Kamis, 20 September 2018

Seruling Haus Darah Bab 31-Tamat

=========

baca juga


Bab 30 SAMPAI menjelang pagi, Han Han masih tak dapat tertidur, dia golak-golik
di pembaringannya mendengarkan salju yang turun menimpa genting kamarnya.
Yang membuatnya tak mengerti, mengapa orang bertopeng itu tampaknya
takut sekali terhadapnya, takut kalau sampai topengnya itu terbuka dan terlihat
wajahnya. Dan, menurut dugaan Han Han orang bertopeng itu adalah Thio In In,
tetapi mengapa dia malah menyangkalaya " Mengapa" Bukankah kalau memang
orang bertopeng itu benar Thio ln In dan menemui kesulitan menghadapi anak
muda berbaju putih itu, bukankah Han Han dapat membaniunya "! Mengapa malah
orang bertopeng itu sungkan mengakui dirinya yang sebenarnya " Dan kalau orang
bertopeng itu benar-benar bukan Thio In In, lalu kemana nona Thio itu " Mengapa
dia tak berada di dalam kamarnya"
Kepala Han Han benar-benar pusing, dia tak mengerti dan tak habis pikir
menghadapi peristiwa semacam ini.
421 .
Di kala menjelang fajar, anak muda she Han ini melompat turun dari
pembaringannya, dia mencuci muka, lalu bersalin pakaian, kemudian keluar dari
kamarnya, menuju kekamar Thio In In.
Pintu kamar nona Thio itu masih tertutup rapat, juga tamu-tamu di rumah
penginapan tersebut masih mengeram di dalam kamar masing-masing, karena
hawa udara begitu buruk dan dingin sekali.
Han Han mengetuk pintu kamar nona Thio pertama kali tak ada penyahutan,
tetapi waktu Han Han mengetuk untuk kedua kalinya terdengar nona Thio In In
menanya : "Siapa "!"
"Aku Cie-cie .....!" menyahuti Han Han cepat.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Lama juga Han Han menanti dimuka kamar itu, sampai akhirnya didengar
langkah kaki nona Thio itu dan pintu terbuka.
"Ada apa, Lao-tee ?" tanya In In sambil mengawasi Han Han dengan mata
yang agak sipit, karena rupanya gadis she Thio tersebut baru terbangun dari
tidurnya. "Aku ingin mengganggumu sebentar Cie-cie !" kata Han Han cepat. "Boleh
aku masuk ?" Wajah nona Thio jadi berubah merah.
"Tunggu sebentar !" katanya sambil menutup pintu itu kembali. "Aku ingin
menyalin pakaian dulu !"
Han Han menunggu sesaat di depan kamar In In, didengarnya gadis itu
sedang memakai bajunya. Tak lama kemudian pintu terbuka kembali.
"Masuklah Lao-tee ..... rupanya ada urusan yang penting sampai pagi-pagi
begini kau telah membangunkan aku !" kata In In sambil tersenyum, rambutnya
telah tergulung rapi h dan wajahnya juga bersih sekali, rupanya dia sudah mencuci
muka. Han Han mengangguk. "Semalam ada peristiwa yang aneh, Cie-cie !" menerangkan Han Han sambil
melangkah masuk ke dalam kamar si nona Thio.
"Heh ..... peristiwa aneh ?" tanya In In sambil menutup pintu kamarnya,
wajahnya menunjukkan keheranan yang sangat. "Mengapa pada waktu itu kau tak
membangunkan aku, Lao-tee " "
Han Han tersenyum. "Dengarlah Cie-cie ..... semalam ada seseorang yang mencurigakan dan telah
mengintip kamarku, maka aku telah menguntitnya dan ternyata orang itu bukan
422 .
hanya mengintai kamarku, malah dia telah mengintai kamar seseorang lainnya,
yaitu anak muda yang menempati kamar di hotel ini di-bagian timur !" setelah
berkata begitu, Han Han mengawasi wajah si gadis, dia ingin melihat perobahan di
wajah In In. Tetapi, wajah si gadis tak berobah sedikitpun, dia malah menunjukkan
wajah yang keheranan. "Apakah ada kejadian yang begitu aneh?" tanya In In kemudian. "Mengapa
kau tak menangkap saja orang itu " "
Han Han jadi heran juga melihat ketenangan si gadis she Thio itu. Tadinya
dia menduga sedikit banyak dia akan melihat perobahan wajah In In, tetapi
ternyata gadis itu tenang sekali.
Han Han jadi menceritakan pengalamannya semalam. Tetapi dia tak
menyinggung-nyinggung ketika dia mengetuk kamar si gadis dan si gadis tak ada.
"Mengapa kau tak membangunkan aku, Lao-tee ?" tanya Thio In In setelah
Han Han selesai dengan ceritanya.
"Aku tak ingin mengganggumu, cie-cie!" menyahuti Han Han cepat. "Dan,
kurasa soal itu soal kecil yang tak ada artinya. mungkin juga orang bertopeng itu
sedang menyelidiki seseorang, sehingga dia mengintai setiap kamar .....!"
In In mengangguk. "Mungkin juga begitu !" katanya sambil tersenyum. "Ob, ya, pagi ini juga
kita mengunjungi Wong Loo-cianpwee ?"
Han Han mengangguk. "Ya ..... kita mengunjungi hari ini dan mungkin selama menunggu tibanya
hari perayaan ulang tahun Wong Loo-cianpwee itu, kita akan tinggal di rumahnya
selama beberapa hari !"
Setelah bercakap-cakap sesaat lamanya, Han Han kembali ke dalam
kamarnya untuk membereskan barang-barangnya, karena mereka telah
memutuskan hari ini juga mengunjungi gedung Wong Tie Hian, itu jago kawakan
dari Kang-lam .....! Setelah sarapan pagi, Han Han dan In In melakukan perjalanan, waktu
mereka meninggalkan rumah penginapan, hujan salju masih turun cukup deras dan
untuk menghindarkan hawa dingin mereka memakai mantel yang tebal .....
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
423 .
WAKTU Han Han dan ln In sampai di gedung Wong Tie Hian, temyata
gedung jago she Wong yang besar itu telah banyak kedatangan tamu-tamu
undangan. Kedua muda-mudi ini disambut oleh beberapa orang pelayan, yang
membawa mereka menemui jago she Wong itu.
Waktu bertemu dengan Wong Tie Hian, Han Han dan nona Thio
memperoleh kesan jago tua she Wong itu sangat ramah sekali, juga
memperlakukan mereka baik sekali. In In dan Han Han masing-masing diberi
sebuah kamar, karena pada saat itu Thio In ln telah berpakaian seorang gadis dan
tidak menyamar lagi, Sorenya, Han Han menemui In In, mereka menuju ketaman belakang
gedung itu, karena di ruangan tengah sedang berkumpul jago-jago silat dari
berbagai golongan. "Cie-cie ..... aku kagum pada sikap yang diberikan oleh Wong Loo cianpwee!" kata Han Han waktu mereka duduk di bawah pohon yang tumbuh di dekat
empang. "Walaupun dia dari tingkatan yang lebih tua dan lebih tiggi, toh dia tak
angkuh dan melayani kita dengan ramah-tamah." In In mengangguk.
"Tetapi Lao-tee ..... aku melihat ada sesuatu yang mengganggu ketenangan
Wong Loo-cianpwee !" kata si gadis. "Perasaanku mengatakan bahwa Wong Loocianpwee sedang menghadapi kesulitan."
"Eh ...... akupun melihatnya begitu, Cie-cie !" menyahuti Han Han,
membenarkan perkataan encie-angkatnya itu. "Kulihat di samping tertawanya yang
manis, wajahnya diliputi oleh kabut gelap. Kesulitan apakah yang kiranya sedang
dihadapi oleh Wong Loo-cianpwee?"
Si gadis she Thio mengangkat bahunya. Dia juga tertawa.
"Entahlah ..... tak sopan kalau kita menanyakan langsung pada Wong Loocianpwee." Menyahuti gadis she Thio ini. Pertama kita di sini hanyalah tamu,
kedua kita dari tingkatan muda, sehingga Wong Loo-cianpwee akan tersinggung
kalau kita menanyakan kesulitan yang sedang di hadapinya itu langsung padanya
..... !" Han Han mengangguk membenarkan, baru saja dia ingin berkata lagi,
tampak mendatangi dua orang pelayan. Begitu sampai di depan Han Han dan In In,
kedua pelayan rumah tangga Wong Tie Hian, membungkukkan tubuhnya memberi
hormat kepada muda-mudi ini.
. "Jie-wie Siauw-hiap " kata salah seorang pelayan setelah itu. " Worg Looya mengundang kalian ke ruangan tengah untuk menghadiri pesta makan .....!"
424 .
Han Han mengiyakan, dia juga mengucapkan terima kasihnya pada kedua
pelayan itu. Lalu In In dan anak muda she Han mengikuti kedua pelayan itu
menuju ke ruangan tengah.
Di ruangan tengah yang lebar itu telah berkumpul banyak sekali orang-orang
dari rimba persilatan. Han Han dan In In diantar oleh salah seorang di antara kedua
pelayan itu ke kursi yang masih kosong. Suara berisik memenuhi ruangan tersebut.
Tamu-tamunya Wong Tie Hian terdiri dari berbagai golongan, dan kalau
dilihat cara berpakaian mereka, Han Han dan nona Thio dapat menentukan, bahwa
mereka adalah golongan Pek-to dan Hek-io, juga ada golongan dari Boe soe, para
pengawal, juga orang-orang dari Piauw-kiok ..... semuanya mempunyai wajah yang
bermacam ragam juga. Tak lama duduk di ruangan itu, Han Han dan Thio In In melihat Wong Tie
Hian keluar dari balik tirai memasuki ruang tengah itu. Dia memilih kursi ditengah-tengah yang khusus memang disediakan untuk tuan rumah. Sebelum duduk,
Wong Tie Hian menjura kepada orang banyak sambil berkata : "Terima kasih atas
kesediaan dan kecintaan dari saudara-saudara sekalian padaku orang she Wong ini!
Sebetulnya Lohu tak ingin mengganggu saudara-saudara sekalian dengan
persoalan yang sedang Lohu hadapi, tetapi karena urusan itu di luar dari batas
kepantasan dan peraturan wajar yang berlaku di dalam kalangan rimba persilatan,
maka Lohu ingin meminta pertimbangan saudara-saudara dan juga sebagai saksi
dari persoalan yang sedang Lohu hadapi ini .....!"
Setelah berkata begitu, Wong Tie Hian menyapu seisi ruangan dengan
kilatan mata yang tajam sekali, kemudian dia melanjutkan perkataannya lagi: "Dan
sebelum Lohu menceritakan persoalan yang sedang Lohu hadapi itu, maka mari
kita sama-sama makan dulu mencicipi ala kadarnya makanan yang dapat kami
sajikan untuk para saudara sekalian!" setelah berkata begitu, Wong Tie Hian
mengulapkan tangannya, maka bermunculanlah para pelayau dengan di tangan
membawa santapan. Semua orang-orang gagah yang berada di dalam ruangan itu sudah lantas
bersantap dengan suara yang berisik, ada yang menceritakan pengalamannya pada
kawan mereka, ada yang tertawa-tawa, ada pula yang meributi persoalan ilmu silat.....!
Han Han dan Thio In In juga bersantap tetapi mereka bersantap sedikit
sekali, karena mereka tak bernafsu, mereka lebih banyak mendengarkan ceritacerita dari para jago rimba persilatan yang duduk berdekatan dengan mereka.
425 .
Malah, salah seorang jago yang berpakaian seperti seorang sastrawan telah berkata
sambil tertawa; "Kau tahu Sam-ko .....pada malam itu disebabkan wajah si budak
cukup caatik; maka aku tak sampai hati membunuhnya ..... !" terdengar yang
lainnya tertawa, sedangkan In In menunduk malu. "Dan ..... " menyambungi orang
itu lagi. "Disebabkan tindakanku yang lemah dipengaruhi oleh paras cantik, hal itu
menyebabkan diriku hampir celaka ! "
"Kenapa?" tanya seorang yang berpakaian baju Ka-she, baju Hwee-shio,
kepalanya licin kelimis, dia bertanya sambit tertawa, "Kau dihajarnya sampai
mengulun memanggil-manggil ibumu ?"
Si sasterawan tertawa keras, wajahnya berubah merah, rupanya dia malu.
"Kau salah duga. Tay-soe .....!" katanya cepat, "Jangankan dia dapat
menghajarnya, sedangkan untuk menyentuh bajuku saja ia tak bisa ! Malah yang
membikin hatiku jadi panik pada saat itu, ialah budak itu menangis sambil
bergulingan ..... coba kalian pikir, pusing tidak ?"
Si pelajar bertanya, sambil tertawa wajahnya menunjukan keseriusan, orangorang yang mendengarnya jadi berdiam diri sambil mengawasi kelanjutan
perkataan si sasterawan. Tetapi pelajar itu berdiam diri saja, sehingga salah
seorang yang tak bisa menguasai perasaannya, jadi bertanya : "Lalu bagaimana "!"
Ditanya begitu si sasterawan tertawa.
"Ya sudah ..... budak itu digendong ibunya !" menyahuti kemudian.
Orang itu jadi melengak begitupun yang lainnya.
"Heh, digendong ibunya ?" tanya orang tadi bertanya dengan heran.
Si pelajar mengangguk. "Ya ..... karena budak itu baru berumur empat tahun !' menyahuti si pelajar
sambil tetap tertawa. "Setan !" memaki orang yang tadi bertanya dengan mendongkol. Sedangkan
yang lainnya telah tertawa gelak-gelak, begitu juga Han Han dan In In, merekapun
tertawa. Suasana di dalam pesta makan itu sangat ramai dan meriah sekali.
Dan, setelah semuanya selesai makan minum sepuasnya, ruangan itu
dirapihkan kembali oleh pelayan-pelayan keluarga Wong, kemudian jago she
Wong yang menjagoi daerah Kang-lam tersebut berdiri dari duduknya berkata lagi
dengan suara yang cukup jelas : "Para Eng-hiong yang berkumpul di sini untuk
menghadiri pesta ulang tahun Lo-hu tiga hari yang akan datang, Lohu ucapkan dan
doakan agar Thian membalas budi kebaikan kalian ! Dan, saat ini Lohu akan menjelaskan sesuatu'dalam ulang tahun Lohu yang keenam puluh tujuh, dan agar
426 .
saudara-saudara para orang gagah memberikan penilaian atas peristiwa yang telah
menimpa keluarga Lohu !" Setelah berkata begitu Wong Tie Hian
membungkukkan tubuhnya menjura pada orang ramai untuk menyatakan terima
kasihnya, kemudian baru menyambung perkataannya lagi : "Dan, Lohu kira, para
orang gagah yang hadir pada saat ini akan memberikan pertimbangan yang benarbenar adil bagi Lohu dan bagi orang yang telah mengirimkan surat ancaman pada
Lohu !" kemudian Wong Tie Hian bertepuk tangan, tampak seorang pelayannya
menghampiri dengan cepat, di tangan pelayan itu membawa sebuah kotak, di kala
tutup kotak itu dibuka, jago she Wong telah mengambil sepucuk surat yang
dikeluarkan dan dibukanya.
"Lihatlah saudara-saudara, inilah surat ancaman dari Pek Bwee Kauw, yang
meminta agar Lohu bertekuk lutut dan bekerja sama di bawah perintah Kauw-coe
perkumpulan itu yaitu Thio See Ciang !" teriak Wong Tie Hian dengan muka
merah padam, rupanya dia gusar sekali. Juga sambil berkata, Tie Hian
menggoyang-goyangkan surat yang ada di tangannya.
Terdengar beberapa orang berseru murka, juga tadi pelajar yang duduk di
dekat Han Han suka berguyon, telah menghajar meja di depannya dengan gusar.
"Orang she Thio itu benar-benar tak tahu tinggi langit dan dalamnya bumi !"
teriak pelajar itu. "Mari kita beramai-ramai menghajarnya !"
Wong Tie Hian sendiri telah berseru menenangkan keadaan, kemudian
berkata lagi "Dan, seperti saudara-saudara ketahui, aku orang she Wong telah
hampir sepuluh tahun mengundurkan diri dari rimba persilatan dan menyimpan
pedang ..... dan juga tak ingin mencampuri pergolakan-pergolakan di dunia
persilatan itu ..... tetapi surat ancaman orang she Thio ini keterlaluan, diapun
mengancam, kalau aku tak mau menuruti permintaannya untuk memasuki
perkumpulannya itu, yaitu Pek Bwee Kauw, maka keluarga Lohu seluruhnya akan
dibasmi, dari yang kecil sampai yang besar, dari binatang ayam sampai keanjing,
tak ada satupun yang diberi hidup !" dan waktu mengucapkan kata-katanya itu,
kumis jenggot Wong Tie Hian bergerak-gerak memperlihatkan kemarahan dan
kegusaran yang bergolak di dalam hatinya.
Han Han sendiri yang mendengar bahwa yang mengancam Wong Tie Hian
agar bertekuk lutut dan memasuki perkumpulan Pek Bwee Kauw itu adalah Thio
See Ciang, itu musuh besarnya, maka hati Han Han pun tergoncang, darahnya
bergolak hebat, tanpa disadarinya ia menggebrak meja.
427 .
"Orang she Thio berikut Pek Bwee Kauwnya itu memang harus dihancurkan
!" teriak Han Han sengit. "Tak guna kita membiarkan mereka hidup terus .....
terlampau banyak kejahatan-kejahatan yang telah mereka lakukan !"
Thio In In terkejut waktu Han Han menggebrak meja, dan lebih kaget lagi si
nona Thio waktu anak muda she Han itu berteriak dengan suara yang kuat.
Ditariknya ujung baju Han Han dan waktu anak muda she Han tersebut menoleh, si
gadis menggelengkan kepalanya sambil mengerutkan alisnya.
"Kenapa, cie-cie ?" tanya Han Han heran, sedangkan tamu-tamu undangan
Wong Tie Hian lainnya masih berteriak-teriak dengan suara yang berisik.
"Mengapa kau ikut-ikutanan berteriak begitu macam ?" tanya Thio In In
dengan roman tak senang. "Bukankah kita datang kemari hanya sebagai tamu
undangan belaka" Untuk apa kita ikut mencampuri urusan mereka "!"
"Tetapi perbuatan Thio See Ciang melampaui batas !" menyahuti Han Han
cepat, tetapi segera dia seperti menyadari sesuatu, dia merasakan ada kejanggalan
dan keganjilan di diri In In, katanya kemudian :
"Dan ..... mengapa cie-cie tak ingin mencampuri urusan ini ?"
In In menghela napas. "Bukan aku tak ingin mencampuri urusan ini, Lao-tee
!" menyahuti si nona Thio. "Tetapi kau harus ingat, persoalan Wong Loo-cianpwee adalah persoalannya sendiri sedangkan orang-orang Pek Bwee Kauw belum
mengganggunya, untuk apa kita menambah suasana bertambah keruh dengan
memanas-manaskan Wong Loo-cian-pwee " Bukankah lebih baik kita memberikan
pandangan-pandangan agar Wong Loo-cian-pwee bisa mengambil jalan keluar
yang damai dan tak manimbulkan pertumpahan darah"!"
Han Han jadi melengak sesaat, tetapi kemudian dia membenarkan perkataan
si gadis dengan menganggukkan kepalanya.
"Kau betul Cie-cie !" katanya dan dia jadi tak ikut berteriak-teriak lagi.
Sedangkan Wong Tie Hian pada saat itu telah berkata lagi: "Dan, di saat
para Eng-hiong sedang berkumpul. Maka Lohu ingin minta pertimbangan para
Eng-hiong untuk menghadapi Thio See Ciang dan anak buahnya, yaitu orangorang Pek Bwee Kauw .....!"
"Kita gempur saja beramai-ramai, Wong Loo-cian-pwee !" teriak salah
seorang. "Kita hajar mampus orang she Thio itu !" teriak salah seorang lagi.
"Terima kasih !" teriak Wong Tie Hian sambil membungkukkan tubuhnya
menjura pada orang-orang ramai. "Lohu merasa terharu melihat kecintaan dari
428 .
saudara-saudara sekalian .....terima kasih !" dan berulang kali orang tua sheWong
itu membungkukkan tubuhnya menyatakan terima kasihnya. "Tetapi Lohu masih
memikirkan, apakah terhadap Thio See Ciang kita perlu menghadapinya dengan
cara berunding untuk memberi pengertian padanya "!"
"Kalau memang dapat diberi pengertian, kita tak perlu mengganggu pihak
Pek Bwee Kauw, tetapi kalau Thio See Ciang berkeras mengancam Wong Loocianpwee, maka mau atau tidak kita harus menggempur orang she Thio itu berikut
perkumpulan Pek Bwee Kauwnya !" dan yang berkata begitu adalah si pelajar yang
dudak di dekat Han Han. "Benar'" gemuruh suara orang ramai yang membenarkan perkataan sisasterawan.
Baru saja Wong Tie Hian ingia membuka mulut lagi tiba-tiba datang seorang
pelayan yang membisikkan sesuatu di tepi telinga Wong Tie Hian. Semua orang
melihat wajah tua she Wong itu berulang kali berubah, sampai akhirnya, tampak
Wong Tie Hian menggebrak meja sambil bertanya pada pelayannya; "Di mana
orang itu sekarang "!"
"Dia menunggu di luar, kalau memang Wong Loo-ya ingin menemuinya,
maka Siauwjin akan segera membawanya menghadap !"
"Suruh dia masuk !" perintah Wong Tie Hian dengan suara yang dingin.
"Aku ingin melihat orang-orangnya Pek Bwee Kauw itu sebetulnya terdiri dari
jago-jago yang bagaimana sih sampai mau mementang sayap begitu lebar ?"
Si pelayan mengiyakan, kemudian dia keluar lagi. Waktu pelayan itu sedang
pergi keluar, orang-orang yang hadir di ruangan tersebut melihat wajah Wong Tie
Hian merah padam, seperti sedang murka benar.
Tak lama kemudian, pelayan itu memasuki ruangan lagi mengiringi dua
orang, dan begitu dua orang tersebut memasuki ruangan, Han Han jadi
mengeluarkan seruara tertahan, matanya menatap bengong kepada kedua orang itu......
Kenapa " *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
TERNYATA kedua orang yang diiringi oleh pelayan keluarga Wong adalah
Thian-san Sian-eng, yaitu Auw-yang Boen dan Sung Ming. Kedua orang im
melangkah memasuki ruangan itu dengan langkah kaki yang angkuh dan langsung
429 .
menuju ke tempat di mana Wong Tie Hian sedang berdiri dengan mata mencilak.
Waktu melewati deretan orang banyak yang menjadi tamu undangan Wong Tie
Han, Auw-yang Boen dan Sang Ming memandang mereka dengan tatapan mata
yang meremehkan, Kedatangan kedua orang inilah yang mengejutkan Han Han, berbareng juga
menggembirakan sekali. Karena, Auw-yang Boen dan Sung Minglah yang telah
memerintahkan anak buahnya untuk menyamar sebagai seorang tabib dan
memperdayakan Khu Sin Hoo untuk memburuh Han Han. Maka sekarang, dengan
kedatangan Thian-san Sian seng kepesta Wong Tie Hian, Han Han mempunyai
kesempatan untuk menghajar kedua jago dari Thian-san itu .....!
Karena perasaannya itu, mata Han Han jadi mencilak luar biasa, dia juga
mendengus berulang kali, sehingga In In yang melihat kelakuan anak muda she
Han itu jadi heran. "Kenapa kau, Lao-tee ?" tegur si gadis.
Han Han jadi tersadar dengan cepat dia menoleh sambil tertawa pada In In.
"Kedua orang itu adalah musuhku, maka dengan kedatangan mereka kemari,
berarti aku tak usah bersusah payah mencarinya ! Bukankah hal itu harus dibuat
gembira ?" menyahuti si anak muda.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 430 .
JILID XI W AJAH nona Thio jadi berubah geram, dia tak berkata lagi, hanya
menundukkan kepalanya. Tampak Auw-yang Boen dan Sang Ming telah menghampiri
tempat Wong Tie Hian dengan sikap mereka yang angkuh sekali. Kedua orang Pek
Bwee Kauw ini seperti juga tidak memandang sebelah mata pada orang-orang yang
ada di situ, yang menatap mereka dengan sorot mata memusuhinya.
Dengan mengeluarkan suara mendengus Auw-yang Boen merogo sakunya
mengeluarkan segulungan surat, kemudian diserahkan kepada Wong Tie Hian
sambil katanya tawar : "Kauw-coe Thio See Ciang memerintahkan kepada kami
untuk menyampaikan surat ini kepada Wong Loo-cianpwee!"
Tetapi walaupun Auw-yang Boen memanggil Wong Tie Hian dengan
sebutan Wong Loo cianpwee, namun dia tidak memberi hormat dan sikapnya
kurang ajar sekali. Wong Tie Hian memandang tak senang kepada kedua anak muda anak
buahnya Pek Bwee Kauw tersebuat. Tetapi karena surat telah diangsurkan
padanya, dia juga meberimanya.
Dibukanya gulungan surat itu, dan begitu dia membaca se saat, tampak:
wajahnya berubah-rubah, sebentar berubah merah padam dan sebentar lagi berubah
biru kehijau-hijauan. Janggut dan kumisnya tampak bergerak-gerak
memperlihatkan bahwa dia sedang murka.
"Brakkk !" tiba-tiba dia menghajar meja sebelum dia membaca selesai surat
itu. "Kurang ajar!" teriaknya dengan suara mengguntur, "Suruh orang she Thio
itu datang kemari ! Biar kubunuh dengan tanganku !"'
Sang Ming dan Auw-yang Boen ketawa dingin, tawar sekali sikap mereka,
malah kedua anak buah Pek Bwee Kauw ini tak memperlihatkan sikap tak takut
mereka. "Kami tak mengetahui persoalannya, kami hanya diperintahkan membawa
surat itu kepada Loo-cianpwee, maka jika sekiranya. Loo cianpwee mempunyai
pesan apa-apa kepada Kauw-coe kami, silahkan sebut saja, nanti kami akan
menyampaikannya !" kata Sang Ming dengan suara yang tawar.
431 .
Wajah Wong Tie Hian merah padam, dia murka sekali, matanya berulang
kali mencilak. "Hmmm, kalian orang-orang Pek Bwee Kauw terlampau meremehkaa aku
siorang tua she Wong !" katanya dengan suara yang keras yang mengguntur.
"Tetapi kalian jangan harap aku akan bertekuk lutut kepada Kauw-coe-mu itu,
beritahukan kepadanya, kalau memang dia ingin merasakan kelihaian golokku,
datanglah kemari agar nanti dia bisa mengenal adat sedikit .....!" dan berkata
begitu, Wong Tie Hian mendengus berulang kali, mungkin dia saking murkanya
tak bisa berkata banyak-banyak.
Sung Ming ketawa tawar. "Kami kira Thio Kauw-coe mengenal akan adat dan kesopanan, lihatlah,
bukankah Thio Kauw-coe mengindahkan Wong Loo-cianpwee dengan
mengirimkan surat yang mengusulkan agar kita mengambil jalan damai saja "
Kalau memang hal itu tidak memuaskan hati Loo-cianpwee, kami pihak Pek Bwee
Kauw juga tak berkata apa-apa" Dingin sekali suara Sung Ming, malah yang hebat,
dia bersikap angkuh sekali.
Wajah Wong Tie Hian jadi berubah semakin merah padam.
"Kurang ajar!" teriak Wong Tie Hin dengan murka benar. "Kalian anggap
apa aku ini?" "Kami tahu Wong Loo-cianpwee adalah seorang jago yang disegani dan
kami bukan menjadi tandingan Wong Loo-cianpwee, kalau memang Wong Loocianpwee tak puas akan isi surat itu atau usul Thio Kauw-coe, Wong Loo-cianpwee
bisa saja menghubungi Kauw-coe kami!"
Sengaja Auw-yang Boen berkata begitu-karena dia memang mengetahui
bahwa dirinya berdua bukan menjadi lawan Wong Tie Hian, apalagi mengingat
banyak orang-orang gagah yang menjadi kawan Wong Tie Hian, dan lagi
mengingat baayak orang gagah yang menjadi tamu dari jago tua itu.
"Hmmm ..... karena orang-orang Pek Bwee-Kauw hanya merupakan kerakera yang mencari lubang kubur!" kata Wong Tie Hian dengan mendongkol.
"Katakan nanti kepada Kauw-coe kalian, aku orang tua she Thio lebih baik mati
daripada harus bertekuk lutut kepada orang sebangsa dia!"
Sung Ming dan Auw-yang Boen ketawa dingin.
"Jangan Wong Loo-cianpwee mencaci Pek Bwee Kauw." kata Auw-yang
Boen tawar. "Kalau memang Wong Loo-cianpwee mencaci perkumpulan kami,
berarti Loo-cianpwee memang memilih jalan kekerasan dan kami juga dapat
432 .
bertindak dengan jalan lain ! Namun mengingat Wong Loo-cianpwee merupakan
seorang jago yang cukup kosen serta mempunyai banyak pengalaman, maka
Kauw-coe kami telah mengundang Loo-cianpwee untuk menjadi orang kami. Tak
kami duga ternyata tanggapan Loo-cianpwee sangat picik sekali."
"Brakkk!" terdengar orang memukul meja waktu Auwyang Boen berkata,
dibarengi oleh berkelebatnya sesosok tubuh yang gesit sekali.
"Orang-orang Pek Bwee Kauw, selama kalian masih ada, dunia tak akan
aman!" bentak sosok tubuh yang melompat kedekat Wong Tie Hian. Dan waktu
semua orang mengawasi, ternyata anak muda itu seorang pelajar, yang berpakaian
serba putih, yang tadinya duduk di belakang Han Han dan Thio In In. Wajahnya
juga bengis menatap Sung Ming atau Auwyang Boen bergantian. "Wong Loocianpwee, kau mundur saja, biarlah aku Ciang Lie Sioe-chay yang menghadapi
kedua kera ini." Wajah Wong Tie Hian masih merah padam, rasa murkanya belum lenyap.
Tetapi melihat Chiang Lie Sioe-chay yang mau menghadapi kedua utusan Pek
Bwee Kauw itu, dia jadi mengangguk dan duduk di tempatnya kembali!
Pada saat itu Auwyang Boen dan Sung LMing telah mengawasi Ciang Lie
Sioe-chay dengan tatapan mata bengis. Mereka tak senang dan tersinggung melihat
persoalan mereka dicampuri oleh pelajar ini.
"Hmmm ..... kalian orang-orang Pek Bwee Kauw!" bentak Ciang Lie Sioechay pada saat itu setelah melihat Wong Tie Hian duduk kembali di tempatnya.
"Kalian terlalu menghina orang ! Malah kami juga telah mendengar tentang
perbuatan-perbuatan kalian yang melampaui batas dan sering melanggar liang-sim,
maka hari ini biarlah aku Ciang Lie Sioe-chay memberikan sedikit pelajaran pada
kalian, agar lain kali kalian tak terlalu memandang remeh kepada orang lain !" dan
setelah berkata begitu, mata Ciang Lie Sioe-chay mencilak bengis, memang sejak
kedua orang Pek Bwee Kauw itu memasuki ruangan tersebut, Ciang Lie Sioe-chay
telah mendongkol dan murka, apa lagi melihat Wong Tie Hian membaca surat
yang dibawa oleh Thian-san Sian-eng itu dan wajah Wong Tie Hian jadi berubah
merah padam serta murka sekali, maka Ciang Lie Sioe-chay telah dapat menerka
apa isi surat itu. Pada saat itu Auwyang Boen dan Sung Ming juga sangat mendongkol,
mereka merasa seperti tidak dipandang sebelah mata oleh pelajar yang mau
mencampuri urusan mereka. Dengan mendengus, Sung Ming mendelik kepada
pelajar itu. 433 .
"Kau pelajar bau, apakah kau teiah mengukur kepandaian kau sehingga kau
berani pentang bacot di muka Harimau !" kata Auwyang Boen tawar.
Ciang Lie Sioe-chay ketawa tawar.
"Pada Macan yang sesungguhnya Hak-seng, murid, memang jeri, tetapi
terhadap macam kalian yang ternyata hanyalah Macan ompong, apa yang harus
dibuat jeri " Bukankah dengan sekali membalikkan telapak tangan saja kalian akan
dapat kubunuh dan kubereskan dengan mudah, sehingga tidak merepotkan Wong
Tie Hian " " Wajah Sung Ming dan Auwyang Boen jadi berubah merah padam, tubuh
mereka jadi agak menggigil, saking murkanya.
"Kurang ajar kau pelajar bau !" bentak Auwyang Boen dengan suara
mengguntur. "Apakah kau telah mempunyai cadangan nyawa tujuh sehingga
sekarang kau tak takut mampus" Hmm, kalau memang kau kenal gelagat, lebih
cepat lebih baik lagi kau menggelinding dari hadapan kami, dari hadapan Thiansan Sian-eng! Ini hanya nasehatku, maka cepat-cepatlah kau menggelinding
sebelum kami Thian-san Sian eng menggempur mampus pada kau !"
Ciang Lie Sioe-chay ketawa mengejek, sikapnya tak kalah angkuhnya
dengan Thian-san Sian-eng itu.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Kalian adalah bangsa kurcaci, dan sekarang kau mau mementang bacot
selebar-lebarnya, apakah kau tidak takut ditertawakan oleh orang-orang gagah "!"
bentak palajar itu dengan suara yang mengguntur.
Thian-san Sian-eng ketawa dingin, malah Auw-yang Boen telah berkata
dengan suara yang mengandung kemarahan : "Kami adalah utusan Pek Bwee
Kauw, kalau memang kalian mau menghina kami dengan mengandalkan jumlah
yang banyak, silahkan ! Kami tak nantinya takut mati !"
Wajah si pelajar jadi berubah merah.
"Siapa yang akan menghina kalian dengan mengandalkan jumlah yang
banyak"!" tegurnya tak senang. "Aku yang akan menghadapi kalian, bukankah
dengan begitu kalian baru puas "!"
Auwyang Boen dan Sung Ming ketawa dingin lagi.
"Majulah !" bentak Sung Ming. "Mati tak menjadi soal bagi kami, tetapi
apakah semua ini telah dipikirkan matang-matang oleh orang she Wong itu "!" dan
setelah berkata begitu, Sung Ming menoleh menatap Wong Tie Hian yang kala itu
sedang menatapnya dengan mata mendelik. Pandangan Sung Ming jadi bentrok
dengan pandangan Wong Tie Hian, dan Sung Ming jadi gugup tak keruan melihat
434 .
cahaya mata jago tua yang berkilat tajam itu, tetapi untuk menutupi kegugupannya
itu, dia jadi mendengus berulang kali.
Sedangkan Auwyang Boen telah membentak pelajar itu : "Kau terhitung apa
di dalam keluarga orang she Wong ini ?"
"Aku adalah tamu dari Wong Loo-cian-pwee, tetapi karena kalian terlampau
takabur dan menghina Wong Loocian-pwee dengan lagak tengik kalian, biarlah
hari ini aku CiangTie Sioe-chay memberikan sedikit pelajaran kepada kalian !"
menyahuti pelajar itu dengan suara yang tawar.
Wajah Sung Ming dan Auwyang Boen jadi berubah merah padam.
"Hmmm ..... bagus, hari ini Thian-san Sian eng dapat juga berhadapan
deagan pelajar cabul seperti kau !" kata Auwyang Boen dengan suara menghina.
Wajah Ciang Lie Sioe-chay jadi berubah hebat mendengar dirinya dikatakan
sebagai pelajar cabul, maka dengan suatu bentakan, dia melompat untuk
mencengkeram bahu Sung Ming, sedangkan tangan kirinya telah diulurkan untuk
menotok jalan darah Cie-tong-hiatnya Auwyang Boen.
Thian-san Sian-eng juga bukan termasuk manusia-manusia lemah, maka
melihat Ciang-lie Sioe-chay telah membuka serangan, mereka cepat-cepat
berpencar membagi posisi, kemudian memiringkan tubuh mereka sedikit, sehingga
serangan Ciang Lie Sioe-chay menemui tempat kosong.
Tetapi si pelajar tak mau sudah sampai di situ saja, waktu serangannya gagal
dan nencengkeram tempat kosong tak mengenai sasarannya, dia cepat-cepat
membalikkan tubuhnya, kemudian membarengi dengan jejakkan kakinya,
tubuhnya melambung. Di kala tubuhnya berada di tengah udara inilah Ciang Lie
Sioe-chay mengadakan penyerangan berangkai, yang menghantam bahu Sung
Ming dan menotok jalan darah Tie-mie hiatnya Auwyang Boen yang terletak
didekat batok kepala orang she Auwyang ini.
Hebat gerakan pelajar yang menamakan dirinya Ciang Lie Sioe-chay itu,
karena gerakannya itu, yang menyerang dan selalu dua jurusan kepada Thian-san
Sian-eng, membikin Sung Ming dan Auwyang Boen jadi kelabakan dan gugup.
Tetapi biar bagaimana kepandaian Thian-san Sian-eng tidak lemah, dengan
memutar tubuh dan menggunakan gerakan Tia Hay Cut Tong, mereka berhasil
mengegoskan serangan dari si pelajar Ciang Lie.
Pada saat itu, orang-orang gagah yang berkumpul di dalam ruangan itu telah
bersorak dengan suara gemuruh, malah ada yang berteriak-teriak dengan suara
yang berisik agar membunuh Thian-san Sian-eng.
435 .
Hal ini membikin nyali Thian-san Sian-eng jadi pecah. Namun, untuk
menunjukkan kelemahannya itu, dia tak mau, maka mereka tetap berusaha berlaku
tenang. Ciang Lie Sioe-chay telah berdiri tegak sambil tertawa mengejek.
"Apakah Thian-san Sian-eng hanya pandai melarikan diri seperti tikus?"
ejeknya. "Hmmm, mana kepandaian yang diagul-agulkan oleh kalian" Mengapa
selalu mengelakkan seperti kucing takut pada macan "! Oh.o, rupanya beginilah
sifat dan watak dari orang-orang Pek Bwee Kauw, hanya terdiri dari orang-orang
pengecut." Wajah Thian-san Sian-eng berubah hebat, mereka gusar sekali.
"Setan !' bentak Auwyang Boen dengan gusar. "Apakah kau pelajar cabul
dapat menandingi kepandaian kami ?" dan dengan penuh kemarahan yang luar
biasa, Auwyang Boen melompat menyerang dengan menggunakan jurus 'Ciang
Liong Pak Hay ' dia menyerang dengan mengincar lambung si pelajar. Sedangkan
Sung Ming juga telah melompat dengan kalap menyerang pelajar itu dengan
menggunakan jurus 'Hek mie Lo-siang', dengan apa tangannya itu mengincer
kepala Ciang Lie Sioe-chay yang mau dicengkeramnya dengan kesepuluh jarinya.
Hebat serangan dari Thian-san Sian-eng yang dilakukan dengan kalap dan
sepenuh tenaga, sehingga kalau Ciang Lie Sioe-chay kurang gesit, pasti dirinya
akan terluka hebat. Tetapi Ciang Lie Sioe-chay sangat kosen, gerakannya juga gesit, di samping
matanya yang tajam luar biasa.
Maka dari itu, dikala melihat Thian-san Sian-eng menyerang dirinya dengan
cara menjepit, dari kiri dan kanan, dari jurusan bawah dan atas, sehingga dirinya
terkurung, Ciang Lie Sioe-chay tak jeri, dia malah mengerahkan tenaga Lweekangnya di lengannya, kakinya tegak bagaikan tertanam di lantai ruangan itu,
kemudian dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras sekali, pelajar Ciang
Lie ini menangkis kedua serangan Thian san Sian-eng.
"Dukkk !" terdengar suara benturan beberapa kali yang keras sekali.
Ternyata tangan Thian-san Sian-eng dan Ciang Lie Sioe-chay telah saling
bentrok dengan keras sekali.
Tampak tubuh Ciang Lie Sioe-chay bergoyang-goyang, tetapi tetap tegak
ditempatnya, dan berbeda dengan pelajar itu, walaupun menyerang dengan cara
meegeroyok, tetapi berhubung tenaga Lwee-kang Ciang-lie Sioe-chay lebih kuat
436 .
kalau dibandingkan dengan Thian-san Sian-eng, muka tampak kedua jago Thiansan itu undur beberapa langkah kebelakang dengan wajah yang pucat.
Orang-orang gagah yang berkumpul diruangan itu jadi bersorak-sorak
memuji Ciang Lie Sioe-chay dan malah ada beberapa orang orang gagah yang
mencaci maki Thian-san Sian-eng.
Wajah Thian-san Siang-eng jadi pucat pias waktu dia menyapu orang-orang
yang berada di dalam ruargan itu dengan mata berkilat gusar. Tetapi mereka juga
memaklumi, kalau kali ini dia berkeras, mereka akan mengalami kematian, karena
pihak lawan terdiri dari orang-orang kuat dan tokoh-tokoh persilatan yang kosen
sekali. Maka dari itu, dengan menahan perasaan gusar yang seakan mau
meledakkan dada mereka. Auw-yang Boen maju selangkah dengan wajah yang
menunjukkan kegusaran hatinya.
"Pelajar cabul, kali ini kami tak bisa melawan kau, tetapi tunggulah
beberapa lama lagi ! " dan dia memutar tubuhnya menghadapi Wong Tie Hian,
katanya : "Orang she Wong", apakah kau memang sudah mengambil keputusan
yang tetap untuk menentang Pek Bwee Kauw"!"
Wong Tie Hian mendengus. "Lebih baik kalian menggelinding pergi sebelum kalian dicincang oleh kami
!" kata Wong Tie Hian dengan wajah yang merah padam karena dia sangat murka
sekali. "Kami masih mau mengingat bahwa kalian adalah utusan, dan seorang
utusan tak boleh di ganggu, maka kami masih menghormati peraturan itu. Tetapi
kalau kalian masih juga membandel dan pentang bacot tak keruan di sini, hmmm,
Lohu juga tak sungkan-sungkan membunuh kalian !" dan tegas sekali suara Wong
Tie Hian, yang disambut oleh teriakan-teriakan marah dari para jago-jago yang
berkumpul di situ, yang memaki Thian san Sian-eng.
Auw-yang Boen dan Sung Ming jadi berdiri dengan wajah yang pucat dan
tubuh menggigil saking gusarnya.
"Baik Baik ! Kalian tentu akan merasakan akibat dari pada kelakuan kalian
itu!" kata Sung Ming dengan suara yang tergetar saking gusarnya. "Tetapi ingat,
kalau apa yang telah terlanjur, walaupun nanti disesalkan, toch tak akan berguna !"
dan setelah berkata begitu, dia memutar tubuhnya diikuti oleh Auw-yang Boen.
"Tahan !" tiba-tiba terdengar suara bentakan yang menggeledek keras sekali.
Semua orang jadi heran dan menoleh, begitu juga Auw-yang Boen dan Sung
Ming, mereka menahan langkah kaki dan memutar tubuhnya menghadapi sesosok
tubuh yang baru saja melompat ke gelanggang. Waktu melihat orang itu, Thian-san
437 .
Sian-eng jadi mendelik gusar, karena yang membentak itu adalah seorang anak
muda. "Bocah ! Apakah kau masih menghalang-halangi kami ?" bentak Thian-san
Sian-eng gusar. Ternyata anak muda itu Han Han, yang telah melompat dari tempat
duduknya. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu jadi heran berbareng
kagum melihat entengnya gerakan Han Han waktu dia melompat tadi. Hal mana
membikin semua orang jadi heran, karena mereka tak mengetahui siapa sebetulnya
anak muda itu. "Hmmm, apakah kalian masih mengenali aku?" bentak Han Han dengan
suara yang dingin. Wajah Thian-san Sian-eng semakin berubah merah padam, mereka murka
sekali. "Sebangsa kau kurcaci cilik mana ada hargaaya untuk dikenal oleh kami?"
bentak Auwyang Boen dengan suara yang mengejek.
Han Han ketawa dingin. "Bagus! Rupanya memang aku tak mempunyai harga untuk dikenal
olehmu!" kala Han Han dingin. "Tetapi kalau menung kau mengetahui siapa
diriku, hmmm, walaupun kau mempunyai kepandaian setinggi langit, toch kalian
akan bertekuk lutut meminta ampun!"
Wajah Thian-sau Sian-eng jadi berubah hebat, mereka gusar sekali.
"Bocih setan, jangan kau terlampau menghina kami!" bentak Sung Ming
dengan suara mengguntur. "Kalau kau memang mau membunuh kami, bunuhlah!"
"Hmmm, tak akan semudah itu untuk mampus!" ejek Han Han. "Bukankah
kalian masih ingat pada Khu Sin Hoo Tay-hiap?" dan Han Han sengaja mendengus
beberapa kali. Mendengar disebutnya nama Khu Sin Hoo, wajah Thian-san Sian-eng jadi
berubah hebat, mereka juga seperti orang yang kesima, dan begitu juga dengan
orang-orang gagah, dan termasuk Wong Tie Hiannya sendiri, mereka jadi berpikir,
apa sangkut pautnya anak muda ini deagan Khu Sin Hoo"
Sedang orang terheran-heran, Han Han telah berkata lagi :
"Hmmm ..... lima tahun yang lalu kalian pernah ditolong oleh Khu Tay-hiap,
kalian diselamatkan dari tangan orang-orang Mo-in-shia, tetapi ternyata kalian
benar-benar tak mengenal budi dan telah menyiksa seorang bocah yang menjadi
kawan dari Khu Tay-hiap. 438 .
Wajah Thian-san Sian-eng jadi berubah hebat mendengar anak muda ini
mengingatkan mereka pada peristiwa lima tahun yang lalu, di mana perahunya
telah terkepung oleh perahu orang-orang Mo-in-shia.
Waktu Han Han berkata-kata, Thian-san Sian-eng juga jadi berpikir, siapa
sebetulnya anak muda yang berdiri dihadapannya ini dengan gagah"
"Siapa kau, bocah?" bentak Auw-yang Boen dengan suara yang keras untuk
menutupi kegoncangan hatinya dan menenangkan dirinya.
"Bukankah setelah kalian ditolong oleh Khu Tay-hiap, kalian masih berlaku
kurang ajar sekali dengan menyiksa seorang bocah?" tanya Han Han lagi tanpa
memperdulikan pertanyaan Auwyang Boen.
Wajah Auwyang Boen dan Sung Ming jadi semakin berubah hebat.
"Siapa kau sebenarnya ?" bentak Auwyang Boen lagi dengan suara yang
keras. "Hmm, dengan memerintahkan salah seorang anak buah Pek Bwee Kauw
kau membalas budi Khu Tay-hiap dengan menyiksa bocah yang menjadi sahabat
dari Khu Tay-hiap. Hukuman apa yang harus kalian terima " " bentak Han Han lagi
dengan tetap sikap mengejek.
Wajah Auwyang Boen dan Sung Ming semakin berubah hebat.
"Bocah, sebutkan namamu.'!'' bentak Sung Ming dengan tubuh tergetar
menahan kemurkaannya. Semua orang jadi mengawasi Han Han dengan berdiam diri, mereka juga
heran, siapa anak muda ini sebetulnya yang telah membawa-bawa nama Khu Sin
Hoo " "Namaku tak perlu kalian ketahui, karena kalian adalah orang-orang yang
tak cukup berharga untuk mengetahui namaku !" kata Han Han mengejek.
"Bocih setan, kalau kau tetap tak mau menyebutkan namamu, akan kami
kirim kau ke neraka !" bentak Auwyang Boen dengan murka.
"Apakah kalian yakin mempunyai kepandaian untuk melakukan itu ?" ejek
Han Han. "Dan kukira perlu kuterangkan disini, bahwa bocah yang disiksa oleli
anak buah Pek Bwee Kauw atas perintah kalian itu adalah aku sendiri ! Akulah
bocah yang menjadi sahabat dari Khu Tay-hiap !"
Thian-san Sian-eng jadi mengeluarkan seruan tertahan, begitu juga dengan
orang-orang yang hadir di situ. Malah Wong Tie Hian sendiri sampai berdiri dari
duduknya. 439 .
"Kau ..... kau ..... kau bocah yang bersama-sama Khu Sin Hoo di perahu
kami, dulu?" tanya Sung Ming dan Auwyang Boen dengan suara tergetar dan
wajah pucat sekali, nyata mereka terkejut sekali. Han Han mendengus.
"Hmm ..... hari ini kalian harus menerima hukuman dariku. Coba kalau
memang aku cak tertolong oleh Khu Tay-hiap lagi mungkin aku telah terbunuh
oleh anak buahmu itu! Hm, hari ini walaupun kau mempunyai kepandaian untuk
terbang kelangit, tak akan kulepaskan begitu saja !"
Pada saat itu, setelah mengalami kegoncangan hatinya, Thian-san Sian eng
dapat menenangkannya dengan cepat.
"Bagus! Ternyata kau bocah bau yang tak mengenal mampus !" bentak
Auwyang Boen dengan suara menggeledek, lalu dengan berbareng, Auwyang
Boen dan Sung Ming menyerang Han Han dengan jurus silat yang telengas sekali.
Sekali terhajar, pasti jiwa Han Han akan melayang menghadap Giam-lo-ong.
Semua orang yang melihat itu. jadi berseru murka dan mencaci Thian-san
Sian-eng yang selalu berlaku curang dan busuk dalam melakukan penyerangan.
Tetapi Han Han sendiri sangat tenang, dia tak mengelakkan kedua serangan
Auwyang Boen dan Sung Ming, malah dia memasang dirinya.
"Bukkk !" kedua tangan dari kedua orang itu menghajar tubuh Han Han
keras sekali, namua tubuh Han Han tak bergeming.
Dan berbeda dengan Han Han, Auwyang Boen dan Sung Ming jadi menjerit
kesakitan sambil melompat mundur beberapa tombak jauhnya, wajah mereka pucat
sekali dan mereka memegangi tangan mereka yang telah membengkak merah.
"Hmmm .....!" Han Han mendengus mengejek. "Bagaimana rasanya ?"
Wajah Sung Ming dan Auwyang Boen jadi bertambah pucat, mereka heran,
mengapa mereka menyerang dengan sekuat tenaganya tak membawa hasil apa-apa
dan anak muda she Han itu tak terluka " Mengapa malah tangan mereka yang
membengkak merah dan menimbulkan perasaan yang sakit sekali" Mengapa" Dan
Thian-san Sian-eng ini menduga Han Han menggunakan ilmu siluman.
"Hmmm ..... kalian adalah manusia-manusia yang tak mengenal budi dan di
dalam kalangan rimba persilatan sangat jahat sekali !" kata Han Han. "Maka dari
itu, kalian harus dilenyapkan dari muka kami !"
Dan Han Han maju setindak-setindak.
Wajah Thian-san Siang-eng jadi tambah pucat dan tubuh mereka jadi
tergetar. Lenyap pula keberanian mereka dan pecah nyali mereka.
440 .
Dengan tak terduga, Sung Ming dan Auwyang Boen telah membalikkan
tubuh mereka untuk kabur dan kelakuan mereka ini seperti telah dijanjikan. Semua
orang gagah yang ada di ruang itu jadi murka, karena dengan berbuat begitu Thiansan Sian-eng memperlihatkan kepengecutan mereka dan tak tahu malu sekali,
memalukan orang gagah. Tetapi Han Han gesit sekali, dia dapat bergerak cepat. Waktu melihat orang
membalikkan dirinya untuk kabur, Han Han membentak dengan suara yang keras
tubuhnya mencelat cepat, waktu dia mengulurkan tangannya, dia dapat
mencengkeram punggung kedua jago dari Thian-san itu, kemudian dengan
menyempar, tubuh Thian-san Sian-eng terlempar dan ambruk dilantai dengan
mengeluarkan jeritan yang keras.
Orang-orang jadi bersorak mencaci maki Thian-san Sian-eng.
Han Han telah menghampiri lagi dengan wajah yang guram, dia memang
ingia memberikan pelajaran pada kedua manusia tak berbudi itu. Dihampirinya
dengan langkah yang perlahan-lahan.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Thian-san Sian-eng merangkak bangun, darah telah mengucur dari hidung
mereka. Wajah mereka pucat sekali dan mereka duga mereka pasti akan menemui
kebinasaan di sini ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 31 DENGAN mengulurkan tangannya, Han Han bermaksud mencengkeram
bahu Sung Ming dan Auwyang Boen, dia bermaksud untuk membantingnya lagi.
Tetapi telah terdengar bentakan : "Tahan! " dan berkelebat sesosok tubuh. Semua
orang jadi mengawasi dengan mata yang terbuka lebar kepada orang yang baru
datang itu, Han Han sendiri telah menahan kedua tangannya dan memutar tubuhnya
menghadapi orang yang baru datang itu. Dilihatnya yang berdiri dihadapannya
seorang berkedok, yang tak terlihat wajahnya. Dan Han Han "mengeluarkan seruan
tertahan, karena orang itu adalah orang bertopeng yang malam itu mengintai
kamarnya dan kamar pemuda pelajar yang satu hotel dengannya.
"Kau .....?" tanya Han Han gugup.
441 .
Orang bertopeng itu mendengus.
"Hmmm ..... lepaskanlah kedua orang ini !" kata orang bertopeng itu dingin.
"Mereka adalah utusan dan seorang utusan tak boleh disiksa begitu macam !"
Han Han jadi lebih gugup lagi. Tanpa disadari, dia melirik ke tempatnya tadi
duduk bersama Thio In In, tetapi nona Thio sudah tak berada ditempatnya itu.
entah ke mana. Dan, dugaan Han Han jadi bertambah keras bahwa orang bertopeng ini
adalah nona Thio itu. Memang sejak di rum ah penginapan beberapa hari yang lalu,
Han Han telah menduga keras bahwa orang bertopeng itu adalah nona Thio In In,
namun belum terbukti, sekarang orang bertopeng itu muncul kembali di rumah
Wong Tie Hian, dan nona Thio In In telah menghilang dari tempatnya duduk tadi,
maka dugaan Han Han jadi tambah keras bahwa orang bertopeng ini adalah In In.
"Cie-cie ..... mengapa kau selalu mau melindungi orang Pek Bwee Kauw
ini?" tegur Han Han kurang senang.
Mata orang bertopeng itu tampak mencilak.
"Siapa cie-ciemu ?" bentaknya tak senang. "Aku hanya minta melepaskan
kedua orang ini, karena mereka adalah seorang utusan belaka. Kalau memang
mereka mengalami sesuatu kecelakaan di tempat Wong Tay-hiap, bagaimana nanti
Wong Loo-cian-pwee itu mau menaruh muka"! Hmm ..... lepaskanlah mereka !"
Han Han jadi berdiri serba salah. Sebetulnya kalau memang dia mau, dengan
mudah dia dapat merabunkan orang bertopeng ini dan menghajar Thian-san Sianeng namun Han Han takut kalau memang orang bertopeng ini adalah cie-cie
Thionya, dan pasti In In akan tersinggung, sehingga hubungan mereka bisa retak.
Maka itu, dengan bingung, Han Han jadi berdiri mematung memandangi orang
bertopeng itu. Wong Tie Hian sendiri yang melihat hal itu sudah lantas menghampiri.
Orang tua she Wong ini memberi hormat kepada si orang bertopeng.
"Siapakah Kie-soe ?" tanya Wong Tie Hian sambil menjura beberapa kali.
"Bolehkah aku si-tua she Wong mengetahui nama besar Kie-soe ?"
Kie-soe ialah orang gagah.
Orang bertopeng itu mendengus, dia tidak membalas memberi hormat orang
tua she Wong itu. "Aku dengan kau tak mempunyai sangkut paut " menyahuti orang bertopeng
itu dengan suara yang dingin. "Juga tak mempun yai hubungan dengan orangorang Pek Bwee Kauw. Namun karena melihat bahwa kedua orang ini hanya
442 .
berfungsi sebagai dua orang utusan, maka mengingat akan peraturan Kang-ouw,
atau peraturan dari segala bidang, aku minta Loo-cianpwee mau menghormatinya
dan membiarkan mereka berlalu tanpa kurang sesuatu. Dan aku yang rendah
percaya bahwa Loo-cianpwe dan para orang- gagah yang terhormat di ruangan ini
tak akan bersikap seperti seorang Siauw-coe-cang tak kenal peraturan !"
Wajah orang-orang gagah yang berada di dalam ruangan itu jadi berubah
merah padam mereka mendongkol sekali, karena mereka mau dipersamakan oleh
orang bertopeng itu sebagai Siauw-coet atau manusia rendah. Tetapi mereka tak
berkutik dan tidak bisa berkoar, karena perkataan orang bertopeng itu sangat tajam
sekali. Wong Tie Hian sendiri jadi kikuk. Cepat-cepat dia memberi hormat sambil
katanya : "Sebetulnya Lohu dan para Ho han yang berada di sini, ingin
membiarkan kedua manusia rendah ini berlalu, tetapi karena dia terlalu mementang
bacot terlampau besar dan angkuh sekali dengan lagak mereka yang tengik, maka
Lohu kira memang perlu diberi pengajaran. Ini bukan dibicarakan mengenai utusan
atau bukan, tetapi mereka dapat dianggap berurusan dengan persoalan pribadi
mereka yang buruk ! Coba kalau mereka memang berfungsi sebagai seorang
utusan yang baik, dan hanya membawa berita untuk kami tanpa menunjukkan
sikap mereka yang tengik, apakah kami akan mengambil langkah begini" Oh,
tidak! Pasti tidak ! Kami pasti akan melepaskan mereka secara baik-baik! Tetapi
berhubung mereka sangat takabur, lagi pula Thian-san Sian-eng terkenal sebagai
manusia rendah di dalam rimba persilatan, maka Lohu kira memang pantas diberi
hajaran ! Tetapi, Lohupun akan melepaskannya dengan segera !"
Orang bertopeng itu mendengus berulang kali selama orang tua she Wong
itu berkata-kata. Sedangkan Han Han hanya menatap dengan pandangan mata yang
tajam, seakan-akan dia mau menembusi kain penutup muka orang itu untuk
mengetahui siapa sebetulnya orang di balik topeng ini !
"Wong Loo-cianpwee berbicara mengenai soal pribadi !' kata orang
bertopeng itu dengan suara yang tawar. "Tetapi apakah Loo-cianpwee tak
menyadari bahwa pada saat itu pada detik ini, bahwa fungsi Thian-san Sian-eng
adalah seorang utusan dan sebagai pihak tuan rumah Wong Loo-cianpwee harus
bisa menguasai tamu-tamu Loo cianpwee untuk memperlakukan utusan ini dengan
baik !" Wajah Wong Tie Hian jadi berubah lagi, dia tak senang berulang kali orang
bertopeng ini menegur dirinya. Apa lagi memang orang bertopeng itu tak mau
menyebutkan namanya memperkenalkan dirinya.
443 .
"Siapakah nama dan gelar Kie soe yang besar dan harum ?" tanya Wong Tie
Hian sambil menatap tajam pada orang bertopeng itu.
Mata orang bertopeng tersebut mencilak memain, seakan-akan dia sedang
ragu. Tetapi kemudian dia tertawa dengan suara yang nyaring sekali.
"Aku tak mempunyai gelaran dan belum pernah dikenal orang !" kata orang
bertopeng itu. "Kalau memang Loo-cianpwee mau mengetahui juga namaku, maka
aku orang she Thio !"
Mendengar perkataan orang bertopeng itu, Han Han jadi tambah heran, dia
juga bingung sekali. Dengan mengakui dirinya she Thio, bukankah mustahil bahwa
orang bertopeng ini benar-benar Thio In In, karena selain suara dan bentuk
tubuhnya yang sama, lagi pula In In tak berada di tempatnya, tak mungkin dia
lenyap begitu saja. Han Han jadi bingung, pihak mana harus dibelanya. Kalau memang orang
bertopeng itu menang benar In In mau tak mau Han Han harus membantu orang
bertopeng ini, karena nona Thio adalah Cie-cienya, seorang gadis yang telah
menggoncangkan hatinya. Tetapi yang membingungkan Han Han, mengapa In In
membela orang-orang Pek Bwee Kauw itu " Lagi pula Han Han mengingatnya,
tadi sebelum kedatangan Thian-san Sian-eng, di saat Han Han berteriak-teriak
dengan bersemangat bersama orang-orang gagah lainnya mengutuk dan memaki
Pek Bwee Kauw, mengapa In In tampaknya tak senang" Apakah nona Thio ini
mempunyai hubungan dengan Pek Bwee Kauw "!
Sedang Han Han bengong dibawa oleh arus kebingungan yang sangat, Wong
Tie Hian telah berkata dengan suara yang dingin: "Jadi Kie-soe she Thio ?" dan dia
mengerutkan alisnya, suaranya meninggi berwibawa. "Apa sangkutan Kie-soe
dengan Thio See Ciang ?"
Orang bertopeng itu ketawa gelak-gelak dengan suara yang nyaring.
Sudah kukatakan tadi bahwa dengan kalian aku tak mempunyai sangkut
paut, dan begitu juga dengan pihak Pek Bwee Kauw aku tak ada hubungan apaapa, untuk apa kau menanya melit-melit ?" balik tanya orang bertopeng itu.
"Lohu tanya apa hubunganmu dengan Thio See Ciang ?" bentak. Wong Tie
Hian dengan suara yang keras, sikapnya berwibawa sekali, matanya berkilat tajam
luar biasa. Orang bertopeng itu mendengus.
444 .
"Apakah kau seorang Tie-kwan harus bertan ya semacam itu ?" tegur orang
bertopang tersebut. Tie-kwan adalah seorang hakim. "Sudah kukatakan bahwa aku
tak mempanyai sangkut paut atau hubungan dengan orang-orang Pak Bwee Kauw,
mau apa kau melit-melit "!"
Wajah Wong Tie Hian jadi berubah lagi.
"Hmmm, kalau memang Thio Kie-soe ! mempunyai sangkut paut dengan
orang ini, kuminta kau meninggalkan ruang ini !" kata Wong Tie Hian dingin.
"Sebelum kalian membuktikan bahwa kalian tak akan memperlakukan
orang-orang ini yang menjadi utusan Pek Bwee Kauw dengan baik-baik, aku
sebagai seorang yang menerjunkan diri di dalam kalangan Kang-ouw tak bisa
berdiam diri melihat kalian berlaku semena-mena tak keruan !" kata orang
bertopeng itu lagi. Wajah Wong Tie Hian berubah hebat.
"Apakah Thio Kie soe tak percaya pada kata-kata Lohu ?" tanya Wong Tie
Hian dengan mata mencilak dan jenggot atau kumisnya bergoyang-goyang saking
murkanya. Orang bertopeng itu ketawa dingin.
"Setiap manusia didalam dunia ini memang sulit dipercaya !" katanya
dingin. "Untuk apa Wong Loo-cianpwee bertanya begitu " Soal percaya atau tidak
dipercaya oleh orang, adalah hak dari masyarakat, mau apa Wong Loo-cianpwee
memaksa aku dari pihak yang muda untuk mempercayai Wong Loo-cianpwee "
Bukankah dengan begitu Wong Loo-cianpwee sama saja mau berlaku sewenangwenang " Hmm, kalau memang aku yang rendah dapat melihat kelakuan Wong
Loo-cianpwee dan telah terbukti bahwa kejujuran dan kata-kata Wong Loocianpwee bisa dipegang, aku orang she Thio akan menaruh hormat dan baru
mempercayaimu ! Bagaimana " Kalian mau melepaskan kedua utusan ini atau
tidak" " Wong Tie Hian jadi murka sekali mendengar perkataan orang bertopeng itu,
jenggot dan kumisnya bergerak-gerak dan mukanya merah padam. Ternyata orang
terlalu memandang rendah padanya.
"Kiesoe terlalu tak memandang mata pada Lohu" kata Wong Tie Hian
murka. "Sudah empat puluh tahun Lohu berkecimpung di dalam dunia persilatan
dan belum pernah ada yang berlaku sekurang ajar Kie-soe! Hmm, kalau memang
aku tak ingin melepaskan kedua utusan ini, apa yang akan dilakukan oleh Kiesoe!"
445 .
Hebat Wong Tie Hian ini, walaupun dia sedang murka, tokh dia masih
membahasakan orang dengan sebutan Kie-soe, orang gagah, lagi pula dengan
berkata begitu, Wong Tie Hian sengaja ingin memancing agar orang ini jadi
terjerat dan menunjukkan kepandaiannya kalau memang mereka bertempur, dan
dengan melihat ilmu silat orang, Wong Tie Hian akan dapat mengetahui murid
siapa orang bertopeng ini.
Tetapi diluar dugaannya, orang bertopeng itu ketawa dingin dan menyahuti
dengan kata-kata licik sekali : "Kalau memang Wong Lo-cianpwee tak mau
melepaskan kedua utusan itu, akupun tak bisa berbuat sesuatu mengingat
kepandaianku tak mungkin dapat menandingi kepandaian yang dimiliki oleh Loocianpwee, apa lagi ditambah oleh orang-orang gagah yang banyak berkumpul di
sini dan lagi pula kalau kedua orang utusan Pek Bwee Kauw itu mau di bunuh pun
tak menjadi urusanku, aku tak rugi apa-apa, hanya aku akan pergi keseluruh
pelosok daratan Tionggoan ini dan manyiarkan peristiwa ini kepada seluruh orangorang gagah di daratan Tionggoan ini !" dan setelah berkata begitu, orang
bertopeng itu memutar tubuhnya sambil berkata : "Baiklah, aku yang rendah
permisi saja untuk berlalu !"
Wong Tie Hian murka sekali, tubuhnya sampai tergetar. Dengan
mengeluarkan suara bentakan yang keras, dia mengulurkan tangannya akan
menangkap orang. Orang bertopeng itu, yang mengaku sebagai orang she Thio mengetahui Tie
Hian menyerang dirinya, dengan cepat dia menjejakkan kakinya, tubuhnya
mencelat ke depan. Tetapi gerakannya kalah cepat dengan jago tua she Wong itu,
karena dengan suara memberebet, baju didekat pundaknya robek terkena
cengkeraman Wong Tie Hian.
Orang bertopeng itu mengaduh kesakitan sambil memegangi bahunya yang
mungkin terluka kena dicengkeram oleh Tie Hian, dia memutar tubuhnya, sambil
menahan perasaan sakit dia berkata dengan suara yang dingin: "Hmmm..... apakah
Wong Tay-hiap, seorang jago yang ternama dan mempunyai kedudukan tinggi
dalam kalangan Kang-ouw hanya pandai menghina orang-orang lemah dan orangorang dari angkatan muda ?" ejeknya. "Baiklah, bunuhlah aku ! Memang seorang
saksi yang mengetahui kebusukan seseorang, harus dilenyapkan, agar nama harum
tetap dapat dipertahankan !" dan setelah berkata begitu, orang bertopeng itu ketawa
gelak-gelak nyaring sekali.
446 .
Wajah Wong Tie Hian jadi merah padam, saking murkanya dia jadi
menghajar meja. "Brakkk !" meja itu ambruk hancur, karena Wong Tie Hian menghajar
dengan menggunakan tenaga Lwee-kangnya. Dia. murka, tetapi tidak bisa
melampiaskan kemurkaannya itu.
"Pergilah !" bentak Tie Hian akhirnya. "Hmmm, kalau memang aku tak
mengingat bahwa besok adalah hari ulang tahunku, pasti akan kubunuh kau !"
"Bagus ! Bagus ! Rupanya hanya disebabkan hari ulang tahun yang
membahagiakan itu aku dapat terlolos dari tangan maut dan terhindar dari
kematian di tangan seorang gagah besar yang mempunyai nama yang harum di
dalam rimba persilatan ! Bagus ! Sekarang ingat, biar bagaimana persoalan ini
akan diketahui oleh para orang gagah, kalau memang kau tak membunuhku,
kebusukan dari jago besar yang menpunyai nama harum Wong Tie Hian akan
didengar oleh setiap kuping orang-orang gagah di daratan Tionggoan !"
"Brakkk !" Kembali Wong Tie Hian menghajar meja itu.
"Pergi!" bentaknya murka.
"Oho, aku bukan anjing yang dapat diperintahkan begitu garang !" kata siorang bertopeng mengejek lagi. "Ayahku sendiri belum pernah memperlakukan
aku begitu macam, apa lagi hanya seorang manusia busuk ! Hmmm, kemana aku
suka aku dapat pergi tanpa ada yang dapat melarangnya !"
Murka sekali Wong Tie Hian, tubuhnya sampai tergetar. Begitu juga orangorang gagah lainnya. mereka sampai berseru marah. Mereka menganggap bahwa
kelakuan orang bertopeng itu keterlaluan sekali.
"Pergi ! Kalau memang kau masih mau mengacau tak keruan, aku tak akan
menggunakan peraturan yang tua atau yang muda, aku akan membunuhmu!"
bentak Wong Tie Hian. "Ha, ha, ha, bunuhlah kalau memang berani melakukan hal itu, tetapi ini
disaksikan oleh beratus pasang mata ! Bunuhlah! Tetapi kebusukanmu pasti tetap
akan tersiar!" kata orang bertopeng itu dingin.
Wong Tie Hian jadi murka sekali, tetapi dia tak bisa melampiaskan
kemurkaannya itu. Dia mendelik kearah Thian san Sian-eng yang telah merangkak
berdiri. Han Han maju menghadapi orang bertopeng itu, di hati anak muda ini telah
mengambil suatu keputusan.
447 .
"Kau seorang yang betul-betul kurang ajar sekali!" bentak Han Han dengan
suara yang keras. "Hmmm, terhadap orang yang tingkatan lebih tinggi dan lebih
tua dari kau, tetapi kau telah berlaku begitu congkak. Biarlah aku yang
menghadapimu!" dan Han Han memberi hormat kepada Wong Tie Hian: "Harap
Wong Loo-cianpwee mundur dulu, tak perlu bercapai lelah merobohkan seorang
monyet kecil ini!" Wong Tie Hian memang sedang serba salah dia jadi mengangguk dan
kembali ketempatnya. Dan, orang bertopeng itu jadi mencilak matanya, sikapnya jadi agak gugup.
"Kau..... kau mau menjadi tukang pukulnya orang she Wong itu?" bentaknya
dengan suara yang keras. " Hmmm.....aku ingin melihat berapa tinggi kepandaianmu sehingga begitu
berani sesumbar di hadapan Wong Loo-cianpwee?" kata Han Han dengan suara
yang tetap. "Dan aku akan membuka matamu, bahwa dengan hanya menghadapi
aku dari kalangan muda, kau pasti dapat dirobohkan!"
Orang bertopeng itu ketawa dingin, tetapi dengan tidak terduga dia
menjejakkan kakinya untuk kabur.
Han Han memang sudah menduga bahwa orang bertopeng itu akan
melakukan hal tersebut, dengan cepat dia juga menjejakkan kakinya, sekali
mengulurkan tangannya, dia mau menjambret punggung orang.
Tetapi orang bertopeng itu cukup gesit dia mengegoskan dan melarikan diri
pula. Han Han mengeluarkan seruan, dia mengempos semangatnya, lalu dengan


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

sekali menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melambung tinggi melewati orang
bertopeng itu, di saat tubuhnya meluncur turun, dia mengeluarkan tangannya,
menotok jaian darah Wie-tiong-hiatnya orang bertopeng itu, sehingga tidak ampun
lagi, dengan mengeluarkan suara keluhan, orang bertopeng itu rubuh terjungkal di
lantai. Indah sekali gerakan Han Han itu, sehingga semua orang yang menyaksikan
hal itu jadi bersorak dan memuji anak muda she Han tersebut.
Pada saat itu tubuh Han Han telah meluncur turun ke lantai, tetap di samping
orang bertopeng yang terkulai di lantai dalam keadaan tertotok.
Han Han berdiri sambil ketawa dingin, dilihatnya mata orang bertopeng itu
mencilak bengis, tetapi membayangkan kegugupan orang bertopeng tersebut.
448 .
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
HAN HAN memutar tubuhnya menghadapi Wong Tie Hian.
"Wong Loo-cianpwee !" katanya. "Hukuman apa yang harus dijatuhkan
kepada orang takabur ini " "
Wong Tie Hian menghampiri.
"Lepaskanlah dia!" kata Wong Tie Hian. "Biar dia berlalu !"
"Tetapi kita harus mengetahui dulu siapa adanya dia !" kata Han Han.
"Baiklah, sekarang biar aku mengurus kedua utusan tengik itu, nanti baru kita urus
orang bertopeng ini !" dan Han Han memutar tubuhnya menghadapi Thian-san
Sian-eng. Sebetulnya, tadi waktu orang bertopeng itu membela mereka, Thian-san
Sian-eng telah kegirangan, mereka yakin bahwa mereka pasti akan terloloskan dari
tangan orang-orang gagah ini. Tetapi hati mereka jadi ciut dan nyali mereka benarbenar pecah waktu melihat dalam segebrakan saja orang bertopeng itu telah dapat
diringkus oleh Han Han. Mereka jadi ketakutan. Maka dari itu, di saat Han Han
sedang membalikkan tubuhnya, mereka telah mengambil keputusan, dengan
berbareng Auwyang Boen dan Sung Ming menjejakkan kaki mereka dan kabur
dengan cepat dan sekuat tenaganya kearah pintu, untuk kabur.
Tetapi Han Han mana mau melepaskan kedua orang yang pernah menyuruh
orang menyiksanya " Maka dari itu, dengan cepat tubuhnya mencelat dan dua kali
jejakkan saja, anak muda she Han tersebut telah berada di belakang Thian-san
Sian-eng. "Roboh kau !" bentak Han Han sambil menghantam punggung Auwyang
Boen dan dengan telak punggung Auwyang Boen kena terhajar, maka dengan
mengeluarkan suara jeritan yaag menyayatkan, tubuh orang she Auwyang itu
rubuh terjungkel, dari mulut memuntahkan darah segar.
Melihat keadaan Auwyang Boen, Sung Ming jadi lenyap semangatnya,
terbang keberaniannya, dengan tak menoleh lagi dan tak memperdulikan keadaan
Auwyang Boen yang telah rubuh terjungkel, Sung Ming mengeropos semangatnya
dan melarikan diri dengan ketakutan.
Tetapi Han Han bekerja tak mau kepalang tanggung. Setelah berhasil
merubuhkan Auwyang Boen, anak muda ini melompat mencelat tinggi sekali,
dalam waktu singkat dia telah berada di belakang Sung Ming.
449 .
Waktu Sung Ming akan keluar dari pintu ruangan itu, dia merasakan
samberan angin yang santer, hatinya jadi mencelos, karena segera juga dia
mengetahui dirinya telah kecandak oleh Han Han.
Dengan mengeluarkan jeritan kalap, Sung Ming tak memperdulikan
serangan Han Han itu, hanya dengan mengerahkan seluruh tenaga Lwee-kangnya
di kaki, dia menjejakkan kakinya dengan ketakutan, tubuhnya mencelat pesat ke
depan. Han Han sendiri jadi memukul tempat kosong.
Tetapi anak muda she Han lihai sekali, deagan mengeluarkan bentakan,
tubuhnya telah mencelat lagi, dia mengulurkan tangannya akan mencengkeram
pundak Sung Ming. Sung Ming sendiri merasakan samberan angin serangan kembali.
Cepat-cepat dia memutar tubuhnya menangkis serangan Han Han.
"Dukkk !" tangan mereka saling bentur.
Tubuh Sung Ming terpental jauh sekali.
Tetapi dengan menggunakan kesempatan sedang tubuhnya terapung itu,
Sung Ming berpoksay, lalu berjumpalitan dan waktu kakinya menyentuh lantai, dia
menjejakkan kakinya untuk kabur.
Han Han mendongkol melihat kelicikan orang, dia mengempos
semangatnya, dengan dua kali jejakkan, dia telah dapat menyusul di belakang Sung
Ming lagi. Pada saat itu mereka telah berada di luar ruang dan orang-orang yang
berkumpul di ruang itu pada keluar untuk melihat keadaan Sung Ming yang masih
dikejar oleh Han Han. Bagaikan burung Elang, Han Han mencelat dan menubruk kearah Sung
Ming. Sung Ming merasakan samberan angin serangan, dia mau menggunakan
kesempatan seperti tadi. Dia membalikkan tubuhnya sambil mengangkat tangannya untuk
menangkis. Tetapi dia jadi kecele dan hatinya mencelos dengan semangat yang terbang.
"Celaka !" keluhnya.
Karena Han Han ternyata bukan menyerang, melainkan mencengkeram.
Waktu Sung Ming membalikkan tubuhnya menangkis, Han Han menarik pulang
tangannya, dia membalikkan telapak tangannya, tahu-tahu jari tangannya berhasil
450 .
menotok jalan darah Kay-tiong-hiatnya Sung Ming, sehingga dengan
mengeluarkan seruan kaget, Sung Ming rubuh ke lantai tanpa dapat berkutik lagi !
Han Han berdiri di samping Sung Ming.
"Hmmm ..... sekarang kau mau melarikan diri kemana " " tegur Han Han
dengan suara mengejek. Tampak Wong Tie Hian dengan diiringi oleh beberapa orang-orang gagah
keluar. Han Han cepat-cepat menhampiri.
Dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat.
"Wong Loo-cianpwee, bagaimana menurut pendapat Wong Loo-cianpwee
kalau kepandaian kedua orang Pek Bwee Kauw ini dimusnahkan " " tanya Han
Han. Wong Tie Hian mengerutkan alisnya.
Sedangkan orang-orang gagah yang berdiri di belakang Wong Tie Hian
sudah lantas mendahului jago she Wong itu menyetujuinya.
Akhirnya Wong Tie Hian menghela napas.
"Baiklah !" katanya perlahan. Kita melakukan ini bukan tak memandang
peraturan Kang-ouw, tetapi kedua orang ini, Thian-san Sian-eng sangat jahat sekali
di dalam rimba persilatan, mereka banyak sekali melakukan perbuatan-perbuatan
jahat, maka dengan dimusnahkannya kepandaian mereka, berarti kita mengurangi
kejahatan-kejahatan di dunia ini !"
Han Han mengangguk. "Benar !" katanya.
Dan jago-jago lain juga membenarkan.
"Siapa yang akan turun tangan memusnahkan kepandaian Thian-san Sianeng ini ?" tanya salah seorang jago-jago di belakang Wong Tie Hian.
Wong Tie Hian menghela napas lagi.
"Bagaimana kalau Lohu minta bantuan Siauw-hiap untuk mewakili Lohu
memusnahkan kepandaian kedua orang ini ?" tanya Wong Tie Hian kemudian pada
Han Han. Han Han ragu sesaat. "Benar! Memang Siauw hiap yang cocok untuk memusnahkan kepandaian
kedua orang ini !" beberapa orang jago juga membenarkan.
Akhirnya Han Han menerima saran itu.
"Baiklah !" katanya sambil tertawa. "Aku akan mewakili Wong Tay-hiap "
451 .
Dan setelah berkata begitu Han Han membungkukkan tubuhnya memberi
hormat, kemudian dia memutar tubuhnya menuju ke arah Sung Ming.
Walaupun tertotok jalan darahnya, tetapi Sung Ming tak mengalami luka,
dia juga masih tersadar, maka mendengar bahwa Han Han akan memusnahkan
kepandaian ilmu silatnya dia jadi ketakutan sekali. Matanya mencilak berulang
kali, wajahnya pucat sekali.
Lebih-lebih waktu melihat Han Han menghampirinya, dia jadi ketakutan
setengah mati. "Jangan ..... jangan dimusnahkan kepandaianku!" katanya sesambatan. "Aku
berjanji tak akan melakukan perbuatan jahat lagi!"
Han Han ketawa dingin. "Kata-katamu mana bisa dipegang dan di percaya?" kata anak muda she Han
ini. "Sungguh ! Demi Thian, ampunilah aku!" sesambatan Sung Ming.
Han Han mendongkol sekali melihat sikap pengecut dari jago Thian San ini.
Dengan tak berkata lagi Han Han mengulurkan tangannya untuk menotok
beberapa jalan darah jago itu.
"O, jangan ....." keluh Sung Ming.
Tetapi tangan Han Han telah menotok, sehingga seketika itu juga dia
mengeluh kembali dan dirasakan tubuhnya lemas. Habislah ilmu silatnya, untuk
seterusnya dia akan menjadi manusia biasa, malah lebih lebih dari orang-orang
yang tak mengerti ilmu silat.
"Hmmm..... kali ini kami mengampuni jiwa kalian, hanya melenyapkan ilmu
silat kalian!" kata Han Han dingin setelah itu. "Tetapi kalau lain hari kutemui
kalian masih berbuat kejahatan, hmmm, tak ada ampun lagi bagi kalian!"
Dan setelah berkata begitu, Han Han memutar tubuhnya. dia menuju kearah
Auw-yang Boen yang masih menggeletak.
Tadi melihat Sang Ming dimusnakan kepandaian ilmu silatnya Auwyang
Boen telah ketakutan setengah mati, apa lagi waktu melihat Han Han menghampiri
dirinya, dia jadi ketakutan sekali.
"O Siauw-hiap.....ampunilah selembar jiwaku ini!" dia mengeluh minta
dikasihani oleh anak muda she Han itu, matanya juga mencilak ketakutan.
Han Han ketawa mengejek. "Ya, jiwa kalian memang kami ampuni!" kata anak muda she Han ini dingin
sekali. 452 .
"Tetapi Siauw-hiap..... jangan..... jangan memusnahkan ilmu silatku,
ampunilah aku Siauw-hiap!" sesambat Auwyang Boen, malah dia menangis.
"Untuk selanjutnya aku akan mengasingkan diri dan tak akan melakukan kejahatan
lagi." Han Han muak melihat kepengecutan orang.
"Hmmm. kau tak tahu malu!" kata Han Han dingin. "Apakah begini sikap
seorang jago?" "Ya, Siauw-jin memang pengecut.....!" sesambatan Auwyang Boen lagi."
Ampunilah Siauw-hiap, janganlah melenyapkan ilmu silatku!"
Han Han mendengus mengejek.
Dia meugulurkan tangannya.
"O, jangan Siauw-hiap..... ! " teriak Auwyang Boen ketakutan sekali.
Tetapi Han Han tak memperdulikan teriakan Auwyang Boen, dia telah
menotok beberapa jalan darah dari jago Thian-san ini, sehingga keringat berketelketel dari kening orang she Auwyang tersebut.
Lemaslah tubuh Auwyang Boen. Kepandaian ilmu silatnya telah musnah.
Seorang jago yang menjadi tamu Wong Tie Hian telah membuka totokan
Han Han, lalu mengusir Thian-san Sianeng seperti mengusir anjing.
Dengan lesu, kedua jago yang telah musnah linu silatnya itu ngeloyor pergi.
Han Han dan Wong Tie Hian beserta jago-jago lainnya menghampiri orang
bertopeng yang masih tertotok.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 32 ORANG bertopeng yang meringkuk di lantai tanpa dapat bergerak karena
tertotokoleh Han Han, menatap kedatangan jago-jago itu dengan mata mencilak,
tampakuya dia gugup sekali.
Han Han telah menghampiri Wong Tie Hian.
"Wong Loo cianpwee ..... orang bertopeng ini kuserahkan kepada Loocianpwe saja !" kata Han Han.
Wong Tie Hian mengangguk.
Dia menghampiri orang bertopeng itu.
453 .
"Apakah kau ingin menerima nasib yang sama dengan Thian-san Sian-eng,
dilenyapkan ilmu silatmu?" bentak Wong Tie Hian dengan suara yang keras.
Orang bertopeng itu tidak menyahuti, dia hanya mendelik dengan gusar.
Wong Tie Hian menghampiri lebih dekat, dia mengulurkan tangannya akan
membuka topeng orang. Tetapi belum lagi dia membuka topeng itu, salah seorang pelayan keluarga
Wong ini berlari-lari masuk dengan muka yang pucat.
"Wong Loo ya ..... ! Wong Loo ya !" teriak pelayan keluarga Wong sambil
berlari-lari menghampiri. Wajahnya pucat sekali dan rupanya dia ketakutan sekali.
Wong Tie Hian jadi membatalkan membuka topeng orang, dia membalikkan
tubuhnya dengan mengerutkan alisnya.
"Sam-jie, ada apa?" tanyanya.
"Celaka Loo-ya, orang-orang Pek Bwee Kauw telah mengurung gedung kita
!" kata si pelayan dengan suara gemetar.
"Berapa banyak jumlah mereka ?" tanya Wong Tie Hian sambil
mengerutkan alisnya. "Berjumlah ribuan orang. Loo-ya !" kata si pelayan, napasnya juga
memburu. "Siapkan orang-orang." kata Wong Tie Hian.
Si pelayan mengiyakan. Semua orang-orang gagah juga bersiap-siap.
Mereka mencari tempat yang baik untuk dijadikan tempat penjagaan yang
ketat sekali. Hanya Han Han yang masih penasaran terhadap orang bertopeng itu.
Di kala semua orang berlalu, Han Han menghampiri orang bertopeng itu.
Dia berjongkok di samping orang.
"Cie-cie, maafkan, aku tadi terpaksa melakukan hal kurang ajar padamu !"
kata Han Han. Mata orang bertopeng itu mendelik.
"Siapa cie-ciemu ?" bentaknya aseran.
"Biarlah kubuka totokanmu !" kata Han Han.
"Jangan sentuh diriku !" bentak orang bertopeng itu. Nyaring suaranya.
Han Han jadi melenggak. "Heh, kau tak mau dibuka totokan pada dirimu ?"
tanya Han Han heran. "Jangan sentuh diriku!" bentak orang itu lagi dengan suara aseran.
454 .
"Cie-cie, mengapa kau selalu harus merahasiakan dirimu "'' kata Han Han
lagi. "Bukalah topengmu !"
"Jangan seutuh diriku t" bentak orang bertopeng itu lagi. "Aku bukan cieciemu ! Kalau memang kau berani membuka topengku, biarlah aku membunuh diri
dengan menggigit lidahku !"
Han Han terperanjat. Inilah hebat! Kalau dia memaksa membuka topeng orang dan benar-benar orang
bertopeng ini membuktikan ancamannya menggigit lidahnya sampai purus, sampai
binasa, bukankah sama juga dengan Han Han yang membunuhnya "
Itupun masih untung kalau ternyata orang lain, tetapi kalau ternyata orang
bertopeng tersebut memang benar-benar cie-cienya, bukankah hal itu akan
menyedihkan dan mendukakannya.
Han Han jadi serba salah. "Bebaskan diriku !" bentak orang bertopeng itu
lagi. "Baik ! Baik !" kata Han Han cepat. Dia mengulurkan tangannya akan
membuka totokan orang. Tetapi orang bertopeng itu telah membentak lagi : "Jantan sentuh diriku !"
Han Han kembali jadi melengak, tetapi dia tersadar dengan mendongkol.
"Bagaimana aku membebaskanmu kalau memang aku tidak mengurut
tubuhmu ?" tanyanya.
"Hmm ..... kalau kau sentuh diriku, akan kugigit lidahku, biarlah aku binasa!
Dan kau adalah pembunuhnya !" kata orang bertopeng itu.
Han Han tambah tak mengerti.
"Mengapa kau menuduh aku yang membunuhmu kalau memang kau yang
membunuh diri " Aturan dari mana kau pakai ?" bentak Han Han mendongkol.
"Hmm ..... bukankah dengan kau menjentuh diriku maka aku akan menggigit


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

lidahku dan aku binasa. Dan dengan kebinasaanku itu bukankah berarti disebabkan
gara-garamu " Apakah kau masih mau membantah " "
Han Han jadi kewalahan juga menghadapi sikap orang. Dia bangkit berdiri.
"Hei bebaskan aku !" teriak orang bertopeng itu dengan suara yang nyaring.
Han Han jadi tambah mendongkol.
"Kau minta aku membebaskan kau, tetapi kau melarang aku menyentuh
dirimu, mana bisa aku membebaskan kau dari totokan itu ?" kata Han Han
mendelu. 455 .
Orang itu jadi mendelik dengan mata mencilak.
"Bebaskan totokanmu itu !" teriaknya.
"Baik ! Baik ! Aku mau saja membebaskan kau dari totokan !" kata Han Han
sambil berjongkok lagi. Tetapi waktu dia mengulurkan tangannya akan membuka totokan itu. Orang
bertopeng itu telah membentak lagi "Jangan menyentuh tubuhku !"
Han Han benar-benar kewalahan, saking mendongkolnya, tanpa
mengucapkan sepatah kata, dia bangkit dan akan berlalu keluar, karena
didengarnya suara ribut-ribut di luar. Dia menduga orang-orang Pek Bwee Kauw
pasti telah menyerbu. Orang bertopeng itu juga tidak memanggilnya lagi.
Begitu sampai di luar, tampak oleh Han Han, para jago undangan Wong lie
Hian telah bersiap-siap akan menerima serbuan dan orang-orang Pek Bwee Kauw.
Suara ribut-ribut itu ternyata berasal dari orang-orang Pek Bwee Kauw yang
mengepung gedung Wong Tie Hian.
Han Han menghampiri orang she Wong itu.
"Sudah Siauw-hiap bebaskan orang bertopeng itu?" tegur Wong Tie Hian
waktu dia melihat Han Han mendatangi kearahnya.
Han Han menggeleng. "Dia tak mau tubuhnya tersentuh !" kata Han Han.
"Hah ?" Wong Tie Hian heran.
"Dia mengancam kalau memang aku menyentuh tubuhnya untuk
membukakan totokannya ini, dia akan menggigit lidahnya dan binasa membunuh
diri ! "Hah ?" Wong Tie Hian tambah heran.
"Ya, aneh sekali adat orang itu !" kata Han Han.
Wong Tie Hian menghela napas.
"Disebabkan diri Lohu maka telah merepotkan banyak orang-orang gagah,
sehingga membikin hati Lohu jadi tak enak." kata Wong Tie Hian.
"Jangan Wong Loo-cianpwee berkata begitu!" kata Han Han cepat. "Kita
sesama saudara kalangan rimba persilatan, mana bisa melihat peristiwa yang tidak
adil terjadi di depan mata?"
Wong Tie Hian menghela napas lagi.
"Ya, sebetulnya Lohu sendiri juga bingung dengan cara apa harus
mengucapkan terima kasih Lohu kepada Siauw-hiap dan orang-orang gagah
456 .
lainnya !" Dan, Wong Tie Hian berhenti sesaat ketika didengarnya suara ribut-ribut
di luar gedung, suara pekik sorak orang-orang Pek Bwee Kauw ymg mengurung
gedungnya. Kemudian sambil menghela napas, dia menoleh kepada Han Han.
"Dengan Khu Sin Hoo Siauw-hiap mempunyai hubungan apa ?" tanya
Wong Tie Hian kemudian kepada Han Han.
Han Han menceritakan segalanya pada jago tua she Wong ini.
"Hebat kau, Siauw-hiap !" kata Wong Tie Hian setelah selesai mendengar
cerita Han Han. "Pantas saja kepandaianmu luar biasa ! Tak heran ! Karena kau
mempunyai beberapa orang guru yang luar biasa sekali!"
Han Han cepat-cepat mengeluarkan kata-kata merendah.
Tetapi, berbareng dengan saat itu, terdengar suara bentakan-bentakan di luar
gedung, disusul kemudian dengan suara seruling yang tertiup nyaring sekali.
"Minggir semua ! Kauw coe mau lewat !" terdengar di luar gedung orang
berteriak. Terdengar suara orang yang hiruk-pikuk itu jadi lenyap, hanya terdengar
suara langkah kaki yang ramai sekali, kemudian sunyi. Yang terdengar hanyalah
alunan seruling yang nyaring sekali, kadang-kadang bernada tinggi, kemudian
berubah menjadi perlahan dan bernada rendah, menyedihkan pendengaran.
"Thio See Ciang telah datang sendiri ! kata Wong Tie Hian berbisik di
telinga Han Han. Han Han mengangguk. Hati anak muda she Han ini jadi berdebar keras, darahnya bergolak, karena
orang she Thio itu adalah musuh besar keluarganya. Dengan tak sengaja
mencarinya, dia bisa menemui musuhnya, maka dari itu dia memasang mata
dengan penuh kewaspadaan. Dia sudah tak memikirkan apapun, yang ada di dalam
ingatannya hanyalah akan membalas dendamnya pada Thio See Ciang!
Di antara kesunyian itu, tiba-tiba terdengar orang berteriak dengan suara
mengguntur : "Wong Tie Hian ! Kauw-coe Pek Bwee Kauw Thio See Ciang, ingin
bertemu dengan kau ! Keluarlah !"
Wong Tie Hian jadi berubah tegang, dia berdiam diri sesaat, tetapi setelah
menoleh kepada Han Han yang mengawasinya, dia menghela napas dan bangkit
berdiri dari tempatnya. Perlahan-lahan dia menuju kearah pintu.
Han Han cepat-cepat mengikuti di belakangnya.
457 .
Begitu juga dengan jago-jago lainnya, yang sudah lantas mengikuti di
belakang Wong Tie Hian. Waktu pintu dibuka oleh pelayan keluarga Wong, ternyata di luar telah
berdiri berbaris anak buah Pek Bwee Kauw, dan mata mereka umumnya
memandang dengan kilatan mata yang bengis dan mengandung hawa pembunuhan.
Han Han mengikuti Wong Tie Hian sampai di muka orang-orang itu, di
mana tampak seorang lelaki yang bertubuh tegap dan bermuka bengis berdiri
dengan sikap yang angkuh, di belakangnya, tampak orang-orang berdiri
mengiringinya. Sedangkan pada saat itu Wong Tie Hian telah merangkapkan tangannya.
"Selamat datang Thio Kauw-coe !" katanya dengan suara yang tawar. "Lohu
tak menduga sedikitpun bahwa akan menerima keberuntungan ini mendapat
kunjungan Thio Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw !"
Lelaki bermuka bengis itu memang Thio See Ciang.
" Hmm ..... " orang she Thio itu mendengus, sikapnya dingin sekali, seperti
juga tidak memandang sebelah mata kepada Wong Tie Hian. "Kami telah
mengutus dua orang utusan, tetapi mereka tidak menerima perlakuan yang
selayaknya. Sebetulnya Wong Kie-hiap keterlaluan dengan memusnakan
kepandaian mereka ! Apa maksud Wong Kie-hiap sebetulnya "!"
Hebat Kauw-coe ini, sekali bicara sudah lantas menyemprot Wong Tie Hian.
Wong Tie Hian telah ketawa dingin, sikapnyapun dingin sekali.
"Sebetulnya kami telah memperlakukan mereka cukup baik, hanya Kauwcoe salah memilih orang waktu ingin mengirimkan utusan pada Lohu ! Hmm .....
mereka terlalu takabur dan congkak serta kurang ajar sekali, itupun kalau memang
Lohu tak mengingat akan hubungan kita, mungkin telah Lohu mampusi!"
Wajah Thio See Ciang berubah hebat, orang yang berdiri di belakang Kauwcoe itu juga mengeluarkan seruan gusar. Tetapi Wong Tie Hian tidak mau
memperdulikan mereka. Thio See Ciang sendiri dengan cepat dapat menguasai dirinya. Dia
mengangkat tanganaya, maka suara seruan dan makian gusar dari anak buahnya
jadi terhenti. Suasana jadi sunyi, tetapi tegang sekali.
"Jadi Wong Kie-hiap tetap tak mau bekerja sama dengan kami pihak Pek
Bwee Kauw ?" tanya Thio See Ciang kemudian dengan suara yang tawar.
Wong Tie Hian merangkapkan tangannya lagi.
458 .
"Thio Kauw-coe harus mengerti mengenai penolakan Lohu terhadap maksud
baik dari Thio Kauw-coe." kata Wong Tie Hian dengan sikap yang tenang.
"Pertama mengingat usia Lohu yang telah lanjut dan lagi pula Lohu telah
menyimpan pedang dan menyembunyikan nama untuk beberapa tahun lamanya,
maka Lohu tak ingin mencampuri lagi segala urusau keduniawian!"
Thio See Ciang mendengus dengan muka yang tak enak dipandang.
Wong Tie Hian telah berkata lagi : "Dan, mengingat akan semua itu kuharap
Thio Kauw-coe mau mengerti dan kita bersahabat saja ! Bukankah dengan jalan
begitu kita akan memperoleh jalan yang sama-sama enak untuk kedua pihak "!"
"Hmmm ..... enak sekali kau berkata, Wong Kie hiap !" kata Thio See Ciang
dengan suara dingin. "Sebetuluya aku tak ingin mencari persengketaan dengan kau
orang she Wong, namun kau keterlaluan dalam memperlakukan orang-orang kami.
Utusan kami kau musnakan ilmu silatnya, malah menurut kedua orang utusan
kami, kau orang she Wong telah sesumbar bahwa kau ingin membunuh seluruh
orang Pek Bwee Kauw ! Maka dari itu, kami ingin mendapat pertanggungan jawab
dari kau, orang she Wong !"
Wajafc Wong Tie Hian jadi berubah dia jadi mendongkol sekali mendengar
perkataan Thio See Ciang.
"Jadi Kauw-coe tetap ingin mendesak aku " " tanyanya dengan suara yang
tawar. "Bukan kami ingin mendesak Wong Kie-hiap, tetapi kami ingin meminta
tanggung jawab Wong Kie-hiap terhadap perlakuan yang diterima oleh kedua
orang utusan kami itu !" menyahuti Thio See Ciang cepat. Wong Tie Hian jadi
tambah mendogkol. Dia tahu, alasan itu hanyalah merupakan alasan yang dicaricari belaka.
"Jadi apa maunya Thio Kauw-coe ?" tanya Wong Tie Hian tawar.
"Hmmm ..... sekarang biarpun Wong Kie-hiap ingin bekerja sama dengan
pihak Pek Bwee Kauw, rasanya sulit untuk diterima ! " menyahuti Thio See Ciang
dengan suara yang dingin dan pandangan matanya bengis. "Dan atas penghinaan
terhadap diri kedua anak buah kami yang waktu itu sengaja kami utus sebagai kurir
kami, maka Pek Bwee Kauw akan meminta ganti kerugian !"
"Jadi apa maksud Thio Kauw coe" " tegur Wong Tie Hian dengan suara
yang agak tergetar, karena dia sangat murka sekali dan tubuhnya juga agak
menggigil, karena dia berusaha menindih perasaan gusarnya itu.
459 .
"Apakah masih perlu juga kami sebutkan keperluan kami kepada Wong Kiehiap " " tegur Thio See Ciang tawar. Dia juga ketawa dingin.
Wong Tie Hian menghela napas untuk menenangkan gejolak hatinya, kalau
memang dia tak mengingat bahwa dia sedang berusaha mencari jalan damai, tentu
dia telah menyerang orang she Thio yang menjadi Kauw-coe Pek Bwee Kauw
tersebut. "Baiklah !" kata Wong Tie Hian akhirnya. "Rupanya Pek Bwee Kauw
memang sengaja mendesak Lohu demikian rupa! Tetapi, walaupun apa yang
terjadi, ingin Lohu katakan disini, persoalan ini adalah-persoalan antara Thio
Kauw-coe, atau Pek Bwee Kauw, dengan Lohu pribadi, jadi tidak ada sangkut
pautnya dengan orang lain atau keluarga Lohu, maka jika sampai terjadi sesuatu
apapun, Lohu minta pihak Pek Bwee Kauw tak menyangkut pautkan persoalan ini
dengan orang lain atau keluarga Lohu !"
Thio See Ciang ketawa tawar,
"Mengapa Wong Kie-hiap mempunyai dugaan sampai begitu jauh ?"
tegurnya dengan suara yang dingin. "Sedikitpua kami tidak mempunyai maksud
jelek kepada Wong Kie-hiap. Pun kami tak akan melukai seujung rambut Wong
Kie-hiap ..... apa lagi keluarga atau kawan Wong Kie-hiap, mana kami berani
untuk melukai atau mencelakainya " Oho, kami hanya mau minta pengertian Wong
Kie-hiap agar mau pindah dari daerah ini !. Daerah Kang-lam kami rasa tidak
sesuai untuk tempat pengasingan Wong Kie-hiap dan kami minta Wong Kie-hiap
mau mengalah sedikit pindah ke daerah lain saja !"
Wajah Wong Kie Tie Hian jadi merah padam.
Perkataan Thio See Ciang merupakan penghinaan yang paling hebat bagi
dirinya. "Hmmm ..... Thio Kauw-coe terlalu memandang rendah pada Lohu orang
she Wong !" kata Wong Tie Hian dingin. "Apakah Thio Kauw-coe mengira bahwa
Lohu takut menghadapi kematian "! Hmmm, walaupun harus mampus, tetapi Lohu
tak akan pindah dari daerah ini !"
Thio See Ciang ketawa besar waktu mendengar perkataan Wong Tie Hian.
"Jadi Wong Kie-hiap mau mengartikan bahwa Wong Kie-hiap tetap tak mau
mengalah sedikitpun atau memberi muka sedikit kepada kami dari pihak Pek Bwee
Kauw ?" tegurnya. Wong Tie Hian mengangguk tegas.
460 .
"Ya, " dia menyahuti. "Biar apapun yang terjadi, Lohu akan tetap menetap di
daerah ini !" Suasana jadi tegang sekali, karena wajah Thio See Ciang telah berubah
hebat, bengis sekali, pula banjir darah dan pertemputan hebat pasti akan terjadi
serta tak bisa dielakkan lagi.
Han Han sendiri sejak melihat Thio See Ciang, darahnya telah bergolak,
meluap sampai ke kepala, matanya memancar bengis memandang Thio See Ciang.
Dia jadi membayangkan, betapa jahatnya orang yang ada di hadapannya ini, yang
telah menghancurkan keluarganya. Maka waktu melihat Thio See Ciang terlalu
mendesak Wong Tie- Hian, anak muda ini tidak bisa mengendalikan dirinya lagi,
dia maju ke depan dan memberi hormat kepada Wong Tie Hian.
"Wong Loo-cian-pwee, Boan pwee kira untuk menghadapi orang sebangsa
kurcaci ini tak perlu terlalu sungkan." katanya dengan suara yang mengejek, yang
ditujukaa kepada Thio See Ciang. Boan-pwee kira tak perlu sampai orang-orang
sebangsa Pek Bwee Kauw tersebut menerima kehormatan dengan dilayani oleh
Loo cianpwee, biarlah Boan-pwee yang menghadapinya sendiri ..... dan orang she
Thio ini benar-benar tak mengetahui tingginya langit dan tak mengetahui dalamnya
bumi ! Hari ini Boan-pwee akan membuka matanya !" dan setelah berkata begitu,
tanpa menunggu persetujuan dari Wong Tie Hian, Han Han telah memutar
tabuhnya. Sejak anak muda she Han itu maju ke depan, wajah Thio See Ciang sudah
tidak enak dilihat, apa lagi waktu mendengar perkataan Han Han, dia jadi murka
sekali', sampai jenggot dan kumisnya bergoyang-goyang saking gusarnya.
"Orang she Thio!" bentak Han Han waktu dia telah memutar tubuhnya
menghadapi Thio See Ciang. "Rupanya Thian memang adil telah mempertemukan
antara kau dan aku! Hmmm ..... kau tentu ingat peristiwa enam tahun yang lalu, di
mana kau telah menghancurkan sebuah keluarga, yaitu keluarga Han Swie Lim,
bukan"! " Tadinya waktu Han Han menghadap kearahnya, See Ciang ingin
memerintahkan anak buahnya untuk meringkus Han Han, namun mendengar
pertanyaan Han Han, dia jadi melengak, sampai akhirnya dia tersadar dengan
murka. "Benar !" dia menyahuti dengan suara aseran. "Kalau memang keluarga Han
benar dihancurkan olehku, apakah kau memikirkan untuk membalas dendam "!"
461 .
"Sedikipun tidak salah !" menyahuti Han Han berani. "Hutang uang bayar
uang, hutang nyawa bayar nyawa dan sakit hati harus dibalas! Maka dari itu, tadi
telah kukatakan, Thian maha adil, tanpa kucari susah-susah, kau telah datang
sendiri kemari mengantarkan diri ! Hmmm ..... biar bagaimana hari ini kau jangan
harap dapat meloloskan diri dari kematian di tanganku !"
"Siapa kau bocah?" bentak Thio See Ciang dengan bengis dan wajahnya
berubah pucat. "Apakah masih perlu kusebutkan?" Balik tanya Han Han.
"Hmmm ..... kalau kau tak mau menyebutkan namamu kau akan mati dengan
kuburan tanpa nama!" kata Thio See Ciang mengejek, suaranya sangat bengis
sekali. Han Han tak melayani ejekan orang, dia malah telah mendengus
memandang enteng kepada Kauw-coe Pek Bwee Kauw tersebut.
"Hari ini kau jangan bermimpi dapat merubuhkan aku !" kata Han Han.
"Malah hari inilah kau cepat-cepat berdoa, karena sebentar lagi kau akan menemui
Giam-lo-ong untuk memikul dosa-dosamu yang telah luber melewati, takaran."
"Setan! Bocah setan !" teriak Thio See Ciang gusar sekali. "Apa
hubunganmu dengan Han Swie Lim ?"
"Hmm ..... " Han Han mendengus lagi. "Aku adalah, puteranya !"
Mendengar begitu, Thio See Ciang terkejut, dia sampai undur satu tindak
dan memandang dengan mata mendelong kepada Han Han, seperti juga sinar
matanya itu mau menembusi jantung anak muda she Han tersebut.
Han Han mendengus berulang kali, dia melihat perobahan wajah Kauw-coe
Pek Bwee Kauw itu. Tetapi belum lagi dia berkata untuk mengejek Kauw-coe Pek Bwee Kauw
tersebut dari belakang Thio See Ciang telah maju seseorang bertubuh tinggi besar,
berkepala botak dan memakai jubah sebagai seorang pertapaan, yaitu Hwee-shio.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Hwee-shio ini memberi hormat kepada Thio See Ciang.
"Kauw-coe, biarlah Tee-coe yang menghadapinya !" kata Hwee-shio itu.
Thio See Ciang mengibaskan lengan bajunya sambil mengangguk.
"Mampusi bocah kurang ajar itu ! " perintahnya.
Si Hwee-shio mengiyakan, kemudian memutar tubuhnya menghadapi Han
Han. 462 .
"Bocah, sekarang biarpun kau berlutut meminta-minta ampun kepada Kauwcoe, tetapi jiwamu tetap harus dikirim keneraka, karena kau terlalu kurang ajar !"
kata si Hwee-shio dengan suara yang bengis.
Han Han ketawa mengejek. "Apakah orang semacam kau ini pantas untuk menghadapi aku ?" ejeknya.
"Hu, hu, tak ada harganya sama sekali!"
Hwee-shio itu, yang menjadi anak buah Pek Bwee Kauw, jadi murka sekali.
"Bocah setan, kau tak mengetahui tingginya langit !" teriaknya. "Terimalah
kematianmu ini !" dan Hwee-shio tersebut menyerang dengan mengerahkan
tenaganya. Dia adalah seorang akhli Gwa-khang, akhli tenaga kasar, tenaga luar,
yaitu mengandalkan tenaga jasmani menurut ukuran tubuhnya yang besar, dan
setiap kali dia memukul batu gunung, pasti batu gunung itu akan hancur lebur
menjadi bubuk. Maka itu, di kala dia menyerang dengan sepenuh tenaganya
kepada Han Han, seorang anak muda bertubuh kecil dan kurus, dapat dibayangkan
betapa hebat kesudahannya kalau sampai Han Han tak bisa mengelakkannya.
Tetapi Han Han sangat tenang sekali.
Anak muda she Han ini merasakan sambaran angin serangan si Hwee-shio
sangat keras sekali. Dengan cepat Han Han mengatur posisi kakinya, kemudian dengan
mengeluarkan seruan yang nyaring, dia mencelat keatas, sehingga tangan si Hweeshio mengenai tempat kosong dan menghajar pilar, serta pilar itu berakibat jadi
hancur lebur berantakan. Waktu Han Han meluncur turun kembali, si Hwee-shio
telah membalikkan tubuhnya dan mengayunkan tangannya akan menyerang lagi,
tetapi Han Han lebih cepat dan gesit gerakannya.
Dengan mengebutkan lengan bajunya Han Han membentak:
"Menggelindinglah kau, kerbau gundul!" dan tampak tubuh si Hwee-shio terpental
kena kepretan tangan Han Han, ambruk di lantai dengan mengeluarkan jeritan
yang menyayatkan, karena waktu tubuhnya terbanting, kepalanyalah yang telah
membentur lantai dan disebabkan lemparan Han Han sangat keras sekali,
menyebabkan kepala Hwee-shio itu jadi hancur remuk !
Semua orang yaug menyaksikan hal tersebut jadi mengeluarkan seruan
kaget. Begitu juga Wong Tie Hian dan jago-jago undangannya, jadi menjerit kaget
dan ngeri, tetapi kemudian mereka bersorak memuji kekosenan anak muda she
Han yang luar biasa itu. 463 .
Tetapi, Thio See Ciang jadi berubah mukanya jadi pucat. Tadi dia telah
melihat betapa lincahnya Han Han, dan dalam segebrakan telah dapat membunuh
orangnya. Padahal, si Hwee-shio adalah tangan kanannya yang boleh diandalkan,
serta kepandaiannya juga tidak lemah.
Namun, walaupun telah melihat, betapa lihainya anak muda she Han itu,
tokh Thio See Ciang tidak jeri, dan malah murka sekali, sampai tubuhnya tergetar.
"Bocah busuk .!" bentaknya dengan suara yang bengis sekali. " Kau benarbenar manusia yang harus mampus! Jiwa orangku itu harus dibayar pulang
kembali!" Dan sesudah membentak begitu Kauw-coe Pek Bwee Kauw ini melompat
kearah Han Han, di mana anak muda she Han itu berdiri tegak menantikan musuh
besarnya ini. Waktu mereka sudah berhadap-hadapan, mereka jadi saling mengawasi
dengan mata mendelik. Napas Han Han agak memburu disebabkan darahnya yang
bergolak melihat musuh besarnya ini, yang sudah berada di hadapan matanya.
Pula, dia sudah mengambil keputusan, biar bagaimana dia harus membunuh orang
she Thio ini. Thio See Ciang juga memandang Han Han dengan bengis sekali. Di hati
Kauw-coe ini mengetahui bahwa Han Han sangat lihai dan dia harus berlaku
waspada, harus hati-hati menghadapi anak muda yang mengakui dirinya sebagai
putera Han Swie Lim, yang rumah tangganya telah dibikin berantakan oleh Thio
See Ciang. Kedua manusia ini saling berhadapan bagaikan singa yang galak sekali,
bersiap-siap akan menerkam.
Semua orang yang rnenyaksikan jadi menahan napas, karena suasana sangat
tegang sekali. Han Han juga telah bersiap-siap dengan segala tenaga Lwee-kang yang
dimilikinya. Dia bermaksud dengan sekali menghantam saja, Thio See Ciang akan
berhasil dibunuhnya. Thio See Ciang juga mempunyai pikiran begitu, pikiran yang sama dengan
Han Han. Orang she Thio ini juga mengerahkan tenaga dalamnya ke lengan, dia
bermaksud sekali menghantam, maka dia akan dapat membinasakan Han Han.
Kedua orang ini maju setindak-setindak dengan penuh kewaspadaan, karena
kalau mereka lengah sedikit saja, pasti mereka akan terbinasa di tangan lawan.
464 .
Keadaan semakin tegang waktu kedua orang ini yang saling bermusuhan
semakin mendekat. Wong Tie Hian sendiri sampai menahan napasnya, dia mementang matanya
lebar-lebar menyaksikan ke arah gelanggang pertempuran itu.
Juga orang-orang gagah lainnya. Dan, Wong Tie Hian berpikir sesaat ketika
didengarnya suara ribut-ribut diluar gedung, suara pekik sorak orang-orang Pek
Bwee Kauw yang mengurung gedungnya. Kemudian sambil menghela napas, dia
menoleh kepada Han Han. Hati orang tua she Wong itu jadi berdebar keras. Dan dia juga segera
menyadari, pertumpahan darah dan pertempuran hebat tak akan dapat diatasinya.
Karena berpikir begitu dan menyadari keadaan semakin gawat, Wong Tie
Hian jadi menarik napas sedih berulang kali.
Han Han telah maju selangkah-selangkah dengan tindakan yang antap,
matanya juga jalang sekali memandang kearah Thio See Ciang.
Thio See Ciang juga maju perlahan-lahan mata mereka jadi saling mendelik
mengawasi lawan masing-masing penuh kewaspadaan.
Tetapi di kala keadaan sedang tegang itu, tiba-tiba terdengar teriakan
seseorang: "Tahan dulu ! "
Han Han sangat heran mendengar teriakan itu, dia menoleh. Begitu juga
Thio See Ciang. Seorang anak muda berpakaian sebagai pelajar berusia di antara dua puluh
empat tahun dan berwajah cakap sekali, mendatangi sambil mengeruti keningnya
dari rombongan Pek Bwee Kauw ..... dialah yang berteriak tadi ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 33 PEMUDA yang berpakaian sebagai sasterawan itu maju menghampiri Thio
See Ciang. "Thia, biarlah anakmu yang membereskan bocah ini !" kata pemuda itu.
"Tak perlu Thia-thia yang turun tangan, karena bocah itu sama sekali tak berharga
untuk Thia layani ! "
Thio See Ciang mengkerutkan alisnya, tetapi kemudian mengangguk.
465 .
"Baiklah, tetapi hati-hatilah Siang-jie !" kata See Ciang kemudian.
Pemuda berpakaian sasterawan itu mengangguk, kemudian dia menghadapi
Han Han, Sedangkan Thio See Ciang telah kembali, kedekat orang-orangnya dan
berdiri di situ untuk menyaksikan.
Anak buah Pek Bwee Kauw yang melihat anak muda berpakaian sasterawan
itu maju untuk mewakili Thio See Ciang, semuanya jadi bersorak : "Hidup Siang
Kong-cu !" teriak mereka dengan suara yang bergemuruh.
Han Han yang melihat majunya anak muda ini yang dipanggil sebagai
Siang-jie oleh Thio See Ciang, jadi mengkerutkan alisnya. Dia menduga-duga
siapakah anak muda ini. Tetapi kalau didengar percakapan antara anak muda itu
yang memanggil. Thio See Ciang dengan sebutan ayah, Thia, mungkin juga anak
muda ini putera Thio See Ciang.
"Bocah!" bentak Siang-jie dengan suara rnengejek. "Sebetulnya kau harus
menerima hukuman mati ! Tetapi kalau memang kau mau meminta maaf dan
cepat-cepat menggelinding pergi, dengan memandang muka Thia-thiaku, mau juga
kuampuni jiwa anjingmu !"
Wajah Han Han jadi berubah merah padam, dia gusar sekali.
"Hmmm ..... sebetulnya tak pantas kau maju kemari!" ejek Han Han.
"Ayahmu saja belum tentu menjadi tandinganku, apa lagi kau sebagai anak monyet
yang baru lahir kemarin ! Hmmm, apakah kau maju kemari untuk mencari mampus
"!" "Setan kau !" teriak Siang-jie dengan murka, dia tak bisa menahan
menggolak darahnya mendengar perkataan Han Han. Dengan mengeluarkan
teriakan yang mengguntur, dia menubruk sambil membentak ^'Mampus kau !'
Tetapi hanya menggeser kedudukan kakinya saja sedikit dan memiringkan
badannya, Han Han telah dapat mengengoskan serangan Siang-jie, malah dia
menurunkan tangannya sedikit, dengan menggunakan jari telunjuknya dia
mendorong punggung si Siang-jie, sehingga tanpa ampun lagi sasterawan itu
terjerunuk ke depan dan ambruk dengan muka mencium tanah !
Semua orang-orang Pek Bwee Kauw berseru marah waktu melihat nasib si
Siang-jie itu, dan Thio See Ciang sendiri sampai mengeluarkan jeritan tertahan.
Tetapi berbeda dengan itu, Wong Tie Hian dan teman-temannya semua
bersorak memuji kekosenan Han Han, dan hal ini malah menambah kegusaran
Thio See Ciang saja. 466 .
Pada saat itu, si Siang-jie telah melompat bangun dengan cepat, tetapi orangorang Wong Tie Hian yang melihat keadaan si Siang-jie yang mukanya telah kotor
oleh debu dan dipenuhi oleh darah yang mengucur dari hidungnya, jadi ketawa
geli. Sampai malah orang-orang Pek Bwee Kauw sendiri, yang melihat keadaan
Kong-coe itu, jadi tak bisa menahan perasaan gelinya dan ketawa tertahan.
Wajah si Siang-jie merah padam.
"Bocah, akan kumampusi kau!" bentak Siang-jie dengan suara yang bengis
sekali. Han Han ketawa mengejek. "Kau jangan pentang bacot saja!" kata anak muda she Han ini. "Kalau
memang mempunyai kepandaian untuk membinasakan aku, bunuhlah ! Tetapi
kalau kau nanti mencium tanah lagi, jangan sesalkan aku!"
Betapa murkanya si Siang-jie itu, dia sampai berteriak kalap, kemudian
dengan menjejakkan kakinya dia maju menubruk lagi.
Han Han memang telah menduga bahwa pelajar muda ini akan membawa
sikapnya yang kalap, dia memang telah bersiap-siap, maka di saat melihat orang
menubruk, c epat-cepat dia mengelakkan ke samping dengan menggunakan jurus
"Tie Kong Pat Koay", tubuhnya melejit dengan cepat sekali, kemudian dengan
sekali memutar tangannya, di kala tubuh si Siang-jie doyong agak ke depan, Han
Han mendorong lagi, dan .....
"Brakkkkk ! Brukkkkk !" tubuh si Siang-jie jadi terjungkal dan malah
sekarang lebih hebat lagi, dia merasakan tulang hidungnya seperti mau patah
akibat terbentur lantai batu !
Thio See Ciang melompat akan menolong putranya itu.
Tetapi gerakkan Han Han lebih cepat lagi.
Belum lagi Thio See Ciang sampai di dekat anaknya, Han Han telah
mengulurkan tangannya mencenykeram baju di bagian punggung dari anak muda
pelajar ini. Yang lalu diangkatnya, daa juga memijit jalan darah Wie-tie-hiatnya si
Siang-jie yang terletak dibagian dekat tengkuk dengan jari telunjuknya, sehingga
lenyaplah tenaga si Sian-jie, yang mandah ditarik bangun oleh Han Han.
Wajah Thio See Ciang jadi pucat pias melihat si Siang-jie, yang memang
benar putranya, kena ditawan oleh Han Han, dia sampai mengeluarkan seruan
berkuatir. Han Han telah memutar tubuhnya menghadapi Thio See Ciang.
467 .
"Kembali ketempatmu!" bentak Han- Han dengan suara nyaring, mukanya
juga menunjukkan wibawa yang luar biasa sekali.
Thio See Ciang dan anak buahnya jadi merandek, dan orang she Thio ini
mengawasi Han Han dengan mata yang bengis.
"Bebaskan Siang jie!" bentak Thio See Ciang.
"Ingat!" kata Han Han sambil tertawa mengejek. "Aku bukan anak
buahmu!" "Ya, kuminta kau lepaskan puteraku itu!" kata Thio See Ciang agak
mengalah, karena dia sangat menguatirkan keselamatan puteranya itu, apa lagi
dilihatnya muka Siang-jie penuh belepotan darah.
Han Han ketawa mengejek lagi, kemudian dia mendengus dengan suara
yang dingin. " Hmmm ..... pada suaramu itu masih bernada perintah !" kata anak muda
she Han ini. "Mintalah secara baik-baik, nanti aku bebaskan puteramu ini !"
Thio See Ciang murka sekali mendengar perkataan anak muda she Han itu,
harus diketahui dia adalah seorang Kauw-coe, yang biasa memerintah dengan
tangan besi dan anak buahnya semua jeri padanya. Tak ada seorangpun yang
berani kurang ajar padanya. Dan sekarang, seorang anak muda yang masih bau
pupuk seperti Han Han malah berani mempermainkan dirinya dan menawan
puteranya. Maka dari itu dapat dibayangkan betapa murkanya orang she Thio,
dadanya dirasakan seperti mau meledak dan hampir saja dia jatuh pingsan. Saking
murkanya, tubuh Thio See Ciang menggigil.
"Bagaimana " Kau mau meminta secara baik-baik agar puteramu ini
dibebaskan atau kubunuh saja "!" ancam Han Han sambil tertawa mengejek.
Wajah Thio See Ciang jadi pucat.
Lenyap kewibawaaenya. "Ya ..... lepaskan puteraku itu!" katanya akhirnya. "Nanti aku akan
meluluskan satu permintaanmu !"
"Benarkah kau berjanji akan meluluskan satu permintaanku, walaupun apa
saja yang aku pinta !" tanya Han Han pula menegaskan.
Thio See Ciang mengangguk.
Han Han tertawa terkekeh.
"Apakah kau tak takut mampus?" tegur Han Han tetap tertawa, tangannya
masih terus mencekal punggung putera Thio See Ciang itu.
468 .
Wajah Thio See Ciang jadi berubah mendengar pertanyaan Han Han. Dia
tidak mengerti dan tidak memahami apa yang ditanyakan oleh Han Han.
"Apa maksudmu?" tegurnya.
"Apakah kau tak takut mampus?" mengulangi Han Han dengan tertawa
gelak-gelak. Tiba-tiba hati Thio See Ciang terkesiap dia jadi menggidik. Harus diketahui,
seorang jago rimba persilatan, selalu memegang kata-katanya benar, dan setiap
patah kata yang telah diucapkan, sukar untuk ditarik kembali. Dan disebabkan oleh
hai itu, maka timbul suatu perkataan di dalam rimba persilatan : "Perkataan
seorang Koag-coe tak akan terkejar oleh seribu kuda !" dan disebabkan itu pula
maka Thio See Ciang jadi menggidik. Kalau memang tadi Han Han meminta dia
membunuh diri, bukankah berarti dia harus melakukannya " Bukankah perkataan
seorang Kong-coe tak akan terkejar walaupun oleh seribu kuda "! Bukankah itu
berarti dia harus mengalami nasib yang konyol " Dan dengan sendirinya, Thio See
Ciang jadi menggidik. "Baiklah! Sekarang aku tegaskan!" kata Thio See Ciang akhirnya. "Aku
akan meluluskan satu permintaanmu dalam bentuk apa saja, asal yang tidak
merugikan pihak kami !"
Han Han ketawa mengejek. "Hmm ..... belum lagi aku mengajukan permintaan, kau sudah memutar lidah
lagi !" kata Han Han mengejek. "Apakah kata-katamu bisa dipegang"!"
Wajah Thio See Ciang jadi berubah merah padam, dia murka sekali.
"Aku belum pernah melanggar kata-kataku sendiri, belum pernah kujilat
kembali kata-kata yang telah kuucapkan !" bentak Thio See Ciang gusar.
"Bebaskanlah puterakku ..... dan kau akan menerima pahalanya !"
"Hmm ..... sayang aku tidak mempercayai kata-katamu !" kata Han Han
dengan suara yang mempermainkan. "Dan maafkan aku tidak bisa membebaskan
puteramu ini!" Wajah Thio See Ciang jadi berubah pucat.
"Kau ..... kau ..... " katanya dengan murka dan saking murkanya dia tak bisa
meneruskan kata-katanya. Han Han ketawa gelak-gelak.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

"Mengapa seorang Kauw-coe dari sebuah perkumpulan yang besar harus
membawa sikap seperti orang tolol ?" ejek Han Han dengan suara yang keras.
469 .
Lihatlah, bocah ini akan kumampusi, aku ingin melihat bagaimana perasaanmu
melihat darah dagingmu sendiri terbinasa!"
Thio See Ciang murka berbareng ketakutan. Dia tak bisa menerjang untuk
membebaskan puteranya itu, sebab kalau dia merangsek, tentu Han Han akan
memijit jalan darah puteranya itu dan Siang-jie akan terbinasa di tangan anak muda
she Han itu. "Aku ..... eh jangan ..... aku akan meluluskan apa saja permintaanmu!" kata
Thio See Ciang gugup sekali.
"Aku tak ada permintaan apa-apa padamu!" kata Han Han dingin. "Aku
hanya ingin membinasakan puteramu ini !" dan Han Han hanya menggertak,
karena di dalam hatinya dia telah mempunyai satu rencana untuk menyelamatkan
keluarga Wong Tie Hian. *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 470 .
JILID XII T HIO SEE CIANG jadi semakin gugup.
"Kalau kau membinasakan puteraku, berarti kaupun akan terbinasa
di tangan kami !" bentak See Ciang gugup,
"Hmm ..... apakah kalian mempunyai kemampuan itu untuk membinasakan
diriku ?" balik tanya Han Han dengan suara yang mengejek.
Thio See Ciang benar-benar kewalahan, dan dadanya dirasakan seperti mau
meledak, karena dia sangat murka sekali. Darahnya dirasakan mengalir lebih cepat
dari biasanya. "Bocah ! Apakah kau benar-benar mau mencari mampus dengan membentur
Pek Bwee Kauw " " bentak Thio See Ciang. "Kau harus mengetahui anak buah Pek
Bwee Kauw tersebar di lima propinsi dan biarpun kau lari ke mana, kau akan dapat
kami cari dan membubuhnya ! Cepat kau bebaskan puteraku, dan jiwamu akaa
kami bebaskan !" Han Han ketawa mengejek. "Aku akan membinasakan puteramu dengan jalan perlahan-lahan." kata Han
Han yang timbul jailnya mau mempermainkan Thio See Ciang. "Pertama tama aku
akan membuntungi kedua kakinya, kemudian seminggu setelah itu, aku akan
membuntungi kedua lengannya, dan terakhir lagi, akan kupotong lidahnya,
kupotong telinganya, kupotong lehernya ..... sehingga dia binasa dengan puas
tentunya !" Thio See Ciang jadi menggidik.
"Bangsat ! " kutuknya dengan suara yang keras dan bengis. Tetapi waktu dia
teringat bahwa puteranya masih berada dalam cengkeraman orang, dia jadi
bersikap lunak sedikit dan menekan perasaan marahnya itu:
"Lepaskanlah puteraku..... aku akan memberikan kau 500 tail emas !"
"Hmmm..... aku tlak membutuhkan uaag ! " kata Han Han sambit mengejek
kembali, kemudian dia mengangkat tubuh Siang-jie tinggi-tinggi "Lihatlah, sekali
banting, akan hancur tubuh puteramu ini !"
Thio See Ciang jadi mengawasi ke arah puteranya yang berada di dalam
cengkeraman Han Han dengan tatapan mata berkuatir.
Wajah Thio See Ciang jadi pucat luar biasa, bibirnya gemetar dan matanya
memain tak hentinya, nyata dia gelisah sekali.
471 .
"Siauw-hiap ..... siauw-hiap.....dengarkanlah dulu kata-kataku ini!" teriak
orang she Thio dengan gugup.
Han Han ketawa dingin. "Apa lagi yang ingin kau katakan"' bentaknya dengan suara yang tawar.
"Biar kau menjanjikan aku akan memberikan seratus kati emas, puteramu ini tetap
harus binasa ditanganku !"
Tubuh Thio See Ciang jadi gemetar menahan perasaan gusar dan gelisah, dia
ketakutan sekali, karena Siang-jie adalah puteranya, dan kalau sampai anak muda
she Han itu memijit jalan darah kematian Siang-jie, maka jiwa Siang jie tak akan
ada ampunnya lagi. "Siauw-hiap, sebutkanlah permintaanmu, kami pasti akan menyetujui dan
menepati janji kami, asalkan kau mau membebaskan puteraku itu !" kata Thio See
Ciang cepat, parasnya juga pucat sekali. Suaranya agak tergetar.
Han Han ketawa dingin. "Tetapi perkataan kalian dari pihak Pek Bwee Kauw tidak bisa dipegang
kata-katanya !" menyahuti anak muda she Han ini. "Kalian selalu menggunakan
tipu daya untuk menjerumuskan seorang lawan ! Hmm, biarlah, anak muda ini
harus mampus !" Dan setelah berkata begitu, Han Han ketawa gelak-gelak.
Dia mengangkat tangannya akan dihajarkan kebatok kepala Siang-jie.
Hal ini membikin Thio See Ciang dan orang-orang Pek Bwee Kauw lainnya
jadi gelagapan. Tetapi mereka bingung tanpa daya, mereka jadi berdiri mematung dengan
wajah yang pucat menyaksikan bagaimana tangan Han Han meluncur cepat akan
menghajar batok kepala Siang-jie yang sudah tak berdaya tercekuk di dalam tangan
Han Han. Namun, dikala tangan Han Han sedang meluncur dengan disertai oleh tenaga
Lwee-kang, tiba-tiba berkelebat sesosok bayangan.
Terdengar suara benturan yang cukup keras, dan bayangan yang datang
menyelak itu terpental, sedangkan Han Han telah tertawa.
"Siapa yang berani mati menangkis tanganku ?" bentaknya dengan suara
yang bengis. Tetapi, tiba-tiba matanya dapat melihat orang yang terpental itu, dan
Han Han mengeluarkan seruan, kemudian katanya "O, rupanya kau ! Hmm,
rupanya kau sudah dapat membebaskan dirimu sendiri !"
Orang yang tadi menangkis tangan Han Han teiah bangun berdiri.
472 .
Ternyata dia adalah orang berkedok yang tadi di dalam ruangan tengah telah
berhasil ditotok jalan darahnya oleh Han Han. Entah mengapa orang bertopeng ini
bisa membuka jalan darahnya, dan ini mengherankaa Han Han serta yang lainnya.
Mata orang bertopeng itu bermain mencilak, rupanya dia gusar sekali,
"Siapa kau ?" bentak Han Han sambil mengerutkan alisnya. "Mengapa kau
selalu menghalangi tindakanku ?"
Orang bertopeng itu ketawa dingin. "Hmm, orang she Han, sebelum kau
membunuh Siang-jie, kau harus membunuh aku terlebih dahulu !" katanya dingin.
"Aku tak duga bahwa kau hanyalah seorang manusia yang tidak tahu malu !"
Han Han bercekat hatinya. Siapakah orang bertopeng ini " Mengapa dia
mengatakan bahwa dirinya tidak tahu malu " Dan Han Han juga jadi mendongkol
berbareng gusar mendengar perkataan orang.
"Kau mengatakan aku tidak tahu malu !" katanya dingin. "Dan bisakah kau
orang terhormat memperlihatkan, di mana kesalahanku dan tidak tahu maluku itu
?" Orang bertopeng itu mendengus, dengan suara yang dingin, matanya masih
memain. "Lepaskan Siang-jie !" bentak orang bertopeng itu dengan suara yang
nyaring. "Bebaskan dia !"
"Tidak biasanya aku diperintah orang !" kata Han Han dingin. "Kalau
memang kau ingin membebaskan bocah ini, kau gunakanlah kepandaianmu !"
Orang bertopeng itu mendengus berulang kali, rupanya dia mendongkol
sekali. "Orang she Han !" bentak orang bertopeng itu kemudian. "Baiklah kalau
memang kau tidak mau membebaskan Siang-jie, aku akan adu jiwa denganmu !"
Dan membarengi dengan perkataannya itu, tubuh orang bertopeng tersebut
mencelat dengan kecepatan yang luar biasa, kedua tangannya diulurkan ke depan
dengan sikap ingin mencengkeram !
Han Han yang melihat cara orang menyerang jadi terkejut. Begitu juga yang
lainnya, malah ada beberapa orang mengeluarkan seruan tertahan.
Itulah serangan untuk mengadu jiwa !
Ternyata orang bertopeng tersebut benar-benar ingin mengadu jiwa dan
binasa bersama-sama dengan lawannya !
Han Han cepat-cepat melemparkan tubuh Siang-jie ke atas, kemudian dia
melompat berkelit. Setelah serangan orang lewat anak muda she Han ini
473 .
menjejakan kakinya melompat ke arah tubuh Siang-jie yang sedang meluncur
turun yang akan dijambretnya lagi.
Tetapi gerakan Han Han kalah cepat, karena dengan mengeluarkan seruan
perlahan orang bertopeng itu telah mengulurkan tangannya dan menjambret
punggung Siang-jie kemudian melemparkan ke arah Thio See Ciang, yang
menyambutinya dengan girang.
Han Han jadi gusar berbareng mendongkol!. Tangannya yang sedang
diulurkan untuk menjambret Siang-jie itu jatuh ketempat kosong, dan saking
mendongkoln ya, dia me? mutar telapak tangannya merabuh wajah Orang
bertopeng itu. Hati orang bertopeng jadi mencelos. Dia sedang melempar tubuh Siang-jin
dan dengan sendirinya, panjagaan diriaya jadi terbuka. Tahu-tahu tangan Han Han
telah berada di dekat mukanya, dan dia juga merasakan serangan anak muda she
.Han itu mengandung tenaga yang kuat sekali.
Tetapi sebagai seorang akhli, yang mempunyai kepandaian tinggi, walaupun
dalam keadaan kepepet, orang bertopeng itu tidak putus asa.
Dengan cepat dia membanting diri kekiri dan bergulingan.
Namun cilakanya, dia terlambat sedikit, waktu dia membuang diri kekiri,
maka tangan Han Han berhasil menjambret topengnya sehingga tertarik terbuka,
Begitu melihat wajah orang, Han Han jadi mengeluarkan seruan tertahan.
Mengapa " Ternyata orang bertopeng itu seorang nona, seorang gadis nona !
Dan yang lebih mengejutkan Han Han lagi, orang bertopeng itu ternyata si
nona Thio In In. "Akh. kiranya benar kau, Cie-cie!" kata Han Han kemudian sambil
melompat menghampiri si nona Thio yang sudah berdiri lagi. Han Han
mengulurkan tangannya untuk mencekal tangan si nona Thio.
Tetapi In In telah mengibaskan tangannya dan 'plakkk !' telak sekali
menghajar pundak Han Han, sehingga anak muda ini jadi kaget dan melompat
mundur sambil mengeluarkan seruan tertahan.
"Cie-cie ..... kau ?" tergugu suara anak muda she Han ini.
Nona Thio ketawa dingin, kemudian sambil membetulkan letak rambutnya,
dia telah membalikkan tubuhnya dan menghampirkan Thio See Ciang berikut
orang-orangnya yang sedang berteriak- girang, karena melihat adanya nona Thio
itu. 474 .
Thio See Ciang sendiri setelah membebaskan totokan pada diri Siang-jie,
telah menghampirkan nona Thio itu.
"In-jie, ternyata kau berada di sini !" kata Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu.
"Ha, orang she Wong dan berikut pengikutnya ini memang harus dimusnahkan!
Mari kita hajar sampai hancur semua orang-orangnya she Wong itu."
Thio In In telah memberi hormat kepada Thio See Ciang dengan menjura
membungkukkan tubuhnya, Thio Siok-siok," panggil anak gadis itu. "Rupanya kau sedang menghadapi
persoalan di sini !"
Thio See Ciang mengurut-urut jenggotnya.
Dia dipanggil Thio Siok siok oleh si nona, yang artinya paman Thio.
"In-jie, kedatanganku ini kebetulan sekali," kata orang she Thio itu "Dengan
adanya kau di sini, maka pihak kita akan bertambah satu tenaga yang kuat !" dan
Thio See Ciang katawa gelak-gelak.
Han Han sendiri jadi berdiri mematung memandang mereka dengan wajah
yang bingung. Dia tidak tahu harus melakukan apa.
Wong Tie Hian yang melihat perkembangan ini berubah cepat, sudah lantas
menghampiri Han Han. "Siauw-hiap, biarlah kami yang menghadapi orang-orang Pek Bwee Kauw
itu !" kata Wong Tie Hian dengan wajah yang guram. "Dan, mundurlah dulu
Siauw-kiap, mungkin kau letih ....."
Wajah Han Han jadi berubah merah, dia malu sendirinya.
"Jangan berkata begitu, Wong Loo-cianpwee ! " berkata anak muda she Han
ini. "Biar bagaimana aku harus menghancurkan perkumpulan Pek Bwee Kauw
ini!" Belum lagi Wong Tie Hian menyahuti. tampak Thio See Ciang telah
menghampiri dengan langkah yang lebar, sikapnya sekarang telah berubah angkuh
sekali. "Hei orang she Wong ! " bentaknya dengan suara yang keras. "Sekarang
biarpun kau berlutut memanggut-manggutkan kepalamu memohon ampun, tetap
saja kau harus mampus !"
Wong Tie Hian memain matanya, kemudian setelah menghela napas, dia
berkata sabar, "Thio Kauw-coe, kau keterlaluan mendesak aku !" kata orang she Wong ini.
"Dani sekarang juga aku ingin menegaskan kepadamu, walaupun kau ingin
475 .
menghancurkan kami, tetap kami akan menghadapimu ! Ingat, kata-kata
Kongfuchu yang mengatakar "Manusia bisa dihancurkan, tetapi tidak bisa
ditundukkan !'" dan kukira kau mengetahui adanya kata-kata dari Kangfuchu itu !"
Thio See Ciang ketawa dingin, dia mengejek dengan sikapnya yang
sombong. "Hmmm ..... ternyata kau masih merupakan seorang Enghiong yang berani
mampus !" kata Kauw-cu Pek Bwee Kauw ini tawar. "Tetapi kalau nanti kau
menyesali itupun sudah kasep !"
Dan setelah berkata begitu, Thio See Ciang menggerakkan tangannya akan
memerintahkan anak buahnya untuk meayerbu kepada Wong Tie Hian.
Tetapi tampak Thio In In telan menghampiri sambil berkata: "Tahan!"
Thio See Ciang jadi membataikan maksudnya itu, dia memutar tubuhuya
memandang si-nona she Thio itu.
"Ada apa In-jie?" tegurnya.
"Thio Siok-siok, lebih baik kita menghancurkan orang-orangnya she Wong
itu jangan sekarang, kita mengambil ketika yang baik!" kata si nona she Thio
dengan suara yang perlahan. "Dan, kalau memang nanti malam orang she Wong itu
kita beri kesempatan sekali lagi untuk datang menekuk lutut, kalau memang dia
memang masih membandel, hmmm, walaupun siapa yang berdiri di belakangnya,
kita harus mengbancur-kannya tanpa ampun lagi!" dan setelah berkata begitu, si
nona she Thio ini melirik kepada Han Han, yang kala itu sedang memandang nona
ini dengan tatapan mata yang kosong, seperti juga semangat anak muda she Han
itu telah meninggalkan raganya.
Tetapi Thio See Ciang menggelengkan kepalanya,
"Tidak In-jie, biar bagaimana sekarang juga kita harus menghancurkannya !"
kata paman nona In In ini. "Nah, aku juga minta kau mau membantu perkumpulan
Pek-Bwee Kauw ini!" Wajah nona Thio jadi berubah, tetapi akhirnya dia mengangguk juga.
"Baiklah Thio Siok-siok." kata si gadis 'dengan lesu,
Sedangkan Thio See Ciang telah mengangkat tangannya, dan sekali dia berteriak, maka anak buah Pek Bwee Kauw telah meluruk kepada orang-orangnya
Wong Tie Hian. Wong Tie Hian sendiri dan tamu-tamunya telah bersiap-siap sejakThio In In
berkata-kata pada See Ciang. Maka begitu melihat orang menyerang, mereka
sudah lantas menyambutnya.
476 .
Pertempuran seru segera juga terjadi, jerit yang mengerikan sebentarsebentar terdengar diiringi oleh ambruknya tubuh dari jago-jago yang sedang
bertarung mempertaruhkan nyawanya itu.
Han Han sendiri saling berhadapan dengan Thio See Ciang.
Pertama-tama mereka berimbang, tetapi lama kelamaan, tampak juga bahwa
kepandaian Thio See Ciang berada di bawah Han Han satu tingkat. Malah yang
hebat, Kauwcu dari Pek Bwee Kauw itu berada di bawah angin.
Thio In In dan Siang Jie menempur jago-jago yang membela Wong Tie
Hian, mereka telengas sekali, tak mengenal kasihan. Lebih-lebih Siang-jie, dia
sedang mendongkol dan murka, sebab tadi dia kena dicekuk oleh Han Han, maka
dia bertempur tanpa mengenal kasihan.
Selama dalam pertempuran itu, Orang-orang Pek Bwee Kauw lainnya main
keroyok, sedangkan Thio Ia In bertempur dengan tenang. Ini terlihat dari matanya
yang sebentar-sebentar melirik kepada Siang-jie.
Sampai suatu kali, dia memanggil
"Siang koko!" Siang jie melirik sesaat,
"Ada apa, In-moy?" tegar anak muda itu,
Wajah si gadis jadi berubah merah.
"Maaf Siang-koko ! Beberapa hari yang lalu aku telah bertemu denganmu di
rumah penginapan, yaitu pada malam itu di mana kau mengejar aku!"
"Benar ! Aku memang sudah menduga bahwa orang yang memakai topeng
itu ada lah kau !" menyahuti Siang-jie, dan tangannya bergerak menghajar dada
salah seorang jago undangan Wong Tie Hian yang kala itu menyerang dirinya.
Setelah jago itu terpental, barulah Siang-jie meneruskan perkataannya "Dan, aku
sendiri heran, kau seperti hendak menghindarkan dirimu dariku, ln-moy!"
Wajah si nona she Thio jadi berubah merah lagi.
"Aku bukan hendak menghindarkan dirimu, Siang-koko!" menyahuti gadis
itu. "Tetapi aku takut nanti kau tambah jemu pada diriku!"
Siang-jie hanya keiawa tawar, kemudian repot melayani lawan-lawannya.
Begitu juga Thio In In, dia repot melayani tiga orang jago silat yang
mengepung dirinya. Sedangkan suara jeritan dari anak buah Pek Bwee Kauw yang
kena dibinasakan oleh jago-jago undangan Wong Tie Hian sangat mengerikan.
Sekali-sekali nona Thio sering melirik memandang kearah Siang-jie.
477 .
Han Han bertempur malah sebaliknya. Dia lebih banyak menghindarkan diri
dari setiap serangan. Dan berulang kali dia selalu melirik kepada nona Thio itu.
Waktu dilihatnya Thio In In bercakap-cakap dengan Siang-jie, entah kenapa
di hatinya timbul rasa jelus. Dan disebabkan perasaan jelusnya itu, tangannya jadi
telengas. Maka, di saat dia bargerak dengan gesit, bergugurlah orang-orang Pek Bwee
Kauw. Entah kenapa anak muda ini jadi telengas sekali.
Biasanya, Han Han tidak pernah berlaku begitu bengis, dan dia sendiri
menyadari, bahwa semua itu tentu disebabkan oleh perasaan jelusnya melihat Thio
In In bercakap-cakap dengan Siang-jie, putera dari Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu.
Pertempuran itu berlangsung semakin hebat,
Banjir darah di gedung Wong Tie Hian.
Semuanya bertempur untuk saling membunuh lawan masing-masing, dan
mereka tidak mengenal perikemanusiaan lagi.
Lebih-lebih Thio See Ciang dan Siang-jie berikut pengikut-pengikutnya,
mereka bertempur dengan ganas sekali, membunuh tanpa mengenal ampun lagi,
Banyak jago-jago undangan dari Wong Tie Hian yang menemui ajalnya,
begitu jugs orang-orang Pek Bwee Kauw, banyak yang berguguran menemui
kebinasaannya. Han Han setelah membunuh kurang lebih belasan orang-orang Pek Bwee
Kauw, dia melompat kearah Thio See Ciang, dan mereka jadi berhadapan kembali.
Dengan masing-masing mengeluarkan kepandaian mereka, maka, mereka
bertempur kembali dengan hebat, Sehingga umpama angin tofan yang dapat
menerbangkan batu-batu kerikil serta pasir-pasir.
Wong Tie Hian yang menyaksikan hal tersebut, hampir tidak mempercayai
pandangan matanya sendiri. Dia tidak menduga bahwa Han Han mempunyai
kepandaian yang begitu tinggi dan ilmu tenaga dalamnya, Lwe-kang, ternyata telah
mencapai puncak kesempurnaan.
Pertempuran berlangsung terus, sampai akhirnya tertinggal beberapa orang
saja yang melakukan pertempuran terus.
Han Han sendiri telah mengerahkan seluruh kepandaiannya, dia memang
berdendam kepada Thio See Ciang, maka dia menyerang selalu dengan seranganserangan yang mematikan.
Thio See Ciang sendiri sebetulnya kewalahan menghadapi anak muda she
Han ini, lebih-lebih setelah dilihatnya banyak anak buahnya yang berguguran.
478 .
Dan hati Thio See Ciauw jadi semakin goncang waktu didengaraya Siangjie, puteranya itu, menjerit, karena pundak Siang-jie terserempet oleh golok lawan.
Cepat-cepat Thio See Ciang menyerang Han Han dengan serangan yang
berbahaya, disaat anak muda itu sedang mengelakkan, dia melompat ke arah
puteranya. Thio In In juga telah melompat kepada Siang-jie, yang kala itu sedang
berdiri sambil memegangi pundaknya dengan wajah yang pucat. Muka nona Thio
itu menunjukkan kekuatiran yang sangat.
"Kenapa, Siang-koko " " tegur nona In In sambil memegangi tangan anak
muda itu. Thio See Ciang juga segera memeriksa luka puteranya.
Siang-jie hanya menggelengkan kepalanya sambil menahan perasaan sakit.
Dengan sendirinya pertempuran jadi terhenti untuk sesaat lamanya.
Orang-orang Pek Bwee Kauw telah berkumpul di dekat Kauw-coenya itu,
sedangkan Han Han dan Wong Tie Hian berikut jago undangannya yang masih
hidup berdiri di kelompok lainnya. Mereka hanya mengawasi saja.
"Thio Siok-siok !" kata nona Thio dengan kuatir. "Lebih baik kita mundur
dulu sesaat .....-nanti baru kita memikirkan daya lainnya untuk menggempur orang
she Wong itu !" Thio See Ciang tampak ragu, tetapi sesaat kemudian dia mengangguk.
"Baiklah ! Ini demi keselamatan Siang-jie juga !" berkata Kauw-coe Pek
Bwee Kauw ini. Dengan dipayang oleh nona Thio In In, Siang-jie menuju kearah pintu,
diikuti oleh Thio See Ciang dan orang-orang Pek Bwee Kauw lainnya.
Han Han dan Wong Tie Hian tidak menghadangnya, mereka hanya
mengawasi saja. Hanya pada pancaran mata Han Han, tampak sinar jelus pada anak muda ini.
Dia sendiri tidak mengerti, mengapa hatinya jadi tergoncang hebat waktu
menyaksikan bagaimana mesranya nona Thio In In merangkul dan memayang
Siang-jie. Anak muda she Han ini jadi menggigit bibirnya tanpa disadarinya.
Wong Tie Hian sendiri telah mengibaskan tangannya memerintahkan kepada
orang-orangnya untuk mengangkat orang-orangnya yang terluka ke dalam gedung.
Rombongan Pek Bwee Kauw meninggalkan gedung Wong Tie Hian tanpa
gangguan. 479 .
Diwakili akan keluar dari pintn gerbang, Thio In In menoleh sesaat, dan
pandangan matanya bentrok dengan mata Han Han. Gidis itu membuang muka
kearah lain dan lenyap di luar gedung.
Han Han sendiri di saat matanya saling bentrok dengan pandangan gadis itu,
dia merasakan hatinya menjadi dingin sekali ..... Tanpa dikehendakinya, tubuhnya
jadi agak menggigil, dingin .....
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
WONG TIE HIAN segera mengadakan perundingan dengan orang-orang
undangannya. Dia merencanakan untuk mengadakan penjagaan gedungnya dari
serangan-serangan orang Pck Bwee Kauw, yang mungkin dapat muncul dan
menyerang di dalam waktu yang tidak terduga.
Han Han sendiri ikut menjaga pada malam itu. Entah kenapa hatinya gelisah
dan dia tidak bisa tidur. Dia jadi memikirkan si-nona she Thio itu.
Siapakah sebetulnya nona Thio In In dan apa hubungannya dengan Thio See
Ciang dan orang-orang Pek Bwee Kauw itu "
Kalau memang nona Thio itu hanya mempunyai hubungan dengan orangorang Pek Bwee Kauw, tentu Han Han tidak akan segelisah seperti malam itu.
Hanya yang membikin dia jadi tidak bisa tidur dan berubah jadi seorang
anak muda yang pemurung, ialah sikap nona Thio lu In tadi waktu memayang
Siang-jie, tampaknya begitu mesra dan sinar mata In In yang benar-benar tidak
bisa dilupakan oleh Han Han. Sejak dia berkenalan dengan In In, belum pernah dia
melihat sinar mata seperti itu, seperti disaat nona Thio mengangkat tubuh Siangjie. Penuh kasih sayang.
Dengan sendirinya hati Han Han jadi jelus.
Walaupun Han Han berusaha melenyapkan perasaan jelusnya itu, tetapi dia
tidak berhasil. Dan dia juga tidak bisa mendustai dirinya, bahwa nona In In tentu
mencintai Siang-jie. Itu terlihat dari sinar mata nona Thio.
"Prakkk !" tahu-tahu tangan Han Han menghajar batu yang ada didekatnya,
batu itu sampai hancur berkeping-keping.
"Terkutuk ! Aku harus membunuh si Siang-jie itu !" gumamnya dengan
suara yang menyeramkan. "Dan ayahnya, Thio See Ciang harus membayar hutang
darah dan penasaran dari ayah ibuku !"
480 .
Orang-orang yang sedang menjaga di taman itu jadi heran melihat kelakuan
Han Han. Lebih-lebih Wong Tie Hian.
Jago tua ini menghampiri anak muda she Han itu.
"Han Siauw-hiap, rupanya kau sangat letih sekali." Berkata jago tua she
Wong itu. "Pergilah kau istirahat dulu, biarlah kami yang menjaga dulu !"
Han Han menoleh dan waktu melihat Wong Tie Hian, wajah anak muda she
Han ini jadi berubah merah. Cepat-cepat dia menggelengkan kepalanya.
"Biarlah Wong Tay-hiap, biarlah aku ikut berjaga karena Boan-pwee tidak
bisa tidur." Wong Tie Hian mengawasi Han Han tajam-tajam, kemudian dia menghela
napas. "Apakah Siauw hiap sedang menghadapi kesulitan ?" tanya jago tua itu
kemudian. Han Han ragu sejenak, tetapi akhirnya setelah menarik napas, dia
menceritakan tentang peristiwa hancurnya rumah tangga keluarga Han oleh Thio
See Ciang, di mana kedua murid dari ayahnya telah menjadi gila.
"Oh ..... kalau begitu Siauw-hiap mempunyai dendam yang tak terkira
kepada orang she Thio itu !" kata Wong Tie Hian setelah anak muda she Han
tersebut selesai menuturkan riwayatnya. "Hmm ..... walaupun sudah tua, Loo-hu
bersedia untuk membantumu menghancurkan orang-orang Pek Bwee Kauw kurang
ajar itu !" Han Han cepat-cepat bangun dan menjura kepada Wong Tie Hian, dia
mengucapkan terima kasih.
Wong Tie Hian cepat-cepat membangunkan anak muda itu. Dia
memiringkan tubuhnya tidak mau terima pemberian hormat dari Han Han.
"Jangan begitu Siauw-hiap." kata jago tua she Wong ini, "ini memang sudah
menjadi kewajiban Loo hu dan orang-orang gagah lainnya untuk membasmi orangorang Pek Bwee Kauw laknat itu! Hmm ..... kita memang mempunyai persoalan
yang sama, dan kalau orang-orang Pek Bwee Kauw tidak dihancurkan cepat-cepat,
mereka tentu akan lebih mengganas dan menimbulkan kerusuhan di dalam rimba
persilatan lebih hebat lagi .....!"
Berulang kali Han Han mengucapkan terima kasih, dan malam itu mereka
menjaga gedung Wong Tie Hian tersebut dengan ketat, takut ada musuh
menyelusup. 481 .
Selama berjaga itu, hati Han Han tetap tidak tenang. Dia selalu memikirkan
si nona Thio In In ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 34 MALAM SUNYl DAN SENYAP, bulan sabit mengambang dengan
cahayanya yang redup, angin seperti juga ingin membuai manusia-manusia yang
menjadi penghuni di permukaan bumi ini disertai oleh suara binatang malam.
Gedung Wong Tie Hian yang besar dan megah itu tampak sunyi. Semua
jago-jago yang menjaga gedung tersebut berwaspada terhadap kemungkinan
serangan lawan, dan mereka memasang mata" terus untuk berjaga-jaga sesuatu
yang tidak diinginkan. Suara sedikit saja telah menyebabkan mereka menyerbu
untuk melihatnya, walaupun itu hanya suara patahnya sebuah ranting kecil
disebabkan tiupan angin yang agak keras,
Han Han sejak Wong Tie Hian pergi meninggalkannya ke dalam, jadi
bertambah gelisah tak menentu. Akhirnya, menjelang kentong ketiga, dia diamdiam menuju keluar gedung dan berjalan menyusuri tepi kali.
Pikiran anak muda ini jadi menerawang dengan tidak menentu dan kesal luar
biasa. Di dalam. ingatannya, kembali terbayang keadaan ayahnya,, ibunya dan
keempat murid ayahnya yang semuanya itu telah mendiadi gila disebabkan oleh
Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu. Entah sekarang di mana mereka berada!"
Han Han berjanji di dalam hati, setelah nanti dia dapat membalaskan sakit
hatinya terhadap Thio See Ciang, dia akan mencari ayahnya itu, Han Swie Lim dan
ibunya beserta keempat murid ayahnya, untuk diajak menetap di sebuah pulau
yang sepi tak berpenghuni, melewati hari-hari dengan tenang.
Tetapi, bisakah dia membunuh Thio See Ciang " Sedangkan dipihak musuh
besarnya itu terdapat si nona Thio yang mempunyai hubungan erat tampaknya
dengan Kauw coe dari Pek Bwee Kauw itu !
Dan, nona Thio itu adalah seoraeg gadis yang dicintainya!
Maka, anak muda she Han tersebut jadi tambah pusing, dia masih
melangkah terus menyusuri kali itu.
482 .
Ketika sampai di sebuah pohon yang besar, di mana penerangan itu sangat
suram karena hanya diterangi oleh cahaya bulan Sabit, Han Han menengadahkan
kepalanya memandang rembulan, dan anak muda ini jadi menghela napas.
T arikan napasnya itu benar-benar menyedihkan, terdengar tegas di antara
kesunyian malam. Tanpa disadarinya, Han Han jadi bersenandung dengan suara yang perlahan:
Rembulan dan jendela sabit,
Dengan pit dan cawan arak ditangannya,
Membuat syair 'Tiong-chiu',
Melupakan budi dan dendam,
Karena kita hanya untuk seratus tahun mendiami dunia ini,
Tangis, tawa dan kegembiraan lenyap,
Terganti dengan segala siksa neraka,
Rintih dan keluh menguasai segala
Dan, manusia hanya manusia,
Ditangan kanan menggenggam pit dan ditangan kiri mencekal cawan,
Kita hidup tidak lebih dari seratus tahun.
Han Han menarik napas lagi, dia memandang hampa, pandangannya jauh
memandang rembulan. Siliran angin yang dingin mempermainkan membelai-belai rambutnya.
Tetapi anak muda she Han itu masih tetap berdiri di tempatnya bagaikan patung.
Matanya tak bergeming dari rembulan sabit yang sedang mengambang itu.
Dan pikirannya juga jadi mengambang. Dan membayangkan betapa bahagianya
kalau seandainya dia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya, dengan ayah
ibunya dan dengan keempat murid-murid ayahnya, karena keempat murid ayahnya
itu sangat menyayanginya.
Han Han juga membayangkan betapa girang hatinya itu kalau seandainya
malam itu si-nona In In berada di sampingnya. Tentunya malam yang sunyi itu
akan menjadi lebih indah lagi.
Namun, begitu Han Han teringat akan si nona Thio, hatinya jadi tercekat dan
dia menghela napas lagi. Hatinya jadi susah dan dia menghela napas berulang kali.
"Mana mungkin !" keluhnya dengan suara yang perlahan. "Mana mungkin
itu terjadi! Sedangkan tadi kusaksikan betapa mesranya dia memayang anaknya
483 .
orang she Thio itu ! Hai, sinar mata itu ! Tak pernah diberikan untukku ! Kutahu,
tentunya Cie-cie Thio sangat mencintai Siang jie! Aku tahu benar ! Sinar mata itu


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

tidak bisa mendustai pandanganku !"
Dan, kembali Han Han menghela napas lagi.
"Kalau seandainya sinar mata itu untukku .....hai, betapa bahagianya aku ini"
pikir si-anak muda she Han itu lagi. "Tetapi .....ha, sudahlah ! Sakit hatiku saja
belum dapat diselesaikan, belum lagi persoalan yang dibebankan oleh guruku
untuk menemui Po Po Siat dan menghadapi orang yang berkepandaian tinggi luar
biasa itu ! Dan anak muda she Han itu menghela napas lagi dengan kesal, dia
masih tetap memandang bulan sabit yang mengambang di udara. "Belum lagi aku
menyelesaisan semua tugas-tugas yang dibebankan kepadaku ini, aku telah
bermain asmara! Ha, aku benar-benar manusia yang tidak berbudi !"
Tetapi, sedang si anak muda she Han itu tenggelam di dalam alam
khayalnya, tiba-tiba pendengarannya yang tajam itu dapat mendengar suara
langkah kaki yang perlahan, dan terinjak patahnya sebuah ranting.
Walaupun suara itu sangat perlahan sekali, tetapi tokh sebagai seorang jago
yang mempunyai kepandaian yang tinggi luar biasa, maka Han Han segera
mengetanui bahwa dirinya sedang diintai oleh seseorang.
Maka, gesit bagaikan seekor rajawali, tubuh Han Han telah mencelat kearah
belakangnya, kedekat sekelompok pepohonan liar yang banyak bertumbuhan di
sekitar tempat itu. Waktu tububnya melayang, dia juga mengayunkan tangannya ke depan, dia
mengerahkan tenaga Lweekangnya, maka dengan mengeluarkan suara yang
berkesiutan, angin dari serangan tenaga dalam Han Han itu telah menghajar ke
gerombolan pepohonan tersebut.
"Ihhh !" terdengar suara kaget, yang disusul kemudian dengan berkelebatnya
sesosok tubuh yang mau melarikan diri.
Han Han mana mau melepaskan orang itu begitu saja, maka di saat tubuhnya
meluncur turun, dan disaat kakinya dapat menginjak tanah lagi, dia telah
menjejakkan kakinya lagi, maka tubuhnya telah melambung lagi dan mencelat
dengan pesat ke arah orang itu,
Bayangan orang itu berkelebat dengan gesit, rupanya orang tersebut juga
mempunyai kepandaian yang tidak lemah.
484 .
Tetapi, dengan melakukan jejakan lima atau enam kali, Han Han telah
berhasil mengejar orang itu sampai di belakangnya, dan dengan mengeluarkan
seruan, Han Han mengulurkan tangannya menjambret punggung orang itu.
Orang yang tadi bersembunyi itu rupanya mengetahui bahwa dirinya sedang
diserang, maka dengan hati mencelos, karena dia merasakan angin serangan orang
telah menyentuh bajunya, orang itu membanting dirinya ke samping, lalu
bergulingan. Dengan berbuat begitu dia berbasil mengelakkan jambretan tangan
Han Han. Tetapi Han Han penasaran sekali, dia telah mengejar teus. Diulurkan
tangannya lagi, yang kiri dipakai untuk menyerang dengan cara menyilang untuk
menutup jalan lari orang, sedangkan tangan kanannya telah dipakai menyerang
kepergelangan targan orang itu.
Orang tersebut sedang bergulingan, dan dia jadi kaget sekali tahu-tahu
tangan orang telah menghadang jalan larinya, sedangkan tangan kanan Han Han
telah berada dekat sekali dengan pergelangannya.
Dia mau mengelakkan, tetapi sudah terlambat dan tidak keburu lagi.
Dan, dia merasakan lengannya kena dicekal oleh Han Han keras sekali.
Orang itu jadi mengeluarkan seruan kaget dan berusaha untuk berontak.
Tetapi Han Han telah mencekalnya erat-erat dan mengangkat tubuh orang
iiu. Namun, begitu dapat melihat wajah orang itu, Han Han jadi mengeluarkan
seruan kaget dan melepaskan cekalannya.
"Kau ....." Kau Cie-cie ?" tegur anak muda she Han ini dengan suara yang
ragu. Orang itu telah berdiri, dia menundukan kepalanya, tetapi tanpa menyahuti,
dia telah memutar tubuhnya untuk berlari lagi. Dia ternyata tidak lain dari si-nona
Thio, yaitu In In ! Melihat itu Han Han jadi kaget.
"Cie-cie, mau kemana kau 7" teriaknya sambil menjejakkan kakinya dan
mengejarnya. Tetapi Thio In In terus juga melarikan diri.
Di dalam beberapa kali jejakan kaki sa ja, Han Han telah berhasil mengejar
In In, dan menghadang di depan si-nona Thio.
485 .
Si gadis tampak bingung waktu melihat dirinya di hadang oleh anak muda
ini, wajahnya pucat, lalu dengan tidak terduga, dia menjatuhkan dirinya dan
menangis menggerung-gerung.
Melihat itu Han Han jadi lebih kaget lagi, dan dia juga bingung sekali.
"Cie-cie ..... kenapa .....kenapa kau ?" tanya sianak muda she Han bingung.
Thio In In tidak menyahuti, dia tetap menangis.
Hal ini jadi membikin Han Han lebih bingung lagi.
"Cie-cie .....apakah ..... apakah aku pernah berbuat kesalahan padamu ?"
tanyanya lagi.. Tetap saja In In tidak men yahuti, malah nangisnya jadi semakin keras dan
tubuhnya tampak menggigil. Hal ini membikin Han Han lebih gugup lagi.
"Cie-cie! Cie-cie !" panggil anak muda itu berulang kali.
Achirnya Thio In In mengangkat kepalanya, air matanya meleleri pipinya,
dan tampaknya mata si-nona Thio itu indah sekali di bawah cahaya bulan sabit, di
mana mata itu bening berkilat karena digenangi air matanya.
"Cie-cie ..... !" panggil Han Han lagi, gelisah sekali anak muda itu. "Apakah
kau, ....._menemui kesulitan " "
Si gadis menggelengkan kepalanya, dia terus menangis lagi malah lebih
sedih. Han Han jadi tambah bingung dan gugup, akhirnya saking bingungnya, dia
membiarkan si gadis menangis terus.
Sampai suatu kali, Thio In In mengangkat kepalanya, tangisnya agak
mereda, "Lao-tee .....!" panggil si gadis dengan suara yang gemetar. Han Hau cepatcepat menghampiri. "Ada apa Cie-cie"' tanyanya.
"Maukah kau ikut aku untuk sesaat waktu ?" tanya In In dengan suara yang
perlahan. "Aku ingin mengatakan sesuatu."
"Oh, baik! Baik Cie-cie !" menyahuti Han Han cepat. "Rupanya Cie-cie
sedang menghadapi sesuatu persoalan yang sulit sekali !"
In In tidak menyahuti dia hanya mengangguk dan berdiri dari duduknya. Dia
kemudian berlari-lari ke arah utara dengan diikuti Han Han.
Di dalam waktu sebentar saja. mereka telah berada di luar perkampungan.
Han Han sendiri bingung ketika si-gadis she Thio itu masih belum
menghentikan larinya. Mengapa ingin mengatakan sesuatu si-gadis harus mangajak
ketempat yang begitu jauh dan sepi " Bukan di tempat tadi-pun si nona Thio dapat
486 .
menceritakan apa yang ingin diceritakannya " Apakah si gadis she Thio ini sedang
memancingnya, dan nanti dia akan disergap oleh Thio See Ciang dan orangorangnya.
Tetapi, Han Han sendiri tidak mau menanyakannya kepada In In, dia masih
mengikuti terus. Ketika sampai di dekat sebuah gundukan tanah, Thio In In baru
menghentikan larinya. Napas si-gadis agak memburu, sedangkan bekas-bekas air
mata di pipinya masih tampak.
Han Han memperhatikan keadaan sekitar tempat itu. Dan hati anak muda ini
jadi tercekat berbareng heran. Itulah daerah pekuburan.
"Cie-cie .....ini ..... ini ....." kata si-anak muda she Han dengan ragu.
"Ya, aku ingin menceritakan sesuatu kepadamu, Lao-tee, aku tidak mau
ceritaku itu didengar oleh orang ketiga !" menyahuti si gadis memotong perkataan
Han Han. Han Han mengangguk, dia menghampiri lebih dekat kepada si nona In In.
"Apa yang ingin Cie-cie ceritakan ?" tanyanya ingin tahu, dia juga
mengawasi si nona dengan tatapan mata yang tajam sekali.
Thio In In tidak kuasa membalas tatapan anak muda she Han yang tajam itu,
dia menundukkan kepalanya, tetapi selang sesaat, setelah dia menghela napas,
barulah dia berkata sambil mangangkat kepalanya perlahan-lahan : "Lao-tee,
tentunya kau akan membenciku." kata si gadis. "Aku tahu. Kau pasti akan
membenciku !" "Mengapa .....mengapa Cie-cie berkata begitu " " kata Han Han cepat, dia
memotong perkataan si gadis. "Bagaimana aku bisa membencimu, sedangkan kau
adalah Cie-cieku " "
In In tersenyum sedih, tampak di wajahnya kepedihan hatinya.
"Jangan kau dustakan dirimu dan diriku, Han Lao-tee !" kata si gadis lagi.
"Aku tahu, kau tentu telah membenciku, karena kau telah mengetahui bahwa aku
di pihak Thio See Ciang, Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu."
Mendengar perkataan si gadis. Han Han jadi menundukkan kepalanya. Dia
jadi serba salah. Memang harus diakuinya, sejak dia menyaksikan bagaimanan mesranya sigadis memayang Siang-jie, di hatinya telah timbul perasaan jelus dan tidak senang.
Tetapi dia tidak sampai membenci diri In In.
Di dengarnya In In menarik napas lagi.
487 .
"Dan Lao-tee, kau tentu tidak menduga sedikitpun bahwa aku sebetulnya
adalah orang terdekat dengan Thio See Ciang !" kata si gadis lagi. "Aku adalah
keponakannya, karena ayahku adalah adik dari Thio Kauw coe, tegasnya Thio
Kauw-coe adalah Siok-siok, pamanku!"
Han Han tidak mengatakan sepatah katapun, dia hanya menatap tajam
kepada si-gadis. Sedangkan In ln telah berkata lagi sambil menundukkan kepalanya : "Dan
..... dan Siang-jie adalah ..... adalah tunanganku ! Sejak kami berusia tiga tahun,
kami telah dipertunangkan !"
"Siang-jie tunanganmu ?" tanya Han Han dengan suara yang agak tergetar.
Si gadis mengangguk. "Ya .....dia ..... dia malah terlalu angkuh, mau membatalkan tali jodoh yang
telah ditetapkan oleh orang tua kami masing-masing. Dia seakan juga mau
menjauhi diriku !" dan si gadis menangis sedih lagi.
Hati Han Han seakan juga teriris-iris.
Memang dia mengetahui In In sangat mencintai Siaag-jie, itu terlihat dari
sinar matanya waktu memayang tubuh Siang-jie yang terluka.
"Maka dari itu .....aku ingin kau mengetahui, bahwa .....bahwa .....aku telah
ada yang punya ....." kata nona In In lagi.
Han Han tetap tidak mengatakan sepatah katapun, dia hanya menatap In In
dalam-dalam. Pada sinar mata anak muda ini tampak cahaya jelus, dia juga
memandang dengan mata yang sukar dikatakan apa artinya, karena hanya bibirnya
yang bergerak-gerak ingin mengatakan sesuatu, tetapi selalu gagal. .
In In sendiri tetap menundukkan kepalanya, hanya sekali-sekali dia melirik
kepada anak muda ini. Akhirnya, terdengar Han Han menarik napas.
"Cie-cie, kudoakan semoga kau menemui kebahagiaanmu bersama anak
keparat itu .....!" parau suara Han Han. "Dan aku .....aku ikut gembira !" dan setelah
berkata begitu, Han Han memutar tubuhnya, kemudian dia berlari dengan pesat
sekali. In In yang melihat kelakuan Han Han jadi kaget, dia mau memanggilnya,
tetapi bayangan Han Han telah lenyap ditelan kegelapan sang malam ......
Sang gadis jadi menghela napas sedih .....dia juga memutar tubuhnya
perlahan-lahan kemudian melangkah gontai akan menuju ketempat Thio See Ciang
berkumpul. 488 .
Selama dalam perjalanan pulang itu, hati si gadis gelisah sekali, dia juga
merasa kasihan tadi waktu melihat wajah Han Han yang pucat dengan bibir
tergetar, padahal dia ingin mengutarakan hal-hal lainnya, tetapi dia tidak sampai
hati. Dan memang sebetulnya, In In sangat mencintai Siang-jie, putera Thio See
Ciang itu, lagi pula mereka telah diikat oleh tali jodoh oleh orang tua mereka
masing-masing. Tetapi waktu mereka menginjak usia empat belas tahun, mulai
tampak Siang-jie selalu Maaf, halaman 37 dan 38 hilang.
Waktu angin bertiup agak keras, tampak Soe Niang menoleh.
"Koko, apakah kau benar-benar mencintaiku?" tanya gadis itu sambil
mengawasi tajam kepada Hie Lay.
Hie Lay mengangguk-angguk sambil tersenyum, tangannya membelai
rambut Soe Niang yang sudah kusut tidak menentu itu.
"Moy-moy, apakah kau menyangsikan cintaku ini ?" tanya si-anak muda
tetap tersenyum, Soe Niang menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak percaya, Koko !" dia malah menyahuti begitu. "Kau mana mau
menjadi suamiku, seorang gadis yang melarat ini?"
Hie Lay tertawa agak keras.
"Kau ini ada-ada saja, Moy moy!" berkata dia. "Aku tetap akan mencintaimu
! Biarpun langit runtuh dan bumi amblas, aku tetap akan mencintaimu ! Lihatlah
hidungmu yang manis, rambutmu yaug panjang sampai kepunggung ini begitu
hitam seperti juga malam tak berbintang, lihatlah matamu seperti juga bintangbintang yang gemerlapan,bintang-bintang yang diciptakan oleh Thian .....kau
adalah seorang bidadari yang maha cantik !"
Soe Niang ketawa senang, tetapi akhirnya dia menekuk muka cemberut lagi,
kata?ya : "Tetapi kulihat kau telah mempunyai tunangan, Koko !"
"Siapa"'' tanya Hie Lay, dia mengawasi gadis ini dalam-dalam.
Soe Niang ketawa. "Apakah kau betul-betul mencintaiku " " tanya Soe Niang lagi dengan sikap
agak kemalu-maluan, Hie Lay mengangguk. 489 .
"Apakah harus kubuktikan dulu?" tanyanya.
Soe Niang mengangkat kepalanya, dia menatap Hie Lay sesaat, matanya
bersinar tajam, dan akhirnya dia mengangguk.
"Ya ..... aku ingin kau menunjukkan cintamu !" menyahuti dia akhirnya.
Hie Lay tersenyum, dia mengulurkan tangannya, merangkul gadis itu, lalu
ditundukkan kepalanya menindihkan bibir Soe Niang dengan bibirnya, lidahnya
bermain, dia mencium si gadis lama sekali.
Tadinya Soe Niang hanya berdiam saja seperti patung, tetapi waktu dia
merasakan lidah Hie Lay seperti juga seekor ular yang berbelit-belit lembut di
dalam mulutnya. menggeleser di sekitar bibirnya, tubuhnya jadi menggigil,
tangannya merangkul punggung anak muda itu, semakin lama semakin erat,
semakin lama semakin erat, dan dia juga mengeluarkan suara keluhan yang agak
lirih, tubuhnya juga tergetar.
Lama .....lama sekali, baru Hie Lay mengangkat mulutnya.
"Apakah itu tidak cukup menyatakaa cintaku ?" tanya anak muda ini setelah
mencium perlahan pipi si gadis lagi.
Soe Niang menundukkan kepalanya, pipinya berubah merah. Kalau dilihat
caranya yang seperti seorang Sio-cia menghadapi seorang Kong-coe, agak kemalumaluan, tentu orang tidak akan menduga sedikitpun bahwa Soe Niang adalah
seorang gadis yang miring otaknya.
"Bagaimana?" tanya Hie Lay lagi dengan suara yang perlahan. Apakah kau
mau mempercayai cintaku?" dan anak muda ini menggenggam pundak si-gadis
erat-erat. Soe Niang mengangguk sambil tersenyum^
"Hieee, lihat!" kata si gadis sesaat kemudian sambil meaunjuk kebawah.
Wajahnya merah padam, dia juga melengos.
Hie Lay jadi heran, dia juga memandang kebawah, tetapi dia tidak melihat
sesuatu. "Ada apa Moy-moy"'' tanya Hie Lay kemudian.
"Kau lelaki cabul!" berkata Soe Niang sambil tertawa dengan pipi yang
berubah merah. "Kenapa?" tanya Hie Lay.
"Lihatlah sendiri!" kata Soe Niang sambil melirik kebawah lagi.
Hie Lay mengikuti pandangan si gadis dan sekarang dia baru mengetahui
bahwa ikatan terlepas ternyata dan disebabkan jiwa ke laki-lakiannya terbangun
490 .
waktu dia mencium Soe Niang, celananya itu agak tersingkap dan apa yang tidak
boleh terlihat oleh Soe Niang, jadi terbuka dan tampak jelas sekali menyebabkan
gadis itu malu sekali. Tapi Hie Lay bukannnya mengikat tali celananya itu, dia malah tertawa dan


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

merangkul tubuh si gadis erat-erat.
"Moy moy, maukah kau menerima perasaan cintaku?" tanya anak muda ini
lagi sambil menciumi leher si gadis, dan tangannya jadi nakal sekali, berusaha
meremas dada si gadis. Soe Niang menarik tangan Hie Lay yang mau memeras dadanya itu, yang
hanya tertutup oleh selapis baju yang sudah robek di sana sini, sikapnya seperti
juga seorang puteri, yang ingin menyembunyikan perasaan malunya.
"Jangan kurang ajar, Koko!" berkata gadis ini kemudian. "Aku tahu kau
mencintaiku, tetapi kau jangan kurang ajar begitu!"
Hie Lay seperti disiram air dingin, dia menarik pulang tangannya.
Dan anak muda ini jadi duduk termenung mengawasi ketempat yang jauh
sekali. Sekitar kelenteng itu sunyi sekali, hanya terdengar suara dengkur dari Han
Swie Lim Han Hoejin, Hie Beng dan Tang Siu Cauw.
Melihat kelakuan Hie Lay, entah kenapa gadis Soe Niang jadi lemah
hatinya. Dia merangkul Hie Lay sambil tertawa-tawa, gilanya datang lagi.
"Koko .....oh, koko!" katanya sambil memeluk Hie Lay kuat-kuat, dia juga
menarik tangan Hie Lay, yang dibawanya kedadanya, katanya : "Peganglah Koko
..... nyatakanlah cintamu padaku."
Hie Lay jadi senang, dia meremas dada si gadis. Dia merasakan dada gadis
ini masih kencang dan keras, tetapi kelunakanpun terdapat di situ. Dia
menyingkirkan baju yang robek dibagian dada, sehingga dia bisa melihat dada Soe
Niang yang kekuning-kuningan.
Mata Hie Lay jadi bersinar tajam berkilat, dia menatap dada Soe Niang
seperti juga menatap benda mustika yang berharga sekali.
"Kau cantik Sekali, Moy-moy !" berkata anak muda ini. Seperti bidadari !"
dan dia menandakan kepalanya mencium dada gadis itu.
Soe Niang merasakan bibir anak muda itu agak basah oleh ludahnya,
menempel pada kulit dadanya, dia jadi gemetar, dan entah kenapa, dirinya seperti
juga dialiri oleh semacam arus yang luar biasa sekali,
491 .
Gadis ini berusaha untuk mengarahkan tenaga Lwee-kangaya, tetapi
perasaan yang bergolak di hatinya itu tidak bisa dilenyapkannya dan malah tambah
bergolak. Hie Lay sendiri telah menarik lagi baju Soe Niang, sampai sebatas pinggang,
sehingga dia leluasa melihat kedua buah dada gadis itu, yang begitu segar, begitu
keras agak membesar, keras disebabkan jalan darah si gadis juga sedang beredar
cepat sekali disebabkan oleh bergolak darahnya.
Hie Lay menundukan kepalanya lagi, mencium dekat perut gadis itu.
"Lihatlah, perutmu begini indah, biarlah aku binasa di atas perutmu ini !"
kata Hie Lay dengan suara yang gemetar.
Soe Niang malah tertawa, tertawa geli, dia menganggap perkataan anak
muda itu lucu sekali. Tidak tampak lagi rasa jengahnya. Malah kepala anak muda
itu dipegangnya, lalu ditekannya kepala Hie Lay kepada perutnya, sehingga
kembali bibir Hie Lay menyentuh kulit perut si-gadis dan Soe Niang mendorongdorong kepala si anak muda, sehingga kepala Hie Lay jadi berpindah-pindah
tempat dan suatu perasaan yang sukar diartikan oleh Soe Niang, telah menguasai
dirinya. Entah kenapa, dia menyenangi perasaan itu, sehingga tanpa disadarinya,
dia jadi tertawa kegelian disamping perasaan yang nikmat sekali.
Hie Lay melepaskan tangan Soe Niang yang mencekal kepalanya.
Dia mengawasi si-gadis yang telah rebah terlentang itu.
"Moy-moy ..... maukah kau menesrima pernyataan cintaku " " tanya anak
muda ini. Soe Niang membuka matanya, yang sejak tadi dipejamkan, waktu melihat
wajah Hie Lay, dia jadi tertawa geli sekali.
"Pernyataan cintamu " Hu ! Untk apa cin-ta " Untuk apa itu ! Hayo peluk
aku ! Hei, ayo peluk aku!" dan dia malah menarik tangan Hie Lay, sehingga lelaki
ini jatuh terjerambah dan menindihkan tubuh Soe Niang, yang bagian atasnya telah
tak berpenutup bajunya. Biar bagaimana, biarpun gila, tetapi Hie Lay tetap lelaki. Berhimpitan
dengan seorang wanita seperti Soe Niang, walaupun dia tidak mengetahui apa
artinya itu, tetapi jiwa kelaki-lakiannya jadi bangun dan dia jadi buas seperti juga
seekor naga yang ingin merangkul tubuh Soe Niang sampai patah.
"Kau masih memakai baju kebesaranmu ini untuk apa?" tanya Soe Niang
dengan suara yang disendat oleh napasnya yang agak memburu. "Buka saja!
Dibuka! Dibuka!" dan dia tertawa geli sambil menarik-narik baju Hie Lay
492 .
Hie Lay juga hanya. menurut saja, dia benar-benar jadi linglung. Dibuka
seluruh bajunya, sedangkan Soe Niang masih belum membuka baju bagian
bawahnya. Melihat itu, Hie Lay menghampiri, dia juga menarik baju si gadis, sehingga
sekarang kedua-duanya jadi tak berpakaian sama sekali, mungil benar, seperti
sepasang bayi yang baru dilahirkan, hanya bedanya rambut kedua 'bayi' ini tumbuh
lebat, Hie Lay lantas menubruk tubuh si gadis lggi, memeluknya keras.
Soe Niang juga tidak menoleh, dia malah menyambut tubuh anak muda itu,
"Kau cantik Moy-moy !" kata Hie Lay,
"Kau juga gagah, Koko!" kata Soe Niang.
"Boleh tidak ?" tanya Hie Lay lagi.
"Apanya yang boleh atau tidak ?" tanya Soe Niang dengan napas memburu,
Hie Lay tertawa agak kemalu-maluan, dan kemudian dia tertawa geli, dia
mengulurkan tangannya memegang tubuh Soe Niang di bagian bawah, dia tertawa
lagi, "Boleh tidak"!" tanyanya lagi.
"Jangan begitu, akh !" kata Soe Niang sambil melepaskan pelukannya, dan
dia menutupi aibnya dengan sikap yang kemalu-maluan.
"Aku benar-benar mencintaimu Moy-moy !" kata anak muda itu lagi. Dia
merengek sambil menarik-narik tangan Soe Niang, dia bermaksud menindih tubuh
gadis itu lagi. "Ha, kau seperti orang gila, Koko !" kata si-gadis sambil tertawa.
Mendengar dirinya dikatakan seperti orang gila, Hie Lay tiba-tiba berhenti
menarik tangan si gadis, matanya mencilak memain tak henti-hentinya.
"Gila " Aku gila ?" tanya sambil memandang kosong kepada si-gadis. Tetapi
kemudian dia tertawa keras sekali. "Ya, ya, aku memang gila !"
Dan dia menarik tangan Soe Niang agak keras, kemudian saling berpelukan
dengan erat sekali, berpelukan dengan mesra.
Angin bertiup agak keras, tubuh si-gadis agak menggigil entah disebabkan
apa. "Dingin ....." kata Soe Niang.
"Aku peluk biar kau hangat!" kata Hie Lay tambah mempereratkan
pelukannya, tangannya juga jadi repot, tetapi di saat dia menggoyangkan
pinggulnya, Soe Niang meronta sambil menjerit tertahan.
493 .
Hie Lay melepaskan pelukannya, dia mengawasi si gadis dengan bingung.
"Kenapa?" tanya si-anak muda ini.
"Kau mempersakiti diriku !" menyahuti si-gadis dengan muka cemberut.
"Loh .....kenapa aku mempersakiti dirimu ?" tanya Hie Lay bingung, dia
sudah lantas memeluk lagi.
Mereka lalu saling bergulingan dengan tubuh berhimpitan, sehingga tubuh
mereka yang tidak berpenutup itu, dipenuhi oleh debu lantai kelenteng.
Kemudian malah Soe Niang menarik kepala Hie Lay, menekannya kebawah,
sehingga kepala anak muda itu tertunduk dan bibir mereka jadi bertemu, mereka
jadi berciuman dengan waktu yang cukup lama.
Tetapi, waktu Hie Lay seperti lupa daratan itu, dengan lidah yang terjalur
kedalam mulut Soe Niang, gadis itu dengan tak terduga mengatupkan giginya,
menggigit agak keras, sehingga Hie Lay jadi terjengkit dan melompat duduk
sambil menjerit; "Aduhhh ! "' agak keras.
Soe Niang malah tertawa tawa.
"Kenapa kau ?" tanya gadis itu girang.
Hie Lay menjulurkaa lidahnya, mengusap-usap dengan jari telunjuknya.
"Kau gila Kau gila ! Kau menggigit lidahku ! .'" kata anak muda ini.
Soe Niang tiba-tiba jadi berubah parasnya, bengis dan menyeramkan. Dia
juga berdiri sambil membentak.
"Apa " Kau mengatakan aku gila ". Hu, kubunuh kau !" dan dia telah
mengayunkan tangannya. Tetapi Hie Lay telah menangkap dan mencekal tangan gadis itu, dia
merebahkan tubuh si gadis kelantai lagi, dia memndihkannya,
"Kau adalah bidadari yang tercantik !" berkata Hie Lay dengan napas agak
memburu, dan tiba-tiba dia menundukkan kepalanya, menggigit-gigit dan
melumat-lumat ujung dada si-gadis, sehingga perasaan geli ...
Maaf, halaman 49 s/d 52 hilang.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
494 .
Bab 35 BIAR BAGAIMANA Han Swie Lim pernah menjadi guru mereka, dan
perasaan menghormat ada pada diri jago tua she Han itu.
Maka, begitu melihat Han Swie Lim walaupun mereka gila, tokh Soe Niang
daa Hie Lay jadi terkejut.
Sedangkan Han Swie Lim sendiri setelah mengawasi sesaat lamanya, lalu
dengan tidak terduga dia tertawa dan menandak-nandak seorang diri.
Dia terbangun dari tidurnya, karena dia mendengar suara rintihan Soe Niang.
Cepat-cepat dia menuju kebelakang kelenteng, dan menyaksikan tubuh Hie Lay
sedang menindih tubuh Soe Niang dalam keadaan polos tak berpakaian,, sehingga
membikin darah jago tua ini jadi mendesir, dan nafsunya jadi timbul. Maka dari
itu, tadi dia berdiri dengan muka yang merah padam dan napas memburu, mata
mencilak bermain tak hentinya.
Soe Niang sendiri telah melompat berdiri disusul olah Hie Lay, dengan
wajah yang merah malu, mereka cepat-cepat mengenakan pakaian mereka.
Namun, di saat mendengar suara tertawa Han Swie Lim, mereka jadi
melengak. Atau, dengan tidak terduga, Soe Niang dan Hie Lay jadi ikut tertawa.
Pada saat itu Soe Niang belum menutupi seluruh tubuhnya dengan
pakaiannya yang sudah robek di sana-sini itu, dia hanya baru menutupi tubuh di
bagian bawah, sedangkan kedua buah dadanya masih terbuka,, tergantung-hantung
dengan indahnya. Han Swie Lim menghampari, dan dia mengulurkan tangannya meremaskan
buah dada si gadis, membuat gadis itu jadi menggeliat dengan ketawa yang
panjaog. "Oh, mengapa Thian harus dilupakan?"' tanya si gadis dengan suara yang
nyaring. "Mengapa" Mengapa aku tadi melupakan Thian?"
Yang dimaksudkan dengan perkataan Thian Tuhan, adalah Han Swie Lim.
Sedangkan Han Swie Lim telah ketawa haha-hehe, lalu dia menarik pulang
tangannya yang tadi dipakai meremas dada Soe Niang yang empuk itu, dia lalu
berlari-lari mengelilingi gadis itu, diikuti oleh Hie-Lay,
495 .
Soe Niang juga menari-nari dengan penuh kegairahan, dia membiarkan
kedua buah dadanya itu terbuka tidak berpenutup, dia menggeliat-geliat menari
dengan menimbulkan kegairahan yang luar biasa.
Dan, kalau mau dipersamakan, maka tariannya itu mungkin lebih hebat dari
tarian perut dari Mesir. Tubuh si gadis yang indah luar biasa itu, menggeliat-geliat
lemas dengan segala keindahan, walau tubuhnya telah banyak dipenuhi oleh debudebu dari hari-hari yang dilewatinya tanpa mandi.
Hie Lay sendiri telah ikut berlari-lari mengelilingi si gadis, hanya kadangkadang mulutnya mengoceh berteriak-teriak : "Lemas aduh lemas! Kakiku lemas !
Aduh ..... tak ada tenaga!" tetapi anak muda ini masih terus juga berlari-lari dengan
cepat mengikuti di belakang Han Swie Lim mengelilingi Soe Niang, yang sedang
menari-nari dengan penuh kegairahan. Perasaan sakit disebabkan keperawanan
gadis ini tadi direbut oleh Hie Lay, seperti juga sudah tak dirasakannya lagi. Dasar
orang gila ! Tetapi sedang mereka bergerak dengan tarian mereka yang aneh-aneh itu,
tiba-tiba Han Hoe-jin muncul, dia berdiri sesaat, tetapi waktu melihat dada Soe
Niang, mata Han Hoe jien jadi mencilak, dia menghampiri Han Swie Lim, dengan
tidak terduga dia menarik rambut suaminya yang gila ini.
"Kau mau main gila dengan anak perawan, heh ?" bentak Han Hoe-jin
dengan gusar. Han Swie Lim melengak, tetapi kemudian dia tertawa gelak-gelak.
"Oho, Thian diduga mau main gila dengan anak perawan !" teriaknya
dengan suara yang berisik sekali. "Ohoi ! Ohoi !" dia menari-nari lagi dengan
berlari-lari. Han Hoe-jin juga tertawa-tawa, tetapi kemudian waktu dia melihat dada Soe
Niang yang tidak berpenutup itu, yang terjuntai di dadanya dengan indahnya,
timbul perasaan cemburunya.
Dia mengejar Han Swie Lim, dengan cepat dia menarik tangan suaminya
masuk ke dalam kuil itu lagi.
Sedangkan Soe Niang dan Hie Lay masih menari-nari dengan lagak gila
mereka. Sampai akhirnya, mereka robohi terkulai saking lemasnya tak bertenaga.
Dan, Han Swie Lim sendiri diseret oleh Han Hoe-jin ke dalam ruangan.
Jago tua she Han itu hanya mengikuti saja, dia berdiam diri saja.
Sesampainya di dalam ruang kelenteng itu, tampak Hie Beng masih tertidur
nyenyak. 496 .
Han Hye-jin sudah lantas mengayunkan tangannya menggampar muka Han
Swie Lim. "Kau lelaki cabul !" bentaknya dengan suara yang keras, mukanya cemberut,
tetapi hanya sesaat, karena dia sudah tertawa-tawa lagi. "Memang ! Memang ! Kau
adalah lelaki cabul !"
Dan Han Hoe-jin menari-nari mengelilingi Han Swie Lim, yang
menyebabkan Han Swie Lim hanya berdiri melengak mematung, sejak
ditempeleng oleh istrinya, dia hanya berdiri terpaku saja.
Han Hoe-jin sendiri, telah menarik tangan jago tua she Han itu.
"Hayo menari untuk penghormatan putera kita !" seru wanita yang miring
otaknya itu "Hayo menari ..... menari untuk penghormatan !"
Han Swie Lim bagaikan manusia linglung, hanya mengikuti istrinya itu
menari-nari lalu keduanya tettawa-tawa.
Sampai suatu kali, Han Hoe-jin memeluk Han Swie Lim wajahnya berubah
jadi serius. "Siapa kau .....! "' tanya Han Hoe jin sambil mengawasi tajam pada Han
Swie Lim. "Apakah kau ini bukan suamiku ?"
Han Swie Lim ketawa haha-hehe, kemudian dia mau menari-nari lagi, tetapi
Haa Hoe-jin telah menarik tangannya lagi.
"Tunggu dulu ! " kata nyonya Han itu "Jawab dulu pertanyaanku ! Kau
suamiku atau bukan " "
"Bukan! Bukan !"seru lelaki tua ini. "Aku adalah aku ! Aku adalah Thian !"
Dan, Han Swie Lim ketawa-tawa lagi.
Han Hoe-jin juga ikut tertawa,
"Benar ! Benar ! Kau memang Thian ! Kau adalah penguasa alam semesta
ini ! Dan aku juga ini milikmu !" kata nyonya gila itu.
"Benar ! Benar !" menyahuti Han Swie Lim.
"Benar!" nyonya Han juga ikut berkata.
Dan mereka tertawa-tawa, sedangkan Han Hoe-jin telah memeluk Han Swie
Lim, sampai disaat dia menundukkan kepalanya, dia seperti ingat sesuatu.
"Hei, kau belum memeriksa tubuh bidadarimu ini ! " berkata nyonya gila itu.
"Benar! Benar! Aku belum memeriksa tubuh indah dari bidadariku !"
membenarkan Han Swie Lim.
Dan jago tua she Han itu jadi repot membukakan pakaian Han Hoe-jin,
pakaian yang memang sudah robek dan pecah disana-sini.
497 .
Han Hoe-jin sendiri tertawa-tawa waktu pakaiannya dibuka oleh suaminya
itu, dia membiarkan tubuhnya ditelanjangi oleh jago tua she Han itu.
Han Swie Lim sendiri jadi berubah.
Kian lama napasnya kian memburu, matanya juga mencilak-cilak memain
tak hentinya. "Tubuh yang indah ! Tubuh yang indah !" dia mengoceh tidak keruan, "Oh,
tubuh yang indah !" dan dia mendorong tubuh Han Hoe-jin, merebahkan isterinya,
kemudian menindihkannya ..... !
Hie Beng sendiri jadi terbangun mendengar suara ribut-ribut itu, dia
menggeliat.

Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Han Hoe-jin yang mendengar suara menggeliat dari Hie Beng, seperti
terperanjat, tetapi akhirnya dia tertawa-tawa sambil mendorong tubuh Han Swie
Lim yang sedang menindihi tubuhnya,
"Malu ..... ada orang !" berkata nyonya gila ini.
Han Swie Lim menoleh kepada Hie Beng dia melihat mata muridnya yang
telah menjadi gila itu juga sedang melotot menatap tubuh mereka yang tidak ada
penutupnya i ia. Han Swie Lim jadi mendongkol, tetapi dia tertawa-tawa sambil
bangkit, diambil sepatunya, tahu-tahu dia melemparkan sepatu itu ke arah muka
Hie Beng. Anak muda itu, Hie Beng, seperti juga sedang kesima, dia rupanya terkejut
dan darahnya bergolak ketika dia bangun dari tidurnya, tahu-tahu di hadapannya
ada pemandangan yang romantis itu, maka dia jadi melotot begitu. Tetapi, dia jadi
terkejut juga tahu-tahu sepatu yang dilemparkan olek Han Swie Lim telah berada
didepan mukanya. Dia mau mengelakkan tetapi sudah terlambat.
"Bukkk !" mukanya terhajar sepatu itu.
Tetapi Hie Beng tidak marah, dia hanya membalikkan tubuhnya memandang
ke arah tembok, membelakangi Han Swie Lim dan Han Hoe-jin.
Han Swie Lim sendiri telah mengoceh dengan suara tidak menentu, lalu
dengan tertawa-tawa, dia menubruk Han Hoe-jin yang kala itu sedang terlentang
seperti sedang menantikan dirinya.
Mereka saling berpelukan dengan erat, dan ketawa tidak henti-hentinya
dengan tubuh bergoncang seperti juga mengikuti irama lagu 'Perang ..... !
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
498 .
WAKTU keenam orang gila itu terbangun dari tidurnya, mereka melihat
sekeliling mereka telah diterangi oleh cahaya matahari.
Han Swie Lim melompat-lompat sambil berseru-seru dengan suara yang
nyaring, kemudian tertawa-tawa dengan suara yang berisik sekali.
Han Hoe-jien dan yang lain-lainnya juga jadi ikuti !
Suara mereka berisik sekali, dan bising luar biasa, lebih-lebih setelah Hie
Lay dan Hie Beng ikut-ikut berteriak, diikuti oleh Tang Siu Cauw dan Soe Niang.
Mereka lalu menari-nari dan keluar dari dalam kelenteng tua itu.
Di antara sunyinya sang pagi, tampak keenam orang gila ini berlari-lari
dengan cepal karena ilmu entengi tubuh mereka telah sempurna, maka kalau ada
petani yang kebetulan ingin pergi keladangnya dan melihat kecepatan berlari
keenam orang gila itu, mereka tentu akan berdiri kesima sambil menggelengkan
kepalanya dan berkata. Sungguh luar biasa orang-orang itu berlari ! Seperti terbang
saja !" dan mereka seperti juga tidak mau mempercayai apa yang dapat dilihat oleh
mereka. Dan, kalau ada yang percaya akan takhayul, tentu mereka akan menduga
bahwa keenam orang itu yang berlari dengan kecepatan luar biasa dan kaki keenam
orang itu seperti juga tidak menginjak tanah, tentunya jin atau setan-setan
penasaran ! Dan petani-petani yang mempercayai takhayul itu, tentu akan
mengangkat langkah seribu untuk cepat-cepat menjauhinya .....
Sedangkan Han Swie Lim, Han Hoe-jin, Tang Siu Cauw, Hie Beng, Hie lay
dan Soe Niang masih berlari terus dengan kecepatan yang luar biasa, mereka
menuju ke arah kota. Semakin dekat dengan kota pendalaman, maka semakin banyak orang yang
belalu-lalang, tetapi keenam orang gila tersebut tidak memperdulikannya, mereka
terus juga memasuki kota itu.
Malah, waktu melewati jalan besar, dimana Han Swie Lim melihat sebuah
rumah makan yang baru buka, mereka menghampirinya.
Pelayan-pelayan yang sedang membuka kayu-kayu penutup dari rumah
makan itu jadi heran berbareng jijik melihat cara berpakaian keenam orang itu,
yang kotor dan dekil, menyerupai pengemis.
Han Swie Lim terus juga masuk ke daIam rumah makan itu. Diikuti oleh
kelima kawannya yang lainnya.
Mereka memilih sebuah meja yang dekat dengan jendela.
Han Swie Lim sendiri telah menggebrak meja.
499 .
"Hei, pelayan !" bentaknya dengan suara yang keras sekali, "mana makanan
?" Seorang pelayan menghampiri dengari ogah-ogahan.
"Ada apa ?" tanyanya kurang senang. "Mengapa dipagi hari begini kalian
membual gaduh tidak keruan."
Han Swie Lim meluap darahnya, dia mencelat dengan gesit, tahu-tahu
tangannya telah melayang, dan : "Plakkk !, Plokkk ! " dua kali suara gaplokan.
Pelayan itu jadi mengaduh kesakitan dia mundur beberapa langkah sambil
memegangi pipinya yang telah bengkak.
Setelah mana, dia mencaci kalang kabutan.
Melihat itu, Han Hoe-jin juga jadi mendongkol, tetapi dia tertawa agak
keras, lalu tubuhnya ikut mencelat juga dan mengayunkan tangannya pula.
"Bukkk ! "terdengar suara yang agak keras, dan tampak pelayan itu ambruk
di lantai. Dengan menjerit-jsrit kesakitan seperti juga anjing yang terkena gebukan,
maka pelayan itu merayap bangun. Tetapi sekarang dia tidak berani mencaci lagi.
"Mana makanan ?" bentak Han Swie Lim dengan suara yang bengis.
"Tunggu dulu Siauw-jin akan membawakannya !" kata pelayan itu dengan
suara yang gemetar, dia juga masih teraduh-aduh menahan perasaan sakit.
Sedangkan pelayan-pelayan yang lainnya, yang melihat nasib buruk
kawannya itu, bukannya menolongi, mereka malah menjauhi untuk
menyeiamatkan diri mereka masing-masing.
Yang kasihan adalah pelayan itu, yang harus menerima beberapa kali
pukulan dihari (masih sepagi itu S !
Han Swie Lim dan Han Hoe-jin telah duduk lagi, mereka lama tertawa-tawa,
diikuti oleh Tang Siu Cauw, Hie Beng, Hie Lay dan Soe Niang, sehingga suara
mereka sangat berisik sekali dan banyak menarik perhatian orang.
Tetapi keenam orang gila ini seperti juga tidak memperdulikan keadaan
sekitar mereka. Dalam waktu yang sangat cepat, maka makanan telah disediakan oleh
beberapa pelayan. Maka keenam orang gila ini telah memakannya dengan lahap, mereka sudah
tidak memakai aturan makan lagi, apa yang mereka inginkan, mereka makan tanpa
menggunakan sumpit atau sendok lagi !
500 .
Dalam waktu hanya sepemasangan hio saji, mereka telah menghabiskan
makanan satu meja penuh itu. Dan, mereka kenyang sekali, terlihat dari cara
mereka duduk. Setelah beberapa saat lagi mereka duduk disitu sambil tertawa tidak
hentinya, maka merekapun meninggalkan rumah makan itu, Tidak ada satu
pelayanpun yang berani menahan mereka untuk menanyakan pembayarannya.
Mereka hanya mengawasi saja, dengan hati yang kebat kebit.
Banyak lagi perbuatan mengacak dari keenam jago yang telah jadi gila di
kota tersebut, sampai akhirnya mereka tertidur di sebuah kuil yang terdapat di
dalam kota tersebut. Sedang keenam jago yang telah gila ini tertidur nyenyak karena
kekenyangau makan, maka banyak orang-orang yang menonton dari jarak yang
cukup jauh. Juga banyak anak-anak kecil yang menimpuk-nimpukkan mereka dengan
batu-batu kerikil. Namun, karena jarak mereka cukup jauh maka timpukan itu tidak pernah ada
yang. sampai pada sasarannya, dan keenam jago gila itu tetap saja tertidur
nyenyak. Di antara orang-orang yang banyak menonton itu tampak seorang Niekouw.
Nie-kouw ini sebetulnya sedang melakukan perjalanan, namun waktu
melihat otang berkerumun dengan bisik-bisik membicarakan sesuatu, Nie-kouw
tersebut jadi tertarik, dan dia berhenti sebentar untuk melihat apa yang jadi bahan
tontonan itu. Tetapi waktu melihat keenam jago yang telah gila itu sedang tertidur
nyenyak, Nie-kouw tersebut jadi mengerutkan alisnya.
Sedangkan dari dalam kuil telah keluar tiga orang Hwee-shio.
Mereka semuanya berwajah welas-asih dan sabar sekali, dan dengan langkah
yang tenang, ketiga Hwee-shio itu menghampiri keenam jago gila itu yang sedang
tidur malang-melintang di depan kelenteng mereka itu.
Salah seorang Hwee shio di antara ketiga Hwee-shio itu menghampiri Han
Swie Lim. "Omitohoed !" memuji Hwee-shio itu kepada sang Buddha. "Rupanya
keenam Sie-coe ini sedang lelah !" dan dengan tenang Hwee shio tersebut
menggunakan ujung jubahnya yang dikebutkan ke arah punggung Han Swie Lim.
501 .
Biar bagaimana Han Swie Lim memang seorang jago yang kosen, walaupun
dia sudah gila, tokh kepandaiaunya tetap saja tidak lenyap.
Waktu angin serangan si Hwee-shio menyambar punggungnya, dengan cepat
dia melompat bangun sambil memiringkan tubuhnya, sehingga kebutan si Hweeshio jadi mengenai tempat kosong.
Hwee-shio itu juga terkejut waktu melihat kegesitan orang gila tersebut, dia
sampai mclengak sesaat, tetapi akhirnya dengan sabar dia menyebut nama sang
Budha, lalu tanyanya : "Siapakah Sie-coe " Mengapa tidur malang melintang di
depan kuil " Bukankah dengan begitu Sie-coe sekalian telah mengotorkan tempat
suci ini " Apakah tidak lebih baik kalau memang Sie coe sekalian tidur di dalam
kuil saja "!" Han Swie Lim terbangun dari tidurnya dengan murka, karena dia merasa
terganggu dengan adanya Hwee-shio itu.
Tetapi waktu mendengar perkataan Hwee-shio itu, kegusarannya itu jadi
lenyap. Dia malah tertawa gelak-gelak.
"Mengotori kuil ini ?" katanya dengan suara yang parau dan agak
menyeramkan. "Cisss ! Kuil apa ini " Cisss !" dan dia malah mau membuka
pengikat celananya, antuk kencing di situ.
Waktu Han Swie Lim memegang tali celananya, si Hwee-shio segera dapat
merasa apa yang akan dilakukan oleh jago tua she Han yang telah gila itu.
Dia jadi terkejut dan batinnya gugup luar biasa.
Kalau memang sampai jago tua she Han itu mengencingi tempat suci itu,
maka itu berarti suatu penghinaan yang tidak bisa terhapuskan.
Maka dari itu, belum sempat Han Swie Lim membuka tali pengikat
celananya, Hwee-shio itu mengayunkan tangannya, menyerang dengan
menggunakan ujung jubahnya yang besar dan gedombrongan.
Tenaga serangan Hwee-shio itu sangat hebat, walaupun dengan hanya
menggunakan lengan jubahnya yang gedombrongan itu, tetapi tokh angin
serangannya menyambar dengan kekuatan Lwee-kang yang sempurna sekali.
Walaupun gila, Han Swie Lim mengetahui bahaya mendatangi dirinya.
Namun dasar pikirannya sudah tidak waras lagi, bukannya dia mengelakkan, malah
dia tertawa tawa dan meremehkan si Hwee-shio. Dan di saat lengan jubah Hweeshio itu hampir mengenai dadanya, dia mengulurkan tangan kanannya, sehingga
lengan jubah dan tangan itu saling bentur di tengah udara.
502 .
Dan benturan itu menimbulkan suara yang keras, gaduh sekali.
Tampak tubuh Han Swie Lim terpental beberapa tombak, kemudian jatuh
kebumi dengan kaki terlebih dahulu, sehingga dia dapat berdiri tetap lagi.
Sedangkan Hwee-shio itu telah terhuyung-huyung beberapa langkah,
tubuhnya bergoyang-goyang. Setelah dia meluruskan pernapasannya dan
mengerahkan tenaga dalamnya untuk mengatur jalan pernapasannya, barulah dia
dapat berdiri tetap lagi.
Kedua Hwee-shio iainnya yang melihat keadaan si Hwee-shio itu jadi
mengeluarkan seruan kaget, mereka cepat-cepat memburu padanya dengan wajah
yang menunjukkan kekuatiran yang sangat.
"Gan Soe-heng ..... apakah kau tidak apa-apa ?" tanya salah seorang di
antara mereka dengan penuh kekuatiran.
Hwee-shio yang tadi terhuyung disebabkan Han Swie Lim menangkis
serangannya dengan jalan keras lawan keras telah menggelengkan kepalanya.
"Mundurlah kau, Soe-tee !" kata dia dengan suara yang agak parau, karena
dia mendongkol sekali. Dia juga menyebut nama sang Budha dengan
merangkapkan tangannya "Kiranya Sie-coe memang mau mencari ribut di tempat suci ini !" kata si
Hwee shio dengan sabar. "Sian-chay ! Sian-chay ! Lo-lap terpaksa harus
melakukan tindakan keras terhadap diri Sie-coe !"
Mata Han Swie Lim mencilak, lalu dia tertawa gelak-gelak, sampai
tubuhnya tergoncang. "Tempat suci ?" tanyanya dengan suara mengejek. "Tempat suci apa " Cisss!
Aku malah menganggap tempat ini adalah sarang kemaksiatan !"
Wajah si Hwee-shio yang tadi dipanggil sebagai Gan Soe-heng oleh kedua
Hwee-shio kawannya, berubah hebat, dari pucat menjadi merah dan pucat lagi.
Rupanya dia gusar sekali. Juga Hwee-shio ini berulang kali menyebut nama sang
Budha, mungkin untuk menenangkan hatinya yang sedang murka itu.
Han Swie Lim sendiri telah tertawa lagi dengan suaranya yang berisik, dia
mengayunkan kakinya naendupak tubuh Hie Beng, Hie Lay dan yang lainnya
sambil berkata "Hayo bangun ! Hayo bangun ! Ada kerbau gundul yang mengacau
tidur kita !" Han Hoe-jin dan yang lain-lainnya jadi terbangun dari tidur mereka.
Sambil mengucek-ucek matanya, Han Hoe-jin menatap si Hwee-shio yang
dipanggil sebagai Gan Soe heng, kemudian menatap kedua Hwee-shio lainnya.
503 .
"Ada apa dengan kerbau-kerbau gandul ini ?" tanya Han Hoe-jin sambil
tertawa haha-he he. "Hmmm .....rupanya mereka mau memaksa untuk meniduri
diriku !" Orang-orang yang banyak menonton dari jarak yang cukup jauh, jadi tertawa
mendengar perkataan nyonya Han itu. Tetapi waktu Han Hoe-jin menoleh menatap
mereka dengan mata yang mencilak bengis, suara mereka jadi sirap lagi, lenyap
dengan sendirinya. Tak ada seorangpun yang berani tertawa lagi.
Kala itu si Hwee-shio yang dipanggil sebagai Gan Soe-heng kakak
seperguruan she Gan, telah menghampiri Han Swie Lim, Hwee-shio ini
merangkapkan tangannya dan berkata; "Sie-coe, kalau memang Sie-coe ingin
menempuh jalan damai, kami harap Sie-coe jangan menimbulkan kerusuhan dikuil
kami ini ! Pergilah! Loo-lap juga tidak akan menarik panjang persolan ini! "
Han Swie Lim ketawa haha-hehe, dia seperti juga tidak mendengar
perkataan si Hwee-shio. Malah dia menari-nari, diikuti oleh Han Hoa-jin dan yang
lainnya. Gan Soe heng, Hwee-shio itu jadi mendongkol. Dia duga orang sedang
mentertawakan dirinya dan sedang menari-nari untuk mengejek dirinya, maka dia
jadi tambah murka. Dengan mengeluarkan suara bentakan yang keras, Hwee-shio ini
menjejakkan kakinya. Tubuhnya melambung dengan gesit, kedua tangannya
dimajukan kemuka, dan dia mengerahkan tenaga dalamnya, Lweekangnya untuk
menghajar batok kepala Han Swie Lim,
Han Swie Lim tidak memperhatikan serangan itu, hanya di saat dia
merasakan menyambarnya angin serangan, secara tanpa disadarinya lagi, karena
dia memang seorang jago silat yang cukup kosen, telah mengangkat tangan
kanannya, menangkis serangan si-Hwee shio.
Namun Han Swie Lim jadi kecele.
Dia menangkis tempat kosong.
Ternyata si Hwee-shio hanya menyerang dengan serangan pancingan,
kemudian dia malah telah menarik pulang kedua tangannya, dan menyusul dengan
itu, di saat Han Swie Lim menangkis tempat kosong dan menyebabkan tubuhnya
terhuyung itu, si Hwe-shio telah menggerakan seluruh tenaga Lwee-kangnya dan
mendorong sekuat tenaganya di saat tubuhnya sendiri sedang turun meluncur.
504 .
Han Swie Lim jadi kaget, dia merasakan dorongan tenaga Lweekang yang
kuat sekali. Dia mau menangkis sudah tidak keburu, karena selain tubuhnya sedang
terhuyung tidak berdiri tetap, lagi pula serangan orang sudah sampai kedekat
bajunya. Sambil mengeluarkan seruan tertahan, Han Swie Lim berusaha untuk
menjejakkan kakinya guna kabur menjauhi diri dari Hwee-shio itu.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Tetapi Gan Soe-heng, Hwee-shio itu mana mau memberi hati kepada Han
Swie Lim. Dengan mengeluarkan seruan keras, dia menyerang lagi. Malah sekarang
lebih hebat lagi, dia menambah tenaga Lwee-kang yang dipakai untuk menyerang
jago she Han yang telah menjadi gila itu.
Namun Han Swie Lim telah melambung akan mengelakan diri dengan
menjauhkan diri dari si-Hwee-shio.
Gan Hwee-shio mendengus ketawa dingin.
Dengan tidak terduga, dia memutar telapak tangannya dipakai mendorong
kemuka. Maka serangkum tenaga serangan yang kuat luar biasa telah menyerang ke
arah Han Swie Lim. Jago tua she Han yang telah gila itu, jadi mengeluarkan seruan tertahan,
namun waktu dia merasakan angin serangan orang telah menempel pada bajunya,
dia tidak saengelakkan lagi.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung ) 505 .
JILID XIII B IAR bagaimaaa Han Swie Lim adalah jago tua yang telah berpengalaman,
maka dan itu, walaupuu dia mengalami ancaman bahaya kematian, tokh
dia tidak meajadi jeri atau gagap.
Dengan cepat dia memutar telapak tangannya, di saat tangan lawan hampir
menghantam dadanya, maka Han Swie Lim mengeluarkan seruan yang keras, tahutahu tangannya telah menghajar ke arah. batok kepala Gan Hwee-shio.
Itulah suatu serangan yang benar-benar menakutkan dan mengerikan, sebab
adanya kedua serangan itu, masing-masing akan mengadu jiwa.
Kalau memang Gan Hwee-shio meneruskan serangannya, maka batok
kepalanya juga akan menjadi sasaran dari tangan Han Swie Lim.
Deagaa sendirinya, maka mereka akan sama-sama terbinasa f
Betapa terkejutnya Gan Hwee-shio, dia sampai mengeluarkan jeritan
tertahan, dan cepat-cepat menarik pulang tangannya, sambil berbuat begitu, dia
juga menjejakkan kakinya melompat ke belakang untuk mengelakkan serangan
orang she Han itu. Waktu dirinya dapat menghindarkan serangan jago she Han itu dan mereka
jadi saling berdiri berhadap-hadapan, Gan Hwee-shio berusaha memnangkan
goncangan hatinya. Coba kalau tadi dia kurang sebat dan cepat, tentu dia telah terbinasakan
diiasgaa Han Swie Lim, biarpun toca achirnya Han Swie Lim terbinasa ditangan
juga, tetapi mereka jadi sama-sama menuju keakherad menemui Giam Lo Ong !
Itulah yang membikin Gan Hwee-shio jadi mengucurkan keringat dingin .....!
Han Swie Lim setelah melancarkan pernapasannya yang agak memburu, jadi
mendengus tertawa dingin.
Matanya berkilat tajam mendelik kepada Hwee-shio itu.
Gan Hwee-shio juga tambah gusar dan mendongkol.
Didalara hati si Hwee-shio jadi mau menduga bahwa Han Swie Lim dan
isteri atau murid-muridnya itu datang kekuil mereka tentu dengan maksud untuk
mengacau, karena setiap serangan dari Han Swie Lim semuanya mematikan.
Maka sekarang Gan Hwee shio sudah tidak segan-segan lagi, dia
mengeluarkan seruan yang nyaring, berbareng dengan itu, tubuhnya juga mencelat
tinggi sekali, tangannya bergerak dengan cepat, di dalam waktu beberapa detik saja
506 .
dia telah menyerang dengan menggunakan beberapa jurus serangan yang sangat
berbahaya sekali. Serangan yang mematikan !
Walaupun Han Swie Lim telah gila, tetapi dia memang bekas seorang jago
yang kosen sekali. Maka waktu melihat orang menyerang dirinya dengan serangan-serangan
yang dapat memutuskan jiwanya, walaupun dia telah gila, namun sebagai seorang
jago yang memiliki kepandaian yang tinggi dan sempurna, dia dapat bergerak
dengan cepat. Waktu tangan Gan Hwee-shio akan mengenai dirinya, dia cepat-cepat
menggeser kedudukan kakinya, kemudian dengan sebat dia menggerakkan
tangannya untuk menangkis.
Han Swie Lim bukan menangkis sembarangan menangkis, tetapi dia
bergerak dengan disertai oleh tenaga Lwee-kang yang penuh, maka di kala dia
mengangkat tangannya itu, angin dari tangannya menyambar kuat sekali.
Gan Hwee-shio terkejut, lebih-lebih waktu tangan mereka telah saling
terbentur keras. "Dukkkk !" suara benturan itu terdengar nyata.
Dan, tampak kedua orang yang sedang mengadu jiwa itu, yang satu seorang
beribadat dan yang seorang lagi orang sinting, terpental dengan masing-masing
mengeluarkan seruan tertahan.
Tetapi Gan Hwee-shio bergerak cepat. Begitu dia dapat menginjak tanah dan
berdiri tetap, dia melambaikan tangannya kepada kawan-kawannya, meneriaki
kawan-kawannya itu untuk mengepung Han Swie Lim.
Hweeshio-hweeshio lainnya segera juga meluruh untuk mengeroyok Han
Swie Lim. Walaupun kepandaian Hweeshio-hweeshio lainnya tidak setinggi Gan
Hwee-shio, toch mereka cukup memiliki kepandaian yaug tinggi, maka Han Swie
Lim jadi repot melayani mereka.
Kepandaian Han Swie Lim memang hampir berimbang dengan Gan Hweeshio, maka sekarang dengan dikeroyok oleh kawan-kawan Gan Hwee-shio, Han
Swie Lim jadi agak terdesak.
Han Hoe-jin dan ketiga murid Han Swie Lim dasarnya memang telah gila,
walaupun mereka telah melihat Han Swie Lim dikeroyok oleh Hweeshio-hweeshio
507 .
itu, tetapi mereka bukanaya membantu malah menari-nari sambil bersorak-sorak
dengan suara tertawa mereka yang ramai sekali.
Han Hoe-jin malah telah berteriak ;
"Giok-lie mau mandi ! Giok-lie mau mandi !" dan dia menari-nari seperti
juga tidak memperdulikan keadaan sekitarnya.
Yang dimaksudkan oleh Han Hoe-jin dengan sebutan Giok lie ialah bidadari.
Han Swie Lim telah mengerahkan seluruh tenagaaya untuk bertempur
dengan Gan Hwee shio dan kawan-kawan si-Hwee-shio Iainnya, tetapi dia malah
terdesak lebih hebat lagi.
Namun, karena Han Swie Lim telah gila, dia seperti tidak memikirkan
keselamatan dirinya lagi, suatu kali di saat Gan Hwee-shio sedang meayerang
dirinya, di saat tangan si Hwee shio sedang menghajar dadanya, Han Swie Lim
tidak menangkis, malah dia balas menghajar kepala Gan Hwee-shio.
Si Hwee-shio terkejut melihat kenekadan dari orang she Han ini.
Cepat-cepat dia menarik pulang tangannya dan mengelakkan serangan Han
Swie Lim. Tetapi, karena Gan Hwee-shio dalam keadaan waras dan Han Swie Lim
sedang hilang kesadarannya, maka si Hwee-shio menang di atas angin.
Di saat dia menarik pulang tangannya, si Hwee-shio membarengi menyerang
lagi. Hal ini benar-benar diluar dugaan Han Swie Lim.
Karena pada saat itu Han Swie Lim belum menarik pulang tangannya maka
dengan telak dada si jago tua she Han kena dihajar oleh Hwee shio itu, tubuhnya
terpental dan ambruk di tanah dengan keras.
Hwee shio-hwee shio Iainnya kawan Gan Hwee-shio melihat kejadian itu.
Mereka bersorak kegirangan.
Tetapi Han Hoe-jin dan ketiga murid Han Swie Lim berbalik jadi terkejut.
Mereka berhenti mendadak dari tari-tarian gila nereka itu waktu melihat Han
Swie Lim terbanting keras di tanah, dengan cepat mereka menghampiri Han Swie
Lim. Untuk sementara waktu gila mereka jadi lenyap.
Tetapi itu hanya berlangsung sesaat lamanya, karena setelah mengawasi
sekian lamanya, mereka kembali tertawa-tawa lagi bersama Han Swie Lim sendiri
! Dasar orang gila ! 508 .
Gan Hwee-shio juga telah melihat bagaimana jago tua she Han dan ketiga
murid atau isterinya itu adalah orang-orang gila, maka Hwee-shio tersebut agak
menyesal telah mengambil jalan agak keras.
Tetapi, sedang si Hwee-shio menyesali dirinya, tampak Han Swie Lim telah
melompat bangun, dia berdiri dengan tenaga yang masih kumpul, ini terlihat dan
caranya berdiri, yang tegap dan bertenaga sekali, diiringi oleh kelincahannya.
Belum Gan Hwee-shio sempat menegur, Han Swie Lim telah aienyeraag lagi
dengan ir.eaggunakan kedua taugannya.
Angin serangan dari Han Swie Lim sangat besar sekali, dan hal itu
membikin Gan Hwee-shio tidak berasi memandang enteng, cepat-cepat dia
bergerak dengan cepat, dia menangkis sambil mengelakkan, kemudian disusul oleh
gerak langkah kaki untuk menjauhkan diri dari Han Swie Lim.
Jago tua she Han itu jadi tertawa haha hehe waktu melihat orang dapat
mengelakkan serangannya. Dengan cepat Han Swie Lim melakukan penyerangan lagi, dan bukannya
menarik pulang tanganaya, Han Swie Lim malah melakukan dan melancarkan tiga
serangan yang beruntun dan bisa memtikan !
Gan Hwee-shio melihat itu, walaupun dia mengetahui orang she Han itu
adalah orang gila dan kurang waras pikirannya, tokh dia jadi mendongkol juga.
Maka dari itu, dengan cepat dia menggerakkan kedua tangannya, tidak
menunggu sampai si jago she Han melancarkan serangannya kembali, Ga Hweeshio telah melancarkan serangan lagfi.
Dengan cepat tangan Gan Hwee-shio daa Han Swie Lim saling bentur
dengan keras. Suara benturan itu memekakkan anak telinga.
Dan tampak kedua orang itu saling tergempur kuda-kudanya By'a sampai
melargkah mundur, Han Swie Lim sendiri terhuyung-huyung beberapa langkah.
Sedangkan Gan Hwee-shio telah terdesak mundur dua langkah, disusul
kemadian dengan jejakkan kakinya, sehingga dia dapat melompat kebelakang
menjauhi Han Swie Lim untuk menjaga segala sesuatu kemungkinan yang bisa
membabayakan jiwanya. Tetapi dengan tidak terduga Han Hoe-jin telah melompat ke arah Gan Hweeshio sambil tertawa agak nyaring, kedua tangannya dipakai untuk menyerang
Hwee-shio itu. 509 .
Hal ini memang berada di luar dugaan kawan-kawan Gan Hwee-shio,
mereka sampai mengeluarkan jeritan tertahan waktu menyaksikan hal tersebut.
Gan Hwse-shio sendiri terkejut waktu tahu-tahu kedua tangan Han Hoe jin
hampir mengenai dirinya. Tetapi sebagai seorang jago yang kosen, Gan Hwee-shio
tidak menjadi gugup. Dia menarik napas dalam-dalam, kemudian dengan menyedot dadanya agar
melesak beberapa dim, dia bisa meloloskan diri dari serangan tangan kiri Han Hoe
jin, sedangkan tangan kanan nyonya Han yang sedang meluncur kearah kepalanya,
ditangkis oleh tangan Gan Hwee-sio.
Terdengar suara benturan yang keras, tampak Gan Hwee-shio terhuyunghuyung kembali.
Han Hoe-jin juga mundur ke belakang sambil mengeluarkan jerit kesakitan,
sebab tangannya telah berobah merah membengkak.
Hweeshio-hweeshio lainnya yang menjadi kawan Gan Hwee-shio, telah
meluruk menyerang Han Hoe-jin.
Si nyonya she Han sedang kesakitan dan memegangi tangan kanannya yang
pergelangan tangannya agak membengkak, dia sedang menguruti pergelangannya,
atau dengan tidak terduga, berdatangan secara bertubi-tubi beberapa serangan dari
beberapa orang Hwe-shio itu.
Han Hoe-jin jadi mendongkol.
Walaupun dia gila, tetapi disebabkan ia menderita kesakitan yang hebat, dan
lagi pula dirinya diserang secara beruntun oleh Hweeshio-hweeshio yang menjadi
kawan Gan Hwee-shio, nyonya Han itu menjadi gusar.
Dengan tidak memperdulikan perasaan sakit di tanganaya itu dia menangkis
semua serangan yang berdatangan menyeraagnya, kemudian setelah itu dia
membarengi dengan sabetan kakinya secara berantai ke arah Hweeshio-hweeshio
itu. Hebat kesudahannya. Yang Lwee-kangnya masih rendah, tampak terpental oleh tangkisan Han
Hoe-jin sedangkan yang kepandaiannya agak lumayan, menderita kesakitan yang
hebat. Hweeshio-hweeshio itu jadi merandek disebabkan terkejut dan menahan
perasaan sakit. Mereka juga agak jeri kepada Hyonya gila yang ganas tersebut.
Tetapi Han Hoejin tidak man membuang waktu lagi, dia menggerakkan
tangannya sambil tertawa-tawa menyerang Hweeshio-hweeshio itu.
510 .
Kali inipun hebat sekali serangan nyonya gila itu, karena dia menyerang
dengan menggunakan seluruh kepandaian Lwee-kangnya, dan Han Hoe-jin
menyerang tanpa menggunakan perhitungan yang benar-benar, dia menyerang
tanpa memikir keselamatan dirinya.
Dan ini hebat untuk kesudahannya ..... !
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 36 TERDENGAR beruntun beberapa kali teriakan yang menyayatkaa hati,
tampak beberapa sosok tubuh terpental dan ambruk ditanah dengan mengeluarkan
rintihan, karena tubuh mereka bercacad.
Ternyata yang terpental itu adalah Hweeshio-hweeshio yang kepandaiannya
masih rendah, dan mereka menggeletak di tanah disebabkan dada mereka
tergempur oleh serangan Han Hoe-jin.
Menyaksikan kesudahan dari pertempuran itu, Gan Hwee-shio jadi
menghela napas, dia merangkapkan kedua tangannya sambil menyebut sama sang
Budha. Dengan sinar mata yang bengis Gan Hwee-shio melangkah perlahan-lahan
menghampirkan Han Hoe-jin.
Han Hoe-jin sendiri telah tertawa-tawa dengan suara yang agak
menyeramkan, dengan terpentalnya beberapa orang Hwee shio yang tadi menjadi
lawannya, maka hal itu dianggap oleh Han Hoe-jin lucu sekali.
"Perempuan celaka ! " kata Gan Hwee-shio dengaa suara yang menyatakan
kegusarannya. "Ternyata kalian memang sengaja ingin membikia onar di kelenteng
Lo-lap ini!" Han Hoe-jin seperti tidak mendengar perkataan si Hwee-shio, dia masih
tertawa haha-hehe. "Omietohoed !" menyebut si Hwee-shio lagi dengan penuh kegusaran.
"Sian-chay ! Sian-chay ! Biarlah hari ini Lo lap membuka pantangan membunuh !"
Dan setelah berkata begitu Gan Hwee-shio menggerakkan kedua tangannya
siap-siap akan menyerang. Dia mengerahkan seluruh tenaga Lwee-kangnya pada
511 .
kedua lengannya, kakinya yaag berdiri tegak itu seperti juga besi kekarnya, kudakudanya, besinya, sangat kuat sekali, seperti juga tertancap di tanah!
Han Hoe-jin masih tertawa terus-menerus, dia seperti tidak memperhatikan
sikap si Hwee-shio yang sudah mau menyerang, lagak Han Hoe-jin seperti tidak
tahu menahu tentang sekelilingnya.
Gan Hwee-shio jadi tambah gusar dan mendongkol, dia seperti juga
dianggap enteng oleh si nyonya Han tersebut.
Dengan mengeluarkan seruan keras, si Hwee-shio menjejakkan kakinya,
kedua langannya digerakkan dengan disertai oleh tenaga Lwee-kang yang kuat
sekali. Angin serangan si Hwee-shio menyambar dengan membawa hawa kematiaa.
Han Hoe-jin tersadar dari tertawanya itu Waktu merasakan dadanya agak
sesak disebabkan angin serangan si Hwee-shio telah berada beberapa dim di dekat
dadanya. Si-nyonya gila itu terkejut untuk sesaat lamanya, tetapi sebagai seorang jago
betina yang mempunyai kepandaian lebih kosen dari Han Swie Lim sendiri, maka
biarpun dalam keadaan terpepet dan terdesak oleh adanya serangan mendadak itu,
tetapi Han Hoe-jin tidak menjadi gugup.
Dia merobah kedudukan kakinya, dengan cepat tubuhnya didoyongkan ke
belakang, sehingga dengan sendirinya serangan Gan Hwee-shio jadi mengenai
tempat kosong. Tetapi, walaupun gagal mengenai Han Hoe-jin, tokh kesudahan dari pukulan


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Gan Hwee-sbio itu hebat sekali.
Di belakang Han Hoe-jin terdapat sebuah pohon yang sudah tua, dan dengan
dimiringkannya tubuh Han Hoe-jin, pukulan Gan Hwee-shio jadi mengenai batang
pohon itu, yaag terhajar telak, dan dengan mengeluarkan suara beletak yang keras
dan berisik sekali, pohon itu tumbang!
Suara berisik dari tumbangnya batang pohon itu menyebabkaa Han Swie
Lim dan murid-muridnya jadi terhenti dari menari-narinya, mereka memandang
dengan maka tolol ke arah batang pohon yang telah roboh.
Gan Hwee-shio jadi tambah murka melihat serangannya digagalkan oleh
Han Hoe-jin, dia merasa dirinya seperti juga dipermainkaa oleh perempuan gila itu.
Jelas sekali tadi dia melibat bahwa serangannya hampir mengenai
sasarannya, tetapi dengan tidak terduga sedikitpun Han Hoe-jin dapat
mengelakkannya. 512 .
Maka dari itu, di saat Han Hoe-jin baru dapat berdiri tegak dan yang lainnya
juga sedang memandang mereka. Han Swie Lim dan muridnya tengah memandang
dengan muka yang ketololan, dan di dalam anggapan Gan Hwee-shio, tatapaa mata
Han Swie Lim dan yang lainnya itu seperti juga memandang remeh pada dirinya.
Maka itu, di samping tambah gusar. Gan Hwee-shio gusar bukan main.
Dengan mengeluarkan suara erangan, Gan Hwee shio melompat sambil
mengulurkan tangannya akan mencengkeram pundak Han Hoe-jin.
Kalau sampai pundak Han Hoe-jin kena di rabah oteh Gan Hwee-shio, pasti
tulang pie-pee di pundak perempuaa yang telah gila itu akan hancur remuk !
Tetapi Han Hoe-jin bukan seoranp perempuan yang lemah, dia dapat
bergerak gesit dan kosen sekali. Tanpa menunggu sampainya cengkeraman Gan
Hwee-shio, dia telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melompat agak tinggi
dan dengan mengeluarkan seruan yang nyaring Han Hoe-jin balas menyerang
menotok Kepala Gan Hwee-shio yang gundul licin itu !
Gan Hwee-shio waktu memperoleh kenyataan, serangannya dapat dielakkan
oleh lawannya, cepat-cepat dia menarik pulang kedua tangannya, tanpa menunggu
sang tubuh turun ke tanah lagi, dia telah melancarkan lagi dua serangan sekaligus.
Kali ini Gan Hwee-shio menyerang dengan menggunakan hampir sembilan
bagian tenaga dalamnya, maka dapat dibayangkan betapa hebatnya tenaga
serangan dari si Hwee-shio.
Han Hoe-jin sendiri walaupun telah gila, namun menghadapi serangan yang
mematikan dari si Hwee-shio menyebabkan dia harus berlaku serius.
Maka itu, menunggu sampai kedua tangan Gan Hwee-shio hampir mengenai
dirinya, Han Hoe-jin mengulurkan tangannya akan menotok jalan darah Cie Tiong
Hiatnya si Hwee-shio, yang terdapat di pergelangan tangan, dan hal itu akan
mematikan si Hwee shio Kalau sampai jalan darahnya kena ditotok oleh Han Hoejin.
Si Hwee-shio Gan sampai mengeluarkan jeritan tertahan saking kagetnya.
Dia tidak menduga sedikitpun bahwa Han Hoe-jin bisa berlaku begitu nekad.
Maka, dengan cepat dia menarik pulang kedua tangannya dan tak kalah
cepatnya, kedua kakinya juga menjejak tanah antuk menjauhkan diri dari
perempuan gila itu ! Han Hoe-jin tidak ingin memberikan kesempatan pada Gan Hwee-shio.
513 .
Melihat orang ingia menjauhkan diri dari serangannya, Han Hoe-jin juga
cepat-cepat menjejakkan kakinys, tubuhnya melambung dan dia mengejar Gan
Hwee-shio. Tangannya tetap menotok ke arah jalaa darah Cie Tioag Hiatnya si Hweeshio.
Gan Hwee-shio jadi tambah terdesak, dia terkejut bukan main.
Tetapi disebabkan dia terdesak hebat dan tak ada jalan keluar baginya, dia
jadi nekad dan mengambil keputusan pendek, yaitu akan mengadu jiwa.
Maka dari itu, dia tidak mengelakkan diri lagi dari serangan Han Hoe-jin,
dia seperti juga tidak memperdulikan serangan maut dari si nyonya gila, yang
hampir mengenai dirinya dan bisa membinasakan itu, hanya ksdua tangannya
dipakai untuk menggempur dada nyonya gila itu !
Itulah suatu serangan untuk benar-benar mengadu jiwa dengan lawan !
Di samping Gan Hwee shio sendiri akan terbinasa tertotok jalan darahnya
juga Han Hoe-jin akan terhajar remuk dadanya olek Hwee-shio itu !
Mereka akan sama-sam terbinasa !
Malah yang hebat, kesempatan untuk meloloskan diri dari serangan masiagmasing itu, Han Hoe-jin dan Gan Hwee-shio sudah tidak mempunyai kesempatan
lagi, mau tak mau mereka harus saling mengerahkan tenaga masing-masing dan
mengadu jiwa ! Untuk binasa bersama-sama didalam suatu pertempuran dua orang jago
sebetulnya tidak mengherankan, tetapi Gan Hwee-shio sampai mengada jiwa
dengan Han Hoe-jin, perempuaa gila itu, inilah benar-benar luar biasa, sebab di
antara mereka sebetulnya tidak terdapat persoalan yang berarti.
Han Swie Lim dan Tang Siu Cauw, Hie Beng, Hie Lay serta Soe Niang,
telah menari-nari lagi dengan disertai tertawa mereka yaag berisik sekali.
Sedaagkaa Han Hoe-jin dan Gan Hwee-shio sedang mengadu jiwa untuk
binasa bersama .....! *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 37 514 .
MARI kita tinggalken dulu Han Swie Lim serta marid-muridnya atau Gan
Hwee Shio dan Han Hoe-jin yaag sedang mengadu jiwa untuk binasa bersama itu !
Kita menengok sejenak kepada Han Han,
Pada malam itu, setelah berpisah dengaa In In, Han Han tidak bisa tertidur
dengan nyenyak. Dia rebah di pembaringan dengan gelisah sekali, sekejappun matanya tak
bisa terpejamkan. Bayang-bayang wajah In In selalu terbayang di hadapan mukanya, dan Han
Han seperti juga menyesali dirinya yang telah menerima pernyataaa nona Thio
yang menyatakaa bahwa dirinya si nona Thio telah terikat oleh putranya Thio See
Ciang, musuh besarnya Han Han !
Api dendam semakin berkobar di dalam jiwa pemuda she Han itu.
Dendam disebabkan kegilaan keluarganya dan juga disebabkan oleh
perasaan jelus tak memperoleh cintanya si nona she Thio itu.
Suara kentongan telah terdengar empat kali menyatakan telah menjelang
tengah malam. Tetapi Han Han masih tidak dapat tertidur dengan nyenyak.
Dia jadi memikirkan, sebetulnya dia membela Wong Tie Hian ini dengan
sepenuh tenaganya, dan seharusaya dia tidak boleh banyak pikir soal resikonya.
Biar bagaimana dia harus membela Wong Tie Hian yang berdiri dipihak
yang benar. Namun karena dia membela Wong Tie Hian, dia harus terpecah dan terpisah
dengan nona Thio. Dan, semakin dia berpikir, semakin sedih hatinya.
Han Han juga baru menyadarinya, bahwa orang berkedok yang telah
bertempur dan akhirnya tertotok olehnya itu di dalam gedung Wong Tie Hian
ternyata adalah si nona she Thio itu juga.
Waktu angin yang dingin menembusi celah-celah jendela dan menyentuh
tubuh Han Han, sehingga anak muda she Han tersebut merasakan dinginnya hawa
malam, dia jadi menghela napas.
Samar-samar dia jadi mendengar suara langkah kaki, rupanya orang-orang
yang mengawal gedung Wong Tie Hian tersebut sedang melakukan tugas mereka.
Waktu kentongan kelima, barulah Han Han dapat tertidur.
Besoknya, Han Han bangun agak terlambat dari biasanya.
Dia terbangun disebabkan mendengar suara yang berisik di muka kamarnya.
515 .
Cepat-cepat Han Han melompat dari pembaringan:
Dia mencuci muka dan memakai bajunya, kemudian merapihkan rambutnya
dan menuju keluar dari kamarnya.
Waktu dia menatap daun pintu kamarnya dia melihat beberapa orang lelaki
yang bertubuh tegap sedang mengerumuni sesuata.
Haa Haa menghampiri. Orang-orang bertubuh tegap itu melihat kedatangan si-anak muda she Han,
mereka cepat memecah diri dan memberi hormat sambil mengucapkaa kata-kata
selamat siang. Han Han membalasnya dengan sikap acuh tak acuh.
Lalu dia menanyakan, mengapa tampaknya mereka begitu ribut dan sedang
menghadapi sesuatu. Salah saorang di antara mereka maju ke depan, dia menceritakan segalanya
kepada Han Han. Ternyata, semalam adalah rombongan orang orang ini yang berjaga dan di
kala mereka sedang meronda di saat kentongan kelima, mereka melihat dua
bayangaa tubuh manusia yang berlompatan di atas genting dengan gerakan yang
gesit sekali. Orang-orang yang berjaga malam itu jadi curiga, cepat-cepat mereka
mengejarnya. Namun kedua bayangan sosok tubuh manusia itu sangat gesit sekali.
Di dalam waktu yang sangat singkat, mereka telah lenyap dari pandangan
penjaga-penjaga malam itu.
Saking penasaran, salah seorang diantara penjaga malam itu membangunkan
Wong Tie Hian. Dan jago she Wong cepat-cepat menuju keluar, di sana sudah tidak terlihat
apapun. Tetapi, tiba-tiba jago tua she Wong itu seperti juga tersadar dengan cepat,
dengan tidak ayal lagi dia membalikkan tubuhnya dan menuju ke belakang.
Dia menuju kekamar isterinya.
Ternyata, suatu kejadian hebat telah terjadi !
Wong Tie Hian hanya menemui mayat isterinya yang telah membeku dingin
dengan mata mendelik ! Di dada isterinya tertancap sebelah pisau yang disertai oleh sehelai surat,
yang banyinya antara lain sebagai Berikut :
516 .
Wong Tie Hian ! Ini adalah suatu peringatan kecil kepadamu, kalau memang kau
masih tetap berkepala batu dan tidak mau menyerah kepada pihak kami,
berarti seluruh penghuni gedungmu akan mengalami hal yang sama dengan
isterimu ! Pikirkanlah baik-baik dengan tenang, dan kudoakan semoga kau dapat
melihat gelagat! Dari adikmu Thio See Ciang
Membaca surat itu tubuh Wong Tie Hian jadi gemetar dengan hebat!
Hampir saja dia jatuh pingsan saking gusarnya. Dadanya dirasakan seperti
mau meledak. Untung saja dia masih bisa menguasai dirinya.
Dan hanya surat dari orang she Thio yang menjadi Kauw-coe dari Pek Bwee
Kauw itu diremasnya jadi hancur, waktu dilepaskan, kertas itu jadi terbang dalam
kepingan yang kecil. Pagi-pagi sekali, setelah duduk termenung, setelah mendekati terang tanah,
Wong Tia Hian merapihkan pakaiannya, memakai baju jalan malam,yaitn Yangheng-ie. dan dia mengambil keputusan untuk menyatroni Thio See Ciang untuk
mengadu jiwa dengannya. Tetapi mnrid-murid Wong Tie Hian memintanya untuk menunda maksudnya
itu dulu. Tadinya Wong Tie Hian tidak bisa dibujuknya, tetapi akhirnya setelah
maridnya memohon dengan berlutut daa menangis, barulah Wong Tie Hian
mengurungkan maksudnya semula.
Wong Tie Hian sendiri memaklumi dan menyadarinya bahwa dengan
menyatroni sarang Thio See Ciang, berarti dia akan mengantarkan jiwa secara
cuma-cuma, maka akhirnya hati jago tua she Wong yang telah panas itu dapat
diredakan. Dia memerintahkan, beberapa orang muridnya untuk mengatur pemakaman
nyonya itu. Mendengar cerita tersebut, Han Han jadi mendongkol dan gusar bukan main.
517 .
Tubuh pemuda she Han ini jadi menggigil menahan perasaan gusarnya.
"Di mana Wong Cian-pwee ?" tanyanya setelah orang itu selesai
menceritakan segalanya. Mata Han Han berkilat tajam, sehingga orang-orang itu
jadi menundukkan kepalanya tidak berani terbentur pandangan mata mereka.
"Wong Loo-cianpwee berada di Toa-thia ruangan tengah," menerangkan
salah seorang di antara mereka. "Wong Loo-cianpwee sedang membakar Baupwee-hoe, uang kertas perak, di depan peti mati Wong Loo thay-thay!"
Tanpa mengucapkan sepatah katapun Han Han cepat-cepat menuju keruang
tengah gedung itu. Wakta sampai di tengah-tengah ruangan itu tampak jelas sekali oleh. Han
Haa, di dekat pintu tampak sebuah peti mati terbujur, pasti itu peti matinya nyonya
Wong, sedangkan Wong Tie Hian sendiri duduk termenung memandang kobaran
api yang membakar uang-uangan kertas perak.
Wajah jago tua she Wong itu sangat pucat sekali, kesedihan tampaknya telah
meaguasai jago tua tersebut.
Han Han cepat-cepat menghampiri Wong Tie Hian, dia menjura memberi
hormat dulu kepada peti mati nyonya Wong, dia memasang tujuh batang hio untuk
menyatakan penghormatan terakhirnya.
Baru kemudian Han Han memberi hormat kepada Wong Tie Hian.
Jago tua she Wong itu membalas hormat si pemuda she Han dengan
linangan air mata. Haa Han memberikan kata-kata hiburan kepada jago tua itu.
"Biar bagaimana aku harus membalas sakit hati ini kepada orang she Thio
itu, Han Lao-tee !" kata Wong Tie Hian dengan suara agak gemetar.
Han Han mengangguk. "Ya .....manusia she Thio itu harus dilenyapkan dari permukaan bumi ini!"
menyahuti Han Han. "Biarlah malam ini Boanpwee akan menyatroni
pesanggrahannya." Wong Tie Hian membenarkan.
"Aku juga akan ikut bersamamu, Lao-tee !" dia berkata dengan cepat.
Han Han ragu-ragu sejenak tetapi akhirnya dia mengangguk juga.
"Ya .....kita sama-sama membasmi orang-orangnya she Thio itu ! " katanya.
Setelah pasang omong sesaat lamanya ia akhirnya Han Han kembali ke
kamar. 518 .
Dia merebahkan dirinya dipembaringan dan pikirannya melayang-layang.
Dia jadi menduga-duga siapakah kedua orangnya Thio See Ciang yang telah
menyatroni gedung Wong Tie Hian tersebut dan membunuh isteri Wong Tie Hian"
Kalau didengar cerita dari penjaga-penjaga malam yang menceritakan
seluruh peristiwa itu kepada anak muda she Han tersebut, maka Han Han bisa
menarik kesimpulan bahwa yang datang menyatroni gedung Wong Tie Hian itu
tentu orang-orang kosen dari Thio See Ciang, kareaa walaupaa telah dijaga keras
oleh orang-orangnya Wong Tie Hian, tokh masin bisa kebobolan juga !
Di dalam pemikiran Han Han, dia menduga bahwa yang datang menyatroni
gedung Wong Tie Hian pada malam tadi tentunya Thio See Ciang sendiri bersama
dengan Thio ln In atau salah seorang jago yang kosen dari Pek Bwee Kauw.
Tetapi kalau memang Thio In In dan Thio See Ciang sesdiri yang melakukan
pembantaian itu, mengapa mereka melakukan perbuatan yang hina dina itu,
melakukannya dengan sembunyi-sembunyi " Bukankah mereka mempunyai
kepandaian yang tinggi " Dan mengapa mereka harus main sembunyi sembunyi "
Bukankah sebagai seorang jago yang kosen dan lihai, nama Thio See Ciang
akan hancur lebur menjadi seorang Siauw-coet kalau dia melakukan perbuatan itu"
Apakah Thio See Ciang memang seorang manusia yang bermartabat rendah"
Akhirnya Han Han tertidur lagi untuk melewatkan waktu menunggu sampai
menjelang malam untuk meayatroni pesanggrahan Thio See Ciang ..... !
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
MALAM itu rembulan mengambang dengan cahayanya yang indah, karena
pada hari itu adalah Cap sie sah-gwe,, bulan tiga tanggal empat belas, dan besok
pada tanggal lima belas tepat, bulan akan bercahaya penuh !
Di antara terangnya cahaya rembulan, dan di antara suara kentongan yang
terdengar tiga kali dipukul oleh penjaga malam, menandakan telah menjelang
tengah malam, tampak di atas rumah penduduk berlari dua sosok tubuh dengan
kegesitan yang sangat luar biasa sekali.
Dari cara mereka melompat dari rumah yang satunya lagi bisa diketahui


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

bahwa kepandaian kedua orang tersebut pasti tinggi dan lihai sekali.
Kedua sosok tubuh itu masing-masing menggunakan pakaian Ya-heng-ie,
pakaian piranti jalan malam, yang singsat, sehingga mereka leluasa bergerak.
519 .
Kedua sosok tubuh itu dengan ringan menuju ke arah tenggara kota, dan di
dalam waktu yang singkat sekali, mereka telah sampai di dekat sebuah lapangan
yang agak gelap. Dengan kecepatan yang luar biasa kedua bayangan ita melompat kebelakang
sebuah batu yang terdapat di situ. Mereka bersembunyi di situ untuk melihat
apakah ada sesuatu yang dicurigakan.
Tetapi keadaan tetap sunyi. '
Salah seorang sosok tubuh itu melompat ke belakang sebuah pohon yang
tumbuh di dekat situ, tak ada reaksi apapun, rupanya dia tidak menemukan
rintangan apa-apa. Dengan menggunakan tangannya, dia memberi tanda kepada kawannya agar
maju juga ke tempatnya. Sosok tubuh yang satunya lagi melompat juga kedekat pohon, dan
mengawasi keadaan sekitar mereka.
Setelah mendekam sesaat lamanya, akhirnya kedua sosok tubuh itu
melompat lagi kedekat rerumpun yang banyak bertumbuhan di situ.
Dari tempat yang baru itu, kedua sosok tersebut dapat melihat dengan tegas
di tengah tengah lapangan terdapat banyak tenda-tenda.
Salah seorang di antara kedua sosok tubuh itu menoleh kepada kawannya.
"Mari kita menerobos masuk ! " katanya dengan suara yang perlahan, seperti
juga berbisik. Yang seorangnya mengangguk.
Dengan gesit kedua sosok bayangan itu melompat kearah tenda-tenda dalam
beberapa kali menjejakkaa kakinya saja, kedua, orang itu telah dapat mencapai
pada tenda yang berada paling depan.
Siapakah kedua sosok bayangan itu "
Ternyata mereka tak lain dari Wong Tie Hian dan Han Han, sedangkan
tenda-tenda yang terdapat di tengah lapangan itu ternyata adalah tenda-tenda
tempat orang-orang Pek Bwee Kauw bermalam.
Begitu sampai didekat tenda yang pertama, yang agak besar. Wong Tie Hian
dan Han Han mendekam di tanah untuk menjaga segala sesuatu kemungkinan.
Kemudian waktu mereka memperoleh kenyataan tak terdapat sesuatu yang
mencurigakan, mereka berindap-indap mendekati tenda itu.
Dengan menggunakan ujung pedang, mereka mencongkel ujung tenda,
untuk melihat keadaan dalam tenda itu.
520 .
Di dalam terdapat tiga orang penjaga yang telah tertidur mungkin
disebabkan mengantuk yang sangat.
Han Han menoleh kepada jago tua she Wong itu, pemuda she Han
menganggukkan kepalanya memberi tanda kepada Tie Hian.
Jago tua itupun mengangguk, hampir berbareng mereka menjejakkan kaki
dan dengan ringan tubuh mereka melewati tenda itu, menuju ketenda yang satunya.
Keadaan didalam tenda ini tidak berbeda banyak dengan tenda yang
pertama, begitu yang berikutnya, di dalamaya hanya terdapat anak buah Pek Bwee
Kauw yang sedang tertidur.
Satelah melewati beberapa buah tenda, Han Han mendekati Wong Tie Hian,
dia membisiki. "Wong Loo-cianpwe, kukira semua tenda-tenda ini terisi oleh anak buah Pek
Bwee Kauw!" katanya. "Lebih baik kita cari tenda yang berlainan bentuknya,
karena Boanpwee kira tak mungkin tendanya Thio See Ciang akan sama dengan
tenda-tenda anak buahnya ini!"
Wong Tie Hian mengangguk, dia membenarkan pendapat dari Han Han.
Maka dari itu mereka telah memutari beberapa tenda lainnya, menuju
ketengah. lapangan, dimana tampak sebuah tenda yang bentuknya agak berlainan.
Selain bentuknya agak berlainan. Juga warnanya berlainan, juga tenda itu lebih
besar dari tenda-tenda lainnya.
Han Han mengangguk kepada Wong Tie Hian sambil menunjuk ke arah
tenda itu. Dengan berindap-indap mereka mendekati tenda itu.
Mereka berlaku hati-hati, sebab kalau memang benar penghuni tenda itu
adalah Thio See Ciang, pasti mereka akan dipergoki kalau tidak berlaku hati-hati.
Sedikit suara langkah kaki saja bisa membikin Thio See Ciang mengetahui
kehadiran mereka di situ.
Maka dari itu, Han Han dan Wong Tie Hian berusaha berlaku hati-hati, agar
tidak terdengar suara langkah kaki mereka
Keadaan di sekitar lapangan itu, di mana terdapat berpuluh-puluh tenda
sangat sunyi sekali. Hanya terdengar suara kutu malam yang berdendang dan suara mengerosnya
orang tidur. Sebelum meadekati tenda itu terlebih jauh, Han Han menoleh kepada Wong
Tie Hian lagi. 521 .
Mereka jadi saling pandang sekian lama, kemudian tanpa mengatakan
sepatah katapun kedua oraag ini telah maju beberapa langkah lagi ke depan.
Mereka mendekati tenda itu lebih dekat lagi, kemudian mendekam untuk
mendengarkan sesuatu. Yang terdengar hanyalah suara orang mengeros karena tertidur nyenyak!
Han Han menggunakan ujung pedangnya mencokel bawah tenda dan
mengintai ke dalam dari celah tenda itu.
Tetapi begitu melihat ke dalam, Han Han mengeluarkan seruan tertahan.
Kenapa " Ternyata tenda itu kosong !
Wong Tie Hian sendiri jadi terkejut Waktu melihat si anak muda seperti
terkejut dan mengeluarkan suara seruan tertahan waktu memandang ke dalam
tenda. Cepat-cepat jago tua she Wong merangkak mendekati Han Han.
"Ada apa Han Lao-tee ?" tanya jago tua itu dengan keras dan ingin
mengetahui. "Di dalam kosong, Wong Loo-cianpwee !" kata Han Han dengan suara yang
perlahan. "Ternyata mereka menggusakan taktik yang benar-benar lihai, yang
diduga kosong berisi dan yang diduga berisi tetapi kosong ! Itulah tipu daya dari
Lo Sian ! Wong Tie Hian mengangguk, baru saja dia ingin berkata, tiba-tiba terdengar
suara tertawa yang nyaring.
Wong Tie Hian dan Han Han jadi terkejut, mereka melompat bangun, dan
disekeliling mereka ternyata telah dikurung.
Orang yang berdiri paling depan adalah Thio See Ciang !
Melihat orang she Thio itu, seketika itu juga meluap darah Wong Tie Hian,
napasnya memburu dan kumis jenggotnya jadi bergerak-gerak saking murkanya.
Baru saja dia ingin membentak untuk memaki, tampak Thio See Ciang telah
berkata : "Siauw-tee tidak menduga sedikitpun bahwa hari ini Siauw-tee menerima
kunjungan dari tamu terhormat seperti Wong Lao-ko !" dan dia tertawa, matanya
memain memandang Han Han. Dan, kau Siauw-ko, ternyata kau juga menjadi
tamu kehormatan !" Wajah Wong Tie Hian dan Han Han tidak enak dipandang, karena mereka
sedang dalam keadaan gusar. Waktu memandang Thio See Ciang, mereka teringat
kepada nyonya Wong yang telah menjadi mayat dan terbujur di dalam peti mati
serta belum dikebumikan! 522 .
Wong Tie Hian menekan perasaan gusarnya, dia membentak deagan suara
yang menyeramkan : "Orang she Thio, kau adalah manusia paling hina-dina di dalam dunia ini !"
bentaknya dengan suara yang mengguntur. "Hari ini aku bersumpah, harus dapat
membunuhmu, agar dapat membawa batok kepalamu dan hatimu untuk
sembayangi arwah isteriku !"
Mendengar perkataan Wong Tie Hian, Thio See Ciang tertawa sabar.
"Mengapa musti begitu ?" tanyaaya dengan suara yang sabar. "Bukankah
kalau kita mengambil jalan damai kita bisa mencicipi persaudaraan " "
Wong Tie Hian tertawa dingin.
"Selama kau ada di atas permukaan bumi ini, aku tak mau hidup ! Maka,
hari ini aku akan adu jiwa denganmu, di antara kita berdua siapa yang berhak
hidup terus di bumi ini !"
Thio See Ciang ketawa dingin, wajahnya agak berubah.
"Wong Toako, kau selalu tidak pernah memberikan kesempatan kepadaku
untuk berlaku baik !" kata Thio See Ciang. "Kau selalu mendesak agar aku
menggunakan kekerasan ! Apakah menurutmu dengan kekerasan itu akan
membawa kebaikan untuk kita kedua pihak " Bukankah dengan jalan damai kita
akan memperoleh kerukunan ?"
Wong Tie Hian menggigil tubuhnya saking gusar dan menahas perasaan
murkanya. Jeaggot dan kumisnya jadi bergerak-gerak saking gusarnya.
"Orang she Thio, kalau mendengar perkataanmu yang halus dan manis budi
ini, aku tentu tidak akan percaya bahwa kau adalah manasia yang paling hina-dina
di dalam dunia ini !" kata Wong Tie Hian. "Tetapi kenyataannya, hmm ..... kau
adalah anjing bermuka manusia ! Kau mengetahui bahwa isteriku tidak mengerti
ilmu silat dan merupakan seorang wanita yang lemah, mengapa kau begitu tega
membunuhnya "!"
Wajah Thio See Ciang jadi berubah hebat.
"Apa .....apa kau katakan itu ! " bentaknya dengan gusar. "Siapa yang
membunuh isterimu ?"
"Haaaa .....kau masih ingin pura-pura tidak tahu!" kata Wong Tie Hian
mengejek. "Bagus! Bagus! Rupanya kau memang seorang pemain sandiwara yang
mempunyai bakat ! Hmmm ..... setelah kau bunuh isteriku, kau tinggalkan sepucuk
surat yang bunyinya hina sekali !"
Tubuh Thio See Ciang jadi menggigil.
523 .
"Wong Tie Hian !" bentaknya dengan suara yang menggetar. "Kau tadi
mengatakan bahwa aku telah membunuh isterimu ?"
Wong Tie Hian mengangguk dengan pasti.
"Ya !" dia membenarkan dengan penuh kegusaran." Hmm .....apakah kau
benar-benar seorang manusia yang paling hina sehingga tidak berani mengakui apa
yang telah kau perbuat ?"
Thio See Ciang ketawa dingin.
"Hmm ..... Thio See Ciang bukan sebangsa manusia pengecut!" katanya
dengan tawar. "Setiap apa yang kulakukan pasti akan kuakui, tetapi kalau
mengenai pembunuhan isterimu, sedikitpun aku tak mengetahuinya ! Hmmm.
orang she Wong ! Janganiah kau sembarangan memfitnah !"
Wajah Wong Tie Hian berubah hebat, dia jadi mengerut kaa alisnya.
Kalau dilihat dari cara berkatanya. Thio See Ciang, memang suatu
kemungkinan orang she Thio itu bukanlah pembunuh isterinya. Tetapi kalau bukan
Thio See Ciang, lalu siapa yaag telah melakukan perbuatan hina itu, dengaa secara
sembunyi-sembunyi membunuh nyonya Wong itu " Siapa pembunuhnya "!
Tiba-tiba Han Han ketawa dingin.
"Hmm, bisa kau mencuci tangan, orang she Thio!" katanya mengejek. "Bisa
saja kau menyuruh orang-orangmu untuk membunuh nyonya Wong, lalu kau
mengatakannya kau tidak tahu menahu ! Hu, suatu akal licik yang telah usang ! "
Wajah Thio See Ciang jadi berubah hebat.
"Kalau memang aku yang membunuhnya mengapa aku menyangkal ?" dia
balik menanya dengan suara yang tawar dan hati yang mendongkol sekali.
"Hmmm ..... seumpamanya aku membunuh isteri orang she Wong itu, mengapa
aku harus jeri mengakuinya "! Tetapi kalau memang kalian mendesak terus dengan
tuduhan dan fitnahan bahwa aku telah melakukan perbuatan hina dina itu, aku juga
tidak keberatan menerimanya, karena kalian benar-benar orang tolol yang tidak
bisa diberi pengertian ! "
Wajah Wong Tic Hian berubah hebat.
Begitu juga Han Han, anak muda she Han ini gusar bukan main.
Tetapi baru saja Wong Tie Han mau memaki dengan suara yang
membentak, tiba-tiba terdengar siulan yang panjang dan nyaring sekali dikejauhan,
dan dari suara siulan itu, orang sudah menduga bahwa yang mengeluarkan suara
sialan itu pasti seorang yang kosen.
Semua orang jadi terdiam, tidak terkecuali Thio See Ciang sendiri.
524 .
Thio See Ciang mau menduga bahwa orang yang mengeluarkan suara siulan
itu pasti jago undangan dari Wong Tie Hian, dan sebaliknya Wong Tie Hian juga
menduga bahwa orang yang mengeluarkan suara siulan yang luar biasa itu adalah
seorang jago yang kosen sengaja diundang oleh Thio See Ciang.
Disebabkan masing-masing mempunyai pikiran semacam itu, maka kedua
pihak masing-masing berdiam diri penuh kegusaran.
Suara siulan itu semakin lama semakin nyaring, menyatakan bahwa orang
yang mengeluarkan suara siulan itu sudah berada dekat.
Thio See Ciang dan Wong Tie Hian jadi saling pandang dengan mata
mendelik. Sedang kedua pihak itu, pihak Thio dan pihak Wong, berdiam diri, tampak
Thio In In dan Thio Pek Siang, putera Thio See Ciang, yang biasanya dipanggil
sebagai Slang-jie itu. Melihat nona Thio dan Siang-jie yang mendatangi kearah mereka dengan
jalan berendeng begitu mesra, darah Han Han jadi meluap.
Timbul rasa jelusnya. Tatapi baru saja dia mau membentak kearah Thio See Ciang uatuk
melampiaskan kegusaran dan kejelusan hatiaya, tiba-tiba suara siulan yang
terdengar tadinya begitu nyaring, jadi terhenti, dan tampak berkelebat sesosok
tubuh. Waktu Han Han dan yang lainnya menegaskan ternyata di hadapan mereka
telah berdiri seorang kakek-kakek tua yang tumbuh kumis dan jenggot yang
panjang, yang telah berubah putih seluruhnya.
Pakaian kakek itu sederhana sekali, dia memegang sebatang seruling
ditangan kirinya, yang digoyang-goyangkannya.
"Hmmm .....kalian berkumpul di sini tentu mengandung maksud jelek,
bukan !" bentak si kakek setelah menyapu semua orang yang ada di lapangan
dengan matanya yang tajam sekali.
Melihat orang yang baru datang itu, Thio See Ciang dan Wong Tie Hian jadi
terkejut, Tie Hian dan See Ciang adalah jago-jago tua yang sudah kenyang makan
asam dan garam dunia persilatan, maka mereka mengenal siapa adanya kakek tua
itu. Tetapi berbeda dengan Han Han, dia tidak mengetahui siapa sebenarnya
kakek tua itu. 525 .
"Hei kakek tua, lebih baik jangan kau mencampari urusan kami ! " bentak
Han Han dengan suara aseran, karena dia memang sedang mendongkol dan jelus
menyaksikan In In dan Siang jie berdiri berendeng dengan sikap yang mesra.
"Cepat-cepatlah kau meaggelinding pergi !'"
Mendengar perkataan Han Han, tampak kakek-kakek tua itu melengak
sesaat, tetapi setelah tersadar, dia tersadar untuk tertawa keras sekali.
Sedang kakek itu tertawa dengan suara yaag luar biasa, agak menyeramkan,
Wong Tie Hian menarik ujung baju Han Han.
Waktu Han Han menoleh, jago tua she Wong itu menggelengkan kepalanya
memberi isyarat kepada Han Han bahwa pemuda she Han itu jangan membentur si
kakek ! Han Han jadi heran. Tetapi sebagai seorang anak muda yang kosen mempunyai kepandaian
tinggi, maka dia tidak mengenal apa yang disebut takut.
Sambil tertawa dingin, dia tetap menghadapi si kakek luar biasa itu.
"Kau sebagai orang dari golongan muda, berani menegur aku begitu
macam?" tanya si kakek dengan suara yang mengejek waktu dia telah terhenti dari
tawanya. Han Han tertawa dingin. "Mengapa aku harus takut kepadamu?" balik tanya Han Han tawar.
Kakek itu jadi melengak lagi, dia sampai berdiri kesima sesaat lamanya
waktu mendengar perkataan Han Han. Namun akhirnya dia tertawa lagi.
"Apakah kau benar-benar tidak jeri padaku?" dia tanya lagi dengaa aseran


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

dan sambil menggoyang-goyangkan seruling yang ada di tangannya.
Han Han menggelengkan kepalanya.
"Biar apapun dan siapapun aku tidak akan jeri atau mundur dari
hadapannya!" kata si pemuda she Han dengan berani. "Apa lagi baru kau, hanya
seorang kakek tua renta yang tulang belulangnya hampir copot rontok dari
tubuhnya. Kakek itu melangak lagi, sedangkan Wong Tie Hian ingin memberi isyarat
lagi kepada. Han Han, tetapi dia tidak mempunyai kesempatan semacam itu. Maka
akhirnya dia hanya mengawasi saja dengan penuh kekuatiran, karena dia memang
mengetahui siapa adanya kakek luar biasa itu.
Sedangkan kakek luar biasa itu telah gusar bukan main mendengar jawaban
Han Han. 526 .
"Apakah kau bicara sungguh-sungguh bahwa kau tidak jeri kepada Hiat Tiok
Sian Jin ?" bentak si kakek.
Mendengar kakek itu menyebutkan gelarannya, Han Han ketawa dingin.
"Hmm, jangan kata baru Seruling Haus Darah, sedangkan Seruling Haus
Jiwa akupun tidak jeri !" ejeknya dengan suara yang tawar.
Wajah si kakek jadi berubah hebat. Dia memang Hiat Tiok Sian Jin, itu jago
yang bergelar seruliag haus darah, seorang jago yang luar biasa sekali, yang
mempunyai kepandaian tiaggi luar biasa, maka jago-jago manapun jeri kepadanya,
karena kakek ini beradat Koe koay, aneh, kalau memang dia sedang senang, maka
dia akan menolong orang yang sedang dalam kesusahan, atau kemalangan, namun
kalau entah bagaimana pamikirannya, atau dia sedang gusar atau mendongkol,
maka dia tidak akan segan-segan membunuh orang !
Jiwa manusia seperti juga dianggapnya barang permainan, yang boleh
dibunuh sesuka hatiuya ! Disebabkan perangainya yang aneh itu, maka Hiat Tiok Sian Jin sangat
disegani oleh jago-jago dari golongan putih atau golongan hitam, semuanya tidak
berani berbuat salah terhadap jago tua yang kosen itu.
Adalah luar biasa sekali bagi Hiat Tiok Sian Jin, bahwa di kala dia dijerikan
oleh semua orang atau jago-jago di dalam rimba persilatan, adalah seorang bocah
yang bernyali besar dan berani memaki-mali dirinya.
Tetapi bukannya Hiat Tiok Sian Jin bergusar atau murka, akhirnya dia malah
tertawa gelak-gelak. Kelakuan Han Han dianggapnya lucu dan luar biasa sekali, karena dia belum
pernah bertemu dengan seorang jagopun yang berani berbuat seperti Han Han itu.
Itulah yang luar biasa sekali dalam anggapan Hiat Tiok Sian Jin.
Maka dari itu, dengan keras dia tertawa, kemudian menghampiri Han Han
dengan langkah yang perlahan-lahan.
Sinar matanya sangat tajam sekali.
"Apakah kau benar-benar tidak jeri padaku?" bentak Hiat Tiok Sian Jin
dengan suara yang tawar, serta menyeramkan bagi pendengaran telinga siapapun
yaag ada di situ. Han Han tertawa dingin. "Mengapa aku harus jeri padamu "!" dia balik bertanya dengan suara yang dingin. Kembali Hian Tiok Sian Jin tertawa gelak.
527 .
"Aha, selama lima puluh tahun, barulah aku bisa menjumpai kejadian yang
luar biasa ini !" si kakek mangoceh dengan suara yang agak keras. "Bagus ! Hei,
Bocah! Kau benar-benar luar biasa ! Apakah kau mempunyai kepandaian ilmu
silat?" "Hmm ..... tidak perlu kau ketahui hal itu !" bentak Han Han sangat berani.
"Kalau memang kau ingin merasai kelihaian tuan mudamu, majulah !"
Kembali si kakek terkesiap, dia sampai berdiri melengak seperti tidak
mempercayai pendengaran telinganya sendiri.
Seumur hidupnya, barulah kali ada orang yang menantang dirinya.
Akhirnya si kakek tersadar untuk tertawa keras, terpingkal-pingkal, dia
sampai memegangi perutnya dengan keras, dianggapnya hal yang sedang
dihadapinya itu adalah sangat lucu sekali.
"Hebat kau bocah ! Hebat!"' dia kata sambil tertawa. "Kalau begitu kau
pantas menjadi muridnya Hiat Tiok Sian Jin !"
Baru saja Han Han ingin menyahuti dengan kata-kata yang ketus, dia
melihat tangan Hian Tiok Sian Jin telah menyambar kearahnya dengan kecepatan
yang luar biasa sekali. Hal ini mergejutkan Han Han juga.
Karena orang yang menyerang dengan gerakan yang cepat luar bias?, Han
Han tidak melihat cara bergerak orang atau jago tua itu, hanya tahu-tahu tangan
Hiat Tiok Sian Jin hampir menghajar batok kepalanya.
Untung saja Han Han mempunyai kepandaian yang tinggi dan memang
kosen sekali. Maka dari itu, di saat dia melihat tangan si-kakek tua itu hampir mengenai
batok kepalanya, Han Han mengeluarkan seruan yang nyaring, dia melompat ke
belakang. Dan, disebabkan anak muda she Han itu melompat ke belakang, maka
serangan si-kakek meluncur ketempat kosong.
"Ngeeeekk ! " terdengar suara oraag tersendat, disusul kemudian dengan
suara tertawa si-kakek. Han Han baru saja mau memaki melihat kecurangan orang yang telah
menyerang dirinya secara begitu mendadak, atau tiba-tiba dia mendengar suara
robohinya sesosok tubuh !
Cepat-cepat Han Han menoleh ke belakang, dan darahnya jadi tersirap ! Apa
yang di saksikannya "
528 .
Ternyata, karena Han Han dapat mengelakkan serangan si kakek, angin
serangan itu jadi meluncur ke arah salah seorang anak buah Pek Bwee Kauw yang
sedang berdiri terpaku menyaksikan kejadian itu.
Anak buah Pek Bwee Kauw yang malang itu tidak dapat menjerit dan juga
dia tidak mengetahui dengan cara bagaimana dia terserang, karena dia hanya
merasakan ada sesuatu seperti godam yang menghajar dadanya, keras sekali, tanpa
disadarinya, dia hanya bisa mengeluarkan suara "Ngeeeekk ! " yang keras, dan
putuslah jiwanya melayang ke akherat !
Itulah hebat ! Han Han yang melihat kejadiaa itu jadi gusar bukan main.
Anak muda she Han ini menyesal, mengapa dia mengelakkan serangan si
kakek sehingga mengakibatkan kematian anak buah Pek Bwee Kauw itu "
Mengapa dia tidak menangkisnya saja "
Karena tidak bisa menahan kegusaran hatinya, Han Han jadi memaki sambil
menunjuk bengis: "Kau .....kau kakek-kakek kejam ! Hmmm .....kau seperti juga
iblis yang tidak mengenal perikemanusiaan !"
Mendengar makian Han Han, si kakek tua itu masih tetap tertawa. Rupanya
dia sangat senang sekali.
"Aha, ternyata kau masih ada isinya juga, bocah !" kata si kakek. "Bagus !
Dengan ditambah kepandaian yang akan kuwariskan kepadamu, kau akan jadi
seorang jago yang luar biasa sekali ! Siapa gurumu sebelum ini ?"
Han Han mendongkol sekali melihat sikap dan lagak kakek itu, yang angkuh
dan sombong sekali. "Hmmm ..... kakek tua renta ! " bentaknya. "Siapa yang kesudian diangkat
menjadi muridmu ?" Wajah si-kakek jadi berubah merah padam, rupanya dia tersinggung
mendengar perkataan anak muda she Han itu.
"Kau ..... kau berani mengeluarkan perkataan semacam itu di hadapan Hiat
Tiok Sian-jin " " bentak kakek itu dengan suara gemetar menahan kegusaran ha
tinya. Han Han ketawa dingin. "Mengapa aku harus jeri padamu ?" dia balas menghentak dengan tawar.
Hiat Tiok Sian Jin jadi mendongkol.
Biar bagaimana dia adalah seorang jago yang luar biasa, yang dengan
serulingnya pernah menggemparkan dunia persilatan dengan ularnya menempur
529 .
tujuh puluh sembilan orang Hwee-shio Siauw-lim-sie, dan dia memperoleh
kemenangan. Selama hidupnya dia belum pernah dikalahkan oleh lawannya, sehirgga
sikap congkak jadi menguasai dirinya.
Sekarang seorang anak muda yang menurut pandangannya masih bau pupuk
berani menantangnya begitu macam, maka hal itu jadi meluapkan darahnya.
Maka dari itu, dengan tidak mengeluarkan sepatah perkataan lagi, tahu-tahu
tubuhnya telah mencelat kepada Han Han.
Kedua tangannya juga bergerak dengan kecepataa yang luar biasa sekali.
Dia menyerang dengan tipu serangan yang mematikan dan bisa
membahayakan jiwa Han Han.
Tetapi biarpun usianya masih muda, tetapi Han Han kosen sekali.
Dia memiliki kepandaian yang tinggi dan dengan mengandalkan
kelihaiannya, maka Han Han bisa melihat kearah mana serangan Hiat Tiok .Sian
Jin itu. Disebabkan itu, dikala dia melihat kedua tangan si-kakek seruling haus
darah itu, menyambar kearah batok kepalanya dan dadanya, jalan darah Tie Mie
Hiatnya, yang terletak di dekat putik dadanya, Han Han cepat-cepat merobah
kedudukan kakinya Dengan berobah kedudukan kakinya itu maka serangan Hiat Tiok Sian Jin
pada kepalanya dapat diloloskan.
Sedangkan serangan yang satunya lagi, yang mengincer dada Han Han,
dipunahkaa oleh anak muda she Han itu dengan menangkis.
Kedua tangan mereka saling membentur dengan keras sekali, karena disertai
oleh Lwee-kaag yang kuat.
Terdengar suara benturan yang keras.
Han Han jadi terkejut waktu merasakan kehebatan tenaga dalam si kakek.
Waktu tangannya menangkis tangan si kakek, dia merasakan tangan Hiat
Tiok Sian Jin seperti juga lempengan besi.
Untung saja dia mempunyai kepandaian yang tinggi, maka dengan
meminjam tenaga serangan Hiat Tiok Sian Jin itu Han Han dapat melompat
mundur ke belakang. Hiat Tiok Sian Jig juga terkejut waktu tangannya kena ditangkis oleh si-anak
muda she Han itu. 530 .
Tadinya dia menduga bahwa anak muda she Han itu tentunya akan terbinasa
putus napas disebabkan pukulannya itu, atau setidaknya akan mengalami celaka
yang berat karena dia. telah mengerahkan delapan bagian tenaga dalamnya.
Namun, apa yang dibayangkannya itu berlainan dengan kenyataannya.
Selain Han Han tidak mengalami sesuatu malah dia dapat menangkis dengan
baik. Hanya wajah Han Han tampak agak pucat.
Hanya itu, tidak lebih. Dan, hal ini benar-benar membingungkan si kakek Hiat Tiok Sian Jin.
Kejadian luar biasa ini baru pernah dialaminya, belum pernah ada seorang
jago yang dapat menangkis satiap serangannya yang disertai oleh Lwee kang
delapan bagian itu. Pasti lawannya akan terbinasa atau terluka parah.
Dan Han Han ternyata lain dari jago-jago itu.
Dia masih dapat berdiri dalam keadaan sehat dan tenang, maka hal itu
membikin kegusaran Hiat Tiok Sian Jin tambah meluap.
Pertama-tama Hiat Tiok Sian Jin menyukai Han Han, karena dia melihat ada
sesuatu keluar biasaan di diri anak muda she Han tersebut.
Namun, setelah serangannya dapat dipunahkan oleh Han Han dengan begitu
mudah hal itu menerbitkam kemurkaan yang sangat pada dirinya, dia jadi
mempunyai maksud untuk membunuh dan melenyapkan Han Han dari permukaan
bumi. Dan maksud jahatnya ini terlihat dari cahaya matanya yaag memancar
bengis. Semua orang yang menyaksikan hal tersebut jadi menggidik, lebih-lebih
Wong Tie Hian jago tua she Wong tersebut, sampai mengeluarkan seruan tertahan.
Thio See Ciang sendiri berdiri mengawasi dengan pandangan mata yang
tajam. Biar bagaimana dia sebagai seorang Kauw-coe dari sebuah perkumpulan
yang besar, dia mengetahui dan dapat meraba-raba apa sebenaraya maksud
kedatangan dari Hiat Tiok Sian Jin tersebut ketempat Pek Bwee Kauw tersebut.
Jago tua dari seruling haus darah itu tenta mempunyai maksud-maksud
tertentu. Maka dari itu, walaupun Hiat Tiok Sian Jin sedang bertempur dengan Han
Han, yaeg boleh dihitung sebagai lawaa Pek Bwee Kauw, tohh kauw-coe Pek
Bwee Kauw tersebut tetap tidak tenang, dia berlaku hati-hati serta waspada, malah
531 .
secara diam-diam dia telah memerintahkan pada Siang-ji dan In In untuk
melakukan pengepungan yang ketat untuk berjaga-jaga kalau ada sesaatu kejadian
yang di luar dugaan. Di dalam waktu yang sangat singkat sekali, orang-orang Pek Bwee Kauw
telah mengurung secara diam-diam pada Wong Tie Hian, Han Han dan Hiat Tiok
Sian Jin! Hal itu dilakukan dengan rapih sekali, sehingga tidak tampak sedikitpun
bahwa sebetulnya ketiga orang yang bukan menjadi anggota Pek Bwee Kauw itu
telah terkurung rapat. Hanya Wong Tie Hian seorang diri yang memperhatikan terus keadaan
sekelilingnya. Sebagai seorang jago kawakan, dia mengetahui bahwa mereka telah
terkurung. Namun, jago she Wong ini memang telah nekad, dia bermaksud akan adu
jiwa dengan Thio See Ciang, maka itu dia tidak memperdulikan orang-orang Pek
Bwee Kauw yang mengurungnya itu, dia hanya memperhatikan Thio See Ciang,
Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin, sebentar-sebentar Wong Tie Hian
memperdengarkan suara tertawa dinginnya ......
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 38 HIAT TIOK SIAN JIN atau si Seruling Haus Darah jadi semakin
mendongkol tidak dapat merobohkan Han Han setelah lewat beberapa jurus lagi.
Setiap menyerang, setiap kali juga Hiat Tiok Sian Jin menambah tenaganya,
sehingga Han Han biarpun tampaknya tenang-tenang saja menyambuti setiap
serangan si Seruling Haus Darah itu, tokh dengan sendirinya dia jadi gelagapan.
Malah, setelah lewat dua puluh jurus lebih lagi, Han Han semakin terdesak.
Lebih-lebih Hiat Tiok Sian Jin tidak mau memberikan kesempatan dan
waktu bagi anak muda she Han itu, dia menyarang terus menerus dengan serangan
berangkai dan lagi mematikan, sehingga Han Han jadi gugup tidak keruan.
Namun, tidak percuma Han Han telah di didik oleh beberapa orang guru
yaag lihai, yang kepandaian dan ilmu silat dari berbagai jago-jago silat kelas wahid
532 .
itu digabungkan dan dimiliki oleh Han Han, sehingga biarpun dia keripuhan
menerima setiap serangan Hiat Tiok Sian Jin, tokh si pemuda she Han tersebut
masih bisa mempertahankan diri terus.
Hiat Tiok Sian Jin semakin lama semakin sengit.
Dia benar-benar penasaran tidak bisa menjatuhkan pemuda she Han ini,
yang tadinya dia hanya memandang sebelah mata dan dianggap enteng olehnya.
Maka dari itu, setelah berselang beberapa jurus lagi. Hiat Tiok Sian Jin
mulai tidak sabar. Dengan cepat dia mengerahkan seluruh kepandaiannya kelengannya, dia
mengerahkan sampai keujung jarinya, kemudian dia memukul dengan jurus 'Siang
Tiang Pie Choen', serangan mana mengandung hawa pembunuhan, yang
menyebabkan semua orang yang menyaksikan jadi terkejut.
Lebih-lebih wajah Hiat Tiok Sian Jin pada saat itu sangat menyeramkan
sekali. Han Han juga telah melihat betapa bengisnya wajah Hiat Tiok Sian Jin.
Tetapi anak she Han tersebut tidak jeri dia meagerahan tenaga-dalamnya
juga waktu melihat Hiat Tiok Sian Jin menyerang dirinya dengan jurus yang hebat
itu, Han Han memutar tangannya setengah lingkaran, tangan kirinya dilonjorkan
kemuka, kemudian dengan mengeluarkan bentakan keras Han Han mengayunkan
kaki kanannya menyepak dengan tiba-tiba.
Inilah hebat sekali ! Han Han ternyata kosen luar biasa, biarpun si kakek Hiat Tiok Sian Jin
mempunyai kepandaian yang tinggi, dan menyerang lebih dulu, tetapi dengan
ditangkis oleh Han Han menggunakan cara yang seperti diatas, mau tak mau Hiat
Tiok Sian jin harus menarik pulang kedua tangannya karena kalau tidak tentu kaki
Han Han akan bersarang di selangkangan kakinya, berarti kemaluannya terhajar
telak, dan kalau kena jitu, pasti Hiat Tiok Sian Jin bisa terbinasa atau setidaktidaknya akan mengulun kesakitan hebat!
Begitu melompat kebelakang dan setelah dapat berdiri tetap lagi, mata Hiat
Tiok Sian Jin menatap Han Han dengan mendelik lebar menyeramkan.
"Bocah .....sebutkan gurumu sebelum aku mengirimmu ke Neraka ! " bentak
Hiat Tiok Sian Jin dengan suara meayeramkan.
Han Han juga balas menatap kakek yang bergelar Seruling Haus darah itu.
Sikapnya sangat tawar sakali, seakan juga dia tidak memandang sebelah mata.
533 .
"Hmm .....apakah orang sepertimu ini pantas menanyakan nama guruku yang
terhormat"!" balik tanya Han Han dengan suara mengejek.
Hiat Tiok Sian Jin merasakan dadanya seperti mau meledak.
Baru pertama kali inilah dia menerima hinaan dari seorang jago muda,
karena biasaaya, setiap jago-jago silat di daratan Tiong-goan, umumnya jeri sekali
terhadap diri kakek ini. Dengan tubuh gemetar menahan perasaan gusarnya, Hiat Tiok Sian Jin
menghampiri selangkah demi selangkah kepada Han Han, matanya memancarkan
nafsu akan membunuh dan mukanya sangat menyeramkan. Bengis.
Han Han cepat-cepat bersiap-siaga dan berwaspada dari segala sesuatu
kemungkinan. Dia bersiap-siap dari segala kemungkinan, karena si-kakek terlalu sering
melagukan gerakan yang tiba-tiba dan bisa membahayakan dirinya.
Maka dari itu, Han Han memasang matanya benar-benar melihat segala
tingkah laku si kakek. Napas Hiat Tiok Sian Jin memburu, mukanya merah padam, tangannya agak
menggigil seperti orang yang terserang hawa udara dingin, sebab dia menahan
marah dan sedang mengerahkan tenaga dalamnya.
Tiba-tiba, dikala dia telah melangkah semakin dekat dengan Han Han dan
jarak mereka hanya tertinggal beberapa langkah saja, Hiat Tiok Sian Jin
mengeluarkan bentakan yang nyaring, dia juga melompat tinggi, kemudian waktu
tubuhnya menukik turun, kedua tangannya bekerja cepat, menyeraag batok kepala
Han Han. Gerakan kakek itu cepat dan bertenaga, seperti juga seekor garuda yang
sedang mengincer mangsanya.
Han Han terkejut juga meayaksikan kehebatan tenaga yang digunakan oleh
kakek yang bergelar Hiat Tiok Sian Jin ini, dia menarik napasnya dalam,
mengumpulkan di Tan-tian, kemudian disalurkan dikedua lengannya, yang lalu
dipakai menangkis kedua serangan Hiat Tiok Sian Jin.
Kedua tangan mereka jadi saling bentur dengan beruntun dan mengeluarkan


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

suara yang berisik. Hebat dari benturan itu !
Tampak Han Han terpental deagan mengeluarkan seruan tertahan dan kaget.
Begitu juga dengan Hiat Tiok Sian Jin !
534 .
Dia lebih hebat lagi. Karena tubuhnya sedang melambung ke udara maka dia
tidak bisa mempunyai pegangan, di kala tubuhnya terdesak ke belakang, dia jadi
terpental dan terapung dengan kecepatan yang luar biasa.
Namun sebagai seorang jago yang kosen dan mempunyai kepandaian yang
tinggi sekali, dengan hanya bergulingan beberapa kali di udara, berpoksay, maka
dia bisa jatuh di tanah dengan kedua kakinya terlebih dahulu !
Itulah kehebatan Hiat Tiok Sian Jin !
Dan Han Han sendiri, dia juga bergulingan di tanah beberapa kali, sehingga
bajunya jadi kotor, namun dengan jalan begitu dia bisa membuang diri dan
menyelamatkan diriaya dari gencetan dua tenaga raksasa yaag tadi terbentur.
Waktu berdiri kembali, Han Han menggunakan jurus Ikan Lee ie meletik, dan
dengan lincah serta gesit sekali, dia telah berdiri lagi !
Kedua lawan jadi saling berdiri berhadap-hadapan lagi dengan penuh
kewaspadaan. Kalau Hiat Tiok Sian Jin mempunyai wajah yang seram, bengis dan
menakutkan, adalah Han Han mempnayai wajah yaag cakap dan penuh
kewaspadaan. Kedua lawan saling maju selangkah demi selangkah dengan penuh
ketegangan. Sedikit lengah, berarti jiwa mereka melayang dan menghadap raja akherat !
Wong Tie Hian yang menyaksikan hal tersebut jadi berdebar keras hatinya.
Kalau dia terjun kegelanggang membantu Han Han menghadapi seruling
haus darah itu, berarti dia mengundang orang-orang Pek Bwee Kauw untuk
mengepungnya. Tetapi nntuk berdiam diri saja terang Wong Tie Hian tidak bisa, apa lagi
dilihatnya Hiat Tiok Sian Jin telah mulai menggunakan seruling mautnya, yang
digoyang-goyangkan kekiri dan kekanan.
Seruling itu yang ditakuti oleh jago-jago di rimba persilatan !
Itulah sebabnya seruling itu diberi nama Seruling Haus Darah, karena setiap
seruling itu bergerak menyerang lawan, pasti selalu lawannya akan binasa atau
sedikitnya luka berat ! Sekarang Hiat Tiok Sian Jin telah menggunakan serulingnya itu untuk
menempur Han Han, dan ini berarti bahwa Han Han akan menghadapi bahaya
yang besar. 535 .
Hati Wong Tie Hian jadi tambah berdebar, dia mengawasi dengan mata tak
berkedip. Kegelisahan meliputi diri jago tua she Wong tersebut, dia menguatirkan
keselamatan diri Han Han.
Kalau sampai terjadi sesuatu di diri pemuda she Han itu, dia tentu yang tidak
akan enak hati. Pada saat itu, Thio See Ciang sendiri sedang mengawasi jalannya
pertempuran dengan bermacam-macam akal memenuhi benaknya.
Dia sedang memikirkan cara untuk mengadu Han Han dan Hiat Tiok Sian
Jin Rfimnai kedua"nya terbinasa, dan dengan sen? dirinya dia akan ringan
menghadapi Wong Tie Hian, sebab dengan hilangnya pembantu yang selalu
diandalkan oleh Wong Tie Hian itu, jaso tua she Wong tersebut pasti akaa bertekuk
larut padanya, berarti itu kemenangan untuk dirinya?
Maka dari itu, jalannya pertempuran tak pernah terlepas dari mata Thio See
Ciang. Orang she Thio yang menjadi kauw-coe dari Pek Bwee Kauw tersebut juga
melihat bahwa Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin mempunyai kepandaian yang
hampir berimbang, hanya si-kakek Seruling Haus Darah menang setingkat, dan itu
pun disebabkan usia Han Han terpaut jauh kalau dibandingkan dengan kakek tua
yang bergelar Hiat Tiok Sian Jin, dengan sendirinya Han Han kurang latihan dan
kurang pengalaman. Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin pada saat itu telah saling berhadap-hadapan
lagi. Mata mereka tidak berkedip memandang lawan masing-masing untuk
bersiap-siap saling tempur lagi.
Han Han sendiri agak kewalahan.
Tadi dia merasakan bahwa tenaga Lwee-kangnya masih kalah satu tingkat
kalau dibandingkan dengan Hiat Tiok Sian Jin tadi dia dapat mengimbanginya
hanyalah disebabkan dia menggunakan tipu meminjam tenaga memukul lawan.
Coba waktu Hiat Tiok Sian Jin tadi menyerang dan Han Han menangkis
dengan jalan kekerasan, pasti anak muda itu akan terluka di dalam.
Atau setidak-tidaknya dia akan memuntahkan darah merah yang segar !
Maka dari itu, selanjutaya Han Han memikirkan cara untuk merobohkan
jago tua yang kosen luar biasa itu.
536 .
Dia menghindarkan diri dari ada kekerasan, karena biar bagaimana Han Han
tahu, dirinya tidak akan dapat mengatasi tenaga Lwee-kang si-kakek.
Dari itu, dia mencari jalan lembek untuk merobohkau kakek tersebut.
Hiat Tiok Sian Jin juga tadinya tidak menduga bahwa Han Han mempunyai
kepandaian yang mengejutkan dirinya ! Sedikitpun dia tidak menduganya bahwa si
bocah kecil yang tadinya dianggap masih bau pupuk, ternyata bisa menandingi
dirinya ! Mata Hiat Tiok Sian Jin berkilat-kilat waktu dia memandang Han Han.
"Apakah, kau tetap tidak mau menyebutkan nama gurumu, bocah?" bentak
si-kakek. Han Han tertawa dingin. "Kau tidak mempunyai harga mengetahui siapa guruku!" menyahuti Han
Han dengan tawar, dia sengaja bersikap angkuh begitu untuk memancing
kegusaran si-kakek. Kalau memang si-kakek murka, dengan kegusaran yang meluap-luap, Han
Han lebih mudah merebut kemenangan.
Sebab biasaaya kalau orang sedang marah atau gusar, tentu berpikirnya tidak
sesempurna orang yang tenang.
Dengan sendirinya, akan mudah di jatuhkan, dirobohkan dan
dipecundanginya. Han Han mau mengambil dari segi itu, dan dengan kelembekan itu, dia akan
merobohikan kakek yang bergelar Seruling Haus Darah, yang sangat ditakuti oleh
orang-orang dunia persilatan !
Melihat Han Han masih tidak membuka serangan, Hiat Tiok Sian Jin
menduga Si-anak muda she Han ini jeri kepadanya.
Dia memutar serulingnya semakin cepat, dan suatu ketika dengan
mengeluarkan suatu teriakan yang nyaring, dia melompat dengan kegesitan yang
luar biasa. Serulingnya mengincar jalan darah Pa-Lie Hiatnya Han Han, dan kalau
sampai jalan darah Pa Lie Hiatnya Han Han yang terletak di dekat dada itu kena
tertotok telak oleh serulingnya Hiat Tiok Sian Jin, pasti napas anak muda she Han
ita akan terhenti, dia akan menjadi binasa penasaran, sebab pernapasannya akan
berhenti mendadak ! Han Han melihat ketelengasan dari lawan yang menyerang dengan jurus
yang mematikan itu, hatinya jadi mendongkol.
537 .
"Hmmm ..... kau selalu menyerang dengan menggunakan serangan-serangan
yang mematikan, pada hal di antara kita tak ada permusuhan apapun !" pikir Han
Han dengan penuh kemendongkolan. "Baiklah ..... aku juga tidak akan berlaku
sungkan-sungkan lagi kepadamu! "
Dan setelah berpikir begitu, maka dengan cepat Han Han mengerahkan
tenaga dalamnya. Dia menunggu sampai ujung seruling Hiat Tiok Sian-jin itu hampir
mengenai kulitnya, dia berkelit dengan kegesitan yang luar biasa,
Juga sambit berkelit Han Han tidak tinggal diam, dia bukan hanya berkelit
saja, jari telunjuk tangan kanannya menyentil seruling itu,
"Takkk !" terdengar suara sentilan itu menyentuh seruling kayu si kakek.
Tampak seruling milik Hiat Tiok Sian Jin patah tiga dan jatuh ke tanah.
Hal ini mengejutkan Hiat Tiok Sian Jin dia sampai mengeluarkan seruan
terperanjat dan cepat-cepat melompat ke belakang dengan wajah yang berubah
pucat. Han telah berdiri tegak. "Hmm ..... hanya sebegitu saja kepandaianmu ! " tegur Han Han mengejek.
"Tidak berarti banyak bagiku !"
Wajah Hiat Tiok Sian Jin yang telah pucat itu berubah jadi merah padam,
tubuhnya gemetar menahan perasaan gusarnya!
"Bocah setan !" bentaknya dengan suara gemetar. "Kau ..... kau telah
merusak seruling pusakaku ! Hmmm ..... biarpun kau lari keujung dunia, tetap kau
harus mampus di tanganku !"
Dan setelah berkata begitu, dengan kalap Hiat Tiok Sian Jin menyerang Han
Han dengan menggunakan beberapa jurus berangkai dan mematikan.
Han Han mendengus mengejek, cepat-cepat dia merobah kedudukan
kakinya, sehingga dia dapat mengelakkan serangan-serangan Hiat Tiok Sian Jin
dengan mudah. Tetapi karena sedang kalap dan gusar, maka Hiat Tiok Sian Jin telah
mengerahkan seluruh kepandaiannya mendesak terus kepada Han Han
menggunakan serangan-serangan yang berbahaya sekali, maka lama kelamaan Han
Han jadi kewalahan dan sibuk mengelaki atau menangkis saja setiap serangan
lawan .....dia seperti juga jadi hanya membela diri belaka .....!
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
538 .
WONG TIE HIAN yang memang sejak tadi sudah gelisah, sekarang waktu
melihat Han Han terdesak hebat, jadi tambah gelisah sekali.
Lebih-lebih waktu melihat Hiat Tiok Sian Jin menyerang dengan tangan
kanannya dan dapat ditangkis oleh Han Han, namun sedang si pemuda she Han
repot menangkis serangan Hiat Tiok Sian Jin itu, tangan dari Seruling Haus Darah
itu telah meluncur akan mencengkeram dada Han Han.
Ini benar-benar mengejutkan Wong Tie Hian dia bukan bUaya
mengeluarkan seman tertahan, tetapi juga telah menjejakan kaki-nya serta
tububnya mencelat dengan cepat kearah si Seruling Haus Darah itu.
Dia bermaksud akan membantui Han Han menghadapi kakek yang ganas itu.
Namun, di kala tubuh Wong Tie Hian sedang mengapung di udara, tiba-tiba
sesosok tubuh lainnya memapakinya.
Wong Tie Hian terkejut, karena orang itu muncul begitu tiba-tiba dan di luar
dugaannya, apa lagi tubuh jago tua she Wong itu sedang mengapung di udara,
maka dia jadi lebih terperanjat waktu orang yang mendadak muncul memapakinya
itu menyerang ke-arah batok kepalanya !
Cepat-cepat Wong Tie Hiau mengempos semangatnya, dia mengangkat
tangannya, dan 'dukkk !' terdengar suara benturan tangan yang keras.
Tubuh Wong Tie Hian dan orang itu roboh di tanah.
Tetapi Wong Tie Hian kosen, dia dapat berpoksay di udara. sehingga dia
tidak sampai jatuh terbanting.
Begitu juga orang itu, yang telah merintangi maksud dari Wong Tie Hian.
Waktu jago tua she Wong itu telah dapat berdiri tetap, maka dia dapat
melihatnya, bahwa orang yang berusaha menghalangi dirinya itu ternyata adalah
Thio See Ciang, itu Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw yaag menjadi musuh besaraya
.....! Betapa gusarnya Wong Tie Hian, tubuhnya sampai menggigil menahan
perasaan gusarnya itu. "Kau ..... kau ..... " katanya terputus-putus sambil mendelik kepada See
Ciang. Si Kauw-coe Pok Bwee Kauw tertawa sabar.
"Wong Toako, biarkanlah mereka itu bertempur dengan jajur, tidak perlu
kita mencampurinya ! " kata Thio See Ciang dengan suara setengah menegur. "Tak
539 .
baik kalau kita main keroyok, karena itu akan membawa akibat yang tidak baik
bagi kita sendiri juga !"
Wajah Wong Tie Hian jadi berubah merah padam, dia bergusar tanpa daya.
Dia melirik memandang kearah gelanggang pertempuran lagi.
Dilihatuya Han Han dan Hiat Tiok Sian Jin sedang bertempur dengan
masing-masing mengerahkan kepandaian mereka. Tak ada seorangpun di antara
mereka mau mengalah. Rupanya mereka sedang mengerahkan seluruh kepandaian dan tenaga
mereka itu untuk mengadu jiwa, demi menentukan siapa yang akan keluar sebagai
pemenaug pada akhirnya ! Namun, sebagai seorang jago silat yang telah kawakan, maka sekali pandang
saja, Wong Tie Hian segera juga mengetahui bahwa Han Han terdesak di bawah
angin, dan dia terdesak sekali, agak kewalahan.
Menyaksikan itu, Wong Tie Hian jadi tambah gelisah lagi.
Entah berapa kali dia melirik kearah Thio See Ciang, dia mengharap-harap
orang she Thio yang menjadi Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw itu lengah, dan dia
akan bisa menggunakan kesempatan untuk membantu Han Han mengepung si
Seruling Haus darah ! Tetapi Thio See Ciang ternyata licik sekali.
Thio See Ciang bukan saja kepandainnya juga kosen, pun otaknya licin
sekali, cerdas luar biasa.
Pandangan matanya tidak pernah terlepas dari Wong Tie Hian, dan setiap
kali orang she Wong itu melirik padanya, maka Thio See Ciang selalu tersenyum
sambil menganggukkan kepalanya.
Hal ini menambah kemendongkolan Wong Tie Hian, si jago tua she Wong
jadi gusar dan mendongkol. Namun Wong Tie Hian bergusar atau mendongkol
tanpa daya, karena dia memaklumi dan menyadarinya bahwa kepandaiannya masih
berada di bawah Han Han, dan dengan sendirinya dengan terjunnya dia ke dalam
gelanggang pertempuran mungkin hanya akan menambah kerepotan Han Han
untuk melindungi dirinya.
Maka dari itu, dari bersangsi, akhirnya Wong Tie Hian jadi mengambil
kepatusan yang tetap. Dia jadi tenang kembali. Dia telah mengambil keputusan tidak akan turun kegelanggang pertempuran
dulu, dia hanya akan meayaksikan dulu bagaimana perkembangan selanjutnya.
540 .
Kalau memang Han Han benar-benar mengalami cidera, mau tak mau dia
akan mengadu jiwa demi membela Han Han.
Maka dari itu, dengan tenangnya pikiran jago tua itu, dia bisa memandang
dan mengikuti jalannya pertempuran dengan baik sekali.
Adalah Han Han yang repot sekali setiap kali mengelakkan setiap serangan
Hiat Tiok Sian Jin. Setiap serangan dari si Seruling Haus Darah itu sangat berbahaya sekali,
mematikan dan bisa membahayakan jiwa.
Sekali saja terserang, pasti Han Han akan terbinasakan di saat itu juga !
Harus diketahui, selain tenaga Lwee-kang Hiat Tiok Sian Jin sangat
sempurna, pun setiap jurus serangannya itu selalu mengincar tempat-empat yang
berbahaya, pula selalu mengiucar jalan darah yang mematikan !
Maka dari itu, Han Han tidak bisa memandang enteng atau membuat main
begitu saja ! Mau atau tidak dia juga harus mengerahkan tenaga dalamnya untuk
menangkis atau mengelakkan setiap serangan dari Hiat Tiok Sian Jin.
Adalah si-kakek yaag bergelar si Seruling Haus Darah itu, dia juga
dicengkeram oleh kebimbangan dan kegelisahan.
Entah sudah berapa ratus jurus dilewatkan, tetapi tetap saja dia tidak bisa
merobohkan Han Han dan tidak bisa merebut kemenangan dari pertempuran itu !
Inilah luar biasa sekali !
Di dalam sejarah hidupnya, Hiat Tiok Sian Jin baru kali ini mengalami hal
serupa ini! Biasaaya tidak pernah lebih dari seratus jurus, pasti lawannya akan dapat
dirobohkannya ! Tetapi sekarang, setelah lewat empat ratus jurus lebih, dia masih tidak dapat


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

merobohkan Han Han! Malah yang lebih hebat lagi, yang membuatnya jadi malu pada dirinya, malu
berbareng gusar dan mendongkol, Han Han hanyalah merupakan seorang bocah
bau pupuk di dalam pandangan matanya.
Semakin dipikir, semakin mendongkol saja Hiat Tiok Staa Jia dan darahnya
juga semakin bergolak. Maka dari itu, serangan-serangannya jadi semakin hebat dan semakin kuat.
Dia telah mengerahkan seluruh tenaga dalamnya.
541 .
Yang repot dan keripuhan adalah Han Han, dia jadi gugup menerima
serangan-serangan yang mematikan dan sangat hebat dari si Seruling Haus Darah
ita. Pernah, Han Han pada suatu kali harus bergulingan di tanah, demi
menghindarkan tendangan berantai dari si iblis tua Seruling Haus Darah tersebut.
Namun, belum lagi Han Han bangun berdiri, Hiat Tiok Sian Jin telah
mengejarnya, telah menyerangnya lagi dengan hebat!
Wong Tie Hian melihat itu, dia menjerit kaget dan akan melompat maju.
Tetapi tiba-tiba dia teringat kepada Thio See Ciang.
Waktu dia menoleh kepada Kauw coe Pek Bwee Kauw itu, maka dilihatnya
See Ciang sedang mengawasi dirinya sambil tersenyum penuh arti.
Dengaa sendirinya Wong Tie Hian mengerti maksud dari senyum orang she
Thio itu. Kalau memang Tie Hian menyerang maju untuk membela Han Han, terang
hal itu akan dihalang-halangi oleh Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu.
Maka, alangkah gusarnya Tie Hian.
Tetapi, waktu dia akan berlaku nekad untuk menerjang maju juga, dia
melihat Han Han telah berhasil mengelakkan serangan-serangan Hiat Tiok Sian Jin
yang terakhir, malah anak muda she Han itu telah dapat berdiri lagi dan saling
bertempur dengan hebat dengan si-kakek Seruling Haus Darah !
Wong Tie Hian menarik napas lega.
Dia jadi membatalkan maksudnya akan membantui si-anak muda she Han
itu. Dengan sendirinya Tie Hian jadi berdiri menjublek menyaksikan
pertempuran antara Hiat Tiok Sian Jin dengan Han Han yang semakin lama jadi
semakin hebat ! Kedua beiak pihak belum ada yang kalah hanya baru tampak Han Han agak
terdesak. Tetapi itupun bukan berarti bahwa Han Han akan terjatuh di dalam tangan
Hiat Tiok Sian Jin, karena di dalam pertempuran itu juga, Hiat Tiok Sian Jin
sendiri jadi kewalahan dan was-was akan kalah atau dirobohkan oleh Han Han !
Maka dari itu, tidak pernah Hiat Tiok Sian Jin memberikan kesempatan
kepada Han Han untuk bernapas.
Dia selain meIancarkan serangan berangkai, yang menyebabkan Han Han
harus mengerahkan tenagaaya menangkis atau mau kelit setiap serangan orang.
542 .
Tetapi, dengan berbuat begitu, sebetulnya Hiat Tiok Sian Jin telah
melakukan suatu kesalahan, suatu kesalahan yang tidak bisa disebut kecil!
Mengapa "! Karena dengan menyerang secara bernafsu dan secara berangkai terus
menerus, itu memakan banyak tenaganya, apa lagi usia Hiat Tiok Sian Jin sudah
agak lanjut, maka dari itu, tidak heran, semakin lama semangatnya semakin
berkurang, dan juga napasnya telah memburu hebat !
Hal itu disadari oleh Hiat Tiok Sian Jin setelah kasip dan terlambat.
Berbeda dengan Han Han. Semakin bertempur semangatnya jadi semakin terbangun dan keletihan jadi
lenyap pada dirinya. Dia adalah seorang anak muda, yang sedang mempunyai tenaga kuat dan
semangat yang luar biasa.
Maka dari itu, semakin lama semakin tampak, bahwa Hiat Tiok Sian Jin
berbalik jadi terdesak oleh Han Han.
*Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
(Bersambung) 543 .
JILID XIV S EMUA orang yang berada disitu memandang dengan mata tak berkedip
kearah pertempuran yang seru luar biasa.
Lebih-lebih Wong Tie Hian dan Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu, yaitu
Thio See Ciang. Tampak In In juga memandang dengan penuh kekuatiran, biar bagaimana
dia menguatirkan keselamatan diri Han Han.
Pertempuran antara Han Han dengan si kakek Hiat Tiok Sian-jin semakin
lama jadi semakin hebat, luar biasa sekali cara bertempur mereka, sehingga setiap
jurus yang dikeluarkan oleh kedua orang itu adalah jurus-jurus yang mematikan,
angin serangan dari kedua jago yang sedang bertempur itu menderu-deru dengan
hebat, angin dari setiap serangan itu menerbangkan debu di sekitar mereka.
Hiat Tiok Sian-jin sedikit juga tidak menduga bahwa hari ini dia bisa
menemui seorang jago yang dapat menandingi kepandaiannya.
Malah yang luar biasa sekali, Han Han masih berusia muda sekali. Itulah
yang membingungkan Hiat Tiok Sian-jin.
Semakin bertempur Hiat Tiok Sian-jin merasakan bahwa dirinya semakin
terdesak, malah Han Han tampak lebih bersemangat dan perlahan-lahan berada di
atas angin ! Inilah hebat! Kalau sampai dirinya kena dirobohkan oleh Han Han, si bocah yang masih
ingusan menurut anggapan Hiat Tiok Sian-jin, maka nama besar Hiat Tiok Sian-jin
yang telan terkenal dan disegani oleh jago-jago di dalam kalangan Kang-ouw, akan
punah hancur berantakan, dan berarti juga bahwa dirinya tidak akan bisa
menancapkan kakinya di daratan Tionggoan kembali.
Maka dari itu dengan penuh kemendongkolan Hiat Tiok Sian-jin
melancarkan serangan-serangan yang lebih hebat lagi, yang mematikan.
Semakin lama bertempur, Han Han jadi tambah kosen dan bersemangat.
Anak muda ini juga semakin bisa mengendalikan kegugupannya, dia jadi lebih
tenang, dan bisa melihat dimana kelemahan-kelemahan diri kakek yang bergelar
Seruling Haus Darah ini .....!
544 .
Han Han juga bukan hanya menangkis setiap serangan dari Hiat Tiok Sianjin, diapun selalu melancarkan serangan-serangan yang membikin Hiat Tiok Sianjin jadi kewalahan.
Saking sengitnya Hiat Tiok Sian-jin menghadapi setiap serangan Han Han
yang membuat jadi terdesak begitu macam, dia jadi mengeluarkan teriakanteriakan yang keras gemuruh sekali, menyatakan kemendongkolan dan kegusaran
hatinya. Juga Hiat Tiok Sian-jin bukan hanya berteriak-teriak begitu saja, dia
melancarkan pula serangan yang nekad, seperti juga akan mengadu jiwa dengan
pemuda she Han tersebut. Han Han terkejut juga melihat kenekadan kakek itu.
Kalau memang dia melayani kenekadan si kakek, maka dia seperti juga akan
binasa berdua, dan hal itu tak diingini oleh si pemuda,
Tetapi, disebabkan Han Han masih memikirkan keselamatan untuk mereka
berdua, maka dia selalu melancarkan serangan menangkis atau mengelakkan
serangan si kakek menyebabkan Han Han jadi bertempur sambil main mundur.
Melihat halnya si pemuda she Han itu, Wong Tie Hian jadi berkuatir benar.
Dan berbeda dengan Thio See Ciang, dia malah tersenyum waktu
manyaksikah Han Han agak terdesak lagi.
Han Han sendiri sambil bertempur sambil memutar otak untuk mencari jalan
keluar yang sebaik-baiknya.
Ketika Hiat Tiok Sian-jin sedang melancarkan serangan 'Pat Pie Tiang Wie '
pada dirinya, dengan gerakan kedua tangan seperti akan mencengkeram kepala
Han Han, juga kaki kirinya menyepak ke arah selangkangan paha Han Han, anak
muda she Han itu cepat-cepat memutar tububnya setengah lingkaran, kemudian
menggeser kaki kanannya, sehingga tubuhnya jadi doyong keselatan dan dengan
begitu cengkeraman kedua tangan si kakek dari seruling Haus Darah itu dapat
dielakkannya. Tendangan Hiat Tiok Sian-jin juga dielakkan dengan jalan menyampok
keras sekali oleh tangan kanannya Han Han, menyebabkan bentrokan yang keras.
"Dukkk!" terdengar kaki Hiat Tiok Sian-jin dan tangan Han Han ierbentur
keras. Tampak keduanya jadi terhuyung mundur.
545 .
Rupanya benturan dari kaki dan tangan mereka tadi begitu hebat, sebab
kedua-duanya sedang mengerahkan tenaga raksasa yang terbentur itu
menimbulkan suara yang keras sekali.
Han Han dengan cepat telah dapat menguasai dirinya dan berdiri tetap
kembali. Tetapi keadaan Hiat Tiok Sian-jin agak berbeda dengan Han Han.
Tadi begitu kakinya kena ditangkis oleh tangan Han Han, dia merasakan
kakinya begitu sakit, dan waktu dia terhuyung, hampir saja dia roboh terguling,
sebab kakinya dirasakan begitu nyeri dan sakit sekali.
Untung saja dia sebagai seorang jago yang kosen sekali mempunyai
kepandaian yang tinggi, sehingga setelah terhuyung-huyung beberapa langkah, dia
bisa menguasai dirinya, dan berdiri lagi dengan tubuh yang agak doyong ke
belakang. Dengan meringis menahan rasa sakit di kakinya, kakek itu mendelik ke arah
Han Han. Tadi Hiat Tiok Sian-jin kaget berbareng sakit, sehingga dia jadi seperti
kesima sesaat lamanya. Han Han sendiri telah mendengus.
"Kau kakek tua renta, lebih baik menggelinding dari tempat ini sebelum
kukirim ke neraka !" Kata Han Han dengan suara yang dingin sekali;
Kakek Hiat Tiok Sian-jin jadi semakin gusar.
"Bocah busuk ! Ternyata kau terlalu kepala besar!" katanya dengan bengis.
"Jangan kau bergirang dulu karena selalu dapat mengelakkan setiap seranganku !
Nah, sekarang kau terimalah kematianmu!" Membarengi dengan habisnya
perkataan si kakek, Hiat Tiok Sian-jin telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya
mencelat ke arah Han Han, tangannya bergerak dengan kecepatan yang luar biasa,
dan selagi tubuhnya melambung begitu, kedua kakinya tertekuk, sehingga
sambaran tubuhnia ke arah Han Han menyerupai sambaran seekor rajawali besar
yang sedang menerjang mangsanya.
Angin serangan dari si kakek juga dapat dirasakan oleh Han Han, walaupun
serangannya itu masih belum sampai pada sasarannya, Angin serangannya Hiat
Tiok Sian-jin itu pedas dan kuat sekali.
Cepat-cepat Han Han memasang kuda-kuda yang kuat dengan mengarahkan
tenaga Lwee-kang-nya yang murni kepada kedua lengannya dan pada kedua
kakinya, sehingga tubuhnya jadi berdiri tegak bagaikan tonggak yang kuat sekali.
546 .
Kemudian dengan mengeluarkan seruan yang keras, Han Han mengangkat
kedua tangannya secara mendadak, disaat itu serangan Hiat Tiok Sian-jin telah
tiba. Kedua pasang tangan itu jadi bentrok dengan hebat.
Tubuh Han Han terpental sampai membentur pohon, dan pohon itu roboh
terbentur oleh tubuh si anak muda
Tetapi Han Han tidak mengalami cidera apa-apa, karena sebelumnya dia
memang telah bersiap-siap, telah mengerahkan tenaga murninya keseluruh
tubuhnya, yang menyebabkan punggungnya kebal waktu menubruk batang pohon.
Namun berbeda sekali keadaan Hiat Tiok Sian-jin.
Tadi begitu kedua tangannya kena ditangkis oleh Han Han, Hiat Tiok Sianjin me-rasakan kedua, tangannya itu seperti juga menghajar tembok baja yang kuat
sekali. Juga Hiat Tiok Sian-jin merasakan semacam tenaga panas mengalir
menerobos ke dalam tangannya, kemudian menjalar dengan kuatnya ke dada,
sehingga tanpa disadari oleh Hiat Tiok Sian-jin, dia menjerit tertahan, tubuhnya
terpental, ambruk ke tanah dengan wajah yang pucat pias!
Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi mengeluarkan seruan tertahan.
Hiat Tiok Sian-jin adalah seorang jago kawakan yang kosen luar biasa, yang
telah, merobohkan beratus-ratus jago lihai di rimba persilatan. Tetapi sekarang dia
bisa dirobohkan oleh seorang pemuda yang belum mempunyai nama !
Inilah hebat akibatnya bagi Hiat Tiok Sian-jin
Selain dia menderita malu pada saat itu juga, karena dia dapat dirobohkan
oleh Han Han di bawah pandangan beratus-ratus orang Pek Bwee Kauw dan Wong
Tie Hian pula Hiat Tiok Sian jin akan runtuh nama besarnya .....!
Dengan sengit dan wajah yang masih pucat, Hiat Tiok Sian-jin akan
melompat berdiri. Belum lagi dia dapat berdiri dengan tetap dan tubuhnya masih bergoyanggoyang, Han Han telah melompat dan mengulurkan tangannya menotok jalan
darah Cie-ma-hiatnya si kakek.
Hebat totokan Han Han itu.
Hiat Tiok Sian-jin tidak sempat untuk mengelakkan, dia hanya kaget waktu
jalan darahnya itu kena ditotok oleh si pemuda, dan Hiat Tiok Sian-jin hanya bisa
mengeluarkan seruan tertahan, kemudian tubuhnya terguling lagi tubuhnyapun
kaku dalam keadaan tertotok!
547 .
Semua orang yang menyaksikan itu juga mengeluarkan seruan kaget.
Hanya Wong Tie Hian yang berjingkrak girang.
Han Han berdiri bengis di sisi si kakek Seruling Haus Darah itu.
"Hmm kakek tua .....tadi sudah kukatakan, lebih baik sebelum mengalami
cidera kau cepat-cepat menggelinding dari tempat ini, namun kau benar-benar
tidak tahu selatan, kau berkeras ingin menempur dan membinasakan aku! Maka,
sekarang jangan harap kau bisa hidup terus ! Kau adaiah seorang kakek jahat yang
harus diienyapkan dari permukaan bumi ini !"
Mata Han Han tajam sekali mengawasi Hiat Tiok Sian jin.
Dilihatnya wajah kakek itu pucat sekali, berobah merah, kemudian berobah
pucat kembali. Rupanya si kakek malu berbareng murka, karena dirinya sampai dirobohkan
oleh Han Han. Tetapi untuk memaki dia tidak bisa, mulutnya kejang, dan begitu juga
tubuhnya yang kaku tertotok, sehingga dia tidak bisa bergerak,
Hiat Tiok Sian-jin berusaha mengerahkan tenaga Lwee-kangnya untuk
membuka jalan darahnya. Tetapi walaupun dia telah mengerahkan sembilan bagian tenaga Lweekangnya untuk membuka totokan Han Han itu, tetap saja dia tidak berhasil.
Han Han melihat lagak orang, dia mendengus dengan suara yang dingin
sekali. "Hmmm .....kakek kepala besar !" bentak pemuda itu. "Bukalah totokanku
itu Kalau memang kau mempunyai kemampuan untuk membukanya !" ejek Han
Han. Wajah Hiat Tiok Sian-jin tampak berobah dari pucat menjadi merah,
kemudian berobah menjadi hijau. kemudian berobah kembali menjadi pucat.
Matanya juga tampak melotot besar, rupanya dia sangat murka berbareng
penasaran sekali. Melihat keadaan si kakek, kembali Han Han mendengus dengan suara
mengejek. "Hmm ..... dengan robohnya kau ini, sebetulnya aku harus menghajar kau
sampai binasa! Tetapi mengingat kau memang seorang jago yang cukup kosen,
maka tentunya dengan dirobohkan secara begini, kau penasaran sekali ....." kata
Han Han dengan suara yang tawar. "Baiklah ! Aku akan memberikan kepadamu
548 .
sekali lagi kesempatan kepadamu melawanku ! Aku akan membuka totokan itu !
Mari kita bertempur lagi secara jantan !"
Mendengar perkataan Han Han, Wong Tie Hian jadi kaget sekali, dia sampai
berjingkrak menghampiri Han Han.
"Han Lao-tee "---!" suaranya penuh kekuatiran.
Han Han mengetahui bahwa Wong Tie Hian menguatirkan keselamatan
dirinya, maka dia jadi berterima kasih kepada jago tua she Wong itu. Han Han juga
mengetahui bahwa Wong Tie Hian tidak menyetujui bahwa dirinya akan
membebaskan si kakek dan mereka bertempur kembali, dan Han Han mengetahui
keinginan Wong Tie Hian, yaitu membunuh si kakek dengan menggunakan saat si
kakek sedang tak berdaya itu, karena si kakek benar-benar berbahaya sekali.


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Tetapi sebagai seorang pemuda yang berjiwa besar, dan jantan sekali, Han
Han tidak mau melakukan perbuatan semacam itu, yang mungkin akan dikatakan
sangat rendah sekali oleh jago-jago rimba petsilatan, membunuh orang dalam
keadaan tak berdaya seperti Hiat Tiok Sian-jin itu.
Dengan teisenyum Han Han berkata: "Biarlah Wong Loo-cianpwee .....
biarkanlah kakek itu memperoleh kepuasannya dalam menghadapi kematiannya,
kalau tidak dia tentu akan menjadi setan penasaran !" dan setelah berkata begitu
Han Han tertawa agak keras, tertawa mengejek.
Hiat Tiok Sian-jin jadi tambah gusar, dia murka bukan main.
Tetapi Hiat Tiok Sian-jin murka tanpa daya, karena tubuhnya masih kejang
dan totokan Han Han masih belum lagi dibuka oleh anak muda itu.
Wong Tie Hian tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia hanya bisa mengangguk
sambil berkata: "Hati-hatilah Lao-tee.....dia seorang kakek yang jahat dan kejam
sekali !" Han Han mengangguk. "Akan kuhadapi dengan penuh ketabahan, percayalah Wong Loo-cianpwee,
dia tidak mungkin bisa menghadapi Chit cie-kun ciptaanku !" kata Han Han
tersenyum. Wong Tie Hian kembali kepinggir gelangHang.
Han Han melirik kearah In .In.
Tampak nona Thio itu juga sedang menatap dia dengan pandangan kuatir
sekali, mungkin nona Thio menguatirkan keselamatan jiwa anak muda itu.
Waktu mata mereka saling bentrok, maka Han Han menunduk, sedangkan
nona Thio telah melengos memandang kearan lainnya,
549 .
Han Han kemudian menghampiri Hiat Tiok San-jin. Diambilnya sebutir
batu, kemudian dengan menyentil menggunakan kedua jari tangannya, Han Han
telah menimpukkan batu kecil itu pada jalan darah Hiat Tiok Sian-jin.
Batu itu meluncur dan tepat menghajar jalan darah Hiat Tiok Sian-jin yang
tertotok. Begitu terbuka totokannya, Hiat Tiok Sian-jin melompat bangun dengan
murka. Tetapi, waktu kakinya menginjak tanah, dia roboh lagi ke tanah.
Melihat lagak orang, Han Han tertawa.
"Uruti dulu jalan darahmu yang tadi tertotok, karena darah itu belum
berjalan lancar !" Han Han memperingatinya.
Tetapi Hiat Tiok Sian-jin menganggap bahwa perkataan anak muda tersebut
adalah ejekan. Namun, kalau memang dia tidak menguruti, jelas dia tidak bisa memperoleh
kesegarannya cepat-cepat.
Maka dari itu, biarpun dia gusar sekali, dan juga biar dia merasa malu, toch
dia menguruti juga jalan darahnya yang baru terbuka itu.
Sedang si kakek menguruti jalan darahnya itu, agar aliran darahnya lancar
kembali, Thio See Ciang jadi memandang dengan penuh kebimbangan.Kalau
memang si kakek Hiat Tiok Sian-jin ini yang sudah terkenal akan kekosenan dan
kekejamannya dapat dikalahkan oleh Han Han, maka bisa dibayangkan betapa
tingginya kepandaian anak muda itu.
Thio See Ciang dengan sendirinya jadi jeri juga melihat kehebatan dari
kepandaian Han Han. Kalau sampai Hiat Tiok Sian-jin kena dirobohkan, jelas sekali Thio See
Ciang bukan menjadi tandingan Han Han lagi, dan bisa-bisa nanti pihak Pek Bwee
Kauw akan disapu bersih oleh Han Han.
Maka dari itu, biarpun Thio See Ciang hanya berdiam diri mengawasi kakek
itu menguruti jalan darahnya itu, tokh hatinya terus tergoncang serta otaknya
berputar untuk mencari jalan keluar guna nantinya merobohkan Han Han .serta
Wong Tie Hian. Kalau memang bisa, Thio See Ciang malah bermaksud akan
membunuh Han Han dan Wong Tie Hian.
Sedangkan Han Han pada saat itu sedang memandang Hiat Tiok Sian-jin
dengan mata terpentang lebar dan penuh kewaspadaan, karena dia ingin menjaga
550 .
segala kemungkinan yang terjadi, sebab Han Han jeri juga pada si kakek, takut
Hiat Tiok Sian-jin menggunakan tipudaya liciknya.
Maka dari itu, dia berlaku hati-hati.
Benar saja dugaan Han Han, sedang semua orang memandang dengan
tegang kearah mereka, tiba-tiba Hiat Tiok Sian-jin mengeluarkan suara dengusan,
kedua tangannya juga bergerak, siap-siap untuk menyerang.
"Kau bocah busuk, biar bagaimana kau harus mampus di tanganku !" bentak
Hiat Tiok Sian jin dengan suara yang keras dan mengguntur. "Hmmm..... bersiapsiaplah kau menerima kematianmu ! "
Han Han memang telah bersiap-siap, maka di saat si kakek melancarkan
serangannya dengan disertai oleh suara bentakan yang menggelegar memekakkan
anak telinga, Han Han cepat-cepat mengelakkan dengan menggunakan jurus Chitcie-kun.
Hiat Tiok Sian-jin jadi semakin sengit, dia juga tambah mendongkol serta
murka sekali. Dengan penuh kemarahan yang sangat, dan berjingkrak-jingkrak saking
murkanya, dia melancarkan serangan yang berantai serta bertubi-tubi.
Untung saja Han Han telah mempelajari sempurna ilmu yang diciptakannya
sendiri, yaitu Chit-cie-kun, maka dia dapat mengelakkan dan menangkis setiap
setangan dari si kakek. Semakin lama Hiat Tiok Sian-jin jadi semakin murka, biar bagaimana dia
adalah seorang jago yang lihai luar biasa, yang ditakuti oleh banyak jago kosen
dirimba persilatan, tetapi sekarang ternyata dia tidak berdaya di tangan Han Han,
menyebabkan dia bisa mati berdiri saking gusarnya,
Han Han menghadapi si kakek Seruling Haus Darah itu dengan tenang.
Setiap serangan si kakek selalu dapat dielakkannya dengan gerakan yang
indah dipandang oleh mata, dan juga membuat orang-orang yang meayaksikan jadi
berdiri tercengang, karena setiap gerakan Han Han gesit sekali, menyerupai
gerakan tupai, selalu dapat mengelakkan serangan Hiat Tiok Sian-jin dengan
lompatan dan gerakan tubuh yang benar-benar luar biasa sekali, di luar dugaan
orang-orang itu semuanya.
Chit cie kun yang diciptakan oleh Han Han ternyata berlainan sekali dengan
ilmu silat lainnya yang terdapat di daratan Tionggoan.
Biasanya kalau seorang musuh menyerang dari atas dan di sebelah kanan
secara berbareng, pasti seorang jago silat akan mengelakkannya dengan
551 .
mendoyongkan tubuhnya sedikit sambil menyampok dengan tangannya, atau juga
dengan jalan melompat menggeser kedudukan kuda-kudanya.
Tetapi berbeda sekali dengan Han,Han ini !
Gerakan anak muda she Han tersebut berlainan sekali.
Sering kali Hiat Tiok-Sian-jin melancarkan serangan dari arah atas dan
samping kanan secara berbareng, tetapi Han Han mengelakkan serangan-serangan
itu dengan jalan maju memapaknya !
Semua orang yang menyaksikan benar-benar jadi terkejut, karena dengan
maju memapak begitu, Han Han seperti juga mengangsurkan dirinya untuk dihajar
oleh Hiat Tiok Sianjin ! Namun kenyataannya sangat berbeda sekali dengan dugaan orang yang
menyaksikan pertempuran tersebut.
Di waktu tubuh Han Han maju memapak dia bukan tinggal diam begitu saja,
kedua tangannya bergerak secara berbareng, yang kiri mengincar biji mata Hiat
Tiok Sian-jin, sedangkan tangan kanannya mencengkeram kearah jalan darah Pie
Tian Hiatnya dari si kakek.
Itulah hebat dan luar biasa sekali !
Semua orang jadi tercengang.
Hiat Tiok Sian-jin sendiri sampai membatalkan serangannya dan melompat
ke belakang sambil mengeluarkan seruan kaget bercampur heran.
Kenapa bisa begitu "
Karena kalau memang Hiat Tiok Sian-jin meneruskan serangannya itu, pasti
kedua tangan Han Han akan lebin dulu mengenai sasarannya.
Sebab sebagai seorang jago, yang setiap detik sangat berharga sekali bagi
mereka maka Han Han telah menggunakan detik-detik yang menentukan itu untuk
merebut kemenangannya. Kalau memang Hiat Tiok Sian-jin meneruskan serangannya itu, maka
sebelum serangannya berhasil mengenai sasarannya dengan telak, dia sendiri akan
terhajar binasa atau setidak-tidaknya akan terluka berat oleh Han Han, karena
pemuda she Han itu telah merebut waktu beberapa detik, dan hal itu menyebabkan
Han Han telah memperolek tujuh bagian dari kemenangan yang telah berada di
tahgannya. Betapa gusarnya Hiat Tiok Sian-jin, dia tambah murka, sampai berjingkrakjingkrak karena marahnya.
552 .
Dan di saat itu Han Han telah berdiri lagi dengan tenang, dia hanya
tersenyum melihat kegusaran yang menimpa diri si kakek Seruling Haus Darah.
"Bagaimana?" tanya Han Han mengejek. "Apakah kau tidak cepat berlutut di
hadapanku dan meminta ampun bagi selembar nyawa tuamu itu?"
Hiat Tiok Sian-jin gusar bukan main, matanya sampai mendelik lebar, ini
menyatakan bahwa dia benar-benar telah mengumbar hawa amarahnya.
Hampir saja Hiat Tiok Sian-jin pingsan berdiri disebabkan hawa amarahnya
yang meluap-luap itu, tetapi dengan sendirinya Hiat Tiok Sian-jin telah melupakan
pantangan jago-jago di kalangan Kang-ouw, bahwa seorang jigo tidak boleh
mengumbar hawa amarahnya, karena dengan disertai oleh kegusarannya itu, dia
telah dirugikan tiga bagian dari apa yang dimiliki, yaitu kewaspadaan dan
ketenangannya menghadapi lawan !
Dan hal itu telah dialami oleh Hiat Tiok S;aa jin.
Dengan dia mengumbar kegusaran dan kemurkaannya itu, maka dengan
sendirinya Han Han jadi tambah girang, sebab dengan sendirinya Han Han akan
bisa merobohkannya dengan mudah.
Hiat Tiok Sian-jin menatap pemuda she Han itu dengan mata yang
mencorong merah, dia menjerit dengan suara yang mengguntur, kemudian dia
melompat dengan kegesitan yang sangat, dan melancarkan serangan serangan
secara beruntun. Tetapi Han Han memang telah bersiap-siap.
Setiap serangan si kakek selalu dapat dipunahkan dan dielakkannya.
Hal itu menyebabkan Hiat Tiok Siam jin jadi tambah murka.
Tetapi Han Han malah sengaja membikin si kakek tambah gusar.
Pemuda sbe Han ini selalu mengeluarkan ejekan-ejekan yang menyakitkan
hati si kakek. Setiap serangan berangkai Hiat Tiok Sian-jin selalu dapat dielakkan oleh
Han Han karena pemuda she Han ini bersilat dengari tipu Chit-cie-kun, ilmu silat
yang telah diciptakannya sendiri.
Semakin lama Hiat Tiok Sian-jin jadi semakin kalap, dia selalu menyerang
bertubi-tubi kepada Han Han dengan kalap dan nekad sekali.
Tetapi, semakin dia kalap dan nekad, semakin jauh kemenangan untuk
dirinya. Suatu kali, di saat Hiat Tiok Sian-jin sedang menyerang Han Han dengan
jurus Tiauw Pie JiauwAng, Han Han melihat suatu kesempatan ada padanya untuk
553 .
merobohkan lawannya ini, karena Hiat Tiok Sian-jin telah membuka lowongan
pada bagian dadanya. " Maka dari itu Han Han tidak mau membuang-buang kesewpatan baik itu.
Dengan mengeluarkan bentakan "Roboh .....!" yang mengguntur, Han Han
menghajar dada Hiat Tiok Sian-jin.
Hal ini mengejutkan kakek itu, dia sampai menjerit kaget.
Tetapi tangan Han Han bergerak cepat sekali, sudah tidak mungkin
dielakkan oleh Hiat Tiok Sian-jin:
Maka dari itu, saking gugupnya, dan juga untuk berusaha menyelamatkan
dirinya, Hiat Tiok Sian-jin mau membuang dirinya ke belakarg.
Tetapi semua itu telah terlambat !
"Duukkkk !" terdengar suara yang nyaring sekali, disusul kemudian dengan
suara 'krakkkk !' patahnya tulang, dan disertai oleh suara jeritan Hiat Tiok Sian-jin
yang menyayatkan hati. Tampak tubuh Hiat Tiok Sian-jin roboh terbanting dengan keras di tanah,
disertai juga oleh seruan tertahan dan kaget dari Thio See Ciang bersama orangorangnya.
Wong Tie Hian sangat girang melihat Han Han berhasil merobohkan Hiat
Tiok Sian-jin. Dengan mulut meringis, Hiat Tiok Sian-jin merangkak berusaha untuk
bangun. Tetapi belum lagi dia berdiri, tiba tiba "Uaaahhh ! " kakek ini memuntahkan
darah tiitam yang telah menggumpal dan dia roboh terkulai lagi di tanah.
Setelah bernapas dengan tersengal-sengal, akhirnya Kiat Tiok Sian-jin
berusaha untuk bangun lagi.
Tetapi, belum lagi dia berhasil dengan usahanya yang kedua kali ini, dia
telah memuntahkan gumpalan darah hitam kembali, wajahnya pias sekali,
napasnya memburu. Han Han menghampiri. "Hmm.....kau adalah seorang kakek yang jahat, sudah seharusnya hari ini
kau mampus! "' kata Han Han, "Tetapi hatiku tak tega dan tak mengijinkan untuk
membunuh seorang lawan yang telah tidak berdaya.....maka kalau memang kau
mau insyaf, akan kuampuni jiwa tuamu !"
554 .
Setelah berkata begitu Han Han menatap Hiat liok Sian-jin dulu sesaat
lamanya, kemudian waktu dia melihat muka si kakek yang pucat pias, dia ketawa
dingin. "Tetapi, sebelum kau pergi, kepandaianmu itu harus dipunahkan dulu, harus
dilenyapkan, agar di belakang hari kau tidak membikin sulit orang-orang lemah.....
aku akan memunahkan kepandaian silatmu ! " kata Han Han.
Sehabis berkata begitu, Han Han menghampiri si kakek yang masih rebah
lemas tak berdaya. Sewaktu Han Han semakin mendekat kepada si kakek, muka si kakek dari
Seruling Haus Darah ini tambah pucat saja, matanya memain dengan cepat,
rupanya dia sangat ketakutan sekali. Namun Hiat Tiok Sian-jm ketakutan tanpa
daya sekali, karena tenaganya seperti juga telah lenyap dari raganya.
Han Han menghampiri tambah dekat, sedangkan yang lainnya, yang
menyaksikan dari luar gelanggang jadi mengawasi dengan hati yang tegang.
Waktu sampai di sisi Hiat Tiok Sian-jin, Han Han berhenti melangkah, dia
mengawasi kakek tua yang telah dalam keadaan lemah dan payah itu.
"Hmm.....kukira dengan kuampuninya jiwa tuamu itu, tentu kau tidak akan
penasaran kalau ilmu silatmu dilenyapkan, bukan"'' kata Han Han dergan suara
yang tawar. Mata si kakek Hiat Tiok Sian-jm jelalatan, dan ketakutan sekali.
Sebagai seorang jago yang kosen, yang sebelumnya sangat ditakuti oleh
jago-jago dari kalangan Hek-to, hitam, atau Pek-to, jalan putih, terang dia akan
menderita malu dan sengsara kalau sampai kepandaian ilmu silatnya dipunahkan
oleh Han Han. Untuk memohon-mohon ampun dengan menyembah-nyembah si pemuda
she Han itu, terang dia tidak mau, karena seorang jago yang kosen sekali, biar
mati, tidak akan menghiba-hiba kepada pemuda she Han tersebut.
Han Han ketawa dingin melihat orang ketakutan sampai begitu macam.
"Apakah kau jeri kepandaianmu itu kupunahkan dengan cara yang kejam "!
Oh tidak, aku hanya akan menotok beberapa jalan darahmu, yaitu jalan darah Pian
Sian Hiat, kemudian menotok dua kali jalan darah Toe Pian Hiat, dan menotok
sepuluh kali jalan darah Ciang Kui Hiatmu, dengan begitu selesailah tugasku !"
Kening si kakek Hiat Tiok Sian-jin jadf bermandikan keringat dingin.
Dia ketakutan bukan main.
555 .
Jalan darah yang disebut-sebut oleh Han Han adalah jalan darah terpenting
di tubuh setiap manusia. Lebih-lebih jalan darah Toe Pian Hiat, itu adalah jalan
darah yang memusnahkan ilmu silat seseorang jago silat kalau memang jalan darah
itu sampai terkena tertotok.
Maka dari ilu, hebat rasa takut di diri Hiat Tiok Sian-jin,
Dia lebih baik mati dari pada harus dimusnahkan ilmu silatnya.
Sebab dengan musnahnya ilmu silat yang dimilikinya, berarti juga dia akan
menjadi seorang yang lemah, lebih lemah dari orang yang tidak mengarti ilmu
silat. Waktu dulu-dulu dia sering berbuat kejam dan bengis kepada lawannya,
sehingga Hiat Tiok Sian-jin walaupun dijerikan oleh semua jago-jago di daratan


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

Tioag-goan, tokh diam-diam dia mempunyai banyak musuh yang dendam
kepadanya, ysng sedang menanti-nantikan saat yang baik untuk membalas dendam
mereka kepada kakek tua yang bergelar Hiat Tiok Sian-jin atau Seruling Haus
Darah tersebut. Kalan memang sekarang Hiat Tiok Sian-jin kehilangan kepandaian ilmu
silatnya, dengan sendirinya musuhnya yang menaruh dendam kepadanya itu akan
datang berduyun-duyun untuk melakukan pembalasan.
Dengan punahnya ilmu silatnya, yang telah berubah menjadi manusia biasa,
malah lebih lemah lagi, mana mungkin Hiat Tiok Sian-jin bisa menghadapi lawanlawannya itu "
Maka dari itu, kalau sampai Han Han membuktikan perkataannya jelas hebat
kesudahannya untuk Hiat Tiok Sian-jin.
Maka dari itu, betapa ketakutannya si kakek Seruling Haus Darah, dan di
samping ketakutannya itu, yang bernaung dihatinya, timbul juga rasa nekad untuk
mengadu jiwa dengan Han Han kalau sampai pemuda she Han itu mendesak terus
menerus. Pada saat itu Han Han telah menggerakkan tangan kanannya sambil berkata:
"Bersiaplah untuk kembali menjadi manusia biasa lagi !" dan tangannya itu
menotok ke arah jalan darah Pian Tiauw Hiat dari Hiat Tiok Sian jin.
Tetapi dikala tangan pemuda she Han itu sedang melayang akan menotok
jalan darahnya si Seruling Haus darah itu, tiba-tiba dengan tak terduga, dengan
mengeluarkan jeritan yang keras memekakkan anak telinga, Hiat Tok Sian jin
menerjang ke arah Han Han, kedua tangannya terulurkan untuk merangkul dan
memeluk Han Han. 556 .
Han Han jadi terkejut, begitu juga yang lainnya. Lebih-lebih Wong Tie
Hian, lelaki tua itu sampai mengeluarkan jeritan tertahan dengan mengeluarkan
keringat dingin di keningnya.
Perbuatan yang dilakukan oleh Hiat Tiok Sian-jin memang benar-benar
berada diluar dugaannya. Tetapi bagi Han Han hal itu tak begitu berat dan juga tak membuatnya jadi
gugup. Walaupun penuda she Han ini tadi agak terkejut, tokh dia sangat kosen
sekali. Maka dari itu, dengan mudah sekali dia menggeser tubuhnya kedua kakinya
bergerak pindah tempat, maka tubuhnya agak doyong sedikit, dan disaat itulah, di
saat kedua tangan Hiat Tiok Sian-jin lewat di sisi tubuhnya, Han Han mengulurkan
tangan kirinya, "dukkkk ", dia mendorong tubuh kakek itu, sehingga jago tua itu
jadi terjerunuk, lalu terjerembab memeluk batang pohon yang ada di depannya.
Tampak Hiat Tiok Sian-jin memeluk batang pohon itu kuat-kuat.
Terdengar suara yang berisik sekali kemudian disusul dengan robohnya
pohon itu. Semua orang terkejut ! Hebat sekali rangkulan Hiat Tiok Sian-jin, rupanya robon yang kena
dipeluknya itu jadi hancur batangnya, dan roboh, sedangkan di bagian bekas
dipeluk oleh Hiat Tiok Sian-jin tampak pada hancur berkeping-keping..
Maka dapat dibayangkan, kalau Han Han tadi kena dipeluk oleh Hiat Tiok
Sian-jin, biarpun kulit Han Han seumpamanya terdiri dari baja, tetapi tetap saja
terbinasakan oleh kakek tersebut.
Mengapa Hiat Tiok Sian-jin begitu nekad, dengan mengerahkan seluruh
tenaga dalamnya kepada kedua lengannya itu "
Karena dia memang sudah mengambil keputusan untuk binasa bersama
dengan Han Han ! Pada saat itu Han Han telah menghampiri Hiat Tiok Sian-jin perlahan-lahan.
Sedangkan Hiat Tiok Sian-jin telah roboh terkulai di tanah dengan napas memburu
keras, wajahnya semakin pucat.
Han Han sudah tidak mau memberi waktu lagi kepada Hiat Tiok Sian-jin,
karena kakek itu terlalu jahat sekali, Coba kalau tadi dia kena dirangkul oleh kakek
itu, pasti dia akan terbinasa di tangan kakek itu.
557 .
Untung saja dia telah mempelajari Chit-cie-kun, sehingga dia dapat bergerak
dengan cepat sekali. Dengan mengulurkan tangan kanannya yang bekerja cepat menotoki
beberapa jalan darah Hiat Tiok Sian-jin, maka musnahlah ilmu silat si kakek yang
kejam itu. Sambil menghela napas, Han Han menghapus butir-butir keringat yang
memenuhi keningnya. Kemudian dia menoleh kepada Thio See Ciang.
"Nah orang she Thio, sekarang marilah kita menyelesaikan urusan kita ! "
katanya, ''Hutang piutang akan kita selesaikan hari ini. Biarpun kau melarikan diri
ke ujung bumi, aku takkan melepaskannya, karena dendam ayah ibuku tak akan
terbalas tanpa binasanya dirimu !"
Wajah Thio See Ciang jadi berobah, dia berusaha untuk tersenyum, sambil
mengawasi Hiat Tiok Sian jin yang kala itu menggeletak lemas tak berdaya di
tanah, seluruh kepandaian kakek yang tadinya begitu kosen, telah musnah
seluruhnya. "Bocah, rupanya kau kosen sekali !" kata Thio See Ciang sambil tetap
tersenyum dengan membawa lagak yang tenang sekali, padahal hatinya agak
tergoncang melihat Hiat Tiok Sian-jin tidak berdaya melawan Han Han. "Kuakui
memang kepandaianmu sangat tinggi sekali ! Tetapi kau jangau takabur dulu,
belum tentu kau bisa menundukkan aku orang she Thio ini !"
Dan setelah berkata begitu, Thio See Ciang mengibaskan tangannya, dan
sambil mengibaskan taogannya begitu, kedua kakinya menjejak dengan kuat.
sekali, sehingga tubuhmya melambung menjauhi Han Han.
Dan, waktu anak muda she Han itu melihat kelakuan lawannya, yang
tampaknya mau melarikan diri itu, dia menjejakkan kakinya juga, tubuhnya
melambung akan mengejarnya.
Namun belum lagi pemuda she Han tersebut bergerak untuk mengejar,
dirinya telah diserang dan dikepung oleh orang-orang Pek Bwee Kauw, yang
meluruk ke arahnya. Begitu juga Wong Tie Hian, dia dikepung oleh orang-orang Pek Bwee
Kauw. Han Han menjadi gusar bukan main, dia juga mendongkol sekali, maka dari
itu dengan mengeluarkan suara siulan yang nyaring, tubuhnya berkelebat-kelebat
dengan cepat. 558 .
Di mana tangan Han Han bergerak, disitu pasti terdengar suara jeritan yang
keras dari orang-orang Pek Bwee Kauw.
Gerakan Han Han sangat cepat sekali, sehingga di dalam waktu yang sangat
singkat dia telah dapat memukul roboh berpuluh-puluh orang Pek Bwee Kauw,
yang kena ditotoknya. Begitu juga Wong Tie Hian, dia seperti juga singa tua yang mengamuk
dengan hebat, sehingga akhirnya orang-orang Pek Bwee Kauw terpecah nyalinya.
Dengan cepat sisa dari orang-orang Pek Bwee Kauw mengambil langkah
.seribu. Han Han berdiri tegak mengawasi orang-Pek Bwee Kauw yang banyak
tertotok olehnya. Dia mengawasi ke sekitar tempat itu, tidak tampak lagi Thio See Ciang,
Siang-jie dan juga nona Thio In In.
Dengan hati yang berduka Han Han menarik napas dalam-dalam.
Biar bagaimana baiknya nona Thio itu, tokh tetap saja dia akan berdiri di
belakang Thio See Ciang. Itu pasti, biar bagaimana In In pasti akan membela See
Ciang. Maka dari itu, mengingat semua itu, hati Han Han jadi tambah berduka.
Lebih-lebih waktu Wong Tie Hian menghampirinya, menepuk bahunya,
hampir saja butir-butir air mata membanjir keluar dari kelopak matanya.
Tetapi untung saja Han Han masih dapat menahan perasaan dukanya itu.
Akhirnya setelah berunding dengan Wong Tie Hian, mereka kembali ke
gedung Wong Tie Hian untuk merencanakan bagaimana menangkap Thio See
Ciang. *Mukhdan*Dewi Kz*Budi S-Aditya
Bab 39 Maaf, 31 dan 32 hilang DW KZ.
rapa saat, dia menari-nari, sambil tertawa-tawa dengan suara yang keras sekali.
559 .
Gan Hwee-shio telah merangkapkan kedua tangannya memberi hormat
kepada orang itu. "Sian-chay .....Sian-chay, siapakah Sie-coe?" tanyanya dengan suara yang
seramah mungkin, sebab hati Hwee-shio ini agak keder mengawasi muka orang
yang menyeramkan itu, dia agak menggidik.
Orang itu jelalatan sehingga menambah seramnya muka orang itu waktu
matanya bergerak-gerak. "Hmm ..... kau menanyakan namaku, apakah kalau aku menyebutkannya kau
tidak akan ketakutan ?" tanya orang itu dengan suara yang serak menyeramkan.
Gan Hwee-shio tambah terjengkit hatinya.
Sudah wajahnya aneh dan menyeramkan? ternyata adat orang ini juga aneh
pula. Maka dari itu dia merangkapkan kedua tangannya kembali sambil menyebut
kebesaran nama sang Budba.
"Kita manusia hidup di dunia ini hanyalah sekedar untuk menjalani
penghidupaa yang penuh sengsara " kata Gan Hwee-shio dengan cepat. "Untuk apa
Lo-lap harus jeri kepada Sie-coe " "
Sie-coe, ialah tuan. Orang bermuka aneh dan menyerarnkaa iu tertawa lagi dengan suara yang
menyeramkan. "Bagus! Bagus ! Kau rupanya seorang Hwee-shio yang baik ! Nah, kau
dengarlah, namaku Po Po Siat !" dan setelah berkata begitu lagi, orang tersebut
yang ternyata memang Po Po Siat, telah tertawa keras lagi, sampai tubuhnya
tergoncang. Mendengar orang menyebut namanya itu, wajah Gan Hwee shio dan Hweeshio lainnya jadi berubah pucat.
"Oh..... Sian-chay, Sian-chay! Omitohoed !" memuji Gan Hwee-shio.
"Rupanya Sie-coe adalah Po Po Siat Loo-cian-pwee yang tak ada tandingannya !"
Po Po Siat ketawa dingin, dia tidak meladeni pujian dari si Hwee-shio.
Dengan wajah yang menyeramkan, dia menoleh ke arah Han Swie Liem dan
orang-orang gila lainnya, yang kala itu sedang menari-nari sambil tertawa-tawa
dengan keras. "Hu, orang-orang gila yang membikin kupingku jadi tuli dan sangat
memuakkan sekali !" kata Po Po Siat dengan suara yang menyeramkan. "Sungguh
membuat kepalaku jadi pusing !"
560 .
Dan setelah berkata begitu, Po Po Siat menghampiri ke arah Han Swie Liem.
Tetapi baru saja dia melangkah beberapa langkah, tiba-tiba dari kejauhan
tampak berlari-lari beberapa sosok tubuh.
Akhirnya sosok-sosok tubuh itu, yang berlari dengan Gin-kang yang cukup
tinggi sampai disitu. Mereka adalah Thio See Ciang, Thio In In dan Siang-jie, putera dari Thio
See Ciang. Po PoSiat jadi menghentikan langkabnya dia mengawasi kearah Thio See
Ciang dengan pandangan yang menyeramkan dan menggidikkan bulu tengkuk.
Thio See Ciang juga terkejut waktu dia melihat Po Po Siat, tetapi untuk
mundur lagi, terang sudah tidak keburu.
Maka dari itu, Thio See Ciang dan Thio In In serta Siang jie maju terus,
Po Po Siat mengerutkan sepasang alisnya.
"Siapa kau?" bentak Po Po Siat waktu Thio See Ciang dan In In serta Siangjie telah berada di depannya. "Sebutkan nama kalian!"
Thio See Ciang segera mengenali bahwa orang ini adalah Po Po Siat,
seorang jago yang bengis dan selalu bertindak kejam kepada lawannya.
Hati jago sheThio yang menjadi Kauw-coe dari Pek Bwee Kauw jadi ciut
dengan sendirinya, dia sampai mengeluarkan seruan tertahan.
"Oh kau Po Loo-cianpwee?" tegurnya dengan suara yang agak tergetar.
Cepat-cepat dia menjura memberi hormat kepada jago tua she Po itu. "Apakah
selama ini keadaan kau orang tua selalu baik-baik saja ?"
Wajah Po Po Siat jadi berubah bengis.
"Apakah kau kira aku ini seorang kakek penyakitan ?" tegurnya dengan
sengit. Wajah Thio See Ciang jadi pucat.
Dia sebelumnya telah mendengar bahwa adat si kakek she Po ini sangat aneh
sekali. Tadi dia menegur dengan maksud untuk berlaku seramah mungkin, tetapi
dengan tidak diduga si kakek malah salah terima.
Maka dari itu cepat2 Thio See Ciang menjura lagi.
"Maafkanlah Loo-cianpwee.....memang Boan-pwee tahu bahwa selama ini
keadaan Loo cianpwee baik-baik saja." kata Thio See Ciang sambil memberi
hormat berulang kali kepada si kakek yang beradat aneh ini, See Ciang menjura
berulang kali. Mata si kakek Po Po Siat mencilak.
561 .
"Kau lelaki penjilat ! Bukankah kau seorang Kauw-coe dari sebuah
perkumpulan yang bernama Pek Bwee Kauw ?" tegur Po Po Siat bengis!
"Be.....benar Loo-cianpwee!" kata Thio See Ciang tambah gugup lagi.
"Ternyata Loo-cianpwee kenal dengan Boan-pwee!"
"Chisss..... ! Siapa yang mau kenal dengan manusia semacam kau ini ?"
bentak Po Po Siat dengan suara yang luar biasa kerasnya.
Thio See Ciang jadi ketakutan sekali, dia memang telah mengetahui tentang
kepandaian Po Po Siat yang tiada tandingannya di daratan Tionggoan. Maka kalau
sampai dirinya kena diserang oleh si kakek ini, kemungkinan besar dia akan
berjalan-jalan di neraka !
Maka dari itu, cepat Thio See Cang menekuk lututnya, dengan berlutut
begitu See Ciang berkata: "Maafkanlah Loo-cianpwee kalau memang tadi
ada.....ada kata-kata Boan-pwee yang salah.....!"
Po Po Siat ketawa dingin lagi, mukanya semakin tidak sedap dipandang.
"Kau benar-benar lelaki rendah seperti anjing!" kata si kakek bengis.
"Manusia seperti kau ini tidak seharusnya masih hidup di atas dunia ini!"
Dan membarengi dengan perkataannya itu, Po Po Siat mencelat, kedua
tangannya bergerak, dan lengan jubahnya itu meluccur tenaga serangan yang kuat
sekali. Thio See Ciang terkejut waktu dia melihat si kakek menyerang dirinya.
Tanpa memperdulikan rasa malu, dia cepat-cepat melompat berdiri, dan
kemudian melarikan diri dengan pentang kedua kakinya selebar-lebarnya.
Tetapi Po Po Siat yang terkenal sangat aneh itu mana mau melepaskan See
Ciang begitu saja. Dalam beberapa kali menjejakkan kakinya dia telah mengejarnya.
See Ciang jadi ketakutan setengah mati dengkulnya dirasakan lemas sekali.
Tetapi kalau memang dia berhenti berlari, maka dia akan dibinasakan oleh
kakek aneh itu. Maka itu dengan mengerahkan seluruh tenaganya, dia melarikan diri terus.
Po Po Siat masih mengejarnya terus.
Semakin lama jadi semakin dekat dan See Ciang jadi ketakutan sekali.
Lebih-lebih pada saat itu hujan turun menyiram bumi.
Tanpa memperdulikan hujan itu, Thio Shee Ciang terus juga melarikan diri.
562 .
Tetapi, waktu dia sampai disebuah tikungan jalan yang akan menuju keluar
kota, Thio See Ciang jadi berhenti berlari, dia berdiri menjeglek sambil mengawasi
dengan mata terpentang kearah depannya.
Apa yang dilihatnya, sehingga tampaknya Thio See Ciang begitu ketakutan "
Ternyata di situ, dibawah sebuah pohon yang besar, di antara rintiknya air
hujan, tampak Han Han dan Wong Tie Hian berdiri mengawasi See Ciang dengan
mata yang berapi-api. Setelah tersadar dari kagetnya, See Ciang mengeluarkan suara jeritan
ketakutan, dia menoleh, dilihatnya Po Po Siat sudah dekat sekali.
Dengan cepat dia melompat ke samping, mengambil arah kekanan.
Tetapi dengan kecepatan yang luar biasa Han Han telah menghadang lagi
dihadapannya. Saking ketakutannya, See Ciang telah menerjang dengan kalap.
Tetapi di dalam keadaan kalap seperti begitu, apa lagi disertai oleh rasa
ketakutan yang sangat, See Ciang berbuat sembrono sekali, sehingga dengan


Ceritasilatcersil.blogspot.com ~ Kumpulan Cersil Seruling Haus Darah

mudah Han Han mengelakkan serangannya, dan mengulurkan tangannya menotok
jalan darah See Ciang. Kepandaian See Cisng masih berada di bawahnya Hiat Tiok Sian-jin, maka
begitu Han Han mengulurkan tangannya untuk menotok dirinya, walaupun See
Ciang mengetahui datangnya serangan dari si pemuda she Han itu tokh tetap saja
dia tidak bisa mengelakkannya.
Seketika itu juga See Ciang roboh tertotok oleh Han Han.
Pada saat itu Po Po Siat telah sampai di tempat itu juga.
Matanya jadi inencilak melihat See Ciang dirobohkan oleh Han Han, dia jadi
mendongkol luar biasa. "Bocah, benar-benar kau berani mampus dengan membentur buruanku !"
bentaknya. Han Han mengangkat kepalanya, dia memandang kearah Po Po Siat, atau
seketika juga dia jadi tetperanjat, karena dia mengenali bahwa kakek itu adalah Po
Po Siat, yang memang akan bertemu tahun ini untuk bertempur.
"Po Loo-cianpwae, ternyata kita bisa bertemu di sini!" kata Han Han
kemudian setelah menenangkan goncangan hatinya, "Aku adalah Han Han, murid
dari Khu Sin Hoo dan kawan-kawan ..... yang akan menghadapi Po Loo-cianpwee
!" Po Po Siat mengawasi Han Han dengan matanya yang juling meletos itu,
563 .
"Apakah kau benar-benar si bocah yang akan menghadapiku bertempur?"
tegurnya dengan suara yang bengis,
Han Han menganggukTetapi belum lagi dia menyahuti tampak Siang-jie dan nona Thio sedang
berlari-lari kearahnya. Dan untuk girangnya Han Han, dia melihat di belakang In In dan Siang jie
juga berlari-lari kearah dia itu adalah ayahnya, ibunya ! Yaitu Han Swie Liem dan
Han Hoe-jin ! Dan juga tampak keempat murid ayahnya itu!
Dengan tidak memperdulikan Po Po Siat lagi, Han Han berlari-lari memapak
kearah Han Swie Liem sambil berteriak-teriak kegirangan saking meluapnya
perasaan gembira si pemuda, she Han itu: "Ayah .....ibu .....oh Thia ..... "
Waktu dia berpapasan dengan In In dan Siang-jie yang berlari ke arah See
Ciang,, Han Han hanya melirik saja, dilihatnya In In juga melirik ke arahnya.
Kemudian dengan berteriak-teriak gembira, Han Han memapak kearah Han
Swie Liem. Dipeluk ibunya, tetapi dengan tidak terduga Han Hoe-jin mendorongnya
sambil tertawa-tawa dan suara perempuan yang menjadi ibu Han Han
menyeramkan sekali. Seketika itu juga Han Han teringat bahwa ibu dan ayahnya itu masih gila!
Juga keempat murid ayahnya, semuanya tampak dalam keadaan yang
menyedihkan sekali. Kegusaran Han Han jadi meluap lagi, rasa dendamuya kepada See Ciang
jadi meluap-luap. Dengan cepat dia membalikkan tubuhnya akan menghajar binasa See Ciang,
Tetapi Po Po Siat telah menghadangnya.
"Eb, bocah, mari kita bertempur !" seru Po Po Siat
Han Han menoleh kepadanya.
"Tunggu dulu, aku masih mempunyai urusan dengan orang she Thio itu !"
kata Han Han sambil menghampiri terus kearah See Ciang, yang kala itu sedang
diuruti oleh In In dan Siang-jie, rupanya kedua muda-mudi itu sedang berusaha
membuka totokan Han Han pada jalan darah See Ciang, tetapi mereka tidak
berhasil. Tetapi Po Po Siat tidak mau mengarti, ia tetap menghadang Han Han malah
dia telah melancarkan serangan-serangan yang berbahaya.
564 .
Hal ini membuat Han Han jadi gusar sekali, dia sampai mengeluarkan suara
bentakan yang mengguntur, dan menangkis serangan Po Po Siat.
Tetapi si kakek benar-benar luar biasa.
Belum lagi tangannya itu kena ditangkis oleh Han Han, dia telah menarik
pulang kembali dan melakukan serangan lagi. Malah serangannya kali ini lebih
hebat lagi. Terpaksa Han Han jadi melayani kakek tua yang galak dan kosen ini.
Tetapi Han Swie Liem berenam, telah menghampiri kearah See Ciang
dengan mata yang bengis sekali.
Mereka menari-nari sambil menghampiri kearah In In dan Syang-jie.
Sedangkan Hie Beng dan Hie Lay bersama Tang Siu Cauw dan Soe Niang,
telah menghampiri See Ciang yang masih menggeletak,
WongTie Hian juga menghampiri kearah See Ciang.
In In dan Siang-jie jadi ketakutan, mereka jadi nekad.
Malah Siang-jie akan mengangkat tubuh ayahnya yang kaku tertoiok itu
untuk dibawa kabur. Tetapi punggung Siang-jie sudah kena dijambret olen Han Swie Liem,
sehingga dia dan tubuh See Ciang jadi terguling-guling di-tanah.
Di kala Siang-jie menghadapi Han Swie Liem, adalah In ln harus
menghadapi Han Hoe jin. Mereka bertempur dengan seru sekali.
Hie Beng dan ketiga saudara seperguruannya maju mendekati See Ciang.
Hie Beng mencekal tangan kiri See Ciang Sedangkan Hie Lay mencekal
lengan kanan See Ciang, Tang Siu Cauw memegang kaki kiri Kauw coe Pek Bwee
Kauw ini dan Soe Niang mencekal kaki kanan dari Kauw-coe Pek Bwee Kauw
tersebut, mereka menggoyang-goyangkan sambil mengangkat tubuh See Ciang.
Orang she Thio yang menjadi Kauw-coe Pek Bwee Kauw itu ketakutan
sekali, dia sampai menjerit-jerit.
Tetapi berhubung tubuhnya kejang kaku tertotok, maka dia tidak berdaya
dan tidak bisa bergerak. "Satu..... dua ..... tiga ....." Tang Siu Cauw menghitung juga yang lainnya
menghitung pula. Dan pada hitungan ketiga itu, dengan tidak terduga keempat murid Han
Swie Liem telah menarik tubuh See Ciang secara berbareng.
565 .
"Breeeettttt!" tubuh See Ciaag terbelah empat tanpa dapat menjerit lagi,
tubuh ketua dari perkumpulan Pek Bwee Kauw telah tertarik oleh keempat murid
Han Swie Liem, isi peiutnya berhamburan dan darah berceceran menyiram bumi !
In In dan Siang-jie yang menyaksikan hal itu jadi menjerit menyayatkan.
Dan, mereka jadi tidak menyadari bahwa Han Hoe-jin dan Han Swie Liem
tengah menyerang mereka lagi.
Maka tanpa ampun, kedua muda-mudi itu terhajar, mereka roboh secara
berbareng dan pingsan tak sadarkan diri ......
Wong Tie Hian menghampiri dengan wa-jah yang berduka. Biar bagaimana
dia agak ngeri melihat cara kebinasaan dari Thio See Ciang.
Kemudian jago she Wong itu mendekati pertempuran antara Han Han
dengan Po Po Siat, dia berpikir, kalau memang Han Han membutuhkan tenaganya,
bantuannya, maka dia akan membantunya, walaupun nantinya akan berakibat jelek
baginya atau terbinasa di tangan Po Po Siat.
Tetapi dengan tidak terduga, waktu Po Po Siat melihat cara kebinasaan See
Ciang yang mengerikan itu, dia jadi melompat ketepian kelanggang.
"Tahan..... !" serunya dengan suara yang bengis.
Han Han juga tidak meneruskan serangannya.
"Siapa mereka ?" bentak Po Po Siat lagi sambil menunjuk Han Swie Liem
berenam yang sedang menari-nari mengelilingi mayat Thio See Ciang, tubuh In In
dan Siang-jie. Han Han memandang penuh kewaspadaan kepada Po Po Siat, karena dia
takut lelaki tua ini menggunakan siasat jahat.
"Mereka adalah ayah ibuku!" kata Han Han dengan suara yang ragu.
"Mereka lelah dibuat gila oleh orang she Thio keparat itu .....maka sudah pantas
orang she Thio itu menerima kebinasaannya secara begitu !"
Mendengar keterangan Han Han, Po Po Siat menghela napas.
"Ya, selalu saja, ombak yang di belakang mendorong ombak yang di muka,
generasi muda telah muncul dan si tua harus mengundurkan diri! Baiklah bocah,
tentang per janjian kita untuk saling bertempur kita habiskan saja sampai di sini,
sebab kalau kita teruskan, aku takut kau terbinasa dan itu harus dibuat sayang,
karena kau mempunyai bakat yang baik sekali!"
Mendengar perkataan Po Po Siat, Han Han jadi gembira sekali.
Cepat-cepat dia menjnra kepada kakek tua bermuka menyeramkan itu.
566 .
"Terima kasih Loo-cianpwee..... memang Boarpwee dan guru-guru
Boanpwce juga tidak bermaksud sungguh-sungguh dengan pertandingan itu !"
Po P? Siat hanya mendengus.
Tahu-tahu tubuhnya telah mencelat ke atas Han Swie Liem dan orang gila
lainnya. Han Han terpcranjat melihat gerakan P? Po Siat, dia duga kakek tua itu akan
menggunakan tipu jahat untuk mencelakai orang tuanya itu.
Maka cepat-cepat Han Han juga menjejakkan kakinya untuk menghadang di
depan Po Po Siat. Namun gerafean Po Po Siat benar-benar cepat dan gesit sekali, di dalam
waktu yang singkat tampak tubuhnya berkelebatan di antara keenam orang gila itu,
tangannya juga bekerja, menotok jalan darah keenam orang gila itu.,
Han Swie Liem jadi berdiri menjublek sesaat, begitu juga orang-orang gila
lainnya. Mereka seperti juga baru terbangun dari tidur.
Han Han cepat-cepat menghampiri, dia berlutut di hadapan ayah dan ibunya
"Ayah ..... ibu ..... panggilnya dengan penuh kegembiraan, karena ternyata gerakan
Po Po Siat tadi adalah menotok jalan darah Han Swie Liem dan Iain-lainnya untuk
menyembuhkan dari kegilaannya.
Han Swie Lim mengerutkan sepasang alisnya, dia menatap Han Han dan
yang lain-lainnya dengan bingung.
"Siapa kau ....." " akhirnya dia bertanya juga dengan suara yang serak.
Han Han cepat-cepat menceritakan segala kejadian yang telah menimpa
keluarga mereka hal ini membuat Han Swie Liem menghela napas berulang kali.
Kemudian katanya dengan suara yang sabar waktu dia selesai mendengar
cerita Han Han; "Puteranya dan nona Thio itu tidak bersalah ..... ampunilah mereka
!" katanya, Han Han mengangguk, kemudian dengan terharu dia saling berpelukan
dengan ke empat murid ayahnya.
Setelah itu barulah Han Han memperkenalkan Wong Tie Hian kepada ayah
ibunya dan keempat murid ayahnya. Juga memperkenalkan Po Po Siat.
Han Han merghampiri In In dan Siang-jie yang masih pulas.
Dia menotok salah satu jalan darah kedua muda-mudi itu, sehingga mereka
tersadar. "Cepatlah kau pergi dari tempat ini ! " bentak Han Han kepada Siang-jie,
567 .
Siang-jie jadi menangis menggerung-gerung waktu melihat cara binasa
ayahnya di tangan Han Han sekeluarga, dia menatap Han Han dan yang lainnya
penuh dendam, kemudian dibawah hujan rintik-rintil yang masih turun, Siang-jie
menuntun tangan In In meninggalkan tempat itu,
Han Han mengantarkan kepergian kedua orang itu dengan hati yang
berduka. Waktu In In menoleh sesaat, pemuda she Han ini malah melambailambaikan tangannya, seperti juga menyampaikan selamat berpisah,
Han Han masih berdiri bengong sampai Siang-jie dan Thio In In lenyap dari
pandangannya. Akhirnya dia tersadar waktu Po Po Siat menepuk pundaknya.
"Bocah ..... akupun ingin menjadi gurumu !" kata Po Po Siat. "Dan mulai
hari ini aku akan mengundurkan diri dari kalangan Kang-ouw. Mana ketujuh gurumu " "
Han Han cepat-cepat menekuk lututnya menyatakan terima kasih, dia juga
sudah lantas memanggil Po Po Siat dengan sebutan Soe-hoe guru, kemudian
menceritakan bahwa keiujuh gurunya sudah mengasingkan diri dari segala
keramaian duniawi .....! Dengan gembira Wong Tie Hian menyampaikan kata-kata selamat kepada
Han Han karena telah dapat berkumpul dengan ayah ibunya dan ke empat murid
ayahnya itu ..... Betapa gembira dan terharunya orang-orang ini .....mereka meninggalkan
tempat itu dengan, segenggam harapan bernaung di hati mereka masing-masing
.....sedangkan Gan Hwee-shio yang tiba di tempat itu paling akhir, hanya
menemukan mayat Thio See Ciang yang hancur berkeping-keping.
Gan Hwee-shio dan Hweeshio-hweeshio lainnya merangkapkan tangannya
memuji nama besar sang Budha ..... mereka menyesalkan ke enam orang gila itu
terlalu kejam turun tangan, karena Gan Hwee-shio tidak mengetahui persoalan
yang pertamanya ..... ! Hwee-shio ini juga mengumpulkan orang-orang sekitar tempat itu, untuk
mengubur mayat See Ciang, yang telah digabung menjadi satu,
Kemudian setelah selesai mengubur mayat See Ciang, Gan Hwee-shio dan
Hweeshio-hweeshio lainnya kembali ke kelenteng mereka dan Gan Hwee-shio
akan merantau untuk mencari keenam orang gila yang menurut dugaannya telah
membunuh Thio See Ciang secara bengis.
568 .
Sedangkan kuburan See Ciang yang sederhana masih tersiram oleh rintikaya
air hujan. Sekitar tempat itu menjelang malam jadi sangat sepi sekali .....
TAMAT 

Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share: