Senin, 20 Agustus 2018

Cersil Sakit Hati Wanita 2

=============


Cui Hong girang bukan main, membuang tongkatnya dan
cepat menjatuhkan diri berlutut di depan kaki gurunya.
"Su-he, teecu menghaturkan terima kasih atas segala budi
suhu yang telah membimbing teecu selama tujuh tahun ini.
Teecu tidak akan mampu membalas budi kebaikan suhu."
"Hemm, akupun t idak mengharapkan balasan, Cui Hong.
Asal saja engkau memegang teguh sumpahmu, tidak
melakukan pembunuhan, berarti engkau telah membalas b udi
itu."
"Teecu pasti akan memegang teguh sumpah teecu."
"Bagus, kalau begitu kau pergilah turun gunung, muridku."
"Tapi, suhu. Suhu sudah tua, bagaimana teecu tega
meninggalkan suhu hidup sendirian di sini? Siapa yang akan
menanak nasi untuk suhu, membuatkan minuman hangat,
siapa yang akan merawat suhu?"
Kakek itu menyeringai dan mulutnya menjadi sebuah guha
kecil menghitam. "Heh-heh, engkau ini membuat diriku
menjadi manja saja. Sebelum ada engkau, aku pun hidup
sendirian dan mampu merawat diri sendiri. Pula, setelah
engkau pergi, aku pun hendak pergi dari sini. Sudah bosan
aku terlalu lama tinggal di sini. Pergilah dengan tenang,
muridku, engkau berhak untuk menikmat i hidup di dunia
ramai."
Cui Hong memberi hormat lagi lalu mengusir keharuan
hatinya yang tiba-tiba saja muncul. Ia tidak pernah merasa
cinta kepada gurunya ini dan ia bahkan ingin menguasai ilmu
silat tinggi. Akan tetapi setelah secara tiba-tiba gurunya
mengambil keputusan bahwa ia telah selesai belajar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperbolehkan turun gunung, setelah secara tiba-tiba
mereka hendak saling berpisah, timbul juga keharuan itu di
dalam hatinya. Baru terasa olehnya betapa selama tujuh tahun
ini, tanpa mengenal lelah, kakek ini melatihnya dengan ilmu
silat yang hebat dan biarpun tak pernah memperlihatkan sikap
kasih sayang, namun dari ketekunan kakek itu saja ia pun kini
dapat melihat dengan jelas bahwa kakek itu amat sayang
kepadanya! Dan selama hidup bersama tujuh tahun itu, Toatbeng
Hek-mo yang sudah melepas budi, memberikan ilmunya
yang tinggi, sebaliknya ia tidak pernah memberi apa-apa.
"Suhu, teecu akan selalu ingat kebaikan-kebaikan suhu dan
tidak akan melanggar sumpah teecu. Selamat tinggal, suhu,
harap suhu menjaga diri baik-baik."
"Selamat jalan, muridku. Engkaulah yang harus menjaga
diri baik-baik dan ingatlah bahwa ilmu silat ada batasnya dan
betapapun tinggi ilmu kepandaianmu, masih ada orang-orang
lain yang lebih lihai lagi. Karena itu, jangan terlalu
mengandalkan ilmu silat. Kecerdikan dan kewaspadaan selalu
lebih berguna daripada sekedar kekerasan ilmu silat."
Cui Hong lalu turun dari puncak, membawa buntalan terisi
dua stel pakaian hitamnya, dan juga membawa bekal daging
kering dan roti yang tadi dibelinya di dusun. Sebagian
belanjaannya ditinggalkan untuk suhunya.
Hanya sebentar saja rasa keharuan karena berpisah dari
gurunya itu menyelubungi hatinya. Setelah ia tiba di lereng
gunung, melihat ke bawah, melihat dunia yang luas
terbentang di bawah kakinya membayangkan betapa ia mulai
sekarang hidup seorang diri, bebas lepas seperti seekor
burung di udara, hatinya berdebar penuh ketegangan dan
kegembiraan, la sudah bebas, berarti boleh berbuat apa saja
sesuka hatinya sendiri. Dan tentu saja ia harus pergi mencari
musuh-musuhnya. Itulah tujuannya mempelajari ilmu silat!
Bahkan itulah tujuan hidupnya, karena kalau bukan untuk
membalas dendam, tentu ia sudah mati membunuh diri. Untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa hidup menanggung aib, malu dan penghinaan yang
sedemikian hebatnya, menderita kesengsaraan yang demikian
mendalam? Ia harus membalas dendam! Tanpa disadarinya, ia
berjalan sambil mengepal kedua tangannya dan bibirnya
bergerak-gerak, akan tetapi suaranya hanya terdengar oleh
dirinya sendiri, karena hanya hatinya yang berbisik melalui
gerak bibirnya,
"Jahanam keparat Pui Ki Cong, Gan Tek Un, Koo Cai Sun,
dan Louw Ti, tunggulah pembalasanku!"
Kemudian gadis ini pun mempercepat langkahnya, dengan
penuh semangat ia lalu turun gunung menuju ke kota Thiancin.
Kalau dibandingkan dengan tujuh tahun yang lalu,
sukarlah mengenal dara remaja puteri gur u silat Kim Siok itu.
Kim Cui Hong kini bukan seorang gadis remaja lagi, bukan
setangkai bunga yang sedang mulai mekar kuncupnya. Ia kini
seorang gadis yang dewasa, berusia dua puluh dua tahun
lebih seorang gadis bertubuh ramping dan padat, makin
menonjol lekuk lengkung tubuhnya oleh pakaian serba "hitam
yang ketat dan ringkas itu. Di dagunya masih nampak tahi
lalat kecil yang membuat dagu itu nampak manis sekali.
Sepasang matanya lebar dan jeli, bahkan kini memancarkan
sinar yang mencorong tajam. Mulutnya bahkan lebih indah
daripada dahulu, kini mulut itu nampak selalu segar basah
kemerahan, dengan bibir yang dapat bergerak secara hidup
dan menggemaskan, seakan-akan menantang dan
menjanjikan kegairahan yang penuh nikmat. Mulutnya itu
merupakan bagian yang paling manis dan indah dari wajah
gadis ini. Selain buntalan digendong di punggungnya, ia tidak
membawa apa-apa lagi. Tidak ada apa pun padanya yang
membayangkan bahwa ia adalah seorang gadis yang memiliki
ilmu silat tinggi!
Ia tidak akan menarik perhatian orang sebagai seorang ahli
silat, akan tetapi jelas bahwa seorang gadis seperti Cui Hong
akan selalu menarik perhatian kaum pria karena gadis itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cantik jelita dan manis sekali. Justru pakaiannya yang serba
hitam dan amat sederhana itulah yang membuat
kecantikannya menonjol, kemulusan kulit yang putih kuning
itu nampak jelas dan membuat ia berbeda daripada wanita
lain. Akan tetapi tentu saja Cui Hong tidak menyadari hal ini
sebelum ia terjun dalam dunia ramai.
0odwo0
Perubahan besar terjadi di mana-mana, juga di Thian-cin
semenjak ditinggalkan selama tujuh tahun oleh Cui Hong.
Dalam waktu tujuh tahun itu telah terjadi banyak sekali
peristiwa penting. Bukan hanya diri Cui Hong yang berubah
banyak sekali, akan tetapi juga keadaan dalam negeri telah
mengalami perubahan.
Karena lemahnya kaisar Beng-tiauw terakhir, yaitu Kaisar
Cung Cen, yang menjadi seperti boneka di tangan para
pembesar thai-kam (kebiri), pemerintahan yang penuh dengan
para pejabat korup itu menimbulkan kekacauan dan
pemberontakan di mana-mana. Mereka yang merasa kecewa
dengan pemer intah yang lemah dan korup itu memberontak
dan yang paling terkenal adalah pemberontakanpemberontakan
yang dipimpin oleh Lee Cu Seng dan Bu Sam
Kwi.
Sementara itu, kekuasaan bangsa Mancu semakin
berkembang dan pasukan-pasukan telah menerobos ke
selatan, menguasai banyak wilayah di utara dan timur. Pada
waktu itu, bangsa Mancu yang berhasil menaklukkan banyak
suku bangsa liar di utara, dan sudah mulai melebarkan
sayapnya ke selatan dan mendesak pemer intah Beng yang
mulai suram, segera mendirikan suatu wangsa baru yang
mereka namakan Kerajaan Ceng-tiauw. Yang menjadi kaisar
pada waktu itu adalah Kaisar Thai Cung yang di waktu
mudanya bernama Pangeran Huang Thai Ci, seorang pemuda
yang gagah perkasa dan tampan, juga amat terkenal sebagai
seorang penakluk wanita. Dan seperti tercatat dalam sejarah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
di dalam kekuasaan Kaisar Thai Cung dari Kerajaan baru
Mancu yang disebut Kerajaan Ceng itu, permaisurinya
mempunyai jasa yang amat menonjol. Permaisuri dari Kaisar
Thai Cung ini berasal dari puteri seorang kepala suku bangsa
liar, dan namanya Ta Giok (Kemala Besar). la amat dicinta
oleh Kaisar Thai Cung karena memang sejak muda, di antara
mereka telah terjadi suatu jalinan cinta yang mesra.
Ketika Kaisar Thai Cung masih muda dan masih disebut
Pangeran Huang Thai Ci, di perbatasan Mancuria sebelah
selatan terdapat sekelompok suku bangsa yang masih belum
takluk kepada bangsa Mancu, penakluk oleh kepala suku yang
gagah perkasa. Kepala suku ini mempunyai dua orang puteri
yang sudah menjelang dewasa. Yang pertama diberi nama
Kemala Besar atau Ta Giok, sedangkan yang ke dua diberi
nama Siauw Giok atau Kemala Kecil. Keduanya merupakan
dara-dara remaja yang cantik sekali, terutama Ta Giok yang
amat jelita dan manis. Sebagai puteri kepa la suku, dua orang
dara ini sejak kecil sudah pandai berburu binatang buas,
pandai menunggang kuda, pandai melepas anak panah,
memainkan senjata dan membela diri. Suku bangsa Mancu
memang lebih besar, dan membiarkan wanita-wanita mereka
bekerja seperti laki-laki, terbiasa dengan hidup yang serba
keras dan sukar karena mereka adalah bangsa Nomad, yaitu
bangsa yang suka berpindah-pindah dalam kelompok, mencari
daerah baru yang lebih mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Suku bangsa yang dipimpin o leh ayah Ta Giok ini merupakan
suku bangsa yang gagah perkasa dan dengan gigih mereka
mempertahankan kedaulatan mereka, tidak mau tunduk
kepada bangsa lain, juga tidak mau tunduk kepada bangsa
Mancu yang mulai berkembang kuat itu. Mereka juga tidak
peduli akan lahirnya kerajaan baru, yaitu Kerajaan Ceng-tiauw
yang didirikan oleh bangsa Mancu yang mulai menguasai
wilayah luas di sebelah selatan Tembok Besar. Dan agaknya,
mengingat bahwa kelompok ini hanya merupakan sekelompok
suku bangsa pemburu yang kecil jumlahnya, Kerajaan CengTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tiauw yang baru ini pun tidak mengganggu mereka, apalagi
kerajaan yang baru ini ingin menarik para kepala suku bangsa
yang kecil-kecil itu sebagai sekutu, maka kebebasan suku
bangsa ini pun tidak mereka ganggu. Bangsa Mancu tidak mau
mengganggu wilayah suku bangsa ini yang tidak begitu luas,
dan menghindarkan setiap kesalah-pahaman atau bentrokan
kecil antara perajurit mereka.
Pada suatu pagi yang cerah, di sebuah sungai kecil yang
mengalir di tepi hutan, terdengar dua orang gadis bersendagurau.
Mereka mandi di sungai yang jernih airnya itu,
berenang ke sana ke mar i, saling siram, tertawa-tawa dan
membuat suara berirama dengan menepuk-nepukkan telapak
tangan ke permukaan air. Memang sejuk dan segar sekali
mandi di air sungai itu, ditimpa sinar matahari pagi yang
hangat. Suasana amat gembira dan meriah, apalagi karena
tempat itu sunyi sekali. Dua orang gadis itu adalah Ta Giok
dan Siauw Giok. Karena tempat itu sunyi dan tidak ada
manusia lain kecuali mereka maka dua gadis itu mandi
bertelanjang bulat tanpa malu-malu lagi. Mereka
menanggalkan pakaian mereka di tepi sungai, ditumpuk di
atas batu kering dan bagaikan dua ekor ikan yang aneh
mereka masuk ke dalam air. Tubuh mereka yang berkulit
mulus dan agak coklat karena sering kali tertimpa matahari itu
nampak keemasan.
Tiba-tiba terdengar derap kaki kuda dan dua orang dara
remaja itu terkejut bukan main. Tak mereka sangka bahwa di
tempat itu akan ada orang lewat! Mereka tentu saja cepat
mendekam ke dalam air dan hanya nampak kepala mereka
saja, dengan dua pasang mata yang lebar jernih itu terbelalak
mereka memandang ke arah jalan di tepi hutan, tak jauh dari
tempat mereka mandi.
Tak lama kemudian, muncullah lima orang pria muda yang
menunggang kuda. Mereka itu adalah lima orang muda,
berusia antara dua puluh sampai tiga puluh tahun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesemuanya nampak gagah dan bertubuh tegap, dengan
pakaian indah dan kuda mereka merupakan kuda pilihan
Mereka itu adalah seorang perwira dan empat orang
pembantunya, perajurit-perajurit Kerajaan Ceng, orang-orang
muda Mancu yang pandai menunggang kuda. Ketika mereka
melihat dua wajah cantik tersembul di atas permukaan air
sungai, mereka pun tertegun dan menahan kuda mereka.
"Aihhh.... ada dua orang bidadari d i sana....!" kata perwira
itu dan mereka berlima segera mengajukan kuda dan
menghampiri sungai itu ke tepinya. Di situ mereka
memandang dengan penuh kagum. Melihat ini, Ta Giok yang
tadi sudah membisiki adiknya, tiba-tiba bangkit berdiri
sehingga tampaklah tubuhnya dari pusar ke atas, telanjang
sama sekali, diikuti adiknya. Tentu saja penglihatan ini
membuat lima orang pria itu melongo, mata terbelalak dan
mulut ternganga saking kagumnya menyaksikan segala
keindahan di depan mata mereka itu. Akan tetapi, sebelum
mereka sempat melompat turun untuk menuruti dorongan hati
mereka, tiba-tiba dua orang dara remaja itu menggerakkan
kedua tangan mereka bergantian dan hujan batu kerikil
menyerang lima orang itu. Tiba-tiba lima ekor kuda itu
mer ingkik kesakitan lalu meloncat dan kabur! Kiranya, dua
orang dara itu memiliki kepandaian menyambit dengan baik
sekali sehingga mereka berhasil menyambit dengan jitu dan
kerikil-kerikil mereka mengenai mata lima ekor kuda itu.
Binatang-binatang itu menjadi ketakutan sekali dan mereka
kabur tanpa dapat dikendalikan lagi. Saking kuatnya mereka
melompat dan mengangkat kedua kaki ke atas, dua di antara
lima orang pria itu terlempar dari atas punggung kuda, dan
karena kaki mereka masih terlibat, mereka pun terseret
sampai beberapa mil jauhnya sebelum kuda mereka dapat
ditenangkan dan mereka dapat membebaskan diri, dengan
tubuh penuh luka dan babak belur! Tentu saja mereka
menjadi marah sekali dan setelah mereka mampu menguasai
kuda mereka, lima orang itu kembali ke tepi sungai, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi dua orang dara yang cantik jelita dan bengal itu sudah
tidak nampak lagi batang hidungnya.
Berita tentang peristiwa itu tersiar di kalangan perajurit
dalam pasukan pemerintah Ceng dan lima orang itu menjadi
bahan tertawaan mereka. Akan tetapi, ketika Pangeran Huang
Thai Ci mendengar tentang dua orang dara itu, hatinya
tertarik bukan main. Dia adalah seorang pria yang suka sekali
mendekati wanita cantik, seorang mata keranjang dan
penakluk wanita yang terkenal karena memang dia gagah
perkasa, berwajah tampan dan bertubuh tegap. Kenyataan
bahwa dua orang dara itu termasuk keluarga suku yang tidak
bersahabat, yang tentu akan menyerang setiap orang asing
yang memasuki wilayah mereka, tidak membuat pangeran
mata keranjang dan petualang asmara ini menjadi gentar.
Pangeran Huang Thai Ci ingin sekali berkenalan dengan
dua orang dara itu. Dia lalu mengutus pembantupembantunya
yang cerdik dan pandai untuk melakukan
penyelidikan, siapa adanya dua orang dara itu dan kapan
kiranya ia dapat bertemu dan berkenalan dengan mereka
bertiga saja. Petugas itu melakukan penyelidikan dan segera
melaporkan bahwa dua orang dara itu bernama Ta Giok dan
Siauw Giok, dua orang puteri kepala suku itu dan melaporkan
pula kebiasaan dua orang dara itu berburu binatang di dalam
hutan dalam waktu-waktu tertentu.
Mendengar laporan ini, sang pangeran lalu berangkat
seorang diri. Dengan penuh keberanian dan menyembunyikan
kudanya di dalam sebuah guha di tepi hutan di mana dua
orang gadis itu akan datang berburu, dan diapun mengenakan
kulit harimau yang sudah dipersiapkannya, dan menunggu di
tengah jalan. Tak lama ia menunggu. Sesuai dengan laporan
yang diterimanya, terdengar derap kaki kuda dan tak lama
kemudian dua orang dara itu nampak menunggang kuda
perlahan-lahan, membawa belasan ekor kelinci dan ayam
hutan hasil buruan mereka, dan mereka lewat sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bercakap-cakap dan bersendau-gurau penuh kegembiraan.
Pangeran Huang Thai Ci mempersiapkan diri di balik semaksemak
belukar, dan pada saat dua ekor kuda itu t iba di
depannya, dia meloncat ke depan sambil mengeluarkan
gerengan yang nyaring.
Biarpun terkejut, dua ekor kuda itu agaknya tahu bahwa
yang muncul dan menggereng ini bukan harimau aseli. Akan
tetapi tidak demikian dengan dua orang dara itu. Siauw Giok
menjadi demikian kagetnya sehingga ia membedal kudanya
dan kabur meninggalkan tempat itu tanpa menoleh lagi,
penuh rasa takut karena seolah-olah merasa ada harimau
mengejar di belakangnya! Memang demikianlah orang yang
dicengkeram rasa takut.
Ta Giok lebih tabah daripada adiknya, akan tetapi ia pun
terpaksa harus mencabut pedangnya karena tidak mungkin
lagi mempergunakan busur dan anak panahnya. Harimau itu
terlampau dekat dan sebelum ia siap dengan busur dan anak
panahnya, harimau itu dapat menyerangnya lebih dahulu.
Dengan gagah sekali, dara ini siap dengan pedang di tangan,
menghadapi harimau itu.
Akan tetapi, dapat dibayangkan betapa kaget dan heran
rasa hatinya ketika ia melihat harimau itu t iba-tiba dapat
bangkit berdiri di atas kedua kaki belakang, seperti seorang
manusia! Ta Giok adalah puteri kepala suku yang masih
terbelakang dan tentu saja ia percaya akan tahyul. Melihat
betapa ada harimau dapat berdiri seperti manusia ia pun
segera menduga bahwa tentu ia berhadapan dengan seekor
harimau jadi-jadian atau seorang siluman! Ketabahannya
luntur dan ia pun memandang pucat dengan tubuh agak
menggigil. Apalagi ketika tiba-tiba harimau itu dapat
mengeluarkan suara ketawa, ia semakin takut lagi.
Harimau itu tiba-tiba bergerak dan terlepaslah kulit harimau
itu dan kini yang nampak berhadapan dengan dirinya adalah
seorang pemuda yang tampan dan gagah sekali! Pemuda itu,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pangeran Huang Thai Ci, dengan sigapnya melompat ke
depan, sekali renggut dia sudah merampas pedang dari
tangan Ta Giok yang masih terpesona dengan tangan kirinya,
lalu tangan kanannya meraih dan dia memondong tubuh Ta
Giok dar i punggung kuda. Dara itu meronta-ronta, akan tetapi
dia sama sekali tidak berdaya dalam dekapan Huang Thai Ci
yang pandai merayu. Dihujani rayuan dan belaian pemuda
yang sudah amat menarik hatinya itu, akhirnya Ta Giok
bertekuk lutut, takluk dan tidak melawan lagi, bahkan
menyambut pencurahan cinta birahi Pangeran Huang Thai Ci
dengan penuh gairah dan
semangat pula.
Tanpa bicara kedua
orang muda itu
menurutkan gelora hati
penuh birahi di balik
semak belukar, di atas
rumput hijau yang lunak
tebal. Baru kemudian
Tanpa bicara kedua orang
muda itu menurutkan
gelora hati penuh birahi di
balik semak belukar, di
atas rumput hijau yang
lunak tebal.
Ta Giok bertanya dengan lembut, memandang kekasihnya
itu dengan sinar mata penuh kagum dan kasih sayang siapa
adanya pemuda itu yang demikian beraninya melakukan siasat
untuk menghadangnya. Sambil tersenyum dan merangkul
leher kekasihnya, menciumnya, pemuda itu berbisik di dekat
telinga Ta Giok.
"Aku adalah Pangeran Huang Thai Ci"
"Ahhhh.....!" Pengakuan ini membuat Ta Giok terkejut,
akan tetapi juga kagum dan girang sekali. Kekasihnya, pria
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertama yang menyentuhnya, adalah sang pangeran yang
sudah amat terkenal itu. Dan dia pun balas merangkul dan
keduanya kembali tenggelam ke dalam kemesraan yang
mendalam.
Kemudian mereka beristirahat, rebah di atas rumput sambil
memperkenalkan diri masing-masing. Pangeran itu membujuk
Ta Giok agar suka ikut bersama dia ke istana keluarganya. Ta
Giok merasa ragu-ragu. Kalau ayahnya atau anggauta suku
bangsanya tahu bahwa ia bukan hanya berkenalan dengan
pangeran pihak musuh, bahkan telah bermesraan dan
menyerahkan dirinya, tentu ayahnya akan marah sekali.
Bahkan kalau pangeran itu ketahuan, besar sekali
kemungkinannya Pangeran Huang Thai Ci akan dikeroyok dan
dibunuh tanpa banyak cakap lagi.
Selagi ia ragu-ragu dan belum dapat menjawab, tiba-tiba
terdengar bunyi banyak kaki kuda menuju tempat itu, diseling
teriakan-teriakan memanggil namanya! "Celaka.... mereka
datang....!" kata Ta Giok. "Cepat, kau pergilah, pangeran.....!"
Huang Thai Ci juga terkejut sekali dan maklum akan bahaya
yang mengancam, tanpa berkesempatan pamit lagi kepada
kekasihnya, cepat melompat dan lari menuju ke guha di mana
dia menyimpan kudanya, kemudian diam-diam dia kabur dari
tempat itu melalui lain jurusan.
Sementara itu, Ta Giok setelah membereskan pakaiannya,
lalu pura-pura rebah pingsan di dekat semak-semak di tepi
jalan. Ternyata rombongan itu terdiri dari belasan orang
perajurit dipimpin oleh ayahnya sendiri dan ditemani oleh
Siauw Giok yang menjadi penunjuk jalan.
Ayahnya segera melompat turun dan bersama Siauw Giok
menyadarkan Ta Giok. Kepala suku itu menghujaninya dengan
pertanyaan di mana adanya harimau itu, akan tetapi karena
khawatir kalau-kalau ayahnya merasa curiga, Ta Giok hanya
menggeleng kepala ketakutan dan pura-pura tidak mampu
bicara saking takutnya. Mereka membawa Ta Giok pulang dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dara ini dapat menyimpan rahasianya, hanya menyimpan
pertemuannya dengan Pangeran Huang Thai Ci itu sebagai
sebuah kenangan yang manis dan indah sekali. Akan tetapi
ayahnya bukan orang bodoh dan diam-diam ayahnya menaruh
hati curiga karena terjadi perubahan dalam sikap Ta Giok yang
suka duduk termenung. Karena itu, ayahnya lalu memaksanya
untuk menikah dengan seorang kepala suku yang masih muda
dan yang menjadi sahabatnya.
Pernikahan Ta Giok ini terdengar pula oleh Pangeran Huan
Thai Ci. Tentu saja hati pangeran ini merasa kecewa sekali
dan ketika terbuka kesempatan, yaitu ketika kaisar mengambil
keputusan untuk membasmi kelompok-kelompok suku bangsa
yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Ceng-tiauw,
pangeran ini lalu mengepalai sendiri pasukan yang kuat dan
dia lalu menyerbu ke perkampungan suku bangsa di mana Ta
Giok ini menjadi isteri kepala sukunya. Dia membasmi kepala
suku itu dan berhasil merampas Ta Giok dan Siauw Giok.
Pertemuan dua hati yang dipisahkan keadaan ini amat
menggembirakan kedua pihak. Dengan penuh kasih sayang,
Huang Thai Ci lalu mengangkat Ta Giok menjadi isterinya, dan
Siauw Giok lalu dinikahkan pula dengan adiknya, yaitu
Pangeran Tuo Ek Kun.
Sifat mata keranjang Pangeran Huang Thai Ci memang
sudah tidak ketulungan lagi! Biarpun d ia sudah menguasai Ta
Giok sebagai isterinya, namun melihat betapa Siauw Giok yang
menjadi adik iparnya kini pun nampak cantik jelita menyaingi
kakaknya, dia tidak dapat menahan gelora hatinya. Dan
karena adiknya pun merupakan seorang pria yang tidak
pantang melakukan pelanggaran susila, maka terjadilah tukarmenukar
antara kakak beradik ini! Bukan merupakan ha l yang
aneh lagi kalau seringkali Ta Giok menemani adik iparnya
dalam kamarnya, sebaliknya Siauw Giok tidur bersama Huang
Thai Ci' Peristiwa seperti itu tidak jarang terjadi di dalam
istana yang megah dan mulia, bahkan seringkali di tempattempat
yang dianggap penuh kemuliaan dan kemewahan ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terjadi pelanggaran susila yang lebih hebat dibandingkan
dengan yang terjadi di luar tembok istana. Hal ini adalah
karena kebebasan para wanita di dalam tembok istana amat
terbatas, dan kehidupan mereka itu seperti di dalam rumah
penjara saja, di dalam tahanan walaupun mereka berenang
dalam kemewahan. Dan para pangeran, keluarga kaisar, yang
merasa bahwa mereka berada di puncak kekuasaan, kadangkadang
tidak pantang melakukan hal-hal yang tidak pantas,
bahkan yang tidak akan dilakukan oleh seorang petani gunung
yang bagaimana terbelakang dan bodoh sekalipun. Tentu saja
hal-hal semacam itu tidak pernah dicatat di dalam sejarah.
Sejarah orang-orang besar selalu penuh dengan kebaikankebaikan
dan kebersihan-kebersihan belaka, penuh dengan
catatan perbuatan yang patut-patut dan mulia.
Demikianlah, ketika Pangeran Huang Thai Ci diangkat
menjadi kaisar menggantikan ayahnya dan berjuluk Kaisar
Thai Cung dari kerajaan Ceng, Ta Giok yang berasal dari
keluarga kepala suku bangsa kecil sederhana itu diangkat pula
menjadi Permaisuri! Dan ia masih menjadi permaisuri yang
amat berpengaruh dan berkuasa ketika balatentara Mancu
terus mengancam kota raja Kerajaan Beng-tiauw yang sudah
hampir runtuh itu.
Dalam keadaan Kerajaan Beng-tiauw yang sudah makin
lemah itu, tentu saja roda pemerintahan tidak dapat berjalan
lancar. Para pembesar di daerah-daerah seperti terlepas dari
pengaruh kota raja dan mereka itu seolah-olah berdiri sendiri,
menjadi raja-raja kecil di daerah masing-masing yang berada
di dalam kekuasaan mereka. Dan dalam hal ini pun, hukum
rimba tetap berlaku. Pembesar yang dekat dengan pasukan,
terutama pembesar yang menguasai atau mengepalai pasukan
yang terkuat, dialah yang menjadi raja tanpa mahkota!
Dengan modal kekuatan pasukannya, dia dapat memaksakan
kehendaknya di daerah yang dikuasainya dan tidak ada siapa
pun yang berani menentangnya. Hal ini terjadi karena atasan
mereka yang lebih kuat dan besar kekuasaannya berada di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kota raja dan kota raja sedang kacau dilanda pemberontakanpemberontakan.
Akan tetapi, di mana ada kekeruhan, di situ pasti ada yang
ingin memancing ikan di air keruh, manusia-manusia yang
ingin memperoleh keuntungan dari keadaan kacau itu. Setiap
kali negara mengalami kekacauan, pasti muncul oknumoknum
yang mencari sasaran dan ingin memperoleh
keuntungan diri sendiri melalui kekacauan-kekacauan itu. Hal
ini terjadi karena terbukanya kesempatan-kesempatan bagi
mereka. Karena itu, ada benarnyalah kalau dikatakan bahwa
kesempatan menimbulkan kemaksiatan! Demikian pula
dengan para pembesar tinggi di kota raja. Mereka melihat
kesempatan terbuka dengan adanya penguasa-penguasa
daerah yang berdiri sendiri di daerah-daerah. Dengan
pengaruh dan kekuasaan mereka, para pembesar tinggi ini
mendatangi para pembesar daerah, menggertaknya dan
mengancamnya dengan tuduhan korupsi dan kalau mereka
melawan, akan dituduh pemberontak! Tentu saja, di jaman
merajalelanya pemberontakan itu, para pejabat daerah paling
takut dituduh pemberontak dan untuk meredakan kemarahan
dan ancaman para pejabat tinggi yang datang dari kota raja
untuk "mencari-cari kesalahan" itu, para pembesar daerah
tidak sayang untuk mengeluarkan banyak harta guna
menyogok. Maka merajalela pula penyogokan dan penyuapan,
agar para pemeriksa dari kota raja itu melaporkan yang baikbaik
saja mengenai daerah mereka!
Di kota Thian-cin yang dekat dengan kota raja, hal serupa
juga terjadi. Para pejabat kota ini, tidak terkecuali,
menggunakan keadaan selagi pemerintah pusat lemah,
mereka ini hidup sebagai raja-raja kecil. Sebagai seorang
kepala jaksa, maka Pui Kian atau Pui Taijin (Pembesar Pui),
tidak mau ketinggalan berlumba mengumpulkan kekayaan dan
memperkuat kedudukan. Dipeluknya komandan pasukan
keamanan kota Thian-cin sebagai kawan akrabnya dan
mereka berdualah yang seakan-akan menjadi raja-raja kecil di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thian-cin. Pui Taijin sebagai seorang kepala jaksa, berhak
untuk menangkap siapa saja dan menuntutnya dengan
tuduhan-tuduhan palsu atau tidak, dan men jebloskan mereka
yang dianggap tidak taat atau menentang ke dalam tahanan
penjara. Dan komandan pasukan itu, Ji-ciangkun (Perwira Ji),
berdiri di belakang sang jaksa bersama pasukannya dan tidak
seorang pun berani menentang atau melawan mereka!
Dengan cara demikian, mudah saja bagi Pui Kian untuk
memeras para hartawan, merampas tanah-tanah pertanian
yang luas dan melakukan segala macam penindasan lagi.
Karena itu, tidaklah mengherankan apabila dia menjadi
panik setengah mati ketika mendengar berita pengumuman
bahwa pekan depan akan datang seorang pembesar tinggi
dari kota raja untuk mengadakan pemer iksaan di Thian-cin!
Dan dia mendengar bahwa Kwa Taijin (Pembesar Kwa) itu
adalah seorang pembesar tinggi yang keras dan suka
mengambil tindakan tegas, juga memiliki kedudukan yang
kuat di kota raja! Tentu saja dia menjadi panik dan ketakutan,
maka cepat dia menemui 3i Ciangkun, sekutunya di Thian-cin.
"Ciangkun, engkau harus dapat menyelamatkan aku sekali
ini. Aku gelisah sekali menghadapi pemeriksaan Kwa Taijin.
Kabarnya dia keras sekali dan suka bertindak tegas!" demikian
katanya dengan muka agak pucat membayangkan
kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan dapat menimpa
dirinya.
Wajah pembesar militer itu juga nampak gelisah. "Pui
Taijin, permintaanmu itu sungguh membingungkan hatiku.
Bagaimana aku akan dapat menolongmu? Aku sendiri pun
bingung mendengar dia akan muncul di sini. Sungguh heran,
bagaimana dia tahu-tahu akan melakukan pemeriksaan di sini?
Aku khawatir kalau-kalau ada orang yang mengadu ke kota
raja."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa..... apa maksudmu? Apakah engkau tidak dapat
mempergunakan kekuasaan dan pengaruhmu untuk..... untuk
sekedar melemahkan semangatnya?"
"Aih, kau tidak tahu, Taijin. Pembesar she Kwa itu amat
berkuasa dan hatinya seperti terbuat dari baja. Kalau dia
sedang tidak senang, biarpun disogok harta berapa banyak
sekalipun, dia t idak akan goyah. Dan aku bahkan pernah
menjadi korban ketegasannya. Ketahuilah bahwa aku dipindah
ke Thian-cin dari kota raja juga karena dia!"
"Apa..... apa maksudmu?" tanya pembesar she Pui itu
dengan kaget dan semakin panik.
Perwira itu menarik napas panjang, mengenang kembali
pengalamannya yang pahit ketika dia menjadi korban
ketegasan Kwa Taijin. Ketika itu, lima tahun yang lalu,
kedudukannya adalah seorang panglima di kota raja yang
berkedudukan baik. Akan tetapi, pada suatu hari dia telah
melakukan kesalahan, menggunakan kedudukannya untuk
menekan keluarga yang sejak lama menjadi musuhnya. Dia
berhasil menggunakan kekuasaannya untuk menuntut
keluarga itu sehingga mereka ditahan dan dihukum dengan
tuduhan melakukan perlawanan kepada alat negara dan
memberontak, dan dia berhasil menguasai semua harta milik
musuh itu. Dan gara-garanya hanyalah karena pu-teranya
bentrok dan berkelahi dengan putera keluarga itu, dan
puteranya itu kalah dalam perkelahian itu dan terluka. Akan
tetapi, akhirnya urusan itu sampai ke tangan Kwa Taijin yang
turun tangan menyelidiki dan mengadilinya melalui pengadilan
kota raja. Dalam urusan ini, dia dianggap bersalah. Keluarga
musuh itu dibebaskan, harta mereka dikembalikan dan dia
sendiri lalu diturunkan pangkatnya dan dipindahkan ke Thiancin.
Dan kini, sahabatnya ini minta kepadanya agar mau
melindunginya dari Kwa Taijin! Tentu saja nyalinya belum apaapa
sudah menjadi kecil. Semua ini dia ceritakan kepada Pui
Taijin yang menjadi semakin panik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Celaka, kalau begitu, bagaimana baik nya?"
"Jangan khawatir, sahabatku. Sebaik-baiknya orang,
sekeras-kerasnya orang, pasti ada cacatnya dan ada
kelemahannya. Kukatakan tadi bahwa kalau hatinya sedang
tidak senang, Kwa Taijin itu dapat keras seperti baja dan
sukar sekali dibelokkan kehendak dan keputusannya, bahkan
disogok pun tidak dapat. Akan tetapi kalau hatinya sedang
senang, dia pun murah hati sekali. Karena itu, engkau harus
berusaha menyenangkan hatinya.”
"Bagaimana caranya, ciangkun? Ingat, ini kepentingan kita
berdua. Engkau harus membantuku memikirkan jalan yang
baik agar kita berdua dapat lolos dari bahaya. Bagaimana
caranya untuk menyenangkan hatinya? Perempuan? Makan
minum yang lezat?"
Perwira itu menggeleng kepala. “Bukan, dia bukan tukang
main perempuan, bukan pula pelahap makanan lezat. Akan
tetapi dia punya kelemahan terhadap batu-batu permata yang
indah, terutama sekali batu kemala dan mutiara. Terhadap
dua macam batu permata itu, melebihi batu-batu mulia yang
lain, dia tergila-gila."
"Batu giok (kemala)? Mutiara? Wah.... alangkah
mahalnya....!"
"Apa artinya harta benda, taijin? Habis harta, bisa cari lagi.
Kalau kehilangan kedudukan, apalagi dihukum, kita akan mati
seperti tikus dalam jebakan."
Pembesar itu mengangguk-angguk seperti ayam makan
jagung. "Kau benar, kau benar! Baiklah, mulai sekarang aku
akan mengumpulkan batu giok dan mutiara, akan kubeli dari
semua pedagang batu permata. Akan kukumpulkan yang
paling bagus, biar sampai habis uang simpananku asal hatinya
menjadi senang."
Pada saat itu, di dalam kegelapan malam, ada bayangan
orang mengangguk-angguk pula ketika mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percakapan dua orang pembesar ini. Orang itu tadi
menyelinap dan meloncat seperti seekor kucing saja, tanpa
mengeluarkan suara dan tidak kelihatan oleh para penjaga.
Orang itu bertubuh ramping, berpakaian serba hitam dan
memiliki gerak-an luar biasa ringan dan cepatnya. Bayangan
hitam ini adalah Kim Cui Hongl Sepasang matanya mencorong
mengerikan ketika nampak berkilat.
Seperti telah kita ketahui, gadis ini turun dari sebuah di
antara puncak Pegunungan Lu-liang-san, berpisah dari guru
nya, Toat-beng Hek-mo, membawa buntal an pakaian dan
juga ilmu kepandaian t inggi yang dipelajarinya selama tujuh
tahun setiap hari tak pernah berhenti secara tekun sekali.
Tentu saja ia langsung menuju ke Thian-cin. la melakukan
penyelidikan tentang jenazah ayahnya dan suhengnya, namun
ia gagal dalam penyelidikannya. Tak seorang pun tahu di
mana kuburnya dua orang itu. Tadinya ada niat di hatinya
untuk menghubungi saudara-saudara seperguruannya, akan
tetapi niat ini lalu d ibatalkannya. Tidak, la t idak akan mencari
teman atau pembantu dalam usahanya membalas dendam.
Akan ditanganinya sendiri dan andaikata gagal pun akan
ditanggungnya sendiri! Balas dendam ini merupakan satusatunya
tujuan sisa hidupnya.
Pertama-tama ia harus dapat mencari dana untuk
penyelidikan dan usahanya membalas dendam. Ia tahu ke
mana harus mencari uang. Ke rumah gedung keluarga jaksa
Pui! Ke mana lagi kalau bukan ke rumah musuh besar nomor
satu itu? Mengambil harta dari situ merupakan sebagian
pembalasan dendamnya.
Demikianlah, dengan menggunakan ilmu kepandaiannya, ia
berhasil menyelinap dan naik ke atas wuwungan rumah
gedung keluarga Pui Taijin. Secara kebetulan saja ia melihat
dan mendengar percakapan antara Kepala jaksa Pui Kian dan
ji Ciangkun. Tentu saja percakapan antara kedua orang itu
amat penting baginya. Dari percakapan itu ia dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menangkap bahwa akan ada pembesar tinggi dari kota raja
datang ke Thian-cin dan agaknya Kepala jaksa Pui bersama
sekutunya yang berpakaian perwira itu akan berusaha
mengambil hati pembesar tinggi itu dengan jalan menyogok
dengan barang-barang yang amat disukainya, yaitu batu-batu
mulia berupa batu kemala dan mutiara yang tentu amat mahal
harganya. Kebetulan sekali, pikirnya dan kepalanya yang
penuh dengan siasat terdorong oleh keinginannya membalas
dendam itu sudah diputarnya dan ia sudah memperoleh siasat
yang baik sekali. Sekali turun tangan, ia harus dapat
menguasai barang-barang berharga itu dan juga memukul
keluarga Pui! Setelah selesai urusan ini, baru ia akan turun
tangan langsung kepada Pui Ki Cong yang belum dilihatnya di
gedung itu.
Diurungkannya niatnya mencuri barang berharga dari
gedung itu dan pada keesokan harinya, kembali ia melakukan
penyelidikan tentang keluarga Pui dan tentang segala sepakterjang
kepala jaksa itu. Dan ia memperoleh keteranganketerangan
yang amat penting. Kiranya sudah empat tahun
lebih Pui Kongcu atau Pui Ki Cong tidak tinggal lagi di Thiancin,
dan menurut keterangan yang diperolehnya, musuhnya
nomor satu itu telah pergi pindah. kini tinggal di kota raja,
menduduki jabatan tinggi dan penting di istana! Dan tentang
Jaksa Pui sendiri, ia memperoleh berita bahwa pembesar itu
kini seperti raja kecil, seolah-olah dialah yang paling ber kuasa
di Thian-cin, menentukan segala hukum yang berlaku di
Thian-cin, berbuat sewenang-wenang mengandalkan
kedudukannya dan dilindungi pula oleh sekutunya, yaitu Ji
Ciangkun, komandan pasukan keamanan Thian-cin. Juga gadis
yang cerdik ini berhasil mendengar percakapan antara dua
orang pegawai kabupaten yang sudah tua tentang diri Kwa
Taijin, pembesar tinggi yang datang dari kota raja untuk
mengadakan peneliti an dan pemeriksaan di Thian-cin dalam
pekan depan ini. Cui Hong mengangguk-angguk dan ia mulai
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memintal siasat yang direncanakannya seperti seekor labalaba
memintal jaring laba- labanya dengan teliti dan tekun.
Beberapa hal penting dicatatnya dan dikumpulkannya dari
pendengarannya dalam percakapan Pui-taijin dan Ji Ciangkun,
dan dari hasil penyelidikannya, yaitu
Kwa Taijin, pembesar yang keras dan tegas dari kota raja
akan tetapi memiliki kelemahan terhadap batu-batu permata,
akan datang mengadakan pemer iksaan dan agaknya
pembesar tinggi itu sudah mendengar akan sepak-terjang Pui
Taijin di Thian-cin. Pui Taijin dibantu oleh sekutunya, Ji
Ciangkun, sudah mempersiapkan diri untuk menyogok
pembesar Kwa itu dengan batu-batu kemala dan mutiara yang
indah-indah untuk menyenangkan hatinya agar terlepas dari
pengamatan dan tuntutan, tentu saja.
Malam terakhir dari hari kedatangan Kwa Taijin, kembali
Pui Kian dan Perwira Ji mengadakan pertemuan di dalam
kamar Jaksa Pui. Kepala jaksa itu memperlihatkan hasil
usahanya mengumpulkan batu-batu kemala dan mutiara, dan
membuka sebuah bungkusan kain merah. Di dalam bungkusan
itu terdapat sebuah peti berukir indah dari kayu berwarna
hitam.
"Ciangkun, coba kauperiksa, apakah barang-barang ini
kiranya cukup untuk menyenangkan hati Kwa Taijin?" kata Pui
Kian sambil tersenyum bangga. Ditaruhnya peti itu di atas
meja dan ketika peti dibuka, Ji Ciangkun mengeluarkan seruan
kagum. Di dalam peti itu nampak benda-benda indah dari batu
giok yang berwarna kehijauan, gilang-gemilang dengan ukiran
halus sekali. Ada sepasang naga berebut mustika terbuat dari
batu giok kemerahan, ada burung merak hijau, burung hong
terbang sepasang juga dari giok hijau, ada pula gelang-gelang
batu giok yang amat halus dan indah, semua itu diukir dengan
halus dan pengikatnya dari emas putih. Benda-benda ukiran
yang demikian indahnya, terbuat dari batu-batu giok murni,
sukar ditaksir berapa harganya. Tentu amat mahal! Dan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
samping itu ada pula perhiasan-perhiasan terbuat dari batubatu
mutiara pilih an. Ada kalung mutiara, ada pula giwang
yang terbuat dari mutiara bermacam warna, dan ada pula
gelang dari mutiara hitam yang tentu amat mahal harganya.
"Ah, selama hidupku belum pernah aku melihat kumpulan
giok dan mutiara seindah ini, Taijin!" kata Ji Ciangkun dengan
kagum. "Kalau dia tidak puas dan senang dengan bendabenda
ini, aku sendiri tidak tahu harus memberi yang
bagaimana! Hebat sekali!"
"Tentu saja hebat! Benda-benda ini adalah barang-barang
pilihan, ciangkun. Bahkan ukiran naga dan burung hong
kemala ini tadinya adalah benda dari kamar pusaka istana
kaisar yang !olos keluar! Tak ternilai harganya dan untuk
mengumpulkan benda-benda ini, apalagi dalam waktu tiga
empat hari ini, uangku tidak cukup dan a ku harus pinjam dari
banyak kawan."
"Ah, apa artinya uang, Taijin? Yang penting, kedudukanmu
masih selamat dan engkau masih tetap berkuasa. Apa
sukarnya kelak mencari uang lagi? Yang penting, harimau dari
kota raja itu harus dibikin senang hatinya agar tidak mencakar
dan menggigit!" Ji Ciangkun mengakhiri kata-katanya sambil
tertawa.
Pui Taijin juga tertawa bergelak dan menutup kembali peti
itu. "Ha-ha-ha, engkau benar. Harimau! Dia memang seperti
harimau yang galak. Akan tetapi harimau pun akan kehilangan
galaknya kalau dia diberi daging kesayangannya dan perutnya
kenyang, bukan? Ha-ha-ha!"
Pui Taijin nampak gembira sekali karena kekhawatirannya
hilang atau setidaknya banyak berkurang setelah dia
memperoleh kepastian sahabat dan sekutunya bahwa hadiah
itu cukup untuk menyenangkan hati Kwa Taijin yang
ditakutinya itu. Dia membungkus lagi peti hitam itu dan
meletakkan bungkusan merah ke da lam almar i yang berdiri di
sudut kamar itu, di belakang tempat tidurnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mari kita rayakan hasil ini, ciangkun. Hatiku terasa lega
dan aku berterima kasih padamu atas nasihatmu. Kelak aku
tentu tidak akan melupakan budimu ini. Mari, mar i kita makan
minum sepuasnya di ruangan makan." Kepala jaksa itu
mengajak sekutunya untuk mengadakan pesta di kamar
makan.
"Akan tetapi, engkau tentu tidak akan meninggalkan begitu
saja barang-barang yang amat berharga itu di dalam kamar
ini, Taijin!" Ji Ciangkun berseru ketika mereka hendak
meninggalkan kamar. Pui Taijin tersenyum lebar dan
membuka pintu kamar. "Kau lihat, aku tidaklah sebodoh itu,
ciangkun. Kamar itu kusuruh jaga siang malam. Aku selalu
berhati-hati menjaga diriku, dan setiap hari, kamar ini dijaga
oleh enam orang penjaga secara bergilir. Mereka berada di
luar kamar dan siapa pun, kecuali aku dan keluargaku, tidak
mungkin dapat memasuki kamar ini. Belum lagi diingat bahwa
di sekeliling gedung kami ini selalu d ijaga pengawal-pengawal
siang malam. Penjahat yang berani mencoba memasuki
gedung kami sama saja dengan bosan hidup dan mau bunuh
diri. Ha-ha-ha!" Ji Ciangkun juga tertawa dan mengangguk
kagum ketika dia melihat enam orang penjaga yang
bersenjata lengkap memang nampak berjaga di depan kamar
itu. Mereka lalu meningalkan kamar yang hanya ditutupkan
begitu saja daun pintunya oleh Pui Taijin, dan menuju ke
ruangan makan di mana telah menanti pelayan-pelayan
wanita yang siap melayani mereka berdua makan minum
dengan hidangan-hidangan yang masih panas dan mewah.
Para penjaga di luar kamar itu, mau pun yang berjaga di
sekeliling gedung Pui Taijin, adalah penjaga-penjaga biasa
yang menjaga keamanan keluarga pembesar itu dari
gangguan orang-orang biasa yang hendak memusuhi keluarga
itu. Tentu saja mereka itu tidak ada artinya bagi seorang
pengunjung seperti Kim Cui Hong yang sejak tadi sudah
mengintai di antara wuwungan rumah dan mendengarkan,
bahkan melihat ke dalam kamar ketika Jaksa Pui dan Ji
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ciangkun bercakap-cakap dan melihat kumpulan batu permata
yang hendak diserahkan sebagai sogokan kepada pembesar
Kwa Taijin yang akan datang besok. Selagi dua orang
pembesar itu bersenang-senang makan minum di ruangan
makan dilayani oleh pelayan-pelayan wanita yang muda-muda
dan cantik-cantik, Cui Hong yang memang sejak tadi sudah
mempersiapkan rencana siasatnya, melayang turun ke dalam
kamar tidur pembesar itu. Ia membuka genteng dan
membongkar langit- langit, melayang turun bagaikan seekor
burung walet ke dalam kamar itu sehingga sama sekali tidak
terlihat atau terdengar oleh para penjaga.
Cui Hong menggendong sebuah buntalan yang kini
diturunkannya dari atas punggung dan diletakkannya di atas
meja. Ia pun lalu membuka almari di belakang tempat tidur,
mengambil buntalan kain merah yang tadi sudah dilihatnya
ketika ia melakukan pengintaian. Dengan tenang namun cepat
dibukanya buntalan itu dan dengan hati-hati agar tidak
mengeluarkan suara, dibukanya peti hitam yang penuh
dengan barang-barang indah dari batu giok dan mutiara.
Semua benda itu dikeluarkan ke atas meja, kemudian peti itu
ia isi dengan isi buntalannya sendiri yang terisi batu-batu
biasa. Setelah penuh dan beratnya sama dengan berat
barang-barang berharga tadi, ditutupnya kembali peti Itu dan
dibuntalnya kembali dengan kain merah, kemudian
dikembalikan benda itu ke dalam almar i. Barang-barang
berharga itu kini dibuntalnya dan digendongnya di atas
punggung. Setelah memeriksa dengan telit i dan merasa yakin
bahwa ia tidak meninggalkan bekas-bekas yang
mencurigakan, Cui Hong lalu meloncat ke atas, tangannya
menyambar tiang melintang dan menerobos melalui langitlangit
yang sudah dibongkarnya dan melalui genteng-genteng
yang sudah dibukanya. Ia membetulkan kembali langit-langit
dan genteng dari luar, kemudian tersenyum puas melihat hasil
perbuatannya. Ia telah melakukan siasat yang telah
direncanakannya dengan sempurna. Seperti sebatang pedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang tajam kedua sisinya, sekali bergerak ia telah
mendatangkan dua hasil yang baik. Pertama, ia memperoleh
barang-barang berharga yang akan dapat menjamin biaya
semua usahanya membalas dendam, memperolehnya dari
keluarga Pui Ki Cong musuh besarnya nomor satu, dan ke
dua, ia pun dapat menjerumuskan Jaksa Pui ke dalam
kesulitan kalau peti yang sudah diganti isinya dengan batubatu
kali itu besok diserahkan kepada pembesar tinggi dari
kota raja!
Memang tadinya tidak sedikit pun terkandung dalam hati
Cui Hong untuk mencelakakan Kepala Jaksa Pui ini, kecuali
mengambil harta untuk dipakai sebagai biaya mencari dan
membalas dendam kepada empat orang musuhnya. Akan
tetapi, ketika ia mendengar bahwa putera jaksa itu tidak
berada lagi di situ, dan ketika secara kebetulan selagi
melakukan penyelidikan hendak mencuri harta ia mendengar
percakapan antara Jaksa Pui itu dengan Perwira Ji, timbullah
rencananya untuk mencelakakan Pui Taijin. Bagaimanapun
juga, kepala jaksa ini adalah ayah Pui Ki Cong dan telah
membantu perbuatan puteranya tujuh tahun yang lalu! Ia
maklum bahwa belum tentu usahanya mendatangkan
kesulitan kepada keluarga Pui ini berhasil. Bisa saja gagal,
misalnya, kepala jaksa itu kebetulan memer iksa peti atau
melihat kembali isi peti sebelum diserahkan kepada pembesar
tinggi dari kota raja itu. Andaikata benar demikian, ia pun
tidak akan terlalu kecewa karena tujuan utamanya adalah
mencari dana untuk biaya usahanya membalas dendam dan
dalam hal itu ia telah berhasil dengan baik. la akan menanti
saja sampai besok dan menyelidiki hasil perbuatannya malam
ini.
Agaknya memang nasib Cui Hong sedang baik atau nasib
Kepala Jaksa Pui Kian sedang sial. Peti hitam itu tak pernah
dibuka lagi oleh pembesar itu sampai t iba saatnya peti itu
diserahkan kepada Kwa Taijin dari kota raja!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Matahari telah condong ke barat ketika akhirnya
rombongan yang dinanti-nanti dengan jantung berdebar
tegang oleh para pejabat di Thian-cin itu tiba. Sebuah kereta
berkuda empat yang dikawal oleh pasukan pengawal kota raja
yang berpakaian indah dan gagah sebanyak lima puluh orang.
Pada waktu itu, para pembesar kota raja tidak berani rne
lakukan perjalanan ke luar kota raja tanpa pengawal yang
kuat, karena banyak nya kerusuhan dan pemberontakan yang
timbul di mana-mana.
Biarpun di Thian-cin ada kepala daerah yang sebetulnya
memiliki kedudukan lebih tinggi dari Kepala Jaksa Pui, namun
pengaruh dan kekuasaan kepala daerah Teng itu kalah oleh
Pui Taijin sehingga ketika para pembesar melakukan
penyambutan, kepala daerah ini diam saja, bahkan
menganjurkan ketika Pui Taijin mempersilakan tamu agung itu
untuk tinggal di gedungnya. Diam-diam Kwa Taijin mencatat
sikap ini. Memang dia sudah mendengar desas-desus dan
keluhan ra kyat di Thian-cin yang sampai ke kota raja tentang
pembesar she Pui ini, yang menurut kabar h idup sebagai raja
yang berkuasa penuh di Thian-cin! Maka, melihat sikap Pui
Taijin dan mendengar penawarannya agar dia suka tinggal di
gedung pembesar itu, dia pun menerimanya karena hal itu
akan memudahkan usahanya untuk melakukan penelitian dan
penyelidikan.
Penyambutan di gedung Pui Taijin amat meriah. Hal ini
memang sudah dipersiapkan lebih dahulu oleh Pui Taijin.
Pembesar tinggi Kwa dari kota raja itu disambut seperti orang
menyambut kaisar sendiri saja. Dan begitu tiba di rumah
gedung Pui Taijin yang luas, pembesar dari kota raja itu
bersama para pengiringnya lalu dijamu dengan hidanganhidangan
yang mewah dan lezat. Bahkan lima puluh orang
pengawal itupun dijamu d i ruangan lain oleh kepala pengawal
yang dikepalai oleh Ji Ciangkun, komandan pasukan
keamanan di Thian-cin.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di dalam kesempatan ini, setelah memberi sambutan
selamat datang dan penghormatan dengan cawan-cawan
arak, disaksikan oleh para pembesar lain, dengan wajah
penuh senyum, Pui Kian lalu menyerahkan buntalan kain
merah terisi peti hitam itu kepada Kwa Taijin.
"Mendengar akan kesukaan taijin, maka sebagai
penyambutan selamat datang dan penghormatan, saya
haturkan sedikit barang-barang kesenian terbuat dari batu
kemala dan mutiara ini, harap taijin sudi menerimanya dengan
senang hati."
Kwa Taijin adalah seorang yang paling suka mengumpulkan
barang-barang terbuat dari batu kemala dan mutiara.
Mendengar ucapan itu, dengan mata berseri dia memandang
ke arah buntalan kain merah itu.
"Batu giok dan mutiara? Ah, Pui Taijin terlalu sungkan,"
katanya sambil menerima buntalan itu, meletakkannya ke atas
meja dan karena ingin sekali melihat benda-benda yang tentu
amat indah itu, dibukanya bundalan itu, kemudian
dikeluarkannya peti kecil hitam itu, diikuti oleh pandang mata
Pui Taijin yang tersenyum gembira karena hadiahnya diterima
dengan sikap demikian gembira oleh pembesar tinggi yang
amat ditakuti ini.
Peti hitam itu dibuka o leh Kwa Taijin sendiri dan..... wajah
Kwa Taijin berubah keruh, sinar matanya penuh kemarahan,
sebaliknya wajah Pui Taijin menjadi pucat, matanya terbelalak
dan dikejap-kejapkan beberapa kali seolah-olah dia tidak
dapat percaya kepada matanya sendiri melihat betapa barangbarang
ukiran batu giok dan mutiara yang amat indah itu kini
telah berubah menjadi setumpuk batu-batu kali biasa! Juga
mereka yang duduk dekat meja itu memandang dengan
kaget. Gilakah kepala jaksa itu? Sungguh berani mati
mempermainkan Kwa Taijin dari kota raja, memberi hadiah
berupa batu-batu biasa dikatakannya perhiasan dari batu giok
dan mutiara!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa besar kemarahan yang
bergelora di hati Kwa Taijin. Dia merasa dipermainkan, bahkan
dihina oleh kepala jaksa yang dia dengar merupakan orang
paling berkuasa di Thian-cin ini. Dia begitu datang ke Thiancin
dihina dan dijadikan bahan tertawaan oleh kepala jaksa ini!
Diangkatnya peti terbuka itu dan dilemparkannya ke atas
lantai dengan wajah -berubah merah sekali.
"Brakkkk....!" Peti itu pecah dan isinya, batu-batu kali itu
berantakan di atas lantai. Pembesar itu lalu memutar
tubuhnya menghadapi Kepala Daerah Teng yang duduk di
dekatnya. "Teng Taijin, mari kita pergi!" Dan dia pun memberi
isarat kepada komandan pasukan pengawalnya untuk pergi
dari situ tanpa pamit kepada Pui Taijin.
Tentu saja Pui Kian tidak mampu bicara apa-apa, saking
kagetnya, heran dan takutnya. Baru setelah pembesar itu
pergi, dia berjongkok dan memunguti batu-batu itu,
mengamatinya satu-satu seperti orang kehilangan ingatan.
"Taijin, apakah yang terjadi? Bagaimana bisa menjadi batubatu
ini....?" Suara Ji Ciangkun menyadarkan Pui Taijin dan dia
pun cepat memegang tangan Ji Ciangkun.
"Ciangkun, ada..... ada yang tidak beres....." Dan dengan
marah sekali, tanpa memperdulikan betapa para pejabat
lainnya sudah berbondong-bondong meninggalkan ruangan itu
untuk meninggalkan tempat itu agar tidak terlibat, Pui Kian
lalu berteriak memanggil kepala pasukan pengawalnya.
"Periksa mereka yang semalam berjaga di luar kamarku!
Siksa mereka agar mengaku siapa yang telah mencuri barangbarang
dari dalam peti ini. Lakukan penggeledahan di tempat
tinggal mereka!"
Dengan marah akan tetapi juga khawatir sekali Kepala
jaksa Pui mengajak Perwira Ji berunding di dalam kamarnya.
Mereka berdua juga melakukan pemeriksa an di dalam kamar
itu, akan tetapi tidak nampak tanda-tanda bahwa kamar itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kebobolan. Keduanya mengambil kesimpulan bahwa yang
bermain gila tentu seorang di antara para pengawal!
Kita tinggalkan dulu dua orang pembesar yang berunding
dengan hati penuh kekhawatiran itu, dan mengikut i perjalanan
Kwa Taijin yang dengan muka merah saking marahnya kini
menuju ke gedung Kepala Daerah Teng. Karena marah dan
juga kesal hatinya, pembesar dari kota raja ini langsung saja
memasuki kamar yang sudah disediakan untuknya dan
menyatakan kepada pihak tuan rumah bahwa malam itu dia
tidak mau diganggu lagi dan baru pada keesokan harinya dia
mulai bekerja! Diam-diam Kepala Daerah Teng merasa girang
melihat adanya peristiwa aneh itu. Dia pun menduga bahwa
pasti terjadi hal-hal yang luar biasa karena dia tahu bahwa
orang she Pui itu kaya raya dan sudah biasa memberi hadiah
kepada atasannya. Tak mungkin Jaksa Pui itu sengaja
menghina Kwa Taijin. Hal ini sama dengan bunuh diri! Akan
tetapi, diam-diam dia merasa girang karena peristiwa itu
mungkin saja akan menjatuhkan Pui Taijin yang menjadi
saingan utamanya, atau setidaknya akan mengurangi
kekuasaan Pui Taijin sehingga dia sendiri akan mampu
mengembangkan kekuasaannya di Thian-cin yang sebenarnya
merupakan wilayahnya karena dialah kepala daerah di situ,
sedangkan Pui Taijin hanyalah kepala jaksa yang terhitung
anak buahnya.
0ooo-d-w-ooo0
Jilid 5
BIARPUN hatinya marah sekali akhirnya saking lelahnya,
Kwa Taijin dapat pulas juga di dalam kamarnya yang mewah,
disediakan oleh Kepala Daerah Teng. Akan tetapi lewat tengah
malam, dia terbangun. Dia terkejut melihat bayangan orang di
dalam kamarnya, dan jelas bahwa orang itu mengambil cap
kebesarannya yang terletak di atas meja, lalu orang itu
meloncat keluar dari jendela kamarnya. Kwa Taijin bangkit
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan mengucek-ucek matanya. Akan tetapi dia tidak bermimpi
dan cap kebesaran itu sudah lenyap dari atas meja. Kemudian
terdengar suara orang di luar kamarnya, di luar jendela dari
mana orang tadi meloncat keluar.
"Aku berhasil mengambil cap kebesarannya. Cepat larikan
cap ini kepada Pui Taijin. Cepat!"
Mendengar suara itu, Kwa Taijin kini yakin bahwa memang
ada maling memasuki kamarnya dan mencuri cap
kebesarannya. Dia lalu berteriak-teriak keras
"Maling.....! Maling.....! Tangkap.....!!"
Teriakannya disambut oleh derap kaki para pengawal yang
lari mendatangi. Kwa Taijin sendiri lari ke jendela yang
terbuka dan dia melihat bahwa empat orang penjaga yang
berada di luar jendela telah roboh pingsan! Gegerlah gedung
itu ketika para pengawal lari berserabutan untuk mengejar
dan mencari maling itu. Akan tetapi, bayangan maling itu tidak
nampak lagi.
"Cepat, antar aku ke rumah Jaksa Pui. Sekarang juga!"
Tiba-tiba Kwa Taijin memberi perintah kepada komandan
pengawalnya, "Dan bersiaplah untuk menangkapnya!"
Komandan pengawal itu segera mengumpulkan anak
buahnya, dan ditemani oleh Kepala Daerah Teng yang masih
merasa bingung dan kaget itu, Kwa Taijin lalu naik keretanya
menuju ke rumah gedung Kepala jaksa Pui.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya rasa hati Kepala jaksa
Pui Kian ketika dia menerima kedatangan Kwa Taijin bersama
Kepala Daerah Teng dan semua pengawal dari kota raja itu
pada waktu lewat tengah malam!
Begitu berhadapan dengan Pui Kian, Kwa Taijin
mengerutkan alisnya, dengan mata bersinar-sinar penuh
kemarahan, telunjuk kanannya menuding ke arah muka kepala
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jaksa itu, dia membentak, "Pengkhianat she Pui! Hayo cepat
kau kembalikan Cap besaranku!"
Tentu saja Pui Kian melongo, tidak mengerti apa yang
dimaksudkan pembesar tinggi itu. "Cap..... cap kebesaran....?
Apa..... apa yang taijin maksudkan?"
Sikap dan ucapan ini oleh Kwa Taijin dianggap sebagai
sikap pura-pura yang palsu, maka kemarahannya makin
memuncak. "Keparat, kau masih mau berpura-pura lagi
setelah menyuruh maling mencuri cap itu dari kamarku?
Pengawal, geledah kamarnya dan cari cap itu, dan tahan dia!"
Para pengawal pribadi Pui Kian hanya melongo, tidak
berani membela majikan mereka karena mereka pun
mengenal siapa Kwa Taijin dan tahu bahwa para pengawal
kota raja itu adalah pasukan yang lebih tinggi kedudukannya
daripada mereka. Kepala pengawal bersama anak buahnya
cepat melakukan penggeledahan dan tak lama kemudian,
kepala pengawal sudah keluar dari kamar membawa sebuah
cap kebesaran milik Kwa Taijin yang tadi dicuri maling.
"Hemm, lihat ini! Kau masih hendak menyangkal lagi?" Kwa
Taijin memperlihatkan cap itu di depan hidung Pui Kian.
Pucatlah wajah Pui Kian.
"Tapi..... sungguh mati...... saya..... saya tidak
mencurinya....."
"Hemm, kau penjahat kepalang tanggung! Kalau t idak
menyuruh curi, apakah cap kebesaranku itu bersayap, terbang
meninggalkan meja kamarku lalu hinggap di meja dalam
kamarmu?"
"Fitnah...., ini tentu fitnah....." Pui Kian meratap.
"Tangkap dia! Bawa ke dalam tahanan di tempat kepala
daerah!" bentak Kwa Taijin.
Malam itu Pui Kian, kepala jaksa Thian-cin yang biasanya
menjadi raja kecil di kota itu, harus meringkuk di dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjara di belakang gedung kepala daerah, dijaga ketat oleh
pengawal-pengawal kota raja atas perintah Kwa Taijin sendiri.
Akan tetapi, penjagaan yang amat ketat ini masih tidak
mampu mencegah Cui Hong yang membungkus sebuah kerikil
dengan kertas yang telah diberi tulisan, lalu melontarkan
kertas itu ke dalam kamar tahanan dari jauh, dan kertas yang
membungkus kerikil itu melayang melalui jeruji besi, dan tepat
mengenai kepala Pui Kian.
"Tukk!" Pui Kian mengaduh dan melihat benda kecil putih
itu yang tadi menyambar kepalanya, dia cepat memungutnya.
Penerangan lampu di luar kamar tahanan cukup terang
menerobos melalui jeruji-jeruji besi dan dia lalu membuka
kertas yang membungkus kerikil itu, dan dibacanya tulisan
tangan yang halus di atas kertas.
"Kepala Jaksa Pui,
kami mengucapkan selamat kepadamu!"
"Mendiang guru silat Kim Siok sekeluarga".
Membaca tulisan itu, Pui Kian mengerutkan alisnya. Guru
silat Kim Siok? Sudah mendiang? Dia mengingat-ingat, lalu
mengepal tinju dengan geramnya. Ah, kini dia teringat akan
peristiwa tujuh tahun yang lalu. Guru silat Kim? Dengan anak
gadisnya yang dilamar oleh Pui Ki Cong puteranya, akan tetapi
ditolak. Guru silat itu bersama seorang muridnya telah tewas
dan gadis itu..... ah, ke mana perginya gadis itu? Bukankah
menurut kabar yang diperolehnya, gadis anak Kim Kauwsu itu
oleh puteranya diberikan kepada Thian-cin Bu-tek Sam-eng?
Dan bagaimana mungkin guru silat Kim yang sudah mati itu
mampu melemparkan surat ini? Kini dia dapat menduga
bahwa yang mencuri barang-barang berharga dan
menggantinya dengan batu, kemudian melakukan fitnah atas
dirinya dengan mencuri cap kebesaran milik Kwa Taijin
kemudian menaruh ke dalam kamarnya tentu juga orang yang
melemparkan surat itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi siapa? Kim Kauwsu tidak mungkin karena dia
sudah mati. juga muridnya yang akan menjadi mantunya itu.
Lalu siapa? Anak perempuannya? Rasanya tidak mungkin.
Anak perempuan itu sudah dibawa Bu-tek Sam-eng, kalau
belum mati pun tentu menjadi bini muda mereka. Apakah
murid-murid Kim Kauwsu? Ah, bisa jadi. Bukankah banyak
juga murid-murid guru silat itu? Dia mengepal t inju.
Dikirimkannya surat pemberian selamat atas malapetaka yang
menimpa dirinya itu jelas merupakan ejekan. Ingin dia
menangkap orang itu, menghukumnya dengan tangan sendiri.
Akan tetapi, pembesar itu teringat akan keadaan dirinya dan
lenyaplah semua kemarahan terhadap orang yang
memfitnahnya, terganti oleh ketakutan yang amat hebat. Dia
membayangkan dirinya dihukum, dipecat, dan dibuang, atau
bahkan mungkin dihukum mati! Gemetar seluruh tubuhnya
mengingat ini dan tanpa dapat ditahannya lagi dia menangis!
Kerap kali terbukti bahwa orang-orang yang paling kejam
hatinya adalah orang-orang yang paling penakut! Ada kalanya
pula sifat pengecut dan penakutlah yang mendorong
seseorang untuk berwatak kejam terhadap sesama manusia.
Karena merasa takut dan merasa terancam keselamatannya,
maka orang itu akan menyerang siapa saja yang dianggapnya
men jadi ancaman bagi keselamatannya, kesejahteraannya
atau kemuliaan hidupnya. Agaknya Kepala Jaksa Pui ini orang
seperti itulah. Biasanya, kalau dia memperlihatkan
kekuasaannya menindas orang lain, hatinya merasa gembira
dan puas sekali melihat orang lain itu meratap-ratap minta
ampun, menangis di depan kakinya minta keringanan
hukuman. Puas dan gembira karena tangis orang lain itu
merupakan mahkota kekuasaannya. Ratap tangis orang lain
bagaikan nyanyi merdu di telinganya. Kini, menghadapi
ancaman terhadap dirinya yang sukar untuk dapat
dihindarkannya, melihat betapa kekuasaannya runtuh dan dia
sama sekali tidak ber daya, kebanggaan dirinya runtuh pula
dan timbul iba diri yang berlebihan besarnya, yang mendorong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengalirnya air mata dari sepasang matanya yang sudah lama
mengering tak pernah disentuh perasaan itu.
Dan si pelempar surat, Kim Cui Hong, sambil tersenyum
puas dengan sinar mata berkilat dan wajah berseri-seri,
meninggalkan kota Thian-cin pada pagi hari itu juga, masih
gelap, membawa bungkusan pakaiannya yang kini juga terisi
sebuah kantung terisi barang-barang berharga yang indah dan
amat mahal harganya.
Kota raja masih nampak megah dan ramai, walaupun
sebenarnya banyak penduduknya merasa gelisah karena kini
pasukan-pasukan pemberontak sudah semakin maju
mendekati kota raja dari semua jurusan. Dari timur kabarnya
pemberontak yang dipimpin oleh Lie Cu Seng sudah semakin
maju sampai ke perbatasan propinsi, hanya tinggal tiga ratus li
dari kota raja. Di barat juga pasukan pemberontak yang
dipimpin oleh Bu Sam Kwl memperoleh kemenangankemenangan.
Apalagi di utara. Pasukan kerajaan kewalahan
menghadapi serbuan-serbuan bangsa Mancu yang semakin
kuat saja. Pendeknya, kota raja telah dikepung dari berbagai
jurusan oleh banyak musuh. Bukan hanya tiga golongan
musuh itu saja. Mereka bertiga itu adalah golongan musuh
paling besar dan paling kuat. Masih banyak lagi
pemberontakan-pemberontakan kecil terjadi di daerah-daerah.
Semua ini membuat para menteri yang masih setia kepada
kerajaan menjadi semakin gelisah. Akan tetapi apa daya
mereka? Kaisar dininabobokkan oleh para thaikam dan selalu
menerima pelaporan yang baik-baik saja dari para thaikam itu.
Karena keadaan seperti mendung dan gelap oleh
kegelisahan, oleh ancaman-ancaman yang tidak nampak dan
terasa oleh semua orang bahwa kota raja berada dalam
ancaman bahaya besar, maka yang berpesta pora dalam
keadaan seperti itu adalah orang-orang yang menjual tenaga
dan kepandaian silat mereka sebagai pengawal-pengawal dan
penjaga-penjaga keamanan. Orang-orang berpangkat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang-orang hartawan yang memiliki uang, tidak sayang
mengeluarkan banyak uang membayar jagoan-jagoan yang
bertugas menjaga keamanan mereka dan keluarga mereka.
Dalam keadaan ketakutan, orang memang dapat melakukan
hal-hal yang menggelikan. Orang-orang hartawan itu sama
sekali tidak ingat lagi bahwa ancaman perang tidak mungkin
dapat dihindarkan oleh perlindungan yang diberikan jagoanjagoan
silat begitu saja! Dan mereka pun lupa bahwa yang
mungkin mengganggu dalam keadaan kacau itu justeru orangorang
yang biasa bertindak kasar dan keras, yaitu orang-orang
yang merasa punya kepandaian silat dan yang merasa unggul,
termasuk orang-orang yang mereka angkat menjadi jagoanjagoan
itu! Mereka tidak ingat betapa sudah banyak terjadi
adanya pagar makan tanaman, atau orang-orang yang
diandalkan sebagai penjaga keamanan bahkan menjadi
pengacau keamanan itu sendiri! Seperti memelihara harimau
untuk mencegah serbuan serigala. Serigalanya tidak datang,
akhirnya sang harimau peliharaan itu yang akan menerkam
dan memangsanya!
Betapapun juga, sudah pasti bahwa para jagoan atau
mereka yang merasa memiliki kepandaian silat dan yang
berani berkelahi, dalam keadaan seperti itu menjadi laris
sekali. Tenaga mereka dan jaminan mereka dibayar mahal
oleh orang-orang beruang yang rela membayar mahal hanya
sekedar untuk menenteramkan hati mereka dan "merasa
terlindung".
Banyak jagoan-jagoan atau tukang-tukang pukul yang
memiliki ilmu silat tinggi dan yang ditakuti dan disegani orang,
yang perlindungannya berharga mahal sekali, berhasil
mengumpulkan kekayaan dan menjadi orang kaya. Di antara
mereka terdapat seorang jagoan yang terkenal sekali dengan
julukannya, yaitu Toat-beng joan-pian (Cambuk Pencabut
Nyawa)! Dia telah menjadi kaya raya karena menjadi
pelindung beberapa orang hartawan di kota raja. Melihat
betapa usaha di luar lebih baik daripada menjadi kepalaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
kepala pengawal yang makan gaji, sudah lama jagoan ini
meninggalkan pekerjaannya sebagai pengawal seorang
pembesar di kota raja dan membuka usaha melindungi
hartawan-hartawan dengan menerima bayaran mahal setiap
bulannya. Dan dia agaknya memang berdarah pedagang.
Usahanya ini dapat diperluasnya menjadi semacam
perusahaan penjaga keamanan dan dia memiliki puluhan
orang pembantu yang bertugas men jaga rumah-rumah
hartawan. Dia sendiri hanya dipakai namanya saja untuk
menakuti-nakuti orang. Dan memang sesungguhnyalah,
hartawan yang dijaga oleh anak buah Toat-beng Joan-pian ini,
tidak ada yang berani mengganggu. Agaknya para penjahat di
kota raja tidak berani menentang Si Cambuk Pencabut Nyawa
yang selain terkenal lihai bukan main, akan tetapi juga
terkenal bertangan besi dan tidak pernah mau mengampuni
siapa yang berani mengganggu hartawan yang dilindunginya.
Setelah membunuh beberapa orang yang berani mencobacoba,
akhirnya tak seorang pun berani mengganggunya lagi
dan dalam waktu dua tiga tahun saja dia telah menjadi
seorang yang kaya raya.
Jagoan itu kini mempunyai sebuah gedung besar di pinggir
kota raja dekat pintu gerbang sebelah barat. Dia hidup mewah
di situ bersama seorang isterinya dan dua orang anaknya.
Usianya sudah empat puluh tahun lebih, tubuhnya pendek
tegap dan mukanya buruk, ternyata isterinya masih muda dan
cantik sekali! Isterinya itu baru berusia dua puluh lima tahun
dan dua orang anaknya baru berusia tujuh tahun dan tiga
tahun. Hal ini tidak mengherankan karena dia memiliki
kepandaian tinggi, memiliki banyak uang dan nama besar!
Dan karena dia pun pandai mencinta isterinya yang muda dan
cantik, wanita ini pun dapat menjadi seorang isteri yang setia
dan seorang ibu anak-anaknya yang baik. Pendek kata, Toatbeng
Joan-pian Louw Ti, ya namanya adalah Louw Ti, hidup
serba kecukupan dan dapat diduga hidup berbahagia bersama
keluarganya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para pembaca tentu masih ingat kepada nama ini. Louw Ti,
jagoan yang pandai memainkan joan-pian, semacam ruyung
lemas atau cambuk yang saking tangguhnya diberi nama
Cambuk Pencabut Nyawa yang kemudian menjadi julukannya.
Ya, dia adalah Louw Ti, seorang di antara Thian-cin Bu-tek
Sam-eng (Tiga Jagoan Tanpa Tanding dari Thian-cin), bahkan
orang yang paling tua, lebih tua setahun daripada dua jagoan
lainnya dari Bu-tek Sam-eng.
Louw Ti, seperti yang lainnya, mendengar juga akan
kejatuhan Kepala Jaksa Pui Kian di Thian-cin. Akan tetapi
karena persahabatannya dengan pejabat itu dahulu hanyalah
persahabatan belian, dalam arti kata persahabatan yang dijalin
karena saling menguntungkan, maka di dalam hatinya dia
sama sekali t idak merasa akrab dan sama sekali bukan
sahabat Pui Kian. Karena itu, mendengar betapa bekas kepala
jaksa itu kini menjadi orang hukuman, dia hanya tersenyum
saja dan beberapa menit kemudian sudah melupakan lagi
berita tentang kejatuhan orang she Pui itu. Kalau saja dia tahu
mengapa dan siapa yang menyebabkan kejatuhan Pui Kian,
mungkin dia tidak akan tersenyum acuh! Dia sama sekali tidak
tahu bahwa mendung kelabu mulai datang dari jauh untuk
membikin gelap sinar keberuntungan yang menerangi
kehidupannya.
Mula-mula terjadi pencurian di rumah gedung seorang
hartawan yang dijaga oleh empat orang anak buah Louw Ti.
Bukan hanya sejumlah perhiasan emas permata yang dicuri
orang, akan tetapi juga empat orang anak buah itu dihajar
babak-belur oleh pencuri itu.
"Orangnya bertubuh kecil, akan tetapi mukanya memakai
topeng hitam dan pakaiannya juga hitam semua," demikian
empat orang anak buah itu melapor kepada Louw Ti. "Ilmu
silatnya lihai sekali. Ketika dia melakukan pencurian, kami
berempat yang berjaga di depan pintu besar sama sekali tidak
mengetahuinya. Adalah dia sendiri yang mendatangi kami dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejek, mengatakan bahwa dia telah mencuri banyak
barang perhiasan berharga dari kamar tuan rumah."
"Hemm....!" Louw Ti mengerutkan alis nya dan sepasang
matanya yang lebar itu memancarkan sinar berkilat karena
marahnya. "Apakah kalian t idak memberi tahu bahwa kalian
adalah anak buahku?"
"Sudah kami beri tahu, Louw-twako. Kami memberi tahu
bahwa kami adalah pembantu-pembantu Toat-beng Joan-pian
yang bertugas menjaga di rumah itu dan kami minta agar dia
mengembalikan barang-barang itu dan jangan mengganggu
kami." Orang yang bercerita itu berhenti seolah-olah takut
melanjutkan.
"Dan apa katanya?" Louw Ti menuntut, penasaran.
"Saya..... saya tidak berani menceritakan....."
"Dess....!" Tubuh orang itu terlempar dan bergulingan kena
tendangan Louw Ti yang menjadi marah bukan main.
"Apakah kau ingin mampus? Sudah gagal melakukan
penjagaan sehingga tuan rumah kemalingan, masih berani
merahasiakan keterangan kepadaku?"
"Ampun, twako. Akan tetapi orang itu..... dia menghina
sekali kepada twako."
"Hemm, berani menghinaku? Apa kata nya?"
"Dia bilang bahwa tidak takut kepada Toat-beng Joan-pian,
bahwa dia tidak takut kepada Louw Ti yang pendek bermuka
hitam, bahkan dia minta kami menyampaikan kepada twako
bahwa dia adalah Pencabut Nyawa orang she Louw....."
"Jahanam keparat....!!!" Louw Ti meloncat dan tentu dia
sudah menerjang empat orang pembantunya itu kalau saja dia
tidak ingat bahwa dia sendiri yang memaksa mereka
mengaku. Sepasang mata yang lebar itu menjadi kemerahan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mulutnya terengah-engah seperti mengeluarkan uap panas,
kedua tangannya dikepal dan berbunyi berkerotokan.
"Di mana dia?" hanya itu yang dapat ditanyakan karena
kemarahan yang hebat membuat dia sukar bicara.
"Kami tidak tahu, twako. Mendengar penghinaannya, kami
lalu maju mengeroyoknya, akan tetapi kami tidak mampu
menandinginya dan kami dihajar sampai tidak mampu bangun
kembali."
"Kerbau tolol! Kamu tidak tanya siapa namanya dan di
mana tempat tinggalnya?" bentak Louw Ti.
"Saya sudah tanyakan, akan tetapi dia hanya tertawa dan
meloncat pergi, menghilang dalam kegelapan malam."
Tentu saja peristiwa itu membuat hati Louw Ti menjadi
panas dan marah sekali. Hiburan isterinya pun tidak dapat
mengobati luka di hatinya dan sejak malam itu, dia sering
keluar malam untuk meronda, kalau-kalau dia akan dapat
bertemu dengan orang bertopeng hitam itu. Dan untuk
menjaga nama baiknya, dia mengganti kerugian hartawan
yang kecurian itu dan meyakinkan hati hartawan itu bahwa
pencurian seperti itu tidak akan terulang kembali dan dia akan
menangkap si pencuri. Memang perbuatannya mengganti
kerugian ini membuat namanya menjadi bersih kembali dan
kepercayaan para hartawan itu timbul lagi walaupun tadinya
mereka meragu dengan adanya pencurian itu. Akan tetapi
hanya untuk beberapa hari saja karena segera terjadi lagi
pencurian-pencurian yang sama. Pencuri itu datang mencuri
uang yang cukup banyak atau perhiasan dari hartawanhartawan
yang rumahnya dijaga oleh anak buah Louw Ti, dan
selalu menghajar para penjaga itu sambil menyampaikan
ucapan penghinaan kepada Louw Ti.
Setelah terjadi peristiwa seperti itu sampai lima enam kali,
Louw Ti benar-benar merasa dirongrong dan setiap malam dia
melakukan penyelidikan untuk menangkap pencuri itu. Tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hasil. Hartanya sampai hampir habis untuk mengganti
kerugian para hartawan itu, karena yang dicuri oleh pencuri
berkedok hitam itu bukan jumlah yang kecil. Kalau begini
terus, akhirnya dia akan jatuh miskin dan namanya tentu akan
menjadi rusak. Di antara hartawan langganannya bahkan
sudah ada tiga orang yang berhenti dan mencari jagoan lain
untuk menjaga keamanan keluarga mereka. Hal ini merupakan
pukulan hebat bagi Louw Ti.
"Aku bersumpah untuk menangkap pencuri keparat itu!"
omelnya marah-marah ketika pada suatu malam dia pulang
dari meronda tanpa hasil. "Akan kupatah-patahkan kedua
lengannya, kubikin buntung kedua kakinya dan kutusuk buta
kedua matanya!"
Isterinya bergidik mendengar ancaman-ancaman itu. "Ah,
kenapa marah-marah setiap hari, suamiku? Kalau pencuri itu
memang tidak mau bertemu denganmu, biar setiap malam
kau meronda pun, takkan ada gunanya. Lebih baik
mengurangi jumlah langganan dan melipatgandakan
penjagaan agar lebih kuat."
"Uang kita sudah hampir habis untuk mengganti kerugian.
Kalau dikurangi jumlah langganan, mana penghasilan kita bisa
cukup? Selama pencuri jahanam itu masih berkeliaran, aku
akan tak dapat tidur nyenyak. Agaknya dia memang sengaja
memusuhiku. Sudah kuselidiki di kota raja ini, tidak ada
tempat lain yang diganggunya kecuali rumah-rumah hartawan
yang menjadi langgananku."
"Aih, kalau begitu jelas dia itu seorang musuhmu." kata
isterinya khawatir. "Cari saja siapa musuhmu itu, tentu engkau
akan dapat menduga siapa adanya pencuri itu."
Suaminya menggeleng-geleng kepala dan matanya yang
lebar itu makin bercahaya penuh ancaman yang amat bengis.
"Mana aku tahu? Selama menjadi pengawal orang-orang besar
dahulu, sudah banyak yang menjadi lawan dan musuhku.
Hemm.... sekali waktu aku pasti akan bertemu dengan dia dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
joan-pianku inilah yang akan menghabiskan nyawanya!" Dia
meraba senjata itu yang tak pernah terpisah dari
pinggangnya.
"Hati-hatilah, suamiku. Bagaimana kalau kau kalah?
Menurut laporan anak buahmu, pencuri itu lihai bukan main."
"Betapapun lihainya, aku tidak mungkin kalah!" bentak
suami itu dengan hati mendongkol dan isterinya tidak berani
banyak cakap lagi.
Pada keesokan harinya, ketika Louw Ti masih tidur karena
semalam dia kurang t idur sehingga setelah matahari naik
tinggi belum juga bangun, dia tergugah oleh isterinya. "Ah,
aku masih ngantuk, kenapa kau membangunkanku?" Omelnya
dengan sikap ogah untuk meninggalkan bantal gulingnya.
"Suamiku, ada tamu penting yang ingin sekali bertemu dan
bicara denganmu. Katanya dia mempunyai pekerjaan untukmu
yang akan mendatangkan penghasilan besar sekali dan hanya
dapat dilakukan oleh engkau sendiri."
"Hemm.... pekerjaan apa? Siapa dia?"
"Agaknya ia puteri seorang bangsawan atau hartawan
besar, ia seorang wanita yang cantik sekali dan pakaiannya
serba mewah, seperti puteri istana saja...."
Mendengar keterangan ini, Louw Ti seketika
membelalakkan matanya dan cepat dia membersihkan
mukanya, bertukar pakaian lalu keluar menemui tamunya
yang disambut oleh isterinya di ruang depan. Ketika
berhadapan dengan tamu itu, Louw Ti cepat memberi hormat
dan dia merasa kagum bukan main. Benar isterinya. Tamu ini
seorang wanita yang luar biasa cantiknya! Seperti seorang
puteri istana memang. Ketika dia menoleh keluar, di sana
berdiri sebuah kereta dengan empat ekor kuda, sebuah kereta
yang amat indah. Tentu dia seorang wanita bangsawan,
pikirnya dan diam-diam dia merasa heran karena belum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah dia melihat wanita ini. Dengan kedua matanya yang
lebar dan bersinar tajam, dia memperhatikan tamu itu.
Ia seorang wanita muda, usianya masih lebih muda dari
isterinya, antara dua puluh satu dan dua puluh dua tahun.
Wajahnya cantik jelita dan terutama sekali matanya yang lebar
dan jernih, mulutnya yang berbibir segar kemerahan itu,
sungguh amat menarik hati. Rambutnya digelung ke atas dan
dihias dengan hiasan sanggul terbuat daripada emas permata
yang amat indah, berbentuk seekor burung Hong. Pakaiannya
juga terbuat dari sutera yang amat mahal, dan tubuhnya
penuh dengan perhiasan yang serba indah. Gelang, kalung,
cincin, hiasan rambut, hiasan baju di dada, semua begitu
indah dan mahal, gemerlapan.
Ketika Louw Ti memberi hormat, wanita itu pun bangkit
berdiri dan mengangguk, lalu tersenyum manis dan bertanya,
"Apakah aku berhadapan dengan Louw-enghiong (Pendekar
Louw)?" suaranya merdu dan halus, sikapnya lembut seperti
seorang puteri istana atau puteri bangsawan tinggi.
Girang hati Louw Ti mendengar dirinya disebut enghiong!
"Benar, siocia (nona), saya adalah Louw Ti, seorang di antara
Thian-cin Bu-tek Sam-eng!" Dia sengaja menyebut julukan itu
untuk menonjolkan diri dan mengaku bahwa memang dia
seorang enghiong, seorang di antara Sam-eng (Tiga
Pendekar).
"Ah, kalau begitu tepat sekali nasihat pamanku agar aku
minta bantuanmu, Louw-enghiong. Pekerjaan ini amat
penting, barang yang harus dilindungi berharga ribuan tail
emas, dan mengingat bahwa pada waktu sekarang ini sangat
tidak aman, maka pekerjaan ini hanya dapat dilakukan dengan
hasil baik oleh seorang yang memiliki kepandaian tinggi
seperti Louw-enghiong."
"Barang apakah yang dilindungi dan di mana, siocia? Dan
kalau boleh saya mengetahui, siapakah siocia?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Maaf, aku harus merahasiakan diriku, juga pekerjaan ini
harus dirahasiakan, dan hanya Louw-enghiong dan isteri saja
yang boleh mengetahui. Kalau engkau setuju dengan syarat
itu, kami akan memberi upah sebanyak lima puluh tail emas!
Kalau tidak setuju, biarlah aku pergi mencari pengawal lain."
Mendengar upah lima puluh tail emas, jantung dalam dada
Louw Ti berdebar. Jumlah itu bukan sedikit! Jauh lebih banyak
daripada jumlah yang sudah dikeluarkannya untuk mengganti
kerugian kepada hartawan-hartawan langganannya yang
kecurian. Hartanya akan pulih kembali bahkan bertambah!
"Baik, ceritakanlah, nona. Pekerjaan apakah yang harus
saya lakukan?"
"Ayahku seorang pejabat tinggi dalam istana yang kini
mengundurkan diri. Kami mempunyai harta pusaka yang harus
kami kirim ke dusun di mana ayah telah membeli dan
mendirikan sebuah rumah.
“Nah, tugasmu adalah mengirim dan mengawal harta kami
itu ke dusun itu sampai tiba di sana dengan selamat. Akan
tetapi tak seorang pun boleh tahu akan harta itu. Karena itu,
engkau harus membawanya sendiri, jangan memberi tahu lain
orang dan jangan membawa kawan. Harta pusaka itu terdiri
dari benda-benda berharga terbuat dari emas permata yang
amat mahal harganya, mencapai seribu tail emas lebih, dapat
kaubawa dengan berkuda. Setelah tiba di dusun itu, kami
menanti di sana untuk menerimanya dan setelah kami terima
dengan selamat, kami akan membayar lima puluh tail emas,
dalam bentuk emas murni."
Wajah Louw Ti berseri gembira, akan tetapi dia pun
khawatir. Membawa harta sebanyak itu bukan merupakan hal
yang ringan, apalagi perjalanannya jauh. Cukup berbahaya
pada waktu itu, apalagi kalau sampai ketahuan orang-orang
dunia hitam, tentu harta sebanyak itu akan menjadi rebutan
dan perjalanannya akan menemui banyak halangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dari mana dan ke manakah harta pusaka itu harus dibawa,
nona?"
"Tidak begitu jauh, hanya memakan waktu dua hari saja
kalau menggunakan kuda yang baik. Dibawa dari kota raja ini
menuju ke dusun dekat Thian-cin."
Makin giranglah hati Louw Ti. Begitu dekat! "Dusun
manakah, nona?"
"Ayahku telah membeli sebidang tanah di dusun Ang-kebun
dekat Thian-cin, dan sudah membangun rumah di sana.
Kakekku berasal dari dusun itu, maka ayah ingin beristirahat di
hari tuanya disana."
"Ang-ke-bun? Aku tahu tempat itu. Baiklah, saya bersedia,
nona."
"Ah, tidak begitu mudah. Louw-enghiong. Harta itu
berharga ribuan tail, kalau saya serahkan kepadamu, lalu apa
tanggungannya? Bagaimana kalau sampai harta pusaka itu
hilang dirampas orang? Bagaimana tanggung jawabmu? Hal
ini harus kita bicarakan dulu, kita rundingkan pahitnya dulu.
Setidaknya, setelah harta itu kau bawa, engkau harus
menyerahkan sejumlah uang tanggungan, walau tidak
sepenuh harga harta itu, sedikitnya setengahnya."
"Hayaaa.....! Mana kami ada uang begitu banyak, nona?
Kalau ada, tentu dengan senang hati saya akan memberikan
uang tanggungan itu. Akan tetapi...." Dia menengok kepada
isterinya dengan bingung.
"Bukankah engkau masih mempunyai rumah gedung ini
dan semua isinya? Kalau digadaikan dengan bunga tinggi,
kukira banyak hartawan di kota raja yang menerimanya. Nah,
kau gadaikan rumahmu ini, kau serahkan uang tanggungan itu
kepadaku, dan aku akan menyerahkan harta itu padamu. Kau
boleh memeriksa isinya agar hatimu tenang. Dan tentang
bunga uang penggadaian rumahmu, biarlah aku yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membayarnya, sebagai tambahan upahmu. Bagaimana?
Setujukah?"
Tentu saja Louw Ti setuju. Upah lima puluh tail emas
bukanlah sedikit! Dan apa salahnya menyerahkan uang
penggadaian rumahnya kepada nona ini? Bukankah dia juga
menerima harta pusaka itu yang jauh lebih besar harganya?
Hanya dua hari dan dia akan menerima upah lima puluh tail
emas, berikut uang tanggungannya dan bunga penggadaian
rumahnya. Dari kota raja ke Ang-ke-bun, dusun kecil di luar
kota Thian-cin itu. Amat dekat dan amat mudah! Dia yakin
benar bahwa perjalanan antara dua tempat itu aman. Belum
pernah terjadi gangguan perampokan besar di daerah itu.
Kalaupun ada tentu hanya gangguan penjahat-penjahat kecil
yang sudah akan berlari terbirit-birit kalau berjumpa dengan
dia. Louw Ti tertawa girang.
"Baiklah, nona. Besok pagi atau nanti saya kira saya sudah
akan berhasil menggadaikan rumah kami ini berikut isinya."
"Baiklah, Louw-enghiong. Besok pagi saya akan datang lagi
membawa harta pusaka itu, menyerahkan kepadamu dan
menerima uang tanggungan darimu, dan sekalian akan
kujelaskan bagaimana engkau harus melaksanakan tugas itu."
Wanita muda yang cantik jelita itu tersenyum manis lalu
berpamit, diantar sampai ke depan pintu oleh Louw Ti dan
isterinya. Kefeta berkuda empat itu lalu bergerak dan dengan
cepat lalu meninggalkan rumah Louw Ti.
Tentu saja Louw Ti gembira bukan main. Untuk sementara
dia melupakan maling berkedok hitam yang menggangunya.
Ada pekerjaan yang lebih penting, yang akan mampu
menolongnya dan memulihkan keadaan keuangannya. Dan
memang tidak sukar baginya untuk menemukan seorang
hartawan yang mau menggadai rumahnya berikut isinya,
hanya untuk jangka waktu beberapa hari saja dengan bunga
tinggi tentunya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, ketika pada keesokan harinya nona
bangsawan yang cantik itu datang bersama keretanya, dengan
bangga Louw Ti dapat menumpuk uang hasil penggadaian
rumah dan isinya itu di atas meja. Hanya kurang dari
sepersepuluh harga harta pusaka itu, namun nona cantik itu
menerimanya dengan girang dan puas. "Bukan uang dan
jumlahnya yang penting." katanya. "Melainkan tanggungan
itulah. Karena ada tanggungan rumah dan semua isinya, tentu
Louw-enghiong akan bekerja lebih hati-hati lagi. Dan inilah
pusaka itu, harap enghiong periksa sebentar dan cocokkan
dengan catatannya."
Bungkusan kain kuning yang tebal itu dibuka dan Louw Ti
bersama isterinya terbelalak kagum. Benar-benar isinya
merupakan benda-benda yang amat berharga, tak ternilai
harganya. Berkilauan permata yang besar-besar, seperti mata
yang banyak dan yang hidup berkedip-kedip kepada mereka.
Dengan jari-jari tangan agak gemetar karena selama hidupnya
belum pernah melihat, apalagi memegang harta pusaka
sebanyak itu, Louw Ti lalu mencocokkan jumlah benda-benda
itu dengan catatannya. Kemudian, setelah merasa cocok, dia
menandatangani catatan itu dan menyerahkannya kepada
nona bangsawan itu bersama uang hasil penggadaian
rumahnya.
"Nah, hari ini juga engkau boleh membawa harta ini
dengan berkuda menuju ke dusun Ang-ke-bun, Louw-enghiong.
Sebaiknya dibungkus dengan buntalan kain yang tua
agar tidak menyolok, seperti buntalan pakaian saja. Engkau
terpaksa harus bermalam di tengah perjalanan dan besok
siang akan dapat sampai ke Ang-ke-bun. Rumah yang
dibangun ayahku berada di dekat jembatan di sebelah dalam
pintu gerbang dusun yang di selatan. Dia sana ada rumah
baru yang paling besar di dusun itu, bercat kuning dan jendela
depannya berbentuk bulan purnama. Aku akan menantimu di
sana. Sudah jelaskah, Louw-enghiong?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Louw Ti mengangguk-angguk dan tersenyum gembira.
"Sudah cukup, lebih dari jelas. Saya akan berangkat sekarang
juga mungkin malam ini terpaksa harus bermalam di tengah
perjalanan....."
"Berhati - hatilah, Louw - enghiong....."
Nona bangsawan itu memperingatkan dengan wajah agak
khawatir.
"Ha-ha-ha, jangan khawatir, nona. Di luar hutan pohon pek
di sebelah selatan bukit, di lereng itu terdapat sebuah kuil tua.
Di sanalah biasanya kami yang melakukan perjalanan
beristirahat atau bermalam. Tempat itu aman sekali, belum
pernah ada gangguan. Saya jamin bahwa pada besok hari,
harta pusaka ini akan saya serahkan kepada nona di Ang-kebun
dalam keadaan utuh dan selamat!"
"Baiklah, kini tenteram hatiku." Nona bangsawan itu lalu
berpamit dan membawa uang tanggungan itu keluar, lalu
keretanya pun pergi dengan cepat meninggalkan pekarangan
rumah gedung Louw Ti.
Derap kaki kuda itu memecah kesunyian dalam hutan.
Seekor kuda yang besar dan kuat berlari cepat di senja hari
itu. Penunggangnya adalah Louw Ti yang berpakaian ringkas
dan menggendong buntalan di punggungnya. Buntalan kain
hitam kasar dan kuat, tidak menarik perhatian. Wajahnya
yang angker itu, dan kemilau cambuknya yang melingkari
pinggangnya, lebih menarik dan mendatangkan keseraman.
Biarpun tubuhnya pendek, orang ini memang mempunyai
pembawaan diri yang berwibawa dan menyeramkan.
Wajahnya yang hitam buruk dan terutama sekali sepasang
matanya yang lebar dan mencorong itulah yang
mendatangkan perasaan segan dan takut orang lain, karena
wajahnya itu membayangkan kebengisan dan keberanian.
Louw Ti membalapkan kudanya karena dia ingin tiba di kuil
tua itu sebelum hari gelap. Tadi dia berangkat agak siang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena harus menemui dulu para pembantunya dan memesan
agar mereka bekerja dengan hati-hati, agar selama dia pergi
jangan sampai terjadi pencurian-pencurian lagi di rumahrumah
hartawan yang mereka jaga.
Perdagangan agak sunyi semenjak kota raja terancam
bahaya oleh para pemberontak yang makin mendekat. Para
saudagar enggan untuk melakukan perjalanan jauh
meninggalkan keluarganya. Karena itu, perjalanan kali ini dari
kota raja menuju ke selatan amat sunyi. Hanya beberapa kali
saja Louw Ti bertemu dengan pejalan kaki atau penunggang
kuda yang lewat jalan kecil itu. Akan tetapi dia tidak berkecil
hati. Sudah biasa jagoan itu melakukan perjalanan seorang
diri. Dia terlalu percaya akan kemampuan sendiri. Siapakah
orangnya berani mengganggu di daerah yang sudah amat
dikenalnya ini? Setiap orang penjahat, dari yang kecil sampai
yang besar, semua telah mengenalnya dan takkan ada
seorang pun di antara mereka yang berani mencoba-coba
mengganggunya. Apalagi, tak seorang pun yang tahu bahwa
buntalan kain hitam di punggungnya itu terisi harta pusaka
yang harganya mencapai seribu tail emas!
Cuaca sudah mulai remang-remang akan tetapi belum
gelap benar ketika akhirnya dia tiba di depan kuil tua. Me-lihat
kesunyian di sekitar situ, juga di depan kuil t idak nampak ada
kereta atau kuda, Louw Ti merasa lega. Lebih enak kalau kuil
itu kosong daripada kalau ada orang lain yang juga bermalam
di situ, pikirnya. Dia meloncat turun dari atas punggung
kudanya, menuntun kuda memasuki kuil tua itu dan
menambatkan kudanya di ruang depan yang sudah agak
rusak. Berbahaya juga meninggalkan kuda itu di luar, karena
pada malam harinya mungkin saja ada orang yang akan
mencuri kudanya itu.
Baru saja dia selesai mengikat kendali kuda pada tiang
ruangan depan dan hendak menuju ke ruangan belakang yang
masih agak bersih dan tidak bocor, tiba-tiba dia mendengar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara dan cepat-cepat dia menengok. Matanya yang lebar itu
semakin melebar ketika dia melihat bahwa di sebelah
kanannya, hanya dalam jarak tiga empat meter, berdiri
seorang yang berpakaian serba hitam dan yang mengenakan
topeng hitam pula di depan mukanya. Dua lubang pada
topeng itu memperlihatkan dua buah mata yang amat tajam,
mencorong dari dalam topeng atau kedok itu! Jantung dalam
dada Louw Ti berdebar walaupun dia tidak merasa takut. Dia
terkejut dan merasa tegang karena dia mengenal orang
berkedok itu. Bertubuh ramping sedang, berpakaian serba
hitam dan berkedok hitam, tidak memegang senjata apa pun.
Inilah yang digambarkan oleh orang-orangnya, pencuri yang
selalu mengganggu rumah-rumah hartawan yang
dilindunginya, pencuri yang telah banyak merugikannya
bahkan yang berani mengeluarkan kata-kata menghinanya!
Dan orang yang selama ini dicari-carinya tanpa hasil itu tahutahu
sekarang muncul di kuil ini, selagi dia seorang diri dan
membawa barang-barang berharga! Kecut-kecut juga hatinya
teringat akan buntalan di punggungnya terisi barang-barang
yang amat berharga dan menjadi tanggung jawabnya untuk
melindungi dan mengantar sampai ke tempat tujuan.
"Siapa kau dan mau apa!" bentak Louw Ti untuk
mendahului dengan gertakan, selain untuk membesarkan hati
sendiri juga untuk menggertak orang itu.
Terdengar dengus suara mengejek dari balik topeng. "Louw
Ti, jangan pura-pura tidak mengenal aku, cepat serahkan
buntalan di punggungmu itu kepadaku!"
Dapat dibayangkan betapa hebat kemarahan membakar
hati Louw Ti. Dugaannya tidak keliru. Inilah pencuri kurang
ajar itu! Dan sekarang pencuri itu agaknya memang sengaja
menghadangnya di tempat ini untuk merampas buntalan di
punggungnya. Perasaan benci, marah, dendam, akan tetapi
juga gelisah bercampur-aduk dalam hatinya. Otomatis tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kirinya meraba buntalan di pinggangnya, dan tangan
kanannya mencabut keluar cambuk dari pinggangnya.
"Jahanam busuk, memang aku sedang mencarimu untuk
menghancurkan kepalamu!" bentaknya dan tanpa banyak
cakap lagi, cambuknya menyambar dengan suara meledakledak
ke arah kepala orang itu. Akan tetapi, dengan gerakan
yang amat gesit, orang itu sudah mengelak dengan loncatan
ke belakang. Cambuk di tangan Louw Ti menyambar terus
karena dia memang bernafsu sekali untuk segera merobohkan
orang itu, melucuti kedoknya dan menyiksanya sampai mati.
Akan tetapi, biarpun didesak oleh menyan barnya cambuk
yang dahsyat itu, orang berkedok itu dapat mengelak pula ke
samping kanan dan kakinya tiba-tiba menyambar ke arah
perut Louw Ti. Cepat sekali gerakan ini dan serangan balasan
yang tidak terduga-duga ini hampir saja mengenai perut Louw
Ti. Namun, dia seorang ahli silat yang sudah biasa melakukan
perkelahian, maka dia pun dapat cepat melemparkan diri ke
belakang dan cambuknya meledak-ledak dari atas menyambar
ke depan sehingga lawannya terpaksa mengelak pula.
Tentu saja orang berkedok itu bukan lain Kim Cui Hong!
Dan seperti pembaca tentu sudah dapat menduga, gadis
bangsawan cantik jelita yang menyerahkan harta pusaka
kepada Louw Ti untuk diantarkan ke Ang-ke-bun itu adalah
Cui Hong pula! Dengan hasil rampasannya, yaitu benda-benda
berharga dari tangan Kepala jaksa Pui, gadis ini telah menjadi
seorang yang kaya raya. Ia menjual beberapa potong benda
itu kepada pedagang besar di kota raja, menerima banyak
uang dan diaturnyalah rencananya untuk mulai dengan
pembalasan dendamnya. Karena menurut hasil
penyelidikannya, musuh yang pertama kali diperoleh
keterangan adalah Louw Ti, maka dara ini pun segera
mengatur siasat untuk turun tangan terhadap Louw Ti terlebih
dahulu. Dengan sebagian uangnya, ia membeli tanah bekas
keluarga ayahnya, tanpa memperkenalkan diri kepada
penduduk dusun itu, dan membangun sebuah gedung yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
megah. Kepada para tetangga yang sama sekali tidak
mengenal gadis bangsawan berkereta itu, ia hanya
mengatakan bahwa ayahnya seorang pembesar tinggi dari
kota raja yang sudah pensiun dan ingin beristirahat di dusun
itu. Mula-mula ia mengganggu anak buah Louw Ti, selain
untuk merusak nama baik Louw Ti sebagai pelindung bayaran
juga untuk membikin rugi Louw Ti yang harus mengganti
kerugian-kerugian para hartawan yang kecurian itu.
Kemudian, ia pun muncul sebagai gadis bangsawan yang
menyerahkan harta pusakanya kepada Louw Ti untuk
dilindungi dan dengan cerdiknya ia minta uang tanggungan
sehingga terpaksa Louw Ti menggadaikan rumahnya dan
semua isinya! Dan kini, ia telah menjadi si topeng hitam lagi
yang melakukan penghadangan di kuil tua un-tuk mera mpas
buntalan di punggung musuh besarnya itu.
Louw Ti merasa terkejut juga menyaksikan orang
bertopeng ini benar-benar memiliki gerakan yang amat lincah
dan juga aneh. Sampai belasan kali cambuknya yang biasanya
ampuh sekali itu menyambar-nyambar ganas, namun selalu
lawan itu dapat menghindarkan diri dengan cepat. Padahal,
dalam belasan jurus itu dia sengaja mengeluarkan jurusjurusnya
yang paling ampuh untuk cepat merobohkan lawan
yang amat dibencinya itu! Dia bukan seorang bodoh dan
setelah melihat bukti kelihaian orang itu, Louw Ti maklum
bahwa lawannya amat berbahaya. Mulailah dia merasa
khawatir akan keselamatan harta pusaka yang berada di
punggungnya. Diam-diam dia mulai mencari kesempatan
untuk melarikan diri. Akan tetapi, kudanya sudah diikat
kendalinya kuat-kuat pada tiang di luar, dan untuk
melepaskan kendali membutuhkan waktu. Orang ini tentu
takkan membiarkan dia lari, maka dia pun kini mengubah
gerakan cambuknya. Cambuk itu tidak lagi meledak-ledak
menghujankan serangan, melainkan sebagian dipergunakan
untuk melindungi tubuhnya dari serangan lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengubah gerakan cambuknya, kini gulungan sinar
cambuk itu merupakan benteng yang amat kuat, yang
melindungi tubuh Louw Ti sehingga lawannya sukar
melakukan serangan, apalagi hanya dengan tangan kosong.
Ilmu cambuk dari Louw Ti memang dahsyat dan kuat sekali,
walaupun kini kehilangan daya serangannya namun masih
memiliki daya tahan yang luar biasa kuatnya.
Cui Hong juga maklum bahwa hanya dengan tangan
kosong saja sukarlah baginya untuk menundukkan lawan ini.
Pantas mendiang ayah dan suhengnya dahulu tidak mampu
menang, karena memang ilmu silat orang ini amat tinggi.
Kalau ia menghendaki kematian orang ini, walau tanpa senjata
pun ia akan sanggup melakukannya karena di antara berkelebatnya
sinar cambuk bergulung-gulung, ia masih dapat
melihat lowongan-lowongan yang dapat diterobosnya.. Akan
tetapi, tidak, dia tidak akan melanggar sumpah nya, tidak
akan membunuh orang ini. Juga, terlalu enak kalau dibunuh
begitu saja, tidak sepadan dengan perbuatannya yang
terkutuk tujuh tahun yang lalu terhadap dirinya. Orang ini,
seperti tiga orang musuhnya yang lain, harus disiksa lahir
batinnya, agar mati perlahan-lahan, bukan mati langsung oleh
tangannya.
Cui Hong meloncat jauh ke kiri dan ia sudah menyambar
sebatang tongkat yang tadi ia sandarkan di dinding ruangan
itu.
"Wirrrr....!” Tongkat itu diputarnya secara aneh, menyerbu
gulungan sinar cambuk dan terkejutlah Louw Ti ketika tibatiba
saja cambuknya macet dan menempel pada tongkat
lawan!
"Haiiiitttt....!" Dia mengerahkan tenaganya membetot
cambuknya agar terlepas dari tempelan tongkat, akan tetapi
tiba-tiba kaki Cui Hong sudah bergerak menyambar ke depan
mencium lututnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dukk....!" Tak dapat ditahan lagi Louw Ti jatuh berlutut
karena sebelah kakinya tiba-tiba menjadi lumpuh dan tiba-tiba
saja cambuknya terlepas, akan tetapi ujung tongkat itu sudah
berkelebat an menyambar ke arah kedua pundak dan kedua
pinggangnya, menotok secara cepat bukan main sehingga
tahu-tahu Louw Ti merasa betapa kedua kaki tangannya tak
dapat digerakkan lagi.
"Hemm, kiranya hanya begini saja kemampuan Louw Ti
yang berjuluk Toat-beng Joan-pian, yang terkenal sebagai
seorang di antara Thian-cin Bu-tek Sam-eng!" orang berkedok
itu mengejek dan sekali tangan kirinya merenggut, buntalan di
punggung Louw Ti sudah berpindah ke tangannya! Wajah
Louw Ti menjadi pucat sekali, akan tetapi karena kaki
tangannya tidak dapat digerakkan lagi, dia hanya memandang
dengan mata terbelalak.
"Ja..... jangan rampas itu..... aku mohon padamu, itu.....
bukan..... bukan milikku....." Akhirnya dia dapat mengeluarkan
kata-kata yang penuh permohonan dan kegelisahan.
Orang berkedok itu berdiri di depan Louw Ti yang sudah
rebah terlentang tak berdaya itu. Biarpun tidak nampak
karena tertutup kedok, namun mudah diduga bahwa mulut di
balik kedok itu tentu ter senyum, entah tersenyum mengejek
ataukah tersenyum puas.
"Louw Ti, orang macam engkau ini masih dapat memohon,
masih dapat minta dikasihani? Aih, betapa aneh dan lucunya!
Louw Ti, pernahkah engkau memenuhi permohonan orang
lain, pernahkah engkau mengasihani orang lain?" Setelah
berkata demikian, Kim Cui Hong, orang berkedok itu, meloncat
ke luar kuil dan terdengarlah derap kaki kuda.
Louw Ti menjadi bingung. Buntalan terisi barang-barang
berharga itu dirampas orang, dan kudanya juga dibawa pergi,
dan dia sendiri tidak mampu menggerakkan kaki tangan
karena totokan yang luar biasa sekali. Dia mencoba untuk
menduga-duga siapa orang berkedok yang selama ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengganggunya, akan tetapi tidak menemukan orang yang
cocok. Saking bingung, gelisah dan marahnya, Louw Ti tak
dapat menahan mengalirnya air matanya! Baru sekarang
selama ia menjadi jagoan dia tahu dan me rasakan sendiri apa
artinya duka. Dia sudah menggadaikan rumahnya, dan kalau
barang-barang harta pusaka itu tidak dapat dirampasnya
kembali, dia kehilangan segala-galanya. Rumah dan semua
isinya, dan dia bahkan tentu akan dituntut oleh puteri
bangsawan itu! Kehilangan semua hartanya masih masuk
penjara lagi!
Setelah lewat tengah malam, barulah dia mampu
menggerakkan kaki tangannya karena pengaruh totokan jalan
darah mulai menipis. Begitu dia dapat bergerak, Louw Ti cepat
bangkit dan dia lalu melakukan perjalanan secepatnya menuju
ke dusun Ang-ke-bun. Dia harus berjalan kaki atau lari karena
kudanya juga dibawa pergi perampok berkedok itu. Sambil
menyumpah-nyumpah Louw Ti berlari cepat. Setengah malam
lamanya otaknya diputar mencari siasat. Dia tidak memikirkan
lagi si kedok hitam karena dia kini terhimpit oleh
pertanggungan-jawabnya. Dia harus menghadapi nona
bangsawan itu dan urusan inilah yang terpenting dan harus
dapat diselesaikan dan diatasinya terlebih dahulu. Dan dia
sudah merencanakan siasatnya untuk dapat keluar dari
ancaman bahaya itu dengan baik. Teringatlah dia akan
kedatangan nona bangsawan cantik itu, ketika nona itu
menerima uang tanggungan, dan menyerahkan harta pusaka,
dan memesan agar dia merahasiakan kesemuanya itu. Yang
tahu akan urusan harta pusaka itu hanyalah nona bangsawan
itu sendiri dan dia disaksikan pula oleh isterinya. Tidak ada
orang lain yang mengetahuinya! Tidak ada jalan lain kecuali
yang sudah direncanakannya ketika dia masih rebah tak
mampu bergerak dan kini dia bergegas lari menuju ke Ang-kebun
untuk melaksanakan rencana siasatnya menyelamatkan
diri, bahkan memperoleh keuntungan dari masalah yang
menghimpitnya itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya, matahari telah naik tinggi ketika
Louw Ti memasuki dusun Ang-ke-bun dan dia segera langsung
menuju ke rumah besar baru seperti yang diterangkan oleh
nona bangsawan itu. Jantungnya berdebar tegang ketika ia
memasuki pekarangan rumah itu. Punggungnya menggendong
sebuah buntalan besar. Dia merasa lega dan girang sekali
melihat betapa rumah besar itu nampak sunyi, tidak ada orang
lain. Ketika dia mengetuk pintu, yang membuka daun pintu
adalah nona bangsawan itu sendiri. Nona itu nampak makin
cantik jelita, dengan pakaian yang indah dan sungguh aneh
sekali, Louw Ti merasa seolah-olah ia pernah mengenal nona
ini. Bukan kemar in dulu ketika nona bangsawan itu datang ke
rumahnya di kota raja, melainkan jauh sebelum itu. Dia
pernah mengenal atau setidaknya bertemu dengan wanita ini.
Akan tetapi dia lupa lagi kapan dan di mana. Akan tetapi, hati
dan pikirannya segera dipenuhi oleh rencana siasatnya dan dia
tidak mau repot-repot tentang hal itu. Apalagi nona
bangsawan itu sudah tersenyum sehingga nampak deretan
gigi yang putih seperti mutiara dan rapi.
"Ah, kiranya Louw-enghiong baru datang?"
Tepat seperti yang direncanakan, Louw Ti memandang ke
kanan kiri seolah-olah takut kalau-kalau kedatangannya
diketahui orang. "Kudaku jatuh sakit di tengah jalan, nona,
sehingga saya terpaksa berjalan kaki. Maaf, saya agak
terlambat, akan tetapi saya berhasil membawa harta..... eh, ini
sampai ke sini."
Kembali ia memandang ke kanan kiri dan menahan katakatanya
hendak menyebut harta pusaka.
Nona bangsawan itu tersenyum. "Tidak usah khawatir,
Louw-enghiong, di sini tidak ada orang lain hanya aku sendiri.
Masuklah, aku girang bahwa engkau sudah berhasil membawa
harta pusaka itu dengan selamat sampai ke rumah ini. Rumah
ini masih kosong, karena masih baru dan belum ada pelayan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Besok pagi baru keluarga ayah datang bersama barangbarang
dan pelayan."
Bukan main girang rasa hati Louw Ti. Keadaan tempat ini
sungguh tepat sekali untuk pelaksanaan siasatnya! Sunyi tidak
ada orang lain kecuali mere ka berdua! Dia mengikut i nona itu
masuk ke ruangan sebelah dalam dan dia melihat bahwa
rumah ini memang besar, mempunyai banyak kamar.
"Mari, silakan duduk dan berikan buntalan itu kepadaku,
Louw-enghiong," kata nona itu setelah mereka tiba di ruangan
sebelah dalam yang luas, di mana hanya ada beberapa buah
kursi dan sebuah meja besar.
Louw Ti merasa betapa jantungnya berdebar semakin
kencang. Dia tidak pernah mengalami ketegangan seperti ini.
Biasanya, biar ada maksud membunuh orang atau melakukan
perbuatan apa pun, dia bersikap tenang saja. Akan tetapi
entah mengapa, sekali ini dia merasa amat tegang dan
buntalan itu mengeluarkan bunyi ketika dia letakkan di atas
meja, tanda bahwa tangannya agak gemetar.
"Nanti dulu, Siocia, Buntalan ini akan saya serahkan kepada
nona kalau uang tanggungan saya berikut ongkos pengirim an
yang lima puluh tail emas itu nona serahkan dulu kepada
saya."
Nona bangsawan itu tersenyum manis dan kembali Louw Ti
seperti merasa pernah melihat mulut yang amat
menggairahkan itu.
"Ah, tentu saja, tunggu sebentar," kata nona itu dan saking
tegang dan gembiranya, Louw Ti telah melupakan lagi
perasaannya itu. Nona itu memasuki sebuah kamar dengan
langkah berlenggang-lenggok amat menggairahkan dan pada
saat itu Louw Ti menambah rencananya. Sayang kalau nona
itu dibunuh begitu saja, pikirnya, sayang tubuh yang demikian
indah, wajah yang demikian cantik! Malam tadi dia
merencanakan untuk membunuh nona bangsawan ini, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak ada seorang pun yang tahu bahwa nona ini berhubungan
dengan dia, tidak ada yang tahu bahwa nona ini menyuruh dia
mengirim harta pusaka itu. Kalau dia dapat membunuh nona
itu dan melenyapkan mayat dan bekas-bekasnya, tentu dia
akan selamat. Biarlah harta pusaka itu hilang dirampok orang.
Setidaknya dia akan dapat memperoleh kem-bali rumahnya
dan isinya, bahkan menerima pula upah lima puluh tail emas!
Malapetaka yang menimpa dirinya akan berubah menjadi
keuntungan! Dan kini, melihat wajah itu, melihat lenggang itu,
dia menambahkan "perkosaan" pada rencananya, akan
memperkosa dulu nona bangsawan itu sepuasnya sebelum
membunuhnya!
Nona itu muncul kembali dari dalam kamar, membawa dua
buntalan. Ia meletakkan dua buntalan di atas meja, lalu
membuka dua buntalan itu. Mata Louw Ti bercahaya ketika dia
melihat uangnya, uang tanggungan hasil penggadaian rumah,
berada di buntalan besar, sedangkan di buntalan ke dua
nampak berkilauan emas batangan lima puluh tail!
"Nah, ini upah lima puluh tail emas, Louw-enghiong. Dan
ini uang tanggungan-mu kukembalikan, di dalamnya sudah
kusisipkan uang bunganya. Sekarang perlihatkan harta pusaka
itu kepadaku, hendak kulihat apakah masih lengkap, sesuai
dengan catatan ini."
Tanpa bicara, Louw Ti mendorong buntalannya,
mendekatkannya kepada nona itu. Buntalan dibuka dan nona
itu terbelalak, lalu menatap wajah Louw Ti, "Louw enghiong,
apa artinya ini?" Ia menuding ke arah tumpukan batu koral
yang berada di dalam buntalan.
Sepasang mata Louw Ti yang sejak tadi bersinar-sinar aneh
itu kini mencorong dan wajahnya membayangkan kebengisan
yang menyeramkan. Dia mendekati nona bangsawan itu dan
menyeringai bengis.
"Heh-heh, artinya bahwa engkau akan mat i di tanganku
dan tak seorang pun tahu apa yang telah terjadi di antara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita!" Setelah berkata demikian, dia menerjang ke depan
dengan kedua lengan dipentang lalu menyambar ke depan
seperti dua kaki depan harimau menubruk kelenci. Dia
membayangkan bahwa sekali tubruk saja tentu dia akan dapat
menangkap nona itu dan akan diperkosanya di situ juga
sebelum dibunuhnya dan mayatnya akan dikubur di belakang
rumah malam nanti setelah gelap.
Akan tetapi, betapa kagetnya ketika dia melihat nona itu
berkelebat ke samping dan tubrukannya mengenai tempat
kosong! Nona ini telah mampu mengelak dari tubrukannya
tadi dengan gerakan yang amat lincah! Dengan penasaran,
Louw Ti lalu membalikkan tubuhnya dan menyerang lagi, lebih
cepat dan dengan loncatan, menerkam ke depan. Dia sudah
memperhitungkan bahwa nona itu tentu tidak akan mampu
menghindarkan diri sekali ini, karena selain cepat, juga
terkamannya itu kuat, dan kedua tangannya menyambar dari
kanan kiri menutup jalan keluar bagi lawan.
Akan tetapi untuk kedua kalinya dia kecelik karena tiba-tiba
saja tubuh nona bangsawan yang kelihatannya lemah-lembut
itu sudah berkelebat ke belakang. Tubrukannya luput dan
nona itu sudah lenyap menghilang ke dalam sebuah kamar
dan menutupkan daun pintunya dari dalam.
"Ha-ha-ha, hendak lari ke mana kau? Ke dalam kamar? Haha-
ha, kebetulan sekali!" Louw Ti tertawa, mengira bahwa
calon korbannya itu melarikan diri ke tempat tidur. Dengan
beberapa kali loncatan saja, dia sudah berada di depan pintu
yang tertutup. Sekali menendang, daun pintu itu roboh dan
dia pun meloncat ke dalam. Sebuah kamar kosong dan ada
sebuah pintu tembusan ke be lakangnya. Dia menerjang pintu
ini dan ternyata menembus ke sebuah lorong yang kosong
pula. Louw Ti merasa penasaran, mencari-cari. Banyak kamar
di kanan kiri lorong dan dia membuka daun pintu kamarkamar
itu satu demi satu, akan tetapi semua kamar itu
ternyata kosong tidak ada isinya, belum ada perabot
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamarnya dan nona bangsawan itu tidak nampak
bayangannya.
Terpaksa dia kembali ke ruangan tadi melalui kamar yang
daun pintunya diruntuhkannya tadi dan..... di dekat meja di
dalam ruangan itu kini telah berdiri seorang yang membuat
jantungnya seperti berhenti berdenyut, seorang bertubuh
semampai yang mengenakan pakaian serba hitam dan
memakai topeng hitam pula, orang yang pernah merampas
harta pusaka itu dan merobohkannya di kuil tua! Wajah Louw
Ti yang hitam menjadi agak pucat dan dia merasa gentar
sekali. Akan tetapi, orang itu berdiri di dekat meja dan dua
bungkusan uang dan emas telah dikumpulkannya di atas meja
di dekatnya. Jelaslah bahwa orang berkedok itu akan
merampas pula dua bungkusan berharga itu. Dan habislah
kesemuanya untuk dia! Rumahnya habis, tidak ada sepeser
pun di sakunya, dan dia masih akan dituntut pula oleh nona
bangsawan yang kini telah menghilang entah ke mana! Dan
semua barang berharga itu telah dirampas deh orang
berkedok yang berdiri di depannya ini. Orang inilah biang
keladi kejatuhannya, semenjak mengganggu rumah hartawan
yang dilindunginya. Orang inilah yang mencelakakannya!
Teringat akan itu semua, Louw Ti menjadi sedemikian sakit
hati dan marahnya sehingga dia mengeluarkan suara teriakan
yang terdengar seperti gerengan seekor binatang buas dan dia
pun sudah menerjang ke depan sambil melolos dan
menggerakkan senjata cambuknya.
Akan tetapi, Kim Cui Hong yang kini menjadi orang
bertopeng hitam itu tidak mau membuang waktu seperti
ketika ia melayani Louw Ti di kuil tua. Dengan gerakan aneh,
tubuhnya menyelinap di bawah sinar cambuk dan tahu-tahu
tangan kirinya sudah menangkap ujung cambuk itu, tangan
kanannya menotok ke depan disusul kaki kanan yang
menendang ke arah lutut kiri lawan. Serangan ini sangat cepat
dan tak terduga-duga oleh Louw Ti. Dia mencoba untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menarik kembali senjatanya, namun cambuk itu tak dapat
terlepas dari pegangan tangan lawan, sedangkan tangan
kanan lawan sudah menyambar dengan totokan ganas ke arah
pergelangan tangan kanannya. Untuk menyelamatkan
tangannya, terpaksa dia melepaskan cambuknya dan meloncat
ke belakang menghindarkan tendangan lawan. Dalam
segebrakan saja kini cambuknya sudah berpindah tangan.
"Tar-tar-tar....!" Kini cambuk itu meledak-ledak dan
menyambar-nyambar, seperti ular-ular mematuk ujung
cambuk itu menyambar ke arah berbagai jalan darah penting
di tubuh Louw Ti! Tentu saja orang ini terkejut dan sibuk
sekali, berusaha mengelak, namun datangnya serangan
cambuk yang bertubi-tubi itu terlampau cepat baginya
sehingga akhirnya, dia pun terpelanting roboh dan tak mampu
bergerak lagi karena jalan darahnya tertotok, seperti
keadaannya malam tadi di kuil tua dalam hutan! Ia hanya
rebah miring dan memandang dengan mata melotot tanpa
dapat menggerakkan kaki tangannya yang menjadi lumpuh.
Sinar matanya penuh kebencian kepada orang berkedok itu.
Cui Hong memandang kepada korbannya melalui lubang di
topengnya, sepasang matanya berkilat-kilat penuh dendam.
Kemudian dia berkata, "Louw Ti, engkau jahanam keparat
yang paling busuk di dunia ini, karena itulah maka aku hendak
menghukummu sesuai dengan kejahatanmu."
Karena sudah putus asa dan t idak berdaya, Louw Ti
menjadi nekat. "Iblis keji, siapakah engkau?"
Cui Hong mengeluarkan suara dengusan mengejek.
"Hemm, engkau ingin melihat isterimu diperkosa di depan
matamu, seperti yang sering kali kau lakukan? Engkau ingin
melihat anak-anakmu dibunuh di depan matamu, seperti
engkau membunuh mereka? Tunggu sebentar?" Dan Cui Hong
lalu meninggalkan Louw Ti, memasuki sebuah kamar. Louw Ti
tertegun dan diam-diam merasa ngeri. Orang berkedok itu
kejam seperti binatang buas, jahat seperti iblis, dan dia tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu apa yang dimaksudkan oleh orang itu, ucapan yang
membuat hatinya gelisah dan jantungnya berdebar penuh
ketegangan.
Tak lama kemudian orang berkedok ini muncul lagi dari
dalam kamar itu dan Louw Ti merasa jantungnya seperti akan
copot karena berdebar keras sekali ketika dia melihat isterinya
dan dua orang anaknya berjalan di samping si kedok hitam
itu!
"Ayah.....!" Dua orang anaknya itu, seorang anak laki-laki
dan seorang anak perempuan yang usianya baru enam dan
empat tahun, memanggilnya dan lari menghampirinya, lalu
berlutut di dekat tubuhnya. Akan tetapi isterinya hanya berdiri
saja memandang, dengan kedua mata berlinang air mata.
"Louw Ti, inilah isteri dan anak-anakmu. Engkau tentu ingin
melihat isterimu diperkosa orang, bukan oleh satu orang
melainkan akan kudatangkan empat orang untuk
memperkosanya, dan melihat anak-anakmu dibunuh di depan
matamu, bukan?"
Wajah yang hitam itu menjadi pucat. Dia mencoba untuk
menggerakkan kaki tangannya namun tak berhasil. "Tidak ......
tidak...., jangan ganggu mereka....." dia meratap.
"Hemm, di mana kekerasan hatimu? Di mana
kekejamanmu? Engkau terlalu sering membunuh orang begitu
saja, di depan mata orang-orang yang mencintanya, dan
engkau selalu sering memper-kosa wanita, juga di depan
orang-orang yang mencintanya. Kenapa sekarang engkau
meratap agar isterimu jangan diperkosa di depan matamu dan
anak-anakmu dibunuh di depan matamu?"
0o-de-oo-wi-o0
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid 6
"TIDAK.... jangan..,, ah, ampunkan mereka.... bunuh aku
tapi jangan ganggu mereka...."
"Hemm, enak saja bicara! Aku pun tidak sekejam engkau
untuk melakukan semua itu di depan matamu, akan tetapi
setidaknya engkau akan mendengarkan sendiri dengan kedua
telingamu." Cui Hong lalu memegang kedua orang anak kecil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu. Dua orang anak itu meronta dan memanggil-manggil
ayahnya, akan tetapi Cui Hong menarik tangan mereka,
bahkan kini dibantu oleh isteri Louw Ti yang sejak tadi diam
saja, hanya menitikkan air mata. Dengan paksa kedua orang
anak itu diseret masuk ke dalam kamar yang tidak jauh dari
ruangan itu.
"Jangan....! Jangaaaannn....!" Louw Ti meratap, mer intih
dan berteriak. Akan tetapi semua Tatapannya tidak ada yang
memperdulikannya. Akhirnya dia diam dan dengan mata
terbelalak memandang ke arah kamar itu yang pintunya
ditutup dari dalam, lalu terdengar isterinya menangis dan
terdengar pula anak-anaknya menjerit dan menangis
ketakutan! Dapat dibayangkan siksaan yang diderita batin
Louw Ti di saat itu. Dia membayangkan betapa isterinya
diperkosa orang sampai merintih-ritih dan menangis,
membayangkan kedua anaknya disiksa dan dibunuh sampai
menjerit-jerit ketakutan,
"Jangan....! Ah, ampunkan mereka..... jangan....!" Dia
berteriak-teriak akan tetapi teriakannya semakin lemah karena
dia mengalami guncangan batin yang amat hebat.
Membayangkan isterinya diperkosa orang dan anak-anaknya
disiksa, tanpa mampu berbuat apa pun untuk menyelamatkan
mereka, sungguh merupakan siksaan yang lebih hebat
daripada siksaan badan. Akhirnya dia menangis mengguguk
seperti anak kecil.
Kini sunyi saja dari kamar itu. Tangis isterinya dan jerit
anak-anaknya sudah berhenti.
“Jangan-jangan mereka sudah mati...., pikir Louw Ti dan
tangisnya makin mengguguk.
Ketika daun pintu itu terbuka, Louw Ti menghentikan
tangisnya, mengedip-ngedipkan matanya untuk mengusir air
mata yang menghalangi pandang matanya, lalu memandang
dengan melotot ke arah orang berkedok itu, yang keluar dari
kamar dengan langkah seenaknya. Diakah yang memperkosa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
isteriku? Ataukah ada kawan-kawannya? Tentu dia yang telah
membunuh anak-anakku. Sampai mati dia tidak akan
melupakan ini. Dia harus mengenal orang ini agar kelak, kalau
ada kesempatan, dia akan membalas dendam!
"Binatang she Louw, sudah puaskah hatimu mendengar
isterimu diperkosa orang dan anak-anakmu disiksa? Aku
menyerahkan isterimu kepada orang-orang ku agar
dipermainkan secara bergilir sampai mampus, dan juga
membunuh anak-anakmu di luar dusun. Akan tetapi aku masih
belum selesai dengan dirimu."
Louw Ti yang merasa berduka, marah dan penuh kebencian
itu kini sudah nekat dan lupa akan rasa takut. "Jahanam! Iblis
keji! Siapakah engkau? Jangan menjadi pengecut dan
perlihatkan mukamu kepada ku!"
Tiba-tiba dari balik kedok itu terdengar suara ketawa halus
dan disusul suara merdu seorang wanita, berbeda dengan
suara si kedok hitam tadi yang seperti suara pria.
"Tentu saja engkau akan mengenal aku." Dan orang itu lalu
membuka kedoknya dan sepasang mata Louw Ti terbelalak
lebar dan penuh keheranan ketika dia melihat bahwa muka di
balik kedok itu adalah wajah cantik dari nona bangsawan tadi!
Kini mengertilah dia. Si kedok hitam itu bukan lain adalah
nona bangsawan itu pula. Seorang wanita! Dan demikian
lihainya, dan demikian penuh dendam kepadanya sehingga
mengatur siasat yang sudah direncanakan dengan rapi untuk
menghancurkannya!
"Kau....!!" Dia berseru dan habislah harapannya.
Bagaimana wanita ini tidak akan berlaku kejam kepadanya?
Baru saja dia hendak membunuhnya, bahkan hendak
memperkosanya!
"Ya, akulah si kedok hitam yang mengganggu para
hartawan yang kaulindungi itu. Aku pula yang merampas harta
pusaka yang dititipkan oleh nona bangsawan yang juga aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sendiri orangnya. Aku telah mengatur semua ini untuk
menjatuhkanmu, untuk menghancurkanmu, Louw Ti!"
"Tapi.... tapi..... mengapa engkau lakukan semua ini
kepadaku? Siapakah engkau? Siapa namamu?"
"Hemm, buka matamu lebar- lebar dan lihat siapakah diriku,
Louw Ti." Kim Cui Hong lalu menghapus bedak yang menutupi
tahi lalat di dagunya. Ia memang menyembunyikan tahi lalat
itu, satu-satunya ciri pada mukanya, agar tidak dikenal oleh
musuh-musuhnya sebelum saatnya tiba. "Buka matamu dan
lihatlah baik-baik siapa aku!" Wanita itu mendekatkan
mukanya dan sepasang matanya mencorong, penuh dengan
api dendam.
"Aku.... aku tidak mengenalmu...." kata Louw Ti ragu-ragu.
Memang kembali perasaan bahwa dia telah mengenal wanita
ini timbul, akan tetapi dia tetap saja tidak dapat mengingatnya
siapa wanita ini. "Siapakah engkau....?"
Bibir yang merah basah dan indah bentuknya itu
tersenyum. "Agaknya terlalu banyak sudah engkau menyiksa
orang sehingga tidak dapat kauingat kembali satu-satu.
Namaku adalah Kim Cui Hong. Ingatkah engkau akan nama
itu?"
Louw Ti menggeleng kepalanya. "Tidak, aku tidak kenal...."
Memang, waktu yang tujuh tahun lamanya itu telah terisi
dengan pengalaman yang banyak sekali sehingga sukar
baginya mengingat gadis ini yang sudah lama sekali
dianggapnya mati dan tidak ada lagi di dunia ini, apa pula
dengan kepandaian selihai itu!
"Jahanam keparat, kenal atau tidak, engkau akan
menerima pembalasanku!" tiba-tiba dengan hati mendongkol
sekali Cui Hong menggerakkan cambuk rampasannya tadi.
Terdengar bunyi meledak dua kali dan ujung cambuk sudah
mematuk dan menotok, membebaskan Louw Ti. Orang ini lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan kaki tangannya dan bangkit. Cui Hong
melemparkan cambuk itu kepada pemiliknya.
"Aku tidak mau menyerang orang yang tak berdaya. Nah,
pergunakan senjatamu, dan pertahankan nyawamu!"
Hati Louw Ti merasa gentar sekali. Baru se karang dia tahu
apa artinya takut. Akan tetapi, dia teringat akan isteri dan dua
orang anaknya. Mungkin dua orang anaknya telah tewas dan
isterinya.. ... dia menelan ludah, isterinya telah diperkosa
orang-orang secara bergantian, mungkin sudah mendekati
maut lagi.
Perempuan ini membalas dendam? Apakah dia pernah
membunuh anak-anak perempuan ini? Rasanya tak mungkin
karena ia masih begitu muda. Kalau begitu, memperkosanya?
Memperkosanya secara bergantian? Banyak sudah perempuan
yang pernah diperkosanya ketika dia masih menjadi jagoan
dan tukang pukul, dan dia tidak ingat lagi pernah memperkosa
gadis cantik ini. Isteri dan anak-anaknya sudah tewas, dia
sudah jatuh miskin. Dia tidak memiliki apa-apa lagi. Pikiran ini
mengusir rasa takutnya, bahkan mendatangkan
kemarahannya dan tekad untuk melawan mati-matian, untuk
sedapat mungkin membunuh wanita yang telah membuatnya
sengsara ini.
"Baik, kita mengadu nyawa!" bentaknya marah. Dia
menyambar cambuknya dan dengan gerengan seperti seekor
singa terluka, dia pun menyerang Cui Hong dengan
cambuknya. Cambuk itu meledak-ledak di atas kepalanya
ketika diputar cepat dan meluncurlah cambuk itu turun ke
arah kepala Cui Hong. Dalam keadaan nekad dan marah itu,
Louw Ti yang memang lihai sekali menjadi semakin
berbahaya. Dia nekad dan bernapsu sekali untuk membunuh
lawan tanpa memperdulikan keselamatan dirinya sendiri.
Dalam ilmu silat yang dipergunakan untuk berkelahi, seorang
ahli silat hanya mengerahkan setengah bagian dari tenaga dan
kepandaiannya untuk melakukan penyerangan, sedangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setengahnya lagi untuk melindungi diri. Akan tetapi dalam
keadaan nekad, Louw Ti mengerahkan seluruh tenaga yang
ada padanya untuk menyerang tanpa memperdulikan
pertahanan atau perlindungan diri, oleh karena itu seranganserangannya
amatlah dahsyat.
Namun, pada waktu itu, tingkat Kepandaian Cui Hong
sudah lebih tinggi dari tingkat kepandaian lawan. Gadis ini
menang dalam segalanya. Menang tinggi ilmu silatnya,
menang dalam hal gin-kang (ilmu meringankan tubuh) dan
menang pula dalam kekuatan sinkang (tenaga sakti). Maka,
biarpun ia hanya bertangan kosong menghadapi cambuk yang
diputar dengan cepat dan kuat itu, ia masih tenang saja dan
mengandalkan ginkangnya untuk menyelinap di antara
gulungan sinar cambuk yang tak pernah berhasil menyentuh
tubuhnya.
Sebaliknya, di dalam hati Cui Hong juga terjadi kebakaran!
Api dendam dan kebencian menyala-nyala di dalam dadanya.
Sambil mengimbangi kecepatan gerakan cambuk yang
meledak-ledak, Cui Hong membayangkan peristiwa yang
terjadi tujuh tahun lebih yang lalu. Masih nampak jelas di
depan matanya ketika dia diperkosa oleh musuh-musuhnya,
dan pada saat itu, selagi berhadapan dengan Louw Ti, yang
terbayang adalah ketika Louw Ti memperkosanya dengan
buas.
Laki-laki bertubuh pendek tegap yang bermuka hitam ini,
dahulu ketika memperkosanya, kelihatan amat menakutkan.
Matanya yang lebar melotot merah dan Cui Hong yang ketika
tiba giliran Louw Ti memperkosanya sudah lemah dan dalam
keadaan setengah pingsan, merasa seolah-olah ia menjadi
seekor domba yang dicabik-cabik dan di lahap seekor harimau
buas. Hatinya kini merasa sakit bukan main dan kalau saja ia
tidak teringat akan sumpahnya kepada gurunya, tentu akan
dibunuhnya orang ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak, aku tidak boleh membunuhnya ...." katanya kecewa
di dalam hatinya dan ia pun menekan kemarahannya agar
jangan sampai kelepasan tangan membunuh lawan ini, kalau
ia mau tentu pada saat itu ia akan mampu membunuh Louw
Ti. Akan tetapi, kembali peristiwa yang lalu membayang di
depan matanya, kini dilihatnya bayangan ayahnya dan
suhengnya yang disiksa sampai mati oleh tiga orang jagoan
itu, ialah Louw Ti, Koo Cai Sun, dan Gan Tek Un.
"Wuuuuttt....!" Kaki kiri Cui Hong menyambar dahsyat,
dengan kecepatan yang tak dapat diikuti oleh kecepatan
gerakan Louw Ti.
"Krekk....!" Louw Ti menjerit karena tendangan dahsyat
yang dilepaskan Cui Hong dengan kemarahan meluap-luap ini
tepat mengenai pergelangan tangan kanannya sehingga
tulangnya patah dan kembali cambuknya sudah pindah ke
tangan wanita cantik itu.
"Tar.... tar....!" Cui Hong mengayun cambuk itu di atas
kepala dengan sikap mengancam.
Louw Ti menahan rasa nyeri di lengan kanannya, lalu
dengan nekad dia menubruk maju, menggunakan tangan
kirinya yang membentuk cakar, mencengkeram ke arah dada
Cui Hong. Sebagai seorang jagoan berilmu t inggi, biar lengan
kanannya sudah patah tulangnya dan tak dapat dipergunakan
lagi, dia masih berbahaya.
"Wuuuuttt.... tarrr.... singgg....!" Cambuk di tangan Cui
Hong menyambar seperti kilat cepatnya, dengan amat kuat
menyambut tangan kiri Louw Ti yang mencengkeram itu dan
samping. Nampak sinar berkilat saking cepatnya cambuk itu
menyambar.
"Crokkk....!" Untuk kedua kalinya Louw Ti menjerit dan dia
memandang terbelalak kepada lengan kirinya yang kini
buntung karena cambuk itu membabat lengannya seperti
sebatang pedang saja. Tangan kirinya putus sebatas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pergelangan tangan dan terlempar jauh, dan dari lengan yang
buntung itu bercucuran darah!
Kini kedua tangan Louw Ti tak dapat dipergunakan lagi,
yang kanan telah patah tulang lengannya yang kiri buntung.
Hal ini membuat Louw Ti menjadi semakin nekad. Dia maklum
bahwa dia takkan mampu menandingi gadis itu, maka dia tak
takut lagi menghadapi kematian, apalagi kalau dia teringat
bahwa isteri dan dua orang anaknya tentu akhirnya akan mati
pula. Maka biarpun kedua tangannya sudah tak dapat
dipergunakannya lagi, dia masih belum mau menyerah.
"Perempuan iblis kejam!" bentaknya sambil menyerang
dengan tendangan bertubi-tubi, menggunakan kedua kakinya
bergantian.
Cui Hong mengelak ke sana-sini, mempermainkan. "Louw
Ti jahanam busuk, orang macam engkau masih dapat memaki
orang lain kejam?"
Melihat kenekatan lawan, Cui Hong kembali mengayun
cambuknya yang meluncur ke depan.
"Tarrr....!" Louw Ti mengeluh dan menggerakkan kedua
lengan yang sudah tak berdaya itu ke arah mukanya. Mata
kirinya pecah oleh ujung cambuk dan berdarah.
Ketika lengan kirinya yang buntung bercucuran darah itu
digerakkan untuk menutup mukanya, muka itu pun
berlumuran darah yang keluar dari mata kirinya dan dari
lengan kiri yang buntung. Mengerikan sekali keadaan Louw Ti
di saat itu, namun dia memiliki tubuh yang kuat. Biarpun
kedua lengan sudah tak berdaya dan mata kirinya sudah
menjadi buta, dia masih maju lagi dengan ganasnya,
menyerang dengan tendangan-tendangan membabi buta.
Kembali cambuk itu meledak-ledak dan tubuh Louw Ti kini
roboh terpelanting karena kedua kakinya tak dapat dipakai
untuk berdiri lagi. Tulang kering kaki kirinya patah-patah dan
sambungan lutut kaki kanannya terlepas. Dia tidak berdaya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lagi, hanya rebah sambil memandang wanita itu dengan mata
kanan yang melotot. Mukanya penuh darah dan mulutnya
mengeluarkan busa saking marahnya.
"Iblis betina, bunuhlah, aku tidak takut mati!" bentaknya
penuh geram.
Cui Hong sudah merasa puas dengan pembalasan
dendamnya dan ia tersenyum sambil menggeleng kepala,
memandang dengan sinar mata mengejek. "Aku t idak akan
membunuhmu, aku ingin melihat engkau menyesali hidup dan
menyesali dosamu yang terkutuk!"
"Perempuan iblis! Dosa apakah yang telah kulakukan
kepadamu maka engkau berlaku sekejam ini, bahkan telah
menyiksa dan membunuh isteri dan anak-anakku yang sama
sekali tidak berdosa? Katakanlah agar aku tidak mati
penasaran!"
"Memang matamu buta sehingga engkau tidak mengenal
aku, Louw Ti. Ingin aku membutakan kedua matamu, akan
tetapi biarlah kutinggalkan sebuah agar engkau dapat melihat
akibat dari perbuatanmu yang terkutuk. Namaku Kim Cui Hong
tidak kauingat lagi, akan tetapi agaknya engkau tidak akan
lupa kepada gadis puteri guru silat Kim di Dusun Ang-ke-bun
itu, ketika si jahanam Pui Ki Cong dibantu oleh Thian-cin Butek
Sam-eng membunuh guru silat Kim bersama seorang
muridnya, kemudian mereka berempat itu secara biadab
memperkosa dan menghina puteri guru silat Kim dan
membuangnya di dalam hutan? Akulah puteri guru silat Kim
itu!"
Mata tunggal itu terbelalak, muka yang sudah pucat itu
menjadi semakin pucat. Kini teringatlah Louw Ti. "Kau....
kau.... gadis itu.... benar.... tahi lalat di dagumu itu....
ahhhh....!" Louw Ti memejamkan matanya yang tinggal
sebuah seperti hendak mengusir peristiwa tujuh tahun yang
lalu, yang kini kembali terbayang di dalam benaknya. Tentu
saja dia teringat karena dia pun ikut pula memperkosa gadis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sudah hampir mati itu, memperkosanya setelah gadis itu
oleh Pui Ki Cong dihadiahkan kepada mereka bertiga, dia
sendiri, Koo Cai Sun, dan Gan Tek Un, dipelopori oleh Koo Cai
Sun yang memang suka sekali mempermainkan wanita
cantik. Pantas saja gadis ini menyuruh orang-orang
memperkosa isterinya sampai mati, kemudian menyuruh
orang-orang menyiksa kedua anaknya sampai mati. Kiranya
gadis yang mereka lempar dan tinggalkan di dalam hutan itu
masih belum mati dan kini telah menjadi seorang wanita yang
memiliki ilmu kepandaian tinggi bukan main!
"Kau.... kau.... menjadi iblis betina yang kejam. Aku hanya
memusuhi engkau, akan tetapi kenapa engkau membalas
kepada anak isteriku pula yang tidak tahu apa-apa? Siksalah
aku, bunuhlah aku, akan tetapi kenapa engkau menyiksa
mereka?"
Cui Hong tersenyum mengejek. "Manusia berhati b inatang!
Engkau lupa betapa kalian telah menyiksa dan membunuh
ayahku dan suheng, juga tunanganku. Akan tetapi aku
tidaklah serendah dan sekejam engkau." Cui Hong lalu
melompat ke pintu dan membuka daun pintu tembusan itu.
Keluarlah seorang wanita dan dua orang anak yang tadi
dibawa ke dalam. Isteri Louw Ti itu masih berpakaian biasa,
dan sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia
telah diperkosa orang! Dan dua orang anak-anak itupun dalam
keadaan sehat-sehat saja, sama sekali tidak menderita cidera.
Melihat Louw Ti rebah dengan berlumuran darah, isterinya
dan kedua orang anaknya lalu lar i menghampiri dan
menangisinya.
Melihat mere ka, Cui Hong merasa kasihan pula dan ia pun
berkata, suaranya tenang dan jelas terdengar oleh isteri Louw
Ti. "Seperti sudah kuceritakan kepadamu, Enci, suamimu ini
telah melakukan dosa yang tak dapat diampuni terhadap
diriku dan ayahku, juga tunanganku. Dia dan komplotannya
tidak saja menyiksa dan membunuh ayah dan tunanganku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sama sekali tidak berdosa, bahkan dia dan komplotannya
itu memperkosa aku di depan mata ayah dan tunanganku
sebelum membunuh mereka. Dia dan komplotannya telah
memperkosa aku bergantian selama beberapa hari, kemudian
karena mereka mengira aku mati mereka melempar aku ke
dalam hutan dan meninggalkan aku. Aku sudah puas
sekarang, membalas dendam kepadanya akan tetapi aku tidak
membunuhnya."
Diingatkan akan perbuatan suaminya yang sudah
didengarnya dari Cui Hong, isteri Louw Ti berhenti menangis
dan kini ia memandang wajah suaminya yang berlumuran
darah. Di bawah ancaman Cui Hong, juga karena sudah
mendengar penuturan gadis itu, ia tadi membantu Cui Hong
dengan merintih dan menangis seperti orang diperkosa, dan
anak-anaknya ditakut-takuti sehingga mereka pun menangis
dan berteriak-teriak.
"Benarkah semua yang diceritakan itu? Benarkah engkau
dahulu melakukan i semua perbuatan terkutuk itu?" tanyanya
sambil bangkit berdiri.
Louw Ti tak dapat menyangkal lagi. Tiada gunanya
menyangkal. Dengan mata tunggalnya yang berkedip-kedip
dia memandang anak isterinya seorang demi seorang, lalu
berkata dengan suara lirih dan parau, "Benar.... semua
benar...."
Jawaban ini seperti memukul isterinya. Wanita itu cepat
meraih dan memegang tangan kedua anaknya, ditariknya
menjauh dari tubuh yang rusak itu seolah-olah takut kalaukalau
mereka akan ikut menjadi kotor. "Engkau memang
manusia biadab! Aku sendiri pun dulu kau paksa menjadi
isterimu, dengan menggunakan pengaruh uangmu dan
kepandaianmu. ayahku takut menolak dan aku terpaksa
menjadi isterimu. Aku berusaha untuk menyesuaikan diri,
belajar mencinta ayah dari anak-anakku, akan tetapi....
kiranya engkau pernah melakukan hai yang sedemikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kejinya. Terkutuk kau! Aku tidak sudi menjadi isterimu lagi,
aku tidak sudi melihat mukamu lagi!" Wanita itu menangis dan
membalikkan diri, membelakangi suaminya.
Cui Hong menyerahkan sebuah bungkusan kepada wanita
itu. "Enci, terimalah uang ini untuk bekal hidupmu bersama
anak-anakmu."
Isteri Louw Ti menerima bungkusan itu yang berisi uang
yang harganya seratus tail emas lebih, yaitu uang yang
diterima Cui Hong dari Louw Ti sebagai uang tanggungan,
hasil penggadaian rumah dan seisinya. Isteri Louw Ti
menerima uang itu lalu mengajak pergi kedua orang anaknya,
untuk pulang ke rumah orang tuanya dan selamanya tidak
akan mau lagi bertemu dengan bekas suaminya itu.
Melihat isteri dan anak-anaknya meninggalkannya, Louw Ti
merasa gelisah bukan main. Dia sudah kehilangan segalagalanya,
rumahnya dan seisi rumah, juga tubuhnya sudah
cacat. Kalau sekarang isteri dan kedua orang anaknya
meninggalkannya, bagaimana dia dapat hidup? Dia
memanggil-manggil, meratap dan menangis, akan tetapi isteri
dan anak-anaknya tidak memperdulikannya lagi sampai lenyap
ke luar rumah.
Cui Hong memandang dengan sinar mata penuh ejekan.
"Nah, baru sekarang engkau merasakan akibat dari
perbuatanmu terhadap diriku tujuh tahun yang lalu. Rumah ini
hanya kusewa dari orang. Selamat tinggal, Louw Til" Cui Hong
lalu meloncat keluar.
Louw Ti kini menjerit-jerit dan menangis, akan tetapi tak
lama kemudian terdengar dia tertawa bergelak, lalu menangis
lagi. Kiranya pukulan batin lebih hebat daripada pukulan lahir
baginya dan dia telah menjadi gila secara mendadak!
Sesal kemudian memang tiada gunanya sama sekali.
Penyesalan tidak akan mengubah seseorang dari wataknya
yang sesat, karena penyesalan biasanya datang setelah akibat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perbuatan itu menimbulkan kerugian bagi dirinya, kerugian
lahir maupun batin. Jadi yang disesalkan bukanlah perbuatan
pesatnya, melainkan akibatnya yang merugikan. Andaikata
tidak ada akibat yang merugikan, penyesalan pun tidak akan
ada, dan biasanya, kalau akibat yang merugikan itu sudah
mereda dan t idak begitu terasa lagi, maka pengulangan
perbuatan sesat itupun terjadilah! Yang penting bukan
penyesalan, melainkan pengamatan setiap detik terhadap diri
sendiri, setiap detik pada pengamatan apa yang kita pikirkan,
ucapkan, lakukan.
Pengamatan diri sendiri ini harus terjadi tanpa adanya
"aku" yang mengamati, karena kalau terdapat sang aku, tentu
pengamatan ini akan menilai dan pengamatan itu pun akan
menjadi miring dengan adanya pendapat-pendapat baik dan
buruk, benar dan salah. Padahal, setiap penilaian adalah palsu
karena si penilai tentu akan mendasari setiap penilaian dengan
perhitungan untung rugi bagi diri sendiri. Jadi, tidak ada "aku"
yang mengamati, melainkan yang ada hanyalah pengamatan
itu saja, perhatian sepenuhnya tanpa penilaian dari sang aku.
Pengamatan inilah yang akan mengubah! Perubahan seketika
pada saat itu juga, tanpa penyesalan, tanpa pamrih.
0odwo0
Laki-laki itu berusia empat puluh tahun lebih. Mukanya
yang bulat bersih tidak ada kumis atau jenggotnya selembar
pun juga, agak putih dan mata itu bergerak-gerak lincah,
mulutnya selalu tersenyum mengejek, akan tetapi seketika
menjadi senyum ramah kalau ada wanita lewat berpapasan
dengannya. Perutnya gendut dan pakaiannya serba mewah
dan dari sutera mahal. Mukanya masih dibikin lebih putih
dengan olesan bedak tipis, dan pakaiannya mengeluarkan bau
wangi sekali, seolah-olah sebotol minyak wangi telah tumpah
dan menyiram pakaiannya.
Biarpun dia kelihatan seperti seorang laki-laki hidung
belang tukang pelesir, dengan sinar mata membayangkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecabulan dan mata keranjang, namun pria ini bukan seorang
biasa, bukan sembarang orang. Dia adalah seorang jagoan
yang memiliki ilmu silat tinggi! Dialah Koo Cai Sun, dan.
seperti pembaca tentu masih ingat, Koo Cai Sun merupakan
seorang di antara Thian-cin Bu-tek Sam-eng atau Tiga Jagoan
Tanpa Tanding dari Thian-cin! Dialah seorang di antara tiga
jagoan yang pernah membantu Pui Ki Cong, membunuh Kimkauwsu
dan Can Lu San, muridnya, dan memerkosa Cui Hong.
Bahkan dalam perbuatan memperkosa Cui Hong, dialah yang
menjadi pelopornya, karena di antara tiga orang jagoan itu,
dialah yang berwatak paling mata keranjang dan suka sekali
mempermainkan wanita cantik, baik secara halus
mempergunakan pengaruh uang dan kepandaiannya, namun
juga secara kasar dengan jalan mengancam dan memperkosa.
Dan selama ini tidak ada orang berani menentangnya, karena
selain dia sendiri lihai, juga semua buaya darat dan kaum
penjahat adalah sahabat baiknya!
Seperti juga Louw Ti, Koo Cai Sun tinggal di kota raja. Akan
tetapi di antara mereka berdua jarang mengadakan
perhubungan karena pekerjaan mereka memang berbeda.
Louw Ti mempergunakan pengaruhnya untuk "melindungi"
para hartawan dengan imbalan jasa, juga kadang-kadang
melindungi pengiriman barang-barang berharga dengan upah
tinggi.
Adapun Koo Cai Sun yang tinggal di tengah kota, membuka
sebuah toko yang berdagang macam-macam senjata kuno
yang dianggap sebagai pusaka-pusaka yang ampuh. Tokonya
terkenal sekali dan dia memperoleh banyak keuntungan,
menjadi kaya raya. Para pembesar di kota raja mengenalnya
karena para pembesar itu suka membeli benda-benda kuno
yang dianggap keramat dan bertuah, dan dalam hal
mencarikan senjata-senjata kuno yang ampuh untuk para
pembesar itu, Cai Sun amat pintar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejak dulu Cai Sun berwatak mata keranjang, tak boleh
melihat wanita cantik. Mudah saja dia tergila-gila kalau melihat
wanita cantik, dan celakanya, kalau dia sudah tertarik, tidak
perduli wanita itu masih perawan, ataukah sudah janda,
bahkan isteri orang, akan diusahakan agar jatuh ke dalam
pelukannya. Dan setelah kini menjadi kaya-raya,
kegemarannya akan paras cantik ini makin menjadi, sehingga
terkenallah nama Koo Cai Sun sebagai seorang hartawan yang
mata keranjang. Di dalam rumahnya, dia telah mempunyai
seorang isteri dan tiga orang anak, dan di samping isterinya
yang dianggapnya sudah tua, masih ada lagi empat orang
isteri muda di dalam rumahnya. Namun, lima orang isteri di
rumah ini masih belum cukup bagi Cai Sun. Dia masih
berkeliaran ke luar rumah, mencari-cari mangsa baru dan
setiap kali mendengar ada janda cantik tentu akan didatangi
dan digodanya sampai dapat. Di samping itu, dia pun menjadi
langganan rumah-rumah pelacuran yang paling terkenal di
kota raja.
Pada suatu hari, pagi-pagi pada saat matahari mulai naik,
Koo Cai Sun meninggalkan sebuah rumah yang terletak di
dekat sebuah jembatan. Rumah itu tempat tinggal seorang
janda yang terpikat pula oleh rayuan Koo Cai Sun, seorang
janda yang tidak muda lagi sudah empat puluh tahun lebih
usianya, akan tetapi masih sexy dan genit. Cai Sun yang mata
keranjang dan rakus akan wanita ini tidak melewatkan janda
itu sehingga terjadilah hubungan di antara mereka, hubungan
gelap tanpa menghiraukan kritik yang dilontarkan oleh anakanak
janda itu yang besar-besar, bahkan janda itu sudah
mempunyai beberapa orang cucu! Tanpa mengenal malu, Cai
Sun keluar dari rumah itu dalam keadaan yang agak kusut dan
lesu, tidak seperti biasa dia selalu necis dan pesolek.
Ketika dia tiba di jembatan itu, sesosok tubuh yang
menggeletak di tepi jalan menarik perhatiannya. Bagi orang
lain yang lewat di situ, tubuh yang menggeletak itu tidak
diperdulikan, bahkan dengan jijik mereka membuang muka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
agar jangan terlalu lama memandang keadaan orang yang
mengerikan itu. Keadaan laki-laki yang oleh umum dianggap
sebagai seorang gelandangan yang terlantar ini memang
mengerikan sekali. Tangan kirinya buntung dan ujung lengan
sebatas pergelangan itu dibalut kain yang mulai kotor.
Tercium bau yang busuk dan banyak lalat merubung balutan
tangan buntung itu. Agaknya kedua kaki orang itu pun cacat
karena ia menggeletak setengah rebah di tepi jembatan.
Matanya yang kiri juga buta, biji matanya tidak ada dan
pelupuknya masih memperlihatkan luka borok. Rambutnya
awut-awutan dan pakaiannya compang-camping lagi kotor.
Akan tetapi, Cai Sun terkejut dan menghampiri orang itu.
Biarpun keadaan orang itu seperti gelandangan terlantar, dia
masih dapat mengenal orang pendek muka hitam itu.
"Louw Ti! Bukankah engkau Louw Ti....?" tanyanya sambil
berjongkok dan memandang penuh rasa kaget dan heran. Dia
ingat bahwa sahabatnya ini telah menjadi seorang yang cukup
kaya dan berhasil, tinggal di tepi kota raja. Kenapa kini berada
di sini seperti seorang gelandangan dalam keadaan cacat
seperti itu?
Orang itu membuka mata tunggalnya memandang kepada
Cai Sun, lalu tertawa ha-ha-he-he, kemudian menangis.
Tahulah Cai Sun bahwa orang ini telah menjadi gila!
Hai ini membuat dia menjadi semakin penasaran dan
dipegangnya kedua pundak orang itu, diguncangnya agak
keras.
"Louw t Ti! Sadarlah! Aku Koo Cai Sun, sahabat baikmu!"
Orang itu memang Louw Ti yang telah menjadi cacat dan
gila setelah Cui Hong melampiaskan dendamnya kepada
musuh besar ini. Dia memandang Cai Sun dan alisnya
berkerut. Agaknya dia mulai ingat kepada wajah sahabatnya
ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Koo Cai Sun? Ahhh, Koo Cai Su.... hu-hu-huuu....!" Dan dia
pun menangis dan menjambak-jambak rambutnya.
"Louw Ti! Tenangkanlah dan ceritakan apa yang telah
terjadi? Kenapa engkau menjadi begini?"
"Hu-hu-huuu.... Cai Sun.... hu-huuuuu, aku celaka.... habishabisan....."
"Kenapa? Apa yang terjadi? Kenapa kau tinggalkan
rumahmu....?"
"Aku tidak punya rumah lagi, isteri dan anak-anakku pergi
semua.... aku.... aku...."
"Kenapa? Dan engkau cacat seperti ini! Siapa yang
melakukan hal ini terhadap dirimu, Louw Ti?"
"Cui Hong.... ia Kim Cui Hong, anak guru silat Kim dar i Angke-
bun itu.... ia gadis bertahi lalat di dagunya yang kita.
perkosa dulu.... ha-ha-ha, ia hidup lagi, ia lihai dan aku
disiksanya..... ha-ha-ha, engkau pun tentu dicarinya. Cai Sun..
.... ha-ha-ha...." Setelah tertawa-tawa, Louw Ti menangis lagi.
Wajah Louw Ti menjadi pucat seketika Dan dia pun
melompat berdiri memandang ke sekeliling, seolah-olah takut
kalau-kalau gadis itu muncul di situ. Tentu saja dia teringat.
Gadis manis itu! Gadis yang dimusuhi oleh Pui-kongcu di
Thian-cin, kemudian ayah dan tunangan gadis itu dibunuhnya
bersama dua orang temannya, yaitu Louw Ti dan Gan Tek Un,
dan gadis itu diperkosa habis-habisan sampai disangka mati.
Pertama oleh Pui-kongcu tentu saja, kemudian dioperkan
kepada mereka bertiga, dan setelah memperkosanya sampai
sepuasnya, mereka lalu melemparkan tubuh gadis itu di
tengah hutan. Gadis itu kini menjadi lihai sekali dan membalas
dendam?
"Huh, takut apa menghadapi seorang gadis saja?" Hatinya
membantah dan mencela diri sendiri. Akan tetapi dia
memandang Louw Ti dan bergidik. Dia tahu bahwa ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepandaian Louw Ti cukup tinggi, tidak lebih rendah dari
kepandaiannya sendiri, terutama ilmu cambuknya yang lihai.
Dan kini Louw Ti dibikin cacat seperti itu oleh gadis itu.
“Hemm, jelas bahwa gadis itu tentu merupakan lawan
berbahaya,” pikirnya. Dia harus cepat menemui Pui Ki Cong
yang juga tinggal di kota raja, karena kalau gadis itu hidup
lagi, menjadi lihai dan membalas dendam, tentu bukan hanya
Louw Ti saja yang disiksa seperti itu, melainkan gadis itu tentu
akan mencari dia pula, dan tentu saja Pui Ki Cong! Gan Tek
Un tidak tinggal di kota raja dan ada sesuatu yang membuat
Cai Sun segan untuk menyampaikan berita mengejutkan
tentang Louw Ti dan gadis bertahi lalat di dagunya itu kepada
Tek Un. Bekas sahabatnya itu kini telah menjadi seorang
pendeta! Dan telah condong bergaul dengan para pendekar,
bahkan kabarnya Gan Tek Un yang telah menjadi pendeta itu
kini berpihak kepada para pendekar, menentang golongan
hitam! Biar lah gadis itu mencari dan menemukan Tek Un dan
menyiksanya, pikirnya. Akan tetapi dia harus mencari Pui Ki
Cong, berunding dan bersama-sama mencari daya upaya dan
persiapan untuk menghadapi gadis itu kalau-kalau benarbenar
gadis itu akan datang mencari mereka!
Cai Sun tidak jadi pulang melainkan langsung saja dia pergi
mengunjungi gedung tempat tinggal Pui Ki Cong. Seperti telah
kita ketahui, Pui Ki Cong adalah putera kepala jaksa Thian-cin.
Kini usianya sudah tiga puluh tujuh tahun dan dia menikah
dengan puteri seorang bangsawan di kota raja, masih kerabat
keluarga kaisar. Karena ayah mertuanya adalah seorang
pejabat tinggi di istana, maka Pui Ki Cong dengan mudah
memperoleh kedudukan pula sebagai seorang pejabat tinggi di
bagian perpajakan. Kedudukannya itu membuat dia mudah
mencari uang haram dan membuat dia menjadi kaya raya dan
terhormat. Dia tinggal di sebuah gedung yang terjaga oleh
pasukan pengawal, hidup bersama isterinya yang bangsawan
dan telah mempunyai seorang putera yang berusia empat
tahun. Seperti juga Cai Sun yang mata keranjang, Pui Ki Cong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah berkeluarga tidak pula meninggalkan kesenangannya
itu, dan karena memiliki kesenangan yang sama, keduanya
gemar mengejar paras cantik, maka selalu terjalin hubungan
dekat antara Pui Ki Cong dan bekas pembantunya itu.
Akan tetapi, sudah sebulan lebih Cai Sun t idak pernah
berjumpa dengan bekas majikannya yang kini tidak pernah
nampak keluar ke tempat pelesir, dan tentu saja amat
heranlah hati Cai Sun ketika berkunjung ke rumah Pui Ki Cong,
dia ditahan oleh para penjaga. Penjagaan di gedung itu amat
ketat, nampak belasan orang pengawal berjaga dengan
senjata tombak dan golok di tangan. Para pengawal itu tentu
saja mengenal Cai Sun yang sudah sering datang berkunjung,
akan tetapi pada pagi hari itu, mereka menahan Cai Sun dan
tidak diperbolehkan dia langsung masuk.
"Eh? Apakah kalian tidak mengenalku lagi? Aku adalah Koo
Cai Sun, sahabat baik tuan muda Pui Ki Cong!"
"Maaf, kami harus melaporkan dulu setiap orang tamu yang
hendak berkunjung kepada majikan kami," kata kepala
penjaga.
Terpaksa Cai Sun menunggu dengan hati yang tidak enak,
dan kepala jaga lalu pergi melapor ke dalam. Tidak lama
kemudian, kepala jaga itu datang lagi dan Cai Sun dipersilakan
masuk, akan tetapi diantar atau dikawal oleh dua orang
pengawal! Hal ini merupakan hal baru baginya, akan tetapi
walaupun merasa penasaran, terpaksa dia pun diam saja
dengan hati mendongkol karena dia hanya seorang tamu yang
harus tunduk akan peraturan tuan rumah.
Cai Sun merasa lebih heran lagi melihat kenyataan betapa
di gedung besar itu pun nampak penjagaan yang ketat.
Hampir di setiap sudut terdapat seorang pengawal berjaga.
Ketika akhirnya dia disambut oleh Pui Ki Cong, dia
memandang dengan kaget. Tidak berjumpa dengan bekas
majikan itu sebulan saja, kini Pui Ki Cong nampak kurus dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pucat, pada matanya terbayang kegelisahan. Cai Sun
memandang penuh selidik. Putera kepala jaksa di Thian-ciri itu
memang masih nampak tampan dengan pakaian yang mewah,
akan tetapi tubuhnya yang memang sudah tinggi kurus itu kini
kelihatan semakin kurus dan mukanya yang tampan agak
pucat seperti orang yang baru sembuh dari penyakit berat.
"Pui-kongcu, ada terjadi hal apakah?" Cai Sun bertanya,
hatinya merasa semakin tidak enak karena langsung saja dia
menghubungkan keadaan sahabatnya itu dengan keadaan
Louw Ti yang mengerikan. "Rumahmu penuh dengan
pengawal, dan engkau nampak begini kurus dan pucat."
Pui Ki Cong menarik napas panjang. "Duduklah, Toako,
kebetulan sekali kau datang karena memang aku sebetulnya
ingin bertemu dan bicara denganmu."
Semakin tidak enak rasa hati Cai Sun ketika dia duduk
berhadapan dengan bekas majikan itu. "Pui-kongcu,
katakanlah kepadaku, ada urusan apakah yang membuatmu
nampak begini gelisah?"
"Urusan Ayahku...."
"Ayahmu? Ah, apa yang terjadi dengan Pui-taijin?" Cai Sun
masih pura-pura bertanya, padahal tentu saja dia sudah
mendengar akan peristiwa yang menimpa diri Jaksa Pui di
Thian-cin itu. Dia sudah mendengar betapa Jaksa Pui itu kini
masuk penjara karena dianggap memberontak dan kesalahan
terhadap pembesar atasannya.
"Koo-toako, jangan kau pura-pura lagi. Semua orang sudah
mendengar akan apa yang terjadi dengan Ayahku." kata Ki
Cong sambil memandang tajam dengan alis berkerut.
Wajah Cai Sun menjadi agak merah dan dia pun
mengangguk. "Memang sesungguhnya saya sudah mendengar
berita angin bahwa Pui-taijin tertimpa musibah dan dihukum
penjara oleh atasannya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tahukah engkau apa yang telah terjadi sehingga Ayahku
tertimpa musibah seperti itu?"
Cai Sun menggeleng kepalanya. "Saya tidak tahu, Kongcu,
dan saya tidak berani mencampuri....."
"Dengar baik-baik, Toako, karena dalam urusan ini, engkau
pun terlibat. Baru beberapa hari kemudian setelah ayah
dipenjara, aku sempat berkunjung dan bertemu dengan ayah
di dalam penjara. Ayah menceritakan semua yang telah terjadi
dan ternyata bahwa ayah masuk penjara karena fitnah. Ada
orang menukar batu-batu permata yang oleh ayah diberikan
kepada Kwa Taijin dengan batu-batu biasa. Batu-batu permata
yang amat mahal harganya itu lenyap dicuri orang dan ditukar
dengan batu-batu koral. Dan bukan itu saja, malam harinya
ada orang mencuri cap kebesaran Kwa Taijin dan
menyembunyikannya di dalam kamar ayah sehingga ketika
diadakan penggeledahan, cap kebesaran yang hilang itu
ditemukan di kamar ayah."
"Ahhh....! Aneh sekali!" kata Cai Sun. "Siapakah yang
melakukan fitnah keji itu, Kongcu?"
Pui Ki Cong menatap tajam wajah yang bulat itu. "Kootoako,
coba kau terka, siapa kiranya orang yang
mencelakakan Ayah itu?"
Cai Sun merasa betapa jantungnya berdebar kencang, bulu
tengkuknya meremang karena dia merasa ngeri sekali. "Ia....
ia.... bukankah ia puteri Kim-kauwsu yang bernama Kim Cui
Hong itu....?"
Kini Pui Ki Cong yang terkejut bukan main. Dipegangnya
lengan Cai Sun dan dengan suara gemetar dia bertanya, "Kootoako,
bagaimana engkau dapat menduga begitu?"
Cai Sun menarik napas panjang untuk menenangkan
hatinya yang terlanda rasa takut. "Ceritakanlah dulu apa
dugaanku itu benar, Kongcu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ki Cong mengangguk. "Ayah sendiri tadinya tidak tahu
siapa yang telah melakukan fitnah keji terhadap dirinya, akan
tetapi ketika dia berada di dalam kamar tahanan, surat ini
melayang kepadanya. Kau baca sendiri!" Ki Cong
menyerahkan selembar surat kepada Cai Sun yang
membacanya dengan muka pucat dan kedua tangan agak
gemetar.
"Kepala Jaksa Pui, kami mengucapkan selamat kepadamu!"
"Mendiang guru silat Kim Siok sekeluarga."
Keringat dingin memenuhi muka dan leher Cai Sun yang
gemuk itu ketika dia mengembalikan surat itu kepada Pui Ki
Cong. "Tak salah lagi, tentu ia yang menulisnya...."
"Koo-toako, ia siapakah? Bicaralah yang jelas!"
"Kongcu, lupakah engkau akan gadis remaja puteri guru
silat Kim Siok dari dusun Ang-ke-bun itu? Gadis manis yang
bertahi lalat di dagunya? Kita..., kita telah membunuh ayahnya
dan tunangannya dan kita..... kita telah memperkosanya...."
Pui-kongcu mengangguk-angguk dan meraba-raba
dagunya, mengenangkan peristiwa tujuh tahun yang lalu.
Tentu saja kini dia teringat akan semua itu. Seorang gadis
manis yang angkuh dan galak sehingga dia pernah menerima
tamparan tangan gadis itu. Akan tetapi dia telah membalas
sakit hatinya sampai sepuasnya, bukan hanya membunuh
ayah dan tunangan gadis itu, melainkan juga memiliki tubuh
gadis itu sampai sepuasnya, selama tiga hari dia
mempermainkan gadis itu sampai menjadi bosan. Dia lalu
memberikan gadis itu kepada Thian-cin Bu-tek Sam-eng.
"Tapi, bukankah ia telah kalian bawa pergi dan kalian
bunuh....?"
"Itulah kecerobohan kami, Kongcu. Kami melemparkan ia di
dalam sebuah hutan, dalam keadaan hampir mati dan kami
yakin bahwa binatang buas tentu akan membunuhnya. Akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi ternyata ..... ah, ia hidup kembali dan agaknya hendak
membalas dendam kepada kita semua."
"Tidak perlu takut! Sebaiknya kita menghubungi saudarasaudara
Gan Tek Un dan Louw Ti untuk bersama-sama
menghadapi gadis itu. Masa kita harus takut menghadapi
seorang anak perempuan seperti anak guru silat itu! Kalau ia
terjatuh ke tanganku, sekali ini akan kupermainkan ia sampai
mati di depan mataku sendiri!" Ki Cong berkata dengan
gemas.
"Kongcu, Louw Ti..... Louw Ti.... dia... dia...."
Melihat sikap Cai Sun seperti orang ketakutan, Ki Cong
memandang dengan alis berkerut. "Ada apa dengan Louw Ti?"
"Celaka, Kongcu, dia.... dia.... ah, gadis itu telah turun
tangan terhadap Louw Ti. Karena itulah saya datang menemui
Kongcu. Baru saja di jembatan sana, saya bertemu dengan
seorang gelandangan gila yang tubuhnya penuh cacat, dan dia
adalah Louw Ti! Dia kehilangan segala-galanya, hartanya,
rumahnya, anak isterinya dan tubuhnya sendiri cacat, bahkan
dia telah menjadi gila, semua itu adalah perbuatan Kim Cui
Hong, gadis puteri guru silat Kim di Ang-ke-bun itu!"
"Ahhh....??" Wajah Ki Cong menjadi semakin pucat.
"Tapi..... tapi..... bukankah Louw Ti memiliki ilmu kepandaian
yang tinggi? Bagaimana mungkin gadis itu dapat membikin dia
cacat?"
Cai Sun menggeleng-geleng kepala. "Entahlah, Kongcu,
ketika Louw Ti masih mampu bercerita, dia berkata bahwa
gadis itu kini lihai bukan main."
"Mari kita temui dia, aku ingin mendengar sendiri
ceritanya." kata Ki Cong, mengajak Cai Sun untuk keluar.
"Nanti dulu, Kongcu..." Cai Sun berkata dan ternyata
mukanya yang bulat itu selain pucat juga penuh keringat
dingin. Mendengar betapa gadis puteri guru s ilat Kim itu juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah menjatuhkan dendamnya terhadap Jaksa Pui, dia
menjadi semakin gentar. "Agaknya.... tidak amanlah kalau kita
berdua pergi keluar.... bagaimana kalau ia muncul?"
Mendengar ucapan ini, Ki Cong terkejut. Tak disangkanya
Cai Sun demikian berubah. Sikap jagoannya hilang dan kini dia
menjadi seorang penakut. Dia tidak tahu bahwa memang
demikianlah watak orang yang suka bersikap kejam, seorang
jagoan atau tukang pukul. Seorang tukang pukul bersikap
kejam dan pemberani kalau menghadapi lawan yang sekiranya
dapat ditundukkan. Akan tetapi begitu berhadapan dengan
lawan yang lebih kuat, nampaklah wataknya yang sebetulnya.
Dia seorang pengecut, seorang penakut yang hendak
menyembunyikan rasa takutnya di balik kekejaman terhadap
pihak yang lebih lemah.
Karena Cai Sun, bekas jagoannya itu memperlihatkan sikap
takut-takut, Ki Cong juga menjadi gentar dan dia lalu
memer intahkan sepasukan pengawal yang terdiri dari be lasan
orang untuk mengawalnya keluar rumah bersama Cai Sun.
Dengan adanya pasukan ini, besarlah hati Cai Sun dan dia pun
melangkah dengan gayanya di samping Ki Cong, dengan sikap
seolah-olah dia yang melindungi putera bekas jaksa Thian-cin
itu!
Mereka menemukan Louw Ti yang kini sudah meninggalkan
jembatan dan berusaha sedapatnya untuk pergi dari situ. Ki
Cong memandang dengan mata terbelalak dan muka pucat.
Dia pun mengenal Louw Ti, akan tetapi Louw Ti sekarang
telah menjadi seorang yang cacat lahir batinnya. Mata kiri
orang itu buta, tangan kiri buntung, tangan kanan tergantung
seperti lumpuh, jalannya pun terpincang-pincang, kaki kanan
pincang, kaki kiri diseret. Keadaan orang itu sungguh
menyedihkan dan mengerikan. Dia tertawa-tawa, lalu
menangis dan ketika melihat rombongan Pui Ki Cong
menghampirinya, tiba-tiba dia terbelalak dan berteriak,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan.... ah, jangan bunuh mereka..... ampunkan
aku....!" Dan dia pun melarikan diri sambil terpincang-pincang
menyeret kakinya.
Wajah Ki Cong menjadi semakin pucat melihat keadaan
Louw Ti. Juga Cai Sun mengikut i lar inya bekas rekan itu
dengan hati penuh kegelisahan dan kengerian membayangkan
betapa nasib seperti itu mungkin akan menimpa dirinya.
"Tidak!" Tiba-tiba dia membentak marah dan mengepal
tinju tangan kanannya, mengacungkan ke atas. "Aku akan
melawannya, aku akan membunuh perempuan iblis itu!"
"Tenanglah, Koo-toako. Sungguh menyedihkan se kali nasib
Louw-toako. Mari kita kembali, kita harus membicarakan
urusan ini dan mengambil langkah-langkah demi keselamatan
kita."
Cai Sun mengangguk dan mereka semua membalikkan
tubuh dan berjalan kembali menuju ke gedung tempat tinggal
Pui Ki Cong. Akan tetapi pada saat itu mereka mendengar
suara ketawa seorang wanita, disusul kata-kata yang halus
merdu.
"Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun, giliran kalian akan tiba.
Tunggu sajalah!"
"Setan!" Koo Cai Sun sudah mencabut senjatanya, yaitu
sepasang siang-kek, tombak pendek yang bercagak dan dia
meloncat ke arah datangnya suara tadi, dari kiri di mana
terdapat sebuah bangunan tembok. Akan tetapi, dia hanya
melihat bayangan yang bertubuh langsing berkelebat dan
bayangan itu pun lenyap dari situ.
"Akan kuhajar perempuan iblis itu! Akan kuhancurkan
kepalanya dengan kepalanku, akan kucabik-cabik dagingnya
dengan siang-kek ini!" Sumbarnya, namun diam-diam dia
terkejut melihat betapa cepatnya bayangan tadi berkelebat
dan bergerak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, Ki Cong sudah menjadi demikian takutnya
sehingga dia cepat-cepat mengajak Cai Sun dan pasukan
pengawalnya untuk kembali ke rumahnya. Setelah
memer intahkan para pengawalnya untuk melakukan
penjagaan yang lebih ketat dan mendatangkan pasukan
pengawal lain, Pui Ki Cong lalu mengajak Koo Cai Sun untuk
berunding di dalam ruangan sebelah dalam.
"Bagaimana baiknya sekarang?" tanya Ki Cong dengan
suara agak gemetar. Melihat keadaan Louw Ti tadi, kemudian
melihat berkelebatnya bayangan yang mengeluarkan suara
ancaman, dia menjadi ketakutan.
Di lubuk hatinya, Cai Sun juga sudah takut setengah mati.
Dia bukan seorang bodoh, melainkan cerdik dan licik sekali.
Dia tahu bahwa wanita puteri g uru silat Kim itu muncul untuk
membalas dendam dan bahwa wanita itu kini lihai bukan
main. Sudah terbukti ketika ia mencelakakan Pui-taijin
kemudian menyiksa Louw Ti dan tadi pun kemunculannya
membuktikan kelihaiannya. Dia dan keluarganya terancam!
Dia harus dapat mempergunakan kecerdikannya untuk
menyelamatkan keluarganya dan dirinya sendiri, di samping
itu jangan sampai kelihatan sebagai seorang pengecut besar
yang ketakutan. Maka dia pun tersenyum. Wajahnya yang
bulat itu seperti terbelah menjadi dua ketika mulutnya terbuka
lebar.
"He-he-he, Pui-kongcu. Menghadapi ancaman bocah setan
itu, tidak perlu kita takut. Memang jelas bahwa ia tentu akan
berusaha untuk mencelakai kita, terutama sekali engkau,
Kongcu, mengingat bahwa engkaulah musuh utamanya, akan
tetapi aku yakin akan dapat mengatasinya. Pui-kongcu,
memang seba iknya kalau untuk sementara waktu ini, kita
bergabung untuk menghadapinya, dan juga aku merasa
berkewajiban untuk membantumu dalam menolak ancaman
perempuan itu. Bagaimana kalau untuk sementara ini aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membawa keluargaku tinggal di sini agar dapat menjaga
keselamatan Kongcu?"
Tentu saja Pui Ki Cong yang merasa gentar menghadapi
ancaman gadis puteri Kim-kauwsu itu menjadi girang bukan
main. Dia tidak tahu bahwa sebetulnya bekas pembantunya
itu pun ketakutan dan ingin berlindung di gedungnya yang
banyak dijaga para pengawal!
"Baik sekali kalau begitu, Toako. Dan akupun akan mencari
jagoan-jagoan di kota raja ini untuk melindungiku. Selain itu,
juga aku akan mengerahkan orang pandai untuk mencari dan
membekuk perempuan iblis itu."
Girang sekali rasa hati Cai Sun. Memang itulah yang
dikehendakinya. Selain dapat berlindung di gedung Pui Ki
Cong dan dalam menghadapi Kim Cui Hong dia memperoleh
bantuan orang-orang pandai, juga dia dapat berjasa terhadap
bekas majikan itu karena seolah-olah dia berada di situ untuk
melindungi keselamatannya, bukan untuk mengungsikan
keluarganya!
0-dw-0
Cui Hong memasuki rumah makan yang tidak begitu ramai
itu. Rumah makan yang sederhana dan berada di ujung kota.
Seorang pelayan restoran yang selama beberapa hari ini
melayaninya, segera menyambut dengan senyum ramah.
Nona cantik ini memang telah menjadi langganan restoran,
setiap hari makan di situ.
"Selamat siang, nona. Selamat duduk, dan nona pilih saja
meja mana yang nona kehendaki. Banyak yang masih kosong,
nona." pelayan itu menegur. Cui Hong mengangguk sedikit
lalu matanya menyapu ruangan. Memang tidak banyak tamu,
hanya lima enam meja yang ada orangnya. Mereka ini
berkumpul di bagian depan, maka ia pun memilih meja di
sudut agak belakang yang sepi. Hanya ada seorang tamu lain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
duduk di meja belakang, hanya terpisah dua meja dari tempat
yang dipilihnya.
"Sediakan makanan seperti kemarin," kata Cui Hong singkat
kepada pelayan itu yang mengangguk-angguk ramah. Setelah
pelayan itu mengundurkan diri untuk mempersiapkan
pesanannya, Cui Hong mengambil tempat duduk dan tanpa
disengaja ia memandang ke depan. Kebetulan sekali pada saat
itu, pemuda yang duduk di meja lain, yang juga duduk
sendirian saja, sedang memandangnya. Dua pasang mata
bertemu dan Cui Hong segera membuang muka. Wajah
seorang pria yang sangat menarik, pikirnya. Heran ia mengapa
tiba-tiba saja ia tertarik kepada pria itu. Padahal, pria itu
memandangnya dengan sinar mata kagum yang demikian
jujur, tidak mengandung sinar kurang ajar seperti yang
seringkali ia lihat dalam pandang mata pria lain. Biarpun ia
tidak pernah memandang langsung, dari sudut kerling
matanya ia beberapa kali mengamati keadaan pemuda
berpakaian serba kuning itu.
Pemuda itu bukan remaja lagi, tentu sudah tiga puluh
tahun usianya, atau kurang pun hanya sedikit. Seorang
pemuda yang berpakaian sederhana, dari kain kuning yang
tidak mahal. Rambutnya yang hitam dan tebal agak keriting
itu digelung ke atas dan diikat dengan pita biru.
Wajahnya tidak terlalu tampan, namun ganteng dan penuh
kejantanan, dengar, hidung mancung dan dagu meruncing
membayangkan ketabahan dan kemauan besar. Sinar
matanya lembut namun tajam, terbayang kejujuran di dalam
pandang matanya. Bentuk tubuhnya sedang, dengan dada
yang bidang dan leher yang nampak kuat. Melihat bentuk
pakaiannya, tentu dia seorang pemuda petani, pikir Cui Hong
yang merasa semakin heran melihat diri sendiri yang begini
menaruh perhatian terhadap seorang pria yang tidak pernah
dikenalnya. Padahal, biasanya ia belum pernah
memperhatikan seorang pria. Semenjak ia diperkosa dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dipermainkan empat orang laki-laki, kemudian ia ikut belajar
ilmu silat dari gurunya, ia tidak pernah tertarik kepada pria.
Apalagi ketika ia mendapat kenyataan betapa pandang mata
hampir semua orang pria yang ditujukan kepadanya selalu
mengundang sifat kurang ajar, ingin menggoda, kekaguman
yang mengandung nafsu, membuat ia teringat akan pandang
mata empat orang pria musuh besarnya dan ia seperti tak
pernah merasa tertarik atau suka kepada pria. Bahkan ada
sedikit perasaan benci, menganggap bahwa semua pria adalah
makhluk yang kejam dan hanya mengejar kesenangan nafsu
berahi belaka!
Inilah sebabnya mengapa ia merasa heran sendiri melihat
ia merasa begitu tertarik kepada pria yang satu ini! "Ah, dia
hanya seorang laki-laki....." Akhirnya Cui Hong mencela diri
sendiri dan segera mengalihkan perhatiannya kepada
hidangan yang baru saja dikeluarkan oleh pelayan.
Sambil makan ia memikirkan dan mencari siasat untuk
menghadapi dua orang musuhnya. Setelah berhasil membalas
dendam terhadap Louw Ti, ia melakukan penyelidikan dan
dengan mudah saja ia dapat menemukan di mana tinggalnya
Pui Ki Cong dan Koo Cai Sun. Segera ia melakukan
penyelidikan tentang keadaan hidup dua orang musuh
besarnya itu. Ia sempat melihat rombongan Ki Cong dan Cai
Sun yang dikawal belasan orang perajurit menemui Louw Ti
yang telah menjadi gila di jembatan itu, dan ia sempat pula
mengejek dan mengancam dua orang musuh besarnya. Kalau
ia menghendaki, tentu pada waktu itu juga ia dapat
menyerangnya dan melukai mere ka. Akan tetapi tidak, ia tidak
mau dan tidak mau menimbulkan keributan, apalagi harus
mengamuk di antara pasukan pengawal. Ia harus mencari
siasat yang tepat dan baik.
Sakit hati yang diderita Cui Hong terlalu besar sehingga
mempengaruhi seluruh hidupnya, membentuk suatu watak
tersendiri terhadap musuh-musuh besarnya. Ia ingin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menikmati kemanisan pembalasan dendam sedikit demi
sedikit! Ia tidak tergesa-gesa. Sudah hampir delapan tahun ia
menahan sakit hati, sudah bertahun-tahun ia bersabar, maka
sekarang pun ia tidak tergesa-gesa. Bagaikan seekor kucing
yang melihat dua ekor tikus yang akan dijadikan korban, ia
tidak tergesa-gesa menerkam mere ka, melainkan hendak
mempermainkan sepuasnya, seperti ketika ia dipermainkan
oleh musuh-musuhnya dahulu! la ingin melihat mereka
menderita ketakutan, kengerian dan akhirnya barulah ia akan
turun tangan membuat mereka menderita badan. Ia ingin
mereka menderita lahir batin secara hebat, seperti yang
pernah dideritanya dahulu oleh perbuatan mereka. Betapa
nikmat dan manisnya melakukan pembalasan dendam seperti
ini! Seperti orang makan hidangan lezat, tidak segera
ditelannya, melainkan dikunyahnya perlahan-lahan, demikian
pikir Cui Hong sambil mengunyah makanannya. Ia tidak tahu
bahwa pria berpakaian kuning itu, yang tadi tidak mau
memandang kepadanya secara langsung, kini menatapnya
dengan penuh perhatian dan penuh kagum, selagi ia
mencurahkan perhatiannya kepada makanannya.
Selama beberapa hari ini, Cui Hong diam-diam mengikuti
semua gerak-gerik dua orang musuhnya. Ia seringkali
tersenyum mengejek melihat kesibukan mereka, melihat
betapa Cai Sun membawa semua keluarganya, mengungsi ke
rumah gedung Pui Ki Cong, …….
Halaman gak ada
dan ia pun melihat yang ada hanyalah seorang pemuda
yang telah melukai para perajurit pengawal dan aku sebagai
seorang kepala pengawal. “Menyerahlah untuk kutangkap dan
aku pun tidak akan mempergunakan senjata terhadap dirimu."
Tan Siong mengangguk. "Baiklah, ini urusan pribadi dan
tidak ada sangkut-pautnya dengan Siauw-lim-pai maupun
Kun-lun-pai. Akan tetapi aku tidak merasa bersalah, maka
terpaksa aku menolak untuk menyerah dan ditangkap."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Su-toako, pemuda ini sombong sekali. Kalau tidak diberi
hajaran tentu akan memandang rendah kepada kita!" teriak
Cai Sun marah karena dia merasa khawatir kalau-kalau
rekannya itu akan berdamai dan tidak melanjutkan
perkelahian melawan pemuda itu. Dia sendiri sudah
menggerakkan pedang di tangannya melakukan serangan
dahsyat yang disambut oleh Tan Siong dengan tenang.
Melihat ini, terpaksa Su Lok Bu maju lagi melakukan serangan
dengan sepasang pedangnya. Juga dua orang pengawal
membantu dengan pedang mere ka.
Tiba-tiba muncul seorang laki-laki pendek berkulit putih dan
berperut gendut, dengan rambut dan jenggot putih semua.
"Penjahat muda yang nekat, lihat golok besarku!" bentak
orang itu dan begitu tiba di situ, dia membentak dan
menggerakkan sebatang golok besar dan berat dengan
gerakan yang amat dahsyat. Suara golok itu semakin
berdesing-desing dan menyambar-nyambar ganas menyerang
Tan Siong.
Tentu saja Tan Siong terkejut bukan main karena golok itu
tidak kalah bahayanya dengan sepasang pedang di tangan Su
Lok Bu! Orang yang baru datang ini adalah Cia Kok Han yang
menyusul rekannya dan begitu melihat rekan-rekannya
mengeroyok seorang pemuda yang amat lihai dan melihat ada
empat orang pengawal yang terluka, dia pun segera maju
mengeroyok.
Kini Tan Siong kewalahan sekali, apa lagi karena dia tahu
bahwa yang baru datang ini tentulah seorang Bu-tong-pai
hatinya merasa semakin ragu dan khawatir. Karena itu,
gerakan pedangnya agak….
Halaman gak ada
…… nanti kemanisan balas dendam sepenuhnya tanpa
gangguan orang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Napsu yang membakar hati Cui Hong mirip dengan napsu
yang membakar d iri Kai Sun atau Ki Cong ketika memperkosa
wanita itu tujuh tahun yang lalu. Dan untuk menjatuhkan
pembalasan dendamnya, Cui Hong seperti seekor kucing yang
tekun dan sabar mengintai tikus-tikus calon korbannya, kini
dengan amat sabarnya menanti saat baik dan mencari-cari
siasat bagaimana agar ia dapat berhadapan dengan dua orang
musuh besar itu tanpa adanya gangguan orang lain.
Tiba-tiba Cui Hong dikejutkan dari lamunannya oleh suara
ketawa seorang laki-laki. Ia mengangkat mukanya dan melihat
seorang laki-laki berusia tiga puluhan tahun, bermuka penuh
bopeng dan bertubuh tinggi besar, berdiri dekat mejanya dan
sedang memandang kepadanya sambil tertawa terkekehkekeh.
Masih ada lagi tiga orang laki-laki lain, teman-teman
dari orang yang kini berada di dekat mejanya, berada di meja
sebelah kirinya, dan mereka pun tertawa-tawa dan memberi
semangat kepada si muka bopeng.
"Hayo, A-cauw, apakah engkau kehilangan nyalimu setelah
berhadapan dengan wanita cantik?" demikian antara lain
orang itu berkata.
Agaknya laki-laki yang berada di dekat meja Cui Hong itu
bernama A-cauw dan kini dia membungkuk dengan sikap
hormat dibuat-buat kepada Cui Hong. "Nona, apakah Nona
sendirian saja makan di sini?"
Cui Hong maklum bahwa laki-laki ini hendak kurang ajar,
akan tetapi ia tidak mau mencari keributan. Dengan suara
datar ia pun menjawab, "Benar, aku duduk dan makan
sendirian. Ada sangkutan apakah hal itu dengan dirimu?"
"Begini, Nona. Aku dan teman-temanku itu, kami berempat
baru saja menang taruhan, dan kami mengadakan pesta di
restoran ini. Melihat Nona seorang diri saja, kami berempat
ingin sekali mengundang Nona untuk makan bersama kami,
bersenang-senang dan ikut menghabiskan uang kemenangan
kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cui Hong mengerutkan alisnya dan ingin menampar muka
yang bopeng itu. Akan tetapi ia menahan diri. Ia sedang
berada di kota raja dan dengan tugas yang amat penting.
Kalau ia membuat ribut tentu akan menarik perhatian, apalagi
kalau sampai ia memperlihatkan kepandaiannya, tentu akan
menimbulkan kecurigaan. Ia harus merahasiakan dirinya agar
tidak ada yang tahu bahwa ia adalah Kim Cui Hong yang
sedang berusaha membalas dendam terhadap musuhmusuhnya.
Untuk ini pula ia sudah bersusah payah menghias
mukanya dengan penyamaran sehingga tahi lalat di dagunya
juga tidak nampak. Ia percaya bahwa seperti juga Louw Ti,
musuh-musuhnya yang lain tidak akan dapat mengenalnya
tanpa adanya tahi lalat di dagunya itu. Kalau kini ia melayani
segala urusan kecil seperti gangguan laki-laki kurang ajar ini,
hai itu amat berbahaya karena dapat membocorkan rahasia
tentang dirinya yang hendak dirahasiakan. Pula, sejauh ini,
laki-laki bermuka bopeng itu belum memperlihatkan sikap
kurang ajar, bahkan mempersilakannya dengan sopan,
walaupun kesopanan itu dibuat-buat.
"Terima kasih, Saudara. Akan tetapi aku sudah kenyang,
maka terpaksa aku tidak dapat menerima undanganmu.
Terima kasih, aku malah sudah selesai makan dan hendak
pergi." Berkata demikian, Cui Hong bangkit dan memberi
isyarat kepada pelayan untuk datang agar ia dapat membayar
harga makanan dan pergi secepatnya dari situ. Akan tetapi,
ketika pelayan itu datang dengan sikap takut-takut Si Muka
Bopeng membentaknya,
"Mau apa kau? Pergi!" Pelayan itu mundur lagi dengan
muka membayangkan ketakutan. Hal ini menyadarkan Cui
Hong bahwa empat orang itu memang sudah dikenal di situ
dan agaknya sudah biasa ditakuti orang.
"Nona, seorang gadis secantik engkau tidak patut kalau
makan sendirian, maka mar ilah ikut bersama kami, Nona.
Nanti kami akan mengantar Nona pulang. Di manakah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumahmu dan siapa pula namamu, Nona?" Si Muka Bopeng
kini semakin berani dan pertanyaan-pertanyaannya itu mulai
kurang ajar.
"Apakah sudah ada yang punya, Nona manis?" terdengar
seorang temannya berteriak dari meja sebelah.
"Aihh, jangan jual mahal, Nona manis," kata yang lain.
"Kami baru saja mendapat rejeki besar, jangan khawatir,
kami mampu memberi hadiah besar kepadamu, Nona manis"
sambung orang ke tiga.
O0oodwoo0O
Jilid 7
MENDENGAR ucapan-ucapan itu dan melihat sikap mereka.
Cui Hong mulai naik darah. Ia merasa serba salah, menghajar
mereka berarti akan membuka rahasianya. Mendiamkan saja,
mereka tentu akan semakin kurang ajar dan ia tidak akan kuat
menahan kesabarannya lagi.
Akan tetapi pada saat itu, terdengar suara seorang laki-laki
yang terdengar tegas dan halus, biarpun penuh dengan nada
teguran. "Saudara-saudara adalah laki-laki, maka tidak
sepatutnya kalau mengganggu seorang wanita baik-baik di
tempat umum. Nona ini sudah makan dan menolak undangan
kalian, kenapa mengeluarkan ucapan yang tidak sopan?"
Cui Hong cepat memandang dan ternyata yang
mengeluarkan kata-kata itu adalah pemuda yang berpakaian
kuning yang tadi duduk seorang diri di sudut belakang. .Kini
pemuda itu telah bangkit dari tempat duduknya dan
memandang kepada Si Muka Bopeng dengan sinar mata
penuh teguran.
Tentu saja Si Muka Bopeng menjadi marah. Mukanya
berubah merah sekali. Dia dan kawan-kawannya terkenal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebagai jagoan-jagoan di lorong itu, dan kini seorang pemuda
yang asing berani menegur mereka! Si Muka Bopeng
meninggalkan meja Cui Hong dan cepat melangkah
menghampiri meja Si pemuda berpakaian kuning dengan mata
melotot dan tangan terkepal. Akan tetapi dia berhati-hati,
ingin tahu dulu siapa adanya orang yang berani menegur dia
dan teman-temannya. Di kota raja banyak terdapat orang
pandai dan golongan-golongan yang kuat, maka dia tidak
boleh salah tangan menentang orang yang lebih tinggi
kedudukannya atau lebih kuat. Memang, di bagian mana pun
di dunia ini, orang-orang yang suka bertindak sewenangwenang,
yang suka mempergunakan kekerasan untuk
menekan orang lain, selalu memiliki watak pengecut dan
beraninya hanyalah kepada orang-orang yang lebih lemah dari
padanya. Sekali bertemu yang lebih kuat atau lebih tinggi
kedudukannya, maka akan nampaklah wataknya yang aseli
dan dia akan berubah dari s inga buas menjadi seekor domba
yang mengembik, menjadi seorang penjilat yang tidak
mengenal malu.
"Siapakah engkau, berani mencampuri urusan kami?"
bentak Si Muka Bopeng. Juga tiga orang kawannya sudah
bangkit berdiri dan memandang ke arah pemuda berpakaian
kuning itu dengan mata melotot dan muka mengancam.
Dengan sikap masih tenang pemuda itu menjawab,
"Namaku Tan Siong dan aku tidak bermaksud mencampuri
urusan kalian, melainkah hanya menasihatkan bahwa tidak
sepatutnya laki-laki menggoda wanita di tempat umum."
"Perduli apa engkau? Apa sih kedudukan dan pekerjaanmu
maka engkau berani menentang kami?" Si Muka Bopeng
kembali bertanya karena dia masih ragu-ragu untuk turun
tangan terhadap pemuda yang belum dikenalnya ini.
Sementara itu, sambil melirik dan mengikuti peristiwa itu
dengan sudut matanya, Cui Hong menghampiri pelayan dan
menyerahkan pembayaran harga makanannya. Akan tetapi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih berdiri di dekat pintu, memandang ke arah dua orang
laki-laki yang sedang bertengkar itu. Hatinya semakin tertarik
karena pemuda berpakaian kuning itu bersikap demikian
tegas, jujur dan penuh dengan keberanian. juga hatinya
senang sekali karena pemuda itu telah membelanya, walaupun
ia yakin bahwa pemuda itu akan membela wanita mana pun
yang diganggu orang. Pemuda itu tidak membela pribadinya,
melainkan membelanya karena ia wanita yang mengalami
gangguan laki-laki kurang ajar .
"Aku tidak mempunyai kedudukan apa-apa, dan
pekerjaanku adalah bertani Aku seorang perantau yang baru
saja masuk ke kota raja dan kebetulan melihat apa yang
kalian lakukan terhadap Nona itu. Aku hanya memberi nasihat
kepada kalian, tidak bermaksud buruk..
Mendengar bahwa pemuda itu hanya seorang petani dan
perantau, Si Muka Bopeng menjadi marah sekali. "Keparat!
Kiranya hanya seorang petani dusun busuk! Berani engkau
menegur aku? Tidak tahu engkau siapa aku? Aku adalah Si
Harimau Sakti, jagoan di kota raja. Manusia usil macam
engkau ini harus dihajar!" Dan Si Muka Bopeng lalu
menendang meja di depannya itu.
"Brakkk....!" Meja itu terpelanting, berikut mangkok piring
dan semua benda itu menabrak pemuda berpakaian kuning.
Ada kuah sayur memercik ke pakaian pemuda dusun itu yang
terpaksa melangkah ke belakang dan agak terhuyung karena
meja itu menimpa dadanya cukup keras.
Melihat ini, Cui Hong mengerutkan alisnya. Pemuda itu
adalah pemuda dusun yang sama sekali tidak pandai ilmu
silat. Kalau pemuda itu pandai ilmu silat, tentu akan dapat
menghindarkan diri dengan mudah. Akan tetapi, kenyataan ini
membuatnya semakin kagum. Kalau pemuda itu gagah
perkasa, maka tidak aneh kalau dia berani menentang Si Muka
Bopeng yang berjuluk Harimau Sakti itu bersama temantemannya.
Akan tetapi, pemuda tani ritu t idak pandai ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silat namun berani menentang. Kegagahan ini amat
mengagumkan hatinya dan ia pun siap untuk melindungi
pemuda itu kalau sampai terjadi perkelahian karena ia dapat
menduga bahwa tentu pemuda tani itu akan disiksa oleh Si
Muka Bopeng dan kawan-kawannya yang kini sudah datang
beramai-ramai dan mengepung pemuda itu.
Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Share:
cersil...
Comments
0 Comments