana?" Tiba-tiba wajah Tiauw Li Ing menjadi pucat. "Maksud
su-hu.....dia telah dibawa oleh panglima kerajaan itu?"
serunya khawatir.
Lo-sin-ong tidak menjawab. Tapi dengan cepat tangannya
menarik lengan Tiauw Li Ing dan mengajaknya melihat barisan
itu. "Li Ing, meskipun aku tidak belajar ilmu meramal seperti
halnya Toat-beng jin tapi perasaanku mengatakan bahwa
keberangkatan pasukan kerajaan itu ada hubungannya
dengan 'suamimu'," sambil berlari ia berkata kepada gadis itu.
"Su-hu... Mungkin benar juga dugaanmu. Aku tak melihat
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee diantara pasukan itu. Tentu ada
apa-apa dengan jagoan dari istana itu. Mungkin dia memang
berada bersama-sama dengan Liu Yang Kun. Keduanya
sengaja berjalan lebih dulu agar tidak terlalu menyolok
mata........" sehabis memperhatikan barisan itu dari tempat
yang tersembunyi, Tiauw Li Ing mengutarakan pendapatnya.
''Bagus! Akupun berpikir demikian pula. Nah, Li Ing....kalau
begitu marilah kita mengejarnya! Jalan manakah menurut
pendapatmu yang telah dipilih oleh Hong-lui-kun Yap Kiong
Lee?"
"Jalan ini menuju ke jalan utama yang menghubungkan
kota Cia-souw dengan kota Cin-an. Agaknya Hong-lui-kun dan
Liu Yang Kun menuju ke kota itu pula …..”
"Bagus. Marilah kita berangkat!" Demikianlah, dengan
hanya mengandalkan dugaan mereka saja, Lo-sin-ong
bersama Tiauw Li Ing lalu menuju ke kota Cin an. Mereka
tidak tahu persis, apakah Liu Yang Kun benar-benar pergi ke
kota Cin-an atau tidak? Bahkan mereka juga tidak tahu
dengan pasti pula, apakah Liu Yang Kun pergi bersama Hong-
Lui-kun atau tidak. Lo sin ong hanya mengandalkan pada
ketajaman perasaannya saja. Ketajaman perasaan seorang
bekas ketua Im-Yang-kauw yang terkenal dengan ilmu Lin-cuishui-
hoat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu Souw Lian Cu bersama Liu Yang Kun dan
Yap Kiong Lee telah berada di sebuah kota kecil Lai-ying.
Sebuah kota persinggahan yang cukup ramai karena terletak
di persimpangan jalan antara Cia-souw ke Cin-an dan Tung
san ke Thian-sin.
Banyak para pedagang dan orang-orang bepergian yang
lewat dan kemudian singgah di kota itu. Selain di kota itu
tersedia berbagai macam sarana bagi pengembara yang ingin
singgah dan beristirahat sebentar di tempat itu, di kota itupun
tersedia pula segala macam hiburan murah yang dapat
mereka nikmati selama mereka berada di sana. Bahkan
warung-warung arak dan tempat-tempat judi kecilpun ada
pula di kota itu.
“Kita beristirahat dulu di kota ini. Ada sebuah urusan yang
hendak kuselesaikan di sini. Silahkan Yap ciang kun mencari
tempat beristirahat bersama pangeran. Aku akan
menggabungkan diri lagi nanti malam,” begitu memasuki kota
itu Souw Lian Cu berkata kepada Yap Kiong Lee.
Tentu saja pendekar dari istana itu terkejut. Bahkan Liu
Yang Kun yang selama perjalanan itu tak berani mengganggu
atau mengajak berbicara dengan gadis itupun tampak pucat
wajahnya.
"Nona Souw......?" Yap Kiong Lee berdesah bingung.
"Ini....ini....oh, lalu bagaimana dengan......?" Liu Yang Kun
berseru gugup.
Dengan nada tengadah Souw Lian Cu memandang Yap
Kiong Lee dan Liu Yang Kun. Wajah yang amat cantik itu
tampak keras dan dingin.
"Jangan khawatir, pangeran. Aku takkan melarikan diri.
Percayalah! Aku takkan menjilat ludahku sendiri. Silahkan saja
memberi tanda dimana pangeran menginap, aku tentu datang.
Tolong pesankan sekalian sebuah kamar untuk aku nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh! Lalu....kapan kita melanjutkan perjalanan kita lagi?"
dengan agak tersipu-sipu Liu Yang Kun bertanya.
"Besok pagi! Nah, maafkan.....aku permisi dulu!" Souw Lian
Cu menjawab singkat, lalu menyelinap pergi diantara lalu
lintas di jalan itu.
"Oooooh...” liu Yang Kun menghela napas panjang. Tibatiba
tubuhnya terasa lemas. Rasa-rasanya ada sesuatu yang
hilang di dalam dadanya.
Beberapa saat lamanya pemuda itu seperti orang bingung
di tempatnya. Matanya menatap kosong ke depan arah mana
Souw Lian Cu tadi menghilang.
Dan tentu saja semuanya itu tak lepas dari perhatian Yap
Kiong Lee.
"Pangeran,” sapanya hati-hati. “Biarlah. Marilah kita
mencari penginapan dahulu! Kita turuti saja kemauan nona
Souw itu.”
Liu Yang Kun tersentak kaget. "Oh,, ....! Tapi.....tapi
dia........?"
Sambil menggandeng lengan Liu Yang Kun dan mencari
penginapan, Yap Kiong Lee mencoba menyelami lagi keadaan
pemuda itu. "Pangeran, benarkah pangeran tidak ingat lagi
akan hubungan pangeran dengan gadis itu?"
Sekali lagi Liu Yang Kun tersentak kaget, sehingga ia
menghentikan langkahnya. Namun dengan cepat Yap Kiong
Lee menarik lengannya dan mengajaknya berjalan lagi.
"Maaf, pangeran. Tapi kurasa sikap gadis itu adalah akibat
dari semua itu. Itulah sebabnya saya bertanya kepada
pangeran....." Yap Kiong Lee menerangkan.
Liu Yang Kun menghela napas panjang. Kemudian sambil
menatap wajah dan memegang lengan jagoan istana itu eraterat
pemuda itu menggeleng-gelengkan kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku benar-benar tidak berbohong, ciang-kun. Aku sama
sekali tidak mengenalnya lagi. Ohhh......! Tolonglah. Ciangkun!
Apakah sebenarnya yang pernah terjadi antara aku dan
dia?"
Yap Kiong Lee balas menatap mata Liu Yang Kun. Melihat
sinar kejujuran dan kesungguhan di dalam pandangan
pemuda itu ia mengangguk.
"Baiklah, pangeran. Aku akan bercerita. Tetapi tentu saja
sejauh yang aku ketahui selama ini....." katanya kemudian
dengan suara rendah.
Lalu berceritalah Yap Kiong Lee tentang hubungan
Pangeran Liu Yang Kun dengan puteri pendekar besar Souw
Thian Hai itu. Diceritakannya juga tentang hubungan mereka
yang kurang begitu lancar, akibat kesalah-pahaman demi
kesalah-pahaman, serta akibat kekerasan hati mereka masingmasing,
sehingga percintaan mereka menjadi kacau dan
tersendat-sendat. Padahal masing-masing sangat mencintai
satu sama lain.
Kemudian Yap Kiong Lee bercerita pula tentang latar
belakang dan keadaan keluarga Souw sewaktu gadis itu masih
kecil. Bagaimana keadaan Souw Lian Cu setelah ibu dan kedua
kakeknya dibunuh orang. Dan bagaimana pula keadaan Souw
Lian Cu setelah ayahnya menjadi gila dan hilang ingatan
karena ulah si pembunuh itu.
"Jadi sejak kecil gadis itu selalu menderita. Bahkan setelah
menjelang dewasapun lengannya putus dibabat orang. Maka
ketika bertemu dengan pangeran, gadis itu langsung merasa
cocok, karena pangeran pun mempunyai riwayat hidup yang
hampir sama dengan dia.”
"hampir sama dengan dia.. ?”
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. “Bukankah ciang-kun
mengatakan bahwa aku adalah putera hong-siang? Mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang ciang-kun mengatakan bahwa riwayat hidupku
hampir sama dengan dia?"
Yap Kiong Lee menundukkan kepalanya. Hatinya sedikit
menyesal karena terlanjur mengatakan rahasia kerajaan itu.
Tapi apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur, ia sudah
terlanjur mengatakannya. Dan ia sudah tak bisa mengelak
lagi.
Oleh karena itu ia terpaksa menceritakannya bagaimana
pangeran itu dipelihara oleh ayah angkatnya, seorang
bangsawan Chin, yang menjadi musuh ayahnya sendiri. Ketika
seluruh keluarga bangsawan Chin itu dibunuh orang, maka Liu
Yang Kun juga hidup terlunta-lunta pula seperti halnya Souw
Lian Cu.
"Oh, kiranya begitu." Liu Yang Kun berdesah. “Kalau
demikian sungguh patut dikasihani gadis itu. Aku benar-benar
tak menyangka kalau aku dan dia pernah menjalin
persahabatan yang amat dalam. Itulah agaknya yang
menyebabkan hatiku selalu bergetar bila menatapnya. Hmm....
ternyata aku tidak kehilangan hati dan perasaanku seperti
halnya aku kehilangan semua ingatanku."
Demikianlah, kedua orang itu lalu berbelok ketika melihat
sebuah rumah penginapan di pinggir jalan. Memang cuma
itulah rumah penginapan yang ada di jalan itu. Kota Lai-yin
hanya memiliki dua buah rumah penginapan. Rumah
penginapan yang lain ada di dekat pasar, agak jauh dari
tempat itu.
Mereka memesan dua buah kamar. Satu kamar untuk
mereka, dan satu kamar lagi untuk Souw Lian Cu nanti.
Sebelum masuk mereka memberi pesan kepada pengurus
penginapan, bahwa mereka sedang menunggu seorang gadis
yang buntung lengan kirinya. Mereka meminta agar gadis itu
segera dibawa masuk bila datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin temanku itu datang agak malam...” Liu Yang Kun
menerangkan.
"Baik, siauw-ya (tuan muda)......?” pengurus penginapan
itu menyahut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Hari masih siang. Matahari baru saja lewat di atas kepala.
Oleh karena itu Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee keluar lagi
untuk mencari makan.
"Baru malam nanti dia kembali. Sungguh lama benar.
Kemanakah dia sebenarnya? Dan apa....apa saja yang
diurusnya itu?" sambil melangkah Liu Yang Kun bergumam
perlahan seperti kepada dirinya sendiri.
“Siapakah yang pangeran maksudkan?" Yap Kiong Lee
menegaskan.
"Nona Souw........" Liu Yang Kun menjawab tersipu-sipu.
"Ooooo....?" Yap Kiong Lee mengangguk-angguk.
"Entahlah.......”
Mereka masuk ke sebuah warung arak. Sebuah warung
sederhana yang menyediakan belasan meja kursi untuk
minum arak. Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee masuk ke
tempat itu karena mereka melihat warung itu juga melayani
tamunya dengan berbagai macam masakan pula.
"Wah, tampaknya kita tidak mendapatkan tempat duduk
lagi, ciang-kun. Semua meja telah penuh tamu......"
"Ssssst!'" Yap Kiong Lee berdesis sambil memberi tanda
kepada Liu Yang Kun. "Jangan memanggil dengan sebutan
ciang-kun di tempat umum ! Lebih baik pangeran
memanggilku Yap twa-ko saja..”
Liu Yang Kun berpaling, lalu tersenyum. "Baiklah, Yap twako.
Tapi kuharap kau juga jangan memanggil aku dengan
sebutan pangeran. Cukup Liu su-te atau............"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, pangeran. Aku juga akan memanggilmu su-te
saja." Yap Kiong Lee berbisik perlahan.
Sementara itu pelayan warung arak itu tampak mendatangi
mereka.
"Wah, maaf.....maaf... Warung kami memang selalu penuh
setiap waktu makan siang tiba. Tapi kami masih bisa
menyediakan kursi apabila Ji-wi mau duduk di ruang dalam,”
pelayan itu berkata ramah.
Liu Yang Kun memandang Yap Kiong Lee. "Bagaimana,
twa-ko? Kita duduk di dalam?"
"Terserah su-te......di luar dan di dalam sama saja bagiku."
"Baiklah. Biarlah kami duduk di dalam," akhirnya Liu Yang
Kun berkata kepada pelayan itu.
"Silahkan, tuan......silahkan!" pelayan itu mempersilakan
mereka dengan suka cita.
Mereka berjalan melewati tamu-tamu yang duduk
memenuhi meja makan itu. Beberapa orang tamu tampak
mengawasi mereka.
"Lewat pintu ini, tuan......" pelayan itu mendahului mereka
dan masuk melalui pintu samping.
Mereka sampai di bangunan samping yang menghadap ke
arah kebun. Di sana terdapat beberapa buah meja pula. Malah
satu diantaranya telah ada yang memakainya, yaitu seorang
kakek tua berpakaian sederhana. Jubahnya yang terbuat dari
kain kasar berwarna kuning itu sudah kelihatan lusuh. Dan
kakek tua itu asyik bermain catur sendirian. Di depannya
tersedia sebuah guci arak beserta cawannya, sementara di
samping kursinya terletak sebatang tongkat kecil untuk
membantu dia waktu berjalan.
Liu Yang Kun mengangguk hormat ketika melewati orang
tua itu. Begitu pula halnya dengan Yap Kiong Lee.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapakah dia.....? Tamu atau......penghuni rumah itu
sendiri?” Yap Kiong Lee berbisik kepada pelayan yang
mengantar mereka itu.
Pelayan itu melirik sebentar, kemudian tersenyum. ''Tamu
juga, tuan. Sejak tiga hari yang lalu dia berada di warung
kami. Dia menyewa kamar kami di belakang. Tampaknya dia
sedang menunggu keluarganya.”
"Ooooh......?" Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun
mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ehm …. apakah ji-wi ingin memesan makanan juga?"
pelayan itu akhirnya bertanya.
"Ya. Selain kami minta arak yang enak kami pun minta
kausediakan pula masakan yang paling nikmat di warung ini.
Bisa......?" dengan cepat Yap Kiong Lee menyahut. Bibirnya
tersenyum dan matanya melirik ke arah Liu Yang Kun.
“Tentu .. .. tentu! Masakan kami sudah terkenal di kota ini,
tuan. Apakah tuan ingin masakan udang, kepiting atau......
ular laut?"
"Ular laut?" Liu Yang Kun berseru hampir berbareng
dengan Yap Kiong Lee.
"Ya, ular laut......! Ular laut dari jenis pemakan penyu putih
yang banyak terdapat di Laut Kuning. Tepatnya di Teluk Laicouw.
Ular itu enak sekali dimasak dengan arak wangi dari
Hang-couw. Selain rasanya agak manis serta nikmat luar
biasa, khasiatnya juga hebat tiada terkira.....!" pelayan itu
memuji masakannya setinggi langit.
Yap Kiong Lee dan Liu Yang Kun tak bisa menahan senyum
mereka. Dengan saling mengangguk dan mengedipkan mata
mereka, mereka sepakat untuk mencoba daging ular yang
dipuji setengah mati itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau sungguh pandai menawarkan masakanmu. Cobalah
kauberikan kepada kami masakanmu itu. Kami ingin
mencicipinya,” Yap Kiong Lee berkata.
"Benar, tuan. Tuan takkan menyesal nanti. Percayalah.....!"
Bergegas pelayan itu kembali ke depan untuk melayani
pesanan itu. Sedangkan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee lalu
menarik kursi dan duduk menghadap ke arah kebun. Sekilas
mereka melirik ke meja yang dipakai oleh orang tua tadi.
Namun betapa terkejutnya mereka ketika meja itu telah
kosong. Orang tua berjubah kuning sederhana itu telah tiada
lagi di tempat itu. Bahkan papan caturnya tadi juga sudah
tiada pula di sana.
Liu Yang Kun memandang Yap Kiong Lee. “Kemanakah dia
tadi? Masakan dia bisa menghilang begitu saja tanpa kita
ketahui gerakannya?” pemuda itu berdesah keheranan.
"Entahlah.....saya juga tidak tahu. Padahal dia begitu
dekatnya dengan kita." Yap Kiong Lee berbisik pula dengan
suara tak percaya. Diam-diam berdesir juga hatinya.
"Hah......???"
Tiba-tiba mereka terperanjat. Seperti tahu saja kalau
dirinya sedang dipercakapkan, orang tua itu tiba-tiba keluar
dari kamarnya yang tadi ditunjuk oleh pelayan. Dengan
langkah tertatih-tatih orang tua itu berdiri di depan pintu
dengan bantuan tongkatnya.
"Heran. Mengapa sampai sekarang bocah itu belum juga
datang!" terdengar desahnya yang berat dan agak serak.
Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee terpaku diam seperti
patung di tempat masing-masing. Dan mereka berdua segera
membuang muka ketika orang tua itu tiba-tiba menatap ke
arah mereka. Mereka berdua benar-benar seperti tukang intip
yang takut ketahuan oleh orang yang mereka intip. Sungguh
sangat menggelikan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gila! Kenapa kita menjadi salah tingkah begini?" akhirnya
Liu Yang Kun berdesis perlahan tatkala orang tua itu sudah
masuk ke kamarnya kembali.
Yap Kiong Lee menghela napas dan menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Bukan main.....!" serunya perlahan pula.
"Hah? Apanya yang 'bukan main'?"
"Wibawa orang tua itu! Wibawa orang tua itu benar-benar
besar sekali, sehingga orang seperti kitapun masih bisa
tercengkam olehnya! Bukan main! Saya berani bertaruh, orang
tua itu tentu memiliki kesaktian yang maha hebat!" Yap Kiong
Lee berdecak kagum.
Liu Yang Kun tertegun. Tiba-tiba kesadarannya seperti
terbangun pula mendengar ucapan Yap Kiong Lee itu.
"Benar," pikirnya. "Aku memiliki Bu eng Hwe-teng yang
boleh dikatakan sudah mencapai ke tingkat yang paling tinggi.
Namun demikian ternyata aku tetap tidak bisa menangkap
gerakannya. Hemmm......... kalau begitu gin kangnya rasa
rasanya masih lebih tinggi dari pada gin-kangku. Bukan
main......!"
Demikianlah, karena mereka selalu memikirkan kejadian
itu, maka lidah mereka tidak bisa menikmati kelezatan
masakan 'ular laut' itu. Bahkan kemudian mereka seperti
menjadi tergesa-gesa untuk meninggalkan tempat tersebut.
"Bagaimana, tuan? Lezat sekali, bukan?" sambil tetap
memuji masakan warungnya itu pelayan tadi mengantar
mereka sampai ke pintu.
Dengan senyum kecut Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
terpaksa menganggukkan kepalanya. Mereka lalu bergegas
menuju ke jalan raya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 29
“Bagaimana pendapat Ciangkun tentang orang tua itu
tadi?” sambil melangkah Liu Yang Kun meminta pendapat Yap
Kiong Lee.
Jagoan dari istana itu menghela napas panjang. Dengan
tiada bersungguh-sungguh ia menjawab, "Saya agak bercuriga
kepada orang itu pangeran. Saya yakin dia tentu bukan orang
sembarangan bahkan perasaan saya mengatakan bahwa
orang tua itu tentu memiliki kedudukan tinggi di dunia
persilatan. Bayangkan saja! Pangeran yang telah memiliki ilmu
silat sempurna dan telah tertulis di Buku Rahasia itu saja tak
mampu menangkap gerakannya........”
Kening Liu Yang Kun berkerut tatkala Yap Kiong Lee
menyebutkan Buku Rahasia. “Buku Rahasia….? Buku apakah
itu? Mengapa namaku juga tertulis di dalamnya?” tanyanya
bingung.
"Aaah..... !" Yap Kiong Lee berdesah sadar bahwa Liu Yang
Kun telah kehilangan semua masa lalunya. Oleh karena itu
dengan cepat pula ia bercerita serba sedikit tentang buku
yang sangat menghebohkan tersebut.
"Oh….begitu!" Liu Yang Kun tersenyum seraya
mengangguk-angguk kepalanya. Lalu tambahnya pula,
"Jadi.,.....siapakah orang tua itu menurut pendapat Ciang-kun?
Mungkinkah dia itu termasuk orang-orang yang tertera
didalam Buku Rahasia itu?"
Yap Kiong Lee tersenyum. Sambil mengangkat pundaknya
Jagoan dari istana itu mengelak. "Saya tak berani
mengatakannya, pangeran. Demikian banyaknya manusia
sakti di dunia ini dan demikian luasnya pula negeri kita ini,
sehingga orang tak mungkin bisa menduga apa yang
terkandung di dalamnya. Dahulu kala orang menyebut-nyebut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa Empat Datuk Persilatan seperti Bu-eng Sin-yok-ong dan
kawan-kawannya itu adalah tokoh-tokoh yang tiada
tandingannya di dunia ini. Tapi bagaimanakah sekarang?
Nyatanya nama-nama mereka masih kalah tersohor dengan
tokoh-tokoh yang sekarang tertulis di dalam Buku Rahasia itu.
Nah, siapa tahu pula di luar nama-nama yang tertera di dalam
buku itu, masih ada lagi tokoh-tokoh terpendam yang
kesaktiannya justru lebih dahsyat dan lebih tinggi dari pada
mereka? Siapa tahu?”
Liu Yang Kun mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia
memaklumi ucapan dan pemikiran Yap Kiong Lee tersebut.
Dunia memang sangat luas, dan manusiapun juga tak
terhitung pula jumlahnya. Maka bukan tidak mungkin kalau di
dunia ini masih banyak tokoh-tokoh terpendam yang sengaja
menyembunyikan diri di tempat-tempat sepi serta terpencil,
dan tak mau muncul atau melibatkan dirinya dengan segala
keramaian dunia. Ataupun kalau mereka itu berada di tempat
umum, mereka sengaja menyembunyikan kepandaiannya,
sehingga tak seorangpun tahu bahwa sebenarnya mereka itu
memiliki ilmu yang maha dahsyat.
"Benar, Orang-orang yang tersohor di dunia persilatan
sekarang ini adalah orang-orang yang sengaja melibatkan
dirinya di dunia persilatan, sehingga nama dan kepandaian
mereka menjadi terkenal serta ditakuti oleh orang banyak.
Tapi selain mereka itu tentu masih banyak pula yang sama
sekali tak mau melibatkan dirinya atau memperlihatkan
kesaktiannya di muka umum. Mereka ini lebih suka
mengasingkan diri bertapa di tempat sunyi, demi untuk
kedamaian dan kesempurnaan hidup mereka di dunia akherat
nanti.” Liu Yang Kun menyetujui pendapat Yap Kiong Lee.
Mereka berdua lalu berjalan ke pusat kota untuk melihatlihat
keramaian. Tapi baru saja mereka berbelok ke jalan
besar, Yap Kiong Lee telah menggamit lengan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sambil berbisik perlahan jagoan dari istana itu menunjukkan
jarinya ke seberang jalan.
“Pangeran, lihat.....! itu dia si Giok-bin Tok-ong!”
“Ciangkun maksudkan…..kakek tua berambut hitam yang
berjalan bersama dua orang temannya itu?”
“Benar. Tapi kurasa dua orang itu bukan temannya.
Bukankah Lo-sin-ong dan….dan muridnya pernah mengatakan
bahwa Giok-bin Tok-ong telah mengeroyok pangeran bersama
murid-muridnya? Kedua orang itu tentulah muridnya.”
“Oh…….!” Liu Yang Kun menggeram dan tiba-tiba saja
wajahnya menjadi tegang.
Namun dengan cepat Yap Kiong Lee menyentuh lengan
pemuda itu kembali. Dengan nada rendah ia berusaha
mendinginkan hati pemuda tersebut. "Maaf, pangeran.......Kita
masih mempunyai banyak urusan. Kita jangan mencari
perselisihan dahulu dengan mereka. Biarlah mereka bebas
untuk sementara ........”
"Baiklah, Ciang-kun…. Aku........ hei??? Lihat! Bukankah
gadis itu....nona Souw Lian Cu?” Liu Yang Kun yang akhirnya
bisa mengendalikan dirinya itu tiba-tiba berseru tertahan. Jari
telunjuknya teracung ke arah belakang Giok-bin Tok-ong.
Yap Kiong Lee terperanjat pula. Beberapa puluh langkah di
belakang Iblis dari Lembah Tak Berwarna itu tampak Souw
Lian Cu berjalan dengan mengendap-endap dan berhati-hati.
Gadis ayu itu seperti sedang mengikuti langkah Giok-bin Tok
ong.
"Ah, benar. Dia memang nona Souw....”
"Hmm, Ciang-kun ..... aku menjadi penasaran. Aku akan
mengikuti mereka.....” tiba-tiba Liu Yang Kun berkata dengan
tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika hendak menyeberang jalan mendadak dari arah
timur berderap belasan ekor kuda dengan kecepatan tinggi.
Kuda yang paling depan hampir saja menabrak Liu Yang Kun.
Untunglah pemuda itu cepat-cepat melompat mundur kembali.
Sekilas pemuda itu melihat penunggangnya melotot marah
kepadanya.
“Kurang ajar! Kalau dia tahu siapa yang hendak
ditabraknya, niscaya hatinya menjadi takut dan menyesal
bukan main,” tiba-tiba Yap Kiong Lee menggeram marah.
Liu Yang Kun menyeringai kaku. Kulit mukanya menjadi
merah juga. Namun demikian suaranya tetap tenang ketika
menyahut perkataan ‘pengawalnya’ itu.
“Ciang-kun tahu siapa para penunggang kuda tadi? Kulihat
mereka mengenakan seragam prajurit kerajaan.”
“Mereka memang sebagian dari perajurit kerajaan yang
ditempatkan di daerah ini. Perwira yang hendak menabrak
pangeran tadi adalah Thio Cian-bu (Kapten Thio) namanya
Thio Tek Kong. Sebenarnya dia adalah seorang prajurit yang
baik. Banyak jasanya di dalam pertempuran. Itulah sebabnya
dia dipercaya adikku untuk mengawasi kota-kota yang berada
di daerah ini. Tapi ... hmmh, mengapa sikapnya menjadi
kurang ajar begitu?" Yap Kiong Lee menerangkan dengan
suara sesal.
Sekali lagi Liu Yang Kun mencoba untuk tersenyum. Sambil
mengebut-ngebutkan lengan bajunya yang kotor terkena
debu, ia berkata, "Sudahlah, Ciang-kun. Mungkin mereka
sedang tergesa-gesa. Siapa tahu mereka sedang mengurus
sebuah keperluan yang sangat penting?”
"Tapi……?”
“Ah, sudahlah! Marilah kita .... oh? Dimana dia tadi?" tibatiba
Liu Yang Kun tersentak kaget. Matanya terbuka lebar ke
arah dimana Souw Lian Cu tadi berada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia.... ? Siapa!" Yap Kiong Lee tertegun.
"Nona Souw dan Giok-bin Tok-ong tadi ......." Liu Yang Kun
berdesis.
"Ooooh .. . , mereka sudah menghilang !”
"Kurang ajar !!!" Liu Yang Kun mengumpat kesal. Kini ia
benar-benar marah. Marah dan menyesal karena telah
kehilangan buruannya. Kemungkinan ia akan benar-benar
menghajar para prajurit berkuda itu kalau mereka sekarang
berada di depannya.
Liu Yang Kun lalu bergegas menyeberang jalan, dan Yap
Kiong Lee pun dengan cepat mengikutinya. Mereka mencoba
mengejar buruan mereka tadi. Namun demikian ternyata
mereka tetap tak bisa menemukan orang-orang itu. Bahkan
saking kesal serta penasarannya, Liu Yang Kun mengajak Yap
Kiong Lee untuk mencari buruan mereka itu keseluruh pelosok
kota. Tetapi usaha mereka itupun tetap sia-sia pula. Buruan
mereka itu seperti lenyap ditelan oleh kesibukan dan
keramaian kota.
Mereka berdua justru bertemu lagi dengan rombongan
prajurit berkuda itu di dekat pasar. Para prajurit berkuda itu
tampak menyebar dan mengepung pasar tersebut. Dan Thio
Cian-bun yang berseragam lengkap itu kelihatan memberi
perintah kepada anak-buahnya. Mereka menggeledah seluruh
penghuni pasar tersebut.
"Hem .... ada apa sebenarnya? Mengapa prajurit-prajurit itu
tampak sibuk sekali? Kelihatannya ada sesuatu yang dicari
oleh mereka." Liu Yang Kun bergumam perlahan.
Mereka berdua lalu melangkah mendekati tempat itu.
Kepada beberapa orang penduduk yang menonton kesibukan
itu mereka bertanya, "Maaf, ada apa sebenarnya? Mengapa
pasar ini digeledah perajurit-perajurit kerajaan itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang itu mengawasi Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee. Hampir serempak mereka menjawab. "Mereka mencari
hantu kuntilanak!"
"Mencari hantu kuntilanak....?" Liu Yang Kun berseru kaget.
"Ya. Hantu itu telah sampai kemari pula. Bahkan tadi
malam telah berani memasuki gedung Thio Cian-bu dan
hendak menculik bayinya. Untunglah Thio Cian-bu berada di
rumah, sehingga niat buruk Hantu Kuntilanak itu dapat
digagalkan. Meskipun demikian Thio Cian-bu tetap menjadi
marah dan penasaran. Seluruh kota ini lalu digeledahnya."
salah seorang dari penduduk itu memberi penjelasan.
"Hemmm.....,lagi-lagi Hantu Kuntilanak! Seperti apakah
sebenarnya hantu itu? Mengapa dalam sepekan ini hantu itu
menghebohkan beberapa kota di daerah Propinsi Santung?"
Yap Kiong Lee berkata dengan suara geram pula.
Liu Yang Kun mendekati Yap Kiong Lee. “Bagaimana twako......?"
tanyanya pelan sambil melirik kepada orang-orang
itu.
"Mari kita kembali ke penginapan. Kita tak perlu ikut
campur urusan negara. Ayoh!" seperti orang dusun yang baru
saja datang ke kota, Yap Kiong Lee mengajak Liu Yang Kun
pergi. Sekilas tampak matanya berkedip untuk memberi
isyarat kepada pemuda itu.
Liu Yang Kun cepat menangkap isyarat itu pula. Namun
sebelum melangkah ia sempat berkata, yang nadanya seperti
ditujukan kepada orang-orang disekitarnya. "Eh, masakan
persoalan mencari hantu saja menjadi persoalan negara?
Dan.....mana ada hantu di siang hari begini? Memangnya
hantu itu mau berbelanja juga?”
"Hush" Yap Kiong Lee pura-pura membentak, lalu menyeret
lengan Liu Yang Kun pergi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang-orang tertawa mendengar ucapan Liu Yang Kun.
Tapi suara mereka itu segera terhenti manakala mereka
menyadari bahwa ucapan tersebut memang ada benarnya
juga. Mereka berdesah seraya mengerutkan kening mereka,
kemudian satu persatu juga meninggalkan tempat itu pula.
Sementara itu setelah berada agak jauh dari pasar, Yap
Kiong Lee bergegas menarik lengan Liu Yang Kun dan
mengajaknya berlari-lari kecil ke arah barat. Jagoan dari istana
itu sengaja menyusup-nyusup diantara lalu lintas para pejalan
kaki yang hilir mudik di jalan besar itu. Bahkan kadang-kadang
ia membawa Liu Yang Kun ke tengah jalan, untuk berlindung
di belakang kereta atau pedati yang lewat.
Tentu saja Liu Yang Kun menjadi heran dan bingung.
Pemuda itu sama sekali tak mengerti maksud dan tujuan Yap
Kiong Lee. Oleh karena itu setelah mereka melangkah di
tempat yang agak sepi, Liu Yang Kun lalu menanyakan
maksud dan tujuan mereka.
"Maaf, pangeran. Tampaknya memang ada sesuatu yang
akan terjadi di kota ini. saya baru saja melihat seorang tokoh
persilatan lagi di dekat pasar tadi." Yap Kiong Lee
menerangkan sambil tetap berjalan cepat.
“Tokoh persilatan lagi? Siapakah dia?”
"Bu-tek Sin-tong! Dia lewat menumpang kereta.
Tampaknya dia menumpang dengan cara paksa, karena saya
lihat pengendara kereta itu kelihatan ketakutan."
“Bu-tek Sin-tong? Tokoh yang pernah Ciang-kun ceritakan
kepadaku itu?"
"Benar, Dia memang tokoh ketiga di dalam Buku Rahasia
itu. Tadi hanya secara kebetulan saja saya melihatnya. Mulamula
saya merasa kaget ketika mendengar suara tangis bayi
dari dalam kereta itu. Ketika saya menoleh, sekilas saya
melihat wajah Bu-tek Sin tong di dalamnya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Oooh.....lalu apa yang hendak Ciang-kun kerjakan
sekarang? Mengejarnya? Tapi..........bukankah Ciang-kun tak
ingin kita terlibat dalam keributan di s ini?”
Tiba-tiba Yap Kiong Lee menghentikan langkahnya. Begitu
pula halnya dengan Liu Yang Kun. Mereka berdiri berhadapan
di dekat pintu gerbang kota Lai-ying sebelah barat.
"Pangeran .... Semula saya memang menginginkan agar
perjalanan kita ini tidak terhambat oleh segala macam
persoalan yang mungkin timbul di dalam kota ini. Tapi
pendapat itu tiba-tiba berubah setelah saya melihat beberapa
tokoh persilatan terkemuka berkeliaran di tempat ini.
Bagaimanapun juga perjalanan kita ini sangat tergantung
kepada nona Souw. Dan perasaan saya mengatakan bahwa
urusan yang hendak diselesaikan oleh nona Souw itu tentu
berkaitan dengan kedatangan tokoh-tokoh persilatan
terkemuka ini. Oleh sebab itu tidak boleh tidak kita harus ikut
campur pula. Hemm.....bagaimana pendapat pangeran?"
Tiba-tiba wajah Liu Yang Kun menjadi berseri-seri. Dengan
suara mantap ia menjawab. "Saya setuju! Marilah kita selidiki
urusan yang hendak diselesaikan oleh nona Souw itu! Kalau
perlu kita tolong dia, sehingga urusannya menjadi cepat
selesai, dan kita dapat cepat-cepat meninggalkan kota ini!"
"Nah! Kalau begitu marilah kita kejar kereta Bu-tek Sin-tong
itu! Kereta itu tentu telah keluar melalui pintu-gerbang ini.
Marilah, pangeran......!"
Mereka lalu keluar dari tembok kota. Mereka lalu berlari
menyusuri jalan berdebu yang menghubungkan kota itu
dengan kota lainnya. Namun sampai belasan lie mereka
berlari, kereta itu tetap tak mereka ketemukan juga.
Tentu saja mereka berdua menjadi heran.
"Heran. Kemana kereta itu sebenarnya? Tak mungkin ia
melaju sedemikian cepatnya." Yap Kiong Lee berhenti berlari
dan bersungut-sungut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan-jangan kereta itu masih berada di dalam kota.
Siapa tahu kereta itu berbelok ke sebuah gang atau jalan
kecil?" Liu Yang Kun berkata.
"Tapi rasanya..eh, apakah itu?" tiba-tiba Yap Kiong Lee
tersentak kaget.
Tiba-tiba terdengar suara bunyi-bunyian yang riuh ditabuh
orang. Bahkan diantara hiruk-pikuknya suara tersebut masih
terdengar pula suara tangisan yang melengking bersaut
sautan. Dan suara itu berasal dari desa di depan mereka.
“Ah! Tampaknya ada iring-iringan jenazah yang hendak
lewat di jalan ini.” Liu Yang Kun bersungut-sungut.
Yap Kiong Lee mengangguk. Dan tak lama kemudian benar
juga dugaan pemuda itu. Sebuah iring-iringan para pengantar
jenazah tampak muncul dari lorong desa tersebut. Iringiringan
itu melangkah ke jalan raya dan lewat di depan Liu
Yang Kun dan Yap Kiong Lee.
“Dua sosok jenazah……..” Liu Yang Kun berbisik perlahan.
“……jenazah seorang yang telah dewasa dan jenazah anakanak.”
Yap Kiong Lee mengangguk lagi. Mulutnya tetap diam. Dia
baru membuka suara ketika iring-iringan itu sudah lewat. Dia
bertanya kepada seorang lelaki tua yang ketinggalan langkah
di belakang.
“Maaf, Lo-pek…..siapakah yang meninggal dunia itu?
Kenapa sekaligus ada dua buah jenazah?”
Lelaki tua itu berhenti dan tertegun untuk beberapa saat
lamanya. Matanya memandang dengan curiga. Namun
demikian ia tetap menjawab juga, meskipun singkat.
“.....yang meninggal adalah isteri dan anak kepala desa
kami. Mereka mati dibunuh.....hantu kuntilanak!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan begitu selesai berbicara ia segera berlari menyusul
rombongan. Sama sekali ia tak peduli lagi pada Liu Yang Kun
dan Yap Kiong Lee yang terbelalak kaget mendengar
keterangannya.
“Hantu kuntilanak......?” desah Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee gemetar. Dan untuk beberapa waktu lamanya mereka
berdua tak bisa berkata apa-apa.
Mereka baru tersadar dan tersentak kembali dari kebekuan
mereka itu tatkala sebuah suara yang lain tiba-tiba
berkumandang di belakang punggung mereka.
“Ah, bohong! Ada-ada saja. Mana ada hantu kuntilanak di
dunia ini?” suara itu terdengar terang dan jelas.
Seperti berlomba Liu Yang Kun, Yap Kiong Lee
membalikkan tubuh mereka.
Dan betapa terkejutnya mereka ketika tiba-tiba saja di
depan mereka telah berdiri si Kakek Tua yang tadi mereka
lihat di warung arak itu. Dengan tersenyum sabar orang tua
itu memandang mereka berdua.
"Selamat bertemu kembali ji-wi siauw-heng........." orang
tua itu menyapa.
"Se-selamat.....bertemu......." Liu Yang Kun menjawab
sedikit gugup.
"Ah......tampaknya kedatanganku kali ini sangat
mengagetkan ji-wi Siauw-heng. Maafkanlah aku.....," orang
tua itu berkata lagi dengan nada menyesal.
"Ah, tidak apa.....tidak apa. Kami berdua memang kaget,
karena sedikitpun kami tidak mendengar langkah kaki locianpwe
tadi. Eem.....bolehkah kami berdua mengetahui nama
dan gelar lo-cianpwe?" Yap Kiong Lee cepat-cepat menyahut.
Tapi wajah itu tiba-tiba berubah. Wajah yang tenang dan
berseri tadi mendadak berubah menjadi kecut dan hampa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bahkan sambil menengadahkan kepalanya orang tua itu
tampak menarik napas panjang berulang-ulang.
"Nama.........? Apa perlunya 'nama' dan 'gelar' di dunia ini?
Nama dan gelar hanya akan membatasi kebebasan hati. Lebih
baik tak bergelar dan tak bernama dari pada untuk itu kita
harus terbelenggu di dalam ikatan dan kurungannya." orang
tua itu bergumam perlahan.
Beberapa saat lamanya Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
tertegun mendengar ucapan orang tua itu. Mereka dapat
menangkap makna ucapan tersebut. Namun demikian mereka
tak dapat segera menjawabnya. Mereka sadar bahwa yang
mereka hadapi adalah seorang yang telah menjauhi urusan
keduniaan.
"Tapi 'nama' bagi kita, orang-orang yang masih belum bisa
melepaskan diri dari pergaulan umum ini. Sebab nama itu
sangat memudahkan bagi orang lain untuk membedakan
seseorang dengan seseorang lainnya. Lain halnya dengan
'gelar'. Gelar memang sering membuat kita menjadi
terpenjara. Banyak contoh yang dapat kita simak di sekeliling
kita. Dan saya sendiri juga sependapat dengan lo-cianpwe itu.
Saya sendiri juga banyak gelar yang seram-seram, sehingga
aku justru menjadi sulit bergerak di tempat umum karena
gelarku itu ......." tiba-tiba Liu Yang Kun membuka mulutnya.
Orang tua itu tersentak kaget. Dengan wajah tak percaya ia
menatap Liu Yang Kun.
"Siauw-heng memiliki gelar yang seram-seram? Bolehkah
aku yang tua ini mengetahuinya?" desaknya kemudian.
Sekarang ganti Liu Yang Kun yang terdiam. Sambil
menyembunyikan senyumnya pemuda itu meniru gaya
lawannya ketika berbicara tadi.
"Ah......apa perlunya sebuah nama? Nama hanya akan
membatasi kebebasan hati. Aku sudah melupakannya........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang tua itu terperangah. Wajahnya menjadi merah.
Namun demikian sekejap kemudian wajah itu telah berubah
menjadi terang kembali. Sambil mengangguk-anggukkan
kepalanya orang tua itu memuji kecerdikan Liu Yang Kun.
"Siauw-heng, kau benar-benar sangat menyenangkan
hatiku. Hatimu sangat mudah tersinggung. Tapi kau sangat
cerdas dan cerdik. Hmm.......kau benar-benar seperti muridku.
Sama-sama muda, cerdik dan elok. Dan tentang namaku...
emm.....sayang.....aku benar-benar telah melupakannya.
Baiklah kalian panggil dengan sebutan 'lo-jin’ saja.
Bagaimana?"
Liu Yang Kun menghela napas. "Kalau lo-cianpwe memang
menghendaki demikian apa boleh buat?"
Tiba-tiba Yap Kiong Lee tertawa.
"Wah.....sedari tadi kita cuma omong saja tentang 'nama'.
Kita sampai lupa bahwa kita berada di jalan raya. Locianpwe.....!
Apakah Lo-cianpwe juga ikut mengantar jenazah
itu tadi? Silahkan kalau..........!"
"Ah, tidak.....tidak! Aku tidak mempunyai hubungan apaapa
dengan rombongan pengantar jenazah itu. Kedatanganku
kemari adalah untuk mencari muridku."
"Mencari murid lo-cianpwe?" Yap Kiong Lee dan Liu Yang
Kun menyahut hampir berbareng.
Tiba-tiba orang tua itu tersadar bahwa dia telah terlanjur
mengatakan kepentingannya kepada seseorang yang baru
dikenalnya. Tapi karena sudah terlanjur, apa boleh buat, ia
terpaksa mengatakannya juga semuanya.
“Benar. Aku sudah menunggunya selama dua hari di kota
ini. Tapi dia tak muncul-muncul juga. Tapi secara kebetulan
aku keluar di jalan raya. Dan sekilas mataku seperti
melihatnya di depan pasar. Namun ketika aku mengejarnya, ia
telah menghilang lagi diantara kerumunan orang banyak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selanjutnya aku lalu mendapatkan kesulitan untuk
menemukannya kembali. Itulah sebabnya aku sampai ke
sini.......”
“Oooooh......? bagaimanakah ciri-ciri murid lo-cianpwe itu?
Maaf.......siapa tahu kami bisa membantu lo-cianpwe?” Yap
Kiong Lee menyela.
Namun dengan cepat orang tua itu menggoyangkan
telapak tangannya. Bahkan seperti orang yang taku ketahuan
rahasianya orang tua itu cepat-cepat meminta diri.
"Ah, tak usah.....tak usah. Terima kasih. Muridku itu paling
tidak suka dikenal orang. Aku tak ingin mengecewakannya.
Permisi......"
Dan sekejap saja orang tua itu telah hilang di kelokan jalan.
"Aneh! Orang tua itu benar-benar aneh sekali......!” Yap
Kiong Lee bergumam perlahan.
“Memang benar. Semakin tinggi ilmunya, biasanya orang
menjadi semakin aneh pula tingkah lakunya............." Liu Yang
Kun menambahkan.
Keduanya lalu kembali ke kota Lai-yin lagi. Tetapi di luar
pintu gerbang kota lagi-lagi mereka berjumpa dengan pasukan
Thio Ciang-bu atau Thio Tek kong itu. Cuma yang amat
mengagetkan mereka ialah keadaan pasukan itu sekarang.
Pasukan yang semula tampak sangat garang dengan
seragam dan kuda-kudanya yang bagus itu, kini tiba-tiba telah
berubah menjadi tidak keruan dan berantakan. Mereka seperti
sebuah pasukan yang baru saja kalah perang. Bahkan
beberapa orang diantara mereka telah menjadi mayat dan
ditumpuk di atas pedati mereka.
Yap Kiong Lee tidak melihat Thio Tek Kong diantara
pasukan itu. Otomatis hatinya menjadi tegang dan gelisah.
“Berhenti......!" Jagoan dari istana menghentikan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pasukan yang kini tinggal delapan atau sembilan orang lagi
itu berhenti pula dengan ketakutan. Mereka menyangka telah
berjumpa dengan musuh mereka lagi. Tapi ketika
menyaksikan siapa yang datang, tiba-tiba wajah mereka
menjadi berseri-seri. Mereka segera mengenal wajah Hong-luikun
Yap Kiong Lee!
Meskipun Yap Kiong Lee tidak menjadi tentara atau
menjabat jabatan apapun di istana, namun setiap orang tahu
bahwa pendekar berkepandaian tinggi itu adalah kakak Yap
Tai Ciang-kun dan orang kepercayaan kaisar mereka.
"Yap Tai-hiap, celaka......! Thio Cian-bu…..Thio Cianbu…..
mati dibunuh orang!” salah seorang dari para prajurit
yang masih tertinggal itu melapor dengan suara gugup.
“Hah? Apa…..? Thio Tek Kong mati? Siapakah yang
membunuhnya?” Yap Kiong Lee berseru kaget. Suaranya
bergetar menahan marah.
“Kami….kami tak tahu. Ketika kami mengejar bayangan
seorang wanita berbaju putih, yang berlari keluar tembok
kota, kami menemukan sebuah bangunan kuno di tengahtengah
hutan. Thio Cian-bu…..Thio Cian-bu lalu memberi
perintah kepada kami untuk mengepung bangunan kuno
tersebut, sementara beliau….sementara beliau bersama dua
orang pengawal memasukinya. Lalu….lalu….tiba-tiba kami
mendengar beliau menjerit keras sekali….dan…..dan…..”
“Dan ketika kalian masuk, kalian.....mendapatkan tubuh
Thio Tek Kong telah menjadi mayat! Begitu....?” Yap Kiong
Lee cepat-cepat memotong.
“Be-be-benar! Bahkan......bahkan.....”
"Hmm, bahkan kalian semuapun lalu mendapat serangan
dari sesosok bayangan yang tidak kalian ketahui wajah mau
pun bentuknya! Begitu bukan? Dan serangan tersebut
demikian dahsyatnya sehingga semua tak kuasa untuk
menyelamatkan diri. Sehingga beberapa orang dari kalianpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu bergelimpangan pula menjadi mayat! Begitu.....?" sekali
lagi Yap Kiong Lee yang sedang marah itu menukas.
"Be-benar, tai-hiap! Mengapa tai-hiap mengetahuinya?
Apakah.....apakah Tai-hiap berada di tempat itu pula?" dengan
heran prajurit itu bertanya.
“Goblog! Aku cuma menduga saja!” Yap Kiong Lee
membentak marah. Lalu sambungnya lagi. "Nah! Sekarang
katakan kepadaku, dimanakah bangunan kuno itu berada?”
Dengan agak takut-takut prajurit itu lalu menunjuk ke arah
utara, dimana beberapa lie jauhnya dari tempat itu terlihat
tanah perbukitan yang diselimuti oleh hutan belukar nan lebat.
"Di sana, tai-hiap.....!"
"Baik! Sekarang kalian pergilah ke kota! Laporkan kejadian
ini kepada wakil Thio Cian-bu!"
"Baik, tai-hiap......."
Pasukan berkuda yang sudah tidak karuan bentuknya itu
lalu berjalan lagi memasuki kota. Mereka tampak semakin
kepayahan terkena sinar matahari yang bergulir ke arah barat.
"Nah! Bagaimana menurut pendapat pangeran tentang hal
ini?" Yap Kiong Lee kemudian bertanya kepada Liu Yang Kun
yang sejak tadi cuma diam saja.
Liu Yang Kun memandang ke arah pasukan yang sedang
memasuki pintu gerbang kota itu untuk beberapa saat
lamanya. Setelah itu sambil menarik napas panjang kepalanya
tertunduk.
"Kukira pendapat kita tidak akan jauh berbeda.... "
Yap Kiong Lee mengerutkan keningnya. “Jadi pangeran
juga berpendapat bahwa hantu Kuntilanak itu sebenarnya juga
seorang manusia biasa? Seorang manusia berwatak aneh dan
berkepandaian sangat tinggi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun mengangguk. "Ya! Dan hantu itu membunuh
Thio Cian-bu beserta anak buahnya, karena mereka telah
mengganggu tempat tinggalnya."
"Lalu......bagaimana dengan bayi-bayi yang diculiknya?"
"Diculik? Aku belum mendengar khabar bahwa hantu itu
telah menculik bayi. Aku hanya mendengar bahwa ia selalu
mengelilingi rumah korbannya di malam hari."
"Dan.....bayi si pemilik rumahpun akan mati keesokkan
harinya!" Yap Kiong Lee meneruskan.
"Ya, begitulah.......Jadi selama ini orang yang dijuluki
'Hantu Kuntilanak' itu selalu mendatangi rumah penduduk
yang ada bayinya. Tak seorangpun yang tahu, apa yang
dikerjakan oleh 'hantu' tersebut. Namun yang terang dia tak
pernah mengganggu atau menculik bayi. Dia cuma mondarmandir
saja di sekeliling rumah korbannya, sementara bayi
yang ada di dalam rumah itu akan menangis terus tiada hentihentinya."
"Dan bayi itu akan mati keesokan harinya, karena hantu itu
telah mengguna-gunainya......!" sekali lagi Yap Kiong Lee
menandaskan.
Liu Yang Kun tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Mungkin disinilah perbedaan kita....." pemuda itu berkata
perlahan. "Aku sama sekali tak melihat hubungan antara
kematian bayi itu dengan kedatangan 'hantu' tersebut. Tapi
terus terang saja akupun tak bisa menjelaskan, mengapa aku
mempunyai dugaan atau pendapat demikian. Semuanya itu
cuma perasaanku saja......"
Yap Kiong Lee tersentak kaget. Dengan kening berkerut
jagoan dari istana itu berdesah. "Aneh! Kenapa pangeran
berpendapat begitu? Apakah tidak terlintas di dalam hati
pangeran bahwa 'hantu' itu sedang mendalami sebuah ilmu
hitam yang mempergunakan bayi-bayi sebagai sarananya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Liu Yang Kun tersenyum dan menggelengkan
kepalanya. "Semula aku memang berprasangka demikian pula.
Tapi entah mengapa, perasaanku seperti tidak menyetujuinya.
Perasaanku cenderung untuk mengatakan yang lain. Namun
seperti yang telah kukatakan tadi, aku tak bisa
menjelaskannya......."
“Oooh, lalu....apa yang hendak kita lakukan sekarang?"
setelah berdiam diri beberapa saat lamanya, Yap Kiong Lee
bertanya kepada Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun terpekur sebentar. Lalu jawabnya.
"Kalau.....kalau ciang-kun setuju, aku ingin menyelidiki
bangunan kuno itu pula. Tapi......malam nanti saja. Sekarang
kita ke rumah Thio Cian-bu lebih dahulu. Kita mencari
keterangan yang benar, apa sebenarnya yang telah terjadi di
rumah perwira itu malam tadi?"
Liu Yang Kun agak bingung juga untuk menyebut Yap
Kiong Lee. Semula ia menyebut 'ciang-kun' karena menyangka
jagoan istana itu sebagai seorang perwira kerajaan pula
seperti adiknya, yaitu Yap Tai-ciangkun itu. Tapi setelah
mendengar sebutan para perajurit berkuda itu tadi, ia menjadi
sadar bahwa ia telah salah duga. Ternyata Yap Kiong Lee
bukanlah seorang perwira.
Sebaliknya Yap Kiong Lee sendiri agaknya juga tidak ambilpusing
pada sebutan yang diberikan Liu Yang Kun kepadanya.
"Terserah kepada pangeran. Apabila pangeran memang
menghendaki demikian, sayapun hanya menurut saja......"
Katanya kemudian dengan mantap.
Demikianlah, seperti halnya pasukan yang kalah perang
tadi, mereka berduapun lalu melangkah memasuki pintugerbang
kota itu pula. Mereka berjalan menyusuri jalan besar,
menuju ke rumah kediaman Thio Tek Kong di tengah kota.
Sekilas mereka masih bisa melihat debu yang ditinggalkan
oleh pasukan yang kalah perang itu. Sementara di kanan-kiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jalan tersebut mereka juga masih bisa menyaksikan para
penduduk yang saling bergerombol membicarakan kejadian
itu.
Ketika mereka berdua melewati perempatan jalan yang
pertama, mereka tiba-tiba dikejutkan oleh suara jerit tangis
yang memilukan dari sebuah rumah besar di pinggir jalan.
Otomatis pikiran Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee tertuju pada
keluarga para perajurit Thio Cian-bu yang tewas itu.
"Tampaknya khabar tentang kematian para perajurit itu
telah sampai pula kepada keluarganya......” Yap Kiong Lee
menghela napas duka.
"Agaknya memang demikian. Tetapi ……?”
Tiba-tiba Liu Yang Kun menghentikan langkahnya.
Wajahnya menjadi bersungguh-sungguh. Matanya
memandang ke rumah besar itu tanpa berkedip.
“Pangeran .... ? Ada apa?" Tentu saja Yap Kiong Lee
menjadi terkejut sekali.
"Oh, tidak.......!" Liu Yang Kun tersentak sadar. "Tiba-tiba
saja perasaanku menjadi lain. Aku seperti mencium sesuatu
yang ganjil di rumah itu. Tangis itu rasanya bukan karena
mereka adalah keluarga perajurit yang tewas itu. Rasarasanya
mereka menangis karena sesuatu hal yang lain.
Ciang-kun, marilah kita singgah sebentar....!”
Yap Kiong Lee menatap Liu Yang Kun sebentar, kemudian
menundukkan mukanya. Walau merasa sedikit aneh, tapi
jagoan dari istana itu tidak berani membantah. Perlahan-lahan
mereka melangkah memasuki halaman luas itu. Mereka
melewati beberapa orang tetangga atau penghuni rumah yang
lain, yang juga datang menjenguk ke rumah itu.
Beberapa orang pelayan rumah itu cepat menyambut
kedatangan Liu Yang Kun. Namun karena mereka merasa
belum pernah melihat wajah Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
maka mereka tidak segera menyapa atau mempersilakan
masuk. Bahkan mereka menjadi curiga dan agak takut.
Tapi dengan tenang serta tidak memperdulikan kecurigaan
mereka, Liu Yang Kun mendekati mereka.
“Maaf, kami berdua adalah petugas dari bagian keamanan
kota…..” Liu Yang Kun membohong. “Bolehkah kami
mengetahui, apa yang telah terjadi di rumah ini?"
Mendengar tamu-tamunya adalah petugas keamanan kota,
para pelayan itu menjadi lega. Dengan ramah dan hormat
mereka mempersilakan Liu Yang Kun masuk.
Tapi Liu Yang Kun tidak segera masuk. Dengan suara
perlahan ia bertanya kepada para pelayan itu, apa sebenarnya
yang telah terjadi di rumah tersebut.
Tuan besar baru saja dianiaya penjahat! Dan........dan
calon nyonya besar diculik pula!" pelayan itu paling tua segera
menjawab.
"Hah? Ada penjahat yang berani menganiaya dan menculik
orang di siang hari begitu? Kurang ajar......!" Yap Kiong Lee
menggeram marah.
"Be-benar, tuan .....! Mari...mari silahkan tuan berdua
menyaksikan sendiri keadaan tuan besar kami! Beliau ada di
ruang tengah.”
Pelayan itu lalu membawa Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee
masuk, sementara teman-temannya yang lain segera
mendahului dan melapor kepada majikan mereka. Dan
seorang lelaki setengah baya segera keluar pula menyambut
kedatangan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee.
"Terima kasih ...terima kasih! Belum juga kami sekeluarga
sempat melapor, ternyata ji-wi telah sampai di tempat ini.
Terima kasih......." lelaki setengah baya itu menyambut
dengan ramah, meskipun sinar kesedihan tetap memenuhi
wajahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bolehkah kami berdua menengok..?" Yap Kiong Lee cepat
melangkah ke depan dan menyahut sambutan dari tuan
rumah itu.
"Silahkan....silahkan......!" lelaki setengah baya itu
mempersilakan, kemudian mendahului masuk ke ruang
tengah. Di ruangan tengah telah berkumpul menyaksikan
seluruh keluarga penghuni rumah tersebut. Mereka
mengelilingi sebuah pembaringan dengan wajah yang sedih
dan diliputi oleh kedukaan yang mendalam. Seorang lelaki
berwajah tampan, namun sudah berusia sekitar limapuluhan
tahun, tampak tergolek pucat di atas pembaringan itu.
Sementara di dekat kepalanya tampak duduk seorang nenek
tua-renta menangisinya.
"Hek-pian-hok Ui Bun Ting........?" tiba-tiba Yap Kiong Lee
berdesah kaget begitu menyaksikan wajah orang yang sakit
itu.
Dan kekagetan Yap Kiong Lee ini tentu saja juga amat
mengejutkan Liu Yang Kun pula.
"Ciang......eh, twa-ko mengenalnya........?"
Yap Kiong Lee cepat menganggukkan kepalanya. Namun
ketika ia hendak menjawab, tiba-tiba Hek-pian-hok Ui Bun
Ting atau orang yang terbaring di atas pembaringan itu
membuka matanya. Agaknya kedatangan Yap Kiong Lee yang
menyebut namanya itu telah menyadarkannya.
Mula-mula ia hanya memandang saja kepada Yap Kiong
Lee. Bahkan beberapa kali dahinya tampak berkerut menahan
sakit. Namun beberapa saat kemudian ketika kesadarannya
mulai penuh, ia mulai mengenal pula wajah Yap Kiong Lee.
"Yap Tai-hiap..........?" gumamnya perlahan.
"Ui Ciang-bun (Ketua Partai Persilatan Ui) .....? Benarkah
ini? Mengapa Ui Ciang-bun berada di tempat ini? Bukankah
hari pernikahan itu tinggal sehari lagi?" Yap Kiong Lee
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertanya dengan heran seolah-olah tak percaya bahwa orang
yang dihadapinya itu benar-benar ketua persilatan Tiam-jongpai.
Tapi Ui Bun Ting cuma menyeringai saja kepada Yap Kiong
Lee. Ia tak menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya ia malah
memperkenalkan keluarganya kepada Yap Kiong Lee.
"Yap Tai-hiap, perkenalkanlah ini ibuku......" katanya
perlahan seraya memandang wanita tua-renta yang duduk di
dekat kepalanya. "Dan......itu adikku." lanjutnya lagi sambil
menunjuk ke lelaki setengah baya yang tadi menyambut
kedatangan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee.
Kemudian Ui Bun Ting menyebut pula satu-persatu orangorang
yang ada di sekelilingnya. Bibinya, adik-adiknya yang
lain, keponakannya dan lain-lainnya lagi. Dan setiap ketua
Tiam-jong-pai itu menyebutkan nama keluarganya, Liu Yang
Kun dan Yap Kiong Lee terpaksa membungkuk memberi
hormat.
Namun ketika ketua Tiam-jong-pai itu hendak berbicara
lagi, Yap Kiong Lee cepat mencegahnya.
"Sudahlah Ui Ciang-bun, jangan banyak bicara dahulu! Kau
harus beristirahat! Ehm......bolehkah aku memeriksa lukalukamu?"
jagoan dari istana itu memotong.
Ui Bun Ting menatap tamunya dengan perasaan terima
kasih. Namun dengan amat berat kepalanya menggeleng.
Tiba-tiba wajahnya sangat sedih.
"Tidak ada gunanya, Tai-hiap, Lukaku sungguh sangat
parah. Selain itu aku juga terkena racun yang mematikan.
Rasanya aku sudah tidak mungkin hidup lagi........Tapi aku
tidak akan menyesali kematianku. Aku hanya....,ooh…..” Ui
Bun Ting tidak kuasa melanjutkan kata-katanya. Rasa sedih
dan rasa sakit mendadak telah menyerang dada dan perutnya.
Otomatis semua keluarganya menjerit dan menangis
menyaksikan penderitaannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee cepat menyambar lengan Ui Bun Ting.
Diperiksanya denyut nadinya, kemudian detak jantungnya.
Lalu yang terakhir Yap Kiong Lee menotok beberapa titik jalan
darah di sekitar pusar ketua Tiam-jong-pai itu. Namun ketika
Yap Kiong Lee hendak menyalurkan tenaga saktinya untuk
mengurangi beban sakit di dada Ui Bun Ting, tiba-tiba ia
meloncat mundur. Wajahnya mendadak menjadi pucat.
Liu Yang Kun dan lelaki setengah baya itu cepat mendesak
maju.
“Twa-ko, ada apa…..?” Liu Yang Kun berseru kaget.
“Bagaimana tuan….?” Lelaki setengah baya itu ikut
berdesah pula.
Yap Kiong Lee menatap Liu Yang Kun dengan wajah ngeri.
"Racun!" geramnya. “Sungguh keji sekali orang yang
melukainya. Hampir saja racun itu membalik ketika aku tadi
mengerahkan tenaga..." Sambil berbicara Yap Kiong Lee
memperlihatkan telapak tangannya yang terbakar. Liu Yang
Kun mengerutkan keningnya.
"Biarlah aku yang mengobatinya.....,” katanya kemudian
sambil menggenggam Po-tok-cu di tangan kanannya.
"Ah, tapi.........?” Yap Kiong Lee yang sangat
mengkhawatirkan keselamatan Liu Yang Kun itu mencoba
mencegahnya.
Namun Liu Yang Kun tetap melangkah maju. “Twa-ko tak
usah cemas! Aku dapat menjaga diri. Percayalah....” ucapnya
seraya memegang urat nadi Ui Bun Ting.
Lelaki setengah baya yang diperkenalkan sebagai adik Ui
Bun Ting tadi tiba-tiba juga mendesak maju pula. Ia tampak
sangat mengkhawatirkan keselamatan kakaknya. Di satu pihak
ia ingin agar kakaknya ada yang bisa mengobati tapi di lain
pihak ia juga agak ragu terhadap orang-orang yang belum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikenalnya itu. O leh karena itu ia kelihatan bingung dan salah
tingkah di depan Yap Kiong Lee.
“Sudahlah…..! tuan tak perlu khawatir. Kami berdua akan
berusaha menolong Ui Ciang-bun. Kami berdua adalah
sahabat-sahabatnya…..” Yap Kiong Lee yang bisa menduga
dan memaklumi hati dan perasaan orang itu cepat
menghiburnya.
“Tuan, maafkanlah saya…..” lelaki setengah baya itu
tersipu-sipu.
Sementara itu Liu Yang Kun telah menggores urat nadi Ui
Bun Ting dengan kukunya, kemudian menutupi luka kecil itu
dengan Po-tok-cu atau Mustika Inti Racunnya. Lalu dengan
perlahan-lahan ia menyalurkan tenaga saktinya melalui
mustika itu.
Hawa hangat perlahan-lahan merambat melalui lengan Ui
Bun Ting, kemudian menyebar ke seluruh tubuh dan mengusir
racun yang mengeram di dalamnya. Uap seolah-olah keluar
dari dalam tubuh ketua Tiam-jong-pai itu. Uap berwarna
kekuningan yang diikuti pula oleh merembesnya keringat
berbau amis yang luar biasa banyaknya. Semua orang yang
ada di dalam ruangan itu terbelalak matanya. Semuanya
merasa kaget dan ngeri. Apalagi ketika menyaksikan keringat
yang mengalir itu berwarna kehitaman dan mengotori pakaian
Ui Bun Ting.
Dan beberapa waktu kemudian semuanya menjadi lega
ketika Ui Bun Ting membuka matanya. Wajah orang tua itu
telah berubah menjadi kemerah-merahan kembali.
Liu Yang Kun melepaskan tangannya lalu sambil berpurapura
mengusap peluhnya ia menyimpan kembali Po-tok-cunya.
"Sekarang biarlah Ui Ciang-bun beristirahat sebentar sambil
memulihkan tenaganya. Racun yang ada di dalam tubuhnya
telah hilang......" katanya perlahan sambil memandangi
keluarga ketua Tiam-jong-pai itu satu-persatu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, Tai-hiap..... terima kasih!" lelaki separuh
baya itu tiba-tiba berlutut di depan Liu Yang Kun seraya
menyatakan terima kasihnya yang kemudian diikuti pula oleh
seluruh keluarga Ui yang ada di dalam kamar tersebut.
Repot juga hati Liu Yang Kun menerima penghormatan itu.
Sambil menyeringai kikuk pemuda itu menoleh ke arah Yap
Kiong Lee.
"Sudahlah.....! Marilah kita duduk di ruang depan! Kami
berdua ingin mendengar kisahnya, bagaimana asal-mulanya
semua kejadian ini......" Yap Kiong Lee cepat menengahi dan
menarik tubuh lelaki setengah baya itu ke atas, kemudian
mengajaknya ke ruang depan.
Otomatis yang lain lalu berdiri puIa dan mengikuti langkah
lelaki setengah baya tersebut. Dan Liu Yang Kun pun
kemudian melangkah pula mengikuti mereka. Namun sebelum
beranjak dari tempatnya pemuda itu masih mendengar desis
ucapan Ui Bun Ting yang ditujukan kepadanya.
"Terima kasih, Tai-hiap........"
Demikianlah di ruang depan lelaki setengah-baya itu lalu
bercerita tentang kakaknya. Ui Bun Ting sejak kecil memang
mempunyai watak dan perangai yang berbeda dengan
saudara-saudaranya. Dia lebih suka ngeluyur dan bermainmain
di luar rumah dari pada belajar dan berkumpul dengan
saudara-saudaranya. Ui Bun Ting gemar berkelahi dan sering
membuat onar. Bahkan di dalam usianya yang masih kecil itu
ia sudah kerap-kali kabur meninggalkan rumah. Dan
kelakuannya tersebut semakin bertambah menjadi-jadi pula
ketika usianya mulai menginjak remaja.
Dan puncak dari semua kebengalannya itu adalah ketika ia
membunuh orang didalam suatu perkelahian. Ui Bun Ting
yang bengal itu menjadi ketakutan. Takut kepada ayah ibunya
dan juga takut kepada para petugas keamanan yang tentu
akan menangkapnya. Dalam ketakutannya Ui Bung Ting lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
minggat melarikan diri. Lari meninggalkan kampunghaIamannya.
Kali ini Ui Bun Ting sungguh tidak tanggung-tanggung di
dalam minggatnya. Sepuluh tahun kemudian ia baru pulang ke
kampungnya, ke tengah-tengah keluarganya. Dan saat itu
pula Ui Bun Ting telah tumbuh menjadi seorang pemuda
dewasa yang tampan dan gagah. Bahkan Ui Bun Ting juga
telah memiliki ilmu silat yang tinggi pula. Selain dari pada itu
ternyata sifat dan kelakuannya juga telah berubah. Ui Bun
Ting telah menjadi pemuda yang baik, sopan dan lihai.
Tapi ternyata Ui Bun Ting tidak betah tinggal terlalu lama di
rumahnya. Dia lebih suka berada di tempat perguruannya,
yaitu perguruan Tiam-jong-pai, Cin-an. Dia lebih suka
berdekatan dan melayani gurunya, ketua Partai Tiam-Jong-pai
yang terkenal pada waktu itu. Hanya kadang-kadang saja Ui
Bun Ting pulang untuk menengok ayah ibunya.
Suatu saat Ui Bun Ting pulang membawa seorang wanita,
pendekar dari Aliran Im-Yang-kauw. Namanya adalah Han Sui
Nio. Belakangan dikatakan kepada ayahnya bahwa wanita itu
adalah calon isterinya.
Tapi beberapa tahun kemudian ternyata Ui Bun Ting
membawa pulang wanita lain. Bahkan wanita yang bernama
Siauw Hong Li itu katanya telah dikawininya. Tentu saja
ayahnya menjadi heran dan menanyakan keadaan Han Sui
Nio. Namun dengan enaknya Ui Bun Ting menjawab bahwa
mereka tak jadi menikah.
Setelah itu Ui Bun Ting jarang sekali pulang. Ui Bun Ting
hanya pulang ketika ayahnya meninggal dunia. Dan saat itu
pula seluruh keluarganya tahu bahwa Ui Bun Ting telah
berpisah pula dengan Siauw Hong Li, dan kini Ui Bun Ting
telah diangkat sebagai Ciang-bun-jin (ketua perguruan) Tiamjong-
pai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah, setelah belasan tahun Ui Bun Ting tak pernah
menampakkan batang hidungnya pula, tiba-tiba tadi siang
telah muncul kembali di rumah itu. Dan kedatangannya kali ini
ternyata juga amat mengejutkan seluruh keluarganya, karena
Ui Bun Ting yang kini telah berumur limapuluhan tahun itu
datang bersama Han Sui Nio, wanita yang batal ia nikahi dulu.
Dan maksud kedatangannya itu adalah untuk memohon doa
dan perkenan dari ibunya untuk menikah dengan kekasih
lamanya itu.
Namun belum juga mereka itu selesai berbicara, ternyata
datang pula beberapa orang tamu yang tak dikenal. Begitu
datang tamu-tamu yang berperangai jahat itu lalu berselisih
dengan Han Sui Nio. Mereka segera berkelahi. Tetapi salah
seorang dari tamu itu ternyata lihai sekali. Meskipun Ui Bun
Ting datang membantu kekasihnya, keduanya tak mampu
mengalahkannya. Bahkan Ui Bun Ting dapat dilukainya dan
Han Sui Nio dibawa pergi.
Kami sekeluarga tak ada yang berani keluar untuk
membantu, karena tak seorangpun diantara kami semua yang
dapat bermain silat. Jangankan hendak menolong, sedangkan
untuk melihat atau mengikuti gerakan merekapun kami tak
bisa. Mereka bergerak seperti baying-bayang yang saling
membelit dan berputar cepat sekali…..” lelaki setengah baya
itu menutup ceritanya dengan menghela napas panjang.
“Ah, lihai benar tamu itu, sehingga Ui Ciang-bun pun tak
kuasa mengatasinya. Sungguh mengherankan sekali. Siapa
sebenarnya mereka itu......?” Yap Kiong Lee menatap Liu Yang
Kun dan bergumam perlahan.
"Dia adalah.....Giok-bin Tok-ong!” tiba-tiba terdengar suara
Ui Bun Ting di belakang mereka.
"Giok-bin Tok-ong….?Eh, Ui Ciang-bun….. mengapa kau
turun dari pembaringanmu?" Yap Kiong Lee tersentak kaget.
Benar-benar kaget sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata semuanyapun menjadi kaget pula melihat
kedatangan Ui Bun Ting. Mereka bergegas menyambutnya
dan membawanya duduk diantara mereka. Dan semuanya
memandanginya dengan heran karena saudara mereka itu
telah bisa berjalan kembali, walaupun masih lemah.
"Maaf, aku tak tahan untuk berbaring terus. Aku ingin
cepat-cepat berkenalan dengan orang yang menolongku. Aku
belum sempat mengingat-ingat namanya tadi......" Ui Bun Ting
cepat memberi keterangan. Kemudian ketua Partai Tiam-jongpai
itu berdiri pula kembali. Ia menjura dengan hormat kepada
Liu Yang Kun. Ucapnya perlahan namun jelas dan terang.
“Tai-hiap...? bolehkah aku yang tua ini mengetahui nama dan
gelarmu?”
Sekejap Liu Yang Kun menjadi bingung. Pemuda itu tak
tahu harus menjawab bagaimana. Oleh karena itu matanya
segera mengawasi Yap Kiong Lee untuk meminta
pertimbangan.
Yap Kiong Lee cepat berdiri di depan Ui Bun Ting. Dengan
sikap yang halus dan cerdik ia menjawab pertanyaan orang
tua itu.
“Maaf, Ui Ciang-bun…..sahabatku ini menderita penyakit
‘lupa ingatan’. Dia sama sekali sudah lupa masa lalunya. Dia
sudah tak bisa mengingat lagi siapa dirinya, ayah ibunya,
keluarganya dan semua handai-taulannya. Bahkan ia juga
sudah lupa pula akan namanya sendiri. Oleh karena itu.....
maafkanlah apabila dia tak bisa menjawab pertanyaanmu.”
“Haaah....? dia sakit ‘lupa ingatan’......?”
Semuanya menjadi kaget, ragu dan tak percaya. Bahkan Ui
Bun Ting sendiri juga tertegun pula ditempatnya. Semuanya
baru sekali ini mendengar ada penyakit seaneh itu.
Yap Kiong Lee menarik napas panjang. Dia bisa memaklumi
perasaan mereka, karena dia sendiripun juga berperasaan
seperti mereka itu pula ketika mendengar yang pertama kali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Oleh karena itu dia lalu menjelaskannya dengan hati-hati
semua yang terjadi pada sahabatnya itu, tanpa sedikitpun
menyebutkan bahwa pemuda itu adalah Pangeran Liu Yang
Kun.
"Jadi.....Jadi Tai-hiap itu juga pernah bertarung dengan
Giok-bin Tok-ong pula? Aaah.....!" Ui Bun Ting berdecak dan
menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya semakin
memancarkan sinar kekaguman.
"Sudahlah, Ui Ciang-bun......aku pun tak mengetahui yang
lebih banyak lagi tentang dia, karena aku sendiri juga baru
mengenalnya kemarin."
"Hah? Jadi.......?"
"Sudahlah. Sekarang lebih baik Ciang-bun saja yang ganti
bercerita kepada kami, kenapa Ui Ciang-bun sampai
bermusuhan dengan Giok-bin Tok-ong..." Yap Kiong Lee
cepat-cepat memotong agar Ui Bun Ting tidak banyak
bertanya lagi.
Tiba-tiba ketua Partai Tiam-jong-pai itu terdiam sedih.
Wajahnya tertunduk lesu. Matanyapun tampak berkaca kaca.
Agaknya bayangan Han Sui Nio yang diculik oleh Giok-bin Tokong
itu kembali menggoda hatinya.
"Hal ini sebenarnya adalah persoalan pribadi kami. Malu
rasanya kalau harus diceritakan kepada orang lain. Tapi.... tak
apalah kalau harus kuceritakan juga kepada Ji-wi tai-hiap.
Bagaimanapun juga aku sudah berhutang budi kepada Taihiap
berdua. Rasanya jiwaku ini sudah tidak tertolong lagi
kalau tidak ada ji-wi tai-hiap......"
Ui Bun Ting berhenti sebentar untuk mengambil napas.
Wajahnya terangkat dan matanya menatap Liu Yang Kun
maupun Yap Kiong Lee berganti-ganti. Kemudian dengan jelas
dan tidak tergesa-gesa ia bercerita tentang dirinya, tentang
hubungannya yang kurang lancar dengan Han Sui Nio atau Si
Pendeta Palsu Dari Teluk Po-hai itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ui Bun Ting berkenalan dengan Han Sui Nio ketika ia ikut
gurunya berkunjung ke Gedung Pusat Aliran Im-Yang-kauw di
Sian-yang. Dan perkenalan itu ternyata berkembang menjadi
hubungan cinta yang mendalam. Mereka berdua bercita-cita
untuk melanjutkan hubungan mereka itu ke dalam jenjang
perkawinan. Apalagi para orang tua maupun guru dalam
perkumpulan masing-masing juga merestui hubungan mereka
tersebut.
Tapi memang dasar belum jodoh mereka. Hubungan batin
yang telah mereka pupuk dengan baik itu tiba-tiba seperti
dihempas oleh gelombang pasang dengan kedatangan pihak
ketiga. Seorang gadis cantik murid ketua perguruan Ngo biepai
tiba-tiba muncul di dalam kehidupan Ui Bun Ting. Gadis
yang di dalam segala hal melebihi Han Sui Nio ternyata
mampu menjerat dan mengalihkan perhatian Ui Bun Ting.
Segala macam petuah dan nasehat yang diberikan oleh
orang-orang tua tidak juga bisa menyadarkan keduanya. Ui
Bun Ting nekad meninggalkan Han Sui Nio dan mengawini
Siauw Hong Li, murid Ngo-bie-pai itu. Di dalam 'kelupaannya'
itu Ui Bun Ting sama sekali sudah tak ingat lagi akan nasib
Han Sui Nio yang telah dia sia-siakan itu.
Namun mahligai perkawinan yang dibangun di atas puingpuing
penderitaan orang lain itu ternyata tidak bisa bertahan
lama. Ternyata Siauw Hong Li memiliki s ifat yang liar terhadap
lelaki. Wanita cantik itu mempunyai nafsu yang sangat besar
dan tidak puas hanya dengan satu lelaki. Beberapa bulan saja
sejak perkawinannya, ia sudah berani main gila dengan lelaki
lain.
Tentu saja Ui Bun Ting menjadi marah sekali. Lelaki yang
berani main gila dengan isterinya itu dibunuhnya dan Siauw
Hong Li pun lalu diceraikannya pula. Di dalam kemarahan dan
kesedihannya Ui Bung Ting lalu bertapa mengasingkan diri. Ia
benar-benar malu dan terpukul hatinya, hingga ia menjadi
malu pula bertemu dengan orang lain. Dan ia baru mau keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari pertapaannya ketika belasan tahun kemudian disusul oleh
adik-adik seperguruannya. Dia bersedia pulang kembali ke
Tiam-jong pai, karena gurunya yang tercinta telah meninggal
dunia. Dan gurunya itu menunjuk dirinya sebagai pewaris
kursi ketua Partai Tiam-jong-pai.
Sementara itu karena malu, marah dan dendam, Han Sui
Nio juga minggat pula dari Im-Yang-kauw. Gadis itu berjalan
terlunta-lunta seorang diri di dunia persilatan yang kejam dan
ganas. Yang membara di dalam hati gadis itu hanyalah
perasaan dendam dan sakit hati karena ditinggalkan
kekasihnya itu. Hanya satu yang menjadi cita-cita gadis itu,
yaitu membalas dendam kepada Ui Bun Ting dan Siauw Hong
Li.
Api dendam membuat rusak jiwa Han Sui Nio. la mulai
bergaul dengan orang jahat yang sekiranya bisa memberi
bekal ilmu kepadanya. Dan pada saat yang seperti itulah ia
berkenalan dengan Ang-leng Kok-jin, dari perguruan Lembah
Tak Berwarna. Dengan hati yang telah berubah menjadi kelam
karena dendam itu, maka Han Sui Nio dengan mudah jatuh ke
dalam pelukan Ang-leng Kok-jin. Keduanya menjadi suami
isteri.
Selain ingin berguru, Han Sui Nio memang memiliki maksud
tertentu di dalam perkawinannya itu. Ia ingin mempergunakan
kedahsyatan ilmu silat Ang-leng Kok-jin untuk menghadapi
Tiam-jong-pai dan Ngo-bie-pai. Pokoknya ia harus membunuh
mati Ui Bun Ting dan Siauw Hong Li, serta
membumihanguskan pula seluruh perguruan Tiam-jong-pai
dan Ngo-bie-pai.
Namun cita-citanya itu ternyata tak pernah terlaksana.
Ketika pada suatu hari ia dan Ang-leng Kok-jin datang ke
Tiam-jong-pai untuk menuntut balas, ternyata Ui Bun Ting
sudah tidak ada disana. Begitu pula halnya ketika mereka
mencari Siauw Hong Li di Ngo-bie-pai. Wanita genit itupun
sudah tidak ada pula di tempatnya. Dan satu-satunya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat mereka lakukan untuk melampiaskan kemarahan dan
kemendongkolan mereka hanyalah mengamuk dan
menimbulkan kerusakan yang sebesar-besarnya di kedua
perguruan itu.
Dan di dalam bidang rusak-merusak ini memang Ang-leng
Kok-jin lah jagonya. Dengan kekejamannya yang tiada tara,
serta dengan kemahirannya dalam mempergunakan racun,
Ang-leng Kok-jin benar-benar seperti iblis yang haus darah
dan mengerikan. Apalagi di dalam partai persilatan itu tiada
seorangpun yang mampu mengungguli ilmu silatnya. Maka
sungguh tidak mengherankan bila korban yang jatuhpun
menjadi tidak terhitung pula jumlahnya.
Tapi tindak kebrutalan itu sendiri ternyata menimbulkan
gelombang kemarahan di kalangan para pendekar persilatan.
Seperti ada yang memberi komando, maka para pendekar
persilatan pun lantas berbondong-bondong mencari An leng
Kok-jin dan Han Sui Nio. Dan dunia kang-ouw pun lalu terjadi
peristiwa-peristiwa yang menarik karena ulah mereka.
Han Sui Nio dan Ang-leng Kok-jin tetap mencari dan
memburu Ui Bun Ting serta Siauw Hong Li. Tapi sementara itu
setiap saat merekapun harus berlari dan menghindarkan diri
pula dari gempuran para pendekar, sebab bagaimanapun juga
lihainya Ang-leng Kok-jin, mereka berdua tak bisa terusmenerus
melayani serbuan para pendekar itu.
Demikianlah setelah bertahun-tahun mereka mencari,
akhirnya Siauw Hong Li dapat mereka ketemukan juga. Tapi di
luar dugaan Han Sui Nio, kali ini jagonya tiba-tiba melempem
di hadapan musuh besarnya itu. Ang-leng Kok-jin yang kejam
dan garang itu tiba-tiba tak berkutik ketika berhadapan
dengan ‘jago' Siauw Hong Li! Ternyata Siauw Hong Li telah
mendapatkan seorang pelindung pula, yaitu Giok-bin Tok-ong,
guru dari Ang-leng Kok-jin sendiri, sehingga ketika mereka
berdua, guru dan murid itu bertarung, maka Ang-leng Kok jin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lah yang menderita kekalahan. Jago Han Sui Nio itu terluka
parah di tangan gurunya sendiri !
Terpaksa dengan perasaan sedih dan kecewa Han Sui Nio
membawa suaminya menyingkir dari depan lawannya. Mereka
berdua bersembunyi sambil berusaha mencari akal untuk
menghadapi lawannya itu.
Ang-leng Kok-jin memang tidak mungkin menang melawan
gurunya sendiri, sebab bagaimanapun juga semua ilmunya itu
adalah pemberian gurunya. Tentu saja Giok-bin Tok-ong
memiliki ilmu yang lebih lengkap dan lebih banyak dari pada
dia. Satu-satunya jalan untuk memenangkannya hanyalah
apabila dia bisa belajar selengkap dan sebanyak gurunya itu.
Oleh karena itu lalu diputuskan oleh Han Sui Nio dan Angleng
Kok-jin bahwa mereka harus bisa mendapatkan Im-Yang
Tok-keng dan Po-tok-cu, pusaka warisan leluhur perguruan
Lembah Tak Berwarna. Namun karena barang itu berada di
tangan Giok-bin Tok-ong, maka mereka harus bisa mencari
jalan dan siasat untuk mengelabuhinya.
Mereka berdua harus bisa mendekati Giok-bin Tok-ong.
Sukur bisa memperoleh kepercayaannya kembali. Kalau
berdua tidak dapat, maka Han Sui Nio bersedia melakukannya
sendirian. Sebab Han Sui Nio tahu bahwa kelemahan Giok-bin
Tok-ong adalah perempuan. Namun demikian mereka harus
menunggu apabila Giok-bin Tok-ong sudah tidak mempunyai
kawan wanita lagi.
Dan kesempatan tersebut akhirnya datang juga. Siauw
Hong Li itu akhirnya pergi juga meninggalkan Giok-bin Tokong.
Maka Han Sui Nio pun lalu pura-pura datang sendirian
mencari Siauw Hong Li. Kemudian dengan berbagai macam
siasat serta bujuk rayu, berhasillah Han Sui Nio mendekati
Giok-bin Tok-ong. Bahkan saking pintarnya melayani kakek
iblis itu, maka Han Sui Nio pun segera memperoleh
kepercayaannya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitulah, dengan segala macam siasat dan tipu-dayanya,
akhirnya setahun kemudian Han Sui Nio bisa membawa lari
kedua buah pusaka itu. Betapa marahnya Giok-bin Tok-ong
tak bisa dilukiskan lagi. Dicari dan diburunya terus wanita
yang telah memperdayakannya itu, kemanapun juga wanita
itu bersembunyi.
Sementara itu Han Sui Nio pun sudah bergabung pula
kembali dengan Ang-leng Kok-jin. Mereka berlari dan selalu
berpindah-pindah tempat untuk menghindarkan diri dari
kejaran Giok-bin Tok-ong. Sambil berlari dan bersembunyi
Ang-leng Kok-jin mencoba mempelajari buku warisan
leluhurnya itu.
Tapi ilmu yang tercatat di dalam buku Im-Yang Tok-keng
itu ternyata sukar sekali dipelajari. Ilmu tersebut harus
dipelajari dengan tenang, sabar serta dengan ketekunan yang
luar biasa. Maka dari itu untuk mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, harus dibutuhkan tempat yang sunyi serta
jauh dari keramaian dunia. Oleh karena itu sungguh tidak
mungkin sekali bila ilmu tersebut dipelajari sambil berlari-lari
seperti Ang-leng Kok-jin itu.
Dan hal ini sebenarnya disadari pula oleh Ang-leng Kok-jin.
Bahkan murid Giok-bin Tok-ong itu sudah mengetahuinya
sejak dulu. Dia memang mempunyai sebuah rencana rahasia
di dalam hal ini. Sebagai murid Giok-bin Tok-ong yang culas
dan jahat, wataknyapun memang tidak jauh berbeda pula.
Kalau tidak demikian, masakan ia tega mengumpankan
isterinya sendiri ke tangan gurunya?
Demikianlah, setelah waktunya dirasa tepat, maka pada
suatu hari Ang-leng Kok-jin kabur meninggalkan Han Sui Nio.
Dan wanita yang selama beberapa tahun menjadi isterinya itu
dibiarkannya terlunta-lunta sendirian menghadapi Giok-bin
Tok-ong.
Dapat dibayangkan, betapa marah, sakit hati dan sengsara
keadaan Han Sui Nio pada waktu itu. Semua pengorbanan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang telah ia lakukan selama ini ternyata sia-sia belaka.
Akhirnya ia tetap tak bisa membalaskan api dendam yang
menyala di dalam hatinya. Bahkan nasib telah menyeretnya ke
dalam lembah kesengsaraan dan penderitaan yang semakin
dalam lagi.
Dan semua kepedihan itu menjadi semakin lengkap pula
ketika ia ketahui dirinya sedang hamil. Ternyata ketegangan
demi ketegangan yang ia alami selama dalam pengejaran
Giok-bin Tok-ong itu telah membuatnya 'lupa' atau kurang
perhatian terhadap keadaan tubuhnya sendiri.
Begitulah, semua cobaan itu tampaknya sudah tidak
tertahankan lagi bagi Han Sui Nio. Demikian beratnya
sehingga ia memutuskan untuk mati saja dari pada terusterusan
hidup di dalam penderitaan.
Jilid 30
Tapi ketika Han Sui Nio dalam keadaan sekarat setelah
minum racun, tiba tiba Giok-bin Tok-ong muncul dan
menolongnya. Han Sui Nio tidak jadi mati. Bahkan wanita
malang itu dirawat dengan baik oleh Giok-bin Tok-ong, walau
pun dibalik semua kebaikan kakek iblis juga terkandung
maksud yang tersembunyi pula.
Tapi Han Sui Nio pun sudah tahu dan bisa meraba pula
maksud kakek iblis tersebut. la takkan dibiarkan mati dahulu
sebelum memberikan keterangan tentang kedua buah pusaka
yang dicurinya itu. Ia baru akan dibunuh apabila pusakapusaka
itu telah kembali ke tangan kakek tersebut.
Namun apa lagi yang ditakutkan oleh wanita yang telah
berputus asa seperti Han Sui Nio itu? Bahkan yang amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diingininya pada waktu itu hanyalah kematian. Lain tidak. Oleh
karena itu ketika kemudian Giok-bin Tok-ong bertanya tentang
pusaka itu, iapun segera mengatakan saja apa adanya,
dengan demikian Han Sui Nio berharap agar nyawanya segera
dikirim ke akherat sehingga maksudnya untuk mati pun segera
terlaksana pula.
Tapi ketenangan dan kenekadan wanita itu justru menarik
perhatian Giok bin Tok-ong malah. Tiba-tiba saja kakek iblis
itu mengurungkan maksudnya untuk membunuh Han Sui Nio.
Bahkan dengan gencar kakek itu lalu mendesak dan berusaha
mengetahui latar belakang kenekadan serta ketenangan Han
Sui Nio tersebut.
Namun serentak tahu bahwa Han Sui Nio hamil, Giok-bin
Tok-ong menjadi kaget sekali! Seperti orang yang bingung dan
ketakutan kakek iblis itu menanyakan ayah bayi itu.
Sebaliknya dengan tenang dan acuh Han Sui Nio menjawab
bahwa dia tak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya
itu. Dari semula memang tidak tahu, sejak kapan ia mulai
mengandung bayi itu.
Dari bingung dan ketakutan tiba-tiba Giok-bin Tok-ong
menjadi berang. Hampir saja Han Sui Nio dibunuhnya.
Untunglah pada saat itu pula datang pertolongan yang tak
disangka-sangka. Tiga orang tokoh puncak Aliran Im-Yang
kauw tiba-tiba datang di tempat itu. Mereka adalah Lo-sinong,
Lo-jin-ong atau Toat-beng-jin, dan Pang Cu-si (Pengurus
Perkumpulan) Song Kang. Lo-sin-ong pada waktu itu belum
buta dan masih menjabat sebagai Ketua atau Kepala Kuil
Agung Aliran Im-Yang Kauw. Dan kedatangan Lo-sin ong itu
ternyata membuat Giok-bin Tok-ong mengurungkan niatnya
untuk membunuh Han Sui Nio. Bahkan kedatangan Lo-sin-ong
dan kawan-kawannya itu membuat Giok bin Tok ong menjadi
malu dan salah tingkah, sehingga tanpa banyak bicara lagi ia
melesat pergi meninggalkan tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian Lo-sin-ong membawa Han Sui Nio, yang
memang bekas murid Im-Yang-kauw itu kembali ke kuil
mereka. Mereka bertiga lalu berusaha membenahi kembali
jiwa Han Sui Nio yang telah rusak itu. Setiap hari mereka
bertiga secara bergantian menggojlog Han Sui Nio dengan
ajaran-ajaran agama mereka, hingga akhirnya wanita itu
menjadi sadar kembali akan dirinya.
Namun ketika wanita itu hendak melahirkan, Lo-sin-ong
terpaksa menyembunyikannya di tempat yang terpencil, yaitu
di dekat Teluk Po-hai untuk menjaga agar aib yang menimpa
Han Sui Nio tersebut tidak menimbulkan citra buruk pada
Aliran Im-Yang-kauw. Begitulah, akhirnya Han Sui Nio yang
telah kenyang mereguk pahit-getirnya kehidupan itu lalu
mendalami agamanya. Dia berusaha menjadi pengikut aliran
Im-Yang-kauw yang tekun, sehingga akhirnya ia bisa menjadi
pendeta dan bahkan mampu menjadi ketua cabang Im-Yangkauw
di teluk Po-hai.
Demikianlah selama hampir duapuluhan tahun kemudian,
tak seorangpun dari mereka yang terlibat di dalam urusan
‘cinta dan dendam' itu saling mengunjungi atau bertemu satu
sama lain. Hubungan antara Ngo-bie-pai dan Tiam-jong-pai
pun menjadi retak. Apalagi setelah Siauw Hong Li
menggantikan gurunya menjadi ketua Ngo-bie-pai.
Pertemuan diantara mereka bertiga baru terjadi satu
setengah tahun yang lalu yaitu ketika para pendekar persilatan
berkumpul di kota Soh-ciu untuk memburu Iblis Penyebar
Maut, yang merajalela menyebar kematian di dunia persilatan.
Tapi di dalam pertempuran sengit di Lembah Dalam, Siauw
Hong Li menjadi korban. Bahkan Ui Bun Ting pun juga terluka
parah pula.
Akan tetapi justru karena itu pulalah benang cinta yang
dahulu pernah terputus antara Ui Bun Ting dan Han Sui Nio
dapat tersambung kembali. Meskipun mereka telah tua,
namun perasaan cinta mereka ternyata tak pernah pudar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berdua lalu berniat untuk mengukuhkan kembali
hubungan mereka itu ke jenjang perkawinan. Tiada istilah
terlambat bagi mereka berdua.
Tapi hanya sehari sebelum pernikahan itu mereka
laksanakan, ternyata siang tadi telah mendapat cobaan
kembali. Secara tak terduga mereka berdua berjumpa dengan
Giok-bin Tok-ong di kota Lai-yin ini. Entah apa maksudnya
tiba-tiba saja kakek iblis itu menyerang Ui Bun Ting dan
melarikan Han Sui Nio.
"Demikianlah ceritanya, Tai-hiap......" Ui Bun Ting menutup
kisahnya sambil menarik napas panjang berulang ulang.
"Tampaknya Thian memang tak pernah mengijinkan aku
kawin dengan Sui Nio..........."
Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee ikut berdesah pula
mendengar kisah yang amat menyedihkan itu. Mereka tak
menyangka bahwa Ui Bun Ting yang terkenal di dunia
persilatan itu memiliki rahasia cinta yang begitu mengharukan.
"Dan......semua cerita tentang Han Sui Nio itu juga baru
kuketahui setahun yang lalu, yaitu ketika hatiku telah
dipautkan kembali satu sama lain. Aku sangat menyesal dan
merasa berdosa kepada Han Sui Hio, sehingga aku bersumpah
akan membahagiakannya di dalam sisa hidupku ini. Tapi
tampaknya Thian tetap tak mengijinkan.........” Ui Bun Ting
menyesali dirinya.
"Ui Ciang-bun, kau jangan terlalu cepat berputus
asa........Kita masih dapat berusaha untuk menemukan
kembali Han Li-hiap. Aku mempunyai dugaan bahwa Han Lihiap
masih tetap sehat dan segar bugar. Giok-bin Tok-ong
takkan tega mencelakakannya.....” tiba-tiba Yap Kiong Lee
membujuk dan membesarkan hati Ui Bun Ting.
"Giok-bin Tok-ong tak tega mencelakakannya.....?
Mengapa.. ..mengapa Yap Tai-hiap berpendapat demikian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee tersenyum. Dipandangnya wajah ketua
partai Tiam jong-pai itu dalam-dalam. Lalu ucapnya yakin,
"Kalau Giok-bin Tok-ong bermaksud membunuh Han Li-hiap,
dia tentu takkan berpayah-payah membawanya dari sini. Dia
tentu mempunyai maksud-maksud tertentu kepada Han Lihiap.
Bukankah Ui Ciang-bun tadi telah menceritakannya pula,
bahwa mereka mempunyai hubungan tertentu di masa silam?"
"Oooh,” Ui Bun Ting berdesah, lalu mengangguk-angguk.
Matanya tertunduk mengawasi lantai di depannya.
"Yaa.,..mereka memang mempunyai hubungan yang amat
akrab di masa silam. Bahkan.......bahkan.....”
"Nah, itulah Ui Ciang-bun........!” Yap Kiong Lee cepat
memotong, untuk mencegah orang-tua itu berkata lebih
lanjut. "Paling-paling Giok-bin Tok-ong ingin mendapatkan
sesuatu keterangan dari mulut Han Li-hiap, yang tak ingin
didengar oleh siapapun juga…”
“Keterangan……? Keterangan tentang apa kira-kira, Taihiap?”
Ketua partai Tiam-jong-pai itu tiba-tiba tersentak.
Dahinya berkerut.
Yap Kiong Lee menghela napas pendek. “Bukankah Ui
Ciang-bun tadi menceritakan bahwa pada waktu itu Han Lihiap
mengandung? Lalu bagaimana dengan bayi yang ada di
dalam kandungannya itu? Inilah yang tentu akan ditanyakan
oleh Giok-bin Tok-ong itu! Sebab…..saya pernah mendapat
keterangan bahwa Giok-bin Tok-ong sangat takut mempunyai
anak."
“Takut mempunyai anak......? Eh, aneh sekali? Tapi kenapa
ia justru senang 'main perempuan’?”
Yap Kiong Lee tertawa. "Itu memang sudah wataknya. Tapi
karena takut mempunyai anak, maka ia selalu membunuh
mati wanita-wanita yang pernah digaulinya!"
“Kecuali……Han Lo-cianpwe!” Liu Yang Kun ikut berbicara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Benar. Tapi Han Li-hiap pun sebenarnya juga hendak
dibunuhnya pula. Namun maksud tersebut menjadi urung
karena kedatangan tokoh-tokoh Im-Yang-kauw itu.”
“Apakah kakek iblis itu takut kepada tokoh-tokoh Im-Yangkauw?”
Liu Yang Kun menyahut lagi.
Yap Kiong Lee tersenyum dan memandang ke arah Liu
Yang Kun. "Bukan karena itu yang menyebabkan Giok-bin
Tok-ong urung membunuh Han Li-hiap. Giok-bin Tok-ong
sendiri tak pernah takut kepada siapapun juga, apalagi
mereka. Meskipun mereka berjumlah tiga orang tak
seorangpun yang kepandaiannya melebihi Giok-bin Tok-ong.
Bahkan kalau mereka bertiga itu mengeroyokpun juga belum
tentu menang. Giok-bin Tok ong merasa segan dan malu
terhadap mereka itu.. .. .”
“Segan dan malu.....? Eh, tampaknya Yap Tai-hiap justru
lebih banyak tahu dari pada saya di dalam urusan ini." Ui Bun
Ting cepat-cepat menukas. "Kalau begitu......ayolah, Taihiap…
lekaslah kauceritakan kepada kami!”
Sekali lagi Yap Kiong Lee tersenyum. Matanya memandang
ketua partai Tiam-jong-pai itu dengan gembira. Ui Bun Ting
kelihatan bersemangat dan tidak loyo lagi.
"Ui Ciang-bun...... ! Aku pernah bertemu dengan Toatbeng-
jin yang pandai meramal itu. Dia bercerita kepadaku
bahwa dia pernah berselisih dengan seorang kakek tampan
yang mahir menggunakan racun. Kakek tampan itu sangat
lihai, sehingga Toat beng-jin tak bisa menandinginya. Satusatunya
jalan bagi Toat-beng-jin untuk menyelamatkan diri
hanyalah dengan cara menunjukkan kelebihannya dibidang
ramal-meramal itu kepada musuhnya........"
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu memandang
dengan heran kepada Yap Kiong Lee. Mereka semua menjadi
heran, bagaimana ilmu meramal bisa untuk menyelamatkan
diri dari kebengisan Giok-bin Tok-ong?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yap Kiong Lee mengetahui keragu-raguan mereka. Oleh
karena itu lanjutnya kemudian. "Memang demikianlah yang
diceritakan oleh Toat-beng-jin kepadaku. Beliau juga tidak
menceritakannya sampai ke hal yang sekecil-kecilnya,
sehingga sayapun juga tidak mengetahuinya pula, bagaimana
ia bisa menyelamatkan dirinya dengan iImu ramalnya itu.
Namun yang jelas Giok-bin Tok-ong tidak jadi membunuh
Toat-beng jin. Bahkan akhirnya kakek iblis itu menjadi begitu
percaya pada ilmu ramal Toat-beng-jin, sehingga ia minta
diramalkan nasibnya di kemudian hari........."
"Lalu.......?" Ui Bun Ting mendesak tak sabar.
“Toat-beng-jin meramalkan bahwa Giok-bin Tok-ong besuk
akan mati ditangan .........menantunya sendiri! itukah
sebabnya dia menjadi ketakutan ketika mengetahui Han li-hiap
mengandung. Namun ketika ia hendak membinasakan Han Lihiap,
tiba-tiba datang Toat beng-jin bersama tokoh Im-Yangkauw
yang lain. Giok-bin Tok-ong menjadi segan dan malu,
apalagi ketika diejek Toat-beng-jin bahwa kakek iblis itu takut
kepada ramalannya.....”
"Oh, jadi itukah sebabnya,” orang-orang yang
mendengarkan di dalam ruangan itu berdesah.
Tiba-tiba Ui Bun Ting tersentak kaget. “Eh, kalau
begitu.....kalau begitu......Sui Nio sekarang berada dalam
bahaya! Kini dia tentu benar-benar akan dibunuh oleh iblis
itu!" serunya gugup.
"Tidak!” dengan cepat Yap Kiong Lee menyanggah. "Sudah
kukatakan bahwa Giok-bin Tok-ong takkan segera membunuh
Han Li-hiap sebelum ia memperoleh keterangan yang
dimaksudkan. Nyawa Han Li-hiap justru tidak diinginkan lagi
oleh iblis itu. Yang diinginkan oleh Giok-bin Tok-ong itu
sekarang adalah........anak yang dulu dikandung oleh Han Lihiap
itu. Nah, .. ...... anak itulah yang kini hendak dicari oleh
Giok-bin Tok-ong melalui Han Li-hiap!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ooooooooh............??” semuanya berdesah lagi.
"Nah, Ui Ciang-bun........pernahkah Han Li-hiap bercerita
tentang anak itu kepadamu? Sebab kalau ia masih hidup,
usianya tentu telah menjelang delapanbelas tahun
sekarang,......, " Yap Kiong Lee bertanya hati-hati.
Tapi Ui Bun Ting tidak segera menjawab. Ketua Partai
Tiam-jong-pai itu tiba-tiba terpekur diam memandangi lantai
rumahnya.
“Maaf, Yap Tai-hiap..... , aku tak bisa mengatakannya. Sui
Nio memang sudah memberitahukannya kepadaku. Tapi juga
memintaku untuk tidak mengatakannya kepada orang laini"
akhirnya ia berkata lirih.
"Ah, maafkanlah aku kalau begitu........” Yap Kiong Lee
cepat-cepat meminta maaf.
Sementara itu udara di luar rumah ternyata sudah menjadi
gelap. Tirai malam sudah mulai membungkus bumi. Para
pelayan di rumah itu juga sudah memasang lampu di pojok
ruangan. Bahkan dua orang pelayan tampak membawa
tempat lilin besar yang hendak mereka taruh di tengah-tengah
ruangan itu.
“Ah.....tampaknya hari telah mulai malam,” tiba-tiba Yap
Kiong Lee berdesis sambil menoleh ke arah Liu Yang Kun.
Kemudian lanjutnya lagi, yang ditujukan kepada Ui Bun Ting
dan pula tuan rumah. "Ui Ciang-bun, perbolehkanlah kami
berdua meminta diri lebih dulu. Kami akan ikut berusaha
mencari Han Li-hiap sampai ketemu."
“Ah, Tai-hiap..... ! Saya justru hanya mengandalkan ji wi
Tai-hiap untuk mendapatkan Sui Nio kembali. Aku sendiri
sudah tidak bisa apa-apa lagi, padahal besok lusa hari
perkawinan kami telah tiba. Dan.....celakanya, aku sendiri
tidak membawa pembantu atau pengawal dari Tiam-jong-pai
!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selesai berkata Ui Bun Ting lalu turun dari kursinya dan
berlutut di depan Liu Yang Kun dan Yap Kiong Lee. Begitu
pula dengan keluarga Ui Bun Ting yang lain. Merekapun lalu
ikut-ikutan berlutut pula di depan Liu Yang Kun dan Yap Kiong
Lee.
Tak enak juga perasaan Yap Kiong Lee diberi hormat
sedemikian rupa oleh seorang ketua partai persilatan besar
seperti Ui Bun Ting itu. Oleh karena itu diapun lalu berlutut
pula di depan Ui Bun Ting dan kemudian mengajaknya berdiri
kembali.
“Aaah …. jangan bersikap begitu, Ui Ciang-bun. Diantara
kita sudah bukan orang lain lagi. Tanpa kauminta pun kami
berdua tentu akan berusaha dengan sekuat tenaga pula.
Kautinggallah baik-baik di s ini kami berdua akan mendapatkan
kembali Han Li-hiap untukmu! Nah …. kami mohon diri dulu !"
Setelah memberi hormat kepada tuan rumah, Yap Kiong
Lee lalu menarik lengan Liu Yang Kun dan mengajaknya pergi
dari tempat itu. Mereka melesat secepat angin, menerobos
daun jendela yang masih terbuka di belakang mereka.
Demikian cepatnya gerakan mereka sehingga seorang ketua
persilatan besar seperti Ui Bun Ting pun masih tetap
menggeleng-gelengkan kepalanya karena kagum.
"Mereka masih muda-muda, tapi kepandaiannya sudah
demikian jauh melampaui aku........”
''Tapi kaupun juga sudah melebihi orang kebanyakan, twako.
Padahal datang dari keluarga yang tak pernah mempelajari
ilmu silat, seperti aku adik-adikmu yang lain itu,” adik Bun
Ting yang berusia setengah baya itu menyahut.
Sekali lagi Ui Bun Ting mengangguk-angguk. Lalu tanpa
berkata apa-apa lagi dia melangkah perlahan-lahan ke ruang
dalam, diikuti oleh ibu dan adik-adiknya.
Sementara itu di luar rumah Liu Yang Kun bertanya kepada
Yap Kiong Lee.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kemana kita pergi.....?"
"Pangeran….! Giok-bin Tok-ong tidak pernah menyukai
tempat-tempat yang ramai. Maka dari itu kita lebih baik pergi
keluar tembok kota dan melihat-lihat di tempat yang sepi.
Sekalian singgah di bangunan kuno itu. bukankah pangeran
masih berkeinginan untuk pergi ke sana ?"
Liu Yang Kun tersenyum. "Tentu saja. Bukankah sejak
semula kita ingin pergi ke sana?”
“Nah! Kalau begitu mau tunggu apalagi? Marilah
pangeran....... !" Yap Kiong Lee berkata, kemudian
mendahului melangkahkan kakinya.
“Tapi......ehm, apakah kita tidak singgah dulu di
penginapan untuk melihat kalau-kalau nona Souw sudah
kembali?” Liu Yang Kun bertanya ragu.
"Ah .....kukira tak perlu, pangeran. Bukankah dia sudah
mengatakan bahwa dia akan pulang agak malam?” Yap Kiong
Lee menjawab tanpa mengendorkan langkahnya.
Liu Yang Kun terpaksa mengejar langkah jagoan istana itu.
Mereka mengambil jalan yang sepi sehingga sebentar saja
mereka telah keluar pintu gerbang kota. Kemudian mereka
berjalan menyusuri pinggiran parit yang mengelilingi tembok
kota itu. Bulan belum lagi muncul. Langit masih tampak geIap.
Hanya bintang-bintang saja yang tampak di sana. Sedangkan
di sekeliling mereka hanya terdengar suara nyanyian binatang
malam yang bersautan tiada hentinya.
Mereka berjalan cepat. Meskipun demikian mereka selalu
waspada dan siaga penuh. Bahkan mereka selalu
memperlambat langkah mereka apabila merobos hutan atau
melalui tempat-tempat yang gelap dan mencurigakan.
Beberapa kali mereka dibuat kaget oleh munculnya binatangbinatang
hutan yang berkeliaran mencari mangsa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun sampai mereka itu berpisah kembali ke pintu
gerbang semula, Giok-bin Tok-ong tetap tidak dapat mereka
temukan.
"Hmm..... kemanakah kita mencari lagi?” Liu Yang Kun
berbisik lesu. Kakinya melangkah ke pintu gerbang, untuk
masuk ke dalam kota kembali.
“Maaf, pangeran......Memang sulit mencari seseorang tanpa
mengetahui jejak-jejaknya. Apalagi mencari seorang tokoh
sakti seperti Giok-bin Tok-ong itu. Lebih baik kita ke.........
heiii...... pangeran! lihat!” Tiba-tiba Yap Kiong Lee berseru
tertahan.
Sebuah kereta kecil tampak berpacu keluar dari dalam kota.
Kuda penghelanya yang tidak begitu besar namun tampak
kokoh kuat menghelanya di jalan yang berdebu. Sekilas
tampak wajah seorang kakek tua berambut panjang duduk
melenggut di dalamnya. Dan Yap Kiong Lee takkan melupakan
wajah kakek tua dan Kereta itu!
“Siapa.......???" Liu Yang Kun berdesah sambil mengerutkan
keningnya.
"Bu-tek Sin-tong! Dialah tokoh yang kita cari siang tadi!
Mari kita ikuti dia!”
"Bagaimana dengan Giok-bin Tok ong?”
"Sudahlah! Nanti kita cari lagi dia! Yang perlu kita ikuti dulu
Jago Silat Nomer Tiga Di Dunia ini! Tapi kita harus hati
........eh? Pangeran, lihat.......!” sekali lagi Yap Kiong Lee
berseru tertahan. Jari telunjuknya menuding ke arah pintu
gerbang lagi.
Seorang wanita dengan wajah yang hampir tertutup oleh
rambut panjangnya sendiri kelihatan melesat keluar dari dalam
pintu gerbang tersebut. Begitu cepatnya bayangan itu
melintas di bawah lampu yang tergantung di atas pintu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerbang, sehingga apabila mereka tidak sedang kebetulan
melibat ke sana tak mungkin mereka bisa mengetahuinya.
“Si-siapa......dia......??” Liu Yang Kun berseru tertahan pula.
"Entahlah ! Saya tidak tahu. Tapi yang jelas dia sedang
mengejar kereta Bu-tek Sin-tong tadi. Pangeran, marilah kita
buntuti mereka......!” jawab Yap Kiong Lee tegang.
Kemudian dengan cepat jagoan dari Istana itu meloncat ke
dalam gelap mengejar bayangan wanita tadi. Dan Liu Yang
Kun pun tak ada pilihan lagi selain mengikutinya. Keduanya
mengerahkan seluruh kemampuan mereka, sehingga tubuh
mereka bagaikan bayangan yang melesat di dalam kegelapan.
Empat atau lima langkah yang pertama Yap Kiong Lee
memang dapat membarengi langkah Liu Yang Kun, tapi pada
langkah-langkah selanjutnya jagoan dari istana itu menjadi
semakin jauh tertinggal di belakang. Itupun Liu Yang Kun
telah sedikit mengendorkan langkahnya, karena
bagaimanapun juga pemuda itu masih menghormati perasaan
Yap Kiong Lee, Namun setelah jarak itu semakin menjadi jauh
dan Yap Kiong Lee sudah tidak dapat menyaksikan lagi
gerakan kakinya, Liu Yang Kun lalu betul-betul mengerahkan
Bu-eng Hwee-tengnya. Dan sekejap saja tubuhnya telah
lenyap di dalam gelap.
Demikianlah, selagi Yap Kiong Lee menjadi kebingungan
karena telah kehilangan jejaknya, Liu Yang Kun sendiri telah
berada jauh di tengah-tengah hutan pohon cemara. Seperti
halnya Yap Kiong Lee ternyata pemuda itu juga telah
kehilangan jejak kereta Bu-tek sintong dan wanita
pengejarnya itu.
''Sungguh mengherankan sekali! Masakan di dunia ini ada
seekor kuda yang memiliki gin-kang seperti halnya manusia
berilmu tinggi? Baru saja kereta itu lewat. Bahkan suara
gesekan roda besinyapun juga masih dapat kutangkap dengan
telingaku pula. Tapi mengapa tiba-tiba saja aku telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kehilangan jejaknya? Masakan kereta itu bisa menghilang
begitu saja bersama penumpangnya? Aneh..........?"
Liu Yang Kun lalu melangkah dengan hati-hati di bawah
bayang bayang pohon cemara itu. Dikerahkannya seluruh lwee
kangnya untuk mempertajam kemampuan mata dan
telinganya, agar ia mampu menangkap suara-suara ataupun
benda-benda yang paling lemah sekalipun.
"Krreek! Kresek.........!” tiba-tiba terdengar suara benda
berat bergeser.
Liu Yang Kun cepat melompat dan menyeberangi jalan itu.
Kemudian ia melongok ke dalam jurang dimana suara tersebut
terdengar. Dan betapa terkejutnya hatinya tatkala
menyaksikan kereta Bu-tek Sin-tong itu di sana. Ternyata
kereta itu terguling di dasar jurang yang menganga di pinggir
jalan tersebut.
Bagaikan seekor kera Liu Yang Kun berloncatan turun
dengan tangkasnya. Walaupun gelap pemuda itu mampu
melihat dan memilih tempat berpijak dengan baik. Bahkan
dengan ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna pemuda
itu boleh dikatakan 'melayang' dari pada 'berloncatan’.
Tapi sampai di dasar jurang pemuda itu tertegun. Kereta
itu memang kereta yang dilihatnya di pintu-gerbang kota tadi.
Dan keadaannya sudah berantakan, sementara kuda
penghelanya juga sudah mati pula. Namun anehnya......... tak
seorangpun yang ia jumpai di tempat itu, baik Bu-tek Sin-tong
maupun wanita yang mengejarnya itu. Bahkan kusir atau
pengemudi kereta itupun juga tak djumpainya pula.
"Hmm.........aneh benar! Dimana orang-orang itu? Apakah
Bu-tek tong telah meloncat menyelamatkan dirinya sebelum
kereta itu hancur di jurang? Tapi.......bagaimana dengan
kusirnya? Apakah kusir kereta itu pandai ilmu silat pula?”
Karena penasaran Liu Yang Kun mencoba meneliti keadaan
di sekitar. Ditengoknya tempat-tempat yang mencurigakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sekiranya dapat dipergunakan untuk bersembunyi.
Bahkan ia melangkah menyusuri dasar jurang sampai
beberapa puluh tombak jauhnya.
Benar juga dugaannya. Duapuluh tombak jauhnya dari
bangkai kereta ia menemukan tubuh kusir kereta tersebut.
Tubuhnya tergolek di atas bebatuan menantikan datangnya
ajal yang akan menjemputnya.
Liu Yang Kun bergegas memeriksanya. Namun orang itu
memang tidak bisa diselamatkan lagi. Tubuhnya telah terluka
parah. Bahkan kaki-tangannya juga telah patah pula.
Tampaknya orang itu tidak bisa silat sama sekali, sebab ketika
keretanya jatuh dari bibir jurang, ia tidak bisa menyelamatkan
dirinya. Namun sebelum menghembuskan napasnya yang
penghabisan, Liu Yang Kun masih sempat memperoleh
keterangan tentang Bu tek Sin-tong dan wanita pengejarnya.
"Kakek Iblis.......kakek iblis itu....lari ke dalam gua di…..
didekat pohon Siong itu! Dan... dan… kun.....kunti-la-nak
itu.......mengejarnya!”
"Kuntilanak..........???" Liu Yang Kun berseru kaget seraya
mengguncang tubuh kusir kereta tersebut, namun nyawa
orang itu telah terlanjur pergi meninggalkan jasadnya.
Otomatis Liu Yang Kun memandang ke tempat yang
ditunjuk oleh kusir kereta itu. Dan kebetulan pula bulan yang
hanya seiris kecil itu muncul dari balik awan, sehingga jurang
yang gelap itu menjadi sedikit terang karenanya.
Liu Yang Kun melihat sebuah lobang tampak di lereng
jurang. Tempatnya tidak jauh dari sebatang pohon Siong tua
yang lebat daunnya. Ada sebuah aliran mata air yang keluar
dari lobang itu.
Sebenarnya ada perasaan khawatir juga di hati Liu Yang
Kun untuk memasuki lobang gua tersebut, Namun ketika
lapat-lapat telinganya mendengar suara pertempuran di
dalamnya, hatinya tidak bisa ia kendalikan lagi. Bergegas ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melompat masuk, setelah tentu saja menyiapkan seluruh
kemampuannya.
Semuanya kelihatan gelap gulita. Tapi dengan tenaga sakti
Liong-cu-I-kangnya Liu Yang Kun mampu melihat dan
menembus kegelapan itu dengan matanya. Bahkan dengan
tenaga saktinya yang dahsyat itu pula mata Liu Yang Kun
menjadi mencorong seperti naga di dalam kegelapan.
Sekilas pandang saja Liu Yang Kun telah melihat dengan
jelas semua yang ada di dalam gua tersebut. Seorang kakek
cebol berambut panjang tampak sedang bertarung seru
melawan seorang kakek berwajah tampan. Sementara di
pinggir gua itu tampak seorang nenek, masih kelihatan sisasisa
kecantikannya, sedang menangisi seorang wanita muda
yang terkapar pingsan di lantai gua. Dan juga hanya dalam
sekilas pandang pula Liu Yang Kun segera mengenal bahwa
wanita yang pingsan tersebut adalah wanita yang tadi
mengejar kereta Bu-tek Sin-tong itu.
Liu Yang Kun menggeram. Ia segera mengenal kakek
tampan yang sedang bertempur melawan kakek cebol itu.
"Hmmm....... Giok-bin Tok-ong! Jadi kakek inilah yang
menurut Lo-sin-ong dan Tiauw Li Ing telah ikut mengeroyok
serta melukai aku! Dan...... kakek cebol itu tentulah Bu-tek
Sin-tong kakek yang ada di dalam kereta itu."
Hanya kedua wanita itu saja yang belum diketahui oleh Liu
Yang Kun.
"Kusir kereta tadi menyebut wanita muda itu dengan
sebutan........ kuntilanak! Hmm,........ benarkah dia itu
kuntilanak yang dikejar-kejar orang selama ini? Lalu siapa pula
wanita tua yang menangisinya itu? Eh, jangan-jangan dia
adalah Han Sui Nio yang diculik oleh Giok-bin Tok-ong itu? Ah,
benar........! Jangan-jangan memang dia. Menilik pakaiannya
dia memang seperti seorang pendeta wanita...........”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan mengendap-endap Liu Yang Kun lalu bergeser
mendekati kedua wanita itu. Tak seorangpun tahu
kedatangannya karena semuanya tercekam oleh kesibukan
mereka masing-masing.
"Oueek.....oouek........ouuuuoeek!” tiba-tiba terdengar
suara tangis bayi. Liu Yang Kun terkejut. Ternyata wanita
muda yang pingsan itu mendekap bayi di dadanya. Dan bayi
tersebut ternyata masih hidup pula.
"Ouh...... wanita muda itu membawa bayi?" pemuda itu
berdesah dan otomatis pikirannya teringat pada khabar
burung tentang hantu kuntilanak pengganggu anak kecil itu.
Liu Yang Kun lalu mendekat lagi. Dengan bersembunyi di
belakang batu besar yang menjorok keluar dari dinding gua,
pemuda itu hanya beberapa langkah saja jaraknya dari kedua
orang wanita itu. Dan dari tempat tersebut Liu Yang Kun
benar-benar bisa melihat dengan jelas kedua orang itu.
"Tui Lan....... ..Tui Lan..........oough!'' tiba-tiba terdengar
wanita tua itu merintih lemah. "Kau.....kau jangan mati, nak!
Lihatlah, ibumu datang!"
Liu Yang Kun mengerutkan dahinya. Tiba-tiba saja hatinya
bergetar dengan keras. Nama yang disebutkan oleh wanita tua
itu bagaikan palu besi yang tiba-tiba menghantam dinding
ingatannya, sehingga ingatannya yang tertutup oleh jarumjarum
yang ditanam oleh Lo-sin-ong itu seperti bergetar
dengan hebatnya.
“Tui Lan..........?! Oh, rasa-rasanya aku pernah mendengar
nama itu....” pemuda itu tiba-tiba menjambak rambutnya
seraya berbisik lemah sekali.
"Oueek.......ouuueek............Oueeeeoek!” bayi yang ada di
dalam pelukan wanita muda itu menangis lagi.
"Nah, Tui Lan........lihatlah! Anak yang kau perebutkan
dengan Bu-tek Sin-tong itu menangis. Sadarlah....Kaubujuklah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia! Aku......, aku tak tahan mendengar tangisnya.......” wanita
tua itu meratap lagi.
Liu Yang Kun tertegun. "Anak yang diperebutkan dengan
Bu-tek Sin-tong. Oh, apa artinya ini?" desahnya semakin
bingung.
"Heii......? Siapa di situ? Ayoh, keluar !!" tiba-tiba wanita
tua itu menoleh ke tempat persembunyian Liu Yang Kun dan
membentak keras.
Ternyata desah napas Liu Yang Kun tadi telah didengar
oleh wanita tua itu. Padahal hanya sekejap saja pemuda itu
tadi terguncang perasaannya. Namun hal itu ternyata telah
mempengaruhi pemusatan ilmunya sehingga desah
napasnyapun lalu menjadi berat dan akibatnya didengar oleh
telinga perempuan tua tersebut.
Karena telah diketahui lawannya maka Liu Yang Kun tak
bisa terus bertahan di tempat persembunyiannya. Pemuda itu
terpaksa keluar dari belakang batu besar tersebut.
"Siapakah yang datang itu, Sui Nio?" Giok-bin Tok-ong tibatiba
berteriak.
"Alaaa......kau tak perlu mencari-cari alasan untuk
menghentikan pertarungan kita! Siapapun yang datang kita
tak perlu mempedulikannya! Yang penting kita selesaikan dulu
urusan kita! Kaulah tadi yang memulainya. Kaulah tadi yang
tiba tiba mencampuri urusanku! Oleh karena itu pula kau tidak
boleh menghentikannya begitu saja! Kau harus memikul
tanggung jawabnya! Huh!” Kakek kerdil yang tidak lain
memang Bu-tek Sin-tong itu memaki-maki Giok-bin Tok-ong.
"Manusia Kerdil! Manusia Kura-kura .......!” Giok-bin Tokong
balas mengumpat tak kalah kerasnya. ''Siapa yang hendak
mencari-cari alasan, heh ? Ou, Monyet Busuk! Kau kira aku
takut menghadapi monyet kerdil macam kau ini, heh? Kurang
ajar......!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha.......kau menjadi marah, bukan? Nah…. itu tandanya
kata-kataku tadi benar! Hehehehe .......... !"
Bu-tek Sin-tong terus saja mengejek dan sama sekali tidak
tersinggung oleh sumpah serapah lawannya.
“Keparat ! Lihat Cit-hoam-tok-ciamku (Jarum Tujuh
Langkahku)..........!"
Bu-tek Sin-tong terkejut. "Apa? Kau mulai mempergunakan
senjata-senjata racunmu? Apakah engkau tidak takut kalau
racun ganas itu mengenai kekasihmu sendiri, heh?”
Sambil mengolok-olok Bu-tek Sin-tong melayang ke
samping, sehingga jarum itu luput mengenai tubuhnya.
Bahkan kemudian dalam waktu yang bersamaan kakek kerdil
itu balas menyerang pula dengan lemparan paku-pakunya.
“Gila! Bocah sinting......!” dalam kagetnya Giok-bin Tok-ong
mengumpat lagi.
Kemudian dengan cepat iblis dari Lembah Tak Berwarna itu
mengebutkan lengan bajunya. Whuuuus! Serangkum angin
yang sangat kuat menghembus ke arah paku-paku itu!
Ting! Ting! Ting!
Paku-paku itu seperti tertahan oleh sebuah tirai besi yang
tak kelihatan, kemudian jatuh berdentangan di lantai gua. Tapi
ketika Giok-bin Tok-ong bermaksud melangkahinya, tiba-tiba
paku-paku tersebut meledak dan menyemburkan serbuk besi
ke kakinya. Dan serbuk besi tersebut ternyata juga
mengandung racun pula.
"Bangsat......!” Giok-bin Tok-ong yang tak menduga akan
hal itu menjerit kaget dan bergegas menghindarkan diri.
Sementara itu di luar arena tersebut Han Sui Nio sedang
berdiri terbelalak mengawasi Liu Yang Kun. Walaupun suasana
amat gelap, tapi tokoh dari Aliran Im-Yang-kauw itu mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat lawannya dengan jelas. Apalagi jarak mereka cuma
empat atau lima langkah saja jauhnya.
"Kau.....kau siapa? Le-lekas jawab!" pendeta wanita itu
membentak lagi. Namun kini suaranya sudah tidak segarang
tadi dan bahkan agak gugup. Sinar mata lawannya yang
mencorong seperti mata naga itu benar-benar mengejutkan
hatinya.
Diam-diam Liu Yang Kun menelan ludahnya. Perasaannya
juga tidak kalah tegangnya. Secara tak sengaja ia justru dapat
menemukan persembunyian Giok bin Tok-ong.
"Jadi.......lo-cianpwe ini benar-benar Han Sui Nio dari Aliran
Im-Yang-kauw itu? Aah .......sungguh kebetulan sekali.
Kedatanganku kemari memang untuk mencari Lo-cianpwe.
Sungguh-sungguh tak terduga............"
Wajah Han Sui Nio menjadi pucat! Bibirnya bergetar. Dan
sekilas ia menoleh ke arena, seolah-olah takut kalau kata-kata
Liu Yang Kun itu akan didengar oleh Giok-bin Tok ong.
"Le-lekas katakan! Mengapa kau tak mau menjawab juga?
Sia-siapa kau... Apakah kau teman Ui Bun Ting?
Bagaimanakah keadaannya? Apakah ia masih hidup?"
desahnya kemudian dengan tegang dan gelisah.
"Benar, saya adalah teman Ui Ciang bun. Beliau selamat.
Kini sedang menunggu lo-cianpwe di dalam kota. Marilah kita
pergi dari tempat ini. Tapi ehm, siapakah wanita muda yang
membawa bayi ini? Apakah dia.......?"
Liu Yang Kun menunjuk ke arah tubuh Tui Lan yang
terbaring diam di lantai gua. Ada semacam perasaan aneh
yang bergejolak di dalam dada pemuda itu. Namun karena
'ingatan masa lalunya' telah hilang, maka ia tetap tak dapat
mengenali wajah Tui Lan. Cuma nalurinya saja yang tiba-tiba
merasa sangat dekat dan ingin sekali mendekati wanita muda
itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi ketika Liu Yang Kun hendak melangkah mendekatinya,
tiba-tiba Han Sui Nio melejit menghalanginya.
"Jangan! Biarlah aku sendiri yang membawanya! Dia
terluka dalam oleh pukulan Bu-tek Sin-tong." pendeta wanita
itu mencegah. Kemudian dengan tangannya sendiri ia
mengangkat tubuh Tui Lan beserta bayinya dan membawanya
keluar dari dalam gua itu.
“Hei, Sui Nio.........! Mau ke mana kau, heh?" terdengar
suara teriakan Giok bin Tok ong.
Han Sui Nio tertegun. Otomatis langkahnya berhenti.
Dengan bibir gemetar dia menatap Liu Yang Kun.
“Teruslah! Lo-cianpwe tak usah takut! Biarlah aku yang
menghadapinya nanti. Aku sudah biasa berhadapan dengan
kakek iblis itu dan......aku masih tetap segar bugar sampai
sekarang!" Liu Yang Kun membesarkan hati Han Sui Nio.
"Sui Nio.,.....!!! Siapa orang itu?” sekali lagi Giok-bin Tokong
berteriak keras sekali,
"Lo-cianpwe, lekas........ .! Engkau sudah ditunggu-tunggu
oleh Ui Ciang-bun. Cepat!" Liu Yang Kun menggeram, dan
tiba-tiba saja matanya semakin tampak mencorong
menakutkan.
“Ya.....,yaa, aku akan keluar...." seperti terkena oleh daya
magis Han Sui Nio mengangguk dan bergegas keluar.
"Heeii , ,,! ! ! Mau kemana kau?" untuk yang ketiga kalinya
Giok-bin Tok ong membentak. Kali ini suaranya benar benar
menggeledek memekakkan telinga. Pasir dan kotoranpun
sampai berhamburan ke bawah menimpa mereka bertiga.
"Hei......bayi itu jangan dibawa pergi!" Bu-tek Sin-tong juga
berseru pula.
Kemudian seperti berlomba kedua kakek sakti itu saling
menahan pukulan mereka lalu bersama-sama menerjang ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pintu gua untuk mengejar Han Sui Nio. Dengan gin-kangnya
yang hebat, yang mampu membuat tubuhnya menjadi
seringan kapas Bu-tek Sin-tong tampak melayang lebih cepat
dari pada Giok-bin Tok-ong.
Namun pada saat yang hampir bersamaan, tubuh Liu Yang
Kun juga melesat dengan cepat menghadang mereka. Dan
sedetik kemudian mereka sudah siap untuk saling bertubrukan
di dekat pintu gua. Tapi sebelum saat yang berbahaya itu
terjadi, masing-masing secepat kilat telah mengerahkan
tenaga dalamnya dan kemudian menghentakkannya ke depan
untuk menyingkirkan lawan-lawannya terlebih dahulu. Dan
karena Liu Yang Kun berada di arah yang berlawanan dengan
kedua orang lawannya, maka otomatis ia seperti menerima
hentakan dua gelombang tenaga sekaligus.
Dan sesaat kemudian Liu Yang Kun seperti diterpa oleh
hembusan angin yang maha dahsyat. Bahkan diantara tiupan
angin yang hendak menggulung tubuhnya itu, Liu Yang Kun
mencium bau busuk yang memuakkan pula.
"Gila!" pemuda itu mengumpat di dalam hati.
Kemudian dengan cepat Liu Yang Kun menggeser kakinya
ke samping. Pemuda itu merasa betapa berat dan kuatnya
tenaga gabungan tersebut, sehingga ia tidak berani
menghadapinya dari depan. Terpaksa ia menggeser ke
samping dan kemudian baru berani menyongsongnya dengan
sekuat tenaganya. Meskipun demikian akibat dari benturan
tersebut ternyata tetap hebat sekali.
Whuuuaaauuusssh!
Sekejap tubuh Bu-tek Sin-tong dan Giok-bin Tok-ong
seperti tertahan oleh bentakan tenaga Liu Yang Kun, Bahkan
setelah itu tubuh mereka seperti didorong dengan kuatnya ke
belakang. Dan sedetik kemudian tubuh mereka benar-benar
terbanting ke samping dengan hebatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekilas masih kelihatan wajah Butek Sin-tong dan Giok-bin
Tok-ong yang tiba-tiba menjadi pucat pasi. Bahkan sekilas
masih tampak pula matanya yang terbelalak seolah tak
percaya. Namun itu semua segera hilang setelah tubuh
mereka terbentur ke dinding gua dengan dahsyatnya!
Tapi pada saat itu pula tubuh Liu Yang Kun yang menerima
gempuran tenaga gabungan mereka, juga terlempar dengan
kuatnya keluar pintu gua!
"Oooh.......?!" Han Sui Nio yang hampir tertimpa tubuh Liu
Yang Kun menjerit kaget.
Tapi dengan tangkas Liu Yang Kun berdiri tegak kembali.
"Jangan hiraukan saya! Saya tidak apa-apa! Cepatlah locianpwe
menghindar dari tempat ini!" serunya kemudian
dengan tergesa-gesa.
"Tapi ....?" Han Sui Nio menjawab ragu, karena
bagaimanapun juga dia tak enak hati untuk meninggalkan
orang yang menolongnya di dalam bahaya.
"Percayalah kepada saya! Kedua iblis tua itu tak pernah
bisa mengalahkan saya!" sekali lagi Liu Yang Kun
membesarkan hati pendeta wanita itu. "Lekaslah! Cuma saya
minta tolong, kalau lo-cianpwe di jalan nanti berjumpa dengan
Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, harap memberitahukan
kepadanya bahwa aku berada di tempat ini. Katakan pula
bahwa Giok-bin Tok-ong sudah saya ketemukan..............”
"Hong-lui-kun Yap Kiong Lee pendekar dari istana itu......?”
Han Sui Nio berdesah kaget.
Tapi dengan cepat Liu Yang Kun mendorong wanita tua itu,
karena dari dalam gua telah terdengar sumpah serapah Giokbin
Tok-ong. Bahkan bersamaan dengan perginya Han Sui Nio,
tokoh puncak dari perguruan Lembah Tak Berwarna itu telah
muncul pula dengan langkah terhuyung- huyung. Dan kakek
tampan itu tidak dapat segera melihat Liu Yang Kun karena
kedua belah tangannya sedang sibuk mengusap dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membersihkan debu serta pasir yang mengotori rambut,
wajah dan pakaiannya. Di belakangnya tampak Bu-tek Sintong
yang juga sibuk pula membersihkan rambutnya. Hanya
bedanya kakek kerdil itu tidak terhuyung-huyung seperti Giokbin
Tok-ong walaupun sebentar-sebentar ia tak bisa
menyembunyikan batuknya. Ternyata keduanya telah
terpengaruh juga oleh pukulan sakti Liu Yang Kun.
''Bangsat kurang ajar! Setan! Demit ! Iblisss.......! Siapa
sebenarnya bocah itu, heh? Berani benar dia melawan Giokbin
Tok-ong! Huh! Akan kucari mayatnya ! Lalu akan kuceraiberaikan
bangkainya dan kemudian akan kusebar pula tulang
belulangnya agar puas hatiku! Bangsat... !"
"Jangan cuma membuka mulut saja! Ayoh..... lekas kita cari
dia! Dia tentu sedang dalam keadaan sekarat sekarang," Butek
Sin-tong membentak kesal.
Giok-bin Tok-ong menoleh dengan marah. ''Sekarat
katamu? Mana ada kesempatan untuk sekarat lagi baginya?
Mana ada orang yang mampu menerima tenaga gabungan
kita di dunia ini? Jangankan bocah itu, Bun-hoat Sian-seng
pun takkan kuat menghadapi tenaga gabungan kita! Huh! Aku
tanggung nyawanya tentu sudah lebih dahulu terbang ke
langit sebelum ia menerima pukulan kita. he-he-he........!
Mungkin kita sekarang justru mendapat kesulitan untuk
mencari sisa-sisa tubuhnya. Atau mungkin kita hanya
akan…....hah???"
Tiba-tiba kakek tampan itu terbelalak. Hampir saja dia
menabrak Liu Yang Kun, orang yang dikiranya sudah mati itu.
"Sssssin... ... Tttttooooong ?” kakek tampan itu memanggil
Bu-tek Sin-tong dengan suara gugup dan ketakutan. Hampirhampir
saja ia lari meninggalkan tempat itu.
"Hei...... kenapa kau? Apa kau.....hah?" tiba-tiba Bu-tek
Sin-tong berteriak tinggi pula. Seketika wajahnya menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pucat. Apa lagi ketika kemudian ia mengenali wajah Liu Yang
Kun.
Tapi memang tidak mengherankan bila kedua kakek sakti
itu menjadi kaget dan ketakutan ketika melihat wajah Liu
Yang Kun. Selain mereka tidak memiliki bayangan bahwa yang
mereka hadapi itu adalah Liu Yang Kun, mereka sendiri juga
tidak menyangka pula kalau pemuda itu ternyata masih hidup.
Bagi Bu-tek Sin-tong, pemuda itu sudah lama mati,
terkubur di Lembah Dalam satu tahun yang lalu. Pada waktu
itu secara kebetulan dia juga sedang bersama-sama dengan
Giok-bin Tok-ong pula. Bahkan dia juga melihat sendiri,
bagaimana pemuda itu tertimbun oleh bukit yang longsor ke
bawah. Adalah tidak mungkin kalau pemuda itu bisa
menyelamatkan diri dalam timbunan tanah itu. Maka dari itu
betapa kagetnya dia ketika tiba-tiba melihat wajah Liu Yang
Kun di tempat tersebut.
Sebaliknya bagi Giok-bin Tok-ong yang sudah memperoleh
kesempatan berjumpa dengan Liu Yang Kun beberapa hari
yang lalu, pertemuan yang kedua ini benar-benar
menimbulkan rasa takut di dalam hati sanubarinya. Bagaimana
tidak. Sudah beberapa kali pemuda itu lolos dari maut. Baik
dari timbunan bukit longsor yang maha dahsyat itu maupun
dari keganasan peluru pek-lek-tan-nya. Bahkan yang terakhir
kalinya dia merasa telah menewaskan pemuda itu di dalam
ledakan pek-lek-tannya beberapa hari yang lalu. Maka dari itu
sungguh tidak mengherankan bila ia menjadi ketakutan begitu
melihat wajah Liu Yang Kun kembali. Ia merasa seperti
berjumpa dengan 'hantu’ Liu Yang Kun.
"Kau...... kau.......kau masih hidup juga? Kau tidak hancur
terkena ledakan peluru pek-lek-tanku itu?" Giok-bin Tok-ongberdesah
gemetar seraya mundur mundur sehingga hampir
menginjak kaki Bu-tek Sin-tong.
"Ba-bagaimana dia keluar dari timbunan bukit longsor itu,
Tok-ong? Apakah ia memiliki ilmu tikus tanah?" kakek kerdil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu bertanya pula. Nada suaranya juga amat heran dan tak
percaya.
Liu Yang Kun mengertakkan giginya. "Hmh...... jadi
memang benar kau yang melukai aku beberapa hari yang lalu?
Bagus! Kalau begitu tak sia-sia aku mencarimu, Giok-bin Tokong!
Hemmm ........ manakah temanmu yang lain itu? Dimana
pula orang yang bernama Bok Siang Ki itu?"
Giok-bin Tok-ong semakin menjadi gugup. Ditolehnya Butek
Sin-tong yang berdiri di sampingnya, seolah-olah ia ingin
mencari bantuan kepada kakek kerdil itu. Tapi kakek kerdil itu
sendiri seakan-akan juga sudah mencium pula bahaya yang
akan ia hadapi bila ia ikut-ikutan memusuhi pemuda itu. Oleh
karena itu dengan cerdik ia melangkah ke samping, menjauhi
Giok-bin Tok-ong.
“Hmm,....... tampaknya kau memang suka mencampuri
urusan orang, sehingga di mana-mana engkau mendapatkan
musuh. Belum juga urusan diantara kita selesai, urusan yang
lain telah menghadangmu. Nah, kalau begitu......biarlah aku
mengalah dahulu. Kauselesaikan dulu urusanmu dengan
pemuda ini, aku akan pergi mengurus masalahku sendiri!"
Kakek kerdil itu cepat-cepat berkata.
Begitulah, selesai berkata Bu-tek Sin-tong segera beranjak
dari tempatnya. Kakek cebol tersebut bermaksud untuk
mengejar Han Sui Nio dan merebut kembali bayi yang ada di
dalam pelukan Tui Lan.
Tapi belum juga dua langkah kakek cebol itu bergerak, Liu
Yang Kun sudah lebih dahulu menghadangnya.
"Berhenti ! Kau juga tidak boleh pergi dari tempat ini !"
hardik pemuda itu keras-keras.
“Apa......? Kurang ajar! Kau berani membentak aku?" Butek
Sin-tong tiba-tiba menggeram marah. Matanya mendelik
ganas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebenarnya diantara Liu Yang Kun dan Bu-tek Sin-tong
tidak pernah terjadi perselisihan apa-apa. Mereka sudah
beberapa kali bertemu sebelumnya. Walaupun di dalam setiap
pertemuan itu mereka sering berada di pihak yang
berlawanan. Namun demikian di antara mereka tak pernah
ada dendam pribadi atau sakit hati. Dan selama ini Liu Yang
Kun selalu bersikap segan dan hormat kepada Bu-tek Sintong.
Maka bisa dimengerti kalau kakek Kerdil itu menjadi
marah mendengar bentakan Liu Yang Kun tersebut. Padahal
semua itu dilakukan oleh Liu Yang Kun karena ia sudah lupa
atau tidak mengenal kakek itu lagi.
"Persetan! Pokoknya tak seorangpun aku perbolehkan
mengganggu wanita-wanita itu!” Liu Yang Kun menggeram
pula tak kalah kakunya.
"Huh! Apa hubunganmu dengan mereka? Kenapa kau
membelanya?”
”Aku tak punya hubungan apa-apa dengan mereka. Tapi
aku merasa berkewajiban untuk melindungi mereka dari
gangguan orang-orang jahat seperti kalian ini."
"Kurang ajar! Kau memang sudah bosan hidup! Lihat
pukulan ......!" Butek Sin-tong menjerit berang, kemudian
menyerang Liu Yang Kun dengan ganasnya.
"Bagus, Sin-tong! Anak itu memang perlu mendapat
pelajaran agar tidak menjadi sombong!” Giok-bin Tok-ong
segera bertepuk tangan dan berteriak memanasinya.
"Diam! Tunggulah, kaupun akan kulabrak pula nanti! Kita
juga punya urusan yang belum terselesaikan !" sambil
bertempur Bu-tek Sin-tong masih sempat juga memaki.
"Baik! Apa kaukira aku juga takut kepadamu, Manusia
Kura-kura?" Giok-bin Tok-ong menjawab tantangan itu dengan
makian pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu pertarungan antara Liu Yang Kun dan Bu-tek
Sin-tong semakin menjadi seru juga. Masing-masing segera
mengeluarkan ilmu andalan mereka, karena masing-masing
sudah pernah melihat mutu kepandaian lawannya.
Mula-mula Liu Yang Kun hanya mengeluarkan ilmu warisan
Keluarga Chin. Tapi ketika ia mulai terdesak oleh ilmu
lawannya, maka ia lalu menggantinya dengan salah sebuah
dari ilmu warisan Bit-bo-ong almarhum, yaitu ilmu silat Kimliong
Sin-kun. Namun ilmu yang inipun juga tidak dapat
berbuat banyak terhadap lawannya. Selain ia tak membawa
badik pusaka, ia pun juga tidak mengenakan mantel pusaka
pula. Padahal kedua buah pusaka tersebut menjadi inti dari
ilmu Kim-liong Sin-kun. Mungkin untuk menghadapi jago-jago
persilatan yang lain ilmu itu sudah lebih dari cukup. Namun
untuk menghadapi Bu tek Sin-tong, tokoh nomer tiga di dunia
persilatan, ilmu yang hebat itu menjadi kehilangan
keampuhannya. Walaupun sebenarnya untuk menunjang
kekurangannya Liu Yang Kun telah mengerahkan pula tenaga
sakti Liong-cu-i-kang-nya.
“Hehehe.......... ? Ayoh, anak muda! Kautumpahkanlah
semua ilmumu di hadapanku! Aku akan melihat sampai
dimana kehebatanmu, hehehe.........!" Kakek kerdil itu tertawa
terkekeh-kekeh.
Tapi beberapa saat kemudian kakek itu mengerutkan
dahinya. Berkali-kali diperhatikannya ilmu Kim-liong Sin-kun
yang dimainkan oleh Liu Yang Kun.
“Hei, anak muda! Tampaknya ada sesuatu yang kurang
pada ilmu silatmu ini. Kalau tidak karena lwee-kangmu yang
dahsyat itu, ilmu ini benar-benar tidak ada artinya. Dari mana
kau memperoleh ilmu ini, heh?" katanya kemudian dengan
sungguh-sungguh.
"Persetan dengan segala macam ocehanmu. Aku sendiri
juga tidak tahu dari mana ilmu ini kuperoleh! Tahu-tahu sudah
mendarah daging begitu saja di dalam tubuhku. Hmmh......apa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kau ingin minta yang lain? Baik! Lihatlah.....!” Liu Yang Kun
menyahut dengan suara penasaran.
Kemudian dengan mengerahkan Bu-eng Hwe-tengnya, Liu
Yang Kun mengeluarkan ilmu warisan Bit-bo-ong yang lain,
yaitu Pat-hong sin-ciang! Ilmu Pukulan Sakti Delapan Penjuru
yang dilandasi dengan gin-kang Bu-eng Hwe-teng ini benarbenar
hebat bukan main. Apalagi Liu Yang Kun telah
mempelajarinya sampai ke tingkat puncaknya. Maka dapat
dibayangkan betapa repotnya Bu-tek Sin tong melayaninya.
Udara malam yang amat dingin itu menjadi semakin dingin
pula oleh pengaruh ilmu silat Pat-hong Sin-ciang. Apa lagi
ketika pengaruh magis yang diciptakan oleh ilmu tersebut
telah diungkapkan pula oleh Liu Yang Kun. Sedikit demi sedikit
Bu-tek Sin-tong merasakan adanya tekanan yang semakin
berat terhadap akal dan pikirannya. Rasanya kakek sakti itu
menjadi semakin bingung dan salah tingkah terhadap gerakan
yang dikeluarkan Liu Yang Kun. Bahkan akhirnya kakek itu
juga menjadi bingung dan salah tingkah pula terhadap dirinya
sendiri.
"Berhenti! Eh-eh.......... tahan! Jangan memukul lagi!"
sambil menghindar kesana kemari akhirnya Bu-tek Sin-tong
berteriak dan menjerit-jerit.
Karena memang tidak merasa bermusuhan dengan Bu-tek
Sin-tong, maka Liu Yang Kun mau berhenti pula. Dengan
wajah puas ia memandang kakek kerdil itu.
"Hei, Sin-tong! Kenapa kau minta berhenti, heh? Apakah
kau merasa kewalahan menghadapi anak itu?” dari luar arena
Giok-bin Tok-ong berteriak.
Tapi kakek kerdil itu tak mempedulikan seruan Giok-bin
Tok-ong. Sebaliknya dengan roman muka bersungguhsungguh
ia menghadapi Liu Yang Kun.
"Anak muda! Rasa-rasanya aku mengenal ilmu silatmu!
Coba katakan, siapakah gurumu? Kau mempunyai hubungan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa dengan Perguruan Ui-soa-pai? Ada hubungan keluarga
apakah antara kau dengan Bok Siang Ki? Lekas jawab!"
Liu Yang Kun mendengus marah. Namun demikian dahinya
juga kelihatan berkerut ketika menjawab pertanyaan kakek
kerdil tersebut.
"Aku tak tahu apa yang kaukatakan. Aku tidak pernah
merasa belajar kepada siapa-siapa. Aku belum pernah
mendengar Ui-soa-pai. Dan aku juga tidak mempunyai
hubungan apa-apa dengan orang yang bernama Bok Siang Ki.
Bahkan aku merasa belum pernah melihat atau mengenal
orang itu. Hmh, mengapa kautanyakan semua itu kepadaku?
Apakah kau mencurigai ilmu silatku?"
Bu-tek Sin-tong menggeram. "Benar. Ilmu meringankan
tubuh dengan gaya melenting dan melayang itu hanya dimiliki
oleh cikal bakal Perguruan Ui-soa pai. Dan ilmu silat yang
dilambari dengan ilmu sihir dan ilmu Kebatinan itu juga hanya
dimiliki oleh pendiri perguruan Ui-soa-pai pula. Itulah
sebabnya mengapa kutanyakan kepadamu semuanya itu."
"Lalu apa hubungannya orang yang bernama Bok Siang Ki
itu dengan pertanyaanmu itu?"
“Bok Siang Ki adalah orang yang paling berkuasa di Ui-soapai
sekarang. Hmm, apakah kau belum pernah
mendengarnya?”
Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya. "Aku memang
belum pernah mendengarnya. Bahkan seperti yang telah
kukatakan tadi, aku belum pernah mengenal dia. Melihat
wajahnyapun juga belum pernah pula. Aku memang benarbenar
bukan orang Ui-soa-pai. Aku adalah aku. Jangan
menduga dan berprasangka yang lain-lain!"
"Bohong! Bohong kalau dia bilang belum pernah bertemu
dan mengenal Bok Siang Ki! Beberapa hari yang lalu aku dan
Bok Siang Ki pernah bertempur dengan dia! Hei, apakah kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah lupa?" tiba-tiba Giok-bin Tok-ong berseru memotong
pembicaraan mereka.
Liu Yang Kun melirik ke arah Giok-bin Tok-ong sebentar,
lalu menatap Butek Sin-tong kembali, ia tak menjawab atau
menanggapi ucapan kakek tampan itu, karena ia sudah tak
ingat lagi akan kejadian-kejadian itu.
"Hei, benarkah kata-katanya itu? Mengapa kau berkelahi
dengan Bok Siang Ki? Hmmh, apakah kau seorang murid
murtad yang melarikan diri dari perguruan Ui-soa-pai?" Bu-tek
Sin-tong menyambung perkataan Giok-bin Tok-ong.
Tiba-tiba Liu Yang Kun mengertakkan giginya. Dengan
marah ia membentak. "Sudah kukatakan bahwa aku tidak
mempunyai hubungan apa-apa dengan Bok Siang Ki ataupun
Perguruan Ui-soa-pai itu! Titik! Kenapa kau belum percaya
juga? Apa maumu sebenarnya? Kau ingin berkelahi atau
hanya ingin bersilat lidah saja?”
Tersinggung juga hati Bu-tek Sin-tong dibentak-bentak
begitu. "Kurang ajar! Kalau aku menanyakan semua itu
kepadamu, itu hanya karena aku tak ingin salah tangan
membunuh warga sendiri! Tahu? Akupun juga datang dari
perguruan Ui-soa-pai pula! Bahkan kalau diurut-urutkan, aku
ini masih su-pek dari Bok Siang Ki itu, itulah sebabnya aku
segera mengenal ciri-ciri dari ilmu silat yang kaumainkan.
Karena ciri-ciri ilmu silat yang kaumainkan tadi hampir sama
dengan ciri-ciri ilmu silat Ui-soa-pai. Nah, kalau kau ini benarbenar
anak murid perguruan Ui-soa-pai, bukankah aku akan
menyesal sekali bila nanti terlanjur membunuhmu?"
"Hei......? Jadi kau ini orang dari perguruan Ui-soa-pai, heh?
Wah, sungguh tak kusangka. Tapi kenapa kepandaianmu
malah berada dibawah kepandaian Bok Siang Ki. su-titmu
(keponakanmu) itu? Aneh benar!" sekali lagi Giok-bin Tok-ong
menyela pembicaraan mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kulit muka kakek kerdil itu menjadi merah seketika. Tapi
sebelum kemarahannya itu benar benar meledak, tiba-tiba
terdengar suara langkah kaki mendatangi tempat itu. Dan di
lain saat, di dekat mereka telah berdiri seorang lelaki jangkung
berusia limapuluhan tahun, berkumis dan berjanggut panjang
teratur rapi.
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru