Rabu, 25 April 2018

Komik Klasik Cersil Naga Beracun 1 Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning

-----
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Lanjutan Naga Sakti Sungai Kuning)
Karya : Kho Ping Hoo
Scan djvu oleh Syaugy_ar
Ebook by Dewi KZ, Sukanta & Budi S
http://kangzusi.com/
Jilid 1
Thian ho-tang (Kuil Pardamaian Langit) di lorong
Coa-san (Bukit Ular) merupakan sebuah kuil yang
dihuni belasan orang nikouw (pendeta Buddhis
wanita) dan kuil ini dikunjungi banyak tamu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdatangan dari dusun-dusun di sekitar daerah
pegunungan itu. Mereka datang untuk
bersembahyang, mohon bermacam-macam berkah.
Ada yang minta kesembuhan bagi orang sakit,
minta ringan jodoh, minta bertambahnya rejeki ,
naik pangkat dan segala macam keinginan lagi.
Bahkan diam-diam banyak pula yang minta
kutukan bagi orang lain yang dibencinya.
Kuil Thian ho tang berada di luar dusun Mo-kim
cung, sebuah dusun yang makmur karena tanah di
pegununagn itu subur. Penduduknya semua petani
dan mungkin kuil Thian ho-tang merupakan satu
di antara sebab yang mendatangkan ketenteraman
pada penduduk dusun itu.
Selain tiga belas orang nikouw yang bekerja di
kuil itu, melayani para pengunjung, terdapat pula
seorang nikouw tua yang pekerjaannya hanya
membaca kitab, berdoa dan bersamadhi saja. Para
nikouw di kuil itu menyebutnya Lo Nikouw (Nikouw
Tua) dan tidak pernah mengusiknya. Lo Nikouw
berada di situ sejak dua tahun yang lalu dan ia
tinggal di kuil itu sebagai tempat peristirahatan
atau pertapaan, dan kehadirannya ini dibiayai oleh
puterinya yang tinggal di dusun Mo kim-cung.
Puterinya bernama Sim Lan Ci, berusia
tigapuluh dua tahun yang tinggal di dusun itu
bersama suaminya bernama Coa Siang Lee, dan
anak tunggal mereka bernama Coa Thian Ki yang
berusia lima tahun. Mantu dan puterinya itulah
yang membawanya ke kuil, dan minta kepada para
nikouw di situ untuk menerima nenek itu menjadi
seorang nikouw dan bertapa di kuil itu. Mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membiayai keperluan hidup nenek itu dengan
sumbangan yang memadai sehingga biarpun Lo
Nikouw tidak bekerja, namun para nikouw yang
lain menghormatinya.
Hal ini bukan saja karena Coa Siang Lee dan
isterinya membiayai kebutuhan hidup Lo Nikouw,
akan tetapi juga karena suami isteri itu terkenal di
dusunnya dan di daerah sekitarnya sebagai suami
isteri yang budiman. Mereka juga hidup sebagai
petani sederhana, namun suami isteri itu terkenal
pandai ilmu pengobatan dan selalu meno long
penduduk dusun itu yang menderita sakit, bahkan
ada yang mengabarkan bahwa suami isteri itu
selain budiman dan pandai mengobati, juga
memiliki ilmu untuk menolak segala ancaman
bahaya.
Pernah dusun itu diganggu beberapa ekor
harimau yang suka menerkam kambing milik para
penghuni dusun. Setelah pada suatu malam suami
isteri itu pergi menyelidik sedangkan para
penghuni lain bersembunyi di dalam rumah karena
takut, binatang-binatang buas itupun menghilang
dan tidak pernah datang lagi. Tidak ada
seorangpun penghuni yang tahu bahwa suami
isteri itu sebetulnya memiliki ilmu kepandaian silat
tinggi yang amat kuat!
Andaikata para nikouw mengetahui, siapa
sebetulnya Lo Nikouw yang tampak alim itu, tentu
mereka akan merasa ngeri. Ibu dari Nyonya Coa
Siang Lee yang mereka kenal sebagai Lo Nlkouw
yang nampaknya lemah ini, pada dua tahun yang
lalu masih merupakan seorang datuk sesat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditakuti orang dan berjuluk Ban tok Mo li (I blis
wanita Selaksa Racun). Dari nama julukannya
sudah dapat diketahui bahwa ia adalah Iblis Betina
yang amat kejam. Para pembaca kisah Naga Sakti
Sungai Kuning tentu mengenal siapa Ban-tok Moli,
siapa pula puterinya dan mantunya itu. Ban-tok
Mo li bernama Phang Bi Cu, seorang wanita yang
berwajah cantik jelita namun berhati kejam.
Bahkan setelah menjadi nlkouw di Thian ho-tong
masih nampak bekas kecantikannya walaupun
usianya sudah hampir enam puluh tahun. Dua
tahun yang lalu, ia masih meraja lela, bersekongkol
dengan orang-orang lihai lainnya di dunia sesat.
Putrinya, Sim Lan Ci, walaupun putri seorang
datuk sesat, namun tidak menjadi penjahat.
Apalagi setelah Sim Lan Ci bertemu dan jatuh cinta
dengan Coa Siang Lee. Ban tok Mo li menentang
perjodohan putrinya dengan Coa Siang lee. Mereka
nekat dan minggat meninggalkan Ban tok Mo li,
kemudian hidup sebagai suami istri petani di
dusun Mo kim cung, tidak lagi mencampuri urusan
dunia persilatan. Kini mereka telah mempunyai
seorang anak laki-laki yang diberi nama Coa Thian
Ki, sudah berusia lima tahun.
Karena suami isteri ini pernah menderita
sengsara akibat kekerasan yang selalu terjadi
dalam kehidupan para ahli silat, maka setelah
mereka mempunyai seorang anak, mereka berdua
bersepakat untuk tidak mengajarkan ilmu silat
kepada Thian Ki, putera mereka. Mereka
menganggap bahwa kehidupan seorang ahli silat
penuh dengan pertentangan, permusuhan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkelahian, balas membalas dan dendam
mendendam.
Mereka hendak menjauhkan anak mereka dari
semua kekerasan itu, maka sejak kecil Thian Ki
hanya belajar membaca menulis dan kebudayaan
lain, akan tetapi sama sekali tidak pernah
diperkenalkan dengan ilmu silat.
Dalam ilmu silat, Coa Siang lee cukup lihai
karena dia telah mewarisi ilmu-ilmu dari Hekhouw-
pang (Perkumpulan Harimau Hitam) dari
kakeknya sendiri, Cou Song yang menjadi ketua
Hok-houw-pang yang berada di dusun Ta-buncung
dekat kota Po-yang sebelah utara sungai
Huang ho di Propinsi Ho-nan. Adapun isterinya,
Sim Lan Ci, bahkan lebih lihai lagi karena wanita
ini adalah puteri dan murid Ban tok Mo li Phang Bi
Cu, memiliki ilmu silat dari golongan sesat yang
penuh tipu daya, bahkan juga menguasai pukulanpukulan
yang mengandung hawa beracun.
Demikianlah keadaan suami isteri ahli silat yang
hidup tenteram sebagai petani di dusun Mo-kimcung
itu. Tak seorangpun penduduk dusun tahu
bahwa suami isteri ini sesungguhnya merupakan
orang-orang yang amat lihai sehingga tidak
mengherankan kalau mereka dengan mudahnya
dapat mengusir harimau-harimau yang mengusik
dusun itu.
Akan tetapi dua tahun yang lalu, ketika itu
Thian Ki berusia tiga tahun muncullah pada suatu
malam tanpa diketahui orang lain, Ban-tok Mo-li di
dalam rumah keluarga itu. Dapat dibayangkan
betapa kaget dan herannya suami isteri itu melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
munculnya orang yang tidak pernah mereka
sangka akan datang berkunjung itu.
Bagaimanapun juga, Ban tok Mo-li Phang Bi Cu
adalah ibu kandung Sim Lan Ci, maka nyonya ini
segera menghampiri ibunya dan mereka
berangkulan.
"Ibu......!" dan Sim Lan Ci menangis dalam
rangkulan ibunya yang pernah mengusirnya
karena ia hendak berjodoh dengan Coa Siang Lee.
Sejak itu ia tidak pernah bertemu dengan
Ibunya. Dan ia merasa heran akan tetapi juga
terharu ketika melihat bahwa ibunya juga
menangis! Hampir ia tidak percaya ibunya
menangis!
Bahkan sejak ia kecilpun belum pernah ia
melihat ibunya menangis. Akan tetapi kini ibunya
menangis seperti anak kecil.
Melihat ini Siang Lee yang berhati lembut juga
menjadi terharu, Ibu mertuanya itu adalah seorang
datuk sesat yang amat kejam seperti iblis. Kini
menangis seperti anak kecil dan hal ini
membuktikan bahwa ibu mertuanya itu ternyata
juga seorang wanita biasa yang berhati lemah dan
cengeng.
"Ibu, selamat datang di rumah kami." Diapun
memberi hormat, tidak mau mengingat lagi betapa
dahulu Ban-tok Mo-li ingin membunuhnya karena
dia meminang Lan Ci. Hanya karena Lan Ci
melindunginya maka dia tidak sampai terbunuh
oleh wanita iblis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar suara Siang Lee, nenek itu
menghentikan tangisnya, melepaskan
rangkulannya dan memandang kepada mantunya.
"Coa Siang Lee, kau maafkanlah sikapku dahulu
kepadamu."
Kembali Siang Lee dan isterinya merasa terkejut
dan heran. Sungguh terjadi perubahan sikap yang
luar biasa pada wanita itu! Dahulu, jangan harap
Ban-tok Mo-li akan sudi minta maaf, apalagi
kepada seorang muda yang menjadi mantunya!
Siang Lee memberi hormat. "Ibu, harap jangan
ingat lagi urusan yang lalu. Mari silakan duduk,
ibu."
"Duduklah, ibu, dan ceritakan apa yang ibu
kehendaki maka datang mengunjungi kami," kata
pula Lan Ci yang masih merasa heran, bahkan
diam-diam ia rasa curiga. Ia sudah mengenal benar
bagaimana watak ibunya ini yang penuh kelicikan
dan kekejaman!
Ban-tok Mo-li duduk dan menghela napas
panjang.
Terbayanglah semua pengalaman yang pahit.
Semenjak ditinggal puterinya, ia berulang kali
mengalami kegagalan. Bahkan yang terakhir sekali
ia nyaris tewas di tangan para pendekar ketika
perkumpulan di mana ia menjadi ketuanya, yaitu
Thian-te-pang, dibasmi oleh para pendekar. Ia
menjadi putus asa, lalu melarikan diri ke rumah
puterinya yang selama ini tidak di akuinya lagi.
Semua cita-citanya kandas dan ia hampir putus
asa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lan Ci, aku datang minta tolong kepada engkau
dan suamimu."
Suami isteri itu saling pandang. Hampir mereka
tak dapat mempercayai pendengaran mereka. Bantok
Mo-li minta tolong kepada mereka?
"Tentu saja, ibu. Kalau kami dapat
membantumu, tentu akan kami lakukan, ada
apakah, ibu?" "Aku sudah bosan dengan
kehidupan lama. Hanya kegagalan, kehancuran
dan kekecewaan saja yang kurasakan. Aku sudah
muak, Lan Ci. Aku ingin beristirahat, aku ingin
hidup tenteram. Aku ingin........menebus dosadosaku
dan menjadi nlkouw. Aku minta tolong agar
kalian dapat mencarikan tempat yang baik
untukku. Aku ingin bertapa, aku ingin menjadi
nikouw untuk menebus dosa."
Nenek yang masih cantik itu menutupi mukanya
dengan kedua tangan. Ia tidak berpura-pura dan
jelas sekali bahwa ia memang sedang berduka dan
tertekan perasaannya. Suami isteri itu kembali
saling pandang.
"Di luar dusun ini, tak jauh dari sini terdapat
sebuah kuil yang dihuni beberapa orang nikouw,
ibu. Kalau ibu suka............"
"Bagus!" Ban-tok Mo-li berseru. "Usahakan agar
aku dapat diterima menjadi nikouw di sana dan
dapat bertapa mengasingkan diri di sana."
Demikianlah, Siang Lee dan Lan Ci akhirnya
berhasil membujuk para nikouw di Kuil Thian hotang
untuk menerima Ban-tok Mo-li Phang Bi Cu
sebagai seorang nikouw dan bertapa di sebuah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar belakang kuil itu. Mereka menerima dengan
senang hati ketika mendengar bahwa yang akan
menjadi nikouw adalah ibu dari Sim Lan Ci yang
mereka kenal sangat dermawan dan baik hati, apa
lagi karena suami isteri itu memberi biaya
secukupnya untuk keperluan nikouw tua yang kini
disebut Lo Nikouw (Pendeta Wanita Tua) itu. Lo
Nikouw digunduli kepalanya dan mengenakan
jubah pendeta. Kerjanya setiap hari hanyalah
mempelajari agama, berdoa dan bersamadhi.
Dan menurut pengamatan Siang Lee dan Lan Ci,
agaknya ibu mereka itu benar-benar sudah
bertobat, sehingga diam-diam mereka bersyukur
kepada Tuhan dan mengharapkan agar nenek itu
akan terus menjadi orang beribadat sampai akhir
hayatnya. Mereka seringkali datang berkunjung ke
kuil bersama Coa Thian Ki sehingga Lo Nikouw
merasa terhibur.
Setelah lewat dua tahun, Thian Ki begitu akrab
dengan neneknya dan seringkali Lo Nikouw minta
agar cucuny itu diperbolehkan bermalam di kuil
bersamanya. Karena merasa kasihan kepada
ibunya yang hidup terasing, Lan Ci dan suaminya
menyetujuinya, namun diam-diam mereka minta
ibu mereka berjanji agar tidak mengajarkan ilmu
silat kepada Thian Ki.
"Ibu sendiri sudah mengalami, juga kami
berdua, betapa ilmu silat hanya mendatangkan
malapetaka bagi kita. Setelah kami berdua
meninggalkan dunia kangouw, tidak lagi
berkecimpung dalam dunia persilatan, kami
merasa tenteram dan damai. Karena itu, ibu, kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah mengambil keputusan untuk tidak
memperkenalkan ilmu silat kepada Thian Ki, agar
dia kelak hidup dalam suasana yang tenteram dan
damai."
"Omitohud.....!" Lo Nikouw merangkap kedua
tangan di depan dada. "Sungguh pikiran kalian, itu
baik sekali. Pin-ni (aku) setuju sekail dengan
pendapat kalian." Setelah Lo Nikouw berkata
seperti itu, legalah hati Siang Lee dan Lan Ci dan
mereka dapat meninggalkan putera mereka di kuil
itu dengan lega. Ada kebaikan dapat diperoleh
kedua pihak. Bagi Lo Nikouw, kehadiran Thian Ki
merupakan penghibur yang akan membuatnya
tidak kesepian dan gembira. Sebaliknya, sering
bermain di kuil juga amat baik bagi Thian Ki,
karena anak ini mulai didekatkan kepada aranajaran
yang baik.
Dan agaknya, setelah dua tahun tinggal di kuil,
Lo Nikouw mulai nampak sehat dan segar,
wajahnya nampak lembut dan alim dan tidak lagi
kelihatan ia berduka atau tenggelam dalam
kekecewaan. Juga Thian Ki amat akrab dengan
neneknya sehingga sedikitnya seminggu sekali
anak ini tidur di kamar neneknya, di bagian
belakang kuil.
oo0000oo
Suatu malam yang sunyi dan menyeramkan.
Hujan turun sejak sore. Udara teramat dinginnya
dan menjelang tengah malam, tidak ada suara
liam-keng (membaca doa) lagi di dalam Kuil Thianho-
tang, tanda bahwa semua nikouw sudah tidur.
Semua daun pintu sudah tertutup sejak tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena udara yong dingin menyerang ke dalam.
Pula, di malam sedingin itu, tidak akan ada tamu
datang berkunjung yang perlu mereka layani.
Akan tetapi, di malam dingin dan sunyi itu,
ketika semua nikouw sudah tidur pulas, di dalam
kamar bagian belakang kuil itu, kamar yang
menyendiri terjadi kesibukan luar biasa tanpa
mengeluarkan suara. Kesibukan yang terjadi di
kamar Lo Nikouw itu kalau terlihat orang lain akan
menimbulkan perasaan ngeri dan seram.
Kamar itu memang besar. Di sudut terdapat
sebuah dipan kayu yang cukup besar untuk
ditiduri berdua. Di sudut yang lain terdapat sebuah
almari pakaian dari kayu pula. Sebuah meja dan
dua buah kursi terdapat di dekat pembaringan.
Selain itu, tidak terdapat perabot lain lagi sehingga
kamar itu nampak kosong dan luas.
Akan tetapi di atas perapian yang biasanya
dinyalakan untuk mendatangkan hawa hangat di
kamar itu, kini terdapat sebuah panci besar yang
terisi air setengahnya dan sedang digodok. Belum
mendidih. Agaknya udara yang dingin dan
menembus ke dalam kamar itu membuat air yang
dimasak lebih lama mendidih dari pada biasanya.
Lo Nikouw duduk bersila, di atas pembaringan.
Wajahnya yang kini nampak lembut itu tersenyum.
Matanya tak pernah berkedip memandang kepada
anak yang rebah terlentang di atas pembaringan, di
depannya. Anak itu telanjang bulat, pulas dan
tidak akan bangun sebelum dikehendaki nenek itu,
karena Thian Ki, anak itu, memang pulas secara
tidak wajar. Bahkan lebih tepat dikatakan pingsan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari pada tidur. Tangan kanan nenek itu
memegang sebuah mangkok yang terisi cairan
merah seperti darah. Kemudian, ia menggunakan
tangan kiri untuk membaluri seluruh tubuh anak
itu dengan cairan merah. Seluruh tubuh dibaluri,
sampai ke mukanya, kepalanya, ujung kakinya dan
telapak kakinya. Dibalikkan tubuh Thian Ki dan
bagian belakang juga dilumuri cairan merah itu
sampai habis dan seluruh permukaan tubuh anak
itu menjadi merah seperti dicat!
Ia membiarkan sampai cairan merah itu
mengering di tubuh Thian Ki, kemudian ia
memeriksa air di panci yang di godok. Air itu mulai
mendidih dan ia menuangkan cairan hitam ke
dalam air itu. Nampak uap hitam mengepul tebal
dari dalam panci dan tercium bau yang harum tapi
aneh. Lo Nikouw lalu menghampiri pembaringan,
memondong tubuh Thian Ki yang telanjang bulat
dan berwarna merah itu, kemudian ia.........
memasukkan tubuh anak itu ke dalam panci air
mendidih!
Mula-mula tubuh bagian atas, dari kepala ke
pinggang yang dimasukkan panci, tidak lama, lalu
dibalikkan dari pinggang ke kaki. Juga hanya
sebentar, kemudian tubuh itu direndam sampai ke
leher dan Lo Nikouw menggunakan tangan untuk
memercikkan air yang kehitaman dan panas itu ke
muka dan kepala Thian Ki!
Warna merah itu terhapus dan setelah seluruh
tubuh bersih dari warna merah, Lo Nikouw
menurunkan panci dan membawa tubuh yang kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengepulkan uap panas itu ke pembaringan
kembali.
Tubuh anak itu telentang. Anehnya, kulitnya
tidak melepuh dan anak itu masih pingsan dan
pulas, dadanya turun naik dengan halus, dan kulit
tubuhnya yang terkena air mendidih itu hanya
nampak kemerahan dan segar. Hanya di bagian
bawah pusar dan sekitarnya, nampak ada warna
hitam kemerahan yang membayang di bawah kulit!
Kini Lo Nikouw dengan penuh perhatian, dan
dengan mata tak pernah berkedip duduk bersila di
dekat anak itu, tangan kanannya memegang
sebatang jarum yang berwarna kehijauan. Jarum
yang mengandung racun berbahaya sekali.
Sekali tusuk saja dengan jarum itu, orang biasa
akan tewas seketika! Akan tetapi kini ia
menggunakan jarum beracun itu untuk menusuki
bagian-bagian tertentu dari tubuh cucunya!
Apa yang sedang dilakukan Lo Ni-kouw? Apakah
nenek ini hendak mencelakai cucunya sendiri?
Sama sekali tidak! Peristiwa seperti terjadi pada
malam ini sudah dilakukannya sejak ia pertama
kali mengajak Thian Ki tidur di situ. Diam-diam
nenek ini merasa penasaran sekali mendengar
bahwa puterinya, Lan Ci dan mantunya Siang Lee,
mengambil keputusan untuk tidak mengajarkan
silat kepada Thian Ki Ia merasa penasaran.
Padahal ia sudah siap untuk mewariskan seluruh
ilmu kepandaiannya kepada cucunya. Untuk
berterus membantah keputusan anak dan
mantunya, la tidak berani. Ia sedang bersembunyi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mencari ketenangan di situ, tidak boleh ia
memulai dengan memusuhi anak dan mantunya.
Maka, diam-diam timbul gagasannya yang ia
anggap amat baik dan menguntungkan bagi
cucunya yang amat disayanginya itu. Ia ingin
membuat cucunya menjadi seorang Tok-tong (Anak
Beracun)! Biarpun oleh ayah ibunya tidak diberi
pelajaran ilmu silat, kalau cucunya itu memiliki
tubuh yang kebal kuat dan beracun,maka dia akan
menjad seorang yang mampu menjaga diri dari
serangan orang lain!
Demikianlah, semenjak dua tahun yang lalu,
diajaknya cucunya kadang-kadang tidur
bersamanya di kuil dan kesempatan ini ia
pergunakan untuk menggembleng cucunya itu agar
menjadi Tok-tong! Mula-mula, ia membuat
cucunya pingsan dengan totokan sehingga apapun
yang ia lakukan kepada cucunya, anak itu tidak
mengetahui atau menyadarinya. Ia mulai
memasukkan racun, hawa beracun ke dalam
tubuh cucunya melalui obat, melalui penggodokan
dan juga penyaluran hawa sakti dari tubuhnya.
Dan pada malam hari ini merupakan proses
terakhir bagi cucunya. Perut di bawah pusar sudah
memperlihatkan tanda merah kehitaman, hal itu
berarti bahwa kekuatan atau tenaga dalam di
pusar sudah bangkit, dan warna hitam itu
menunjukkan bahwa tenaga itu sudah
mengandung hawa beracun!
Setelah selesai menusuki jalan darah tertentu di
tubuh cucunya dengan jarum beracun sehingga
racun itu mulai beredar di seluruh tubuhnya, Lo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nikouw memandang dengan puas, lalu
mengenakan kembali pakaian pada tubuh
cucunya, membebaskan totokan sehingga kini
Thian Ki tidur pulas dengan wajar. Akan tetapi,
anak ini mulai mengigau dan mengeluh karena dia
merasa tubuhnya panas.
Pada keesokan harinya, ketika pagi-pagi anak itu
terbangun, kemudian disuruh mandi oleh Lo
Nikouw, dan rambutnya disisiri oleh neneknya,
banyak rambut kepalanya yang rontok terlepas. Lo
Nikouw tidak merasa heran, bahkan gembira
karena maklum bahwa hal itu menandakan bahwa
hawa beracun sudah mengalir sampai ke kepala.
Iapun menyembunyikan rontokan rambut itu
sehingga Thian Ki tidak mengetahuinya. Anak ini
tidak menderita lagi, tubuhnya biasa saja tidak lagi
terasa panas. Wajahnya nampak kemerahan dan
segar, matanya bersinar tajam. Sepintas lalu anak
ini nampak sehat dan takkan ada orang
menyangka bahwa sejak malam tadi, dia sudah
menjadi Tok-tong yang memiliki kelainan pada
tubuhnya!
"Cucuku, engkau akan menjadi orang yang
kokoh kuat, seorang yang gagah perkasa kelak,"
katanya setelah selesai menyisiri rambut Thian Ki.
Anak itu memandang neneknya dengan sinar
mata yang jernih akan tetapi juga mengandung
keheranan. "Untuk apa Nek? Bukankah dalam
kitab, agama disebutkan bahwa jalan utama
adalah tanpa kekerasan dan tidak melakukan
perlawanan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omitohud......engkau benar sekali, cucuku.
Akan tetapi lihatlah contoh di luar kamar. Mari,
mari kita melihat keluar." Nenek itu membimbing
cucunya dan mereka keluar dari kamar, melihat ke
kebun di mana terdapat sisa akibat hujan
semalam. Air hujan membuat selokan kecil di situ
penuh air yang menghanyutkan daun-daun kering
dan lumpur.
"Lihat itu, cucuku. Batu-batu itu, sepertl juga
daun-daun itu, tidak melakukan kekerasan, tidak
melawan. Akan tetapi, alangkah gagahnya batubatu
itu, diterjang air masih tetap teguh dan kokoh
kuat, sebaliknya lumpur dan daun-daun itu
hanyut dan dipermainkan air. Nah, bukankah jauh
lebih baik menjadi seperti batu itu daripada seperti
tanah lumpur dan segala kotoran yang
dihanyutkan air? Engkau tidak perlu melakukan
perlawanan, tidak perlu menggunakan kekerasan,
namun apabila dirimu kokoh kuat, engkau tidak
akan mudah dipermainkan orang lain."
Thian Ki mendengarkan dengan alis berkerut,
tidak mengerti mengapa neneknya bicara seperti
itu. Sejak kecil, ayah ibunya selalu menekankan
bahwa hidup haruslah lemah lembut dan menjauhi
kekerasan dan baginya, orang gagah perkasa yang
mempergunakan kekerasan adalah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dan karenanya
jahat. Kenapa kini neneknya mengatakan bahwa
dia akan menjadi seorang yang kokoh kuat dan
gagah perkasa?
"Lihat pula pohon-pohon itu, cucuku." Lo
Nikouw menuding ke arah pohon-pohon yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tumbuh di kebun. Angin pagi itu masih bertiup
kuat membuat pohon-pohon itu bergoyang-goyang
dnn banyak daun rontok.
"Nah, biarpun sama-sama tidak melakukan
perlawanan, namun daun-daun yang kokoh kuat
tidak gugur, sebaliknya daun yang ringkih akan
rontok tertiup angin. Apakah engkau tidak lebih
suka menjadi batu karang yang kokoh daripada
menjadi lumpur, tidak lebih senang menjadi daun
yang kokoh daripada daun yang lemah? Hujan dan
angin badai itu tidak ada artinya kalau
dibandingkan dengan angin dan badai kehidupan
yang akan menerjangmu, cucuku."
Tentu saja anak berusia lima tahun itu belum
dapat membayangkan makna dari ucapan nenek
itu. "Aku akan mentaati nasehat ayah dan ibu,
nek, yaitu aku akan menentang setiap terjangan
angin dan badai, namun bukan dengan
kekerasan."
Percakapan terhenti karena terdengar suara Lan
Ci memanggil-manggil putranya. "Thian Ki......!
Sudah bangunkah engkau......?"
"Ibuuuu......!" Thian Ki berseru dan berlari
keluar. Kiranya ayah dan ibunya sudah datang
menjemputnya seperti biasa kalau dia bermalam di
kuil.
Lo Nikouw juga menanggalkan sikap yang tadi
bersungguh-sungguh dan ia melangkah keluar
perlahan-lahan dengan wajah tersenyum lembut.
Siang Lee dan Lan Ci memberi hormat kepada Lo
Nikouw yang mempersilakan mereka duduk di
dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu." kata Lan Ci. "kami ingin pamit dari ibu
karena kami akan berkunjung ke Ta-bun-cung."
Lo Nikouw memandang kepada puterinya, lalu
kepada mantunya, dengan sinar mata tak
mengerti.
"Sudah bertahun-tahun saya tidak berkunjung
ke Hek-houw-pang di Ta-bun cung, ibu. Saya ingin
menengok keadaan kakek saya dan para paman."
Lo Nikouw mengangguk-angguk. Teringatlah ia
bahwa mantunya adalah cucu ketua Hek-houwpang.
"Hemmm, bukankah kalian pernah bercerita
bahwa ketua Hek-houw-pang yang menjadi kakek
Siang Lee tidak merestui perjodohan kalian?"
"Benar, ibu itu dahulu. Sekarang setelah kami
mempunyai seorang putera saya yakin bahwa
kong-kong (kakek) akan menerima kami dengan
baik. Saya telah rindu sekali kepada kampung
halaman, dan saya juga ingin bersembahyang di
makam ayah." kata Siang Lee.
Kembali nikouw itu termenung. Ia tahu benar
siapa mendiang ayah mantunya ini. Nama ayah
Coa Siang Lee adalah Coa Kun Tian, putera ketua
Hek-hou-pang, seorang pria yang tampan dan
ganteng dan berwatak mata keranjang. Adik
kandungnya yang bernama Phang Hui Cu telah
menikah dengan Sin-tiauw (Rajawali Sakti) Liu
Bhok Ki, akan tetapi adiknya itu tergoda oleh Coa
Kun Tian sehingga terjadi hubungan gelap di
antara mereka. Ketika penyelewengan Phang Hui
Cu itu diketahui oleh Sin-tiauw Liu Bhok Ki, maka
pendekar itu menjadi marah dan membunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isterinya sendiri dan Coa Kun Tian, kekasih
isterinya.
Ia boleh merasa tidak suka kepada Coa Kun
Tian. Akan tetapi orang itu sudah meninggal dunia,
dan bagaimanapun juga, mantunya adalah putera
kandung Coa Kun Tian. Sudah sewajarnya kalau
sekarang mantunya ingin bersembahyang di
makam ayahnya.
"Apakah kalian hendak mengajak Thian Ki?
Lebih baik tinggalkan saja dia di sini bersamaku,
perjalanan itu jauh dan tentu akan melelahkan
dia."
"Akan tetapi, ibu. Justru kami pergi ke sana
untuk memperkenalkan Thian Ki kepada keluarga
nenek-moyangnya, keluarga Coa dan juga kepada
Hek-houw-pang," kata Siang Lee. lsterinya
mengangguk membenarkan.
Melihat sikap puteri dan mantunya itu, Lo
Nikouw hanya menghela napas panjang.
"Omitohud..........kalau begitu terserah kepada
kalian. Akan tetapi berhat-hatilah menjaga Thian
Ki. Cucuku itu kelak akan menjadi orang yang
hebat I"
Suami isteri itu tidak dapat menangkap makna
yang tersembunyi di balik kata-kata itu, akan
tetapi mereka girang mendengar pujian Lo Nikouw.
Mereka berpamit lalu mengajak Thian Ki pulang ke
dusun.
Dan pada keesokan harinya, mereka bertiga
meninggalkan dusun Mo-kim-cung melakukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjalanan jauh menuju ke Ta bun-cung, yang
menjadi kampung halaman Siang Lee.
oo0dw0oo
Tiga tahun yang lalu terjadi peristiwa hebat
dalam Kerajaan Sui. Kaisar dinasti Sui, yaitu
Kaisar Yang Ti, terlalu suka berperang dan
mendirikan istana yang indah-indah. Semua ini
makan biaya yang amat besar dan tentu saja
sumber biaya itu didapat dari penghisapan
terhadap rakyat jelata. Ditambah lagi dengan
pembangunan Terusan Besar yang
menghubungkan Sungai Huang-ho dan Yang-ce,
maka kehidupan rakyat jelata semakin tertindas.
Hal ini menimbulkan ketidaksenangan, dan
terjadilah pemberontakan-pemberontakan di
mana-mana.
Pemberontakan yang paling hebat dan yang
akhirnya menghancurkan dinasti Kerajaan Sui
adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Li Si
Bin, putera Li Goan, kepala daerah Shan-si.
Sebagal seorang perwira tinggi, Li Si Bin pernah
berjasa besar terhadap Kaisar Yang Ti. Yaitu ketika
dalam petualangannya memimpin pasukan untuk
memerangi semua negara tetangga dan
menundukkan suku-suku bangsa, pernah Kaisar
Yang Ti terjebak dalam perangkap musuh di
daerah Shan-si utara. Dalam keadaan terancam
bahaya inilah muncul Li Si Bin bersama
pasukannya yang menyelamatkan Kaisar Yang Ti.
Akan tetapi, di samping kegagahannya. L i Si Bin
juga terkenal sebagai seorang yang keras dan dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani menentang kebijaksanaan kaisar dengan
menegur peraturan yang mencekik leher rakyat.
Sikap ini membuat Kaisar Yang Ti tidak suka
kepadanya, bahkan mencurigainya. Apa lagi kalau
diingat bahwa biarpun ayahnya seorang Han,
namun ibu dari Li Si Bin adalah keturunan Bangsa
Turki di utara.
Pada tahun 617, Li Si Bin mengadakan
persekutuan dengan Bangsa Turki dan dia
melakukan penyerbuan ke Tiang-an (Tiongkok).
Pemberontakan ini berhasil. Kaisar Yang Ti
melarikan diri ke selatan, ke Yang-couw akan
tetapi di tempat ini, Kaisar Yang Ti disambut oleh
para pemberontak sehingga dia terbunuh dalam
pertempuran. Adapun kotaraja diduduki oleh Si
Bin. Untuk menarik dukungan para pembesar yang
masih setia kepada dinasti Sui, Li Si Bin
mengangkat seorang cucu dari Yang Ti untuk
dijadikan kaisar. Akan tetapi sesungguhnya, dialah
yang berkuasa dan kaisar itupun hanya menjadi
kaisar boneka.
Dan kedudukan inipun hanya beberapa bulan
saja. Setelah suasana mereda dan semua
kekuasaan mutlak berada di tangannya, semua
pejabat tinggi diganti dengan orang yang
mendukungnya, Li Si Bin membujuk ayahnya
sendiri untuk menjadi kaisar dan menurunkan
kaisar boneka cucu Yang Ti itu.
Ayah Li Si Bin itu menjadi kaisar dan berjuluk
Tang Kao Cu sebagai kaisar pertama dari dinasti
Tang (Kaisar Tang Kao Cu 618-627). Akan tetapi
karena dia menjadi kaisar karena pengaruh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
puteranya, maka biarpun dia menjadi kaisar
selama sembilan tahun, tetap saja yang berdiri di
belakang layar sebagai pengaturnya dan pemegang
kekuasaan adalah puteranya sendiri yang menjadi
putera mahkota!
Cerita ini dimulai dalam tahun 620 dan sudah
dua tahun Kaisar Tang Kao Cu menduduki tahta
Kerajaan Tang. Adapun Li Si Bin sendiri selain
menjadi pangeran atau putera mahkota, juga
masih melanjutkan kedudukannya yang semula,
yaitu mengepalai seluruh angkatan perang dinasti
Tang.
Di bagian manapun di dunia ini, peperangan
menimbulkan kekacauan. Bukan saja kekacauan
karena pertempuran antara kedua pihak, dan
dilandanya kota-kota dan dusun-dusun oleh
pertempuran, akan tetapi terutama sekali
munculnya para penjahat dari dunia sesat yang
melihat kesempatan baik sekali untuk merajalela.
Dalam perang, pemerintah tidak dapat lagi
mengendalikan keamanan. Apalagi tempat-tempat
yang jauh dari pasukan pemerintah, menjadi
medan pesta pora bagi para penjahat, seolah-olah
semua tikus keluar karena tidak ada kucing.
Celakanya, dalam waktu perang, agaknya setan
dan iblis merajalela menguasai benak kebanyakan
manusia sehingga pasukan kedua pihak yang
berperangpun tiba-tiba saja berubah ganas dan
kejam, membunuhi penduduk tanpa alasan yang
kuat. Sedikit saja sebuah pasukan mencurigai
sebuah desa yang dianggap berpihak kepada
lawan, tentu disikat habis. Banyak pula yang
mempergunakan kesempatan selagi keadaan kacau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti itu untuk bertindak sendiri-sendiri
membalas dendam.
Hanya mereka yang teguh imannya kepada
Tuhan sajalah yang masih selalu sadar untuk tetap
berdiri di jalan yang benar. Bahkan para pendekar
bermunculan seolah menjadi imbangan dari
munculnya para tokoh sesat. Para pendekar ini
yang menentang kejahatan yang terjadi di manamana.
Ada pula para pendekar yang membentuk
perkumpulan di tempat masing-masing untuk
menjaga keamanan penduduk, menggantikan
tugas pasukan keamanan pemerintah yang tidak
ada pada waktu perang itu.
Perkumpulan orang gagah Hek-houw-pang
(Perkumpulan Harimau Hitam) merupakan satu di
antara perkumpulan-perkumpulan orang gagah
yang mengerahkan anggotanya untuk menjaga
keamanan penduduk di dusun mereka, bahkan
siap pula membantu penduduk dusun-dusun di
sekitarnya.
Kakek Coa Song yang selama puluhan tahun
menjadi ketua Hek-houw-pang, kini berusia
tujuhpuluh sembilan tahun, sudah terlalu tua
untuk aktif dalam perkumpulan. Karena kakek ini
hanya mempunyai seorang putera yang sudah
lama tewas, yaitu Coa Kun Tian, dan tidak
mempunyai anak laki-laki lainnya kecuali tiga
orang anak perempuan, maka dia lalu menunjuk
Kam Seng Hin untuk menggantikannya, semenjak
kerajaan Sui jatuh dan diganti Kerajaan Tang tiga
tahun yang lalu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kam Seng Hin berusia empatpuluh tahun, tinggi
besar dan gagah. Dia juga murid Hek-houw pang
yang menikah dengan seorang cucu perempuan
dari Coa Song, maka biarpun dia bukan keturunan
Coa, diapun bukan orang luar. Pertama masih
murid Hek-houw-pang. Kedua masih cucu mantu
dari kakek Coa Song. Karena hanya pendekar
inilah yang dianggap mampu, diapun diangkat oleh
Coa Song untuk memimpin Hek-houw-pang.
Dan memang pilihan kakek Coa Song ini tidak
keliru. Kam Seng Hin yang dibantu isterinya, Poa
Liu Hwa, cucu-luar kakek Coa Song, ternyata
mampu mengangkat nama Hek-houw pang sebagai
sebuah perkumpulan orang gagah. Ketika terjadi
kekacauan akibat perang, Kam Seng Hin dan Poa
Liu Hwa memimpin semua anggota Hek houw pang
yang jumlahnya kurang lebih limapuluh orung itu
untuk menjadi pasukan keamanan yang
mempertahankan keamanan penduduk dusun Tabun-
cung dan dusun-dusun di sekitarnya. Mereka
menentang dan mengusir setiap penjahat atau
gerombolan perampok yang hendak mengacau di
daerah itu.
Karena sepak terjang orang-orang Hek-houwpang
ini, maka nama perkumpulan itu menjadi
harum, dipuji semua penghuni dusun-dusun di
sekitarnya, dan mengalirlah sumbangansumbangan
dari para penduduk yang berterima
kasih.
Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa hanya
mempunyai seorang anak yang pada waktu itu
usianya sudah lima tahun. Seorang anak yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mungil, berwajah tampan dan berotak cerdas
sekali. Dan sejak kecil oleh orang tuanya, juga oleh
kakek Coa Song sendiri, anak yang diberi nama
Kam Cin ini digembleng ilmu silat keluarga Coa
yang menjadi ilmu dari Hek houw-pang. Baik
kakek Coa Song maupun ketua Hek-houw-pang
dan isterinya, menanamkan jiwa kependekaran ke
dalam hati dan pikiran Kam Cin, sehingga sejak
kecil anak ini memiliki watak yang gagah,
pemberani, dan lincah. Semua anak buah atau
murid Hek-houw-pang menyayangi Kam Cin yang
amat tampan dan gagah ini. Ketampanan dan
kemungilannya membuat dia disebut dengan nama
kesayangan Cin Cin. Biarpun dia disayang dan
dimanja oleh semua orang, namun Cin Cin atau
Kam Cin tidak menjadi manja, tidak pernah
merengek dan kemanjaannya hanya nampak pada
wataknya yang lincah gembira saja.
Segala kekacauan yang terjadi dunia ini
sesungguhnya hanya merupakan akibat belaka
dari ulah manusia sendiri. Yang merasakan
kekacauan adalah manusia sendiri pula. Perang
terjadi karena ulah manusia. Setiap perbuatan
manusia hampir selalu didorong oleh nafsu daya
rendah sehingga dengan sendirinya mendatangkan
akibat yang menyengsarakan manusia sendiri.
Perang merupakan konflik antara manusia
karena didorong nafsu daya rendah masingmasing,
hingga timbul bentrokan kepentingan diri
sendiri dan tentu saja terjadi perang untuk
mempertahankan kebenaran masing-masing.
Kebenaran masing-masing adalah kebenaran yang
dilandasi kepentingan diri sendiri. Kesadaran akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelemahan dan kesalahan diri sendiri hanya
terdapat kalau kita mau mawas diri tanpa
penilaian, melihat keadaan diri sendiri, mengamati
pikiran sendiri, karena pikiran yang menimbulkan
perbuatan dan ucapan. Kalau kita mau melakukan
pengamatan diri sendiri setiap saat, akan
nampaklah betapa suara setan menguasai pikiran
dan hati kita, membujuk merayu dan menipu,
menyeret kita ke dalam kesesatan melalui
kesenangan-kesenangan panca-indra kita yang
lemah karena bergelimang nafsu. Demikian lemah
dan kotornya hati dan akal pikiran kita sehingga
biarpun kita sudah sadar akan kesalahan dan
kesesatan diri sendiri, namun kita tetap tidak
kuasa, tidak mampu untuk menghentikan
penyelewengan kita yang sudah kita sadari itu!
Satu-satunya jalan hanyalah menyerah kepada
Tuhan Yang Maha Kasih, menyerah dengnn penuh
keikhlasan dan ketawakalan, memohon
kemuruhan Tuhan karena hanya kekuasaan
Tuhan sajalah yang akan mampu membersihkan
kita dan mampu membebaskan jiwa kita dari
cengkeraman nafsu daya rendah.
Setelah dinasti Sui jatuh dua tahun yang lalu,
dan atas desakan Li Si Bin yang usianya baru
tujuhbelas tahun itu, ayahnya mengangkat diri
menjadi kaisar baru, yaitu Kaisar Tang Kao Cu
sebagai kaisar pertama dari dinasti Tang, perang
tidak juga berhenti. Kerajaan Sui memang sudah
roboh, diganti Kerajaan Tang. Akan tetapi banyak
gubernur dan raja muda yang bangkit dan tidak
mau mengakui dinasti Tang yang baru itu. Maka
selama beberapa tahun, Si Bin memimpin pasukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengadakan pembersihan di mana-mana,
terutama memadamkan pemberontakan para
pembesar daerah Lok-yang.
Demikianlah, Hek-houw-pang juga harus
melakukan keamanan selama pemerintah yang
baru masih sibuk mengadakan operasi
pembersihan di mana-mana sehingga roda
pemerintahan belum dapat berjaIan lancar. Banyak
dusun, termasuk Ta bun cung yang tidak
mempunyai kepala dusun angkatan pemerintah.
Maka penduduk Ta bun-cung dan juga penduduk
dusun-dusun sekitarnya, sepakat untuk
mengangkat pangcu dari Hek-houw-pang untuk
sementara menjadi kepala dari semua dusun itu.
Demi menjaga ketertiban dusun-dusun itu, Kam
Song Hin, ketua Hek-houw-pang, terpaksa
menerima pengangkatan yang amat penting dan
juga berat itu sebagai kepala dari semua dusun,
tentu saja kini tanggung-jawabnya menjadi mutlak!
Biarpun pada waktu itu Li Si Bin haru berusia
sekitar duapuluh tahun, namun ternyata dia
sudah menunjukkan bakat besar untuk menjadi
seorang pemimpin besar pula. Memang, baru dua
tahun dinasti Tang didirikan, dan pemerintah
belum dapat mengatur seluruh daerah kerajaan
yang amat luas itu, keamanan dan ketertiban
belum terlaksana dengan baik, apalagi karena dia
sendiri masih sibuk melakukan pembersihan
menumpas mereka yang tidak mau tunduk kepada
Kerajaan Tang yang baru. Namun dia mendengar
laporan para penyelidik yang disebarnya, dan
memperhatikan keadaan yang sekecil-kecilnya. Dia
mendengar pula akan sepak terjang Hek-houwTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pang, dan dia amat menghargai usaha Hek-houwpang
yang membantu pemerintah secara tidak
langsung dengan menjamin keamanan daerah
dekat kota Po-yang itu.
Pada suatu hari, tampak kesibukan di dusun Tabun-
cung, terutama sekali di rumah perkumpulan
Hek houw-pang yang cukup besar. Perumahan
Hek-houw pang terdiri dari beberapa buah
bangunan yang bagian induknya dijadikan tempat
tinggal keluarga pang-cu (ketua) Kam Seng Hin.
Keluarga ini terdiri dari Kam Seng Hin, isterinya
Poa Liu Hwa, putera mereka Kam Cin dan kakek
Coa Song. Dan di bangunan-bangunan samping
tinggal para murid atau anggota Hek-houw-pang
yang belum berkeluarga, tidak kurang dari
limabelas orang jumlahnya.
Mengapa nampak kesibukan di dusun itu?
Ternyata pada pagi hari itu seorang perwira
diiringkan dua losin prajurit yang merupakan
pasukan dari pemerintah, datang berkunjung.
Sikap perwira ini dan pasukannya baik, sehingga
menghilangkan kecurigaan dan kekhawatiran
penduduk, apa lagi ketika perwira itu mengatakan
bahwa dia diutus oleh panglima di kota raja untuk
bertemu dengan Hek-houw-pang. Perwira itu lalu
diterima oleh Kam Seng Hin dan istrinya, diajak
bicara di dalam sedangkan pasukannya menanti
dan beristirahat di luar, di pekarangan yang cukup
luas dan dilayani oleh para anak buah Hek houwpang.
"Sribaginda Kaisar sendiri yang mengutus
Panglima untuk menghubungi Hek-houw pang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pangcu. Sribaginda Kaisar sangat berkenan
mendengar akan perjuangan Hek-houw pang
mengamankan daerah ini. Jasa Hek-houw-pang
sudah dicatat di kota raja."
Tentu saja pangcu Kam Seng Hin dan isterinya
merasa bergembira sekali mendengar pujian ini.
Hati siapa tak merasa gembira mendengar bahwa
Kaisar sendiri menaruh perhatian kepada mereka
yang berada di dusun?
"Aih, ciangkun. Sebetulnya yang kami lakukan
ini hanyalah untuk memenuhi tugas kami sebagal
perkumpulan orang gagah yang selalu menentang
kejahatan. Saya kira ini merupakan tugas setiap
warga negara."
Perwira itu tersenyum. "Pangcu memang seorang
pendekar yang gagah, maka dapat memimpin
anak-buahnya menjadi orang-orang yang gagah
dan baik pula. Karena itu, kami dari pasukan
pemerintah, atas nama Kaisar, ingin minta
bantuan pangcu."
Kam Seng Hin dan isterinya saling pandang, lalu
ketua itu memandang kepada perwira itu dengan
sikap heran. "Pemerintah hendak minta bantuan
kami? Ciangkun (perwira), bantuan apakah yang
dapat kami berikan? Kami hanya perkumpulan
kecil di dusun yang sepi."
"Justru itulah Hek-houw-pang dapat membantu
pemerintah, pangcu. Ketahuilah bahwa pasukan
pemerintah yang baru saja menghancurkan
kekuatan pemberontak yang dipimpin oleh seorang
raja muda dari Po-yang, keluarga kerajaan Sui
yang sudah jatuh. Akan tetapi, raja muda itu dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meloloskan diri bersama para pengikutnya dan
selama dia belum tertangkap, akan selalu ada
bahaya pemberontakannya. Dia seorang yang
berbahaya, amat pandai, bahkan Panglima sendiri
memberi peringatan kepada para perwira agar
berhati-hati dan sedapat mungkin menangkapnya,
hidup atau mati."
"Apa hubungannya semua itu dengan Hek-houwpang,
ciangkun? Apa yang dapat kami lakukan
untuk membantu Sribaginda Kaisar?"
"Pangcu, seperti kukatakan tadi, raja muda itu
melarikan diri dari Po-yang dan menurut
penyelidikan, dia dan para pengikutnya melarikan
diri ke sepanjang lembah Sungai Huang-ho dan
mungkin sekali berada di sekitar daerah ini, maka
pangcu dapat membantu pemerintah untuk ikut
mencari dan menangkap raja muda itu, hidup
ataupun mati."
Barulah Kam Seng Hin mengerti. "Siapakah
nama raja muda itu, ciangkun. Biarpun kami
tinggal di dusun ini, tidak jauh dari Po-yang, akan
tetapi kami tidak mengenal para pembesar dan
bangsawan."
"Namanya Pangeran Cian Bu Ong. Dia masih
saudara dari Kaisar Yang Ti dari dinasti Sui ynng
dijatuhkan. Usianya sekitar limapuluh tahun dan
tentu jarang ada yang mengenalnya karena tadinya
dia berada di kota raja. Setela dinasti Sui jatuh,
dari kota raja dia melarikan diri ke Po-yang dan di
sana dia menyusun pemberontakan. Bukan hanya
dia yang lihai sekali, dia mengajak beberapa orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jagoan yang sedang menjalani hukuman selama
hidup di penjara Po-yang."
Lalu perwira itu menggambarkan bentuk muka
dan keadaan pangeran pelarian itu kepada Kam
Seng Hin.
Setelah perwira itu bersama pasukannya
meninggalkan dusun Ta-bun-cung, Kam pangcu
lalu mengajak istrinya untuk menghadap kakek
Coa Song di dalam kamarnya yang juga menjadi
tempat pertapaannya. Mereka menceritakan semua
yang baru saja terjadi berkenaan dengan
kunjungan pasukan pemerintah dan minta nasehat
dari kakek yang sudah lama lebih banyak bertapa
di dalam kamarnya itu.
"Pangeran Cian Bu Ong? Hemmm. Aku pernah
mendengar nama itu, belasan tahun yang lalu.
Memang kabarnya mendiang Kaisar Yang Ti
mempunyai banyak jagoan istana dan di antaranya
terdapat pangeran yang memiliki tubuh kebal dan
ilmu silat yang lihai. Mungkin itulah orangnya.
Kalian harus berhati-hati dan mulai sekarang,
sebaiknya kalau kalian mengerahkan semua
tenaga orang muda di dusun-dusun agar mereka
melakukan penjagaan di dusun masing-masing.
Ada baiknya memberi latihan ilmu silat kepada
mereka untuk menambah semangat mereka. Hek
houw-pang tidak pernah mencampuri urusan
pemerintah, akan tetapi kalau ada ancaman bagi
rakyat, kita harus bertindak untuk mengamankan
kehidupan rakyat "
Mendengar nasihat kakek mereka itu, Kam Seng
Hin dan isterinya lalu mengumpulkan semua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid atau anak buah Hek houw-pang, membagibagi
tugas kepada mereka untuk mengumpulkan
para pemuda di dusun-dusun sekitarnya,
membentuk pasukan penjaga keamanan dan
melatih silat kepada mereka. Dusun Ta-bun-cung
sendiri dijaga ketat siang malam.
Sebetulnya, apakah yang terjadi di Po-yang? Dan
kenapa Panglima Besar, juga Putera Mahkota
seperti Li Si Bin sampai memerintahkan
panglimanya melakukan pengejaran bahkan minta
bantuan Hek-houw-pang untuk melakukan
pencarian dan penangkapan?
Seperti telah diceritakan oleh perwira yang
mengunjungi Hek-houw-pang di Po-yang, seperti
juga di banyak daerah lain, terdapat
pemberontakan dari mereka yang masih setia
kepada Kerajaan Sui atau mereka yang tidak mau
mengakui kekuasaan kerajaan baru dan hendak
berdiri sendiri. Pemberontakan itu dipimpin oleh
Pangeran Cian Bu Ong yang melarikan diri dari
kota raja setelah kotaraja terjatuh ke tangan
pasukan Li Si Bin. Akan tetapi, pemberontakan
itupun dapat dilumpuhkan oleh pasukan kerajaan
Tang karena jumlahnya yang jauh kalah besar.
Pangeran Cian Bu Ong sendiri adalah seorang yang
sakti, akan tetapi apa artinya kesaktian seseorang
menghadapi pasukan yang puluhan ribu orang
jumlahnya?
Dia melibat betapa pasukannya hancur dan
sebentar lagi pasukan musuh tentu akan
menyerbu Po-yang, maka dia segera
mengumpulkan para pengikutnya yang masih setia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya untuk lari mengungsi dari Po-yang
membawa semua harta yang dimilikinya, juga dia
cepat memasuki penjara besar di Po-yang. Pada
masa itu, penjara di Po-yang merupakan penjara
terbesar di seluruh negeri. Para penjahat terbesar
dihukum dalam penjara ini, dan hampir semua
penjahat yang dihukum seumur hidup berada di
situ. Pangeran Cian Bu Ong memerintahkan kepala
penjara untuk menghadapkan lima orang penjahat
yang paling lihai dengan kaki tangan diborgol.
Setelah lima orang penjahat itu berdiri di
depannya, dia menyuruh semua penjaga keluar,
membiarkan dia sendiri berhadapan dengan
mereka. Dengan teliti dia mengamati lima orang
laki-laki yang berdiri di depannya itu, lalu dia
melihat catatan nama-nama mereka di sehelai
kertas. Sebelum menyuruh mereka menghadap,
tentu saja lebih dahulu dia telah mempelajari
tentang mereka dengan teliti.
"Siapa yang bernama Gan Lui?" tanya
bangsawan itu dengan sikap berwibawa dan suara
keren.
Seorang di antara lima orang hukuman itu
melangkah maju. "Saya yang bernama Gan Lui,"
katanya. Cian Bu Ong mengamati orang itu dan
alisnya berkerut. Gan Lui seorang laki-laki yang
usianya sekitar tigapuluh lima tahun, bermuka
kuning dan matanya sipit, kumisnya jarang seperti
kumis tikus, dan mulutnya selalu cemberut.
Menurut catatan, Gan Lui dihukun seumur hidup
karena telah membunuh belasan orang prajurit
Kerajaan Sui ketika dia mencoba untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelundup ke istana. Gan Lui ini adalah putera
mendiang Kiu-bwe-houw Gan Lok (Harimau Ekor
Sembilan) yang tewas oleh pasukan pemerintah.
Maka Gan Lui mendendam kepada kaisar Kerajaan
Sui, dan berusaha menyelundup ke istana untuk
membunuh kaisar! Akan tetapi, dia dikeroyok dan
biarpun belasan orang prajurit pengawal tewas di
tangannya, namun dia sendiri tertangkap dan
dihukum seumur hidup!
"Kalau engkau suka membantuku, sekarang
juga aku akan dapat membebaskanmu," kata Cian
Bu Ong sambil mengamati wajah itu dengan sinar
mata penuh selidik. Gan Lui yang tadinya hanya
cemberut saja, ketika mendengar ucapan ini,
seketika sepasang mata yang sipit itu bersinarsinar
dan wajahnya berseri penuh harapan.
"Benarkah itu? Dan siapakah paduka?" tanyanya
penuh gairah.
"Belum tiba saatnya engkau mengetahui siapa
aku. Jawab dulu, apakah engkau suka
membantuku kalau kubebaskan?"
"Tentu saja saya akan senang sekali!"
"Hemm, hendak kulihat dulu apakah engkau
cukup memiliki kemampuan untuk menjadi
pembantuku. Rantai belenggu kaki dan tanganmu
itu tidak berapa kuat kulihat. Nah, engkau boleh
mematahkannya."
Gan Lui membelalakkan matanya, demikian pula
empat orang hukuman yang lain. Andaikata
mereka mampu mematahkan belenggu sekalipun,
mereka tidak berani melakukan hal itu karena ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggap pemberontakan dan mereka akan
tertangkap kembali dan mengalami siksaan hebat.
"Saya tidak berani melakukannya........ "
"Aku yang menyuruh, takut apa? Tak kan ada
yang berani melarangku!" kata Pangeran Cian Bu
Ong. Mendengar ini Gan Lui lalu mengumpulkan
napas dan mengerahkan sin-kangnya.
"Krekk.! Krekk!" Rantai belenggu pada kaki dan
tangannya itu patah! Biarpun pergelangan kaki
dan tangannya masih dibelenggu, namun kaki
tangan itu sudah dapat bergerak bebas karena
rantainya patah.
"Nah, sekarang coba engkau menyerangku!
Keluarkan semua kepandaianmu, dan kerahkan
semua tenagamu!" kata pula pangeran itu sambil
bangkit dan menuju ke tengah ruangan yang
cukup lebar itu.
Kembali lima orang hukuman itu terbelalak.
Akan tetapi Gan Lui sudah maklum betapa orang
tinggi besar dan gagah perkasa itu hendak
mengujinya. Maka diapun tldak meragukan lagi.
Dia harus memperlihatkan kepandaiannya kalau
ingin dibebaskan dan dapat membantu orang yang
tidak dikenalnya ini.
"Baiklah, harap paduka berhati-hati! Lihat
serangan!" Gan Lui sudah melompat dan
menyerang dengan kedua tangannya membentuk
cakar harimau. Ternyata dia sudah menggunakan
kepandaian simpanannya, yaitu Houw- jiauw kun
(Silat Cakar Harimau). Ketika memainkan ilmu
silat ini, kedua tangan membentuk cakar harimau
dan gerakan kedua lengan itu mirip gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang kaki depan harimau, mencakar dan
memukul. Juga dia mengerahkan tenaga sin
kangnya sehingga ketika dua tangan itu bergerak,
terdengar suara angin berciutan.
Pangeran Cian Bu Ong mengikuti gerakan Gan
Lui ini dengan pandang mata penuh selidik. Tidak
buruk, pikirnya girang dan diapun menggerakkan
kedua lengannya. Gan Lui terkejut bukan main,
juga terheran-heran ketika merasa betapa kedua
tangannya itu selalu membalik sebelum mengenai
tubuh lawan, seolah ada tenaga tidak nampak yang
menjadi perisai melindungi tubuh lawan yang
tinggi besar itu. Dan tubuh itupun bergerak
mengelak dengan sedikit gerakan saja, namun
membuat semua serangannya menyeleweng dan
tidak pernah dapat menyentuhnya. Pangeran Cian
Bu Ong terus mengelak dan melindungi tubuhnya
dengan sin-kang yang amat kuat sampai belasan
jurus lamanya untuk menilai kepandaian Gan Lui.
Kemudian, tiba-tiba dia membalas serangan lawan
dengan tamparan-tamparan kedua tangannya.
Serangan balasan ini demikian cepat dan tidak
terduga datangnya sehingga Gan Lui terkejut dan
cepat diapun melindungi dirinya dengan kedua
lengan yang menangkis ke sana-sini, juga kakinya
bergeser dengan gesit untuk menghindarkan diri
dari hujan serangan lawan. Barulah dia tahu
bahwa orang yang seperti bangsawan dan yang
mengujiny ini ternyata lihai bukan main!
"Terima ini!" Pangeran Cian Bu Ong berseru dan
tangannya menghantam dengan tamparan dari
atas. Gan Lui terkejut, karena datangnya tamparan
demikian cepatnya, maka dia lalu mengangkat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua lengannya untuk menangkis sambil
mengerahkan sin-kang sekuatnya.
"Plakkk!" Kedua tangan Gan Lui bertemu dengan
tangan kanan Pangeran Cian Bu Ong dan
akibatnya tubuh Gan Lui terjengkang dan
terguling-guling seperti dilanda angin badai yang
amat kuat.
Gan Lui terkejut bukan main. Untung lawannya
tidak ingin mencelakainya sehingga dia tidak
terluka. Dia melompat bangun dan cepat memberi
hormat dengan hati tulus.
"Saya mengaku kalah!"
Pangeran Cian Bu Ong hanya tersenyum dan
memberi isyarat kepada Gan Lui untuk duduk di
atas bangku. Kemudian ia kembali ke mejanya,
memeriksa kertas catatan. "Siapa yang bernama
Lie Koan Tek?"
Orang ke dua maju dan memberi hormat dengan
merangkap kedua tangan depan dada.
"Saya yang bernama Lie Koan Tek, Pangeran."
kata orang ini dengan lantang.
Cian Bu Ong mengamati penuh perhatian. Dari
catatannya dia mengetahui bahwa laki-laki berusia
empatpuluh lima tahun yang tinggi besar dan
gagah perkasa ini adalah seorang pendekar gagah
murid Siauw-lim-pai. Dia dihukum karena
bersikap memberontak terhadap Kerajaan Sui, dan
hal ini mudah dimengerti kalau diingat betapa kuil
Siauw lim-pai pernah dibakar oleh pasukan
pemerintah dan banyak sekali murid Siauw lim-pai
yang tewas.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lie Koan Tek, bagaimana engkau tahu bahwa
aku seorang pangeran?"
"Nama besar paduka sudah terkenal di seluruh
penjuru," kata Lie Koan Tek yang berwatak keras
dan jujur itu.
"Kalau engkau mau kubebaskan dan
membantuku, perlihatkan kemampuanmu Lie
Koan Tek," kata Pangeran Cian Bu Ong.
Lie Koan Tek mengerahkan tenaga dan rantai
pada belenggu kaki tangannya juga patah-patah
seperti yang terjaadi pada Gan Lui tadi.
"Bagus.! Sekarang, kau boleh menyerangku dan
keluarkan semua kepandaian dan tenagamu!"
Tanpa sungkan lagi Lie Koan Tek lalu
menggerakkan kaki tangannya menyerang,
mengeluarkan jurus-jurus Siauw lim-pai yang
paling tangguh yang dikuasainya.
Pangeran Cian Bu Ong gembira sekali. Pendekar
ini lebih unggul dibandingkan Gan Lui. Walau
selisihnya hanya sedikit. Diapun melayani sampai
belasan jurus, kemudian sapuan kakinya membuat
Lie Koan Tek terpelanting.
Pendekar ini kagum bukan main. Jarang dia
bertemu dengan orang selihai pangeran ini, dan dia
mengakui kebesaran nama Pangeran Cian Bu Ong.
Dia menjura dan mengaku kalah. Pangeran Cian
Bu Ong persilakan dia duduk di samping Gan Lui.
Orang ke tiga adalah Thio Ki Lok, berusia
limapuluh tahun, dihukum karena dia perampok
tunggal yang sadis dan lihai., Tubuhnya pendek
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan perut gendut, wajahnya kekanak-kanakan,
akan tetapi pandang matanya licik dan kejam.
Selain ilmu silat, dia pandai ilmu gulat Mongol, dan
senjata andalannya adalah golok gergaji. Karena
tingkat kepandaiannya masih sedikit di bawah Gan
Lui, maka dalam belasan jurus diapun dikalahkan
Pangeran Cian Bu Ong.
Orang ke empat adalah seorang peranakan
Turki, bernama Gulana. Kulitnya hitam seperti
arang, tubuhnya tinggi besar dan rambutnya yang
hitam panjang digelung, ditutup sorban putih. Dia
menguasal ilmu silat yang aneh, lengannya yang
panjang itu berbahaya sekali, karena dia pandai
menangkap dan membanting lawan. Juga kakinya
yang panjang pandai mengirim tendangan kilat.
Senjata yang biasa dia mainkan adalah tongkat
baja. Diapun memiliki kepandaian yang setingkat
dengan Gan Lui, dan dirobohkan oleh Pangeran
Cian Bu Ong dalam belasan jurus. Sikapnya yang
angkuh berubah setelah dia merasakan sendiri
kehebatan pangeran itu dan diapun mengaku
kalah.
Kini Pangeran Cian Bu Ong menghadapi orang
ke lima. Dari catatannya dia tahu bahwa orang ini
yang paling tangguh di antara mereka semua,
maka sengaja dia menghadapinya sebagai orang
terakhir. Sebelum bicara, dia mengamati dengan
penuh perhatian dan memandang kagum. Orang
itu masih muda sekali, tidak akan lebih dari
duapuluh tujuh tahun usianya. Wajahnya tampan
sekali dan sikapnya juga lembut, sama sekali tidak
pantas menjadi orang hukuman. Matanya
mencorong seperti mata naga. Hidungnya agak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
besar dan mancung, bibirnya merah penuh gairah.
Melihat tubuhnya yang sedang dan sikapnya yang
lembut, orang takkan menyangka dia pandai ilmu
silat. Lebih pantas menjadi seorang siu-cay
(pelajar) yang pandai menulis sajak.
"Namamu Can Hong San?" tanya Pangeran Cian
Bu Ong.
Pemuda itu mengangguk, sikapnya angkuh.
Pemuda ini memang bukan orang sembarangan.
Dia adalah putera tunggal mendiang Cui-beng Saikong,
seorang datuk besar dunia sesat, pendiri dari
agama sesat Thian te-kauw. Pemuda yang tampan
dan nampak halus lembut ini adalah seorang yang
memiliki watak aneh, hampir tidak normal, bahkan
dia telah membunuh ayahnya sendiri. Kemudian,
dia pernah menjadi pemimpin besar perkumpulan
sesat dari agama Thian-te-kauw yang didirikan
ayahnya. Ketika perkumpulan sesat ini diserbu
oleh pasukan pemerintah yang dibantu para
pendekar, diapun tertawan, perkumpulannya
hancur dan dia dijatuhi hukuman seumur hidup.
"Bagaimana, Can Hong San. maukah engkau
membantu kami seperti empat orang gagah lainnya
ini?" tanya Pangeran Cian Bu Ong.
"Nanti dulu, Pangeran. Sebelum aku memberi
jawaban, aku harus mengetahui dulu, bantuan apa
yang harus kuberikan kepadamu?" Biarpun
ucapannya lembut dan sopan, namun katakatanya
menunjukkan bahwa dia tidak mau
merendahkan diri kepada pangeran ini. Dia tahu
bahwa Kerajaan Sui sudah jatuh, sehingga
pangeran ini sekarang sudah bukan pangeran lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
namanya! Dan bukan watak Coa Hong San untuk
merendahkan diri kepada siapapun juga.
Melihat sikap pemuda ini yang tidak
menghormatinya, Pangeran Cian Bu Ong tidak
menjadi marah, bahkan tersenyum. Lebih baik
menghadapi orang yang terang-terangan tidak
menghormatinya dari pada orang yang bersikap
menjilat namun tidak diketahuinya benar
bagaimana keadaan isi hatinya! Akan tetapi ia
masih memancing dan pura-pura kurang senang,
dan mengerutkan alisnya.
"Can Hong San. tahukan engkau bahwa kalau
tidak kami tolong, engkau tentu akan dihukum
mati, atau bahkan dibunuh oleh penguasa baru
yang tidak mau memelihara orang hukuman
seumur hidup?"
"Pangeran tentu tahu bahwa orang seperti aku
tidak takut mati. Katakan dulu, bantuan apa yang
harus kuberikan padamu, baru aku akan
memutuskan mau atau tidak!"
Makin kagumlah hati Pangeran Cian Bu Ong.
Seorang seperti pemuda inilah yang dapat
diharapkan menjadi seorang pembantunya yang
setia dan baik!
"Baiklah, Hong San. Ketahuilah bahwa Kerajaan
Sui telah jatuh oleh Li Si Bin yang memberontak
sehingga kini ayahnya yang menjadi kaisar dan
mendirikan dinasti Tang. Usahaku untuk
memberontak di Po-yang juga gagal. Terpaksa aku
harus melarikan diri dan menjadi buruan
pemerintah yang baru. Akan tetapi, aku tidak
putus asa dan akan berusaha untuk menghimpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekuatan. Nah, kalau engkau suka, mari bekerja
sama denganku. Kalau kita berhasil kelak, kita
sama-sama menikmati hasilnya. Setidaknya
engkau akan bebas dan mempunyai harapan, dari
pada sampai mati menjadi orang hukuman,
bukan?"
"Hemm, baiklah kalau begitu, Pangeran. Aku
menerima uluran tanganmu," jawab Can Hong San
yang sebenarnya sejak tadi sudah merasa girang
sekali bahwa dia akan dibebaskan dan
mendapatkan harapan baru.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 2
"Kalau begitu, mari kita main-main sebentar,
karena aku harus melihat dulu kemampuanmu,
apakah pantas menjadi pembantuku atau tidak,"
kata Pangeran Cian Bu Ong sambil bangkit dari
tempat duduknya.
Akan tetapi Hong San cepat berkata , "Pangeran,
sungguh tidak baik kalau aku yang akan menjadi
pembantu utamamu ini bertanding denganmu,
walaupun hanya untuk menguji kepandaian. Aku
akan merasa tidak enak kalau sampai kesalahan
tangan melukaimu. Sebaiknya, biarkan empat
orang calon pembantu yang lain ini maju bersama
mengeroyokku, sehingga selain pangeran dapat
menilai kepandaianku, juga mereka itu dapat
menerima bahwa aku lebih unggul dari mereka dan
kelak aku yang menjadi pembantu utama dan
mereka itu harus tunduk dan taat kepadaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum dan makin
kagum. Apakah ucapan itu hanya merupakan bual
kosong belaka? Atau benarkah pemuda itu mampu
menandingi pengeroyokan empat orang calon
pembantunya yang cukup lihai itu? Dia sendiripun
harus berhati-hati kalau dikeroyok empat orang
itu! Inilah kesempatan baik untuk benar-benar
menguji Can Hong San.
"Baik. Nah, kalian berempat sudah mendengar
sendiri. Wakililah aku untuk bersama maju
menandingi dan menguji ke pandaian Can Hong
San!" Perintahnya kepada empat orang itu.
Gan Lui, Gulana, dan Thio Ki Lok segera
bangkit. Ini merupakan perintah pertama, maka
mereka segera bangkit dengan penuh semangat,
bukan saja untuk mentaati perintah pangeran Cian
Bu Ong, akan tetapi juga untuk menundukkan
pemuda yang mereka anggap terlalu sombong itu.
Akan tetapi, Lie Koan Tek tidak bangkit berdiri.
"Lie Koan Tek, kenapa engkau tidak bangkit?
Majulah dan ikutlah mengeroyok untuk menguji
kepandaian Can Hong San," kata sang pangeran.
"Maaf, Pangeran. Saya bukanlah seorang
pengecut. Kalau diperintahkan menguji pemuda
ini, biarlah saya lakukan sendiri saja. Kalah atau
menang merupakan hal yang biasa dalam
pertandingan silat. Akan tetapi untuk mengeroyok,
saya merasa malu dan enggan. Maaf !"
Pangeran Cian Bu Ong maklum akan sikap
seorang pendekar sejati seperti murid Siauw-limpai
ini. "Kalau begitu biarlah nanti saja kalau perlu
engkau menguji sendiri. Kini yang tiga orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuperintahkan untuk mengeroyok dan menguji
kepandaian Can Hong San!"
Tiga orang itu tidak memiliki pendapat yang
sama dengan Lie Koan Tek. Mereka tadi sudah
membuktikan sendiri betapa saktinya pangeran itu
dan mereka sudah merasa tunduk benar. Di dalam
hati mereka telah menjadi pembantu yang setia,
karena mereka melihat harapan baik sekali bagi
keuntungan mereka sendiri kalau mereka
mengabdi kepada pangeran itu. Maka, begitu
menerima peritah ini, mereka bertiga berloncatan
dan berhadapan dengan Can Hong San. Disamping
ketaatan mereka terhadap pangera Cian Bu Ong,
mereka juga ingin menghajar pemuda yang amat
sombong itu, yang berani memandang rendah
kepada mereka dengan menantang agar mereka
mengeroyoknya!
"Orang muda," kata Thio Ki Lok yang pendek
gendut. "Kami bertiga sebagai orang-orang yang
lebih tua darimu, sebetulnya juga merasa tidak
enak kalau harus mengeroyokmu. Akan tetapi
kami mentaati perintah Pangeran yang kami
hormati. Sekarang, apakah engkau masih tetap
menantang kami bertiga untuk maju bersama?
Hati-hati, orang muda, jangan sampai tulangtulangmu
yang masih muda akan menjadi patahpatah
menghadapi serangan kami."
"Lebih baik engkau menghadapi kami satu demi
satu, orang muda," kata pula Gan Lui.
"Akupun setuju satu lawan satu!" sambung
Gulana. Bagaimanapun juga, tiga orang ini sudah
menganggap diri sendiri terlalu pandai sehingga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalau mereka harus mengeroyok seorang lawan
muda, mereka merasa malu dan hal ini akan
menurunkan derajat mereka sebagai ahli-ahli silat
tingkat atas.
"Sudahlah, tidak perlu banyak cakap lagi. Aku
menantang kalian semua maju berbareng untuk
mempersingkat waktu, juga untuk memudahkan
Pangeran dalam menilai kepandaianku. Kalau aku
kalah, anggap saja aku tidak pantas membantu
Pangeran!"
Sungguh ucapan ini amat sombong terdengarnya
oleh tiga orang jagoan itu. Akan tetapi
sesungguhnya Can Hong San bukan seorang
pemuda yang sebodoh itu. Dia bukan sekedar
menyombongkan diri, melainkan ingin
menimbulkan kesan dalam hati sang pangeran dan
kalau dia sudah berani bicara seperti itu adalah
karena dia sudah yakin akan mampu mengalahkan
tiga orang pengeroyok itu, atau bahkan empat
orang bersama Lie Koan Tek. Dia sudah dapat
mengukur sampai di mana tingkat kepandaian
mereka itu ketika tadi mereka satu demi satu diuji
oleh Pangeran Cian Bu Ong.
Tiga orang itu merasa penasaran mendengar
tantangan Hong San dan merekapun serentak
mengambil sikap menyerang, memasang kudakuda,
mengurung Hong San dengan kedudukan
tiga sudut.
"Mulailah!" kata Hong San, masih berdiri biasa
saja tanpa memasang kuda-kuda, akan tetapi pada
saat itu, seluruh otot dan syaraf di tubuhnya
menggetar dan dalam keadaan siap siaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heiillittttt..........!" Thio Kie Lok menyerang lebih
dulu dengan pukulan tangan kirinya dengan
lengan yang pendek. Kalau Hong San menangkis,
tangan yang memukul itu tentu akan berubah
menjadi mencengkeram. Pada saat yang hanya
sedetik selisihnya, Gan Lui juga sudah menyerang
dari samping kiri, menampar dengan telapak
tangan ke arah kepala pemuda itu.
"Hemmmn.....!" Tiba-tiba saja tubuh Hong San
bergerak, kedua kakinya bergeser dan dua
serangan itu dapat hindarkannya dengan amat
mudahnya, dengan meliuk dan miringkan tubuh.
"Haahhhh......!" Gulana menyambut dengan
tendangan kakinya yang panjang.
"Wuuuut......!" Tendangan itupun dapat
dielakkan oleh Hong San sehingga melayang
dengan cepat mengeluarkan angin keras. Thio Ki
Lok dan Gan Lui sudah menerjang lagi, demikian
pula Gulana. Tiga orang yang merasa penasaran
karena serangan pertama mereka dapat dielakkan
dengan mudah oleh Hong San, kini menyerang
lebih dahsyat dari tiga jurusan. Dan kini Pangeran
Cian Bu Ong kagum. Tubuh pemuda itu demikian
lincahnya sehingga bagaikan seekor burung walet
saja, berkelebatan di antara sambaran pukulan
dan tendangan.
Sampai belasan jurus tiga orang itu
menghujamkan serangan mereka, namun selalu
dapat dielakkan oleh Hong San.
"Hyeeeehhh........!" Gan Lui yang merasa semakin
penasaran, menubruk dari samping kiri dan kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan yang membentuk cakar harimau itu sudah
menerkam ke arah leher dan dada.
"Pergilah!" Hong San membentak dan kini lengan
kirinya diputar menangkis, pergelangan tangannya
berputar dan tangan dengan jari-jari terbuka
mendorong ke arah Gan Lui. Orang tinggi kurus ini
berseru kaget karena lengannya terasa sakit bukan
main ketika ditangkis Hong San dan sebelum dia
dapat mencegahnya, tubuhnya terdorong keras dan
diapun terjengkang!
Saat itu, sebatang kaki yang panjang dan besar
menyambar ke arah perut Hong San. Itulah
tendangan kaki Gulana. Hong San hanya
miringkan tubuh sedikit sehingga kaki itu
menyerempet bajunya.
Secepat kilat dia menangkap tumit dan
mendorongnya ke atas dan Gulana terlempar
sampai beberapa meter.
Thio Ki Lok hendak mempergunakan
kesempatan selagi Hong San diserang Gulana tadi
untuk menerkam dari samping dan dia sudah
berhasil merangkul leher Hong San, menggunakan
ilmu gulatnya, kedua tangan memasuki bawah
ketiak dan mencengkeram di belakang tengkuk
Hong San. Agaknya dia hendak membuat pemuda
itu tidak berdaya dengan kuncian gulat Mongol itu.
Akan tetapi, tiba-tiba dia berteriak kesakitan
ketika kaki Hong San menendang ke belakang,
mengenai kedua lututnya sehingga otomatis
kakinya kehilangan tenaga dan kembali dia
berteriak karena tangan Hong San sudah
menangkap ibu jari kedua tangan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencengkram tengkuk pemuda itu, sehingga tentu
saja cengkeramannya mengendur karena kekuatan
setiap tangan terletak pada ibu jarinya. Dalam
keadaan kaki kehilangan tenaga dan cengkeraman
mengendur itu, begitu Hong San membuat gerakan
membungkuk dan melempar dengan pundak,
tubuh pendek gendut itupun terlempar melalui
atas punggung Hong San dan jatuh terbanting ke
depan pemuda itu!
Ketika tiga orang pengeroyok itu bangkit dengan
muka menyeringai kesakitan. Pangeran Cian Bu
Ong bertepuk tangan memuji. "Bagus, bagus!
Engkau memang telah membuktikan
kemampuanmu, Hong San! Kami girang sekali
mendapat bantuanmu dan mulai saat ini, engkau
kami angkat menjadi pembantu utama! Akan tetapi
jangan mengira bahwa dengan ilmumu itu, engkau
akan dapat mengalahkan aku, ha ha ha!"
Can Hong San adalah seorang cerdik. Dari cara
pangeran itu tadi mengalahkan empat orang calon
pembantu itu, diapun tahu bahwa pangeran itu
lihai dan memiliki sin-kang yang kuat sekali,
sehingga dia sendiri tidak berani yakin akan
mampu mengalahkannya. Pula setelah dia
diangkat menjadi pembantu utama, tentu saja dia
harus bersikap tunduk.
"Aku tahu bahwa engkau adalah seorang yang
berilmu tinggi, Pangeran. Kalau tidak begitu,
bagaimana mungkin kusuka untuk membantumu?
Akan tetap kuharap engkau suka berhati-hati
terhadap murid Siauw-lim-pai ini." Hong San
menunjuk kepada Lie Koan Tek. Pendekar ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menentang pandang mata Hong San dengan penuh
keberanian. Walapun dia tahu bahwa dia tidak
akan menang kalau bertanding dengan pemuda
yang lihai luar biasa itu, akan tetapi bukan watak
pendekar Siauw-lim-pai ini untuk memperlihatkan
perasaan takut.
"Hemm, aku adalah seorang laki-laki sejati yang
sekali berjanji akan menepatinya sampai mati.
Kurasa Pangeran harus berhati-hati
terhadapmu,Can Hong San."
"Keparat! Majulah kalau engkau berani melawan
aku dan kalau engkau sudah bosan hidup!" Hong
San menantang dengan muka merah.
"Hemm, biarpun engkau lihai sekali jangan
dikira aku akan takut menghadapi maut di
tanganmu!" Lie Koan Tek bangkit berdiri dan
membusungkan dadanya.
Pangeran Cian Bu Ong cepat melangkah maju
menengahi. "Ah, apa yang kalian lakukan ini?
Kalian akan kubebaskan untuk membantuku,
bukan untuk berkelahi dan saling bermusuhan
sendiri! Apa gunanya aku membebaskan kalian,
kalau hanya untuk melihat kalian saling bunuh?"
"Maafkan saya, Pangeran," kata Lie Koan Tek
yang segera melihat betapa tidak baiknya sikapnya
tadi terhadap sang pangeran.
"Maaf," kata pula Hong San yang tentu saja tidak
ingin kalau Pangeran itu menjadi tidak suka
kepadanya.
"Ketahuilah, aku sekeluarga dan para pengikut
sedang hendak menyelamatkan diri keluar dari PoTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
yang dan kalian kuminta membantu untuk
melindungi. Kemudian kelak kalian membantuku
menegakkan kembali kerajaan baru sebagai
pengganti Kerajaan Sui yang telah jatuh. Dan
selama kalian membantuku, kalian tidak boleh
mementingkan perasaan dan urusan pribadi,
harus mentaati semua perintahku. Sekarang tiba
saatnya kalian berjanji. Kalau kalian mau taat, aku
akan membebaskan kalian, kalau tidak mau,
akupun akan meninggalkan kalian di sini."
Lima orang itu serempak menyatakan janji
mereka untuk menaati Pangeran Cian Bu Ong.
Mereka maklum bahwa, jika mereka tidak
dibebaskan oleh pangeran itu, tidak mungkin
mereka melarikan diri atas usaha sendiri, karena
mereka akan menghadapi ribuan orang prajurit
penjaga, dan kalau mereka ditinggalkan di situ,
mereka hanya akan menghadapi ancaman mati
konyol. Tidak ada pilihan kecuali membantu
pangeran ini.
Lie Koan Tek sendiri menaruh harapan besar
pada diri pangeran itu. Pemerintahan kaisar
Kerajaan Sui yang lalu telah mendatangkan banyak
kesengsaraan terhadap rakyat, bahkan Siauw-limsi
juga diserbu dan dibakar karena Siauw-lim-si
membela rakyat jelata. Dia mengharapkan kalau
Pangeran Cian Bu Ong berhasll merebut tahta
kerajaan, dia akan menjadi seorang kaisar yang
baik budi dan memakmurkan kehidupan rakyat
jelata.
Demikianlah, lima orang hukuman yang lihai itu
dibebaskan dengan mudah oleh Pangeran Cian Bu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ong dan mereka menjadi pengawal-pengawal
keluarga pangeran itu yang melarikan diri dari Po
yang.
-ooo0dw0ooo-
"Kongcu datang......!" Teriakan-teriakan gembira
terdengar dari para anggota Hek-houw-pang di
gardu penjagaan pintu gerbang dusun Mo-kimcung.
Biarpun sudah belasan tahun meninggalkan
Hek-houw-pang, namun para anggota Hek-houwpang
masih ingat kepada Siang Lee dan begitu
Siang Lee muncul di depan pintu gerbang dusun,
mereka menyambut dengan gembira sekali.
Pemuda cucu ketua lama Hek houw-pang itu yang
merupakan keturunan langsung dari keluarga Coa,
meninggalkan Hek-houw-pang karena urusan
pribadi, karena kakeknya melarang dia menikah
dengan puteri Ban-tok Mo-li. Terhadap Hek-houw
pang Siang Lee tidak mempunyai kesalahan
apapun, maka para anggota Hek houw-pang masih
memandangnya sebagal keluarga pimpinan
mereka.
Segera para murid Hek-houw-pang merubung
Siang Lee yang datang bersama isterinya, Sim Lan
Ci dan putera mereka, Coa Thian Ki. Akan tetapi
mendengar bahwa kakeknya, Coa Song, yang
sudah tua sekali masih hidup, Siang Lee tidak mau
berlama-lama bicara dengan para suheng dan
sutenya, melainkan langsung saja mengajak anak
isterinya berkunjung ke rumah induk
perkumpulan itu, yang menjadi tempat tinggal
ketua Hek-houw-pang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena pada waktu itu keadaan sedang tegang,
para murid Hek-houw-pang yang melakukan
penjagaan ketat sehubngan dengan pesan dari
komandan pasukan yang datang berkunjung,
maka berita tentang kedatangan Coa Kongcu
segera tersiar dengan cepat.
Mendengar bahwa Coa Siang Lee pulang, ketua
Hek-houw-pang, Kam Seng Hin dan isterinya, Poa
Liu Hwa segera keluar menyambut.
Ketika Coa Siang Lee dengan isteri dan anaknya
tiba di ruangan depan rumah keluarga Coa itu, dia
disambut oleh Kam Seng Hin dan isterinya, juga
anak mereka, Kam Cin. Beberapa orang murid
Hek-houw-pang yang tadi mengikuti tamu itu
sudah membisikkan kepada Siang Lee bahwa
ketua Hek-houw-pang sekarang adalah murid Hekhouw-
pang yang bernama Kam Seng Hin dan yang
menikah dengan Poa Liu Hwa, cucu luar Coa Song
atau adik misannya. Tentu saja dia mengenal
keduanya dan dia merasa bergembira. Dia
mengenal Kam Seng Hin sebagai sutenya (adik
seperguruannya) yang gagah perkasa.
"Coa suheng (kakak seperguruan Coa)!" Kam
Seng Hin dan isterinya menyambut dengan
gembira sambil member hormat.
"Kam sute, engkau menjadi pangcu dari Hekhouw-
pang sekarang? Dan engkau menjadi suami
dari adikku Liu Hwa ini? Ah, aku girang sekali,
sute. Perkenalkan, ini isteriku, dan ini anakku Coa
Thian Ki."
Kam Seng Hin memberi hormat kepada Lan Ci
dan menyebut "toa-so" (kakak ipar). Liu Hwa juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyambut Lan Ci dengan sikap ramah dan
manis, lalu ia memperkenalkan puteranya, Kam
Cin. Ketika Kam Cin diperkenalkan dengan Thian
Ki, dengan sikap ramah dan lincah Cin Cin,
demikian panggilan akrabnya lalu memegang
tangan Thian Ki.
Mereka sebaya, sama-sama lima tahun usianya.
"Thian Ki, mari kita bermain di taman belakang.
Kami mempunyai kolam ikan di sana dan kemarin
seorang paman memberi sepasang ikan emas yang
lucu bermata besar. Mari......!"
"Kam Cin...." panggil Siang Lee melihat betapa
keponakannya itu sudah menarik Thian Ki diajak
bermain-main. Cin-Cin berhenti dan memandang
kepada Siang Lee dengan sikap tidak malu-malu.
"Supek (uwa guru), semua orang memanggilku Cin
Cin, harap supek , pek-bo dan juga Thian Ki
menyebut aku Cin Cin saja."
Siang Lee dan isterinya tertawa. Kam Cin atau
Cin Cin itu seorang anak yang mungil, tampan,
tabah dan kelihatan cerdik sekali. "Baiklah, Cin
Cin, kuminta engkau jangan mengajak Thian Ki
pergi bermain-main dulu. Dia harus lebih dulu
kuperkenalkan kepada kakek buyutnya."
"Ah, jangan khawatir, supek. Sekarang juga
akan kuajak Thian Ki menghadap kakek buyut!"
Setelah berkata demikian, Cin Cin sudah
menarik tangan Thian Ki, berlari keluar dari
ruangan itu. Melihat ini Siang Lee dan Lan Ci
tertawa, demikian pula ayah dan ibu Cin Cin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cin Cin memang bandel dan manja sekali," kata
Liu Hwa.
"Baiknya dia tidak nakal," sambung suaminya.
"Kulihat anak kalian itu cerdik dan lincah. Mari
kita menghadap kongkong (kakek) lebih dulu," kata
Siang Lee dan mereka berempat lalu pergi ke
kamar kakek Coa Song yang berada di bagian
belakang.
Ketika mereka memasuki kamar yang besar itu,
ternyata dua orang anak itu sudah berada di situ,
duduk di atas lantai dekat kedua kaki kakek Coa
Song yang nampak gembira bukan main.
Coa Siang Lee dan Sim Lan Ci segera
menjatuhkan diri berlutut menghadap kakek itu,
diiringkan oleh Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa.
"Kong-kong......" kata Siang Lee dengan suara
penuh keharuan. Dia tadi sudah mendengar
sepintas dari Kam Sen Hin bahwa kakeknya
seringkali menanyakan dirinya, dan nampaknya
kakeknya sudah melupakan pertentangan yang
telah lampau. Melihat betapa kakeknya menarik
Thian Ki dengan wajah gembira itu sudah
membuktikan kebenaran keterangan Kam Seng
Hin itu.
"Kong-kong......" Lan Ci juga memanggil dengan
sikap hormat.
Sejak tadi kakek Coa Song yang usianya sudah
mendekati delapanpuluh tahun itu telah
menyambut kemunculan cucunya itu dengan
wajah cerah dan mata berseri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siang Lee, engkau baru datang? Dan itu
isterimu yang dulu? Aku sudah berkenalan dengan
putera kalian, Thian Ki. Aku girang sekali kalian
sehat-sehat saja dan masih ingat untuk pulang ke
sini.........."
Mendengar suara kakeknya yang agaknya
menyesali sikapnya yang dahulu itu. Siang Lee
segera mengalihkan percakapan. "Kong-kong, saya
merasa girang sekali melihat kong-kong masih
sehat. Semoga Tuhan selalu memberkahi kongkong
dengan panjang usia dan sehat selalu."
"Sudah lama sekali aku merindukanmu, Siang
Lee. Dan sekarang engkau datang bersama
isterimu dan puteramu yang tampan gagah ini. Ah,
betapa gembira hatiku. Seng Hin, suruh buatkan
masakan dan minuman, kita adakan pesta
keluarga untuk menyambut Siang Lee!"
Kakek itu kelihatan gembira bukan main. Tak
lama kemudian, Kam Seng Hin dan isterinya
meninggalkan Siang Lee dan Lan Ci bertiga saja
dengan kakek mereka, sedangkan Thian Ki sudah
diajak pergi ke taman oleh Cin Cin.
Kakek Coa Song menghujani Siang Lee dengan
pertanyaan dan suami isteri itu menceritakan
semua pengalaman mereka semenjak berpisah dari
kakek itu. Ketika mendengar pengakuan Siang Lee
dan Lan Ci bahwa mereka tidak mengajarkan ilmu
silat sama sekali kepada Thian Ki, kakek Coa Song
mengerutkan alisnya tanda tidak setuju.
"Eh, kenapa begitu? Aku tahu bahwa ilmu
silatmu sudah maju pesat, tentu sekarang tingkat
kepandaianmu tidak ada yang dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menandinginya di Hek-houw-pang ini. Juga
isterimu memiliki kepandaian yang tinggi. Kenapa
kalian tidak mengajarkan ilmu silat kepada putra
kalian?"
"Kong-kong, kami berdua sudah mengalami
cukup banyak kesengsaraan yang disebabkan oleh
kehidupan sebagai ahli Silat. Betapa di dunia ini
penuh degan permusuhan dendam mendendam
yang menjadi bunga kehidupan di dunia persilatan.
Tidak, kong-kong, kami tidak ingin melihat putera
kami terlibat dalam dunia yang penuh kekerasan
itu. Kami tidak sanggup membayangkan dia kelak
menjadi orang yang hidupnya selalu terancam
bahaya, hidupnya dikelilingi oleh permusuhan,
kekerasan, darah dan maut!"
Kakek itu mengangguk-angguk. Sebagai seorang
yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia
kangouw, tentu saja dia dapat merasakan
kebenaran yang terkandung dalam ucapan
cucunya itu. "Akan tetapi, cucuku yang baik.
Justru karena dunia ini penuh kekerasan, penuh
orang-orang jahat yang menggunakan kekerasan
terhadap orang lain untuk memaksakan kehendak
mereka, maka kita perlu membekali diri dengan
ilmu silat untuk membela diri sendiri dan untuk
membela orang-orang lemah tertindas, untuk
menentang kejahatan."
Kakek itu berhenti sebentar, lalu melanjutkan,
"Apakah kalian ingin melihat putra kalian kelak
menjadi seorang yang lemah dan menjadi korban
penindasan orang-orang jahat?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, kong-kong. Justru karena tidak bisa silat
maka dia akan hidup aman dan tenteram. Kami
sudah mengalaminya sendiri. Semenjak kami
berdua hidup sebagai petani di dusun kecil, kami
tidak pernah mengalami kekerasan lagi. Orangorang
yang hidup di dusun dan tidak mengenal
ilmu silat, tidak pernah berkelahi, tidak pernah
bermusuhan. Kami ingin anak kami kelak hidup
berbahagia, tenteram dan aman."
Kakek itu menghela napas panjang, "Dia adalah
anak kalian, tentu saja kalian yang paling berhak
untuk menentukan. Akan tetapi, Siang Lee,
ingatlah, Thian Ki satu-satunya penerus keluarga
Coa. Bagaimana kelak jadinya dengan Hek-houwpang
kalau tidak ada seorang she Coa yang
melanjutkan? Bahkan engkau sendiri sepantasnya
sekarang menggantikan sutemu untuk menjadi
ketua Hek-houw-pang. Itu sudah menjadi hakmu,
dan dalam hal ilmu silat, engkau lebih unggul
darinya."
"Aih, terima kasih, kong-kong. Akan tetapi, kami
sudah mengambil keputusan untuk tidak lagi
memasuki dunia persilatan. Kami hendak
melupakan kehidupan yang lampau, memulai
dengan kehidupan baru yang bebas dari kekerasan
dan ilmu silat."
Diam-diam kakek Coa Song merasa kecewa,
akan tetapi dia tidak menyatakan hal ini.
Sementara itu, selagi orang tuanya bercakapcakap
dengan kakek buyutnya, Thian Ki diajak Cin
Cin bermain-main di dalam taman yang cukup luas
itu. Di tengah taman itu terdapat sebuah kolam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ikan dan Cin Cin dengan bangga memperlihatkan
ikan-ikannya yang beraneka warna di kolam itu.
Setelah bosan melihat ikan, Cin-Cin lalu
mengajak Thian Ki duduk di atas bangku yang
dilindungi payon seperti payung bentuknya.
Mereka segera jadi akrab sekali karena Cin Cin
adalah seorang anak yang lincah jenaka dan
pandai bicara, pandai bergaul, beda dengan Thian
Ki, yang biarpun juga cerdik sekali, namun Thian
Ki lebih pendiam dibandingkan Cin Cin yang kalau
bicara seperti air terjun yang tak kunjung putus.
"Thian Ki, mari kita latihan," tiba-tiba Cin Cin
berkata.
Thian Ki memandang kawan barunya itu dengan
heran. "Latihan? Latihan apa?"
Cin Cin tertawa. "Aih, pakai tanya segala!
Latihan apa lagi kalau bukan latihan silat? Kita
adalah anak ahli silat, tentu saja aku mengajak
latihan silat. Tentu engkau jauh lebih pandai
daripadaku, karena aku dengar bahwa supek Coa
Siang Lee dan supek-bo memiliki ilmu silat yang
tinggi."
Thian Ki tersenyum dan menggeleng kepalanya.
"Aku tidak pernah belajar silat, Cin Cin."
Cin Cin memandang dengan sepasang matanya
yang jernih itu terbelalak lebar. "Aih, tidak
mungkin!" serunya heran.
Thian Ki tertawa. "Apanya yang tidak mungkin?
Ayah dan ibu tidak pernah mengajarkan ilmu silat
kepadaku, dan akupun tidak suka mempelajarinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka, sedikitpun aku tidak bisa bermain silat Cin
Cin."
"Tapi.....tapi.....mengapa?" Cin Cin tertegun
heran, memandang kepada Thian Ki dengan sikap
masih belum dapat percaya.
Thian Ki tersenyum. "Cin Cin, andaikata aku
bisa silat, tentu kita sekarang sudah saling serang
yang kaukatakan latihan tadi. Dalam latihan silat
tentu ada yang kena pukul dan hal ini bisa
mendatangkan perasaan tidak senang dan
dendam. Akan tetapi sebaliknya, karena aku tidak
bisa silat, tentu engkau tidak bisa memaksa aku
untuk berlatih. Kita tidak saling serang, tidak
saling pukul, tidak saling tendang dan kita tidak
mungkin merasa marah dan dendam, dan tetap
bergaul dengan akrab. Nah, itulah sebabnya
mengapa aku tidak diajar ilmu silat oleh ayah
ibuku."
Cin Cin mengangguk-angguk, akan tetapi tetap
saja masih merasa penasaran sekali. Dia akan
menanyakan hal yang dianggapnya aneh ini
kepada ayah ibunya.
Ketika mereka semua menghadapi meja dan
makan minum bersama, suasananya sungguh
menggembirakan. Sudah lama kakek Coa Song
tidak memperlihatkan diri dan kini dia nampak
gembira sekali, bukan hanya kakek Coa Song, Kam
Seng Hin dan anak isterinya yang menyambut
kedatangan Siang Lee dan anak isterinyapun hadir
dalam pesta keluarga itu. Juga para murid tingkat
tinggi sebanyak enam orang ikut pula hadir. Dalam
kesempatan ini Siang Lee memberi keterangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap segala macam pertanyaan yang ditujukan
kepadanya. Kemudian diapun bertanya akan
perubahan suasana di dusun itu kepada Kam Seng
Hin.
"Kam-sute, ketika aku memasuki dusun Ta-buncung,
aku melihat betapa para anak buah Hekhouw-
pang melakukan penjagaan dengan ketat.
Apakah yang telah terjadi? Seolah-olah ada bahaya
mengancam dusun kita ini."
Mendengar pertanyaan ini, Kam Seng Hin
memandang kepada kakeknya dan kakek Coa Song
yang menjawab. "Benar, memang ada bahaya
mengancam kita, Siang Lee. Bukan hanya
mengancam kita, akan tetapi mengancam seluruh
penduduk dusun ini dan dusun-dusun di
sekitarnya.
Ketahuilah bahwa beberapa hari yang lalu, kami
kedatangan pasukan Kerajaan Tang yang minta
bantuan kami untuk ikut mencari seorang buronan
pemerintah yang amat berbahaya. Buronan itu
adalah seorang pangeran, masih keluarga dengan
kaisar Kerajaan Sui yang sudah jatuh."
"Akan tetapi, kong-kong. Bukankah selama ini
Hek-houw-pang tidak mencampuri urusan
pemerintah?"
"Memang benar, akan tetapi sekali ini kita tidak
boleh tinggal diam saja, Engkau tahu betapa
buruknya pemerintah Kerajaan Sui dan kita
mendengar pula tentang kegagahan Panglima Li Si
Bin yang telah menjatuhkan kaisar yan lalim itu.
Kini, seluruh harapan rakyat digantungkan kepada
kebijaksanaan dinasti Tang. Karena itu, kalau ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sisa keluarga Kerajaan Sui yang membuat
kekacauan, sudah sepatutnya kalau kita
membantu pemerintah baru yang hendak
membasminya."
"Kalau buronan itu hanya seorang pangeran
saja, kenapa Hek-houw-pang harus mengerahkan
semua tenaga untuk melakukan penjagaan ketat?"
"Aih, engkau tidak tahu siapa buronan itu, Siang
Lee. Bukan saja dia mempunyai anak buah dan
pengikut, juga dia adalah seorang yang amat lihai,
dulu merupakan seorang di antara jagoan istana
Kerajaan Sui yang sakti."
"Hemm, begitukah? Siapa dia, kongkong?"
"Dia adalah Pangeran Cian Bu Ong. Dia sendiri
seorang yang memiliki kepandaian tinggi dan kita
belum tahu berapa banyak pengikutnya dan orang
macam apa adanya mereka. Kebetulan sekali
engkau dan isterimu datang, Siang Lee., maka
kuharap kalian akan dapat membantu sutemu
untuk menangkap buronan yang berbahaya itu."
Siang Lee dan isterinya saling pandang, merasa
aneh. Bertahun-tahun mereka hidup rukun dan
damai di dusun mereka, dan kini, dalam
perjalanan menengok kakek mereka, begitu tiba di
situ mereka dihadapkan dengan kekerasan lagi.
Diam-diam mereka merasa khawatir, bukan untuk
diri sendiri, melainkan untuk Thian Ki yang
terpaksa akan dihadapkan dengan kekerasan.
"Tentu saja kami akan membantu semampu
kami, kong-kong. Hanya sudah bertahun-tahun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami tidak pernah berkelahi, tidak pernah
berlatih," kata Siang Lee.
Mereka mengharapkan bahwa selama mereka
berada di situ, yang mereka rencanakan beberapa
hari lamanya, tidak akan terjadi sesuatu, dan
mereka mengambil keputusan untuk tidak tinggal
terlalu lama di dusun itu.
"Mari ke sini, Thian Ki. Di si banyak kataknya
dan besar-besar!" kata Cin Cin sambil menggerakgerakkan
obor di tangannya. Thian Ki
menghampiri, dengan obor di tangan kiri dan
sebatang kayu pemukul di tangan kanan. Malam
itu Cin Cin mengajaknya untuk menangkap katak
hijau. Dalam bulan itu memang banyak katak
hijau yang gemuk-gemuk dan Cin Cin suka sekali
makan daging katak hijau yang lezat. Setelah
mendapat perkenan ayah ibu mereka, dua orang
anak ini pergi menangkap katak hijau di tepi
sungai. Cin Cin sudah hafal tempat di mana
terdapat katak gemuk dalam jumlah besar, yaitu di
tepi sungai yang merupakan rawa.
Sebuah kantung kain yang mereka bawa sudah
hampir penuh katak hijau. Ketika Cin Cin ingin
mengajak Thian Ki pulang, tiba-tiba dia mendengar
saudara misannya itu berteriak kesakitan. Dia
cepat meloncat ke dekat Thian Ki.
"Ada apa, Thian Ki?" tanyanya sambil
mengangkat obornya tinggi-tinggi agar dapat
melihat lebih jelas.
"Ah, kakiku.......agaknya digigit sesuatu..... "
kata Thian Ki yang tadi melepaskan obornya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia mengambil obornya yang masih menyala,
lalu mereka berdua melihat ke arah kaki Thian Ki.
"Ihhhhh! Ular.......!" teriak Cin Cin yang
melihatnya lebih dulu. Thian Ki juga melihat seekor
ular melilit betisnya dan menggigit betis bagian
bawah. Dia menggerakkan tangan hendak
menangkap ular itu.
"Jangan sentuh!" Cin Cin berseru. "Itu ular
belang hitam, beracun sekali!"
Dengan mendekatkan obor, Cin Cin hendak
menggunakan kayu pemukul katak untuk
melepaskan ular itu dari kaki Thian Ki . Akan
tetapi, dia merasa heran karena ular itu agaknya
sudah menempel di kaki Thian Ki dan sama sekali
tidak bergerak-gerak biarpun sudah ia congkelcongkel
dengan kayu.
"Ehhhhhh......? Ular ini sudah mati!" teriaknya
heran. "Tapi jangan pegang, Thian Ki. Lebih baik
mari lekas pulang, lapor kepada orang tua kita.
Engkau dapat berlari?"
"Dapat.......!" Dan keduanya berlari-larian
pulang, meninggalkan kantong terisi katak yang
sejak tadi mereka kumpulkan. Dan ular itupun
masih menempel di kaki kiri Thian Ki.
Tentu saja keluarga itu terkejut ketika dua orang
anak itu datang berlari-larian, apalagi ketika Cin
Cin berteriak "ular, ular!" setelah memasuki
perkampungan mereka.
Dapat dibayangkan betapa kaget hati mereka
ketika melihat ular yang membelit betis kiri Thian
Ki.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan sentuh! Itu ular belang hitam yang amat
berbahaya!" teriak kakek Coa Song ketika melihat
ular sebesar ibu jari kaki dan yang panjangnya
hanya satu setengah kaki itu. Wajah kakek ini
pucat ketika melihat betapa kepala ular itu masih
menempel di betis cucu buyutnya, masih
menggigit! Dia tahu bahwa gigitan ular itu boleh
dibilang tidak ada obatnya!
Dia cepat mengambil kain, menggunakan kain
untuk melindungi tangan dan menangkap ular itu
pada lehernya lalu dia menarik. Ular itu terlepas
dan kakek itu terbelalak.
"Ular ini sudah mati!"
Lan Ci sudah merangkul puteranya dan Siang
Lee juga memegang pergelangan tangan puteranya.
Dia juga pucat dan khawatir sekali karena sebagai
penduduk dusun itu diapun tahu bahwa gigitan
ular belang hitam ini berarti maut. Kakek Coa
Song, Kam Seng Hin dan Poa Liu Hwa juga merasa
gelisah sekali. Mereka cepat mengambilkan air
panas dan obat anti racun. Akan tetapi tiba-tiba
Lan Ci berseru. "Harap mundur dan biarkan aku
memeriksa anakku. Minta lampu yang terang, air
panas dan pisau tajam!"
Siang Lee maklum bahwa isterinya adalah puteri
Ban-tok Mo-li, karenanya isterinya tentu ahli
tentang racun.
Kakek Coa Song ingat akan hal itu, demikian
pula Kam Seng Hin dan isterinya yang sudah
mendengar tentang toa-so mereka. Cepat mereka
mundur dan memper siapkan semua yang diminta
Lan Ci.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan tenang namun sigap Lan Ci mengangkat
tubuh anaknya dan merebahkannya di atas meja.
Lampu-lampu di dekatnya sehingga semua orang
dapat melihat ular itu dengan jelas. Lan Ci cepat
membalurkan obat bubuk kuning pada tangannya,
lalu dengan berani ia memegang ular yang tadi
sudah ditarik lepas dari kaki puteranya. Ia harus
memeriksa dulu racun macam apa yang ada pada
ular itu agar dapat menentukan obat penawarnya.
Akan tetapi ia terbelalak ketika memandang ular
mati di tangannya itu. Tubuh ular itu seperti
terbakar hangus! Ia memandang kepada Cin Cin.
"Apakah engkau tadi membakar ular itu, Cin Cin?
Membakar dengan obormu?" tanyanya sambil
menoleh kepada Cin Cin.
"Tidak, supek-bo!"
Siang Lee juga mendekat untuk memeriksa. Ular
itu benar sudah mati, mati terbakar!
Karena sukar memeriksa racun dari ular yang
sudah gosong itu, Lan Ci lalu memeriksa luka di
betis Thian Ki. Dan kembali ia terbelalak! Tidak
nampak keracunan pada luka itu. Hanya luka kecil
yang mengeluarkan sedikit darah. Bekas gigitan itu
tidak ada tanda keracunan, seperti tertusuk duri
saja! Ia memandang kepada Thian Ki yang juga
memandangnya. Siang Lee kembali memeriksa
tekanan nadi anaknya. Normal!
"Thian Ki..... " Lan Ci memanggil anaknya.
"Kenapa, ibu? Tidak apa-apa, bukan?"
Lan Ci menggeleng kepalanya, "Bagaimana
rasanya? Apakah panas? Atau ada perasaan nyeri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang luar biasa, apakah kepalamu pening dan
jantungmu berdenyut keras?"
Thian Ki tersenyum, menggelengkan kepala dan
bangkit duduk. "Sama sekali tidak, ibu. Aku tadi
hanya terkejut dan rasa gigitan itu hanya perih
sedikit, akan tetapi sekarang sudah sembuh lagi.
Ular apakah itu, ibu?"
Tentu saja semua orang menjadi terheran-heran,
akan tetapi juga gembira bukan main. Kakek Coa
Song seperti tidak percaya dan dia bahkan kini
memeriksa sendiri. Akhirnya dia tersenyum lebar
penuh kelegaaan hati. Cucu buyutnya itu memang
sama sekali tidak keracunan, betapapun tidak
mungkinnya hal itu.
"Apakah ular itu sudah kehilangan racunnya
ketika menggigit anakmu?" tanyanya kepada Lan
Ci.
Nyonya muda itu mengambil ular itu, lalu
sebatang tusuk sanggul perak dicabutnya dari
sanggulnya. Di bawah pandang mata semua orang,
nyonya muda itu menggosok-gosok ujung tusuk
sanggul perak itu ke mulut ular, di antara taringtaringnya.
Dan semua orang mengeluarkan seruan
ngeri karena segera tusuk sanggul yang tadinya
putih bersih itu tiba-tiba menjadi kehijauan lalu
menghitam! Lan Ci juga terbelalak menoleh kepada
puteranya yang hanya ikut memandang tidak
mengerti.
"Racun di mulut ular ini cukup kuat untuk
membunuh sepuluh orang dewasa!" kata Lan Ci.
"Aku akan memeriksa apa yang membuat binatang
ini mati terbakar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lan Ci menggunakan pisau menyayat tubuh ular
itu, memeriksa di bawah sinar lampu yang terang.
Dan iapun memandang kepada suaminya dengan
mata terbuka lebar, penuh keheranan dan
kekagetan.
"Ada apa?" Siang Lee bertanya khawatlr.
"Ular ini....... terserang racun yang amat hebat!"
Tentu saja ucapan ini membuat semua orang
terkejut dan terheran-heran dan bertanya-tanya.
Lan Ci diam saja, hanya mengerling sejenak
kepada suaminya lalu kepada puteranya.
"Bangkai ular ini harus dikubur yang dalam.
Kalau ada anjing makan dagingnya, anjing itu akan
mati."
Kam Seng Hin lalu menyuruh seorang anggota
Hek-houw-pang untuk melakukan penguburan itu
di kebun belakang. Peristiwa ini membuat semua
orang bertanya-tanya. Akan tetapi mereka semua
memaklumi ketika Lan Ci mengajak puteranya itu
memasuki kamar. Siang Lee yang masih
berkhawatir mengikuti dari belakang. Kini Cin Cin
yang dirubung semua orang dan anak ini
menceritakan terjadinya peristiwa yang
mengejutkan dan menggelisahkan tadi.
Setelah semua orang memasuki kamar masingmasing,
Kam Seng Hin memberi nasehat kepada
Cin Cin, "Anakku, engkau lihat tadi sikap Thian Ki.
Biarpun nyawanya terancam maut, dia begitu
tenang, begitu tabah. Engkau harus mencontoh
sikapnya itu. Menjadi seorang gagah haruslah
tenang dan tabah, biar menghadapi maut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekalipun. Jangan cengeng seperti seorang
perempuan lemah."
"Benar kata ayahmu, Cin Cin. Engkau harus
menjadi orang yang gagah perkasa dan sikap Thian
Ki tadi memang mengagumkan sekali. Sungguh
heran kalau anak seperti itu tidak diajar ilmu
silat," kata Poa Liu Hwa.
Sementara itu, setelah Thian Ki tidur pulas, Lan
Ci memberi isyarat kepada suaminya. Mereka
turun dari pembaringan dan bercakap-cakap
dengan suara berbisik di sudut kamar, menjauhi
pembaringan itu. Tadi mereka berdua melakukan
pemeriksaan lagi dengan teliti kepada tubuh putera
mereka, sampai mereka merasa yakin benar bahwa
Thian Ki tidak keracunan.
"Aku khawatir sekali," kata Sim Lan Ci dengan
suara berbisik.
"Hemm, kenapa? Bukankah dia sama sekali
tidak keracunan? Kita sepantasnya bersyukur,
kenapa engkau malah khawatir?" tanya Siang Lee,
juga berbisik.
Lan Ci mengerutkan alisnya. "Tadinya aku
sendiri merasa heran melihat gigitan ular yang
amat berbisa itu tidak membuat dia keracunan.
Akan tetapi setelah aku memeriksa keadaan ular
itu, mengertilah aku dan akupun merasa khawatir
bukan main."
"Apa yang kaukhawatirkan?" Siang Lee yang
melihat wajah isterinya berubah pucat,
merangkulnya dengan penuh sayang. "Jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membikin aku bingung, katakan apa yang
mengkhawatirkan hatimu."
Dan begitu dirangkul suaminya, Lan Ci
menangis di dada suaminya! Tentu saja Siang Lee
menjadi semakin kaget dan heran. Didekapnya
isterinya dan diusapnya air matanya. "Aih, engkau
membikin aku menjadi semakin bingung.
Kenapakah, sayang?"
Lan Ci mengeraskan hatinya dan membiarkan
suaminya mengusap air matanya. Kemudian ia
berhasil menenangkan hatinya dan beberapa kali
ia menghela napas panjang.
"Dahulu, sebelum aku ikut denganmu, ibuku
pernah bercerita bahwa ibu senang mempelajari
cara membuat seorang anak menjadi Tok-tong
(Anak Beracun). Aku tidak begitu
memperhatikannya dan sudah melupakan hal itu
lagi ketika ibu menjadi nikouw. Akan tetapi melihat
keadaan Thian Ki, aku tahu bahwa anak kita telah
menjadi Tok-tong!"
"Ahh.....!!!" Siang Lee terbelalak memandang
kepada isterinya, lalu ke arah Thian Ki yang tidur
pulas di pembaringan. "Tok-tong.....? Apa artinya
itu.....?"
"Artinya, anak kita yang kita ingin didik menjadi
orang yang tidak mengenal ilmu silat itu kini telah
memiliki tubuh yang membuat dia menjadi orang
yang amat berbahaya! Engkau lihat saja tadi
buktinya. Seekor ular berbisa yang amat
berbahaya, setelah menggigit dia, tidak membuat
Thian Ki keracunan, bahkan ular itu sendiri yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keracunan dan mati seperti terbakar. .Apalagi
kalau ada manusia yang menyerangnya!"
"Aduhh.......! Ba.....Bagaimana ini......?" Siang
Lee menjadi pucat dan dia memandang ke arah
puteranya. "Dia harus disembuhkan. Racun itu
harus dibuang dari tubuhnya!"
Dengan sedih Lan Ci menggeleng kepalanya.
"Tidak mungkin. Aku teringat sekarang semua
keterangan ibu. Anak yang akan dijadikan Toktong
itu bukan saja diberi minum racun, juga
tubuh digodok dengan air beracun, kemudian
ditusuki jarum beracun dan dimasuki hawa
beracun yang hanya dapat dilakukan oleh ibu.
Otomatis badan anak itu menjadi beracun, seperti
binatang beracun lainnya dan tidak ada yang dapat
menghilangkan racun itu dari tubuhnya."
"Celaka! Ya Tuhan, kenapa ia melakukan itu
kepada anak kita?" Siang Lee mengepal tinju dan
mukanya berubah merah karena marah. "Ibumu
jahat sekali! Sudah menjadi nikouw masih
mencelakai anak kita!"
Kini Lan Ci yang merangkul suaminya.
"Tenanglah, koko. Dalam keadaan seperti ini kita
harus tetap tenang agar dapat mencari jalan keluar
yang tepat untuk anak kita."
Sejenak mereka berangkulan dan akhirnya Siang
Lee dapat menenangkan hatinya.
"Ceritakan semua, apa akibatnya setelah anak
kita menjadi Tok-tong," kata Siang Lee dan
suaranya mengandung kepahitan yang hebat. Anak
satu-satunya, yang disayangnya dan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diharapkan akan menjadi seorang anak yang jauh
dari kekerasan dan ilmu silat, kini bahkan telah
menjadi anak beracun yang berbahaya!
"Thian Ki telah menjadi Tok-tong dan tidak ada
obat yang dapat memulihkannya. Dia akan
tumbuh dewasa secara normal. Akan tetapi
tubuhnya telah mengandung racun. Kalau dia
tidak diberi tahu, tanpa disengaja dia bisa
mengeluarkan hawa beracun, ludah beracun,
bahkan pukulan tangannya dapat mengandung
racun. Kita hanya dapat melatihnya agar dia dapat
mengendalikan diri, mengendalikan hawa beracun
di tubuhnya itu."
"Apa tidak ada akibat lain? Benarkah tidak ada
cara untuk menghilangkan racun itu?"
"Akibat yang amat menakutkan, kalau dia tahu
akan kemampuan hebat dalam dirinya untuk
merobohkan orang lain, kalau dia berambisi untuk
menjadi jagoan, tentu dia akan mencelakai banyak
orang. Dan ada satu cara untuk menghilangkan
racun itu, akan tetapi.."
"Tidak ada tapi! Apa cara itu? Akan kutempuh
lautan api sekalipun untuk mencarikan obatnya."
"Racun itu akan dapat berkurang sedikit demi
sedikit kalau dia.......berhubungan badan dengan
wanita. Akan tetapi, setiap orang wanita yang
berhubungan dengan dia akan mati keracunan.
Entah berapa banyak wanita yang akan mati
sebelum dia bersih dari racun itu."
"Ya Tuhan.......!!! Siang Lee seketika menjadi
lemas. Kalau obatnya macam itu, sampai matipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak akan mengijinkan puteranya membunuh
banyak wanita.
"Tidak ada lain jalan, suamiku. Kita harus
memberitahu anak kita sekarang juga, agar jangan
sampai terlambat. Bayangkan saja kalau dia tidak
tahu dan besok pagi bermain-main dengan Cin
Cin, kesalahan tangan memukulnya, dapat saja
tanpa disengaja hawa beracun itu bekerja dan Cin
Cin tewas di tangannya!"
Siang Lee nampak terkejut sekali. "Celaka,
engkau benar! Dia harus diberitahu agar
menyadari keadaan dirinya dan tidak sembarangan
membunuh orang.
Akan tetapi baru saja mereka mendekati tempat
tidur, di luar kamar mereka terdengar suara
gaduh, disusul ketukan pintu kamar mereka dari
luar.
"Suheng! Coa-suheng dan toa-so, harap buka
pintu, cepat! Ada hal yang penting sekali!"
terdengar suara Seng Hin, ketua Hek-houw-pang.
Tentu saja Siang Lee dan Lan Ci terkejut, mereka
menduga bahwa ini tentu ada hubungannya
dengan keadaan anak mereka yang mengejutkan
itu. Siang Lee cepat membuka daun pintu dan
ternyata Seng Hin sudah berdiri di situ bersama
Poa Liu Hwa yang memondong tubuh Cin Cin.
Mereka kelihatan panik.
"Ada apakah, sute?" tanya Siang Lee.
"Coa-suheng, mereka telah menyerbu dusun
kita!" kata Kam Seng Hin. "Mereka siapa?" tanya
Siang Lee.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mungkin anak buah orang buruan itu. Mereka
lihai sekali dan beberapa orang anak buah kita
telah roboh. Karena suheng dan toaso tidak mau
berkelahi, maka kami hendak menitipkan Cin Cin
di sini. Mohon suheng suka menjaga dan
melindungi anak kami ini."
Poa Liu Hwa menurunkan Cin Cin dan mereka
berdua lalu berloncatan keluar dari dalam kamar
itu.
"Ayah! Ibu! Aku ikut......!" Cin Cin berseru dan
lari mengejar. Akan tetapi Siang Lee telah
menangkap lengannya, lalu mengangkat dan
memondong anak itu
"Tidak boleh, Cin Cin. Ayah ibumu akan
bertempur, berbahaya sekali kalau kau ikut
dengan mereka. "
"Aku tidak takut, supek! Aku akan membantu
ayah dan ibu menyerang musuh!" Cin Cin meronta.
"Tidak boleh, Cin Cin. Ayah ibumu telah
menitipkan engkau kepada kami, kami harus
menjaga dan melindungimu. Mereka akan marah
kalau engkau menyusul ke sana. Di sinilah
bersama kami dan Thian Ki."
"Ayah, apakah yang terjadi? Apa ribut-ribut itu?"
Thian Ki yang terbangun oleh suara gaduh di luar
itu sudah turun dari pembaringan dan
menghampiri ayah ibunya. "Eh, Cin Cin disini?"
"Cin Cin, berjanjilah bahwa engkau akan berada
di sini bersama Thian Ki dan tidak akan mencari
ayah ibumu," kata Siang Lee sambil menurunkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin yang sudah tidak meronta lagi setelah
anak itu melihat Thian Ki.
"Baik, supek. Aku akan berada di sini bersama
Thian Ki."
Dari situ terdengar suara orang bertempur di
luar. Siang Lee dan istrinya saling pandang.
"Kita harus menengok keadaan kong-kong, dan
melihat apa yang terjadi," kata Siang Lee kepada
isterinya. Lan Ci mengangguk dan Siang Lee kini
menghadapi dua orang anak yang sudah saling
berpegang tangan dengan wajah tegang itu. "Thian
Ki dan Cin Cin, kalian dengar baik-baik. Dusun ini
diserbu orang-orang jahat, kami orang-orang tua
harus melawan mereka, akan tetapi kalian berdua
tidak boleh keluar. Kalian harus bersembunyi di
sini sampai kami kembali dan jangan sekali-kali
keluar. Mengerti?"
"Baik, ayah."
"Baik, supek."
Suami isteri itu hendak melangkah ke luar, akan
tetapi di ambang di ambang pintu, Lan Ci kembali
memasuki kamar itu dan memegang tangan Thian
Ki lalu menariknya dan berkata, "Thian Ki, engkau
ke sini sebentar, ibu mau bicara penting!"
Thian Ki menurut saja diajak ibunya ke sudut
kamar dan ibunya berbisik-bisik di telinganya.
"Thian Ki, di tubuhmu terdapat hawa beracun.
Ingat ular tadi mati ketika menggigit kakimu. Kelak
engkau harus mencari obat penawarnya, dan
jangan sekali-kali engkau menikah sebelum
sembuh. Setiap wanita akan mati kalau berdekatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
denganmu. Ingat baik-baik ini," kata Lan Ci dengan
suara berbisik dan sebelum Thian Ki yang menjadi
bengong itu sempat bertanya, ia sudah
meninggalkannya dan bersama suaminya ia lalu
keluar dari dalam kamar itu setelah menutupkan
daun pintunya.
Cin Cin menghampiri Thian Ki yang masih
tertegun bingung. "Thian Ki, apa yang dipesankan
ibumu tadi?" tanya Cin Cin sambil memegang
tangan Thian Ki.
Thian Ki menggeleng kepala. "Tidak apa-apa Cin
Cin. Ibu hanya pesan agar kita tidak keluar dari
sini karena di luar amat berbahaya, dan bahwa
aku harus melindungimu."
"Thian Ki, engkau tidak pandai silat, bagaimana
akan dapat melindungiku? Akan tetapi jangan
khawatir, aku dapat melindungi diriku sendiri,
bahkan aku yang akan melindungimu, kalau ada
orang jahat berani masuk ke sini akan kuhajar!"
Cin Cin mengepal kedua tinjunya.
Akan tetapi Thian Ki tidak tersenyum melihat
kelucuan Cin Cin itu. Dia sedang bingung. Ucapan
ibunya masih terngiang di telinganya dan dia tidak
mengerti artinya. Dia keracunan. Ular itu tadi mati
sendiri begitu menggigit kakinya. Akan tetapi, apa
artinya setiap wanita akan mati kalau berdekatan
dengannya? Ibunya juga seorang wanita dan
selama ini dekat dengannya, akan tetapi ibunya
tidak mati!. Dia sungguh tidak mengerti. Akan tapi
dia berjanji kepada diri sendiri untuk mencari obat
kalau benar di tubuhnya terdapat hawa beracun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebetulnya, apakah yang terjadi di dusun itu?
Benar seperti dugaan Hek-houw-pang-cu yang
mendengar laporan para anggotanya, malam itu
rombongan Pangeran Cian Bu Ong tiba di dusun
itu!. Mula-mula, pada malam hari yang gelap itu,
menjelang tengah malam, lima orang menghampiri
gardu penjagaan di pintu gerbang dusun Ta buncung.
Mereka itu bukan lain adalah lima orang
pembantu Utama Pangeran Cian Bu Ong, lima
orang bekas narapidana yang dia bebaskan, yaitu
Gan Lui, Lie Koan Tek, Thio Ki Lok, Gulana dan
Can Hong San. Mereka diutus Pangeran Cian Bu
Ong untuk melakukan penyelidikan sebagai
pembuka Jalan di dusun itu. Dari mata-matanya,
pangeran itu sudah mendengar bahwa daerah itu
dilindungi oleh Hek-houw-pang dan bahwa
perkumpulan orang gagah ini sudah didatangi
pasukan Kerajaan Tang dan dimintai bantuan
untuk menghadang dan menangkapnya.
Maka dia bersikap hati-hati dan lebih dulu
mengirim orang-orang kepercayaan sebelum
mengajak rombongannya masuk ke dusun itu.
Tentu saja para anggota Hek-houw pang yang
melakukan penjagaan di pintu gerbang itu menjadi
terkejut dan curiga ketika melihat munculnya lima
orang asing secara tiba-tiba di tengah malam itu.
"Heii, berhenti! Siapa kalian dan hendak ke
mana?" kepala jaga berseru dan bersama duabelas
orang anggota Hek-houw-pang lainnya dia
meloncat menghadang lima orang itu sambil
mengamati dengan penuh selidik. Seorang penjaga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyalakan sebuah lampu lain yang lebih besar
sehingga tempat itu tidak segelap tadi.
Biarpun dia yang paling muda, namun Can Hong
San secara resmi telah diangkat sebagai pembantu
utama oleh pangeran Cian Bu Ong, dan empat
orang yang lain diwajibkan untuk membantunya.
Karena ini merupakan perintah pangeran itu, maka
Lie Koan Tek mentaati perintah itu dan dia
menganggap orang muda itu sebagai atasannya.
Tiga orang jagoan yang lain tentu saja tunduk
kepada Hong San karena mereka bertiga sudah
pernah dikalahkan oleh pemuda perkasa ini. Kini
Hong San melangkah maju dan dengan sikap
angkuh dia menghadapi kepala jaga yang
berkepala botak itu.
"Apakah kalian ini anak buah perkumpulan yang
dinamakan Hek-houw-pang?" tanya Hong San,
suaranya dingin mengandung ejekan yang
memandang rendah.
Sudah lazim bagi orang-orang muda. DaIam
keadaan melakukan penjagaan keamanan itu,
timbul sikap gagah-gagahan karena bangga dan
merasa kuat. Demikian pula dengan orang-orang
Hek-houw-pang itu. Mereka mengangkat dada dan
tangan mereka siap meraba gagang senjata yang
tergantung di pinggang seperti pedang dan golok,
atau tombak yang berada di rak senjata di gardu
itu.
"Benar sekali. Kami adalah murid-murid Hekhouw-
pang yang melakukan penjagaan untuk
keamanan dusun kami!" jawab si botak. "Siapakah
kalian?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, bagus kalau kalian ini orang-orang Hekhouw-
pang. Nah, sekarang cepat beritahukan
kepada ketua kalian bahwa kami ingin bertemu
karena urusan yang amat penting," kata Hong San,
sikapnya masih dingin.
Para murid Hek-houw-pang itu saling pandang
dan si botak bersikap hati-hati. Siapa tahu, lima
orang ini adalah sahabat-sahabat ketua mereka
yang datang berkunjung sebagai tamu. Orangorang
kang-ouw memang banyak yang aneh.
Berkunjung di tengah malam seperti itu bukan
suatu pantangan bagi mereka.
"Jadi cu-wi (anda sekalian) ingin bertemu
dengan pang-cu kami?" tanya si botak, kini
sikapnya agak menghormati dan ragu-ragu. "Akan
tetapi, kami harus melaporkan dulu siapa cu-wi
dan apa keperluan cu-wi hendak menghadap pangcu
kami."
"Katakan saja kepada pang-cu kalian bahwa
kami berlima diutus oleh pangeran Cian Bu Ong.....
"
Baru bicara sampai di situ, para murid Hekhouw-
pang sudah terkejut sekali.
"Pemberontak!"
"Tangkap!"
"Kepung......!"
Tigabelas orang itu serentak mencabut senjata
dan mengepung lima orang yang bersikap tenang
itu. Si botak yang memegang sebatang pedang,
menudingkan telunjuk kirinya ke muka Can Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
San dan dia berseru dengan nyaring. "Lebih baik
kalian lima orang pemberontak menyerah kepada
kami daripada harus kami tangkap dengan
kekerasan!"
Hong San mengerutkan alisnya. Pangeran Cian
Bu Ong sudah marah ketika mendengar bahwa
Hek-houw-pang mengambil sikap bermusuhan
dengan dia dan akan membantu pasukan Kerajaan
Tang untuk menangkapnya. Dia sudah berpesan
kepada Hong San bahwa kalau ketua Hek-houwpang
mau diajak kerja sama, hal itu baik sekali.
Akan tetapi kalau mereka berkeras menentangnya,
maka lebih baik perkumpulan itu dibasmi saja!
"Hemm, orang Hek-houw-pang. Sekali lagi,
panggil ketuamu ke sini agar kami dapat bicara.
Atau kami akan mengambil jalan berdarah untuk
menangkap ketua kalian!"
"Serbuuuu! Hancurkan pemberontak!" teriak si
botak dan dia sendiri sudah menyerang Hong San
dengan pedangnya, karena pemuda itu berdiri
paling depan. Juga para murid lain sudah
menggunakan senjata mereka untuk menyerang
empat orang rekan Hong San.
Hong San adalah seorang muda yang amat lihai.
Ilmu kepandaiannya sudah mencapai tingkat
tinggi, maka tentu saja serangan murid tingkat ke
dua dari Hek-houw-pang itu tidak ada artinya bagi
dirinya. Bahkan kalau dia mau melindungi
tubuhnya dengan sin-kang, pedang itu tidak akan
mampu menyentuhnya, akan tetapi, Hong San
sama sekali tidak mengelak, bahkan menangkap
pedang si botak yang menyerang dengan bacokan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tangan kirinya menangkap pedang itu seolah
pedang itu bukan benda baja tajam yang
digerakkan dengan tenaga besar, melainkan
sebatang pedang kayu tumpul yang digerakkan
tangan seorang anak kecil saja. Dan tangan
kanannya dibarengi dengan tamparan ke arah
kepala botak itu.
"Prakkkk!" Si botak terjengkang dan roboh tewas
seketika karena kepalanya retak-retak dan
pedangnya terampas berada dalam cengkeraman
tangan kiri Hong San. Pemuda ini tidak berhenti
sampai di situ saja. Sekali dia melemparkan
pedang rampasan itu ke kiri, seorang pengeroyok
roboh dan pedang itu menancap di dadanya
sampai menembus punggung!
Empat orang rekannya juga sudah di keroyok
banyak murid Hek-houw-pang.
Gan Lui merobohkan seorang pengeroyok yang
tewas seketika oleh senjata cambuknya, Thio Ki
Lok juga menewaskan seorang pengeroyok dengan
golok gergaji. Demikian pula Gulana meremukkan
kepala seorang pengeroyok dengan tongkat
bajanya. Hanya Lie Koan Tek yang tampak raguragu.
Melihat betapa sudah ada lima orang roboh
tewas, dia melompat ke depan.
"Tahan semua senjata!" teriaknya dengan suara
lantang sekali karena tokoh Siauw-lim-pai ini
mengerahkan khi-kang sehingga suaranya keluar
dari perut dan amat nyaring. "Kami utusan
pangeran Cian Bu Ong datang untuk mengajak
bekerja sama, bukan bermusuhan. Kerajaan telah
dirampas pemberontak, apakah kalian hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantu pemberontak Tang? Mari kita bicara
dengan baik dan kami persilakan ketua Hek-houwpang
untuk keluar bicara dengan kami!"
"Akulah ketua Hek-houw-pang!" Tiba-tiba
terdengar suara keren dan Kam Seng Hin telah
berdiri di situ, didampingi oleh isterinya, Poa Liu
Hwa. Ketua yang berusia empatpuluh tahun ini,
yang bertubuh tinggi besar dan gagah, nampak
marah sekali melihat betapa lima orang murid Hekhouw-
pang telah roboh tewas. "Kailan anjing-anjing
penjilat Pangeran Cian Bu Ong yang memberontak!
Kami adalah rakyat yang tunduk dan taat kepada
pemerintah yang sah!"
Lie Koan Tek merasa khawatir sekali melihat
sikap ketua Hek-houw-pang itu. Dia tahu benar
betapa lihainya empat orang rekannya, terutama
sekali Can Hong San yang masih muda itu, dan
betapa kejamnya hati mereka. Kalau dibiarkan saja
perkelahian berlangsung lagi, tentu semua orang
Hek-houw-pang akan terbunuh mati. Maka diapun
cepat mendahului dengan suaranya yang lantang.
"Ketua Hek-houw-pang ternyata masih muda
dan gagah. Pangcu, ketahuilah bahwa pendirianmu
itu keliru. Pemerintah yang sah adalah kerajaan
Sui yang jatuh ke tangan pemberontak yang kini
mendirikan Kerajaan Tang. Kalau engkau ingin
menjadi seorang pahlawan, seharusnya engkau
membela Kerajaan Sui, bukan Kerajaan Tang yang
didirikan para pemberontak!"
"Tidak perlu memutar-balikkan kenyataan!"
bentak pula Kam Seng Hin marah. "Setiap orang
tentu tahu betapa lalimnya kaisar terakhir
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kerajaan Sui, menindas dan mencekik rakyat.
Panglima Li Si Bin adalah seorang pejuang rakyat,
seorang pahlawan yang mengenyahkan kaisar lalim
dan sekarang membangun pemerintahan baru
yang bersih dan adil. Kemudian Pangeran Cian Bu
Ong memberontak di Pohai, lalu sekarang menjadi
pelarian. Siapa tidak tahu akan hal itu? Sebaiknya
kalau kalian menyerah agar kami tangkap dan
kami hadapkan kepada pemerintah."
"Jahanam sombong!" bentak Can Hong San
marah dan diapun sudah menerjang dengan
tangan kirinya, menampar ke arah kepala Kam
Seng Hin. Ketua Hek-houw-pang ini merupakan
seorang murid kepala dan tentu saja sudah
memiliki kepandaian yang cukup tinggi. Namun,
kini dia berhadapan dengan seorang pemuda yang
kepandaiannya jauh lebih tinggi dari dia, maka
melihat tamparan itu, Kam Seng Hin cepat
menangkis sambil mengeluarkan seluruh tenaga.
"Plukkkk!" Begitu tangkisannya bertemu dengan
tangan Hong San, tubuh tinggi besar ketua itu
terpelanting dan terbanting keras! Tentu saja
semua anggota Hek-houw-pang terkejut.
Poa-Liu Hwa menolong suaminya dan beberapa
orang anggota Hek-houw-pang menyerang Hong
San dengan senjata mereka. Juga para anggota
Hek-houw-pang lainnya yang sudah berkumpul
telah mengepung dan mengeroyok empat orang
yang lain dengan senjata mereka. Biarpun dengan
hati yang berat, karena dikepung dan dikeroyok,
Lie Koan Tek terpaksa membela diri. Akan tetapi,
kalau dia hanya mengelak dan menangkis saja dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merobohkan para pengeroyok tanpa membunuh
atau melukai dengan berat, empat orang lainnya
sebaliknya seperti berpesta-pora menyebar maut di
antara para anggota Hek-houw-pang.
Poa Liu Hwa yang menolong suaminya mendapat
kenyataan bahwa suaminya tidak terluka, maka
mereka berdua lalu menghunus senjata dan ikut
pula mengeroyok. Terjadilah pertempuran yang
seru dan mati-matian.
Can Hong San tidak menggunakan pedangnya.
Pihak lawan dianggap terlalu lemah sehingga
cukup dengan suling di tangan kiri dan tangan
kanan yang kosong saja, dia sudah menyebar
maut.
Sudah enam orang roboh dan tewas oleh totokan
suling di tangan kiri atau hantaman tangan
kanannya. Dia mengamuk sambil tersenyum
gembira seperti orang yang sedang membunuhi
tikus saja. Melihat ini, Kam Seng Hin yang bersama
isterinya tadi mengeroyok Gulana, menjadi marah
sekali. Sambil berteriak nyaring dia membalik dan
menerjang Can Hong San, membantu anak
buahnya mengeroyok pemuda tampan ini.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 3
Kam Seng Hin terlampau marah dan hal ini
membuatnya kehilangan kewaspadaan.
Seharusnya dia tahu bahwa dia sama sekali bukan
lawan pemuda lihai ini. Tadipun dalam segebrakan
saja, dia telah roboh walaupun tidak terluka. Kini,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan kemarahan meluap, Kam Seng Hin
menggunakan pedangnya untuk menyerang Hong
San. Padahal, para anak buah Hek-houw-pang
sudah mulai gentar untuk mendekati pemuda itu,
karena tadi mereka melihat betapa setiap lawan
yang berani mendekat atau menyerang, tentu
roboh dan tewas!
"Haiiitttt ....!" Kam Seng Hin menerjang dengan
ganas, pedangnya menyambar ke arah dada Hong
San dengan tusukan maut.
"Hemm, kau sudah bosan hidup!" kata Hong San
sambil tersenyum mengejek. Tubuhnya mendoyong
ke kiri dan ketika pedang meluncur dekat
tubuhnya, dia menggerakkan tangan kanannya ke
arah kepala Kam Seng Hin. Gerakannya
sedemikian cepatnya sehingga tidak nampak oleh
ketua Hek-houw-pang yang tingkat kepandaiannya
kalah jauh itu.
"Prakkk!" Kam Seng Hin mengeluh dan terkulai
roboh, tewas seketika dengan kepala retak!
Melibat suaminya roboh, Poa Liu Hwa menjerit
dan dengan nekat ia menggerakkan pedangnya,
menyerang Hong San. Namun sambil tersenyum
pemuda ini menggerakkan kakinya menendang dan
tubuh wanita itu terjengkang jauh ke belakang. Ia
bangkit lagi, hendak mengadu nyawa membela
kematian suaminya, akan tetapi tiba-tiba tubuhnya
lemas karena ditotok orang dari belakang. Sebelum
ia roboh, sebuah lengan yang kuat menyambutnya
dan di lain saat ia telah berada di dalam
pondongan dua lengan yang kuat, kemudian orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu melarikan diri dengan loncatan jauh dan
menghilang dalam kegelapan malam.
Hong San melihat bahwa orang yang menotok
dan melarikan wanita itu adalah seorang rekannya,
yaitu Lie Koan Tek. Dia hanya tersenyum
mengejek, mengira bahwa tentu rekannya itu
tertarik pada wanita cantik isteri Hek-houw-pangcu
dan menculiknya untuk dipermainkan sebelum
dibunuh. Dia tidak perduli dan pada saat itu
nampak dua bayangan berkelebat dan tahu-tahu di
depannya berdiri seorang laki-laki tampan dan
seorang wanita cantik. Dia memandang heran
karena merasa pernah mengenal mereka, akan
tetapi lupa lagi entah di mana dan kapan.
Mereka itu adalah suami isteri Coa Siang Lee
dan Sim Lan Ci. Suami isteri ini tadi ikut keluar
dan sejenak mereka bingung melihat lima orang
yang amat lihai itu dikeroyok oleh puluhan anggota
Hek-houw-pang. Mereka memang sudah lama tidak
mau mencampuri urusan dunia kangouw, bahkan
tidak pernah mau mempergunakan ilmu silat
untuk berkelahi. Kini mereka ragu-ragu, akan
tetapi ketika melihat Kam Seng Hin roboh tewas
dan Poa Liu Hwa dilarikan orang, Siang Lee tidak
dapat menahan dirinya lagi dan diapun maju
mendekati tempat pertempuran.
"Aih, dia adalah jahanam itu ..." Tiba-tiba
isterinya, Sim Lan Ci berseru kaget. Siang Lee
memandang dan kini diapun mengenal Can Hong
San. Peristiwa itu terjadi dua tahun yang lalu
ketika Thian Ki berusia tiga tahun. Pada suatu
malam, seorang Jai-hoa-cat (penjahat cabul)
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muncul dalam kamar mereka, dan penjahat itu
lihai bukan main.! Mereka berdua mengeroyoknya
dan tiba-tiba penjahat itu menangkap Thian Ki
sebagai sandera, memaksa Sim Lan Ci untuk
menotok roboh Coa Siang Lee, kemudian dengan
mengancam nyawa Thian Ki penjahat itu memaksa
Lan Ci untuk menyerah digaulinya! Pada saat yang
amat berbahaya bagi kehormatan wanita itu
muncul seorang pendekar sakti, yaitu Huang-ho
Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning) Si Han Beng
sehingga perbuatan terkutuk itu dapat digagalkan
dan penjahat itu melarikan diri, tidak kuat
melawan Si Naga Sakti Sungai Kuning.
Penjahat itu bukan lain adalah Can Hong San
yang kini mereka hadapi!
"Keparat, kiranya engkau jai-hoa-cat hina!"
Siang Lee memaki dan diapun cepat maju
menyerang bersama isterinya.
Semenjak mereka mengambil keputusan untuk
hidup sebagai petani dan tidak pernah mau
melibatkan diri dalam perkelahian atau
permusuhan, suami isteri ini tidak pernah
membawa senjata, Sekarangpun mereka tidak
bersenjata lagi. Padahal Lan Ci memiliki sebatang
pedang pusaka yang bernama Cui-mo Hok-kiam
(Pedang Hitam Pengejar Iblis) dan biasanya dahulu
ia membawa sekantung Toat-beng Tok-piauw
(Piauw Beracun Pencabut Nyawa). Akan tetapi
sekarang, wanita itupun seperti suaminya hanya
menyerang dengan tangan kosong. Biarpun
demikian, ia memiliki Ban-tok Hwa-kun ( Silat
Tangan Kosong Selaksa Racun) yang dipelajarinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari ibunya, yaitu Ban-tok Mo-li, maka tentu saja
serangannya hebat dan hawa pukulan tangannya
mengandung racun. Juga Siang Lee menyerang
dengan pukulan-pukulan ampuh. Pria ini, selain
mewarisi ilmu-ilmu dari keluarganya, yaitu para
pimpinan Hek-houw-pang, juga pernah
mempelajari banyak macam ilmu silat dari tokohtokoh
kangouw, maka serangannya juga berbahaya
sekali.
Diam-diam Can Hong San terkejut melihat
gerakan suami isteri itu. Dia mengingat-ingat, akan
tetapi tidak mengenal mereka. Dan serangan
mereka itu membuat dia tidak sempat untuk
banyak mengingat lagi. Serangan mereka terlalu
berbahaya, maka diapun cepat mencabut
pedangnya, diputar pedangnya itu untuk membela
diri dan balas menyerang. Pedang dan sulingnya
menyambar nyambar dan kini suami isteri itu yang
terdesak, walaupun tidak begitu mudah bagi Hong
San untuk merobohkan mereka dalam waktu
singkat seperti yang tadi dilakukan terhadap
lawannya.
Gulana, jagoan peranakan Turki yang tinggi
besar hitam, juga sejak tadi mengamuk dan sudah
membunuh banyak lawan, ketika melihat betapa
Can Hong San dikeroyok dua orang laki-laki dan
perempuan yang lihai, segera membantu. Jagoan
ini wataknya sombong, maka melihat bahwa
biarpun lihai sekali, pria dan wanita yang
mengeroyok rekannya itu bertangan kosong, dia
lalu tertawa dan menancapkan tongkat bajanya di
atas tanah. Dia sudah melihat kecantikan Sim Lan
Ci dan timbul niatnya untuk menangkap wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik itu. Tadipun ia melihat bahwa seorang
rekannya, Lie Koan Tek, telah menangkap dan
melarikan seorang wanita cantik, maka timbul
keinginannya untuk menangkap wanita yang kini
mengeroyok Can Hong San itu.
Sambil tertawa, bagaikan seekor binatang, dia
menubruk dari belakang. Sim Lan Ci adalah puteri
Ban-tok Mo-li, tingkat kepandaiannya bahkan lebih
tinggi dibandingkan suaminya. Biarpun sudah
bertahun-tahun ia tidak pernah berkelahi, namun
gerakannya masih sigap dan pendengarannya
masih tajam, mendengar gerakan dari belakang itu,
padahal saat itu, suling di tangan Hong San sedang
meluncur dan menotok ke arah dadanya. Ia cepat
membalik, mengelak dari totokan suling sambil
memutar tubuh dan lengan untuk menyambut
serangan yang datang dari arah belakang itu. Akan
tetapi, betapa kagetnya ketika kedua pergelangan
tangannya ditangkap oleh dua buah tangan yang
berjari panjang dan besar, kuat bukan main
sehingga kedua pergelangan tangannya itu seolah
dicengkeram jepitan besi! Dan Gulana menyeringai
lebar karena kini dia mendapat kenyataan bahwa
wanita yang ditangkapnya itu luar biasa cantiknya!
"Heh-heh-heh, manis, marilah padaku.........hehheh!"
Dan sambil masih mencengkeram kedua
pergelangan tangan Lan Ci, dia membungkuk
dengan maksud untuk mencium muka wanita itu.
Kalau saja dahulu Lan Ci mempelajari ilmu-ilmu
yang amat jahat dari ibunya sehingga bukan saja
tangannya mengandung pukulan beracun, juga
kuku, gigi dan ludahnya dapat menjadi senjata
beracun, tentu dalam keadaan tertangkap kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengannya itu ia masih dapat menyerang dengan
ludah beracun. Akan tetapi Sim Lan Ci memang
berbeda dengan ibunya. Biarpun ia mewarisi ilmuilmu
ibunya, namun ia tidak pernah mau
mempelajari ilmu yang keji itu. Kini, dicengkram
kedua pergelangan tangannya, ia meronta-ronta
dan mencoba untuk melepaskan diri dengan
tendangan. Akan tetapi raksasa hitam itu
menariknya dekat sehingga tidak mungkin
menendang, dan yang lebih mengerikan lagi karena
raksasa itu mendekatkan mukanya dan mulut
yang lebar itu seolah moncong harimau yang
hendak menggigitnya! Lan Ci merasa ngeri sekali.
Tiba-tiba terdengar teriakan seorang anak kecil.
"Lepaskan ibuku!" Anak itu adalah Coa Thian Ki!
Tadi dia dan Kam Cin dipesan oleh orang tua
mereka untuk berdiam saja di kamar dan tidak
boleh keluar. Akan tetapi ketika mendengar suara
pertempuran semakin gaduh di luar, terdengar
teriakan-teriakan kesakitan, dua orang anak itu
tak mampu lagi menahan diri untuk tidak luar.
Mereka mengkhawatirkan orang tua masingmasing
dan akhirnya, seperti dikomando saja,
mereka bergandeng tangan untuk membesarkan
hati dan berlari keluar dari rumah itu. Dan mereka
melihat pemandangan yang mengerikan. Mayat
berserakan, darah bergelimang di mana-mana dan
mereka melihat empat orang yang mengamuk,
membunuhi para anggota Hek-houw-pang seperti
empat ekor kucing mengamuk dan membunuh
tikus-tikus yang mengeroyok mereka.
Ketika Thian Ki melihat ibunya tak berdaya
ditangkap oleh seorang raksasa hitam, dan ibunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meronta-ronta lemah, dia menjadi marah bukan
main. Melupakan segala, kecuali hanya ingin
menolong ibunya, Thian Ki lalu berlari dan
berteriak, "Lepaskan ibuku!" dan diapun sudah
meloncat ke arah punggung raksasa itu. Dia
sendiri tidak tahu betapa gerakannya meloncat itu
sungguh luar biasa sekali, cepat dan ringan.
Hal ini merupakan suatu keanehan yang
seringkali terjadi pada orang yang sedang takut
atau sedang diancam bahaya. Dalam keadaan
biasa, kiranya tidak mungkin sekali Ioncat anak itu
dapat tiba di atas punggung Gulana yang tinggi itu.
Dan karena dia tidak tahu apa yang harus
dilakukan untuk menolong ibunya, begitu tiba di
punggung, Thian Ki menggunakan kedua
lengannya merangkul leher Gulana kemudian
membuka mulutnya dan dia menggigit tengkuk
raksasa itu!
Tiba-tiba saja sepasang mata yang besar dari
raksasa Turki itu terbelalak melotot lebar,
cengkeraman kedua tangannya pada pergelangan
tangan Sim Lan Ci terlepas dan kini kedua
tangannya yang membentuk cakar itu bergerak ke
arah punggungnya sendiri, tentu saja dengan
maksud untuk menyingkirkan mahluk yang
menggigit tengkuknya dan yang membuat seluruh
tubuhnya terasa seperti dibakar itu. Akan tetapi,
dia hanya mampu mengangkat kedua tangan ke
atas dan sebelum cakar kedua tangan itu sempat
menyentuh tubuh Thian Ki, Gulana sudah roboh
tersungkur ke depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun tubuhnya kini sudah menjadi kaku,
mukanya menjadi hangus seperti dibakar, dan
tubuhnya rebah miring, namun Thian Ki masih
berada di punggungnya, merangkul dan menggigit
tengkuk, seperti lintah yang menempel di tubuh
yang gemuk dan banyak darahnya.
Melihat betapa rekannya roboh dengan muka
hangus, dan seorang anak laki-laki kecil masih
melekat di punggung mayat Gulana dan menggigit
tengkuk raksasa itu, Thio Ki Lok terbelalak. Bekas
kepala rampok ini selain ahli silat, juga ahli gulat
Mongol. Dia lalu maju dan mencengkeram ke arah
punggung Thian Ki. Demikian kuat
cengkeramannya sehingga baju di punggung anak
itu robek dan jari tangan si pendek gendut itu
mencengkeram kulit punggung Thian Ki, lalu
melemparkan anak itu sampai melayang sejauh
enam meter! Akan tetapi, Thio Ki Lok
mengeluarkan teriakan seperti seekor babi
disembelih, matanya terbelalak memandang tangan
kiri yang mencengkeram tadi. Tangan itu kini telah
hangus dan rasa nyeri menjalar dari tangan itu ke
atas! Dia adalah seorang yang berpengalaman,
maka tahulah dia bahwa entah bagaimana,
tangannya itu telah kena racun yang amat hebat
seperti racun ular berbisa yang paling berbahaya,
tanpa ragu-ragu lagi, tangan kanan yang
memegang golok bergerak dan.........."crokkk!" dia
telah membuntungi tangan kirinya sendiri sebatas
pergelangan tangan! Akan tetapi, kembali dia
meraung karena rasa nyeri itu telah menjalar ke
lengannya. Kembali goloknya bergerak dan kini dia
membuntungi lengan kirinya sampai sebatas siku!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Darah muncrat dan darah ini menghitam. Namun
usaha yang nekat ini terlambat. Thio Ki Lok
melempar goloknya, jatuh terpelanting, bergulingan
sambil meraung-raung dan tubuhnya berubah
menghitam, diapun tewas seperti Gulana!.
"Thian Ki.....!" Sim Lan Ci menghampiri
puteranya yang kini terlempar dan terbanting.
Pada saat itu, terdengar suara riuh rendah dan
tempat itu diserbu oleh pasukan pemerintah!
Kiranya tadi ada seorang anggota Hek-houw-pang
yang lari melapor kepada pasukan keamanan yang
kebetulan berada tidak jauh dari dusun Ta-buncung.
Melihat ini, Can Hong San terkejut dan maklum
bahwa sudah tiba saatnya ia dan teman-temannya
harus pergi, Lie Koan Tek sudah pergi melarikan
seorang wanita. Thio Ki Lok dan Gulana telah
tewas secara aneh oleh seorang anak kecil. Kini
hanya tinggal dia dan Gan Lui saja, dan dia harus
mempertanggung-jawabkan kegagalan ini kepada
Pangeran Cian Bu Ong! Maka, secepat kilat dia
menggerakkan suling dan pedangnya, mengirim
serangan dahsyat sekali kepada Coa Siang Lee.
Serangan ini terlalu hebat bagi Siang Lee. Biarpun
dia berusaha mengelak dengan loncatan ke
belakang, namun terlambat dan ujung pedang
menusuk lehernya. Robohlah Siang Lee dan dia
hanya sempat mengeluarkan keluhan menyebut
nama Thian Ki.
Sim Lan Ci yang masih merangkul puteranya,
terkejut mendengar suara suaminya. Ia menoleh
dan terbelalak melihat suaminya roboh mandi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
darah. Sim Lan Ci menjerit sambil memondong
putranya, meloncat ke dekat tubuh Siang Lee yang
sudah tewas, menubruk tubuh itu dan menjerit.
Akan tetapi pada saat itu, ujung sulingnya
bergerak cepat dua kali dan ibu dengan puteranya
lalu roboh pingsan. Can Hong San adalah seorang
yang amat cerdik. Melihat betapa anak itu mampu
membunuh Gulana dan Thio Ki Lok, dia dapat
menduga bahwa anak itu tentu memiliki suatu
keanehan dan mungkin menggunakan racun,
maka dia merobohkannya dengan suling.
Andaikata dia tidak berhati-hati dan mencoba
untuk menotok Thian Ki dengan tangan, mungkin
diapun akan menjadi korban dan keracunan. Di
lain saat, Hong San sudah memondong tubuh ibu
dan anak itu dan meloncat ke dalam gelap sambil
berteriak kepada Gan Lui. "Mari kita pergi!"
Kiu-bwe-houw Gan Lui juga khawatir karena
munculnya pasukan, maka mendengar ajakan ini
diapun cepat meloncat dan mereka berdua
menghilang di dalam kegelapan malam,
meninggalkan mayat dua orang rekan mereka yang
tak dapat ditolong lagi. Andaikata dua rekan itu
matinya wajar, mungkin mereka masih dapat
membawa jenazah mereka. Akan tetapi mereka
tewas dalam keadaan keracunan yang aneh. Amat
berbahaya untuk menyentuh tubuh yang
keracunan seperti itu.
Setelah pasukan keamanan datang menyerbu
dan dua orang itu melarikan diri, pertempuran
terhenti dengan sendirinya. Dan mulailah hujan
tangis. Lebih dari tigapuluh orang anggota Hekhouw-
pang tewas dalam perkelahian itu, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saking marahnya, sisa anak buah Hek houw-pang
menghujani mayat Thio Ki Lok dan Gulana dengan
senjata tajam sehingga dua buah mayat itu yang
sudah hangus menjadi hancur lebur!
Sungguh kasihan sekali melihat Kam Cin atau
Cin Cin. Anak ini juga keluar dari kamar bersama
Thian Ki. Kalau Thian Ki segera lari menyerang
Gulana untuk menolong ibunya, Cin Cin lari ke
arah mayat ayahnya, menubruk dan menangisi
mayat itu tanpa mempedulikan keadaan di
sekitarnya. Setelah pertempuran berhenti dan dia
ditolong, kembali anak ini menangis karena ibunya
lenyap, apa lagi dia mendengar bahwa ibunya
ditangkap penjahat dan dibawa lari.
Dusun Ta-bun-cung berkabung. Tiga puluh
enam orang anak buah Hek-houw pang
dimakamkan, diiringi tangis sanak keluarga
mereka. Lebih dari setengah jumlah anak buah
Hek-houw-pang tewas, bahkan ketuanya juga
tewas dan istri ketua lenyap. Lebih dari itu, Coa
Siang Lee juga tewas, isteri dan puteranya juga
dilarikan penjahat.
Pukulan ini terlalu hebat bagi kakek Coa Song
yang usianya sudah tujuh puluh sembilan tahun.
Berkali-kali kakek ini jatuh pingsan dan setelah
siuman, dia tidak mampu lagi bangkit dari tempat
tidurnya. Ketika dia minta Cin Cin dibawa
kepadanya, dia merangkul cucu buyutnya itu dan
mereka bertangisan.
Kakek itu jatuh sakit payah. Sebelum dia
meninggal dunia, dia mengumpulkan sisa anak
buah Hek-houw-pang. Cin Cin duduk di tepi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembaringan dengan mata merah dan bengkak.
Kakek itu lalu meninggalkan pesan. Dia
menugaskan seorang cucu murid bernama Lai
Kun, yaitu seorang sute (adik seperguruan)
mendiang Kam Seng Hin, untuk mengantar Cin Cin
pergi mencari Si Han Beng, Si Pendekar Naga Sakti
Sungai Huang-ho di dusun Hong-cun di tepi sungai
Huang-ho dan menyerahkan Cin Cin untuk
menjadi murid pendekar sakti itu.
Dengan tangan gemetar, untuk terakhir kalinya
kakek itu menulis surat singkat kepada Si Han
Beng. Dia sendiri tidak mengenal Si Han Beng
secara langsung, akan tetapi cucunya, Coa Siang
Lee telah menceritakan kepadanya bahwa
pendekar sakti Si Han Beng adalah adik angkat
cucunya itu. Maka, dia mengambil keputusan
untuk mengirim cucu buyutnya, Kam Cin kepada
pendekar sakti itu agar menjadi muridnya dan
kelak dapat membalaskan kematian ayahnya dan
mencari ibunya yang dilarikan penjahat. Juga di
dalam suratnya dia menceritakan bahwa Coa Siang
Lee tewas di tangan penjahat yang sama, dan istri
Siang Lee juga dilarikan penjahat. Setelah
membuat surat itu, kakek Coa Song lalu berpesan
kepada semua anak buah Hek-houw-pang bahwa
mulai hari itu, Hek-houw-pang dibubarkan dan
semua murid boleh mengambil jalan hidup masingmasing.
Semua harta milik Hek-houw-pang dibagibagikan
kepada para murid. Setelah meninggalkan
semua itu, kakek Coa Song menghembuskan
napas terakhir, ditangisi Kam Cin yang seolah telah
kehabisan air mata, sehingga anak ini hanya
merintih dan mengeluh dengan bingung.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua murid Hek-houw-pang patuh pada pesan
terakhir kakek Coa Song. Setelah mengurus
jenasah kakek Coa Song, Lai Kun yang menerima
tugas mengantar Kam Cin ke dusun Hong-cun,
segera mengajak anak itu berangkat. Cin Cin
meninggalkan dusun Ta-bun-cung dengan
menangis memilukan. Dia menangisi kematian
ayahnya, kehilangan ibunya, dan kematian kakek
buyutnya. Keberangkatan anak ini diantar sampai
ke luar dusun oleh semua bekas anggota Hekhouw-
pang, dan tak seorangpun yang tidak ikut
menangis saking terharu dan kasihan melihat
nasib Kam Cin, anak yang baru berusia lima tahun
dan yang biasanya lincah jenaka dan periang itu.
oo000oo
Can Hong San dan Gan Lui, dengan tubuh lesu
karena lelah, menghadap Pangeran Cian Bu Ong di
tempat persembunyian pangeran itu sambil
membawa Sim Lan Ci dan Thian Ki yang masih
pingsan, karena setiap kali mereka siuman, Hong
San menotok mereka dengan seruling membuat
mereka pingsan kembali. Dia menyuruh Gan Lui
untuk memanggul tubuh Thian Ki, sedang dia
sendiri memanggul tubuh Lan Ci. Rekannya itu
mengomel panjang pendek. Pemuda itu memanggul
tubuh wanita yang hangat dan cantik sedangkan
dia harus memanggul tubuh seorang laki-laki,
tubuh yang amat berbahaya karena beracun!
Tadinya dia ingin membunuh saja anak itu yang
hanya menjadi beban, akan tetapi Hong San
melarangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan tolol," demikian Hong San menegur
rekan yang menjadi pembantu atau bawahannya
itu. "Tugas yang kita lakukan biarpun berhasil
membasmi Hek houw-pang, akan tetapi juga
mengalami kegagalan besar dengan tewasnya Thio
Ki Lok dan Gulana. Bagaimana kita harus membela
diri di depan pangeran kalau kita tidak membawa
anak ini hidup- hidup? Biar pangeran melihat
sendiri bahwa dua rekan kita itu tewas oleh anak
setan ini. Kalau engkau membunuhnya dan
meninggalkannya, apa yang kaujadikan alasan
kepada pangeran?"
Mendengar ucapan itu, Gan Lui hanya cemberut,
akan tetapi dia tahu bahwa memang alasan yang
dlkemukakan Hong San itu masuk akal. Dia dapat
membayangkan betapa Pangeran Cian Bu Ong
akan kecewa mendengar betapa dua orang
pembantunya tewas, dan seorang lagi yaitu Lie
Koan Tek bahkan melarikan diri membawa seorang
wanita keluarga Hek houw-pang.
Setelah mereka membawa ibu dan anak itu ke
depan Pangeran Cian Bu Ong dan menceritakan
hasil pelaksanaan tugas mereka, pangeran itu
menjadi marah dan menggebrak meja di depannya.
''Bodoh, sungguh bodoh sekali! Menghadapi
perkumpulan kecil seperti Hek-houw-pang saja
kalian sampai kewalahan dan dua orang tewas?
Dan ke mana perginya Lie Koan Tek?"
Hong San dan Gan Lui saling pandang, lalu
Hong San berkata, "Tadinya kami mengira bahwa
dia telah pulang lebih dulu membawa tawanannya,
seorang wanita cantik. Kalau tidak salah istri ketua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hek-houw-pang. Kalau dia tidak kembali ke sini,
berarti dia tentu melarikan diri dan membawa
wanita itu. Memang sejak semula aku tidak
percaya kepada murid Siauw-lim-pai itu,
pangeran!"
Pangeran Cian Bu Ong mengerutkan alisnya.
"Hem, kalau benar dia melarikan diri dan
mengkhianatiku, masih ada waktu untuk
mencarinya dan dia akan menyesali perbuatannya!
Akan tetapi, bagaimana Thio Ki Lok dan Gulana
sampai tewas, dan mengapa pula kalian tidak
membawa mayat mereka, sebaliknya membawa
wanita dan anak ini?"
Karena takutnya, Kiuw-bwe-houw Gan Lui diam
saja hanya menundukkan kepala, membiarkan
Hong San yang menghadapi pangeran yang sedang
kecewa dan marah itu. Hong San bersikap tenang
saja. Tidak seperti para pembantu lainnya, dia
tidak pernah merasa gentar terhadap pangeran itu.
Kalau dia merendahkan diri menjadi pembantu,
hal itu dilakukannya karena pangeran itu telah
menolongnya keluar dari penjara. Juga karena dia
mengharapkan kelak akan mendapat jasa kalau
pangeran itu berhasil dalam perjuangannya.
"Hendaknya paduka ketahui bahwa dua orang
rekan kami itu tewas keracunan sehingga amat
berbahaya untuk membawa mayat mereka ke sini,
bahkan menyentuhnyapun berbahaya. Mereka
tewas secara tidak wajar dan yang membunuh
mereka adalah anak ini. Maka aku menangkap dia
dan juga ibunya, kemudian terserah keputusan
paduka, pangeran."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran itu terbelalak. "Anak ini? Membunuh
Thio Ki Lok dan Gulana? Hong San, siapa dapat
percaya laporanmu? Jangan bohong?"
Akan tetapi Hong San menentang pandang mata
pangeran itu dengan berani. "Aku tidak pernah
berbohong, pangeran. Ketika Gulana berhasil
menangkap tangan wanita ini yang memiliki ilmu
silat lumayan, anak ini muncul dan meloncat ke
punggung Gulana, menggigit tengkuknya dan
Gulana roboh dan tewas dengan tubuh menghitam.
Thio Ki Lok mencengkeram anak ini dan tangannya
sendiri yang keracunan, dibuntunginya tangan itu
namun racunnya sudah menjalar ke seluruh tubuh
dan diapun tewas keracunan. Karena kami ingin
membawa bukti, kami menangkap ibu dan anak ini
untuk dihadapkan paduka."
"Ehhhh......?" Pangeran Cian Bu Ong turun dari
kursinya dan menghampiri ibu dan anak yang
masih pingsan itu. Dia mula-mula memeriksa
tubuh Thian-Ki, meraba dadanya, nadinya,
membuka mulutnya dan memeriksa kuku
tangannya, lalu meletakkan telapak tangan di
pusar anak itu. Hanya sebentar karena dia sudah
melepaskan tangannya dan meloncat ke belakang,
matanya terbuka lebar.
"Anak ini.......dia.....dia Tok-tong (Anak
Beracun)!" serunya.
"Tok-tong? Apa artinya itu, pangeran?" Biarpun
dia sendiri berpengalaman luas, namun selama
hidupnya belum pernah Hong San mendengar
tentang Anak Beracun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi pangeran itu tidak menjawab karena
dia sedang memeriksa keadaan Sim Lan Ci yang
masih rebah pingsan. Wanita berusia tigapuluh
dua tahun ini memang memiliki kecantikan yang
khas, manis dan jelita. Pangeran Cian Bu Ong
bukan seorang mata keranjang yang mudah
tertarik kecantikan wanita. Di waktu mudanya,
sebagai seorang pangeran, adik tiri mendiang
Kaisar Yang Ti, wanita manapun yang
dikehendakinya tentu dapat diperoleh. Maka kini,
dalam usia limapuluh satu tahun dia tidak lagi
haus akan wanita cantik.
Akan tetapi, sekali ini dia mengerutkan alisnya
yang tebal, memutar otaknya dan diapun
mengangguk-angguk sambil menatap wajah Sim
Lan Ci.
"Hong San, bagaimanapun juga, aku merasa
girang bahwa engkau memutuskan membawa
wanita dan anak ini kepadaku. Engkau benar dan
jasamu ini cukup besar. Akan tetapi, hubungan
antara kita sampai di sini dan kau terimalah ini
sebagai imbalan jasamu!"
Pangeran itu mengeluarkan sebuah kantung
kecil dan melemparkan benda itu ke arah Hong
San. Pemuda ini memandang heran, menyambar
bungkusan atau kantung kain itu dengan tangan
kiri dan membukanya. Isinya potongan-potongan
emas murni!
"Pangeran, apakah artinya ini? Mengapa paduka
memutuskan hubungan?" tanyanya, akan tetapi di
dalam hatinya ia merasa gembira karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keputusan ini berarti kebebasannya dan dia masih
menerima hadiah yang demikian berharga pula.
Pangeran itu menarik napas panjang.
"Perjuanganku tidak akan berhasil selama aku
tidak dapat mengumpulkan orang yang cukup
banyak untuk membentuk pasukan. Tidak enak
kalau hidup sebagai pelarian yang terus diburu,
dikejar-kejar. Maka kubebaskan engkau, boleh
engkau pergi ke manapun engkau suka."
Can Hong San adalah seorang yang amat cerdik.
Dia hanya mempunyai satu saja pertimbangan,
yaitu asal baik dan menguntungkan untuk dirinya
sendiri yang lain dia tidak perduli lagi. Maka dia
lalu memberi hormat kepada pangeran itu.
"Terima kasih, Pangeran. Kalau begitu, sekarang
juga aku hendak pergi."
"Pergilah, Can Hong San. Engkau seorang
pembantu yang baik. Mudah-mudahan kelak,
kalau keadaanku mengijinkan, engkau dapat pula
membantuku. Kalau aku sudah kuat, engkau
carilah aku, engkau akan kuberi tugas dan
kedudukan yang baik."
Hong San mengangguk dan diapun pergi
meninggalkan pondok darurat di dalam hutan itu.
Gan Lui kini mengangkat muka memandang
kepada Pengeran Cian Bu Ong. Dia pun
mengharapkan untuk dibebaskan seperti Hong San
dan diberi hadiah. Diapun selalu merasa khawatir
kalau harus mengikuti pangeran yang menjadi
pelarian dan dikejar-kejar pasukan pemerintah itu.
Apalagi kini dari lima orang pembantu utama,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya tinggal dia seorang. Hal ini amat
mengecilkan hati. "Apakah hamba juga harus
pergi, pangeran?" Dia memberanikan diri bertanya.
Gan Lui ini sejak mudanya memang selalu menjadi
penjahat dan pemberontak. Dia tidak suka kepada
Kerajaan Sui yang kini telah jatuh itu karena
dahulu ayahnya yang bernama Gan Lok dan
berjuluk Kiu-bwe-houw, tewas oleh pasukan
pemerintah Kerajaan Sui. Dia sendiri juga
mempergunakan julukan ayahnya dan ketika dia
bersama kawan-kawannya melakukan
pemberontakan, dia akhirnya tertangkap dan
dihukum sampai akhirnya dia dibebaskan oleh
Pangeran Cian Bu Ong.
"Nanti dulu, Gan Lui. Sebelum engkau
kubebaskan, aku mempunyai tugas untukmu.
Kaulihat ibu dan anak ini. Mereka adalah orangorang
Hek-houw-pang yang kubenci karena mereka
membantu pemerintah Tang. Juga anak ini telah
membunuh Thio Ki Lok dan Gulana. Karena itu,
ibu dan anak ini harus dihukum dan engkau yang
harus melakukannya." kata sang pangeran sambil
tersenyum kejam.
Sepasang mata Gan Lui mengeluarkan sinar
bengis. "Ah, serahkan saja kepada hamba,
pangeran! Akan hamba cincang tubuh ibu dan
anak ini. Hamba juga dendam kepada mereka atas
kematian dua orang rekan hamba!"
Akan tetapi pangeran itu menggelengkan kepala.
"Tidak begitu caranya Gan Lui. Terlampau enak
untuk mereka kalau dibunuh begitu saja. Mereka
harus disiksa dulu lahir batin sebelum dibunuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Engkau tahu caranya menghukum dan menyiksa
seorang wanita, bukan? Dia cantik, tidak sukar
bagimu untuk mempermainkan sesuka hatimu dan
semua harus kaulakukan di depan anaknya."
"Anak setan itu harus melihat ibunya
dipermainkan orang! Engkau tidak boleh
membunuh anak itu, juga tidak boleh membunuh
ibunya sebelum kuber ijin. Mengerti apa yang
kumaksudkan?"
Gan Lui adalah seorang penjahat besar. Sampai
usia tigapuluh lima tahun itu, entah kejahatan
macam apa yang belum pernah dia lakukan. Dia
sudah biasa merampok, membunuh, memperkosa,
menyiksa dan dia terkenal sebagai seorang datuk
atau tokoh besar dunia kang ouw. Mendengar
ucapan pangeran itu, ia menyeringai dan otomatis
tangannya meraba kumisnya yang jarang seperti
kumis tikus, dan matanya yang sipit menjadi
semakin sipit seperti terpejam. "Hamba mengerti,
Pangeran. Harap jangan khawatir, ia akan
mengalami penghinaan yang takkan dapat ia
lupakan selama hidupnya! Dan terima kasih,
paduka telah menyerahkan si cantik manis ini
kepada hamba."
"Nah, aku hendak pergi, kaulakukanlah
perintahku baik-baik. Akan tetapi ingat, jangan
sentuh wanita ini sebelum ia sadar, agar ia
merasakan siksa batin yang paling hebat. Dan
jangan lupa, engkau tidak boleh membunuhnya,
juga tidak boleh membunuh anak ini. Aku sendiri
yang akan membunuh mereka. Awas kalau engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melanggar perintahku, engkau akan kuhukum
berat!"
Gan Lui menyeringai. Apa sukarnya tugas
memperkosa wanita cantik? "Jangan khawatir,
pangeran. Hamba akan melaksanakan perintah
sebaiknya, ha-ha-ha!"
Pangeran Cian Bu Ong meninggalkan pondok itu
dan dengan kecepatan luar biasa dia mengunjungi
orang-orang yang berkumpul tak jauh dari pondok
bersembunyi di tengah hutan. Setelah memberi
perintah kepada belasan orang pembantunya, dia
lalu kembali ke pondok. Gerakannya demikian
ringan sehingga tidak terdengar oleh Gan Lui yang
mulai beraksi di dalam pondok itu untuk
melaksanakan perintah yang baginya amat
menyenangkan itu.
Gan Lui mengamati wajah wanita yang rebah
miring di atas lantai itu sambil tersenyum-senyum,
kemudian dia membungkuk dan memondong
tubuh itu. "Manisku, mari kita pindah ke
pembaringan, heh-heh-heh!" Ingin dia mencium
mulut itu, akan tetapi dia ingat akan ancaman
Pangeran Cian Bu Ong dan ia bergidik. Tidak, dia
tidak akan berani melanggar. Dia harus menanti
sampai wanita ini siuman, baru dia akan
memperlakukannya sesuka hatinya. Dia harus
bersabar. Direbahkannya wanita itu di atas
pembaringan tunggal yang terdapat di sudut
ruangan. Anak itu ia biarkan rebah di lantai.
Kemudian ia duduk di atas kursi dan melihat ada
seguci arak di atas meja, dia menyambarnya dan
mulai dia minum arak sambil menoleh ke arah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembaringan, menanti sampai Sim Lan Ci siuman
dari pingsannya. Sudah agak lama sejak Hong San
menotoknya pingsan dan Gan Lui tidak lama
menunggu. Kini terdengar wanita itu mengeluh
lirih.
"... Siang Lee... Thian Ki......ah, Siang Lee......."
wanita itu mengeluh dan menggerakkan tubuhnya.
Gan Lui sudah meloncat dan duduk di tepi
pembaringan.
"Heh heh heh, manis, engkau sudah bangun?
Engkau cantik sekali!" katanya dan diapun
merangkul.
Lan Ci membuka matanya dan dapat
dibayangkan betapa kagetnya ketika melihat
dirinya didekap seorang laki-laki yang tinggi kurus
bermuka kuning dan berkumis tikus dan bermata
sipit. Orang itu mendekap dengan kurang ajar,
tangannya meraba dadanya dan mukanya begitu
dekat, siap untuk menciumnya!
"Lepaskan aku, keparat!" bentaknya dan ia
menggerakkan kedua tangan untuk memukul.
Namun sambil terkekeh Gan Lui yang sudah siap
itu menangkap kedua lengan Lan Ci dengan
cengkeraman cakar harimau, satu di antara
kepandaiannya yang dia andalkan. Namun, Lan Ci
meronta dengan mengerahkan seluruh tenaganya
bahkan mengerahkan tenaga Ban-tok Sin kang.
Ilmu dari ibunya yang membuat hawa yang
mendorong tenaganya itu mengandung racun.
Walaupun tidak terlalu kuat karena Lan Ci tidak
melatihnya selama bertahun-tahun, namun cukup
membuat Gan Lui terkejut ketika merasa betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telapak tangannya seperti memegang lengan yang
terbuat dari baja panas.
Kesempatan selagi cengkeraman Gan Lui
mengendur dipergunakan oleh Lan Ci untuk
meronta lepas dan ia meloncat turun dari atas
pembaringan. Melihat Thian Ki roboh pingsan di
atas lantai, hatinya khawatir bukan main. Ia dan
puteranya telah terjatuh ke tangan seorang
penjahat keji yang hendak memperkosanya! Demi
keselamatan puteranya, demi kehormatannya, ia
harus membela dirinya mati-matian.
"Thian Ki... .!" Ia berseru akan tetapi tidak dapat
mendekati anaknya karena ia maklum bahwa
lawannya amat berbahaya.
"Ha-ha-ha, sungguh seperti seekor kuda betina
liar! Ha, makin liar makin menyenangkan. Engkau
memang harus merasakan kelihaianku, harus
menderita siksaan lahir batin." Tar-tar-tar....... !
Cambuk yang ujungnya berekor sembilan itu
meledak-ledak di udara. Cambuk itu memang
sengaja diberi ekor sembilan yang dahulu
merupakan senjata andalan ayah Gan Lui, sesuai
pula dengan julukan mereka Kiu-bwe-houw
(Harimau Ekor Sembilan). Kini, cambuk itu
meledak-ledak, kemudian meluncur turun
menyerang ke arah tubuh Lan Ci.
"Tar-tarrr......!"
Lan Ci bertangan kosong dan biarpun ia
memiliki gerakan lincah, namun tingkat
kepandaian penyerangnya berimbang dengan
tingkatnya, bahkan lebih tinggi sedikit dan kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lawan itu menggunakan cambuk yang panjang,
sedangkan ia bertangan kosong. Lan Ci
berloncatan mengelak, akan tetapi sembilan ekor
cambuk itu seperti ular-ular hidup terus
mengejarnya dan melecut-lecut.
"Tar-tar-tarr.....I"
Dengan kelincahannya, Lan Ci berhasil meloncat
ke sana sini, menyusup di antara sinar ujung
cambuk dan bahkan ia meloncat mendekat dan
kakinya melakukan tendangan kilat ke arah pusar
lawan!
"Ehh.......?" Gan Lui terkejut juga.
Tak disangkanya bahwa calon korbannya itu
sedemikian lincahnya. Terpaksa ia mengelak ke
kiri, akan tetapi, kembali tangan kiri wanita itu
menyambar dengan pukulan yang mendatangkan
hawa panas. Hawa beracun! Demikian
berbahayanya pukulan yang mengandung hawa
beracun itu sehingga terpaksa Gan Lui melempar
tubuh ke atas lantai, bergulingan dan cambuknya
menyambar-nyambar ke atas.
Tanpa setahu dua orang yang sedang berkelahi
mati-matian itu, sepasang mata sejak tadi
mengikuti semua gerakan mereka dan ketika Lan
Ci menyerang dengan tendangan dan disusul
pukulan yang mengandung hawa beracun, pemilik
sepasang mata itu memandang kagum. Pengintai
itu bukan lain adalah Pangeran Cian Bu Ong!
Pangeran itu sejak mendengar cerita Hong San,
merasa tertarik sekali kepada Thian Ki. Apa lagi
setelah dia memeriksa sendiri keadaan tubuh anak
itu. Seorang Tok-tong (Anak Beracun)! Dia sendiri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya mempunyai seorang anak perempuan yang
usianya juga masih kecil, kurang dari lima tahun.
Kalau saja dia dapat mengambil Tok-tong ini
sebagai anak, atau setidaknya sebagai murid. Akan
digemblengnya anak itu dan kelak pasti akan
menjadi jagoan nomor satu di dunia. Jagoan yang
akan lebih hebat dari pada dia sendiri, dan dalam
waktu belasan tahun saja, mungkin anak ini yang
akan dapat membuat cita-citanya terwujud! Dan
diapun sudah melihat ibu anak itu. Seorang wanita
yang masih muda, berwajah cantik manis,
bertubuh berisi dan indah. Kini ditambah lagi
dengan kenyataan bahwa wanita itu memiliki
tingkat kepandaian silat yang hebat, sebanding
dengan para pembantu utamanya kecuali Can
Hong San. Ah, dia melihat keuntungan besar
baginya. Dia sejak tadi mengikuti gerak-gerik
kedua orang itu dan setiap saat siap untuk
melindungi Lan Ci.!
Kini Lan Ci kembali terdesak oleh serangan
bertubi-tubi dari cambuk itu. Gan Lui yang
maklum bahwa wanita ini sungguh tidak boleh
dipandang ringan hanya ingat bahwa Pangeran
Cian Bu Ong tak menghendaki dia membunuh
wanita Itu. Dia mempercepat gerakan cambuknya
dan kini ujung sembilan ekor cambuknya itu
mematuk-matuk ke arah pakaian Lan Ci.!
"Bret-bret-bret.... tar-tarr.... !" Mulailah pakaian
wanita itu cabik-cabik tergigit ujung cambuk.
Lan Ci berteriak marah, akan tetapi ia tidak
berdaya menghadapi hujan lecutan sembilan ekor
ujung cambuk itu. Ia seolah-olah ditelanjangi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedikit demi sedikit oleh cambuk itu dan mulai
nampak pakaian dalamnya yang tipis berwarna
merah muda. Bahkan bagian atas dadanya sudah
nampak, dan ada bagian kulit tubuhnya yang
babak belur!
Tiba-tiba ada sebuah batu kerikil melayang dan
mengenai tengkuk Thian Ki yang sedang rebah
pingsan. Anak itu nampak terkejut, bergerak dan
bangkit duduk. Dia terbelalak melihat ibunya
dihajar cambuk oleh seorang laki-laki tinggi kurus
muka kuning. Ibunya sudah hampir telanjang.
"Ibuuu.....!" Dia meloncat bangun.
Tentu saja Lan Ci terkejut bukan main
mendengar teriakan anaknya. Tanpa menoleh
karena ia harus mengelak dan mencoba untuk
menangkap ujung cambuk iapun berseru.
"Thian Ki! Larilah....! Selamatkan dirimu.
Lari......!"
Akan tetapi Thian Ki sama sekali tidak lari
keluar, bahkan lari menghampiri!
"Engkau jahat! Engkau mencambuki ibuku.!
Engkau jahat sekali! Hentikan serangan itu!"
"Tar-tarrr!" Ujung cambuk menyambar ke arah
tubuh Thian Ki. Leher dan dada anak itu terkena
cambuk, akan tetapi anak itu seperti tidak
merasakan biarpun kulit lehernya berdarah. la
menerjang terus, berusaha untuk menangkap kaki
Gan Lui.
"Anak Setan! Minggatlah!" Gan Lui berseru
marah. Kalau dia menghendaki, tentu sekali pukul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau tendang dia akan dapat membunuh anak itu.
Akan tetapi dia tidak berani melakukannya karena
ingat akan ancaman Pangeran Cian Bu Ong.
Kembali cambuknya meledak-Iedak, akan tetapi
anak itu di bawah hujan cambuk, tetap saja
menerjangnya. Dan ketika cambuknya menyambar
ke arah anak itu, Lan Ci yang terbebas dari
desakan cambuk, sudah mengirim pukulanpukulan
beracun!
Gan Lui menjadi sibuk sekali. Dia mengelak dari
hantaman Lan Ci, kemudian dengan cambuknya
dia menahan serangan Lan Ci dan tangan kirinya
menyambar dan menangkap kedua lengan Thian
Ki. Dia pikir bahwa anak itu agaknya memiliki
pukulan beracun seperti ibunya. Kalau sudah
ditangkap kedua lengannya tentu tidak akan
mampu bergerak. Mudah menotoknya agar anak
itu pingsan. Akan tetapi, begitu kedua lengannya
dicengkeram, Thian Ki yang hendak menolong
ibunya itu menggigit tangan yang
mencengkeramnya. Dengan sekuat tenaga, giginya
menghunjam ke tangan yang amat kuat itu.
"Aughhh......!" Teriakan yang keluar dari
kerongkongan Gan Lui seperti suara seekor
binatang buas yang ketakutan. Dia memandang ke
arah tangan yang tergigit dan yang kini menjadi
hitam hangus dan nyerinya sampai menusuk
jantung. Dia terhuyung ke belakang dan
kesempatan itu dipergunakan oleh Lan Ci untuk
mengirim serangan kilat, pukulan maut ke arah
dada lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Plakk.....!" Dan tubuh Gan Lui terjengkang,
matanya mendelik dan dia tewas seketika pada
saat tubuhnya terbanting ke atas lantai ruangan
itu. Ulu hatinya terkena hantaman pukulan yang
mengandung hawa beracun. Tanpa pukulan itupun
dia akan mati dalam waktu cepat karena dari
tangan yang tergigit itu menjalar racun yang amat
kuat, yang membuat seluruh jalan darahnya
keracunan dan menghitam seperti hangus
terbakar.
"Thian Ki.....!"
"Ibu......!"
Mereka berangkulan dan Lan Ci menangis,
teringat akan suaminya yang tewas, juga menangis
karena lega bahwa ia dan puteranya terlepas dari
ancaman bahaya yang mengerikan di tangan si
tinggi kurus muka kuning itu.
Akan tetapi pada saat itu terdengar suara gaduh
dan agaknya banyak orang mengepung pondok itu.
Lan Ci merangkul anaknya, dan melihat cambuk
milik Gan Lui menggeletak di lantai,
memungutnya, kemudian ia berbisik, "Thian Ki,
agaknya masih banyak musuh di luar. Mari naik
ke punggungku, kita harus lari dari tempat ini."
Thian Ki tidak membantah dan digendong di
punggung ibunya. Kakinya menjepit pinggang,
kedua lengannya merangkul pundak dengan kuat.
Lan Ci membawa cambuk itu dan melompat
keluar. Benar saja, di luar terdapat belasan orang
yang memegang bermacam senjata. Begitu ia tiba
di luar, orang-orang itu berteriak-teriak dan
mengepung lalu menyerang dengan ganas. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata bahwa mereka semua rata-rata memiIiki
ilmu silat yang cukup kuat sehingga kepungan itu
ketat dan tangguh, membuat ibu dan anak itu
kembali terancam.
Lan Ci mengamuk dengan cambuknya. Ia
merasa canggung dan kaku karena keadaan
pakaiannya yang setengah telanjang, padahal
belasan orang pengeroyoknya itu semua adalah
laki-laki. Juga senjata yang dipegangnya itu
merupakan senjata yang asing baginya. Maka, ia
hanya menggunakan cambuk itu untuk
menangkisi hujan senjata. Diputarnya cambuk itu
melindungi dirinya dan puteranya, namun karena
ia kurang mahir memainkan cambuk, dalam waktu
sebentar saja pundak kirinya sudah tercium ujung
golok sehingga terluka.
Pada saat itu, nampak bayangan berkelebat.
Bagaikan seekor burung rajawaIi, bayangan ini
menyambar-nyambar dan Lan Ci terbelalak.
Demikian hebat gerakan bayangan itu dan
kemanapun dia menyambar, tentu ada pengeroyok
yang roboh dan dalam waktu singkat saja, belasan
orang pengeroyok itu roboh semua dan tewas
seketika!
Ketika bayangan itu berhenti bergerak, baru
nampak jelas oleh Lan Ci bahwa dia seorang pria
yang bertubuh tinggi besar, bermuka merah,
berjenggot panjang dan nampak gagah perkasa,
juga penuh wibawa. Usianya sekitar limapuluh
tahun dan pria itu berdiri memandang kepadanya
sambil tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dari gerakan tadi saja dan melihat akibatnya,
Lan Ci maklum sepenuhnya bahwa ia berhadapan
dengan seorang sakti. Orang ini dengan kedua
tangan kosong telah membunuh belasan orang
bersenjata yang kuat. Dan iapun tahu bahwa tanpa
pertolongan orang sakti ini, ia dan puteranya tentu
akan tewas dikeroyok. Maka, tanpa ragu lagi iapun
melepaskan Thian Ki dari atas punggungnya dan
mengajak puteranya menjatuhkan diri berlutut di
depan pria itu.
"Tai-hiap (pendekar besar) yang budiman. Saya
Sim Lan Ci dan anak saya Coa Thian Ki
menghaturkan terima kasih atas pertolongan taihiap
kepada kami......"
Pada saat itu, terdengar suara gaduh yang
datangnya dari arah barat, seperti suara banyak
orang bersorak dan berteriak-teriak. Mendengar
ini, orang gagah itu menanggalkan jubahnya yang
lebar dan mempergunakan jubah itu untuk
menyelimuti tubuh Lan Ci yang setengah telanjang,
kemudian dia memegang tangan Lan Ci dan
ditariknya bangkit berdiri.
"Sudah, tidak perlu banyak bicara, kita harus
cepat pergi dari sini. Mari ikuti aku!" Dan pria
tinggi besar yang gagah perkasa itu sudah
meloncat ke arah barat darimana suara gaduh itu
terdengar. Lan Ci berterima kasih sekali karena
kini tubuhnya tertutup. Ia mengikatkan sabuk di
luar jubah yang kebesaran itu, kemudian sambil
menggandeng tangan Thian Ki dengan tangan kiri
dan memegang cambuk di tangan kanan, iapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengikuti orang tinggi besar itu dengan penuh
kepercayaan.
Siapakah pendekar yang gagah perkasa ini?
Tentu saja Lan Ci sama sekali tidak pernah
menduga bahwa orang itu bukan lain adalah
Pangeran Cian Bu Ong sendiri! Ketika pangeran
yang amat cerdik ini mendengar laporan Can Hong
San tentang ibu dan anak itu, hatinya tertarik
sekali dan setelah dia memeriksa tubuh Thian Ki
dan melihat kecantikan Lan Ci, timbul suatu
keinginan di hatinya untuk memiliki anak dan
ibunya itu.
Maka, melihat betapa gerakannya ini sudah
gagal sehingga dia sekeluarga menjadi orang-orang
buruan, diapun ingin mengubah keadaan itu dan
memulai hidup baru yang lain sama sekali. Dia
membebaskan Hong San, lalu menyuruh Gan Lui
memperkosa Lan Ci yang sesungguhnya hanyalah
merupakan ujian bagi ibu dan anak itu untuk
meyakinkan hatinya.
Juga diam-diam dialah yang menyuruh belasan
orang pengikutnya untuk mengeroyok Lan Ci. Dia
mengintai dan melihat betapa dugaannya memang
benar. Wanita itu selain cantik menarik juga
memiliki ilmu silat yang cukup timggi dan boleh
diandalkan, dan terutama sekali Thian Ki sungguh
membuat dia kagum dan girang. Anak itu benarbenar
seorang Tok-tong, seorang anak beracun,
yang sekali gigit saja membuat Gan Lui keracunan
hebat! Ketika belasan orang-orangnya sendiri
melakukan pengeroyokan terhadap Lan Ci, dia lalu
muncul dan membunuh mereka semua, sesuai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan siasat yang sudah direncanakan
sebelumnya.
Menurut rencananya, setelah dia menolong ibu
dan anak itu, tentu besar kemungkinan Lan Ci
yang berhutang budi padanya akan menerima
pinangannya untuk menjadi isteri ke dua. Isterinya
sendiri bersama kurang lebih belasan orang sanak
keluarganya, dia kumpulkan di dalam hutan itu,
bersama puterinya yang masih kecil, tadinya
dikawal oleh belasan orang yang dia perintahkan
untuk mengeroyok Lan Ci itu.
Akan tetapi, tidak seluruh rencananya berjalan
baik. Tanpa diduga sama kali, ketika belasan orang
pengikutnya menyerbu pondok untuk
melaksanakan perintahnya, yaitu mengeroyok Lan
Ci, tempat persembunyian keluarganya itu
diketahui pasukan pemerintah dan suara gaduh
itu adalah suara pasukan yang jumlahnya kurang
lebih seratus orang menyerbu hutan di mana
keluarganya bersembunyi!
Ketika Pangeran Cian Bu Ong tiba di tempat itu,
diikuti oleh Lan Ci dan Thian Ki, mereka melihat
betapa keluarga pangeran itu telah dikepung dan
dikeroyok oleh banyak sekali perajurit kerajaan.
Keluarga pangeran yang terdiri dari wanita, kanakkanak
dan beberapa orang laki-laki itu melakukan
perlawanan dengan gigih karena mereka maklum
bahwa sebagai keluarga pemberontak, menyerah
berarti penyiksaan dan kematian pula. Maka dari
pada menyerah mereka lebih baik melawan sampai
mati.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Cian Bu Ong datang setelah terlambat.
Dia melihat isterinya, seorang wanita berusia
hampir limapuluh tahun, dengan pedang di
tangan, melawan pengeroyokan empat orang
perwira. Isterinya pernah belajar ilmu silat, akan
tetapi tidaklah terlalu pandai, maka dikeroyok
empat orang perwira yang lihai itu, ia telah
menderita luka-luka parah walaupun masih
melakukan perlawanan dengan gigih. Sambil
mengeluarkan suara melengking nyaring, Pangeran
Cian Bu Ong menyerbu dan begitu bayangannya
berkelebat dan kaki tangannya bergerak, empat
orang perwira yang mengeroyok isterinya itu
terlempar ke sana-sini dengan kepala remuk atau
dada pecah dan tewas seketika.
Isteri pangeran itu mengeluh dan terhuyung.
Pangeran Cian Bu Ong cepat merangkulnya. Dada,
perut dan punggung isterinya sudah berlumuran
darah.
"Aku.....aku.....melawan sampai akhir... tolong....
tolong......anak kita.... ia di.....sana...." kata wanita
itu dan iapun terkulai pingsan dalam rangkulan
suaminya. Pangeran Cian Bu Ong memondong
tubuh isterinya dan menoleh ke kiri, ke arah yang
ditunjuk isterinya tadi dan dia melihat Cian Kui
Eng, puterinya yang baru berusia empat tahun,
dipondong oleh seorang prajurit bermuka hitam
yang tertawa-tawa merangkul anak yang merontaronta
mencakar dan menggigit itu. Sebelum
pangeran ini turun tangan, tiba-tiba terdengar
suara bentakan Thian Ki yang sudah tiba di situ
bersama ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Orang jahat! Lepaskan anak perempuan itu!"
Dan Thian Ki sudah meloncat ke dekat perajurit
yang memondong Kui Eng, puteri atau anak
tunggal pangeran Cian Bu Ong.
Melihat anak kecil itu berada di depannya sambil
mengepal tinju dan menegurnya, prajurit itu
tertawa, "Ha-ha-ha. engkau anjing kecil pergilah!"
Dan kakinya menendang ke arah dada Thian Ki.
Anak ini memang tidak pernah mempelajari ilmu
silat, tidak pernah berkelahi, akan tetapi
semangatnya untuk menolong Kui Eng besar
sekali, maka biarpun dia terkena tendangan
sampai terguling-guling, dia bangkit lagi dan
meloncat dekat lagi. Prajurit itu marah, tangan kiri
tetap memondong tubuh Kui Eng dan tangan
kanan kini menjambak rambut kepala Thian Ki,
dijambak keras untuk dijebol. Akan tetapi tiba-tiba
dia meraung, melepaskan jambakannya, bahkan
Kui Eng juga terlepas dari pondongannya. Orang
itu terhuyung, memegangi tangan yang tadi
menjambak rambut. Tangan itu sudah menghitam
dan diapun terpelanting roboh dan bergulingan
dalam sekarat! Thian Ki sudah menggandeng
tangan Kui Eng dan diajaknya pergi menjauh.
Sementara itu, dengan cambuk di tangan, Lan Ci
juga mengamuk untuk menolong keluarga yang
dikeroyok pasukan itu. Namun agaknya terlambat,
karena semua anggota keluarga itu telah roboh.
Melihat keadaan ini, sekali loncat pangeran Cian
Bu Ong sudah mendekati puterinya dan
menyambar tubuh puterinya, dipondong bersama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tubuh isterinya yang pingsan, lalu berkata kepada
Lan Ci.
"Sim Lan Ci, cepat pondong anakmu dan kita
pergi dari sini!"
Lan Ci maklum bahwa melawan hampir seratus
orang itu sama dengan mencari penyakit, maka
mendengar seruan penolongnya, iapun cepat
menghampiri Thian Ki, memondongnya dan sambil
memutar cambuknya, ia mengikuti Pangeran Cian
Bu Ong yang mencari jalan keluar sambil
menendang-nendang, merobohkan banyak prajurit
yang berani menghadang. Karena tendangantendangan
itu dahsyat sekali, ditambah gerakan
cambuk di tangan Lan Ci, akhirnya dua orang ini
berhasil keluar dari kepungan dan melarikan diri.
Pangeran Cian Bu Ong memasuki sebuah gua di
lereng bukit sambil memondong tubuh isterinya
dan juga puterinya, diikuti oleh Lan Ci yang masih
memondong Thian Ki. Setelah menurunkan Thian
Ki, Lan Ci tanpa diminta lalu membuat api unggun,
dibantu oleh Thian Ki. Sementara itu, Pangeran
Cian Bu Ong merebahkan tubuh isterinya. Wanita
itu mengeluh lirih ketika suaminya memeriksa
luka-lukanya, dilihat oleh Lan Ci dan Thian Ki. Lan
Ci memandang dengan perasaan haru bercampur
iba, karena sekali pandang saja iapun tahu bahwa
wanita itu tidak mempunyai harapan untuk hidup
lagi. Luka-lukanya terlampau parah dan terlampau
banyak darah keluar. Yang mengagumkan hatinya,
anak perempuan itu tidak menangis hanya
bersimpuh di dekat ibunya sambil memegangi
tangan ibunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Cian Bu Ong hanya dapat menotok
jalan darah isterinya untuk menghentikan
mengucurnya darah yang hampir habis dan untuk
menghilang rasa nyeri. "Tenanglah, bagaimanapun
juga, anak kita dapat diselamatkan," kata pangeran
itu dengan suaranya yang lembut berwibawa.
"Aku.....aku rela.....harap kau didik baikbaik.....
Kui Eng....." wanita itu terkulai dan
menghembuskan napas terakhir.
"Ibuuu.....I" Hanya sekali itu Kui Eng menjerit
lirih dan merangkul jenazah ibunya. Tangisnya
hampir tidak terdengar, hanya kedua pundaknya
yang bergerak-gerak itu menunjukkan bahwa ia
terisak.
Thian Ki juga sejak tadi memandang dengan hati
penuh perasaan iba terhadap Kui Eng. Kini,
melihat Kui Eng mendekap jenasah ibunya sambil
menangis tanpa bersuara, Thian Ki mendekat dan
menyentuh pundak anak perempuan itu.
"Sudahlah, ditangisipun tidak ada gunanya.
Engkau tidak sendirian, baru saja akupun ditinggal
mati ayahku yang dibunuh orang jahat." Anak
perempuan itu mengangkat mukanya, menoleh dan
memandang kepada Thian Ki, lalu memandang
kepada Lan Ci dan bertanya, "Ia itu ibumu?" Thian
Ki mengangguk.
"Enak saja engkau bicara, engkau sih
mempunyai ibu dan aku ditinggal mati ibuku."
"Akan tetapi engkaupun masih mempunyai ayah
yang gagah perkasa, dan aku telah kehilangan
ayahku," bantah Thian Ki. Anak itu terdiam dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melirik kepada ayahnya, lalu kepada Lan Ci,
seperti juga yang dilakukan Thian Ki.
Lan Ci memandang kepada laki-laki perkasa itu,
merasa kasihan sekali karena ia merasa betapa
karena menolong ia dan Thian Ki, maka pria ini
kehilangan keluarganya. Andaikata dia tidak
menolongnya, tentu berada bersama keluarganya
dan tidak akan terjadi keluarganya terbasmi oleh
pasukan, karena tentu dia akan mampu
melindungi mereka.
"Tai-hiap, maafkan kami. Kami penyebab
malapetaka menimpa keluarga tai-hiap," katanya
lirih.
Pria itu menghela napas panjang. Sejak tadi dia
hanya duduk bersila dekat jenazah istrinya,
matanya dipejamkan dan wajahnya dibayangi
kedukaan. Setelah menghela napas, dia membuka
matanya dan memandang kepada Lan Ci.
"Benar seperti dikatakan puteramu tadi.
Ditangisipun tidak ada gunanya. Kita harus dapat
melihat kenyataan, bagaimanapun macam dan
keadaannya. Aku harus cepat mengubur jenazah
ibu Kui Eng sekarang juga. Mungkin pasukan itu
akan dapat mengejar sampai di sini."
Malam itu juga Pangeran Cian Bu Ong menggali
lubang, menggunakan sebatang pedang pendek, di
dalam gua yang cukup besar itu, dibantu oleh Lan
Ci.
Malam telah hampir terganti pagi ketika
pemakaman yang sederhana itu selesai. Pangeran
Cian Bu Ong dan puterinya,Cian Kui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bersembahyang di depan gundukan tanah itu
tanpa hio. Juga Lan Ci mengajak puteranya untuk
memberi hormat.
"Kita harus cepat meninggalkan tempat ini.
Kalau sampai pasukan dapat mengejar, kita tentu
akan mengalami banyak kesukaran," kata pria itu.
"Kuharap engkau dan anakmu akan suka ikut
dengan aku sehingga aku akan dapat meIindungi
kalian."
Lan Ci memandang heran. Penolongnya adalah
seorang yang sakti, dan baru saja kehilangan
semua keluarganya, hanya tinggal puterinya yang
masih selamat. Bagaimana sekarang penolongnya
itu akan mengajak ia dan Thian Ki? Mengajak
kemana? Tentu saja ia ingin pulang saja ke
dusunnya, yaitu di Mo-kim-cung, akan tetapi ia
harus menengok dulu keadaan Hek-houw-pang
yang telah diserbu penjahat-penjahat lihai itu.
"Thai-hiap, saya harus melihat dulu apa yang
terjadi di dusun Ta-bun-cung, bagaimana dengan
keadaan keluarga suamiku di Hek-houw-pang,"
katanya, merasa tidak enak kalau harus menolak
begitu saja ajakan pendekar sakti yang berniat baik
itu.
Pangeran Cian Bu Ong kembali menarik napas
panjang. "Hem, perjalanan ke dusun itu
mengandung banyak bahaya bertemu dengan
pasukan pemerintah. Mari kuantar sampai luar
dusun itu. Aku mengenal jalan yang aman, dan
aku menanti di luar dusun."
Lan Ci mengangguk dan merekapun berangkat.
Thian Ki menggandeng tangan Kui Eng. Dia merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kasihan kepada anak perempuan itu, dan agaknya
anak itupun suka kepadanya. Cian Bu Ong
berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. Di
belakangnya kedua anak itu berjalan bergandeng
tangan dan Lan Ci berjalan di belakang melindungi
mereka. Pria tinggi besar itu mengambil jalan
melalui hutan dan lereng yang sunyi dan akhirnya,
setelah matahari naik tinggi tibalah mereka di
dusun Ta-bun-cung. Suasana di dusun itu sunyi,
tak nampak seorangpun berada di luar dusun.
"Kami menanti di sini," kata Cian Bu Ong.
"Masuklah ke dusun dan setelah selesai
urusanmu, harap suka kembali ke sini untuk
mengambil keputusan."
Lan Ci memandang ragu. Dianggapnya bahwa
urusan antara mereka sudah selesai, dan ia akan
mengambil jalan sendiri. Akan tetapi ia merasa
tidak enak. Pria ini baru saja kehilangan seluruh
keluarganya, maka kalau mereka harus saling
berpisahpun sepatutnya kalau dalam keadaan
yang baik. la akan kembali menemuinya untuk
berpamit kalau saatnya berpisah sudah tiba. Yang
penting, ia harus menengok bagaimana keadaan
suaminya dan keluarga Hek-houw-pang. la lalu
mengangguk, kemudian menggandeng tangan
puteranya dan diajaknya anak itu berlari
memasuki dusun.
Dusun Ta-bun-cung itu kini sunyi bukan main,
seperti mati. Akan tetapi ketika ada beberapa orang
kebetulan keluar dan melihat Lan Ci, mereka
berlari-larian menghampiri dan beberapa orang
wanita yang mengenal Lan Ci sebagai isteri Coa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Lee, sudah menangis dengan sedih. Lan Ci
tidak mempedulikan mereka dan langsung ia lari
menuju ke rumah keluarga Coa. Ternyata pintu
gerbang rumah besar itu tertutup dan papan nama
besar yang biasanya tergantung di depan pintu,
bertuliskan Hek-houw-pang, juga tidak ada lagi.
Sepi sekali di situ. Lan Ci mengetuk pintu. Daun
pintu terbuka dari dalam dan seorang laki-laki tua,
berusia limapuluhan tahun yang dahulu menjadi
pelayan keluarga Coa, memandang dengan mata
terbelalak.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 4
"Coa hujin (Nyonya Coa)......! Dan engkau kongcu
(tuan muda)! Ah, kalian masih selamat?
Syukur kepada Thian kalian masih selamat..."
dan orang itupun mengusap air matanya yang
mengalir turun.
"Paman, kenapa rumah ini sekarang kosong?
Ceritakan semua akibat dari penyerbuan para
penjahat itu! Cepat ceritakan!" Lan Ci tidak sabar
lagi. Rumah itu nampak kosong dan sepi, bahkan
perabot-perabot rumahpun banyak yang hilang.
Baru beberapa hari saja ia tinggal di situ dan
sekarang semua telah berubah.
"Hujin......suamimu telah.....gugur..."
"Aku sudah tahu. Ceritakan siapa lagi yang
gugur dan bagaimana akhirnya dengan serbuan
para penjahat itu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tigapuluh lebih anggota Hek-houw-pang tewas,
termasuk.....kongcu Coa Siang Lee dan juga
pangcu (ketua) Kam Seng Hin. Juga lo-cian-pwe
Coa Song....."
"Alh! Kong-kong juga....?" Lan Ci berseru kaget
karena ia tidak melihat kakek itu ikut berkelahi
melawan penjahat.
"Lo-cianpwe meninggal dunia karena duka."
"Ah, dimana isteri pangcu dan puteranya?"
"Sungguh menyedihkan sekali, hujin. Isteri
pangcu dilarikan penjahat...!"
"Dan bagaimana dengan Cin Cin?" Thian Ki yang
sejak tadi mendengarkan dengan sedih, bertanya.
"Di mana Cin Cin?"
"Sebelum meninggal dunia, lo-cianpwe Coa Song
memesan agar anak itu diajak ke dusun Hong-san,
diserahkan kepada Huang-ho Sin liong Si Han
Beng untuk dididik. Sekarang telah berangkat dua
hari yang lalu. Dan lo-cian-pwe Coa Song juga
membubarkan Hek-houw-pang. Semua murid telah
meninggalkan dusun ini karena takut kalau-kalau
para penjahat yang lihai itu datang kembali.
Perabot rumah ini banyak dijual untuk biaya
pemakaman dan semua harta sesuai dengan pesan
lo-cian-pwe Coa Song, telah dibagi-bagi di antara
para anggota."
"Ahhhh.....!" Lan Ci merasa jantungnya seperti
ditusuk. Perih sekali rasanya dan sungguh aneh, ia
teringat pada pendekar tinggi besar yang telah
menolongnya dan baru sekarang ia teringat bahwa
ia belum mengenal penolongnya itu! Betapa sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar penderitaan antara ia dan penolongnya itu.
Penolongnya kehilangan isteri dan keluarganya,
hanya tinggal hidup berdua dengan puterinya,
sedangkan ia juga kehilangan suami dan keluarga
suaminya, dan iapun hidup berdua dengan Thian
Ki
"Thian Ki......!" Ia merangkul putranya, dan ia
teringat akan keadaan puteranya. Susah payah ia
dan mendiang suaminya mendidik Thian Ki
menjadi seorang anak yang tidak mengenal ilmu
silat, tidak mengenal kekerasan. Akan tetapi
ternyata putera mereka itu menjadi Tok-tong, dan
biarpun tidak disengaja, puteranya itu telah
membunuh tiga orang jagoan lihai dengan
tubuhnya yang beracun!
"Ibu, kenapa terjadi hal ini? Kenapa ayah dan
para anggota Hek-houw-pang dibunuhi orang?
Siapa pembunuh ayah? Dia jahat sekali dan
sepatutnya dia dihukum!"
Mendengar ucapan ini, Lan Ci mencium pipi
puteranya tanpa menjawab, bahkan ia menoleh
kepada pelayan itu. "Paman, di mana suamiku
dimakamkan? Juga di mana kong-kong
dimakamkan?"
"Mereka semua dimakamkan di tanah kuburan
luar dusun ini, dan sudah diberi tanda papan
nama di depan makam-makam yang banyak itu.
Mudah untuk mencarinya. Mari
kuantarkan..........."
"Tidak usah, paman. Katakan di sebelah mana
tanah kuburan itu berada?" Pelayan itu menunjuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ke utara. "Di sebelah utara dusun, dekat pintu
gerbang utara."
"Terima kasih, paman. Kami hendak
bersembahyang di sana." Lan Ci lalu bangkit dan
bertanya lagi. "Apakah pakaian kami di kamar
sana itu masih ada paman?"
"Masih, nyonya. Kami tidak berani mengganggu
dan semua masih lengkap."
Lan Ci memasuki kamar di rumah itu, kamar
yang tadinya ia pakai dengan suaminya. Melihat
pembaringan itu, kursi- kursi itu, air matanya
bercucuran, rasanya suaminya masih berada di
situ, rebah di pembaringan itu, duduk di kursi itu.
Melihat ibunya menangis, Thian Ki yang baru
berusia lima tahun itu agaknya mengerti dan dia
mendekati ibunya, merangkul pinggang ibunya.
"Ibu, ayah sudah tidak ada. Untuk apa ditangisi
lagi?"
"Thian Ki.....!" Ibunya merangkul dan tangisnya
semakin keras, akan tetapi tak lama kemudian ia
mampu menekan perasaannya. Ia memilih
pakaiannya lalu berganti pakaian, menggulung
jubah milik penolongnya dan menjadikan satu
dengan pakaiannya yang dibuntal kain kuning.
Pakaian Thian Ki juga dibuntal menjadi buntalan
lain untuk dibawa anak itu sendiri. Kemudian
merekapun keluar dan menuju ke tanah kuburan.
Dari pelayan itu, Lan Ci mendapatkan kelebihan
sisa hio (dupa biting) untuk keperluan
sembahyang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanah kuburan itu sunyi dan menyeramkan
walaupun hari telah menjelang siang. Betapa tidak
menyeramkan melihat tanah kuburan yang penuh
dengan kuburan baru sebanyak itu? Biarpun Lan
Ci seorang wanita yang gemblengan, bahkan ia
puteri seorang datuk sesat yang keras hati, namun
sejak menjadi istri Siang Lee dan hidup sebagai
petani yang tenang dan tenteram, perasaannya
peka dan kini ia tidak dapat menahan air matanya
yang terus bercucuran. Melihat deretan makam
yang amat banyak itu, hatinya terasa sedih bukan
main. Akhirnya ia dapat menemukan makam
suaminya yang mengapit makam kakek Coa Song,
sedangkan di sebelah lain adalah makam Kam
Seng Hin, ketua Hek-houw-pang. Melihat makam
suaminya, Lan Ci membayangkan segala kebaikan
suaminya dan kedua lututnya menjadi lemas. Ia
menjatuhkan diri berlutut di depan makam itu,
memeluk gundukan tanah sambil menangis
menyedihkan sekali sampai sesenggukan. Katakata
yang tidak jelas keluar dari mulutnya,
bercampur isak tangisnya.
Thian Ki juga menjatuhkan diri berlutut di
samping ibunya. Kadang dia menoleh memandang
wajah ibunya yang ditutupi kedua tangan, lalu
menoleh memandang gundukan tanah yang masih
baru. Wajah ibunya yang basah air mata itu kini
menjadi kotor terkena tanah, membuat wajah itu
nampak menyedihkan sekali. Thian Ki
mengerutkan alisnya dan tidak berani bicara. Dia
dapat merasakan betapa sedihnya hati ibunya, dan
dia merasa kasihan sekali kepada ibunya. Akan
tetapi tetap saja dia berpendapat bahwa tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gunanya menangisi kematian ayahnya. Ditangisi
bagaimanapun juga, ayahnya tidak akan dapat
bangun kembali. Setelah agak lama dia hanya
membiarkan saja ibunya menangis dan berkeluh
kesah, merintih-rintih dengan suara yang tidak
jelas apa maknanya, akhirnya Thian Ki menyentuh
lengan ibunya.
"Ibu, apakah lilin dan hio ini tidak dinyalakan
dan dibakar?"
Mendengar pertanyaan puteranya itu, barulah
Lan Ci sadar bahwa ia terseret kedukaan dan
iapun menoleh kepada puteranya, menyusut air
matanya dan mencoba untuk tersenyum, senyum
yang bahkan nampak amat mengharukan dan
sedih.
"Kau nyalakan lilinnya dan pasang di depan
makam ayahmu dan kakek buyutmu, Thian Ki. Ibu
yang akan membakar hio-nya."
Ibu dan anak itu lalu bersembahyang di depan
makam Coa Siang Lee dan makam kakek Coa
Song, kemudian keduanya duduk di depan makam
Coa Siang Lee sambil termenung.
Hidup dikuasai pikiran dan suka-duka
merupakan permainan pikiran. Jarang sekali
pikiran dalam keadaan hening tidak terpengaruh
suka ataupun duka. Pikiran selalu mengejar
kesukaan, menjauhi kedukaan. Namun, suka-duka
merupakan dua permukaan dari mata uang yang
sama, tak terpisahkan. Dimana ada suka di sana
pasti ada duka, seperti terang dan gelap, siang dan
malam, merupakan pasangan yang membuat
kehidupan pikiran menjadi lengkap. Pikiran seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
air samudra, tak pernah diam, selalu berubah.
Oleh karena itu, tidak ada keadaan pikiran yang
abadi. Sukapun hanya sementara, demikian pula
duka, walaupun biasanya, duka lebih panjang
usianya dibandingkan suka. Bahkan suka
biasanya berekor duka, walaupun duka belum
tentu disambung suka. Apa yang hari ini
mendatangkan kesukaan, besok sudah berubah
mendatangkan kedukaan. Keadaannya tidaklah
berubah. Keadaan apa adanya merupakan
kenyataan yang tidak berubah. Yang berubah
adalah keadaan pikiran kita sehingga karena dasar
pemikirannya berubah, maka penilaiannya juga
berubah-ubah. Yang hari ini menyenangkan
pikiran, besok dapat berubah menjadi
menyusahkan. Kalau nafsu yang memperdaya hati
akal pikiran sudah mencengkeram kita, maka kita
selalu tenggelam, baik dalam suka maupun dalam
duka. Dikala suka, kita dapat menjadi mabok
kesenangan dan lupa diri, sebaliknya, di waktu
duka kitapun menjadi mabok kedukaan dan
merana. Keduanya merupakan keadaan di mana
kita dipermainkan oleh nafsu melalui hati akal
pikiran kita.
Bagaimana kita dapat mencari jalan keluar dari
lingkaran setan ini? Bagaimana kita dapat terbebas
dari nafsu hati dan akal pikiran? Siapa yang
bertanya ini? Siapa yang ingin bebas dari nafsu
yang menguasai hati dan akal pikiran? Jelas
bahwa yang bertanya adalah pikiran juga, pikiran
yang sama yang bergelimang nafsu. Melihat bahwa
nafsu mendatangkan ketidakbahagiaan, maka
pikiran lalu ingin agar bebas dari nafsu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bagaimana mungkin nafsu dapat bebas dari
dirinya sendiri? Semua usaha yang dilakukan
nafsu tentu mengandung pamrih menyenangkan
diri sendiri, membebaskan diri dari susah. Dengan
usaha ini, berarti kita terjatuh ke dalam lingkaran
setan yang sama, atau bahkan lebih kuat!
Kiranya tidak ada jalan lain bagi kita kecuali
MENYERAH! Menyerah kepada Tuhan, kepada
Sang Maha Pencipta, Maha kuasa dan Maha Kasih!
Kita ini, berikut hati dan akal pikiran, berikut
nafsu-nafsu kita, kita ini seluruhnya diciptakan
oleh kekuasaan Tuhan! Maka, tidak ada yang lebih
benar dari pada menyerahkan segala-galanya
kepada yang mengadakan kita, yang menciptakan
kita. Di waktu mengalami suka, kita selalu ingat
dan bersyukur kepadaNya sehingga tidak mabok.
Di waktu mengalami duka, kita selalu ingat dan
menyerah padaNya sehingga tidak tenggelam.
Hanya kekuasaan Tuhan sajalah yang mampu
meluruskan yang bengkok dalam batin kita,
membersihkan yang kotor. Setiap kehendak Tuhan
jadilah! Bukan pikiran yang ingin menyerah karena
kalau demikian tentu ada pamrih yang
tersembunyi di balik penyerahan itu. Nafsu selalu
berpamrih untuk memperoleh keuntungan bagi diri
sendiri. Tidak ada si aku atau pikiran yang ingin
menyerah. Yang ada hanya penyerahan itu saja,
titik. Seolah-olah mati di depan Tuhan. Nah kalau
nafsu hati dan akal pikiran tidak bekerja lagi,
maka segalanya terserah kepada Tuhan. Tuhan
Maha Bijaksana, Tuhan Maha Kasih, dan hanya
kekuasaa Nya sajalah yang akan mampu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengadakan atau menjadikan yang tidak mungkin
bagi pikiran.
"Ibu, kita sekarang akan kemana?" tiba-tiba
Thian Ki berkata, suaranya yang lirih memecah
kesunyian dan menarik kembali semangat ibunya
yang melayang-layang.
Lan Ci memandang anaknya. Thian Ki
mendekati ibunya dan menggunakan tangannya
untuk membersihkan tanah dari wajah ibunya.
"Ke mana lagi kalau tidak pulang! Kita pulang ke
Mo-kim-cung, Thian Ki!"
Anak itu mengerutkan alisnya. "Akan tetapi,
rumah sudah tidak ada ayah.! Aku tidak suka
kembali ke sana, akan selalu teringat kepada
ayah."
Lan Ci menarik napas panjang. Ia juga merasa
ragu untuk tinggal di dusunnya itu, dekat dengan
ibunya! Bersusah-payah ia menjaga agar anak
tunggalnya tidak mengenal kekerasan, akan tetapi
setelah ibunya tiba dan menjadi nikouw di kuil
Thian-ho-tang, anaknya malah dijadikan Tok-tong
oleh ibunya! Kalau ia mengajak Thian Ki kembali
ke sana, tidak urung ibunya tentu akan berusaha
keras agar Thian Ki mempelajari ilmu-ilmu yang
keji dan anaknya ini kelak akan menjadi seorang
manusia racun yang amat berbahaya bagi
kehidupan orang lain.
"Thian Ki, malapetaka yang menimpa kita ini
mengingatkan aku bahwa mungkin sekali aku
telah keliru mendidikmu. Sejak kecil, ayahmu dan
aku yang pandai ilmu silat selalu berusaha agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau tidak mempelajari ilmu silat. Bahkan kami
bertahun-tahun hidup bagai petani yang penuh
damai. Siapa tahu, di sini kita bertemu
malapetaka! Andaikata ayahmu dan aku lebih
terlatih, belum tentu ayahmu tewas. Dan engkau
sendiri.....ah, engkau bahkan telah menewaskan
tiga orang tokoh persilatan yang lihai."
"Ibu, sebetulnya apakah yang telah terjadi? Aku
tidak bermaksud membunuh orang. Aku hanya
ingin menolongmu, aku hanya menggigit, dan yang
lain itu hanya mencengkeram aku, kenapa mereka
semua roboh dan tewas? Ibu pernah mengatakan
kepadaku bahwa aku sakit, tubuhku beracun dan
kalau aku mendekati wanita, ia akan mati. Apakah
itu sebabnya maka tiga orang itu tewas, ibu. Dan
kalau benar begitu, mengapa tubuhku beracun?"
Lan Ci merangkul puteranya. "Thian Ki, kelak
engkau akan mengerti sendiri. Aku harus
mencarikan obat untukmu, untuk melenyapkan
racun itu dari tubuhmu."
"Ibu, di dunia ini terdapat begitu banyak orang
jahat. Mereka telah membunuh ayah, membunuh
para paman Hek-houw-pang, bahkan hampir
membunuh ibu dan aku. Mereka tidak dapat
membunuhku karena tubuhku beracun. Kalau ibu
hendak melenyapkan racun dari tubuhku,
bukankah kalau ada orang jahat, aku akan mudah
mereka bunuh?"
"Ha, tepat sekali ucapanmu itu, Thian Ki!" Tibatiba
Pangeran Cian Bu Ong muncul bersama
puterinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Thian Ki......!" Kui Eng berseru gembira dan
segera menghampiri Thian Ki dan memegang
tangan anak itu.
Melihat munculnya penolongnya, Lan Ci cepat
memberi hormat. "Mengapa tai-hiap mengatakan
bahwa ucapan Thian Ki tepat? Tidak mungkin dia
dibiarkan begitu saja, menjadi Tok-tong dan
membahayakan nyawa setiap orang yang
berdekatan dengannya. Bahkan sekarang juga,
nyawa puterimu dapat terancam bahaya, tai-hiap."
Mendengar ucapan ibunya, Thian Ki terkejut dan
cepat dia melepaskan tangannya yang saling
gandeng dengan tangan Kui Eng. Akan tetapi Kui
Eng memegang lagi tangan Thian Ki.
"Kui Eng, lepaskan tanganku. Tubuhku beracun
dan engkau dapat celaka keracunan!" kata Thian
Ki, kembali melepaskan tangannya.
"Aah, engkau tentu tidak akan mencelakai aku,
tentu aku tidak akan keracunan. Aku tidak takut
berdekatan denganmu, Thian Ki."
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum, walaupun
senyumnya masih nampak pahit karena hatinya
masih tertekan kedukaan. "Anakku benar, Lan Ci.
Justru kekuatan dahsyat dalam diri Thian Ki harus
dipelihara, dirawat dan dipupuk. Kalau dia dapat
menguasainya, tentu dia tidak akan mencelakai
orang tanpa disengaja. Aku ingin mengajarkan dia
untuk menguasai kekuatan dahsyat itu dan
mengajarkan semua ilmuku, bersama Kui Eng."
Lan Ci cepat memberi hormat. "Harap Thai-hiap
memaafkan saya. Sesungguhnya, sejak kecil Thian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki tidak pernah kami ajari ilmu silat dan tidak
memperkenalkan dia dengan kehidupan dunia
persilatan."
"Sungguh aneh sekali. Engkau dan suamimu
memiliki ilmu silat yang cukup baik. Kenapa tidak
diwariskan kepada anak tunggal kalian?"
"Kami ingin agar anak kami hidup dalam
keadaan aman tenteram dan penuh damai, jauh
dari kekerasan dan permusuhan seperti yang
dialami para ahli silat," kata Lan Ci dengan tegas.
"Aih, nyonya muda. Alangkah lucunya
omonganmu itu. Engkau tidak mengajarkan ilmu
silat kepada puteramu, ingin agar dia hidup dalam
keadaan tenang tenteram. Akan tetapi apa yang
telah terjadi? Masih kecil saja dia tertimpa
malapetaka! Ayahnya tewas, ibunya hampir celaka,
dan dia sendiri, kalau tidak memiliki kekuatan
beracun itu tentu sudah tewas pula!"
"Kalau tidak ada tai-hiap yang menolong,
memang kami ibu dan anak tentu telah tewas,"
kata Lan Ci, ia bergidik membayangkan bahaya
mengerikan yang mengancam dirinya ketika itu.
"Sim Lan Ci, engkau seorang ahli silat, kenapa
pendirianmu seperti itu? Karena mungkin engkau
dahulu hidup penuh kekerasan dan permusuhan,
maka engkau hendak menjauhkan puteramu dari
ilmu silat? Ingatlah, seorang ahli silat setidaknya
dapat membela diri, bahkan dapat
mempergunakan ilmunya untuk membela yang
lemah, untuk melakukan perbuatan baik sesuai
dengan jiwa seorang pendekar dan pahlawan.
Kalaupun dia tewas dalam pertempuran, maka dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati seperti orang gagah. Sebaliknya, seorang
lemah akan selalu ditindas dan ditekan tanpa
mampu membela diri sehingga kalau sampai dia
mati, maka dia akan mati konyol! Matinya seorang
pendekar adalah matinya seekor harimau,
sebaliknya matinya seorang yang lemah seperti
matinya seekor babi. Aku ingin mengambil Thian
Ki sebagai murid, kuharap engkau tidak menolak,
kalau engkau tidak ingin anakmu kelak
membunuh lebih banyak orang lagi tanpa sengaja."
"Tapi.... tapi .... saya akan mencarikan obat
penawar racun dalam tubuhnya Lan Ci mencoba
untuk membantah dengan lemah.
"Nyonya muda, dari gerakanmu dan pukulanmu,
aku tahu bahwa engkau seorang ahli pukulan
beracun. Aku telah memeriksa keadaan puteramu
dan aku tahu bahwa tidak ada obat apapun di
dunia ini yang akan mampu membersihkan racun
dari tubuh puteramu, kecuali kalau dia
menularkan atau memindahkan racun itu kepada
banyak wanita yang akan menjadi korban. Seluruh
darahnya telah mengandung racun, dari ujung
rambut sampai ke jari kakinya. Satu-satunya cara
untuk menghindarkan dia menjadi pembunuh
besar kepada semua orang yang dekat dengannya,
hanya dengan memberinya ilmu agar dia dapat
menguasai kekuatan itu dan hanya menggunakan
kekuatan itu kalau diperlukan saja."
Sejak tadi Thian Ki mendengarkan percakapan
antara ibunya dan laki-laki gagah itu. Dia masih
kecil, akan tetapi dia memang cerdas dan dapat
mempertimbangkan apa yang dibicarakan tadi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu, aku tidak mau menjadi pembunuh. Aku
harus dapat menguasai racun ini!" lalu dia maju
dan menjatuhkan diri berlutut di depan Pangeran
Cian Bu Ong sambil berkata,"Suhu, teecu (murid)
akan mentaati semua perintah suhu!"
Pangeran Cian Bu Ong tersenyum, "Bagus, Thian
Ki. Mulai sekarang engkau menjadi muridku,
menjadi suheng dari Kui Eng. Kalian berdua akan
kugembleng menjadi orang-orang yang berguna
kelak." Lalu pangeran itu menoleh kepada Lan Ci.
"Kuharap sekali engkau sekarang tidak akan
berkeberatan lagi, Lan Ci."
Sebetulnya, Lan Ci merasa berhutang budi
kepada penolongnya itu, yang bukan saja telah
menyelamatkannya dari bahaya maut,
menyelamatkan kehormatannya, akan tetapi juga
yang selalu bersikap ramah dan baik, bahkan
akrab sekali dengan sebutan yang kadang-kadang
menyebut namanya begitu saja. Diapun tahu
bahwa penolongnya ini seorang sakti, dan bahwa
puteranya tentu akan menjadi seorang yang
berilmu tinggi kalau menjadi muridnya. Akan
tetapi iapun tidak ingin berpisah dari puteranya.
"Tentu saja saya merasa senang dan berterima
kasih kalau tai-hiap sudi mendidik Thian Ki. Akan
tetapi dia anak tunggal saya, dan saya hanya
mempunyai dia seorang. Bagaimana mungkin saya
dapat berpisah darinya, Tai-hiap?"
"Kenapa harus berpisah? Sim Lan Ci, kau tidak
perlu berpisah dengan anakmu. Engkau ikut
bersama kami, bahkan engkau dapat ikut
membantu aku dan mendidik anakmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar penawaran ini, di dalam hatinya Lan
Ci merasa girang sekali. Kalau ia tidak berpisah
dengan puteranya, maka tidak ada hal lain lagi
yang perlu dirisaukan. Hanya saja ia seorang
wanita, bahkan janda pula. Dan penolongnya
seorang pria, dan duda! Akan janggal sekali
nampaknya kalau ia mengikuti penolongnya itu,
walaupun penolongnya sudah menjadi guru
puteranya. Dan ia tidak ingin berpisah dari
puteranya.
"Tapi .... tapi...." Ia meragu, menerima merasa
sungkan dan malu, menolak juga tidak berani.
"Ibu," kata Thian Ki dengan suara Iantang.
"Kenapa ibu menolak? Suhu bermaksud baik
sekali. Aku dapat mempelajari ilmu tanpa harus
berpisah dari ibu."
"Aih, engkau ini enak saja bicara. Kita hanya
akan menjadi beban dan akan memberatkan
gurumu saja!" kata Lan Ci sambil melirik
puteranya dengan sikap menegur.
"Sama sekali tidak, bibi dan Thian Ki, eh ...
suheng! Ayahku seorang yang kaya raya, kalau
hanya ditambah dengan kalian berdua, sama sekali
tidak berat!" Tiba-tiba Kui Eng berkata.
"Nah, sumoi Kui Eng sudah berkata begitu, ibu,
walaupun aku tidak mengerti bagaimana suhu
dapat menjadi seorang yang kaya raya. Padahal
keluarga suhu telah dihancurkan orang, hartanya
dirampok, tidak banyak bedanya dengan kita."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suheng, engkau tahu apa? Ayahku adalah
seorang pangeran, di mana-mana mempunyai
rumah gedung!" kata pula Kui Eng.
"Hushh, Kui Eng. Jangan membual kau!"
ayahnya menegur.
Akan tetapi ucapan anak perempuan itu amat
mengejutkan hati Lan Ci. Ia terbelalak melihat
wajah penolongnya, raut wajah yang tampan gagah
penuh wibawa, memang pantas menjadi wajah
seorang pangeran!
"Paduka.....paduka seorang pangeran? Bolehkah
saya mengetahui siapa nama paduka?"
Pangeran Cian Bun Ong menghela napas
panjang. Mereka masih duduk di depan makam, di
atas batu-batu yang banyak terdapat di tempat itu.
Keadaan di keliling itu sunyi.
"Memang sudah sepantasnya kalau kita saling
mengenal lebih dekat lagi, karena puteramu telah
menjadi muridku, akupun hanya tahu bahwa
engkau bernama Sim Lan Ci, keluarga dari
pimpinan Hek-houw-pang. Akan tetapi melihat
gerakan ilmu silatmu, jelas engkau bukan murid
Hek-houw-pang."
"Yang keluarga Hek-houw-pang adalah mendiang
suami saya. Dia adalah keturunan para pemimpin
atau ketua Hek-houw-pang, yaitu keluarga Coa."
"Oh, begitukah? Pantas ilmu silatmu berbeda."
Pangeran itu lalu memandang kepada Thian Ki dan
Kui Eng. "Thian Ki, kauajak sumoimu pergi
bermain-main ke ujung tanah kuburan di sana.
Jangan terlalu jauh. Aku ingin bicara dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibumu dan anak-anak tidak boleh ikut
mendengarkan."
"Baik, suhu. Mari, sumoi!" kata Thian Ki sambil
menggandeng tangan Kui Eng. Mereka pergi
meninggalkan dua orang tua itu dan memetik
bunga liar yang bertumbuhan di sudut tanah
kuburan.
"Nah, sekarang lebih leluasa kita bicara. Tidak
semua hal boleh didengar oleh anak-anak kita."
Lan Ci mengangguk, membenarkan.
"Ilmu silatmu selain berbeda, juga mengandung
hawa pukulan beracun. Siapakah gurumu?"
pangeran itu kembali bertanya. Demikian
pandainya dia mengatur percakapan sehingga Lan
Ci tidak sadar bahwa pertanyaan tentang nama
pangeran itu sama sekali belum terjawab, bahkan
kini orang itu yang menguras keterangan darinya.
"Guru saya adalah ibu kandung saya sendiri." Ia
terpaksa mengaku.
"Ah, kiranya begitu? Siapakah nama ibumu?
Tentu ia seorang tokoh dunia persilatan yang amat
terkenal."
Sungguh tidak enak rasanya memperkenalkan
ibunya, seorang datuk sesat yang namanya
tersohor. Akan tetapi ia tidak dapat mengelak lagi.
Biarlah penolongnya ini tahu segala tentang
dirinya, tentang Thian Ki yang sudah menjadi
muridnya. "Dahulu ibu bernama Phang Bi Cu,
berjuluk Ban-tok Mo-li akan tetapi sekarang telah
menjadi seorang Ni-kouw."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benar seperti dugaannya, penolongnya itu
nampak terkejut sekali. Nama ibunya terlalu
tersohor untuk tidak dikenal orang. "Ban-tok Moli?
Ibumu Ban tok Mo-li? Aahh, sekarang aku
mengerti mengapa anakmu menjadi Tok-tong
Ibumu seorang wanita yang amat lihai dan nama
besarnya sudah lama sekali kudengar!" Pangeran
itu memandang kagum, lalu cepat menyambung
dengan pertanyaan, " Dan ayahmu?"
"Ayah telah tiada sejak saya kecil sekali. Saya
tidak ingat lagi. Paduka belum menceritakan siapa
sebenarnya paduka."
"Memang aku seorang bekas pangeran. Namaku
Cian Bu Ong
Lan Ci melompat berdiri dan wajahnya berubah
pucat, matanya terbelalak memandang kepada
laki-laki itu dan kedua tangannya dikepal.
"Paduka Pangeran Cian Bu Ong?
Jadi.........paduka ini yang mengirim lima orang
penjahat yang telah membasmi Hek-houw-pang
dan membunuh suami saya?"
"Duduklah, nyonya, duduk dan tenanglah agar
anak-anak kita tidak menjadi kaget " katanya dan
sungguh aneh, suara lembut dan berwibawa itu
membuat Lan Ci menjadi tenang kembali dan
iapun kini sudah duduk lagi, walaupun pandang
matanya penuh selidik dan mengandung
kemarahan.
"Siapakah yang melempar fitnah itu dan
mengatakan bahwa aku yang membasmi Hekhouw-
pang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan fitnah! Lima orang penjahat itu sendiri
yang mengaku. Ketika mereka muncul di dusun
Ta-bun-cung, mereka mencari ketua atau
pimpinan Hek-houw-pang untuk dipanggil
menghadap Pangeran Cian Bu Ong. Padahal
Pangeran Cian Bu Ong adalah seorang
pemberontak yang menjadi buruan pemerintah,
maka tentu saja Hek-houw-pang tidak mau,
bahkan hendak menangkap lima orang itu
sehingga terjadi pertempuran. Jadi paduka ini
seorang pemberontak yang telah mengutus
pembunuh-pembunuh itu untuk membasmi Hekhouw-
pang?"
Pangeran itu menghela napas panjang. "Nanti
dulu, nyonya. Beginilah nasib orang yang kalah.
Dengarkan dulu keteranganku, baru nanti engkau
boleh menilai. Tidak kusangkal bahwa aku telah
melakukan perlawanan terhadap pemerintah baru.
Akan tetapi coba pertimbangkan, siapakah
sesungguhnya yang memberontak? Aku adalah
seorang pangeran dari Kerajaan Sui, saudara dari
mendiang Kaisar Yang Ti. Pemberontakan yang
dipimpin Li Si Bin dan ayahnya berhasil
menjatuhkan Kerajaan Sui. Sebagai seorang
pangeran, aku berjuang melawan pemberontak
yang mendirikan krrajaan baru. Nah, siapakah
yang pemberontak? Justeru aku menentang
pemberontak! Dan kami kalah. Aku menjadi
pelarian bersama keluargaku. Kalau orang sudah
kalah, selalu menjadi bulan-bulanan fitnah,
dijadikan keranjang sampah untuk menampung
semua kekotoran dan kesalahan pihak lain.
Tidaklah mengherankan kalau lima orang penjahat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu mempergunakan namaku, agar pasukan
keamanan mencariku, bukan mereka. Engkau
melihat sendiri bagaimana sikapku ketika
menolongmu. Aku membunuh anak buah
penjahat. Bahkan keluargaku juga terbasmi oleh
pasukan keamanan. Nyonya muda Lan Ci, apakah
engkau sekarang masih tega untuk menuduh aku
menjadi pembasmi keluarga Hek-houw-pang? Aku
sudah cukup menderita, maka kalau engkau
sekarang menuduhku jahat, maka penderitaanku
lengkaplah, bahkan berlebihan, kalau engkau
menganggap aku yang menyuruh bunuh suamimu,
nah, di depan makam suamimu ini, engkau boleh
membalas dendam, boleh membunuhku dan aku
tidak akan melawan. Aku hanya titip puteriku, Kui
Eng....... "
Luluh semua kekerasan di hati Lan Ci
mendengar keterangan itu. Semua keterangan itu
masuk akal. Pangeran ini bahkan seorang
pahlawan yang gigih menentang pemberontak yang
menjatuhkan Kerajaan Sui. Kalau kini dia dicap
pemberontak, hal itu hanya karena
Kerajaan Sui telah jatuh. Dengan demikian
memang sukar mengatakan siapa yang
memberontak kepada siapa! Apa lagi melihat wajah
yang gagah itu menjadi muram oleh kedukaan, Lan
Ci teringat akan nasibnya sendiri dan ia menunduk
lalu berkata lirih, "Maafkan saya, pangeran. Saya
percaya kepada paduka."
Wajah yang muram itu menjadi cerah kembali,
dan senyum kegembiraan tersembul di wajah
Pangeran Cian Bu Ong. "Syukurlah, Lan Ci.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Syukurlah masih ada orang yang percaya
kepadaku. Mari kita cepat pergi dari sini. Kalau
sampai ketahuan pasukan keamanan, tentu kita
akan terancam bahaya. Kita harus menyelamatkan
Kui Eng dan Thian Ki."
"Ke mana kita akan pergi, pangeran?"
"Di perbatasan utara, di sebuah lereng bukit ada
sebuah dusun besar orang-orong suku bangsa Hui.
Di sana aku mempunyai sebuah rumah. Dan di
sana kita akan aman dari jangkauan pengejaran
pasukan pemerintah Tang."
Mereka memanggil dua orang yang sedang
bermain-main itu dan berangkatlah mereka
meninggalkan tanah kuburan, menuju ke utara.
Pangeran Cian Bu Ong menjadi penunjuk jalan dan
dia mengambil jalan melalui bukit dan lembah,
melalui hutan-hutan yang sunyi. Dan di sepanjang
perjalanan Sim Lan Ci menjadi semakin kagum
dan tertarik karena sikap pangeran itu sungguh
lembut, halus dan sopan. Iapun diam-diam
menyerahkan nasibnya dan puteranya ke tangan
pria yang berwibawa itu.
o-ooo0dw0ooo-o
"Lepaskan aku......atau bunuh saja aku. Biarkan
aku mati menyusul suamiku......!" Wanita itu
meronta-ronta dalam pondongan Lie Koan Tek
ketika pengaruh totokan membuatnya mampu
bergerak kembali. Mereka tiba di dalam sebuah
hutan.
Lie Koan Tek melepaskan pondongannya dan
wanita itu menjatuhkan diri berlutut sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis. Wanita itu adalah Poa Liu Hwa, isteri
Kam Seng Hin ketua Hek-houw-pang. Ketika lima
orang penjahat lihai menyerbu Hek-houw-pang, ia
membantu suaminya. Melihat suaminya roboh dan
tewas, nyonya muda ini mengamuk dengan
pedangnya, nekat menyerang penjahat lihai. Akan
tetapi tiba-tiba ia terkulai lemas, tertotok dan
dibawa lari oleh seorang di antara lima penjahat
itu. Kini ia berada di tangan seorang penjahat lihai
dan melawanpun tidak ada gunanya. Teringat akan
kematian suaminya, teringat pula akan nasib
puteranya yang entah bagaimana, Poa Liu Hwa
hanya dapat menangis sedih.
"Tenanglah, nyonya, dan harap jangan salah
sangka. Aku sengaja melarikanmu dengan dua
maksud........"
"Huh, penjahat keji macam engkau, maksudmu
tentu keji dan jahat! Lebih baik bunuh saja aku!"
Liu Hwa berseru marah.
"Diam dulu dan dengarkan keteranganku" Lie
Koan Tek membentak marah. Agaknya. Liu Hwa
dapat menangkap kekerasan dan ketegasan dalam
suara itu dan iapun menurunkan kedua tangan
yang tadi menutupi mukanya, memandang dengan
mata basah, akan tetapi dengan sinar kebencian
seolah hendak membakar. Melihat wanita itu
sudah agak tenang dan mau menghentikan
tangisnya, Lie Koan Tek menghela napas panjang.
"Tidak ada yang lebih menyakitkan hati dari
pada tuduhan orang bahwa aku keji, jahat dan
sudah menjadi seorang penjahat. Ketahuilah
bahwa aku bernama Lie Koan Tek, aku seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
murid Siauw-lim-pai yang belum pernah
melakukan kejahatan."
Liu Hwa terkejut, juga heran. Tentu saja ia
pernah mendengar nama Lie Koan Tek, murid
Siauw-lim-pai yang gagah-perkasa, yang
merupakan sisa para tokoh Siauw-lim-pai yang
berhasil lolos ketika kuil Siauw-lim-si dibakar oleh
pasukan pemerintah Kerajaan Sui, beberapa tahun
yang lalu. Semua orang gagah di dunia persilatan
memuji dan kagum kepada Lie Koan Tek dan lima
orang saudaranya.
"Tapi........tapi kenapa engkau ikut menyerbu
Hek-houw-pang dan menawanku?"
"Dengar saja dulu baik-baik. Engkau mungkin
tidak tahu. Aku adalah seorang yang dimusuhi
Kerajaan Sui, dan karena aku selalu menentang
kesewenang-wenangan para pembesar Sui,
akhirnya aku terkepung dan tertawan, lalu
dihukum penjara. Ketika kerajaan itu jatuh oleh
pasukan Li Si Bin yang memberontak, aku masih
di dalam penjara. Lalu aku dibebaskan oleh
Pangeran Cian Bu Ong yang sebaliknya sebagai
balasannya minta kepadaku untuk membantunya
melawan pemberontak Li Si Bin yang sudah
berhasil mendirikan Kerajaan Tang. Mula-mula
aku menyetujuinya karena aku sendiri biarpun
dimusuhi Kerajaan Sui juga menentang
pemberontakan. Akan tetapi, ketika kami
diperintah oleh Pangeran Cian Bu Ong menyerbu
Hek-houw pang yang membantu pemerintah
pemberontak, aku melihat kegagahan orang-orang
Hek-houw-pang dan melihat kekejian para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rekanku. Timbullah kesadaranku bahwa orangorang
yang membantu Pangeran Cian Bu Ong
adalah orang-orang jahat. Apalagi melihat
suamimu ketua Hek-houw-pang terbunuh, dan
engkau terancam, aku lalu turun tangan
melarikanmu, dengan hanya satu niat saja, yaitu
menyelamatkanmu."
"Aku tidak butuh kauselamatkan! Aku tidak
takut mati, bahkan aku ingin mati bersama
suamiku!" Liu Hwa berseru lalu iapun bangkit dan
lari meninggalkan Koan Tek.
"Haiii, nyonya, engkau hendak pergi ke mana?"
Koan Tek meloncat dan mengejar.
"Perduli apa denganmu?" Wanita itu membalik
dan menegur, penuh kemarahan. Walaupun ia
percaya akan keterangan Lie Koan Tek tadi, tetap
saja kebenciannya tidak hilang karena ia
menganggap bahwa pria ini menjadi satu di antara
sebab tewasnya suaminya.
"Aku......aku memang tidak ada sangkutan
denganmu, tapi.........amat berbahaya untuk
melakukan perjalanan sendiri kembali ke
dusunmu. Bagaimana kalau sampai engkau
bertemu dengan anak buah Pangeran Cian Bu
Ong?"
"Aku tidak takut. Aku akan melawan sampai
napas terakhir!" nyonya muda itu menjawab tegas.
Koan Tek kagum. Wanita ini memang gagah,
pikirnya, walaupun ilmu silatnya tidak begitu
tangguh. "Engkau sudah nekat, nyonya. Engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan lawan mereka. Sebaiknya engkau menanti
satu dua hari sebelum kembali ke dusunmu."
"Tidak! Aku harus pergi sekarang juga. Aku
harus mencari anakku!"
"Anakmu? Ahh, jadi ada anakmu tertinggal di
dusun?" Kini hati Lie Koan Tek merasa khawatir
bukan main. Kasihan wanita ini. Suaminya tewas
dan ia masih meninggalkan anak di dusun yang
dihancurkan anak buah Pangeran Cian Bu Ong
itu.
Kini Liu Hwa mengangguk dan hampir ia
menangis lagi ketika teringat akan puteranya.
"Anak tunggalku, Kam Cin yang baru berusia lima
tahun, entah bagaimana nasibnya. Aku harus
mencarunya sekarang juga," katanya dan iapun
lari lagi. Sejenak Lie Koan Tek termangu. Hatinya
makin iba terhadap wanita itu dan setelah menarik
napas panjang dia pun lari membayangi. Pendekar
perkasa ini merasa heran sekali kepada dirinya
sendiri. Entah mengapa. Baru sekarang ini dia
merasa tertarik dan kasihan sekali kepada seorang
wanita.! Seorang janda yang mempunyai anak lagi!
Sungguh aneh. Akan tetapi dia hanya mengikuti
perasaan hatinya dan membayangi karena dia tahu
bahwa wanita itu melakukan perjalanan yang
penuh bahaya.
Apa yang dikhawatirkan pendekar Siauw-lim-pai
itu memang tidak berlebihan. Ketika para penjahat
di sekitar dusun Ta-bun-cung mendengar bahwa
Hek-houw-pang terbasmi, ketuanya tewas, bahkan
kakek Coa juga tewas dan semua anggota Hekhouw-
pang meninggalkan dusun karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkumpulan orang gagah itu dibubarkan, mereka
bagaikan gerombolan tikus yang ditinggalkan
kucing-kucing penjaga! Mereka seperti berpestapora
dan menjadi berani.
Matahari telah naik tinggi ketika Liu Hwa tiba di
bukit terdekat dengan dusun Ta-bun-cung. Ia tahu
bahwa di balik bukit itulah terletak dusunnya.
Biarpun tubuhnya sudah lelah sekali, namun ia
memaksa diri untuk berjalan terus. Kekhawatiran
akan puteranya membuatnya dapat bertahan.
Akan tetapi, ketika ia tiba di lereng bukit itu, di
jalan tikungan yang tertutup tebing bukit, tiba-tiba
ia di kejutkan oleh munculnya banyak orang yang
segera mengepungnya. Tidak kurang lari duapuluh
orang laki-laki yang sikapnya kasar, mengepung
dan memandang kepadanya dengan mata seperti
binatang buas yang kelaparan, mulut mereka
menyeringai kurang ajar.
Mereka semua memegang senjata golok, pedang
atau ruyung dan sikap mereka buas.
"Aha, bukankah ini nyonya ketua Hek-houwpang
yang terhormat?"
"Dan cantik manis? Lihat kedua pipinya segar
kemerahan!"
"Ha-ha-ha, nyonya muda yang segar dan molek!
Di mana suamimu?"
"Hei, nyonya ketua. Dimana sekarang Hek-houwpang?"
Melihat orang-orang itu mulai mendekat dan
tangan mereka mulai jahil dan kurang ajar, ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hendak mengelus dagunya, ada yang hendak
menyentuh tubuhnya, Liu Hwa menangkis sambil
berkata keras membentak, "Heii! Kalian mau apa?
Minggir atau terpaksa akan kubunuh kalian
semua!"
Ternyata suara nyonya muda ini masih cukup
berwibawa sehingga beberapa orang yang kurang
kuat nyalinya, melangkah mundur sambil
menyeringai.
"Biar kuhadapi si manis ini!" tiba-tiba terdengar
suara parau dan seorang yang bertubuh tinggi
besar melangkah maju menghadapi Liu Hwa. Dia
seorang laki-laki yang usianya kurang lebih empat
puluh tahun, tubuhnya tinggi besar, suaranya
parau dan ketika Liu Hwa mengangkat muka
memandang, diam-diam nyonya ini merasa ngeri.
Wajah laki-laki ini memang menyeramkan.
Rambutnya awut-awutan, agaknya tidak pernah
dicuci apalagi disisir, sehingga nampak kotor dan
jorok sekali. Mukanya kasar, dengan bintik-bintik
hitam dan nampak keras seperti kulit buaya,
hidungnya besar dan mulutnya lebar. Yang lebih
menyeramkan adalah matanya. Mata itu tinggal
sebelah kanan saja karena yang kiri terpejam dan
agaknya tidak ada biji matanya lagi. Liu Hwa
teringat sekarang. Biarpun belum pernah melihat
orangnya, namun pernah suaminya dan para
anggota Hek-houw-pang bercerita tentang seorang
perampok ganas yang berjuluk It-gan Tiat-gu
(Kerbau Besi Mata Satu). Perampok ini pernah
meraja-lela di luar daerah Ta-bun-cung, akan
tetapi setelah Hek-houw-pang membuat gerakan
pembersihan, dia tidak berani muncul. Agaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang dia mengumpulkan penjahat-penjahat
lain untuk dipimpin menjadi gerombolan
perampok.
"Ha-ha-ha, manis. Ketua Hek-houw-pang sudah
mampus, dan Hek-houw-pang sendiri sudah
bubar. Daripada menjadi seorang janda kembang
yang terlantar lebih baik engkau menjadi isteriku,
he heh-heh!" Berkata demikian, dia menjuIurkan
lengan kanannya yang panjang dan besar, dan
tangannya hendak merangkul leher Liu Hwa. Akan
tetapi nyonya ini mengelak dan menepiskan tangan
tangan mata satu itu dengan pengerahan tenaga.
"Plakk!" Tangan penjahat itu terpental. "Aku
tidak sudi! Lebih baik aku mati dari pada menjadi
isterimu!"
"Mati? Ha-ha, sayang kalau orang semanis
engkau mati. Engkau sudi atau tidak, mau atau
tidak, harus menjadi isteri It-gan Tiat-gu, heh-hehheh!"
Dan tiba-tiba si mata satu itu menubruk
bagaikan seekor beruang menubruk kambing. Poa
Liu Hwa mengelak dengan loncatan ke kiri, lalu
kaki kanannya mencuat dalam sebuah tendangan
ke arah perut raksasa mata satu itu. Akan tetapi,
Tiat-gu atau Si Kerbau Besi itu ternyata cukup
lihai. Tangannya bergerak menangkis tendangan
itu dan tangan kanan kembali mencengkeram ke
arah pundak Liu Hwa. Liu Hwa terpaksa meloncat
lagi ke belakang dan diam-diam terkejut karena
kakinya yang tertangkis terasa nyeri, tanda bahwa
raksasa mata satu itu memiliki tenaga seperti
seekor kerbau! Ketika ia meloncat ke belakang dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang anggota gerombolan menyergapnya. Liu Hwa
membalik dan kaki tangannya bergerak,
menendang dan menampar. Dua orang anggota
gerombolan itu jatuh tersungkur. Akan tetapi lebih
banyak orang lagi mengeroyoknya, semua dengan
tangan kosong karena mereka ingin membantu
pemimpin mereka menangkap calon korban ini,
bukan hendak melukai atau membunuhnya.
"Tikus-tikus busuk!" tiba-tiba terdengar
bentakan nyaring dan bagaikan seekor garuda
menyambar dari angkasa, Lie Koan Tek sudah
terjun ke dalam perkelahian itu dan dia
mengamuk. Sekali dia menerjang, dua orang
perampok terpelanting keras. Melihat ini, para
perampok segera menggunakan senjata mereka
untuk mengepung dan mengeroyok. Pendekar
Siauw-lim-pai itupun melolos rantai bajanya yang
dipakai sebagai ikat pinggang, dan diapun
memutar rantai baja itu, mengamuk di antara
pengeroyokan banyak orang.
Melihat munculnya seorang pria yang gagah
perkasa, It-gan Tiat-gu segera menubruk Liu Hwa
dari belakang dan karena pada saat itu Liu Hwa
sedang menghadapi pengeroyokan dua orang maka
ia tidak mampu mengelak. Kedua lengan Kerbau
Besi telah merangkulnya dan karena tenaga kepala
perampok itu memang besar, Liu Hwa sama sekali
tidak mampu berkutik. It-gan Tiat-gu sudah
menotoknya dan memanggul tubuh Liu Hwa yang
menjadi lemas, dan kepala perampok ini
menyelinap pergi, menggunakan kesempatan selagi
Lie Koan Tek sibuk menghadapi pengeroyok yang
banyak jumlahnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena sibuk menghadapi pengeroyokan kurang
lebih duapuluh orang yang semuanya bersenjata
tajam, Lie Koan Tek sendiri tentu saja tidak sempat
untuk memperhatikan Liu Hwa. Dia mengamuk
dan memutar rantai bajanya, merobohkan bayak
pengeroyok sehingga para perampok menjadi
gentar. Sisanya yang belum roboh lalu melarikan
diri cerai-berai ke segala jurusan. Baru setelah
para perampok pergi, Lie Koan Tek mendapat
kenyataan bahwa Liu Hwa tidak berada di situ!
Dia menjadi bingung. Hendak mengejar ke
mana? Para perampok itu lari ke empat penjuru!
Apakah Liu Hwa telah berhasil melarikan diri
ketika dia datang menyerbu para penjahat itu?
Mengingat akan kemungkinan ini, dia lalu cepat
mendaki bukit dan pergi ke dusun Ta-bun-cung.
Sebagai seorang di antara para penyerbu dusun
itu malam tadi, tentu saja dia tidak berani
memasuki dusun secara terang-terangan. Dia
menanti sampai hari menjadi gelap, baru dia
melakukan penyelidikan. Diam-diam dia merasa
menyesal juga mendapat keterangan bahwa
puluhan orang anggota Hek-houw-pang telah tewas
dalam pertempuran ketika anak buah Pangeran
Cian Bu Ong datang menyerbu. Biarpun dia tidak
bersungguh-sungguh membantu pangeran itu, dia
tetap merasa ikut berdosa. Dia tidak menyelidiki
terlalu banyak mengenai Hek-houw-pang. Yang
dicarinya hanya Liu Hwa. Kalau nyonya muda itu
sudah kembali ke dusun, hatinya akan merasa lega
dan diapun akan pergi tanpa menemuinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, betapa bingung hatinya ketika dia
mendapat kenyataan bahwa Poa Liu Hwa tidak
pernah pulang! Nyonya muda itu telah lenyap.!
Masih baik kalau lenyapnya itu karena ia telah
pergi dan tidak ingin kembali ke dusun, akan
tetapi bagaimana kalau sampai ia tertawan
penjahat?
Lie Koan Tek cepat meninggalkan dusun itu dan
kembali memasuki hutan di lereng bukit, di mana
siang tadi dia membantu Liu Hwa yang dikepung
penjahat.
Akan tetapi hutan itu sunyi saja. Dia tidak tidur
semalam suntuk melainkan menjelajahi bukit itu,
namun tidak menemukan jejak, bahkan tidak
bertemu dengan seorangpun manusia.
Agaknya anggota gerombolan perampok yang dia
robohkan dalam keadaan terluka atau tewas sudah
diangkut pergi kawan-kawan mereka. Terpaksa
pada keesokan harinya, dia menuruni bukit dan
menuju ke dusun yang nampak paling dekat di
kaki bukit. Dia menjelajahi dusun-dusun dan
akhirnya, pada hari ke tiga ketika dia memasuki
sebuah dusun, dia melihat lima orang sedang ribut
dengan pemilik rumah yang cukup besar di dusun
itu. Ia melihat lima orang itu memukuli tuan
rumah, dan yang lain sedang mengangkut barangbarang
berharga dari rumah itu. Seorang di antara
mereka yang menjadi pemimpin mempunyai luka
melintang di mukanya dan teringatlah Lie Koan
Tek bahwa orang itu pernah dilihatnya di antara
para pengeroyoknya ketika ia menolong Liu Hwa
malam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat ia lari menghampiri dan tanpa banyak
cakap lagi dia menerjang si codet yang sedang
memukuli tuan rumah.
"Plakk!" Dipukul pundaknya, si codet
terpelanting. Tentu saja dia marah sekali dan
mencabut golok, lalu meloncat bangun dan hendak
menyerang pemukulnya. Akan tetapi, begitu dia
mengenal Koan Tek, mukanya yang codet menjadi
pucat. Dia mengenal pendekar ini yang membuat
dia dan belasan orang kawannya lari tungganglanggang
tiga hari yang lalu.
Akan tetapi, dia tidak mungkin dapat lari lagi,
maka terpaksa dia memberanikan diri dan
menyerang dengan bacokan goloknya ke arah
kepala Koan Tek.
Pendekar ini menggeser kaki sehingga tubuhnya
miring dan ketika golok lawan meluncur lewat di
samping tubuhnya, dia cepat menggerakkan
tangan memukul pundak kanan lawan.
"Krekkkl" Tulang pundak itu hancur. Golok
terlepas dan si codet yang berteriak kesakitan
hendak melarikan diri. Akan tetapi sebuah
tendangan membuat sambungan lutut kanannya
terlepas dan diapun roboh tak mampu bangkit lagi,
hanya duduk dan mengaduh-aduh dengan muka
pucat ketakutan.
Lie Koan Tek tidak berhenti sampai disitu saja.
Dia berkelebat ke sana-sini dan terdengar teriakanteriakan
ketika empat orang penjahat yang lain
roboh terpukul olehnya. Ada yang remuk tulang
lengan atau kakinya, ada yang benjol-benjol
kepalanya atau matang biru mukanya. Akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka semua tidak mampu melarikan diri lagi
dan hanya mengaduh-aduh, ada pula yang
pingsan. Lie Koan Tek tidak memperdulikan
penduduk yang datang berlarian ke tempat itu,
juga tidak memperdulikan anggota perampok yang
lain. Dia menyeret tubuh si codet dan
membawanya lari keluar dari dusun. Si codet
merintih-rintih ketakutan dan minta-minta ampun,
Namun Koan Tek tidak perduli dan terus
menyeretnya keluar dusun sampai tiba di tempat
sepi, baru dia melepaskan cengkeramannya
sehingga tubuh si codet terhempas ke atas tanah.
"Ampun......ampunkan hamba......,tai-hiap......."
kata si codet sambil berlutut menyembahnyembah.
"Mudah saja mengampuni dan membunuhmu,
akan tetapi cepat katakan di mana adanya nyonya
yang kalian rampok tiga hari yang lalu itu. Katakan
dengan sejujurnya kalau engkau tak ingin kusiksa
sampai mati!"
"Ampun, tai-hiap. Bukan saya yang
mengganggunya, akan tetapi nyonya itu dibawa
pergi oleh toako........, ampunkan saya......."
"Siapa itu toako?" "It-gan Tiat-gu....... "
"Di mana dia sekarang? Nyonya itu dibawa ke
mana? Hayo katakan sejujurnya."
"Mungkin ke sarangnya yang
baru......Saya.....saya hanya menjadi pembantunya
sementara saja, dan malam itu... dia pergi
melarikan nyonya itu......"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, cepat antarkan aku ke sarangnya!"
"Jauh sekali, tai-hiap, perjalanan sehari penuh....."
"Cerewet! Kau ingin mampus!" Koan Tek
menendang dan tubuh orang itu terlempar sampai
beberapa meter jauhnya.
Dia mengerang dan merangkak bangun.
"Ampun, saya..... saya mau mengantarkan taihiap,
tapi........... saya takut, tentu dia akan marah
kepada saya dan membunuh saya."
"Huh, ada aku di sini, tidak perlu takut. Kalau
engkau mengantar aku sampai berhasil
menemukan nyonya itu, aku akan mencegah dia
membunuhmu. Sebaliknya, kalau engkau tidak
memenuhi permintaanku, engkau akan kusiksa
sampai mati. Hayo cepat!"
Si codet itu takut sekali dan diapun cepat
bangkit lalu menjadi penunjuk jalan. Lie Koan Tek
berjalan di belakangnya dan mendorong-dorongnya
sehingga si codet, walaupun menderita nyeri di
pundaknya, terpaksa berlari-lari.
Untung bahwa karena gelisah memikirkan
keselamatan Poa Liu Hwa, Koan Tek memaksa si
codet berlari-lari sehingga dia tidak datang
terlambat. Karena kepala perampok yang berjuluk
It-Gan Tiat-gu (Kerbau Besi Mata Satu) itu, setelah
berhasil melarikan Liu Hwa dan meninggalkan
Koan Tek dikeroyok anak buahnya, melakukan
perjalanan yang santai menuju ke sarangnya,
puncak sebuah bukit yang sunyi. Dia telah
menotok wanita tawanannya itu hingga Liu Hwa
tidak mampu meronta, tidak mampu pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berteriak. Dengan hati bangga dan girang, si mata
satu itu memondong tubuh Liu Hwa, dibawa ke
sarangnya dengan jalan kaki biasa saja tidak
berlari-lari. Dia bangga karena telah berhasil
menawan isteri ketua Hek-houw-pang dan akan
memaksa wanita itu menjadi isterinya.
Masih ada belasan orang anak buahnya di
sarang itu. Mereka menyambut kedatangan It-gan
Tiat-gu dengan gembira apa lagi ketika melihat
bahwa wanita yang ditawan pemimpin mereka
adalah isteri ketua Hek-houw-pang!
"Siapkan pesta. Malam ini aku akan menikah
dengan isteri ketua Hek-houw-pang. Ha ha-ha!" Itgan
Tiat-gu berkata lantang kepada anak buahnya
dengan bangga, dan anak buahnya yang belasan
orang itupun tertawa gembira.
Karena It-gan Tiat-gu hanya berjalan, sedangkan
si codet yang didorong oleh Koan Tek itu berlarilari,
maka tidak jauh selisih waktu antara
kedatangan It-gan Tiat-gu dan mereka berdua di
puncak bukit itu. Mereka tiba di puncak itu pada
sore hari dan segera belasan orang anak buah
Kerbau Besi Mata Satu yang tentu saja mengenal si
codet sebagai rekan mereka. Melihat si codet
datang sambil meringis kesakitan dan memegangi
pundaknya, mereka segera merubungnya dan
bertanya-tanya. Si codet maklum bahwa sedikit
saja ia mengkhianati pendekar yang menawannya,
pendekar itu tentu akan membunuhnya. Maka
ketika kawan-kawannya membanjirinya dengan
pertanyaan, dia menggerakkan tangan dengan
tidak sabar "Sudahlah, jangan banyak bertanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dulu. Aku ingin menghadap toako, di mana dia?
Aku akan melaporkan sesuatu yang amat penting."
"Aihhh, toako sedang bersenang-senang dengan
calon isterinya, jangan diganggu,!" kata seorang di
antara mereka sambil menunjuk ke arah sebuah
pondok tak jauh dari situ.
"Malam nanti kita pesta untuk pernikahan
toako, ha-ha-ha!" kata yang lain. Mendengar ini,
tanpa menanti lagi Lie Koan Tek meloncat ke depan
pondok dan sekali tendang, daun pintu pondok itu
roboh dan diapun menyerbu ke dalam.
Apa yang dilihatnya di dalam kamar pondok itu
membuat wajah Koan Tek jadi merah saking
marahnya. Dia melihat Liu Hwa rebah telentang
dalam kedaan tertotok dan pakaiannya tidak
karuan, karena It-gan Tiat-gu sedang terkekehkekeh
sambil mulai membukai pakaian wanita itu.
"Ehh?" It-gan Tiat-gu terkejut bukan main ketika
tiba-tiba pintu pondok jebol. Dia meloncat sambil
menyambar senjatanya, sebatang golok yang tadi
ditaruh di atas meja. Dia terkejut ketika mengenal
pria yang tadi mengamuk dan dikeroyok oleh anak
buahnya.
"Jahanam busuk!" Koan Tek membentak dan
biarpun lawan memegang golok dia tidak takut dan
bahkan Koan Tek yang menyerang dengan
dahsyatnya. Mata Satu menyambutnya dengan
bacokan golok ke arah kepalanya. Koan Tek
miringkan tubuh menghindar, dan tangannya terus
melanjutkan serangannya dengan pukulan tangan
terbuka ke arah dada It-gan Tiat-gu. Kepala
perampok itu mengelak dengan loncatan ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
samping dan goloknya berkelebat, kini membabat
ke arah pinggang tokoh Siauw-lim-pai itu. Koan
Tek yang sudah marah bukan main melihat
penjahat ini tadi nyaris memperkosa wanita yang
selalu berada dalam ingatannya itu, menyambut
serangan golok dengan tendangan kaki dari
samping.
"Trangggg....!" Golok terlepas dan membentur
dinding. It-gan Tiat-gu terkejut bukan main dan
merasa jerih, hendak melarikan diri. Akan tetapi
Koan Tek mendahuluinya dengan tendangan yang
mengenai belakang lututnya, kepala perampok
itupun terpelanting.
Sebelum dia sempat bangun, kaki Koan Tek
menyusulkan tendangan yang diarahkan ke
tengkuknya.
"Krekkkk!" Patahlah tulang leher It-gan Tiat-gu
dan diapun tewas seketika. Pada saat itu, anak
buah perampok sudah menyerbu dari luar pondok.
Koan Tek cepat meloncat ke dekat pembaringan
dan sekali tangannya bergerak, bebaslah totokan
pada diri Liu Hwa. Sebelum wanita ini sempat
berkata sesuatu, Koan Tek sudah meloncat keluar
lagi dan mengamuklah dia dikeroyok belasan orang
anak buah perampok itu. Dia melihat bahwa si
codet yang tadi dipaksanya mengantar telah tewas,
tentu dibunuh oleh rekan-rekannya sendiri setelah
dia lari menjebol daun pintu tadi.
Lie Koan Tek mengamuk dan biarpun ia
bertangan kosong, belasan orang anak buah
perampok itu bukan tandingannya. Mereka kocarkacir
dan lebih-lebih ketika Liu Hwa muncul dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam pondok memegang sebatang golok milik Itgan
Tiat-gu. Kini pakaian Liu Hwa telah rapi
kembali dan dengan golok di tangan, wanita ini
mengamuk membantu Koan Tek. Tentu saja para
perampok menjadi gentar dan merekapun lari
cerai-berai meninggalkan yang terluka.
Mereka saling pandang, berhadapan dalam jarak
tiga meter. Lalu tiba-tiba Liu Hwa melepaskan
goloknya, lari menghampiri Koan Tek dan
menjatuhkan diri sambil menangis. Koan Tek cepat
menyambutnya, memegang kedua pundaknya dan
menariknya berdiri, melarangnya berlutut. Liu Hwa
kini menangis di atas dada pendekar Siauw-lim-pai
itu. Hampir saja kepala perampok mata satu itu
memperkosanya. Ia sudah tidak berdaya sama
sekali. Dalam saat terakhir, muncul pula pendekar
Siauw-lim-pai ini menyelamatkannya. Ia begitu
bersyukur, terharu dan juga bersedih karena ia
teringat lagi akan keadaannya yang kehilangan
seluruh keluarganya, maka ia lupa diri dan
menangis di atas dada yang bidang itu. Koan Tek
juga seperti lupa, dengan sendirinya mendekap dan
mengelus rambutnya dengan perasaan penuh
kasih sayang!
Setelah menumpahkan perasaan haru dan
dukanya, Liu Hwa sadar akan dirinya dan iapun
melepaskan diri, melangkah dua tindak ke
belakang dan mukanya berubah merah sekali.
"Ahhh.......apa yang kulakukan......aih, tai-hiap,
maafkan aku........aku telah membuat bajumu
basah....." katanya memandang kepada baju
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar itu yang basah di bagian dada oleh air
matanya.
Koan Tek tersenyum. "Tidak apa, engkau
memang perlu dapat menangis sepuas hatimu,
nyonya. Nah, marilah kita melanjutkan perjalanan.
Kuantar engkau sampai ke dusunmu."
Liu Hwa mengangguk dan merekapun kini
meninggalkan bukit itu, menuju dusun Ta-buncung.
Malam telah tiba ketika mereka tiba di luar
dusun, dan di luar pintu gerbang yang nampak
sunyi, Koan Tek berhenti. "Nyonya, pergilah
engkau ke dalam. Aku lebih baik menanti saja di
sini. Mereka tentu mengenaliku sebagai seorang di
antara para penyerbu, dan mereka akan
menyerangku."
"Tidak, tai-hiap. Mari masuk saja, biar aku yang
akan memberi penjelasan kepada mereka nanti, "
kata Liu Hwa, akan tetapi Koan Tek merasa tidak
enak.
Memang kalau dia ingat akan peristiwa yang
terjadi di dusun itu, betapa dia membantu para
penjahat untuk membasmi Hek-houw-pang, dia
merasa menyesal bukan main dan merasa malu
kepada dirinya sendiri.
"Aku menanti saja di sini. Kalau engkau perlu
bertemu dengan aku besok, aku akan berada di
sini."
Terpaksa Liu Hwa meninggalkan pendekar
Siauw-lim-pai itu dan memasuki dusun Ta-buncung
yang nampak sunyi. Akan tetapi begitu ada
orang melihatnya, orang itu segera berseru akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
munculnya nyonya ketua Hek-houw-pang dan
semua orangpun berlarian keluar menyambut. Dan
hujan tangispun terjadi. Liu Hwa menangis lagi
mendengar betapa banyaknya korban jatuh.
Bahkan Coa Siang Lee yang menjadi tamu, juga
yang menjadi ahliwaris keluarga Coa yang selalu
menjadi ketua perkumpulan itu, ikut tewas.
Demikian pula Coa Song, kakek yang dihormatinya
itu.
Malam hari itu juga, Liu Hwa membawa
perlengkapan sembahyang dan ia bersembahyang
di depan makam suaminya. Ia tdak mau ditemani
orang lain, bahkan ia menyuruh semua orang yang
mengantarnya untuk meninggalkannya agar ia
dapat meratapi nasibnya di depan kuburan
suaminya. Ia hanya mempunyai satu saja hiburan,
yaitu bahwa puteranya, Cin Cin, selamat dan kini
menurut pesan terakhir kakek Coa Song, Cin Cin
diantar oleh Lai Kun, sute suaminya, untuk
menjadi murid pendekar sakti Si Han Beng yang
berjuluk Huang-ho Sin-liong (Naga Sakti Sungai
Kuning).
la bersembahyang bukan saja di depan makam
suaminya, juga ia bersembahyang di depan makam
kakek Coa Song dan di depan makam Coa Siang
Lee, bahkan ia menyembahyangi makam para
murid atau anggota Hek-houw-pang yang tewas
dalam serbuan itu. Ketika ia menghampiri makam
yang paling ujung sambil membawa hioswa (dupa
biting) dan sekeranjang kembang, ia melihat
sesosok tubuh kecil melingkar di depan makam itu.
Ternyata ada seorang anak laki-laki yang usianya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
paling banyak enam tahun rebah miring dan
melingkar di atas tanah, agaknya tertidur!
Liu Hwa memandang ke arah makam itu. Sinar
bulan cukup terang dan tulisan huruf-huruf di
atas kayu yang sementara dipasang sebagai nisan
itu cukup besar. Ia membaca nama korban itu. Ah,
kiranya itu makam The Ci Kok, seorang anggota
Hek-houw-pang tingkat atas. The Ci Kok bahkan
menjadi suheng dari suaminya yang memiliki
kepandaian seimbang dengan suaminya. Kalau
Kam Seng Hin yang dipilih menjadi ketua adalah
karena The Ci Kok ini orangnya pendiam dan agak
bodoh. Kiranya dia juga tewas!
Kini Liu Hwa dapat menduga siapa anak kecil itu
dan hatinya seperti ditusuk. Anak itu tentu The
Siong Ki putera suheng suaminya itu. Iapun tahu
bahwa ibu anak itu telah tiada sejak anak itu
masih kecil sekali. Berarti bahwa anak itu kini
menjadi seorang anak yatim piatu.
"Siong Ki......Siong Ki.......! Bangunlah, jangan
tidur di sini, nak!" katanya lembut sambil
mengguncang pundak anak itu. Akan tetapi, anak
itu tidak terbangun. Betapa kuatpun dia
mengguncang, tetap saja anak itu tidak terjaga. la
mulai curiga, lalu memeriksanya. Anak itu seperti
dalam keadaan tidur, akan tetapi kini ia tahu
bahwa anak itu sebenarnya jatuh pingsan!
Makin tertusuk rasa hati Liu Hwa.
Diletakkannya bunga dan dupa di atas makam dan
ia lalu mengangkat dan memangku anak itu,
mengurut tengkuk dan dadanya. Akhirnya, anak
itu menggeliat lalu menggumam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ayah......ayah.....jangan tinggalkan Siong Ki
sendirian, ayah......! Jahanam, aku akan
membunuh kalian semua.!" Anak itu meronta
bangkit dan dengan kedua tangan terkepal dia
menyerang Liu Hwa!
Dengan hati terharu sekali Liu Hwa menangkap
pukulan-pukulan itu dengan lembut sambil
berkata, "Siong Ki, lihatlah siapa aku ini......"
"Tidak perduli engkau siapa, setan atau iblis.
Aku tidak takut! Biar kau membunuhku, aku tidak
takut. Aku ingin mati dan bersama ayah dan
ibuku!" Dan dia menyerang terus.
Setelah Liu Hwa menangkap kedua lengannya
dan merangkulnya, baru anak itu mengamati Liu
Hwa dan diapun merangkul dan menangis,
"Bibi.......ah. bibi.......! Aku.......aku ingin mati saja,
bibi..!"
Biarpun hatinya sendiri seperti diremas-remas,
penuh kedukaan dan keharuan yang membuat ia
ingin menjerit-jerit dan menangis seperti anak
kecil, akan tetapi Liu Hwa menahan perasaannya,
menggigit gigi sendiri dan merapatkan bibir dengan
kuat-kuat sambil merangkul anak itu. Kemudian ia
bicara.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 5
"Siong Ki, jangan bicara seperti itu!"
Dengan muka basah air mata dan mata merah,
anak itu mengangkat mukanya, memandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada wanita itu. "Bibi, apa yang harus
kulakukan kalau aku dibiarkan hidup? Aku
seorang diri, tiada ayah ibu, tiada keluarga. Melihat
ayah tewas, juga para paman......ah, apa gunanya
lagi aku hidup? Tiada lagi yang melindungi aku,
bibi....."
"Hushh.....! Omongan apa itu? Disini masih ada
aku, Siong Ki. Aku yang akan melindungimu, dan
engkau boleh ikut denganku selamanya karena
mulai saat ini, engkau menjadi muridku."
Siong Ki membelalakkan matanya seperti orang
yang tidak percaya. "Benarkah ini..... ? Benarkah,
bibi? Atau hanya hiburan kosong belaka?"
"Tentu saja benar, Siong Ki. Apakah kau tidak
percaya kepadaku dan menyangka aku
membohongimu?"
Anak itu nampak gembira sekali. "Kalau begitu,
berjanjilah di depan makam ayah, bibi. Biar ayah
menjadi saksi, biar ada semangat lagi bagiku
untuk hidup!" Lalu anak itu berlutut di depan Liu
Hwa dan kini suaranya terdengar lantang dan
penuh semangat. "Ayah saksikanlah, ayah. Mulai
saat ini anakmu, The Siong Ki, mempunyai
pelindung baru, yaitu bibi Poa Liu Hwa yang
menjadi guruku. Subo, terimalah hormat tcecu
(murid)!" Dan diapun memberi hormat delapan kali
kepada wanita itu.
"Siong Ki, muridku yang baik, bangkitlah."
"Teecu tidak akan bangkit sebelum subo (ibu
guru) berjanji di depan makam ayah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Hwa menatap makam itu dan diam-diam ia
bergidik. Ia sendiri kehilangan segala-galanya,
bahkan puteranya Cin Cin, yang selamat, kini telah
dibawa pergi ke tempat jauh. Ia sendiri
sebatangkara, dan kini ia telah mengambil Siong Ki
sebagai murid, siap melindunginya dan menjadi
pengganti orang tuanya. Suatu tugas yang amat
berat. Sedangkan untuk melindungi diri sendiri
saja ia sudah jelas tidak kuat. Buktinya, hampir
saja ia celaka dan mungkin sekarang sudah tewas
terbunuh atau membunuh diri kalau saja ia tidak
dibebaskan dari tangan lt-gan Tiat-gu oleh
pendekar Siauw-lim pai itu! Akan tetapi, ia tidak
dapat undur kembali, sudah berjanji, dan kalau
ada anak ini di sampingnya, setidaknya ia akan
terhibur. Maka iapun lalu mengangkat kedua
tangan di depan dada sambil membungkuk ke arah
makam The Ci Kok dan berkata dengan lirih.
"Suheng The Ci Kok. Aku berjanji bahwa mulai
saat ini puteramu The Siong Ki telah menjadi
muridku. Semoga arwahmu ikut pula melindungi
kami berdua."
Setelah mendengar janji gurunya itu, Siong Ki
bangkit dan kini wajahnya menjadi cerah. Liu Hwa
juga memandang kepadanya. Anak ini nampaknya
cerdik dan seingatnya, Siong Ki bukan seorang
anak yang bandel, tidak nakal dan pandai
membawa diri.
"Siong Ki, setelah engkau selesai bersembahyang
di sini, susullah aku di makam suamiku."
"Aku sudah selesai, subo. Aku selalu berada di
sini sejak ayah dimakamkan dan baru satu kali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku pulang ke rumah," katanya sambil mengambil
sebuah buntalan yang tadi dia gantungkan di
cabang sebatang pohon.
"Engkau sudah siap dengan buntalan
pakaianmu? Apakah engkau tidak ingin pulang ke
rumah mendiang ayahmu?"
Siong Ki menjawab dengan wajah sedih.
"Tadinya aku sudah ingin pergi saja, subo. Untuk
apa kembali ke dusun Ta-bun-cung dimana kita
hanya akan diingatkan selalu akan peristiwa
menyedihkan itu? Akan tetapi kalau subo ingin
kembali.......... "
Liu Hwa melangkah ke arah makam suaminya,
lalu duduk di depan makam, termenung. Siong Ki
mengikutinya dan anak itupun duduk di depan
subonya. Setelah berulang kali menghela napas
panjang, Liu Hwa juga berkata dengan sura sendu.
"Akupun tidak mungkin dapat bertahan tinggal
di dusun dimana aku telah kehilangan segalagalanya.
Apalagi, sebelum meninggal, kakek Coa
Song telah membagi-bagikan seluruh isi rumah
kepada para murid. Aku tidak dapat tinggal di
rumah kosong itu, yang setiap saat akan
mengingatkan aku kepada suamiku dan anakku."
"Lalu, ke mana kita akan pergi, subo?"
Wanita itu menundukkan mukanya dengan
sedih. "Aku tidak tahu, Siong Ki, ....aku tidak
tahu...... "
Siong Ki bicara lagi, kini suaranya terdengar
gembira. "Subo, aku mendengar bahwa adik Cin
Cin telah diajak pergi oleh susiok Lai Kun ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah pendekar sakti Huang-ho Sin-liong Si Han
Beng. Bagaimana kalau kita menyusul kesana?"
Wajah wanita itu agak cerah mendengar ucapan
itu. Sudah diduganya, anak ini cerdik dan penuh
semangat, dan senang akan keputusannya
mengambil anak ini menjadi murid.
"Benar, Siong Ki. Agaknya memang sebaiknya
kalau kita menyusul adikmu Cin Cin lebih dulu.
Setelah itu......setelah bertemu dengan Cin Cin,
baru kita mencari tempat tinggal baru. Akan tetapi,
ah, aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Bahkan
senjatapun tidak punya lagi....."
"Subo, jangan khawatir?" kata Siong Ki dan anak
ini segera menurunkan buntalan pakaiannya yang
besar, lalu membukanya. Pertama-tama dia
mengeluarkan sebatang pedang dengan sarungnya.
"Ini pedang milik ayah, subo. Kuambil dari tangan
jenazah ayah, lalu sarung pedangnya kucari. Nah,
terimalah pedang ini subo, agar subo dapat
melindungi diri kita berdua dalam perjalanan."
Dengan girang Liu Hwa menerima pedang itu
dan memeriksanya. Ternyata sebatang pedang
yang cukup baik, terbuat dari baja yang baik. Ia
merasa kuat ketika memegang pedang ini.
"Dan ini, subo. Ini peninggalan ayah,
kukumpulkan semua dan kubawa serta. Subo
boleh menggunakannya semua untuk biaya apa
saja, biaya perjalanan kita, biaya mencari tempat
tinggal baru......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Hwa terbelalak. Anak itu membuka sebuah
buntalan kecil yang isinya potongan emas dan
perak, cukup banyak!
"Siong Ki," ia berkata dengan terharu. "Ternyata
bukan aku yang menolongmu, melainkan engkau
yang menolongku."
"Sama sekali tidak, subo. Aku sendiri tidak tahu
harus berbuat apa degan pedang dan emas perak
itu. Kuserahkan kepada subo agar subo dapat
melindungi kita berdua."
Liu Hwa tiba-tiba teringat kepada pendekar
Siauw-lim-pai yang menunggunya di luar pintu
gerbang. Ah, sudah terlalu banyak ia menyusahkan
pendekar itu. Sungguh ia merasa malu kepada Lie
Koan Tek.
Pula, sungguh tidak pantas dilihat orang kalau
ia berdua saja dengan pendekar itu. Ia kini seorang
janda! Dan pendekar Siauw-lim pai Lie Koan Tek,
sepanjang yang didengarnya, belum pernah
menikah. Biarpun usianya sudah empatpuluh
tahun lebih, masih membujang. Pasti akan
menimbulkan prasangka yang bukan-bukan dalam
benak orang yang melihat seorang janda berduaan
saja dengan seorang pria yang masih membujang.
Tidak, aku tidak boleh mengganggunya lagi. Akan
tetapi, bagaimana ia harus mengatakan kepada
pendekar itu bahwa ia tidak mau melanjutkan
perjalanan bersama dia?
"Siong Ki, mari kira pergi." "Pergi? Sekarang
juga, subo?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liu Hwa mengangguk. "Sekarang ini juga, kita
pergi meninggalkan dusun kita dan pergi menyusul
Cin Cin."
Tentu saja Siong Ki merasa heran. Malam itu
biarpun ada bulan, namun tetap saja cuaca hanya
remang-remang. Mengapa subonya demikian
tergesa-gesa. Akan tetapi dia tidak berani
membantah.
"Baik subo. Mari!" Dia lari ke makam ayahnya,
memberi hormat lagi untuk yang terakhir kalinya,
kemudian membawa buntalan pakaiannya dan
berjalan di samping subonya. Ketika Siong Ki
hendak mengambil jalan keluar dari pintu gerbang,
Liu Hwa memegang tangannya, dan menariknya ke
kiri. "Kita ambil jalan ini saja, Siong Ki."
Kembali anak itu terheran. Jalan keluar dari
dusun itu memang ada beberapa buah, akan tetapi
yang paling enak adalah jalan keluar melalui pintu
gerbang. Akan tetapi subonya mengajak ia keluar
dari dusun melalui jalan setapak yang penuh
semak belukar! Akan tetapi diapun tidak berani
banyak bertanya dan dengan hati-hati mereka
keluar dari dusun itu.
Sama sekali Poa Liu Hwa tidak pernah menduga
bahwa hanya tiga hari setelah dia pergi, Sim Lan Ci
dan Thian Ki datang ke dusun itu pula! Kalau saja
hal itu terjadi, pasti jalan hidupnya akan menjadi
lain!
Hati Liu Hwa menjadi lega setelah mereka keluar
dari dusun dan tiba di lereng bukit. Matahari pagi
memandikan bumi dengan cahayanya yang hangat
dan segar menghidupkan. Biarpun merasa lelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali karena selain baru saja mengalami ancaman
malapetaka dan terpendam kedukaan, apa lagi
semalam sama sekali tidak tidur, namun Liu Hwa
tidak mau berhenti berjalan. Siong Ki berjalan di
sebelahnya sambil menggendong buntalan
pakaiannya. Kantung berisi emas dan perak oleh
Liu Hwa juga dititipkan kepadanya dalam
buntalan. Hanya pedang itu kini tergantung di
punggung nyonya muda itu.
Sudah sejak malam tadi Liu Hwa melihat betapa
anak itu kelelahan, juga mungkin sekali kelaparan.
Namun, biarpun jalannya kadang terhuyung, anak
itu sama sekali tidak pernah mengeluh. Hal ini saja
membuat Liu Hwa semakin suka kepada anak yang
kini menjadi muridnya itu. Anak ini keras hati dan
tabah bukan main, pikirnya. Ia merasa kasihan
akan tetapi tidak mau mengajak Siong Ki berhenti
karena ia khawatir kalau sampai bertemu dengan
Lie Koan Tek yang ingin dihindarinya. Ia sendiri
juga lelah, akan tetapi ia memaksa diri untuk
melewati sebuah bukit lagi, baru akan mengaso
dan mencari makanan.
Ketika ia mulai mendaki bukit itu dan tiba di
sebuah hutan kecil, tiba-tiba saja di depannya
muncul seorang pria muda yang tampan sekali.
Usianya sekitar duapuluh tujuh tahun, tubuhnya
sedang dan dia mengenakan pakaian pelajar yang
mewah. Wajahnya tampan dan ganteng, dengan
hidung besar mancung, bibir merah seperti diberi
pemerah bibir, matanya hitam sekali maniknya.
Dan kepalanya yang berambut hitam tebal itu
tertutup sebuah caping lebar. Di pinggangnya
terselip sebatang suling dan melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penampilannya, Liu Hwa menduga bahwa pemuda
ini tentu seorang pemuda kaya yang terpelajar.
Namun kemunculannya yang tiba-tiba itu
mengejutkan hatinya dan ia memandang dengan
khawatir.
Pemuda itu bukan lain adalah Can Hong San.
Setelah dia berpisah dari Pangeran Cian Bu Ong
dan memperoleh sekantung emas, Hong San lalu
sengaja pergi ke dusun Ta-bun-cung. Dia masih
merasa penasaran, ingin melihat apa yang terjadi
di dusun itu, terutama sekali dia ingin mencari Lie
Koan Tek, pendekar Siauw-lim-pai bekas rekannya
itu yang dia lihat melarikan seorang wanita cantik
ketika mereka menyerbu dusun itu. Kini, bertemu
dengan Liu Hwa dan seorang anak laki-laki, dia
segera mengenal wanita itu sebagai wanita yang
pernah dilarikan Lie Koan Tek, maka cepat dia
menghadang wanita itu dan dia tersenyum girang
ketika melihat bahwa wanita yang usianya sekita
tigapuluh tahun ini juga cukup cantik untuk
menggelitik wataknya yang memang mata
keranjang.!
Hong San tersenyum dan wajahnya nampak
tampan dan menarik sekali. Karena sikapnya
memang sopan dan halus Liu Hwa juga tersenyum
malu-malu dan nyonya ini menggandeng tangan
Siong Ki untuk diajak melewati pemuda itu sambil
membungkukkan tubuh sebagai penghormatan.
Melihat ini, Hong San cepat melangkah dan
menghadang lagi. "Perlahan dulu, enci. Kalau aku
tidak salah sangka, enci tentu datang dari dusun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ta-bun-cung, bukan?" Dia mengangkat kedua
tangan memberi hormat.
Melihat sikap yang sopan dan ramah itu, Liu
Hwa membalas penghormatan pemuda itu dan
menjawab, "Benar, kongcu. Kami memang
penduduk Ta-bun-cung."
"Bukankah enci wanita yang dilarikan oleh Lie
Koan Tek malam itu?"
Bukan main kagetnya Liu Hwa mendengar
pertanyaan itu dan ia memandang Hong San
dengan pernuh perhatian. Malam terjadinya
penyerbuan di dusun itu terlalu gelap sehingga ia
tidak mengenal para penyerangnya.
"Bagaimana engkau bisa tahu, kongcu?"
tanyanya penuh selidik.
"Ha-ha-ha, aku tahu segalanya, enci. Beberapa
malam yang lalu, Hek-houw-pang di dusun Tabun-
cung diserbu oleh pembunuh-pembunuh
bayaran, bukan? Dan seorang di antara para
pembunuh itu adalah Lie Koan Tek. Kemudian,
setelah membunuhi banyak orang, mungkin yang
terbanyak di antara rekan-rekannya, Lie Koan Tek
agaknya tertarik kepadamu dan membawamu lari!
Apakah kini Lie Koan Tek sudah bosan denganmu
dan membiarkanmu pergi, enci yang baik?"
Wajah Liu Hwa menjadi merah sekali. Merah
karena marah dan merah karena malu. Juga ia
merasa dihina oleh pemuda halus ini.
"Tidak! Lie Koan Tek adalah seorang pendekar
Siauw-lim-pai yang gagah dan bukan pembunuh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bayaran. Dia telah tertipu. Juga dia melarikan aku
karena dia ingin menyelamatkan aku!"
"Ha-ha-ha-ha! Enci yang baik, agaknya engkau
telah tergila-gila kepada pembunuh itu! Aku yang
lebih tahu bahwa dialah yang membunuh banyak
tokoh Hek-houw-pang!"
"Paman yang baik, apakah Lie Koan Tek itu pula
yang telah membunuh ayahku? Ayahku bernama
The Ci Kok, dia suheng dari mendiang ketua Hekhouw-
pang...."
"Siong Ki!" Liu Hwa menegur muridnya.
"The Ci Kok? Ha, siapa lagi yang membunuhnya
kalau bukan Lie Koan Tek? Aku melihatnya
sendiri..... "
"Engkau bohong! Sudahlah, jangan mengganggu
kami. Kami akan melanjutkan perjalanan kami!"
Liu Hwa kini berkata dengan marah. "Mari, Siong
Ki, kita pergi!" Ia menggandeng tangan muridnya
dan menariknya pergi.
"Nanti dulu, enci yang manis. Engkau cukup
manis untuk menemaniku. Jangan kau pergi dulu.
Kalau anak ini mau pergi, biarkan dia pergi, akan
tetapi engkau harus menemaniku bercakap-cakap.
Aku kesepian sekali, enci yang manis."
Kini tahulah Liu Hwa dengan orang macam apa
ia berhadapan. Biarpun pemuda ini amat tampan
dan dapat bersikap halus dan ramah, namun ia
dapat menduga bahwa pemuda ini adalah seorang
pria yang suka memandang rendah dan
mempermainkan wanita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Singg...!" Ia mencabut pedangnya dan matanya
mencorong marah. "Manusia rendah, jangan
ganggu kami atau terpaksa aku akan
menggunakan pedang ini!"
Akan tetapi tentu saja gerakan itu merupakan
sesuatu yang lucu bagi Hong San sehingga dia
tertawa. "Ha-ha-ha, sungguh aneh dan lucu.
Seekor kelinci betina yang gemuk mengancam
seekor harimau! Ha-ha-ha !"
Liu Hwa tidak sabar lagi dan iapun
menggerakkan pedangnya menusuk ke arah dada
pemuda yang kurang ajar itu. Akan tetapi, dengan
amat mudahnya Hong San mengelak dan sekali
tangannya bergerak, dia telah menyentuh dada Liu
Hwa secara kurang ajar sekali.
"Ihhhh......!" Liu Hwa menjerit dan meloncat ke
belakang. Wajahnya menjadi merah karena malu
dan marah, akan tetapi iapun terkejut karena
tahulah ia bahwa ia berhadapan dengan seorang
lawan yang amat lihai. lapun menjadi nekat dan
dengan ganas wanita itu memutar pedangnya
melakukan penyerangan bertubi-tubi. Namun,
semua serangan itu dapat dihindarkan dengan
amat mudahnya oleh Hong San. Kalau pemuda ini
menghendaki, dalam satu dua jurus saja tentu ia
mampu merobohkan Liu Hwa. Akan tetapi watak
pemuda ini memang aneh. I a ingin menjadi seperti
seekor kucing mempermainkan tikus. Dia akan
membekuk wanita ini setelah mempermainkannya.
Ia hanya mengelak, menangkis sambil mencolek
dagu, dada, mengelus pipi sambil tertawa,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat Liu Hwa menjadi semakin marah dan
nekat.
Siong Ki melihat ini dengan alis berkerut.
Hatinya kecewa. Wanita yang diangkatnya sebagai
guru itu ternyata tidak berdaya sama sekali
melawan pemuda itu! Mempunyai guru selemah itu
sungguh tidak ada untungnya baginya.
"Can Hong San, jangan kurang ajar kau!" tibatiba
terdengar bentakan dan muncullah Lie Koan
Tek yang langsung menyerang dengan rantai baja
yang selalu dipakai sebagai ikat pinggang.
Pendekar ini menanti Liu Hwa di luar pintu
gerbang. Ketika pagi tadi dia tidak melihat Liu Hwa
keluar dia lalu mencari-cari, menyusul ke tanah
kuburan dan melihat bekas peralatan sembahyang.
Ketika dia tidak menemukan lagi wanita itu di
dusun, tahulah dia bahwa Liu Hwa tentu telah
pergi meninggalkan dusun, meninggalkan dia
melalui jalan lain. Dia cepat melakukan pengejaran
dengan hati merasa aneh dan heran. Mengapa Liu
Hwa meninggalkan dia? Andaikan tidak ingin
bersamanya, setidaknya wanita itu akan memberi
tahu kepadanya lebih dulu.
Akhirnya dia menemukan Liu Hwa yang sedang
dipermainkan oleh Hong San. Biarpun dia tahu
bahwa Hong San amat lihai, melihat wanita yang
telah menjatuhkan hatinya itu dipermainkan, dia
menjadi marah dan langsung menyerang dengan
rantai bajanya.
Hong San meloncat ke belakang dan mencabut
sulingnya. "Ha-ha , Lie Koan Tek!. Engkau
pengkhianat besar. Engkau hendak melindungi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita yang kau larikan ini, ya? Bagus, aku
memang sedang mencarimu untuk memberi
hukuman atas nama Pangeran Cian Bu Ong!"
Lie Koan Tek yang sudah nekat itu tidak
menjawab melainkan segera menyerang dengan
dahsyatnya. Liu Hwa tidak mau tinggal diam dan
iapun membantu pendekar Siauw-lim-pai itu
dengan pedangnya. Melihat ini, kembali Hong San
tertawa sambil memutar suling untuk menangkis
kedua senjata pengeroyoknya.
"Ha ha, si penculik dan yang diculik saling
bantu! Bagus, agaknya kalian sudah saling jatuh
hati. Ha-ha-ha!" Dan sulingnya diputar sedemikian
rupa sehingga amat merepotkan Lie Koan Tek. Apa
lagi Liu Hwa. Setiap kali pedangnya bertemu
suling, ia pasti terdorong dan terhuyung. Untung
baginya bahwa Hong San tidak ingin membunuh
wanita ini, kalau demikian halnya, tentu ia sudah
roboh dan tewas. Hong San hendak membunuh Lie
Koan Tek akan tetapi ingin menangkap Poa Liu
Hwa hidup-hidup.
Bagaimanapun juga, Lie Koan Tek adalah
seorang pendekar Siauw-lim-pai yang sudah
matang dalam pengalaman. Dia pernah diuji
kepandaiannya melawan Hong San dan dia tahu
betapa lihainya suling di tangan pemuda itu. Maka
pengalamannya ketika dia bertanding melawan
Hong San kini dia pergunakan untuk berjaga diri,
tidak menuruti kemarahan hatinya sehingga dia
dapat bertahan ketika Hong San mulai membalas
dengan desakan sulingnya. Sementara itu, biarpun
beberapa kali pedangnya hampir terlepas dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangannya yang kadang seperti lumpuh kalau
pedang itu bertemu suling, Liu Hwa tidak pernah
mundur dan dengan nekat ia membantu Lie Koan
Tek tanpa memperdulikan lagi keselamatan dirinya
sendiri. Ia merasa yakin bahwa Lie Koan Tek
adalah seorang pendekar tulen, sedangkan pemuda
yang bernama Can Hong San ini seorang penjahat
yang berbahaya sekali. Kiranya Can Hong San ini
yang memimpin penyerbuan terhadap Hek-houwpang
itu dan kini ia pun ingat. Can Hong San
inilah yang telah merobohkan dan membunuh
suaminya, Kam Seng Hin! Maka iapun menyerang
dengan mati-matian.
Namun, kini Hong San juga sudah mencabut
pedangnya. Dia mempergunakan pedang di tangan
kanan dan suling di tangan kiri, dan desakandesakannya
membuat Lie Koan Tek makin repot.
Pada saat itu terdengar bentakan nyaring,
"Penjahat dari mana berani mengganggu paman Lie
Koan Tek?" Dan muncullah seorang wanita muda
yang usianya sekitar duapuluh empat tahun,
wajahnya bulat berkulit putih, hidungnya mancung
dan matanya tajam. Gerakannya ringan bukan
main dan begitu muncul, ia telah menggerakkan
sepasang pedangnya dan menyerang Hong San
dengan cepat dan kuat!
Hong San terkejut sekali. Dia menangkis dengan
pedangnya sambil mengerahkan tenaga untuk
membuat pedang kiri gadis itu patah atau
terpental. Akan tetapi, tangkisannya luput dan
tubuh gadis itu sudah meloncat ke atas, bagaikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seekor burung rajawali ia sudah menyerang lagi
dengan tubuh menukik ke arah Hong San!
"Trang! Tranggg........!" Hong San menangkis dan
terpaksa melangkah ke belakang. Diam-diam gadis
itupun terkejut karena tangkisan pemuda tampan
itu membuat kedua tangannya terasa panas dan
tergetar hebat. Mengertilah ia mengapa pamannya,
Lie Koan Tek pendekar Siauw-lim pai itu tadi
terdesak hebat, iapun turun dan menyerang lagi
dengan dahsyatnya, membantu Lie Koan Tek dan
Liu Hwa yang juga sudah menyerang lagi.
Lie Koan Tek terheran-heran, tidak mengenal
gadis yang menyebutnya paman itu. Akan tetapi
dia tidak sempat banyak berpikir, hanya
mencurahkan seluruh perhatiannya untuk
bersama gadis itu dan Liu Hwa mengeroyok Hong
San. Ternyata kepandaian gadis yang baru datang
itu hebat pula, bahkan tidak kalah dahsyatnya
dibandingkan kepandaian Lie Koan Tek sendiri.
Biarpun belum tentu kalau dikeroyok tiga dia
akan kalah, Hong San merasa tidak ada gunanya
untuk berkelahi terus. Gadis itu cukup lihai, dan
kalau mereka itu nekat, diapun mungkin akan
terluka. Maka, setelah mendapatkan kesempatan,
diapun meloncat jauh ke belakang dan melarikan
diri dengan cepat. Gadis itu hendak mengejar
sambil berseru,
"Jangan lari !" akan tetapi Lie Koan Tek cepat
mencegahnya.
"Nona, jangan kejar dia. Dia berbahaya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu tidak jadi mengejar. Iapun agaknya
tahu bahwa seorang diri saja, ia bukanlah lawan
pemuda tampan yang lihai tadi, maka iapun
berhenti dan kini menghadap Lie Koan Tek sambil
memberi hormat.
"Paman, bertahun-tahun saya mencari paman
tanpa hasil. Sekarang, secara kebetulan kita dapat
bertemu di sini!" katanya dengan nada suara
girang.
"Nanti dulu, maafkan aku, nona. Akan tetapi,
siapakah engkau?"
Gadis itu memandang aneh. "Paman Lie Koan
Tek lupa kepada saya? Saya Bi Lan, paman, Kwa Bi
Lan."
"Bi Lan......? Ah, Bi Lan, kiranya engkau ini?" Lie
Koan Tek memandang dengan wajah berseri dan
girang. "Tentu saja aku lupa. Engkau sudah begini
dewasa dan ilmu kepandaianrau hebat sekali."
"Aih, paman terlalu memujiku. Siapakah enci ini,
paman?" tanya Bi Lan sambil menunjuk kepada
Liu Hwa.
"Ia? Ah, ia ini adalah isteri mendiang ketua Hekhouw-
pang di dusun Ta-bun-cung. Panjang
ceritanya, Bi Lan, dan......eh, engkau mencari
siapakah, nyonya?" Koan Tek mengalihkan
pembicaraannya kepada Liu Hwa yang nampak
kebingungan dan mencari-cari dengan pandang
matanya.
"Saya mencari Siong Ki! Di mana dia? Siong
Ki......! Siong Ki, di mana engkau.......?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa Siong Ki?" tanya Koan Tek heran.
"Dia muridku, anak laki-laki berusia enam
tahun, putera dari suheng suamiku yang juga
menjadi korban pembunuhan....." Liu Hwa
mencari-cari dan kini dibantu oleh Koan Tek dan
diikuti pula oleh Bi Lan. Akan tetapi sia-sia saja
usaha pencarian mereka. Siong Ki lenyap dan tidak
meninggalkan jejak. Melihat Liu Hwa bingung dan
khawatir, Koan Tek juga ikut merasa khawatir.
"Can Hong San itu jahat dan licik bukan main.
Jangan-jangan dia yang menculik anak itu dan
membawanya lari."
Liu Hwa mengerutkan alisnya mengingat-ingat,
lalu menggeleng kepalanya. "Kurasa tidak begitu.
Agaknya anak itu memang.......sengaja hendak
meninggalkan saya, tai hiap. Tadi, ketika pemuda
itu muncul, sebelum tai-hiap datang pemuda itu
menyebut-nyebut nama tai-hiap sebagai
pembunuh ayah Siong Ki. Oleh karena itu,ketika
tai-hiap datang dan membantuku, agaknya dia lalu
diam-diam pergi meninggalkan aku. Dia anak yang
cerdik sekali, tai-hiap. Aku bertemu dengan dia di
depan makam ayahnya dalam keadaan pingsan,
lalu kuajak dia sebagai muridku."
"Hemmm......." Lie Koan Tek menggumam marah
kepada Hong San. "Hong San memang dapat
melakukan kejahatan apa saja. Biar nanti aku
yang membantumu mencari anak itu, nyonya.
Sekarang perkenalkan, ini keponakanku bernama
Bi Lan, puteri dari enciku. Bi Lan, ini adalah
nyonya......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Namaku Poa Liu Hwa, adik Bi Lan. Terima kasih
atas pertolonganmu tadi sehingga pemuda yang
jahat sekali itu dapat diusir," kata Liu Hwa.
"Aih, enci jangan terlalu sungkan. Aku hanya
kebetulan lewat dan melihat enci dan paman
didesak, maka aku tentu saja segera membantu.
Masih untung ada paman dan enci sendiri, kalau
aku seorang diri harus melawannya, kurasa aku
tidak akan mampu menang."
"Akan tetapi kulihat ilmu kepandaianmu sudah
maju pesat, Bi Lan, dan bukan sepenuhnya ilmu
silat Siauw-lim-pai. Oya, bagaimana dengan
ibumu? Sekarang di manakah ia tinggal?"
Ditanya tentang ibunya, Bi Lan menarik napas
panjang. "Aih. paman. Ibu sudah meninggal lima
tahun lebih yang lalu."
"Ah, kasihan! Engkau menjadi yatim piatu..... "
"Karena kematian ibu itulah aku lalu pergi
mencarimu, paman. Aku hidup sebatangkara
setelah ibu meninggal, dan satu-satunya keluarga
hanyalah paman. Akan tetapi, sia-sia aku mencari
paman........ "
"Tentu saja. Aku ditangkap pemerintah dan
dipenjarakan, bagaimana engkau dapat
menemukan aku? Lalu, bagaimana engkau sampai
lewat di sini? Ceritakanlah pengalamanmu, Bi Lan.
Setelah itu, baru nanti kuceritakan semua
pengalamanku dan tentang nyonya ini."
Mereka lalu memilih tempat yang teduh di
bawah sebatang pohon besar di dalam hutan itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka duduk di atas batu dan Bi Lan
menceritakan pengalamannya.
Kwa Bi Lan adalah seorang gadis Siauw-lim-pai
pula, puteri tunggal dari kakak perempuan Lie
Koan Tek. Ibunya seorang janda karena ayahnya
sejak ia kecil telah meninggal dunia. Ketika ibunya
meninggal dunia, Bi Lan menjadi sebatangkara. Ia
lalu meninggalkan rumahnya, bahkan menjual
semua miliknya dan mulai merantau mencari
pamannya, satu-satunya keluarga yang ada.
Namun, segala jerih payahnya sia-sia belaka
karena ia tidak pernah berhasil menemukan
pamannya yang menjadi buruan pemerintah
karena Siauw-lim-pai dianggap sebagai
pemberontak oleh pemerintah Kerajaan Sui yang
ketika itu belum jatuh.
"Setelah hampir putus-asa mencarimu, paman,
pada suatu hari aku hampir celaka menghadapi
segerombolan perampok. Untung ada bintang
penolong, yang kemudian menjadi guruku. Dia
adalah Sin-tiauw Liu Bhok Ki."
"Ah, dia seorang pendekar besar!" kata Lie Koan
Tek. "Namanya terkenal sekali di dunia persilatan."
"Aku menjadi muridnya, bahkan kemudian aku
dijodohkan oleh suhu kepada seorang muridnya
yang ketika itu belum pernah kujumpai karena
murid itu sudah turun gunung. Karena suhu amat
baik kepadaku, seolah menjadi pengganti orang
tuaku, maka akupun menurut saja, yakin bahwa
suhu tentu telah mengatur sebaiknya untuk diriku.
Akan tetapi..... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana selanjutnya, Bi Lan?" tanya Koan
Tek yang melihat wajah gadis itu berubah muram.
"Ternyata kemudian bahwa suhengku yang
menjadi calon suamiku itu, yang ketika itu sudah
menyetujui, di luar tahu suhu telah menikah
dengan seorang wanita lain. Mendengar berita itu
kemudian, suhu menjadi marah sekali, juga
menjadi sakit hati. Akan tetapi dia tidak mampu
berbuat sesuatu, karena dia maklum bahwa ketika
itu kepandaian murid pertama itu sudah jauh lebih
tinggi daripada kepandaiannya sendiri. Agaknya,
kalau tidak ada aku, suhu tentu telah membunuh
diri. Dia merasa dikhianati, merasa tidak
dipandang dan hina oleh muridnya sendiri yang
amat disayang dan dibanggakan. Aku merasa
kasihan sekali, aku menangis dan menderita batin
bersama suhu. Sejak mudanya suhu sudah banyak
menderita karena ditinggal isterinya yang tercinta.!
Suhu tidak mempunyai anak, tidak mempunyai
siapa-siapa. Akhirnya......sudah kehendak Thian
agaknya, kami........maksudku, suhu dan aku.......
kami menikah dan menjadi suami isteri."
Gadis itu menghentikan ceritanya sambil
menundukkan muka. Koan Tek memandang heran,
akan tetapi tidak sampai hati untuk memberi
komentar. Lima tahun yang lalu, pikirnya. Tentu
keponakannya ini baru berusia sembilanbelas
tahun, dan dia mendengar bahwa Liu Bhok Ki yang
berjuluk Sin-tiauw (Rajawali Sakti) itu jauh lebih
tua darinya, mungkin sekarang sudah mendekati
tujuhpuluh tahun, dan ketika bertemu dengan
keponakannya tentu usianya sudah enampuluh
tahun lebih!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Llu Hwa yang juga ikut mendengarkan, tidak
merasakan sesuatu yang ganjil karena ia hanya
pernah mendengar nama Sin-tiauw Liu Bhok Ki
sebagai seorang datuk persilatan yang lihai.
Ketika akhirnya Bi Lan mengangkat mukanya,
Koan Tek telah dapat menguasai hatinya dan
wajahnya tidak membayangkan sesuatu. Legalah
hati Bi Lan dan iapun melanjutkan dengan suara
yang bernada sedih.
"Setelah kami menikah, aku merasa hidupku
berbahagia sekali, paman. Dia amat baik
kepadaku, dan dia kuanggap sebagai guru, orang
tua, dan suami yang amat kucinta. Akan tetapi,
agaknya luka yang dideritanya karena ulah
muridnya yang mengingkari janji itu tidak pernah
dapat diobati. Dia tetap saja menderita, dan
akhirnya, setelah menikah denganku selama dua
tahun lebih, guruku dan suamiku itu meninggal
dunia karena sakit dalam hatinya."
Bi Lan berhenti dan biarpun ia tidak menangis
namun kedua matanya basah dan punggung
tangannya mengusap beberapa butir air mata.
"Ah. Rajawali Sakti itu telah meninggal dunia?"
Lie Koan Tek berseru perlahan dan memandang
kepada keponakannya dengan penuh perasaan iba.
Tiba-tiba wajah yang menunduk itu terangkat
dan sepasang mata Bi Lan mengeluarkan sinar
mencorong, dan kedua tangannya dikepal. "Ini
semua gara-gara Si Han Beng! Aku akan pergi
mencari nya dan dia harus membayar kematian
suamiku, guruku dan orang tuaku itu dengan
nyawa!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bi Lan!" Koan Tek berseru kaget. "Apa
maksudmu? Si Han Beng? Kau maksudkan Huangho
Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning)? Ada apa
pula dengan dia?!"
"Dialah suhengku itu! Dialah murid suhu dan
suamiku itu!"
"Akan tetapi.....Huang-ho Sin-liong adalah
seorang pendekar sakti yang ilmu kepandaiannya
amat tinggi!"
"Aku tidak perduli, dan tidak takut. Aku rela
mati di tangannya untuk membela kematian
suamiku juga guruku!" kata Bi Lan dan kini
sikapnya amat keras.
"Dan dia terkenal sebagai seorang pendekar
budiman yang selalu membela kebenaran dan
keadilan. Bi Lan, ingatlah dan jangan menurutkan
perasaan!" kata pula pamannya.
"Hemm, paman mengira bahwa aku sakit hati
karena dia membatalkan ikatan perjodohan itu?
Sama sekali tidak, paman! Ketika ikatan
perjodohan itu dilakukan oleh suhu, aku masih
belum mengenal Si Han Beng. Aku tidak atau
belum mempunyai perasaan cinta kepadanya.
Apalagi setelah aku menjadi isteri suhu. Cintaku
hanya untuk suamiku seorang! Dan suamiku yang
bertubuh sehat dan kuat itu tentu belum mati
kalau hatinya tidak dirusak oleh kemurtadan Si
Han Beng!"
"Bi Lan, bersabarlah, ingatlah bahwa engkau
hanya terdorong oleh perasaan dendam yang
timbul dari kedukaan. Kematian setiap manusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berada di tangan Thian, engkau tidak boleh
mencari Si Han Beng untuk membalas dendam
kematian gurumu.....eh, suamimu!"
"Tidak, paman. Aku harus pergi mencarinya dan
mengadu nyawa dengannya. Aku sudah
bersumpah di depan makam suamiku!" Wanita
muda itu meloncat dan memandang kepada
pamannya dengan sinar mata mencorong. "Paman
atau siapapun juga tidak berhak melarangku.
Selamat tinggal, paman!" Dan iapun meloncat dan
berlari cepat meninggalkan tempat itu.
"Bi Lan.....!" Lie Koan Tek hendak mengejar.
"Tidak ada gunanya dikejar. Ia takkan mau
membatalkan niatnya," kata Liu Hwa dan Koan Tek
tahu akan hal ini maka diapun membatalkan
niatnya untuk mengejar, duduk kembali di atas
batu di depan Liu Hwa dan menghela napas
panjang menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Bi Lan memiliki kekerasan hati yang luar biasa.
Aku dapat melihat pada pandang matanya," kata
pula Liu Hwa yang merasa kasihan kepada
penolongnya itu.
Kembali Koan Tek menghela napas panjang.
"Seingatku, Bi Lan adalah seorang gadis yang
lembut hati. Aku tahu, perubahan pada dirinya itu
pertama karena kedukaan yang mendalam, kedua
karena agaknya watak suaminya telah menular
kepadanya. Aku mendengar bahwa Sin tiauw Liu
Bhok Ki adalah seorang pendekar yang berhati
baja, keras dan sukar diluluhkan. Aih, apa yang
akan terjadi nanti kalau sampai ia bertemu dengan
Huang-ho Sin-liong?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tai-hiap, menurut apa yang kudengar, pendekar
sakti Si Han Beng adalah seorang pendekar yang
berhati budiman dan lembut. Siapa tahu dia akan
bisa menundukkan kekerasan hati Bi Lan sehingga
tidak perlu terjadi perkelahian di antara mereka."
"Mudah-mudahan begitu. Sekarang kita bicara
tentang dirimu sendiri, nyonya Kam......."
"Tay-hiap, harap jangan menyebutku nyonya
Kam. Suamiku meninggal dunia dan sebutan itu
hanya mengingatkan aku kepadanya. Namaku Poa
Liu Hwa dan tai-hiap boleh menyebut namaku
saja."
Lie Koan Tek menahan senyumnya, senyum
gembira. "Baiklah, akan tetapi engkaupun jangan
menyebutku tai-hiap. Sebut saja namaku, Lie Koan
Tek."
Liu Hwa memandang wajah pendekar itu dengan
hati terharu. "Engkau penolongku yang budiman
dan di dekatmu aku merasa aman seolah berada di
dekat seorang kakak yang baik. Biarlah kusebut
engkau Lie-toako (kakak Lie)."
"Baik sekali, adik Liu Hwa. Nah, sekarang,
katakan. Kenapa engkau meninggalkan dusun Tabun-
cung dengan mengambil jalan lain dan tidak
memberitahu kepadaku yang menantimu di luar
pintu gerbang?"
Liu Hwa menundukkan mukanya yang berubah
merah. Ia merasa malu sekali. Ia menghindarkan
diri dari pendekar ini sehingga ia bertemu orang
jahat dan kembali pendekar ini yang
menyelamatkannya, bahkan hampir berkorban
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyawa kalau tidak muncul keponakan pendekar
ini.
"Tai-hiap......eh, toako. Sesungguhnya, aku
sengaja mengambil jalan ini untuk menghindarkan
pertemuan denganmu.......maafkan aku, toako."
Lie Koan Tek mengerutkan alisnya. "Ehh?
Kenapa, Hwa-moi (adik Hwa)?"
Makin merah wajah Liu Hwa mendengar sebutan
"adik Hwa" yang demikian lembut. "Maaf, toako.
Aku merasa betapa aku telah banyak
merepotkanmu, bagaimana mungkin aku berani
membuat toako menjadi semakin sibuk untuk
melindungiku terus? Bagaimana aku akan mampu
membalas budimu yang bertumpuk-tumpuk?
Siapa tahu, di sini aku bertemu dengan penjahat
keji itu dan kembali engkau yang telah
menolongku. Toako, maafkan aku...... "
Lie Koan Tek menarik napas panjang. Dia dapat
mengerti dan sikap itu bahkan membuat nyonya
muda ini menjadi semakin terpuji. 'Hwa-moi,
kenapa engkau mempunyai anggapan bahwa
engkau merepotkan aku? Dan mengapa pula tidak
mungkin aku menjadi pelindungmu selamanya?
Aku sanggup melindungimu selamanya, Hwa-moi."
Pendekar itu menghentikan ucapannya dengan
kaget, karena tanpa disengaja dia telah
membongkar rahasia hatinya sendiri. Wanita
itupun dapat merasakan apa yang tersirat dalam
kata-kata itu, jantungnya berdebar keras, dan ia
merasa berdosa terhadap suaminya. Baru saja
beberapa hari, belum sebulan, ia ditinggal mati
suaminya dan sekarang sudah ada pria yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyatakan perasaan tertarik kepadanya! Ia juga
terkejut bukan main, sama sekali tidak pernah
menyangka bahwa pendekar perkasa yang
dikagumi itu diam-diam ternyata mengandung
perasaan cinta kepadanya.
"Taihiap......?" Ia berkata lirih sambil terbelalak,
lupa lagi akan sebutan kakak.
"Aku......aku tidak bermaksud buruk, Hwa-moi.
Maafkan kata-kataku kalau mengejutkan hatimu.
Sudahlah, aku menerima alasanmu tadi. Akan
tetapi, bukankah engkau katakan bahwa engkau
hendak mencari anakmu? Tadinya kusangka Siong
Ki itu anak yang kaucari-cari."
Ucapan ini mengingatkan kembali Liu Hwa
kepada anaknya dan kepada Siong Ki sehingga
rasa kaget dan sungkannya terusir. "Siong Ki
bukan anakku, toako. Sudah kukatakan tadi, aku
bertemu dengannya di depan makam ayahnya.
Ayahnya adalah The Ci Kok, suheng dari mendiang
suamiku. Melihat dia sebatang kara, yatim piatu,
maka aku ingin mengajaknya pergi dan mengakui
sebagai murid. Adapun anakku, Cin Cin, seorang
anak perempuan, telah diajak pergi oleh Lai Kun,
sute dari suamiku, atas pesan kakek Coa Song."
"Dibawa pergi? Kemana, Hwa-moi?"
"Ke dusun Hong-cun di tepi Sungai Huang-ho
untuk diserahkan kepada Huang ho Sin-liong Si
Han Beng, disertai surat dari kakek Coa Song agar
Cin Cin dapat diterima sebagai murid pendekar
itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kalau begitu bagus sekali. Anakmu tentu
akan menjadi seorang pendekar wanita yang hebat
kelak kalau ia dapat menjadi murid Huang-ho Sinliong!"
seru Lie Koan Tek dengan girang. "Lalu, apa,
kehendakmu sekarang, Hwa-moi. Tadinya bersama
Siong Ki, engkau hendak pergi ke manakah?"
"Aku hendak menyusul Cin Cin."
"Apa? Engkau hendak minta anakmu agar tidak
menjadi murid pendekar sakti itu?" "Bukan begitu,
toako. Akupun senang sekali mendengar bahwa
Cin Cin diantar paman gurunya untuk menjadi
murid Si Tai-hiap. Akan tetapi.........sekarang aku
hanya mempunyai ia seorang, tai-hiap. Bagaimana
aku dapat berpisah darinya? Aku hanya akan
menjenguknya, dan aku sendiri yang akan
menyerahkan dan menitipkan anakku kepada
keluarga Si Tai-hiap, kemudian aku akan tinggal di
dusun itu, bekerja apa saja di sana, pokoknya aku
tidak jauh dari anakku dan setiap waktu dapat
menengoknya. "
Lie Koan Tek mengangguk-angguk. "Memang
kukira sebaiknya begitu, Hwa-moi. Nah, karena
tempat tinggal Huang-ho Sin-liong amat jauh dari
sini, dan kini perjalanan amat tidak aman dan
banyak orang jabat, mari kuantar engkau sampai
dapat bertemu dengan puterimu."
Biarpun hatinya merasa sungkan sekali, akan
tetapi terpaksa Liu Hwa menyambut penawaran itu
dengan hati girang. Kalau ia melakukan perjalanan
menyusul puterinya bersama pendekar ini, ia akan
merasa aman, dan juga tidak akan sesat di jalan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih. Lie-toako. Engkau begini baik
kepadaku, aku tidak mungkin dapat membalas
semua budi kebaikanmu. Biarlah Thian yang akan
membalasnya, toako. Biarlah kelak dalam
penjelmaan yang lain aku akan menjadi
pelayanmu," katanya terharu.
"Aih, Hwa-moi, lupakan saja semua itu. Aku
tidak mengharapkan balasan, juga tidak merasa
menolongmu. Memang akupun ingin sekali
bertemu dengan pendekar sakti yang kukagumi
itu. Mari kita berangkat."
Setelah mereka berangkat, baru Liu Hwa teringat
bahwa sekantung uang yang tadinya ia terima dari
Siong Ki, ia titipkan kepada anak itu dan ketika
pergi, agaknya anak itu membawa pergi pula uang
yang dia berikan kepada subonya. Ia tidak
mempunyai apa-apa lagi, bahkan pakaianpun
hanya yang menempel pada tubuhnya.! Tentu saja
ia merasa canggung dan sungkan bukan main.
Apalagi setelah mereka melewati sebuah kota, Koan
Tek yang berpengalaman dan bijaksana itu, tanpa
bertanya sudah mengetahui keadaannya dan
pendekar itu mengajaknya ke toko dan membelikan
beberapa potong pakaian untuknya!.
Hampir Liu Hwa menangis saking girang dan
terharunya mendapatkan bekal ganti pakaian yang
amat dibutuhkannya itu. Dan disepanjang
perjalanan, seperti telah diduganya, Lie Koan Tek
selalu berlaku sopan dan lembut. Setiap kali
menginap di rumah penginapan, pendekar ini
selalu menyewa dua buah kamar yang berpisah,
walaupun berdekatan. Tak pernah sedikitpun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendekar Siauw-lim-pai itu memperlihatkan sikap
kurang ajar. Kalaupun ada tanda-tanda bahwa
pendekar itu tertarik kepadanya, maka hal itu
hanya nampak pada pandang matanya yang
kadang seperti orang terpesona, dan pada sikapnya
yang lemah lembut. Diam-diam, sebagai seorang
wanita yang berperasaan peka, Liu Hwa mengerti
bahwa pendekar itu jatuh hati kepadanya, atau
setidaknya menaruh perhatian besar sekali
kepadanya. Hal ini membuat ia merasa terharu
sekali, akan tetapi juga bingung dan selagi tidur
sendiri di waktu malam, ia suka menangis dan
meratap kepada mendiang suaminya. Ia seorang
wanita yang cantik dan sehat, usianya baru
tigapuluh tahun. Mungkinkah ia akan menyiksa
diri, menjanda selama hidupnya?
-ooo0dw0ooo-
"Susiok, katanya susiok hendak membawaku
kepada ibu. Mana ibu? Kenapa kita belum juga tiba
di tempat ibu? Kita sudah melakukan perjalanan
selama berhari-hari! Paman, jangan bohongi aku!
Mana ib, susiok (paman guru)?"
Anak itu kini mulai merengek dan hampir
menangis. Ia seorang anak perempuan berusia lima
tahun yang manis. Akan tetapi pada saat itu ia
nampak marah, sedih dan juga kecewa. Ia adalah
Kam Cin yang diajak Lai Kun meninggalkan dusun
Ta-bun-cung, memenuhi pesan kakek Coa Song.
Amat sukar membujuk Kam Cin untuk ikut
bersamanya, akan tetapi Lai Kun mempunyai akal.
Setelah ia mengatakan bahwa dia mengajak anak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu untuk mencari dan menyusul ibunya yang
menghilang pada malam terjadinya penyerbuan
penjahat itu, tentu saja Kam Cin menjadi girang
sekali dan seketika ia menyatakan setuju.
Kini Lai Kun menghadapi anak yang mulai rewel
dengan alis berkerut. Sebagai sute dari ayah anak
itu, mendiang Kam Seng Hin, dia mengenal benar
watak Kam Cin. Seorang anak yang dapat menjadi
manis sekali, akan tetapi kalau sudah marah, juga
menjadi anak yang rewel dan sulit diatur! Mereka
sudah melakukan perjalanan selama sepuluh hari,
dan mulai pada hari kelima saja Kam Cin sudah
selalu merengek dan marah kepadanya.
"Sabarlah, Cin Cin. Tempat ibumu jauh sekali
dan kita belum sampai, terpaksa bermalam di
rumah penginapan ini. Mari kita makan. Lihat,
masakan yang kupesan ini enak sekali, bukan?
Mari kita makan, lalu tidur dan besok pagi-pagi
kita lanjutkan perjalanan!" Kata pria itu dengan
suara membujuk sambil menyodorkan mangkok
dan sumpit ke arah anak yang sedang marah itu.
Dia seorang pria berusia empatpuluh tahun, kurus
jangkung dengan hidung agak besar dan mata
kecil. Dia adalah Lai Kun, murid Hek-houw pang,
sute mendiang Kam Seng Hin. Karena diapun
masih membujang, dan tidak mempunyai keluarga
lagi, maka setelah terjadi penyerbuan para
penjahat yang membasmi Hek-houw-pang itu, Lai
Kun tentu saja tidak betah lagi tinggal di Ta-buncung.
Maka, ketika menerima tugas dari kakek Coa
Song, untuk mengantar murid keponakan itu
kepada Huang-ho Sin-liong di dusun Hong-cun, dia
merasa gembira sekali. Pertama, dia akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan dusun Ta-bun-cung yang kini
nampak menyedihkan itu, apa lagi Hek-houw-pang
sudah dibubarkan, dan kedua dia akan bertemu
dengan pendekar sakti Si Han Beng yang sudah
lama didengar nama besarnya dan dikaguminya
itu. Tak disangkanya, baru juga setengah
perjalanan, Cin Cin sudah mulai rewel dan kini
malah mogok makan.
"Tidak, aku tidak lapar! Susiok makan saja
sendiri!" kata Cin Cin sambi mendorong kembali
mangkok nasi itu. "Aku mau tidur!" Anak itu lalu
turun dari bangku dan lari ke pembaringan,
langsung saja ia meloncat ke atas pembaringan,
menghadap ke dinding.
Lai Kun mengerutkan alisnya memandang ke
arah murid keponakan itu dan menghela napas
sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah
beberapa hari ini dia selalu jengkel menghadapi
Cin Cin dan mulai dia menyesali tugasnya yang
ternyata tidak menyenangkan ini. Beberapa kali
bahkan dia sudah membentak Cin Cin kalau
terlalu rewel. Akan tetapi anak ini memang keras
dan sukar diatur. Dihadapi dengan sikap halus,
tetap marah. Kalau dikasari , bertambah marah!
Sulit memang! Dia mengangkat ke dua pundaknya
dan melanjutkan makan sendiri. Sejak siang tadi,
Cin Cin tidak mau makan. Hanya pagi tadi saja
makan bubur semangkuk. Anak itu memang
bandelnya bukan kepalang.
Tiba-tiba Cin Cin membalik sedikit dan
menengok kepadanya. Lai Kun sudah merasa
girang karena mengira anak itu mulai kelaparan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mau mengubah sikapnya, mau makan. Akan
tetapi Cin Cin yang kedua matanya merah karena
tangis yang ditahan-tahan itu berkata ketus.
"Susiok, kalau besok kita belum tiba di tempat ibu.
Jelas bahwa engkau berbohong dan aku tidak mau
lagi melakukan perjalanan bersamamu!"
Makin mendalam kerut di antara alis Lai Kun.
Hatinya mulai panas oleh kejengkelan melihat
sikap menantang anak itu. "Hemm. lalu apa yang
akan kau lakukan kalau engkau tidak mau
melakukan perjalanan bersamaku?" tanyanya
menahan marah.
"Tidak perlu susiok tahu! Pendeknya, aku akan
mencari sendiri ibuku!"
Lai Kun menggebrak meja di depannya sehingga
mangkok piring berdentingan. "Anak bandel!
Dengar kau baik-baik. Kaukira aku kesenangan
mengantarmu? Aku hanya mentaati perintah
kakek Coa Song untuk membawamu kepada
Huang-ho Sin-liong Si Han Beng, kautahu? Kita
sedang melakukan perjalanan ke sana! Dan
engkau harus mentaati pesan kakek Coa Song!"
Cin Cin melompat turun dari pembaringan,
berdiri memandang wajah Lai Kun dengan marah.
"Nah, benar saja! Susiok telah bohong kepadaku!
Aku tidak mau pergi ke manapun! Aku hendak
mencari ibuku. Bawa aku kembali ke Ta-bun-cung,
aku mau mencari ibuku!"
Melihat anak itu berteriak-teriak marah, hampir
saja Lai Kun menamparnya. Akan tetapi dia
teringat dan menahan kemarahannya. Mukanya
merah sekali dan diapun mengangguk.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baiklah, besok pagi kita pulang!" katanya
singkat. Agaknya Cin Cin juga puas dengan
keputusan itu dan iapun kini mau duduk
menghadapi makanan di atas meja. Ia mengambil
nasi dan sayur, mulai makan. Agaknya timbul
semangat anak itu ketika akan diajak pulang!
Akan tetapi Lai Kun sudah marah sekali maka
diapun mendiamkan saja. Dia merasa bingung.
Bagaimana dia dapat mengajak anak itu pulang ke
Ta-bun-cung setelah melakukan perjalanan
setengahnya menuju ke dusun Hong Cun? Dan dia
tidak ingin pulang ke dusun Ta-bun-cung!
Sehabis makan dan setelah pelayan
menyingkirkan mangkok piring, dia hanya berkata
singkat kepada Cin Cin. "Kau tidurlah, aku hendak
jalan-jalan dulu. Besok pagi-pagi kita berangkat!"
"Pulang?" Cin Cin menegas.
"Ya, pulang!" jawab Lai Kun singkat, lalu dia
keluar dari kamar, menutupkan daun pintu kamar
itu dari luar. Dengan hati mengkal dia lalu
berjalan-jalan di sepanjang jalan raya kota itu.
Kota Ji-goan merupakan kota yang cukup besar,
terletak di sebelah utara Sungai Huang-ho,
sedangkan Lok-yang, kota raja, terletak tidak
terlalu jauh dari pantai selatan Sungai Kuning itu.
Bahkan penyeberangan sungai dari utara ke
selatan dan sebaliknya berada di kota Ji-goan,
maka tentu saja kota yang menjadi pusat lalulintas
ke kota raja itu cukup besar, mempunyai
banyak losmen dan rumah makan.
Sudah lazim bahwa jika sebuah kota dikunjungi
banyak tamu, maka selain perdagangan menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ramai, juga usaha hiburan berkembang biak
dengan cepat sekali. Para tamu itu membutuhkan
hiburan dan mereka berani mengeluarkan banyak
uang untuk mendapatkan kesenangan. Apa lagi
mereka adalah pedagang-pedagang yang
mempunyai uang. Setelah memperoleh
keuntungan, mereka tidak sayang
menghamburkan sebagian kecil keuntungannya di
rumah-rumah judi dan rumah pelesir.
Karena dia tidak mengenal jalan, tanpa disadari
Lai Kun memasuki lorong yang terkenal di kota itu
sebagai lorong pusat tempat hiburan. Dia melihat
rumah-rumah judi akan tetapi tidak tertarik. Dia
sedang mengkal, sedang marah karena kerewelan
Cin Cin. Ketika melihat sebuah rumah minum yang
dihias indah, dia tertarik. Dipesannya arak dan
kueh kering, lalu diapun minum untuk
menghilangkan rasa jengkelnya.
Kehadirannya sejak tadi diikuti sepasang mata
yang jeli, mata seorang wanita muda yang
wajahnya dirias cantik, sikapnya genit dan wanita
itu memang seorang pelacur yang sedang
mengintai korban di rumah makan itu. Melihat Lal
Kun minum-minum seorang diri, dan nampak jelas
bahwa pria ini adalah orang luar kota, pelacur itu
melihat,seorang calon korban yang akan
menguntungkan dirinya. Ia menanti sampai Lai
Kun menghabiskan seguci kecil arak dan
kepalanya sudah agak bergoyang-goyang.
Ketika Lai Kun minta tambah arak, pelacur itu
menghadang pelayan yang datang membawakan
arak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biar aku yang mengantarkan kepadanya," bisik
pelacur yang dikenal dengan nama Sui Su itu.
Pelayan itu tersenyum. Kalau pelacur itu berhasil,
dia pasti akan menerima imbalannya nanti.
Diberikannya guci arak itu kepada Sui Su yang
dengan langkah gontai, bibir tersenyum-senyum
dan sikap memikat membawa guci arak itu kepada
meja Lai Kun.
"Silakan, tuan. Ini tambahan araknya," katanya
dengan suara merdu.
Lai Kun memandang kepadanya dengan alis
berkerut. "Eh? Siapakah nona....?"
Sui Su tersenyum sehingga nampak giginya
berkilat di balik sepasang bibir yang merah, akan
tetapi dengan luwes ia menutupi mulutnya dengan
saputangan sutera. "Nama saya Sui Su, tuan dan
saya menjadi pelayan tuan untuk malam ini....."
Matanya mengerling tajam dan penuh daya pikat.
Lai Kun sudah setengah mabok. Akan tetapi dia
bukan anak kecil. Dia seorang laki-laki berusia
empatpuluh tahun dan biarpun sudah setengah
mabok, namun dia mengerti bahwa dia berhadapan
dengan seorang pelacur yang memiliki wajah
cukup cantik dan bentuk tubuh yang
menggiurkan.
"Hem, maaf, nona. Aku tidak ingin melacur
malam ini......" katanya akan tetapi dia tidak
menolak ketika wanita itu menuangkan arak dari
guci ke dalam cawan araknya.
Sui Su pura-pura marah. "Aih, jangan menghina,
tuan. Saya bukan pelacur! Saya memang suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghibur tamu yang kesepian dan yang sedang
menderita sedih, akan tetapi saya bukan pelacur
murahan!"
Lai Kun tersenyum sedikit dan minum araknya.
Bukan pelacur murahan tentu pelacur mahalan,
pikirnya. Akan tetapi dia memang sedang jengkel,
membutuhkan hiburan dan agaknya wanita ini
amat ramah sikapnya, menyenangkan kalau diajak
bercakap-cakap. "Duduklah, nona. Mungkin aku
membutuhkan teman bercakap-cakap malam ini."
Wanita itu duduk di bangku, dekat dengannya
dan melayaninya makan kue kering dan minum
arak. Dan memang benar dugaan Lai Kun, wanita
itu amat pandai bicara, pandai bercerita dan
pengetahuan umumnya juga banyak. Pandai
bercerita tentang peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi di kota Ji-goan.
Karena terpikat oleh gaya bicara Sui Su yang
ramah, Lai Kun mempergunakan kesempatan itu
untuk bersenang-senang. Dari kakek Coa Song, dia
menerima sekantung emas yang kelak harus
diserahkan kepada pendekar sakti Si Han Beng,
sebagai biaya hidup Cin Cin kalau menjadi murid
pendekar itu agar jangan memberatkan
penanggungan keluarga Si Naga Sakti Sungai
Kuning. Akan tetapi kemurungan dan
kemarahannya terhadap Cin Cin membuat murid
Hek-houw-pang ini lupa diri, bahkan dia agaknya
seperti sengaja hendak menghamburkan uang itu
untuk menumpahkan kemarahannya terhadap Cin
Cin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan Sui Su memang seorang wanita yang
berpengalaman dan cerdik. Dari cara Lai Kun yang
sudah setengah mabok itu membayar harga
makanan dan minuman secara royal, iapun
gembira sekali dan tahu bahwa dugaannya benar.
Korbannya ini memang golongan "kakap", maka
iapun memperhebat usahanya untuk menjatuhkan
hati Lai-kun dan akhirnya ia berhasil membujuk
Lai Kun untuk mengantarnya pulang!
Dengan senang hati Lai Kun mengantarnya, dan
ternyata bahwa tempat tinggal Sui Su adalah
sebuah rumah pelesir yang cukup terkenal di kota
itu, yaitu rumah pelesir Ang-hwa (Bunga Merah).
Karena sudah mabok arak dan mabok kecantikan
dan rayuan maut Sui Su, Lai Kun tidak
memperdulikan banyaknya tamu dan para wanita
muda yang cantik yang memenuhi ruangan tamu
yang luas itu. Juga dia acuh saja ketika seorang
wanita berusia limapuluh tahun yang bertubuh
gendut menyambutnya dengan ramah sekali.
Samar-samar dia mendengar bahwa Sui Su
memperkenalkan wanita itu sebagai Cia Ma, yang
diperkenalkan sebagai ibu angkatnya!
Tentu saja Cia Ma ini adalah sang mucikari,
pemilik dan pengurus rumah pelesir itu yang
tersenyum-senyum melihat Sui Su mendapatkan
seorang korban. Ini berarti rejeki baginya, tentu
saja!
Lai Kun, biarpun usianya sudah empatpuluh
tahun, pengalamannya dalam pergaulan dengan
wanita tidaklah terlalu banyak, maka mudah saja
dia jatuh oleh Sui Su yang pandai dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpengalaman itu. Untuk beberapa jam lamanya,
dia lupa diri dan dapat mereguk kesenangan,
merasa terhibur dan lupa akan segala kemurungan
hatinya tadi. Namun, setelah semua itu lewat, dia
teringat lagi kepada Cin Cin yang ditinggalkannya
di rumah penginapan, teringat betapa besok pagipagi
anak itu tentu akan menagih janji dan akan
marah-marah lagi. Maka, teringat akan ini, Lai Kun
kembali menjadi murung, bangkit dan duduk di
tepi pembaringan, tidak lagi menengok kepada Sui
Su yang baru saja melayaninya dan membuat dia
merasa senang dan terhibur. Melihat ini, Sui Su
memandang penuh perhatian, ikut bangkit dan
merangkul dengan sikap manja.
"Lai-toako (kakak Lai), engkau kenapakah?
Mengapa engkau tiba-tiba saja menjadi murung?
Sejak engkau minum seorang diri di rumah makan,
aku sudah melihat engkau murung dan kelihatan
marah. Tadi engkau dapat melupakan semua
kemurunganmu, akan tetapi sekarang kembali
engkau murung. Toako yang baik, apakah yang
menyebabkan engkau murung? Ceritakan kepada
Sui Su, pasti aku akan dapat menghiburmu!"
Lai Kun menghela napas panjang. Teringat akan
tugasnya, teringat akan kerewelan Cin Cin, dia
merasa penasaran dan jengkel sekali dan dia
memang memerlukan seseorang untuk
menumpahkan semua rasa penasaran di hatinya.
Maka, dia lalu menceritakan semua itu kepada Sui
Su. Dianggapnya bahwa Sui Su adalah seorang
wanita yang baik sekali, yang amat mencintanya!
Demikianlah bodohnya pria kalau sudah
berhadapan dengan wanita yang pandai mengambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatinya. Betapapun gagahnya seorang pria, sekali
berhadapan dengan wanita yang mampu
menjatuhkan hatinya, dia akan bertekuk lutut dan
menyerah!
Lai Kun tidak menyembunyikan sesuatu,
mengharapkan nasihat dari wanita itu.
Diceritakannya tentang Hek-houw-pang yang
dibasmi penjahat-penjahat lihai; tentang kematian
para pimpinan Hek-houw pang, kemudian tentang
tugasnya mengajak Cin Cin pergi ke Hong-cun dan
tentang kerewelan Cin Cin yang membuat dia
pusing sekali.
Setelah Lai Kun mengakhiri ceritanya, Sui Su
merangkulnya dan tersenyum, akan tetapi
suaranya terdengar sungguh-sungguh ketika ia
bertanya, "Lai-toako, apakah anak perempuan itu
cantik? Dan berapa usianya?"
"Usianya baru lima tahun, akan tetapi ia
memang seorang anak yang cantik mungil, akan
tetapi keras hati dan keras kepala seperti setan!"
Lai Kun menjawab.
"Bagus kalau ia cantik, akan tetapi sayang
usianya baru lima tahun. Toako, engkau tadi
berkata bahwa engkau hidup sebatangkara dan
tidak ingin kembali lagi ke Ta-bun-cung, dan
bahwa Hek-houw-pang sudah dibubarkan. Tentu
engkau sudah tidak ingin lagi kembali ke sana,
bukan?"
Lai Kun menggelengkan kepalanya. "Untuk apa
aku kembali ke sana? Sudah tidak ada apa-apanya
yang menarik kecuali kenangan pahit."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, kalau begitu, mengapa susah-susah
engkau hendak mengantar Cin Cin ke tempat jauh,
sedangkan anak itu rewel dan membuatmu
pusing? Kenapa tidak mempergunakan
kesempatan yang tadinya menjengkelkan ini
berubah menjadi menguntungkan dan
menyenangkan? Engkau akan terbebas dari pada
kejengkelan, dan akan mendapatkan keuntungkan
besar."
"Eh? Apa maksudmu, Sui Su?"
"Dengar baik-baik, toako. Ibu angkatku, Cia Ma,
tidak mempunyai anak kandung dan ia ingin sekali
mengangkat anak perempuan yang mungil.
Biarpun ia sudah mempunyai beberapa orang anak
angkat, akan tetapi mereka sudah dewasa dan Cia
Ma merasa tidak senang. Ia ingin merawat dan
mendidik seorang anak angkat yang masih kecil.
Nah, kau serahkan Cin Cin itu kepada Cia Ma,
anak itu akan berada di tangan yang penuh kasih
sayang, akan dididik menjadi seorang wanita yang
pandai dengan segala pekerjaan wanita, dan kelak
akan memperoleh jodoh seorang pria yang baikbaik,
kalau tidak bangsawan tinggi tentu hartawan
besar. Dan sebagai pengganti uang lelah, kalau
benar anak itu cantik jelita, engkau akan
menerima im balan sedikitnya seratus tail perak.!
Kalau lebih cantik dari pada yang kuduga,
mungkin lebih dari itu!"
"Ahhh......?" Lai Kun terbelalak dan kalau bukan
Sui Su yang bicara, dia tentu marah sekali
mendengar usul untuk "menjual" Cin Cin itu. Akan
tetapi, dia sudah terpengaruh oleh Sui Su yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggapnya amat baik, maka usul itu menjadi
bahan pertimbangannya.
"Tapi.....hal itu tak dapat kulakukan," akhirnya
dia berkata.
"Kenapa, toako? Apakah usulku itu tidak amat
baik?"
"Kalau kelak hal ini diketahui orang, tentu aku
dipersalahkan."
"Mana mungkin? Engkau tidak menyia-nyiakan
Cin Cin, bahkan menyerahkannya ke tangan orang
yang benar-benar dapat merawat dan mendidiknya.
Mereka bahkan akan berterima kasih kepadamu,
toako."
"Akan tetapi, menurut kakek Coa Song, Cin Cin
akan diserahkan kepada seorang pendekar sakti
untuk menjadi muridnya."
"Aihh, toako. Cin Cin seorang anak perempuan,
dan cantik pula menurut ceritamu. Betapa
sayangnya seorang wanita cantik kelak menjadi
tukang pukul, galak, menjadi pembunuh dan
tukang berkelahi! Sayang kulitnya yang putih
halus menjadi kasar dan keras. Tidakkah seorang
wanita lebih baik dan menyenangkan kalau
menjadi wanita sepenuhnya, penuh kelembutan,
kehangatan, penuh dengan kemesraan dan pandai
dalam hal kesenian dan kebudayaan, bukan
menjadi tukang berkelahi yang mengerikan?"
Lai Kun tersenyum. Percuma bicara dengan
seorang wanita yang sama sekali tidak mengerti
silat, tentang perlunya seorang wanita menjadi
pendekar. Akan tetapi kini hatinya tertarik. Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin diserahkan kepada tangan yang baik, yang
akan mendidiknya dan merawatnya baik-baik
sehingga kelak Cin Cin menjadi seorang wanita
yang pandai dan berguna, berarti dia telah
melakukan usaha yang baik untuk puteri
suhengnya itu! Dan dia tidak perlu pusing
menghadapi kerewelan Cin Cin yang berkeras
minta pulang karena ingin mencari ibunya, tidak
mau diajak menghadap Huang-ho Sin-liong.
Ditambah pula dia mendapat seratus tail perak
yang dapat dia pergunakan sebagai modal kerja
atau berdagang!
-ooo0dw0ooo-
Jilid 6
Apakah engkau berani menjamin bahwa Cin Cin
akan diperlakukan dan dirawat dengan baik oleh
Cia Ma?"
Melihat pancingannya berhasil, Sui Su menjadi
girang sekali. Kalau jual beli itu jadi, ia tentu
Mendapat imbalan dari Cia Ma! "Tentu saja,
kujamin dengan nyawaku, toako! Kau kira aku ini
orang yang akan diam saja kalau melihat anak
perempuan itu diperlakukan tidak baik? Aku yang
akan menjaga dan melindunginyal Akan tetapi,
kalau engkau setuju, aku harus melihat dulu
wajah anak Itu, agar aku dapat melapor kepada
Cia Ma!" Pada hal, Sui Su Ingin melihat agar la
dapat memasang harga untuk anak itu. Demi
keuntungannya, tentu saja!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lai Kun jatuh! Dia memang sedang kebingungan
Cin Cin berkeras tidak mau diantar ke rumah
pendekar Si Han Beng, berkeras minta pulang
untuk mencari ibunya. Ini saja sudah merupakan
masalah merepotkan baginya. Belum lagi
kerewelan anak itu. Bagaimana dia akan
mempertanggung-jawabkan kepada penduduk
dusun Ta-bun-cung kalau dia pulang lagi bersama
Cin Cin ke sana?
Malam itu Juga, Lai Kun mengajak Sui Su untuk
pergi ke rumah penginapan. Hari sudah larut
malam dan Sui Su lebih dahulu menemui Cia Ma,
berbisik-bisik dan Cia Ma dengan wajah cerah
mengijinkan Sui Su pergi bersama Lai Kun.
Dengan hati-hati Lai Kun membuka pintu
kamarnya dan ternyata Cin Cin tidur pulas,
terlentag di atas pembaringan tanpa membuka
sepatunya. Lai Kun menyalakan dua batang lilin
lagi di atas meja sehingga sinar lilin cukup terang,
menerangi wajah Cin Cin yang agak menghadap
keluar sehingga Sui Su dapat mengamati wajah itu
sepenuhnya. Diam-diam ia kagum bukan main!
Wajah itu demikian cantik, manis dan mungil, dan
kulit muka dan leher itu demikian putih mulus!
Seorang anak yang kelak pasti akan menjadi gadis
yang cantik jelita Ini berarti la untung besar!
Sedikitnya Cia Ma akan berani membayar duaratus
perak untuk anak seperti ini, apalagi kalau disertai
surat pernyataan "Jual beli '. Dan ia akan
menerima imbalan pula di samping keuntungannya
sendiri!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui Su memberi isyarat kepada Lai Kun untuk
meniup lilin-lilin itu agar jangan mengganggu Cin
Cin, kemudian mengajak pria itu keluar kamar.
"Bagaimana pendapatmu?" tanya Lai Kun
dengan hati tegang, khawatir kalau sampai Cin Cin
ditolak. Ketegangan Lai Kun ini saja membuat Sui
Su diam-diam bersorak.
"Hemrn, tidak buruk, juga tidak terlalu istimewa.
Akan tetapi akan kuusahakan agar Cia Ma suka
membayar seratus duapuluh lima tail perak untuk
anak itu."
"Seratus duapuluh lima tail? Aihhh kalau benar,
akan kuhadiahkan sepuluh tail untukmu, Sui Su!"
Sui Su tersenyum. Hujan keuntungan
berjatuhan dari depan belakang! Ia.berbisik,
"Harus diatur agar anak itu tidak curiga dan mau
kau tinggalkan di sana. Aku malam ini juga akan
bicara dengan Cia Ma. Engkau besok pagi-pagi
bawa anak itu ke sana. Katakan bahwa engkau
akan melakukan penyelidikan karena mendengar
bahwa ibu anak itu berada di sekitar daerah ini,
dan kautitipkan anak itu kepadaku, untuk sehari
saja. Kalau mendengar bahwa engkau akan
menyelidiki tentang Ibunya, tentu la tidak banyak
rewel. Kemudian, engkau akan kutemui, akan
kuserahkan uang itu dari Cia Ma. dan engkau
hanya tinggal menandatangani surat penyerahan
anak Itu."
Lai Kun diam-diam merasa girang sekali. Dia
akan menerima seratus duapuluh lima tail perak!
Akan tetapi mendengar tentang penandatanganan
itu alis nya berkerut. "Harus menanda tangani'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sui Su mengusap dagu pria itu dengan sikap
mesra. "Tentu saja, toako Kalau tidak, salah-salah
kami akan di tuduh menculik anak itu!"
Lai Kun mengangguk-angguk maklum,
walaupun dia sama sekail tidak mengerti tentang
urusan seperti itu. Sui Su memasuki tandu dan
dipikul oleh empat orang pemikul tandu, pulang ke
rumah pelesir Ang-hwa, sedangkan Lai Kun masuk
lagi ke kamarnya. Namun, semalam dia tidak dapat
tidur pulas. Bagaimanapun juga. dia merasa
tegang. Pertama, dia akan menyerahkan Cin Cin
kepada orang lain, bukan kepada pendekar sakti Si
Man Beng. Untuk ini, kalau kelak ada pertanyaan,
mudah saja baginya untuk membela diri. Dia akan
menyatakan bahwa karena Cin Cin tidak mau
diajak kesana, terpaksa dia menyerahkan kepada
orang lain yang berbalk hati untuk merawat dan
mendidik Cin Cin. Dan dia tidak berbohong karena
memang Cin Cin tidak mau diajak melanjutkan
perjalanan berkeras ingin pulang mencari ibunya.
Ke dua, dia akan menerima uang yang banyak.
Sudah ada uang yang diterimanya dari kakek Coa
Song, kini ditambah seratus duapuluh lima tail.
Dia menjadi kaya! Tentu saja dia menganggap
demikian karena dia memang selama hidupnya
bellum pernah memegang uang sebanyak itu. Dia
membayangkan menjadi pedagang yang berhasil
dengan modal itu, hidup senang di tempat lain,
hidup baru dan mungkin dia akan mengambil
seorang wanita untuk menjadi isterlnya. Yang
secantik Sui Su, selembut dan sehangat Sui Su!
Dan hidupnya akan berbahagia. Lamunan ini yang
membuat dia tidak dapat tidur. Sebetulnya, dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa kasihan kepada Cin Cin. murid keponakan
yang sudah dekat dengan dia sejak kecil itu. Akan
tetapi, akan lebih menyedihkan lagi kalau Cin Cin
diajak pulAng ke Ta-bun-cung. Ayahnya sudah
tewas dan ibunya dilarikan penjahat! Lebih baik
Cin Cin hidup dekat Cia Ma dan terutama dekat
Sui Su yang demikian lembut dan ramah. Tentu ia
akan menjadi seorang gadis yang cantik dan
bahagia kelak!
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cin Cin
sudah bangun, dan ia sudah menghampiri
pembaringan Lai Kui dan menggoyang pundak
orang itu.
"Susiok. bangun! Susiok...... cepat bangun!"
Belum ada dua jam Lai Kun dapat tertidur dan
tentu saja ia terkejut ketika pundaknya diguncang.
Ia terbangun dan bangkit duduk, memandang anak
itu
"Susiok, mari kita berangkat. Pulang!'
"Hemm, nanti dulu, Cin Cin. Aku mempunyai
kabar yang baik sekali."
Anak Itu mengerutkan alisnya dan menatap
tajam, penuh curiga. "Kabar baik apa, Susiok? Aku
ingin pulang dan mencari ibu!"
"Justeru ini kabar mengenai ibumu Cin Cin.
Semalam aku berjalan-jalan dan aku mendengar
tentang ibumu."
Wajah anak itu berseri dan pandang matanya
penuh ketegangan. "Benarkah itu, paman? Di
mana ibu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sabarlah, Cin Cin. Aku baru mendengar
beritanya saja semalam dari orang-orang yang
kupercaya. Katanya mereka melihat ibumu yang
diculik oleh penjahat, di sekitar daerah ini....."
"Kalau begitu, mari sekarang juga kita ke sana,
Susiok!"
"Ahh, bagaimana mungkin mengajakmu, Cin
Cin? Ka utahu, penjahat itu berbahaya sekali. Aku
harus menyelidikinya sendiri. Mungkin aku harus
menyerang penjahat itu untuk menyelamatkan
lbumu Karena itu, untuk satu hari saja engkau
akan kutitipkan kepada orang-orang yang
kupercaya itu."
"Engkau pergilah sekarang juga menolong ibuku,
susiok. Aku akan menunggumu di sinil"
"Aih, mana bisa begitu? Kalau penjahat itu tahu
engkau puteri ibumu, mungkin engkau akan
diculiknya pula untuk memaksa ibumu! Tidak,
sebaiknya engkau kutitipkan di rumah temantemanku
itu, agar hatiku tenang, ada yang
menjagamu”
"Aku di sini saja! Aku tidak mau di tempat lain!"
Cin Cin berkeras.
"Hemm, Cin Cin! Kenapa engkau selalu rewel
dan tidak menurut kata-kataku. Aku harus
melindungimu, bagaimana aku dapat
meninggalkanmu seorang diri ditempat umum
begini? Tidak, kalau engkau tidak mau kutitipkan
kepada orang-orang yang kupercaya, akupun
terpaksa tidak berani pergi meninggalkanmu. Aku
tidak akan menyelidiki keadaan Ibumu!”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ih, jangan begitu, Susiok! Apakah Susiok tega
membiarkan ibu di tangan penjahat? Baiklah, aku
akan menunggu di rumah teman-temanmu. Akan
tetapi siapakah mereka? Bagaimana Susiok yang
baru saja tiba di sini dapat mempunyai temanteman
baik di sini?"
“Hemm, anak ini cerdik luar biasa. Aku harus
berhati-hati, demikian pikir Lai Kun. "Memang
baru semalam aku bertemu dengan mereka. Dan
mereka itulah yang memberi kabar tentang ibumu
itu kepadaku. Aku bertemu dengan seorang wanita
di rumah makan. Melihat aku murung, ia bertanya
dan kami bercakap-cakap. Dan iapun memberi
kabar tentang ibumu itu. Kau bisa bertanya sendiri
padanya kalau bertemu dengannya."
"Seorang wanita? Ah, aku mau pergi ke sana.
Mari sekarang juga kita pergi Susiok, agar engkau
dapat segera mencari ibuku."
Lai Kun lalu berkemas, membayar sewa kamar,
kemudian mengajak Cin Cin pergi ke rumah
pelesir. Ang-hwa. Pagi hari itu, rumah itu sunyi
tidak ada tamu berkunjung, dan para gadis
penghibur juga enggan keluar dari kamar di mana
mereka masih tidur kelelahan. Akan tetapi Sui Su
sudah berdandan rapi dan menunggu di ruangan
depan. Begitu Lai Kun muncul bersama Cin Cin
wanita Itu lalu menyambut dengan sikap ramah
sekali.
"Aih, Lai-toako. Pagi benar engkau datang!"
katanya. "Dan anak ini, siapakah ia? Anak yang
baik, mari, duduk di sini, dekat bibi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Sui Su, aku datang pagi-pagi untuk
menitipkan murid keponakanku ini di sini, untuk
sehari saja. Aku akan segera menyelidiki tentang
isteri suhengku itu. Dan anak ini bernama Kam
Cin, panggilannya Cin Cin, la puterl mendiang
suheng."
"Aihh, Jadi Inikah yang kaucerita kan semalam?
Kasihan sekali. Baiklah biar di sini la menunggu
kau. Aku akan menjaganya baik-baik. Engkau
cepat cari Ibu anak Ini, toako. Kasihan sekali"
Pada saat Itu, Cia Ma muncul. Wanita yang
gembrot ini mengamati Cin Cin dengan penuh
selidik dan agaknya ia merasa puas. Ia tersenyum
dan berkata
“Ah, kiranya tuan Lai Kun yang datang. Selamat
pagi! Dan siapa anak ini?" Ia mendekat dan
mengelus kepala Cin Cin dengan sikap menyayang.
"Anak manis siapa namamu?"
Cin Cin merasa senang. Orang-orang di sini
ramah, pikirnya. "Namaku Cin Cin!"
Lai Kun lalu berkata kepada Cin Cin "Cin Cin,
engkau di sini dulu, ya' Tunggu aku sehari di sini,
setelah berhasil aku akan menjemputmu "
"Cin Cin, mari main-main di dalam! Engkau
belum makan pagi, bukan? Ada bubur ayam di
dalam, enak sekail mari kita makan minum di
dalam, biar paman gurumu mencari ibumu. Mari,
anak manis!" Cia Ma menggandeng tangan anak itu
dan Cin Cin bangkit dari tempat duduknya. Akan
tetapi sebelum masuk, la menoleh kepada
Susioknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Susiok, berhasil atau tidak, aku menunggumu
sampai sore. Kalau sampai malam nanti engkau
tidak datang, aku akan mencari sendiri!" katanya
dengan nada mengancam. Lai Kun mengangguk
dan lapun keluar bersama Sui Su yang membawa
buntalan berat.
Sui Su menyerahkan uang seberat seratus
limabelas tali perak dan berkata, "Ini seratus
limabelas, sudah kupotong sepuluh tail seperti
yang kau janjikan dan harap engkau suka
menandatangani surat penyerahan ini."
Lai Kun membaca surat itu yang mengatakan
bahwa dia menyerahkan anak bernama Kam Cin
kepada Cia Ma dengan Imbalan uang sebanyak
duaratus tail perak dan bahwa sejak saat itu dia
tidak boleh menemui Cin Cin, apa lagi
mengajaknya pergi karena Cin Cin telah menjadi
anak angkat Cia Ma!
“Dua ratus tail?” tanyanya dengan heran.
Sui Su tersenyum manis. “Aih seperi engkau
tidak tahu saja urusan dagang, toako Dengan surat
ini, andaikata ada orang yang mau menebus Cin
Cin maka Cia Ma tentu saja menghendaki
keuntungan."
Lai Kun percaya, apa lagi dia sudah merasa puas
dengan jumlah yang di terimanya. Hanya tentu
saja dia tidak menyangka bahwa yang tujuhpuluh
lima tail merupakan bagian Sui Su yang mencatut
harga itu! Karena dalam surat itu tidak diutarakan
jual-bell maka diapun dapat pergi dengan hati
ringan. Dia tidak menjual Cin Cin. melainkan
menyerahkan kepada orang yang akan dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merawatnya dengan baik. Dia tidak menjual, hanya
menyerahkan dan dia menirma imbalan, bukan
hasil penjualan! Demikian dia menghibur diri
sendiri dan diapun cepat pergi meninggalkan
rumah pelesir itu, dan langsung rneninggalki kota
Ji-goan!
"Aku harus pergi dari sini! Sekarang juga!" kata
Cin Cin pada keesokan harinya, setelah malam tadi
Cia Ma dan Sui Su berhasil membujuknya untuk
meliwati semalam itu. Cin Cin sudah marah-marah
dan semalam hampir tidak tidur. Maka pagi-pagi la
terbangun, langsung la menanyakan apakah
paman-gurunya sudah kembali. Ketika dijawab
belum, la lalu marah dan nekat untuk
meninggalkan tempat itu, membawa buntalan
pakaiannya.
"Cin Cin, anak baik, engkau hendak pergi ke
mana? Engkau tidak membawa bekal uang, dan
perjalanan amat jauh!" Sui Su mencoba untuk
membujuk.
“Semua uang dibawa oleh Susiok! Aku sekarang
tahu, dia pasti menipuku! Aku tidak sudi bersama
dia lagi. Aku mau pulang, aku mau mencari ibu!"
kata anak itu sambil mengenakan sepatunya dan
setelah mengikat buntalan pakaian di
punggungnya, la lalu bergegas hendak keluar dari
pintu kamarnya.
"Tidak, engkau tidak boleh pergi!' Sui Su kini
tidak sabar lagi. Bagaimanapun juga, tentu saja
anak Ini tdak boleh pergi.Ia sudah menyimpan
delapanpuluh lima tali sebagal keuntungan nya! Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kini memegang lengan anak itu untuk
menahannya.
"Bibi Sui Su, lepaskan aku! Aku mau pergi dan
siapapun tidak boleh menahan dan
menghalangiku!" Cin Cin membentak marah.
"Cin Cin, engkau tidak boleh pergi sebelum
paman gurumu kembali! Dia menitipkan engkau di
sini. Kami bertanggung-jawab dan harus
menahanmu di sini sampai dia kembali. Engkau
tidak boleh pergi!" kata Sui Su dan pegangan pada
lengan anak itu semakin kuat.
"Bibi Sui Su, sekali lagi. lepaskan aku. Engkau
sudah bersikap baik jangan membuat aku marah
dan menganggap engkau Jahat!"
"Cin Cin, engkaulah yang jahat kalau memaksa
pergi. Kami bertanggung-jawab dan harus
menahanmu di sini."
Kini Cin Cin memandang marah. "Bagus!
Agaknya bibi bersekutu dengan susiok untuk
menahanku di sini, ya?" Tiba-tlba Cin Cin menarik
tangannya yang memegang kuat sehingga Sui Su
mengerahkan tenaga menahan dan menarik.
Mendadak Cin Cin memutar lengannya dan
mendorong! Karena-saat Itu. Sui Su sedang
mempertahankan dan menarik, maka dorongan
yang tiba-tiba itu membuat ia terjengkang dan
terhuyung, pegangannya terlepas!
Cin Cin yang sejak kecil sudah dilatih Ilmu silat
oleh mendiang ayahnya itu, segera meloncat ke
arah pintu untuk melarikan diri. Akan tetapi tibatiba
di pintu muncul Cia Ma. Tubuhnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gembrot memenuhi pintu sehingga Cin Cin tidak
dapat keluar.
"Eh, anak manis. Engkau hendak pergi ke
manakah?" tanya Cia Ma sambil mengembangkan
kedua lengannya sehingga makin penuhlah lubang
pintu itu.
"Cia Ma, biarkan aku pergi dari sini! Susiok Lai
Kun menipuku!" kata Cin Cin dengan sabar karena
sejak kemarin nenek gendut itu bersikap amat baik
dan ramah kepadanya.
"Cia Ma, tahan anak itu! Ia hendak memaksa
melarikan diri!" Sui Su yang tadi terjatuh dan
pantatnya terbanting agak keras di atas lantai
sehingga terasa nyeri, kini merangkak bangun dan
berteriak kepada Cia Ma.
"Ehh? Cin Cin, engkau tidak boleh pergi dari
sini! Engkau sudah menjadi anak angkatku.
Dengar, engkau sudah jadi anakku. Tempat
tinggalmu disini dan engkau tidak boleh pergi dari
sinl!" kata Cia Ma, kini tidaklagi manis dan lembut
melainkan keras karena la tahu bahwa sekarang
saatnya menggunakan kekerasan untuk menakutnakuti
Cin Cin.
Akan tetapi ia salah besar kalau hendak
menakut-nakuti anak perempuan berusia lima
tahun itu. Melihat sikap dan mendengar ucapan
Cia Ma, Cin Cin membelalakkan matanya dan
mengepal tinjunya. "Ah, kiranya engkaupun
bersekongkol dengan suslok, nenek gendut
Siapapun tidak boleh menahanku disini!" Dan
lapun menerjang nenek itu, kakinya menendang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tukk!" Sepatunya menendang tepat mengenai
tulang kering kaki kiri Cia Ma.
“Aduh h.....aduh, aduhh....... anak setan
......aduhh.....!" Cia Ma berjingkrak dengan kaki
kanannya sambil berusaha mengelus atau
memegang kaki kiri dengan kedua tangannya yang
agaknya terlalu pendek.
“Minggir kau!" Cin Cin membentak dan ia
menyeruduk ke depan, menggunakan pundaknya
untuk menerjang nenek yang sedang berjingkrak
dengan sebelah kaki itu.
“Aughhh..... brukkk.....!" tentu saja Cia Ma
terjatuh, terpelanting dan pinggulnya yang besar
itu menimpa meja tepat pada ujung meja segi
empat yang runcing. Melihat kesempatan ini, Cin
Cin lari keluar dari dalam kamar itu.
"Cin Cin, jangan lari!" teriak Sui Su sambil
mengejar.
Dari ruangan luar menerobos masuk dua orang
laki-laki yang usianya sekitar empatpuluh tahun,
bertubuh tinggi besar dan bersikap garang. Mereka
adalah dua orang tukang pukul yang dipelihara
oleh Cia Ma. Mereka mendengar teriakan majikan
mereka, maka mereka la-i l ke dalam. Melihat
mereka, Cia Ma berteriak-teriak.
"Tangkap anak itu! Tangkap, jangan sampai ia
lari!"
Dua orang laki-laki itu segera menghadang di
tengah jalan. "Mlnggir!" teriak Cin Cin berani dan
menerjang di antara dua orang laki-laki itu. Akan
tetapi, dua orang tukang pukul itu tertawa,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Disangkanya ada bahaya, tidak tau hanya hanya
seorang anak perempuan kecil yang hendak
melarikan diri! Seorang di antara mereka, yang
brewok dan bermuka hitam, menggerakkan tangan
kiri dan sekali cengkeram, dia sudah menangkap
punggung baju Cin Cin dan begitu tangannya
diangkat keatas, tubuh Cin Cin tergantung di
udara!
"Lepaskan aku, kau babi hitam! Lepaskan aku!"
Cin Cin meronta-ronta dan memaki-maki, kakinya
mencoba untuk menendang-nendang, kedua
tangannya mencakar dan memukul.
"Ha-ha-ha-ha-ha! " Laki-laki ke dua yang
bermuka bersih dan pucat kekuningan tertawatawa
melihat anak perempuan itu memaki-maki
temannya dengan sebutan babi hitam!
Si muka hitam mulai marah. Bukannya karena
makian itu, akan tetapi juga karena Cin Cin
menendang, mencakar memukul, bahkan mencoba
untuk menggiglt lengnnnya dan meludah ke arah
mukanya!
"Eh-eh, anak setan, anak liar. Engkau minta
ditampar, ya?" Tangan kanannya yang lebar sudah
siap untuk memukul dengan tamparan.
"Heii, Hek-gu (Kerbau Hitam), Jangan pukul
anakku! Awas kau, kalau berani memukulnya!" Cia
Ma mengancam muka hitam sambil terseok-seok la
menghampiri karena pinggulnya terasa nyeri.
"Ah, tidak. Cia Ma, aku hanya menakut-nakuti
Habis, ia liar sekali” kata si muka hitam yang
berjuluk Kebau Hitam itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau, Kerbau Hitam, Anjing Hitam, Babi Hitam,
lepaskan aku!" kembali Cin Cin meronta-ronta
dengan marah. Anak ini memang memiliki
keberanian luar biasa. Melihat ini, Cia Ma
mengerutkan alisnya. Celaka, pikirnya. Ia sudah
mengeluarkan uang duaratus tali perak dan
memang anak ini mungil sekail, kelak pasti
menjadi seorang gadis cantik yang menjadi sumber
keuangan besar baginya. Akan tetapi sungguh
tidak disangka, anak ini memiliki watak yang
demikian keras dan bandel, sukar diurus. Harus
dipergunakan kekerasan untuk anak sebengal ini. .
"Sekap ia dalam kamarnya. Jaga jangan sampai
dapat lari. Kalau perlu, Ikat kakinya dengan
rantai!"
Cin Cin tidak dapat meronta pula karena kedua
kaki tangannya diikat dengan sabuk dan ia
dilempar ke atas pembaringan dalam kamarnya. Ia
melotot, memakl-maki, akan tetapi tidak mampu
meronta lagi. Anak ini memang bandel bukan main
dan juga amat tabah. Dalam keadaan seperti itu, la
tidak pernah menangis, hanya marah-marah dan
memaki-maki! Kalau Cia Ma tidak berpesan kepada
dua orang tukang pukulnya agar Jangan memukul
anak itu, tentu Hek-gu (Kerbau Hitam) dan Pek-gu
(Kerbau Putih) sudah menamparnya karena
mereka dimaki-maki.
Sampai habis suara Cin Cin dipakai memaki dan
berteriak-teriak. Juga kedua kaki tangannya terasa
nyeri dan lelah. Ia haus sekali, juga lapar, akan
tetapi ia tidak mau mengatakan penderitaannya
ini. Setelah tubuhnya lemaa, ia mendiamkan diri
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mencoba untuk tidur. Sementara itu, dua
orang tukangi pukul menjaga di luar pintu.
Ketika siang hari itu seorang wanita pelayan
datang mengantar makanan, Cin Cin tidak mau
makan, tidak mau minum dan tidak mau bicara,
hanya rebah dengan muka cemberut. Sebetulnya ia
menangis, akan tetapi tangisnya ditahan! dan
hanya kedua matanya saja basah, tidak ada
keluhan keluar dari mulutnya.
Ia merasa haus bukan main, dan lapar, dan
lelah. Akan tetapi semua itu ditahannya dan iapun
mengenangkan semua peristiwa yang terjadi
dengan diri nya. Biarpun ia baru berusia lima
tahun akan tetapi la seorang anak cerdas. Ia kini
yakin bahwa Susioknya, Lai Kun, telah menipunya.
Ia memang oleh Susioknya diberikan kepada Cia
Ma, dan kini entah ke mana perginya Susiok itu. Ia
marah kepada Susioknya. Akan tetapi iapun tidak
berdaya. Andaikata ia dapat kembali ke Ta-buncung,
kepada siapa ia akan melaporkan perbuatan
susioknya itu? Kakek Coa Song telah tiada,
demikian pula ayah dan ibunya. Supeknya, Coa
Siang Lee juga tewas dan isteri supeknya bersama
Thian Ki lenyap pula. Tidak, ia tidak dapat
melaporkan kepada siapapun. Akan tetapi yang
terpenting sekarang adalah mencari jalan untuk
membebaskan diri dari kurungan ini. Akan tetapi,
sampai terasa pening kepalanya, anak itu tidak
dapat menemukan jalan. Ia disekap dalam kamar,
kaki tangannya diikat rantai, dan di depan
kamarnya ada dua orang jahat dan kejam itu
melakukan penjagaan secara bergiliran. Ia
sungguh tidak berdaya. Ingin rasanya ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangis, akan tetapi ditahannya. Ia demikian
benci kepada mereka semua sehingga tidak ingin
menyenangkan hati mereka dengan
memperlihatkan kelemahannya! Sejak kecil,
ayahnya menekankan perlunya sikap gagah bagi
seorang calon pendekar! '
Beberapa kali dalam sehari itu, Cia Ma
menjenguknya dari pintu dan bicara lirih dengan
penjaga. Dan nenek itu mengerutkan alis, menarik
napas panjang dan menggeleng-geleng kepala.
Melihat nenek itu marah-marah dan kecewa, ada
perasaan lega yang merupakan hiburan di hati Cin
Cin. Setidaknya, ia mampu membalas dengan
membuat orang itu kecewa, pikirnya.
Malam itu, yang datang mengantar makanan,
selain seorang pelayan wanita itu juga ikut masuk
ke kamar itu Sui Su. Melihat wanita ini, Cin Cin
membuang muka. Biarpun selama ini Sui Su
memperlihatkan sikap baik kepadanya, namun
mengingat bahwa pertama kali susioknya
membawanya ke situ yang menerima adalah Sui
Su, maka la menduga bahwa tentu wanita genit ini
ikut pula menjadi komplotan yang menipunya.
Sui Su duduk di tepi pembaringan Cin Cin
menggulingkan tubuhnya, menghadap dinding
membelakanginya. "Sstt......Cin Cin, aku mau
bicara denganmu. Penting untuk kebaikanmu
sendiri........"
Cin Cin tidak perduli, atau setidaknya
mengambil sikap tidak perduli walaupun kedua
telinganya dipasang baik-baik untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperhatikan apa yang akan dikatakan wanita
itu.
"Anak baik, Jangan engkau bersikap seperti ini.
Engkau menyiksa dirimu sendiri. Susiokmu
bermaksud baik, menitip engkau di sini, dan kalau
engkau taat, tentu engkau akan diperlakukan
dengan baik, engkau akan dapat makan enak
setiap hari, dapat pakaian yang bagus-bagus, dan
engkau akan dihormati semua orang karena
engkau telah menjadi anak angkat Cia Ma."
"Aku tidak sudi! Lebih baik aku mati!" kata Cin
Cin ketus, akan tetapi kini ia membalikkan
tubuhnya untuk memandang kepada wanita itu.
“Hussh, Cin Cin, jangan begitu bodoh," bisik Sui
Su, "kalau engkau mati, berarti engkau akan
membikin gembira hati mereka yang membencimu.
Bodoh sekail "
Kata-kata ini tepat sekali dan membuat Cin Cin
terbelalak memandang kepada wanita itu.
"Tapi........ aku tidak mau di sini. Aku tidak mau
menjadi anak Cia Ma. Aku ingin pulang, mencari
ibuku!"
“Sssst ..jangan berteriak-teriak” bisik lagi Sui Su.
"Dengar baik-baik Cin Cin. Aku ingin menolongmu.
Kalau engkau berkeras, bagaimana mungkin dapat
lolos dari sini? Kalau engkau tidak mau makan
minum tubuhmu akan menjadi lemas, mungkin
akan sakit dan mati. Engkau harus makan minum
agar kuat dan mencari kesempatan untuk kelak
melarikan diri......"
"Apa......apa maksudmu, bibi....”
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Senang rasa hati Sui Su. Sepanjang hari Cia Ma
hanya marah-marah saja terutama kepadanya,
mengatakan bahwa ia merasa tertipu dengan
membeli anak itu. Tentu saja Sui Su merasa tidak
enak hati, apa lagi mengingat bahwa ia
memperoleh keuntungan banyak dalam jual beli
anak itu. Sui Su diam-diam merasa kasihan
kepada Cin Cin. Ia teringat akan nasibnya sendiri.
lapun dahulu dijual oleh ayah ibunya yang melarat
kepada Cia Ma, ketika la berusia lima tahun. la
dirawat, dipelihara dan dididik menjadi pelacur
oleh Cia Ma. Setelah ia dewasa, ia dijual oleh Cia
Ma, diperas habis-habis walaupun ia dapat hidup
dalam kemewahan. Kini, setelah memperoleh
banyak uang karena jual beli Cin Cin, ia ingin
berdikari, ingin kembali ke dusun dan dengan
modalnya itu la dapat hidup tanpa harus menjual
dirinya. Ia merasa kasihan kepada Cin Cin, maka
sambil berusaha untuk meredakan kemarahan Cia
Ma dengan membujuk Cin Cin, iapun ingin
memberi jalan dan nasehat bagi anak itu agar
kelak dapat melarikan diri sebelum terjeblos seertl
yang dialaminya.
"Cin Cin," kata Sui Su berbisik sambil berlagak
mellrik ke luar seolah-olah ia tidak ingin suaranya
terdengar oleh tukang pukul yang berjaga diluar
"Engkau harus pura-pura mentaati dan menjadi
anak yang baik di sini. Engkau menjaga
kesehatanmu dengan makan yang cukup, tidur
yang cukup dan seolah-olah menikmati
kehidupan di sini. Dengan sikapmu itu, lambat
laun tentu Cia Ma akan percaya kepadamu. Nah,
kalau engkau sudah mendapat kepercayaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga tidak lagi dikeram, tidak lagi dijaga, dan
mendapat kebebasan, pada suatu hari yang baik
kalau ada kesempatan engkau tentu akan dapat
melarikan diri dengan mudah. Bukankah ini akal
yang baik sekali? Kalau kita tidak dapat
menggunakan kekerasan, kita harus menggunakan
akal, anak yang manis."
Wajah anak itu semakin cerah dan pun
tersenyum sambil menganggukkan "Engkau benar,
bibi, engkau benar, terima kasih. Aku harus
bersabar menggunakan akal itu....." katanya lirih.
“Bagus, nak aku akan menyuruh mereka
melepaskan ikatan kaki tanganmu dan engkau
harus berlagak penurut, superti seekor anak
harimau yang memakai bulu domba.
'perumpamaan itu menyenangkan hati Cin Cin. Ia
anak harimau! Akan tetapipi demi
keselamatannya, ia harus mengenakan bulu
domba. Ia mengangguk-angguk maklum.
Sui Su menoleh ke pintu dan berteriak kepada
Pek-gu yang kebetulan berjaga di situ,
menggantikan Hek-gu “heii paman lPek-gu. Tolong
kau lepaskan rantai-rantai ini. Cin Cin kini sudah
mengerti dan ia tidak akan memberontak lagi"
Pek-gu memasuki kamar dan memandang
kepada Cin Cin. "Benarkah? Anak setan ini tidak
akan memaki-maki dan meronta lagi ?”
Sepasang mata Cin Cin mengandung api
kemarahan dan hampir saja ia memaki lagii kalau
saja Sui Su tidak cepat merangkulnya. “Paman,
hati-hatilah dengan omonganmu. Ingat, ia ini
adalah Cing Siocia (nona Cing), puteri Cia Ma.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Engkau harus menghormatinya kalau tidak ingin
dimarahi Cia Ma!"
Pek-gu menghampiri Cin Cin dan melepaskan
rantai-rantai yang mengikat kaki dan tangan anak
itu. Melihat anak itu diam saja tidak meronta dan
tidak mengeluarkan suara, Pek-gu yang berwajah
putih pucat kekuningan itu tersenyum.
"Nah, begini baru anak baik, tidak membikin
repot orang. Nona kecil, engkau kelak tentu akan
menjadi seorang gadis yang cantik jelita dan hidup
serba kecukupan dan senang seperti nona Sui Su.
Lihat, nona Sui Su ini cantik sekali, bukan? Eh,
nona Sui Su. Sekali-kali perbolehkan aku
bermalam di kamarmu! Bukankah kita sudah lama
menjadi rekan sekerja di sini?"
Sui Su tersenyum mengejek. “Sudah terlalu
banyakkah uangmu, paman? Setahuku, semua,
uangmu kau habiskan di meja Judi!"
“Aih, sesama rekan masa pakai uang segala?"
"Enaknya! Sudah, keluar sana dan jangan
ganggu kami. Nona Cin harus makan sekarang."
Sui Su mengusir tukang pukul Itu yang keluar
sambil menyeringai, biarpun menjadi pelacur,
mereka yang anak angkat Cia Ma menang
dihormati orang karena Cia Ma yang galak itu
selalu melindungi anak-anaknya.
Oleh bujukan Sui Su, Cin Cin mau makan dan
minum. Baru terasa olehnya betapa lapar dan
hausnya, sehingga ia makan dengan gembul,
ditemani Sul Bu yang melayaninya dengan sabar.
Setelah makan kenyang, muncullah Cia Ma. Ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sejak tadi sudah diberitahu dan mengintip. Girang
sekali ia melihat Sui Su berhasil membujuk Cin
Cin. Tadi, Sui Su berkata kepadanya bahwa ia
akan membujuk Cin Cin dengan halus, dan kalau
berhasil, la minta diijinkan untuk mengambll cuti
selama seminggu karena ia hendak pulang ke
dusun menengok keluarga di dusun, walaupun
kini ayah dan ibunya sudah tiada. Cia Ma
menyanggupi, akan memberi ijin itu kalau benar
Sui Su berhasil. Nenek ini sudah terlalu pusing
melihat sikap Cin Cin dan ia membayangkan
uangnya yang dua ratus tail perak itu!
Cin Ma memasuki kamar itu dengan wajah
berseri "Aduh, anakku yang baik anakku yang
manis. Cin Cin, engkau sudah suka makan dan
minum. Bagus, aku datang membawakan pakaian
yang bagus-bagus untukmu, nak!"
Cin Cin mengerling kepada Sui Su yang berkedip
kepadanya. Biarpun ia merasa tidak senang
kepada nenek gembrot itu, namun ia menahan
perasaannya, teringat akan nasihat Sui Su tadi. la
harus bersikap penurut dan manis memperoleh
kepercayaan sehingga kelak dengan mudah ia akan
dapat melarikan diri. Maka, ketika buntalan
pakaian yang serba indah itu dibuka, Iapun
memaksakan diri untuk tersenyum dan
memperihatkan muka girang
Demikianlah, Cin Cin yang biar berhati keras
namun amat cerdik ia bersikap penurut dan ia
mau saja ketika disuruh belajar menulis dan
menyulamm, melukis, bahkan bernyanyi , menari,
dan menabuh yang-kim (gitar) dan suling. Iapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
acuh saja ketika pada suatu hari Sui Su berpamlt
kepadanya, katanya hendak cuti seminggu untuk
menengok keluarganya di dusun.
"Ingat, jangan lari sebelum mendapat
kesempatan yang baik sekail, karena kalau engkau
tertangkap lagi, tentu akann dlperlakukan dengan
buruk ," demikian nasihatnya kepada Cin Cin.
dengan suara bisik bisik
Benar saja seperti yang dikatakan Sui Su,
setelah Cin Cin bersikap taat dan penurut, Cin Ma
bersikap lembut dan manis kepadanya, bahkan
memanjakanya. Apa lagi ketika ia melihat betapa
Cin Cin amat cerdas. Segala yang diajarkan kepada
anak itu, sebentar saja dapat dikuasainya. Dalam
waktu setahun saja, anak Itu sudah pandal
meniup suing, bermain yang-kim, bahkan menari.
Juga dalan hal ilmu baca tulis, karena memang
tadinya ia sudah mendapat pelajaran dari orang
tuanya, ia maju pesat
Pada suatu hari, pagi-pagi sekali Cin Cin sudah
menyelinap keluar dari rumah itu. Biarpun ia
masih kecil, namun karena setiap hari melihat
wanit wanita muda dan cantik bersenda-gurau
dengan kaum pria, ia sudah dapat meraba bahwa
para wanita itu tidak mengenal rasa malu dan
menyebalkan sekali. Ia makin tidak betah dan
setelah mendapatkan kepercayaan dan kebebasan,
maka pada pagi hari itu iapun menyelinap luar
ketika semua orang belum bangun tidur. Malam
tadi ia telah mempersiapkan segalanya. Membawa
pakaian untuk bekal, dibuntalnya, juga
meloloskan perhiasan yang diberikan Cia Ma
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya juga dimasukkan ke dalam buntal
untuk bekal biaya perjalanannya. Tentu saja ia
tidak ingat lagi jalan pulang ke Ta-bun-cung. Yang
diingatnya hanyalah bahwa ketika ia melakukan
perjalanan bersama Susiok-nya, mereka berjalan
terus ke barat. Maka kini la tahu bahwa ia harus
menuju ke timur, menyusuri tepi sebelah utara
dari Sungai Hua ho untuk kembali ke dusunnya.
Pada waktu itu, pergantian pemerintahan dari
dinasti Sui ke dinasti Tang baru berjalan kurang
lebih tiga tahun saja. Keamanan belum pulih,
terutama sekali di luar kota raja Lok-yang
Pemerintah baru belum sempat mengatur daerah
daerah dan belum membentuk pasukan keamanan
untuk mengamankan kota-kota dan dusun-dusun.
Biarpun kota Ji-goan masih termasuk daerah Lokyang,
namun pemerintahan di daerah itupun
belum lancar benar sehingga keamanannya masih
buruk. Para penjahat masih merajalela, melakukan
pemerasan di sana sini, perampokan dan gangguan
terhadap rakyat. Jaminan keamanan dari
pemerintah belum lancar benar dan hampir setiap
hari terjadi kejahatan.
Cin Cin sama sekali tidak tahu akan hal ini.
Selama ini ia merasa aman semenjak melakukan
perjalanan bersama susioknya karena Susioknya
adalah murid Hek houw-pang yang memiliki
kepandaian cukup tangguh. Apa lagi ketika ia
berada dalam rumah besar Cia Ma, la tidak pernah
keluar tanpa pengawalan. Di dalam rumah itu yang
ada hanya kemewah dan pesta, maka ia selalu
merasa aman. Dalam pikiran anak berusia enam
tahun itu tentu saja belum mengerti tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejahatan manusia yang kadang melebihi
kekejaman mahluk apapun juga binatangpun tidak
sekejam manusia, dan hukum yang berlaku adalah
siapa kuat dia menang dan siapa menang dia
berkuasa, lalu siapa berkuasa dia selslu benar !
Sepagi itu selagi kota Ji-goan belum bangun,
seorang anak perempuan berusia enam tahun
melakukan perjalanan seorang diri, membawa
buntalan besar tentu saja segera menarik
perhatian orang yang kebetulan bertemu dengan
Cin Cin. Kalau yang bertemu dengannya itu orang
atau penduduk biasa, tentu orang itu hanya
merasa heran saja. Akan tetapi, sebelum ia keluar
dari pintu gerbang kota Ji-goan, di sebuah lorong
yang membelok, tiba-tiba saja ia berhadapan
dengan seorang laki-laki kurus kering yang
pakaiannya penuh tumbalan seperti jembel. Lakilaki
itu berusia sekitar tiga puluh tahun dan
matanya liar seperti mata maling. Ketika ia melihat
Cin Cin, anak perempuan yang membawa buntalan
besar, sedangkan di sekitar situ belum ada rumah
yang membuka daun pintu, belum nampak ada
orang di jalan. dia lalu menyeringai dan
menghadang di depan Cin Cin.
"Aih, anak manis, engkau hendak kemanakah
seorang diri di pagi buta ini ?"
Tanpa menyangka buruk, Cin Cin menjawab,
"Aku hendak keluar kota dan pergi ke timur......”
Sebelum anak itu habis bicara, tahu-tahu orang
itu sudah menyambar dan merenggut lepas
buntalan di punggung Cin Cin. Tentu saja anak itu
terkejut dan marah sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hei! Kembalikan buntalanku!" teriaknya dan
Cin Cin mencoba untuk meraih dan merampas
kembali. Akan tetapi orang itu sambil menyeringai
memegang bunntalan dengan tangan kiri tlnggltinggi
di atas kepala sehingga tentu saja Cin Cin
tidak mampu meraihnya.
”Bukk!" Tangan kecil itu kini memukul mengenai
lambung orang kurus yang merampas buntalannya
"Kembalikan buntalanku, keparat!" ia memaki.
"Ehh......?" Laki-laki itu merasa nyeri terpukul
lambungnya dan diapun marah. "Anak setan, kau
ingin mampus?”
"Kembalikan buntalanku” Cin Cin kembali
menerjang dengan pukulan kedua tangan. Akan
tetapi sekali ini, laki laki yang sedikit banyak
pernah belajar silat itu dapat mengelak, kemudian
dari samping, kakinya menendang, keras sekali.
"Bukk.....!" dada Cin Cin bagian samplng kena
ditendang dan anak itupun terjengkang dan
terbanting jatuh.
"Hei, A-kew, ada apakah?" tiba-tita muncul
seorang laki-laki lain, juga pakaiannya penuh
tambalan dan tubuhnya agak pendek, mukanya
bulat dan kotor.
Si kurus yang dipanggil A-kew itu sibuk
membuka buntalannya. "Wah, makanan empuk. Acauw,
lihat, pakaian bagus bagus dan ada
perhiasan emas pula. Wah pesta sekali ini aku!"
"Hussh, engkau tidak melihat sesuatu yang lebih
berharga lagi, A-kew?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa maksudmu?"
"Lihat itu!" Si pendek itu menuding kearah Cin
Cin yang masih rebah setengah duduk sambil
menyeringai kesakitan. Napasnya menjadi sesak
terkena tendangan tadi "Anak itu cantik sekali!"
”Ha-ha, A-cauw, mata keranjangmu tidak
ketulungan lagi rupanya! Anak itu paling banyak
baru enam tahun usianya, untuk apa? Ha-ha!"
"Hussh, dasar engkau yang tolol! Anak
perempuan cantik itu akan mendatangkan uang
sedikitnya duapuluh atau tigapuluh tali perak!"
Mata Akew yang sipit itu agak melotot, "Ehh?-
Apa maksudmu?"
"Dasar bodoh, tetap tolol! Setiap orang majikan
rumah pelesir akan suka membelinya. "
"Ah, benar! Aku sampai lupa karena kegrangan
mendapatkan pakaian bagus dan perhiasan ini.
Mari kita tangkap anak ini, kita bawa kepada
rumah pelesir tentu diterima."
"Lebih baik ke rumah pelesir Ang-hwa, Cia Ma
suka sekali membeli anak-anak yang cantik." Dan
si pendek it menghampiri Cin Cin
Mendengar percakapan mereka, wajah Cin Cin
menjadi pucat. Percuma melarikan diri. Melawan
seorang saja dari mereka, ia kalah, apa lagi
dikeroyok dua. Maka iapun menjatuhkan diri
berlutut setelah tadi mencoba bangun.
"Paman-paman yang baik, kasihanilah
aku..jangan bawa aku kepada Cia Ma..” Ia
memohon.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dua orang itu saling pandang. "Eh Engkau anak
kecil sudah mengenal Cia Ma?" tanya Akew.
"Ha, aku tahu. Engkau tentu lari dari rumah Cia
Ma, bukan?" kata Acauw.
Cin Cin tidak mampu membantah ”Benar,
paman. Aku lari karena aku hendak mencari
ibuku. Bebaskanlah aku, buntalan itu untuk
kalian, akan tetapi jangan bawa aku kembali ke
sana”
"Pelarian dari Cia Ma?" Akew beseru. "Celaka
benar. Cia Ma memelihara jagoan-jagoan seperti
Hek-gu dan Pek gu, kalau mereka tahu aku yang
mengambll buntalan ini, remuk kepalaku.
Bagaimana baiknya ini."
”Jangan khawatir, tenang saja, Akew. Kita
kembalikan anak ini kesana berikut buntalannya.
Tentu kita akan mendapatkan hadiah yang
mungkin tidak kalah besarnya."
"Baiklah," kata Akew agak kecewa karena
tadinya dia sudah merasa beruntung sekali. Dia
tidak berani main-main terhadap Cia Ma yang
terkenal galak dan memiliki banyak tukang pukul
yang lihai dan kejam itu.
Mendengar percakapan kedua orang itu, Cin Cin
menjadi putus asa dan timbul kemarahannya.
“Jahanam, kiranya kalian berdua juga hanya
manusia-manusia keparat!" serunya dan iapun
meloncat berdiri dan menyerang kalang kabut!
Dua orang laki-laki dewasa yang sudah biasa
berkelahi dan menggunakan kekerasan itu, tentu
saja memandang rendah anak berusia enam tahun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi karena Cin Cin nekat, bergerak dengan
ilmu silat sebisanya, mencampur gerakan itu
dengan menendang, memukul, mencakar, bahkan
menggigit, dua orang itu menjadi repot.
"Wah wah, anak ini seperti seekor anak
harimau” teriak Akew, meringis karena lengannya
kena dicakar sampai berdarah.
"Tangkap kedua lengannya, biar kuikat dengan
sabukku!" kata Acauw.
Akew berhasil menangkap kedua pergelangan
tangan Cin Cin dan Acauw mengikatnya dengan
sabuk kain. Cin Cin ronta-ronta, menendang dan
memaki.
"Lepaskan aku, kalian dua anjing kotor!
Lepaskan, babi busuk!"
"Wah, wah, anak ini benar-benar seperti iblis
kecil!” kata Acauw.
"Mari kita bawa setan kecil ini kepada Cia Ma”
Demikianlah, usaha Cin Cin melarikan diri gagal
sama sekali. Ketika Cia Ma menerimanya kembali
dari dua orang jembel itu, ia marah sekali kepada
Cin Cin. Juga ia berterima kasih kepada dua orang
jembel yang segera diberinya imbalan yang cukup
memuaskan hati mereka.
"Buka bajunya, la harus menerima hukuman"
kata Cia Ma dan ia sendiri yang mencambuki
punggung Cin Cin sampai tangannya terasa letih
dan anak itu terkulai pingsan dengan kulit
punggung pecah-pecah. Lalu ia menyuruh
pembantunya mengambil obat dan setelah Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siuman, dengan tangannya sendiri Cia Ma
mengobati dan mengoles obat yang mendatangkan
rasa dingin dan nyaman di kulit punggung yang
pecah-pecah itu. Cin Cin tidak menangis, hanya
meringis menahan sakit dan mendesis saja, atau
menggigit bibirnya.
”Engkau anak nakal, engkau tidak meengenal
budi. Bukankah selama setahun aku selalu
bersikap baikkepadamu? memberimu makan,
pakaian dan mendatangkan guru-guru kesenian
untuk mendidikmu. Akan tetapi apa balasanmu?
Engkau malah hendak melarikan diri! Begitu tega
engkau menyakitkan hati Cia Ma-ma!" bujuk Cia
Ma dengan suara lembut.
Cin Cin adalah seorang anak yang cerdik Ia tahu
bahwa percuma saja mempergunakan kekerasan.
Cia Ma mempunyai banyakk tukang pukul yang
kuat dan kalau la melawan dengan kekerasan,
akhirnya ia sendiri yang akan menderita, sayang
bahwa Sui Su tidak berada lagi situ sehingga ia
kehilangan seorang sahabat yang benar-benar
menyayanginya. Ia teringat akan nasihat Sui Su.
Akan lebih menguntungkan kalau ia pura-pura
menurut dan patuh kepada Cia Ma sehingga selain
memperoleh segala macam didikan dan kehidupan
mewah. Juga memperoleh kebebasan. "Akan tetapi,
jangan sampai engkau masih berada disini kalau
engkau sudah berusia empat belas tahun, sudah
mulai dewasa. Karena setelah engkau berusia
tlgabelas atau empatbelas tahun, engkau pasti
akan dijual kepada laki-laki hidung belang menjadi
permainan mereka dan menjadi sumber uang
banyak bagi Cia Ma. Kalau engkau menolak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siksaan yang lebih hebat akan kau alami."
Demikian nasihat Sui Su ketika itu. "Carilah
kelengahanya, dan sebelum berusia tigabelas
tahun, sedapat mungkin larilah dari neraka yang
berselubung sorga ini."
Ia baru berusia enam tahun. Masih banyak
waktu untuk hidup layak dan bebas, pikirnya.
Maka, tiba-tiba Cin Cin menangis, hal yang
biasanya tak pernah lakukan. Tentu saja Cia Ma
menjadi girang melihat "kelemahan" ini dan ia
merangkulnya "Anak baik, kenapa menangis? Apa
yang kau susahkan?"
Cin Cin menangis terisak-isak dan
menyembunyikan mukanya di balik lengan baju
Cia Ma. Suaranya bercampur tangis ketika ia
berkata, "Nasibku yang buruk. .uh-uh huuuu......
ayah dibunuh orang, ibu diculik orang, dan disini
aku dicambuki.......hu-huuu......"
Cia Ma merangkulnya semakin kuat dan
mengelus rambutnya. "Anak baik, kau kucambuki
karena engkau melarikan diri. Kalau tidak begitu,
aku sayang padamu. Bukankah selama ini aku
tdak pernah memukul atau memakimu, akan
tetapi amat sayang padamu?"
Cin Cin mengusap air matanya, dan
mengangguk.
Bukan main senangnya hati Cia Ma. ”Engkau
berjanji tidak akan lari lagi?"
"Tidak, Cia Ma, aku menyesal. Tadi nya, karena
rindu kepada ibuku, aku ingln mencari
ibuku.......maafkan aku ..aku tidak akan lari lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Engkau memang anak baik, anak cantik
manis. Aku akan menyuruh orang-orangku untuk
mencari keterangan tentang ibumu. Dan engkau
yang aman saja di sini, ya?"
Demikianlah, mulai hari ini, Cin Cin nampak
taat dan penurut. Ia bahkan tekun mempelajari
ilmu baca-tulis, menyulam, menari, bernyanyi dan
menabuh Suling dan yang-kim, bahkan bersajak.
Tentu saja Cia Ma menjadi girang bukan main
karena makin tekun anak itu, makin pandai anak
itu, ia melihat betapa tabungannya semakin gemuk
dan kelak kaau sudah tiba saatnya, la tinggal
memetik buahnya! Tentu Cin Cin akan menjadi
seorang gadis yang cantik jelita dan pandai
sehingga harganyapun tentu akan amat mahal!
Keadaan itu berjalan dengan baiknya sampai
dua tahun lagi sehingga sudah tiga tahun Cin Cin
tinggal di rumah Cia Ma. Ia semakin besar, menjadi
seorang gadis cilik yang amat manis dan amat
pandai. Ia memang berbakat dalam kesenian
sehingga selain pandai meniup suling menabuh
yang-kim, Juga suaranya merdu kalau bernyanyi,
dan tubuhnya lemah gemulai kalau menari. Ia
pandai pula bersajak, lancar membaca dan
menulis. Pendeknya, Jelas bahwa Kam Cin atau
Cin Cin merupakan sekuntum bunga yang masih
berkuncup namun sudah menjanjikan setangkai
bunga yang akan mekar semerbak harum dan
indah, lagi mahal harganya!
Pada suatu hari, rumah pelesir Cia menerima
kunjungan seorang tamu agung. Rumah pelesir
Ang-hwa (Bunga Merah) itu dinyatakan tertutup
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk umum karena pada hari itu, seorang
pembear yang menjabat kedudukan penting di kota
raja Lok-yang datang berkunjung! Sebelum
pembesar itu datang, sudah lebih dulu utusannya
datang memberiahu bahwa Coa Tai-Jin(Pembesar
Coa) itu hendak berkunjung karena tertarik oleh
nama Ang-hwa sebagai rumah pelesir kota Ji-goan
yang kabarnya memiliki bunga-bunga yang cantik
menarik.
Cia Ma segera mengumpulkan gadis-gadis
penghibur dari seluruh kota, rumahnya juga segera
dibersihkan dihias seperti hendak menyambut
seorang mempelai pria! Bahkan Cin Cin suruh
berpakaian yang paling indah dan di antara
hiburan yang akan disajikan kepada Coa Tai-jin,
diselipkan Cin Cin yang akan melakukan tarian
dan nyanyiannya.
Sejak pagi, lima orang jagoan yang menjadi
pengawal-pengawal Coa Tai-Jin Juga menjadi
tukang pukulnya, sudah datang berkunjung dan
melakukan persiapan agar perjalanan majikan
mereka ke tempat itu aman. Dan setelah matahari
naik tinggi, datanglah kereta yang membawa Coa
TaJ-Jin, diiringi sepasukan pengawal terdiri dari
selosin peraj rit, dipimpin oleh lima orang Jago itu.
Setelah turun dari kereta, ternyata Coa Tai-jin
yang disegani, di takuti dan dihormati itu hanyalah
seorang laki laki berusia limapuluh tahun lebih
yang kecil kurus seperti cecak kering karena terlalu
banyak menghisap madat dan berpelesir. Menuruni
tangga kereta saja dia harus dibantu tukang
pukulnya agar tidak terpeleset jatuh dan sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersenyum "agung", senyum khas para pembesar
yang merasa dirinya tinggi dan berkuasa, dia
melangkah tertatih-tatih disambut oleh Cia Ma dan
anak buahnya sambil berlutut! '
Ini tidak aneh karena Coa Tai-jin berpangkat
jaksa tinggi dan masih kerabat keluarga kaisar!
Dengan lagak "murah hati" Coa Tai-jin
menggerakkan keduaa tangan menyuruh mereka
semua bangkit, kemudian diapun memasuki
rumah pelesir Ang-hwa, disambut asap dupa
harum dan bunyi musik lirih yang menyemarakkan
suasana.
Karena Cia Ma maklum benar bahwa,
kunjungan seorang pejabat tinggi selalu
mendatangkan kehormatan juga mendatangkan
banyak uang baginya, maka ia berusaha sekuat
tenaga untuk menyenangkan tamunya. Arak
terbaik, hidangan termahal, disuguhkan oleh
gadis-gadis pilihan yang manis-manis. Coa Tai-jin
gembira sekali dikelilingi nona-nona cantik itu, apa
lagi dia makan minum sambil menonton
pertunjukan tarian dan nyanyian yang dilakukan
oleh penar penari cantik. Kesempatan ini
dipergunakan untuk bermain mata dan melakukan
pilihan-pilihan, siapa kiranya gadis gadis itu yang
akan diminta untuk melayaninya sehari semalam
di tempat pelesir itu. Setiap ada gadis yang
dianggapnya menggetarkan perasaan hatinnya dia
berbisik kepada seorang pengawal pribadinya
sambil menunjuk gadis itu dengan pandang
matanya. Setelah selesal makan minum, sudah ada
tujuh oranh gadis yang dipilihnya! Tujuh orang
gadis yang akan menghiburnya sehari semalam itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cia Ma menggosok-gosok telapak kedua tangannya,
menghitung hitung berapa kiranya akan
diterimanya dari pembesar itu untuk tujuh orang
gadisnya! Sedikitnya akan lima kali lipat harga
biasa, belum termasuk hadiah pribadi.
Pertunjukan terakhir adalah tarian dan nyanyian
yang harus dilakukan Cin Cin. Dengan dandanan
sebagai seorang dewi, gadis cilik ini benar-benar
mempesona semua penontonnya, termasuk Coa
Tai-jin! Ia benar-benar seperti seorang dewi yang
baru melayang turun dari kahyangan, tariannya
demikian lemah mulai dan lembut, suara
nyanyiannya dengan suara kanak-kanak itu masih
bening dan merdu. Jantung Coa Tai-jin bergetar
dibuatnya! Kini dia memberi isyarat kepada kepala
pengawalnya untuk mendekat, lalu la berbisikbisik
sampai lama di telinga pengawalnya Itu. Cia
Ma tersenyum makin lebar, mengira bahwa tentu
pembesar yang rakus akan wanita itu menambah
lagi pilihannya, mungkin sampai sembilan atau
sepuluh orang gadis yang diharuskan
menghiburnya! Akan tetapi, ketika kepala pengawal
itu menghampirinya dan membisikkan pesan Taijin,
wajah Cia Ma. berubah "Apa ?” Teriaknya
dalam bisikan. "Akan tetapi Cin Cin baru berusia
delapan tahun! I a masih kanak-kanak! Bagaimana
mungkin la dapat melayani yang mulia............?"
”Hushh, kenapa engkau sekarang begini tolol,
Cia Ma?" Kepala pengawal yang sudah
mengenalnya itu mencela "Taijln ingin
memindahkan tanaman, bunga yang manis Itu ke
dalam taman bunganya sendiri, bukan untuk
dipetik sekarang. Kuncup itu belu mekar. Taijin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Juga tidak ingin memetiknya sekarang. Kalau
sudah ditanam di taman bunganya kelak kalau
sudah mekar, setiap saat taijin dapat memetiknya.
Mengerti engkau?"
Tentu saja Cia Ma mengerti. Kalau tadi ia
berpura-pura, sikap ini hanya merupakan gaya
untuk menaikkan harga
"Tapi......Cin Cin adalah keponakanku sendiri!
Kubesarkan ia sejak kecil dan aku........aku amat
sayang padanya. Bagaimana yang mulia begitu
tega untuk memisahkannya darlku.....” Dan dari
kedua mata Cia Ma benar-benar keluar air.mata.
Air mata buaya! Memang Cia Ma pandai sekali
bersandiwara.
Kepala pengawal itu adalah seorang kangouw
yang berpengalaman. Tentu saja tak mudah
mengelabuhl orang seperti dia dan dia tahu bahwa
bagi seorang manusia seperti Cia Ma, tidak ada lagi
perasaan sayang kepada sesamanya, yang
disayangnya hanyalah uang!
"Sudahlah, tak ptrlu banyak cakap, katakan
saja, berapa harganya?" potongnya singkat. Cia Ma
tidak berpura-pura lagi. Ia tahu sudah membawa
dagangannya kepada harga puncak, tinggal
menentukan saja berapa.
"Ahhh, kalau memang yang mulia sungguhsungguh
menginginkan keponakanku, biarlah akan
kuhitung dulu malam Ini, berapa biaya yang sudah
kukeluarkan selama bertahun-tahun ini untuk
mendidiknya menjadi seorang calon gadis yang
paling hebat di seluruh Ji-goan, bahkan mungkin
tidak ada banding nya di seluruh negeri. Besok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pagi-pagi akan kutentukan berapa biaya yang
sudah kukeluarkan itu."
Permintaan ini pantas dan kepala pengawal Itu
menyampaikan dengan bisikan kepada Coa Tai-jin.
Pembesar Itu mengangguk-anggukkan kepalanya
sambil tesenyum sabar, dan leher kecil panjang Itu
seperti akan patah ketika dia angguk-angguk
seperti itu. Yang penting baginya, Cia Ma
menyetujui untuk "menjual" gadis cilik yang manis
itu. Soal berapa harganya, itu bukan soal baginya.
Setiap saat dia dapat mengambil uang yang
dibutuhkannya, dari gudang hartanya yang berada
di mana-mana. Setiap orang hartawan di kota raja
sekali saja melihat dia menggerakkan telunjuknya,
akan bergesa-gesa dan berlumba memenuhi
kebutuhannya itu!
Demikianlah, sehari semalam itu Tai-jin
berenang dalam lautan kesenangan, tenggelam
dalam pemuasan nafsu. Nafsu menyeret kita ke
dalam kesenangan, membuat kita mabok dan lupa
diri! Kita lupa sama sekali karena telah mabok
kesenangan, bahwa semua kesenangan bagaikan
gelembung-gelembung yang beterbangan di udara.
Nampak indah menarik, seperti gelembunggelembung
air sabun. Namun, hanya selewat saja,
untuk disusul oleh pecahnya gelembunggelembung
itu yang mendatangkan percikanpercikan
air sabun yang pahit dan getir!
Bagaikan langit dengan bumi perbedaan antara
menikmati keadaan seadanya dan mengejar
kenikmatan yang belum ada. Yang pertama, yaitu
menikmati kehidupan berarti mensyukuri apa saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang kita dapatkan dalam kehidupan ini! Selama
hal yang kita alami dalam hidup ini merupakan
rangkaian romantika kehidupann dan kalau kita
menghadapinya dengan perasaan syukur, dengan
perasaan seyakinnya bahwa kesemuanya itu
adalah kehendak dan karenanya berkah dari
Tuhan , maka apapun yang ada akan
mendatangkan perasaan nikmat dan bahagia
dalam hati sanubari kita! Sebaliknya, pengejaran
kesenangan timbul karena kita tidak puas dengan
keadaan yang nyata, seadanya, dan pikiran kita
membayangkan hal-hal yang belum ada. Hal-hal
yang belum ada. Inilah yang kita namakan
kesenangan! Tidak puas dengan apa adanya dan
membayangkan hal-hal yang belum ada ini
menciptakan gelembung-gelembung itu. Kalau
sudah begini maka terjadilah kebalikan yang
menyedihkan. Semestinya, menurut kodrat,
manusia menjadi majikan, menunggang kuda
nafsu agar dapat melakukan perjalanan hidup,
Sesuai kodrat. Namun, kalau Sudah terjadi
sebaliknya, kuda menunggangi majikan nafsu
menunggangi manusia, akan celakalah!
Fungsi atau tugas hati akal pikir adalah untuk
membantu manusia menanggulangl segala bentuk
kesukaran dalam kehidupan, mendatangkan
kecerdikan akal sehingga manusia dapat
melindungi dirinya dari bahaya dan dapat bekerja
untuk kelangsungan hidupnya. Namun, hati akal
pikiran yang sudah di cengkeram nafsu, sudah
bergelimang nafsu, menjadi alat daya-daya rendah
sehingga menyimpang dari pada tugasnya. Bukan
jadi alat yang baik dan bermanfaat, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebaliknya menjadi penggoda dengan bayanganbayangan
yang memikat hingga menyeret kita
untuk mengejar
Bayangan-bayangan itu. Dan kalau kita sudah
terseret mengejar bayangan kesenangan, kita lupa
diri, hati nurani kita tertutup dan segala hal
mungkin kita lakukan untuk memperoleh apa yang
kita kejar-kejar itu. Pengejaran kesenangan harta
kekayaan memungkinkan kita lakukan korupsi,
penipuan, pencurian, perampokan dan sebegainya
untuk memperoleh harta yang kita kejar-kejar.
Pengejaran kesenangan sex memungkinkan kita
melakukan perjinaan, pelacuran, perkosaan dan
sebagainya untuk memperoleh kesenangan yang
kita kejar-kejar, kesenangan yang kita bayangkan
dapat datangkan oleh kekuasaan, kedudukan,
memungkinkan kita untuk berebutan sehingga
terjadi pertentangan, persaingan bahkan perang!
Lalu, apakah kita harus menjauhkan dari dari
kesenangan? Menjauhkan diri PENGEJARAN
KESENANGAN, memang benar. Akan tetapi bukan
berarti menjauhkan diri dari kenikmatan
kehidupan dengan segala romantikanya Ini. Kita
dilahirkan dengan segala perlengkapan yang
memungkinkan kita menikmati kehidupan, bukan
menjauhi kenikmatan kehidupan. Buktinya, telinga
kita dapat nikmati bunyi-bunyian merdu, mata kita
dapat menikmati penglihatan-penglihatan yang
Indah, hidung kita dapat menikmati keharumankeharuman
yang sedap, mulut kita dapat
menikmati rasa asin manis, masam dan
sebagalinya dalam makanan. Kita hendak
menikmati semua itu, karena itulah berkah Tuhan!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kita berhak menikmati apa yang ada setiap saat,
setiap detik. Bahkan setiap tarikan napas akan
terasa nikmat sekali kalau kita ingat bahwa setiap
tarikan napas merupakan berkah Tuhan! Apa saja
yang ada merupakan sumber kenikmatan bagi
orang mensyukuri kehendak Tuhan karena dalam
segala hal, kalau Tuhan menghendaki, terdapat
berkah dan kenikmatan!
Ketika pada keesokan harinya Cia menyebutkan
jumlah uang yang katanya telah ia keluarkan
sebagal biaya mendidik Cin Cin, dengan royal Coa
Tai-jin membayarnya dengan tunai, bahkan
menambahkan sejumlah hadiah yang melampaui
bayangan Cia Ma sendiri. Tentu saja wanita gendut
Itu girang bukan main. Kalau dihitung, selama tiga
tahun mendidik Cin Cin, la menerima, keuntungan
puluhan kali lipat! Akan tetapi, segera kegirangan
ini disusul kekecewaan dan kemarahan karena
ketika ia membujuk anak perempuan itu, Cin Cin
berkeras tidak mau diserahkan kepada Coa Tai-jin.
"Anak tolol! Setiap anak perempuan di manapun
akan berlumba untuk menjadi gadis pingitan di
rumah seorang pembesar tinggi seperti Coa Tai-jin,
dan egkau yang dipilih oleh beliau, berani
menolak? Bodoh kau, Cin Cin. Engkau akan hidup
mewah, mulia dan terhormat di sana. Apa lagi
kalau kelak diangkat menjadi selir Coa Tai-jin, ada
kemungkinan untuk menjadi nyonya besar!" Cia
Ma mencoba membujuk, akan tetapi bujukan ini
salah alamat. Bukannya tertarik oleh bujukan itu,
Cin Cin menjadi makin marah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, Cia Ma! Aku tidak sudi menjadi budak
belian, biar di rumah istana kaisar sekalipun. Biar
aku pergi saja dari sini kalau engkau tidak mau
menerlmaku lagi!" Diam-diam Cin Cin nyesal
mengapa tidak dari kemarin melarikan diri.
Disangkanya, belum waktunya untuk melarikan
diri, karena bukankah Sui Su pernah memesan
kepadanya agar ia berhati-hati dan jangan tlnggal
di situ setelah berusia tlgabelas tahun? Kini
usianya baru delapan tahun dan ia sudah akan
dijual! Ia tahu bahwa dirinya akan dijual kepada
pembesar kurus kering yang semalam menonton.
Ia menari dengan mata melotot dan mulut
menyeringai.
-ooo0dw0ooo-
Jilid 7
"Cin Cin. jangan membikin aku marah. Engkau
memang anak yang tidak mengenal budi. Selama
tiga tahun aku memperlakukan engkau seperti
anak sendiri. Entah berapa banyaknya biaya yang
kukeluarkan untuk keperluanmu. Dan sekarang,
sebagai ibu yang baik, aku telah mencarikan
tempat yang terhormat dan baik untukmu. Bahkan
ibu kandungmu sendiri belum tentu akan mampu
mencarikan tempat yang demikian mulia untukmu.
Dan engkau berani menolak?"
“Terserah pendapatmu, Cia Ma. Pendeknya, aku
tidak mau diserahkan kepada pembesar itu atau
kepada siapapun. Kalau engkau sudah tidak mau
aku tinggal di sini, biarlah aku pergi mencari
ibuku." Cin Cin bersikeras.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cia Ma kini tidak berpura-pura lagi, tidak
bersikap manis dan lembut seperti biasa. Ia marahmarah
dan percecokan itu segera terdengar oleh
Coa Tai-Jin yang segera memerintahkan
pengawalnya untuk bersiap-siap meninggalkan
tempat pelesir itu. Dia merasa malu kalau selagi
dia berada di situ terjadi percekcokan.
Pengawalnya segera mendatangi Cia Ma,
menegurnya karena keributan itu.
"Tidak perlu ribut-ribut. Besok harus
kauantarkan anak perempuan itu ke Lok-yang, ke
gedung Coa Tai-Jin. Beliau tidak ingin mendengar
ribut-ribut. Awas, kalau sampai gagal, engkau
akan dihukum berat!"
Menggigil tubuh Cia Ma mendengar ancaman itu
dan iapun mengangguk-angguk seperti ayam
makan jagung. Rombongan pembesar itu segera
meninggalkan rumah pelesir Ang-hwa dan setelah
rombongan pergi, Cia Ma mengeluarkan semua
rasa hatinya yang panas dan penuh kemarahan
terhadap Cin Cin. Ia mengurung gadis cilik itu di
dalam kamarnya dan menyuruh tukang-tukang
pukulnya untuk menjaga agar anak itu jangan
sampai melarikan diri. Kemudian, ia membuat
persiapan, menyewa sebuah kereta dan
mempersiapkan pasukan pengawal yang terdiri
dari sepuluh orang, dengan Hek-gu (Kerbau Hitam)
dan Pek-gu (Kerbau Putih) sebagai pemimpin.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Hek-gu
dan Pek-gu memaksa Cin Cin yang sudah
didandani sebagai seorang puteri naik ke dalam
kereta. Anak itu meronta dan melawan, akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang tukang pukul itu meringkusnya dan
memondongnya ke dalam kereta.
Karena khawatir anak itu memberontak terus,
Hek-gu lalu tinggal di dalam kereta, sedangkan
Pek-gu yang memimpin pasukan terdiri dari
sepuluh orang tukang pukul itu. Kereta lalu
dijalankan, meninggalkan Cia Ma yang sambil
senyum-senyum menghitung lagi uang yang ia
terima dari Coa Tai-Jin.
-ooo0dw0ooo-
"Lepaskan aku! Aku tidak sudi diberikan
pembesar itu!" Cin Cin mencoba untuk meloncat
keluar dari dalam kereta, akan tetapi Hek-gu
menangkap kedua lengannya. Anak itu merontaronta,
akan tetapi apa dayanya seorang anak
perempuan berusia delapan tahun menghadapi
seorang tukang pukul yang kuat seperti Hek-gu.
Kedua lengan itu dipegang oleh tangan kiri dan
tidak mampu meronta lagi, apa lagi melepaskan
diri.
"Heran, setelah terdidik selama tiga tahun
engkau kelihatan seperti seorang gadis cilik yang
lemah lembut dan pandai menari, ternyata pada
dasarnya masih liar," kata Hek-gu dan karena
tidak ingin selama dalam perjalanan harus
menjaga anak itu dan meringkusnya terus
menerus, dia lalu mengeluarkan sabuk sutera dan
mengikat kedua lengan anak itu dengan sabuk
sutera.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nah, engkau tidak akan dapat meronta lagi
sekarang," katanya setelah mengikat pula kedua
kaki Cin Cin dan mendorong anak itu terduduk di
sudut bangku kereta. Dia sendiri lalu melendut di
sudut lain, merasa aman karena gadis cilik itu kini
tidak dapat membuat ulah lagi. Nanti kalau sudah
dekat kota raja, dia harus melepaskan ikatan
kakai-tangan Cin Cin. Tentu saja tidak berani dia
menghadapkan gadis cilik itu dengan kaki tangan
terbelenggu kepada Coa Tai-Jin.
Setelah tiba di tepi selatan Sungai Huang-ho,
perjalanan dilanjutkan dengan penyeberangan
sungai itu, menggunakan perahu besar. Cin Cin
masih dibelenggu dan belenggu kedua tangannya
baru dilepas kalau ia dipersilakan untuk makan
dan minum. Akan tetapi, anak itu selalu menolak,
tidak mau makan atau minum walaupun kini ia
diam saja, tidak memberontak lagi. Anak ini
maklum bahwa memberontak tidak ada artinya.
Ia harus mencari jalan untuk melarikan diri,
mencari lowongan kesempatan setiap saat.
Di seberang utara, orang-orang yang disuruh
oleh Cia Ma telah siap dengan sebuah kereta lain
yang akan membawa Cin Cin dan pengawalnya ke
kota raja. Ketika malam tiba, rombongan itu
bermalam di sebuah rumah penginapan di kota
kecil seperti direncanakan. Pada keesokan harinya,
pagi-pagi sekali mereka berangkat lagi. Perjalanan
itu cukup jauh, memakan waktu tiga hari tiga
malam.
Pada hari ke tiga, kereta berjalan cepat
memasuki sebuah hutan di lereng bukit. Cin Cin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak tertidur di sudut bangku kereta. Kaki
tangannya tetap terbelenggu. Hek-gu kini diganti
oleh Pek-gu yang duduk di kereta, sedangkan Hekgu
menunggang kuda seperti pengawal lainnya.
Pek-gu yang merasa amat lelah, setelah kini
mendapat kesempatan duduk di dalam kereta,
apalagi melihat Cin Cin yang dijaganya nampak
pulas, diapun merasa mengantuk sekali dan
melenggut di sudut bangku yang lain. Dia sama
sekali tidak tahu betapa bulu mata anak
perempuan itu mulai bergerak-gerak dan sepasang
mata yang bening itu mengintai dari balik pelupuk
mata yang direnggangkan!
Karena Cin Cin tidak lagi memperlihatkan sikap
memberontak, dan nampak lelah sekali karena
selama tiga hari ia hanya makan dua tiga kali saja,
maka baik Hek-gu maupun Pek-gu menjadi lengah.
Mereka menganggap bahwa kini gadis cilik itu
telah menyerah dan menerima nasib. Pula apa
yang dapat dilakukan anak itu? Melarikan diri jelas
tidak mungkin!
Karena kelengahan ini, maka ikatan kedua kaki
dan tangannya tidak sekuat dulu. Dengan tekun
dan sabar, Cin Cin berusaha membuka ikatan
kedua kakinya dengan cara membungkuk dan
menggunakan kedua tangannya. Ia berhasil.
Ikatannya terlepas. Untuk melepaskan ikatan
kedua pergelangan tangan, tidak mungkin karena
jari-jarinya tidak dapat mencapai simpul di
pergelangan tangannya.
Yang penting kedua kakiku bebas, pikir anak
itu. Ia harus melarikan diri sebelum kereta tiba di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat ramai. Apa lagi setelah memasuki kotaraja,
tidak mungkin sama sekali melarikan diri.
Sekaranglah saatnya, pikirnya.
Kereta berada di jalan sunyi di tengah hutan dan
kedua kakinya sudah bebas. Ia melihat betapa Pekgu
tidur nyenyak, terbukti dari dengkurnya.
Cin Cin mengintai dari balik tirai kereta. Hek-gu
bersama empat orang pengawal menunggang kuda
berada di depan kereta, sedangkan empat orang
penjaga lain menunggang kuda di belakang kereta.
Kereta itu sendiri ditarik oleh dua ekor kuda,
dikendalikan oleh seorang kusir. Sekaranglah
saatnya, pikir anak itu. Sekarang atau terlambat!
Ia menanti sampai kereta itu melambat karena
harus mendaki sebuah jalan tanjakan di antara
semak belukar dan pohon-pohon cemara. Dengan
cekatan Cin Cin lalu meloncat keluar dari kereta,
dan karena kereta itu sedang berjalan lambat, ia
dapat meloncat dengan mudah di sebelah kiri
kereta. Sebagai seorang anak yang dahulu pernah
mempelajari dasar ilmu silat, loncatan itu tidak
membuat Cin Cin terjatuh. Ia dapat mengatur
keseimbangan tubuhnya, dan begitu kedua
kakinya menyentuh tanah, ia lalu lari menyusup
ke balik semak belukar!
"Heii! Anak itu lari.! Kejar.....!" teriak para
pengawal yang berada di bekang kereta.
Teriakan itu mengejutkan Hek-gu yang berada di
depan kereta. Pek-gu yang tadinya tertidur, kini
terbangun dan kagetlah dia ketika tidak melihat
anak perempuan itu di depannya. Diapun meloncat
keluar dan bersama para pengawal, diapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan pengejaran. Karena anak itu
mengambil jalan di antara semak dan pohon,
sepuluh orang pengawal itupun berloncatan turun
dari atas kuda mereka dan melakukan pengejaran
sambil berteriak-teriak.
Mereka tentu saja memandang rendah kepada
anak perempuan itu, dan menganggap hal itu
seperti main-main saja. Mereka mengejar sambil
berteriak dan tertawa-tawa, seperti sekawanan
anjing serigala mengejar seekor domba!
Memang amat sukar bagi Cin Cia untuk dapat
meloloskan diri dari kejaran sepuluh orang tukang
pukul itu. Dalam keadaan biasa sekalipun, ia pasti
akan dapat tersusul dan ditangkap kembali.
Apa lagi kini ia lari dengan kedua tangan masih
terikat di depan tubuh sehingga hal ini tentu saja
mengurangi kecepatan larinya, karena gerakannya
menjadi canggung. Beberapa kali ia terjerembab,
akan tetapi dengan nekat anak perempuan ini
bangkit lagi dan lari sekuat tenaga.
Belum ada setengah mil Cin Cin melarikan diri,
Pek-gu yang marah sekali karena anak perempuan
itu melarikan diri ketika dia menjaganya di dalam
kereta, telah dapat menangkap pundaknya dari
belakang. Cin Cin membalik dan memukulkan
tangannya ke arah orang yang menangkapnya.
Akan tetapi, sekali menggerakkan tangan, Pek-gu
telah menangkap pergelangan kedua tangan itu.
"Anak setan, kalau tidak ingat pesan Cia Ma,
engkau sudah kupukul!" bentak Pek-gu marah dan
diapun memanggul tubuh Cin Cin di atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pundaknya, pengawal lain mentertawakan Pek-gu,
akan tetapi Hek-gu menegur kawannya.
"Apa kau ingin kehilangan kepalamu. Menjaga
sampai tidak tahu anak itu lari."
"Kujamin sekarang ia tidak akan dapat lari lagi
dariku, sampai kita tiba di kota raja." kata Pek-gu
mendongkol bukan main kepada Cin Cin.
"Lepaskan aku! Kalian anjing-anjing busuk.
Lepaskan aku atau bunuh saja aku.!" Cin Cin
berteriak-teriak, akan tetapi ia tidak dapat meronta
lagi, kecuali menggeliat-geliat di atas pondongan
pundak Pek-gu.
Sepuluh orang itu sambil tertawa-tawa berjalan
kembali ke arah jalan di mana kereta itu masih
menunggu. Tiba-tiba terdengar suara merdu tanpa
kelihatan orangnya, suara seorang wanita.
"Anjing-anjing busuk, apakah kalian tuli? Ia
minta dilepaskan, apakah kalian tidak
mendengarnya?"
Sepuluh orang itu tentu saja terkejut dan juga
heran. Mereka memandang ke kanan kiri dan tidak
melihat seorangpun. Di antara mereka sudah
menjadi takut dan merasa seram karena
menyangka bahwa yang bicara itu tentu setan
penunggu hutan!
Akan tetapi, Hek-gu dan Pek-gu adalah dua
orang jagoan yang tidak mengenal takut. Mereka
sudah mencabut golok masing-masing dan Hek-gu
membentak, "Siapakah yang bicara tadi? Keluar
perlihatkan dirimu kalau engkau memang manusia
dan bukan setan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara ketawa lirih yang
merdu dan nampak berkelebat bayangan putih dan
tahu-tahu di situ telah berdiri seorang wanita yang
cantik dan bertubuh ramping. Sukar menaksir usia
wanita ini, nampaknya tidak lebih dari tigapuluh
tahun. Rambutnya digelung seperti rambut puteri
bangsawan. Pakaiannya dari sutera putih yang
halus dan bersih. Sebatang pedang tergantung di
punggung, dan pinggang yang ramping itu dililit
sehelai cambuk hitam yang seperti ular. Ia
tersenyum lebar, nampak deretan giginya berkilat
putih, namun sepasang matanya mencorong dan
mengandung keganasan yang mengerikan!
"Anak perempuan yang berani, mengapa engkau
menjadi tawanan anjing-anjing busuk ini?"
terdengar ia bertanya kepada Cin Cin dan semua
pengawal itu mengenal suaranya yang tadi
terdengar sebelum orangnya nampak.
Biarpun ia dipondong dengan muka di punggung
Pek-gu, Cin Cin dapat memutar leher dan melihat
wanita cantik itu. Sekali pandang saja ia dapat
menduga bahwa wanita cantik itu tentulah seorang
yang lihai, seperti ibu Thian Ki, Sim Lan Ci. Maka,
timbullah harapan baginya untuk dapat tertolong
dari tangan para tukang pukul ini.
"Bibi yang baik, kau tolonglah aku. Aku akan
dijual kepada seorang pembesar di kota raja oleh
anjing-anjing buduk ini!"
Wanita cantik itu bukanlah sembarang wanita.
Kalau saja Hek-gu dan Pek-gu tahu dengan siapa
mereka berhadapan tentu mereka akan lari
tunggang-langgang. Nama wanita itu, yaitu nama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
julukannya, sudah tersohor di seluruh daerah
timur, bahkan sampai ke kota raja. Akan tetapi,
wanita ini memang jarang muncul di dunia ramai,
tidak mau sembarangan memperkenalkan diri.
Padahal ia merupakan seorang datuk sesat yang
memiliki kepandaian yang tinggi. Biarpun
nampaknya baru berusia tigapuluhan tahun,
namun sesungguhnya usianya sudah limapuluh
tahun. Ia terkenal dengan julukan Tung-hai Mo-li
(Iblis betina Laut Timur), dan namanya adalah
Bhok Sui Lan. Namanya demikian tersohor di
bagian timur, sehingga semua orang kangouw
mengenal nama itu dan takut kepadanya. Oleh
karena itu, ia hidup bagaikan seorang ratu di
antara para tokoh kangouw, dan dari dunia sesat
ia menerima sumbangan dan hadiah yang
membuat hidupnya kecukupan sebagai orang
wanita yang kaya raya.
Mendengar ucapan Cin Cin, Tung-hai Mo-li
mengerutkan alisnya, "Hei, anjing muka putih,
engkau sudah mendengar ucapan anak itu?
Lepaskan ia sekarang juga!"
"Bibi yang gagah, orang ini bukan anjing muka
putih, melainkan Pek-gu (Kerbau Putih)." kata Cin
Cin yang timbul keberaniannya.
"Hemm, dia lebih pantas menjadi anjing
daripada kerbau," kata pula wanita cantik itu.
Tentu saja Pek-gu marah sekali mendengar
ejekan-ejekan itu. Akan tetapi karena yang
mengejek dan memakinya adalah seorang wanita
cantik, sejak tadi ia bengong dan terkagum kagum.
Kini ia melangkah maju dan berkata, "HaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ha,manis. Lebih baik engkau menjadi isteriku,
daripada engkau mencampuri urusan kami.
Sayang kalau kulitmu yang putih mulus itu sampai
terluka oleh golokku."
Sepasang mata itu mencorong. "Engkau..
bangkai anjing!" bentaknya dan tiba-tiba tubuhnya
berkelebat ke depan.
Melihat wanita itu menyerang dengan tangan
kosong, Pek-gu memandang rendah. Akan tetapi
karena dia tidak ingin Cin Cin dirampas orang, hal
yang akan membuat dia dua kali kehilangan anak
yang dijaganya, dia mengelebatkan goloknya untuk
membabat tangan wanita berpakaian putih itu,
tentu saja hanya dengan gerakan ancaman.
Akan tetapi, tiba-tiba saja tangan yang
menggerakkan golok itu terasa lumpuh, disambar
jari tangan wanita itu dan di lain saat, entah secara
bagaimana dia tidak tahu, karena gerakan wanita
itu terlalu cepat baginya, tubuh Cin Cin sudah
terlepas dari atas pundaknya dan anak perempuan
itu tahu-tahu telah berdiri di samping wanita baju
putih itu!
Kini Pek-gu marah sekali. Dia tidak perdull akan
kecantikan wanita baju putih itu. Diputarnya
goloknya di kepala dan diapun berteriak,
"Kernbalikan anak itu kepadaku!"
"Bangkai anjing!" Mo-1i (I blis betina) berseru
lembut dan ia bergerak maju memapak Pek-gu
yang menyerang dengan bacokan golok. Tangan
yang kecil halus itu diangkat menyambut golok
dengan begitu saja ia menangkap golok yang
nyambar kepalanya. Golok itu berhenti seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersedot dan sebelum Pek-gu tahu apa yang terjadi,
tangan kiri Mo-li sudah menampar dadanya.
"Plakk!" Tamparan itu kelihatannya tidak keras,
akan tetapi akibatnya hebat karena tubuh Pek-gu
terjengkang dan ia berkelojotan sebentar lalu
terdiam. Tewas dan baju di dadanya seperti
terbakar dan nampak bekas telapak tangan di
sana!
Tentu saja Hek-gu terkejut dan marah sekali,
demikian pula kawan-kawannya. Sembilan orang
itu, dengan senjata masing-masing, sudah maju
mengeroyok Mo-li. Bagaikan seekor kupu-kupu
menari-nari di antara bunga-bunga di taman,
tubuh yang berpakaian putih itu berloncatan atau
seperti beterbangan dan berturut-turut sembilan
orang tukang pukul itu roboh tanpa mengeluarkan
suara dan mereka tidak dapat bangun kembali
karena setiap kali terkena pukulan, mereka roboh
dan tewas!
Semua itu terjadi dalam waktu yang amat
singkat sehingga Cin Cin memandang dengan
bengong. Kemudian, anak yang cerdik itu merasa
yakin bahwa wanita berpakaian putih itu adalah
seorang yang sakti, jauh lebih lihai dibandingkan
bibi Sim Lan Ci yang pernah ia kagumi.
Ia cepat menghampiri wanita itu dan
menjatuhkan diri berlutut di depan dua kaki
wanita itu. "Bibi, selain menghaturkan terima
kasih atas pertolonganmu, aku juga mohon sudilah
bibi menerimaku sebagai murid bibi." Tanpa
menanti jawaban, langsung saja Cin Cin memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hormat sambil berlutut sebagaimana layaknya
seorang murid memberi hormat kepada gurunya.
"Hemm. kenapa sebelum kuterima kau sebagai
murid, engkau sudah menghormatiku sebagai
gurumu?"
"Karena aku yakin subo ( ibu guru pasti akan
menerimaku sebagai murid ).!" Mo-li mengerutkan
alisnya. "Eh, bagaimana engkau bisa yakin?"
"Subo telah bersusah payah menyelamatkan aku
dari tangan anjing-anjing ini. Apa artinya
pertolongan itu kalau subo tidak menerimaku
sebagai murid. Semua jerih payah subo tadi akan
sia-sia belaka. Karena itu, aku yakin bahwa subo
tentu menolongku untuk menerimaku sebagai
murid."
Sepasang mata yang jeli itu terbelalak, kemudian
wajah cantik itu membayangkan senyum gembira.
Tung-hai Mo-li adalah seorang wanita aneh,
seorang datuk sesat. Maka, melihat watak anak
perempuan yang tabah, lincah, pandai bicara dan
ugal-ugalan ini, timbul rasa suka di hatinya. Ia
memang tidak pernah mau menerima murid, dan
begitu bertemu dengan Cin Cin, melihat betapa
anak perempuan yang tidak berdaya itu berani
memaki-maki segerombolan pengawal yang kasar
dan jahat, hatinya tertarik dan ia merasa suka
sekali.
Dan ucapan anak itu memang benar. Kalau
tidak tertarik dan tidak suka kepada anak itu,
untuk apa ia turun tangan menbunuh sepuluh
orang pengawal tadi? Biasanya, ia tidak suka
mencampuri urusan orang dan tidak perduli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apakah ada kejahatan terjadi di depan hidungnya
atau tidak, selama peristiwa itu tidak menyangkut
dirinya!
"Siapakah engkau? Dan kenapa engkau menjadi
tawanan mereka ini? Ceritakan semua, singkat
saja. Aku ingin mengetahui riwayatmu."
"Namaku Kam Cin, biasa disebut Cin Cin,
usiaku sekarang delapan tahun. Tiga tahun yang
lalu ayahku dibunuh penjahat, ibuku diculik
penjahat, seluruh keluargaku dibasmi gerombolan
penjahat. Seorang sute dari ayahku mendapat
tugas untuk membawa aku pergi mengungsi, akan
tetapi di kota Ji-goan, paman yang culas itu
menjual aku kepada Cia Ma, pemilik rumah pelesir
Ang-hwa. Di sana aku dipelihara dan dididik
selama tiga tahun dan hari ini aku oleh Cia Ma
dijual kepada seorang pembesar Coa di kota raja.
Sepuluh orang ini mengawalku ke rumah pembesar
itu dan di tempat ini, aku melihat kesempatan
untuk melarikan diri."
Mo-li mendengarkan dengan kagum dan ia
melihat sabuk sutera yang masih mengikat kedua
tangan gadis kecil itu. "Kenapa baru sekarang
engkau melarikan diri dan sampai tiga tahun
tinggal rumah kotor itu?" tanyanya ragu.
"Begini, bibi, eh. subo. Ketika aku oleh paman
jahanam itu dijual kepada Cia Ma, aku sudah
memberontak dan melawan, bahkan aku sempat
melarikan diri. Akan tetapi aku tertangkap kembali
dan aku lalu menggunakan siasat untuk menurut
dan tidak memberontak. Dengan demikian. selain
mendapatkan perlakukan wajar, aku diajar pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membaca, menulis dan lain kesenian, dan aku
memperoleh kebebasan. Aku selalu mencari
kesempatan baik. Siapa kira, nenek gendut itu
menjualku kepada pembesar itu. Maka, dalam
perjalanan aku nekat mencoba untuk melarikan
diri."
Mo-li mengangguk-angguk. Ia suka kepada anak
ini, tertarik melihat sikapnya, akan tetapi ia tidak
tertarik mendengar riwayatnya, tidak ingin tahu
siapa keluarga anak ini yang katanya dibasmi
orang jahat. "Baiklah, kalau engkau mau belajar
dengan rajin, aku mau mengajarkan ilmuku
kepadamu. Akan tetapi sekali saja engkau
mengecewakan hatiku atau bermalas-malasan,
engkau akan kubunuh!"
Diam-diam bergidik juga hati Cin Cin mendengar
ancaman ini, dan ia yang menjadi puteri ketua
perkumpulan orang gagah Hek-houw-pang dan
banyak mendengar tentang orang-orang kangouw
yang aneh, dapat menduga bahwa wanita cantik ini
tentu seorang tokoh sesat.
"Baik, subo. Aku akan selalu mentaati perintah
subo."
"Nah. majulah ke sini!" kata Mo-li dan begitu Cin
Cin melangkah maju, tangannya bergerak.
Cin Cin hanya merasa ada renggutan pada tali
yang mengikat kedua tnngannya dan tali sabuk
sutera itupun putus! Ia semakin kagum. Gurunya
itu tidak kelihatan menyentuh sabuk sutera itu,
akan tetapi sabuk itu putus.
"Mari kita pergi!" kata pula Mo-li dengan singkat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, subo."
"Ehh?" Mo-li memandang dengan alis berkerut,
matanya mencorong. Kembali Cin Cin merasa
ngeri. Ia harus berhati-hati menghadapi gurunya
ini. Salah-salah sekali tangan gurunya bergerak,
belum ia tahu apa yang terjadi, ia sudah
menggeletak dan tewas seperti sepuluh orang itu!
"Subo, di sana masih ada kusir kereta. Apakah
dia dibiarkan saja menjadi saksi semua ini?" Ia
menuding ke arah jalan di mana nampak sebuah
kereta. Pada saat itu, terdengar suara dari kereta
itu.
"Heiii! Kenapa lama amat menangkap anak itu?
Kalian cepat kembali ke sini agar dapat
melanjutkan perjalanan!" Itulah suara kusir kereta.
"Mari kita ke sana!" kata Mo-li sambil berlari ke
arah jalan itu, diikuti oleh Cin Cin.
Kusir kereta memandang heran ketika melihat
anak perempuan itu datang bersama seorang
wanita cantik dan tidak nampak seorangpun di
antara pengawal yang melakukan pengejaran tadi.
Ketika Mo-li tiba di depannya, kusir itu
memandang heran dan kagum. "Siapa engkau?
Mana mereka dan apa yang terjadi ?"
Baru saja dia menutup mulutnya, dia
terpelanting roboh dari atas kereta, terjungkal dan
tewas seketika.
Dengan tenang Mo-li berpaling kepada Cin Cin.
"Apakah masih ada lagi di antara mereka?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Cin menelan ludah. Kalau sepuluh orang
tadi roboh dibunuh, ia tidak merasa ngeri bahkan
bersyukur karena mereka merupakan ancaman
baginya. Akan tetapi selama dalam perjalanan
kusir kereta itu tidak pernah bersikap galak dan
tingkah lakunya tidak seperti sepuluh orang
tukang pukul itu. Melihat dia dibunuh seperti itu
oleh gurunya, mau tidak mau ia merasa ngeri juga.
Gurunya ini mengingatkan ia akan para penjahat
yang mengamuk di Hek-houw-pang. Sekejam
mereka, kalau tidak lebih kejam lagi malah. Akan
tetapi ia perlu mempelajari ilmu silat tinggi. Kelak
ia harus mencari para pembunuh ayahnya, dan
mencari penjahat yang menculik ibunya. Tanpa
ilmu yang tinggi, ia hanya akan menjadi beban
penghinaan orang lain. Ia kelak juga harus mencari
Lai Kun, untuk menghukumnya.
Mo-li memilih dua ekor kuda terbaik di antara
kuda-kuda yang berada di situ, kemudian
mengajak muridnya naik kuda dan pergi dari situ.
Ia sama sekali tidak bicara, dan Cin Cin juga tidak
bertanya apa-apa, hanya mengikuti gurunya.
-ooo0dw0ooo-
The Siong Ki baru berusia enam tahun, akan
tetapi dia seorang anak yang cerdik dan pemberani.
Dalam usia sekecil itu, dia telah kehilangan ayah
ibunya. Bahkan dalam keadaan putus asa
ditinggalkan orang tuanya, harapannya timbul
ketika dia bertemu Poa Liu Hwa, istri pangcu
(ketua) Hek-houw pang dan dia diangkat murid
oleh Poa Liu Hwa. Akan tetapi, harapan itu hancur
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kembali ketika dia melihat betapa subo (ibu guru)
itu bukan seorang wanita yang memiliki
kepandaian tinggi. Bahkan menghadapi musuhnya
menjadi tidak berdaya, dan hal ini mengecewakan
hatinya. Apa lagi ketika muncul laki-laki tinggi
besar bernama Lie Koan Tek itu, yang menurut
keterangan dari pria muda tampan yang
menyerang subonya, adalah pembunuh ayahnya,
dia diam-diam segera meninggalkan tempat
subonya berkelahi. Dia harus pergi, mencari guru
yang lebih tangguh dan dia tahu ke mana harus
mencari guru yang sakti. Dia teringat akan
pendekar sakti Si Han Beng yang berjuluk Huangho
Sin-liong (Naga Sakti Sungai Kuning), yang
bertempat tinggal di dusun Hong-cun di lembah
Huang-ho. Dia tahu bahwa Kam Cin atau Cin Cin,
puteri subonya itu sendiri diantar oleh paman
gurunya, Lai Kun untuk mengungsi ke Hong-cun
dan menjadi murid pendekar sakti itu. Dia akan
menyusul ke sana dan dia akan mohon agar
diterima menjadi murid, bersama Cin Cin!
Untuk menjamin keselamatannya dalam
perjalanan, Siong Ki sengaja membiarkan
pakaiannya compang-camping seperti seorang
anak jembel. Dengan demikian tidak ada orang
yang suka mendekatinya apa lagi mengganggunya.
Gangguan orang lain selalu hanya karena yang
diganggu memiliki kelebihan, yaitu keindahan
pakaian dan uang, ketampanan atau kecantikan
wajah, kepandaian dan sebagainya yang
menimbulkan iri hati dalam hati orang lain. Siapa
yang akan mengganggu seorang anak jembel yang
kotor, miskin, bodoh dan papa? Padahal, Siong Ki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyimpan perak cukup banyak, bahkan sedikit
emas, untuk bekal.
Dengan cara menghemat, juga tidak sampai
ketahuan orang lain kalau dia membelanjakannya,
dia dapat melakukan perjalan yang amat jauh itu
dengan selamat. Beberapa bulan kemudian, tibalah
ia di lembah Huang-ho dan dengan bertanya-tanya,
akhirnya dapat juga ia memperoleh keterangan di
mana adanya dusun Hong-cun, tempat tinggal
pendekar sakti Si Han Beng itu. Tentu saja ia
cukup cerdik untuk tidak menyebut-nyebut nama
pendekar itu, karena hal ini akan menimbulkan
kecurigaan dan menarik perhatian orang. Tentu
mengherankan kalau seorang anak pengemis
bertanya-tanya tentang seorang pendekar sakti
seperti Huang-ho Sin-liong Si Han Beng itu!
Akhirnya, setelah melakukan perjalanan yang
amat jauh dan lama karena dia mencari-cari dan
bertanya-tanya sepanjang jalan, pada siang hari itu
Siong Ki berhasil tiba di pekarangan depan rumah
pendekar sakti Si Han Beng.
Tentu saja setelah tiba di dusun Hong-cun, amat
mudah bagi Siong Ki mencari rumah besar itu.
Semua orang mengenal keluarga Si ini. Si Han
Beng adalah seorang pendekar sakti, walaupun dia
dan keluarganya hidup sederhana sebagai petani di
dusun itu. Melihat keadaan keluarganya yang
hidup sederhana, tentu tidak ada orang yang
menyangka bahwa dia adalah Naga Sakti Sungai
Huang-ho yang namanya pernah menggemparkan
dunia kangouw, terutama di sepanjang sungai
besar itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Si Han Beng masih muda, baru dua puluh tujuh
tahun usianya, namun dia sudah membuat nama
besar dengan sepak terjangnya yang gagah
perkasa. Tubuhnya tinggi besar dan gagah,
wajahnya tampan dan sikapnya pendiam.
Pakaiannya sederhana seperti petani biasa.
Satu-satunya yang menunjukkan bahwa dia
seorang pendekar sakti barangkali adalah
matanya. Mata itu mencorong seperti mata seekor
seekor naga! Dia telah mewarisi ilmu-ilmu dari Si
Rajawali Sakti Liu Bhok Ki, dari Raja Pengemis Sinciang
Kai-ong, dan terakhir sekali dari pertapa
sakti Pek I Tojin. Tidak mengherankan kalau Si
Han Beng memiliki ilmu kepandaian yang bebat.
Isterinya juga seorang pendekar wanita yang
tingkat kepandaiannya hampir menandingi
suaminya. Isterinya bernama Bu Giok Cu, baru
berusia duapuluh lima tahun. Wanita ini cantik
jelita, lincah jenaka dan cerdik. Ia pernah mewarisi
ilmu-ilmu yang dahsyat dan ganas dari Ban-tok
Mo-li (Iblis Betina Selaksa Racun), kemudian
digembleng oleh Hek Bin Hwesio, seorang pendeta
Siauw-Lim-pai yang suka mengembara dan yang
memiliki ilmu kepandaian hebat.
Tiga tahun mereka menikah dan mereka
mempunyai seorang anak perempuan yang mereka
beri nama Si Hong Lan dengan panggilan seharihari
Lan Lan. Anak itu kini sudah dua tahun
usianya. Seorang anak yang sehat dan mungil.
Dengan jantung berdebar karena tegang, harapharap
cemas, Siong Ki berdiri di pekarangan
rumah keluarga Si.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia mengharapkan akan melihat Kam Cin di
situ. Kalau saja Cin Cin yang lebih dahulu keluar
dan melihatnya, tentu anak perempuan itu akan
mengenalnya. Karena mereka adalah kawan
bermain sejak kecil. Dan perjumpaan itu tentu
akan memudahkan dia untuk menghadap
pendekar sakti Si Han Beng, untuk mohon agar
diterima sebagai murid, seperti halnya Cin Cin.
Akan tetapi yang keluar adalah seorang laki-laki
setengah tua yang berpakaian seperti pelayan.
Melihat seorang anak laki-laki berpakaian jembel
berdiri di pekarangan, laki-laki itu menghampiri
dan menegurnya.
"Mau apa engkau berdiri di sini? Ayo cepat pergi,
anak malas!"
Siong Ki mengamati orang itu. Pasti bukan
pendekar sakti Si Han Beng pikirnya. Menurut
cerita yang didenngarnya, pendekar besar itu
belum ada tiga puluh tahun usianya, sedangkan
pria ini sedikitnya tentu empatpuluh tahun.Dan
teguran itu demikian kakunya, begitu bertemu,
tanpa alasan dia dimaki sebagai anak malas.
"Paman, aku bukan anak pemalas," ia
membantah.
Orang itu mendekat dan matanya memancarkan
kemarahan. "Apa? Engkau bukan anak pemalas?
Lihat pakaianmu. Engkau seorang pengemis,
bukan? Semua pengemis yang bertubuh sehat dan
tidak cacat adalah pemalas! Tidak mau bekerja.
Engkau tentu bukan anak dusun ini, karena di sini
tidak ada pengemis. Hayo cepat pergi, jangan
berdiri saja di pekarangan ini. Lebih baik engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera keluar dari dusun ini karena takkan ada
seorangpun suka memberi derma kepada seorang
pemalas!"
Wajah Siong Ki berubah kemerahan. Dia marah
sekali, akan tetapi dia masih dapat menahan
kesabarannya, karena tengingat bahwa dia telah
berada di pekarangan rumah pendekar yang dia
harapkan suka menerimanya sebagai murid.
"Paman, kuharap paman jangan menilai
seseorang dari pakaiannya. Aku melakukan
perjalanan jauh dan demi keamanan di dalam
perjalanan, aku sengaja mengenakan pakaian yang
butut agar disangka pengemis dan tidak diganggu
orang. Aku bukan pemalas, dan tidak pernah
minta-minta, paman. Kalau paman tidak percaya,
ini masih ada sisa bekalku untuk biaya
perjalananku." Dia mengeluarkan kantung kecil di
mana masih ada dua potong emas dan beberapa
potong perak. Ketika dia membuka kantong kecil
itu dan memperlihatkan isinya orang itu
tercengang, akan tetapi pandang matanya terhadap
Siong Ki berubah. Kini penuh perhatian dan
tertarik.
"Hemm, anak yang aneh, siapakah kau dan
mengapa pula engkau datang ke sini?"
"Panjang ceritanya, paman. Aku datang ke sini
untuk menghadap tai-hiap (Pendekar besar) Si Han
Beng. Kalau paman seorang di antara para
penghuni rumah ini, kuharap paman suka
memberitahukan kepada Si-taihiap bahwa aku
mohon menghadap."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, tidak begitu mudah untuk bertemu
dengan Si-taihiap, apalagi seorang anak kecil
seperti engkau. Katakan dulu siapa namamu, dan
dari mana engkau datang sehingga aku akan
mempertimbangkan apakah sudah pantas
kulaporkan kepadanya tentang kunjunganmu."
Kini tahulah Siong Ki bahwa orang ini adalah
seorang pelayan, atau setidaknya seorang
pembantu dari keluarga Si, maka giranglah hatinya
dan diapun bersikap lebih ramah dan sopan.
"Paman yang baik, terima kasih sebelumnya atas
kebaikanmu. Namaku adalah The Siong Ki. Harap
paman laporkan kepada Si Tai-hiap bahwa ayahku
adalah murid Hek-houw-pang, suheng dari ketua
Hek-houw-pang dan bahwa kedatanganku
membawa berita yang amat penting tentang Hekhouw-
pang. Kukira Si tai-hiap nanti sudi untuk
menerimaku menghadap, paman."
Pembantu itu mengangguk-angguk, "Aku pernah
mendengar tentang Hek-houw-pang. Baik, akan
kulaporkan kepada Taihiap. Kau tunggulah di sini,
Siong Ki."
"Terima kasih, paman."
Pembantu itu masuk ke dalam melalui pintu
samping dari mana tadi dia keluar dan Siong Ki
menanti dengan jantung berdebar tegang. Kalau
Cin Cin sudah berada di situ, tentu keluarga Si
sudah mendengar tentang malapetaka yang
menimpa Hek-houw-pang, dan namanya tentu
akan dikenal Cin Cin dan mereka tentu akan
menerimanya dengan baik. Andaikata Cin Cin
belum tiba di situ, hal yang tidak mungkin karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu anak perempuan yang diantar oleh susioknya
Lai Kun, tentu dapat melakukan perjalanan lebih
cepat darinya, maka dengan mendengar nama Hek
houw-pang, pendekar itu tentu akan tertarik pula
dan suka menerimanya.
Dugaan Siong Ki memang benar. Begitu Si Han
Beng dan isterinya, Bu Giok Cu, mendengar
laporan pembantu mereka bahwa di luar ada
seorang anak laki-laki berusia enam tujuh tahun
bernama The Siong Ki yang mengaku sebagai
murid keponakan ketua Hek-houw-pang, suami
isteri pendekar itu segera keluar menyambut. Bu
Giok Cu menggendong putrinya, Lan Lan yang
berusia dua tahun lebih.
Akan tetapi, suami isteri itu merasa heran ketika
melihat bahwa yang berada di luar hanya seorang
anak laki-laki yang melihat keadaan diri dan
pakaiannya, jelas seorang jembel atau pengemis
kotor!
Pembantu mereka tadi tidak atau belum
menceritakan keadaan anak itu.
Melihat munculnya seorang pria muda tinggi
besar dan gagah yang pakaiannya sederhana
seperti petani, bersama seorang wanita
menggendong anak perempuan berusia dua tahun,
dan wanita itu cantik dan bermata tajam, Siong Ki
tidak merasa ragu lagi. Tentu ini yang bernama
Si Han Beng dan berjuluk Naga Sakti Sungai
Huangho itu! Tanpa ragu lagi ia lalu menghampiri
dan menjatuhkan diri berlutut di depan suami
isteri itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya The Siong Ki menghaturkan hormat saya
kepada Tai-hiap Si Han Beng berdua, dan mohon
maaf kalau kedatangan saya ini mengganggu
taihiap."
Si Han Beng dan Bu Giok Cu saling pandang.
Sikap anak ini jelas menunjukkan bahwa dia
bukan seorang jembel biasa.
''Anak baik, kami tidak mengenalmu. Benarkah
engkau dari Hek-houw-pang? Kalau benar
demikian, mengapa engkau datang ke sini minta
berjumpa dengan kami?"
Siong Ki masih berlutut. "Taihiap ayah saya
bernama The Ci Kok dan dia adalah suheng dari
Hek-houw-pang Pangcu Kam Seng Hin. Hek-houwpang
tertimpa malapetaka, tentu taihiap berdua
sudah mendengar akan hal itu dari adik Cin Cin."
Suami isteri itu saling pandang, kemudian Bu
Giok Cu yang berkata, "Apa maksudmu, Siong Ki?
Siapa itu Cin Cin? Kami belum mendengar apa-apa
tentang Hek-houw-pang." Suaminya cepat
menambahkan. "Siong mari kita masuk ke dalam
dan kau ceritakan apa yang telah terjadi."
Bukan main girangnya hati Siong Ki. Seperti
telah digambarkannya, ternyata suami isteri
pendekar itu ramah. Dia mengikuti mereka masuk
ke dalam rumah yang cukup besar itu dan diamdiam
dia merasa heran mengapa tidak nampak Cin
Cin keluar menyambutnya. Apa lagi tadi isteri
pendekar itu mengatakan tidak mengenal Cin Cin.
Sungguh aneh! Ini berarti bahwa Cin Cin belum
tiba di tempat itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka memasuki ruangan dalam dan Giok Cu
menyuruh Siong Ki duduk lalu berkata, "Engkau
lapar dan ingin makan dulu sebelum bercerita?"
Suaminya mengangguk membenarkan karena
diapun merasa kasihan kepada anak yang
keadaannya seperti seorang anak jembel itu.
Wajah Siong Ki berubah merah dan diam-diam
dia merasa mendongkol juga. Akan tetapi dia dapat
memaklumi. Suami isteri ini tentu menganggap dia
telah menjadi pengemis yang terlantar dan
kelaparan.
"Terima kasih, tadi saya sudah membeli sarapan
pagi sebelum berkunjung ke sini." Mendengar ini,
suami isteri itu kembali saling pandang. Seorang
anak jembel membeli sarapan pagi? Ganjil sekali.!
"Hemm, engkau mempunyai uang untuk
membeli sarapan?" tanya Han Beng yang merasa
heran.
Dengan tenang Siong Ki mengeluarkan lagi
kantung kain dan membuka kantung itu
memperlihatkan isinya. Suami isteri itu terbelalak.
Emas dan perak dalam kantung itu memang cukup
untuk membeli makanan selama berbulan-bulan.!
"Hemm, engkau mempunyai uang akan tetapi
mengenakan pakaian jembel? Siong Ki, apa artinya
ini dan mengapa pula engkau meninggalkan Hekhouw-
pang dan melakukan perjalanan jauh sampai
ke sini?"
"Taihiap, sebelum saya menjawab, harap beri
tahukan lebih dulu kepada saya, apakah adik Kam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin, puteri susiok, yaitu ketua Hek-houw-pang,
belum tiba di sini?"
Suami isteri itu menggeleng kepala, Si Han Beng
memang tidak mempunyai hubungan dengan Hekhouw-
pang, akan tetapi karena dia merupakan
adik angkat dari Coa Siang Lee, dan Siang Lee
adalah keturunan keluarga Coa yang menjadi
pimpinan Hek-houw-pang, maka dia mengenal
Hek-houw-pang.
"Tidak ada dari Hek-houw-pang yang datang ke
sini sebelum engkau. Siong Ki duduklah yang baik
dan ceritakan segala apa yang terjadi di Hek-houwpang.
Kaubilang tadi Hek-houw-pang tertimpa
malapetaka?"
Slong Ki lalu menceritakan semua peristiwa yang
terjadi, betapa Hek-houw-pang diserbu gerombolan
pemberontak, anak buah pemberontak Cian Bu
Ong, karena Hek-houw-pang membantu
pemerintahan kerajaan baru untuk mengamankan
daerah.
"Dalam penyerbuan yang dilakukan oleh
penjahat-penjahat yang berkepandaian tinggi itu,
hampir semua anggota Hek-houw-pang terbasmi
dan tewas. Pangcu Kam Seng Hin sendiri tewas.
Juga ayah saya, The Ci Kok, suheng dari pangcu,
tewas oleh gerombolan sehingga saya menjadi
yatim-piatu karena ibu sudah meninggal beberapa
tahun yang lalu. Di antara puluhan orang anggota
Hek-houw-pang yang tewas, juga terdapat susiok
(paman guru) Coa Siang Lee yang kebetulan datang
bertamu bersama isteri dan puteranya....."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ahhh.....!!" Si Han Beng berseru kaget bukan
main mendengar bahwa kakak angkatnya juga
tewas dalam pertempuran ketika Hek-houw-pang
diserbu para pemberontak. "Kanda Coa Siang Lee
tewas......? Bagaimana dengan isterinya, enci Sim
Lan Ci dan putera mereka. Coa Thian Ki?"
"Menurut keterangan yang melihatnya, ibu dan
anak itu diculik dan dilarikan penjahat."
"Ahhhh........!" Si Han Beng semakin terkejut dan
juga khawatir mendengar ini. "Dan bagaimana
dengan kakek Coa Song.......?"
"Kakek meninggal dunia karena duka dan sakit
setelah terjadi peristiwa yang mendatangkan
malapetaka bagi Hek-houw-pang itu. Sebelum
meninggal, kakek Coa Song berpesan agar
cucunya, yaitu adik Kam Cin yang selamat dari
pembasmian itu, diantar ke sini untuk berguru
kepada ji-wi. Yang mengantarkan adik Cin Cin
adalah susiok Lai Kun. Sungguh aneh sekali
mengapa mereka belum juga tiba di sini,
sedangkan saya yang berangkat beberapa hari
kemudian dan melakukan perjalanan sukar dan
lambat, bisa sampai di sini lebih dulu."
"Siong Ki, engkau yang sudah yatim piatu,
mengapa engkau meninggalkan rumah orang
tuamu di Ta-bun-cung dan bersusah payah datang
ke tempat ini yang sangat jauh?" Si Han Beng
bertanya sambil memandang tajam.
Mendengar pertanyaan ini, Siong Ki tampak
sedih sekali. "Taihiap, tadinya saya ingin
membunuh diri saja di depan makam ayah. Saya
sudah putus asa, tidak mempunyai keluarga lagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan untuk membalas kematian ayah dan semua
saudara Hek-houw-pang, saya tidak memiliki
kemampuan. Ketika saya berada di makam, tibatiba
muncul bibi Poa Liu Hoa, yaitu isteri mendiang
susiok Kam Seng Hin. Ia membujuk saya dan saya
mau diangkat menjadi muridnya. Lalu kami pergi,
hendak menyusul adik Cin Cin ke sini. Akan tetapi
di tengah perjalanan kami bertemu dengan
perampok dan melihat bibi Poa Liu Hwa tidak
mampu melawan para penjahat, saya pikir tidak
ada gunanya menjadi muridnya. Maka, saya lalu
melarikan diri dan seorang diri melakukan
perjalanan ke sini. Agar aman dalam perjalanan,
saya menyamar sebagai seorang pengemis, dan
menggunakan uang peninggalan ayah, saya
akhirnya dapat menghadap taihiap di sini."
Kembali suami isteri itu saling pandang. Diamdiam
mereka merasa kagum. Seorang anak berusia
enam tujuh tahun berani menempuh perjalanan
sejauh itu seorang diri saja dan berhasil mencapai
tujuan. Ini membutuhkan keberanian dan
keteguhan hati, besarnya semangat dan tahan uji.
Seorang anak yang baik.
"Dan apa maksudmu datang menghadap kami di
sini?" tanya pula Han Beng.
Mendengar pertanyaan ini, Siong Ki tiba-tiba
menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Han Beng
dan menangis. Akan tetapi hanya sebentar dia
menangis karena dia sudah dapat menguatkan
hatinya lalu berkata, "Saya mohon taihiap sudi
menerima saya sebagai murid. Tujuan hidup saya
hanya satu, yaitu kelak kalau sudah memiliki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian, saya akan mencari para pembunuh
ayah dan pembasmi Hek-houw-pang untuk
membalas dendam. Saya mau bekerja apa saja,
menjadi pelayan, pembantu atau apa saja, asal
taihiap sudi menerima saya menjadi murid."
Kembali suami isteri itu saling pandang.
Sebetulnya, mereka tidak mempunyai niat untuk
menerima murid. Mereka mengambil keputusan
untuk mewariskan semua kepandaian mereka
kelak kepada Lan Lan, puteri dan anak mereka
satu-satunya, kecuali kalau kelak mereka
mendapatkan anak lagi. Mereka hanya akan
menurunkan ilmu-ilmu mereka kepada anak-anak
mereka. Akan tetapi, melihat kesungguhan hati
Siong Ki, dan mengingat akan nasib anak itu, hati
Han Beng merasa tidak tega untuk menolaknya.
Apa lagi, anak itu baik dan teguh hati, tabah dan
kelak dapat menjadi pengasuh dan kawan bermain
Lan Lan yang membutuhkan contoh anak lain yang
lebih tua dan yang berwatak baik. Maka diapun
memberi isyarat dengan mata pada isterinya,
kemudian berkata dengan suara yang tegas.
"The Siong Ki, melihat keadaanmu aku dapat
menerimamu sebagai murid, hanya dengan
beberapa syarat. Sanggupkah engkau memenuhi
syarat-syarat itu, mentaatinya dan sanggup
menerima hukumannya kalau melanggar?"
Dapat dibayangkan betapa besar rasa girang
dalam hati anak itu. Dia lalu memberi hormat
dengan membentur-benturkan dahinya di lantai.
"Teecu (murid) The Siong Ki bersumpah bahwa
teecu akan mentaati semua perintah suhu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memenuhi semua syarat yang suhu ajukan dan
sanggup pula menerima hukumannya kalau kelak
teecu melanggar."
Si Han Beng tersenyum. Wajahnya cerah. Anak
ini tanpa diminta bahkan telah bersumpah. Hal ini
membuktikan kesungguhan hatinya.
"Dengar baik-baik syaratku. Pertama semua
ceritamu tentang keadaan dirimu tadi tidak bohong
dan benar. Kedua, engkau harus belajar dengan
rajin dan mentaati semua perintahku. Ke tiga,
engkau tidak boleh mempergunakan ilmu silat
yang kuajarkan kepadamu untuk berbuat jahat
dan sewenang-wenang. Ke empat, engkau harus
dapat menjadi teladan anak kami Si Hong Lan ini,
menyayang dan mengasuhnya, dan kelak
membantu dan melindunginya seperti adikmu
sendiri. Nah, kalau engkau melanggar satu di
antara empat syarat itu, kelak aku akan
menghukummu dan mencabut semua ilmu darimu
dengan membuatmu cacat seumur hidup!"
Tanpa ragu Siong Ki mengangguk."Teecu
sanggup memenuhi semua syarat itu dan
menanggung hukumannya kalau melanggar.!"
"Bagus! Mulai saat ini, aku adalah suhumu.
Akan tetapi ingat, hanya aku yang menjadi
gurumu. Isteriku tidak akan mengajarmu, dan
engkau panggil bibi kepadanya, bukan subo (ibu
guru)!"
"Baik, suhu."
Han Beng sengaja mengeluarkan janji itu,
karena dia berhati-hati. Kelak bagaimanapun juga,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tingkat kepandaian anak-anaknya harus lebih
tinggi daripada tingkat kepandaian muridnya.
Sehingga kalau dia dan isterinya sudah tidak ada,
anak-anaknya akan mampu mengendalikan
muridnya kalau-kalau dia menyeleweng. Kalau dia
seorang diri yang mengajarkan ilmu kepada Siong
Ki sedangkan anak-anak mereka kelak menerima
gemblengan dari dia dan isterinya maka tentu
Siong Ki tidak akan mampu menandingi anak
mereka yang menguasai ilmu gabungan mereka,
biarpun andaikata Siong Ki memiliki bakat yang
lebih baik.
Ilmu kepandaiannya dan ilmu kepandaian
isterinya jauh berbeda, dari dua aliran yang sama
sekali berbeda dan memiliki kehebatan masingmasing.
Demikianlah, mulai hari itu, Siong Ki menjadi
murid Si Han Beng dan tinggal di rumah pendekar
itu. Dan dia memang merupakan seorang anak
yang amat menyenangkan hati Si Han Beng dan Bu
Giok Cu karena dia rajin bukan main. Dia mau
mengerjakan apa saja, membereskan rumah dan
pekarangan, bekerja di sawah ladang, bahkan
mengajak Lan Lan bermain. Maka, Han Beng juga
dengan sungguh hati mulai mengajarkan dasardasar
ilmu silat kepada Siong Ki.
Tentang malapetaka yang menimpa Hek-houwpang
Han Beng dan Giok Cu tidak dapat berbuat
apa-apa. Mereka ikut prihatin dan malam itu juga,
Han Beng membuat sembahyang untuk arwah
kakak angkatnya, Coa Siang Lee, dan mengundang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pendeta dari kuil untuk mengatur upacaranya.
Hanya itu yang dapat dia lakukan.
-ooo0dw0ooo-
Ketika Kerajaan Sui jatuh oleh pemberontakan Li
Sie Bin dalam tahun 614 dan kaisar terakhir
Kerajaan Sui yang bernama Yang Ti melarikan diri
ke daerah Yang-couw dan kemudian dibunuh oleh
kaum pemberontak, maka Li Si Bin lalu
mendirikan wangsa baru, yaitu kerajaan Tang. Li
Si Bin pula yang membujuk ayahnya yang bernama
Li Goan, untuk naik tahta menjadi kaisar pertama
dari kerajaan baru Tang, dan berjuluk Kaisar Tang
Kao Cu.
Ada dua hal yang menjadi tujuan dari siasat Li
Si Bin mengangkat ayahnya sebagai kaisar ini.
Pertama, untuk darma-bakti kepada ayahnya dan
hal seperti ini amat dihargai oleh rakyat dan
kedua, dia akan dapat lebih memusatkan tenaga,
waktu dan perhatiann untuk memimpin
pasukannya menaklukkan seluruh daerah. Kalau
dia yang menjadi kaisar, tentu dia tidak begitu
leluasa melakukan perang terhadap para
pemberontak yang mula-mula tidak mau mengakui
kerajaan baru Tang sebagai yang dipertuan. Akan
tetapi, dengan ayahnya menjadi kaisar yang
mengatur roda pemerintahan, sedangkan dia
sendiri menjadi panglima besar yang
menggerakkan aksi-aksi pembersihan, maka dia
dapat bekerja sepenuh hati.
Siasat ini berhasil baik. Dalam waktu beberapa
tahun saja, seluruh wilayah kekuasaan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tadinya dimiliki Kerajaan Sui, telah dapat
direbutnya dan semua pemberontak atau sisa-sisa
kekuatan yang masih setia terhadap Kerajaan Sui
yang sudah runtuh, atau kekuatan-kekuatan yang
ingin berdiri sendiri dan tidak mau tunduk kepada
kerajaan baru Tang, dapat dihancurkan dan
ditundukkan. Bahkan semua perlawanan yang
dilakukan oleh Cian Bu Ong, bekas pangeran
kerajaan Sui, dapat pula dilumpuhkan, Pangeran
Cian Bu Ong kekurangan pendukung, maka tidak
mungkin dia dapat melawan kekuatan pasukan
besar Kerajaan Tang.
Akhirnya, Pangeran Cian Bu Ong terpaksa
melarikan diri dan menghentikan usahanya untuk
menegakkan kembali kerajaan Sui.
Sim Lan Ci yang sudah kematian suaminya,
ketika melihat bahwa Pangeran Cian Bu Ong
benar-benar seorang pangeran yang setia kepada
Kerajaan Sui dan berusaha menegakkan kembali
kerajaan itu, membantu sekuat tenaga. Sim Lan Ci
merasa berhutang budi kepada pangeran ini, dan
karena Pangeran Cian Bu Ong bersikap sopan dan
baik kepadanya, bahkan bersikap menyayang
kepada puteranya, Coa Thian Ki yang diangkat
menjadi murid pangeran itu, ikut pula melarikan
diri mengungsi bersama sang Pangeran ke barat,
ke daerah perbatasan Tibet di mana kekuasaan
Kerajaan Tang tidaklah begitu kuat.
Pangeran Cian Bu Ong tinggal di sebuah lereng
bukit dimana dia membangun sebuah rumah
besaa dan hidup dengan aman.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun pangeran ini dapat hidup serba
kecukupan karena dia membawa harta yang cukup
banyak, namun setelah pindah ke daerah barat itu
bersama Sim Lan Ci dan Thian Ki, setiap hari dia
hanya termenung di dalam taman bunga yang
dibuatnya sendiri. Pangeran yang berusia
limapuluh dua tahun ini setiap hari hanya
membaca sajak sambil minum arak di taman, atau
duduk melamun di ruangan belakang. Tubuhnya
yang tinggi besar itu mulai kurus, mukanya yang
biasanya kemerahan menjadi agak pucat dan sinar
matanya selalu redup. Kekalahan yang dideritanya,
dan mengingat akan runtuhnya Kerajaan Sui dan
terbasminya keluarga kaisar, juga terbunuhnya
keluarganya sehingga kini hanya tinggal Cian Kui
Eng seorang, anak perempuannya yang baru
berusia empat tahun dan yang amat dekat dengan
Sim Lan Ci. Dia hidup kesepian dan patah
semangat.
Sim Lan Ci merasa suka dan juga kasihan sekali
kepada pangeran itu. Kalau dibiarkan, ia khawatir
pangeran itu akan jatuh sakit. Padahal, waktu itu,
ia sendiri seperti kapal kehilangan kemudi, dan
hanya pangeran itu yang dipandangnya sebagai
juru mudi dan penentu arah hidupnya. Kini,
melihat pangeran itu dalam keadaan seperti itu,
tenggelam setiap hari dalam kedukaan, tentu saja
ia merasa khawatir dan ikut berduka.
Pada suatu senja, ia tidak dapat menahan lagi
hatinya ketika melihat Pangeran Cian Bu Ong
kembali termenung dan duduk seperti arca di
bangku dalam taman. Bukan sedang menulis
sajak, tidak pula bersamadhi atau membaca kitab,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melainkan termenung seperti patung. Bahkan
pangeran yang memiliki kesaktian itu demikian
tenggelam dalam renungannya sehingga tidak tahu
bahwa Sim Lan Ci memasuki taman dan
menghampirinya dengan langkah ringan.
Dalam usianya yang tigapuluh tahun lebih, Sim
Lan Ci masih cantik, bahkan lebih cantik karena ia
telah menjadi seorang wanita yang masak,
digembleng pengalaman manis dan pahit silih
berganti. Kalau dulu, sejak gadis ia suka
mengenakan pakaian sutera hitam, kini kebiasaan
itu diubahnya sejak suaminya tewas. Ia kini selalu
mengenakan pakaian dari sutera putih, seolah
hendak berkabung selama hidupnya untuk
kematian suaminya tercinta!
Ketika ia menghampiri Pangeran Cian Bu Ong
dari samping, melihat wajah pangeran itu, ia
merasa terharu. Jarang ia dapat mengamati wajah
pangeran itu, dan sekarang ia mendapatkan
kesempatan, karena Pangeran itu seperti patung,
tidak menengok sehingga ia berani mengamati
wajah itu. Wajah yang jantan, penuh daya tarik
karena membayangkan kekuatan dan kewibawaan
sekaligus kelembutan yang diperlunak lagi oleh
garis-garis kedukaan. Sudah lama dia membiarkan
rambut dan kumis jenggotnya tidak terpelihara
awut-awutan, namun tidak mengurangi
kejantanannya. Seorang pria yang kuat, yang
bersemangat, dan aneh, di samping ilmu
kepandaian yang tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
''Pangeran..... " Sim Lan Ci memanggil lirih,
sambil berhenti dan berdiri dalam jarak tiga meter
dari pangeran itu.
Pangeran Cian Bu Ong menoleh perlahan dan
mencoba untuk tersenyum ketika melihat siapa
yang memanggilnya.
"Ah, kiranya engkau, nyonya Sim," katanya
lembut. "Ada keperluan apakah engkau
mencariku? Aku tidak ingin makan malam
sekarang, engkau ajaklah Thian Ki dan Kui Eng
untuk makan malam lebih dulu. Nanti kalau sudah
lapar, aku akan makan sendiri."
Akan tetapi, Sim Lan Ci tidak pergi, masih
berdiri di situ dan memandang kepada Pangeran
Cian Bu Ong dengan hati terharu dan merasa
kasihan sekali. Pangeran ini selalu bersikap sopan
dan halus budi, bahkan selalu menyebutnya
nyonya.
"Pangeran......"
Senyum itu getir sekali dan Cian Bu Ong
mengangkat tangan kirinya ke atas seperti hendak
menangkis. "Nyonya yang baik, hentikanlah
sebutan itu! Setiap kali aku mendengar sebutan
pangeran hatiku seperti ditusuk rasanya. Tidak,
aku bukan pangeran lagi. Sudah lama aku bukan
pangeran, melainkan pemberontak bagi Kerajaan
Tang yang baru, pemberontak yang gagal dan
sekarang bahkan hanya menjadi seorang buruan,
seorang pelarian....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sim Lan Ci merasa ikut pedih hatinya
mendengar ucapan itu. "Baiklah, kalau begitu saya
akan menyebut Lo-cian-pwe......"
"Aih, jangan nyonya. Aku bukanlah seorang
datuk atau tokoh besar di dunia persilatan." "Kalau
begitu, akan saya sebut Cian taihiap (pendekar
besar Cian)........"
"Hemm, orang seperti aku ini mana pantas
menjadi pendekar besar? Lebih senang hatiku
kalau kausebut aku toako (kakak besar) saja."
"Baiklah, toako. Cian-toako, terimalah hormat
adikmu." Lan Ci memberi hormat dengan sikap
hormat dan sungguh-sungguh. Karena memberi
hormat sambil menunduk, Lan Ci tidak melihat
betapa wajah pria itu yang selama beberapa lama
ini selalu suram tiba-tiba menjadi cerah berseri.
"Terima kasih, aku senang sekali mendengar
sebutan toa-ko itu, nyonya Sim......."
"Aih, toako! Mana ada seorang toako menyebut
nyonya kepada adiknya?" Lan Ci cepat menegur
sambil tersenyum. Sepasang mata bekas pangeran
itu terbelalak dan senyumnya berkembang menjadi
tawa yang bergelak-gelak. Dia bagaikan seorang
yang telah menemukan kembali semangatnya dan
wanita muda itu memandang dengan hati terharu
dan penuh rasa senang.
"Sim Lan Ci, adikku yang baik. Sungguh aku
berterima kasih kepadamu, kau telah
mendatangkan kebahagiaan besar di dalam hatiku,
Ci-moi (adik Ci) dan kuharap engkau tidak akan
mencabut kembali harapan dan kebahagiaanku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toako, akupun merasa berbahagia melihat
toako dapat tertawa gembira. Selama ini, aku ikut
prihatin melihat keadaanmu yang selalu tenggelam
dalam duka. Karena itu pula maka aku ingin
menemuimu dan bicara denganmu ketika melihat
engkau melamun di sini seperti setiap hari
kaulakukan, toako. Aku nya ingin mengingatkan
bahwa peristiwa buruk yang menimpa diri kita,
tidak perlu dan tidak ada gunanya kalau kita
sedihkan setiap hari! Hidup memang merupakan
permainan suka dan duka, kita harus menerima
kedua hal itu dengan tabah dan lapang dada.
Tentu engkau ingat pula akan keadaan diriku,
pangeran......eh toako! Akupun kehilangan
keluargaku, dan hidupku bersama Thian Ki
sekarang hanya bersandar kepada kemuliaan
hatimu belaka. Kalau engkau yang menjadi
sandaran kami tenggelam dalam duka, bagaimana
pula dengan hati kami. Kami akan kehilangan
pegangan.. "
Bekas pangeran itu menatap wajah Lan Ci. Dua
pasang mata bertemu pandang, melekat dan
seperti hendak saling menjenguk isi hati masingmasing.
Sim Lan Ci melihat sinar kagum dan
kelembutan yang mengharukan berpencar keluar
dari mata yang tajam itu. Baru sekarang ia melihat
bekas pangeran itu memandang kepadanya seperti
itu, seperti mata pria memandang wanita, dan
sepasang pipinya berubah kemerahan yang
membuat ia menundukkan mukanya.
"Moi-moi Sim Lan Ci, terima kasih......ah, terima
kasih. Engkau telah mengembalikan harapan dan
semangatku untuk hidup. Engkau membuka mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hatiku bahwa hidupku masih berguna, karena
masih ada orang-orang yang membutuhkan aku.
Engkau dan anakmu......... "
"Juga Kui Eng, toako." Lan Ci melanjutkan.
"Juga manusia-manusia lain di dunia ini karena
toako adalah seorang yang budiman dan
dermawan. Tenaga dan kemampuanmu masih
dibutuhkan banyak orang."
"Tidak, aku hanya mengutamakan engkau,
anakmu dan anakku. Aku masih kalian
butuhkan?"
"Tentu aaja, toako!" Jawab Lan Ci cepat.
"Akupun membutuhkan kalian, terutama
engkau. Aku butuh perhatianmu, butuh sentuhan
kasih sayang........ah moi-moi Sim Lan Ci, terus
terang saja aku sayang kepada anakmu, dan kini
tumbuh perasaan cinta di hatiku terhadapmu.
Engkau telah memulihkan semangatku, nah,
sekarang aku meminangmu, Lan Ci. Maukah
engkau menjadi isteriku?"
Sepasang mata Lan Ci terbelalak, mukanya
berubah pucat, lalu merah kembali. Lamaran itu
datangnya sekonyong-konyong, tak diduganya
sama sekali seperti serangan yang amat dahsyat,
mengerikan dan membuatnya sejenak bengong
terlongong, hanya menatap wajah bekas Pangeran
itu tanpa mampu mengeluarkan suara jawaban!
Cian Bu Ong mengangguk-angguk dan
tersenyum. "Aku dapat mengerti akan keheranan
dan kekagetanmu, Ci-moi. Nampaknya tidak sopan
dan tidak pada tempatnya aku melamar seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita yang baru saja ditinggal mati suaminya.
Bahkan aku sendiri yang melamar juga baru sajaa
ditinggal mati isteriku. Akan tetapi, kalau kita
saling membutuhkan, apalagi halangannya?
Anakmu kusayang seperti anakku sendiri, dan aku
tahu bahwa engkau menyayang Kui Eng seperti
anakmu sendiri. Adakah cara yang lebih baik
daripada kita bergabung menjadi sebuah keluarga
yang berbahagia?"
"Tapi......tapi pangeran.......eh, Ciantoako.......
aku masih berkabung, bahkan toako
juga........"
"Aku mengerti, moi-moi. Berkabung hanya
merupakan tata-cara untuk memperlihatkan
kepada umum bahwa kita berduka ditinggal mati
orang tercinta. Akan tetapi, berkabung yang
sesungguhnya ada di dalam perasaan hati, bukan
pakaian. Betapapun juga, aku memberi waktu
kepadamu sampai setahun sejak ditinggal mati
suamimu. Sekarang telah lewat beberapa bulan,
tinggal dua bulan lagi. Nah, biarlah dua bulan
kemudian, setelah setahun berkabung engkau
memberi jawaban kepadaku. Sekarang, untuk
sementara kita lupakan saja lamaranku itu! Aih,
perutku terasa lapar sekali sekarang, moi-moi,
mari kita makan. Kaucari anak-anak kita, aku
akan mandi dulu."
Bukan main girangnya hati Lan Ci. Girang dan
berterima kasih. Girang melihat pangeran itu kini
mempunyai semangat dan gairah lagi, mengajak
makan dan mau mandi, dan berterima kasih
bahwa pangeran itu memberi waktu dua bulan lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepadanya untuk berpikir-pikir dan
mempertimbangkan tentang lamaran itu. Betapa
bijaksananya!
Ia lalu lari meninggalkan taman dan pergi
mencari Thian Ki dan Kui Eng. Ia melihat mereka
bermain-main di kebun belakang rumah.
Dilihatnya Thian Ki sedang turun dari sebatang
pohon sedangkan Kui Eng berdiri di bawah pohon
itu.
Karena ingin melihat bagaimana kedua orang
anak itu bergaul, Lan Ci menyelinap ke balik
semak dan mengintai. Thian Ki turun dan
membawa sebuah sarang burung yang kosong.
"Nah, kaulihat sendiri, Kui Eng. Seperti
kukatakan tadi, sarang burung ini sudah kosong.
Telurnya telah menetas dan anak burung itu sudah
pandai terbang," kata Thian Ki kepada Kui Eng
sambil memperlihatkan sarang burung kosong
yang dibawanya turun dari pohon.
Kui Eng membanting-banting kakinya dan
merengek manja. Anak berusia empat tahun lebih
itu memang manja sekali. Thian Ki yang baru
berusia enam tahun itu sudah pandai mengasuh
Kui Eng, bahkan amat sayang kepada anak
perempuan itu.
"Aih, jangan marah, adikku yang manis,"
katanya sambil merangkul dan menuntunnya
duduk di atas akar pohon.
"Lihat, biarpun sarang burung itu kosong, akan
tetapi aku membawakan batu-batu sungai yang
indah untukmu." Ia mengeluarkan beberapa buah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
batu kecil yang berbentuk bulat dan warnanya
mengkilap indah. Kui Eng yang tadinya merengek,
menerima mainan itu dengan wajah cerah dan
iapun merangkul Thian Ki.
"Suheng (kakak seperguruan), engkau baik
sekali. Aku sayang padamu!"
-ooo0dw0ooo-
Jilid 8
Thian Ki tersenyum. Senang hatinya kalau anak
itu bersikap manis kepadanya dan tidak rewel. Dia
menganggap Kui Eng bukan hanya sebagai puteri
suhunya, atau adik seperguruan, akan tetapi
bahkan seperti adik kandung sendiri.
"Kui Eng. sumoiku yang manis. Katakan, di
dunia ini siapa yang paling kausayang?" tanyanya,
pertanyaan yang seringkali dia ajukan karena
jawabannya amat menyenangkan hatinya.
Kui Eng memegang tangan Thian Ki dan tertawa
manja. "Suheng nakal, sudah beberapa kali
kukatakan, sudah tahu, masih terus bertanya."
"Biar hatiku merasa yakin bahwa pengakuanmu
ini sejujurnya dan sebenarnya, sumoi." "Yang
paling kusayang adalah engkau, Suheng Coa Thian
Ki."
Thian Ki menunduk dan mencium rambut
kepala sumoinya. "Sesudah aku, lalu siapa yang
paling kausayang?"
"Sesudah engkau, aku sayang kepada ibu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh? Ibumu.......?"
"Kumaksudkan ibumu, bibi Sim Lan Ci. Kalau
engkau menyebut ibu, kenapa aku harus menyebut
bibi? Aku ingin menyebutnya ibu seperti engkau."
"Kenapa tidak? Engkau boleh menyebutnya ibu
tentu saja, sumoi!."
"Kalau aku menyebut ibu kepada ibumu,
engkaupun harus menyebut ayah kepada ayahku."
Thian Ki menatap wajah anak perempuan itu
dengan kaget. "Ah, jangan begitu, sumoi.
Bagaimana aku berani menyebut suhu dengan
sebutan ayah?"
"Aku akan bilang kepada ayah. Kalau engkau
tidak mau menyebut ayah kepada ayahku, akupun
tidak mau menyebut ibu kepada ibumu."
"Tentu saja aku mau, akan tetapi aku tidak
berani. Ayahmu akan marah."
"Tidak, aku yang akan bilang kepadanya!"
Lan Ci yang mengintai, menjadi merah sekali
mukanya. Kenapa ada peristiwa terjadi berturutturut
secara begitu kebetulan? Pangeran Cian Bu
Ong melamarnya untuk menjadi isterinya, dan
sekarang ia melihat dan mendengar percakapan
antara Thian Ki dan Kui Eng yang seolah-olah
ingin menjadi saudara dan saling mengakui ibu
dan ayah masing-masing sebagai orang tua sendiri!
Dia lalu muncul dan menghampiri kedua orang
anak itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ibu....!" Thian Ki berseru girang, akan tetapi Kui
Eng diam saja. Padahal biasanya setiap kali
bertemu Lan Ci ia berlari dan minta dipondong
dengan manja. Sekarang ia berdiri saja
memandang dengan sikap ragu! Thian Ki teringat.
"Ibu, adik Kui Eng ingin menyebutmu ibu.
Bolehkah?"
Lan Ci menghampiri Kui Eng dan berjongkok.
"Tentu saja boleh, memang aku selalu
menganggapnya sebagai anakku sendiri."
Mendengar ini, wajah Kui Eng merekah gembira
dan iapun merangkul leher Lan Ci dan mulutnya
memanggil-manggil seperti orang yang merasa
amat rindu. "Ibu......ibu.......ibu....."
Basah kedua mata Lan Ci. Dalam rangkulan dan
dalam suara panggilan itu ia dapat merasakan
benar betapa anak ini amat kehilangan ibu
kandungnya! Dan semua kerinduan, semua kasih
sayang anak itu kini ditumpahkan kepadanya
karena tidak ada lagi penampungnya.
"Ibu, adik Kui Eng bilang bahwa yang paling
disayangnya pertama adalah aku, dan ke dua ibu."
"Ih, jangan begitu, anakku." Lan Ci memondong
dan menciumi Kui Eng. "Orang pertama yang kau
sayang seharusnya ayahmu."
"Tidak, ayah nomor tiga. Karena ayah jarang
mengajakku bermain-main."
Pada saat itu, terdengar suara orang tertawa.
"Ha-ha-ha, menjadi orang ke tigapun sudah
untung! Masih untung mendapat kasih sayang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anakku!" muncullah Cian Bu Ong yang sudah
mandi dan berganti pakaian baru. Melihat ayahnya
begitu gembira tidak seperti biasanya, Kui Eng
merosot dari pondongan Lan Ci dan lari kepada
ayahnya yang menyambutnya dan mengangkat lalu
memondongnya.
"Ayah, aku ingin suheng Thian Ki menyebut
ayah padamu. Ayah harus mau!" Sepasang mata
bekas pangeran itu terbelalak, lalu memandang
kepada Thian Ki dan kepada Lan Ci, kemudian dia
tertawa lagi. "Ha-ha-ha, tentu saja aku mau."
"Dan aku menyebut ibu kepada bibi Lan Ci.
Bolehkah, ayah?"
"Ehh? Siapa yang mengajarimu ini?" Cian Bu
Ong bertanya, pura-pura mengerutkan alisnya dan
memandang kepada Lan Ci. Wanita ini balas
memandang dengan wajah berubah merah.
"Tidak ada yang mengajarinya," katanya lirih.
"Ini kehendakku sendiri, ayah."
Anak ini lalu turun dari pondongan ayahnya,
menghampiri Thian Ki, memegang tangan Thian Ki
dan menariknya menghampiri ayahnya. "Suheng,
ayah sudah memberi ijin engkau menyebutnya
ayah!"
Dengan sikap takut-takut, Thian Ki lalu
menjatuhkan diri berlutut di depan gurunya. Kalau
biasanya dia memberi hormat sambil menyebut
suhu, kini dia menyebut ayah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cian Bu Ong mengangguk-angguk dan dia
mengangkat muka. Kembali dia bertemu pandang
dengan Lan Ci.
"Thian Ki, engkau kesinilah!" kata Lan Ci,
suaranya agak gemetar. Ia adalah seorang wanita
perkasa, bahkan dulu sebelum menjadi isteri Coa
Siang Lee, sebagai puteri Ban-tok Mo-li, ia tidak
pernah mengenal artinya sopan santun. Kini,
timbul kegagahannya kembali dan ia menganggap
bahwa tidak perlu bersembunyi di balik peraturan
yang berpalsu-palsu. Lebih baik berterus terang
menyelesaikan permasalahan sekarang juga.
Thian Ki bangkit dan menghampiri ibunya,
sedangkan Cian Bu Ong memondong pergi
puterinya.
"Thian Ki, biarpun engkau baru berusia enam
tahun akan tetapi aku tidak menganggap engkau
anak kecil lagi. Engkau sudah pandai mengambil
kesimpulan dan keputusan, maka aku akan
berterus terang kepadamu dan kuminta engkau
memberi jawaban sekarang juga. Thian Ki, gurumu
telah melamarku untuk menjadi isterinya. Nah,
bagaimana pendapatmu?" Cian Bu Ong
memandang kagum. Bukan main wanita itu! Dan
luar biasa pula puteranya! Dia memondong
puterinya dan memandang dengan penuh
perhatian dan hatinyapun tegang menanti jawaban
Thian Ki, anak ajaib itu.
Thian Ki tidak kaget mendengar pertanyaan
ibunya. Dia mengangkat muka, memandang wajah
ibunya, lalu menoleh dan memandang wajah
gurunya, dan diapun memandang ibunya lagi. "Ibu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu adalah urusan ibu dan suhu .....eh. ayah, maka
hanya ayah dan ibu saja yang berhak
memutuskan. Adapun aku..... aku hanya
menyerahkan keputusannya kepada ibu saja, aku
tidak berani dan tidak mau mencampuri urusan
pribadi ibu."
Sungguh luar biasa jawaban itu, pikir Cian Bu
Ong. Seolah bukan keluar dari mulut seorang anak
berusia enam tahun, melainkan keluar dari mulut
orang dewasa yang berpandangan luas.
''Akan tetapi hatiku tidak akan tenteram
sebelum merasa yakin bahwa engkau tidak merasa
keberatan dan menyetujuinya."
"Tentu saja aku tidak keberatan ibu dan kalau
hal itu membahagiakan hati ibu, tentu saja aku
setuju sepenuhnya."
Kedua pipi Lan Ci kembali menjadi merah sekali
dan untuk mengatasi perasaan malu, ia berkata,
"Kalau begitu, kau beri hormat lagi
kepada.....ayahmu itu Thian Ki."
Anak itu menurut. Dia menghampiri gurunya
dan menjatuhkan diri berlutut, "Ayah.....!"
Saat itu, Cian Bu Ong memandang ke arah Lan
Ci. Wanita itupun sedang memandangnya, ketika
dua pasang mata bertemu pandang, Lan Ci
mengangguk. Itu sudah cukup sebagai jawaban
bahwa ia mau menerima lamaran bekas pangeran
itu!
Cian Bu Ong tertawa bergelak. "Ha-ha-ha, terima
kasih, Tuhan! Terima kasih Tuhan, aku hidup
kembali, ha-ha-ha aku hidup kembali!" Dan tibaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tiba dia melemparkan tubuh Kui Eng ke udara,
lalu tangan kanannya menyambar tubuh Thiaan Ki
yang juga dilontarkan ke atas!
Ketika tubuh Kui Eng melayang turun,
disambutnya dengan tangan kiri dan
dilontarkannya lagi ke atas, lebih tinggi daripada
tadi. Demikian pula ketika tubuh Thian Ki
meluncur turun, tubuh itu ditangkapnya dan
dilontarkannya kembali ke atas. Dua anak itu
dibuat mainan seperti dua butir bola saja, makin
lama semakin tinggi.
Setelah tadi mengangguk memberi tanda setuju
dan menerima lamaran Cian Bu Ong, Sim Lan Ci
memejamkan kedua matanya dan berbisik dalam
hatinya. "Coa Siang Lee, maafkan aku. Aku cinta
padamu , akan tetapi engkau sudah tidak ada ,
dan aku kagum dan cinta kepadanya, maafkan aku
kalau aku menyerahkan diriku kepada pria lain
untuk menjadi isterinya."
Akan tetapi jeritan Kui Eng membuat Lan Ci
membuka matanya kembali. Ia melihat betapa
anak perempuan itu mulai merasa ngeri karena
tubuhnya dilontarkan semakin tinggi oleh ayahnya.
Thian Ki diam saja bahkan diam-diam anak ini
memperhatikan cara gurunya melontar tubuhnya.
Sim Lan Ci meloncat. Tubuhnya melayang ke
atas, menyambar tubuh Kui Eng yang
dipondongnya dan iapun melayang turun kembali
sambil memondong tubuh Kui Eng, menghadapi
Cian Bu Ong dan menegur, "Kui Eng sudah
menjerit ketakutan, mengapa masih dilanjutkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga? Apa kau ingin agar anak kita ini kelak
menjadi orang penakut?"
Cian Bu Ong sudah menangkap kembali tubuh
Thian Ki dan dilepaskannya anak itu.
Dia memandang kepada Lan Ci sambil
tersenyum lebar dan menggeleng kepalanya, "Ya
Tuhan, engkau sudah mulai berani melarang aku,
ya?"
"Tentu saja," jawab Lan Ci. "Sebagai ibu akupun
berhak mendidik dan melindungi anak kita!"
Mereka saling pandang, dan Cian Bu Ong
tertawa bergelak, nampak berbahagia kali dan Lan
Ci terpaksa juga tersenyum dan mengerling penuh
teguran. Melalui pandang mata saja mereka sudah
dapat menangkap dan merasakan isi hati masingmasing
dan hal seperti ini hanya dapat terjadi
apabila dua hati telah saling kontak!
Demikianlah, dua bulan kemudian, setelah lewat
setahun kematian Coa Siang Lee dan isteri Cian Bu
Ong, mereka melangsungkan pernikahan yang
sederhana, tidak dihadiri para bangsawan seperti
layaknya seorang pangeran menikah. Juga tidak
dihadiri orang-orang kangouw seperti layaknya
seorang tokoh kangouw seperti Sim Lan Ci
menikah, melainkan hanya dihadiri penduduk
dusun yang tinggal di sekitar pegunungan itu.
Sederhana namun amat meriah, dimeriahkan oleh
kegembiraan Thian Ki dan Kui Eng, dan dihias
senyum dan kerling mata penuh kasih sayang
antara Sim Lan Ci dan Cian Bu Ong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan sejak hari itu, Cian Bu Ong semakin rajin
menggembleng Thian Ki dan Kui Eng. Dia tidak lagi
memikirkan tentang kerajaan, akan tetapi dia ingin
agar anak tiri dan anak kandungnya menjadi jagojago
paling tangguh di dunia persilatan sehingga
namanya akan terangkat. Di samping itu, dia
menemukan kemesraan dan kebahagiaan di
samping isterinya yang ternyata amat
mencintainya.
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru