Kamis, 20 April 2017

Cerita Silat Ke 26 Pendekar Yoko Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti

Cerita Silat Ke 26 Pendekar Yoko Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cerita Silat Ke 26 Pendekar Yoko Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
kumpulan cerita silat cersil online
Cerita Silat Ke 26 Pendekar Yoko Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
"Tapi kalau tak dapat diketahui kapan berhasilnya racun
dalam tubuhnya, jika engkau masih terus makan rumput
rantas usus itu, jangan-jangan isi perutmu nanti ikut hancur
semua?" kata Bu-siang.
"Hal ini tentu dapat kurasakan sendiri," kata Nyo Ko. "Jika
kadar racun belum bersih, bila timbul... timbul rasa cintaku,
segera dadaku akan kesakitan."
"Semoga engkau jangan banyak pikir dulu," ujar Bu-siang.
Sejak tadi Kwe Hu hanya mendengarkan saja, mendadak
ia menimbrung: "Hm, yang dipikirkan Nyo-toako tentulah
Liong-cici, masakah dia memikirkan dirimu?"
Cepat Ui Yong membentaknya: "Kau mengoceh apa, anak
Hu!"
Muka Bu-siang menjadi merah. Malahan Kwe Hu terus
menambahkan lagi: "16 tahun lagi Liong-cici pasti akan
pulang, sebaiknya kau jangan sembarang mimpi."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bu-siang tidak tahan lagi, "sret", mendadak ia melolos
goloknya terus membentak sambil menuding Kwe Hu: "Jika
bukan gara-garamu, masakah Nyo-toaku sampai terpisah
selama 16 tahun dengan Liong-cici? Coba renungkan, betapa
hebat kau membikin susah Nyo-toako?"
Segera Kwe Hu hendak membantah, tapi Ui Yong lantas
membentaknya: "Hu-ji, jika kau bersikap kurang adat lagi
kepada orang, lekas kau pulang saja ke Tho-hoa-to dan sekalisekali
jangan kembali ke Siangyang."
Kwe Hu tidak berani bersuara lagi, ia hanya mendelik
belaka kepada Liok Bu-siang.
Nyo Ko menghela napas panjang, katanya kepada Busiang:
"Kejadian itu memang juga sangat kebetulan dan nona
Kwe sendiri juga tidak sengaja hendak mencelakai Liong-ji.
Maka urusan ini selanjutnya tidak usah diungkat lagi, adik
Liok."
Mendengar dirinya dipanggil "adik", sebaliknya anak muda
itu menyebut Kwe Hu sebagai "nona," jelas sekali bedanya
antara orang sendiri dan orang luar. Hati Bu-siang menjadi
girang, segera ia masukkan golok ke sarungnya sambil
mencibir pada Kwe Hu.
"Nyo-sicu telah makan Toan-jong-cau tanpa terganggu
apapun, tampaknya rumput ini memang mujarab untuk
menawarkan racun bunga cinta ini." kata Itteng kemudian,
"Cuma sebaiknya jangan diminum terus menerus, bolehlah
tujuh hari kemudian baru minum untuk kedua kalinya."
Nyo Ko memberi hormat dan menerima saran itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat hari sudah terang benderang, Ui Yong lantas
berkata: "Sudah cukup Iama kita meninggalkan Siangyang,
entah bagaimana situasi di sana, aku menjadi sangat kuatir
dan sebentar juga akan berangkat pulang, Ko-ji kaupun ikut
pulang saja ke sana, paman Kwe tentu sangat kangen
padamu."
"Aku tinggal di sini saja untuk menunggu... menunggu
dia," jawab Nyo Ko.
"He, kau hendak menunggu dia selama 16 ta-hun di sini?"
tanya Kwe Hu heran.
"Entahlah," jawab Nyo Ko. "Rasanya akupun tidak tahu
harus pergi ke mana?"
"Baiklah, boleh juga kau menunggu dulu sepuluh hari atau
setengah bulan lagi di sini," ujar Ui Yong, "Andaikata adik
Liong benar-benar tiada kabar beritanya, hendaklah segera
kau datang ke Siangyang saja."
Nyo Ko memandang tebing curam di seberang sana
dengan termangu-mangu tanpa menjawabnya lagi, Semua
orang lantas mohon diri kepada Nyo Ko untuk berangkat
Melihat Liok Bu-siang tiada tanda-tanda mau ikut pergi, Kwe
Hu tidak tahan dan bertanya: "He, Liok Bu-siang, apakah kau
hendak tinggal di sini menemani Nyo-toako?"
"Peduli apa dengan kau?" semprot Bu-siang dengan muka
merah.
Tiba-tiba Thia Eng berkata: "Nyo-toako belum sehat,
biarlah aku dan Piaumoay merawatnya beberapa hari lagi di
sini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong tahu Sumoay cilik ini wataknya lembut di luar dan
keras di dalam, jika puterinya sampai membikin sakit hati dia,
kelak pasti akan banyak mendatangkan kesukaran, Maka
cepat ia melototi Kwe Hu agar jangan banyak bicara lagi. Lalu
berkata:" Ko-ji mendapatkan perawatan Sumoay, tentu takkan
beralangan apapun, Nanti kalau sudah sembuh hendaklah
kalian bertiga datang ke Siangyang."
Begitulah Nyo Ko, Thia Eng dan Liok Bu-siang
memandangi kepergian It-teng Taysu, Ui Yong dan
rombongannya hingga makin jauh dan akhirnya menghilang di
balik pepohonan sana.
Api yang berkobar semalaman kini sudah mulai padam,
Nyo Ko lantas berkata: "Kedua adik, ada suatu pikiranku yang
kurang pantas, jika kukatakan hendaklah kalian jangan
marah."
"Katakan saja, siapa akan marah padamu?" ujar Bu-siang.
"Sejak berkenalan, rasanya kita bertiga sangat cocok satu
sama lain," tutur Nyo Ko, "Aku sendiri tidak mempunyai
saudara, maka kuingin mengikat persaudaraan angkat dengan
kalian berdua, selanjutnya kita benar-benar menjadi kakak
beradik seperti saudara sekandung Entah bagaimana
pendapat kalian dengan usulku ini?"
Pilu rasa hati Thia Eng, ia tahu cinta Nyo Ko kepada Siaoliong-
li tidak pernah buyar, lantaran ada janji bertemu 16
tahun lagi, maka dia mengajak mengangkat saudara agar
hubungan mereka tidak menjadi kikuk. Kelihatan Bu-siang
menunduk dengan mengembeng air mata, cepat ia berkata:
"Jika begitu kehendak Toako, tentu saja kami setuju,
Mempunyai Toako sebaik engkau, apalagi yang kami
harapkan?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bu-siang lantas membubut tiga tangkai rumput dan
ditancapkan di tanah serta berkata: "Di sini tidak ada Hiosoa
(dupa sembayang), biarlah kita menggunakan rumput sebagai
gantioya." ia berkata dengan tersenyum, tapi kemudian
suaranya menjadi ter sendat2 dan sebelum Nyo Ko menjawab
ia sudah mendahului berlutut dan memberi hormat.
Dapatkah Nyo Ko disembuhkan dengan rumput berbisa
itu?sebenarnya ke mana perginya Siao-liong-li?
(Bacalah jilid ke - 50)
Jilid 50
Cepat Nyo Ko dan Thia Eng ikut berlutut dan saling
memberi hormat delapan kali sebagai tanda pengikatan kakak
beradik secara resmi.
Kata Nyo Ko kemudian: "Jimoay dan Sammoay, barang
yang paling jahat di dunia ini kukira tak lebih dari pada pohon
bunga cinta ini. Bagaimana kalau kita membabatnya hingga
akarnya supaya hancur dan lenyap seluruhnya?"
Tanpa pikir Thia Eng dan Bu-siang menyatakan setuju.
Beramai-ramai mereka lantas mencari cangkul dan sekop di
perkampungan yang sudah menjadi tumpukan puing, dengan
bersemangat mereka terus membabati dan mendongkel setiap
pohon bunga cinta yang mereka lihat.
Karena tumbuhan bunga itu cukup banyak, pula berduri,
mereka harus hati-hati bekerja, setelah sibuk enam hari
barulah tumbuhan berbisa itu dibasmi habis. Sejak itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tumbuhan aneh yang membikin celaka manusia itupun tak
pernah bersemi pula dan lenyap dari permukaan bumi ini.
Besoknya pagi-pagi Bu-siang sudah memberi setangkai
rumput rantas usus kepada Nyo Ko dan ber-kata: "Toako, hari
ini kau harus minum lagi rumput berbisa ini."
Karena sudah berpengalaman tujuh hari yang lalu, Nyo Ko
tahu rumput rantas usus itu berbisa, tapi dirinya mampu
bertahan, maka begitu dia minum sebatang rumput itu segera
ia mengerahkan tenaga dalam. Karena sekarang kadar racun
dalam tubuhnya sudah berkurang, rasa sakitnya juga ti -dak
sehebat tempo hari lagi. Selang agak lama, ia muntahkan
darah segar puIa, lalu hilanglah rasa sakitnya.
Nyo Ko berdiri coba melemaskan kaki dan tangannya,
dilihatnya Thia Eng dan Bu-siang ikut bergirang bagi kemajuan
penyakitnya itu. Pikirnya: "Kedua adik angkat ini sungguh baik
sekali pada-ku, cuma sayang aku tidak dapat membalas
kebaikan mereka." Setelah berpikir pula sejenak, timbul lagi
pikirannya: "Jimoay mempunyai guru kosen, asal berlatih lebih
lania lagi tentu dia akan mencapai tokoh tingkatan atas.
sedangkan nasib Sammoay jelas kurang beruntung dari pada
Jimoay."
Karena itulah ia lantas berkata kepada Bu-siang:
"Sammoay, gurumu dan guruku adalah saudara seperguruan,
jadi kita berdua sebenarnya masih sesama saudara
seperguruan juga, ilmu silat tertinggi dari Ko-bong-pay kita
tercantum semua di dalam Giok-li-sim-keng, sedangkan kitab
itu telah direbut Li Bok-chiu dan ikut terkubur di lautan api.
Untung aku masih ingat isi kitab itu, daripada iseng biarlah
kuajarkan sedikit ilmu silat perguruan kita itu, bagaimana
pikiranmu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja Bu-siang kegirangan, jawabnya: "Terima kasih,
Toako, lain kali kalau ketemu Kwe Hu tentu aku tidak takut dia
bertindak kasar lagi padaku."
Nyo Ko tersenyum, segera ia mulai menuturkan permulaan
dari ajaran Giok-li-sim-keng beserta-kunci2nya, dimulai dari
yang cetek dan kemudian mendalam. Kemudian ia memberi
pesan pula: "Hendaklah kau apalkan dulu kunci2nya, waktu
latihan bila perlu boleh minta bantuan jimoay, di lembah ini
sangat tenang, sungguh suatu tempat latihan yang baik."
Begitulah selama beberapa hari Bu- siang tekun
mengapalkan ajaran Nyo Ko itu, memangnya ilmu yang
pernah dipelajarinya adalah aliran Ko-bongpay, dengan
sendirinya mudah baginya untuk menerima dan
memahaminya. jika ada bagian2 sulit yang sukar dipecahkan,
Nyo Ko menyuruh Bu-siang mengapalkan saja untuk diulangi
lagi lain hari. Dengan begitu selama hampir sebulan dapatlah
Bu-siang mengingat seluruh isi Giok-li-sim-keng di luar kepala.
Suatu hari, pagi-pagi dia dan Thia Eng sudah menyiapkan
sarapan, tapi ditunggu sampai lama sekali tidak nampak
munculnya Nyo Ko. Mereka lantas mendatangi gua tempat
tinggal Nyo Ko, terlihat di tanah sana tertulis huruf-huruf
besar yang berbunyi "Berpisan untuk sementara, biarlah
bertemu lagi kelak. Hubungan baik kakak beradik tetap kekal
dan abadi."
Bu-siang melonggong dan bergumam: "Akhir-nya dia. . .
dia telah pergi." ia berlari-lari ke puncak gunung dan
memandang jauh ke selatan.
Thia Eng segera menyusulnya, mereka memandang jauh
ke sana, tapi yang kelihatan hanya awan mengambang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
diudara, pepohonan menghijau permai, mana ada bayangan
Nyo Ko?
Dengan rasa pilu Bu-siang berkata dengan tergugukguguk:
"Jici, kau kira dia... dia pergi ke mana? Apakah kelak
kita dapat... dapat berjumpa pula dengan dia?"
"Sammoay," jawab Thia Eng, "lihatlah gumpalan awan itu
yang bergerombol menjadi satu untuk kemudian terpancar
lagi. Hidup manusia juga begitu, buat apa kau merasa susah?"
Meski begitu ucapannya, tapi dalam hati sendiri iapun
bersedih.
Kiranya selama hampir sebulan Nyo Ko merasa sudah
cukup mengajarkan isi Giok-lisim-keng kepada Bu-siang. tapi
selama itu tiada kabar berita Siao-Iiong-li, ia tahu menunggu
lagi lebih lama juga tiada gunanya, Maka ia lantas
meninggalkan tulisan di tanah dan pergi, ia pikir kalau pulang
Cong-lam-san, tentu akan menambah rasa duka, maka
seorang diri ia lantas mengembara di Kangouw.
Dengan cepat beberapa bulan telah lalu, dari musim dingin
telah datang musim semi, suatu hari ia sampai di dekat
Siangyang, dilihatnya bangunan di tepi jalan yang dahulu
dibakar oleh pasukan Mongol kini sudah banyak yang
dibangun kembali dalam bentuk rumah-rumah gubuk,
walaupun tidak se-makmur dahulu, namun penduduk sudah
mulai ramai lagi, agaknya selama ini pasukan Mongol tidak
pernah menyerbu lagi ke sini.
Walaupun Nyo Ko juga terkenang kepada Kwe Cing, tapi ia
tidak ingin bertemu lagi dengan Kwe Hu, maka ia sungkan
mampir ke Siangyang, pikirnya: "Sudah lama berpisah dengan
Tiau-heng (kakak rajawali), biarlah aku menjenguknya ke
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sana. Segera ia mencari jalan menuju ke arah, lembah
pegunungan dahulu itu.
Hampir seharian, akhirnya dekatlah dia dengan tempat
pengasingan Tok-ko Kiu-pay dahulu. Segera ia bersuit panjang
sembari berjalan ke depan, tidak lama kemudian di lereng
bukit di depan sana berkumandang suara kaokan burung.
Waktu Nyo Ko memandang ke sana, terlihatlah rajawali
sakti itu mendekam di bawah pohon besar, kedua cakarnya
mencengkeram seekor macan tutul. Berada dalam
cengkeraman cakar rajawali yang hebat itu, sama sekali
macan tutul itu tak bisa berkutik dan hanya mengeluarkan
suara raungan belaka.
Melihat kedatangan Nyo Ko, rajawali itu lantas melepaskan
macan tutul itu, keruan cepat sekali binatang buas- itu
memberosot ke semak-semak pohon dengan mencawat ekor.
Segera Nyo Ko merangkul leher rajawali itu dengan mesra dan
gembira.
Mereka, seorang manusia dan seekor burung, lantas
kembali ke gua itu. Teringat pengalaman sendiri selama
beberapa bulan yang penuh duka derita itu, sayang rajawali
tidak dapat bicara diajaknya berbincang sekedar pelipur lara.
BegituIah selama beberapa hari Nyo Ko berdiam saja di
lembah pegunungan sunyi itu bersama rajawali sakti, Suatu
hari, saking isengnya Nyo Ko mendatangi pula tebing tempat
makam pedang Tokko Kiu-pang itu.
Hian-tiat-pokian, itu pedang yang maha berat yang
diambilnya dari sini, sudah dibuangnya di Coat-ceng-kok,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segera ia melompat lagi ke atas tebing itu dan membaca
kembali tulisan yang terukir di batu kuburan pedang kayu
yang sudah lapuk itu dan berbunyi "Sesudah berusia 40 tahun,
sungkan membawa senjata lagi, setiap benda dapat
kugunakan sebagai pedang. Sejak itu latihanku semakin
sempurna dan mendekati tingkatan tanpa melebihi memakai
pedang",
Nyo Ko coba merenungkan maksud tulisan itu, jgikirnya:
"Waktu aku membawa Hian-tiat-pokiam, boleh dikatakan
hampir tiada tandingannya di seluruh jagat Tapi menurut
pesan tinggalan Tok-koj Kiupay ini jelas pedang kayu lebih
hebat daripada waktu dia menggunakan Hian-tiat-pokiam itu,
masa lahan akhirnya tanpa menggunakan pedang menjadi
lebih lihay daripada memakai pedang kayu, Kalau Liongji
berjanji akan bertemu lagi 16 tahun kelak selama belasan
tahun ini biarlah kugunakan untuk mempelajari dan meyakini
ilmu pedang kayu melebihi pedang berat dan akhirnya tanpa
pedang melebihi menggunakan pedang kayu sesuai ajaran
Tok ko Kiu-pay.
BegituIah ia lantas memotong setangkai kayu dan dibikin
menyerupai pedang, ia pikin "Hian tiat-pokiam itu beratnya
hampir 70 kati, bahwa pedang kayu yang enteng ini dapat
mengungkulinya hanya ada dua jalan. Kebangunan ilmu
pedang, dengan cepat mengalahkan kelambanan, Cara lain
adalah menang kuat tenaga dalam, dengan keras mengatasi
kelemahan."
BegituIah sejak itu iapun memupuk Lwekang dan
meyakinkan ilmu pedang, setiap habis hujan deras ia lantas
menggembleng diri di bawah air terjun untuk menambah
kekuatan serangannya, Tanpa terasa musim berganti musim
dan kembali datang lagi musim dingin, perpisahannya dengan
Siao-liong-li sudah hampir setahun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko merasa kemajuan tenaga dalam dan ilmu
pedangnya selama setahun ini sangat lambat, mau-tak-mau ia
menjadi kesal, Dalam pada itu bunga salju sudah mulai
bertebaran Tiba-tiba rajawali itu berkaok kegirangan dan
melompat ke tanah lapang pesta pentang sayap sehingga
membangkitkan angin teras, bunga salju tersapu
berhamburan.
Tergerak hati Nyo Ko melihat kelakuan burung itu,
pikirnya: "Musim semi tiada air bah, kalau ku latih ilmu pedang
di tanah bersalju, rasanya juga suatu cara yang bagus."
Sementara itu dilihatnya si rajawali masih terus menyabetnyabetkan
kedua sayapnya sehingga membawa tenaga
semakin keras, biarpun hujan salju lebat, namun tiada
sepotong bunga salju yang jatuh di atas badannya. semangat
Nyo Ko terangsang juga, segera ia pegang pedang kayu dan
dimainkan juga di bawah hujan salju, berbareng lengan laju
tangan kanan juga dikebaskan, setiap ada bunga salju yang
melayang turun, segera ia menyambutnya dengan angin
putaran pedang atau tenaga kebasan lengan baju, Dengan
begitu tanpa terasa hampir setengah hari telah berlalu, ia
merasa tenaga dari pedang kayu dan lengan bajunya telah
bertambah banyak sekali.
Hujan salju itu terus berlangsung hingga tiga hari
lamanya, setiap hari Nyo Ko selalu menari pedang di bawah
hujan salju itu bersama si rajawali sakti, Sampai petang hari
ketiga, salju turun semakin lebat, selagi Nyo Ko mencurahkan
segenap perhatiannya pada pedang kayu untuk menggempur
bunga salju, mendadak sebelah sayap rajawali itu di sabetkan
ke arahnya. Karena tidak berjaga-jaga, hampir saja Nyo Ko
tersabet, cepat ia melompat minggir sehingga sabetan itu
dapat dihindari walaupun begitu dahinya sudah ketetesan dua
biji bunga salju.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera teringat olehnya dahulu rajawali sakti ini juga
pernah main gempuran denganku di atas tebing itu sehingga
ilmu pedangku maju pesat, sekarang jelas rajawali ini
mengajak latihan bersama lagi.
Karena itu ia lantas putar pedang kayu dan balas menusuk
satu kali, tapi lantas terdengar suara "krak" sekali, begitu
kebentur sayap rajawali, seketika pedang kayu itu patah,
Rajawali itupun tidak menyerang lagi, tapi berdiri tegak dan
mengeluarkan suara ber-cicit2, sikapnya seakan-akan sedang
mengomeli kecerobohan si Nyo Ko.
Diam-diam Nyo Ko merenungkan cara bagaimana harus
menghadapi rajawali sakti itu, pikirnya: "Jika, kugunakan
pedang kayu melawan tenagamu yang maha kuat, jalan satusatunya
hanya mengelak dan menghindar, lalu balas
menyerang pada setiap ada peluang,"
Setelah menentukan siasat itu, segera ia membuat lagi
sebatang pedang kayu, lalu mulai menempur si rajawali pula
di tanah salju itu, Sekali ini dia mampu bertahan hingga
belasan gebrakan barulah pedang kayu terpatah.
BegituIah ia terus berlatih dengan tekun tanpa berhenti
diam-diam Nyo Ko sangat berterima kasih kepada si rajawali
sakti yang telah menjadi teman berlatihnya tanpa mengenal
lelah serta penuh disiplin itu, Pikirnya: "Kalau aku tidak
berhasil meyakinkan ilmu pedang kayu ini tentu akan
mengecewakan harapan Tiau-heng ini. Apalagi kesempatan
bagus yang sukar dicari ini mana boleh ku-sia-sia-kan pula?"
Dengan tekad itulah, meski dalam mimpi juga dia
mengeraskan otak memikirkan gerak-gerik setiap jurus
serangan, cara bagaimana menyerang dan mengelak serta
cara bagaimana memperkuat tenaga,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena kegiatan, latihan ilmu silatnya, rasa rindunya
kepada Siao-liong-li menjadi rada berkurang sementara itu
racun bunga cinta dalam tubuhnya sudah punah seluruh nya,
tenaga dalamnya bertambah kuat, badan juga tampak sehat,
kelesuan dan wajahnya yang pucat2 kurus dahulu kinipun
sudah tidak kentara lagi.
Hawa semakin dingin, saju turun tiada henti-hentinya,
sudah genap setahun perpisahannya dengan Siao-liong-li.
Berkatalah Nyo Ko kepada rajawali sakti itu: "O, Tiau-heng,
biarlah kita berpisah untuk sementara, kuingin pergi dulu ke
Coat-ceng-kok." Lalu dengan membawa pedang kayu ia
meninggalkan pegunungan itu.
Dengan rasa berat rajawali itu mengikuti di belakang Nyo
Ko, setiba dipersimpangan jalan Nyo Ko memberi hormat
untuk mohon diri, lalu hendak melangkah pergi ke arah utara,
Tak terduga mendadak rajawali itu menggigit ujung bajunya
dan menyeretnya menuju ke selatan.
Tentu saja Kyo Ko heran, sayangnya di antara dia dan
rajawali itu tidak saling mengerti bahasa masing-masing. Tapi
ia tahu burung itu sangat cerdik dan tiada ubahnya seperti
manusia, maka tanpa rewel lagi ia lantas mengikutinya ke
arah selatan, Melihat Nyo Ko menuruti kehendaknya, rajawali
itu tidak menggigit lagi ujung bajunya dan membiarkannya
jalan sendiri Tapi kelihatan Nyo Ko ragu-ragu dan hendak
memutar balik, segera ia meng-gendoli lagi ujung bajunya.
Nyo Ko pikir kalau rajawali sakti ini ngotot mengajaknya ke
selatan, tentu ada maksud tujuan tertentu Maka iapun
membatalkan niatnya ke Coat ceng-kok dan ikut burung itu
terus ke selatan. Tiba-tiba hati Nyo Ko tergerak, pikirnya:
"Burung ini sangat pintar, jangan-jangan dia memberi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
petunjuk jalan padaku ke lautan selatan untuk menemui Liong
ji?"
Teringat kepada Siao-liong-li, seketika ia bersemangat,
segera ia melangkah lebar dan ikut rajawali itu berlari cepat ke
tenggara, Tiada sebulan kemudian sampai mereka di pantai
laut, Nyo Ko berdiri di atas batu karang dan memandang jauh
ke lautan bebas sana, tertampak ombak men-dam-par2
dengan hebatnya, sedih dan girang bercampur, aduk dalam
benaknya.
Selang tak lama, terdengar suara gemuruh di kejauhan
seperti bunyi guntur meru, Karena waktu kecilnya dahulu ia
pernah tinggal di Tho hoa-to, ia tahu itulah suara gelombang
laut pasang, setiap hari antara lohor dan tengah malam air
laut tentu pasang dua kali. Kini sang surya sedang
memancarkan sinarnya di tengah cakrawala, tentu tiba
waktunya laut naik pasang.
Suara gemuruh air pasang itu makin lama makin keras dan
berkumandang laksana beribu-ribu ekor kuda berderap
serentak, Tertampaklah, dari jauh selarik garis putih
menerjang ke arah pantai, suara gemuruh itu jauh lebih hebat
daripada bunyi geledek dan samberan kilat. Menyaksikan
kedahsyatan alam itu, tanpa terasa air muka Nyo Ko berubah
pucat.
Hanya sekejap mata saja gelombang air pasang sudah
menerjang tiba dan mendampar ke batu karang tempat berdiri
Nyo Ko. Cepat ia melompat ke belakang, tapi mendadak
punggungnya seperti di tubruk oleh suatu tenaga yang maha
dahsyat, tanpa kuasa tubuhnya yang terapung di udara itu
kecemplung ke laut, jatuh di tengah gelombang laut yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bergulung2, mulutnya terasa asin, tanpa kuasa ia telah minum
dua ceguk air laut.
Ia menyadari keadaannya yang berbahaya, syukur ia
sudah pernah di gembleng di bawah gerujukan air bah, maka
sekuatnya ia tancapkan kaki di dasar laut dengan "Jian-kin
tui", ilmu membikin berat tubuh.
Di permukaan air laut berombak, bergemuruh dengan
hebatnya, tapi di dasar laut jauh lebih tenang.
Setelah merenungkan sejenak ia paham maksud rajawali
itu mengajaknya ke pantai laut ini yakni agar dia berlatih
pedang di tengah damparan gelombang laut itu.
Segera ia meloncat ke permukaan air, tapi segera
segulung ombak laksana bukit menghantam kepalanya puIa.
Tiada jalan lain, terpaksa ia menarik napas panjang2, lalu
selulup lagi menghindar ke dasar laut.
Begitulah berulang-ulang Nyo Ko timbul dan selulup lagi
ketika air laut mulai pasang surut sementara itu Nyo Ko sudah
lelah, muka juga pucat namun ia bertambah semangat,
tengah malam waktu pasang naik lagi, kembali ia membawa
pedang kayu dan menceburkan diri ketengah amukan ombak
samudera yang hebat itu, ia putar pedangnya di dalam air,
terasa berat sekali karena damparan ombak yang membukit
itu, jika terasa payah dan tidak mampu bertahan, cepat ia
menyelam ke dasar laut untuk menghindar.
Ia terus berlatih secara begitu dua kali sehari, tidak sampai
sebulan ia merasa tenaga dalamnya bertambah banyak, jika
pedang kayu diputar di daratan sayup-2 menerbitkan suara
seperti ombak mendampar. Setiap kalau berlatih dengan
rajawali itu, kini burung itu tak berani lagi menyambut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
serangannya dari depan, Suatu kali saking semangatnya Nyo
Ko menusukkan pedang kayunya dengan sepenuh tenaga,
Rajawali itu berkaok karena kaget dan melompat ke samping.
Karena tidak keburu menahan tenaga serangan-nya,
pedang kayu itu menabas batang pohon di samping, pedang
itu patah, batang pohon juga terkutung menjadi dua. Nyo Ko
melenggong sambil memegangi kutungan pedang kayu itu,
pikirnya: "Pedang kayu ini adalah benda lemah, tapi dapat
mengutungi pohon, sudah tentu karena tenaga seranganku
yang hebat Kalau nanti pohon patah dan pedang tidak patah,
itulah baru mendekati ilmu sakti yang dicapai Tokko-
Iocianpwe dahulu."
Musim semi berlalu, musim rontok tiba, sang tempo lewat
dengan cepatnya, setiap hari Nyo Ko terus berlatih pedang di
tengah gelombang laut tanpa mengenai lelah dan
membedakan musim, Suara gemuruh yang dterbitkan
pedangnya setiap kali ia menyerang menjadi semakin keras,
sampai akhirnya telinga serasa pekak tergetar. Tapi setelah
beberapa bulan lagi, suara pedangnya mulai berkurang dan
akhirnya lenyap tanpa suara lagi.
Ia berlatih lagi beberapa bulan, ternyata suara pedang
kembali mendengung pula. BegituIah terjadi perubahan
sampai tujuh kali, akhirnya dapatlah ia menguasai pedangnya,
ingin berbunyi lantas mengeluarkan suara, ingin tak bersuara
lantas tanpa suara.
Ketika mencapai tingkatan setinggi ini, hitung punya
hitung ternyata sudah enam tahun lamanya dia berdiam di
pantai laut itu. Kini dengan pedang terhunus dapatlah Nyo Ko
bergerak bebas di tengah gelombang laut yang dahsyat itu,
kekuatan yang timbul dari gerakan pedangnya sudah mampu
menyampuk ombak laut yang mendampar dari depan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Meski hidup terpencil di pantai laut dan selama itu tak
pernah bergebrak dengan jago silat, namun tenaga si rajawali
sakti yang luar biasa itu sudah tidak mampu menahan duatiga
kali gebrakan pedang kayunya lagi, baru sekarang dia
memahami perasaan Tokko Kiu-pay yang tidak pernah
menemukan tandingan itu, waktu usianya sudah lanjut,
pantaslah Tokko Kiu-pay bertambah terharu dan kesepian
karena tiada seorangpun yang sanggup melawan ilmu
pedangnya, akhirnya orang dan ilmu pedangnya terkubur
semua di lembah sunyi itu.
Terpikir oleh Nyo Ko. "Jika Tiau-heng dahulu tidak
menyaksikan sendiri cara Tokko-locianpwe meyakinkan ilmu
pedangnya yang maha sakti itu, mana bisa Tiau-heng
mengajarkan lagi ilmu sakti ini padaku? walaupun kusebut
burung Tiau heng tapi sesungguhnya dia adalah guruku,
Bicara tentang umur, entah sudah berapa puluh tahun atau
mungkin sudah ratusan tahun usianya, jadi umpama aku
menyebut dia kakek atau buyut rasanya juga pantas."
Begitulah sembari berlatih ilmu pedang di pantai Iaut,
iapun tiada hentinya mencari kabar berita tentang Nikoh sakti
yang berdiam di lautan selatan sana. Namun selama beberapa
tahun itu ternyata tiada seorangpun pelaut atau pedagang
seberang yang ditanyai itu dapat memberi keterangan
sesuatu.
Lambat laun iapun putus harapan, ia pikir kalau belum tiba
waktunya 16 tahun tentu sulit untuk bertemu lagi dengan
Siao-liong-li.
Pada suatu hari, hujan rintik2, angin meniup keras timbul
sesuatu perasaan Nyo Ko, segera ia membawa pedang kayu
dan pakai mantel, bersama si rajawali sakti ditinggalkanlah
pantai laut itu dan mulai mengembara menjelajahi setiap
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pelosok daerah Tionggoan dan terutama daerah Kanglam
yang terkenal indah permai itu
* * *
Sang tempo berlaku dengan cepat beberapa tahun telah
lampau pula. Waktu itu adalah tahun pertama kaisar Song-licong
yang bertahta di kerajaan Song Selatan dan terhitung
tahun ke sembilan kaisar Goan-hian-cong (dinasti Yuan) dari
kerajaan Mongol atau lebih terkenal dengan Kubilai Khan.
Ketika itu baru permulaan musim semi, pada Hong-Jengtoh,
sebuah kota tambangan di tepi utara Hong-ho (Sungai
Kuning) tertampak sangat ramai dengan suara orang diseling
ringkik kuda dan gemuruh roda kereta.
Rupanya selama beberapa hari ini cuaca berubah2 tidak
menentu, terkadang dingin dan kemudian suhu menjadi
hangat, mula-mula air sungai Kuning itu sudah cair, tapi sejak
semalam turun salju dengan lebatnya sehingga air sungai
membeku lagi, sebab itulah kapal tambangan tidak dapat
berjalan, keretapun tidak berani menyeberangi permukaan
sungai yang beku itu.
Sebab itulah banyak saudagar yang hendak menyeberang
ke selatan sama tertahan di kota tambangan kecil ini. Meski di
Hong-leng toh ini juga ada beberapa buah rumah penginapan,
tapi karena pendatang dari utara masih tak terputus-putusnya,
tiada setengah hari semua rumah penginapan sudah penuh
sehingga banyak tetamu yang tidak mendapatkan pondokan
dan tidak sedikit timbul ribut mulut antara tamu dan pemilik
hotel.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hotel yang paling besar di kota itu bernama "An toh Iottam"
artinya hotel selamat menyeberang, Lantaran halaman
hotel ini dan kamarnya terlebih luas daripada hotel lainnya.
maka tetamu yang tidak mendapatkan tempat pondokan
lantas membanjiri An-toh-lo-tiam ini dan karena itulah suasana
menjadi ramai dan berjubel menyebabkan kesibukan pengurus
hotel, banyak kamar yang mestinya buat dua orang terpaksa
diisi tiga orang, bahkan masih kelebihan belasan tamu yang
tidak mendapatkan kamar, terpaksa duduk berkerumun saja di
ruangan tengah, pelayan menyingkirkan meja kursi dan
membuat api unggun di tengah-tengah ruangan untuk
menghangatkan badan tetamu.
Menyaksikan bunga salju yang beterbangan dengan
lebatnya di luar, para tetamu sama bersedih karena besok
merekapun belum tentu dapat melanjutkan perjalanan.
Cuaca mulai gelap, tapi hujan salju semakin lebat tiba-2
terdengar suara derapan kaki kuda, tiga penunggang kuda
mendatang secepat terbang dan terhenti di depan An-toh- lotiam.
"Kembali ada tamu lagi!" gumam seorang tamu yang
berduduk di tepi api unggun.
Benar juga lantas terdengar suara seorang perempuan
berseru: "He, pengurus berikan dua kamar kelas satu!"
Kuasa hotel menjawab dengan mengering tawa: "Maaf,
sudah sejak pagi kamar hotel kami terhuni penuh, sama sekali
tiada kamar kosong lagi."
"Boleh satu kamar saja," ujar perempuan tadi. "Be ribu2
maaf, nyonya, sungguh sudah penuh semua," jawab pengurus
hotel.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba perempuan itu ayunkan cambuknya ke udara
hingga menerbitkan suara "tarrrrr" sekali, lalu mengomel:
"Omong kosong! Memangnya kau tak bisa menyuruh orang
mengalah sebuah kamar? Biar kutambahi sewanya." sembari
bicara ia terus menerobos ke dalam hotel.
Pandangan para tamu sama terbeliak melihat perempuan
itu, Usianya kira-kira lebih 30 tahun, matanya jeli pipinya
merah, mukanya cantik, perawakannya montok, berjaket kulit
warna biru, bagian leher baju berlapiskan kulit berbulu halus,
dan badannya sangat perlente.
Di belakang nyonya muda itu mengikut seorang lelaki dan
seorang perempuan lagi, keduanya masih remaja, usianya
antara 16-17, yang lelaki beralis tebal dan bermata besar,
sikapnya kasar2 gagah, sebaliknya perempuan muda itu
sangat cantik.
Ke-duanya sama memakai jaket satin hijau pupus, leher si
anak dara memakai sebuah kalung mutiara, setiap biji mutiara
itu sebesar jari dan bercahaya.
Para tamu sama terpengaruh oleh lagak lagu ketiga tamu
baru, orang-orang yang tadinya sedang bicara sama berhenti
dan memandangi ketiga orang ini. Dengan sigap pelayan hotel
lantas memberi hormat dan menjelaskan kepada si nyonya
muda: "Lihatlah, nyonya, para tamu inipun tidak mendapatkan
kamar. jika kalian tidak merasa kotor, silakan ikut duduk di sini
sekedar menghangatkan badan dan lewatkan malam ini,
besok kalau air sungai tambah keras membeku mungkin
sudah cukup kuat untuk diseberangi."
Tampaknya nyonya muda itu tidak sabar, tapi keadaan
memang begitu, terpaksa ia hanya mengerut kening dan tidak
bersuara pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seorang perempuan setengah baya yang ikut duduk
mengelilingi api unggun lantas berkata: "Silakan duduk di sini,
nyonya, hangatkan badan dulu, hawa sungguh dingin."
"Terima kasih," jawab nyonya cantik itu Segera tamu lelaki
yang duduk di samping perempuan setengah umur itu lantas
bergeser untuk memberi tempat kepada si nyonya muda.
Duduk tidak lama, pelayan lantas mengantarkan daharan
yang dipesan, ada daging ada ayam, arakpun tersedia,
Nyonya muda itu sangat kuat minum arak, semangkok demi
semangkok ditenggaknya hingga habis, lelaki muda itupun
mengiringi minum, hanya si anak dara cantik itu saja
setitikpun tidak minum arak.
Dari sapa menjaga mereka dapat diketahui bahwa mereka
adalah kakak beradik, Usia pemuda itu tampaknya lebih tua
daripada si anak dara, tapi ternyata memanggilnya "Cici",
Habis makan semua orang berkerumun pula di sekitar api
unggun, Suara angin yang menderu2 di luar membuyarkan
rasa kantuk semua orang.
"Cuaca begini sungguh membikin susah orang," demikian
seorang lelaki berkata dengan logat daerah Soasay, "sebentar
hujan salju, sebentar membeku jadi es, lain saat mencair lagi,
Thian benar-benar ingin menyiksa orang."
"Sebaiknya kau jangan mengomeli Thian dan Te (langit
dan bumi)," ujar seorang lelaki pendek dengan logat Ouw-pak.
"Adalah untung kita masih dapat menghangatkan badan
dengan api dan makan enak di sini, Coba kalau kau pernah
berdiam di kota terkepung Siangyang, kukira tempat yang
paling sengsara di dunia ini juga akan berubah menjadi sorga
bagimu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar "kota terkepung Siangyang", nyonya cantik
tadi memandang sekejap kepada kedua saudaranya.
Lalu terdengar seorang tamu yang bcrlogat Kwitung
bertanya: "Numpang tanya saudara, bagaimana keadaan di
kota Simgyang yang terkepung itu?"
"Keganasan orang MongoI kiranya sudah kalian dengar
dan tidak perlu kujelaskan lagi," tutur tamu Ouwpak tadi,
"Tahun itu pasukan Mongol menyerang Siangyang secara
besar-besaran, panglima yang menjaga kota itu Lu-tayjin
adalah manusia yang tidak berguna, syukurluh Kwe-tayhiap
dan isterinya telah membantu dengan sepenuh tenaga."
Mendengar nama Kwe-tayhiap dan isterinya disebut,
tampak airmuka nyonya cantik tadi berubah riang pula.
Sementara itu tamu berlogat Ouwpak tadi sedang
menyambung ceritanya: "Beratus ribu penduduk siangyang
juga bersatu padu menghadapi musuh dan bertahan dengan
mati-matian, seperti diriku ini, aku hanya pedagang gerobak
surungan, tapi akupun ikut berjuang dengan mengangkut
pasir dan mengangkat batu untuk memperkokoh benteng
kota, lihat ini, codet pada mukaku ini adalah bekas luka kena
panah orang Mongol."
Waktu semua orang mengawasi, benar juga terlihat pipi
kirinya ada bekas luka panah sebesar gobang, Tanpa terasa
semua orang sama menaruh hormat padanya.
"Negeri Song kita sedemikian luas dengan penduduknya
begini banyak, kalau setiap orang berjiwa patriot seperti
saudara, hah, biarpun Tartar Mongol lebih ganas sepuluh kali
lipat juga takkan mampu menginjak tanah air kita," demikian
kata si orang Kwitang dengan bersemangat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tepat!" ujar si orang Ouwpak, "Lihatlah, sudah belasan
tahun pasukan Mongol menggempur Siangyang, tapi selama
ini selalu gagal, sebaliknya tempat-tempat lain selalu
dibobolnya dengan mudah.
Kabarnya belasan negeri di benua barat sana juga sudah
ditumpas oleh orang Mongol, sedangkan Siangyang kita masih
tetap berdiri dengan tegaknya, walau-pun raja mongoI Kubilai
sendiri yang memimpin penggempuran juga tetap tidak
berhasil."
"Ya, kalau saja Siangyang jatuh, tentu sudah lama tanah
air Song Raya kita sudah lama dicaplok orang Mongol," kata
orang Kwitang,
Begitu semua orang penuh semangat bicara tentang
pertahanan Siangyang, orang Ouwpak itu telah menjunjung
Kwe Cing dan Ui Yong setinggi langit seakan-akan malaikat
dewata dan semua orang juga tiada hentinya memberi pujian.
Tiba-tiba seorang tamu berlogat Sucoan ikut bicara
dengan gegetun: "Sesungguhnya pembesar yang menjaga
benteng di-mana-2 juga ada, soalnya pemerintah kerajaan
tidak dapat membedakan antara yang baik dan jahat,
seringkali kaum dorna justeru menikmati segala kejayaannya,
sedangkan pembesar setia malahan mati penasaran Seperti
Gak Hui pujaan kita yang sudah almarhum itu tidak perlu
dibicarakan, sekarang saja di daerah Sucoan kami sudah ada
beberapa pembesar pembela rakyat telah menjadi kaum
dorna."
"Hei pembesar siapakah itu mohon penjelasan," tanya
orang Ouwpak tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sudah belasan tahun juga pasukan Mongol menggempur
wilayah Sucoan, berkat perlawanan Sia Kay yang bijaksana itu,
segenap rakyat jelata di Sucoan sama tunduk di bawah
pimpinannya dan memujanya seakan-akan Budha penolong,"
demikian tutur si orang Sucoan.
"Siapa tahu raja kita yang berkuasa sekarang telah
mempercayai laporan si dorna Ting Tay-coan. katanya Siatayjin
menyalah gunakan kekuasaan dan membangkang
perintah pusat, maka perlu diambil tindakan dan dikirimlah
racun untuk memaksa Sia-tayjin membunuh diri lalu
kedudukannya diganti seorang pembesar tak becus yang
menjadi komplotan kaum dorna itu.
Ketika kemudian pasukan Mongol menyerbu tiba pula,
hanya sekejap saja Sucoan lantas jatuh, pihak kerajaan tidak
menyesali dirinya sendiri yang salah membunuh pembesar
baik, sebaiknya malah menuduh panglima tentara Ong Witiong
Ciangkun yang bertahan mati-mati-an itu bersekongkol
dengan musuh dan menangkapnya bersama segenap anggota
keluarganya ke ibukota, di sana Ong-ciangkun telah dihukum
penggal kepala." Bicara sampai di sini suaranya menjadi rada
tersendat
Semua orang sama menghela napas terharu mendengar
kisah sedih, orang Kwetang tadi berkata dengan gusar
"Hancurnya negara selalu menjadi korban kaum dorna begitu,
Kabarnya kerajaan selatan sekarang ada tiga ekor anjing dan
pembesar dorna Ting Tay-coan itu adalah salah seekor di
antaranya."
Seorang pemuda berwajah putih yang sejak tadi hanya
mendengarkan saja kini mendadak menimbrung: "Benar,
kaum dorna kerajaan selatan dikepalai Ting Tay-coan, Tan
Tay-hong dan Oh Tay-jiang. Karena nama mereka sama-sama
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memakai "Tay", maka orang-orang di Liman (ibukota Song
Selatan) menambahkan nama mereka itu dengan satu coretan
sehingga menjadi "Khian" (anjing) dan mereka bertiga
dianggap tiga ekor anjing."
Sampai di sini, semua orang sama tertawa puas.
Orang Sucoan tadi lantas bertanya: "Dari logat saudara
cilik ini, tampaknya engkau orang dari Lim-an?"
"Benar," jawab si pemuda.
"Jika begitu, waktu Ong Wi-tiong Ciangkun menjalani
hukuman mati, apakah saudara juga mengetahuinya?"
"Ya, malahan ikut menyaksikan sendiri," jawab pemuda
itu. "Menghadapi ajalnya Ong ciangkun tanpa gentar, dengan
gagah berani beliau malah mencaci Ting Tay-coan dan Tan
Tay-hong sebagai pembesar dorna penjual negara dan
bangsa, Bahkan terjadi pula sesuatu yang aneh."
"Kejadian aneh apa?" tanya orang banyak.
"Yang memfitnah Ong-ciangkun jelas adalah Tan Tayhong",
tutur si pemuda, "Waktu menuju kelapangan hukuman,
di tengah jalan Ong-ciang-kun berteriak-teriak dan mencaci
maki Tan Tay-hong, katanya setelah mati pasti akan mengadu
kepada Giam lo-ong untuk merenggut nyawa dorna she Tan
itu.
Anehnya tiga hari sesudah Ong ciang-kun menjalani
hukuman, Tan Tay-hong itu benar-benar mati mendadak di
rumahnya dan kepalanya telah dipenggal dan tergantung
tinggi di menara lonceng di pintu gerbang timur Lim an.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitu tinggi menara itu, jangankan manusia, monyet
sekalipun sukar merambat ke sana, Coba pikir, jika bukan
Giam lo-ong yang merenggut jiwa menteri dorna itu,
perbuatan siapa lagi, peristiwa itu diketahui setiap penduduk
Lim-an dan sekali-sekali bukan dongeng belaka."
Semua orang sama bersuara mengatakan heran mereka.
Orang Sucoan itu berkata: "Kejadian itu memang bukan
dongengan, cuma yang membunuh Tan Tay-hong itn
bukanlah Giam-!o-ong melainkan perbuatan seorang ksatria
sejati."
"Di rumah menteri doma itu tidak sedikit pengawalnya,
penjagaan tentu sangat ketat, orang biasanya manabisa
membunuhnya, bahkan menggantung kepalanya di tempat
setinggi itu, apa memangnya orang itu bersayap?" si pemuda
sambil menggeleng.
"Di dunia ini tidak kurang orang kosen, jika aku tidak
menyaksikan sendiri menang juga tidak percaya," kata orang
Sucoan itu.
"Kau menyaksikan sendiri memanjat ke tempat setinggi
itu? Cara bagaimana kau dapat menyaksikan nya?" tanya si
pemuda.
Orang Sucoan itu ragu-ragu sejenak, akhirnya ia menutur
pula: "Ong-ciangkun mempunyai seorang anak lelaki yang
berhasil kabur waktu keluarganya ditangkap. Demi membabat
sampai akar2nya kawanan dorna telah mengirim begundalnya
menguber mencari putera Ong-ciangkun itu.
Meski putera Ong-ciangkun juga mahir ilmu silat, namun
dia cuma sendirian dan tidak mampu melawan orang banyak,
ketika dia dikejar dan hampir tertangkap tiba-tiba datang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seorang penolong yang berhasil mengocar- kacirkan pasukan
pengejar itu.
Lalu putera Ong-ciangkun itu menuturkan apa yang terjadi
atas keluarganya, Tentu saja Tayhiap (pendekar besar) yang
menolongnya itu tidak tinggal diam dan menyusul ke Lim-an
dengan maksud hendak menolong Ong-ciangkun, tapi sayang,
beliau terlambat satu hari, Ong-ciangkun sudah dipenggal
kepalanya.
Dalam gusarnya Tayhiap itu lantas mendatangi kediaman
Tan Tay-hong serta memotong kepalanya, Meski menara
lonceng itu sangat tinggi dan sukar dicapai manusia, namun
bukan soal bagi Tayhiap itu, hanya sekali loncat saja dapatlah
beliau naik ke situ."
"Siapakah Tayhiap itu? Bagaimana bentuknya?" tanya si
orang Kwitang.
"Aku tidak tahu nama pendekar besar itu, yang jelas dia
tidak mempunyai lengan kanan, wajahnya cakap, sikapnya
gagah, dia selalu membawa seekor burung raksasa yang
berbentuk aneh dan buruk."
Belum habis ceritanya, seorang laki-laki lain lantas
menanggapi "Betul, itulah "Sin-tiau-hiap" yang termashur di
dunia Kangouw."
"Ya, pendekar besar itu suka membantu yang lemah dan
menolong yang miskin, tapi selamanya tidak mau
menyebutkan namanya sendiri," tutur laki-laki itu, "Karena dia
selalu membawa burung yang aneh itu, kawan-kawan
Kangouw lantas memberi nama julukan "Sin-tiau-tay-hiap"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
(pendekar besar rajawali sakti) padanya, Tapi beliau
mengatakan arti "Tay-hiap" terlalu berat baginya, maka tidak
berani menerima, terpaksa orang hanya menyebutnya "Sintiau-
hiap" saja. padahal berdasarkan tindak perbuatannya
yang luhur budi itu, sebutan Tayhiap juga pantas diterima
olehnya, Kalau dia takdapat disebut pendekar besar, lalu siapa
lagi?"
"Huh, di sini Tayhiap, di sana juga Tayhiap, kan bisa
kebanjiran Tayhiap nanti," tiba-tiba si nyonya cantik tadi
menimbrung.
"Ah, kenapa nyonya ini bilang begitu?" bantah-orang
Sucoan itu dengan tegas. "Meski urusan Kangouw kurang
kupahami, tapi demi menolong Ong-ciangkun, Sin-tiau-tayhiap
itu telah berangkat dari Hopak ke Lim-an, selama empat hari
empat malam tanpa berhenti padahal beliau tidak pernah
kenal siapa Ong-ciangkun, hanya karena kasihan padanya
panglima yang difitnah menteri dorna itu, maka beliau telah
bertindak tanpa menghiraukan bahaya sendiri. Coba,
perbuatan begitu apakah tidak pantas disebut Tayhiap?"
Nyonya cantik itu mendengus dan baru hendak mendebat,
tiba-tiba anak dara disampingnya me-nyela: "Cici, perbuatan
kesatria yang terpuji itu kan tidak salah kalau diberi gelaran
Tayhiap?"
Suara anak dara itu sangat nyaring dan merdu, enak
didengar, segar rasanya bagi pendengaran setiap orang.
Nyonya cantik tadi lantas mengomeli adiknya: "Huh, kau
tahu apa?" Lalu ia berpaling kepada orang Sucoan tadi dan
berkata pula: "Darimana kau dapat mengetahui sejelas itu?
Bukankah kaupun mendengar dari obrolan orang di tepi jalan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
atau berita angin di dunia Kangouw? Huh, sembilan bagian
pasti takdapat dipercaya."
Orang Sucoan itu termenung sejenak, akhirnya ia berkata
dengan sungguh: "Aku she Ong, Ong Wi-tiong Ciangkun itu
adalah ayahku almarhum. jiwaku sendiri diselamatkan oleh
Sin-tiau-tayhiap. walaupun saat ini diriku menjadi buronan
pemerintah, tapi soalnya menyangkut nama baik tuan
penolongku, terpaksa kujelaskan asal usul diriku ini."
Semua orang melengak mendengar ucapan orang Sucoan
ini, serentak orang Kwitang tadi mengacungkan ibu-jarinya
dan berseru: "Ong-ciangkun cilik, kau memang seorang lakilaki
sejati, Kalau di sini ada manusia rendah yang berani
melaporkan dirimu kepada yang berwajib, biarlah kita
beramai-ramai menghadaprnya."
Maka bergemuruhlah orang banyak menyatakan setuju,
Terpaksa nyonya cantik tadi tidak dapat membantah pula.
Dalam pada itu si anak dara jelita tadi sedang termangumangu
memandangi salju yang bertebaran di luar itu sambil
bergumam pelahan: "Sin-tiau tayhiap, Sin-tiau-tayhiap "
mendadak ia berpaling kepada si orang Sucoan dan bertanya:
"Ong-toako, kalau Sin-tiau-tayhiap itu mempunyai kepandaian
setinggi itu, sebab apa pula sebelah lengannya buntung?"
Air muka si nyonya muda tampak berubah demi
mendengar persoalan lengan buntung Sin-tiau-tayhiap
disinggung bibirnya tampak ber-gerak2 ingin bicara, tapi
urung.
Si orang Sucoan she Ong itu menjawab sambil
menggeleng: "Entah, nama asli Sin-tiau-tayhiap saja takdapat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kuketahui, seluk-beluk pribadi beliau tentu saja lebih-lebih
tidak tahu,
"Tentu saja kau tidak tahu," jengek si nyonya muda.
Tiba-tiba si pemuda Lim-an berkata pu!a: "Tentang
menteri dorna Ting Tay-coan itu, sekarang mukanya
mendadak berubah hijau gosong dalam semalam, tentu
kejadian ini karena hukuman Allah."
"Aneh, mengapa dalam semalam mukanya berubah
menjadi gosong?" tanya si orang Kwitang,
"Memang aneh, karena kulit mukanya berubah mendadak,
sekarang penduduk Lim-an memberi nama Ting Je-bwe (Ting
si kulit hijau) padanya," tutur pemuda Lim-an. "Asalnya kulit
muka Ting Tay-coan itu putih mulus, maklum, hidupnya
mewah dan makannya enak Tapi semalaman mendadak kulit
mukanya berubah jadi hijau gosong, biarpun sudah diobati
oleh tabib paling pandai juga takdapat menghilangkan warna
kulitnya yang lucu itu, Konon Sri Baginda pernah menanyakan
hal ini, tapi menteri dorna itu malah melapor, katanya lantaran
sibuk mengurusi pekerjaan sehingga beberapa malam tidak
tidur, maka kulit mukanya menjadi hijau. Akan tetapi setiap
penduduk Lim-an sama anggap perubahan kulit muka menteri
dorna itu adalah karena kutukan Allah."
"Sungguh aneh kejadian itu," ujar si orang Kwitang,
"Hahaha!" mendadak si lelaki kekar tadi bergelak tertawa
dan bersemi "Ketahuilah bahwa kejadian itupun atas tindakan
Sin-tiau-tayhiap. sungguh menyenangkan sungguh menarik."
"He, bagaimana bisa jadi perbuatan Sin-tiau tayhiap lagi?"
tanya semua orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Laki-laki kekar itu hanya bergelak tawa saja dan tidak
bercerita lebih lanjut, tampaknya ia sengaja tahan harga, ingin
jual mahal.
Lantaran ingin tahu duduk perkaranya lebih jelas, si orang
Kwitang lantas memanggil pelayan agar membawakan dua
kati arak Ko-tiang yang enak untuk lelaki kekar itu, setelah
dicekoki arak, semangat orang itu lantas terbangkit, segera ia
bercerita lagi:
"Tentang peristiwa ini, bukan aku sengaja membual, tapi
aku sendiri ikut berjasa, Malam hari itu Sin-tiau-hiap tiba-tiba
datang ke Lim-an dan suruh kupimpin para kawan meringkus
semua opas yang dinas jaga di kantor walikota, seragam
mereka dicopot dan disuruh pakai para kawan.
Kami merasa tertarik dan juga heran entah apa yang akan
dilakukan Sin-tiau-hiap, tapi kami yakin permainan menarik
pasti sedang menanti maka segala perintah beliau selalu kami
laksanakan. Kira-kira lewat tengah malam, Sin-tiau-hiap tiba di
kantor walikota, beliau sendiri lantas memakai jubah
kebesaran walikota dan duduk di meja sidang, sekali palu
diketok, beliau lantas membentak
"Bawa hadir menteri berdosa Ting Tay-coan!" - Sampai di
sini ia lantas angkat mangkuk arak dan menenggaknya hingga
habis.
"Tatkala mana saudara kerja apa di Lim-an sana?" tanya si
orang Kwitang.
"Kerja apa?" lelaki itu menegas dengan mata mendelik
"Memangnya apa lagi? Minum arak pakai mangkuk besar,
makan daging enak, bagi rejeki dengan timbangan, itulah
kerjaku, berusaha tanpa pakai modal."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Orang Kwitang itu terkejut dan tidak berani bertanya pula,
ia tahu apa artinya berusaha tanpa pakai modal itu. Yakni
merampok, membegal dan sebagainya.
Orang itu lantas bercerita pula: "Aku melenggong ketika
mendengar nama Ting Tay-coan disebut, bukankah pembesar
anjing ini adalah perdana menteri sekarang, mengapa Sintiau-
hiap dapat menyeretnya ke sini?
Terdengar palu diketok lagi, dua petugas benar-benar
mengiring seorang ke depan sidang, mungkin saking
ketakutan, orang itu menjadi gemetar, ingin berlutut, tapi
enggan pula. Seorang kawan lantas mendepak belakang
dengkulnya hingga dia jatuh bertekuk lutut. Haha, sungguh
lucu dan mcnarik. Sin tiau-hiap lantas menanyai dia:
"Ting Tay-coan, apakah kau mengetahui dosamu?"
Ting Tay- coan menjawab: "Tidak tahu."
Sin-tay-hiap membentak: "Kau korupsi dan main
kekuasaan, memfitnah dan membunuh menteri setia serta
membikin sengsara rakyat, bersekongkol dengan negara
musuh, semua perbuatanmu yang jahat lekas kau mengakui."
Ting Tay-coan menjawab: "Engkau ini siapa? Berani
menculik pembesar negeri, apakah kau tidak tahu undangundang
kerajaan?"
Sin-tiau-hiap menjadi marah dan membentak pula: "Hah,
kau juga tahu undang-undang segala? Bagus, hayo anak
buah, rangket dia 40 kali lebih dulu!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Memangnya setiap orang sangat benci kepada menteri
dorna ini, kini diperintahkan merangketnya, keruan mereka
sangat bersemangat cara merangketnya juga diperkeras,
tentu saja menteri dorna itu berkaok-kaok minta ampun dan
jatuh pingsan beberapa kali, ia tidak berani kepala batu lagi,
apa yang ditanya Sin-tiau-hiap lantas diakuinya semua.
Sin-tiau hiap lantas menyuruhnya menulis sendiri
pengakuan dosanya, jika dia ragu-ragu menulisnya, segera Sin
tiau hiap menyuruh menggebuk pantatnya lagi atau
menempeleng dia."
Si anak dara cantik tadi mengikik tawa senang, desisnya:
"Hihi, sungguh menarik!"
Laki-laki itu menenggak habis pula semangkok arak,
katanya dengan tertawa: "Ya, memang sangat menarik,
Rupanya Ting Tay-coan itu sangat ketakutan, apalagi Sin tiau
hiap berulang-ulang mendesak agar cepat menulisnya, kalau
sedikit merandek segera para kawan disuruh menggebuknya,
akhirnya Ting Tay coan sampai terkencing2 dan ter-berak2.
Untung baginya, tidak lama fajarpun menyingsing dan di
luar kantor walikota itu sudah ramai dengan petugas yang
datang dinas pagi, malahan menyusul ada pasukan yang
datang pula, mungkin kebocoran berita dan ada orang yang
melapor Sin-tiau-hiap menjadi gusar dan berteriak: "Penggal
saja kepalanya!"
Kutahu Sin-tiau-hiap tidak suka sembarangan membunuh
orang, tapi kulolos juga golokku terus kuayunkan ke batang
leher Ting Tay-coan, ketika golok terangkat ke atas telah kuputar
sekali, lalu dengan tepat mengetuk kuduk Ting Taycoan,
kontan saji menteri dorna itu roboh terguh'ng, tapi tidak
mati melainkan jatuh pingsan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Rupanya yang mengenai adalah punggung golok yang
tidak tajam, tapi sudah cukup membuatnya ketakutan
setengah mati. Sin-tiau-hiap bergelar tertawa dan suruh kami
mengundurkan diri melalui pintu belakang agar tidak
kebentrok dengan pasukan pemerintah.
Konon besoknya Sin-tiau hiap telah mengirim sendiri
pengakuan dosa Ting Tay coan itu kepada si tua kaisar, tapi
entah ocehan apa Ting Tay-coan telah membuat si kaisar
tetap percaya penuh padanya dan tetap menyuruhnya
menjabat perdana menteri hingga sekarang."
"Kalau saja Sri Baginda tidak ngawur dan lemah, tentu
kaum dorna takkan berkuasa, tampaknya tanah air kita yang
jaya ini sukar dipertahankan lagi." ujar Ong ciangkun cilik.
"Ya, kecuali Sin-tiau hiap yang menjadi perdana menteri
barulah pasukan musuh dapat dikalahkan dan dunia inipun
aman," kata lelaki tadi.
"Huh, dia sesuai menjadi perdana menteri?" tiba-tiba si
nyonya cantik menyeletuk.
Laki-laki tadi menjadi gusar dan menjawab: "Dia tidak
sesuai, memangnya kau yang sesuai?"
Nyonya cantik itu naik pitam dan membentak "Kau ini kutu
macam apa, berani kasar padaku?" - Dilihatnya laki-laki itu
sedang memegang sepotong besi pengaduk api dan lagi
menyurung kayu bakar ke orggokan api unggun agar berkobar
lebih keras, sekenanya ia jemput sepotong kayu dan
menyeruk ke besi pengaduk api itu.
Seketika tangan lelaki itu tergetar kesemutan, "trang",
pengaduk api itu jatuh ke lantai dan memercikkan lelatu dari
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
unggun api itu sehingga beberapa jenggotnya terbakar
hangus.
Semua orang berteriak kaget, waktu mereka memandang
besi pengaduk itu, ternyata sudah bengkok. Biarpun watak
lelaki tadi rada berangasan, tapi demi melihat kelihayan si
nyonya cantik, ia menjadi mengkeret dan tidak berani
bersuara lagi, bahkan arakpun lupa diminum lagi.
Si anak dara cantik lantas ikut bicara: "Cici, orang sedang
bercerita tentang Sin-tiau-hiap yang baik budi itu, mengapa
kau seperti tidak suka mendengarkan nya?" Lalu ia berpaling
pada lelaki tadi dan berkata dengan tersenyum manis:
"Toasiok, jangan kau marah ya!"
Sebenarnya laki-laki tua itu sangat mendongkol tapi
karena senyuman manis anak dara ini, seketika api amarahnya
sirna tanpa bekas, iapun membalasnya dengan tertawa,
mestinya ingin mengucapkan beberapa patah kata rendah
hati, tapi urung, "Toasiok," demikian si anak dara berkata
pula. "silahkan engkau berkisah pula mengenai Sin-tiau-hiap
itu. Apakah engkau kenal dia?"
Laki-laki itu memandang sekejap ke arah si nyonya cantik
dan ragu-ragu untuk bicara.
Anak dara itu lantas berkata: "Silahkan bercerita saja,
asalkan engkau tidak membikin marah Ciciku tentu takkan
terjadi apa-apa. Cara bagaimana engkau kenal Sin-tiau-hiap?
Beberapa umurnya kira-kira? Apakah burungnya rajawali itu
sangat bagus?" tanpa menunggu jawaban lelaki itu, ia
berpaling kepada si nyonya muda dan bertanya: "Cici, entah
bagaimana kalau rajawalinya itu dibandingkan dengan
sepasang rajawali kita?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dibandingkan sepasang rajawali kita?" tukas si nyonya
muda, "Hah, di dunia ini mana ada burung lain yang dapat
menandingi kedua rajawali kita itu?"
"Ah, juga belum tentu," ujar si anak dara, "Ayah sering
mengatakan kita bahwa orang belajar silat harus tahu bahwa
di atas langit masih ada langit, di atas orang pandai masih ada
yang lebih pandai, sekali-sekali tidak boleh bangga dan puas.
Kalau manusia saja begitu, kukira burung yang lebih daripada
rajawali kita itu pasti juga ada."
"Huh, anak kecil tahu apa?" Omel si nyonya wuda, "Waktu
berangkat, ayah ibu menyuruh kau menurut pada
perkataanku, apakah kau sudah lupa?"
"Menurut ya menurut, tapi kan kudu tahu apa yang kau
katakan itu betul atau tidak?" jawab si anak dara. "Eh, adik,
coba katakan, ucapanku yang betul atau ucapan Cici yang
betul?"
Pemuda di samping anak dara itu ragu-2 sejenak,
kemudian menjawab: "Entahlah, aku tidak tahu. Yang jelas
ayah bilang kita harus menurut perkataan Taci dan suruh kau
jangan adu mulut dengan Taci."
"Nah, benar tidak?" kata si nyonya muda dengan senang.
Tapi si anak dara juga tidak marah meski adiknya
mengeloni sang Taci. dengan tertawa ia berkata: "Ah, adik
memang tidak paham apa-apa" -Lalu ia berpaling dan tanya
laki-laki kekar tadi: Toasiok, silakan kau bercerita lagi tentang
Sin-tiau-hiap."
Lelaki itu menjawab: "Baik, jika nona senang
mendengarkan, tentu akan kuceritakan. Meski kepandaian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
orang she Song ini rendah, paling tidak akupun seorang Lakilaki,
satu bilang satu dua ya bilang dua. sepatah katapun tidak
berdusta, Tapi kalau nona tidak percaya, ya lebih baik tidak
kuceritakan saja."
"Mana aku tidak percaya? Lekas engkau bercerita lagi,"
kata si anak dara sambil mengangkat poci arak dan
menuangkan satu mangkok lagi bagi orang itu, malahan ia
terus memanggil pelayan: "He, pelayan, tambah lagi sepuluh
kati arak dan 20 kati daging rebus, Taciku menjamu para
paman dan bibi ini minum arak sekadar menolak hawa
dingin."
Pelayan mengiakan dan berteriak menyampaikan pesanan
itu, Semua orang sama tertawa gembira dan mengucapkan
terima kasih kepada si anak dara. Tidak lama, tiga pelayan
lantas mengantarkan arak dan daging yang dipesan.
Tapi si nyonya cantik tadi menjadi tidak senang, katanya
dengan cemberut: "Hm, umpama aku ingin menjamu tamu
juga takkan menjamu orang yang suka mengaco belo ini. He,
pelayan, rekening arak dan daging itu tidak boleh
diperhitungkan padaku."
Si pelayan melengak bingung, ia pandang si nyonya cantik
sebentar, lalu pandang si anak dara lagi.
Anak dara cantik itu lantas mengambil tusuk kondai
emasnya dan disodorkan kepada pelayan, katanya: "lni tusuk
kondai dari emas murni, sedikitnya bernilai beberapa puluh
tahil perak, Nah, tukarkan saja bagiku, Lalu bawakan lagi
sepuluh kati arak dan 20 kati daging kambing rebus. "
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyonya cantik tadi menjadi marah, omelnya: "Jimoay, Kau
sengaja membikin keki aku, bukan? Melulu mutiara yang
terbingkai di tusuk kondai itu saja bernilai beberapa ratus tahil
perak, tapi benda berharga begitu sembarangan kau berikan
untuk mentraktir minum arak sembarangan orang. Nanti kalau
pulang dan ditanyakan ibu, coba cara bagaimana kau akan
menjawab?"
Anak dara itu melelet lidah, lalu berkata dengan tertawa:
"Akan kukatakan hilang di tengah jalan, sudah kucari tapi
tidak ketemu."
"Huh, masakah aku mau berdusta bagimu?"" omel si
nyonya muda.
Si anak dara lantas mendahului menyupit sepotong daging
rebus dan dimakan, lalu berkata: "Nah, barang sudah dimakan
masakah boleh dikembalikan? Eh. hayolah para paman dan
mamak, jangan sungkan-2, silakan minum dan makan!"
Melihat kedua kakak beradik itu beradu mulut, semua
orang merasa tertarik, mereka sama menyukai si anak dara
yang polos ke-kanak 2an, maka dalam hati mereka memihak
si anak dara. Rupanya si nyonya muda cantik itu mendongkol
ia terus memejamkan mata dan menutupi telinganya.
"Nah, Song toasiok, Taciku sudah tidur silakan kau
bercerita lagi, tentu takkan mengganggunya," kata si anak
dara dengan tertawa.
"Bilakah aku tidur?" semprot si nyonya muda dengan
marah.
"Ah, bagus, tentunya engkau menjadi lebih tak
terganggu," jawab si anak dara dengan tertawa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan suara keras si nyonya muda lantas ber-kata;
"Yang-ji, dengarkan kataku, jika kau selalu ngotot dengan aku,
besuk aku takkan berangkat bersama kau."
"Ah, tak jadi soal, aku brrangkat bersama Samte (adik
ketiga)," ujar si nona cilik.
"Tidak, Samte akan ikut aku," kata si nyonya.
""Eh, Samte, kau akan berangkat bersama siapa?" tanya
anak dara itu.
Anak muda tadi menjadi serba susah, kalau membantu
sang Taci, tentu Jici kurang senang, jika mengeloni Jici, sang
Taci yang akan marah, Dengan tergagap2 kemudian ia
menjawab: "Kata ibu, kita bertiga harus selalu bersamak tak
boleh terpencar."
"Nah, betul tidak? Kalau Taci tidak membawa serta diriku,
nanti kalau pulang dan ditanyai ibu, tentu Taci tak bebas dari
tanggung jawab," jawab si nona cilik dengan tertawa.
Dengan mendongkol si nyonya menjawab: "Tahu kau
selalu bandel begini, dulu waktu kau masih kecil dan diculik
orang jahat, tentu aku tidak perlu berkuatir dan ikut mencari
kau."
Mendengar begitu, nona cilik itu menjadi lunak hatinya, ia
terus merangkul bahu sang Taci dan memohon: "O, Taci yang
baik, jangan marah ya! Anggaplah aku yang salah."
Si nyonya muda sengaja bermuka merengut dan tidak
menggubris.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Jika Taci tidak mau tertawa, akan ku-kitik2 kau," kata si
anak dara.
Tapi nyonya muda itu malah melengos ke sana. Mendadak
anak dara itu menggunakan tangan kanan untuk mengelitik
ketiak sang Taci dari belakang, Tanpa menoleh nyonya muda
itu menggunakan siku kiri untuk menyikut ke belakang, Tapi
tangan kiri si anak dara sempat menangkap sang Taci dan
tangan lain tetap hendak mengelitik. segera si nyonya muda
sedikit memutar tubuh dan sikutnya menyodok untuk
memaksa si anak dara menarik kembali tangannya, keduanya
bergerak dengan lemah gemulai dan bergaya menarik.
Hanya sekejap saja keduanya sudah saling gebrak
beberapa jurus, Si anak dara tetap tidak mampu mengelitik
sang Taci, si nyonya muda juga tidak dapa menangkap tangan
adiknya.
"Kepandaian bagus!" tiba-tiba seorang berseru tertahan di
pojok ruangan sana.
Kedua kakak beradik serentak berhenti dan memandang
ke pojok sana, tertampak seorang duduk meringkuk menjadi
satu gulungan, kepala terbenam di antara kedua lututnya,
agaknya sedari tidur nyenyak, Sejak duduk di tepi api unggun
kedua kakak beradik itu sudah melihat cara orang tidur
meringkuk begitu tanpa bergerak sedikitpun orang lain tidak
dapat melihat cara bagaimana kedua kakak beradik itu
bercanda. Agaknya suara sorakan itu bukan dilakukan
olehnya.
Tiba-tiba si pemuda berkata, "Taci dan Jici, ayah sudah
pesan agar kita jangan sembarangan memperlihatkan kungfu
kita."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ah, sok kemaki!" si anak dara berseloroh.
"Tapi benar juga kau." -Lalu dia berpaling kepada lelaki
kekar tadi: "Maaf, Song toasiok, kami kakak beradik ribut
sendiri sehingga lupa mendengar ceritamu Hayolah lekas
mulai!"
LcIaki she Song itu menjawab: "Tapi sekali-sekali aku
bukan mendongeng, apa yang kuceritakan ini adalah kisah
nyata."
"Tentu saja cerita Song-toasiok adalah kejadian nyata,"
ujar si anak dara dengan tertawa.
Lelaki itu menenggak dulu araknya, lalu berkata "Sudah
kuminum dan makan suguhan nona, andaikan tidak bercerita
juga rikuh rasanya, Kalau saja semalam duitku tidak amblas di
meja dadu, tentu akan kujamu kembali engkau nona manis
ini, memangnya panggilan Toasiok berulang-ulang hanya
panggilan percuma saja? -Eh, bicara tentang perkenalanku
dengan Sin-tiau-hiap, kejadiannya hampir sama dengan
pengalaman Ong-ciangkun cilik ini, jiwaku juga telah
diselamatkan oleh Sin-tiau-hiap. Cuma sekali ini beliau tidak
menggunakan kekerasan melainkan dibeli dengan uang."
"Sungguh aneh, masakah dia membeli kau dengan uang?"
si anak dara menegas, "Memangnya berapa sih harganya satu
kilo dirimu ini?"
Lelaki itu terbahak-bahak, katanya: "Hahaha, daging orang
macamku yang berbau tengik ini ternyata jauh lebih mahal
daripada daging sampi maupun babi, Tahukah kau berapa Sintiau-
hiap menghargai diriku ini? Hah, 4000 tahil perak, tidak
kurang. Begini kejadiannya: Lima tahun yang lalu ketika
membela sesuatu urusan di Celam, Soatang, aku telah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membunuh mati seorang bicokok setempat bunuh orang ganti
nyawa, bukan soal bagiku.
Pada suatu hari aku harus menjalani hukuman mati, yang
mendongkolkan aku adalah aku diharuskan mati berbarengan
dengan seorang buaya darat setempat yang maha jahat.
Sungguh brengsek, masakah seorang laki-laki sejati
macamku harus mati di tempat yang sama dengan seorang
penjahat? Wah, betapapun aku sangat penasaran."
"Tak terduga, selang beberapa hari, buaya darat itu telah
menyogok walikotanya sehingga tuduhan menculik orang,
memeras, membuka rumah perjudian dan rumah pelacuran,
semuanya ditumpukkan atas diriku dan buaya darat itu telah
dibebaskan.
Dari kepala penjara kudengar bahwa buaya darat itu lelah
menyogok dua ribu tahil perak kepada walikota sehingga
semua kesalahannya ditambahkan seluruhnya atas namaku.
Katanya toh sama saja, suatu pelanggaran dihukum mati,
sepuluh pelanggaran juga dihukum mati, daripada mati dua
orang biarlah mati satu orang saja "
"Keruan aku merasa difitnah dan sangat penasaran aku
berteriak-teriak mencaci maki pembesar durjana itu, Tapi apa
dayaku ? Lewat beberapa hari lagi aku dibawa ke sidang,
sungguh aneh bin ajaib, tahu-tahu buaya darat itu dihadapkan
sidang pula bersamaku.
Kontan saja aku mengumpat habis-habisan. Tapi
pembesar korup itu lantas berkata dengan ter-tawa: "He,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Song Ngo, tidak perlu kau mencak-mencak begitu,
persoalannya sudah kuselidiki dengan jelas bahwa kau
memang tidak bersalah, Bicokot itu bukan dibunuh olehmu,
tapi dia pembunuhnya!" sembari bicara ditudingnya pula
buaya darat tadi, lalu akupun dibebaskan.
Tentu saja aku meng-garuk-garuk kepalaku yang tidak
gatal ini, sudah jelas akulah yang membunuh bicokot itu,
mengapa sekarang kesalahan ini ditimpakan kepada orang
lain?"
"Hihi, sungguh pembesar yang konyol dan linglung," ujar
si anak dara dengan mengikik tawa.
"Mana dia linglung," ujar lelaki she Song itu.
"Setiba di rumah, ibuku memberitahukan padaku bahwa
ketika aku diputus hukuman mati, ibu menangis setiap hari di
jalan raya, suatu hari kebetulan dilihat Sin-tiau-hiap dan
ditanya sebab musababnya, Beliau menyatakan sedang ada
urusan penting dan takdapat membereskan perkara itu, ibu di
beri uang empat ribu tahil perak untuk menebus diriku.
Selang tiga bulan kemudian, tersiarlah berita yang
menggegerkan, katanya bapak walikota marah-marah lantaran
habis kecurian delapan ribu tahil perak, Kuyakin kejadian itu
pasti perbuatan Sin-tiauhiap. kami tak berani tinggal lagi di
tempat asal dan terpaksa pindah ke Lim-an.
Lewat setahun lagi kudengar ada seorang tuan bertangan
buntung sebelah bersama seekor burung raksasa selalu
berada di pantai laut dan memandangi ombak samudera
dengan termangu-mangu, Cepat kuburu ke sana dan dapatlah
menemui beliau, disitulah dapat ku-aturkan terima kasih
padanya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Apa yang kau terima kasihkan?" tiba-tiba si nyonya muda
menyela, "dia mengeluarkan empat ribu tahil perak dan masuk
delapan ribu tahil perak, jadi masih untung empat ribu tahil
bersih. Memangnya orang she Nyo itu mau berbuat sesuatu
yang membuatnya rugi?"
"She Nyo? Sin-tiau-hiap itu she Nyo maksud-mu?" tanya si
anak dara.
"Entah, siapa yang bilang dia she Nyo?" jawab si nyonya
muda.
"Jelas baru saja Taci menyebutnya she Nyo," kata anak
dara itu.
"Ah, kau sendiri yang salah dengar," bantah si nyonya.
"Baiklah, tak perlu kuribut dengan kau," ujar si anak dara.
"Seumpama betul Sin-tiau-hiap untung bersih empat ribu tahil
perak pasti juga akan dipergunakan untuk membantu kaum
miskin dan menolong orang sengsara."
Serentak semua orang bersorak merauji: "Bagus! Memang
tepat ucapan nona!"
"Eh, Song-toasiok, Sin-tiau-hiap itu memandangi ombak
laut? Apakah dia sedang menunggu sesuatu di sana ?" tanya
si anak dara pula.
"Entahlah, akupun tidak tahu," jawab lelaki She Ong
sambil menggeleng.
Si anak dara mengambil dua potong kayu bakar dan
dilemparkan ke gundukan api unggun, iapun termenungmenung
memandangi api yang berkobar itu, kemudian ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menggumam pelahan: "Meski Sin-tiau-hiap suka menolong
orang lain, bisa jadi ia sendiripun menyimpan sesuatu
persoalan pelik, Sebab apakah dia termenung memandangi
laut? Ya, sebab apakah memandangi laut dengan termangumangu?",
Seorang wanita setengah umur yang duduk di sudut kiri
sana tiba-tiba menyeletuk "Aku mempunyai seorang adik
misan dan beruntung dapat bertemu dengan Sin-tiau hiap
yang sedang memandangi laut dengan termangu-mangu itu,
karena heran, adik misan pernah tanya beliau, menurut
keterangan Sin-tiau-hiap, katanya isterinya berada di seberang
lautan sana dan takdapat berjumpa."
"Ahhh!" semua orang sama bersuara heran.
"Kiranya Sin-tiau-hiap juga punya isteri," kata si anak dara
cantik, "Entah sebab apakah isterinya berada di seberang
lautan sana, Dia memiliki kepandaian setinggi itu, mengapa
dia tidak menyeberang ke sana untuk mencari isterinya?""
"Adik misanku juga pernah tanya begitu padanya," tutur si
wanita setengah umur tadi, "Tapi beliau menjawab bahwa
lautan seluas itu. entah ke mana baru dapat menemukannya?"
"Ai, kupikir tokoh demikian pasti seorang yang berbudi dan
berperasaan halus, ternyata memang benar," kata si anak
dara dengan menghela napas pelahan. Lalu ia tanya pula:
"Adik misanmu tentu sangat cantik bukan? Diam-diam dia
menyukai Sin tiau-hiap. betul tidak?"
"Hus! Jimoay, kau bicara yang aneh-aneh lagi!" bentak si
nyonya cantik tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi wanita setengah umur itu lantas berkata: "Ya, adik
misanku memang tergolong cantik. Sin-tiau-hiap telah
menyelamatkan jiwa ibunya dan membunuh ayahnya Apakah
diam-diam adik misan menyukai Sin-tiau-hiap sukar diketahui
orang lain-Cuma sekarang dia sudah menikah dengan seorang
petani yang baik, Sin-tiau-hiap telah memberi sejumlah uang,
penghidupannya cukup lumayan."
"Sin-tiau-Hap menyelamatkan jiwa ibunya, membunuh
ayahnya sungguh kejadian aneh, aku menjadi rada sangsi
apakah betul bisa terjadi begitu?" ujar si anak dara tadi.
"Kenapa mesti sangsi?" kata sang Taci, si nyonya cantik,
"watak orang itu memang aneh dan sebentar2 berubah, kalau
senang dia menolong jiwa orang, kalau tidak suka lantas dia
membunuh, Yu, memang sudah begitu sejak kecilnya."
"Sudah begitu sejak kecilnya? Taci tahu darimana?" tanya
si anak dara.
"Tentu saja kutahu." jawab si nyonya muda., Dan meski
telah ditanya dan didesak lagi oleh si anak dara, tetap dia
tidak mau menjelaskan.
"Baiklah, kau tak mau bercerita ya sudahlah, memangnya
siapa pingin tahu?" kata si anak dara dengan rada
mendongkol "Rasanya seumpama kau mau bercerita juga
cuma membual belaka." Lalu ia berpaling kepada si wanita
setengah umur dan berkata pula: "En, Toasoh, maukah kau
bercerita mengenai pengalaman adik misanmu?"
"Baiklah, akan kuceritakan," jawab wanita itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Usiaku dengan adik misan sebaya, rumah adik berada di
Holam, Tahun itu orang Mongol telah menyerbu sampai di
wilayah sana dan Kohtio (paman) telah diculik pasukan musuh
untuk dijadikan kuli kerja paksa, Bibi membawa adik misan
mencari paman ke utara dengan cara minta-minta sepanjang
jalan. Susah payah juga perjalanan mereka itu, terutama jika
diingat bahwa wajah bibi dan adik tidaklah jelek, tentu banyak
mendatangkan kesuIitan. Sebab itulah bibi dan adik telah
memoles muka dengan hangus agar tidak merangsang pikiran
orang jahat"
"Mengapa muka mereka dibeji hangus menjadi tidak
merangsang orang jahat?" tanya si anak dara.
Karena pertanyaan ini, sebagian orang-orang itu, terutama
kaum lelakinya, sama tertawa geli.
"Jimoay!" omel si nyonya muda, "kalau tidak tahu,
hendaklah jangan sembarangan bertanya, Nona sebesar ini
hanya menimbulkan tawa orang saja!"
"Justeru lantaran aku tidak tahu, makanya aku tanya,
kalau sudah tahu buat apa tanya," gerundel si anak dara.
"Ah, urusan kurang pantas diceritakan itu lebih baik nona
tidak paham saja," ujar wanita setengah umur tadi. "Selama
empat tahun bibi dan adik misan menjelajahi Mongol dan
kemudian sampai ke Soasay, akhirnya dapatlah paman
diketemukan menjadi budak di bawah seorang Mongol berpangkat
Jian-hou-tiang (kepala Seribu Jiwa), Jian-hou-tiang itu
sangat jahat ketika paman diketemukan kebetulan bibi
menyaksikan sebelah kakinya baru saja dipukul patah oleh
orang Mongol itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja bibi sangat berduka dan memohon suaminya
dibebaskan Orang Mongol itu bersedia melepaskan paman
apabila ditebus dengan seribu tahil perak, sebab katanya dia
beli paman dengan harga seratus tahil sedangkan sepuluh
tahil saja bibi tidak punya darimana seribu tahil perak itu
diperoleh? Setelah putus asa dan menghadapi jalan buntu,
bibi menjadi nekat, terjunlah dia ke dunia gelap, bersama adik
misan dan ia sendiri dijual ke Ca bo-keng (rumah pelacuran)"
Karena tidak tahu apa artinya "Ca bo-keng" si anak dara
cantik itu hendak bertanya lagi, tapi karena tadi
pertanyaannya telah menimbulkan tertawa orang, tiba-tiba ia
urungkan maksudnya bertanya.
Terdengar wanita setengah baya itu melanjutkan
ceritanya: "Begitulah bibi dan adik misan hidup menderita
setengah tahun, sedikit2 mereka sudah ada tabungan, tapi
untuk mencukupi seribu tahil perak sungguh tidak mudah.
untunglah para tetamu mengetahui cita2 luhur ibu beranak
yang ingin menolong suami itu, maka waktu memberi uang
sengaja dilebihkan daripada tarip umum.
Dengan susah payah dan kenyang hina derita, pada
malaman tahun baru dapatlah mereka menabung cukup seribu
tahil perak, Dengan riang gembira mereka membawa uang
tabungan itu ke rumah Jian-hou-tiang untuk diserahkan
sebagai harga tebus paman, mereka pikir malam itu juga
antara suami isteri dan anak dapat berkumpul kembali
sehingga dapat merayakan tahun baru dengan gembira."
Sampai di smi, si anak dara ikut bergembira juga bagi ibu
beranak yang beruntung itu. Tapi si wanita setengah baya
lantas berkata: "Namun kenyataan ternyata berlainan daripada
harapan, setelah menerima seribu tahil perak, Jian hou-tiang
itu memang benar mengeluarkan paman untuk bertemu bibi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan adik, tapi ketika mereka bertiga menghadap Jian-hou
tiang itu untuk mohon diri, tiba-tiba timbul lagi pikiran jahat
pada orang MongoI itu karena melihat adik misan ku yang
cantik itu, katanya:
"Bagus sekali kalian mau menebus budak ini, nah, boleh
serahkan uang tebusannya! - Keruan bibi terkejut, padahal
seribu tahil perak itu sejak tadi sudah diserahkan kepada kasir
Jian-hou tiang itu, mengapa sekarang menagih lagi? Namun
Jian-kou-tiang itu tidak mau terima alasan bibi, dengan marah
ia malah membentak: "Huh, masakah seorang berpangkat
seperti aku ini sudi anglap duit -kaum budak? Kalian sengaja
hendak mencemarkan nama baikku ya?"
Tentu saja bibi menjadi takut dan berduka pula, tanpa
tahan lagi ia menangis ter gerung2 di tempat.
"Jian-hou tiang itu lantas berkata -, "Baik!ah, mengingat
malam ini adalah malaman tahun baru, biarlah kuberi
kesempatan berkumpul kalian suami-isteri. Tapi budak ini
mungkin akan kabur, maka sebagai jaminan anak gadis kalian
harus ditinggalkan di sini."
Sudah tentu bibi tahu maksud busuknya dan tidak dapat
menerima kehendak orang, Segera Jian-hou-tiang itu
membentak-bentak gusar dan memerintahkan anak buahnya
mengusir bibi dan paman."
"Karena tidak tega meninggalkan anak perempuannya, bibi
menangis sesambatan di depan rumah Jian-hou-tiang itu.
Walaupun setiap orang mengetahui kesusahan bibi, namun di
bawah kekuasaan orang Mongol, membunuh seorang Han
ibarat kan memites seekor semut, siapa yang berani membela
keadilan? Tapi yang paling celaka adalah pamanku, dia malah
bilang:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kalau tuan besar Jian-hou-tiang penujui anak gadis kita,
inilah rejeki yang sukar dicari bagi orang lain, kenapa kau
malah menangis?" Rupanya paman sudah terlalu lama
menjadi budak sehingga jiwa raganya sampai tulang
sungsum-nya benar-benar sudah berbau budak.
Kemudian iapun menanyakan bibi darimana mendapatkan
seribu tahil perak untuk menebusnya. Semula bibi tidak mau
menjelaskan, karena didesak, akhirnya diceritakan juga. Tak
tahunya paman menjadi marah dan menuduh bibi telah
mencemarkan nama baiknya, katanya perempuan yang tidak
dapat menjaga kepribadian dan suka melacurkan diri, bibi
dianggapnya terlalu hina dina. Segera paman membuat
suratce-rai dan menceraikan bibi."
Sampai di sini, semua orang sama menggerutu dan
menganggap nasib bibinya itu sungguh malang dan pamannya
itu terlalu kejam.
"Bibi menjadi putus asa," demikian tutur wanita lebih
lanjut, "diam-diam beliau pergi ke hutan dan hendak
menggantung diri dengan tali pinggangnya, Untung Sin-tiauhiap
kebetulan lewat dan dapat menyelamatkan jiwanya,
setelah mengetahui duduknya perkara. Sin-tiau-hiap sangat
gusar, malam itu juga beliau masuk ke tempat Jian-hou-tiang
itu dan melihat adik misan sedang dipaksa untuk menuruti
kehendaknya, celakanya paman juga di situ dan malah
membujuk agar adik misan menuruti saja.
Kontan Sin-tiau-hiap memukul mati pamanku itu dan
menyeret Jian-hou-tiang itu dan melemparkan ke sungai, adik
misan juga ditolong keluar. Begitulah kisahnya Sin-tiau-hiap
menyelamatkan bibi dan membunuh pamanku. Menurut Sintiau-
hiap, selama hidupnya paling benci kepada manusia yang
tak berbudi dan tak berperasaan, apalagi rela diperbudak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
musuh segala, paman telah melanggar pantangan Sin tiau
hiap itu, maka tanpa sungkan-sungkan lantas dibunuhnya."
Saking kesemsemnya mendengar cerita menarik itu. tanpa
terasa anak dara cilik itu lantas mengangkat mangkok arak
dan minum seceguk.
"Ah, pedas!" katanya sambil meringis, Karena tidak biasa
minum arak, seceguk saja telah membuat mukanya menjadi
merah sehingga makin menambah kecantikannya. Dengan
pelahan ia berkata pula: "Kalian beruntung sudah pernah
melihat Sin-tiau-hiap, jika akupun dapat berjumpa dan bicara
sejenak dengan dia, andaikan umurku harus berkurang tiga
tahun juga aku rela."
Siapakah nyonya muda cantik dan kedua adiknya itu?
Kisah aneh apalagi yang akan dialami anak dara cantik itu?
(Bacalah jilid ke - 51)
Jilid 51
"Jimoay, kenapa kau sembarangan percaya kepada
obrolan orang?" seru si nyonya cantik. "llmu silat orang itu
memang tinggi, tapi kalau dibandingkan ayah masih terlalu
jauh, padahal orang itupun sudah pernah kau lihat, malahan
dia pernah memondong kau."
Air muka si anak dara menjadi merah jengah, semprotnya:
"Cis, mengapa Taci juga sembarangan omong, siapa mau
percaya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kalau tidak percaya, setelah pulang nanti boleh kau tanya
ayah dan ibu," kata si nyonya cantik.
"Apa yang dikatakan Sin-tiau-hiap itu sebenarnya she Nyo
bernama Ko, waktu kecilnya juga pernah tinggal di Tho-hoa-to
kita, Lengannya yang buntung itu justeru... justeru... Waktu
kau baru lahir dia sudah lantas memondong kau-"
Kiranya nyonya cantik ini bukan lain daripada Kwe Hu dan
anak dara itu adalah Kwe Yang, sedang pemuda itu adalah
adik kembar Kwe Yang, Kwe Boh-lo.
Ketiga kakak beradik ini disuruh ayah-bundanya ke
Cinyang untuk mengundang Khu Ju-ki, itu tokoh tertinggi
Coan-cin-kau pada masa itu, untuk memimpin Eng-hiong-tayhwe
(pertemuan besar para pahlawan) yang akan diadakan di
Siang-yang. Hari itu mereka bertiga baru pulang dari Cin-yang,
setiba di tempat penyeberangan ini merekapun teralang oleh
cuaca yang buruk dan masuk ke hotel itu sehingga dapat
mendengarkan cerita orang-orang tadi mengenai Sin-tiauhiap,
si pendekar sakti rajawali alias Nyo Ko itu.
Dengan cepat 16 tahun berlalu dan sementara itu Kwe Hu
sudah menikah dengan Yalu Ce, Kwe Yang dan Kwe Boh-lo
juga sudah besar.
Kwe Yang berseri-seri mendengar ucapan Kwe Hu tadi, ia
bergumam sendiri: "Begitu aku lahir sudah pernah dipondong
olehnya." ia berpaling dan tanya sang Taci: "Cici bilang waktu
kecilnya Sin-tiau-hiap pernah tinggal di Tho-hoa-to kita,
mengapa belum pernah kudengar hal ini dari ayah dan ibu?"
"Kau tahu apa?" sahut Kwe Hu. "Masih banyak soal lain
yang tidak diceritakan padamu oleh ayah ibu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya tentang buntungnya Nyo Ko serta keracunannya
Siao-Iiong li, karena semua itu akibat tindakan Kwe Hu yang
ceroboh, setiap kali kejadian itu disinggung selalu
menimbulkan amarah Kwe Cing, meski Kwe Hu sudah dewasa
dan sudah menikah, tetap Kwe Cing mendamperatnya tanpa
kenal ampun.
Sebab itulah setiap anggota keluarga tidak suka
menyinggung lagi selama beberapa tahun ini sehingga Kwe
Yang dan Kwe Boh-lo tidak pernah mendengar orang bercerita
kisah si Nyo Ko.
"lika begitu, kan dia mempunyai hubungan erat dengan
keluarga kita, mengapa selama ini dia tak pernah datang ke
rumah kita?" kata Kwe Yang. "Ah, pada Eng-hiong-thay-hwe
yang akan diadakan di Siangyang tangggal 15 bulan tiga nanti
Sin-tiau-hiap itu pasti akan hadir."
"Tindak tanduk orang itu sangat aneh dan wataknya juga
angkuh, belum tentu dia mau datang," ujar Kwe Hu.
"Cici, kita harus berusaha mencari jalan untuk
menyampaikan kartu undangan padanya," kata Kwe Yang.
Lalu ia berpaling kepada lelaki kekar tadi: "Song-toasiok,
dapatkah kau menyampaikan surat kepada Sin-tiau-hiap?"
Orang she Song itu menggeleng dan menjawab:
"Sin-tiau-hiap menjelajahi seluruh jagat, jejaknya sukar
diketemukan untuk mencarinya tidaklah mudah."
Kwe Yang sangat kecewa, dia benar-benar sangat tertarik
oleh kisah keluhuran budi dan kepahlawanan Sin-tiau-hiap,
sungguh ia ingin bisa bertemu dengan pendekar rajawali sakti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu, ia merasa gegetun bahwa Sin-tiau-hiap yang dikaguminya
itu tak dapat hadir pada Eng-hiong-thay-hwe nanti.
Katanya kemudian sambil menghela napas: "Ai, orang
yang hadir nanti belum tentu semuanya ksatria sejati,
sebaliknya ksatria sejati belum tentu mau hadir ke sana."
"Bluk", mendadak terdengar suara gedebuk yang keras,
seorang mendadak melompat berdiri dari pojok ruangan sana,
rupanya orang yang sejak tadi tidur meringkuk itulah. Segera
semua orang merasa ada suara gemuruh laksana bunyi guruh,
kiranya orang itu sedang berkata.
"Apa sulitnya jika nona ingin menemui Sin-tiau-hiap,
biarlah malam ini juga akan kubawa kau untuk menjumpai
beliau."
Memangnya semua orang terkaget oleh suara orang yang
gemuruh keras itu, apalagi setelah melihat jelas bentuk tubuh
dan wajahnya, semua orang tampak heran. Kiranya
perawakan orang itu tidak lebih dari satu meter, tubuhnya
juga kurus kecil namun kepalanya yang besar, telapak
tangannya dan telapak kakinya ternyata jauh lebih besar dari
pada orang biasa.
Sejak tadi dia meringkuk di pojok ruangan sehingga tidak
diperhatikan oleh siapapun juga, siapa tahu begitu dia berdiri
ternyata bentuknya begini aneh dan lucu.
Dengan girang Kwe Yang lantas menanggapi ajakan orang
aneh itu: "Bagus jika engkau mau membawaku ke sana, cuma
selamanya aku tidak kenal Sin tiau-hiap, entah beliau mau
menemui aku atau tidak?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tapi kalau malam nanti kau tidak menemui dia,
selanjutnya mungkin kau takkan dapat melihat dia lagi," kata
orang cebol itu dengan suaranya yang mengguruh.
"Sebab apa?" tanya Kwe Yang heran. Kwe Hu lantas
berdiri dan tanya si cebol: "Mohon tanya siapakah namamu
yang terhormat?"
"Hehehe!"
"orang pendek itu ter-kekek2, katanya "Orang buruk rupa
macamku ini masakah di dunia ini ada keduanya? Kalau kau
tidak kenal diriku, pulang saja tanya kepada ayah-ibumu."
Pada saat itulah sayup-sayup terdengar suara seruan
berkumandang dari jauh: "Komplotan setan dari Se-san,
sepuluh sudah datang sembilan. Wahai Hong thian-fui, kau
tidak datang sekarang, mau tunggu sampai kapan?"
Suara sayup-sayup itu seperti terputus lalu bersambung
pula, lirih dan seram kedengarannya, tapi sekata demi sekata
dapat terdengar dengan jelas.
Si cebol melongo sejenak, mendadak ia menggertak keraskeras,
debu pasir lantas berhamburan disertai percikan
pecahan batu dan genting. Semua orang sama memejamkan
mata dan waktu membuka mata lagi ternyata si cebol sudah
menghilang entah ke mana.
Semua orang terkejut, waktu menengadah, tertampak
atap rumah telah berlubang besar, Kiranya orang cebol itu
menerjang keluar dengan menjebol atap.
"Lihay benar orang itu, cici," kata Kwe Boh-lo.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Hu sudah cukup berpengalaman dan banyak tokoh
persilatan yang dikenalnya, tapi betapa lihay kepala si cebol ini
belum pernah dia dengar dari ayah-ibunya, seketika iapun
melenggong dan tak dapat menanggapi ucapan adiknya itu.
Kwe Yang lantas nyeletuk: "Di antara guru2 yang pernah
mengajar ayah juga ada seorang pendek bernama Ma-ong-sin
Han Pok-ki. Sam-te sembarangan menyebut orang sebagai si
cebol, kalau didengar ayah tentu beliau akan marah. Kau
harus menyebutnya sebagai Locianpwe."
Belum lagi Kwe Boh-lo menjawab, tiba-tiba terdengar pula
suara "blang" yang keras, seketika debu pasir bertebaran Iagi,
malahan muka beberapa orang terkena cipratan batu kerikil
dan menjerit kesakitan.
Di tengah suara ribut itulah tahu-tahu terlihat si cebol tadi
sudah berdiri pula di tengah ruangan, dinding sebelah timur
sana telah bobol suatu lubang setinggi tatu meteran dan
lebarnya lebih setengah meter. Kiranya orang cebol ini
menerjang masuk dengan menjebol dinding.
Ilmu silat Kwe Hu sekarang sudah tentu jauh lebih tinggi
daripada belasan tahun yang lalu, tapi tidak urung iapun
terkejut melihat kelihayan Nge-kang (kekuatan luar) si cebol,
cepat ia melompat maju mengadang di depan kedua adiknya
untuk menjaga kalau-kalau si cebol mendadak menyerang.
Orang cebol itu menjulurkan kepalanya yang sebesar
gentong itu dan melongok ke belakang Kwe Hu, katanya
kepada Kwe Yang: "Eh, nona cilik, kalau kau ingin bertemu
dengan Sin-tiau-hiap, marilah ikut padaku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baiklah!" jawab Kwe Yang tanpa pikir, "Hayo Taci dan
Samte, kita pergi bersama."
"Ah, untuk apa menemui dia? Kau jangan pergi, apalagi
kita belum pernah kenal tuan ini," ujar Kwe Hu.
"Kupergi sebentar dan segera kembali, kalian tunggu saja
di sini," kata Kwe Yang.
Mendadak orang she Song tadi berbangkit dan berseru:
"Nona cilik, sekali-sekali kau jangan pergi. Orang ini... orang
ini adalah tokoh gerombolan setan dari Se-san, jika kau ikut
pergi, besar, . . besar kemungkinan akan celakai
"Hehehe, kau juga tahu gerombolan setan dari Se-san?" si
cebol mengekek tawa, "Maksudmu kami adalah orang jahat?"
Habis itu sebelah tangannya mendadak menyodok ke
depan, belum tangannya menyentuh tubuh Song Ngo, tahutahu
tubuh Song Ngo sudah tergetar mundur dan menumbuk
dinding, seketika mukanya pucat, kedua kaki lemas dan
terkulai ke lantai, kepalanya bergelantungan lemas di depan
dada, entah sudah mati atau masih hidup.
Kwe Hu menjadi gusar, walaupun tahu kepandaian si cebol
lebih tinggi juga tidak boleh kena digertak hingga diam saja,
segera ia berteriak: "Engkan silakan pergi saja, Adikku masih
kecil, mana boleh mengikuti kau kian kemari di tengah malam
buta?"
Pada saat itu pula suara sayup-sayup terputus2 tadi
berkumandang pula: "Gerombolan setan dari Se-san sepuluh
sudah datang sembilan, Hong-thian-lui, wahai Hong-thian-lui,
arwahmu tidak muncul, orang sudah Iama menunggu!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Suara itu kedengaran sangat jauh, tiba-tiba seperti sangat
dekat dan mengiang di kanan-kiri sehingga membuat
merinding orang.
Kwe Yang sudah bertekad harus bertemu dengan Sin-tiauhiap
sekalipun nanti akan kepergok setan iblis, maka segera ia
menjawab: "Baiklah, Cian-pwe, bawalah aku!"
Berbareng ia terus melompat ke sana dan menerobos
keluar melalui lubang dinding yang dibobol si cebol tadi.
"He, kau!" seru Kwe Hu sambil meraih tangan sang adik,
tapi luput, cepat iapun melompat ke sana hendak mengejar
keluar melalui lubang dinding.
Siapa tahu baru saja tubuhnya hendak menerobos keluar,
mendadak lubang dinding itu menghilang. Untung kepandaian
Kwe Hu kini sudah cukup sempurna dan dapat mengendalikan
tubuh sendiri sesuka hati, cepat ia anjiok ke bawah sehingga
daya terobosnya tadi dihentikan seketika, begitu kakinya
menyentuh lantai, ternyata dirinya tepat berdiri di depan
dinding, jaraknya cuma belasan senti saja. Waktu ia dapat
melihat jelas, hampir saja ia menjerit kaget.
Ternyata tubuh si cebol tadi dengan tepat terisi di lubang
dinding itu, kepalanya yang besar dan bahunya yang lebar itu
persis seperti dicetak pada dinding itu. Kwe Hu berdiri
berhadapan dengan makhluk aneh bermuka buruk itu,
malahan tadi mukanya hampir mencium muka si cebol, keruan
saja ia terkejut, cepat ia melompat mundur lagi
Segera terasalah angin dingin meniup, dinding itu kembali
berlubang bentuk tubuh manusia cebol lagi, tapi si cebol
sendiri sudah menghilang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Jimoay, kembali!" seru Kwe Hu sambil menerobos keluar,
didengarnya suara tertawa keras di kejauhan, mana ada
bayangan si Kwe Yang cilik?
Rupanya setelah si cebol menggertak mundur Kwe Hu,
segera pula ia melompat keluar dan mendekati Kwe Yang,
katanya: "Bagus, nona cilik sungguh pembrani!"
Segera ia pegang tangan Kwe Yang dan diajak melompat
ke depan, sekali lompat dua-tiga meter jauhnya, jangan dikira
orang cebol itu kakinya cekak, lompatannya ternyata sangat
jauh dan cepat lagi, yang digunakan ternyata adalah Ginkang
yang lain daripada yang lain, seperti katak saja ia terus
melompat2 ke depan, biarpun membawa serta Kwe Yang,
namun gerak-geriknya tetap sangat lincah dan enteng.
Tangan Kwe Yang yang digenggam si cebol itu rasanya
seperti dijepit oleh tanggam sehingga terasa sakit, hatinya
menjadi berdebar kuatir, entah dirinya hendak dibawa ke
mana oleh orang cebol ini?
Sejak kecil Kwe Yang langsung mendapat didikan dari Kwe
Cing dan Ui Yong, dasarnya anak dara itu pintar dan cerdik,
semula ia masih sanggup mengikuti lompatan orang cebol itu,
tapi lama2 ia menjadi lelah dan perlu ditarik dan diangkat baru
dia dapat sama naik dan sama turun dengan si cebol.
Setelah berlompatan begitu beberapa li jauhnya, tiba-tiba
dari balik bukit sana ada orang tertawa dan berkata dengan
suara halus: "Hai, Hong-thian-lui, mengapa kau datang
terlambat? Eb, malahan kau membawa anak dara secantik
itu!"
"Nona cilik ini adalah puteri Kwe Cing dan ingin melihat
Sin-tiau-hiap, maka aku membawanya kemari," kata si cebol.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Puteri Kwe Cing?" orang tadi menegas dengan melengak.
Dari bukit sana suara seorang lagi berkata: "Sudah lewat
tengah malam, lekas berangkat!" Menyusul mana terdengarlah
suara derapan kuda lari yang riuh, dari balik bukit lantas
muncul belasan ekor kuda.
Sementara itu salju masih terus turun dengan lebatnya,
dari pantulan cahaya salju itu dapatlah Kwe Yang melihat
belasan ekor kuda itu seluruhnya ada sembilan penunggang
kuda yang berlainan bangun tubuh masing-masing, ada yang
tinggi dan ada yang pendek, ada lelaki dan juga ada
perempuan, sebagian besar kuda itu tanpa penunggang
malah.
Si cebol tadi mendekat ke sana dan menuntun dua ekor
kuda, seekor diserahkannya kepada Kwe Yang, ia sendiri
menunggang seekor, lalu membentak: "Hayo berangkat!"
Sekali bersuit, ber-bondong-bondong belasan ekor kuda itu
terus membedal cepat ke arah barat laut.
Dari bentuk tubuh kesembilan orang itu Kwe Yang melihat
jelas dua di antaranya adalah perempuan, yang satu kelihatan
sudah tua renta, seorang lagi berpakaian merah membara
sehingga sangat menyolok di tanah salju yang putih bersih itu.
Wajah ketujuh orang lainnya tidak jelas, hanya perawakan
seorang di antaranya sangat tinggi kurus sehingga mirip tiang
bendera terpancang di atas pelana kuda.
Rombongan mereka terus mengaburkan kuda dengan
cepat, setelah belasan li mereka lantas berganti kuda
tunggangan agar kuda yang pertama dapat mengaso.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Kwe Yang membatin: "Dari suara sayup-sayup
yang terdengar tadi katanya gerombolan setan Se-san sepuluh
sudah datang sembilan, kini termasuk si cebol tadi jumlah
mereka memang sepuluh, Tampaknya mereka inilah yang
disebut gerombolan setan dari Se-san.
Menurut Song-toa siok tadi, katanya besar bahayanya jika
aku ikut mereka dan si cebol terus hantam paman Song itu
hingga sekarat, kelihatannya orang-orang ini sangat kejam.
Tapi orang cebol itu mengatakan hendak membawaku
menemui Sin-thay-hiap, agaknya ucapannya juga tidak dusta,
Kalau mereka kenal Sin-tiau-hiap, kukira mereka pasti bukan
orang jahat."
Dalam sekejap saja belasan li sudah berlalu pula, orang
yang paling depan mendadak bersuara dan belasan ekor kuda
itu serentak berhenti Orang di depan itu lantas melarikan
kudanya ke suatu tempat yang tinggi, lalu memutar balik,
Kwe Yang menjadi terkejut dan geli pula melihat
wajahnya. Kiranya orang ini juga seorang cebol, tubuh yang
berada di atas kuda tidak lebih daripada setengah meter, tapi
jenggotnya yang panjang itu ada satu meteran sehingga
melambai ke bawah perut kuda, mukanya berkeriput kedua
alis terkerut seperti orang yang selalu bersedih.
"Dari sini ke To-ma-peng tidak lebih 30 li saja," terdengar
orang tua itu berkata, "konon ilmu silat Sin-tiau-hiap itu
sangat tinggi, sebaiknya kita berunding dahulu agar
gerombolan setan dari Se-san tidak kehilangan pamor."
"Silakan Toako memberi petunjuk saja," ujar si perempuan
tua tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Apakah kita harus bertempur secara bergiliran dengan ia
atau mengerubutnya sekaligus?" tanya orang tua cebol
berjenggot panjang itu.
Kwe Yang terkejut pula, dari nada pembicaraan orangorang
ini jelas mereka hendak memusuhi Sin-tiau -hiap.
Terdengar perempuan tua tadi berkata: "Sebenarnya Sintiau-
hiap itu memang mempunyai kepandaian sejati atau
cuma bernama kosong belaka? Dalam hal ini, Jit-te, hanya kau
yang pernah berjumpa dengan dia, coba kau memberi
keterangan sekedarnya!"
Seorang laki-laki tinggi besar lantas berkata: "Meski
pernah kulihat dia, tapi aku tidak sampai bergebrak dengan
dia kukira.... kukira dia memang rada-rada...".
"Jit-ko," tiba-tiba perempuan berpakaian merah ikut
bicara, "sebab apa kau sampai bermusuhan dengan Sin-tiauhiap,
hendaklah kau jelaskan lebih dulu agar nanti kalau
bertarung juga kita sudah mempunyai pegangan."
"Gerombolan setan dari Se-san selamanya sehidup-semati,
kalau Sin-tiau-hiap itu sudah mengeluruk ke sini, apakah kita
harus mengkeret dan menyingkir?"
Lelaki yang bertubuh tinggi kurus seperti lidi itu berkata:
"Siapa yang bilang menyingkir? Andaikan Kiu-moay (adik
kesembilan) tidak tanya juga, aku ingin tahu apa sebabnya
kau bermusuhan dengan dia, soalnya kita kan tidak merasa
bersalah dan mengapa dia sesumbar hendak mengusir
gerombolan setan Se-san keluar wilayah Soasay ini?"
"lni, coba lihat, dia telah memotong sepasang daun
telingaku, kalau sakit hati ini tidak dibalas, lalu persaudaraan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
apalagi diantara kita?" teriak lelaki besar tadi dengan gusar,
berbareng ia terus menarik kopiahnya sehingga kelihatan
kedua sisi kepalanya itu halus licin tanpa kuping.
Kesembilan orang yang lain dari "Gerombolan setan Sesan"
itu menjadi gusar, beberapa diantaranya lantas
mengumpat, ada yang berjingkrak murka dan menyatakan
hendak melabrak Sin-tiau-hiap dengan mati-matian.
"Jit-ko," si perempuan baju merah berkata pula, "sebab
apa dia memotong daun telingamu? Apa kesalahanmu?
Tentunya kau menggoda wanita keluarga baik-baik lagi,
bukan?"
Seorang yang berwajah selalu tertawa berkata dengan
gusar: "Sekalipun Jit-ko memang menggoda wanita keluarga
baik-baik juga tidak perlu diurusi orang lain."
Wajah orang ini sangat aneh, meski sedang gusar toh air
mukanya yang tertawa itu tidak menjadi berubah. Waktu Kwe
Yang mengamati lebih teliti, kiranya bibir orang itu menjengkit
ke atas, kedua matanya kecil, maka biarpun sedang sedih atau
menangis juga tampaknya sedang tertawa riang.
Lelaki tadi menjawab: "Tidak, tidak! Soalnya waktu itu
isteriku bercekcok dengan keempat gundikku mengenai
urusan tetek-bengek, dari ribut mulut akhirnya saling cakarcakaran
dan main pisau segala,
KebetuLan apa yang disebut Sin-tiau-hiap itu lalu, dasar
orang itu memang suka ikut campur urusan orang lain, dia
berusaha melerai pertengkaran itu.
Sungguh brengsek, gundikku yang ketiga itu tersenyum
padanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"O, tahulah aku, Jit-ko lantas cemburu, bukan?" tukas si
perempuan berbaju merah.
"Cemburu gimana? Soalnya aku tidak ingin urusan rumahtanggaku
dicampur-tangani orang luar," kata lelaki itu, "Sekali
jotos tiga gigi gundikku itu kurontokkan, lalu si buntung sialan
itu lantas kusuruh enyah."
Sampai di sini, Kwe Yang takdapat menahan rasa
dongkolnya, segera ia menanggapi: "He, maksudnya kan baik,
mengapa kau berlaku kasar padanya? jelas dalam urusan ini
kau yang salah."
Semua orang berpaling memandang anak dara, itu, sama
sekali mereka tidak menduga nona secilik itu berani ikut
bicara.
Lelaki itu menjadi rnarah dan membentak.
"Sialan! kau anak sekecil ini juga berani menggurui aku?
Go-ko, anak dara ini apamu?"
"Dia ingin melihat Sin-tiau-hiap dan aku membawanya ke
sana, urusan lain aku tidak peduli," jawab si cebol kepala
besar tadi.
"Baik, jika begitu akan kuajar adat padanya," kata lelaki
kekar itu, tarrrr, segera cambuknya menyabet kepala Kwe
Yang,
Cepat Kwe Yang menangkis dengan cambuknya sehingga
kedua cambuk terlibat menjadi satu. Waktu lelaki itu
membetot sekuatnya, seketika Kwe Yang merasa ditarik oleh
suatu tenaga yang dahsyat dan terpaksa melepaskan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pegangannya. setelah berhasil merampas cambuk Kwe Yang,
segera cambuk lelaki tadi hendak disabetkan lagi.
Syukur si cebol berjenggot panjang tadi lantas berseru:
"Jit-te, kita harus cepat berangkat, untuk apa mengurusi
seorang anak kecil?"
Lelaki itu merandek, cambuk yang sudah terangkat ke atas
itu tidak jadi dihantamkan. Si kakek jenggot panjang lantas
menjengek: "Hm, gerombolan setan dari Se-san adalah tokoh
yang tidak gentar pada langit dan takut pada bumi, betapapun
nyaring tersohornya Kwe Cing dan Ui Yong juga tak dapat
menggertak kami. he, anak dara, jika kau berani banyak
omong lagi segera kami sembelih kau."
Lalu dia berpaling dan berkata pula, "Jit te, lelaki sejati
berani berbuat berani tanggung jawab, kalau jatuh harus
cepat merangkak bangun, Jenggot ku yang panjang ini dahulu
juga pernah dipotong orang, Kedua kupingmu itu cara
bagaimana dipotong orang?"
"Ketika kusuruh Sin-tiau-hiap itu enyah, dia juga tidak
membantah. ia malah tertawa saja terus melangkah pergi,"
demikian tutur lelaki kekar tadi, "Sungguh sialan, tiba-tiba
gundikku yang keempat berteriak-teriak dan menangis,
katanya dia kupaksa menjadi gundik dan hidup tersiksa, kini
dianiaya pula oleh isteri tua, mendengar itu mendadak Sintiau-
hiap memutar balik dan tanya padaku: "Apakah benar
perkataannya itu?"
"Dengan mendongkol kujawab: "Kalau betul mau apa dan
kalau tidak betul lantas bagaimana? Aku berjuluk Sat-sin-kui
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
(setan elmaut), selamanya membunuh orang tanpa kenal
ampun, tahu tidak kau?"
Dengan kurang senang dia berkata: "Jika kau suka
padanya, mengapa sudah kawini dia lalu mengambil lagi
perempuan lain? Kalau tidak suka padanya, mengapa tadinya
kau menikahi dia?"
"Aku bergelak tertawa dan berkata: "Semula memang
suka padanya, sesudah bosan lantas tidak suka lagi, Lelaki
mempunyai tiga isteri atau empat gundik adalah kejadian
biasa, kenapa mesti heran? Hahaha, malahan aku hendak
mengambil tiga gundik lagi."
Dia lantas mengomel "Jika manusia tak berbudi dan tidak
setia macam kau bertambah banyak lagi di dunia ini,
bukankah semua perempuan di dunia ini akan kecewa
terhadap kaum lelaki?" -
Habis berkata mendadak ia menubruk maju dan melolos
belatiku, sekaligus kedua kupingku dipotong, lalu belati
mengancam di depan dadaku dan membentak " Akan kukorek
hatimu, ingin kulihat warna apakah hatimu ini!"
Tentu saja aku mati kutu... untunglah isteri dan para
gundikku itu lantas berlutut dan memohonkan ampun
padanya, malahan gundik ketiga dan keempat itu menangis
me-raung2. Hm, sungguh memalukan, benar-benar
memalukan Aku menjadi gusar dan berteriak:
"Lekas kau turun tangani jika kau membunuh aku, arwah
gerombolan setan Se-san pasti senantiasa akan mengisari
kau."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dia mengerut kening dan berkata kepada perempuan2ku
itu: "Manusia tak berbudi begini, masakah kalian malah
mintakan ampun baginya?"
Perempuan2ku itu tidak msnjawab melainkan terus
menyembah, Dia lantas berkata pula: "Baiklah! sekarang
kuam-puni kau. Tapi akupun tidak gentar terhadap
gerombolan setan dari Se-san itu. Pada akhir bulan ini akan
kunantikan kalian di To-mo-peng, boleh kau undang seluruh
gerombolan itu untuk menemui aku di sana. Kalau tidak berani
datang, sekaligus kalian harus enyah dari wilayah Soasay dan
tak oleh kembali ke sini selamanya."
Selesai lelaki kekar itu menutur, semua orang sama
terdiam. selang sebentar barulah perempuan tua tadi
bertanya: "Senjata apa yang digunakannya? Dari aliran
manakah ilmu silatnya?"
"Lengan buntung sebelah, dia tidak memakai senjata apaapa,"
tutur si lelaki tadi, "Mengenai aliran ilmu silatnya,
tampaknya... tampaknya sukar diketahui."
Perempuan tua tadi berkata pula: "Toako, sekali gebrak
saja orang itu lantas membikin jit-te tak bisa berkutik. tentu
kepandaiannya sangat lihay, Kita harus mengerubutnya saja,
Toako menghadapi dari depan, biarlah aku dan Go-te
menyerang dari samping, dengan tiga lawan satu masakah
kita kalah? sebaiknya kita harus menyerang dengan cepat
sekaligus membinasakan dia."
Kakek jenggot panjing merenung sejenak, katanya
kemudian: "Nama Sin-tiau-hiap itu sangat termashyur,
pertarungan nanti sungguh luar biasa, Biarlah kita
mengerubutnya secara ber-ramai-ramai dan mengerahkan
segenap tenaga dan senjata yang kita punyai.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selama gerombolan kita bersatu belum melabrak orang
dengan maju sepuluh orang sekaligus dan baru sekarang
terjadi untuk pertama kali ini, kalau sudah begitu kita masih
belum dapat membinasakan dia, maka biarlah kita bersepuluh
ini dari setan bayangan menjadi setan sungguhan saja."
Tiba-tiba si kakek cebol kepala besar tadi ikut bicara:
"Toako, kita bersepuluh mengeroyok dia seorang, kalau
menang rasanya juga kurang terhormat, jika tersiar juga akan
ditertawakan orang-orang Kangouw."
"Bila Sin-tiau-hiap itu dapat kita bunuh, kecuali anak dara
ini kukira tiada orang lain lagi yang tahu," ujar si nenek tadi.
Baru selesai uca-pannya, dengan pelahan iapun mengangkat
tangannya.
Cepat si cebol kepala besar mengadang di depan Kwe
Yang sambil mengebaskan lengan baju-nya, menyusul dari
lengan bajunya dicabutnya sebuah jarum lembut, katanya:
"Jici, aku yang membawa anak dara ini kemari, janganlah
mencelakai dia." Lalu ia berpaling dan berkata kepada Kwe
Yang. "Nona Kwe, jika kau ingin melihat Sintiau-hiap, kejadian
malam ini jangan sekali-sekali kau ceritakan kepada orang
lain, Kalau tidak, boleh kau pulang sekarang saja."
Ngeri dan gusar pula Kwe Yang, ia pikir nenek itu sungguh
amat keji, kalau bukan paman cebol itu menoIongnya,
mungkin dirinya sudah binasa tertusuk oleh jarum yang
lembut dan tanpa suara itu. Segera iapun menjawab "Baiklah,
takkan kuceritakan kepada siapapun juga. "
Lalu ditambahkannya: "Kalian bersepuluh, masakah
Sintiau-hiap sendiri tidak mempunyai pembantu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Si cebol kepala besar bergelak tertawa, katanya: "Sudah
belasan tahun Sin-tiau-hiap itu berkecimpung di Kangouw dan
tak pernah terdengar dia membawa pembantu, yang ada
cuma seekor rajawali yang senantiasa mendampingi dia."
Habis berkata, "tarrr!" cambuknya menggeletar di udara
dan membentak: "Hayolah berangkat!"
Setelah berlari sekian jauhnya, orang cebol itu berkata
pula kepada Kwe Yang: "Sebentar kalau sudah saling gebrak,
jangan sekali-sekali kau menjauhi aku."
Kwe Yang mengangguk ia tahu gerombolan setan dari Sesan
ini ada sebagian sangat jahat dan tidak kenal ampun, bisa
jadi mendadak dirinya diserang dan si cebol kepala besar ini
tidak sempat menolongnya.
Diam-diam iapun berkuatir bagi Sin tiau-hiap yang akan
dikerubut kesembilan orang ini, betapapun tinggi kepandaian
pendekar rajawali sakti itu apakah sanggup satu lawan
sepuIuh? ia pikir kalau ayah- ibunya berada di sini tentu
segalanya akan beres, beliau2 pasti takkan tinggal diam saja
menyaksikan pertarungan yang tidak adil ini.
Tengah mereka melarikan kuda dengan cepat, tiba-tiba
dari dalam hutan di depan yang gelap gulita sana
berkumandang suara auman harimau, beberapa ekor kuda
sama berjingkrak kaget dan takut. ada yang terus berdiri diam
dan ada yang malah terus putar haluan hendak kabur.
Si jangkung tadi segera mengayun cambuknya beberapa
kali dan mendahului menerjang kedalam hutan. Si nenek juga
mengomeli kudanya: "Binatang tak berguna, memangnya
takut dicaplok kucing liar begitu? "- - Beramai-ramai mereka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terus menghalau kawanan kuda mereka dan ikut menerobos
ke dalam hutan.
Setelah membedal lagi beberapa puluh meter jauhnya,
tiba-tiba seseorang membentak di depan: "Siapa itu berani
terobosan di Bii-iiu-san-ceng malam-malam begini?"
serentak Gerombolan setan Se san itu menahan kuda
mereka, tertampaklah seorang mengadang di tengah jalan,
kedua sisinya masing-masing mendekam seekor harimau
loreng. Mendengar suara raungan harimau yang kereng itu,
kembali kawanan kuda ber-jingkrak ketakutan.
Setelah menguasai kembali kudanya, si kakek cebol
jenggot panjang lantas memberi hormat dan berkata
"GeromboIan Setan Se-san kebetulan lewat di sini dan tidak
sempat berkunjung harap suka memaafkan."
Orang yang menghadang di depan itu menjawab: "O,
kalian inikah Gerombolan Setan dari Se-san? jadi saudara ini
Tiang-si-kui (setan jenggot panjang) Hoan-ya (tuan Hoao)?"
"Betul" jawab si kakek jenggot panjang, "Ada urusan
penting kami harus menuju To-ma-peng, kembalinya nanti
kami akan mampir untuk mohon maaf lagi."
Rupanya iapun tahu orang Ban-siu-san-ceng
(perkampungan berlaksa binatang) sukar dilawan, pula
mereka sekarang harus mencurahkan segenap perhatian
untuk menghadapi Sin-tiau-hiap, maka bicaranya sangatlah
rendah hati.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Coba kalian menunggu sebentar," kata orang itu, lalu ia
berteriak: "Toako, inilah Gerombolan Setan Se-san yang
hendak pergi ke To-ma-peng katanya kembalinya nanti akan
datang untuk minta maaf."
Kawanan "Setan" itu merasa kurang senang mendengar
ucapannya itu mereka mengatakan kembalinya nanti akan
mampir untuk minta maaf, kata-kata ini tidak lebih hanya
sebagai basa-basi saja, masakah dianggapnya Gerombolan
Setan Se-san benar-benar gentar kepada pihak Ban-siu-sanceng?
Maka terdengarlah suara seorang menjawab dengan lagak
tuan besar di dalam hutan: "Minta maaf sih tidak perlu, suruh
mereka pergi dengan mengitar hutan saja."
Serentak kawanan setan-- itu menjadi gusar, si jangkung
tadi lantas mendengus: "Hm, selamanya Gerombolan Setan
Se-san kalau berjalan tidak pernah main mengitari"
Habis berkata segera ia melarikan kudanya terus
menerjang ke depan.
Tapi sehati orang yang mengadang itu memberi aba2,
serentak kedua harimau di sampingnya terus menubruk maju.
Karena kaget dan takut, kuda si jangkung berjingkrak berdiri.
Tampaknya si jangkung sangat menguasai kuda
tunggangannya, sambil tetap menempel di atas pelana, "sret",
cepat kedua tangannya mengeluarkan senjatanya yang
berbentuk sepasang tumbak pendek dan kontan menikam ke
arah kedua ekor harimau.
Harimau yang sebelah kiri cepat melompat minggir,
sedangkan cakar harimau sebelah kanan sempat merobek
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perut kuda si jangkung, tapi binatang buasnya itupun
meraung keras, rupanya juga terluka oleh tikaman tumbak.
Segera si jangkung melompat turun dan membentak
"HayoIah keluarkan senjatamu!" Berba-reng ia terus pasang
kuda-kuda dan siap tempur.
Orang di depan sana menjengek: "Hm, kau berani melukai
kucing piaraanku, andaikan sekarang kau mau mengitar hutan
juga tidak kuidzinkan lagi Bu-siang-kui (setan gentayangan),
tinggalkan saja tumbakmu!"
Si jangkung melengak juga karena julukannya dengan
tepat disebut lawan, jawabnya: "siapakah kau? Selama ini
Ban--siu-san-ceng berada di Se keng, mengapa sekarang
pindah ke sini? Kau ingin kutinggalkan tumbakku, hah,
memangnya begitu gampang?"
"Kediaman Ban siu-san-ceng memang berada di Se-keng,
tapi kalau kami ingin pindah tempatkan tidak perlu lapor dulu
kepada kawanan setan macam kalian toh?" ujar orang itu.
"Bahwa Toako kami suruh kalian lewat mengitar hutan
sudah cukup ramah, soalnya Samko kami sedang sakit dan
tidak suka diganggu orang, kau tahu tidak?"
Berkata sampai di sini, mendadak tangan kirinya meraih ke
depan, tahu- gagang tumbak yang dekat dengan ujung
tumbak si Bu-siang-kui kena dipegang olehnya.
Sama sekali Bu siang-kui tidak menduga gerakan tangan
lawan sedemikian cepatnya, cepat ia menarik sekuatnya, Tapi
orang itupun membetot dan ditekuk pula sehingga terdengar
"pletak" dua kali.sepasang tumbak pendek itu patah semua.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Padahal tumbak2 itu terbuat dari besi, karena tenaga
kedua orang sama kerasnya hingga tumbak itu tak dapat
menahan tenaga tarikan mereka dan akhirnya patah.
Kejadian ini membuat Gerombolan Setan Se-san
melengak. Si kakek jenggot panjang yang berjuluk "Setan
jengot panjang" lantas berkata: "Rupanya saudara inilah Pat
jiu-sian-kau (kera sakti bertangan delapan) Apakah Kim kahsay-
ong (raja singa bersisik emas) kurang sehat? Saat ini kami
ada urusan lain, biarlah kita bertemu lagi di sini besok pada
saat yang sama."
Kiranya Ban-siu-san-ceng itu dipimpin oleh lima
bersaudara, Toako atau kakak tertua Pek-hia san-kun ( raja
gunung dahi putih ) Su Pek-wi, Jiko atau kakak kedua Koankian-
cu (si bumbung perak ) Su Tiong beng, Samko ( kakak
ketiga ) Kim-kah-say-ong Su Siokkang, Suko ( kakak ke-empat
) Tay-lik-sin ( malaikat bertenaga raksasa ) Su ki-kiang dan
saudara yang terkecil ialah Pat-jiu-sian-kau Su Beng-ciat ini.
Turun temurun keluarga Bu itu hidup sebagai penjinak
binatang, sampai di tangan kelima bersaudara ini bahkan
tambah maju kepandaian mereka, bukan saja cara
menjinakkan binatang terlebih lihay, bahkan dari gerak gerik
setiap binatang buas yang mereka lihat setiap hari itu
dipelajari dan dipahami menjadi gerakan ilmu silat yang khas,
jadi binatang-binatang buas seakan-akan menjadi guru kelima
bersaudara itu sehingga jadilah mereka memiliki ilmu silat
yang tinggi.
Waktu Su Siok kang, yaitu kakak ketiga yang berjuluk Kimkah-
say-ong itu berumur 20-an, suatu hari ketika sedang
berburu, secara kebetulan dia bertemu dengan orang kosen
dan berhasil meyakinkan pula Lwekang yang tinggi,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sepulangnya di rumah ia mengajarkan Lwekang itu pula
kepada saudara2nya.
Begitulah semakin banyak mereka memiara binatang buas
semakin tinggi pula ilmu silat yang mereka yakinkan Nama
Ban-siu-san ceng juga mulai terkenal di dunia Kanguow, maka
orang- Bu-lim telah memberikan julukan kepada kelima
bersaudara ha sebagai "Hou-pa-say jio-kau" (harimau, macan
tutul, smga, gajah dan kera). Di antara mereka berlima Kim
kah say-ong. si singa berbaju emas, terkenal paling lihay.
Maka Tiang-si-kui merasa lega demi mendengar Su Siokkang
sedang sakit, betapapun lihaynya musuh juga kawanan
"Setan" mereka tidak gentar, apalagi sekarang pihak lawan
berkurang tokoh utama-nya, maka ia lantas menetapkan
malam besok untuk pertarungan yang menentukan.
"Baik," segera Pak-jiu-sian-kau Su Beng-ciat menjawab
"besok malam kami bersaudara akan menunggu kalian di sini."
Habis berkata, sekali tangan bergerak, "pIok-plok", kedua
potong tumbak patah yang dirampasnya tadi menyamber dan
menancap batang pohon di sebelah Tiang-si-kui.
Diam-diam Tiang Si-kui terkesiap dan heran mengapa
pihak lawan tetap tidak memperbolehkan mereka lewat
menerobos hutan, ada pekerjaan apa kelima saudara Su itu di
sini? Segera ia memberi salam: "Baiklah kami mohon diri!"
Kedua kakinya mengempit kencang, segera ia melarikan
kudanya ke depan.
"He, tunggu dulu!" kembali Su Beng-ciat berteriak
mencegah, "Toako kami menyuruh kalian lewat mengitar
hutan, apakah kalian tidak berkuping atau memang tuli?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiang-si-kui menahan kudanya dan baru mau menjawab,
terdengarlah di kanan kiri depan sana dua orang tertawa
terbahak-bahak, menyusul asap tebal lantas mengepul, dua
orang berteriak berbarengi
"Main gila apa di dalam hutan? Mana Gerombolan Setan
Se-san dapat dikelabui?"
Rupanya secara diam-diam Song-bun-kui dan Siau-bin-kui,
setan sialan dan setan muka ketawa, yaitu setan ke-8 dan ke-
10 menurut urut-urutan mereka, telah memutar ke belakang
sana untuk menyalakan api ketika Su Beng-ciat sedang bicara
dengan Tiang si kui.
Tapi baru saja api mulai berkobar, menyusul lantas
terdengar Songbun-kui dan Siaubin-kui menjerit kaget dan
berlari kembali seperti memergoki sesuatu makhluk yang
mengerikan.
"Ada apa?" janya Tiang-si-kui.
"Macan! Harimau! ada seratus, dua ratus ekor..." seru
Song-bun-kui:
Su Beng-ciat kelihatan sangat murka melihat api mulai
menjilat pepohonan, ia berteriak sekeras-nya: "Toako, Jiko,
yang penting padamkan api duiu, biarkan gerombolan setan
ini pergi saja, masakah kelak kita takdapat menemukan
mereka?"
Pada saat itulah sekonyong-konyong pandangan semua
orang serasa bureng, seekor binatang sebesar anjing kecil
mendadak menerobos keluar dari hutan dan sekejap saja
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sudah kabur ke sana. Tubuh binatang itu tidak besar, tapi
keempat kakinya sangat panjang warna bulunya putih mulus,
hanya bagian ekor saja berwarna hitam, bentuknya mirip
kucing dan mem-per anjing.
"Hm, Kau-twe-Ieng-fccu kabur!" seru Su Beng-ciat dan
segera ia mengidak ke sana. Suara teriakannya itu penuh
mengunjuk rasa kaget, cemas dan kuatir.
Mendadak pula terdengar pula suara raungan yang keras
di dalam hutan, suara raungan yang menyerupai raungan
harimau dan mirip pula auman singa, malahan seperti suara
teriakan orang namun suara manusia seyogianya tidak sekeras
dan senyaring itu.
Terdengar suara raungan itu, diam-diam Kwe Yang rada
merinding. Setelah suara raungan itu, serentak be-ratus2
binatang buas juga lantas mengaum di segenap penjuru,
suara singa, harimau, macan tutul, serigala, gajah, kera, gorila
dan entah binatang buas apalagi dan sukar dibedakan.
Menyusul terdengarlah suara gemuruh, be-ratus2, bahkan
beribu-ribu binatang buas itu ber-bondong-bondong lari keluar
hutan,
Seorang lantas berseru: "Toako ke sebelah timur, Ji-ko
sebelah barat, Site (adik keempat) ke tenggara..." jelas ada
suara orang ini sama dengan suara raungan tadi.
Sekilas Kwe Yang melihat beberapa sosok bayangan orang
berkelebat keluar hutan lebat itu, walaupun tahu bahaya, tapi
ia tak dapat menahan rasa ingin tahunya, cepat iapun
melarikan kudanya menyusul keluar hutan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cepat si cebol kepala besar yang berjuluk Toa-thau-kui
(setao kepala besar) tadi berteriak: "He, nona Kwe, jangan
pergi!" Segera iapun keprak kudanya menyusulnya.
Begitu berada di luar hutan, seketika Kwe Yang
menyaksikan pemandangan aneh. Dilihatnya lima orang samasama
memimpin segerombolan binatang sedang mengurung
ke bagian tengah di tanah datar yang berselimutkan salju itu,
tampaknya kawanan binatang buas itu sudah terlatih, mereka
tidak saling cakar dan bertengkar sendiri, tapi kesana kemari,
cara lari mereka sangat teratur.
Kwe Yang merasa takut tapi juga sangat tertarik untuk
menonton, Dilihatnya lingkaran kelima barisan binatang buas
itu semakin menciut sehingga di tengah-tengah kelihatan
sebuah bundaran, tapi mendadak sesosok bayangan putih
berkelebat, binatang kecil yang menyerupai anjing tadi lari
menerobos keluar dari kepungan binatang buas, secepat angin
binatang kecil itu melayang lewat di depan Kwe Yang.
"Kiu-bwe-leng-hou! Di sana, lari ke sana!" terdengar
kelima bersaudara she Su itu ber- teriak-teriak, menyusul
gerombolan binatang buas itu lantas menerjang tiba seperti
gugur gunung dahsyatnya.
Cepat Kwe Yang menarik kudanya menyingkir ke pinggir,
tapi kuda itu menjadi ketakutan melihat binatang buas
sebanyak itu, saking takutnya hingga kaki lemas terus jatuh
mendeprok. Keruan Kwe Yang terkejut, kalau gerombolan
binatang itu menerjang ke arahnya, tentu tubuhnya akan terinjak2
hancur lebur.
Lekas-lekas ia melompat turun dari pelana kudanya dan
berlari ke samping sana. Terendus olehnya bau amis, kawanan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
binatang buas itu terus mengalir lewat di sebelahnya laksana
air bah dan sejenak saja sudah menjauh.
Sementara itu Gerombolan Setan Se-san juga sudah
berada di luar hutan, si kakek jenggot panjang berkata:
"Betapapun tinggi kepandaian keluarga Su juga kita tidak
gentar, hanya kawanan binatang itulah yang sukar dihalau.
Malam ini kita tidak perlu cari perkara lagi, kita harus piara
tenaga untuk menghadapi Sin-tiau-hiap. Marilah kita
berangkat!"
Si nenek juga berkata: "Ya, malam ini kita bunuh Sin-tiauhiap,
besok kita pesta panggang daging harimau dan singa!" -
Habis itu ia terus menarik kudanya dan hendak meneruskan
perjalanan dengan mengitari hutan.
Pada saat itulah mendadak suara raungan binatang buas
tadi terdengar gemuruh pula, gerombolan binatang itu datang
lagi dari berbagai arah.
Sekali ini suara raungan bnatang itu tidak begitu buas,
larinya juga tidak cepat Namun Tiang-si-kui menjadi kuatir,
katanya: "CeIaka! Lekas kita pergi!"
Namun sudah terlambat, di sekeliling mereka terkepung,
Cepat Tiang-si kui bersuit, sepuluh orang lantas melompat
turun dan berdiri pada lima sudut dengan senjata terhunus
menantikan serangan musuh.
"Nona Kwe," kata Toa-thau-kui, si setan kepala btsar,
"lekas pulang saja kau, tidak perlu ikut menyerempet bahaya
di sini."
"Tapi mana Sin-tiau-hiap? Kau sudah berjanji akan
membawaku untuk menemuinya," kata Kwe Yang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Apakah kau tidak melihat binatang buas sebanyak ini?"
ujar Toa-thau-kui dengan mengernyitkan kening.
"Bicaralah secara baik-baik dengan majikan gerombolan
binatang itu, katakan kalian ada janji dengan Sin-tiau hiap dan
tiada waktu tertahan lama di sini," ujar Kwe Yang.
"Hm, Gerombolan Setan Se-san tidak pernah bicara secara
baik-baik dengan siapapun juga," kata Toa-thau-kui.
Tengah bicara, sementara itu kelima bersaudara Su itu
sudah muncul. Mereka sama memakai jubah kulit binatang,
sesudah berhadapan dengan Gerombolan Setan, tetap Su
Beag-ciat yang menjadi juru bicara, katanya: "Selamanya Bansiu-
san ceng tidak pernah bermusuhan dengan Kawanan
Setan, mengapa kalian membakar hutan dan menghalau lari
Kiu-bwe-leng-hou (rase cerdik berekor sembilan)?"
Dari nada ucapan orang, Kwe Yang merasakan orang she
Su itu sangat gusar dan gemas sekali Pikirnya: "walaupun
binatang kecil tadi sangat menyenangkan tapi tampaknya juga
tiada sesuatu yang istimewa, mengapa mesti marah-marah
begitu rupa? jelas binatang itu cuma punya sebuah ekor,
mengapa disebut rase berekor sembilan?"
Maka terdengar perempuan yang berpakaian serba merah
dari pihak Gerombolan Setan menjawab: "Peristiwa ini awal
mulanya adalah gara-gara tindakan kalian sendiri, selamanya
Ban-siu-san-ceng berdiam di wilayah Sa-keng, mengapa
mendadak muncul di daerah Soasay sini dan di tengah malam
buta melarang orang lain lewat di jalan umum ini. Sikap kalian
yang tidak semena-mena ini masakah kalian malah
menyalahkan pihak lain?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Persoalan sekarang ini tidak perlu dibicarakan pokoknya
tiada seorangpun di antara kalian dapat hidup lagi," mendadak
Pek-hia-san-kun Su Pek-wi membentak. Sekali mengaum
murka, dengan bertangan kosong ia terus menubruk ke arah
Tiang-si-kui, kedua telapak tangannya tergenggam laksana
cakar harimau segera mencengkeram, begitu hebat dan
dahsyat, sekalipun harimau benar-benar juga tidak seganas
itu.
Cepat Tiang-si-kui melangkah mundur terus menggeser,
"serrr", senjatanya yang panjang terus menyapu pinggang
lawan. Tanpa menghindar, cakar harimau Su Pek-wi lantas
mencengkeram ujung senjata lawan, kiranya senjata Tiangsin-
kui itu adalah sebatang tongkat baja yang besar dan berat.
Belum lagi cengkeraman Su Pek-wi itu mengencang,
mendadak tangan terasa panas, cepat ia lepaskan kembali
tangannya sambil disampuk ke sam-ping. Untung dia dapat
bergerak dengan cepat sehingga dadanya terhindar dari
sodokan tongkat.
Diam-diam Su Pek-wi terkesiap, baru sekarang ia tahu
Gerombolan Setan Se-san itu memang bukan orang
sembarangan pantas nama mereka akhir2 ini semakin
menanjak, ia tidak berani gegabah lagi "creng", segera iapun
mengeluarkan senjatanya, yakni Hoa-thau-kau (kaitan dengan
ujung berukir kepala harimau), sepasang kaitan baja itu
beratnya ada 30 kati dan merupakan senjata yang tajam dan
lihay.
Begitulah dua larik sinar kuning berkelebat kaitan itu
lantas menempur sengit tongkat baja si Setan jenggot
panjang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu Kaan-kian-cu Su Tiong-beng dengan
senjatanya yang berupa sepasang bumbung atau pipa perak
juga telah melabrak Jui beng-kui setan pencabut nyawa, yang
bersenjatakan golok dan tombak si Song-bun-kui.
Sedangkan Tay-lik-sin Su Ki-kiang juga menempur Tiau-si
kui (setan gantung) yaitu si nenek, yang bersenjatakan seutas
tali panjang lagi lemas sehingga sukar diraba, ia hanya
meraung2 murka saja dan sukar mengembangkan tenaga
raksasa yang dimilikinya.
Di sebelah sana Pat-jiu-sian-kau Su Beng ciat juga
menghadapi Toa thau-kui, si Setan Kepala Besar" dengan
senjatanya yang berwujut godam persegi delapan.
Su Beng-ciat bersenjata sepasang Boan koan-pit, potlot
baja berujung runcing, serangannya hebat, tenaganya kuat,
Toa-thiiu kui rada kewalahan cepat Siau-yau-kui, Setan Cantik,
yaitu perempuan berbaju serba merah, segera menubruk maju
membantunya dengan senjata golok.
Di tanah salju itu terjadilah pertarungan sengit sepuluh
orang terbagilah menjadi empat partai, bunga salju
bertebaran. namun pertempuran belum dapat menentukan
kalah dan menang.
Pihak Gerombolan Setan masih ada empat orang belum
ikut turun tangan, sebalnya pihak lawan hanya Kim-Kah-say
ong saja yang belum bergerak. Terlihat dia bersandar pada
tubuh seekor singa jantan tampaknya menderita sesuatu
penyakit lemas lunglai.
Melihat situasi pertarungan ini, jelas pihak Gerombolan
Setan lebih untung karena berjumlah lebih banyak, tapi kalau
persaudaraan Su itu berseru memberi komando, seketika
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kawanan binatang buas itu pasti akan menerjang dan
Gerombolan Setan itu pasti akan celaka.
Siau-bian kui, si setan muka tertawa juga merasa kebat
kebit menyaksikan kawanan binatang buas yang siap
menunggu perintah itu, ia pikir sebentar harus menggunakan
kabut racun untuk merobohkan sebagian binatang itu baru
dapat menerjang keluar kepungan.
Sementara itu pertarungan sengit sudah berlangsung
sekian lama, Tiang- si-kui dan Su Pek- wi tetap sama kuatnya,
Tiau si-kui, si nenek dapat memainkan talinya yang panjang
itu dengan cara yang aneh dan ujung tali selalu berubah
menjadi lingkaran jiratan, kalau Su Ki-kiang meleng, mungkin
lehernya bisa terjirat. Tapi karena dia memiliki tenaga raksasa,
mau tak-mau Tiau-si-kui juga rada jeri.
Toa-lhau-kui dan Siau-kui bahu-membahu menghadapi Su
Beng-ciat, mereka dapat bekerja sama dengan baik, Tapi
gerak serangan Su Beng ciat cepat lagi aneh, mereka terus
berputar, terdengar suara Toa-thau-kui meng-guruh2,
sedangkan si Setan cantik tertawa ngikik, tujuan mereka
memancarkan perhatian musuh, namun Su Beng ciat anggap
tidak mendengar dan menempur mereka dengan sengit.
Di sebelah sana Ji Beng-kui dan Song-bun-kui ternyata
tidak mampu menandingi pipa perak Su Tiong-beng, Pipa
perak yang digunakan sebagai senjata itu lebih pendek
daripada toya dan kosong bagian tengah, gaya serangannya
juga aneh.
Suatu ketika Song-bun-kui menusuk dengan tumbaknya,
tapi Su Tiong-beng justeru mengincar ujung tumbak lawan
dan pipanya juga ditusukkan kedepan, pipa itu terus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyelongsong ke bawah sehingga gagang tumbak terkunci
di dalam pipa.
Keruan Song-bun-kui terkejut dan cepat menarik tumbak
kirinya itu, tumbak terus diputar untuk menjaga diri.
Melihat kawannya terancam bahaya, cepat To-ceh-kui, si
Setan Penagih Utang, menubruk untuk membantu, senjatanya
yang berbentuk sepotong pelat besi segera memotong ke pipa
Su Tiong heng.
Kiranya senjata To-ceh-kui itu terdiri dari lima potong pelat
besi sehingga berbentuk buku utang-piutang sesuai namanya
sebagai tukang tagih utang, Tepi pelat besi itu tajam sehingga
merupakan sejenis senjata aneh dan lihay.
Sebenarnya GeromboIan Setan Se san itu masing-masing
mempunyai nama asli sendiri-sendiri, tapi sejak nama
"Gerombolan Setan Se-san" terkenal di dunia Kangouw,
mereka lantas membuang nama aslinya dan menggunakan
julukan Setan sebagai tanda pengenal.
Apalagi tindak tanduk dan bentuk tubuh dan wajah
mereka bersepuIuh memang juga aneh dan ber-beda2.
Misalnya si To-ceh kui, Setan penagih utang, dia
menggunakan senjata lima helai pelat besi sehingga
menyerupai buku utang piutang, soalnya dia memang juga
pendendam, sakit hati sekecil apapun juga pasti akan dituntutbalasnya,
tiada seorangpun dapat lolos jika pernah menyakiti
hatinya.
Sebab itulah dia diberi julukan setan tukang tagih utang.
Tapi dia malah senang dengan nama poyokan itu, senjata
pelat besi di ubahnya menjadi seperti halaman buku, tipis
dengan tepinya sangat tajam, bahkan pelat besi itu diukir
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
nama musuhnya dengan kesalahannya, kalau sakit hati itu
sudah dibereskan barulah nama musuh itu dicoret.
Pipa perak adalah senjata aneh, tapi buku besi itu terlebih
aneh, lima halaman besi itu saling bergesek dan
mengeluarkan tuara nyaring, Dengan bertiga setan menempur
Su Tiong beng barulah ke adaan mereka rada mendingan.
Kwe Yang terus mengikuti pertempuran itu di samping,
dilihatnya cuaca sudah mulai remang-remang fajar sudah
hampir tiba, tapi pertarungan itu masih berlangsung dengan
sengitnya, ia pikir janji pertemuan kesepuluh setan itu dengan
Sin-tiau-hiap sudah lewat waktunya, mungkin tidak sabar
menunggu dan pendekar sakti itu sudah pergi sendiri, ia
menjadi gelisah dan kecewa karena maksudnya melihat Sintiau-
hiap tak tersampai, untuk melerai pertempuran orangorang
itupun ia tak mampu.
Dilihatnya kawanan binatang buas itu sama mendekam di
tanah dalam suatu tingkatan yang rapat, seumpama
Gerombolan Setan itu dapat membinasakan kelima saudara Su
juga sukar menerjang keluar kepungan kawanan binatang
buas itu.
Keadaan demikian juga disadari oleh GeromboIan Setan
itu. Maka si nenek, yaitu setan gantung, berhasrat menangkap
Tay-lik-sin Su Ki-Kiang dengan tali jiratannya yang panjang
itu. asalkan lawan berhasil ditawan tentu dapat digunakan
sebagai sandera untuk memaksa Su- si hengte (saudara
keluarga Su) membubarkan kepungan binatang buasnya.
Namun kepandaian Su Ki kiang sendiri lebih tinggi
daripada Tiau-si kui si setan gantung, hanya saja senjata tali
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memang aneh dan sukar dilayani, makanya kedudukan
mereka menjadi sama kuat, tapi untuk menangkapnya jelas
tidaklah mudah.
Siau-bian-kui, si setan muka tertawa tahu keadaan sangat
berbahaya, ia pikir tiada jalan lain terpaksa harus
menggunakan akal licik. Segera ia berseru: "Jici, biar kubantu
kau!" Segera ia melolos senjatanya dan menerjang ke arah Su
Ki-kiang.
Su Ki-kiang tidak gentar ketambahan seorang lawan,
"Bagus!" serunya menyambut terjangan musuh, berbareng
senjatanya gada baja terus mengepruk kepala orang.
Cepat Siau-bian-kui mengegos sambil menangkis dengan
sepasang ruyung "Prak, krek", senjata saling beradu dan
kedua ruyung seketika patah. Tapi dari bagian yang patah itu
lantas mengepul asap putih kemerahan Su Ki-kiang melengak,
langkahnya rada sempoyongan terus roboh terjungkal.
Tanpa ayal tali jirat si setan gantung terus di-lempar ke
depan dan tepat menjirat kedua kaki musuh.
Kiranya gagang ruyung Siau bin-kui itu kopong dan
tersimpan bubuk racun, pada gagang ruyung-nya terpasang
pesawat rahasia, sekali ditekan segera bubuk racun akan
tersembur untuk mencelakai musuh.
Tapi tenaga Su Ki-kiang teramat besar, sekali hantam ia
patahkan ruyung lawan. Tapi meski senjatanya patah tetap
Siau-bin-kui dan Tiau si kui berhasil menawan Su Ki kiang.
"He, he! Apa-apaan kalian ini? Merobohkan lawan dengan
cara licik, terhitung orang gagah macam apa?" seru Kwe Yang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat saudaranya tertawan musuh, Su Pek-wi, Su Tiongbeng
dnn Su Beng-ciat juga terkejut dan murka, Tapi apa
daya, mereka sendiri terlibat dalam pertempuran dan sukar
memberi bantuan.
Kwe Yang sendiri sebenarnya tidak membela manapun,
cuma dilihatnya cara Siau bian-kui merobohkan Su Ki-kiang itu
kurang "sportip", maka dia berseru mencelanya.
Pada saat itu juga tiba-tiba terdengar suara rating-an di
sebelah sana, terlihat Kim kah-say-ong Su Siok-kang
berbangkit pelahan, lalu membentak dengan suara berat:
"Lepaskan saudaraku!"
Su Ki-kiang tidak sadarkan diri, Tiau-si kui meringkusnya
dengan tali, bahkan menambahkan beberapa kali tutukan
pada Hiat-to yang penting agar takdapat berkutik bila nanti
sudah siuman, ia menjawab: "Silakan kau menyingkirkan
kawanan binatang ini dan memberi jalan, segera kami
membebaskan saudaramu."
Dilihatnya kedua mata Su Siok kang cekung, mukanya
pucat, jalannya sempoyongan, jelas sedang sakit parah, maka
kawanan setan itu tidak merasa gentar.
simpatik Kwe Yarg beroda pada Su Siok-kang, melihat
orang dalam keadaan sakit toh tetap hendak menolong
saudaranya, cepat ia berseru. "He engkau sakit, jangan ikut
bertempur."
Su Siok-kang mengangguk padanya dan mengucapkan
terima kasih, tapi langkahnya tidak berhenti, ia masih terus
mendekati Su Ki-kiang yang menggeletak teringkus musuh itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siau-bian kui mengedipi Tiau-si-kui, kedua orang lantas
menubruk dari kanan dan liri, mereka hendak menangkap
sekaligus lawan yang tampaknya sakit tebese ini. Begitu sudah
dekat, keempat tangan mereka terus mencengkeram.
Tapi mendadak Su Siok-kiang meraung seperti singa,
tangan kirinya menabok pundak Tiau-si-kui dan tangan kanan
menyodok dada Siau-bin-kui, seketika kedua "setan" itu
merasa ditekan oleh suatu tenaga maha dahsyat, langkah
mereka menjadi terhuyung dan hampir saja terperosot jatuh.
Cepat mereka melompat mundur, untunglah Su Siok-kiang
tidak mengejar maju, Keruan mereka saling pandang dengan
kaget dan sama berkeringat dingin, sama sekali tak mereka
duga bahwa orang yang tampaknya sakit tebese itu ternyata
sedemikian lihaynya.
Su Siok-kiang lantas melepaskan Hiat-to saudaranya yang
tertutuk itu, sekali tarik, tali Tiau-si-kui yang meringkus Su Kikiangitu
lantas putus menjadi beberapa potong. Namun Su Kikiang
belum lagi sadar karena dia kena asap beracun.
Sambil mengerut kening Su Siok-kang membentak
"Berikan obat penawarnya!"
"Bubarkan dulu kepungan binatang buas kalian dan segera
kuberikan obat penawar," jawab Siau-bin-kui.
Su Siok-kiang mendengus, lalu melangkah ke arah Siaubin-
kui dengan sempoyongan.
Siau-bin kui tidak berani melawannya, cepat ia mengelak
ke samping. Rupanya karena sakit sehingga gerak-geriknya
tidak leluasa, namun Su Siok -kang masih terus melangkah ke
arah Siau-bin-kui.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sudah tentu sisa keempat "setan" yang masih
menganggur itu tidak tinggal diam, segera mereka
mengerubut maju, Siau-hin-kui juga lantas memutar balik
untuk ikut mengeroyok. Gerak serangan Su Siok-kang sangat
lamban, tapi tenaga pukulannya amat kuat, kelima setan itu
mengepungnya di tengah sambil melancarkan serangan
dengan golok dan tumbak, namun tidak berani terlalu
mendekat
Diam-diam Kwe Yang menaruh kasihan kepada Su Ki-kiang
yang dirobohkan lawan dengan akal licik dan belum sadar itu,
segera ia mencomot sepotong salju dan di-usap-usapkan di
dahi Su Ki-kiang, lalu secomot kecil bunga salju dijejalkan ke
mulutnya.
Rupanya asap racun tadi takdapat bertahan terlalu lama,
Su Ki-kiang sendiri sehat dan kuat, begitu kepala terasa dingin
dan mulut dicekoki es batu, segera pikirannya jernih kembali,
pelahan ia lantas merangkak bangun dan mengucek-ucek
matanya, ia menjadi murka demi melihat kakak ketiganya
dikerubut lima orang, ia berteriak: "Mundur dulu, Samko!"
Berbareng ia terus menubruk maju dan merangkul pinggang
Siau-bin-kui.
Di sebelah Iain Su Pek-wi yang sedang menempur sengit
Tiang-si-kui itu menjadi girang melihat Su Ki-kiang sudah
siuman kembali, segera ia bersuit panjang, serentak kawanan
binatang buas yang sejak tadi hanya mendekam di atas tanah
itu berdiri semua demi mendengar suitan itu dan bersiap-siap
hendak menubruk musuh.
Ketika Su Pek-wi menggertak lagi dengan suara keras,
serentak kawanan binatang itupun mengaum buas,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Meski GoromboIan Setan Se-san itu sudah banyak
berpengalaman di medan pertempuran, tapi menyaksikan
suasana yang mengerikan ini mau-tak-mau mereka menjadi
kuatir, Benar saja, belum lenyap suara raungan kawanan
binatang itu, di sana sini berbagai jenis binatang buas sudah
lantas menerjang maju dan menerkam ke sepuluh "setan" itu.
Kwe Yang menjerit kaget dengan muka pucat.
Syukur Su Siok-kang lantas menyadari keadaan anak dara
itu, cepat ia mendorong seekor harimau yang sedang
menubruk ke arah Kwe Yang, menyusul ia tanggalkan kopiah
kulit sendiri dan dipasang di kepala anak dara.
Agaknya kawanan binatang buas itu sudah ter-latih, begitu
melihat Kwe Yang memakai kopiah kulit, mereka tidak
menubruknya lagi melainkan terus membelok ke sana dan
menyerang Gerombolan Setan.
Macam-macam binatang buas, ada harimau, singa,
serigala, makan tutul, gorila, beruang dan sebagainya
serentak menerjang ke sepuluh Setan itu, namun Gerombolan
Setan itu juga bertahan mati-matian belasan ekor binatang
buas itupun dapat mereka binasakan.
Tapi lantaran Su-si-hengte terus memberi aba2 di samping
sana, pula jumlah binatang buas itu teramat banyak, hanya
sekejap saja Gerombolan Setan itu sudah terluka semua, baju
robek dan darah mengucur, tampaknya dalam waktu singkat
mereka pasti akan dilalap habis oleh kawanan binatang buas
itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika itu Kwe Yang melihat tiga ekor singa jantan sedang
mengkerubuti Toa-thau-kui, si Setan Kepala besar, godam
besar yang merupakan senjata andalannya itu sudah terjatuh,
lengan kanannya tergigit seekor singa dan tak dilepaskan.
Hanya tangan kiri saja yang masih terus menghantam
serabutan dan sekadar bertahan mati-mati-an terhadap
terkaman kedua ekor singa yang lain.
Teringat oleh Kwe Yang bahwa Toa-thau kui itulah yang
membawanya ke sini, sekarang orang terancam bahaya, ia
menjadi tidak tega, tanpa pikir ia lantas menanggalkan kopiah
kulit yang dipakainya itu serta dilemparkan ke atas kepala
Toa-thau-kui, Kopiah kecil di atas kepala besar, tentunya
menggelikan rampaknya, bahkan kopiah itu bergoyanggoyang
hendak jatuh ke bawah.
Rupanya di waktu melatih kawanan binatang itu kelima
saudara Su itu selalu memakai kopiah kulit, serentak ketiga
ekor singa itu tidak menubruk dan menggigitnya lagi dan terus
menyingkir pergi.
Dalam pada itu Kwe Yang sendiri telah terkepung oleh
empat ekor macan tutul, Keruan ia, ketakutan dan menjeritjerit.
Saat itu Su Siok-kang sedang berusaha merampas tongkat
baja si Tiang-si-kui agar tongkat itu tidak banyak mengambil
korban kawanan binatang buas, Demi mendengar jeritan Kwe
Yang ia menoleh dan terkejut, tapi jaraknya dengan anak dara
itu agak jauh dan sukar memberi pertolongan.
Aneh juga, begitu keempat ekor macan tutul itu mendekati
Kwe Yang, mereka tidak menerkam dan mencakamya,
sebaliknya seperti anjing piaraan saja mereka mengitari Kwe
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yang sambil mengendusnya disertai meng-gesek2kan
tubuhnya pada anak dara itu, tampaknya seperti sudah kenal
dengan akrab sekali.
Kwe Yang sebenarnya sudah ketakutan dan pasrah nasib,
ia menjadi terkesiap ketika melihat macan tutul itu tidak
bermaksud jahat padanya, segera ia teringat kepada cerita ibu
dan kakaknya bahwa waktu bayinya dahulu dirinya pernah
menetek pada induk harimau tutul, agaknya keempat macan
tutul itu mencium bau aneh pada tubuhnya tehingga
menganggapnya sebagai kaum sejenisnya.
Dengan takut-takut girang Kwe Yang lantas berjongkok
dan merangkul leher dua ekor macan tutul, dua ekor yang lain
lantas menjilati tangannya dan mukanya. Keruan Kwe Yang
merasa kerih dan tertawa terkikik.
Selama menjadi pelatih dan penjinak binatang buas, belum
pernah kelima saudara Su itu menyaksikan adegan aneh itu,
keruan mereka melongo heran.
Meski Toa-thau-kui sendiri dapat terhindar dari bahaya
berkat kopiah kulit, tapi melihat kesembilan saudara
angkatnya sukar lolos dari renggutan elmaut, betapapun ia
takdapat mencari selamat sendiri, Tanpa pikir ia terus
memegang kopiah kulit dan dilemparkan kepada Siau-kui, si
perempuan berbaju serba merah, sambil berseru: "Kiu-moay,
pakailah kopiah ini dan lekas menyelamatkan diri!"
Siau-kui menangkap kopiah itu dan dilemparkan kepada
Tiang-si kui, serunya: "Toako, engkau saja menerjang keluar
dahulu, kelak berusaha lagi menuntut balas bagi kita!"
Tapi Tiang-si-kui juga lantas melangsir kopiah itu kepada
Siau bin-kui sembari berteriak: "Capte (adik kesepuluh),
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menuntut balas biarpun sepuluh tahun lagi juga belum kasip,
Engkau saja lekas lari, kakakmu ini sudah cukup umur dan
sudah bosan hidup!" Ternyata di antara mereka sangat setia
satu sama lain, siapapun tiiak mau meninggalkan kawannya
untuk menyelamatkan diri sendiri.
Karena dikerubuti lima ekor serigala Siau-bin-kui tidak
sempat mengoper kopiahnya kepada saudara yang lain,
sedangkan serigala terkenal rakus dan buas, sekali merasakan
darah, betapapun tidak mau tinggal pergi, meski Siai-"nn-kui
memegang kopiah itu, serigala2 itu masih belum mau
meninggal kan mangsanya itu.
Tentu saja Siao-bin-kui mencaci maki dengan gusar,
namun wajahnya tetap tersenyum simpul.
Pada saat itulah mendadak terdengar suara suitan nyaring
di atas, seorang berseru lantang: "Gerombolan Setan Se-san
ingkar janji, aku menunggu semalaman secara sia-sia, kiranya
kalian sedang ribut dengan kawanan binatang di sini!"
Girang sekali Kwe Yang mendengar ucapan itu, pikirnya:
"Aha, Sin-tiau-hiap sudah datang" Waktu ia mendongak,
terlihat seorang berduduk di atas dahan pohon, di sebelahnya
menangkring pula seekor rajawali besar dan buruk rupa.
Orang itu memakai jubah panjang warna putih, lengan
baju kanan terselip pada ikat pinggang, nyata memang
buntung lengannya, Waktu memandang wajahnya, seketika
Kwe Yang bergidik, air mukanya ternyata pucat kaku seperti
mayat, hakikatnya bukan air muka manusia hidup.
Banyak juga orang bermuka buruk dan menakutkan,
misalnya para Gerombolan Setan Se-san itu juga semuanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berwajahj penjahat, tapi tidak seburuk dan menyeramkan
seperti ini.
Sebelum ini dalam hati kecil Kwe Yang membayangkan
wajah Sin-tiau-hiap itu pasti cakap ganteng, kini ia menjadi
sangat kecewa melihat kejelekan mukanya itu, Tanpa terasa ia
memandang sekejap lagi padanya, terlihat sorot matanya
memancarkan sinar tajam. Sinar mata tajam itu sekilas
mengerling ke arahnya dan tiba-2 terhenti sejenak seperti
rada menimbulkan rasa herannya.
Tanpa terasa wajah Kwe Yang menjadi merah jengah dan
tanpa kuasa menunduk malu, samar-samar ia merasa sang
Sin-tiau-hiap toh tidak terlalu buruk.
Sin tiau-hiap dihadapan Kwe Yang ini memang betul Nyo
Ko adanya, Selama 16 Tahun ini dia menunggu dengan
menderita akan bertemu kembali dengan Siao-liong-li, ia telah
berkelana ke segenap penjuru dan memberikan darma
baktinya bagi sesamanya, karena dia selalu ditemani rajawali
sakti itu, maka didapatkanlah nama julukan "Sin-tiau-hiap".
Ia merasa berdosa waktu mukanya telah banyak digilai
anak perempuan seperti Kongsun Lik-oh lelah binasa demi
menolong jiwanya, Thia Eng dan Liok Bu siang hidup merana
karena patah hati ia pikir kalau mukanya buruk, tentu takkan
menarik perhatian anak perempuan itu. Sebab itulah sekarang
ia memakai kedok muka pemberian Ui Yok-su dahulu untuk
menutupi wajah aslinya.
Malam ini dia mestinya ada janji bertemu dengan
Gerombolan Setan Se-san di Te-ma-peng, tapi pihak lawan
ternyata ingkar janji dan tidak datang, sebab itulah ia lantas
mencarinya malah dan kebetulan dilihatnya apa yang terjadi di
hutan ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jiwa kesepuluh setan itu sebenarnya sudah terancam di
tengah kerubutan kawanan binatang buas sebanyak itu, kini
mendadak Nyo Ko membuka suara pula sehingga bertambah
lagi satu musuh tangguh bagi mereka, keruan mereka menjadi
putus asa dan yakin sekali ini jiwa mereka pasti akan
melayang semuanya.
Dalam pada itu terdengar Nyo Ko berkata pula dengan
suara lantang: "Beberapa saudara ini mungkin adalah Su-si
hengte dari Ban-siu san-ceng? Silakan kalian berhenti dulu dan
dengarkanlah perkataanku."
"Kami memang she Su," jawab Su Pek-wi, "Dan siapakah
tuan?" Tapi segera ia menambahkan "Ah, maaf agaknya tuan
inilah Sin-tiau-hiap?"
"Terima kasih, memang betul Cayhe adanya," sahut Nyo
Ko. "Harap kalian lekas menghentikan amukan kawanan
binatang buas itu, kaiau terlambat sebentar lagi mungkin para
setan gadungan ini akan berubah menjadi setan sungguhan."
"Ya, biar jadi setan sungguhan barulah kami bicara
denganmu," ujar Su Pek wi.
Nyo Ko mengernyitkan kening, katanya: "Tapi Gerombolan
Setan itu sudah ada janji pertemuan denganku lebih dulu,
kalau binatang kalian membinasakan mereka. lalu kepada
siapa aku harus bicara lagi?"
Mendengar ucapan Nyo Ko mulai kasar, Su Pek wi
menjengek, ia malah memberi aba2 agar kawanan binatang
menyerang lebih ganas,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kalau kau sudah tahu aku ini Sin-tiau-hiap, mengapa kau
tidak ambil pusing kepada perkataanku?" bentak Nyo Ko.
"Memangnya kalau Sin-tiau hiap lantas bagaimana?" jawab
Su Pek-wi dengan tertawa, "Kalau mampu boleh kau
menghentikan serangan kawanan binatang kami ini,"
"Baik," kata Nyo Ko. "Marilah, Tiau-heng, kita turun!"
Habis berkata, bersama rajawali raksasa itu mereka lantas
melompat ke bawah. sebelum Nyo Ko dan rajawali itu
menyentuh tanah, kawanan binatang sudah lantas meraung
dan menubruk maju, Tapi sekali sayap rajawali itu menyabet
ke kanan dan menyampuk ke kiri, kontan beberapa ekor
binatang yang lebih kecil seperti serigala dan sebagainya
lantas berjungkal, Seekor singa dan seekor harimau mengaum
murka dm menubruk tiba, kembali sayap rajawali menyabet,
bukan main kekuatannya, singa dan harimau itu sama
terguling dan tak mampu mendekati lagi.
Menyusul sayap yang lain menyabet pula, kontan kepala
seekor macan tutul hancur berantakan. Melihat kesaktian
rajawali itu, kawanan binatang buas yang lain menjadi
ketakutan dan tak berani menyerang pula, semuanya
mendekam di kejauhan sambil mengeluarkan suara
menggereng.
Su Pek-wi menjadi gusar, segera iu memapaki Nyo Ko,
tangannya seperti cakar macan itu terus mencengkeram ke
dada lawacu Namun Nyo Ko telah sedikit mengebas lengan
baju kanan yang kopong itu, "bluk", dengan tepat kedua
pergelangan tangan Su Pck-wi tersabet dan menimbulkan rasa
sakit tidak kepalang seperti dipotong pisau, tanpa tertahan ia
menjerit.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan langkah tertahan Su Siok-kang mendekati Nyo Ko,
kedua tangannya menyodok lurus ke depan.
"Bagus!" sambut Nyo Ko sambil tersenyum dan
menjulurkan telapak tangan kiri untuk memapak serangan
lawan, ia hanya menggunakan tiga bagian tenaganya saja.
Maklumlah, selama belasan tahun dia menggembleng diri
di tengah amukan ombak sanudera, kalau dia mengeluarkan
tenaga penuh, jangankan tubuh manusia, sekalipun batang
pohon dan dinding tembok juga akan runtuh dihantamnya.
Namun Su Siok kiang juga pernah mendapat ajaran orang
koscn, tenaga dalamnya juga lain daripada yang lain, begitu
beradu tangan, tubuhnya tergeliat, tapi tidak tergerar mundur.
"Awas!" seru Nyo Ko memperingatkan sambil
mengerahkan tenaga.
Seketika pandangan Su Siok-kang menjadi gelap dan
mengeluh jiwanya sekali ini pasti melayang.
Untung pada saat gawat itulah tiba-tiba Nyo Ko berkata:
"Ah, kau sedang sakit!" -- Berbareng itu tenaga yang maha
dahsyat seketika hilang sirna.
Lolos dari renggutan elmaut, Su Siok-kang menjadi
melenggong dan tak dapat berkata apa-apa.
Su Pek wi, Su Tiong beng dan lain-lain mengira Su Siokkang
terluka dan tak bisa bergerak, mereka menjadi cemas
dan gusar, serentak mereka menerjang Nyo Ko. Tepat pada
waktu yang sama seekor harimau juga menubruk dari sebelah
sana. Tapi sekali meraih, dapatlah Nyo Ko mencengkeram
leher raja hutan itu, binatang buas ini lantas digunakan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sebagai senjata untuk menangkis serangan pipa perak Su
Tiong-beng dan gada baju Su Ki-kiang. sedangkan cakar
macan malah terus mencakar muka Su Pek-wi dan Su Bengciat.
Belasan tahun yang lalu Nyo Ko sudah pernah
menggunakan pedang yang beratnya lebih 70 kati, sekarang
memegangi tubuh harimau yang besar, beratnya paling-paling
juga cuma seratusan kati, maka enteng saja baginya.
Karena lehernya terpegang, harimau itu menjadi rnurka
dan tidak kenal lagi sang majikan, cakarnya terus menggaruk
dan mulutnya menggigit, Dalam keadaan demikian Su Pek-wi
dan Su Beng-ciat menjadi kelabakan juga meski biasanya
selalu berkawan dengan binatang buas.
Menyaksikan pertarungan itu, Kwe Yang bersorak gembira,
teriaknya. "Hebat sekali Sintiau-hiap!" Nah, kalian mengaku
kalah tidak, Su-keh-hengte?"
Nyo Ko memandang sekejap pada anak dara itu, ia tidak
tahu siapakah Kwe Yang ini, anehnya anak dara itu berkawan
dengan macan tutul, tapi sekarang mengolok dan mengejek
kelima saudara Su pula.
Sementara itu Su Siok-kang telah mengatur
pernapasannya dan terasa lancar tanpa gangguan apapun, ia
tahu Sin-tiau-hiap ini sengaja bermurah hati dan tidak ingin
melukainya tadi, diam-diam iapun mengakui kalau
berdasarkan kepandaian sejati biarpun mereka berlima
mengerubutnya sekaligus juga bukan tandingannya.
Saat itu kelihatan keempat saudaranya sedang
mengerubuti Nyo Ko, segera ia berseru: "Para kakak dan adik,
lekas berhenti, kita harus tahu diri."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar itu, Koan-kian-cu Su Tiong-beng mendahului
menarik kembali pipanya dan melompat mundur sedangkan
Tay-Iik-sin Su Kt-kiang adalah orang yang lebih sembrono, ia
anggap sepele seruan saudaranya itu.
"Tahu diri apa? Rasakan dulu gadaku ini!" demikian ia
pikir, segera kedua tangan memegang gada terus. mengepruk
kepala Nyo Ko dengan gaya "Ki-siang-kay-san" atau gajah
raksasa menggugur gunung, jurus ini ditirunya dari cara gajah
menggunakan belalainya menghantam sesuatu benda,
pukulan dahsyatnya dapatlah dibayangkan.
Namun Nyo Ko juga tidak menghindar ia lenparkan
harimau yang dipegangnya itu, tangan kiri terus membalik ke
atas, sekali meraih dapatlah ujung gada belalai gajah lawan
ditangkapnya, kata-nya: "Marilah kita coba-2 tenaga siapa
lebih kuat?" Sekuatnya Su Ki-kiang berusaha menekan ke
bawah, tapi gada itu berhenti di atas kepala Nyo Ko dan tidak
dapat menurun lagi.
"Berhenti, Site! jangan kurang adat!" seru Su Siok-kang
pula.
Sekuatnya Su Ki-kiang lantas membetot dengan maksud
hendak menarik kembali gadanya, namun gada itu seperti
mclengket saja di tangan Nyo Ko, sedikitpun tak bisa
bergerak, Berulang-ulang Su Ki-kiang membetot dan tetap
tidak berhasil.
Cara bagaimana Nyo Ko akan menaklukkan kelima saudara
she Su itu?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Penyakit apa yang diderita Su Siok-kang dan cara bagaimana
Nyo Ko menolongnya?
(Bacalah jilid ke - 52)
Jilid 52
Nyo Ko merasa tenaga tarikan lawan sangat kuat, pikirnya,
"Kalau tidak kuperlihatkan tenaga sakti, orang dogol ini tentu
tidak mau takluk."
Mendadak ia mengerahkan tenaga dan dipelintir ke atas,
tapi Su Ki-kiang tetap memegangi gadanya sekuat-kuatnya,
keruan gada yang menyerupai belalai gajah itu lantas
bengkok.
"Bagus!" bentak Nyo Ko terus ditekuk balik ke bawah,
karena ditekuk ke atas dan ke bawah, gada itu tidak tahan,
"pletak", patah menjadi dua, Tangan Su Ki-kiang tergetar
hingga lecet berdarah. Tapi dia benar-benar kuat dan kepala
batu, gada patah itu masih dipegangnya dengan kencang.
Nyo Ko bergelak tawa sambil membuang bagian gada
patah yang dirampasnya itu, kontan setengah gada itu ambles
ke dalam tanah bersalju itu, padahal tebal salju tiada satu
kaki, sedangkan gada patah itu panjangnya lebih tiga kaki,
namun menghilang tanpa bekas ke dalam tanah, betapa hebat
tenaga sakti Nyo Ko sungguh sangat mengejutkan.
Dilihatnya Su Siok-kang, Su Beng-ciat dan lain-lain sedang
membentak2 menghentikan serangan kawanan binatang buas,
tapi sekali kawanan binatang itu mengamuk dan melihat
darah, sukarlah untuk dikendalikan begitu saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cepat Nyo Ko memberi tanda kepada Kwe Yang agar nona
cilik itu menutup telinganya dengan tangan, walaupun tidak
tahu apa tujuannya tapi Kwe Yang menurut saja, segera ia
mendekap rapat kedua kupingnya. Segera Nyo Ko berteriak
dengan keras, begitu nyaring suaranya hingga seperti bunyi
guntur yang menggelegar.
Meski telinganya sudah ditutupi, tergetar juga jantung Kwe
Yang hingga berdebar-debar dan rada pening, untung sejak
kecil Lwe-kangnya tertumpuk cukup kuat sehingga suara Nyo
Ko itu tidak sampai membuatnya roboh.
Suara Nyo Ko itu masih terus menggelegar hingga lama
sekali, air muka semua orang sama berubah, kawanan
binatang buas juga sama roboh, menyusul Gerombolan Setan
Se-xan dan Su-si-hengte juga terguling, hanya tersisa belasan
ekor gajah serta Su Siok-kang dan Kwe Yang saja yang masih
tetap berdiri, sedangkan si rajawali sakti tampak berdiri
dengan bersitegang leher, kelihatannya sangat umuk,
sombong.
Melihat Su Siok-kang sanggup berdiri, Nyo Ko pikir tenaga
dalam orang sakit ini juga hebat, tapi kalau suaranya
dikeraskan lagi sedikit sehingga Su Siok-kang dirobohkan,
mungkin dia akan terluka dalam dengan parah, Maka ia lantas
menghentikan suara suitannya.
Selang tak lama, semua orang dan kawanan binatang itu
baru dapat berdiri kembali, tapi sebagian binatang kecil
sebangsa serigala dan sebagainya ada yang pingsan dan
belum sadar kembali malahan di mana-mana banyak terdapat
kotoran binatang, rupanya saking ketakutan, kawanan
binatang itu banyak yang ter-kencing2 dan ter-berak2.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan begitu bangun, kawanan binatang itu terus lari ke
dalam hutan dengan mencawat ekor tanpa menunggu lagi
komando Su si-hengte.
Sudah tentu Su-si-hengte dan gerombolan Se-tan Se-san
itu tidak pernah menyaksikan perbawa sehebat ini. Mereka
sama berdiri kesima dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Maka berkatalah Nyo Ko: "Maaf jika Cayhe telah
mengganggu soalnya Cayhe ada janji dengan Gerombolan
Setan Se-san, terpaksa harus kuhentikan pertarungan kedua
pihak ini, nanti kalau persoalan Cayhe sudah selesai, bolehlah
silakan melanjutkan pertikaian kalian ini dan pihak manapun
Cayhe takkan membantu selain menonton saja di samping."
Lalu dia berpaling kepada Sat-sin-kui, si setan elmaut:
"Nah, bagaimana kalian? ingin satu persatu bergiliran
menempur aku atau sepuluh orang maju bersama sekaligus?"
Karena pengaruh suitan Nyo Ko tadi, sampai sekarang
perasaan Sat-sin-kui belum lagi tenang, seketika ia tak dapat
menjawab pertanyaan Nyo Ko:
Segera Tiang-si-kui membeli hormat dan ber-kata: "Sintiau-
tayhiap, kepandaianmu dengan kami bedanya seperti
langit dan bumi, mana Gerombolan Setan Se-san berani
bermusuhan lagi dengan engkau? jiwa kami tadi telah
diselamatkan olehmu, selanjutnya engkau ada perintah
apapun pasti akan kami laksanakan. Jika engkau suruh kami
harus keluar dari wilayah Soasay ini, maka segera kami akan
pergi, sedetikpun tak berani tertahan di sini."
Dari bentuk tubuh serta jenggotnya yang panjang itu sejak
tadi Nyo Ko merasa kakek cebol ini seperti pernah dikenalnya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
setelah mendengar suaranya, segera ia bertanya, "Bukankah
kau ini she Hoan bernama It-ong?"
Kiranya Tiang-si-kui ini memang betul adalah Hoan It-ong,
yaitu murid tertua Kongsun Ci di Coat-ceng-kok, setelah
jiwanya diampuni Nyo Ko, dia lantas mengasingkan diri,
sepuluh tahun kemudian baru berkecimpung pula di dunia
Kang-ouw, berkat kepandaiannya yang lumayan itulah dia
berhasil mengepalai Gerombolan Setan Se-san.
Dulu Nyo Ko dikenalnya sebagai pemuda yang cakap dan
berkepandaian tinggi, kini tangan Nyo Ko buntung sebelah,
pakai kedok lagi, dengan sendirinya Hoan It-ong pangling
padanya.
"Ya, hamba memang Hoan It-ong adanya dan siap
menerima pesan Sin-tiau-tayhiap." demikian jawab Tiang-sikui
dengan munduk2.
Nyo Ko tersenyum, katanya: "Jika kalian mau tunduk pada
perkataanku, maka kalian juga tidak perlu keluar dari wilayah
Soasay, Sat-sin-kui, cukuplah asalkan kau membebaskan saja
keempat gundikmu itu."
Sat-sin-kui mengiakan setelah terdiam sejenak, katanya:
"Jika keempat perempuan hina itu tidak mau angkat kaki, biar
kuhalau mereka dengan pentung."
Nyo Ko jadi melengak malah, teringat olehnya ketika
kelima isteri dan gundik Sat-siu-kui sama menyembah
padanya dan mintakan ampun bagi sang suami, sikap mereka
yang sungguh-sungguh itu tampaknya memang setia dan
mencintai suaminya, kalau perempuan2 itu mau ikut dia,
sekarang dia malah diharuskan mengusir keempat gundiknya
itu, bisa jadi tindakan ini malah akan melukai hati mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka dengan tertawa Nyo Ko lantas menambahkan "Usir
sih tidak perlu, Kalau mereka ingin pergi, maka kau tidak
boleh menahan mereka, sebaliknya kalau mereka suka ikut
kau, ya. apa mau dikatakan lagi? Tapi kau bilang mau ambil
lagi empat orang gundik, apakah betul ucapanmu ini?"
"Ah, persoalan perempuan itu sudah membikin repot Sintiau-
tayhiap, malahan jiwa para saudaraku ini hampir ikut
melayang, masakah hamba beradi ambil isteri lagi, Andaikan
berani, rasanya Toako kami ini juga takkan mengidzinkan."
Serentak "Setan" yang lain tertawa geli mendengar ucapan
Sat-sin-kui itu.
"Baiklah, sekarang urusanku sudah selesai, kalian boleh
mulai bertempur lagi," kata Nyo Ko, lalu ia mundur ke sana
bersama rajawali sakti dan membiarkan Su-si-hengte dan
Gerombolan Setan itu bertarung lagi.
Segera Hoan It-ong melangkah maju dan berkata kepada
Su Pek-wi: "Gerombolan Setan Se-san sudah sama babak
belur, biarkan sementara ini kami mohon diri saja, Kami hanya
ingin tahu selanjutnya Ban-siu-san-ceng tetap bercokol di sini
atau akan kembali ke Se-keng? Harap dijelaskan supaya kelak
kami dapat menemukan alamat kalian secara tepat."
Dari nada ucapan itu, Su Pek-wi paham kelak orang
bermaksud mencarinya untuk menuntut balas, maka dengan
angkuh iapun menjawab: "Kami akan menanti kedatangan
kalian di Se-keng saja, Jika Samte kami akhirnya... akhirnya
takkan disembuhkan maka tanpa kunjungan kalian juga kami
berempat saudara akan mendahului berkunjung kepada
kalian."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hoan It-ong melengak, katanya: "Memangnya Susamko
sedang sakit, apa sangkut-paut sakitnya dengan kami, untuk
ini mohon diberi penjelasan?"
Su Pek-wi menjadi murka, dengan muka merah padam ia
berteriak: "Samte..."
Belum lanjut ucapannya, tiba-tiba Su Siok-kang menghela
napas panjang dan menyela: "Toako, urusan ini tidak perlu
disebut lagi, Kukira Gerombolan Setan Se-san juga tidak
sengaja, mungkin sudah ditakdirkan nasibku harus begini,
maka tidak perlu banyak mengikat permusuhan lagi."
"Baik!" seru Su Pek-wi dengan menahan amarahnya, lalu
dia memberi salam kepada Hoan liong dan berkata. "Selama
gunung tetap menghijau dan air tetap mengalir, kelak kita
pasti bertemu lagi." Kemudian dia berpaling dan bertanya
kepada Nyo Ko: "Sin-tiau-tayhiap. kami bersaudara terjungkal
di tanganmu, sungguh kami merasa sangat kagum. Rasanya
meski kami berlatih lagi 20 tahun juga tetap bukan
tandinganmu, sengketa ini jelas kami tidak berharap dapat
membalasnya, kamipun tidak berani lagi bertemu dengan
engkau, pokoknya ke mana engkau datang di sana pula kami
lantas mendahului menyingkir."
"Ah, ucapan Su-toako teramat berlebihan," ujar Nyo Kodengan
tertawa.
"Hayolah, kita berangkat" kata Su Pek- wi sambil
mendekati Su Siok-kang. ia memapah saudaranya yang sakit
itu dan diajak pergi,
Hoan It-ong merasa ucapan Su Pek-wi itu banyak yang
sukar dipahami, cepat ia berseru pula: "Tunggu dulu, Sutoako.
Tadi Su-samko mengatakan tindakan kami tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
disengaja, Padahal seingat kami kecuali terobosan di tempat
kediaman kalian ini, rasanya tiada pernah berbuat kesalahan
lain. Apabila memang benar kami telah berbuat sesuatu
kesalahan di luar sadar kami, sedangkan kepala dipenggal saja
Gerombolan Setan Se-san tidak gentar, apalagi menyembah
dan mohon maaf kepada kalian bersaudara?"
Su Pek-wi tadi sudah menyaksikan cara Gerombolan Setan
Se-san itu saling melempar kopiah kulit milik Su Siok-kang tadi
dan tiada satupun yang ingin menyelamatkan diri sendiri,
rata2 adalah ksatria yang tidak takut mati, hal ini tidak perlu
disangsikan lagi.
Maka dengan rasa pedih ia menjawab "Kalian telah
menyebabkan larinya Kiu-bwe-leng-hou sehingga luka dalam
Samte kami tak dapat diobati lagi, sekalipun kau menyembah
seratus kali atau seribu kali kepada kami juga tiada gunanya."
Hoan It-ong terkejut baru teringat olehnya tadi kelima
saudara Su memimpin kawanan binatang menguber seekor
binatang kecil mirip kucing dan anjing, kiranya itu yang
disebut Kiu-bwe-leng-hou (rase atau musang cerdik berekor
sembilan), masakah binatang kecil mempunyai kegunaan yang
sangat penting?
Tiba-tiba Sat-sin-kui menimbrung: "Memangnya untuk apa
sih rase kecil itu? Tapi kalau binatang kecil itu menyangkut
kesehatan Su-samko, maka marilah kita beramai-ramai
memburu dan menangkapnya lagi. Hanya seekor rase kecil
begitu apa sih artinya?"
"Apa artinya, katamu hm?" teriak SuKi-kiang, "kalau kau
mampu menangkap rase kecil itu, biarlah nanti aku
menyembah seratus kali, bahkan seribu kali padamu juga
kurela."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hoan It-ong terkesiap, pikirnya: "Keluarga Su ini terkenal
mahir menjinakkan binatang, rasanya di dunia ini tiada yang
lebih pandai daripada mereka, kalau mereka menyatakan
betapa sulitnya menangkap rase itu, lalu siapa lagi yang
sanggup?" - Berpikir sampai di sini, tanpa terasa ia
memandang Nyo Ko.
Kwe Yang tidak tahan, segera ia menyelutuk: "Sejak tadi
kalian hanya bicara saja, mengapa kalian tidak mohon
bantuan Sin-tiau-hiap?"
Su Tiong-beng terhitung paling banyak tipu akalnya, dia
adalah motor penggerak di antara kelima saudara Su itu, ia
pikir ilmu silat Sin-tiau--hiap ini memang sukar diukur, bisa
jadi beliau mau memberi pertolongan.
Maka ia lantas berkata: "Ah-, nona cilik tahu apa? Kukira
selain malaikat dewata yang turun ke bumi ini tiada seorang
lagi yang sanggup menangkap Kiu-bwe-long-hou itu."
Nyo Ko hanya tersenyum saja, ia tahu orang sengaja
hendak memancing reaksinya, namun dia tidak
menanggapinya.
"Sesungguhnya rase kecil itu mempunyai kemujijatan apa?
Coba ceritakan" kata Kwe Yang.
Su Tiong-beng menghela napas sedih, katanya kemudian
"Akhir tahun yang lalu, karena membela keadilan di daerah
Hengciu, samte kami telah bergebrak dengan orang, tapi
pihak lawan memakai akal licik sehingga Samte kami kena
diselomoti musuh dan terluka parah."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aneh, Su-samsiok ini jelas sangat tinggi kepandaiannya
siapa lagi yang begitu lihay dan mampu melukainya?" ujar
Kwe Yang heran.
"Ah, nona memuji sedikit kepandaianku yang tak berarti
ini, bukankah akan ditertawai Sin-tiau-hiap?" kata Su Siokkang
dengan suara lemah.
Kwe Yang melirik Nyo Ko sekejap katanya:
"Dia! Sudah tentu dia di luar hitungan. Yang kumaksud
adalah orang lain."
"Yang melukai Samte kami adalah seorang Mongol," tutur
Su Tiong-beng lebih lanjut, "namanya Hotu kalau tidak salah,
Konon dia adalah murid Kim-lun Hoat-ong, Koksu kerajaan
Mongol."
Tiba-tiba Kwe Yang berkata kepada Nyo Ko: "Sin-tiau-hiap,
kumohon engkau suka pergi mencari pangeran Mongol itu dan
memberi ajaran setimpal padanya untuk membalaskan sakit
hati Su-samsiok ini "
"Untuk ini kami tak berani membikin repot Sin-tiau hiap,"
kata Su Tiong-beng, "Asalkan luka Samte kami sudah sembuh,
kami akan mencari dia dan pasti dapat menuntut balas, Hanya
saja Lwe-kang kami ini lain daripada yang lain, luka yang
diderita Samte kami ini sangat sukar disembuhkan untuk ini
harus minum darah, segar Kiu-bwe-leng-hou itu."
"Ah, kiranya demikian," Kwe Yang dan Gerombolan Setan
Se-san sama bersuara.
"Rase kecil itu adalah binatang yang sangat jarang,
makhluk yang amat cerdik," tutur Su Tiong-beng pula, "Sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lebih setahun kami bersaudara mencari ke mana-mana dan
baru kami kutemukan jejaknya di daerah Cinlam. Tempat
sembunyi rase itupun sangat aneh, yaitu di tengah sebuah
kolam lumpur yang sangat luas yang terletak kurang lebih 30
li dari sini."
"Kolam lumpur besar? Maksudmu Hek-liong-tam (tambak
naga hitam)?" Sat-sin-kui menegas dengan heran.
"Betul," sahut Su Tiong-beng. "Kalian sudah lama berdiam
di sini, tentu juga mengetahui bahwa beberapa li sekeliling
Hek-liong-tam itu hanya lumpur belaka, manusia maupun
khewan sukar berdiam di tempat seperti itu, tapi rase kecil ilu
justeru bersarang di sana. Dengan susah payah akhirnya kami
berhasil memancingnya ke tengah hutan ini."
"Ah, pantas kalian marah dan melarang kami memasuki
hutan ini," kata Sat-sin-kui menyadari kejadian tadi.
"Begitulah," kata Su Tiong-beng pula, "Bahwasanya
kedatangan kami ke sini adalah tamu, betapapun kasarnya
juga tidak pantas kami mengangkangi tempat orang lain,
soalnya cuma terpaksa saja, Harus dimaklumi bahwa rase itu
sangat gesit dan cepat larinya, sekejap saja lantas
menghilang, hal ini telah kalian saksikan tadi.
Karena itulah kami mengerahkan segenap binatang buas
piaraan kami dan mengepung rapat hutan itu, tampaknya
dengan segera rase itu dapat kami tangkap, siapa tahu kalian
justeru membakar hutan sehingga kawanan binatang sama
terkejut dan memberi kesempatan lo!osnya rase itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Memalukan juga jika diceritakan meski kami sudah
berusaha sepenuh tenaga tetap tidak mampu menangkapnya,
Namun luka Samte kami semakin hari semakin berat, kami
menjadi sedih sehingga tindak-tanduk kamipun menjadi
berangasan, untuk ini hendaklah kalian maklumi" Habis
berkata ia terus memberi hormat se-keliling, tapi
pandangannya justeru menatap Nyo Ko.
"Urusan ini adalah karena kecerobohan kami dan
Gerombolan Setan kami sekali lagi minta maaf." kata Hoan Itong.
"Tentang rase itu entah dengan cara bagaimana Sutoako
berlima telah memancingnya ke sini? Mengapa cara itu
tidak dapat digunakan lagi sekarang?"
"Sifat rase adalah suka curiga disamping cerdik, sukar
sekali hendak menjebaknya, apalagi Kiu-bwe-leng-hou ini,
jauh lebih cerdik dan licin daripada rase biasa," demikian tutur
Su Tiong-beng.
"Kami-telah mengorbankan ribuan ekor ayam jantan,
dalam jarak setiap tombak jauhnya kami- panggang seekor
dan ber- turut-urut kami pancing dia dengan bau sedap ayam
panggang, kami tidak mengusiknya dan membiarkan dia
makan, setelah setiap hari berhasil makan ayam panggang
tanpa gangguan, sampai dua-tiga bulan lamanya barulah
curiga rase itu mulai berkurang.
Habis itu barulah kami pancing dia ke hutan ini, Tapi sekali
ini dia telah mengalami kaget luar biasa, biarpun seratus
tahun lagi juga tidak mau tertipu pula."
"Ya, memang betul sulit," kata Hoan It-ong. "Tapi kalau
kita langsung masuk ke Hek liong-tam dan menangkapnya,
apakah tidak bisa?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Seluas beberapa li Hek-liong-tam itu hanya lumpur belaka
yang beberapa meter dalamnya, betapapun tinggi Ginkangmu
juga sukar berpinjak di atas lumpur," tutup Su Tiong- beng.
"Juga perahu, rakit atau getek dan sebagainya sukar berjalan
di sana. Namun tubuh Kiu-bwe-leng-hou itu sangat kecil dan
enteng, telapak kakinya tebal lagi, larinya juga cepat, maka
dia mampu meluncur di permukaan lumpur itu dengan cepat."
Kwe Yang tiba-tiba ingat kedua rajawali di rumah, mereka
kakak beradik sering naik rajawali itu dan dibawa terbang ke
udara, Kini dilihatnya rajawali sakti jauh lebih besar daripada
rajawali di rumahnya, blakan mustahil dua orang juga dapat
dibawanya terbang Maka dengan tertawa ia berkata "Sin-tiauhiap,
asalkan engkau sudi membantur kuyakin pasti ada
jalannya."
Nyo Ko tersenyum, jawabnya: "Su-si-hangte adalah ahli
penjinak binatang kalau mereka angkat tangan tak berdaya,
maka apa yang dapat ku lakukan seumpama aku ingin
membantu?"
Mendengar nada ucapan orang, ternyata bersedia
menolong, urusan ini menyangkut mati-hidup saudaranya,
maka tanpa pikir lagi Su Tiong-btng, lantas bertekuk lutut di
depan Nyo Ko dan me-mohon: "Sin-tiau-tayhiap, jiwa adik
kami hanya menanti ajal, mohon engkau kasihan padanya."
Sorot mata mengerling sekilas ke muka Kwe Yang,
katanya kemudran: "Kau bilang aku pasti dapat menolongnya,
coba kuingin tahu-bagaimana pendapat adik cilik ini."
"Asalkan engkau naik rajawali raksasa itu, bukankah lantas
dapat terbang masuk ke Hek-liong-tam?" jawab Kwe Yang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hahaha! Menarik juga saranmu ini," kata Nyo Ko sambil
tertawa.. "Tapi Tiau.-heng kita berlainan dengan burung
umumnya, karena tubuhnya teramat berat, maka sejak kecil
beliau tidak dapat terbang, Sekali sabet sayapnya mampu
membinasakan singa atau harimau, tapi justeru tidak dapat
digunakan untuk terbang."
Sementara itu, kecuali Su Siok-kang saja, ke-empat
saudara she Su itu sudah sama berlutut di depan Nyo Ko.
Segera Nyo Ko membangunkan mereka dan berkata: "Apa
boleh buat, biarlah kukerjakan sekuat tenagaku, cuma kalau
tidak berhasil ya kalian jangan menyesali"
Su-si-hengte menjadi girang, mereka pikir nama pendekar
besar itu termashur, sekali dia sudah menyanggupi pastilah
akan dilaksanakannya. Kalau beliau juga gagal, terpaksa
pasrah nasib saja.
Begitulah Su Pek-wi menyembah beberapa kali pula dan
berkata: "Jika demikian, silakan Tayhiap dan para saudara dari
Se-san mengaso dulu ke tempat kediaman kami untuk
berunding lebih lanjut."
"Urusan ini berpangkal kesalahan kami, sudah tentu kami
siap menerima tugas apapun," kata Hoan It-ong.
"Ah, tak perlu begitu," ujar Su Pek-wi, "Tidak berkelahi
takkan kenal kalau kalian tidak menoIak, marilah mulai
sekarang kita berkawan."
Dari pertarungan tadi masing-masing sudah sama tahu
kelihayan pihak lawan, memangnya kedua pihak tidak ada
permusuhan apa-apa, soalnya cuma bertengkar mulut saja
lalu berkelahi, maka setelah bera-mah tamah sejenak, kedua
pihak lantas seperti kenalan lama saja dan bersahabat baik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sekarang juga biarlah kupergi ke Hek-Iiong--tam, apakah
berhasil atau tidak pasti aku akan kembali lagi ke sini," kata
Nyo Ko tiba-tiba.
Walaupun GeromboIan Setan Su-si hengte ingin
mencurahkan tenaga, namun mereka tidak mendengar Nyo Ko
menghendaki pembantu, terpaksa mereka diam saja dan tidak
berani mencalonkan diri, setelah memberi salam kepada para
hadirin, lalu Nyo Ko melangkah pergi.
Maksud kedatangan Kwe Yang ini ialah ingin melihat Sintiau-
hiap, kini tokoh tersebut sudah dilihatnya, meski berwajah
jelek, tapi ilmu silatnya mengejutkan, suka membantu yang
lemah dan menolong yang susah, nyata memang setimpal
mendapatkan sebutan "Tayhiap", jadi tujuan kedatangannya
ini tidaklah percuma, Tapi demi teringat Sin-tiau hiap akan
pergi menangkap Kiu-hwe-leng-hou,"
Caranya pasti sangat menarik, dasar anak muda, rasa
ingin tahunya telah menggelitik lubuk hatinya, tanpa terasa
iapun melangkah ke sana mengintil di belakang Nyo Ko.
Melihat itu, segera Toa-thau-kui bermaksud memanggilnya
kembali tapi lantas terpikir olehnya: "Dia bertekad ingin
menemui Sin tiau-hiap, tentu ada sesuatu hendak dikatakan
padanya."
Sedangkan Su si-hengte tdak tahu asal usul Kwe Yang,
dengan sendirinya merekapun tidak dapat ikut campur urusan
nona cilik itu.
Kwe Yang terus mengintil di belakang Nyo Ko, jaraknya
kira-kira belasan meter, yang dituju hanya ingin tahu cara
bagaimana pendekar besar itu menangkap rase, Dilihatnya
jalan Nyo Ko makin lama semakin cepat, rajawali raksasa itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jalan berjajar dengan dia dengan langkah lebar, cepatnya
ternyata tidak kalah dengan kuda lari. Hanya sekejap saja Kwe
Yang sudah jauh tertinggal di belakang.
Sekuatnya Kwe Yang mengeluaikan Ginkang ajaran
ibunya, tampaknya Nyo Ko berlenggang seenaknya, tapi
jaraknya ternyata semakin jauh, tak lama- kemudian
bayangan Nyo Ko dan si rajawali raksasa itu telah mengecil
menjadi dua titik hitam saja.
Kwe Yang menjadi cemas, serunya. "Hei, tunggu!" Karena
sedikit meleng, mendadak ia ter-peleset tanah salju yang licin
dan jatuh terduduk, Ya malu ya gelisah, maka menangislah
dia.
Tiba-tiba sebuah suara yang halus mendenging di tepi
telinganya: "Kenapa menangis? Siapa yang nakal?"
Waktu Kwe Yang mendongak, ternyata Nyo Ko adanya,
entah mengapa dia dapat putar balik secepat ini. Kejut dan
girang pula si nona, segera iapun merasa likat dan cepat
menunduk, ia bermaksud mengambil saputangan untuk
mengusap air mata, tapi karena berlari-lari tadi, saputangan
ternyata sudah hilang.
"lnikah yang kau cari?" tanya Nyo Ko tiba-tiba sambil
menyodorkan sebuah saputangan.
Segera Kwe Yang mengenali saputangan yang ujungnya
bersulam setangkai bunga kecil itu adalah miliknya sendiri
Mendadak ia menjawab pertanyaan Nyo Ko tadi: "Ya, kau
inilah yang nakal"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"He, bilakah aku nakal?" ujar Nyo Ko heran.
"Kau telah merampas saputanganku, apakah perbuatan ini
tidak nakal?"
"Saputanganmu jatuh di sana, dengan maksud baik
kupungut dan mengembalikannya padamu, masakah kau
tuduh aku merampasnya darimu?" kata Nyo Ko dengan
tertawa.
"Aku berada di belakangmu, andaikan benar saputanganku
jatuh, cara bagaimana pula kau me-mungutnya? Hm, jelas kau
mencolongnya dariku," kata Kwe Yang.
Padahal sejak tadi Nyo Ko sudah tahu Kwe Yang mengintil
di belakangnya, dia sengaja percepat langkahnya untuk
menjajal Ginkang si nona, ia merasa meski usia nona cilik ini
masih sangat muda, tapi ilmu silatnya sudah mempunyai dasar
yang kuat dan jelas mendapatkan ajaran tokoh ternama.
Maka begitu mengetahui Kwe Yang terpeleset jatuh, cepat
ia meluncur balik. Dilihatnya sebuah saputangan jatuh tidak
jauh di sebelah sana, segera ia memungutnya. Cuma
gerakannya teramat gesit, pergi datang secepat terbang,
walaupun berada di depan, tapi dapat memungut saputangan
yang jatuh di bagian belakang, hal ini memang tidak masuk
diakal.
Dengan tersenyum Nyo Ko lantas tanya: "Kau she apa dan
siapa namamu? siapa pula gurumu? Mengapa kau mengikuti
aku?"
"She dan namamu yang terhormat harap diberitahukan
lebih dulu padaku baru nanti akupun memberitahukan
namaku," jawab Kwe Yang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selama belasan tahun ini Nyo Ko selalu menutupi wajah
aslinya bagi umum, dengan sendirinya juga tidak suka
memberitahukan namanya sendiri pada seorang nona cilik
yang tidak dikenaInya. Maka katanya: "Nona cilik ini sangat
aneh, kalau kau tidak mau menerangkan ya sudahlah, Saputanganmu
kukembalikan."
Habis berbicara, dengan pelahan tangannya mcngebas,
saputangan itu lantas mekar merata dan mengembang di
udara terus melayang enteng ke depan Kwe Yang.
Kwe Yang sangat teriank, cepat ia tangkap saputangan itu
dan berkata: "Sia-tiau-hiap, ilmu kepandaian apakah ini?
Maukah kau mengajarkan padaku?"
Melihat si nona yang lincah ke kanak-anakan, sama sekali
tidak takut kepada wajahnya yang seram, tiba-tiba timbul
pikiran Nyo Ko untuk coba menakut2inya, mendadak ia lantas
membentak bengis: "Berani benar kau, mengapa kau tidak
takut padaku, hm? Akan kuhantam kaul" Berbareng ia
melangkah maju dan berlagak hendak menyerang.
Kwe Yang terkejut, tapi cepat iapun mengikik tawa,
katanya: "Mana aku takut, jika betul kau ingin mencelakai aku,
masakah kau sendiri mau mengatakan lebih dulu? Sin- tiautayhiap
terkenal berbudi dan baik hati, mana mungkin
mencelakai seorang anak perempuan kecil seperti diriku ini?"
Di dunia ini tiada seorangpun yang tidak suka dipuji,
apakah mendengar orang memujinya dengan setulus hati,
meski Nyo Ko tidak suka disanjung puji orang, tapi mendengar
ucapan Kwe Yang benar-benar mengaguminya itu, mau-takmau
ia tersenyum dan berkata: "Kau baru kenal diriku
darimana mengetahui aku takkan mencelakai kau?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Meski sebelumnya aku tidak kenal kau, tapi semalam
kudengar orang banyak bercerita mengenai tindak-tandukmu
yang terpuji. Maka di dalam hati aku bertekad ingin melihat
tokoh ksatria besar ini, sebab itulah aku lantas ikut Toa-thaukui
ke sini untuk menemui engkau."
"Ah, aku ini terhitung ksatria apa?" ujar Nyo Ko sambil
menggeleng, "Dan setelah bertemu kini, kau pasti kecewa
bukan?"
"Tidak, tidak!" jawab Kwe Yang cepat "Jika engkau bukan
pahlawan dan kesatria besar, siapa lagi yang dapat dianggap
pahlawan lagi?" - Habis berkaca demikian, segera ia merasa
tidak pantas kalau ayahnya sendiri tidak disebut pula, maka
cepat ia menambahkan.
"Sudah tentu, selain engkau, di dunia ini juga masih ada
beberapa pahlawan dan ksatria besar lagi, tapi engkau adalah
satu diantaranya."
Diam-diam Nyo Ko pikir anak dara sekecil ini masakah
tahu tokoh-tokoh dunia segala, dengan tersenyum ia lantas
bertanya: "Coba katakan, siapa-apa yang kau anggap
pahlawan dan ksatria besar?"
Karena nada ucapan orang terasa meremehkan dirinya,
tiba-tiba terpikir sesuatu, oleh Kwe Yang, katanya: "Akan
kukatakan, kalau tepat, engkau harus berjanji akan membawa
serta diriku pergi menangkap Kiu-bwe-leng-hou, jadi?""
"Baiklah, coba katakan," jawab Nyo Ko,
"Nah, ada seorang pahlawan yang bertahan di kota
Siangyang, gagah perkasa tanpa menghiraukan keselamatan
scndiri, sekuat tenaga melawan serbuan pasukan mongol,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membela negara dan melindungi rakyat, Tokoh demikian
terhitung pahlawan atau tidak?"
"Bagus!" ujar Nyo Ko sambil mengacungkan ibu jarinya,
"Yang kau maksud ialah Kwe Cing, Kwe-tayhiap. jelas beliau
terhitung pahlawan besar."
"Ada lagi seorang pahlawan wanita, beliau senantiasa
membantu sang suami mempertahankan Siangyang, tipu
akalnya tiada bandingannya, dia terhitung pahlawan besar
atau tidak?"
"O, maksudmu Kwe-hujin Ui Yong? Ya, beliau juga
terhitung pahlawan."
"Masih ada seorang pahlawan tua, beliau mahir ilmu falak
dan macam-macam ilmu gaib, baik ilmu silat maupun sastra
jarang ada bandingannya, Beliau dapat dianggap pahlawan
besar tidak?"
"ltulah Tho-hoa-tocu Ui Yok-su, beliau adalah angkatan tua
di dunia persilatan dan adalah tokoh kekagumanku."
"Ada lagi satu, pahlawan beliau memimpin kawanan orang
jembel, menumpas orang lalim dan menyerbu musuh,
membela negara dan rakyat tanpa kenal lelah, dia terhitung
pahlawan besar tidak?"
"Maksudmu Loh-pangcu, Loh Yu-kah. ilmu silat orang ini
tidak menonjol dan juga tiada sesuatu tindakannya yang luar
biasa, tapi mengingat semangat perjuangannya membela
negara dan rakyat serta menumpas penjahat dan menyerbu
musuh, dapatlah dia dianggap tokoh kelas satu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang pikir Sin-tiau-tayhiap sendiri sedemikian
hebatnya, sudah tentu penilaiannya terhadap orang lain juga
tinggi, kalau kukatakan lagi mungkin akan dibantah olehnya.
Apalagi selain ayah-ibu, kakek dan paman Loh, rasanya juga
tiada tokoh lain yang dapat ditonjolkan.
Melihat air muka si nona mengunjuk rasa ragu-ragu untuk
bicara pula, Nyo Ko lantai berkata: "Asalkan kau dapat
menyebut lagi seorang pahlawan lain dan tepat, segera
kubawa kau ke Hek-liong-tam untuk menangkap Kiu-bweleng-
bou."
ia pikir nama paman dan bibi Kwe serta Ui-tocu dan Lohpangcu
sangat terkenal di dunia Kangouw, maka tidaklah
heran jika nona cilik ini dapat menyebut nama mereka.
Segera Kwe Yang bermaksud menyebut kakak iparnya,
yaitu Yalu Ce, tapi rasanya kurang cocok untuk dianggap
sebagai "pahlawan besar" meski ilmu silatnya cukup tinggi,
Selagi serba susah, tiba-tiba timbul kecerdikannya, cepatlah ia
berkata: "Baik, ada seorang lagi, beliau suka membantu kaum
lernah, menolong yang sengsara, setiap orang selalu memuji
nya, itulah dia Sin-tiau-tayhiapl Nah, kalau beliau tak dapat
dianggap sebagai pahlawan besar, jelas.kau sendiri yang
bohong."
Nyo Ko bergelak tertawa, katanya: "Ha ha, cara bicara
nona cilik sungguh lucu."
"Jadi tidak kau membawaku ke Hek-liong-tam?" tanya Kwe
Yang.
"Karena kau sudah mengatakan diriku ini pahlawan besar,
maka pahlawan besar tidak boleh mungkir janji pada seorang
nona cilik, Marilah kita berangkat!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Senang sekali hati Kwe Yang, segera tangan kanannya
menggandeng tangan kiri Nyo Ko. Sejak kecil dia berkawan
dengan para ksatria di Siangyang dan semua menganggap dia
sebagai adik kecil, maka sekarang saking senangnya iapun
anggap Nyo Ko sebagai kenalan lama.
Nyo Ko sendiri menjadi rikuh, ia merasa tangan si nona
lunak dan halus, kalau dia melepaskan pegangan Kwe Yang,
rasanya kurang sopan, ia coba melirik nona cilik ini, terlihat dia
meloncat-loncat kegirangan dan sama sekali tiada pikiran Iain.
Dengan tersenyum dia lantas menuding ke arah utara:
"Hek-liong-tam terletak tidak jauh di sana." Dengan alasan
menuding inilah dia dapat menarik tangannya dari pegangan
Kwe Yang.
Kiranya Nyo Ko merasa waktu mudanya sudah terlalu
banyak membikin anak perempuan tergila-gila padanya, tapi
sejak matinya Kongsun Lik-oh dan menghilangnya Siao-liongli,
diam-diam ia sangat menyesalkan tindakannya di masa
lampau, selama belasan tahun ini ia menjadi sangat alim
sehingga tangan anak perempuan kecil seperti Kwe Yang ini
juga enggan disentuhnya lagi.
Sama sekali Kwe Yang tidak merasakan perubahan pikiran
Nyo Ko itu, dia jalan berjajar dengan Nyo Ko, ketika melihat
muka rajawali sakti itu sangat jelek, tapi tubuhnya kekar,
tanpa pikir ia tepuk punggungnya sebagai tanda simpatik.
Sejak kecil dia sudah biasa bermain dengan sepasang
rajawali di rumahnya itu, siapa tahu rajawali ini ternyata tidak
suka ditepuk, mendadak sayapnya terbentang, "bret", tangan
Kwe Yang didorong pergi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Keruan Kwe Yang menjerit kaget, Dengan tertawa Nyo Ko
lantas berkata: "Jangan marah, Tiau-heng! Buat apa
mengurusi anak kecil?"
Kwe Yang melelet-lelet lidah dan menyingkir ke sisi Nyo Ko
yang lain dan tak berani berdekatan dengan si rajawali sakti
lagi, ia tidak tahu bahwa sepasang rajawali di rumahnya itu
termasuk burung piaraan, sedangkan hubungan rajawali sakti
ini dengan Nyo Ko boleh dikatakan setengah guru dan
setengah kawan, kalau bicara tentang usia bahkan terhitung
angkatan tua, jelas tidak sama kedudukan.
Begitulah mereka terus ke Hek-liong-tam. Tempat itu
sangat mudah dikenali, beberapa ii sekeliling sama sekali tiada
tetumbuhan sebenarnya Hek-liong-tam itu adalah sebuah
danau, mungkin karena sumber airnya kering, lama2 dasar
danau mendangkal sehingga akhirnya berubah menjadi
tambak besar dengan lumpur melulu
Tidak lama kemudian Nyo Ko dan Kwe Yang sudah berada
di tepi tambak, sejauh mata memandang, suasana sepi
senyap dan menyeramkan. Hanya di tengah-tengah tambak
sana kelihatan tertimbun seongokan kayu dan rumput kering.
Bisa jadi tempat sembunyi Kiu-bwe-leng-hou adalah di bawah
onggokan kayu dan rumput kering itu.
Nyo Ko ambil sepotong tangkai kayu dan dilemparkan ke
tengah tambak, tangkai kayu itu mula-mula melintang di atas
salju, tapi tidak lama kemudian kelihatan mulai ambles ke
bawah, meski tenggelam-nya sangat pelahan, tapi berjalan
terus tanpa berhenti, sedikit demi sedikit dan akhirnya
timbunan salju di kedua sisinya merapat sehingga tangkai
kayu itu teruruk hilang tanpa bekas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tidak kepalang kejut Kvve Yang, tangkai kayu seenteng itu
saja amblas ke dalam lumpur, lalu cara bagaimana manusia
dapat berpijak di sana? Dengan melenggong ia pandang Nyo
Ko dan ingin tahu orang mempunyai tipu daya apa?
Sejenak Nyo Ko berpikir, lalu ia cari lagi dua potong
tangkai kayu yang agak licin, masing-masing panjangnya satu
meteran, tangkai kayu itu lantas diikat di bawah telapak kaki,
Lalu katanya: "Akan kucoba, entah bisa tidak?"
Habis berkata, segera tubuhnya melayang ke tengah
tambak, secepat anak panah melesat dari busurnya ia terus
meluncur di permukaan salju yang menutupi tambak itu.
Dengan melenggak-lenggok ke sana dan ke sini, sama sekali
dia tidak berhenti sedetikpun, ia terus meluncur sekeliling
tambak, seperti orang main ski jaman kini, kemudian dia
meluncur balik ke tempat semula.
"Kepandaian hebat, kecakapan luar biasa!" sorak Kwe
Yang memuji
Dari sorot mata Kwe Yang yang, penuh rasa kagum itu,
Nyo Ko tahu nona itu sangat berharap dapat ikut menangkap
rase ke tengah tambak, tapi nona itu menyadari tak memiliki
kepandaian Ginkang setinggi itu. Maka Nyo Ko lantas berkata
dengan tertawa "Aku sudah berjanji padamu akan membawa
kau ke Hek liong-tam untuk menangkap Kiu-bwe leng hou.
Soalnya kau berani tidak?"
"Aku tidak memiliki kepandaian setinggi kau, biarpun
berani juga percuma," sahut Kwe Yang sambil menghela
napas pelahan.
Nyo Ko tersenyum dan tidak menanggapi pu-la, ia mencari
lagi dua potong kayu yang lebih pendek sedikit daripada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
miliknya tadi dan disodorkan pada si nona, katanya: "lkatlah di
bawah telapak kakimu!"
Gugup dan girang pula Kwe Yang, ia menurut dan
mengikat kencang kedua potong kayu itu di bawah telapak
kakinya.
"Tubuhnya mendoyong sedikit ke depan, kaki jangan
menggunakan tenaga, biarkan saja mengimbangi" pesan Nyo
Ko. Lalu tangan kirinya memegangi tangan kanan Kwe Yang
terus berseru tertahan "Awas!"
Sekali angkat dan tarik, tanpa kuasa tubuh Kwe Yang terus
melayang dan meluncur ke tengah tambak, Semula dia rada
gugup dan takut-takut, tapi setelah meluncur beberapa meter
jauhnya, terasa badan enteng dan melayang seperti terbang,
kaki tanpa merasa mengeluarkan tenaga sedikitpun ia menjadi
cekikik senang, rasanya lebih enak daripada terbang
menumpang rajawali di rumah.
Sesudah main ski sekian lama mengelilingi tombak itu tibatiba
Nyo Ko berseru heran "He?"
"Ada apa?" tanya Kwe Yang, "Apakah kau melihat rase
kecil itu?""
"Bukan," jawab Nyo Ko. "Kukira di tengah tambak sana
ada penghuninya!"
Kwe Yang menjadi heran juga, katanya: "Di tempat begini
mana mungkin dihuni orang?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Akupun tidak paham," kata Nyo Ko. "Tampaknya susunan
onggokan kayu dan rumput kering ini ada kelainan dan bukan
barang yang tumbuh sendiri."
Sementara itu mereka sudah dekat dengan onggokan kayu
dan rumput itu, Kwe Yang coba mengamati dengan teliti, lalu
berkata: "Ya, memang benar. sebelah timur diatur dalam
hitungan Bok (kayu), sebelah selatan menurut Hwe (api),
bagian tengah menurut Tho (bumi) dan utara adalah Sui
(air)."
Rupanya sejak kecil Kwe Yang juga ikut belajar hitungan
Im yang-ngo-heng, yaitu falsafat Tiong-hoa kuno mengenai
unsur2 laki-perempuan di jagat raya ini. walaupun belum
banyak yang dipahami-nya, tapi dasarnya memang pintar,
maka apa yang dapat diketahuinya jauh lebih banyak daripada
kakaknya, yaitu Kwe Hu.
Sifat Kwe Yang serba ingin tahu, macam jalan pikirannya
dan tindak-tanduknya acapkali di luar dugaan orang,
kelakuannya itu rada-rada mirip dengan sang kakek luar, yaitu
Ui Yok-su, sebab itulah di rumah dia diberi julukan "Siau Tang
sia" atau si Tang-sia kecil.
Misalnya tindakannya menukar tusuk kundai untuk
menjamu orang-orang yang baru dikenalnya dan ikut Toathau-
kui yang menakutkan itu hanya karena ingin melihat Sin
tiau hiap, kemudian ikut lagi Sin-tiau-hiap yang baru
dikenalnya pergi menangkap rase, keberanian ini jeias sangat
berbeda daripada Ui Yong dan Kwe Hu dahulu.
Begitulah Nyo Ko menjadi heran mendengar nona cilik ini
dapat menyebut bentuk bangunan onggokan kayu-rumput itu,
ia coba bertanyar "Darimana kau tahu bentuk Im yang-ngoheng
itu? Siapa yang mengajarkan kau?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kubaca dari buku, entah tepat atau tidak ucapanku,"
jawab Kwe Yung dengan tertawa, "Kulihat pengaturan kayurumput
itupun tiada sesuatu yang luar biasa, agaknya juga
bukan orang kosen yang hebat."
"Ya, anehnya cara bagaimana orang itu dapat tinggal di
atas lumpur dan tidak tenggelam ke bawah?" kata Nyo Ko.
Segera ia berseru lantang: "Sa-habat di tengah Hek liong-tam,
ini ada tamu datang!"
Selang sekian lama, keadaan tetap sunyi tanpa sesuatu
suara, Nyo Ko berseru sekali lagi dan tetap tiada jawaban
orang.
Tampaknya orang sengaja menumpuk onggokan kayu
rumput di sini dan tidak dihuni di sini, marilah kita melihatnya
ke sana," kata Nyo Ko sambil meluncur ke tempat onggokan
rumput itu.
Se-kunyong2 kaki Kwe Yang merasa berpijak pada tempat
yang keras, agaknya tanah datar di bawah mereka. Rupanya
Nyo Ko sudah mengetahui lebih dulu, dengan tertawa ia
berkata: "Tidak mengherankan kiranya di tengah tambak ini
ada sebuah pulau kecil."
Baru habis ucapannya, mendadak bayangan putih
berkelebat dari bawah onggokan itu menerobos keluar dua
ekor binatang kecil, ternyata sepasang "Kiu bwe-lenghou yang
dicarinya itu. yang seekor terus lari ke timur dan yang lain
kabur ke selatan dengan cepat luar biasa.
"Kau tunggu di sini nona cilik dan jangan sembarangan
bergerak," pesan Nyo Ko. Habis itu ia terus meluncur dan
menguber rase sebelah timur.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini ia tidak perlu menjaga Kwe Yang lagi sehingga dapat
mengeluarkan segenap Ginkangnya untuk meluncur, sungguh
cepatnya melebihi burung terbang.
Akan tetapi lari rase itupun cepat dan gesit luar biasa,
seperti angin saja binatang kecil itu lantas memutar balik dan
menyamber lewat di samping Kwe Yang, Tapi Nyo Ko terus
membayanginya, sekali lengan bajunya mengebas tampaknya
rase kecil itu pasti akan tersampuk jatuh, tak terduga binatang
itu benar-benar sangat cerdik, mendadak ia meloncat ke atas
dan berjumpalitan di udara, dengan demikian sabetan lengan
baju Nyo Ko itu menjadi luput.
Berulang-ulang Kwe Yang menyatakan: "Sayang! Sayang!"
Begitulah satu orang dan satu hewan terus uber menguber
di atas salju, Kwe Yang sangat senang menyaksikan tontonan
menarik itu. ber ulang2 ia berseru memberi semangat kepada
Nyo Ko agar mengudak lebih kencang.
Dalam pada itu rase yang lain juga terus berlari kian
kemari. terkadang sengaja mendekati Nyo Ko. Tapi Nyo Ko
tahu binatang kecil itu sengaja mengacau untuk membelokkan
perhatiannya, maka dia tidak ambil pusing, yang diudak
melulu rase yang satu itu, ia sengaja hendak berlomba lari
dengan rase itu agar binatang kecil itu akhirnya kehabisan
tenaga.
Tak tahunya rase yang kecil itu ternyata memiliki tenaga
yang besar, rupanya iapun tahu sedang menghadapi bencana,
maka larinya seperti kesurupan setan tanpa ada tanda-tanda
lelah.
Semakin lari semakin bersemangat Nyo Ko, ketika
dilihatnya rase yang lain ingin menolong kawannya dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mendekat lagi untuk mengacau, diam-diam ia mengomel akan
kenakalan binatang kecil itu. sekenanya ia meraup segenggam
salju dan di remas hingga keras menyerupai batu, habis itu
terus ditimpukkan dan tepat mengenai kepala rase pengacau
itu, kontan binatang itu roboh terjungkal tapi ber-guling-2
beberapa kali rase itu terus berdiri lagi dan lari masuk
onggokan kayu rumput tadi dan tidak berani keluar lagi.
Rupanya Nyo Ko tidak bermaksud membinasakan rase itu,
maka timpukannya tidak keras.
Sebenarnya dengan cara yang sama Nyo Ko dapat
merobohkan dan menawan rase yang diu-daknya ini, tapi dia
sengaja hendak balapan lari, katanya, "Rase cilik, kalau
kurobohkan kau dengan batu salju, matipun kau penasaran,
Seorang lelaki sejati harus bertindak secara ksatria, jika aku
tidak mampu menyusul kau, maka jiwamu biar kuampuni."
Segera ia "tancap gas" dan meluncur lebih kencang, tahutahu
dia sudah berada di depan si rase dan mendadak
tangannya meraih untuk menangkapnya. Keruan rase itu
terkejut dan melompat ke kanan. Namun Nyo Ko sudah siap,
lengan bajunya terus mengebas sehingga rase itu tergulung,
tangan kanan lantas pegang kuduk rase itu dan diangkat ke
atas, saking gembiranya ia bergelak tertawa.
Tapi belum lenyap suara tawanya, tiba-tiba dilihatnya rase
itu menjadi kaku tanpa bergerak lagi ternyata sudah mati.
"Wah, celaka!" keluh Nyo Ko. "Mungkin tenaga kebasanku
terlalu keras, rupanya binatang ini sedemikian lemah dan tidak
tahan. Entah rase mati dapat digunakan menyembuhkan luka
si Su-losam atau tidak?"
Dengan menjinjing rase mati itu ia meluncur kembali ke
samping Kwe Yang dan berkata: "Ra-se ini sudah mati,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mungkin tak berguna lagi, kita harus menangkap pula rase
yang satunya itu."
Berbareng iapun melemparkan rase mati itu ke tanah, tapi
iapun tahu sifat rase sangat licik, bisa jadi pura-pura mati,
maka diam-diam iapun sudah bersiap bila rase itu bergerak,
segera akan digulungnya kembali dengan lengan baju. Namun
rase itu ternyata tidak bergerak sedikitpun tampaknya
memang sudah mati betul-betul.
"Menyenangkan juga bentuk rase kecil ini, matinya
mungkin karena terlalu lelah di-uber-uber," ujar Kwe Yang.
Lalu ia jemput sepotong kayu dan berkata pula: "Biar kuhalau
rase lain itu supaya ke luar, engkau jaga saja di sini."
Kwe Yang lantas memdekati onggokan kayu rumput itu.
Kemudian dihantamkan ke onggokan kayu itu, tapi sekali
pukul, untuk menghantam kedua kalinya ternyata tidak
mampu lagi, sungguh aneh, seperti melengkat saja kayu yang
dipegang Kwe Yang itu tak dapat ditarik kembali, Keruan Kwe
Yang berseru kaget dan berusaha membetot sekuatnya,
namun tangkai kayu itu malah terlepas dan jatuh ke dalam
onggokan kayu dan rumput kering itu.
Menyusul mana, mendadak onggokan kayu-rumput itu
tersiak dan tahu-tahu menerobos keluar seorang nenek
beruban dengan muka penuh keriput dan pakaiannya
compang-camping.
Dengan bengis nenek itu memandangi Kwe Yang dan
tangkai kayu yang dirampasnya itu diangkat dengan lagak
hendak memukul si nona.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang terkejut dan cepat melompat mundur ke
samping Nyo Ko. pada saat itulah rase yang menggeletak di
tanah itu mendadak melompat ke atas dan masuk pelukan si
nenek, sepasang matanya yang bundar kecil ber-kilat2
memandangi Nyo Ko, ternyata binatang kecil itu memang
benar-benar cuma pura-pura mati saja.
Melihat itu Nyo Ko menjadi mendongkol dan geli pula,
pikirnya: "Sekali ini aku ternyata dikalahkan seekor hewan
kecil ini, tampaknya rase kecil ini adalah piaraan nenek ini,
Entah siapakah gerangannya nenek ini, rasanya di dunia
Kangouw tak pernah terdengar ada seorang tokoh macam
begini. Rasanya akan sulit jika menghendaki rase kecil itu."
Segera Nyo Ko memberi hormat dan menya-pa: "Maaf
kelancangan Wanpwe masuk ke sini tanpa permisi."
Nenek itu memandangi tangkai kayu di telapak kaki Nyo
Ko berdua, wajahnya menampilkan rasa kejut dan heran,
namun hanya sekilas saja perasaan itu lantas menghilang, ia
melambaikan tangannya dan berkata: "Orang tua
mengasingkan diri di tempat terpencil ini dan tidak suka
menemui tamu, kalian boleh pergi saja!" suaranya lembut, tapi
menyeramkan kedengarannya, di antara mata-alisnya juga
menampilkan rasa yang benci kepada sesamanya.
Meski wajah nenek itu kelihatannya serarn, tapi raut
mukanya bersih, waktu mudanya jelas seorang wanita cantik,
sungguh ia tidak ingat tokoh Kangouw siapakah nenek ini.
Segera ia memberi hormat pula dan berkata: "Cayhe
mempunyai seorang kawan terluka parah dan harus
disembuhkan dengan darah Kiu-bwe-leng-hou, maka- mohon
locianpwe sudi memberi bantuan."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hahahaha, haha, heheheeee!" mendadak nenek itu
terbahak-bahak sambil menengadah, sampai lama sekali ia
terkakah dan terkekeh, tapi suara tawanya itu ternyata penuh
mengandung rasa pedih dan boleh Sesudah tertawa sekian
latna barulah ia berkata:
"Terluka parah dan harus menolongnya, hm? Bagus, tapi
mengapa anakku terluka parah dan orang lain sama sekali
tidak sudi menolongnya?"
Nyo Ko terkejut, jawabnya: "Entah siapakah putera
Locianpwe? Apakah sekarang masih keburu ditolong?"
Kembali nenek itu terbahak-bahak, katanya: "Apakah
masih keburu ditolong? Dia sudah mati berpuluh tahun,
mungkin tulang belulangnya juga sudah menjadi abu,
masakah kau bertanya apakah masih keburu ditolong segala?"
Nyo Ko tahu si nenek jadi terkenang kepada kejadian
masa lampau sehingga merangsang emosinya, maka ia tidak
berani bertanya pula, terpaksa berkata pula: "Memang tidak
pantas kami datang begini saja untuk memohon bantuan rase
kecil ini, sudah tentu kami tidak ingin menerimanya dengan
cuma-cuma, apabila Locianpwe menghendaki sesuatu, asalkan
tenagaku mampu mengerjakannya, pasti akan
kulaksanakannya dengan baik,"
Nenek itu mengerling sekejap ke arah Kwe Yang, lalu
berkata: "Perempuan tua berdiam terpencil di kolam lumpur
ini tanpa sanak tanpa kadang, hanya sepasang rase inilah
teman hidupku Boleh juga jika kau ingin mengambilnya, tapi
nona itu harus ditinggalkan di sini untuk mengawani aku
selama sepuluh tahun."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko mengerut kening, belum lagi menja-wab, tiba-tiba
Kwe Yang mendahului berkata dengan tertawa: "Di sini hanya
lumpur melulu, kurasa tidak enak hidup di sini, Kalau engkau
merasa kesepian, marilah tinggal saja di rumahku, apakah kau
ingin tinggal selama sepuluh tahun, ayah-ibuku pasti akan
menghormati engkau sebagai kaum locianpwe Lebih baik
begitu bukan?"
Tiba-tiba nenek itu menarik muka dan mendamperat:
"Ayah-ibumu itu orang apa? Memangnya begitu saja aku
dapat diundang ke sana?"
Watak Kwe Yang memang periang dan sabar, sekalipun
orang lain bersikap kasar juga dihadapinya dengan tertawa
saja dan jarang marah. Kalau ucapan si nenek yang
menyinggung kehormatan Kwe Cing dan Ui Yong ini didengar
Kwe Hu, pasti seketika akan menjadi pertengkaran. Tapi Kwe
Yang hanya tersenyum saja dan meleletkan lidahnya pada Nyo
Ko, lalu tidak bersuara pula.
Betapapun Nyo Ko memuji keramahan nona cilik ini,
sedikitpun tidak menimbulkan kesukaran baginya, maka ia
balas mengangguk kepada Kwe Yang sebagai tanda memuji,
lalu berpaling dan berkata kepada si nenek: "Bahwasanya
Locianpwe menyukai adik cilik ini, sebenarnya ini adalah
kesempatan bagus yang sukar dicari, cuma sebelum mendapat
idzin ayah-bundanya, betapapun Cayhe tak berani mengambil
keputusan sendiri."
"Siapa ayah-ibunya? Kau sendiri siapa?" tanya si nenek
dengan bengis.
Nyo Ko menjadi gelagapan dan takdapat menjawab tapi
Kwe Yang lantas menanggapinya: "Ayah ibuku adalah orang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kampung, biar kukatakan juga Locianpwe tidak kenal,
sedangkan dia ini. dia, dia adalah Toakokoku!"
Sembari berkata nona itupun memandang kejaran Nyo Ko.
Kebetulan saat itu Nyo Ko juga memandang padanya, sorot
mata kedua orang kebentrok. Tapi Nyo Ko memakai kedok, air
mukanya kaku tanpa emosi, hanya sorot matanya jelas
menunjukkan rasa akrab yang menghangatkan perasaan.
Tergerak hati Kwe Yang, terpikir olehnya: "Jika benar aku
mempunyai seorang toakoko(ka-kak tertua) seperti ini, tentu
dia akan menjaga dan membantu diriku, pasti tidak rewel dan
selalu mengomeli aku seperti kakak Hu. gini salah, gitu salah,
ini dilarang, itu tidak boleh." Berpikir sampai disini, air
mukanya lantas penuh rasa hormat dan kagum kepada Nyo
Ko.
Didengarnya Nyo Ko lantas berkata: "Ya, adik ku yang
kecil ini tidak tahu urusan, maka kubawa dia keluar cari
pengalaman Ketika dilihatnya Kiu-bwe-leng-hou ini sangat
aneh dan menarik, dia tahu pasti binatang piaraan oaang
kosen angkatan tua, sebab itulah dia minta Wanpwe
membawanya berkunjung ke sini dan sungguh beruntung
sekali dapat bertemu dengan Locianpwe."
"Hm kalian menguber dan memukuli rase piaraanku,
apakah begini caranya kalian menghormati kaum Cianpwe?"
jengek nenek itu, "Hayo, lekas enyah dari sini dan selamanya
jangan menemui aku lagi!"
Habis itu kedua tangannya terus mengebas ke depan,
tangan yang satu mendorong ke arah Nyo Ko dan tangan lain
mendorong Kwe Yang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jarak mereka ada dua-tiga meter jauhnya, sodokan tangan
nenek itu jelas tak dapat mencapai tubuh Nyo Ko berdua, tapi
tenaga pukulannya ternyata keras dan keji, serentak Kwe
Yang merasakan angin dingin menyampuk tiba.
Tapi lengan baju Nyo Ko sempat bergerak sehingga angin
pukulan si nenek dapat dipatahkan, sebaliknya tenaga pukulan
yang ditujukan kepadanya itu sama sekali tidak dielakkannya.
Sebenarnya nenek itupun tidak bermaksud mencelakai Nyo
Ko berdua, ia hanya ingin mengusir mereka saja. sebab itulah
hanya separoh tenaganya saja yang digunakan. Tapi
dilihatnya kedua orang itu ternyala tidak bergeming sama
sekali, mau-tak mau ia terkejut dan gusar pula.
Segera ia himpun tenaga, kembali kedua tangan
menyodok ke depan dengan lebih kuat, kini ia tidak pedulikan
lagi mati- hidup pihak lawan.
Ketika merasakan angin pukulan nenek itu menyamber
tiba, dada Kwe Yang terasa sesak, namun lengan baju Nyo Ko
mengebas lagi sehingga serangan si nenek di patahkan pula,
ia tahu Nyo Ko dan nenek itu sedang mengadu tenaga dalam,
tampaknya si nenek menjadi beringas dan menakutkan
sebaliknya Nyo Ko berdiri tenang-tenang saja, jelas berada di
atas angin alias lebih unggul.
Sekonyong-konyong si nenek berkelebat maju, gerakannya
sungguh cepat luar biasa, "BIang" dengan tepat dan keras
kedua tangannya menghantam dada Nyo Ko. Sekali
menyerang segera nenek itu melompat mundur pula tanpa
memberi kesempatan Nyo Ko untuk balas menyerang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Keruan Kwe Yang terkejut, cepat ia menarik tangan Nyo
Ko dan bertanya: "Ap.... apakah engkau terluka?"
Si nenek lantas berteriak bengis: "Dia sudah terkena
pukulanku "Han-im-cian" (tenaga panas dingin), ajalnya
takkan lebih lama daripada satu hari saja, dia menerima
ganjarannya karena perbuatannya sendiri dan takdapat
menyalahkan orang lain."
Dengan ilmu silat Nyo Ko 15 tahun yang lalu saja tak
dapat ditandingi oleh si nenek, apalagi sekarang luardalamnya
sudah tergembleng sedemikian sempurna,
betapapun lihaynya tenaga pukulan si nenek juga takdapat
melukainya.
Soalnya Nyo Ko tiada permusuhan apapun dengan si
nenek kedatangannya ini juga ingin memohon barang
kesayangan orang tua itu, maka dia sengaja membiarkan si
nenek menyerang tiga kali tanpa balas menyerang.
Selama likuran tahun nenek itu giat berlatih ilmu pukulan
"Han im cian" dan sekaligus sudah dapat menghancurkan 17
potong bata dalam keadaan luar utuh dan dalam remuk, tapi
kini jelas Nyo Ko terkena pukulannya dengan telak, ia yakin
orang pasti akan remuk isi perutnya, tapi lawan justeru tetap
berdiri tenang dan tertawa seperti tidak terjadi sesuatu, ia
pikir bocah ini benar-benar kepala batu, sudah dekat ajal
masih berlagak gagah, segera ia berkata:
"Mumpung belum roboh binasa, lekas kau pergi membawa
anak dara ini dan jangan sampai mampus ditengah tambakku
ini."
Nyo Ko mendongak dan berseru lantang. "Hahaha,
rupanya sudah lama Locianpwe menyepi di tempat terpencil
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
begini, tentunya Locianpwe tak dapat membayangkan betapa
kemajuan ilmu silat di dunia ini." Habis berkata ia sengaja
bergelak tertawa, suara tertawanya nyaring keras
menggelegar dengan tenaga dalam yang kuat.
Mendengar suara Nyo Ko itu, si nenek tahu orang ternyata
tidak mengalami luka sedikitpun, seketika mukanya menjadi
pucat, tubuhnya sempoyongan baru sekarang ia menyadari
bahwa Nyo Ko sengaja membiarkan diserang tiga kali, kalau
bicara kepandaian sejati, jelaslah dirinya bukan tandingannya.
Tiba-tiba si nenek angkat rase kecil dalam pelukannya itu,
lalu ia bersuit, rase yang lain juga lantas menerobos keluar
dari onggokan rumput dan melompat ke dalam pangkuan si
nenek, Lalu ia ber-kata: "Kepandaianmu memang hebat,
sungguh aku sangat kagum. Tapi kalau engkau ingin merebut
rase ini secara kekerasan, hm, jangan kau harap. Asalkan kau
melangkah maju setindak, seketika ku cekik mati kedua ekor
rase ini agar kau datang dan pergi dengan bertangan hampa."
Melihat sikap dan ucapan si nenek yang tegas dan pasti
itu, Nyo Ko tahu watak orang tua itu sangat keras dan kaku,
biarpun mati juga tidak mau menyerah. Mau-tak-mau ia
menjadi serba susah, kalau mendadak menubruk maju dan
menutuk Hiat-to si nenek, lalu merebut rase, rasanya si nenek
bisa membunuh diri saking gusarnya, jika demikian jadinya,
maka biarpun Su Siok kang dapat diselamatkan tapi harus
korbankan jiwa orang lain.
Selagi Nyo Ko merasa ragu-ragu, tiba-tiba dari jauh sana
berkumandang suara orang menyebut: "0mi tohud!" Menyusul
orang itu berkata: "Loceng (paderi tua) It-teng mohon
berjumpa, sudilah kiranya Eng koh menemuinya!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang memandang sekeliling tambak, tapi tidak
tampak seorangpun padahal suara orang itu tidak begitu
keras, jelas datang dari tempat dekat saja, namun sekitar situ
jelas tiada tempat bersembunyi, lalu berada di manakah orang
yang bersuara itu?"
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru