Selasa, 18 April 2017

Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendekar Yoko

Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendekar Yoko
Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendekar Yoko Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf
-Kwee Ceng tertawa.
"Pantas aku melihat dia jalan meloncat-loncat
dengan kepala di bawah dan kaki di atas, kiranya
dia sedang kaupermainkan!" katanya. Memang sulit
untuk berlatih dengan cara demikian.
Oey Yong tersenyum.
"Kau datang kemari, apa kau juga hendak turut
berebut gelar orang gagah nomor satu di kolong
langit itu?" tanyanya.
"Ah, Yongji, kau menggodaku," sahut si pemuda.
"Aku datang ke gunung ini buat mencari Kakak
Ciu supaya diajari ilmu untuk melenyapkan ilmu
silatku...."
Kwee Ceng lantas menjelaskan alasan mengapa
ia sampai mendapat pikiran demikian.
Oey Yong memiringkan kepalanya, berpikir.
"Ya, melupakan itu pun baik juga," katanya
kemudian. "Memang, semakin kita pandai, pikiran
kita semakin tak tenang. Lebih baik seperti waktu
masih kecil, kita tak bisa segala-galanya, tak ada yang
kita pikirkan, tak ada yang menyusahkan kita...."
Waktu mengatakan itu, si nona tidak berpikir
bahwa sudah wajar dengan bertambahnya usia manuTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
sia berarti bertambah juga keruwetan hidupnya,
bahwa kehidupan ini tidak ada hubungannya dengan
pandai silat atau tidak. Kemudian ia berkata, "Besok
tiba saatnya pertemuan di Hoa San ini, untuk
mengadu pedang. Ayah pasti akan ambil bagian.
Karena kau tak berniat turut memperebutkan gelar
jago itu, menurutmu bagaimana cara kita untuk
membantu ayahku?"
"Yongji," kata si pemuda, "bukannya aku tak
mau mendengar perkataanmu, tapi dalam hal ayahmu,
sebagai manusia, dia kalah dari Ang Insu...."
Ang Insu berarti Guru Ang yang berbudi, yaitu
Ang Cit Kong.
Oey Yong sedang duduk bersender. Begitu ia
mendengar Kwee Ceng mengatakan ayahnya kalah
dari Cit Kong, artinya ayahnya bukan manusia baikbaik,
mendadak ia menjadi gusar. Ia mendorong
Kwee Ceng. Tentu saja Kwee Ceng melengak.
Hanya sedetik, si nona lantas tertawa.
"Memang, memang Suhu Ang baik pada kita,"
katanya. "Sekarang begini saja. Kita tidak membantu
pihak mana pun! Bagaimana menurutmu?"
"Ayahmu dan Suhu Ang sama-sama kesatria,
jika kita membantu diam-diam, tentu mereka tak
senang," kata Kwee Ceng.
"Apa? Diam-diam? Apa sangkamu aku orang
jahat?"
Lantas si nona memperlihatkan roman tidak senang.
Kwee Ceng heran.
"Ah, aku salah omong...," katanya.
Si nona mengawasi, tiba-tiba ia tertawa lagi.
"Sudahlah!" katanya. "Sebenarnya, asal kau tak
menyia-nyiakanku, kita masih bisa cukup lama
berkumpul...."
Bukan main girangnya Kwee Ceng, ia mencekal
keras tangan si nona.
"Mana bisa aku menyia-nyiakanmu!" katanya.
"Ya, sebab si tuan putri tak menghendakimu lagi,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
baru kau menghendaki aku si budak hina...."
Kwee Ceng diam. Disebutnya nama Gochin
mem¬buat ia teringat kepada ibunya yang mati
secara menyedihkan di gurun pasir.
Cahaya rembulan menyinari muka anak muda
ini. Oey Yong melihat muka itu pucat dan lesu, ia
terkejut. Ia menyangka telah salah omong.
"Kakak Ceng," katanya lekas-lekas, "lebih baik
kita jangan membicarakan lagi urusan yang sudahsudah.
Kita sekarang telah berkumpul, kita senang.
Aku sebenarnya senang sekali. Bagaimana jika
kubiarkan pipiku kaucium?"
Muka Kwee Ceng memerah. Ia tidak berani
mencium.
Oey Yong tertawa, ia melengos. Ia likat sendiri.
"Coba bilang, siapa yang bakal menang besok?"
ia menyimpangkan pembicaraan.
"Itu sukar dibilang. Entah It Teng Taysu datang
atau tidak...."
"Dia sudah menjadi orang suci, dia takkan berebut
nama kosong lagi."
"Aku pun menduga demikian. Ayahmu, Suhu
Ang, Kakak Ciu, Kiu Cian Jin, dan Auwyang
Hong mempunyai kepandaian masing-masing. Mengenai
Suhu Ang, aku tak tahu dia sudah sembuh
atau belum dan entah bagaimana kepandaiannya...."
Waktu mengucapkan begitu, Kwee Ceng sedih.
"Menurut keadaan. Bocah Tua Nakal yang paling
lihai," kata si nona. "Tapi kalau tidak menggunakan
Kiu Jm Cin Keng, dia kalah dari empat
orang yang lain...."
Kwee Ceng membenarkan dugaan itu.
Mereka masih bicara sampai rasa kantuk si
nona datang, maka tidak lama kemudian, ia pulas
di dada si pemuda, yang membiarkannya. Tidak
lama setelah itu. Kwee Ceng pun ingin tidur,
namun ketika baru layap-layap tidurnya, mendadak
ia mendengar langkah yang disusul dengan berTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
kelebatnya dua bayangan yang lari ke belakang
jurang. Ia terkejut, samar-samar ia mengenali Pek
Thong dan Cian Jin. Ia heran melihat Bocah Tua
Nakal dikejar Cian Jin. Ia tidak tahu ketua Tiat
Ciang Pang itu menggunakan ular berbisa.
Bukankah tadinya Cian Jin yang dikejar-kejar Pek
Thong? Pelan-pelan ia membangunkan si nona
dan berkata, "Lihat!"
Oey Yong bangun, mengangkat kepalanya. Ia
lantas melihat Pek Thong yang lari berputar-putar
di dekat mereka. "Kemudian didengarnya Bocah
Tua Nakal berkata, "Bangsat tua Kiu, di sini
bersembunyi kawanku tukang menangkap ular berbisa!
Apa kau masih tak mau lekas-lekas kabur?"
Lalu Kiu Cian Jin menjawab sambil tertawa,
"Apa kausangka aku bocah umur tiga tahun?"
Ciu Pek Thong berteriak-teriak, "Saudara Kwee!
Nona Oey! Lekas bantu aku!"
Kwee Ceng hendak membantu. Ketika ia mau
melompat bangun, Oey Yong menariknya dan tetap
merebahkan diri di dada si pemuda.
"Jangan bergerak!" kata si nona lirih.
Pek Thong terus lari berputar-putar, ia tidak
juga melihat kemunculan kedua orang yang diteriakinya
itu. Setelah mengulangi tapi tetap tidak
ada yang memedulikannya, ia berteriak, "Bocah
busuk! Budak iblis! Kalau kau tetap tak mau
keluar, nanti kucaci maki delapan belas leluhurmu!"
Oey Yong lantas muncul. Ia tertawa.
"Aku tak mau keluar!" katanya. "Kalau kau bisa,
makilah!"
Pek Thong tidak berani memaki.
"Nona, bantulah aku," katanya. "Bagaimana
kalau aku mencaci delapan belas leluhurku?"
Melihat munculnya sepasang muda-mudi itu, hati
Kiu Cian Jin ciut. Ia lantas berniat kabur, sebab
celakalah kalau ia dikepung mereka bertiga. Kalau
besok, bertempur satu lawan satu. ia tidak jeri.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Lantas ia mengangkat ularnya, menyampokkannya
ke muka Pek Thong.
Bocah Tua Nakal kaget, ia berkelit. Mendadak
ia merasakan sesuatu yang dingin di lehernya, ia
kaget sekali. Ia menyangka itu ular berbisa.
"Mati aku! Mati aku!" teriaknya berulang-ulang.
Binatang itu meronta-ronta di punggungnya. Ia
pun tidak berani merogoh. Mendadak ia lemas,
lantas tubuhnya roboh.
Oey Yong dan Kwee Ceng kaget, keduanya
melompat menubruk untuk menolong.
Kiu Cian Jin heran melihat robohnya Pek Thong,
tapi karena ini kesempatannya yang baik, ia hendak
lari pergi. Belum lagi ia mengangkat kaki, dari
gerumbulan pohon muncul sesosok bayangan, yang
lalu berkata dengan dingin, "Bangsat tua Kiu, hari
ini kau tak dapat lolos lagi!"
"Siapa kau?" bentak Cian Jin. Orang itu berdiri
membelakanginya, hingga Cian Jin tidak dapat
melihat mukanya. Ia hanya bisa khawatir.
Pek Thong rebah di tanah, mengira dirinya sudah
ada di alam baka. Tapi kupingnya mendengar, "Tuan
Ciu, jangan takut, itu bukan ular!" Ia pun ditolong
bangun. Ia lantas melompat berdiri. Kembali ia
merasakan sesuatu yang dingin di punggungnya,
benda itu bergerak-gerak. Kembali ia kaget, hingga
menjerit, "Dia menggigitku! Ular! Ular!"
"Bukan ular. hanya ikan emas!" kata orang itu lagi.
Sekarang Oey Yong berdua Kwee Ceng telah
melihat orang yang bicara itu, malahan mereka
mengenalinya, yaitu si tukang pancing, murid kepala
It Teng Taysu. Orang itu pun lantas mengambil
ikan dari punggung Bocah Tua Nakal.
Si tukang pancing datang ke Gunung Hoa San,
ia melihat sepasang ikan emas Kim-wawa, maka
ia lantas menangkapnya. Entah bagaimana ia membuat
yang seekor terlepas, bahkan tepat sekali
jatuh ke dalam baju Ciu Pek Thong. Tak heran
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pek Thong kaget dan takut bukan main, sebab ia
menyangka itu ular Kiu Cian Jin.
Begitu Pek Thong membuka mata dan mengawasi
orang itu, ia bengong. Ia seperti mengenali
orang itu, tetapi lupa siapa. Kemudian ia berpaling
kepada Kiu Cian Jin, ketua Tiat Ciang Pang itu
sedang mundur selangkah demi selangkah, sedangkan
si bayangan maju selangkah demi selangkah
juga. Ia mengawasi bayangan itu. Akhirnya ia
kaget tak terkira, semangatnya seolah terbang
tinggi. Bayangan itu ternyata Eng Kouw atau Lauw
Kui-hui dari istana Negara Tali!
Kiu Cian Jin juga kaget bukan main. Ia datang
ke Hoa San dengan harapan besar, sebab meski
gagah Ciu Pek Thong bisa dipengaruhi dengan
ular. Ia sama sekali tidak menyangka sekarang
Lauw Kui-hui muncul tiba-tiba. Selama di Cheeliong-
toa, ia telah menyaksikan selir itu mengamuk,
maka sekarang hatinya jadi ciut. Justru itu terdengar
si nyonya berkata, "Kembalikan jiwa anakku...!"
Sebenarnya Cian Jin heran bagaimana nyonya
ini mengenalinya, karena dulu ketika menyatroni
istana Toan Hongya, ia menyamar. Dulu ia juga
tidak berniat membinasakan anak itu. sebab
maksudnya ialah supaya Toan Hongya mengobati
anaknya dan menjadi lelah karenanya.
"Eh, perempuan edan, buat apa kau menggangguku?"
tanyanya sambil memaksakan diri tertawa.
"Pulangkan jiwa anakku!" jawab Eng Kouw.
"Buat apa kau menyebut-nyebut anakmu?" tanya
Cian Jin. "Anakmu sudah mati, apa hubungannya
denganku?”
"Sebab kaulah pembunuhnya! Malam itu aku
tak melihat mukamu, tapi aku mendengar tawamu!
Nah, coba kau tertawa lagi! Tertawa! Cepat!"
Kiu Cian Jin mundur lagi. Ia melihat wanita itu
akan menerkamnya. Ketika nyonya itu benar-benar
maju, ia menggeser sedikit ke samping, tangan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kirinya menepuk tangan kanannya, lalu tangan kanannya
itu meluncur ke perut si nyonya. Itulah jurus
Imyang Kwi It, Bersatunya Im dan Yang, salah satu di
antara ketiga belas jurus dari Tiat Ciang Kiat, silat
Tangan Besi-nya yang lihai. Tenaga tangan kanannya
dibantu dengan tangan kirinya.
Eng Kouw tahu hebatnya serangan itu. la hendak
membebaskan diri dengan Ni Ciu Kang, ilmu
Lindung-nya, tetapi di luar dugaannya, gerakan Cian
Jin sangat sebat. Ia menjadi nekat. Maka bukannya
menangkis atau berkelit, ia justru menubruk untuk
memeluk musuh, supaya mereka sama-sama jatuh
ke jurang.
Belum lagi kedua pihak mempertaruhkan jiwa
mereka, Kiu Cian Jin merasakan sambaran angin
di sampingnya, sedangkan matanya melihat bayangan
berkelebat. Terpaksa ia menarik pulang serangannya
untuk dipakai menangkis. Ia lantas melihat
siapa yang telah merintanginya, ia gusar sekali.
"Ah, Bocah Tua Nakal, kau lagi!" serunya.
Memang Pek Thong-lah yang menolong Eng
Kouw dari bahaya. Tiba-tiba saja datang rasa cinta
si orang tua, bahkan ia menyerang dengan jurus dari
Kiu Im Cin Keng. Meski menolong, Pek Thong
tidak berani memandang langsung kekasihnya.
Sembari membelakangi ia berkata, "Eng Kouw, kau
bukan tandingan tua bangka ini, lekas pergi! Aku
pun mau pergi dari sini!"
Bocah Tua Nakal benar-benar mau angkat kaki.
tetapi Eng Kouw bertanya, "Ciu Pek Thong, kau
hendak menuntut balas untuk anakmu atau tidak?"
"Apa? Anakku?" tanya Bocah Tua Nakal. Ia
heran hingga melengak.
"Benar! Pembunuh anakmu adalah Kiu Cian
Jin!" sahut Eng Kouw.
Pek Thong bingung, la tidak tahu bahwa hubungannya
beberapa hari dengan Lauw Kui-hui telah
menghasilkan anak. Selagi ia diam, telah datang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
beberapa orang lain, maka tempo mengangkat kepala
ia melihat It Teng Taysu serta keempat muridnya.
Kiu Cian Jin mendapati dirinya berada kurang
tiga kaki dari jurang, artinya ia sudah terkurung
dan terancam bahaya, sedangkan semua musuhnya
lihai. Dalam keadaan seperti itu, ia menjadi nekat.
Ia menepukkan kedua tangannya dan berkata
angkuh, "Aku mendaki Gunung Hoa San ini untuk
memperebutkan gelar orang kosen nomor satu di
kolong langit, tapi kalian berkumpul sekarang!
Hm! Apakah kalian mengepungku hendak menyingkirkan
satu lawan lebih dulu? Dapatkah kalian
melakukan perbuatan sehina ini?"
Menurut Ciu Pek Thong perkataan orang itu
beralasan.
"Biarlah besok, sehabis pertemuan adu silat,
baru aku mengambil jiwamu yang busuk!"
"Baiklah!" kata Kiu Cian Jin.
"Tidak bisa!" teriak Eng Kouw. "Mana bisa aku
menanti sampai besok!"
"Bocah Tua Nakal!" Oey Yong turut bicara.
"Dengan orang terhormat kita bicara tentang kehormatan,
dengan manusia licik kita bicara secara
licik."
Muka Kiu Cian Jin memucat, la mengerti sedang
menghadapi bahaya. Tapi ia licik, ia mendapat akal.
"Kenapa kau hendak membunuhku?" tegurnya.
"Kau jahat sekali, setiap orang berhak membunuhmu!"
jawab si pelajar.
Cian Jin tertawa terbahak sambil melengak.
"Kalian lebih banyak, aku bukan tandingan
kalian!" ejeknya. "Tapi apa kalian kira aku takut?
Barusan kalian bicara tentang kehormatan dan kejahatan,
baiklah! Sekarang aku bersedia melayani
kalian! Nah, majulah siapa di aniara kalian yang
seumur hidup belum pernah membunuh manusia
serta belum pernah berbuat jahat! Kalian boleh
turun tangan, aku nanti manda menyerahkan leherTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
ku untuk dipenggal! Jika aku mengerutkan alis,
aku bukan laki-laki!"
It Teng Taysu menghela napas. Ia lantas mendului
mengundurkan diri untuk duduk bersila.
Kata-kata Cian Jin berpengaruh sekali. Sekalipun
si tukang pancing, tukang kayu, petani, dan pelajar
pernah memangku pangkat, mereka semua pernah
membunuh orang.
Ciu Pek Thong dan Eng Kouw saling memandang,
keduanya teringat segala hal yang mereka alami
bersama dulu.
Kwee Ceng dan Oey Yong turut diam.
Kiu Cian Jin menggunakan kesempatan, la melangkah
ke arah Kwee Ceng. Si pemuda minggir.
Cian Jin mengerahkan tenaganya untuk lompat
melewatinya, namun mendadak dari balik batu besar
menyambar sebatang tongkat bambu ke mukanya. Ia
terkejut tapi bisa menangkis untuk menangkap
tongkat itu, berniat merampasnya. Di luar dugaannya,
ia gagal, bahkan tiga kali beruntun tongkat
itu menyerang. Ia kaget, ternyata setiap serangan
adalah totokan ke jalan darah. Ia kewalahan, sedangkan
di situ tidak ada jalan mundur. Terpaksa ia
mundur ke tempatnya tadi, mendekati jurang.
Segera setelah ia mundur, sesosok bayangan
melompat ke depannya.
"Suhu!" teriak Oey Yong. Si nona mengenali
sosok itu, yaitu Kiu Ci Sin Kay Ang Cit Kong!
"Hai, pengemis bau!" Kiu Cian Jin mencaci.
"Kenapa kau usil? Sekarang masih belum tiba
waktunya pertemuan untuk beradu ilmu pedang!"
"Aku datang untuk menyingkirkan kejahatan!"
jawab Ang Cit Kong. "Siapa mau rapat beradu
pedang denganmu!"
"Bagus, orang gagah, pendekar!" teriak Kiu Cian
Jin. "Ya, aku si orang jahat, kau sendiri si manusia
baik yang belum pernah melakukan perbuatan busuk!"
"Memang!" jawab Cit Kong lagi. "Aku si pengeTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
mis tua telah membinasakan 531 orang yang semuanya
jahat, pembesar rakus, hartawan, jago jahat,
atau manusia tak berbudi! Benar, aku si pengemis
tua sangat kemaruk hidangan lezat; tapi seumur
hidupku belum pernah aku membunuh orang baikbaik!
Kiu Cian Jin, kaulah orang ke-532 yang
akan kubunuh!"
Mendengar itu Cian Jin tersentak.
"Kiu Cian Jin," Ang Cit Kong berkata lagi,
"Ketua Siangkoan Kiam Lam dari Tiat Ciang Pang
adalah orang gagah perkasa, seumur hidup dia setia
pada negara, tak pernah berubah pikiran. Tapi kau,
yang sama-sama menjadi ketua, bersekongkol dengan
bangsa Kim, berkhianat, menjual negara! Kalau
nanti kau mati, apakah kau punya muka untuk
bertemu dengan Ketua Siangkoan? Sekarang kau
mendaki Gunung Hoa San ini, kau bemiat gila
mengharapkan kehormatan sebagai orang kosen
nomor satu di kolong langit! Jangan kata ilmu
silatmu tak mampu menandingi orang-orang gagah
lain, umpama kata kau benar tiada tandingan, di
kolong langit ini, orang gagah mana yang sudi
takluk pada pengkhianat penjual negara!"
Kiu Cian Jin berdiri menjublek. Hebat kata-kata
itu. Teringatlah ia akan kejadian-kejadian beberapa
puluh tahun lampau ketika ia pertama kali menerima
kedudukan sebagai ketua Tiat Ciang Pang.
Waktu itu Siangkoan Kiam Lam, ketua yang lama,
sambil rebah sakit di pembaringan, telah meninggalkan
pesan, menjelaskan pada Kiu Cian Jin tentang
aturan suci Tiat Ciang Pang, berpesan supaya
mencintai negara dan menyayangi rakyat. Kiu Cian
Jin ingat, semakin menanjak usianya, semakin tinggi
kepandaiannya, sepak terjangnya semakin bertentangan
dengan cita-cita partainya. Semua
anggotanya yang jujur dan setia mengundurkan
diri; sedangkan yang buruk tetap berkumpul bersamanya,
hingga kemudian Tiat Ciang Pang yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
suci murni itu telah berubah menjadi kotor, menjadi
sarang penjahat. Ia mengangkat kepalanya, melihat
rembulan bersinar terang. Sepasang mata Ang Cit
Kong bersinar tajam mengawasinya. Mendadak ia
menginsafi semua perbuatannya dulu bertentangan
dengan Thian. Tanpa sadar peluh membasahi seluruh
tubuhnya.
"Ketua Ang, kau benar!" katanya akhirnya. Ia
memutar tubuh untuk melompat ke jurang.
Cit Kong kaget. Ia memegang tongkatnya untuk
menjaga diri. Ia khawatir, karena gusarnya, Kiu
Cian Jin akan menerjangnya. Ia tahu ketua Tiat
Ciang Pang itu lihai. Maka ia tidak menyangka
orang itu menjadi nekat hendak bunuh diri. Ia
tercengang. Selagi ia tidak berdaya, orang lain
telah mencelat maju ke lepi jurang. Orang itu
adalah It Teng Tay.su yang sejak tadi duduk bersila
saja. Pendeta ini melompat tidak dengan kakinya,
namun dengan tubuh melayang. Ia masih dalam
posisi bersila. Tangan kirinya terulur, ia menyambar
kaki Kiu Cian Jin dan menariknya keras-keras,
sambil memuji, "Siancay! Siancay! Laut kesengsaraan
tidak ada batas pinggirnya. Siapa yang
menoleh, melihat tepian! Kau telah insaf, kau
telah menyesal, maka bagimu masih belum kasip
untuk kembali menjadi manusia benar! Pergilah
kau mengurus dirimu baik-baik!"
Kiu Cian Jin menangis menggerung-gerung, berlutut
di depan si pendeta, pikirannya pepat. tidak
dapat ia mengatakan sesuatu.
Eng Kouw melihat orang itu berlutut membelakanginya.
Melihat kesempatan itu, ia menghunus
belatinya, menikam punggung musuhnya itu.
"Tahan!" seru Ciu Pek Thong seraya menahan
tangan si nyonya.
"Kau mau apa?" bentak Eng Kouw gusar.
Bocah Tua Nakal memang tidak mau berurusan
dengan si nyonya, maka dibentak begitu ia berTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
teriak, lantas memutar tubuhnya untuk lari kabur.
"Ke mana kau mau pergi?" bentak Eng Kouw
lalu mengejar.
"Perutku sakit, aku hendak buang kotoran!" sahut
Pek Thong sambil lari terus.
Sejenak Eng Kouw tergugu, lantas ia mengejar
lagi. Ia tidak memedulikan kata-kata orang itu.
Pek Thong berteriak-teriak lagi, "Celaka! Celaka!
Celanaku penuh kotoran bau sekali, jangan dekatdekat
aku!"
Eng Kouw tidak memedulikannya, ia terus mengejar.
Sudah dua puluh tahun ia mencari, kalau
sekarang ia membiarkan orang itu lolos lagi, lain
kali sukar mencarinya hingga ketemu. Ia lari kencang.
Bocah Tua Nakal mendengar langkah kakinya,
ia kaget. Sekarang ia benar-benar terkejut. Kalau
tadi ia mengatakan hendak buang air besar hanya
untuk menggertak Eng Kouw. sekarang ia benarbenar
hendak melakukannya....
Kwee Ceng dan Oey Yong tersenyum melihat
lagak Pek Thong itu, yang bersama Eng Kouw
lenyap dengan cepat. Kemudian mereka menoleh,
memandang lt Teng Taysu.
Pendeta itu bicara berbisik kepada Kiu Cian
Jin, dan ketua Tiat Ciang Pang itu menganggukangguk.
Kemudian Toan Hongya yang sudah "mati"
itu bangkit.
"Mari berangkat!" katanya.
Sampai di situ Kwee Ceng dan si nona menghampiri
untuk memberi hormat. Mereka pun memberi
hormat pada si tukang pancing berempat.
It Teng mengusap-usap kepala sepasang mudamudi
itu. Ia tersenyum, kelihatan nyata pada romannya
bahwa ia mengasihi mereka. Ia menoleh kepada
Ang Cit Kong dan berkata. "Saudara Cit, kau
sehat walafial, lebih gagah daripada dulu! Kau
pun telah menerima dua murid yang baik sekali,
selamat padamu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ang Cit Kong menjura.
"Hongya juga baik!" katanya.
It Teng tertawa.
"Sekarang aku bukan hongya lagi!" katanya. Ia
menolak sebutan hongya atau raja. "Saudara Cit,
gunung itu tinggi, air itu panjang. Sampai bertemu
lagi!" la merangkapkan kedua tangannya untuk
memberi hormat, lantas membalikkan tubuh akan
beranjak pergi.
"Eh, eh," kata Cit Kong, "besok pertemuan
berlangsung. Kenapa Toan Hongya pergi sekarang?"
Karena telah jadi kebiasaan, ia tidak dapat mengubah
panggilan Toan Hongya itu.
It Teng berbalik. la tertawa.
"Aku dari kalangan lain, tak berani aku berebutan
dengan orang-orang gagah di kolong langit,"
sahutnya. "Kedatanganku hari ini hanya untuk
menyelesaikan keruwetan dari dua puluh tahun
lampau. Maka aku bersyukur maksudku telah tercapai.
Saudara Cit, sekarang siapa lagi orang gagah
itu kalau bukannya kau. Janganlah merendahkan
diri!"
Lagi-lagi pendeta ini memberi hormat, lantas „
pergi dengan menggandeng Kiu Cian Jin.
Si tukang pancing herempat menghormat pada
Ang Cit Kong, kemudian mengikuti guru mereka.
Si pelajar lewat di dekat Oey Yong, melihat
muka si nona bercahaya, ia tertawa dan menggoda
dengan bersenandung, "Di lanah rendah ada pohon
yang toh, cabangnya halus dan lemas."
Oey Yong membalas sindiran itu, "Sang ayam
menclok di para-paranya, hari sudah jadi malam...."
Si pelajar tertawa lebar, ia menjura dan melanjutkan
perjalanan.
Kwee Ceng heran, ia tidak mengerti. Ia menduga
mereka main teka-teki.
"Yongji, apakah itu kata-kata Sanskerta?" tanyanya.
Si nona tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bukan. Itu syair dari Kitab Syair"
Kedua syair si pelajar dan Oey Yong itu masih
ada sambungannyaj tetapi mereka sengaja menyebut
permulaannya saja. Si pelajar mengatakan si nona
belum menikah tapi sudah kegirangan, sedangkan
Oey Yong mengumpamakan si pelajar sebagai binatang.
Sementara itu Kwee Ceng, yang telah mendengar
teguran Ang Cit Kong kepada Kiu Cian Jin, turut
tersadar. Ia seperti mendapat petunjuk untuk
mengatasi keruwetannya selama ini. Gurunya itu
telah membunuh banyak orang, tapi semuanya orang
jahat. Tindakan gurunya itu tidak dapat dikatakan
tidak pantas. Guru itu bukannya jahat, bahkan
, sebaliknya, gurunya orang baik. sebab ia menindas
kejahatan. Karena itu semestinya ia tidak melupakan
atau membuang ilmu silatnya.
Lantai muda-mudi ini menghampiri guru mereka
untuk memberi hormat, kemudian mereka pasang
omong tentang segala hal yang terjadi sejak perpisahan
mereka yang terakhir.
Ang Cit Kong ikut Oey Yok Su ke Pulau
Persik Di sana ia dapat menyembuhkan diri dengan
memahami Kiu i m Ciri Keng. dengan melatih ilmu
tenaga dalamnya untuk memperlancar jalan pernapasan
dan jalan darahnya. Dalam tempo setengah
tahun ia sembuh, lalu dalam tempo setengah lahun
berikutnya ia berhasil memulihkan kepandaian silatnya,
la sudah sembuh, tetapi ia meninggalkan
Pulau Persik sesudah Oey Yok Su, yang pergi
lebih dulu untuk mencari anak daranya yang selalu
dipikirkan dan dirindukannya. Oey Yok Su bertolak
ke utara. Cit Kong bertemu dengan Lou Yu Kiak,
maka ia tahu tentang kedua muridnya itu, kecuali
hal-hal yang terjadi setelah rombongan Yu Kiak
meninggalkan Mongolia.
"Suhu, sekarang silakan Suhu beristirahat," Kwee
Ceng mempersilakan. "Sang fajar bakal lekas tiba,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sebentar lagi tiba waktunya beradu kepandaian.
Suhu mesti menggunakan banyak tenaga."
Cit Kong tertawa dan berkata, "Usiaku telah
lanjut, tapi kegemaranku akan menang pun bertambah.
Tapi mengingat yang bakal kuhadapi Sesat
Timur dan Racun Barat, hatiku kurang tenteram.
Selama ini, Yongji, kepandaian ayahmu maju pesat
sekali. Coba tebak, siapa yang akan lebih kuat
atau lebih lemah di antara ayahmu dan gurumu?"
"Sebenarnya kepandaian Suhu dan kepandaian
Ayah berimbang," sahut Oey Yong. "Tapi sekarang
Suhu telah mewarisi // Yang Ci dari lt Teng
Taysu dan Suhu sendiri telah meyakinkan Kiu Im
Cm Keng, maka tentulah ayahku bukan tandingan
Suhu lagi. Aku akan omong dengan ayahku, supaya
Ayah tak usah melawan Suhu lagi, lebih baik
lekas-lekas pulang ke Pulau Persik."
Ang Cit Kong memikirkan perkataan si murid
yang nada suaranya berbeda, ia lantas menduga isi
hati gadis itu. Ia tertawa lebar dan berkata, "Tak
usah kau bicara berputar-putar. // Yang Ci kepunyaan
Toan Hongya dan Kiu Im Cin Keng kepunyaan
kalian berdua, maka tak usah kalian sebut lagi. Aku
si pengemis tua tidak bakal menebalkan muka
menggunakannya. Kalau nanti tiba saatnya pibu,
aku akan menggunakan kepandaian asalku."*
Memang itulah maksud Oey Yong, maka ia
tertawa.
"Suhu," katanya, "jika kalah dari ayahku, kau
akan kumasakkan seratus macam masakan untuk
berpesta pora. Bagaimana, akur?"
Air liur Cit Kong langsung terbit.
"Eh, bocah cilik, hatimu tak bagus!" kalanya.
"Sudah membakar hatiku, kau menyogok juga!
Kau sangat licik, berharap supaya ayahmulah yang
menang!"
Oey Yong tertawa. Belum lagi ia menyahut,
mendadak Cit Kong bangun berdiri dan sambil
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menunjuk ke belakangnya berkata, "Bisa Bangkotan,
kau datang begini pagi!"
Kwee Ceng dan si nona melompat bangun,
lantas menoleh, berdiri di samping guru mereka.
Mereka segera melihat Auwyang Hong yang tinggi
besar sedang berdiri. Racun Barat datang secara
diam-diam, hingga muda-mudi itu tidak tahu. Mereka
heran dan terkejut.
"Datang lebih pagi. pibu lebih pagi!" sahut
Auwyang Hong. "Datang siang, pibu siang. Eh.
pengemis tua, hari ini kita bakal bertempur. Katakan,
kita bakal bertempur untuk mencari kemenangan
yang memutuskan atau untuk mengadu jiwa?"
"Karena kita bertaruh untuk kalah dan menang,
itu berarti hidup dan mati," jawab Ang Cit Kong.
"Maka kalau kau menurunkan tangan, tak usah
kau main kasihan-kasihan lagi!"
"Baik!" kata Auwyang Hong. Ia lantas menggerakkan
tangan kirinya, yang tadi ditaruhnya di
belakang. Ternyata ia telah menyiapkan tongkatnya.
Ia menotok batu seraya berkata lagi, "Di sini saja
atau di tempat lain yang lebih lebar?"
Cit Kong belum menyahut, tapi sudah didului
Oey Yong.
"Tidak bagus Gunung Hoa San ini dipakai sebagai
tempat pibul" kata si nona. "Lebih baik kita
pergi ke perahu!"
Pengemis Utara melengak.
"Apa kau bilang?" ia bertanya menegaskan.
"Dengan bertempur di perahu, kita dapat memberikan
kesempatan sekali lagi pada Paman
Auwyang untuk membalas kebaikan dengan kejahatan!"
si nona menjelaskan. "Biarlah dia mendapat
kesempatan untuk membokong lagi!"
Ang Cit Kong tertawa terbahak.
"Dulu kita teperdaya satu kali, maka satu kali
juga kita belajar pintar!" katanya. "Jangan harap
si pengemis bangkotan nanti memberi ampun lagi!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Racun Barat merasakan sindiran si nona, air
mukanya tidak berubah sama sekali, namun tanpa
bilang apa-apa ia lantas menekuk kedua dengkulnya,
menongkrong, sedangkan tongkatnya berpindah
ke tangan kiri. Tangan kirinya itu lantas dipakai
untuk mengerahkan ilmu silat istimewanya, Kapmo-
kang.
Melihat demikian. Oey Yong segera menyerahkan
tongkat Tah-kauw-pang kepada gurunya.
"Suhu!" katanya. "Lawan bangsat licik ini dengan
Tah-kauw-pang dan // Yang O'! Terhadap dia
kau jangan pakai lagi segala aturan atau kemurahan
hati!"
Cit Kong lantas berpikir, "Dengan kepandaianku
sendiri, belum tentu aku dapat mengalahkan dia,
sedangkan sebentar lagi aku mesti melayani Oey
Yok Su. Kalau aku sudah letih, mana bisa aku
melayani Sesat Timur."
Ia menyambut tongkat keramat partainya itu.
lalu bergerak dalam sikap Mengeprak Rumput
Membikin Ular Kaget dan Membiak Rumput Mencari
Ular. tongkatnya bergerak ke kiri dan ke
kanan.
. Sudah beberapa kali Auwyang Hong bertempur
melawan Pengemis Utara, namun belum pernah ia
melihat orang itu menggunakan tongkatnya, yang
pernah disaksikannya adalah ilmu tongkat Oey
Yong, yang kurang diperhatikannya. Sekarang untuk
pertama kalinya ia melihat, ia kagum. Gerakan Cit
Kong pulang-pergi, mengembuskan angin keras.
karena itu tanpa ayal lagi ia maju menyerang ke
liong-kiong—tengah. Tempo hari ketika Cit Kong
dibokong Auwyang Hong, jiwanya nyaris melayang,
sehingga ia mesti berobat dan merawat diri hampir
dua tahun, setelah itu barulah kesehatannya pulih
dan kepandaiannya kembali, maka hari ini ia tidak
mau berkelahi secara sembarangan. Kekalahannya
dulu adalah kekalahan besar yang belum pernah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dialaminya seumur hidup, juga bahaya yang belum
pernah dihadapinya. Sekarang, berhubung merupakan
saat penentuan kehormatan dan kehinaan, atau
hidup dan mati, ia tidak main sungkan lagi.
Bab 80. PIBU DI GUNUNG HOA SAN
AUWYANG HONG bertubuh tinggi dan besar,
meskipun telah sedikit menekuk kedua kakinya untuk
menjalankan ilmu Kodok-nya, ia masih lebih tinggi
daripada Ang Cit Kong. Ia sekarang menggunakan
tongkat yang ketiga, yang baru dibikinnya, sebab
dua tongkat ularnya yang pertama telah lenyap.
Tongkatnya ini, di bagian ujungnya berukiran kepala
manusia, tetapi aneh dan mengerikan. Di situ dililitkan
dua ekor ular berbisa, tapi kedua ular ini baru,
kurang lincah dibandingkan dua ularnya yang dulu.
Di samping itu, ia sekarang bertempur melawan
Pengemis Utara untuk keempat kalinya, maka caranya
berbeda. Pertama kali ia melawan Cit Kong di
Gunung Hoa San ini, dan itu juga untuk memperebutkan
kehormatan dan Kiu Im Cin Keng. Yang
kedua terjadi di Pulau Persik, yaitu untuk membela
Auwyang Kongcu yang berebut jodoh dengan Kwee
Ceng. Yang ketiga ialah pertempuran di laut.
Usia kedua pihak semakin lanjut, tetapi berbareng
dengan itu, ilmu silat mereka juga semakin
maju, maka pertarungan menjadi hebat. Inilah pibu
untuk nama baik, menyangkut hidup atau mati.
Siapa yang alpa atau kurang gesit, ia harus menerima
nasibnya. Dalam sekejap seratus jurus lebih
telah dilewatkan.
Mendadak sang putri malam menghilang. Langsung
suasana menjadi gelap. Perubahan seketika
itu terjadi karena pergantian waktu, sang malam
telah lewat dan akan digantikan oleh sang fajar.
Suasana akan menjadi terang. Namun sekarang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua pihak sukar melihat satu sama lain dengan
jelas. Mereka saling menyerang dengan lebih banyak
menutup diri.
Kwee Ceng dan Oey Yong menonton dengan
perhatian tertumpah- sepenuhnya. Bagaimanapun,
mereka mengkhawatirkan guru mereka. Mereka
maju beberapa langkah, supaya kalau perlu mereka
bisa menolong guru mereka.
Mata Kwee Ceng mengawasi tajam tapi hatinya
berpikir, "Mereka inilah jago-jago nomor satu di
zaman ini, hanya bedanya yang satu orang gagah
dengan hati mulia; yang lain berhati buruk, mengganas
karena mengandalkan kekosenannya. Jadi,
ilmu silat tidak mengenal baik dan jahat, hanya
terbawa oleh orang yang bersangkutan. Siapa baik,
ilmu silatnya menambah kebaikan; siapa jahat, ilmu
silatnya menambah kejahatan." la cemas ketika
mendengar Racun Barat dan gurunya bergantian
berseru, tanda hebatnya pertarungan mereka.
"Suhu telah terluka parah, itu artinya dia telah
menyia-nyiakan waktu hampir dua tahun," anak
muda ini berpikir lagi, hatinya berdebar-debar.
"Memang ilmu silat mereka seimbang, tapi kalau
Suhu terhalang begitu, mungkin Racun Barat mempunyai
kepandaian lebih. Pertarungan ini berarti
hanya dengan satu langkah maju dan satu langkah
mundur. Kalau Suhu kalah? Ah, sayang aku telah
memberi ampun hingga tiga kali pada jago dari
Barai ini...."
Kwee Ceng kembali ingat ajaran Khu Ci Kee
bahwa kepercayaan dan kebajikan besar haruslah
dibedakan dari kepercayaan dan kebajikan kecil;
kalau karena kepercayaan dan kebajikan kecil orang
roboh, itu bukan lagi kepercayaan dan kebajikan.
Singkatnya, itu bukanlah kehormatan.
"Racun Barat mengatakan untuk berkelahi satu
lawan satu, dengan cara terhormat," anak muda ini
berpikir lebih jauh. "Habis bagaimana kalau dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tetap bertindak curang? Bagaimana kalau dia lantas
mengganas dengan lebih hebat lagi? Berapa banyak
korban jatuh karenanya? Dulu-dulu aku tak dapat
membedakan arti kepercayaan dan kebajikan ini,
jadi aku telah melakukan banyak ketololan...."
Karena berpikir begini, Kwee Ceng lantas berketetapan
membantu gurunya. Tapi belum lagi ia
maju, didengarnya suara Oey Yong.
"Auwyang Hong, dengar!" demikian si nona.
"Kakak Ceng telah berjanji padamu, hendak memberi
ampun jiwamu tiga kali. Siapa tahu ternyata
kau mengandalkan kekosenanmu, tetap menghinaku.
Untuk menjadi orang kecil tak ternama dari Rimba
Persilatan, kau tak surup, bagaimana mungkin kau
hendak memperebutkan gelar jago nomor satu di
kolong langit ini?"
Racun Barat telah melakukan kejahatan yang
tidak terhitung banyaknya, namun ia orang yang
selalu menepati janji, belum pernah menyangkal
kata-kata atau janjinya. Ia juga sangat jumawa. Ia
memaksa Oey Yong karena sangat terpaksa, sebab
ia ingin sekali si nona menjelaskan isi kitab itu
padanya. Sekarang selagi hebatnya ia bertarung
melawan Ang Cit Kong, nona itu mengungkitungkit
kesalahannya. Kupingnya panas, karena itu
gerakan tangannya terlambat, ia hampir kena sodok
tongkat si pengemis.
"Kau dinamakan Racun Barat," kata Oey Yong
lagi, "maka tak bisa dikatakan apa-apa mengenai
segala perbuatan busukmu, tapi kau diberi ampun
sampai tiga kali oleh orang muda. sungguh kau
telah kehilangan muka! Bagaimana dapat kau menelan
kata-katamu sendiri terhadap orang muda?
Sungguh kau menyebabkan orang-orang gagah
kaum kangouw tertawa hingga mulut mereka mencong!
Auwyang Hong, Auwyang Hong! Ada satu
hal pada dirimu yang tak dapat dikalahkan siapa
pun di kolong langit ini, kau orang nomor satu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
yang tak tahu malu!"
Racun Barat gusar bukan kepalang, tetapi ia
tahu maksud si nona yang hendak membangkitkan
amarahnya, supaya perhatiannya terpecah, supaya
ia tidak dapat mengutamakan pertempurannya
dengan Ang Cit Kong—tegasnya, supaya ia kalah.
Karena itu, sebagai orang licik, ia tidak mau
dirinya kena bakar. Ia tidak menghiraukan ocehan
itu. Tapi Oey Yong sangat cerdik, ia tidak mau
berhenti mengoceh, bahkan menyebutkan kebusukan
yang sebenarnya belum pernah dilakukan Auwyang
Hong. Ia sengaja supaya Racun Barat dipandang
sebagai manusia terjahat di dunia ini. Mulanya
Racun Barat dapat bersabar, namun akhirnya terbakar
juga, ia lantas membela diri, menyangkal
tuduhan si nona. Inilah yang diharapkan Oey Yong,
ia lantas mengoceh lebih jauh. Maka Racun Barat
berkelahi di dua kalangan. Melawan Pengemis
Utara, ia bersilat dengan kaki dan tangannya; melayani
Oey Yong, ia bersilat dengan lidahnya.
Sedangkan dalam hal bersilat lidah. Oey Yong
lebih pandai daripada Cit Kong.
Lewat sekian lama, Auwyang Hong merasa terdesak.
Saat itu ia teringat, "Pengemis tua ini tentunya
tak mengerti Kiu Im Ciu Keng, maka, untuk
merebut kemenangan, aku mesti menggunakan ilmu
itu." Ia lantas menggunakan ilmunya itu. Tidak
peduli yang didapatnya ajaran sesat, ia lihai dan berbakat
baik sekali, hingga ia memperoleh kemajuan
juga. Dengan begitu berubahlah gerakan tongkatnya.
Ang Cit Kong terkejut. Ia mesti melayani dengan
memasang mata tajam luar biasa, dengan kegesitan
yang bertambah.
Oey Yong dapat melihat perubahan di kedua
pihak, ia kini as berkata nyaring, "' Goansu-engji,
pasi-palok-pou, soaliok-bunpeng!"
Auwyang Hong mendengar itu dan terperanjat.
"Apa arti kata-kata Sanskerta itu?" pikirnya. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak tahu si nona cuma asal mengoceh, kata-kata
itu tidak ada artinya. Oey Yong tidak berhenti
bicara, ia menambahkan kata-kata yang lain lagi.
la juga berseru-seru dan menghela napas bergantian,
beberapa kali nadanya seperti bertanya.
"Apa yang kaukatakan?" akhirnya Racun Barat
bertanya.
Oey Yong menyahut dengan kata-kata Sanskerta
ngawur, hingga jago dari See Hek itu makin bingung.
Mendadak Ang Cit Kong berseru, "Kena!"
Pengemis Utara tahu perhatian Racun Barat telah
dikacaukan, ia menggunakan kesempatan itu untuk
menyerang, tongkatnya menghajar ke batok kepala
lawannya yang tangguh itu.
Auwyang Hong kaget melihat datangnya serangan
itu, ia menjerit sambil berkelit, terus menyeret
tongkatnya dan berlari pergi.
"Ke mana kau hendak pergi?" bentak Kwee
Ceng sambil meloncat untuk mengejar, tetapi ia
tidak dapat mencandak. Auwyang Hong lari dan
melompat berjumpalitan tiga kali, lalu bergulingan
dan lenyap di balik jurang.
Ang Cit Kong bengong, demikian juga Oey
Yong. Hanya sebentar, lantas keduanya saling memandang
dan tertawa. Kwee Ceng ikut tertawa.
"Yongji," kata si pengemis sesaat kemudian, "kali
ini aku berhasil mengalahkan si Bisa Bangkotan,
semua ini karena jasamu...." Ia menghera napas.
Oey Yong tersenyum.
"Tapi, Suhu," kata si nona. "Bukankah itu kepandaian
ajaranmu sendiri?"
"Sebenarnya itu bakatmu sendiri!" Cit Kong tertawa.
"Dengan adanya tua bangka yang licin sebagai
ayahmu, muncullah anak perempuan yang
licin seperti kau!"
"Bagus ya!" tiba-tiba terdengar seruan di belakang
mereka. "Di belakang kau omong jelek tentang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
orang lain! Pengemis Bangkotan, kau malu atau
tidak?"
"Ayah!" Oey Yong berteriak seraya melompat
maju, lalu berlari-lari ke arah dari mana suara itu
datang.
Sekarang sang matahari sudah menyingsing.
maka terlihat kemunculan seorang dengan jubah
hijau yang melangkah dengan tenang. Orang itu
tidak lain adalah pemilik Pulau Persik. Oey Yok Su.
Oey Yong menubruk ayahnya, merangkulnya.
Sang ayah balas merangkulnya.
Ayah itu mengawasi putrinya. Ia melihat anaknya
telah berubah, sifat kekanak-kanakannya berkurang,
sekarang romannya mirip dengan mendiang istrinya.
Oey Yok Su bahagia sekaligus sedih.
"Sesat Tua." kata Ang Cit Kong, "kau ingat
tidak apa yang kubilang padamu di Pulau Persik,
bahwa anakmu sangat cerdik dan banyak akalnya,
orang lain dapat dikelabuinya tapi ia sendiri tak
bakal dapat teperdaya, bahwa kau tak usah mengkhawatirkannya?
Nah, sekarang katakan, benar atau
tidak perkataan si Pengemis Tual"
Oey Yok Su tersenyum, sembari menarik tangan
anaknya ia mendekati Pengemis Utara.
"Aku memberi selamat padamu yang telah membikin
si Tua Bangka Berbisa kabur!" katanya.
"Dengan kekalahannya itu, legalah hatimu dan
hatiku.v
Ang Cit Kong tersenyum.
"Jago di kolong langit ini adalah kau dan aku
si Pengemis Tua," katanya. "Tapi melihat anakmu
ini, cacing dalam perutku langsung mengamuk tak
keruan, liurku pun meleleh. Mari kita lekas-lekas
bertempur! Bagiku sama bagusnya baik kau maupun
aku yang jadi jago, aku hanya menunggu
menyikat habis hidangan yang lezat-lezat!"
."Ingat!" seru Oey Yong. "Kalau kau kalah, baru
aku akan masak untukmu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Fui. tak tahu malu!" Cit Kong membentak.
"Jadi kau hendak menggencetku, ya?"
Oey Yok Su beradat tinggi, katanya, "Pengemis
Tua,'setelah lerluka kau menyia-nyiakan waktumu
selama dua tahun, maka sekarang aku khawatir
kau bukan tandinganku! Yongji, aku tak peduli
siapa menang siapa kalah, kau mesti memasak dan
mengundang gurumu bersantap!"
"Benar begitu!" puji Cit Kong. "Itu baru katakata
guru besar! Pemilik Pulau Persik mana boleh
berpandangan cupet seperti anak gadisnya! Sekarang
mari kita mulai, tak usah menanti sampai
tepat tengah hari!"
Sehabis, berkata. Cit Kong mengangkat tongkatnya
lalu maju menyerang.
Oey Yok Su menggelengkan kepalanya.
"Baru saja kau bertempur lama melawan Racun
Barat," katanya. "Meski benar kau tak letih, tapi
kau toh telah mengeluarkan banyak tenaga. Mana
dapat aku Oey Yok Su mau menang tempo! Baiklah
kita tunggu sampai tengah hari tepat, supaya
kau sekalian bisa menghimpun tenagamu kembali!"
Cit Kong tahu itu benar dan pantas sekali,
tetapi ia tidak dapat menahan sabar,- maka ia
mendesak untuk mulai bertempur saja.
Oey Yok Su sebaliknya, ia duduk di batu tidak
memedulikan si Pengemis Tua.
Melihat kedua orang tua itu berkutat, Oey Yong
menengahi.
"Ayah, Suhu, aku punya cara." katanya. "Dengan
caraku ini kalian bisa langsung bertempur tanpa
ada yang menang tempo."
"Bagus!" kata Cit Kong dan Yok Su berbarengan.
"Bagaimana caranya?"
"Ayah dan Suhu adalah sahabat kekal, siapa
menang siapa kalah akhirnya toh persahabatan di
antara kedua belah pihak akan terganggu juga,"
jawab Oey Yong. "Pibu hari ini adalah pibu yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghendaki menang atau kalah, bukan?"
Cit Kong dan Yok Su telah berpikir serupa,
maka mereka mengiyakan. Lantas keduanya bertanya
bagaimana cara si anak atau si murid.
"Caraku begini," kata Oey Yong. "Mula-mula
Ayah bertempur melawan Kakak Ceng. Coba lihat,
dalam berapa jurus Ayah dapat mengalahkannya.
Setelah itu Suhu bertempur melawan Kakak Ceng.
Umpama dalam 99 jurus Ayah dapat mengalahkan
Kakak Ceng sedangkan Suhu mesti menggunakan
seratus jurus, maka Ayahlah yang menang. Sebaliknya
kalau Suhu menang dalam 98 jurus, Ayahlah
yang kalah."
"Bagus, bagus!" Cit Kong memuji.
"Kakak Ceng bertempur lebih dulu melawan
Ayah." Oey Yong berkala lagi. "Kedua pihak masih
segar dan bertenaga cukup. Kalau nanti Kakak
Ceng melawan Suhu, mereka sama-sama bekas
bertempur, jadi seimbang. Tidakkah itu adil?"
Oey Yok Su mengangguk.
"Cara ini bajk." katanya. "Anak Ceng, mari
maju. Kau pakai senjata atau tidak?"
"Terserah!" jawab Kwee Ceng. Ia setuju dengan
cara sama (engah itu. Ia lantas akan melangkah
maju.
"Perlahan dulu!" Oey Yong mencegah. "Masih
ada yang harus dijelaskan. Bagaimana umpama
dalam tiga ratus jurus Ayah dan Suhu masih
belum sanggup mengalahkan Kakak Ceng?"
Ang Cit Kong tertawa tergelak.
"Sesat Tua," katanya, "mulanya aku sangat mengagumi
putrimu yang pandai sekali membela ayahnya,
ha, siapa tahu dia toh tetap wanita, dia
akhirnya membela pihak luar juga! Tapi ini wajar!
Sebenarnya dia ingin sekali supaya si tolol ini
yang memperoleh gelar orang gagah nomor satu
di kolong langit."
Sesat Timur bertabiat sangat aneh. Setelah menTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
dengar ucapan putrinya dan si Pengemis Utara, ia
memutuskan, "Biarlah kubikin tercapai keinginan
anakku ini." Ia lantas berkata. "Apa yang dikatakan
Yongji benar adanya. Kita dua tua bangka, kalau
kita tak dapat mengalahkan Anak Ceng dalam tiga
ratus jurus, mana kita punya muka untuk terhitung
sebagai orang-orang nomor satu?" Namun, setelah
berkata begitu, -ia berbalik pikir lagi, "Aku bisa
saja mengalah, membiarkan dia sanggup melayaniku
sampai tiga ratus jurus; tapi jika si Pengemis
Tua tak sudi mengalah, tentu dia bakal dapat
mengalahkan Anak Ceng dalam tiga ratus jurus
itu! Dengan demikian, aku jadi bukan mengalah
pada Anak Ceng, melainkan pada si Pengemis
Tua...," Ia jadi ragu-ragu.
Ang Cit Kong langsung menolak tubuh muridnya.
"Lekas mulai!" katanya. "Mau tunggu apa lagi?"
Kwee Ceng terhuyung ke depan Oey Yok Su,
yang terpaksa mengambil keputusan segera. Ia
berkata dalam hati, "Baiklah, sekarang aku mencoba
dulu tenaga dalamnya, sebentar akan kupikirkan
lagi." Tangan kirinya bergerak ke arah pundak
si anak muda. "Jurus pertama!" serunya.
Kalau Oey Yok Su berpendirian tidak tetap,
demikian juga Kwee Ceng. Pemuda ini berpikir.
"Sudah pasti aku tak dapat menjadi orang kosen
nomor satu di dunia ini, tapi manakah yang akan
kubiarkan menang, ayah Yongji atau Suhu?" Tengah
ia ragu-ragu, tangan Oey Yok Su menyambar
padanya. Tangan kanannya terangkat untuk menangkis.
Karena ia belum sempat memperbaiki
diri, dengan bentroknya (angan mereka, ia terpental
hingga hampir jatuh. Lantas ia mendapat pikiran
baru, "Aku gila! Kenapa mesti kupikirkan soal
mengalah atau tidak? Biarpun kukeluarkan semua
kepandaianku, mana bisa aku melawan sampai
tiga ratus jurus?" Maka ketika serangan kedua
Oey Yok Su tiba. ia berniat melawan. Ia akan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membiarkan mereka berdua menggunakan kepandaian
mereka untuk mengalahkannya, terserah siapa
lebih dulu dan siapa ketinggalan, ia sendiri tidak
mau berat sebelah.
Selelah jurusnya yang kedua dapat dihindari,
Oey Yok Su melanjutkan serangannya lebih jauh.
Baru beberapa jurus ia sudah heran sekali hingga
bertanya dalam hati, "Baru setahun lebih berlalu,
kenapa anak tolol ini sudah maju begini rupa?
Kalau aku mengalah, kecuali tiga ratus jurus yang
disebutkan itu, mungkin aku terkalahkan olehnya...."
Dalam beberapa jurus itu, lantaran ia mengalah
dan cuma memakai tujuh bagian tenaganya, Oey
Yok Su berada di bawah angin, (tulah sebabnya ia
heran. Maka selanjutnya ia bersilat dengan ilmu
Lok Eng Ciang.
Kwee Ceng sekarang benar-benar bukan Kwee
Ceng yang dulu. Yok Su telah mencoba belasan
jurus, namun pemuda itu belum bisa diunggulinya.
Ia menukar dengan belasan macam jurus lagi,
tetapi masih belum berhasil juga. Demikianlah
puluhan jurus telah dilewatkan.
Setelah seratus jurus lebih, Kwee Ceng yang
jujur bertindak alpa, ia nyaris kena tendang- kaki
kiri lawan. Syukurlah ia keburu melompat mundur,
tapi karena itu kedudukan kedua pihak jadi seimbang.
Oey Yok Su menarik napas lega. "Hebat," pikirnya.
Baru setelah menggunakan tipu ia bisa mengubah
keadaan, tapi untuk menang di atas angin ia
mesti bekerja lebih keras lagi. Setelah pengalaman
pertamanya itu Kwee Ceng memasang kedudukan
kokoh teguh, biar diserang bagaimana juga, ia
tetap membela diri. la telah mengambil sikap,
walaupun tidak menang asal jangan sampai kalah.
"Dua ratus tiga!" Oey Yong menghitung. "Dua
ratus empat!"
Oey Yok Su menjadi bingung juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Tangan sf Pengemis Tua lihai, bagaimana kalau
dia dapat merobohkan muridnya dalam tempo seratus
jurus?" pikirnya. "Di mana aku mesti menaruh
mukaku?'
Maka kembali ia bekerja keras untuk menyerang
hebat.
Baru sekarang Kwee Ceng terdesak, malahan ia
hampir sukar bernapas. Ia merasa seperti tertindih
gunung, matanya mulai kabur.
Oey Yok Su menyerang hebat sekali, cepat
serangannya itu, tetapi sang wasit, putrinya sendiri,
juga cepat sekali hitungannya. Saat Kwee Ceng
merasa bibir dan lidahnya kering, kaki dan tangannya
lemas, hingga ia akan berseru menyerah kalah.
mendadak terdengar suara nyaring si nona, "Tiga
ratus!"
Segera muka Oey Yok Su memucat, ia melompat
mundur.
Kwee Ceng menderita hebat sekali. Matanya
kabur, kepalanya pusing, kaki dan tangannya kehilangan
tenaga. Pertempuran telah berhenti, tapi
ia belum berhenti bergerak, ia berputar-putar dan
terhuyung-huyung, hampir ia roboh ketika sadar
bahaya yang mengancam dirinya. Mendadak ia
menancapkan kaki kirinya dengan tipu Cian Kin
Twi, Berat Seribu Kati. Baru sekarang ia dapat
berdiri tegak. Untuk memulihkan kesegarannya,
tangan kanannya bergerak; dengan ilmu silat Hang
Liong Sip-pat Ciang ia menyerang sepuluh kali.
Otaknya lantas menjadi jernih. Ia diam sejenak,
terus berkata, "Tuan Oey, beberapa jurus lagi
pastilah aku roboh...!"
Sesat Timur malu dan sedih, ia sedikit mendongkol,
tetapi menyaksikan ketangguhan anak
muda itu ia berbalik menjadi girang. Luar biasa
pemuda itu dapat bertahan dari serangannya dengan
tipu silat Ki-bun Ngo-coan, yang telah dipahaminya
selama belasan tahun. Dengan ilmu itu ia biasa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membikin letih lawannya.
"Pengemis Tua," katanya pada Ang Cit Kong,
"aku tak berguna, kaulah yang mendapatkan gelar
orang gagah nomor satu di kolong langit ini!" Ia
memberi hormat, terus memutar tubuh untuk berlalu.
"Tunggu dulu, tunggu dulu!" kata Cit Kong.
"Segala di dunia bagaikan catur, perubahannya tak
dapat diterka...." Ia lantas mengliampiri Kwee Ceng,
melemparkan tongkatnya, lalu dari pinggangnya ia
menghunus sebilah pedang yang diserahkannya
pada Kwee Ceng. Ia berkata, "Kau menggunakan
senjata, aku akan melawanmu dengan tang'an kosong!"
Kwee Ceng melengak.
"Suhu...." katanya, "mana..."
"Ilmu silat tangan kosongmu aku yang mengajarkannya.
Kalau kau menggunakan kepalanmu,
apa itu namanya pihuT kata si orang tua. "Majulah!"
Kata-kata ini disusul dengan sambaran tangan
kiri untuk merampas pedang Kwee Ceng.
Kwee Ceng tidak dapat menerka maksud gurunya
itu, ia melepaskan pedangnya, tidak melawan.
"Anak tolol!" damprat Cit Kong. "Kita sedang pibu,
tahu!"
Ia menyerahkan kembali pedang itu dengan tangan
kirinya, tapi tangan kanannya merampas lagi.
Kali ini Kwee Ceng menghindarkan pedang itu
hingga tidak terampas.
"Satu!" Oey Yong lantas menghitung.
Ang Cit Kong langsung menggunakan Hang Liong
Sip-pat Ciang. Tentu saja ia hebat luar biasa.
Sambaran-sambaran anginnya sedemikian rupa,
hingga meskipun bersenjatakan pedang Kwee Ceng
tidak dapat mendekati lawannya ini. Sebenarnya si
anak muda tidak biasa menggunakan senjata, tapi
setelah didesak Auwyang Hong di rumah batu, ia jadi
pandai menggunakannya. Tapi berbeda dari orangorang
lain, ia menggunakan kepandaian
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
senjatanya delapan bagian untuk pembelaan diri,
dua bagian untuk penyerangan. Dari Kanglam Cit
Koay ia memperoleh apa yang dinamakan "kepandaian
kasar". Setelah mendapatkan Kiu Im Cin Keng
baru ia memperoleh kemajuan yang berarti, sekarang
ditambah dengan kepandaiannya dalam menggunakan
senjata. Menghadapi Auwyang Hong, ia membela
diri dari serangan tombak kayu, sekarang ia membela
diri dari serangan tangan kosong.
Ang Cit Kong girang mendapati muridnya dapat
bertahan demikian bagus.
"Anak ini dapat maju, tak kecewa aku mendidiknya."
pikirnya. "Tapi kalau aku merobohkannya
dalam dua ratus jurus, itu jelek untuk si Sesat'
Tua. Lebih baik aku menanti sampai dua ratus
jurus lebih, baru aku menggunakan tangan berat...."
Lalu Pengemis Utara menggunakan ilmu silat
tiang Liong Sip-pat Ciang, Delapan Belas Jurus
Menaklukkan Naga. Ia mengurung muridnya, angin
serangannya mendesir-desir.
Dalam sikapnya ini Ang Cit Kong telah membuat
kekeliruan. Kalau ia terus mendesak, mungkin Kwee
Ceng kewalahan dan perlawanannya patah. Tapi ia
mengulur tempo, mau menanti hingga dua ratus
jurus. Ia lupa Kwee Ceng orang muda, tenaganya
sedang penuh. Apalagi setelah mempelajari Kiu Im
Toan Kut Pian, pemuda itu telah maju jauh sekali.
Sebaliknya Cit Kong sendiri orang tua, jadi tidak
dapat beradu ulet. Demikianlah, ketika ia sudah
menyerang hingga sembilan putaran, atau artinya
162 jurus, serangannya tidak dahsyat lagi seperti
semula. Bahkan sesudah sampai jurus kedua ratus,
di samping tangan kanannya memegang pedang,
tangan kiri Kwee Ceng jadi semakin hebat.
"Ini hebat," pikir si Pengemis Utara yang merasa
tidak tenang. Tapi ia orang yang berpengalaman,
ia tahu ia tidak bisa beradu tenaga, maka terpaksa
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia menggunakan akalnya dan mementang terbuka
kedua lengannya.
Kwee Ceng dapat melihat perubahan itu, ia heran.
"Ini jurus yang belum pernah Suhu ajarkan
padaku...," pikirnya. Kalau menghadapi orang lain,
tentu ia lelah merangsek ke nong-kiong^ tengah,
.untuk menyerang dada. Namun menghadapi gurunya,
ia tidak bisa bertindak telengas. Karena itu ia
mesti berpikir dulu untuk menyerang.
"Tolol!" tegur si guru. "Kau teperdaya!"
Mendadak kaki kiri sang guru melayang naik,
menendang pedang muridnya hingga terlepas,
sedangkan tangan kanannya menyambar ke pundak.
la lianya menggunakan delapan bagian tenaganya,
karena tidak berniat melukai si murid. Ia yakin
muridnya akan roboh dan ia sendiri akan menang.
Tapi ia keliru.
Walaupun muda, Kwee Ceng telah banyak
pengalaman, tubuhnya sering menderita, hal itu
bagaikan semacam latihan untuknya. Hajaran itu
hanya membikin ia terhuyung beberapa langkah
dan membuat pundaknya terasa sakit, tidak sampai
membikin ia roboh. Maka kagetlah si guru yang
lantas berseru, "Lekas kibaskan tanganmu tiga kali,
lalu sedot napas, nanti kau terluka dalam!"
Kwee Ceng menurut. Benar saja, ia langsung
merasa lega.
"Saya menyerah," katanya.
"Tidak!" kata guru itu. "Kalau kau menyerah,si
Sesat Tua mana puas! Sambutlah!" Tangannya lantas
menyambar.
Sekarang Kwee Ceng tidak mempunyai senjata,
ia mesti melawan dengan tangan kosong. Ia menghindar
dengan jurus Kong-beng-kun ajaran Ciu
Pek Thong, semacam ilmu silat lunak yang paling
lunak yang diciptakan Bocah Tua Nakal setelah ia
membaca kitab Too Tek Keng bagian "Serdadu
kuat bisa musnah, kayu kuat bisa patah, yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keras kuat jatuh di bawah, yang lunak lemas jatuh
di atas." Air adalah benda terlunak di kolong
langit ini, tidak ada yang melebihinya, tetapi kuat
serangannya tidak ada yang dapat menahan. Hang
Liong Sip-pat Ciang adalah ilmu silat yang terkeras,
maka mesti dilawan dengan ilmu yang terlunak.
Tapi Kwee Ceng tidak melawan hanya
dengan yang lunak, melainkan juga dengan yang
keras, sebab di samping pandai Kong-beng-kun,
Pukulan Memisah Diri, ia pun paham Hang Liong
Sip-pat Ciang dari gurunya ini. Jadi kedua tangannya
bergerak masing-masing, keras dan lunak.
Dengan begitu, gurunya kewalahan.
Oey Yong menonton sambil menghitung. Melihat
tidak ada tanda-tanda Kwee Ceng bakal kalah, ia
girang. Ia menghitung terus sampai 299.
Ang Cit Kong mendengar hitungan itu. Mendadak
muncul tabiatnya yang suka menang sendiri,
ia menyerang dengan jurus Kang Liong Yu Hui yang
hebat sekali, bagaikan gunung roboh dan laut
terbalik. Setelah itu ia menyesal, karena khawatir
Kwee Ceng tidak dapat mempertahankan diri dan
akan terluka parah, la berteriak, "Hati-hati!"
Kwee Ceng mendengar peringatan itu saat tangan
gurunya sudah di depan mukanya, la kenal baik
serangan itu, sebab waktu mempelajari Hang Liong
Sip-pat Ciang, itulah jurus pertamanya. Ia mengerti
bahwa tidak ada jurus Kong-beng-kun yang dapat
menghindari serangan itu, maka ia menggunakan
jalan keras lawan keras, ia menyambut dengan
Kang Liong Yu Hui juga.
Tidak ampun lagi kedua tangan beradu keras,
hingga terdengar bunyi nyaring. Sebagai akibatnya,
tubuh kedua orang itu sama-sama bergetar.
Oey Yok Su dan putrinya terkejut, hingga mereka
berseru, keduanya melangkah menghampiri.
Guru dan murid itu seperti berpegangan, tangan
mereka bagaikan menempel satu sama lain. Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng mempertahankan diri. ia lantas tahu, kalau
mengalah ia akan terluka parah. Ia tahu baik
bahwa gurunya lihai. Maka ia hendak menanti
sampai tangan gurunya sudah tidak begitu membahayakan,
baru ia mau menyerah kalah.
Ang Cit Kong kaget berbareng girang mendapati
muridnya bisa bertahan, segera timbul rasa sayangnya,
hingga berkuranglah tabiat suka menang sendirinya.
Ia lantas memikirkan cara untuk mengalah
supaya muridnya mendapat nama. Maka pelan-pelan
ia memperlunak tenaganya.
Tepat selagi guru dan murid itu tidak menang
dan tidak kalah, dari balik jurang terdengar tiga
kali seruan nyaring, dibarengi munculnya seorang
yang berjungkir balik hingga tiga kali. la adalah
Racun Barat Auwyang Hong, yang muncul lagi
tiba-tiba.
Kwee Ceng dan Ang Cit Kong mengendurkan
tenaga mereka berbareng serta melompat mundur.
dengan begitu mereka bisa mengawasi si Racun
Barat yang bajunya robek rubat-rabit dan mukanya
berlepotan darah. Kembali orang itu berteriak,
"Raja Langit telah tiba! Giok Hong Taytee turun
ke bumi!" Lantas dengan tongkat ularnya ia merabu
keempat orang yang berada di situ.
Ang Cit Kong menjumput tongkatnya, lalu menangkis,
hingga mereka jadi bertempur. Setelah
beberapa jurus, ia heran. Oey Yok Su, Kwee
Ceng, dan Oey Yong juga tidak kurang herannya.
Aneh sekali kelakuan Racun Barat ini. la berkelahi
tetapi adakalanya mencakar muka sendiri, menyentil,
mendepak kempolannya sendiri, atau tengah
menyerang, mendadak ia menarik pulang serangannya
untuk diubah dengan jurus yang lain.
Menyaksikan demikian, Ang Cit Kong mengambil
sikap membela diri.
Lewat beberapa jurus kembali Auwyang Hong
memperlihatkan keanehannya. Beruntun tiga kali
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia menggaplok mukanya sendiri, hingga terdengar
suara nyaring diikuti jeritannya yang keras. Setelah
itu mendadak ia melonjorkan kedua tangannya
untuk merayap di depan Cit Kong.
Pengemis Utara girang. Ia berpikir, "Menyerang
anjing adalah keistimewaan tongkatku ini. sekarang
kau bersikap seperti anjing, bukankah kau mengantarkan
dirimu sendiri masuk ke jaring?" Ia menusuk
pinggang lawannya itu.
Sekonyong-konyong Auwyang Hong membalikkan
tubuh, dengan begitu ia menindih ujung tongkat,
terus menggelindingkan tubuhnya mendaki
tongkat. Cit Kong terkejut hingga tongkatnya terlepas.
Menyusul itu, tubuh Racun Barat mencelat
tinggi, kedua kakinya berbareng menendang ke
arah kedua mata lawannya,
Cit Kong terkejut, ia melompat mundur.
Oey Yok Su maju seraya mencabut pedangnya,
lalu menusukkannya pada si Racun Barat.
"Toan Hongya, aku tak takut It Yang O'-mu!"
kata Auwyang Hong yang menangkis, tapi terus
merangsek untuk menubruk.
Oey Yok Su mengerti jago dari See Hek ini
sedang kacau pikirannya, namun heran, serangannya
justru lebih hebat daripada waktu ia sadar, la
tentu tidak tahu, karena Auwyang Hong belajar
Kiu bn CIH Keng palsu yang sangat menyita
pikiran dan tenaganya, ia menjadi tersesat, tetapi
karena bakatnya baik dan ilmu silatnya sudah
tinggi, sesat atau tidak, ia telah memperoleh
kemajuan yang luar biasa, hingga dua orang kosen
ini menjadi kewalahan.
Selang beberapa puluh jurus, Oey Yok Su keteter
hingga mesti mundur. Tempatnya segera diambil
alih Kwee Ceng yang maju dengan pedangnya.
Tiba-tiba Racun Barat menangis dan berkata,
"Oh, anakku, kau mati sangat mengenaskan...."
Tiba-tiba ia melemparkan tongkat ularnya untuk
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melompat dan merangkul anak muda di
www.kangzusi.com depannya.
Kwee Ceng tahu tentunya ia disangka Auwyang
Kongcu. Karena mendengar jeritan dan keluhan
orang itu, ia menjadi tidak tega menurunkan tangan
jahat. Di lain pihak, ia juga takut. Maka ia mengulurkan
tangannya untuk menolak.
Auwyang Hong lihai sekali. Walaupun ia berkelakuan
aneh, gerakannya sangat gesit, tangan
kirinya lantas memegang lengan Kwee Ceng dan
tangan kanannya memeluk. Si anak muda meronta,
tapi kalah tenaga, ia tidak berhasil meloloskan diri.
Ang Cit Kong dan Oey Yok Su terkejut, keduanya
melompat maju untuk menolong. Dengan It Yang Ci
Cit Kong menotok jalan darah hongbwee-hiat di
punggung Racun Barat agar Kwee Ceng dilepaskan.
Arah aliran darah Auwyang Hong telah bertentangan,
sehingga ia tidak dapat ditotok. Totokan
itu tidak terasa olehnya, ia tidak menghiraukannya.
Oey Yong memungut batu untuk menyerang
kepala Auwyang Hong, tetapi tangan kanan si
Racun Barat meninju batu itu sampai terpental
masuk ke jurang. Karena itu, Kwee Ceng dapat
memberontak sambil terus melompat mundur.
Oey Yok Su juga sudah menyerang si edan itu.
Auwyang Hong tidak lagi memakai ilmu silat biasa,
tetapi hebat bukan main, sering ia memiringkan tubuh,
atau berdiri tegak, atau menjatuhkan diri tengkurap
dengan sebelah tangannya menekan tanah, hingga
tangannya yang lain dapat digunakan untuk berkelahi
terus. Tentu saja cara berkelahi itu sulit dilayani
Sesat Timur.
Oey Yong khawatir ayahnya akan salah tangan
maka ia berteriak, "Suhu, menghadapi orang edan
ini jangan kita pakai aturan lagi, mari kita keroyok dia!"
"Di waktu biasa, kita bisa berbuat begitu untuk
membekuknya," kata Ang Cit Kong. "Tapi sekarang
adalah hari pibu di Hoa San ini. Dunia tahu kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mesti bertempur satu lawan satu, kalau sekarang
kita mengepungnya, kita bakal ditertawakan orang
kangouw"
Selagi Pengemis Utara bicara, serangan aneh
Auwyang Hong bertambah dahsyat, bahkan orang
itu meludahi Oey Yok Su hingga majikan Pulau
Persik itu gelagapan dan melangkah mundur.
Sehabis itu Auwyang Hong menyerang sambil
membungkuk, berarti ia tidak melihat ke atas. Oey
Yok Su girang melihatnya, dalam hati ia berkata,
"Dasar dia edan, dia kacau!" Langsung ia menotok
jalan darah genghiang-hiat.
Totokan itu baru mengenai kulit muka, tapi
mendadak Auwyang Hong menyambar dengan mulutnya,
menggigil jari telunjuk penyerangnya. Dalam
kagetnya Oey Yok Su segera menyerang dengan
tangan kirinya ke jalarr darah tayyong-hiat. Tapi
Auwyang Hong juga sebat sekali, ia menangkis dengan
tangan kanannya dan memperkeras gigitannya.
Kwee Ceng maju berbareng bersama Oey Yong,
masing-masing dengan pedang kayu dan tongkat
bambu. Baru sekarang Auwyang Hong melepaskan
gigitannya, tapi sebagai gantinya, ia mencakar ke
muka si nona, untuk itu ia memakai kedua tangannya
atau kesepuluh jarinya. Selagi berbuat begitu ia
memperlihatkan roman bengis sekali, sedangkan
mukanya berlepotan darah.
Oey Yong kaget hingga menjerit, ia melompat ke
samping. Tapi ia disusul.
Kwee Ceng menggempur punggung jago dari See
Hek itu, ia menangkis. Dengan begitu barulah Oey
Yong lolos dari ancaman bahaya.
Baru belasan jurus si anak muda melayani orang
edan itu, pundak dan pahanya beberapa kali kena
hajar, syukur tidak berbahaya.
"Anak Ceng, mundur!" kata Cit Kong. "Biar aku
yang mencoba melayaninya!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Pengemis Utara melompat maju, hingga ia bertempur
lagi melawan Racun Barat. Kali ini mereka bertempur
lebih hebat daripada tadi. Setelah menyaksikan
serangan orang itu terhadap Oey Yok Su dan
Kwee Ceng, Cit Kong melihat masih ada jalan untuk
menghadapi ilmu silat kacau Auwyang Hong itu, maka
sekarang ia melawan dengan perhatian. Kap-mokang
digunakan si Racun Barat secara bertentangan,
yang mestinya ke kanan menjadi ke kiri, yang
mestinya ke atas menjadi ke bawah, demikian
seterusnya. Umumnya, tujuh dalam sepuluh, gerakan
itu tidak meleset. Maka, meski keteter Cit Kong bisa
juga balas menyerang, satu kali melawan tiga kali.
Oey Yok Su juga memperhatikan ilmu silat
Racun Barat itu. Selagi anaknya mengurus lukanya,
ia meneliti lebih jauh. Dalam hal ini, ia lebih
cerdas daripada Ang Cit Kong, maka ia pun lantas
menemukan cara menghadapi ilmu itu. Segera ia
mengajari Cit Kong berulang-ulang, "Cit Kong,
tendang dia! Hajar dia pada jalan darah ki-koat.
Serang jalan darah thian-cui" Semua petunjuk ini
diberikan selagi semua jalan darah itu terbuka.
Sebagai penonton, Oey Yok Su dapat melihat jelas
sekali.
Ang Cit Kong menuruti petunjuk itu, maka
tidak lama kemudian kedudukannya seimbang dengan
lawannya. Meski begitu Cit Kong dan Yok
Su jengah sendiri, sebab mereka berdua mesti
mengepung Racun Barat.
Suatu ketika Cit Kong mendapat kesempatan
untuk bisa menghajar Racun Barat dengan tepat,
namun tiba-tiba Auwyang Hong kembali meludah,
hingga Cit Kong batal menyerang dan mesti berkelit.
Lalu ia dirabu dan diludahi lagi hingga
gelagapan. Biarpun cuma ludah, tapi bisa merusak
mata bila mengenainya. Si pengemis tidak sudi
mandah begitu saja. Tidak ada jalan lain, ia menangkap
ludah itu dengan tangannya, lantas terus
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang.
Baru beberapa jurus kembali Auwyang Hon meludah.
Rupanya inilah siasatnya untuk mengacaukan lawan.
Cit Kong mendongkol sekali. Ia merasa dirinya
seperti dihina. Ia juga jijik dengan ludah Racun
Barat yang masih melekat di tangan kanannya,
karena sangat repot, ia tidak sempal mengusapkan
tangannya ke bajunya.
"Kena!" serunya mendadak setelah lewat beberapa
jurus. Tangan kanannya menepuk muka Auwyang
Hong. Tampaknya ia hendak memulas muka orang
itu dengan ludahnya sendiri, tidak tahunya diamdiam
ia hendak menotok dengan It Yang Ci, totokan
istimewa untuk menaklukkan Kap-mo-kang.
Meski seperti gila, Auwyang Hong sebenarnya
sangat gesit dan dapat berpikir, la menanti tibanya
tepukan tangan lawan. Ketika jari-jari tangan Cit
Kong dikeluarkan untuk menotoknya, ia hendak
menyambut dengan gigitannya seperti sebelumnya
ia menggigit tangan Oey Yok Su.
Oey Yok Su, Kwee Ceng, dan Oey Yong yang
pasang mata jadi terkejut. Mereka melihat berkelebatnya
gigi putih Racun Barat. Ketiganya langsung
berteriak, "Awas!"
Mereka lupa bahwa Ang Cit Kong, yang berjulukan
Kiu Ci Sin Kay si Pengemis Aneh Berjari
Sembilan, sudah tidak mempunyai telunjuk kanan,
yang telah dikutungtnya sendiri untuk mengurangi
keserakahannya gegares. Ketika Auwyang Hong
menggigit sasaran kosong, seluruh gigi atas dan
gigi bawahnya bercatrukan keras sekali.
Inilah kesempatan yang paling baik, Ang Cit
Kong tidak mau menyia-nyiakannya. Selagi mulut
Racun Barat terkatup rapat, Cit Kong mengeluarkan
jari tengahnya untuk menotok jalan darah teechong-
hiat di pinggir mulut lawannya.
Ong Tiong Yang dan Toan Hongya biasa menggunakan
telunjuk, tetapi Cit Kong tidak memTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
punyainya, maka ia menggunakan jari tengah sebagai
pengganti. Auwyang Hong tidak menyangka,
maka ia menggigit seperti biasa untuk menyambut
totokan, tidak tahunya ia kehilangan sasaran.
Melihat Cit Kong berhasil, Oey Yok Su bertiga
akan berseru girang, namun sebelum itu tiba-tiba
mereka tersentak. Mendadak Pengemis Utara berjumpalitan
roboh ke tanah, sedangkan Racun Barat
terhuyung mundur beberapa langkah, gerakannya
mirip orang mabuk. Setelah dapat berdiri tegak, ia
tertawa terbahak sambil melengak.
Sudah diketahui bahwa jalan darah Auwyang
Hong telah bertentangan semuanya, maka totokan
Ang Cit Kong bukan mengenai tee-chong-hiatt
tapi justru jalan darah besar ciok-yang-beng wikeng.
Tapi waktu ditotok tubuh Racun Barat cuma
mati sedetik, sehabis itu ia pulih seperti biasa.
Maka ia sebat luar biasa balas menghajar pundak
lawannya.
Cit Kong melihat serangan itu. ia tidak sempat
menangkis, ia lantas berkelit. Benar ia kena hajar,
tapi karena sembari berkelit, ia bisa membuang
diri dengan berjumpalitan. Tentu saja ia tidak
menyerah begitu saja. sambil berkelit tadi ia berbareng
menyerang dengan jurus Kian Liong Cay
Tians tapi karena kenanya tidak telak, Racun Barat
cuma terhuyung.
Cit Kong tidak terluka parah. Sejenak tubuhnya
terasa kaku, ia tidak dapat lantas bergerak leluasa,
tidak dapat segera maju lagi. Karena orang ternama,
ia malu dengan kekalahannya, maka setelah bangun
lagi ia memberi hormat pada Racun Barat seraya
berkata, "Saudara Auwyang, aku si pengemis tua
takluk padamu, kaulah orang kosen nomor satu di
kolong langit ini!"
Auwyang Hong mendongak, ia tertawa lama.
Kemudian ia mengulap-ulapkan kedua tangannya
ke udara.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Toan Hongya." katanya pada Oey Yok Su,
"kau takluk atau tidak padaku?"
Sesat Timur mendongkol sekali, dalam hati ia
berkata. "Bagaimana bisa gelar orang gagah nomor
satu di kolong langit ini dirampas orang edan?
Bagaimana kami bisa menemui orang banyak?"
Meski begitu ia menginsafi kenyataan, la tidak
bisa melawan jago dari Barat ini. Maka akhirnya
ia mengangguk. Ia pun tidak peduli dipanggil
Toan Hongya oleh si edan itu.
Auwyang Hong lantas berpaling pada Kwee
Ceng.
"Nak," katanya, "ilmu silat ayahmu sangat lihai,
di kolong langit ini tak ada tandingannya lagi, kau
girang atau tidak?"
Orang-orang merasa aneh mendengar Racun
Barat memanggil anak pada keponakannya. Itu
tidak mengherankan, karena tidak seorang pun
mengetahui rahasianya. Sebenarnya Auwyang
Kongcu dilahirkan oleh kakak ipar Auwyang Hong
setelah berbuat serong dengannya, maka walaupun
bagi orang luar mereka itu anak dan keponakan,
sebenarnya mereka adalah ayah dan anak. Ia belum
sadar, ia masih menganggap Kwee Ceng sebagai
anaknya, seperti ia mengira Oey Yok Su adalah
Toan Hongya. Setelah puluhan tahun, ia seolah
membuka rahasianya sendiri dengan menyebutnyebut
anaknya itu.
Kwee Ceng jujur, tanpa menghiraukan panggilan
orang itu ia berkata, "Kami semua tak sanggup
mengalahkanmu."
Auwyang Hong tertawa geli sekali.
"Nona mantuku yang baik, kau girang atau
tidak?" ia bertanya pada Oey Yong sambil memandangnya.
Oey Yong tengah masygul, karena terpaksa menyaksikan
ayahnya, Ang Cit Kong, dan Kwee
Ceng dipecundangi Racun Barat, hingga ia meTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
mikirkan upaya untuk menghadapi orang kosen
yang edan ini. Begitu sekarang ditegur si edan. ia
langsung menyahut, "Siapa bilang kau orang kosen
nomor satu di kolong langit ini? Ada satu orang
yang mesti kauhadapi, kau pasti tak sanggup mengalahkannya!"
Mendengar perkataan itu Auwyang Hong gusar
hingga-menepuk dadanya.
"Siapa? Siapa dia?" tanyanya keras. "Suruh dia
datang melawanku!"
Oey Yong menatap mata orang itu. Ia memusatkan
tenaganya untuk Uap Sim Tay-hoat ilmu
mempengaruhi hati dari Kiu im Cin Keng yang
semacam ilmu sihir. Selama rapat di Gunung Kun
San, Telaga Tong Teng, ia telah mempergunakan
ilmu itu terhadap Pheng Tianglo hingga pengemis
itu tertawa tidak mau berhenti. Kalau diterapkan
terhadap orang yang tenaga dalamnya cetek, ilmu
itu gampang mempan; namun tidak demikian halnya
terhadap orang lihai. Dalam kitab itu tercantum
pesan bahwa ilmu itu tidak dapat sembarang digunakan,
sebab bisa mencelakai diri sendiri. Tapi
Oey Yong menggunakannya juga karena tidak menemukan
cara lain, sedangkan Auwyang Hong
tampaknya kacau pikirannya.
Dalam keadaan biasa, memang Auwyang Hong
tidak dapat dipengaruhi Oey Yong, yang tenaga
dalamnya kalah jauh, kalau dibalik ia bisa celaka.
Tapi sekarang ia sedang kacau, ia tidak dapat
melawan. Sambil mengawasi ia masih bertanya,
"Siapa? Siapa dia? Suruh dia datang melawanku!"
"Dia lihai luar biasa, kau pasti tak dapat melawannya!"
kata Oey Yong, matanya tetap mengawasi
tajam.
"Siapa? Siapa dia? Suruh dia datang melawanku!"
"Dia bernama Auwyang Hong!"
"Auwyang Hong?"
Racun Barat menggaruk-garuk kepalanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar, Auwyang Hong! Kau boleh lihai, tapi
kau tak bakal dapat melawan Auwyang Hong!"
Kacau pikiran Racun Barat. Ia merasa mengenal
baik nama Auwyang Hong itu, tetapi tidak dapat
mengingatnya. Ia cuma merasa Auwyang Hong itu
sangat berdekatan dengannya, hanya entah siapa....
"Sebenarnya siapa aku ini?" tanyanya kemudian.
"Kau adalah kau!" jawab Oey Yong tertawa
dingin, matanya terus menatap. "Kau sendiri tak
tahu, mengapa kau menanyaiku?"
Auwyang Hong bingung. Ia seperti berpikir keras
untuk mengetahui siapa dirinya sendiri. "Aku ini
siapa? Sebelum dilahirkan, aku ini apa? Setelah
mati, aku ini apa?' Lalu ia bertanya lagi, "Sebenarnya
aku siapa? Aku berada di mana? Aku kenapa?"
"Auwyang Hong mau mencarimu untuk mengadu
kepandaian!" kata si nona. "Dia hendak merampas
kitabmu, kitab Kiu Itn Cin Keng\"
"Mana dia sekarang? Dia ada di mana?"
"Itu dia, di belakangmu!" jawab Oey Yong
sambil menurfjuk ke belakang Racun Barat.
Auwyang Hong memutar tubuhnya cepat luar
biasa, lantas melihat bayangannya sendiri yang
berdiri di belakangnya. Ia melengak.
"Lihat, dia hendak menghajarmu!" kata Oey
Yong cepat.
Auwyang Hong mendak, segera menyerang- Karena
ia bergerak, bayangannya turut bergerak. Ia
terkejut. Segera ia menyerang lagi, tangan kiri dan
kanannya bergantian. Ia bergerak sangat cepat,
bayangannya bergerak- sama cepatnya. Satu kali ia
melompat berkelit, tubuhnya diputar hingga ia menghadap
matahari. Sudah tentu ia kehilangan bayangannya.
"Hai. kau lari ke mana?" teriaknya. Ia melesat ke kiri.
Di sebelah kirinya ada lereng, di situ terlihat
bayangannya. Tidak ayal lagi Auwyang Hong meninju.
Tentu saja ia menghajar batu gunung. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
merasa sakit bukan main dan berteriak, "Kau sangat
lihai!" la lantas menendang. Tentu saja ia berjengit
sendiri, sebab ia menendang gunung dan kakinya
terasa sakit sekali seperti kepalannya barusan. Sekarang
ia jadi jeri sendiri. Mendadak ia memutar
tubuhnya dan lari.
Karena berlari ke arah matahari, ia tidak melihat
bayangannya lagi. Setelah lari beberapa tombak,
ia menoleh. Ia kaget melihat bayangannya berada
di belakangnya dan berteriak, "Biar kau saja yang
menjadi orang kosen nomor satu di kolong langit
ini! Aku menyerah kalah!"
Karena ia berhenti lari dan tidak bergerak, bayangannya
pun diam. Ia tidak berkata apa-apa lagi, ia
memutar tubuh lagi untuk berlalu. Namun ia masih
menoleh, hingga melihat bayangannya itu mengikutinya.
Ia menjadi kaget dan takut, lantas berlari
sekeras-kerasnya sembari menjerit-jerit. Ia menuruni
gunung, sampai sekian lama masih terdengar
jeritannya, "Jangan kejar aku! Jangan kejar aku!"
Oey Yong dan Ang Cit Kong saling mengawasi,
sama-sama menghela napas. Mereka tidak menyangka,
demikian rupa nasib jago yang lihai sekali.
Oey Yong duduk bersila. Sehabis mengerahkan
tenaga dan pikirannya demikian keras, ia letih.
Setelah sekian lama bersemadi, ia baru bangkit.
Suara Auwyang Hong kadang-kadang masih terdengar,
tetapi ia sudah terpisah dari mereka beberapa
//'. Yang terdengar adalah kumandangnya.
"Dia tak bakal hidup lebih lama lagi," kata Cit Kong.
"Aku... aku siapa ya?" mendadak Kwee Ceng
bertanya seorang diri.
Oey Yong terkejut. Ia mengira pemuda tolol ini
tentunya telah dibikin bingung oleh Racun Barat.
"Kau Kwee Ceng! Kau Kakak Ceng!" kata Oey
Yong lekas-lekas. "Jangan pikirkan dirimu, pikirkan
diri orang lain!"
Anak muda itu melengak. lalu sadar.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar!" katanya. "Suhu, Tuan, mari kita turun
gunung!"
"Anak tolol!" bentak Cit Kong. "Kau masih
memanggilnya Tuan! Nanti kau kugaplok!"
Kwee Ceng melengak, ia menatap Oey Yong
yang tersenyum.
"Ayah Mertua!" panggilnya kemudian dengan*
jengah.
Oey Yok Su tertawa, rupanya ia senang dipanggil
Ayah Mertua. Ia menarik tangan anak gadisnya,
lalu menarik tangan menantunya itu. dan berkata
pada Pengemis Utara, "Saudara Cit, hari ini barulah
kita berdua mengerti, ilmu silat itu tak ada batas
habisnya, jadi di kolong langit ini juga tak ada
orang kosen nomor satu!"
"Tapi aku berani bilang ilmu masak Anak Yong
paling hebat!" kata Pengemis Utara tanpa ditanya.
Oey Yong tersenyum.
"Jangan puji-puji aku!" katanya. "Mari kita
lekas-lekas turun gunung! Kalian akan kumasakkan
beberapa macam hidangan!"
PENUTUP
OEY YONG berempat tiba di kaki gunung, lalu
mereka mencari penginapan. Si nona benar-benar
menepati janjinya, ia memasak berbagai hidangan
lezat terutama untuk gurunya. Malamnya mereka
beristirahat di dalam dua kamar, Oey Yok Su
bersama putrinya, dan Ang Cit Kong bersama
Kwee Ceng. Keesokan paginya ketika mendusin.
Kwee Ceng tidak melihat gurunya. Di atas meja
ia melihat tiga huruf yang terukir dalam: "Aku
telah pergi" Jelas tulisan itu diukir dengan jari. la
heran, lekas-lekas ia pergi ke kamar mertuanya
untuk memberitahukan kepergian gurunya itu.
Oey Yok Su menghela napas.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biarlah!" katanya. "Memang demikian sepak
terjang Saudara Cit, seperti naga sakti yang kepalanya
tampak tapi ekornya tidak...!" Kemudian ia
melirik si pemuda dan anak gadisnya, lantas meneruskan
berkata, "Anak Ceng, ibumu telah
me¬nutup mata, maka sekarang orang yang paling
dekat denganmu tinggallah gurumu, Kwa Tin Ok,
Maka sebaiknya kau turut aku pulang ke Pulau
Persik, di sana kau mohon gurumu itu menjadi
wali agar merampungkan pernikahanmu dengan
Yongji."
Kwee Ceng sedih berbareng girang sampai tidak
bisa bilang apa-apa, melainkan mengangguk berulang-
ulang.
Oey Yong hendak mengatai kekasihnya itu tolol,
tapi batal karena ada ayahnya. Ia diam saja sambil
melirik ayahnya.
Tiga orang ini memulai perjalanan pulang ke
Pulau Persik. Sepanjang jalan mereka menggunakan
kesempatan untuk menikmati keindahan alam. Mereka
menuju tenggara. Suatu hari tibalah mereka
di selatan jalan perbatasan antara timur dan barat
Provinsi Ciatkang. Itu berarti Pulau Persik sudah
tidak jauh lagi. Begitu sampai di situ mereka
mendengar suara burung rajawali di udara, lantas
terlihatlah sepasang burung itu terbang mendekat
dari utara.
Kwee Ceng girang sekali, lantas memanggil.
Kedua burung itu menghampirinya lalu menclok
di pundaknya.
Ketika meninggalkan Mongolia, anak muda ini
tidak sempat membawa burung-burung itu, maka
bisa dimengerti kegirangannya. Ia mengusap-usap
kedua rajawali itu. Tiba-tiba ia melihat ada sesuatu
di kaki burung yang jantan. Ternyata itu sehelai
kulit yang digulung kecil sekali, la membuka simpul tali
pengikatnya, lalu membeberkannya, hingga terlihat
ukiran huruf-huruf berikut:
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Angkatan perang kami berangkai berperang ke
Selatan dan akan menyerang kota Siangyang.
Berhubung dengan itu, karena aku tahu kau sangat
setia pada negara, dengan menempuh bahaya aku
menyampaikan kabar ini padamu. Aku telah menyebabkan
kematian ibumu yang sangat menyedihkan,
aku malu bertemu lagi denganmu, maka
sekarang aku berangkat ke Barat, di daerah yang
terasing, untuk tinggal bersama kakak sulungku.
Seumur hidup aku tidak akan kembali ke negeriku.
Kuharap kau menjaga diri baik-baik, semoga kau
panjang umur!
Surat itu tanpa alamat dan tanpa tanda tangan,
tetapi Kwee Ceng tahu itu surat Putri Gochin Baki.
la menyalin surat itu untuk memberitahu Oey Yok
Su dan Oey Yong, kemudian ia bertanya pada
mertuanya, tindakan apa yang harus mereka ambil.
"Kita sekarang berada dekat dengan kota Liman,"
kata Oey Yok Su. "Tapi jika kita menyampaikan
berita pada pemerintah, artinya kita terlambat.
Pemerintah pasti bertindak sangat pelan dan kota
Siangyang terancam bahaya. Kuda merahmu kencang
larinya, berangkatlah langsung ke Siangyang
untuk menemui kepala perang di sana. Umpama
dia mau mendengar nasihat, bantulah dia membela
kota itu bersama. Sebaliknya, kalau dia menentang,
hajar mampus dia, lantas gantikan dia. Kau bekerja
sama dengan semua pasukan dan rakyat kota itu,
melawan angkatan perang Mongolia. Aku akan
pulang bersama Yongji, di Pujau Persik aku menantimu."
Kwee Ceng menerima baik perkataan mertuanya.
Oey Yong diam tetapi tampak tidak senang.
Oey Yok Su melihat roman muka anak gadisnya,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ia tertawa.
"Baiklah, Yongji, kau boleh pergi bersamanya!"
ia berkata. "Begitu urusan beres, kau mesti lekas
pulang. Jangan pedulikan seandainya pemerintah
memberi ganjaran padamu."
Gadis itu girang sekali.
"Itu pasti!" sahutnya.
Lantas sepasang muda-mudi ini berangkat ke
barat, mereka melarikan kuda mereka. Kwee Ceng
tidak mau ayal-ayalan, ia khawatir musuh akan
keburu sampai. Jika kota Siangyang pecah, celakalah
penduduk kota itu. Ia menginsafi kekejaman
tentara Mongolia.
Suatu malam mereka singgah di dekat perbatasan
selatan Liang-ciat dan barat Kanglam. Si pemuda
duduk diam, pikirannya kusut. Ia teringat bunyi
surat Putri Gochin, maka ia teringat juga saat ia
dan putri itu masih sama-sama kecil, mereka hidup
rukun hingga besar. Si nona membiarkan pemuda
itu berpikir, ia sendiri duduk menjahit bajunya.
"Yongji," tiba-tiba si anak muda bertanya, "dia
menulis bahwa ibuku mati mengenaskan dan dia
tak punya muka menemuiku lagi. Kau tahu apa
artinya itu?'
"Ayahnya memaksakan kematian ibumu, sudah
tentu dia tak tega dan sedih karenanya," sahut si
nona. "Tentu dia sangat menyesal."
Kwee Ceng diam, membayangkan kematian ibunya
itu. Mendadak ia melompat bangun, tangannya
menepuk meja keras sekali.
"Aku tahu sekarang!" serunya. "Kiranya demikian!"
Oey Yong terkejut, jarum yang dipegangnya
menusuk jarinya hingga berdarah.
"Eh, kau kenapa?" ia bertanya sambil tertawa.
"Sekarang aku mengerti duduk persoalannya,"
sahut si pemuda. "Ketika aku dan ibuku membuka
surat rahasia dari Jenghis Khan hingga kami memutuskan
untuk pulang ke Selatan, di sana tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ada orang lain, tapi Jenghis Khan bisa tahu rencana
itu, lantas memergoki dan menawan kami. Karena
sudah putus asa, Ibu bunuh diri. Bagaimana rencana
kami bisa bocor? Sekian lama aku memikirkannya,
baru sekarang aku tahu. Jadi rupanya dialah yang
membocorkan rencana kami pada ayahnya."
Oey Yong menggelengkan kepalanya.
"'Putri Gochin sangat mencintaimu, dia tak mungkin
membocorkan rahasia itu hingga mencelakaimu,"
katanya.
"Tapi dia bukan hendak bikin celaka, dia cuma
hendak mencegah keberangkatanku. Dia berada di
luar tenda, mendengar pembicaraan kami berdua,
terus melaporkannya pada ayahnya. Dia yakin ayahnya
akan tidak mengizinkan kami berangkat, siapa
tahu akibatnya adalah bencana hebat...."
Ia menghela napas.
"Karena dia berbuat tanpa sengaja, kau harus
pergi ke Barat mencarinya!" kata Oey Yong.
Kwee Ceng menggeleng.
"Aku dan dia seperti kakak dan adik saja,"
katanya. "Sekarang dia tinggal di wilayah Barat
itu bersama kakaknya. Hidupnya mulia, buat apa
aku pergi mencarinya?"
Oey Yong tertawa, hatinya girang.
Besoknya perjalanan dilanjutkan terus sampai
suatu hari mereka tiba di Kecamatan Bu-leng di
Kawedanan Liong-hin. Mereka melintasi Ok-lim
dan Tiang Nia, mereka melihat pemandangan alam
seperti semasa mereka bertemu dengan Cin Lam
Khim di tempat mereka menangkap burung hiatniauw.
"Kakak Ceng," kata Oey Yong tertawa. "Di mana
saja berada kau main asmara, dan sekarang kau
kembali akan bertemu dengan sahabat lamamu...."
"Jangan ngaco. apa itu sahabat lama dan bukan
sahabat lama!" kata si pemuda yang polos.
Oey Yong tetap tertawa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kalau umpama kembali turun hujan besar, dia
pasti akan mengambil payung untuk memayungimu,
bukannya aku!" ia menggoda.
Baru saja si nona menutup mulut, tiba-tiba terdengar
suara kedua burung mereka yang mengikuti
sembari terbang. Kedua rajawali itu terdengar gusar,
lalu menukik ke dalam rimba dan lenyap.
"Mari kita lihat!" ajak Kwee Ceng. Ia menduga
sesuatu.
Si nona juga menduga demikian.
Mereka melarikan kuda memutari rimba. Lantas
mereka menampak kedua rajawali itu terus beterbangan,
sedang bertarung dengan seseorang.
Anehnya, hiat-niauw. si burung api. juga ada di
situ dan turut membantu bertarung.
"Bagus!" seru Oey Yong. Ia girang bertemu
dengan burung yang sangat disayanginya itu.
Sekarang mereka melihat tegas, orang itu adalah
Pheng Tianglo dari Kay Pang. Ia membela diri
dengan memutar goloknya, maka ketiga burung
tidak bisa mendekatinya. Tapi kemudian rajawali
betina dapat menyambar ikat kepalanya dan mematuk
kepala pengemis itu. Pheng Tianglo membacok,
ia berhasil membabat bulu binatang itu
hingga berhamburan.
Karena ikat kepala orang itu terlepas. Oey Yong
dapat melihat sebagian kulit kepalanya yang tanpa
rambut. Segera ia teringat, "Dulu burung ini terpanah
dadanya dengan anak panah pendek, kiranya
pengemis busuk inilah yang memanahnya. Ketika
bertarung di Chee-liong-thoa, kedua burung ini
membawa kulit kepala orang, jadi itu milik pengemis
ini!
Oey Yong lantas memungut beberapa butir batu,
berniat membantu burung-burungnya, tetapi belum
sampai ia turun tangan ia sudah melihat burung
api menyambar dan bacotnya yang panjang mematuk
biji mata si pengemis. Orang itu sedang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melindungi kepalanya, tidak tahu burung kecil ini
menyambar dari bawah. Ia kesakitan bukan main
hingga menjerit, ia melemparkan goloknya, terus
berlari masuk ke gerombolan duri. Untuk menyelamatkan
jiwanya ia tidak memedulikan duri menusuk
sana-sini.
Ketiga burung tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Hiat-niauw melihat si nona dan terbang menghampiri.
Kedua rajawali masih terbang berputaran
di atas gerombolan duri itu.
"Sebelah matanya sudah buta, beri dia ampun!"
kata Kwee Ceng pada kedua rajawalinya.
Setelah itu Kwee Ceng mendengar suara anak
kecil beberapa kali. Ia heran hingga berseru tertahan.
Suara itu datangnya dari sampingnya, tempat
tumbuh rumput tinggi dan tebal. Langsung ia melompat
turun dari kuda, berlari ke rerumputan itu
dan menyibakkannya. la menemukan seorang anak
kecil sedang duduk sendirian, kedua tangannya
memegangi seekor ular berbisa yang meronta-ronta
tapi tidak dapat meloloskan diri. Kwee Ceng kaget
dan tercengang. Keheranannya semakin bertambah
ketika ia melihat di samping anak itu terjulur
sepasang kaki wanita. Maka ia menyibakkan rerumputan
di sana hingga mendapati seorang wanita
berbaju hijau sedang tergeletak pingsan. Ia segera
mengenali wanita itu sebagai Nona Lam Khim.
Karena khawatir ular itu akan mencelakai si
anak, Kwee Ceng mengulurkan tangannya untuk
menarik, namun anak itu sudah melemparkan ular
berbisa itu. Binatang itu bergerak-gerak sebentar,
lantas terdiam mati, sebab ternyata telah dipencet
anak itu.
Pemuda ini semakin heran. Ia menduga anak itu
belum berumur dua tahun. Ia membungkuk memeriksa
Nona Lam Khim, lalu menekan hidungnya.
Selang tidak lama, Lam Khim mendusin. Waktu
membuka mata dan melihat Kwee Ceng, ia meTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
lengak, merasa seakan tengah bermimpi.
"Kau... kau kan Kakak Ceng...," katanya dengan
suara bergetar.
"Ya, aku Kwee Ceng!" sahut si anak muda
mendahului. "Nona Cin, apakah kau terluka?"
Nona itu bergerak akan bangun, namun roboh
kembali. Ternyata tangan dan kakinya terikat. Oey
Yong segera menghampiri dan memotong belenggu
itu.
"Terima kasih." kata Lam Khim yang terus
menggendong anaknya. Ia duduk diam.
"Sebenarnya, Nona, apa yang telah terjadi atas
dirimu?" tanya Kwee Ceng.
Lama nona itu diam, akhirnya dengan likat ia
menuturkan juga hal ihwal dirinya. Di puncak
Tiat Ciang Hong, kehormatannya telah dicemarkan
oleh Yo Kang, lantas ia hamil, la melahirkan
anaknya di kampung halamannya. Karena tidak
punya apa-apa lagi, ia tetap hidup sebagai penangkap
ular. Ia terhibur dengan adanya anaknya
yang cerdik sekali itu, anak itu seakan tahu kesengsaraan
sang ibu.
Hari itu Lam Khim membawa anaknya mencari
kayu bakar. Kebetulan ia bertemu dengan Pheng
Tianglo yang sedang lewat di sitn. Nafsu binatang
pengemis itu timbul melihat kecantikan Lam Khim.
Si pengemis akan main gila. Lam Khim telah
mempelajari ilmu yang diajarkan Kwee Ceng,
tubuhnya menjadi sehat dan kuat. Sayang ia bertemu
dengan Pheng Tianglo, salah satu di antara
keempat pemimpin Kay Pang, ia dikalahkan dan
diringkus.
Bersama Lam Khim ada hicu-niauw, si burung
api. Sejak berpisah dari Kwee Ceng dan Oey
Yong di Chee-liong-thoa, burung itu pulang ke
kampungnya, tinggal bersama Nona Cin. Burung
ini tahu si nona sedang dalam bahaya, maka ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyerang Pheng Tianglo hingga keduanya jadi
bertarung. Tidak lama kemudian datang bantuan
kedua rajawali. Lantaran ini, pengemis itu tidak
sempat melampiaskan nafsu binatangnya. Lam
Khim sendiri lantas jatuh pingsan, karena melihat
beberapa ular berbisa datang ke situ. Ia mengkhawatirkan
keselamatan anaknya. Ia tidak menyangka
ketika mendusin ia mendapati sepasang muda-mudi
itu dan anaknya ternyata tidak kurang suatu apa.
Malam itu Kwee Ceng dan Oey Yong singgah
di rumah Nona Cin.
Si pemuda senang melihat roman muka si anak
kecil, yang mengingatkannya pada Yo Kang yang
tersesat itu. Ia menghela napas.
" "Kakak Kwee," kata Lam Kim kemudian, "coba
tolong beri nama anak ini."
"Dengan ayahnya aku bersaudara angkat," kata
Kwee Ceng. "Sayang ayahnya tersesat hingga
hubungan kami berdua memburuk. Sebenarnya aku
menyesal tak bisa melakukan kewajibanku sebagai
sahabat. Kuharap setelah anak ini dewasa, sifatnya
berbeda dari sifat ayahnya. Menurutku sebaiknya
dia diberi nama Ko alias Kay Ci. Apakah kau
setuju?"
"Ko" berarti salah atau kesalahan, dan "Kay"
berarti mengubah itu atau mengubah kesalahan.
Setelah besar, anak itu diharapkan dapat mengubah
kesalahan ayahnya dan menjadi orang bijaksana.
"Terserah padamu, Kakak," sahut Lam Khim
sambil meneteskan air mata. "Semoga dia menjadi
orang baik-baik."
Harapan mereka ini di kemudian hari terkabul.
(Sebagaimana kisahnya dapat dibaca dalam Sin
Tiauw Hiap Lu—Rajawali Sahi dan Pasangan
Pendekar, sambungan kisah ini.)
Kwee Ceng dan Oey Yong tidak bisa tinggal di
rumah Lam Khim. Mereka mempunyai urusan yang
sangat penting. Ketika mereka akan berangkat,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng memberikan uang emas seratus taU,
sedangkan Oey Yong menghadiahkan serenceng
mutiara. Oey Yong tidak mengajak hiat-niauw
meskipun sangat menyukainya, karena burung itu
lebih dibutuhkan untuk menemani Nona Cin.
Lam Khim merasa berat berpisah, teiapi tidak
dapat menahan muda-mudi itu. Ia terharu dan
menyesal, lalu mendoakan supaya mereka berhasil.
Kwee Ceng berdua menuju ke barat, lalu tiba
di selatan Lian Ouw yang terletak di antara dua
provinsi, yaitu Ouwlam dan Ouwpak. Mereka membelok
ke utara. Suatu hari tibalah mereka di tempat
tujuan mereka, kota Siangyang. Lega hati mereka,
lernyata musuh belum sampai. Penduduk tenang,
kota ramai, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda
bahaya perang.
Kota Siangyang memegang peranan penting di
Utara. Di zaman Lam Song, atau Song Selatan, di
situ ditempatkan pembesar tinggi An-bu-su, komisaris
keamanan, dengan pasukan tentaranya yang
kuat untuk menjaga keselamatan kota, atau lebih
tepatnya tapal batas.
Karena pentingnya urusan, tanpa menanti mencari
penginapan lagi Kwee Ceng mengajak Oey
Yong segera pergi ke kantor An-bu-su untuk menemui
pembesar militer itu. Tentu saja tidak gampang
menemui pembesar itu. An-bu-su itu pangkal
tinggi. Meskipun di Mongolia Kwee Ceng menjadi
panglima perang, di sini Kwee Ceng adalah rakyat
jelata yang tidak dikenal. Tapi Oey Yong tidak
kurang akal. Ia menyerahkan uang emas satu tail
kepada penjaga pintu, yang langsung bersikap manis,
tapi masih berkeberatan untuk segera melaporkan.
Katanya, menurut kebiasaan, untuk bertemu
dengan pembesar itu orang mesti menanti paling
cepat setengah bulan. Apalagi biasanya yang diterima
menghadap adalah pembesar, bukan orang semacam
si pemuda.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Akhirnya Kwee Ceng mendongkol.
"Ini adalah urusan tentara yang sangat penting,
mana bisa aku menanti lama-lama!" katanya bengis.
Sebaliknya Oey Yong berpikir lain. Ia mengedipkan
mata pada kekasihnya, menarik tangannya
untuk mengajaknya minggir, dan berbisik, "Nanti
malam kita menyelundup masuk untuk menemuinya
dengan paksa."
Kwee Ceng setuju, maka mereka mengundurkan
diri untuk mencari tempat menginap lebih dulu.
Begitu pukul dua dini hari tiba, mereka lantas
menyatroni gedung pembesar itu.
An-bu-su itu seorang bermarga Lu. Ketika Kwee
Ceng dan Oey Yong masuk ke gedung, ia sedang
bersenang-senang makan-minum sambil memeluk
gundiknya.
"Hamba hendak melaporkan urusan militer penting!"
kata Kwee Ceng sambil menjura.
Lu An-bu-su kaget sekali.
"Ada pembunuh!" jeritnya sambil mendorong
gundiknya. Ia sendiri menyelusup masuk ke kolong
meja.
Kwee Ceng melangkah dan mencekal tubuh
orang itu, lalu mengangkatnya.
"An-bu, jangan takut!" katanya. "Hamba tidak
berniat membikin celaka."
Ia mendorong tubuh si pembesar hingga terduduk
lagi di tempatnya.
Pembesar itu masih ketakutan, mukanya pucat,
tubuhnya gemetaran.
Segera muncul beberapa puluh serdadu pengiring
yang hendak menolong atasan mereka, tetapi Oey
Yong mengancam dada si pembesar dengan belatinya
untuk menahan mereka maju. Para serdadu itu
cuma bisa berteriak-teriak.
"Suruh mereka jangan bikin berisik!" perintah
Oey Yong pada An-bu-su. "Mari kita bicara!"
Dengan bingung An-bu-su memerintahkan orangTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
orangnya supaya diam. Maka sunyilah ruangan itu.
Kwee Ceng mengeluh dalam hati menyaksikan
pembesar yang berpangkat tinggi dan memikul
tanggung jawab besar ini ternyata cuma kantong
nasi, tapi tidak mudah mengubah sikap orang itu.
Ia lantas menyampaikan laporan tentang angkatan
perang Mongolia yang bakal datang menyerang
kota itu secara mendadak. Ia meminta pembesar
ini segera mengambil tindakan memperkuat penjagaan
untuk menyambut musuh.
Lu An-bu-su tidak mempercayai laporan itu,
tetapi menyahut, "Ya, ya!"
"Kau dengar tidak?" tanya Oey Yong yang
melihat orang itu gemetar saja.
"Dengar, dengar...."
"Kau dengar apa?"
"Aku dengar bangsa Kim bakal menyerbu dan
kami mesti bersiap sedia...."
"Bangsa Mongol, bukan bangsa Kim!" Oey Yong
membetulkan.
Pembesar itu heran.
"Bangsa Mongol? Tak mungkin!" katanya.
"Bangsa Mongol telah berserikat dengan perdana
menteri kita untuk bersama menyerang bangsa Kim!
Mereka takkan bermaksud lain...."
Oey Yong sebal, matanya mendelik.
"Aku bilang bangsa Mongol!" bentaknya. "Bangsa
Mongol!"
Pembesar itu ketakutan.
"Ya, bangsa Mongol, bangsa Mongol...," katanya
seraya mengangguk-angguk.
Kwee Ceng lantas berkata dengan sabar tapi
bersungguh-sungguh, "Kota ini dan penduduknya
di bawah perlindungan Tuan, kota Siangyang ini
juga merupakan tirai kerajaan Selatan kita, maka
kuminta Tuan memperhatikannya baik-baik."
"Benar, yang Saudara bilang itu benar," kata
pembesar itu. "Sekarang silakan!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Kwee Ceng dan Oey Yong menghela napas,
tanpa banyak omong lagi, mereka menyingkir dari
gedung itu. Tapi mereka mendengar teriakan-teriakan
di belakang mereka. "Tangkap orang jahat!
Tangkap orang jahat!" Suara itu berisik dan kacau.
Mereka kembali ke tempat penginapan sambil
menanti sepak terjang An-bu-su, tetapi dua hari
lamanya penantian mereka sia-sia. Kota tetap tenang,
tidak ada tindakan apa-apa dari pihak pembesar.
"Pembesar itu busuk!" kata Kwee Ceng. "Lebih
baik kita bertindak seperti yang diajarkan ayahmu!
Kita binasakan dia. lantas kita mengambil tindakan."
"Pembesar anjing itu memang pantas dibinasakan,
tak patut diselamatkan," kata Oey Yong. "Tapi
musuh bakal sampai dalam beberapa hari ini,
tentara dan rakyat tentulah kacau karena tak ada
yang memimpin. Bagaimana musuh bisa dilawan?"
Kwee Ceng mengerutkan alisnya.
"Benar, sulit...," katanya. "Bagaimana sekarang?"
Oey Yong berpikir, kemudian berkata, "Dalam
kitab Co Toan ada dongeng yang mungkin dapat
kita tiru, yaitu dongeng Hian Kho memberi hadiah
pada tentaranya."
Kwee Ceng girang.
"Yongji, manfaat membaca kitab memang tak
ada habisnya," ia berkata. "Dongeng itu bagaimana?
Coba kauceritakan padaku. Mungkin kita dapat
mencontohnya."
"Mencontoh tentu bisa. cuma itu tergantung
padamu...."
Si pemuda heran.
"Apa?" ia menegaskan.
Si nona tidak lantas menjawab, hanya tertawa.
Kwee Ceng mengawasi, menanti cerita itu.
Oey Yong berhenti tertawa, kemudian baru memulai,
"Baiklah, akan kututurkan. Di zaman Cun
Ciu. di Negeri The ada seorang saudagar bernama
Hian Kho. Dia berdagang dengan merantau. Suatu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kali, di tengah jalan dia bertemu dengan angkatan
perang Negeri Cin. Angkatan perang itu akan
menyerbu Negeri The. Negeri The tidak bersiap
sedia. Kalau musuh tiba mendadak, pasti negeri
itu bakal musnah. Walaupun saudagar, Hian Kho
sangat mencintai negaranya, dia hendak menolong
menyelamatkan negaranya. Apa akalnya? Dia lantas
membawa dua belas ekor kerbau pada pasukan
Negeri Cin itu, dia menemui kepala perangnya.
Dia bilang dia diperintahkan Raja The untuk menghaturkan
hadiah pada pasukan Cin itu. Di lain
pihak, diam-diam dia mengirim kabar kilat kepada
Raja The, memberitahukan kedatangan pasukan
musuh. Panglima Negeri Cin mengira Negeri The
sudah bersiap sedia, maka dia tak berani melanjutkan
gerakannya untuk menyerbu Negeri The, bahkan
menarik pulang pasukannya."
"Siasat itu bagus sekali," kata Kwee Ceng girang.
"Tapi kenapa kau bilang siasat itu tergantung padaku?"
"Ya, aku hendak pinjam tubuhmu."
"Bagaimana caranya?"
"Bukankah tadi kukatakan ada dua belas ekor
kerbau?" kata si nona tertawa. "Bukankah shio-mu
Gu?”
Kwee Ceng melonjak.
"Bagus, dengan jalan memutar kau mencaciku!"
katanya.
Pemuda ini ber-shio Gu, kelahiran tahun Gu, dan
Gu itu berarti kerbau. Maka ia mengulurkan tangannya
untuk menggelitiki si nona. Si nona lantas berkelit
sambil tertawa. Kwee Ceng pun turut tertawa.
"Sekarang begini rencanaku," kata si nona, setelah
mereka berhenti bergurau. "Malam ini kita
menyelundup masuk ke kantor An-bu-su, kita curi
uang emas dan permatanya. Besok aku akan menyamar
sebagai pria, aku akan dandan sebagai
pegawai negeri, lantas aku akan memapak angkatan
perang Mongolia dan menghadiahkan barang-barang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu pada mereka. Kau sendiri mesti bekerja di
dalam kota. mencoba menjalin kerja sama dengan
tentara dan rakyat untuk mengatur penjagaan."
Kwee Ceng setuju, dengan girang ia bertepuk
tangan. Malam itu mereka mulai bekerja.
Lu An-bu-su punya banyak simpanan uang dan
permata. Sampai terang tanah, tidak ada yang
mengetahui pencurian yang mereka lakukan. Pagi
hari Oey Yong melanjutkan rencananya, menyamar
sebagai pegawai negeri pria. Dengan naik kuda
merah dan membawa kantong besar, ia pergi ke
luar kota utara, menyambut angkatan perang
Mongolia.
Tengah hari kedua, Kwee Ceng menuju pintu
kota utara untuk memandang jauh ke luar. Ia
menanti kekasihnya. Segera ia melihat kuda merah
menghampirinya, ia menyambutnya. Oey Yong menahan
kuda itu, roman mukanya tampak gelisah.
Ketika berbicara, suaranya bergetar, "Jumlah tentara
Mongolia itu mungkin belasan laksa. Mana dapat
kita melawan mereka?"
Kwee Ceng pun kaget.
"Begitu banyak?" ia menegaskan.
"Kelihatannya Jenghis Khan ingin sekali memusnahkan
Kerajaan Song," kata si nona. "Aku
menemui punggawa terdepannya dan menyerahkan
hadiah itu. Dia tak tahu kita sudah mendengar
kabar mengenai kedatangan mereka. Dia mengatakan
membawa pasukan perang itu untuk menyerang
Negeri Kim, bukan Negeri Song. Waktu kubeberkan
rahasianya, dia kaget, lantas menahan pasukan
perangnya. Mungkin dia mau melapor dulu pada
kepala perangnya."
"Kalau mereka terus pulang, itu bagus," kata
Kwee Ceng. "Kalau mereka maju terus, aku khawatir...."
Oey Yong mengerutkan alis.
"Aku telah berpikir sehari semalam, tapi belum
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
juga mendapat akal," ia berkata. "Kakak Ceng,
kalau kita bertempur satu lawan satu, cuma ada
dua-tiga orang yang dapat melayani kita, tapi sekarang
kita mesti menghadapi belasan laksa orang,
Bagaimana caranya?"
Kwee Ceng menghela napas.
"Sebenarnya rakyat Song jauh lebih banyak daripada
rakyat Mongolia," katanya kemudian. "Di
antara para tentara dan rakyat itu, masih ada yang
setia pada negara. Kalau mereka bisa bersatu, kita
tak usah takut menghadapi tentara Mongolia itu.
Sayang banyak pembesar negeri ini yang tolol dan
bernyali kecil, cuma bisa memeras dan menyiksa
rakyat, tanpa sadar mereka mencelakakan negara."
"Kalau terpaksa, biarlah kita coba melabrak
pasukan Mongolia itu," kata Oey Yong. "Kita bisa
mengandalkan kuda merah kita...."
"Yongji, sikapmu keliru," kata Kwee Ceng
sungguh-sungguh. "Kita telah mempelajari kitab
perang Gak Bu Bok, kenapa kita tak mau meniru
kegagahannya dalam membela negara dengan berbekalkan
kesetiaan kita? Kalau kita berkorban untuk
negara, kita takkan mengecewakan orangtua yang
telah merawat kita dan guru yang telah mendidik
kita!"
Si nona menghela napas.
"Aku memang telah menduga pasti hal seperti
ini akan terjadi," katanya. "Baiklah, mati atau
hidup kita tetap bersama!"
Setelah berpikir demikian, mereka menjadi sedikit
lega. Lantas mereka kembali ke penginapan
mereka. Kali ini hubungan mereka semakin erat.
Mereka minum arak sampai pukul dua. Saat akan
berangkat tidur, mereka dikagetkan bunyi riuh dari
luar kota.
"Mereka tiba!" kata si nona.
"Ya!" sahut si pemuda.
Keduanya berlari keluar, terus menuju tembok
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kota. Mereka menyaksikan rakyat negeri, tua-muda,
pria-wanita, berduyun-duyun dan berkumpul di
balik tembok kota hendak masuk kota, namun
mereka dihalangi. Pintu kota dikunci rapat. Kemudian
datang pasukan yang dikirim Lu An-bu-su
yang siap dengan panah. Mereka memerintahkan
rakyat menyingkir menjauh.
"Tentara Mongolia datang menyerang! Lekas buka
pintu, biarkan kami masuk!" rakyat berteriak-teriak.
Pintu kota tetap tertutup.
Saking takutnya, rakyat berteriak-teriak makin
hebat, banyak pula yang menangis.
Kwee Ceng berdua memandang ke tempat jauh,
mereka melihat cahaya api berlugat-legot bagaikan
naga api sedang mendekat. Itulah pasukan depan
angkatan perang Mongolia. Jelas mereka tidak kembali
ke negara mereka, melainkan maju terus, berarti
rakyat dan tentara pembela kota bakal bertempur.
Dalam keadaan seperti itu, mendadak pemuda ini
mengambil keputusan. Tiba-tiba ia berseru-seru,
"Kalau kota Siangyang pecah, tak seorang pun bakal
hidup! Siapa yang merasa laki-laki sejati, man turut
aku menerjang musuh!"
Punggawa di pintu kota itu orang kepercayaan
Lu An-bu-su, ia gusar sekali melihat perbuatan
Kwee Ceng. Ia berteriak menitahkan, "Tangkap
orang itu! Dia mengacaukan rakyat!"
Tapi Kwee Ceng sudah bertindak. Ia melompat
turun, menyambar dada punggawa itu, mengangkat
tubuhnya, maka sekejap kemudian ia menggantikan
duduk di punggung kuda si punggawa.
Di antara para tentara itu. banyak yang gagah
dan mencintai negara. Mereka tidak tega menyaksikan
rakyat di balik tembok berteriak-teriak dan
menangis minta dibukakan pintu kota. Mereka menyambut
sepak terjang Kwee Ceng, tidak mengambil
mumet titah punggawa mereka.
Kwee Ceng senang melihat sikap pasukan itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Lekas perintahkan membuka pintu kota!" perintahnya.
Si punggawa masih menyayangi jiwanya, terpaksa
ia menurut.
Begitu pintu kota dibuka, bagaikan banjir yang
meluap rakyat berlomba masuk.
Kwee Ceng menyuruh Oey Yong menjaga si
punggawa, sedangkan ia sendiri menuju ke luar kota
dengan menunggang kuda dan membawa tombak.
"Baik." sahut si nona. Ia menyuruh si punggawa
melepaskan baju perangnya untuk dipakai Kwee
Ceng. Setelah itu ia berbisik pada kekasihnya,
"Dengan memakai perintah palsu, pergilah kau
membawa tentara ke luar kota."
Kwee Ceng girang. Siasat itu baik sekali. Maka
ia maju dan segera berseru, "Atas perintah Sri
Baginda Raja, An-bu-su kota Siangyang, yang tolol
dan memandang enteng musuh, dipecat dari jabatannya!
Para tentara semua, ayo ikuti aku menghadang
musuh!"
Dengan bantuan tenaga dalamnya, Kwee Ceng
bersuara keras hingga terdengar sampai jauh,
walaupun di balik tembok suasana sangat berisik.
Semua serdadu mendengarnya dengan nyata. Banyak
serdadu yang menyangsikan titah yang datangnya
mendadak itu. tetapi banyak juga yang tahu
bahwa an-bu-su mereka memang tolol dan mereka
mengerti pentingnya melawan musuh itu, maka
segera terdengar seruan sambutan yang riuh.
Sebentar saja Kwee Ceng sudah berada di luar
tembok kota bersama sekitar tiga ribu serdadu, la
menyesal melihat tentara itu tidak tertib. Mana
bisa mereka diajak berperang melawan musuh yang
berjumlah besar? Ia ingin menerapkan siasat Gak
Hui, saat terjepit, lebih baik menggunakan akal
muslihat, la memerintahkan seribu serdadu pergi
ke balik gunung sebelah timur untuk bersembunyi.
Mereka dipesan, kalau mendengar tanda letusan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
meriam, mereka mesti bersorak-sorai sambil melambai-
lambaikan bendera tapi jangan keluar berperang.
Seribu serdadu lebih lainnya diperintahkannya
sembunyi di balik gunung barat dengan tugas
"serupa.
Sampai fajar tiba, barulah semua rakyat berhasil
masuk kota dengan selamat. Sebagai ganti mereka,
segera terlihat kedatangan para musuh. Bunyi
tetabuhan perang serta langkah kaki pasukan musuh
itu berisik sekali. Debu mengepul tinggi.
Selagi musuh berdatangan, Oey Yong menotok
punggawa yang diserahkan padanya. Ia melemparkan
orang itu ke luar pintu kota, lantas meminta
kuda dan tombak dari salah satu serdadu untuk
menyusul Kwee Ceng.
"Pentang keempat pintu kota.'*" Kwee Ceng memberikan
perintahnya lagi. "Semua rakyat harus sembunyi
di dalam rumah.' Siapa yang lancang keluar
akan dihukum penggal!"
Perintah itu ditaati terutama oleh rakyat, tanpa
titah itu pun mereka tidak akan berani muncul di
luar rumah.
Di dalam gedungnya, An-bu-su bersembunyi di
bawah kasur dengan tubuh gemetaran.
Pasukan Mongolia telah sampai dengan cepat.
Mereka melihat pintu-pintu kota terpentang dan
kota dalam keadaan sepi. Di muka jembatan gantung
bersiaga sepasang pria dan wanita yang menunggang
kuda dan bersenjatakan tombak. Punggawa
yang memimpin pasukan depan itu seorang
cianhu-tio. Ia heran, maka ia lantas melapor pada
kepalanya, seorang banhu~rio. Orang ini pun tidak
kurang herannya. Ia langsung maju untuk menyaksikan
sendiri,
Banhu-tw ini terkejut ketika mengenali Kwee
Ceng. Selama berperang ke Barat, Kim Too Huma
itulah yang paling berakal dan gagah, sehingga
tentara berpayungnya berhasil merampas kota
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Samarkand. Ia curiga melihat pintu kota dipentang
dan kota kosong. Cepat-cepat ia menghampiri Kwee
Ceng, lalu turun dari kudanya dan memberi hormat.
Ia memanggil, "Kim Too Huma yang mulia!"
Kwee Ceng membalas hormat, tanpa bilang apa-apa.
Segera banhu-tio itu mengundurkan diri sembari
mengundurkan pasukannya. Segera ia mengirim
kabar kepada kepala perangnya.
Sejam kemudian muncul pasukan dengan bendera
besar, dipimpin oleh seorang panglima muda yang
diiringi banyak punggawa. Ia adalah Pangeran Keempat,
Tuli. Si pangeran langsung melarikan kudanya
keluar dari barisan dan maju.
"Anda Kwee Ceng!" serunya. "'Kau baik-baik saja?"
Kwee Ceng melarikan kudanya untuk menyambut.
"Anda Tuli!" serunya. "Kiranya kau!"
Biasanya kalau bertemu, mereka berdua saling
merangkul, namun sekarang mereka tidak terlalu
mendekat, melainkan sama-sama menahan kuda
masing-masing.
"Anda," Kwee Ceng bertanya, "kau mengepalai
pasukan perang untuk menyerang Negeri Song,
bukan ?”
"Aku menerima titah ayahku, aku tidak merdeka,"
sahut Tuli. "Kuminta kau mau memaafkanku."
Kwee Ceng memandang pasukan musuh yang
entah berapa laksa jumlahnya.
"Kalau pasukan berkuda itu menyerbu, hari ini
habislah jiwaku...," pikirnya. Lantas ia menghadap
pada pangeran Mongolia itu lagi dan berkata,
"Baiklah! Nah. ambillah jiwaku.'"
Tuli terperanjat, ia pun segera berpikir, "Dia
sangat pandai mengatur tentara, aku bukan tandingannya.
Lagi pula. kami bagaikan saudara kandung,
mana bisa aku merusak persaudaraan ini...?"
Oleh karena itu. ia menjadi ragu-ragu.
Oey Yong menyaksikan semua itu. ia lantas
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berpaling ke arah kota, melambaikan tangan
kanannya.
Tentara di dalam kota melihat isyarat itu, mereka
langsung menyulut meriam. Maka bergemalah bunyi
ledakan, disusul dengan sambutan tentara yang
bersembunyi di balik gunung timur. Mereka bersorak-
sorai dan melambai-lambaikan bendera.
Tuli kaget hingga air mukanya berubah.
Ledakan meriam yang pertama disusul dengan
yang kedua dan disusul lagi dengan sambutan
tentara yang bersembunyi di balik gunung barat.
"Celaka, aku terjebak!" pikir pangeran ini kaget.
Tanpa membuang waktu lagi ia menitahkan pasukan
perangnya mundur sampai tiga puluh li. Untuk ini,
tentaranya cuma perlu membalik tubuh, maka lantas
pasukan belakang menjadi pasukan depan dan
pasukan depan sendiri menjadi pasukan belakang.
Tuli tidak tahu berapa besar pasukan musuh,
tetapi karena ia sudah jeri terlebih dulu terhadap
Kwee Ceng, mundur adalah jalan yang paling aman
baginya.
Melihat mundurnya musuh, Kwee Ceng ber¬paling
pada Oey Yong dan tertawa, si nona menyambutnya
sambil tertawa juga,
"Kakak Ceng, aku memberimu selamat untuk
Khong Shia Kee ini!" si nona memuji.
Khong Shia Kee adalah akal muslihat mengosongkan
kota untuk menggertak musuh. Siasat itu juga
dapat dipakai untuk menjebak musuh agar masuk ke
kota dan kemudian dikepung.
Sehabis tertawa, Kwee Ceng memperlihatkan
roman berduka.
"Tuli itu gagah dan ulet," katanya. "Sekarang
dia memang mundur, tapi besok dia pasti bakal
datang lagi. Bagaimana kita melawannya?"
Oey Yong menginsafi itu, ia lantas berpikir.
"Aku punya satu cara, tapi aku khawatir lantaran
kau mengingat persaudaraanmu dengannya, kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
takkan sudi turun tangan melakukannya." katanya
kemudian.
Kwee Ceng terkesiap.
"Kau menghendaki aku pergi membunuhnya
diam-diam?" tanyanya.
"Dia putra kesayangan Jenghis Khan," kata si
nona. "Dia juga berbeda dari panglima-panglima
perang lainnya, satu kali dia mati, pasti musuh
mundur dengan sendirinya!"
Kwee Ceng tertunduk diam. Mereka kembali ke
dalam kota.
Semua tentara ditarik pulang, semua pintu kota
ditutup rapat dan dijaga. Untuk sesaat kota tampak
kacau.
Setelah mendapat laporan bagaimana dengan
omong sedikit saja Kwee Ceng berdua dapat mengundurkan
musuh. Lu An-bu-su sendiri pergi menemui
muda-mudi itu untuk menghaturkan terima
kasih. Kwee Ceng menggunakan kesempatan itu
untuk membicarakan soal pembelaan kota.
An-bu-su menjadi berkecil hati dan tubuhnya
lemas begitu mendengar bahwa musuh akan datang
lagi besok, sampai-sampai ia tidak dapat buka
suara, kemudian berulang-ulang menitahkan, "Siapkan
joli, pulang!" la telah memutuskan untuk
kabur meninggalkan kota.
Kwee Ceng berduka. Meski Oey Yong telah
memasak sayur lezat, ia tidak bernafsu makan.
Apalagi ketika malam datang dan sang jagat gelap
gulita, di sana-sini terdengar tangis rakyat yang
ketakutan. Ia membayangkan besok siang tentu
bakal tidak ada lagi tentara atau rakyat, semuanya
bakal terbasmi habis oleh tentara Mongolia yang
ganas itu. Di depan matanya berkelebat peristiwa
dahsyat, kejam, dan menyedihkan di kota Samarkand.
"Yongji." katanya, mendadak tangan kirinya
menggebrak meja. "Di zaman dulu. demi negara
orang dapat membunuh sanak atau temannya senTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
diri, maka sekarang mana bisa aku memberatkan
saudara angkat lagi!"
Oey Yong menarik napas panjang.
"Memang urusan kita ini sulit sekali," katanya.
Kwee Ceng telah memutuskan, maka ia lantas
berganti pakaian, lalu bersama Oey Yong ia menunggang
kuda merahnya menuju ke utara. Setelah
mendekati kubu tentara Mongolia, mereka
me¬nambatkan kuda mereka di kaki gunung, lalu dengan
berjalan kaki mereka menghampiri musuh
untuk mencari kemah Tuli. Tidak sulit mereka
menemukannya.
Mula-mula Kwee Ceng membekuk dua serdadu
ronda dengan menotok mereka. Sesudah mereka
tidak berdaya, ia merampas seragam mereka untuk
dipakainya bersama Oey Yong. Dengan begini mereka
bisa berkeliaran dengan lebih leluasa. Ia mengerti
bahasa Mongol, juga segala peraturan ketentaraannya,
maka dengan cepat mereka berdua
tiba di kemah Tuli. Karena langit gelap, mereka
berhasil menyelinap ke belakang tenda dan bersembunyi
sambil mengintai.
Tuli belum beristirahat, bahkan masih mondarmandir
dengan gelisah. Lalu ia berkata, "Kwee
Ceng, Anda! Anda Kwee Ceng!"
Kwee Ceng terkejut, ia menyangka Tuli sudah
mengetahui kedatangannya hingga ia nyaris menyahut.
Oey Yong melihat gelagat itu, maka buru-buru
ia membekap mulut si pemuda.
"Ah...!" pikir Kwee Ceng tersadar. Ia sedih.
Dalam hati ia memaki ketololannya.
Oey Yong menghunus belatinya sambil berbisik
di kuping kekasihnya, "Lekas turun tangan! Seorang
laki-laki mesti tegas, tak boleh ragu!"
Berbareng dengan itu, dari kejauhan terdengar
derap langkah kuda, lantas tampak seorang penunggang
kuda mendatangi kemah besar itu. Kwee
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ceng tahu, itu berarti ada urusan penting.
'Tunggu dulu," bisik si nona. "Kita dengar
dulu apa kabar penting ini."
Penunggang kuda itu seorang pesuruh berseragam
kuning, la melompat turun dari kuda, lalu berlari ke
dalam kemah, setelah menghormat pada Tuli, ia
berkata, "Tuan Pangeran, ada titah dari Khan yang
Agung!"
"Apa kata Kha Khan?" tanya Tuli.
Bangsa Mongol belum lama mempunyai bahasa
tulis, apalagi Jenghis Khan tidak dapat membaca
dan menulis, maka apabila mengeluarkan perintah,
ia memberikannya secara lisan. Supaya tidak lupa, si
pesuruh disuruhnya menghafalkan titahnya dulu
hingga mengingat dengan baik. Titah itu dilagukan.
Demikian juga utusan ini, sambil berlutut ia menyanyikan
titah Khan Agung yang telah dihafalnya
luar kepala.
Orang itu baru menyanyikan tiga baris katakata,
namun Kwee Ceng sudah terkejut sekali,
sedangkan Tuli mencucurkan air mata.
Jenghis Khan sudah berusia lanjut, belakangan ini
kesehatannya sering terganggu. Karena mendapat
firasat bahwa mungkin ia tidak bakal hidup lebih
lama lagi, ia mengeluarkan titah untuk memanggil
Tuli supaya segera pulang dan bertemu dengannya.
Dalam penutup titah itu, Khan juga memberitahukan
bahwa ia merindukan Kwee Ceng. Maka ia berpesan,
kalau di Selatan putranya itu bertemu dengan Kwee
Ceng, ia meminta supaya pemuda itu diajak pergi
bersama ke Utara, agar Khan yang Agung dapat
melihatnya untuk yang terakhir kalinya....
Sampai di situ tanpa sadar Kwee Ceng menggurat
tenda dengan belati di tangannya, la melompat
masuk.
"Anda Tuli, aku akan pergi bersamamu!" serunya.
Tuli kaget bukan main, tetapi setelah mengenali
pemuda itu, ia girang bukan buatan. Keduanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lantas saling merangkul.
Si utusan juga mengenali Kwee Ceng, ia memberi
hormat sambil terus berlutut, lalu berkata.
"Kim Too Huma, Khan yang Agung menitahkan
supaya Huma yang Mulia pergi ke Kemah Emas
untuk menemuinya!"
Hati Kwee Ceng tercekat mendengar ia tetap
dipanggil Kim Too Huma. Tentu saja ia khawatir
Oey Yong curiga. Maka ia lari ke luar tenda, menghampiri
si nona, lantas menariknya seraya berkata,
"Yongji, mari kita pergi dan nanti pulang bersama!"
Nona itu diam.
"Yongji, kau percaya aku atau tidak?** Kwee
Ceng bertanya.
Tiba-tiba nona itu tertawa dan berkata. "Jika
kau berniat untuk menjadi huma atau hugu, akan
kupenggal kepalamu!"
Huma berarti menantu raja, huruf ma berani
kuda, maka Oey Yong menambahkan dan menyebut
hugu untuk menggoda. Huruf gu berarti kerbau.
Kwee Ceng mempertemukan si nona dengan Tuli,
sedangkan Tuli langsung memerintahkan tentaranya
untuk bersiap sedia berangkat pulang ke Utara
keesokan paginya.
Kwee Ceng bersama Oey Yong pulang lebih
dulu untuk mengambil kuda dan burung mereka.
Pagi berikutnya mereka kembali bergabung dengan
pasukan perang Mongolia untuk berangkat ke
Utara.
Tuli khawatir mereka tidak sempat bertemu dengan
ayahnya, maka ia menyerahkan pimpinan
pasukan kepada wakilnya, sedangkan ia sendiri
bersama Kwee Ceng dan Oey Yong berangkat
lebih dulu dengan memacu kuda mereka. Maka
sebelum sebulan lewat, mereka bertiga telah sampai
di Kemah Emas Jenghis Khan.
Dari jauh Tuli telah melihat bendera di kemah
ayahnya masih terpancang seperti biasanya. Hatinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sedikit lega, namun toh berdebaran juga. Ia melarikan
kuda sekencangnya supaya cepat sampai di
kemah itu.
Kwee Ceng menahan kudanya, pikirannya bekerja
keras, la ingat budi Khan Agung, yang
sudah menolong ia dan ibunya, sebaliknya ia juga
ingat kematian ibunya yang" mengenaskan. Jadi
Khan adalah penolong sekaligus musuh besarnya!
la menyayangi sekaligus membencinya! Bagaimana
sekarang? Selama di Siangyang dan di tengah
jalan, ia ingin sekali menemui sang penolong,
tetapi kini ia ragu. Ia tercenung sambil menunduk.
Tidak lama kemudian terdengar bunyi trompet,
lalu di muka markas terlihat munculnya dua baris
serdadu pengiring. Setelah itu Jenghis Khan keluar
dengan berkerobong baju bulu hitam, sebelah tangannya
memegangi pundak Tuli. Langkahnya
masih lebar, namun tubuhnya sedikit gemetar.
Kwee Ceng maju untuk berlutut di tanah.
"Bangun, bangun!" katanya. "Setiap hari aku
memikirkanmu...!"
Kwee Ceng bangkit. Ia melihat muka Khan
keriput dan kedua pipinya celong. Ia yakin orang
tua itu tidak bakal hidup lebih lama lagi. Panas
hatinya sedikit mereda.
Jenghis Khan memegangi pundak Kwee Ceng
dan pundak Tuli dengan kedua tangannya. Ia pun
mengawasi mereka bergantian. Kemudian ia menarik
napas panjang, matanya memandang jauh ke
depan, ke gurun yang besar dan luas. Ia termenung.
Kwee Ceng dan Tuli tidak dapat menerka isi
hatinya, keduanya diam.
Sesudah sekian lama diam saja. Jenghis Khan
menghela napas.
"Dulu mulanya aku bekerja sama dengan Anda
Jamukha," ia berkata. "Siapa tahu akhirnya mau
tak mau aku harus membunuh saudara angkatku
itu. Aku menjadi khan yang maha agung, tapi dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
telah terbinasa di tanganku. Beberapa hari lagi
aku sama dengan dia, pulang ke tanah kuning.
Siapa berhasil, siapa runtuh, bukankah itu akhirnya
tak ada bedanya?"
Ia menepuk-nepuk pundak kedua anak muda itu.
"Maka mulai hari ini hingga akhir nanti, kalian
berdua mesti hidup rukun bersama," ia berkata.
"Sekali-kali janganlah kalian saling bunuh. Anda
Jamukha telah mati, kuanggap persoalannya sudah
beres, tapi setiap kali aku ingat dia, mataku sukar
kupejamkan."
Dalam benak Kwee Ceng dan Tuli lantas
terbayang peristiwa yang baru saja terjadi di antara
mereka di Siangyang. Bukankah mereka bakal
saling membunuh? Maka itu mereka malu pada
diri sendiri.
Setelah berdiri sekian lama. Jenghis Khan merasa
kakinya lemas, ia hendak kembali ke dalam markas.
Sebelum ia mengajak Tuli dan Kwee Ceng masuk.
datanglah sebarisan kecil serdadu berkuda yang
dipimpin seseorang yang mengenakan pakaian perang
putih dan ikal pinggang emas. Dari dandanannya
sudah bisa diketahui bahwa ia orang Kim.
Melihat musuh, semangat Jenghis Khan terbangun.
Orang Kim itu menghentikan barisannya walaupun
masih jauh. la melompat turun dari kudanya,
lalu berjalan menghampiri pendekar Mongolia itu,
tetapi tidak berani sampai dekat sekali. Di tempat
yang agak jauh ia sudah berlutut untuk memberi
hormat.
"Utusan Negeri Kim menghadap Khan yang
Agung!" demikian lapornya.
"Negeri Kim tak sudi takluk, malahan mengirim
utusan, untuk apa?" tanya Jenghis Khan gusar.
Sambil terus berlutut, utusan Kim itu berkata,
"Negara kami yang rendah mengetahui kami telah
berlaku kurang ajar terhadap Khan yang Agung,
dosa kami tak terampuni, karena itu sekarang hamba
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diutus untuk menghaturkan seribu butir mutiara
dengan permohonan agar Khan yang Agung tidak
gusar lagi dan sudi memberi ampun. Ini mutiara
pusaka negara kami, hamba mohon sudilah kiranya
Khan yang Agung menerimanya."
Sehabis berbicara, utusan itu menurunkan bungkusan
dari punggungnya, membukanya, lalu mengeluarkan
sebuah nampan kemala. Dari kantong
bersulamnya ia menuang keluar butiran mutiara
banyak sekali, lalu menaruhnya di atas nampan
itu. Akhirnya kedua tangannya menghaturkan bingkisan
itu.
Jenghis Khan melirik. Ia melihat mutiara-mutiara
sebesar jari telunjuk mengitari sebutir yang sebesar
jempol tangan. Harga sebutir mutiara itu saja sudah
mahal, apalagi seribu butir. Semuanya berkilauan.
Dulu Jenghis Khan pasti girang bukan main
melihat mutiara-mutiara itu, namun sekarang ia
hanya mengerutkan alis beberapa kali.
"Simpanlah!" katanya pada pengiringnya.
Si pengiring menyambut nampan berharga besar
itu. Utusan Kim itu girang bukan main melihat
bingkisannya diterima, ia lantas menghaturkan
terima kasih. Ia berkata bahwa raja serta rakyat
negerinya sangat bersyukur dan akan mengingat
baik-baik budi Khan yang Agung, karena menerima
baik permintaan mereka untuk akur dan bersahabat.
"Siapa bilang bersahabat?" tanya Jenghis Khan
tiba-tiba. "Sebentar lagi aku akan menggerakkan
angkatan perangku untuk menghajar anjing-anjing
Kim! Tangkap dia!"
Sejumlah serdadu pengiring lantas maju mencekuk
utusan itu.
Tapi Jenghis Khan menghela napas dan berkata,
"Seribu butir mutiara pun takkan bisa membikin
hidupku lebih lama satu hari lagi...." Ia mengambil
nampan dari tangan pengiringnya, lantas melemparkannya
hingga semua butiran mutiara itu berTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
hamburan.
Semua orang kaget dan heran, semuanya bungkam.
Para serdadu Mongolia memunguti butiran mutiara
itu, namun masih banyak yang terpendam di
antara rerumputan, maka beberapa ratus tahun kemudian
ada juga penggembala yang beruntung
menemukannya.
Dengan masygul Khan yang Agung kembali ke
markas. Senja hari ia meminta Kwee Ceng seorang
diri menemaninya menunggang kuda, berjalan-jalan
di padang rumput sejauh beberapa puluh li sampai
di tepi jurang.
Kwee Ceng teringat akan masa kecilnya ketika
ia bertemu dengan Kanglam Cit Koay, bagaimana
suatu malam ia menghajar mampus Tong Si Tan
Hian Hong si Mayat Perunggu, bagaimana Ma
Giok mengajarinya ilmu tenaga dalam. Mengenang
semuanya itu ia merasa bersyukur dan terharu.
Tengah ia merenung, kupingnya mendengar suara
burung rajawali di udara. Itulah burungnya yang
terbang berputar-putar di atas jurang. Rupanya
kedua burungnya juga mengenali kampung halaman
mereka.
Sekonyong-konyong Jenghis Khan mengambil
busurnya dan segera membidik kedua rajawali itu.
Kwee Ceng kaget sekali, dengan gugup ia berseru,
"Kha Khan, jangan panah!"
Meski tenaganya sudah berkurang, Jenghis Khan
masih cukup kuat, waktu si pemuda berseru, anak
panahnya sudah melesat. Maka pemuda itu mengeluh,
menyesal bukan main. la tahu pendekar
Mongolia ini pun jago memanah. Ia sangat mencemaskan
kedua burungnya.
Ternyata rajawali betinalah yang dibidik Jenghis
Khan. Burung itu melihat datangnya anak panah,
ia berkelit menyampok dengan sayap kirinya hingga
anak panah itu jatuh.
Rajawali yang jantan menjadi gusar. Ia bersuara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
nyaring, terbang menukik menyambar ke arah Khan
yang Agung.
Kwee Ceng terkejut tetapi ia membentak, "Hei,
kau mau mampus?" Bentakan itu dibarengi dengan
menyambarnya cambuk.
Burung itu mengenali majikannya , ia batal
menyerang. Setelah bersuara beberapa kali ia
terbang ke atas, bersama si betina ia melayang
jauh....
Paras Jenghis Khan menjadi guram, dengan lesu
ia melemparkan busurnya.
"Selama beberapa puluh tahun, baru kali ini
aku gagal memanah rajawali...,** katanya. "Rupanya
memang benar telah tiba saat kematianku..."
Kwee Ceng hendak menghibur, tetapi tidak tahu
harus berkata apa.
Khan yang Agung menjepit perut kudanya, melarikan
binatang tunggangannya itu ke utara.
Kwee Ceng khawatir orang itu akan mendapat
celaka, maka ia lantas menyusul. Kuda merahnya
berlari kencang sekali, sebentar saja sudah berhasil
mengejar dan mendahului kuda Khan.
Jenghis Khan menahan kudanya, memandang ke
empat penjuru.
"Anak Ceng." ia berkata, "negara besar yang
kubangun ini berzaman-zaman tidak ada bandingannya!
Dari tengah-tengah negaraku ini untuk sampai
di daerah yang paling ujung, timur, selatan, barat,
dan utara, membutuhkan tempo perjalanan setahun
lamanya! Katakan, di antara pendekar-pendekar di
zaman dulu hingga sekarang ini, siapakah yang
dapat melawanku?'*
Kwee Ceng berdiam sekian lama, lalu baru
menyahut, "Dalam hal kegagahan, sejak dulu hingga
sekarang, lak ada orang dapat menandingi Khan;
tapi karena keangkeran Khan, di kolong langit ini
entah telah berapa banyak tulang yang bertumpuk,
serta berapa banyak air mata anak-anak yatim dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
janda yang telah mengalir...."
Sepasang alis Jenghis Khan berdiri, cambuknya
menyambar ke pundak si pemuda.
Kwee Ceng melihatnya, tapi tidak takut, ia diam saja.
Cambuk itu berhenti di udara.
"Apa kauhilang?" bentak pendekar Mongolia itu.
Kwee Ceng berpikir, "Setelah hari ini dan
selanjutnya, pasti aku dan Khan tak bakal bertemu
lagi. maka biarpun dia gusar sekali, apa yang
kupikirkan mesti kuutarakan!" Maka ia menyahut
dengan gagah, "Khan yang Agung! Kau telah
membesarkan dan mendidikku, tapi kau juga telah
memaksakan kematian ibuku! Itu budi dan dendam
pribadi, tak usahlah dibicarakan! Sekarang aku
hendak menanyakan padamu satu pertanyaan saja:
Kalau orang telah mati, berapa luas tanah yang
diperlukan untuk menguburkannya?"
Jenghis Khan melengak, lalu mengayunkan
cambuknya melingkar.
"Kurang-lebih seluas ini," sahutnya.
"Benar," kata Kwee Ceng. "Hingga kini kau
telah membinasakan demikian banyak orang, telah
mengalirkan demikian banyak darah, juga telah
merampas demikian banyak negara, akhirnya, apa
gunanya semua itu?"
Khan Agung, pendekar besar Mongolia itu. terdiam.
Ia tidak sanggup membuka mulutnya.
Kwee Ceng berkata lagi, "Pendekar zaman dulu
hingga sekarang, mereka yang dikagumi di kemudian
hari, mestilah orang yang telah membuat rakyat
bahagia dan yang mencintai rakyatnya! Menurut
pandanganku sendiri, orang yang membunuh banyak
orang belum tentu pendekar!"
"Pendekar" yang dimaksudkan Kwee Ceng ialah
eng hiong.
"Apakah seumur hidup aku belum pernah melakukan
perbuatan baik?" tanya Khan.
"Perbuatan baik itu pasti ada dan juga sering
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali," jawab Kwee Ceng. "Kau telah menyerang
ke Selatan dan menyerbu ke Utara, kau telah
menumpuk mayat setinggi gunung, apakah itu yang
dinamakan jasa atau dosa, itu sukar dibilang...."
Kwee Ceng jujur, maka apa yang ia pikirkan
segera diutarakannya.
Jenghis Khan besar kepala, ia biasa puas akan
dirinya sendiri. Sekarang di saat-saat hari akhirnya.
ia mesti mendengar kata-kata tajam itu, ia kehabisan
kata-kata untuk menjawab. Di benaknya
lantas terbayang segala perbuatannya di masa lalu.
Ia memandang sekelilingnya, seakan merasa kehilangan
sesuatu. Sesaat kemudian mendadak ia
berseru, lalu memuntahkan darah hidup.
Kwee Ceng kaget. Ia lantas sadar bahwa bicaranya
terlalu tajam, la memayang pendekar itu.
"Kha Khan, mari kita pulang untuk beristirahat,"
katanya. "Barusan aku telah salah omong, harap
dimaafkan."
Tapi Jenghis Khan tertawa, tawar tawanya, parasnya
pun menjadi kuning pucat.
"Orang di kiri-kananku," katanya, "tidak ada
seorang pun yang bernyali besar seperti kau, yang
berani omong padaku secara begini jujur."
Ia mengangkat alisnya hingga tampak jumawa.
Ia berkata lantang, "Seumur hidup aku telah malang
melintang di kolong langit ini, aku telah memukul
musnah negara lain tak terhitung banyaknya, tapi
menurutmu aku bukanlah pendekar! Hm, sungguh
kata-kata seorang bocah!"
Ia mencambuk kudanya, melarikannya pulang.
***
Malam itu Jenghis Khan berpulang ke alam lain
di dalam Kemah Emas-nya. Sesuai dengan pesannya
yang terakhir, Ogotai menggantikannya menjadi
khan yang mahaagung. Di saat napas terakhirnya,
beberapa kali ia menyebut, "Pendekar... pendekar..."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Rupanya ia sangat terpengaruh ucapan Kwee Ceng.
Kwee Ceng dan Oey Yong menanti sampai
upacara pemakaman selesai. Hari itu juga mereka
kembali ke Selatan. Di sepanjang jalan mereka
terharu melihat banyaknya kerangka para korban
bencana perang berserakan di sela-sela rerumputan
tebal. Mereka mengangankan datangnya zaman
aman dan damai hingga rakyat dapat hidup tenteram
dan bahagia....
TAMAT
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru