Senin, 23 April 2018

Cersil Memburu Iblis 2

----
“Banyak.......Banyak sekali yang harus kuceritakan, Lanmoi.
Tapi semuanya serba menyedihkan! Serba menyakitkan!
Oleh karena itu aku akan mencoba untuk lari saja dari
kenyataan itul Aku ingin menguburkannya sendiri bersama
tubuhku ! Aku tak ingin melukaimu ! Apalagi sampai
menyeretmu…..” pemuda itu merintih dan tak bisa
meneruskan kata-katanya.
Tui Lan cepat menyentuh pundak Liu Yang Kun. "Kau
keliru, ko-ko. Itu takkan dapat menyelesaikan persoalanmu.
Kau seharusnya sudah menyadarinya. Sejak kita berada di
dalam penjara ini, mati atau hidup kita hanya berdua saja.
Tidak ada yang lain lagi. Penderitaan atau kesengsaraan yang
menimpa salah seorang dari kita, akan berakibat pula kepada
yang lain. Kita akan lebih kuat bila selalu bersama, dan akan
binasa bila berpisah. Apakah nikmatnya hidup sendirian di
dalam penjara gelap seperti ini? Kita bisa gila dibuatnya.
Mendingan kita bersatu, sehingga kita bisa saling menghibur
dan membagi penderitaan bersama-sama....."
Liu Yang Kun menengadahkan wajahnya. Ditatapnya wajah
yang cantik itu lekat-lekat, seolah-olah ia tak percaya bahwa
kata-kata itu keluar dari mulut gadis muda itu. Tapi sekejap
kemudian ia tertunduk pula kembali. Wajahnya tetap murung.
"Baiklah, Lan-moi. Aku akan berterus terang kepadamu.
Tapi sebenarnyalah bahwa persoalannya tidak sesederhana
itu. Kau mungkin tidak akan mempercayainya setelah
mendengarnya nanti. Oleh karena itu aku berharap kepadamu,
agar kau benar-benar bersiap-diri menerima kenyataan yang
akan kupaparkan nanti. Hal ini kuberitahukan terlebih dahulu,
agar kau tidak menjadi kaget atau ....... pingsan setelah
mendengarnya!" katanya sambil menghela napas berulangulang.
Tui Lan menatap wajah Liu Yang Kun dengan mata
terbelalak dan hati berdebar-debar. Untuk sesaat gadis itu
menjadi tegang luar biasa. Tapi di lain saat gadis itu segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sadar pula akan dirinya. Semuanya itu memang telah
dikehendakinya juga. Oleh karena itu sambil benar-benar
menata hatinya sendiri, gadis itu mengangguk-anggukkan
kepalanya.
"Silakanlah, ko-ko!" ucapnya pendek.
"Sudah siap? Nah, dengarlah....!" Liu Yang Kun berkata
dengan napas berat. Lalu desahnya lagi sambil bangkit berdiri
membelakangi Tui Lan. "Ketahuilah! Aku adalah Pangeran Liu
Yang Kun! Putera Mahkota Kaisar Han yang sekarang
berkuasa!"
"Twa-ko.......putera.......putera Baginda Kaisar Han?" Tui
Lan berseru serak seraya meloncat berdiri dengan mata
terbelalak. Tubuhnya gemetar.
Liu Yang Kun membalikkan badannya dengan cepat. "Nah!
Ternyata kau belum benar-benar bersiap diri! Kau masih kaget
mendengar keteranganku........"
“Tidak! Tidak! Aku tidak kaget, twa-ko......eh, Pangeran!
Wah, anu...anu.....!" Tui Lan menjadi gelagapan dan bingung,
takut Liu Yang Kun membatalkan ceritanya. "Anu..... aku cuma
........ cuma kurang percaya! Betulkah twako....... twa-ko ini
putera Kaisar Han?"
Liu Yang Kun tersenyum. ''Buat apa aku membohongimu,
Lan-moi? Apa gunanya kedudukan itu di tempat seperti ini?
Apa gunanya kedudukan itu kalau akhirnya kita berdua akan
mati di s ini?" katanya sabar dan tenang.
"Kalau begitu....... kalau begitu maafkanlah hamba,
Pangeran. Hamba benar-benar tak tahu, sehingga hamba
telah bersikap kurang hormat kepada Pangeran." tiba-tiba Tui
Lan berlutut dan meminta maaf.
"Nah! Inilah akibatnya..........! Akibat yang benar-benar tak
kusukai.." Liu Yang Kun berkata kesal menyaksikan perubahan
sikap Tui Lan itu. "Oleh karena itu sebenarnya aku tak suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menceritakannya, tapi kau mendesaknya juga. Apabila
demikian lebih baik aku tak meneruskannya saja cerita
ini.........."
"Jangan.......!" Tui Lan bangkit dengan segera dan
berteriak. "Maafkanlah aku........! Tapi jangan kauhentikan
cerita itu! Lan........ lanjutkanlah, twa-koI" ratap gadis itu
kemudian.
"Habis, kau........?" ucap Liu Yang Kun seolah-olah
menyesal.
"Tidak, twa-ko! Aku tidak akan mengubah sikapku lagi! Dan
aku juga tidak akan terkejut pula.....!" Tui Lan berseru
ketakutan.
Kasihan juga Liu Yang Kun melihat wajah gadis itu.
"Baiklah......! Akan aku teruskan. Tapi....... kau harus benarbenar
bersiap diri! Jangan kaget lagi!" pemuda itu
memperingatkan.
"Ya......... ya ! Aku akan mengingatnya......." Tui Lan
menyambutnya dengan gembira sekali, seperti anak kecil yang
diluluskan permintaannya. “Tapi........ tapi twa-ko harus
memberitahukannya juga kepadaku, kenapa kau malah pergi
meninggalkan semua kemuliaan itu? Mengapa twa-ko sampai
terlunta-lunta di luar istana seperti ini? Dimanakah para
pengawalmu?"
"Sabarlah! Jangan tergesa-gesa! Memang itulah yang
hendak aku ceritakan kepadamu." Liu Yang Kun menyahut
dengan tenangnya.
"Oooooh!" Tui Lan menarik napas panjang.
"Aku pergi meninggalkan istana tiga tahun yang lalu atas
ijin ayahandaku sendiri, Baginda Kaisar Han. Aku pergi
mencari obat mujarab yang bisa menyembuhkan kelainan di
dalam badanku. Oleh karena itu aku sengaja tidak membawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawal seorangpun agar perjalanan yang belum tentu
waktu dan tujuannya itu tidak merepotkan orang lain."
"Sakit........? Apa sebenarnya sakitmu itu, twa-ko? Dan
sudahkah kau memperoleh obatnya itu?" Tui Lan menyela.
"Dulu aku pernah terkena dua macam racun dahsyat yang
hampir menewaskanku. Tapi karena pertolongan seorang
tabib bernama Chu Seng Kun, nyawaku dapat diselamatkan.
Namun demikian, racun tersebut ternyata tidak lenyap dari
dalam tubuhku, sebaliknya malah mengeram dan
berkembang-biak di dalam darahku. Akibatnya seluruh bagian
tubuhku menjadi beracun karenanya. Sampai-sampai dengan
keringat, kotoran, air ludah dan........air kencingpun beracun
semuanya. Tentu saja hal itu menjadi sangat berbahaya buat
orang lain. Orang yang sangat lemah daya tahan tubuhnya,
apalagi dia tak memiliki kepandaian silat sama sekali, bisa mati
karena bersentuhan denganku."
"Tapi kau sendiri tak apa-apa?" Tui Lan bertanya heran dan
otomatis hatinya menjadi tertarik sekali.
Liu Yang Kun menarik napas sedih. Untuk beberapa waktu
lamanya pemuda itu terdiam dan tak dapat segera
melanjutkan ceritanya.
"Dulu memang tidak!" akhirnya pemuda itu menjawab.
"Tapi lambat-laun sesuai dengan berkembangnya waktu,
racun itu ternyata mengganggu juga susunan syaraf di dalam
otakku. Dan ... akibatnya sungguh amat parah!"
Sekali lagi Liu Yang Kun tak bisa meneruskan kata-katanya.
Pemuda itu tiba-tiba seperti orang yang kesakitan lagi. Rautmukanya
tampak pucat, lelah dan sangat menderita. Otomatis
Tui Lan merasa amat kasihan sekali. Kini serba sedikit gadis
itu mulai mengerti kesulitan pemuda itu.
"Jangan bersedih, ko-ko! Setiap manusia yang dilahirkan di
dunia ini memang telah membawa suratan nasibnya sendirisendiri.
Kalau takdir memang telah menentukan nasibmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian, apa perlunya kau menangis dan meratapinya
sepanjang hidupmu! Itu takkan bisa merubahnya.. Lebih baik
kita serahkan saja semuanya itu kepada Thian yang telah
menciptakan kehidupan kita ini. Nah, koko........
bagaimanakah kelanjutan dari ceritamu itu?" gadis itu
berkhotbah seperti yang sering dilakukannya.
Liu Yang Kun menatap wajah Tui Lan dengan sinar mata
terimakasih. Pemuda itu diam-diam semakin kagum dan
hormat kepada gadis yang lebih muda daripada dirinya itu.
Hatinya yang mulai layu dan rapuh itu seperti mendapatkan
kekuatan kembali. Namun demikian suaranya masih tetap
sedih ketika melanjutkan ceritanya.
"Terima kasih atas pengertianmu, Lan-moi. Tetapi bukan
maksudku menangisi dan meratapi semua penderitaan dan
kesengsaraan yang diakibatkan oleh racun itu, Lan-moi.......
Seperti yang telah kaukatakan tadi, akupun takkan mengeluh
ataupun merengek-rengek seandainya semua itu hanya
menimpa pada diriku sendiri saja. Tapi cobalah kaukatakan,
bagaimanakah kalau semua yang kuderita itu juga
mengakibatkan neraka bagi orang lain?"
"Maksudmu... racun yang menyerang susunan syarafmu itu
dapat menimbulkan kematian bagi orang lain?” gadis yang
cerdas itu cepat menangkap apa yang dimaksudkan Liu Yang
Kun.
"Lebih dari itu!" Liu Yang Kun menyahut dengan cepat.
Namun selanjutnya pemuda itu menjadi ragu-ragu ketika
melanjutkan ceritanya. Tampaknya pemuda itu masih agak
takut untuk membeberkan semuanya. "Karena........ karena
syaraf yang terganggu itu kebetulan persis yang berhubungan
dengan ...... dengan ......... nafsu berahiku,
maka....maka......... akibatnyapun juga sangat .......... sangat
mengerikan pula!"
Liu Yang Kun tampak sedikit lega karena sudah berhasil
mengeluarkan bagian yang paling sulit dalam ceritanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun yang keluar itu juga baru bagian permulaannya saja.
Namun demikian hal itu ternyata sudah membikin merah
padam wajah Tui Lan!
Sebenarnya raut wajah Tui Lan masih menunjukkan bahwa
dia belum dapat 'menangkap' dengan jelas arti kata-kata Liu
Yang Kun tadi. Tapi karena menyangkut kata-kata nafsu
berahi, maka gadis itu menjadi malu untuk menanyakannya.
"Aku...... aku tidak tahu maksudmu, ko-ko," gadis itu
terbata-bata.
Kini giliran Liu Yang Kun yang merasa kerepotan untuk
menjelaskannya.
Tapi karena sudah berjanji untuk menceritakannya, maka
akhirnya pemuda itu terpaksa menjelaskannya pula.
"Lan-moi, kau jangan kaget! Karena gangguan pada
syarafku itu aku menjadi seorang manusia yang tak kuasa
mengendalikan....... nafsu biadabku.....apabila nafsu berahiku
itu terangsang!"
"Ooooh!” Tui Lan terpekik, dan tiba-tiba ia teringat sewaktu
pemuda itu menciumi punggung dan lehernya sebulan yang
lalu.
"Kalau........kalau nafsu berahi itu menyerang diriku, maka
otak dan akal sehatkupun sudah tidak kuasa lagi
mengekangnya! Siapapun yang berada di dekatku, aku sudah
tidak peduli lagi. Aku tentu akan melahapnya tanpa ampun!
Hati dan otakku rasa-rasanya sudah tak bisa berjalan searah
lagi! Oohhh…..” Liu Yang Kun mencengkeram rambutnya,
kemudian meratap dengan sedihnya. Tampak sekali kalau
pemuda itu sangat menderita karena penyakitnya yang aneh
itu.
Sedangkan Tui Lan, yang tak menyangka kalau kelainan
jiwa Liu Yang Kun ternyata sedemikian 'parah' dan
'mengerikan’, justru menjadi termangu-mangu malah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa saat lamanya gadis itu menatap wajah orang yang
dikasihinya itu tanpa berkedip! Di dalam hati gadis itu hampir
tak percaya kalau pemuda yang baik hati, tampan, sakti dan
putera seorang kaisar itu bisa menemui nasib yang jelek
seperti itu. Tukang perkosa wanita! Mana ada sebutan yang
lebih dahsyat dan lebih biadab dari pada sebutan itu?
"Karena seluruh bagian tubuhku beracun semuanya, maka
korban-korban kebiadaban penyakitku itupun tidak ada yang
masih bisa hidup. Mereka mati keracunan semuanya........! Oh,
betapa besarnya dosaku!"
"Oh.......!” Tui Lan memekik kecil dan melangkah mundur,
seakan-akan hatinya ikut menjadi ketakutan pula melihat
wajah Liu Yang Kun.
Tapi pemuda itu sudah tidak peduli lagi pada sikap Tui Lan.
Ia ingin lekas-lekas memuntahkan seluruh isi hatinya tentang
penyakit yang dideritanya itu kepada gadis yang telah menarik
hatinya.
"Akibatnya aku lantas merasa takut berada di tempat
umum. Aku takut sewaktu-waktu penyakitku kambuh dan
membunuhi wanita-wanita tak berdosa. Berbulan-bulan aku
lewat di tempat sunyi dan tak berani bertemu dengan wanita.
Tapi......Thian agaknya masih belum cukup menghukum aku."
"Eh! Apalagi.......?" Tui Lan berdesah tak terasa.
"Mungkin karena aku selalu berusaha menahan dan
mencegah kambuhnya gangguan penyakit itu, serta selalu
melawan bila ia datang menyerang otakku, maka.....gangguan
itu lalu meletus dalam bentuk lain!"
"Dalam bentuk lain? Apakah Itu....?" Liu Yang Kun
menutupi mukanya dan berdesah semakin sedih.
"Tampaknya karena selalu kukekang dan tak pernah kuberi
kesempatan untuk melampiaskan kebuasannya, maka
gangguan penyakit itu menjadi menumpuk di dalam tubuhku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan tumpukan yang terpendam itu ternyata memperoleh jalan
keluar sewaktu aku............ tidur!"
"Sewaktu tidur? Mana mungkin? Bukankah kau akan lantas
bangun apabila terjadi apa-apa pada dirimu?" Tui Lan yang
semakin 'tahu' kesulitan Liu Yang Kun itu menegaskan.
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Lama ia tak
menjawab pertanyaan itu. Tampaknya ia sedang mencari jalan
yang mudah untuk menjelaskan hal itu kepada Tui Lan.
"Lan-moi.. ......! Pernahkah kau mendengar seorang yang
sedang tidur tiba-tiba terbangun dan berjalan mondar-mandir
tanpa sadar?" mendadak pemuda itu balik bertanya.
"Ah!" Tui Lan tersentak, lalu mengangguk-angguk.
"Ya........ ya pernah. Malahan......... malahan kata guruku, aku
sendiri sering berbuat demikian bila s iang harinya terlalu lelah.
Dan guruku sering menggoda atau mempermainkan aku bila
aku sedang 'mimpi berjalan' seperti itu. Katanya aku diajaknya
berbicara segala macam hal, padahal setelah sadar aku tak
merasa berbicara apa-apa kepadanya. Hanya sering kali aku
menjadi kaget karena sewaktu bangun tidur kudapatkan diriku
di kursi, lantai atau kamar lain."
"Nah! Persis seperti itulah penyakitku itu! Tapi dalam
bentuk yang lebih dahsyat dan mengerikan! Coba
kaubayangkan! Nafsu biadab yang terpendam di waktu siang
hari itu akan muncul dan meledak di kala aku tidur di malam
harinya. Seperti orang bermimpi aku bangkit dari tidurku,
kemudian menyebar mala-petaka di kalangan wanita, tanpa
aku sendiri menyadari apa yang telah kuperbuat itu. Aku baru
sadar akan semua perbuatan dosaku itu apabila aku telah
terbangun dari tidurku, dan mendapatkan korban-korban yang
berserakan di sekelilingku. Oooooooh......, Lan-moi! Apa
dayaku? Semakin lama aku menjadi semakin ketakutan
terhadap diriku sendiri! Semakin lama aku juga menjadi makin
asing kepada diriku sendiri! Aku juga menjadi takut untuk
tidur, sehingga berhari-hari aku tidak berani memejamkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mataku……” Liu Yang Kun bercerita semakin memelas.
Matanya tampak berkaca-kaca.
Tui Lan yang tadi agak merasa ngeri dan takut kepada Liu
Yang Kun kini berbalik menjadi kasihan kembali.
Dipandangnya wajah pemuda yang pucat dan kurus karena
penderitaan dan kurang tidur itu dengan perasaan kasihan. Ia
bisa membayangkan, betapa hebat penderitaan batin pemuda
itu. Seorang pemuda kurus kering, murung dan tampak sedih,
sedang minum sendirian di sebuah restoran! Padahal
sebenarnya pemuda itu adalah seorang pangeran. Putra
Mahkota dari kaisar yang berkuasa di negeri ini!
"Ah! Ko-ko. kasihan sekali kau……!” Tiba-tiba gadis itu tak
kuasa menahan perasaannya. Tangannya menyentuh pundak
Liu Yang Kun dengan mesra.
Sebaliknya Liu Yang Kun merasa kaget pula menyaksikan
tanggapan Tui Lan. "Lan-moi, kau......mengerti perasaanku?
Kau dapat menyelami penderitaanku?” tanyanya penuh
perasaan.
"Tentu saja, ko-ko. Aku mengerti, kau sama sekali tidak
bersalah. Nasib jelek saja yang membuatmu menderita seperti
itu. Sekarang kaulanjutkanlah lagi ceritamu itu!" Tui Lan
mengangguk-angguk dan membesarkan hati pemuda itu.
Liu Yang Kun menelan ludahnya. “Berhari-hari aku tak
berani memicingkan mataku, sehingga badanku menjadi lemas
bukan main. Tapi lambat-laun tubuhku tak kuat juga. Mana
ada manusia tidak tidur di dunia ini? Namun, begitu aku
tertidur, penyakit itupun datang lagi, dan lebih.......... brutal
serta lebih ganas! Ketika aku sudah bangun kembali, kulihat di
dekatku berserakan empat sosok mayat wanita yang belum
pernah kukenal sebelumnya. Mereka mati keracunan
karena….. karena habis kuperkosa! Ooh, Lan-moi…. Betapa
berdosanya aku! Bagaimana kalau wanita-wanita itu punya
suami dan anak-anak yang masih kecil? Betapa terkutuknya
aku ini, bukan? Tapi ….. apa dayaku? Semua itu kulakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam keadaan tak sadar. Aku sendiri membencinya.
Mengutuknya. Tapi apa yang harus aku lakukan? Membunuh
diri? Agar aku tidak membuat korban lagi? Ooh, Lan-moi……..
aku takut! Aku takut melakukan bunuh diri! Aku takut secara
sadar melakukan tindakan tercela itu! Aku hanya berharap
bahwa sekali waktu ada seorang pendekar wanita yang bisa
membunuhku sewaktu aku meraja-lela di dalam tidurku
itu.........."
Liu Yang Kun menghentikan ceritanya sebentar untuk
menyeka keringat yang mengalir di atas kening dan lehernya.
Matanya kelihatan sayu dan lelah. Lenyap sudah kesannya
sebagai jago silat nomer tujuh di dunia.
"Sesudah kejadian itu, aku lalu memesan rantai baja yang
sangat kuat. Yang kekuatannya kira kira mampu menahan
kekuatan lima ekor gajah sekalipun. Aku lalu mencari sebuah
tempat tersembunyi dan sulit didatangi orang. Setiap
mengantuk dan ingin tidur, aku lalu memborgol dan merantai
diriku sendiri di tempat tersebut.”
Tui Lan menatap wajah pemuda itu sambil menggelenggelengkan
kepalanya. Betapa hebat usaha pemuda itu untuk
menanggulangi 'penyakit' itu.
"Ohh? Jadi.....kau sudah pernah melihatku?" sebaliknya Liu
Yang Kun berseru pula dengan kagetnya.
Tui Lan tertunduk sambil menghela napas. “Ya! Tapi
semula aku menyangka Giok-bin Tok-ong itulah yang
mengikatmu," gadis itu menjawab. Lalu serba sedikit gadis itu
mengatakan apa yang pernah dilihatnya tentang pemuda itu
dulu.
“Ohhh......!" Liu Yang Kun berdesah.
Tiba-tiba Tui Lan menatap mata Liu Yang Kun lekat lekat.
"Jadi itulah sebabnya kau selalu menyendiri dan bersikap aneh
selama di dalam gua ini? Tapi......... tapi mengapa tidak
kaukatakan saja terang semuanya itu kepadaku? Bukankah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan demikian tidak akan terjadi kesalah-pahaman diantara
kita? Hmmmmh, kau benar-benar tidak merasakan bagaimana
sedih dan bingungnya hatiku,” katanya kesal seolah-olah
menyesali tindakan pemuda itu.
Liu Yang Kun menengadahkan mukanya dan balas menatap
mata Tui Lan. Namun sekejap kemudian matanya segera
tertunduk kembali. Ia menjadi ketakutan melihat 'sesuatu'
yang aneh di dalam pandangan mata gadis cantik itu. Sesuatu
yang sangat ditakutinya selama ini.
"Aku tidak berani mengatakannya kepadamu. Aku.........
aku tidak berani membayangkan, apa jadinya kalau kau tahu,
macam apa orang yang sedang berada bersamamu di dalam
gua ini. Aku takut kau menjadi gila atau mati ketakutan karena
selalu merasa dibayang-bayangi atau diintai oleh Iblis yang
mengeram di dalam tubuhku." pemuda itu lalu berkata dengan
suara gemetar. Hatinya menjadi gelisah.
Mendadak mata Tui Lan tampak berkaca-kaca. Pipinya
menjadi agak kemerah-merahan, sehingga tanpa disadarinya
mulut Liu Yang Kun sampai melongo menyaksikan kecantikan
alam yang sangat mempesonakan itu. Sedangkan mata
pemuda itu seolah-olah ikut bergantung pada bibir mungil
yang bergerak-gerak ketika berbicara itu.
"Meskipun demikian tak seharusnya kau lantas
meninggalkan aku begitu saja tanpa keterangan selama
sepekan. Kau benar-benar membuat hatiku sedih, putus-asa
dan kehilangan pegangan. Ko-ko, katakanlah.........! Apa
sebabnya engkau berbuat demikian kepadaku? Bersembunyi
dimanakah kau selama ini?" bibir mungil itu berbisik lirih
penuh perasaan.
Seakan-akan ikut terseret oleh ayunan bibir mungil
tersebut, mulut Liu Yang Kun secara otomatis menyahut pula
tanpa terpikir lebih dahulu. Suaranya bergetar pula dengan
penuh perasaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Karena...... karena aku takut melihatmu. Melihat
wajahmu.........! Aku juga takut men... mendengar suaramu.
Suara panggilanmu, ketawamu, dan....... dan bisikanmu!"
"Ah! Mengapa begitu?” Tui Lan tersentak kaget, matanya
menatap tajam.
Dipandang seperti itu Liu Yang Kun semakin menjadi
gelisah dan risau. Pemuda itu menyesal telah kelepasan
omong tadi. Sekarang ia tak bisa mengelak lagi. Terpaksa ia
mengatakan juga apa yang ada di dalam hatinya.
"Pokoknya.....aku takut kepadamu!"
“Mengapa takut kepadaku? Kenapa justru kau yang takut
kepadaku?" Tui Lan tetap mengejarnya.
"Karena...... aku mulai tertarik kepadamu! Karena aku
mulai jatuh cinta kepadamu! Dan hal itu sungguh amat
berbahaya! Itu sama saja dengan bencana ! Kalau sewaktuwaktu
timbul berahiku kepadamu..........ohhhh, aku tak bisa
membayangkan apa jadinya nanti! Aku akan bisa gila! Aku
akan menyesal seumur hidupku karena telah membunuh
orang yang kucinta! Nah, itulah sebabnya aku bersembunyi!"
akhirnya Liu Yang Kun melepaskan juga seluruh kandungan
hatinya. Bahkan nadanya agak sedikit berapi-api malah.
Namun yang terang, selesai berkata hatinya menjadi Iapang.
Tapi pernyataan cinta yang diucapkan oleh Liu Yang Kun itu
sebaliknya amat mengejutkan hati Tui Lan! Namun di balik
perasaan kaget itu ternyata tersembul pula perasaan bahagia
yang tak terkira. Entah mengapa, tiba-tiba saja gadis itu
merasakan bahwa gua itu sebenarnya tidaklah sesunyi dan
segelap yang mereka lihat selama ini. Obor yang mereka
pasang itu sudah cukup terang. Terlalu terang malah untuk
dua orang yang sedang tenggelam dalam dunia asmara.
Sedangkan bunyi gemerciknya air dan suara deburan ombak
di tengah-tengah sungai yang bergema memenuhi lobang gua
tersebut, sebenarnya juga tidaklah sebising yang ia dengarkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selama ini. Bahkan suara itu terasa riang dan hidup bagaikan
suara ombak di tepi pantai. Dan ketika gadis itu menundukkan
mukanya tiba-tiba pula ia merasa pakaiannya sangat kotor dan
buruk sekali. Gadis itu merasa seperti seorang wanita desa
yang jorok dan buruk rupa. Sesaat gadis itu merasa sangat
menyesal, mengapa ia tak bisa bersolek dengan pakaian yang
bagus di depan kekasihnya.
"Ko-ko.......! Ini...... aku.. .” Tui Lan gelagapan dan bingung
tak tahu apa yang mesti ia katakan.
Sebaliknya Liu Yang Kun justru menjadi tenang sekarang.
Setelah semua 'beban’ itu keluar, dadanya terasa lapang, dan
otomatis rasa takutnya selama ini menjadi hilang. Dan ia
segera meneruskan ceritanya untuk menghilangkan perasaan
kikuk diantara mereka itu.
"Semula aku memborgol diriku sendiri di lorong gua yang
terkecil dan menutup jalan masuknya dengan batu besar. Tapi
hatiku masih merasa khawatir juga. Jangan-jangan kau bisa
menggeser batu itu dan masuk ke sana pula. Aku takut, dalam
suasana hati dan pikiranku yang sedang penuh dengan
bayangan itu kau datang menemui aku. Aku tak bisa
membayangkan apa jadinya nanti. Aku tentu tak dapat lagi
mengendalikan api asmaraku kepadamu. Dan …….. kau tentu
akan menjadi korban kebiadaban penyakitku! Ahhhhhh.....!
Oleh karena itu aku lantas meninggalkan tempat tersebut dan
mencari tempat lain yang kiranya tak dapat kaudatangi. Nah,
pada saat itulah baru terlintas dalam pikiranku tempat di
seberang sungai itu. Selama ini kita tak pernah memikir
bagaimana sebenarnya keadaan di seberang sungai yang tak
bisa kita lihat berapa lebarnya ini. Karena tak mungkin
menyeberanginya, maka aku lantas merayap melalui langitlangit
gua ini.”
Liu Yang Kun berhenti sebentar untuk mengambil napas.
Sebentar-sebentar matanya melirik ke arah Tui Lan, yang ini
justru tak berani menatap kepadanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak kusangka sungai ini lebar bukan main. Untunglah di
beberapa tempat menemukan ceruk-ceruk atau lobang kecil
untuk beristirahat. Dan kadang-kadang aku menjadi ketakutan
ketika Iangit-langit gua itu menurun dan hampir menyentuh
debur ombak yang menggila di bawahku. Akhirnya aku dapat
juga mencapai seberang sana. Diam-diam aku juga berharap,
mudah-mudahan ada jalan keluar di tempat itu. Tapi
harapanku itu ternyata sia-sia belaka. Di sana hanya ada
lorong sempit di sepanjang tepian sungai ini. Aku malah tidak
dapat menemukan sebuah lobang guapun untuk beristirahat.
Untunglah aku bisa mendapatkan sebuah tiang batu karang
yang dapat kupergunakan untuk mengikat rantai bajaku.
Demikianlah, Lan-moi......beberapa hari lamanya aku menyiksa
diri di tempat itu. Sampai akhirnya aku tadi melihat
meluncurnya obormu itu ke tengah sungai, yang kemudian
tenggelam ditelan ombak. Aku sangat terperanjat melihatnya.
Aku mengira kau nekat menyeberang dan tenggelam,
sehingga aku lekas-lekas merayap ke sini kembali. Ooooh
..........! Syukurlah! Ternyata kau masih hidup. Meskipun
keadaan tubuhmu ternyata juga amat payah karena lelah dan
kurang makan. Lan-moi......"
"Ko-ko.......!" Tui Lan tak kuasa lagi menahan dirinya.
Sekali lagi mereka berpelukan. Kini keduanya benar benar
menyadari, bahwa mereka saling mencinta dan saling
membutuhkan. Dan tampaknya Thian memang telah
mentakdirkan bahwa mereka harus bertemu di tempat itu dan
bertempat tinggal di tempat itu pula. Namun sementara
mereka berpelukan itu ternyata apa yang terpikir dan
terbayang di dalam batin mereka sungguh amat berbeda
sekali. Kalau dalam batin Tui Lan telah terbayang kebahagiaan
mereka sebagai suami-isteri, sebaliknya Liu Yang Kun justru
sedang sibuk memikirkan bagaimana caranya memberi
pengertian kepada gadis itu bahwa mereka berdua tidak
mungkin menjadi suami-isteri. Dengan tubuhnya yang sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beracun itu tak mungkin dia menikahi gadis itu, meskipun di
dalam hati dia juga sangat mencintainya.
Demikianlah hari itu mereka mencari ikan dan membuat
minyak bersama-sama lagi. Begitu bahagia tampaknya hati Tui
Lan sehingga Liu Yang Kun tidak sampai hati untuk
mengatakan kesulitannya itu. Dibiarkannya saja gadis itu
bergembira ria terlebih dahulu untuk beberapa waktu
lamanya.
"Ko-ko, apakah kau belum juga mendapatkan obat mujarab
itu?" sambil membakar belut panjang yang mereka peroleh Tui
Lan bertanya kepada Liu Yang Kun.
Liu Yang Kun menggelengkan kepalanya. "Belum.........."
katanya pelan.
"Selama ini aku belum bisa menjumpai Chu Seng Kun,
orang yang telah mengobati aku dahulu. Hanya orang itu
kukira yang bisa menyembuhkan penyakitku.”
Malamnya mereka berpisah. Tui Lan tidur di ruangannya
sendiri, sedangkan Liu Yang Kun juga beristirahat di dalam
lorong gua yang terpencil itu pula. Hanya bedanya kalau
malam itu Tui Lan bermimpi indah sekali, sebaliknya Liu Yang
Kun justru sangat gelisah dan tak dapat tidur sama sekali.
Berbagai macam kekhawatiran yang selama ini selalu
menghantui pikirannya kembali menggoda pula.
Keesokan harinya Tui Lan bangun lebih awal dari pada
biasanya. Pertama tama yang dilakukannya adalah bersemadi
menurut gambar dalam buku Pat-hong Sin ciang itu untuk
memulihkan kesegarannya. Beberapa waktu kemudian,
setelah udara di dalam gua itu terasa hangat oleh sinar
matahari yang menerpa lapisan tanah di atas gua itu, ia turun
ke sungai untuk membersihkan badannya. Dan tidak seperti
hari-hari yang lalu, kali ini ia bersolek lebih lama dari pada
kebiasaannya. Dan seperti biasanya ia lalu pergi ke lorong di
tepi sungai itu untuk bertemu dengan Liu Yang Kun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi sampai siang hari pemuda itu tak kelihatan juga
batang hidungnya, mula-mula Tui Lan tak mencurigainya.
Gadis itu hanya menganggap bahwa Liu Yang Kun terlalu lelah
sehingga terlambat bangun. Namun setelah lama sekali
pemuda itu tak kunjung keluar juga, Tui Lan mulai berdebardebar
pula. Gadia itu lalu pergi ke lorong gua terkecil itu.
Namun betapa kagetnya gadis itu ketika dilihatnya ruangan
gua itu kosong melompong. Liu Yang Kun tiada lagi di tempat
itu.
"Ko-ko........!?" Tui Lan menjerit seraya berlari-lari di antara
tiang-tiang batu karang yang banyak terdapat di ruangan
tersebut.
Tiba-tiba gadis itu melihat beberapa coretan huruf di lantai
gua. Huruf-huruf itu berbunyi :
Lan-moi, maafkanlah aku! Aku terpaksa pergi ke seberang
lagi. Semalam aku hampir tak bisa mengendalikan api
asmaraku kepadamu. Biarlah untuk sementara aku berada di
sana saja dahulu. Kau bersabarlah !
LIU YANG KUN
Lemas seluruh persendian Tui Lan membaca huruf-huruf
itu! Hilang pula kebahagiaan yang dihirupnya sejak kemarin
itu. Kini gua itu kembali sunyi dan sepi lagi, sementara suara
air dan ombak itu terdengar membosankan pula seperti
biasanya.
Dengan lesu gadis itu melangkah keluar. Tapi tiba-tiba
kakinya menendang sebuah potongan besi kecil sebesar jari
telunjuknya. Potongan besi itu menyerupai sebuah kunci.
"Ahhhh!" Tui Lan berseru perlahan kemudian mengambil
benda itu dan mengamat-amatinya. "Jangan-jangan benda ini
adalah kunci borgol itu! Oh, bagaimana jadinya kalau Liu Koko
tak bisa membuka kembali borgolnya nanti?" pikirnya lagi
dengan perasaan khawatir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tui Lan lalu berlari ke tepi sungai itu. Ia mencoba berteriak
sekuat-kuatnya. Siapa tahu Liu Yang Kun masih berada di
langit-langit gua itu dan masih bisa mendengar suaranya?
Tapi sampai serak tenggorokan Tui Lan, teriakannya tak
memperoleh jawaban. Suaranya seakan-akan hilang ditelan
oleh suara gemuruh ombak sungai itu. Akhirnya gadis itu
duduk dengan lemasnya, bersandar pada sebuah batu karang.
Matanya berkaca-kaca menyesali nasibnya. Juga nasib Liu
Yang Kun yang dicintainya.
"Oh! Bagaimana aku harus mengantarkan kunci ini ke
seberang? Untuk merayap di atas langit-langit seperti Liu koko
harus dipergunakan gin-kang yang sempurna semacam
Peh-hou-ciang atau ilmu cecak merayap..........."
Sehari itu Tui Lan hampir tak bergerak dari pinggir sungai.
Di dalam hati gadis itu berharap agar Liu Yang Kun dapat
segera menenangkan hatinya dan kembali ke sisinya lagi.
Namun harapannya itu ternyata sia-sia saja. Pemuda itu tetap
tak kembali.
Sehari. Dua hari. Akhirnya sepekanpun telah berlalu. Liu
Yang Kun tetap tidak kunjung datang. Tui Lan mulai berputus
asa dan khawatir. Ada dua kemungkinan kenapa pemuda itu
tak datang, menurut Tui Lan. Pertama, pemuda itu belum
mampu mengendalikan dirinya. Kedua, pemuda itu terlanjur
mengunci borgolnya, dan sekarang tak bisa membukanya
kembali, sebab kuncinya tertinggal di tempat itu.
Dan kemungkinan yang kedua tersebut benar-benar sangat
merisaukan hati Tui Lan.
"Oh, bagaimana kalau Liu ko-ko benar-benar telah terlanjur
memborgol dirinya di seberang itu? Masakan aku harus
berpisah selamanya dengan dia? Bagaimana caranya aku
mengirimkan kunci itu ke sana? Oooooh.......! Merayap di atas
langit-langit gua aku tak bisa. Berenang menyeberangi sungai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini juga tidak mungkin. Perahu juga tak ada..." Tui Lan
berkeluh kesah menyesali dirinya.
Tiba-tiba gadis itu teringat pada buku-buku peninggalan
Bit-bo-ong itu. Jikalau tidak salah, satu di antaranya
merupakan buku pelajaran ilmu meringankan tubuh yang
amat tersohor di dunia, yaitu Bu-eng Hwe-teng. Menurut kisah
yang pernah didengarnya, mendiang Bit-bo ong bisa berjalan
di atas air dengan ilmu tersebut.
Teringat akan hal itu, timbul pula semangat Tui Lan.
Bergegas gadis itu pergi ke kamarnya. Diambilnya buku
tersebut dan dibacanya. Mula-mula gambar dan tulisan yang
ada di dalam buku itu amat membingungkannya. Tapi setelah
dibaca dan dilihatnya berulang-ulang, tulisan dan gambargambar
itu akhirnya dapat dimengertinya juga.
Demikianlah, karena semangat dan keinginannya untuk
dapat pergi ke seberang sangat tinggi, maka gadis itu menjadi
lupa waktu. Gadis itu menjadi jarang sekali beristirahat, tidur,
apalagi makan. Setiap saat gadis itu selalu mempergunakan
waktunya untuk belajar Bu-eng Hwe-teng.
Kadang-kadang berhari-hari gadis itu hanya belajar
berloncatan di lorong lorong gua itu untuk melatih otot-otot
tubuhnya, sekalian mengenal dan mempelajari gaya
kelenturan tubuhnya dalam berbagai gerakan. Setelah itu
berhari-hari pula gadis itu belajar mengenal gerakan dasar
ilmu ginkang Bu-eng Hwe teng, yaitu pemanfaatan daya
dorong dan daya tolak yang timbul di dalam su atau gerakan.
Setelah itu berhari hari pula gadis itu dengan tekun belajar
bermacam-macam gerakan pokok di dalam Bu-eng Hwe-teng.
Tak terasa tiga bulan telah berlalu. Dan biarpun setiap saat
Tui Lan selalu menatap jauh ke seberang, namun gadis itu
benar-benar telah lupa akan waktu. Apalagi dengan tiadanya
sinar matahari yang menyorot ke dalam gua itu, menyebabkan
gadis itu tidak merasa bahwa tiga bulan telah berlalu. Saking
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
asyiknya, gadis itu menyangkanya baru beberapa hari saja ia
berlatih Bu-eng Hwe-teng.
Begitulah, tak terasa mereka telah menginjak bulan yang
keenam di dalam gua di bawah tanah itu. Tanpa terasa Tui
Lan juga telah menyelesaikan isi buku Bu-eng Hwe-teng itu
pula. Namun gadis itu menjadi kecewa ketika melihat
beberapa lembar terakhir dari buku tersebut ternyata telah
hilang. Dan dia hanya menemukan sebuah catatan atau
tulisan di lembar yang terakhir, yang bunyinya :
Halaman selanjutnya telah dimusnakan karena sangat
berbahaya!
Tertanda : Hoa-san Lo-jin
"Hoa-san Lo-jin (Orang Tua dari Hoa-san).......? Siapakah
dia?" Tui Lan bertanya-tanya di dalam hatinya. Dan gadis itu
tiba-tiba teringat akan pembicaraan Giok-bin Tok-ong dan
Butek Sin-tong di bawah lorong gua itu beberapa waktu yang
lalu. Kalau tak salah kedua orang tua itu pernah berbicara
tentang pemilik Buku Rahasia yang berdiam di puncak gunung
Hoa-san pula. Mungkinkah orang tua itu pula yang menyobek
buku ini dan memusnakannya?
Tui Lan lalu memeriksa kedua buah buku Bit-bo-ong yang
lain. Ternyata berapa lembar terakhir dari buku-buku itupun
juga telah disobek pula. Dan di dalam buku-buku tersebut
juga diberi catatan pula seperti buku Bu-eng Hwe teng!
Mendadak Tui Lan seperti disentakkan dari lamunannya!
"Celah di lantai gua itu! Kenapa selama ini aku melupakan
ruangan di bawah lantai gua itu! Kedua orang tua itu bisa
sampai di sana tanpa melalui lorong gua ini! Tentu ada jalan
yang lain untuk mencapai ke tempat itu! Oh! gadis itu
berdesah dengan tegangnya.
Lalu gadis itu berlari menuju ke lorong gua yang terkecil
itu! Saking tegangnya, tanpa terasa gadis itu mengerahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gin-kangnya! Kakinya meloncat panjang-panjang dengan
gesitnya, seperti seekor kijang yang berlompatan di padang
rumput.
Tui Lan merasakan
tubuhnya sangat ringan
sekali, sehingga rasarasanya
ia tak mempunyai
bobot sama sekali! Begitu
ringannya tubuhnya,
sehingga dengan sedikit
gerakan saja tubuhnya telah
melayang bagai kapas
tertiup angin! Akibatnya
beberapa kali gadis itu
hampir menabrak dinding
gua!
Untunglah gadis itu lalu
teringat akan gerakangerakan
Bu-eng Hwe-teng
yang harus ia lakukan. Namun demikian, ketika tiba di pinggir
sungai itu, tetap saja tubuhnya 'menyelonong' ke tengah
sungai tanpa dapat dikendalikan lagi!
Tentu saja Tui Lan menjadi ketakutan setengah mati!
Dengan air muka pucat pasi gadis itu mencoba.bertahan
sebisa-bisanya agar tidak tercebur ke dalam air yang hitam
kelam itu. Ditahannya napasnya. Dipejamkannya matanya.
Kemudian kedua buah kakinya yang beralaskan sepatu itu
menjejak ke arah permukaan air sedapat-dapatnya!
"Plak! Plak ! Plak!" Terdengar suara berkecipak ketika
sepatu Tui Lan 'menampar' permukaan sungai. Airpun
memercik ke atas. Tapi berbareng dengan itu pula tubuh Tui
Lan tampak melenting ke atas kembali seperti layaknya
sebuah bola karet yang membentur permukaan tanah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun hal itu justru sangat mengejutkan Tui Lan sendiri
malah! Gadis itu menjadi bengong dan tak mengira kalau
tubuhnya benar-benar bisa melenting di atas permukaan air!
Sekejap gadis itu menjadi bingung dan salah tingkah malah!
Sehingga akibatnya menjadi gelagapan dan sekaligus juga
ketakutan ketika tubuhnya yang melenting tersebut kembali
meluncur ke dalam air sungai lagi!
Untunglah Tui Lan segera menyadari dirinya kembali.
Bergegas gadis itu mengerahkan gin-kangnya lagi dan
menjejakkan kakinya pula seperti tadi. Tapi sekarang gadis itu
bergerak menurut aturan-aturan yang ada di dalam buku Bueng
Hwe-teng itu.
Tapi apa yang terjadi kemudian sungguh amat
mengejutkannya!
Jejakan kaki pertama memang menimbulkan suara
berkecipak yang keras seperti suara tamparan telapak tangan
atas permukaan air. Dan selanjutnya kaki itu bagai tertolak ke
atas kembali dengan kuatnya. Namun pada jejakan kaki yang
kedua ternyata gadis itu bagai menginjak tempat kosong! Kaki
masuk begitu saja ke dalam air, seolah-olah tiada hambatan
sama sekali! Byuuuuur !
Tak ampun lagi gadis itu tercebur ke dalam sungai!
Mulutnya segera menjerit! Tapi sekejap kemudian wajah itu
segera berubah menjadi lega, karena ternyata dia menginjak
di tempat yang dangkal.
"Oooh.......! Ternyata aku masih berada di tepian.....” Tui
Lan menakik napas lega, lalu tertatih-tatih keluar dari dalam
sungai.
Namun kejadian itu telah menyadarkan pikiran Tui Lan
bahwa sebenarnya dirinya sudah benar-benar menguasai
sebagian dari ilmu mendiang Bit-bo-ong itu. Apalagi ketika ia
sadar bahwa di dalam ketergesaannya tadi ia sama sekali lupa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk membawa obor. Biarpun demikian ternyata dia bisa
melihat di dalam kegelapan tanpa kesukaran.
"Ohh! Tampaknya...... tampaknya sudah tiba saatnya aku
menyusul Liu twako ke seberang sana. Meskipun demikian
tampaknya ...... tampaknya aku juga masih harus berlatih dan
menyempurnakan lebih dahulu ilmu-ilmu itu." gadis itu
membatin dengan wajah gembira.
Demikianlah sambil berjalan ke lorong gua yang terkecil itu
Tui Lan mulai berpikir dan memperhatikan semua gerakan dan
pernapasannya, agar sesuai dengan petunjuk-petunjuk di
dalam buku-buku itu. Sekalian juga mencari-cari dan
membetulkan hal-hal yang sekiranya kurang cocok pada
dirinya, untuk kemudian menyesuaikannya dengan keadaan
tubuhnya. Dan hasilnya memang sangat menggembirakannya.
"Ah! Ternyata ilmu Bit-bo-ong itu sungguh menarik dan
menyenangkan." Tui Lan bergumam puas ketika sampai di
terowongan gua terkecil itu.
Lalu dengan harap-harap cemas gadis itu masuk ke dalam
gua tersebut. Tanpa mempergunakan obor lagi matanya
mencari celah sempit dimana ia mendengarkan pembicaraan
Giok-bin Tok-ong dengan Bu-tek sin-tiong dulu. Dan dengan
cepat celah sempit tersebut ia temukan.
Tapi hati Tui Lan segera menjadi kecewa. Lantai gua itu
bukanlah tanah lunak atau padas gembur yang mudah digali,
melainkan adalah batu karang yang kuat dan keras luar biasa.
Tak mungkin rasanya pedang pendeknya mampu menembus
lantai gua tersebut. Maka dengan perasaan lesu gadis itu lalu
keluar dan kembali ke tempatnya sendiri.
Dan hari hari selanjutnya Tui Lan semakin menekuni Pat
hong-sin-kang dan Bu-eng Hwe-teng. Gadis itu sengaja
menekuni kedua buah ilmu itu tanpa mengenal lelah, dan
sama sekali tidak tertarik untuk menyentuh buku-bukunya
yang lain. Ditelaah dan didalaminya isi ilmu itu sedalamTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
dalamnya, dan diusahakannya dengan sekuat tenaga untuk
mengurangi semua rahasia-rahasia yang ada di dalamnya,
untuk kemudian dipelajari dan diterapkan pada dirinya.
Begitu keras dan hebatnya semangat serta kemauan gadis
itu, sehingga beberapa lembar dari rambutnya tanpa terasa
telah menjadi putih. Dan tiga bulan kemudian jumlah rambut
yang hitam dan yang putih telah menjadi sama banyaknya.
Namun demikian, apa yang telah dicapai dalam waktu tiga
bulan itu benar benar dahsyat tiada terkira.
Kekuatan dan kemampuan yang kini terpendam di dalam
tubuh Tui Lan sungguh jauh sekali bedanya dengan kekuatan
yang dimilikinya dahulu. Meskipun perilakunya masih tampak
halus lemah lembut, tapi kemampuannya sekarang benarbenar
tidak boleh dipandang ringan lagi. Mata dibalik bulumata
yang lentik itu kini menyorot tajam di kegelapan, bagai
mata harimau betina di keremangan malam. Dan gadis itu tak
membutuhkan obor lagi untuk menerangi lorong-lorong gua
itu.
Sementara itu ilmu Bu-eng Hwe-teng yang telah melekat
dan menyatu di dalam tubuhnya, membuat gadis itu dapat
bergerak seringan kapas yang tertiup angin! Dan sudah
sepekan ini gadis itu belajar dengan giat untuk bisa berjalan di
atas air. Namun usahanya itu selalu menemui kesulitan.
Dengan kepandaiannya sekarang memang mampu berjalan
beberapa langkah jauhnya. Tapi karena permukaan air selalu
bergerak turun naik dan miring kesana kemari, maka telapak
kakinya tak mampu 'menampar' permukaan air dengan tepat
lagi. Sehingga akibatnya kaki itu terperosok dan tercebur ke
dalam sungai. Untunglah dia berlatih di tepian yang dangkal,
sehingga setiap kali tercebur ke dalam air ia tak menjadi
terbenam karenanya.
"Sebetulnya mudah saja mengatasi kesulitan ini. Asal
kuikatkan sebilah papan atau sepotong bambu di bawah alas
sepatuku, maka gelombang air yang bagaimana besarpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takkan menjadi soal. Tapi masalahnya, dimana aku bisa
mendapatkan kedua buah benda itu di tempat ini?" Tui Lan
bergumam dengan hati kesal.
Sambil memikirkan jalan yang terbaik, Tui Lan melangkah
hilir-mudik di tepian sungai itu. Beberapa kemungkinan telah
ia pikirkan, namun ternyata hanya menyeberangi sungai itu
sajalah yang kira-kira sesuai dengan kemampuannya
sekarang. Pat-hong-sin-kang yang ia pelajari itu memang
amat hebat, namun tak bisa untuk merayap di atas langitlangit
gua.
Tiba-tiba Tui Lan mendekati perapian dimana ia sering
membakar ikan selama ini. Matanya menatap kantong minyak
dan kulit lambung yang diketemukan oleh Liu Yang Kun dulu.
"Kantong kulit itu bila kuikat dua lobangnya akan menjadi
balon udara yang selalu terapung di dalam air. Sayang cuma
ada sebuah saja. Kalau ada dua buah tentu akan dapat
kugunakan sebagai pengganti papan atau bambu........" Tui
Lan berdesah kecewa, “tapi kantong kulit itu cukup besar
bentuknya. Meskipun hanya satu, tapi rasanya juga sudah
cukup untuk menahan tubuhku di atas air...........”
Tui Lan lalu mengambil kantong minyak itu. Isinya yang
tinggul separuh itu dituangkan ke dalam obor-obor yang
sudah hampir habis minyaknya. Kemudian kedua buah
lobangnya dia ikat dengan kuat, setelah lebih dulu dia tiupkan
udara ke dalamnya.
Demikianlah, sepanjang hari Tui Lan belajar berloncatan di
atas air dengan kantong itu. Meskipun hanya berloncatan
dengan satu kaki, tapi ternyata ia bisa bergerak di atas air
tanpa tenggelam.
“Aku tidak tahu, apakah kantong minyak ini mampu
bertahan di dalam gelombang sungai yang besar. Tapi aku
harus mencobanya. Kasihan Liu twa-ko…” Tui Lan berbisik
dengan suara harap-harap cemas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Keesokan harinya Tui Lan benar-benar menyeberangi
sungai itu. Kedua belah tangannya memegang dua buah obor
yang menyala dengan besarnya, sehingga matanya bisa
melihat lebih jauh ke depan. Kantong kulit yang
menggelembung besar itu diikatnya di bawah sepatu
kanannya, sebagai alas untuk berloncatan di atas permukaan
air.
Ternyata sungai itu benar-benar lebar bukan main.
Semakin ke tengah, gelombang air menjadi semakin besar
pula. Malahan di tengah tengah sungai, gelombang itu sudah
menyerupai ombak di lautan. Berdebur dan bergemuruh
memekakkan telinga ! Dan kalau dulu, ketika ia melemparkan
obor ke tengah-tengah sungai itu, ia hanya melihat selintas
saja, kini Tui Lan sungguh-sungguh melihat dan
menghadapinya langsung!
Untuk sesaat Tui Lan menjadi ngeri dan ketakutan juga.
Namun begitu ingat akan Liu Yang Kun, semuanya itu segera
lenyap dari hatinya. Rasa cinta dan rasa khawatirnya terhadap
nasib pemuda itu ternyata telah mengalahkan seluruh
ketakutan di hatinya. Sebaliknya gadis itu menjadi heran dan
tak habis mengerti, mengapa di tempat yang tertutup dan
tanpa adanya tiupan angin yang berarti itu bisa menimbulkan
gelombang air yang begitu dahsyat?
Tapi beberapa saat kemudian Tui Lan menjadi maklum.
Arus air di tengah-tengah sungai itu memang luar biasa
ganasnya. Sementara di tempat itu ternyata banyak karangkarang
berbentuk kerucut yang muncul di permukaan air,
sehingga arus air yang menghantam batu batu karang itu
membentuk pusaran-pusaran air dan ombak yang besar dan
kuat.
Hati Tui Lan menjadi berdebar-debar. Pelampung dari
kantong kulit yang berada di bawah sepatunya itu akan tidak
berdaya bila menyentuh pusaran air tersebut. Dia harus
menghindarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan satu-satunya jalan hanyalah berloncatan di atas batubatu
kerucut itu. Memang sangat berbahaya. Tapi dengan Bueng
Hwe-teng yang telah dipelajarinya, Tui Lan bisa
melewatinya dengan aman.
Akhirnya dengan hati tegang dan cemas Tui Lan sampai
juga di seberang. Kemudian dengan berlari-lari kecil ia
menyusuri sungai tersebut untuk mencari kekasihnya.
"Liu twa-ko........!" panggilnya dengan suara gemetar.
Tiba-tiba mata Tui Lan terbelalak. Beberapa langkah di
depannya tampak sesosok tubuh manusia tergeletak tak
berdaya di atas tanah. Dan Tui Lan takkan melupakan bentuk
perawakan orang itu. "Ko-ko .......???" gadis itu menjerit
sekeras-kerasnya, kemudian berlari menubruk orang itu.
Dan selanjutnya, seperti orang yang kehilangan
keluarganya Tui Lan menangis sekuat-kuatnya. Dipeluknya
tubuh yang amat dingin itu sepenuh perasaannya.
"Ko-ko........! Jangan tinggalkan aku sendiri di tempat ini!
Bawalah aku serta! Ko-ko.........!" gadis itu menjerit dan
memekik sehingga suaranya menjadi serak.
Tapi orang yang tidak lain memang Liu Yang Kun itu tetap
diam tak bergerak. Di lehernya masih terpasang borgol besi
yang amat kuat itu. Sementara borgol yang membelit kaki dan
tangannya telah terlepas, walaupun masih juga dalam
keadaan terkunci semuanya.
"Lan........moi .........?" tiba-tiba orang yang disangka telah
mati itu berbisik lemah.
Seketika tangis Tui Lan berhenti. Gadis itu menatap wajah
kekasihnya dengan mulut ternganga. Gadis itu seolah-olah tak
percaya akan pendengarannya sendiri.
"Ko-ko.........? K-k-kau ma.. .masih hidup?" ucapnya
seakan-akan tercekik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lan-moi........ ? Be-benarkah ...kau.......yang da.....tang?"
Liu Yang Kun kembali berbisik dengan suara lemah.
"Ko-kooooo.....!” Tui Lan memekik gembira begitu
menyaksikan bibir itu benar-benar bergerak. “Oooh, koko........!
Be-benar! Inilah aku yang datang
menjengukmu........Marilah! Marilah kutolong kau! Aku telah
membawakan kunci borgol itu pula…..”
Tui Lan lalu mengeluarkan kunci yang diketemukan itu,
kemudian cepat membuka borgol besi yang melilit leher Liu
Yang Kun. Lalu tubuh yang kurus kering itu dibawanya ke
tempat yang lapang untuk diobati.
Beberapa waktu lamanya gadis itu menyalurkan tenaga
saktinya guna memuIihkan tenaga Liu Yang Kun. Peluh
tampak mengalir keluar dari seluruh badannya. Terutama dari
kening dan lehernya. Namun sedikit demi sedikit hasilnya
memang dapat dilihat. Pemuda tinggi kurus itu mulai
memerah wajahnya. Dan tubuh itu sudah tidak terasa dingin
lagi.
"Lan-moi.........." pemuda itu akhirnya membuka matanya
dan berbisik lemah. Mata itu tampak berlinang-linang.
"Ko-ko........? Kau sudah sadar kembali? Oh, terima kasih,
Thian…..” Tui Lan bernapas lega sambil mencucurkan air mata
pula. Air mata kegembiraan. Lalu dipeluknya tubuh yang
masih lemah itu dengan perasaan bahagia.
Lama sekali keduanya berdiam diri, seolah-olah mereka
memang tidak memerlukan lagi kata-kata untuk diucapkan.
Hati dan perasaan mereka sudah cukup untuk saling mengerti.
Meskipun demikian akhirnya Tui Lan membuka mulut juga.
"Apa sebenarnya yang telah terjadi, ko-ko? Mengapa
engkau menjadi seperti ini?" gadis itu bertanya seraya
meneteskan beberapa titik air ke mulut kekasihnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menatap wajah Tui Lan dengan perasaan
yang sukar dilukiskan. Apalagi ketika terlihat olehnya rambut
Tui Lan yang penuh uban itu. "Lan-moi.....? Kenapa dengan
rambutmu itu.…..?” tanyanya kaget.
"Rambutku? Ada apa dengan rambutku?" gadis itu justru
bertanya pula. Tapi setelah gadis itu melihat ujung rambutnya
yang terjuntai di belakang punggungnya, seketika hatinya
menjadi kaget pula. "Oh! Ini.. ..ini .?" katanya bingung.
Liu Yang Kun menjadi kasihan melihatnya. Ia tahu gadis itu
telah mengalami goncangan dan tekanan batin yang amat
kuat.
"Sudahlah, Lan-moi....... Kau telah mengalami penderitaan
jiwa raga yang sangat hebat, sehingga rambutmu menjadi
putih. Tak apalah! Kau justru ..... bertambah anggun dan
cantik malah!" hiburnya.
"Ko-ko......!" gadis itu menghambur kembali ke dalam
pelukan Yang Kun.
Pemuda itu lalu bangkit duduk. Tetesan air yang diberikan
Tui Lan tadi tampaknya sungguh amat menyegarkan
badannya, sehingga kekuatannya telah mulai bangun kembali.
Sambil merangkul pundak Tui Lan pemuda itu lalu bercerita.
Malam itu Liu Yang Kun menjadi amat gelisah karena tidak
bisa tidur. Bayangan wajah Tui Lan selalu menggoda dan
memburunya terus, sehingga akhirnya dia menjadi ketakutan
malah, menjadi ngeri kalau kalau setiap saat penyakitnya akan
kambuh kembali. Oleh karena itu sebelum semuanya menjadi
terlanjur, maka dia memutuskan untuk kembali lagi ke
seberang.
Benarlah! Di dalam perjalanan pemuda itu merasakan
gejala-gejala tersebut. Maka begitu tiba di seberang cepatcepat
memborgol dirinya sendiri. Sehingga ketika penyakitnya
itu benar-benar datang, ia sudah tidak bisa pergi kemanamana
lagi. Hanya celakanya ketika 'badai setan' itu telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berlalu, ia tak dapat membuka borgol itu lagi. Kuncinya
ternyata sudah tidak ada di sakunya. Hilang entah kemana.
Lemaslah semangat pemuda itu. Tanpa kunci itu ia akan
terantai di tempat itu selama hidupnya. Namun masih untung
pula bahwa rantai yang mengikatnya agak panjang, sehingga
ia masih bisa pergi ke pinggir sungai untuk mencari ikan dan
mengambil air.
Hanya saja dalam beberapa hari ini ia tak bisa
mendapatkan ikan itu Iagi. Tampaknya ikan-ikan itu sudah
tidak berani menepi pula, sehingga selama beberapa hari ia
juga hanya minum air saja. Maka tak heran kalau tubuhnya
lambat laun menjadi lemas. Untunglah Tui Lan segera datang
menolongnya. Kalau tidak, ia tentu akan mati kelaparan di
tempat itu.
“Tapi......tapi bagaimana kau sampai di tempat ini?
Bagaimana caramu menyeberang?" selesai bercerita Liu Yang
Kun bertanya dengan wajah keheranan.
Terpaksa Tui Lan juga bercerita apa adanya. Sedikitpun
gadis itu tidak berusaha menyembunyikan apa yang telah
dialaminya selama ini. Bagaimana ia memperoleh buku-buku
itu, dan apa yang telah terjadi setelah ia memasukkan Po-tokcu
itu ke telapak tangannya.
Sekarang giliran Liu Yang Kun yang melongo keheranan
mendengar penuturan itu. Sama sekali ia tak menyangka Tui
Lan telah mengalami kejadian yang begitu hebatnya.
"Lan-moi......? Jadi kau telah mendapatkan buku-buku Bitbo-
ong dan mempelajarinya? Oh, kalau begitu buku-buku itu
tentu telah jatuh dari saku Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
ketika dia melawan Giok-bin Tok-ong itu.”
"Eh! Apakah buku-buku itu kepunyaan Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai? Kenapa kau menduganya begitu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun lalu bercerita lagi. Buku-buku mendiang Bitbo-
ong tersebut empat tahun yang lalu telah dicuri oleh
seorang tokoh persilatan yang bernama Hek-eng-cu. Dengan
ilmu-ilmu yang diperolehnya dari buku-buku itu Hek-eng-cu
lalu malang-melintang di dunia kang-ouw tanpa lawan. Sampai
pada suatu saat iblis itu dapat dijumpainya dan berhasil
dibunuhnya. Kemudian buku-buku mendiang Bit-bo-ong itu ia
kembalikan kepada yang berhak yaitu Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai.
“Ohh......!" Tui Lan berdesah seraya mengangguk-angguk.
Tiba-tiba Liu Yang Kun menepuk pundak Tui Lan.
"Lan-moi...... ! Bolehkah aku meminjam buku pemberian
Ang-leng Kok-jin itu sebentar? Siapa tahu ada keterangan
tentang penyakitku ini di sana?" tanyanya.
"Wah! Buku itu kutinggalkan di seberang sana," Tui Lan
cepat menjawab. Lalu sambungnya lagi, "Biarlah aku
mengambilnya sekarang ….."
Tapi Liu Yang Kun segera mencegahnya,"Jangan! Besok
saja kita ke sana bersama-sama. Marilah sekarang kita
berburu ikan untuk memulihkan tenagaku!”
"Benarkah? Ohh......ko-ko! Marilah!" Tui Lan tercengang,
namun segera bertepuk dengan riangnya.
Demikianlah, sehari itu Liu Yang Kun sengaja mengerahkan
segala kemampuannya untuk memulihkan kembali tenaganya.
Dan sehari itu pula mereka berdua seolah-olah menumpahkan
segala kerinduan mereka selama ini. Kini mereka benar-benar
saling membuka diri dan tidak malu-malu lagi mengeluarkan
isi hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 8
Terutama Liu Yang Kun. Entah mengapa, setelah
mendengar keterangan Tui Lan tentang Po-tok-cu itu, hatinya
menjadi amat lega dan gembira bukan main. Meskipun di
dalam kegembiraan tersebut hatinya juga masih sedikit
waswas pula.
"Lan-moi.......” Liu Yang Kun berkata gemetar ketika pada
suatu saat mereka duduk bersanding menikmati kebahagiaan
mereka.
Tui Lan menjadi tergetar juga hatinya. Entah mengapa
gadis itu merasakan sesuatu yang 'lain’ di dalam nada suara
pemuda itu. Dan diam-diam gadis itu meremang seluruh
badannya. Akibatnya gadis itu tak berani bersuara sedikitpun.
"Lan-moi.......Benarkah Po-tok-cu itu bisa menawarkan
segala macam racun?"
Tui Lan menelan ludah. Lalu jawabnya dengan suara
gemetar pula, "Bukan menawarkan........., tapi..... tapi
siapapun yang memegang mustika itu akan kebal terhadap
racun apapun juga. Begitu......... begitulah yang dikatakan
oleh Ang-leng Kok-jin......."
"Ooooooh.......!" Liu Yang Kun berdesah dan hendak
berbicara lagi, tapi tak jadi. Pemuda itu kelihatan ragu ragu.
Otomatis Tui Lan menjadi tegang dan gelisah pula. Gadis
itu menantikan kata-kata yang hendak dikeluarkan oleh Liu
Yang Kun. Namun karena ucapan tersebut tak kunjung keluar
juga, maka gadis itu menjadi tak tahan menunggunya.
"Lekaslah kaukatakan, ko-ko. Kau hendak berbicara apa?"
akhirnya gadis itu mendesak.
Liu Yang Kun menjadi gelagapan. Tapi karena Tui Lan terus
saja mendesaknya, maka akhirnya pemuda itu menjawab pula
dengan hati-hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lan-moi.......Tampaknya kita memang telah ditakdirkan
untuk hidup di dalam kurungan gua ini selamanya. Meskipun
demikian Thian kelihatannya masih mengasihani kita juga.
Buktinya kita terjeblos berdua di tempat ini sehingga kita bisa
saling mempunyai teman. Hmm, coba ...... bagaimana kalau
kita terjeblos sendirian di sini? Selain dari pada itu..........
selain dari pada itu ......."
Liu Yang Kun tak berani meneruskan perkataannya,
sehingga Tui Lan segera mendesak lagi.
"Ayolah, ko-ko. Mengapa kau menjadi ragu-ragu lagi?"
Liu Yang Kun menghela napas panjang. Kemudian dengan
menguatkan hatinya pemuda itu menatap wajah gadis yang
telah mampu menarik hatinya itu lekat-lekat.
"Selain dari pada itu......, tampaknya kita memang telah
diperjodohkan oleh Thian. Buktinya ..... buktinya .. kita berdua
menjadi cocok satu sama lain. Kita saling...... saling mengasihi
satu sama lain. Dan lebih dari pada itu, ternyata Thian telah
memberi karunia kepadaku, seorang gadis yang kebal
terhadap racun! Nah, mana ada ‘kebetulan' yang lebih hebat
dari pada itu? Oh Lan-moi......! Kukira hal ini memang telah
menjadi kehendak Thian."
Tui Lan tertunduk semakin dalam. Wajahnya menjadi
merah seperti udang direbus. Sementara napasnya tampak
memburu dan terengah-engah. Namun demikian wajah itu
tampak bahagia sekali.
"Lan-moi........! Bagaimana pendapatmu? Jawablah!
Mau.......maukah kau menjadi........ isteriku?"
Tui Lan tidak kuasa menjawab. Gadis itu hanya menatap
mata Liu Yang Kun sekilas, lalu menghambur ke dalam
pelukannya. Sekejap kemudian terdengar isaknya yang
tertahan. Isak kebahagiaan seorang wanita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi pemuda yang belum berpengaIaman itu menjadi
bingung karenanya. Dipandangnya rambut kekasihnya yang
halus namun berwarna dua itu dengan pandang mata
bertanya-tanya. Kenapa tiba-tiba gadis itu menangis terisakisak
? Apakah gadis itu tidak menyukainya?
"Kenapa kau malah menangis, Lan-moi? Kau......... Kau
tidak setuju dengan maksudku tadi?" pemuda itu mendesak
dengan suara risau dan cemas.
Tiba-tiba wajah gadis itu menengadah, lalu menempelkan
pipinya ke pipi Liu Yang Kun. Dan tangisnya semakin menjadijadi.
Namun bibirnya sempat berbisik di telinga kekasihnya.
"Tidak! Tidak! Aku menangis bukan karena itu! Aku.......
aku.....oh, ko-ko........ mengapa maksudmu itu tidak
kaukatakan dulu-dulu?"
"Hah?" Liu Yang Kun tersentak kaget, sehingga gadis itu
ikut terbawa berdiri. "Tidak dari dulu-dulu? Oh! Jadi.......kau
setuju, Lan-moi?"
Pemuda itu tampak gembira sekali. Begitu pula dengan Tui
Lan. Kedua orang itu tampak saling memandang dengan
bahagia sekali. Lalu, entah siapa yang memulai dahulu, tibatiba
saja mereka telah saling berciuman dengan mesranya.
Namun kemesraan tersebut terputus dengan mendadak
pula, ketika secara tiba-tiba Liu Yang Kun bergegas
melepaskan diri dengan tubuh bergetaran! Mata pemuda itu
tampak melotot kemerah-merahan, sementara badannya
semakin tampak menggigil seperti sedang menahan sakit yang
amat sangat.
Tentu saja Tui Lan menjadi kaget sekali.
"Ko-ko.......? Kau......kau kenapakah?” pekiknya ketakutan.
Tapi pemuda itu tidak menjawab. Sebaliknya dia segera
berlari ke tempat dimana dia menaruh rantai borgol tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan amat tergesa-gesa pemuda itu segera memasang
borgolnya.
"Tui Lan........! Cepat pergi dari sini! Cepaaaaat.......!
Penyakitku, penyakitku....... aaaarrrgh!??" pemuda itu
berteriak sekuat-kuatnya.
Namun belum juga habis perkataannya, pemuda itu sudah
menggeram keras sekali. Matanya tiba-tiba membalik. Dan
sekejap kemudian sikapnya telah berubah menjadi buas!
Sambil meronta-ronta ia berusaha menggapai-gapai ke arah
Tui Lan.
Tui Lan semakin ketakutan. Dengan demikian gadis itu
justru tidak kuasa beranjak dari tempatnya malah! Saking
ngerinya gadis itu malah jatuh terduduk di atas tanah.
Bersimpuh dengan tubuh menggigil!
Pemuda itu terus meronta-ronta, seperti seekor singa
kelaparan yang ingin lepas dari rantai pengikatnya. Sambil
sekali sekali meraung dan menggeram dengan buasnya,
pemuda itu berusaha meloloskan diri dari borgolnya.
Dan apa yang dilihat oleh Tui Lan benar-benar sangat
mengerikan! Mata gadis itu terbeliak ketakutan, sementara
aliran darahnya seolah-olah membeku dan berhenti mengalir !
Mula-mula tampak oleh gadis itu tangan Liu Yang Kun
memanjang beberapa jengkal jauhnya. Tapi ketika tangan itu
tidak dapat juga menggapai dirinya, lengan tersebut segera
mengerut kembali dengan cepatnya. Dan entah bagaimana
caranya, selain mengerut lengan itu juga mengecil bentuknya,
sehingga ketika pemuda itu meronta sekali lagi, tangan itu
otomatis terlepas dari borgolnya.
Begitu juga halnya dengan lengan dan kedua kakinya yang
lain. Satu persatu mereka terlepas dari cengkeraman borgol
besi itu. Sehingga akhirnya tinggal bagian lehernya saja yang
tidak bisa lepas. Bagaimanapun juga leher itu memanjang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memendek, tapi tempurung kepala itu tetap tak bisa mengerut
atau mengecil.
Karena pemuda itu masih tetap saja meronta dan
membelot sekuatnya, maka otomatis borgol yang melilit
lehernya itu seperti mencekik dirinya. Mukanya menggembung
merah padam. Matanya melotot merah. Sementara mulutnya
terbuka lebar dengan lidah yang menjulur keluar.
Tui Lan yang semula ketakutan itu tiba-tiba menjadi
khawatir akan keselamatan Liu Yang Kun. Gadis itu menjadi
cemas, jangan-jangan kekasihnya itu akan mati tercekik oleh
ulahnya sendiri.
"Ko-ko......! Hentikan! Jangan memaksa untuk melepaskan
diri! Kau......kau bisa tercekik!" gadis itu memekik seraya
bangun berdiri. Tak terasa gadis itu melangkah maju, lalu
berhenti lagi.
"Ekkkkkh......! Ekhhhhk.......!”
Tapi melihat mangsanya datang semakin dekat, maka Liu
Yang Kun justru menjadi semakin buas malah! Pemuda itu
meronta dan meraung-raung semakin keras. Darah mulai
menetes dari luka-luka di lehernya, namun tak dirasakan oleh
pemuda itu. Justru Tui Lanlah yang menjadi bertambah
khawatir.
"Ko-ko.......? Tahannnn.....!?” pekiknya dengan suara serak.
Otomatis kakinya melangkah maju lagi.
Tiba-tiba kedua lengan Liu Yang Kun yang bebas itu
meluncur ke depan dengan cepatnya. Kedua-duanya
memanjang hampir dua kali lipat panjangnya, sehingga ujung
baju Tui Lan hampir tersambar karenanya.
Tui Lan berdesah kaget. Otomatis lengannya menangkis
dengan kekuatan penuh, sehingga tenaga sakti Pat-hong-sinkang
yang berada di dalam tubuhnya ikut keluar pula dengan
dahsyatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Plaaak! Breeeees!
Terdengar suara letupan yang keras dan nyaring seperti
dua batang besi baja yang saling berbenturan di udara. Tui
Lan mengeluh. Tubuhnya terpelanting ke tanah dengan
kuatnya. Kemudian menggelinding semakin mendekati Liu
Yang Kun malah!
Liu Yang Kun yang telah menjadi 'buas' itu tak menyianyiakan
kesempatan tersebut. Sambil meraung keras ia
menubruk Tui Lan yang sudah tak berdaya itu. Namun di
dalam kekalutan dan ketakutannya, ternyata Tui Lan tidak
melupakan Bu-eng Hwe-tengnya. Ketika kaki kanannya
menjejak batu karang yang menonjol di dekat kakinya, maka
tubuhnya segera meluncur ke samping dengan cepatnya.
Tapi gerakan Liu Yang Kun ternyata juga tidak kalah
cepatnya. Di dalam keadaan tidak sadarnya itu tampaknya Liu
Yang Kun selalu berada di puncak kemampuannya. Buktinya
Tui Lan yang sudah menyalurkan seluruh tenaga sakti Pathong-
sin-kangnya tadi ternyata juga tak mampu membentur
lengan pemuda itu. Dan sekarang, meskipun ia juga telah
mengerahkan Bu-eng Hwe-teng pula, ternyata juga tetap tak
bisa menghindar sepenuhnya dari sergapan pemuda tersebut.
Brrrrrt! Terdengar suara kain sobek yang keras sekali ketika
kesepuluh jari-jari tangan Liu Yang Kun yang kokoh kuat itu
sempat menyambar kain celana dan sebagian ujung baju Tui
Lan!
Gadis itu menjerit sekeras-kerasnya! Kemudian bergulingguling
dan mendekam di tanah dengan air muka pucat pasi!
Seluruh bagian tubuhnya, dari pinggang ke bawah, kini
telanjang sama sekali! Malahan di bagian pinggulnya yang
membusung itu tampak bekas guratan kesepuluh jari tangan
Liu Yang Kun dengan amat jelasnya. Merah dan sedikit
berdarah !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan saking takutnya, gadis itu tiba-tiba seperti tidak
mempunyai tenaga lagi. Dengan mata terbelalak tubuhnya
menjadi lemah lunglai, seperti seekor kelinci kecil yang telah
berada di depan mulut harimau. Lemas dan pasrah! Dan
kejadian selanjutnya ia tak tahu lagi, karena la lalu pingsan
begitu Liu Yang Kun menerkam dirinya!
Tui Lan baru sadar kembali ketika ia merasakan tubuhnya
diguncang keras oleh seseorang. Dan ketika gadis itu
membukakan matanya, la melihat Liu Yang Kun menangis
menggerung-gerung sambil memeluk dan mengguncangguncang
tubuhnya.
Tui Lan merasakan badannya sakit semua, tubuhnya
sangat lemas, sehingga ia tak lekas-lekas bangkit untuk
menemui Liu Yang Kun. Ia sadar bahwa semua yang
ditakutkannya itu telah terjadi. Tapi sedikitpun ia tak
menyalahkan kekasihnya. Itu semua terjadi karena diluar
kesadaran Liu Yang Kun. Pemuda itu sendiri sangat menderita
karena penyakitnya tersebut.
"Ko-ko......." bisiknya lemah, tapi sudah cukup keras untuk
menyadarkan Liu Yang Kun.
"Hah? Lan-moi.........?" pemuda itu berseru kaget dan
tangisnya seketika berhenti. Dan begitu melihat Tui Lan yang
disangkanya telah mati itu benar-benar bergerak dan
membuka matanya, serentak mulutnya berteriak kegirangan.
Begitu girangnya dia sehingga tubuh Tui Lan yang masih
lemah itu di angkat dan didekapnya sambil berputar-putar.
“Oh, kekasihku........! Kau masih hidup! Oooh, terima kasih
Thian.....!" teriaknya seperti orang tidak waras.
"Ko-ko.......!" panggil Tui Lan.
"Yaa........?" tiba-tiba pemuda itu berhenti berputar dan
menjawab. Kemudian seperti orang yang baru sadar dari
mabuknya ia menurunkan kembali tubuh Tui Lan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersipu-sipu. "Maafkanlah aku, Lan-moi. Maafkanlah.....”
ucapnya berulang-ulang.
Tapi keduanya segera terpekik kaget begitu menyadari
bahwa mereka berdua ternyata tidak berpakaian sama sekali!
Masing-masing cepat memalingkan mukanya. Dan mereka
segera melihat cabikan-cabikan kain yang bertebaran di
sekeliling mereka. Tampaknya di dalam ketidaksadarannya
tadi Liu Yang Kun telah merobek-robek seluruh pakaian yang
mereka kenakan.
Tak bisa diceritakan bagaimana perasaan Liu Yang Kun
pada saat itu. Perasaan bersalah, malu, kotor dan rendah diri
memenuhi dada pemuda itu. Kini kekasihnya itu benar-benar
menyaksikan sendiri bagaimana jahat dan biadabnya dia.
Bagaimana kotor dan tidak berharganya orang seperti dirinya.
"Lan-moi, maafkanlah.....! Seperti itulah aku ini. Kotor,
jahat. Dan tidak layak untuk disejajarkan dengan bidadari
semacam kau......." Liu Yang Kun merintih, lalu jatuh terduduk
sambil menutupi mukanya.
Tui Lan berpaling dengan cepat. Tiba-tiba gadis itu seperti
tersentuh hatinya mendengar keluh kesah pemuda itu. Gadis
itu seperti merasakan pula penderitaan batin kekasihnya itu.
Sehingga tanpa terasa kakinya melangkah mendekati.
Kemudian duduk berjongkok di belakang pemuda itu.
“Ko-ko........!" bisiknya perlahan di telinga pemuda itu. "Kau
tidak bersalah. Aku tidak menganggapmu rendah dan kotor.
Sebaliknya aku merasakan bahwa sebenarnya kau adalah
seorang lelaki yang mulia. Hanya nasibmu saja yang agak
kurang baik......."
Liu Yang Kun berbalik dengan cepat. Dan keduanya segera
saling memandang dengan tatapan mata dalam, seolah olah
ingin saling menjajaki dan saling menjenguk isi hati masingmasing.
Sama sekali mereka tidak memikirkan lagi bahwa
mereka tidak berpakaian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lan-moi.......!" akhirnya Liu Yang Kun berdesah lebih
dahulu. "Kau tidak membenci aku? Kau dapat memaafkan
aku?"
Tui Lan tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Tidak!
Aku tidak membencimu ! Aku justru menaruh kasihan dan
menyayangimu. Kau patut diselamatkan. Dan aku bersedia
berkorban apa saja demi keselamatanmu," katanya penuh
perasaan.
Liu Yang Kun terbelalak tak percaya. Sekejap pemuda itu
seakan-akan terangkat ke awang-awang. Dan ucapan Tui Lan
itu seolah-olah suara nyanyian bidadari yang amat terdengar
merdu di teIinganya.
"Benarkah pernyataanmu itu, Lan-moi? Oh, betapa
mulianya hatimu." Liu Yang Kun berbisik dengan penuh
perasaan pula. "Dengarlah. Lan-moi..... Berulang kali aku
mengalami peristiwa seperti tadi, tapi baru sekarang ini aku
merasa sangat berputus asa dan sangat menderita sekali.
Rasa-rasanya aku juga tak ingin hidup lagi bila seandainya kau
tadi benar-benar meninggal karena racunku."
Kini giliran Tui Lan yang seolah-olah terbang ke awangawang.
Matanya terpejam rapat, seakan-akan sedang
menikmati alunan suara kekasihnya yang sangat
membahagiakan hatinya itu. Oleh karena itu ia tidak menolak
ketika sekali lagi pemuda itu mendekapnya dengan
kencang..........
Udara di dalam gua itu terasa panas dan pengap, sehingga
kedua orang kekasih yang sedang dimabuk cinta itu merasa
sangat kegerahan. Peluh tampak mengalir di sekujur badan
mereka. Namun demikian mereka berdua kelihatan berbahagia
sekali. Liu Yang Kun duduk bersandar di sebuah batu karang,
sementara Tui Lan tampak menggelendot manja di dadanya.
"Ko-ko.......! Kita harus wajib mengadakan upacara
perkawinan, meskipun sangat sederhana sekalipun, agar kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lepas dari perasaan berdosa dan kotor di dalam batin kita.
Keadaan memang tidak memungkinkan kita mengadakan
peralatan upacara yang lengkap seperti lazimnya adat-istiadat
leluhur kita. Tapi biarpun amat sangat sederhana, kukira
hikmahnya juga sama saja. Yang penting adalah tekad kita
yang tulus di depan Thian ........"
"Bagus, Lan-moi. Aku
memang sedang
memikirkan hal itu pula.
Hmm, kalau
begitu........marilah kita
laksanakan saja sekarang!
Kita anggap batu karang
ini sebagai meja
sembahyang, sedangkan
obor-obor yang kaubawa
itu sebagai dupa dan
lilinnya. Marilah!"
"Telanjang bulat
begini?" Tui Lan
memotong dengan agak
malu-malu.
“Apa boleh buat. Kita
tidak mempunyai pakaian
lagi. Biar saja sebelum diketemukan bahan pakaian, nenek
moyang kita dulu juga tidak mengenakan apa-apa ketika
mengadakan upacara perkawinan." Liu Yang Kun membela
diri.
"Kau ngawur! Zaman dulu tidak ada upacara perkawinan
malah! Asal mereka saling suka sama suka. maka merekapun
langsung hidup bersama.”
"Siapa bilang! Baiklah! Kalau begitu marilah kita lekas-lekas
melaksanakannya. Setelah itu kita terus kembali ke seberang."
Tui Lan mengalah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun tersenyum, kemudian memeluk tubuh Tui
Lan. "Maafkanlah aku, Lan-moi." katanya pelan.
Demikianlah, meskipun dengan peralatan yang amat
sederhana, sepasang kekasih itu lalu mengadakan upacara
perkawinan mereka sendiri. Mereka bersumpah dan
mengucapkan janji bersama-sama, untuk saling mengikatkan
diri menjadi suami isteri selama-lamanya. Mereka juga akan
berusaha untuk saling menyayangi jodoh mereka itu apapun
yang terjadi.
Selesai mengadakan upacara mereka lalu bersiap-siap
untuk kembali ke seberang lagi. Karena ilmu yang mereka
gunakan berbeda, maka cara yang mereka tempuhpun juga
berlainan. Liu Yang Kun yang mahir pek-houw-ciang itu
merayap melalui langit-langit gua, sedangkan Tui Lan yang
pandai Bu-eng Hwe-teng itu kembali mempergunakan kantong
kulit untuk berloncatan di atas permukaan sungai. Dan
ternyata Tui Lan lebih dahulu mencapai seberang dari pada
suaminya.
"Bukan main! Ilmu Mengentengkan Tubuhmu sekarang
jauh lebih hebat dari aku.” Liu Yang Kun memuji.
"Mulai sekarang kaupun juga bisa mempelajarinya pula.
Hmm, marilah kita melihat buku Im-Yang Tok-keng itu...!"
"Hei! Aku sekarang boleh ikut ke kamarmu?" Liu Yang Kun
menggoda.
"Kau gila!" Tui Lan mengomel dengan muka bersemu
merah. "Justru mulai sekarang kalau kau tidak tidur di
kamarku tentu akan kudamprat habis-habisan!"
"Wah! Kalau begitu punya isteri itu repot juga, ya?" Liu
Yang Kun pura-pura bersungut-sungut sambil menggaruk
garuk kepalanya. Namun mulutnya tampak bersenyum-simpul
bahagia sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tui Lan tidak menjawab. Gadis itu hanya melirik saja sambil
mencibirkan bibirnya, lalu bergegas melangkah menuju ke
'kamarnya'. Pinggul yang bulat penuh tanpa penutup kain
barang sesobekpun itu tampak menari-nari bila dilihat dari
belakang, sehingga Liu Yang Kun cepat-cepat membuang
muka karenanya.
Tui Lan lalu memperlihatkan semua buku-bukunya. Tapi Liu
Yang Kun hanya mengambil buku Im-Yang Tok-keng saja.
Pemuda itu buru-buru membolak-balik halamannya. Dicarinya
keterangan yang kira-kira memuat petunjuk tentang
penyakitnya. Namun sampai lelah ia membolak balik isi buku
itu ia tetap tidak menemukan keterangan itu.
"Ah, buku ini sama sekali tidak membahas tentang
pengaruh racun terhadap orang yang selalu bermain-main
atau menyimpan racun di dalam tubuhnya. Buku ini cuma
berisi tentang aneka macam racun di dunia ini, beserta cara
membuat dan memperolehnya. Juga cara melawan dan
mengatasinya......." pemuda itu berkata kecewa.
Tui Lan cepai merangkul pundak suaminya. "Sudahlah, koko.
Kau tak perlu bersedih karenanya. Di tempat ini, beracun
atau tidak beracun sama saja bagimu. Tak ada orang lain
yang perlu kautakutkan akan terkena racunmu. Yang ada
hanya aku. Padahal racunmu tidak berpengaruh apa-apa
terhadapku. Apa lagi.......?" hiburnya.
Liu Yang Kun menatap wajah Tui Lan yang cantik itu. Tibatiba
bibirnya tersenyum kembali. Sambil balas merangkul
pemuda itu berkata,"Kau benar, Lan-moi. Terima kasih........."
Maka hari-hari selanjutnya sepasang pengantin baru itu lalu
melewatkan masa-masa bulan madu mereka seperti layaknya
para pengantin baru yang lain. Meskipun berada di tempat
yang gelap di dalam gua di bawah tanah, namun hal itu tidak
mengurangi kegembiraan dan kebahagiaan mereka berdua.
Mereka tekun berlatih silat dan mempelajari buku-buku
peninggalan Bit-bo-ong almarhum. Malah untuk merintangTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
rintang waktu mereka juga membaca-baca pula buku Im-Yang
Tok-keng milik Giok-bin Tok-ong itu.
Demikianlah enam bulanpun sudah berlalu pula sehingga
kalau dihitung mereka berdua telah satu tahun berada di
dalam gua itu. Liu Yang Kun telah menyelesaikan ketiga buah
buku peninggalan Bit-bo-ong itu dan tinggal
menyempurnakannya saja. Sementara itu Tui Lan baru
menyelesaikan dua buah buku saja, yaitu Bu-eng Hwe-teng
dan Pat-hong Sin-ciang, meskipun sebenarnya Liu Yang Kun
juga sudah berusaha mati-matian membantunya.
Pada suatu hari, setelah seharian mereka berlatih silat,
mereka duduk-duduk melepaskan lelah di tepian sungai sambil
omong-omong. Mereka berbincang tentang segala macam hal.
Tentang ilmu silat. Tentang nasib mereka besok. Dan yang
terakhir mereka berbincang tentang penyakit Liu Yang Kun.
"Ko-ko.....! Kulihat kau sekarang tidak pernah kambuh
'mimpi berjalan' lagi. Tidurmu sangat nyenyak......Tampaknya
penyakitmu itu memang sudah hilang sekarang."
Tapi Liu Yang Kun segera menggeleng. "Tidak, moi-moi.
Penyakitku belum hilang. Jikalau selama ini tak pernah muncul
lagi, hal itu disebabkan karena sudah ada penyalurannya. Aku
tak pernah mengekangnya lagi, apalagi sampai
menumpuknya. Hmmmh......! Aku masih merasa khawatir.
Tetapi asalkan kau masih tetap berada di sampingku, penyakit
itu juga akan tetap bisa dijinakkan."
Tui Lan tersenyum. "Ko-ko, kau ini ada-ada saja. Di tempat
sempit seperti ini, mau kemana lagi aku kalau tidak berada di
sampingmu?"
Mereka berpandangan dengan mesra.
"Siapa tahu kau meninggalkanku kelak?" Liu Yang Kun
bergurau.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Tui Lan tidak melayani gurauan suaminya itu. T ibatiba
saja ia menarik napas panjang. Kepalanya tertunduk.
Matanya tampak meredup sayu, sehingga suaminya menjadi
kaget melihatnya.
"Itu terbalik, ko-ko. Seharusnya akulah yang
mengatakannya. Bukan kau," akhirnya Tui Lan berdesah
perlahan.
"Kau? Apa maksudmu, moi-moi?" Liu Yang Kun bertanya
bingung.
Tui Lan mengangkat wajahnya. Ditatapnya wajah suaminya
itu dengan tajamnya. Lalu katanya pelan, "Bukan aku yang
akan meninggalkanmu. Itu terbalik. Kaulah kelak yang akan
meninggalkanku.”
Tiba-tiba Liu Yang Kun tertawa.
"Ah, kukira apa.........ha-ha-ha! Ternyata cuma soal itu.
Wah, moi-moi.....aku tadi cuma bergurau saja. Aku tidak
bersungguh-sungguh. Mengapa kau masukkan ke dalam hati?"
"Tentu saja aku memasukkannya ke dalam hati, ko-ko.
Sebab aku sangat mencintaimu. Tapi sebaliknya, aku kurang
yakin bahwa kau mencintaiku." Tui Lan menjawab dengan
suara bersungguh-sungguh.
"Hei! Kenapa kau ini?" Liu Yang Kun bertanya semakin tak
mengerti. Dahinya berkerut.
Sekali lagi Tui Lan menatap wajah suaminya lekat-lekat.
"Ko-ko.....! Cobalah kaujawab dengan jujur! Siapakah Souw
Lian Cu yang selalu kausebut-sebut di dalam mimpimu itu.”
Bukan main terperanjatnya Liu Yang Kun! Air mukanya
seketika menjadi pucat! Mulutnya terbuka, tapi tak sepatah
katapun suara yang keluar. Kalau akhirnya keluar juga, maka
suara itu tak lebih seperti suara orang kaget yang gelagapan
tiada artinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lan-moi! Kau....... ini......itu ..... apa? Oh!"
Tapi dengan tenang Tui Lan memeluk suaminya.
Tampaknya ia menjadi kasihan melihat keadaan Liu Yang Kun
itu. Meskipun demikian ia tidak mengurangi kesungguhannya
ketika menghibur lelaki itu.
"Ko-ko.....! Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak apa-apa.
Aku tidak merasa tersinggung mendengar nama yang selalu
kausebut dengan suara mesra di dalam mimpimu itu. Dan aku
juga tidak akan marah kepadamu. Aku terlalu mencintaimu.
Aku sudah merasa sangat berbahagia dapat mendampingimu.
Kaupilih menjadi isterimu .......”
Tui Lan berhenti sebentar untuk mengambil napas. Lalu
sambungnya lagi, "Sejak semula sudah kusadari bahwa lelaki
hebat seperti kau tentu banyak pengagumnya. Maka aku
takkan heran jika sebelumnya kau teIah mempunyai seorang
calon ataupun seorang...... isteri malah."
Tui Lan mencium pipi Liu Yang Kun. "Malahan sudah lama
aku bersiap sedia pula, bila pada suatu saat kelak kau akan
mengatakan kepadaku, bahwa perkawinanmu denganku ini
hanya karena terpaksa. Karena tiada wanita lain di dalam
lorong gua ini......." bisiknya lagi dengan suara serak.
"Moi-moi!" Liu Yang Kun berseru seraya menutup bibir Tui
Lan dengan jari-jari tangannya.
Sekejap Liu Yang Kun memandang tak senang ke arah
isterinya. Tapi serentak melihat air mata yang mengalir
membasahi pipi Tui Lan, hatinya segera tersentuh. Tiba-tiba
pemuda itu memeluk isterinya.
"Lan-moi, maafkanlah aku, maafkanlah suamimu ini........
Aku tak sengaja menyakiti hatimu. Tak seharusnya aku
menyimpan masa laluku itu kepadamu. Tapi..... kau jangan
salah sangka tentang hal itu. Aku benar-benar mencintaimu.
Kau jangan menyiksa diri seperti itu. Baiklah......Untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terangnya, biarlah kuceritakan saja tentang gadis itu......"
bisiknya dengan suara serak pula kepada isterinya.
Lalu mulailah Liu Yang Kun menceritakan masa lalunya.
Malah tidak hanya hubungannya dengan Souw Lian Cu saja
tapi hubungannya dengan Tiauw Li Ing pula.
"Aku melihatnya pertama kali di dusun Hi-san-cung lebih
kurang lima tahun yang lalu. Saat itu dia sedang sibuk
menolong para pengungsi yang luka-luka akibat gempa bumi
besar itu. Entah mengapa tiba-tiba saja aku tertarik
kepadanya. Mungkin aku sangat terkesan akan
pengorbanannya atau pengabdiannya terhadap rakyat yang
lagi menderita. Atau mungkin juga karena wajahnya yang ayu
namun ternyata lengannya buntung sebelah itu........."
"Lengannya buntung sebelah?" Tui Lan menyela dengan
kaget.
Liu Yang Kun mengangguk. "Tapi sungguh tak kusangka
wataknya sangat kaku dan mudah tersinggung. Ketika terjadi
bentrokan antara para anggota Kim liong Piauw-kiok dan Tattung
Kai-pang di tempat itu, aku dan dia berselisih. Aku
membantu Kim-liong Piauw-kiok, sedangkan dia membantu
para pengemis dari Tiat-tung Kai-pang itu. Sebenarnya aku
tak ingin berselisih dengannya. Tapi keadaan pada saat itu
telah membuat jurang pemisah di antara kami berdua,
sehingga maksudku untuk berkenalan dengan dia menjadi
gagal karenanya. Kami berpisah dengan memendam perasaan
tidak enak di hati masing-masing."
Liu Yang Kun menghentikan ceritanya dan mengawasi
isterinya untuk beberapa lamanya. Melihat kesungguhan
wanita itu dalam mendengarkan kisahnya, maka ia segera
melanjutkannya lagi.
"Kami bertemu lagi di kuil Delapan Dewa beberapa hari
kemudian. Dia dirawat di kuil itu karena luka-lukanya ketika
bertempur dengan orang-orang Aliran Mo-kauw. Ternyata dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih mendendam kepadaku, sehingga apa yang kukerjakan
selalu tidak berkenan di hatinya. Akibatnya aku lalu menjadi
salah tingkah. Perselisihan semakin meruncing, sementara
hatiku menjadi semakin tertarik kepadanya. Akhirnya kami
berpisah lagi tanpa ada kesempatan untuk saling mengenal
diri kami masing-masing........."
"Lalu.........?" Tui Lan mendesak tak sabar.
Liu Yang Kun menarik napas panjang. "Lama sekali kami
tak berjumpa. Sementara itu aku mendapat kenalan baru,
yaitu Tiauw Li Ing. Dia puteri Tung-hai-tiauw, raja bajak laut
dari Lautan Timur. Gadis itu lebih berani, ramah dan suka
berterus terang. Sebentar saja kami telah menjadi akrab satu
sama lain. Namun di dalam hatiku diam-diam aku tak
menyukai kekejaman dan kecongkakannya. Maka ketika dia
kelihatan mulai mendesakku, aku segera menghindar. Aku
masih tetap penasaran kepada gadis buntung yang amat
membenci aku itu............."
Liu Yang Kun berhenti lagi. Tapi hanya sebentar saja. Di
lain saat ia telah meneruskan lagi ceritanya.
"Pertemuan kami yang ketiga adalah di muara Sungai
Huang-ho. Saat itu dia datang bersama ayahnya. Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai.”
"Dia puteri pendekar besar Hong-gi-hiap Souw Thian Hai?"
"Benar. Tapi sebelumnya aku juga tak menyangka kalau dia
adalah puteri pendekar yang tersohor itu.......”
"Ooooh, lalu .....?” Tui Lan mendesak.
"Sebenarnya ayahnya itu sangat menyukai aku. Dan
tampaknya beliau itu juga telah merasakan keanehan
hubungan kami. Maka di dalam kesempatan tersebut beliau
ingin mendamaikan dan memperbaiki hubungan kami itu. Tapi
entah mengapa, gadis itu tetap keras kepala dan masih
kelihatan sangat membenci aku. Maksud baik ayahnya itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditentangnya dengan keras. Meskipun dia mau melaksanakan
perintah ayahnya untuk meminta maaf kepadaku, tapi
selanjutnya dengan menahan air mata dia lari meninggalkan
aku dan ayahnya. Hong-gi-hiap Souw Thian Hai segera
mengejarnya, tapi aku tidak."
"Mengapa tidak? Ah! Kau keliru, ko-ko......." Tui Lan
menyela dengan cepat.
Liu Yang Kun menatap wajah Tui Lan dengan kening
berkerut. "Hei! Mengapa aku keliru?" tanyanya heran.
Tui Lan menghela napas. "Kau memang bodoh dalam hal
ini. Namun apa boleh buat, semuanya telah lewat. Tak perlu
disesali lagi. Memang begitulah agaknya kehendak Thian. Nah,
ko-ko teruskan saja ceritamu! Mengapa kau tidak ikut
mengejarnya?"
"Hei! Nanti dulu! Kau belum menerangkan, kenapa aku
mesti keliru?" Liu Yang Kun berkata penasaran.
"Ah, kau ini......! Teruskan dulu ceritamu, nanti aku
terangkan!"
Liu Yang Kun memandang isterinya dengan agak ragu, tapi
beberapa saat kemudian sambil menghembuskan napasnya
yang berat ia mengalah.
"Baiklah! Aku tidak ikut mengejar Souw Lian Cu karena
pada waktu itu aku sudah sadar akan keadaan tubuhku yang
tidak normal ini. Dengan keadaan tubuhku yang sangat
beracun ini tak mungkin aku bisa mencintai dia. Itu sama saja
dengan membunuhnya. Oleh karena itu, apa gunanya aku
mengejar-ngejarnya? Kebenciannya yang amat sangat
kepadaku itu justru kuanggap sangat kebetulan malah."
"Tapi di dalam hati kau sebenarnya masih sangat
mengharapkannya, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun cepat memandang isterinya, namun segera
tertunduk kembali. Pandang mata Tui Lan seolah-olah
menembus ke dalam hatinya.
"Ayoh, jawablah dengan jujur, ko-ko.......! Benar, bukan?"
Tui Lan mendesak lagi.
Liu Yang Kun terpaksa mengangguk. "Maafkanlah aku, moimoi!"
katanya lirih.
Tui Lan tersenyum. "Sudah kukatakan, aku tidak apa-apa.
Jangan khawatir! Lalu bagaimana selanjutnya?"
Liu Yang Kun menelan ludah. Lalu lanjutnya, "..........
Pertemuan kami yang terakhir atau yang keempat adalah di
dekat Pulau Meng-to. Saat itu aku bermaksud ke Pulau Mengto
untuk mencari Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Aku ingin
mengembalikan buku-buku Bit-bo-ong yang sekarang
kaubawa itu kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, sesuai
dengan pesan......Hek-eng-cu. Tapi di tengah laut perahuku
telah berpapasan dengan perahu majikan Pulau Meng-to, Keh
sim Siau-hiap. Malahan Hong-gi-hiap Souw dan Souw Lian Cu
berada di atas perahu besar itu pula. Oleh karena itu aku lalu
naik ke atas perahu mereka untuk menyerahkan buku-buku
itu. Sebenarnya aku tak ingin bertatap muka dengan gadis itu.
Tapi apa daya, gadis itu seolah-olah justru menghadangku
malah. Aku terpaksa memandang dan menyapanya. Namun
aku menjadi kaget bukan main. Aku melihat sesuatu yang
aneh dalam pandang matanya. Sesuatu yang lain dari pada
dulu. Dan sikapnya juga sudah sangat berbeda dengan
sikapnya dahulu. Tetapi........ aku menjadi ketakutan malah!
Aku tak berani membayangkan, bagaimana halnya kalau gadis
itu berbalik pikiran menjadi senang kepadaku. Sekejap hatiku
menjadi gelisah, bingung dan cemas. Saking cemasnya aku
lalu bergegas meninggalkan perahu besar itu dan cepat-cepat
meluncur pergi dengan perahuku sendiri. Aku lari sejauhjauhnya
agar tidak dapat bertemu lagi dengannya.......”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menutup ceritanya dengan kepala tertunduk
dalam-dalam. Tampaknya kerut-merut di wajahnya seakanakan
masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
Sehingga Tui Lan yang amat perasa dan amat mencintai
suaminya itu menjadi kasihan melihatnya. Wanita muda itu
tahu bahwa di dalam lubuk hati suaminya masih melekat rasa
cinta kepada puteri pendekar besar Souw Thian Hai itu.
"Ko-ko, sudahlah! Kau tak perlu menyedihkannya. Kalau
kau memang berjodoh dengan dia, Thian tentu akan
memberikan jalannya." Tui Lan menghibur.
Liu Yang Kun meremas jari tangan isterinya. Bibirnya
berusaha untuk tersenyum. "Moi-moi. ah.......! Kau jangan
berpikir yang bukan-bukan! Aku sama sekali sudah tidak
memikirkannya lagi. Sudah ada kau di sampingku. Kaulah
jodoh yang dikirim Thian untukku....." katanya membesarkan
hati isterinya.
Bagaimanapun juga Tui Lan adalah seorang wanita. Dia
sangat bahagia mendengar ucapan suaminya itu. Sambil
menggelendot manja ia berbisik di telinga Liu Yang Kun, "Koko......
Aku punya khabar gembira untukmu."
Liu Yang Kun tersenyum, lalu mencium pipi isterinya. "Apa
itu? Coba katakan.......!" bisiknya pula.
Tui Lan menatap mata suaminya. Wajahnya tampak cerah
dan berbinar-binar gembira, sehingga kecantikannya semakin
tampak menonjol.
"Sebentar lagi kita tidak akan sendirian di s ini......" katanya
masih berteka-teki.
"Tidak sendirian lagi? Apakah maksudmu?" Liu Yang Kun
bertanya.
'Huh kau ini bodoh benar. Sebentar lagi kita akan punya
anak, tahu ? Aku sudah mulai hamil sekarang." Tui Lan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjawab kesal seolah-olah sangat marah karena Liu Yang
Kun tak pernah memperhatikannya.
"Hei! Kau sudah hamil?" Liu Yang Kun benar-benar kaget.
Lalu tiba-tiba saja lengannya menyambar tubuh Tui Lan dan
dibawanya berjingkrak-jingkrak saking senangnya. "Lan-moi
......! Oh, Lan-moi......!” serunya gembira.
"Hei! Hei! Jangan keras-keras, ayah bodoh! Kau bisa
menyakiti anakmu !” Tui Lan menjerit-jerit.
"Ah, ya.....ya.....benar! Benar? Sungguh bodoh benar aku!
Hehe..... aku memang benar-benar ayah yang bodoh seperti
katamu, heheho...." Liu Yang Kun berseru kaget, kemudian
dengan sangat hati-hati menurunkan tubuh Tui Lan.
"Huh! Kau memang sangat bodoh. Kalau kau pandai tentu
tidak akan terjadi kesalah-pahaman yang berlarut-larut dalam
hubunganmu dengan Souw Lian Cu itu." Tui Lan mengomel
serta mencubit lengan suaminya.
"Kalau aku pandai.......?" Liu Yang Kun termangu-mangu
tak mengerti.
"Ya! Kalau kau pandai, seharusnya kau ikut pula mengejar
Souw Lian Cu ketika dia lari meninggalkanmu itu." Tui Lan
tegas.
"Mengapa begitu?" Liu Yang Kun mendesak.
"Sudahlah! Kau memang tidak mengerti hati perempuan...."
potong isterinya sambil melangkah pergi meninggalkannya.
Liu Yang Kun terlongong-longong saja di tempatnya
mengawasi kepergian isterinya. Dia tetap tidak mengerti apa
yang dikatakan isterinya itu. Maka sambil mengangkat
pundaknya ia berjalan mengikuti langkah Tui Lan. Namun
demikian ia sangat gembira dengan berita kehamilan isterinya
itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, dengan kehamilan Tui Lan itu hubungan
mereka menjadi semakin mesra dan bersemangat. Setiap saat
selalu mereka pergunakan untuk bercinta dan bergembira
bersama. Namun demikian mereka juga tidak lupa untuk
memperdalam ilmu silat yang mereka pelajari. Dan karena
buku-buku yang dibawa oleh Tui Lan itu sudah habis dipelajari
Liu Yang Kun, maka menjadi tugas pemuda itu untuk ganti
membimbing dan mengajari isterinya. Dan kini tinggal Kim
liong Sin-kun saja yang harus dipelajari oleh Tui Lan. Yang lain
tinggal menyempurnakannya.
Maka tanpa mereka sadari sendiri kepandaian mereka
sekarang benar-benar melonjak dengan hebatnya. Kepandaian
Tui Lan sekarang telah jauh meninggalkan gurunya,
sementara kepandaian Liu Yang Kun yang sudah amat hebat
itu menjadi semakin dahsyat pula. Demikian tinggi tenaga
dalam mereka sehingga mereka tidak membutuhkan obor lagi
untuk melihat di dalam kegelapan itu. Mereka hanya
mempergunakan obor itu untuk membakar ikan. Dan sekarang
enak saja bagi mereka untuk berjalan-jalan di atas sungai
dengan kantong kulit itu. Malah kadang-kadang mereka
menyeberang dengan bergendongan.
Meskipun demikian, dengan semakin terlihatnya kandungan
Tui Lan, ternyata semakin sering pula Liu Yang Kun
termenung sendirian. Kadang-kadang suami muda itu
kelihatan termangu-mangu di pinggir sungai berjam-jam
lamanya tanpa bergerak. Matanya memandang ke dalam air
yang mengalir deras itu tanpa berkedip.
Tentu saja kelakuannya itu lambat laun diketahui pula oleh
isterinya. Dan ketika pada suatu hari dilihatnya lagi suaminya
itu di pinggir sungai, Tui Lan segera datang menghampiri.
Dengan sangat hati-hati Tui Lan menepuk pundak
suaminya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ko-ko......! Sudah beberapa hari ini kulihat kau selalu
termenung di tepi sungai. Apakah sebenarnya yang sedang
kaupikirkan?" tanyanya halus.
Liu Yang Kun menarik napas dalam-dalam. Sambil menarik
tubuh Tui Lan ke atas pangkuannya ia berkata, "Moi-moi ......!
Dengan semakin besarnya perutmu, aku menjadi semakin
mengkhawatirkan nasib anak kita itu pula. Apa jadinya dia
kelak kalau hidupnya selalu berada di tempat yang sunyi dan
gelap seperti ini? Siapa pula temannya bila suatu saat kita
pergi mendahuluinya ? Dapatkah ia hidup normal seperti
layaknya manusia kalau yang ia kenal hanya kita berdua?
Oh......."
Ternyata Tui Lan dapat merasakan juga keluh kesah
suaminya itu. Memang bisa dibayangkan, betapa sengsaranya
anak itu kelak kalau harus hidup seorang diri di tempat itu.
"Lalu...... apa yang harus kita kerjakan, ko-ko?" tiba-tiba
Tui Lan menjadi sedih juga.
Liu Yang Kun menundukkan mukanya. Diciumnya isterinya,
lalu dirabanya perut yang mulai tampak membusung itu.
"Kita harus berusaha sekuat tenaga untuk keluar dari
tempat ini sebelum dia lahir,” jawabnya tegas dan mantap.
"Ya. Tapi bagaimana caranya?” Tui Lan bertanya dengan
suara hampa dan berputus asa.
"Itulah yang kupikirkan selama ini. Dan aku telah
menemukannya, meskipun aku juga belum bisa memastikan
keberhasilannya."
"Katakanlah, ko-ko!”
"Aliran sungai ini tentu bermuara ke laut pula. Oleh karena
itu kalau kita bisa menyusurinya sampai ke muara, maka kita
tentu akan bisa keluar pula dari dalam tanah ini. Yang menjadi
persoalan kita sekarang hanyalah berani atau tidak kita
mencobanya?" Liu Yang Kun mengemukakan pendapatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tui Lan terdiam. Matanya terpejam sedangkan dahinya
tampak berkerut. Tapi beberapa waktu kemudian matanya
telah terbuka kembali. Dan mata itu menatap wajah suaminya
dengan sinar mata pasrah.
"Ko-ko, aku adalah isterimu. Dan kau adalah suamiku,
sekaligus pemimpin serta kepala rumah tangga kita. Apapun
yang menjadi keputusanmu, aku beserta anak-anakmu tentu
akan melaksanakannya. Nah, katakanlah! Bagaimana menurut
pendapatmu?"
Liu Yang Kun sungguh terharu mendengar ucapan
isterinya. Maka sambil memeluk wanita itu ia berkata, "Terima
kasih, moi-moi. Kau memang baik sekali. Tidak salah aku
memilihmu. Sekarang dengarlah pendapatku! Dan kau boleh
menyanggahnya bila kurang setuju......."
"Silakanlah. ko-ko!"
"Begini, moi-moi..... Setelah berhari-hari kurenungkan dan
kupikirkan rasanya kita memang harus berani menyusuri aliran
sungai ini! Apapun yang akan terjadi nanti. Dan hal itu harus
kita lakukan sebelum kandunganmu itu menjadi besar atau
sebelum anak itu lahir kelak. Sebab kita tidak akan bisa
melaksanakannya lagi bila perutmu sudah menjadi besar atau
bayi itu sudah lahir."
Liu Yang Kun berhenti sejenak untuk melihat pengaruh
ucapannya itu. Melihat isterinya diam saja tak bersuara ia
segera melanjutkan kata-katanya.
"Pertimbanganku begini...... Kalau dipikirkan betul-betul,
kita sekarang ini sebenarnya sudah mati dan tak berguna lagi.
Dengan terkuburnya kita berdua di tempat ini, boleh dikatakan
kita ini tinggal menantikan saat saat kematian kita saja. Lain
tidak. Oleh karena itu, mengapa kita tidak mencoba segala
cara untuk keluar dari tempat ini? Sekarang mati, besukpun
juga mati. Lalu apa bedanya? Bukankah lebih baik kita
mencoba menyusuri sungai ini saja? Syukur kita dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil. Kalau tidak, kitapun masih dapat bersyukur karena
bisa mati bersama-sama......"
"Ko-ko, kau benar. Aku dapat memahami pendapatmu.
Hatiku mendadak juga seperti terbuka sekarang. Rasa-rasanya
kita ini memang hanya menantikan kematian kita saja di
tempat ini. Tak bisa kubayangkan, bagaimana kalau saat
kematian itu datangnya tidak bersama-sama? Oh, ko-ko.....
aku takut sekali!" Tui Lan berdesah cemas sambil menutupi
mukanya.
"Jadi..... kau setuju dengan pendapatku?" Liu Yang Kun
mendesak tegang.
Tui Lan cepat membuka tangannya dan menganggukangguk.
"Lebih baik kita mati bersama dari pada harus
menunggu kematian kita satu persatu.” sahutnya mantap.
"Bagus!” Liu Yang Kun berteriak lega. "Kalau begitu........
besuk kita berangkat! Lihat kantong kulit ini! Benda ini akan
sangat membantu kita nanti."
"Maksudmu.......?” Tui Lan bertanya tak mengerti.
Liu Yang Kun tersenyum gembira. "Kita akan dipaksa untuk
menyelam bila aliran sungai ini menerobos ke dalam lobang
atau terowongan nanti. Nah.......pada waktu itulah benda ini
bermanfaat. Dia akan dapat kita gunakan sebagai alat
menyimpan udara untuk menyambung napas kita nanti. Asal
kita masing-masing menggigit salah satu dari kedua lobangnya
itu, maka kita dapat bernapas dengan bebas di dalam air."
Tui Lan menatap suaminya dengan kagum. "Kau sungguh
cerdik sekali, ko-ko. Tapi bagaimanapun juga udara yang
tersimpan di dalam kantong itu juga terbatas. Bagaimana
kalau terowongan itu panjang sekali, sehingga kita dipaksa
untuk menyelam seharian penuh? Bukankah kita akan mati
kehabisan napas?" tanyanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun tertawa sambil memencet hidung isterinya.
"Kalau demikian halnya, apa boleh buat? Kita akan mati
bersama-sama. Apakah kau masih takut?"
Tui Lan cepat menggelengkan kepalanya. "Aku tidak takut
bila mati bersamamu. Aku lebih takut hidup sendirian tanpa
kau......" sahutnya tegas.
"Nah! Kalau begitu...... marilah kita mempersiapkan diri.
Kita harus makan sebanyak-banyaknya sebelum berangkat."
Hari itu mereka sengaja tidak berlatih silat untuk
menyimpan tenaga mereka. Mereka hanya duduk bersamadhi
untuk mengumpulkan semangat dan tenaga sakti mereka.
Keduanya benar-benar telah mempersiapkan diri untuk
mencari kebebasan atau.........mati!
Keesokan harinya Liu Yang Kun segera mengajak isterinya
berangkat. Di tangannya telah terpegang kantong kulit itu.
Sementara di pinggangnya yang telanjang dan hanya tertutup
oleh sesobek kain itu terikat sepasang batuapi.
"Hei? Mengapa kau masih termenung saja sejak tadi?
Apakah yang kaupikirkan lagi?" ia menegur Tui Lan.
"Bagaimana dengan buku-buku kita ini? Mereka tentu rusak
bila terkena air. Bagaimanakah cara kita melindunginya?" Tui
Lan balik bertanya seraya menunjuk ke arah buku-buku.
Liu Yang Kun tersenyum. "Ah, kau ini repot amat. Biar saja
kita tinggalkan buku-buku itu di sini dari pada rusak terkena
air. Siapa tahu ada orang yang datang pula ke tempat ini
kelak? Dan buku itu tentu akan sangat berguna pula
baginya......"
"Tapi aku belum selesai mempelajari Kim-liong Sin-kun
itu...." Tui Lan berkata dengan suara kesal.
"Ah....... kau ini ada-ada saja. Nasib kitapun belum tentu
selamat, kau masih berpikir tentang ilmu silat pula. Sudahlah,
mari kita berangkat! Jangan khawatir! Kalau kita selamat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil kembali ke dunia ramai, aku akan mengajarimu
sampai mahir.” Liu Yang Kun berjanji.
"Baiklah......" akhirnya Tui Lan menurut.
Demikianlah, mereka lalu berjalan mengikuti aliran sungai
itu. Sambil melangkah Liu Yang Kun selalu berusaha
membesarkan hati isterinya.
"Rasanya terharu juga hendak meninggalkan gua yang
sangat bersejarah ini." Tui Lan bergumam sedih.
"Dasar perempuan....." Liu Yang Kun menggerutu.
Akhirnya mereka sampai pula di ujung gua itu. Di tempat
tersebut permukaan air bertemu dengan langit-langit gua. Dan
air sungai hampir membasahi seluruh dasar gua yang semakin
menyempit. Tui Lan mulai berdebar-debar, karena kakinya
telah mulai terbenam di dalam air.
"Dua hari yang lalu aku telah memeriksa tempat ini. Malah
aku sudah menyelam pula ke lobang terowongan tempat air
sungai ini mengalir keluar. Ternyata lobang itu tidak terlalu
dalam, namun lebar sekali. Di bagian tengah, arus air sangat
deras dan kuat. Sebaiknya kita menerobos sambil
berpegangan pada dinding terowongan......." Liu Yang Kun
menerangkan.
Tui Lan terkejut. Dia tak menyangka kalau suaminya sudah
menyelidiki sungai itu sampai sedemikian cermatnya.
Tampaknya secara diam-diam suaminya itu telah
merencanakan maksudnya tersebut sejak lama.
"Jangan kaget!" Kata Liu Yang Kun sambil tersenyum ketika
isterinya memandangnya dengan kening berkerut. "Aku
memang telah meneliti aliran air ini sejak lama. Aku malah
sudah memasuki terowongan air itu sejauh duapuluh tombak.
Namun aku lantas kembali lagi karena takut kehabisan napas.
Soalnya waktu itu belum terlintas di dalam pikiranku untuk
menggunakan kantong kulit itu......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Duapuluh tombak......?" Tui Lan berdesah tak percaya.
"Sudah sejauh itu tetap belum ada lorong gua yang lain? Wah,
bagaimana kalau sampai satu lie nanti tetap juga tak ada gua
yang lain?"
Ngeri juga Tui Lan membayangkannya. Menyelam di lorong
air yang gelap dan deras arusnya sejauh satu lie lebih. Betapa
menyeramkan!
"Kau tak usah takut! Asal kita berhemat dengan udara di
dalam kantong ini, maka dua lie atau tiga lie pun bukan
masalah bagi kita. Percayalah kepadaku. Justru arus air itulah
yang harus kita perhitungkan. Kau bisa berenang......?" Liu
Yang Kun menenangkan hati isterinya.
Tui Lan mengangguk, meskipun wajahnya masih
menampilkan perasaan ngeri. "Masa kecilku berada di tengahtengah
kaum nelayan di pantai Teluk Po Hai. Bagaimana aku
tak bisa berenang?" katanya meyakinkan dirinya.
"Bagus! Kalau begitu tak ada yang perlu ditakutkan lagi.
Marilah!" Liu Yang Kun berkata dengan suara mantap dan
keras untuk menghilangkan keragu-raguan isterinya.
Lalu pemuda itu mengeluarkan tali buatannya sendiri, yang
dipintal dari sobekan-sobekan bekas pakaian mereka.
Tali itu ia ikatkan pada pinggangnya, sementara ujungnya
yang lain ia ikatkan pula pada pinggang isterinya. Kemudian
kantong kulitnya ia isi dengan udara segar sebanyakbanyaknya,
sehingga menggembung seperti balon karet yang
amat besar. Kedua lobang yang berada di ujungnya ia ikat
pula dengan sebuah tali kecil supaya tidak kempes di dalam
air nanti.
Kemudian sambil berpegangan tangan mereka turun ke
dalam air. Mereka melangkah perlahan-lahan mengikuti arus
air.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kerahkan Pat-hong-sin-kangmu dan tarik napas sebanyakbanyaknya,
lalu keluarkan sedikit demi sedikit. Berhematlah
dengnn sekuat tenagamu! Kita baru menggunakan cadangan
udara di dalam kantong ini bila kita sudah sangat
memerlukannya. Marilah.....!" Sebelum mereka menyelam Liu
Yang Kun memberi nasehat kepada isterinya.
Begitu menyelam air segera menghanyutkan mereka ke
lobang terowongan itu. Tapi mereka cepat mencengkeram
batu-batu di dinding terowongan agar tidak terseret ke
tengah. Kemudian bergantian mereka merayapi dinding
terowongan itu.
Meskipun keduanya telah terbiasa melihat di dalam
kegelapan, namun di dalam gulungan arus air yang deras itu
mereka hampir tak bisa saling melihat satu sama lain. Rasarasanya
mereka berdua seperti diaduk di dalam kubangan
tinta hitam yang pekat dan kental, Untunglah Liu Yang Kun
telah mengikat tubuh mereka dengan tali sehingga mereka
tetap tidak terpisahkan oleh gelombang air.
Limabelas tombak telah mereka lalui, Tui Lan telah mulai
kehabisan napas. Wanita muda itu memberi isyarat kepada
suaminya bahwa dia sudah hampir tak bisa bernapas lagi.
Bergegas Liu Yang Kun mendekati isterinya. Perlahan lahan
tangannya membuka tali pengikat kantong kulit itu, lalu sambil
menutup lobangnya dengan jarinya ia memberikan kantong itu
kepada Tui Lan.
Hati-hati Tui Lan memasukkan lobang itu ke dalam
mulutnya, lalu bernapas dua atau tiga kali. Kemudian
mengembalikannya lagi kepada Liu Yang Kun dengan hatihati.
Dadanya kembali lega dan lapang. Tapi sebaliknya
matanya semakin terasa pedih karena terlalu lama di dalam
air.
Arus air makin deras dan kuat, sehingga mereka harus
semakin hati hati berpegangan di dinding terowongan. Liu
Yang Kun di depan, sedangkan Tui Lan di belakangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berkali-kali Tui Lan hampir terpeleset dan terseret arus air.
Untunglah Liu Yang Kun selalu menjaganya. Setiap wanita itu
tak kuasa menjaga keseimbangannya, suaminya segera
merangkulnya. Arus air memang sedemikian kuatnya sehingga
berulang kali batu tempat mereka berpegang terlepas dari
dinding terowongan.
Terowongan itu berkelok-kelok, naik turun beberapa kali.
Setiap berada di kelokan, tubuh mereka seperti dihempaskan
ke dinding terowongan dengan kuatnya. Dan berkali-kali pula
Liu Yang Kun harus melindungi isterinya dari keganasan arus
air yang ganas itu. Hampir saja Tui Lan berputus asa. Sudah
berjam-jam rasanya ia hanyut di dalam terowongan itu, dan
kemungkinan telah lebih dari setengah lie ia menempuh jalan
itu, namun ternyata mereka belum muncul juga di permukaan
air.
Cadangan udara di dalam kantong kulit itu sudah hampir
habis. Mereka sudah membayangkan kematian di depan mata.
Mereka sudah pasrah. Apalagi ketika mereka sudah tak kuasa
lagi melawan seretan arus yang semakin ganas itu. Sambil
berpegangan dan menggigit kedua lobang kantong udara itu,
mereka membiarkan diri mereka hanyut dibawa arus air
tersebut.
Sudah lebih dari lima lie jauhnya mereka diseret arus air
itu. Udara segar di dalam kantong itu sudah tidak
memungkinkan lagi untuk mereka isap bersama.
Kerongkongan mereka seolah tercekik, sementara isi dada
mereka bagaikan hendak meletus keluar.
Tui Lan sudah mulai lemas, sehingga Liu Yang Kun
terpaksa membiarkannya bernapas dengan kantong itu
sendirian. Dengan sekuat tenaga ia menahan napasnya sambil
berdoa, agar supaya ia dan isterinya segera dikeluarkan dari
terowongan maut tersebut.
Liu Yang Kun sudah tidak kuat lagi. Meskipun masih
menggigit kantong udara itu, tapi keadaan Tui Lan juga sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja dengan suaminya. Dia juga sudah tak bisa bertahan lebih
lama lagi. keduanya berusaha berpelukan dengan erat, agar
niat mereka untuk mati bersama-sama benar-benar
terlaksana.
Tiba-tiba Liu Yang Kun mendengar suara gemuruh di depan
mereka, seolah-olah suara malaikat dari sorga yang hendak
menjemput mereka. Kemudian arus air itu seperti melontarkan
mereka ke atas, menyongsong suara gemuruh tersebut. Dan
entah bagaimana, tiba-tiba saja kepala mereka tersembul ke
atas permukaan air!
"Haaah.. ?” otomatis mulut Liu Yang Kun dan isterinya
terbuka lebar untuk menghirup udara segar.
Dan otomatis pula lengan Liu Yang Kun menggapai batu
karang sebisanya, untuk menahan tubuh mereka. Hup! Ia
berhasil memeluk sebongkah batu, kemudian menaikkan Tui
Lan ke atasnya.
"Ya Thian......... terima kasih! Telah Kaukabulkan
doaku.........." Liu Yang Kun berdesah dengan lemasnya di s isi
isterinya.
Setelah berkurang rasa lemas dan gemetar di badannya,
Liu Yang Kun perlahan-lahan melihat isterinya. Dilihatnya Tui
Lan masih memejamkan matanya. Napasnya belum teratur.
Namun demikian tangannya masih tampak mencengkeram
kantong udara itu dengan eratnya.
"Ah.......!" pemuda itu berseru perlahan ketika dilihatnya
tubuh isterinya tak memakai penutup apa-apa lagi. Begitu pula
dirinya. Tampaknya arus air itu telah menghanyutkan
segalanya.
"Moi-moi.........! Bangunlah! Kau tidak apa-apa, bukan?"
bisiknya perlahan di telinga istrinya.
"Uuuuuuuuuh ......? Ko-ko........ apakah kita sudah mati?"
Tui Lan bersuara serak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak! Kita belum mati, moi-moi. Kita masih hidup.
Pandanglah aku!"
Tui Lan membuka matanya. Lalu memandang wajah
suaminya. “Kalau begitu ...... kita sudah bisa selamat dari
dalam tanah itu?" tanyanya dengan nada gembira.
"Belum! Belum! Kita masih........hei?!"
Tiba-tiba Liu Yang Kun berteriak kaget. Ketika ia
mengedarkan matanya ternyata dirinya berada di ujung
sebuah air terjun di dalam tanah. Batu karang dimana mereka
berbaring itu ternyata merupakan benteng terakhir dari ujung
terowongan air tadi. Dan ketika ia mencoba melongok ke
bawah, ia melihat kabut air yang diakibatkan oleh air terjun
tersebut. Dasar air terjun itu tidak kelihatan dari tempatnya
berbaring. Dan ketika sekali lagi ia mengedarkan
pandangannya, diam-diam hatinya menjadi ngeri.
Lobang terowongan yang dilaluinya itu ternyata menjebol
keluar di atas atap sebuah gua lain yang amat besar dan
tinggi langit-langitnya. Sehingga arus air yang terlontar dari
dalam lobang terowongan itu langsung tertumpah ke dalam
dasar gua teraebut. Dan suara gemuruh yang didengarnya
tadi ternyata adalah suara air terjun itu.
"Ko-ko.......? Ada apa? Mengapa kau berteriak?" Tui Lan
yang masih terlentang itu bertanya.
Liu Yang Kun menghela napas panjang. "Kita berdua telah
lolos dari lobang neraka, tapi kelihatannya justru terperosok
ke neraka lain yang lebih buruk dan mengerikan. Lihatlah, kita
berdua berada di atas langit-langit sebuah gua......... !"
"Apa........?" Tui Lan tersentak kaget, lalu bangun, tapi
cepat-cepat dipegang tangannya oleh Liu Yang Kun.
"Hati-hati......! Kau bisa jatuh terhempas ke bawah."
"Oooooh??" Tui Lan menjerit begitu melihat dimana dirinya
sedang berada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan takut! Kita nanti mencari jalan untuk turun ke
bawah. Hmm, tampaknya kita tidak semakin ke atas, tapi
justru semakin ke bawah menembus bumi......."
Tui Lan memeluk dan menangis di dada suaminya. “Koko.....
aku takut," katanya gemetar. Lalu, "Dimanakah kita
sekarang......?"
"Tenanglah hatimu. Paling-paling kita mati. Dan sungguh
berbahagia sekali bisa mati bersamamu. Kau demikian juga,
bukan?" sekali lagi Liu Yang Kun menenangkan hati isterinya.
Tui Lan menatap wajah Liu Yang Kun, kemudian
mengangguk-angguk.
Liu_Yang Kun tersenyum. "Laut Timur lebih dari seribu lie
jauhnya dari kota Soh-ciu. Sedangkan kita tadi rasanya belum
lebih dari sepuluh lie dihanyutkan air. Jadi kita ini masih
berada di daerah Kang Lam juga. Cuma tepatnya dimana, aku
tak tahu........"
"Sepuluh lie dari Soh-ciu.......? Ah, kalau begitu kita ini kirakira
berada di bawah lahan pertanian orang-orang suku Wei
itu, ko-ko? Sepuluh lie sebelah timur kota Soh-ciu adalah
daerah orang-orang suku Wei," tukas Tui Lan agak
bersemangat.
"Mungkin juga. Siapa tahu kita sekarang berada di bawah
perkampungan suku Wei itu malah?" Liu Yang Kun menyahut
sambil tersenyum.
Tui Lan juga tersenyum mendengar kelakar itu. Berkurang
ketegangan dan ketakutan yang mengeram di dalam hatinya.
Tapi perutnya sebaliknya lantas terasa lapar sekarang.
Liu Yang Kun mendengar juga suara berkeruyuk di dalam
perut isterinya itu.
"Kau lapar? Baiklah.........! Kau tunggulah di sini! Ikatkan
tali yang membelit pinggangmu itu ke batu karang! Aku akan
mencari ikan di bawah sana, sekalian menyelidiki gua ini. Nah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku pergi dulu. Kau jangan kemana mana!" perintahnya
kepada isterinya.
"Ko-ko, hati hati.....!” pesan wanita itu bersungguhsungguh.
"Jangan khawatir! Dengan pek-houw ciang tidak sukar
bagiku untuk menuruni langit-langit gua ini.”
Liu Yang Kun lalu mengerahkan seluruh tenaga sakti Liongcu-
i-kangnya, sehingga matanya seolah-olah menyala di dalam
kegelapan. Lalu seperti seekor ular yang menjalar ia merayap
turun ke dasar gua itu. Dan semakin ke bawah, dinding gua
itu semakin licin akibat percikan air terjun yang bertebaran
kemana-mana.
Jilid 9
"Sungguh menakutkan!" sesampainya di bawah Liu Yang
Kun menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berdesah ngeri.
Matanya memandang lobang kecil di atas langit-langit dimana
isterinya tadi berada. Lalu matanya menurutkan aliran air
terjun yang jatuh ke dalam kedung atau sumur luas di dasar
gua itu, sebelum akhirnya "tumpah” ke sungai yang mengalir
di lorong gua itu.
Liu Yang Kun lalu melangkah mengikuti aliran sungai itu,
yang menerobos lorong gua gelap yang panjang seolah-olah
tak berujung. Dan kali ini sungai itu tidak sebesar atau selebar
sungai yang ada di dalam guanya itu. Sungai itu hanya selebar
sembilan atau sepuluh tombak saja, sehingga tepian sungai di
seberang kelihatan dari tempatnya, walaupun hanya remangremang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ternyata suasana di dalam gua itu agak berbeda dengan
gua dimana ia tinggal dulu. Di sini tampak lebih hidup dan
lebih lapang udaranya. Tentu ada lobang-lobang udara, walau
sangat kecil sekalipun, yang menghubungkan gua itu dengan
permukaan tanah.
Di tepian sungai itu Liu Yang Kun banyak menjumpai
jamur-jamur atau lumut-lumut yang beraneka warna. Dan
rata-rata tumbuh-tumbuhan itu tampak bercahaya di dalam
kegelapan. Ada yang bersinar kebiru-biruan, kemerahmerahan,
kekuning-kuningan atau kehijauan. Sehingga dari
jauh tumbuh-tumbuhan itu tampak indah, tapi juga sangat
menakutkan. Rasanya di dalam kegelapan itu banyak mata
setan dan hantu yang sedang mengintai. Untunglah dengan
Liong-cu-i kangnya yang maha dahsyat itu mata Liu Yang Kun
mampu menembus kegelapan bagaikan mata kucing di malam
hari, sehingga dengan mudah ia mengetahui bahwa cahayacahaya
yang gemerlapan itu tidak lain hanyalah daun-daun
jamur saja.
Lapat-lapat Liu Yang Kun mencium bau amis pula, sehingga
tiba-tiba ia teringat akan perut isterinya yang lapar.
"Ah, benar. Aku harus berburu ikan dulu ..." katanya
kepada dirinya sendiri. "Sungai ini tentu banyak ikannya,
karena telah kucium baunya yang amis."
Tapi bukan main herannya pemuda itu! Telah satu lie lebih
ia menyusuri anak sungai tersebut, namun tak seekor ikanpun
yang dapat ditangkapnya. Memang banyak ikan yang
dijumpainya, tapi tak seekorpun yang layak ia tangkap.
Semuanya masih kecil-kecil. Paling besar hanya sama dengan
ibu jari tangannya, sehingga tidak sampai hati pemuda itu
mengambilnya.
"Heran! Apakah ikan-ikan itu tahu kalau hendak kutangkap,
sehingga mereka buru-buru bersembunyi ke dalam lobang
perlindungannya?" Liu Yang Kun mengeluh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena ingin mencarikan makanan bagi isterinya, maka Liu
Yang Kun nekad meneruskan langkahnya. Kadang-kadang ia
menyusuri tepian sungai, tapi sering kali ia juga terpaksa
berlompatan di atas batu-batu yang berserakan di antara air
sungai itu pula. Namun sampai dua lie lagi jauhnya ia tetap
belum menjumpai ikan yang patut ia ambil. Terpaksa karena
tak ingin mencemaskan hati isterinya, ia pulang lagi seraya
menangkap belasan ekor ikan ikan kecil tersebut.
"Lumayan buat pengisi perut...” gumamnya perlahan.
“Ko-kooooooooo …..!”
Tiba-tiba telinga Liu Yang Kun seperti mendengar lapatlapat
suara jeritan isterinya. Pemuda itu lalu berhenti dan
memasang telinganya baik-baik. Otomatis urat-urat di seluruh
tubuhnya menegang. Liong-cu-I-kang mengalir dengan
sendirinya.
"Ko-kooooooo ......oh!” sekali lagi terdengar suara jeritan
Tui Lan bergaung dan menggema di dalam lorong gua itu.
Kontan ikan yang dipegang oleh pemuda itu dibuang begitu
saja. Dan dengan Bu-eng hwe-teng yang telah dikuasainya
pemuda itu melesat kembali ke tempat isterinya. Tubuhnya
melayang demikian cepatnya, sehingga sepintas lalu seperti
seekor kelelawar yang terbang melayang-layang di dalam
kegelapan.
Sebentar saja pemuda itu telah tiba di pinggir air terjun itu
kembali. Namun kedatangannya segera disambut oleh desis
kemarahan seekor ular raksasa, yang kelihatannya sedang
penasaran karena tak bisa meraih tubuh Tui Lan yang berada
di langit-langit gua itu.
Ular itu hampir sepaha orang besarnya. Warnanya hijau
kehitaman, dengan sisiknya yang besar-besar dan tampak
keras sekali. Panjangnya mungkin lebih dari sepuluh tombak,
sementara kepalanya juga hampir sebesar buah kelapa muda
pula. Ular itu menggeliat dan meronta kesana-kemari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengaduk dan berkubang di dalam air kedung itu, kemudian
sesekali kepalanya yang menganga itu meluncur ke atas,
melawan arus air terjun untuk meraih Tui Lan. Namun segala
usahanya selalu gagal. Lobang air terjun Itu terlalu tinggi
baginya.
Air kedung tampak berhamburan kemana-mana. Sementara
bau amis yang sangat luar biasa tercium dengan amat
kuatnya, sehingga Liu Yang Kun menjadi pusing karenanya.
Tapi dengan sekuat tenaga pemuda itu bertahan agar tidak
menjadi pingsan oleh bau amis tersebut.
"Lan-moi......???" pemuda itu berteriak memanggil
isterinya. Tak ada jawaban.
"Lan-moiii.......!?” sekali lagi Liu Yang Kun berseru.
Tidak ada jawaban pula. Sebaliknya ular raksasa itu justru
mendengar teriakannya malah ! Sambil berdesis dan
menyemburkan uap kehijauan dari dalam mulutnya, ular itu
berbalik menyerang Liu Yang Kun! Taringnya yang besar
lancip itu menyambar dengan gesitnya.
Whuuuuuuuuuuuss.......! Bau amis yang amat memuakkan
meniup ke arah Liu Yang Kun, membuat pemuda itu hampir
muntah karenanya.
"Oouuuhh.....! Tak kusangka tempat ini ada penunggunya.
Makanya sungai itu tak ada ikannya. Hmmh, aku berani
bertaruh ular ini tentu sangat beracun sekali. Hanya karena
aku sendiri juga beracun, maka racunnya tak kuasa
membunuh aku. Coba kalau orang lain yang datang kesini.
Menginjak lantai gua atau terkena percikan air kedung itupun
kukira sudah akan menjadi mayat akibatnya." Liu Yang Kun
bergumam sambil mengelakkan serangan ular itu.
Namun saat-saat selanjutnya Liu Yang Kun tak bisa
mengelak terus-menerus. Ular yang sudah menjadi marah itu
berdesis panjang dan menyemburkan uap beracun semakin
banyak. Ekornya yang sangat kuat sebesar lengan orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dewasa itu menyambar kian kemari, sementara air kedung itu
bagai diaduk dan dihamburkan ke segala penjuru.
Sebaliknya, Liu Yang Kun yang sangat cemas akan keadaan
Tui Lan itu juga mengerahkan segala kemampuannya. Tibatiba
kulit tubuhnya yang telanjang itu berubah menjadi
kekuning-kuningan pula. Tampak licin dan beracun!
Sementara bibirnya juga mengeluarkan suara berdesis pula
yang tak kalah dahsyatnya. Matanya juga mencorong di
kegelapan itu, menyaingi mata ular tersebut. Dan tenaganya
yang telah terisi dengan Liong-cu-i-kang itu benar-benar
sangat mengerikan dipandang mata.
Meskipun demikian ular raksasa itu ternyata juga sangat
alot kulitnya dan sangat dahsyat pula tenaganya. Ketika sekali
waktu Liu Yang Kun tak mampu lagi mengelakkan sabetan
ekornya, sehingga pemuda itu terpaksa menangkisnya dengan
pukulan Pat-hong-sin-ciang-nya yang maha hebat, maka
sebuah letupan nyaring yang mengatasi bisingnya air terjun
terdengar sangat memekakkan telinga.
Liu Yang Kun terlempar menabrak dinding gua, sehingga
beberapa potong batu tampak terlepas dari tempatnya.
Namun sebaliknya, ular raksasa itupun tampaknya juga
menderita pula oleh pukulan Liu Yang Kun. Ular itu mendesisdesis
seraya menggeliat kesana-kemari seperti orang
kesakitan. Malahan dari mulutnya tampak menetes pula air
liurnya.
Liu Yang Kun ingin menggunakan kesempatan itu untuk
menengok isterinya. Dengan tangkas kakinya meloncat
mengerahkan Bu-eng Hwe-tengnya. Sekali loncat ia
bermaksud mencapai dinding gua yang tertinggi, untuk
kemudian dengan Pek-houw-ciangnya dia mau merayap ke
tempat isterinya berada.
Tapi ular raksasa yang kesakitan itu tampaknya telah
benar-benar marah. Dengan ngawur ular itu menyabetkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ekornya kesana-kemari. Dan secara kebetulan memotong jalur
yang hendak dilalui Liu Yang Kun malah! Maka tak dapat
dielakkan lagi mereka terpaksa mengadu kekuatan lagi! Dan
kali ini Liu Yang Kun mempergunakan kedua belah
kepalannya.
Dhiiiiegh!!
Ular raksasa itu seperti mengeluarkan suara kesakitan.
Nadanya seperti suara seekor ayam jantan yang sedang
disembelih. Sementara di lain pihak juga terdengar suara
keluhan tertahan pula dari mulut Liu Yang Kun. Pemuda itu
terlempar ke tengah-tengah gua dan.... tercebur ke dalam
'kubangan ular’ yang sangat dalam itu!
Air yang sedang bergejolak dan berdebur dengan hebat itu
tentu saja sangat menyulitkan Liu Yang Kun untuk berenang.
Tubuh pemuda itu segera terayun kesana-kemari
dipermainkan oleh air. Padahal moncong ular raksasa telah
memburunya pula.
Maka tiada jalan lain lagi bagi Liu Yang Kun selain mencari
pegangan pada tubuh ular itu sendiri. Sebab kalau tidak
demikian ia tentu akan tenggelam ke dasar kedung tersebut.
Atau lebih celaka lagi, tubuhnya akan segera disantap oleh
moncong ular raksasa itu!
Demikianlah, sekenanya pemuda itu meraih tubuh ular itu.
Dan ternyata ia mendapatkan bagian perut yang bersisik
besar-besar dan kuat. Lalu sambil menahan napas pemuda itu
memeluk dengan kuatnya sehingga ular itu merasa kesakitan
dibuatnya. Akibatnya ular itu lantas meronta dan menggeliat
semakin hebat, hingga Liu Yang Kun terpaksa timbul
tenggelam di dalam air, menurutkan gerakan ular raksasa
tersebut. Dan sesekali ia menghantam tubuh ular itu sekuat
tenaganya. Namun ular raksasa itu memang sangat kuat dan
tangguh luar biasa. Pukulan Liu Yang Kun yang dapat
menghancurkan batu karang itu ternyata tak bisa berbuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
banyak terhadap kulit ular itu. Ular tersebut hanya merasa
kesakitan saja, lain tidak!
Dan ular yang marah itu berusaha membelit dan menggigit
tubuh Liu Yang Kun. Tapi dengan ilmu Kim-coa-ih-hoat-nya
yang hebat, Liu Yang Kun selalu bisa meloloskan dirinya.
Ternyata dengan ilmu tersebut tubuh Liu Yang Kun tak
bedanya dengan tubuh lawannya. Sama-sama liat, lentur dan
licin luar biasa, dengan demikian pertempuran itu benar-benar
menjadi ramai bukan main.
"Bagaimana aku harus membunuhnya? Pukulanku yang
penuh lwee-kang itu tak dirasakannya sama sekali. Senjata
aku tak punya......" pemuda itu berpikir keras.
Liu Yang Kun mencoba memukul kepala lawannya. Tapi tak
pernah mengenainya. Hal
itu ternyata sangat sulit
lakukan. Selain ia sendiri
selalu terombang-ambing
kesana-kemari, kepala
ular tersebut juga luar
biasa gesitnya; sehingga
pukulannya selalu
meleset.
"Gila! Apa akal.......?
Sebentar lagi aku tentu
akan kehabisan napas,”
pemuda itu menggeram
cemas.
Tiba-tiba pemuda itu
memperoleh akal. "Ah!
Kata orang kelemahan
ular itu ada pada kepalanya. Kalau aku bisa merayapi
tubuhnya ini sampai ke atas kemudian menghajar matanya,
hmm…” katanya gembira.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian pemuda itu melaksanakan niatnya. Sedikit demi
sedikit ia merayap ke atas, mendekati kepala ular itu. Namun
niatnya tersebut ternyata tidak mudah dilakukan. Selain selalu
bergerak kesana-kemari, kulit ular itu benar-benar licin sekali.
Belum sabetan ekor dan patukan gigi taringnya yang sangat
berbahaya itu! Belum pula semburan asap hijaunya yang amat
beracun itu!
Akhirnya, meskipun sangat sulit dan harus mengerahkan
segala kemampuannya, pemuda itu dapat juga mencapai
kepala binatang tersebut. Tapi untuk itu Liu Yang Kun juga
harus menderita luka di beberapa bagian tubuhnya. Punggung
dan pahanya sobek akibat sabetan ekor ular tersebut, padahal
pemuda itu juga telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
Belum barut-barut di bagian tubuhnya yang lain akibat
bergesekan dengan batu-batu atau dinding gua yang tajam.
Kini binatang itu tidak bisa mengigit atau menyerang Liu
Yang Kun dengan mulut atau taringnya. Sebaliknya pemuda
itu dengan mudah menghantam atau menendang mulutnya.
Mula-mula Liu Yang Kun menjejak taring ular itu dengan
tumit sepatunya sehingga taring binatang itu patah dan
mengucurkan darah yang banyak. Lalu ketika binatang yang
kesakitan itu berusaha membalasnya dengan sabetan ekornya
Liu Yang Kun segera mengelak seraya mencocok kedua mata
ular tersebut dengan jarinya. Croooot.....! Kedua biji mata ular
itu pecah dan menyemburkan darah pula!
Namun betapa terkejutnya Liu Yang Kun, ketika dalam
kesakitannya ular raksasa tersebut secara mendadak
membenamkan kepalanya ke dalam air.
"Celaka........!” Liu Yang Kun berteriak tertahan, tapi
tangannya tak berani melepaskan pelukannya. Takut
terbenam. Sebaliknya pemuda itu berharap agar ular itu lekas
lekas mengangkat kepalanya kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi harapan itu tampaknya sia sia. Ular yang kesakitan itu
kelihatannya lebih suka membenamkan dirinya dari pada
berada di atas permukaan air. Liu Yang Kun menjadi gelisah
dan cemas sekali. Di dalam kecemasannya pemuda itu
menggigit sekenanya di bagian kepala ular itu, dengan
harapan ular itu akan meronta-ronta dan membawanya
kembali ke permukaan air.
Tak sengaja Liu Yang Kun menggigit daging pipih di atas
kepala ular itu. Darah segera membanjir keluar memenuhi
mulutnya. Karena tak bisa bernapas, ia terpaksa menelan saja
darah yang membanjir ke dalam mulutnya itu. Demikian
banyak darah yang ia telan sehingga perutnya menjadi
kembung.
Tapi ketidak-sengajaannya itu ternyata telah membawa
hasil baik. Tiba-tiba saja ular raksasa itu menjadi lemas dan
tak bisa berkutik. Agaknya memang daging pipih itulah letak
kelemahannya. Sekali saja ular raksasa itu meronta. Kepalanya
dihentakkan kuat-kuat, sehingga terlempar ke permukaan air,
dan untuk selanjutnya terbanting ke lantai gua dalam keadaan
tewas.
Liu Yang Kun cepat meloncat turun dengan napas lega.
Dengan dada terengah-engah ia memandang ular raksasa
yang telah mati.
"Kurang ajar! Hampir saja aku mati kehabisan napas.
Hmmh .... aduh!"
Tiba-tiba pemuda itu mencengkeram perutnya sendiri.
Wajahnya menunjukkan rasa kesakitan yang hebat. Saking
hebatnya pemuda itu tak kuasa untuk berdiri lagi. Ia
berguling-guling di lantai gua. Keringat membanjir keluar dari
badannya bercampur dengan air kedung yang telah
membasahinya.
Warna kulitnya yang kekuning-kuningan itu mendadak
berubah menjadi kehijauan seperti warna kulit ular tadi. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
badannya yang dingin itu mendadak juga berubah menjadi
panas tak terkira. Begitu panasnya sehingga air dan keringat
yang mengalir di atas kulitnya itu menguap dan menjadi
kering karenanya.
Di dalam kegelisahan pemuda itu mengerahkan Liong-cu-lkangnya
yang bersifat dingin untuk melawan rasa panas
tersebut. Namun sekali lagi pemuda itu menjadi kaget bukan
kepalang. Tiba tiba saja badannya yang panas itu berubah
menjadi dingin dengan mendadak.
Begitu dinginnya sehingga giginya saling beradu satu sama
lain, sementara tubuhnya sampai menggigil dengan hebatnya.
Akhirnya Liu Yang Kun tak tahan menanggungnya. Seluruh
sendi-sendi tubuhnya terasa kaku dan sukar digerakkan lagi,
sehingga rubuhnya menjadi kaku dan sakit bukan main.
Karena tak bisa bertahan lagi maka akhirnya ia menjadi
pingsan. Anehnya, begitu ia pingsan, serangan hawa dingin
itupun lantas menghilang pula.
Ternyata Tui Lan yang berada di mulut air terjun itu juga
pingsan pula seperti halnya suaminya. Saking ngeri dan
takutnya tadi, Tui Lan menjadi pingsan di atas batu tersebut.
Dan sekarang setelah pertempuran antara suaminya dengan
ular raksasa itu selesai ia s iuman kembali.
Namun ketika ia melongok ke bawah, serentak mulutnya
menjerit!
"Ko-koooooo......???!” pekiknya kuat-kuat, lalu melompat ke
bawah begitu saja.
Melihat suaminya menggeletak mandi darah, sementara
didekatnya tergolek tubuh ular raksasa yang amat
menakutkannya itu, kontan Tui Lan lupa segala-galanya, lupa
kepada keselamatannya sendiri. Lupa bahwa langit-langit gua
itu sangat tinggi. Dan lupa bahwa ia bisa mati bila ia nanti
salah mendaratkan tubuhnya. Yang ada di dalam pikiran dan
hati wanita itu hanyalah keadaan Liu Yang Kun, suaminya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Byuuuuuuuuur.........!
Tubuh Tui Lan jatuh persis dalam kedung itu. Airpun lantas
muncrat tinggi ke udara. Dan tubuh wanita itupun lantas
menghilang ditelan air yang dalam. Namun beberapa saat
kemudian tubuh itu kembali muncul pula ke pemukaan air, lalu
bergegas berenang ke tepian.
Begitu keluar dari dalam air, wanita itu buru-buru berlari ke
tempat suaminya menggeletak. Sekilas matanya melirik ke
arah ular yang telah mati itu. "Ko-kooo......!" jeritnya keras
seraya menubruk tubuh suaminya yang terbujur dingin dan
kaku itu. “Jangan tinggalkan aku! Akupun tak mau hidup
tanpa engkau….!”
Untuk kedua kalinya wanita itu pingsan kembali. Tapi
sekarang bukan disebabkan karena ketakutannya terhadap
ular raksasa itu, tapi disebabkan karena kecemasan dan
kegelisahannya melihat suaminya terbaring diam di lantai gua
seakan-akan telah mati itu.
Dan entah berapa lamanya mereka pingsan itu. Ketika Liu
Yang Kun siuman lebih dahulu, ia menjadi kaget sekali
menyaksikan isterinya telah berada di atas dadanya. Pingsan
lagi!
"Hei! Lan-moi, bangunlah...... Kau kenapakah?" pemuda itu
berdesah gugup seraya mengguncang-guncang isterinya.
"Uuuuh?" Tui Lan mengeluh menggeliat, kemudian
membuka matanya. Tiba-tiba ia tersentak bangun. Mulutnya
menjerit ketakutan,"Ko-ko, jangan tinggalkan aku.......!"
Liu Yang Kun cepat memeluknya. Pemuda itu tahu bahwa
isterinya belum sadar betul. Pikiran isterinya itu masih
dipenuhi bayang-bayang mengerikan itu.
"Lan-moi...... Jangan takut! Aku tidak apa-apa.
Lihatlah.....!” bujuknya perlahan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tui Lan menatap suaminya. Air matanya meleleh turun,
membasahi pipinya. Lalu dengan perasaan gembira dan
bahagia bukan main ia memeluk Liu Yang Kun.
"Ko-ko......!” jeritnya lirih.
Liu Yang Kun sangat terharu. Dipeluknya kepala mungil itu,
dan diciuminya rambutnya. "Tenanglah, moi-moi! kita berdua
selamat tak kurang suatu apa. Hmmmh, bagaimana kau turun
dari atas tadi? Merayap seperti aku pula?” Kepala mungil itu
menggeleng didalam pelukan suaminya.
"Lhoh......? Lalu bagaimana kau melakukannya?" Liu Yang
Kun bertanya heran.
"Aku ...... aku terjun ke dalam kedung itu." Tui Lan
menjawab dengan muka merah.
"Terjun........? Kenapa kaulakukan itu? Bukankah itu sangat
berbahaya sekali? Bagaimanakah kalau airnya dangkal?
Kakimu bisa patah, bukan?"
"Aku sudah tidak peduli lagi! Melihat kau menggeletak
mandi darah, aku pun lantas tak memikirkan nyawaku
lagi......." Tui Lan menjawab pula seraya menyembunyikan
mukanya di dada suaminya.
Liu Yang Kun tercengang. Sekejap ia tak bisa berkata apaapa.
Hatinya sungguh sangat terharu mendengar ucapan
isterinya itu. "Ah, betapa besar perhatianmu kepadaku......."
akhirnya ia berbisik sambil membelai rambut Tui Lan.
Mereka lalu berdiam diri pula untuk beberapa saat lamanya.
Masing-masing merasakan betapa dalamnya cinta kasih
mereka. Mereka baru melepaskan pelukan mereka, ketika
secara tak sengaja Tui Lan meraba luka di punggung Liu Yang
Kun.
"Oh, lukamu.....?" desah wanita itu cemas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah......... tak apa-apa. Sebentar juga akan sembuh
sendiri." Liu Yang Kun menenangkan hati isterinya.
"Tapi........ hei? Ulaaaaar….!" tiba-tiba Tui Lan menjerit
kaget. Jari telunjuknya teracung ke arah belakang suaminya.
Liu Yang Kun cepat membalikkan tubuhnya. Dan matanya
segera terbelalak lebar. Di belakangnya tampak belasan ekor
ular, besar dan kecil, berbaris berjejer-jejer menghadap ke
arahnya. Tidak cuma itu saja. Ternyata di kanan kiri mereka
juga banyak pula yang lain. Dan ketika mereka memandang
lebih teliti lagi agak jauh dari barisan pertama ternyata masih
ada beberapa lapis barisan pula lagi. Begitu banyaknya ular
itu, sehingga rasa-rasanya semua ular di dunia ini telah
berkumpul semuanya di gua itu.
"Ah! Ini....... eh, dari mana datangnya ular sebanyak ini?"
Liu Yang Kun agak gugup juga melihat ular sebanyak itu.
Memang sungguh mengherankan sekali. Ular itu berbaris
dengan rapi. bersap-sap banyaknya, dan ratusan pula
jumlahnya. Namun demikian tak seekorpun diantara mereka
yang bergerak keluar dari barisan mereka. Mereka tampak
sangat jinak sekali. Malahan tampak ketakutan sekali malah.
Seperti para pesakitan yang sedang berkumpul menunggu
keputusan hukumannya.
Karena ular-ular itu tampaknya memang tak bermaksud
jelek kepada mereka, maka Tui Lan dan Liu Yang Kun menjadi
tenang juga akhirnya. Dicobanya bergerak mendekati mereka.
Dan keduanya jadi tercengang. Ular-ular itu segera menyibak,
meskipun masih tetap dalam barisan masing-masing. Dan
ketika Liu Yang Kun mencoba lebih jauh lagi menerobos ke
dalam barisan itu, ternyata ular-ular itu juga terus menyibak
pula. Ular-ular itu benar-benar amat patuh dan takut kepada
mereka berdua.
Tanpa terasa Liu Yang Kun saling berpandangan dengan
isterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heran. Ada apa sebenarnya? Mengapa mereka sangat
takut sekali kepada kita.....?" Liu Yang Kun bertanya kepada
isterinya.
Tapi Tui Lan juga menggelengkan kepalanya. "Entahlah,
ko-ko.....akupun tidak mengerti. Apakah..... karena kau telah
membunuh ular raksasa itu? Eh, benar!" Tiba-tiba Tui Lan
seperti ingat akan sesuatu hal.
"Ada apa, Lan-moi?"
"Ular raksasa itu!" Tui Lan menjawab singkat. Wajahnya
berseri-seri.
''UIar raksasa.........?” Liu Yang Kun mengulang ucapan
isterinya dengan nada bingung.
“Ah, kau ini? Pelupa benar. Baru kemarin kita membacanya.
Masa kau sudah lupa pula? Wah!" Tui Lan mengomel.
"Sudahlah! Jangan buat aku semakin bingung! Katakanlah
lekas.......!"
Liu Yang Kun mendesak dengan suara penasaran pula.
Matanya menatap isterinya semakin tidak mengerti.
Tui Lan terpaksa tersenyum. Sekali lagi matanya
memandang ke arah ratusan ular yang mengelilinginya itu.
Lalu ia kembali menatap wajah suaminya lagi.
"Ko-ko......! Masa kau sudah lupa pada keterangan di dalam
buku Im-Yang Tok-keng itu? Menurut Giok-bin Tok-ong di
daerah Kang Lam ini ada sebuah kerajaan ular, yang pusatnya
berada di daerah tempat tinggal Suku Wei. Oleh karena itu,
kalau kita sekarang memang benar-benar berada di bawah
perkampungan orang-orang suku Wei itu, maka…… disinilah
letak pusat kerajaan itu. Dan ular raksasa yang telah
kaubunuh itu tentulah Ceng-liong-ong (Raja Naga Hijau), raja
dari segala macam ular ini….”
“Jadi……..?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Yah! Karena kau telah membunuh rajanya, maka
merekapun lalu takluk pula kepadamu. Untuk
membuktikannya, cobalah kau memanggil dengan isyarat
tangan kepada salah seekor dari ular-ular ini…!” Tui Lan
menerangkan.
Liu Yang Kun menurut. Ia menunjuk seekor ular belang
yang tampak berbahaya dan ganas di barisan nomer empat.
Kemudian jari-jarinya ditarik dan menuding ke tanah di depan
kakinya.
Aneh! Tiba-tiba saja ular itu benar-benar bergerak
meninggalkan barisannya. Dengan ragu-ragu dan takut-takut
ular yang terkenal ganas itu menjalar mendekati suami-isteri
itu, lalu tergolek diam di depan kaki Liu Yang Kun. Binatang
itu seolah-olah menunggu perintah yang akan diucapkan oleh
rajanya.
Sekarang giliran Liu Yang Kun yang kebingungan malah!
Pemuda itu merasa seperti sedang bermimpi dan tak tahu apa
yang harus ia lakukan. Matanya hanya menatap bengong ke
arah ular belang itu.
Tui Lan tersenyum saja melihat kebingungan suaminya itu.
Ia menjadi terlalu gembira karena dugaannya tentang ular
tersebut ternyata benar.
"Tak usah bingung, ko-ko. Dia hanya seekor binatang. Kau
diamkan pun dia takkan marah. Biarlah untuk sementara dia
berada di situ."
"Ya......., tapi......??”
"Sudahlah! Marilah kita sekarang memeriksa bangkai Ceng-
Iiong-ong itu saja. Kalau catatan Giok-bin Tok-ong itu benar,
maka kita akan mendapatkan Po-tok-cu yang lain….” Tui Lan
menyahut seraya menepuk punggung suaminya.
"Po-tok-cu yang lain?" Liu Yang Kun bertanya semakin tak
mengerti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya! Marilah kita lihat!" Tui Lan menjawab, lalu menarik
lengan suaminya. "Di dalam bukunya Giok bin Tok-ong
menulis bahwa ia pernah bertemu dan berkelahi dengan raja
ular itu di perkampungan orang-orang Suku Wei. Dan Giok-bin
Tok-ong berhasil membunuhnya serta mengambil mutiara
pusaka yang ada dalam daging kepala ular itu. Namun orangorang
dari Suku Wei menyangsikan kalau ular raksasa yang
dibunuh oleh Giok-bin Tok-ong tersebut Ceng liong ong, sebab
menurut dongeng nenek-moyang, Raja Ular itu berwarna hijau
kehitaman, bukan berwarna kekuningan seperti yang telah
dibunuh oleh Giok-bin Tok-ong itu."
"Lalu..........?"
"Tentu saja Giok-bin Tok-ong menjadi marah dan merasa
dihina. Orang-orang Suku Wei yang tidak percaya kepadanya
lalu dibunuhnya pula, kemudian pergi dari tempat itu."
"Ohhhh!" Liu Yang Kun berdesah mendengar kekejaman
iblis tua itu.
"Tapi.....melihat ular raksasa yang baru saja kaubunuh itu,
aku lantas membenarkan kesangsian orang-orang suku Wei
itu. Inilah raja ular Ceng-liong-ong yang sebenarnya......." Tui
Lan berkata lagi.
"Lalu ular yang dibunuh oleh Giok-bin Tok-ong itu?"
"Mungkin betinanya......! Kaulihat Ceng-liong-ong itu tadi?
Betapa ia kelihatan sangat marah dan berusaha meraih aku di
lobang atap gua itu? Agaknya ia mencium Po-tok-cu betinanya
yang ada di tanganku ini."
Kedua suami isteri itu telah berada di dekat bangkai ular
raksasa itu. Hati hati Tui Lan meraba kepala ular tersebut.
Ketika tangannya menyentuh daging pipih itu. Tiba-tiba ia
menjadi kaget. Darah masih mengalir tak henti-hentinya dari
luka akibat gigitan di tempat itu.
"Kau yang menggigitnya?" Tui Lan bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang mengangguk.
"Kau sungguh beruntung. Luka inilah yang membunuh ular
raksasa ini. Di sini pulalah Po-tok-cu dari ular raksasa ini
berada. Tanpa bisa melukai tempat ini engkau takkan dapat
membunuhnya. Sebab di sinilah letak kelemahan jenis ular
ini,” wanita itu menerangkan.
Dengan sangat hati-hati Tui Lan lalu menyobek daging
pipih itu dan mencari mutiara pusakanya.
"Nah, betul bukan kataku? Lihatlah.....!" katanya kemudian
sambil memperlihatkan sebutir mutiara kecil yang baru saja ia
keluarkan dari kepala ular itu.
Liu Yang Kun cepat menerima 'mutiara' itu dan
memandangnya dengan takjub. Mutiara itu bersinar
gemerlapan di dalam kegelapan.
"Ah, bagaimana kau tahu tentang mutiara ini ?" sambil
menimang-nimang mutiara tersebut Liu Yang Kun bertanya
kepada isterinya.
"Aku hanya menduganya saja. Ular yang usianya lebih dari
seratus tahun biasanya memiliki kristal seperti ini di dalam
kantung racunnya. Kalau betinanya saja punya, apalagi yang
jantan.”
"Lalu......... apa yang harus kita perbuat dengan benda ini?"
Tui Lan tersenyum. "Hei, mengapa bingung-bingung? Tentu
saja benda itu menjadi milikmu. Itulah rejekimu.....! Dan ini
juga menjadi pertanda bahwa kita berdua memang berjodoh.
Aku memiliki Po-tok-cu Betina, kau memiliki Po-tok-cu Jantan!
Dan.......... ingat-ingatlah, kau sekarang adalah Raja Ular!"
"Hah? Maksudmu.......?" Liu Yang Kun tersentak kaget.
"Lihatlah di sekeliling kita! Ular-ular itu sekarang sangat
patuh kepadamu. Apa yang kauperintahkan, tentu akan
mereka lakukan tanpa membantah sedikitpun. Apalagi dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Po-tok-cu Jantan di tanganmu itu, mereka akan ketakutan
setengah mati kepadamu."
"Ooooohh.......!?”
"Coba kauperintahkan kepada mereka untuk bubar dan
kembali ke tempat masing-masing!" Tui Lan berkata kepada
suaminya.
Karena sudah percaya seratus persen kepada isterinya,
maka Liu Yang Kun pun segera melakukan apa yang dikatakan
isterinya itu. Dan memang betul juga, ular-ular itu segera
beranjak pergi pula. Mereka meninggalkan tempat tersebut
secara berurutan. Dari baris yang pertama atau yang
terdepan, terus diikuti oleh baris yang kedua, ketiga dan
seterusnya. Masing-masing barisan dipimpin oleh seekor ular
besi yang tampaknya sangat ganas dan berwibawa.
Akhirnya tempat tersebut menjadi sepi kembali. Ular-ular
itu telah menyelinap pergi ke liang mereka masing masing.
"Tahulah aku sekarang, mengapa ada udara segar di dalam
gua tertutup seperti ini. Ternyata banyak sekali liang-liang ular
yang menembus ke permukaan tanah sana." Liu Yang Kun
bergumam seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya! Dan kalau benar apa yang dituliskan Giok-bin Tok-ong
di dalam bukunya, maka Ceng-liong-ong dan betinanya itu
tentu punya jalan tersendiri pula untuk keluar ke atas tanah."
Tui Lan mengiyakan perkataan suaminya.
"Tapi jalan itu tentu saja takkan cukup untuk manusia
seperti kita. Salah-salah kita nanti malah terjebak di dalam
lobang sempit, di mana kita tak bisa maju ataupun mundur
lagi.” Liu Yang Kun yang dapat menebak arah perkataan
isterinya itu segera menyahut dengan suara ngeri.
"Ah......!" Tui Lan berdesah pula. Ngeri. Oleh karena itu ia
segera mengalihkan pembicaraan mereka. “Ko-ko ......!
Bagaimana kalau kita mengambil kulit Ceng-liong-ong ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk baju kita! Hmm, dari pada telanjang begini?" katanya
perlahan.
"Bagaimana kita harus mengeringkannya?"
"Mudah saja. Kita membikin obor lagi." sahut Tui Lan
dengan cepat. "Tapi kita sulit mencari ikan disini. Aku sudah
tiga lie jauhnya menyusuri sungai ini, tapi tak seekor ikanpun
yang layak kutangkap. Bagaimana kita harus membuat minyak
itu?”
“Tiga lie? Oh......? Kau sudah berjalan tiga lie jauhnya?
Begitu panjangnya lorong gua ini?" Tui Lan menegaskan
dengan wajah terheran-heran.
"Ya, benar. Dalam jarak itupun gua ini belum buntu pula.
Tampaknya masih jauh lagi malah."
"Dan siapa tahu ada pula lorong lorongnya yang menembus
ke permukaan tanah?” Tui Lan menyambung dengan penuh
harapan.
“Ya, siapa tahu…..?” Liu Yang Kun berkata pula dengan
suara gembira. Lalu sambungnya lagi. “Namun demikian kita
juga harus menyimpan kantong udara itu baik-baik. Siapa tahu
pula kita masih harus menyelam lagi?”
Tiba-tiba Tui Lan tersentak. “Hah benar! Kantong itu masih
kutinggalkan diatas sana ketika terjun tadi. Ohhh…….!”
Serunya khawatir.
“Jangan takut! Aku akan mengambilnya. Tunggulah
sebentar disini!” suaminya bergegas menyahut.
Demikianlah, hari itu mereka menguliti tubuh ular raksasa
tersebut dengan pedang pendek Tui Lan. Tapi hampir saja
mereka memperoleh kesulitan untuk memotong kulit ular itu,
karena ternyata sisik-sisik ular tersebut benar-benar keras
sekali. Pedang yang amat tajam itu sama sekali tak kuasa
menembus atau mengirisnya. Terpaksa Liu Yang Kun
merobeknya dari dalam, yaitu dari mulutnya. Lalu mengambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagian lehernya, karena kulit di tempat itu sisiknya lembut,
tipis dan amat kuat.
“Hei, ko-ko! Ternyata daging ular ini banyak sekali
lemaknya. Mengapa kita tidak membuat minyak dari lemak ini
saja? Dan …… sekaligus memakan dagingnya pula?” tiba-tiba
Tui Lan berseru girang.
"Ah, kau benar. Mengapa tidak..?” Liu Yang Kun menyahut
dengan gembira pula.
Lalu dengan cekatan Liu Yang Kun membuat obor. Mulamula
diambilnya empat buah tulang rusuk ular raksasa dan
dilobanginya. Kemudian diambilnya pula sepotong kain dari
tali yang mereka pintal dari bekas-bekas pakaian mereka itu
untuk sumbunya. Oleh karena belum ada apinya, maka Liu
Yang Kun terpaksa menggosok-gosokkan lemak ular tersebut
ke dinding gua untuk mendapatkan minyaknya.
"Wah.......... kita harus mengeringkan sumbunya terlebih
dahulu. Kain itu masih basah terkena air tadi."
Liu Yang Kun bergumam sendiri ketika sudah mendapatkan
minyak yang agak lumayan banyaknya.
Begitulah, akhirnya kedua orang suami-isteri itu dapat
menyalakan untuk membakar daging dan mengeringkan kulit
ular itu. Sehingga, keesokan harinya mereka bisa melanjutkan
perjalanan mereka dengan penutup badan dari kulit ular itu
pula. Malah Tui Lan sempat pula membawa beberapa potong
daging untuk bekal mereka.
"Heran! Hari ini tubuhku terasa ringan dan nyaman luar
biasa. Kenapa ya,...?" sambil melangkah Liu Yang Kun
berseru. Sebentar-sebentar kaki tangannya ia gerakkan ke
kanan dan kiri seperti orang berolah raga. Tui Lan mengerling
genit. "Tentu saja. Habis sekarang tak pernah kambuh lagi
penyakitnya," sahutnya cepat seraya tersenyum penuh arti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Liu Yang Kun menjadi kemerah-merahan. Namun
demikian, dipandangnya juga air muka isterinya yang cantik
itu dengan perasaan terima kasih. "Ya. Karena sekarang sudah
ada kau disampingku, maka penyakitku tak pernah kambuh
lagi," katanya perlahan.
Mereka berjalan terus menyusuri sungai itu. Kadangkadang
mereka mengerahkan juga Bu-eng Hwe-teng mereka,
apabila lorong gua itu menjadi lapang atau datar. Tapi sering
kali pula mereka harus berendam atau berenang di dalam air
apabila sungai itu melalui Iorong sempit. Namun demikian
masih untung bagi mereka, karena permukaan air sungai
tersebut tidak tertutup oleh langit-langit gua.
Karena tidak dapat mengetahui siang atau malam, maka
mereka hanya beristirahat jika sudah merasa lelah. Namun
demikian setelah berhari-hari mereka menempuh perjalanan
itu, mereka tidak juga melihat ujung dari lorong gua tersebut.
Rasa-rasanya lorong itu memang takkan terputus sampai di
Laut Timur nanti.
“Ko-ko........! Sudah berapa jauhkah kita berjalan di dalam
lorong ini? Rasanya aku sudah sangat lelah dan bosan melihat
dinding-dinding batu ini,” pada suatu hari Tui Lan mengeluh
setelah hampir sebulan mereka menempuh perjalanan itu.
Perut gadis itu sudah kelihatan menonjol ke depan, meskipun
belum begitu besar.
Mendengar keluhan itu Liu Yang Kun lalu memeluk
isterinya. Dengan penuh kasih sayang dituntunnya wanita itu
ke sebuah batu untuk beristirahat. Dan sekejap matanya
melirik ke arah perut yang telah mulai membesar itu.
“Menurut perhitunganku, kita telah berjalan hampir sebulan
lamanya. Kalau dalam sehari rata-rata kita menempuh
duapuluh atau tigapuluh lie, maka kita sudah berjalan kira-kira
limaratusan lie lebih jauhnya. Dan kalau perkiraanku itu benar,
maka kita sudah mendekati Pegunungan Wu-yi atau Wu-yisan.
Sayangnya, di dalam tanah begini kita tak tahu, apakah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita lurus menuju ke arah timur atau berbelok ke arah utara
atau selatan." pemuda itu memberi keterangan kepada
isterinya.
"Pegunungan Wu-yi? Ah, kalau begitu........ masih berapa
jauh lagi kita sampai di Laut Timur nanti?" Tui Lan bertanya
tanpa semangat.
"Ah, moi-moi.......bersabarlah ! Kita sudah melalui saat-saat
yang sulit berbulan-bulan lamanya. Lalu apa artinya waktu
yang tinggal beberapa saat lagi ini......!" Liu Yang Kun
berusaha membesarkan hati isterinya. "Taruh kata perjalanan
ini masih berlangsung sebulan lagi. Hmm......apa artinya
sebulan itu bila dibandingkan dengan penderitaan kita yang
berbulan-bulan itu? Apakah engkau hendak menyerah setelah
tujuan berada di depan mata?”
"Ko-ko, maafkanlah aku.......” tiba-tiba Tui Lan berdesah
seraya menubruk pangkuan suaminya.
"Tak apalah. Akupun bisa memahami perasaanmu. Kadangkadang
aku sendiri juga merasa bosan dan berputus asa pula.
Tapi perasaan tersebut segera hilang bila kuingat kau dan
anak kita. Nah, kau sudah tidak merasa lelah Iagi bukan?
Marilah kita meneruskan perjalanan kita..........!"
Mereka saling berpandangan, beribu ribu macam perkataan
yang tak terucapkan di dalam pandangan itu, tapi mereka
berdua seolah-olah telah saling mengerti dan memahami
artinya, lalu sambil tersenyum dan saling bergandengan
tangan mereka melangkah meneruskan perjalanan mereka.
“Ko-ko….Agaknya benar juga dugaanmu itu. Tampaknya
kita memang telah berada di bawah Pegunungan Wu-yi.
Lihatlah! Dinding-dinding gua di sini telah bercampur dengan
kapur, sehingga air yang menetes dari atas membentuk
karang-karang lancip yang beraneka-warna. Sungguh indah
sekali !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Yang Kun menjadi lega melihat kegembiraan isterinya.
Di dalam hati ia memang mengakui bahwa perjalanan itu
betul-betul sangat membosankan, sehingga lambat laun
mereka menjadi jenuh juga.
"Kita beristirahat dulu di tempat ini? Rasanya tempat yang
indah ini sangat cocok juga untuk berlatih silat. Maukah kau
belajar Kim-liong Sin-kun sekarang?" Liu Yang Kun yang ingin
menciptakan suasana baru itu berusaha memancing perhatian
isterinya.
Benar juga. Mendengar tawaran suaminya itu Tui Lan
menjadi bersemangat kembali. Wajahnya tampak berseri-seri,
sehingga kecantikannya menjadi semakin mempesonakan. Liu
Yang Kun sampai melongo menyaksikannya.
"Moi-moi.......kau sungguh cantik sekali!" ia memuji tak
habis-habisnya.
Tui Lan melengos manja. "Ah, ko-ko.....! Bukankah engkau
telah berhasil memilikinya?"
Liu Yang Kun segera memeluknya. "Benar. Aku memang
seorang lelaki yang amat beruntung......."
Demikianlah, untuk beberapa lamanya mereka berhenti di
tempat itu. Liu Yang Kun mengajari Kim-liong Sin-kun yang
hebat itu kepada Tui Lan. Karena jurus-jurusnya banyak
mempergunakan perisai mantel pusaka, maka Liu Yang Kun
lalu menggunakan kulit ular mereka sebagai gantinya.
Setelah merasa jenuh pula di tempat itu, maka merekapun
lalu berlatih sambil meneruskan perjalanan mereka. Tui Lan
memang seorang wanita yang amat cerdas sehingga apa yang
diberi oleh suaminya dengan cepat dipahami pula. Sejurus
demi sejurus ilmu Kim-liong Sin-kun warisan Bit-bo-ong
almarhum itu ditekuninya. Melalui petunjuk suaminya, yang
telah lebih dahulu memahami ilmu tersebut, dia berusaha
keras untuk mencernakannya di dalam dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ko-ko, tampaknya ilmu ini sangat mengandalkan
keampuhan mantel pusaka itu. Tanpa mantel itu ilmu Kimliong
sin-kun ini menjadi tidak begitu berguna lagi
kelihatannya….” pada suatu hari Tui Lan mengatakan
pendapatnya.
"Kau salah.....!" Suaminya cepat menjawab. "Tampaknya
memang begitu. Tapi sebenarnya tidak. Anggapan seperti itu
akan segera hilang bila kau telah benar-benar mendalaminya.
Sebab sepintas lalu ilmu itu tampaknya memang selalu
mengandalkan 'kekebalan' mantel pusaka itu. Namun bila kau
telah meyakinkannya dengan sempurna, sehingga kau telah
bisa mengambil intisari ilmunya, maka kau akan mengetahui
bahwa seluruh gerakan di dalam ilmu tersebut hanyalah
merupakan pelengkap saja dari keampuhannya. Karena inti
dari ilmu tersebut sebenarnya bukan pada gerak lahiriahnya,
namun pada...... kekuatan batin pemiliknya!"
"Maksudmu..........?" Tui Lan bertanya tak mengerti.
"Maksudku, di dalam puncak kesempurnaannya ilmu itu
lebih bertumpu pada keampuhan batin yang dilandasi
kekuatan tenaga sakti pemiliknya, dari pada kehebatan gerak
jurusnya! Dan..... begitu pula halnya dengan ilmu Bu-eng
Hwe-teng dan Pat-hong Sin-ciang itu !” Liu Yang Kun
meneruskan keterangannya. Tui Lan masih tetap melongo
memandang suaminya. Dia tetap belum bisa menangkap
maksud perkataan itu.
"Ko-ko! Aku tetap belum mengerti. Katakanlah yang jelas!
Jangan berteka-teki seperti itu.......?" katanya penasaran.
Liu Yang Kun mendekat, lalu merangkul pundak Tui Lan.
Bibirnya tersenyum.
"Aku tidak berteka-teki, isteriku. Aku berkata apa adanya.
Ilmu warisan Bit-bo-ong ini memang lain dari pada yang
lain..........”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari mana kau tahu? Apakah dari dalam buku-buku itu
juga? Tapi rasanya aku tak pernah melihat atau
membacanya?" Tui Lan masih tetap ngotot dan penasaran.
"Bukan dari buku-buku itu. Dan bukan dari mana-mana
pula. Aku mendapatkan pengertian itu dari hasil renunganku
sendiri. Di dalam kegelapan, kesepian, kesunyian serta
kejenuhan di dalam gua kita dulu, ternyata perasaanku
menjadi bertambah peka. Ilmu Lin-cui-sui-hoat yang pernah
kuceritakan dulu, rasa-rasanya menjadi bertambah terang di
dalam hatiku. Aku lantas seperti mendapat petunjuk tentang
rahasia dan inti-sari dari ilmu-ilmu warisan Bit-bo-ong
tersebut. Dan agaknya.... inilah bagian dari lembaranlembaran
yang disobek oleh Hoa-san Lo-jin itu.”
"Ko-ko........ aku semakin tak mengerti kata-katamu." Tui
Lan menyahut kesal dan hampir menangis.
"Marilah aku terangkan sekali lagi agar lebih jelas. Kau tadi
mengatakan bahwa ilmu Kim liong Sin-kun itu terlalu
mengandalkan mantel pusaka. Tanpa mantel itu ilmu Kimliong
Sin-kun menjadi berkurang kegunaannya. Begitu,
bukan?"
"Ya!" Tui Lan menjawab seret.
"Nah! Itu anggapan yang salah! Itu berarti kau hanya
memandang kulitnya saja. Kau tidak akan berkata demikian
bila kau sudah benar-benar mendalami inti sari ilmu tersebut.
Seperti telah kukatakan tadi, ilmu warisan Bit-bo-ong itu lebih
bersifat batiniah dari pada lahiriahnya. Dalam puncak
kemampuannya ilmu itu akan bisa menguasai lawan tanpa
menggerakkan jurus-jurusnya. Dalam puncak
kesempurnaannya pemilik ilmu Kim-liong Sin-kun itu akan
dapat menguasai pikiran dan batin lawannya, tanpa harus
melakukan gerakan-gerakan jurusnya. Seperti halnya seorang
ahli sihir yang sudah mahir, dia tidak perlu lagi menggerakkan
mulut atau anggota badannya yang lain. Karena semua
gerakan itu hanya dilakukan oleh tukang sihir rendahan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengelabui lawan, sekaligus untuk mengumpulkan atau
menumbuhkan konsentrasinya sendiri.”
“Jadi……?” Tui Lan mendesak hampir tak percaya
mendengar kehebatan ilmu yang dipelajarinya itu.
“Begitu pula halnya dengan ilmu warisan Bit-bo-ong
tersebut. Inti dari pada ilmu itu juga terletak pada ‘kekuatan
batin’ pemiliknya. Sedangkan jurus-jurus yang kita pelajari itu
hanya merupakan gerakan atau alat untuk membantu
mengumpulkan konsentrasi kita saja, sekaligus juga untuk
menjebak dan mengelabuhi lawan, sehingga lawan dapat kita
kuasai jiwa raganya. Singkatnya, ilmu warisan Bit-bo-ong itu
bertumpu pada kekuatan batin untuk menguasai lawan seperti
halnya ilmu sihir yang sangat mengerikan itu. Itulah mungkin
sebabnya Hoa-san Lo-jin mengingatkan bahwa ilmu itu sangat
berbahaya….”
“Lalu….bagaimanakah dengan Bu-eng Hwe-teng itu?”
“Sama saja dengan kedua ilmu yang lain itu. Dengan
kekuatan batin kita, kita akan dapat membuat tubuh kita jadi
seringan kapas. Hembusan angin betapa lembutnyapun akan
dapat menerbangkan tubuh kita seperti halnya daun kering
yang tertiup angin."
"Demikian dahsyatnya......? Dan engkau........engkau sudah
seperti itu pula?" Tui Lan berseru gagap.
Tapi Liu Yang Kun cepat menggelengkan kepalanya.
"Belum. Aku belum sampai di sana. Namun aku telah
melangkah ke tingkatan itu. Tunggu saja. Pada suatu saat aku
tentu dapat mencapainya juga," katanya yakin.
"Bukan main! Ko-ko...... kau benar-benar hebat sekali!"
"Ah! Itu semua juga karena engkau pula.......” Liu Yang
Kun menghela napas seraya merangkul pundak isterinya.
Matanya memancarkan rasa kasih yang tak terhingga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dan........ akupun percaya pula, moi-moi, kaupun akan bisa
pula mencapai tingkatan itu."
"Tidak ko-ko. Aku tak mungkin dapat mencapainya. Otakku
tak sejernih pikiranmu. Perasaanku juga tidak setajam
perasaanmu. Paling-paling aku hanya akan mengerti kulitnya
saja. Aku cuma manusia biasa. Tidak mempunyai kelebihankelebihan
seperti kau. Meskipun kau telah menjelaskannya
secara panjang lebar tentang rahasia itu, namun aku tetap
belum bisa melihatnya juga. Ibarat seorang yang tak tahu
jalan telah kautunjukkan tujuanku, namun masih tetap tak
tahu jalannya pula."
“Ah, belum tentu. Kau jangan buru-buru berkata demikian.
….”
Tui Lan menarik napas panjang dan tidak menanggapi
ucapan suaminya, sebaliknya dia segera bangun berdiri dan
menuntut kepada Liu Yang Kun. "Ko-ko..! Maukah kau
memperlihatkan kehebatan Kim-liong Sin kun itu kepadaku?
Hmmm...... maksudku, setelah ilmu itu menginjak ke tingkat
yang kauceritakan itu?"
“Baiklah......!" Liu Yang Kun terpaksa menyetujuinya. "Kita
sekalian berlatih pula, karena kedahsyatan ilmu itu hanya
dapat dirasakan oleh orang yang sedang menghadapinya. Tapi
karena kau belum begitu mahir dengan Kim-liong Sin-kun,
sebaiknya kita menggunakan Pat-hong Sin-ciang saja.
Bagaimana...?”
"Hanya dapat dirasakan oleh orang yang sedang
menghadapinya? Mengapa begitu?" Tui Lan memotong.
"Hei? Bukankah tadi sudah kukatakan bahwa kedahsyatan
ilmu warisan Bit-bo-ong itu terletak pada 'keampuhan batin’
pemiliknya? Bagaimana orang lain akan dapat merasakannya
bila dalam pertempuran itu yang kuserang dan kutuju hanya
engkau saja?" Liu Yang Kun mengomel sambil tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Oh... jadi orang lain tidak bisa merasakan keistimewaan
dan kedahsyatan ilmu itu?"
"Benar. Orang lain hanya dapat melihat gerakan-gerakan
dari jurus-jurus yang kukeluarkan saja. Mungkin mereka
malah akan mencemoohkan jurus-jurus yang tidak ada
keistimewaannya itu.”
"Ooooohhh......!" Tui Lan berdesah sambil menganggukanggukkan
kepalanya.
“Hei? Kau jadi ingin melihat keampuhan Pat-hong Sinciang,
tidak?" tiba-tiba Liu Yang Kun mengingatkan.
“Eh, ya…… ya! Marilah…..!” Tui Lan tersentak kaget.
Keduanya lalu memasang kuda-kuda. Tui Lan yang sudah
mahir dan menguasai Pat-hong Sin-ciang itu segera
mengerahkan lwee-kangnya. Tenaga sakti Pat-hong-sinkangnya
ia salurkan sepenuhnya ke seluruh tubuhnya.
Kemudian sambil menggeram lirih ia menyerang suaminya.
Tangan kanannya terjulur lurus ke depan dalam jurus Kaithian-
chuo-hong atau Membuka Langit Menangkap Angin,
yaitu jurus ke delapan dari Pat-hong Sin-ciang.
“Bagus!” Liu Yang Kun berseru memuji.
Pemuda itu cepat mengelak. Kakinya melangkah ke kiri,
kemudian tubuhnya berputar ke depan, sehingga angin
pukulan isterinya yang keras dan kuat itu lewat di
sampingnya. Lalu dengan separuh tenaga ia balas
menghantam punggung Tui Lan yang tak terlindung. Seperti
yang dilakukan isterinya dia juga mempergunakan jurus Kaithian-
chuo-hong pula. Cuma pada gerakan yang terakhir ia
segera menyusuli dengan jurus ke sembilan, yaitu Hoan-hongpan-
san atau Memindahkan Gunung Menukar Angin.
Demikianlah, untuk beberapa waktu lamanya Liu Yang Kun
sengaja melayani isterinya tanpa mengerahkan ‘kekuatan
batin’ seperti yang dikatakannya itu. Ia memainkan jurus-jurus
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pat-hong Sin-ciang dengan baik. Semakin lama semakin kuat
dan gesit, sehingga Tui Lan terpaksa mengerahkan segala
kemampuannya pula. Apalagi ketika ia mulai mengerahkan
Bu-eng Hwe-teng serta tenaga sakti Liong-cu-I-kangnya. Tui
Lan mulai berkeringat dan bermandikan peluh.
Akhirnya Tui Lan benar-benar kehabisan napas. Meskipun
dia telah mengerahkan seluruh kemampuannya, namun dia
tetap tak bisa menandingi kekuatan Liong-cu-I-kang yang
seolah-olah tak terbatas itu. Padahal sebenarnya Liu Yang Kun
belum mengeluarkan separuh dari tenaga sakti Liong-cu-Ikangnya
itu.
"Heh-heh.....heh-heh, ko-ko! Mengapa aku belum
merasakannya juga? Manakah kekuatan batin yang
kaukatakan itu? Heh-heh......." di dalam kelelahannya Tui Lan
menegur suaminya.
Liu Yang Kun tertawa seraya meloncat mundur. Namun
ketika Tui Lan hendak mengejarnya, tiba-tiba tubuh pemuda
itu telah melesat ke depan kembali. Hanya bedanya kali ini Tui
Lan merasakan adanya hawa dingin yang sangat aneh
menyusup ke dalam tulang sumsumnya. Malahan tidak Cuma
itu saja. Tiba-tiba saja gadis itu merasakan perubahan yang
aneh pula pada wajah suaminya. Mata itu mendadak seperti
memiliki perbawa yang mengerikan dan menakutkan sehingga
mendadak pula ia tak berani menatapnya. Selain itu secara
tiba-tiba pula ia seperti kehilangan kepercayaan pada dirinya
sendiri. Hatinya menjadi gemetar ketakutan. Dan selanjutnya
ia seperti tak kuasa untuk mengelakkan serangan suaminya.
Telapak tangan itu berhenti hanya setengah dim saja dari
dada Tui Lan. Sementara wanita itu seperti tertegun dan tak
ada usaha untuk mengelak sama sekali. Dan wanita itu baru
tergagap sadar dan melompat menghindar ketika suaminya
menegurnya.
Selanjutnya mereka lalu terlibat dalam pertempuran lagi.
Namun hal itu ternyata tidak berlangsung lama pula. Bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang yang kehilangan akal tiba-tiba Tui Lan telah berbuat
kesalahan lagi. Tanpa tahu sebab-sebabnya mendadak ia
menjadi bingung dan lupa segalanya. Ia lupa kepada gerakan
ilmu silatnya sendiri, sehingga ia menjadi bingung harus
berbuat bagaimana untuk mengelakkan serangan suaminya.
Maka sekali lagi jari-jari suaminya telah berhenti beberapa
centi saja dari ubun-ubunnya.
"Nah, bagaimana moi-moi.......Kau sudah mengaku kalah?"
Liu Yang Kun menggoda seraya menarik tangannya.
"Eh......oh? Ini....... ini….” seperti orang yang baru bangun
dari tidurnya Tui Lan tergagap-gagap sambil mengawasi
kedua tangan dan kakinya.
“Hmm, kenapa?” dengan tenang suaminya bertanya dan
menepuk-nepuk pundaknya.
"Eh, ko-ko...... tiba-tiba saja aku lupa pada ilmu silatku
sendiri. Mengapa....... mengapa aku ini?" Tui Lan berseru
khawatir.
Liu Yang Kun tersenyum memandang isterinya. “Hmm,
apakah yang kaurasakan tadi, moi-moi?" tanyanya.
"Entahlah. Tiba-tiba saja kau sangat menakutkan. Rasa
dingin menjalar ke seluruh tubuhku. Tubuhku gemetar.
Dan...... dan aku menjadi tidak yakin atas kemampuanku
sendiri. Aku menjadi...... menjadi ketakutan. Lantas ...lantas
aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan......" bercerita T ui
Lan dengan suara cemas.
"Hahaha..........!” Liu Yang Kun tertawa.
"Ko-ko! Mengapa kau malah mentertawakanku?" Tui Lan
berseru mendongkol.
"Hei! Apakah kau belum merasakan juga?" Liu Yang Kun
balik bertanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tui Lan tertegun. "Maksudmu......kau telah
mempergunakan 'kekuatan batin' itu?" desahnya hampir tak
bersuara.
Liu Yang Kun mengangguk. “Ya, benar. Aku telah
mengerahkan seluruh tenaga dalam melalui sorot mataku
untuk menguasai jiwa dan semangatmu. Karena engkau tidak
menyangka dan berjaga jaga sebelumnya, maka dengan
mudah aku bisa menguasaimu,” katanya dengan suara
tenang.
"Ohh! Kalau begitu ilmu itu memang benar-benar
mengerikan." Tui Lan berdesah dengan suara ngeri.
Keduanya lalu berdiam diri. Masing-masing tenggelam di
dalam lamunan mereka sendiri. Tapi beberapa saat kemudian
Tui Lan menatap wajah suaminya.
"Hmm..... ada apa, moi-moi?” Liu Yang Kun cepat bertanya
kepada isterinya.
"Ko-ko.......! Dapat kubayangkan betapa dahsyat dan
mengerikan orang yang bergelar Bit-bo-ong itu semasa
hidupnya. Tapi, kalau iImunya demikian tinggi, mengapa ia
sampai dikalahkan oleh Sin-kun Bu-tek almarhum?”
“Ah, tampaknya kau pernah mendengar pula cerita tentang
tokoh-tokoh sakti yang hidup pada seratus tahun yang lalu,”
suaminya menjawab. “Bit-bo-ong memang dikalahkan oleh
Sin-kun Bu-Tek setelah mereka bertempur sehari penuh. Tapi
kekalahan itu sebenarnya tidak akan terjadi bila pada waktu
itu Bit-bo-ong masih segar bugar dan tidak sedang terluka.”
"Masih segar bugar dan tidak sedang terluka? Apa
maksudmu?”
"Menurut cerita atau kisah lain yang pernah kudengar pula,
sebelum bertempur dengan Sin-kun Bu-tek, Bit-bo-ong telah
dimarahi dan dihajar oleh suhengnya sendiri hingga terluka
dalam."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-hengnya? Siapakah su-heng dari Bit-bo-ong itu?"
"Su-heng dari Bit-bo-ong adalah Souw Lo-Jin (Kakek
Souw), yaitu seorang pelukis, penyair dan jago silat sakti yang
hidup di Gunung Hoa-san. Kakek itu tidak menyukai sepak
terjang suteenya yang jahat dan suka membuat onar di dunia
kang-ouw itu."
"Kakek Souw......? Ah, kalau begitu kakek itu tentulah Hoasan
Lo jin yang menyobek lembaran-lembaran terakhir dari
buku warisan Bit-bo-ong itu." Tui Lan memotong.
"Ya, aku mempunyai dugaan demikian pula." Liu Yang Kun
mengiyakan.
Keduanya berdiam diri lagi. Namun tidak lama, karena
sesaat kemudian Tui Lan telah membuka suara kembali.
"Eh, ko-ko......! Omong-omong, ada hubungan apakah
antara kakek Souw itu dengan ‘sastrawan’ yang disebut-sebut
dalam Buku Rahasia itu?"
"Kaumaksudkan ...... tokoh nomor satu yang tinggal di
puncak Gunung Hoa san itu?"
Tui Lan mengangguk. “Ya.... !” jawabnya cepat.
“Entahlah. Mungkin memang ada hubungan keluarga atau
hubungan perguruan pula. Tapi yang jelas sastrawan bukan
kakek Souw yang hidup pada zaman seratus tahun lalu.
Karena tak mungkin orang bisa hidup selama duaratus tahun,
bukan?”
Tui Lan kembali mengangguk angguk menyetujui pendapat
suaminya. “Ah, kalau kita tidak tersekap di dalam gua ini kita
tentu dapat menanyakan masalah ini kepada Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai.....” Liu Yang Kun berdesah seraya menghela
napas panjang.
Liu Yang Kun memandang wajah isterinya. “Hmmh!
Bukankah pendekar itu adalah keturunan langsung dari kakek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw? Dia tentu tahu siapa 'sastrawan' itu, karena dialah yang
paling paham tentang silsilah keluarganya,” jawabnya sambil
tersenyum.
"Ooooh.....!" Tui Lan ikut tersenyum pula. "Eh..... mengapa
tidak kita tanyakan kepada Souw Lian Cu saja?"
Liu Yang Kun terperanjat, kemudian wajahnya menjadi
kemerah-merahan. Bibirnya tersenyum kecut, sementara
sekilas matanya tampak menerawang jauh.
"Ah, kau ini ada-ada saja. Masakan masih merasa cemburu
juga ditempat seperti ini?” akhirnya ia menjawab getir.
"Hmm, siapa tahu kau masih memikirkannya?" Tui Lan
masih juga menggoda.
"Ah, sudahlah! Jangan memikirkan yang bukan-bukan!
Marilah kita meneruskan perjalanan ini!" Liu Yang Kun berkata
dan menarik lengan isterinya.
Demikianlah mereka meneruskan perjalanan mereka sambil
memperdalam ilmu silat mereka. Dan bila merasa lelah dan
menemukan tempat yang baik, mereka lalu berhenti dan
beristirahat untuk beberapa hari lamanya. Sehingga tak terasa
sebulanpun sudah berlalu pula.
Sungguh beruntung bagi pasangan suami-isteri itu bahwa
selama ini sungai tersebut selalu mengalir melalui loronglorong
gua yang cukup luas, sehingga mereka tak perlu
bersusah-payah berenang ataupun menyelam seperti yang
mereka lakukan dahulu. Hanya tampaknya lorong gua yang
mereka lalui sekarang telah mencapai ke dataran yang rendah
sebab mereka sekarang banyak menemukan tetesan tetesan
air atau pancuran air yang mengalir dari dinding-dinding gua
itu.
Sementara itu perut Tui Lan benar benar sudah kelihatan
membesar sekarang. Dengan kandungan yang lebih kurang
berumur lima bulan itu bentuk tubuhnya sudah tampak sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lucu. Namun demikian, seperti layaknya seorang wanita yang
sedang hamil untuk pertama kalinya, wajahnya menjadi
kelihatan bersinar cemerlang dan berseri-seri. Rupa yang
sudah sangat ayu itu bertambah semakin cantik jelita pula,
sehingga Liu Yang Kun menjadi semakin jatuh cinta dan
terpesona melihatnya.
"Ko-ko, sudah lama benar rasanya kita berjalan. Tapi.......
mengapa kita belum mencapai pantai Laut Timur juga?
Sampai dimanakah sebenarnya kita ini sekarang?” Tui Lan
yang sudah mulai jemu dan bosan itu mengeluh.
"Aku sendiri juga merasa heran pula, moi-moi. Menurut
perhitunganku, seharusnya kita telah mendekati pantai laut
Timur. Kita telah berjalan lebih dari dua bulan, mungkin sudah
tiga bulan malah. Rasa-rasanya kita telah menempuh lebih
dari seribu limaratus lie jauhnya. Dan jarak itu rasanya sudah
cukup untuk mencapai Laut Timur bila kita berangkat dari
daerah Kang Lam apalagi dari kota Soh-ciu. Namun ternyata
kita belum membaui amisnya air laut atau asinnya air laut di
dalam air sungai itu. Hmm, heran sekali.. Apakah lorong gua
kita ini telah membelok ke arah utara atau selatan?”
Jilid 10
“Mungkin benar dugaanmu itu, ko-ko. Mungkin aliran
sungai ini memang berbelok sedikit demi sedikit, entah ke
utara atau ke selatan, sehingga kita tidak merasakannya.
Namun yang terang perjalanan kita akan menjadi bertambah
panjang karenanya. Oooh, padahal perutku semakin tak mau
diajak berjalan lama-lama."
"Ahh......tenangkanlah hatimu, isteriku.... Kita tidak boleh
berputus asa karenanya. Ingat nasib anak kita! Dia tidak boleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lahir sebelum engkau keluar dari dalam tanah ini. Kita berpacu
dengan waktu. Kita berdua harus sudah mencapai Laut Timur
sebelum kandunganmu berumur delapan bulan. Ayoh!
Tumbuhkanlah lagi semangatmu! Bayangkan, apa jadinya
kelak bila anak itu lahir di tempat seperti ini? Mungkin dia
akan menjadi buta selamanya, karena ia tak pernah melihat
terangnya sinar matahari. Dan kau juga harus memikirkannya
pula, bagaimana repotnya kau merawatnya nanti. Moi-moi,
turutlah kata-kataku. Kita harus berusaha hingga titik darah
kita yang penghabisan. Lebih baik kita mati bersama anak kita
dari pada kita hidup cuma mewariskan penderitaan
kepadanya. Bagaimana moi-moi….?”
“Maafkanlah aku, ko-ko.....”
Tui Lan menangis dan menjatuhkan dirinya ke dalam
pelukan suaminya.
"Sudahlah! Marilah kita mencari tempat yang baik untuk
beristirahat berapa hari lamanya. Tampaknya kau sudah
merasa jenuh berjalan terus-menerus."
Tapi keduanya menjadi kaget dan tertegun ketika beberapa
waktu kemudian menyaksikan...... lorong gua yang mereka
lalui itu menjadi buntu dan tak ada terusannya lagi. Lorong
gua itu menjadi luas dan lebar sekali, sementara air sungai
tersebut menjadi terhenti di tengah-tengahnya, membentuk
telaga kecil yang cukup dalam.
"Ko-ko......??" Tui Lan menjerit lirih. "Gua ini buntu! Tak
ada jalan keluar! Oooohh……!”
Liu Yang Kun cepat merangkul isterinya. Namun demikian
matanya tampak nyalang mengawasi dinding-dinding gua
yang luas di hadapannya.
"Tidak mungkin! Tidak mungkin...! Tentu ada lobang
keluar! Tidak mungkin telaga kecil ini bisa menampung
tumpahan air sungai tanpa meluap. Tentu ada saluran
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersembunyi yang mengalirkan air telaga ini keluar. Marilah
kita cari saluran itu…..!”
"Ko-ko. lihat.......!" tiba-tiba Tui Lan berteriak seraya
mengacungkan jarinya ke tengah-tengah telaga itu.
Liu Yang Kun mengerahkan sin-kang untuk
memperlipatgandakan ketajaman matanya, kemudian
mengikuti arah jari telunjuk isterinya. Dan di dalam
keremangan obor yang berkelap-kelip itu melihat sebuah
pusaran air yang sangat mendebarkan ditengah-tengah telaga
itu. Tak terasa Liu Yang Kun mengeluarkan keringat dingin
juga. Pusaran itu berputar dengan cepat dan ganas seperti
gasing, sehingga bagian tengahnya kelihatan melesak ke
dalam bagaikan lorong air yang berputar-putar masuk ke
dasar telaga. Baru menyaksikan saja kepala rasanya sudah
ikut berputar menjadi pusing karenanya. Apalagi kalau terjun
dan ikut berputar bersamanya.
"Ooooh.......!" Liu Yang Kun mengeluh seperti orang
kehilangan semangat.
"Ko-ko! Itulah saluran keluarnya.....!"
Suara Tui Lan juga mencerminkan rasa ngeri yang amat
sangat. Air muka pun kelihatan pucat tak berdarah sementara
matanya yang biasanya sangat indah mempesonakan itu juga
tampak kusam dan ketakutan.
Ternyata Liu Yang Kun dapat merasakan pula kecemasan
isterinya itu. Maka sambil menenangkan hatinya sendiri
pemuda itu juga berusaha menghibur hati isterinya pula.
"Baiklah! Kita beristirahat dulu beberapa hari di sini. Kita
menenangkan perasaan dahulu sambil memikirkan jalan keluar
yang sebaik-baiknya. Marilah, isteriku......!” katanya lembut.
"Te-terima kasih, ko-ko......" Tui Lan menjawab lirih.
Kemudian Liu Yang Kun menuntun Tui Lan ke tempat yang
agak tinggi dan jauh dari pinggiran telaga itu. Terlalu dekat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pusaran air tersebut membuat hati mereka menjadi
kecut dan ngeri, seolah-olah lobang pusaran itu selalu
mengeluarkan daya-sedot yang sangat kuat untuk menarik
tubuh mereka ke dalamnya.
Hari itu Tui Lan benar-benar tak bisa memicingkan
matanya. Calon ibu muda itu selalu membayangkan pusaran
air yang menganga seperti mulut raksasa itu. Oleh karena itu
ketika akhirnya dia bisa memejamkan matanya, maka mimpi
yang datangpun juga sangat menakutkan dan mengerikan
pula.
Di dalam mimpinya itu Tui Lan melihat ular raksasa yang
telah dibunuh suaminya itu hidup kembali. Ular itu datang
menyerang dia dan suaminya. Entah mengapa, ternyata
suaminya kalah melawan ular tersebut. Suaminya kemudian
dimangsa dan ditelan oleh ular raksasa itu.
Tui Lan bermaksud membela kematian suaminya, namun
ternyata kalah juga. Tui Lan lalu melarikan diri. Dia berlari
menyusuri lorong gua itu kembali. Tapi belum juga sepuluh
langkah berlari, tiba-tiba dari arah depan muncul seorang
lelaki tinggi jangkung berpakaian hitam-hitam, datang
menghalanginya.
Di dalam kegelapan wajah orang itu tidak begitu jelas
dilihatnya. Mau kemanapun ia akan pergi, orang itu selalu
bergerak menghadangnya. Di dalam ketakutan dan
kebingungannya ia berteriak sekeras-kerasnya, agar orang itu
menyingkir dari depannya.
Tapi orang itu tidak mau pergi juga. Dia malahan ganti
membentak Tui Lan.
"Aku adalah Si Iblis Penyebar Maut. Sudah berhari-hari aku
tidak melihat wanita! Hehehe... akan kuperkosa kau!!"
Bukan main kaget dan takutnya Tui Lan! Dari belakang
dikejar ular raksasa, di depan ada Si Iblis Penyebar Maut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencegatnya! Semuanya hendak menyerang dan
membunuhnya!
"Pergi.......! Pergiii !” pekiknya.
Di dalam kecemasan dan ketakutannya Tui Lan menyerang
orang itu dengan ngawur dan membabi buta. Namun dengan
mudah orang itu menangkap kedua lengannya. Tui Lan
meronta dan menjerit-jerit. Tapi cengkeraman orang itu tetap
tak terlepaskan juga. Maka di dalam keputus-asaannya Tui
Lan berusaha menggigit muka orang itu. Namun tiba-tiba
matanya terbelalak!
Wajah yang kini amat dekat dengan mukanya itu ternyata
adalah wajah... suaminya sendiri! Wajah Liu Yang Kun yang
tampan!
"Ko-koooooo......? Kau?" pekiknya keras sekali.
Tapi tiba-tiba terdengar suara halus dan lembut di
telinganya. Suara yang sangat dikenalnya. Suara Liu Yang
Kun, suaminya. Sehingga secara mendadak pula dia tersadar
dari mimpinya.
"Moi-moi...,! Kau kenapa? Bermimpi............?”
Tui Lan membuka matanya. Dilihatnya Liu Yang Kun
tersenyum di sampingnya. Meskipun demikian ia agak
tertegun juga, karena wajah Si Iblis Penyebar Maut itu kembali
berkelebat di kelopak matanya.
"Ah.......!" desahnya, namun cepat ditahannya.
"Hei, kau kenapa?" Liu Yang Kun yang melihat sinar aneh di
mata isterinya itu bertanya kaget.
Tapi Tui Lan cepat menyadari keadaannya. "Oh, ko-ko......
aku takut!” jeritnya lirih seraya menubruk dada Liu Yang Kun.
"Takut? Apa yang kautakutkan? Hmm.......... kau telah
bermimpi tadi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tui Lan mengangguk-angguk di dada Liu Yang Kun.
"Yaa......! Dan mimpiku sangat menakutkan sekali !” katanya
terengah-engah.
"Tapi kau sekarang sudah sadar bahwa itu hanya... mimpi,
bukan? Buat apa dipikirkan lagi?"
"Tapi..... tapi.... aku tak bisa melupakannya, ko-ko! Mimpi
itu seperti benar-benar terjadi." Tui Lan menyahut sambil
menangis malah.
Liu Yang Kun terpaksa tersenyum mendengar ucapan
isterinya. Hmm, ada-ada saja, pikirnya. Masakan mimpi bisa
benar-benar terjadi? Ah, paling-paling cuma karena pengaruh
kehamilannya saja sehingga isterinya itu punya pikiran yang
aneh-aneh. Namun demikian ia juga tak ingin melukai hati
isterinya. Maka dengan suara lembut dia berusaha
menghiburnya.
"Kalau kau tak bisa melupakannya, sekarang coba ceritakan
kepadaku mimpimu itu. Mungkin aku dapat meringankan
beban pikiranmu.........."
Tui Lan mendongak dan menatap mata suaminya. Seolaholah
ia ingin meyakinkan dirinya bahwa Liu Yang Kun benarbenar
mau mendengarkan ceritanya bukan hanya sekedar
ingin menghiburnya saja. Melihat mata suaminya itu
memancarkan kesungguhan hati, maka iapun segera
menceritakan mimpinya.
Selesai bercerita wanita muda itu memandang suaminya
lagi. Matanya bergetar, seakan-akan menuntut keterangan
yang jujur tentang mimpinya itu. Apa sebenarnya yang terjadi
di balik mimpinya itu? Dia yakin bahwa itu bukan hanya
sekedar mimpi. Tentu ada sesuatu yang telah menyentuh
alam di bawah sadarnya, yang akhirnya tercetus ke dalam
mimpi.
Sebaliknya, Liu Yang Kun segera terdiam mendengar
‘mimpi' isterinya itu. Ia sudah menduga sejak dahulu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suatu saat tentu akan menerima tuntutan seperti itu.
Untunglah sejak semula ia telah berterus-terang serta jujur
kepada Tui Lan tentang dirinya. Sehingga apa yang hendak ia
katakan kepada isterinya itu tentu telah diduga oleh isterinya
sendiri. Sekarang secara tidak sadar isterinya itu hanya
menuntut pengakuan yang jujur darinya.
"Moi-moi, aku bisa menerangkan arti mimpimu itu.
Begini.......!" katanya perlahan. “Tentang ular raksasa yang
hidup kembali, kemudian menyerang kita serta memakan aku
itu, kukira hanya akibat dari rasa takutmu yang berIebihlebihan
terhadap ular itu dahulu, dan rasa takut itu lalu
kauhubungkan dengan pusaran air yang menganga seperti
mulut ular itu, yang kemudian malah menelan tubuhku pula.
Sedangkan tokoh si Iblis Penyebar Maut yang menghadang
jalanmu, yang kemudian ternyata wajahnya mirip aku itu,
kukira hanya cetusan dari perasaan hatimu sendiri, yang
selama ini selalu kaupendam di dalam hati. Karena kau selalu
menyimpan dan menekannya, maka 'pendapat hatimu' itu lalu
muncul dalam bentuk mimpi tadi..,”
Liu Yang Kun mengambil napas sebentar, lalu sambungnya
lagi. "Aku tahu, setelah mendengar cerita tentang sepak
terjangku yang jahat dan keji itu, kau tentu sudah mempunyai
dugaan atau pemikiran, siapa sebenarnya aku ini. Di dalam
hatimu tentu sudah ada bayangan siapa wajah Si Iblis
Penyebar Maut yang mengerikan itu. Namun karena
kekurangyakinanmu sendiri terhadap dugaan itu, apalagi
begitu melihat kau lantas merasa suka dan kasihan, maka
dugaan itu lalu kaukubur dalam-dalam di dalam lubuk hatimu
sendiri. Padahal setiap saat dugaan itu masih saja
menggodamu. Maka akibatnya semua lantas muncul di dalam
mimpimu. bukankah begitu .......... moi-moi?”
"Ko-ko........ aku..... aku..oh!" Tui Lan menjadi pucat seperti
gadis yang terbuka rahasianya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Isteriku........! Aku tahu sejak semula kau telah
mempunyai dugaan bahwa aku adalah Si Iblis Penyebar Maut
itu. Tapi aku juga tahu bahwa kau tidak sampai hati untuk
mengatakan kepadaku…”
"Ko-ko, aku tidak berani......... Ini .….”
"Aku tahu kau tidak berani menuduhku. Kau terlalu cinta
kepadaku. Di dalam hati kau justru berusaha membantahnya.
Bukankah demikian, moi-moi?" Tui Lan tertunduk lemah.
"Jadi...jadi…kau memang benar Si Iblis Penyebar Maut itu?"
Liu Yang Kun menarik napas panjang. Matanya menatap
isterinya tajam-tajam.
"Benar!" Ucapannya tegas. "Sejak semula aku memang
hendak mengatakannya kepadamu. Tapi aku tak berani. Aku
takut kehilangan kau. Selain itu aku juga sudah menyangka
bahwa kau telah mengetahuinya."
"Ooooooh!” Tui Lan tiba-tiba berdesah, dan tiba-tiba pula
matanya menatap ke arah suaminya.
"Ada apa, moi-moi?”
"Ko-ko! Kata guruku, kedua orang tuaku mati dibunuh
orang di sebuah hutan kecil di luar Gurun Go-bi sana. Ayahku
disembelih dan ibuku diperkosa sebelum dihabisi nyawanya.
Cobalah ingat-ingat, ko-ko! Pernahkah kau membunuh
seorang bangsawan yang sedang bepergian dengan
keluarganya di tempat itu?"
Liu Yang Kun mengerutkan dahinnya. Tapi dengan tegas
pemuda itu menjawab.
"Moi-moi........! Aku tak tahu, mengapa kau menuduhku
demikian. Aku juga tak tahu pula, apa alasanmu mencurigai
aku. Meskipun demikian aku akan menjawabnya juga. Moimoi,
dengarlah! Aku memang telah banyak membunuh orang
dan berbuat jahat di mana-mana. Tapi satu hal yang kuingat
betul, yaitu..... aku belum pernah keluar dari daerah tiongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
goan, apalagi menyeberangi Go-bi! Selama hidupku aku belum
pernah menginjak gurun yang ganas itu! Nah, kau puas?"
Tiba-tiba wajah Tui Lan menjadi berseri-seri. "Oh, koko........
terima kasih. Aku sangat berbahagia sekali!” serunya
gembira, lalu berlari ke pelukan Liu Yang Kun.
"Hei! Hei! Nanti dulu! Apakah engkau sudah lupa bahwa
aku adalah Si Iblis Penyebar Maut?" Liu Yang Kun pura pura
berteriak memperingatkan.
Tapi Tui Lan justru merangkul semakin kencang malah.
“Huh! Aku tak perduli! Biar jahat, baik atau jelek, yang penting
aku cinta kepadamu! Habis perkara!" teriaknya lantang.
Diam-diam Liu Yang Kun sangat berbahagia pula melihat
kegembiraan isterinya. Tidak tampak lagi bayangan ketakutan
ataupun kengerian di wajah isterinya. Calon ibu muda itu
kelihatan kembali seperti semula.
"Sungguh kasihan sekali dia. Aku harus berusaha sekuat
tenaga untuk mengeluarkannya dari neraka di bawah tanah
ini. Aku tak boleh mengecewakan harapannya,” pemuda itu
berjanji di dalam hatinya.
Maka keesokan harinya Liu Yang Kun pergi ke pinggir
telaga itu kembali. Ditelitinya dan dipelajarinya sungguhsungguh
keadaan pusaran air tersebut. Beberapa kali ia
memotong tali pintalannya dan melemparkannya ke tengahtengah
pusaran itu. Dan ia lalu menyaksikan benda tersebut
hilang lenyap ditelan pusaran air itu. Tersedot entah kemana.
"Tentu ada lobang besar di dasar telaga ini, di mana air
telaga tersedot keluar dari tempat ini. Yang menjadi
persoalanku sekarang adalah, apakah lobang itu dapat kulalui
bersama Tui Lan nanti? Dan yang kedua ialah, berapa panjang
lobang air itu mengalir ke permukaan tanah kembali? Kalau
saluran air itu terus memanjang sampai di Laut Timur
sana,....... hmm, terang aku dan Tui Lan akan kehabisan
napas di tengah jalan," pikirnya di dalam hati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pemuda itu lalu melangkah mengelilingi air telaga itu.
"Sayang aku tak bisa menyelam lebih dahulu untuk
menyelidikinya. Pusaran ini sangat kuat. Sekali terjun
kedalamnya, tubuhku tentu tersedot ke dalam lobang tanpa
bisa berkutik lagi. Jangankan untuk kembali, berenang untuk
menyelamatkan diripun kiranya sudah amat sulit sekali. Satusatunya
kemungkinan hanyalah pasrah kepada Thian dan
membiarkan diri diseret arus air.” pemuda itu meneruskan
lamunannya.
Malamnya Tui Lan bermimpi lagi. Seperti juga kemarin, ular
raksasa itu hidup pula kembali. Lagi-lagi suaminya dimakan
dan ditelannya, sehingga ia menjadi sendirian pula di dalam
gua itu.
“Ko-ko, aku takut .... Mimpi itu seperti memberi isyarat
kepadaku bahwa kau akan pergi meninggalkan aku.
Oooh.......!” Setelah sadar kembali Tui Lan menangis di dada
suaminya.
"Moi-moi...... ! Tak ada kekuatan yang bisa memisahkan
kita selain kematian. Mengapa kau masih tidak percaya juga?"
Liu Yang Kun menenangkan hati Tui Lan.
“Bukan itu, ko-ko...... Tentang kasih sayang kita, aku telah
percaya. Namun rasanya ada sesuatu kekuatan lain.,. yang
hendak memisahkan kita."
"Sudahlah! Itu hanya bayanganmu saja! Kita tidak mungkin
berpisah lagi. Kita hanya mempunyai dua pilihan saja,
yaitu.......mati bersama atau hidup bersama! Kemungkinan
yang lain tidak ada!"
"Ko-ko..............?”
"Maka setelah kupikirkan masak-masak, tiada jalan lain
bagi kita untuk keluar dari tempat ini selain.....mati bersama di
pusaran air itu!" Liu Yang Kun berkata tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ko-ko.......?" Tui Lan berdesah sambil membelalakkan
matanya. Takut dan ngeri.
Namun Liu Yang Kun tetap pada pendiriannya. "Bagaimana
pendapatmu? Kita tetap bersatu atau........?" desaknya.
Wanita itu semakin terpaku di tempatnya. Perlahan-lahan
mata itu mengucurkan air. "Ko-ko, impian itu...,” katanya
mulai menangis.
"Jangan kaupikirkan impian itu. Pikirkanlah nasib anak kita
kelak. Nah, bagaimana keputusanmu?"
"Ko-kooo........!”
Tui Lan mengeluh dan memeluk suaminya semakin erat
lagi. Dan tangisnya tak bisa dibendung pula. Dia menangis
sedih seakan-akan memang hendak berpisah dengan
suaminya itu. Sesungguhnyalah bahwa hatinya merasa sangat
takut melihat pusaran air tersebut, apalagi kalau ia harus
terjun pula ke dalamnya, namun demikian ia juga akan
merasa lebih takut lagi bila harus berpisah dengan suaminya.
Maka ketika suaminya itu terus saja mendesaknya, ia terpaksa
memilih untuk ikut terjun saja dari pada harus tinggal
sendirian di tempat itu.
"Bagus! Kau bersiaplah sekarang ! Kita berangkat ......” Liu
Yang Kun berkata sambil tersenyum, lalu bangkit untuk
menyiapkan segala sesuatunya, termasuk tali dan kantong
udara itu.
"Sekarang…. ?" Tui Lan tersentak memandang suaminya.
Kulit mukanya pucat tak berdarah.
"Mengapa? Menunda-nunda waktu tak baik buatmu. Selain
perutmu sudah semakin besar, kejemuan dan penderitaan
akan semakin meruntuhkan semangat jiwamu. oleh karena itu
kita harus lekas-lekas pergi dari neraka ini. Hidup atau mati!"
Liu Yang Kun berkata tegas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tui Lan tak menjawab. Bagaikan manusia yang tak memiliki
semangat wanita itu bersiap-siap menuruti perintah suaminya.
Karena tak ada barang yang harus ia persiapkan, maka ia
hanya bersiap diri menyiagakan tubuh untuk menghadapi
keganasan pusaran itu. Ia mengerahkan tenaga sakti Pathong-
sin-kang sepenuhnya, seolah-olah hendak bertarung
mati-matian melawan musuhnya.
Meskipun demikian ketika ia tak berada di tepi telaga
bersama suaminya, tak urung matanya kembali berkaca-kaca.
Bayangan impiannya itu seolah-olah berkelebat lagi di depan
matanya. Untunglah Liu Yang Kun segera tanggap akan
keadaannya, sehingga lelaki dicintainya itu segera merangkul
membesarkan hatinya
kembali.
“Kuatkanlah hatimu,
isteriku. Ingatlah semua
kata-kata yang pernah
kuberikan kepadamu.
Marilah....,!”
Liu Yang Kun
mengikatkan tali ke
badan isterinya,
kemudian ke badannya
sendiri pula. Setelah itu
ia mempersiapkan
kantong udara sebagai
cadangan untuk
bernapas di dalam air
nanti.
Sebelum terjun ke dalam air Tui Lan memeluk suaminya
kembali. Diciumnya lelaki itu seakan-akan ia takkan pernah
bertemu kembali. Sebaliknya Liu Yang Kun juga merangkulnya
dengan erat. Lelaki itu berbisik di telinganya agar ia kuat
melawan cobaan itu demi anak mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan cepat arus air telaga itu menyeret mereka ke
tengah. Mereka berpelukan erat. Dan sekejap kemudian tubuh
mereka telah ikut berputar di dalam arus air yang melingkarlingkar
itu. Semakin lama semakin cepat. Dan akhirnya ketika
telah sampai di pusat lingkaran, tubuh mereka lalu tersedot ke
bawah bagai gasing yang terbenam ke dalam air.
Ternyata lobang air di dasar telaga itu cukup besar untuk
mereka berdua. Tapi karena mereka lewat dengan tubuh
berputar, maka batu-batu di dinding lobang itu menggores
juga di badan mereka. Beruntunglah mereka mengenakan
kulit ular yang kuat itu, sehingga cuma kaki dan tangan
mereka saja yang terluka. Itupun juga hanya gores-goresan
yang tidak berarti, karena dengan Iwee-kang mereka yang
tinggi batu-batu tajam itu tak mampu menembus kulit daging
mereka.
Arus pusaran yang kuat itu menyeret tubuh mereka ke
dalam saluran sempit yang panjang dan berbelok-belok,
sehingga tubuh mereka bagaikan diputar dan dikocok dengan
hebatnya. Namun demikian mereka tetap berpelukan dengan
kokohnya, sementara kantong udara itu tetap mereka gigit
dengan kuatnya. Keduanya tidak tahu lagi, berapa lamanya
mereka dikocok dan digulung oleh putaran arus yang ganas
itu. Tetapi yang terang kini mereka mulai megap-megap
kehabisan napas dan kepayahan. Pelukan mereka mulai
kendor karena salah satu dari tangan mereka harus
memegangi kantong udara mereka. Tubuh terasa lelah dan
sakit semua, sehingga daya tahan merekapun juga semakin
turun pula.
Celakanya tali pengikat tubuh merekapun juga semakin
kendor, karena benturan dan hempasan yang mereka terima
membuat tali itu menjadi rusak berpatahan pintalannya. Maka
tidak mengherankan bila hempasan-hempasan selanjutnya
membuat mereka semakin putus asa. Di dalam hati mereka
telah membayangkan kematian. Apalagi pada benturan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berikutnya, kantong udara itu lepas dan hanyut mendahului
mereka.
"Haep! Gluk.......! Haaaep!”
Keduanya mulai tersedak dan minum air. Dan ketika
keduanya terbanting lagi di dalam sebuah tikungan tajam,
tiba-tiba dari tanah lain menggempur pula sebuah arus yang
lain. Arus tersebut terasa lebih kuat dari pada yang sedang
menggulung mereka, sehingga tubuh mereka bagai
dilemparkan ke dinding saluran itu.
Breeeessh!
Tali pengikat mereka putus, pelukan merekapun lantas
terlepas. Dan keduanyapun segera hanyut secara berpisah.
Tui Lan di depan, sedangkan Liu Yang Kun di belakang.
Celakanya di dalam saluran itu sekarang seperti ada dua buah
kekuatan arus yang sama-sama kuat. Dan lebih celaka lagi
mereka berada pada arus yang berbeda. Tui Lan di sebelah
kiri, Liu Yang Kun di sebelah kanan.
Dan beberapa tombak kemudian saluran air itu terpecah
menjadi dua bagian. Arus yang pertama, yang membawa
tubuh Tui Lan berbelok ke kiri. Sedangkan arus yang kedua,
yang membawa Liu Yang Kun, melaju terus ke depan, ke
lorong saluran yang lebih lebar dan luas.
Di dalam keputus asaan mereka itu Tui Lan masih melihat
berkelebatnya tubuh suaminya, yang terbawa arus ke arah
saluran yang berbeda. Mulutnya sudah mau berteriak, tapi
airpun segera banjir ke dalam perutnya. Detik-detik
selanjutnya Tui Lan sudah tidak dapat memikirkan yang lainlain
lagi, karena ia harus bergulat dengan arus ganas yang
menggulungnya.
Tui Lan sudah tidak merasa kalau tubuhnya terangkat naik,
karena lobang saluran itu berbelok ke atas. Malah beberapa
saat kemudian tubuhnya seperti dimuntahkan keluar dari
suatu lobang kepundan gunung berapi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tui Lan merasakan tubuhnya melayang ke atas dengan
cepat sekali, terlepas dari libatan arus air yang ganas itu.
Namun demikian wanita muda itu masih merasakan tubuhnya
berada dalam kubangan air yang dalam.
Dugg......! Tiba-tiba Tui Lan merasakan tubuhnya
membentur papan yang keras, sehingga papan kayu tersebut
sampai bergoyang-goyang karenanya. Dan di lain saat
tubuhnya telah timbul di permukaan air! Namun bersamaan
dengan waktu itu pula kesadarannya jadi hilang dan tak ingat
apa-apa lagi!
"Kurang ajar.....! Ada orang hendak menggulingkan
sampan kita,” mendadak terdengar suara parau berteriak. Dan
di lain saat punggung Tui Lan telah dicengkeram orang dan
ditarik ke atas perahu kecil.
Brug! Kepala Tui Lan membentur papan perahu, sementara
kedua kakinya masih tergantung di pagar perahu, sehingga
tanpa dapat dicegah lagi semua air yang berada di dalam
perutnya tertumpah keluar.
"Bangsat! Dia........? Hei! Twa-ko! Dia seorang wanita!"
suara parau itu kembali berteriak keras.
“Hah? Eh, benar......! Dia seorang wanita! Dari mana dia?
Mengapa pakaiannya aneh benar?" sahut suara yang lain,
yang tidak kalah kasarnya dari suara pertama.
"Dan......... cantik pula! Cantik bukan main! Huh.......
jangan-jangan, eh ..... jangan-jangan dia adalah Hantu
Penjaga Tai Ouw (Telaga Agung) ini ....." suara parau yang
pertama tadi tiba-tiba berubah menjadi gemetar.
“Maksudmu dia itu Ouw Sian-li (Dewi Telaga). Pemilik
Ceng-liong-ong yang sekarang sedang kita tunggu-tunggu
kemunculannya itu?" suara yang kedua menegaskan. Nadanya
juga ikut ragu ragu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya! Kaulihatlah pakaiannya itu! Bukankah itu kulit ular
raksasa? Siapa lagi di dunia ini yang mengenakan kulit ular
bersisik besar-besar itu selain Ouw Sian-li?"
Hening sejenak. Suasana menjadi tegang. Sementara kabut
malam mulai turun menutupi cerahnya sinar bulan purnama di
atas telaga luas itu. Udarapun lalu berubah menjadi semakin
dingin pula.
"Bagaimana, twa-ko........?” mendadak kedua buah suara
itu meminta pendapat orang yang ketiga secara berbareng.
Terdengar orang menghela napas. "Aku tak pernah percaya
pada segala dongeng tentang hantu atau setan di telaga Tai
Ouw ini. Aku hanya percaya pada cerita tentang naga raksasa
atau Ceng liong ong yang hidup di dalam telaga ini, yang
menurut penuturan guruku selalu keluar setiap limapuluh
tahun sekali, yaitu pada saat bulan penuh di permulaan musim
semi seperti sekarang ini. Tapi bila kulihat keadaan wanita
aneh yang muncul secara tiba-tiba ini, hatiku
rasanya......menjadi ragu dan berdebar-debar pula! Pikiranku
menjadi goyah pula!"
Sementara itu pikiran Tui Lan telah mulai jernih kembali.
Pelan-pelan wanita muda itu membuka matanya. Dan......tibatiba
ia harus menutup matanya kembali! Sinar bulan yang
telah meredup karena kabut itu ternyata masih terlalu tajam
untuk matanya yang sudah terbiasa di dalam kegelapan.
Namun demikian pikirannya yang sudah sadar kembali itu
segera teringat akan kejadian yang baru saja dia alami
bersama suaminya.
"Ko-ko.....!" rintihnya perlahan seraya mengelus-elus anak
yang ada di dalam perutnya.
“Twa-ko, dia bergerak.......!" Orang yang bersuara parau itu
kembali berseru dengan nada gemetar. Dan sampan kecil itu
sedikit oleng ketika ia melompat mundur.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Orang yang dipanggil ‘twa-ko' itu melangkah maju
mendekati Tui Lan. Kebetulan segumpal awan tebal melintas
menutupi bulan. Dan berbareng dengan itu Tui Lan pun juga
telah membuka mata kembali. Kalau orang-orang di dalam
sampan kecil tersebut agak terhalang dengan kegelapan yang
mendadak ternyata tidak demikian halnya dengan Tui Lan.
Wanita muda itu justru bisa melihat dengan jelas keadaan di
sekitarnya.
Mula-mula yang tampak adalah sampan kecil dimana ia
berbaring. Setelah itu orang-orang yang sedang
mengelilinginya, yaitu tiga orang lelaki kasar yang tadi telah
terdengar suaranya. Mereka adalah orang-orang kang ouw
berusia antara tigapuluh sampai empatpuluh tahun. Wajah
mereka kelihatan beringas dan kejam, sementara di pinggang
masing-masing tampak tergantung senjata golok yang besarbesar
mengkilap.
Sekejap Tui Lan menjadi beringas pula. Matanya nyalang
mencari suaminya. Tapi sesaat kemudian ia menjadi sadar
pula bahwa suaminya tidak ada di tempat itu. Yang ada hanya
tiga orang kasar yang tidak dikenalnya itu. Dan ketika ia
mencoba mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, ia
menjadi terkejut sekali.
Di sekelilingnya terbentang sebuah telaga yang amat luas
dan indah sekali! Pohon-pohon bunga yang beraneka-warna
tampak penuh sesak memenuhi tepiannya. Sementara di atas
telaga itu sendiri kelihatan berpuluh-puluh perahu, besar
maupun kecil, hilir-mudik tersebar di segala tempat. Beberapa
buah diantaranya, terutama yang besar-besar, tampak
memasang lampu teng yang berwarna-warni pula.
"Oh....... aku tidak bermimpi sekarang! Ini betul-betul
sebuah kenyataan! Aku telah terbebas dari kurungan gua-gua
itu! Tapi......... ah, apa gunanya kebebasan ini tanpa adanya
Liu Yang Kun di sisiku?" Tui Lan yang melihat keindahan di
sekitarnya itu tiba-tiba justru merintih di dalam hatinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Twa-ko, awas........dia bergerak lagi! Sebaiknya kita ikat
saja kaki dan tangannya agar tidak bisa kembali ke dasar
telaga. Siapa tahu dia benar-benar Ouw Sian-li, sehingga kita
bisa mempergunakannya sebagai perisai kalau Ceng-liong-ong
itu benar-benar muncul nanti?" orang yang bersuara parau itu
memperingatkan kakaknya.
"Hmm........kau benar! Marilah kita ikat dia!"
Sebentar kemudian ketiga orang kasar itu telah
mengeluarkan sebuah rantai besi yang tampaknya memang
telah mereka persiapkan untuk mengikat Ceng-liong-ong
nanti. Rantai besi itu kemudian mereka pergunakan untuk
mengikat Tui Lan. Tapi orang yang mereka sangka Dewi
Penunggu Telaga itu tiba-tiba meronta dan bangkit berdiri,
sehingga rantai itu terlepas kembali.
Tui Lan menatap ketiga orang kasar itu dengan marah.
Mata yang telah terisi Pat-hong-sin-kang itu tampak
mencorong di dalam kegelapan, seperti mata naga yang
sedang mereka tunggu-tunggu itu.
"Nah......apa kataku? Dia.....dia memang Ouw Sian-li itu!
Lihatlah kedua buah matanya! Itu...... Itu bukan mata orang
biasa!” orang yang bersuara parau itu tergagap-gagap
ketakutan. Tubuhnya mundur-mundur terus sehingga hampir
saja ia terjengkang keluar perahu.
"Huh, pengecut! Mengapa takut! Bukankah kita ke sini
untuk menangkap Ceng-liong-ong itu? Mengapa kita mesti
takut kepada pemiliknya kalau kita ingin menangkap binatang
piaraannya. Ayoh, serbu dia ...!” orang yang dipanggil dengan
sebutan twa-ko itu menggeram marah. Lalu dia mendahului
menyerang Tui Lan.
"Twa-ko benar! Ini justru kesempatan yang baik buat kita.
Kita tangkap dulu pemiliknya baru Ceng-liong-ong belakangan.
Marilah ji-ko sebelum orang lain mengetahuinya........!" orang
ketiga mendukung ucapan twa-konya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ah eh.......ka-kalian memang benar!" akhirnya orang yang
bersuara parau itu mendadak sadar kembali pada tujuannya
ke tempat itu. Sambil mencabut goloknya ia ikut menerjang
Tui Lan.
Demikianlah, belum juga kekuatan Tui Lan pulih
sepenuhnya, ia sudah diharuskan melayani keroyokan tiga
orang kasar itu. Celakanya, ketiga orang itu ternyata memiliki
kepandaian yang hebat juga. Namun demikian masih
beruntung juga bagi Tui Lan, karena perahu tersebut terlalu
kecil dan sempit untuk berkelahi mereka berempat, sehingga
ketiga orang lawannya itu harus hati-hati dan tak bisa
bergerak bebas. Sebaliknya, dengan Bu-eng Hwe-teng yang
hebat itu Tui Lan mampu melenting kesana-kemari dengan
lincahnya. Seperti seekor capung yang sedang bermain main
di atas permukaan air, tubuhnya berkelebatan diantara
lawannya. Malahan bila tubuhnya melayang terlalu jauh keluar
perahu, dia lalu memperlihatkan ilmu Berjalan di Atas Airnya
yang tiada tara itu. Sekali menepuk permukaan air tubuhnya
akan segera terlontar kembali ke dalam perahu.
Tentu saja pameran gin-kang yang mentakjubkan itu
benar-benar membuat giris lawan-lawannya. Selama hidup
mereka belum pernah menyaksikan ilmu meringankan tubuh
yang sedemikian tingginya. Ketiganya menjadi semakin yakin
bahwa mereka memang sedang berhadapan dengan Ouw
Sian-li, Dewi Penunggu Telaga Agung itu. Dan dugaan mereka
itu menjadi semakin tebal pula ketika beberapa kali golok
mereka tak mampu menembus baju kulit ular yang dikenakan
oleh wanita cantik tersebut.
Sementara itu perahu-perahu lain yang berada di sekitar
mereka akhirnya mengetahui pula keributan itu. Mereka
menjadi curiga dan berbondong-bondong mendekati. Karena
cuaca masih gelap tertutup awan, maka mereka tidak segera
tahu apa yang terjadi di atas perahu kecil tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei! Apa yang terjadi di situ!” seorang lelaki brewok yang
berdiri di sebuah sampan kecil berteriak lantang. Kemudian,
sekali dayungnya yang besar itu menghantam air, maka
perahunya yang kecil itu melesat ke depan dengan cepatnya.
Tenaga gwa-kangnya sungguh besar sekali, sungguh sesuai
dengan bentuk badannya yang tinggi kekar.
"Twa-ko, lihat! Ouw Tiat Gu si Lintah Darat itu datang
kemari !" lawan Tui Lan yang bersuara parau itu
memperingatkan twa-konya.
"Kurang ajar! Lintah Darat memang serakah sekali! Tapi
sungguh kebetulan malah! Biarlah dia merampas lawan kita
ini, agar tahu rasa.....!” orang yang sudah merasa sangat
kewalahan melawan Tui Lan itu menjawab ucapan adiknya.
Antara ketiga orang kasar itu dengan si Brewok yang baru
datang tersebut memang tidak pernah akur. Mereka samasama
bertempat tinggal di tepian telaga itu. Dan mereka juga
sama-sama jago kepruk yang suka memeras para nelayan di
telaga Tai-Ouw itu. Tapi mereka selalu bertengkar dan
berkelahi bila saling berjumpa. Celakanya, biarpun bertiga,
ketiga orang kasar itu tak pernah menang menghadapi Ouw
Tiat Gu. Demikianlah, ketika Ouw Tiat Gu datang, ketiga orang
kasar itupun berlompatan ke dalam air meninggalkan Tui Lan.
Sementara Tui Lan sendiri yang sejak semula memang tak
berhasrat melayani mereka, membiarkan saja ketiga lawannya
itu melarikan diri.
"Hahaha........ ternyata ada bidadari cantik di tempat ini.
Makanya ketiga tikus air itu asyik benar sejak tadi.
Hahaha.......! Malam bulan purnama di atas telaga, wanita
cantik, suasana gelap pula.. oh, asyiknya!" begitu berhadapan
dengan Tui Lan, si Brewok itu membuka mulut seenaknya.
"Tutup mulutmu! Jangan seenaknya menghina orang!" Tui
Lan marah dan membentak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh? Ouh, hahaha...... galak benar!” Ouw Tiat Gu tersentak
kaget. Namun sebentar kemudian telah tertawa kembali. “Hoho-
ho, aneh benar pakaianmu! tampaknya kau tadi baru saja
dicopot dari panggung sandiwara, hehehe.!"
"Kurang ajar.....! Kutampar mulutmu!"
Ouw Tiat Gu yang sangat membanggakan kekuatan
tubuhnya itu benar-benar tak memandang sebelah mata
kepada wanita cantik seperti Tui Lan itu. Lelaki kasar seperti
dia sudah biasa dikerubut orang setiap harinya. Dan dia selalu
tampil sebagai pemenangnya. Maka kalau cuma seorang
wanita lemah macam Tui Lan itu, apa pula yang harus ia
takutkan? Oleh sebab itu dengan congkaknya ia membiarkan
saja Tui Lan menamparnya.
Plaaaaaaaaak!
"Hwadouuuuuuuuh.......!" tiba-tiba Ouw Tiat Gu berteriak
setinggi langit.
Tubuh yang sungguh-sungguh besar seperti kerbau itu
mendadak terlempar keluar perahu. Sekilas tampak beberapa
buah giginya mencelat keluar, disertai semprotan darah dari
mulutnya. Air muncrat tinggi ke udara, sehingga membasahi
badan Tui Lan pula.
Menyaksikan lawannya terlempar kesakitan ke dalam air
Tui Lan merasa menyesal juga. Wanita muda itu merasa
terlalu keras memberi hajaran kepada orang yang belum
dikenalnya itu.
"Meskipun dia telah menghina aku, tapi tak seharusnya aku
membalas sedemikian kerasnya," gumamnya sambil
menundukkan mukanya.
Tapi ketika menengadahkan kepalanya kembali Tui Lan
menjadi kaget sekali. Perahu kecilnya telah terkepung oleh
belasan perahu lain, sehingga ia tak mungkin bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeluarkan perahunya itu dari sana. Malah dari jauh masih
banyak lagi perahu-perahu besar yang berdatangan pula.
Wajah-wajah keras tampak menatap ke arah perahunya.
Mereka berusaha menembus kegelapan malam yang tertutup
awan itu. Rata-rata mereka berwajah keras dan beringas.
Wajah-wajah orang persilatan yang telah terbiasa menghadapi
kekerasan dengan kekuatan.
"Ceng-liong-ong.........! Awas ...Ceng-liong-ong!" tiba-tiba
keheningan yang hanya sesaat itu dikejutkan oleh teriakan
ketiga orang kasar yang tadi terjun ke dalam air. Ketiga orang
itu muncul di dekat perahu-perahu yang mengepung Tui Lan.
Begitu muncul di atas permukaan air mereka berteriak-teriak
seraya menunjuk ke arah Tui Lan. Suaranya gagap dan kurang
jelas.
Tapi orang-orang kang-ouw yang sudah sejak sore tadi
menunggu keluarnya Ceng-liong-ong, segera menjadi beringas
begitu mendengar teriakan mereka. Semuanya menyangka
bahwa naga dari Telaga Tai Ouw yang mereka tunggu-tunggu
itu benar-benar sudah keluar. Malahan sudah melukai tiga
orang itu pula sekarang.
Dan dugaan mereka semua semakin menjadi-jadi ketika
tiba-tiba muncul pula wajah Ouw Tiat Gu yang berlumuran
darah dari dalam air.
“Bangsat! Ular betina itu telah melukai aku!
Kurang.......haep.....!” teriak si brewok itu melengking
lengking.
Maka sekejap kemudian, belasan atau bahkan puluhan
sampan-sampan kecil itupun lalu berlomba-lomba berebut
dulu untuk menyerbu ke depan. Mereka tak ingin didahului
oleh lawannya. Sehingga sesaat kemudian perahu-perahu
itupun lalu saling bertabrakan dengan gaduhnya. Dan
bersamaan dengan waktu itu pula para penumpangnya
berloncatan keluar bagai kawanan lebah yang sedang marah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehingga di lain saat tempat itupun lalu menjadi hiruk-pikuk
bukan buatan!
Mereka adalah orang-orang kang ouw yang datang dari
seluruh pelosok negeri. Dan mereka itu adalah orang-orang
yang percaya pada dongeng tentang Ceng-liong-ong itu. Y aitu
dongeng yang menceritakan bahwa darah naga itu mampu
membuat mereka menjadi orang yang tak terkalahkan,
kulitnya yang tak mempan senjata, dan mutiara racunnya
yang bisa menawarkan segala macam racun di dunia.
Maka tidaklah mengherankan kalau mereka saling berlomba
lebih dulu untuk mendapatkan benda-benda langka tersebut.
Mereka tidak lagi menghormati aturan dan sopan-santun.
Yang ada di dalam benak dan hati mereka hanyalah merebut
dan memiliki benda-benda itu, apapun caranya. Sehingga
hukum rimbapun lalu berjalan di tempat itu. Siapa kuat, dialah
yang menang. Oleh karena itu siapapun yang menghalangi
jalan, merekapun tak segan-segan untuk membunuh dan
menyingkirkannya.
Suara teriakan, jeritan, dan juga suara dentang senjata,
terdengar menggema memenuhi tempat itu. Belum juga
mereka tiba di tempat Tui Lan berada, mereka sudah saling
berhantam dan saling menyerang dengan brutalnya. Maka
korbanpun segera berjatuhan. Darah muncrat dan memercik
kemana-mana, membasahi perahu dan sampan mereka.
Beberapa orang diantara mereka dapat juga lolos dari
keributan tersebut. Mereka berloncatan dengan garang ke
perahu Tui Lan. Melihat kilatan bayang-bayang kulit ular yang
dikenakan oleh Tui Lan, mereka segera menerjangnya dengan
segala kemampuan mereka masing-masing. Kegelapan di
tempat itu membuat mereka tidak dapat melihat jelas sasaran
mereka. Mereka hanya melihat gemerlapannya sisik ular yang
dikenakan Tui Lan.
Sementara itu Tui Lan yang menjadi bingung dan heran
menyaksikan ulah orang-orang di sekelilingnya, terpaksa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berloncatan menghindari para penyerangnya itu. Karena
mereka berjumlah banyak, maka dia terpaksa melenting
kesana-kemari meninggalkan perahunya. Dengan Bu-eng
Hwe-tengnya yang hebat ia berloncatan diantara sampan dan
perahu yang berserakan di tempat itu. Dan sambil berloncatan
dia membagi pukulan dan totokan diantara lawan-lawannya
itu, sehingga satu persatu mereka roboh berjatuhan di atas
perahu tempat mereka berpijak.
Namun lawan yang datang kemudian seperti tiada habishabisnya,
karena perahu-perahu yang datang dari tempat
lainpun juga semakin banyak pula. Sementara keributan
diantara merekapun juga berlangsung semakin dahsyat pula.
Tokoh-tokoh yang baru tiba, yang kemudian melihat
berkelebatnya bayangan Tui Lan di antara kerusuhan tersebut,
segera melibatkan diri juga.
Darah semakin banyak yang menetes dan mengalir
membasahi permukaan air telaga itu. Sepintas lalu air tampak
menjadi kemerah-merahan, sementara udarapun menjadi
berbau amis pula. Pecahan pecahan perahu tampak
mengambang berserakan memenuhi tempat pertempuran
tersebut. Namun demikian pertempuran brutal itu tidak
menjadi reda juga. Semakin lama tampaknya justru menjadi
semakin dahsyat malah.
Sedangkan Tui Lan yang sebenarnya lagi sedih dan pepat
pikirannya itu terpaksa harus melayani orang-orang gila yang
tanpa sebab telah mengeroyoknya itu. Namun karena
pikirannya sedang kusut, sedih dan bingung memikirkan
suaminya, maka perlawanannyapun juga hanya setengahsetengah
pula. Wanita muda itu lebih banyak melihat-lihat
kesana-kemari untuk mencari Liu Yang Kun dari pada harus
melayani para pengeroyoknya. Meskipun demikian karena
ilmunya sudah amat tinggi, maka tak seorangpun dari mereka
yang bisa menyentuh badannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun di dalam saluran air tadi Tui Lan masih sempat
melihat suaminya dibawa arus ke lorong saluran yang lain,
tapi dia masih berharap bahwa suaminya itu juga telah
dimuntahkan keluar oleh arus yang menghanyutkannya itu
melalui lobang sumber air di dasar telaga ini. Oleh sebab itu
Tui Lan tak segera pergi meninggalkan tempat kerusuhan
tersebut. Dia justru melenting kesana kemari mencari wajah
suaminya.
"Ko-ko........?" sebentar-sebentar ia berdesah pilu.
Tetapi setelah berulang kali menyusup kesana kemari tetap
tidak menemukan wajah suaminya, Tui Lan lantas menjadi
sadar bahwa usahanya akan sia-sia. Saluran air yang
membawa suaminya kelihatannya tidak bermuara di dasar
telaga ini pula. Tampaknya saluran air itu menuju ke tempat
lain, atau bahkan terus langsung ke Laut Timur.
"Oh, Thian.......! Ternyata mimpi yang Kauberikan
kepadaku itu benar-benar menjadi kenyataan. Dia telah pergi
........" ratapnya di dalam hati.
Tui Lan benar-benar menjadi putus asa sekarang.
Keinginannya untuk hidup telah hilang. Dia ingin mati saja
menyusul suaminya.
Tapi mendadak berkelebat di dalam pikiran Tui Lan sebuah
kemungkinan yang lain. Benarkah suaminya itu sudah
meninggal dunia? Bagaimana kalau dia dapat meloloskan diri
dari arus pusaran air itu? Dan bagaimana seandainya
suaminya kelak mencari dia dan anaknya?
"Ah, aku tidak boleh mati sebelum yakin bahwa dia juga
telah meninggalkan aku........"
Sementara terjadi pergolakan batin di dada Tui Lan, maka
pertempuran brutal di tengah-tengah kegelapan telaga itupun
juga semakin menjadi-jadi pula. Semuanya menyangka bahwa
Ceng-llong-ong itu benar-benar telah keluar dari dasar telaga.
Oleh karena itu, setiap perahu yang datang, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penumpangnyapun segera berebut dahulu ke depan, ke
tempat pertempuran yang telah penuh sesak dengan perahu
dan sampan itu. Mereka berlarian di atas perahu yang
berhimpitan itu sambil menyebar kematian. Tak perduli kenal
atau belum, asal ada orang yang menghalangi jalannya,
langsung mereka babat tanpa bertanya lagi.
Dan salah seorang dari mereka yang baru datang itu,
tampaklah seorang lelaki tua kurus berpakaian mewah,
menerobos keributan tersebut dengan tangan kosong.
Meskipun demikian, setiap kedatangannya selalu membuat
kocar-kacir orang di sekelilingnya. Beberapa jago silat
berusaha melawannya, namun tanpa kesulitan lelaki kurus itu
menghajar mereka.
"Tung-hai Nung-jin.........!” salah seorang dari
pengeroyoknya berseru begitu bisa melihat jelas wajahnya.
"Benar, akulah yang datang. Oleh karena itu menyingkirlah!
Biarkanlah aku melihat keadaan di depan itu......" orang tua
itu menjawab angkuh.
Benar juga. Mendengar nama besar orang itu, yang lainpun
segera menyingkir. Tapi baru beberapa langkah orang tua itu
berloncatan, di depannya telah banyak orang yang
menghalangi jalannya lagi. Malah salah seorang di antaranya
terpaksa beradu pukulan dengan dia karena nyaris
bertabrakan.
Plak ! Plak !
Masing-masing terpental hampir jatuh. Keduanya saling
melirik dengan hati berdebar kaget.
"Uh! Siapakah kau? Oooh..........Tiat-tung Lo-kai (Pengemis
Tua Bertongkat Besi) rupanya!" Tung-hai Nung-jin
menggeram.
Tiat-tung Lo-kai adalah ketua Tiat-tung Kai-pang Daerah
Utara. Namanya juga sangat terkenal sejak masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemerintahan Kaisar Chin Si yang jatuh itu. Lebih terkenal dari
pada nama suhengnya, Tiat-tung Hong-kai (Pengemis Gila
Bertongkat Besi), yang menjadi ketua daerah Selatan.
Walaupun demikian, melihat Tung-hai Nung-jin, ketua
perkumpulan pengemis daerah utara itu ternyata merasa
segan juga.
“Tung-hai Nung-jin! Hmm...... tak kusangka kau bisa
berkeliaran di daratan juga. Sayang kita tak mempunyai
banyak waktu untuk menyambutmu. Maafkanlah...............!"
Tiat-tung Lo-kai menggeram pula, kemudian melompat pergi
meninggalkan tempat itu.
"Kita.......?" Tung-hai Nung-jin berbisik kaget sambil melirik
ke kanan dan ke kiri. "Apakah dia datang bersama kawankawannya?
Mengapa aku tak melihat mereka itu?"
Diam-diam Tung-hai Nung-jin merasa gentar juga hatinya.
Dia tahu Tiat-tung Lo-kai mempunyai banyak teman di dunia
kang-ouw, termasuk di antaranya yang sangat ia segani
adalah Keh-sim Siau-hiap (Pendekar Muda Patah Hati), pemilik
Pulau Meng-to yang sangat tersohor itu. Jikalau benar apa
yang dikatakan oleh Tiat-tung Lo-kai itu, maka dia memang
harus berhati-hati.
"Siapapun ingin meminum darah Ceng liong-ong dan
mengambil mutiara racunnya, maka aku tak perlu heran kalau
semua tokoh-tokoh persilatan berkumpul di sini sekarang.
Mungkin tokoh-tokoh sakti seperti Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai, Hong-lui-kun Yap Kiong Lee, ataupun pemimpinpemimpin
aliran ternama seperti Beng-kauw, Mo-kauw dan
Im-Yang kauw itupun ada di sini pula saat ini....”
Ternyata betul juga dugaan Tung-hai Nung-jin itu. Belum
juga dia beringsut dari tempatnya, mendadak dari arah barat
terdengar umpatan dan caci-maki yang amat dikenalnya.
Siapa lagi di dunia ini yang gemar mengumpat dan memaki
seenaknya sendiri selain Put-ceng-li Lo-jin (Orang Tua Yang
Tak Tahu Aturan) Ketua Bing-kauw?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bangsat kurang ajar.......! Monyet busuk semuanya! Cengliong-
ong sudah keluar aku tidak diberi tahu! Babi Anjing!
Ayoh...... semua menyingkir!"
"Habis su-siok baru berak, sih! Masakan Si Monyet Busuk
disuruh mendekati? Bukankah bisa kelenger nanti? Mendingan
kita menjauh. Bukankah begitu, su-te?"
"Betul, su-heng..... Apalagi 'anunya' su-hu baunya bukan
main....!"
"Anunya.... apa. heh?" terdengar bentakan Put-ceng-li Lojin
lagi.
"Kotorannya!" suara yang terakhir tadi menjawab cepat
sambil tertawa tergelak-gelak.
"Bangsat! Hahahaha, anak konyol ! Kutempeleng kau.......!”
Lalu tampak tiga buah bayangan berkelebat mendahului
Tung-hai Nung-jin. Dan ketika tokoh bajak laut itu mencoba
melongok dan memperhatikan mereka, kepalanya segera
mengangguk-angguk.
"Nah, apa kataku tadi. Bangsat tua dari Aliran Bing-kauw
itu benar-benar datang kemari bersama muridnya dan murid
su-hengnya yang konyol itu. Aku takkan lupa pada murid suhengnya
yang sinting itu....." katanya seraya menarik napas
panjang.
Pada waktu itu di daerah Tiong-goan berkembang banyak
aliran kepercayaan. Tapi yang sudah amat terkenal dan
banyak pengikutnya hanya tiga buah saja, yaitu aliran Bingkauw,
Mo-kauw dan Im-yang-kauw. Selain memiliki pengikut
yang banyak, ketiga macam aliran tersebut juga memiliki
banyak tokoh-tokoh sakti pula. Salah satu di antaranya adalah
Put-ceng-li Lo-jin tersebut.
Put-ceng-li Lo-jin adalah Ketua Aliran Bing-kauw. Dia
menggantikan su-hengnya yang mengundurkan diri duapuluh
tahun yang lalu. Dia mempunyai empat orang murid, tiga lakiTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
laki dan satu perempuan. Mereka bernama Put-sim-sian
(Dewa Tak berperasaan), Put-swi-kui (Hantu Tak Berdosa),
Put-ming-mo (Setan Tak Bernyawa) dan Put-sia Nio-cu
(Perawan Tak Tahu Adat). Sedangkan su-hengnya yang telah
mengundurkan diri itu bergelar Put-chien-kang Cin-jin
(Pendeta Tak Waras). Dan su-hengnya itu meninggalkan
seorang murid, bernama Put-pai-siu Hong-jin (Si Gila Tak
Tahu Malu).
Dan yang datang bersama Put-ceng-li Lo-jin tadi adalah
Put-ming-mo dan Put-pai-siu Hong-jin. Kali ini Put-ceng-li Lojin
memang sengaja mengajak murid su-hengnya yang agak
sinting itu, karena ia membutuhkan pembantu yang lihai.
Sebab biarpun sangat kurang ajar dan ugal-ugalan, tapi murid
suhengnya itu sangat lihai. Lebih lihai dari pada keempat
muridnya sendiri malah.
Tapi membawa Put-pai-siu Hong-jin memang harus sabar.
Selain sangat urakan orang itu juga sering membawa adatnya
sendiri. Untunglah, meskipun mempunyai kelakuan yang anehaneh,
dia masih mau mendengarkan perkataan Put-ceng-li Lojin.
Sementara itu di malam yang amat gelap tersebut Tui Lan
masih diincar dan dikejar-kejar oleh orang-orang yang
mengira dirinya adalah Si Naga Raksasa Ceng-liong-ong.
Beberapa orang yang berhasil mendekati Tui Lan memang
menjadi heran melihat buruannya itu bukanlah seekor naga
seperti yang diteriakkan orang, namun karena mereka sendiri
juga belum pernah menyaksikan binatang langka itu, maka
mereka juga menjadi ragu untuk menghentikan serangannya.
Alhasil merekapun masih tetap menyerang dan mengejarngejar
Tui Lan juga.
Namun Tui Lan sudah tak berminat lagi tinggal di situ.
Setelah dia yakin bahwa suaminya tidak muncul di tempat itu,
maka dia lalu berusaha keluar dari kepungan orang-orang gila
yang tak dimengertinya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Begitu kakinya menjejak perahu yang ditumpanginya,
tubuh Tui Lan membubung tinggi ke udara melewati beberapa
buah perahu yang berdesakan di sekitarnya. Kulit ular yang
membungkus tubuhnya itu melambai-lambai ditiup angin.
Warnanya mengkilap gemerlapan, sehingga sepintas lalu
memang seperti ekor naga yang sedang meliuk-liuk di
angkasa.
Dan sebelum tubuhnya meliuk turun ke bawah, Tui Lan
telah menekuk kedua buah kakinya, dan berjumpalitan di
udara. Sambil berjumpalitan, beberapa kali telapak tangannya
menghantam ke bawah, menangkis serangan orang-orang
yang berusaha mencegatnya. Tapi dengan demikian ia justru
dapat meminjam tenaga mereka untuk melenting ke atas
kembali, sehingga semakin lama tubuhnya melenting semakin
tinggi seperti burung yang terbang mengepakkan sayapnya.
Namun ketika hendak hinggap di atas atap sebuah perahu
besar, tiba-tiba dari arah samping kiri tampak berkelebat
sesosok bayangan memotong jalannya. Gerakannya tidak
begitu cepat, tapi karena posisi dan waktunya sangat tepat
maka ia tidak bisa menghindar lagi. Terpaksa dia
mengerahkan tenaganya untuk menangkis.
Plak...........Plak !
Ayunan kaki Tui Lan terpaksa sedikit tertahan, sehingga
tidak bisa menginjak atap perahu itu. Dengan enteng kakinya
mendarat di geladak perahu tersebut. Tapi sebaliknya
lawannya tampaknya terpelanting di atas geladak itu pula.
Sementara itu dari bawah perahu tiba-tiba melesat pula
sesosok bayangan lain mengejar mereka.
"Kau tidak apa-apa, Lam-suheng ?" orang yang baru
datang itu bertanya kepada lawan Tui Lan yang terpelanting
itu.
"Tidak! Tapi hati-hatilah......! Binatang ini........ eh?" orang
yang terpelanting itu menjawab sambil bangkit berdiri. Tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendadak orang itu membelalakkan matanya. Begitu pula
orang yang baru datang itu.
Kedua orang yang berpakaian penuh tambalan, yang tidak
lain adalah Tiat tung Lo-kai dan su-hengnya Tiat-tung Hongkai
itu menatap Tui Lan tanpa berkedip. Mereka menjadi
heran, mengapa Ceng-liong-ong yang dikabarkan telah
muncul keluar itu berubah menjadi seorang wanita di hadapan
mereka.
Sementara itu tiupan angin malam telah mulai menggeser
awan tebal yang menutupi bulan. Suasana di atas telaga itu
juga mulai jelas pula sekarang. Orang-orangpun menjadi
gembira dan mempertajam penglihatan mereka.
Tapi sinar terang yang mulai menyibakkan kegelapan itu
ternyata sangat menyilaukan mata Tui Lan malah! Kalau
orang-orang itu mulai bisa memperhatikan keadaan di
sekeliling mereka dengan jelas, sebaliknya tidak demikian
halnya dengan Tui Lan. Wanita muda itu malah melindungi
matanya yang tiba-tiba menjadi kabur.
"Ah! Karena terlalu lama di dalam gua yang gelap, kini
mataku tak tahan melihat sinar terang. Hmm...... aku harus
lekas-lekas meninggalkan tempat ini, sebelum orang-orang
gila ini membunuhku." Tui Lan berkata di dalam hatinya.
Tui Lan lalu mempersiapkan dirinya kembali. Matanya ia
pejamkan, meskipun tidak terlalu rapat. Tapi ia menjadi kaget
ketika melirik ke arah pintu perahu. Di sana dilihatnya
sepasang lelaki-perempuan berdiri berjajar mengawasi dirinya.
Kedua orang yang kelihatannya adalah suami-isteri itu
memandang dengan heran pula kepadanya. Yang lelaki
bertubuh jangkung dan tampak berwibawa, sementara yang
perempuan juga kelihatan anggun dan cantik.
Namun bukan kecantikan atau ketampanan laki-wanita itu
yang membikin kaget Tui Lan. Yang mengejutkan Tui Lan
adalah sikap kedua pengemis yang berada di hadapannya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengemis-pengemis tersebut kelihatan sangat segan dan
menghormat sekali kepada mereka.
"Hong-kai! Lo-kai! Siapakah wanita muda ini? Kenapa kalian
mengejar-ngejar dia? Apakah kalian bermusuhan?" terdengar
lelaki berwibawa itu bersuara.
"Ah, To-cu (Majikan Pulau)......! Ternyata To-cu telah tiba
pula......" kedua pengemis itu menjawab berbareng. Lalu Tiattung
Hong-kai melanjutkan lagi, "Begini, To-cu.....Kami
berduapun juga baru datang pula. Namun kedatangan kami
ternyata sudah terlambat. Orang-orang di s ini sudah berteriakteriak
mengatakan bahwa Ceng-liong-ong sudah keluar dari
sarangnya. Maka kami pun lantas ikut-ikutan memburunya
pula. Tapi setelah kami memegangnya, eh ........ tiba-tiba
binatang itu berubah menjadi wanita muda ini! Tentu saja
kami berdua menjadi bingung sekali....."
“Jadi wa........." lelaki tampan yang ternyata adalah Keh-sim
Siau-hiap dari Pulau Meng-to itu hendak berkata lagi, tapi
segera terputus dengan tiba tiba karena dari bawah perahu
berkelebat pula bayangan Put-ceng-li Lo-jin dan kawankawannya
ke atas perahu.
"Hei......????" begitu sampai di depan Tui Lan, ketua Bingkauw
itu memekik kaget pula. "Apa-apaan ini? Bangsat......! Di
manakah Ceng-liong-ong tadi?"
Mendengar pembicaraan orang-orang itu tahulah Tui Lan
sekarang bahwa mereka semua telah salah sangka terhadap
dirinya. Tampaknya orang-orang yang berada di telaga malam
ini sedang menunggu munculnya Ceng-liong-ong. Maka dari
itu begitu melihat dirinya yang berpakaian kulit ular itu muncul
di atas permukaan air, mereka lantas menyangkanya Cengliong-
ong.
"Tapi dugaan mereka itu sebetulnya juga ada sedikit
kebenarannya pula. Sebab kulit yang kupakai sekarang ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang kulit Ceng-liong-ong juga." Tui Lan membatin seraya
bersiap-siap untuk meloncat pergi dari tempat itu.
Sementara itu melihat kedatangan Put-ceng-li Lo-jin di
perahunya, Keh-sim Siau-hiap segera menyambutnya. Mereka
lalu saling memberi hormat dan berbasa-basi menanyakan
keselamatan mereka masing-masing. Dan kesempatan
tersebut segera digunakan oleh Tui Lan untuk melesat pergi
meninggalkan tempat itu.
"Tungguuuu......!" semuanya berteriak dan berusaha
menghalang-halangi.
Namun sudah terlambat. Tubuh Tui Lan sudah terlanjur
melesat bagai peluru meninggalkan mereka. Semuanya
hampir tidak menyangka bahwa wanita muda itu mampu
bergerak sedemikian cepatnya. Keh-sim Siau-hiap yang
disohorkan orang sebagai jago sin-kang nomer wahid di dunia
itupun juga tidak menyangka pula sebelumnya, sehingga dia
menjadi terlambat pula menyadarinya. Tahu-tahu wanita
muda itu telah melayang keluar dari perahunya.
Tui Lan benar-benar mengerahkan seluruh gin-kangnya.
Tiga atau empat loncatan saja dia telah keluar dari kerumunan
perahu tersebut. Tapi berbareng dengan itu awan gelap yang
menutupi rembulan benar-benar telah bergeser pergi
meninggalkan tempatnya, sehingga bulan itupun lalu bersinar
kembali dengan cerahnya.
Seketika pandangan Tui Lan menjadi silau bukan main.
Rasa-rasanya apa yang dilihatnya menjadi putih cemerlang
semuanya. Akibatnya ia tak bisa melihat apa-apa lagi,
sehingga pada loncatan yang terakhir kakinya terperosok ke
dalam air.
Lebih celaka pula, pada saat yang bersamaan dua buah
senjata gelap berbentuk bintang yang dilepaskan oleh Tunghai
Nung-jin mengenai leher dan pundaknya. Kedatangan
bajak laut dari Laut Timur itu benar-benar tepat di saat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pandangan Tui Lan menjadi kabur dan terperosok ke dalam air
telaga. Maka tidaklah mengherankan bila Tui Lan tidak
berkesempatan untuk mengelaknya sama sekali. Namun
demikian masih untung juga bagi Tui Lan karena dia
mengenakan kulit ular yang kebal senjata itu. sehingga cuma
sebuah dari am-gi itu saja yang menembus kulit lehernya. Amgi
yang lain segera runtuh begitu mengenai pundaknya yang
terlindung oleh baju kulit ular itu.
Jilid 11
"Kena.......!” Tung-hai Nung-jin bersorak gembira,
kemudian ikut terjun ke dalam telaga untuk mengejar
buruannya itu.
Sambil terus menyelam Tui Lan menyeringai kesakitan.
Senjata rahasia itu ternyata cukup dalam menembus daging
lehernya, sehingga ia tak bisa segera mencabutnya.
"Aku harus lekas-lekas pergi dari sini. Biarlah am-gi ini
kucabut belakangan......" geramnya menahan sakit, kemudian
bergegas berenang menjauhi tempat itu begitu mendengar
suara orang mengejarnya.
Ternyata tidak hanya Tung-hai Nung jin yang berusaha
mengejar Tui Lan. Beberapa jago silat yang merasa mahir
berenang ternyata ikut pula terjun ke dalam air. Sedangkan
yang lain hanya mengikut saja di atas permukaan air dengan
perahunya. Semuanya berusaha melacak kemanapun Tui Lan
pergi.
"Gila.....! Semua orang itu sudah gila....... ough!"
Tiba-tiba Tui Lan berhenti berenang dan memegangi
perutnya yang besar. Mendadak saja anak yang berada di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam kandungannya itu bergerak-gerak, seolah-olah hendak
keluar membantu ibunya.
"Diamlah, anak manis! Diamlah...! Sebentar juga kita akan
selamat." Tui Lan menghibur diri sambil mengelus-elus
perutnya.
Benar juga. Anak itu berhenti bergerak, sehingga
ibunyapun segera menyelam kembali untuk meloloskan diri
dari tempat itu. Dan di dalam air yang dalam itu sinar
rembulan tidak begitu tajam, sehingga Tui Lan bisa membuka
matanya lebar-lebar.
Tapi beberapa puluh tombak kemudian perutnya terasa
sakit lagi. Malah rasa sakit di perutnya itu lalu diikuti pula oleh
luka di lehernya. Otomatis dia tak bisa berenang pula. Padahal
Tung-hai Nung-jin dan yang lain-lain tampak semakin dekat
juga dengan dirinya.
Celakanya, rasa sakit itu semakin lama tidak semakin
berkurang, tapi justru semakin bertambah malah! Dan rasa
sakit yang tak tertahankan itu membuat Tui Lan hampir
berputus-asa. Mungkin kalau ia berada di daratan, rasa sakit
itu bisa dia tahan dengan sekuat tenaganya. Tapi di dalam air
seperti sekarang? Bagaimana mungkin ia bisa bertahan agar
tidak tenggelam?
"Thian...... lindungilah aku dan anakku......." rintihnya
sambil menahan sakit.
Dan.......permohonan Tui Lan yang hampir berputus-asa itu
seolah-olah dijawab oleh kedatangan sebuah perahu besar,
yang melintas mendekati dirinya. Seorang lelaki gagah yang
berdiri di pagar perahu tampak mengejap-ngejapkan matanya,
seakan-akan ingin meyakinkan apa yang dilihatnya. Sementara
di belakangnya tampak seorang wanita yang luar biasa
cantiknya sedang menggendong anaknya.
"Hong-moi......! Kau lihat di depan itu? Rasa-rasanya aku
benar-benar melihat sisik ular. Benarkah? Eh...... Lihat di sana!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tampaknya orang-orang itu sedang mengejarnya......" lelaki
gagah itu berkata kepada wanita ayu tersebut.
Wanita ayu yang menggendong anak perempuan berusia
dua tahun itu melebarkan matanya. Wajahnya juga
menampilkan perasaan ingin tahunya yang amat sangat.
"Tapi..... itu bukan ular, Hai-ko. Dia seorang wanita!
Kaulihat rambutnya yang panjang itu?" serunya kemudian
kepada lelaki itu.
"Ya! Ya, aku melihatnya.........Tapi, kenapa orang-orang itu
mengejarnya? Jangan-jangan mereka itu juga salah lihat
seperti aku tadi?"
"Mungkin juga, Hai-ko. Eh, kalau begitu...... tolonglah dia!
Agaknya dia telah kehabisan napas,” wanita ayu itu berseru
tegang dan gelisah.
"Baik!" lelaki gagah itu mengia-kan, kemudian meminta
para pendayung perahunya agar mempercepat kayuh mereka.
Dan perahu besar itu kemudian meluncur dengan cepat,
memotong di belakang tubuh Tui Lan, sehingga para
pengejarnya menjadi terhalang. Kemudian kesempatan yang
sangat menguntungkan ini dipergunakan oleh lelaki gagah
tersebut untuk menolong Tui Lan. Sebuah tangkai dayung
dilemparkan ke bawah, ke dekat Tui Lan. Lalu dengan cepat
dan tangkas luar biasa lelaki gagah tersebut meloncat turun.
Ujung sepatunya menginjak tangkai dayung itu, kemudian
tangannya menyambar tubuh Tui Lan dan selanjutnya
membawanya 'terbang’ kembali ke atas perahu. Dan
semuanya itu hanya dilakukan tidak lebih dari sekejap saja,
sehingga para pendayung perahu itu sampai melongo
dibuatnya!
"Hong-moi, rawatlah wanita ini! Biarlah aku menemui
orang-orang yang mengejarnya itu!" setiba di atas perahu
lelaki gagah itu menyerahkan Tui Lan kepada wanita ayu
tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita ayu itu mengangguk, kemudian membawa Tui Lan
ke dalam bilik perahunya. Sedangkan lelaki gagah tersebut
lalu bergegas ke geladak kembali. Tapi baru beberapa langkah
ia berjalan, terdengar suara berderak keras membuat perahu
besarnya menjadi oleng. Beberapa buah peralatan dan
perabot perahu berjatuhan dari tempatnya.
Ternyata perahu-perahu kecil yang mengejar Tui Lan itu
tak bisa menghentikan laju perahu mereka sehingga
menabrak perahu besar tersebut. Beberapa orang
penumpangnya tampak ikut berjatuhan ke dalam air.
Sementara beberapa orang yang mempunyai gin-kang tinggi
cepat menyelamatkan diri dengan terbang ke atas perahu
besar itu.
Terdengar sumpah serapah mereka terhadap perahu itu.
Beberapa orang di antara mereka segera berlari ke sisi perahu
yang lain untuk melihat buruan mereka. Namun mereka
segera kembali lagi begitu melihat buruan mereka telah
lenyap. Di antara orang-orang itu tampak Tung-hai Nung-jin.
Dengan pakaiannya yang basah kuyup bajak laut itu
mengumpat-ngumpat tiada habisnya.
"Setaaan! Perahu celaka! Huh! Siapa yang mengemudikan
perahu ini, he?” pekiknya penasaran.
"Benar! Siapakah yang empunya perahu kurang ajar ini?
Kurang ajar, sampanku sampai pecah dan tenggelam....!"
yang lain memaki pula.
"Tenggelamkan juga perahu ini ! Habis perkara!" teriak
yang lainnya lagi.
Beberapa orang yang baru datang segera naik pula ke atas
perahu besar itu, sehingga geladaknya menjadi penuh sesak
sekarang. Begitu datang mereka-pun lalu ikut-ikutan
mengumpat dan berteriak-teriak pula. Akibatnya para tukang
dayung yang berada di papan bawah menjadi ketakutan.
Sebagian dari mereka cepat-cepat terjun ke dalam air
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelamatkan diri, sementara yang lain justru tidak berani
bergerak saking takutnya.
"Hei! Siapakah yang empunya perahu ini? Hayo, keluar.....!
Atau kami bakar saja perahu ini?" sekali lagi terdengar
teriakan Tung-hai Nung-jin. Nadanya persis bila ia memimpin
anak buahnya di tengah-tengah lautan.
Tiba-tiba lelaki gagah tadi melangkah keluar dari bilik
perahu. Empat langkah dari pintu ia berhenti. Matanya
menatap orang-orang yang berada di atas geladak perahunya
itu dengan tenang. Mantel hitamnya yang mengkilat seperti
sutera itu tampak menutupi sekujur tubuhnya yang tinggi
tegap, sehingga kedua buah lengan bajunya tersembunyi di
dalamnya.
"Akulah yang menyewa perahu ini, Nung-jin," jawah lelaki
gagah itu singkat.
Tapi orang-orang yang sudah mengenal kegarangan Tunghai
Nung-jin di lautan itu menjadi heran sekali. Tiba-tiba saja
bajak laut yang kejam dan garang itu tampak kaget dan pucat
wajahnya. Apalagi ketika terdengar suaranya yang gemetar
dan gelisah.
"Ah........Souw Tai-hiap kiranya. Tak kusangka Tai-hiap ikut
tertarik pula ke tempat ini ?” sapanya kepada lelaki gagah itu
dengan nada segan dan hormat.
Seketika orang-orang yang berada di sekitar Tung-hai
Nung-jin mengerutkan kening mereka. Dengan pandang mata
tak percaya mereka mengawasi lelaki gagah yang dipanggil
dengan sebutan Souw Tai-hiap itu. Lelaki gagah itu tampak
tidak terlalu istimewa menurut ukuran mereka. Wajahnya
tampak biasa-biasa saja. Sikapnyapun juga tidak garang atau
menakutkan seperti tokoh-tokoh terkenal lainnya. Terlalu
halus malah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar...... eh , benarkah dia Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
yang tersohor itu?" akhirnya satu atau dua orang mulai saling
berbisik.
"Huh! Tung-hai Nung-jin itu cuma mau menakut-nakuti kita
semua, supaya kita lari meninggalkan tempat ini.,.”
"Benar juga katamu. Kalau kita semua pergi, bukankah
tinggal dia sendiri yang menangkap Ceng-liong-ong itu?"
"Bangsat! Kita keroyok saja bajak laut itu! Huh! Akal busuk!
Paling-paling orang itu juga bajak laut yang dibawanya dari
Laut Timur sana!"
"Betul! Marilah......! Serbuuu..!” tiba-tiba salah seorang
memberi aba-aba.
Begitulah, secara mendadak orang-orang itu menyerang
Tung-hai Nung-jin dan Souw Thian Hai. Sebagian menyerang
dan mengeroyok Tung-hai Nung-jin, sedangkan yang sebagian
lagi langsung menyerbu ke arah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
"Setan busuk! Kalian apakah sudah gila, he? Kenapa
mengeroyok aku malah?" Tung-hai Nung-jin menjerit-jerit
marah.
"Persetan dengan mulutmu yang busuk! Kaulah yang
hendak memperbodoh kami! Bajak laut kotor......!" orangorang
itu balas memaki.
"Bangsat.....! Kubunuh kalian semua !”
"Huh! Engkaulah yang hendak kami bunuh!"
Maka pertarungan yang serupun tidak bisa dihindarkan lagi.
Tung-hai Nung-jin yang sangat marah itu mengamuk dengan
hebatnya. Untuk sesaat lawan-lawannya menjadi kocar-kacir.
Tak seorangpun yang mampu menahan pukulannya yang
ampuh itu. Semuanya tercerai-berai menghadapi Ban-sengkun
(Pukulan Selaksa Bintang), ilmu-silat andalannya selama
ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu di arena yang lain ternyata pertempuran
belum dimulai juga. Pada gebrakan pertama tadi ternyata
Souw Thian Hai telah menunjukkan kesaktiannya yang
menggiriskan hati, sehingga para penyerbunya menjadi ngeri
dan ketakutan untuk menyerang lagi. Semuanya terpaku diam
dengan wajah pucat di tempat masing-masing. Di dalam hati
mereka kini mulai percaya kalau lelaki gagah Itu memang
benar-benar Hong-gi-hiap yang tersohor itu.
Ternyata ketika orang-orang itu tadi berloncatan menyerbu
dengan senjata mereka, sama sekali Souw Thian Hai tidak
bergerak untuk menghindarinya. Dibiarkannya saja senjatasenjata
lawannya itu menghantami tubuhnya. Dia hanya
menggerakkan tangannya untuk menangkis bila ada senjata
yang tertuju ke arah kepalanya.
Satu atau dua kali orang-orang itu tetap belum yakin kalau
Hong-gi-hiap kebal terhadap senjata mereka. Namun setelah
berulang kali senjata mereka selalu terpental bila mengenal
tubuh Hong-gi-hiap, maka merekapun lalu menjadi percaya.
Mereka cepat-cepat mundur dengan hati ketakutan. Sehingga
seperti yang tampak di situ, mereka hanya terpaku diam
dengan wajah pucat. "Nah! Apakah kalian tidak mau pergi
juga dari Perahuku ini? Ataukah kalian ingin menunggu
pukulan tanganku?" Souw Thai Hai menggertak.
Benar juga. Jago-jago silat itu lalu membalikkan tubuh
mereka dan berloncatan turun meninggalkan perahu itu. Dan
langkah mereka itu ternyata ikuti pula oleh para pengeroyok
Tung hai Nung-jin. Orang-orang itu juga berlarian
menyelamatkan diri mereka. Sehingga akhirnya hanya tinggal
Tung-hai Nung-jln dan Hong-gi-hiap saja yang tinggal di atas
geladak tersebut.
"Hei, kenapa mereka itu? Kenapa mereka tiba-tiba berlarian
meninggalkan perahu ini?" Tung-hai Nung-jin bergumam
bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bajak laut itu cepat melongok ke bawah. Tapi mendadak ia
mundur kembali. Dari bawah tampak melayang tiga sosok
bayangan, naik ke geladak perahu itu sehingga mereka hampir
saja menabrak.
"Naga Iblis! Naga Setan Naga.... Busuk! Heh, siapa bilang
perempuan muda itu menjadi Ceng-liong-ong? Huh! Bangsat
keparat...... orang tak tahu diuntung! Membuka mulut
seenaknya saja ..... eh, Saudara Souw? Kaukah itu? Kapan kau
datang? Mana isteri dan anakmu?"
Orang yang baru datang itu, yang tidak lain adalah Putceng-
li Lo-jin, mengomel dan mengumpat. Tapi begitu
berhadapan dengan Souw Thian Hai, sumpah-serapahnya itu
kontan berhenti. Matanya mendelik. Mulutnya ternganga
kaget. Namun sekejap kemudian wajah itu berubah menjadi
girang bukan main. Seperti dua sahabat lama yang jarang
sekali bertemu ia menyambar tangan Souw Thian Hai dan
mengguncangnya kuat-kuat. "Gila kau! Hahahaha .....! Mereka
adalah teman-teman seperjalanan yang sangat lucu dan
menggembirakan. Yang pendek dan masih muda ini adalah
muridku sendiri. Namanya Put-ming-mo..”
"Selamat bertemu, Souw Tai-hiap," Put-ming-mo yang
diperkenalkan oleh gurunya itu memberi hormat.
"Dan ....... yang kurus kering berambut jarang itu adalah
Put-pai-siu Hong-jin, murid su-hengku yang telah
mengasingkan diri. Tapi jangan kaget. Meskipun namanya
Hong-jin (Orang Gila) tapi dia tidak gila sungguhan. Hanya
saja kelakuan dan sifatnya memang sangat konyol. Paling
konyol di antara kami semua. Hahahaha . Betul tidak, Hongjin?"
"Orang bilang memang begitu. Tapi sesungguhnya itu tidak
benar, Heh-heh-he.. Su-sioklah sebenarnya orang yang paling
konyol dan paling gila di dunia ini!" Put-pai-siu Hong-jin
menjawab seenaknya dengan hidung cengar-cengir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei! Mengapa begitu?” Put-ceng-li Lo-jin membentak.
"Habis, sudah tua begitu su-siok masih punyak anak juga.
Apa itu tidak lebih konyol dari pada aku?"
"Monyet! Siapa bilang aku punya anak? Mana anakku, hei?"
Put-ceng-li Lo-jin berteriak semakin marah.
Tapi Put-pai-siu Hong-jin masih tetap pringas-pringis
seenaknya. Sedikitpun tidak ambil pusing terhadap kemarahan
su-sioknya. Sehingga Souw Thian Hai yang merasa tidak enak
hati itu terpaksa melerainya.
"Sudahlah, Bing Kau-cu. Isteriku ada di dalam. Marilah kita
masuk menemuinya," pendekar itu berkata halus.
Tiba-tiba Put-ceng-li Lo-jin itu tertawa gelak gelak.
"Bangsat! Monyet gila keparat! Bisa juga anak sinting itu
membakar hatiku! Hong-jin, awas kau .....!" gertaknya.
"Huh! Su-siokpun juga harus awas terhadapku......!" Putpai-
siu Hong-jin mengancam pula dengan nada menggoda.
"Kurang ajar! Apa lagi! Apanya yang awas.......?"
"Wah, susiok ini goblok benar! Tentu saja matanya yang
awas. Kalau su-siok tidak awas, masakan bisa sampai kemari?
Heh-heh-heh........." jawab si Kurus Kering yang kepalanya
hampir botak itu semakin kurang ajar.
Tak sampai hati juga Souw Thian Hai menyaksikan Ketua
Bing-kauw itu dikeroyok terus-menerus oleh keponakan
muridnya. Disambarnya lengan orang tua itu dan dibawanya
masuk ke dalam bilik perahu.
"Eh, Souw-heng...... kami pun ingin datang bertamu pula!"
tiba-tiba terdengar pula suara seorang di luar perahu mereka.
Ketika semuanya menoleh, mereka melihat sebuah perahu
besar yang lain datang merapat ke perahu mereka. Keh-sim
Siau-hiap bersama isterinya tampak di atas geladak sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersenyum. Dan beberapa saat kemudian mereka telah
melompat pula ke dalam perahu itu.
"Ah, Saudara Kwee rupanya........Marilah! Marilah kalian
masuk sekalian! Kita duduk-duduk di dalam." Souw Thian Hai
menyambut mereka. Lalu seperti diingatkan oleh sesuatu hal
pendekar sakti itu menoleh ke tempat Tung-hai Nung-jin
berdiri. "Eh, maaf. Aku sampai lupa mempersilakan Nung-jin
pula. Nung-jin, marilah masuk!”
"Terima kasih. Tapi aku sedang mencari jejak Ceng-liongong."
Tung-hai Nung-jin menolak dengan halus.
Souw Thian Hai tersenyum. "Ceng-liong-ong belum keluar
dari sarangnya,” katanya mantap.
"Tapi aku telah mengejar-ngejarnya tadi........."
"Hmm, kalau itu yang kaumaksud dia berada di dalam. Tapi
dia bukan Ceng-liong-ong........"
"Benarkah?" Tung-hai Nung-jin menegaskan.
"Aku berkata sebenarnya. Marilah kau lihat di dalam.........!"
"Baik."
Karena ingin mengetahui kebenaran ucapan Souw Thian
Hai, maka Tung-hai Nung-jin lalu ikut masuk pula ke dalam
bilik perahu. Bilik itu memang amat luas, sehingga bisa
memuat belasan orang di dalamnya.
"Hong-moi, lihatlah siapa yang datang mengunjungi kita
ini...........!" begitu berada di dalam Souw Thian Hai berseru
kepada isterinya.
Wanita ayu yang baru saja menyelesaikan perawatannya
kepada Tui Lan itu segera menoleh. Mula-mula yang tampak
olehnya adalah Put-ceng-li Lo-jin. orang yang selama ini
sangat ia hormati. Baru kemudian tampak Keh-sim Siau-hiap
dan isterinya, kawan akrabnya selama ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wanita ayu itu segera menyapa Keh sim Siau-hiap dan
isterinya kemudian bergegas berlari mendekati Put-ceng-li Lojin.
Tanpa mempedulikan yang lain-lainnya lagi wanita ayu itu
bersimpuh di depan Put-ceng-li Lo-jin. Suaranya gemetar
penuh haru ketika menyapa orang tua itu. Matanya berlinanglinang.
"Lo-jin....... .. "
Tiba-tiba saja orang tua itu menitikkan air mata pula,
sehingga orang-orang menjadi heran melihatnya.
"Huh! Bangsat keparat! Mengapa pula dengan biji mataku
ini? Semakin tua semakin sukar diurus! Oooh......hmm!" orang
tua itu mengumpati dirinya sendiri. Kemudian sambil menarik
napas panjang orang tua itu menyentuh pundak Chu Bwee
Hong, isteri Souw Thian Hai tersebut. Ucapannya penuh haru
pula, "Sudahlah! Sudahlah! Jangan menangis lagi, anakku......!
Kita justru harus berterima kasih karena kita berjumpa dalam
keadaan sehat dan berbahagia."
"Heh-heh-heh...... su-siok ini ada-ada saja. Kau sendiri
yang mengeluarkan air mata, tapi malah menuduh orang lain
menangis. Sungguh konyol!" tiba-tiba Put-pai-siu Hong-jin
membuka mulutnya.
"Ah, su-heng ini juga cerewet benar. Su-hu itu
mengeluarkan air mata bukan karena menangis, tapi karena
matanya kemasukan debu." Put-ming-mo berusaha menolong
muka gurunya dengan nada bergurau.
“kaulah yang cerewet dan goblok! Mana ada debu di atas
air telaga ini, heh?” Put-pai-siu Hong-jin membentak dengan
mata mendelik.
Keh-sim Siauw-hiap dan yang lain-lain terpaksa menahan
senyum juga melihat adegan konyol itu. Untunglah mereka
sudah mengenal adat kebiasaan para anggota alirang Bingkau
yang urakan dan kurang mengindahkan tata cara itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan kali ini tampaknya Put-ceng-li Lo-jin tidak punya nafsu
untuk melayani kata-kata keponakan muridnya itu. Sungguh
berbeda dengan adapt kebiasaannya setiap hari ia berbicara
dengan suara halus dan urut di depan Chu Bwee Hong. Ia
membawa wanita ayu itu ke kursi dan menyuruhnya duduk.
Beberapa kali ia mengelus-elus pundak wanita itu seperti
seorang ayah menghibur hati anaknya.
Memang hubungan mereka berdua tidak hanya sekedar
kenalan atau persaudaraan biasa. Apalagi bagi Chu Bwee
Hong. Wanita ayu itu tidak mungkin akan bisa melupakan
kebaikan budi dan jasa Ketua Bing-kauw itu selama hidupnya.
Bagi dia orang tua itu benar-benar sudah ia anggap sebagai
pengganti orang tuanya. Sebab orang tua itu pernah
mengangkatnya dari jurang kehinaan dan keputus-asaan.
Karena orang tua itu pulalah ia mempunyai semangat hidup
kembali, sehingga bisa bertemu dengan kekasihnya, Souw
Thian Hai itu.
Pada waktu masih gadis Chu Bwee Hong pernah diperkosa
orang hingga hamil. Karena malu dan putus asa Chu Bwee
Hong bermaksud bunuh diri. Untunglah Put-ceng-li Lo-jin
datang menolong. Tanpa memperdulikan pendapat orang
tentang dirinya, orang tua itu berpura-pura mengawininya.
Sampai anak haram yang dikandungnya itu lahir, Put-ceng-li
Lo-jin selalu menghiburnya menuntun batinnya, sehingga
akhirnya timbul pula semangat hidupnya. (baca: Pendekar
Penyebar Maut). Jadi seloroh tentang anak Put-ceng-li Lo-jin
yang dilontarkan oleh Put-pai-siu Hong-jin tadi memang ada
benarnya juga, sebab anak haram itu memang dipelihara oleh
Put-ceng-li Lo-jin sekarang.
Setelah keharuan mereka mereda, maka Souw Thian Hai
pun lalu mempersilakan tamu-tamunya untuk duduk. Dan
pendekar itu sendiri lalu duduk pula di dekat isterinya. Mereka
lalu berbincang-bincang dengan ramainya. Terutama antara
Chu Bwee Hong dan Ho Pek Lian, isteri Keh-sim Siau-hiap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kedua wanita itu memang merupakan sahabat erat sejak
masih gadis.
Rupanya Tung-hai Nung-jin tidak sabar menunggu
percakapan mereka itu. Tiba-tiba ia berdiri dan menjura
kepada Souw Thian Hai.
“Maaf, Souw Tai-hiap. Terus terang saja saya ingin
meminta keterangan tentang Ceng-liong-ong itu sekarang.
Tai-hiap tadi bilang bahwa binatang langka itu telah berada di
sini. Tapi mengapa aku belum melihatnya juga? Apakah Souw
Tai-hiap menyimpannya di tempat lain?"
Souw Thian Hai pun buru-buru berdiri pula. Setelah dia
juga meminta maaf atas kelalaiannya, ia lalu menoleh ke arah
isterinya. "Bagaimana dengan perempuan muda itu? Apakah
dia baik-baik saja?" bisiknya kepada wanita ayu itu.
Chu Bwee Hong agak gugup juga menerima pertanyaan
yang sangat mendadak itu. Sambil melirik ke bangku di pojok
ruangan ia berbisik tegang,"Hai-ko, sungguh aneh benar
wanita muda itu. Dia.......dia ternyata sedang hamil tua.
Mungkin sudah tujuh atau delapan bulan umur kandungannya.
Dan dia tidak ..... eh, tidak mengenakan apa-apa lagi selain
kulit ular itu. Untunglah aku mempunyai persediaan
pakaian......"
"Hamil tua,.....? Lalu bagaimana dia sekarang?" Souw Thian
Hai tersentak kaget pula.
"Aku telah mengobati luka di lehernya. Senjata rahasia
berbentuk bintang telah kukeluarkan dari dalam dagingnya.
Sekarang dia sedang memulihkan tenaganya. Lihatlah!
Mungkin sebentar juga dia akan selesai. Tapi hati-hati,
tampaknya wanita muda itu bukan orang sembarangan.
Kulihat Iwee-kang-nya sangat tinggi. Agaknya lebih tinggi dari
pada Iwee-kangku........"
"Begitukah..........?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekali lagi Souw Thian Hai menjura kepada Tung-hai Nungjin.
"Maaf, sebelum menjawab pertanyaan Nung-jin aku akan
melihat orang yang dirawat oleh isteriku dahulu. Maaf."
pintanya. Kemudian pendekar itu bergegas menuju ke bangku
di pojok ruangan itu, di mana Tui Lan sedang menggeletak
memulihkan tenaganya.
Tapi kedatangannya segera disambut oleh Tui Lan. Wanita
muda itu segera bangkit begitu mendengar langkah kaki Souw
Thian Hai yang mendekatinya. Wanita muda itu cepat
memberi hormat kepada pendekar sakti itu.
"Terima kasih atas pertolongan Souw Tai-hiap kepadaku,"
katanya pendek, lalu mengawasi orang-orang yang berada di
dalam ruangan tersebut satu-persatu.
Dan ketika terpandang olehnya wajah Tung-hai Nung-jin di
antara mereka, tiba-tiba wajah Tui Lan menjadi merah.
Perlahan-lahan dia melangkah mendekati tokoh bajak laut dari
Laut Timur itu.
"Kaukah yang tadi melukai aku dengan senjata rahasia
terbentuk bintang itu?" geramnya.
Sementara itu Tung-hai Nung-jin sendiri juga sangat
terkejut melihat pakaian dari kulit yang dipakai Tui Lan itu.
Rasa-rasanya seperti itulah benda yang dikejar-kejarnya tadi.
Dan rasa-rasanya juga seperti itu pulalah benda yang dia
serang dengan am-gi, yang kemudian timbul tengelam di
dalam air tadi. Tapi ia menjadi heran, mengapa tiba-tiba ada
seorang wanita muda mengenakan kulit bersisik itu? Apakah
dia tadi telah salah lihat?
"Eh.......? Apa-apaan ini? Dimanakah Ceng-liong-ong itu?
Souw Tai-hiap, di mana.........?" tanpa mengacuhkan
pertanyaan Tui Lan, bajak laut itu mendesak kepada Souw
Thian Hai.
Di pihak lain ternyata Keh-sim Siau-hiap dan Put-ceng-li Lojin
menjadi kaget pula melihat Tui Lan. Kedua tokoh itu telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat Tui Lan di perahu Keh-sim Siauw-hiap tadi. Tadi kedua
tokoh tersebut memang merasa curiga melihat keadaan
wanita muda itu. Apalagi ketika jago-jago silat yang
berkumpul di telaga itu memburu dan mengejar-ngejarnya.
Dan karena kecurigaan mereka itu pulalah mereka sekarang
berada di tempat itu. Jadi bukan karena mereka juga ingin
memburu Tui Lan seperti yang lain pula. Mereka hanya ingin
tahu, apa sebenarnya yang telah terjadi, sehingga jago-jago
silat yang berada di atas telaga Tai Ouw itu menjadi gaduh
dan memburu-buru wanita muda berpakaian kulit ular
tersebut.
Souw Thian Hai cepat melesat ke depan dan berdiri di
antara Tung-hai Nung-jin dan Tui Lan. Dengan kata-kata halus
pendekar sakti itu menyabarkan hati kedua orang itu, lalu
mempersilakan mereka untuk duduk pula. Dari ucapanucapannya
kepada Tui Lan dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendekar sakti itu sudah lupa kepada Tui Lan. Memang
pertemuan mereka di palung jurang di Luar kota Soh-siu, satu
setengah tahun yang lalu, cuma sekejap mata saja. Tak heran
kalau pendekar itu tidak mengenalnya lagi. Apalagi dengan
kehamilan Tui Lan tersebut membuat wanita itu agak sedikit
berubah pula. Tapi Tui Lan justru amat bersyukur karenanya.
Wanita muda itu tak ingin mendapat pertanyaan tentang
suaminya.
Sementara itu setelah mempersilakan semua tamunya
untuk duduk kembali, Souw Thian Hai lalu menerangkan
duduk persoalannya. Apa yang dilihatnya di atas telaga itu dan
bagaimana ia menolong wanita muda yang terluka itu ke atas
perahunya.
"Jadi.....dia bukan Ceng-liong-ong? Tapi....... tapi mengapa
dia mengenakan baju kulit ular di tubuhnya ? Dan kulit ular itu
terang bukan kulit ular biasa. Tidak ada kulit ular selebar dan
sebesar itu sisik-sisiknya selain naga raksasa seperti CengTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
liong-ong." Tung-hai Nung-jin mencoba menutupi
kekeliruannya.
Diam-diam semua orang memang sependapat dengan
ucapan Tung-hai Nung-jin. Kulit ular yang dikenakan oleh Tui
Lan itu memang sangat mencurigakan.
Oleh karena itu tak seorangpun berusaha membantah atau
menengahi pertanyaan bajak laut dari Laut Timur itu.
Semuanya justru menunggu dan mengawasi Tui Lan, seolaholah
mereka juga menantikan jawaban dari mulut wanita
muda itu.
“Bagaimana, nyonya......?" akhirnya Souw Thian Hai
mempersilakan pula kepada Tui Lan untuk menjawab sendiri
pertanyaan itu.
“Ini memang kulit ….. Ceng-liong-ong!” tiba-tiba Tui Lan
menjawab tegas.
“He…..?”
“Ah……?”
“Hei?”
Seketika ruangan itu menjadi tegang luar biasa. Semua
mata tertuju ke baju kulit ular yang dikenakan oleh Tui Lan.
Tak seorangpun yang bersuara ataupun bergerak dari
tempatnya. Semuanya berada di dalam keterpakuan antara
perasaan percaya dan tidak percaya.
“Benarkah apa yang telah kaukatakan itu, nyonya?”
akhirnya Souw Thian Hai membuka mulut untuk mencairkan
kebekuan tersebut.
“Aku tidak bohong, T ai-hiap. Kulit yang kupakai ini memang
benar-benar kulit Ceng-liong-ong. Hmm, mengapa semuanya
kelihatan kaget, Tai-hiap? Apakah aku tidak boleh
mengenakan baju kulit ular seperti ini?”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Thian Hai tersenyum sambil memandang kearah
tamu-tamunya. Diam-diam hatinya menjadi curiga juga
terhadap wanita muda itu. Kelihatannya wanita muda itu
tampaknya juga tidak menyadari bahwa dirinya sedang berada
di antara orang-orang yang ingin memburu binatang langka,
yang kulitnya kini ia pakai itu. Dan tampaknya wanita muda itu
juga tidak mengerti sama sekali, kenapa ia sampai dikejar dan
diburu oleh orang-orang yang berada di atas telaga itu.
“Nyonya, ketahuilah...! Malam ini adalah malam istimewa,
karena Ceng-liong-ong atau Raja Naga Hijau yang keluar
setiap limapuluh tahun sekali itu, malam ini akan keluar dari
liangnya di dasar danau ini. Dan sudah menjadi rahasia umum
bahwa darah yang terkumpul di atas kepala ular naga itu
merupakan obat mujijat, yang selain dapat menguatkan tubuh
juga bisa melipatgandakan tenaga sakti peminumnya. Selain
daripada itu, diatas kepala ular naga tersebut juga terdapat
mustika racun, yang khasiatnya bisa menawarkan segala
macam racun di dunia ini,” ujar Souw Thian Hai perlahan.
“Begitukah...?” Tui Lan tersentak kaget. Otomatis wanita
muda itu teringat akan ular raksasa yang dibunuh suaminya di
dalam gua dibawah tanah itu. Kalau ular raksasa itu memang
betul-betul Ceng-liong-ong seperti yang mereka duga selama
ini, maka suaminya itu benar-benar amat beruntung sebab
selain mendapatkan mustika racun itu, suaminya juga telah
meminum darah diatas kepala ular raksasa tersebut.
Cuma sedihnya sekarang, apakah suaminya itu masih hidup
dan dapat menyelamatkan diri dari gua dibawah tanah itu.
“malahan kalau mau, orang dapat mengambil kulit ular
naga itu sebagai penutup tubuh mereka. Sebab khabarnya
kulit ular naga tersebut juga tidak mempan segala macam
senjata tajam pula. Maka..... nyonya bisa menduga sendiri,
mengapa tiba-tiba orang-orang itu mengejar-ngejar dan
mengeroyok nyonya, begitu di dalam kegelapan itu nyonya
muncul di permukaan air danau.” Souw Thian Hai melanjutkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keterangannya seraya menudingi baju kulit ular yang
dikenakan oleh Tui Lan.
“Oooohh.....!” Tui Lan berdesah mengerti. Otomatis
matanya tertunduk mengawasi baju kulit ularnya.
“Nyonya....!” akhirnya Souw Thian Hai menghela napas
panjang. “Siapakah sebenarnya kau ini? Mengapa kau tiba-tiba
muncul dengan baju kulit ular itu disini? Katakanlah agar
semua kesalah-pahaman ini menjadi jelas dan terang!”
Tui Lan menundukkan mukanya. Sekejap terjadi perang
batin di dalam pikirannya. Kalau ia bercerita tentang hal yang
sebenarnya, itu berarti bahwa ia harus bercerita tentang
suaminya. Dan tak luput pula ia harus bercerita tentang bukubuku
silat milik Bit-bo-ong itu. Tapi kalau ia tak menceritakan
hal itu bagaimana dia harus bercerita tentang baju kulit ular
itu?
“Bagaimana, nyonya?" Souw Thian Hai mendesak.
“Ini .... ini...... ah, aku belum bisa menceritakannya
sekarang.” di dalam kebingungannya akhirnya Tui Lan
menjawab sekenanya.
"Kau harus menceritakannya sekarang juga!" tiba-tiba
Tung-hai Nung-jin membentak sambil bangkit berdiri.
“Paling tidak kau harus mengatakan dari mana kau
memperoleh kulit ular itu. Dan betulkah itu kulit Ceng-liongong
seperti katamu tadi?"
Tui Lan cepat berdiri pula dari kursinya. Matanya berkilatkilat
marah. Hatinya tersinggung dibentak-bentak begitu rupa
oleh Tung-hai Nung-jin.
“Hmmh..... bagaimana kalau aku tak mau menceritakannya
juga? Adalah hakku untuk menjawab atau tidak menjawab
pertanyaanmu itu!” Tui Lan menjawab dengan keras pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Kurang ajar! Aku akan memaksamu! Dan aku juga ingin
membuktikan kebenaran kulit ularmu itu!” Tung-hai Nung-jin
berteriak lagi dan mencabut senjatanya yang terkenal, sebuah
pacul kecil yang tangkainya bisa diperpendek maupun
diperpanjang.
Souw Thian Hai berdiri dengan cepat pula dan berusaha
melerai mereka.
“Nung-jin, tahan…..! Jangan berkelahi! Dia…. dia….. anu…..
perutnya……..ah!”
Tapi Tung-hai Nung-jin tak mau mundur juga. “Jangan
khawatir, Souw Tai-hiap! Aku hanya ingin mencoba
keampuhan baju kulit ularnya itu. Lain tidak!” katanya
meremehkan.
Souw Thian Hai tak bisa menahan mereka lagi. Apalagi
dilihatnya tamu-tamunya yang lain juga mendiamkan saja hal
itu. Tampaknya mereka malah menyetujui tindakan Tung-hai
Nung-jin tersebut. Agaknya diam-diam mereka juga ingin
membuktikan kebenaran kulit ular yang dikenakan oleh wanita
muda itu.
"Sudahlah. Asal tidak membahayakan jiwa wanita muda itu,
biarlah Tung-hai Nung-jin membuktikan keinginannya.
Malahan dengan demikian akupun bisa lihat ilmu silat wanita
muda itu. Siapa tahu aku bisa menebak asal-usulnya,” Souw
Thian Hai berkata di dalam hatinya.
"Hai-ko......?" Chu Bwee Hong berbisik khawatir di telinga
suaminya itu.
“Biarlah mereka saling bergebrak sebentar. Nanti aku yang
akan melerainya, bila serangan-serangan Tung-hai Nung-jin
terlalu membahayakan wanita muda itu," suaminya
menghibur.
Ruangan itu memang besar, tapi tidak cukup untuk
berkelahi. Oleh karena itu selesai menantang, Tung-hai NungTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
jin segera melompat keluar. Tui Lan yang kini menjadi
gampang marah dan tersinggung itu segera mengejarnya.
Namun langkahnya segera terhenti di depan pintu. Lagi-lagi
sinar bulan yang jatuh di atas geladak itu sangat menyilaukan
matanya.
"Ohh!" Tui Lan berdesah sambil menutupi kedua buah
matanya.
Chu Bwee Hong cepat mendatangi. "Ada apa...........?"
serunya khawatir.
Tui Lan menggelengkan kepalanya. "Aku.....aku tidak tahan
melihat sinar rembulan. A..Apakah Souw Hu-jin (nyonya
Souw) .... mempunyai saputangan hitam? Bolehkah aku
meminjamnya?”
“Saputangan hitam? Wah, mana ada saputangan hitam di
dunia ini? Bagaimana kalau yang biru?" Chu Bwee Hong
menawarkan saputangan birunya dengan wajah heran.
"Ah, terima kasih. Biru juga tidak apa-apa. Cuma untuk
menahan cerahnya sinar rembulan itu.” Tui Lan menerima
saputangan itu sambil mengucapkan terima kasihnya.
Kemudian mengikatkan saputangan tersebut di kepalanya,
sehingga kedua buah matanya menjadi tertutup sekarang.
Ternyata tidak hanya Chu Bwee Hong yang merasa heran
melihat keadaan Tui Lan itu. Put-ceng-li Lo-jin dan Keh-sim
Siau-hiap pun menjadi heran pula melihatnya. Keduanya
saling memandang dengan mengangkat bahu tanda heran dan
tak mengerti. Begitu pula halnya dengan Tung-hai Nung-jin
yang telah bersiap-siap di luar bilik itu. Di dalam
keheranannya, tokoh bajak laut yang disegani dan ditakuti
orang itu juga merasa terhina karenanya.
"Kurang ajar. Kau budak kecil ini sungguh sangat menghina
aku!" pekiknya marah seraya menyerang Tui Lan yang belum
selesai mengikatkan saputangan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah.......!" semuanya berdesah kaget melihat kecurangan
Tung-hai Nung-jin itu.
Namun kekagetan mereka itu segera berubah menjadi
keheranan dan juga ketakjuban yang luar biasa! Tui Lan yang
tak bersenjata dan belum selesai mengikatkan saputangannya
itu bisa mengelak dengan manisnya. Hanya dengan
mendengarkan angin serangan lawannya wanita muda itu
sudah dapat menentukan arah pacul tersebut. Dengan
melangkah dua tindak ke kiri, lalu mendoyongkan tubuhnya ke
belakang, wanita muda itu melompat berjumpalitan melewati
kepala Tung-hai Nung-jin. Dan semuanya itu dilakukan sambil
menyelesaikan ikatan saputangannya.
Dan kaki yang mungil dan tak bersepatu itu mendarat di
atas papan geladak tanpa menimbulkan suara sedikit pun!
Kemudian dengan cepat tubuh yang agak gemuk karena hamil
itu berbalik menghadapi Tung-hai Nung-jin yang terlongonglongong
di tempatnya. Sepasang matanya telah tertutup oleh
saputangan pemberian Chu Bwee Hong tadi.
"Aaaah......!" semua orang yang ada di atas perahu itu
tertegun menyaksikan ilmu mengentengkan tubuh yang amat
tinggi. Tidak terkecuali Keh-sim Siau-hiap, tokoh yang pada
saat itu diagung-agungkan orang karena kehebatan ginkangnya.
"Kau benar, isteriku......Seperti katamu tadi, perempuan
muda ini memang bukan orang sembarangan. Gin-kang yang
baru saja dia perlihatkan itu tadi hanya bisa dilakukan oleh
orang-orang setingkat Put-ceng-li Lo-jin dan aku. Hm........
tapi rasa-rasanya aku pernah melihat gerakan seperti itu.
Eee......dimana ya?" Souw Thian Hai berkata pula kepada
isterinya seraya mengetuk-ngetuk dahinya.
Di pihak lain, Keh-sim Siauw-hiap dan Put-ceng-li Lo-jin
semakin menjadi bergairah untuk mengetahui asal-usul Tui
Lan yang sangat mengejutkan hati mereka itu. Kecurigaan
mereka semakin menjadi-jadi. Rasanya gatal pula tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka untuk menjajal sendiri kepandaian perempuan muda
itu.
Sementara itu dengan saputangan sebagai penutup
matanya, pandangan Tui Lan tidak menjadi silau lagi.
Meskipun dengan demikian pandangannya menjadi terhalang
oleh kain biru tipis itu, namun hal itu sudah lebih baik
daripada tidak dapat melihat sama sekali. Sekarang dengan
jelas ia bisa melihat bentuk tubuh Tung-hai Nung-jin, biarpun
ia tidak dapat melihat jelas wajahnya.
"Hei! Mengapa kau tidak lekas-lekas mencabut senjatamu?"
Tung-hai Nung-jin membentak untuk menutupi kekagetannya.
Bajak laut itu menjadi kaget karena lawannya mampu
mengelak meskipun matanya tertutup rapat.
Tui Lan yang belum yakin benar akan kemampuan ilmuilmu
barunya itu segera mencabut pedang pendeknya.
Menghadapi jago silat tinggi semacam Tung-hai Nung-jin dia
tak berani berlaku sembrono. Dahulu saja gurunya selalu
menghindar bila berjumpa dengan bajak laut itu. Dia harus
melawannya dengan hati-hati. Sehingga kalau terdesak, dia
masih bisa meloloskan diri mengandalkan gin-kangnya.
Melihat lawannya sudah bersiap diri, tokoh dari Lautan
Timur itupun lalu membuka serangan. Pacul yang gagangnya
belum diperpanjang itu ia ayunkan dari bawah ke atas,
mengarah ke dagu Tui Lan. Gerakan itu tampaknya sangat
sederhana, tapi sebenarnya menyimpan tipuan dan jebakan.
Sedikit saja Tui Lan salah langkah, maka gerakan selanjutnya
akan membuat wanita muda itu terjerumus ke dalam
kesulitan.
Untunglah sejak semula Tui Lan telah memutuskan untuk
bertindak hati-hati. Ia tidak mau gegabah menangkis atau
mengelakkan serangan itu. Hal itu hanya berarti memberi
kesempatan pada lawannya untuk mengembangkan
permainannya. Karena lawannya tentu telah menyiapkan pula
kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari pada menangkis atau mengelak dengan kemungkinan
dicecar lagi oleh serangan-serangan berikutnya, maka Tui Lan
memilih menghadapi serangan lawannya itu dengan serangan
pula. Jadi, sama-sama repotnya.
Begitulah, melihat berkelebatnya mata pacul ke arah
dagunya, Tui Lan tidak berusaha mengelak atau menangkis.
Wanita muda itu justru mengayunkan pedang pendeknya ke
lengan lawan yang memegang pacul, sehingga kalau serangan
pacul tersebut diteruskan, maka lawan pun akan segera
kehilangan lengannya pula.
Tung-hai Nung-jin kaget juga menyaksikan cara lawannya
untuk mematahkan serangannya. Dan nyatanya ia memang
tak berani mengambil resiko kehilangan lengannya. Cepatcepat
ia menarik tangkai paculnya, untuk kemudian ia
pergunakan menangkis ayunan pedang wanita muda itu.
Thaaaak !
Kedua senjata mereka saling beradu dan terpental,
sehingga masing-masing harus mempererat pegangannya
agar tidak terlepas dari tangannya. Namun dengan
kecepatannya yang sangat mengagumkan Tui Lan segera
mendahului menyerang Tung-hai Nung-jin. Pedang pendeknya
yang terpental itu lalu meliuk ke atas, membabat kearah leher
Tung-hai Nung-jin. Dan serangan itu ia barengi dengan
tendangan kaki ke arah tangkai pacul lawannya.
Tung-hai Nung-jin yang tak menduga demikian tangkas dan
gesitnya segera menjadi kelabakan.
"Setan laut........!" umpatnya kotor sambil menjatuhkan diri
dan berguling-guling di atas geladak perahu.
Namun dengan demikian kemarahannya menjadi semakin
melonjak. Sambil menggeretakkan giginya bajak laut yang
garang itu menyerbu Tui Lan. Paculnya berdesing-desing
terayun kesana-kemari seakan-akan hendak memotong atau
mencacah-cacah tubuh lawannya. Lebih mengerikan lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika gagang pacul itu bisa memanjang atau memendek
sesuka hatinya, sehingga arena pertempuran yang tak begitu
luas itu seolah-olah dipenuhi dengan ribuan pacul yang
menyambar-nyambar kian kemari.
Souw Thian Hai dan para penonton lainnya mulai berdebardebar
juga melihat kehebatan iblis dari Lautan Timur itu.
Memang nama Tung-hai Nung-jin bukan nama kosong belaka.
Sudah selayaknya kalau iblis itu bisa malang-melintang di
lautan bebas. Kepandaiannya memang hebat bukan main.
Meskipun demikian, Souw Thian Hai dan tamu-tamunya tak
urung menjadi heran juga. Walaupun diburu dan didesak
terus-menerus oleh pacul
lawannya, namun sama
sekali wanita muda itu
tidak tampak kerepotan
atau jatuh di bawah angin.
Dengan sangat lincahnya
wanita yang baru hamil itu
'beterbangan’ kesanakemari
menghindari
terjangan pacul lawannya.
Tubuhnya seolah-olah
menjadi seenteng kapas,
sehingga kena tiupan
angin sedikit saja telah
melayang menjauhi
lawannya.
"Bangsat buruk! Siapa
sebenarnya perempuan
muda itu? Huh, hebat benar ilmu mengentengkan
tubuhnya….!” tak terasa Put-ceng-li Lo-jin mengumpat dan
memuji kehebatan gin-kang Tui Lan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Ya! Gin-kangnya memang luar biasa. Tapi kurasa….. ilmu
silatnya pun juga tidak kalah hebatnya. Coba Kauw-cu lihat
jurus-jurusnya itu!” Keh-sim Siau-hiap menyahut pula.
“Hmmh…..! Padahal matanya tertutup saputangan. Ah,
rasa-rasanya tulang-tulangku yang tua ini takkan mampu pula
mengalahkannya.” Put-ceng-li Lo-jin mengiyakan.
Kalau semuanya itu menonton pertempuran tersebut
dengan tegang dan bersungguh-sungguh, tapi tidak demikian
halnya dengan Put-pai-siu Hong-jin. Keponakan murid Putceng-
li Lo-jin yang kocak dan konyol itu selalu mondar-mandir
sambil terus mengomel tidak keruan di sekitar arena
pertempuran. Kalau tidak ditahan dan dicegah oleh Put-mingmo,
mungkin dia sudah 'merusakkan’ pertempuran itu dengan
kekonyolannya.
Sedangkan Souw Thian Hai yang berdiri di dekat isterinya,
semakin lama kelihatan semakin gelisah juga. Pendekar sakti
itu rasa-rasanya semakin mengenal ilmu silat Tui Lan yang
hebat itu. Namun demikian ia tak kunjung bisa mengingatnya
juga.
"Hai-ko........? Ada apa? Mengapa kau kelihatan gelisah
sekali?" Chu Bwee Hong bertanya.
"Hong-moi, rasa-rasanya aku pernah melihat ilmu silat
wanita muda itu,” jawab suaminya.
"Ah........dari tadi kau juga mengatakannya,” Chu Bwee
Hong memotong.
Demikianlah, pertempuran itu kian lama kian seru juga.
Masing-masing semakin meningkatkan ilmunya, sehingga
akhirnya Tung-hai Nung-jin telah mengeluarkan segala
kemampuannya. Sementara Tui Lan yang berperut besar itu
ternyata tidak mau kalah pula. Meskipun sedang hamil
ternyata hal itu tidak menghalangi kelincahannya. Begitu
hebat gin-kangnya sehingga lambat namun pasti ia mulai
mengurung lawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Budak busuk! Budak gila...... !” bajak laut itu memakimaki.
"Jangan hanya memaki-maki saja ! Ayoh, lekaslah
tundukkan aku! Bukankah kau tadi hendak memaksa aku?" Tui
Lan mengejek.
"Kurang ajar! Budak busuk! Kubunuh kau.......!" Tung-hai
Nung-jin berteriak marah.
Tiba-tiba paculnya menghujam kebawah, menuju ke
tengkuk Tui Lan. Dan kali ini tampaknya Tung-hai Nung-jin
benar-benar mengerahkan semua kekuatannya, sehingga
ayunan pacul itu mengeluarkan suara mengaung saking
kencangnya. Malah berbareng dengan itu Tung-hai Nung-jin
juga menghamburkan belasan biji senjata-senjatanya yang
berbentuk bintang ke seluruh tubuh lawannya.
Tui Lan menjadi kaget juga. Namun bukan pacul itu yang
menggetarkan hatinya, melainkan senjata rahasia yang
melesat ke segala arah itu. Dan kiranya tak mungkin ia bisa
menangkis atau mengelakkan semuanya. Tampaknya
lawannya telah menjadi gelap pikiran sekarang.
Ternyata serangan maut yang dilakukan oleh Tung-hai
Nung-jin tersebut juga mengejutkan Souw Thian Hai dan Kehsim
Siau-hiap pula. Keduanya benar benar tidak menduga
kalau Tung-hai Nung-jin akan melakukan serangan keji itu
didepan mereka. Keduanya terlalu percaya bahwa bajak laut
dari Lautan Timur itu hanya akan membuktikan keampuhan
baju kulit ular yang dikenakan oleh wanita muda itu saja.
Mereka berdua benar-benar tidak memperhitungkan, karena
marah dan malu tidak bisa membuktikan ucapannya, bajak
laut tua dari Lautan Timur itu bisa berubah menjadi mata
gelap dan mau membunuh wanita muda tersebut.
Seperti mendapatkan aba-aba kedua pendekar sakti itu
melompat ke arena secara berbareng. Gerakan tubuh mereka
hampir tidak dapat dilihat karena cepatnya. Sepintas lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang hanya melihat bayangan hitam yang melesat ke dalam
arena bagai peluru. Dan kedua sosok bayangan itu menerjang
tepat ditengah-tengah antara Tui Lan dan Tung-hai Nung-jin.
Bug ! Bug ! Traang ! Traang !
Terdengar suara berdebuk dan berdencing beberapa kali,
kemudian semuanya berhenti. Empat orang berdiri tegak di
tengah-tengah arena. Tung-hai Nung-jin berdiri berhadapan
dalam jarak lima langkah dengan Tui Lan, sementara Souw
Thian Hai dan Keh-sim Siau-hiap berdiri beradu punggung di
tengah-tengahnya. Sesaat masih terlihat oleh semua
penonton, belasan biji senjata rahasia berbentuk bintang
berjatuhan dari mantel pusaka yang dikenakan oleh Hong-gihiap
Souw Thian Hai. Sementara Tung-hai Nung-jin juga
masih meneliti pinggiran paculnya yang somplak (rusak)
karena beradu dengan pedang Keh-sim Siau-hiap tadi.
"Bagaimana, nyonya......? Apakah kau terluka?" Souw Thian
Hai yang merasakan kedatangannya agak sedikit terlambat,
bertanya kepada Tui Lan.
"Terima kasih, Souw Tai-hiap. Aku tidak apa-apa,." Tui Lan
menjawab sambil mengambil dua buah senjata rahasia yang
menempel pada baju kulit ularnya. Senjata rahasia yang
dilontarkan oleh Tung-hai Nung-jin tersebut ternyata tidak
mampu menembus baju kulit ularnya itu.
"Syukurlah......" Souw Thian Hai dan Keh-sim Siau-hiap
berdesah hampir berbareng.
"Bukan main! Ternyata baju kulit itu benar-benar asli. Kulit
itu sungguh sungguh kulit Ceng-liong-ong yang kebal
terhadap senjata,” tiba-tiba Put-ceng-li Lo-jin berseru sambil
bertepuk tangan.
"Bagus! Bagus......! Wah, asyik juga kalau aku bisa
mendapatkan baju seperti ini, heh-heh-heh........! Su-siok pun
takkan menang melawan aku! Bukankah begitu, su-siok?" Putpai-
siu Hong-jin yang sinting itupun ikut-ikutan bersorak pula,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lalu meloncat ke dekat T ui Lan dan meraba-raba baju tersebut
dengan amat gembira.
Put-ceng-li Lo-jin diam saja tak menjawab. Justru put-mingmo-
lah yang menyahut ucapan suhengnya itu. "Siapa bilang
su-hu tak bisa mengalahkanmu? Bukankah baju kulit itu hanya
khusus menutupi badan saja? Bagaimana kalau suhu
menyerang kepala dan kakimu terus terusan? Masakan
akhirnya tidak kena juga? Maukah su-heng menjadi manusia
tanpa kepala dan kaki?"
Put-pai-siu Hong-jin mengerutkan dahinya yang luar biasa
lebar itu. Beberapa saat lamanya ia mengejap-ngejapkan
matanya, seolah-olah memang sedang memikirkan bantahan
su-tenya itu.
"Tanpa kepala dan kaki..........? Hmmmm...... kalau tanpa
kaki itu sih belum apa-apa. Su-huku Put-chien-kang Cin-jin,
meski lumpuh juga bisa ke mana-mana. Tapi....... tanpa
kepala? Wah..... inilah yang repot! Bagaimana aku harus
menyuapkan nasi nanti! Ah, su-te....... kau benar! Kalau
begitu tak ada gunanya memakai baju kulit itu, hehehe.......!"
akhirnya manusia sinting itu menjawab perkataan Put-mingmo.
Sementara itu Tung-hai Nung-jin yang terganggu
maksudnya itu terdengar menggeram menahan marah.
"Souw Tai-hiap.....! Mengapa kau mengganggu
pertempuranku?"
"Bersabarlah, Nung-jin! Bukankah engkau tadi cuma ingin
menguji kebenaran baju kulit ular itu? Mengapa engkau lantas
hendak membunuhnya?”
"Habis dengan paculku saja aku merasa tak mampu
mengatasinya. Maka aku terpaksa mempergunakan juga
senjata rahasiaku," Tung-hai Nung-jin mengaku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, tapi kurasa kau tak perlu menghamburkan senjata
rahasia itu sedemikian banyaknya, bukan?"
"Hmm..... ini.....ini....." Tung-hai Nung-jin tergagap tak bisa
menjawab.
“Sudahlah! Sekarangpun kau juga sudah melihat
keasliannya, bukan? Kulit itu memang benar-benar kulit Ceng
liong-ong."
"Tapi dia belum mengatakan.....dimana dia memperoleh
kulit ular yang kita damba-dambakan itu!" bajak laut yang
keras kepala itu masih merasa penasaran.
"Baiklah! Kalau hanya itu yang kauinginkan, kita tak perlu
bersikeras mengadu tenaga. Kita bisa menanyakan hal itu
dengan baik-baik kepadanya."
"Kalau dia tak mau menjawab juga?”
“Yaah......... apa boleh buat, itu memang haknya, kita tak
boleh memaksanya," Souw Thian Hai menjawab tenang sambil
mengangkat pundaknya.
"Huh! Itulah yang tidak aku sukai. Bagaimanapun juga dia
harus mengatakannya. Kalau dia tetap membungkam kita
harus memaksanya......"
"Begitukah? Apakah Nung-jin merasa mampu
memaksanya?" akhirnya habis juga kesabaran Souw Thian Hai
melihat kebandelan bajak laut tua itu.
"Bukankah Tai-hiap tadi sudah menyaksikannya? Kalau
engkau dan Keh-sim siau-hiap tadi tidak datang membantu.,
hmm, budak perempuan itu tentu sudah menggeletak mati di
atas perahu ini!"
Tiba-tiba Keh-sim Siau-hiap yang sejak tadi hanya berdiam
diri itu mendengus keras. Matanya yang mencorong berkilatkilat
itu menatap wajah Tung-hai Nung-jin dengan sangat
kesal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau ini benar-benar orang tua yang tidak tahu diri !
Kedatangan kami di arena ini tadi cuma untuk mencegah
timbulnya kurban di antara kalian berdua. Yang Kami
khawatirkan tadi sebenarnya bukan nasib wanita muda ini,
tapi ... kau! Kalau kami tidak segera datang melerai kalian
tadi, maka bukan wanita muda itu yang menggeletak mati di
perahu ini, melainkan.........kau! Apakah kau belum juga sadar
akan hal itu?" pendekar Pulau Meng-to itu membuka
mulutnya.
"Apa.......? Aku yang kalah? Mana bisa begitu? Apakah kau
tadi tak melihat, betapa pucatnya dia karena tak mampu
mengelakkan senjata rahasiaku!” Tung-hai Nung-jin berteriak
marah.
"Tentu saja aku melihat semuanya dengan jelas sekali.
Kalau tidak, masakan aku dan Souw Tai-hiap bergegas datang
menolongmu?" Keh-sim Siau-hiap menjawab seenaknya. Lalu,
"Dengarlah, kau tadi merasa yakin dapat membunuh wanita
muda itu dengan sebaran senjata rahasiamu. Begitu, bukan?"
"Tentu saja!" Tung-hai Nung-jin menjawab mantap.
Keh-sim Siau-hiap menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tapi......kau lupa memperhitungkan baju kulit ular yang kebal
itu!" pendekar itu mengingatkan lawannya.
"Lalu.......?" tiba-tiba tergetar juga hati bajak laut tua itu
mendengar peringatan Keh-sim Siau-hiap.
Pendekar dari Pulau Meng-to itu tersenyum dingin.
"Lalu....... yah, seharusnya kau sendiri juga bisa menerkanya
pula. Apa yang mesti dilakukan oleh wanita muda itu bila
dirinya telah terpojok dan tak bisa menghindar lagi? Tak lain
yang dilakukannya tentu...... mengadu jiwa! Meskipun
demikian wanita muda itu tentu akan memperhitungkan baju
kulit ularnya pula. Jadi dalam detik-detik mengadu jiwa itu dia
akan tetap memikirkan keselamatan jiwanya. Nah, sekarang
cobalah kaupikirkan ...! Misalkan wanita muda itu nekad
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengadu jiwa, dengan membiarkan satu atau dua buah
senjata rahasiamu mengenai tangan atau kakinya yang tak
terlindung baju kulit ular itu. lalu membarengi seranganmu
dengan serangan pedang pendeknya pula, apa yang akan
terjadi padamu?"
"Tidak bisa! Dia tak mungkin bisa berbuat demikian!
Paculku akan lebih dulu mengenai tengkuknya." Tung-hai
Nung-jin membantah keras.
Keh-sim Siau-hiap sekali lagi menggelengkan kepalanya.
"Kau salah perhitungan lagi. Dengan membarengi seranganmu
dengan serangan pedang pendeknya, otomatis tubuhnya akan
membungkuk ke depan. Nah, bukankah dengan demikian
mata paculmu akan mengenai punggungnya yang terlindung
kulit ular itu? Lalu bagaimana dengan ulu hati atau
tenggorokanmu yang tertusuk pedang pendek itu? Apakah
kiranya kau masih bisa hidup?" pendekar itu menerangkan.
Tiba-tiba peluh dingin mengucur dari setiap pori-pori tubuh
Tung-hai Nung-jin. Apa yang dikatakan oleh pendekar dari
Pulau Meng-to itu memang benar sekali. Mendadak ulu hati
dan tenggorokannya seperti merasa nyeri dan dingin.
"Ya...... itu.....ini...... eh ! Ya.......kalau dia berpikir seperti
yang kaupikirkan itu......" bajak laut tua itu masih juga
membela dirinya.
Keh-sim Siau-hiap dan Souw Thian Hai tertawa bersamasama.
"Ah, Nung-jin.......! Kau ini seperti anak kemarin sore saja.
Orang seperti dia, yang bisa membuat dirimu kewalahan,
masa kauanggap enteng begitu rupa? Bagaimana pula kau
ini...?” tegur Hong-gi-hiap Souw Thian Hai sedikit keras.
Tung-hai Nung-jin terdiam dan tak bisa berdalih lagi.
Wajahnya menjadi pucat karena malu. Maka tanpa
mengucapkan permisi lagi ia bermaksud meloncat
meninggalkan tempat itu. Namun begitu kakinya mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak, tiba-tiba dari bawah melompat sesosok bayangan
menghadangnya.
"Paman, jangan pergi dulu! Aku yang akan membantumu."
bayangan itu berseru nyaring.
Tiba-tiba saja di samping bajak laut dari Lautan Timur itu
telah berdiri seorang gadis cantik berpakaian bagus
gemerlapan. Sikapnya lincah gembira dan agak genit. Begitu
datang gadis itu lantas tersenyum kepada Tung-hai Nung-jin.
“Hei, paman.....! Kenapa kau diam saja? Apa yang
kaulihat?" serunya genit. Tak lupa tangannya menarik dan
menampar lengan bajak laut tua itu.
Tung-hai Nung-jin tergagap seperti orang bangun tidur.
"Eh! Kau .. .? Bukankah kau ini......Tiauw Li Ing itu? Benar,
bukan?"
"Ah! Masakan paman sudah lupa kepadaku? Aku memang
Tiauw Li Ing, keponakanmu dulu. Lalu ….. kenapa paman
sampai datang kemari? Apakah paman sudah bosan berada di
lautan?” gadis lincah itu menyahut riang.
Tiba-tiba wajah Tung-hai Nung-jin tampak gembira sekali.
Tapi hanya sesaat, karena sekejap kemudian suaranya
menjadi murung kembali.
“Tentu saja aku hampir tak mengenalmu lagi. Habis hampir
empat tahun kau pergi dari Hai-ong-hu (Istana Raja Laut).
Dan karena kepergianmu itu pulalah yang menyebabkan aku
dan kakakmu Tiauw Kiat Su berkelana di daratan Tiong-kok
ini. Hmmm, apakah kau sudah berjumpa dengan kakakmu
itu?”
Tiauw Li Ing mengangguk sambil tertawa lebar. Matanya
yang kocak itu seolah-olah ikut pula mentertawakan
pamannya yang tampak lusuh dan loyo itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Sudah. Mungkin sebentar lagi dia juga akan tiba disini. Dia
marah-marah kepadaku, sehingga kami berdua terpaksa
berkelahi, hi-hi-hi........”
Tung-hai Nung-jin menarik napas kesal. "Kau dan kakakmu
memang sama saja. Sama-sama senang membawa adatnya
sendiri, sehingga orang tua menjadi repot mengurusnya. Dari
Hai-ong-hu aku dan kakakmu berangkat bersama-sama. Tapi
setelah sampai di daratan dia segera menghilang mencari
jalannya sendiri, tahun lalu aku menjumpai dia di kota Soh-ciu.
Tapi hanya beberapa hari dia sudah menghilang lagi entah
kemana. kalau tak ingat pada ayahmu..... sudah kuhajar anak
itu!”
"Hi-hi-ha-ha....... !” gadis itu tertawa lepas. Sama sekali tak
memperdulikan pandangan orang yang terheran-heran
menyaksikan kelakuannya itu. "Awas paman! Jangan sekalisekali
kaulaksanakan niatmu itu! Kau bisa mendapat malu
nanti! Hi-hi-ha-ha........!”
"Memangnya kenapa, heh?" bajak laut tua itu bertanya
penasaran.
"Sebab........kepandaiannya sekarang jauh lebih tinggi dari
pada kepandaian paman. Bahkan ayahpun bisa kalah
olehnya."
"Omong kosong!”
Mendadak gadis itu menghentikan tawanya. "Terserah
kalau paman tidak percaya. Pokoknya aku sudah
mengatakannya kepada paman,” katanya kemudian dengan
bersungguh-sungguh.
Namun Tung-hai Nung-jin yang mengira sedang digoda
oleh keponakan sendiri itu justru tertawa malah. “Mengapa
tidak kaukatakan sekalian, bahwa kepandaianmu sekarang
juga sudah lebih tinggi daripada kepandaian pamanmu,”
oloknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tak terduga gadia cantik itu menganggukkan kepalanya.
Wajahnya masih tetap bersungguh-sungguh ketika menjawab
ucapan pamannya itu.
"Terus terang kepandaian silatku memang lebih tinggi dari
paman sekarang. Cuma aku tak sampai hati mengatakannya
sendiri…" ujarnya tenang.
"Apaa......???" Tung-hai Nung-jin berteriak seperti orang
kebakaran kumis. Matanya yang kecil sipit itu melotot sejadijadinya.
Tapi yang dipelototi tetap tenang-tenang saja. “Sudahlah,
paman. Akupun sudah menyaksikan pertempuran paman
dengan wanita itu sejak tadi. Seperti halnya Hong-gi-hiap dan
Keh-sim Siau-hiap tadi, akupun hampir meloncat kesini untuk
menolong paman pula. Sayang sekali tempatku terlalu jauh,
sehingga Hong-gi-hiap dan Keh-sim Siau-hiap lebih dulu
datang daripada aku.” Katanya pelan seakan-akan tak
menyadari kalau ucapannya itu sangat menyakitkan hati
pamannya.
“Ling Ing, kau......kau.........?” Tung-hai Nung-jin justru tak
bisa berkata-kata saking kesalnya.
“Sudahlah! Paman tak perlu marah-marah lagi! Aku akan
membantumu memaksa perempuan itu untuk berbicara
tentang Ceng-liong-ong.......” kata gadis cantik itu dingin.
Souw Thian Hai dan Keh-sim Siau-hiap saling memandang
dengan kening berkerut. Sekali lagi mereka berdua merasa
menjumpai seorang wanita muda yang aneh, misterius, cantik,
namun juga sangat berbahaya. Tampaknya gadis yang baru
datang ini juga sangat lihai dan sangat percaya kepada
kemampuan dirinya sendiri. Buktinya, meskipun di atas perahu
itu berkumpul tokoh-tokoh sakti, dia tak menjadi takut atau
segan melihatnya. Enak saja dia berbicara dan
menyombongkan dirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 12
"Aku seperti mendapat firasat bahwa perahumu ini akan
menjadi ajang pertempuran dahsyat nanti, Saudara Souw,"
Keh-sim Siau-hiap berbisik kepada Souw Thian Hai.
“Ya, akupun merasakannya juga. Tampaknya gadis ini tidak
akan datang sendirian saja di sini. Melihat sikapnya yang
tenang dan tanpa gentar sedikitpun terhadap kita itu,
menandakan bahwa ia mempunyai andalan untuk
menundukkan kita semua."
"Benar. Aku juga sependapat denganmu, Saudara Souw.
Tak mungkin gadis semuda itu berani meremehkan Jago Silat
Nomer Lima di dunia, kalau tak yakin bisa menghadapinya."
Keh-sim Siau-hiap berbisik lagi sambil tersenyum.
"Hei......?" Souw Thian Hai tersentak kaget. "Kau juga
percaya pada 'Buku Rahasia' yang sedang ramai dibicarakan
orang itu?"
Sekali lagi Keh-sim Siau-hiap tersenyum. "Mengapa tidak?"
ujarnya.
"Ah, kau.....!" Souw Thian Hai menggerutu kesal.
Ternyata bukan hanya mereka berdua yang merasa risih
melihat kesombongan gadis itu. Put-pai-siu Hong-jin yang
konyol dan kocak itupun menjadi gatal pula tangannya untuk
mencoba kecongkakan gadis tersebut. Sudah sejak tadi ia
berpikir keras mencari alasan untuk mengganggunya.
Meskipun kelihatan sinting dan konyol, tapi di dalam aliran
Bing-kauw Put-pai-siu Hong-jin menduduki tempat ketiga
setelah Put-chien-kang Cin-jin dan Put-ceng-li Lo-jin. Maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebenarnyalah kalau kepandaiannya sangat hebat, mungkin
tidak berselisih banyak dengan ketua Bing-kauw itu sendiri.
Apalagi dalam ilmu Chuo-mo-ciang (Tangan Menangkap
Setan) andalan para pimpinan Bing-kauw itu!
Dan kesintingan atau kekonyolan Put-pai-siu Hong-jin itu
sebenarnya sebagian besar juga disebabkan oleh
kelatahannya dalam mempelajari ilmu Chuo-mo-ciang itu pula.
Karena di dalam melakukan gerakan ilmu Chuo-mo-ciang
tersebut, setiap pelakunya diwajibkan untuk bergaya dan
mengumbar mulut sesuka hatinya, seperti layaknya adat kuno
di dalam upacara 'mengusir setan’ itu.
Demikianlah ketika Tiauw Li Ing melangkah mendekati Tui
Lan, tiba-tiba Put-pai-siu Hong-jin menjegal Put-ming mo serta
mendorong punggungnya ke depan, sehingga tubuh su-tenya
itu terhuyung ke arah Tiauw Li Ing, seakan-akan
menyongsong kedatangan gadis tersebut.
"Su-heng, kenapa kau....... oh!"
Put-ming-mo yang sangat terkejut itu berteriak gusar.
Namun mulutnya segera tertutup karena ia harus cepat-cepat
mengelak, agar tidak menubruk Tiauw Li Ing.
Tapi gadis yang merasa akan mendapat gangguan itu
sudah terlanjur menyambut kedatangannya dengan pukulan
dan tendangan, sehingga Setan Tak Bernyawa itu terpaksa
mengerahkan tenaga untuk menangkisnya.
Plak ! Plak ! Duk !
"Aaah!" Put-ming-mo mengeluh ketika sedikit tubuhnya
terjengkang ke belakang akibat menahan tendangan gadis itu.
Tapi dengan cepat murid Put ceng-li Lo-jin itu melenting
berdiri kembali. Wajahnya kelihatan geram karena penasaran.
Tapi bukan disebabkan karena kalah tenaga melawan gadis
itu, sebab ia memang tidak bersiap-siap sebelumnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-heng! Mengapa kau tiba-tiba mendorong aku?"
teriaknya berang.
"Hei! Bukankah kau tadi mengatakan bahwa kau ingin
mencium gadis itu?” enak saja Put-pai-siu Hong-jin menjawab.
"Heh.....? Bangsat keparat ! Monyet tua tak punya bulu!
Siapa bilang aku ingin ......... ingin men-men-men-cium.........
pedagang keliling itu?"
"Pedagang keliling?" Put-pai-siu Hong-jin bertanya bingung.
Namun begitu menyaksikan pakaian Tiauw Li Ing yang
gemerlapan penuh hiasan itu, ia menjadi maklum apa yang
dimaksudkan sutenya. "Ya! Ya! Ya, hahaha.......! Kau sungguh
pintar memberi julukan kepada calon pacarmu, hehehehahaha........!"
"Kurang ajar......!" Tiauw Li Ing menjadi marah diolok-olok
begitu rupa. Tangannya segera menampar ke arah mulut Putming-
mo.
Tapi Put-ming-mo yang sudah bersiap-siap itu cepat
meloncat menghindarinya. Dan murid ketua Bing-kauw itu
sengaja mendekati su-hengnya, Put-pai-siu Hong-jin. Tiba-tiba
kaki kanannya meluncur ke arah punggung manusia sinting
itu. wuuuut!
"Hei! Hei? Mengapa kau malah menjadi marah kepadaku?"
Put-pai-siu Hong jin pura-pura marah pula. Badannya
membungkuk untuk menghindari tendangan sutenya itu.
"Habis mulutmu kotor benar! Orang tidak apa-apa dibilang
mau menciumi"
"Ahh........yang benar saja! Mengapa mesti malu-malu
segala? Bukankah kau tadi berbisik kepadaku? Kaukatakan
bahwa gadis itu luar biasa cantiknya. Kulitnya putih, bibirnya
merah, tubuhnya......yahud! Dan....... eh, kau malah bilang
juga kalau sekali waktu..... kau kepingin mengintipnya bila
sedang mandi!" Put-pai-siu membakar lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apaaaa.......?" Put-ming-mo menjerit marah.
Tapi Si Setan Tak Bernyawa itu tak bisa melanjutkan
kemarahannya, karena Tiauw Li Ing yang telah naik pitam
kembali itu telah menyerangnya lagi. Malahan di dalam tangan
gadis itu tergenggam senjata andalannya, yaitu sebuah kipas
yang daun-daunnya dibuat dari lempengan-lempengan baja
tipis. Dan kipas yang sangat tajam itu menyodok ke arah
perutnya.
Sepintas lalu serangan kipas itu seperti tidak bersungguhsungguh,
karena pada mulanya gerakannya sangat lambat
dan amat mudah diikuti oleh mata. Namun setelah mendekati
sasarannya, tiba-tiba kipas itu terbuka lembarannya dan
melesat ke atas dengan cepatnya. Tujuannya berubah ke arah
tenggorokan. Begitu cepatnya sehingga Put-ming-mo menjadi
kelabakan dibuatnya.
Setan Tak Bernyawa itu mengumpat kasar dan membanting
tubuhnya ke belakang. Karena terlalu mendadak dan terburuburu,
maka dia tidak berkesempatan lagi untuk melihat bahwa
sebenarnya dia telah berada di bibir perahu. Oleh karenanya,
begitu ia membanting tubuhnya ke belakang, otomatis
kepalanya menukik ke dalam air danau yang kelam itu.
Whuuuuuuss ! Kipas itu gagal menyambar tenggorokan
Put-ming-mo. Dan Tiauw Li Ing segera menutupnya dan
menariknya kembali ke sisi tubuhnya. Setelah itu dia bergegas
melongok ke luar perahu untuk menyerang kembali kalau
lawannya berusaha naik lagi ke atas perahu.
Namun hampir saja ia bertubrukan dengan tubuh Put-mingmo,
yang tiba-tiba muncul kembali dari bawah perahu!
"Eiitt.......!" gadis itu memekik kaget seraya menangkis
golok kecil yang tiba-tiba juga telah dipegang oleh Put-mingmo.
Traaaaaang!
Tiauw Li Ing tergetar mundur tiga langkah, sementara Putming-
mo tampak berdiri bergoyang-goyang hampir terjatuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali ke dalam air. Mereka berdua lalu berhadapan kembali
dengan kemarahan yang meluap-luap. Cuma sekarang Tiauw
Li Ing tampak semakin berhati-hati setelah menyaksikan
kelihaian lawannya yang kurus kecil itu.
Put-pai-siu Hong-jin bertepuk tangan melihat ketangkasan
su-tenya itu.
"Bagus! Bagus! Gerakanmu sungguh hebat sekali, su-te!
Kau benar-benar sudah mulai menghayati ilmu Chuo-mo-ciang
kita! hehehehe-hahaha.........!"
"Monyet tua! Monyet busuk! Monyet botak tak berbulu, hehe-
he-he.......! Aku tahu siasatmu sekarang, kau ingin
mengadu aku dengan Pedagang keliling itu, bukan! He-he-he!
Monyet Gila.... Monyet sinting, maukah kau bertaruh
denganku?" Put-ming-mo yang sudah bersiap dengan ilmu
Chuo-mo-ciang itu mulai berceloteh.
"Bertaruh? Apa yang akan dipertaruhkan?" Put-pai-siu
Hong-jin yang kocak itu melayani olok-olok su-tenya.
"Rambutmu!" Put-ming-mo menjawab seraya
menggerakkan golok kecilnya, menyerang pinggang Tiauw Li
Ing. Gerakannya sembarangan saja seperti layaknya seorang
tukang kayu menebang pohon.
Tentu saja Tiauw Li Ing semakin merasa dipandang rendah
dengan ulah lawannya itu. Kemarahannya tak bisa dibendung
lagi. Timbul niatnya untuk membunuh saja musuhnya itu.
Maka secepat kilat kedua tangannya dirangkapkan di depan
dadanya. Telapak tangan kiri terbuka, sedang telapak tangan
kanan terkepal sambil menggenggam kipas besinya.
Lalu bersamaan dengan datangnya golok Put-ming-mo,
gadis itu menggeliatkan badannya seraya meloncat mengikuti
arah ayunan golok tersebut. Sementara itu kipas besi yang
berada di dalam tangannya tampak berkelebatan menyambar
lengan lawannya yang memegang golok itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu di luar arena, Put-pai-siu Hong-jin masih
tampak penasaran mendengar tantangan su-tenya tadi.
Sambil mendekati su-tenya ia berteriak teriak.
"Rambutku..........? Kenapa dengan rambutku? Apanya
yang mesti dipertaruhkan?" teriaknya seolah tak
memperdulikan pertarungan su-tenya itu.
"Hi-ha-ha....... hi-ha-ha!" Put-ming-mo tertawa gelak-gelak.
Namun suaranya itu segera terhenti manakala kipas besi
lawannya hampir saja memutuskan pergelangan tangannya.
Dan suara ketawa itupun lantas berubah menjadi sumpah
serapah yang sangat jorok dan kasar. "Pedagang keliling bau
kambing! Pedagang pasaran yang tak pernah laku!
Kutelanjangi kau .......!"
Put-ming-mo cepat-cepat menarik goloknya untuk
menangkis sambaran kipas lawannya. Traaaaaaang! Kedua
buah senjata itu saling berbenturan di udara! Dan Put-mingmo
segera memanfaatkan keunggulan senjatanya dalam
benturan itu untuk mendahului menyerang lagi, sebelum
lawannya berdiri tegak.
Tapi sebelum niatnya itu ia laksanakan, tiba-tiba matanya
terbelalak! Kipas yang baru saja dibenturnya itu mendadak
pecah, sehingga lempengan-lempengannya yang tajam itu
bertebaran menyambar ke arah dirinya. Cepatnya bukan alang
kepalang! Dan jaraknyapun juga sangat dekatnya, sehingga
tak mungkin ia bisa menghindar lagi!
"Put-ming-mo!" Put-ceng-li Lo-jin menjerit khawatir, namun
tak kuasa berbuat apa-apa.
"Sute!" ternyata Put-pai-siu Hong jin pun tak bisa
menyembunyikan kecemasannya pula. Mulutnya berteriak.
Lalu seperti orang yang tak memperdulikan
keselamatannya lagi Put-pai-siu Hong-jin menghambur ke
tengah-tengah arena. Tubuhnya yang kurus kering dibalik
bajunya yang kedodoran itu seolah-olah memang sengaja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diumpankan ke arah tebaran lempengan-lempengan kipas
Tiauw Li Ing. Beberapa kali tubuhnya menggeliat di udara
ketika baja-baja tipis itu menerjang dirinya.
"Brug!" tubuh Put-pai-siu Hong-jin jatuh berdebuk di atas
geladak.
"Su-heng!” Put-ming-mo yang lolos dari maut karena
pertolongan Put-pai-siu Hong-jin itu menjerit pula.
Tiauw Li Ing melompat mundur dengan senyum puas,
meskipun korban keganasan kipasnya itu bukan lawannya
bertempur. Baginya kedua orang itu sama saja. Mereka adalah
orang-orang yang telah menghina dan memperolok-oloknya.
Dan berbareng dengan itu pula tiga sosok bayangan
berkelebat menghampiri tubuh Put-pai-siu Hong-jin. Mereka
adalah Hong-gi-hiap, Keh-sim Siau-hiap dan Put-ceng-li Lo-jin.
Karena cemas dan khawatir maka mereka benar-benar
mengerahkan seluruh kemampuan mereka masing-masing,
sehingga tanpa sadar ketiganya seperti berlomba untuk lebih
dulu sampai di tujuan.
Dan ternyata dalam hal gin-kang, memang Keh-sim Siauhiaplah
yang paling hebat. Baru kemudian Hong-gi-hiap dan
Put-ceng-li Lo-jin yang paling akhir. Ketiganya segera
berjongkok mengelilingi tubuh Put-pai-siu Hong-jin. Masingmasing
bergegas memeriksa tubuh manusia sinting tersebut.
Namun sekejap kemudian ketiganya lalu saling pandang
dengan kening berkerut. Mereka menjadi heran karena tak
ada luka sedikitpun di badan Put-pai-siu Hong-jin itu. Baju itu
memang bolong-bolong dan kulit badan manusia sinting
tersebut memang juga tampak bergaris-garis merah pula
bekas goresan senjata tajam. Tapi kulit itu sama sekali tak
terluka, apalagi mengeluarkan darah. Dan mereka bertiga
menjadi semakin heran ketika menemukan lembaranlembaran
daun kipas itu bergantungan di baju Put-pai-siu
Hong-jin yang bolong-bolong tersebut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Put-ceng-li Lo-jin bangkit berdiri. Mukanya
berubah menjadi kemerahan. Dan sebelum Hong-gi-hiap dan
Keh-sim Siau-hiap menyadari apa yang terjadi, ketua Aliran
Bing-kauw itu mendadak telah menyepak pinggul Put pai-siu
Hong-jin sambil mengumpat. ''Monyet gila! Pandai benar kau
main sandiwara. Bangsaaaaat! Ayoh, bangun !"
"Bing Kauw-cu, kenapa kau. . .?”
Keh-sim Siau-hiap cepat bangkit pula untuk mencegah
perbuatan Put-ceng-li Lo-jin, tapi maksudnya itu segera
terhenti di tengah jalan begitu menyaksikan tubuh Put-pai-siu
Hong-jin yang menggeletak itu tiba-tiba melenting berdiri
menghindari sepakan su-sioknya.
Manusia Sinting itu berdiri dengan mulut meringis
memandang Put-ceng li Lo jin. Kedua tangannya sibuk
melolosi lempengan-lempengan baja tipis yang bergantungan
di bajunya. Dan sebelum yang lain bertanya kepadanya, ia
telah lebih dulu membuka mulutnya.
"Su-siok......! Bagaimana dengan gerakan 'Menerobos
Lobang Pintu Jala' tadi? Hebat dan sempurna sekali, bukan?
Hehehe. he-heh! Su-siok sendiri belum bisa melakukannya,
ho-ho ho......" serunya keras sambil tertawa gembira.
"Monyet Gila! Kau memang sangat berbakat ! Su-heng
memang tidak keliru memilih murid!” Put-ceng-li Lo-jin
menyahut pula dengan suara bersemangat. Sama sekali tidak
merasa tersinggung atau berkecil hati mendengar kata-kata
keponakan muridnya itu.
Ternyata gerakan-gerakan di dalam ilmu Chuo-mo-ciang itu
demikian aneh dan sulitnya, sehingga ada beberapa gerakan
atau jurus yang sulit dipelajari oleh anak murid Aliran Bingkauw
sendiri. Salah satu diantaranya adalah jurus 'Menerobos
Lobang Pintu Jala' itu tadi. Dan seperti yang telah dikatakan
oleh manusia sinting tadi, Put-ceng-li Lo-jin sendiri ternyata
juga belum bisa melakukannya pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu orang yang sangat kaget melihat
kemampuan Put-pai-siu Hong-jin ternyata tidak hanya mereka
saja. Tiauw Li Ing yang semula telah yakin bisa membunuh
lawannya itu ternyata juga tidak kalah kagetnya dari pada
mereka. Saking kagetnya gadis itu sampai tertegun diam
seperti patung untuk beberapa saat lamanya. Rasa-rasanya
gadis itu tidak yakin dan tidak percaya bahwa lawannya itu
bisa lolos dari jurus mautnya itu.
Namun Tiauw Li Ing segera menjadi sadar pula bahwa
orang sinting itu memang telah dapat menyelamatkan diri dari
taburan daun kipasnya. Karena itu kemarahannyapun lantas
menggelegak kembali. Tiba-tiba tangannya telah mengambil
sebuah kipas lagi dari balik bajunya. Dan kipas itu jauh lebih
besar ukurannya dari pada kipasnya tadi.
"Hei! Ternyata kalian memiliki kepandaian yang hebat juga,
ya? Hmmh... jadi itukah sebabnya kalian berdua berani
melawanku?" serunya melengking. Lalu tambahnya lagi seraya
melangkah ke depan. "Tapi jangan buru-buru bersuka ria
dahulu! Kita belum selesai. Majulah kalian berdua bersamasama!
Kita lanjutkan lagi pertempuran kita......"
Semuanya terkejut mendengar tantangan itu.
"Nona....." Hong-gi-hiap Souw Thian Hai mencoba
mencegahnya.
Tapi Tiauw Li Ing cepat menggoyang-goyangkan telapak
tangannya. "Maaf, Tai-hiap. Pertempuran ini tak bisa
dihentikan sebelum salah seorang di antara kami menggeletak
mati di s ini!" katanya mantap dan tegas.
"Hi-ha-ha-ha........hi-he-ha-ha! Su-te, lihat..... pacarmu itu
benar-benar nekat sekali! Kau dan aku disuruh maju
berbareng katanya, heh-he.......! Tampaknya dia telah biasa
bertarung dengan banyak lelaki, heh-heh-heh......!” Tiba-tiba
Put-pai-siu Hong-jin tertawa dan berseru kepada Put-mingmo.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah...... kau sajalah yang maju, su-heng. Lebih baik aku
mengurungkan niatku tadi. Aku tak ingin isteri yang galak,"
enak saja Put-ming-mo menjawab. Setelah bergebrak
beberapa jurus dengan Tiauw Li Ing, murid ketua Bing-kauw
ini merasa takkan menang melawan gadis itu. Dari pada
mendapat malu, lebih baik ia menyerahkannya kepada
suhengnya. Mumpung belum terlanjur.
"Ah!" Hong-gi-hiap dan Keh-sim Siau-hiap saling pandang
dan berdesah berbareng. Keduanya tak kuasa lagi mencegah
pertempuran itu. Orang-orang Bing-kauw itu rasanya memang
sedikit keterlaluan juga kalau bergurau. Dan celakanya Putceng-
li Lo-jin sendiri seperti membiarkan saja tingkah laku
anak muridnya itu.
Sementara itu di sekeliling perahu Hong-gi-hiap tersebut
telah penuh dengan perahu dan sampan dari orang-orang
kang-ouw yang malam itu berniat memperebutkan Ceng-liongong.
Karena binatang yang mereka cari itu tidak kunjung
keluar juga, mereka lalu mengalihkan perhatian mereka ke
perahu Hong gi-hiap tersebut. Mereka tak peduli lagi bahwa
fajar telah mulai menyingsing. Mereka ingin menyaksikan
keributan yang terjadi di atas perahu pendekar yang sangat
tersohor itu.
"Hei, kemanakah wanita muda tadi?" tiba-tiba Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai berseru kepada Keh-sim Siau-hiap.
"Heh benar......! Dan..... eh, dimana pula Pek Lian tadi?"
Keh-sim Siau-hiap berdesah pula dengan kagetnya, melihat
isterinya juga tidak ada di dekatnya.
"Hong-moi, dimanakah Kwee Hu-jin (Nyonya Kwee) dan
wanita muda itu tadi?" Souw Thian Hai bertanya kepada
isterinya.
"Aku...... aku tak tahu........"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Chu Bwee Hong menjawab terbata-bata, kemudian
melongok ke dalam bilik perahu. "Eeeh.....!" tiba-tiba ia
menjerit kecil.
Bagai terbang cepatnya Souw Thian Hai dan Keh-sim Siauhiap
menghampiri wanita ayu itu. "Ada apa......?" keduanya
bertanya berbareng.
"Lihat .......! Ada...... ada coretan pedang di atas meja!"
Chu Bwee Hong berkata gugup.
Souw Thian Hai melompat ke dalam, kemudian diikuti oleh
yang lain. Pendekar itu lalu membaca huruf-huruf yang
tercoret di atas meja tersebut. Sebuah coretan yang sangat
dalam, menandakan kalau tenaga dalam yang dipergunakan
amat tinggi.
Terima kasih atas kebaikan hati keluarga Souw, kelak
Siauw-te akan datang kembali untuk membayarnya.
Dan di bawah kedua kalimat itu masih ada pula sebuah
kalimat lagi. Tapi coretan hurufnya berbeda. Bekasnya-pun
tidak sedalam kalimat yang ada di atasnya. Kalimat tersebut
berbunyi :
Aku mengejar dia !
"Hei! Yang ini tulisan Pek Lian........!" Keh-sim Siau-hiap
tiba-tiba berseru. Jarinya menunjuk ke kalimat yang terakhir
itu.
"Hmmm........!” Souw Thian Hai menarik napas panjang.
"Wanita muda itu telah pergi. Dan tampaknya........Kwee Hujin
mengetahui, lalu berusaha mengejarnya."
"Sungguh berbahaya! Wanita muda itu sangat lihai. Isteriku
bukan tandingannya." Keh-sim Siau-hiap mencemaskan
keselamatan Ho Pek Lian. Diam-diam matanya melirik ke
sekeliling perahu itu melalui pintu belakang. "Kemana mereka
pergi?" desahnya lirih.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Kwee tak perlu khawatir serta cemas. Wanita
muda itu bukan orang jahat. Tak mungkin dia mencelakakan
Kwee Hu-jin." Souw Thian Hai menghibur.
"Traaaaang!" terdengar denting suara senjata di luar bilik
perahu.
Bergegas mereka kembali ke depan. Dan di sana tampak
Put-pai-siu Hong-jin telah bertanding dengan Tiauw Li Ing.
Gadis itu menyerang dengan ganasnya. Kipasnya yang besar
itu menyambar nyambar dengan galak sekali. Semuanya
mengarah ke tempat-tempat yang mematikan. Gerakannya
tampak amat kejam dan bengis, seakan-akan tidak
mengindahkan tata-krama dan peri-kemanusiaan.
Souw Thian Hai menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sungguh sayang sekali. Gadis secantik itu menjadi anak
Tung-hai-tiauw."
"Benar, saudara Souw. Tak tega rasanya melihat ilmu silat
yang kasar dan brutal seperti itu dimainkan oleh gadis
secantik dia......" Keh-sim Siau hiap berdesah dengan suara
kesal.
Tiauw Li Ing memang semakin tampak buas dan keji.
Jurus-jurusnya yang licik, kasar dan tanpa mengindahkan
aturan-aturan umum itu ternyata telah membingungkan Putpai-
siu Hong-jin juga akhirnya. Meskipun telah memegang
golok kecil kepunyaan su-tenya tadi, manusia sinting itu masih
tampak kewalahan juga. Malah akhirnya sebuah goresan kecil
melintang di atas bahunya ketika kipas Tiauw Li Ing tak bisa
dielakkan lagi.
''Hwaduh......! Keparat ! Sundal busuk.........!" pekiknya
dengan suara kotor.
Mendadak manusia sinting itu membuang goloknya
sehingga menancap di lantai perahu kemudian menubruk ke
depan seperti orang gila yang tak memperdulikan lagi
keselamatannya. Malahan dadanya seakan-akan sengaja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diumpankan ke arah kipas lawan. Sambil menubruk mulutnya
masih meracau pula.
"Perempuan busuk perempuan murahan. Meski cantik tiada
harganya. Bak bunga tumbuh di jalanan. Setiap tangan bisa
memetiknya......Huah-ha-ha-ha-ha......! Bangsat kurang ajar!
Mati kau!" serunya seperti orang membacakan sebuah pantun.
Tingkahnya yang seolah-olah mau bunuh diri itu sesaat
justru membingungkan hati Tiauw Li Ing. Kipas yang hampir
mengenai dada lawan itu tiba-tiba terhenti. Sekejap timbul
kecurigaan dan keraguan di dalam hati Li Ing. Jangan-jangan
ada sesuatu di balik gerakan lawannya yang aneh itu. Oleh
karena itu Tiauw Li Ing cepat menarik kipasnya, kemudian
mengelak ke samping malah.
Dan kecurigaan gadis itu ternyata benar-benar terjadi.
Bersamaan dengan ditariknya kipas itu ke belakang, Put-paisiu
Hong-jin pun tiba-tiba mengubah gerakannya pula. Kedua
lengan bajunya yang lebar itu tampak menampar ke depan,
kemudian membanting tubuh ke lantai perahu. Persis di
tempat manusia sinting tersebut menancapkan goloknya!
Sekali lagi Tiauw Li Ing terperanjat! Begitu pula halnya
dengan orang-orang yang ada di atas perahu itu.
Mungkinkah Put-pai-siu Hong-jin benar-benar telah
berputus asa? Apakah karena merasa gagal menubruk kipas
lawan, manusia sinting itu ingin mengakhiri hidupnya dengan
goloknya sendiri?
Tapi semua itu berlangsung dengan cepatnya. Tahu-tahu
terdengar suara jeritan. Namun anehnya bukan Put-pai-siu
Hong-jin yang menjerit, tapi......Tiauw Li Ing! Tentu saja
semuanya terkejut. Apalagi ketika terlihat oleh mereka Tiauw
Li Ing terhuyung ke belakang seraya mencengkeram lengan
kirinya, yang tergores ujung golok Put-pai-siu Hong-jin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun ketika semuanya masih tertegun melihat keanehan
itu, tiba-tiba Put-ming-mo telah bertepuk tangan dengan
kerasnya.
"Bagus....... bagus! IImu Chuo-mo-ciang su-heng memang
sangat sempurna! Hah-ha-hah-hah ..........!" soraknya
gembira.
"Tapi......... kurang cepat sedikit! Seharusnya lengan gadis
itu sudah terpotong oleh mata golok itu! Tidak cuma tergores
oleh ujungnya.........." Put-ceng-li Lo-jin menyambung.
Tampaknya Put-pai-siu Hong-jin sendiri juga menyadari
kalau serangannya sedikit mengalami kegagalan. Namun
karena sabetan goloknya yang tak terduga itu dapat juga
melukai lengan lawannya, maka ia tidak terlalu merasa
menyesal karenanya. Sebaliknya mulutnya yang lebar itu
malah tertawa gembira karena keadaan mereka menjadi
berimbang sekarang. Yaitu sama-sama tergores pada bagian
lengan mereka.
"Hah-heh-hah..........! Kuntilanak busuk! Tampaknya kau
lihai juga, karena bisa mencium bahaya yang diakibatkan oleh
jurusku tadi. Coba kau tadi tidak lekas-lekas menarik
kipasmu.. he-he-he akan ada kuntilanak buntung di s ini."
Hampir saja Tiauw Li Ing tak bisa mengendalikan lagi
kemarahannya. Tapi gadis itu segera teringat bahwa lawan
yang ia hadapi kali ini benar-benar di luar dugaannya, dan
hampir saja ia tadi terjerumus ke dalam kesukaran. Oleh
karena itu dengan sangat hati-hati ia mempersiapkan dirinya.
Demikianlah, pertempuran selanjutnya sungguh-sungguh
merupakan pertarungan yang sangat seru, aneh, namun juga
sangat menggelikan! Masing-masing memiliki ilmu silat yang
amat aneh dan menggiriskan hati. Meskipun demikian dengan
kekonyolan dan kekocakannya Put pai-siu Hong-jin sering kali
membuat gerakan dan tingkah laku yang mengundang
senyum dan tawa para penontonnya. Apalagi mulutnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebar dan berbibir tebal itu tak henti-hentinya 'berkicau'
dengan segala macam pantun dan syair yang tak keruan
artinya.
"Hei! Hei, tahannn.......! Berhenti dulu!” mendadak Manusia
Sinting itu menjerit-jerit sambil memegangi perutnya.
"Ada apa.........?" Lawannya berhenti menyerang dan
berteriak.
"Aku ....... aku.....perutku tiba-tiba terasa sakit. Sudah tiba
saatnya bagiku untuk....... untuk berak di pagi hari. Lihat......!
Matahari telah terbit! Ouuhh........perut bangsat..perut celaka!
Beginilah kalau sudah terbiasa berak di pagi hari.” Put-pai-siu
Hong-jin meratap sambil memilin-milin perutnya.
Lalu tanpa mempedulikan orang-orang yang melihatnya,
Put-pai-siu Hong-jin 'menarik’ celananya ke bawah dan berlari
ke pinggir perahu. Namun belum sampai ia berjongkok, Tiauw
Li Ing sudah keburu menyerangnya dengan jarum-jarum
beracunnya. Tampaknya karena merasa jijik, malu dan amat
terhina dengan tingkah laku Put-pai-siu Hong-jin tersebut
Tiauw Li Ing lalu bermaksud membunuh saja lawannya
dengan taburan jarum beracunnya itu.
"Hei-hei! jangan serang dulu! Wah..... wah, bagaimana
ini?" Put-pai-siu Hong-jin berjingkrakan sambil memegangi
pantatnya. Otomatis celananya melorot ke bawah.
Tempat itu seketika menjadi riuh dengan gelak dan tawa.
"Benar-benar gila! Orang itu sungguh tidak punya rasa
malu sama sekali, ah-ah-ah.........!" Keh-sim Siau-hiap yang
jarang sekali tertawa itu ternyata tak kuasa menahan
senyumnya pula.
"Itulah sebabnya dia disebut Put-pai-siu Hong-jin (Si Gila
Yang Tak Punya Malu). Bukankah demikian, Lo-jin?" Hong-gihiap
menyahut pula sambil tertawa. Matanya melirik ke arah
Put-ceng li Lo-jin, Ketua Aliran Bing-kauw.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Put-ceng-li Lo-jin mendengus, namun tak menjawab.
Seluruh perhatian Ketua Aliran Bing-kauw itu sedang tertuju
kepada keponakan muridnya.
Tapi sementara itu di pihak lain, Tiauw Li Ing menjadi
semakin marah dan jijik menghadapi lawannya. Tanpa berani
melihat langsung ke arah lawannya dia tiba-tiba menyerang
lagi dengan senjata rahasianya. Namun kali ini caranya lain.
Dan senjata rahasia yang dipakainyapun juga lain pula.
Am-gi atau senjata rahasia yang dilontarkan oleh Tiauw Li
Ing sekarang berwujud pisau kecil-kecil sebesar jari tangan.
Jumlahnya tujuh batang. Dilemparkan secara berurutan, susulmenyusul
dalam kecepatan tinggi. Hanya saja tenaga yang
dipergunakan tidak sama, sehingga kecepatannyapun tidak
sama pula. Semuanya menebar seolah-olah mengurung tubuh
Put-pai-siu Hong-jin.
Put-ceng-li Lo-jin terloncat saking kagetnya. Ilmu melempar
pisau itu sungguh hebat bukan main, dan rasa-rasanya ia
pernah melihat cara-cara melempar pisau seperti itu. Tapi
untuk sesaat ia lupa di mana ia melihatnya. Ternyata tidak
cuma Put-ceng-li Lo-jin yang terkejut menyaksikan cara gadis
itu melemparkan pisaunya. Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan
Keh-sim Siau-hiap pun ternyata tidak kalah pula kagetnya.
Sebagai seorang datuk-datuk persilatan merekapun segera
mengenali pula kehebatan ilmu melempar pisau tersebut. Dan
ternyata keduanya cepat mengenali pula asal-usul ilmu
melempar pisau yang dahsyat tersebut.
Sudah sejak beratus-ratus tahun yang lalu hidup semacam
legenda atau dongeng di kalangan rakyat, yaitu tentang
kehidupan orang-orang sakti yang pernah hidup di negeri
mereka. Begitu populernya nama-nama orang sakti itu
sehingga meskipun mereka hidup di zaman yang berbedabeda,
nama mereka diungkapkan di dalam sebuah sanjak atau
nyanyian rakyat yang sangat terkenal.
Menjadi pendekar gagah perkasa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ada tiga jalan untuk mencapainya.
Pertama di atas Gunung Hoa-san
Kedua di tengah Gurun Go-bi
Dan terakhir di Lembah Tak Berwarna.
Walaupun di dalam nyanyian tersebut tak disebutkan
nama-nama orang sakti yang bertempat tinggal di tiga tempat
itu, namun setiap orang sudah tahu bahwa yang dimaksudkan
adalah Keluarga Souw beserta anak-keturunannya di Gunung
Hoa-san, Keluarga Bok turun-temurun yang bertempat tinggal
di tengah-tengah Gurun Go-bi dan terakhir adalah keturunan
Keluarga Tok yang berdiam di Lembah Tak Berwarna.
Ketiga buah keluarga atau marga itu menjadi tenar pada
waktu atau zaman yang berlainan. Namun demikian
kemashuran mereka benar-benar membekas dan dicatat di
dalam hati setiap orang turun-temurun hingga sekarang.
Keluarga Souw menjadi tersohor dan terkenal di manamana
pada lebih kurang seratus limapuluhan tahun yang lalu,
yaitu ketika salah seorang di antara keluarga mereka sekaligus
mengalahkan empat orang Datuk Persilatan yang termashur
pada waktu itu. Padahal keempat orang itu sudah dianggap
sebagai tokoh besar yang tak terkalahkan di sepanjang
zaman, (Baca: Darah Pendekar). Itulah pula sebabnya sampai
sekarang Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang juga keturunan
Keluarga Souw sangat dihormati orang karena kesaktiannya.
Sedangkan Keluarga Bok yang tinggal di tengah-tengah
Gurun Go-bi menjadi buah bibir di seluruh negeri pada zaman
yang lebih tua lagi, yaitu pada zaman Chan Kuo atau Zaman
Peperangan Antar Negara di masa Kerajaan Chuo Timur. Pada
zaman itu muncullah seorang pendekar besar yang mahir
segala macam kepandaian, baik ilmu silat, ilmu perang, ilmu
perbintangan, ilmu melempar senjata rahasia, ilmu sastra dan
segala macam ilmu kepandaian lainnya. Pendekar itu
bermarga Bok dan digelari orang Pendekar Serba Bisa. Di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam kemelut peperangan yang melibatkan beberapa negara
itu nama Pendekar Serba Bisa sangat tersohor dan ditakuti
orang. Kepandaiannya yang aneh-aneh di luar jangkauan otak
manusia yang hidup pada zaman itu sungguh membuat lawanlawannya
merasa segan dan ngeri menghadapinya. Dan
biarpun selama beratus-ratus tahun kemudian tiada
seorangpun diantara keturunan keluarga itu yang menonjol,
namun nama keluarga tersebut telah terlanjur terpateri di
dalam hati sanubari rakyat sampai sekarang.
Dan yang terakhir adalah Keluarga Tok. Keluarga Tok hidup
di lembah Tak Berwarna, yaitu sebuah lembah terpencil di kaki
Pegunungan Kun lun-san yang maha luas itu. Di dalam
Lembah yang luas dan penuh rawa-rawa ganas tersebut hidup
sebuah keluarga besar bermarga Tok. Begitu besar jumlah
mereka sehingga tempat tinggal mereka tak ubahnya dengan
sebuah perkampungan penduduk yang luas. Selain
berkepandaian sangat tinggi rata-rata mereka mahir membuat
racun dan membikin alat-alat pembunuh yang lain, sehingga
anak-keturunan mereka selalu ditakuti orang dimana mana.
Begitu mahirnya keluarga itu membuat alat-alat pembunuh,
hingga orang yang memiliki kesaktian dan kekuatan yang
maha besarpun harus berpikir seribu kali untuk berhadapan
dengan mereka. Untunglah para anggota keluarga itu sangat
suka menyendiri serta tidak suka berkelana atau keluar dari
dalam lembah mereka.
Demikianlah, ketika Hong-gi-hiap Souw Thian Hai dan Kehsim
Siau-hiap melihat cara-cara Tiauw Li Ing melemparkan
pisaunya, mereka segera teringat akan dongeng Keluarga Bok
yang serba pandai itu. Cara-cara melemparkan pisau tersebut
tentulah ilmu melempar pisau dari keluarga Bok itu.
Tapi yang menjadi pertanyaan di dalam hati mereka
adalah, dari mana gadis itu memperoleh pelajaran tersebut?
Apakah gadis itu telah menjadi anak-murid Keluarga Bok yang
sudah beratus-ratus tahun tidak terdengar beritanya itu?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu ketujuh batang pisau yang dilemparkan oleh
Tiauw Li Ing tadi telah mendekati sasarannya. Lima jengkal
dari tubuh Put-pai-siu Hong-jin tiba-tiba terjadi letupan kecil di
masing-masing ekor pisau tersebut. Dan selanjutnya pisaupisau
itu seperti berloncatan berganti arah, sementara
kecepatannya juga bertambah menjadi berlipat-ganda.
Put-pai-siu Hong-jin yang sedang berjingkrakan karena
celananya melorot turun itu menjadi kaget setengah mati.
Sekejap ia menjadi bingung melihat gemerlapannya sinar
pisau yang menyambar ke arah tubuhnya itu. Dengan cepat ia
membanting tubuhnya ke belakang. Brroooooott...........!
Disertai dengan suara kentut yang keras, segumpal kotoran
terjatuh dari pantatnya! Plok! Baunya jangan ditanya lagi.
Dan pantat yang tipis itu persis jatuh, menimpa kotoran itu
pula. Ceprot!
"Bangsat......keparaaaaaat!" Manusia sinting itu
mengumpat dengan hidung cengar-cengir.
Namun betapa kagetnya dia tatkala pisau-pisau yang
dihindarinya itu masih mengejarnya juga! Di dalam
kebingungannya Put-pai-siu Hong-jin berguling ke kiri,
sehingga tubuhnya tercebur ke dalam air telaga. Tapi dengan
demikian ia bisa terhindar dari keganasan pisau-pisau terbang
itu.
"Aaaah.......!" tanpa terasa Hong gi-hiap, Keh-sim Siau-hiap
dan Put-ceng-li Lo-jin berdesah lega bersama-sama.
Selanjutnya mereka bertiga mengawasi Tiauw Li Ing yang
masih sangat muda itu dengan kening berkerut. Mulut mereka
berdecak menyaksikan kedahsyatan ilmu si gadis yang sangat
berbahaya itu.
"Hei....... dimanakah perempuan berkulit ular tadi?" tibatiba
si gadis yang merasa telah memperoleh kemenangan itu
berseru. Tangannya bertolak pinggang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, benar! Dimanakah dia?" Tung-hai Nung-jin yang
sekarang seperti terbuka matanya melihat kelihaian Tiauw Li
Ing, tiba-tiba tersentak kaget pula.
"Dia sudah pergi........" dengan halus Hong-gi-hiap Souw
Thian Hai memberi keterangan.
Tapi keterangan tersebut tak dipercaya oleh Tiauw Li Ing.
"Apa? Dia sudah pergi? Huh..... bohong! Tentu kalian
sembunyikan di dalam perahu!" bentaknya keras tanpa
merasa takut atau hormat sama sekali kepada Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai.
Merah juga muka pendekar besar itu dibuatnya. Namun
dengan kebesaran jiwanya pendekar yang telah kenyang
makan asam-garam kehidupan itu menahan hatinya. Sekali
lagi dengan tenang ia menjawab, "Buat apa kami
menyembunyikannya?"
"Buat apa? Huh...... jangan berlagak bodoh! Tentu saja
untuk memiliki keterangan tentang Ceng-liong-ong itu! Apa
lagi?" sergap gadis itu dengan suara tetap tinggi.
Ternyata Chu Bwee Hong lah yang tak tahan melihat
suaminya dibentak-bentak sedemikian rupa. Sambil
menggendong anaknya wanita ayu itu melangkah ke depan.
Wajahnya yang cantik itu tampak kemerah-merahan.
"Gadis tak tahu diri! Kau jangan sembarangan menuduh
dan membentak-bentak orang! Kaukira siapa suamiku itu?
Hmmh...... bocah yang tak tahu tingginya langit!" geramnya
marah.
Tapi ternyata gadis itu tak menjadi gentar karenanya.
Sambil bertolak-pinggang ia menyongsong kedatangan Chu
Bwee Hong. "Memangnya kenapa kalau aku membentakbentak
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai? Kaukira aku ketakutan
mendengar namanya? Huh..... cuma sebuah nama kosong
belaka!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa marahnya Chu Bwee Hong
mendengar perkataan itu. Sambil melemparkan anak yang
digendongnya itu kepada suaminya ia membentak pula.
"Anak yang tak tahu adat! Kau memang layak untuk diberi
pelajaran agar tahu sopan sedikit!"
"Hah..... jangan terlalu besar kepala! Lebih baik Hong-gihiap
saja yang maju! Kau bukan lawanku!" Tiauw Li Ing
menjawab dengan suara di hidung.
"Tutup mulutmu.......!" Chu Bwee Hong berteriak lalu
menyerang.
"Hong-moi!" Souw Thian Hai berusaha mencegah isterinya,
tapi tak berhasil.
Kedua wanita itu sudah terlanjur berkelahi dengan
sengitnya. Chu Bwee Hong yang masih cucu-murid Bu-eng
Sin-yok-ong, datuk persilatan yang tersohor itu, menyerang
lawannya dengan Kim hong-kun-hoat yang dilandasi dengan
tenaga sakti Pai-hud sin kang. Dan ilmu warisan Bu-eng Sinyok-
ong itu menjadi semakin dahsyat di tangannya karena ia
mengerahkan pula Pek-in Gin-kangnya.
Tiauw Li Ing masih tetap memainkan ilmu silatnya yang
kasar dan buas. Ia tidak perduli lawannya bertangan kosong.
Kipasnya yang besar itu menyambar-nyambar dengan
ganasnya. Sesekali terdengar teriakannya yang keras dan
nyaring.
Meskipun ilmu silat Chu Bwee Hong lebih halus dan kurang
garang, namun lambat laun ternyata dapat mengatasi ilmu
silat Tiauw Li Ing yang garang dan bengis itu. Tapi hal itu
justru sangat menggelisahkan hati Souw Thian Hai. Pendekar
sakti itu malah mengkhawatirkan nasib isterinya bila pada
suatu saat nanti Tiauw Li Ing menjadi marah dan
mengeluarkan pula senjata-senjata rahasianya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi apa yang dilakukan oleh Tiauw Li Ing selanjutnya
ternyata sangat mengejutkan pendekar sakti tersebut. Ketika
menyadari bahwa dirinya terdesak, gadis itu ternyata tidak
mengeluarkan senjata-senjata rahasianya. Sebaliknya gadis itu
hanya mengubah cara bersilatnya saja. Namun bentuk ilmu
silat si gadis itulah yang justru mengejutkan Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai! IImu silat tersebut jauh berbeda dengan ilmu
silat yang buas dan kasar tadi.
Ilmu silat yang dikeluarkan oleh gadis itu sekarang amat
indah, gagah dan tangkas. Gerakan-gerakannya sangat kuat
dan mempesonakan.
Sepintas lalu saja Hong-gi-hiap Souw Thian Hai segera
mengenalnya. Meskipun tak paham tapi pendekar itu sudah
sering melihatnya, karena ilmu silat tersebut adalah ilmu silat
andalan Aliran Im-Yang-kauw. Hanya yang sangat
mengherankan hatinya, mengapa gadis itu juga bisa
memainkan ilmu silat Aliran Im-Yang-kauw pula?
Diam-diam Souw Thian Hai menjadi curiga kepada gadis
itu. Ilmu silat andalan Im-Yang-kauw itu tak sembarang
diberikan kepada orang lain selain kepada para anggauta
aliran itu sendiri itupun dibatasi, yaitu hanya diberikan kepada
para anggota yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
Lalu mengapa sekarang gadis itu bisa memainkannya juga?
Apalagi dilihatnya gadis itu mampu mengerahkan Im-Yang
Sin-kang (tenaga sakti Im dan Yang) dalam takaran yang
mendekati kesempurnaan pula. Bukankah hal itu sangat
mengherankan sekali?
Seperti yang telah diduga oleh Hong-gi-hiap Souw Thian
Hai sebelumnya, isterinya segera ganti terdesak oleh ilmu silat
Tiauw Li Ing tersebut. Ilmu silat warisan Bu-eng Sin-yok-ong
yang hebat itu ternyata tak mampu membendung ilmu silat
andalan Im-Yang-kauw tersebut. Namun seperti yang telah
diduganya pula, isterinya segera mengubah juga cara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersilatnya. Kali ini isterinya memainkan ilmu silat andalannya
pula, yaitu Ilmu Silat Bidadari Bersedih.
Seperti telah diketahui bahwa semua ilmu warisan keluarga
Souw itu hanya bisa diberikan dan dipelajari oleh anak
keturunan keluarga itu sendiri. Maka dari itu meskipun telah
menjadi isteri Hong-gi-hiap Souw Thian Hai, Chu Bwee Hong
tidak dapat memainkan ilmu silat keluarga Souw yang terkenal
itu. Namun demikian wanita ayu tersebut juga memiliki
sebuah ilmu silat yang tak kalah hebatnya pula, yaitu Ilmu
silat Bidadari Bersedih. Sebuah ilmu silat yang diciptakan oleh
Put-ceng-li Lo-jin ketika wanita ayu itu sedang dirundung duka
nestapa serta putus asa di tempat kediamannya dahulu.
Sebenarnya Ilmu Silat Bidadara Bersedih tersebut
diciptakan berdasarkan tingkah laku, gerak gaya dan
pengamatan yang dilakukan oleh Put-ceng-li Lo-jin terhadap
kesedihan Chu Bwee Hong ketika berputus asa dahulu. Oleh
karena itu gerakannya atau jurus-jurusnya tampak sangat
sederhana dan lamban. Namun dibalik kesederhanaan dan
kelambanannya itu ternyata berisi kepekaan yang dalam serta
tanggapan yang tinggi terhadap ilmu silat lawan.
Bagaimanapun hebat dan dahsyatnya serangan Tiauw Li Ing,
Chu Bwee Hong seperti telah merasa dan mengetahui terlebih
dahulu arah serangan itu. Sehingga akibatnya semua
serangan Tiauw Li Ing selalu gagal serta dapat dipunahkan
oleh Chu Bwee Hong. T api karena Ilmu Silat Bidadari Bersedih
itu sifatnya juga hanya bertahan, maka pertempuran itupun
tidak kunjung selesai pula.
Dan hal itu benar-benar sangat mengesalkan hati Tiauw Li
Ing yang garang itu! Gadis yang merasa telah mengerahkan
segala kemampuannya itu ternyata belum juga bisa
mengalahkan lawannya. Di dalam kemarahannya gadis itu lalu
mengeluarkan lagi pisau terbangnya. Pisau terbang yang tadi
mampu membuat Put-pai-siu Hong-jin tercebur ke dalam air.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Otomatis hati Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menjadi
tegang. Tanpa terasa kakinya melangkah mendekati
pertempuran. Seluruh urat-uratnya menegang. Dengan tangan
kiri tetap menggendong anaknya pendekar sakti itu
mengerahkan tenaga dalamnya. Sekilas tampak uap tipis
mengepul di atas ubun-ubunnya. Uap tipis yang berwarna
putih dan merah!
"Seperti halnya Put-pai-siu Hong-jin tadi, Hong-moi juga
tidak akan dapat bertahan bila menghadapi lemparanlemparan
pisau gadis itu. Aku harus.." pendekar sakti itu
berkata di dalam hatinya.
Namun belum juga ia menyelesaikan kata-katanya, gadis
itu sudah menggerakkan tangannya. Tiga batang pisau kecil
tampak melesat menyerang Chu Bwee Hong. Tiga-tiganya
berjajar membentuk segi-tiga dan semuanya menuju ke arah
perut Chu Bwee Hong.
Pisau-pisau itu
meluncur seperti biasa,
seolah-olah tidak
menunjukkan keanehankeanehan.
Tapi Hong-gihiap
Souw Thian Hai
yang sangat
mengkhawatirkan
keselamatan isterinya itu
tidak mempercayainya.
Tentu ada apa-apa
dibalik lemparan yang
sangat sederhana itu.
Oleh karena itu Hong-gihiap
Souw Thian Hai
cepat melompat pula ke
depan, siap menolong
isterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan apa yang ditakutkan oleh pendekar sakti itu ternyata
benar-benar terjadi. Tiba-tiba terjadi letupan kecil di masingmasing
pisau tersebut, dan selanjutnya pisau tersebut terbelah
menjadi dua bagian. Masing-masing meluncur ke arah yang
berbeda, sehingga gerakannya menyerupai bunga teratai yang
sedang mekar. Indah dan mentakjubkan gerakannya namun
juga sangat berbahaya serta mematikan!
Jarak antara Tiauw Li Ing dan Chu Bwee Hong hanya
empat atau lima langkah saja, maka tidaklah mengherankan
kalau wanita ayu itu sangat terkejut melihat serangan pisau
yang amat mendadak tersebut. Apalagi ketika pisau tersebut
terbelah dan memencar menjadi enam bagian, sehingga
pisau-pisau itu seperti mengurungnya dari segala jurusan.
"Celaka........!" Chu Bwee Hong menjerit di dalam hati, lalu
mengibaskan kedua buah lengan bajunya yang lebar ke depan
untuk menangkis pisau-pisau tersebut.
Ting ! Ting ! Ting !
Lima buah pisau berhasil ditangkisnya. Tapi sebuah di
antaranya ternyata mampu menerobos di sela-sela lengan
bajunya dan meluncur ke arah dadanya. Tak ada kesempatan
untuk mengelak lagi.
Namun di dalam keadaan yang gawat tersebut tiba-tiba
Chu Bwee Hong merasa tubuhnya didorong orang ke samping,
sehingga pisau yang sedianya akan merenggut nyawanya itu
luput mengenai dirinya. Dan ketika ia kembali berdiri tegak,
dilihatnya suaminya telah berada di sisinya.
"Kau tidak apa-apa, bukan?" Hong-gi-hiap Souw Thian Hai
bertanya penuh perhatian. Anak yang berada di dalam
pelukannya tersenyum gembira melihat ibunya.
"Ti.... tidak, ko-ko. Terima kasih." Chu Bwee Hong menjadi
gagap, karena belum hilang rasa terkejutnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudahlah. Tidak usah kita layani perempuan muda itu."
Souw Thian Hai berkata lagi.
"Tapi......... dia........?"
"Sudahlah! Tak ada salahnya kita mengalah kepadanya,
bukan? Lihatlah anakmu ini! Dia minta digendong lagi oleh
ibunya."
"Ba...... baiklah, Hai-ko." Chu Bwee Hong menghela napas
seraya menerima kembali anaknya.
"Hi-hi-hi..... ternyata Souw Tai-hiap yang tersohor itu tak
sampai hati juga melihat kematian isterinya. Dan sekarang
tampaknya ingin menggantikan kedudukan isterinya untuk
melawanku." tiba-tiba Tiauw Li Ing berseru dengan
pongahnya.
"Hai-ko, dia....... menghinamu !" Chu Bwee Hong yang
sudah melangkah mundur itu tiba-tiba berhenti dan siap untuk
melabrak Tiauw Li Ing kembali.
"Hong-moi, tenanglah! Biarlah aku saja yang
menghadapinya. Kau jangan terpancing oleh mulutnya yang
tajam itu! Nah, bawalah anak kita ini ke pinggir!"
Dengan hati berat terpaksa Chu Bwee Hong menuruti
perintah suaminya. Matanya tampak berkilat-kilat menahan
marah.
Sebaliknya Tiauw Li Ing yang selalu merasa memperoleh
kemenangan itu semakin menjadi sombong dan pongah.
Dengan sangat berani ia berdiri menghadapi Hong-gi-hiap
Souw Thian Hai.
''Bagaimana, Souw Tai-hiap? Apakah sekarang Souw Taihiap
sudah mau menyerahkan perempuan berbaju kulit ular
itu?" tanyanya sambil menimang-nimang sebuah benda bulat
sebesar telur penyu di tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sekejap Souw Thian Hai merasa terkejut melihat benda
tersebut. Benda bulat itu mengingatkannya kepada peluru
Giok-bin Tok-ong yang bisa meledakkan bukit itu. Tapi setelah
ia meneliti pula beberapa saat lamanya, hatinya menjadi
tenang kembali. Benda bulat tersebut berbeda dengan peluru
Giok-bin Tok ong. Benda yang dipegang Tiauw Li Ing itu agak
kecil dan bentuknya sedikit lonjong (oval). Namun karena ia
tak bisa menduga apa kegunaannya, maka ia juga tidak berani
meremehkannya. Siapa tahu benda itu juga tidak kalah
berbahayanya dari pada peluru Giok-Bin Tok-ong itu?
"Nona, kau jangan menuduh orang secara sembarangan.
Perempuan muda itu benar-benar telah pergi. Kami tidak
menyembunyikannya......." Souw Thian Hai masih berusaha
menahan hatinya.
Tetapi Tiauw Li Ing mencibirkan bibirnya. "Huh!"
dengusnya. Tangannya berhenti menimang benda bulat itu.
Urat-uratnya menegang, jari-jarinya menggenggam erat
benda tersebut. "Kalau begitu aku yang rendah ingin meminta
pelajaran kepada Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang
tersohor!" sambungnya dengan nada menantang.
"Eh, nona....... nanti dulu!"
"Hmmmh! Lihat serangan......!"
Gadis itu tidak memberi kesempatan lagi kepada Hong-gihiap
untuk memberi keterangan. Benda bulat itu ia pindahkan
ke tangan kiri, kemudian dengan tangan kanannya ia
menghantam dada lawannya. Seperti pemain sulap saja
tangan itu telah menggenggam sebuah kipas baja, senjata
khususnya.
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai masih berusaha menghindari
pertempuran, tapi mendadak kipas yang terarah ke dadanya
itu terbuka, dan dari dalamnya melesat jarum-jarum kecil ke
arah wajahnya. Maka tiada pilihan lagi selain menangkis dan
meruntuhkannya dengan ujung lengan bajunya yang lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu jari-jari tangan pendekar sakti itu menyambar ke
depan untuk merampas kipas lawannya.
Tapi Tiauw Li Ing telah lebih dulu menariknya ke belakang,
kemudian menutup lembaran kipas tersebut dan menotokkan
ujungnya ke depan, ke arah pergelangan tangan Souw Thian
Hai yang datang. Berbareng dengan itu dari dalam kipas itu
melesat lagi belasan batang jarum halus.
Diam-diam Hong-gi-hiap terkejut juga. Usia gadis itu masih
sangat muda, namun ternyata kepandaiannya benar benar
hebat. Sama sekali ia tidak diberi kesempatan untuk mundur
atau menghindari pertempuran. Serangannya datang beruntun
bagaikan ombak yang bergulung-gulung memecah karang.
"Tak heran kalau sikapnya sedemikian berani dan
pongahnya. Kepandaiannya memang luar biasa. Apalagi bila
dibandingkan dengan usianya yang masih sangat muda."
Souw Thian Hai membatin.
"Mungkin....... lebih lihai dari pada Souw Lian Cu.
Hmmmmmm........" Pendekar sakti itu menarik napas panjang.
Diam-diam dia membandingkan gadis tersebut dengan
puterinya sendiri, yang dalam beberapa tahun ini telah
menghilang entah kemana.
Sebelum kawin dengan Chu Bwee Hong, Souw Thian Hai
memang seorang duda muda yang telah beranak satu. Dan
sekarang anaknya itu telah tumbuh menjadi seorang gadis
remaja yang amat cantik seperti mendiang Ibunya. Hanya
sayang sekali ketika masih kecil puterinya tersebut mendapat
musibah sehingga tangan kirinya putus sebatas siku.
Karena angan-angannya melayang ke mana-mana, maka
perlawanan Hong-gi-hiap Souw Thian Hai menjadi agak
kendor. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila Tiauw Li
Ing semakin banyak memperoleh kesempatan untuk
menyerang dan mendesaknya. Dan hal itu menimbulkan
kesalah-sangkaan di dalam hati gadis tersebut. Tiauw Li Ing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengira kalau kepandaian Souw Thian Hai ternyata tidaklah
sehebat yang dibicarakan orang.
Dan gadis tersebut menjadi semakin pongah karenanya.
"Nah, Souw Tai-hiap........ bagaimana? Apakah Souw Taihiap
masih juga tidak mau mengatakan dimana perempuan itu
berada? Atau tetap kita teruskan pertempuran ini
sampai........seorang pendekar besar seperti Souw Tai-hiap
kehilangan muka karena dikalahkan oleh seorang gadis muda
tak dikenal seperti saya ini? Heh?"
"Ah?" Souw Thian Hai tergagap kaget seperti orang yang
dibangunkan dari tidurnya. Ejekan gadis itu telah
menyadarkan dirinya bahwa ia sedang bertempur dengan
seseorang.
Sambil mengelak kesana-kemari pendekar sakti itu
mengurut dadanya. Ia benar-benar menyayangkan sikap gadis
muda yang amat lihai itu. Sikap yang sangat berbahaya bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Timbullah niatnya
untuk memberi pelajaran kepada gadis congkak itu.
Sementara itu para penonton menjadi heran menyaksikan
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai yang tersohor itu mundur dan
mengelak terus dari serangan gadis muda tersebut. Keh-sim
Siau-hiap dan Put ceng-li Lo-jin yang tahu bagaimana
dahsyatnya ilmu kepandaian Hong-gi-hiap Souw Thian Hal
menjadi heran dibuatnya.
Namun rasa heran mereka tersebut segera lenyap begitu
melihat Souw Thian Hai tiba-tiba mulai membuka serangan.
Bagaikan seekor banteng jinak yang tiba-tiba diganggu orang,
pendekar itu menerjang Tiauw Li Ing dengan hebatnya.
Mantel hitam yang semula menutup hampir seluruh tubuhnya
itu tampak menyabet ke depan, seolah-olah hendak
menggulung atau menjaring badan lawannya. Terdengar
suara angin bersiutan seperti hembusan badai yang mendadak
bertiup dengan kencangnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiauw Li Ing terkejut bukan buatan. Belum juga mantel
Souw Thian Hai itu tiba, tubuhnya seakan-akan sudah
digulung oleh pusaran angin yang dahsyat. Seketika dadanya
menjadi sesak dan sulit untuk bernapas. Namun di lain saat ia
segera menjadi sadar bahwa dirinya berada di dalam bahaya.
Maka dengan amat tergesa-gesa dia mengerahkan seluruh sin
kangnya untuk bertahan kemudian meliukkan pinggangnya ke
belakang, sehingga sambaran mantel Souw Thian Hai itu lewat
di depan hidungnya. Setelah itu dengan tidak kalah garangnya
ia melompat ke atas untuk balas menyerang musuhnya
dengan kipas bajanya.
Tapi Souw Thian Hai segera berputar dengan cepat pula.
Sekilas terlihat kepulan asap tipis berwarna merah di atas
kepalanya, dan lagi-lagi mantel pusakanya menyambar ke
atas, menyongsong kedatangan kipas Tiauw Li Ing.
Sekali lagi Tiauw Li Ing terkesiap. Sama sekali gadis itu tak
menyangka kalau lawannya bisa bergerak sedemikian
cepatnya. Apalagi dengan tenaga yang luar biasa dahsyatnya
seperti itu. Tiada jalan lain baginya selain membentur mantel
pusaka tersebut dengan seluruh kekuatannya pula. Namun
demikian sambil membenturkan kekuatannya ia melemparkan
benda bulat yang dipegangnya itu ke arah lawan!
Dhieeeeeeees! Taaaaas !
Tubuh Tiauw Li Ing yang berada di udara itu tiba-tiba
terlempar ke samping dengan kuatnya. Tapi berbareng
dengan itu pula benda bulat yang dilontarkannya tadi meletus
nyaring, dan jaraknya hanya beberapa jengkal dari muka
Souw Thian Hai.
Puluhan jarum kecil-kecil berhamburan keluar disertai asap
hitam yang tebal! Dan semuanya itu seakan-akan mengurung
Hong-gi-hiap Souw Thian Hai!
Sejak semula pendekar sakti itu telah berhati-hati dan
bersiap-siaga menghadapi benda bulat yang belum pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilihatnya itu. Namun demikian ketika benda itu dilemparkan
Tiauw Li Ing dan meletus di depan hidungnya, sekejap ia
menjadi kaget juga. Untunglah ia cepat menyadari bahaya itu
dan berputar lagi dengan cepatnya sehingga mantelnya yang
lebar itu segera melilit dan membungkus seluruh badannya!
Cus! Cus! Cus! Plok! Plok!
Puluhan jarum kecil-kecil itu berjatuhan ketika mengenai
mantel pusaka tersebut, sementara yang meluncur ke arah
kepala segera bersarang dan bergantungan di dalam
gumpalan rambut Souw Thian Hai yang gemuk. Tak
sebuahpun di antara jarum-jarum tersebut yang berhasil
mengenai kulit dan daging Hong-gi-hiap Souw Thian Hai.
Hanya kepulan asap hitam sajalah yang sempat tersedot oleh
pendekar itu. Itupun juga cuma sedikit pula.
Namun asap yang cuma sedikit itu ternyata telah membuat
pening kepala Souw Thian Hai. Sekejap pendekar Sakti itu
berdiri bergoyang-goyang di atas kakinya. Tapi tak
seorangpun mengetahuinya, karena pada saat itu perahu
besar tersebut juga bergoyang pula dengan kerasnya. Dan
bersamaan waktunya dengan goncangan tersebut, tiba-tiba
sesosok bayangan berkelebat naik ke atas perahu itu untuk
menangkap tubuh Tiauw Li Ing yang hampir jatuh terbanting
ke geladak perahu itu.
Bayangan tersebut melesat ke samping Tung-hai Nung-jin
dan menurunkan tubuh Tiauw Li Ing di sana.
"Ing Ing, berdiri sajalah kau di dekat paman Tung-hai
Nung-jin! Biarlah aku saja yang menghadapi orang itu," ucap
bayangan yang tidak lain ternyata seorang pemuda tampan itu
kepada Tiauw Li Ing.
"Kiat Su.......!" Tung-hai Nung-jin berdesah.
Pemuda tampan yang usianya tidak terpaut banyak dengan
Tiauw Li Ing itu tersenyum. Sikapnya ternyata juga tidak jauh
berbeda dengan Tiauw Li Ing. Angkuh dan congkak. Malah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari sorot matanya dapat ditebak bahwa pemuda itu lebih
bengis dan ganas dari pada adiknya.
Tiauw Li Ing cepat menahan lengan kakaknya. Wajahnya
kelihatan pucat sekali, karena terluka dalam akibat benturan
tadi.
"Ko-ko, hati-hati! Dia adalah Hong gi-hiap Souw Thian Hai!"
katanya memperingatkan kakaknya. Suaranya gemetar seperti
sedang menahan perasaan sakit.
Tiauw Kiat Su tersentak kaget, lalu menoleh dengan cepat
ke arah Hong-gi-hiap Souw Thian Hai. Pendekar Sakti itu
tampak berdiri tegak menghadapi mereka. Namun pemuda itu
menjadi heran ketika melihat pendekar yang tersohor itu
beberapa kali memejamkan matanya serta mengibasngibaskan
kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"Ko-ko, Ceng-liong-ong itu ada padanya. Mintalah,
mumpung dia belum bisa membebaskan diri dari pengaruh
asap Hok-liong-hio yang kutaburkan tadi!” Tiauw Li Ing
berkata lagi. Lalu diceritakannya juga tentang keadaan Tui Lan
tadi.
"Asap Hok-liong-hio (Asap Penakluk Naga)?" Tiauw Kiat Su
berdesah gembira.
"Ya. Tapi hati-hati! Ternyata kesaktiannya benar-benar
hebat sekali!"
Tetapi Tiauw Kiat Su mendengus, seolah-olah meremehkan
peringatan adiknya.
"Aku tak percaya. Kau belum melihat, macam apa kakakmu
itu sekarang. Lihatlah baik-baik! Akan kutaklukkan pendekar
yang diagung-agungkan orang itu!" katanya mantap seraya
mengeluarkan kipas bajanya.
Pemuda itu lalu maju ke depan. "Souw Tai-hiap......! Kau
telah melukai adikku, maka akupun akan meminta pelajaran
darimu pula!" tantangnya dengan suara keras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Souw Thian Hai tampak memejamkan matanya kembali,
kemudian memandang Tiauw Kiat Su dengan tajamnya.
“Hmm, nanti dulu.......! Kau siapa? Apakah kau juga putera
Tung-hai-tiauw dari Lautan Timur?"
"Benar !"
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru