Kamis, 20 April 2017

Cersil ke 23 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti

Cersil ke 23 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cersil ke 23 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
kumpulan cerita silat cersil online
-Cersil ke 23 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
 "Auyang Hong adalah ayah angkatku," kata Nyo Ko
kemudian.
"He apa betul? Mengapa aku tidak tahu?" seru Siao-liong-li
heran.
Nyo Ko lantas menceritakan pengalamannya dahulu ketika
dia terkena racun jarum berbisa Li Bok chiu, berkat
pertolongan Auyang Hong, dapatlah dia diselamatkan sebab
itulah ia mengakui Auyang Hong sebagai ayah angkat,
Akhirnya ia berkata pula: "Kini ayah angkatku sudah
meninggal, Suco dan Sun-popoh juga sudah wafat, Tiongyang
Cosu pun sudah tak ada, segala budi dan dendam, suka
dan duka sampai saatnya telah dihapus seluruhnya oleh Thian
yang maha kuasa, Malahan sampai saat terakhir Suco tetap
tidak mau menyebut nama ayah-angkatku. Ah, kiranya
begitu!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat anak muda itu seperti mendadak menyadari
kejadian sesuatu, cepat Siao-liong-li bertanya: "Kiranya begitu
apa?"
"Tentang ayah angkatku tertutuk oleh Suco bukan Lisupek
yang menolongnya, tapi dia membebaskan dirinya
sendiri," tutur Nyo Ko.
"Membebaskan dirinya sendiri? Bagaimana bisa begitu?"
"Ayah angkatku memiliki semacam kepandaian khas, yakni
dapat memutar balik jalan urat nadi seluruh tubuh, sekali urat
nadi sudah terbalik, segenap Hiat-to juga berubah tempat,
sekalipun ter-tutuk juga dapat melepaskan diri."
"Di dunia ini masakah ada kepandaian seaneh ini, sungguh
sukar dibayangkan."
"lni akan kuperlihatkan padamu," kata Nyo Ko sambil
berbangkit lalu ia berjungkir dengan kepala dibawah terus
berputar beberapa kali sambil mengatur pernapasan.
Mendadak ia melompat bangun, ubun-ubun kepalanya terus
ditumbukkan pada ujung meja di depan dipan sana.
"Hai, awas!" seru Siao-liong-li kuatir.
Hiat-to yang tepat di ubun-ubun kepala itu disebut "Pekhwe-
hiat" dan merupakan salah satu Hiat-to paling penting di
tubuh manusia, Tapi meski tertumbuk ujung meja batu,
ternyata sedikitpun Nyo Ko tidak terluka dan sakit, malahan
anak muda itu tetap berdiri tegak dan berkata dengan
tertawa: "Lihatlah, sekali jalan urat nadi terbalik, seketika Pekhwe-
hiat juga berpindah tempat."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kagum sekali Siao-liong-li, katanya dengan heran:
"Sungguh aneh, hanya dia yang mampu memikirkan
kepandaian ini."
Walaupun tidak terluka, tapi lantaran terlalu keras
menggunakan tenaga, Nyo Ko merasa rada pening juga
kepalanya, tapi dalam keadaan samar-samar tiba-tiba ia
seperti menemukan sesuatu yang maha penting, cuma
seketika sukar dikatakan urusan penting apa yang ditemukan
itu.
Sampai sekian lama tetap sukar memecahkan
persoalannya, ia menjadi kesal, ingin dikesampingkan tapi
berat pula urusannya Akhjrnya ia cakar-cakar kepala sendiri
dengan perasaan sangat masgul, katanya kemudian: "Liong-ji,
ku-ingat sesuatu yang sangat penting, tapi tidak tahu apakah
itu. Dapatkah kau membantu?"
Sebenarnya tidaklah masak diakal bahwa pikiran
seseorang yang kusut dan tak dapat menyimpulkan sesuatu
ditanyakan kepada orang lain. Tapi lantaran mereka berdua
sudah berkumpul lama, sudah ada kontak batin yang
mendalam, apa yang dipikirkan pihak lain biasanya dapat
diterka sebagian besar. Maka Siao-Iiong-li lantas bertanya:
"Apakah urusan ini sangat penting."
Nyo Ko mengiakan Siao-liong-li menegas pula: "Apakah
ada sangkut-pautnya dengan keadaan lukaku?"
"Benar, benar! Apakah itu? Urusan apa yang teringat
olehku?"
"Tadi kau bicara tentang ayah-angkatmu Auyang Hong
serta caranya memutar balik letak hiat-to, ada sangkut paut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
apakah soal ini dengan lukaku? Kan bukan dia yang melukai
aku..."
Mendadak Nyo Ko melonjak dan berteriak: "Aha, benar!"
Begitu keras teriakannya sehingga bergemalah kumandang
suaranya dari kamar2 batu di kuburan kuno itu. Habis itu Nyo
Ko terus pegang lengan Siao-liong-li dan berseru pula:
"Engkau tertolong, Liong-ji! Engkau tertolong! Hanya sekian
saja ucapannya, saking girangnya air matapun berlinanglinang
dan tak dapat melanjutkan ucapan-nya.
Melihat anak muda itu sedemikian gembiranya, Siao-liongli
juga ikut senang dan bangkit berduduk.
"Coba dengarkan Liong-ji," kata Nyo Ko kemudian, "kau
terluka dan tak dapat menggunakan Lwekang dari perguruan
kita sehingga sukar disembuhkan tapi engkau dapat memutar
balik urat nadimu untuk penyembuhanmu dan dipan kemala
dingin itu adalah alat pembantu yang ajaib."
"Tapi... tapi aku masih belum paham!" sahut si nona
dengan bingung.
"Bahwa Giok-li-sim-keng aslinya adalah Ci-im negatip,
dingin), kebalikannya adalah Sun-yang (panas, positip)," tutur
Nyo Ko. "Ketika membicarakan kepandaian membalikkan urat
nadi ayahku tadi samar-samar sudah kurasakan bahwa
lukamu ini pasti tertolong. Cuma cara bagaimana
menyembuhkannya yang masih membingungkanku. Akhirnya
setelah ingat pada kemala dingin yang disebut dalam surat
Tiong-yang Cosu barulah aku memahami persoalannya
dengan jelas, sekarang jangan kita menunda lebih lama lagi,
marilah... Marilah..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah ia lantas pergi mencari beberapa ikat kayu
bakar, lalu dibakar di pojok kamar, kemudian dia mengajarkan
pengantar dasar ilmu membalikkan urat nadi itu kepada Siaoliong-
li, si nona dibiarkan duduk, di atas dipan kemala dingin,
ia sendiri duduk di samping api unggun, tangan kirinya
menahan telapak tangan kanan Siao-liong-li.
"Akan kutarik hawa panas ini untuk menerobos-segenap
Hiat-to di tubuhmu, sekuatnya engkau mengerahkan tenaga
secara jalan terbalik, satu satu Hiat-to itu akan di terobos,
kalau hawa panas itu sudah sampai ke dipan kemala dingin,
maka keadaan lukamu menjadi berkurang pula parahnya."
"Apakah akupun harus berjungkir dan berputar seperti kau
tadi?." tanya Siao-liong-li dengan tertawa.
"Sekarang belum perlu, nanti kalau sembilan Hiat-to besar
sudah diterobos, cara berjungkir dan mengerahkan tenaga
menjadi jauh lebih mudah,"
Siao-liong-li berkata pula dengan tertawa: "Untung kedua
lenganmu tidak terkutung semua, nona Kwe itu ternyata tidak
terlalu jelek."
"Setelah mengalami detik2 maut tadi, mengenai
buntungnya tangan bagi mereka sudah bukan soal lagi,
makanya Siao-Iiong li menggunakan hal ini untuk bergurau.
Dengan tertawa Nyo Ko menjawab: "Kalau tanganku
buntung semua, masih ada dua kaki. Hanya kalau membantu
menyembuhkan dengan telapak kaki, bau keringat kaki tentu
memualkan kau."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu api unggun sudah mulai berkobar selagi Nyo
Ko bersiap akan mengerahkan tenaga dalam dan mulai
penyembuhannya-pada Siao-liong-ti, mendadak ia berteriak:
"Haya, hampir saja celaka!"
"Ada apa?" tanya Siao-liong-li
Nyo Ko menuding Kwe Yang yang tertaruh di ujung
tempat tidur sana dan berkata- "Kalau latihan kita sedang
memuncak pada titik yang genting dan mendadak setan cilik
ini berkaok, kan segalanya bisa runyam?"
"Ya, sungguh berbahaya, hampir saja!" Siao-liong-Iipun
bersyukur.
Maklumlah, orang yang asyik berlatih lwekang paling
pantang akan gangguan dari luar, seperti dahulu ketika Siaoliong-
li dan Nyo Ko sedang berlatih Giok-li-sim-keng, tanpa
sengaja mereka telah terganggu oleh datangnya In Ci-peng
dan Tio Ci-keng sehingga akibatnya hampir saja menewaskan
Siao-Iiong-li.
Cepat Nyo Ko mengaduk setengah mangkuk madu untuk
Kwe Yang kecil, lalu membawanya ke suatu kamar yang agak
jauh, pintu kamar itu ditutup pula sehingga jerit tangisnya
takkan terdengar, Habis itu barulah ia kembali ke tempat
semula dan berkata: "Seluruhnya Hiat-to penting di tubuhmu
kukira dalam waktu tujuh hari sampai setengah bulan dapatlah
diterobos seluruhnya, selama itu tentu sukar menghindari
gangguan dari luar, tapi tempat ini sama sekali terpisah
dengan dunia luar, sungguh suatu tempat yang sangat
bagus."
"Lukaku ini dipukul kawanan Tosu Coan-cin kau, tapi cakal
bakal mereka yang membangun kuburan ini serta
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyediakan dipan kemala dingin ini bagiku sehingga
kesehatanmu dapat dipulihkan, rasanya dosa dan jasa mereka
dapatlah dianggap sama."
"Dan bagaimana dengan Kim-lun Hoat-ong? Kita takkan
ampuni dia," kata Nyo Ko.
"Asalkan aku tetap hidup, apalagi yang tak memuaskan
kau?"
"Ya, benar juga ucapanmu," kata Nyo Ko sambil
memegang tangan si nona yang putih halus itu, "Setelah kau
sembuh, selanjutnya kita takkan berkelahi lagi dengan
siapapun."
"Kita akan pergi keselatan dan bercocok tanam di sana
memiara ayam dan itik serta..." dia termenung sejenak, tibatiba
terasa suatu bawa panas tersalur tiba melalui telapak
tangannya, hatinya terkesiap cepat ia melancarkan jalan darah
dan mulai berlatih sesuai ajaran Nyo Ko.
Penyembuhan dengan cara membalikkan jalan darah
dibantu dengan khasiat dipan kemala dingin itu ternyata
sangat besar manfaatnya, Sudah tentu cara penyembuhan ini
tidak dapat segera berhasil melainkan memerlukan ketekunan
dan kesabaran
* * *
Kembali bercerita tentang Ui Yong, sesudah membuat Li
Bok-chiu tak bisa berkutik, namun dilihatnya Kwe Yang cilik
sudah tidak berada di tempatnya lagi, tentu saja dia
kelabakan, ia coba membentak pada Li Bok-chiu dan bertanya:
"Kau main tipu muslihat keji apa, ke mana kau sembunyikan
anakku?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bukankah nona cilik itu terkurung baik-baik di tengah
pagar rotan yang kau buat itu?" jawab Li Bok-chiu heran.
"Mana ada? Sudah lenyap!" kata Ui Yong, hampir saja ia:
menangis saking cemasnya.
Karena sudah sekian lama momong Kwe Yang, maka Li
Bok-chiu juga sangat menyukai orok itu, iapun terkejut demi
mendengar anak itu lenyap tercetus ucapannya: "Kalau bukan
Nyo Ko tentu-Kim lun Hoat-ong."
"Apa maksudmu?" tanya Ui Yong.
Li Bok-chiu lantas menceritakan kejadian perebutan Kwe
Yang antara dia, Nyo Ko dan Kim-lun Hoat-ong tempo hari,
dari cara Li Bok-chiu menguraikan itu jelas kelihatan dia
sangat menguatirkan anak itu.
Kini Ui Yong percaya penuh hilangnya Kwe Yang itu
memang di luar tahu Li Bok-chiu, segera ia membuat Hiat-to
yang ditutuknya tadi, cuma pelahan ia ketuk Soan ki-hiat di
dada orang, dengan demikian Li Bok-chiu dapat bergerak
seperti biasa, tapi dalam waktu 12 jam dia belum kuat
mencelakai orang lain.
Li Bok-chiu berbangkit dengan tersenyum getir dan
membersihkan debu dibajunya, ialu berkata:
"Kalau jatuh di tangan Nyo Ko rasanya tidak beralangan,
kuatirnya kalau digondol lari si bangsat gundul Kim-lun Hoatong."
"Apa sebabnya?" tanya Ui Yong, "Nyo Ko sangat baik
kepada anak itu, kuyakin dia takkan membikin celaka
padanya, sebab itulah tadinya kukira orok itu adalah anaknya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendadak Li Bok-chiu berhenti, kuatir Ui Yong tersinggung
dan marah lagi.
Tapi dalam hati Ui Yong justeru sedang memikir soal lain,
ia sedang membayangkan betapa susah payahnya Nyo Ko
berusaha menempur Li Bok-chiu dan Kim-lun Hoat-ong demi
menyelamatkan Kwe cilik, tapi dirinya dan Kwe Hu justeru
salah sangka jelek padanya sehingga mengakibatkan sebelah
lengan anak muda itu ditabas kutung oleh Kwe Hu.
Teringat itu, hati Ui Yong merasa sangat menyesal,
pikirnya: "Ko-ji pernah menyelamatkan jiwa kakak Cing,
menyelamatkan aku dan kedua Bu. sekarang dia
menyelamatkan anak Yang, tapi... tapi lantaran pikiranku
sudah menarik kesimpulan keburukan ayahnya dan
menganggap "kacang tidak meninggalkan Ianjarannya",
serigala tentu beranak serigala, maka selama ini aku tidak
pernah percaya padanya, meski terkadang agak baik padanya,
selang tak lama aku lantas memakinya lagi.
Ai percumalah diriku maha pintar dan cerdik, kalau bicara
tentang kejujuran dan ketulusan terhadap orang lain mana
aku dapat dibandingkan dengan kakak Cing."
Melihat nyonya Kwe itu termangu dan mengembeng air
mata, Li Bok-chiu menyangka orang sedang menguatirkan
keselamatan anaknya, maka ia berusaha menghiburnya:
"Kwe-hujin, puterimu belum sebulan terlahir dan sudah
mengalami bencana begini, namun tetap selamat tak kurang
sesuatupun apa. Bayi mungil menyenangkan seperti dia itu,
biarpun momok yang ditakuti orang macamku ini juga jatuh
hati padanya, maka dapat dipahami kalau bayi itu mempunyai
rejeki besar, Hendaknya kaupun berdoa saja bagi
keselamatannya, marilah pergi mencari nya"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong mengusap air mata, ia pikir ucapan Li Bok-chiu itu
ada benarnya juga, maka ia lantas membuka lagi Hiat-to
orang yang ditutuknya tadi dan berkata: "Terima kasih banyak
bahwa kau suka pergi bersamaku untuk mencari puteriku itu.
Tapi kalau engkau ada urusan lain, biarlah kita berpisah saja
aisini, sampai berjumpa pula kelak,"
"Urusan penting lain apa? Kalau ada urusan penting,
kiranya tidak lebih penting daripada mencari anak itu. Eh,
tunggu sebentar!" habis ini Li Bok-chiu terus menyusup lagi ke
dalam gua di balik pepohonan sana untuk membuka tali
pengikat kaki macan tutul.
Begitu merasa bebas, dengan meraung sekali macan tutul
itu terus melompat pergi dengan cepat. Tentu saja Ui Yong
heran. "Untuk apa kau menawan macan tutul itu?" tanyanya.
"Dia itulah mak inang puterimu," tutur Li Bok-chiu dengan
tertawan.
Baru sekarang Ui Yong paham, ia tersenyum, keduanya
lantas kembali ke kota kecil itu untuk mencari jejak Nyo Ko.
Setiba di sana, tertampak Kwe Hu sedang celingukan dan
bingung. Nona itu menjadi girang melihat datangnya sang ibu,
segera ia berseru: "lbu, adik dibawa..." belum habis
ucapannya, ia kaget karena melihat yang mengikut di
belakang sang ibu ternyata Li Bok-chiu adanya.
"Bibi Li akan bantu kita mencari adikmu," tutur Ui Yong
kemudian, "Bagaimana dengan adikmu?"
"Adik dibawa lari Nyo Ko, malahan kuda merah kita juga
dirampasnya." jawab Kwe Hu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Lihatlah pedangku ini. Dengan kebasan lengan bajunya
yang tak berlengan itu, segera pedangku jadi begini."
"Hanya dengan lengan baju?" tanya Ui Yong dan Li Bokchiu
berbareng.
"Ya, sekali kebas saja pedang ini lantas bengkok, sungguh
aneh, entah ilmu hitam apa yang berhasil dikuasainya pula,"
kata Kwe Hu.
Ui Yong dan Li Bok-chiu saling pandang sekejap dengan
terkesiap." Mereka tahu kalau, tenaga dalam seorang sudah
terlatih sempurna, maka dengan sesuatu benda yang lunak
pun dapat digunakan untuk menghantam benda lawan yang
keras, untuk mencapai tingkatan itu sedikitnya juga perlu
waktu beberapa puluh tahun kalau mendapatkan guru yang
mahir, namun usia Nyo Ko masih muda belia, masakah
Lwekangnya sudah mencapai puncaknya seperti ini?"
Hati Ui Yong merasa lega juga ketika mengetahui Kwe
Yang memang digondol oleh Nyo Ko. sedangkan Li Bok-chiu
berpikir tentang kehebatan Kang hu anak muda itu tentulah
berkat ilmu yang diperolehnya dari Giok-li-sim-keng, kalau
saja sekarang dirinya membantu Kwe-hujin merebut kembali
puterinya, sebagai imbalannya tentu nyonya Kwe itupun mau
membantunya rebut kembali kitab pusaka itu.
Bcgitutah setelah tanya arah perginya Nyo Ko, kemudian
Ui Yong berkata pula kepada Kwe Hu: "Kaupun tidak perlu lagi
pulang ke Tho-hoa-to marilah ikut pergi mencari Nyo-toako."
Tentu saja Kwe Hu kegirangan dan mengiakan berulang2.
Tiba-tiba Ui Yong menarik muka dan berkata pula: "Kau harus
bertemu dengan dia, tak peduIi dia mau-mengampuni kau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
atau tidak, kaulah yang harus minta maaf padanya dengan
setulus hati."
"Tapi Kwe Hu tidak dapat menerima, katanya: "Mengapa
begitu? Bukankah dia telah mencuik adik?"
Ui Yong lantas menceritakan secara ringkas apa yang
didengarnya dari Li Bok-chiu, dan menambahkan "Kalau dia
bermaksud jahat, mana bisa adikmu hidup sampai sekarang?
Lagi pula, dengan kebutan lengan bajunya itu, kalau saja yang
diincar adalah kepalamu, coba bayangkan, bagaimana
keadaanmu sekarang?"
Ngeri juga hati Kwe Hu mendengar ucapan sang ibu, ia
pikir betul juga omongan ibunya, "tapi apakah benar Nyo Ko
sengaja bermurah hati padanya? Dasar anak manja,
betapapun mulutnya tidak mau kalah, katanya pula: "Dia
menggondol adik ke arah utara, tentu dia menuju ke Coatceng-
kok."
"Tidak, dia pasti pulang ke Cong-lam-san." ujar Ui Yong.
Kwe Hu masih penasaran, jawabnya: "lbu selalu
membantu dia saja, Padahal kalau dia bertujuan baik, untuk
apa dia membawa adik ke Cong-Iam-san "
Ui Yong menghela napas katanya: "Kau dibesarkan
bersama Nyotoako, ternyata kau masih belum kenal wataknya,
selamanya dia bertinggi hati dan angkuh, tidak tahan dihina
orang, Ketika mendadak kau mengutungkan lengannya, dia
merasa tidak sampai hati hendak balas membuntungi
lenganmu tapi iapun tidak rela kalau menyudahi begitu saja
urusan ini, dia sengaja membawa pergi adikmu agar kita
dibuatnya kelabakan dan bersedih.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selang sementara waktu, kalau dongkolnya sudah mereda,
kuyakin dia pasti akan mengembalikan adikmu itu, Nah,
paham tidak sekarang?" Tegasnya.
"Karena kau memfitnah dia menculik adikmu, maka ia
betul-betul lantas sengaja menculiknya."
Ui Yong memang sangat cerdas dan pintar, setelah
mendengarcerita Li Bok-chiu, jalan pikiran Nyo Ko ternyata
dapat diraba dan diukurnya dengan tepat padahal Siao-liong-li
dan Kwe Cing menganggap Nyo Ko teramat baik, sebaliknya Li
Bok-chiu dan Kwe Hu justeru menganggap anak muda itu
terlampau busuk. Sampai saat ini, satu-satu-nya yang betulbetul
memahami jalan pikiran dan watak Nyo Ko ternyata
hanya Ui Yong saja.
Begitulah akhirnya Kwe Hu tak berani bicara Iagi. Mereka
lantas mendatangi warung makan semula untuk meminjam
alat tulis, Ui Yong menulis suatu surat singkat dan memberi
persen kepada pelayan agar segera mengirimkan surat itu
kepada Kwe Cing di Siangyang. Habis itu mereka bertiga
lantas membeli kuda dan berangkatlah ke Cong-lam-san.
Kwe Hu tidak menyukai Li Bok-chiu, sepanjang jalan
sikapnya dingin dan jarang bicara dengan dia.
Hari itu lewat lohor, tengah mereka melanjutkan
perjalanan, tiba-tiba dari depan seorang penunggang kuda
mendatangi secepat terbang
"Hei, itulah kuda merah kita...." seru Kwe Hu, belum habis
ucapannya, penunggang kuda itu mendekat dan segera Kwe
Hu melompat maju.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kuda itu memang betul kuda Kwe Hu yang dirampas Nyo
Ko itu, sebelum Kwe Hu meraih tali kendali, kuda merah itu
sudah lantas-berhenti mendadak sambil berjingkrak dan
meringkik kegirangan karena mengenali sang majikan.
Waktu Kwe Hu mengamati penunggangnya, kiranya
seorang nona berbaju hitam yang pernah berjumpa satu kali
dahulu waktu bersama mengeroyok Li Bok-chiu yaitu Wanyan
Peng.
Rambut nona itu tampak kusut masai, wajahnya pucat,
keadaannya mengenaskan.
"He, kenapa kau, Wanyan-taci?" tanya Kwe Hu cepat.
"Di sana, lekas..." jawab Wanyan Peng dengan suara
terputus-putus sambil menuding ke belakang, mendadak
tubuhnya tergeliat terus terperosot jatuh ke bawah kuda.
Cepat Kwe Hu melompat turun untuk membangunkan
nona itu, ternyata Wanyan Peng sudah pingsan, pundaknya
terluka dan merembes darah segar. Segera Kwe Hu
membubuhi obat luka dan merobek kain baju untuk membalut
lukanya sambil berkata kepada sang ibu: "iniiah Wayan-cici
yang pernah kukatakan itu." Habis berkata ia melotot sekali
pada Li Bok-chiu.
Ui Yong pikir sebelum jatuh pingsan Wayan Peng sempat
menuding ke sana, tentu di sana terjadi sesuatu dan mungkin
ada kawannya yang masih perlu ditolong. Cepat ia suruh Kwe
Hu memonong Wayan Peng ke atas kuda merah dan memberi
pesan agar mengikutinya dari belakang. Habis ini ia memberi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tanda kepada Li Bok-chiu dan mengajaknya berlari ke arah
utara dengan Ginkang mereka yang tinggi.
Sekaligus mereka berlari belasan li tanpa berhenti benar
juga sayup-sayup terdengar suara beradunya senjata di lereng
bukit sana. Mereka mempercepat langkah, setelah melintasi
bukit itu, terlihatlah ada lima orang sedang bertempur sengit
di suatu tanah datar di depan sana.
Dua di antara lima orang itu, adalah kedua saudara Bu,
selain itu ada lagi seorang pemuda dan seorang pemudi yang
tak dikenal, berempat sedang mengerubuti seorang lelaki
setengah umur.
Meski empat mengeroyok satu, tapi tampaknya masih
kewalahan, lebih banyak terserang daripada menyerang.
Tampaknya kedua, saudara Bu sudah terluka, hanya
pemuda itu dengan pedangnya yang berputar dengan cepat
hampir menangkis sebagian besar serangan lelaki setengah
umur itu, di samping sana tampak menggeletak pula seorang
berewok dan berlumuran darah, ternyata Bu Sam-thong
adanya.
Yang aneh adalah senjata lelaki itu, tangan satu
menggunakan golok emas, tangan lain memainkan pedang
panjang lentik warna hitam, gerak serangannya aneh, tapi luar
biasa.
Ui Yong pikir kalau tidak lekas turun tangan, tentu kedua
saudara Bu itu bisa celaka, Segera ia berkata kepada Li Bokchiu:
"Kedua anak muda itu adalah muridku."
Li Bok-chiu hanya tersenyum saja, sudah tentu ia kenal
kedua Bu cilik itu sebab ibu mereka terbunuh olehnya, ia lihat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ilmu silat lelaki setengah umur itu sangat tinggi, diam-diam ia
terkejut, segera ia siapkan kebutnya dan berkata: "Marilah kita
maju bersama!"
Ui Yong juga keluarkan pentungnya, dua orang terus
menerjang maju dari kanan-kiri, kebut Li Bok-chiu melayani
pedang hitam lawan dan Ui Yong menghadapi golok emas
musuh.
Leaki itu bukan lain daripada Kongsun Ci, ia terkejut juga
ketika mendadak dua wanita setengah baya dan cantik
mengerubutnya sekaligus. Terdengar Li Bok-chiu berseru:
"Satu!"
Ketika kebutnya menyabet lagi segera ia berseru pula:
"Dua!"
Rupanya diam-diam ia ingin berlomba dengan Ui Yong
untuk mendahului menjatuhkan senjata lawan, Tapi meski dia
sudah berteriak sampai hitungan ke sepuluh, ternyata
Kongsun Ci masih tetap dapat menahan dan balas menyerang
juga.
Anak muda yang berpedang tadi melihat ada kesempatan,
ber-turut-urut ia terus menyerang tiga kali ke punggung
Kongsun Ci, serangan-serangan lihay ini membuat Kongsun Ci
rada kerepotan karena dia tidak mau menangkisnya, terpaksa
ia melompat maju untuk melepaskan diri dari kerubutan itu.
la tahu kalau pertempuran dilanjutkan tentu dirinya akan
celaka. mendadak kedua senjata sendiri ia adu hingga
menguarkan suara mendenging dan bergaya hendak
menerjang lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong dan Li Bok-chiu juga menyadari kelihayan lawan,
mereka tidak berani gegabah dan siap bertahan. Tak terduga
baru saja tubuh Kongsun Ci terangkat ke atas, ternyata tidak
melompat maju melainkan menyurut mundur malah, hanya
beberapa kali lompatan saja ia sudah lari sampai diatas bukit.
Diam-diam Ui Yong dan Li Bok-chiu mengakui kclicinan
orang itu dan tinggi pula ilmu silatnya, kalau saja kepergok
satu lawan satu mungkin diri sendiri bukan tandingannya.
Dalam pada itu kedua saudara Bu lantas memberi hormat
kepada sang ibu guru, sesudah itu mereka terus melotot
kepada Li Bok-chiu dengan sikap memusuhi.
"Dendam Iama sementara ini kesampingkan dahulu," kata
Ui Yong.. "Luka ayahmu parah tidak? Eh, siapakah kedua anak
muda ini? Wah, celaka, Lekas ikut aku ke sana, Li-cici!" - Habis
berseru ia terus mendahului lari ke arah kedatangannya tadi.
Li Bok-chiu tidak paham maksud seruan Ui Yong itu,
namun ia tetap ikut lari kesana sambil berteriak: "Ada apa?"
"Anak Hu," jawab Ui Yong sambi lari, "Anak Hu kebetulan
akan kepergok orang tadi."
Begitulah mereka terus berlari sekencangnya, namun
Kongsun Ci juga tidak kurang cepatnya, sementara itu ia
sudah meninggalkan satu - dua li jauhnya. Baru saja Ui Yong
berdua sampai di atas bukit, Kongsun Ci sendiri sudah berada
di kaki bukit, tertampak Kwe Hu yang membawa Wanyan
Peng dengan menunggang kuda merah itu sedang menanjak
ke atas dengan pelahan.
"Awas, Hu-ji!" seru Ui Yong dari jauh, Belum lenyap
suaranya mendadak kelihatan Kongsun Ci mencemplak ke atas
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kuda merah, sekaligus Kwe Hu telah di bekuk olehnya,
menyusul tali kendali kuda merah itu ditarik hendak
dibelokkan ke sana.
"Ui Yong yang menjadi kuatir, harapannya kini hanya
terletak pada kuda merah itu, cepat ia bersuit untuk
mengundang kuda itu. Dasar kuda merah itu memang
binatang cerdik, begitu mendengar suara panggilan sang
majikan, terus saja kabur ke atas bukit secepat terbang.
Keruan Kongsun Ci terkejut, pikirnya: "Sungguh sial,
masakah seekor kuda saja takdapat ku-kuasai?" Sekuatnya ia
berusaha menarik tali kendali, tapi karena sentakan mendadak
itu, kuda merah lantas berjingkrak dan meringkik.
Sebisanya Kongsun Ci berusaha memutar kuda itu ke arah
lain,namun kuda merah itu lantas mendepak2 sambil mundurmundur
ke atas bukit malah.
Tentu saja Ui Yong bergirang, cepat ia memburu maju.
Merasa tidak sanggup mengatasi kebandelan kuda merah
itu, sedangkan kedua lawan tangguh sudah memburu tiba,
terpaksa Kongsun Ci menyimpan senjatanya, tangan yang
satu ia kempit Kwe-Hu dan tangan lain mengempit Wanyan
Peng, ia terus melompat turun dari kuda dan kabur dengan
cepat.
Kongsun Ci sungguh lihay, biarpun membawa dua nona
larinya tetap secepat terbang. Tapi Gin-kang Ui Yong dan Li
Bok-chiu juga kelas wahid, tidak seberapa lama dapatlah
mereka menyusul tiba. jaraknya tinggal belasan meter saja.
Sekonyong-konyong Kongsun Ci berhenti dan membalik tubuh
sambil berkata: "Heh, kalau kupiting sekuatnya, kukira kedua
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
anak perempuan cantik ini akan menghadapi Giam-lo-ong
(raja akhirat)."
Ui Yong terkesiap, tanyanya kemudian: "Siapakah kau?
selamanya kita tidak kenal, mengapa kau menawan puteriku?"
.
"O, inikah puterimu? jadi kau ini nyonya Wan-yan?" tanya
Kongsun Ci dengan tertawa.
"Yang inilah puteriku," kata Ui Yong sambil menunjuk Kwe
Hu.
Kongsun Ci memandang sekejap pada KweHu, lalu
memandang Ui Yong pula, dengan cengar-cengir lalu berkata:
"Wah, sangat cantik, ibu dan anak sama-sama cantiknya,
sungguh cantik!"
Tentu saja Ui Yong sangat gusar, tapi apa daya, puterinya
berada dalam cengkeraman musuh, terpaksa harus bersabar
dan mencari akal.
Selagi hendak bicara pula, mendadak terdengar suara
mendesir dari belakang, dua anak panah menyamber lewat di
pipi kirinya dan langsung mengarah muka Kongsun Ci.
Kekuatan kedua anak panah itu sungguh luar biasa, suara
mendesingnya sangat keras, dari suara mendesing panah itu
hampir saja Ui Yong berteriak kegirangan, sebab disangkanya
sang suami (Kwe-Cing) sudah tiba.
Maklumlah kemahiran memanah jarang dimiliki tokoh
persilatan daerah Tionggoan, sedangkan jago panah Mongol
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
banyak yang tidak memiliki tenaga dalam yang kuat dan sukar
mencapai jauh, maka dari suara mendesingnya panah yang
keras tadi, Ui Yong merasa tiada orang lain lagi kecuali Kwe
Cing yang mampu memanah sehebat itu.
Kongsun Ci itu juga maha lihay, kedua tangannya tak
dapat digunakan menangkap anak panah yang menyambar
tiba itu, mendadak ia membuka mulut dan menggigit tepat
ujung panah pertama menyusul kepalanya sedikit menggeleng
sehingga panah kedua dapat disampuk jatuh dengan panah
yang digigitnya itu.
Ui Yong menjadi ragu, apakah sang suami yang memanah,
sebab ia yakin jika Kwe Cing yang-memanah dan musuh
berani menggigit dengan mulutnya, mustahil tenggorokannya
takkan tembus oleh anak panah itu.
Dalam pada itu terdengar pula suara mendesing ber turuturut,
sekaligus sembilan panah menyamber pula ke muka
Kongsun Ci secara susul menyusul. Mau-tak-mau Kongsun Ci
menjadi kelabakan terpaksa ia lepaskan kedua nona dan
meloIos senjata untuk menangkis.
Selagi Ui Yong hendak menubruk maju untuk
menyelamatkan puterinya, tahu-tahu sesosok bayangan telah
menggelinding ke depan, Kwe Hu dirangkulnya terus berguling
lagi ke samping, Tapi sebelum orang itu melompat bangun,
tangan Kongsun Ci yang lain terus menghantam kepala orang
itu.
Dalam keadaan masih telentang orang yang menolong
Kwe Hu itu sempat menangkis dengan tangannya, "blang",
debu pasir berhamburan Kong-sun Ci berseru: "Bagus!" -
Menyusul pukulan ke dua dilontarkan pula dengan lebih
dahsyat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tampaknya orang itu sukar menangkis lagi, cepat Ui Yong
mengulur pentung bambunya dan menangkiskan pukulan itu.
Merasa dirinya pasti takkan mampu menghadapi kerubutan
orang banyak itu, Kongsun Ci tidak menyerang pula, ia
terbahak dan melompat mundur terus melangkah pergi.
Gayanya indah, caranya tangkas pula dan ternyata tiada yang
berani mengejarnya Iagi.
Setelah berbangkit, orang yang merangkul Kwe Hu tadi
lantas melepaskan si nona, pinggang orang itu membawa
busur, perawakannya tinggi dan bahunya lebar, segera Ui
Yong mengenalinya scbapai pemuda yang berpedang tadi, ke-
11 anak panah yang dibidikkan secara berantai itu tentu pula
dilakukan oleh anak muda ini.
Meski tertawan Kongsun Ci, tapi Kwe Hu tidak mengalami
luka, segera ia menyapa pemuda yang menolongnya itu
dengan muka merah jengah: "Eh, kiranya Yalu-toako, terima
kasih atas pertolonganmu! "
Dalam pada itu Bu Siu-bun dan nona satunya lagi sudah
memburu tiba, hanya Bu Tun-si saja yang tinggal di sana
menjaga ayahnya.Pantasnya Bu Siu-bun mesti
memperkenalkan mereka, tapi dia ternyata tidak dapat
menahan marah dan dendamnya, kedua matanya melotot
benci kepada Li Bok-chiu dan lupa keadaan sekitarnya, dua
kali Ui Yong memanggilnya juga tidak mendengar
Kwe Hu lantas bicara pada sang ibu sambil menunjuk
pemuda yang menolongnya itu: "Mak inilah Yalu-toako!" Lalu
ia tuding pula nona yang datang bersama Bu Siu-bun dan
menambahkan: "Dan ini Yalu-cici."
"Oh, hebat benar kepandaian kalian berdua!" puji Ui Yong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kedua saudara Yalu itu mengucapkan kata-kata rendah
hati sambil memberi hormat sedangkan Li Bok chiu berdiri
menjauhi di sana tanpa urus orang-orang lain.
"Gaya ilmu silat kalian nampaknya dari Coan-cin-pay,
entah kalian ini murid Coan-cin-jit-cu yang mana?" tanya Ui
Yong pula, ia menyaksikan kepandaian Yalu Ce yang hebat,
antara angkatan muda yang pernah dilihatnya, kecuali Nyo Ko
saja boIeh dikatakan tiada bandingannya lagi maka ia yakin
Yalu Ce pasti bukan anak murid -Coan-cin-pay angkatan ketiga
atau keempat.
Dengan rendah hati Yalu Yan berkata: "Kepandaianku sih
ajaran kakak"
Ui Yong mengangguk dan memandang Yalu Ce.
Tampaknya Yalu Ce- merasa sungkan untuk menerangkan,
jawabnya kemudian: "Pantasnya Wanpwe harus menjelaskan
pertanyaan Cianpwe, cuma Suhu pernah memberi pesan agar
jangan sekali-kali menyebut nama beliau, sebab itulah mohon
Kwe-hujin sudi memaafkan."
Semula Ui Yong terkesiap, ia heran mulai kapan Coan cin
jit-cu memakai peraturan aneh yang melarang anak murid
menyebut nama gurunya? Tapi cepat tergerak pikirannya,
mendadak ia tertawa terpingkal-pingkal seperti teringat
kepada sesuatu yang sangat lucu.
"He. apakah yang menggelikan engkau, bu" tanya Kwe Hu
heran.
Akan tetapi Ui Yong tidak menjawab dan tetap tertawa
Yalu Ce ternyata tidak tersinggung, malahan iapun tersenyum
dan akhirnya berkata: "Kiranya Kwe-hujin, dapat
menerkanya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Hu tetap bingung, waktu ia pandang Yalu Yan, nona
itupun merasa tidak paham apa yang ditertawakan kedua
orang itu.
Di samping sana Bu Siu-bun telah membalut luka Wanyan
Peng yang menjadi pecah lagi karena ditawan dan dibanting
pula oleh Kongsun Ci tadi.
"Bagaimana keadaan ayahmu Siu-bun?" tanya Ui Yong.
Belum Siu-bun menjawab, tiba-tiba Yalu Yan berseru terus
berlari ke tempat-Bu Sam-thong menggeletak.
"Luka ayah terletak di paha kiri, terkena serangan tua
bangka Kongsun itu," tutur Siu-bun.
Ui Yong mengangguk lalu ia mendekati kuda merah dan
mengelus bulu surinya yang panjang itu, katanya dengan
terharu: "Oh, kudaku sayang, sungguh besar jasamu terhadap
keluarga Kwe kami."
Ternyata Bu Siu-bun tidak lagi bersikap akrab terhadap
Kwe Hu, sebaliknya tampak sangat simpatik kepada Wanyan
Peng, entah sengaja hendak membikin sirik Kwe Hu atau
memang pemuda itu jatuh hati kepada Wanyan Peng,
betapapun Ui Yong juga tidak sempat urus persoalan anakanak
muda itu, segera ia berlari ke tempat Bu Sam-thong
untuk memeriksa keadaannya.
Melihat Ui Yong, Bu Sam-thong bermaksud berdiri, tapi
karena kakinya terluka, tubuhnya menjadi sempoyongan,
cepat Bu Tun-si dan Yalu Yan memegangi orang tua, ketika
jadi kedua muda-mudi itu saling sentuh, keduanya saling
pandang dan tersenyum penuh arti.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Ui Yong geli, pikirnya: "Rupanya ada satu
pasangan lagi, padahal beberapa hari yang lalu kedua saudara
Bu cilik itu baru berkelahi mati-matian berebut anak Hu tanpa
menghiraukan hubungan baik saudara sekandung, sekarang
setelah menemukan nona cantik lain, seketika segala kejadian
yang lalu terlupa sama sekali"
Bahwasanya kedua saudara Bu jatuh hati kepada Kwe Hu
sebenarnya bukanlah sesuatu yang aneh, soalnya mereka
dibesarkan bersama di Tho-hoa-to, di pulau terpencil itu tiada
anak perempuan lain, lama2 tentu saja menimbulkan bibit
cinta antara mereka.
Tapi kemudian setelah mengetahui Kwe Hu ternyata tidak
mencintai mereka, dengan sendirinya kedua Bu cilik itu sangat
kecewa dan putus asa, hidup mereka terasa himpa dan tiada
artinya, Tak terduga tidak iama kemudian mereka lantas
ketemukan Yalu Yan dan Wanyan Peng, masing-masing
ternyata rada cocok dengan kedua saudara Bu itu.
Kini mereka saling bertemu lagi, diam-diam kedua Bu cilik
membandingkan Kwe Hu dengan buah hati mereka yang baru,
Dan pameo "cinta buta" juga berlaku di sini, dalam anggapan
mereka tentu segala sesuatu kekasihnya jauh lebih baik.
Sebenarnya kedua saudara Bu sudah bersumpah takkan
menemui Kwe Hu lagi, tapi pertemuan ini terjadi mendadak
dan kepergok, jadi bukan sengaja hendak bertemu, mereka
anggap bukan melanggar sumpah.
Dalam hati Kwe Hu sendiri sedang membayangkan
kejadian Yalu Ce menolongnya tadi, beberapa kali ia melirik
anak muda yang gagah dan cakap itu, ia menjadi heran ilmu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
silatnya ternyata begini hebat, dan anak muda itupun saling
pandang dan tertawa geli, entah apa pula yang ditertawakan
mereka.
Begitulah setelah memeriksa luka Bu Sam-thong dan
ternyata tidak parah, Ui Yong merasa lega, mereka lantas
ambil tempat duduk di batu karang dan saling menceritakan
pengalaman masing-masing selama berpisah.
Kiranya tempo hari ketika Cu Cu-Iiu ikut paman gurunya,
yaitu si paderi Hindu itu mencari obat ke Coat-ceng-kok,
secara diam-diam Bu Sam-thong juga mengikut ke sana demi
untuk membalas budi kebaikan Nyo Ko.
Tapi baru saja sampai di luar kota, dilihatnya kedua
puteranya juga keluar kota bersama, ia terkejut dan kuatir
kalau kedua saudara sekandung itu akan duel pula, cepat ia
menegur dan menanyai kedua puteranya itu, akhirnya baru
diketahui bahwa kedua Bu cilik telah bersumpah takkan
bertemu lagi dengan Kwe Hu, maka mereka tidak ingin tinggal
lagi di Siangyang. Karena itulah mereka bertiga lantas menuju
ke Coat-ceng-kok.
Tapi Coat-ceng-kok itu mirip suatu dunia lain, meski Nyo
Ko telah memberitahukan keadaan tempat itu secara garis
besar, tapi sungguh sukar menemukan jalan masuknya,
Mereka ber-putar-putar kian kemari dan beberapa kali
kesasar, akhirnya dapat juga menemukan mulut lembah itu.
Tak terduga paderi Hindu dan Cu Cu-liu berdua ternyata
sudah tertawan oleh Kiu Jian-jio. Bcberapa kali Bu Sam-thong
bertiga berusaha menolong mereka, tapi selalu gagal dan
terpaksa keluar dari lembah itu dengan maksud pulang
Siangyang untuk mencari bala bantuan, tak tahunya di tengah
jalan mereka kepergok pula dengan Kongsun Ci, mereka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dituduh sengaja berkeliaran di lembah itu sehingga terjadilah
pertarungan sengit.
Bu Sam-thong bukan tandingan Kongsun Ci dan kakinya
tertusuk pedang, sebenarnya Kongsun Ci juga tidak
bermaksud mencelakai jiwa mereka, dia ingin mengusir
mereka saja dan melarang mereka datang lagi ke situ.
Justeru pada saat itu juga Yalu Ce dan Yalu Yan serta
Wanyan Peng juga lewat di situ, Ketiga muda-mudi itu pernah
bertemu satu kali dengan kedua Bu cilik, mereka lantas
berhenti dan sapa menyapa.
Kongsun Ci baru saja gagal menikahi Siao-liong-li dan
habis di usir sang isteri, dia sedang kesepian dan mendongkol
tiba-tiba dilihatnya Wanyan Peng berwajah cantik, seketika
timbul napsu jahatnya, mendadak ia turun tangan dan hendak
menawan Wanyan Peng. Tentu saja kedua saudara Yalu dan
kedua Bu cilik tidak tinggal diam, serentak mengerubut
Kongsun Ci.
Kalau saja Bu Sam-thong tidak terluka lebih dulu, dengan
gabungan mereka berenam mestinya dapat menandingi
Kongsun Ci, kini yang dapat diandalkan hanya Yalu Ce saja,
biarpun mereka main keroyok juga sukar menandingi musuh
yang lihay itu.
Untunglah pada saat itu kuda merah yang-tempo hari
dibawa Nyo Ko dan dilepas di Cong-Iam-san itu kini telah lari
pulang, Cepat Siu-bun mencegat kuda itu dan membiarkan
Wanyan Peng kabur dengan menunggang kuda merah, tapi
Wanyan Pcng telah bertemu dengan Ui Yong dan Li Bok-chiu
dan akhirnya Kongsun Ci dihalau pergi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kemudian Ui Yong juga menceritakan secara ringkas
tentang buntungnya lengan Nyo Ko serta membawa lari Kwe
Yang, Bu Sam-thong terkejut, cepat ia menjelaskan sebabnya
Nyo Ko mengaku telah bertunangan dengan Kwe Hu adalah
ingin menolong kedua Bu cilik agar tidak saling membunuh
antara saudara sendiri, siapa duga akibatnya malah membikin
susah Nyo Ko.
Dasar watak Bu Sam-thong memang keras dan
pemberang, mengingat buntungnya Nyo Ko itu adalah garagara
kedua anaknya itu, makin dipikir makin marah,
mendadak ia terus menuding Siu-bun dan Tun-si terus dicaci
maki, kalau kakinya tidak terluka, bisa jadi ia terus mendekati
kedua Bu cilik dan menggamparnya.
Saat itu Tun-si dan Siu-bun sedang asyik-bicara dengan
Yalu Yan dan Wanyan Peng, tidak lama Kwe Hu dan Yalu Ce
ikut bicara, usia keenam orang sebaya, tapi bahu membahu
bertempur pula maka obrolan mereka menjadi bersemangat.
Siapa tahu mendadak Bu Sam-thong terus mencaci-maki,
keruan Siu-bun dan Tun-si menjadi bingung, mereka tidak
tahu apa sebabnya sang ayah mendadak marah, mereka sama
melirik Yalu Yan dan Wanyan Peng, betapapun mereka merasa
malu mendapatkan damperatan begitu di depan si nona jelita.
Apalagi kalau sampai sang ayah membongkar rahasia
hubungan mereka dengan Kwe Hu, tentu akan membikin
mereka tambah runyam.
Melihat keadaan serba kikuk, cepat Ui Yong menyela,
katanya: "Sudahlah, hendaklah Bu-heng jangan gusar lagi,
buntungnya tangan Nyo Ko adalah karena kekurangajaran
puteriku, tatkala mana kakak Cing juga sangat murka dan
hampir saja tangan anak Hu juga dikutunginya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus, seharusnya begitu!" seru Bu Sam-thong.
Kwe Hu mendelik sekejap kepada orang tua yang sok tahu
itu, kalau saja ibunya tidak di situ, mungkin dia sudah balas
olok-olok Bu Sam-thong.
Ui Yong lantas berkata pula: "Bu-heng, sekarang
urusannya sudah jelas, jadi kita telah salah menuduh si Nyo
Ko. Paling penting sekarang kita harus menemukan Nyo Ko
dan minta maaf padanya."
"Benar benar!" berulang-ulang Sam-thong menyatakan
setuju.
"Selain itu kita harus pergi ke Coat-ceng-kok untuk
menolong susiokmu dan Cu-toako. berbareng itu, kita akan
memintakan obat penawar bagi Nyo Ko. Cuma tidak diketahui
mengapa Cu-toako sampai terkurung musuh dan bagaimana
keadaannya sekarang?".
"Susiok dan Sute tertawan oleh barisan jaring musuh dan
sekarang terkurung di suatu kamar batu, tampaknya jiwa
mereka tidak begitu menguatirkan,"
Cara bagaimana Ui Yong akan menemukan kembali si Kwe
Yang kecil dengan bantuan Li Bok-chiu?
Dapatkah Nyo Ko dan Siao-liong-Ii keluar lagi dari kuburan
kuno itu?
(Bacalah jilid ke - 44)
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 44
"Jika begitu biarlah kita mencari Nyo Ko dahulu baru pergi
ke Coat ceng-kok, dengan kepandaiannya yang tinggi itu anak
muda itu merupakan pembantu yang terkuat apalagi obat
penawar didapatkan segera bisa diminum olehnya dan tidak
perlu membuang waktu lagi," kata Ui Yong.
"Benar, benar," seru Sam-thong. "Cuma tidak diketahui
sekarang Nyo Ko berada di mana?"
Sambil menuding kuda merah, Ui Yong menjawab: "Kuda
ini baru saja di pinjam si Nyo Ko, kuda ini akan menjadi
petunjuk jalan, kita pasti dapat menemukan tempat
tinggalnya."
Bu Sam thong sangat girang, serunya: "Untung Kwe-hujin
berada di sini, kalau tidak, tentu aku akan kelabakan setengah
mati tanpa berdaya."
Ui Yong pikir kalau Bu Sam-thong dan kedua puteranya
ikut pergi, besar kemungkinan ketiga muda-mudi yang lain
juga akan ikut, akan terasa lebih aman jika ada pembantu
lebih banyak Segera ia berkata kepada Yalu Ce: "Bagaimana
kalau kalian juga ikut bersama kami?"
Belum lagi Yalu Ce menjawab, cepat Yalu Yan mendahului
bersorak: "Baiklah, kakak, kita ikut pergi."
Tanpa terasa Yalu Ce memandang sekejap kepada Kwe Hu
dan terlihat sorot mata nona itu juga memberi dorongan
padanya, ketika ia berpaling ke arah Wanyan Peng, nona itu
juga tersenyum, maka iapun menjawab dengan menghormat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kami tunduk saja kepada pesan Bu-locianpwe dan Kwehujin,
kalau kami bisa, selalu mendapat petunjuk kalian, itulah
yang kami harapkan"
Ui Yong lantas berkata pula: "Meski tidak banyak jumlah
kita, tapi kita perlu juga seorang komandan sebagai pimpinan.
Bu-heng, biarlah kami tunduk kepada pimpinanmu dan takkan
membantah perintahmu."
Namun Bu Sam-thong lantas geleng kepala dan
menjawab: "Tidak, jelas seorang Kunsu (juru pikir) wanita
seperti kau berada di sini, siapa lagi yang berani main perintah
segala? Sudah tentu mandat penuh kuserahkan padamu."
"Apa sudah betul pilihanmu?" Ui Yong menegas dengan
tertawa.
"Masakah aku bergurau?" jawab Sam-thong.
"Anak-anak sih tidak menjadi soaV, yang kukuatirkan
adalah kau. si tua ini tidak mau tunduk pada perintahku," kata
Ui Yong.
"Apa perintahmu, apa pula yang kulaksanakan," seru Samthong,
"Sekalipun masuk lautan api atau terjun ke rawa
mendidih juga takkan kutolak."
"Di hadapan anak-anak muda ini, apa yang sudah kau
katakan harus kau tepati," ujar Ui Yong.
"Sudah tentu," jawab Sam-thong dengan muka merah
padam "Memangnya kalau tiada orang lain pernah kuingkar
janji?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus! itulah yang kuinginkan darimu," kata Ui Yong.
"Keberangkatan kita nntuk mencari Nyo Ko, meminta obat dan
menolong kawan, semuanya harus dilakukan dengan cara
gotong royong maka segala dendam sakit hati dimasa- lampau
untuk sementara ini harus dikesampingkan. Jadi maksudku,
Bu-heng, untuk sementara ini kalian sekali-kali tidak boleh
merecoki Li Bok-chiu, nanti kalau urusan sudah bcres,
bolehlah kalian melabrak dia untuk menuntut balas."
Bu Sam-thong melengak, baru sekarang ia tahu tujuan
kata-kata Ui Yong tadi hanya untuk memancing
pernyataannya saja. Padahal Li Bok-chiu adalah pembunuh
isterinya, sakit hati ini mana boleh dibiarkan?
Belum lagi Sam-thong menjawab, Ui Yong membuka suara
pula dengan lirih: "Bu-heng, kakimu terluka, sementara ini
tentu juga tak dapat berbuat banyak. Untuk menuntut balas
kukira juga tidak perlu terburu-buru saat ini juga."
Terpaksa Bu Sam-thong berkata: "Baiklah, apa yang kau
katakan, apa yang kulakukan."
Ui Yong lantas berseru memanggil Li Bok-chiu: "Li-cici
marilah kita berangkat!"
Begitulah kuda merah itu dibiarkan jalan di depan dan
mereka ikut dari belakang, Benar juga kuda itu ternyata
menuju ke arah Cong-lam-san.
Lantaran Bu Sam-thong dan Wanyan Peng terluka dan tak
dapat jalan cepat, setiap hari mereka cuma menempuh
ratusan li saja lantas istirahat. Diam-diam Li Bok-chiu waspada
menjaga segala kemungkinan, di waktu istirahat ia sengaja
menjauhi semua orang. Waktu menempuh perjalanan iapun
mengintil dari kejauhan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sepanjang jalan yang paling gembira adalah ke. enam
muda-mudi itu, mereka bicara dan bergurau dengan akrab
sekali, Sejak kecil kedua saudara Bu saling bersaing mencari
muka pada Kwe Hu sehingga hubungan mereka sedikit-banyak
kurang baik, tapi sekarang masing-masing sudah menemukan
gadis idaman, kedua saudara menjadi sangat rukun dan
sayang menyayang.
Tentu saja Bu Sam-thong sangat senang melihat itu dan
tambah terima kasihnya kepada Nyo Ko yang telah
menyelamatkan kedua Bu cilik itu dari saling membunuh
memperebutkan seorang gadis.
Suatu hari sampailah mereka di Cong-lam-san. Ui Yong
dan Bu Sam-thong membawa anak muda itu berkunjung
kepada Coan-cin-jit-cu di Tiong-yang-kiong. Li Bok-chiu
berhenti jauh di luar istana Coan-cin-pay dan menyatakan
hendak menunggu saja di situ.
Dengan sendirinya Ui Yong tidak memaksa karena tahu
iblis itu bermusuhan dengan pihak Coan-cin-pay, rombongan
mereka lantas menuju Tiong-yangkiong. Ketika mendapat
laporan, cepat Khu Ju-ki dan lain-lain menyambut keluar.
Sesudah rombongan tamu disilakan masuk dan berduduk
di pendopo agung, baru saja mereka beramah-tamah sejenak,
tiba-tiba di ruangan belakang ada suara orang membentak2.
seketika Ui Yong mengenali suara orang itu, segera ia berseru:
"Hai, Lo-wan-tong, lihatlah siapakah ini yang datang?"
Selama beberapa hari ini memang Ciu Pek-thong lagi sibuk
mempelajari cara-cara- mengundang dan memimpin kawanan
tawon putih, Dasarnya memang pintar, tekun pula, maka
sedikit-banyak sudah ada kemajuan, saat itu dia sedang asyik
dengan permainannya itu, ketika tiba-tiba didengarnya orang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memanggil julukannya, segera ia kenal itulah suaranya Ui
Yong.
"Aha, kiranya bininya adik angkatku yang genit dan jahil
itu telah datang!" sambil berteriak-teriak ia terus berlari ke
depan.
Serentak Yalu Ce memampak maju dan menyembah
kepada Ciu Pek-thong sambil mengucapkan doa selamat,
Dengan tertawa Ciu Pek-thong menjawab: "Sudahlah, lekas
bangun. Kaupun selamat-selamat ya!"
Menyaksikan itu semua orang jadi terheran-heran.
Sungguh tidak tersangka bahwa Yalu Ce adalah, muridnya
Ciu Pek-thong, padahal tingkah lakunya Anak Tua Nakal itu
suka ugal2an dan angin-anginan, tapi murid didiknya ternyata
pintar dan tangkas, jujur-dan sopan, sama sekali berbeda
antara guru dan murid.
Khu Ju-ki dan lain-lain juga sangat senang melihat sang
Susiok sudah mempunyai ahli waris, beramai-ramai mereka
lantas mengucapkan selamat kepada Ciu Pek-thong. Baru
sekarang juga Kwe Hu menyadari sebab musababnya tempo
hari sang ibu dan Yalu Ce saling pandang dengan bergelak
tertawa ketika anak muda itu tidak mau menerangkan siapa
gurunya, rupanya waktu itu Ui Yong sudah dapat menerka
bahwa guru Yal-u Ce adalah si Anak Tua Nakal Ciu Pek-thong.
Tengah ramai-ramai, mendadak di bawah gunung ada
suara terompet, itulah pemberitahuan para anak murid yang
bertugas jaga bahwa musuh datang menyerang secara besarbesaran.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seketika air muka Khu Ju-ki berubah, ia tahu pasti
pasukan Mongol yang datang akibat kegagalan usaha Kim lun
Hoat-ong dan begundalnya menaklukkan Coan-cin-kau tempo
hari.
Walaupun orang-orang Coan-cin-kau mahir ilmu silat, tapi
tidak mungkin bertempur secara terbuka melawan pasukan
Mongol, maka sebelumnya mereka sudah mengatur siasatnya,
kalau perlu akan mundur teratur dengan meninggalkan
gunung.
Tugas ini sebenarnya adalah tanggung jawab Li Ci-siang
yang kini diangkat sebagai pejabat ketua menggantikan In Cipeng
yang sudah meninggal itu. Tapi menghadapi suasana
gawat ini, dengan sendirinya pimpinan dipegang lagi oleh
Coan-cin-ngo-cu.
Segera Khu Ju-ki berkata kepada Ui Yong tentang keadaan
genting dan menyesal tak dapat memenuhi kewajiban sebagai
tuan rumah terhadap tetamunya.
Dalam pada itu suara gemuruh serbuan pasukan terdengar
di bawah gunung, Rupanya pasukan Mongol menyerbu dari
arah utara gunung, sedangkan rombongan Ui Yong datang
dari bagian selatan, selisihnya cuma setengah jam saja.
"Oh jadi ada musuh datang? Hah, sangat kebetulan." seru
Ciu Pek-thong "Hayolah, anak Ce, inilah kesempatan baik
bagimu untuk memperlihatkan kepandaian ajaran gurumu ini
kepada para Suheng di sini!"
Seperti anak kecil, apabila mempunyai barang mainan
kesayangannya, tentu suka pamer untuk mendapatkan pujian
orang lain. Begitu pula si Anak Tua Nakal, dia mempunyai
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seorang murid baik, tentu iapun ingin membikin kagum orang
Iain.".
Kalau dahulu dia pesan Yalu Ce agar jangan membocorkan
nama gurunya, maksud tujuannya adalah untuk mengejutkan
dunia Kangouw saja agar semua orang kaget demi kemudian
mengetahui Ciu Pek-thong mempunyai seorang murid lihay.
Begitulah Khu Ju-ki lantas memberi laporan sekadarnya
kepada Ciu Pek-thong tentang siasatnya akan mengundurkan
diri demi untuk menjaga keutuhan Coan-cin-kau. Habis itu ia
lantas memberi perintah agar setiap orang membawa barangbarang
keperluan dan meninggalkan gunung menurut arah
yang sudah ditentukan, ber-bondong-bondong anak murid
Coan-cin-kau lantas melaksanakan tugas masing-masing
secara teratur.
"Khu-totiang," kata Ui Yong kemudian, "cara
pengaturanmu sungguh hebat, kuyakin sedikit alangan ini
pasti takkan menjadi soal bagi kalian, Kelak Coan-cin-kau pasti
akan bangkit kembali dan lebih jaya daripada sekarang,
Kedatangan kami ini adalah untuk mencari Nyo Ko, maka
sekarang juga kami mohon diri."
"Nyo Ko?" Khu Ju-ki meIengak. "Apakah dia masih berada
di pegunungan ini?"
"Ada seorang teman mengetahui tempat kediamannya,"
ujar Ui Yong dengan tertawa. Habis itu ia lantas berangkat
dengan rombongannya menuju ke belakang Tiong-yang-kiong
dan kemudian menemukan Li Bok-chiu.
"Li-cici, sekarang silakan memberi petunjuk cara masuk ke
kuburan itu," kata Ui Yong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Darimana kau mengetahui dia pasti berada didalam
kuburan?" jawab Bok-chiu.
"Seumpama Nyo Ko tidak berada di sana, Giok li-sim-keng
pasti ada," ujar Ui Yong.
Diam-diam Li Bok-chiu terkesiap dan mengakui kelihayan
nyonya Kwe itu, sampai2 isi hatinya ingin mendapatkan kitab
pusaka itupun dapat diterkanya dengan jitu.
Karena tujuannya toh sudah diketahui orang, Li Bok-chiu
lantas berkata sekalian secara terang-terangan. "Baiklah, biar
kita bicara di muka, kubantu kau menemukan puterimu dan
kau harus bantu aku merebut kitab pusaka perguruanku, Kau
adalah ketua Kay-pang, pendekar wanita yang termashur, kau
harus pegang janji."
"Tapi Nyo Ko adalah putera saudara angkat tuan Kwe
kami, meski ada sedikit selisih paham dengan kami, kalau
sudah bertemu tentu segalanya dapat dijernihkan dan puteriku
pasti juga akan dikembalikan padaku jika memang betul anak
itu berada padanya, Jadi tak dapat dikatakan rebut berebut
segala."
"O, kalau begitu, baiklah kita menuju ke arah masingmasing
dan berpisah saja di sini," habis ini Li Bok chiu terus
putar tubuh hendak pergi.
Ui Yong lantas mengedipi Bu Siu-bun, "sret" si Bu cilik itu
segera melolos pedang dan membentak "Li Bok-chiu, hari ini
jangan kau harap dapat meninggalkan Cong-lam-san dengan
hidup!"
Li Bok-chiu menyadari keadaan sendiri yang kepepet,
seorang Ui Yong saja sukar diiawan, apalagi ada Bu SamTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
thong dan anak muda yang cukup lihay itu. Biasanya iapun
banyak tipu akalnya, tapi menghadapi Ui Yong ia benar-benar
menjadi bodoh dan mati kutu. sedapatnya ia berlaku tenang
dan berkata dengan dingin: "Kwe-hujin maha pintar, kalau
berada di sini, masakah Kwe-hujin kuatir tak-dapat
menemukan dia dan masakah perlu petunjuk jalan dariku?"
"Untuk mencari jalan masuk kuburan kuno, terus terang
aku tidak mampu," jawab Ui Xong. "Tapi kalau kami
berdelapan orang secara sabar menunggu dan bergilir
mengawasi sekitar sini, akhirnya kami pasti akan pergoki
mereka apabila Nyo Ko dan nona Liong benar-benar sembunyi
di dalam kuburan kuno, masakah pada suatu hari mereka
tidak keluar untuk belanja keperluan hidup mereka?"
Ucapan ini dengan jelas memojokkan Li Bok-chiu agar
lebih baik menunjukkan jalannya, kalau tidak segera akan
dibunuhnya.
Li Bok-chiu menjadi serba susah, apa yang di katakan Ui
Yong itu memang masuk di akal, kalau mereka menunggu saja
di sekitar sini, akhirnya Nyo Ko tentu juga akan keluar, Untuk
bertempur jelas dirinya bukan tandingan mereka yang
berjumlah banyak, tapi kalau memancing mereka masuk ke
kuburan kuno itu. di tempat yang sudah dikenalnya benarbenar
itu tentu dapat mencari akal untuk membinasakan
musuh-musuh ini satu persatu, Begitulah ia lantas menjawab:
"Baiklah, apa mau dikatakan lagi, aku toh tidak mampu
menandingi kalian. Memangnya aku juga akan mencari si
bocah she Nyo itu? Marilah. kalian ikut padaku."
Segera ia menyingkap semak belukar dan menyusup ke
tengah pepohonon yang lebat diikuti Ui Yong dan lain-lain dari
dekat karena kuatir dia melarikan diri mendadak Setelah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyusup ke sana dan menyusur sini, tidak lama sampailah
mereka di tepi sebuah sungai kecil.
Sudah lama Li Bok-chiu bertekat hendak rebut Giok-li-simkeng,
tempo hari dia hampir mampus ketika lolos keluar dari
kuburan itu melalui dasar sungai, maklum dia memang tidak
mahir berenang dan menyelam.
Karena itu akhir2 ini dia telah berlatih renang dan kini
sudah siap. Berdiri di tepi sungai berkatalah dia: "Pintu depan
kuburan itu sudah tertutup, untuk membukanya secara paksa
di perlukan waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan. Sedang
pintu belakangnya harus selulup melalui sungai ini. Nah, siapaapa
di antara kalian yang akan ikut aku masuk ke sana?"
Kwe Hu dan kedua saudara Bu dibesarkan di Tho-hoa-to,
setiap hari hampir selalu berkecimpung di tengah gelombang
laut, kepandaian berenang mereka dapat diandalkan, serentak
mereka bertiga menyatakan ikut, Bu Sam-thong juga bisaberenang,
maka iapun ingin ikut serta.
Ui Yong tahu Li Bok-chiu sangat keji, kalau mendadak dia
menyerang dikuburan-kunb itu, pasti Bu Sam-thong dan lainlain
tidak mampu melawannya, seharusnya dirinya sendiri ikut
mengawasi kesana, namun kesehatan sendiri yang baru
melahirkan terasa tidak sanggup bertahan menyelam lama di
dalam air yang dingin.
Tengah ragu-ragu, tiba-tiba Yalu Ce berkata: "Kwe pekbo
boleh tunggu saja di sini, biar siautit ikut paman Bu ke sana."
"Kau mahir berenang?" tanya Ui Yong girang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Berenang sih tidak begitu mahir, kalau menyelam kukira
boleh juga," jawab Yalu Ce.
Dalam pada itu Li Bok-chiu sudah bebenah seperlunya dan
siap akan terjun ke dalam sungai, Ui Yong lantas mendekati
Bu Sam-thong dan memberi pesan agar hati-hati dan
waspada, Begitulah Yalu Ce dan Bu Sam-thong berlima lantas
ikut Li Bok-chiu menyusun sungai itu.
Sungai di bawah tanah itu terkadang sempit dan
terkadang luas, arusnya juga kadang-kadang keras tempotempo
lambat, Ada kalanya dasar sungai sangat dalam hingga
tinggi air melebihi kepala dan harus menyelam, tapi lain saat
air sungai berubah menjadi cetek cuma sebatas pinggang.
Setelah berjalan sekian lama, akhirnya mereka sampai di
lubang masuk ke kuburan itu. Li Bok-chiu menarik batu
penyumbat dan menerobos ke dalam, yang lain lantas ikut
masuk ber-turut-urut. Meski sekarang tidak terbenam lagi
dalam air, tapi keadaan gelap gulita, semua orang
bergandengan tangan agar tidak terpencar dan mengikuti Li
Bok-chiu ke depan secara ber-liku-liku sehingga sukar lagi
membedakan arah.
Tidak lama kemudian terasa mulai menanjak, tanah yang
terpijak juga kering, Tiba-tiba terdengar suara berkeriutan,
sebuah pintu batu didorong oleh Li Bok-chiu, semua orang
lantas ikut masuk ke situ.
"Di sini sudah berada di tengah-tengah kuburan kuno, kita
berhenti sebentar lalu pergi mencari Nyo Ko," kata Li Bok-chiu.
Sejak memasuki kuburan itu itu selangkahpun Bu Samthong
dan Yalu Ce tidak tertinggal di belakang Li Bok-chiu,
tapi keadaan sangat gelap, terpaksa mereka hanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengandalkan indera pendengaran saja untuk menjaga segala
kemungkinan.
Dalam kegelapan itu semua orang lantas berdiam: Tibatiba
Li Bok-chiu berkata pula: "Eh, kedua tanganku sudah
menggenggam Peng-pok-gin-ciam, kenapa kalian bertiga
orang she Bu ini tidak mau maju untuk merasakan enaknya
jarum ini?"
Bu Sam-thong terkejut, sebelumnya iapun tahu orang pasti
mengandung maksud jahat, tapi tidak menyangkanya musuh
akan mulai bertindak sekarang ini. Mereka sudah pernah
merasakan betapa lihaynya jarum orang, betapapun mereka
tidak berani gegabah.
Segera mereka pegang senjata dan siap menangkis bila
mendengar suara mendesingnya senjata rahasia. Namun
tempatnya terlalu sempit, jarum musuh hanya dapat dipukul
ke tanah, kalau di sampuk bisa jadi akan mengenai kawan
sendiri.
Yalu Ce juga menyadari keadaan sangat berbahaya, kalau
sampai musuh sembarangan menyambitkan jarumnya, pihak
sendiri yang berlima ini pasti ada yang terluka atau binasa,
jalan paling baik harus melabraknya dari dekat agar orang
tidak sempat menggunakan jarum berbisanya.
Ternyata Kwe Hu juga berpendapat sama seperti dia, jadi
tanpa berjanji keduanya mendadak menubruk bersama ke
arah suara Li Bok-chiu.
Padahal setelah bicara tadi, selagi orang-orang ter-kesiap,
diam-diam Li Bok-chiu telah mundur ke tepi pintu, Maka waktu
Yalu Ce dan Kwe Hu menubruk tempat kosong, sebaliknya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tangan kedua orang saling berpegang sehingga Kwe Hu
menjerit kaget.
Kepandaian Yalu Ce lebih tinggi, begitu memegang tangan
yang halus serta mencium bau harum dan disertai suara Kwe
Hu, segera ia tahu apa yang terjadi.
Dalam pada itu terdengar suara keriat-keriut bergesernya
pintu, Yalu Ce dan Bu Sam-thong terus melompat pula ke
sana, terdengar suara mendesing, dua jarum perak telah
menyamber tiba, cepat mengelak, waktu mereka mendorong
pintu, ternyata pintu itu sudah tertutup rapat dan tak
bergeming lagi.
Yalu Ce coba meraba pintu batu itu, ternyata halus licin
tiada sesuatu alat pegangan pintu, ia berjalan merambat
dinding sekeliling, ia menaksir ruangan itu kira-kira empat
persegi, dinding terbuat seluruhnya dari batu, ia coba
mengetok dinding dengan pedangnya, terdengar suara keras
dan berat, jelas batu dinding itu sangat tebal.
"Wah, bagaimana? jangan-jangan kita akan mati terkurung
di sini?" kata Kwe Hu dengan kuatir dan hampir-hampir
menangis.
"Jangan kuatir, kita pasti akan menemukan jalannya,"
cepat Yalu Ce menghiburnya "Apalagi Kwe-hujin menunggu di
luar, beliau pasti akan berdaya menolong kita."
Habis berkata ia coba meraba pula sekeliling kamar itu
untuk mencari jalan keluar.
Li Bok-chiu sangat girang setelah berhasil menyekap Bu
Sam-thong berlima di kamar batu itu, ia pikir setelah lawanTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
lawan itu dienyahkan, tentu akan lebih mudah untuk
menyergap Siao-liong-li dan Nyo Ko.
Ia menyadari kalau bertempur secara terang-terangan
pasti bukan tandingan sang Sumoay, maka ia harus
menyergapnya secara mendadak. ia lantas menggenggam
jarum berbisa, sepatu ditanggalkannya, hanya dengan berkaos
kaki saja ia melangkah ke depan dengan pelahan.
Selama beberapa hari ini Siao-Iiong-Ii, berduduk di depan
kemala dingin itu menerima penyembuhan dari Nyo Ko
dengan menerobos Hiat-to secara terbalik. Saat itu mereka
sedang mengerahkan segenap tenaga untuk menerobos Tamtiong-
hiat, Hiat-to penting yang terletak di bagian dada, kalau
Hiat-to ini sudah diterobos dengan lancar, maka berarti
delapan bagian lukanya sudah tersembuhkan, Akan tetapi
Hiat-to ini memang sangat gawat, salah sedikit saja akan
menyebabkan kelumpuhan total, sebab itu harus dilakukan
dengan hati-hati dan sabar, sedikitpun tidak boleh gegabah.
Watak Siao-liong-li memang sangat sabar, baginya bukan
soal apakah penyembuhannya itu dapat dirampungkan
secepatnya atau berapa lama Iagi. Sebaliknya Nyo Ko
berwatak tidak sabaran, dia berharap Siao-liong-li dapat lekas
sembuh. Akari tetapi iapun tahu bahayanya cara
penyembuhan begitu, kalau ter-buru-buru napsu, bisa jadi
malah-runyam.
Begitulah Nyo Ko merasa denyut nadi Siao-liong-li
terkadang keras dan lain saat lemah, meski tidak stabil, tapi
tiada tanda-tanda buruk, Diam-diam ia mengerahkan tenaga
dan mempercepat usahanya menyembuhkan si nona.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam keadaan sunyi senyap itulah, tiba-tiba dari jauh ada
suara "tek" satu kali, suara itu sangat lirih kalau saja Nyo Ko
tidak sedang memusatkan pikiran tentu tak mendengar suara
itu.
Apalagi kuburan kuno itu terletak jauh di bawah tanah,
kecuali suara pernapasan mereka bertiga (termasuk Kwe
Yang), sedikit kelainan suara tentu akan ketahuan.
Selang tak lama, suara "tek" itu kembali berbunyi lagi
sekali, kini jaraknya bertambah dekat, Nyo Ko tahu pasti ada
sesuatu yang tidak beres, tapi kuatir perhatian Siao-liong-li
terganggu dan membahayakan nona itu, maka ia sengaja
berlagak tidak tahu.
Tak lama, lagi-lagi suara itu berbunyi, kini terlebih dekat
pula, Maka yakinlah Nyo Ko bahwa ada orang menyusup ke
kuburan kuno itu, agaknya orang itu tidak berani menerobos
datang begitu saja dan sengaja merunduk maju dengan
pelahan. ia pikir maksud kedatangan orang ini pasti tidak baik,
kalau orang mampu masuk ke situ, tentu juga bukan
sembarangan orang. Celakanya keadaan Siao-liong-li tidak
boleh terganggu ia menjadi serba susah.
"Tek", ternyata suara itu semakin mendekat Nyo Ko
menjadi bingung dan sukar menahan pi-kiranaya, mendadak
tangannya tergetar, suatu arus hawa panas tertolak balik,
kiranya Siao-liong-li juga terkejut oleh suara itu.
Lekas-lekas Nyo Ko menghimpun tenaga dan mendorong
kembali tenaga dalam Siao-liong-li sambil memberi isyarat
agar si nona tenangkan diri.
Tatkala itu di luar kuburan adalah siang hari, meski musim
dingin, tapi sang surya sedang memancarkan cahayanya di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tengah cakrawala, sebaliknya di dalam kuburan gelap gulita
seperti tengah malam belaka.
Terdengar suara tadi semakin dekat lagi. Diam-diam Nyo
Ko mengeluh, ia pikir sejak jalan masuk kuburan itu tertutup
rapat, di dunia ini hanya Li Bok-chiu dan Ang Leng-po saja
yang tahu jalan masuk melalui dasar sungai itu, maka dapat
dipastikan yang datang tentu satu diantara mereka.
Dengan kepandaian Nyo Ko sekarang sedikitpun tidak
perlu takut biarpun Li Bok-chiu dan muridnya itu datang
semua sekaligus, Celakanya kedatangannya itu tidak lebih
cepat dan tidak lebih lambat, tapi justeru pada saat penting
bagi keselamatan Siao-liong-li ini, seketika Nyo Ko menjadi
bingung dan serba susah.
Selang sejenak, dengan jelas Siao-liong-li juga dapat
mendengar suara kedatangan musuh, iapun buru-buru ingin
menerobos Hiat-to sendiri yang penting itu, tapi karena
bingung, tenaganya menjadi kacau, terkadang lancar
terkadang berontak, dada sendiri menjadi sesak malah.
Pada saat itulah suara tindakan seorang yang halus dan
cepat menerobos masuk, menyusul terdengarlah suara
mendesirnya benda kecil, beberapa jarum telah menyamber
tiba.
Waktu itu keadaan Siao-liong-li dan Nyo Ko mirip orang
yang tak bisa ilmu silat saja, untungnya mereka sudah siap,
sedia sebelumnya, begitu melihat jarum musuh menyambar
tiba, serentak mereka mendoyong ke belakang tanpa
melepaskan tangan mereka yang saling menempel itu, jarumjarum
itu me-nyamber lewat di sisi mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Li Bokchiu sendiri tidak menyangka kedua orang sedang
mencurahkan segenap perhatian untuk penyembuhkan Siaoliong-
Ii, kuatir kedua lawannya balas menyerang, maka begitu
jarum disambitkan segera ia melompat ke samping, Kalau saja
dia tidak jeri kepada lawannya dan segera menyusulkan lagi
jarum-jarum lain, maka Nyo Ko berdua pasti celaka.
Ketajaman mata Li Bok-chiu di tempat gelap jauh
dibandingkan Nyo Ko berdua, samar-samar ia cuma melihat
kedua muda-mudi itu duduk berjajar di Han-giok-jeng dipan
kemala dingin, ia menjadi kebat-kebit ketika sergapannya
tidak mengenai sasarannya, Tapi ia menjadi ragu-ragu pula
ketika melihat lawan tidak berbangkit dan balas
menyerangnya. Cepat ia menggeser ke samping pintu dengan
kebut siap di tangan, lalu menegur "Hm, baik-baikkah kalian
selama berpisah!"
"Apa kehendakmu?" tanya Nyo Ko.
"Masakah perlu tanya lagi kehendakku disaat ini?" jawab
Bok-chiu.
"Ah, Giok-Ii-sim-keng yang kau inginkan bukan?" ujar Nyo
Ko "Baiklah, memangnya kitab itupun tidak berguna bagi kami
yang ingin hidup tirakat di tempat ini. Nah, boleh kau ambil
saja."
Sudah tentu Li Bok-chiu setengah percaya dari setengah
sangsi, katanya: "Mana? Bawa ke sini!"
Giok-li-sim-keng tersimpan dalam buntalan SiaoIiong-li,
dengan seodirinya mereka tidak dapat menyodorkannya, "ltu
berada dalam bungkusan di atas meja, ambil saja sendiri,"
demikian jawab Nyo Ko
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Li Bok-chiu tambah curiga, pikirnya: "Aneh, mengapa
mereka berubah penurut begini? Di dalam bungkusan itu tentu
ada sesuatu yang tidak beres. Apa barangkali dia sengaja
memancing aku lebih dekat, lalu mendadak menyerang dan
mencegat jalan lariku" ..
Ia menyadari bukan tandingan Siao-liong-li, maka segala
sesuatu harus ditimbangnya dengan masak, ia coba
mengawasi sang Sumoay, terlihat sebelah tangannya
mendempel dengan telapak tangan Nyo Ko. Seketika tergerak
pikirannya: "Ah, rupanya tangan Nyo Ko buntung dan parah,
maka perempuan hina ini sedang membantu
menyembuhkannya dengan tenaga dalam sendiri. Saat ini
mereka sedang menghadapi detik genting, inilah kesempatan
baik bagiku untuk membinasakan mereka."
Walaupun cuma betul separuh saja terkaannya, namun
rasa jerinya seketika lenyap, segera ia menubruk maju,
kebutnya terus menyabet kepala Siao-Iiong-li.
Dalam keadaan demikian kalau Siao-liong-li mengangkat
tangan untuk menangkis, serentak tenaga dalamnya akan
terguncang dan bisa binasa seketika dengan muntah darah,
sebaliknya kalau serangan itu tidak ditangkis, maka batok
kepalanya juga pasti akan hancur.
Syukurlah pada saat itulah mendadak Nyo Ko membuka
mulut dan meniup hawa ke muka Li Bok-chiu, sebenarnya
tiupan hawa ini sama sekali tidak bertenaga, tapi Li Bok-chiu
tahu si Nyo Ko banyak tipu akalnya, ketika mendadak
mukanya terasa hangat oleh hawa yang disebul anak muda
itu, ia kaget dan lekas melompat mundur, Ketika merasa muka
tiada sesuatu kelainan barulah ia tahu tertipu, segera ia
mcmbentak: "Kau cari mampus ya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
""Eh, baju yang kupinjamkan padamu tempo hari itu,
apakah sekarang kau bawa untuk dikembalikan padaku?"
tanya Nyo Ko dengan tertawa.
Li Bok-chiu jadi teringat waktu bertempur melawan Pang
Bik-hong, pakaiannya terbakar oleh palu si pandai besi- tua
yang berapi itu, kalau Nyo Ko tidak menanggalkan jubahnya
untuk dia, maka pasti akan telanjang dan malu, sepantasnya
kalau mengingat pemberian jubah itu dahulu tidak seharusnya
dia mencelakai jiwa Nyo Ko sekarang, tapi jika hatinya sedikit
lunak, bahaya dikemudian hari tentu sukar dibayangkan.
Segera ia menubruk maju, tangan kirinya menghantam pula.
Dalam keadaan kepepet tiba-tiba Nyo Ko mendapat akal,
sekonyong-konyong dia berjungkir dengan kedua kaki di atas
dan kepala di bawah, sekali kakinya memancal, sepatu dan
kaos kaki lantas terlepas serunya: "Liong-ji, pegang kakiku!" -
Berbareog itu sebelah tangannya terus dipukulkan untuk
memapak hantaman Li Bok-chiu tadi. Dalam pada itu Siaoliong-
li juga telah memegang kaki Nyo Ko.
Meski Ngo-tok-sin-ciang yang lihay itu diperoleh dari
Auyang Hong, tapi ilmu menjungkir berasal dari Kiu-im-Cinkeng
yang merupakan kepandaian khas Auyang Hong ini tidak
pernah dilihat Li-Bok-chiu, ia terkejut menyaksikan perbuatan
Nyo Ko yang aneh itu, ia mengerahkan tenaga sekuat-nya dan
ingin membinasakan lawan selekasnya, seketika Nyo Ko
merasakan arus hawa panas menerjang dari telapak tangan
musuh, tergerak pikirannya, sama sekali ia tidak menahan
tenaga lawan itu, sebaliknya tenaga sendiri malah
ditambahkan pada tenaga musuh dan disalurkan seluruhnya
ke tubuh Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan demikian jadinya Li Bok-chiu seakan-akan
membantu Nyo Ko menerobos Hiat-to dan urat nadi Siaoliong-
li. Walapun apa yang dipelajari Li Bok-chiu tidak seluas
Nyo Ko berdua, tapi bicara tentang kekuatan sendiri, karena
sudah berlatih berpuluh tahun lamanya, dengan sendirinya
bukan main lihaynya.
Siao-liong-li mendadak merasakan suatu arus tenaga
maha kuat menerjang tiba, Tam-tiong hiat seketika diterobos
tembus, napas terasa lancar, hawa panas yang tadinya macet
di dada seketika tersalur ke bagian perut, semangat terasa
segar, serentak ia bersorak: "Aha, terima kasih, Suci!" Segera
ia melepaskan kaki Nyo Ko dan melompat turun dari dipan
kemala dingin.
Tentu saja Li Bok-chiu melengak, Tadinya ia mengira Siao
liong-li yang sedang membantu menyembuhkan Nyo Ko,
sebab ituIah ia mengerahkan tenaga sekuatnya dengan
maksud merontokkan urat nadi Nyo Ko, siapa tahu tanpa
sengaja malah telah membantu pihak lawan.
Nyo Ko juga sangat girang, sekuatnya ia menolak mundur
musuh, lalu ia melompat bangun dan berdiri dengan kaki
telanjang, katanya dengan tertawa: "Kalau engkau tidak
keburu datang membantuku. sungguh sulit menerobos Tam-
Tiong hiat Sumoay mu."
Belum lagi Li Bok-chiu menja-wab, tiba-tiba Siao liong-!i
menjerit sambil memegangi ulu hatinya terus jatuh ke atas
dipan pula..
"He, ada apa?" tanya Nyo Ko kuatir.
"Dia... dia... tangannya beracun!" ucap Siao-liong-Ii
dengan ter putus2.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko sendiri juga lantas merasakan kepala rada pusing,
Rupanya tanpa disadarinya ketika tangan beradu tangan tadi
racun pukulan berbisa Li Bok-chiu telah menyalur ke tubuh
anak muda itu dan terus merembes pula ke tubuh Siao-liong
li.
"Serahkan obat penawarnya!" bentak Nyo Ko segera
sambil angkat Hian-tiat-pokiam, pedang pusaka yang maha
berat itu.
Habis itu pedangnya terus membacok "Trang", Li Bok-chiu
menangkis dengan kebutnya, akan tetapi batang kebutnya
yang terbuat dari baja itu kontan terkutung mendjadi dua,
tangan juga tergetar hingga lecet dan sakit.
Kebut yang pernah merontokkan nyali tokoh dunia
persilatan itu ternyata sekali tabas saja telah dihancurkan
lawan, sungguh kejadian ini membuatnya terkejut luar biasa,
lekas-lekas ia melompat keluar kamar batu itu.
Segera Nyo Ko mengejar, tampaknya sudah dekat dan
baru pedangnya disodorkan ke depan dan Li Bok-chiu pasti
tidak dapat menangkisnya, siapa tahu racun yang sudah
bersarang dalam tubuhnya itu mendadak bekerja, matanya
menjadi berkunang-kunang dan tangan terasa lemas, "trang",
pedang jatuh ke tanah.
Li Bok-chiu tidak berani berhenti, ia melompat jauh ke
depan, habis itu baru menoleh, dilihatnya Nyo Ko terhuyunghuyung
sambil berpegangan dinding, tampaknya sekuatnya
sedang menahan serangan racun dalam tubuh.
Merasa bukan tandingan anak muda itu, Li-Bok-chiu tak
berani mendekatinya, ia pikir tunggu saja sementara, nanti
kalau anak muda itu sudah roboh. barulah kudekati dia.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tenggorokan Nyo Ko terasa kering, kepala, serasa mau
pecah, sekuatnya ia kumpulkan tenaga pada tangan kiri, kalau
Li Bok-chiu mendekat, segera ia hendak membinasakannya
dengan sekali hantam. Tapi lawan, itu sungguh licik dan tetap
berdiri di sana.
Akhirnya Nyo Ko harus ambil keputusan, ia pikir semakin
lama tentu semakin meluas racun yang mengeram di
tubuhnya dan tambah menguntungkan pihak musuh,
Sekuatnya ia menarik napas segar, habis itu mendadak ia
melompat balik ke sana dan merangkul pinggang Siao-liong-li,
dengan ujung pedang ia cungkit bungkusan di atas meja, lalu
melangkah keluar sambil membentak: "Minggir!" .
Melihat perbawa Nyo Ko itu, Li Bok-chiu ternyata tidak
berani mengadangnya, Yang diharapkan Nyo Ko sekarang
adalah mencari suatu kamar batu yang dapat ditutup rapat
sehingga untuk sementara Li Bok-chiu tidak mampu masuk
mengganggu-nya, dengan begitu mereka dapat berusaha
mendesak keluar kadar racun yang berada dalam tubuhnya.
Cara mengusir racun ini jauh lebih mudah daripada cara
penyembuhan Siao-Iiong Ii tadi, waktu kecilnya Nyo Ko sudah
pernah kena racun jarum Li Bok chiu dan mendapat
pertolongan Auyang Hong, sekarang kepandaiannya
sedemikian tinggi, begitu pula Hiat-to Siao-Iiong-li juga sudah
lancar, tentu tidak sulit mengeluarkan racun dalam tubuh
asalkan tidak direcoki Li Bok-chiu.
Li Bok chiu juga tahu maksud tujuan Nyo Ko ketika melihat
anak muda, itu menerjang keluar dengan membopong Siaoliong
li dengan sendirinya ia tidak membiarkan Nyo Ko
mencapai tujuannya, cuma ia tidak berani mendekat dan
menyerang, ia terus menguntit saja dari belakang dalam jarak
dua-tiga meter jauhnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bila Nyo Ko berhenti dan menunggu dia mendekat, dia
justeru berhenti juga dan menunggu.
Nyo Ko merasa debar jantungnya semakin keras dan tak
sanggup bertahan lagi, dengan sempoyongan ia berlari masuk
sebuah kamar dan mendudukkan Siao liog- li di atas meja
batu, ia sendiri lantas terengah-engah sambil berpegang tepi
meja tanpa menghiraukan Li Bok-chiu tetap mengintil
dibelakang.
Karena Li Bok chiu juga pernah tinggal di dalam kuburan
kuno ini, meski ketajamannya memandang di tempat gelap
tidak sebaik Nyo Ko berdua, tapi iapun dapat melihat jelas
bahwa di kamar itu berjajar lima buah peti mati.
"Suhu benar-benar pilih kasih, selamanya aku tidak
diberitahu tempat-tempat rahasia seperti ini, kiranya di sini
ada lima buah peti mati," demikian Li Bok-chiu berpikir, ia
tidak tahu bahwa kamar ini adalah makam guru dan kakek
gurunya.
Selama hidup Li Bok-chiu telah membunuh orang tak
terbilang jumlahnya, maka tentang peti mati, mayat dan
sebagainya tidak membuatnya heran. Diam-diam iapun
bergirang melihat keadaan Nyo Ko yang sudah payah itu, ia
lantas menyindir "Hehe, tempat pilihanmu ini sungguh bagus
sekali sebagai kuburanmu."
Pandangan Nyo Kb sebenarnya sudah samar-samar,
mendengar ucapan Li Bok-chiu itu, ia coba meng-amat-amati
kamar itu, ternyata tangannya bukan menahan di atas meja
batu segala melainkan sebuah peti mati batu, jadi Siao-liong-li
juga berduduk di atas peti batu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tanpa terasa ia merasa ngeri, pikirnya: "Tempo hari Liongji
ingin aku mati bersamanya di sini, sekuatnya aku melarikan
diri, siapa tahu akhirnya kami mati juga di sini, mungkin
memang sudah suratan nasib dan takdir ilahi."
Keadaan Siao-liong-li juga lemah dan setengah sadar, tapi
samar-samar iapun mengetahui dirinya berada di samping peti
mati sang guru, Teringat bahwa dirinya sudah berdekatan
dengan gurunya, hatinya terasa lega, ia menghela napas
panjang seakan-akan orang yang pergi jauh baru pulang
kampung halaman dengan aman.
Begitulah mereka bertiga diam, seorang berdiri dan
seorang berduduk, seorang lagi setengah bersandar kecuali
suara hembusan napas tiada terdengar suara lain di kamar
batu itu.
"Andaikan aku dan Liong-ji harus mati sekarang, sebisanya
harus kucegah agar iblis ini tidak mendapatkan kitab pusaka
ini dan berbuat lebih jahat lagi dunia luar," demikian pikir Nyo
Ko.
Tiba-tiba ia mendapat satu akal, ia tahu di antara lima
buah peti mati batu itu tiga diantaranya sudah terisi, yaitu
jenazah Lim Tiau-eng dan muridnya serta Sun-popoh, dua peti
lainnya masih kosong dan tersedia bagi Siao-liong-li dan Li
Bok-chiu.
Tutup kedua peti mati yang kosong itu belum dirapatkan
dan masih terlihat celah selebar satu meteran. mendadak Nyo
Ko angkat pedangnya dan mencukil bungkusan berisi Giok-lisim-
keng itu sehingga mencelat ke dalam satu peti yang
kosong itu, berbareng iapun membentak: "Hm, keparat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
betapapun kitab pusaka ini takkan kuserahkan padamu,
aduuh..." tiba-tiba ia menjerit terus roboh.
Li Bok-chiu terkejut dan bergirang, ia kuatir jangan-jangan
Nyo Ko hendak memancingnya, maka dia menunggu sejenak,
ketika melihat anak muda itu sama sekali tidak bergerak lagi
barulah ia mendekatinya dan coba meraba mukanya, rasanya
dingin dan jelas sudah mati.
"Hahaha, betapapun licik dan licinmu, akhirnya kau
mampus juga!" serunya kemudian sambil berbahak, lalu ia
mendekati peti batu dan menjulurkan tangan dengan maksud
hendak mengambil bungkusan yang terlempar ke dalam peti
tadi.
Namun bungkusan itu oleh Nyo Ko ternyata dilemparkan
ke ujung peti yang tertutup sana, Kebut Li Bok-chiu sudah
putus, kalau tidak tentu ujung kebut dapat digunakan untuk
meraih sebisanya ia mengulur tangan dan me raba-raba,
namun hasilnya tetap nihil, Akhirnya ia tidak sabar, ia terus
menyusup ke dalam peti, dengan begitu barulah bungkusan
itu dapat dipegangnya.
Akan tetapi pada saat itulah Nyo Ko berbangkit tangan
kirinya mendorong sekuatnya, kontan tutup peti itu terus
merapat, seketika Li Bok-chiu terkurung di dalam peti batu itu.
Kiranya jatuh dan jeritan Nyo Ko tadi cuma pura-pura saja,
serentak ia nembikin ruwet denyut nadinya sehingga mukanya
menjadi dingin laksana orang mati. Padahal orang mati
sebagaimanapun tidak mungkin jasadnya lantas kaku dingin
seketika, untuk itu sedikitnya makan waktu setengah jam.
Tapi rupanya saking girangnya Li Bok-chiu menjadi kurang
teliti dan terjebak oleh akal Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitu Li Bok-chiu sudah terpancing masuk peti dan
ditutup rapat, segera Nyo Ko menggunakan pedangnya untuk
menyungkit sekuatnya peti mati kosong satunya lagi untuk
ditindihkan di atasnya, dengan demikian, berat tutup ditambah
peti batu sedikitnya setengah ton, betapapun tak bisa keluar
biarpun memiliki kepandaian setinggi langit.
Nyo Ko sendiri sebenarnya dalam keadaan payah hanya
terdorong oleh tekad ingin bertahan sampai detik terakhir,
maka sekuatnya ia, mcncungkit peti batu tadi, habis itu ia
benar-benar kehabisan tenaga, pedang dilemparkan kelantai,
dengan sempoyongan ia mendekati Siao-liong-li, lebih dulu ia
menggunakan ilmu ajaran Auyang Hong dahulu untuk
menguras keluar sebagian racun dalam tubuh sendiri, habis itu
barulah ia menempelkan tangan sendiri pada tangan Siao
liong li untuk bantu penyembuhan nona itu.
Sementara itu Kwe Hu dan Yalu Ce berlima sedang
kelabakan terkurung di kamar batu itu.
Mereka sama duduk dilantai tanpa berdaya, semakin
dipikir semakin mendongkol dan penasaran tiada hentinya Bu
Sam-thong mencaci maki Li Bok chiu yang kejam itu.
Dalam keadaan gelisah, Kwe Hu menjadi sebal mendengar
makian Bu Sam-thong yang tiada berhenti itu, tanpa pikir ia
berkata padanya: "Bu-pepek kekejian perempuan she Li itu
kan sudah lama kau ketahui, apa gunanya sekarang kau
mencaci maki dia?"
Bu Sam-thong melengak dan tak bisa menjawab,
sebaliknya Bu Siu-bun menjadi marah karena ayahnya diomeli
si nona, segera ia menanggapi "Kedatangan kita ke kuburan
ini kan demi menolong adikmu, kalau tidak beruntung
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengalami kesukaran, biarlah kita mati bersama saja, kenapa
kau marah-marah segala..."
"Diam, adik Bun!" cepat Bu Tun-si menghardik sehingga
Siu-bun tidak melanjutkan ucapannya.
Ucapan Siu-bun itu sebenarnya cuma terdorong oleh ingin
membela sang ayah saja, begitu tercetus katanya itu, segera
ia sendiripun merasa heran. Padahal biasanya dia sangat
penurut kepada Kwe Hu, malahan se-dapat2nya ia ingin
mengerjakan apapun bagi si nona, mana berani dia berbantah
dengan dia, siapa tahu sekarang dia ternyata berani
menjawabnya dengan sama kerasnya.
Kwe Hu juga melenggong karena tidak pernah menyangka
si Bu cilik berani berbantah dengan dia, ingin dia bicara lagi,
tapi rasanya tiada sesuatu alasan kuat yang dapat
dikemukannya, Teringat bahwa dirinya akan mati terkurung di
kuburan kuno ini dan takkan bertemu lagi selamanya dengan
ayah bunda, ia menjadi sedih dan mcnangis.
Dalam kegelapan dan tidak dapat memandang keadaan
sekitarnya, tanpa terasa ia mendekap di atas sesuatu dan
menangislah dia terguguk-guguk.
Mendadak si nona menangis, Siu-bun merasa tidak enak,
katanya: "Baiklah, aku mengaku salah, biarlah kuminta maaf
padamu."
"Apa gunanya minta maaf!" jawab Kwe Hu dan tangisnya
semakin menjadi sekenanya ia tarik sepotong kain untuk
mengusap ingusnya, tapi mendadak disadarinya ternyata..dia
mendekap di atas paha seorang dan kain yang dibuat
mengusap ingus itu kiranya ujung baju orang itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan terkejut cepat Kwe Hu menegakkan tubuhnya,
dari persiapan Bu Sam-thong dan kedua anaknya tadi, jelas
mereka bertiga duduk di sebelah sana, hanya Yalu Ce saja
yang berdiam tanpa bersuara, jelas orang ini adalah dia.
Keruan Kwe Hu menjadi malu. "Aku....aku....", katanya
dengan tersipu-sipu.
Pada saat itulah tiba-tiba Yalu Ce berkata: "He, dengarkan,
suara apakah itu?"
Waktu mereka pasang kuping yang cermat, ternyata tiada
mendengar sesuatu, Tapi Yalu Ce berkata pula: "Ehm, itukah
suara tangisan anak kecil, nona Kwe, pasti suara adikmu itu."
Karena teraling oleh dinding batu, suara itu sangat halus
kalau bukan indera pendengaran Yalu Ce sangat tajam pasti
tidak mendengarnya. Cepat ia berbangkit dan melangkah ke
sana, tapi suara itu lantas terdengar Iemah, ia coba membalik
ke sebelah lain, ternyata suara itu tambah jelas, Segera ia
menuju ke ujung sana, ia gunakan pedangnya untuk menusuk
dan mencungkil pelahan, terdengar suaranya agak lain.
agaknya dinding di situ rada tipis.
Segera ia menyimpan pedangnya, kedua tangannya coba
menahan di dinding batu itu dan didorongnya, namun tidak
bergeming sedikitpun. Ia coba ganti haluan, ia menarik "napas
kuat-kuat, lalu kedua tangan menolak pula, menyusul terus
aipomir daya tarik dengan gaya "lengket" mendadak "blang"
satu kali. sepotong batu kena ditarik lepas oleh tenaga
sedotan tangannya dan jatuh ke lantai.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja Kwe Hu dan lain sangat girang, sambil bersorak
mereka terus memburu maju dan ikut menarik dan
membongkar, sebentar saja beberapa potong batu kena
dilepaskan pula dan kini sebuah lubang sudah cukup
digunakan untuk menerobos. Ber-turut-urut mereka lantas
menerobos ke -sana, Kwe Hu terus mencari dengan mengikuti
arah suara, akhirnya mereka sampai di suatu kamar batu yang
kecil, dalam kegelapan suara tangisan anak itu terdengar
sangat keras, cepat Kwe Hu mendorongnya.
Bayi itu memang betul Kwe Yang adanya, Demi
menyembuhkan Siao liong-li, pula harus menempur Li Bokchiu,
maka Nyo Ko tidak sempat menyuap orok itu, karena
lapar, anak itu menangis sejadinya.
Kwe Hu berusaha meminang dan membujuki tapi saking
kelaparan, bukannya diam, sebaliknya tangis Kwe Yang
semakin keras.
Akhirnya Kwe Hu menjadi tidak sabar dan menyodorkan
kepada Bu Sam-thong, katanya: "Paman Bu, coba kau
memeriksanya apakah ada sesuatu yang tidak beres."
Dalam pada itu Yalu Ce sedang meraba-raba ke-sana
kemari, akhirnya di atas meja dapat ditemukan sebuah Caktay
(tatakan lilin), menyusul teraba pula batu api dan alat
ketiknya, setelah membuat api dan menyulut lilin, seketika
pandangan semua orang terbeliak. setelah terkurung di
tempat gelap sekian lamanya, baru sekarang dada mereka
merasa lapang oleh cahaya terang.
Betapapun Bu Sam-thong adalah orang tua yang
berpengalaman dari suara tangisan Kwe Yang itu, ia tahu anak
ini pasti merasa lapar, Dilihatnya di atas meja ada setengah
mangkuk air madu, pula sebuah sendok kayu kecil, segera ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menyuapi anak itu dengan air madu dengan sedikit2. Benar
saja, begitu air masuk mulutnya, Kwe Yang lantas berhenti
menangis.
"Kalau nona Kwe cilik ini tidak menangis kelaparan,
mungkin kita akan mati semua di kamar batu itu," ujar Yalu Ce
dengan tertawa.
"Segera kita pergi mencari jahanam Li Bok-chiu." kata Bu
Sam-thong dengan penuh dendam.
Mereka masing-masing lantas memotong kaki kunsi untuk
digunakan sebagai obor, lalu menyusun Iorong2, setiap ada
pengkolan Bu Tun si lantas memberi tanda dengan ujung
pedang agar nanti kembalinya tidak tersesat.
Begitulah mereka terus mencari jejak Li Bok-chiu dari
sebuah ruangan ke ruangan yang lain. Rupanya dahulu Ong
Tiong-yang gagal memimpin pasukannya melawan pasukan
Kim, lalu dia dan anak buahnya membangun kuburan raksasa
ini di lereng Cong-Iam-san ini sebagai tempat tirakatnya.
Sudah tentu Yalu Ce dan lain- sama terheran-heran
melihat betapa luasnya kuburan ini, sungguh tak tersangka
bahwa dibawah sungai kecil itu terdapat bangunan raksasa
begitu.
Ketika mereka sampai di kamar Siao-Iiong-li tertampak
kebut Li Bok-chiu yang putus itu berserakan di lantai, di
samping sana ada pula dua jarum perak milik Li Bok-chiu, Kwe
Hu membungkus tangannya dan menjemput jarum itu,
katanya dengan tertawa: "Sebentar akupun gunakan jarum
berbisa ini untuk balas menusuk iblis keparat itu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu Nyo Ko sedang bantu mendesak keluar
racun dalam tubuh Siao-Iiong li, dari jari si nona telah
merembes keluar air hitam, asal setanakan nasi lagi mungkin
usahanya, akan berhasil Pada saat itulah tiba-tiba dari lorong
sana ada suara undakan orang, seluruhnya ada lima orang
sedang mendatangi.
Diam-diam Nyo Ko terkejut, dalam keadaan genting
begitu, andaikan diserang seorang Li Bok-chiu saja sukar
melawannya, apalagi sekarang musuh berjumlah lima orang.
Selagi bingung dan gelisah, mendadak terlihat cahaya api
berkelebat di kejauhan, kelima orang itu sudah semakin dekat.
Tanpa pikir Nyo Ko rangkul Siao-liong-li dan melompat masuk
ke dalam peti batu yang menindih di atas Li Bok-chiu itu, lalu
ia menggeser sekuatnya tutup peti, hanya saja tidak
dirapatkan agar nanti tidak mengalami kesukaran jika hendak
keluar.
Baru saja mereka sembunyi di dalam peti batu, serentak
Yalu Ce berlima lantas masuk juga ke kamar itu. Mereka
terkesiap melihat di kamar itu ditaruh lima buah peti mati,
samar-samar mereka merasakan hal ini sungguh teramat
kebetulan, mereka berlima dan jumlah peti mati di situ juga
lima, sungguh alamat jelek.
Tanpa terasa Kwe Hu bergumam: "Hm, kita berlima peti
mati inipun lima!"
Nyo Ko dan Siao-Iiong-Ii dapat mendengar suara Kwe Hu
itu, mereka sama heran bahwa yang datang ini di antaranya
ternyata nona Kwe ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yalu Ce juga mendengar di dalam peti itu ada suara napas
orang, ia pikir pasti Li Bok-cbiu yang sembunyi di situ, Segera
ia memberi tanda agar kawannya mengelilingi peti itu.
Dari sela-sela peti yang belum tertutup rapat itu samarsamar
Kwe Hu dapat melihat ujung baju orang yang sembunyi
di dalamnya, ia yakin orang itu pasti Li Bok-chiu adanya,
Dengan tertawa ia lantas membentak: "lnilah senjata makan
tuan!" Sekali ia dorong tutup peti, berbareng dua buah jarum
berbisa yang dijemputnya tadi terus disambitkan kedalam.
Meski Nyo Ko sembunyi di dalam peti dengan merangkul
Siao-liong-li, tapi tangan kirinya tetap menempel tangan kanan
nona itu dan berusaha menguras bersih racun melalui
tubuhnya dalam waktu singkat yang menentukan mati-hidup
mereka itu.
Walaupun heran ketika mendengar antara pendatang2, itu
juga terdapat Kwe Hu, tapi hatinya merasa lega juga karena
yang datang itu bukan musuh.
Sudah tentu tak disangkanya pula bahwa mendadak Kwe
Hu akan menyerangnya, maka dengan diam saja meneruskan
penyembuhannya pada Siao liong-it dengan tekun, Siapa tahu
Kwe Hu justeru menyangka mereka sebagai Li Bok-chiu dan
menyerang dengan jarum berbisa. Karena jaraknya sangat
dekat, di dalam peti itupun sukar bergerak tiada peluang
untuk menghindar, seketika Nyo Ko berdua menjerit, jarum
yang satu mengenai paha kanan anak muda itu dan jarum lain
mengenai bahu kiri Siao-liong-Ii..
Setelah menyambitkan jarum, hati Kwe Hu sangat senang,
tapi mendadak terdengar suara jeritan lelaki dan perempuan
di dalam peti, seketika iapun menjerit kaget, Segera Yalu Ce
mendepak tutup peti itu hingga terjatuh ke tantai, dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pelahan Nyo Ko dan Siao-Iiong-Ii lantas berdih, di bawah
cahaya obor tertampak muka mereka pucat pasi dan saling
pandang dengan pedih.
Kwe Hu sendiri belum menyadari kesalahan yang
diperbuatnya sekali ini jauh lebih hebat daripada mengutungi
sebelah lengan Nyo Ko, dia cuma merasa menyesal saja dan
coba meminta maaf, ka-tanya: "Nyo-toako dan Liong-cici,
kiranya engkau yang berada di situ sehingga kusalah melukai
kalian, untunglah ibuku menyimpan obat mujarab penawar
racun jarum ini, dahulu dua ekor rajawaliku juga pernah
terluka oleh jarum ini dan dapat disembuhkan oleh ibuku.
Aneh juga, mengapa kalian sembunyi di dalam peti? Tentu
saja aku tidak menyangka akan kalian?"
Kiranya urusan membuntungi lengan Nyo Ko itu sudah
selesai dengan dibengkokkan pedangnya oleh oleh anak muda
itu tempo hari, apalagi ayah bundanya juga sudah cukup
mencaci-makinya habis-habis an, maka dalam anggapan Kwe
Hu: "Biarlah takkan kusalahkan kau dan anggap beres
persoalan ini."
Demikianlah jalan pikiran nona manja macam Kwe Hu ini,
selama hidupnya selalu disanjung orang, lantaran
menghormati ayah-ibunya, maka orang lain juga suka
menghormat dan mengalah padanya, sebab itulah segala
urusan yg terpikir selalu dirinya sendiri yang diutamakan dan
jarang memikirkan kepentingan orang lain, Dari nada
ucapannya tadi malahan akhirnya seakan-akan anggap salah
sendiri Nyo Ko berdua yang sembunyi di dalam peti batu
itu'sehingr: ga membuatnya kaget malah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mana dia mau tahu bahwa tatkala terkena sambitan
jarumnya itu, ketika itu kadar racun dalam tubuh Siao-iiong-li
justeru sedang mengalif keluar, tapi mendadak terguncang
oleh serangan dari luar sehingga seluruh racun itu mengalir
balik merasuk segenap Hiat-to di tubuh nona itu, dengan
demikian sekalipun ada obat mujarab malaikat dewata juga
sukar menolongnya lagi.
Sesaat itu Siao-liong-Ii merasa dadanya seperti kosong
melompong, hampa dan linglung, ia menoleh dan melihat
sorot mata si Nyo Ko penuh rasa duka, gemas dan penasaran,
tubuhnya juga gemetaran seakan-akan segenap siksa derita
yang pernah dialami nya hendak dilampiaskannya sekarang
juga.
Siao-liong-li tidak tega melihat kepedihan hati anak muda
itu dan kuatir dia bertindak nekad, cepat ia menghiburnya:
"Ko-ji, agaknya sudah suratan nasib kita harus begini,
janganlah kau salahkan, orang lain dan bersedih."
Lebih dulu ia mencabut jarum di paha anak muda itu, lalu
mencabut jarum yang menancap di bahu sendiri, jarum
berbisa itu berasal dari perguruannya dan berbeda daripada
racun pukulan berbisa ajaran Auyang Hong, jadi dapat
disembuhkan dengan obat perguruan yang selalu dibawanya.
Segera ia mengeluarkan satu biji obat kepada Nyo Ko, lalu ia
sendiripun minum satu biji.
Hati Nyo Ko tak terperikan pedih dari gemas-nya, "berrrr",
ia menyemburkan obat penawar itu ke tanah.
Kwe Hu jadi gusar, serunya: "Aduh, besar amat
lagakmu!,Memangnya aku sengaja hendak membikin celaka
kalian? Kan sudah kuminta maaf pada-mu, mengapa kau
masih marah-marah saja?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dari air muka Nyo Ko yang penuh rasa duka nestapa, lalu
rasa gusarnya semakin memuncak serta menjemput kembali
pedangnya yang ke-hitam-hitaman itu, Bu Sam-thong tabu
gelagat bisa runyam, maka cepat ia menghibur anak muda itu:
"Janganlah marah adik Nyo, soalnya kami berlima terkurung
oleh iblis she Li itu di kamar batu sana dan dengan susah
payah akhirnya berhasil lolos, karena kecerobohan nona Kwe
sehingga dia..."
"Mengapa kau anggap aku yang ceroboh?" sela Kwe Hu
mendadak, "Salah siapa dia sembunyi di situ dan diam saja,
malahan kau sendiripun mengira dia Li Bok chiu:"
Bu Sam-thong menjadi serba salah, ia pandang NyoKo dan
pandang pula Kwe Hu dengan bingung.
Siao liong-li lantas mengeluarkan pula satu butir obatnya,
katanya dengan suara lembut: "Ko-ji, minumlah obat ini.
Masakah perkataanku juga tak-kan kau turut?"
Tanpa pikir Nyo Ko lantas minum obat itui Suara Siaoliong-
Ii yang lembut dan penuh kasih sayang itu
mengingatkannya selama ber-hari-hari ini mereka berdua
senantiasa bergulat antara mati dan hidup, tapi akhirnya
semua harapannya telah buyar, sungguh sedihnya tak
terkatakan, ia tidak tahan lagi, ia mendekap di atas peti batu
itu dan menangis keras-keras.
Bu Sam-thong dan lain-lain saling pandang dengan
bingung,- biasanya hati Nyo Ko sangat terbukaj menghadapi
urusan apapun tidak mudah menyerah, mengapa sekarang
cuma terkena sebuah jarum saja lantas menangis sedih
begitu?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan pelahan Siao-"iong-li membelai rambut Nyo Ko,
katanya: "Ko-ji, boleh kau suruh mereka itu pergi saja, aku
tidak akan kumpul bersama mereka."
Selamanya Siao-liongli tidak pernah bicara keras, kalimat
"aku tidak suka berkumpul bersama mereka" sudah cukup
menunjukkan rasa jemu dan marahnya, Segera Nyo Ko
berbangkit dimulai dari Kwe Hu, sorot matanya terus menyapu
setiap orang itu, biarpun marah dan gemas, tapi iapun tahu
bahwa serangan Kwe Hu tadi sesungguhnya tidaklah sengaja,
kecuali ceroboh, rasanya tiada kesalahan lain, apalagi
seumpama nona itu dibunuh juga tak-dapat lagi
menyelamatkan jiwa Siao-liong-li.
Begitulah Nya Ko berdiri dengan sinar mata berapi dan
menghunus pedang, mendadak pedangnya membacok
sekuatnya, "trang", tahu-tahu peti batu yang dibuatnya
sembunyi tadi telah ditabasnya menjadi dua potong, bukan
saja tenaganya maha kuat bacokannya itu, bahkan
mengandung penuh rasa duka dan marah,
Yalu Ce dan lain-2 sama melenggong melihat betapa
dahsyatnya pedang Nyo Ko itu, Padahal peti batu itu tebal dan
kuat, tapi sekali bacok saja pedang ke-hitam-hitaman itu
ternyata mampu memotongnya, bahkan jauh lebih mudah
memotong sebuah peti mati kayu.
Melihat kelima orang itu saling pandang dengan bingung
Nyo Ko lantas membentak dengan bengis.
"Untuk apa kalian datang ke sini?"
"Adik Nyo, kami ikut Kwe-hujin ke sini untuk mencari kau,"
jawab Sam-thong
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hm, kalian ingin merebut kembali puterinya betul tidak?"
bentak Nyo Ko pula dengan gusar. "Demi anak kecil ini, kalian
tega menewaskan isteri kesayanganku."
"lsteri kesayanganmu?" Sam-thong menegas, "O ya, nona
Liong ini! Dia terkena racun jarunr untung Kwe hujin
mempunyai obat penawarnya, beliau sedang menunggu diluar
sana."
"Huh, kalau ada Kwe-hujin lantas bisa apa? Memangnya
dia mempunyai kepandaian menghidupkan orang yang jelas
pasti akan mati?" jengek Nyo Ko dengan gusar.
"Justeru gangguan kedatangan kalian serta jarum berbisa
tadi, kadar racun sudah mengeram di segenap Hiat-to penting
tubuhnya,"
Lantaran utang budi, maka Bu Sam-thong sangat hormat
dan segan kepada Nyo Ko, biarpun didamperat juga
diterimanya, ia menggumam kaget: "Kadar racun telah
mengeram di tubuhnya? Wah lantas bagaimana baiknya?"
Ternyata Kwe Hu tidak menyadari kesalahannya.
sebaliknya ia menjadi marah karena ucapan Nyo Ko tadi
kurang menghormat pada ibunya, dengan gusar ia lantas
membentak: "Memangnya salah apa ibuku padamu? Waktu
kecil kau terluntang Iantung seperti orang gelandangan,
bukankah ibu yang membawa kau ke rumah, diberi makan
dan diberi baju, tapi kau justeru lupa budi dan tak tahu diri,
malah mau menculik adik perempuanku."
Padahal sekarang iapun tahu jelas sebabnya Kwe Yang
berada di tangan Nyo Ko bukanlah karena anak muda itu
bermaksud jahat, soalnya dia telah telanjur mengomel maka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segala apa yang dapat mencemoohkan Nyo Ko lantas
diucapkannya.
Nyo Ko lantas mendengus pula: "Hm, memang aku
sengata lupa budi dan tidak tahu diri, kau menuduh kuculik
adikmu, maka benar-benar akan kuculik anak ini dan takkan
kukembalikan selamanya, ingin kulihat kau dapat mengapakan
diriku?"
Karena ancaman itu, segera Kwe Hu memondong adiknya
dengan kencang, tangan lain memegang obor dan diacungkan
ke depan, Bu Sam-thong berseru: "Adik Nyo, jika isterimu
keracunan, sebaiknya lekas berusaha menolongnya "
"Tak berguna lagi, Bu-heng." kata Nyo Ko dengan pedih,
mendadak ia bersuit panjang," lengan baju kanannya terus
mengebas.
Seketika Kwe Hu dan kedua saudara Bu mera-sakan angin
keras menyamber, muka mereka panas pedas seperti tcrsayat,
lima buah obor padam serentak dan keadaan menjadi gelap
gulita.
"Celaka!" jerit Kwe Hu. Kuatir nona itu dicelakai Nyo Ko,
cepat Yelu Ce menubruk maju, Tapi lantas terdengar pekik
tangis Kwe Yang, suaranya sudah berada di luar kamar sana.
Keruan semua orang terkejut, ketika mereka menyadari
apa yang terjadi, tahu-tahu suara tangisan tadi sudah berada
sejauh ratusan meter, betapa cepat gerakan Nyo Ko itu
sungguh laksana hantu saja.
"Adik telah dirampas lagi olehnya," seru Kwe Hu cemas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Adik Nyo! Nona Liong!" berulang-ulang Bu Sam, thong
memanggil Akan tetapi tiada sesuatu jawaban.
"Lekas keluar, jangan sampai kita terkurung di sini," seru
Yalu Ce.
Dengan gusar Bu Sam-thong berkata: "Adik Nyo adalah
orang berbudi, manabisa dia berbuat demikian,"
"Lebih baik lekas keluar, buat apa tinggal di sini?" ujar Kwe
Hu. Baru habis ucapannya, tiba-tiba terdengar suara "kxekkrek"
beberapa kali, suara itu timbul dari peti mati itu. cuma
teraling oleh tutup peti sehingga suaranya kedengaran agak
tersumbat dan seram.
"Ada setan!" teriak Kwe Hu sambil memegangi tangan
Yalu Ce.
Dengan jelas Bu Sam-thong dan lain-lain juga mendengar
suara itu keluar dari peti mati itu seakan2 ada mayat hidup
akan merangkak keluar, keruan mereka sama merinding.
Yalu Ce berbisik pada Bu Sam-thong: "Bu-siok-siok, kau
jaga di situ dan aku di sini, jika mayat hidup itu keluar,
serentak kita menghantam-nya, mustahil dia takkan hancur
luluh."
Berbareng itu ia tarik Kwe Hu ke belakangnya agar tidak
dicelakai setan yang mendadak muncul.
Pada saat itulah, "blang", terdengar suara keras, dari
dalam peti mati mendadak melayang keluar sesuatu, serentak
Yalu Ce dan Bu Sam-thong memukulkan tangan-angan
mereka, Tapi begitu tangan menyentuh benda itu, berbareng
mereka berseru: "Celaka!" - Kiranya benda yang kena hantam
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu adalah sepotong batu, yaitu bantalan batu didalam peti
mati itu.
Kontan bantal batu itu hancur membentur peti batu,
hampir pada saat yang sama sesuatu benda melayang lewat
puIa, baru saja Yalu Ce dan Bu Sam-thong hendak memukuI,
namun benda itu sudah melayang jauh ke sana, terdengar
suara tertawa orang mengekek, lalu lenyap dan sunyi kembali.
"He, Li Bok-chiu." seru Sam-thong kaget.
"Bukan, tapi mayat hidup!" ujar Kwe Hu.
"Mana bisa Li Bok-chiu berada di dalam peti mati ini.".
Yalu Ce tidak ikut menanggapi, ia tidak percaya di dunia
ini ada setan segala, tapi bilang Li Bok-chiu rasanya juga tidak
masuk diakal Jelas Li Bok-chiu datang bersama mereka,
sedangkan Nyo Ko dan Siao-liong-li sudah tinggal sekian lama
di kuburan kuno ini, mana bisa terjadi Li Bok-chiu sembunyi di
dalam peti mati yang terletak di bawah tempat sembunyi Nyo
Ko tadi?
"Habis ke mana perginya Li Bok-chiu?" tanya Bu Samthong.
"Banyak keanehan di dalam kuburan ini sebaiknya lekas
kita keluar saja," ajak Yalu Ce.
"Bagaimana dengan adikku?" tanya Kwe Hu.
"lbumu banyak tipu dayanya tentu dia mempunyai akal
yang baik, marilah kita keluar ke sana dan minta
petunjuknya," ujar Sam-thong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah mereka lantas mencari jalan keluar dengan
melalui sungai itu. Tapi baru saja mereka muncul di
permukaan air, pemandangan yang mereka lihat adalah merah
membara, pepohonan di kanan kiri sungai ternyata sudah
terbakar semua, hawa panas serasa membakar muka mereka.
"lbu, ibu!" teriak Kwe Hu kuatir, tapi tidak mendapatkan
jawaban,
Sekonyong-konyong sebatang pohon yang sudah terbakar
roboh dan mengeluarkan suara gemuruh, Melihat keadaan
sangat berbahaya, cepat Yalu Ce menarik Kwe Hu dan
berenang ke hulu menjauhi tempat pohon roboh itu.
Tatkala itu adalah musim kerirrg, pepohonan dan
rerumputan mudah terbakar, di-mana-mana api me-ngamuk,
seluruh gunung sudah menjadi lautan api, Meski mereka
terendam di dalam air sungai, muka merekapun terasa panas
tergarang oleh api yang berkobar dengan hebat itu.
"Pasti pasukan Mongol yang gagal menyerang Tiong-yangkiong
itu yang melampiaskan dendam dengan membakar
Cong-lam-san ini." kata Bu Sam thong.
"lbu, ibu! Di mana kau?" teriak Kwe Hu pula kuatir.
Tiba-tiba di kiri sungai sana ada bayangan seorang
perempuan sedang ber lompat2 kian kemari menghindari api.
Kwe Hu menjadi girang dan berseru: "lbu!" Tanpa pikir ia
terus melompat keluar dari sungai dan memburu ke sana.
"He, awas!" seru Sam-thong. Mendadak dua pohon besar
roboh pula dan mengalingi pemandangan Bu Sam-thong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Hu terus berlari ke sana, di bawah gumpalan asap
dan menerjang api. Karena ingin menemukan ibunya, maka
tanpa pikir ia memburu maju, sesudah dekat barulah ia
merasa bayangan orang itu menoleh dan ternyata Li Bok-chiu
adanya. Keruan kejut Kwe Hu tak terkatakan.
Sebenarnya Li Bok-chiu benar-benar sudah putus asa
setelah tertutup di dalam peti batu itu dan di-tindih lagi peti
lainnya oleh Nyo Ko. Tapi kemudian dalam gusarnya tanpa
sengaja Nyo Ko telan membacok peti batu yang menindihnya
itu hingga tutup peti bagian bawah juga ikut retak terbacok. Li
Bok chiu benar-benar lolos dari renggutan maut, kesempatan
itu tidak di-sia-siakan olehnya, lebih dulu ia melemparkan
keluar bantal batu, habis itu iapun melompat keluar
Meski belum lama ia terkurung di dalam peti mati itu, tapi
rasanya orang akan mati sesak napas itu benar-benar keadaan
yang paling menderita dan paling mengenaskan dalam waktu
yang singkat itu pikirannya diliputi penuh rasa dendam, ia
benci kepada setiap manusia yang hidup di dunia ini, pikirnya:
"Setelah mati aku pasti menjadi hantu yang jahat, akan
kubinasakan Nyo Ko, bunuh Siaoliong-li, Bu Sam-thong, Ui,
Yong dan lain-lain..."
Begitulah setiap orang akan dibunuhnya untuk membalas
sakit hatinya. Meski kemudian dia berhasil lolos dengan
selamat meski secara kebetulan, tapi rasa dendam dan
bencinya tidak menjadi ber-kurang.
Kini mendadak Kwe Hu muncul sendiri di-badapannya, ia
menjadi girang dengan tersenyum ia menegurnya- "Eh kiranya
kau, nona Kwe! Api berkobar dengan hebatnya, kau harus
hati-hati."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Hu tidak menyangka orang akan bersikap begini
ramah padanya-, segera ia bertanya: "Apakah engkau melihat
ibuku?"
Waktu Kwe Hu memandang ke arah yang di tunjuk,
mendadak Li Bck-chiu menubruk tiba, sekali tangannya
bekerja, Hiat-to di pinggang Kwe Hu sudah tertutuk olehnya,
dengan tertawa Li Bok-chiu berkata: "Sabarlah, kau tunggu
saja di sini, segera ibumu akan datang."
Sementara itu api berkobar semakin hebat dan mendesak
dari berbagai jurusan, kalau lebih lama di situ mungkin jiwa
sendiripun akan melayang, Karena itulah Li Bok-chiu lantas
melompat ke sana dan berlari cepat ke arah yang belum
terjilat api.
Kwe Hu tergeletak tak bisa berkutik menyaksikan
kepergian Li Bok-chiu. Mendadak segumpal asap menyamber
tiba, napasnya menjadi sesak, ia terbatuk-batuk hebat.
Bu Sam-thong dan Yalu Ce berempat masih berdiri di
tengah sungai, muka dan kepala mereka penuh hangus,
antara Kwe Hu dan sungai kecil itu telah teraling oleh api yang
berkobar dengan hebatnya.
Meski mereka mengetahui si nona berada dalam bahaya,
tapi jiwa mereka pasti akan ikut melayang kalau mereka
memburu maju untuk menoIongnya.
Dalam keadaan sesak napas dan rasa panas seperti
dipanggang, Kwe Hu hampir-hampir tak sadarkan diri Iagi.
Pada saat itulah tiba-tiba dari jurusan timur sana ada suara
menderu-deru, waktu ia berpaling, dilihatnya sesosok
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bayangan seperti angin lesus saja bergulung-gulung
menyamber tiba.
Waktu Kwe Hu mengawasi, kiranya bayangan itu adalah
Nyo Ko. Pemuda itu telah menanggalkan jubahnya yang basah
kuyup untuk membungkus Hiat-tiat-po-kiam, dengan tenaga
dalam yang kuat ia ayun-ayunkan pedang itu untuk
menyingkirkan kobaran api.
Tadinya Kwe Hu bergirang karena ada orang datang
menolongnya, tapi setelah mengetahui orang itu adalah Nyo
Ko, seketika perasaannya seperti di-siram air dingin meski di
luar tubuh panas seperti dipanggang, Pikirnya: "Sudah dekat
ajalku toh dia sengaja datang buat menghina diriku."
Betapa pun dia adalah anak Kwe Cing, dengan gemas ia
melototi Nyo Ko tanpa gentar,
Tak terduga, bagitu sampai di samping Kwe Hu, segera
Nyo Ko membuka Hiat-to si nona ydog tertutuk itu, pedangnya
terus menusuk, tapi bukan menembus tubuhnya melainkan
menerobos lewat di pinggangnya, sekali bentak: "Awas!"
Tangan kirinya terus mengayun sekuatnya ke sana, bobot
pedang pusaka yang amat berat itu ditambah tenaga
dalamnya yang maha kuat, seketika Kwe Hu melayang ke
udara seperti terbang di awang2 dan melintasi belasan pohon
besar yang terbakar, "plung", akhirnya ia jatuh ke dalam
sungai.
Lekas-lekas Yaiu Ce memburu maju untuk membangunkan
Kwe Hu, tapi nona itu masih kepala pening dan mata
berkunang-kunang, ia serba runyam, entah senang entah
sedih.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya setelah Nyo Ko dan Siao-liong-li keluar dari
kuburan kuno itu dengan membawa Kwe Yang, terlihat
pasukan Mongol sedang membakar hutan di lereng Cong-lamsan
itu. Sudah ber-tahun-tahun mereka hidup disekitar hutan
yang rindang itu, mereka menjadi menyesal dan merasa
sayang menyaksikan kebakaran hebat itu, tapi pasukan
Mongol terlalu kuat dan sukar dilawan, terpaksa mereka tidak
dapat berbuat sesuatu.
Nyo Ko tidak tahu Siao-liong-li sanggup bertahan berapa
lama setelah racun bersarang dalam segenap Hiat-to penting,
segera ia mencari suatu gua-yang jauh dari tetumbuhan untuk
bersembunyi sementara, dari jauh mereka menyaksikan Kwe
Hu dirobohkan Li Bok-chiu dan tampaknya segera akan
terbakar mati. Dengan gegetun Nyo Ko berkata kepada Siao-
Iiong-li: "Liong-ji, nona itu telah membikin sengsara padaku
dan mencelakai kau pula, akhirnya dia mendapatkan
ganjarannya yang setimpal seperti sekarang ini."
Dengan heran Siao-liong-li memandang Nyo Ko dengan
sorot matanya yang tajam: "Ko-ji, masakah kau tak pergi
menolongnya?"
"Dia telah membikin susah hingga begini, kalau tidak
kubunuh dia sudah cukup baginya." ujar Nyo Ko dengan
gemas.
"Ah, kita sendiri tidak beruntung, semua itu disebabkan
suratan nasib, biarkan orang lain gembira dan bahagia, kan
lebih baik begitu?" ujar Siao-liong-li.
Walaupun di mulutnya Nyo Ko berkata begitu, tapi dalam
hati merasa tidak tega ketika menyaksikan api sudah menjalar
sampai di dekat Kwe Hu, Akhirnya ia berkata dengan pedih:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baiklah, nasib kita yang buruk, nasib orang lain yang
beruntung!"
Segera ia membungkus pedang pusakanya dengan jubah
sendiri yang basah itu dan setelah melemparkan Kwe Hu ke
sungai, dia berlari kembali ke dekat Siao liong-li dengan baju
dan rambut hangus, celananya juga terbakar sebagian,
malahan pahanya telah timbul gelembung2 air akibat terbakar.
Siao-Iiong-li membawa Kwe Yang mundur ke tempat yang
lebih jauh dari hawa panas, lalu ia membelai rambut Nyo Ko
serta membetulkan pakaiannya, tidak kepalang rasa
bangganya mendapatkan seorang suami ksatria dan gagah
perkasa demikian ini, ia bersandar pada tubuh Nyo Ko dengan
perasaan yang gembira dan bahagia.
Nyo Ko merangkul pinggang Siao-liong li dan memandangi
dengan terkesima, si nona yang tersorot cahaya api itu
bertambah molek, sesaat itu mereka sama sekali melupakan
segala duka derita di dunia ini.
Mereka berdua berada di tempat lebih tinggi, Bu Samthong,
Kwe Hu dan Yaiu Ce berlima yang berada di sungai itu
memandang dari balik api yang berkobar-kobar, tertampak
pakaian kedua suami isteri itu berkibar2 tertiup angin,
sikapnya agung berwibawa laksana malaikat dewata. Biasanya
Kwe Hu suka memandang hina si Nyo Ko, tapi sekarang ia
menjadi malu diri.
Sejenak Nyo Ko berdua berdiri, sambil memandangi api
yang mengamuk itu, Siao-Iiong-li berkata dengan gegetun:
"Setelah terbakar habis bersih, kelak kalau pepohonan tumbuh
lagi di sini, entah bagaimana wujudnya nanti?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Api yang dibakar pasukan Mongol ini mungkin merupakan
pesta bagi pernikahan kita," ujar Nyo Ko dengan tertawa,
"Mari!ah kita mengaso saja ke gua sebelah sana."
Siao-liong-li mengiakan Keduanya lantas ber-jalan ke balik
gunung sana. Tiba-tiba Bu Sam-tisong ingat sesuatu, cepat ia
berteriak: "Adik Nyo Susiok dan Cu-sute terkurung di Coatceng-
kok, engkau mau menolong mereka tidak?"
Nyo Ko rada melengak, ia menggumam sendiri: "Peduli
amat urusan orang lain." Sambii berkata begitu ia terus
melangkah ke sana.
Apakah Nyo Ko mau menolong Susiok dan Sute Bu Sam-thong
di Coat-ceng-kok ?
Siapakah Toan - hongya? intrik jahat apa yang dilakukan
Kaypang Tianglo?
(Bacalah jilid ke - 45)
Jilid 45
Meski racun mengeram hebat dalam tubuhnya, namun
sementara ini belum bekerja, sebaliknya ilmu silatnya mulai
pulih karena Hiat-to yang tadinya terganggu itu telah berhasil
diterobos semuanya, Dengan memondong Kwe Yang ia dapat
melangkah cepat ke depan.
Lebih satu jam mereka berjalan dan makin jauh
meninggalkan Tiong-yang-kiong, dipandang dari jauh api
masih berkobar di pegunungan itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Angin utara meniup semakin kencang sehingga muka si
Kwe Yang cilik kedinginan ke-merah2an. "Marilah kita mencari
sesuatu makanan, anak ini kedinginan dan lapar pula,
mungkin tidak tahan" kata Siao-liong-Ii.
"Ya, aku ini sungguh tolol, entah untuk apa kurebut anak
ini, hanya menambah beban saja," ujar Nyo Ko.
Siao-liong-li mencium muka Kwe Yang yang memerah apel
itu, katanya: "Adik cilik ini sangat menyenangkan, apakah kau
tidak suka padanya?"
"Anak orang lain, tetap anak orang Iain, paling baik kalau
kita dapat melahirkan anak sendiri," kata Nyo Ko dengan
tertawa.
Wajah Siao-liong-li menjadi merah, ucapan Nyo Ko ini
menyentuh sifat keibuan lubuk hatinya, pikirnya: "Ya,
alangkah baiknya kalau kudapat melahirkan anak bagimu,
akan tetapi ai...."
Kuatir si nona berduka, Nyo Ko tak berani mengadu
pandang, ia menengadah memandangi langit tertampak awan
tebal menggumpal bergeser dan sebelah barat-laut, begitu
tebal dan luas gumpalan awan itu seakan2 jatuh menimpa
kepala saja, katanya: "Melihat gelagatnya, mungkin segera
akan turun salju, kita perlu mencari rumah penduduk untuk
mondok."
Tapj arah yang mereka tempuh adalah lereng pegunungan
yang sunyi, di mana-mana hanya batu padat dan semak
belukar belaka, mana ada rumah penduduk segala.
"Wah, tampaknya salju yang turun nanti pasti sangat
lebat, agar jalan kita tidak tertutup, sebaiknya kita harus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memburu waktu dan turun gunung sekarang juga," kata Nyo
Ko sambil mempercepat langkahnya.
"Paman Bu dan nona Kwe mereka akan ke-pergok
pasukan Mongol tidak? Para Tosu Coan-cin-kau itu entah
dapat lolos dengan selamat tidak?" Demikian Siao liong-li
berucap dengan nada yang simpatik.
"Kau benar-benar mempunyai Liangsim (hati nurani),
orang-orang itu berbuat jahat padamu, tapi kau tetapi tidak
melupakan keselamatan mereka, pantas dahulu kakek guru
mengharuskan kau berlatih ilmu yang bebas dari segala cinta
rasa, urusan apapun tidak peduli dan tidak ambil pusing, akan
tetapi karena kau menaruh perhatian padaku, hasil latihanmu
selama 20-an tahun telah hanyut seluruhnya dan mulailah kau
menaruh perhatian terhadap siapapun"
Siao-liong-li tersenyum, katanya: "Sesungguhnya, pahit
getir penderitaanku bagimu juga mendatangkan rasa mnais,
yang kukuatirkan adalah kau tidak mau terima perhatianku
kepadamu."
"Ya, merasakan pahit dan manis jauh lebih baik daripada
tidak merasakan apa-apa!" kata Nyo Ko.
"Aku sendiri hanya suka ugal2an dan angin-anginan, tidak
pernah hidup tenang dan aman tenteram."
"Bukankah kau mengatakan kita akan pergi ke selatan, di
sana kita akan bercocok tanam dan beternak?" tanya si nona
dengan tersenyum.
"Benar, semoga terkabul harapan kita," ujar Nyo Ko
dengan menghela napas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sampai di sini, tertampaklah kapas tipis mulai beterbangan
dari udara, bunga salju sudah mulai turun. Dengan Lwekang
mereka yang tinggi, dengan sendirinya hawa dingin itu tidak
menjadi soal bagi mereka, segera mereka melangkah dengan
cepat.
"Eh, Ko-ji, coba kau terka ke mana perginya Suciku
sekarang?"
"Kembali kau memperhatikan dia lagi, Akhirnya Giok-lisim-
keng dibawa lari olehnya dan terkabul cita2nya. Kuatirnya
kalau isi kitab itu berhasil diyakinkan dan ilmu silatnya maju
pesat, bisa jadi kejahatannya juga akan bertambah hebat."
"Sebenarnya Suci juga harus dikasihani," ujar Siao-liong-li.
"Tapi dia sendiri tidak rela dan ingin membikin setiap
orang di dunia ini juga berduka dan merana seperti dia, "kata
Nyo Ko.
Tengah bicara, cuaca semakin gelap. Setelah membelok ke
lereng sana, tiba-tiba terlibat di antara dua pohon Siong tua
terdapat dua buah rumah gubuk, atap rumah itu sudah
tertimbun salju setebal jari manusia, "Aha, di sinilah kita
lewatkan malam ini," seru Nyo Ko kegirangan.
Setiba di depan gubuk2 itu, terlihat daun pintunya
setengah tertutup tanah salju di situ tiada tanda-tanda bekas
kaki, ia coba berseru: "Permisi! Karena hujan salju, kami
mohon mondok semalam saja."
Tapi sampai sekian lama ternyata tiada suara jawaban,
Nyo Ko lantas mendorong pintu di dalam rumah, tiada
seorangpun. Di atas meja kursi penuh debu, agaknya sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lama tiada penghuninya, segera ia memanggil Siao liong li
masuk, setelah menutup pintu, mereka lantas membuat api
unggun.
"Dinding papan rumah itu tergantung busur dan anak
panah, di pojok rumah sana ada sebuah alat perangkap
kelinci, Tampaknya rumah ini adalah pondok darurat kaum
pemburu.
Dengan busur dan anak panah itu Nyo Ko keluar berburu
dan mendapatkan buruan, maka mulailah mereka berpesta
rusa panggang.
Sementara itu salju turun semakin lebat, namun hawa
dalam rumah cukup hangat oleh api unggun. Siao liong li
mengunyah sedikit daging rusa dan dan menyuapi si Kwe
yang cilik, dengan menikmati daging rusa panggang itu, Nyo
Ko memandangi mereka berdua dengan tersenyum simpuI,
suasana hangat dan mesra laksana pengantin baru yang
sedang bertamasya.
Sekonyong-konyong dari arah timur tanah salju itu
berkumandang suara tindakan orang yang cepat, jelas itulah
ginkang orang yang mahir ilmu silat. Nyo Ko berdiri dan
melongok ke sana melalui jendela, dilihatnya dua kakek
mendatang ke arah gubuk ini, seorang gemuk dan yang lain
kurus, pakaian mereka rombeng, kakek kurus menyanggul
sebuah HioIo-(buli2 dari sejenis labu besar) besar warna
merah.
Hati Nyo Ko tergetar, teringat olehnya bahwa benda itu
adalah milik Ang Jit-kong.
Dahulu Ang Jit-kong, itu ketua Kaypang yang berjuluk
pengemis sakti berjari sembilan, bertempur mati-matian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengan Auyang Hong di puncak tertinggi Thian san, akhirnya
kedua orang sama-sama kehabisan tenaga dan gugur
bersama.
Nyo Ko yang mengubur kedua orang tua itu dan Holo
besar merah itupun ditanam di samping jasad Ang Jit-kong.
Kemudian dalam pertemuan besar para ksatria, seorang
pengemis tua pernah membawa Holo merah itu sebagai tanda
perintah Ang Jit-kong, katanya sang ketua itu belum
meninggal, bahkan menganjurkan kaum jembel berbangkit
membela tanah air dan mengusir musuh.
Tatkala mana Nyo Ko sangat heran darimana munculnya
Holo merah itu? Tapi dalam pertemuan besar itu banyak
terjadi persoalan sehingga tidak sempat mengusut urusan itu,
kemudian juga tidak bertemu lagi dengan orang Kaypang,
maka urusan itupun sudah terlupa, sekarang dandanan kedua
kakek ini jelas juga anggota Kaypang.
Nyo Ko jadi tertarik demi ingat kejadian dahulu itu, segera
ia membisiki Siao-Iiong li: "Di luar ada orang, kau rebah saja
di pembaringan dan pura-pura sedang sakit?"
Siao-liong-li menurut, ia pondong Kwe Yang dan berbaring
di atas ranjang, ditariknya selimut butut yang terletak di ujung
tempat tidur itu.
Nyo Ko lantas xnemolesi mukanya dengan hangus, topinya
ditariknya hingga hampir menutupi mukanya, pedang pusaka
juga disembunyikan. Dalam pada itu kedua orang tadi sudah
mengetok pintu. Cepat Nyo Ko meng-gosok-gosok tangannya
yang berlepotan minyak daging rusa yang baru dimakannya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu sehingga lebih mirip seorang pemburu yang kotor, habis itu
pintu lantas dibukanya.
Dengan tertawa si kakek gemuk lantas berkata: "Hujan
salju ini sangat hebat dan sukar meneruskan perjalanan,
mohon kemurahan hati tuan sudi menerima pengemis untuk
mondok semalam."
"Ah, pemburu macamku tidak perlu dipanggil tuan segala,
silakan Lotiang (bapak) masuk dan bermalam di sini," jawab
Nyo Ko.
Berulang-ulang pengemis gemuk itu mengucapkan terima
kasih, Segera Nyo Ko lantas mengenali juga si pengemis kurus
itu, jelas dia orang yang pernah menyampaikan perintah Ang
Jit-kong dahulu dengan membawa Holo besar merah, diamdiam
ia menjadi kuatir kalau-kalau dirinya akan dikenali
pengemis kurus itu, cepat ia merobek dua potong daging
panggang dan diberikan kepada kedua orang itu, katanya:
"Mumpung masih hangat2, silakan makan seadanya, hujan
salju begini kebetulan bagiku untuk menambah penghasilan.
Besok pagi-pagi harus kupergi memasang perangkap untuk
menangkap rase, maafkan aku tidak temani kalian lebih lama,"
"Oh, jangan sungkan-sungkan, silakan saja," jawab si
pengemis gemuk tadi.
Segera Nyo Ko sengaja berseru dengan suara keras: "He,
ibunya bocah, apakah batukmu sudah baikan?"
"Wah, pergantian musim menambah dadaku makin sesak
saja," jawab Siao-liong-li sambil batuk lebih keras, berbareng
ia sengaja menggoyangi si Kwe Yang sehingga anak itu
terjjaga bangun, maka di antara suara batuk lantas terseling
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
suara tangisan anak bayi, sandiwara keluarga pemburu benarbenar
dimainkan mereka dengan sangat hidup.
Nyo Ko lantas masuk ke ruangan dalam serta menutup
pintu, lalu ia berbaring disamping Siao-liong-li, diam-diam ia
sedang mengingat-ingat muka si pengemis gemuk tadi seperti
sudah pernah dikenalnya, cuma di mana, seketika tak teringat.
Kedua pengemis gemuk kurus itu menyangka Nyo Ko
benar-benar seorang pemburu miskin, maka mereka tidak
menaruh perhatian padanya, sembari makan daging rusa
panggang mereka lantas mulai mengobrol Si pengemis kurus
berkata: "Melihat api yang berkobar di Cong-lam-san itu,
agaknya sudah berhasil."
dimana tiba pasukan Mongol disitu lantas ditaklukkan
hanya sekawanan Tosu Coan-cin-kau saja apa artinya lagi?"
ujar si pengemis gemuk dengan tertawa.
"Tapi beberapa hari yang lalu Kim-lun Hoat-ong dan
begundalnya telah pulang dengan mengalami kekalahan yang
mengenaskan," kata si kurus.
"Itupun baik, biar Sri Baginda tahu bahwa untuk
menduduki tanah air bangsa Han ini juga diperlukan tenaga
bangsa Han sendiri, kalau melulu mengandalkan orang Mongol
dan orang asing lainnya jelas tidak jadi."
Sampai di sini, tiba-tiba Nyo Ko teringat pada si gemuk ini
juga pernah dilihatnya dalam pertemuan besar kaum ksatria
dahulu, cuma waktu itu si gemuk ini memakai mantel kulit dan
berdandan sebagai orang Mongol serta selalu ber-bisik-bisik di
samping Kim-lun Hoat-ong, jelas inilah orangnya. Diam-diam
ia merasa gemas, pikirnya:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Apa yang mereka bicarakan melulu urusan pengkhianatan
belaka, kebetulan kepergok olehku, tidak dapat kuampuni
mereka."
Kiranya pengemis gemuk ini adalah satu di su-tay-tianglo
(empat tertua) dalam Kay-pang, yaitu Peng-tiangIo.
perbuatannya memang khianat sudah lama dia menyerah
kepada pihak Mongol.
Begitulah terdengar si pengemis kurus sedang berkata
pula: "Peng-tianglo, sekali ini apabila Kay-pang aliran selatan
jadi didirikan, entah pangkat apa akan kau dapat dari raja
Mongol?"
"Raja menjanjikan pangkat "panglima besar wilayah
selatan" padaku," jawab Peng-tianglo. "Akan tetapi seperti
kata pribahasa kita, mengemis tiga tahun lebih bebas daripada
jadi raja tiga hari. Kaum pengemis seperti kita masakah ingin
menjadi pembesar segala?"
Walaupun demikian katanya, namun dan balik ruangan
sana Nyo Ko dapat menangkap nada ucapannya yang penuh
ambisi dan harapan itu.
"Wah, untuk itu terimalah lebih dulu ucapan selamat
dariku," kata si kurus.
"Selama beberapa tahun terakhir ini, jasamu juga tidak
kecil, kelak tentu kau juga akan mendapat bagian yang
sesuai."
"Soal kedudukan tidak berani kuharapkan cuma engkau
pernah menjanjikan Liap hun-tay-hoat (ilmu pengikat sukma,
serupa hipnotisme sekarang), bilakah baru engkau akan
mengajarkannya kepadaku?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Nanti kalau Kay-pang selatan sudah berdiri dengan resmi,
setelah aku menjadi Pangcu dan begitu ada waktu luang
segera akan kuajarkan padamu."
"Kukira setelah engkau menjadi Paagcu serta diangkat
menjadi panglima, pekerjaanmu tentu semakin banyak dan
sibuk, mana ada waktu luang?"
"Ah, masakah kau tidak percaya padaku," ujar Pengtianglo
dengan tertawa.
Si kurus tidak bicara lagi, hanya hidungnya mendengus
pelahan, tampaknya dia masih ragu.
Diam-diam Nyo Ko membatin: "seluruh dunia hanya ada
satu organisasi Kay-pang tanpa membedakan utara dan
selatan, untuk apa dia mau mendirikan Kay-pang aliran
selatan segala, ini pasti permainan gila orang Mongol."
Terdengar Peng-tianglo sedang berkata pula dengan
tertawa: "Setelah berkeliling, hendaklah kau menyebarkan
perintah si setan tua she Ang, katakan utara dan selatan
teralang dan sukar mengadakan kontak, maka utara dan
selatan perlu dipisahkan menjadi dua."
"Dan anggota bagian selatan dengan sendirinya berada di
bawah pimpinanmu" kata si kurus dengan dingin.
"Juga tidak perlu begitu, biarlah kita mengangkat dulu
Kan-tianglo sebagai ketua, usianya lebih tua, anak muridnya
juga banyak, orang lain tentu tidak curiga, Nanti kalau dia
sudah kupengaruhi dengan Liap-hun-tay-hoat, tentu dia akan
menyerahkan kedudukannya padaku, tatkala mana segalanya
akan menjadi beres dengan sendirinya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"sebenarnya Ang-lopangcu sudah lama wafat, kalau
kusiarkan lagi perintah palsu beliau, mungkin akan lebih
menimbulkan curiga orang, Melulu mengandalkan Holo palsu
ini rasanya sukar mendustai orang terus menerus, kalau
kepungan terhadap Siang-yang sudah mereda dan Ui-pangcu
datang mengusut persoalan ini, wah, biarpun jiwaku pakai
serep juga akan melayang semuanya."
"Hahaha!" Peng tianglo tertawa, "Asal kau bertindak
secara cepat, maka urusan juga akan cepat beres, mengenai
perempuan hina she Ui itu, kini dia terkepung di kota, jiwanya
pasti sukar tertolong"
Sampai di sini barulah Nyo Ko mengetahui duduknya
perkara, kiranya Holo merah itu adalah tiruan, lantaran tiada
orang yang menyaksikan meninggalnya Ang Jit-kong, mereka
berdua lantas membawa Holo palsu itu untuk mempengaruhi
murid-murid Kay pang, karena seruan yang mereka sebarkan
itu mengenai tugas suci kaum pahlawan, demi negara dan
bangsa, sebab itulah anggota Kay-pang tidak menaruh curiga.
Kalau semua anggauta sudah percaya penuh barulah
Peng-tianglo itu akan berusaha mendirikan aliran cabang
untuk memecah belah Kay-pang, itu organisasi terbesar pada
jaman itu.
Meski Nyo Ko hanya berkumpul beberapa hari saja dengan
Ang Jit-kong, tapi dia benar-benar kagum dan hormat
terhadap sifat ksatria tokoh tua itu, pikirnya: "Ang-locianpwe
sedemikian perkasa, nama baiknya sesudah meninggal tidak
boleh dirusak oleh kaum tikus celurut begini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Apalagi iapun teringat kepada keganasan pasukan Mongol
yang dilihatnya di sepanjang jalan, maka diam-diam ia
bertekat akan membunuh kedua-jahanam ini.
Begitulah terdengar si pengemis kurus tadi sedang berkata
pula: "Peng-tianglo, barang yang sudah kau janjikan, kapan2
juga harus kau berikan, cuma kulihat engkau rada-rada lain di
mulut lain di hati."
"Habis kau mau apa?" tanya Peng-tianglo dengan tak
senang.
"Aku berani apa?" jawab si kurus, "Hanya aku ini memang
penakut, selanjutnya aku tak berani lagi menyiarkan perintah
palsu Ang-pangcu."
Diam-diam Nyo Ko anggap ucapan si kurus itu benarbenar
goblok, barangkali ingin mampus, makanya berani
berkata begitu.
Terdengar Peng-tianglo lantas bergelak tertawa katanya:
"Baiklah, urusan ini dapat kita rundingkan lagi, jangan kau
sangsi."
Setelah berhenti sejenak, kemudian si kurus berkata pula:
"Sisa daging rusa ini tidak kenyang kita makan, biar kupergi
mencari buruan lain."- Habis itu ia lantas membawa busur dan
anak panah dan melangkah keluar.
Segera Nyo Ko mengintip dari sela-sela dinding papan,
dilihatnya begitu si kurus pergi, Peng-tiango itu juga lantas
berbangkit dan mclolos belati serta mendengarkan gerak-gerik
kawannya dari balik pintu, setelah mendengar suara tindakan
si kurus sudah pergi jauh, dengan ber jengket2 iapun
menyelinap keluar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan tertawa Nyo Ko membisiki Siao-liong-li: "jelas
kedua jahanam ini akan saling bunuh, kebetulan bagiku, dapat
ku irit tenaga, Ku-lihat si gemuk itu jauh lebih lihay dan
sikurus bukan tandingannya.
"Paling baik kalau keduanya tidak datang kembali semua
dan gubuk ini akan tenang dan tenteram tak terganggu," ujar
Siao -liong li.
Nyo Ko mengiakan, Mendadak ia mendesis pula dengan
suara tertahan: "Dengarkan suara tindakan orang." -
Terdengar ada orang berjalan dengan ber-jinjit2 di lereng
sebelah barat terus memutar ke belakang gubuk.
"Agaknya si kurus tadi menyusup kembali hendak
menyergap si gemuk," bisik Nyo Ko pula dengan tersenyum.
Segera ia menolak daun jendela dan melompat keluar dengan
enteng tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Benar juga dilihatnya si pengemis kurus sedang mengintip
di antara sela-sela dinding. Rupanya ia menjadi ragu-ragu
karena tidak menemukan bayangan si gemuk.
Pada saat itulah Nyo-Ko telah berada di belakangnya dan
mendadak mengikik tawa
Sudah tentu si kurus kaget, cepat ia berpaling dengan air
muka ketakutan karena menyangka Peng tianglo yang berada
di belakangnya, tapi si Nyo Ko lantas berkata dengan tertawa:
"Jangan takut, jangan takut!" Berbareng itu cepat sekali ia
menutuk tiga Hiat-to penting di bagian dada, iga dan kaki
orang, lalu ia menjinjing tubuh si kurus ke depan gubuk.
Ia memandang sekelilingnya yang sunyi dan salju belaka,
itu, tiba-tiba timbul sifat kanak-anaknya, serunya: "Liongji,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lekas kemari, bantulah aku membikin orang-orangan salju,"-
Habis itu ia terus mengeduk salju yang memenuhi bumi itu
dan diurukkan pada tubuh si pengemis kurus.
Siao-liong-li lantas keluar dari gubuk dan membantunya,
dengan tertawa cekakak dan cekikik Nyo Ko dan Siao-liong-li
benar-benar seperti anak kecil saja, hanya sebentar seluruh
badan pengemis kurus itu sudah penuh diuruki salju.
Selain sepasang biji mata saja yang masih dapat bergerak,
kini pengemis kurus itu telah berubah menjadi orang salju
yang gemuk laksana "gajah bengkak", malahan pada
punggungnya masih menggendong Holo besar yang juga
berlapiskan bunga salju.
"Hahaha, kakek kurus kering ini hanya sekejap saja telah
berubah menjadi gemuk dan putih," kata Nyo Ko sambil
tertawa.
"Dan kakek aslinya memang gemuk dan putih itu nanti
akan kau permak menjadi apa?" ujar Siao-liong-ii dengan
riang.
Belum lagi Nyo Ko menjawab, terdengarlah Iangkah orang
dari jauh. cepat anak muda itu mendesis: "Ssssst, si gemuk
sudah kembali, lekas kita sembunyi dulu."
Cepat mereka masuk lagi ke dalam rumah dan merapatkan
pintu kamar, Siao liong-li sengaja menggoyangkan Kwe Yang
agar anak itu menangis, tapi niatnya tiada berhenti
menimangnya agar lekas tidur.
Selama hidupnya tidak pernah Siao-liong-li berdusta dan
berbuat munafik, perbuatan yang aneh dan licik ini malahan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
belum terbayang olehnya, soalnya dia melihat Nyo Ko suka
berbuat begitu, maka iapun ikut ramai-ramai saja.
Dalam pada itu Peng-tianglo telah kembali, sepanjang
jalan ia mengikuti jejak kaki, dilihatnya jejak kaki si kurus itu
memutar balik dan sembunyi di kiri belakang rumah, maka
iapun mengikuti jejak itu ke belakang, lalu sampai pula di
depan rumah.
Dari sela-sela dinding Nyo Ko dan Siao-liong-li dapat
melihat si gemuk sedang mengintip ke dalam rumah dengan
menggenggam belati dan siap siaga. Meski pengemis kurus
yang diuruki salju itu merasa kedinginan setengah mati, tapi
dia masih sadar, di lihatnya Peng-tianglo justeru berada
disampingnya, tapi sedikitpun pengemis gemuk itu tidak
menyadari hal ini, asal si kurus ayun tangannya ke bawah
pasti dapat membinasakan si gemuk, celakanya tiga tempat
Hiat-to si kurus tertutuk dan takbisa berkutik.
Tampaknya Peng-tianglo sangat heran ketika mengetahui
si kurus tidak berada di dalam rumah, ia lantas mendorong
pintu dan sedang memikirkan ke mana perginya pengemis
kurus itu, pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara orang
berjalan mendatangi. Muka Peng-tianglo tampak berkerut lalu
sembunyi di balik pintu untuk menanti pulangnya si kurus.
Siao-liong-li dan Nyo Ko juga sangat heran, jelas pengemis
kurus itu sudah menjadi orang salju, mengapa ada orang
datang pula? Baru mereka berpikir, segera terdengar bahwa
yang datang itu seluruhnya dua orang, jelas adalah pendatang
baru dan bukan si kurus.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena Peng-tianglo itu bertujuan jahat dan bertekad akan
membinasakan si kurus, pula daya pendengarannya memang
kalah tajam daripada Nyo Ko dan Siao-liongli, maka dia tidak
mendengarnya dan baru tahu dugaannya meleset dan setelah
kedua pendatang itu sudah berada di depan rumah..
"0-mi-to-hud: (Adhi Budaya)!" terdengar seorang di
antaranya mereka menyebut Budha, "Karena kehujanan salju,
kami mohon Sicu suka memberi mondok semalam di sini."
Peng-tianglo lantas menyelinap keluar, dilihatnya di tanah
salju sana berdiri dua Hwesio tua, seorang alis jenggotnya
sudah putih, wajahnya welas asih, seorang lagi jenggot hitam
kaku dan memakai jubah hitam, walaupun di musim dingin,
namun pakaian kedua pendeta itu sangat tipis.
Selagi Peng-tianglo melengak dan belum menjawab, tahutahu
Nyo Ko sudah keluar dan berseru: "Silakan masuk, Toa
hwesio! Orang dalam perjalanan memangnya membawa
rumah sendiri?"
Pada saat itu juga mendadak Peng-tianglo melihat Holo
besar dipungguhg si pengemis kurus yang telah berubah
orang salju gemuk itu, ia terkejut dan heran melihat keadaan
kawannya yang aneh itu. Waktu ia menoleh pada Nyo Ko,
dilihatnya anak muda ini bersikap biasa saja seperti tidak
mengetahui sesuatu.
Dalam pada itu Nyo Ko telah menyilakan kedua Hwesio tua
itu ke dalam rumah, dari gerak-gerik kedua Hwesio itu ia yakin
mereka pasti bukan sembarangan pendeta agama Budha,
terlebih Hwesio jubah hitam yang berwajah bengis dan
bersorot mata aneh itu, ia menjadi sangsi jangan-jangan
adalah orang segolongan Peng-tianglo.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Silakan tinggal saja di sini, Toahwesio," kata Nyo Ko
kemudian, "cuma orang gunung miskin seperti kami ini tiada
alat perlengkapan tidur segala" Eh, kalian suka makan daging
panggang tidak?"
Padahal dia tahu umumnya kaum Budha tidak makan
barang berjiwa, Maka cepat si Hwesio alis putih telah
menjawab: "Ampun, ampun! Kami sendiri membawa sekedar
rangsum kering, Sicu tidak perlu repo2"
"Baiklah, kalau begitu," kata Nyo Ko, lalu iapun masuk ke
kamarnya dan membisiki Siao-liong li: "Kedua Hwesio tua ini
tampaknya adalah tokoh yang sangat tangguh, sebentar kita
harus dua lawan tiga.
Siao-liong-li mengernyitkan keningnya, katanya dengan
suara tertahan. "Orang jahat di dunia ini sungguh banyak
sekali, orang ingin hidup tenang di pegunungan sunyi begini
juga tetap terganggu,"
Nyo Ko coba mengintip gerak-gerik kedua Hwesio tua,
dilihatnya si Hwesio alis putih mengeluarkan empat potong
kue tawar, dua potong diberikan si Hwesio baju hitam, ia
sendiri makan dua biji.
Dari wajah dan sikap Hwesio alis putih itu Nyo Ko percaya
pendeta itu pasti tinggi ibadat agamanya, cuma di dunia ini
juga tidak kurang manusia jahat berwajah alim, contoh di
depan mata juga ada, yaitu Peng-tianglo, bukankah sikapnya
juga ramah tamah dan wajahnya selalu berseri2, tapi hatinya
ternyata busuk. Yang aneh adalah Hwesio jubah hitam itu,
mengapa sinar matanya begitu bengis buas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tengah berpikir, sekonyong-konyong terdengar suara
gemerinctng, si Hwesio jubah hitam mendadak mengeluarkan
dua potong benda ke-hitam-hitaman terbuat dari besi.
Tadinya Peng-tianglo duduk dibangku, mendadak ia
melompat bangun sambil siap melolos senjata, Tapi Hwesio
jubah hitam tidak menggubris-nya, "krek-krek", benda hitam
itu telah digembol pada kakinya sendiri, kiranya benda itu
adalah sepasang belenggu besi. sepasang belenggu lagi lantas
dipasang pula pada kedua tangan sendiri.
Tentu saja Nyo Ko dan Peng-tianglo sangat heran dan
tidak dapat menerka apa maksud dan artinya perbuatan
Hwesio itu membelenggu kaki dan tangan sendiri Tapi dengan
demikian rasa was-was mereka juga lantas berkurang
beberapa bagian.
Paderi alis putih tampaknya menaruh perhatian kepada
kawannya, dengan suara pelahan ia bertanya: "Apakah hari ini
waktunya?"
"Sepanjang jalan Tecu sudah merasakan gelagat tidak
enak", bisa jadi hari ini," jawab si Hwesio jubah hitam,
mendadak ia terus berlutut, kedua tangan terangkap di depan
dada serta berdo'a: "Mo-hon pertolongan Budha- yang maha
welas asih."
Habis berucap begitu, Hwesio baju hitam itu lantas
menunduk dari meringkukkan tubuhnya tanpa bergerak,
Selang sejenak, tubuh bagian atas rada gemetar, napasnya
mulai terengah-engah, makin lama makin ngos2an, sampai
akhirnya suara napasnya menjadi seperti raungan kerbau yang
sekarat, sampai rumah papan itu bergetar oleh suara
raungannya dan bunga salju di atas atap sama rontok.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tidak hanya Peng-tianglo saja yang terkejut dan kebatkebit
hatinya, tapi Nyo Ko dan Siao-liong-li juga saling
pandang dengan bingung, mereka tidak tahu apa yang
dilakukan Hwesio baju hitam itu, dari suara raungannya itu
tampaknya dia sedang menderita siksaan yang maha hebat.
Tadinya Nyo Ko berprasangka buruk terhadap Hwesio baju
hitam itu, sekarang mau tak-mau timbul rasa kasihannya.
pikirnya: "Entah penyakit aneh apa yang dideritanya, mengapa
Hwesio alis putih tidak ambil pusing, bahkan anggap tidak
tahu dan tidak lihat suara napasnya yang keras itu?"
Selang sebentar pula, suara napas Hwesio baju hitam
semakin memburu, dengan pelahan Hwesio alis putih
berkatalah "Tidak seharusnya diperbuatnya tapi telah
diperbuatnya, seharusnya diperbuat malah tidak diperbuatnya,
terbakar oleh mengamuk nya api penyesalan terjerumuslah ke
jalan sesat di-jelmaan mendatangi...."
Kalimat sabda Budha itu diucapkan Hwesio itu dengan
pelahan, tapi ternyata dapat terdengar dengan jelas di tengah
suara napas Hwesio baju hitam yang gemuruh, Nyo Ko
terkejut akan Lwekang si Hwesio tua yang hebat itu, rasanya
di jaman ini jarang ada bandingannya.
Terdengar Hwesio alis putih meneruskan membaca weda
Budha "Kalau orang berdosa mau menyadari dosanya,
sesudah sadar tidak lagi meresahkannya, dengan begitu
hatipun tenteram, tidak perlu lagi memikirkannya pula, jangan
karena rasa penyesalannya itu, tidak melakukan apa-apa yang
seharusnya dilakukannya, kejahatan2 yang sudah
diperbuatnya, tidak mungkin ditariknya kembali."
Lambat laun napas Hwesio baju hitam menjadi pelahan
dan akhirnya berhenti, sambil berenung iapun menggumam:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kalau orang berdosa mau -menyadari dosanya, sesudah
sadar tidak lagi meresahkannya. Suhu, Tecu menyadari
macam perbuatan di masa lalu itu berdosa, Tecu sangat
menyesal dan hampir tak dapat mengatasi perasaan berdosa
sendiri ini. Yang Tecu pikirkan adalah: kejahatan yang sudah
diperbuatnya, tidak dapat ditarik kembali Karena itu hati Tecu
tidak jadi tenang dan gembira, bagaimana sebaiknya ini?"
"Berbuat salah dan mau menyesalinya, biasanya sukar
terjadi," ujar Hwesio alis putih, "Manusia bukan Nabi,
manabisa tanpa berbuat salah. Berbuat salah dan mau
memperbaikinya, itulah yang maha muIia."
Sampai di sini mendadak Nyo Ko teringat kepada namanya
sendiri, yakni "Ko" (salah), menurut ibunya dia juga
mempunyai nama alias "Kay-ci" (perbaikilah), jadi persis
seperti apa yang diucapkan Hwesio alis pulih tadi, ia menjadi
ragu apakah pendeta tua ini adalah seorang maha sakti yang
sengaja datang buat membuka pikirannya? Mau-tak-mau
timbul rasa kagum dan hormatnya kepaaa pendeta yang
ucapannya penuh filsafat hidup ini.
Terdengar Hwesio baju hitam berkata pula: "Akar
kejahatan Tecu sukar dilenyapkan sepuluh tahun yang lalu.
Tecu sudah lama mengikuti ajaran Suhu dan tetap terjadi
menewaskan jiwa tiga orang, sekarang darah Tecu terasa
bergolak dan sukar diatasi mungkin sekali Tecu akan berbuat
dosa pula, Untuk ini mohon welas asih Suhu, sukalah potong
saja kedua tangan Tecu ini."
"Syahdu! Syahdu! Biarpun kudapat potong ke dua
tanganmu, tapi pikiran jahat dalam hatimu harus kau babat
sendiri. Kalau pikiran jahat belum lenyap, meski kaki dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tanganmu putus juga percuma saja, Coba dengarkan, akan
kuceritakan sebuah kisah "lnduk menjangan dan si pemburu,
bagimu."
"Tecu siap mendengarkan," jawab si baju hitam sambil
duduk bersila, Di balik ruangan sana Nyo Ko dan Siao-liong-Ii
juga lantas duduk tenang ikut mendengarkan cerita pendeta
itu.
"Ada seekor induk menjangan dengan dua ekor anak
menjangan," demikian Hwesio alis putih mulai berkisah.
"Malang bagi induk menjangan itu karena tertangkap oleh
seorang pemburu, Pemburu akan membunuh induk
menjangan, dengan sangat induk menjangan minta dikasihani
katanya: "Aku mempunyai dua anak, masih kecil dan lemah,
belum mahir mencari makan dan minum. Mohon di beri
kelonggaran sementara waktu agar dapat mengajarkan cara
mencari makan bagi anakku, habis itu pasti kudatang kembali
untuk menyerahkan diri" - pemburu tidak mengidzinkan, Induk
menjangan memohon pula dengan memelas, akhirnya hati
pemburu terharu dan meluluskannya, induk menjangan
menemukan kedua anaknya dan saling bermesraan dengan
girang dan sedih pula induk menjangan menceritakan
nasibnya yang malang dan berharap kedua anaknya menjaga
diri.
Sudah tentu anak menjangan yang masih kecil itu tidak
paham maksud sang induk. Lalu induk menjangan membawa
kedua anaknya ke tempat yang banyak rumput dan sumber
air, setelah memberi petunjuk cara-cara mencari hidup lain,
dengan berlinang air mata kemudian induk menjangan lantas
mohon diri."
Mendengar sampai disini, Siao-liong-li jadi teringat kepada
jiwa sendiri yang sudah dekat ajalnya, tanpa terasa iapun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mencucurkan air mata, walaupun tahu cerita Hwesio itu cuma
dongeng belaka, tapi cinta kasih ibu dan anak dalam cerita itu
sangat mengharukan hati Nyo Ko.
Dalam pada itu Hwesio alis putih sedang melanjutkan
ceritanya: "Sehabis memberi pesan, induk menjangan lantas
melangkah pergi. Kedua anak menjangan lantas menangis
sedih dan terus mengikutinya dari belakang, walaupun kecil
dan lemah, larinya lambat dan jatuh bangun, namun tetap
tidak mau berpisah dengan sang induk. induk menjangan
lantas berhenti dan menoleh, katanya:
"O, anakku, janganlah kalian ikut, kalau dilihat pemburu
itu, tentu jiwa kita akan tamat semuanya, ibu rela mati, cuma
kalian yang masih kecil dan lemah, Di dunia ini menang tiada
suatu yang abadi, setelah berkumpul akhirnya juga akan
berpisah. Nasibku yang jelek sehingga membikin kalian
kehilangan ibu sejak kecil." - Habis berkata ia terus berlari ke
tempat si pemburu.
Kedua anak menjangan sangat menginginkan kasih sang
induk, tanpa gentar kepada panah si pemburu merekapun
mencari sampai di sana. Melihat induk menjangan menepati
janji dan rela untuk mati, kejujuran dan kesetiaannya sukar
dibandingi manusia.
Dilihatnya pula antara induk dan anak menjangan itu
merasa berduka dan berat untuk berpisah, si pemburu merasa
tidak tega dan akhirnya membebaskan induk menjangan."
Habis mendengar cerita itu, air mata bercucuran
memenuhi muka si Hwesio jubah hitam, katanya: "Menjangan
saja mengutamakan janji, induknya baik hati dan anaknya
berbakti, betapapun Tecu tak dapat meniru mereka."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Asal timbul perasaan kasih, seketika napsu membunuh
akan lenyap," kata Hwesio alis putih sembari memandang
sekejap ke arah Peng-tianglo.
Dengan sujud Hwesio baju hitam mengiakan Lalu Hwesio
alis putih berkata pula: "Jika ingin menebus kesalahan, jalan
satu-satu nya adalah berbuat amal. Dari menyesali perbuatan
yang seharusnya dilakukan di masa lalu, ada lebih baik
selanjutnya lebih banyak berbuat sesuatu yang harus
dikerjakan."
Habis ini ia menghela napas pelahan dan menambahkan
pula: "Sekalipun aku sendiri selama ini juga banyak berbuat
kesalahan." - Lalu ia memejamkan kan mata seperti orang
semedi.
Setelah mendengarkan cerita sang guru, Hwesio baju
hitam seperti mulai sadar, tapi gejolak perasaannya selalu
sukar diatasi. Waktu ia mengangkat kepalanya, dilihatnya
Peng-tianglo sedang memandangnya dengan tersenyum
simpul, kedua matanya menyorotkan cahaya yang sangat
tajam dan kuat.
Hwesio baju hitam terkesiap, ia merasa pernah bertemu
dengan orang ini, terasa pula sorot mata orang menimbulkan
perasaan sangat tidak enak, cepat ia berpaling ke arah lain,
tapi hanya sejenak kembali ia menoleh ke sana.
"Wah, lebat sekali salju yang turun ini," kata Peng tianglo
dengan tertawa.
"Ya, ya, lebat sekali," jawab Hwesio baju hitam.
"Marilah kita pergi melihat pemandangan hujan salju ini,"
kata Peng-tianglo pula sambil membuka pintu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baiklah, kita pergi melihat pemandangan hujan salju,"
jawab si Hwesio sambil berbangkit dan berdiri di luar pintu di
samping Peng-tianglo.
Dari balik dinding Nyo Ko juga merasakan sorot mata
Peng-tianglo yang aneh itu, samar-samar ia merasakan
sesuatu alamat yang tidak enak.
"Ucapan gurumu sangat tepat, membunuh orang sekalisekali
jangan, tapi seluruh tubuhmu penuh tenaga yang me
luap2, kalau tidak bergebrak dengan orang rasanya tidak
tahan, begitu bukan?" demikian Peng-tianglo berkata pula
dengan tertawa.
Secara samar-samar si Hwesio baju hitam mengiakan, Lalu
Peng-tianglo berkata pula: "Boleh coba kau hantam orang
salju ini, pukul saja, kan tidak berdosa."
Hwesio baju hitam memandang orang salju itu dan
mengangkat tangannya, hasratnya ingin sekali melancarkan
pukulannya.
Sementara itu tubuh si pengemis kurus itu sudah teruruk
lagi oleh bunga salju yang bertebaran sejak tadi, maka kedua
matanya juga tertutup oleh salju.
"HayoIah, pukul saja dengan kedua tanganmu, hantam
orang salju ini! Pukul, hayo pukul!" demikian Peng-tiangIo
menganjurkan pula, suaranya halus, tapi penuh daya
memikat.
"Baik, akan kupukul." kata si Hwesio baju hitam sambil
mengumpulkan tenaga pada tangannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Si Hwesio alis putih mengangkat kepala dan menghela
napas panjang, dengan pelahan ia menggumam: "Sekali
napsu membunuh timbul, seketika terjadi mala petaka,"
Segera terdengar suara "blang" yang keras, kedua tangan
Hek-ih-ceng (Hwesio baju hitam) menghantam sekaligus. salju
berhamburan dan terdengar jeritan pengemis kurus. Rupanya
Hiat-to yang tertutup tergetar buka terkena pukulan Hek-ihceng"
jeritan itu sangat ngeri dan menyeramkan dan
berkumandang hingga jauh menggema angkasa pegunungan
itu.
Siaoliong-li juga bersuara kaget dan memegangi tangan
Nyo Ko dengan erat.
"Ha, di dalam salju ada orang!" teriak Hek-ih-ceng kaget
Cepat Pek-bi-ceng (Hwesio alis putih) berlari keluar dan
memeriksa keadaan sang korban, ternyata pengemis kurus itu
sudah binasa terkena pukulan tangan besi yang maha sakti si
Hek-ih-ceng" seketika Hwesio baju hitam ini melongo dengan
bingung, sedangkan Peng tianglo berlagak kaget dan berseru:
"He, benar-benar aneh, untuk apakah orang ini sembunyi
didalam gundukan salju? Eh, mengapa dia membawa
senjata?"
Meski dengan Liap-hun tayhoatnya dia berhasil
mempengaruhi Hek-ih-ceng membinasakan si pengemis kurus,
sudah tentu ia sangat senang, tapi iapun merasa heran pula
mengapa si kurus sanggup bertahan tanpa bergerak
bersembunyi di dalam gundukan salju dan tidak mendengar
suaraku menyuruh orang menghantamnya?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Suhu... Suhu!" dengan melongo bingung berulang-ulang
Hek-ih-ceng memanggil sang guru.
"Karma! karma!" ucap Pekbiceng, "Orang ini tidak dibunuh
olehmu, tapi juga kau yang membunuhnya."
Hek-ih-ceng mendekap di atas tanah salju dan bertanya
dengan suara gemetar: "Tecu tidak paham artinya."
"Kau mengira hanya orang salju belaka dan hatimu tiada
bermaksud mencelakai orang," kata Pek-bi-ceng. "Tapi tenaga
pukulanmu maha dahsyat waktu melancarkan serangan,
masakah sama sekali tiada pikiranmu hendak membunuh
orang!"
"Sesungguhnya Tecu memang berkehendak membunuh
orang" jawab Hek-ih-ceng.
Pek-bi-ceng lantas memandangi Peng-tianglo hingga
sekian lama, sorot matanya halus penuh welas asih, Tapi
hanya sekali pandang saja, Liap-hun tay-hoat yang menggetar
sukma orang, ilmu andalan Peng tianglo itu lantas sirna tanpa
bekas.
Mendadak Hek-ih ceng berteriak: "He... kau... kau adalah
Tianglo di Kay-pang dahulu itu, ya, ya, betul ingatlah aku
sekarang!"
Seketika wajah asli Peng-tianglo timbul dari balik sikapnya
yang selalu ramah tamah dan tersenyum simpul itu, air
mukanya lantas penuh rasa bertentangan batin, katanya: "Ah,
engkau adalah Kiu-pangcu dari Tiat-ciang-pang, mengapa
engkau menjadi Hwesio?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya Hwesio baju hitam ini memang betul ialah Kiu Jian
yim, ketua Tiat-ciang-pang. Setelah terjadi pertandingan di
puncak Hoa-san dahulu, dia telah menyadari segala dosanya
di masa lampau dan mengangkat It-teng Taysu sebagai guru,
iapun menjadi Hwesio.
Dan Pek-bi-ceng atau Hwesio alis putih ini bukan lain
daripada It-teng Taysu, namanya sejajar dengan Ong Tiangyang,
Ui Yok-sui. Auyang Hong dan Ang Jit-kong itu.
Sesudah menerima agama Budha, Kiu Jian yim
mendapatkan nama agama sebagai Cu-in. Dengan giat dia
mempelajari agamanya dan telah memperoleh kemajuan
pesat. Cuma dahulu dia sudah terlalu banyak berdosa, akar
kejahatannya sukar dibasmi seluruhnya, kalau kutemukan
daya pikat yang kuat dari luar, terkadang dia masih suka
umbar kemurkaannya dan mencelakai orang, sebab itulah dia
telah membuat dua pasang belenggu besi, apabila pikirannya
sedang judek, ia lantas membelenggu kaki tangan sendiri
untuk mengekang tindak jahatnya.
Suatu hari lt-teng Taysu menerima berita minta tolong dari
muridnya, yaitu Cu Cu-liu, maka dari negeri Tayli It-teng
Taysu lantas membawa Cu-in berangkat ke Coat-ceng-kok.
Tak terduga di pegunungan sunyi ini mereka bertemu
dengan Peng-tianglo dan tanpa sengaja Cu-in telah
membunuh satu orang pula.
Sejak menjadi Hwesio, selama belasan tahun baru
pertama kali ini ia membunuh orang meski ada juga
pelanggaran yang diperbuatnya, seketika hatinya menjadi
bimbang, ia merasa latihannya selama belasan tahun telah
hanyut ke laut seluruhnya. Dengan pelahan ia menoleh dan
memandang Peng-tianglo dengan mata berapi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
It-teng Taysu tahu saatnya sangat gawat, kalau
mengalangi dia dengan kekerasan, tentu pikiran jahatnya akan
semakin menumpuk dan pada suatu hari pasti akan meluap
laksana air bah yang tidak terbendungkan.
Hanya dengan jalan menimbulkan rasa welas-asih kepada
sesamanya barulah pikiran-jahatnya dapat dilenyapkan dan
menuju ke jalan yang bersih.
Begitulah sambil berdiri di samping Cu-in, pelahan- It-teng
Taysu menyebut:"
"O-mi to-hud!" -Sampai hampir ratusan kali ia menyebut
nama Budha barulah sorot mata Cu-in mulai meninggalkan
tubuh Peng-tianglo, lalu berduduk di tanah dan napasnya
terengah-engah pula.
Sudah sejak dulu Peng-tianglo tahu ilmu silat Kiu Jian-yim
maha hebat, tapi kalau ia dapat dipengaruhi dengan Liap-huntay-
hoat, maka dapatlah dia peralat sesukanya.
Siapa tahu kemana sinar mata It-teng Taysu menyorot,
seketika perasaannya seperti tertekan oleh sesuatu yang
maha berat dan sukar mengeluarkan ilmunya.
Maklumlah, Liap-hun-tay-hoat itu kira-kira serupa dengan
sebangsa ilmu bipnotis atau telepati pada jaman kini, dengan
kekuatan batin untuk mengendalikan pihak lawan, kalau
kekuatan batin lebih kuat daripada dirinya, maka ilmu itu
takkan berhasil sama sekali.
Dalam hal ini pikiran It-teng ternyata lebih kuat daripada
Peng-tianglo sehingga sukar dipengaruhinya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini Peng-tianglo sudah menginsyafi keadaannya yang
berbahaya. ia pikir Hwesio tua yang senantiasa menganjurkan
orang berbuat bajik ini semoga dapat mempengaruhi Kiu Jianyim.
Kalau dirinya melarikan diri sekarang, betapapun pasti
sukar lolos dari kejaran Kiu Jian yim yang Ginkangnya terkenal
maha hebat.
Terpaksa ia meringkik di pojok rumah dengan hati kebatkebit,
pandangannya sekejap saja-tidak berani meninggalkan
gerak-gerik Kiu Jian-yim.
Tidak lama kemudian suara napas Cu-in semakin memburu
pula, tiba-tiba ia berseru: "Suhu, pembawaanku memang
orang jahat, Thian tidak berkenan menerima penyesalanku,
meski aku tidak sengaja membunuh orang, akhirnya
mencelakai juga jiwa orang. Aku tidak mau menjadi Hwesio
lagi."
"Ampun! Ampun Akan kuceritakan pula sebuah kisah
padamu," kata It- teng.
Mendadak Cuin berteriak dengan suara keras:
"Kisah apa lagi? Sudah belasan tahun kau menipu diriku,
aku tak percaya lagi padamu." Krak-krek, tahu-tahu belenggu
pada kaki dan tangannya itu retak dan terlepas.
Dengan suara halus It-teng berkata pula: "Jika perbuatan
yang sudah terlanjur terjadi tidak perlu dirisaukan, jangan kau
sesalkan lagi."
Namun Cu-in lantas berbangkit ia meng-geleng-geleng
kepada It-teng, habis itu ia memutar tubuh dan
menghantamkan kedua tangannya, "blam", tahu-tahu tubuh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Peng-tianglo mencelat dan menumbuk dinding gubuk terus
melayang keluar.
Di bawah pukulan telapak tangan besi yang maha dahsyat
itu jelas otot tulangnya pasti hancur, biarpun jiwanya rangkap
sepuluh juga pasti tamat riwayatnya.
Nyo Ko dan Siao-liong-li juga kaget mendengar suara
gedubrakan yang keras itu, cepat mereka memburu keluar
dari ruangan dalam, terlihat kedua tangan Cu-in terangkat ke
atas, dengan sorot mata bengis ia membentak mereka
berdua: "Apa yang kalian pandang? Satu tidak berbuat, dua
tidak berhenti (artinya kalau sudah telanjur berbuat, ya
sekalian kerjakan saja), hari ini sengaja kuIanggar pantangan
membunuh," Habis berkata, tenaga yang sudah terkumpul
pada kedua tangannya segera akan dihantamkan.
Dengan tenang It-teng Taysu melangkah maju dan
mengadang di depan Nyo Ko berdua, di situ ia berduduk dan
mcngucap Budha, air mukanya kereng, katanya: "Belum jauh
kau tersesat, masih sempat kembali jika kau mau. Cu-in,
apakah benar-benar kau ingin terjerumus ke alam yang tak
tertolong pula."
Wajah Cu-in sebentar merah sebentar pucar kusut sekali
pikirannya, terjadilah pertentangan batin antara baik dari
jahat. Rupanya pikiran jahatnya akhirnya berkobar lebih
hebat, mendadak sebelah tangannya menghantam ke arah Itteng
taysu.
Dengan satu tangan terangkat di depan dada It-teng
menahan serangan itu dengan tubuh rada tergeliat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus, jadi kau benar-benar ingin memusuhi aku?" teriak
Cu-in dengan gusar, menyusul tangan kiri lantas menghantam
pula.
!t-teng tetap" menangkis saja dan tidak balas menyerang.
Dengari gusar Cu-in lantas mendamperat: "Hm, nntuk apa kau
mengalah? Hayolah membalas! Mengapa kau tidak balas
seranganku? Huh apanya yang hebat antara kalian Tang-sia,
Se-tok, Lam-te, Pakkay dan Tiong-sin-thong segala? Belum
tentu kalian mampu menandingi telapak tangan besi orang
she Kiu ini, Hayolah balas, kalau kau tidak balas menyerang,
jangan kau penasaran jika jiwamu melayang percuma."
Meski pikiran Cu-in dalam keadaan kacau tapi ucapannya
itu juga tidak salah, ilmu pukulan telapak tangan besinya
boleh dikatakan mempunyai keunggulannya sendiri
dibandingkan lt-yang-ci yang menjadi andalan It-teng Taysu
itu.
Dalam hal ajaran agama memang It-teng jauh lebih
daripada cukup untuk menjadi guru Cu-in, tapi bicara tentang
ilmu silat, kalau bertempur sekuat tenaga mungkin It teng
lebih unggul setingkat, tapi kalau melulu di hantam tanpa
membalas, lama2 juga pasti akan terluka parah sekalipun
jiwanya tidak melayang.
Akan tetapi It teng sudah bertekad lebih suka
mengorbankan diri untuk menolong orang lain, lebih suka
binasa kena pukulan tangan besi itu daripada balas
menyerang dengan harapan Cu-in akhirnya dapat diinsafkan,
jadinya sekarang mereka tidak lagi bertanding iimu silat atau
tenaga dalam, tapi lebih tepat dikatakan pertarungan antara
pikiran bajik dan pikiran jahat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko dan Siao-liong li menyaksikan pukulan sakti Cu-in
itu terus menerus dilontarkan ke arah It-teng, sampai pada
pukulan ke-14, tertumpas lah darah segar dari mulut It-teng.
"Apakah kau tetap tidak mau membalas?," bentak Cu-in
melengak demi melihat darah yang mengucur dari mulut It
teng itu.
Dengan tersenyum It-teng menjawab: "Untuk apa aku
membalas? Apa gunanya jika kukalahkan kau? Apa pula
paedahnya kalau kau kaIahkan diriku? Yang paling sukar
adalah mengalahkan dirinya sendiri, mengekang perasaannya
sendiri."
Cu-in tampak tertegun dan bergumam: "Mengalahkan
dirinya sendiri, mengekang perasaan sendiri inilah yang
sukar?"
Beberapa kalimat ucapan It-teng itu laksana bunyi geledek
yang menggetar hati Nyo Ko. Pikirnya: "Untuk mengalahkan
kehendak diri sendiri dan mengekang hasrat buruk sendiri
memang jauh lebih sukar daripada mengalahkan musuh yang
tangguh."
Ucapan pendeta agung ini benar-benar sangat tepat dan
bernilai.
Dalam pada itu dilihatnya kedua tangan Cu-in berhenti
sejenak di atas, habis itu terus menghantam pula ke depan.
"Brak", tubuh It-teng terhuyung, darah segar kembali
tersembur keluar, jenggotnya yang putih dan jubahnya sama
berlepotan darah...
Dari caranya menerima serangan lawan serta daya
tahannya, Nyo Ko tahu ilmu silat It-teng asebenarnya terlebih
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tinggi daripada Hek-ih-ceng itu, tapi kalau melulu terima
pukulan saja, biarpun tubuh terbuat dari besi juga akhirnya
akan meleyot.
Kini Nyo Ko luar biasa kagum dan hormatnya kepada Itteng
Taysu, ia tahu It-teng sengaja mengorbankan diri untuk
menginsafkan orang jahat, tapi iapun tak dapat menyaksikan
orang baik seperti lt teng tewas begitu saja, karena itulah ia
lantas mengangkat pedangnya dan mengitar ke samping Itteng,
waktu Cu-in melancarkan pukulan lagi, "sret", iapun
membarengi dengan tusukan pedang.
Guncangan angin pukulan yang dahsyat itu menumbuk
angin pukulan Cu-in, tubuh kedua orang sama tergetar.
Cu-in bersuara heran, tak tersangka olehnya bahwa di
pegunungan sunyi ini ada seorang pemburu muda yang
memiliki ilmu silat setinggi ini. It-teng memandang Nyo Ko
sekejap, hatinya juga heran luar biasa.
"Siapa kau? Apa kehendakmu?" bentak Cu-in dengan
bengis.
"Gurumu memberi nasihat secara baik-baik, mengapa
Taysu tidak mau sadar?" jawab Nyo Ko. "Tidak mau menerima
nasihat sudah keliru, malahan kau membalas kebaikan dengan
kebencian dan melancarkan pukulan keji kepada gurumu.
Manusia macam demikian bukankah jauh lebih rendah
daripada binatang?"
Dengan gusar Cu-in membentak: "Apakah kaupun orang
Kay-pang? Begundal si Tianglo konyol tadi?"
"Kedua orang ini memang orang busuk Kay-pang" jawab
Nyo Ko dengan tertawa, "Bahwa Taysu telah membinasakan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mereka, menumpas kejahatan sama dengan berbuat
kebajikan, mengapa engkau merasa menyesal?"
Untuk sejenak Cu-in melengak, lalu menggumam:
"Menumpas kejahatan sama dengan berbuat kebajikan...
menumpas kejahatan sama dengan berbuat kebajikan..."
Setelah mengikuti percakapan It-teng dan Cu-in tadi,
lapat-lapat Nyo Ko sudah paham isi hati mereka yakni lantaran
Cu-in merasa menyesal sehingga timbul rasa benci, dari benci
lantas timbul pikiran jahat.
Maka ia lantas berkata pula: "Kedua orang itu adalah
anggota khianat Kay-pang, yang berkomplot dengan pihak
musuh dan bermaksud menjual tanah air kita kepada bangsa
lain, sekarang Taysu membunuh mereka, ini adalah pahala
yang maha besar. Kalau kedua orang ini tidak mati, entah
betapa orang baik-baik akan menjadi korban kejahatan
mereka"
Cuin merasa ucapan Nyo Ko itu sangat tepat, perlahanlahan
ia menurunkan tangannya yang siap menghantam itu.
Tapi segera teringat olehnya dahulu dirinya juga pernah
bekerja bagi kerajaan Kim dan pernah membantu bangsa
asing itu menjajah negerinya sendiri, jadi ucapan Nyo Ko itu
tiada ubahnya seperti mencaci maki kesalahannya itu,
mendadak pukulannya dilancarkan ke arah Nyo Ko sambil
membentak: "Kau mengaco-balo apa, binatang cilik?"
Tadinya Nyo Ko menyangka ucapannya tadi telah
membangunkan hati nurani Cu-in, siapa duga mendadak
orang malah melancarkan serangan maut, serangan yang
cepat lagi keji itu dalam sekejap saja sudah sampai di depan
dadanya, dalam keadaan gawat ia tidak sempat
menangkisnya, terpaksa ia ikuti daya pukulan musuh dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melompat mundur, "blang-blang" dinding papan rumah ambrol
dan tubuh Nyo Ko mencelat keluar rumah.
lt-teng Taysu terkejut, pikirnya: "Apakah pemuda ini akan
binasa begitu saja? tampaknya ilmu silatnya juga tidak
rendah."
Pada saat lain, mendadak api unggun yang berkobar di
dalam rumah itu menyurut gelap, lubang dinding yang ambrol
itu dihembus angin keras, tahu-tahu Nyo Ko melayang masuk
lagi sambil menusukkan pedangnya ke arah Cu-in dengan
membentak: "Baik, hari ini boleh kita coba-coba ukur tenaga."
Rupanya Nyo Ko tadi dapat mundur lebih cepat daripada
tenaga pukulan musuh, dengan menumbuk ambrol dinding
rumah, dapatlah ia terhindar dari pukulan maut itu. Kini
pedangnya menusuk lurus ke depan kekuatan yang dahsyat
dan sukar di tahan. Cu-in memukulkan tangannya agar tenaga
pukulan dapat mengguncang pergi daya tusuk Nyo Ko itu.
Tak disangkanya bahwa ilmu pedang Nyo Ko ini adalah
ajaran Tokko Kiu-pay yang tiada tandingnya, apalagi sudah
digembleng di tengah air bah serta tambahan tenaga dari
buah merah dibantu pula oleh rajawali sakti, kini ilmu pedang
yang dikuasi Nyo Ko sudah tiada ubahnya seperti kesaktian
Tokko Kiu-pay dahulu, maka telaga pukulan Cu-in itu hampir
tiada artinya bagi Hyo Ko, pedang anak muda itu masih tetap
menyelonong ke depan.
Keruan Cu-in kaget, cepat mengelak agar tubuhnya tidak
tertembus.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah bergebrak barulah sama-sama mengetahui ilmu
silat pihak lawan memang sangat lihay dan tidak berani lagi
meremehkan musuh, It teng terheran-heran menyaksikan
semua itu, ia pikir usia anak muda ini paling-paling baru
Iikuran, tapi ternyata mampu menandingi ilmu pukulan tangan
besi Kiu Jian-yim yang pernah menggetarkan dunia kangouw
di masa lampau, malahan gaya ilmu pedang anak muda ini
tidak diketahui berasal dari aliran mana meskipun pengalaman
sendiri tergolong sangat luas, lebih-lebih pedangnya yang
hitam berat itu jelas merupakan senjata yang aneh pola.
Bahkan Siao-liong-li yang cantik molek itu mengikuti
pertarungan itu di samping dengan tenang-tenang saja, diamdiam
iapun yakin nona ini pasti juga tokoh yang lain daripada
yang lain, Ketika ia mengawasi lebih teliti, dilihatnya diantara
dahi si nona samar-samar bersemu hitam, tanpa terasa ia
bersuara kaget.
Siao-liong-li tersenyum melihat sikap It-teng Taysu itu,
katanya: "Oh, kau sudah tahu?"
Dalam pada itu pertarungan Nyo Ko lebih beruntung dalam
hal senjata sebaliknya Cu-in lebih banyak sebuah lengan,
jadinya seimbang. Terdengai pula suara "blang", papan kayu
jebol sebuah, menyusul "krek" sekali, tiang rumah patah
sebuah, padahal luas rumah itu sudah kecil bangunan kurang
kukuh pula, betapapun tidak mungkin digunakan sebagai
arena pertarungan dua tokoh kelas wahid, ke mana serangan
mereka tiba, di situ papan kayu bertebaran, akhirnya
terdengarlah suara gemuruh, sebuah tiang patah lagi serentak
atap rumah lantas ambruk.
Cepat Siao-liong-li pondong Kwe Yang dan menerobos
keluar melalui jendela, Di luar salju masih turun dengan
lebatnya dengan angin yang menderu, Nyo Ko dan Cu-in telah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengobrak-abrik kedua rumah gubuk itu secara mentahmentah
dan pertandingan tetap berlangsung dengan
sengitnya di bawah badai salju.
Sudah belasan tahun Cu-in tidak pernah bertempur
sesengit ini dengan orang, saking bersemangat nya pukulan
telapak besinya yang dahsyat itu disertai pula dengan raungan
yang keras. Sampai ratusan jurus, tenaga pedang pusaka Nyo
Ko itu ternyata semakin berat, karena usia Cu-in memang
sudah lanjut, lambat-laun ia merasa kewalahan untuk
menahannya.
Ketika Nyo Ko menusuk lagi dari depan, Cu-in, lantas
menggeser ke samping. Tapi pedang Nyo Ko lantas menyapu
sehingga menimbulkan angin keras dengan hamburan salju
menyambar ke muka Cu-in. Karena matanya tertutup bunga
salju, cepat Cu-in mengusap mukanya. Pada saat itulah
pedang Nyo Ko terus memutar dari atas dan menempel di atas
pundak Cu-in.
Seketika Cu in merasa seperti ditindihi oleh benda yang
beribu kati beratnya dan tidak sanggup berdiri tegak, ia jatuh
telentang, Ujung pedang Nyo Ko terus mengancam di dada
lawan, biarpun ujung pedang itu tidak tajam, tapi beratnya tak
terperikan sehingga Cu-in merasa sesak napas.
Pada saat demikian sekilas terbayang "mati" dalam benak
Cu-in. Sejak dia menjadi gembong Tiat-ciang-pang dan
malang melintang di dunia Kangouw, selamanya dia hanya
membunuh dan mencelakai orang, jarang sekali mengalami
kekalahan, biarpun pernah dikalahkan Ciu Pek-thong dan lari
ke wilayah barat, akhirnya dia juga dapat menggertak lari si
Anak Tua Nakal itu, sekarang ia merasakan ajalnya sudah
dekat pintu gerbang neraka, inilah belum pernah dialaminya
selama hidup, mau-tak-mau timbul rasa penyesalannya, kalau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tamat begini saja riwayatnya, ia merasakan segala dosa yang
pernah diperbuatnya menjadi tak bisa ditebus lagi.
Selama ini kuliah It-teng Taysu tidak dapat membuka
pikirannya yang gelap, kini ancaman pedang Nyo Ko ternyata
merupakan bunyi guntur yang dapat memecahkan segala
persoalan dan seketika membuatnya teringat, ternyata begini
mengenaskan kalau dibunuh orang, jika begitu orang-orang
yang pernah kubunuh dahulu tentu juga mengenaskan seperti
ini.
Diam-diam It-teng sangat kagum menyaksikan Nyo Ko
akhirnya dapat menaklukkan Cu-in, segera ia melangkah
maju, jarinya menyelentik pelahan pada batang pedang,
seketika Nyo Ko merasa lengan kiri kesemutan, pedang lantas
bergetar ke samping, serentak Cu-in melompat bangun dan
menjura kepada It-teng sambil berseru. "Suhu, dosa Tecu
pantas dihukum mati!"
It-teng tersenyum dan meraba punggungnya, katanya:
"Tidaklah mudah kau dapat menginsafl segalanya, kau harus
berterima kasih kepada anak muda ini."
Tadinya Nyo Ko juga sudah sangsi kalau Hwe-sio tua
beralis putih ini adalah It-teng Taysu, setelah pedangnya
terselentik ke saraping, tanpa sangsi lagi akan dugaannya,
sebab soal tenaga jari sakti pada jaman ini selain Ui Yok-su
hanya It-yang-ci saja yang dapat mengimbanginya dan tokoh
nomor satu It-yang-ci tiada lain adalah It-teng Taysu, segera
iapun menyembah dan berkata:
"Tecu Nyo Ko memberi salam hormat kepada Taysu." -
Dilihatnya pula Cu-in mendekatinya dan menjura padanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cepat ia membalas hormat dan berkata: "Wah, mana
kuberani terima penghormatan sebesar ini, Locian-pwe," Lalu
ia tuding Siao-liong-li dan menambahkan pula: "lni adalah
isteriku she Liong, Eh,liong-ji, lekas memberi hormat kepada
Taysu."
Dengan ber-gegas2 Siao-libng-li melangkah maju dengan
memondong Kwe Yang serta memberi hormat.
"Kedua rumah ini sungguh malang sehingga kitapun tiada
tempat berduduk untuk ber-bincang2" kata It-teng dengan
tertawa.
"Tadi pikiran Tecu menjadi gelap dan hilang akal, apakah
luka Suhu berbahaya?" tanya Cu-in.
"Kau sendiri apakah sudah sehat?" tanya It-teng sambil
tersenyum.
Cu-in merasa sangat menyesal dan tidak tahu apa yang
harus diucapkan, ia coba menegakkan tiang rumah gubuk itu,
dinding papan dibetulkan sehingga sekedarnya sebuah gubuk
dapat didirikan kembali sekadar tempat bernaung, sementara
itu Nyo Ko juga menceritakan pengalamannya berkenalan
dengan Bu Sam-kong dan Cu Cu-liu serta terkena racun di
Coat-ceng-kok, lalu Paderi Hindu dan Cu Cu-liu berusaha
mencarikan obat baginya.
"Kedatangan kami berdua ini justeru hendak pergi ke
Coat-ceng-kok," tutur It-teng Taysu, "Apakah kau tahu
hubungan Cu-in Hwesio ini dengan penguasa wanita Coatceng-
kok itu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena beberapa kali mendengar Peng-tianglo dan Cu-in
menyebut "Kiu-pangcu", maka Nyo Ko lantas bertanya:
"Apakah asalnya Cu-in Taysu she Kiu, yaitu Kiu-pangcu dari
Tiat-ciang-pang dahulu?" - Ketika dilihatnya Cu-in
mengangguk pelahan, lalu ia berkata pula padanya: "Jika
kegitu penguasa wanita Coat ceng-kok itu adalah adik
perempuanmu."
"Benar," jawab Cu in, "apakah adik perempuanku baik-baik
saja?"
Nyo Ko merasa sukar untuk menjawabnya.
Kaki dan tangan Kiu Jian-jio telah dibikin cacat oleh sang
suami, jadi bagaimanapun tak dapat dikatakan "baik."
Melihat anak muda itu ragu-ragu menjawabnya, Cu-in
berkata pula: "Adik perempuanku itu suka menuruti adatnya
sendiri, kalau dia mengalami sesuatu juga tidak perlu
diherankan."
"Adikmu hanya cacat tangan dan kaki saja, badannya sih
sehat2 saja," kata Nyo Ko.
Cu-in menghela napas, katanya: "Selang sekian tahun,
semua sudah tua..., biasanya dia cuma akur dengan Toako
kami saja..." sampai disini ia lantas termangu-mangu
mengenang masa lampau
It-teng Taysu tahu pikiran Cu-in belum bersih dari urusan
kehidupan manusia, kalau tadi dia menyesal dan insaf adalah
karena menghadapi detik antara mati dan hidup, maka pikiran
jahatnya mendadak lantas Ienyap, padahal pikiran jahat dalam
benaknya belum hilang sampai akarnya, kelak kalau
terpengaruh lagi daya kuat dari luar mungkin penyakitnya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
akan kambuh lagi dan sukarlah dibayangkan apakah kelak
mampu mengatasinya atau tidak.
Melihat It-teng memandangi Cu-in dengan sorot mata
yang kasihan, tiba-tiba Nyo Ko merasa tindakannya tadi bisa
jadi malah membikin urusan semakin runyam, maka ia lantas
bertanya: "Taysu, tindakanku yang bodoh tadi apakah salah,
mohon Taysu memberi petunjuk."
"Hati orang sukar dijajaki, seumpama aku dihantam mati
olehnya juga belum tentu dia akan sadar dan mungkin malah
kejeblos lebih dalam," jawab It-teng. "Yang jelas kau telah
menyelamatkan jiwaku, mana bisa salah? Sungguh aku sangat
berterima kasih padamu."
Lalu dia berpaling jkepada Siao-liong-Ii dan berianya:
"Cara bagaimana nyonya ini terkena racun?"
Mendengar pertanyaan itu, seketika Nyo Ko rSeperti
melihat setitik sinar harapan dalam kegelapan, cepat ia
menjawab: "Dia terluka dan waktu itu sedang berusaha
dengan penyembuhan melancarkan urat nadi, tak terduga
pada saat yang gawat itu mendadak terserang rahasia
berbisa, Apakah Taysu sudi menaruh belas kasihan dan
menolong jiwanya?"
Habis berkata tanpa terasa ia berlutut lagi di hadapan Itteng
Taysu.
It-teng membangunkan anak muda itu dan berkata: "Cara
bagaimana penyembuhan dengan melancarkan urat nadi itu
dilakukan?"
"Dia mengerahkan tenaga dalam secara terbalik berbaring
di dipan kemala dingin serta ditambah bantuanku," tutur Nyo
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ko serta menceritakan secara ringkas apa saja yang telah
dilakukannya.
Maka pahamlah It-teng, berulang2 ia menyatakan rasa
herannya, ia coba memegang nadi pergelangan tangan Siaoliong-
li, lalu kelihatan sedih tanpa membeli keterangan.
Dengan termangu-mangu Nyo Ko juga memandangi Itteng
dengan penuh harapan dari mulut Hwesio agung itu akan
bercetus ucapan: "Dapat ditolong", sedangkan pandangan
Siao-liong-li terarahkan kepada Nyo Ko, sudah sejak mula tak
terpikir olehnya bahwa jiwanya dapat bertahan sampai
sekarang, maka ia coba menghibur Nyo Ko yang kelihatan
menanggung sedih tak terkatakan itu:
"Ko-ji, hidup atau mati sudah ditakdirkan mana bisa
dimohon secara paksa, untuk ini hendaklah kau dapat berpikir
panjang dan jangan terlalu merisaukannya."
Baru pertama kali ini It-teng Taysu mendengar Siao-liongli
buka suara, sama sekali tak terpikir olehnya bahwa
perempuan muda seperti ini dapat bicara seterang itu,
biasanya setiap orang pasti cemas dan sedih menghadapi
persoalan mati hidup sendiri, tapi ucapan Siao-liong-li tadi
seakan-akan seorang alim yang sudah tinggi ibadatnya, mati
seakan2 pulang saja.
Diam-diam It-teng memuji sepasang muda-mudi ini
sungguh manusia luar biasa, yang lelaki sangat hebat ilmu
silatnya, yang perempuan memiliki ketinggian batin yang tiada
bandingannya, Cuma sayang, karena racunnya sudah merasuk
terlalu dalam, aku sendiripun terluka dan tak dapat
menggunakan ilmu jari sakti It-yang-ci. Setelah berpikir
sejenak, lalu ia berkata: "Meski usia kalian berdua masih
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
muda, tapi sudah memiliki kebatinan yang tinggi, biarlah
kukatakan terus terang saja...."
Mendengar sampai di sini, hati Nyo Ko serasa tertekan,
kedua tanganpun terasa dingin.
"Racun dalam tubuh nyonya memang sudah mendalam,"
demikian It-teng menyambung, "kalau saja aku tidak terluka,
dapat kubantu menyetop bekerjanya racun dengan lt-yang ci,
habis itu berusaha mencarikan obat mujarab baginya, tapi
sekarang ya, untung Lwekang nyonya sudah terlatih amat
tinggi, akan kuberi lagi satu biji obat ini, setelah diminum
dapat di jamin selama tujuh hari tujuh malam takkan terjadi
alangan apapun, Kita segera berangkat pula ke Coatceng-kok
untuk mencari Suteku".
"Benar." seru Nyo Ko sambil berdiri. "Memang kepandaian
mengobati keracunan rahib sakti Hindu itu maha hebat, beliau
pasti mempunyai cara pengobatannya."
"Andaikan Suteku juga tidak mampu menolongnya, maka
anggaplah memang sudah takdir" kata It-teng. "Di dunia ini
banyak anak-anak yang belum lama dilahirkan sudah lantas
mati pula, sedangkan nyonya sudah menikah barulah
mengalami kejadian ini sehingga tidak dapat dikatakan pendek
umur."
Selesai berkata, lt-teng lantas termenung karena teringat
kepada anak yang dilahirkan selirnya yaitu Lau-kwi hui, hasil
hubungan gelap selir itu dengan Ciu Pek-thong, akibat
dendam dan cemburu dirinya dan berkeras tidak mau
mengobati anak itu dengan It-yang-ci, akhirnya bocah itupun
meninggal sedangkan orang yang menyerang anak itu bukan
lain daripada Cu-in Hwesio ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dahulu It-teng juga tidak tahu bahwa Cu-in memukul anak
itu, baru diketahui setelah Kiu Jian-yim alias Cu-in itu
mengangkat dia sebagai gurunya serta mengaku semua dosa
yang pernah diperbuatnya. Namun satu katapun It-teng tidak
menyesali Cu-in, cuma dalam lubuk hatinya tidak urung timbul
semacam perasaan bahwa nasib jelek sendiri adakah karena
gara-gara perbuatan Cu-in itu.
Begitulah dengan mata terbelalak Nyo Ko memandangi Itteng
Taysu, pikirnya: "Dapat tidak mengobati Liong-ji belum
bisa dipastikan, tapi mengapa engkau sama sekali tidak
menghibur sepatah katapun"
Dalam pada itu Siao-liong-li hanya tersenyum tawar saja
dan mengiakan setiap ucapan It-teng Taysu, Tiba-tiba It teng
mengeluarkan sebutir telur ayam dan diserahkan kepada Siaoliong-
li, katanya: "Coba katakan, ada ayam lebih dulu atau
telur ada lebih dulu."
Ini memang teka-teki yang belum terpecahkan, Nyo Ko
menjadi heran dalam keadaan begini si Hwesio tua ini sempat
bertanya soal yang tidak penting ini.
Siao-liong-li lantas menerima telur ayam itu, ketika
diperiksa ternyata bukan telur ayam biasa melainkan tiruan
terbuat dari porselen, baik warna maupun besarnya serupa
dengan telur asli. Setelah berpikir sejenak Siao-liong-li lantas
tahu maksud orang, katanya: "Telur menetaskan ayam, ayam
besar bertelur, kalau ada lahir tentu juga ada mati."
Segera ia pencet telur itu dan tertampaklah satu biji obat
warna kuning di dalamnya mirip kuning telur.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Lekas diminum," kata lt-eng, taysu.
Tanpa pikir Siao-Hong-ii terus memasukkam obat itu ke
mulut, ia tahu obat itu pasti sangat berharga.
Esok paginya hujan salju masih belum mereda.
m :-
Nyo Ko pikir jarak dari sini ke Coat-ceng-kok tidak dekat,
meski It-teng Taysu menyatakan obatnya dapat
mempertahankan jiwa Siao-liong li selama tujuh hari tujuh
malam, untuk mencapai lembah itu masih harus menempuh
perjalanan secepatnya baru dapat tiba tepat pada waktunya.
Maka ia lantas berkata: "Taysu, apakah lukamu sendiri tidak
beralangan?"
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru