Senin, 20 Agustus 2018

CersilFull Sakit Hati Seorang Wanita 4 Tamat

CersilFull Sakit Hati Seorang Wanita 4 Tamat



Maka, setelah ia menyiksa kedua orang musuhnya dan
menggantung tubuh mereka di depan pintu gerbang rumah
gedung keluarga Pui, Cui Hong lalu beristirahat di tempat
persembunyiannya.
Hatinya terasa puas dan ia dapat tidur nyenyak setelah
semalam suntuk tidak tidur dan tubuhnya letih sekali. Setelah
tidur sampai sore, barulah ia meninggalkan tempat
persembunyiannya dan dengan pucat ia pergi mencari
musuhnya yang terakhir, yaitu Gan Tek Un.
Sejak melihat tubuh Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun
tergantung di depan gedung keluarga Pui, dan pernah pula dia
bertemu dengan Louw Ti yang telah menjadi manusia cacat,
tahulah Gan Tosu bahwa cepat atau lambat, gadis she Kim
puteri guru silat Kim itu tentu akan menemukan dirinya. Dia
merasa menyesal sekali dan merasa bahwa dia telah
melakukan perbuatan yang amat keji terhadap gadis itu. Maka
dia pun sudah siap untuk menerima hukuman untuk menebus
dosanya. Maka, begitu dia mendengar seruan wanita yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memanggilnya, dia pun dapat menduga bahwa tentu gadis itu
pula yang kini datang mencarinya. Dia lalu memesan kepada
Tan Siong agar tidak mencampuri, kemudian dengan muka
pucat dan hati tenang dia pun berlari keluar.
Melihat wanita cantik dan gagah yang kini berdiri bertolak
pinggang di pekarangan kuil, Gan Tosu segera teringat akan
gadis remaja yang pernah diperkosanya bersama Koo Cai Sun
dan Louw Ti, setelah Pui Ki Cong yang mempermainkan gadis
itu selama tiga hari merasa bosan dan menyerahkan gadis itu
kepada mereka bertiga. Teringat dia betapa dia pun ikut pula
memperkosa dan menghina gadis itu. Mukanya yang tadinya
pucat, kini berubah menjadi merah sekali. Dia merasa
menyesal dan juga malu mengingat akan kejahatan itu.
Tergopoh dia menghampiri gadis itu dan menjura.
"Nona baru datang? Pinto memang sudah mengharapkan
kedatanganmu," katanya dengan sikap tenang. Setelah kini
berhadapan dengan orang yang hendak membalas dendam
kepadanya, tosu ini bersikap tenang dan pasrah, bahkan dia
membayangkan betapa sebentar lagi dia akan dapat menebus
dosanya yang amat keji terhadap wanita ini, beberapa tahun
yang lalu ketika wanita ini masih seorang gadis remaja.
Cui Hong memandang dengan sinar mata mencorong dan
ia mengerutkan alisnya. "Hemni, Gan Tek Un, engkau masih
mengenalku? Bagus sekali kalau begitu! Biarpun berganti baju
domba atau kelenci, seekor serigala tetap serigala. Biarpun
engkau sudah berganti pakaian menjadi tosu, bagiku engkau
tetap saja Gan Tek Un si jahanam keparat yang lebih jahat
dari iblis sendiri. Gan Tek Un, apakah engkau masih ingat
kepada semua perbuatan yang pernah kaulakukan terhadap
diriku?"
"Tentu saja pinto ingat semuanya, Nona, dan karena itulah
pinto menanti kedatanganmu agar pinto dapat membayar
hutang dan melunasi dosa pinto yang amat besar itu dengan
hukuman yang akan nona jatuhkan kepada pinto."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sikap yang pasrah ini, kata-kata yang lembut dan
penuh penyesalan, hati Cui Hong agak kecewa, la ingin
melihat lawan atau musuh terakhir ini juga masih dalam
keadaan jahat dan pongah seperti tiga orang musuhnya yang
telah dihukumnya, agar hatinya menjadi puas dalam
pembalasan dendamnya, karena di samping membalas
dendam pribadi, juga berarti ia telah menyingkirkan seorang
manusia berwatakiblis dari dunia ramai, membuat si jahat itu
tidak akan mampu berbuat jahat lagi.
"Gan Tek Un pendeta palsu banyak cakap, keluarkan
sepasang pedangmu dan mari kita bertanding sampai seorang
di antara kita menggeletak di sini!" tantangnya, tangannya
hanya memegang sebatang kayu ranting pohon sebesar pergelangan
tangannya.
"Nona Kim Cui Hong, sudah pinto katakan bahwa pinto
memang menanti datangnya hukuman atas dosa pinto
terhadap Nona. Pinto tidak akan melawan, juga tidak akan
minta ampun. Nah, pinto sudah siap. Jatuhkanlah hukuman
apa saja yang Nona kehendaki atas diri pinto. Pinto tidak akan
melawan!" Berkata demikian, tosu itu lalu menjatuhkan diri
berlutut, bersedakap dan memejamkan mata, dengan tubuh
dan kepala tegak, siap menanti siksaan yang bagaimanapun
tanpa melawan atau mengeluh. Dia memusatkan seluruh
perhatian kepada keyakinan bahwa dia sedang menebus dosa
dengan hati iklas
Melihat sikap musuhnya itu, Cui Hong mengerutkan alisnya
dan sejenakia termangu-mangu. Bagaimana mungkin ia
menyerang seorang yang sama sekali tidak melawan, bahkan
kini duduk bersila dengan kedua mata dipejamkan? Akan
tetapi, bagaimana mungkin pula ia melepaskan musuh yang
satu ini? Bagaimanapun juga, Gan Tek Un ini tidak lebih baik
daripada yang lain. Seperti yang lain, dia dulu juga
memperkosanya dan menghinanya dan hal itu sama sekali tak
pernah dilupakan. Selama tujuh tahun ini, bayangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengerikan diperkosa secara bergantian oleh empat orang
musuh besarnya itu selalu membayanginya, kalau malam
menjadi mimpi buruk dan kalau siang membuat ia termenung
seperti orang kehilangan semangat. Dan hanya dendam dan
pembalasan itu saja yang membuat ia dapat bertahan untuk
hidup terus, bahkan memberi ia semangat untuk belajar silat
dengan tekun. Balas dendam! Tak mungkin ia melepaskan
orang ini.
"Can Tek Un, jahanam busuk! Bangkitlah dan jangan
menjadi pengecut. Bangkitlah dan kaulawan aku, keparat!"
Akan tetapi Gan Tek Un sudah siap untuk menerima
siksaan yang betapa hebat pun, dan dia sudah pasrah, kini
sama sekali tidak menjawab dan tidak pula membuka kedua
matanya.
“Gan Tek Un, sekali lagi. Bangkitlah dan lawanlah aku,
kalau tidak, aku terpaksa akan turun tangan membalas
dendam padamu!" Suara Cui Hong penuh dengan kemarahan
dan rasa penasaran, dan ranting di tangannya sudah tergetar
ujungnya.
Kembali Gan Tek Un tidak menjawab dan duduknya tidak
pernah bergoyang. "Keparat! Jangan mencoba menggunakan
kelembutan untuk menghapus dendamku! Sampai mati pun
aku tidak akan dapat menghapus dendamku. Nah, terimalah
pembalasanku!" Berkata demikian, Cui Hong sudah
mengangkat ranting itu ke atas kepalanya, siap untuk
menghajar tubuh Gan Tek Un seperti ia pernah menghajar
tubuh Pui Ki Cong sampai kulitnya pecah-pecah semua.
"Tahan dulu!" Tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan
ranting di tangan Cui Hong itu tertahan oleh sebatang pedang
tipis. Cui Hong melangkah ke belakang dan memandang
dengan marah, kemudian matanya terbelalak.
"Engkau.....!?!?" la memandang wajah Tan Siong dengan
bingung, sama sekati tak pernah mengira bahwa pemuda ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan muncul, bahkan menghalanginya untuk membalas
dendam. "Kau.mau apa kau.?" tanyanya, agak gagap, hatinya
“lihiap, aku harus mencegah engkau melakukan kekejaman,
menyerang orang yang tidak berdosa dan tidak mau
melawanmu." kata Tan Siong sambil menarik kembali pedang
yang tadi dipakai menangkis ranting di tangan Cui Hong.
Cui Hong tersenyum dingin. "Tan-toa-ko, apakah engkau
tahu siapa orang yang kau katakan tidak berdosa ini?"
"Tentu saja aku mengenalnya. Dia adalah Can Tosu yang
dulu bernama Gan Tek Un, yaitu adik mendiang ibuku,
Pamanku yang selama ini kucari."
Cui Hong terkejut dan kerut di alisnya makin mendalam.
"Ahhh! Kiranya dia inikah Pamanmu? Inikah orangnya yang
dulu pernah menipu orang tuamu sehingga orang tuamu
menjadi terlunta-lunta dan meninggal dunia?"
"Benar, lihiap."
"Dan engkau kini hendak membelanya? Betapa anehnya
sikapmu! Toako, jangan mencampuri urusan kami. Mundurlah
dan biarkan aku menyelesaikan urusan pribadiku dengan Gan
Tek Un!"
"Tidak, Lihiap. Engkau tidak boleh bertindak kejam."
"Apa? Engkau benar-benar hendak melindungi Pamanmu
yang jahat ini?"
"Biar dia Pamanku ataukah orang lain, aku tetap akan
mencegah engkau bertindak kejam, Lihiap. Menyerang orang
yang tidak bersalah, orang yang tidak melawan, sungguh
merupakan perbuatan yang kejam dan tidak patut dilakukan
seorang pendekar wanita seperti engkau ini."
"Hemm, Tan-toako, tahukah engkau mengapa aku hendak
menyiksa orang ini?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Siong menggelengkan kepalanya, "Apa pun
kesalahannya, tidak sepatutnya kalau engkau kini hendak
menyerangnya karena dia sudah t idak mau melawan sama
sekali."
"Tan-toako, sudah kuceritakan kepadamu tentang empat
orang manusia iblis yang telah menghinaku, memperkosaku
sampai lewat batas perikemanusiaan, perbuatan mereka
melebihi kekejaman iblis sendiri dan yang tiga orang sudah
kubereskan. Hanya tinggal seorang lagi dan yang seorang itu
adalah Gan Tek Un!"
Bukan main kagetnya hati Tan Siong mendengar ini. Dia
tahu bahwa pamannya memang pernah menjadi penjahat,
akan tetapi tak pernah disangkanya bahwa pamannya pernah
melakukan perbuatan sekeji itu, meniperkosa gadis yang tidak
berdaya, beramai-ramai dengan tiga orang kawannya! Dengan
muka berubah pucat dia membalik dan memandang kepada
tosu yang masih duduk bersila itu.
"Paman, benarkah Paman dulu melakukan perbuatan keji
dan hina itu?" tanyanya dengan suara nyaring.
Gan Tosu memang sejak tadi mendengarkan dan kini dia
menarik napas panjang, tanpa membuka kedua matanya.
"Semua yang dikatakan Nona ini benar belaka. Tan Siong.
Memang aku pernah melakukan perbuatan jahat itu dan
perbuatanku terhadap Nona inilah yang merupakan satu di
antara banyak perbuatanku yang membuat aku menyesal
setengah mati. Biarkan dia menyiksa atau membunuhku untuk
menebus dosaku, Tan Siong."
"Nah, engkau mendengar sendiri, Toa-ko. Apakah engkau
kini masih hendak melindungi dia?" Cui Hong menuntut.
"Kim-lihiap, pendirianku tidak berubah Aku tetap mencegah
engkau melakukan perbuatan kejam itu. Aku membelanya
bukan karena dia Pamanku, melainkan seorang yang tidak
melawan terancam oleh kekerasan. Dan aku mencegah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau melakukan kekejaman itu karena.... terus terang saja,
Lihiap, cintaku kepadamu masih tetap. Aku mencegah engkau
menjadi pembunuh kejam demi cintaku kepadamu!"
Kembali Cui Hong tersenyum, akan tetapi kini senyumnya
mengejek dan sepasang matanya mencorong penuh
kemarahan, la merasa dipermainkan.
"Tan Siong!" bentaknya dengan suara ketus. "Engkau
bilang bahwa engkau mencintaku, akan tetapi engkau
menentang aku yang hendak membalas dendam kepada
orang yang telah merusak kebahagiaanku, yang telah
menghancurkan harapanku, yang telah menggelapkan sinar
kehidupanku, yang telah membunuh ayahku dan suhengku!
Cinta macam apakah itu? Tidak perlu engkau merayu, kalau
engkau membela jahanam Gan Tek Un ini, berarti engkau
adalah musuhkul Majulah!" Cui Hong menodongkan
rantingnya, siap untuk menyerang.
"Kim-lihiap, sungguh engkau membuat aku bersedih bukan
main. Tentu saja aku tidak akan melayani tantanganmu,
karena sampai mati pun aku tidak akan memu-suhimu. Aku
hanya melindungi orang yang terancam, bukan berarti
memusuhi-mu. Engkau tidak dapat mengerti pendirianku.
Sekali lagi, ingatlah dan hapuslah dendam dari dalam hatimu,
karena itu merupakan racun yang hanya akan merusak lahir
batinmu sendiri."
"Cerewet! Aku mau hajar dan siksa dia untuk membalas
dendam, baik engkau suka maupun tidak!" Dan Cui Hong kini
dengan kemarahan meluap sudah mengayun rantingnya untuk
memukul remuk tulang kaki Can Tosu yang duduk bersila itu.
"Singggg...... takkkk!" Ranting itu tertangkis pedang di
tangan Tan Siong. Pemuda ini sudah cepat menangkis dan kini
dia berdiri menghalang di antara Cui Hong dan tosu itu
dengan sikap melindungi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan Siong, terpaksa aku harus menyingkirkan segala
penghalang untuk membalas dendamku, termasuk engkau!"
teriak Cui Hong dan ia sudah menyerang dengan rantingnya,
ujung rantingnya tergetar dan seolah-olah terpecah menjadi
tujuh yang melakukan serangkaian totokan ke arah tujuh jalan
darah di tubuh bagian depan dari lawan.
Tan Siong terkejut sekali. Dia memang sudah tahu betapa
lihainya wanita Ini ketika membantunya menghadapi jagoanjagoan
yang menjadi pelindung Pui Ki Cone, akan tetapi baru
sekarang dia menghadapinya langsung sebagai lawan. Dia pun
cepat menggerakkan pedang tipisnya, diputarnya dengan
cepat untuk melindungi tubuhnya. Namun, pemutaran pedang
saja tidak cukup dia harus berlompatan kesana-sini karena
ujung ranting itu seolah-olah dapat menerobos di antara
gulungan sinar pedangnya.
Cui Hong tidak bermaksud mencelakai pemuda itu, sama
sekali tidak. Dia masih merasa kagum dan suka kepada
pemuda perkasa itu, apalagi mendengar betapa sampai kini
pemuda itu masih tetap mencintanya, walaupun sudah
mendengar riwayatnya, tahu bahwa ia bukanlah seorang
perawan terhormat lagi, melainkan seorang wanita yang
sudah ternoda dan terhina. Ia hanya ingin merobohkan Tan
Siong agar tidak dapat menghalangi pelaksanaan balas
dendamnya terhadap Gan Tek Un, maka semua serangannya
me rupakan totokan-totokan yang amat hebat. Sebaliknya,
Tan Siong juga hanya ingin melindungi pamannya, bukan
berniat untuk melukai apalagi membunuh gadis yang dikagumi
dan dicintanya itu, maka dia pun hanya menggerakkan
pedangnya untuk melindungi tubuhnya, menangkis dan
mengelak tanpa balas menyerang.
Akan tetapi, segera dia terdesak hebat. Andaikata dia
membalas semua serangan Cui Hong pun belum tentu dia
akan mampu mengalahkan gadis perkasa itu, apalagi kini dia
hanya menangkis tanpa bisa menyerang. Gulungan sinar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedangnya semakin menyempit, terjepit dan tertekan oleh
sinar hijau dari ranting di tangan Cui Hong.
"Tahan senjata kalian! Jangan berkelahi dan dengarkan
pinto!" Tiba-tiba terdengar teriakan Gan Tojin, tosu yang tadi
duduk bersila. Mendengar ini, Tan Siong melompat ke
belakang dan Cui Hong juga menahan gerakan rantingnya,
ingin tahu apa yang akan dikatakan musuh besarnya itu. Siapa
tahu musuh besarnya itu timbul keberanian untuk maju sendiri
menghadapinya dan melarang Tan Siong mencampuri urusan
pribadi mere ka.
Tosu itu masih duduk bersila, mukanya pucat akan tetapi
sinar mata mencorong penuh semangat. Agaknya
kesedihannya yang tadi sudah lenyap. "Siancai...! Dengan
sikap kalian, maka dosa pinto bertambah dalam dan besar
saja. Setelah menjadi seorang pemeluk agama yang taat,
pinto bahkan mengakibatkan perpecahan dan perkelahian
antara dua orang muda yang saling mencinta. Nona Kim Cui
Hong, engkau sudah sepatutnya membalas dendam kepada
pinto karena perbuatan pinto terhadapmu dahulu itu memang
tak dapat diampuni. Dan engkau pun benar, Tan Siong,
karena engkau melindungi yang lemah, bukan karena pinto
pamanmu, dan itu merupakan sikap seorang pendekar. Akan
tetapi kalau pinto membiarkan kalian saling berkelahi sampai
seorang di antara kalian roboh tewas atau terluka, pinto akan
merasa berdosa lebih hebat lagi yang takkan dapat pinto
lupakan selama hidup. Karena itu, biarlah pinto mengakhiri
saja semua derita ini!" Tiba-tiba nampak s inar berkelebat dan
tahu-tahu tosu itu sudah menusukkan sebuah pisau ke
dadanya.
"Creppp....!" Pisau itu menembus dada sampai ujungnya
nampak sedikit di punggung dan dia masih tetap duduk
bersila!
"Paman....!" Tan Siong terkejut bukan main dan cepat
berlutut di dekat tubuh pamannya. Perbuatan tosu itu sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali tak pernah disangkanya, maka dia pun tidak sempat lagi
mencegah bunuh diri itu.
Cui Hong memandang dengan mata terbelalak, mukanya
sebentar pucat sebentar merah antara penasaran, marah dan
kecewa, la pun sama sekali tidak pernah mengira bahwa tosu
itu akan membunuh diri, maka seperti juga Tan Siong, ia tidak
sempat mencegah dan kini hanya berdiri sambil memandang
dengan mata terbelalak.
"Paman, mengapa Paman melakukan perbuatan yang
bodoh ini?" Tan Siong menegur pamannya, tanpa berani
menyentuhnya karena dia melihat bahwa nyawa pamannya
tak mungkin dapat di selamatkan lagi dengan ditembusnya
dada itu dengan pisau.
"Tan Siong..... bunuh diri memang bodoh.... dan dosa.
akan tetapi.... setidaknya pinto dapat menyelamatkan kalian ..
kasihan ia ..... bimbinglah ia.... dengan kasih sayang...." Tosu
itu tidak kuat lagi. Jantungnya tertembus pisau dan dia pun
menjadi lemas, terkulai dan roboh terjengkang. Tan Siong
cepat merangkulnya dan merebahkannya baik-baik.
Tiba-tiba terdengar suara ketawa Cui Hong. Tan Siong
terkejut dan meloncat bangkit, memandang dengan mata
terbelalak. Gadis itu tertawa bebas lepas, sambil menengadah
memandang langit. "Ha-ha-ha-.... habislah sudah mereka!
Ayah, Suheng.... aku telah berhasil membalas dendam,
selesailah sudah tugas hidupku, lenyaplah sudah ganjalan
hatiku, beban yang demikian berat menekan batinku, ha-haha-
hi-hi-hi....!"
Gadis Itu tertawa-tawa seperti orang kemasukan setan
sehingga Tan Siong merasa ngeri. Cui Hong seperti telah
menjadi gila, tawanya bukan tawa seorang wanita normal lagi,
tawa terkekeh-kekeh dan terbahak-bahak. Tan Siong segera
melompat dekat gadis itu dan memegang kedua pundaknya,
diguncang-guncangnya tubuh gadis itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi (Adik Hong)! Sadarlah engkau! Sadarlah...!" Dia
membentak-bentak dan mengguncang-guncang, maklum
bahwa gadis itu dikuasai perasaan yang mengguncang
ingatannya. Maka dia mengerahkan tangannya sehingga
kedua tangannya seperti cengkeraman kuat pada pundak
gadis itu, mengguncang-guncangnya sehingga tubuh Cui Hong
terdorong dan tertarik ke depan belakang.
Tiba-tiba Cui Hong berhenti tertawa, memandang kepada
orang yang memegang kedua pundaknya dengan mata nanar
dan bingung. Akhirnya, kedua matanya normal kembali, tidak
liar seperti tadi.
"Toako..., engkau??"
Cui Hong mendadak menangis, menjatuhkan diri berlutut di
atas tanah. Tangisnya mengguguk, seperti anak kecil.
Kedua punggung tangannya mengusap air mata yang jatuh
bercucuran, pundaknya terguncang dan suara tangisnya
seperti Drang mer intih-rintih, terisak dan tersedu-sedu. Air
matanya bagaikan air bah menerobos bendungannya yang
pecah. Selama bertahun-tahun ini, ia menyimpan saja segala
rasa dukanya, bahkan berusaha sekuat tenaga untuk
melupakan malapetaka yang menimpa dirinya setiap kali ia
teringat akan keadaan d irinya. Hidupnya sebatang kara, tidak
ada keluarga, tidak ada harapan sedikit pun akan dapat
merasakan kebahagiaan hidup masa depan. Namun, selama
ini ia menyembunyikan semua kedukaan dan kecemasan akan
keadaan dirinya di dasar kalbunya dengan cara mencurahkan
seluruh perhatiannya kepada dendam sakit hatinya, kepada
usahanya yang mati-matian untuk membalas dendamnya. Kini
setelah empat orang musuhnya menerima hukuman,
menerima, pembalasan dendamnya dengan setimpal, seolaholah
dendam yang selama ini membendung air bah
kedukaannya, menjadi bobol dan muncullah semua kedukaan
dan kegelisahan yang selama bertahun-tahun mengendap di
dasar batinnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Siong tidak mengerti apa yang terjadi di dalam hati
gadis itu. Dia hanya berdiri bengong memandang gadis yang
menangis tersedu-sedu. Mengapa gadis itu menangis seperti
ditinggal mat i orang yang amat dicintanya? Bukankah
sepatutnya ia bersuka cita karena dendamnya telah terbalas?
Akan tetapi Tan Siong tahu bahwa tangis merupakan saluran
yang amat baik untuk melepaskan perasaan yang meluapluap,
maka dia pun mendiamkannya saja dan membiarkan
gadis itu menangis sepuasnya.
Setelah isak tangis gadis itu agak mereda, barulah Tan
Siong berlutut di depan Cui Hong dan dengan hati-hati dia
berkata lembut.
"Hong-moi, mengapa engkau menangis demikian sedih?"
Tangannya menyentuh lengan Cui Hong, hatinya diliputi
perasaan iba yang mendalam karena dari tangis tadi dia dapat
merasakan bahwa sesungguhnya gadis itu tenggelam ke
dalam kesengsaraan batin yang amat hebat dan lendalam.
Sepasang mata gadis itu merah membengkak, wajahnya
pucat, rambutnya awut-awutan, mukanya masih basah air
mata. Perasaan iba menusuk hati Tan Siong sehingga kedua
tangannya nenggigil ketika dia merangkul gadis itu. "Hongmoi....,
jangan bersedih...."
Bagaikan dipatuk ular, Cui Hdng menarik lengannya yang
disentuh Tan Siong lan melompat bangkit berdiri menjauhi
pemuda itu. Dengan mata merah rnembengkak ia memandang
pumuda itu, terbelalak.
"Jangan! Jangan sentuh aku...! Aku .. aku sudah kotor, aku
sudah ternoda aku bergelimang aib...!" serunya tergagap dan
kembali ia tersedu dan air mata yang agaknya tidak akan
pernah habis itu bercucuran lagi menetes-netes di kedua
pipinya.
Kini baru Tan Siong mengerti mengapa gadis itu menangis
sedih. Dia merasa iba sekali, bangkit berdiri dan suaranya
bergetar penuh keharuan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi... aku cinta padamu... engkau tetap suci dan
mulia bagiku... cinta ku tak berubah sejak pertama kita
bertemu..." Tan Siong melangkah maju menghampiri, hendak
memegang kedua tangan Cui Hong. Gadis itu mengelak dan
mundur menjauh.
"Tidak! Tidak...! Jangan bohong aku tidak percaya! Aku...
aku bukan perawan lagi, aku.... telah ternoda.... kehormatanku
diinjak-injak empat orang laki-laki iblis itu...! Seorang dari
mereka adalah pamanmu sendiri! Aku tidak percaya!" Cui
Hong melompat jauh dan melarikan diri.
"Aku tidak percaya...!" suaranya masih terdengar dari jauh.
"Hong-moi...!"
Tan Siong mengejar, akan tetapi gadis itu sudah jauh dan
terdengar suara bergema. "Jangan kejar.....! Aku tidak sudi
mendengar rayuanmu...!"
Tan Siong menahan kakinya. Dia menghela napas panjang
berulang kali, berdiri dengan muka pucat. Hatinya terasa
pedih dan kosong. Dia harus mengaku dengan jujur kepada
dirinya sendiri bahwa memang ada perasaan hampa dan
kecewa kalau dia mengingat betapa gadis yang dicintanya itu
telah dirusak kehormatannya oleh empat orang laki-laki jahat,
termasuk pamannya sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa Cui
Hong telah berubah menjadi seorang gadis kejam yang
dihantui dendam, bertindak kejam kepada orang-orang yang
dulu memperkosanya. Memang gadis itu t idak membunuh
mereka, akan tetapi penyiksaan yang ia lakukan bahkan lebih
mengerikan daripada kalau ia membunuh mereka sebagai
balas dendam. Empat orang yang dulu memperkosanya itu
dihukumnya dengan amat mengerikan. Pui Ki Cong menjadi
seorang laki-laki cacat dan buruk seperti setan, tidak akan
berguna selama hidup-nya. Demikian pula Koo Cai Sun,
menjadi cacat, tapadaksa yang sudah bukan seperti manusia
normal lagi. Lauw Ti menjadi cacat dan gila. Keadaan mereka
bertiga lebih menyedihkan dan mengerikan daripada kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka mati. Dan pamannya sendiri, orang ke empat yang
dulu memperkosa Cui Hong, terpaksa membunuh diri dengan
perasaan penuh penyesalan. Sungguh pembalasan dendam
Cui Hong itu terlalu kejam.
Kembali Tan Siong menghela napas panjang ketika
terbayang olehnya semua kekejaman yang dilakukan Cui Hong
terhadap orang-orang yang dibencinya, termasuk pamannya.
Akibat kekejamannya itu, bukan hanya empat orang yang
pernah memperkosanya itu yang menderita, terutama yang
tiga orang kecuali pamannya yang sudah tewas. Mereka itu
mati tidak, hidup pun bukan. Apa artinya hidup dalam keadaan
tapadaksa separah itu? Lengan dan kaki patah bahkan ada
yang buntung sehingga tubuh amat sukar bergerak, muka
cacat, ada yang matanya buta, ada yang hidungnya hancur,
pendeknya badan lumpuh sukar bergerak, muka cacat
menjijikkan, batin terguncang sehingga menjadi seperti gila!
Bukan mere ka saja yang menderita hebat bukan kepalang,
melainkan juga keluarga mere ka, anakisteri mereka!
"Aahh, Hong-moi.... betapa kejamnya engkau... dendam
kebencian telah membuat engkau seperti iblis! Akan tetapi, ya
Tuhan, aku cinta padamu, Hong-moi, aku tetap cinta
padamu!" Tan Siong mengeluh lalu pergi dari situ dengan
perasaan hampa. Semangatnya seolah ikut terbang bersama
Cui Hong.
0odwo0
Sudah banyak tercatat dalam sejarah betapa perkaraperkara
besar yang menyangkut bangsa dan negara,
dipengaruhi oleh ambisi pribadi para pemimpinya. Perasaan
dendam, iri, murka, dan keinginan pribadi untuk mereguk
kesenangan melalui kekuasaan dari seorang pemimpin negara
dan para pembantunya, terkadang menyeret bangsa ke dalam
kehancuran.
Seperti tercatat dalam sejarah Negeri Cina, bangsa Cina
tadinya hidup dalam keadaan yang lebih baik di bawah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemerintahan Kerajaan Beng (Terang) dibandingkan dengan
keadaan rakyat di jaman penjajahan Mongol yang mendirikan
Dinasti Goan yang bertahan selama hampir satu abad (1280-
1368). Setelah rakyat Han dapat menggulingkan penjajah
Mongol dan yang berkuasa adalah bangsa sendiri dengan
berdirinya Kerajaan Beng, kehidupan rakyat mulai menjadi
makmur. Akan tetapi, setelah berjaya selama hampir tiga abad
(1368-1644), mulailah pemerintah Beng menjadi lemah sekali
sehingga mengakibatkan rakyat kembali hidup menderita,
bahkan keadaan kehidupan rakyat jelata lebih parah
dibandingkan keadaan ketika dijajah orang Mongol! Hal ini
disebabkan karena Kaisar terakhir Kerajaan Beng yang
bernama Kaisar Cung Ceng (1620-1644) merupakan seorang
kaisar yang lemah dan yang hanya mengejar kesenangan diri
sendiri. Kelemahan ini tentu saja memunculkan banyak
pejabat penjilat, terutama para Thai-kam (orang kebiri, sidasida)
yang berkuasa di dalam istana yang sedianya menjadi
pelayan-pelayan kaisar dan keluarganya. Pada mulanya, Kaisar
mempergunakan tenaga para pria yang dikebiri ini sebagai
pelayan-pelayan dalam istana untuk mencegah terjadinya
perjinaan antara banyak selir dan gadis-gadis dayang istana
dengan para pelayan pria. Karena itu, semua pelayan pria
dikebiri sehingga tidak memungkinkan terjadinya
penyelewengan. Karena para Thaikam ini tidak dapat lagi
berhubungan dengan wanita, maka mereka melampiaskan
semua nafsunya kepada kedudukan dan harta. Mulailah
mereka menggunakan segala daya upaya untuk memperoleh
kekuasaan dan satu-satunya cara untuk mendapatkan
kekuasaan itu adalah mendekati Kaisar dan mengambil hati
Kaisar.
Mungkin karena merasa senasib sependeritaan, para Thaikam
ini kompak sekali dan dapat bekerja sama dengan baik.
Juga mereka biasanya merupakan orang-orang pilihan. Kaisar
tentu saja ingin memiliki pelayan-pelayan dalam istana yang
berwajah tampan, bersih, pandai membawa diri, cerdas dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cekatan. Bahkan banyak di antara mereka yang pandai . ilmu
silat untuk dijadikan pengawal pribadi, menjaga keselamatan
Kaisar sekeluarga. Akan tetapi sebagian besar dari mereka
adalah orang-orang yang terpelajar, ahli sastra. Maka, tidak
mengherankan kalau sekumpulan orang pandai ini mudah
menggunakan kecerdikan mere ka, menguasai politik
pemerintahan dan mempengaruhi Kaisar.
Kaisar Cung Ceng yang memang pada dasarnya lemah itu
seolah menjadi boneka dan menurut saja kepada para Thaikam
pimpinan yang dia anggap sebagai hamba-hamba yang
baik dan setia! Maka, biarpun kekuasaan masih berada di
tangan Kaisar, namun sesungguhnya segala keputusan yang
disahkan dan ditanda tangani Kaisar itu keluar dari pikiran
para Thaikam.
Memang tepatlah pendapat dan ajaran para bijaksana
jaman dahulu bahwa yang terpenting bagi manusia adalah
hidup dalam kebenaran dan kebaikan. Benar dan baik
merupakan syarat bagi manusia untuk dapat hidup
berbahagia. Para bijaksana selalu menasihati keturunan dan
muridnya begini
"Aku tidak ingin melihat kamu menjadi orang kaya raya,
atau menjadi orang pintar, atau menjadi orang berkuasa! Aku
hanya ingin kamu menjadi orang yang baik dan benar! Hanya
orang yang baik dan benarlah menjadi kekasih Thian (Tuhan)
dan menerima kasih karunia dan kebahagiaan dunia dan
akhirat!"
Baik dan benar merupakan dasar bagi ketenteraman dan
kebahagiaan. Orang kaya belum tentu benar, orang pintar
belum tentu benar, orang berkuasa belum tentu benar. Orang
yang baik dan benar tentu merupakan penyalur berkat Tuhan
bagi manusia lain, bagi dunia. Akan tetapi sesungguhnya,
orang kaya, orang pintar, orang berkuasa tanpa didasari sifat
baik dan benar, sering malah mendatangkan malapetaka bagi
manusia dan dunia karena keadaannya itu terkadang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat dia sewenang-wenang, memikirkan kesenangan diri
pribadi saja, bahkan menggunakan kekayaan, kepintaran atau
kekuasaannya untuk menindas orang lain yang dianggap
menjadi penghalang kesenangannya.
Demikianlah keadaan para Thaikam di dalam istana Kaisar
Cung Ceng, pada masa terakhir pemerintah Kerajaan atau
Dinasti Beng. Mereka berdiri dari orang-orang pintar, kaya
raya, dan berkuasa, namun tidak memiliki watak dasar baik
dan benar tadi. Maka sepak terjang dewikz mereka hanya
menimbulkan kesengsaraan bagi negara dan bangsa.
Pemerintahan Kaisar Ceng Cung menjadi lemah, banyak
peraturan yang sewenang-wenang menindas rakyat. Para
pejabat pemerintah yang baik, yang setia, yang ingin
membawa roda pemer intahan melalui jalan yang benar dan
yang menyejahterakan rakyat, menjadi penghalang bagi para
Thaikam dan mereka itu, satu demi satu, disingkirkan dari
jabatannya. Bahkan, yang dianggap berbahaya karena
sikapnya menentang para Thaikam, banyak di antara mereka
bukan hanya dipecat oleh Kaisar atas bujukan para Thaikam,
melainkan dihukum berat dengan tuduhan fitnah
memberontak.
Kalau pemerintah gagal menyejahterakan rakyat, bahkan
menyengsarakan rakyat, maka akibatnya mudah diduga. Di
mana-mana terjadilah pemberontakan.
Muncul orang-orang gagah yang t idak suka dengan
keadaan itu dan mereka ini memiliki banyak pengikut,
membentuk laskar-laskar rakyat dan mulai mengadakan aksi
menentang kerajaan!
Di antara para pemberontak itu, yang paling kuat memiliki
banyak sekali pengikut sehingga namanya terkenal dan
menjadi bagian sejarah, adalah Li Cu Seng. Sebetulnya, Li Cu
Seng tadinya adalah seorang pendekar ahli silat dari dusun,
bukan orang penting dan bukan orang ternama. Namun,
sikapnya yang gagah dan wibawanya yang kuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan ratusan ribu orang yang dengan suka rela
menjadi pengikutnya. Terbentuklah barisan yang kokoh kuat
dan mulailah pasukan Li Cu Seng bergerak. Pendekar yang
berasal dari Propinsi Shensi ini, memimpin laskarnya dan mulai
penyerangannya dari utara dan barat. Pada waktu itu orangorang
Mancu sudah mengembangkan kekuasaannya ke
selatan, namun gerakan mereka itu terbentur dan terhenti
oleh pertahanan pasukan pemer intah Kerajaan Beng yang
berjaga di Tembok Besar yang kokoh itu.
Dalam tahun 1640 Honan terjatuh ke tangan Li Cu Seng,
dan dengan cepat pasukannya bergerak dan menduduki
Propinsi Shensi dan Shansi. Di beberapa daerah ini, jumlah
pengikutnya bertambah dan dia berhasil menghimpun
pasukan yang besar dan kuat. Pemerintahan Kaisar Cung Ceng
yang dipenuhi para Thai-kam dan pejabat tinggi yang korup,
tidak mendapat dukungan rakyat. Bahkan banyak pula
panglima perang yang besar kekuasaannya seolah kurang
mengacuhkan adanya pemberontakan Li Cu Seng yang
semakin mendekati kota raja Peking. Banyak panglima perang
juga sudah muak dengan pemerintahan Kaisar Cung Ceng
yang korup dan dikuasai Thaikam itu. Diam-diam mereka
mengharapkan pergantian pimpinan pada pemerintah Dinasti
Beng.
Di antara para panglima besar ini, yang terkenal adalah
Panglima Bu Sam Kwi. Panglima Bu Sam Kwi memiliki pasukan
yang besar dan kuat dan berkat pertahanannya di Tembok
Besar Sa-hai-koan di mana Tembok Besar sampai di tepi
lautan, maka pasukan Mancu tidak mampu menembus ke
selatan. Panglima Bu Sam Kwi terkenal sebagai seorang
panglima yang pandai memimpin pasukan, dan diam-diam dia
menaruh simpati kepada gerakan Li Cu Seng yang merupakan
seorang Beng-cu (Pemimpin Rakyat) yang berjuang
membebaskan pemer intah dari cengkeraman para pejabat
korup. Maka, Panglima Bu Sam dewi Kzwi seolah-olah
menutup sebelah mata dan pura-pura t idak tahu bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gerakan pemberontakan Li Cu Seng sudah menguasai
beberapa propinsi, bahkan mulai mendekati kota raja Peking!
Pada suatu pagi bulan kedua tahun 1644, tiga orang
penunggang kuda menjalankan kudanya dengan santai di
jalan umum di luar kota raja Peking sebelah barat. Yang
berada di tengah adalah seorang laki-laki berusia sekitar
empat puluh tahun, bertubuh sedang namun tegap dan
gagah, duduk di atas punggung kuda dengan tegak lurus
menunjukkan seorang ahli, wajahnya membayangkan
kegagahan dan kekerasan, sepasang matanya tajam bagaikan
mata burung rajawali, pakaiannya seperti seorang petani
sederhana dan di punggungnya tergantung sebatang pedang.
Dua orang yang menunggang kuda di kanan kirinya adalah
pria-pria berusia sekitar lima puluh tahun, yang seorang
bertubuh tinggi kurus wajahnya seperti tengkorak dan yang ke
dua bertubuh tinggi besar seperti raksasa, wajahnya penuh
brewok menyeramkan. Juga dua orang ini mempunyai senjata
golok yang terselip di punggung mere ka.
Pria yang berada di tengah dan dari sikap kedua orang
pendampingnya mudah diduga bahwa dialah yang menjadi
pemimpin, bukanlah orang biasa. Dialah pende kar Li Cu Seng
yang amat terkenal dan dipuja ratusan ribu orang sebagai
pejuang yang hendak menumbangkan kekuasaan yang
dianggap lalim di Kerajaan Beng. Adapun dua orang
pendampingnya itu adalah dua orang pembantunya yang
setia. Yang seperti raksasa brewok bernama Gu Kam,
sedangkan yang bertubuh tinggi kurus bermuka tengkorak
adalah Giam Tit, sute (adik seperguruan) dari Gu Kam. Kedua
orang ini adalah tokoh-tokoh Bu-tong-pai yang terkenal lihai
ilmu goloknya.
Li Cu Seng adalah seorang pemimpin rakyat yang amat
terkenal dan dia mempunyai pasukan yang amat besar
jumlahnya. Sebagai seorang panglima besar, mengapa dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang berkeliaran di luar kota raja, ditemani dua orang
pembantunya, berpakaian seperti tiga orang desa biasa?
Li Cu Seng, selain lihai ilmu silatnya, juga merupakan
seorang pemimpin barisan yang pandai. Setelah menguasai
beberapa propinsi di barat dan daerah utara, dia memimpin
barisannya menuju kota raja Peking. Dan sebagai seorang ahli
perang vang ulung, kini dia turun tangan sendiri melakukan
penyelidikan di luar benteng kota raja sebelah barat, ditemani
dua orang pembantunya. Dia memang sudah menyebar para
mata-mata dan penyelidik untuk mempelajari kekuatan musuh
di kota raja, akan tetapi dia tidak merasa puas kalau tidak
terjun sendiri melakukan penyelidikan. Di sinilah letak
kekuatan dari Li Cu Seng. Dia teliti dan penuh perhitungan,
melengkapi kekuatan pasukannya dengan kecerdikannya. Dua
kelebihan ini digabung dan mendatangkan keberhasilan
kepadanya.
Karena kini pasukannya sudah siap untuk melakukan
penyerbuan ke kota raja Peking, maka Li Cu Seng, ditemani
dua orang pembantunya yang setia, melakukan pengamatan
sendiri untuk melihat bagaimana kekuatan pasukan kerajaan
yang melakukan penjagaan di kota raja.
Sementara itu, di kota raja sendiri, para panglima yang
masih setia kepada Kaisar Cung Ceng, sibuk melakukan
persiapan untuk mempertahankan kota raja dari ancaman
laskar rakyat pimpinan Li Cu Seng yang sudah menguasai
sebagian besar daerah barat dan utara. Akan tetapi mereka ini
sebagian besar adalah para panglima yang berpihak pada para
Thaikam, para panglima yang memperoleh kedudukan tinggi
karena jasa para Thaikam dan yang mendapatkan pembagian
harta benda yang mereka korup. Karena mereka hanya setia
kepada harta, kedudukan, dan kesenangan, maka tentu saja
mereka juga tidak sepenuh hati membela Kerajaan Beng,
walaupun jumlah pasukan mereka masih cukup banyak dan
kuat.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar Cung Ceng sendiri tidak menyadari bahwa kota raja
sudah terancam oleh laskar rakyat pimpinan Li Cu Seng. Para
Thaikam sengaja menimbuni Kaisar dengan segala macam
pesta dan kesenangan. Akan tetapi mereka juga berusaha
untuk menyelamatkan diri. Mereka menghubungi dan
mengirim sogokan kepada para panglima besar yang bertugas
di perbatasan. Juga Panglima Bu Sam Kwi menerima sogokan
dan hadiah dengan permintaan agar Panglima Bu Sam Kwi
mengirim bala-tentaranya untuk melindungi kota raja dari
ancaman musuh. Akan tetapi, Panglima Bu Sam Kwi yang
memang sudah t idak suka kepada Cung Ceng, tidak
mengacuhkan permintaan itu. Bahkan diam-diam Panglima Bu
Sam Kwi condong mendukung gerakan Li Cu Seng untuk
menumbangkan Kaisar Cung Ceng yang menjadi kaisar
boneka di bawah pengaruh para Thaikam.
Li Cu Seng dan dua orang pembantunya, Cu Kam dan Giam
Tit, terlalu memandang rendah kepada para pimpinan pasukan
pertahanan kota raja. Karena memandang rendah, mereka
menjadi lengah, tidak tahu bahwa rahasia kedatangan mereka
mendekati kota raja telah diketahui mata-mata pasukan
kerajaan! Bagaimanapun juga, di kota raja masih terdapat
panglima tua yang amat setia kepada Kerajaan Beng. Biarpun
mereka juga t idak suka melihat Kaisar dikuasai para Thaikam,
namun mereka tetap setia kepada Dinasti Beng dan siap untuk
membela kerajaan itu mati-matian dengan taruhan nyawa.
Dalam keadaan kota raja terancam bahaya, maka para
panglima yang setia inilah yang mengundang para pendekar
untuk membantu pasukan kerajaan mempertahankan Peking
dari serangan musuh.
Di antara panglima ini terdapat seorang panglima tua, yaitu
Panglima Ciok Kak yang biasa disebut Ciong-goanswe
(Jenderal Ciong). Usianya sudah enam puluh lima tahun,
namun dia masih gagah perkasa, terkenal sebagai seorang
ahli silat dan ahli perang yang berpengalaman. Bahkan dia
mengenal baik para pendekar di dunia kang-ouw karena dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri adalah seorang murid Siauw-lim-pai yang pandai.
Dialah yang mengepalai bagian para penyelidik yang
merupakan bagian penting dari pasukan pertahanan kota raja.
Dia mengundang para pendekar gagah untuk menjadi
penyelidik.
Ciong Goanswe ini yang mengutus tujuh orang pendekar,
dijadikan mata-mata yang melakukan penyelidikan dan
pengawasan di luar kota raja, bersama belasan orang
pendekar lain. Tujuh orang ini melakukan pengamatan di
sebelah barat, luar benteng kota raja. Mereka adalah Su Lok
Bu, seorang murid Siauw-lim-pai yang pandai, juga seorang
pen-siunan perwira kerajaan. Orangnya berusia sekitar lima
puluh dua tahun, bertubuh tinggi besar berkulit hitam,
mukanya penuh brewok dan matanya lebar seperti Panglima
Thio Hwi dalam cerita Sam Kok, dan dia seorang ahli bermain
siang-kiam (sepasang pedang) yang kosen.
Orang ke dua adalah seorang pensiunan perwira pula,
sahabat dari Su Lok Bu sejak muda, bernama Cia Kok Han,
berusia sekitar lima puluh dua tahun pula. Cia Kok Han ini
seorang murid Bu-tong-pai yang terkenal dengan senjata twato
(golok besar). Tubuhnya pendek dengan perut gendut,
kulitnya putih, matanya sipit sekali dan seluruh rambut dan
jenggotnya sudah putih semua.
Kita mengenal Su Lok Bu dan Cia Kok Han ini karena
mereka ini, kurang lebih dua tahun yang lalu, bekerja sebagai
pengawal pribadi Pui Ki Cong atau yang dikenal sebagai Pui
Kongcu (Tuan Muda Pui), yaitu orang pertama yang menjadi
musuh besar Kim Cui Hong dan yang kemudian disiksa sampai
menjadi seorang tapadaksa berat oleh gadis itu yang
membalas dendamnya. Setelah terjadi peristiwa pembalasan
dendam dari Kim Cui Hong terhadap empat orang yang
pernah memperkosa dan menghinanya, yang telah disiksa tiga
orang dan yang seorang membunuh diri, dua orang jagoan ini
segera mengundurkan diri. Mereka berdua adalah pendekar,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tokoh Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai. Setelah mereka
mengetahui duduknya perkara, mereka segera meninggalkan
keluarga bangsawan Pui. Keduanya menyadari bahwa mereka
telah bekerja sebagai pengawal seorang pemuda bangsawan
yang pernah melakukan perbuatan keji terhadap Kim Cui
Hong. Mereka merasa malu dan pergi tanpa pamit.
Kemudian, dua orang sahabat ini mememenuhi panggilan
Jenderal Ciong Kok yang mereka kenal baik, dan mendapat
tugas mengamati keadaan di luar benteng kota raja bagian
barat. Dua orang jagoan ini ditemani oleh lima orang jagoan
lain yang terkenal dengan sebutan Liong-san Ngo-eng (Lima
Pendekar Bukit Naga). Mereka adalah kakak beradik
seperguruan, tokoh-tokoh perguruan silat Liong-san-pai yang
merupakan ahli-ahli silat pedang yang cukup tangguh.
Tujuh orang mata-mata pemerintah ini telah mendapat
berita dari para penyelidik yang membuat pengamatan lebih
jauh dari benteng kota raja bahwa ada tiga orang penunggang
kuda yang pakaiannya seperti penduduk dusun, akan tetapi
cara mereka menunggang kuda dan di punggung mereka
terdapat senjata, menimbulkan dugaan bahwa mereka itu
bukanlah penduduk dusun biasa dan patut dicurigai dan
diselidiki lebih lanjut karena tiga orang penunggang kuda itu
menuju ke arah kota raja.
Demikianlah, karena memandang rendah pertahanan kota
raja Peking, maka pemimpin las kar rakyat Li Cu Seng menjadi
lengah. Ketia dia dan dua orang pembantunya tiba di luar
tembok benteng, di tepi sebuah hutan, mereka menghentikan
kuda mereka. Li Cu Seng memberi isyarat dan dua orang
pembantunya, Cu Kam dan Giam Tit, ikut pula turun dari atas
punggung kuda mereka. Mereka menambatkan kuda di pohon
tepi hutan itu.
"Dari sini kita harus berjalan kaki. Bersikaplah biasa dan
kalau ada pertanyaan, kita mengaku akan mengunjungi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keluarga yang tinggal di kota raja." kata Li Cu Seng dengan
sikap tenang.
Dua orang pembantunya mengerutkan ali dan tampak ragu
dan khawatir.
"Memasuki kota raja?" tanya Gu Kam. "Akan tetapi itu
berbahaya sekali, Li-bengcu (Pemimpin Li)!"
"Hemm, Gu-twako, apakah engkau takut?" Li Cu Seng
bertanya sambil menatap wajah raksasa brewok itu dengan
sinar mata tajam.
"Li-bengcu, engkau tahu bahwa aku tidak pernah takut!"
kata Gu Kam..
"Suheng (Kakak Seperguruan) Gu Kam tentu saja tidak
takut, Li-bengcu. Akan tetapi yang kami khawatirkan adalah
bengcu sendiri. Kalau sampai ketahuan musuh bahwa bengcu
sendiri yang memasuki kota raja, bagaimana mungkin kami
berdua dapat melindungi bengcu dari ser-gapan balatentara
kerajaan yang berkumpul di kota raja?" kata Giam Tit.
Li Cu Seng tersenyum, mengangguk-angguk. Tentu saja dia
tidak pernah meragukan kesetiaan dan kegagahan dua orang
pembantunya ini.
"Gu-twako dan Giam-twako, aku tahu benar bahwa kalian
berdua tidak takut menghadapi apapun juga. Sejak semula
kita semua sudah menyadari bahwa perjuangan ini berarti
mempertaruhkan nyawa kita. Hanya ada dua pilihan, berhasil
atau mati! Karena itu, mengapa kita ragu kalau ada bahaya
menanti dalam kota raja? Kiranya tidak ada yang tahu akan
penyamaran kita bertiga. Kalau ada yang bertanya, jangan
lupa mengatakan bahwa kita datang dari dusun dan hendak
mengunjungi keluarga Panglima Bu Sam Kwi yang tinggal di
kota raja."
"Akan tetapi, apakah bengcu benar-benar mengenal
Jenderal Bu Sam Kwi?" tanya Giam Tit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Cu Seng tersenyum. "Tentu saja aku mengenalnya,
bahkan kami dulu menjadi sahabat baik. Aku akan memakai
nama marga Cu, dan kalian berdua adalah kakak beradik she
(bermarga) Kam. Nah, mari kita memasuki kota raja. Kita
tinggalkan kuda di sini." Mereka bertiga menambatkan kuda
pada batang pohon, akan tetapi melepaskan kendali dari
hidung dan mulut kuda-kuda itu sehingga tiga ekor binatang
itu dapat makan rumput yang tumbuh subur di bawah pohonpohon
itu.
Su Lok Bu dan Cia Kok Han memberi isarat kepada lima
orang Liong-san Ngo-heng untuk mendekat. Mereka bertujuh
lalu berunding.
"Kita belum yakin siapa mereka dan apa niat mereka.
Belum tahu benar apakah mereka itu lawan atau kawan. Maka
kita bayangi saja ke mana mereka pergi. Lihat, mereka bertiga
meninggalkan kuda dan kini berjalan menuju ke pintu gerbang
kota raja. Kita bayangi dari jauh!" bisik Cia Kok Han.
Tujuh orang itu membayangi tiga orang yang berjalan
dengan santai menuju ke pintu gerbang. Setelah tiba di pintu
gerbang, para penjaga pintu gerbang menghadang dan
menghentikan t iga orang itu.
"Berhenti! Kami mendapat tugas untuk memer iksa semua
pendatang yang tidak kami kenal. Hayo katakan, siapa kalian,
datang dari mana dan hendak kemana?" tanya komandan jaga
dengan sikap tegas.
Li Cu Seng melangkah maju dan memberi hormat. "Sobat,
dalam keadaan seperti sekarang ini, memang kalian sebagai
penjaga-penjaga harus teliti dan tegas. Sikapmu ini
mengagumkan dan pasti akan mendapat pujian dari Panglima
Besar Bu Sam Kwi. Kami akan melaporkan ketegasanmu ini
kepada beliau!"
"Panglima Besar Bu Sam Kwi?" Komandan jaga bertanya,
matanya terbelalak. Tentu saja dia tahu siapa Panglima Besar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bu Sam Kwi. Semua orang mengenal panglima besar yang
amat terkenal itu, apalagi perajurlt seperti dia dan kawankawannya.
"Engkau menyebut nama Panglima Besar Bu Sam Kwi?
Apakah kalian bertiga ini perajurit-perajurit anak buah Bu
Thai-ciangkun (Panglima Besar Bu)?"
Li Cu Seng tersenyum, sengaja mengambil sikap angkuh
dan dua orang pembantunya juga mengimbangi sikap ini,
mereka membusungkan dada.
"Perajurlt? Kami adalah perwira-perwira pembantu beliau
yang amat dipercaya sehingga beliau kini mengutus kami
untuk mengunjungi keluarga beliau di kota raja."
Sikap komandan jaga dan anak buahnya yang berjumlah
selosin orang itu berubah. Komandan jaga memandang
hormat. "Ah, maafkan karena kami tidak mengenal sam-wi
(tuan bertiga). Akan tetapi, kalau sam-wi para pembantu
Panglima Besar Bu Sam Kwi, mengapa sam-wi tidak
mengenakan pakaian dinas?"
0ooodwkzooo0
Jilid 11
“IH, kawan. Di luar sana terdapat tt banyak pasukan
pemberontak. Kalau kami memakai pakaian perwira, tentu
kami tidak akan dapat sampai di sini! Kami sengaja menyamar
sebagai petani agar dapat mudah masuk ke kota raja dan
menyampaikan pesan Panglima Besar Bu kepada keluarganya
di kota raja."
"Baiklah, kami percaya. Akan tetapi demi ketertiban, harap
sam-wi memperkenalkan nama sam-wi agar kami catat."
"Aku bermarga Cu, dan dua orang temanku ini adalah
kakak beradik bermarga Kam. Sekarang maafkan kami karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami harus segera menghadap keluarga Panglima Besar Bu
Sam Kwi." kata Li Cu Seng. Para penjaga itu tidak berani lagi
menghalangi dan mereka mempersilakan tiga orang yang
mengaku sebagai perwira-perwira utusan Jenderal Bu
memasuki pintu gerbang kota raja.
Akan tetapi pada saat itu, tujuh orang penunggang kuda
yang berpakaian sebagai perwira datang dari luar. Su Lok Bu
dan Cia Kok Han berlompatan turun dari atas punggung kuda
mereka, diikuti o leh lima orang Liong-san Ngo-eng. Su Lok Bu
dan Cia Kok Han sudah menghadang tiga orang yang baru
hendak memasuki pintu gerbang dan Su Lok Bu, murid Siauwlim-
pai yang bertubuh tinggi besar hitam brewokan itu berkata
dengan suara yang nyaring.
"Harap kalian bertiga berhenti dulu!" seru Su Lok Bu sambil
berdiri tegak di depan tiga orang itu dan mengamati wajah
mereka dengan tajam menyelidik. "Siapakah kalian, datang
dari mana dan hendak ke mana?"
Dengan penuh kewaspadaan namun dengan sikap yang
tenang, Li Cu Seng tersenyum lalu menjawab. "Baru saja para
penjaga pintu gerbang sudah menanyakan hal yang sama
kepada kami sudah kami jawab dengan sejelasnya. Akan
tetapi kalau cu-wi (kalian semua). ingin tahu, boleh kami
ulang jawaban kami. Aku she (bermarga) Cu dan dua orang
temanku ini kakak beradik bermarga Kam. Kami bertiga
datang dari barisan penjaga garis depan di San hai-koan, kami
tiga orang perwira kepercayaan Panglima Besar Bu Sairi Kwi
dan kami diutus oleh Bu Thai-ciangkun untuk mengunjungi
keluarganya di kota raja."
Cia Kok Han yang bertubuh pendek gendut bertanya.
"Maafkan kami, sobat-sobat, kalau kami bersikap teliti. Kalau
kalian bertiga benar perwira pembantu Panglima Besar Bu
Sam Kwi, tolong perlihatkan surat kuasa untuk tanda kalian
agar kami merasa yakin. Juga agar kalian memberi keterangan
mengapa kalian berpakaian seperti petani dusun dan mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pula kalian meninggalkan tiga ekor kuda tunggangan kalian di
hutan itu."
Diam-diam tiga orang pimpinan laskar pemberontak itu
terkejut. Kiranya tujuh orang itu telah mengetahui bahwa
mereka datang berkuda! Ini berarti bahwa sudah sejak jauh
dari situ mereka telah diawasi! Akan tetapi Li Cu Seng yang
cerdik tetap tenang ketika dia menjawab sambil tersenyum.
"Kami kira sebagai perwira-perwira yang berpengalaman,
tentu cu-wi mengerti keadaan kami. Di luar sana terdapat
banyak sekali pasukan pemberontak. Kalau kami mengenakan
pakaian perwira, sudah pasti kami tidak mungkin dapat
sampai di sini dan sudah terbunuh di tengah perjalanan. Kami
sengaja meninggalkan kuda kami di hutan karena kami ingin
agar tidak menarik perhatian karena kami menyamar sebagai
orang desa. Dan tentang surat-surat yang menunjukkan
bahwa kami utusan Panglima Besar Bu Sam Kwi, ah, tentu cuwi
sudah mengetahui. Kami adalah perajurit-perajurit yang
setia sampai mati. Andaikata kami yang melaksanakan tugas
ini harus mati dalam perjalanan, jangan sampai ada yang
mengetahui siapa kami untuk menjaga rahasia pimpinan
kami."
Jawaban yang lancar ini membuat hati Su Lok Bu, Cia Kok
Han dan kelima Liong-san Ngo-heng merasa puas.
"Maafkan kalau kami memer iksa dengan teliti karena kami
tidak ingin kecolongan. Nah, kalau begitu silakan sam-wi
(kalian bertiga) melanjutkan perjalanan ke rumah keluarga
Panglima Besar Bu. Perkenalkan, kami bertujuh adalah para
pembantu Ciong Goan-swe yang juga merupakan rekan dan
sahabat Panglima Besar Bu Sam Kwi. Kami akan melaporkan
kedatangan kalian di kota raja kepada beliau." kata Su Lok Bu.
Diam-diam hati Li Cu Seng terkejut juga. Kalau Jenderal
Cong sendiri yang bertemu dengannya, tentu jenderal itu akan
mengenalnya. Maka dia cepat mengucapkan terima kasih dan
melanjutkan perjalanannya ke dalam kota raja, diikuti oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang pembantunya. Karena Li Cu Seng menduga bahwa
para perwira tadi cerdik dan tentu tidak akan melepaskannya
dari pengawasan begitu saja, maka dia terpaksa mengajak
dua orang temannya menuju ke rumah keluarga Panglima
Besar Bu Sam Kwi, tidak jadi langsung menyelidiki keadaan
dan kekuatan benteng pasukan kerajaan.
Dua orang temannya berbisik, menyatakan
kekhawatirannya kalau mereka mengunjungi keluarga Bu Sam
Kwi. Bagaimana kalau keluarga itu mengenal Li Cu Seng? Pasti
akan gempar dan pasukan datang menangkap mereka. Di
dalam kota raja, mereka bagaikan tiga ekor harimau yang
sudah terjebak dalam ruangan tertutup dan tidak mungkin
dapat lolos!
"Jangan khawatir, tidak ada seorang pun anggauta
keluarga Bu Sam Kwi yang pernah mengena! aku. Bahkan Bu
Sam Kwi sendiri kalau bertemu dengan aku belum tentu dapat
mengenalku. Kami bersahabat ketika kami masih muda,
belasan tahun yang lalu. Jangan khawatir, kita ke sana dan
biarkan aku yang bicara dengan mereka. Setelah ada
kesempatan, baru kita akan berkeliling dalam kota untuk
melakukan penyelidikan."
Tiga orang itu lalu menuju ke rumah besar yang menjadi
tempat tinggal keluarga Panglima Besar Bu Sam Kwi. Tentu
saja mereka sudah tahu di mana rumah itu karena
sebelumnya mereka telah mempelajari keadaan kota raja dari
para penyelidik yang lebih dulu sudah disebar dalam kota raja
Peking. Ketika mere ka sedang berjalan dan tiba di depan
sebuah pasar, seorang pengemis berusia sekitar lima puluh
tahun, berpakaian compang-camping penuh tambalan,
terbungkuk-bungkuk menghampiri mereka dan menyodorkan
sebuah mangkok retak dengan tangan kanannya minta
sedekah (sumbangan). Tangan kirinya memegang sebatang
tongkat hitam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kasihanilah, Tuan, berilah sedikit sumbangan!" kata
pengemis itu dengan suara cukup lantang sehingga terdengar
orang-orang di sekitar tempat itu. Li Cu Seng dan dua orang
pembantunya segera mengenal pengemis ini. Ada belasan
orang anggauta Hek-tung Kai-pang (Perkumpulan Pengemis
Tongkat Hitam), sebuah perkumpulan pengemis yang
mendukung gerakan Li Cu Seng, memang telah menyusup ke
dalam kota raja dan menjadi mata-mata yang melaporkan
keadaan kota raja kepada para pimpinan pemberontak. Maka
Li Cu Seng dan dua orang temannya segera mengeluarkan
uang receh dan memasukkannya ke dalam mangkok retak itu.
Ketika tidak ada orang lain memperhatikan peristiwa biasa dan
wajar ini, si Pengemis berbisik.
"Beng-cu (Pemimpin Rakyat), hati-hati, ada beberapa ekor
serigala membayangi." setelah berbisik demikian, pengemis itu
pergi. Tiba-tiba Li Cu Seng menjatuhkan dua buah uang receh
dan segera membungkuk untuk memungutnya. Kesempatan
ini dia pergunakan untuk melihat ke arah belakangnya dan dia
dapat melihat lima orang menyelinap di antara para
pengunjung pasar dan tahulah dia bahwa mereka itu yang
disebut srigala oleh anggauta Hek-tung Kai-pang itu. Sebutan
srigala berarti mata-mata musuh, atau kaki tangan pasukan
kerajaan.
Li Cu Seng memberi isarat kepada dua orang temannya
untuk berjalan tenang seperti biasa dan dia lalu mengajak
mereka pergi ke gedung keluarga Panglima Bu. Gedung itu
besar dan halaman depannya amat luas. Akan tetapi anehnya,
mereka tidak melihat ada perajurit yang berjaga di gardu
dekat pintu gerbang. Padahal Panglima Bu Sam Kwi adalah
seorang pembesar militer yang memiliki kedudukan tinggi,
bahkan kini pertahanan seluruh balatentara kerajaan untuk
menghadang gerakan orang-orang Mancu berada di tangan
Panglima Bu. Akan tetapi mengapa rumah keluarga panglima
yang berkuasa itu tidak dijaga perajurit? Karena tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang menjaga, tiga orang itu langsung saja memasuki
halaman yang luas menuju ke pendapa gedung besar itu.
Ketika mereka tiba di pendapa, dua orang laki-laki setengah
tua yang berpakaian sebagai pelayan keluar menyambut.
Melihat bahwa yang datang hanya tiga orang laki-laki
berpakaian seperti orang-orang desa, dua orang pelayan itu
mengerutkan alis mereka dan tampak tidak senang.
"Heh, siapa kalian dan mau apa datang ke sini!" seorang di
antara mereka membentak, tampaknya marah.
"Kalau mau minta pekerjaan atau minta sumbangan, kami
tidak dapat membantu dan hayo pergi dari sini!" kata orang
kedua, cak kalah galaknya.
Li Cu Seng dan dua orang pembantunya segera dapat
mengenal dua orang pelayan ini. Dari sikap mereka, tahulah Li
Cu Seng bahwa mereka berdua adalah orang-orang yang suka
menjilat ke atas dan meludah ke bawah, mencari muka
kepada atasan dan menekan kepada bawahan. Dan dia tahu
bahwa Kerajaan Beng kini penuh dengan orang-orang macam
ini. Sebagian besar para pejabatnya adalah penjilat-penjilat
kaisar dan memeras rakyat, merendahkan rakyat, dan
menumpuk harta kekayaan dari hasil memeras rakyat. Karena
para pembesar sebagian besai merupakan penjilat dan
koruptor, maka dia tergerak dan mengerahkan laskar rakyat
untuk memberontak, untuk meruntuhkan kekuasaan para
koruptor itu. Baru dua orang pelayan saja sudah begini
sikapnya. Dia yakin bahwa mereka ini merupakan sebagian
dari anak buah atau pendukung dari para thai-kam yang kini
berkuasa di istana.
Gu Kam dan Giam Tit sudah tidak sabar melihat sikap dua
orang pelayan itu. Gu Kam yang tinggi besar dan brewok itu
melangkah ke depan menghadapi mereka dan berkata dengan
suara keren.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami adalah perwira-perwira utusan Panglima Besar Bu
Sam Kwi! Cepat laporkan kepada keluarga Panglima Bu bahwa
kami diutus untuk bicara dengan keluarga beliau!"
Dua orang pelayan itu saling pandang dan cengar-cengir.
Jelas bahwa mereka tidak percaya dan menghina. "Huh, siapa
percaya?" kata yang seorang.
"Kalian bohong! Hayo pergil Masa ada perwira-perwira
seperti kalian tiga orang desa kotor?"
Gu Kam dan Giam Tit tidak dapat menahan kemarahan
mereka. Sekali bergerak, mereka sudah memegang lengan
kanan dua orang pelayan itu dan begitu mereka mengerahkan
tenaga, terdengar suara "krekk!" dan tulang lengan kanan dua
orang pelayan itu patah! Tentu saja mereka menjerit dan
menyeringai kesakitan.
Tiba-tiba seorang laki-laki yang juga berpakaian sebagai
pelayan muncul dari pintu. Usianya lebih tua dari yang dua
orang itu.
"Eh, ada apakah ini? Siapa kalian bertiga dan mengapa ada
ribut-ribut di sini?"
Karena pelayan satu ini sikapnya sopan dan kata-katanya
juga halus, Li Cu Seng berkata kepada dua orang
pembantunya. "Lepaskan mereka!" kemudian setelah dua
orang pelayan itu dilepaskan dan mereka memegangi lengan
yang patah tulangnya sambil mengaduh-aduh, dia berkata
kepada pelayan ke tiga. "Kami bertiga adalah perwira-perwira
pembantu Panglima Besar Bu Sam Kwi yang diutus datang
menemui keluarga beliau. Kami sengaja menyamar dan dua
orang pelayan ini tidak percaya dan bersikap kurang ajar
kepada kami."
Pelayan tua itu segera membungkuk dengan hormat. "Ah,
kiranya sam-wi adalah perwira-perwira utusan Panglima Besar
Bu! Heh, kalian berdua sungguh tidak tahu aturan. Hayo pergi
ke belakang!" Setelah dua orang pelayan yang patah tulang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lengan kanannya itu sambil merintih pergi, pelayan tua itu lalu
berkata kepada Li Cu Seng.
"Harap Sam-wi Ciangkun (Perwira Bertiga) ketahui bahwa
pada saat ini, anggauta Panglima Besar Bu yang berada di
rumah hanya tinggal Kim Hujin (Nyonya Kim) seorang saja.
Sam-wi Ciangkun tentu mengetahui bahwa semua keluarga
yang lain telah dijemput oleh pasukan utusan Panglima Besar
Bu Sam Kwi beberapa minggu yang lalu dan yang tinggal di
sini sekarang hanya Kim Hujin."
Tentu saja Li Cu Seng tidak mengetahui akan ha l ini, akan
tetapi setelah mengaku sebagai perwira utusan Panglima Bu,
tidak mungkin kalau dia tidak mengetahui!
"Tentu saja kami tahu akan hal itu. Kami memang diutus
untuk menemui Kim Hujin untuk menyampaikan pesan
Panglima Bu."
"Kalau begitu silakan duduk menanti sebentar, saya akan
melaporkan kepada Kim Hujin!" kata pelayan itu, lalu dia
masuk ke dalam gedung. Li Cu Seng dan dua orang temannya
duduk menunggu di atas bangku yang terdapat di pendapa
atau ruangan depan itu.
"Beng-cu, apa yang akan kita katakan kalau berhadapan
dengan Kim Hujin itu?" Ciam Tit berbisik, bingung.
Li Cu Seng memberi isarat dengan pandang matanya agar
dua orang temannya itu memandang ke luar. Ketika keduanya
memandang ke luar, mereka melihat berkelebatnya bayangan
beberapa orang di luar pintu gerbang. Tahulah mereka bahwa
sampai sekarang ada orang-orang yang membayangi mereka
seperti dilaporkan anggauta Hek-tung Kai-pang tadi.
"Jangan khawatir, serahkan saja kepadaku." kata Li Cu
Seng dengan sikap tenang sehingga dua orang pembantunya
merasa agak lega. Mereka percaya sepenuhnya akan
kecerdikan pemimpin mereka ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pelayan tua tadi muncul kembali. "Silakan sam-wi masuk
dan menunggu di ruangan tamu. Kim Hujin akan segera
menemui sam-wi." Dia mengantar tiga orang tamu itu
memasuki ruangan tamu yang luas, bersih dan tertutup.
Agaknya ruangan ini selain menjadi ruangan tamu, juga dapat
dipergunakan untuk ruangan tempat pertemuan penting yang
tak dapat dilihat atau didengar orang luar. Setelah mengajak
tiga orang itu masuk ke dalam ruangan tamu, pelayan itu
keluar lagi dan menutupkan pintu depan dari luar.
Li Cu Seng memberi isarat kepada dua orang pembantunya
untuk mengambil tempat duduk di atas kursi-kursi yang
menghadap kepada sebuah meja di mana terdapat pula
beberapa buah kursi, agaknya biasa menjadi tempat duduk
mereka yang memimpin pertemuan.
Terdengar langkah kaki lembut dari dalam. Mereka bertiga
cepat menengok dan ketika yang memiliki langkah kaki
muncul dari pintu dalam, berdiri di ambang pintu dan
menahan langkahnya lalu memandang kepada mereka bertiga
dengan sinar mata tajam menyelidik, tiga orang itu cepat
bangkit berdiri dan mengangkat kedua tangan depan dada
sebagai penghormatan. Mata tiga orang itu terbelalak heran
dan juga kagum. Sama sekali Li Cu Seng tidak mengira bahwa
yang disebut Nyonya Kim itu adalah seorang wanita yang
demikian muda, dengan kecantikan seorang dewi! Sang Dewi
Kzecantikan sendiri yang agaknya berdiri di situ! Usianya
paling banyak dua puluh lima tahun, masih tampak seperti
gadis belasan tahun, namun sinar mata, senyumnya, dan
sikapnya menunjukkan bahwa wanita ini sudah matang dan
selain pandai membawa diri, juga anggun dan bahkan
bersikap agung seperti seorang puteri istana saja! Rambutnya
hitam subur dan agaknya panjang sekali karena dilipat
menjadi sanggul yang besar ke atas, dihiasi tusuk sanggul
emas permata berbentuk burung Hong (sejenis
Cenderawasih), indah dan tentu mahal sekali. Anak rambut
hitam halus melingkar- lingkar manja di atas dahi dan kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pelipisnya, membuat wajah berbentuk bulat telur itu tampak
semakin putih mulus. Sepasang alis hitam melengkung tanpa
dibuat melindungi sepasang mata bintang yang bersinar tajam
namun lembut dan jernih, dengan bulu mata panjang lentik.
Hidungnya kecil mancung dengan ujung agak menjungat
sehingga mendatangkan kesan lucu. Mulutnya menggairahkan
dengan sepasang bibir yang lunak, tipis namun penuh,
kemerahan kalau bicara bergerak-gerak hidup. Senyumnya
menawan dan kilatan gigi putih rapi berderet teramat manis.
Selain wajah yang amat cantik jelita ini, tubuh wanita itu pun
ramping padat dengan lekuk lengkung sempurna, terbungkus
pakaian dari sutera yang indah. Kakinya memakai sandal b ulu
putih yang bersih, terhias sulaman benang sutera keemasan.
Benar-benar penampilan seorang wanita yang sepantasnya
tinggal di antara awan-awan bersama Kwan Im Pouwsat (Dewi
Maha Kzasih)!
Li Cu Seng adalah seorang pendekar yang tidak termasuk
seorang terpelajar tinggi, lebih tepat disebut seorang ahli silat.
Selama ini dia sibuk dengan perjuangan, hidup di dunia kangouw
(sungai-telaga, dunia persilatan), bahkan tidak
menghiraukan keluarganya, tidak mudah tertarik oleh wanita
cantik. Akan tetapi sekali ini dia merasa seperti mimpi bertemu
seorang dewikz! Inikah yang oleh pe layan disebut Kim Hujin?
Seorang Nyonya? Apakah ia isteri dari Panglima Besar Bu Sam
Kwi?
"Maaf, Nona, kalau kunjungan kami ini mengganggu." kata
Li Cu Seng sambil menatap wajah wanita itu dengan
kekaguman terbuka. Wanita cantikitu tersenyum, bukan oleh
ucapan yang keluar dari mulut laki-laki gagah itu, melainkan
karena ia melihat pandang mata kagum itu. Ah, betapa setiap
orang pria memandangnya seperti itu kalau bertemu
dengannya! Ia sudah terbiasa, akan tetapi biasanya laki-laki
yang memandang kagum mencoba untuk menyembunyikan
kekaguman mereka, tidak seperti laki-laki ini yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperlihatkan kekagumannya secara terbuka. Juga ia geli
mendengar sebutan nona itu.
"Aku bukan nona, melainkan seorang diantara selir-selir
Panglima Besar Bu Sam Kwi." kata wanita itu sambil
tersenyum sehingga wajahnya menjadi semakin menarik.
"Sam-wi (kalian bertiga) siapakah dan benarkah kalian diutus
Panglima Bu untuk berkunjung ke sini?"
"Maafkan kami, Nyonya, kami adalah utusan Panglima Bu.
Saya she Cu dan mereka ini kakak beradik she Kam. Kami
adalah perwira-perwira pembantu Panglima Bu. Kami diutus
mengabarkan bahwa keadaan Panglima Bu di sana baik-baik
saja dan kami disuruh menanyakan keadaan keluarga beliau di
sini."
"Hemm, keluarga Panglima Bu yang tinggal di sini hanya
aku seorang, dan para pelayan. Semua anggauta keluarga
telah diboyong ke San-hai-koan!" wanita itu memandang
tajam penuh selidik.
"Kami mengerti, Toanio (Nyonya Besar)...."
"Hemm, jangan menyebut aku Nyonya besar! Namaku Kim
Lan Hwa dan aku lebih suka disebut Nyonya Kim begitu saja!"
"Baiklah, Nyonya Kim. Kami sudah tahu bahwa sebagian
besar anggauta keluarga Panglima Bu sudah diboyong ke
sana, justeru Panglima Bu menyuruh kami datang
mengunjungimu, Nyonya. Beliau mengkhawatirkan
keadaanmu di sini."
Wajah yang cantik itu berseri, matanya bersina-sinar. "Aih,
Panglima Bu demikian sayang padaku, sungguh membuat aku
merasa bahagia sekali! Memang keadaan di sini.... ah,
bagaimana kalau dua orang temanmu ini disuruh menjaga di
luar kedua pintu depan dan belakang agar jangan ada yang
ikut mendengarkan percakapan kita? Aku mempunyai banyak
hal yang akan kusampaikan kepada Panglima Bu lewat
engkau, Cu sicu (orang gagah Cu)."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Li Cu Seng berkata kepada dua orang pembantunya.
"Kalian berjagalah, seorang di luar pintu depan dan seorang
lagi di luar pintu sebelah dalam itu."
Gu Kam lalu keluar dan berjaga di pintu luar dari mana tadi
mereka masuk, sedangkan Giam Tit berjaga di luar pintu
dalam dari mana tadi Kim Lan Hwa memasuki ruangan tamu.
Setelah kini berada berdua saja dengan Li Cu Seng, Kim
Lan Hwa berkata dengan suara lirih. "Cu-sicu, laporkan kepada
Panglima Bu bahwa keadaan kota raja kini terasa tegang.
Menurut kabar pasukan pemberontak telah mulai menuju ke
kota raja. Sribaginda Kaisar telah memer intahkan semua
pasukan pemerintah ditarik ke kota raja untuk melindungi kota
raja. Bahkan telah dikirim utusan kepada suamiku, Panglima
Bu, agar membawa pasukannya kembali ke sini. Akan tetapi
aku mendengar bahwa Panglima Bu tidak menghiraukan
perintah itu. Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan dan
amarah para Thaikam yang menuduh Panglima Bu sengaja
membiarkan kota raja terancam oleh pasukan pemberontak.
Karena anggauta keluarga Bu hanya tinggal aku seorang di
sini, maka mereka mulai melontarkan kata-kata tidak enak
terhadap aku. Aku takut sekali, Sicu! Apalagi aku mendengar
bahwa pemberontak Li Cu Seng dan anak buahnya yang amat
banyak itu benci sekali kepada para pejabat pemerintah
Kerajaan Beng. Kalau sampai kota raja mereka serbu dan
mereka duduki, tentu bahaya besar mengancam diriku sebagai
seorang selir Panglima Besar Bu Sam Kwi!" Wanita yang cantik
itu mulai gemetar dan tampak sekali ia memang ketakutan.
"Akan tetapi, Nona Kim...."
"Nyonya, bukan Nona..." Kim Lan Hwa memotong.
"Ketika Panglima Bu memboyong semua anggauta keluarga
dari sini ke San-hai-koan, mengapa Nona tidak ikut pergi?"
Mendengar Li Cu Seng kembali menyebut Nona Kim Hwa tidak
perduli lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia menghela napas panjang. "Biarlah aku berterus terang
agar engkau mengerti duduknya perkara, Cu-sicu. Sebetulnya
tidak semestinya hal ini kuceritakan kepada orang lain. Akan
tetapi entah mengapa, aku percaya padamu. Ketahuilah
bahwa dahulu aku adalah seorang penyanyi yang terkenal di
empat propinsi utara. Panglima Bu Sam Kwi mengambil aku
sebagai seorang selir dan semenjak itu, isteri dan para selir
lain dar i Panglima Bu amat membenciku... mungkin karena....
Panglima Bu amat sayang kepadaku.... mereka menjadi iri hati
dan cemburu. Maka ketika Panglima Bu menyuruh pasukan
menjemput keluarganya dari sini dan diboyong ke San-haikoan,
Nyonya Bu mempergunakan kekuasaannya sebagai
isteri pertama, memaksa aku agar tidak ikut dan tinggal di sini
untuk menjaga rumah. Tentu saja mereka berharap agar kalau
pemberontak menyerbu kota raja, aku akan disiksa dan
dibunuh pemberontak yang membenci para bangsawan dan
keluarga mereka. Aih, aku khawatir sekali, Sicu... aku takut
sekali ..." Wanita itu mulai menangis. Rasa takutnya selama
ini, semenjak ditinggalkan seorang diri di gedung itu bersama
sisa para pembantu yang tidak diikutsertakan boyongan ke
San-hai-koan, ia tahan-tahan dan sekarang rasa takut yang
ditahan itu jebol sehingga ia menangis tersedu-sedu,
menutupi mukanya dengan saputangan yang dipegang kedua
tangan.
Li Cu Seng merasa kasihan. Seorang wanita cantik jelita itu
kalau tersenyum, membuat orang lain merasa gembira, akan
tetapi kalau menangis, membuat hati yang keras seperti hati
Li Cu Seng menjadi lunak dan penuh iba! Dia membiarkan saja
wanita itu menangis mengeluarkan segala rasa takut dan
kesedihan bersama air mata. Setelah tangisnya mereda, dia
berkata, "Nona Kim, hentikan tangismu. Jangan takut dan
jangan bersedih. Saya akan melindungimu dari marabahaya!"
Kim Lan Hwa menghapus air matanya dengan sepasang
mata kemerahan dan membengkak ia memandang wajah Li
Cu Seng. "Ah, terima kasih, Cu-sicu, Aku mohon padamu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sicu.... kalau sicu kembali ke San-hai-koan, bawalah aku serta,
Sicu"
Mendengar permintaan ini, bingung juga hati Li Cu Seng.
Tentu saja dia tidak dapat membawa wanita ini, karena dia
sama sekali tidak akan pergi ke San-hai-koan, melainkan
memimpin pasukannya menyerbu ke kota raja!
Melihat keraguan wajah pria itu, Kim Lan Hwa menjulurkan
kedua tangannya dan menyeberangi meja, memegangi lengan
kiri Li Cu Seng. "Bawalah aku, Sicu, dan jangan takut. Akulah
yang akan bertanggung jawab kalau Panglima Bu marah. Dia
tidak mungkin marah padaku, dan dia bahkan akan merasa
senang sekali kalau aku menyusul ke sana. Aku jamin engkau
tidak akan disalahkan, Cu-sicu!"
Li Cu Seng merasa betapa lunak dan hangat jari-jari tangan
yang memegang lengannya itu dan hatinya tergetar. Belum
pernah dia begini terpesona terhadap seorang wanita! Tanpa
disadarinya, tangan kanannya juga ditumpangkan ke atas
tangan wanita itu dan ditekannya dengan penuh perasaan.
"Kalau begitu, baiklah, Nona..."
Pada saat itu, pintu depan terbuka dan Cu Kam menyelinap
masuk bersama seorang laki-laki setengah tua berpakaian
pengemis dan memegang sebatang tongkat hitam. Seorang
anggauta Hek-tung Kai-pang! Wajah pengemis itu tampak
tegang.
"Gu-twako, ada apakah?" Li Cu Seng lupa bahwa tadi dia
memperkenalkan Cu Kam dan Giam Tit sebagai kakak beradik
she Kam karena dia terkejut dan maklum bahwa anggauTa
Hek-tung Kai-pang itu tentu membawa berita yang buruk
maka wajahnya tegang seperti itu.
"Cepat lapor kepada Beng-cu!" kata Cu Kam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengemis itu menghampiri Li Cu Seng dan berbisik. "Bengcu,
tujuh orang perwira tadi menuju ke sini. Agaknya mereka
mencurigai Beng-cu bertiga!"
Li Cu Seng mengerutkan alisnya. "Hmm, kalau begitu cepat
hubungi kawan-kawan dan siap untuk melindungi kami keluar
dari kota raja. Jangan turun tangan dulu sebelum terjadi
perkelahian."
"Baik, Beng-cu." Setelah berkata demikian, dengan gerakan
gesit pengemis itu menyelinap keluar. Gu Kam menutupkan
daun pintu luar itu dari dalam.
Kim Lan Hwa kini bangkit dari kursinya dan menatap tajam
wajah Li Cu Seng, kemudian ia menudingkan telunjuknya ke
arah muka pemimpin pemberontak itu dan berkata gagap,
"Engkau Beng-cu...? Engkau Pemimpin Pemberontak Li I Cu
Seng sendiri...?" mata wanita itu terbelalak dan wajahnya
berubah pucat.
Gu Kam menuju pintu dalam dan memanggil Giam Tit
sehingga kini mereka bertiga berada di ruangan tamu. Li Cu
Seng mengangguk kepada Kim Lan Hwa. Dalam keadaan
seperti itu dia harus tenang namun dapat mengambil
keputusan tepat dan cepat.
"Nona Kim, melihat kenyataan bahwa Panglima Besar Bu
Sam Kwi tidak mau membawa pasukannya ke kota raja untuk
melindungi Kaisar, membuktikan bahwa di antara kami
terdapat persamaan, yaitu kami sama-sama menentang
pemerintah Kerajaan Beng yang brengsek karena Kaisar telah
dikuasai oleh para Thaikam dan pembesar yang korup dan
lalim. Karena itu, keadaan Nona dan kami sama-sama berada
dalam bahaya. Tidak ada pilihan lain bagi Nona kecuali bekerja
sama dengan kami!"
"Bekerja sama bagaimana maksudmu?"
"Begini, Nona. Nona harus melindungi kami agar kami tidak
diganggu dan tidak dikenal para pengawal, kemudian setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita dapat keluar dari kota raja, kami akan melindungi Nona
dari semua bahaya yang mengancam diri Nona."
Kim Lan Hwa mengangguk-angguk.
"Baik... baik aku akan berusaha sedapatku!"
Pada saat itu, terdengar pintu diketuk dari luar dan ketika
pintu dibuka, seorang pelayan tua masuk dan berkata kepada
Kim Lan Hwa. "Kim Hujin, di luar terdapat tujuh orang perwira
yang mohon bicara dengan Hujin."
"Baik, katakan kepada mereka bahwa aku akan segera
keluar menemui mere ka." kata Kim Lan Hwa dengan suara
tegas. Wanita ini sudah dapat menenangkan hatinya dan tidak
tampak ketakutan lagi. Pelayan itu keluar dan Kim Lan Hwa
berkata kepada Li Cu Seng bertiga. "Sam-wi tunggu saja di
sini, aku akan menemui mere ka dan percayalah, sebagai selir
tersayang Panglima Bu Sam Kwi, aku masih disegani para
perwira." Setelah berkata demikian, wanita cantik jelita ini lalu
membereskan wajahnya yang tadi menangis, membedakinya
kembali sehingga wajahnya kembali tampak berseri. Setelah
itu ia keluar dengan langkah gontai dan sikap anggun dan
agung.
Tujuh orang perwira yang duduk menunggu di pendapa itu
adalah Su Lok Bu, Cia Kok Han, dan lima Liong-san Ngo-heng.
Mereka segera bangkit berdiri memberi hormat ketika Kim Lan
Hwa muncul dari pintu dalam dengan sikapnya yang anggun
dan agung. Mereka bertujuh sudah tahu betul siapa wanita
cantik jelita ini. Wanita ini selir tersayang Panglima Besar Bu
Sam Kwi yang tidak ikut diboyong ke San-hai-koan karena ia
menjaga rumah gedung panglima besar itu.
"Maafkan kami, Toa-nio (Nyonya Besar) kalau kami
menganggu. Akan tetapi terpaksa kami datang berkunjung
bertalian dengan tiga orang yang datang ke gedung ini.
Mereka itu amat mencurigakan dan atas perintah Jenderal
Ciong Kak kami diharuskan menahan mereka untuk diperiksa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lebih lanjut. Kalau kemudian ternyata bahwa mereka memang
benar tiga orang perwira pembantu Panglima Besar Bu seperti
yang mereka katakan, tentu kami akan membebaskan mereka
kembali. Kami mohon perkenan Toa-nio untuk menangkap
mereka bertiga."
Kim Lan Hwa mengerutkan alisnya, mukanya berubah
kemerahan, sepasang matanya yang indah itu menyinarkan
kemarahan dan kedua tangannya bertolak pinggang,
memandangi mereka satu demi satu.
"Berani se kali kalian menuduh yang bukan-bukan terhadap
para utusan suamiku, Panglima Besar Bu Sam Kwi? Kalau
kalian tidak percaya kepada mereka bertiga, berarti kalian
tidak percaya kepadaku dan kalau tidak percaya kepadaku,
berarti tidak percaya kepada Panglima Bu! Begitukah? Mereka
bertiga, Perwira Cu dan dua orang Perwira Kam adalah orangorang
kepercayaan suamiku, utusan pribadi Panglima Besar Bu
Sam Kwi yang diutus untuk bicara dengan aku mengenai
urusan keluarga kami. Juga mereka menceritakan bahwa saat
ini, Panglima Besar Bu sedang menyiapkan balatentara untuk
ditarik kembali ke kota raja, melindungi kota raja dari
ancaman serbuan pasukan pemberontak! Dan sekarang kalian
hendak menangkap mereka, seolah-olah para utusan suamiku
itu penjahat-penjahat? Kalau begitu, sebelum kalian
menangkap mereka, tangkaplah aku lebih dulu, biar nanti
Panglima Besar Bu Sam Kwi yang akan memutuskan apa yang
akan dia lakukan sebagai hukuman kepada kalian bertujuh!"
Tujuh orang itu tentu saja terkejut sekali mendengar
ucapan yang bernada marah ini. Melihat betapa selir
tersayang Panglima Bu itu menjamin bahwa tiga orang itu
benar-benar utusan pribadi Panglima Bu, tentu saja mereka
bertujuh percaya.
"Maaf, Toanio. Kami hanya melaksanakan perintah Jenderal
Ciong!" kata Cia Kok Han membela diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus! Kalau begitu, Jenderal Ciong yang akan
menangkap tiga orang utusan pribadi Panglima Besar Bu Sam
Kwi? Berarti Jenderal Ciong sudah berani memberontak
terhadap atasannya? Kalau perlu, suruh Jenderal Ciong bicara
sendiri dengan aku"
Tujuh orang itu kehilangan nyali. Mereka tadinya menaruh
kecurigaan besar terhadap tiga orang itu. Akan tetapi setelah
Kim Lah Hwa bersikap seperti itu, kecurigaan mereka hampir
hilang sama sekali. Kiranya mustahil kalau selir tersayang
Panglima Besar Bu Sam Kwi melindungi mata-mata
pemberontak!
"Baiklah, Toa-nio. Kami tarik kembali keinginan kami
menangkap tiga orang itu. Harap maafkan kesalah-pahaman
kami ini." kata Su Lok Bu dan mereka bertujuh lalu memberi
hormat dan meninggalkan gedung itu.
Ketika wanita cantikitu bicara dengan tujuh orang perwira,
Li Cu Seng bertiga mengintai dari dalam dan mereka sudah
siap siaga kalau-kalau wanita itu melaporkan keadaan mereka
yang sesungguhnya, atau kalau terjadi bahaya mengancam.
Tentu saja mereka akan melawan mati-matian karena kalau Li
Cu Seng sampai tertawan hidup-hidup, berarti dia menyerah
dan ini akan melemahkan semangat laskar rakyat yang
dipimpinnya. Sebaliknya kalau dia melawan sampai mati, hal
ini malah menambah kemarahan para pemberontak terhadap
pemerintah Kerajaan Beng. Akan tetapi, betapa lega dan
girang rasa hati mereka melihat sikap Kim Lan Hwa dan
mendengar ucapannya yang tegas dan berwibawa sehingga
tujuh orang perwira itu menjadi jer ih dan meninggalkan
gedung itu. Untuk sementara mereka aman, akan tetapi rianya
sementara saja. Hal ini mereka ketahui benar.
Ketika Kim Lan Hwa memasuki ruangan tamu kembali, tiga
orang itu bangkit menyambutnya.
"Ah, Nona Kim hebat sekali! Kami sungguh merasa kagum
dan berterima kasih!" kata Li Cu Seng dan kembali dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang dengan kekaguman yang tulus. Akan tetapi Kim
Lan Hwa mengerutkan alisnya.
"Li Beng-cu, sementara ini memang kita aman. Akan tetapi
bagaimana selanjutnya? Apa yang akan kita lakukan
sekarang?"
"Tenanglah, Nona Kim. Mari kita bicarakan dan kita cari
jalan terbaik untuk dapat meloloskan diri dari kota raja. Yang
terpenting, kami bertiga harus dapat keluar tanpa gangguan,
dan juga Nona sendiri agar dapat keluar dari sini kemudian
menyusul keluarga Nona di San-hai-koan. Hal itu merupakan
langkah ke dua. Langkah pertama sekarang bagaimana kita
berempat, yaitu kami dan Nona, dapat meninggalkan kota raja
tanpa halangan."
Mereka berempat bersiam diri, berpikir-pikir. Tiga orang
pria itu t idak bisa mendapatkan ja lan terbaik, maka perhatian
mereka tertuju kepada Kim Lan Hwa. Wanita ini mengerutkan
alisnya dan jalan hilir mudik dalam ruangan yang luas itu.
Tiba-tiba pintu diketuk dari dalam.
"Siapa?" tanya Kim Lan Hwa.
"Hamba mengantarkan minuman, Hu-jin." terdengar suara
pelayan wanita.
"Baik, bawa masuk." kata Kim Lan Hwa.
Pintu terbuka dan seorang pelayan wanita setengah tua
masuk membawa baki terisi seguci arak, empat buah cawan
perak dan beberapa piring makanan kecil. Dengan sikap
hormat pelayan itu meletakkan piring makanan dan guci serta
cawan di atas meja, kemudian ia membungkuk memberi
hormat lalu meninggalkan ruangan tamu itu.
"Mari, silakan makan dan minum arak untuk mengendurkan
ketegangan, perlahan-lahan aku akan mencari akal." kata Kim
Lan Hwa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tanpa sungkan lagi tiga orang itu lalu minum arak dan
makan hidangan kecil itu bersama nyonya rumah.
"Ah, aku tahu caranya!" tiba-tiba Kim Lan Hwa berseru dan
Li Cu Seng memandang dengan wajah berseri.
"Apa yang harus kami lakukan, Nona?"
"Begini, Li Beng-cu, kalian bertiga akan kucarikan pakaian
perwira. Hal ini akan menguatkan kepercayaan mereka bahwa
kalian memang perwira pembantu Panglima Besar Bu Sam
Kwi. Dan sebagai tiga orang perwira, kalian mengawal aku
keluar pintu gerbang kota raja."
"Hemm, gagasan yang baik sekali." kata Li Cu Seng, diamdiam
semakin kagum karena selain cantik jelita, wanita ini pun
cerdik sekali. Tidak mengherankan kalau ia menjadi selir
tersayang dari Bu Sam Kwi. Tiba-tiba timbul rasa iri dalam
hatinya terhadap Bu Sam Kwi!
"Akan tetapi, maafkan pertanyaanku, Nona. Bagaimana
kalau mereka bertanya ke mana kita hendak pergi?" tanya Cu
Kam.
"Tidak akan ada yang berani bertanya kepadaku. Aku naik
kereta, Li Bengcu yang menjadi kusir dan kalian berdua
mengawal kereta. Kalau ada yang berani bertanya, aku dapat
menjawab sesuka hatiku, mungkin pergi berjalan-jalan, atau
pergi berburu, atau bahkan aku dapat mengatakan bahwa aku
akan menyusul suamiku di San-hai-koan. Siapa yang berani
melarangku?"
"Kalau mereka tetap menghalangi?" tanya Li Cu Seng.
Kim Lan Hwa mengangkat kedua pundaknya dan menghela
napas panjang. "Kalau sampai terjadi demikian, aku tidak
dapat berbuat apa-apa lagi. Tinggal terserah kalian bertiga."
"Kalau begitu, kita lawan mati-matian!" kata Giam Tit dan
Gu Kam menyetujui pendapat ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Kim, apakah engkau tidak dapat minta bantuan
pasukan yang setia kepada Panglima Besar Bu Sam Kwi agar
mereka memperkuat pengawalan ketika Nona meninggalkan
kota raja?"
Kim Lan Hwa menggeleng kepala. "Tidak bisa... kalau hal
itu kulakukan, memang ada perwira yang setia akan tetapi
kalau pengawalan pasukan terjadi, hal itu tentu akan
menimbulkan kecurigaan dan akan terjadi pertempuran besar
yang akibatnya bahkan buruk bagi suamiku. Tidak, kurasa
jalan tadi yang terbaik. Mudah-mudahan saja akal kita akan
berhasil baik."
Kim Lan Hwa bekerja cepat. Ia menyuruh orang-orangnya
untuk menyediakan pakaian perwira bagi Li Cu Seng, Gu Kam,
dan Giam Tit. Tiga orang itu lalu mengenakan pakaian perwira
di luar pakaian penyamaran mereka, sedangkan Kim Lan Hwa
memer intahkan pelayan pria untuk mempersiapkan kereta
yang ditarik dua ekor kuda, juga hendak menyediakan dua
ekor kuda untuk Gu Kam dan Giam Tit. Akan tetapi Li Cu Seng
berkata. "Tidak perlu disediakan kuda bagi mereka. Kami telah
meninggalkan tiga ekor kuda kami di dalam hutan di luar pintu
gerbang barat."
Kim Lan Hwa mengumpulkan perhiasan dan beberapa
potong pakaian untuk dibawa pergi. Setelah semua persiapan
selesai, ia memesan kepada para pelayan untuk menjaga
rumah baik-baik karena ia akan pergi menyusul keluarganya
ke San-hai-koan, dikawal tiga orang perwira pembantu
Panglima Besar Bu Sam Kwi itu.
"Mari kita berangkat." katanya kepada tiga orang yang
sudah berubah menjadi perwira-perwira berpakaian indah
membuat mereka tampak gagah. "Hari telah siang jangan
sampai kita kemalaman sebelum jauh dari kota raja."
Wanita itu memasuki kereta dan sengaja tidak menutup
tirainya agar semua orang dapat melihat bahwa yang berada
di dalam kereta adalah ia. Li Cu Seng yang berpakaian perwira
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gagah itu duduk di tempat kusir, memegang kendali kuda, dan
Gu Kam bersama Giam Tit berjalan di belakang kereta sebagai
pengawal. Maka berangkatlah kereta itu keluar dari halaman
gedung tempat t inggal keluarga Panglima Besar Bu,
diantarkan para pelayan sampai di depan pintu gerbang
gedung itu.
-odwo0
Gadis itu sudah dewasa dan matang, usianya sekitar dua
puluh lima tahun. Wajahnya cantik dan lembut, namun sinar
matanya terkadang sayu seperti orang yang menderita luka
dan terkadang tajam lerkilat. Tubuhnya ramping padat, kulitlya
putih mulus kekuningan. Rambut hitam panjang lebat,
dikuncir dua sehingga tampak lucu. Hidungnya kecil mancung,
dagunya runcing dan sebuah tahi lalat kecil di dagu membuat
ia tampak manis sekali. Bibirnya merah basah namun sayang
mulut yang manis itu jarang sekali tersenyum. Ia berjalan
seorang diri di luar kota raja bagian barat. Karena ia tidak
membawa senjata apa pun, maka tentu orang akan
menyangka bahwa ia seorang gadis lemah, walaupun
keadaannya berjalan seorang diri di tempat sepi itu
mengherankan bagi seorang gadis lemah.
Padahal, sesungguhnya gadis ini sama sekali bukan
seorang wanita lemah. Bahkan ia seorang gadis yang amat
lihai, dan pernah menggemparkan kota raja dengan
perbuatannya yang mendirikan bulu roma. Dan tahun yang
lalu, gadis ini telah mengamuk dan membuat putera seorang
kepala jaksa di kota Thian-cin menjadi seorang yang cacat dan
mengerikan karena wajahnya dirusak dan kaki tangannya
menjadi buntung dan lumpuh. Putera jaksa itu bernama Pui Ki
Cong dan bersama dia, dua orang ahli silat yang tangguh juga
dibuat serupa dengan majikan mereka, menjadi cacat dan gila,
tidak seperti manusia lumrah lagi. Yang seorang lagi malah
tewas membunuh diri. Gadis ini adalah Kim Cui Hong, puteri
mendiang guru silat Kim Siok di dusun Ang-ke-bun. Seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah diceritakan di bagian depan kisah ini, ketika ia berusia
enam belas tahun, seorang gadis remaja yang cantik, Kim Cui
Hong diculik dan diperkosa bergantian oleh Pui Ki Cong
bersama tiga orang tukang pukulnya, yaitu Gan Tek Un, Koo
Cai Sun, dan Louw Ti. Bukan hanya perkosaan berulang oleh
empat orang dan penghinaan yang diderita Cui Hong,
melainkan lebih dari itu karena ayahnya, Kim Siok dan
suhengnya, Can Lu San, tewas pula ketika hendak
menolongnya. Mereka berdua tewas di tangan tiga orang
jagoan anak buah Pui Ki Cong itu, tiga orang yang terkenal
dengan julukan Bu-tek Sam-eng (Tiga Pendekar Tanpa
Tanding).
Setelah menderita malapetaka hebat itu, Cui Hong menjadi
murid Toat-beng Hek-mo (Iblis Hitam Pencabut Nyawa),
seorang datuk kang-ouw yang sakit dan ia digembleng selama
tujuh tahun oleh gurunya itu, sehingga Cui Hong, yang
tadinya memang sudah pandai bersilat belajar dari ayahnya,
kini menjadi seorang gadis yang luar biasa lihainya. Akan
tetapi oleh gurunya itu yang setahun lalu telah meninggal
dunia karena usianya yang sudah tua, Cui Hong disuruh
berjanji bahwa ilmunya tidak boleh dipergunakan untuk
membunuh. Akan tetapi, saking demikian mendalam perasaan
dendam dan bencinya kepada musuh-musuh itu, walaupun ia
tidak membunuh mereka, namun ia menyiksa mereka dan
membuat mereka dalam keadaan hidup tidak mati pun tidak,
lebih berat daripada kalau mereka mati. Bahkan seorang di
antara Bu-tek Sam-eng, yang sudah bertaubat dan hidup
sebagai seorang tosu pertapa, membunuh diri karena tidak
ingin melihat Cui Hong bermusuhan dengan keponakannya
sendiri yang hendak melindunginya. Keponakannya itu
bernama Tan Siong, murid Kun-lun-pai yang hidup sebagai
seorang pendekar.
Sebetulnya Tan Siong jatuh cinta kepada Cui Hong, akan
tetapi ketika Cui Hong karena hendak membalas dendam
kepada Gan Tek Un yang sudah menjadi pertapa, yang dulu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga ikut memperkosa dan menghinanya, Tan Siong membela
pamannya dan menghalangi Cui Hong. Melihat ini, dan merasa
menyesal akan dosanya, akan perbuatannya yang teramat keji
terhadap Cui Hong tujuh tahun yang lalu, Gan Tek Un lalu
membunuh diri sehingga tidak terjadi perkelahian antara Cui
Hong dan Tan Siong.
Cui Hong melangkah santai sambil termenung. Ia teringat
akan Tan Siong. Setelah ia berhasil melaksanakan balas
dendam sakit hatinya, Tan Siong menyatakan cintanya
kepadanya. Ia menolak karena merasa dirinya sudah ternoda,
diperkosa empat orang secara keji. Akhirnya ia meninggalkan
Tan Siong walaupun pemuda itu mengaku tetap mencintanya
walaupun ia sudah ternoda.
Cui Hong menghela napas panjang. Selama dua tahun ini ia
merantau di dunia kang-ouw (persilatan), bertindak sebagai
seorang pendekar wanita yang membela kebenaran dan
keadilan, menentang yang jahat seperti pesan ayahnya dahulu
ketika ayahnya mengajarkan silat kepadanya. Dan selama dua
tahun itu, banyak sudah laki-laki yang tertarik dan
menyatakan cinta kepadanya, namun semua itu dito laknya
dengan halus maupun dengan kasar sesuai dengan sikap lakilaki
itu sendiri ketika menyatakan cintanya.
Harus diakuinya bahwa ia tidak dapat melupakan Tan Siong
yang amat baik kepadanya, la tahu bahwa Tan Siong amat
mencintanya, cinta yang tulus. Namun ia sendiri ragu. Ia
sendiri tidak tahu apakah ia juga mencinta Tan Siong. Ia tidak
tahu apakah ia masih dapat mencinta seorang laki-laki setelah
hidup dan kebahagiannya dihancurkan empat orang laki-laki
itu.
Ketika pergolakan terjadi, yaitu adanya pemberontakanpemberontakan
terhadap Kerajaan Beng, terutama sekali yang
digerakkan oleh pemimpin pemberontakan Li Cu Seng, Cui
Hong tidak tahu harus berpihak mana. Ia sendiri sudah
mengalami hal pahit oleh ulah seorang kepala jaksa, yaitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembesar Jaksa Pui dan ia pun dalam perantauannya selama
dua tahun serlngkall bertemu pembesar-pembesar lalim yang
menekan rakyat, yang sewenang-wenang mengandalkan
kekuasaannya, maka ada perasaan tidak suka kepada para
pejabat pemerintah Kerajaan Beng yang pada umumnya
tukang korup dan sewenang-wenang itu. Maka, ketika
mendengar ada pemberontakan terhadap pemerintah
Kerajaan Beng, ia pun tidak begitu mengacuhkan. Akan tetapi,
ia pun melihat betapa banyak pendekar berdatangan ke kota
raja memenuhi undangan Jenderal Ciong Kak untuk
membantu pemerintah memperkuat kota raja menghadapi
ancaman pemberontak. Ia menjadi bimbang dan teringatlah
Cui Hong kepada seorang saudara sepupunya.
Ayahnya, mendiang Kim Siok mempunyai seorang kakak
bernama Kim Tek dan uwanya itu mempunyai seorang anak
perempuan yang sebaya dengannya. Nama saudara
sepupunya itu adalah Kim Lian Hwa. Ia mendengar bahwa
enam tahun yang lalu Kim Lian Hwa diambil sebagai selir oleh
seorang panglima besar Kerajaan Beng yang bernama
Panglima Bu Sam Kwi dan yang kini terkenal sebagai panglima
yang berkuasa memimpin balatentara menjaga di San-haikoan.
la mendengar dari para pendekar bahwa Panglima Bu
Sam Kwi adalah seorang Panglima baik dan setia, dan
dikagumi oleh semua tokoh dan para datuk dunia kang-ouw.
Maka timbul keinginan hatinya untuk mengunjungi saudara
sepupunya itu, dan ia tentu akan mendapat keterangan dan
penggambaran jelas tentang pemberontakan yang dipimpin Li
Cu Seng, nama yang juga dikagumi para pendekar dan
kabarnya bahkan partai-partai persilatan besar mendukung
gerakan Li Cu Seng ini. Maka pada siang hari itu, Kim Cui
Hong berjalan santai seorang diri di luar kota raja sebelah
barat.
Pada saat itu juga, kereta yang ditumpangi Kim Lan Hwa
dikusiri Li Cu Seng dan dikawal Gu Kam dan Giam Tit. Ketika
kereta melalui pintu gerbang, para perajurit penjaga tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berani menghalangi melihat kereta dikusiri dan dikawal tiga
orang perwira. Apalagi ketika melihat kereta yang terbuka
tirainya itu ditumpangi Kim Hujin yang dikenal semua
perajurit, mereka malah segera bersikap tegak dan memberi
hormat.
Kereta keluar dari pintu gerbang, mula-mula dijalankan
perlahan karena dua orang itu mengawal dengan jalan kaki,
akan tetapi setelah agak jauh dari pintu gerbang, Li Cu Seng
menjalankan keretanya lebih cepat. Gu Kam dan Giam Tit
mengikut inya sambil berlari.
Ketika mereka tiba di dekat hutan di mana mereka
meninggalkan kuda mereka, tiba-tiba muncul delapan orang
menghadang di tengah jalan. Terpaksa Li Cu Seng menahan
kuda penarik kereta, dan Kim Lian Hwa menjenguk dari
kereta. Melihat delapan orang perwira berdiri menghadang
dan ternyata mereka adalah tujuh orang yang tadi datang ke
gedungnya ditambah seorang perwira tua lagi, Kim Lan Hwa
berkata dengan suara tegas dan alis berkerut.
"Hei! Kalian ini perwira-perwira yang tidak tahu aturan!
Berani sekali kalian menahan keretaku? Apakah kalian tidak
mengenal aku, isteri Panglima Besar Bu Sam Kwi? Hayo
minggir dan biarkan kami lewat, atau aku akan melaporkan
kekurang-ajaran kalian kepada Panglima Besar Bu!"
"Maafkan kami, Toanio." kata Su Lok Bu yang memimpin
rombongan itu. "Tindakan kami ini justru untuk melindungi
Toanio, karena yang menyamar sebagai perwira pembantu
Panglima Besar Bu Sam Kwi ini adalah pemimpin pemberontak
Li Cu Seng dan dua orang anak buahnya!"
Mendengar ini, wajah Kim Lan Hwa menjadi pucat dan ia
jatuh terhenyak di atas kursi kereta, tidak mampu bicara lagi.
Akan tetapi Li Cu Seng tetap tenang dan dari tempat
duduknya di depan kereta dia berkata dengan lantang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sobat, engkau sungguh lancang sekali menuduh orangl
Kami bertiga adalah perwira-perwira pembantu Panglima
Besar Bu Sam Kwi, bagaimana kalian dapat menuduh kami
pimpinan pemberontak?"
Tiba-tiba perwira tua yang muncul bersama Su Lok Bu, Cia
Kok Han, dan lima Liong-san Ngo-heng berkata sambil
menudingkan telunjuknya ke arah Li Cu Seng.
"Engkau adalah pemimpin pemberontak Li Cu Seng! Aku
pernah melihatmu ketika aku ikut mempertahankan Shen-si
dari serbuanmu. Setelah Shen-si jatuh ke tangan
pemberontak, aku bertugas di sini. Aku tidak lupa, engkaulah
Li Cu Seng!"
"Bohong!" Kim Lan Hwa membentak. "Dia adalah Perwira
Cu, pembantu suamiku Panglima Besar Bu Sam Kwi!"
"Maaf, Toanio. Terpaksa kami akan menangkap tiga orang
ini dan kami bawa kepada Ciong Goan-swe (Jenderal Ciong)
untuk ditelit i lebih dulu!" kata Su Lok Bu. jPerw'ra yang
bertubuh tinggi besar berkulit hitam, bermata lebar dan
mukanya penuh brewokitu telah mencabut siang-kiam
(sepasang pedang) dari pinggangnya. Cia Kok Han, perwira
sebaya Su Lok Bu, berusia lima puluh dua tahun, bertubuh
pendek gendut, berkulit putih dan matanya sipit, rambut dan
jenggotnya sudah putih semua, juga sudah mencabut
sebatang golok besar yang berat. Su Lok Bu adalah seorang
jagoan murid Siauw-lim-pai, sedangkan Cia Kok Han adalah
seorang tokoh Bu tong pai tentu saja mereka berdua ini
memiliki kepandaian tinggi. Lima orang Liong-san Ngo-heng
juga mencabut pedang mereka. Tidak ketinggalan perwira tua
yang mengenal Li Cu Seng itu pun mencabut pedangnya. '
Delapan orang itu siap untuk menyerang.
"Li Cu. Seng!" bentak Su Lok Bu sambil menudingkan
pedang kanannya. "Menyerahlah kalian bertiga agar kami
tidak perlu menggunakan kekerasan!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena merasa percuma menyangkal karena perwira tua itu
telah mengenalnya, Li Cu Seng melompat turun dari atas
kereta sambil memberi isarat kepada dua orang pembantunya,
mereka bertiga lalu merenggut lepas pakaian perwira yang
mereka pakai menutupi pakaian mereka yang biasa, dan
mencabut senjata masing-masing.
"Aku adalah Li Cu Seng! Kami bertiga pimpinan laskar
rakyat dan tidak mudah untuk menangkap kami!" kata Li Cu
Seng. Sementara itu, Gu Kam dan Ciam Tit sudah memasang
kuda-kuda dengan golok di tangan kanan. Melihat sepasang
kuda-kuda itu, Cia Kok Han berseru heran dan marah.
"Kalian adalah murid-murid Bu-tong-pail Sungguh
memalukan murid Bu-tong-pai menjadi pemberontak!"
"Hemm, kuda-kudamu adalah pembukaan ilmu golok Butong-
pai pula! Kami membantu para pejuang untuk
merobohkan kekuasaan kaisar lalim yang menjadi boneka para
Thaikam. Engkau lebih memalukan merendahkan diri menjadi
anjing para Thaikam yang korup dan jahat!" bentak Gu Kam.
Mendengar ini, Cia Kok Han menjadi marah sekali dan dia
sudah menggerakkan golok besarnya menyerang Gu Kam.
Pembantu Li Cu Seng ini pun menyambut dengan goloknya.
"Tranggg!" Bunga api berpijar ketika dua batang golok
beradu dan mereka merasa betapa tangan mereka tergetar,
tanda bahwa tenaga mereka seimbang. Mereka lalu saling
serang dengan seru dan mati-mat ian.
Su Lok Bu juga sudah menggerakkan sepasang pedangnya
menyerang Giam Tit yang cepat memutar goloknya untuk
menangkis dan balas menyerang. Kedua orang ini pun segera
terlibat dalam per kelahian yang seru.
Liong-san Ngo-eng ketika mendengar bahwa laki-laki tinggi
tegap yang tampan gagah itu adalah pimpinan pemberontak Li
Cu Seng, segera bergerak maju dan mengeroyok. Mereka
mencabut pedang dan segera mengatur gerakan, lambatTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
lambat mereka melangkah mengitari Li Cu Seng dengan
berbagai kuda-kuda. Melihat gerakan mereka ini, Li Cu Seng
waspada. Dia tahu bahwa lima orang itu membentuk sebuah
kiam-tin (barisan pedang) yang berbahaya sekali. Cepat dia
pun memutar pedangnya dan berusaha membobol kepungan
itu dengan menyerang orang yang berada di depannya,
menusukkan pedangnya dengan pengerahan tenaga sakti.
"Tranggg...!" Bukan hanya pedang lawan yang dia serang
itu yang menangkis, melainkan juga orang di sebelah kirinya
sehingga ada dua pedang yang menangkis, lalu pada saat
yang bersamaan, orang di sebelah kanannya menyerang
dengan bacokan pedang sehingga Li Cu Seng harus cepat
mengelak. Benarlah dugaannya. Lima orang itu membentuk
barisan pedang yang luar biasa tangguhnya. Setelah saling
serang beberapa lamanya, tahulah Li Cu Seng bahwa lima
orang itu membentuk Ngo-heng Kiam-tin (Barisan Pedang
Lima Unsur) yang amat berbahaya dan amat tangguh. Seperti
juga unsur Ngo-heng, yaitu Air-Kayu-Api-Tanah-Logam, lima
orang itu saling mengisi dan saling menghidupkan atau
menunjang. Air menghidupkan Kayu, Kayu menghidupkan Api,
Api menghidupkan Tanah, Tanah menghidupkan Logam dan
Logam menghidupkan Air. Maka, setiap kali Li Cu Seng
menyerang seorang lawan, ada orang lain yang bantu
menangkis atau melindunginya dan orang lain pula
menyerangnya. Semua ini dilakukan secara tertatur sekali
sehingga pertahanan mereka amat kuat, juga mereka dapat
menyerang secara bertubi-tubi. Tak lama kemudian Li Cu Seng
menjadi kewalahan juga. Dia memang seorang pemimpin
perjuangan yang gigih dan pandai, pandai mengatur pasukan,
membentuk barisan-barisan yang kuat, namun ilmu silatnya
tidaklah terlalu tinggi sehingga kini menghadapi Ngo-heng
Kiam-tin dari Liong-san Ngo-eng, Li Cu Seng terdesak hebat.
Melihat betapa usaha mereka melarikan diri ketahuan dan
kini tiga orang pimpinan pemberontakitu dikeroyok, Kim Lan
Hwa menjadi bingung. Ia hendak turun dari kereta dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melarikan diri, kembali ke kota raja. Akan tetapi tiba-tiba
perwira tua itu sudah menghadang di luar kereta sambil
menodongkan pedangnya
"Toanio terlibat dengan para pemberontak, harap tidak
meninggalkan kereta." katanya.
Kim Lan Hwa terpaksa duduk kembali. Kini, wanita
bangsawan ini tidak dapat lagi menggunakan gertakan karena
keadaan Li Cu Seng sudah ketahuan dan ini berarti bahwa ia
mempunyai hubungan dengan pimpinan pemberontakan itu!
Tiba-tiba tampak bayangan berkelebat dan tahu-tahu
seorang gadis cantik sudah berdiri dekat kereta.
"Enci Kim Lan Hwa, jangan khawatir, aku datang
melindungimu!"
Kim Lan Hwa terbelalak memandang gadis itu dan ia
berseru girang. "Cui Hong!"
Perwira tua yang tadi menodongkan pedangnya, kini
membalik dan menyerang Cui Hong dengan pedangnya. Akan
tetapi Cui Hong yang hanya memegang sebatang ranting,
dengan mudah mengelak dan sekali ranting itu berkelebat,
jalan darah di pundak perwira itu telah tertotok, sehingga
lengan kanannya lumpuh dan pedangnya terlepas dari
pegangan. Kaki kiri Cui Hong menendang.
"Bukk...!" Perut perwira itu tertendang sehingga tubuhnya
terpental dan dia roboh pingsan!
"Adik Cui Hong, cepat engkau bantu mereka!" Kini Kim Lan
Hwa menunjuk ke arah Li Cu Seng yang masih kerepotan
dikeroyok lima orang itu. Sedangkan dua orang pembantunya,
Gu Kam dan Giam Tit, juga masih bertanding seru dengan
lawan masing-masing. Kim Lan Hwa tadi segera mengenal Kim
Cui Hong, puteri pamannya. Ia sudah mendengar tentang
nasib Cui Hong yang malang dan sudah mendengar pula
betapa kini Cui Hong menjadi seorang wanita yang tinggi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali ilmu silatnya sehingga mereka yang menjadi musuhmusuhnya,
yang membunuh ayah dan suhengnya, yang
memperkosa dan menghinanya, semua telah dihukumnya
secara mengerikan. Karena yang disiksanya itu putera jaksa
tinggi dan orang-orangnya, maka tentu saja Kim Cui Hong
menjadi orang buruan pemerintah. Tentu saja yang
memburunya adalah para penjahat yang menjadi kawankawan
pembesar itu. Maka, kemunculan Cui Hong yang lihai
itu menggirangkan hati Kim Lan Hwa.
Seperti kita ketahui, secara kebetulan pada siang hari itu
Cui Hong sedang berjalan menuju kota raja untuk
mengunjungi saudara sepupunya, yaitu Kim Lan Hwa. Sama
sekali tidak disangkanya ia akan bertemu dengan wanita itu di
dekat hutan. Melihat perkelahian itu, tadinya ia ragu karena ia
tidak tahu akan urusannya. Akan tetapi ketika mengenali Su
Lok Bu dan Cia Kok Han yang dulu pemah menjadi jagoan
Tuan Muda Pui Ki Cong, ia t idak ragu lagi harus membantu
pihak mana. Sudah pasti pihak dua orang bekas kaki tangan
Pui Ki Cong itu yang tidak benar. Juga melihat Kim Lan Hwa
yang duduk di kereta ditodong seorang perwira, ia cepat turun
tangan membereskan perwira itu. Setelah Kim Lan Hwa minta
kepadanya untuk membantu, Cui Hong kembali meragu. Siapa
yang harus dibantunya? Jangan-jangan dua orang bekas anak
buah Pui Kongcu itu berada di pihak Kim Lan Hwa. Saudara
sepupunya ini adalah isteri seorang panglima, maka tidak
aneh kalau dua orang itu kini menjadi pengawalnya.
"Enci Lan Hwa, siapa yang harus kubantu? Perwira itukah?"
tanyanya ragu.
"Bukan! Merekalah yang hendak menangkap a ku. Bantulah
tiga orang pendekar itu!"
Pada saat itu, Su Lok Bu mengeluarkan bunyi siulian
nyaring dan bermuncul-lanlah dua losin perajurit! Tadinya, dia
memandar rendah tiga orang itu dan merasa yakin akan dapat
mengalahkan mere ka. Akan tetapi setelah mendapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kenyataan betapa lihainya mereka, dan melihat pula
munculnya seorang gadis cantik memegang ranting yang
membuat wajahnya pucat dan jantungnya berdebar, dia cepat
memberi isarat memanggil pasukannya yang tadi sudah siap
menanti perintah ini. Su Lok Bu mengenal Kim Cui Hong! Juga
Cia Kok Han mengenalnya sehingga dua orang ini menjadi
jerih sekali karena mereka maklum betapa lihainya gadis itu.
Cui Hong sudah menerjang dengan rantingnya. Ia melihat
betapa seorang di antara tiga pendekar yang dikeroyokitu
kewalahan menghadapi barisan pedang lima orang yang lihai.
Ia menyerang dan karena ia menyerang dari luar kepungan,
tentu saja yang diserangnya membalik untuk membela diri
dan kepungan itu menjadi kacau. Melihat kehebatan gerakan
ranting di tangan Cui Hong, dua orang dari lima anggauta
kiam-tin itu terpaksa menghadapinya sehingga Li Cu Seng
hanya dikeroyok oleh tiga orang. Tentu saja hal ini membuat
dia tidak terdesak lagi.
Barisan pedang itu berusaha untuk memancing Cui Hong ke
dalam kepungan. Biarpun ada dua orang, kalau keduanya
dapat mereka kepung dalam barisan pedang mereka, tentu
mereka berlima dapat mendesak dan mengalahkannya. Akan
tetapi Cui Hong tidak dapat dipancing. Ia tetap saja bergerak
di luar kepungan dan Li Seng bergerak di dalam kepungan.
Akan tetapi, tidak terlalu lama Li Cu Seng dan Kim Cui Hong
membuat lima orang Liong-san Ngo-eng terdesak karena Su
Lok Bu telah meniup peluitnya dan dua losin perajurit itu
datang menyerbu. Segera empat orang itu, Li Cu Seng, Kim
Cui Hong, Cu Kam, dan Ciam Tit menghadapi pengeroyokan
banyak orang. Tujuh jagoan ditambah dua puluh empat orang
perajurit. Orang yang tadi dirobohkan Cui Hong masih belum
dapat ikut mengeroyok.
Melihat empat orang itu dikeroyok demikian banyak
perajurit, Kim Lan Hwa menjadi khawatir sekali. Kalau mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu roboh, ia sendiri tentu akan ditangkap dan dituduh
bersekutu dengan para pimpinan pemberontak!
Sementara itu, Su Lok Bu dan Cia Kok Han, dibantu belasan
orang perajurit, sudah mengepung Cui Hong.
"Kim Cui Hong iblis betina! Sekarang engkau akan menebus
semua dosa kekejamanmu dulu!" bentak Su Lok Bu. "Engkau
ikut menjadi seorang pemberontak!"
Cui Hong mengelebatkan rantingnya. "Huh, kiranya engkau
anjing-anjing penjilat pembesar korup dan laknat, sampai
sekarang tetap saja menjadi anjing penjilat!"
Empat orang itu tentu saja terdesak hebat karena
dikeroyok terlalu banyak orang. Memang mereka masingmasing
sudah merobohkan dua orang pengeroyok, namun
pihak musuh terlalu banyak sehingga keselamatan mereka
terancam dan gawat sekali. Selain untuk melarikan diri tidak
mungkin karena mereka dikepung banyak orang, juga bukan
watak Li Cu Seng untuk lari meninggalkan kawan-kawannya.
Dia pun bertanggung jawab atas keselamatan Kini Lan Hwa
karena bagaimanapun juga, wanita selir Panglima Bu Sam Kwi
itu sudah berjasa menolong dia bertiga keluar dari kota raja.
Kalau kini dia dan dua orang anak buahnya melarikan diri
meninggalkan Kim Lan Hwa dan gadis perkasa yang kini
membantu mere ka, dunia akan mencemoohkan nama mereka
sebagai pengecut-pengecut yang tidak mengenal budi! Lebih
baik mati daripada dianggap pengecut.
O0dw0O
Jilid 12
PADA saat yang amat gawat itu, tiba-tiba terdengar soraksorai
dan muncullah puluhan orang berpakaian pengemis yang
membawa tongkat hitam menyerbu ke tempat pertempuran.
Mereka itu adalah para anggauta Hek-tung Kai-pang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka segera menyerang para peraju-rit kerajaan dengan
permainan tongkat mereka yang lihai! Jumlah para anggauta
Hek-tung Kai-pang itu tidak kurang dari empat puluh orang
dan mereka itu rata-rata memiliki ilmu tongkat yang lihai,
yang merupakan ilmu istimewa dari Hek-tung Kai-pang. Kini
keadaannya menjadi terbalik. Para perajurit terdesak hebat,
banyak di antara mereka yang sudah roboh.
Cui Hong mengamuk. Dengan bantuan banyak anggauta
Hek-tung Kai-pang, ia mendesak Su Lok Bu dan Cia Kok Han
dengan ranting di tangannya. Pada saat yang tepat ia berhasil
menendang roboh Su Lok Bu dan tangan kirinya menampar
dan mengenai pundak Cia Kok Han sehingga dua orang ini
terpelanting. Akan tetapi mereka dapat melompat bangkit dan
bersama Liong-san Ngo-eng, mereka tanpa malu-malu lagi
melarikan diri karena makium bahwa kalau mereka nekat
melawan, akhirnya mereka tentu akan tewas. Sisa para
perajurit yang belum roboh juga melarikan diri.
Li Cu Seng lalu meneriaki para anggauta Hek-tung Kai-pang
untuk membubarkan diri. "Tidak perlu lagi kalian semua
kembali ke kotaraja, cukup beberapa orang saja dengan
menyamar sebaiknya dan kalian bersiaplah karena penyerbuan
akan segera dilakukan. Nona Kim, terpaksa engkau harus ikut
dulu dengan kami karena kami tidak mempunyai waktu
mengantar Nona ke San-hai-koan."
"Hong-moi (Adik Hong), naiklah dan temani aku!" kata Kim
Lan Hwa kepada Cui Hong. Gadis itu pun tidak menolak dan
tanpa banyak cakap ia memasuki kereta dan duduk di
samping selir panglima besar itu. Karena keadaan mendesak,
yaitu para perwira kerajaan tadi tentu akan cepat datang lagi
membawa pasukan besar, maka Cui Hong juga tidak ada
waktu lagi untuk bercakap-cakap. Kereta segera dilarikan oleh
Li Cu Seng. Gu Kam dan Giam Tit menunggangi kuda mereka
dan mereka membalap menuju daerah barat yang sudah
dikuasai pasukan rakyat pimpinan Li Cu Seng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah kereta berjaian dan mereka duduk bersanding di
dalam kereta, barulah Kim Cui Hong yang tangannya dipegang
oleh Kim Lan Hwa yang gemetaran itu berkata.
"Enci Lan, apakah artinya semua ini? Engkau adalah isteri
seorang panglima besar, mengapa engkau malah bersama tiga
orang yang dikeroyok para perajurit itu? Mengapa pasukan
kerajaan malah mengganggumu? Dan siapakah tiga orang
itu?"
"Panjang ceritanya, Hong-moi. Ketahuilah bahwa suamiku,
Panglima Bu, kini berada di San-hai-koan memimpin pasukan
menjaga tapal batas di timur-laut itu. Semua anggauta
keluarganya telah diboyong pula ke sana. Hanya aku seorang
diri yang tinggal di gedungnya di kota raja."
"Akan tetapi mengapa, Lan-ci (Kakak Lan)? Mengapa
engkau tidak ikut puia di boyong ke sana?"
Kim Lan mengheia napas panjang. "Ahh, semenjak aku
diambil menjadi selir Panglima Besar Bu Sam Kwi, hidupku
amat pahit, Hong-moi." katanya dengan nada sedih.
Cui Hong mengerutkan aiisnya dan memandang wajah
yang cantikitu dengan heran. Seingatnya, ketika terjadi
malapetaka menimpa dirinya, yaitu ketika ia berusia sekitar
enam belas tahun, kurang lebih sembilan tahun yang laiu,
saudara sepupunya ini menjadi seorang penyanyi yang amat
terkenal. Hidupnya serba kecukupan, mewah, dan dikagumi
banyak orang. Ketika itu, ia tidak mendengar berita apa pun
tentang Kim Lan Hwa, apalagi setalah peristiwa menyedihkan
menimpa dirinya, ia lalu menghilang dari dunia ramai, menjadi
murid Toat-beng Hek-mo selama tujuh tahun. Setelah tamat
belajar dan terjun ke dunia ramai lagi, ia pernah mendengar
bahwa Kim Lan Hwa telah menjadi selir Panglima Besar Bu
Sam Kwi dan tentu saja ia menganggap saudara misannya itu
hidup daiam kemuliaan. Tentu saja ia merasa heran
mendengar ucapan wanita itu bahwa setelah menjadi
panglima besar, hidupnya amat pahit!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi, aku mendengar bahwa engkau menjadi selir yang
paling disayang oleh Panglima Besar Bu Sam Kwi! Bagaimana
engkau dapat mengatakan bahwa engkau hidup pahit, berarti
tidak berbahagia?"
"Justru kenyataan itulah yang menyebabkan hidupku terasa
sakit, Hong-moi. Memang, Panglima Bu amat sayang
kepadaku, akan tetapi hal itu justru membuat seluruh keluarga
Pangiima Bu, terutama isteri dan para selirnya, merasa iri dan
tidak suka kepadaku, bahkan mereka diam-diam amat
membenciku! Aku hidup seperti dikelilingi musuh-musuh,
Hong-moi. Bagaimana aku dapat hidup senang? Padahal,
sebelum aku menjadi selir Panglima Bu, dan hidup sebagai
seorang penyanyi, semua orang sayang dan memujiku. Ah,
ketika itu aku hidup berbahagia, akan tetapi setelah menjadi
selir Panglima Bu, aku hidup sengsara walaupun berada dalam
gedung besar dan serba mewah dan kecukupan." Wanita itu
lalu menangis perlahan.
"Akan tetapi, Lan-ci, mengapa engkau perdulikan mereka
semua itu? Yang terpenting suamimu. Kalau engkau
mencintanya dan dicinta olehnya, hal-hal lain dan sikap orangorang
lain tidak perlu diperdulikan."
Kim Lan Hwa menyusut air matanya dan menghentikan
tangisnya. "Engkau tidak tahu, Hong-moi. Justru itu yang
pertama-tama membuat aku tidak berbahagia. Aku sama
sekali tidak mencinta laki-laki yang menjadi suamiku. Ketika
Panglima Besar Bu mengambil aku sebagai selir, siapa yang
berani menghalanginya? Aku pun tentu saja tidak berani
menolak. Aku hanya mengharapkan agar dapat hidup
berbahagia di sampingnya karena aku mendengar bahwa
Panglima Bu adalah seorang yang baik dan adil. Akan tetapi
kenyataannya, aku tidak dapat mencintanya. Hal itu mestinya
masih dapat kupertahankan karena dia memang amat baik
dan sayang kepadaku, akan tetapi setelah semua anggauta
keluarga membenciku, aku merasa seolah hidup dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
neraka. Bahkan, ketika Panglima Bu mengirim pasukan
menjemput keluarganya, isteri dan para selirnya meninggalkan
aku dengan alasan agar aku menjaga gedung keluarga kami."
Kim Cui Hong mengangguk-angguk. Kini ia baru mengerti
an dapat membayangkan betapa tidak enaknya hidup seperti
saudara sepupunya itu. Menjadi isteri seorang laki-laki yang
tidak dicintainya, malah dibenci oleh semua keluarga yang
merasa iri. Tentu setiap saat bertemu dengan pandang mata
membenci dan muiut cemberut, suara-suara yang
mencemoohkan dan memanaskan hati!
"Kemudian apa yang terjadi maka engkau dapat berada di
tempat pertempuran tadi, Enci Lan?"
"Pagi tadi datang tiga orang berpakaian petani yang
mengaku perwira-perwira utusan Panglima Bu yang menyamar
untuk mengunjungi aku. Akan tetapi kemudian ternyata
mereka itu adalah para pemimpin laskar rakyat yang
memberontak."
"Ah...l" Kim Cui Hong terkejut. "Laskar rakyat yang
dipimpin Li Cu Seng yang terkenal itu?"
Kim Lan Hwa mengangguk dan menunjuk ke arah
punggung kusir kereta. "Dialah Li Cu Seng sendiri! Dan dua
orang pengawal itu para pembantunya!"
"Ahh...!" Cui flong terkejut dan tubuhnya menegang, siap
menghadapi musuh.
Tanpa menoleh, Li Cu Seng yang sejak tadi mendengarkan,
berkata, "Nona, jangan kaget dan khawatir. Kami adalah
sahabat dan pelindung rakyat. Musuh kami hanyalah
pemerintah Kerajaan Beng yang dipimpin pembesar-pembesar
korup dan lalim. Kami berjuang demi kepentingan rakyat!"
"Dia benar, Hong-moi. Engkau sendiri tentu sudah
mendengar betapa laskar rakyat yang membebaskan banyak
propinsi di daerah barat dan utara itu selalu disambut dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gembira oleh rakyat yang mendukung mere ka. Bahkan aku
mendengar bahwa ketika Kaisar minta bantuan kepada
Panglima Bu untuk mengirim pasukan mempertahankan kota
raja, Panglima Bu menolak. Agaknya Panglima Bu sendiri
melihat kelaliman Kaisar yang dipengaruhi dan dikuasai para
Thaikam. Karena itulah, maka kami saling berjanji. Aku
membantu Li Bengcu (Pemimpin Rakyat Lu) dan dua orang
pembantunya keluar dari kota raja, dan dia akan membantu
aku, mengantarkan aku pergi ke San-hai-koan menyusul
Panglima Bu. Kami berhasil keluar dari pintu gerbang, akan
tetapi setelah tiba di sini mereka tadi menghadang dan
hendak menangkap kami. Lalu engkau muncul dan juga para
pengemis tadi datang membantu sehingga musuh dapat diusir
pergi."
"Mereka bukan pengemis-pengemis biasa, Nona Kim.
Mereka adalah anggauta-anggauta Hek-tung Kai-pang yang
gagah perkasa dan membantu perjuangan kami." Kata Li Cu
Seng.
"Hong-moi, engkau sudah mendengar semua riwayat dan
pengalamanku. Sekarang ceritakanlah padaku, kemana saja
selama ini engkau menghilang? Aku mendengar akan semua
sepak terjangmu, ketika engkau menghukum Pui Kongcu
(Tuan Muda Pui) putera Jaksa Pui yang korup dan sewenangwenang
itu, juga para jagoannya. Mereka memang manusiamanusia
iblis yang jahat dan pantas menerima hukuman yang
berat. Aku kagum sekali kepadamu yang telah membalas
kematian ayahmu. Akan tetapi lalu ke mana engkau pergi?
Dan bagaimana engkau bisa menjadi demikian lihai?"
Kim Cui Hong menghela napas panjang. Sungguh pahit
mengenang semua pengalamannya itu. "Enci Kim Lan Hwa,
banyak hal kualami dan agaknya hidupku yang lalu juga tidak
lebih daripada keadaanmu. Setelah ayah dan suheng terbunuh
orang-orang jahat, aku hampir putus asa. Akan tetapi aku lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ditolong dan diambil murid suhu Toat-beng Hek-mo dan
digembleng selama tujuh tahun."
"Hebat! Kiranya Nona murid Lo-cian-pwe (Orang Tua
Gagah) Toat-beng Hek-mo (Iblis Hitam Pencabut Nyawa) yang
amat sakti?" tiba-tiba Li Cu Eng bertanya. "Nona, di mana
suhumu itu sekarang dan bagaimana keadaan beliau?"
"Suhu telah meninggal dunia, tahun yang lalu karena sakit
tua."
"Adik Cui Hong, lalu bagaimana engkau tadi tiba-tiba dapat
muncul dan membantu kami?"
"Enci Lan Hwa, selelah aku berhasil membalas rendam atas
kematian Ayahku dan Suhengku, aku lalu merantau." Cui
Hong sengaja tidak menceritakan tentang malapetaka yang
menimpa dirinya, diperkosa dan diperhina Pui Ki Cong dan tiga
orang jagoannya. Dalam perantauan itu aku mendengar
tentang keadaan pemerintahan Kerajaan Beng yang mulai
kacau, tentang para pejabat yang korup dan lalim, tentang
penderitaan rakyat jelata, dan tentang pemberontakan yang
dilakukan rakyat yang dipimpin orang-orang gagah. Juga aku
mendengar tentang laskar rakyat yang dipimpin oleh.... Li
Bengcu ini. Aku masih bingung mendengar semua itu. Lalu
aku teringat kepadamu, Lan-ci. Aku ingin mengunjungimu
karena engkau adalah selir Panglima Besar Bu Sam Kwi yang
tentu mengetahui benar keadaan negara yang kacau itu. Dan
setibanya di sana tadi aku melihat engkau berada di dalam
kereta ditodong seorang perwira, maka aku segera turun
tangan."
Li Cu Seng berkata. "Kedatangan Nona tepat sekali dan
kami berterima kasih atas bantuanmu. Sekarang engkau
sudah mendengar sendiri, Nona. Pemerintah Kerajaan Beng
telah menjadi rusak dan busuk karena Kaisar telah berada
dalam cengkeraman para Thaikam. Para pejabat tinggi
sebagian besar korup dan lalim sehingga rakyat merasa tidak
puas dan terjadi pemberontakan di mana-mana. Nona sendiri,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menurut apa yang kudengar tadi, menjadi korban kejahatan
putera seorang jaksa tinggi yang sewenang-wenang. Sekarang
terdapat lebih banyak lagi pembesar yang bahkan lebih jahat
daripada mereka yang dulu Nona musuhi. Maka, sekarang
terserah kepadamu, Nona Kim Cui Hong, kalau engkau mau
membantu perjuangan kami, kami akan menerima dengan
senang hati."
"Hal itu akan kupikirkan dulu, Beng-cu. Akan tetapi
sekarang, ke mana engkau hendak membawa Enci Kim Lan
Hwa?" tanya Cui Hong.
"Tentu saja ke Shensi di mana markas besar kami berada.
Sekarang tidak ada waktu lagi untuk mengantarnya ke Sanhai-
koan karena kami harus mempersiapkan penyerbuan ke
kota raja. Setelah kami menyelidiki dan mendapat kenyataan
bahwa Panglima Besar Bu Sam Kwi tidak mengirim pasukan
untuk melindungi kota raja, maka kami harus cepat menyerbu
dan menguasainya."
"Akan tetapi, bukankah engkau berjanji kepada Enci Lan
untuk mengantarnya ke San-hai-koan?" tanya Cui Hong.
"Benar, akan tetapi maaf, hal itu tidak dapat kami lakukan
sekarang. Sebaiknya, demi keselamatannya sendiri, Nona Kim
ikut bersamaku dan untuk sementara tinggal di sana."
Cui Hong menoleh kepada saudara sepupunya.
"Bagaimana, Enci Lan. Apakah engkau mau tinggal bersama Li
Bengcu untuk sementara, ataukah engkau ingin menyusul
keluarga suamimu ke San-hai-koan sekarang? Kalau engkau
ingin kesana sekarang, aku dapat mengantar dan
mengawalmu!"
"Terima kasih, Hong-moi. Engkau memang baik sekali.
Akan tetapi kupikir aku tidak akan menyusul ke San-hai-koan
sekarang. Pertan, perjalanan itu amat jauh, dan kedua, amat
berbahaya kalau hanya engkau seorang diri yang
mengawalku, dan pula... aku akan merasa aman kalau berada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam perlindungan Li Bengcu. Biarlah untuk sementara aku
ikut ke Shen-si." Kim Lan mengerling ke arah pendekar itu. Ia
memang sejak bertemu merasa kagum kepada Li Cu Seng.
Laki-laki itu demikian gagah, tegas, dan tenang penuh
wibawa. "Baiklah, kalau begitu, selamat jalan, Enci Lan. Aku
ingin melanjutkan perjalananku merantau."
"Akan tetapi.... Hong-moi, apakah engkau tidak ikut
bersamaku? Aku masih kangen dan ingin banyak bercakapcakap
denganmu."
"Maaf, Enci Lan. Engkau sudah aman terlindung, aku t idak
mengkhawatirkan keadaan dirimu lagi. Aku akan melihat-lihat
keadaan kota raja."
"Li-hiap (Pendekar Wanita), berbahaya sekali kalau engkau
memasuki kota raja. Tentu para perajurit tadi akan
mengenalmu dan engkau akan ditangkap dan dianggap
pemberontak karena engkau tadi membantu kami." kata Li Cu
Seng, dan dia menghentikan dua ekor kuda yang menarik
kereta. "Karena itu, marilah engkau ikut dengan kami dan kita
bersama menghadapi pasukan Kerajaan Beng yang sudah
mulai runtuh itu."
Cui Hong tersenyum dan menggeleng kepalanya. "Terima
kasih, Bengcu. Terus terang saja, aku masih bingung
memikirkan tentang permusuhan antara Kerajaan Beng dan
para pemberontak yang menamakan dirinya pejuang.
Memang, aku merasakan adanya pembesar-pembesar yang
menyeleweng dari kebenaran, mengandalkan kekuasaan
bertindak sewenang-wenang dan jahat, akan tetapi
permusuhanku dengan mereka hanya merupakan urusan
pribadi, bukan urusan negara. Ketika aku melakukan
perjalanan, aku bertemu dengan para pendekar yang bertekad
membela Kerajaan Beng sebagai warga negara yang setia.
Akan tetapi aku bertemu pula dengan para pendekar yang
mendukung laskar rakyat yang Bengcu pimpin dan
mengatakan bahwa laskar rakyat itu pejuang-pejuang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembela rakyat, sebaliknya yang membela kerajaan
mengatakan bahwa laskar rakyat itu pemberontakpemberontak
dan pengacau keamanan. Aku sendiri menilai
bahwa kedua golongan itu ada benarnya dan ada pula
kelirunya. Karena itu, tadinya aku ingin bertemu Enci Kim Lan
Hwa dan bertanya kepada suaminya karena aku mendengar
bahwa Panglima Besar Bu Sam Kwi seorang yang adil dan
bijaksana. Akan tetapi sayang, aku tidak dapat bertemu
dengannya. Sampai sekarang pun aku belum dapat
mengambil keputusan harus berada di pihak yang mana, Beng
cu."
"Akan tetapi, Kim-lihiap. Tadi engkau sudah membantu
kami melawan para perajurit kerajaan, itu berarti bahwa
engkau sudah berpihak kepada kami para pejuang dan
memusuhi pemerintah Kerajaan Beng!"
"Tidak, Bengcu. Kalau tadi aku turun tangan, aku hanya
ingin membela Enci Kim Lan Hwa dan aku membantu Bengcu
bertiga atas permintaan Enci Lan. Kuanggap mereka itu hanya
segerombolan orang yang hendak mengganggu Enci Kim Lan
Hwa, maka aku menentang mereka. Bukan berarti aku
menentang Kerajaan Beng. Seperti dulu, kalau aku menentang
pembesar pemerintah yang jahat, bukan berarti aku
menentang pemerintah, melainkan menentang orangnya yang
kebetulan menjadi pejabat. Aku menentang kejahatannya,
Bengcu, bukan kedudukannya."
Li Cu Seng menghela napas panjang dan berkata. "Kim
Lihiap, aku tidak dapat menyalahkanmu. Aku menghargai
pendirianmu karena aku pun dapat merasakan apa yang
menjadi gejolak hatimu. Banyak pendekar yang juga bimbang
seperti perasaanmu. Aku dulu juga seorang pendekar yang
hanya menjunjung tinggi dan mempertahankan kebenaran
dan keadilan perorangan. Akan tetapi sekali ini menyangkut
nasib jutaan orang rakyat kecil, Lihiap. Maka aku memilih
berjuang menumbangkan kekuasaan lama yang sudah busuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan korup ini dan menggantikan dengan kekuasaan baru yang
adil bers ih."
"Terima kasin atas pengertianmu, Bengcu. Nah, selamat
tinggal. Enci Lan, selamat jalan, semoga engkau menemukan
kebahagiaan." Setelah berkata demikian, Kim Cui Hiong
melompat dan berlar i cepat meninggalkan tempat itu.
Apa yang dikatakan pemimpin pemberontak Li Cu Seng
tentang akibat pemunculan Kim Cui Hong membantunya
ternyata benar. Su Lok Bu dan Cia Kok Han, dua orang jagoan
murid Siauw-lim-pai dan Bu-tong-pai yahg menjadi perwira
dalam pasukan Jendeial Ciong Kak, terkejut mengenali Kim Cui
Hong. Mereka berdua bersama Liong-san Ngo-eng terpaksa
melarikan diri dan meninggalkan banyak perajurit yang tewas
atau terluka parah, cepat kembali ke kota raja dan segera
melaporkan kepada Jenderal Ciong. Mendengar bahwa
Pimpinan Pemberontak Li Cu Seng sendiri berani memasuki
kota raja dan Mini melarikan diri bersama Kim Lan Hwa, selir
Panglima Besar Bu Sam Kwi yang terkenal, jenderal itu lalu
menyuruh dua ratus orang perajurit melakukan pengejaran
dengan tujuh orang perwira itu menjadi penunjuk jalan. Akan
tetapi, pengejaran ini gagal karena Li Cu Seng sudah
menghilang ke daerah yang sudah dikuasai pemberontak dan
pasukan itu terpaksa kembali karena di sana terdapat puluhan,
bahkan ratusan ribu perajurit dan Laskar Rakyat yang siap
menghadapi mereka.
Jenderal Ciong tentu saja merasa penasaran sekali.
Kehormatannya sebagai panglima yang mengatur pertahanan
kota raja terpukul. Li Cu Seng, pemimpin pemberontak itu
sendiri sampai dapat memasuki kota raja dan dia tidak dapat
menangkapnya! Lebih dari itu, malah pemimpin pemberontak
itu melarikan diri bersama selir Panglima Besar Bu Sam Kwi!
Ini saja membuktikan bahwa Panglima Bu Sam Kwi tidak
mempunyai iktikad baik terhadap Kerajaan Beng. Agaknya
panglima penja pertahanan di garis depan mencegah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mlrnknya tentara Mancu itu tidak perduli bahwa kota raja
terancam para pemberontak! Jenderal Ciong lalu menghadap
Kaisar dan seperti biasa, para pimpinan Thaikam menyertai
Kaisar dalam pertemuan itu. Mereka ini jelas mengambil alih
kekuasaan Kaisar dan segala keputusan seolah keluar dari
mereka. Kaisar sendiri seolah tidak tahu. bahwa dia berada
dalam cengkeraman kekuasaan para Thaikim, bahkan Kaisar
menganggap bahwa para Thaikam itu merupakan pembantupembantunya
yang paling setia dan paling dapat dipercaya!
Setelah Jenderal Ciong melaporkan akan ancaman bahaya
dani pasukan besar pemberontak, Kepala Thaikam Sue yang
dimintai pendapat Kaisar, berkata dengan sikap congkak.
"Ciong Goan-swe mengapa melaporkan hal sekecil itu
seolah-olah perkara besar sehingga mendatangkan
kegelisahan dalam hati Sri baginda Kaisar? Apa sih artinya
pemberontakan semacam itu? Semua pemberontakan dapat
dihancurkan selama ini!"
"Akan tetapi, Sri baginda Yang Mulia, sekali ini ancaman
datang dari Laskar Rakyat yang dipimpin Pemberontak Li Cu
Seng. Anak buah mereka itu ratusan ribu orang banyaknya!"
bantah Jenderal Ciong.
"Maksud Ciong Goan-swe, ratusan ribu orang petani dan
jembel-jembel yang kurang makan sehingga bertubuh kurus
dan lemah! Mengapa harus khawatir? Bukankah kita
mempunyai balatentara yang cukup banyak dan kuat, juga
kami mendengar banyak pendekar yang siap mempertahankan
kerajaan dan kota raja?" bantah Thaikam Sue.
"Ciong Goan-swe." kini Kaisar berkata. "Kami percaya akan
kemampuan Goan-swe memimpin pasukan. Kami
memer intahkan Goan-swe untuk menghancurkan para
pemberontakitu!" Kaisar lalu memberi tanda bahwa
persidangan ditutup. Jenderal Ciong terpaksa kembali ke
benteng dengan wajah muram. Celaka, pikirnya. Air bah
sudah merendam tubuh sampai mendekati leher, masih saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar tidak menyadari bahaya mengancam. Semua ini garagara
para Thaikam tolol yang berlagak pintar itu! Tidak ada
lain ja lan bagi Jenderal Ciong sebagai seorang panglima yang
gagah kecuali akan mempertahankan kota raja mati-matian
dan sampai tit ik darah terakhir!
0odwo0
Su Lok Bu dan Cia Kok Han, pendekar Siauw-lim-pai dan
Bu-tong-pai yang kini menjadi perwira pembantu Jenderal
Ciong untuk membela Kerajaan Beng dari ancaman
pemberontak, juga merasa kecewa sekali. Akan tetapi
kekecewaan mereka terutama sekali disebabkan mere ka tidak
berhasil menangkap atau membunuh Kim Cui Hong. Dua
orang ini menganggap Kim Cui Hong sebagai seorang wanita
iblis yang teramat kejam dan jahat. Memang mereka telah
mengetahui bahwa Pui Ki Cong, kepada siapa mereka tadinya
menghambakan diri, telah melakukan kejahatan terhadap Kim
Cui Hong, telah memperkosa-nya. Juga jagoan-jagoan
pembesar Pui, termasuk Koo Cai Sun dan Lauw Ti. Akan
tetapi, pembalasan Kim Cui Hong terhadap mereka bertjga
melampaui batas perikemanusiaan, maka, setelah Kim Cui
Hong dapat terbebas dari tangkapan mereka, bahkan mereka
terpaksa melarikan diri karena munculnya banyak pengemis
bertongkat hitam yang lihai, dua orang perwira itu lalu
mengunjungi sebuah rumah besar yang terpencil di sudut
kota.
Rumah itu besar dan kuno, tampak seram dan sunyi. Akan
tetapi begitu Su Lok Bu dan Cia Kok Han memasuki halaman
gedung, dari tempat persembunyian muncul empat orang
berpakaian seperti biasa dipakai para penjaga atau tukang
pukul jagoan. Akan tetapi sikap garang mereka menghilang
ketika dalam keremangan senja itu mereka mengenal dua
orang perwira yang datang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Laporkan kepada Tuan Muda Pui Ki Cong bahwa kami
berdua hendak Bertemu dan menyampaikan berita penting
sekali." kata Su Lok Bu.
Kepala jaga mengangguk dan dua orang perwira itu
menunggu di pendapa ketika kepala jaga melapor ke dalam.
Sebetulnya, Su Lok Bu dan Cia Kok Han sudah tidak
membantu Pui Kongcu (Tuan Muda Pui) lagi, aKan tetapi
melihat keadaan bangsawan itu yang amat menderita,
terkadang mereka datang menjenguk, bahkan mereka
mencarikan tabib yang terkenal pandai untuk merawat dan
mengobati tubuh Pui Kongcu yang cacat. Mungkin karena
merasa senasib, atau mengingat bahwa nasib dua orang anak
buahnya yang juga dibuat cacat oleh Cui Hong itu setia
kepadanya, Pui Kongcu bahkan menyuruh orang membawa
Koo Cai Sun dan Lauw Ti ke gedung itu dan t inggal
bersamanya. Mereka mendapat perawatan tabib yang pandai.
Biarpun menjadi manusia caca, namun karena Pui Kongcu
kaya raya, maka mere ka dapat terawat baik.
Tak lama kemudian kepala jaga keluar dan mempersilakan
Su Lok Bu dan Can Kok Han masuk ruangan dalam. Cuaca
sudah mulai gelaf dan lampu-lampu penerangan mulai
dinyalakan sehingga ruangan dalam itu pun terang sekali
karena ada lima buah lampu besar meneranginya. Kalau saja
dua orang perwira ini belum pernah melihat tiga orang yang
berada di ruangan icu, tentu mereka akan bergidik dan
merasa ngeri. Memang keadaan ruangan itu dan keadaan
mereka menyeramkan sekali.
Ruangan yang luas itu sudah menyeramkan. Penerangan
lima buah lampu besar itu membuat semua yang berada di
situ tampak jelas. Dinding-dindingnya terhias lukisan dan
tulisan indah. Pot-pot bunga setiap sudut menyegarkan, akan
tetapi sutera-sutera putih yang bergantungan sebagai tirai
jendela dan pintu, mendatangkan kesan menyeramkan,
seperti ruangan berkabung karena ada kematian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan di tengah ruangan itu terdapat sebuah meja yang
bundar dan lebar. Di belakang meja tampak tiga orang yang
keadaannya amat mengerikan. Mereka semua duduk di atas
kursi roda. Mereka adalah Tuan Muda Pui Ki Cong, putera
Kepala Jaksa Pui yang telah pensiun setelah dipenjara selama
satu tahun, dan sekarang bekas jaksa itu yang masih kaya
raya menjadi tuan tanah yang memiliki banyak rumah yang
dia sewakan. Orang ke dua adalah Koo Cai Sun, dan yang ke
tiga Lauw Ti. Dua orang ini dahulu merupakan dua orang di
antara Thian-cin Bu-tek Sam-eng (Tiga Orang Pendekar Tanpa
Tanding dari Thian-cin), bertiga dengan mendiang Gan Tek Un
yang membunuh diri.
Pui Ki Cong sekarang berusia tiga puluh sembilan tahun,
akan tetapi karena mukanya rusak, sukar ditaksir berapa
usianya. Muka pemuda bangsawan yang dulunya tampan
berkulit putih itu kini menyeramkan, seperti muka setan
menakutkan. Seluruh tubuhnya ada bilur-bilur menghitam,
bekas luka-luka sayatan yang diakibatkan cambukan ranting
oleh Cui Hong. Kulit mukanya juga penuh luka-luka sayatan
yang sudah sembuh tapi meninggalkan garis-garis menghitam.
Sepasang matanya buta dan kosong karena kedua biji
matanya sudah copot, bukit hidungnya hilang sehingga
tampak berlubang, bibirnya juga hilang sehingga tampak
deretan gigi saja, bahkan kedua daun telinganya juga hilang.
Sungguh tidak mirip manusia lagi dan kalau orang bertemu
dengannya di jalan, orang itu tentu akan lari ketakutan!
Semua ini masih ditambah lagi dengan kelumpuhan kedua
kakinya karena tulang-tulang kakinya hancur. Tadinya, tulang
lengan dari siku ke bawah juga remuk, akan tetapi berkat
kepandaian tabib, kini dia sudah dapat menggerakkan lagi
kedua lengan dan tangannya, walaupun gerakannya kaku.
Keadaannya sedemikian menakutkan dan menjijikkan
sehingga isteri-isterinya sendiri dan anak-anaknya pun merasa
takut dan jijik mendekatinya. Maka dia hidup terasing di dalam
gedung pemberian orang tuanya itu, hanya dikelilingi pelayanTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pelayan karena kegiatan apa pun yang dia lakukan, harus
dibantu pelayan.
Koo Cai Sun berusia empat puluh empat tahun, akan tetapi
juga tak seorang pun yang mengenalnya sembilan tahun yang
lalu akan dapat mengetahui bahwa si muka setan ini adalah
Koo Cai Sun! Keadaannya hampir sama dengan keadaan Pui Ki
Cong. Kedua telinganya hilang, bukit hidungnya remuk dan
kini hidungnya berlubang melompong, mulutnya juga tanpa
bibir sehingga tampak giginya yang besar-besar dan ompong
sebagian. Kedua lengan tangannya juga bentuknya bengkobengkok
akan tetapi sudah dapat digerakkan dan biarpun
kedua kakinya tidak lumpuh, namun kedua ujung kaki, jari-jari
kakinya habis terbakar sehingga terpaksa dia pun memakai
bantuan kursi roda!
Orang ke tiga, Louw Ti berusia sebaya dengan Koo Cai Sun,
sekitar empat puluh empat tahun. Juga mukanya cacat, mata
kirinya buta karena biji mata itu pecah, dan matanya yang
tinggal sebelah kanan Itu mempunyai sinar, yang aneh, sinar
mata seorang yang miring otaknya! Dia menyeringai dan
terkadang dia terkekeh, aneh dan mengerikan. Kedua
tangannya juga cacat dan bahkan tangan kirinya buntung
sebatas pergelangan. Kedua kakinya juga dahulu mengalami
patah-patah tulang akan tetapi kini telah dapat disembuhkan
tabib walaupun yang kanan setengah lumpuh sehingga kalau
berjalan dia harus beiipncat-loncatan dengan kaki kiri. Maka
dia menggunakan kursi roda untuk dapat berjalan. Biarpun
penderitaan jasmani Louw Ti tidak sehebat Pui Ki Cong dan
Koo Cai Sun, namun penderitaan batinnya lebih hebat
sehingga pikirannya terganggu dan menjadi setengah gila.
Demikianlah, ketika Su Lok Bu dan Cia Kok Han duduk
berhadapan dengan tiga orang itu, diam-diam mereka bergidik
ngeri. Sungguh terlalu kejam pembalasan dendam yang
dilakukan Kim Cui Hong kepada tiga orang ini. Orang ke
empat, Gan Tek Un, telah bertaubat dan menjadi pendeta,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi dia pun kini membunuh diri sebagal penebusan
dosanya terhadap gadis itu! Biasanya, dua orang itu kalau
datang, ke gedung ini, hanya untuk bertemu dengan Pui Ki
Cong, bekas majikan mereka. Baru sekarang mere ka datang
dan melihat tiga orang Itu bersama, dan mereka yang dulunya
pendekar kang-ouw dan sekarang menjadi perwira, yang
sudah banyak menyaksikan kekerasan dan akibat kekerasan,
mereka ngeri melihat tiga orang bekas amukan Kim Cui Hong
itu!
"Su-ciangkun (perwira Su) dan Cla-ciangkun (Perwira Cia),
kalian berdua sudah menjadi perwira dan masih suka
mengunjungi aku. Terima kasih atas kebaikan kalian.
Sekarang kalian hendak bertemu denganku, membawa berita
penting apakah?" tanya Pui Ki Cong dengan suara yang pelo
sekali karena dia bicara tanpa menggunakan bibir! Ngeri
melihat orang ini Dicara, seperti melihat setan tengkorak
bicara. Apalagi wajah tidak berbiji lagi, ditambah amat kurus.
Persis tengkorak hidup
"Pui Kongcu, kami hanya akan memberitahukan bahwa
kami melihat Nona Kim Cui Hong!"
Mendengar ini, tiga orang yang seperti mayat hidup itu
seolah tersentak kaget. Wajah Pui Ki Cong berubah merah
sekali, mata Koo Cai Sun yang mencorong, liar dan
menyorotkan kebencian jtu seolah bersinar mengeluarkan api.
Louw Ti tiba-tiba tertawa ha-ha-he-heh dan dia
mengacungkan tangan kanan yang terkepal seperti hentak
memukul dan lengan kirinya yang buntung sebatas
pergelangan itu pun diacung-acungkan.
"Kubunuh dia! Mana dia Si Kim Cui Hong laknat, kubunuh
dia....!" katanya.
"Louw Ti, diamlah!" kata Pui Ki Cong, lalu dia bertanya
kepada Su Lok Bu. "Su-ciangkun, di mana perempuan iblis itu
sekarang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ia membantu pemimpin pemberontak Li Cu Seng ketika
kami hendak menangkap pemberontakitu di luar kota raja.
Sayang kami tidak dapat menangkapnya karena gerombolan
pengemis tongkat hitam yang amat banyak jumlahnya
membantunya."
"Ahh! Iblis betina itu ternyata membantu pemberontak?
Dasar perempuan jahat! Su-ciangkun dan Cia-ciangkun, tolong
kumpulkan dan Siapkan para pendekar yang tangguh untuk
menangkapnya. Kalau kalian dapat menangkapnya, aku akan
memberi hadiah yang amat banyak, yang akan dapat
membuat kalian kaya raya! Biar separuh kekayaanku akan
kuhadiahkan asalkan kalian dapat menangkap iblis betina itu
dan menyeretnya ke sini!"
"Pui Kongcu, kami berdua tidak begitu memikirkan tentang
hadiah. Kami akan mengumpulkan orang-orang sakti yang
berada di kota raja untuk membantu kami menyelidiki dan
menangkap kalau Kim Cui Hong muncul, bukan karena hadiah
itu, melainkan karena kami menganggap ia seorang wanita
yang amat kejam, jahat, dan berbahaya." kata Cia Kok Han.
Dua orang perwira itu lalu berpamit dan keluar dari gedung
yang menyeramkan itu.
Su Lok Bu dan Cia Kokz Han lalu cepat menghubungi para
pendekar yang berdatangan ke kota raja memenuhi undangan
Jenderal Ciong untuk membela pertahanan kota raja dari
serbuan pemberontak. Pada waktu itu, memang terjadi
perpecahan di dunia persilatan. Ada yang merasa bahwa
mereka harus membela Kerajaan Beng sebagai patriot, seperti
Su Lok Bu, Cia Kok Han, Liong-san Ngo-heng, dan lain-lain.
Ada pula sebagian tokoh kang-ouw yang berpihak kepada Li
Cu Seng, dan ada pula, terutama para pendekar di utara, yang
mendukung Panglima Besar Bu Sam Kwi. Di antara pendekar
yang membela Kerajaan Beng terdapat seorang datuk dunia
persilatan dari timur. Dia adalah seorang laki-laki berusia
sekitar enam puluh lima tahun, bertubuh tinggi besar, rambut,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kumis dan jenggotnya sudah putih semua. Namanya tidak
begitu di kenal di kota raja, akan tetapi di sepanjang pantai
Laut Timur, dia terkenal dengan julukan Tung Ok (Racun
Timur). Ilmu silatnya tinggi dan dia pun pandai ilmu sihir
sehingga ditakuti banyak orang. Ketika Jenderal Ciong
mengundang para orang gagah untuk membantu pertahanan
kota raja, Tung Ok yang kebetulan berkunjung ke kota raja
tertarik. Diam-diam dia tertarik menyaksikan kemewahan di
kota raja dan dia Ingin mendapatkan kedudukan sehingga
dapat menjadi seorang pembesar tinggi dan hidup dalam
gedung seperti istana mewan. mendapat kehormatan dan
kemuliaan yang tidak pernah dia rasakan! Ketika ia
mendaftarkan dirinya dan dicoba kepandaiannya, segera dia
dihadapkan Jenderal Ciong karena memang ilmu silatnya luar
biasa.
Su Lok Bu dan Cia Kok Han menghubungi Tung Ok yang
tinggal dalam sebuah gedung besar yang diperuntukkan
tempat tinggal para pendekar. Sebagai seorang datuk, Tung
Ok mendapatkan sebuah kamar terbesar dan pelayanan
istimewa. Su Lok Bu dan Cia Kok Han sudah tahu akan
kelihaian datuk ini, maka mereka menghubunginya, bukan
hanya untuk menghadapi Kim Cui Hong apabila gadis itu
muncul, melainkan terutama menghadapi para mata-mata Li
Cu Seng yang berkeliaran di kota raja.
Setelah menceritakan tentang Li Cu Seng yang
menyelundup ke kota raja dan berhasil membawa lari Kim Lan
Hwa, selir Panglima Besar Bu Sam Kwi, dan tentang Kim Cui
hong yang diceritakan sebagai iblis betina yang jahat dan
kejam, Tung Ok tertawa.
"Ha-ha-ha, mengapa baru sekarang kalian datang
kepadaku? Kalau ketika itu aku berada dengan kalian, sudah
pasti pemberontak Li Cu Seng dan kaki tangannya, juga iblis
betina Kim Cui Hong Itu, dapat kutangkap hidup atau mati."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maafkan kalau kami pada waktu itu tidak sempat
menghubungi Lo-cian-pwe (Orang Tua Gagah), akan tetapi
mulai sekarang, kami mengharapkan bantuan Lo-cian-pwe.
Kalau kami dan para pembantu kami melihat ada mata-mata
pemberontak ber keliaran di kota raja, terutama sekali mereka
yang melindungi Li Cu Seng ketika hendak kami tangkap, dan
lebih lagi iblis betina Kim Cui Hong itu, tentu kami akan minta
bantuan Lo-cian-pwe. Mereka itu rata-rata memiliki ilmu silat
yang tangguh sekali. Kalau Lo-cian-pwe dapat menangkap
mereka, hidup atau mati, tentu jasa Lo-cian-pwe amat besar
dan selain akan dilaporkan kepada Jenderal Ciong dan dicatat,
juga Pui Kongcu telah menjanjikan hadiah yang amat besar
dan membuat Lo-clan-pwe kaya raya."
"Ha-ha-ha, beres, beres! Kalau mereka muncul, serahkan
saja kepadaku, beres!" kata Racun Timur sambil tertawa
senang membayangkan hadiah-hadiah yang akan diterimanya.
Demikianlah, mulai hari itu, atas perintah Jenderal Ciong,
para perwira termasuk Sn Lok Bu dan Cia Kok Han menyebar
banyak perajurit penyelidik agar tidak lagi merela kecolongan
seperti yang sudah-sudah, ketika banyak anggota
perkumpulan pengemis Tongkat Hitam berkeliaran di kota raja
sebagai mata-mata Pemberontak Li Cu Seng tanpa mereka
ketahui.
0odwo0
Seorang pemuda tampan memasuki pintu gerbang kota
raja Peking pada pagi hari Itu, berbaur dengan mereka yang
keluar masuk pintu gerbang. Para petugas penjaga pintu
mengamati setiap orang yang lewat dengan penuh perhatian.
Akan tetapi tidak ada di antara mereka yang mencurigai
pemuda tampan berpakaian seperti seorang satrawan itu.
Dengan langkah santai pemuda itu berjalan-jalan di
sepanjang jalan besar dalam kota saja seolah hanya melihatlihat
dengan sikap acuh tak acuh. Akan tetapi sesungguhnya
dia memperhatikan segala yang dilihatnya, terutama ketika dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjalan di luar benteng dan melihat banyaknya perajurit
dalam pasukan-pasukan kecil berkeliaran di kota dalam
keadaan siap.
Setelah berjalan-jalan berputar-putar kota raja sejak pagi
memasuki kota sampai siang hari, agaknya dia merasa lelah
dan lapar. Dia lalu memasuki sebuah rumah makan besar "Lok
Thian" yang letaknya di sudut kota. Biarpun tidak berapa
ramai dikunjungi orang, namun rumah makan ini cukup besar
dan seperti kebiasaan pada waktu itu, rumah makan Lok Thian
ini juga merupakan bagian dari rumah penginapan yang
berada di belakang rumah makan itu.
Seorang pelayan tua segera menyambut ketika pemula itu
memasuki rumah makan. "Selamat siang, Kongcu (Tuan
Muda)." Dia lalu Mempersilakan pemuda itu duduk di meja
kosong yang berada di sudut. Dengan sikapnya yang tenang
pemuda tampan itu memesan makanan dengan minuman air
teh. Tak lama kemudian dia sudah makan. Buntalan pakaian
yang tadi dibawanya dia letakkan di atas meja.
Setelah selesai makan dia menggapai pelayan dan
bertanya, "Paman, apakah di rumah penginapannya masih ada
kamar kosong?"
"Ah, Kongcu hendak bermalam? Masih ada, Kongcu, dan
kamar rumah penginapan kami terkenal bersih. Mari saya.
antar."
Setelah membayar harga makanan, pemuda itu lalu diantar
ke rumah penginapan di belakang rumah makan itu. Seorang
pelayan bagian rumah penginapan menyambut dan menerima
tamu itu dari tangan pelayan rumah makan. Pemuda itu
diantar pelayan mendapatkan sebuah kamar yang bersih di
bagian depan rumah penginapan, di atas loteng. Dari kamar
tidurnya yang berada di depan tamu itu dapat melihat orangorang
yang berlalu lalang di atas jalan raya depan rumah
makan. Memang dia sengaja memilih kamar di bagian depan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah ditinggalkan pelayan, dia memasuki kamar,
menutup daun pintu, lalu duduk di dekat jendela luar dan
memandang ke arah orang-orang yang berlalu lalang di jalan
depan rumah makan itu. Pemuda tampan itu melamun.
Pemuda itu adalah Kim Cui Hong.
Ketika memperkenalkan namanya kepada pelayan rumah
penginapan untuk dicatat dalam daftar tamu, dia memberi
nama Ok Cin. Dulu ketika ia menuntut balas kepada musuhmusuh
besarnya, ia pernah menggunakan nama samaran Ok
Cin Hwa. Sekarang, menyamar sebagai seorang pemuda, ia
memakai nama itu, hanya dikurangi huruf Hwa sehingga
pantas untuk nama pria. Ok Cin, Tuan Muda Ok Cin!
Kim Cui Hong termenung. Hatinya merasa bingung juga
menghadapi keadaan negara pada saat itu. Dahulu, ayahnya,
yaitu mendiang Kim Siok, guru silat di dusun Ang-ke-bun,
seorang yang berjiwa pendekar, selalu memberi nasihat
kepadanya agar dia memiliki tiga kebaktian. Berbakti kepada
Thian (Tuhan) yang Maha Kuasa dengan cara hidup bersih,
baik dan benar. Berbakti kepada orang tua dengan cara
menghormat i dan mencinta serta merawat mereka, dan
berbakti kepada negara, yaitu Kerajaan Beng! Kebaktian
pertama sudah ia laksanakan, yaitu ia selalu berusaha agar
perbuatannya selalu berada di pihak yang benar dan baik,
tidak pernah melakukan kejahatan menuruti nafsu sendiri.
Kemudian kebaktian kepada orang tua, tidak dapat ia
laksanakan sepenuhnya karena ibunya telah meninggal dunia
sejakia berusia lima tahun dan ayahnya tewas di tangan para
penjahat yang telah ia balas semua. Kini t inggal kebaktian
frnkhir yaitu kepada Kerajaan Beng! Hal inilah yang
membingungkannya. Ketika dulu ayahnya mengajak ia dan
mendiang suhengnya yang menjadi tunangannya melarikan
diri meninggalkan Ang-ke-bun, sebelum disusul para jagoan
yang dikirim Pui Kongcu, ayahnya pernah menyatakan
ketidak-senangan hatinya terhadap Kerajaan Beng karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelemahan Kaisar yang menjadi boneka di tangan para
pembesar lalim. Bahkan ayahnya berkata bahwa kalau mereka
terus dikejar-kejar, lebih baik mereka bergabung dengan
rakyat yang memberontak terhadap kelaliman Kaisar.
Inilah yang membingungkan hatinya. Ia melihat ada tiga
kekuasaan besar kini sedang bersaing dan siap untuk
berperang memperebutkan kekuasaan. Pertama, kekuasaan
pemerintahan Kerajaan Beng di mana kaisarnya dikuasai oleh
para Thaikam sehingga para pejabat sebagian besar
melakukan penyelewengan, tersesat dan korup. Kekuasaan
kedua adalah Laskar Rakyat yang dipimpin Li Cu Seng, yang
merupakan golongan pemberontak yang paling besar dan
terkuat. Adapun kekuasaan ke tiga dipegang oleh Panglima
Besar Bu Sam Kwi yang mengepalai bala tentara yang besar
jumlahnya dan kini berada di San-hai-koan. Ia harus berpihak
mana kalau terjadi perang? Cui Hong termangu-mangu. la
tahu bahwa tiga kekuasaan itu terdiri dari bangsa sendiri!
Masing-masing tentu mempunyai alasan sendiri dan mereka
diri sendiri atau pihak sendiri benar. Kaisar merasa benar
karena dia adalah kaisar, keturunan dari pendiri Dinasti Beng
dan menganggap mereka yang menentangnya sebagai
pemberontak. Pihak Li Cu Seng menganggap dirinya benar
karena merasa sebagai pembela rakyat yang tertindas dan
menganggap kaisar dan para pejabat lalim dan tidak
bijaksana. Adapun balatentara yang dipimpin Bu Sam Kwi
merupakan pihak ke tiga dan ia tidak tahu pasti panglima
besar itu akan berpihak siapa, setia kepada Kaisar atau
membantu para pemberontak yang merasa berjuang demi
rakyat.
Cui Hong merasa bingung. Andaikata yang bertikai hanya
dua pihak, yang pihak Kerajaan Beng menghadapi orang
asing, Mongol atau Mancu, ia tidak akan ragu lagi. Pasti ia
akan membela Kerajaan Beng melawan musuh. Akan tetapi
sekarang, tiga kekuasaan itu adalah bangsa sendiri yang
terpecah-pecah! Kalau terjadi perang antara kerajaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melawan pejuang rakyat, akibatnya sama saja. Rakyat yang
menderita. Kalau kota raja dihancurkan pihak pejuang yang
memberontak, penduduk kota raja tentu mengalami
kehancuran dan penderitaan. Sebaliknya kalau pihak pejuang
pemberontak kalah, tentu laskar yang terdiri dari rakyat itu
banyak yang tewas!
Ia lalu membayangkan kakak sepupunya, Kim Lan Hwa. Ia
merasa kasihan kepada saudara sepupunya itu. Lan Hwa
sebetulnya dapat hidup berbahagia sebagai selir Panglima
Besar Bu Sam Kwi yang amat mengasihinya. Hal ini d iakuinya
sendiri oleh Lan Hwa, biarpun Lan Hwa pada dasarnya tidak
mempunyai perasaan cinta kepada Panglima Besar Bu.
Bagaimanapun juga, ia dapat hidup mulia dan terhormat
sebagai selir terkasih panglima itu. Akan tetapi sungguh
sayang, kasih sayang panglima itu menimbulkan rasa iri dan
cemburu da lam hati para isteri Panglima Bu sehingga akhirnya
Lan Hwa dibenci oleh mereka semua. Kini Kim Lan Hwa
bersama Li Cu Seng, pemimpin pemberontak! Apa yang akan
terjadi dengan diri kakak sepupunya itu? Ia tentu sudah
dianggap sebagai pemberontak karena melarikan diri bersama
Li Cu Seng. Dan bagaimana tanggapan Panglima Besar Bu
Sam Kwi kalau dia mengetahui bahwa selir terkasihnya itu kini
pergi bersama Li Cu Seng?
Akhirnya Cui Hong mengambil keputusan untuk t idak
melibatkan diri da lam permusuhan dan perang saudara. Lebih
bebas hidup sebagai pendekar yang tidak memihak karena
ketiga kekuasaan itu masih sebangsa sesaudara. Ia hanya
akan melanjutkan pendiriannya sejak dulu, yaitu memihak
orang-orang yang tertindas, menegakkan kebenaran dan
keadilan, dan menentang orang-orang yang bertindak
sewenang-wenang dan jahat, tidak perduli dari golongan
mana orang itu! Setelah mengambil keputusan ini, Cui Hong
lalu mandi, bertukar pakaian, makan malam, dan tidur. Ia
akan pergi meninggalkan kota raja pada besok pagi, sebelum
terlambat, karena kalau sudah terjadi perang tentu akan sulit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baginya untuk keluar dari kota raja. Apalagi kalau ada orang
yang mengenalnya sebagai wanita yang kemarin membantu
pemimpin pemberontak Li Cu Seng, tentu ia akan dikejarkejar.
Menjelang tengah malam Cui Hong tersentak bangun dari
tidurnya. Ia mendengar suara ribut-ribut di luar kamarnya.
Cepat ia meniup padam lampu kecil di atas mejanya dan
membuka jendela, melihat keluar, ke arah jalan raya. Akan
tetapi sudah sunyi di jalan itu, tidak tampak orang berlalu
lalang. Akan tetapi suara itu terdengar di dalam rumah makan
yang berada di depan rumah penginapan dan yang membuat
ia terkejut dan heran adalah ketika mendengar suara senjata
tajam beradu dan bentakan-bentakan marah diseling teriakanteriakan
kesakitan. Ada orang-orang berkelahi, pikirnya.
Maklum bahwa ada peristiwa penting mungkin keadaannya
gawat, dia cepat membereskan pakaian penyamarannya
sebagai seorang laki-laki, menggendong buntalan pakaiannya,
lalu keluar dari kamarnya, terus menuju ke pintu besar bagian
luar rumah penginapan setelah menuruni loteng. Pintu besar
itu tertutup dan anehnya, ia tidak melihat seorang pun di
rumah penginapan itu, tidak ada tamu, tidak tampak pula
pelayan. Ia membuka daun pintu yang menembus ke ruangan
rumah makan dan di bawah penerangan yang cukup ia
melihat perkelahian hebat. Ia melihat lima orang berpakaian
pelayan dan lima orang lain berpakaian pedagang sedang
mati-matian melawan pengeroyokan puluhan orang perajurit!
Ia merasa heran sekali. Lima orang pelayan itu, termasuk
pelayan rumah makan dan pelayan rumah penginapan yang
melayaninya tadi, ternyata kini melawan dengan
menggunakan pedang dan gerakan mereka cukup lihai! Ia
berdiri bingung karena tidak tahu mengapa rumah makan itu
diserbu perajurit. Ia tidak tahu urusannya dan tidak tahu pula
siapa yang bersalah sehingga ia tidak ingin mencampuri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi belum lama ia berdiri di luar pintu belakang
rumah makan itu, di bawah penerangan sebuah lampu
gantung, tiba-tiba terdengar bentakan nyaring.
"Nah, itu dia Si Iblis Betina!" Lima orang berloncatan
mengepung Cui Hong dan dua orang di antaranya adalah
Perwira Su Lok Bu dan Cia Kok Han! Cui Hong terkejut
mengetahui bahwa rahasianya telah diketahui musuh dan
keadaannya berbahaya sekali. Namun sedikit pun la tidak
merasa gentar. Ketika Su Lok Bu yang berada paling dekat
dengannya sudah menyerang dengan sepasang pedangnya,
Cui Hong melompat ke kiri di mana terdapat ruangan yang
lebih luas. Lima orang itu mengejar dan mengepungnya. Akan
tetapi Cui Hong sudah cepat menyambar sebuah sapu
bergagang panjang, mematahkan sapunya tinggal gagangnya
saja yang terbuat dari kayu dan menggunakan gagang sapu
sebagai senjata. Su Lok Bu menyerang dengan sepasang
pedangnya, disusul Cia Kok Han yang menggerakkan golok
besarnya menyerang pula, dibantu tiga orang perajurit yang
masing-masing bersenjatakan golok. Namun Cui Hong tidak
menjadi gentar. Ia mainkan senjata gagang sapu itu, diputar
cepat dengan pengerahan tenaga sakti, tubuhnya
berkelebatan cepat sekali. Terdengar suara berdentangan dan
lima orang pengeroyokitu begitu tertangkis senjata mereka,
merasa terkejut karena tangan mereka tergetar hebat. Lebih
lagi tiga orang perajurit itu. Begitu terkena tangkisan, mereka
terhuyung ke belakang.
Akan tetapi ketika para pelayan rumah penginapan Lok
Thian bersama tamunya sudah roboh semua, terluka dan
tertawan, kini para perajurit ikut mengeroyok sehingga Cui
Hong dikeroyok lebih dari dua puluh orang! Namun, sungguh
hebat sepak terjang Cui Hong. Senjatanya yang amat
sederhana itu menyambar-nyambar dahsyat, berubah menjadi
gulungan sinar yang amat dahsyat sehingga sebentar saja,
gulungan sinar tongkatnya itu telah berhasil merobohkan
enam orang pengeroyok! Hal ini tidak mengherankan karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ia bersilat dengan ilmu silat aneh Toat-beng Koai-tung
(Tongkat Aneh Pencabut Nyawa), yaitu ilmu andalan yang
diwarisinya dari mendiang Toat-beng Hek-mo (Iblis Hitam
Pencabut Nyawa).
Kebetulan Cui Hong membuat para pengeroyok menjadi
jerih dan kepungan, menjadi agak longgar. Hanya Su Lok Bu
dan Cia Kok Han yang masih mengeroyoknya dari jarak dekat,
namun hujan serangan dua orang itu selalu terpental kembali
ketika bertemu dengan gulungan sinar tongkat gagang sapu!
Tiba-tiba terdengar suara tawa bergelak dan muncullah
seorang kakek tinggi beijar yang memegang sebatang cambuk
hitum, diikuti oleh delapan orang perajurit. Dia adalah Tung
Kok yang telah dimintai bantuan. Tung Kok cepat datang ke
rumah makan Lok Thian, diikuti delapan orang perajurit yang
telah dia didik untuk menjadi pengawal dan pembantunya.
Mendengar suara tawa ini, Su Lok Bu dan Cia Kok Han cepat
mundur dan memberi isarat kepada para perajurit untuk
mundur membuat kepungan luas agar kakek andalan mereka
itu dengan leluasa dapat menangkap Kim Cui Hong. Gadis itu
kini berdiri berhadapan dengan Tung Ok, menata,1 tajam
wajah kakek yang rambut dan jenggot kumisnya sudah putih
semua itu. "He-he-he, Su-ciangkun, mana iblis betina cantik
yang kau maksudkan itu? Di sini hanya ada seorang pemuda
tampan!" kata Tung Ok.
"Lo-cian-pwe, pemuda itulah penyamaran Si Iblis Betina
Kim Cui Hong yang kejam dan jahat, dan kini menjadi matamata
pemberontak!" kata Su Lok Bu.
"Hati-hati, Lo-cian-pwe, ia lihai bukan main. Jangan sampai
ia lolos!" kata pula Cia Kok Han.
"Heh-heh-heh, lolos dari tanganku? Tidak mungkin! Nona,
engkau tentu, cantik sekali. Dalam pakaian pria pun engkau
tampak tampan luar biasa. Namamu Kim Cui Hong? Nama
yang indah, sesuai orangnya. Nah, Kim Cui Hong, aku adalah
Tung Ok Si Racun Timur dan semua orang di dunia kang-ouw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tunduk kepadaku. Maka, dengarlah, Kim Cui Hong, engkau
harus tunduk pula padaku! Menyerah dan berlututlah!"
Cui Hong merasa betapa ada kekuatan aneh seolah
memakfcanya agar ia menjatuhkan diri berlutut kepada kakek
yang bernama Racun Timur itu. la sudah merasa betapa
kedua kakinya gemetar. Tiba-tiba ia teringat akan nasehat
gurunya, mendiang Toat-beng Hek-mo yang mengajarkan
kepadanya bagaimana untuk menolak pengaruh sihir. Ia
teringat bahwa ini tentulah kekuatan sihir yang dipergunakan
kakek rambut putih itu kepadanya. Cepat ia lalu mengerahkan
tenaga batinnya ia membiarkan tenaga sakti dari tan-tiat
dibawah pusar bergulung ke atas dan memperkuat perasaan
hati dan pikirannya.
“Kakek siluman! Siapa mau menyerah kepadamu!"
bentaknya.
Tung Ok menjadi marah sekali karena merasa malu. Di
depan dua orang perwira dan puluhan perajurit itu dia dibuat
malu karena sihirnya tidak dapat mempengaruhi gadis yang
menyamar sebagai pria itu.
"Tidak bisa menangkap hidup-hidup, aku akan
menangkapmu dalam keadaan mati!" bentaknya dan cepat
kakek itu bergerak ke depan dan tongkat hitamnya
menyambar dahsyat sekali.
Cui Hong mengenal serangan yang sangat bahaya itu,
maka ia cepat nenggunakan kecepatan gerakan dan
keringanan tubuhnya untuk mengelak ke kiri.
"Tar-tar-tarrr...!" Cambuk itu meledak-ledak dan
menyambar-nyambar ke arah kepala, disusul serangan ke
arah pinggang, lalu ke arah kaki secara bertubi. Hebat sekali
serangan cambuk itu. Akan tetapi Cui Hong memiliki ginkang
(ilmu meringankan tubuh) yang tinggi sehingga tubuhnya
berkelebatan sedikit, terhindar dari sambaran cambuk. Ketika
cambuk menyambar lagi ke arah lehernya, ia melompat ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanan, membalik dan menghantam cambuk itu dengan
tongkat gagang sapu.
"Wuuuttt... takkk!" Tung Ok berseru kaget dan melangkah
mundur. Dia terkejut sekali karena tangkisan gagang sapu itu
mampu menggetarkan tangannya yang memegang gagang
cambuk! Sulit dipercaya seorang wanita muda memiliki tenaga
sin-kang yang nmampu mengimbangi tenaganya! Dia
menyerang semakin hebat, memainkan ilmu cambuknya yang
ia sendiri menganggap tidak ada lawan yang mampu
menandinginya. Akan tetapi Cui Hong tidak mau kalah. Ia
memainkan ilmu tongkat warisan gurunya, yaitu Toat-beng
Koai-tung dan terjadilah perkelahian yang amat seru.
Gulungan sinar cambuk dan tongkat menyambar-nyambar dan
terkadang tampak cambuk dan tongkat seolah berubah
menjadi banyak. Mereka yang menonton perkelahian itu
menjadi kagum dan juga gentar untuk maju membantu. Tung
Ok sendiri harus mengakui bahwa baru sekali ini dia bertemu
seorang wanita muda yang sanggup melawannya tanpa
terdesak walaupun dia sudah mengerahkan tenaga dan
mengeluarkan jurus-jurus simpanannya. Bahkan tadi ilmu
sihirnya juga tidak mampu mempengaruhi Cui Hong. Baru
sekarang dia tahu mengapa dua orang tangguh seperti Su Lok
Bu murid Siauw-Iim-pai dan Cia Kok Han murid Bu-tong-pai
memuji-muji gadis ini dan merasa jer ih kepadanya. Sebutan
Iblis Betina bukan sebutan kosong.
Setelah perkelahian satu lawan satu itu berlangsung cukup
lama, sekitar lima-puluh jurus dan dia belum juga mampu
menangkap wanita itu, hidup atau mati seperti yang
dikatakannya, Tung Ok menjadi penasaran. Dari perkelahian
itu dia tahu bahwa dia pun tidak akan kalah oleh Kim Cui
Hong, akan tetapi untuk dapat merobohkan wanita itu pun
bukan hal mudah baginya. Kalau dibiarkan terlalu lama,
pandangan orang terhadapnya akan menurun. Maka dia
memberi isarat kepada delapan orang perajurit yang menjadi
pembantu dan pengawalnya. Delapan orang yang sejak tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah siap siaga mengepung dalam lingkaran para perajurit
itu, tiba-tiba bergerak mengelilingi Cui Hong dan Tung Ok
yang masih bertanding seru. Mereka melolos benda lunak
hitam dari ikat pinggang mereka. Benda itu ternyata adalah
semacam jala ikan yang terbuat dari tali hitam yang halus.
Tiba-tiba mereka menggerakkan tangan secara bergantian dan
jala berkembang menyambar ke arah Cui Hong. Wanita ini
menangkis dengan tongkatnya sambil mengerahkan tenaga,
namun ternyata tongkat yang mampu merusak senjata tajam
lawan itu, tidak mampu membikin putus tali-tali jala yang
terbuat dari bahan yang khas dan aneh, yang tidak akan putus
walaupun dibacok senjata tajam sekalipun! Cui Hong terkejut
dan mengelak. Ia berhasil mengelak dari sambaran jala-jala
itu sampai lima….
Ada halaman hilang
mereka pun tidak ingin mengetahui dan ia merasa yakin
bahwa wanita itu tentu dibunuh oleh Perwira Su dan Perwira
Cia.
Ruangan tertutup yang luas itu tidak terang ketika Su Lok
Bu dan Cia Kok an masuk pada hari kemar in dulu. Kalau pada
waktu pertama kali mereka berdua datang menemui tiga
orang tengkorak hidup, yaitu Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan
Louw Ti, dalam ruangan itu dipasang lima buah lampu besar
sehingga keadaan dalam ruangan itu terang benderang seperti
siang, kini yang dipasang hanya dua buah lampu sehingga
remang-remang menyeramkan! Agaknya tiga orang itu
memang tidak ingin pekerjaan mere ka tampak jelas oleh
orang yang selalu mereka tunggu-tunggu untuk dihadapkan
mereka, maka mereka, atau lebih tepat Pui Ki Cong sebagai
tuan rumah, menyuruh para pelayan menyalakan dua buah
lampu saja. Baru saja Pui Ki Cong menerima kabar dari Su Lok
Bu bahwa musuh besarnya, Kim Cui Hong, tteah dapat
ditangkap hidup-hidup dan hendak diserahkan kepadanya!
Dengan girang sekali dia lalu mengajak Koo Cai Sun dan Lauw
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ti untuk menanti di dalam ruangan itu, sengaja membuat
cuaca di situ tidak terang sekali agar keburukan rupa mereka
tidak tampak nyata. Kemulian dengan perasaan hati berdebardebar
penuh ketegangan, penuh dendam kebencian, mereka
duduk di atas kursi roda masing-masing dan menunggu.
Akhirnya seorang pelayan membuka pintu ruangan itu dari
depan dan Su Lok Bu masuk mendorong Kim Cui Hong yang
kaki tangannya terbelenggu kuat. Gadis itu masih
mengenakan pakaian pria, wajahnya agak pucat akan tetapi
sepasang matanya mencorong dalam keremangan cuaca
dalam ruangan itu. Setelah tidak berdaya dalam libatan dan
bungkusan delapan helai jaring yang kokoh kuat, Cui Hong
sama sekali tidak berdaya ketika ia ditotok oleh Su Lok Bu,
tidak mampu mengelak atau menangkis. Dalam keadaan tak
mampu bergerak karena tertotok dengan mudah Su Lok Bu
dan Cia Kok San melepaskannya dari dalam libatan jaa-jala
dan membelenggu kedua pasang kaki tangannya.
"Hemm, beginikah sikap dua orang laki-laki yang mengaku
gagah perkasa ini? katanya dahulu adalah pende kar Sauw-lim
dan Bu-tong? Curang, main keroyokan dan tidak adil! " Cui
Hong mengejek, sama sekali tidak memperliatkan rasa takut.
0ooodwooo0
Jilid 13
WAJAH kedua orang perwira itu terasa panas dan kalau
bukan di waktu malam ketika mereka menangkap gadis itu,
tentu akan tampak muka mereka berubah kemerahan.
"Hemm, terhadap seorang wanita yang jahat dan kejam
melebihi iblis betina, tidak perlu memakai peraturan orang
gagah! Yang jahat harus dibasmi, dengan cara apapun juga."
kata Su Lok Bu untuk menyembunyikan rasa tidak enak
mendengar teguran yang mengandung ejekan itu. Memang,
sebagai seorang pendekar murid Siauw-lim-pai, amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memalukan kalau mengalahkan musuh dengan cara
keroyokan. Akan tetapi musuhnya ini bukan sekedar pi-bu
(mengadu kepandaian silat) atau sekadar menguji, akan tetapi
sebagai usaha untuk menyingkirkan seorang yang jahat dan
amat kejam sekali..
"Huh, kalian ini dulu menjadi anjing-anjing penjilat
pembesar Pui dan putera-nya yang jahat, masih dapat
mengatakan orang jahat seperti iblis! Tak tahu malu!" kata
pula Cui Hong marah.
"Tidak perlu banyak cerewet! Rasakan pembalasan orangorang
yang engkau siksa dengan kejam. Engkau memang
bukan manusia lagi! Hayo!" Su Lok Bu dan Cia Kok Han lalu
membawa gadis itu dan setengah menyeretnya menuju ke
gedung tempat tinggal Pui Ki Cong. Kini mereka telah
menyeret Cui Hong memasuki ruangan remang-remang di
mana t iga orang tengkorak hidup itu sudah menanti di atas
kursi roda masing-masing, seperti setan-setan yang keluar
dari neraka untuk membalas dendam kepada Kim Cui Hong.
Cui Hong didorong masuk dan karena kedua kakinya
terbelenggu, ia pun terpelanting roboh dalam keadaan
terlentang, akan tetapi dengan kedua kakinya yang telah
terbebas dari totokan ia dapat mengangkat rubuhnya dan
duduk menghadapi t iga orang di atas kursi roda itu. Matanya
mencorong dan terbayang kengerian melihat tiga orang yang
wajahnya seperti setan itu memandang kepadanya. Ia merasa
ngeri melihat yang duduk di tengah kedua matanya telah
berlubang dan tidak ada biji matanya lagi. Ia teringat bahwa
orang itu adalah Pui Ki Cong. Yang duduk di sebelah kiri Ki
Cong, mata kirinya juga buta dan itu tentulah Lauw Ti yang
memandang kepadanya dengan mata kanannya yang
berputar-putar aneh, bukan mata orang yang waras otaknya.
Yang duduk di sebelah kanan itu tentu Koo Cai Sun yang
biarpun kedua matanya tidak buta, namun mukanya juga
hancur dan kehilangan hidung, bibir dan telinga, seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengkorak hidup! melihat tiga orang itu, diam-diam Cui Hong
bergidik dan baru ia melihat sendiri dan merasa betapa
pembalasan sakit hatinya dulu itu memang teramat kejam.
Dalam keadaan dendam sakit hati, ia seolah bukan manusia
lagi, menyiksa tiga orang sampai sedemikian rupa sehingga
kalau ia membunuh mere ka bertiga, kiranya tidak sekejam
penyiksaan yang dilakukannya itu. Mulailah timbul perasaan
penyesalan dalam hatinya yang sekarang dua orang perwira
itu menyerahkannya kepada tiga orang manusia yang sudah
berubah mukanya seperti iblis Itu. Tahulah ia bahwa
nyawanya tidak mungkin tertolong lagi. Mereka mungkin akan
membalas dan menyiksaku seperti aku menyiksa mereka, pikir
Cui Hong. Biarlah kalau demikian, memang sudah sepantasnya
dan ia akan membunuh diri begitu mendapat kesempatan! Ia
merasa heran mengapa tiga orang itu masih mau hidup dalam
keadaan seperti itu!
Di antara tiga orang itu, hanya Koo Cai Sun yang kedua
matanya masih utuh dan masih awas. Dia mengamati pemuda
tampan yang terbelenggu kaki tangannya itu dan menegur.
"Su-ciangkun dan Cia-ciangkun, mana Kim Cui Hong yang
engkau janjikan akan dibawa ke sini itu? Ini seorang pemuda,
bukan Nona Kim Cui Hong!"
"Ya, ini seorang pemuda, bukan iblis betina!" kata Lauw Ti
yang memandang dengan sebelah matanya yang berputarputar.
"Hemm, benarkah itu, Ji-wi Ciangkun (Kedua Perwira)?"
tanya Pui Ki Cong yang telah buta kedua matanya.
"Harap kalian pandang baik-baik! Ia adalah Kim Cui Hong
yang menyamar sebagai seorang pemuda!" kata Su Lok Bu.
"Mana kami bisa keliru?" kata Cia Kok Han.
"Penyamarannya memang bagus, akan tetapi ia betul seorang
gadis, yaitu Kim Cui Hong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong yang sudah bangkit duduk itu tiba-tiba
menggunakan lututnya untuk meloncat sehingga ia dapat
bangkit berdiri. Dengan sikap angkuh dan suara tegas ia
berkata. "Pui Ki Cong, Lauw Ti, dan Koo Cai Sun, aku benar
Kim Cui Hong. Aku telah ditangkap secara curang dan sudah
berada dalam kekuasaan kalian bertiga. Mau bunuh,
lakukanlah! Aku t idak takut mati!"
Mendengar suara ini, Pui Ki Cong berkata. "Benar, ia adalah
Kim Cui Hong. Su-ciangkun dan Cia-ciangkun, tinggalkan ia di
sini dan ji-wi (kalian berdua) datang lagi besok untuk
menerima apa yang aku janjikan."
Su Lok Bu dan Cia Kok Han mengangguk dan mereka lalu
pergi. Mereka merasa yakin bahwa gadis itu sudah tidak
berdaya. Tak mungkin dapat melepaskan diri dari belenggu
kaki tangannya. Biarpun tiga orang itu sudah tidak memiliki
tenaga, namun mereka mempunyai belasan orang pelayan
yang juga menjadi pengawal dengan kepandaian yang cukup.
Agaknya Pui Ki Cong menyadari akan kelemahan dia dan
dua orang bekas pembantunya yang kini senasib dengannya,
menjadi manusia yang jasmaninya seperti setan. Maka setelah
dua perwira itu keluar, dia berseru memanggil dua orang
kepala pelayan yang juga kepala pengawalnya.
"Bong Can dan Bong Lim, ke sinilah kalian!"
Pintu sebelah dalam ruangan itu terbuka cepat,
menunjukkan bahwa dua orang itu sejak tadi memang siap
menanti panggilan di belakang pintu. Mereka adalah dua
orang kakak beradik, Bong Can berusia tiga puluh lima tahun
dan Bong Lim berusia tiga puluh tahun. Kakak beradikini
keduanya bertubuh tinggi besar dan sikap mereka gagah,
wajah mereka juga cukup menarik. Hanya bedanya kalau
Bong Can berkulit hitam, Bong Kun berkulit agak putih.
Mereka adalah murid-murid Kun-lun-pai dan termasuk orangorang
gagah berjiwa pendekar. Tadinya mereka datang ke
kota raja dari daerah selatan untuk membantu Kerajaan Beng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dari ancaman orang Man-cu yang semakin berkembang.
Ketika mendengar akan adanya pemberontakan rakyat
dipimpin oleh Li Cu Seng karena Kaisar dikuasai para Thaikam
sehingga pemerintah tidak bijaksana dan para pembesar
sebagian besar lalim dan korupsi, kedua orang murid Kun-lunpai
ini merasa ragu untuk membantu pemerintah. Maka ketika
Pui Ki Cong mengundang mereka untuk menjadi pengawal
pribadi dewi-kz, mereka menerima pekerjaan ini. Pertama,
karena menjadi pengawal pribadi merupakan pekerjaan wajar
dan baik asalkan tidak menghambakan diri kepada pembesar
atau hartawan yang menyuruh mereka melakukan kejahatan.
Ke dua, mereka merasa iba sekali melihat keadaan Pui Ki Cong
dan dua orang temannya yang harus mereka jaga. Tentu saja
mereka ingin mengetahui mengapa tiga orang itu menjadi
seperti itu dan Pui Ki Cong menceritakan bahwa mereka
bertiga dianiaya oleh seorang iblis betina bernama Kim Cui
Hong. Dan dengan alasan takut kepada iblis betina itu kalaukalau
datang mengganggu lagi, maka dia minta kepada dua
orang bersaudara itu menjadi pengawal pribadi yang
melindungi keselamatan mereka bertiga. Pui Ki Cong tentu
saja merasa malu menceritakan sebab dari kemarahan Si Ib lis
Betina itu. Demikianlah, kedua saudara Bong ini menjadi
pengawal pribadi Pui Ki Cong dan sudah berada hampir satu
setengah tahun di gedung itu. Mereka merasa iba karena Pui
Ki Cong berada di gedung hanya bertiga dengan dua orang
senasib itu, tidak didekati keluarga karena keluarga tiga orang
itu agaknya tidak ada yang mau mendekati mereka. Kedua
orang bersaudara Bong menjadi kepala pengawal atau boleh
juga disebut kepala pelayan di gedung itu, mengepalai
delapan orang pelayan lain yang juga menjadi pengawal.
Ketika dua orang perwira, Su Lok Bu dan Cia Kok Han
menghadap tiga orang majikan mereka membawa seorang
teman, Bong Can dan Bong Lim sudah siap s iaga kalau-kalau
tenaga mereka diperlukan, maka mereka sudah bersiap di
belakang pintu. Begitu dipanggil, keduanya lalu memasuki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ruangan itu. Melihat keadaan ruangan agak gelap, tanpa
diperintah Bong Can dan Bong Lim, segera menghampiri
lampu-lampu lain dan akan menyalakannya.
"Bong Lim, jangan nyalakan lampu itu, biar begini saja!"
seru Pui Ki Cong karena biarpun dia tidak dapat melihat,
pendengarannya menjadi tajam dan dia dapat mendengar
ketika Bong Lim menghampiri meja lampu. Bahkan langkah
kaki Bong Lim juga dia dapat membedakan dari langkah kaki
Bong Can atau orang lain.
"Mengapa, Pui Kong-cu?" Koo Cai Sun berkata, "Mengapa
harus merasa malu kalau ia melihat keadaan kita bertiga?
Biarlah ia melihat betapa kejamnya Iblis Betina ini yang telah
membuat kita bertiga seperti ini! Bong Lim, nyalakan saja
semua lampu itu!"
Akan tetapi karena dia bekerja kepada Pui Ki Cong, Bong
Lim tidak menaati perintah Koo Cai Sun, sebaliknya dia
bertanya kepada Pui Ki Cong. "Bagaimana, Pui Kongcu?
Dinyalakan atau tidak lampu-lampu ini?"
Pui Ki Cong menghela napas panjang dan mengangguk.
"Benar juga pendapatmu, Koo-twako. Nyalakanlah semua
lampu itu, Bong Lim."
Bong Lim lalu menyalakan tiga lampu yang lain sehingga
kini ruangan itu menjadi terang sekali. Kini Cui Hong berdiri
terbelalak memandang bergantian kepada tiga orang itu
karena setelah kini cuaca amat terang, ia melihat betapa
wajah mereka benar-benar mengerikan sekali! Aih, bagaimana
mungkin ia dulu dapat sekejam itu? Teringatlah ia kepada Tan
Siong. Murid Kun-lun-pai, pendekar yang budiman dan
perkasa itu pernah menasehatinya bahwa membiarkan
dendam di hati sama dengan meracuni diri sendiri. Ternyata
kini ia melihat sendiri betapa racun dendam dalam batinnya itu
telah membuat ia mampu melakukan kekejaman yang tidak
manusiawi lagi! la merasa menyesal, sungguh menyesal!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bong Can Twako dan Bong Lim, periksa apakah kaki
tangan gadis itu sudah diikat kuat sehingga ia tidak mungkin
melepaskan diri lagi?" tanya Pui Ki Cong kepada dua orang
pengawalnya. Kakak beradik Bong itu saling pandang.
"Gadis yang mana, Kongcu?" tanya Bong Lim.
"Bodoh! Tentu saja gadis yang berpakaian pria ini!" bentak
Lauw Ti kepada Bong Lim. Dua orang kakak beradik ini diamdiam
tidak suka kepada Lauw Ti yang bersikap kasar kepada
mereka, seolah-olah dia itu yang berkuasa dan menjadi
majikan mere ka.
"Ah, jadi inikah yang bernama Kim Cui Hong dan disebut
Iblis Betina yang telah bertindak kejam sekali terhadap
Kongcu bertiga?" Bong Can berkata dan bersama adiknya dia
menghampiri Cui Hong. Setelah melihat dari dekat baru
mereka yakin bahwa "pemuda tampan" itu memang benar
seorang wanita yang menyamar dan diam-diam kedua orang
murid Kun-lun-pai ini merasa heran bagaimana ada gadis
secantik itu sudah sedemikian jahat dan kejamnya. Setelah
memer iksa belenggu pada kaki tangan Cui Hong, Bong Lim
berkata.
"Ikatannya cukup kuat dan ia tidak akan mampu
membebaskan diri, Kongcu."
"Hemm, bagus! Kalau begitu, ikat tubuhnya di tihang sudut
ruangan itu!" perintah Pui Ki Cong.
Dua orang pengawal itu lalu memegang lengan Cui Hong
bagian siku dari kanan kiri, kemudian mereka mengangkat
tubuh gadis itu, dibawanya ke tihang tembok di sudut ruangan
dan mengikat kaki tangannya pada tihang itu. Semua ini, dari
cara mengangkat tubuh gadis, itu sampai ke sudut dan
mengikat kaki tangan yang sudah terbelenggu kepada tihang,
dilakukan dengan cara yang tidak melanggar kesusilaan
sehingga diam-diam Cui Hong mencatat bahwa dua orang
pembantu Pui Ki Cong ini adalah orang-orang yang baik, tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jahat atau kurang ajar seperti kebanyakan pengawal atau
tukang pukul, bertolak belakang dengan watak dua orang
bekas tukang pukul Pui Ko Cong yang kini juga duduk di kursi
roda seperti tengkorak hidup.
"Ia sudah terikat pada tihang, Kongcu." kata Bong Can.
"Dorong aku ke depannya!" kata Pui Ki Cong. Bong Lim lalu
mendorong kursi roda yang diduduki Ki Cong dan
mendorongnya sehingga laki-laki buta itu kini duduk di kursi
roda, di depan Cui Hong yang tak mampu bergerak karena kini
kaki tangan yang terikat pada tihang. Koo Cai Sun dan Lauw
Ti juga menggerakkan roda kursi masing-masing mengikuti Pui
Ki Cong mendekati Cui Hong yang terikat pada tihang. Gadis
itu memandang kepada mereka dan kembali ia merasa ngeri
melihat keadaan mereka.
"Can-twako dan Bong Lim, kalian harus menjaga dekat
karena gadis ini lihai sekali." kata Pui Ki Cong yang masih
merasa jerih, apalagi karena dia tidak dapat melihat
bagaimana keadaan Cui Hong pada saat itu. Berbeda dengan
Koo Cai Sun dan Lauw Ti yang melihat bahwa gadis yang
ditakuti itu benar-benar tidak berdaya.
"Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti! Sekarang aku
menyadari bahwa pembalasan sakit hatiku kepada kalian
memang amat kejam. Karena itu, bunuhlah aku untuk
menebus kekejamanku. Aku tidak takut mati, bahkan rela
menebus kekejamanku terhadap kalian itu dengan nyawaku."
kata Kim Cui Hong sengaja menutup kedua matanya agar
tidak melihat muka yang mengerikan itu. Muka tanpa hidung,
tanpa bibir, tanpa telinga. Muka yang bagian hidungnya
berlubang besar, giginya tampak berderet-deret karena tidak
ada bibirnya lagi, sepasang daun telinga yang buntung, kaki
tangan yang bengkok! Apalagi Pui Ki Cong yang kedua
matanya juga hanya berbentuk dua buah lubang. Presis
tengkorak hidup, hanya tengkorakini berkulit dan berambut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bunuh mati begitu saja? Huh, enaknya!" kata Lauw Ti
dengan suaranya yang pelo. "Aku akan membalas siksaan-mu,
aku akan menghinamu dan membuatmu menderita sehingga
engkau akan merasa menyesal hidup sebagai manusia!"
Suaranya semakin kacau dan matanya yang tinggal satu itu
mencorong seperti mata iblis karena dia dibakar kemarahan
dan kebencian. "Sekarang, lebih dulu aku akan
menelanjangimu!" Setelah berkata demikian, Lauw Ti
meloncat keluar dari kursinya, berdiri dengan kaki kirinya saja
karena kaki kanannya lumpuh, berloncatan mendekati Cui
Hong yang merasa ngeri. Tangan kiri Lauw Ti buntung sebatas
pergelangan, maka dia menggunakan tangan kanannya,
meraih baju Cui Hong dan menariknya sekuat tenaga karena
tenaga saktinya juga sudah tak dapat dikeluarkan lagi.
"Bretttt....!" baju itu robek terlepas dari tubuh atas Cui Hong,
akan tetapi gadis itu tidak menjadi telanjang karena di bawah
baju pria itu ia masih mengenakan baju wanita. Pakaian
rangkap ini yang menyempurnakan penyamarannya karena
tubuhnya tampak lebih besar. Mata yang tinggal sebelah itu
terbelalak dan Lauw Ti semakin marah melihat betapa tubuh
Cui Hong masih tertutup baju wanita yang rapi, maka dia
sudah menjulurkan tangan kanan hendak merenggut lagi baju
wanita itu dari dada Cui Hong.
"Tahan, Lauw Ti!" teriak Pui Ki Cong. Melihat Lauw Ti tidak
menaati perintah Pui Ki Cong dan hendak tetap merenggut
baju Cui Hong, Bong Can lalu menangkap tangan Lauw Ti dan
mendorongnya duduk kembali ke atas kursi roda.
"berani kau....?" Lauw Ti membentak.
"Pui Kongcu melarangmu dan engkau harus menaatinya!"
kata Bong Can singkat.
Mendengar suara Bong Can yang tegas ini, Lauw Ti t idak
berani rewel lagi, akan tetapi dia bersungut-sungut dan
matanya yang tinggal sebelah memandang ke arah Cui Hong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan penuh kebencian, seolah dia hendak menyiksa dan
membunuh wanita itu dengan pandangi matanya.
"Hemm, engkau melarang aku menyiksanya? Lalu apa yang
hendak kaulakukan kepada musuh besar kita ini, Pui Kongcu?"
tanyanya dengan suara mengandungi penasaran dan
kemarahan.
"Hemm, kukira tidak perlu menyiksa dan menghinanya lagi.
Kesalahan kita sembilan tahun lalu tidak kita ulangi lagi
sekarang. Lebih baik dia dibunuh saja dan impas sudah semua
perhitungan!" kata Pui Ki Cong.
Terharu rasa hati Cui Hong mendengar ucapan Pui Ki Cong
ini. Mungkin putera pembesar itu mata keranjang dani suka
mempermainkan wanita, akan tetapi ucapannya itu sedikitnya
menunjukkan bahwa dia menyadari akan kesalahan dirinya
sembilan tahun yang lalu.
"Ah, kalau aku tidak setuju ia disiksa dan tidak setuju ia
dibunuh. Lebih baikia dibiarkan hidup saja!" kata Koo Cai Sun.
"Hee?? Apa maksudmu, Cai Sun? Membiarkan musuh kita
yang telah merusak kehidupan kita ini hidup? Maksudmu
melepaskannya, begitu?" Lauw Ti membentak marah.
"Koo Cai Sun, bagaimana mungkin engkau mempunyai
pendirian seperti itu? Selama dua tahun ini kita hidup tidak
mati pun bukan, mengandung dendam segunung tingginya
dan selaut dalamnya, dan sekarang setelah ia kita tangkap,
engkau bilang kita sebaiknya melepaskannya begitu saja?"
tanya pula Pui Ki Cong yang merasa terheran-heran. "Apakah
engkau... menaruh iba kepada orang yang telah membuat
mukamu menjadi seburuk setan begini?"
"Heh-heh, bukan begitu, Pui Kongcu. Aku tadi mendengar
suara Kim Cui Hong ini demikian penuh penyesalan setelah ia
melihat betapa mengerikan keadaan kita akibat penyiksaannya
yang kejam dan buas seperti iblis. Nah, kalau ia mati berarti ia
akan berhenti menderita batin teringat akan kekejamannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tak mengenal batas. Kalau ia disiksa seperti yang
dikehendaki Lauw Ti, ia pun akan merasa sudah terbayar
perbuatannya yang di luar prikemanusiaan itu. Maka, kita
bebaskan ia dan biarkan ia hidup agar selama hidupnya ia
akan selalu membayangkan wajah kita dan disiksa oleh
penyesalan yang akan membuat batinnya menderita
selamanya!"
Mendengar ini, Cui Hong memejamkan kedua matanya dan
berkata lirih. "Kalian bunuh saja aku... bunuh saja aku..."
suara tergetar karena ia benar-benar merasa menyesal. Ia
membayangkan pula apa yang terjadi dengan keluarga tiga
orang itu, betapa mereka itu, anak isteri mereka, ikut pula
menderita karena keadaan suami mereka. Dan semua ini
terjadi karena ia terlalu menuruti nafsu mendendam yang
membuat ia sekejam iblis!
"Tan-twako..." hatinya mengeluh, teringat akan Tan Siong
yang dulu pernah memperingatkan dan menasehatinya
bahwa dendam itu akan membakar dirinya sendiri, akan
mengakibatkan penderitaan dalam batinnya sendiri karena
nafsu dendam mendorong orang untuk melakukan kekejaman
agar memuaskan dendamnya.
Dan kini, hanya penyesalan mendalam yang ia rasakan,
melihat wajah tiga orang seperti itu.
Mendengar ucapan Koo Cai Sun yang disusul keluhan Kim
Cui Hong yang minta dibunuh, Pui Kongcu menganggukangguk.
"Hemm, ada benarnya juga pendapatmu, Koo Cai
Sun. Akan tetapi, biarlah hal ini kupikirkan dulu sampai besok.
Akan kuambil keputusan besok."
"Can-ko (Kakak Can) dan Lim-te (Adik Lim), kalian berdua
jagalah tawanan ini, jangan sampai ia terlepas. Kami hendak
mengaso dulu dan besok akan kuambil keputusan apa yang
akan kulakukan dengan Kim Cui Hong."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Baik, Kongcu. Jangan khawatir, kami akan menjaganya."
kata dua orang kakak beradik Bong itu. Tiga orang itu lalu
memutar roda kursi mereka dengan tangan dan kursi-kursi itu
menggelinding memasuki bagian dalam gedung melalui pintu
sebelah dalam yang dibuka pelayan dan kursi roda Pui Kl Cong
lalu didorong o leh seorang pelayan. Mereka menuju ke kamar
masing-masing untuk beristirahat karena pertemuan dengan
wanita yang membuat mereka kini menjadi seperti hantu itu
sungguh mendatangkan ketegangan luar biasa dalam hati
mereka sehingga membuat tubuh mere ka yang kini amat
lemah itu menjadi lemas.
Bong Can dan Bong Lim kini duduk di atas dua buah
bangku, agak jauh dari Cui Hong akan tetapi waspada
mengamati gerak-gerik wanita itu. Diam-diam dua orang
murid Kun-lun-pai ini merasa iba kepada gadis itu. Akan tetapi
mereka sudah mendengar bahwa wanita cantik ini yang telah
menyiksa Pui Ki Cong dan dua orang bekas pengawalnya
sehingga mereka pun mendapatkan kesan buruk atas diri Cui
Hong. Mereka berdua menganggap Cui Hong seorang wanita
yang teramat kejam, karena Pui Ki Cong tidak pernah
memberitahu kepadanya mengapa Cui Hong bertindak
sekejam itu kepada mereka bertiga. Kini mereka melihat
betapa Cui Hong memejamkan mata, tubuhnya lunglai dan
jelas gadis itu mengendurkan semua urat syarafnya, bernapas
dengan panjang dan teratur.
Mereka berdua merasa kagum juga. Mereka mengenal cara
mengatur pernapasan yang dilakukan gadis itu untuk
mengumpulkan hawa murni dan dalam keadaan seperti itu,
selain dapat menghimpun kembali tenaganya, gadis itu pun
dapat beristirahat menghilangkan semua kelelahan. Biarpun
dalam keadaan terbelenggu kaki tangannya dan terikat pada
ti-hang, namun ternyata Cui Hong tetap tenang bahkan dapat
melakukan siu-lian (samadhi) dan mengatur pernapasan
dengan santai dan baik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
O0dwoO
Su Lok Bu dan Cia Kok Han duduk di ruangan depan rumah
penginapan para pendekar yang mendukung Kerajaan Beng
untuk menghadapi pemberontak, berhadapan dengan Tung
Ok. Pagi itu dua orang perwira ini sudah mengadakan
pembicaraan dengan Tung Ok dan mere ka merayakan
keberhasilan mereka menangkap Cui Hong yang dianggap
wanita iblis jahat. Kalau Su Lok Bu dan Cia Kok Han merasa
gembira karena mereka telah menolong tiga orang yang
menderita hebat itu dan menangkap seorang wanita iblis yang
amat kejam dan berbahaya bagi masyarakat, Tung Ok
gembira karena janji yang diberikan Pui Ki Cong untuk
menghadiahkan setengah dari kekayaannya kepada orang
yang dapat menangkap Kim Cui Hong, dan yang berhasil
menangkap gadis perkasa itu adalah dia, dibantu delapan
orang anak buahnya!
Sambil minum arak dan menikmat i makanan kecil, dua
orang perwira itu menceritakan kepada Tung Ok akan
kekejaman yang dilakukan Kim Cui Hong kepada Pui Ki Cong,
Koo Cai Sun, dan Lauw Ti yang kini menjadi tengkoraktengkorak
hidup dan selalu mengurung diri dalam gedung
yang disediakan untuk mereka oleh keluarga Pui Ki Cong.
Bahkan selama di kota raja, Tung Ok sendiri belum pernah
melihat mereka.
"Ha-ha-ha-ha, aku akan memiliki sebuah gedung yang
lengkap dan mewah, dan akan mengumpulkan sedikitnya lima
orang isteri! Tinggal menanti imbalan jasa berupa pangkat
yang tinggi dan lengkaplah sudah apa yang kucitakan, ha-haha!"
Su Lok Bu dan Cia Kok Han saling lirik dan mereka
mengerutkan alisnya. Timbul perasaan tidak puas dalam hati
mereka. Mereka adalah murid Siauw-lim-pai dan murid Butong-
pai yang merasa diri mereka pendekar, dan sekarang
mereka terpaksa bekerja sama dengan orang seperti Tung Ok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang jelas melihat sikap dan mendengar ucapannya adalah
seorang datuk sesat yang hanya mementingkan harta dan
pangkat, sama sekali bukan ingin membela negara sebagai
seorang pahlawan.
Su Lok Bu dan Cia Kok Han memang bukan golongan
pendekar yang bijaksana, namun mereka bukan orang jahat
dan perguruan mereka mengajarkan watak pendekar yang
menentang kejahatan dan berjiwa pahlawan pembela negara
dan bangsa. Mereka maklum bahwa sebagai manusia, mereka
harus memerangi nafsu mereka sendiri. Mereka maklum
bahwa yang membuat manusia lupa diri, bahkan membuat
seorang yang tadinya berwatak pendekar dapat menjadi
lemah dan jatuh ke dalam kesesatan, adalah nafsu sendiri,
nafsu yang selalu mengejar kesenangan dan yang paling kuat
adalah kesenangan yang didapatkan melalui tiga hal. Pertama
adalah kedudukan atau kekuasaan, ke dua adalah harta
benda, dan ke tiga adalah wanita. Tiga hal inilah yang
meruntuhkan hati seorang laki-laki kalau dia t idak memiliki
batin yang kuat. Dan kini mere ka melihat Tung Ok adalah
orang yang seperti itu, yakni hanya mementingkan tiga hal itu.
Mereka merasa kecewa sekali dan diam-diam merasa muak
bahwa mereka harus bekerja sama dengan orang seperti itu
dalam perjuangan membela Kerajaan Beng.
Enam orang berjalan menghampiri ruangan depan itu.
Tung Ok yang berwatak angkuh memandang acuh tak acuh
ketika mengenal bahwa yang datang adalah Liong-san Ngoeng
dan seorang laki-laki muda. Tung Ok memang
memandang rendah para pendekar, apalagi yang masih muda.
Dia tidak melihat mereka lagi dan melanjutkan minum
araknya.
Akan tetapi Su Lok Bu dan Cia Kok Han segera tersenyum
ketika melihat Liong-san Ngo-eng yang menjadi sahabat
mereka. Lima pendekar Liong-san itu adalah murid-murid
Liong-san-pai yang gagah. Mereka seringkali bekerja sama
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Su Lok Bu dan Cia Kok Han, bahkan ketika hendak
menangkap Li Cu Seng mereka juga bekerja sama.
"Ah, Ngo-wi Eng-hiong (Lima Pendekar), silakan duduk dan
mari minum bersama kami!" kata Su Lok Bu ramah.
"Terima kasih, Su-ciangkun!" kata Thio Ki, orang pertama
dan tertua dari Liong-san Ngo-eng. "Kami hanya ingin
mengundang Ji-wi ciangkun (Perwira berdua) membicarakan
urusan penting."
Tiba-tiba Cia Kok Han menyentuh lengan Su Lok Bu dan dia
memandang kepada laki-laki muda yang gagah perkasa itu. Su
Lok Bu juga memandang dan mereka berdua segera
mengenalnya. Tan Siong! Pemuda berusia sekitar tiga puluh
dua tahun itu adalah Tan Siong, pemuda yang pernah
membela Kim Cui Hong dan memiliki ilmu silat Kun-lun-pai
yang lihai.
"Saudara ini.... siapakah?" tanya Su Lok Bu kepada Thio Ki.
"Ini Saudara Tan Siong, seorang sukarelawan baru yag
sudah diterima Jenderal Ciong. Kami berlima sudah lama
mengenal dia sebagai seorang pendekar Kun-lun-pai yang
budiman dan bijaksana. Justru kami ingin bicara dengan ji-wi
bersama Tan-enghiong (Pendekar Tan)."
Su Lok Bu dan Cia Kok Han saling pandang dan melihat
sikap mereka itu, Tan Siong lalu berkata dengan suara lembut.
"Paman berdua tentu masih ingat kepada saya. Saya ingin
membicarakan sesuatu yang penting kepada ji-wi."
Su Lok Bu lalu berkata kepada Tung Ok. "Lo-cian-pwe,
maafkan kami. Kami mempunyai urusan penting dengan
Saudara-saudara ini. Terpaksa kami meninggalkan Lo-cianpwe
minum seorang diri." Dengan sikap angkuh kakek itu
berkata. "Pergilah, aku pun tidak ingin diganggu orang-orang
muda!" Dan dia kembali minum arak dar i cawannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Su Lok Bu dan Cia Kok Han lalu mengikut i Liong-san Ngoeng
dan Tan Siong memasuki taman di sebelah kiri gedung
itu. Di taman yang cukup luas ini terdapat sebuah beranda di
mana terdapat bangku-bangku untuk beristirahat. Delapan
orang itu lalu duduk di atas bangku mengelilingi sebuah meja.
Mereka tidak khawatir akan ada orang lain mendengarkan
percakapan mereka karena dari beranda yang terbuka itu
mereka dapat melihat ke sekeliling sehingga tidak mungkin
ada orang mendekati beranda itu tanpa mereka ketahui.
Setelah delapan orang itu mengambil tempat duduk, Su Lok
Bu yang sejak tadi menahan rasa penasarannya, berkata
kepada Tan Siong.
"Engkau Tan Siong murid Kun-lun-pai yang dulu membantu
Iblis Betina Kim Cui Hong itu, bukan? Hemm, biarpun
sekarang kita sama-sama hendak membela kerajaan dan
menjadi pembantu Jenderal Ciong, namun kami kira tidak ada
urusan apa pun di antara kita." Suaranya agak kasar karena
dia memang merasa penasaran kepada Tan Siong yang
dianggap sesat karena dulu membantu gadis jahat dan kejam
itu.
"Maaf, Paman Su Lok Bu dan Paman Cia Kok Han. Saya kira
dahulu itu kita saling bertentangan hanya karena salah
pengertian saja. Bagaimanapun juga, ji-wi (kalian berdua)
adalah murid Siauw-lim-pai dan murid Bu-tong-pai dan saya
sendiri adalah murid Kun-lun-pai. Saya merasa yakin bahwa
perguruan kita bertiga selalu mengajarkan kepada kita untuk
bertindak sebagai pendekar yang membela kebenaran dan
keadilan. Maka, bentrokan antara kita dahulu itu tentu karena
salah paham."
"Hemm, bagaimana mungkin salah paham? Engkau dahulu
membela Kim Cui Hong, iblis betina yang amat kejam dan
jahat!" bentak Cia Kok Han dengan penasaran. "Apalagi yang
hendak dibicarakan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman, saya ingin membicarakan dengan ji-wi tentang
Nona Kim Cui Hong yang ji-wi tawan." kata Tan Siong.
Su Lok Bu mengerutkan alisnya dan memandang marah.
"Engkau mau apa sekarang? Masih hendak membela
perempuan kejam itu? Tan Siong, kalau benar-benar engkau
seorang pendekar Kun-lun-pai, apakah engkau tidak melihat
kenyataan ataukah karena engkau tergila-gila akan kecantikan
Kim Cui Hong maka engkau hendak membelanya mati-matian?
Engkau tidak tahu kekejaman apa yang telah dilakukan iblis
betina itu terhadap Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti?
Tiga orang itu ia siksa sehingga kini mereka itu hidup bukan
mati pun t idak. Mereka menjadi seperti tengkorak-tengkorak
hidup dan tidak berani memperlihatkan diri kepada orang lain
yang tentu akan merasa ngeri dan jijik. Kami memang telah
menangkap Iblis Betina yang amat kejam itu dan kami
menyerahkannya kepada mereka bertiga. Kalau engkau kini
masih hendak membelanya, berarti engkau juga seorang
pendekar yang menyeleweng dan sesat!"
Melihat Su Lok Bu menjadi marah, Thio Ki, orang pertama
dari Liong-san Ngo-eng lalu berkata menyabarkan. "Suciangkun,
harap tenang dan suka bersabar. Kami berlima
mengenal betul j i-wi ciang-kun (perwira berdua) yang berjiwa
pahlawan dan pendekar, dan kami juga sudah lama mengenal
Tan-enghiong sebagai seorang pendekar gagah perkasa dan
budiman. Ji-wi ciangkun adalah murid-murid Siauw-lim-pai
dan Bu-tong-pai sedangkan Tan-enghiong adalah murid Kunlun-
pai. Tiga perguruan dan aliran silat yang terkenal memiliki
murid-murid pendekar. Kami tidak membela Tan-enghiong,
hanya ingin membikin terang persoalan di antara kalian.
Karena Itu kami mohon sukalah ji-wi ciang-kun mendengarkan
dulu penjelasan yang akan diberikan Tan-enghiong,"
Cia Kok Han kini bicara. "Baiklah! Penjelasan apa lagi yang
hendak diberikan kepada kami? Bicaralah" Dia memandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada Tan Siong dengan sinar mata tajam penuh se lidik. Su
Lok Bu juga mengangguk, tanda menyetujui ucapan rekannya.
"Paman Su Lok Bu dan Paman Cia Kok Han, harap maafkan
saya. Sama sekali saya tidak ingin membela Kim Cui Hong
secara membuta. Dahulu saya sudah mencoba untuk
mencegah dan menegurnya, namun sia-sia. Sekarang saya
ingin bertanya, apakah ji-wi (kalian berdua) mengetahui
mengapa Kim Cui Hong bertindak sedemikian kejamnya
terhadap tiga orang itu?"
Dua orang perwira itu saling pandang lalu menggeleng
kepala. "Pui Ki Cong hanya memberitahu kepada kami bahwa
Kim Cui Hong adalah musuh besarnya."
"Baiklah, sekarang saya hendak menceritakan mengapa
Kim Cui Hong bertindak sedemikian kejamnya terhadap
mereka. Sembilan tahun yang lalu, Kim Cui Hong adalah
seorang gadis remaja berusia enam belas tahun, puteri dari
guru silat Kim Siok di dusun Ang-ke-bun. Kim Siok adalah
seorang murid Siauw-lim-pai juga, seperti Paman Su Lok Bu."
Su Lok Bu merasa tidak enak mendengar bahwa Iblis
Betina itu puteri orang murid Siauw-lim-pai, berarti saudara
seperguruan dengannya. "Ah, aku tidak mengenalnya sama
sekali. Kalau dia benar murid Siauw-lim-pai, mengapa dia
membiarkan puterinya menjadi jahat seperti itu?"
"Maaf, Paman Su Lok Bu, agaknya Paman belum mengenal
benar orang-orang macam apa Pui Ki Cong dan dua orang
bekas tukang pukulnya itu, dan perbuatan apa yang mereka
lakukan terhadap Kim Cui Hong."
"Kami berdua sudah mendengar bahwa mereka pernah
berbuat jahat terhadap Kim Cui Hong. Akan tetapi apa yang
dilakukan oleh gadis itu untuk membalas dendam sungguh di
luar prikemanusiaan. la membuat tiga orang itu menjadi
manusia-manusia cacat dan tidak berguna, hidup tidak mati
pun bukan. Tan Siong, kalau engkau seorang murid Kun-lunTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pai yang berjiwa pendekar, apakah engkau menganggap
tindakan Kim Cui Hong itu benar? Ia menjadi begitu kejam
seperti iblis, apakah pantas orang seperti itu dibela?" kata Cia
Kok Han.
"Itu masih belum seberapa! Ia bahkan kini menjadi seorang
pemberontak dan antek pemberontak Li Cu Seng! Dosanya
benar-benar tak terampunkan!" tambah Su Lok Bu.
"Harap Paman berdua bersabar dan mendengarkan cerita
saya. Sembilan tahun yang lalu, ketika Kim Cui Hong berusia
enam belas tahun, ia menarik perhatian Pui Ki Cong yang
kemudian meminangnya. Akan tetapi pinangan itu ditolak oleh
Paman Kim Siok, ayah Cui Hong karena pertama, dia tidak
suka puterinya dijadikan selir. Kedua, karena pada waktu itu
Cui Hong sudah ditunangkan dengan seorang suhengnya
bernama Can Lu San, murid Ayahnya sendiri. Penolakan ini
membuat Pui Ki Cong dan Ayahnya marah, dan menggunakan
kekerasan. Akan tetapi para tukang pukul mereka dikalahkan
oleh Kim Cui Hong, Can Lu San dan Kim Siok. Keluarga yang
maklum bahwa urusan akan menjadi besar itu lalu melarikan
diri dari dusun Ang-ke-bun. Ketika mere ka tiba di kaki
Pegunungan Tai-hang-san, mereka dapat dikejar oleh Thiancin
Bu-tek Sam-eng (Tiga Pendekar Tanpa Tanding dari Thiancin)
yang dibayar keluarga Pui Ki Cong untuk menangkap Cui
Hong. Dalam perkelahian itu, Kim Siok dan Can Lu San
tertawan. Kim Cui Hong ditangkap dan diserahkan kepada Pui
Ki Cong. Paman tahu apa yang terjadi? Apa yang dialami oleh
Cui Hong, gadis remaja berusia enam belas tahun yang tidak
berdosa itu? la diperkosa oleh Pui Ki Cong di depan Ayah dan
tunangannya sebelum mereka berdua mati dibunuh! Bukan
hanya oleh Pui Ki Cong. Setelah puteri jaksa ini memperkosa
dan menghinanya sampai bosan, lalu Cui Hong diserahkan
kepada Thian-cin Bu-tek Sam-eng yang terdiri dari Gan Tek
Un, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti. Tiga orang yang mengaku
pendekar ini pun secara buas melebihi iblis sendiri bergantian
memperkosa Cui Hong sekehendak dan sepuas hati mereka.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mereka semua merasa bosan, mereka membawa
tubuh Cui Hong yang sudah seperti mayat hidup itu ke tengah
hutan dan meninggalkannya di hutan begitu saja! Nah, ji-wi
(Anda berdua) dapat membayangkan apakah ada siksaan bagi
seorang wanita yang lebih mengerikan daripada apa yang
dilakukan empat orang itu?"
Wajah Su Lok Bu dan Cia Kok Han berubah pucat. Mereka
terbelalak saling pandang dan merasa benar-benar terkejut
dan ngeri. Tak pernah mereka membayangkan bahwa Pui Ki
Cong dan anak buahnya itu melakukan kebiadaban sehebat
itu! Saking terkejut, bingung dan menyesal mereka tidak
dapat mengeluarkan kata apa pun.
"Paman berdua, dalam keadaan hampir mati lahir batinnya
itu, muncul Toat-beng Hek-mo dan orang tua yang sakti itu
menolong Kini Cui Hong dan mengambilnya sebagai murid.
Setelah belajar selama tujuh tahun, Cui Hong lalu pergi dan
melakukan balas dendam kepada empat orang yang telah
menghancurkan hidupnya itu. Nah, sekarang Paman berdua
dapat menilai apakah balas dendam yang dilakukan Cui Hong
itu lebih kejam daripada apa yang la derita dari empat orang
itu?"
Su Lok Bu menghela napas panjang. "Hemm, sama sekali
tidak pernah kusangka mereka melakukan perbuatan biadab
sekejam itu. Akan tetapi, engkau tentu hanya mendengar
cerita itu dari Kim Cui Hong. Bagaimana kami dapat yakin
bahwa cerita itu tidak bohong?"
"Sama sekali tidak bohong, Paman Su, karena saya
mendengar cerita itu sejelasnya dari seorang di antara empat
orang yang telah melakukan kebiadaban itu. Seorang diantara
Thian-cin Bu-tek Sam-eng itu adalah Gan Tek Un, Paman saya
sendiri. Dialah yang bercerita kepada saya sebelum dia
meninggal dunia."
"Sungguh biadab! Mereka memang pantas dihukum, akan
tetapi mengapa Cui Hong tidak membunuh saja mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melainkan menyiksa mereka? Bukankah itu merupakan
perbuatan yang kejam sekali?" kata Cia Kok Han.
"Cui Hong tidak membunuh mereka karena ia sudah
berjanji kepada gurunya bahwa dalam membalas dendam ia
tidak boleh membunuh. Ia menaati pesan gurunya itu. Adapun
tentang kekejaman itu, kita dapat memaklumi, Paman.
Dendam sakit hati yang sedemikian hebat itu membuat ia
menjadi mata gelap dan ingin membalas penderitaan yang ia
rasakan selama hidupnya! Bahkan sampai sekarang Cui Hong
masih menderita akibat kebiadaban mereka. Gadis itu tidak
berani menikah karena merasa dirinya kotor. Pamanku sendiri,
Gan Tek Un menghibur diri menjadi pendeta karena menyesali
perbuatannya terhadap Cui Hong. Akhirnya, ketika Cui Hong
datang, dia membunuh diri sebagai penebus dosanya
terhadap Cui Hong. Sikap Pamanku ini masih baik karena dia
mau bertanggung jawab dan menyesali perbuatannya. Akan
tetapi, Pui Ki Cong, Koo Cai Sun, dan Lauw Ti tidak menyesali
kebiadaban mereka, bahkan berusaha untuk menangkap Cui
Hong. Kini, Paman berdua menyerahkan Cui Hong kepada
mereka. Dapat Paman bayangkan kekejaman yang lebih
biadab lagi tentu akan mereka lakukan terhadap Cui Hong!"
Dua orang perwira itu terbelalak!
"Celaka, kalau begitu kita harus menolongnya!" kata Su Lok
Bu.
"Nanti du lu!" kata Cia Kok Han. "Dalam urusan ini memang
kita harus mencegah Pui Ki Cong dan dua orang anak buahnya
menyiksa Kim Cui Hong. Akan tetapi ada satu hai yang
menyakit kan hatiku. Mengapa gadis itu menjadi antek atau
pembela pemberontak Li Cu Seng?"
Tan Siong mengerutkan alisnya. "Untuk pertanyaan itu,
Paman Cia, terus terang saja saya tidak dapat menjawabnya
karena saya sendiri pun tidak atau beium mengerti.
Bagaimana kalau sekarang kita tanyakan sendiri kepada Cui
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hong untuk memastikan apakah Paman berdua tidak salah
tangkap?"
"Ji-wi Ciang-kun (Saudara Perwira Berdua), inilah saatnya
kita semua mengetahui hal sebenarnya tentang Kim Cui Hong.
Kalau benar-benar kita keliru memusuhinya dan ji-wi salah
tangkap, sungguh kami berlima juga merasa bersalah karena
kami pernah pula membantu ji-wi memusuhinya. Mari kita
menemuinya dan mencegah tiga orang itu menyiksanya."
Dua orang perwira yang sudah mulai merasa menyesal dan
meragu akan urusan yang menyangkut Kim Cui Hong,
menurut saja dan mereka semua, yaitu Liong-san Ngo-eng, Su
Lok Bu, Cia Kok Han, dan Tan Siong pergi menuju ke gedung
tempat tinggal Pui Ki Cong.
Ketika delapan orang itu tiba di gedung itu, para pelayan
yang sudah mengenal Su Lok Bu dan Cia Kok Han karena dua
orang perwira itu pernah datang mengantarkan gadis
tawanan, tidak mencegah mereka sungguhpun mereka
terkejut dan juga takut sekali.
Mendengar suara orang-orang datang di gedung itu, Bong
Can dan Bong Lim yang ditugasi menjaga Kim Cui Hong yang
kini telah dipindahkan di atas sebuah dipan dan terikat kaki
tangannya, segera meninggalkan ruangan itu dan keluar.
Mereka melihat delapan orang perwira dan sudah mengenai
Su Lok Bu dan Cia Kok Han yang tadi datang mengantarkan
gadis tawanan itu. Ketika mereka melihat Tan Siong di antara
delapan orang itu, Bong Can dan Bong Lim terkejut dan
girang.
"Tan-suheng...!" kata mereka sambil maju menghampiri.
Biarpun Bong Can tiga tahun lebih tua daripada Tan Siong,
namun dalam perguruan Kun-lun-pai Tan Siong merupakan
suheng (Kakak Seperguruan) karena tingkatnya lebih tinggi.
Dua orang kakak beradik ini amat mengagumi Tan Siong yang
telah mengharumkan nama Kun-lun-pai dengan sepak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjangnya sebagai seorang pendekar budiman yang gagah
perkasa.
"Eh? Kalian berdua berada di sini, Sute? Apakah kalian
bekerja kepada Pui Ki Cong itu?" tanya Tan Siong dengan a lis
berkerut, heran dan tidak senang.
Wajah kakak beradik Bong itu berubah merah. Mereka
memang akhir-akhir ini merasa curiga kepada majikan
mereka, terutama melihat sikap Lauw Ti dan kecurigaan
mereka semakin hebat ketika mereka melihat Kim Cui Hong
menjadi tawanan di situ. Mereka melihat sikap yang gagah
perkasa dari gadis itu, sebaliknya mereka melihat sikap yang
keras dan penuh kebencian dari t iga orang penghuni gedung.
"Mengapa, Suheng?" Bong Lim bertanya. "Salahkah kami
kalau bekerja di sini, sebagai pengawal Pui Kongcu yang cacat
dan lemah itu?"
"Hemm, mereka itu orang-orang jahat, Sute." Tan Siong
lalu menceritakan semua perbuatan mereka terhadap Kim Cui
Hong. Mendengar ini, Bong Can dan Bong Lim merasa
menyesal sekali.
"Ah, kami pun sudah curiga ketika melihat gadis tawanan
itu. Kalau begitu, mar i kita temui Nona Kim." kata Bong Can.
Bong Can dan Eong Lim menjadi penunjuk jalan, mereka
langsung menuju ke ruangan di mana Kim Cui Hong ditahan.
Mereka berdelapan melihat gadis itu dibelenggu di atas
sebuah dipan. Kaki tangannya terikat dan bajunya terkoyak,
hanya mengenakan pakaian dalam. Akan tetapi gadis itu
tampak tenang dan melihat keadaannya, agaknya dia tidak
diganggu, mungkin hanya dicaci-maki saja. Akan tetapi
melihat kedatangan orang-orang itu, Cui Hong terbelalak,
apalagi ketika melihat munculnya Tan Siong bersama mereka.
Ia sama sekali tidak mengerti mengapa pemuda itu datang
bersama orang-orang yang berpakaian perwira itu. Bahkan
Tan Siong juga mengenakan pakaian perwira!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi....!!" kata Tan Siong dan suaranya mengandung
kekhawatiran.
"Siong-ko, mengapa engkau datang bersama mereka yang
memusuhi aku?" Cui Hong bertanya ketika ia mengenai tujuh
orang itu sebagai perwira-perwira yang pernah menyerang Li
Cu Seng yang dibantunya karena ia melihat saudara
sepupunya, Kim Lan Hwa, terancam bahaya. "Jangan engkau
mencampuri urusanku, Siong-ko, agar engkau tidak dianggap
jahat. Biarkan mereka membunuhku, aku t idak takut mati!"
"Hong-moi...." Tan Siong berkata terharu.
"Nona Kim Cui Hong, kami sudah mendengar akan
riwayatmu. Akan tetapi sebelum kami memutuskan apakah
engkau ini kawan ataukah lawan, katakan kepada kami
mengapa engkau membela Pemberontak Li Cu Seng. Apakah
engkau menjadi anggauta pemberontak, anak buah Li Cu
Seng?" tanya Su Lok Bu dan tujuh orang perwira itu menatap
wajah Kim Cui Hong dengan tajam penuh selidik.
"Hemm, siapa membantu Li Cu Seng? Aku tidak peduli akan
semua perebutan kekuasaan antara sesama bangsa ini!"
jawab Kim Cui Hong.
"Akan tetapi, Nona Kim Cui Hong, mengapa ketika pasukan
menyerang Li Cu Seng, engkau membantunya?" tanya pula
Cia Kok Han, penasaran.
"Bukan Li Cu Seng yang kubantu, melainkan Enci Kim Lan
Hwa. Selir Panglima Bu Sam Kwi itu adalah Kakak sepupuku.
Ia terancam, tentu saja aku membantunya. Sekarang
terserah, kalian sudah menyerahkan aku kepada iblis-iblis itu.
Aku tidak minta dikasihani!"
Tiba-tiba terdengar suara bergedebugan di luar ruangan
itu, disusul jeritan-jeritan kesakitan. Delapan orang itu terkejut
dan mereka cepat berlari keluar dari ruangan itu. Suara gaduh
itu datang dari ruangan dalam. Ketika tiba di luar ruangan
mereka melihat beberapa orang pelayan berlarian keluar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketakutan dan terdengar suara cambuk meledak-ledak, disusul
suara tawa bergelak. Mereka cepat menuju ke ruangan itu dan
mereka melihat pemandangan yang mengerikan.
Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun terkapar di atas lantai. Kursikursi
roda mereka berantakan dan tubuh kedua orang itu
hancur tersayat-sayat. Muka mereka hancur, bahkan perut
Koo Cai Sun yang gendut itu terkoyak sehingga isi perutnya
berhamburan. Darah membanjir mengerikan.
Lauw Ti berdiri dengan senjata cambuknya di tangan.
Senjata cambuk ini berwarna hitam, ujungnya dipasangi kaitan
baja dan cambuk ini yang menghancurkan tubuh kedua orang
itu. Lauw Ti masih terus menghantamkan cambuknya pada
dua tubuh rekannya yang sudah hancur itu, sambil tertawa
bergelak dan dia berloncatan dengan sebelah kakinya, lengan
kirinya yang buntung bergerak-gerak seperti menari dan yang
kanan mengayunkan dan memukulkan cambuknya sekuat
tenaga sehingga terdengar bunyi meledak-ledak dan tampak
daging dan darah muncrat berhamburan!
"Ha-ha-ha, siapa berani melarangku? Ha-ha-ha, aku akan
memperkosa Kim Cui Hong sepuasku, baru akan kusayat-sayat
dagingnya sedikit demi sedikit sampai ia lebih cacat daripada
aku. Kalian menghalangiku, harus mampus!" Lauw Ti tertawatawa
dan memaki-maki. Kemudian dia melompat-lompat
dengan sebelah kaki menuju ke ruangan di mana Kim Cui
Hong terikat di atas dipan. Dia seolah tidak melihat adanya
sepuluh orang yang muncul itu dan melewati mereka begitu
saja. Sepuluh orang itu melihat betapa mata Lauw Ti
berputaran, dan segala gerak-geriknya jelas menunjukkan
bahwa dia benar-benar menjadi iblis, bukan saja wajahnya
melainkan juga p ikirannya. Tidak waras dan telah kemasukan
iblis.
Sepuluh orang itu mengikut inya, hendak melihat apa yang
akan dilakukan Lauw Ti yang kumat gilanya itu. Keadaannya
benar-benar menyeramkan. Muka yang menyeramkan itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga kedua tangan dan pakaiannya bagian depan, berlepotan
darah!
"Ha-ha-ha, sekarang engkau akan membayar lunas semua
perbuatanmu, Kim Cui Hong!" Dia melepaskan cambuknya lalu
menubruk maju, tangan kanannya membentuk cakar hendak
mencengkeram dan merenggut pakaian Cui Hong.
"Piak! Desss....!" Su Lok Bu yang tak dapat menahan
kesabarannya lagi sudah bergerak maju, menangkis tangan
Lauw Ti yang hendak mencengkeram gadis itu, lalu
mendorong sehingga tubuh Lauw Ti jatuh terjengkang. Lauw
Ti menggereng seperti binatang buas. Matanya terbelalak dan
liar, lalu dia mengambil cambuknya dan melompat bangun,
kemudian dengan kaki sebelah berloncat-loncatan dia
mengamuk, menyerang ke arah sepuluh orang itu. Akan tetapi
sepuluh orang Itu adalah ahli-ahli silat yang tangguh, maka
dengan mudah mereka menghindarkan diri dengan elakan.
Lauw Ti lalu membalik dan cambuknya menyambar ke arah
kepala Kim Cui Hong!
Bong Lim yang merasa bertanggung jawab sebagai
pengawal Pui Ki Cong dan majikannya itu terbunuh tanpa dia
ketahui, marah sekali kepada Lauw Ti yang menjadi
pembunuhnya. Maka melihat Lauw TI hendak membunuh Kim
Cui Hong, dia bergerak ke depan dan pedangnya telah
menembus dada Lauw Ti.
Lauw Ti mengeluarkan jerit menyeramkan dan roboh
terguling, tewas seketika. Agaknya nyawanya keluar bersama
teriakannya tadi. Tan Siong lalu menghampiri dipan dan
membebaskan Kim Cui Hong dari ikatan kaki tangannya.
"Cu-wi Ciang-kun (Para Perwira Se-kalian), saya minta
persetujuan cu-wi (kaiian semua) untuk mengajak pergi Nona
Kim Cui Hong keluar kota raja. Kepada Liong-san Ngo-eng
saya minta tolong agar menyampaikan hormat dan maafku
kepada Ciong Goanswe karena saya terpaksa meninggalkan
benteng."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Baik Liong-san Ngo-eng, kakak beradik Bong, dan dua
orang perwira Su Lok Bu dan Cia Kok Han, mengangguk dan
tidak ada yang merasa keberatan. Mereka semua kini yakin
bahwa tiga orang itu memang benar merupakan orang-orang
berwatak jahat sekali dan Kim Cui Hong menjadi korban
kebiadaban mereka.
"Hong-moi, mari kita pergi!" kata Tan Siong sambil
membuka jubahnya dan memberikannya kepada Cui Hong
untuk dipakai.
Cui Hong mengangkat kedua tangan, dirangkapkan di
depan dada memberi hormat kepada sembilan orang itu dan
berkata, "Terima kasih atas kepercayaan dan kebaikan budi
Cu-wi (Anda Sekalian) kepada saya."
Tan Siong dan Kim Cui Hong lalu keluar dari gedung itu.
Sembilan orang gagah itu lalu berunding apa yang akan
mereka lakukan selanjutnya. Su Lok Bu yang dianggap
sebagai yang tertua berkata, "Biarlah mayat-mayat ini diurus
oleh para pelayan di sini. Aku akan melaporkan kepada
pejabat yang berwenang mengurusnya. Urusan mengenai Kim
Cui Hong kita rahasiakan saja karena kita pun ikut merasa
malu bahwa kita pernah memusuhi ia yang sesungguhnya
tidak jahat dan kita bahkan membantu orang-orang macam
Pui Ki Cong dan anak buahnya yang amat kejam itu. Adapun
Saudara Bong Can dan Bong Lim, kalau kalian hendak berbakti
kepada kerajaan, mari kuhadapkan Ciong Goan-swe yang
pasti dengan senang hati mere ka akan menerima kalian
sebagai perwira. Juga tentang mundurnya Tan Siong akan
kulaporkan kepadanya."
Kakak beradik Bong itu setuju dan sembilan orang itu lalu
keluar dari gedung tempat tinggal mendiang Pui Ki Cong.
Jenderal Ciong menerima dua saudara Bong sebagai perwira
dan sembilan orang ini menjadi rekan-rekan yang sepaham
dan akrab. Akan tetapi tak lama kemudian, mereka merasa
kecewa sekali setelah melihat keadaan pemerintahan Kerajaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng yang semakin rusak dan lemah. Kaisar Beng yang
terakhir itu, yaitu Kaisar Cung Ceng, adalah seorang laki-laki
yang lemah dan menjadi boneka dalam tangan para Thaikam
(Laki-laki Kebiri atau Sida-sida) yang menguasai pemer intahan
bersama para pejabat tertinggi. Boleh dibilang semua pejabat
pemerintah, dari yang paling tinggi kedudukannya sampai
yang paling rendah, dari yang bertugas di pusat sampai yang
bertugas di daerah-daerah paling terpencil, semua melakukan
korupsi besar-besaran dan menindas rakyat, berlumba
mengumpulkan uang haram untuk memenuhi gudang uang
mereka sendiri masing-masing. Mereka berlumba untuk
bermewah-mewahan, bersenang-senang, menari-nari di atas
penderitaan rakyat jelata. Hal-hai seperti ini diketahui oleh
para pendekar sehingga mereka yang tadinya penuh
semangat membela pemerintah Kerajaan Beng untuk
menghadapi pemberontakan, mulai ragu dan penasaran.
Sesungguhnya, keadaan brengsek dari Kaisar dan para
pejabat itulah yang akhirnya akan menghancurkan Kerajaan
Beng. Pemer intahan di negara manapun juga, pasti menjadi
lemah dan akan runtuh kalau tidak mendapat dukungan dari
rakyatnya. Cara tunggal untuk mendapatkan dukungan rakyat
sepenuhnya, bukan dukungan karena ancaman atau suapan,
hanyalah mengkikis habis korupsi, menindak dan menghukum
petugas pemerintahan yang melakukan korupsi,
menyejahterakan rakyat dan para pejabatnya memberi
tauladan yang baik dengan bekerja keras dan bersih dari
tindakan manipulasi dan korupsi. Kalau begini keadaannya,
rakyat pasti juga akan bekerja keras, bersemangat
membangun negara, yakin bahwa cucuran keringatnya akan
membawa hasil bagi keluarga seluruh rakyat. Bukan
bersemangat karena takut dihukum, karena hendak menjilat
mengharapkan jasa dan sejuta keadaan timpang dan
kepalsuan lagi.
Li Cu Seng adalah seorang pemimpin rakyat yang gagah
dan jujur. Dia memimpin rakyat dengan penuh semangat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semata-mata didasari keprihatinan melihat nasib rakyat yang
semakin menderita di bawah pemerintahan Kaisar Cung Ceng,
yaitu kaisar terakhir Dinasti Beng.
Karena itu, dia didukung banyak rakyat dan dengan cepat
dia menguasai daerah-daerah. Setelah dia berhasil
menyelundup ke dalam kota raja dan melihat keadaan kota
raja, mendengar dari para mata-mata bahwa pertahanan
pemerintahan kerajaan di kota raja amat lemah, juga tidak
ada bantuan dari Jenderal Bu Sam Kwi, panglima besar yang
berjaga dan bertugas di utara, Li Cu Seng mengerahkan
barisannya dan terus menyerbu sampai akhirnya memasuki
kota raja Peking!
Pasukan yang tadinya setia kepada Kaisar Cung Ceng,
akhir-akhir ini berkurang kesetiaannya setelah melihat dengan
jelas betapa yang berkuasa di istana sesungguhnya adalah
para Thaikam yang korup dan sewenang-wenang
mengumpulkan harta kekayaan untuk diri mereka sendiri.
Maka, ketika pasukan rakyat pimpinan Li Cu Seng datang
menyerbu, perlawanan pasukan kerajaan tidak sepenuh hati.
Sebagian besar dari mere ka bahkan melarikan diri mencari
selamat keluar kota raja. Memang ada yang berjiwa patriot,
mempertahankan kota raja sampai tit ik darah penghabisan. Di
antara mereka terdapat pula Su Lok Bu, Cia Kok Han, kelima
Liong-san Ngo-eng, dua saudara Bong Can dan Bong Lim.
Bersama sejumlah pendekar patriot, terutama para murid
perguruan silat yang besar, mereka mempertahankan kota
raja sampai akhirnya mereka gugur sebagai pahlawanpahlawan
yang gagah perkasa.
Memang benarkah pendapat para bijaksana bahwa
terdapat tiga hal yang bisa meruntuhkan seorang laki-laki
yang bagaimana gagah perkasa dan cerdik pandai sekalipun.
Tiga hal itu adalah pertama kekuasaan, kedua harta-benda,
dan ketiga wanita. Tiga hal ini dapat membuat hati seorang
laki-laki yang tadinya sekuat baja menjadi cair dan lemah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat dia menjadi mabok. Mabok kuasa, mabok harta, dan
mabok wanita membuat seorang laki-laki dapat melakukan
hal-hal yang tadinya merupakan pantangan baginya.
Satu di antara kelemahan-kelemahan pria itu hinggap pula
dalam hati Li Cu Seng. Dia tergila-gila kepada Kim Lan Hwa
yang memang cantik jelita wajahnya, indah menggairahkan
tubuhnya, lemah lembut tutur sapanya, dan pandai membawa
diri. Seorang wanita muda, berusia dua puluh lima tahun dan
sedang masak-masaknya, dengan seribu satu macam daya
tarik yang mempesona. Setelah membantu wanita ini
melarikan diri dari kota raja, Li Cu Seng tidak mengirimkan
wanita itu kepada suaminya, yaitu Panglima Bu Sam Kwi yang
berada di utara menjaga tapal batas membendung gerakan
bangsa Mancu yang mulai berkembang dan kuat. Akan tetapi
dia sengaja membujuk Kim Lan Hwa agar mau menjadi
isterinya!
Ketika barisan rakyat yang dipimpin Li Cu Seng berhasil
menyerbu kota raja, Kaisar Cung Ceng yang putus asa dan
baru menyadari kesalahannya bahwa selama ini dia hanya
menuruti semua kehendak para Thaikam dan hanya
bersenang-senang tanpa mempedulikan urusan pemerintahan,
lalu melakukan bunuh diri dengan cara menggantung diri
sampai mati!
Li Cu Seng menguasai kota raja dan dia pun lupa diri,
hanya sibuk ingin membahagiakan Kim Lan Hwa yang tidak
dapat menolak untuk menjadi isterinya. Para panglima dan
perwira pengikutnya, merasa kecewa melihat betapa Li Cu
Seng bersenang-senang saja dengan Kim Lan Hwa dan tidak
mengembalikan selir Panglima Bu Sam Kwi kepada suaminya.
Para pengikut itu condong kagum kepada Bu Sam Kwi yang
tidak mau dipanggil Kaisar untuk mempertahankan kota raja.
Bahkan sebagian besar dari mereka menghendaki agar kelak
Bu Sam Kwi yang memimpin rakyat menjadi Kaisar baru.
Bukan Li Cu Seng yang tidak berpendidikan tinggi dan bukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang ahli pemerintahan. Apalagi kini melihat Li Cu Seng
bahkan tergila-gila kepada selir Bu Sam Kwi dan
mengambilnya sebagai isteri, berarti merampas selir orang.
Diam-diam mereka merasa penasaran.
Li Cu Seng yang tadinya hanya seorang sederhana, kini
tiba-tiba berada dalam keadaan yang serba gemerlapan,
mewah, di puncak kekuasaan, dibuai kecantikan yang
memabokkan dari Kini Lan Hwa, benar-benar menjadi lupa
diri. Dia tidak mampu membangun sebuah pemer intahan baru
dan tidak mendapat banyak dukungan dari para ahli dan
cendekiawan.
Sementara itu, tadinya Panglima Besar Bu Sam Kwi dengan
sengaja membiarkan kota raja diancam pemberontakan Li Cu
Seng. Sudah lama Jenderal Bu Sam Kwi merasa tidak senang
dengan Kaisar Cun Ceng yang lemah. Sudah beberapa kali dia
memperingatkan dan menasihati Kaisar, dan akibatnya malah
dia diperintahkan untuk memimpin pasukan menjaga di timur
laut untuk menahan serbuan bangsa Mancu. Dia seolah
diasingkan oleh kaisar. Diam-diam dia merasa sakit hati dan
dia pun bersimpati dengan gerakan Li Cu Seng yang
memimpin barisan rakyat. Dia bahkan mempunyai maksud
untuk bekerja sama dengan Li Cu Seng membangun kembali
pemerintahan yang baik dan membasmi semua bentuk
kemunafikan dan korupsi.
Akan tetapi, ketika Bu Sam Kwi mendengar bahwa selirnya
tersayang, Kim Lan Hwa direbut Li Cu Seng dan diperisteri, dia
menjadi marah bukan main. Sebetulnya hal ini hanyalah
persoalan pribadi yang kecil, memperebutkan seorang wanita
cantik sehingga tidak diketahui orang lain. Sebagai seorang
panglima besar, Bu Sam Kwi sendiri juga merahasiakan
perasaan cemburu dan marah karena selirnya direbut ini.
Bahkan para perwira pembantunya juga tidak tahu bahwa
sikap Bu Sam Kwi yang berbalik membenci dan memusuhi Li
Cu Seng sesungguhnya terutama sekali disebabkan karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
selirnya direbut. Dia melakukan pendekatan dan persekutuan
dengan musuh besar bangsanya, yaitu dengan bangsa Mancu.
Diajaknya bangsa Mancu bergabung untuk menyerbu dan
merebut kota raja Peking dari tangan pemberontak Li Cu
Seng!
Li Cu Seng belum sempat membentuk sebuah
pemerintahan yang kuat ketika pasukan Jenderal Bu Sam Kwi
yang bergabung dengan pasukan bangsa Mancu datang
menyerbu. Biarpun para pengikut Li Cu Seng melakukan
perlawanan mati-matian, akhirnya mereka terpaksa melarikan
diri ke barat setelah merampok kota raja habis-habisan.
Peristiwa jatuhnya Kerajaan Beng yang disusul dengan
kalahnya pasukan Li Cu Seng ini terjadi dalam tahun 16 yang
merupakan berakhirnya Kerajaan Beng-tiauw di tangan Kaisar
Cung Ceng yang lemah dan menjadi hamba nafsu
kesenangannya sendiri sehingga kekuasaan terjatuh kepada
para pejabat korup dan kepentingan rakyat terabaikan.
Jenderal Bu Sam Kwi yang juga mement ingkan diri sendiri,
ketika melihat bahwa selirnya tercinta, Kim Lan Hwa, ikut
dibawa lari Li Cu Seng, segera mengerahkan pasukannya
untuk melakukan pengejaran ke barat. Dia sama sekali tidak
mempedulikan lagi kota raja Peking yang sudah didudukinya
dengan bantuan bangsa Mancu. Tentu saja kesempatan baik
ini dimanfaatkan bangsa Mancu yang cepat menguasai kota
raja Peking dan menyusun kekuatan di situ. Peking menjadi
benteng pertama yang amat kuat bagi bangsa Mancu dan dari
sanalah kemudian mereka memperluas sayap mereka
sehingga dapat menjajah seluruh daratan Cina.
Sementara itu, Li Cu Seng dan sisa pasukannya, melarikan
diri ke barat, dikejar-kejar pasukan Bu Sam Kwi. Jenderal Bu
ini bersikeras untuk merampas kembali selirnya dari tangan Li
Cu Seng. Para pengikut Li Cu Seng mulai merasa kecewa
sekali akan sikap Li Cu Seng yang ternyata hanya pandai
memimpin pemberontakan namun tidak pandai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempertahankan kota raja. Bahkan agaknya yang
dipentingkan adalah menyelamatkan Kim Lan Hwa yang cantik
agar jangan sampai dirampas kembali oleh Jenderal Bu Sam
Kwi. Banyak perajurit mulai meninggalkannya ketika melihat
bahwa mereka hanya diajak melarikan diri dan dikejar-kejar
sehingga seringkali kehabisan dan kekurangan ransum.
Mulailah mereka menyalahkan Kim Lan Hwa dan menuntut
agar Kim Lan Hwa dikembalikan kepada Jenderal Bu Sam Kwi,
atau dibunuh saja karena wanita itu agaknya yang menjadi
gara-gara sehingga mereka dapat terpukul dan terusir dari
kota raja.
Akhirnya, karena Li Cu Seng t idak mau memenuhi
kehendak para perwira dan perajurit, dia malah mati dikeroyok
para perajuritnya sendiri dan Kim Lan Hwa juga tewas
membunuh diri. Maka habislah sudah pasukan Li Cu Seng
yang tadinya merupakan pasukan rakyat terkuat yang mampu
menggulingkan Kaisar Cung Ceng. Sebagian dari mereka
menakluk kepada Bu Sam Kwi dan memperkuat pasukan
pimpinan Jenderal Bu ini.
Akan tetapi, baru Jenderal Bu Sam Kwi menyadari
kesalahannya ketika dia disambut dengan serbuan oleh
pasukan bangsa Mancu ketika hendak kembali ke kota raja
Peking setelah mendapatkan Li Cu Seng dan Kim Lan Hwa
tewas. Pasukan Jenderal Bu Sam Kwi yang sudah kelelahan itu
tidak kuat melawan pasukan Mancu dan terpaksa Jenderal Bu
Sam Kwi membawa pasukannya melarikan diri jauh ke barat,
sampai di daerah Se-cuan di mana dia menyusun kekuatan
dan mendirikan pemerintah darurat. Di Se-cuan Jenderal Bu
Sam Kwi menjadi seorang raja kecil yang berdaulatan dan
bahkan sampai hampir t iga puluh tahun dia mempertahankan
kerajaan kecil ini dan selalu menentang pemer intahan
Kerajaan Ceng (Mancu) sampai t iba saat kematiannya.
0odwo0
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu berwajah pucat, rambutnya terurai awut-awutan,
pakaiannya kotor dan kusut, tubuhnya lemah lunglai. Sudah
berhari-hari ia tidak makan tidak minum, sudah lima hari ia
berjalan seperti orang kehilangan semangat. Kim Cui Hong kini
bagaikan seorang mayat berjalan, tanpa tujuan, tanpa
harapan, masa depannya gelap pekat, tidak ada sinar sedikit
pun. Berbulan-bulan ia melarikan diri dari Tan Siong. Ketika
dia diajak Tan Siong keluar dari kota raja, ia bagaikan seorang
yang tidak sadar, ia hanya menurut saja, sampai mereka tiba
jauh dari kota raja. Akan tetapi, kemudian ia menyadari
keadaannya, la teringat akan semua pengalamannya,
terutama sekali terbayang di depan matanya keadaan tiga
orang korban penganiayaannya itu, tiga orang manusia yang
mengerikan, la menyesali dirinya dan baru ia menyadari
betapa kejamnya ketika ia membalas dendam. Perbuatannya
itu bukan lagi merupakan kekejaman biasa, melainkan
kekejaman iblis. Pantaslah kalau ia dianggap iblis betina! la
jahat sekali, ia kejam, melebihi kekejaman empat orang yang
dulu memperkosa dan menganiayanya. Ia merasa malu sekali
melakukan perja lanan bersama Tan Siong, walaupun pria itu
tidak pernah menyinggung masalah itu. Dan ia melihat betapa
Tan Siong bersikap penuh kasih, penuh sikap menghibur dan
berusaha membahagiakannya. Sikap Tan Siong ini semakin
menghancurkan hatinya. Ia merasa tidak layak menerima
perlakuan sedemikian baiknya, la tidak pantas dihormati, tidak
pantas dicinta, apalagi oleh seorang pria seperti Tan Siong,
seorang pendekar yang gagah perkasa dan budiman. Tidak,
kedekatan mereka hanya akan mengotori nama baik Tan
Siong. Karena itulah maka ketika pada suatu malam mereka
bermalam dalam sebuah rumah penginapan dan seperti biasa
Tan Siong menyewa dua buah kamar, diam-diam ia melarikan
diri!
Cui Hong maklum bahwa tentu Tan Siong melakukan
pengejaran dan pencarian, maka ia melarikan diri dan
mengembara tanpa tujuan sampai sekitar sepuluh bulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lamanya sejakia pergi meninggalkan Tan Siong. Karena
selama beberapa bulan itu terjadi perang, pertama perang
antara barisan pemberontak Li Cu Seng melawan barisan
Kerajaan Beng, kemudian dilanjutkan perang antara barisan Li
Cu Seng melawan barisan Jenderal Bu Sam Kwi yang
bergabung dengan pasukan orang Mancu sehingga keadaan,
menjadi gempar, maka Tan Siong mengalami kesulitan untuk
dapat menemukan wanita yang amat dicintanya itu.
Hari itu, Cui Hong berjalan mendaki bukit gersang itu. la
hanya menurut saja ke mana kedua kakinya membawanya, la
sudah merasa lelah dan tidak ada gairah hidup lagi. la melihat
puncak bukit itu seolah menggapainya. Ia ingin ke sana dan
tidak ingin kembali lagi.
"Hong-moi!"
Cui Hong tersentak kaget sampai terhuyung karena kakinya
tiba-tiba menggigil dan tubuhnya yang sudah lemah lunglai itu
seperti terdorong angin. Suara itu!
"Hong-moi.... tungguuuu....!!"
Tan Siong! Itu suara Tan Siong! Jantung Cui Hong
berdegup keras seolah hendak meloncat keluar dari rongga
dadanya. Ia mendengar langkah kaki berlari di belakangnya.
Ia mencoba untuk lari, akan tetapi terkulai jatuh dan ia tentu
akan terbanting ke atas tanah kalau saja tidak ada dua buah
lengan yang menangkap dan merangkulnya.
"Hong-moi!" Cui Hong pingsan dalam rangkulan Tan Siong!
Cui Hong merasa seolah ia melayang-layang diantara awan
putih. Senang sekali melayang-layang seperti itu, seorang diri,
bebas dari segala sesuatu.
"Hong-moi.... ah, Hong-moi....!"
Suara ini seolah menyeretnya kembali ke bawah, la
membuka mata dan melihat Tan Siong berlutut di dekatnya
dan laki-laki itu menangis! Menangis sesenggukan sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyebut-nyebut namanya. Cui Hong merasa betapa
mulutnya dan mukanya basah, terkena air yang sejuk. Ia
sadar kembali dan teringat akan keadaannya, la tersusul oleh
Tan Siong dan tadi ia tentu roboh pingsan. Kini ia rebah
telentang di bawah pohon. Mukanya tentu dibasahi Tan Siong
dan laki-laki itu tentu telah merawatnya, mungkin
menyalurkan tenaga saktinya untuk membantunya
memperkuat tubuhnya yang lemah.
"Hong-moi.... Ya Tuhan, sukur engkau dapat sadar
kembali! Hong-moi, aih, Hong-moi, mengapa keadaanmu
sampai seperti ini? Mengapa engkau menyiksa diri sampai
begini? Hong-moi, selama berbulan-bulan ini t iada hentinya
aku mencarimu dan sukur saat ini Thian (Tuhan) menuntunku
ke sini sehingga dapat menemukanmu."
"Siong-ko...." Cui Hong berbisik lalu bangkit duduk. Cepat
Tan Siong membantunya. Mereka saling berpandangan. Cui
Hong melihat betapa Tan Siong berwajah kurus dan pucat.
Duga pakaiannya kusut tak terawat. Mukanya ditumbuhi kumis
dan jenggot yang awut-awutan pula.
"Siong-ko.... mengapa engkau mengejar dan mencariku....?
Mengapa, Siong-ko...?"
"Engkau bertanya mengapa, Hong-moi? Karena engkau
adalah satu-satunya orang yang kupunyai, satu-satunya orang
yang kucinta, satu-satunya harapanku dan kebahagiaanku.
Aku cinta padamu, Hong-moi, aku tidak mungkin dapat hidup
tanpa engkau...l"
Cui Hong menatap wajah Tan Siong. Matanya yang sembab
dan menjadi sipit membengkak karena kebanyakan tangis itu
dilebar-lebarkan karena hampir ia tidak dapat percaya akan
kata-kata yang keluar dari mulut pria satu-satunya di dunia ini
yang dikaguminya dan dihormatinya.
"Tapi.... aku.... bukan perawan lagi.... aku... aku telah
ternoda..., kehormatanku telah diinjak-injak empat orang...."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hong-moi, sudahlah jangan bicara lagi tentang hal itu. Aku
cinta padamu, Hong-moi, aku mencinta pribadimu, lahir dan
batinmu. Aku bukan sekedar mencinta keperawananmu atau
kecantikanmu. Tidak peduli engkau perawan atau bukan, hal
itu tidak penting bagiku. Apalagi aku tahu betul bahwa apa
yang terjadi padamu itu bukan atas kehendakmu. Apakah
engkau tidak percaya kepadaku, Hong-moi?"
Pandang mata Cui Hong mulai ada sinar, walaupun masih
redup. "Akan tetapi aku... aku seorang yang penuh dosa,
penuh kekejaman... aku kejam dan buas seperti iblis!" Ia
teringat akan penyiksaan-penyiksaan terhadap musuhmusuhnya,
terbayang akan keadaan tubuh dan wajah tiga
orang yang telah disiksanya. Ia tahu bahwa Tan Siong sama
sekali tidak menyetujui dan menyukai batas dendam seperti
itu.
"Sudahlah, Hong-moi. Yang lewat biarlah lewat. Engkau
melakukan semua Itu karena ketika itu engkau dibikin buta
oleh dendam. Yang terpenting adalah sekarang ini. Aku yakin
bahwa sekarang engkau telah insaf, telah sadar dan menyesali
perbuatanmu. Penyesalan menuntun kepada pertaubatan dan
orang yang menyesal dan bertaubat pasti akan diampuni oleh
Tuhan. Sekarang aku mengulangi pernyataanku tempo hari.
Aku cinta padamu, Hong-moi. Sudikah engkau menerimanya
dan maukah engkau melanjutkan sisa hidup ini di sampingku?
Aku hanya seorang laki-laki yang bodoh dan miskin."
"Toako (Kanda), benarkah semua kata katamu Itu?
Benarkah engkau masih mencintaku dan engkau tidak akan
memandang rendah kepadaku?"
"Memandang rendah? Sama sekali tidak, Moi-moi. Aku
mencintamu, aku menghormatimu, aku memujamu, engkau...
kalau engkau sudi menerimanya, engkau adalah calon isteriku,
teman hidupku..."
"Tan-toako... (Kanda Tan)...." Cul Hong menangis akan
tetapi la tidak menolak ketika Tan Slong merangkul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pundaknya. "Aku... aku tadinya seperti tenggelam ke dalam
kegelapan... aku bingung, putus asa.... tidak tahu ke mana
harus pergi, tak tahu apa yang harus kuperbuat selanjutnya,
aku sebatang kara dan... setelah tugas balas dendamku habis,
kukira... habis pula kehidupanku. Akan tetapi engkau...
engkau membawa pelita dan aku... aku hanya pasrah, aku
hanya ikut, ke manapun engkau membawaku.... aku... aku...
ahhh...."
Tan Siong merangkulnya dan dalam dekapannya itu
tercurah semua kasih sayangnya kepada wanita itu. Sejenak
mereka berangkulan dan bertangisan, tangis haru dan
bahagia.
Setelah tangis itu mereda, Tan Siong berbisik di dekat
telinga calon isterinya. "Kita akan menghadapi tantangan
hidup bersama Moi-moi. Kita kubur semua masa lalu karena
yang penting adalah sekarang ini. Kita akan pergi jauh
meninggalkan semua kenangan lama, memulai hidup baru,
jauh di dusun yang bersih, dengan penduduk dusun di
pegunungan yang sunyi, di antara rakyat yang bodoh dan
lugu, di mana tidak ada terjadi kejahatan, pertentangan dan
kebencian. Sekali lagi, jawablah, setelah engkau sudi
menerima cintaku, maukah engkau menjadi isteriku, Kim Cui
Hong?"
Cui Hong mengangkat mukanya memandang. Muka mereka
yang basah air mata saling berdekatan dan Cui Hong lalu
menunduk dengan muka merah, menyembunyikan mukanya
di dada Tan Siong dan jawabannya lirih sekali.
"Sejak engkau mengaku cinta, aku sudah ser ingkali
membayangkan dan mengharapkan hal ini terjadi, Toako... tak
kusangka sekarang menjadi kenyataan ya, aku bersedia
menjadi isterimu yang bodoh"
Kedua orang muda itu tenggelam ke dalam kemesraan dua
hati yang saling menemukan dan hanya mereka berdualah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mampu menggambarkan bagaimana kebahagiaan yang
dirasakan pada saat seindah itu.
Tak lama kemudian, keduanya saling bergandeng tangan
meninggalkan bukit itu, menuruni lereng dengan wajah yang
cerah penuh sinar bahagia, penuh harapan dan penuh cinta
kasih menyongsong kehidupan baru.
Hidup adalah SEKARANG, bukan kemar in dan bukan esok.
Hidup adalah saat demi saat, saat ini, sekarang, detik demi
detik. Mengenang masa lalu hanya menimbulkan duka,
kebencian, kekecewaan. Membayangkan masa depan hanya
menimbulkan rasa kekhawatiran atau khayalan-khayalan
muluk yang akhirnya mendatangkan kecewa kalau tidak
terlaksana. Yang penting adalah SEKARANG, saat ini, detik
demi detik. Saat ini selalu waspada, saat ini selalu sadar,
penuh kewaspadaan dan perhatian terhadap segala sesuatu
yang berada di luar dan di dalam diri kita, saat ini bersin, saat
ini benar dan saat ini bahagia. Perlu apa menyesali dan
menangisi masa lalu? Perlu apa pula mengharapkan masa
depan? Hanya lamunan dan khayalan kosong belaka, bukan
kenyataan. Apa yang belum terjadi, kita serahkan dengan
sepenuh kepercayaan, sepenuh kepasrahan, kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Apa pun yang datang terjadi pada kita, kita
terima dengan penuh kewaspadaan, tanpa penilaian untung
rugi. Semua kejadian pasti ada sebabnya dan semua sebab
berada di tangan kita sendiri. Tuhan itu Maha Adil, kalau
tangan kita menanam yang buruk, pasti kita akan memetik
buahnya yang buruk pula. Yang terjadi adalah kenyataan, dan
sudah dikehendaki Tuhan, maka apa pun penilaian kita, manis
atau pahit, menyenangkan atau menyusahkan, kenyataan
yang sudah dikehendaki Tuhan itu sudah pasti benar dan adil
karena Tuhan Maha Benar dan Maha Adil!
Sampai di sini pengarang menyudahi kisah ini, kisah
pembalasan dendam sakit hati seorang wanita, dengan
harapan semoga para pembaca dapat menikmatinya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik pelajaran bahwa dendam menimbulkan kebencian
dan kemudian melahirkan perbuatan yang amat kejam. Sekian
dan sampai jumpa dalam kisah-kisah lain
Lereng Lawu, akhir 1991
Tamat
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments