Kamis, 20 April 2017

Cersil Ke 25 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko

Cersil Ke 25 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cersil Ke 25 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko http://ceritasilatcersil.blogspot.co.id/2017/04/cersil-ke-25-kembalinya-pendekar.html
kumpulan cerita silat cersil online
-Cersil Ke 25 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Yoko
Tak tahunya bahwa jiwa Li Bok-chiu yang jahat itu
ternyata juga disertai cinta yang suci, sebabnya dia banyak
berbuat kejahatan juga akibat gagalnya percintaan. Kini
didengarnya cara bicara Kongsun Ci semakin tidak senonoh,
diam-diam ia menjadi marah. Tapi mengingat masih perlu
mendapatkan obat penawar, terpaksa ia melayani percakapan
orang sekadarnya.
Begitulah Kongsun Ci lantas berkata pula: "Aku adalah
Kokcu di sini, cara membuat obat penawar bunga cinta tiada
diketahui orang lain kecuali diriku ini. Cuma membuatnya
memerlukan waktu, air di tempat jauh tak dapat
memadamkan api di dekat sini. Untung obat itu masih tersisa
satu biji di tempat kediamanku, tapi sekarang dikangkangi
perempuan jahat itu, terpaksa kita harus membinasakan dia,
habis itu apapun juga adalah milikmu."
Kalimat ucapannya yang terakhir itu mengandung makna
berganda, artinya tidak cuma obat penawarnya saja akan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kuberikan padamu, bahkan kedudukan nyonya rumah Coatceng-
kok inipun akan menjadi bagianmu.
Bahwa di dunia ini hanya Kongsun Ci sendiri saja yang
tahu cara membuat obat penawar, hal ini memang tidak salah,
Bahkan resep obat itu hanya dari ayah diturunkan kepada
anak dan tak mungkin diajarkan kepada orang luar, sekalipun
Kiu Jian-jio juga tidak tahu tentang resep obat itu, dia
menyangka obat itu adalah simpanan dari leluhur keluarga
Kongsun dan tidak tahu kalau Kongsun Ci masih menyimpan
resepnya, sebaliknya mengenai sisa obat yang tinggal
setengah biji pada Kiu Jian-jio itu Kongsun Ci juga tidak tahu,
disangkanya masih satu biji.
Begitulah Li Bok-chiu menjadi ragu-ragu, katanya
kemudian: "Jika begitu kan percuma saja omonganmu ini.
Obat penawar berada di tangan isterimu dan isteri mu telah
menjadi musuhmu, umpamanya tidak sulit bagimu untuk
membunuhnya tapi cara bagaimana kau dapat memperoleh
obatnya?"
Kongsun Ci terdiam sejenak, lalu berkata: "Li-sumoay,
baru kenal kita lantas cocok, demi menolongmu biar mati
bagiku juga tidak sayang"
"Wah, aku harus berterima kasih padamu," ujar Li Bokchiu
hambar.
"Aku mempunyai akal untuk rebut obat dari tangan
perempuan jahat itu," kata Kongsun Ci pula. "Cuma ku harap
engkau menyanggupi suatu permintaanku."
Dengan tegas Li Bok-chiu menjawab: "Selama
mengembara kian kemari di Kangouw, belum pernah kuterima
ancaman orang dengan persyaratan apapun juga tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menjadi soal. Aku Li Bok-chiu bukanlah manusia yang sudi
mohon belas kasihan orang lain."
"Ah, Li-sumoay salah memahami maksudku." cepat
Kongsun Ci menjelaskan "maksudku hanya sekedar berbuat
sesuatu bagimu, mana aku berani mengancam segala, Cuma
untuk rebut obat itu rasanya harus mengorbankan jiwa puteri
kandungku sebab itulah mungkin ucapanku menjadi rada
kaku."
Tergetar hati Kongsun Lik-oh mendengar kalimat "harus
mengorbankan jiwa puteri kandungku!"
Li Bok-chiu juga merasa heran, ia menegas: "Memangnya
obat penawar itu berada di tangan puterimu?"
"Tidak, biarlah kukatakan terus terang padamu," jawab
Kongsun Ci "Watak perempuan jahat itu teramat keras dan
pemberang, obat penawar itu tentu disimpannya di tempat
yang dirahasiakan untuk memaksa dia menyerahkan obatnya
jelas sukar, jalan satu-satunya harus dipancing dengan akal.
Terhadap siapapun dia tidak kenalampun, hanya puteri
satunya itu masih dapat mempengaruhi pikirannya.
Maka nanti akan kupancing puteriku si Lik-oh kesini dan
mendadak kau menawannya serta dilemparkan ke semaksemak
bunga cinta. Dengan begitu terpaksa perempuan jahat
itu harus mengeluarkan obat untuk menolong jiwa puterinya,
kesempatan itu lantas kita gunakan untuk rebut obatnya."
Sejenak kemudian ia menambahkan pula: "Cuma sayang
obat ku hanya sisa satu biji saja, kalau sudah diberikan
padamu berarti jiwa puteriku itupun takkan tertolong."
Berkata sampai di sini tiba-tiba suaranya menjadi parau dan
mengucurkan air mata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Demi menyelamatkan jiwaku harus mengorbankan
puterimu, kukira urusan ini batalkan saja" kata Li Bok-chiu.
"Tidak, tidak, meski aku sayang mengorbankan dia, tapi
aku lebih-lebih berat kehilangan kau," kata Kongsun Ci cepat.
Li Bok-chiu terdiam, ia merasa selain cara yang di usulkan
Kongsun Ci ini memang tiada jalan lain lagi.
"Kita tunggu saja di sini, lewat tengah malam nanti akan
kupanggil puteriku keluar, betapapun pintarnya tentu dia
takkan menduga akan tipu muslihat ayahnya ini," kata
Kongsun Ci pula.
Percakapan mereka itu dengan jelas dapat didengar oleh
Kongsun Lik-oh, makin mendengar makin takut hatinya.
Tempo hari Kongsun Ci telah menjebloskan dia dan Nyo Ko ke
kolam buaya, maka dia sudah tahu sang ayah sama sekali
tidak mempunyai kasih sayang kepada puterinya sendiri,
sekarang secara licik malah berkomplot dengan seorang
perempuan yang baru dikenalnya untuk mencelakai puterinya
sendiri, betapa keji hatinya sungguh melebihi binatang.
Memangnya Lik-oh sudah putus asa dan tidak ingin hidup
lagi, tapi demi mendengar muslihat keji yang sedang
direncanakan kedua orang itu, dengan sendirinya timbul
pikirannya untuk melarikan diri. Untunglah sekitarnya batu
karang belaka, perlahan-lahan ia lantas melangkah mundur di
bawah aling-batu karang sesudah agak jauh barulah ia
mempercepat tindakannya.
Sesudah jauh meninggalkan Coat-ceng hong, ia tahu tidak
lama lagi ayahnya akan datang mencarinya, maka ia tak
berani pulang ke kamarnya, duduk dengan sedih di atas batu
karang, bulan sabit mengintip di tengah cakrawala, angin
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
malam meniup sepoi-sepoi, ia merasa hampa dan hdup ini
sama sekali tidak ada artinya, Gumamya sendiri:
"Memangnya aku tidak ingin hidup lagi, mengapa engkau
merencanakan akal keji itu untuk mencelakai diriku? Baiklah,
jika kau ingin membunuh diriku boleh bunuh saja. Tapi aneh
juga buat apa aku melarikan diri?"
Sekonyong-konyong terkilas suatu pikiran dalam benak
nya : "Meski keji sekali rencana ayah ini, tapi akalnya ini juga
sangat bagus, Aku memang sudah bertekad akan membunuh
dri, mengapa tidak kugunakan akal ini untuk menipu obat dari
tangan ibu untuk menyelamatkan jiwa Nyo-toako? jika mereka
suami-isteri dapat diselamatkan dan hidup bahagia betapapun
mereka pasti akan berterima kasih kepadaku si nona yang
mencintai dia dengan setulus hati dan bernasib malang ini."
Berpikir sampai di sini ia menjadi girang dan berduka pula,
tapi semangatnya lantas terbangkit, ia coba memandang
sekelilingnya untuk mengetahui lebih jelas dirinya berada di
mana, lalu ia melangkah menuju ke kamar tidur sang ibu.
Ketika lewat di semak-semak bunga cinta, dengan hati-hati
ia memetik dua tangkai besar bunga itu dan di-bungkus
dengan ikat pinggang agar duri bunga cinta tidak mencocok
tangannya. Setiba di luar kamar ibunya dengan suara pelahan
ia memanggil : "lbu, apakah engkau sudah tidur?"
"Ada urusan apa, anak Oh?" jawab Kiu Jian-jio di dalam
kamarnya.
"lbu, o, ibu, aku... aku telah luka tercocok duri bunga
cinta," seru Lik-oh dengan suara tergagap sambil merangkul
tangkai bunga yang dibawanya itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tanpa ampun lagi beribu2 duri bunga itu tercocok ke
dalam kulit dagingnya. Keruan sakitnya tidak kepalang,
sekuatnya dia bertahan dan melepaskan ikat pinggang yang
membungkus tangkai bunga itu, lalu memanggil lagi: "O, ibu!
Ibu!"
Kiu Jian-jio terkejut mendengar suara keluhan Lik-oh itu,
cepat ia menyuruh pelayan membuka kamar dan memayang
Lik-oh ke dalam.
"Ditubuhku masih ada duri bunga, kalian jangan
mendekat," seru Lik-oh.
Kedua pelayan menjadi kaget dan membiarkan Lik-oh
masuk sendiri ke dalam kamar Kiu Jian-jio terkejut juga
melihat wajah Lik-oh yang pucat, badan gemetar dan dua
tangkai bunga bergantungan di dadanya, cepat ia tanyai
"Kenapa kau?",
"Ayah... ayah..." seru Lik-oh terputus-putus, ia tahu sinar
mata sang ibu sangat lihay maka ia menunduk dan tak berani
beradu pandang.
"Kau masih memanggilnya ayah? Memangnya kenapa
bangsat tua itu?" kata Kiu Jianjio dengan gusar.
"Dia .dia..."
"Coba angkat kepalamu," bentak Kiu Jian-jio.
Waktu Lik-oh angkat kepalanya dan melihat sorot mata
ibunya yang kereng itu, tanpa terasa ia bergidik. Katanya
dengan tergagap: "Tanpa sengaja kupergoki....kupergoki dia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sedang bicara dengan....dengan Tokoh cantik yang siang tadi
mengacau ke sini itu, kudengar... kudengar..." sampai di sini
ia menjadi ragu-ragu untuk meneruskan, maklumlah dia tak
pernah berdusta, kuatir isi hatinya diketahui sang ibu, kembali
ia menunduk lagi.
"Apa yang dibicarakan mereka?" Kiu Jian-jio menegas
dengan tak sabar.
"Katanya mereka se.... senasib dan setanggungan, samasama...
sama-sama bermata satu dan... dan sebab itupun
matanya buta sebelah. Mereka... mereka sama memaki ibu
sebagai... sebagai perempuan jahat dan macam-macam lagi,
sungguh anak sangat... sangat gemas." sampai di sini ia lantas
menangis terguguk.
"Jangan menangis," kata Kiu Jian jio dengar gregetan."
Kemudian apa lagi yang mereka katakan?"
"Tanpa sengaja anak menerbitkan suara sedikit dan
diketahui mereka," tutur LiK-oh lebih lanjut "Tokoh.... Tokoh
itu lantas menangkap diriku dan didorong ke semak bunga
cinta."
Merasa suara Lik-oh itu rada kurang mantap, segera Kio
Jian-jio membentak: "Tidak benar, kau berdusta?
sesungguhnya bagaimana? jangan kau membohongi aku."
Lik-oh berkeringat dingin, cepat ia menjawab: "Anak tidak
berdusta, bukankah tubuhku ini ter-cocok oleh dini bunga?"
"Nada ucapanmu tidak tepat, sejak kecil kaupun begini
bicaranya dan tak dapat berdusta, masakah ibumu tidak kenal
watakmu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seketika tergerak pikiran Lik-oh, dengan nekat ia berkata
pula: "Ya ibu, memang benar aku telah berdusta padamu,
Yang betul ayahlah yang mendorong diriku ke semak-semak
bunga, dia marah padaku, katanya aku mengeloni engkau,
membantu kau melawan dia. Katanya aku lebih condong
kepada ibu dan tidak sayang kepada ayah."
Sebenarnya kata-kata ini hanya karangan Lik-oh sendiri,
namun Kiu Jian-jio sudah kadung sangat benci pada
suaminya, ucapan Lik-oh itu masuk diakal atau tidak bukan
soal baginya, yang penting adalah hal ini dengan jitu
mengenai lubuk hatinya. cepat ia pegang tangan anak
perempuannya dan menghiburnya: "Jangan susah anak Oh,
biarlah ibu nanti melayani bangsat tua itu dan pasti akan
melampiaskan dendam kita ini."
Lalu ia menyuruh pe layan mengambilkan gunting dan
capitan untuk membuang tangkai bunga serta mengeluarkan
duri2 kecil yang masih melekat di tubuh Lik-oh itu.
"lbu, anak sekali ini pasti takkan hidup Iagi." kata Lik-oh
dengan menangis sedih.
"Jangan." ujar Kiu Jian-jio, "Kita masih menyimpan
setengah biji Coat-ceng-tan dan untung belum diberikan
kepada bangsat cilik she Nyo yang tidak berbudi itu, setelah
kau minum setengah biji obat ini, meski racun bunga tak
dapat ditawarkan seluruhnya, asalkan selanjutnya kau
mendampingi ibumu dengan prihatin dan tidak gubris lelaki
busuk manapun juga, jangan sekali-sekali memikirkan mereka,
maka selamanya kaupun takkan menderita apa-apa"
Kiu Jian-jio sudah sakit hati kepada suaminya, Nyo Ko juga
tidak mau menjadi menantunya, sebab itulah dia membenci
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
setiap lelaki, kalau puterinya tidak menikah selama hidup akan
kebetulan baginya malah.
Lik oh mengerut kening dan tidak menanggapi Maka Kiu
Jian-jio lantas bertanya pula: "Sekarang bangsat tua dan
Tokoh itu berada di mana?"
"Waktu anak merangkak keluar dari semak bunga, lalu lari
ke sini tanpa menoleh, bisa jadi mereka masih berada di
sana," kata Lik-oh.
Diam-diam Kiu Jian-jio memperkirakan Kongsun Ci pasti
akan dalang merebut Coat-ceng-kok setelah mendapatkan -
bala bantuan Li Bok-chiu.
Anak murid di lembah ini sebagian besar juga orang
kepercayaannya, kalau keadaan mendesak mungkin anak
muridnya akan berpihak pula kepada Kong-sun Ci, sedangkan
dirinya sendiri lumpuh, yang lihay dan diandalkan cuma
senjata rahasianya melulu, yakni biji kurma.
Akan tetapi kalau Kongsun Ci sudah siap siaga, mungkin
semprotan biji kurma sukar lagi melukai dia, kalau dia
membawa perisai, malahan senjata rahasia sendiri akan mati
kutu dan tak dapat berbuat apapun juga.
Melihat ibunya termenung dengan sinar mata berkilau, Lik
oh menyangka orang itu sedang me-nimbang ucapannya tadi
benar atau tidak, kuatir ditanyai pula sehingga rahasianya
terbongkar maka selain dirinya akan tersiksa, usahanya untuk
Nyo Ko juga akan sia-sia belaka. Teringat kepada Nyo Ko,
seketika dadanya menjadi sakit, racun bunga cinta lantas
bekerja, tanpa terasa ia menjerit.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cepat Kiu Jian-jio membelai rambutnya dan berkata:
"Baiklah, mari kita pergi mengambil Coat ceng tan." - Segera
ia tepuk tangan, empat pelayan lantas menggotongnya
dengan kursi keluar kamar.
Sejak perginya Nyo Ko, selama itu Lik-oh ingin sekali
mengetahui di mana ibunya menyimpan setengah biji Coatceng
tan. Menurut dugaannya ibunya yang lumpuh dan tidak
leluasa gerak-geriknya itu tentu tidak mungkin menyimpan
obat itu di tempat-tempat yang sukar didatangi besar
kemungkinan disimpan di dalam rumah.
Cuma menurut pengamatan-nya selama belasan hari ini,
rasanya semua tempat sudah pernah ditelitinya dan ternyata
tiada sesuatu tanda yang dapat ditemukan Maka ia menjadi
heran ketika mendengar ibunya memerintahkan pelayan
membawanya ke ruangan pendopo.
Padahal ruangan besar itu adalah tempat yang terbuka
dan sukar menyembunyikan sesuatu, apalagi sekarang musuh
tangguh sama berkumpul di sana dan tujuan merekapun
justeru ingin mendapatkan setengah obat biji itu, apakah
mungkin obat itu sengaja ditaruh di depan mata musuh dan
membiarkan mereka mengambilnya begitu saja?
Sementara itu pintu muka- belakang ruangan pendopo itu
tertutup rapat dan dijaga oleh anak murid berseragam hijau
dengan jaring berkait, melihat datangnya Kiu Jian-jio, serentak
mereka memberi hormat.
Murid yang menjadi pemimpin barisan lantas berkata:
"Musuh tidak kelihatan bergerak, agaknya mereka sudah mati
kutu dan segera dapat ditawan."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiu Jian-jio mendengus saja dan anggap ucapan anak
buahnya itu terlalu gegabah, musuh-musuh tangguh yang
terkurung di dalam ruangan itu adalah tokoh-tokoh kelas
tinggi, mana mungkin mereka menyerah begitu saja untuk
ditawan. Segera ia memerintahkan pintu dibuka, ber-bondongbondong
rombongan Kiu Jian-jio lantas masuk ke dalam
dilindungi dengan dua barisan jaring berkait di kanan-kiri,
Terlihatlah It-teng Taysu, Ui Yong, Bu Sam-thong, Yalu Ce dan
lain-lain sama berduduk di pojok ruangan sana sedang
bersemadi.
Setelah, kursinya diturunkan Kiu Jian-jio berseru. "Kecuali
Ui Yong dan anak-anaknya bertiga, yang lain takkan kuusut
kesalahannya mereka yang telah berani menerobos ke lembah
ini. Nah, kalian boleh pergi saja."
"Kiu-kokcu," kata Ui Yong dengan tersenyum. "Engkau
sendiri sedang terancam bencana, engkau tidak lekas mencari
jalan untuk menyelamatkan diri, tapi malah beromong besar,
sungguh lucu."
Kiu Jian-jio terkesiap, ia heran darimana Ui Yong
mengetahui dirinya sedang terancam bahaya? Apakah bangsat
tua itu sudah pulang lagi ke sini dan diketahui olehnya?
Namun dia tenang-tenang saja dan menjawab: "Ada bencana
atau ada rejeki sukarlah diketahui sebelum tiba saatnya,
Apalagi diriku sudah cacat begini. kenapa aku harus takut
kepada bencana apapun juga?"
Padahal Ui Yong tidak tahu tentang halnya Kongsun Ci,
hanya dari gerak - gerik dan air muka Kiu Jian-jio dapat
dilihatnya ada sesuatu urusan genting yang sedang
dihadapinya, maka ia menduga di lembah ini pasti sedang
terjadi keributan apa-apa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bantahan Kiu Jian-jio itu semakin memperkuat dugaan itu,
segera ia berkata pula: "Kiu-kokcu, kakakmu meninggal
karena terperosot sendiri ke jurang ketika dia menunggang
rajawali piaraanku dan sama sekali bukan aku yang
membunuhnya, Kalau kau tetap dendam mengenai soal ini,
baiklah aku akan menerima batas dendammu, silakan kau
menimpuk diriku dengan tiga biji kurma dan sama sekali aku
takkan menghindar. Cuma setelah seranganmu nanti, apakah
aku akan mati atau tetap hidup, kau harus berjanji akan
memberikan obat penawar untuk menyembuhkan Nyo Ko. jika
beruntung aku tidak mati,maka bereslah segala urusan,
andaikan mati, maka kawan-kawan yang hadir di sini juga
takkan menyesal dan dendam, mereka tetap akan membantu
kau mengatasi kesukaranmu untuk menghadapi musuh dari
dalam. Nah, bagaimana usulku ini, kau terima atau tidak?"
Syarat yang dikemukakan Ui Yong ini boleh dikatakan
sangat menguntungkan Kiu Jian jio. Maklumlah, selain senjata
rahasia biji kurma yang diandalkan itu, sesungguhnya Kiu
Jian-jio tidak mempunyai kemampuan lain untuk menghadapi
musuh, sedangkan "musuh dari dalam" yang dikatakan Ui
Yong lebih-lebih kena di hatinya. Maka ia lantas menjawab
"Sebagai ketua Kay-pang. tentu ucapanmu dapat dipercaya,
jadi kau rela kuserang dengan tiga biji kurma tanpa mengelak
dan menghindar serta tidak akan menangkisnya dengan
senjata, begitu bukan?"
Belum lagi Ui Yong menjawab, cepat Kwe Hu menyela:
"lbuku cuma menyatakan takkan mengelak dan menghindar
tapi tidak mengatakan takkan menangkis dengan senjata."
Namun Ui Yong lantas menyambung dengan tersenyum:
"Agar Kiu-kokcu dapat melampiaskan rasa dendamnya, biarlah
akupun takkan menangkis dengan senjata." .
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Mana boleh jadi, ibu!" seru Kwe Hu. Rupa-nya dia benarbenar
telah merasakan betapa lihaynya semprotan biji kurma
nenek itu ketika pedangnya disemprot patah tadi. Kalau
ibunya benar-benar tidak mengelak dan tidak menghindar
tubuhnya yang terdiri dari kulit-daging itu masa sanggup
menahannya.
Namun Ui Yong menganggap Nyo Ko besar jasanya bagi
keluarga Kwe, kini anak muda itu keracunan dan sukar
disembuhkan, kalau tidak berdaya agar nenek she Kiu ini
menyerahkan obat penawarnya, selama hidup keluarga Kwe
berarti tetap utang budi kepada Nyo Ko.
Sudah tentu biji kurma si nenek ini senjata rahasia maha
lihay di dunia ini, jelas sangat berbahaya jika membiarkan
tubuh sendiri diserang tiga kali, sedikit meleng saja jiwa pasti
melayang, Tapi kalau tidak menyerempet bahaya, cara
bagaimana nenek ini mau memberikan obatnya?
Perlu diketahui bahwa ketika Ui Yong mengemukakan
usulnya itu sebelumnya dia sudah menimbang dengan masakmasak
keadaan Kiu Jian-jio serta sifat-sifatnya, selain harus
melenyapkan dendam kesumat nenek itu, diberi janji lagi akan
bantu dia mengatasi ancaman bahaya dari dalam, sedangkan
serangan tiga biji kurma adalah ilmu khas satu-satunya yang
bisa digunakannya membinasakan lawan, sekalipun Kiu Jianjio
sendiri juga tidak dapat mengemukakan cara yang lebih
baik daripada usul Ui Yong ini.
Tapi dasar Kiu jian-jio memang suka curiga, ia merasa
tawaran Ui Yong ini teramat menguntungkan pihaknya dan
rasanya tidak masuk akal, maka dengan suara parau ia
menegas: "Kau adalah musuhku, tapi kau kuserang dengan
tiga biji kurma, sebenarnya tipu muslihat apa dibalik usulmu
ini?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong sengaja mendekati dan membisiki: "Di sini banyak
orang, mungkin tidak sedikit orang yang bermaksud jahat
padamu, betapapun kau harus berjaga-jaga."
Tanpa terasa Kiu Jian-jio mengerling anak buahnya, ia
pikir orang-orang ini memang sebagian besar adalah orangnya
tua bangka Kongsun Ci dan harus waspada terhadap
kemungkinan. Karena itu iapun mengangguk atas bisikan Ui
Yong itu.
Lalu Ui Yong mendesis lagi: "Sebentar lagi lawanmu pasti
akan turun tangan, aku sendiripun menyadari berada di
tempat yang berbahaya, karena itu sengketa kita harus cepat
diselesaikan tak perduli diriku akan mati atau hidup yang
terang nanti be ramai-ramai kita dapat menghadapi musuh
bersama. Selain itu si Nyo Ko telah banyak menanam budi
padaku, sekalipun jiwaku melayang baginya juga harus
kudapatkan Coat-ceng-tan. Orang hidup harus tahu membalas
budi, kalau tidak, lalu apa bedanya antara manusia dan
binatang?"
Habis berkata ia terus melangkah mundur kembali dan
mengawasi gerak-gerik Kiu Jian-jio.
Betapapun tipis budi Kiu Jian jio, namun ucapan Nyo Ko
tentang "manusia yang tidak tahu balas budi tiada bedanya
seperti binatang" mau-tak-mau menyentuh juga hati
nuraninya, pikirnya: "Memang benar juga, kalau saja aku tidak
ditolong si Nyo Ko itu, saat ini aku pasti masih terasing dan
tersiksa di kolam buaya di bawah tanah itu.
Cara bagaimana Ui Yong akan menghadapi serangan biji
kurma Kiu Jian jio seperti janjinya itu?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jadikah Kongsun Ci berkomplot dengan Li Bok-chiu untuk
menghadapi isteri-nya?
(Bacalah jilid ke-48)
Jilid 48
Tapi pikiran itu hanya timbul sekilas saja lantas lenyap
pula, serentak timbul lagi pikiran jahatnya, katanya dengan
dingin: "Hm, betapapun kau putar lidah juga takkan mampu
mempengaruhi hati nenekmu yang yang sekeras baja ini.
Hayolah mulai kau menyingkir duIu, dia harus rasakan tiga biji
buah kurmaku."
"Baiklah, akan kuterima seranganmu tiga kali, matipun aku
tidak menyesal," kata Ui Yong sambil menggeser ke tengah
ruangan dan berjarak sepuluh meter dari Kiu Jian-jio? "Nah,
silahkan mulai!"
Meski Bu Sam-thong dan lain-lain cukup kenal kepintaran
Ui Yong banyak tipu akalnya, tapi betapa lihaynya senjata
rahasia Kiu Jian-jio juga telah mereka saksikan sendiri. Kini
tanpa senjata Ui Yong hanya berdiri menunggu serangan saja
betapa hal ini membuat mereka ikut kebatkebit.
Yang paling kuatir adalah Kwe Hu, ia coba menarik lengan
baju sang ibu dan membisikinya: "lbu, kita cari suatu tempat
sepi dan engkau dapat memakai kaos kutang duri landak yang
kupakai ini, dengan demikian tentu takkan takut lagi kepada
senjata rahasia musuh."
"Jangan kuatir, boleh kau saksikan kelihayan ibumu nanti,"
ujar Ui Yong dengan tersenyum.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Awas...." mendadak Kiu Jian-jio membentak belum lenyap
suaranya, secepat kilat satu biji kurma telah menyamber ke
perut Ui Yong.
Biji buah kurma itu sangat kecil, akan tetapi daya
sambernya begitu keras dan membawa suara mendenging.
Kontan Ui Yong menjerit satu kali sambil memegangi perutnya
dan setengah menungging.
Keruan Bu Sam-thong, Kwe Hu dan lain-lainnya terkejut,
sebelum mereka sempat bertindak, suara mendenging
berbangkit puIa, biji kurma kedua telah menyamber ke dada
Ui Yong, Kembali Ui Yong menjerit dan mundur beberapa
tindak dengan terhuyung seakan-akan roboh.
Melihat Ui Yong benar-benar menepati janji dan tidak
berkelit serta menghindar kedua biji kurma yang disemburkan
juga tepat mengenai bagian mematikan di tubuh sasarannya,
begitu keras tenaga semprotan biji kurma itu, biasanya batu
karang keras juga dapat ditembusnya, apalagi cuma tubuh
manusia, Namun Ui Yong hanya sempoyongan saja meski
jelas sudah terluka, tampaknya sekuatnya ingin bertahan agar
mampu diserang lagi satu kali.
Diam-diam Kiu Jian-jio terkesiap, baru sekarang dia
mengakui Ui Yong yang tampaknya lemah gemulai itu ternyata
memiliki kepandaian sejati dan benar-benar seorang tokoh
persilatan terkemuka. Namun iapun bergirang melihat
sasarannya sudah terkena dua biji buah kurma dan jiwanya
pasti suka dipertahankan itu berarti sakit hati kematian
kakaknya akan terbalas.
Segera biji buah kurma ketiga tersembur lagi dari
mulutnya, Sekali ini yang diarah adalah tenggorokan Ui Yong,
asalkan kena sasarannya, seketika musuh itu akan binasa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bahwa perut dan dada Ui Yong jelas sudah biji buah
kurma yang disemprotkan Kiu Jian-jio itu apakah benar Ui
Yong yang pintar dan cerdik itu, akan dilukai begitu taja?
Rupanya persoalannya tidak begitu sederhana, sebelumnya Ui
Yong sudah mempunyai daya upaya ketika menyatakan siap di
terang tiga kali dengan biji kurma, Kiranya diam-diam Ui Yong
telah menyembunyikan pedang patah Kwe Hu itu di dalam
lengan bajunya, ketika biji kurma musuh tiba, sedikit angkat
lengannya dapatlah ia menutupi tempat yang diarah biji kurma
dengan ujung pedang patah.
Cuma untuk melenyapkan suara benturan, maka ia
sengaja menjerit agar orang lain tidak memperhatikan suara
benturan biji kurma dan pedang patah. Ternyata akal Ui Yong
benar-benar dapat mengelabui Kiu Jian-jio, bahkan juga Bu
Sam-thong dan lain-lain. Tapi sebabnya Ui Yong tidak sampai
terluka sesungguhnya juga sebagian besar berkat kepandaian
ilmu silatnya di samping sebagian kemujurannya.
Cuma dia sengaja berlagak terluka parah, dengan
demikian dapat mengurangi rasa gusar Kiu Jian-jio di samping
menjaga kehormatannya sebagai Kokcu. Tapi sekarang biji
kurma ketiga itu menyamber tenggorokannya, kalau angkat
lengan baju dan menangisnya dengan kutungan pedang yang
tersembunyi di balik lengan baju itu tentu rahasianya ini akan
diketahui Kiu Jian-jio dan itu berarti dirinya telah melanggar
janji.
Dalam keadaan kepepet, terpaksa ia menyerempet
bahaya, kedua dengkul sedikit bertekuk sehingga biji kurma
yang menyambar. tiba itu tepat tertuju mulutnya, Sekuatnya
Ui Yong menghimpun tenaga murni di dalam perut, sekali
mulutnya terbuka, segera ia mendahului menyemburkan hawa
murni, ia tahu samberan biji kurma lawan yang hebat itu juga
bergantung pada hawa murni yang disemburkan Kiu Jian-jio
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu, kalau hawa lawan hawa, jarak musuh lebih jauh dan
dirinya lebih dekat, hal ini sangat menguntungkan pihaknya,
sekalipun biji kurma itu tidak disembur jatuh sedikitnya juga
akan mengurangi daya luncurnya.
Tak tahunya selama ber-tahun-tahun Kiu Jian-jio
terkurung di gua bawah tanah, karena kelumpuhan anggota
badan, setiap hari dia cuma berlatih ilmu menyembur biji
kurma itu tanpa terganggu urusan lain, maka daya bidiknya
menjadi kuat luar biasa, sedangkan Ui Yong sudah cukup
banyak melahirkan, mesti melayani suami dan mendidik
murid, dengan sendirinya kekuatannya tidak sehebat Kiu Jianjio
itu. Sebab itulah ketika hawa murni disemburkan daya
luncur biji kurma itu memang teralang sedikit hingga rada
lambat, namun kekuatan menyambernya masih tetap dahsyat.
Keruan Ui Yong terkesiap, dalam pada itu Biji kurma itu
sudah menyambar tiba di depan bibirnya, dalam detik yang
menentukan ini,tiada jalan lain terpaksa ia membuka mulut,
biji kurma itu digigit-nya mentah-mentah. Tentu saja giginya
tergetar kesakitan dan tergetar mundur dua- tiga tindak.
Kalau tadi dia berpura-pura tergetar mundur, sekali ini dia
benar tergetar mundur karena daya luncur senjata rahasia
yang dahsyat itu. Untung juga dia dapat bertindak menurut
keadaan dan cepat luar biasa, kalau tidak beberapa giginya
pasti akan rontok tergetar oleh biji kurma yang lihay itu.
Semua orang sama menjerit, serentak merekapun
merubung maju. Ketika Ui Yong mendongak, "berr", biji kurma
yang digigitnya itu disemprotkan ke atas dan menancap di
belandar, lalu katanya dengan mengernyit kening: "Kiu-kokcu,
setelah menerima tiga kali seranganmu ini, jiwaku sudah
mendekat ajalnya, hendak lah kau menepati janji dan
memberi obatnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiu Jian-jio juga kaget melihat Ui Yong mampu mengigit
biji kurmanya yang menyamber dengan dahsyat itu. ia melirik
Lik-oh dan membatin:
"Anakku sendiri terkena racun bunga cinta itu, jangankan
si Nyo Ko menolak mengawini anakku, sekalipun dia menjadi
menantuku juga setengah biji obat ini takkan kuberikan
padanya."
Padahal dengan jelas kedua biji buah kurma yang
disemburkan itu tepat mengenai tubuh Ui Yong, mengapa dia
tidak roboh. Namun janji sudah diberikan dan didengar orang
banyak, betapa dirinya tidak boleh ingkar janji, Tapi segera ia
mendapat akal, katanya: "Kwe-hujin, meski kita berdua samasama
perempuan, tapi setiap tindakan, kita harus dapat
dipercaya sebagaimana kaum lelaki. Kau telah menerima tiga
kali seranganku, sungguh aku sangat kagum, obat akan
kuberikan padamu, cuma sebentar nanti aku ada urusan lagi,
mohon kalian suka memberi bantuan."
Kwe Hu menyangka ibunya benar-benar terkena senjata
rahasia orang, segera ia berteriak: " jika ibuku terluka, berama2
kami pasti akan melabrak kau." Habis ini ia terus,
bertanya pada ibunya: "Bagaimana, tubuh ibu yang terkena
serangan itu?"
Ui Yong tidak menjawab, sebaliknya ia berkata kepada Kiu
Jian-jio: "Ucapan anak muda, hendaknya Kokcu jangan
hiraukan. Betapapun siaumoay pasti akan pegang janji dan
tentu akan membantu Kokcu menghalau musuh, sekarang
mohon memberikan obatnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Suara Ui Yong itu nyaring dan bertenaga, sama sekali
tidak menyerupai orang yang terluka dalam, maka legalah hati
Bu Sam-thong dan lain-lain, Hal ini juga dapat dilihat Kiu Jianjio,
ia menjadi ragu-ragu, pikirnya: "Dia memiliki kemampuan
sehebat ini, andaikan aku hendak ingkar janji juga tidak
mudah, terpaksa harus kuhadapi dengan muslihat."
"Baiklah," demikian kata Kiu Jian-jio kemudian. Lalu ia
berpaling dan memanggil puterinya: "Anak Oh, coba sini, ingin
kukatakan sesuatu."
Selama hidup Ui Yong sudah banyak menghadapi
manusia-sia licik dan licin, sorot mata Kiu Jian-jio yang
bertingkah itu tentu saja tak terlolos dari pengamatannya, ia
tahu orang pasti tidak mau menyerahkan obatnya begitu saja,
cuma cara bagaimana orang akan memberi alasan, seketika ia
belum dapat menerkanya.
Didengarnya Kiu Jian-jio sedang berkata kepada Lik-Oh:
"Coba buka ubin di depan sana, ubin kelima dihitung mulai
dari depanku ini."
Lik-Oh sangat heran, apakah mungkin Coat-ceng-tan itu
disembunyikan di bawah ubin? Ui Yong lantas paham
urusannya dan diam-diam memuji kecerdikan Kiu Jian-jio,
Betapa berharganya Coat-ceng-tan itu sudah jelas karena
tidak sedikit orang yang sedang diincarnya.
Kalau obat itu disembunyikan di tempat yang setiap hari
didatangi orang, hal ini justeru takkan terduga oleh siapapun
juga, selain itu obat yang tersimpan di bawah ubin ini pastilah
obat tulen, tidak mungkin Kiu Jian-jio menyembunyikan obat
palsu di situ sebab sebelumnya takkan diketahui bahwa
persoalannya akan berkembang seperti sekarang ini, kalau Kiu
Jian-jio menyuruh orang mengambil obat ke kamarnya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
betapapun Ui Yong sukar memastikan apakah obat itu
memang tulen atau palsu. Tapi sekarang obat itu dikeluarkan
di depan orang banyak, maka ketulenan obat itu tidak perlu
disangsikan lagi.
Begitulah setelah menghitung sampai ubin kelima, Lik-oh
lantas mengeluarkan sebilah belati dan menyungkil ubin
tersebut, dibawah ubin hanya pasir campur kapur belaka dan
tiada sesuatu tanda yang aneh.
"Tempat penyimpanan obat itu sangat dirahasiakan dan
tidak boleh diketahui orang luar, anak Oh, coba kemari, ingin
kubisiki kau, K kata Kiu Jian-jio pula.
Segera Ui Yong mengetahui akal bulus Kiu Jian-jio itu,
tentu ada sesuatu muslihat yang akan diaturnya, Segera ia
berlagak menjerit sakit sambil menungging, ia pura-pura
kesakitan agar mengurangi kewaspadaan Kiu Jian-jio, dengan
begitu akan mudah meraba maksud tujuannya yang
sesungguhnya.
Tak terduga bahwa Kiu Jian-jio juga sudah memikirkan hal
ini, ia sengaja membisiki Lik-oh, dengan suara lirih, biarpun Ui
Yong mengikuti dengan penuh perhatian juga cuma terdengar
kata-kata, "Coat-ceng-tan itu berada di bawah ubin", selain itu
tiada terdengar apa-apa lagi.
Tentu saja kata-kata yang didengarnya itu tidak
mengherankan dia karena sebelumnya sudah diketahui tempat
penyimpanan obat itu, cuma sesudah kalimat itu, lalu bibir Kiu
Jian jio hanya kelihatan bergerak sedikit, suaranya teramat
lirih dan tidak terdengar Tertampak Lik-oh mengernyitkan
kening dan berulang-ulang mengangguk.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selagi gelisah menghadapi detik yang gawat ini" tiba-tiba
terdengar It-teng Taysu berseru: "Coba ke sini, Yong-ji, ingin
kuperiksa keadaan lukamu?"
Waktu Ui Yong berpaling, dilihatnya It-teng berduduk di
pojok sana dengan wajah penuh prihatin ia pikir setelah paderi
agung itu memegang nadinya tentu akan tahu dirinya sama
sekali tidak terluka Segera ia mendekat ke sana dan
mengulurkan tangannya.
Sambil memegang nadi Ui Yong, pelahan It-teng Taysu
menyebut "O-mi-to-hud .... kata si nenek O-mi to-hud ....
bahwa di situ ada dua botol... O-mi-to-hud botol sebelah timur
berisi obat tulen... O mi-to-hud... botol sebelah barat berisi
obat palsu dan O mi-to-hud... ia suruh puterinya mengambil
obat palsu untukmu... 0-mi-to-hud" Waktu menyebut 0-mi-tohud
suaranya sengaja dikeraskan, tapi ketika mengatakan soal
obat itu suaranya sengaja dilirihkan hingga hampir tak
terdengar. Betapa cerdiknya Ui Yong, begitu mendengar
kalimat "kata si nenck" segera ia paham maksudnya.
Rupanya Lwekang It-teng Taysu sudah mencapai
tingkatan tertinggi mata telinganya jauh lebih tajam daripada
orang lain, Maka kata-kata Kiu Jian- jio yang dibisikkan kepada
puterinya itu dapat diikuti It-teng Taysu dengan jelas, ia tahu
obat itu menyangkut keselamatan jiwa Nyo Ko, maka lantas
diberitahukannya kepada Ui Yong.
Sudah tentu Kiu Jian-jio tidak menduga bahwa rahasianya
itu dapat diketahui oleh lawan, disangkanya Hwesio tua itu
benar-benar lagi memeriksa keadaan- luka Ui Yong.
Dalam pada itu, setelah mendengarkan pesan sang ibu,
kemudian Kongsun Lik-oh mulai mengeruk tanah di bawah
ubin yang dicungkilnya tadi, benar saja tangannya menyentuh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dua buah botol kecil di situ, Diam-diam sedih perasaannya, ia
sudah bertekad akan mengambil obat yang tulen untuk
menolong Nyo Ko, hanya usahanya yang baik ini entah
diketahui tidak oleh anak muda itu.
Segera ia keluarkan botol obat yang sebelah kanan dan
berseru. "lnilah Coat-ceng-tan, ibu!" Karena dia yang merogoh
tanah di bawah ubin itu maka hanya dia sendiri yang tahu
bahwa yang di ambilnya itu adalah botol sebelah kanan yang
berisi obat tulen, sedangkan Kiu Jian-jio dan Ui Yong mengira
botol yang dikeluarkan itu adalah botol sebelah kiri.
Baik botol yang berisi obat tulen maupun botol yang berisi
obat palsu berbentuk dan berwarna putih porselen sama,
setengah biji obat yang terisi itu juga serupa, kalau Kiu Jian-jio
tidak mencobanya dengan lidah juga sukar membedakan tulen
atau palsu.
Menurut keyakinan Kiu Jian-jio, betapapun Kongsun Lik-oh
pasti akan mengeluarkan botol berisi obat palsu untuk Nyo Ko
dan obat tulen akan ditinggalkan untuk menyelamatkan
dirinya senditi. Karena jiwanya yang jahat, ia nilai orang lain
seperti dirinya sendiri, Sama sekali tak dipahaminya bahwa di
dunia ini ada orang yang rela mengorbankan diri sendiri untuk
menolong orang lain.
"Berikan obat itu kepada Kwe-hujin," demikian kata Kiujian-
jio.
Kongsun Lik-oh mengiakan sambil mendekati Ui Yong.
Lebih dulu Ui Yong memberi hormat kepada Kiu-Jian-jio dan
mengucapkan terima kasih. Di dalam hati ia pikir setelah
mengetahui tempat obat tulen itu disimpan, tentu tidak sukar
untuk mencurinya nanti.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selagi dia hendak menerima botol obat dari Lik-oh,
sekonyong-konyong atap rumah berbangkit suara gemuruh
disertai hamburan debu pasir, seketika atap rumah berlubang
dan dari atas udara melompat turun seorang, serentak botol
obat yang dipegang Kongsun Lik-oh terus direbutnya.
"Ayah!" Lik-oh menjerit kaget laksana orang melihat hantu
di siang bolong.
Melihat perubahan air muka Kongsun Lik-oh yang kaget
dan cemas itu, Ui Yong menjadi terkesiap pikirnya: "Jelas obat
yang direbut Kongsun Ci itu adalah palsu, mengapa ini perlu
merasa cemas?"
Pada saat itulah pintu gerbang ruangan pendopo itupun
bergemuruh didobrak orang sehingga api lilin ikut bergetar
dan menambah seramnya suasana, setelah terdengar lagi
suara "blang-blang" dua kaii, palang pintu mendadak patah
dan terpental hingga merusak dua buah bangku porselen,
menyusul daun pintu lantas terbentang dan masuklah seorang
lelaki dan 3 perempuan.
Yang lelaki adalah Nyo Ko dan yang perempuan adalah
Siao-Iiong-li, Thia Eng dan Liok Bu-siang.
"Nyo-toato, .". ." tanpa terasa Lik-oh berseru
menyongsong kedatangan Nyo Ko, tapi segera ia merasa
kurang pantas tindakannya itu dan urung bicara lebih lanjut,
langkahnya juga lantas berhenti.
Sejak tadi Ui Yong- terus memperhatikan sikap dan mimik
wajah Kongsun Lik-oh, dari tatapan si nona terhadap Nyo Ko
yang penuh rasa cinta serta kuatir itu, segera hati Ui Vong
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tergerak, pahamlah dia duduknya perkara, Pikirnya: "Ai, sudah
menjadi ibu tiga anak masakah belum kupahami perasaan
anak gadis, ibu nona Kongsun itu menyuruh dia memberikan
obat palsu kepadaku, tapi dia kesemsem pada Ko ji, maka
obat yang dia serahkan ini adalah obat tulen, Jadi obat yang
baru direbut si tua bangka Kongsun Ci itu adalah Coat-ceng
tan asli, tentu saja nona itu sangat cemas dan bingung"
Kiranya waktu Nyo Ko dan Siao-liong-li hendak kembali ke
ruangan pendopo, mendadak mereka bertemu dengan Thia
Eng dan Liok Bu-siang. Melihat Thia Eng yang manis itu
sangat lemah Iembut, Siao-liong-li menjadi sangat suka
padanya,segera mereka terlibat dalam percakapan yang
mengasyikkan, sedangkan Liok Bu-siang lantas ngobrol
dengan Nyo Ko tentang pertarungannya dengan Kwe Hu tadi
serta bercerita cara bagaimana dia telah mengolok-olok Kwe
Hu dan Thia Eng telah mengalahkannya.
Sifat Liok Bu-siang periang dan lincah, sejak kenal Nyo Ko,
walaupun diam-diam benih cintanya ber-semi, tapi mulutnya
selalu menyebut Nyo Ko sebagai "si Tolol" sebaliknya Nyo Ko
juga suka berkelakar, iapun tetap menggoda Bu-siang dengan
sebutan "bini cilik", Mereka mengobrol dengan gembira,
sedangkan Siao-liong-li dan Thia Eng yang memang pendiam
hanya bicara sebentar saja lantas kehabisan bahan cerita.
"Nyo toako, bagaimana keadaanmu sekarang?" sela Thia
Eng suatu ketika.
"O, tidak apa-apa," jawab Nyo Ko. "Kwe-hujin banyak tipu
akalnya, tentu beliau dapat mencarikan obat mujarab bagiku.
Yang kukuatirkan justeru adalah lukanya."
Sambil berkata iapun menuding Siao-liong-li..
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Thia Eng dan Bu-siang sama terkejut dan tanya
berbareng: "He, jadi Liong cici juga terluka? Mengapa kami
tidak melihat sesuatu tanda apa-apa"
"Ah, tidak apa-apa," ujar SiaoIiong-li dengan tersenyum,
"Dengan tenaga dalam kutahan kadar racunnya agar tidak
bekerta, dalam beberapa hari saja kukira tidak beralangan."
"Racun apakah? Memangnya juga racun bunga cinta- itu?"
tanya Busiang.
"Bukan," jawab Siao iiong-li, "racun Pengpok-gin-ciam Lisuciku."
"O, kiranya perbuatan si iblis Li Bok-chiu lagi," kata Busiang.
"Nyo-toako, bukankah engkau pernah membaca kitab
pusakanya mengenai lima macam racun paling jahat itu?
Biarpun lihay racun jarumnya kan tidak sulit untuk
disembuhkan?"
Nyo Ko menghela napas, katanya: "Tapi kadar racun jarum
itu sudah meresap ke ulu hati dan sukar disembuhkan dengan
pengobatan biasa." Lalu iapun menceritakan cara bagaimana
dia sedang mengobati Siao-liong-li dan mendadak Kwe Hu
datang dan keliru menyerangnya dengan jarum berbisa itu.
Dengan gemas Bu siang menghantam batu dengan
telapak tangannya dan berseru: "Kembali perbuatan anak she
Kwe yang sok menang sendiri itu, Piauci, betapapun kita harus
bikin perhitungan dengan dia, Memangnya kenapa kalau ayahibunya
adalah pendekar besar jaman kini?"
"Urusan inipun tak dapat menyalahkan dia, malahan
berbeda dengan terbuntungnya lengannya," kata Siao-1iongTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
1i. "Nanti kalau paderi sakti Thian-tiok itu sudah mendusin,
beliau pasti mampu mengobati diriku."
"He, siapakah paderi Thian-tiok yang kau maksud?
Mengapa mesti menunggu dia mendusin? Apakah dia sedang
tidur?" tanya Bu-siang heran.
"Ya, katakanlah dia sedang "tidur, harus tidur tiga hari tiga
malam," ujar Nyo Ko dengan ter-senyum, ia kuatir rahasia
paderi Thian-tiok yang menggunakan tubuh sendiri sebagai
kelinci percobaan untuk menyelidiki kadar racun bunga cinta
didengar musuh, maka ia pikir urusan ini belum perlu
diceritakan kepada Bu-siang.
Pada saat itulah tiba-tiba dari kejauhan sana ada suara
tindakan orang. Cepat Nyo Ko mendesis: "Ssst, jangan
bersuara ada orang datang-"
Ucapan Nyo Ko sangat lirih, tapi orang di kejauhan itu
agaknya juga sangat tajam pendengarannya, seketika
langkahnya juga berhenti Selang sejenak barulah terdengar
pula suara tindaknya, cuma sekarang telah berubah arah,
yang dituju adalah tempat sembunyi paderi Thian-tiok dan Cu
Cu-Iiu itu.
"Wah, celakai Musuh hendak merunduk Cu susiok berdua,"
kata Siao-liong-li dengan suara tertahan.
"Ssst, jangan bersuara!" desis Nyo Ko. "Coba kita kuntit
dia."
Pada saat itu juga tiba-tiba semak-semak pohon di
belakang mereka ada suara kresekan pelahan, agaknya ada
orang lagi sembunyi di situ.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Di mana-mana ada tikus dan celurut!" ujar Bu-siang
sambil pungut sepotong batu kecil terus disambitkan ke
tempat suara herkeresekan itu. Tak terduga batu yang jatuh
ke tengah-tengah semak pohon itu ternyata tidak menerbitkan
suara, jelas karena ditangkap orang dengan tangan.
"Piauci, coba kita periksa siapa yang sembunyi di situ?"
ajak Bu-siang.
Sementara itu Nyo Ko dan Siao liong-li berdua sudah jauh
berlari ke sana, cepat Thia Eng menarik Bu-siang dan
mendesis: "Marilah ikuti Nyo-toako saja, jalanan di sini sangat
ruwet, jangan sampai kita terpencar."
Segera Bu-siang percepat langkahnya sambil berbisik:
"Yang sembunyi di semak-semak sana jangan-jangan Li Bokcbiu."
"Dari mana kau tahu?" tanya Thia Eng.
"Sejak kecil ku tinggal bersama dia, kukenal bau-nya,"
tutur Bu-siang.
Thia Eng terkejut dan melangkah terlebih cepat, ia tahu
mereka berdua sama sekali bukan tandingan Li Bok chiu,
namun iblis itu sudah keracunan duri bunga cinta, diharap saja
ajalnya sudah dekat.
Kaki Bu-siang pincang sebelah, kepandaian larinya jauh
dibandingkan sang Piauci, berkat bantuan Thia Eng barulah ia
dapat menyusul di belakang Nyo Ko dan Siao-liong-Ii. Di
bawah cahaya bulan sabit yang remang-remang, tampaknya
Nya Ko berdua sedang menguntit seorang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Orang itu berjalan melingkar ke sana dan membelok ke
situ, agaknya sangat apal jalanan di Coat-ceng-kok ini. Setelah
berputar beberapa kali, mendadak orang itu lenyap entah
kemana.
Nyo Ko berdua lantas berhenti dan menunggu Thia Eng
dan Bu-siang, sesudah dekat, anak muda itu memberitahu:
"Kongsun Ci telah pulang lagi ke sini, entah muslihat keji apa
yang hendak dilakukannya?"
Thia Eng berdua belum pernah kenal Kongsun Ci, maka
tidak tahu seluk beluk orang, sedangkan pikiran Siao-liong-Ii
polos dan sederhana, dengan sendirinya iapun tidak dapat
menerka apa maksud tujuan manusia licin macam Kongsun Ci.
Setelah berpikir sejcnak, kemudian Nyo Ko berkata pula:
"Entah bagaimana Kwe-hujin dan It-teng Taysu sedang
menghadapi Hwesio gila itu, marilah kita ke sana melihatnya."
Begitulah mereka lantas mencari jalan kembali ke pendopo
itu, kira-kira belasan tombak, di luar pen-dopo, tiba-tiba
terlibat bayangan orang berkelebat di atas wuwungan,
menyusul itu terdengarlah suara gemuruh yang keras,
Kongsun Ci telah membobol atap rumah dan melompat ke
bawah.
"Celaka!" keluh Nyo Ko, ia kuatir di bawah lubang atap
yang bobol itu oleh Kongsun Ci telah dipasang jaring berkait
untuk memancing dirinya masuk ke situ. Karena itulah ia
lantas keluarkan Hian-tiat-pokiam dan membobol pintu
pendopo dan menerjang masuk.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitu berada di dalam, dilihatnya tangan kiri Kongsun Ci
sudah memegang sebuah botol porselen kecil, tangan lain
memutar golok menghadapi kerubutan orang dengan sikap
jumawa, rupanya Kongsun Ci bergirang telah berhasil merebut
Coat ceng-tan, kerubutan orang banyak itu dianggapnya soal
kecil, andaikan kewalahan juga dia yakin mampu melarikan
diri.
Tapi sebelum ia angkat kaki, mendadak dilihatnya Nyo Ko
membobol pintu dan menerjang masuk, betapa lihaynya
sungguh jauh berbeda dari pada ketika saling bergebrak
sebulan yang lalu, ia tidak berani menghadapi anak muda itu,
segera ia meloncat ke atas deagan maksud menerobos keluar
melalui lubang atap yang diboboinya tadi, ia pikir urusan
paling penting sekarang adalah mengantar Coatceng-tan
kepada Li Bok-chiu, soal membunuh Kiu Jian-jio dan rebut
kembali Coat-ceng-kok adalah urusan lain hari dan tidak perlu
tergesa-gesa.
Namun baru tubuhnya mengapung ke atas, tahu-tahu Ui
Yong telah menyamber pentung bambunya yang dibuangnya
tadi terus ikut meloncat ke atas, sekali pentungnya berputar,
segera ia sabet kedua kaki orang.
Kiu Jian-jio juga tidak tinggal diam. "Bangsat!" bentaknya
murka, "ser-ser", susul menyusul dua biji buah kurma juga
lantas disemburkan mengarah perut Kongsun Ci.
Waktu Kongsun Ci melompat ke atas iapun sudah
menduga bekas isterinya itu pasti akan menyerangnya, maka
cepat goloknya menyampuk jatuh satu biji buah kurma itu dan
daya loncatnya itu tetap mengapung ke atas, dalam pada itu
dilihatnya biji buah kurma kedua sudah menyamber tiba pula,
sedangkan goloknya sudah disampukkan dan belum sempat
ditarik kembali untuk menangkis lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebagian besar kepandaian Kongsun Ci adalah ajaran Kiu
Jian-jio, apa lagi sebelah matanya belum lama dibutakan
istrinya itu, tentu saja ia terkejut melihat serangan tiba pula.
Dalam keadaan kepepet, agar perutnya tidak beriubang,
terpaksa ia miringkan tubuh dan membiarkan pahanya
tersambit biji kurma itu jika memang sukar dihindari pula.
Tak terduga cara Kiu Jian-jio menyemburkan biji kurmanya
ini selain membawa gaya yang indah juga amat keji
tujuannya, tampaknya biji kurma itu menuju Kongsun Ci, tapi
ketika sudah dekat mendadak biji kurma itu berganti haluan
dan menyambar ke arah Ui Yong malah.
Sudah tentu siapapun tidak menyangka senjata rahasia
yang sudah jelas menyambar ke arah Kong-sun Ci itu
mendadak bisa berubah sasaran, sampai orang yang maha
cerdik seperti Ui Yong juga sama sekali tidak menduganya,
ketika tahu apa yang terjadi dan ingin mengelak. namun
sudah terlambat.
Untung juga Ui Yong dapat memberi reaksi yang cepat,
waktu itu iapun teiapung di udara, maka se-kuatnya ia bikin
berat tubuhnya dan anjlok secepatnya ke bawah, namun tidak
urung biji kurma itupun menancap di bahu kanannya.
Meski berhasil mengelakkan tempat yang mematikan
namun kekuatan sambitan Kiu Jian-jio sungguh dahsyat, Ui
Yong merasakan sekujur badannya tergetar, tangan menjadi
lemas, pentung bambu itupun jatuh ke lantai.
Sejak dia menjabat ketua Kaypang dan menerima pentung
penggebuk anjing itu dari Ang Jit-kong, walaupun tidak setiap
pertempuran dimenangkan olehnya, tapi pentung itu sampai
terlepas dari cekalan boleh dikatakan baru pertama kali ini
terjadi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat Ui Yong rada sempoyongan seperti terluka, Bu
Sam-thong, Kwe Hu dan lain-lain menyangka dia sengaja
berbuat demikian, maka tidak menjadi kuatir seperti tadi
waktu dia pura-pura terluka, Namun Nyo Ko dapat
menyaksikan apa yang terjadi se-sungguhnya, cepat ia
memburu maju dan mengambilkan pentung bambu dan
diserahkan kembali kepada Ui Yong berbareng pedangnya
yang berat itu terus menabas ke kiri dengan membawa
samberan angin yang dahsyat Belum lagi Kongsun Ci sempat
menggunakan goloknya, lebih dulu ia telah tergetar mundur
tiga tindak.
Keruan Kongsun Ci terkejut, tak terpikir olehnya bahwa
selang sebulan lebih saja bocah she Nyo ini sudah buntung
sebelah tangannya, namun ilmu silatnya ternyata bertambah
sepesat ini, Waktu ia melirik ke sana, dilihatnya air muka Kiu
Jian-jio putih pucat, jelas bekas isterinya itupun melengak
kaget melihat ilmu silat Nyo Ko yang hebat itu.
Sementara itu Kongsun Lik-oh berdiri diantara ayah dan
ibu nya, biasanya dia sangat takut kepada sang ayah,
selamanya dia tak berani membantah sepatah-kata, tapi sejak
mendengar percakapan sang ayah dengan Li Bok-chiu di
puncak gunung itu, diam-diam ia merasa sakit hati, ia pikir
betapapun buasnya binatang juga tidak makan anaknya
sendiri, tapi sang ayah ternyata sampai hati mencelakai
puterinya sendiri demi seorang perempuan yang baru
dikenalnya, terang tiada lagi perasaan kasih sayang seorang
ayah kepada anaknya.
Mengingat dirinya sudah bertekad untuk mati, rasa
takutnya seketika lenyap, segera ia mendekati Kongsun Ci
selangkah dan berseru: "Ayah, dahulu kau telah membikin
cacat dan menjebloskan dia ke gua di bawah tanah, kekejian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu jarang ada bandingannya di dunia ini. Malam ini di Coatcenghong
sana engkau telah bicara apa dengan Li Bok chiu?"
Kongsun Ci terkesiap, dia bicara dengan Li Bok-chiu di
tempat terpencil dan sunyi sepi, sama sekali tak tersangka ada
orang dapat mendengarnya. Biarpun dia orang yang keji dan
kejam, tapi merencanakan kejahatan terhadap puterinya
betapapun membuatnya kikuk, apalagi Lik-oh membongkar
rahasianya itu di depan umum, keruan air mukanya berubah,
ia menjawab dengan tergagap: "Aku... aku tidak bicara apaapa"
"Engkau hendak mencelakai puterinya sendiri untuk
membaiki seorang yang baru kau kenal," kata Lik-oh hambar,
"Sebagai puterimu, kalau engkau menghendaki kematianku
sebenarnya juga tak kan kulawan. Tapi Coat-ceng-tan yang
kau- ambil itu sudah dijanjikan ibu akan diberikan padaku,
sekarang kembalikan saja padaku."
Berbareng ia melangkah maju dan menyodorkan
tangannya.
Cepat Kongsun Ci menarik tangan dan memasukkan botol
kecil itu ke dalam bajunya, lalu menjengek "Hm, kalian ibu
dan anak lebih suka membela orang luar, yang satu durhaka
kepada suami, yang lain mengkhianati ayah sendiri, semuanya
bukan manusia baik-baik, biarlah sekarang takkan kurecoki
kalian, kelak kalau datang ganjaran setimpal barulah kalian
tahu rasa."
Habis berkata, begitu golok dan pedangnya saling bentur
dan mengeluarkan suara mendengung, segera ia menerjang
keluar dengan langkah Iebar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko tidak paham seIuk beluk damperatan Kongsun Likoh
kepada ayahnya tadi, tapi segera ia mengadang kepergian
Kongsun Ci, lalu berkata kepada Lik-oh: "Nona Kongsun, aku
ingin bertanya sesuatu padamu."
Mendengar ucapan anak muda ilu, serentak timbul rasa
duka dan sesal diri dalam benak Kongsun Lik-oh, pikirnya:
"Soal usahaku dengan matian mengambilkan obat baginya se
kali2 jangan sampai diketahui olehnya. Kelak namanya akan
termashur di dunia ini dan pasti takkan ingat lagi kepada
perempuan macam diriku yang bernasib malang ini, buat apa
membikin dia menyesal atas tindakanku ini?" - Maka dengan
suara pelahan ia menjawab:
"Apa yang hendak ditanyakan Nyo toako?"
"Baru saja kau mengatakan ayahmu hendak mencelakai
kau demi membaiki seorang perempuan yang baru dikenalnya,
siapakah gerangan perempuan itu? Mengapa bisa terjadi
begitu, sudikah kau menjelaskan?" kata Nyo Ko.
"Perempuan itu ialah Li Bok-chiu, mengenai duduk
perkaranya..." Lik-oh merandek, lalu menyambung: "Meski
aku diperlakukan secara begini oleh ayah, betapapun dia
adalah ayahku sendiri, urusan ini tidak pantas kuceritakan..."
"Anak Oh, hayo bicaralah!" mendadak Kiu Jian jio
berteriak. "Kalau berani berbuat, mengapa kau tidak berani
bicara?"
Lik-oh menggeleng dan berkata pula dengan suara lemah:
"Nyo-toako. setengah biji Coat-ceng-tan itu berada di botol
yang drebut ayahku itu. O, aku... aku adalah anak yang tidak
berbakti pada orang tua."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sampai di sini ia tidak tahan lagi, ia membalik tubuh
sambil menangis dan berjari ke arah Kiu Jian-jio seraya
beiseru: "O, ibu!"
"
Ucapan "aku adalah anak tidak berbakti ke pada orang
tua" bagi pendengaran Kiu Jian-jio seakan-akan Lik-oh merasa
berani membangkang dan me--lawan sang ayah, padahal
yang dimaksud Lik-oh sesungguhnya ada'ah karena dia tidak
taat kepada perintah sang ibu.
Semua orang dapat dikelabuhi oleh ucapan Lik-oh itu,
hanya Ui Yong seorang saja yang paham arti sesungguhnya.
Dalam pada itu diam-diam Kongsun Ci bersyukur bahwa Ui
Yong telah kena serangan biji kurma Kiu Jian-jio, ia berharap
kedua pihak akan terjadi pertarungan sengit dengan begitu
dirinya dapat menarik keuntungan dan sempat pula
meloloskan diri.
Dengan berlagak tertawa ia lantas berseru: "Bagus, bagus!
Tidak percuma ayah sayang kepadamu, puteriku sayang! Kau
dan ibumu jaga saja di situ, kita harus melabrak semua orang
yang berani menerobos ke Coat-ceng-kok kita ini, seorangpun
tidak boleh kabur." Habis berkata mendadak ia menerjang ke
arah Ui Yong yang bersandar pada kursi itu.
Cepat Kwe Hu mengacungkan pedangnya untuk membela
sang ibu, Yalu Ce berdiri di sampingnya, pedangnya telah
dipinjamkan kepada Kwe Hu, segera ia menyerang dari
samping dengan bertangan kosong.
Kongsun Ci melirik sekejap dan membatin:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Buset, sudah bosan hidup barangkali bocah ini, berani
menempur aku dengan bertangan kosong?" Sekali goloknya
menabas, ia desak mundur Yalu Ce, berbareng itu pedangnya
yang lentik berwarna hitam itu terus menusuk tenggorokan
Kwe Hu.
Tanpa pikir Kwe Hu menangkis dengan pedangnya. "Awas,
anak Hu!" seru Ui Yong kuatir, Maka terdengarlah suara
"creng" sekali, pedang Kwe Hu terkutung, malahan pedang
Kongsun Ci itu tidak latas berhenti melainkan terus memotong
ke leher Kwe Hu.
Ui Yong menjadi cemas, ia tahu sampai di mana
kepandaian puterinya itu, menghadapi detik berbahaya begini
percumalah tipu akal yang dimilikinya, sama sekali ia tak
berdaya menolongnya.
Pada saat itulah sekonyong-konyong Liok Bu-siang
berteriak: "Tangkis dengan tangan kanan!"
Karena jiwanya terancam, serangan musuh begitu cepat
datangnya dan sukar mengelak, Kwe Hu tidak sempat
membedakan lagi suara siapa yang berteriak padanya itu,
tanpa terasa ia menurut dan angkat lengan untuk menangkis
serangan maut itu.
"Piaumoay, mengapa kau..." bentak Thia Eng.
Ia tahu Bu-siang benci pada Kwe Hu telah membuntungi
lengan Nyo Ko, maka sekarang ia sengaja membingungkan
Kwe Hu agar menangkis serangan Kongsun Ci dengan lengan
agar sebelah lengannya juga terbuntung.
Thia Eng berbudi halus, meski iapun sedih oleh
buntungnya lengan Nyo Ko dan menganggap perbuatan Kwe
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hu keterlaluan, tapi sama sekali tak pernah timbul pikirannya
agar Kwe Hu menebus dosanya dengan sebelah lengannya.
Sebab itulah ia merasa maksud tujuan seruan Bu-siang
tadi terlalu kejam dan cepat berseru mence-gahnya. Namun
sudah terlambat, pedang Kongsun Ci sudh menyamber ke
lengan Kwe Hu.
"Cret",lengan baju Kwe Hu tergores robek pan-jang,
berbareng itu iapun tergetar sempoyongan dan jatuh
kesamping, Tapi aneh juga, lengannya ternyata tidak tertabas
putus, bahkan darahpun tidak mengucur. Karuan Thia Eng dan
Bu-siang melongo heran, bahkan Kiu Jian jio dan Kongsun Ci
juga terperanjat.
Segera pula Kwe Hu dapat berdiri tegak lagi, ia sangat
berterima kasih kepada Liok Bu-siang.
Dasarnya dia memang seorang nona yang berpikir secara
sederhana, ia mengira seruan Bu-siang tadi bermaksud baik
untuk menolongnya maka tanpa pikir ia berkata: "Terima kasih
atat petunjuk Cici, cuma darimana engkau tahu..."
Nyo Ko pernah tinggal di Tho-hoa-to, ia tahu Ui Yong
mempunyai jaket pusaka "Nui-wi-kah" (jaket duri landak) yang
tidak mempan ditabas senjata tajam, maka ia tahu bisanya
Kwe Hu menyelamatkan lengannya adalah berkat jaket
pusakanya, ia dengar nona itu bertanya "darimana engkau -
tahu...." dan seterusnya tentu adalah "aku memakai jaket
pusaka?", jika kata-kata itu diucapkan berarti rahasia jaket
pusaka itu akan diketahui Kongsun Ci.
Padahal saat itu kelihatan Kongsun Ci dan Kiu Jian jio
saling pandang sekejap dengan heran dan terperanjat Maka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
cepat ia berkata: "Hehe, Kong-sun-siansing, masakah kau
tidak kenal nona kita ini?"
Sudah tentu Kongsun Ci sudah diberitahu sekadarnya oleh
Li Bok-chiu mengenai orang-orang yang menyatroni Coatceng-
kok ini, meski sudah tahu siapa Kwe Hu, tapi ia tidak
mau kalah pamor, dengan dingin ia sengaja menjawab: "Huh,
anak dara sekecil itu mana kutahu dia siapa?"
"Nona kita ini adalah puteri kesayangan Kwe Cing, Kwethayhiap,
cucu perempuan Tho-hoa-tocu Ui Yok-su, dia
memiliki ilmu kekebalan khas ajaran keluarganya yang tidak
mempan dibacok segala macam senjata tajam, pedangmu
yang mirip besi tua itu tentu saja tidak dapat melukai dia."
"Huh, tadi aku tidak menyerang sungguh-sungguh,
memangnya kau kira aku tidak mampu melukai dia?" jawab
Kongsun Ci dengan gusar, berbareng pedangnya yang hitam
itu disendalnya pelahan hingga mengeluarkan suara
mendengung.
Setelah lolos dari serangan maut musuh, diam-diam ia
berterima kasih kepada Bu-siang, ia pikir untung Liok-cici ini
memperingatkan, kalau tidak mungkin jiwaku sudah
melayang, tampaknya hati Liok-cici ini sebenarnya baik
walaupun kata-katanya tajam dan suka menyindir
Dilihatnya Kongsun Ci sedang menjawab ucapan Nyo Ko
tadi dan bersikap meremehkan dirinya, secara timbul lagi
kecerobohannya, pikirnya: "Jika aku tidak takut kepada
senjatanya, asal kuterjang dan serang dia, jelas aku pasti akan
menang dan tiada kalahnya, mengapa aka tidak melakukan
hal ini?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena pikiran itu, segera ia berseru kepada Bu Siu-bun:
"Kakak Bu cilik, harap pinjamkan pedangmu padaku, tua
bangka Kongsun ini tidak percaya ilmu sakti keluarga Tho.hoato,
biarlah ku-perlihatkan sedikit padanya."
Tanpa bicara Bu Siu-bun menyodorkan pedangnya dan
diterima Kwe Hu. Nona itu memutar pedangnya satu kali lalu
berkata: "Nah, si tua Kongsun, silakan maju!"
Melihat lagaknya yang men-tang2 tanpa gentar sedikitpun,
sungguh mirip benar jagoan tulen yang menghadapi anak kecil
saja.
Sudah tentu Kongsun Ci dapat menilai anak dara ini hanya
dari gerakan pedangnya saja, segera ia membentak: "Baik,
akan kubelajar kenal lagi dengan kepandaianmu." Berbareng
goloknya terus membacok ke muka lawan.
Cepat Kwe Hu mengelak dan balas menusuk dengan
pedangnya, Tapi pedang hitam Kongsun Ci mendadak
melingkar tiba dan menyabet pedang Kwe Hu.
Sudah tentu Kwe Hu tidak berani mengadu sen-jata, cepat
ia tarik kembali pedangnya, Mendadak Kongsun Ci memegang
golok dan pedang di tangan kanan, sedangkan tangan kiri
terus menghantam.
Diam-diam Kwe Hu bergirang, ia pikir kalau tangan orang
menggablok duri landak jaket pusaka-kanya itu, maka
celakalah musuh. Tapi kuatir tenaga pukulan musuh terlalu
lihay, bisa jadi ia sendiripun akan terluka dalam, maka ia
sedikit miringkan tubuh untuk mengelakkan sebagian tenaga
pukulan musuh dan membiarkan pukulan itu tetap-mengenai
tubuhnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di luar dugaan, belum pukulan Kongsun Ci itu mencapai
sasarannya, mendadak ia melompat mundur sambil berteriak:
"Budak hina, menyerang orang secara menggelap."
Tentu saja Kwe Hu bingung, katanya: "Sama sekali aku
tidak melukai kau!" ia menjadi heran apakah jaket pusakanya
begitu lihay, belum tangan musuh menyentuhnya sudah dapat
dilukainya?
Ia tidak tahu bahwa sebenarnya itulah akal licik Kongsun
Ci, maka ia sengaja pura-pura terluka dan melompat mundur
dengan sempoyongan terus berlari ke ruangan belakang,
Rupanya dalam waktu yang singkat itu ia sudah
memperhitungkan keadaan pihak lawan, di depan sana adalah
Nyo Ko, Ui Yong dan lain-lain serta si paderi tua beralis putih,
maka dia sengaja meloloskan diri melalui pintu belakang.
Saat itu Kongsun Lik-oh berdiri di sebelah ibu-nya. Melihat
Kongsun Ci akan kabur dengan membawa obat, cepat ia
memburu maju sambil berteriak: "Tunggu dulu, ayah!"
Pada saat itulah mendengar suara mendenging, dua biji
buah kurma juga telah menyamber ke arah Kongsun Ci.
Rupanya Kiu Jian-jio kuatir senjata rahasianya itu salah
mengenai puterinya sendiri, maka semburan biji buah kurma
itu ditinggikan sedikit dan mengarah belakang kepala Kongsun
Ci.
Namun gesit sekali Kongsun Ci menunduk kepala sehingga
kedua biji kurma itu menyamber lewat dan menancap di
dinding, "Minggir!" bentaknya sembari menerjang ke depan.
"Tinggalkan Coat-ceng-tan..." belum habis ucapan
Koagsun Lik-oh, tahu-tahu Kongsun Ci sudah menubruk tiba,
sekali pegang segera urat nadi pergelangan tangan gadis itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kena dicengkeramnya, menyusul tubuh berputar, Lik-oh
digunakan sebagai tameng di depan, lalu Kongsun Ci
membentak "Perempuan bejat, apakah kau ingin mengadu
jiwa? Baiklah kita gugur bersama semuanya!"
sebenarnya biji kurma Kiu Jian-jiu sudah akan
disemburkan lagi, ketika mendadak nampak keadaan berubah
dan untuk menahan semprotan juga tidak keburu lagi,
terpaksa ia miringkan kepala dan menyemburkan senjata
rahasianya itu kesamping.
Dalam keadaan terpaksa begitu, yang diharapkan Kiu Jianjio
asalkan biji kurma itu tidak tersemprot ke arah anak
perempuan, sama sekali tidak terpikir siapa yang menjadi
sasarannya lagi, Maka terdengarlah suara jeritan dua kali, dua
anak murid berseragam hijau menggeletak binasa dengan
kepala pecah dan yang lain dada berlubang.
Kongsun Ci menyadari kalau ingin merebut kembali Coat-
Ceng-kok, selain memerlukan bantuan Li Bok-chiu juga anak
buahnya harus dipuiihkan dulu kesetiaannya, Apa yang terjadi
sekarang jelas adalah kesempatan baik untuk menarik
simpatik anak buahnya itu, segera ia berseru: "Perempuan
jahat, kau tega membunuh anak muridku, pasti akan
kubinasakan kau,"
Karena bicara dan sedikit merandek inilah tahu-tahu Nyo
Ko telah mengadang jalan larinya.
"Kongsun siansing, urusan kita perlu diselesaikan dahulu,
jangan ter-buru-buru pergi." kata Nyo Ko.
Kongsun Ci mengangkat tubuh Lik-oh ke atas, katanya
dengan menyeringai "Kau berani merintangi aku?" Segera ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ber-putar-putar dengan tungkak kaki sehingga makin
mendekati Nyo Ko.
Karena Kongsun Ci berputar dengan mengangkat tubuh
Lik-oh, kalau Nyo Ko merintanginya atau Kiu Jian-jio
menyerang lagi dengan biji kurma, tentu yang akan terluka
adalah Kongsun Lik-oh. Dengan sendirinya Nyo Ko tidak berani
sembarangan bertindak,, betapapun ia tidak mau
mengorbanknn jiwa nona itu demi merebut obat bagi
kepentingannya sendiri.
Dalam pada itu Kongsun Ci telah menggeser maju lagi
dengan memutar tubuh Kongsun Lik-oh, terpaksa Nyo Ko
menyingkir ke samping.
Sama sekali Lik-oh takbisa berkutik berada dalam
cengkeraman sang ayah, waktu memutar ke sini dan tiba-tiba
dilihatnya Nyo Ko menyingkir memberi jalan bagi ayahnya
dengan mata yang penuh prihatin baginya, hati Lik-oh
tergetar, pikirnya:
"Demi keselamatanku ternyata dia rela mengorbankan
obat yang dapat menyembuhkan dia itu."
Walaupun kaki dan tangannya takbisa bergerak namun
kepala dan lehernya dapat berputar, mendadak ia menjerit
tertahan: "O, Nyo-toako!"
Tiba-tiba batok kepalanya ditumbukkan ke ujung pedang
hitam yang dipegang Kongsun Ci itu. Pedang itu sangat tajam,
karuan tanpa ampun jiwa Kongsun Lik-oh melayang, tewas di
tangan ayahnya sendiri.
"Haya!" teriak Nyo Ko kaget, namun sudah kasip meski
bermaksud menubruk maju untuk menolong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun Ci juga terkejut dan hati terasa pedih sedikit,
namun iapun tahu keadaan sangat berbahaya baginya, segera
pihak lawan pasti akan menggempur nya dengan mati-matian.
Didengarnya suara orang menggeram gusar, tiga biji buah
kurma secepat kilat telah menyamber tiba.
Tanpa pikir ia lemparkan mayat puterinya ke belakang
sehingga ketiga biji kurma itu seluruhnya mengenai tubuh Likoh
yang sudah tak bernyawa itu.
Menyaksikan kekejaman Kongsun Ci itu, semua orang
sangat murka dan benci padanya, serentak mereka melolos
senjata dan segera hendak mengerubut maju.
Cepat Kongsun Ci berseru: "Wahai para anak murid!
perempuan jahat itu bersekongkol dengan orang luar dan
hendak membunuh segenap penghuni Coat-ceng-kok kita ini.
Hayolah lekas maju dengan barisan jaring berkait kalian!"
Sejak kecil anak muridnya itu memujanya seperti malaikat
dewata, Soalnya tempo hari Kongsun Ci terpaksa melarikan
diri setelah sebelah matanya di butakan oleh Kiu Jian-jio.
Dalam keadaan kosong pimpinan, terpaksa mereka tunduk
kepada perintah Kiu Jian-jio. Kini seruan Kongsun Ci telah
membangkitkan kembali ketaatan mereka, serentak mereka
merubung maju dengan membentangkan jaring berkait.
Setiap j'aring itu lebarnya enam-lima meter dan penuh
kaitan dan piiau kecil yang tajam, Biarpun kepandaian Bu
Sam-tbong, Yalu Ce dan lain-lain cukup tinggi juga tidak tahu
cara bagaimana menghadapinya. Apabila jaring itu mengurung
rapat, bukan mustahil tubuh mereka akan babak belur, Ta-pi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
karena kepungan barisan jaring itu, Kiu Jian-jio sendiripun
terkurung di tengah.
Segera ia berteriak-teriak "jangan tunduk pada ocehan
bangsat tua itu, para anak murid, lekas berhenti, lekas kalian
mundur!"
Akan tetapi para anak murid berseragam itu anggap tidak
mendengar. Bahkan Kongsun Ci terus membentak lagi
memberi perintah cara bagaimana barisan jaring itu harus
bekerja, Anak buahnya ternyata mengikuti perintahnya dan
mendesak maju dengan jaring terbentang.
Bahu kanan Ui Yong terluka, terpaksa ia gunakan tangan
kiri untuk merogoh segenggam jarum terus ditawurkan,
berpuluh jarum lantas menyambar ke sebelah sana. walaupun
tenaga tangan kirinya tidak sekuat tangan kanan, tapi
jaraknya cukup dekat pula, jumlah jarum cukup banyak,
sedikitnya beberapa orang berseragam hijau akan terluka, dan
kalau barisan jaring itu kebobolan segera mereka dapat
menerjang keluar.
Tak tahunya di atas jaring ikan itu banyak terikat batu
semberani kecil yang bisa digunakan untuk menyedot senjata
rahasia musuh. Maka terdengarlah suara gemerincing nyaring,
berpuluh jarum Ui Yong serta paku lembut yang disemburkan
Kiu Jian-jio sama lengket pada jaring ikan.
"Celaka!" keluh Ui Yong. Segera ia membentak pula: "Anak
Hu, jaga kepalamu dengan pedang dan terjang maju bobolkan
jaring musuh" Di antara rombongannya hanya Kwe Hu saja
yang memakai jaket pusaka dan tidak takut dilukai kaitan
tajam di atas jaring itu, maka Ui Yong menyerukan puterinya
itu menerjang musuh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tanpa pikir Kwe Hu memutar pedangnya dan menerjang
ke sebelah kanan, Empat orang berseragam hijau
membentang jaring terus dilemparkan ke-arahnya, Tapi begitu
pisau kecil dan kaitan diatas jaring itu mengenai tubuh Kwe
Hu, kaitan jaring itu terpental balik.
Tapi ber-turut-urut barisan jaring itu lantas menubruk
maju lagi dari kanan-kiri, jika kepungan barisan jaring itu
makin mendesak, betapapun sukar bagi Kwe Hu untuk
membobolnya sekalipun dia memakai jaket pusaka yang kebal
senjata tajam.
Melihat keadaan berbahaya, Nyo Ko tidak tinggal diam,
segera ia putar pedangnya yang maha berat itu sekali tebas,
kontan sebuah jaring musuh terobek menjadi dua, keempat
orang ini terbentang di-pegangi empat orang di kanan kiri..
seketika ke-empat orang itu jatuh terjungkal. Suasana menjadi
kacau, mendadak dari luar ruangan pendopo itu berlari masuk
dua orang kejar mengejar.
Semua orang sama terkesiap demi nampak yang munculini
adalah Li Bok-chiu dan Cu Cu-liu.
Kiranya Li Bok-chiu telah lama menunggu di puncak Coat
ceng-hong dan belum nampak Kongsun Ci kembali dengan
obat yang dijanjikan itu, diam-diam ia mendongkol dan
menyangka Kongsun Ci telah menipunya, Akhirnya ia turun
dari puncak gunung itu dan mencari jalan kembali ke Coatceng-
kok tempat Kiu Jian-jio dengan tujuan mencari
kesempatan untuk merebut obat penawar racun bunga cinta
menurut cerita Kongsun Ci itu.
Karena tidak apal jalanan di situ, akhirnya Li Bok-chiu
kesasar lagi ke tempat yang penuh tumbuh bunga cinta yang
melukainya itu. Pada saat itulah tiba-tiba didenganiya ada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
suara orang berjalan mendatangi, Cepat ia sembunyi di baiik
batu karang di samping semak-semak bunga itu.
Ia coba mengintip diri tempat sembunyinya, dilihatnya
kedua orang itu yang satu berdandan sebagai sastrawan dan
yang lain adalah Hwesio negeri asing. Kiranya mereka itu
adalah Cu Cu-liu dan paderi Hindu.
Tadinya Cu Cu-liu menunggui paman gurunya yang belum
siuman itu di rumah garangan, Sesudah siuman kembali,
paderi Hindu itu lantas mengajak Cu Cu-liu ke tempat
bertumbuhnya bunga cinta untuk menyelidiki lebih lanjut.
Setiba di semak-semak bunga itu, paderi Hindu itu lantas
berjongkok dan mulai meraba dan meneliti rumput di sekitar
dan di bawah bunga cinta itu.
Maklumlah, barang yang satu biasanya menjadi penangkal
barang yang Iain. Tempat di mana ular berbisa berkeliaran, di
situ pasti tumbuh obat bunga cinta itu juga pasti tumbuh di
bawah atau di sekitar bunga itu.
Sudah tentu tak diketahuinya bahwa Li Bok-chiu justeru
sembunyi di balik batu karang sana, ketika nampak paderi itu
me-runduk2 semakin mendekat tanpa bicara lagi Li Bok-chiu
lantas menyerangnya dengan sebuah jarum berbisa.
Orang lain saja sukar untuk mengelak serangan
menggelap Li Bok-chiu itu, apalagi paderi Hindu itu tidak
mahir ilmu silat, kontan saja jarum itu menancap di dadanya
dan binasa.
Cu Cu-liu mendengar suara mendesis pelahan itu, lalu
paman gurunya menggeletak tak bergerak lagi segera ia tahu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
apa yang terjadi. Hanya tak diketahuinya bahwa paderi Hindu
sudah mati, tanpa pikir ia memburu maju untuk menolongnya.
Kesempatan baik itu tidak sia-siakan Li Bok-chiu,
mendadak ia menubruk keluar dari tempat sembunyinya dan
pedang terus menusuk punggung Cu Cu-liu, karena tidak
menyangka musuh justeru sembunyi di belakang batu, sukar
bagi Cu Cu-liu untuk menghindari sergapan itu, sebisanya dia
miringkan tubuh, karena itu ujung pedang Li Bok-chiu hanya
melukai bahunya saja dan tidak parah.
Segera Cu Cu-liu menggeser ke samping dan membalik,
kontan ia balas menutuk dengan It-yang-ci. Li Bok-chiu
pernah merasakan It-yang-ci yang di mainkan Bu Sam-thong,
sekarang ilmu jari sakti. Cu Cu-liu ini ternyata lebih lihay,
diam-diam Li Bok-chiu terkesiap dan tidak berani gegabah.
Setelah bergebrak beberapa jurus, Cu Cu-liu melihat sang
Susiok yang menggeletak itu sama sekali tidak bergerak, cepat
ia berseru: "Susiok! Susiok!"
Tapi sang paman guru tetap tidak menjawab. "Hehe, jika
kau ingin jawabannya, boleh kau ikut ke akhirat saja!" ejek Li
Bok-chiu sambil menyerang lagi lebih gencar, ia pikir kalau
lawan berduka karena paman gurunya sudah mati, tentu
pikirannya akan kacau dan mudahlah dikalahkan.
Tak tahunya rasa duka Cu Cu-liu itu justeru menambah
sakit hatinya kepada musuh, serangannya malah bertambah
lihay tanpa kendur sedikitpun.
Di bawah cahaya bulan sabit yang remang itu Li Bok-chiu
melihat wajah Cu Cu-liu berubah beringas, matanya membara,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
serangannya tambah kalap seakan-akan tidak segan untuk
gugur bersama bila perlu, diam-diam Li Bok-chiu menjadi
takut sendiri, setelah bergebrak lagi beberapa jurus,
mendadak ia membalik tubuh terus angkat langkah seribu
alias kabur.
Cepat Cu Cu-liu memeriksa keadaan sang Susiok, ternyata
sudah tidak bernapas lagi, sekali bersiul penuh duka, segera ia
mengudak kearah Li Bok-chiu dan begitulah susul menyusul
mereka telah masuk ke ruangan pendopo.
"Susiok telah terbunuh oleh iblis ini, Suhu!" seru Cu Cu-liu
begitu melihat It-teng Taysu.
Melihat datangnya Li Bok-chiu, Kongsun Ci kaget dan
girang, segera ia berseru: "Ke sini saja Li-sumoay!" Berbareng
iapun menyongsong ke sana.
Meski terluka, namun pikiran Ui Yong cukup jernih, melihat
sikap Kongsun Ci itu segera ia dapat menerka hubungannya
dengan Li Bok-chiu, cepat ia berseru: "Ko-ji, pisahkan kedua
iblis itu, jangan sampai mereka bergabung!"
Namun Nyo Ko sudah putus asa demi mendengar berita
kematian paderi Hindu itu, kini semuanya tak berarti lagi
baginya, sisa Coat-ceng-tan itu telah diambil Kongsun Ci atau
bukan sama sekali tak terpikir lagi olehnya. Maka seruan Ui
Yong itu hanya disambut dengan tersenyum dan tidak ikut
turun tangan.
Cepat Yalu Ci jemput setengah jaring yang dirobek oleh
pedang Nyo Ko tadi dan berseru: "Bu-suheng, cepat pegang
ujung sana!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Beramai Bu Tun-si, Wanyan Peng dan Yalu Yan lantas
memegangi ujung jaring itu dan menghadang di antara Li Bokchiu
Kongsun Ci itu tidak berhasil mengurung musuh, kini
malah berbalik kena diperalat oleh musuh untuk merintangi
dia sendiri benar-benar senjata makan tuan.
Sementara itu, suasana di ruangan itu menjadi gaduh,
karena scbagaian jaringnya bobol, anak buah Kongsun Ci
menjadi kacau, kesempatan itu segera digunakan Kiu Jian-jio
untuk menyemburkan senjata rahaHanya, maka terdengarlah
jeritan dan teriakan di sana sini, ber-turut-urut lima enam
orang telah roboh binasa, barisan jaring juga lantas kacau
balau dan buyar.
Dengan gusar Kongsun Ci ayun goloknya membacok Yalu
Yan, namun Thia Eng lantas mendahului menutuknva dengan
seruling kumalanya. Terpaksa Kongsun Ci menarik kembali
goloknya, diam-diam ia terkejut oleh keiihayan Thia Eng itu.
Ber-turut-urut ia menusuk dua kali dengan pedangnya dan
semuanya dapat dipatahkan Thia Eng pula.
Cepat Bu-siang putar golok sabitnya mengerubut maju,
Percumalah Kongsun Ci menerjang kian kemari, maksudnya
hendak bergabung dengan Li Bok-chiu selalu dirintangi
beberapa anak muda itu, malahan terkadang ia harus
waspada terhadap semburan senjata rahasia Kiu Jian-jio. ia
pikir agar bisa bergabung dengan leluasa harus terjang dulu
keluar rumah sana.
Maka sambil memutar senjatanya ia lantas berseru: "Lisuamoay,
terjang keluar saja, kita bertemu lagi di tempat
tadi!" Berbareng kedua orang lantas bersuit dan melompat
kekanan dan kiri, melayang lewat di samping Nyo Ko dan
Siao-liong-li terus menerobos keluar rumah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kalau Nyo Ko dan Siao-liong-li mau turun tangan, tentu
kedua orang itu dapat dicegah Tapi tangan kiri Nyo Ko
menggenggam kencang tangan kanan Siao-liong-li sambil
melangkah keluar dengan pelahan, meski tahu jelas Kongsun
Ci dan Li Bok-chiu lewat di sebelah mereka juga tidak ambil
pusing.
Cepat Ui Yong berseru: "Cegat Kongsun Ci itu, Liongsumoay,
Coar-ceng-tan berada padanya!"
Siao-liong-li terkejut, ia pikir kalau paderi Hindu itu sudah
mati, maka racun dalam tubuh Ko-ji hanya dapat ditolong
dengan sisa Coat-ceng-tan itu. Segera ia melepaskan
gandengan tangan Nyo Ko dan memburu ke sana.
"Biarkan saja, Liong-ji!" seru Nyo Ko.
"Mana boleh dibiarkan dia pergi?" ujar Siao-liong li.
Melihat Siao-liong-li tetap mengejar dengan cepat terpaksa
Nyo Ko menyusulnya.
Kongsun Ci dan Li Bok-chiu lari ke jurusan yang
berlawanan, maka semua orang juga mengejar dengan
terbagi dua rombongan. Siao-liong-li, Nyo Ko, Thia Eng dan
Liok Bu-siang berempat mengejar Kongsun Ci, sedangkan Bu
Sam-thong dan kedua Bu cilik, Cu Cu-liu dan Wanyan Peng
berlima mengudak Li Bok-chiu.
Yalu Ce, Yalu Yan dan Kwe Hu tinggal di sana
mendampingi Ui Yong untuk mengawasi Kiu Jian-jio agar tidak
melakukan kekejaman lain.
Di antara rombongan Bu Sam-thong itu, ilmu silat Cu Culiu
terhitung paling tinggi, tapi bahunya terluka, setelah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berlari-lari sekian lama, akhirnya ia merasa tidak tahan, waktu
semua orang berhenti dan memandang Cu Cu-liu, sedikit
merandek saja bayangan Li Bok-chiu lantas tak kelihatan lagi.
"Kalau iblis itu sampai lolos, sungguh kita berdosa
terhadap Susiok," ujar Cu Cu-liu dengan gregetan, Mereka
terus mencari kian kemari di semak-semak pohon dan batu
karang, tapi jejak Li Bok-chiu tetap menghiIang.
"Tadi Kongsun Ci berseru padanya agar bertemu lagi di
tempat semuIa," kata Cu-liu. "Kita tidak tahu tempat mana
yang dimaksudkan, tapi asalkan kita mengikuti Kongsun Ci,
akhirnya iblis perempuan ini pasti akan ditemukan di sana."
"Benar ucapan Sute," ujar Bu Sam-thong, "Marilah kita
lekas menguntit Kongsun Ci saja."
Begitulah mereka lantas putar balik ke arah larinya
Kongsun Ci tadi. Tidak lama, benarlah di depan sana
terdengar suara teriakan dan bentakan orang, Bu Sam-thong
memayang Cu Cu-liu agar dapat berlari lebih cepat Namun
suara bentakan dan teriakan itu sebentar mendekat lain saat
menjauh lagi, sekejap kemudian lantas lenyap dan keadaan
sunyi senyap pula.
Ribut semalam suntuk, sementara itu fajar sudah hampir
menyingsing, cuaca sudah remang-remang. Tiba-tiba terlihat
di depan ada jalan simpang empat, mereka menjadi bingung
jurusan mana yang harus dituju?
Mata Wanyan Peng lebih celi, tiba-tiba ia tuding sebatang
pohon kecil di tepi jalan yang kedua sana dan berseru: "He,
Cu cianpwe, coba lihat, batang pohon itu, baru saja dibacok
orang."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Benar," seru Cu-liu dengan girang, "Marilah kita coba
mengambil jalan ini."
Cepat mereka berlari ke sana. sesudah membelok kian
kemari, kemudian terlihat pula batang pohon di tepi jalan ada
lagi bekas bacokan serupa pohon tadi. semangat mereka
terbangkit, mereka menyusur ke sana lebih cepat, pepohonan
di tepi jalan makin lama makin lebat, jalanan juga semakin
rusak dan sukar ditempuh. untunglah pada setiap belokan
atau lintasan jalan selalu ada tanda-tanda bacokan golok di
atas pohon atau di tanah.
Kiranya tanda-tanda bacokan itu adalah perbuatan Liok
Bu-siang atas perintah Thia Eng. Kedua nona itu mengikuti
Nyo Ko dan Siao-liong-li mengejar Kongsun Ci, karena
sasarannya itu lari berputar kian kemari secara menyesatkan
kuatir ke-sasar, maka Thia Eng suruh Bu-siang meninggalkan
tanda sepanjang jalan. Tak terduga tanda-tanda itu akhirnya
menjadi petunjuk jalan bagi rombongan Cu Cu-liu.
Begitulah setelah berlari-lari sekian lama, hari pun sudah
terang, namun pepohonan lebat di sekitar mereka menambah
suasana jadi suram. jalanan menanjak dan terjal, terpaksa
mereka melambatkan langkah.
Tengah berjalan, tiba-tiba terdengar suara orang tertawa
panjang di bagian atas, suaranya melengking tajam laksana
burung hantu, serentak mereka berhenti dan menengadah,
tertampaklah di suatu tebing yang curam di depan sana berdiri
seorang sedang mendongak sambil tertawa, Siapa lagi dia
kalau bukan Kongsun Ci.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di bawah tebing curam itu adalah jurang yang tak terkira
dalamnya, di atasnya adalah puncak gunung yaag menjulang
tinggi menembus awan.
Melihat keadaan Kongsun Ci yang menyerupai orang gila
itu, diam-diam Cu Cu-liu berkuatir: "Kalau dia terpeleset dan
jatuh ke jurang, mampusnya sih tidak perlu disayangkan, tapi
Coat-ceng-tan yang dibawanya itu akan ikut lenyap juga."
Segera ia memburu ke sana secepat terbang.
Setelah membelok suatu tikungan, dilihatnya Nyo Ko, Siaoliong-
li, Thia Eng dan Liok Bu-siang berempat sudah berdiri di
tepi tebing sana dan sedang menengadah memandangi
Kongsun Ci.
Melihat datangnya Cu Cu-liu, dengan suara pelahan Siaoliong
li lantas berkata: "Cu-toasiok, lekas engkau mencari akal
untuk memancing dia turun."
Cu Cu-liu coba mengamat-amati keadaan sekitar situ,
dilihatnya tempat berdiri Kongsun Ci itu hanya dihubungkan
oleh sebatang balok batu yang lebarnya tidak lebih dari 30
senti, jembatan dan tebing gunung sana penuh berlumut
hijau, berdiri sendirian di sana saja tak bisa bergerak dengan
leluasa, apalagi kalau dua orang berdesakan di sana.
Maka selain memancing turun Kongsun Ci rasanya
memang tiada jalan lain. Tapi Kongsun Ci adalah manusia licin
dan licik, manabisa dia diakali? persoalan ini benar-benar
rumit.
Teringat kepada budi kebaikan Nyo Ko yang telah
menyelamatkan jiwa kedua anaknya yang sekarang matihidup
Nyo Ko sangat bergantung pada obat yang berada di
tangan Kongsun Ci, ia merasa sekarang inilah saatnya baginya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
untuk membalas budi Nyo Ko, segera ia menyingsing lengan
baju dan berkata: "Biar kupergi kesana untuk menyeretnya ke
sini."
Tapi baru saja ia melangkah, tiba-tiba bayangan orang
berkelebat tahu-tahu Thia Eng sudah mendahului di depannya
dan berkata: "Aku saja yang ke-sana!" Cepat sekali ia terus
melangkah ke jembatan batu yang sempit itu.
Akan tetapi cepatnya Thia Eng ternyata masih kalah cepat
daripada Nyo Ko, tiba-tiba Thia Eng merasa pinggangnya
mengencang, Nyo Ko telah membelit pinggangnya dengan
lengan baju yang kosong itu serta ditariknya kembali Malahan
terdengar Nyo Ko membisik di telinganya: "Apa artinya diriku
ini, kenapa engkau perlu berbuat begini?"
Wajah Thia Eng menjadi merah dan seketika tidak
sanggup bicara, Pada saat itulah suara Siao-liong-li berkata:
"Tolong pinjam sebentar pedangmu!"
Mendadak sesosok bayangan melayang lewat di samping
Bu Tunsi dan Wanyan Peng dan tahu-tahu pedang mereka
sudah di lolos orang, Gerakan itu sungguh secepat kilat, ketika
Bu Tun-si dan Wanyan Peng melengak bingung sementara itu
Siao-liong-li sudah melayang ke atas jembatan batu dan
mendekati Kongsun Ci.
Terkejut juga Kongsun Ci melihat Siao-liongli berani
mendekat ke tempat berbahaya itu, Segera ia melangkah
maju dan mengadang di ujung jembatan batu sebelum Siao-
Iiong-li menyeberang ke tempatnya, Bentaknya: "Apakah kau
ingin mampus?"
Sambil menghunus sepasang pedang, Siao-liong-li berdoa
di dalam hati semoga berhasil merebut kembali Coat-ceng-tan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan matipun ia rela, Dengan suara lembut ia lantas berkata:
"Kongsun-siansing, engkau pernah menyelamatkan jiwaku,
lantaran perempuan yang bernasib malang seperti diriku ini
kau telah ikut menderita, sungguh aku sangat menyesal dan
sedih. Kedatanganku sekarang sama sekali tidak ingin
mengadu jiwa dengan kau.
"Habis kau mau apa?" tanya Kongcun Ci.
"Kumohon engkau suka memberi obat untuk menolong
suamiku, obat itu tidak berguna bagimu, kalau suka
dihadiahkan padaku, sungguh takkan kulupakan budi
kebaikanmu," tutur Siao-liong-li.
"Lekas kembali, Liong ji!" demikian Nyo Ko berseru di
seberang sana, "Setengah biji obat itu takkan menolong jiwa
kita berdua, apa gunanya kau memintanya?"
Melihat perawakan Siao liong-li yang cantik dan lemah
gemulai menggiurkan mana Li Bok-chiu dapat menandinginya
biarpun cuma tiga bagiannya, matanya yang tinggal satu
mengincar dengan terkesima, tiba-tiba timbul lagi pikiran jahat
Kongsun Ci, ia tanyai "Kau panggil bocah she Nyo itu
suamiku?"
"Ya, kan dia sudah menikah dengan aku," jawab Siaoliong-
li.
"Asalkan kau menyanggupi suatu permintaanku, segera
obat ini kuberikan," kata Kongsun Ci.
Melihat sorot mata tunggal orang yang licin itu, segera
Siao-liong-Ii tahu maksudnya, katanya sambil menggeleng:
"Aku sudah bersuami, mana boleh kunikahi kau lagi? KongsunTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
siansing, kau tetap kesemsem padaku, namun aku sudah ada
yang punya, terpaksa mengecewakan maksud baikmu."
Mata Kongsun Ci yang aneh itu mendelik, bentaknya: "Jika
begitu lekas kau mundur ke sana. Kalau kau tetap memusuhi
aku, terpaksa aku tidak kenal ampun lagi."
"Kan sia-sia belaka perkenalan kita ini jika sampai kita
bergebrak dan bermusuhan?" ujar Siao-liong-li suaranya
sangat halus, dalam hati ia benar-benar masih merasa utang
budi kepada Kongsun Ci.
"Hm," jengek Kongsun Ci, "aku justeru ingin menyaksikan
bocah she Nyo itu merintih-rintih karena racun dalam
tubuhnya masih bekerja, ingin melihat dia sekarat menghadapi
elmaut, ingin tahu betapa cantiknya isteri setia seperti kau ini
akhirnya menjadi janda muda belia yang berkabung."
Makin bicara makin keji kata-katanya dengan menyeringai
dan mengertak gigi.
Siao liong-li menyambut dengan tersenyum pedih,
jawabnya: "Coba dengarkan kau, bukankah dia sedang
memanggilku kembali ke sana? Begitu kasih sayangnya
padaku, betapapun dia tak menghiraukan apakah racun dalam
tubuhnya akan kumat atau tidak."
Benar juga terdengar Nyo Ko sedang berseru, katanya:
"Liong-ji, lekas kembali sini, buat apa banyak bicara dengan
orang macam begitu? Kalau saja jembatan batu itu tidak
terlalu sempit dan sukar dipijak dua orang, tentu sejak tadi ia
sudah berlari ke sana dan menarik kembali isterinya.
Jarak Kongson Ci dengan Siao-liong- li saat itu hanya satudua
meter saja, asalkan melangkah maju setindak saja sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dapat meraihnya. Cuma tempatnya teramat berbahaya, bila
nona itu sedikit meronta saja, maka kedua orang pasti akan
tergelincir bersama ke dalam jurang dan hancur lebur.
Kongsun Ci menjadi serba susah, kalau tidak menawan
Siao-liong li sebagai sandera, lalu cara bagaimana dirinya
dapat lolos dari tebing yang buntu ini.
Di lihatnya di pihak lawan hanya Nyo Ko seorang saja yang
lihay, kalau dirinya menerjang mati-mati an mungkin anak
muda itupun takdapat mengalanginya, paling baik kalau Siaoliong-
li mau mundur sesuai seruan Nyo Ko itu, lalu dirinya ikut
menyeberang ke sana dan menawannya, kemudian bergabung
dengan Li Bok-chiu.
Setelah ambil keputusan demtkian, segera Kongsun Ci
membentur pedang dan goloknya hingga menerbitkan suara
mendering, bentaknya: "Lekas mundur!" Berbareng
pedangnya terus menusuk
Di luar dugaannya, sejak Siao-liong-li belajar ilmu
berkelahi dua tangan dengan dua cara dari Ciu Pek-thong itu,
kepandaiannya serentak bertambah satu kali lipat, kalaupun
tubuh mengidap racun tenaga dalamnya banyak berkurang,
tapi betapa hebat Giok-li-kiam-hoat yang dimainkannya
dengan kedua tangan sekaligus manabisa ditandingi golok dan
pedang Kongsun Ci.
Dalam sekejap saja sepasang pedang yang diputar Siao
liong-li itu telah berubah menjadi dua gulung sinar putih, kalau
kiri bertahan, yang kanan segera menyerang dan begitu
seterusnya secara bergantian Keruan Kongsun Ci menjadi
kelabakan dan terdesak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Makin lama makin heran dan gelisah hati Kongsun Ci,
diam-diam ia menyesal, kalau tadi mengetahui orang telah
berhasil meyakinkan ilmu pedang selihay ini, tentu dia takkan
bergebrak dengannya. Masih untung baginya karena Siaoliong-
li tidak bermaksud membunuhnya, maka untuk sekian
lama Kongsun Ci masih sanggup bertahan.
Begitulah mereka terus bertempur dengan sengitnya di
tebing yang curam itu, tidak lama It-teng Taysu, Ui Yong, Kwe
Hu, Yalu Ce dan Yalu Yari juga dan sama terperanjat
menyaksikan pertarungan sengit mereka di tempat yang
berbahaya itu.
Kwe Hu berkata kepada Yalu Ce: "Lekas kita maju
membantunya, sendirian mana Liong-cici mampu
mengalahkan dia?"
Biarpun watak Kwe Hu rada sembrono dan sejak kecil
selalu dimanjakan sang ibu, tapi pada dasarnya sebenarnya
berhati bajik. Ketika menyaksikan keadaan Siao-liong li sangat
berbahaya, ia sendiripun pernah bergebrak dengan Kongsun
Ci dan diketahuinya kepandaian kakek bermata satu itu sangat
lihay, bahkan ibunya juga bukan tandingannya, apalagi
sekarang Siao-liong li menempurnya sendirian. Tapi Yalu Ce
mengatakan jembatan batu itu tak muat lagi orang lain, hal
inipun memang nyata.
Saking cemasnya terpaksa ia berseru "Lekas mencari akal
untuk membantu Liong-cici ibu!"
Padahal tanpa seruannya itu, setiap orang juga berharap
bisa membantu Siao-liong li meninggalkan tempat berbahaya
itu, tapi apa daya, andai kata bisa terbang ke sana juga tiada
tempat untuk berpijak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terdengar suara bentakan Kongsun Ci golok dan
pedangnya menyerang serabutan, kedua pedang Siao liong-li
menyamber kian kemari dengan lemasnya seperti kekurangan
tenaga, kalau berlangsung, lama tampaknya dia pasti akan
celaka di tangan Kongsun Ci, Hanya Nyo Ko, Ui Yong dan Itteng
Taysu saja yang dapat melihat dengan jelas bahwa
sesungguhnya Siao-liong-li yang lebih unggul.
Sejenak puIa, dapatlah Ui Yong melihat cara bertempur
Siao-liong-li itu ternyata adalah ilmu berkelahi dengan dua
tangan dan dua cara. Kepandaian ini di seluruh jagat tiada
orang ketiga yang paham selain Ciu Pek-tong dan Kwe Cing,
maka jelas kepandaian Siao liong-li ini pasti ajaran Ciu Pekthong.
Dilihatnya Kungfu yang dimainkan Kongsun Ci
sesungguhnya teramat lihay, sedangkan Siao-liong-li habis
luka berat dan keracunan, tenaga dalamnya banyak susut,
meski jurus serangannya lebih unggul namun dalam waktu
ratusan jurus juga sukar menundukkan Kongsun Ci.
Tiba-tiba teringat satu akal oleh Ui Yong, segera ia
berkata: "Ko-ji, kau dan aku berbareng bicara pada Kongsun
Ci, kau mengertak dan me-nakut2i dia, sebaliknya aku
membuatnya gembira, supaya dia lengah dan perhatiannya
terpencar."
Habis itu ia lantas mendahului berteriak: "Hai, Kongsunsiansing,
ini kabar baik bagimu, perempuan jahat Kiu Jian-jio
itu sudah kubunuh tadi!"
Tergetar juga hati Kongsun Ci mendengar ucapan itu, ia
menjadi ragu-ragu, setengah percaya setengah sangsi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Nyo Ko ikut berseru: "Kongsun Ci, Li Bok-chiu
menganggap kau ingkar janji karena tidak membawakan obat
yang kau sanggupkan padanya, maka ia telah datang hendak
membikin perhitungan dengan kau."
"Tidak, tidak!" cepat Ui Yong menambahkan, "Kata Li Bokchiu,
asalkan kau mampu menyembuhkan racun dalam
tubuhnya, maka dia rela menjadi isterimu"
"Ah, mustahil kami mau tinggal diam?" seiu Nyo Ko pula,
"Kami pasti akan berusaha menggagalkan angan-anganmu,
kalau kau tertangkap kami, akan kami siksa kau juga dengan
duri bunga cinta itu supaya kau juga tahu rasa."
"Persengketaan kita dapat didamaikan, tidak perlu kau
kuatir, bagaimana kalau sekarang juga kita mulai berunding?"
seru Ui Yong,
"He, celaka! Pelayanmu yang kau bunuh dahulu itu telah
menjadi hantu dan muncul hendak menagih jiwa padamu!"
teriak Nyo Ko. "Nah, nah, itu dia! Awas Dia berdiri tepat di
belakangmu, wah, kukunya panjang2 dan tampaknya kau
akan diterkamnya"
Begituiah Ui Yong dan Nyo Ko berseru secara bergantian
ucapan mereka sebentar membikin takut hati Kongsun Ci dan
lain saat membuatnya senang.
Sudah tentu Siao-Iiong-li juga dapat mendengar semua
perkataan itu, cuma lantaran urusannya tidak menyangkut
kepentingannya, pula dia dapat membagi pikirannya, dan
dilaksanakan dengan dua tangan, serangannya sedikitpun
tidak menjadi kendur sebaliknya Kongsun Ci memang sudah
terdesak di bawah angin, karena pengacauan ucapan Nyo Ko
dan Ui Yong itu, pikirannya semakin kacau.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akhirnya ia menjadi gemas dan membentak: "Kalian
mengoceh apa? Lekas tutup mulut!"
"He, awas, Kongsun Ci!" seru Nyo Ko pula, "Siapa itu nona
yang berambut semerawut di belakang itu? Lidahnya menjulur
panjang, mukanya penuh darah. Ah, dia hendak
mencengkeram lehermu, awasi Wah, celaka!"
Meski Kongsun Ci tahu anak muda itu sengaja hendak
mengacaukan pikirannya, tapi teriakan-teriakan ngeri itu
membuatnya merinding juga dan tanpa terasa ia melirik
sekejap ke belakang Kesempatan itu tidak di-sia-2kan Siao-
Iiongli, pedangnya menyamber tiba, dengan tepat
pergelangan tangan kiri Kongsun Ci tertusuk.
Dengan sendirinya pegangan Kongsun Ci menjadi kendur,
golok emasnya mencelat jatuh ke jurang, sampai lama sekali
barulah- terdengar kumandang suara pelahan, sanu.. seperti
suara kecebur dalam air, agaknya di bawah jurang itu adalah
sebuah kolajn atau sungai.
Semua orang saling pandang dengan melongo, begitu
lama golok itu terjatuh ke bawah barulah menerbitkan suara,
maka betapa dalamnya jurang itu sungguh sukar diukur.
Apakah Kongsun Ci akan terbunuh oleh Siao liong-li atau
ditawan dan bagaimana nasib Li Bok-chiu dan Kiu Jian-jio?
Dapatkah Nyo Ko dan Siao-liong-Ii hidup sehat bahagia
sebagai suami-istri?
(Bacalah jilid ke-49)
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 49
Begitu kehilangan goloknya, jangankan menyerang lagi,
untuk bertahan saja sukar bagi Kongsun Ci. sebaliknya
serangan Siaoliong-li semakin lancar dan gencar, ber-turuturut
ia menusuk lagi empat kali ke kanan dan ke kiri, tubuh
Kongsun Ci tergeliat, pedang hitamnya kembali terjatuh lagi ke
jurang dan mati kutulah dia.
Sambil mengancam dada dan perut lawan dengan
sepasang pedangnya, Siao-Iiong-li lantas ber-kata: "Kongsunsiansing,
silakan kau menyerahkan Coat-ceng-tan dan jiwamu
takkan kuganggu."
"Tapi bagaimana dengan orang-orang -itu?" tanya
Kongsun Ci dengan suara gemetar
"Kujamin takkan membikin susah kau," jawab Siao-liong-li.
Dalam keadaan demikian yang dipikir Kongsun Ci hanya
menyelamatkan jiwa belaka, segera ia mengeluarkan botol
kecil itu dan disodorkan.
Sambil tetap mengancam dada lawan dengan sebelah
pedangnya, tangan SiaoliongIi yang lain menerima botol itu
dengan perasaan girang dan pedih pula, pikirnya: "Meski aku
sendiri takdapat hidup lama, akhirnya Coat-ceng-tan ini dapat
kurampas untuk menolong Ko-ji." - Segera ia berlari balik ke
seberang sini.
Meski sebelumnya Bu Sam-thong, Cu Cu-liu dan lain-lain
sudah tahu ilmu silat Siao-liong-li sangat lihay, tapi sama
sekali tidak menduga dia memiliki kepandaian sesakti ini,
dapat sekaligus memainkan dua pedang dengan dua cara
yang berlainan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mereka pernah mendengar bahwa Ciu Pek-thong dan Kwe
Cing mahir memainkan dua cara bertempur yang berbeda
dengan kedua tangan, tapi mereka cuma mendengar saja dan
belum pernah menyaksikan sendiri sekarang mereka dapat
melihat betapa lihay kepandaian Siao-liong-li itu, mereka
menjadi kagum tak terhingga.
Tentu saja Yalu Ce, Yalu Yan, Thia Eng, Kwe Hu dan lainlain
juga tidak kepalang kagumnya menyaksikan betapa lihay
ilmu silat Siao-liong-li itu, padahal usianya sebaya dengan
mereka, malahan kelihatan lemah gemulai, kalau tidak
menyaksikan sendiri tentu orang takkan percaya.
Sementara itu dengan gaya indah laksana bidadari turun
dari kahyangan Siao-liong li telah mc layang balik dari
jembatan batu sana, serentak semua orang bersorak gembira
dan memuji. Cepat Nyo Ko memburu maju dan memegangi
tangan sang isteri, Semua orang juga lantas merubungnya
untuk bertanya.
Cepat Siao-liong-Ii membuka botol porselen itu dan
menuang keluar setengah butir pil, katanya dengan tersenyum
simpul: "Koji, obat ini tulen bukan?"
Tapi Nyo Ko memandang obat itu dengan tak acuh,
jawabnya: "Memang tulen, Liong ji, bagaimana keadaanmu?
Mengapa kau begini pucat? Coba kau mengatur
pernapasanmu"
Namun Siao-liong-li tetap tersenyum saja, Ke-tika berlari
balik tadi memang sudah dirasakannya darah terasa bergolak
dalam rongga dadanya, rasanya muak dan ingin muntah, tapi
sekuatnya ia telah bertahan, ia tahu racun yang diidapnya itu
terlalu dalam, untunglah dia telah berhasil merebut setengah
biji Coat ceng tan, lebih dari itu tak terpikir lagi olehnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sambil menggenggam tangan Siao-liong-li yang terasa
semakin dingin, dengan cemas Nyo Ko ber-tanya: "He, Liongji,
bagaimana perasaanmu?"
"Ah, tak apa-apa, lekas kau minum obat ini," ujar Siaoliong-
ii.
"Liong-ji," kata Nyo Ko dengan suara gemetar, "setengah
biji obat ini sukar menyelamatkan jiwa dua orang, untuk apa
lagi? O, Liong-ji, masakah kau belum tahu perasaanku? jika
engkau mati, masakah aku dapat hidup sendirian?"
Berkata sampai di sini, rasa dukanya tak tertahan,
mendadak ia rampas botol beserta obatnya terus dilemparkan
ternyata setengah biji obat, satu-satunya obat yang dapat
menyembuhkan racun yang diidapnya itu telah dibuangnya ke
jurang yang tak terhingga dalamnya itu..
Kejadian ini benar-benar di luar dugaan siapapun juga
semua orang melengak dan segera sama berseru kaget.
Siao-liong-li tahu Nyo Ko bertekad akan sehidup dan
semati dengan dia, hatinya menjadi pedih, duka tercampur
terima kasih pula. sehabis bertempur sengit dan racun dalam
tubuhnya mulai bekerja, ia tidak tahan lagi, ia tergeliat terus
jatuh pingsan dalam pelukan Nyo Ko.
Kedua saudara Bu, Kwe Hu, Wanvan Peng dan anak-anak
muda iain tidak paham duduknya perkara, beramai-ramai
mereka bertanya dan membicarakan kejadian ini.
Mendadak Bu Sam thong membentak: "Li Bok-chiu, sekali
ini jangan kau harap dapat lolos lagi!"
Serentak iapun memburu ke lereng gunung sebelah sana.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu semua orang memandang ke sana, terlihat
Kongsun Ci sedang berlari secepat terbang dengan
Ginkangnya yang tinggi, di tanjakan lereng gunung sana tibatiba
berkumandang suara tertawa orang tua, menyusul
seorang muncul dengan memanggul sebuah peti besar,
kiranya adalah Lo-wan-tong Ciu Pek-thong,si Anak Tua Nakal.
"He, Lo-wan-tong, lekas giring Tokoh jubah kuning itu ke
sini!" seru Ui Yong.
"Baik boleh kalian saksikan kepandaian Lo-wan-tong!" seru
Ciu Pek-thong sambil membuka tutup peti, kedua tangannya
ber-gerak2, seketika segerombolan tawon madu menyamber
keluar terus menerjang ke arah Li Bok-chiu.
Ketika pasukan Mongol membumi-hanguskan Cong-lamsan,
kawanan Tosu dari Coan cin-kau sempat meninggalkan
gunung dengan membawa kitab agama dan benda-benda
berharga lain, tapi yang dibawa Cui Pek-thong adalah sebuah
peti yang berisi sekawanan tawon putih piaraan Siao-liong-li
dahulu.
Biarpun sifatnya jenaka dan tingkah- lakunya ugal2an tapi
bakat Ciu Pek-thong sebenarnya sangat pintar, tanpa kenal
lelah ia terus mempelajari cara memimpin kawanan tawon
putih itu, akhirnya dia berhasil juga menemukan kuncinya.
Sekarang ia diminta Ui Yong menggiring Li Bok-chiu, kebetulan
baginya untuk pamer kepandaian yang baru berhasil
dipelajarinya itu.
Begitulah Kongsun Ci menjadi kaget melihat kawanan
tawon itu, ia tidak berani lagi mendekati Li Bok-chiu melainkan
terus menyelusup ke semak-semak sebelah sana.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Li Bok-chiu juga kelabakan melihat terjangan kawanan
tawon itu, terpaksa ia berlari ke sini mengikuti jalanan
pegunungan itu, segera Bu Sam-thong didahului kedua
puteranya serta Liok Bu siang dan Thia Eng memapak dengan
senjata terhunus.
Tiba-tiba Yalu Ce berteriak: "Lihay benar engkau Suhu!
Lekas engkau simpan kembali kawanan tawon itu ke dalam
kandang!"
Segera Ciu Pek-thong berkaok-kaok ingin menggiring
kembali kawanan tawon itu ke dalam peti, tapi di tengah ributribut,
mana kawanan tawon mau menuruti perintahnya?
Sambil tetap men-dengung2 gerombolan tawon putih itu tetap
mengejar ke arah Li Bokchiu.
Kuatir Li Bok-chiu kabur lagi, tanpa menghiraukan
sengatan tawon, segera Bu Sam-thong mengudak ke sana.
"Liong-ji. Liongji!" Nyo Ko merangkul Siao-liong-li dan
memanggilnya pelahan.
Siao-liong-li membuka matanya sedikit2, telinganya
mendengar suara mendengung tawon hingga rasanya seperti
sudah berada di kediaman lama di Cong-lam-san, hatinya
menjadi girang dan bertanya: "Apakah kita sudah berada di
rumah?" Tapi setelah tenangkan diri baru ingat apa yang
terjadi tadi.
Segera ia bersiul pelahan beberapa kali, lalu membentak
pula beberapa kali, seketika kawanan tawon putih itu berputar-
putar di sekeliling Li-Bok chiu dan tidak terbang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
serabutan lagi, "Suci." katanya, "selama hidupmu telah banyak
dosa, apakah sekarang kau tidak menyesal?"
Wajah Li Bok-chiu pucat seperti mayat, jawabnya: "Mana
itu Coat-ceng-tan?"
Siao-liong-li tersenyum pedih, katanyaj "Coat ceng tan itu
sudah terlempar ke dalam jurang, Mengapa kau membunuh
paderi Hindu itu? Kalau dia tidak mati, bisa jadi jiwaku dan
jiwa Ko-ji dapat tertolong, bahkan kaupun dapat
diselamatkan."
Mendelong perasaan Li Bok-chiu, ia tahu Sumoay nya ini
selamanya tidak suka omong ko-song. Diam-diam ia merasa
menyesal bahwa jarumnya telah menewaskan paderi Hindu itu
sehingga dirinya sendiri juga ikut celaka.
Sementara itu Bu Sam-thong dan lain-lain sudah
merubung maju, sedangkan Ciu Pek-thong masih sibuk
berteriak-teriak dan berjingkrakan ingin memanggil kawanan
tawon.
"Kakek Ciu, begini caranya," seru Siao-liong-li, lalu ia
bersiut dan membentak seperti tadi.
Ciu Pek-thong menirukan bersuit dan membentak, benar
juga beribu-ribu tawon putih itu lantas terbang menyusul
kembali ke dalam peti, Karuan ia sangat girang, serunya:
"Terima kasih nona Liong."
"Saudara Pek-thong, sudah lama tak berjumpa, kau
ternyata sehat2 saja seperti dulu" dengan tersenyum It-teng
Taysu menyapa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Untuk sejenak Ciu Pek-thong melengak karena tak
disangkanya It-teng Taysu juga berada di situ, cepat ia
menutup peti dan berkata: "Ya, aku sehat, kaupun sehat,
semua juga sehat!" Habis ini ia panggul petinya terus
mengeluyur pergi tanpa berpaling lagi.
Melihat keadaan sekelilingnya, Li Bok-chiu menyadari
kedudukannya yang suiit, melulu Ui Yong, Nyo Ko dan Siaoliong-
li salah seorang saja sukar dilawan, apalagi sekarang
kalau main kerubut ia menjadi nekat, teriaknya: "Hm, percuma
kalian menganggap diri sebagai kaum pendekar, tahunya,
hehe, kalianpun suka main keroyok, Siausumoay, sebagai
anak murid Ko-bong-pay, betapapun aku tidak boleh mati di
tangan orang luar, Nah, silakan kau maju saja!" Sembari
berkata ia terus menyodorkan gagang pedang ke depan dan
ujung pedang mengarah ke dadanya sendiri
Namun Siao-liong-li hanya menggeleng, kata-nya: "Urusan
sudah terlanjur begini, untuk apa kubunuh kau?"
"Li Bok-chiu," bentak Sam-thong mendadak "Sekarang
ingin kutanya kau, jenazah Liok Tian-goan dan Ho Wan-kun
telah kau bawa ke mana?"
Mendengar nama Liok Tian-goan dan Ho Wan-kun tibatiba
di sebut, tubuh Li Bok-chiu menjadi gemetar, mukanya
ber kerut2, lalu menjawab: "Sudah kubakar menjadi abu. Abu
tulang yang seorang kutebarkan di puncak Hoa-san, abu
tulang yang Iain kubuang ke lautan timur, supaya mereka
berdua takkan menjelma kembali dan tak pernah berkumpul
lagi."
Melihat cara mengucap Li Bok-chiu yang gregetan dan
penuh dendam itu, diam-diam semua orang terkesiap dan
gegetun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Bu-siang berkata: "Liong-cici adalah orang baik dan
tidak tega membunuh kau, tapi segenap keluargaku telah
kaubunuh semua, hanya tersisa aku saja seorang, hari ini aku
harus menuntut balas, Piauci, hayolah kita maju!"
"Kau membunuh ibuku, betapapun kami tak dapat
mengampuni kau," seru kedua saudara Bu.
"Orang yang tewas di bawah kebut dan jarumku tak
terhitung banyaknya, jika semuanya ingin menuntut balas
padaku, darimana aku mempunyai nyawa cadangan sebanyak
itu? Bagaimanapun juga jiwaku cuma satu," ujar Li Bok-chiu
tak acuh.
"Jika begitu kemurahan bagimu," seru Bu-siang dan Siu
Bun berbareng dan segera menubruk maju dengan senjata
masing-masing.
Mendadak Li Bok-chiu angkat pedangnya, "pletak", tahutahu
pedang itu bergetar patah, sambil tersenyum mengejek
Li Bok-chiu bersikap menghina dan berdiri diam tanpa
melawan, ia tunggu serangan kedua anak muda itu dan
tamatlah riwayatnya.
Pada saat itulah mendadak di sebelah timur sana ada asap
tebal mengepul dan api berkobar dengan hebatnya.
"Hah, perkampungan sana terbakar!" seru Ui Yong.
"Tunda dulu membunuhnya, selamatkan jenazah Susiok
lebih penting," kata Cu Cu-liu sambil melompat maju,
sekaligus ia tutuk tiga Hiat-to penting di tubuh Li Bok-chiu
agar tidak dapat kabur lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Juga jenazah nona Kongsun," demikian Thia Eng
menambahkan.
Semua orang membenarkan dan beramai-ramai mereka
lantas berlari ke arah datangnya tadi. Kedua saudara Bu cilik
menggiring Li Bok-chiu, sedang Nyo Ko, Siao-Iiong-li, Ui Yong
dan It-teng Taysu menyusul dari belakang dengan pelahan.
Walaupun masih cukup jauh dari perkampungan kediaman
Kongsun Ci itu, hawa panas sudah menyerang dengan
ganasnya, terdengar suara jeritan dan teriakan ngeri disertai
suara gemuruh ambruknya atap dan belandar rumah.
"Keparat Kongsun Ci itu benar-benar terlalu jahat, nona
Liong seharusnya membinasakan dia saja," ujar Bu Samthong.
"Api ini besar kemungkinan bukan dikobarkan oleh
Kongsun Ci kukira perbuatan nenek gundul Kiu-jian jio itu,"
kata Cu Cu-liu.
"Kiu Jian-jio katamu?" Bu Sarn-thong melengong bingung,
"Untuk apa dia membakar kediaman sendiri yang sukar
dibangun ini?"
Sembari berlari ke depan Cu Cu-liu menjawab: "Sebagian
besar anak murid Kongsun Ci tidak tunduk padanya, sekalipun
kita membunuh Kongsun Ci juga nenek gundul itu takdapat
berdiam aman tenteram di sini, kulihat nenek itu berjiwa
sempit dan..." tengah berkata sampailah mereka di dekat
semak-semak bunga cinta yang rada jauh dari kobaran api itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terlihat jenazah paderi Hindu itu masih menggeletak di
sana dengan wajah tersenyum simpul seperti orang hidup,
agaknya sebelum ajalnya paderi itu menemukan sesuatu yang
membuatnya kegirangan.
"Tampaknya Susiok mendadak meninggal sehingga sama
sekali tidak menderita," ujar Bu Sam-thong.
Cu Cu-liu berpikir sejenak, lalu berkata, "Waktu itu Susiok
sedang mencari rumput yang dapat memunahkan racun
bunga cinta."
Sementara itu Ui Yong dan It-teng Taysu juga sudah
menyusul tiba, demi mendengar ucapan Cu Cu-liu itu, Ui Yong
lantas memeriksa sekitar jenazah paderi Hindu itu, tapi tidak
menemukan sesuatu yang aneh, ia coba meraba baju paderi
itu dan tetap tiada menemukan sesuatu benda.
"Apakah susiokmu tidak meninggalkan sesuatu pesan?"
tanyanya kepada Cu liu.
"Tidak," jawab Cu-Jiu, "Kami keluar dari rumah omprongan
itu dan tidak menyangka akan disergap musuh secara
mendadak."
Tiba-tiba Ui Yong melihat air muka paderi Hindu yang
mengulum senyum itu, pikirannya tergerak cepat ia
memeriksa tangan paderi itu Terlihat-lah kedua jari tangan
kanannya memegangi setangkai kecil rumput warna ungu,
pelahan Ui Yong mementang jarinya dan rumput kecil itu
diambil-nya, lalu bertanya: "Rumput apakah ini?"
Cu-liu menggeleng karena tidak tahu, Ui Yong coba
mengendus rumput itu, terasa bau busuk dan memuakkan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Awas, Kwe-hujin, itulah Toan-jong-jau (rumput perantas
usus) dan mengandung racun hebat," cepat It-teng berseru.
Ui Yong melengak dan sangat kecewa oleh keterangan itu.
Dalam pada itu kedua saudara Bu juga sudah tiba
menggiring Li Bok-chiu, mendengar rumput beracun itu, Siubun
lantas berkata kepada Ui Yong: "Sunio (ibu guru), suruh
iblis maha jahat ini makan rumput itu saja."
"Ai, anak kecil jangan berpikiran buruk begitu," ujar Itteng.
"Cosuyaya (kakek guru), terhadap manusia jahat begini
mengapa engkau juga kasihan padanya?" ujar Siu-bun.
Sementara itu pepohonan di sebelah sana juga sudah
terjilat api dan menerbitkan suara pletak pletok yang keras,
hawa panas juga semakin hebat, Cepat Ui Yong berkata:
"Marilah kita mundur ke atas bukit bukit di sebelah timur
sana." Beramai-ramai mereka lantas lari ke lereng bukit sana,
terlihatlah bangunan yang berderet-deret itu dalam waktu
singkat telah musnah ditelan lautan api.
Karena Hiat-to tertutuk, meski dapat berjalan, tapi ilmu
silat Li Bok-chiu tak dapat digunakan sama sekali, diam-diam
ia mengerahkan tenaga dalam, maksudnya hendak
melancarkan Hiat-to yang ter-tutuk itu dan dapat meloloskan
diri jika penjagaan agak lengah. Tak terduga begitu ia
mengerahkan tenaga, seketika dada dan perutnya kesakitan
ke-ras, tak tahan lagi ia menjerit.
Rupanya racun bunga cinta yang mengeram dalam
tubuhnya itu semula terbendung oleh tenaga murninya
sehingga belum dapat bekerja, kini tenaga murninya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
digunakan menembus Hiat-to yang tertutuk sehingga
tenaganya terpencar, racun lantas bekerja dengan ganasnya.
Dalam keadaan dada dan perut kesakitan hebat, dari jauh
dilihatnya Nyo Ko dan Siao-liong-li berjalan mendatangi, yang
satu pemuda cakap ganteng, yang lain nona cantik molek,
pandangannya seketika menjadi kabur, samar-samar kedua
muda-mudi yang dilihatnya seakan-akan Liok Tian-goan yang
dirindukan nya selama hidup ini beserta isterinya, yaitu Ho
Wan-kun, tanpa terasa ia terus berteriak:
"Tian goan, kejam benar kau! Dalam keadaan begini kau
tega benar menemui aku?"
Karena rangsangan cintanya itu, makin hebat racun bunga
yang menyiksanya itu hingga sekujur badan gemetar, kulit
daging mukanya ber-kerut2 kejang, Melihat sikapnya yang
menakutkan seperti orang gila itu, tanpa terasa semua orang
melangkah mundur.
Selamanya Li Bok-chiu berwatak angkuh dan tak pernah
mau tunduk kepada orang lain, sekarang hatinya pedih dan
tubuhnya menderita, saking tak tahan ia berteriak-teriak:
"Aduh, sakiti Tolong! Lekas tolong!"
"Sebenarnya Susiokku dapat menolong kau, namun kau
telah membunuhnya." kata Cu Cu-liu sambil menunjuk jenazah
paderi Hindu.
Sambil mengertak gigi Li Bok-chiu menjawab: "Benar,
memang akulah yang membinasakan dia, Setiap manusia di
dunia ini, baik atau buruk pasti akan kubunuh, Aku akan mati,
ya, aku akan mati! Untuk apa kalian hidup? Aku ingin mati
bersama kalian."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Saking tak tahan sakitnya, mendadak ia menubruk ke
ujung pedang yang dipegang Bu Tun-si.
Setiap hari Bu Tun-si berusaha menuntut balas dan ingin
membunuh musuh besar ini, tapi sekarang mendadak musuh
menubruk ke ujung pedang-nya, ia menjadi terkejut malah
dan tanpa terasa ia menarik kembali pedangnya Karena itu Li
Bokchiu telah menubruk tempat kosong, ia tergelincir ke
bawah bukit terus terguling ke tengah lautan api.
Semua orang sama menjerit kaget, dari atas mereka dapat
melihat sekejap saja Li Bok-chiu telah terbungkus oleh
kobaran api, namun dia justeru merangkak bangun dan berdiri
tegak tanpa bergerak lagi dan sama sekali tidak menghiraukan
tubuhnya yang terbakar itu.
Teringat hubungan saudara seperguruan Siao-liong-li
merasa tidak tega, ia berseru : "Suci, lekas lari keluar, lekas!"
Namun Li Bok-chiu tetap berdiri tegak di tengah api yang
berkobar-kobar itu, dalam waktu singkat tubuhnya berubah
menjadi sepotong tunggak hitam dan akhirnya roboh. Siao-
Iiong-Ii memegangi lengan Nyo Ko sambil menutupi mukanya
seru meneteskan air mata.
Melihat nasib Li Bok-chiu yang berakhir secara
mengenaskan ini, biarpun Thia Eng dan Liok Bu-siaog tidak
pernah melupakan sakit hati terbunuhnya ayah-bunda mereka
serta segenap anggota keluarga, sekarang dendam itu sudah
terbalas, namun sedikitpun mereka tidak bergembira
menyaksikan kematian Li Bok-chiu itu.
Ui Yong memondong Kwe Yang, teringat kepada kejahatan
yang pernah diperbuat Li Bok-chiu itu, ternyata iblis itu juga
pernah berbuat suatu kebaikan, yakni merawat Kwe Yang cilik
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
selama beberapa hari. Ui Yong lantas pegang kedua tangan
Kwe Yang dan memberi hormat ke arah api sebagai tanda
terima kasih kepada Li Bok-chiu.
Semula Nyo Ko bermaksud menyelamatkan juga jenazah
Kongsun Lik-oh, tapi api kelihatan berkobar dengan hebatnya,
segenap bangunan sudah tenggelam di tengah lautan api
sehingga tak berdaya lagi, diam-diam Nyo Ko merasa sedih, ia
menghela napas panjang sambil memandang kobaran api
dengan kesima.
Pada saat itulah se-konyong- di atas gunung sebelah
timur-laut sana ada suara tertawa melengking aneh laksana
bunyi burung hantu, suaranya menusuk telinga walaupun
berkumandang dari jarak yang cukup jauh, dapat dibayangkan
tenaga dalam orang sesungguhnya sangat hebat.
"ltulah suara Kiu Jian-jio!" kata Nyo Ko. "Mengapa dia bisa
berada di puncak gunung sana?"
Tergerak hati Siao-liong-li, katanya: "Coba kita ke sana
untuk menanyai dia apakah masih menyimpan Coat-ceng-tan.
"Liong-ji, masakah sampai sekarang kau masih memikirkan
hal ini?" ujar Nyo Ko dengan tersenyum getir.
Maksud kedatangan Ui Yong, Bu Sam-tkong, Thia Eng dan
lain-lain ke Coat-ceng-kok ini memang untuk mencarikan obat
bagi Nyo Ko, maka mereka sama menyetujui usul Siaoliong-li
itu, mereka pikir kalau dari Kiu Jian-jio bisa dimintakan Coatceng-
tan lagi pasti Nyo Ko akan dipaksa meminumnya dan
takkan membiarkan anak muda itu membuang obatnya lagi
secara sia-sia.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena pikiran mereka sama, berbareng mereka lantas
berseru: "Marilah kita pergi ke sana," - Segera Bu Sam-thong
dan kedua puteranya serta Yalu Ce dan Wanyan Peng lantas
mendahului berlari ke sana.
Nyo Ko menghela napas dan menggeleng kepala, pikirnya:
"Apa gunanya usaha kalian ini kecuali kalian dapat mencarikan
obat mujijat yang mampu menghidupkan jiwa kami suamiisteri
sekagus,"
Sejak tadi Thia Eng hanya memandangi Nyo Ko dengan
diam-diam saja, kini mendadak berkata: "Nyo-toako,
janganlah engkau mengecewakan maksud baik orang banyak,
Marilah kita juga pergi ke sana?"
Selama ini Thia Eng sangat baik pada Nyo Ko, dalam hati
anak muda inipun sangat berterima kasih, walaupun cintanya
sudah dicurahkan kepada Siao-liong-li seorang dan tidak
mungkin bergeser lagi, tapi terhadap nona yang berpribadi
halus budi ini biasanya ia sangat menghormatnya.
Sejak kenal Nyo Ko juga Thia Eng tidak pernah memohon
sesuatu padanya, kini mendadak mengutarakan kata-kata itu,
betapapun Nyo Ko sukar menolaknya, terpaksa ia
mengangguk dan berkata:
"Baiklah, coba kita lihat nenek itu main gila apalagi di
puncak gunung sana,"
Begitulah beramai-ramai mereka lantas berlari ke atas
gunung menurut arah datangnya suara tertawa Kiu Jian-jio.
Nyo Ko sudah pernah melihat pepohonan di atas gunung ini,
jelas inilah tempat yang pernah dilaluinya ketika dia dan
Kongsun Lik oh serta Kiu Jian-jio lolos dari gua di bawah tanah
itu. sekarang pemandangan alam masih tetap begitu, namun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kongsun Lik-oh sudah tidak ada, dirinya sendiri juga tidak
lama lagi tinggal di dunia fana ini, teringat semua itu, ia
menjadi terharu.
Kira-kira beberapa ratus meter di bawah puncak gunung
itu, dapatlah rombongan mereka melihat jelas Kiu Jian-jio
sendirian duduk di suatu kursi dan sedang tertawa
menengadah seperti orang gila.
"Dia tertawa sendirian di situ, mungkin otaknya kurang
waras," ujar Bu-siang.
"Kita jangan mendekati dia," kata Ui Yong "Orang ini
sangat kejam dan keji, kita harus waspada kalau-kalau dia
mengatur tipu muslihat untuk menjebak kita, Kukira dia tidak
gila sungguhan."
Karena jeri terhadap senjata rahasia nenek gundul yang
lihay itu, mereka berhenti di kejauhan. Segera Ui Yong hendak
bersuara menegur, tapi tiba-tiba terlihat seorang muncul dari
balik karang di depan sana, siapa lagi dia kalau bukan
Kongsun Ci.
Mendadak Kongsun Ci menanggalkan jubahnya terus
diputar dan dikebaskan hingga lurus dan mengencang, begitu
indah dan kuat gerakannya, sungguh lihay luar biasa.
Diam-diam semua orang memuji kehebatan tenaga dalam
Kongsun Ci itu, Terdengar dia menyeringai dan membentak:
"Hm, nenek jahat dan keji, apimu sekaligus kau telah
memusnahkan perkampunganku yang dibangun leluhur kami,
hari ini jiwamu tidak mungkin dapat lolos dari tanganku!"
Berbareng ia terus berlari ke arah Kiu-Jian-jio sambil memutar
jubahnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Serrr!" terdengar suara mendesir keras satu kali, dari
mulut K iu Jian-jio tersembur satu biji buah kurma ke arah
Kongsun Ci. Suara desiran itu berkumandang dari puncak
gunung, jarak sambaran senjata rahasia itupun cukup jauh,
sebab itulah suaranya menjadi lebih nyaring dan tajam.
Kelihatan Kongsun Ci mengebaskan jubahnya seketika
pula buah kurma itu kena dilibatnya, Tadinya Kongsun Ci tidak
yakin jubahnya mampu menahan senjata rahasia lihay itu,
soalnya dia teramat murka, pula melihat Kiu Jian-jio duduk
sendirian di puncak gunung tanpa bala bantuan ia pikir itulah
kesempatan bagus untuk membinasakan bekas isterinya itu.
Sebab itulah dengan menyerempet bahaya ia terus
menerjang ke situ, apalagi setelah jelas senjata rahasia
isterinya itu tak-dapat melukainya, segera ia menerjang lebih
cepat lagi ke depan.
Melihat Kongsun Ci sudah dekat, Kiu Jian-jio tampak
ketakutan dan ber teriak-teriak: "Wah, celakai Tolong!
Tolong!"
"Nenek itu hendak dibunuhnya, ibu," kata Kwe Hu kepada
Ui Yong.
Ui Yong merasa tidak paham, sebab jelas dilihatnya Kiu
Jian-jio itu waras dan segar bugar, mengapa sengaja bergelak
tertawa dan memancing kedatangan bekas sang suami itu?
Dalam pada itu Kiu Jian jio telah menyemprotkan dua biji
paku buah kurma lagi, karena jaraknya sudah dekat, daya
samberan senjata rahasia itu jadi lebih keras, Cepat Kongsun
Ci putar jubahnya untuk menghalau.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi mendadak ia menjerit satu kali, tubuhnya terus
menghilang kejeblos ke bawah tanah dan Kiu Jian jio lantas
bergelak tertawa pula.
Tapi suara tertawanya cuma terdengar "haha..." dua kali
saja, sekejap itu dari bawah tanah menyamber keluar kain
panjang yang melibat kaki kursi yang diduduki Kiu Jian-jio itu
sehingga kursi dan orangnya ikut terseret ke dalam tanah.
Suara tertawa Kiu Jian jio mendadak berubah menjadi
jeritan melengking tercampur teriakan ngeri Kongsun Ci
berkumandang dari bawah tanah. Suara itu berkumandang
sampai lama untuk kemudian mendadak lenyap, keadaan
menjadi sunyi kembali.
Dari kejauhan semua orang dapat menyaksikan dan
mendengar kejadian itu dengan jelas, mereka saling pandang
karena tidak paham sebab musababnya, hanya Nyo Ko saja
yang tahu jelas seluk-beluk kedua suami isteri itu.
Segera mereka berlari ke atas puncak, tertampaklah
empat pelayan perempuan menggeletak tak bernyawa di situ,
di samping ada sebuah lubang besar, waktu mereka melongok
ke bawah, keadaan gelap guita dan tidak kelihatan apapun.
Kiranya Kiu Jian-jio yang pernah tersiksa cukup lama di
gua bawah tanah itu kadung teramat sakit hati dan benci
kepada Kongsun Ci, lebih dulu ia bakar habis
perkampungannya keluarga Kongsun yang bersejarah beratus2
tahun itu, kemudian ia menyuruh empat pelayan
menggotongnya ke puncak gunung. Melalui lubang gua di
puncak inilah tempo hari waktu dia diselamatkan dari gua
bawah tanah oleh Nyo Ko dan Kongsun Lik-oh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ia memerintahkan pelayan2 itu mengumpulkan ranting2
kayu, rumput kering dan sebagainya untuk menutupi lubang
gua, lalu pelayan2 itu dibinasakannya. Kemudian ia sengaja
bergelak tertawa untuk memancing kedatangan Konsun Ci. ia
menyemprotkan paku buah kurma serta menjerit minta
tolong, semua ini cuma pura-pura saja agar Kongsun Ci tidak
curiga.
Kongsun Ci tidak tahu bahwa di puncak gunung terpencil
ini ada lubang gua sedalam itu, tanpa pikir ia menerjang ke
arah Kiu jian-jio dan akhirnya kejeblos, Tapi pada detik
terakhir itu ia masih berusaha mencari hidup, sekuatnya ia
ayunkan jubahnya untuk membelit kaki kursi Kiu Jian-jio agar
dia dapat meloncat ke atas lagi, siapa tahu sekali tarik justeru
kedua orang sama-sama terjerumus ke bawah malah.
Ber-puluh2 meter dalamnya lubang di bawah tanah itu,
keruan tubuh sepasang suami-isteri itu hancur lebur menjadi
bakso dan saling lengket tak terpisahkan lagi, Tak terkira
semasa hidupnya pasangan yang saling dendam dan benci itu
akhirnya mati berbareng pada hari dan detik yang sama,
terkubur pada tempat dan liang yang sama pula.
Setelah Nyo Ko menceritakan seluk-beluk kehidupan
Kongsun Ci dan Kiu Jian-jio, semua orang sama menghela
napas gegetun, Yalu Ce dan anak-anak muda lain lantas
menggali suatu liang untuk mengubur keempat pelayan itu,
Melihat api masih berkobar dengan hebatnya di lembah sana
dan jelas tiada tempat tinggal lagi di situ, apalagi setelah
menyaksikan korban sebanyak ini, semua orang sama
berharap selekasnya dapat meninggalkan Coat ceng-kok itu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Penyakit adik Nyo Ko masih perlu disembuhkan kita harus
lekas mencarikan tabib sakti untuk mengobati dia," ujar Cu
Cu-liu.
Semua orang membenarkan usul itu. Tapi Ui Yong telah
berkata: "Tidak, hari ini kita belum boleh berangkat."
"Apa Kwe hujin ada usul lain?" tanya Cu Cu-liu .
Ui Yong mengerut kening, jawabnya. "Bahuku terluka dan
terasa kesakitan Kuharap malam ini kalian sudi tinggal lagi di
sini, kita berangkat besok saja."
Bahwa kesehatan Ui Yong terganggu dengan sendirinya
semua orang menurut untuk bermalam di situ. Beramai-ramai
mereka lantas pergi mencari gua dan tempat meneduh lain
dan sebagainya.
Siao-liong-li dan Nyo Ko lantas hendak melangkah pergi,
Tiba- Ui Yong berseru: "Liong-moaymoay, coba kemari, ingin
kubicarakan sesuatu padamu." Lalu ia menyerahkan Kwe Yang
kepada Kwe Hu dan mendekati Siao-liong-li, katanya pula
kepada Nyo Ko dengan tersenyum.
"Jangan kuatir, Ko- ji, dia sudah menikah dengan kau, tak
kan kuhasut dia minta cerai padamu."
Nyo Ko tersenyum, jawabnya: "Boleh saja kau coba
menghasutnya" Dalam hati ia sangat heran apakah yang
hendak dibicarakan sang bibi dengan Siao-liong-li. Terlihat
mereka menuju ke sana lalu berduduk di bawah sebatang
pohon besar, Meski penuh rasa ingin tahu, namun tidak enak
untuk mendekati mereka. Segera terpikir pula olehnya:
""Apakah Liong-ji pasti takkan merahasiakan pada-ku,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sebentar juga dia akan memberitahukan apa yang dikatakan
bibi Kwe itu."
Setelah berduduk di bawah pohon sana, Ui Yong lantas
berkata: "Adik Liong, sungguh aku sangat menyesal puteriku
yang ceroboh dan sembrono itu telah banyak membikin susah
kau dan Ko-ji."
"Ah, tidak apa-apa" ujar Siao-liong-li dengan tersenyum.
Tapi dalam hati ia pikir dengan sebuah jarum berbisa puterimu
telah mencelakai aku hingga tak bisa disembuhkan lagi,
sekalipun kau menyesal seribu kali juga tiada gunanya.
Ui Yong tambah melihat kemuraman Siaoliong-li, ia belum
lagi tahu bahwa sebuah jarum yang disambitkan Kwe Hu itu
sesungguhnya telah menamatkan riwayat Siao-liong-li.
Disangkanya racun jarum itu tidaklah sukar disembuhkan
seperti dahulu Bu Sam-thong, Nyo Ko dan lain-lain juga
pernah terkena jarum berbisa itu dan semuanya dapat disembuhkan,
ia tidak tahu bahwa tatkala mana Siao-liong-li
sedang memutar balik jalan darahnya menurut ajaran Nyo Ko
sehingga keadaannya sama sekali berbeda ketika terkena
jarum berbisa itu.
Tapi karena waktu itu Ui Yong sendiri tidak ikut masuk ke
kuburan kuno itu, maka ia tidak tahu duduknya perkara,
segera ia berkata pula: "Ada sesuatu yang ingin kumintakan
penjelasanmu, Dengan susah payah adik berhasil rebut Coat
ceng-tan, tapi Ko-ji tidak mau meminumnya, bahkan dibuang
ke jurang, Apakah sebabnya dia berbuat begitu?"
Siao-liong-li menghela napas pelahan, ia tahu betapa
cintanya Nyo Ko padanya dan tidak mau hidup sendiri, tapi
urusan sudah kadung beg'ni, buat apa dibicarakan lagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sehingga menimbulkan gara-gara pula? Maka ia lantas
menjawab: "Mungkin sifatnya memang aneh."
"Ko-ji adalah seorang yang berperasaan dan berbudi,
mungkin ia melihat nona Kongsun rela mengorbankan jiwa
sendiri demi mendapatkan obat itu, maka iapun tidak tega dan
tidak ingin minum obat itu untuk membalas kebaikan nona
cantik itu, Adik Liong, jalan pikiran Ko-ji itu harus dipuji,
namun orang mati tak dapat hidup kembali, pendiriannya yang
kepala batu itu justeru malah berlawanan dengan tujuan
pengorbanan nona Kongsun." Siao-liong li mengangguk dan
tidak mau menanggapi.
Lalu Ui Yong beikata pula: "Padahal dengan mati-matian
adik Liong menempur Kongsun Ci di tebing curam itu kan juga
tidak menghiraukan mati hidupnya sendiri? Di dun'a ini Ko-ji
hanya menurut pada perkataanmu, kuharap engkau suka
menasehati dia agar berpikir panjang."
"Seumpama dia mau menurut perkataanku di dunia ini
mana ada Coat-ceng-tan lagi?" ujar Siao-Hong-li dengan pilu.
"Meski Coat-ceng-tan tidak ada lagi, namun racun di dalam
tubuhnya bisa jadi dapat disembuhkan yang sulit adalah
karena dia tidak mau minum obat," kata Ui Yong.
Siao-liong-li terkejut girang, cepat ia berdiri dan bertanya:
"Setiap orang suka-memuji Kwe-hujin banyak tipu akalnya,
nyatanya memang tidak omong kosong, jadi engkau
maksudkan ada. ada obat lain yang dapat menyembuhkan Koji?"
Ui Yong memegangi tangan Siao-liong-li, katanya:
"Duduklah,kau." . Lalu ia mengeluarkan setangkai kecil rumput
warna ungu dan berkata puIa: "lni namanya Toan-jong cau,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebelum menghembuskan napasnya, paderi Hindu itu
memegangi rumput kecil ini, Dari Cu-susiok kudengar waktu
itu mereka sedang mencari obat penawar racun bunga cinta
dan mendadak disergap hingga binasa oleh jarum berbisa Li
Bok-chiu. Bukankah engkau melihat air muka paderi itu
menguIum senyum meski orangnya sudah meninggalkan?
Kuyakin waktu itu beliau sedang bergirang karena berhasil
menemukan rumput ini, Guruku Ang Cit-kong juga pernah
bercerita padaku, katanya di mana ular berbisa suka
berkeliaran di situ pula pasti ada tumbuh obatnya yang dapat
memunahkan racun ular, begitu pula dengan makhlukmakhluk
berbisa lainnya, itulah hukum alam, sedangkan Toanjong-
cau ini kebetulan ditemukan di bawah semak-semak
bunga cinta, meski rumput ini terkenal berbisa, namun setelah
kurenungkan berulang-ulang, kuyakm dengan rumput ini
dapat digunakan sebagai obat racun menyerang racun, jadi
rumput ini adalah obat anti racun bunga cinta itu."
Uraian Ui Yong ini membuat Siao-liong-li manggutmanggut
berulang-ulang.
Kemudian Ui Yong menyambung pula: "Sudah tentu
minum rumput berbisa ini harus menyerempet bahaya, tapi
mau apa lagi? Toh tiada obat lain yang dapat menolongnya,
betapapun kita harus mencobanya, Menurut pikiranku, besar
kemungkinan khasiat rumput ini dapat menyembuhkan dia."
Siao-Iiong li tahu Ui Yong memang pintar dan banyak tipu
dayanya, jika dia berkata secara begitu meyakinkan, maka
urusannya pasti tidak salah, apalagi memang tiada jalan lain
kecuali itu. Setelah membulatkan tekad, lalu ia menjawab:
"Baiklah, akan kuminta dia minum obat ini,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Ui Yong mengeluarkan lagi segenggam Toan jongcau
dan diserahkan pada Siao-Iiong-li katanya: "Sepanjang
jalan kupetik sebanyak ini, kukira sudah cukup. Untuk
permulaan boleh kau suruh dia makan sedikit saja, suruh dia
mengerahkan hawa murni untuk melindungi jantung, lihat
dulu bagaimana kerjanya rumput ini, kemudian barulah
ditambah atau dikurangi jumlah rumput yang harus dimakan."
Siao-liong-li simpan rumput itu dan menyembah kepada Ui
Yong, katanya dengan suara rada tersendat: "Kwe-hujin,
selama hidup Ko-ji kenyang duka derita, tindak-tanduknya
memang rada kepala batu, tapi sudilah engkau suka
menjaganya dengan baik,"
Cepit Ui Yong membangunkan Siao-liong-li, katanya
dengan tertawa: "Kau yang menjaganya akan berpuluh kali
lebih baik daripadaku Kelak kalau kepungan musuh atas
Siangyang sudah reda, biarlah kita berkunjung ke Tho-hoa-to
dan istirahat untuk beberapa lamanya di sana."
Betapapun pintarnya Ui Yong juga tidak menyangka
bahwa jiwa Siao liong li tinggal tidak lama lagi, ucapannya
tentang menjaga Nyo Ko benar-benar permohonannya dengan
setulus hati, waktu ia berpaling, dilihatnya Nyo Ko berdiri jauh
di sana sedang memandangi Siao-liong-li walaupun apa yang
mereka bicarakan sama sekali tak dapat didengarnya.
Sementara itu semua orang telah mengatur tempat
bermalam masing-2, ada yang menemukan gua, ada yang di
bawah pohon.
Melihal Ui Yong sudah pergi setelah bicara, Nyo Ko lantas
mendekati Siao liong-li. Dengan tersenyum Siao-Iiong-li berdiri
memapaknya dan berkata: "Setelah kita menyaksikan kejadian
mengenaskan tadi, hari kita sendiri juga bersisa tidak banyak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lagi, Ko ji, kini urusan orang lain sama sekali takkan kita urus,
Marilah kau mengawani aku ber-jalan-jalan,"
"Benar, akupun berpikir demikian," jawab Nyo Ko
Kedua orang lantas bergandengan tangan dan berjalan
melintasi lereng sana Tidak lama kelihatanlah sepasang mudamudi
duduk berdampingan di atas batu asyik bicara dengan
pelahan, kiranya mereka adalah Bu Tun-si dan Yalu Yan, Nyo
Ko tersenyum saja dan mempercepat langkah melewati kedua
anak muda itu.
Belum lagi jauh, tiba-tiba di tengah semak-semak pohon
sana ada suara ngikik tawa orang, Wanyan Peng kelihatan
berlari keluar dan di belakangnya mengejar seorang sambil
berseru: "Hayo, hendak lari ke mana kau?"
Kepergok oleh Nyo Ko dan Siao liong-Ii, air muka Wanyan
Peng menjadi merah dan menyapi: "Nyo-toako dan Liong-cici"
Cepat pula ia berlari masuk ke hutan sana, menyusul Bu Siubun
lantas muncul dari semak-semak pohon sana terus
mengejar ke dalam hutan.
"O, dunia, apakah cinta itu" demikian Nyo Ko berguman
pelahan, Sejenak kemudian iapun berkata: "Belum lama
berselang kedua saudara Bu itu saling labrak mati-mati-an
demi memperebutkan nona Kwe, tapi hanya sekejap saja cinta
kedua anak muda itu sudah berganti sasaran. Ada orang yang
selama hidupnya cuma mencintai seorang, tapi juga ada orang
yang sukar diketahui cintanya murni atau palsu, O, dunia,
apakah cinta itu? pertanyaan ini memang pantas
dikemukakan."
Sejak tadi Siao-liong-li hanya menunduk termenung dan
tidak bersuara, Keduanya berjalan pelahan hingga di kaki
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
gunung, Waktu menengadah, sang surya di waktu senja
sedang memancarkan sinarnya yang cemerlang, salju di
puncak gunung kemilauan oleh cahaya matahari menambah
keindahan alam yang sukar dilukiskan.
Teringat kepada hidup mereka yang bersisa tidak lama
lagi, kedua orang menjadi tambah kesemsem kepada
pemandangan permai itu.
Siao-liong li termangu-mangu sekian lama, tiba-tiba ia
berkata: "Koji, konon orang mati akan menuju ke akhirat,
apakah benar ada akhirat dan rajanya?"
"Semoga begitu hendaknya, kalau tiada akhirat, ke mana
kita akan menuju dan tentu takkan berkumpul dan bertemu
lagi," ujar Nyo Ko.
Siao-liong-li sudah biasa mengekang perasaan sendiri,
walaupun sedih, namun nada ucapannya tetap tenang dan
biasa saja, sebaliknya Nyo Ko tidak tahan lagi, ia berpaling ke
sana dan meneteskan air mata.
"Ah, soal akhirat masih tanda tanya, kalau bisa terhindar
dari mati, tentunya lebih baik tidak mati saja," kata Siao-liongli
sambil menghela napas. "Eh, Ko-ji, lihatlah alangkah
indahnya bunga itu!"
Nyo Ko memandang ke arah yang ditunjuk, tertampak di
tepi jalan sana tumbuh setangkai bunga warna merah tua,
kelopak bunganya lebar sehingga hampir sebesar mangkuk,
bentuknya seperti bunga mawar dan juga mirip bunga peoni.
"Sungguh jarang ada bunga semacam ini, entah apa
namanya bunga yang mekar di musim dingin ini? Biarlah
kuberi nama Liong-li-hoa (bunga puteri Liong) saja," kata Nyo
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ko sambil mendekati dan memetik bunga itu serta
menyuntingkan-nya di belakang telinga Siao-liong-li.
"Terima kasih, sudah kau hadiahi bunga bagus, diberi
nama bagus pula," kata Siao-liong li dengan tertawa.
Mereka melanjutkan perjalanan sejenak pula, kemudian
mereka berduduk di suatu tanah berumput.
"Apakah kau masih ingat pada waktu kau menyembah dan
mengangkat guru padaku dahulu?" tanya Siao-liong li tibatiba.
"Tentu saja ingat," jawab Nyo Ko.
"Kau pernah bersumpah bahwa selama hidupmu kau akan
tunduk pada perkataanku, apapun yang kukatakan takkan kau
bantah, sekarang aku telah menjadi isterimu, menurut
pendapatmu sepantasnya aku harus "setelah menikah tunduk
kepada suami" atau kau yang harus "tetap tunduk kepada
perintah guru"?"
"Ah, apapun yang kau katakan, itu pula yang kukerjakan,"
jawab Nyo Ko dengan tertawa "Perintah guru tak berani
kubantah, perintah isteri lebih-lebih tak berani kubangkang."
"Bagus, asal kau ingat saja," kata Siao-liong-li.
Mereka duduk bersandar di tanah berumput itu,
pemandangan sekeliling indah permai sehingha rasanya berat
untuk berpisah.. Dari jauh mereka dengar suara Bu Sam-thong
memanggil mereka ber-santap, Mereka saling pandang
dengan tersenyum dan sama-sama berpendapat untuk apa
bersantap dengan meninggalkan pemandangan indah yang
sukar dicari ini?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu hari sudah mulai gelap, mereka sudah
teramat lelah sehari semalam, apalagi merekapun sama-sama
terluka, selang tak lama, tanpa terasa mereka sama tertidur.
Sampai tengah malam, layap-layap Nyo Ko memanggil:
"Apakah kau kedinginan, Liong-ji!" - Bcrbareng ia hendak
merangkul nya, siapa tahu rangkulannya telah merangkul
tempat kosong.
Keruan ia terkejut dan cepat membuka mata, ternyata
Siao-liong-li sudah menghilang entah ke mana. Segera ia
melompat bangun, ia memandang sekitarnya, bulan sabit
menghias di angkasa menyinari bumi, suasana sunyi senyap,
mana ada bayangan Siao-liong-li?
Nyo Ko berlari-lari ke atas gunung sambil berteriak-teriak:
"Liong ji! Liong-ji!"" -seketika suaranya bergema, kata-kata
"Liong-ji" itu berkumandang dari lembah pegunungan, namun
tetap tiada jawaban Siao-liongli.
"Ke mana perginya?" tidak kepalang cemasnya Nyo Ko. ia
tidak menguatirkan Siaoliong-li dicelakai binatang buas, sebab
diketahuinya di pegunungan ini tiada sesuatu binatang buas
yang menakutkan, andaikan ada juga takdapat mengganggu
Siao-liong-li, Jika ketemu musuh tangguh, mustahil dirinya
tidak mengetahuinya mengingat mereka berdua tidur
berdampingan.
Karena teriakan Nyo Ko inilah, serentak It-teng Taysu, Ui
Yong, Cu Cu-liu dan lain-lain terjaga bangun. Ketika
mendengar Siao-liong li menghilang entah ke mana, tentu saja
semua orang merasa heran, beramai-ramai mereka lantas ikut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mencari di segenap pelosok lembah pegunungan itu, namun
tetap tidak ditemukan jejak.
"Tentu dia sengaja tinggal pergi sehingga aku sama sekali
tidak mengetahuinya," demikian pikir Nyo Ko, "Tapi mengapa
dia pergi begitu saja tanpa pamit? Hal ini pasti ada sangkutpautnya
dengan pembicaraannya dengan bibi Kwe siang tadi,
Ketika itu dia tampak sedih dan mengajak aku ke sini, tentu
juga disebabkan setelah berbicara dengan bibi Kwe."
Karena pikiran ini, segera ia tanya Ui Yong dengan suara
keras: "Kwe-pekbo, apa yang kau bicarakan dengan Liong-ji
siang tadi?"
Ui Yong sendiri tidak habis mengerti mengapa mendadak
Siao-liong li menghilang, ia lihat urat hijau di dahi Nyo Ko
sama menonjol, cara bicaranya rada kasar, segera ia tahu
gelagat tidak enak, cepat ia menjawab: "Kuminta dia agar
suka membujuk kau minum Toan-jong-cau itu agar racun
dalam tubuhmu bisa dipunahkan."
Tanpa pikir Nyo Ko berteriak pula: "Jika dia tak dapat
hidup larna lagi, untuk apa aku hidup sendirian di dunia ini?"
"Jangan kuatir, Ko ji," Ui Yong berusaha menghibur
"Seketika nona Liong entah pergi ke mana, tapi mengingat
ilmu silatnya yang maha tinggi kukira dia takkan beralangan
apapun, masakah kau bilang dia tak dapat hidup lama lagi?"
Saking cemasnya Nyo Ko takdapat menguasai
perasaannya Jagi, teriaknya gemas: "Puteri kesayanganmu
telah menyarangkan jarum berbisa di tubuhnya, ketika itu dia
sedang mengatur jalan darah secara terbalik untuk
menyembuhkan lukanya, maka racun jarum itu telah terserot
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seluruhnya ke jantungnya, dalam keadaan begitu mana dia
dapat hidup lama lagi, dia kan bukan dewa?"
Tentu saja Ui Yong tidak pernah menyangka akan kejadian
itu, Meski dia mendengar dari Kwe Hu bahwa Nyo Ko dan
Siao-liong li telah keliru dilukainya dengan jarum berbisa di
kuburan kuno itu, tapi ia pikir Nyo Ko berdua adalah ahli waris
Ko-bong-pay, suatu aliran der:gan Li Bokchiu, tentu mereka
memiliki obat penawar perguruannya untuk
menyembuhkannya, sekarang mendengar ucapan Nyo Ko ini,
seketika mukanya menjadi pucat terkejut.
Cepat sekali Ui Yong menggunakan otaknya, segera
terpikir olehnya: "Kiranya Ko-ji tidak mau minum Coat-cengtan
itu adalah karena jiwa isteri nya sudah pasti takkan tahan
lama lagi, makanya dia tidak ingin hidup sendiri. Lantas ke
mana perginya nona Liong sekarang?" ia memandang ke
puncak gunung yang bergua dan telah menelan bulat Kiu Jianjio
dan Kongsun Ci itu, tanpa terasa ia merinding sendiri.
Tanpa berkedip Nyo Ko memandangi Ui Yong, dengan
sendirinya iapun dapat meraba jalan pikiran nyonya cerdik
yang gemetar memandangi puncak gunung sana, seketika ia
kuatir dan gusar, kata-nya: "Sudah jelas jiwanya sukar
dipertahankan lantas kau membujuk dia agar membunuh diri
untuk menyelamatkan jiwaku, begitu bukan? Mungkin kau
mengira tindakanmu ini ada baiknya bagiku, tapi aku... aku O,
betapa benciku padamu..."
Sampai di sini dadanya menjadi sesak, ia terus roboh
pingsan.
Cepat It-teng menurut gitok anak muda itu sejeuak,
perlahan-lahan Nyo Ko siuman kembali, Ui Yong lantas
berkata: "Aku hanya membujuk dia supaya menyelamatkan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jiwamu dan sekali tidak meminta . dia bunuh diri. Kalau kau
tidak percaya ya terserah padamu!"
Semua, orang saling pandang dengan bingung,
Tiba-tiba Thia Eng berkata: "Lekas kita membuat tali
panjang dari kulit pohon, biar kuturun ke dalam gua sana
untuk mencannya, barangkali... barangkali Liong-cici
tergelincir..."
"Ya, betapapun kita harus mencarinya hingga jelas
persoalannya," ujar Ui Yong.
Segera mereka bekerja keras mengupas kulit pohon untuk
dipintal menjadi tali besar, orang banyak tenaga kuat, tidak
lama tali yang ratusan meter panjangnya sudah jadi, Beramairamai
para anak muda itu mengajukan diri untuk menyelidiki
gua di bawah tanah itu.
"Biarlah aku sendiri yang turun ke sana," kata Nyo Ko.
Semua orang memandang Ui Yong untuk menunggu
keputusannya, Ui Yong tahu dirinya dicurigai Nyo Ko, kalau
keinginan anak muda itu dicegah pasti juga takkan digugu,
sebaliknya kalau dibiarkan turun ke bawah, mungkin Siao
liong-li betul terjatuh dan meninggal di sana, maka pastilah
anak muda itu takkan mau naik lagi di sini.
Selagi Ui Yong ragu-ragu, tiba-tiba Thia Eng berkata pula
dengan iklas: "Nyo-toako, aku saja yang turun ke sana.
Dapatkah engkau mempercayaiku?"
Selain Siao-liong-li, hanya Thia Eng saja yang paling
digugu oleh Nyo Ko. Apalagi ia sendiripun sedih dan bingung,
kaki tangan terasa lemas, terpaksa ia mengangguk setuju.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Bu Sam-thong, Yalu Ce dan lain-lain yang
bertenaga kuat memegangi tali panjang itu untuk menurunkan
Thia Eng ke dalam gua bawah tanah itu. Karena lubang gua di
bawah tanah itu terletak dipuncak bukit, maka dalamnya gua
juga sama tingginya dengan puncak itu. Tali panjang itu terus
di ulur hingga tertinggal beberapa meter saja barulah Thia Eng
mencapai tanah.
Beramai-ramai semua orang berdiri mengelilingi lubang
gua itu dan tiada seorangpun yang bicara.
Ui Yong hanya saling pandang dengan Cu Cu-liu, apa yang
mereka pikir adalah sama, yakni kalau Siao-liong-li benarbenar
meninggal di bawah sana, pasti Nyo Ko akan terjun juga
ke dalam gua, hal ini harus di cegah sebisanya.
Begitulah dengan perasaan cemas dan gelisah semua
orang memandangi lubang gua itu dan menantikan berita
yang akan dibawa oleh Thia Eng.
Sekian lama mereka menunggu dengan tidak sabar dan
Thia Eng masih belum nampak memberi tanda untuk naik
kembali ke atas.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba tali yang dipegang Bu
Sam-thong itu ber goyang-goyang beberapa kali, Kwe Hu dan
lain-lain lantas berteriak: "Lekas kerek dia ke atas!"
Beramai-ramai mereka lantas menarik sekuatnya sehingga
Thia Eng dapat di kerek ke atas. Sebelum keluar dari lubang
gua itu Thia Eng sudah berteriak-teriak :"Tidak ada, tidak ada
Liong-cici di bawah sana!"
Semua orang menjadi girang dan menghela napas lega,
sejenak kemudian Thia Eng menongol keluar dari lubang gua,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lalu berkata pula: "Nyo-toako, sudah kuperiksa dengan teliti,
di bawah sana hanya ada mayat Kongsun Ci dan Kiu Jian-jio
yang sudah hancur dan tiada terdapat benda lain."
"Kita sudah mencari rata segenap pelosok dan tidak
menemukannya, kukira nona Liong saat ini pasti sudah
meninggalkan lembah ini," kata Cu Cu-liu setelah berpikir
sejenak.
Tiba-tiba Bu-siang berseru: "He, masih ada suatu tempat
yang belum kita longok, bisa jadi Liong-cici sedang berusaha
menemukan Coat-ceng tan yang terbuang..."
Tidak sampai habis ucapan Bu-siang, hati Nyo Ko tergetar
dan segera ia berlari ke tebing curam kemarin itu, sembari
berlari iapun berteriak-teriak: "Liong-ji! Liong ji!"
Setiba di tebing itu, tertampak kabut membungkus
permukaan jurang, awan mengapung di udara, kicau burung
saja tak terdengar apalagi bayangan manusia.
Nyo Ko pikir Siao-Iiong-li adalah orang yang berhati polos
dan lugu, apapun yang dia pikir pasti dikatakan padaku. Ketika
berbaring di tanah rumput itu dia hanya mengatakan agar aku
ingat saja sumpahku akan patuh pada perkataannya, Sudah
tentu aku tidak pernah membantah kehendaknya, mengapa
perlu ditegaskan lagi? Namun dia kan tidak pernah memberi
pesan apa-apa padaku?"
Begitulah ia menengadah dan bergumam pelan.
"Liong ji, O, Liong-ji, ke manakah kau sesungguhnya?
sebenarnya kau ingin mematuhi perkataanku tentang apa?" -
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia memandang ke tebing di depan sana, samar-samar
tertampak bayangan nona berbaju putih dengan bunga merah
tersunting di sanggulnya, bayangannya yang mengambang itu
seperti saling bertempur melawan Kongsun Ci.
"Liong-ji!" Nyo Ko berteriak lagi, tapi setelah diperhatikan
lagi, mana ada bayangan Siao-liong-ii, hanya bunga salju
belaka yang bertebaran tertiup angin, tapi bunga merah yang
dipetiknya kemarin itu memang benar berada di bawah tebing
sana.
Nyo Ko menjadi heran, padahal waktu Siao-liong-li
menempur Kongsun Ci di situ kemarin belum ada bunga
merah itu. Tebing hanya batu karang belaka tanpa
tetumbuhan apapun, mengapa ada bunga di situ? Kalau bunga
itu jatuh ke situ tertiup angin, manabisa terjadi secara
kebetulan begitu?
Segera ia tarik napas panjang dan berlari ke tebing sana
melalui jembatan batu yang sempit itu. Sesudah dekat,
seketika hatinya tergetar hebat, jelas bunga itu adalah merah
yang dipetiknya untuk Siaoliong-li itu, kelopak bunga kelihatan
sudah layu dan dapat dikenalnya dengan jelas waktu itu ia
sendiri memberi nama "Liong-li-hoa" untuk bunga merah ini.
Kalau bunga ini terjatuh di sini, maki Siao-liong-ii pasti juga
pernah datang ke sini.
Ia jemput bunga itu, dilihatnya dibawah bunga ada satu
bungkusan kertas, cepat ia membuka bungkusan itu, kiranya
isinya adalah setangkai rumput warna ungu, yaitu Toan-jongcau
yang tumbul di bawah semak-semak bunga cinta itu.
Hati Nyo Ko berdebar-debar keras, ia coba meneliti kertas
pembungkus rumput itu, namun tiada sesuatu tulisan apa-apa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Nyo-toako!" terdengar Bu-siang memanggil di seberang,
"apa yang kau lakukan di sana?"
Waktu Nyo Ko menoleh, tiba-tiba terlihat di dinding tebing
terukir dua baris huruf dengan ujung pedang, huruf yang satu
baris lebih besar dan tertulis: "16 tahun lagi berjumpa pula di
sini, cinta murni suami isteri, jangan sekali-sekali ingkar janji"
Sedang baris huruf yang lebih kecil tertulis: "Dengan
sangat Siao-liong-li menyampaikan pesan ke pada suamiku
Nyo Ko agar menjaga diri baik-baik dan harus berusaha
berkumpul kembali"
Nyo Ko memandangi dua baris tulisan itu dengan
termangu-mangu, seketika ia tidak paham apa maksud Siaoliong
li. Pikirnya: "Dia berjanji padaku untuk berjumpa pula di
sini 16 tahun kemudian, lalu ke mana perginya sekarang? Dia
mengidap racun jahat dan sukar disembuhkan mungkin
sepuluh hari atau setengah bulan saja tak tahan, mana bisa
dia mengadakan janji bertemu 16 tahun lagi? sudah jelas dia
mengetahui Coat-ceng-tan yang dapat menyelamatkan jiwaku
telah kubuang ke jurang, manabisa pula dia menunggu aku
sampai 16 tahun lamanya?"
Begitulah makin dipikir makin ruwet sehingga tubuhnya
menjadi sempoyongan. Melihat keadaan Nyo Ko yang linglung
itu, semua orang menjadi kuatir kalau anak muda itu
tergelincir ke dalam jurang, Tapi untuk menyeberang ke sana
dan membujuknya juga sulit karena jembatan itu sangat
sempit, kalau mendadak dia menjadi kalap, ilmu silatnya
sedemikian tinggi pula, lalu siapa yang mampu mengatasinya
dan pasti akan ikut kejeblos ke jurang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong mengerut kening, katanya kemudian kepada Thia
Eng: "Sumoay, tampaknya dia masih mau menurut
perkataanmu."
"Baiklah, coba kupergi ke sana," jawab Thia Eng dan
segera melompat ke atas jembatan batu dan melangkah ke
sana.
Mendengar suara tindakan orang dari belakang, segera
Nyo Ko membentak: "Siapapun tak boleh ke sini!" Cepat iapun
membalik tubuh dengan mata mendelik.
"Akulah, Nyo-toako!" seru Tbia Eng dengan suara lembut
"Aku ingin membantu kau mencari Liong-cici dan tiada
maksud lain."
Sejenak Nyo Ko mengawasi Thia Eng dengan termenung,
kemudian sorot matanya mulai berubah halus.
Thia Eng melangkah maju dan bertanya: "Apakah bunga
merah ini tinggalan Liong-cici?"
"Ya," Nyo Ko menjawab. "Mengapa harus 16 tahun?
Mengapa?"
Sudah tentu Thia Eng tidak paham apa yang dikatakan
Nyo Ko itu, setelah berada di seberang-dapatlah ia membaca
tulisan yang terukir di dinding tebing itu, iapun merasa heran.
Katanya kemudian: "Kwe-hujin banyak tipu dayanya, caranya
memecahkan persoalan juga sangat jitu, marilah kita kembali
ke sana dan tanya beliau, tentu akan mendapatkan
keterangan yang memuaskan,"
"Benar," ujar Nyo Ko. "Awas, jembatan itu sangat licin, kau
harus hati-hati!" Segera ia mendahului melompat ke seberang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sana serta menceritakan kedua baris tulisan itu kepada Ui
Yong,
Uhtuk sekian lamanya Ui Yong merenungkan arti tulisan
itu, tiba-tiba matanya bercahaya dan ber-keplok tangan,
katanya dengan tertawa: "Wah, selamat, Ko-ji, selamat!"
Kejut dan girang Nyo Ko, cepat ia bertanya:
"Maksudmu maksudmu itu berita baik?"
"Ya, tentu saja," jawab Ui Yong, "Rupanya adik Liong telah
bertemu dengan Lam-hay Sin-ni (Rahib sakti dari lautan
selatan), sungguh penemuan yang sukar di cari."
"Lam-hay Sin-ni?" Nyo Ko mengulang nama ini dengan
bingung, "Siapakah dia?"
"Lam-hay Sin-ni adalah nabi besar agama Buddha jaman
kini," tutur Ui Yong, "Agama beliau sukar dijajaki,
tingkatannya bahkan jauh lebih tinggi daripada It-teng Taysu
ini. Lantaran dia jarang ke Tionggoan sini, maka tokoh dunia
persilatan jarang yang kenal namanya, Dahulu ayahku pernah
bertemu satu kali dengan beliau dan beruntung mendapat
ajaran sejurus ilmu pukulan dari beliau. Yah 16, 32. 48, ya
benar, kejadian itu sudah 48 tahun yang lalu."
Nyo Ko merasa sangsi "48 tahun yang lalu? "ia menegas.
"Benar," jawab Ui Yong, "Usia Sin-ni itu mungkin kini
sudah dekat seabad, Menurut cerita ayahku, tiap 16 tahun
sekali ia datang ke Tionggoan ini. Celakalah orang jahat yang
kepergok olehnya, Tapi beruntunglah orang baik yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berjumpa dengan beliau, Nona cantik seperti adik Liong itu
pasti sangat disukai oleh Sin-ni dan bisa jadi telah
menerimanya sebagai murid dan dibawa ke Lamhay."
"Setiap 16 th. satu kali?" Nyo Ko menggumam, tiba-tiba ia
berpaling kepada It-teng Taysu dan berta-nya: "Apakah betul
begitu, Taysu?"
Belum lagi It-teng menjavvab, cepat Ui Yong menimbrung:
"Meski agamanya tinggi, tapi tabiat Sin-ni ini rada aneh.
Apakah Taysu juga pernah bertemu dengan beliau?"
"O, sayang, belum pernah kulihat dia," jawab It-teng
singkat.
"Benar-benar orang tua yang agak kurang bijaksana," kata
Ui Youg pula. "Masakah orang muda yang baru bersuami isteri
diharuskan berpisah 16 tahun lamanya, bukankah terlalu
kejam? Padahal ilmu silat adik Liong sudah begitu tinggi, kalau
belajar lagi 16 tahun, memangnya supaya dia dapat mengatasi
dan menundukkan sang suami? Hahaha!"
"Ah kukira bukan begitu, Kwe-pekbo," kata Nyo Ko.
"Bagaimana?" tanya Ui Yong,
Nyo Ko lantas mengulangi bercerita tentang Siao-liong-li
yang sedang mengadakan penyembuhan luka dalam sendiri
dan mendadak terkena jarum berbisa yang disambitkan Kwe
Hu sehingga racun terseret ke jantung, akhirnya ia berkata:
"Jika benar Liong-ji mendapatkan perhatian Sin-ni, maka
dalam 16 tahun ini Sin-ni pasti akan menggunakan
kesaktiannya untuk menguras racun yang berkumpul dalam
tubuh Liong-ji. Tadinya kukira... ku kira dia pasti takdapat
disembuhkan lagi."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tentang secara semberono anak Hu mencelakai adik
Liong juga baru kudengar dari adik Liong semalam," tutur Ui
Yong. "Ko-ji, apa yang kau duga barusan ini memang masuk
diakal. Kukira untuk menyembuhkan adik Liong memang sukar
dilakukan dalam waktu singkat biarpun Sin-ni memiliki obat
mujarab. Maka kita berharap saja semoga Sin-ni tiba-tiba
menaruh belas kasihan dan dapat mengirim kembali adik
Liong padamu sebelum waktu yang ditentukan."
Selamanya Nyo Ko belum penuh mendengar tokoh sakti
bernama "Lam hay Sin-ni" segala, hatinya menjadi ragu-ragu,
hendak tidak percaya, namun bunga ditemukannya dan tulisan
juga terukir jelas, semua itu adalah bukti nyata yang tak dapat
di-bantah, jika Siao-liong-li mengalami sesuatu, mengapa dia
menjanjikan pertemuan 16 tahun kelak?
Setelah berpikir sejenak, tiba-tiba ia tanya Ui Yong: "Kwepekbo,
darimana engkau mengetahui Liong-ji dibawa pergi
Lam-hay Sin-ni? Sebab apa pula dia tidak menuliskan kejadian
yang sebenarnya agar aku tidak berkuatir baginya?"
"KesimpuIanku ini kutarik dari kalimat "16 tahun lagi" itu,"
tutur Ui Yong, "Kutahu setiap 16 tahun sekali Lam-hay Sin-ni
pasti datang ke Tionggoan sini, kecuali dia rasanya tiada
orang kosen lain yang mempunyai kebiasaan aneh begitu. Itteng
Taysu, apakah engkau teringat ada oran kosen lain
pula?"
It-teng menggeleng dan menyatakan tidak ada. Maka Ui
Yong berkata pula: "Malahan Nikoh sakti itupun sungkan
namanya di-sebut-sebut orang, dengan sendirinya dia tidak
mengizinkan adik Liong menulis namanya di atas batu, Cuma
sayang Toan-jong-cau ini entah dapat menawarkan racun
dalam tubuh atau tidak, jika, . . .jika tidak, ai, 16 tahun
kemudian adik Liong akan pulang dan bila tidak dapat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bertemu lagi dengan kau, mungkin iapun tidak ingin hidup
lagi."
Air mata Nyo Ko berlinang-linang di kelopak matanya
sehingga pandangannya menjadi samar-samar. lapat-lapat
seperti dilihatnya ada bayangan putih di seberang sana,
seakan-akan 16 tahun sudah lalu dan Siao liong li sedang
mencarinya di situ, tapi tidak bertemu sehingga sangat
kecewa dan berduka.
Angin dingin meniup membuat Nyo Ko ter-gigil, segera ia
berkata dengan tegas: "Kwe-pekbo, biarlah kupergi ke Lamhay
untuk mencari Liong-ji, entah Sin-ni berdiam di mana?"
"Ko ji," jawab Ui Yong, "janganlah kau berpikir begitu, Tay
ti-to yang menjadi pulau kediaman Lam-hay Sin-ni itu mana
boleh diinjak orang luar. Bahkan setiap lelaki yang berani
mendekati pulau itu akibatnya pasti akan binasa. Dahulu
ayahku telah mendapat anugerah beliau, tapi ayah juga belum
pernah berkunjung ke sana. Kalau adik Liong sudah diterima
oleh Sin-ni, janji bertemu 16 tahun kelak dengan cepat akan
lalu, mengapa engkau mesti tergesa-gesa mencarinya?"
Dengan mata membelalak Nyo Ko menatap tajam Ui Yong
dan menegas: "Ucapan Kwe- pekbo ini sesungguhnya betul
atau tidak?"
"Terserah kau mau percaya atau tidak," jawab Ui Yong.
"Boleh coba kau memeriksa lagi ukiran tulisan di dinding sana,
kalau bukan tulisan tangan adik Liong, maka apa yang
kukatakan mungkin juga tidak betul."
"Gaya tulisan itu memang betul tulisan tangan Liong-ji,"
ujar Nyo Ko. "Setiap kali menulis huruf Nyo, pada titik kanan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu selalu dia tarik agak panjang, hal ini tidak mungkin
dipalsukan orang."
"Bagus jika begitu," seru Ui Yong sambil keplok, "Terus
terang kukatakan, aku sendiripun merasa kejadian ini teramat
kebetulan dan semula akupun mencurigai Cu-toako yang
sengaja mengatur sandiwara ini untuk mengelabuhi kau."
Nyo Ko termenung sejenak, katanya kemudian: "Baiklah
aku akan coba-coba minum Toan-jong-cau jni, jika tidak
berhasil, 16 tahun yang akan datang tolong Kwe-pekbo
memberitahukan kejadian ini kepada isteriku yang bernasib
buruk itu." Lalu ia berpaling dan tanya Cu Cu-liu: "Cu-toasiok,
bagaimana caranya minum obat rnmput ini?"
Cu Cu liu sendiri hanya tahu Toan-jong-cau itu
mengandung racun yang keras, bagaimana caranya
menggunakan racunnya untuk mengobati racun belum pernah
di dengannya. Terpaksa ia bertanya kepada lt teng: "Suhu,
soal ini harus minta petunjuk engkau."
It-teng Taysu segera menggunakan It-yang-ci dan
menutuk empat Hiat-to di bagian2 yang menyangkut ulu hati,
serentak Nyo Ko merasakan hawa hangat menyalur ke dada,
rasa sesak tadi lantas longgar.
"Karena racun bunga cinta ini berhubungan dengan hati
dan perasaan, maka waktu Toan-jong-cau menawarkan
racunnya pasti juga akan menyerang bagian hati, sebab itulah
kututuk empat Hiat-to untuk melindungi urat nadi jantung
hati, sekarang kau boleh coba minum satu tangkai dulu
rumput rantas usus itu," demikian kata It-teng.
Nyo Ko lantas mengucapkan terima kasih. Waktu dia
mendengar paderi Hindu itu dibinasakan Li Bok-chiu, ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
merasa putus harapanlah usaha menyembuhkan Siao liong-li,
maka ia sendiripun bertekad akan mati saja bersama sang
isteri sekarang dia dijanjikan bertemu lagi 16 tahun kemudian,
segera hasrat ingin hidupnya berkobar kembali cepat ia
mengeluarkan setangkai Toanjong-cau atau rumput rantas
usus itu terus dikunyahnya, ia merasa pahitnya luar biasa
melebihi bratawali.
Tapi baik airnya maupun ampasnya Nyo Ko telan mentahmentah.
Kalau sebelum ini dia tidak ingin hidup sendirian
tanpa Siao-Iiong-li, sekarang dia justeru kuatir akan mati lebih
dulu sehingga 16 tahun kemudian Siao-liong-li takdapat
menemukan dia di puncak gunung ini.
Ia lantas duduk bersila dan mengerahkan tenaga dalam
untuk melindungi urat nadi jantung hati, selang tak lama,
mendadak perutnya mulas, menyusul itu lantas kesakitan
seperti di-iris2 dan laksana dicocok beribu-ribu jarum
sekaligus, Tapi ia bertahan sekuatnya tanpa merintih
sedikitpun selang tak lama rasa sakit itu hampir merata di
seluruh badan, ruas tulang seakan2 terlepas semuanya.
Rasa sakit itu berlangsung hingga lama, kemudian mulai
berkurang dan cuma bagian perut saja yang masih mulas,
mendadak ia menumpahkan darah warna merah segar seperti
darah orang sehat.
Thia Eng dan Bu-siang sama menjerit kaget melihat anak
muda itu tumpah darah. Tapi It-teng tampak bergirang malah
dan menggumam pelahan: Wah Sute, meski sudah wafat
engkau tetap meninggalkan pahala."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Serentak Nyo Ko melompat bangun dan berseru: "Jiwaku
ini adalah pertolongan paderi Thian -tiok, It teng Taysu dan
Kwe-pekbo bertiga."
"He, apakah kadar racun dalam tubuhmu sudah punah
seluruhnya?" tanya Bu-siang dengan girang.
"Mana bisa begitu cepat?" ujar Nyo Ko. "Cuma sekarang
sudah jelas kemanjuran obat ini, asalkan setiap hari minum
satu tangkai tentu kadar racun akan semakin berkurang pula
setiap hari."
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru