Senin, 20 Agustus 2018

Cerita Silat Sakit Hati Seorang Wanita 3

Cerita Silat Sakit Hati Seorang Wanita 3



"Toako, perlu apa banyak bicara dengan cacing tanah ini?
Hajar saja dia agar dia tahu rasa dan tahu diri! ” kata seorang
teman Si Muka Bopeng yang hidungnya pesek.
"Ya, mar i kita pukul dia setengah mati!" teriak yang lain.
Melihat sikap mereka, pemuda yang bernama Tan Siong itu
kelihatan penasaran, akan tetapi sedikit pun tidak nampak
rasa takut membayang di wajahnya. "Kiranya kalian adalah
orang-orang yang suka melakukan kejahatan. Aku tidak takut
karena aku percaya bahwa di kota raja ini tentu berlaku
hukum yang melindungi orang-orang yang tidak bersalah."
"Heh-heh-heh, siapa yang akan melindungimu? Aku akan
menghajarmu, siapa yang akan melarang? Di sini tidak ada
hukum, hukumnya berada di dalam genggaman tanganku."
"Hemm, siapa bilang di sini tidak ada hukum?" Tiba-tiba
terdengar suara keras dari ambang pintu muncullah tiga
orang. Orang- terdepan adalah seorang laki-laki berusia empat
puluh tahun lebih, berperut gendut, mukanya putih bersih
berbentuk bulat, wajahnya nampak gembira dan ramah,
pakaiannya indah-indah dan di pinggangnya tergantung
sepasang tombak pendek bercagak. Di belakangnya masuk
dua orang laki-laki berusia lima puluhan tahun, yang seorang
pendek putih gendut, yang ke dua tinggi besar hitam. Hanya
tiga orang ini saja yang memasuki restoran, masih ada dua
belas orang perajurit yang menanti di luar rumah makan itu.
Cui Hong yang tadi lebih dulu melihat tiga orang ini. Melihat
orang pertama, diam-diam ia terkejut. Orang itu bukan lain
adalah Koo Cai Sun! Dan dua orang kakek di belakangnya
adalah Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dua orang jagoan yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kini menjadi kepala pengawal di rumah gedung keluarga Pui
Seperti biasa, setiap kali melihat wanita cantik, sepasang mata
Cai Sun mulai main dengan lirikan genit dan senyum penuh
gaya. Dan dia pun langsung saja memperlihatkan kekuasaan
dan pengaruhnya juga hendak memamerkan "kebaikannya"
kepada wanita cantik yang begitu dilihatnya membuat hatinya
terguncang keras karena kagum itu.
Sementara itu, empat orang jagoan yang ternyata hanyalah
jagoan-jagoan kecil yang banyak berkeliaran di kota-kota
besar begitu melihat masuknya Koo Cai Sun, menjadi terkejut
dan seketika sikap mereka berubah. Bagi mere ka Koo Cai Sun
adalah seorang jagoan yang lebih besar, baik kedudukannya
maupun kekuatannya.
"Aihh, kiranya Koo-enghiong yang datang!" kata Si Muka
Bor-ng. "Maafkan, kami sedang menegur seorang pemuda tani
yang tidak tahu diri, berani hendak menentang kami
berempat."
Koo Cai Sun melirik ke arah Cui Hong dan kemudian
mengangkat muka memandang pemuda berpakaian kuning
itu. "Siapakah kamu dan apa yang telah terjadi di sini?"
tanyanya, sikapnya demikian angkuh seolah-olah ia
berpangkat hakim yang berwenang untuk memeriksa
seseorang!
Pemuda itu menjura dengan sikap hormat, mengira bahwa
penanya itu tentulah seorang pembesar. "Saya bernama Tan
Siong, ketika saya sedang makan di sini, saya melihat empat
orang saudara ini mengganggu Nona di sana itu. Saya lalu
menegur untuk menasehati mereka, akan tetapi mereka malah
marah dan hendak memukul saya, bahkan membalikkan meja
saya."
Koo Cai Sun kembali melirik ke arah Cui Hong dan dia lalu
bertolak pinggang menghadapi Si Muka Bopeng. "Hem, bagus
sekali perbuatan kalian, ya? Berani mengganggu seorang
gadis di tempat umum! Apa kalian kira di sini tidak ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hukum? Selama aku di sini, kalian tidak boleh berbuat
sewenang-wenang. Hayo cepat kalian minta maaf kepada
Nona itu!"
Si Muka Bopeng dan teman-temannya saling pandang
dengan bingung. Mereka cukup mengenai Cai Sun, seorang
yang paling suka kepada perempuan cantik dan sering pula
mempergunakan kepandaian dan uangnya untuk memaksa
perempuan cantik yang dikehendakinya. Akan tetapi kini
bersikap sebagai seorang satria yang hendak melindungi
seorang perempuan. Akan tetapi Si Muka Bopeng itu agaknya
mengerti. Tentu Cai Sun hendak mencari muka kepada gadis
cantik itu, pikirnya! Dia dan kawan-kawannya tidak berani
membantah. Keempatnya lalu menghampiri Cui Hong,
menjura dan Si Muka Bopeng berkata, “Harap Nona suka
memaafkan kelancangan kami tadi."
Akan tetapi Cui Hong hanya mengangguk dan ia pun sudah
membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi dari rumah
makan itu. Hati sendiri terlalu tegang berhadapan dengan Cai
Sun, seorang di antara musuh-musuh besarnya, bahkan
merupakan orang ke dua sesudah Pui Ki Cong, yang paling
hebat menghinanya tujuh tahun yang lalu. Maka, ia tidak mau
mengeluarkan suara, takut kalau-kalau suaranya akan
terdengar gemetar saking menahan kemarahan dan
kebenciannya.
"Kalian harus mengganti semua kerusakan di sini." kata Cai
Sun dengan suara keras, dengan maksud agar terdengar oleh
Cui Hong yang meninggalkan tempat itu.
Pemuda berpakaian kuning itu lalu menjura kepada Cai Sun
dan berkata, "Terima kasih atas kebijaksanaan Tuan." Cai Sun
hanya mengangguk. Memang tidak ada sedikit pun juga
maksudnya untuk menolong atau membela pemuda tani itu.
Andaikata di situ tadi tidak ada gadis cantik itu, agaknya ia
pun tidak akan peduli apakah pemuda tani ini akan dihajar
setengah mati ataukah dibunuh sekali pun! Pemuda itu pun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat meninggalkan rumah makan setelah membayar harga
makanan.
Cai Sun memang datang ke rumah makan itu untuk
menjamu Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dua orang rekan
barunya yang dianggap cukup kuat untuk membantunya
menghadapi Kim Cui Hong. Dia sudah membuktikan sendiri
betapa hebatnya kepandaian dua orang ini, tingkat mereka
bahkan lebih tinggi daripada tingkatnya. Dengan adanya
kedua jago ini, dia sama sekali tidak takut akan ancaman
gadis puteri Kim-kauwsu itu. Kalau saja di situ tidak ada dua
orang kakek jagoan ini, tentu dia membayangi gadis cantik
tadi untuk dirayunya karena dia sudah tergila-gila kepada
gadis yang cantik manis tadi. Akan tetapi setidaknya dia telah
berdaya dan gadis itu tentu berterima kasih kepadanya,
pikirnya. Tentu sudah ada kesan baik dalam hati gadis itu
mengenai dirinya, dan kalau lain kali dapat bertemu kembali,
hemm, tidak akan sukar menundukkannya!
"Nona, mari ikut bersamaku, cepat!"
Cui Hong menoleh dan melihat bahwa pemuda berpakaian
kuning tadi telah berjalan dengan cepat mengejarnya dan
memberi isyarat kepadanya untuk mengikutinya. Tentu saja ia
merasa heran, bahkan ada perasaan kecewa menyelubungi
hatinya. Apakah pemuda ini, yang tadi sempat menarik
perhatiannya dan membangkitkan rasa kagumnya, pada
kenyataannya hanyalah seorang laki-laki biasa saja, seperti
yang lain-lainnya dan yang selalu menyembunyikan pamrih di
balik semua sikap dan perbuatannya terhadap seorang
wanita? Seorang pemuda yang mempergunakan kehalusan
sikapnya untuk memikat seorang gadis, dan kini, setelah
merasa bahwa dia tadi melindungi dan membelanya, pemuda
itu lalu memperlihatkan watak yang sesungguhnya dan
mengajaknya ikut ke rumahnya untuk minta imbalan jasa?
Akan tetapi, pandang mata pemuda itu demikian serius,
sedikit pun tidak nampak maksud kurang ajar. Dan karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang ingin sekali tahu dan mengenal pemuda ini lebih
mendalam untuk mengetahui apakah benar pemuda ini
seorang laki-laki yang patut dikagumi. 'Cui Hong tidak banyak
berpikir lagi dan segera mengangguk dan mengikuti pemuda
itu.
"Cepat, ke sini....!" Berkali-kali pemuda itu berseru dan
nampak tergesa-gesa mengajak Cui Hong keluar masuk lorong
sempit di antara rumah-rumah di dalam kota raja itu.
Akhirnya, dengan mengambil jalan melalui lorong-lorong
sempit, mereka tiba di ujung selatan kota raja dan pemuda itu
mengajaknya untuk memasuki sebuah kuil tua yang
nampaknya sudah tidak terpakai lagi. Di depan kuil itu nampak
beberapa orang gelandangan berteduh. Mereka adalah para
tuna wisma yang mempergunakan kuil tua itu sebagai tempat
berteduh mereka. Agaknya pemuda itu sudah biasa memasuki
kuil tua itu sehingga para pengemis itu t idak ada yang
memperhatikannya, walaupun ada beberapa orang yagg
menoleh dan memandang heran melihat betapa pemuda itu
datang bersama gadis demikian cantiknya. Cui Hong merasa
semakin heran dan hatinya tambah tertarik. Dengan hati yang
agak tenang dan menduga-duga, ia pun terus mengikuti
pemuda itu masuk kuil rusak yang sudah tua itu dan akhirnya
pemuda yang mengaku bernama Tan Siong itu berhenti di
ruangan belakang yang biarpun sudah rusak dan tidak
terawat, namun lantainya sudah dibersihkan. Di situ tidak
terdapat lain orang kecuali mereka berdua.
"Nah, di sini kita aman sudah." kata Tan Siong sambil
menarik napas panjang, wajahnya yang tadi serius nampak
lega. Kembali timbul kecurigaan di dalam hati Cui Hong.
Benarkah kekhawatirannya tadi bahwa pemuda ini bermaksud
kurang ajar terhadap dirinya?
"Apakah artinya semua ini? Apa maksudmu mengajak aku
pergi ke sini dengan tergesa-gesa seperti menyembunyikan
diri?" Cui Hong bertanya sambil menatap tajam. Pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balas memandang dan kembali, seperti terjadi di dalam rumah
makan tadi pada saat mereka bertemu pandang untuk
pertama kali, dua pasang mata itu bertemu pandang, bertaut
dan sampai lama mereka saling pandang, seolah-olah dua
pasang mata itu saling menjajagi dan sinarnya saling melekat,
sukar dipisahkan lagi. Akhirnya pemuda itu yang
menundukkan sinar matanya karena dia harus menjelaskan
tindakannya yang agaknya menimbulkan keheranan dan
kecurigaan wanita itu.
"Maafkan aku, Nona, tadinya aku tidak sempat
menjelaskan, dan terima kasih bahwa engkau begitu percaya
kepadaku dan memenuhi permintaanku tanpa ragu-ragu."
Lega rasa hati Cui Hong. Bukan begini sikap seorang pria
yang hendak berbuat kurang ajar, pikirnya, la tersenyum dan
kembali pemuda itu terpesona. Biarpun usianya sudah tiga
puluh tahun, namun selama hidupnya, rasanya baru sekali ini
dia melihat senyuman yang demikian manis, demikian
menyentuh perasaannya.
"Tidak ada maaf dan tidak perlu berterima kasih. Yang
penting jelaskan apa maksudnya engkau mengajak aku
bersembunyi di sini."
"Nona, sungguh aku merasa kagum dan heran sekali
melihat betapa dalam keadaan terancam bahaya tadi, Nona
bersikap demikian tenangnya, bahkan sampai sekarang
engkau seperti tidak merasa bahwa dirimu terancam bahaya.
Empat orang tadi, apakah engkau kira akan mau sudah begitu
saja, Nona? Mereka tentu akan mencari dan mengejarmu, dan
karena itulah, sebelum mere ka keluar dari rumah makan, aku
cepat mengejarmu dan mengajakmu pergi bersembunyi, dan
di tempat ini mere ka tentu tidak akan menemukanmu."
Hampir Cui Hong tertawa geli. Pemuda ini terlalu khawatir,
padahal pemuda ini sendiri tadi demikian tabah menghadapi
empat orang itu walaupun dia t idak pandai ilmu silat sedikit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun. Kenapa pemuda ini tidak mengkhawatirkan diri sendiri,
sebaliknya amat mengkhawatirkan dirinya?
"Tapi, bukankah tadi muncul orang yang mereka takuti?"
"Aih, Nona, apakah Nona tidak dapat menduga? Orang
gendut tadi jelas memiliki kedudukan atau kekuasaan yang
lebih t inggi daripada empat orang itu, dan dengan adanya
orang tadi, Si Muka Bopeng tidak berani mengganggumu.
Akan tetapi, jelas bahwa di antara mereka ada hubungan,
buktinya Si Muka Bopeng demikian menghormat, dan aku
melihat bahwa Si Gendut yang baru datang tadi lebih jahat"
dan berbahaya lagi bagi dirimu."
"Ehhh...?" Cui Hong benar terkejut. Pemuda ini memang
dapat menduga dengan amat cepatnya! Tentu saja Koo Cai
Sun jauh lebih berbahaya daripada empat orang bajingan kecil
tadi. "Bagaimana kau bisa tahu bahwa orang yang baru
datang tadi lebih jahat dan berbahaya? Apakah engkau
mengenalnya?"
Tan Siong menggeleng kepalanya. "Aku tidak mengenalnya,
Nona, akan tetapi siapapun dapat melihat bahwa dia
mempunyai niat buruk di dalam benaknya tehadap dirimu,
ketika dia melirik ke arahmu, Nona. Dan melihat senjata di
pinggangnya itu.... hemm, aku sungguh khawatir terhadap
keselamatanmu, maka aku segera menyusul dan mengajakmu
dan lari bersembunyi ke sini." Ketika menyadari bahwa sejak
tadi mere ka hanya bercakap-cakap sambil berdiri saja, Tan
Siong lalu cepat mempersilakan Cui Hong duduk.
"Silakan duduk, Nona. Akan tetapi maaf, tidak ada tempat
duduk yang layak di sini. Lantainya sudah kubersihkan dan
kita hanya dapat duduk di atas lantai."
Cui Hong mengangguk dan melihat pemuda itu duduk, ia
pun duduk bersimpuh di atas lantai dan memandang ke kanan
kiri. "Tempat ini adalah sebuah kuil tua yang tidak dipakai lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mengapa engkau tinggal di tempat ini? Bukankah engkau tadi
mengatakan bahwa engkau seorang petani dari luar kota?"
Tan Siong menarik napas panjang. "Benar, Nona. Namaku
Tan Siong dan pekerjaanku selama ini hanya bertani.... dan
bertahun-tahun aku tinggal di pegunungan yang sunyi. Aku
datang ke kota raja ini karena hendak mencari seorang
Pamanku. Karena belum berhasil, untuk menghemat biaya
karena bekalku tidak banyak, aku mengambil keputusan untuk
melewatkan malam di tempat ini. Dan, kalau boleh aku
mengetahui, siapakah namamu, Nona, dan di mana engkau
tinggal?"
"Namaku..." Cui Hong teringat bahwa ia harus
menyembunyikan rahasia dirinya, maka disambungnya cepat,
Cin Hwa, she Ok, dan aku.... aku pun sebatangkara di kota
raja ini. Aku seorang yatim piatu..."
Tan Siong memandang dengan penuh selidik dan alis
berkerut, agaknya dia merasa heran karena melihat betapa
pakaian gadis itu cukup indah dan mahal, dan betapa seorang
yang demikian cantik jelita hidup seorang diri saja di dunia ini!
"Tapi.... tapi kau.... benar-benar hidup sendirian saja, Nona?"
tanyanya, seperti tidak percaya.
Cui Hong maklum bahwa tentu pemuda itu heran melihat
pakaiannya yang indah dan mahal. "Aku memang hidup
sendirian saja, akan tetapi aku menerima peninggalan warisan
yang cukup banyak dari orang tuaku. Untuk kehidupanku, aku
tidak khawatir, dan aku suka sekali pesiar." Ia merasa bahwa
ia telah bicara terlampau banyak, maka ia pun bangkit berdiri.
"Sudahlah, Saudara Tan Siong, aku harus pergi sekarang dan
terima kasih atas semua kebaikanmu terhadap diriku "
Tan Siong juga ikut bangkit. "Tapi, Nona Ok Cin Hwa...
alangkah berbahayanya kalau engkau keluar dari sini.
Bagaimana kalau sampai bertemu dengan mereka berempat
yang tentu masih penasaran dan sedang mencari-carimu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong tersenyum manis. "Aku tidak takut. Bukankah
selama ini aku pun merantau seorang diri dan selalu selamat?
Aku tidak khawatir, karena bukankah seperti kaukatakan tadi,
di kota raja ini terdapat hukum yang melindungi orang-orang
yang tidak berdosa?"
"Benar, itu untuk diriku, Nona. Siapa yang akan
mengganggu aku dan untuk apa mengganggu aku, seorang
laki-laki yang tidak punya apa-apa. Akan tetapi engkau!
Engkau begini. ah, keadaanmu...."
Cui Hong memandang tajam dan senyumnya masih
menghias bibirnya yang merah membasah bukan karena
gincu.
"Begini..... apa, Saudara Tan Siong?" tanyanya mendesak.
"Maaf engkau begini cantik jelita dan pakaianmu....
menunjukkan engkau memiliki uang. Keadaan dirimu dan
pakaianmu itu saja sudah cukup untuk membangkitkan selera
buruk dalam hati orang-orang jahat."
Untuk ke tiga kalinya Cui Hong merasa heran terhadap
hatinya sendiri. Kenapa hatinya begini girang, sampai
berdebar mendengar pemuda tani ini mengatakan bahwa ia
cantik jelita? Padahal biasanya, kalau ada laki-laki yang berani
memujinya, memuji kecantikannya di depannya, ia akan
merasa sebal dan marah. Mengapa demikian? Apakah karena
laki-laki lain memuji untuk merayu dan untuk berkurang ajar,
sedangkan pemuda ini memuji dengan sinar mata jujur dan
untuk memperingatkannya akan bahaya yang mengancamnya
karena kecantikannya? Entahlah, akan tetapi yang jelas, ia
merasa senang sekali mendengar pemuda itu mengatakan ia
cantik jelita!
"Jangan khawatir, Saudara Tan. Aku melihat bahwa di kota
raja ini pusat wanita-wanita cantik dengan pakaian-pakaian
mereka yang serba indah. Apakah mereka semua itu pun takut
untuk keluar rumah? Tak mungkin kiranya empat orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya mengejar-ngejar aku seorang saja. Nah, selamat tinggal
dan sampai berjumpa lagi!" Berkata demikian, Cui Hong lalu
meninggalkan ruangan belakang kuil itu.
"Nanti dulu, Nona Ok....!" Tan Siong mengejar dan berjalan
di samping Cui Hong. "Biar aku mengantar Nona sampai ke
tempat tinggalmu."
"Ah, tidak perlu, Saudara Tan, tidak perlu," kata Cui Hong
yang khawatir kalau orang ini mengetahui tempat ia
bermalam. Dengan uangnya ia telah menyewa sebuah rumah
gedung kecil di pinggir kota, tempat yang dipergunakannya
untuk beroperasi dan berusaha membalas dendam terhadap
musuh-musuhnya, la akan merasa tidak enak kalau sampai
ada orang yang mengetahui tempat tinggalnya.
"Baiklah, Nona Ok. Setidaknya aku akan merasa lega dan
aman kalau engkau sudah t iba di tempat tinggalmu. Di
manakah engkau tinggal?"
"Di.... di rumah penginapan." Terpaksa Cui Hong berkata
membohong dan ia pun mendapatkan akal. Kalau ia menolak
terus, tentu akan menimbulkan kecurigaan pemuda ini, dan
pula rasanya ia pun segan untuk berpisah begitu saja. Ingin ia
berada lebih lama dekat dengan pemuda ini dan bercakapcakap.
Mereka lalu berjalan ke luar dari kuil. Matahari sudah
condong ke barat dan sambil berjalan, mereka bercakapcakap.
Percakapan kecil saja, hanya omong-omong dan
ngobrol tentang hal-hal remeh untuk mengisi kesunyian, akan
tetapi sungguh aneh, Cui Hong merasa gembira bukan main
karena belum pernah ia mengalami keakraban seperti dengan
pemuda yang baru saja dikenalnya ini.
Diam-diam, ketika bercakap-cakap, ia melirik dan
mengamati wajah pemuda itu penuh perhatian. Seorang
pemuda yang ganteng, menarik, jujur, sopan dan memiliki
keberanian yang mengagumkan. Kesopanan dan keberanian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu wajar, sesuai dengan kejujurannya, tidak berpura-pura
atau menyembunyikan pamrih apa pun. Seorang pemuda
yang belum tentu dapat ditemukan di antara seribu orang
pemuda lain, pikirnya.
Setelah tiba di depan sebuah penginapan, Cui Hong
berkata, "Di sinilah untuk sementara aku menginap, Tan-toako
(Kakak Tan). Terima kasih engkau telah mengantarku
sampai di sini."
Wajah pemuda itu nampak berseri mendengar Cui Hong
menyebutnya kakak, sebutan yang lebih akrab daripada
sebutan saudara. "Baiklah, aku pergi sekarang, Hwa-moi (Adik
Hwa). Harap kau suka berhati-hati menjaga diri. Ingat, di kota
raja ini banyak terdapat orang jahat."
"Terima kasih, Toako. Sampai berjumpa kembali."
"Tapi. tapi.... dapatkah kita berjumpa kembali?"
"Mengapa tidak? Kita sudah saling mengenal, bukan? Dan
selama kita berada di kota raja, tentu saja besar kemungkinan
kita akan saling jumpa."
"Mudah-mudahan begitu. Selamat tinggal, Hwa-moi."
Pemuda itu lalu membalikkan tubuhnya dan pergi dengan
langkah cepat dari situ. Cui Hong mengikutinya dengan
pandang matanya. Seorang pemuda yang amat baik, pikirnya,
dan selalu menjaga kesopanan. Kalau tidak demiki-an, tentu
setelah tiba di depan rumah penginapan ini, Tan Siong akan
berusaha mengikutinya sampai ke kamarnya. Tentu saja ia
tidak tinggal di rumah penginapan ini dan setelah bayangan
Tan Siong t idak nampak, ia menyelinap ke samping rumah
penginapan itu dan mengambil jalan lain untuk kembali ke
rumah yang disewanya, yang berada di satu jalan dengan
rumah penginapan itu.
-odwoTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
Koo Cai Sun merasa tersiksa batinnya setelah dia tinggal di
dalam gedung Pui Ki Cong bersama keluarganya. Memang,
gedung itu besar dan megah, jauh lebih mewah daripada
rumahnya sendiri, dari di situ terjaga ketat oleh para
pengawal, juga merasa aman karena adanya dua orang
jagoan yang tangguh. Akan tetapi perasaan aman dan
tenteram ini hanya dinikmatinya di waktu malam. Dia dapat|
tidur nyenyak, tidak khawatir lagi akan kedatangan musuh
besar yang ditakutinya. Cai Sun adalah orang yang suka
keluyuran, suka mencari kesenangan di luar rumah. Setelah
beberapa belas hari lamanya dia tinggal terkurung saja di
dalam rumah, akhirnya dia tidak kuat, merasa seperti di dalam
rumah tahanan saja. Dia rindu untuk mengunjungi rumah
rumah pelesiran, rindu untuk mencari wanita-wanita baru
yang akan dapat menghibur hatinya yang selalu haus akan
kesenangan itu.
Dan ternyata bahwa bayangan musuh itu sama sekali t idak
pernah muncul! Juga setelah beberapa kali dia pada siang hari
keluar rumah bersama Cia Kok Han dan Su Lok Bu. Tak
pernah dia mengalami gangguan dari Kim Cui Hong. Hal ini
membuatnya berbesar hati dan mulailah dia berani keluar dari
rumah gedung itu di waktu siang. Dia berpendapat bahwa Kim
Cui Hong tentu hanya berani turun tangan di waktu malam
saja, hanya berani bertindak secara sembunyi. Kalau terangterangan
di waktu siang tentu wanita itu tidak berani karena
pertama, dia sendiri memiliki kepandaian cukup untuk
melawannya dan kedua, di waktu siang hari wanita itu tentu
akan dikenal orang dan di kota raja terdapat banyak penjaga
keamanan yang telah dikenalnya. Kalau di waktu siang dia
berkelahi dengan seorang wanita asing, tentu banyak orang
akan membantunya. Jelaslah bahwa Kim Cui Hong tidak akan
berani menyerangnya di waktu siang di tempat umum yang
ramai.
Dengan pikiran seperti itu, Cai Sun mulai berani keluar dari
gedung untuk berjalan-jalan dan tak lama kemudian, dia pun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulai berani keluar mengunjungi rumah-rumah pelesiran
untuk bersenang-senang dengan pelacur-pelacur baru. Dan
pada suatu hari, setelah matahari naik tinggi, pergilah Cai Sun
keluar dari gedung seorang diri saja, tidak ditemani Cia Kok
Han, Su Lok Bu atau seorang pun pengawal. Dengan santai ia
melangkah keluar dan berjalan-jalan menuju ke pasar.
Tiba-tiba matanya tertarik oleh seorang wanita muda yang
memakai pakaian merah muda, pakaian yang cukup indah dan
mewah berjalan seorang diri di depannya. Melihat lenggang
yang memikat dari belakang, pinggul yang seperti menari-nari
di balik celana sutera tipis, tergeraklah hati Cai Sun yang mata
keranjang. Dia tidak ingat lagi dari mana wanita itu tadi
muncul, karena tahu-tahu sudah berjalan di sebelah depan,
dengan lenggang yang nampak dari celah-celah rambut yang
hitam itu amat putih mulus dan timbul keinginan hati Cai Sun
untuk melihat bagaimana wajah perempuan itu. Dari belakang
memang amat menggairahkan, dengan bentuk tubuh yang
ramping dan padat, dengan lekuk lengkung tubuh yang
matang, akan tetapi hatinya belum puas kalau belum melihat
bagaimana wajahnya. Betapa pun indah tubuh dan kulit
seseorang, kalau tidak disertai wajah yang cantik, maka
wanita itu tidak akan dapat menarik hati pria, terutama pria
mata keranjang seperti Cai Sun. Dia pun mempercepat
langkahnya dengan hati berdebar penuh kegembiraan
Sebentar saja Cai Sun dapat menyusul wanita itu dan dia
lewat di sebelah kanannya, mendahului dan sengaja melepas
batuk. Wanita itu terkejut dan menoleh ke kanan. Mereka
saling bertemu pandang dan Cai Sun merasa jantungnya
seperti akan copot. Wanita itu cantik jelita dan manis sekali!
Dan yang lebih daripada itu, dia mengenal wanita itu sebagai
gadis yang pernah menimbulkan keributan di dalam rumah
makan beberapa hari yang lalu! Selama itu, dia tidak pernah
dapat melupakan gadis itu. Sudah dicobanya untuk bertanyatanya
para pelayan rumah makan, sudah diusahakannya untuk
mencari, namun dia tak pernah berhasil. Dan sekarang, tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disangka-sangka, dia bertemu dengan gadis cantik menarik
itu. Juga wanita itu nampak kaget, lalu tersipu-sipu malu.
"Ah, kiranya engkau, Nona...l" Kata Cai Sun dengan sikap
ramah dan segera ia memasang aksinya, tersenyum-senyum
dan mencoba untuk memperlebar matanya yang sipit dan kecil
seperti mata babi itu. Memang wajah Cai Sun yang bulat dan
gemuk itu mirip wajah seekor babi.
"Ah, In-kong (Tuan Penolong) Wanita itu berseru dengan
suara tertahan sehingga terdengar merdu sekali, lalu ia
menundukkan mukanya yang berubah merah.
Bukan main besar dan girangnya rasa hati Cai Sun disebut
in-kong oleh gadis itu. Bagus, pikirnya, setelah gadis itu
mengakuinya sebagai tuan penolong, tentu tidak akan sukar
menariknya.
"Engkau masih ingat kepadaku, Nona?" pancingnya.
Dengan sikap malu-malu karena ditegur seorang laki-laki di
tempat umum, gadis itu menjawab lirih. "Tentu saja, semenjak
mendapat pertolongan darimu, aku tidak pernah dapat
melupakan penolongku."
Hampir berjingkrak laki-laki itu saking girangnya. "Benarkah
itu? Kalau begitu, bolehkah aku berkenalan denganmu dan
singgah ke rumahmu, Nona?"
Dengan sikap masih tersipu gadis itu pun menjawab,
"Tentu saja boleh, in-kong dan aku akan merasa terhormat
sekali."
Cai Sun hampir bersorak penuh kemenangan. Tak
disangkanya akan begini mudahnya memperoleh seorang
calon pacar baru. Demikian muda, cantik jelita, dan agaknya
semua ini berkat ketampanan dan kegagahannya, di samping
kepandaiannya merayu dengan rayuan mautnya. Bangga akan
diri sendiri, lubang hidung Cai Sun mere kah dan kembangkempis.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau beg itu, mar i kuantar engkau pulang, Nona. Ataukah
engkau masih ada keperluan lain?"
"Aku memang hendak pulang, In-kong. Sudah lelah
berjalan-jalan sejak pagi pulang. Di manakah rumahmu?"
"Di ujung kota sebelah sana, In-kong."
Mereka berjalan bersama dan dengan hati girang bukan
main berkali-kali Cai Sun melirik ke arah gadis itu yang
berjalan sambil menundukkan mukanya dan tak pernah
membuka mulut. Seorang gadis yang luar biasa manisnya,
pikir Cai Sun, dan tentu mudah didapatkannya karena gadis
yang memakai bedak agak tebal "tu tentu bukan wanita yang
suka jual mahal! Akan tetapi dia teringat akan keluarga gadis
itu, dan timbul kekhawatirannya bagaimana kalau keluarga
gadis itu berkeberatan dia menggauli gadis ini?
"Nona, selain engkau, siapa lagi yang tinggal di rumahmu?"
Wanita itu menggeleng kepala. "Tidak ada orang lain,
hanya aku dan seorang pelayanku, In-kong.”
"Orang tuamu....?"
"Mereka tinggal di dusun di luar kota raja..."
"Engkau seorang gadis t inggal seorang diri saja?"
“”uamiku sudah meninggal beberapa bulan yang lalu..."
Cai Sun hampir bersorak. Seorang janda! janda muda yang
beberapa bulan menjanda. Janda kembang! Bukan main
girang rasa hatinya. Dia lebih senang seorang janda daripada
seorang gadis. Seorang janda mempunyai banyak pengalaman
dan jauh lebih pandai menyenangkan hati pria daripada
seorang gadis yang masih bodoh!
Tanpa disadarinya, Cai Sun mengikuti wanita itu sampai di
ujung kota, bagian yang cukup sepi dan agak jauh dari
tetangga, tidak seperti di tengah kota yang rumahnya
berhimpitan Namun, Cai Sun yang sudah tergila-gila ini lupa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan keadaan dirinya, menjadi lengah dan lupa lagi akan
ancaman terhadap dirinya selama ini. Yang dibayangkannya
hanyalah janda kembang yang cantik molek itu sebentar lagi
tentu akan menjadi miliknya, memasrahkan diri dengan suka
rela kepadanya yang menjadi tuan penolongnya!
"Di sana itulah rumahku, In-kong, yang bercat hijau.
Sebaiknya In-kong menunggu dulu. Tidak baik kalau kita
masuk bersama, aku.... aku merasa malu. .....sebagai seorang
janda.... ah, tentu In-kong mengerti. Biar aku pulang dulu
baru nanti In-kong datang bertamu. Dengan demikian, kalau
pun ada yang melihatnya, tentu disangka bahwa In-kong
masih ada hubungan keluarga denganku. Akan tetapi
sebaiknya jangan sampai ada orang lain melihatnya, Inkong..."
Ucapan itu disertai senyum dikulum dan kerling tajam
menyambar. Kata-kata dan sikap itu saja sudah merupakan
janji yang amat mesra bagi Cai Sun. Kalau wanita ini hendak
merahasiakan pertemuan mereka, berarti wanita itu memang
"ada maksud" dan tentu saja dia mengangguk-angguk dengan
muka merah dan berkali-kali menelan ludah. Dipandangnya
lenggang yang menggairahkan itu, dan nafsu-nya semakin
memuncak.
Setelah wanita itu lenyap ke dalam rumah cat hijau,
dengan tergesa-gesa Cai Sun setengah berlari menuju ke sana
dan dengan girang dia melihat bahwa tempat itu sunyi dan
tidak seorang pun melihatnya. Dan pintu depan itu tidak
terkunci karena ketika daunnya ditolakkan, segera terbuka.
Dia masuk dan menutupkan kembali daun pintu depan itu. Ia
melihat wanita tadi telah berdiri di ruangan tengah,
memandang kepadanya dengan senyum simpul. Cai Sun
sengaja mengunci daun pintu itu, memasangkan palang
pintunya dan ternyata janda muda itu hanya tersenyum saja.
Ingin Cai Sun lar i dan menubruknya, karena semua sikap itu
jelas menandakan bahwa dia telah memperoleh "lampu hijau".
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berbeda dengan dandanan wanita itu yang agak mewah,
dengan pakaian yang indah dan mahal dan perhiasan di
tubuhnya, keadaan di dalam rumah itu sendiri agak gundul.
Hanya nampak meja kursi di ruangan tengah.
"In-kong, silakan duduk. Kita dapat bercakap-cakap di sini.
Pelayanku sedang keluar kusuruh membeli arak karena arakku
telah habis."
"Ah, tidak perlu repot-repot. Oh ya, pintunya terlanjur
kupalang, bagaimana nanti pelayanmu dapat masuk?" katanya
setengah berkelakar.
"Ia mengambil jalan pintu belakang, In-kong."
Cai Sun lalu duduk, berhadapan dengan wanita itu,
terhalang sebuah meja bundar yang kecil. Ingin Cai Sun
menendang pergi meja itu dan langsung memeluk janda
kembang yang duduk dengan manisnya di depannya. Bau
semerbak harum telah tercium olehnya, bau harum yang sejak
di jalan tadi sudah mengganggu hatinya. Akan tetapi, dia
belum mengenal siapa janda muda ini, maka dia menahan
hatinya untuk bersabar. Perlu apa tergesa-gesa kalau domba
sudah tergiring masuk kandang?
"Nona, ataukah aku harus memanggil Nyonya? Akan tetapi
kurasa lebih baik kupanggil Adik saja, bagaimana?"
"Terserah kepadamu, In-kong."
"Aih, jangan menyebut In-kong, membikin hubungan kita
menjadi kaku dan canggung saja. Moi-moi, aku bernama Koo
Cai Sun, dan pekerjaanku adalah pedagang senjata-senjata
pusaka yang mahal. Aku mempunyai sebuah to ko di pusat
keramaian kota. Nah, kau sebut saja aku Koko (Kakanda).
Siapakah namamu dan ceritakan keadaanmu agar perkenalan
antara kita menjadi semakin.... akrab dan mesra."
Wanita itu menundukkan mukanya yang menjadi merah
dan ia tersipu malu. "Namaku Ok Cin Hwa dan seperti sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuceritakan tadi, orang tuaku tinggal di dusun dan suamiku
telah meninggal dunia empat bulan yang lalu."
Tiba-tiba daun pintu depan digedor orang. Cai Sun terkejut,
juga wanita itu. Seperti para pembaca tentu sudah dapat
menduga, wanita itu yang mengaku bernama Ok Cin Hwa
sesungguhnya adalah Kim Cui Hong yang menyamar! Sudah
berhari-hari ia membayangi Cai Sun yang suka berjalan-jalan
seorang diri keluar dari gedung keluarga Pui dan kesempatan
itu dipergunakannya untuk memancing musuh besar itu. Tentu
saja ia dapat menyerang roboh musuhnya di tengah jalan,
akan tetapi hal ini ia tidak mau melakukannya. Ia ingin
membalas dendamnya sepuas hatinya, dan hal itu baru dapat
tercapai kalau ia dapat berhadapan berdua saja dengan
musuhnya. Dengan kecantikannya, ia berhasil memikat hati
Cai Sun yang mata keranjang dan kini sudah bersiap-siap
untuk melakukan balas dendamnya. Maka ketika daun pintu
digedor orang dengan kerasnya, Cui Hong terkejut bukan
main.
"Pelayanmukah itu?" Tanya Cai Sun, mengerutkan alisnya.
Cui Hong menggeleng kepalanya, "la tidak berani
menggedor seperti itu, akan tetapi masuk melalui pintu
belakang."
Tiba-tiba wajah Cai Sun menjadi pucat. Baru dia teringat
akan ancaman musuh besarnya. Jangan-jangan yang datang
itu adalah musuhnya yang melihat dia berada di dalam rumah
sunyi ini! Dia meraba gagang sepasang tombak pendeknya
dan berkata kepada Cui Hong, "Hwa-moi, kau tanya dulu siapa
yang menggedor pintu itu sebelum membukanya." katanya
dan suaranya terdengar agak gemetar. Batu sekarang dia
sadar bahwa dia telah terlalu jauh meninggalkan gedung
keluarga Pui, bahwa dia telah terlalu lengah.
Dengan sikap takut-takut Cui Hong menghampiri pintu,
sementara itu Cai Sun sudah mencabut sepasang senjata
tombak pendeknya. Kembali terdengar pintu digedor dari luar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa itu yang menggedor pintu?" teriak Cui Hong dengan
nyaring.
Suasana hening dan menegangkan, terutama bagi Cai Sun
yang menanti terdengarnya jawaban dari luar, siap dengan
senjata di tangan. Kemudian terdengarlah suara laki-laki
menjawab dari luar, "Buka pintu, kami datang mencari
Saudara Koo Cai Suni Tadi dia masuk ke dalam rumah ini.
Buka atau.... akan kami jebol pintu ini! "
Mendengar suara itu, Cai Sun tertawa. Legalah hatinya
ketika mengenal suara Su Lok Bu, seorang di antara dua
jagoan yang diangkat menjadi kepala pengawal oleh Pui Ki
Cong. Lenyaplah rasa khawatirnya.
"Ha-ha-ha, kiranya engkau, Su-toako!" teriaknya dan dia
pun memandang Cui Hong dengan penuh gairah. "Dia
sahabatku sendiri, Hwa-moi, jangan takut. Bukalah pintunya."
Tentu saja Cui Hong diam-diam merasa mendongkol sekali.
Musuh besar yang amat dibencinya ini telah berada di dalam
genggaman tangannya, tinggal melaksanakan balas
dendamnya saja dan kini datang gangguan yang merupakan
pertolongan bagi Cai Sun. Tentu saja mudah baginya untuk
merobohkan Cai Sun dan melarikannya dari situ, akan tetapi
tempatnya telah diketahui orang dan kalau dilakukannya hal
itu, berarti ia membuka rahasia sendiri. Padahal masih ada Pui
Ki Cong yang harus dibalasnya pula. Tidak, ia harus
melakukan pembalasan tanpa diketahui orang. Setelah semua
musuhnya dibalas, ia tidak perduli lagi apakah ia dikenal orang
ataukah tidak. Maka, sambil menyembunyikan
kekecewaannya, ia lalu membuka daun pintu.
Di depan pintu berdiri seorang laki-laki bertubuh tinggi
besar bermuka hitam penuh brewok yang memegang
sepasang pedang. Laki-laki itu bukan lain adalah Su Lok Bu,
jagoan yang menjadi pelindung keluarga Pui, dan di
belakangnya nampak setengah losin perajurit pengawal yang
bersenjata lengkap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-toako, ada urusan apakah engkau menyusulku?" Cai
Sun bertanya.
Sejenak Su Lok Bu memandang kepada Cui Hong penuh
perhatian, lalu bertanya, "Koo-siauwte, siapakah wanita Ini?"
Cai Sun tertawa. "Ia adalah..... sahabatku yang baru,
Toako, namanya Ok Cui Hwa, seorang.. eh, janda
kembang....."
Su Lok Bu mengerutkan alisnya memandang kepada
rekannya itu. "Koo-siauwte, engkau terlalu sembrono, pergi
seorang diri sampai di bagian yang sepi ini. Seorang pengawal
melihatmu dan memberi laporan kepada Pui Kongcu yang
mengutus aku untuk segera menyusulmu. Engkau membikin
pekerjaan kami menjadi repot saja, Koo-siauwte."
"Maaf, maaf! Dalam bersenang-senang aku sampai lupa
diri, Toako. Akan tetapi, di rumah Hwa-moi ini aku aman,
harap jangan khawatir dan laporkan saja kepada Pui-kongcu
bahwa aku sedang bersenang-senang di dalam rumah sahabat
baruku."
"Tidak, Koo-te, engkau harus kembali, demikianlah perintah
Pui-kongcu." bantah Su Lok Bu dengan suara tegas.
Cai Sun ragu-ragu untuk membantah lagi. Dia tahu bahwa
di dalam keluarga Pui, dia masih kalah berkuasa dibandingkan
orang tinggi besar ini, dan pula, dia tahu bahwa
kepandaiannya pun masih belum mampu menandingi
kepandaian Su Lok Bu.
"Akan tetapi..... mengapa aku tidak boleh bersenangsenang?"
"Tidak ada yang melarangmu bersenang-senang, akan
tetapi tidak boleh meninggalkan gedung keluarga Pui terlalu
jauh. Kenapa tidak kaubawa saja sahabatmu ini ke sana?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Wajah Cai Sun nampak berseri. "Ya, kenapa tidak
demikian? Hwa-moi, mari ikut dengan aku ke gedung keluarga
Pui, engkau akan senang di sana!"
Tentu saja Cui Hong tidak sudi dibawa ke rumah keluarga
Pui, karena se lain hal itu amat berbahaya baginya, ia pun
tidak sudi dipermainkan untuk kedua kalinya! "Tidak, aku.....
aku tinggal saja di sini....."
"Eh, kenapa, Hwa-moi? Bukankah kita telah bersahabat
baik? Aku ingin menyenangkan hatimu, percayalah, di sana
engkau akan gembira sekali. Rumahnya indah dan mewah,
tidak seperti di sini dan....."
"Terima kasih, akan tetapi, aku malu ..... apa akan kata
orang"
Melihat penolakan itu, Cai Sun menjadi kecewa dan marah.
Kesenangan yang sudah dibayangkan sejak tadi, akan gagal.
Seolah-olah makanan lezat yang sudah berada di depan bibir,
kini akan terlepas. Tentu saja dia tidak re la melepaskannya.
"Hwa-moi, engkau tidak boleh menolak lagi. Engkau harus
ikut denganku. Harus kubilang tadi, mengerti?" berkata
demikian, Cai Sun hendak menangkap lengan tangan Cui
Hong, akan tetapi wanita itu sudah melangkah mundur
sehingga tangkapannya tadi luput.
"Hemm, lagi-lagi ada laki-laki hendak memaksakan
kehendaknya kepada seorang wanita baik-baik! Apakah di
kota raja ini seperti di dalam hutan rimba?" Ucapan itu
mengejutkan semua orang dan mere ka menoleh ke luar.
Kiranya dari luar muncul seorang pemuda yang memandang
kepada Cai Sun dengan alis berkerut dan pandang mata
marah. Melihat pemuda itu, Cui Hong terkejut sekali.
"Tan-toako, harap jangan mencampuri ....." Ia khawatir
sekali karena ia tahu betapa lihainya Cai Sun, apalagi di situ
terdapat pasukan pengawal yang dipimpin oleh Su Lok Bu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang ia sudah dengar memiliki kepandaian tinggi itu. Sekali ini
Tan Siong tentu akan celaka.
"Biar lah, Hwa-moi. Siapa pun akan kuhadapi kalau ia berani
mengganggu dan menghinamu!" kata Tan Siong dengan sikap
tenang dan tabah sekali.
Sementara itu, ketika melihat bahwa pemuda yang muncul
ini adalah pemuda petani yang pernah ribut di dalam rumah
makan menghadapi empat orang pria yang mengganggu
wanita itu, bangkit lah kemarahannya dan sekali loncat, Cai
Sun sudah berada di depan pemuda itu.
"Petani dusun busuk! Mau apa kau? Apakah sudah bosan
hidup? Hayo menggelinding pergi!" Berkata demikian, tangan
kanannya menampar. Tamparan yang kuat sekali karena dia
sengaja mengerahkan tenaga dan kalau pemuda tani itu
terkena tamparan tadi yang mengarah kepalanya, tentu dia
akan roboh dan mungkin akan terluka berat atau bahkan
tewas. Cui Hong terkejut bukan main dan ia sudah siap untuk
melindungi Tan Siong ketika tiba-tiba ia melihat hal yang luar
biasa, hal yang terjadi di luar dugaan sama sekali. Dengan
gerakan yang amat lincah dan ringan, dan dengan amat
mudahnya, Tan Siong telah menggeser kakinya dan mengelak!
"Sudah mengganggu wanita baik-baik masih memukul
orang tanpa dosa lagi. Wah, sungguh jahat sekali kau ini!"
kata Tan Siong, menudingkan telunjuknya ke arah hidung Cai
Sun yang bentuknya merupaan ciri khas hidung laki-laki mata
keranjang.
Melihat betapa tamparannya dapat dielakkan oleh pemuda
tani itu, Cai Sun menjadi marah bukan main. "Jahanam busuk,
engkau sudah bosan hidup!" Dan dia pun menerjang maju,
sekali ini bukan sekedar tamparan saja, melainkan serangan
dengan jurus ilmu silatnya yang ampuh. Dengan gerakan yang
cepat walaupun tubuhnya bundar dengan perut gendut, dia
mengirim pukulan dengan tangan kanan ke arah ulu hati
lawan, sedangkan pukulan ini disusul dengan tendangan kaki
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kirinya mengarah selangkangan. Hebat serangan ini karena
merupakan serangan dari Ilmu Silat Thian-te Sin-kun yang
menjadi kebanggaannya. Sesuai dengan namanya, Ilmu Silat
Thian-te Sin-kun (Silat Sakti Bumi Langit) mendasarkan
gerakan kombinasi atas dan bawah dan dia menyerang
dengan jurus Kilat Mengguncang Bumi Langit.
Senyum kagum membayang di bibir Cui Hong ketika dia
melihat sikap Tan Siong menghadapi serangan itu. Kalau tadi
ia masih khawatir dan juga terheran-heran, kini hatinya mulai
merasa tenang dan bahkan kagum. Melihat sikap pemuda itu"
yang amat tenang, ia percaya bahwa pemuda yang
disangkanya petani dusun sederhana itu ternyata adalah
seorang pendekar yang memiliki kepandaian silat tinggi! Kalau
tidak tinggi t ingkat kepandaiannya, tidak mungkin sikapnya
demikian santai dan tenang menghadapi serangan Cai Sun
yang dahsyat.
"Wuuuutttt....!" Tan Siong mengelak ke kiri membiarkan
pukulan tangan lawan ke arah ulu hatinya lewat, dan ketika
tendangan susulan menyambar, dia memutar lengan
kanannya ke bawah untuk menangkis.
"Dukk....!" Kaki yang menendang itu tertangkis dan
terpental, bahkan Cai Sun menyeringai karena merasa betapa
tulang keringnya nyeri, tanda bahwa pemuda petani itu
memiliki tenaga yang amat kuat! Tahulah dia bahwa pemuda
yang kelihatannya bodoh itu sebenarnya adalah seorang yang
memiliki kepandaian silat tinggi, maka dengan marah sekali
Cai Sun mencabut sepasang senjata tombak pendeknya.
Nampak sinar berkilauan ketika sepasang senjata itu
digerakkan, dan dua gulungan sinar segera menyerang ke
arah Tan Siong.
Pemuda itu cepat meloncat ke belakang dan ketika Cai Sun
menerjang lagi, dia sudah mencabut sebatang pedang yang
tadi dipergunakan sebagai ikat pinggang. Sebatang pedang
yang lemas dan lentur sekali, tipis akan tetapi juga tajam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkilauan ketika tercabut dari sarungnya yang melingkari
pinggang. Terdengar suara berdenting berkali-kali dan Cai Sun
segera menjadi silau karena gulungan sinar pedang itu
membuat sepasang tombaknya seperti mati langkah.
"Hwa-moi, larilah cepat.....pergilah...!"
Tan Siong yang tahu bahwa lawannya amat tangguh,
berteriak kepada Cui Hong yang masih berdiri dengan
bengong.
Mendengar ini, Cui Hong lalu berlari masuk ke dalam
rumahnya, untuk melarikan diri dari pintu belakang. Tentu
saja ia tidak merasa takut, akan tetapi sebagai Ok Cin Hwa,
tentu saja ia harus berpura-pura takut dan melarikan diri
selagi Cai Sun terlibat dalam perkelahian melawan Tan Siong.
Lega rasa hati Tan Siong melihat gadis itu sudah melarikan
diri. Dia melawan dengan penuh semangat dan tak lama
kemudian, Koo Cai Sun mulai terdesak. Jagoan ini juga
melihat betapa wanita yang diinginkannya itu lari maka dia
cepat berteriak, "Apakah kalian diam saja terus? Hayo bantu
aku menghadapi bocah ini! "
Enam orang perajurit pengawal itu segera bergerak
mengepung Tan Siong membantu Cai Sun, akan tetapi Su Lok
Bu masih berdiri saja menonton. Jagoan ini merasa sungkan
untuk melawan pengeroyokan, dan juga dia kagum terhadap
pemuda itu. Nampaknya seorang pemuda sederhana, pemuda
petani dusun yang bodoh, akan tetapi ternyata pemuda
berpakaian kuning itu adalah seorang ahli silat yang amat
pandai, dan lebih dari itu, dia mengenal gerakan ilmu pedang
itu sebagai ilmu pedang dari Kun-lun-pai yang besar dan amat
terkenal! Pemuda ini seorang murid Kun-lun-pai yang pandai
dan hal inilah yang membuat hati Su Lok Bu merasa tidak
enak. Dia sendiri adalah murid Siauw-lim-pai dan di antara
kedua perkumpulan itu, biarpun Siauw-lim-pai dipimpin oleh
para hwesio beragama Buddha sedangkan Kun-lun-pai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipimpin oleh para tosu beragama To, namun terdapat
persahabatan yang baik.
Biarpun kini dikeroyok oleh Cai Sun dan enam orang
pengawal, ternyata Tan Siong mampu menandingi mereka,
bahkan ketika dia mempercepat gerakan pedangnya, dua
orang pengawal terpaksa melom pat mundur karena yang
seorang terluka pundaknya, seorang lagi terluka pahanya yang
robek berdarah. Empat orang penga wal lainnya menjadi
gentar juga menghadapi kegagahan pemuda itu, dan kini Tan
Siong mempercepat serangannya untuk merobohkan Cai Sun.
Si mata keranjang yang gendut perutnya ini menjadi sibuk
sekali. Dia pun mengerahkan seluruh tenaganya dan
mengeluarkan semua ilmu silatnya untuk melawan, namun
tetap saja dia terdesak hebat. Kembali dua orang pengawal
roboh oleh tendangan kaki Tan Siong sehingga kini t inggal
dua orang, tiga bersama Cai Sun yang mengepungnya. Melihat
ini, hati Su Lok Bu merasa tidak enak. Bagaimanapun juga, Cai
Sun adalah rekannya yang sama-sama melindungi Pui Ki
Cong, dan kini bahkan empat orang pengawal telah kalah dan
tidak dapat maju lagi. Dia mencabut sepasang pedangnya dan
meloncat ke dalam kalangan perkelahian sambil membentak,
"Tahan dulu!"
Melihat berkelebatnya dua sinar pedang yang panjang dan
kuat, Tan Siong meloncat mundur dan perkelahian itu terhenti.
"Orang muda, siapakah engkau dan mengapa engkau berani
melawan kami yang bertugas sebagai pengawal-pengawal
bangsawan di kota raja?"
Tan Siong memandang kepada orang tinggi besar bermuka
hitam yang nampak gagah dan kuat ini. "Namaku Tan Siong
dan semua orang tahu bahwa bukan aku yang mencari
perkara. Aku hanya kebetulan lewat dan melihat perlakuan
sewenang-wenang terhadap seorang wanita baik-baik, maka
aku pun menegur."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemm, engkau telah lancang tangan melukai pengawalpengawal,
bagaimana fyp p ta' '' (fasBjjaiaw suara dosa
-----
yang harus dihukum. Menyerahlah untuk kami tangkap dan
kami hadapkan kepada majikan kami." Su Lok Bu masih
berusaha agar tidak usah berkelahi melawan pemuda itu dan
kalau pemuda itu menyerah, dia akan menjaga agar Cai Sun
tidak ber tindak sewenang-wenang, dan agar pemuda itu
diadili secara baik-baik.
"Aku harus menyerah?" Tan Siong membentak penasaran.
"Kawanmu inilah yang harus dihukum, bukan aku!"
"Berani engkau melawan? Nah, sambutlah pedangku ini!"
Su Lok Bu menyerang dengan sepasang pedangnya. Diamdiam
terkejutlah hati Tan Siong menyaksikan gerakan pedang
itu, yang demikian cepat dan juga kuat. Serangan yang amat
dahsyat dilakukan Su Lok Bu, dengan sepasang pedang
melakukan gerakan meng dari kanan kiri
"Trang-tranggg.....!" Nampak bunga api berpijar dan Tan
Siong berhasil menghalau dua pedang yang mengguntingnya
dengan tangkisan beruntun ke kanan kiri. Su Lok Bu
mengeluarkan seruan memuji, lalu menyerang lagi dengan
lebih dahsyat.
Melihat gerakan pedang Su Lok Bu, Tan Siong merasa
semakin kaget. Dia pun mengenal gerakan ilmu pedang
Siauw-lim-pai, maka sambil meloncat jauh ke belakang dia
berseru,
"Tahan senjata!"
Tan Siong mengangkat kedua tangan ke depan dada
memberi hormat kepada Su Lok Bu sambil berkata, "Kiranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bertemu dengan seorang gagah dari Siauw-lim-pai. Terimalah
hormat seorang murid Kun-lun-pai, sahabat, dan maafkan
kalau aku kesalahan tangan."
Su Lok Bu mengerut kan alisnya. Kalau pertikaian ini
merupakan urusan pribadinya, tentu dia pun akan merendah
dan mengalah terhadap murid Kun-lun-pai seperti sikap
pemuda itu. Akan tetapi, pada saat ini dia adalah seorang
petugas yang harus membela rekan-rekan nya. Dia harus
membantu Cai Sun, dan dia pun harus membantu para
pengawal yang sudah menderita kerugian dengan kalahnya
empat orang itu.
Dalam urusan ini, Kun-lun-pai dan Siauw-lim-pai tidak ada
sangkut-pautnya, dan ia pun melihat yang ada hanyalah
seorang pemuda yang telah melukai para perajurit pengawal
dan aku sebagai seorang kepala pengawal. “Menyerahlah
untuk kutangkap dan aku pun tidak akan mempergunakan
senjata terhadap dirimu."
Tan Siong mengangguk. "Baiklah, ini urusan pribadi dan
tidak ada sangkut-pautnya dengan Siauw-lim-pai maupun
Kun-lun-pai. Akan tetapi aku tidak merasa bersalah, maka
terpaksa aku menolak untuk menyerah dan ditangkap."
"Su-toako, pemuda ini sombong sekali. Kalau tidak diberi
hajaran tentu akan memandang rendah kepada kita!" teriak
Cai Sun marah karena dia merasa khawatir kalau-kalau
rekannya itu akan berdamai dan tidak melanjutkan
perkelahian melawan pemuda itu. Dia sendiri sudah
menggerakkan pedang di tangannya melakukan serangan
dahsyat yang disambut oleh Tan Siong dengan tenang.
Melihat ini, terpaksa Su Lok Bu maju lagi melakukan serangan
dengan sepasang pedangnya. Juga dua orang pengawal
membantu dengan pedang mere ka.
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki pendek berkulit putih dan
berperut gendut, dengan rambut dan jenggot putih semua.
"Penjahat muda yang nekat, lihat golok besarku!" bentak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu dan begitu tiba di situ, dia membentak dan
menggerakkan sebatang golok besar dan berat dengan
gerakan yang amat dahsyat. Suara golok itu semakin
berdesing-desing dan menyambar-nyambar ganas menyerang
Tan Siong.
Tentu saja Tan Siong terkejut bukan main karena golok itu
tidak kalah bahayanya dengan sepasang pedang di tangan Su
Lok Bu! Orang yang baru datang ini adalah Cia Kok Han yang
menyusul rekannya dan begitu melihat rekan-rekannya
mengeroyok seorang pemuda yang amat lihai dan melihat ada
empat orang pengawal yang terluka, dia pun segera maju
mengeroyok.
Kini Tan Siong kewalahan sekali, apa lagi karena dia tahu
bahwa yang baru datang ini tentulah seorang Bu-tong-pai
hatinya merasa semakin ragu dan khawatir. Karena itu,
gerakan pedangnya agak terlambat dan tiba-tiba saja sebuah
bacokan pedang kiri Su Lok Bu mencium pangkal lengan
kirinya sehingga bajunya yang kuning terobek berikut kulit dan
sedikit dagingnya. Untung luka itu tidak terlalu dalam benar,
tidak sampai mengenai tulangnya. Namun rasa nyeri, perih
dan panas membuat dia terhuyung dan cepat memutar
pedang dan berloncatan ke sana-sini untuk menghindarkan
diri dari hujan serangan yang dilancarkan para
pengeroyoknya, terutama sekali Cai Sun, Cia Kok Han, dan Su
Lok Bu. Diam-diam dia mengeluh karena rasanya akan sukar
untuk dapat meloloskan diri dari kepungan tiga orang yang
lihai ini. Akan tetapi tiba-tiba tiga orang lawannya
memperlambat gerakan mereka, bahkan mereka seperti
tertahan oleh sesuatu dan tidak mendesaknya lagi.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Tan Siong u ntuk melompat
jauh ke luar pintu depan pekarangan rumah itu dan dia pun
terus berlompatan dan melarikan diri.
Tiga orang jagoan itu t idak melakukan pengejaran, bahkan
mereka bertiga lalu memandang ke kanan kiri seperti orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang merasa gentar. Ketika tadi mereka mendesak Tan Siong
dan pedang kiri Su Lok Bu berhasil melukai pangkal lengan
pemuda itu, dan mereka bertiga sudah siap untuk
merobohkannya tiba-tiba saja ketiganya terkejut karena
berturut-turut ada sepotong batu kerikil yang menyambar dan
mengenai tubuh mere ka. Hanya batu-batu kerikil kecil saja,
akan tetapi datangnya demikian kuat dan hampir mengenai
jalan darah sehingga terasa nyeri dan bagian yang kena
menjadi kesemutan hampir lumpuh. Hal inilah yang
mengejutkan mereka dan sebagai ahli-ahli silat tinggi mereka
maklum bahwa pemuda itu telah diarn-diam dibantu oleh
seorang yang berilmu tinggi! Maka, ketika Tan Siong
melarikan diri, mereka tidak melakukan pengejaran, melainkan
menanti munculnya orang yang telah menyambit mereka
dengan kerikil-kerikil kecil tadi. Akan tetapi, tidak ada orang
muncul sampai bayangan pemuda itu lenyap.
"Ke mana perginya Cin Hwa? Ialah yang menjadi biang
keladinya!" Tiba-tiba Cai Sun berseru ketika dia mencari-cari
wanita itu dengan pandang matanya. "Biar kubawa wanita
itu!" Diapun lalu masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, di dalam
rumah itu tidak ada seorang pun juga. Ok Cin Hwa telah
lenyap, dan tidak nampak bayangan seorang pun pelayan.
Selain itu, Cai Sun melihat bahwa peralatan dalam rumah itu
sederhana sekali.
"Ah, tentu ia melarikan diri karena ketakutan." kata Cai Sun
dengan hati menyesal sekali. "Aku akan mencarinya, tentu ia
tidak lar i jauh."
Akan tetapi Su Lok Bu yang merasa marah karena garagara
Cai Sun yang keluyuran sampai mereka bertemu dan
berkelahi melawan orang pandai, berkata dengan suara ketus,
"Kita pulang sekarang, dan harap kau jangan mencari garagara
lagi, Koo-te!"
Melihat sikap rekannya itu, Cai Sun tidak berani
membantah lagi dan berangkatlah mereka meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tempat itu, kembali ke gedung keluarga Pui. Pui Ki Cong juga
menegur Cai Sun yang dikatakan sembrono sekali dan
melarang teman dan pembantu itu untuk pergi jauh tanpa
kawan.
0oodwoo0
Jilid 8
TAN SIONG yang mengalami luka bahunya, tidak berani
langsung kembali ke tempat persembunyiannya di kuil tua,
melainkan berputar-putar di tempat-tempat sunyi. Setelah
matahari turun ke barat dan cuaca menjadi remang-remang,
barulah dia menyelinap di antara gedung-gedung, melalui
lorong-lorong menuju ke kuil tua. Akan tetapi tiba-tiba dia
dikejutkan oleh teriakan banyak orang bahwa ada terjadi
kebakaran. Dia segera menuju ke tempat itu menyelinap di
antara orang banyak. Dapat dibayangkan betapa kagetnya
ketika melihat bekas lawannya tadi, yaitu Koo Cai Sun,
bersama dua orang rekannya yang lihai, berada pula di tempat
itu dan mendengar dari orang-orang yang menonton bahwa
yang terbakar itu adalah toko milik laki-laki berperut gendut
yang tadi merayu Ok Cin Hwa! Huh, manusia jahat tentu
akhirnya akan mengalami musibah dan malapetaka, pikir Tan
Siong dan diapun tidak perduli lagi, lalu menyelinap di antara
banyak orang dan pergi dari situ.
Dia memasuki kuil tua yang gelap itu, menuju ke ruangan
belakang yang untuk sementara menjadi tempat dia
bersembunyi. Gelap sekali ruangan itu. Dia meraba-raba untuk
mencari lilin yang ditaruh di sudut ruangan. Akan tetapi
tangannya tidak menemukan sesuatu.
"Engkau mencari lilin, Toako?" Tiba-tiba terdengar suara
halus.
Tan Siong terkejut, akan tetapi girang mendengar bahwa
itu adalah suara Ok Cin Hwa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lilin itu dinyalakan oleh wanita yang ternyata adalah Cui
Hong itu. Tentu para pembaca dapat menduga bahwa orang
sakti yang diam-diam membantu Tan Siong tadi bukan lain
adalah Cui Hong sendiri, la tidak lari jauh, melainkan
bersembunyi dan menonton perkelahian itu. la merasa
terkejut, heran dan kagum sekali karena ternyata pemuda itu
memiliki ilmu kepandaian silat yang cukup t inggi, tidak terlalu
banyak selisihnya dengan tingkat kepandaiannya sendiri! Ia
melihat dengan kagum betapa dengan mudah Tan Siong
menghadapi pengeroyokan Cai Sun yang dibantu enam orang
perajurit, kemudian datang pula membantu dua orang jagoan
yang amat lihai itu. Juga dia tahu bahwa pemuda itu adalah
seorang murid Kun-lun-pai, seorang pendekar yang gagah
perkasa. Akan tetapi, kekagumannya berubah menjadi
kekhawatiran ketika ia melihat betapa Tan Siong mulai
terdesak payah dan bahkan menderita luka pada bahunya.
Cepat ia membantu dari tempat persem-bunyiannya,
menyambitkan batu-batu kerikil yang mengenai tubuh tiga
orang lihai itu sehingga mereka terkejut dan menghentikan
serangan mereka terhadap diri Tan Siong yang sudah
terdesak. Kesempatan itu, seperti yang diharapkan,
dipergunakan dengan baik oleh Tan Siong yang berhasil
meloloskan diri. la lalu mendahului pemuda itu memasuki
ruangan belakang kuil tua dan menanti di situ sampai gelap.
Kini mereka dapat saling pandang di bawah sinar lilin yang
remang-remang. Tan Siong menyembunyikan kegirangannya
melihat Cui Hong berada di situ dengan duduk bersila di atas
lantai. "Syukur engkau dapat meloloskan diri, Hwa-moi."
"Berkat pertolonganmu, Tan-ko. Karena tidak tahu harus
lari ke mana, aku teringat akan tempat ini dan bersembunyi di
sini."
"Engkau benar, di sini kita aman karena mereka tentu tidak
menyangka bahwa kita berada di sini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan-ko, sungguh aku kagum sekali karena engkau
ternyata bukan seorang petani dusun biasa, melainkan
seorang pendekar yang amat lihai sehingga engkau berhasil
menyelamatkan aku dan menandingi orang-orang jahat yang
mengeroyokmu."
"Ah, jangan memuji, Hwa-moi. Bagaimana aku dapat
disebut lihai kalau hampir saja aku tewas di tangan mere ka?"
Dia meraba luka di bahu kirinya dan menggigit bibir
menahan rasa nyeri ketika dia mencoba untuk membuka baju
di bagian bahu yang robek dan melekat pada lukanya karena
darah yang mengering.
"Aih, engkau terluka parah, Tan-ko? Mari, biar aku yang
merawatnya. Luka itu perlu dibersihkan." kata Cui Hong yang
segera menghampiri lalu berlutut di dekat pemuda itu. Dengan
cekatan jari-jari tangannya yang halus membuka bagian baju
yang terobek itu lebih besar sehingga luka itu nampak.
Biarpun t idak berbahaya dan tidak sampai mengenai tulang,
namun luka itu cukup lebar dan nampak mengerikan, dan ia
tahu bahwa luka itu tentu terasa nyeri, pedih dan panas
sekali.
"Aku butuh air panas untuk mencuci luka ini sebelum
diobati, Tan-ko. Aku akan mencari air panas dan obat keluar
sebentar."
"Jangan, Hwa-moi, berbahaya kalau engkau keluar
sekarang. Ini ada arak, cucilah saja dengan arak ini, kemudian
berikan obat ini lalu balut. Aku memang selalu menyediakan
obat untuk merawat luka." kata Tan Siong.
Tentu saja Cui Hong juga tahu akan cara pengobatan luka,
maka ia lalu mencuci luka itu dengan arak. Pedih perih
rasanya dan Tan Siong menggigit bibir menahan rasa nyeri.
Tidak sedikit pun keluar keluhan dari mulutnya, padahal Cui
Hong maklum betapa nyerinya luka yang dibakar oleh arak itu.
Setelah membersihkan luka itu, ia lalu menggunakan obat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bubuk putih yang diberikan Tan Siong, setelah itu ia membalut
bahu itu dengan mempergunakan sobekan ikat pinggangnya
yang berwarna putih bersih. Selama perawatan ini, Cui Hong
berlutut dekat sekali dengan Tan Siong sehingga kadangkadang,
tanpa disengaja, ada bagian tubuh mereka yang
saling bersentuhan. Hal ini membuat Tan Siong hampir tak
berani berkutik. Bau khas wanita yang keluar dari tubuh dan
rambut Cui Hong, sentuhan jari-jari tangan yang seperti
membelai bahunya, geseran-geseran halus antara bagian
tubuh mereka yang saling bersentuhan, mendatangkan getara
dalam diri Tan Siong dan membuat jantungnya berdebar
keras. Dia tidak tahu bahwa keadaan wanita itu pun tidak jauh
bedanya dengan dirinya. Belum pernah selama hidupnya Cui
Hong berada dalam keadaan seperti itu, demikian dekat
dengan seorang pria. Pengalamannya tujuh tahun yang lalu
dengan empat orang pria yang memperkosanya merupakan
hal yang lain sama sekali karena di situ t idak terdapat
kemesraan, yang ada hanya rasa takut, duka, dan kebencian.
Akan tetapi sekarang, ia merasakan sesuatu yang aneh,
sesuatu yang amat mesra, yang membuat jantungnya
berdebar keras dan jari-jari tangannya kadang-kadang agak
gemetar. Untuk menghibur ketegangan aneh ini, Cui Hong lalu
bertanya.
"Siong-toako, engkau adalah seorang pendekar yang
berkepandaian tinggi. Kenapa engkau demikian baik
kepadaku, membelaku sampai mati-matian sehingga engkau
menderita luka parah begini?"
Tan Siong menarik napas panjang. "Mula-mula hanya
kebetulan saja kita saling jumpa di dalam rumah makan itu,
Hwa-moi. Tentu saja aku tidak suka melihat orang-orang
kasar itu mengganggumu sehingga aku menegur mereka."
"Akan tetapi ketika meja itu dibalikkan oleh Si Muka
Bopeng, kenapa engkau diam saja sehingga pakaianmu
tersiram kuwah?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ketika itu aku tidak ingin menonjolkan diri, tidak ingin
diketahui orang bahwa aku memiliki kepandaian silat. Untung
pada waktu itu t idak terjadi apa-apa, akan tetapi kemunculan
Si Muka Babi itu...."
"Si Muka Babi...?" Cui Hong bertanya sambil mengangkat
alis matanya karena heran.
"Itu, laki-laki perut gendut bermuka bulat yang membawa
senjata siang-kek..."
"Ahh, dia....!" Cui Hong menahan ketawanya. "Dia bernama
Koo Cai Sun."
"Kemunculannya mendatangkan perasaan tidak enak di
hatiku, karena itu aku mengajakmu lar i ke sini tempo hari.
Melihat pandang matanya dan sikapnya, aku dapat menduga
bahwa dia itu selain lebih lihai daripada empat orang kasar itu,
juga lebih jahat. Dan setelah kita berpisah di dekat rumah
penginapan, hatiku tetap merasa gelisah dan aku amat
mengkhawatirkan keselamatanmu. Lebih gelisah lagi hatiku
ketika aku tidak melihatmu di rumah penginapan itu dan aku
mendengar dari para pengurus bahwa engkau tidak pernah
bermalam di sana."
"Maaf, Toako. Aku memang sengaja membohong tempo
hari kepadamu, karena aku tidak ingin engkau mengetahui
tempat tinggalku."
"Kenapa, Hwa-moi? Kenapa? Bukankah kita sudah saling
berkenalan?"
"Aku ingin merahasiakan diriku dan tempat tinggalku,
Toako."
"Tapi kenapa?"
Cui Hong menarik napas panjang, menceritakan hal itu
sama saja dengan membuka rahasia dirinya. Ia menggeleng
kepala. "Sekali lagi maaf, itu merupakan rahasia besar bagiku
dan belum waktunya kuceritakan kepadamu, Toako. Akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi, lanjutkanlah ceritamu." la memandang wajah pemuda
itu. "Bagaimana engkau dapat muncul lagi dalam peristiwa
tadi?"
"Kembali suatu hal yang kebetulan saja, Hwa-moi. Aku
sedang berjalan-jalan, seperti biasa mencari pamanku yang
sampai sekarang belum juga kutemukan, juga untuk
mencarimu karena hatiku masih merasa penasaran karena
tidak dapat menemukan engkau di rumah penginapan itu. Dan
kebetulan aku melihat engkau berjalan-jalan bersama Koo Cai
Sun itu... ah, benar, lupa aku memberitahukan. Tadi,
menjelang senja, aku melihat kebakaran dan ternyata yang
terbakar habis adalah toko dan rumah milik Si Muka Babi itu!"
Tentu saja Cui Hong tidak merasa heran mendengar ini
karena kebakaran itu adalah hasil pekerjaannya. Dalam
kekecewaannya karena Cai Sun terlepas dari cengkeramannya
di rumah yang disewanya karena kemunculan pengawalpengawal
keluarga Pui, ia lalu pergi ke toko dan rumah
musuhnya itu dan membakarnya habis karena sebelum
membakar, ia menyiramkan minyak ke dalam toko dan rumah
itu. Karena ia mempergunakan kepandaiannya yang tinggi
untuk menyelinap masuk dan keluar lagi, tidak ada orang yang
melihatnya ketika ia melakukan hal itu, dan karena rumah itu
pun kosong, ditinggal pergi oleh keluarga Koo Cai Sun yang
mengungsi ke rumah gedung Pui Ki Cong.
"Bagus! Aku merasa senang mendengar itu. Memang dia
jahat dan kurang ajar, sudah sepatutnya dia mengalami nasib
buruk seperti itu!"
"Hwa-moi, aku merasa heran ketika melihat engkau dan dia
jalan bersama, kemudian masuk ke dalam rumah yang sunyi
itu. Apakah sebenarnya yang telah terjadi?"
Kembali Cui Hong menarik napas panjang. Ia harus pandai
membuat cerita yang lain karena tidak mungkin ia dapat
membuka rahasianya sel-ma tugasnya membalas dendam
belum selesai dengan lengkap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku bertemu di jalan dengan dia, Toako. Dan mengingat
bahwa dia pernah menolongku terlepas dari tangan orang kali
tidak membayangkan kekurangajaran sehingga tidak
membikin ia marah. Sebaliknya, ia malah merasa girang
sekali!”
"Toako, apa sih yang membuat aku menarik di hatimu?" la
memancing pujian yang lebih terperinci.
Pemuda itu menatap tajam wajah Cui Hong, lalu berkata
dengan jujur, "Tentu saja pada permulaannya ketika engkau
muncul di rumah makan, yang menarik hatiku adalah
kepribadianmu, kecantikanmu...."
Cui Hong tertawa, lirih. "Aihh, Toako, di kota raja ini
gudangnya wanita cantik, di setiap tempat engkau dapat
menemukan wanita yang cantik-cantik, kenapa justru tertarik
kepadaku, seorang wanita biasa saja?"
"Memang banyak wanita cantik, Hwa-moi, akan tetapi
hanya ada engkau seorang saja! Engkau bukan hanya cantik
manis, akan tetapi ada sesuatu dalam sinar matamu, dalam
senyummu, gerak-gerikmu, yang menarik hatiku. Apalagi
setelah aku melihat sikapmu yang tabah menghadapi bahaya,
dan yang lebih dari itu lagi, ada sesuatu keanehan dalam
dirimu yang membuat aku tertarik sekali."
"Apanya yang aneh....?" Otomatis Cui Hong melirik ke arah
tubuhnya yang dapat dilihat, takut kalau-kalau ada sesuatu
yang tidak beres sehingga ia disebut aneh oleh pemuda itu.
"Hwa-moi, engkau seorang gadis yang begini cantik hidup
sebatangkara dan yatim piatu namun kaya-raya, dan tidak
seperti gadis lain yang akan tinggal di rumah dan hidup serba
kecukupan, engkau malah merantau sendirian, kadang-kadang
hidup serba sulit, membiarkan dirimu terjun ke dalam
kehidupan yang penuh dengan bahaya yang mengancam
keselamatanmu. Tidakkah ini amat aneh?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Toako, kita bukan kanak-kanak lagi, kita sudah cukup
dewasa untuk bicara secara terbuka dan terang-terangan."
Tiba-tiba Cui Hong berkata karena mendadak ia ingin
memperoleh kepastian tentang isi hati pemuda itu, karena ia
sendiri merasa betapa hatinya terpikat dan merasa suka sekali
kepada Tan Siong.
"Apakah hanya karena semua itu maka engkau lalu
mencari-cari aku, begitu memperhatikan aku dan membelaku
mati-matian sehingga engkau bentrok dengan orang-orang
yang amat lihai dan engkau menderita luka, bahkan
mempertaruhkan nyawa untukku?" Sambil berkata demikian,
sepasang mata Cui Hong seperti mencorong dan memandang
penuh selidik.
Ditanya demikian, wajah Tan Siong nampak tegang dan
bingung, sebentar pucat sebentar merah. "Aku.... aku..." Dia
tergagap, lalu menarik napas panjang untuk menenangkan
hatinya, kemudian melanjutkan, "Aku minta maaf sebelumnya,
Hwa-moi. Memang engkau benar, kita bukan kanak-kanak
lagi, sudah cukup dewasa dan seyogyanya kalau kita bicara
jujur dan terus terang. Aku memang tertarik sekali kepadamu,
terutama melihat persamaan antara kita, sama-sama yatim
piatu dan hidup sebatangkara. Terus terang saja, sejak kita
bertemu pertama kali, hatiku tertarik dan aku kemudian
merasa yakin bahwa aku.... telah jatuh cinta padamu, Hwamoi.
Maafkan aku.... yang lancang mulut...."
Pernyataan ini demikian tegas dan jujur sehingga membuat
Cui Hong, yang memang sudah bersiap-siap, tetap saja
tertegun dan terbelalak, kemudian ia menunduk, alisnya
berkerut. Kalau saja ia bukan Cui Hong yang sudah
digembleng oleh pengalaman-pengalaman mengerikan
sehingga air matanya sudah sejak dahulu habis terkuras, tentu
akan ada air mata bercucuran dari matanya. Namun ia hanya
termenung dan membisu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat keadaan gadis itu yang nampaknya berduka, Tan
Siong berkata lagi. "Maafkanlah aku, Hwa-moi, kalau aku
menyinggung perasaanmu. Kita baru saja berkenalan dan
dalam keadaan seperti ini aku berani berlancang mulut, akan
tetapi aku ingin berterus terang, Hwa-moi, agar perasaan ini
tidak menyiksaku. Padahal aku pun tahu bahwa sepatutnyalah
kalau engkau menolak cintaku, karena aku hanya seorang
pemuda yatim piatu yang miskin dan bodoh. Bisaku hanya
bermain silat dan mencangkul menggarap sawah, tidak ada
harapan hidup senang di samping seorang suami seperti aku,
jadi.... maafkanlah aku."
"Tidak! Bukan begitu, toako, akan tetapi kalau engkau
tahu.... ah, kalau engkau mengenal siapa aku...."
"Aku sudah mengenalmu. Engkau seorang gadis yang
cantik manis, tenang dan tabah, menentang kejahatan dan
mengenal budi...."
"Tidak, engkau tidak mengenal siapa aku sebenarnya!"
Tiba-tiba Cui Hong bangkit berdiri dan menyambar buntalan
pakaiannya karena pada saat itu terdengar langkah kaki
orang. Seorang jembel tua berdiri di ambang pintu dan
berkata lirih,
"Ssttt, ada dua orang mencari-cari orang she Tan. Apakah
engkau she Tan?"
Mendengar ini, Tan Siong cepat meniup lilin itu padam dan
dia mendengar suara kaki Cui Hong lari ke belakang. "Hwamoi,
engkau bersembunyilah." kata nya dan dia sendiri pun
lalu menyambar pedang yang tadi ditaruh di sudut, juga
menyambar buntalan pakaiannya dan dia meloncat ke depan,
melewati jembel tua yang menjadi bingung dan ketakutan.
Benar seperti yang dikhawatirkan Tan Siong, ketika dia tiba
di depan kuil tua, di bawah penerangan lampu gantung tua
yang dipasang oleh para jembel yang kini menyelinap pergi
cerai-berai ketakutan, berdiri dua orang yang bukan lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dua orang jagoan dari Butong-
pai dan Siauw-lim pai itu! Karena bahunya masih terluka
dan karena maklum betapa lihainya dua orang ini, pula karena
dia tidak mempunyai permusuhan pribadi dengan mereka,
ingin Tan Siong melarikan diri saja di dalam gelap. Akan tetapi
dia teringat akan gadis yang bersembunyi di belakang kuil.
Siapa akan melindunginya kalau ia melarikan diri. Maka,
dengan sikap hormat, sambil menalikan buntalan pakaian di
punggungnya, dia bertanya.
"Kiranya Ji-wi Lo-enghiong (Dua Orang Tua Gagah) yang
datang berkunjung ke tempat yang buruk ini. Apakah memang
kini para murid perkumpulan-perkumpulan besar suka
mendesak orang yang sudah terluka dan yang tidak
mempunyai permusuhan pribadi sedikit pun dengan mereka?"
"Orang muda she Tan, hendaknya engkau tidak menduga
buruk secara sembarangan saja. Engkau adalah murid Kunlun-
pai dan kami dua orang murid-murid Bu-tong-pai dan
Siauw-lim-pai tidak mempunyai permusuhan apa-apa
denganmu. Kalau siang tadi kita bertemu sebagai lawan
hanyalah karena kedudukan dan keadaan kita yang memaksa.
Akan tetapi kedatangan kami yang mencarimu ini adalah
karena kami membawa tugas yang diberikan majikan kami,
yaitu Pui-kong-cu. Dia mendengar tentang kegagahanmu,
maka mengutus kami untuk mencarimu dan mengajakmu
menghadap Pui-kongcu karena dia ingin sekali
mempergunakan tenagamu untuk membantunya." kata Cia
Kok Han yang pendek gendut, tokoh Bu-tong-pai itu.
Tentu saja Tan Siong merasa heran karena sekali
mendengar ucapan itu. "Aku tidak mengenal siapa itu Puikongcu,
dan aku pun tidak berniat bekerja sebagai tukang
pukul orang kaya atau bangsawan."
Mendengar ucapan yang nadanya menyindir itu, Su Lok Bu
berkata, "Tan Siong, tidak perlu engkau menyindir dan
mengejek kami! Kami adalah bekas perwira terhormat dan kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami bekerja dengan halal, menjadi kepala pengawal, bukan
tukang pukul! Pui-kongcu sedang terancam bahaya oleh
musuhnya yang amat kejam dan lihai, maka ingin
mengumpulkan orang-orang yang pandai untuk membantunya
menghadapi musuh itu. Engkau akan diangkat menjadi rekan
kami dan menerima imbalan upah yang besar."
Tan Siong mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala.
"Maaf, akan tetapi aku tidak berniat untuk bekerja pada waktu
ini, karena aku mempunyai tugas sendiri yang penting. Harap
ji-wi maafkan dan sampaikan kepada Pui-kongcu bahwa aku
tidak dapat menerima pena-warannya."
"Bocah she Tan!" Tiba-tiba Cia Kok Han berseru marah.
"Engkau sungguh besar kepala dan sombong. Engkau bersikap
seolah-olah tidak mempunyai kesalahan. Engkau telah melukai
beberapa orang pengawal dan untuk itu saja engkau sudah
sepatutnya ditangkap dan ditahan. Akan tetapi Pui-kongcu
memaafkan kesalahanmu, bahkan menawarkan kedudukan
baik dan ingin bersahabat denganmu. Namun, engkau
menolaknya dengan angkuh. Kalau begitu, terpaksa kami
harus menangkapmu dan menyeretmu ke depan Pui-kongcu,
biar dia sendiri yang mengambil keputusan atas dirimu!"
"Lebih baik engkau dengan suka rela ikut bersama kami
agar kami tidak perlu mempergunakan kekerasan." kata pula
Su Lok Bu. Dua orang jagoan itu sudah mengeluarkan senjata
masing-masing. Cia Kok Han mencabut golok besarnya,
sedangkan Su Lok Bu mengeluarkan siang-kiamnya (sepasang
pedang).
Tan Siong tersenyum mengejek. "Hemm, bagaimanapun
alasan ji-wi, tetap saja ji-wi adalah orang-orang yang suka
memaksakan kehendak dan mengandalkan kekuatan dan
kekerasan. Dan aku mempelajari ilmu justeru untuk
menentang penindasan dan kelaliman. Aku tetap menolak!"
Berkata demikian, Tan Siong menggerakkan tangan kanannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan sudah melolos pedang tipis yang dipergunakan sebagai
sabuk dengan sarung kulit yang kuat.
"Bagus, engkau memang murid Kun-lun-pai yang besar
kepala!" kata Cia Kok Han yang sudah menyerang dengan
goloknya. Su Lok Bu juga menggerakkan sepasang pedangnya
dan dua orang itu sudah mengurung Tan Siong dengan
serangan-serangan dahsyat. Pemuda ini terpaksa memutar
pedangnya dan mengerahkan seluruh tenaganya, walapun dia
harus menahan rasa nyeri bahu kirinya ketika tubuhnya
dipakai untuk bersilat Berkali-kali terdengar suara berdencing
nyaring ketika pedangnya menangkisi tiga buah senjata lawan
yang amat kuat itu, dan sebentar saja Tan Siong yang sudah
terluka itu terdesak hebat.
Akan tetapi tiba-tiba berkelebat bayangan hitam dan begitu
tiba di situ, bayangan hitam ini menggerakkan sebatang
ranting di tangannya untuk terjun ke dalam perkelahian itu
dan segera menyerang Su Lok Bu dengan gerakan-gerakan
aneh. Begitu ranting meluncur, senjata sederhana ini sudah
menyelinap di antara dua gulungan sinar pedang Su Lok Bu
dan meluncur, menotok ke arah jalan darah di pundak kanan.
"Eh....!," Su Lok Bu terkejut bukan main karena nyaris
pundaknya tertotok kalau saja dia tidak meloncat jauh ke
belakang. Ketika dia dan Cia Kok Han memandang, ternyata
yang menyerang itu adalah seorang yang berpakaian serba
hitam, dan mukanya juga ditutup kedok hitam dengan dua
buah lubang untuk sepasang mata yang jeli dan tajam
sinarnya, dan nampak pula dagunya di mana terdapat sebuah
bintik, yaitu sebuah tahi lalat hitam! Melihat tahi lalat di dagu
itu dan melihat bentuk tubuh yang mudah diduga dimiliki
seorang wanita, Cia Kok Han dan Su Lok Bu terkejut bukan
main. Mereka belum pernah bertemu dengan musuh besar
Pui-kongcu, wanita iblis yang kabarnya sedang berusaha
untuk membunuh Pui-kongcu dan Koo Cai Sun, akan tetapi
dari kedua orang itu yang mengingat-ingat wajah wanita yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi musuh mereka, yang teringat oleh mereka hanyalah
bahwa wanita itu memiliki tanda tahi lalat hitam di dagunya.
Dan wanita berkedok ini pun memi-liki tahi lalat di dagunya.
Maka tanpa banyak cakap lagi Su Lok Bu dan Cia Kok Han
menerjang wanita berkedok itu yang hanya memegang
sebatang ranting kayu sederhana. Melihat ini, tentu saja Tan
Siong cepat menggerakkan pedangnya menyambut Cia Kok
Han. Dia pun merasa heran melihat munculnya wanita
berkedok dan berpakaian hitam ini, akan tetapi yang jelas
wanita ini tadi telah menolongnya, membantunya menghadapi
dua orang pengeroyoknya yang lihai, maka kini melihat betapa
dua orang pengeroyok itu berbalik menyerang si wanita
berkedok, yang hanya bersenjata sebatang ranting, tentu saja
dia pun cepat membantunya dan memutar pedangnya.
Kini perkelahian terjadi lebih ramai dan seru lagi, di bawah
penerangan lampu gantung yang remang-remang, Tan Siong
memutar pedangnya yang- tipis melawan Cia Kok Han yang
memegang golok besar dan berat sedangkan wanita berkedok
itu melawan Su Lok Bu yang memegang sepasang pedang
dengan meng gunakan sebatang ranting kecil saja. Dan
setelah kini melawan Cia Kok Han seorang, biarpun pundak di
sekitar pangkal lengan kiri masih terasa nyeri, Tan Siong dapat
mengimbangi permainan lawan. Untung bahwa senjatanya
adalah sebatang pedang yang tipis dan ringan, maka dia
dapat bergerak lebih cepat daripada lawannya. Dia tidak
pernah mau menangkis karena senjata lawan amat berat,
namun dengan kecepatan gerak pedangnya, dia membuat Cia
Kok Han menjadi repot juga.
Yang lebih hebat adalah wanita itu. Biarpun senjatanya
hanya sebatang ranting kecil, namun ternyata gerakan
rantingnya itu mampu membuat Su Lok Bu menjadi mati
langkah! Sepasang pedangnya bahkan hanya sibuk menangkis
saja karena ranting itu bergerak secara aneh dan cepat, juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbahaya karena ujungnya selalu meluncur ke arah jalan
darah yang berbahaya.
Lewat lima puluh jurus, Su Lok Bu mengeluarkan seruan
kaget dan dia pun meloncat jauh ke belakang. Bajunya robek
dan hampir saja pedang kirinya terlepas dari genggaman
karena tiba-tiba tangan kirinya menjadi setengah lumpuh
terkena totokan pada pundak kirinya. Mendengar temannya
berseru mengeluh dan meloncat ke belakang, Cia Kok Han
yang juga terdesak hebat itu melompat pula ke belakang.
Mereka maklum bahwa tanpa bantuan, mereka tidak akan
mampu menang, maka tanpa dikomando lagi, keduanya lalu
melarikan diri untuk mengambil balabantuan.
Akan tetapi ketika bala bantuan tiba dan mereka datang
kembali bersama Koo Cai Sun dan dua puluh lebih pasukan
pengawal, kuil tua itu telah kosong. Tak seorang pun jembel
yang biasanya memenuhi kuli itu mere ka temukan, apalagi
dua orang bekas lawan tadi.
Koo Cai Sun dan Pui Ki Cong bergidik mendengar
penuturan dua orang jagoan itu bahwa telah muncul seorang
wanita berpakaian serba hitam, berkedok dan dagunya bertahi
lalat yang lihai sekali. Biarpun mulut mereka diam saja, namun
di dalam hati, mereka menduga-duga bahwa besar sekali
kemungkinan wanita berkedok itu adalah Kim Cui Hong yang
mereka takuti!
Dugaan mereka memang tepat. Wanita berkedok itu adalah
Kim Cui Hong. Ketika Cui Hong mendengar bahwa ada dua
orang mencari Tan Siong, ia pun cepat pura-pura lari ke
belakang kuil. Di dalam gelap ia cepat mengenakan pakaian
hitam dan kedoknya, lalu keluar lagi dan membantu Tan Siong
yang sedang terdesak. Dan setelah dua orang lawan itu
melarikan diri, ia pun cepat meloncat ke dalam kegelapan
malam dan menghilang.
Tan Siong yang berterima kasih itu berusaha mengejar,
namun dia kehilangan jejak wanita berkedok itu yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenyap dan terutama sekali pakaian hitamnya membuat ia
sukar dicari atau dikejar. Tan Siong masih merasa penasaran
dan sampai pagi dia berkejaran di sekitar tempat itu, mencari
wanita berkedok dan juga mencari Ok Cin Hwa yang melarikan
diri tadi,
Setelah matahari mengusir kegelapan malam, dia tiba di
dekat tembok kota raja dan di tempat yang sunyi, di bawah
sebatang pohon, dia melihat Cin Hwa berdiri sambil membawa
buntalan pakaiannya.
"Hwa-moi....!" katanya girang dan cepat dia berlari
menghampiri gadis Itu.
Gadis itu memandangnya dan mengeluh, "Ah, agaknya
tidak ada tempat aman lagi di kota raja bagiku, Tan-toa-ko.
Aku ingin pergi saja dar i kota raja."
Sejenak Tan Siong mengamati gadis itu, dari kepala sampai
ke kakinya, kemudian berkata, "Pergi ke manakah, Hwa-moi?
Kemana pun sama saja bagimu, di mana-mana tentu terdapat
orang orang jahat, akan tetapi perlu apa engkau takut?
Takkan ada yang dapat mengganggumu."
Cui Hong mengerutkan alisnya dan memandang tajam.
"Apa maksudmu....?"
"Tidak apa-apa.... eh, Hwa-moi, lehermu itu terkena
apakah?" Dan dia maju mendekat.
"Ada apa?" Cui Hong meraba-raba lehernya dan tidak
menemukan sesuatu.
"Lehermu seperti kena noda, maaf, biar kubersihkan!"
Dengan gerakan cepat sekali Tan Siong mengulur tangannya
ke arah leher gadis itu. Kalau saja Cui Hong tidak hendak
menyembunyikan kepandaiannya, tentu dengan mudah ia
mengelak atau menangkis. Akan tetapi ia harus
menyembunyikan rahasianya dan ia pun ingin sekali tahu di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lehernya ada apa karena ia percaya bahwa pemuda itu
bersungguh-sungguh.
Akan tetapi sebelum jari-jari tangan Tan Siong menyentuh
lehernya, jari-jari itu membalik ke arah dagunya dan sekali
menowel, lecet dan hapuslah bedak tebal yang menutupi dan
menyembunyikan sebuah tahi lalat di dagu dan nampaklah
kini tahi lalat itu!
"Nona, terima kasih atas bantuanmu semalam sehingga
aku dapat melawan dua orang yang tangguh itu!" kata Tan
Siong sambil menjura ke arah Cui Hong.
"Lehermu seperti kena noda, maaf biar kubersihkan!"
Dengan gerakan cepat sekali Tan Siong mengulur tangannya
ke arah leher gadis itu.
"Tan-toako, kenapa sikapmu seperti ini? Memanggil Nona
padaku...."
Tan Siong menjura dan tersenyum. "Tentu namamu bukan
pula Ok Cin Hwa....."
Cui Hong meraba dagunya dan tahu bahwa tidak ada
gunanya menyembunyikan rahasianya lagi. Ia pun menarik
napas panjang mengambil tempat bedak dari buntalan
pakaiannya, juga sebuah cermin dan cepat ia menutupi lagi
tahi lalat di dagunya. "Aku harus menutupi lagi ciri yang
membuat aku dikenal ini..."
"Akan tetapi, mengapa engkau bersikap begini? Apa artinya
penyamaran ini, berpura-pura sebagai seorang gadis yang
lemah?" Tan Siong bertanya penasaran.
"Kau pun tadinya bersikap sebagai seorang pemuda petani
yang lemah, Toako aku sengaja menyamar karena memang
ada sebabnya yang teramat penting. Akan tetapi sekarang aku
ingin tahu lebih dulu. Bagaimana engkau bisa menduga bahwa
aku adalah wanita berkedok semalam?"
Tan Siong tersenyum, senyum pahit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah terlanjur aku mengaku kepadamu, Nona. Aku
tertarik dan.... cinta padamu, tentu saja segalanya yang ada
padamu tidak akan pernah dapat kulupakan. Matamu di balik
kedok itu, dan juga sepatumu yang agaknya tergesa-gesa
belum sempat kauganti pagi ini, menjelaskan segalanya.
Karena masih ragu, aku sengaja menghapus penutup tahi lalat
di dagumu itu."
"Dan dengan adanya kenyataan ini, apakah engkau masih
tetap memiliki perasaan itu terhadap aku, Tan-toako?" Cui
Hong bertanya, memandang tajam penuh selidik.
Yang dipandang balas memandang dengan tajam.
Kemudian Tan Siong berkata,, suaranya tegas, "Nona, apakah
cinta harus berubah-ubah? Semenjak pertama kali, aku telah
jatuh cinta kepadamu, dan bagiku, cinta takkan pernah
berubah selama aku hidup."
Cui Hong menarik napas panjang. "Hemm, aku sungguh
sangsi apakah pendirianmu itu masih akan sama kalau engkau
sudah mendengar riwayat dan keadaanku, Toako." Ia merasa
sedih membayangkan betapa pemuda yang dikaguminya ini
akan memandang rendah kepadanya nanti kalau ia membuka
rahasia dirinya.
"Ceritakanlah, nona. Aku pun ingin sekali tahu tentang
dirimu yang diliputi penuh rahasia itu. Siapakah sebenarnya
engkau dan mengapa engkau menyamar sebagai seorang
gadis lain yang lemah? Apa artinya semua ini?"
Cui Hong lalu duduk di atas sebuah batu di tepi jalan, dan
Tan Siong juga mengambil tempat duduk di atas akar pohon
yang menonjol di atas tanah. Mereka duduk berhadapan dan
pemuda itu memandang wajah Cui Hong penuh perhatian,
hatinya tertarik sekali karena dia dapat menduga bahwa tentu
gadis ini mempunyai riwayat yang amat hebat sehingga selain
memiliki ilmu silat yang tinggi, juga menyimpan rahasia dan
menyamar sebagai gadis lain yang lemah. Sebaliknya, Cui
Hong tadinya ragu-ragu, akan tetapi karena Tan Siong adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang pemuda yang selama ini selalu membelanya, dan
karena Tan Siong telah dapat menyingkap rahasianya bahwa
ia seorang gadis yang menyamar, tidak ada jalan lain baginya
kecuali membuat pengakuan.
"Tan-toako, aku bukanlah seorang gadis seperti yang
kausangka, bukan seorang Ok Cin Hwa yang terhormat dan
bersih. Namaku yang sesungguhnya adalah Kim Cui Hong...."
"Hemm, nama yang indah dan gagah... ..." Tan Siong
memotong, bukan pujian yang kosong melainkan pujian yang
memang sengaja dilakukan untuk mendorong gadis itu agar
lebih lancar bercerita.
Cui Hong tersenyum. "Engkau selalu memujiku, Toako.
Betapa pedih membayangkan bahwa pujianmu itu sebentar
lagi akan menjadi celaan dan cacian."
"Teruskanlah, Nona Kim yang gagah perkasa, aku ingin
sekali mendengar ceritamu."
"Tan-toako, aku hanyalah seorang wanita yang penuh
dengan aib dan penghinaan, seorang sisa manusia yang hanya
mempunyai satu tujuan hidup, yaitu membalas dendam
kepada musuh-musuhku."
Tan Siong mengerutkan alisnya. Tak enak rasa hatinya
mendengar bahwa gadis ini menyimpan dendam kebencian
yang amat besar di dalam hatinya.
"Apakah yang terjadi dengan dirimu, Nona Kim?"
"Aku.... aku bukan seorang gadis suci lagi, bukan seorang
perawan seperti yang kausangka, Toako. Aku menjadi korban
kekejian empat orang laki-laki yang telah menawanku,
memperkosaku dan mempermainkan, secara biadab. Aku
sudah hampir mati, namun agaknya Tuhan sengaja
membiarkan aku hidup sehingga aku dapat mempelajari ilmu
dan kini aku dapat melakukan balas dendam terhadap empat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang musuh besarku itu. Dan Tuhan akan memberkahi aku
yang telah menerima aib yang amat hebat."
"Nona, dendam adalah racun yang hanya akan merusak
batin sendiri...."
"Biarpun demikian, aku tetap akan membalas dendam!"
"Dendam kebencian merupakan suatu kejahatan, Nona,
karena hal itu akan melahirkan perbuatan yang kejam dan
jahat."
"Tak perduli, aku tetap akan membalas dendam!"
"Dendam kebencian adalah api yang akan membakar diri
sendiri, karena itu, harap engkau dapat menyadarinya, Nona.
Tuhan tidak akan memberkahi orang yang menaruh dendam."
Sekali lagi Tan Siong membujuk.
"Tidak! Tuhan pasti akan memberkahi ku dan membantuku
untuk menghukum mereka yang lebih jahat daripada binatang
yang paling buas itu. Mereka harus merasakan penghinaan
seperti yang pernah kualami, merasakan kesakitan seperti
yang pernah kuderita. Dan itulah satu-satunya tujuan hidupku.
Dan untuk melaksanakan pembalasan dendamku itu, terpaksa
aku menyamar sebagai Ok Cin Hwa yang lemah. Hanya
kepadamu seoranglah aku membuka rahasiaku ini, toako dan
aku percaya bahwa toako tentu akan menyimpan rahasia ini
dari orang lain."
Tan Siong mengangguk. "Aku tidak akan membuka
rahasiamu kepada siapa pun juga, Nona Kim Cui Hong. Akan
tetapi, sekali lagi aku memperingatkan, mengingat akan
persahabatan antara kita, hendaknya engkau menyadari
bahwa dendam kebencian amatlah tidak baik bagi dirimu
sendiri. Karena itu, sebelum terlambat, hapuskan saja
kebencian itu dari lubuk hatimu."
Cui Hong mengerutkan alisnya. "Hem, enak saja engkau
bicara demikian, Tan-toako, karena engkau tidak mengalami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri penderitaan lahir batin seperti yang kualami. Aku yang
pada waktu itu seorang gadis yang lemah, hanya memiliki
sedikit ilmu silat, telah ditawan orang orang jahat. Ayahku dan
seorang suheng-ku yang hendak menolongku, mereka bunuh
di depan mataku, kemudian aku mereka perkosa dan
permainkan sampai nyaris tewas. Mereka membuang tubuhku
begitu saja di dalam hutan. Akan tetapi. Tuhan agaknya
memang sengaja membiarkan aku hidup untuk dapat
menuntut balas dan sekarang engkau, yang kuanggap sebagai
seorang sahabatku yang baik, memberi nasihat agar aku tidak
membalas dendam dan membiarkan iblis-iblis berwajah
manusia itu berkeliaran?"
"Nona, sudah menjadi tugas dan kewajiban kita yang sejak
kecil mempelajari ilmu silat dengan susah payah, untuk
kemudian mempergunakan ilmu itu dalam perjuangan
melawan kejahatan dan membela orang-orang yang lemah
tertindas. Akan tetapi, ada garis pemisah yang amat besar
antara membela kebenaran dan keadilan, dan pembalasan
dendam! Kalau engkau menentang perbuatan-perbuatan jahat
dari empat orang itu, andaikan mereka sekarang masih
melakukannya, tentu saja aku tidak akan me-nyalahkanmu.
Akan tetapi kalau engkau mencari dan menentang mereka
hanya karena dendam pribadi, sungguh hal itu amat tidak
baik, Nona. Dendam menjadi satu ikatan yang akan
menciptakan karma, dendam-mendendam dan balasmembalas.
Memang, tak dapat disangkal bahwa perbuatan
empat orang itu terhadap dirimu amatlah jahatnya, amatlah
kejamnya. Akan tetapi, kalau engkau kini mencari dan
membunuh mere ka, bukankah perbuatanmu itu sama kejam
dan jahatnya? Lalu mana letak perbedaan antara yang benar
dan yang tidak benar, yang baik dan yang jahat?"
Cui Hong tersenyum, akan tetapi senyumnya masam dan
mengejek. Kemarahan menyelinap di dalam hatinya karena ia
merasa bahwa pemuda yang dikaguminya ini agaknya hendak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghalangi nya membalas dendam. Padahal, pemuda ini
mengaku cinta padanya.
"Sudahlah, toako. Agaknya dalam hal ini tidak ada
kecocokan pikiran di antara kita. Engkau sendiri, apakah yang
kaucari di sini?"
"Riwayatku tidak seburuk riwayatmu, Nona, walaupun tak
dapat dibilang menyenangkan. Sejak berusia tiga belas tahun,
aku dibawa oleh seorang tosu Kun-lun-pai ke Pegunungan
Kun-lun-san untuk belajar ilmu silat. Setelah belajar belasan
tahun lamanya dan tamat belajar, aku turun gunung dan
pulang ke dusun tempat tinggal orang tuaku. Akan tetapi aku
tidak melihat lagi ayah dan ibuku dan menurut penuturan
penduduk yang menjadi tetangga kami, ayah dan ibuku sudah
lama meninggalkan dusun itu. Seluruh harta kekayaan orang
tuaku telah dikuasai oleh pamanku, adik ibuku, yang menipu
mereka. Orang tuaku meninggalkan dusun sebagai orang
miskin dan akhirnya meninggal dunia entah di mana. Karena
itu, sekarang aku sedang berusaha mencari pamanku itu."
"Ah! Tentu untuk membalas dendam atas kematian orang
tuamu kepada pamanmu!" seru Cui Hong penuh harap.
Akan tetapi pemuda itu menggeleng kepala sebagai
jawaban. "Tidak, Nona. Aku sama sekali tidak ingin membalas
dendam kepada pamanku."
"Aku mencarinya hanya untuk bertanya di mana kuburan
ayah ibuku. Itu saja."
"Ahhh!" Cui Hong merasa kecewa mendengar penjelasan
ini.
Keduanya diam sejenak, tenggelam dalam lamunan
masing-masing. Cui Hong merasa bahwa setelah mendengar
keadaan dirinya, tentu pemuda itu memandang kepadanya
dengan hati meremehkan. Ia hanya seorang gadis yang telah
terhina! Diam-diam ia merasa sedih, akan tetapi kesedihannya
ditutupinya dengan sikap acuh. Ia tidak perduli lagi. Biarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Siong mencemoohkannya, biarlah membencinya. Memang
agaknya hidupnya hanya bergelimang dengan kebenciankebencian,
baik dibenci maupun membenci. Semua ini bahkan
menyuburkan dendamnya dan ia pasti berhasil! Sementara itu,
Tan Siong juga tenggelam dalam kesedihan. Kiranya gadis itu
bukanlah seorang wanita sembarangan, melainkan seorang
gadis yang gagah perkasa dan berkepandaian tinggi. Akan
tetapi juga seorang gadis yang penuh dengan dendam
kebencian. Jelaslah bahwa dia sama sekali tidak pantas
mengharapkan seorang gadis perkasa seperti itu, dan yang
nampaknya juga kaya raya, dapat menerima uluran cinta
kasihnya, cinta kasih seorang pemuda miskin yang selain tidak
memiliki apa-apa, juga keturunan petani biasa saja. Di
samping itu, juga d ia berbeda paham dengan gadis itu. Gadis
yang batinnya penuh dengan racun dan api dendam
kebencian! Dia merasa bersedih mengingat akan hal itu. Ingin
dia mengingatkan gadis itu, mencegahnya melanjutkan
dendam kebencian yang hanya akan meracuni hidupnya
sendiri.
Akhirnya yang membuka percakapan dan memecahkan
kesunyian itu adalah Cui Hong, karena gadis ini makin lama
semakin merasa tidak enak saja. "Tan-toako, setelah
mendengar riwayatku, tentu engkau akan memandang rendah
kepadaku..."
"Ah, mengapa begitu, Nona? Sama sekali tidak, hanya
aku.... aku merasa bersedih kalau mengingat bahwa engkau
sedang merusak kehidupanmu dengan dendam itu. Sekali lagi,
aku minta dengan sangat, sukalah engkau menghapus saja
dendam kebencian yang hanya akan meracuni batinmu sendiri
itu."
Cui Hong mengerutkan alisnya. "Tan-toako, engkau tidak
berhak mencampuri urusan pribadiku!"
Pemuda itu menarik napas panjang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, aku bukan bermaksud mencampuri hanya aku
merasa kasihan kepadamu, Nona."
"Kasihan....?"
"Ya, aku merasa kasihan karena racun dendam kebencian
itu akan membuatmu menderita sendiri."
Makin tak senang rasa hati Cui Hong. "Biarlah, aku yang
menderita, bukan engkau, Toako. Nah, selamat tinggal dan
terima kasih atas segala bantuanmu yang kau lakukan kepada
Ok Cin Hwa."
Gadis itu membalikkan tubuh dan hendak pergi.
"Nona Kim...!" Tan Siong berseru dan Cui Hong berhenti
melangkah, membalik dan memandang dengan alis berkerut
akan tetapi pandang mata penuh harapan. Tak sedap rasa
hatinya harus berpisah dari pemuda yang dikaguminya ini
dalam keadaan berbeda paham.
"Sekali lagi kuminta kepadamu, Nona, hapuskanlah dendam
itu...."
Hampir saja Cui Hong marah-marah dan memaki pemuda
itu, kalau saja ia t idak ingat betapa beberapa kali pemuda itu
telah membelanya mati-matian. "Sudahlah, jangan
mencampuri urusan pribadiku, selamat tinggal!" katanya dan
ia meloncat jauh lalu lari secepatnya meninggalkan pemuda
itu.
Tan Siong berdiri termangu-mangu, hatinya penuh
penyesalan. Dia tahu bahwa dia mencinta Cui Hong. Cintanya
tidak berubah walaupun dia mendengar bahwa gadis itu
ternyata bukan seorang perawan lagi, melainkan seorang
gadis yang pernah diperkosa oleh empat orang penjahat.
Bahkan dia merasa rendah diri kalau dia mengingat bahwa
perempuan yang bernama Ok Cm Hwa itu, yang tadinya
disangkanya seorang perempuan yang lemah tak berdaya dan
membutuhkan perlindungan, ternyata adalah seorang wanita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perkasa yang tingkat kepandaiannya mungkin tidak berada di
sebelah bawah tingkatnya sendiri, seorang wanita lihai yang
agaknya kaya-raya pula. Dan dia merasa berduka melihat
kenyataan pada diri wanita itu yang penuh dendam kebencian.
Orang yang diracuni dendam kebencian seperti itu, mana
mungkin dapat mencinta?
Sementara itu, Cui Hong mempergunakan ilmunya berlari
cepat, dengan tubuh ringan seperti seekor kijang ia
berlompatan dan berlarian cepat sekali. Sebentar saja ia sudah
meninggalkan Tan Siong jauh sekali dan akhirnya ia berhenti
di tepi sebuah anak sungai yang airnya mengalir dengan
lembut di antara batu-batu yang membuat air itu menjadi
jernih dan menimbulkan suara berteriak tiada hentinya.
Cui Hong duduk di tepi sungai itu, di atas rumput hijau
yang tebal. Ia tidak perduli pakaiannya menjadi agak basah
karena rumput itu segar dan basah. Hatinya terasa berat.
Kosong dan sepi. Ia merasa seperti kehilangan seorang
sahabat yang dikagumi dan amat disukainya. Bahkan ia
hampir merasa yakin bahwa ia telah jatuh cinta kepada Tan
Siong. Pria itu sama sekali berbeda dengan pria-pria la in yang
pernah dijumpainya. Di dalam pandang matanya, sama sekali
tidak nampak bayangan tidak sopan atau kurang ajar,
melainkan suatu kemesraan yang mendalam. Juga sikapnya
amat baik, lembut dan kuat. Dan betapa gagahnya pria itu
ketika membela dan melindunginya ketika ia masih menjadi
seorang wanita lemah. Pembelaan yang tanpa pamrih! Tan
Siong adalah seorang pendekar budiman yang mengagumkan
hatinya dan betapa akan mudah baginya untuk jatuh cinta
kepada seorang pria seperti itu. Sebelum bertemu dengan Tan
Siong, dibakar dendamnya, ia selalu memandang pria sebagai
mahluk yang tidak sopan dan kurang ajar, yang menganggap
wanita sebagai barang permainan belaka. Akan tetapi,
anggapan itu membuyar ketika ia bertemu dengan Tan Siong.
Ia jatuh cinta kepada pemuda murid Kun-lun-pai itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak!" tiba-tiba Cui Hong membantah suara hatinya
sendiri, la tidak boleh jatuh cinta, sedikitnya untuk sementara
ini ia tidak boleh mengikatkan diri dengan siapapun juga,
apalagi dengan ikatan cinta. Ia harus memusatkan
perhatiannya kepada musuh-musuhnya. Masih ada dua orang
musuh yang belum dibalasnya.
Dan dia maklum bahwa kini tidak akan mudah lagi baginya
untuk dapat berhadapan dengan Cai Sun dan Ki Cong.
Semenjak perkelahian itu, ketika ia muncul dengan berkedok
tentu dua orang musuhnya itu akan menjadi semakin hati-hati
dan tidak sembarangan keluar rumah tanpa pengawalan yang
ketat. Ia harus mencari akal. Ia cukup bersabar untuk
menyusun siasat. Sudah bertahun-tahun ia menahan
kesabarannya dalam dendam. Kalau sekarang hanya
menghadapi hambatan selama beberapa hari atau beberapa
bulan saja, tidak ada artinya baginya. Sekali waktu, pasti ia
akan melihat lubang dan kesempatan untuk dapat berhadapan
berdua saja dengan musuh-musuhnya dan membalas dendam
sepuasnya, seperti yang telah dilakukan terhadap Louw Ti. Ia
cukup sabar.
Dugaan Cui Hong memang benar. Bukan saja Pui Ki Cong
dan Koo Cai Sun menjadi terkejut dan ketakutan dengan
kemunculan Cui Hong dengan kedoknya sehingga mereka
selalu tinggal di dalam gedung keluarga Pui yang dijaga
dengan lebih ketat lagi, akan tetapi juga Ki Cong
mengerahkan orang-orangnya untuk mencari wanita yang
mengancam keselamatannya itu. Dia mendatangkan jagoanjagoan
dan menjanjikan hadiah besar bagi siapa saja yang
mampu menangkap atau membunuh wanita bernama Kim Cui
Hong yang mempunyai tanda tahi lalat di dagunya.
Hampir setiap hari dan malam kedua orang itu berbincangbincang
dan selalu yang menjadi bahan percakapan mereka
adalah Kim Cui Hong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hayaaa, sungguh celaka!" Pada suatu malam Ki Cong
mengeluh kepada Cai Sun yang duduk di depannya. Mereka
selalu hanya berdua saja kalau membicarakan Cui Hong
karena bagaimanapun juga, apa yang pernah mereka lakukan
terhadap gadis itu merupakan rahasia pribadi mereka.
"Menghadapi seorang perempuan saja, kita menjadi begini tak
berdaya. Untuk keluar saja tidak berani. Koo-toako, apakah
selamanya kita akan begini saja, bersembunyi di dalam rumah
sendiri seperti tikus-tikus yang takut keluar karena ada kucing
yang siap menerkam? Kalau perempuan iblis itu belum dapat
kita bekuk, maka hidup akan menjadi penderitaan besar bagi
kita!" Bangsawan yang kaya-raya itu mengepal tinju dan
mukanya menjadi merah padam karena menahan
kemarahannya.
"Pui-kongcu, kami sudah berusaha sekuat tenaga,
menyebar orang-orang untuk melakukan penyelidikan. Akan
tetapi ibiis itu agaknya pandai menghiiang karena biarpun
semua tempat telah diperiksa, tidak ada yang menemukan
jejaknya." kata Cai Sun.
"Hemm, lalu, apakah kita harus tetap begini saja?
Bagaimana kalau manusia-manusia tolol itu tidak mampu
menemukan jejaknya untuk selamanya? Apakah selamanya
kita lalu menjadi orang-orang hukuman di rumah sendiri?"
tanya Pui Ki Cong dengan jengkel.
"Jangan khawatir, Kongcu. Saya mempunyai akal baik yang
segera saya suruh mereka melaksanakan, tentu dalam waktu
singkat iblis perempuan itu akan dapat kita ketahui tempat
sembunyinya."
Wajah Pui Ki Cong yang tampan pesolek itu, yang selama
beberapa pekan ini selalu muram, kini nampak agak berseri
dan dia menatap wajah bulat tukang pukulnya itu dengan
penuh harapan. "Apakah akalmu itu, Koo-toako? Lekas beritahukan
padaku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, kongcu. Untuk mencari jeja k siluman itu, memang
tidak mudah karena ia memiliki iimu kepandaian yang tinggi.
Akan tetapi, saya kira tidak akan begitu sukar untuk mencari
jejak perempuan yang bernama Ok Cin Hwa itu. Kita tangkap
dulu wanita itu...."
"Huh, dasar engkau paling gila perempuan! Dalam keadaan
begini engkau masih memikirkan wanita itu? Gila! Untuk apa
menangkap perempuan itu, Toa-ko?"
"Kongcu, Ok Cin Hwa itu selalu dilindungi oleh pemuda
yang bernama Tan Siong itu, maka besar sekali
kemungkinannya ia mengetahui di mana Tan Siong
bersembunyi. Dan mengingat bahwa ketika Tan Siong
dikeroyok oleh Cia Kok Han dan Su Lok Bu, dia dibela oleh
siluman itu, maka kalau kita sudah dapat menangkap Tan
Siong, tentu dapat pula mengetahui di mana adanya Kim Cui
Hong. Bahkan mungkin juga Ok Cin Hwa tahu dan mengenal
siluman itu."
Pui Ki Cong mengangguk-angguk dan wajahnya berseri
penuh kegirangan dan harapan.
"Bagus sekali kalau begitu! Cepat panggil Cia-enghiong dan
Su-enghiong, kita atur dan rencanakan siasat itu. Ok Cin Hwa
harus dapat ditemukan dan ditangkap!"
Tak lama kemudian, dua orang jagoan itu datang
menghadap dan mereka berempat lalu mengatur siasat untuk
menyebar orang-orang, sekali ini bukan mencari Kim Cui Hong
melainkan mencari seorang wanita bernama Ok Cin Hwa.
Semua anak buah yang bertugas mencari wanita ini dibekali
keterangan lengkap tentang ciri-ciri Ok Cin Hwa dan mulailah
para penyelidik itu bertebaran di seluruh kota pada hari itu
untuk mencari Ok Cin Hwa.
Tentu saja hal ini segera didengar oleh Cui Hong dan gadis
perkasa ini melihat munculnya suatu kesempatan yang amat
baik baginya. Ia pun cepat menyamar sebagai Ok Cin Hwa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sengaja memperlihatkan dirinya di pasar. Selagi ia memilih
buah-buahan di pasar, empat orang laki-laki menghampirinya
dan mengurungnya.
"Nona Ok C in Hwa?" tanya seorang di antara mere ka yang
tinggi kurus dan bermata juling.
"Ya.„?" Cui Hong berlagak kaget dan heran menghentikan
kesibukannya memilih buah.
"Mari kau ikut dengan kami. Koo-toako ingin bertemu
denganmu." kata pula si mata juling.
Kembali Cui Hong berlagak. Sambil mengerutkan alisnya ia
menjawab, suaranya tak senang. "Harap kalian jangan
bersikap tidak sopan. Aku tidak mengenal siapa itu Koo-toako.
Pergilah dan jangan mengganggu."
Empat orang laki-laki itu saling pandang. "Nona Ok, Kootoako
adalah kenalanmu yang baik, dia adalah penolongmu
dan dia minta kepada kami untuk mencarimu. Dia adalah
jagoan yang pernah menyelamatkanmu di rumah makan...
Si mata juling meniru kata-kata Cai Sun yang sudah
memesan kepada para anak buah itu kalau-kalau bertemu
dengan Ok Cin Hwa dan wanita itu menanyakan dirinya.
"Ahhh....dia....?" Cui Hong memperlihatkan sikap gembira.
"Tapi.... kenapa bukan dia sendiri yang datang mencariku?"
"Dia sedang sibuk sekali, dan kami disuruhnya
menjemputmu, Nona. Kami sudah menyiapkan sebuah kereta
di luar pasar. Marilah, Koo-toako ingin sekali membicarakan
urusan yang amat penting denganmu."
"Akan tetapi...." Cui Hong berlagak meragu seperti
pantasnya seorang wanita baik-baik yang diundang
mengunjungi seorang pria, "....eh, baiklah kalau begitu."
Ia lalu membereskan pakaiannya yang cukup bersih dan
indah, lalu tangannya meraba sanggul dan dengan diiringkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
empat orang itu, ia pun keluar dari pasar. Dengan sebuah
kereta, ia lalu diajak pergi ke rumah gedung keluarga Pui. Hati
para anak buah itu merasa lega sekali karena ternyata mereka
dapat membawa Nona Ok Cin Hwa sedemikian mudahnya.
Mereka sudah khawatir kalau-kalau muncul pria yang bernama
Tan Siong, yang biasanya melindungi wanita ini dan kabarnya
Tan Siong itu lihai se kali. Ternyata mereka dapat menemukan
dan mengajak Ok Cin Hwa ke gedung keluarga Pui tanpa
halangan apa pun dan tidak ada orang muncul mengganggu
kelancaran tugas mereka. Dengan hati bangga karena tentu
mereka akan menerima hadiah, empat orang itu mengawal Ok
Cin Hwa memasuki gedung.
Tentu saja hati Cai Sun menjadi girang bukan main melihat
Ok Cin Hwa dapat didatangkan ke dalam gedung itu. Bukan
hanya girang karena mengharapkan dapat menemukan
tempat persembunyian musuh besarnya dari wanita ini, akan
tetapi juga mengharapkan untuk dapat memiliki wanita yang
telah membuatnya tergila-gila itu.
"Moi-moi.... Akhirnya engkau datang juga....!" serunya
dengan gembira sekali sambil mengembangkan kedua
lengannya, kemudian memegang lengan janda itu, tanpa
memperdulikan sopan santun dan seperti lupa bahwa Pui Ki
Cong juga berada di situ.
Cui Hong mengambil sikap malu-malu dan dengan halus ia
melepaskan lengannya dari pegangan Cai Sun sambil melirik
ke arah Pui Ki Cong, diam-diam menekan perasaannya yang
terguncang penuh kebencian. "Aih, ln-kong...! Saya dipanggil
ke sini, ada keperluan apakah?"
"Ha-ha, engkau masih menyebutku ln-kong? Moi-moi,
bukankah kita sudah berjanji bahwa engkau selanjutnya akan
menyebut Koko (Kanda) kepadaku? Ha-ha-ha!" Karena merasa
di tempat aman, kumat kembali sifat Cai Sun yang mata
keranjang dan perayu wanita.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koo-inkong, mana saya berani? Saya hanyalah seorang
janda yang hidup sebatangkara...." Cui Hong mempermainkan
senyumnya dan mengerling tajam ke arah Pui Ki Cong yang
sejak tadi menatap dengan tajam penuh perhatian.
Dalam hal kegemaran terhadap wanita, tingkat Pui Ki Cong
tidak kalah oleh Koo Cai Sun. Maka, melihat sikap Cui Hong
yang beberapa kali tersenyum dan melirik ke arahnya, dia pun
menduga bahwa tidak akan sukar baginya untuk mendekati
wanita ini. Sikap wanita ini menunjukkan bahwa ia "ada
perhatian" terhadap dirinya. Dan Ki Cong percaya bahwa
dalam segala hal, kecuali ilmu silat, dia memiliki banyak
kelebihan dibandingkan dengan pembantunya itu. Dia lebih
muda beberapa tahun, juga dia lebih kaya, dengan kedudukan
yang membuatnya menjadi seorang bangsawan. Dalam hal
wajar, dia merasa yakin bahwa dia lebih tampan. Cai Sun
mempunyai muka yang bulat dan bersih, pandai merayu, suka
bergurau dan banyak ketawa, akan tetapi tidak dapat dibilang
tampan atau gagah. Perutnya gendut dan tubuh yang
kegemukan itu tentu tidak menarik hati wanita. Sebaliknya,
dia berwajah tampan,., jantan dan tubuhnya pun tidak
gendut, bahkan agak tinggi. Jantungnya berdebar juga
melihat kecantikan wanita bernama Ok Cin Hwa yang janda
muda ini. Akan tetapi, melihat sikap yang akrab dari Cai Sun,
dia mengerutkan alisnya dan ingin memperlihatkan
kekuasaannya di atas pembantunya itu kepada Ok Cin Hwa.
"Koo-toako, bukan tempatnya kita bicara di luar. Mari, ajak
Nona ini masuk ke dalam agar kita dapat bicara dengan
tenang dan aman. Marilah, Nona Ok, silakan masuk ke dalam
rumahku."
Cut ftorrg tersenyum mana, rmttum bahwa Pui Ki Cong
mulai memperlihatkan sikap bersaing dengan Cai Sun, dan hal
ini menandakan bahwa pancingannya berhasil. Ia telah
berhasil menarik perhatian musuh utamanya itu! Sambil
tersenyum manis, ia lalu bangkit. "Kiranya Kongcu yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi tuan rumah? Koo-inkong, siapakah Kongcu ini dan
mengapa saya diajak ke rumahnya ini?"
Diam-diam Cai Sun mendongkol juga.
Percakapan antara Ok Cin Hwa dan Pui Ki Cong itu
dirasakannya seperti menyeretnya turun harga! "Marilah kita
masuk dan kita bicara di dalam!" katanya singkat dan mereka
pun masuk ke dalam gedung besar itu. Biarpun di dalam
batinnya, Cui Hong sama sekali tidak tertarik akan kemewahan
dan kekayaan berlimpah yang berada di dalam gedung,
namun ia memaksa diri memperlihatkan kekaguman dan
berkali-kali mengeluarkan seruan kagum sehingga Pui Ki Cong
merasa girang dan bangga, sebaliknya Cai Sun semakin
muram wajahnya. Dia teringat betapa hatta keVayaannya
habis ketika tokonya dibakar orang, dan dia dapat wietujurga
bahwa pembakarnya tentulah musuh besar yang kini sedang
ditakutinya.
Cui Hong diajak masuk ke ruangan dalam dan Cai Sun
segera disuruh memanggil dua orang jagoan yang mengepalai
pasukan pengawal keluarga Pui, yaitu Cla Kok Han dan Su Lok
Bu. Melihat dua orang ini, diam-diam ada juga rasa khawatir di
dalam hati Cui Hong. Dua orang ini lihai, kalau sampai
rahasianya ketahuan, ia tentu akan celaka. Ia berada di dalam
kepungan musuh-musuh yang lihai! Akan tetapi sikapnya
nampak tenang-tenang saja, agak malu-malu seperti sikap
seorang wanita yang berada di antara beberapa orang laki-laki
asing.
Empat orang laki-laki itu kini duduk berhadapan dengan Cui
Hong dan dengan suara tetap halus, dengan pandang mata
berseri dan senyum menyeringai seperti biasa lagak Cai Sun
terhadap wanita, Cai Sun berkata, "Adik Ok Cin Hwa, kami
sengaja mengundangmu karena kami membutuhkan
bantuanmu. Maukah engkau membantu kami?"
Cui Hong memandang dengan alis dikerutkan dan mulut
tersenyum keheranan. "Ah, harap jangan main-main, KooTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
inkong. Seorang seperti aku ini, dapat membantu apakah
kepada Cu-wi (Anda Sekalian)?"
"Nona, kami membutuhkan bantuanmu berupa keterangan
yang sejujurnya dan sebenarnya." Ki Cong berkata.
"Aih, kalau cuma keterangan yang sebenarnya, tentu saja
saya mau melakukannya dengan segala senang hati, Kongcu."
kata Cui Hong sambil mengarahkan pandang mata jeli
dan mesra kepada Pui Ki Cong. Melihat ini, Cai Sun kembali
merasa tak senang karena cemburu. Dia merasa mendapatkan
saingan berat dalam diri Ki Cong terhadap wanita cantik ini.
"Adik Ok C in Hwa, beliau ini adalah seorang pejabat tinggi,
maka sepatutnya engkau menyebut Tai-jin (Pembesar) dan
bukan Kongcu (Tuan Muda)." kata-kata Cai Sun ini membuat
alis Ki Cong berkerut. Tadi ia sudah merasa girang karena
sebutan kongcu itu berarti bahwa nona manis ini
menganggapnya masih seorang muda! Padahal usianya sudah
tidak muda lagi, hampir empat puluh tahun. Dan kini Cai Sun
merusak "suasana" yang menyenangkan hatinya itu.
"Ah, maafkan saya, karena saya tidak tahu, Taijin!" kata
Cui Hong sambil cepat menjura dengan hormat ke arah Ki
Cong. Hal ini menghapus kekecewaan hati Ki Cong dan
dengan sikap berwibawa dia menggerakkan tangan menyuruh
wanita itu duduk kembali.
"Nona, kami sedang mencari dua orang dan kiranya hanya
engkaulah yang dapat membantu kami dan menunjukkan di
mana adanya dua orang itu." Ki Cong melanjutkan katakatanya.
"Yang seorang adalah laki-laki bernama Tan Siong
itu, yang sering membelamu. Sedangkan yang ke dua adalah
seorang wanita yang muncul dengan muka berkedok dan
mempunyai tahi lalat di dagunya. Nah, kami mengharapkan
keterangan yang sejujurnya dan sebenarnya darimu. Di
manakah kedua orang itu?"
O00o-dw-o00O
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 9
CUI HONG mengangguk-angguk. "Saya akan memberikan
keterangan yang sejujurnya, Taijin. Laki-laki yang bernama
Tan Siong itu baru saja kenal ketika dia muncul di rumah
makan itu dan melindungi saya dari gangguan beberapa orang
laki-laki kurang ajar, bahkan kemudian muncul Koo-inkong ini
yang menolong saya. Ada pun wanita berkedokitu saya kenal
ketika ia muncul di malam hari itu."
"Yang kami butuhkan adalah keterangan di mana adanya
mereka?" desak pula Pui Ki Cong. Sejak tadi Cui Hong
memutar otak mencari siasat terbaik demi keuntungannya.
"Sesungguhnya, saya tidak pernah mereka beri tahu di
mana mere ka tinggal. Setahu saya, Tan Siong tadinya tinggal
di dalam kuil tua itu, akan tetapi entah sekarang, saya sendiri
tidak tahu, apalagi tempat tinggal wanita berkedokitu, saya
tidak pernah diberi tahu."
Empat orang itu saling pandang. "Mengakulah saja kalau
engkau tidak ingin kami paksa!" Tiba-tiba Su Lok Bu yang
berkulit hitam dan bertubuh tinggi besar itu menggertak. Cui
Hong memperlihatkan wajah ketakutan dan melihat ini, Pui Ki
Cong yang sudah mulai tertarik kepada wanita cantikini cepat
berkata.
"Kita tidak perlu menggunakan kekerasan, Su-enghiong!"
Kemudian dia memandang wajah Cui Hong dan berkata
ramah, "Aku percaya, Nona ini pasti akan dapat memberi
petunjuk bagaimana kita akan dapat bertemu dengan kedua
orang itu. Benarkah begitu, Nona? Kuharap saja
kepercayaanku kepadamu takkan sia-sia belaka."
Cui Hong menggeser duduknya mendekat ke arah Pui Ki
Cong yang duduk di sebelah kanannya sambil melirik
ketakutan kepada Su Lok Bu. Kemudian, ia memandang Ki
Cong dan berkata dengan merdu dan bernada sungguhTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
sungguh. "Taijin, seorang perempuan seperti saya ini, mana
berani berbohong kepada Taijin? Saya berkata dengan
sesungguhnya ketika mengatakan bahwa saya tidak tahu di
mana mereka tinggal. Akan tetapi, seperti yang Taijin katakan
tadi, kalau memang Taijin ingin bertemu dengan mereka atau
seorang di antara mereka, agaknya saya dapat memberi
petunjuk..."
"Ah, Nona manis!" Ki Cong berseru gembira sekali. "Itulah
yang kuharapkan! Dapatkah engkau memberi petunjuk agar
kami dapat bertemu dengan wanita berkedokitu?"
"Dapat, Taijin.... karena memang ia telah.... ah, akan tetapi
ini rahasia! Kenapa sih Taijin ingin bertemu dengan wanita
aneh yang selalu berkedokitu? Saya sendiri ngeri dan takut
terhadap dirinya yang penuh rahasia."
Su Lok Bu sudah hendak menghardik lagi untuk memaksa
wanita itu cepat bercerita di mana tempat sembunyi wanita
berkedok, akan tetapi Ki Cong memberi tanda dan berkedip
kepadanya sehingga jagoan ini terdiam. Kemudian Ki Cong
berkata lagi kepada wanita itu, nada suaranya membujuk.
"Ketahuilah, Nona Ok. Wanita berkedokitu dan laki-laki yang
bernama Tan Siong, mereka adalah penjahat-penjahat kejam,
pembunuh-pembunuh keji. Mereka sedang kami cari-cari
untuk ditangkap dan dihukum karena kalau mereka tidak
ditangkap, tentu mereka akan melakukan lebih banyak
pembunuhan lagi atas diri orang-orang yang tidak berdosa.
Nah, sekarang katakan bagaimana agar kami dapat
menangkap mereka?"
"Ihhh....! Mengerikan! Memang saya sudah merasa takut
terhadap mereka. Akan tetapi kalau saya membuka rahasia
ini, tentu mereka akan marah kepada saya dan bagaimana
kalau saya dibunuh?" la menggigil dan mukanya berubah
pucat.
"Ha-ha, jangan takut, Adik manis. Di sini ada Kakanda Cai
Sun yang akan melindungi!" kata Cai Sun, gembira bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ternyata dugaannya benar dan siasatnya berhasil baik karena
wanita ini agaknya akan menjadi kunci pembuka tempat
persembunyian dua orang musuh itu, terutama tempat
persembunyian Kim Cui Hong yang mengancam nyawanya.
"Kami akan melindungimu!" kata Ki Cong tak mau kalah.
"Nah, bagaimana kami dapat menangkap mereka?"
"Dalam pertemuan terakhir antara kami, wanita
berkedokitu membawa saya lari ke sebuah pondok kecil di
tengah hutan. Kemudian wanita itu berpesan bahwa kalau
saya memer lukan bantuannya, saya disuruh ke pondokitu dan
menanti sampai la datang."
"Ah! Di mana pondokitu? Di hutan mana?"
"Tapi..... tapi saya takut..... Taijin."
"Jangan takut, kami akan melindungimu. Katakan saja di
mana pondokitu?"
"Di sebelah timur pintu gerbang kota, ada sebuah bukit
sunyi dan pondokitu berada di tengah hutan, di lereng bukit
itu. Hutan yang amat sunyi, penuh pohon cemara."
"Ah, di hutan cemara bukit itu?" Koo Cai Sun berseru,
girang.
"Ya, sebuah pondok kosong di tengah hutan. Sunyi sekali.
Saya..... saya takut untuk pergi ke sana, Taijin."
"Dan perempuan berkedokitu tinggal di sana?" kini Cia Kok
Han yang bertanya.
Cui Hong menoleh dan beradu pandang dengan sepasang
mata yang sipit sekali namun yang sinar matanya mencorong
menakutkan.
"Saya tidak tahu, ia hanya mengatakan bahwa saya disuruh
datang ke sana dan menunggu kedatangannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah ia mengaku siapa namanya?" Koo Cai Sun ingin
kepastian.
Cui Hong menggeleng kepala, "la hanya mengaku bahwa ia
she Kim."
Itu saja sudah cukup bagi Cai Sun dan Ki Cong. Kim Cui
Hong, musuh besar mereka! Gadis puteri g uru s ilat Kim yang
kini datang sebagai siluman yang hendak membalas dendam
kepada mereka. Harus didahului sebelum mereka celaka di
tangan siluman itu. Bergidik mereka mengingat akan nasib
yang diderita Louw Ti.
"Biarkan Nona ini pergi ke sana malam ini. Kita mengepung
tempat itu dan menyergapnya ketika ia memasuki pondok."
kata Cia Kok Han dan rekannya, Su Lok Bu mengangguk
menyetujui.
"Ah, ah..... saya tidak berani....." Cui Hong berkata seperti
mau menangis dan wajahnya menjadi pucat. "Ia tentu akan
membunuhku, setelah tahu aku mengkhianatinya tidak, saya
tidak berani.!"
"Mau atau tidak, engkau harus membantu kami agar kami
dapat menangkapnya!" kata pula Cia Kok Han tegas.
"Ahh..... tapi apakah tidak dapat diambil jalan lain yang
lebih tepat? Ia bukan seorang bodoh, tentu ia akan menaruh
curiga dan kalau sudah begitu, selain Cu-wi (Anda Sekalian)
tak dapat menangkapnya karena ia tidak akan muncul, juga
saya pasti akan dibunuhnya. Lalu apa artinya segala jerih
payah ini?"
"Adik yang manis, apakah engkau mempunyai siasat lain
yang lebih baik?" Cai Sun bertanya karena kata-kata gadis itu
memang masuk di akal. Kalau sampai gagal, dan wanita itu
terbunuh secara sia-sia, sungguh sayang sekali.
"Ia harus dapat dipancing dengan umpan yang menarik
tanpa menimbulkan kecurigaan padanya. Kalau saja Cu-wi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengetahui apa yang menjadi keinginan hatinya yang paling
besar, yang akan memaksanya keluar dari tempat
persembunyiannya dan datang ke pondokitu....."
"Hemm, keinginannya yang paling besar adalah membunuh
kami....." Cai Sun terlanjur bicara dan isarat dari Ki Cong siasia
saja.
Pui Ki Cong menarik napas panjang. "Karena Koo-toako
sudah terlanjur mengatakan kepadamu, Nona, biarlah
kuceritakan saja dengan terus terang. Kami sudah percaya
kepadamu dan kami mengharapkan bantuan untuk
menangkap siluman betina yang amat jahat ini. la telah
mengancam untuk membunuh aku dan Koo-toako ini.. ..."
"Ihhh.....! Jahatnya....!" Cui Hong berseru dengan wajah
kaget dan ngeri, memandang bergantian kepada Ki Cong dan
Cai Sun, seolah-olah t idak percaya bahwa dua orang yang
demikian baiknya akan dibunuh orang.
"Memang siluman itu jahat sekali, karena itu kami akan
menangkap atau membunuhnya," kata pula Pui Ki Cong.
"Kalau begitu, Ji-wi saja yang datang ke pondokitu, tentu ia
akan muncul! Sementara itu, dipersiapkan orang-orang untuk
mengepung dan menangkapnya," kata Cui Hong memberi
saran.
"Ah, itu berbahaya sekali!" kata Cai Sun, bergidik
membayangkan betapa dia dan Ki Cong berada di pondok
sunyi dalam hutan kemudian muncul musuh besarnya itul
"Heh, engkau takut? Bukankah ada kami dan pasukan yang
telah mengepung pondokitu?" Su Lok Bu mencela.
"Sejak kapan Koo Cai Sun yang terkenal itu menjadi
seorang penakut?" Cia Kok Han juga mengejek.
Koo Cai Sun merasa disudutkan. Dia tidak mampu
mengelak lagi, dan teringat bahwa yang diusulkan oleh Ok Cin
Hwa adalah dia dan Ki Cong. Kalau ada Ki Cong, tentu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkurang rasa takutnya. "Aku tidak takut, hanya aku khawatir
Pui-kongcu yang tidak berani bersama aku pergi ke
pondokitu." Berkata demikian, Cai Sun memandang Ki Cong
sambil menyeringai.
Pui Ki Cong mengerutkan alisnya. Dia memang
menghendaki dengan sangat agar musuh besar yang
berbahaya itu secepat mungkin dapat terbunuh agar dia dapat
tidur dengan nyenyak, akan tetapi kalau dia harus ke tempat
berbahaya itu, sungguh membuat dia merasa ngeri.
"Hemm, perlukah aku ke sana sendiri? Tidak cukup engkau
saja, Koo-toako? Dengan engkau menjadi umpan, sudah
cukup untuk memancing ia datang, atau setidaknya laki-laki
she Tan itu." katanya meragu.
"Aih, Kongcu. Kita takut apakah? Selain ada kita berdua,
masih ada lagi Cia dan Su-enghiong, dan kalau kita siapkan
seratus orang perajurit mengepung tempat itu, membuat
barisan pendam, apa yang akan dapat dilakukan oleh siluman
itu? Sebelum ia sempat menyerang kita berdua, tentu ia sudah
lebih dulu disergap dan mampus! Selain itu perlu apa takut
kalau di samping kita ada nona yang begini manis dan
hangat?" Berkata demikian, dengan ceriwis sekali tangan kiri
Cai Sun mengelus pipi Cui Hong. Wanita ini pura-pura malu
dan mengerling tajam ke arah Ki Cong, menepiskan tangan
Cia Sun dengan berkata.
"lhhh.... Koo-inkong harap jangan nakal...!" Dan ia
tersenyum dan mengerling dengan daya tarik yang amat kuat
ke arah Ki Cong, membuat orang mata keranjang ini menelan
ludah. Di dalam pondok bersama wanita cantikini! Menarik
sekali, dan pula, kalau ada pasukan seratus orang yang
dipimpin oleh dua orang pembantunya yang lihai, memang
tidak ada yang perlu ditakuti. Pula, Cai Sun di sampingnya
juga merupakan seorang pengawal yang cukup tangguh.
"Baiklah, aku akan Ikut ke sana. Kita semua harus bekerja
sama untuk dapat membekuk siluman itu secepatnya!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akhirnya dia mengambil keputusan setelah melihat betapa
mata kiri Cui Hong berkedip lembut memberi isyarat
kepadanya yang hanya dapat dilihatnya sendiri! Kedipan mata
yang merupakan janji yang Cai Sun dan suaranya terdengar
gemetar.
Cai Sun mengangkat kedua pundaknya dan menoleh
kepada Ok Cin Hwa. "Bagaimana pendapatmu, Adik manis?
Akan berhasilkah pancingan kita ini?" Suaranya lirih sekali
seolah-olah dia takut kalau-kalau suaranya akan terdengar
musuh.
"Saya tidak tahu, akan tetapi mudah-mudahan berhasil, la
hanya mengatakan bahwa kalau saya perlu sesuatu darinya,
saya disuruh datang ke sini dan menanti, tentu ia akan
datang."
"Bagaimana kalau ia tiba-tiba muncul di dalam pondokini,
Toako?" Ki Cong bertanya dan jelas nampak betapa dia
menggigil ketakutan.
"Ha-ha-ha!" Cai Sun tertawa, walaupun dia menahan suara
ketawanya agar jangan terdengar terlalu keras. "Bagaimana
mungkin? Sebelum ia tiba di pintu, ia akan disergap seratus
orangl Kita di sini aman seperti di rumah sendiri, Kong-cu,
harap jangan khawatir."
"Saya pun tidak merasa takut, karena bukankah di luar
sana ada seratus orang pasukan yang berjaga? Apalagi di sini
ada dua orang gagah perkasa yang menemani saya. Kooinkong
dan Pui-taijin, saya mau beristirahat dulu di kamar
yang kiri itu. Silakan Ji-wi beristirahat pula di kamar kanan
kalau Ji-wi tidak sedang ketakutan." Cui Hong tersenyum dan
melempar kerling genit sekali dan ia pun bangkit berdiri,
langkahnya dibuat semenarik mungkin ketika ia melenggang
dan memasuki kamar yang sebelah kiri, tahu bahwa dua orang
pria itu mengikuti nya dengan pandang mata kehausan. Dua
pasang bukit pinggulnya sengaja dibuat menari-nari ketika ia
melenggang tadi. Dan hasilnya memang baik sekali, dua orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pria itu memandang dengan mata melotot, bahkan Cai Sun tak
dapat menahan dirinya untuk tidak menelan ludah.
"Kongcu, saya akan menemani nona itu, silakan kalau
Kongcu mau beristirahat di kamar kanan. Selamat malam,
Kongcu....!" Dia pun bangkit dan hendak segera menyusul
wanita itu, akan tetapi Pul Ki Cong cepat menegurnya.
"Koo-toako, engkau hendak memandang rendah
kepadaku?"
"Ehh? Apa maksud Kongcu....?" Cai Sun menahan langkah
dan membalikkan tubuhnya.
Pui Ki Cong sudah bangkit berdiri dan mukanya berubah
merah. "Sudah sejakia ditangkap, la memberi isyarat-isyarat
kepadaku. Akulah yang akan menemaninya!"
"Tapi, saya yang telah mengenalnya lebih dulu, Kongcu!"
Cai Sun membantah dengan mata melotot dan merasa
penasaran. Tak disangkanya bahwa majikannya ini ternyata
tertarik kepada Ok Cin Hwa dan hendak merampas daging
gemukitu dari depan mulutnya.
Pui ki Cong mengerutkan alisnya dengan marah. '"Koo Cai
Sun! Apakah engkau hendak menentang aku?" bentaknya.
Cai Sun terkejut dan sadar bahwa orang she Pui ini bukan
hanya tertarik, melainkan sudah tergila-gila kepada Ok Cin
Hwa sehingga bersikap demikian kasar keji, Tentu saja dia
tidak berani menentang orang Itu. Perpecahan akan amat
merugikan dirinya, apalagi kalau hanya karena
memperebutkan seorang wanita, seorang janda saja. Kalau
Pui Ki Cong mengusirnya, dia bisa mati konyol di dalam
tangan iblis wanita itu. Maka dia pun cepat menjur.i dan
tertawa lebar.
"Aha, mengapa kita harus bertengkar karena seorang
perempuan saja? Maaf, Pui-kongcu. Tidak kusangka bahwa
Kongcu demikian bergairah terhadap dirinya. Kita tidak perlu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berebut karena seorang janda muda seperti wanita itu tentu
tidak akan kewalahan melayani dua orang seperti kita. Nah,
silahkan Kongtu lebih dulu, baru nanti saya yang
menggantikan Kongcu."
Pui Ki Cong juga teringat dan dia pun tersenyum. memang
tidak semestinya dalam keadaan nyawanya terancam seperti
itu memperebutkan seorang janda yang belum tentu akan
memuaskan hatinya, walaupun wajahnya, bentuk badan dan
sikap janda itu demikian menggairahkan. Sudah banyak dia
mengalami kekecewaan dari wanita-wanita yang tadinya
nampak cantik dan menawan hati.
"Maaf, Toako, tadi aku telah lupa diri. Baiklah, aku akan
main-main dengannya lebih dulu, dan biar nanti kusuruh ia
keluar menemani dan melayanimu." Dengan langkah lebar Pui
Ki Cong menghampiri kamar yang sebelah kiri, membuka daun
pintunya, masuk dan menutupkan lagi daun pintu kamar itu
dari dalam.
Sambil menyeringai Cai Sun kembali duduk di atas kursi,
matanya memandang ke arah kamar itu seolah-olah ingin
menembus dinding untuk mengintai apa yang terjadi di
dalamnya. Dia mendengar suara Pul Ki Cong bicara, lalu
disusul suara ketawanya lirih dan suara ketawa Ok Cin Hwa.
Bahkan terdengar suara wanita itu cukup je las, "Aihhh.... Taijin,
jangan begitu"
Cai Sun terkekeh, membayangkan permainan cinta mereka
dan dia pun mendengar suara dipan berderit diduduki mereka.
Suasana lalu menjadi sepi di kamar itu dan Cai Sun
memperlebar senyumnya. Kalau wanita itu pandai, sebentar
saja tentu Pui Ki Cong kalah dan dia memperoleh giliran! Dia
akan mengajak wanita itu ke kamar sebelah.
Agaknya tidak meleset dugaan dan harapan Cai Sun. Tak
lama kemudian, daun pintu kamar itu terbuka dan Ok Cin Hwa
nampak keluar setelah menutupkan lagi daun pintu dari luar.
Pakaian dan rambutnya kusut, bahkan kancing-kancing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bajunya hanya tertutup sebagian sehingga Cai Sun dapat
melihat sebagian kulit dan dada yang kuning mulus. Wanita itu
menghampirinya sambil tersenyum manis sekali.
Cai Sun bangkit berdiri menyambut dengan pujian. "Wah,
engkau hebat sekali, Adik manis. Mana Pui-taijin?"
"Dia kelelahan dan tidur, harap jangan diganggu." bisik
wanita itu dengan muka merah dan nampak tersipu.
"Ha-ha, engkau sungguh hebat, mengalahkannya dalam
waktu singkat, tidak ada seperempat jam. Ha-ha, lawannya
yang seimbang adalah aku, ha-ha!" Cai Sun lalu maju
merangkul wanita itu yang mandah saja ditarik sambil
dirangkul, memasuki kamar yang di sebelah kanan.
Tadi ketika dia mendengarkan dari luar di antara kesunyian
dalam kamar sebelah kiri, dia mendengar suara dipan berderit
dan Pui-kongcu terengah-engah, maka sudah bangkitlah
berahinya sampai ke ubun-ubun. Maka, begitu dia memasuki
kamar yang kosong itu, dia mempererat rangkulannya dan
mendekatkan mukanya mencium mulut Ok Cin Hwa. Yang
dicium mandah saja sehingga Cai Sun mencium mulut itu
penuh nafsu. Akan tetapi pada saat dia mengecup bibir
perempuan itu, tiba-tiba tengkuknya dihantam oleh tangan
miring yang amat kuat.
"Kekkk....!" Tubuh Cai Sun menjadi lemas dan dia pun
pingsan seketika! Untuk mencegah agar robohnya Cai Sun
tidak menimbulkan suara, Cui Hong sudah menjambak
rambutnya dan menyeretnya keluar kamar, merebahkannya di
atas lantai. Ia bekerja dengan cepat sekali. Ia tadi tidak berani
menotok Cai Sun untuk merobohkannya seperti yang
dilakukannya pada Ki Cong karena ia tahu bahwa Cai Sun lihai.
Kalau sampai totokannya meleset tentu Cai Sun akan berteriak
dan rencananya dapat menjadi gagal. Maka, ia
mempergunakan pukulan dengan tangan miring pada saat Cai
Sun mencium tadi sehingga ia yakin takkan gagal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong meludah dan mengusap bibirnya dengan ujung
lengan baju. Muak rasanya teringat akan ciuman tadi. Ia
meludah ke arah muka Cai Sun, kemudian mengeluarkan
borgol dari ramai besi yang sudah dipersiapkan untuk
keperluan itu. Diborgolnya kedua tangan Cai Sun itu ke
belakang tubuhnya, kemudian ia menotok beberapa jalan
darah untuk membuat orang itu t idak dapat bergerak atau
mengeluarkan suara kalau siuman dari pingsan nanti. Setelah
itu, ia pun memasuki kamar sebelah kiri. Ternyata Pui Ki Cong
juga sudah menggeletak di atas lantai dalam keadaan
tertotok, tak mampu bergerak atau bersuara, hanya matanya
saja yang bergerak-gerak memandang kepada Cui Hong
dengan ketakutan. Kiranya ketika tadi Ki Cong masuk dan
menghampirinya, ia melayani orang itu bercakap-cakap dan
bergurau.
Akan tetapi ketika tangan Ki Cong mulai meraba-raba dan
hendak menciumnya, secepat kilat tangan kiri Cui Hong menotok
jalan darah dan Ki Cong roboh seketika tanpa mampu
berteriak. Cui Hong lalu membuat dipan bergerak-gerak, dan
kakinya menginjak-injak perut Ki Cong sehingga orang itu
mengeluarkan suara terengah-engah seperti yang didengarkan
oleh Cai Sun tadi. Kini Cui Hong juga memborgol kedua
tangan Ki Cong, dan menyeret tubuhnya dengan cara
menjambak dan menarik rambutnya. Ki Cong hanya terbelalak
ketakutan dan kedua matanya mengeluarkan air mata, bahkan
kini celananya menjadi basah saking takutnya.
Cai Sun juga sudah siuman dan dia teringat akan segala
yang dialaminya tadi. Mula-mula dia terheran dan merasa
seperti mimpi. Kedua tangannya diborgol, bahkan dia tidak
mampu menggerakkan kaki tangan, tidak mampu
mengeluarkan suara. Ketika pintu kamar kiri terbuka dan
muncul Ok Cin Hwa yang menyeret tubuh Pui Ki Cong, barulah
dia tahu bahwa semua itu bukanlah mimpi buruk, melainkan
kenyataan! Dan dia pun mengeluarkan keringat dingin dan
matanya terbelalak ketakutan. Akan tetapi, Cui Hong kini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah menjambak rambut kepalanya dan menyeret dua tubuh
itu menuju ke ruangan kecil di antara kedua kamar itu.
Dilepaskannya papan lantai dan ternyata di tempat itu
terdapat lubang yang bergaris tengah satu meter, la menyeret
tubuh dua orang musuhnya itu ke dalam lubang, lalu
ditutupnya kembali papan lantai itu dengan rapi dari bawah.
Ternyata lubang itu merupakan sebuah terowongan yang
menembus ke dasar jurang di belakang pondok!
Memang selama ini Cui Hong tidak tinggal diam
menganggur. Ia telah mempersiapkan segala-galanya
sehingga ketika muncul kesempatan yang amat baikitu, yaitu
ketika anak buah musuh-musuhnya mulai mencari wanita
bernama Ok Cin Hwa, semua telah dipersiapkannya, dari
tempat jebakan sampai terowongan untuk melarikan diri tanpa
diketahui oleh seratus pasukan yang mengepung pondokitu!
Tak seorang pun akan menyangka bahwa ia dapat
melarikan dua orang musuhnya itu dari dalam pondok tanpa
diketahui orang! Dan siapa pula yang menduga bahwa Ok Cin
Hwa, perempuan yang dianggapnya membantu komplotan itu
untuk menjebak Kim Cui Hong, ternyata adalah musuh itu
sendiri!
Cia Kok Han dan Su Lok Bu bersama seratus orang anak
buahnya berjaga di tempat masing-masing dengan hati diliputi
ketegangan. Mereka sudah mempersiapkan senjata untuk
menyergap, begitu ada orang masuk ke hutan mendekati
pondok. Akan tetapi, sampai lewat tengah malam, tidak
nampak ada orang datang. Juga tidak ada gerakan sesuatu di
dalam pondok.
"Hemm, sialan! Kita kedinginan dan dikeroyok nyamuk di
sini, akan tetapi mereka berdua tentu kini sedang meniduri
perempuan itu!" Su Lok Bu mengomel, karena dia mengenal
baik orang-orang macam apa adanya Pui Ki Cong dan Koo Cai
Sun. Dua orang laki-laki mata keranjang, tukang main
perempuan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini semalam suntuk berada di sebuah pondok kosong,
bersama seorang janda muda yang manis. Mudah saja diduga
apa yang akan mereka lakukan.
"Terkutuk memang iblis betina itu. Kenapa ia tidak juga
muncul?" Cia Kok Han juga mengomel. Memang berat tugas
mereka saat itu. Malam begitu dingin dan di hutan itu terdapat
banyak nyamuk yang mengeroyok mereka. Akan tetapi
mereka tidak berani membuat api unggun dan terpaksa harus
menahan semua derita. Untuk menghampiri pondok dan
melihat ke dalam, mereka pun t idak berani. Hal itu akan
merugikan karena siapa tahu perempuan iblis itu kini sedang
mengintai dan kalau melihat bahwa pondoknya dikepung
banyak musuh, tentu perempuan itu tidak berani mendekat.
Dua orang jagoan itu bersama seratus orang anak
buahnya, melewatkan malam yang menyiksa di hutan itu.
Mereka harus tetap dalam persembunyian mereka, tidak
berani mengeluarkan suara, tidak berani keluar. Mereka sudah
menyumpah-nyumpah di dalam hati.
Baru setelah terdengar ayam berkokok dan burung-burung
pagi berkicau tanda bahwa fajar mulai menyingsing, Cia Kok
Han dan Su Lok Bu yang sudah tidak sabar lagi, meloncat ke
luar dari tempat persembunyian mereka dan menghampiri
pondok. Siasat mere ka telah gagal! Ikan yang dipancing tidak
mau menyambar umpan! Hasilnya hanya kulit muka mereka
merah-merah dan gatal-gatal, juga seluruh sendi tulang linu
dan pegal.
Keduanya mendorong pintu pondok terbuka dan mereka
melongo. Kosong pondokitu. Keduanya meloncat ke arah dua
buah kamar itu, mendorong daun pintu kamar terbuka.
Kosong pula!
"Heiii....! Ke mana mereka?" Cia Kok Han berseru heran.
"Tak mungkin mere ka bertiga menghilang begitu saja!"
kata Su Lok Bu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tentu saja dua orang jagoan itu menjadi terkejut, terheran
kemudian panik karena setelah mereka memer iksa seluruh
pondok, jelaslah bahwa Pui Ki Cong, Koo Cai Sun dan Ok Cin
Hwa memang benar telah lenyap tanpa meninggalkan jejak.
Wajah kedua orang jagoan ini menjadi pucat sekali.
"Tak masuk akal!" kata Cia Kok Han sambil membanting
kakinya. "Bagaimana mungkin mereka lenyap dari tempat
yang terkepung ketat itu? Dan siapa pula yang dapat datang
ke pondok ini tanpa kita ketahui? Sungguh aneh sekali!"'
Su Lok Bu yang sejak tadi termenung, kini berkata, "Datang
secara berterang rasanya tidak mungkin. Akan tetapi
bagaimana kalau datangnya itu secara rahasia?"
"Secara rahasia? Kalau begitu ada jalan rahasianya di sini."
kata Cia Kok Han, terkejut.
"Hanya, itulah satu-satunya kemungkinan. Mari kita
mencarinya."
Dua orang jagoan ini lalu memanggil anak buah mereka
dan pondok itu pun penuh dengan perajurit yang sibuk
mencari jalan rahasia. Tidak sukar untuk ditemukan karena
tempat itu tidak begitu luas. Tak lama kemudian mereka pun
sudah membongkar papan dan mereka menemukan
terowongan bawah tanah itu.
"Celaka! Dari sinilah mereka keluar atau.... dilarikan orangl"
teriak Cia Kok Han dan dengan hati-hati, bersama Su Lok Bu
dan dengan senjata di tangan, mereka lalu memasuki
terowongan itu, diikuti pula oleh anak buah mereka.
Akan tetapi pengejaran mereka itu sudah jauh terlambat
karena baru pada keesokan harinya mereka mendapatkan
rahasia terowongan itu, sedangkan Cui Hong telah melarikan
dua orang musuhnya pada malam tadi.
Setelah menyeret dua orang musuh besarnya melalui
terowongan, akhirnya Cui Hong membawa mereka ke luar di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pintu tembusan yang berada di dasar jurang, dan ia terus
menyeret mereka naik dan memasuki sebuah hutan lain yang
lebat dan gelap, la memang sudah mempersiapkan tempattempat
itu dan berhenti di sebuah lapangan rumput di tengah
hutan, la lalu membuat dua api unggun yang cukup besar
sehingga tempat itu menjadi terang, la tidak khawatir akan
dilihat orang lain karena ia sudah selidiki bahwa tempat itu,
terutama di waktu malam, sunyi bukan main dan tidak pernah
didatangi manusia. Juga ia tidak khawatir akan tersusul oleh
pasukan yang dipimpin oleh Cia Kok Han dan Su Lok Bu
karena sudah ia perhitungkan bahwa mereka tentu tidak akan
mendekati pondok sampai keesokan harinya. Malam ini ia
bebas dari gangguan orang luar!
Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun masih rebah terlentang tak
mampu bergerak ataupun bersuara, hanya mata mereka saja
yang terbelalak ketakutan memandang kepada wanita itu. Cui
Hong kini menghampiri Cai Sun yang menjadi ketakutan dan
sekali tepuk, Cai Sun mendapatkan kembali suaranya. Dia
tidak mengeluarkan teriakan karena maklum bahwa hal itu
akan sia-sia belaka. Teman-temannya berada di tempat yang
jauh sekali dan di tempat seperti ini mana ada orang yang
akan dapat mendengar teriakannya? Kembali wanita itu
menotoknya sehingga dia mampu bergerak, dan dia hanya
dapat bangkit duduk karena kedua tangannya masih
terbelenggu di belakang tubuhnya. Dia terbelalak menatap
wajah wanita itu yang memandang kepadanya dengan mata
mencorong dan mulut tersenyum mengejek.
"Kenapa.... kenapa kau melakukan ini kepadaku.?"
tanyanya, masih terlalu ngeri membayangkan apa yang
ditakutinya ketika semacam dugaan menyelinap di dalam
benaknya. "Ok Cin Hwa, siapakah sebenarnya engkau?"
Cui Hong tidak menjawab, melainkan tersenyum dan kini ia
mematahkan belenggu yang mengikat kedua tangan Cai Sun.
Laki-laki itu bebas dan ketika ia meraba senjatanya, yaitu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepasang tombak pendek, ternyata sepasang senjata itu masih
terselip dengan aman di punggungnya. Hatinya terasa agak
aman, setidaknya dia dapat membela diri, pikirnya. Dia
bangkit berdiri, membiarkan darahnya yang tadi berhenti
mengalir itu kini menjadi normal kembali. Dia masih belum
mengerti. Memang ada dugaan menyelinap di dalam benaknya
bahwa Ok Cin Hwa ini mungkin penyamaran Kim Cui Hong.
Akan tetapi tidak mungkin, bantahnya. Musuhnya itu
mempunyai tahi lalat di dagunya, dan selama ini sikap Ok Cin
Hwa amat baik. Akan tetapi yang jelas, Ok Cin Hwa ini pun
mempunyai ilmu kepandaian t inggi sehingga dapat menyeret
dia dan Ki Cong keluar dari pondok setelah merobohkan dia
dengan tamparan pada tengkuknya. Dan lebih jelas lagi, Ok
Cin Hwa ini tidak mempunyai maksud baik terhadap dia dan Ki
Cong.
Cui Hong meraba dagunya, menghapus bedak tebal yang
menyembunyikan tahi lalat di dagunya, kemudian melangkah
maju, membiarkan sinar api menerangi wajahnya, mulutnya
tersenyum mengejek, "Koo Cai Sun, jahanam besar. Buka
matamu lebar-lebar dan lihat baik-baik, siapakah aku?"
Cai Sun terbelalak, mukanya menjadi semakin pucat dan
napasnya terengah-engah. Dia menderita pukulan batin yang
amat menggetarkan jantungnya. Dengan tangan gemetar dia
menuding ke arah muka Cui Hong. "Kau.... kau....?" Akan
tetapi dia tidak mampu melanjutkan karena rasa takut dan
ngeri sudah mencekik lehernya.
"Ya, akulah Kim Cui Hong. Lupakah engkau kepada gadis
puteri Kim-kauwsu yang telah kauhina dan perkosa, kemudian
kau buang seperti seekor binatang yang sudah hampir
menjadi bangkai?”
Saking takutnya, Cai Sun lalu membalikkan tubuhnya dan
meloncat untuk melarikan diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Brukkkk!!" Tubuhnya terjengkang karena tahu-tahu gadis
itu telah berada di depannya, mendahuluinya dan
menghadangnya, lalu menendang perutnya yang gendut.
"Ah, tidak.... aku.... aku hanya ikut-ikutan.... yang bersalah
adalah dia....!" Cai Sun dengan tubuh menggigil dan telunjuk
tangan gemetaran menuding ke arah tubuh Ki Cong yang
masih menggeletak tak jauh dari situ dan yang sedang
memandang dengan mata melotot ketakutan.
"Dia? Dia akan mendapatkan gilirannya. Sekarang aku akan
membalas dendamku kepadamu, Koo Cai Sun!"
"Tidak.... tidak!" Dan t iba-tiba Cai Sun menjatuhkan diri
berlutut di depan Cui Hong. "Nona... Lihiap.... ampunkan
saya.... ampunkan saya...." ratapnya.
Ratap tangis ini terdengar merdu bagaikan nyanyian bagi
Cui Hong. la mendengarkan sambil tersenyum senang dan
setelah Cai Sun berhenti memohon, menangis sambil berlutut,
baru ia berkata dengan suara yang halus namun tajam
menusuk.
"Jahanam busuk, keparat hina Koo Cai Sun, lupakah
engkau betapa gadis Kim Ciu Hong itu pun meratap dan
menangis, memohon ampun kepadamu dan tiga orang
kawanmu yang memperkosa-nya? Akan tetapi kalian tertawatawa
senang mendengar ia meratap, merintih dan menangis,
melihat ia menggeliat-geliat kesakitan, terhina lahir batin,
lupakah kamu?"
"Ampun..... Lihiap, ampunkan saya. Saya merasa menyesal
sekali, saya bertobat, ah, ampunkan saya, kasihanilah
keluarga saya, anak isteri saya...." Kini Cai Sun tanpa malumalu
lagi menangis! Lenyaplah semua kegarangan dan dia
merasa menyesal sekali. Mengapa dia begitu bodoh, tidak
mengenal Ok Cin Hwa sebagai musuh besarnya? Kini setelah
tahi lalat itu terhapus, dia mengenal wajah itu, wajah yang
tujuh tahun yang lalu pernah dikenalnya baik-baik sebagai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajah seorang gadis berusia Lima belas tahun, yang
dipermainkannya sepuas hatinya, bersama Louw Ti, Gan Tek
Un, dan didahului oleh Pui Ki Cong!
Akan tetapi, ratapan ini bahkan menambah rasa sakit di
hati Cui Hong, menambah kemarahannya seperti minyak
bakar disiramkan pada api yang sudah menyala.
"Bangsat rendah! Lupakah kalian yang telah membunuh
ayahku dan suhengku? Dan sekarang engkau minta aku
mengasihani anak isterimu? bangkitlah dan lawanlah aku
seperti seorang laki-laki. Engkau pengecut hina, bukan saja
berwatak kejam dan jahat, akan tetapi juga pengecut tak tahu
malu. Bangkitlah dan lawan aku, atau.... aku akan
menyiksamu sekarang juga!"
Cai Sun adalah seorang yang amat licik dan cerdik. Dia pun
maklum bahwa tidak ada gunanya segala macam ratap tangis
itu, dan dia tadi melakukannya hanya terdorong oleh rasa
takutnya, juga merupakan semacam siasat karena harus
mencari jalan untuk dapat menyelamatkan dirinya. Ketika Cui
Hong bicara, diam-diam tangannya merayap ke arah gagang
sepasang senjatanya dan begitu Cui Hong habis bicara, tibatiba
saja, dari keadaan berlutut, dia sudah meloncat dan
menerjang dari bawah, sepasang siang-kek (tombak pendek)
bercabang itu sudah menyambar dengan kecepatan kilat, yang
kiri menyerang ke arah kaki, yang kanan ke arah pusar lawan!
"Mampuslah.!" Dia membentak nyaring untuk mengejutkan
lawan.
"heiiiittt....!" Dengan gerakan amat ringan, tubuh Cui Hong
melayang ke atas belakang, lalu berjungkir balik sampai tiga
kali baru turun ke atas tanah. Akan tetapi ternyata serangan
Cai Sun yang hebat tadi hanya untuk mencari kesempatan
saja, karena begitu lawan meloncat untuk mengelak, dia
sudah membalikkan tubuhnya dan melarikan diri! Sesosok
bayangan berkelebat melewatinya dan tahu-tahu Cui Hong
telah menghadang di depannya sambil bertolak pinggang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koo Cai Sun, engkau bukan saja seorang jahanam yang
kejam dan jahat, akan tetapi juga pengecut dan curang!"
Di tangan Cui Hong tergenggam sebatang kayu ranting
pohon dan melihat Ini, Cai Sun menjadi nekat. Dia tidak
mempunyai jalan keluar lagi. Bagaimanapun juga, sepasang
senjatanya masih berada di tangannya, sedangkan lawan
hanya memegang sebatang kayu ranting. Mustahil kalau dia
sampai kalah, pikirnya, maka tanpa banyak cakap lagi dia pun
lalu menerjang maju sambil menggerakkan kedua tombak
pendeknya yang mengeluarkan suara berdengung dibarengi
angin pukulan yang keras dan sepasang tombak pendekitu
pun lenyap berubah menjadi dua gulungan sinar. Koo Cai Sun
bukan seorang lemah. Ilmu silatnya tinggi dan dia pun sudah
memiliki banyak pengalaman dalam pertempuran. Akan tetapi
bagaimanapun juga, tingkat kepandaian Cui Hong kini sudah
berada di atasnya. Ilmu silat yang dimiliki Cui Hong adalah
ilmu-ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu silat Cai Sun. Selain
itu, kalau Cui Hong tekun berlatih dan memiliki tenaga dan
ketahanan yang kuat, sebaliknya Cai Sun yang setiap hari
hanya suka mengejar perempuan dan bermain cinta saja
menurutkan nafsu berahinya, menjadi semakin lemah tanpa
disadarinya. Tenaganya banyak berkurang, napasnya pendek
dan sebentar saja bersilat, dia telah menjadi lelah.
Akan tetapi, karena sekali ini dia harus melindungi
nyawanya, dan dia maklum bahwa musuhnya takkan mau
mengampuninya, dia menjadi nekat dan melawan matimatian.
Segala macam ilmu yang ada padanya
dikeluarkannya, dan dia pun mengerahkan seluruh tenaga
yang ada.
Tiba-tiba dia mengeluarkan gerengan keras dan dari tangan
kakinya menyambar benda hitam ke arah perut dan dada
lawan. Melihat senjata rahasia yang dilepas dari jarak dekat
dan amat berbahaya ini, Cui Hong memutar rantingnya dan
belasan batang paku hitam runtuh ke atas tanah. Melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata rahasianya gagal, Cai Sun menekan gagang tombak
pendeknya yang kanan dan dari gagang senjata ini pun
meluncur sebatang anak panah kecil yang cepat sekali ke arah
leher lawan! Cui Hong terkejut, tidak keburu menangkis maka
ia mengelak dengan tubuh dimiringkan sambil mengerahkan
sinkang melindungi tubuh atas.
"Takkk!" Anak panah yang dielakkan itu luput dari leher
akan tetapi mengenai pundak gadis itu dan meleset karena
pundakitu telah dilindungi sinkang. Anak panah itu tidak
melukai kulit, meleset dan hanya merobek baju di pundak
saja.
Cui Hong tertawa mengejek, "Keluarkan semua
kepandaianmu, Koo Cai Sun, karena saat ini merupakan saat
terakhir bagimu untuk dapat memamerkan kepandaianmu!"
Gulungan sinar yang dibentuk dari gerakan ranting itu semakin
ketat mengepung Cai Sun, membuat dia menjadi semakin
repot. Bukan hanya repot menghadapi ancaman ranting yang
meno-tok-notok ke arah jalah darah di tubuhnya, akan tetapi
juga repot mengatur pernapasannya yang hampir putus dan
mempertahankan tubuhnya yang sudah hampir kehabisan
napas.
"Pertahankan dirimu baik-baik, karena sebentar lagi aku
akan membuat engkau kehilangan semua kepandaianmu,
kehilangan semua tenaga dan daya tarikmu, dan kemudian
sekali aku akan menyiksa dan membunuh anak-anak dan
isterimu setelah aku membakar habis tokomu kemarin dulu.
Puaslah hatiku sekarang, hik-hik!" Cui Hong sengaja
mengeluarkan kata-kata ini untuk menyiksa hati lawan.
Dan memang kata-kata itu mendatangkan rasa takut yang
lebih berat bagi Cai Sun. Dia tahu bahwa wanita ini tidak
hanya menggertak saja. Buktinya, tokonya sudah habis
menjadi abu dan kini dia semakin terdesak dan dia tahu pula
bahwa dia takkan dapat bertahan terlalu lama. Napas dan
tenaganya semakin berkurang sedangkan wanita itu kelihatan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semakin kuat dan semakin cepat saja. Dan siapa yang akan
melindungi isterinya dan anak-anaknya kalau wanita ini mengganggu
mereka? Dia menjadi semakin nekat dan tanpa
memperdulikan keselamatan diri sendiri dia menubruk maju
untuk mengadu nyawa. Sepasang siang-kek di tangannya
menyambar dari kanan kiri, atas bawah. Namun, dengan
mudah Cui Hong mengelak dengan loncatan ke belakang dan
begitu kedua senjata itu menyambar, ranting di tangannya
menusuk dua kali dengan kecepatan kilat. Cai Sun
mengeluarkan teriakan kaget karena kedua pergelangan
tangannya seperti disengat, seketika lumpuh dan kedua
senjatanya telah terlepas dari pegangan kedua tangannya.
Sambil terkekeh Cui Hong menendang dua senjata itu sampai
terlempar hilang ditelan kegelapan malam.
Ternyata kelumpuhan tangan akibat totokan itu hanya
sebentar saja dan Cai Sun sudah memperoleh tenaganya
kembali. Kini dia menubruk dengan dua tangan kosong yang
dibuka seperti cakar harimau, menubruk dan menerkam untuk
mengadu nyawa.
"Dukkk....!" Sebuah tendangan menghantam perutnya yang
gendut dan dia pun terpelanting roboh, terbanting keras. Cai
Sun meringis karena perutnya terasa mendadak mulas, nyeri
sekali. Mungkin usus buntunya yang tercium ujung sepatu Cui
Hong tadi.
"Bangunlah, anjing hina! Bangunlah!" Cui Hong menantang,
ingin menikmati perkelahian itu sepuasnya, la menendangnendang
perlahan untuk membangunkan Cai Sun.
Cai Sun mengerang sambil mendekam, akan tetapi ini pun
hanya siasatnya, karena tiba-tiba ia menubruk dan
menangkap kaki kiri Cui Hong! Sekali tertangkap, dia
menggunakan kedua lengannya untuk merangkul kaki itu dan
menggunakan seluruh tenaganya untuk menyeret gadis itu.
Hal ini sama sekali tidak pernah di sangka oleh Cui Hong
sehingga ketika kakinya tertangkap, sejenak ia terkejut dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak mampu berbuat sesuatu dan ia pun ikut roboh ketika
lawan menggunakan tenaga terakhir untuk membetotnya ke
bawah.
Cai Sun mengeluarkan suara ketawa aneh dan kedua
tangannya lalu menerkam, maksudnya hendak mencekik leher
wanita itu yang kini sudah digumulinya. Akan tetapi, Cui Hong
sudah dapat memulihkan lagi ketenangannya dan secepat
kilat, jari tangan kanannya yang terbuka menusuk ke depan.
"Hekkk....!" Seketika Cai Sun kehilangan tenaganya dan
saat itu dipergunakan oleh Cui Hong untuk meloncat bangun.
Ia merasa gemas sekali. Hampir saja ia celaka oleh
kecurangan Cai Sun. Kini ia harus berhati-hati.
"Bangunlah, anjing busuk, bangun dan berkelahilah!"
bentaknya.
Hanya sebentar saja tusukan jari ke arah ulu hatinya tadi
membuat Cai Sun kehilangan tenaganya. Dia maklum bahwa
dia harus berkelahi sampai napas terakhir, maka dia pun
meloncat bangun dan kembali menyerang. ilmu silat tangan
kosong Thian-te Sin-kun yang menjadi andalannya, dia
mainkan dengan pengerahan tenaga terakhir.
Cui Hong menyelipkan ranting tadi di ikat pinggangnya dan
ia pun menyambut serangan lawan itu dengan tangan kosong
saja. Akan tetapi, kini tenaga Cai Sun sudah hampir habis, dan
bukan saja tenaganya habis, juga napasnya terengah-engah,
membuat gerakannya lambat dan tak bertenaga. Tentu saja
dia merupakan lawan yang terlalu lemah kini bagi Cui Hong,
menghilangkan kegembiraan Cui Hong untuk berkelahi terus.
Maka gadis itu kini mencabut rantingnya.
"Anjing keparat Koo Cai Sun, sekarang rasakanlah
pembalasanku!" bentaknya dan ranting di tangannya
berkelebat ke depan dengan cepat dan amat kuatnya. Dua kali
ranting itu menyambar ke arah kedua daun telinga Cai Sun.
Bagaikan sebatang pedang saja, ranting itu membabat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua kali Cai Sun berteriak ketika sepasang daun telinganya
terbabat buntung dan darah pun muncrat keluar dari luka di
telinganya. Dapat dibayangkan betapa nyerinya ketika Cai Sun
meraba telinga dengan kedua tangan dan melihat daun
telinganya sudah lenyap dan telapak tangannya penuh darah.
Dia meraung seperti seekor binatang buas, dengan nekat
menubruk ke depan, akan tetapi dengan gerak langkah yang
aneh, dengan mudah saja Cui Hong mengelak dan kembali
ranting di tangannya menyambar.
"Crottt....!" Cai Sun terpelanting dan meraung kesakitan,
mukanya penuh berlepotan darah karena bukit hidungnya
remuk dan rata dengan pipi, juga kedua bibirnya hancur dan
lenyap terbabat sehingga nampak giginya yang besar-besar!
Dia bangkit dan mengeluarkan suara tidak karuan karena
setelah bibirnya hilang, sukar baginya untuk bicara, apalagi
hidungnya juga buntung, yang keluar hanya suara "ngakngeng-
ngang-ngeng" tidak karuan. Dia menerkam lagi akan
tetapi Cui Hong menendang ke arah pergelangan tangan
kanannva.
"Krekkk!" Tulang pergelangan tangan kanan itu remuk dan
tangan itu pun menjadi lumpuh. Cui Hong melanjutkan
dengan sabetan ranting ke arah pundak kiri. Kembali
terdengar tulang remuk ketika ranting itu menghancurkan
tulang pundaknya. Tulang itu sama sekali hancur sehingga
tidak mungkin tersambung lagi, membuat lengan kirinya
bengkok dan miring. Cai Sun kembali meraung-raung, akan
tetapi suara raungannya menjadi semakin lemah, juga
tubuhnya yang ber-kelojotan menjadi melemah dan akhirnya
dia tidak bergerak lagi karena sudah jatuh pingsan! Dia tidak
tahu betapa Cui Hong menaburkan obat pada luka di telinga,
hidung dan mulutnya. Ia tidak ingin membunuh musuhnya,
dan kalau darah dibiarkan terlalu banyak keluar, mungkin saja
Cai Sun tewas karena kehabisan darah. Obat bubukitu
seketika mengeringkan luka, membuat bekas luka menghitam
dan seperti terbakar, akan tetapi darah tidak keluar lagi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak tadi, Pui Ki Cong menyaksikan semua itu dan melihat
betapa Cai Sun disiksa, beberapa kali dia memejamkan mata
dan hampir jatuh pingsan saking ngerinya. Dia mulai merasa
menyesal bukan main. Terbayanglah di pelupuk matanya
ketika dia mengeram Cui Hong selama tiga malam di
kamarnya, mempermainkan gadis itu, memperkosanya sampai
sepuas hatinya, sampai dia menjadi bosan! Teringat akan itu,
dan melihat betapa gadis itu kini menyiksa Cai Sun, teringat
pula akan keadaan Louw Ti, Ki Cong menjadi ketakutan
setengah mati dan tanpa disadarinya, dia telah terkencingkencing
dan terberak-berak di dalam celananya!
Tidak lama Cai Sun pingsan. Dia siuman akan tetapi begitu
sadar, dia menjerit-jerit dan meraung-raung kembali. Mungkin
rasa nyeri yang luar biasa itulah yang membuat dia siuman.
Ketika dia memandang dengan matanya yang sudah nanar
karena kemasukan darahnya sendiri, dia melihat betapa kedua
ujung kakinya terbakar! Kiranya, Cui Hong telah menyiram
kedua ujung kaki itu dengan minyak dan membakarnya! Siasia
saja Cai Sun menendang-nendangkan kedua kakinya untuk
memadamkan api dan akhirnya, dengan teriakan yang
menyayat perasaan dia jatuh pingsan lagi!
Api baru padam setelah minyak pada kakinya habis
terbakar, membuat ujung kedua kaki itu melepuh, jari-jari
kakinya hangus terbakar. Kini Cui Hong merasa puas dan
menghampiri Ki Cong, membebaskan totokannya dan
melepaskan borgol kedua tangannya. Begitu bebas, Pui Ki
Cong lalu menjatuhkan diri berlutut sambil menangis.
"Nona, ampunkan saya.... ah, kau ambillah seluruh harta
kekayaan saya.... akan tetapi ampunkan saya, Nona" ratapnya
sambil menangis sesenggukan.
"Bangsat Pui Ki Cong yang biadab! Coba ingat kembali
betapa engkau menyuruh bunuh Ayah dan Suhengku, dan
lupakah engkau akan apa yang kaulakukan terhadap tubuhku
ini selama tiga hari t iga malam?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampun.... saya mengaku salah, ampun...." Ki Cong
meratap. Dia takut sekali, dan tidak seperti Cai Sun tadi, dia
sama sekali tidak mempunyai niat untuk melawan, karena
apakah yang akan dapat dia lakukan terhadap wanita yang
amat lihai ini? Cai Sun saja tidak mampu berbuat banyak,
apalagi dia yang hampir tak pandai ilmu silat sama sekali!
"Engkau masih dapat minta ampun kepadaku? Hemm, Pui
Ki Cong, selama bertahun-tahun aku mendendam dan aku
bersumpah bahwa aku akan membalas dendam semua
perbuatanmu kepadaku tujuh tahun yang lalu! Seluruh sisa
hidupku kutujukan untuk pembalasan dendam ini dan engkau
minta ampun? Jangan harap!" Kini Cui Hong mencabut ranting
dari ikat pinggangnya. "Aku akan menyiksamu sampai engkau
menjadi manusia bukan setan pun bukan, aku akan
menghabiskan seluruh hartamu dan membunuh seluruh
keluargamu!" Tentu saja ini hanya merupakan ancamanancaman
untuk menyiksa batin Ki Cong.
"Lakukanlah semua itu, akan tetapi ampunkan saya, Nona."
"Apa? Engkau membiarkan aku menghabiskan hartamu dan
membunuh seluruh keluargamu asal engkau diampuni?"
"Benar, Nona. Lakukanlah segalanya, akan tetapi
ampunkan aku...."
"Jahanam! Benar-benar seorang pengecut dan iblis berhati
kejam!" bentak Cui Hong yang tadinya merasa heran
mendengar ada orang mau mengorbankan anakisteri dan
hartanya asal dirinya se lamat! Dari sikap ini saja dapat dilihat
betapa rendahnya martabat manusia bernama Pui Ki Cong ini.
"Sikapmu ini mendorongku untuk segera turun tangan karena
manusia macammu ini pantas sekali dihajar!" ranting di
tangannya menyambar-nyambar, terdengar bunyi ranting itu
bercuitan dan meledak-ledak di atas tubuh Ki Cong yang
meraung-raung kesakitan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong menyalurkan seluruh dendamnya melalui
cambukan-cambukan itu, akan tetapi ia masih ingat untuk
menyimpan tenaganya agar tidak memukul terlalu keras dan
membunuh orang itu. Ia terus mencambuki seluruh tubuh Ki
Cong sampai pakaiannya hancur semua, sampai kulit
tubuhnya pecah-pecah dan penuh darah, la memukul terus
sedangkan tubuh Ki Cong berkelojotan di atas tanah, dan
ketika memukul kedua lengan dan kaki, Cui Hong menambah
tenaganya sehingga tulang-tulang dari siku ke bawah dan dari
lutut ke bawah remuk-remuk semua! Ki Cong tidak mampu
meraung lagi, hanya mer intih dan menggeliat, hampir tak
mampu bergerak lagi. Ketika ranting itu menghujani mukanya,
muka itu menjadi hancur kulitnya, kedua biji matanya keluar,
hidung dan bibirnya hancur, juga kedua daun telinganya
putus. Keadaannya lebih mengerikan daripada keadaan Cai
Sun karena dia kehilangan kedua matanya!
Menjelang pagi, Cui Hong menyeret dua tubuh yang
empas-empis itu, yang sudah tidak mengeluarkan darah lagi
karena dibubuhi obat bubuk, dua tubuh yang pingsan, menuju
ke kota raja. Dengan kepandaiannya, ia dapat membawa
mereka melompati pagar tembok dan menggantung kedua
tubuh itu dengan kepala di bawah kaki di atas, tepat di depan
pintu gerbang keluarga Pui!
Pagi hari itu, gegerlah kota raja. Semakin banyak saja
orang berlarian mendatangi rumah gedung keluarga Pui dan
mereka berkumpul di depan pintu gerbang yang menjadi
ramai seperti pasar. Pemandangan di situ sungguh
mengerikan semua orang. Dua tubuh itu digantung terbalik,
dalam keadaan pingsan dan kalau siuman hanya dapat
mer intih lirih lalu pingsan lagi. Karena tadinya orang sukar
mengenali dua tubuh itu, maka para penjaga dan pelayan di
gedung itu merasa ragu-ragu untuk menurunkan mereka.
Yang membuat orang merasa ngeri adalah melihat wajah dua
orang itu. Sudah hancur penuh darah dan sukar dikenali lagi.
Hidung, telinga dan bibir mereka hilang, nampak lubang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hidung dan gigi mereka, apalagi yang seorang memiliki
sepasang kaki yang hangus dan melepuh bekas terbakar.
Yang seorang lagi, tidak ada bagian tubuhnya yang tidak
berdarah, seolah-olah dia telah dikuliti. Kulit tubuhnya masih
ada, akan tetapi sudah hancur dan penuh darah!
Baru setelah Cia Kok Han dan Su Lok Bu datang ber larian,
semua orang tahu bahwa dua tubuh itu adalah tubuh Pui Ki
Cong dan Koo Cai Sun! Tentu saja dua tubuh itu segera
diturunkan dan dirawat. Memang nyawa mereka tertolong,
akan tetapi tubuh mereka tidak mungkin tertolong lagi. Tubuh
itu telah menjadi penuh cacat, menjadi tubuh yang
menakutkan. Tanpa hidung tanpa bibir tanpa daun telinga,
dengan kaki dan tangan lumpuh bengkok-bengkok, bahkan
Pui Ki Cong kini menjadi buta! Sungguh, hukuman yang
dijatuhkan Cui Hong kepada musuh-musuhnya terlalu kejam
dan sadis, membuat mereka nampak seperti bukan manusia
lagi, seperti gambaran iblis-iblis yang amat menakutkan dan
menyeramkan,
Yang menggegerkan mereka yang menonton, kecuali
keadaan dua orang yang amat mengerikan itu, juga sehelai
kain putih yang ditulis dengan huruf-huruf besar, tintanya
merah karena yang dipergunakan adalah darah korban-korban
itu MEWAKILI PARA WANITA YANG MEREKA PERKOSA DAN
ORANG-ORANG TAK BERDOSA YANG MEREKA BUNUH.
Gegerlah penduduk kota raja, akan tetapi banyak di antara
mereka yang ikut merasa puas karena Pui Ki Cong dan Koo Cai
Sun sudah terkenal sebagai pengganggu para wanita cantik,
baik wanita itu isteri orang lain, atau janda, ataukah masih
perawan. Dan banyak pula orang yang tewas di tangan
mereka tanpa berani menuntut balas. Akan tetapi banyak pula
yang merasa penasaran karena kedua orang itu pandai
menutupi kejahatan mereka dengan sikap dermawan,
menggunakan uang mereka yang kelebihan. Mereka yang
pernah ditolong tentu saja merasa penasaran dan menyesal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat betapa dermawan penolong mereka mengalami nasib
yang demikian mengerikan.
Ketika banyak orang berkerumun dan tubuh manusia
setengah mati yang tergantung terbalik itu, terdapat pula
seorang tosu yang menonton sambil menangis! Dia hendak
menyembunyikan dan menahan tangisnya, tidak
mengeluarkan bunyi, akan tetapi kedua matanya bercucuran
air mata.
Ketika dua tubuh itu diturunkan oleh Cia Kok Han dan Su
Lok Bu, ditangisi oleh keluarga Ki Cong dan Cai Sun, dibantu
oleh anak buah pasukan pengawal tosu iu menyelinap pergi di
antara para penonton yang berjubel di tempat itu. Dia seorang
tosu yang usianya belum begitu tua, di bawah lima puluh
tahun akan tetapi wajahnya yang penuh kerut merut tanda
penderitaan batin itu membuat wajahnya nampak lebih tua.
Pakaiannya sederhana sekali, berwarna kuning yang agak
luntur dan kumal. Tosu ini bermata tajam, akan tetapi
matanya membayangkan kedukaan besar, apalagi setelah tadi
dia melihat dua orang yang keadaannya amat mengerikan itu.
"Siancai....! Kekuasaan alam tak mungkin diingkari
manusia. Tangan kanan menanam tangan kiri menuai, itu
sudah adil namanya. Semoga aku t idak akan menyeleweng
daripada Jalan Kebenaran, siancai, siancai!" Berkali-kali tosu
itu bicara kepada diri sendiri, menarik napas panjang dan
berkali-kali menggeleng kepala seperti hendak mengusir
penglihatan yang tidak menyedapkan hatinya.
Dia sama sekali tidak tahu bahwa sejak di tempat
keramaian tadi, ada seorang laki-laki muda yang
memperhatikannya, bahkan ketika dia meninggalkan depan
gedung keluarga Pui, laki-laki muda itu membayanginya dari
jauh. Tosu itu berjalan terus, seperti orang kehilangan
semangatnya, seperti orang melamun, keluar dari pintu
gerbang kota sebelah barat, dan terus berjalan dengan wajah
penuh duka. Laki-laki muda itu tetap membayanginya dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jauh. Setelah meninggalkan kota sejauh kurang lebih lima
belas Li, barulah tosu itu berhenti dan masuk ke dalam sebuah
kuil yang tua dan sunyi menyendiri, di tepi jalan simpangan
yang kecil, di luar sebuah dusun kecil tempat tinggal para
petani.
Dan begitu dia memasuki kuil itu, sampai di ruangan dalam,
tosu itu pun menjatuhkan diri berlutut dan menangis dengan
suara terisak-isak seperti anak kecil! Kemudian terdengar dia
mengeluh dengan suara yang cukup keras, karena dia yakin
bahwa di tempat itu tidak ada orang lain kecuali dia sendiri,
"Nah, menangislah, Gan Tek Un! Sesalilah semua
perbuatanmu yang terkutuk dan bertaubatlah, camkanlah
bahwa semua perbuatan jahat akhirnya akan mendatangkan
malapetaka yang lebih hebat, yang akan menimpa diri sendiri.
Buah dari pohon yang kautanam akan kaumakan sendiri...!"
Dan dia pun menangis sambil menutupi muka dengan kedua
tangan, teisak-isak dan kedua pundaknya terguncang.
Tiba-tiba dia menghentikan tangisnya. Ada suara kaki
orang tertangkap oleh pendengarannya yang tajam. Dia
bangkit berdiri dan membalikkan tubuh setelah cepat-cepat
menghapus air matanya dan dia berhadapan dengan seorang
laki-laki muda yang tidak dikenalnya. Tosu itu mengerutkan
alisnya dan memandang penuh selidik. Kemunculan laki-laki ini
yang secara tiba-tiba mendatangkan kecurigaan. Seorang lakilaki
berusia t iga puluh tahun, pakaiannya seperti seorang
petani, dari kain kuning yang kasar, rambutnya digelung ke
atas dengan pita biru, tubuhnya sedang dengan dada yang
bidang. Dia tidak mengenal pemuda ini dan jelas dia bukan
seorang pemuda dusun dekat kuil itu. Akan tetapi, sudah
menjadi kebiasaan tosu itu untuk menyambut siapa pun
dengan ramah dan sopan, walaupun kedatangan pemuda ini
kurang sopan, tahu-tahu langsung saja masuk ke ruangan
dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tosu itu menjura dengan sikap hormat. "Selamat datang di
kuil pinto yang sederhana inij orang muda. Tidak tahu apakah
yang dapat pinto lakukan untukmu? Mari, silakan duduk di
ruangan depan, di mana ada bangku dan kita boleh bercakapcakap
dengan enak. Apakah ada yang sakit dan membutuhkan
obat? Atau engkau datang untuk bersembahyang?"
Akan tetapi orang muda itu membalas penghormatan tosu
itu, kemudian memandang tajam penuh selidik dan akhirnya
dia berkata, "Paman Gan Tek Un, apakah Paman tidak ingat
lagi kepada saya?"
Tosu itu nampak kaget sekali mendengar ada orang
memanggil namanya, nama yang selama beberapa tahun ini
tidak pernah dipergunakannya. Kini dia lebih dikenal dengan
sebutan Gan Tosu. Dia memandang dengan alis berkerut dan
penuh perhatian, mengingat-ingat siapa gerangan orang muda
ini, akan tetapi tetap saja dia tidak mampu mengenalnya.
"Orang muda, pinto adalah Gan Tosu, dan pinto merasa
tidak pernah bertemu atau berkenalan denganmu. Siapakah
engkau, datang dari mana dan ada keperluan apakah?"
Akhirnya dia berkata dengan heran.
Pemuda itu tersenyum. "Paman Gan Tek Un, saya adalah
Tan Siong, keponakan Paman sendiri."
Tosu itu terbelalak, pandang matanya menatap wajah Tan
Siong penuh selidik dan akhirnya dia teringat. Kurang lebih
dua puluh tahun, seorang anak laki-laki yang bernama Tan
Siong, keponakannya, putera encinya yang pada waktu itu
baru berusia sepuluh tahun, telah pergi dibawa oleh seorang
tosu! Dan teringatlah dia akan semua perbuatannya.
"Siancai.... siancai. siancai....!" Dia menengadah dan
mengangkat kedua tangan ke atas. "Betapa cepatnya dan
tidak terduganya datangnya hukuman bagi seseorang!" Lalu
dia memandang kepada Tan Siong. "Tan Siong, sekarang
pinto teringat, engkau memang keponakanku, putera dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendiang Enciku. Ahh, engkau baru datang, Tan Siong? Nah,
inilah pinto, orang yang penuh dosa. Kalau engkau datang
untuk menghukumku, lakukanlah, pinto siap untuk menebus
dosa-dosa pinto terhadap orang tuamu, Tan Siong!" Dan tosu
itu lalu menjatuhkan diri berlutut, kedua lengan bersilang di
depan dada, kepalanya menunduk dengan sikap pasrah!
Sejak tadi Tan Siong sudah membayangi tosu ini. Dia tadi
ikut pula tertarik oleh keributan orang-orang yang
mengabarkan bahwa di depan pintu gerbang keluarga Pui
terdapat dua orang yang digantung dalam keadaan luka-luka
parah. Ketika dia berdesakan dengan banyak orang untuk
menonton, dia segera mengenal Cai Sun, dan orang ke dua
yang digantung itu walaupun tidak dikenalnya, akan tetapi di
antara orang banyak ada yang mengatakan bahwa dia adalah
Pui Ki Cong, majikan gedung besar itu. Dan melihat tulisan di
atas kain putih, tulisan dengan darah itu, jantung Tan Siong
berdebar penuh ketegangan. Kim Cui Hong! Siapa lagi kalau
bukan Kim Cui Hong yang dapat melakukan hal itu? Ah, kini
baru dia sadar. Kiranya Cai Sun merupakan seorang di antara
empat orang musuh besar Cui Hong, empat orang yang
pernah merusak kehidupan Cui Hong dengan perbuatan
mereka yang keji, yaitu memperkosa dan menghinanya.
Tahulah dia kini mengapa Cui Hong berada di kota raja dan
menyamar sebagai Ok Cin Hwa. Kiranya sedang melakukan
penyelidikan dan. sedang berusaha membalas dendam dan
kini, melihat cara wanita itu membalas dendam, dia bergidik.
Keterlaluan! Wanita itu harus dicegah melanjutkan usahanya
yang kejam. Tidak, dia tidak akan membiarkan wanita yang
sampai kini masih dicintanya itu menjadi tersesat seperti itu.
Dalam dendamnya berubah menjadi iblis yang luar biasa
kejamnya. Bergidik dia melihat keadaan dua orang itu. Dia
tahu bahwa biarpun mereka berdua itu dapat tertolong
nyawanya karena tidak menderita luka yang parah, hanya
luka-luka di kulit saja, namun mereka akan menjadi seorang
penderita cacat yang mengerikan keadaannya. Dengan muka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang rusak dan menjadi buruk dan menakutkan sekali, tanpa
telinga, tanpa hidung dan bibir, dan dengan kaki tangan tidak
normal. Betapa mengerikan!
O000-d-w-000O
Jilid 10
DAN pada saat itu Tan Siong melihat sesuatu yang amat
menarik hatinya. Seorang tosu yang mengis melihat keadaan
dua orang itu, walaupun tangisnya itu ditahan dan hendak
disembunyikan. Dan selain keadaan yang aneh ini, juga dia
tertarik kepada tosu itu. Ada sesuatu yang menarik hatinya.
Dia seperti sudah mengenal wajah itu. Maka ketika tosu itu
pergi, dari jauh Tan Siohg membayanginya dan setelah tosu
itu keluar dari pintu gerbang kota, dia pun teringat. Wajah itu
seperti wajah ibunya! Wajah itu adalah wajah pamannya yang
sedang dicarinya selama ini!
Dan ternyata benar! Ketika dia mengintai tosu yang sedang
menangis di dalam kuil, dia mendengar keluhan tosu itu yang
menyebutkan namanya sendiri, yaitu Gan Tek Un. Maka dia
pun lalu menjumpainya dan tak disangkanya bahwa pamannya
yang kini telah menjadi tosu itu telah berubah pula. Kini bukan
seorang yang ganas, melainkan seorang tosu yang berbudi
lembut, yang siap menerima hukuman dan mengakui dosanya
terhadap ayah dan ibunya.
Akan tetapi dia tidak mendendam. Dia sudah mendengar
dan tahu semuanya. Pamannya ini sejak dahulu memang
seorang yang tergolong jahat, suka melakukan apa saja yang
kurang patut dan mengandalkan kepandaiannya untuk
melakukan kejahatan dan penindasan. Dia tahu pula bahwa
pamannya ini telah menipu kedua orang tuanya sehingga
harta kekayaan orang tuanya yang tidak seberapa, termasuk
rumahnya, terjatuh ke tangan Gan Tek Un dan setelah harta
bendanya habis, kedua orang tuanya terlunta-lunta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
meninggalkan dusun dan kabarnya telah meninggal dunia,
entah di mana. Dia mencari pamannya bukan untuk membalas
dendam, bukan menuntut kembalinya harta kekayaan orang
tuanya, melainkan untuk bertanya di mana adanya orang
tuanya, dan kalau mereka sudah meninggal, di mana
kuburnya.
Sejenak Tan Siong menunduk, melihat kepala tosu itu yang
berlutut didepannya. Dia lalu ikut berlutut menghadapi tosu
itu. "Paman, jangan begitu. Aku datang mencari Paman, sama
sekali bukan untuk membalas dendam karena tidak ada
dendam di dalam hatiku...."
"Karena engkau belum tahu apa yang telah kulakukan
terhadap Ayah Ibumu."
"Sudah, Paman. Aku mendengar bahwa Paman telah
menipu mereka dan menguasai harta kekayaan mereka,
membuat mereka menjadi orang miskin yang hidup terluntalunta
dan terlantar, sehingga mereka akhirnya meninggal
dunia dalam keadaan miskin."
"Benar sekali! Akulah yang membuat mereka menjadi
miskin, menjadi sengsara sampai mereka meninggal dunia
dalam keadaan orang terlantar. Dan engkau mau bilang
bahwa engkau tidak mendendam kepada Pinto?"
"Tidak sama sekali, Paman."
"Kalau begitu engkau tentu pengecut, penakut sekali!
Engkau mengerti bahwa pinto lihai maka engkau tidak berani
mendendam! Jangan khawatir, kau pukulilah aku, kau
bunuhlah aku, dan aku takkan melawan. Pinto siap menebus
dosa, anakku!" kata pula tosu itu dengan suara sedih.
"Paman salah sangka. Biarpun belum tentu aku dapat
mengalahkanmu, akan tetapi sedikitnya aku pernah
mempelajari ilmu-ilmu yang tinggi di Kun lun-san. Paman lihat,
apakah dengan tangan sekuat ini aku harus takut menghadapi
Paman? Aku sama sekali tidak takut." Dan Tan Siong lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan jari-jari tangannya menusuk lantai yang terbuat
dari batu. Nampak jelas bekas jar i-jari tangannya menusuk
lantai itu! Diam-diam tosu itu terkejut bukan main.
"Engkau telah menjadi seorang yang lihai! Akan tetapi
kenapa... kenapa engkau tidak mendendam walaupun sudah
tahu bahwa aku penyebab kesengsaraan, bahkan mungkin
penyebab kematian orang tuamu?"
Tan Siong memegang kedua pundak orang tua itu. "Marilah
bangun dan mari kita duduk dan bercakap-cakap dengan baik,
Paman.”
"Siancai... siancai.... siancai....! Tak pinto sangka sama
sekali bahwa sikapmu akan begini tehadap pinto. Aihhh....
keponakanku yang gagah dan bijaksana, tahukah engkau
bahwa sikapmu ini bukan main menyiksa hatiku, lebih
menyakit kan daripada kalau engkau menyerang dan
memukuhku? Ah, penyesalan dalam hatiku semakin
bertambah berat dengan sikapmu ini...." Dan tosu itu
menggunakan ujung lengan bajunya menghapus air matanya.
"Makin terasa kini oleh pinto betapa dahulu pinto menjadi
seorang yang sejahat-jahatnya...., dan hati pinto takkan
pernah tenteram sebelum datang hukuman bagi pinto."
"Mari kita duduk, Paman," kata Tan Siong, membimbing
tosu yang kelihatan lemas itu untuk sama-sama duduk
berhadapan di atas bangku di dalam ruangan itu.
Setelah mereka duduk berhadapan dan saling
berpandangan beberapa lamanya. tosu itu kembali bertanya
dengan suara heran dan penasaran. "Tan Siong, pinto lihat
bahwa engkau telah menjadi seorang laki-laki dewasa yang
berilmu tinggi. Melihat caramu menusuk lantai dengan jari
tangan itu, pinto dapat menduga bahwa engkau telah memiliki
sin-kang yang amat kuat dan agaknya tingkat kepandaianmu
sudah melampaui tingkat pinto. Mengapa engkau tidak turun
tangan membalas kejahatan yang telah pinto lakukan
terhadap orang tuamu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Paman, segala peristiwa yang menimpa diri manusia,
walaupun diakibatkan oleh ulah manusia sendiri, namun
segalanya telah ditentukan oleh Thian. Kematian orang tuaku
tentu sudah menjadi kehendak Thian pula, dan perbuatan
Paman yang Paman lakukan dahulu itu hanya menjadi satu di
antara sebab saja."
"Ya, Tuhan.... kenapa engkau yang masih begini muda
dapat memiliki kebijaksanaan yang demikian tinggi, sedangkan
pinto.... ah, pinto bergelimang dengan kejahatan." Tosu itu
nampak sedih sekali.
"Sudahlah, Paman. Betapapun juga, melihat betapa Paman
kini telah menjadi seorang tosu yang penuh dengan
penyesalan, melihat Paman telah bertobat, maka hal itu sudah
merupakan satu kenyataan yang baik sekali. Lebih baik
menjadi seorang yang sadar dan bertobat akan kejahatannya
yang lalu, daripada seorang yang merasa dirinya paling bersih
sehingga menjadi t inggi hati dan sombong. Yang pertama itu,
bagaikan orang sakit telah sembuh dari sakitnya, sedangkan
yang ke dua adalah orang yang jumawa dan sembrono
sehingga mudah sekali dihinggapi penyakit. Aku mencari
Paman bukan untuk menuntut sesuatu, hanya ingin mohon
pertolongan Paman agar suka memberi tahu kepadaku, di
mana adanya Ayah Ibuku, atau lebih tepat, di mana kuburan
mereka karena aku ingin mengunjungi makam mere ka."
Tosu itu bangkit dan merangkul keponakannya sambil
menangis. "Ah, agaknya bukan hanya ilmu silat tinggi yang
pernah kau pelajari di Kun-lun-san, akan tetapi para tosu yang
bijaksana dari Kun lun-pai telah mengisi batinmu dengan
kebajikan-kebajikan yang tinggi pula. Ayah Ibumu meninggal
secara wajar, yaitu karena penyakit dan karena berduka, dan
mereka dimakamkan dengan sederhana oleh para penduduk
dusun, di dusun Hek-kee-cun di sebelah selatan kota.
Namun….."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Girang sekali rasa hati Tan Siong setelah dia mengetahui di
mana adanya makam orang tuanya. Dan dia pun merasa
kasihan kepada pamannya. Jelaslah bahwa pamannya ini
sekarang telah terhukum di dalam hatinya, menyesali semua
perbuatannya yang telah lalu. Tidak ada hukuman yang lebih
berat menjadi der ita batin daripada derita yang timbul karena
penyesalan yang tak kunjung padam. Dia dapat menduga
bahwa tentu banyak kejahatan dilakukan pamannya ini di
waktu muda, karena kalau hanya kejahatan menipu untuk
menguasai harta benda ayah ibunya yang tidak berapa
banyakitu saja, kiranya tidak seperti ini keadaannya. Apalagi
pamannya sampai menangis ketika melihat orang tersiksa di
pintu gerbang rumah gedung keluarga Pui. Tentu pamannya
ini dahulunya menjadi seorang penjahat besar. Akan tetapi,
dia ikut merasa lega dan girang bahwa adik kandung ibunya
ini sekarang telah sadar dan bertobat dan untuk menghibur
hati orang tua, dia tidak tergesa-gesa me-ninggalkan
pamannya dan tidak menolak ketika pamannya mengajaknya
makan siang. Bahkan pamannya minta kepadanya untuk
tinggal di kuil itu menemaninya selama beberapa hari.
"Selama ini kau mengira bahwa aku hidup seorang diri saja
tanpa sanak keluarga di dunia ini, dan tiba-tiba engkau,
keponakanku satu-satunya muncul dalam keadaan yang begini
mengagumkan. Temani lah pinto selama beberapa hari untuk
melepas kerinduanku, Tan Siong."
"Maaf, Paman. Aku harus cepat pergi mencari makam
orang tuaku, maka sore nanti, atau paling lambat besok pagi
aku harus pergi meninggalkan Paman."
Paman dan keponakan itu lalu bercakap-cakap dan dengan
penuh perhatian dan girang dan bangga, Gan Tosu
mendengarkan cerita keponakannya tentang masa belajarnya
di Kun-lun-san. Bahkan untuk menyenangkan hati pamannya,
ketika diminta, Tan Siong lalu mainkan beberapa jurus ilmu
silat Kun-lun-pai, baik dengan tangan kosong maupun dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pedang tipisnya. Gan Tosu menonton demonstrasi itu dengan
hati penuh kagum karena baru melihat keponakannya bersilat
saja, dia pun tahu bahwa dia tidak akan mampu menandingi
kehebatan keponakannya!
"Hebat, hebat...!" Serunya dengan girang. "Ilmu silatmu
demikian indah dan mengandung kekuatan dahsyat."
"Ah, Paman terlalu memuji. Aku masih mengharapkan
petunjuk dari Paman."
"Pinto tidak sekedar memuji, Tan Siong. Tingkat ilmu
silatmu sudah jauh lebih tinggi daripada tingkat pinto. Akan
tetapi, sebaiknya kalau ilmu sepasang pedang pinto, yaitu
Siang-liong-kiam (Pedang Sepasang Naga) kau pelajari dan
biarlah kuturunkan kepadamu. Nah, lihatlah pinto mainkan
ilmu itu perhatikan baik-baik." Tosu itu kini bergembira dan
agaknya sudah mulai melupakan kesedihannya karena
penyesalan itu. Dia mengeluarkan sepasang pedang hitam
putih dan bersilat pedang. Memang inilah ilmu silat
andalannya dan sepasang pedang itu membentuk dua
gulungan sinar hitam putih yang saling bantu dan saling
melindungi, merupakan ilmu pedang pasangan yang tangguh.
Girang sekali rasa hati Tan Siong dan setelah pamannya
berhenti bersilat, pamannya lalu menyerahkan sebuah kitab.
"Ilmu pedang Siang-liong-kiam itu sudah pinto catat dalam
kitab ini. Pelajarilah dan kau terimalah sepasang pedang ini,
Tan Siong."
"Akan tetapi, Paman. Sepasang pedang ini adalah pedang
pusaka milik Paman, masih Paman perlukan untuk pelindung
diri."
Tosu itu menarik napas panjang. "Terimalah, baru akan
puas hati pinto kalau pedang-pedang ini berada di tangan
seorang bijaksana dan gagah seperti engkau." Dia memaksa
dan akhirnya Tan Siong menerimanya. "Di tangan pinto,
sepasang pedang ini dahulu hanya membuat dosa. Biarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka pun menebus dosa-dosa mereka dengan perbuatan
baik, menentang kejahatan di tangan seorang pendekar
seperti engkau. Pinto sekarang tidak membutuhkan
perlindungan pedang, tidak membutuhkan kekerasan lagi.
Ancaman kematian akan pinto hadapi dengan tenang dan
ikhlas."
Pada saat itu terdengar suara orang dari luar kuil, suara
yang halus, suara wanita. "Gan Tek Un, keluarlah dari kuil,
aku ingin bicara denganmu!"
Gan Tojin terkejut dan wajahnya berubah puoat ketika ia
mendengar suara itu. Tan Siong mengerutkan alisnya dan
bangkit berdiri. Akan tetapi pamannya sudah mendahuluinya.
"Tan Siong, kuminta dengan sangat kepadamu agar engkau
berdiam saja di sini dan jangan mencampuri urusan di luar
kuil. Ini adalah urusan pribadi pinto sendiri. Duduklah saja dan
kau tunggu di sini."
Tan Siong mengangguk dan mengerutkan alisnya. Hatinya
merasa kecewa. Tadi dia melihat pamannya sudah bertobat
Ia dan bahkan sudah menjadi seorang tosu. Akan tetapi
bagaimana sekarang muncul seorang wanita dalam kehidupan
pamannya sebagai tosu? Apakah pamannya hanya pura-pura
saja menjadi tosu untuk menutupi semua perbuatannya? Dan
pamannya jelas memesan agar dia tidak mencampuri karena
urusan dengan wanita itu adalah urusan pribadi! Kekecewaan
membuat hatinya merasa penasaran dan marah. Sebaiknya
dia cepat meninggalkan pamannya ini, yang memiliki
kepribadian yang tidak meyakinkah. Dia lalu menyambar
buntalan pakaiannya dan biarpun agak meragu, terpaksa dia
menyimpan pula sepasang pedang dan kitab pemberian
pamannya. Keadaan pamannya membuat kegembiraan untuk
mempelajari ilmu sepasang pedang itu menjadi kendur. Akan
tetapi, baru saja dia bangkit dan hendak pergi, tiba-tiba dia
mendengar suara wanita yang tadi lantang memaki-maki!
Cepat dia berjalan berindap dan biarpun pamannya sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memesan, dia kini menuju ke luar dan mengintai ke luar dari
balik jendela depan.
Siapakah wanita yang memanggil Gan Tosu dengan nama
aselinya itu? Baru mendengar suaranya saja, Gan Tosu sudah
dapat menduga siapa yang memanggil, dan dengan muka
pucat dia pun keluar. Di luar kuil, berdiri di pekarangan sambil
bertolak pinggang, Cui Hong telah menantinya. Ya, wanita itu
adalah Kim Cui Hong! Ketika ia menyeret tubuh Koo Cai Sun
dan Pui Ki Cong keluar dari dalam pondok kecil dan memasuki
hutan, ia telah berhasil memaksa kedua orang tua itu untuk
mengaku di mana adanya musuhnya yang terakhir, yaitu Gan
Tek Un. Dari kedua orang tawanannya yang sudah ketakutan
setengah mati itu, ia mendengar bahwa Gan Tek Un kini telah
menjadi seorang tosu bernama Gan Tosu, tinggal di sebuah
kuil tua di sebelah barat kota raja, kurang lebih belasan mil
dari kota raja.
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments