Kamis, 20 April 2017

Cerita Silat ke 28 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti

Cerita Silat ke 28 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cerita Silat ke 28 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
kumpulan cerita silat cersil online
Cerita Silat ke 28 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
"Tapi pasukan Mongol yang mengarah ke kota Siangyang
kita ini dalam waktu singkat ini sudah akan datang." demikian
Ui Yong melanjutkan "maka persoalan pribadi jangan dipikir,
urusan perkumpulan kami untuk sementara ditangguhkan,
nanti saja dibicarakan lagi setelah musuh kita gempur
mundur."
Seketika bersoraklah para hadirin memuji kebijaksanaan Ui
Yong yang mengutamakan kepentingan umum daripada
urusan pribadi.
"Cuma saja anggota perkumpulan kami yang beratus ribu
banyaknya tersebar luas diseluruh pelosok..." demikian Ui
Yong menyambung. "ibarat naga tanpa kepala, maka perlu
harus diangkat dulu-seorang pangcu baru. Dan pada
kesempatan inilah kita memilih seorang yang memenuhi
syarat, seorang patriot komplit sebagai Pangcu perkumpulan
kita. Adapun caranya memilih baiklah silakan Nio-tianglo saja
untuk menerangkannya."
Segera Nio tianglo melompat ke atas panggung, Walaupun
Nio-tianglo sudah tua, rambutnya penuh beruban, tapi
dadanya membusung, semangatnya menyala-nyala, gaya
lompatnya juga gesit dan cekatan, suatu tanda betapa tinggi
ilmu silatnya, maka semua orangpun bersorak memuji.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Menunggu setelah suara sorak sorai itu mereda barulah
kemudian Nio-tianglo buka suara keras-keras: "Kepintaran
bekas Ui-pangcu tiada bandingannya, apa yang dia katakan
barusan pasti tidak salah. Tapi beliau sendiri merasa sungkan
hingga kami yang terdiri dari empat Tianglo serta delapan
murid berkantong delapan telah disuruh berunding untuk
memutuskan. Kini sesudah kami berunding setengah harian,
akhirnya dapat juga dikemukakan suatu usuI."
Seketika suasana dibawah panggung menjadi sunyi
senyap, semua orang sama ingin mendengarkan apa yang
akan diumumkan tertua Kay-pang itu.
"Menurut pendapat kami," demikian Nii tianglo
melanjutkan "anak murid Kay-pang tersebar diseluruh jagat,
walaupun bukan orang pandai dan tiada berguna, tapi jumlah
orangnya tidak sedikit, hendak memimpin sejumlah orang ini,
tepat seperti apa yang dikatakan bekas Ui-pangcu tadi bahwa
harus dipilih seorang "patriot-komplit".
Kini yang hadir disini semuanya adalah orang gagah
terkenal di Kangouw, siapa saja yang sudi menjadi pemimpin
perkumpulan kami pasti akan kami sambut dengan gembira.
Cuma para ksatria terlalu banyak untuk memilih juga susah,
sebab itulah kami 12 orang lantas menentukan suatu cara
yang bodoh," yakni silakan para ksatria suka unjuk kepandaian
di atas panggung, siapa lebih kuat dan mana yang lemah biar
kita saksikan bersama.
Cuma harus dijelaskan lebih dulu bahwa pertandingan
nanti hendaklah berakhir asal salah sepihak sudah tertutuk
saja, sebab bila sampai ada orang terluka atau jiwa melayang
sungguh perkumpulan kami yang akan berdosa dan bikin
perasaan tidak enak.. Oleh sebab itulah, bila diantara
saudara2 ada yang dendam segala, se kali2 tak boleh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
diselesaikan diatas panggung sini, bila ketentuan ini tidak
diturut, itu berarti sengaja mengacau perkumpulan kami,
tatkala itu hendaklah jangan menyalahkan kami jika terpaksa
diambil tindakan."
Ketika berkata sampai terakhir ini, sinar mata Nio tianglo
menyorot tajam kesekitar hadirin sekalian. Nio-tianglo tahu
bahwa dalam keadaan bertanding dan saling unjuk kemahiran
masing-masing tentu tak mau saling mengalah hingga bakal
ada yang terluka atau mati.
Tapi kini saatnya lagi genting menghadapi musuh dari
luar, bukankah berbalik bila terjadi saling bunuh dulu diantara
bangsa sendiri? Sebab itulah Nio-tianglo memperingatkan
sungguh-sungguh dengan maksud agar orang jangan ambil
kesempatan itu untuk balas dendam perseorangan itu. bila
terjadi, tentu beramai-ramai orang akan mengerubutnya.
Mendengar uraian Nio-tianglo itu, keadaan di bawah
panggung menjadi sunyi. Kiranya umumnya jago tua tentunya
sudah lama punya kedudukan ketua atau pemimpin aliran
masing-masing dan tidak mungkin tampil kemuka untuk rebut
jabatan Pangcu dari Kay-pang, hanya orang-orang muda
dibawah umur 40 usianya yang berdebar-debar ingin sekali
coba-coba mengadu tenaga diatas panggung.
Tapi mengingat harus bertanding dihadapan beribu orang
itu dan harus menundukkan anggota2 Kay-pang yang beribu2
banyaknya itu, sesungguhnya bukanlah suatu hal yang
mudah.
Karena itulah, sehabis Nio-tianglo bicara tiada seorangpun
yang tampak melompat keatas panggung.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kecuali beberapa tokoh Locianpwe, ksatria seluruh jagat
dan orang-orang kosen semuanya berada disini, asal ada yang
berminat terhadap perkumpulan kami, bolehlah silakan naik
panggung," demikian Nio tianglo berseru lagi dengan suara
keras.
"Dan diantara enam murid perkumpulan kita sendiri bila
ada yang merasa yakin kepandaiannya tahan diuji, beleh juga
naik panggung, sekalipun seorang murid berkantong empat,
boleh jadi selama ini ia sengaja menyembunyikan diri hingga
tiada yang mengetahui kegagahannya"
Setelah Nio tianglo mengulangi beberapa kali
undangannya itu, kemudian barulah terdengar suara bentakan
seorang yang keras bagai guntur. "Akulah yang dalang!"
Menyusul itu, cepat sekali seorang melompat keatas
panggung.
Setelah melihat jelas orang itu, seketika para hadirin
terkejut, ternyata tubuh orang ini kekar tegap luar biasa, berat
badannya sedikitnya ada 300 kati. Saking beratnya ketika naik
keatas panggung, papan panggung yang dipasang sangat kuat
itupun terasa tergetar.
Orang itu berjalan ke depan panggung, tanpa pakai
menghormat segala, sebaliknya kedua tangannya menolak
pinggang terus berkata: "Aku bernama Tong Tay-hai, berjuluk
Jian-kio-tong (wajan seribu kati), jabatan pangcu aku tidak
kepingin, tapi siapa yang ingin bergebrak dengan aku boleh
silakan naik sini."
Mendengar itu, hati semua orang menjadi senang, dari
lagak- lagu nya teranglah seorang tolol atau dogol.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tong-toako," segera Nio-tianglo menyapa, panggung
yang kita buka hari ini bukanlah panggung Lui-tay (panggung
bertanding silat). jika sekiranya Tong-toako tidak suka menjadi
pangcu perkumpulan kami, harap turun saja."
"Tidak sudah terang ini adalah Lui-tay, kenapa bilang
bukan?" sahut Tong Tay hai menggeleng kepala, "Jika kau
melarang berkelahi kenapa kau tadi ber kaok2 suruh orang
naik panggung?"
Selagi Nio-tianglo hendak menjelaskannya, tiba-tiba Tong
Tay- hai berkata lagi: "Baiklah, jika yang hendak berkelahi
dengan aku juga boleh."
Habis ini, kepalannya segera menjotos ke muka Nio
tianglo.
Lekas Nio-tiangto melompat mundur menghindarkan
serangan itu, dengan tertawa katanya: "Ah, beberapa
tulangku yang tua ini mana sanggup menahan sekali
hantaman Tong-toako?"
"Memangnya aku sudah menduga kau tak berguna, maka
lebih baik lekas menyingkir," ujar Tong Tay-hai dengan
tertawa.
Namun belum habis suaranya, tiba-tiba suatu bayangan
berkelebat diatas panggung tahu-tahu sudah berdiri seorang
pengemis yang berbaju compang-camping.
Pengemis ini berusia 30-an, dibelakang punggungnya
menggemblok enam buah kantong kain, ialah cucu murid Niotianglo,
Biasanya si jembel ini sangat menghormat pada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kakek-guru itu, kini melihat Jian-kin-teng Tong Tay-bai berani
kurang ajar terhadap kakek-gurunya, tak tahan lagi rasa
gusarnya dan segera melompat keatas panggung, segera ia
berkata dengan dingin: "Kakek-guruku tak nanti sudi
bergebrak dengan seorang angkatan muda, Tong-toaco, lebih
baik aku menjajal kau tiga kali jotosan saja!"
"Bagus!" sambut Tong Tay-hai. Dan tanpa bertanya nama
orang lagi, kepalannya sebesar mangkok itu terus saja
menghantam ke dada orang sambil membentak: "Awas,
pukulan!"
Tak terduga mendadak pengemis itu memutar tubuh dan
melangkah setindak kedepan, karena itu pukulan Tong Tay-hai
itu tepat mengenai kantong kain yang berada dipunggungnya
hingga mengeluarkan suara "bluk".
Ketika pukulannya mengenai-isi kantong orang hingga rasa
kepalannya mengenai barang licin dan lunak, Tong Tay-hai
menjadi heran. "Barang apakah di dalam kantongmu itu?"
segera ia membentak.
"Biasanya kaum pengemis suka menangkap apa?" sahut si
jembel itu dingin.
Seketika Tong Tay-hai terkejut dan berseru: "Hah! Ular...
ular..."
"Ya, memang benar ular!" sahut pengemis itu.
Membayangkan kepalannya tadi, tanpa terasa Tong Tayhai
menjadi ngeri, maka waktu pukulan kedua dilontarkan
sekarang ia mengarah muka orang...
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siapa tahu pengemis itu lantas melompat ke atas dan
memutar tubuh sedikit habis itu, turunnya ke bawah kembali
ia sodorkan punggung ke depan orang.
Karena kuatir kepalan sendiri kena digigit ular yang terisi
dalam kantong lawan atau pakaiannya mengenai taring ular
yang berbisa, maka Tong Tay-hai cepat menarik kembali
pukulannya itu, ia berganti tipu dan mendadak menendang
keselangkangan lawan.
Melihat orang jeri, si jembel itu diam-diam geli, sengaja ia
jatuhkan diri dan sedikit membalik hingga kembali kantongnya
yang disodorkan pada kaki orang.
Keruan Tong Tay-hai ketakutan, ia berseru kaget sambil
berjingkrak. padahal ular yang berada dalam kantong itu
sangat jinak, taring berbisa juga sudah dicabut.
Dan pada saat itulah mendadak pengemis itu melompat
maju dan secepat kilat dada Tong Tay-hai dicengkeram nya
terus diangkat tinggi2 ke atas sambil berteriak: "Nah, ini
namanya Cohpa-ong (nama seorang raja yang kuat)
mengangkat Jian kie teng!"
Dalam keadaan gugup tadi Tong Tay-hai telah kena
dicengkeram "ci kiong-hiat" di dadanya, seketika tubuhnya
menjadi lemas tak bisa berkutik, sungguhpun rasa gusarnya
tidak kepalang, tapi tak dapat berbuat apa-apa.
Tong Tay-hai berjuluk Jian-kin-teng (wajan seribu kati),
tapi kini "wajan" itu diangkat orang tinggi2, maka seketika
pecahlah gelak-tawa penonton.
"Lekas lepaskan, jangan kurang sopan!" cepat Nio-tianglo
membentak cucu-muridnya itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka cepat si jembel itu meletakkan Tong Tay hai ke atas
panggung, lalu melompat turun ke bawah dan menghilang di
antara orang banyak.
Dasar Tong Tay-hai ini memang dogoI, dengan muka
merah padam ia menuding ke bawah panggung sambil
mencaci-maki: "Pengemis bangsat, hayolah jika berani maju
lagi! Main sembunyi2, termasuk orang gagah macam apa?
Hayolah maju pengemis busuk? pengemis sialan!"
Terus menerus ia memaki pengemis, padahal di bawah
panggung itu terdapat beribu anggota Kay-pang, tapi karena
merasa lucu, maka tiada orang menggubrisnya.
Pada saat itulah mendadak bayangan seorang melayang
ke atas panggung dengan enteng sekali ketika kaki kirinya
menancap tepi panggung,tiba-tiba tubuh orang itu terhuyunghuyung
seakan-akan merosot jatuh.
sungguhpun orangnya dogol tapi hati Tong tai-hai ternyata
baik, ia berveru."Eh, hati-hati...!"
Dia berlari maju hendak menarik orang, tapi ternyata
melesetlah dugaannya, ia tidak tahu bahwa orang itu sengaja
pamerkan ilmu silatnya yang tinggi dihadapan orang banyak,
ketika tangan Tong Tay-hay memegang lengan kiri orang itu,
mendadak orang itu mcmbaliki tangan terus diayun dengan
gerakan Kim-na-jiu-hoat (ilmu mencekal dan raenawan)
hingga tanpa kuasa lagi tubuh Tong Tay-hai segede kerbau itu
melayang keluar panggung dan jatuh terbanting di tanah.
Waktu semua orang mengamati orang itu, ternyata
pakaiannya rajin bersih, alisnya panjang dan matanya jeli,
kiranya adalah muridnya Kwe Cing, Bu Siu-bun adanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Menyaksikan muridnya mengunjukkan tipu gerakan yang
meski gayanya sangat bagus, tapi terlalu sombong, sekali-kali
bukan, perbuatan seorang jujur, maka dalam hati Kwe Cing
menjadi kurang senang.
Betul saja, dibawah panggung segera banyak suara
gerondelan orang yang tidak setuju, berbareng dari kanan-kiri
bergema tiga suara orang: "Kepandaian bagus! Marilah kita
belajar kenal berapa jurus!"
"Macam apakah cara itu?"
"Orang bermaksud baik menarik kau tapi kau malah
membantingnya, benar-benar kurang pantas!"
Dan berbareng itu tiga orang sudah melompat keatas
panggung.
ilmu silat Bu Siu-bun adalah ajaran Kwe Cing dan Ui Yong,
pula mempunyai dasar kepandaian, yaitu mendapat pelajaran
dari sang ayah, Bu Samthong serta It-yangci" yang
diperolehnya dari sang Susiok, Cu Cu-liu, Kini kepandaiannya
dalam angkatan muda sudah boleh dikatakan kelas
terkemuka.
Melihat tiga lawan datang sekaligus, diam-diam ia
bargirang, pikirnya: "Ha, kebetulan aku kalahkan tiga orang ini
barulah dapat menunjukkan betapa lihay ilmu silatku."
Kuatir ketiga orang itu akan menempurnya secara
bergiliran, maka tanpa berkata lagi segera ia mendahului
bergerak, dalam sekejap saja ia sudah melontarkan serangan
masing-masing sekali kearah tiga lawan itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketiga orang itu belum lagi berdiri tegap di atas panggung,
tapi datang2 lantas diserang, dalam gugupnya lekas-lekas
mereka menangkis, namun kerepotan juga.
Siu-bun tidak tunggu lawan ada kesempatan berpikir,
cepat kedua tangannya susul-menyusul menyerang pula
hingga satu mengurung tiga di-tengah-tengah, ia sendiri
berada dilingkaran luar mengitar kian kemari secepat terbang,
sebaliknya ketiga orang yang tergencet di-tengah-tengah
menjadi saling desak hingga gerak-gerik mereka kurang
leluasa.
Menyaksikan itu, para pahlawan di bawah panggung
seketika terkejut, semuanya berpikir "Nyata nama Kwe tayhiap
yang menggetarkan kolong langit ini memang bukan omong
kosong belaka, buktinya muridnya saja sedemikian lihaynya."
Ketiga orang yang terkurung ditengah ini satu-sama-lain
tidak kenal, lebih-lebih tak paham dari aliran mana ilmu silat
masing-masing, kini kena dikurung Siu bun, seketika mereka
susab bergerak dan tak dapat saling membantu, sebaliknya
malah terasa saling merintangi.
Berapa kali ketiga orang itu hendak menerjang keluar, tapi
selalu tertahan oleh pukulan-pukulan Bu Siu-bun yang ber
tubi2 bagai hujan.
Melihat sang suami sudah berada diatas angin, tentu saja
dalam hati Wanyan Peng sangat girang, sebaliknya Kwe Hu
lantas berkata: "Ah, tiga orang goblok ini sudah tentu bukan
tandingan engkoh-Bu kecil, padahal buat apa dia pamer
kegagahannya sekarang hingga banyak membuang tenaga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
saja, kalau sebentar ada jago kuat naik panggung, bukankah
akan susah menandinginya?"
Wanyen Peng berperangai halus, maka ia hanya
tersenyum saja tanpa menjawab.
Sebaliknya Yalu-Yen adalah seorang berhati lugu dan tidak
pantang omong, meski Kwe-Hu adalah enso (isteri kakaknya),
tapi kedua orang sering adu mulut, kini mendengar kata-kata
enso ini, dapatlah ia menduga maksud hati orang, maka
katanya: "Kalau adik ipar sudah membereskan dulu sebagaian
lawan dan nanti Tuh-si juga maju membereskan sebagian
lawan Iagi.
Paling akhir barulah Koko sendiri naik panggung
mengalahkan semua pahlawan maka kau akan menjadi
nyonya Pangcu secara aman, bukankah lebih baik begitu?"
Wajah Kwe Hu menjadi merah, jawabnya: "Ah, begini
banyak orang gagah yang hadir disini. Siapa yang tidak ingin
menjadi Pangcu? Mnsa bisa dikatakan sudah "aman" segala?"
"Ya, sebenarnya Koko-ku juga tak perlu naik panggung,"
kata Yalu Yen lagi.
"Maksudmu?" tanya Kwe Hu heran.
"Bukankah tadi Nio-tianglo bercerita bahwa dahulu dalam
usia belasan tahun Subo (ibu guru) sudah menjadi Pangcu
dengan mengandalkan sebatang pentung bambu. Kata
pribahasa, ada sang ibu pasti ada sang puteri, Maka menurut
aku, Enso, paling baik kalau kau yang naik panggung daripada
Kokoku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus, kau sengaja ber olok-olok diriku, ya?" omel Kwe
Hu sembari ulur tangannya hendak mengitik-itik ketiak orang.
Tapi cepat Yalu Yen mengumpet kebelakang Yalu Ce
sambil berseru tertawa: "Tolong Pangcu, belum2 nyonya
Pangcu sudah akan membunuh orang!"
Begitulah, meski waktu itu usia Kwe Hu dan Bu-si Hengte
sudah lebih tiga puluh, tapi sejak kecil sudah biasa bergurau,
sungguhpun Yalu Yen dan Wanyen Peng juga sudah punya
putra-putri, namun bila bertemu masih suka berkelakar seperti
waktu muda.
Tatkala itu Ui Yong berduduk disamping Kwe Cing sambil
kadang-kadang memandang jauh ke sekelilingnya, ia ingin
mengamat-amati kalau-kalau ada orang asing menyelundup
masuk diantara orang banyak Disekitar alun2 itu juga sudah
diatur penjaggaan oleh anak murid Kay-pang agar bila ada
sesuatu yang mencurigakan harus segera melapor.
Betapapun ia kuatir kalau-kalau Seng-in Suthay, Han
Buhou, Thio It-bin cs datang mengacau, tapi tampaknya kini
sudah mendekat sore, keadaan masih tenang-tenang saja
seperti biasa, diam-diam ia pikir: "Ada apakah kedatangan
mereka ke Siangyang sini? Kalau dibilang ada sesuatu tujuan,
kenapa belum lagi kelihatan sesuatu tanda? jika melulu untuk
memberi selamat pada Yang-ji, rasanya tidaklah masuk akal."
Ketika ia memandang ke atas panggung, ternyata sekali
pukul Bu Siu-bun sudah menjatuhkan dua lawannya kebawah,
tinggal seorang lagi yang masih bertahan mati-matian, tapi
dapat diduga dalam lima jurus pasti akan dikalahkan juga.
"Hari ini para pahlawan dari segenap pelosok berada disini
untuk berebut jabatan Pangcu dari Kay-pang, akhirnya nanti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
entah siapa yang unggul dan menduduki jabatan itu?"
demikian diam-diam Ui Yong membatin.
"Begitu pula hati beratus pahlawan di bawah panggung
saat itupun mempunyai pikiran seperti itu. Tapi ditaman
bunga, dibelakang rumah keluarga Kwe itu ternyata ada
seorang yang sama sekali tidak memikirkan kejadian luar biasa
dikota sekarang ini.
Yang sedang dipikirkan adalah: "Hari itu telah kuserahkan
sebuah jarum emas, padanya dan kukatakan agar hari ini ia
datang menemui aku karena hari ini adalah hari ulang tahunku
yang ke 16. Tatkala itu ia sendiri sudah menyanggupi tapi
kenapa sampai saat ini masih belum datang?"
Begitulah anak dara itu sedang duduk ditengah gardu di
dalam taman yang dilingkungi bunga beraneka warna, anak
dara itu bersandar pada hek gardu dan termenung-menung
sambil menyaksikan sang betara surya lambat-laun menggeser
kebarat.
Dalam hatinya berpikir pula "Hari sudah larut sekalipun
sekarang juga ia datang, hanya tinggal waktu tiada setengah
hari saja untuk berkumpul"
Sambil memandangi bayang2 tetumbuhan di tanah,
tangannya memegangi sebuah jarum emas satu-satu nya itu
sambil menggumam pelahan lagi: "Ya, aku masih dapat
mengharap sesuatu darinya.... tapi boleh jadi sama sekali ia
sudah melupakan diriku hingga lupa datang menjenguk daku,
lalu harapan ketiga ini apa bisa kuutarakan lagi?"
Kemudian gumamnya pula: "Ah, tak mungkin, pasti tak
mungkin ia adalah pendekar besar di jaman ini, tentu pegang
janji, mana bisa menjilat kembali apa yang sudah pernah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dikatakannya? Lewat sebentar lagi, ya, sebentar lagu tentu
akan datang menyambangi aku"
Teringat segera akan bertemu, tanpa terasa pipinya lantas
bersemu merah, jarinya yang memegangi jarum emas itu rada
gemetar.
Begitulah kalau di taman bunga, si cilik Kwe Yang lagi
dirundung rindu, adalah di tengah alun2 Ui Yong justru sedang
menyelami perasaan puteri kecilnya itu.
Ia pikir, "Menurut apa yang dialami kedua puterinya di
kelenteng Yo-tayhu, dimana ada orang kosen diam-diam telah
menolongnya. Kata Cing-koko, selamanya hanya ada dua
orang memiliki tenaga dalam sekuat itu, yaitu kalau bukan
Ang Chit-kong almarhum, tentunya Cing-koko sendiri. Tapi
guru berbudi luhur itu sudah wafat, Cing-koko lebih-lebih tak
mungkin.
Kalau begitu apakah orang yang mengundang manusia-sia
aneh dari segala tempat untuk memberi selamat pada Yang-ji
itu adalah seorang kosen lain lagi? Jika Lo-wan-tong Ciu Pekthong,
si tua nakal itu tabiatnya memang-suka main gila tapi
tindak-tanduknya tidak begitu rapi.
It-teng Taysu orangnya prihatin, tidak nanti suka buang
waktu percuma, sedang Se-tok Auyang Hong dan Cu-in
Hwesio alias Kiu-Jianyim sudah mati semua, lalu apakah
mungkin ialah Ayah?
Memang tindak tanduk Ui Yok Su yang aneh-aneh dan
sukar diraba itu rada-rada mirip dengan apa yang dilihatnya
sekarang ini." PuIa Ui Yok-su memang terkenal dengan nama
"Tang-sia" atau manusia aneh dari timur yang namanya
menggetarkan Kangouw beberapa puluh tahun yang lalu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kalau dia yang tampil kemuka mengundang tokoh-tokoh silat
itu, rasanya orang pasti akan memenuhinya.
Walaupun tidaklah patut orang tua itu main-main dengan
puteri dan cucunya, tapi siapa bisa menduga akan
kelakuannya yang terkenal aneh itu, atau bukan mustahil
didalamnya ada pula maksud tujuan lain?
Berpikir sampai disini, segera Ui Yong menggapai Kwe Hu
agar mendekatinya, lalu dengaa berbisik ia menanya: "Adikmu
menghilang sehari semalam di kota tambangan Hong-leng,
ketika kembali pernah tidak ia bicara, tentang Gwakong?"
Kwe Hu tercengang oleh pertanyaan tiada ujung-pangkal
ini. "Gwa Kong?" ia menegas, "Ooh tidak. Bahkan muka
Gwakong saja adik belum pernah kenal."
"Coba kau meng-ingat-ingatnya, ketika ia ikut pergi si
setan Se-san di tambangan Hongleng itu, pernah ia menyebut2
siapa lagi tidak?" desak Ui Yong.
"Tidak, tak pernah dia sebut-sebut," sahut Kwe Hu. ia tahu
kepergian adiknya tempo hari justeru ingin melihat Nyo Ko,
tapi dihadapan ayah-bundanya paling ditakutinya bila bicara
menyangkut namanya- Nyo Ko, sebab bila mendengar nama
itu, sang ibu masih mendingan, tapi sang ayah seketika akan
menarik muka hingga beberapa hari tak bicara padanya,
sebab itulah, kalau adiknya tidak sebut, iapun lebih suka tutup
mulut, apalagi urusan sudah lalu, untuk apa nama orang- itu
diungkat-ungkat buat cari penyakit sendiri?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi Ui Yong adalah wanita cerdik dan pandai, sedikit
melihat air muka puteri sulung itu berubah, segera ia
menduga pasti tersembunyi sesuatu.
Maka dengan sungguh-sungguh segera ia mendesak lagi.
"Apa yang bakal terjadi didepan mata ini bukanlah main-main,
coba katakan, apa yang pernah kau dengar, lekas kau katakan
terus tarang padaku."
Melihat wajah sang ibu sungguh-sungguh, tak berani lagi
Kwe Hu membohongi maka katanya: "Ketika dalam perjalanan
mendengar orang mengobrol tentang apa yang disebut Sintiau-
rayhiap, ialah... ialah Nyo... Nyo Ko, adik lantas bilang
ingin pergi melihatnya."
Terkesiap hati Ui Yong, "Lalu dapat dilihatnya tidak?"
tanyanya.
"Pasti tidak," kata Kwe Hu. "Jika sudah, menurut watak
adik masakah tidak terus dibuat bahan cerita?"
"Ah, Ko ji, benar-benar Ko-ji, benar-benar dia!" demikian
diam-diam Ui Yong berkata dalam hati. Segera ia tanya lagi.
"Dan menurut pendapatmu orang yang diam-diam membantu
kalian membunuh Nimo Singh dikelenteng Yo tayhu itu, dia
atau bukan?"
"Mana mungkin?" sahut Kwe Hu. "Nyo... Nyo toako mana
bisa memiliki ilmu silat begitu bagus?".
"Apa saja yang kau percakapkan dengan adikmu
dikelenteng itu, coba ceritakan seluruhnya, satu patah katapun
tak boleh melompat," desak Ui Yong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Juga tiada apa-apa yang kami bicarakan memang sudah
biasa adik suka adu mulut dengan aku," sahut Kwe Hu. Lalu
iapun tuturkan tentang adik perempuannya itu menyatakan
takkan menghadiri Eng-hiong-tay-hwe, takkan menyaksikan
pemilihan pangcu serta bilang pada Shejitnya nanti bakat ada
seorang ksatria muda yang gagah perkasa akan datang
menyambanginya.
Habis menuturkan semuanya itu, akhirnya
ditambahkannya dengan tertawa: "Dan betul juga tidak sedikit
sobatnya telah datang, cuma kalau bukan sebangsa Hwesio
atau Nikoh, ternyata adalah kakek2 dan nenek2, sedangkan
ksatria muda gagah perkasa entahlah?"
Mendengar sampai disini, tidak ragu-ragu lagi Ui Yong, ia
yakin orang yang dimaksudkan Kwe Yang itu tentulah Nyo Ko.
ia menaksir tentunya Kwe Yang dan Nyo Ko sudah berjanji
untuk bertemu dikelenteng Yo-tayhu, tapi kena dikacau oleh
datangnya Kwe Hu, untuk membela kehormatan Kwe Yang,
lalu Nyo Ko mengundang tokoh-tokoh Kangouw yang banyak
itu untuk memberi kado serta memberi selamat hari ulang
tahunnya.
"Tapi, untuk apa ia korbankan begitu banyak tenaga dan
pikiran untuk Yang ji?" demikian pikirnya pula, Apabila teringat
olehnya selama beberapa hari ini puteri kecil itu selalu lesu,
pikiran tak tenteram kadang-kadang pipinya merah jengah
mendadak tanpa terasa Ui Yong menarik napas dingin:
"Celaka, jangan-jangan selama menghilang sehari semalam itu
ditambangan Hongleng Yang-ji telah berbuat hal tidak
senonoh dengan, dia?"
Menyusul itu lantas terpikir pula olehnya: "Nyo Ko sakit
hati karena aku membinasakan ayahnya, ia benci pula Hu-ji
yang mengutungi lengannya dan melukai Siao-liong li dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jarum berbisa, Ah, janji Siao liong-li yang akan bertemu
padanya lagi sesudah 16 tahun, tahun inilah tahun ke-16 itu.
Ha, kalau begitu, agaknya Nyo Ko datang untuk membalas
dendamnya."
Teringat akan kata-kata "Nyo Ko datang untuk membalas
dendam", tanpa terasa Ui Yong menjadi ngeri, ia cukup kenal
kepintaran Nyo Ko meski belum melebihi dirinya, tapi orang ini
sejak kecil tindak tanduknya sudah sangat lihay, cintanya
terhadap Siao liong-li sangat mendalam dan murni, setelah
menunggu selama 16 tahun ini, tapi tidak bersua kembali,
tentulah penasaran itu akan dicari pangkal pokok yang
menyebabkannya dan tentu akan benci luar biasa padakeluarga
Kwe.
Dan dendam selama 16 tahun ini kalau menuruti sifat Nyo
Ko yang luar biasa itu tak nanti puas hanya sekali hantam
membinasakan Kwe Hu saja, tapi pasti akan menggunakan
tipu akal yang paling keji untuk membalas sakit hati itu secara
besar-besar-an.
"Apakah ia sengaja hendak memancing Yangji masuk
perangkapnya, membikin anak ini jatuh hati dan menyerah
padanya, lalu menyiksanya lahir batin, mati tidak, hidup tidak?
Ah, ya, ya, benar, kalau turuti watak Nyo Ko memang benar
akan dilakukannya," demikian pikir Ui Yong pula.
Biia teringat semua ini, perasaan tertekan selama
beberapa hari segera menjadi buyar, ia menduga sebabnya
Nyo Ko mau bunuh Nimo Singh untuk menolong Yang-ji dan
mengundang begitu banyak tokoh-tokoh silat untuk datang
memberi selamat padanya, semua ini bertujuan untuk menarik
hati anak dara itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Ui Yong menghitung lagi dan berpikir. Tapi ada
sesuatu yang tidak benar! Hari ini tepat adalah ulang tahun
Yang-ji, Enam belas tahun yang lalu ketika Yang ji lahir, lewat
beberapa bulan kemudian barulah ia berpisah dengan Siaoliong-
li di lembah Coat-ceng-kok, layaknya kalau dia mau balas
dendam juga harus menunggu genap 16 tahun, yalah sesudah
lewat janjinya bertemu dengan Siao-liong-Ii.
Meski janji bertemu 16 tahun kemudian itu sukar
dipercaya, tapi tulisan yang ditinggalkan itu jelas tulisan Siao
liong li, siapa tahu kalau mereka suami isteii benar-benar akan
berkumpul pula? Apakah mungkin ayahku.... atau mungkin
bualan tentang Lam-hay Sin-ni?"
Begitulah makin dipikir perasaannya mulai tak enak, "Ah,
biarlah apapun jadinya, jika Yang-ji bertemu lagi dengan dia
pastilah terlalu banyak risikonya, Sifat Yangji masih polos
kekanak-anakan, mana bisa memahami hati manusia yang
kejam dan keji?"
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara jeritan, kiranya
Bu Siu-bun telah merobohkan lagi lawannya yang tinggal satu
tadi.
Lalu Ui Yong mendekati suaminya dan membisikinya: "Kau
mengawasi di sini, biar aku pergi menjenguk Yang-ji."
"Yang ji tidak datang?" tanya Kwe Cing.
"Ya, biar aku sendiri memanggilnya, budak cilik ini
memang aneh," sahut sang isteri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika sampai di kamar puteri kecil itu, ternyata Kwe Yang
tidak di kamar, ia tanya pelayan, katanya puteri kecil itu
berada di taman bunga dan melarang orang mengganggunya.
Ui Yong terkejut, pikirnya: "Ah, Yang-ji tidak mau
menonton pertandingan ramai di alun2, tentu karena dia
sudah ada janji dengan Nyo Ko."
Segera ia kembali ke kamar sendiri, ia bawa senjata
rahasia seperlunya dan menyelipkan sebilah pedang pendek,
lalu membawa lagi pentung pendek terus menuju ke taman
bunga di belakang rumah.
Ia tahu ilmu silat Nyo Ko sekarang tentu lain daripada
dulu, sesungguhnya lawan yang menakutkan, sebab itu tak
berani ia ayal, ia tidak melalui jalanan taman yang ber-batubatu
kecil itu, tapi memutar dari belakang gunung-gunungan.
Ketika hampir dekat gardu bunga, tiba-tiba terdengar Kwe
Yang menghela napas.
Ui Yong sembunyi di belakang gunung-gunungan itu,
terdengarlah puterinya itu lagi menggumam sendiri pelahan:
"Kenapa sampai sekarang masih belum datang, Ai, benarbenar
bikin orang tidak sabar!"
Hati Ui Yong menjadi terhibur "Ah, kiranya ia belum tiba,
kebetulan bisa mencegatnya di tengah jalan", demikian
pikirnya.
Sementara itu terdengar Kwe Yang berkata pula: "Setiap
hari ulang tahunku, ibu selalu menyuruh aku menyebut tiga
angan-angan. Kini di sini tiada orang lain, biarlah aku katakan
pada Tuhan."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebenarnya Ui Yong hendak unjuk diri, tapi ketika
mendengar gumaman puterinya itu, tiba-tiba ia tarik kembali
kakinya, ia ingin mendengarkan dulu apakah ketiga anganangan
yang akan dikatakan puteri kecil itu.
Selang sejenak, terdengar Kwe Yang bcrkata:, "O, Thian
(Tuhan) yang maha pengasih, berkatilah permohonanku ini,
angan-anganku yang pertama ialah semoga ayah-ibu
memimpin pasukannya membunuh habis atau mengusir
semua pasukan Mongol yang menyerbu datang itu, agar
rakyat Siangyang dapat melewatkan hari-hari yang aman
sentosa."
Diam-diam Ui Yong menghela napas lega dan bersyukur
akan hati sang puteri yang luhur itu.
sementara terdengar anak dara itu berkata lagu "Dan
harapanku yang kedua, semoga ayah ibu berbadan sehat,
berumur panjang, segala sesuatu yang dikerjakannya berjalan
baik tak kurang suatu apapun."
Waktu Kwe Yang dilahirkan, Kwe Cing dan Ui Yong berdua
lantas banyak mengalami peristiwa-peristiwa berbahaya
hingga kemudian bila teringat selalu merasa ngeri, sebab
itulah tanpa terasa mereka tidak begitu sayang kepada Kwe
Yang seperti sang enci, tapi kini setelah mendengar beberapa
kata hati-nurani anak dara itu, tak tertahan matanya menjadi
basah, rasa kasih sayangnya seketika bertambah
Dan harapan ketiga Kwe Yang seketika ternyata sukar
diucapkannya, lewat agak lama barulah terdengar ia buka
suara: "Dan harapanku yang ketiga ini ialah semoga Sin-tiau
tayhiap Nyo Ko..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Memang Ui Yong sudah menduga harapan puteri kecil
yang ketiga ini tentu ada hubungannya dengan Nyo Ko,
namun demikian ketika mendengar nama Nyo Ko disebut,
hatinya terkesiap juga.
Sementara terdengar anak dara itu sedang meneruskan:
"...bisa lekas-lekas berkumpul kembali dengan isterinya, Siaoliong-
li dan selanjutnya hidup aman dan bahagia."
Sungguh kata-kata terakhir ini sama sekali diluar dugaan
Ui Yong, Mula-mula ia menyangka Nyo Ko akan memancing
puterinya dengan menggunakan kata-kata manis dan putar
lidah dengan segala macam omongan palsu, diluar dugaan
ternyata puterinya itu malah sudah mengetahui persoalan Nyo
Ko dan Stao-liong-Ii, juga tahu Nyo Ko senantiasa menanti
saat berjumpa pula dengan Siao-liong-li, maka diam-diam
anak dara itu berdoa untuknya.
Namun segera terpikir lagi olehnya: "Ai, celaka, cara Nyo
Ko ternyata sangat licin, justeru semakin ia menyatakan tak
pernah melupakan kekasihnya dahulu, semakin Yang-ji
merasa dia berhak seorang berbudi dan akan lebih jatuh hati
padinya."
Nyata saking pintarnya Ui Yong, hingga segala sesuai
selalu dipikirnya secara jauh, pula selama ini ia suka
berperasangka terhadap Nyo Ko, ditambah perhatiannya atas
diri sang puteri, maka pikirannya menjadi kacau dan diamdiam
berkuatir.
Pada saat itulah mendadak terdengar suara keresekan
sekali, tahu-tahu dari pagar tembok sana melompat turun satu
orang, Terlihatlah orang ini berkepala besar, tapi tubuhnya
pendek, bentuknya sangat Iucu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Demi nampak si cebol ini, seketika Kwe Yang melonjak
girang, "Hai, Toa thau kui, apakah dia... dia sudah datang?"
Memang si cebol berkepala besar ini adalah Toa-thau-kui
atau setan kepala besar, satu di antara Se-san it-khut kui
(gerombolan setan Se-san).
Sesudah masuk kedalam gardu bunga itu, segera Toa thau
kui memberi hormat pada Kwe Yang, sikapnya ternyata sangat
merendah sekali.
"Ai paman Toi-thau-kui, kenapa kau menjadi begini
sungkan-sungkan padaku?" tegur Kwe Yang dengan tertawa.
"Jangan nona panggil aku paman segala, panggil saja
"Tho-thau kui sudah cukup," sahut Toa thau kui. "Aku
mendapat perintah Sin-tiau-tayhiap agar memberitahukan
nona.."
Mendengar sampai disini, Kwe Yang tampak kecewa,
matanya menjadi basah. "Toakoko bilang ada "urusan dan tak
dapat datang, bukan?" demikian menyela. "tapi dia sudah
berjanji..."
"Tidak... tidak!" berulangkali Toa-thau-kau menggeleng
kepalanya yang benar bagai gantang itu.
"Kenapa tidak? Apa yang kau ketahui?" omel Kwe Yang
cepat. "Justeru ia sudah berjanji padaku." Dan karena
cemasnya hampir-hampir anak dara ini mengucurkan air mata.
"Aku tidak bilang Ia tak berjanji padamu, tapi ingin
kukatakan ia tidak bermaksud takkan mengunjungi kau."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendengar ini barulah Kwe Yang tertawa. "Lihatlah, bicara
saja tak genah, bukan ini. tidak itu, tak karuan" omelnya.
"Ya, Sin-tiau-tayhiap bilang bahwa karena beliau sendiri
harus menyiapkan tiga macam kado untuk hari ulang
tahunmu, maka kedatangannya nanti agak terlambat."
demikian tutur Toa thau kui kemudian.
Maka senanglah hati sigadis, katanya: "Sudah begini
banyak orang membawa kado untukku, segala apa akupun
sudah punya. Haraplah sampaikan pada Toakoko bahwa tak
perlu lagi ia membawa kado apa segala."
"Tapi." ujar Toa thau-kui sambil goyang-goyang kepala,
"ketiga macam hadiah itu, yang pertama sudah disediakannya,
yang kedua Sin tiau-tayhiap beserta para saudara juga sedang
menyiapkannya, besar kemungkinan kini sudah selesai."
"Ai. aku lebih suka ia lekas datang daripada buang2 waktu
mengadakan kado segala." sahut Kwe Yang.
"Dan mengenai hadiah yang ketiga itu, Sin tiau-tayhiap
bilang harus diserahkan sendiri kepada nona ditengah rapat
besar Kay-pang di-alun2 sana," kata Toa-thau-kui lagi. "Sebab
itulah nona Kwe silahkan ke sanalah, agaknya waktunya sudah
dekat sekarang."
"Sebenarnya aku dongkoI pada Cici dan sudah bilang tak
mau hadir ke sana, tapi kalau Toakoko ingin begitu, baiklah,
biar kita pergi bersama sekarang juga," sahut Kwe Yang.
Toa thau-kui mengangguk, lalu ia bersuit, tiba-tiba dari
luar pagar tembok sana melompat masuk sesuatu makhluk
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
besar, waktu ditegasi, kiranya adalah Sin-tiau atau si rajawali
sakti itu.
Melihat Sin tiau, segera Kwe Yang merangkul lehernya
seperti berjumpa dengan sobat lama saja, Sebaliknya rajawali
itu malah melangkah mundur dua tindak sambil berdiri dengan
angkuh dan melirik seperti sama sekali tidak pandang sebelah
mata pada Kwe Yang.
"Ha, Tiau-toako ini sangat angkuh, ia tak gubris padaku,
tapi aku justeru ingin kau menggubris." kata Kwe Yang
tertawa, Habis itu kembali ia melompat terus merangkul leher
Sin tiau lagi, sekali ini binatang itu tidak menghindar, tapi
kepalanya tetap berpaling ke arah lain, seolah seorang ayah
yang kereng menghadapi anak yang nakal dan aleman.
"Marilah Tiau toako, kaupun ikut, nanti aku memberi
makanan enak padamu, kau minum arak tidak?" kata Kwe
Yang.
"Ha, jika kau menyuguh Sin tiau minum arak, itulah paling
disukanya," ujar Toa thau-kui tertawa.
"Bagus, kau tunggu sebentar," seru si gadis terus berlari
ke dapur, sebentar saja ia sudah kembali dengan seguci arak
pilihan.
Segera Toa-thau-kui membuka tutup guci hingga bauharum
arak seketika menusuk hidung, cepat saja setan kepala
besar itu angkat guci itu terus ditenggak dahulu.
"Ketika- ia sodorkan arak itu kepada Sin-tiau, sekali
binatang ini mencocok dengan paruhnya, maka berlubanglah
guci itu, segera Sin-tiau masukkan paruhnya kedalam guci dan
sekejap saja seluruh isinya sudah terhirup habis.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Anak dara ini benar-benar harus-diajar, sembarangan
memberikan "Kiu-hoa-giok-ioh-ciu buatanku kepada seekor
binatang," demikian diam-diam Ui Yong mendamperat.
Kiranya cara pembuatan arak itu tidaklah mudah, Ui Yong
membikinnya berdasarkan resep cara ayahnya meracik obat
"Kiu-hoa-giok-loh wan", yakni mengumpulkan sari bunga
mawar dicampur berbagai racikan obat lain ke dalam arak
simpanan, kalau bukan sobat kental biasanya Ui Yong tidak
sembarangan mengeluarkan arak itu.
"Wah kekuatan minum Tiau-toako sungguh hebat, marilah
berangkat," kata Kwe Yang, kemudian dengan tertawa. Lalu
dua orang dan satu rajawali lantas, menuju ke alun2
Ketika memasuki Iapangan, melihat badan Sin-tiau itubegitu
kekar, tapi rupanya jelek dan aneh, para pahlawan
sama merasa heran. Lalu Kwe Yang membawa Toa-thau-kui
dan Sin-tiau itu duduk pada suatu tempat yang sepi.
Anak murid Kay-pang yang bertugas menyambut tamu
merasa Toa thau kui belum dikenalnya, segera mereka datang
menyapa sambil menanyakan namanya.
Namun Toa-thau-kui telah menjawab: "Aku tak punya
nama segala apapun tak tahu, nona Kwe yang mengajak aku
kemari, maka aku lantas ikut kemari."
Sementara itu pertandingan di atas panggung sudah silih
berganti Bu Tun-si dan Bu Siu-bun berdua sudah dijatuhkan
orang, begitu pula keponakan Cu Cu-liu dan tiga anak murid,
Su-sut hiun serta, beberapa anak murid Kay-pang ber-turuturut
juga sudah kalah, yang tinggal di atas panggung tatkala
itu ialah Yalu Ce dengan 72 jurus "Khong beng-kun", (ilmu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pukulan "terang terang-kosong) ajaran Ciu Pek-thong, ia
sedang menempur seorang laki-laki kekar setengah umur.
Orang ini bernama Na Thianho, seorang suku Miau di
propinsi Kuiciu, waktu kecilnya ketika ia mencari bahan obat di
pegunungan telah bertemu seorang kosen dan mendapat
ajaran semacam ilmu pukulan yang Iihay.
Gerak serangan Yalu Ce mengutamakan kelemasan,
enteng tanpa suara, hingga sukar diduga lawan.
BegituIah satu keras dan yang lain lemas terus saling
gebrak dengan sama kuatnya.
Meski tenaga pukulan Na Thian-ho sangat keras, tapi
angin tidak selamanya meniup, hujan tidak selamanya turun,
betapapun tak bisa tahan lama. walaupun setiap pukulan yang
dilontarkannya masih membawa samberan angin yang santar,
namun tenaga dalamnya sudah mulai berkurang.
Sebaliknya tipu gerakan Yalu Ce tidak lebih cepat juga
tidak menjadi lambat daripada tadi, ia bergerak enteng saja,
setiap serangan lawan selalu dipatahkannya dengan baik, ia
tahu pertandingan iui bukanlah pertandingan satu-dua orang
saja, tapi lawan yang akan naik panggung lagi dan lebih kuat
tentu masih banyak, maka perlu simpan tenaga.
Akhirnya Na Thian-ho mulai tak sabar, selama berpuluh
tahun didaerah barat daya belum pernah ada lawan yang
sanggup menahan sampai 30 jurus serangannya, tapi harini ia
tak bisa apa-apa menghadapi seorang muda didepan
pahlawan-lawan yang begini ba-nyak, bukankah ini sangat
memalukan?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebab itulah, ia kerahkan tenaga dalamnya terus
menambahi tenaga pukulannya.
Setelah beberapa puluh jurus berlangsung pula, mendadak
Na Thian-ho melihat kesempatan baik.
"Kena!" bentaknya cepat, berbareng dengan tipu "Kiu-kuitt-
senglu (sembilan setan mencapai bintang) ia hantam dada
Yalu Ce.
Ia sangat girang karena dilihatnya dada lawan terbuka tak
terjaga, serangan ini yakin akan mengenai sasarannya, Dan
betul saja, "bluk", pukulannya tepat mengenai tempat yang
diarah.
Melihat itu, berseru kaget sebagian besar penonton
dibawah panggung hingga sama berdiri. Mendengar suara
terpukulnya itu, dapat diduga Yalu Ce kalau tidak mati pasti
terluka parah. Padahal tadi Nio-tianglo sudah memperingatkan
agar berhenti bila tubuh masing-masing sudah ketutul,
sekarang kalau sekali pukul Na Thian-ho tewaskan Yalu Ce,
sedangkan orang adalah menantu kesayangan Kwe-tayhiap
dan Kwe-hujin, dapat diduga segera urusan akan bertambah
meluas.
Siapa tahu, begitu berhasil memukul, seketika air muka Na
Thianho malah pucat lesi, lalu terhuyung-huyung mundur
beberapa tindak.
"Kagum, kagum!" katanya tiba-tiba" sambil kiong ciu pada
Yalu Ce, lalu balik berjalan kedepan panggung dari teriaknya
dengan lantang: "Yalu-toaya sengaja berlaku murah hati
mengampuni jiwaku, benar-benar seorang ksatria berbudi
luhur, sungguh aku merasa kagum dan terima menyerah."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis berkata, segera iapun melompat turun panggung.
"Keruan penonton saling pandang dengan bingung karena
tak mengerti apa sebabnya.
Kado istimewa apa yang akan dibawakan Nyo Ko untuk-Kwe
Yang?"
Siapakah -akhirnya yang berhasil menjadi pangcu Kay-pang?
(Bacalah jilid ke 56)
Jilid 56
Waktu mereka pandang Yalu Ce, pemuda itu bersenyum
saja seperti biasa, Sudah terang terlihat Yalu Ce kena
dihantam Na Thian-ho, tapi kenapa malah Yalu Ce yang
dikatakan mengampuni jiwa Na Thian-ho, sekalipun
Lwekangnya memang tinggi, tapi juga sukar menang dengan
kepandaian itu? Demikian semua orang tidak habis mengerti.
Kiranya tadi ketika tangannya mengenai dada Yalu Ce,
mendadak Na Thiao-ho merasa tangannya seakan-akan
mengenai tempat kosong, tapi toh bukannya hampa sama
sekali, hanya seperti tangan masuk ke dalam air saja, seperti
kosong dan seperti ada barangnya, seolah-olah ada semacam
kekuatan yang melengket yang menahan tangannya itu.
Kejut Na Thian-ho tidak kepalang, ia kumpulkan tenaga
menarik sekuatnya, tapi tangannya terasa melengket saja,
dapat ditarik tapi tak bisa terlepas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ia jadi ingat waktu belajar dahulu sang guru pernah
memperingatkan bahwa ilmu silatnya itu: "Hong-lui-cio-hoat"
(ilmu pukulan angin dan guntur) bila ketemukan ahli Lwekang
harus hati-hati sebab bila terserang tenaga dalam lawan
hingga masuk ke perut, maka biarpun tidak mati seketika,
sedikitnya akan cacat untuk selamanya.
Namun selama tiga puluh tahun belum pernah ia
ketemukan lawan tangguh, maka kata-kata sang guru itu
sudah lama terlupa, Siapa tahu kini benar-benar ketemukan
seorang lihay yang berkepandaian seperti dikatakan gurunya,
sekilas peringatan itu terbayang olehnya hingga ia pejamkan
mata dan menanti ajalnya.
Sama sekali tak tersangka mendadak daya jengkel
tangannya itu terasa lenyap, menyusul itu hawa mendidih di
dalam perutnya perlahan-lahan buyar juga, ketika Na Thian-ho
geraki tangannya, terasa kepandaiannya sedikitpun tidak
teralang, terang Yalu Ce telah sengaja mengampuni jiwanya,
sebab itulah dalam keadaan malu dan berterima kasih tak lupa
ia mengucapkan beberapa patah kata di hadapan orang
banyak.
Pertarungan sengit diantara kedua orang itu telah
disaksikan semua orang, betapa hebat ilmu pukulan Na Thian
bo, tapi akhirnya dikalahkan Yalu Ce secara menakjubkan,
maka bagi orang yang punya sedikit pengalaman tiada yang
berani lagi coba-coba naik ke panggung.
Disamping itu Yalu Ce adalah anak menantu Kwe Cing dan
Ui Yong yang rapat hubungannya dengan Kay pang, dengan
sendirinya anak murid Kay-pang lebih suka kalau pemuda ini
jadi pangcu mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pula ia adalah murid Ciu Pek-thong yang tergolong tokoh
tertua Coancin-pay dengan sendirinya anak murid Coan-cinpay
dan anak murid Tang-sia atau Lam-te juga sungkan
bertanding dengan dia. Hanya ada dua -tiga orang yang
sembrono masih coba-coba naik panggung, tapi hanya
beberapa gebrak saja sudah dikalahkan .
Melihat sang suami menjagoi panggung, sudah tentu rasa
senang Kwe Hu tak terkatakan, Tapi ketika sekilas dapat
dilihatnya ada seekor rajawali raksasa yang aneh dan jelek
beserta si cebol berkepala besar yang dilihatnya ditambangan
Hongleng sedang duduk di sisi adik perempuannya, tanpa
tertahan iapun tercengang.
Tadi waktu Kwe Yang bersama Taa-thaokiu dan Sia tiau
masuk lapangan, saat itu Yalu Ce lagi seru menempur Na
Thian-ho, seluruh perhatian Kwe Hu sedang dicurahkan pada
diri sang suami maka ia sama sekali tidak melihatnya. Kini
sesudah keadaan mereda barulah ia melihat datangnya sang
adik yang katanya tidak mau datang, kenapa sekarang telah
hadir?
Tapi lantas terpikir lagi sesuatu olehnya, diam-diam ia
berkita: "Celaka, Nyo Ko menyebut dirinya sebagai "Sin-tiautayhiap",
tentunya rajawali besar jelek ini adalah Sin tiau yang
dimaksudkan itu. Dan kalau Sin-tiau sudah datang, pasti Nyo
Ko juga sudah berada disekitar sini, Kalau dia datang untuk
rebut kedudukan Pangcu.... ya, kalau dia datang untuk
perebutan Pangcu"
Begitulah sesaat itu dari rasa girangnya segera berubah
kuatir sebab betapa tinggi ilmu kepandaian Nyo Ko yang
pernah dirasakannya cukuplah diketahui, apa artinya jika
benar-benar orang telah datang untuk maksud berebut
Pangcu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun waktu ia memandang sekitarnya, jejak Nyo Ko
sama sekali tak tertampak, sementara itu hari sudah petang,
beruntun Yalu Ce telah mengalahkan tujuh orang dan tiada
yang berani naik panggung lagi, Majulah Nio-tianglo ke depan
dan berkata dengan suara lantang: "Yalu Ce-toaya berkepandaian
serba lengkap Bu dan Bun (silat dan surat ), kita
sudah lama mengaguminya, kini kalau beliau bisa menjadi
Pangcu kita, sudah tentu kami mendukungnya"
Berkata sampai di sini, para anggota Kaypang yang berada
di bawah panggung serentak berdiri dan bersorak-sorai.
Lalu Nio-tianglo menyambung pula: "Dan entah ada tidak
ksatria lain yang masih ingin naik panggung buat bertanding
lagi?"
Setelah berulang kali ia tanya dan bawah panggung sepi
saja tiada jawaban. Diam-diam Kwe Hu girang, pikirnya: "Nyo
Ko tidak datang pada saat ini, hilanglah kesempatannya! Asal
Ce-koko sudah menerima jabatan Pangcu, sekalipun ia hendak
mem-persulit juga tiada gunanya."
Pada saat itu juga, tiba-tiba terdengar suara derapan kuda
yang cepat, dua orang penunggang kuda secepat terbang
mendekati Mendengar suara derapan kuda yang riuh itu
terang penunggangnya sangat tergesa-gesa.
"Akhirnya datanglah dia!" pikir Kwe Hu.
Dalam pada itu, kedua penunggang kuda itu sudah masuk
lapangan, semuanya memakai baju-abu-abu, kiranya dua
pengintai yang Kwe Cing untuk mencari berita pasukan
musuh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Meski Kwe Cing terus mengikuti pertandingan di atas
panggung tapi setiap saat selalu ia pikirkan situasi militer, kini
melihat kedua pengintainya kembali dengan begitu cepat,
katanya dalam hati: "Ha, akhirnya datanglah!"
Dalam hati Kwe Cing dan Kwe Hu berdua sama-sama
berkata: "Akhirnya datanglah, tapi yang dimaksudkan sang
puteri ialah Nyo Ko, sedang sang nyali maksudkan pasukan
musuh, orang Mongol.
Sesudah dekat, segera kedua pengintai itu menghadap
Kwe Cing dan memberi hormat.
Pada umumnya, baik atau buruk situasi militer yang akan
dilaporkan, dari air muka pengintai biasanya sudah kelihatan.
Kini terlihat wajah kedua pengintai itu menunjuk rasa bingung
tapi penuh girang, seperti ketemukan sesuatu kejadian yang di
luar dugaan.
"Lapor Kwe tayhiap, pasukan perintis Mongol dari jurusan
kanan berjumlah seribu jiwa sudah sampai di Sin-ya,"
demikian salah seorang pengintai itu melapor.
Diam-diam Kwe Cing terkejut "Cepat benar majunya,"
katanya dalam hati, Lalu terdengar pengintai yang lain juga
buka suara: "Lapor, pasukan perintis Mongol barisan kiri
seribu orang sudah tiba sampai di Tengciu-"
Harus diketahui bahwa jarak antara Tengciu dan Sin-ya
dengan Siangyang hanya seratus li lebih, jalan kedua tempat
itu seluruhnya jalan datar, jika pasukan gerak cepat Mongol
itu maju pesat, tidak sampai satu hari pasti akan sampai
Siangyang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun pengintai yang kedua tadi dengan berseri lantas
berkata lagi: "Cuma ada suatu kejadian aneh, seribu pasukan
Mongol diluar kota Tengciu itu seluruhnya menggeletak mati,
tiada satupun yang hidup."
"Bisa terjadi begitu?" tanya Kwe Cing heran.
"Ya, apa yang hamba lihat di Sin-ya juga begitu," sela
pengintai satunya, "seribu tentara perintis Mongol yang lain
juga seluruhnya sudah menjadi mayat, yang paling aneh ialah
setiap mayat perajurit Mongol itu daun telinga kirinya telah
diiris orang."
"Benar, perajurit Mongol yang di Tengciu juga begitu,
daun telinga kanan mereka sudah Ienyap," sambung pengintai
kedua tadi.
Mendengar itu, Kwe Cing dan Ui Yong hanya saling
pandang dengan rasa heran dan girang yang bercampur-aduk.
Mereka heran siapakah yang mendadak kirim pasukan
penggempur lihay hingga kedua pasukan musuh itu kena
dihancurkan semua, walaupun hanya 2000 orang musuh dari
beratus ribu lainnya, namun bila berita ini disiarkan tentu akan
besar membangkitkan semangat tentara sendiri.
"Dan bagaimana pasukan pertahanan kita di kota Sinya
dan Tengciu?" tanya Kwe Cing.
"Kedua kota itu tertutup rapat, mungkin kematian pasukan
Mongol diluar kota itu hingga kini belum diketahui panglima
penjaga kota-kota terse-but," sahut kedua pengintai itu.
"Lekas kalian laporkan kepada Lu-tayswe, tentu kalian
akan diberi hadiah," ujar Ui Yong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka pergilah kedua pengintai itu dengan cepat
Ketika berita itu diumumkan di atas panggung, seketika
bersorak sorailah seluruh hadirin.
"Kay-pang memilih pangcu adalah urusan besar, tapi lebih
besar lagi adalah berita tentang hancurnya pasukan musuh
ini?" kata Ui Yong pula. "Maka Nio tianglo, lekas suruh orang
menyiapkan perjamuan, kita harus merayakannya
kemenangan secara besar-besaran."
Memangnya daharan sudah disiapkan, yakni untuk
merayakan Pangcu pilihan baru. Kini berita kemenangan itu
membuat semua orang bertambah gembira. Hanya Bu Siubun
dan Bu tun-si yang kalah bertanding tampak kesal, tapi yang
gembira banyak dan yang kesal satu-dua orang, tentu saja
tidak pengaruhi suasana gembira-ria itu.
Sebentar saja suara saling memberi selamat terdengar
gemuruh diselingi suara beradunya cawan arak.
Kemenangan mendadak itu disangka para pahlawan tentu
perangkap yang telah diatur Kwe Cing dan Ui Yong, maka berbondong-
bondong mereka datang memberi selamat Namun
Kwe Cing tegas menyatakan bukanlah jasanya, sudah tentu
semua orang tak mau percaya, sebab memang sudah menjadi
watak Kwe Cing yang suka rendah hati.
"Memang kejadian ini rada aneh, Cing-koko!, biarlah kita
tunggu kabar lebih lanjut baru bisa mengetahui duduknya
perkara," ujar Ui Yong.
Kiranya ketika mendapat laporan itu, Ui Yong tahu di
dalamnya tentu ada sesuatu mencurigakan maka cepat ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengirim delapan anak murid Kay-pang yang pandai dan
cerdik menyelidik ke Sinya dan Tengciu.
Dalam pada itu Kwe Yang, Toa-thau kui dan Sin-tiau
sedang duduk bersama di suatu tempat, melihat rupa Sio-tiau
yang aneh dan hebat hingga tiada orang yang berani
mendekatinya.
"Kenapa Toakoko masih belum datang?" demikian Kwe
Yang terus menanyakan Nyo Ko.
"la sudah bilang akan datang, pastilah datang nanti," sahut
Toa-thau-kui. Dan belum lenyap suaranya, mendadak ia
sambung pula: "Tuh, dengarlah suara apakah itu?"
Ketika Kwe Yang mendengarkan dengau cermat, maka
terdengarlah dari jauh berkumandang suara meraungnya
binatang-binatang buas. ia bergirang. "Ah, Su-si Hengte telah
datang!" demikian katanya.
Tak lama kemudian, suara raungan binatang itu semakin
dekat, para pahlawan yang berada di-alun2 itu terkejut,
beramai-ramai mereka lolos senjata sambil berdiri, seketika
suasana lapangan itu menjadi kacau dan ramai dengan suara
orang: "Darimanakah datangnya binatang buas begini
banyak?"
"He, singa! Ah, juga harimau!"
"Awas! Ber-jagalah diserang serigala, begitu juga awas
terhadap macan tutul!"
Hanya sikap Kwe Cing saja yang sangat tenang, ia pesan
Bu Siu-bun: "Kau kembali ke kota dan menyampaikan
perintahku agar dikirim 2000 pemanah kemari."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bu Siu- bun mengiakan selagi hendak pergi, tiba-tiba dari
jauh terdengar suara seruan orang yang panjang: "Ban-siusan-
ceng Su-si Hengte diperintahkan Sin-tiau-hiap datang
memberi selamat Shejit kepada nona Kwe Yang serta
menghantarkan hadiah ulang tahun."
Suara itu bukan teriakan satu orang tapi keluar dari mulut
Su-si Hengte berlima. lwekang mereka beraliran tersendiri
walaupun bukan jagoan kelas wahid, tapi suara teriakan
mereka berbareng seakan2 paduan suara yang me-mekak
telinga.
Ui Yong memberi tanda agar Bu Siu-bun tetap pergi
melaksanakan perintah sang suami tadi, sebab meski begitu
dikatakan Su-si Hengte, namun tiada jeleknya kalau bersiapsiap
untuk segala kemugkinan lain. Maka pergilah Siu-bun
dengan cepat mencemplak kudanya.
Selang tak lama, pasukan pemanah pertama sudah datang
dan tersebar disamping alun2.
Dan baru saja pasukan pemanah itu mengambil
kedudukan bersiap-siap, terlihatlah seorang laki-laki berbaju
kulit macan telah sampai diluar lapangan itu, dengan
membawa seratus ekor harimau, Siapa lagi dia kalau bukan
Pek-hia san-kun Su Pek wi. Seratus ekor harimau itu secara
rajin berbaris mendekam ditanah.
Menyusul itu Koah-kian-cu Su TioDg-bing membawa
seratus ekor macan tutul, Kim-ka-say-org rnefjggiring seratus
ekor singa, Tai-lik-sin Su Kui kiang memimpin seratus ekor
gajah, Pat-jiu-sian-kau Su Beng-ciat dengan seratus ekor
monyet besar. semuanya berbaris dengan rajin diiuar
lapangan. Meski binatang-binatang itu buas dan tiada hentinya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengeluarkan suara raungan, tapi barisannya rajin tanpa
kacau sedikitpun.
Para pahlawan yang hadir itu semuanya sudah banyak
berpengalaman tapi mendadak melihat datangnya binatangbinatang
buas begini banyak, mau-tak-mau sama berkuatir
juga.
Kemudian Su si Hengte masing-masing membawa sebuah
kantong kulit terus berjalan kehadapan Kwe Yang, dengan
membungkuk badan mereka berkata: "Selamat hari ulang
tahun nona, semoga panjang umur dan tetap awet muda."
"Banyak terima kasih atas doa restu kelima paman Su,"
sahut Kwe Yang.
"Dan inilah hadiah ulang tahun pertama yang Sin-tiau-hiap
kirim pada nona," kata Su Pek-wi sambil menunjuk kelima
kantong kulit yang mereka bawa.
"Ah, benar-benar aku tak berani menerimanya. Barang
apakah itu?", demikian sambut Kwe Yang, "Ehm, aku menerka
dalam kantong kulitmu itu tentu berisi seekor anak harimau
kecil, ya bukan?"
"Bukan," sahut Pek-wi menggoyang kepala, "Tapi hadiah
ini adalah berkat usaha Sin-tiau hiap bersama beratus tokoh
Kangouw, tenaga yang mereka keluarkan sungguh tidaklah
sedikit,"
Habis berkata ia lantas buka kantong kulit yang
dipeganginya, Ketika Kwe Yang memeriksa isinya mendadak ia
berteriak dan terkejut: "He, kuping!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Betul," sahut Pek-wi, "Kedua kantong kulit ini isinya
adalah 2000 pasang daun kuping prajurit Mongol."
Kwe Yang belum paham akan maksud itu, maka dengan
terkejut ia tanya: "Daun kuping-perajurit Mongol sebanyak ini,
untuk apa diberikan padaku?"
Kwe Cing dan Ui Yong mendengar jelas percakapan itu,
maka merekapun berbangkit dan mendekati Su Pek-wi serta
melongok isi kantong kulit itu. Segera pula teringatlah apa
yang dilaporkankedua pengintai tadi, tak tertahan lagi mereka
terkejut dan terheran-heran.
"Su-toako, kiranya sendadu Mongol di kota Sinya dan
Tengciu itu adalah Sintiau-hiap beserta kawannya yang
membunuh?" tanya Ui Yong.
Kelima saudara Su itu memberi hormat pada, Kwe Cing
dan Ui Yong yang segera pula membalas hormat itu.
Kemudian barulah Su Pek-wi menjawab: "Kata Sin-tiau hiap,
nona Kwe berada di Siangyang, tapi pasukan2 Mongol berani
datang dan harus dibunuh, cuma kekuatan musuh terlalu
besar dan tidak bisa sekaligus dibunuh semua, maka bersama
beberapa pahlawan hanya membunuh dulu dua ribu pasukan
perintis musuh."
"Di manakah Sin tiau-tayhiap sekarang berada, dapatkah
aku menemuinya untuk mengaturkan terima kasih atas nama
segenap penduduk kota," kata Kwe Cing.
Hendaklah diketahui bahwa selama belasan tahun ini Kwe
Cing selalu mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk
pertahanan kota Siangyang, maka terhadap urusan-urusan
Kangouw sudah lama tak ikut campur, sedangkan Nyo Ko
mengasingkan diri dan ganti nama, pergaulannya juga dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
orang yang aneh-aneh sehingga Kwe Cing tidak mengetahui
bahwa "Sin-tiau-hiap" itu adalah Nyo Ko.
Maka jawablah Su Pek-wi: "Beberapa hari ini Sin-tiau-hiap
lagi sibuk menyiapkan hadiah ulang tahun nona Kwe, maka
belum sempat datang menjumpai Kwe-tayhiap dan Kwehujin,
haraplah di-maafkan."
Pada saat itulah tiba-tiba suara suitan berbangkit pula di
kejauhan, suara seorang telah berteriak: "Se-san-it-khut-kui
mendapat perintah Sin tiau hiap datang memberi selamat
ulang tahun pada nona Kwe dan membawakan hadiah Shejit."
Suara ini lembut tajam, seperti terputus2, tapi terdengar
jelas oleh setiap orang.
Melihat hadiah yang pertama tadi sesungguhnya hebat
sekali, maka lekas-lekas Kwe Cing berseru menyahut "Kwe
Cing menantikan kedatangan kalian dengan hormati - Lalu
iapun menuju kepintu masuk alon2 itu buat menyambut
"Kau kira Sin-tiau-hiap ini siapa? "tanya Ui Yong berbisik
ketika berdiri menyanding sang suami.
"Entahlah, aku tak tahu," sahut Kwe Cing.
"lalah Nyo-Ko!" kata Ui Yong.
"Apa? Nyo Ko?" Kwe Cing menegas dan tercengang,
namun segera iapun bergirang. "Aha, hebat, sungguh hebat!
ia berjasa begini besarnya, sungguh ditakdirkan membantu
Song kita."
"Kau terka hadiah Shejit-nya yang kedua itu apa?" tanya
Ui Yong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kepintaran Koji luar biasa, hanya kau yang bisa melebihi
dia dan melulu kau yang bisa menerka pikirannya," sahut Kwe
Cing tertawa.
"Tapi sekali ini tak bisa menerkanya," ujar Ui Yong sambil
menggeleng.
Tidak lama kemudian, Tiang fi kui Hoan It ong beserta
delapan setan lainnya telah sampai di-lapangan terus memberi
hormat pada Kwe Cing suami isteri, lalu mereka mendekati
Kwe Yang dan berkata: "Selamat hari ulang tahun nona,
semoga hidup tenang bahagia Sin-tiau-hiap menyuruh kami
mengantarkan hadiahnya yang kedua ini."
"Terima kasih, banyak terima kasih," segera Kwe Yang
berseru.
Maka terlihatlah setiap orang Se-san it- khut-kui membawa
sebuah kotak, Karena kuatir mereka kembali memberi hadiah
sebangsa daun kuping atau batang hidung manusia, cepat
Kwe Yang berkata lagi: "jika barang tak baik dilihat, janganlah
dibuka."
"Ha, sekali ini justru sangat indah untuk dilihat," sahut
Toa-thau-kui tertawa.
Ketika Hoan It-ong membuka kotaknya, dikeluarkan nya
sebuah mercon roket yang sangat besar, ketika sumbunya
disulut, secepat kilat mercon roket itupun meluncur tinggi
kelangit. Kemudian waktu mercon itu meletus ditengah udara,
maka terlihatlah gemerlapan bintik2 sinar diudara tiba-tiba
terbentuk menjadi suatu tulisan, menyusul itu Tiau si kui juga
melepaskan sebuah bunga api yang iain dan merupakan suatu
huruf lagi, setelah bergiliraa Se-san-it-khut-kui melepaskan
bunga api masing-masing, huruf bunga api yang gemerlapan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu kalau diurut menjadi berbunyi "Dengan hormat mendoakan
semoga nona Kwe panjang umur dan banyak rejeki."
Sepuluh huruf sepuluh warna tergantung tinggi diangkasa
hingga lama barulah buyar. Bunga api ini adalah ciptaan ahli
terkenal yang bernama Wi It-bau, betapa indah bunga api
buatannya pada jaman itu dianggap sebagai semacam
kepandaian khas yang tiada bandingannya.
Kwe Cing tersenyum senang melihat suasana itu, pikirnya
dalam hati: "Memang anak perempuan paling suka dengan
permainan aneh-aneh ini, sungguh pintar Koji bisa mencari
ahli pembuat bunga api terkenal ini."
Tapi baru saja sepuluh buraf bunga api ini buyar, tiba-tiba
di udara sebelah utara sana meluncur sebuah mercon yang
jaraknya beberapa li dari lapangan ini, menyusul mana di
bagian utara lebih jauh lagi menjulang tinggi pula sebuah
meteorit yang lain.
"Cara memberi tanda pakai meteor seperti ini dalam
sekejap saja bisa tersambung sampai beratus li jauhnya, entah
apa yang telah diatur Nyo Ko, rasanya hadiahnya yang kedua
ini sekali-sekali bukan melulu membakar bunga api untuk
membikin senang Yang-ji saja," demikian Ui Yong berpikir.
Lalu iapun perintahkan menyediakan meja dan daharan
untuk Su si Hengte serta Se-san-it-khut-kui. Tapi belum
selesai perjamuan itu diaiapkan, terdengarlah dari jauh di
utara sana berkumandang suara gemuruh bagai guntur
melempem, namun suara itu susul menyusul mengguruh terus
tiada berhenti cuma jaraknya terlalu jauh, maka suara
gemuruh itu kedengaran enteng saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebaliknya demi mendengar suara itu, mendadak Su si
Hengte dan Se-san-it-ihut-kui berjingkrak girang, sambil
berteriak-teriak: "Berhasil, berhasil sudah!"
Para pahlawan menjadi bingung entah berhasil apa yang
dimaksud itu, Toa-thau kui menuding ke utara dan berteriak:
"Bagus, bagus!" .
Tatkala itu udara gelap gulita, tapi di ujung langit sebelah
utara itu ternyata bercahaya merah.
Terkejut Ui Yong, tapi segera iapun bergirang, "Ah,
Lamyang telah terbakar!" serunya kemudian.
"Ya, benar, itulah Lamyang!" Kwe Cing ikut berteriak
sambil tepuk paha.
"Dapatkah kami mendapat sedikit keterangan?" tanya Ui
Yong pada Hoan It-ong.
"ltulah hadiah ulang tahun kedua yang Sin-tiau-hiap
berikan pada nona Kwe, yaitu rangsum pasukan Mongol yang
berjumlah dua ratus ribu jiwa itu telah dibakarnya," kata Hoan
It-ong.
Memangnya Ui Yong sudah menduga akan itu, kini
mendengar dugaannya ternyata tepat, ia saling pandang
dengan sang suami dengan girang.
Kiranya pasukan Mongol yang menggempur Siangyang itu
menggunakan Lamyang sebagai kota perbekalan, beberapa
tahun yang lalu sudah mendirikan gudang dikota itu secara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
besar-besaran, lalu dari mana-mana didatangkan rangsum dan
disimpan di situ.
Beberapa kali Kwe Cing mengirim pasukannya
menggempur kota rangsum musuh itu, tapi pertahanan pihak
Mongol terlalu kuat hingga tidak pernah berhasil, siapa nyana
kini Nyo Ko melulu gunakan waktu semalam saja dapat
membakar ludes perbekalan musuh itu.
Menyaksikan sinar api yang berkobar-kobar diarah itu
makin lama semakin besar, akhirnya Kwe Cing menjadi kuatir
malah. Tanyanya pada Hoan It ong: "Para pahlawan yang
berjuang disana itu apakah dapat kembali dengan selamat
semua?"
Diam-diam Hoan It ong harus mengakui memang benarlah
Kwe Cing seorang berbudi luhur, tidak tanya hasil pembakaran
itu, tapi lebih dulu tanya keselamatan orang-nya, Maka
jawabnya: "Terima kasih atas perhatian Kwe-tayhiap, hal itu
Sin-tiau-hiap sudah mengaturnya dengan baik. Yang ikut
membakar Lamyang itu adalah Seng-in Suthay, Liong-ah
Thauto, Thio It-bin dan Pek-cau sian cs. yang semuanya
tergolong jago kelas wahid, seluruhnya ada 81 orang, rasanya
perajurit maupun perwira Mongol yang biasa saja tak nanti
bisa mencelakai mereka."
Tiba-tiba Kwe Cing menjadi paham, katanya pada Ui Yong:
"Lihatlah, Ko ji telah mengundang pahlawan-lawan begitu
banyak, kiranya bertujuan mendirikan pahala luar biasa ini,
jika bukan jago-jago terkemuka ini sekaligus turun tangan
berbareng, memangnya tidaklah mudah hendak
menghancurkan 2000 perajurit musuh."
"Kami telah mendapat berita bahwa pasukan Mongol akan
menggempur Siangyang dengan meriam dan obat peledak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lain, maka di gudang bawah tanah Lamyang sana telah penuh
tersimpan beratus libu kati obat pasang," demikian tutur Hoan
It-ong pula.
"Sebab itulah ketika melihat bunga api selamat ulang
tahun yang kami bakar tadi, segera 81 jago-jago angkatan tua
yang sudah siap dikota Lamyang itu turun tangan berbareng,
membakar obat peledak dan menghancurkan rangsum musuh,
sekali ini pasukan musuh pasti akan kelaparan."
Mendengar keterangan itu, Kwe Cing saling pandang
dengan Ui Yong, diam-diam mereka terkesiap
Dahulu mereka pernah mengikuti Jengis Khan menjelajah
ke barat dan menyaksikan sendiri tentara Mongol
menggunakan meriam menggempur benteng musuh, betapa
dahsyatnya meriam itu benar-benar seperti gugur gunung,
cuma saja obat pasang dan peluru meriam nya sukar
diperoleh, maka beberapa kali pasukan Mongol yang
mengerang Siangyang belum pernah menggunakan meriam.
Tapi sekali ini rajanya sendiri, Mooko, yang memimpin
pasukan, sudah tentu membawa alat penggempur benteng
yang paling lihay pada jaman itu. jika bukan apa yang
dinyatakan Nyo Ko ini, dapat dipastikan penduduk Siangyang
bakal tertimpa malapetaka besar, Apalagi bisa menghancurkan
2000 perajurit musuh dan membakar rangsum musuh yang
terhimpun selama beberapa tahun di Lamyang itu, dalam
keadan serba kurang lengkap, pasti pasukan musuh terpaksa
mundur.
Dan jasa itu sungguh besar luar biasa, maka suami isteri
itu lantas mengaturkan terima kasih pada Su si Hengte dan
Se-san it-kui. Dalam pada itu suara ledakan obat pasang
masih terus terdengar cuma terlalu jauh, maka kedengarannya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seakan-akan kabur, mendadak terdengar letusan beberapa
kali lebih keras, menyusul tanah sedikit tergoncang. Maka
berteriaklah Hoan Ii-ong: "Ah, gudang obat pasang yang
terbesar itupun sudah meledak."
Segera juga Kwe Cing memanggil Bu-si Hengte
menghadap dan berkata pada mereka: "Kalian lekas
memimpin 2000 pemanah dan merunduk ke Lam-yang. jika
pasukan musuh dalam formasi teratur, maka tak usah turun
tangan, tapi kalau musuh kacau gugup, segera hujani anak
panah dan basmi mereka."
Maka pergilah kedua saudara Bu itu dengan cepat, Karena
kejadian hebat yang datangnya susul-menyusul itu seketika
ramailah orang membicarakan kegagahan dan memuji akan
budi luhur Sin-tiau-hiap.
Sebaliknya Kwe Hu yang melihat suaminya sudah
menjagoi di atas panggung dan kedudukan Pangcu sudah
terang tergenggam di tangan, siapa tahu mendadak terjadi
hal-hal yang menyimpang, dan belum Nyo Ko muncul
orangnya atau suaranya sudah merobohkan nama sang suami.
Meski kejadian-kejadian membakar rangsum musuh dan
membasmi pasukan permtis Mongol adalah berita
kemenangan yang menggirangkan tapi dasar Kwe Hu ini
berjiwa sempit, maka ia menjadi kurang senang apalagi
didengarnya bahwa apa yang terjadi itu menurut Su si Hengte
dan Se-san it-khut-kui adalah hadiah ulang tahun Nyo Ko
untuk adik perempuannya, kalau dibandingkan terang ia
sendiri semakin merosot pamornya.
Berpikir sampai di sini, ia menjadi gusar, pikirnya. "Bagus,
keparat Nyo Ko ini dendam padaku karena kutabas buntung
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lengannya dan sekarang sengaja datang menghilangkan
mukaku!"
Nio tianglo dan Yalu Ce serta Kwe Hu bersama satu meja,
orang tua ini melihat semua orang sama riang gembira, hanya
Kwe Hu saja tampak bersungut.
Setelah ia pikir, segera ia tahu sebab-sebabnya, maka
katanya tertawa: "Ah, aku benar-benar sudah pikun, karena
kegirangan oleh datangnya berita kemenangan ternyata
urusan di depan mata menjadi terlupa."
Habis ini, segera ia melompat ke atas panggung lagi dan
serunya lantang. "Para hadirin, pasukan musuh berulang kali
mengalami kehancuran sudah tentu kita merasa amat
girangnya. Tapi masih ada pula sesuatu yang menambahi
kegirangan kita, yaitu tadi Yalu-toaya telah mengunjuk ilmu
silatnya yang tinggi dan semua orang sangat mengaguminya,
sekarang juga kita mengangkat Yalu-toaya sebagai Pangcu
kami, Apakah diantara pahlawan-lawan yang hadir ini ada
yang menyanggah? Dan anak murid perkumpulan kita sendiri,
apakah ada yang tidak setuju?"
Sesudah ditanya tiga kali dan di bawah panggung tetap
tiada sahutan, maka Nio-tianglo melanjutkan: " jika begitu,
silakan Yalu Ce naiklah kemari!"
Segera Yalu Ce melompat ke atas panggung, ia
merangkap kepalan memberi hormat sekeliling panggung,
selagi ia hendak buka suara dengan kata-kata yang merendah
diri, tiba-tiba di bawah panggung seseorang berteriak: "Nanti
dulu, hamba ada sesuatu pertanyaan perlu minta penjelasan
Yalu-toaya!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yalu Ce tercengang, dilihatnya suara itu keluar dari
gerombolan anak murid Kay-pang sendiri, maka cepat iapun
menjawab: "Katakanlah, silakan!"
Lantas terlihat di antara anak murid Kay-pang sana telah
berdiri satu orang dan berseru: "Ayah YaIu-toaya sangat
agung menjabat perdana menteri dinegeri Mongol, kakaknya
juga pernah menjadi pembesar tinggi, walaupun sudah
meninggal semua, tapi Kay-pang kita adalah musuh Mongol,
dengan riwayat Yalu toaya yang menimbulkan curiga itu,
apakah dapat menjadi Pangcu perkumpulan kita?"
"Mendiang ayahku, Yalu Cucay meninggal di racun ibu suri
raja Mongol dan mendiang kakakku Yalu Cin dibunuh raja
Mongol yang sekarang, hamba sendiri dengan raja Mongol
yang kejam itu mempunyai dendam yang tiada taranya,"
demikian sahut Yalu Ce dengan sengit.
"Meski begitu katanya, tapi kematian ayahmu
sesungguhnya kurang jelas, tentang diracun hanya berita
angin belaka dan belum ada sesuatu bukti nyata," kata
pengemis tadi pula, "Dan kakakmu melanggar perintah serta
dihukum mati adalah pantas, dendam ini tak perlukah dibalas,
sebaliknya sakit hati Kay-pang kita inilah yang belum terbalas.
Mendengar orang berani menyindir suaminya, Kwe Hu
menjadi murka, ia tak tahan lagi, ia membentak: "Siapa kau?
Berani mengaco-belo disini? Kalau berani, hayolah naik ke atas
panggung!"
"Hahaha, bagus, bagus!" sahut pengemis itu terbahak
"Pangcu belum tentu jadi, tapi calon nyonya Pangcu sudah
unjuk lagak."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis itu, tanpa bergerak, tahu-tahu orangnya sudah
berada di atas panggung.
Menyaksikan ilmu entengi tubuh orang ini, semua orang
terkesiap. "Hebat benar ilmu silatnya, siapakah dia?" demikian
semua orang sama bertanya. seketika pandangan beribu
pasang mata terpusat atas diri pengemis ini.
Pengemis ini memakai baju hitam yang longgar dan
compang camping, tangan kanan membawa sebatang tongkat
yang bulat tengahnya sebesar cawan arak, rambutnya
serawutan, mukanya kuning ke-gemuk2an seperti orang
berpenyakit beri2, dekak-dekuk seperti bekas koreng,
dipunggungnya menggemblok lima kantong kain, kiranya dia
adalah anak murid Kay pang berkantong lima.
Sebenarnya dalam kaum jembel itu tidaklah kurang orang
yang bermuka jelek, tapi kejelekan orang ini luar biasa.
Anggota2 Kay-pang kenal dia bernama Ho Su-ngo, orangnya
pendiam, tapi giat, sedikit bicara, banyak bekerja.
Sebab belasan tahun selalu giat berjuang untuk tugas
perkumpulan dengan setia tanpa kenal capek, maka lambatlaun
telah naik tingkat menjadi kantong lima, cuma silatnya
dikenal rendah, kedudukan juga rendah, maka siapapun tidak
memperhatikannya, orang menduga sesudah naik sampai
tingkatan kantong lima tak mungkin lagi naik lebih tinggi,
siapa tahu orang bodoh dan rendah demikian ini mendadak
bisa naik panggung dan mendebat Yalu Ce, malahan ilmu
silatnya juga diluar dugaan, semua orang sama membatin:
"Ho Su ngo ini darimana berhasil mencuri belajar ilmu silat
yang demikian bagusnya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguhpun Ho Su-ngo orangnya sepele, tapi karena
mukanya yang jelek hingga membikin siapa yang melihatnya
sukar melupakannya, maka Yalu Ce juga kenal padanya,
segera ia rangkap tangan dan menegur "Entah Ho-heng ada
pendapat apa lagi, silakan memberi petunjuk."
"Bilang memberi petunjuk, itulah aku tak berani," sahut Ho
Su-ngo tertawa dingin. "Cuma hamba ada dua soal yang
belum jelas, maka naik sini dan ingin bertanya."
"Dua soal apa?" tanya Yalu Ce..
"Pertama," kata Ho Su-ngo, "Pangcu baru dan lama kalau
mengadakan timbang tcrima, selalu menggunakan "Pak-kaupang"
(pentung pcmukul anjing) sebagai tanda penyerahan
kekuasaan Hari ini Yalu Ce-toaya hendak menjadi Pangcu,
entah pusaka kita itu, Pak-kau pang, berada dimana? sungguh
hamba ingin sekali melihatnya."
Mendengar pertanyaan ini, seketika para anggota Kaypang
berkata dalam hati: "Hebat benar pertanyaan ini."
Sementara terdengar Yalu Ce telah menjawab: "Loh
pangcu tewas dibokong musuh, Pak-kau pang itupun hilang
dirampas penjahat itu, Memangnya ini adalah noda
perkumpulan kita yang harus dicuci bersih, siapa saja asal
anak murid kita berkewajiban mencari kembali pentung
pemukul anjing itu."
"Dan," kata Ho Su-ngo lagi," soal kedua yang hamba tidak
jelas dan ingin tanya, yalab sakit hati Loh-pangcu sebenarnya
harus dibalas atau tidak?"
"Loh- pangcu dicelakai Hotu, hal ini semua orang tahu,
orang-orang gagah di jaman ini semuanya ikut berduka dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
penasaran, kita sudah mencari dan menyelidiki dan belum
nampak jejak si bangsat Hotu ini," demikian sahut Yalu Ce
Iagi.
"Tapi ini adalah tugas penting perkumpulan kita, sekalipun
ke ujung langit juga akan kita bekuk keparat Hotu itu untuk
membalaskan sakit hati Loh-pangcu,"
"Hm," tiba-tiba Ho Sit-ngo tettawa dingin pula. "Pertama,
pentung pemukul anjing belum diketemukan kedua pembunuh
Loh pangcu belum didapatkan, bila urusan ini belum selesai
sudah ingin menjadi Pangcu, rasanya agak terlalu kesusu."
Pertanyaan yang tepat dan tegas ini membikin wajah Yalu
Ce menjadi merah padam tak sanggup menjawab.
Maka cepat-cepat Nio tianglo menyela "Apa yang
dikatakan Ho-laute ada benarnya juga, tapi anak murid
perkumpulan kita meliputi beratus ribu jumlahnya dan
tersebar diseluruh pelosok tak dapat tiada pemimpinnya,
sedang urusan mencari pentung dan menuntut balas dendam
lebih-lebih memerlukan pimpinan, sebabnya kita buru-buru
ingin mengingkat seorang Pangcu baru, justeru inilah
alasannya.".
"Kata-kata Nio tianglo ini salah besar, boleh dikatakan
memutar-balikkan persoalan," tiba-tiba Ho Su-ngo menjawab
dengan geleng-geleng kepala..."
Keruan Nto-tianglo menjadi gusar, ia adalah tertua dalam
kalangan Kay-pang, tapi seorang anak murid berkantong lima
saja berani mencelanya di-hadapan umura, sungguh besar
amat nyalinya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Di mana letak kata-kataku yang salah?" segera Nio
tianglo bertanya dengan gusar.
"Menurut pendapat Tecu," demikian Ho Su-ngo menjawab,
"barang siapa yang bisa menemukan Pak kau-pang dan siapa
mampu membunuh Hotu untuk balas sakit hati Loh-pangcu,
siapa lantas kita angkat menjadi Pangcu, Tapi kalau cara
seperti sekarang ini, ilmu silat siapa yang pating kuat lantas
dia menjadi Pangcu, jika umpama mendadak Hotu datang
kemari dan ilmu silatnya menangkan Yalu-toaya, apakah
kitapun lantas mengangkatnya menjadi Pangcu?"
Debatan ini seketika bikin orang saling pandang dan
merasa apa yang dikatakan ada benarnya juga.
Namun Kwe Hu sudah lantas berkaok-kaok dibawah
panggung, teriaknya: "Ngaco-belo, ilmu silatnya Hotu mana
bisa menangkan dia?"
"Hm, meski ilmu silat Yalu toaya sangat tinggi, tapi belum
berarti seluruh jagat tiada tandingan, hamba hanya seorang
murid kantong lima, tapi belum pasti kalah daripadanya,"
sahut Ho Su-ngo dengan tertawa dingin.
Kwe Hu sangat mendongkol dengan kata-kata orang
kurangajar itu, kini mendengar orang bersedia saling gebrak,
itulah kebetulan, maka cepat ia menggembor lagi: "Ce-koko,
hajarlah manusia congkak yang kurangajar itu!"
"Nio-tianglo," kata Ho Su-ngo pula, "jika Tecu bisa
menangkan Yalu-toaya, jabatan Pangcu ini lantas menjadi
bagian Tecu, bukan? Atau mesti menunggu ada orang lain
menemukan pentung dan membalas dendam baru akan
diangkatnyn menjadi pemimpin kita?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat sikap orang makin lama semakin kurangajar, Niotianglo
menjadi gusar sungguh-sungguh.
"Tidak peduli siapa," demikian sahutnya segera, "jika tak
mampu menangkan para ksatria, tak mungkin bisa diangkat
Pangcu, kelak kalau ia tak mampu ketemukan pentung dan
membalas dendam, pasti ia akan malu menduduki jabatan ini.
jika Yalu-toaya menjadi pangcu kita, kedua tugas itu tak nanti
tak dilaksanakannya, kalau dia tak mampu menang-kan Holaute,
tak mungkin juga ia bisa menjadi Pangcu?"
"Tepat perkataan Nio-tianglo," seru Ho Su-ngo, "biarlah
hamba segera belajar kenal dulu dengan kepandaian Yalutoaya,
kemudian barulah pergi mencari pentung dan
membunuh musuh." - Di balik kata-kata itu nyata benar
seakan-akan pertandingan ini 9/10 bagian sudah pasti Yalu Ce
akan kalah.
Biasanya Yalu Ce sangat sabar dan berjiwa besar, tapi
mendengar kata-kata Ho Sungo ini, tanpa terasa iapun
mendongkoI, maka jawabnya: "Siaute berkepandaian rendah,
memangnya tak berani menjadi Pangcu, tapi kalau Hoheng
suka memberi pelunjuk, itulah sangat beruntung."
"Tak perlu merendah," kata Ho Su-ngo, habis itu pentung
besi yang dibawanya itu ditancapkan diatas panggung, lalu
sekali pukul, segera ia merangsang maju.
Tenaga pukulan itu tidak terlalu keras, tapi sasarannya
meliputi tempat yang sangat luas, tatkala itu Nio-tianglo belum
lagi mundur, hingga angin pukulan Ho Su-ngo yang hebat
itupun membikin pipinya terasa pedas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yalu Ce tak berani ajal, tangan kiri menangkis, segera
tangan kanan memukul dengan tipu "jin cong-yok-bi
(tersembunyi seperti kosong), satu tipu pukulan hebat dari 72
jurus "Khong-bin kun" ajaran Ciu Pek-thong, segera saja
pertarungan kedua orang berlangsung dengan seru di atas
panggung.
Tatkala itu sudah lewat tengah malam, di sekitar
panggung terdapat beberapa puluh obor besar, maka
pertarungan kedua orang itu dapat disaksikan semua orang
dengan jelas.
Setelah belasan jurus, Ui Yong melihat anak menantunya
sedikitpun belum di atas angin, ia coba meneliti gerak ilmu
silat Ho Su-ngo, tapi tidak bisa mengenali dari aliran manakah
itu, hanya terlihat orang sangat ulet, sedikitnya sudah
mempunyai latihan selama 40 tahun, maka diam-diam ia
berpikir.
"Belasan tahun terakhir ini hanya secara kebetulan kubaca
nama Ho Su-ngo karena bekerja giat telah dinaikkan
tingkatannya, tapi selamanya tiada orang menyebut tentang
ilmu silatnya, kini melihat gerak-geriknya terang bukan baru2
saja mendapat guru pandai atau penemuan aneh hingga ilmu
silatnya maju mendadak, padahal di dalam Kay-pang selama
ini ia merendah diri, dan tak terkenal, apakah tujuannya
memang untuk hari ini?"
Setelah berlangsung lebih 50 jurus, lambat-laun Yalu Ce
terkejut, tidak peduli bagaimana ia ganti gerak tipu serangan
selalu kena dipatahkan lawan secara mudah saja, sungguh Ho
Su-ngo merupakan lawan tangguh yang jarang
diketemukannya selama ini. Tapi anehnya justru orang juga
tidak ambil kesempatan untuk balas menyerang, seakan-akan
sengaja piara tenaga biar lawan roboh sendiri..
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yalu Ce sendiri sudah bertempur melawan beberapa orang
kecuali Nu Thian-ho tadi, selebihnya biasa saja tidak banyak
membuang tenaga kini melihat Ho Su ngo bergerak secara
enteng dan tak tertentu seakan2 orang tua menggoda anak
kecil, Yalu Ce menjadi tak sabar, mendadak dari kepalan ia
ganti menjadi telapak tangan dan menyerang cepat dengan
kedua tangan.
Kiranya meski Yalu Ce muridnya Ciu Pek thong, tapi
kepandaian khas Ciu Pek-thong, yaitu dua tangan mainkan
dua macam ilmu silat berbareng tidaklah mudah
mempelajarinya, maka Yalu Ce juga tidak mendapatkan ajaran
ilmu silat hebat itu, ajaran ilmu silat Coan-cin kau, sebaliknya
Yalu Ce sudah cukup matang memahaminya, maka kini
setelah dimainkan, seketika saja sumbu belasan obor di atas
panggung itu terdorong memanjang dari ini saja cukup
terbukti betapa tenaga pukulannya.
Maka tertampaklah segera di atas panggung itu dua
bayangan orang berkelebat kian kemari di bawah cahaya obor
yang bergoncang.
"Cing-koko," tanya Ui Yong kepada suaminya, "menurut
pandanganmu dari aliran manakah kepandaian Ho Su ngo
ini?"
"Sampai saat ini belum sejurus ilmu silat perguruannya
diunjukkannya, terang ia sengaja menyembunyikan asal usul
dirinya," sahut Kwe Cing. "Tapi bila 80 jurus lagi lambat laun
Ce ji bakal di atas angin, tatkala mana kalau dia tak mau
mengaku kalah, terpaksa harus terbongkar muka aslinya."
Dalam pada itu pertarungan kedua orang semakin cepat,
tidak lama 70-80 jurus sudah berlangsung, betul juga seperti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
apa dikatakan Kwe Cing, tenaga pukulan Yalu Ce sudah
mengurung rapat seluruh tubuh lawannya.
Kwe Cing dan Ui Yong penuh perhatian memandangi Ho
Su-ngo, mereka tahu dalam keadaan kepepet, kalau tidak
keluarkan kepandaian aslinya dan masih gunakan ilmu silat
dari aliran lain, pasti orang she Ho itu akan celaka.
Rupanya Yalu Ce juga sudah tahu akan kelemahan
lawannya, maka tenaga pukulannya semakin gencar, tapi tidak
sembarangan maju, melainkan tetap tenang.
Pada suatu saat, tampaknya tak mungkin bagi Ho Su-ngo
tak mengganti tipu silatnya, sekonyong-konyong terlihatlah
lengan bajunya mengebas, angin menyambar santar mulur
dan mengkerut pula. Karena itu, belasan titik obor yang
menyala di atas panggung itu juga memanjang, lalu menyurut
kembali terus sirap.
Seketika keadaan menjadi gelap gulita, menyusul
terdengarlah Ho Su-ngo dan Yalu Ce menjerit bersama,
terdengar pula suara gedebukan, ternyata Yalu Ce sudah
berguling ke bawah panggung, sebaliknya Ho Su-ngo telah
bergejak tertawa di atas panggung.
Dalam keadaan terkejut, semua orang tiada yang berani
bersuara, dalam keadaan sunyi itu suara tertawa Ho Su-ngo
kedengaran sangat gembira sekali.
"Nyalakan obor lagi!" teriak Nio tianglo segera.
Maka segera beberapa anak murid Kay-pang naik ke
panggung dan menyulut obor2 yang padam itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dibawah sinar obor tertampaklah pipi kiri Yalu Ce
berlumuran darah terluka sebesar cangkir, sebaliknya Ho Sungo
lagi ulur telapak tangan kirinya sambil tertawa dingin dan
berkata: "Ha, baju kutang hebat, baju kutang hebat!"
Ternyata telapak tangannya juga penuh darah.
Kwe Cing dan Ui Yong saling pandang sekejap, mereka
tahu Kwe Hu telah pinjamkan "kutang lemas berduri landak
kepada sang suami, maka sewaktu Ho Su-ngo berhasil
menghantam Yalu Ce, sebaliknya tangannya malah terluka
oleh duri baju pusaka yang tajam itu.
Cuma, sebab apa Yalu Ce terluka hingga terguling
kebawah panggung, karena keadaan mendadak menjadi
gelap, maka mereka tidak tahu.
Kiranya tadi waktu pertarungan antara Ho Su-ngo dan
Yalu Ce sampai titik menentukan, mendadak Ho Su-ngo
mengeluarkan tenaga kebasan lengan bajunya yang hebat
hingga obor2 yang menerangi panggung itu seluruhnya
padam. Dalam keadaan terkesiap, cepat Yalu Ce menghantam
ke depan untuk bela diri, tapi mendadak terasa ujung jarinya
seperti menyentuh benda keras sebangsa logam, seketika ia
sadar tentu Ho Su-ngo yang telah bertempur lama dan belum
bisa unggul itu kini tiba-tiba menggunakan muslihat dan dalam
kegelapan telah lolos senjatanya untuk membokong.
Namun Yalu Ce bukan murid Lo wan tong Ciu Pek-thong
jika begitu gampang kecundang, sekalipun bertangan kosong
juga ia tak gentar terhadap musuh yang bersenjata. Maka
segera tipu pukulannya tadi ia ubah menjadi gerak "Kim-na-jiu
hoat" untuk merampas senjata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan gerak tangkapan itu, tubuhnya berbareng
mendekati lawan, sekali tangannya membalik, gagang senjata
musuh sudah kena dipegangnya Bahkan menyusul telapak
tangannya yang lain segera memukul muka orang.
Dengan begitu, mau-tak-mau Ho Su-ngo harus
melepaskan senjatanya, Dan dalam keadaan gelap, benarlah
Ho Su-ngo telah miringkan kepalanya mengegos dan
kendorkan tangannya, maka berpindah tanganlah senjatanya
ketangan Yalu Ce. Tapi pada saat yang sama itulah Yalu Ce
merasa pipinya kesakitan sekali, terang sudah terluka,
menyusul dadanya kena dihantam pula hingga tak sanggup
berdiri tegak dan tergentak jatuh ke bawah panggung.
Sungguh tak terduga bahwa sedjata lawan ternyata aneh
luar biasa, yaitu di dalamnya terdapat alat rahasia dan terbagi
dalam dua potong, setengah potong kena direbutnya, dan
setengah potong lainnya mendadak menyambar dan kena
pipinya.
Cuma saja lukanya ini meski berat, tapi bukan tempat
berbahaya, sebenarnya pukulan mematikan Ho Su-ngo itu
terletak pada pukulannya yang mengenai dada Yalu Ce,
syukur Kwe Hu sebelum itu berkeras agar suaminya memakai
kaos kutang berduri landak didalam baju, karena itu pukulan
hebat itu tidak melukainya, sebaliknya telapak tangan Ho Su--
ngo sendiri yang tertusuk duri kaos kutang itu hingga
berlumuran darah.
Sementara itu melihat suaminya terjungkal ke kawan
panggung, Kwe Hu kuatir dan gusar cepat ia memeriksanya.
Namun Nio-tianglo juga tahu Ho Su-ngo telah menggunakan
muslihat licik, tapi tiada bukti nyata, pula keduanya samasama
terluka dan berdarah, maka tidak mungkin menyalahkan
salah satu pihak melanggar peraturan melukai lawan,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
meskipun tampaknya luka kedua orang tidak berat Yalu Ce
terpukul jatuh ke bawah panggung, terang ia sudah kalah
dalam pertandingan ini.
Namun Kwe Hu masih penasaran, katanya: "Orang ini
berlaku licik, kakak Ce naiklah keatas lagi untuk menentukan
unggul dan asor dengan dia."
"Tidak," sahut Yalu Ce menggeleng, "sungguh pun ia
gunakan tipu, tapi terang sudah menang, Apalagi kalau benarbenar
mengeluarkan kepandaian sejati, aku juga belum pasti
menang,"
Karena pada saat menentukan tadi panggung menjadi
gelap, maka Ui Yong dan Kwe Cing tidak mengetahui Ho Sungo
menang dengan memakai tipu serangan apa. Segera Ui
Yong memanggil Yalu Ce ke dekatnya dan memeriksa
sepotong senjata musuh yang kena dirampasnya itu.
Ternyata benda itu adalah selonjor baja yang panjangnya
lima-enam dim saja, seperti sebatang ruji kipas, seketika tak
teringat olehnya siapakah gerangan orang Bu - lim yang suka
memakai senjata semacam ini.
Pada saat itulah Ho Su-ngo telah berkata sambil
menegakkan mukanya yang jelek dan bengkak itu: "Meski aku
telah menangkan Yalu toaya, tapi aku belum berani
menduduki jabatan Pangcu, setelah menemukan Pak-kaupang
dan membunuh Hotu, tatkala itu barulah terserah
keputusan.musyawarah umum untuk menentukannya."
Mendengar kata-kata orang yang ternyata sangat adil dan
berjiwa besar, walaupun cara menangnya itu masih
meragukan, tapi ilmu silatnya memanglah sangat tinggi, maka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segera ada beberapa anggota Kay-pang bersorak memuji
ucapannya itu.
"Dan ksatria manakah yang sekiranya masih ingin naik
panggung buat memberi petunjuk?" kemudian Ho Su-ngo
berseru sambil memberi hormat di depan panggung.
Baru selesai ia bicara, mendadak terdengar Su Pek-wi
bersuit sekali, lalu beratus ekor binatang buas yang
mengelilingi sekitar lapangan itu meraung keras sembari
berdiri.
Melulu suara raungan seekor dua-ekor harimau atau singa
saja sangat menggetarkan apalagi kini beratus ekor meraung
berbareng, keruan suaranya seakan-akan gugur gunung dan
memecah bumi, mangkok piring di atas meja perjamuan para
pahlawan ikut bergoncang gemerincing suaranya.
Di bawah suara raungan binatang-binatang buas yangkeras
itu, berbareng Se-san it-khut-kui dan keempat saudara
Su lantas meloncat ke samping panggung, senjata mereka
lolos, panggung itu sudah terkepung rapat.
Pada saat itulah dari jalan datang yang diterangi sinar
obor tampak masuk delapan orang dengan obor terangkat
diatas tangan. Terdengar mereka berseru lantang: "Sin-tiau
hiap mengaturkan selamat berulang tahun kepada nona Kwe
Yang dan inilah hadiah ketiga yang beliau bawa!".
Terlihat kedelapan orang itu cepat sekali sudah berada
dihadapan Kwe Yang, nyata orang-orang itu telah
mengunjukkan betapa tinggi ilmu entengi tubuh mereka yang
cepat dan gesit.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera kedelapan orang itu membungkuk memberi hormat
pada Kwe Yang dan masing-masing memberitahukan
namanya sendiri-sendiri.
Para pahlawan menjadi kaget demi mendengar namanama
mereka. Ternyata seorang Hwesio yang paling depan itu
adalah Bunsik Siansu, itu pengawas gereja Siau-lim-si, yang
lain-lain diantaranya ialah Tio-lokunsu, Jing-ling-cu cs.,
semuanya adalah tokoh-tokoh terkemuka angkatan tua dari
dunia persilatan yang sangat disegani.
Namun Kwe Yang tidak peduIikan betapa tenar nama
orang-orang itu, ia hanya berbangkit membalas hormat
dengan ber- seri2, katanya: "Banyak terima kasih para paman
dan mamak2 telah sudi berkunjung kemari. Barang permainan
apakah yang kalian bawa untukku?"
Segera empat orang yang mengangkat empat ujung
sebuah kantong besar terus menarik pelahan, maka
terdengarlah suara sobeknya kain, kantong itu pecah menjadi
empat potong dan dari dalam lantas menggelinding keluar
seorang Hwesio berkepala gundul.
Ketika Hvvesio itu menyentuh tanah, cepat orangnya
lantas melompat bangun, gerak tubuhnya ternyata gesit luar
biasa, Segera tertampak wajah si Hwesio ini merah padam
saking gusarnya, mulutnya mengomel tiada hentinya dalam
bahasa yang tak dikenal, entah apa yang dia katakan.
Tapi Kwe Cing dan Ui-Yong segera kenal Hwesio ini adalah
murid Kim lun Hoat ong, yaitu Darba, Sungguh aneh, entah
cara bagaimana ia telah kena ditawan oleh Bu-sik Siansu dan
Tio lo-kunsu cs.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mula-mula Kwe Yang menyangka dalam kantong itu tentu
berisi kado yang menyenangkan, siapa tahu isinya adalah
seorang paderi Tibet yang mukanya kasar jelek, maka ia rada
kecewa. Katanya: "Buat apakah Toakoko mengirimkan hadiah
seperti ini padaku? Aku tidak suka. Dimanakah dia sekarang,
kenapa belum datang?"
Namun kedelapan orang itu tidak menjawab-nya, di
antaranya Jing-ling-cu sudah lama tinggal di daerah Tibet dan
fasih bicara bahasa Tibet, maka ia mendekati Darba dan bisikbisik
ditelinganya. Menyusul itu segera wajah Darba kelihatan
terperanjat, matanya tanpa berkedip memandangi Ho Su-ngo
yang berada di atas panggung.
Lalu Jing-ling-cu berkata lagi dua patah kata bahasa Tibet
dengan keras sembari mengangsurkan gada emas yang
dipegangnya kepada Darba.
Gada emas itu adalah senjata Darba sendiri, ia telah
dikeroyok oleh kedelapan tokoh terkemuka itu hingga
tertawan, senjatanya pun terampas.
Kini sesudah mendengar kisikan Jing-ling-cu, mendadak ia
melompat ke atas panggung.
"Nona Kwe," kata Jing-ling-cu kemudian pada Kwe Yang,
"Hwesio ini bisa sunglapan, maka Sin-tiau-hiap suruh dia naik
panggung memberi pertunjukan sunglap, cobalah kau
melihatnya."
"O, kiranya begitu," sahut Kwe Yang. "Emang-nya aku lagi
heran, untuk apa Toakoko membuang tenaga begitu banyak
melulu membawakan seorang Hwesio kepadaku?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu Darba sedang bicara keras-keras terhadap
Ho Su-ngo, cuma bahasanya "kilikuIuk", sukar dimengerti apa
yang dia katakan.
"Hai, Hwesio, kau berkata apa, sedikitpun aku tak paham,"
demikian Ho Su-ngo membentak.
Mendadak Darba jinjing gada emasnya melangkah maju
terus mengemplang kepala Ho Su-ngo.
Ho Su-ngo berkelit, namun Darba ayun gada emas yang
gede itu merangsak terus, dengan bertangan kosong harus
melawan senjata yang begitu berat, terpaksa Ho Su-ngo harus
main mundur.
Melihat Hwesio Tibet ini begini garang, seketika anggota2
Kay-pang yang lain menjadi "solider" pada Ho Su-ngo, mereka
sama berteriak begitu pula segera Nio-tianglo membentak:
"Hai, Hwesio, jangan serampangan, kau harus tahu dia adalah
bakal Pangcu perkumpulan kami."
Namun Darba sama sekali tak menggubris, gadanya
berputar begitu cepat hingga berwujud suatu lingkaran emas
dengan samberan angin yang semakin dahsyat.
Karena itu, ada 6-7 anak murid Kay-pang yang tak tahan
lagi, mereka melompat ke pinggir panggung hendak
membantu sang kawan, tapi Jing-ling-cu dan rombongannya,
Se san it-khut-kui dan kelima saudara she Su yang seluruhnya
berjumlah 23 orang telah mengepung rapat panggung dan
meng-halang-alangi orang lain naik ke atas panggung,
sekalipun anggota Kay-pang berjumlah banyak, tapi sesaat
juga tidak bisa menerobos lewat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sedang keadaan agak kacau, tiba-tiba Jing-ling-cu
melompat ke atas panggung dan mencabut pentung besi Ho
Su ngo yang ditancapkan dipinggir panggung tadi. Terkejut
sekali Ho Su-ngo, cepat ia hendak merebut kembali
senjatanya itu, tapi kena didesak oleh gada emas Darba,
selangkahpun ia tak bisa menggeser.
Betapapun Ui Yong yang biasanya sangat cerdik, dalam
keadaan demikian ia menjadi bingung juga dan tidak tahu
sebab apa Nyo Ko telah mengirim tokoh-tokoh silat ini datang
mengacau, apakah maksud tujuannya yang sebenarnya.
Kalau mengingat hadiah ulang tahun yang di berikannya
pada Kwe Yang yang pertama dan kedua semuanya sangat
berpaedah bagi Siangyang, rasanya hadiah ketiga ini tidak
mungkin bersifat permusuhan.
Sebab itulah, Kwe Cing dan Ui Yong suami-isteri berpeluk
tangan saja menyaksikan perkembangan selanjutnya.
Yalu Ce sendiri meski sudah digulingkan Ho Su-ngo
kebawah panggung, tapi ia ber-cita2 meneruskan usaha ibu
mertua dan berniat mati-matian membela Kay-pang, kini
melihat Ho Sungo keripuhan didesak Darba, tanpa pikir lagi ia
membentak: "Jangan kuatir, Ho-heng, biar aku membantu
kau!"
Tapi ketika ia melompat ke pinggir panggung itu,
mendadak seorang telah berseru padanya: "Siapapun dilarang
naik panggung!" Berbareng tangan orang itupun dipalangkan
buat merintangi.
Segera Yalu Ce mcnyampuk tangan orang, tapi sekali
membalik, orang itu malah hendak menangkap tangan Yalu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ce, gerakannya ternyata bagus sekali, betapa besar tenaga
dalamnya juga lain dari pada yang lain.
Keruan Yalu Ce terkejut waktu ia pandang orangnya,
kiranya dia adalah Su Siok kong, tokoh ketiga dari kelima
saudara Su.
Beberapa kali Yalu Ce berubah gerak tipu lain, tapi tak
mampu mendesak mundur Su Siok-kong, diam-diam ia
terkejut dan lieran: "Orang ini hanya anak buah Sm-tiau hiap
saja sudah begini lihay, lalu Sin-tiauhiap yang memerintah dan
menyuruh tokoh-tokoh silat yang begini banyaknya, ia sendiri
entah tokoh macam apa?"
Sementara itu Ji ling-cu telah angkat tinggi2 petung besi
milik Ho Su-ngo yang dirampasnya tadi dan menggembor
"Wahai, para ksatria sekalian, lihatlah, barang apakah ini?"
Habis itu mendadak ia ayun sebelah tangannya dan
membelah ke tengah-tengah pentung besi itu, "krak" pentung
besi itu pecah oleh belahan telapak tangannya.
Ternyata pentung itu tengahnya bolong, ketika Jing-ling-cu
menarik pentung yang pecah itu, di dalamnya lantas
tertampak sebatang pentung bambu yang hijau mengkilat.
Melihat pentung bambu ini, sesaat anggota2 Kay-pang
terdiam, tapi menyusul beramai-ramai mereka lantas
berteriak: "He, itulah Pak-kau-pang milik Pangcu!"
Beberapa anak murid Kay-pang yang lagi bergebrak
dengan Su-si Hengte dan Se-san-it-khut-kui segerapun
melompat mundur, mereka menjadi heran. Pak-kau-pang atau
pentung pemukul anjing, pentung simbolis dari Pangcu
mereka kenapa tersembunyi didalam pentung besinya Ho SuTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
ngo dan kenapa ia merahasiakannya? Sungguh mereka tidak
habis mengerti.
Dalam heningnya itu semua orang menantikan penjelasan
Jing- ling-cu, siapa tahu Jing-ling-cu tidak lagi bicara, ia
melompat ke bawah panggung dan menyerahkan pentung
bambu itu kepada Kwe Yang.
Melihat barang itu, Kwe Yang lantas teringat pada
orangnya, terkenang olehnya suara dan wajah tertawa Loh
Yu-ka, ia menjadi berduka, dengan khidmat ia angsurkan
pentung bambu itu kepada ibunya.
Tatkala itu tipu serangan gada emas Darba semakin
gencar, Ho Su-ngo hanya mampu berkelit dan mengegos kian
kemari, berulang2 ia menghadapi berbagai bahaya.
Tapi kini Ho Su-ngo tidak mendapat simpatik dari siapapun
lagi, sesudah orang-orang Kay-pang melihat "Pentung
pemukul anjing" tadi, mereka menduga sebabnya Jing-ling-cu
menawan Darba kemari untuk menempur Ho Su-ngo tentu
ada maksud tujuannya.
Dalam pada itu belasan jurus berlalu lagi, tampaknya Ho
Su-ngo pasti akan binasa di bawah gada emas, saat itulah
mendadak Ui Yong ingat sesuatu.
"Ho Su-ngo telah melukai Ce-ji, sudah terang dalam
lengan bajunya tersembunyi senjata, kenapa detik berbahaya
ini masih belum dikeluarkannya buat melawan musuh?"
Ia lihat waktu itu gada emas Darba telah menyerang dan
Ho Su-ngo terpaksa melompat berkelit. Tapi tiba-tiba Darba
tegakkan gadanya terus menyodok ke atas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Saat itu Ho Su-ngo terapung diudara, sodokan ini
betapapun tiada jalan buat menghindar terdengarlah suara
"creng" nyaring beradunya senjata, berbareng itu Ho Su-ngo
sempat melompat ke samping, ditangannya tahu-tahu sudah
bertambah semacam senjata yang berbentuk pendek.
Tampak Darba semakin murka, ia mencaci--maki kalangkabut
dan gada emasnya diputar semakin cepat.
Namun sesudah pegang senjata, keadaan terdesak Ho Sungo
tadi lantas berubah, segera iapun "unjuk gigi", ia
menutuk, menjodoh, menusuk dan menghantam, sungguhpun
senjata pcndek, tapi tipu-tipu serangannya ternyata sangat
hebat, keadaan menjadi sama kuat sekarang.
Setelah menyaksikan sebentar lagi, tiba-tiba Cu Cu-liu
menjadi paham, serunya: "Aha Kwe-hujin, sekarang tahulah
aku siapa dia. Cuma masih ada sesuatu yang aku belum
mengerti."
Ui Yong terscnyum, rupanya lebih dulu iapun sudah tahu,
maka jawabnya: "ltu karena mukanya dipoles dengan
campuran tepung, madu, hm dan lain-lain bahan pelekat."
Yalu Ce, Kwe Hu dan Kwe Yang waktu itu berdiri
disamping sang ibu, tapi mereka menjadi bingung mendengar
percakapan itu.
"Cu-lopek, kau maksudkan siapakah?" tanya Kwe Hu.
"Aku maksudkan Ho Su-ngo yang melukai suamimu itu"
sahut Cu-liu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kenapa? Apakah dia bukan Ho Su-ngo? Lalu siapa?" tanya
Kwe Hu lagi.
"Coba kau perhatikan senjata apa yang dia pakai?" ujar
Cu-liu.
Kwe Hu mencoba mengamat-amati, sejenak kemudian,
katanya: "Panjang senjatanya tiada satu kaki, memang aneh
bentuknya, bukan Boan koao-pit, bukan Oo ht-ji, juga bukan
Tiam-biat kut."
"Kau harus peras otak berpikir dulu," sela Ui Yong. "Sebab
apakah dia tak mau pakai senjatanya sejak tadi, tapi lebih
suka menerima resiko dan selalu berkelit saja, sampai
akhirnya sesudah terdesak benar-benar oleh Hwesio itu
barulah ia lolos senjatanya? ia melukai Ce-ji dengan senjata,
sebab apa pula harus menyiapkan obor lebih dulu?"
"Ya, tahulah aku sekarang, tentu ia kuatir ada orang yang
hadir ini kenal senjata dan gerak tipu-nya, maka tidak berani
unjuk corak aslinya," kata Kwe Yang.
"Bagus, memang Kwe-jisiocia sangat pintar," puji Cu-liu.
Mendengar adik perempuannya dipuji, dalam hati Kwe Hu
menjadi iri, katanya: "Tak mau unjuk corak asli apa katamu?
Bukankah terangan ia berdiri diatas panggung? Kan siapapun
dapat melihatnya?"
Tapi Kwe Yang segera ingat lagi kata-2 sang ibu tadi,
maka ia raenyambung pula: "Ah, kiranya dekak dekuk bekas
koreng dimukanya itu semuanya adalah palsu, Mukanya
sungguh menakutkan sekali aku melihatnya, tak sudi
melihatnya untuk kedua kalinya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, semakin jelek dan semakin seram ia menyamar,
semakin jejaknya tak diketahui sebab semua orang jenuh
pada mukanya yang jelek hingga sungkan memandang
padanya, dengan begitu, muka palsu itu meski ada sedikit
keganjilan juga tidak mudah diketahui orang", kata Ui Yong.
"Ai menyamar selama 16 tahun, sesungguhnya bukan suatu
pekerjaan mudah."
"Bentuk muka bisa dipalsu, tapi ilmu silat dan gerakgeriknya
tak mungkin dipalsukan, ilmu kepandaian yang sudah
terlatih berpuluh tahun, mana bisa berubah begitu saja," ujar
Ciu-liu.
"Kalian maksudkan Ho Su-ngo itu palsu? Kalau begitu
siapakah gerangannya?" tanya Kwe Hu. "Adik, kau yang
pintar, coba terangkan."
"Aku sedikitpun tidak pintar, maka sedikitpun tidak tahu,"
sahut Kwe Yang geleng-geleng kepala.
"Toasiocia (puteri pertama) sendiri sudah pernah melihat
dia, tatkala itu Jisiocia malah belum lahir," kata Cu-liu
tersenyum, " 17 tahun yang lalu ditengah perjamuan besar
kaum ksatria di Heng-ci-koan, ada seorang telah menempur
aku sampai beratus jurus, siapakah dia?"
"He, dia Hotu?" seru Kwe Hu. "Ah, tidak, bukan dia. Ehm,
ia memakai senjata kipas lempit, senjata inilah agaknya rada
mirip, Ya, ya, kipasnya ini tinggal tulang kipas saja tanpa
muka kipas, maka seketika susah dikenali."
"Pertarunganku dengan dia dahulu itu adalah ialah satu
kejadian berbahaya selama hidupku, maka tipu serangan dan
gerak tubuhnya tidak nanti kuIupakan," ujar Cu-Iiu pula, "Jika
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
orang ini bukan Hotu, ha, aku she Cu inilah yang bermata
lamur!"
Ketika Kwe Hu memandang keatas panggung pula, ia lihat
gerak langkah Ho Su-ngo kini ternyata sangat gesit,
serangannya sangat keji, lapat-lapat memang benarlah si Hotu
yang pernah dilihatnya dahulu, cuma dalam hati ia masih
banyak yang tidak paham, maka tanyanya pula:
"Tapi jika benar ia adalah Hotu, padahal paderi Tibet ini
adalah Suhengnya, masakan mereka tidak kenal, sebaliknya
saling gebrak secara begitu hebat?"
"Justru Darba mengenali orang itu adalah Sutenya, maka
ia melabraknya dengan mati-matian," sahut Ui Yong. "Tahun
itu waktu pertarungan sengit di Tiong-yang-kiong, Cong-lamsan,
dengan sebilah "Hian-tiat-kiam" (pedang besi murni) Nyo
Ko telah menindih Darba dan Hotu ke bawah, melihat jiwa
terancam, mendadak Hotu gunakan akal licik, ia mengkhianat
buat selamatkan jiwa sendiri, kejadian ini disaksikan orang
banyak, tentunya kaupun mendengar cerita orang?"
"O, kiranya begitulah hingga Darba benci padanya," ujar
Kwe Hu.
Mendengar ibunya bercerita tentang Nyo Ko dengan
sebilah pedang menindih Hotu dan Darba ke bawah, Kwe
Yang jadi terbayang betapa gagah perwiranya Nyo Ko dimasa
dahulu, tanpa terasa ia kesemsem.
"Dan kenapa ia berubah menjadi pengemis? Sebab apa
pula Pak-kau-pang bisa berada ditangan-nya?" Kwe Hu
menegas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bukankah itu sangat sederhana?" jawab Ui Yong. "Hotu
telah mendurhakai Suhu dan khianati Suheng, sudah tentu ia
takut dicari mereka, maka ia sengaja menyamar dan ganti
corak menyelundup ke Kay-pang, sedikitpun tidak
menimbulkan curiga dan lambat laun meningkat hingga anak
murid ber-kantong lima, dengan begitu orang-orang Kay-pang
tiada yang curiga, Kim-lun Hoat ong lebih tak bisa
menemukannya.
Tapi manusia jahat yang berhati dengki tidak mungkin
mau terpendam begitu saja hidupnya, bila ada kesempatan,
segera ia jalankan muslihatnya lagi, Hari itu ketika Loh pangcu
meronda keluar kota, diam-diam ia sembunyi di sana dan tibatiba
membokongnya, tapi cara turun tangannya telah
membongkar rahasianya, pula ia tinggalkan murid Kay-pang
yang masih bernyawa itu agar menyampaikan bahwa yang
membunuh Loh Yu ka adalah Hotu.
Sesudah Pak-kau-pang dapat direbut-nya, lalu
disembunyikan dalam pentungnya, ia menunggu saatnya
pemilihan pangcu lantas muncul ikut memperebutnya. Dengan
ilmu silatnya yang memang tinggi, sudah tentu tidak terlalu
susah baginya untuk merobohkan para ksatria, malahan ia
sengaja kemukakan syarat tentang "menemukan pentung
pemukul anjing", suatu syarat yang memang menjadi
peraturan Kay-pang turun-temurun, dengan sendirinya tiada
yang bisa mendebatnya. Ai, keparat Hotu ini benar-benar
pintar berpikir panjang."
"Tapi ada Kwe-hujin disini, meski dapat mengelabuhi
orang untuk sementara, akhirnya juga tak bisa mendustai
kau," ujar Cu Cu-liu tertawan.
Ui Yong tersenyum tak menjawabnya, dalam hati ia
berkata: "Kalau ia menyelundup ke Kay-pang dan tidak unjuk
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sesuatu tanda mungkin masih bisa mengelabuhi aku, tapi
kalau ingin menjadi Pangcu itulah terlalu meremehkan-aku Ui
Yong"
"Dan si Nyo Ko juga hebat benar, ternyata dapat
diketahuinya muslihat Hotu ini, pentung pemukul anjing dapat
direbutnya kembali, kedok Hotu juga kena dibongkarnya dan
dihadiahkan pada Kwe jisoacia sebagai kado ulang tahun,
sungguh hadiah ini tidak kecil," ujar Cu-liu.
"Hm," kukira itupun kebetulan saja dapat di-ketahuinya,"
jengek Kwe Hu.
Tapi Kwe Yang lantas ingat sesuatu, katanya: "Hotu ini
sengaja menyamar sebagai pengemis muka jelek dalam Kay
pang dan sengaja mengacau, Su -samsiok dari kelima saudara
Su itupun pernah di-lukainya, mungkin sekali Su-samsiok
sengaja mencarinya untuk membalas sakit hati dan akhirnya
telah menemukan jejaknya."
"Benar," sahut Ui Yong, mengangguk, "dikalangan
Kangouw sering kah diketahui jejak Hotu, orang lain sekalisekali
tak pernah menyangka bahwa Ho Su-ngo dari Kay-pang
adalah orang yang sama dengan dia. Tapi seorang yang
terlalu tinggi hati, pada suatu hari pasti terjungkal dan terbuka
kedoknya."
"Tapir" sela Kwe Hu, "sebab apa dia sendiri bilang akan
membunuh Hotu? Bukankah itu sangat bodoh?"
"ltu hanya kata-kata untuk menutupi kedoknya saja
supaya orang iain tak mencurigainya," kata Ui Yong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dilain pihak Kwe Yang sedang komat-kamit perlahan:
"Tentu hari itu ia telah mendengar semua perkataanku ketika
aku menyembahyangi arwah Loh-pepek di kelenteng Yotayhu.
Karena tahu hatiku berduka sebab Loh pepek terbunuh
musuh, maka ia lantas mencari pembunuhnya ini. Dan dia
sendiri, kenapa masih belum datang?"
Tengah bicara, pertarungan Darba dan Hotu di atas
panggung semakin sengit. Kedua orang berasal dari satu guru,
masing-masing cukup kenal kepandaian lawan, Darba menang
dalam hal tenaga lebih besar, tapi Hotu lebih unggul akan
kecepatan dan kegesitan, maka sudah ratusan jurus keduanya
masih seimbang saja.
Mendadak sontak Darba menggertak, gada emasnya
ditimpukkannya ke arah Hotu secepat kilat Gada emas ini
beratnya lebih 30 kati, ditimpukkan lagi, gaya meluncurnya
menjadi lihay sekali."
Terkejut Hotu, selamanya belum pernah melihat gerak
serangan sang Suheng ini. lekas-lekas ia mengegos, tapi
Darba sudah memburu maju, telapak tangannya mendorong
dan mendadak gada emas itu memutar arah terus memburu
Hotu puIa.
Sungguh tidak kepalang terperanjat Hotu, barulah
sekarang ia tahu selama belasan tahun ini sang Suheng sudah
banyak mendapat tambahan ilmu Lwekang lagi dari sang
Suhu, kepandaian menimpuk gada ini persis gayanya seperti
Kim-lun Hoat-ong meluncurkan kelima rodanya yang terbikin
dari "Panca logam" itu, melihat tenaga timpukan gada itu
sangat keras, sekali-kali tak sanggup ditangkis dengan kipas,
terpaksa Hotu berkelit pula, Gada itu menyamber lewat dua
tiga senti di atas kepalanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun makin ditimpuk dan didorong, gada emas Darba
itu semakin cepat, obor yang menyala di sekitar panggung itu
sampai ter-goncang2 oleh angin samberan hingga sebentar
terang, sebentar gelap, Hotu tak berani ajal, ia melompat ke
sana kemari, di bawah ancaman gada yang me-nyamber2,
melihat keadaan yang menggetarkan itu, semua orang yang
menyaksikan ikut terperanjat.
Sampai timpukan yang ke-18 mendadak Darba
membentak keras, gada emasnya bagai panah meluncur ke
depan Hotu tak sanggup-berkelit lagi, terdengarlah segera
suara benturan yang keras, dada dan badannya terus lemas
terkulai di atas panggung tak berkutik lagi.
Sesudah ambil kembali gada emasnya, Darba menggerung
menangis tiga kali, lalu ia duduk sila di depan mayat Sute itu
membacakan doa, habis ia melompat turun dan mendekati
Jing-ling-cu, gada emas itu diangkat tinggi2 hendak
dikembalikan pada orang.
Tapi Jing ling-cu tak menerimanya, katanya "Selamat, kau
berhasil cuci bersih sampah perguruanmu, Sin-tiau-hiap telah
mengampuni kau, supaya kau-pulang ke Tibet dan selanjutnya
tak boleh menginjak daerah Tionggoan lagi."
"Banyak terima kasih pada Sin-tiau-tayhiap, hamba
menurut perintahnya." sahut Darba, Lalu ia memberi hormat
dan pergi.
Melihat Hotu menggeletak mati di atas panggung,
mukanya bengkak seram, tapi Kwe Hu masih tak mau percaya
muka demikian ini adalah palsu.
Tiba-tiba ia cabut pedangnya dan melompat ke atas
panggung, dengan ujung pedang ia hendak iris batang hidung
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hotu, serunya: "Biarlah kita melihat muka asli bangsat ini
bagaimana macamnya?"
Tak terduga, mendadak terdengar Hotu membentak sekali,
tahu-tahu melompat tinggi, kedna telapak tangannya terus
menghantam dengan ganasnya.
Kiranya oleh sodokan gada tadi, meski terluka parah
sekali, tapi seketika jiwanya masih belum melayang. Dasar
Hotu memang licik maka ia sengaja tak berkutik, ia menunggu
kalau-kalau Darba mendekatinya dan hendak membalasnya
dengan sekali hantam pada saat sebelum ajalnya, agar gugur
bersama..
Siapa tahu Darba hanya membacakan doa supaya
arwahnya menuju alam baka, lalu turun panggung sebaliknya
Kwe Hu yang datang mengiris hidungnya.
Hantaman Hotu ini boleh dikata seluruh sisa tenaga yang
masih ada telah dikeluarkan seluruhnya. Keruan Kwe Hu
terkejut sekali, sesaat ia menjadi lupa mengayun pedang buat
menahan serangan musuh, pula kutang berduri landak sudah
dipinjamkan suaminya, tampaknya jiwanya sekejap saja pasti
akan melayang oleh hantaman kedua tangan Hotu.
Dalam terkejutnya Kwe Cing, Ui Yong dan Yalu Ce
berbareng hendak melompat keatas panggung.
Untuk menolongnya tapi terang tak keburu lagi.
Pada detik berbahaya itulah, tiba-tiba terdengarlah suara
mencicit dua kali, tahu-tahu dari udara menyambar datang
dua senjata rahasia dengan pesat sekali dari kanan-kiri dan
sekaligus mengenai dada Hotu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kedua senjata rahasia itu bentuknya sangat lembut, tapi
tenaganya luar biasa besarnya, tanpa ampun lagi tubuh Hotu
terjengkang merosot ke bawah panggung mulutnya
memuntahkan darah dan benar-benar binasalah sekarang.
Dengan ternganga kaget semua orang coba memandang
ke arah darimana datangnya senjata rahasia itu, tapi
tertampak bintang suram, bulan guram, langit gelap, lebih dari
itu suasana sunyi senyap saja.
Di depan panggung tegak berdiri dua tiang bendera yang
besar dan tingginya beberapa tombak, agaknya senjata
rahasia itu disambitkan masing-masing dari kedua talang tiang
bendera yang tinggi itu.
Bagaimana Darba dapat ditawan Nyo Ko dan dibawa untuk
diadu dengan Ho Su-ngo alias Hotu?
Apa tindakan Kim-Iun Hoat-ong dan bagaimana nasib Kwe
Yang yang mendadak minggat dari rumahnya?
(Bacalah jilid ke - 57)
Jilid 57
"Melihat suara menyambernya senjata rahasia tadi, Ui
Yong menduga kecuali kepandaian "tan-ci sin-thong" atau ilmu
jari maha sakti yang dari ayahnya, Ui Yok su, rasanya tiada
orang lain lagi yang memiliki kepandaian setinggi itu.
Cuma kedua tiang bendera jaraknya masing-masing
belasan tombak, kenapa dari kedua tiang bendera itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berbareng ditumpukkan senjata rahasia? Masakah ada dua
orang.
Tapi saking girangnya iapun tidak banyak pikir lagi, segera
ia berseru memanggil: "Apakah ayah yang datang, bukan?"
Terdengarlah dari lalang tiang bendera sebelah kiri ada
suara seorang tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata
"Kawan cilik Nyo Ko, marilah kita turun bvrbareng!"
"Baik," sahut seorang dari talang sebelah kanan. Menyusul
itu, dari dalam talang tiang bendera masing-masing melompat
turun satu orang.
Di bawah sinar bintang dan bulan yang guram, baju kedua
orang itu me-lambai2 ketika melompat turun, seorang
berjubah hijau berambut putih, yang lain berbaju biru
berlengan tunggal, nyatalah mereka memang Ui Yok-su dan
Nyo Ko.
Kedua orang itu melompat turun ke arah panggung, Ui
Yok-su menarik tangan kiri Nyo Ko selagi masih terapung di
udara, kemudian keduanya turun berbareng di atas panggung,
Betapa mengagumkan cara melayang turunnya kedua orang
itu. Bila semua orang tidak mendengar suaranya dahulu, boleh
jadi akan menyangka mereka adalah malaikat yang turun dari
khayangan.
Lekas Kwe Cing dan Ui Yong melompat ke atas panggung
memberi hormat pada Ui Yok-su.
Begitu pula Nyo Ko lantas menyembah dihadapan Kwe
Cing dan Ui Yong suami-isteri sambil menyapa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tit-ji (keponakan) Nyo Ko memberi hormat kepada Kwe
pepek dan Kwe-pekbo."
Cepat Kwe Cing membangunkannya dan katanya dengan
tertawa: "Ko ji, ketiga macam hadiah-mu ini sungguh...
sungguh..." tapi saking terharunya, pula memang tidak pandai
bicara muluk-muluk, maka "sungguh" apa, tak bisa
dikatakannya
Sebaliknya Kwe Hu yang dengki, kuatir kalau dirinya
disuruh mengaturkan terima kasih atas pertolongan Nyo Ko
tadi, lekas-lekas mendekati Ui Yok-su sambil memanggil
Engkong.
Nyo Ko tersenyum, ia kenal watak orang, ia melompat
kehadapan Kwe Yang dan sapanya dengan tertawa. "Adik cilik,
aku datang terlambat."
Berdebar2 hati Kwe Yang saat itu, wajahnya jengah.
jawabnya dengan suara lirih: "Ah, kau telah bawakan tiga
nucam hadiah besar ini, sungguh... sungguh bikin capek kau
saja."
""Hanya sekedar meramaikan hari ulang tahun adik cilik
saja, tiada yang perlu dipuji," sahut Nyo Ko tertawa.
Habis itu, ketika ia memberi tanda, segera terdengar Toa
thau-kui berteriak "Bawa semua ke sini!" - Segera pula dipintu
masuk lapangan sana ada orang meluruskan perintah itu:
"Bawa semua ke mari-dan begitu pula seterusnya suara itu
dilanjutkan hingga jauh.
Selang tak lama dari Iuar lapangan itu membanjir
serombongan orang, ada yang membawa leng-long dan obor,
ada yang memikul dan menjinjing tenggok, terus tersebar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
disekitar lapangan dan mematok cagak mendirikan panggung,
sementara orang yang datang semakin banyak tak terputusputus,
namun secara beraturan, tiada seorangpun bicara,
hanya bekerja keras.
Semua orang sudah saksikan ketiga hadiah besar yang
dibawa Nyo Ko tadi, maka siapapun merasa kagum padanya
mereka pikir orang-orang yang di bawanya kemari ini tentu
ada gunanya.
Tak lama kemudian, di sebelah barat daya lapangan itu
satu panggung sudah berdiri, gembreng berbunyi dan
genderang ditabuh, nyata itula sebuah panggung wayang "po
te-hi" yang melakonkan "Pat sian-cok- siu" atau delapan dewa
memberi selamat ulang tahun.
Menyusul mana satu panggung yang disudut lain
mempertunjukan opera yang melakonkan cerita Kwe Cu-gi
berulang tahun, dewa- dewi datang memberi selamat
padanya, Dalam sekejap saja di-ujung lainpun ada wayang
orang yang memulai pertunjukan hingga seketika suasana
meriah sekali.
Sungguh hebat usaha Nyo Ko ini, sekalipun keluarga
bangsawan yang paling mampu juga tidak selengkap dan
seramai sekarang ini.
Betapa girang Kwe Yang atas kebaikan Nyo Ko, saking
terharu matanya mengembeng air mata dan tak sanggup
bersuara, .
Kwe Hu jadi ingat apa yang dikatakan adiknya tempo hari
bahwa ada seorang ksatria besar akan datang memberi
selamat ulang tahun padanya, kini ternyata betul-betul terjadi,
ia gusar dan mendongkol dalam keadaan serba kikuk ia puraTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
pura menarik tangan Ui Yok-su menanyakan ini dan itu,
terhadap keramaian disekitarnya ia berlagak tidak tahu.
"Ayah, apakah sebelumnya kau telah berjanji dengan Ko-ji
akan sembunyi didalam talang tiang bendera itu?" tanya Ui
Yong kemudian pada ayahnya.
"Bukan, bukan," sahut Ui Yok-su tertawa, "Satu hari,
ketika aku pesiar di Tong-teng-oh di malam bulan purnama,
tiba-tiba aku mendengar suara orang berseru mencari Yan-po
Tio-so (si kakek tukang mancing), katanya ada seorang
bernama Sin tiau hiap mengundangnya ke Siangyang,
Kepandaian Yan-po Tio-so itu tidaklah rendah, cuma tabiatnya
sangat aneh, Maka aku menjadi kuatir kalau diam-diam
mereka akan melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan
puteri dan menantuku sayang, diam-diam aku lantas datang
kemari. Siapa tahu kalau Sin-tiau-hiap ini ternyata adalah
kawan cilik Nyo Ko, bila tahu, tak perlu lagi aku ikut-ikut
capekan diri."
Dari lagu perkataan orang, Ui Yong tahu sang ayah meski
mengembara ke mana-mana, tapi dalam hati senantiasa masih
merindukannya. maka dengan tertawa ia berkata: "Tia (ayah),
sekali ini janganlah kau pergi lagi, marilah kita hidup
berkumpul saja dengan bahagia."
Namun Ui Yok-su tidak menjawabnya, tiba-tiba Kwe Yang
dipanggil kedekatnya, "Marilah, nak, biar Gwakong melihat
kau," demikian katanya.
Memangnya Kwe Yang selama ini belum kenal sang
Gwakong atau kakek luar (ayah ibu), maka lekas-lekas ia
mendekatinya dan memberi hormat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Ui Yok su memegangi tangan anak dara itu dan
mengamat-amati raut mukanya, tiba-tiba dengan muram ia
berkata: "Sungguh persis, sungguh persis!"
Ui Yong tahu ayahnya menjadi terkenang pada mendiang
ibunya, maksudnya muka Kwe Yang, sangat mirip dengan
nenek sewaktu mudanya, Karena kuatir bikin ayahnya
bertambah berduka, maka ia tidak buka suara.
"Sudah tentu persis" sela Kwe Hu tiba-tiba dengan
tertawa, "Engkau berjuIuk "Lo-tong sia" dan dia dipanggil
orang "Siau-tong sia"
"Hu ji," cepat Kwe Cing membentak, "Dihadapan Gwakong
berani tak beraturan?"
Sebaliknya Ui Yok-su menjadi girang, ia tanya Kwe Yang:
"Apa benar kau berjuluk "Siau tong-sia", Yang-ji?"
Kwe Yang menjadi jengah jawabnya."Mula-mula Cici yung
menyebut aku demikian, lama2 orang lainpun ikut- menyebut
aku begitu."
dalam pada itu empat tertua dari Kay-pang sedang
merubung Nyo Ko sambil tiada hentinya mengaturkan terima
kasih, dalam hati mereka berpikir. "la telah menemukan
kembali Pak kau-pang dan membongkar kedok muslihat Hotu,
jika ia sudi menjadi pangcu kita, itulah paling baik."
Sebab ituIah, segera Nio-tianglo berkata: "Nyotoaya,
sungguh tidak beruntung Loh pangcu kami telah wafat..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko tahu akan maksud hati orang, tanpa menunggu
ucapan orang Iebih lanjut, segera ia memotong: "Kepandaian
Yalu toaya serba pintar, bijaksana dan berbudi, ia juga adalah
kawanku sejak duIu, kalau dia yang menjadi Pangcu
perkumpulan kalian, pasti akan bisa meneruskan usaha Ang,
Ui dan Loh bertiga Pangcu dahulu."
Setelah Ui Yok-su menanya sekedar ilmu silat Kwe Yang, ia
berpaling dan hendak memanggil Nyo Ko, tapi demi menoleh,
tahu-tahu Nyo Ko sudah berjalan keluar lapangan, ia tahu
sekali Nyo Ko pergi susah bertemu pula, maka cepat serunya.
"Kawan cilik Nyo Ko, nanti dulu, akupun hendak pergi!"
Ketika lengan bajunya mengebas, sekejap saja ia sudah
menyusul sampai di samping Nyo Ko, seorang tua dan yang
lain muda bergandengan tangan menghilang di malam gelap.
Sebenarnya Ui Yong ada sesuatu hendak dibicarakan
dengan ayahnya, cuma dihadapan orang banyak tak IeIuasa
diutarakan, kini orang tua itu ternyata pergi begitu saja, ia
menjadi gelisah dan lekas-lekas menguber.
Tapi betapa cepat jalannya Ui Yok su dan Nyo Ko, waktu
Ui Yong mengejar keluar, jarak mereka sudah beberapa puluh
tombak jauhnya.
"Ayah, Ko ji, marilah tinggal dulu dan berkumpul beberapa
hari saja." teriak Ui Yong.
"Ah, watak kami berdua suka bebas tak mau dikekang,
biarkanlah kami pergi dengan merdeka!" demikian Ui Yok-su
menyahut dengan tertawa.
Nyata suaranya itu sudah jauh sekali, Diam-diam Ui Yong
mengeluh, tapi apa daya, terang tak dapat menyandaknya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terpaksa ia kembali pulang, sementara dilapangan itu suasana
masih ramai sekali.
Se-san it khut-kui, Su si Hengte, Jing ling cu dan kawankawannya
juga sudah pergi.
Sesudah dirundingkan antara tetua Kay pang, kalau tidak
dikacau Hotu tentu Yalu Ce sejak tadi sudah diangkat jadi
Pungcu, Nyo Ko ada budi pada Kay pang, ia juga mengusulkan
Yalu Ce, maka sesuai benar dengan pilihan suara orang
banyak.
Karena itulah keempat tertua Kay pang lantas melaporkan
kepada Ui Yong, lalu naik punggung mengumumkan tentang
pengangkatan Yalu Ce sebagai Pangcu baru.
Menurut aturan, para anggota ber turut-urut harus
meludahi tubuh Yalu Ce, sedang para pahlawan diluar Kaypang
sama naik panggung memberi selamat, suasana menjadi
tambah riang gembira.
Ui Yong suruh orang memberi hadiah seperlunya kepada
anak wayang dan seniman seniwati, pementasan itu terus
berlangsung hingga terang tanah barulah bubar.
Melihat kedatangan Nyo Ko sekali ini melulu bicara sejenak
dan bersenyum sebentar, lantas berpisah, dalam hati Kwe
Yang merasa kesal tak terkatakan, semakin dipikir semakin
masgul, ia lihat encinya sedang suka ria berdiri di samping
sang suami menerima ucapan selamat dari semua orang, ia
sendiri menjadi sunyi rasanya, maka ia putar tubuh hendak
meninggalkan lapangan itu.
Tapi belum bebetapa langkah ia bertindak, tiba-tiba Ui
Yong menyusulnya, tangan si anak dara dipegangnya dini
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengan suara lembut Ui Yong bertanya: "Yang ji, ada apakah?
Apakah merasa kurang gembira?"
"Ah, tidak, aku justru sangat gembira," sahut Kwe Yang.
Habis berkata ini, segera iapun menunduk, air matanya ber
linang2 hampir menetes.
Sudah tentu Ui Yong mengerti perasaan puterinya itu, tapi
ia sengaja bicara tentang cerita2 lucu yang dilihatnya di
panggung sandiwara dengan maksud memancing Kwe Yang
agar tertawa.
Perlahan-lahan ibu dan anak itu pulang ke rumah, Ui Yong
mengantar puteri kecilnya itu kembali kamar "Yangji, apa kau
lelah?" tanyanya penuh rasa kasih sayang.
"Tidak, mak. Kau sendiri semalam suntuk tidak tidur,
haraplah pergi mengaso." sahut Kwe Yang.
Namun Ui Yong menarik tangan anak dara itu pula dan
duduk sejajar di tepi ranjang, rambut puterinya itu dibelai2nya,
katanya dengan suara lembut: "Yangji, urusan Nyo
toako selamanya tak pernah kuceritakan padamu, ceritanya
memang terlalu panjang, apabila kau tidak letih, biarlah ku
ceritakan padamu sekarang."
Seketika semangat Kwe Yang terbangkit, "Ceritakanlah,
mak," pintanya cepat."
"Kisah ini dimulai dari engkongnya," tutur Ui Yong. Laiu iu
menceritakan bagaimana dahulu Kwe Siau thian (ayah Kwe
Cing) dan Nyo Thi sim (engkongnya Nyo Ko) mengangkat
saudara dan saling mengikat janji berbesan selagi isteri kedua
orang masih mengandung.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kemudian Nyo Khong (ayah Nyo Ko) mengaku musuh
(Wanyan Liai ) sebagai ayah hingga akhirnya mati secara
mengenaskan, Tentang waktu keciInya Nyo Ko pernah tinggal
di Tho hoa-to sampai Kwe Hu menabas buntung lengannya,
bagaimana berpisah dengan Siao liong-li di Coat ceng kok,
semua dituturkannya.
Sungguh sama sekali Kwe Yang tidak menduga bahwa
"Toakoko" yang siang dan malam di-rindukannya itu ternyata
mempunyai hubungan begitu rapat dengan keluarganya
sendiri, lebih-lebih tak menduga bahwa lengannya yang
buntung itu justeru encinya yang mengutunginya, sedang
menghilangnya Siau liong li juga disebabkan terkena jarum
berbisa yang disambitkan cicinya.
Mula-mula ia menyangka Nyo Ko hanya seorang ksatria
muda yang dikenalnya secara kebetulan, karena orangnya
cakap ganteng hingga hati kecilnya kesemsem selalu, siapa
tahu di dalamnya terdapat suka duka yang begitu panjang
meliputi tiga turunan, Maka ketika ibunya mengakhiri
ceritanya, rasa anak dara ini seakan-akan mabuk, pikirannya
kacau.
"Semula aku telah salah menduga," demikian kata Ui Yong
pula menghela napas, "kusangka perkenalannya dengan kau
mengandung maksud jahat. Ai, tapi melihat ketiga hal yang
dilakukan Nyo-toakomu semalam, jangankan dia sebenarnya
tiada pikiran serong, sekalipun memang tiada maksud baik,
sesudah kita terima budi yang tak sedikit, sesungguhnya
kitapun harus berterima kasih tak habis-habis padanya."
"Mak, kau bilang Nyo-toako tidak bermaksud baik apa,
kenapa berpikiran serong?" tanya Kwe Yang heran.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, mula-mula aku salah duga," sahut Ui Yong, "Aku kira
saking bencinya pada keluarga Kwe kita, maka ia hendak
membalas dendam melalui dirimu."
"Mana bisa?" ujar Kwe Yang menggeleng kepala. "Jika ia
mau bunuh aku untuk membalas dendam, hal itu mudah
sekali seperti membaliki tangan sendiri saja, ketika di daerah
Soasay, asal sekali jarinya menutuk saja segera aku bisa
dibinasakannya."
"Kau masih kanak, tidak paham," kata Ui Yong, "Jika ia
sengaja bikin kau menderita dan membuat kita selalu berduka
dan masgul, sudah tentu ia mempunyai caranya yang lebih
keji daripada membunuh orang, Ai, biarlah, jangan dibicarakan
lagi, saat ini akupun sudah tahu tak nanti hal itu diperbuatnya.
Cuma dalam hatiku masih tetap kuatirkan sesuatu hingga
merasa tak enak."
"Kau kuatirkan apa, mak?" tanya si gadis, "Tampaknya
kejadian-kejadian dahulu yang harus disesalkan itu, Nyotoako
sudah tidak mengingatnya lagi dalam hati, tidak lama
iapun akan bersua kembali dengan Toaso ( kakak ipar ),
tatkala itu saking senangnya segala kejadian dahulu pasti akan
lenyap dalam ingatannya."
"Tapi yang kukuatirkan justru kalau dia takkan bisa bersua
lagi dengan Siao liong li," kata Ui Yong gegetun.
Kwe Yang melengak oleh kata-kata itu, "Apa? Mana bisa?
Toakoko sendiri berkata padaku bahwa karena lukanya, Liongcici
telah ditolong pergi Lam hay Sin-ni dan berjanji 16 tahun
kemudian akan berjumpa pula. Betapapun cinta kasih suami
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
isteri mereka, sudah sekian lamanya saling tunggu masakah
takkan bersua kembali?"
Namun Ui Yong mengkerut kening sambil bersuara tak
acuh.
"Kata Toakoko," sambung Kwe Yang pula. "Liong-cici telah
mengukir tulisan ditebing gunung yang berbunyi: "l6 tahun
kemudian bertemu lagi di sini, cinta kasih suami isteri, harap
jangan salah janji, Apakah mungkin ukiran tulisan itu palsu
belaka?"
"Tulisan itu memang tulen, sedikitpun i:dak palsu," sahut
Ui Yong "Cuma yang kukuatirkan justeru karena cinta Siaoliong
li terhadap Nyo Ko terlalu mendalam, hingga sebab itu
Nyo Ko takkan bisa melihat dia lagi untuk selamanya."
Kwe Yang menjadi bingung, dengan tercengang ia
pandang sang ibu penuh tanda tanya.
"16 tahun yang lalu," demikian tutur Ui Yong, "Nyo
toakomu suami- isteri terluka parah semua, Nyo-loako masih
ada obat yang bisa menyembuhkannya, tapi racun jarum yang
mengenai Siao liong -li sudah meresap tulang, menyaksikan
isteri tercintanya itu sukar disembuhkan lagi, Nyo-toakomu
itupun tidak ingin hidup sendirian, maka sekalipun ia diberi
obat dewa juga ia takmau meminumnya." - berkata sampai di
sini suaranya berubah halus, katanya puIa:
"Ai, masih banyak hal lain, karena usiamu masih kccil,
sementara ini kau takkan paham."
Kwe Yang ter mangu2 oleh cerita itu, selang se-jenak
barulah ia menjungat dan berkata: "Mak, jika kujadi Liong-cici,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kuakan pura-pura sudah sehat dan minta dia minum obat
untuk menyembuhkan lukanya."
Sungguh Ui Yong tak menyangka puterinya yang masih
kecil itu bisa berpikir demikian untuk orang lain, maka sesaat
itu ia tertegun, "Ya, benar, makanya aku kuatirkan Siao-liong li
tatkala itu juga berpikir seperti pendapatmu ini dan sengaja
meninggalkan Nyo Ko," kata Ui Yong kemudian, "la mengukir
tulisan di tebing batu dan berjanji akan bertemu pula 16 tahun
lagi, waktu itu aku lantas menduga menghilangnya Siaoliong-li
secara mendadak boleh jadi demi kepentingan Nyo toakomu
agar bertahan hidup selama 16 tahun untuk menantikannya
Ai. rupanya ia menyangka setelah lewat 16 tahun yang Iama
itu, cinta Nyo-toakomu padanya tentunya akan mendingin,
dengan begitu, sekalipun dalam hati masih berduka, tapi pasti
akan sayang juga pada badan sendiri dan takkan membunuh
diri lagi."
"Jika begitu, bagaimanakah tentang cerita Lam-hay Sinni
itu?" tanya Kwe Yang.
"Lam hay,Sinni itu justeru adalah karanganku. Maka
hakikatnya tidak pernah ada seorang tokoh seperti itu," sahut
Ui Yong,
"Ha, tidak ada tokoh Lam hay Sinni?" Kwe Yang menegas
terkejut.
"Ya, sebab waktu itu aku melihat keadaan Nyo Ko yang
sedih dan merana, hatiku tak tega, lantas aku mengarang
nama Lam hay Sinni untuk menghiburnya agar suka menanti
selama 16 tahun ini," sahut Ui Yong. "Aku katakan padanya
bahwa Lam-hay Sinni tinggal di pulau Tati, padahal dijagad ini
hakikatnya tidak pernah ada pulau itu. Akupun bilang Lam hay
Sinni pernah mengajarkan sejurus ilmu pukulan pada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Gwakongmu, dengan begitu supaya dia bertambah percaya.
Sebab si Nyo Ko ini sangat cerdik, kalau aku tidak bicara
seakan-akan benar dan hidup, tak nanti ia mau percaya. Dan
kalau ia tak percaya, maksud baik Siao liong li itupun akan siasia."
"Apakah ibu maksudkan Liong cici sudah meninggal dan
janji 16 tahun bertemu lagi hanya untuk membohonginya
saja?" tanya Kwe Yang.
"Tidak, tidak, boleh jadi Siao-liong-li masih hidup, sampai
hari yang dijanjikan nanti bila betul-betul ia datang berkumpul
kembali dengan Nyo Ko, maka kita harus berterima kasih pada
yang maha kuasa," sahut Ui Yong cepat. "Dia adalah ahliwaris
Ko-bong-pay satu-satunya, cakal bakal Ko bong pay, Lim Tiau
eng, lelah menurunkan ilmu kepandaian yang maha hebat
padanya, rasanya Siao liong li takkan meninggal secara begitu
saja."
"Ya, memangnya akupun berpikir, Liong cici adalah orang
yang begitu baik, Nyo toako juga sedemikian cinta padanya,
pasti ia takkan mati selagi muda," demikian kata Kwe Yang
dengan hati rada lega.
"Dan bila sampai hari yang dijanjikan itu Nyo-toako tak
bisa menjumpainya kembali, bukankah pukulan ini akan
membuatnya menjadi gila?"
"Makanya kedatangan Gwakong-mu sekarang sebenarnya
akan kuminta agar suka membantu membulatkan bualanku
tentang Lam hay Sinni itu," kata Ui Yong.
Kwe Yang menjadi kuatir "Ya, saat ini tentu Nyo toako
berada bersama dengan Gwakong dan ia akan tanya tentang
Lam hay Sin-ni, Tapi Gwa-kong tak tahu duduknya perkara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tentu akan bilang tak kenal, dengan begitu lantas
terbongkarlah rahasia itu, lantas bagaimana baiknya?"
"Jika benar-benar Siao liong li dapat bersua kembali
dengan dia, itulah yang kita harapkan dan segalanya akan
menjadi beres," kata Ui Yong "Tapi bila sampai saatnya ia
tidak melihat Siao-liong-li, turuti wataknya yang tak terkendali
itu, entah keonaran apa yang akan diperbuatnya, Tentu ia
akan dendam karena aku membohonginya dan bikin susah dia
menunggu selama 16 tahun ini!"
"Mak, hal itu tak perlu kau kuatirkan," ujar Kwe Yang,
"Kau membohongi dia demi kebaikannya. Kau bermaksud
menolong jiwanya."
"Hubungan kekeluargaan selama tiga keturunan tidaklah
perlu dibicarakan, melulu diri Ko-ji saja, beberapa kali ia telah
menolong jiwa ayahmu, ibumu dan encimu, hari ini ia berjasa
pula begitu besar untuk kota Siangyang, seandainya kita ada
sedikit budi padanya juga tidak cukup untuk membalasnya,"
kata Ui Yong.
"Ai, hidup Ko-ji selama ini menderita sebatangkara,
umurnya svdah lebih 30, tapi saat bahagia yang pernah ia
kenyam rasanya juga tiada beberapa hari saja."
Kwe Yang menjadi muram, ia menunduk, dalam hati ia
pikir: "Kalau Toakoko tak bisa berjumpa kembali dengan Liong
cici, mungkin ia bisa gila benar?"
"Nyo-toakomu itu adalah seorang perasa dan beradab,
cuma sejak kecil sudah banyak mengalami pukulan hidup,
maka wataknya menjadi rada aneh, tindak tanduknya selalu
diiuar dugaan orang," ujar Ui Yong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, dia dan Gwakong dan aku, semuanya golongan
aneh." kata Kwe Yang tertawa tawar.
"Benar, ia adalah orang baik, hanya bersifat rada latah,"
kata Ui Yong sungguh-sungguh "Makanya, bila tak beruntung
Siao liong-li sudah meninggal, selanjutnya sekali-sekali jangan
kau bertemu dia lagi."
Terkejut sekali anak dara itu, sama sekali tak diduganya
ibunya bisa berkata begitu. "Sebab apa? Kenapa tak boleh
bertemu dengan Nyo toako lagi?" tanyanya cepat.
Ui Yong menggenggam tangan puterinya itu dan berkata
pula: "Jika akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan Siao liong
li, biar kau ikut mengembara ke ujung langit sekalipun aku
takkan keberatan. Tapi kalau Siao liong-li tak bersua lagi
dengan dia, Yang ji, kau belum kenal sifat Nyo toakomu, bila
ia sudah gila, segala apa dapat diperbuatnya"
"Mak," tanya Kwe Yang gemetar, "jika Liong cici tak dapat
dijumpainya lagi, tentu ia akan sangat berduka, kita harus
menghiburnya baik-baik."
"la takkan mendengar hiburan orang," kata Ui Yong
menggeleng kepala.
"Mak." tanya Kwe Yang lagi setelah merandek sejenak,
"Sesudah menunggu 16 tahun dengan sia-sia, dalam
berdukanya nanti apakah ia akan membunuh diri?"
Ui Yong merenung sejenak, kemudian baru ja-wabnya:
"Pikiran orang lain dapat aku menerkanya, tapi Nyo-toakomu
itu sejak kecil aku tak dapat meraba pikiran apa yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terkandung dalam otaknya, justeru sebab itulah maka aku
melarang kau bertemu lagi dengannya, kecuali kalau ia datang
bersama Siao liong li, itulah lain perkara."
Kwe Yang termenung dan tak menanya lebih jauh.
"Yang-ji," kata Ui Yong pula, "ibu hanya berpikir untuk
kebaikanmu, jika kau tak turut nasihat ibu, kelak pasti akan
menyesal"
Habis itu, ia lantas ceritakan kejadian dulu, dimana puteri
angkat Nyo Thi-sim yang bernama Bok Liam cu, dalam suatu
pertandingan sayembara Bok Lam cu dikalahkan Nyo Khong,
meski Nyo Khong banyak melakukan kejahatan tapi cinta Bok
Liam cu padanya tetap kekal hingga kemudian Bok Liam-cu
gugur menyusul kekasihnya di kelenteng Ong-tiat-jiang.
"Bok Liam-cu sesungguhnya wanita baik yang sukar dicari,
tapi karena salah menyerahkan cintanya hingga berakhir
secara mengenaskan demikian" kata Ui Yong.
"Mak." kata Kwe Yang tiba-tiba. "ia menyukai Nyosioksiok,
betapapun Nyo-sioksiok berbuat salah pun, ia akan
suka padanya sampah akhir jaman."
Ui Yong terkesima memandangi muka sang puteri yang
mungil itu, dalam hati ia pikir: "Usia sekecil ini, darimanakah
bisa paham begini banyak?"
Dilihatnya anak dara itu sudah letih dan arip, segera ia
tarik selimut dan menyuruhnya tidur sambil dininabobokkannya.
Memangnya semalam suntuk Kwe Yang tidak
tidur, maka sebentar saja ia sudah pulas, Ui Yong lantas
kembali kekamar sendiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sore harinya, kedua saudara Bu yang ditugaskan ke Lamyang
itu telah mengirim berita bahwa gudang rangsum musuh
memang benar telah terbakar habis, malahan api masih belum
terpadam, pasukan MongoI telah mundur ke utara sejauh
ratusan li dan berkemah di sana.
Mendengar kabar itu, seluruh penduduk kota Siangyang
menjadi girang, nama "Sin tiau-tayhiap" yang sengaja mem
bumbu2i dengan pujian setinggi langit:
Malamnya lagi Kwe Cing suami isteri diundang oleh Lu Bun
hwan untuk merundingkan soal pertahanan kota hingga
sampai jauh malam baru pulang.
Besok paginya, seperti biasa Yalu Ce, Kwe Hu dan Kwe
Boh-lo datang memberi selamat pada orang tua, tapi sampai
lama Kwe Yang tak kelihatan muncul.
Ui Yong menjadi kuatir, segera pelayan di -suruhnya
melihat ke kamar puteri kedua itu apakah lantaran sakit, Tapi
tak lama pelayan itu dan dayang pribadi Kwe Yang sudah
kembali melapor, katanya: "Semalam Jisiocia tidak kembali ke
kamar"
Keruan Ui Yong terkejut "Kenapa semalam tidak lantas
melapor?" tanyanya segera.
"Semalam Hujin pulang larut malam, hamba tak berani
mengganggu pula kuatir sebentar Jisiocia akan kembali kamar,
tak tahunya menunggu sampai sekarang masih belum
kelihatan," tutur pelayan pribadi Kwe Yang itu.
Sesudah merenung sebentar segera Ui Yong memeriksa
kamar anak dara itu, ia lihat baju se-hari-2, senjata dan uang
semuanya tiada yang dibawa anak dara itu Tengah ia heran,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tiba-tiba dilihatnya di bawah bantal puterinya itu menongol
ujung secarik kertas.
Segera Ui Yong menduga jelek, diam-diam ia mengeluh,
cepat kertas itu disambernya dan dibaca, ternyata surat itu
tertulis:
Ayah dan ibu tercinta,
Anak pergi mencegah Nyo-toako agar jangan sekali-sekali
berpikiran pendek, Bila sudah dapat mencegahnya, segera
anak akan pulang.
Hormat puterimu,
Yang
Sesaat Ui Yong mematung tak bersuara, dalam hati ia
pikir: "Anak dara ini benar-benar ke-kanak-anakan. Macam
apakah orangnya Nyo Ko itu, kecuali Siao-liong-Ii, siapa lagi
yang bisa bikin dia menurut? ia bukanlah Nyo Ko jika begitu
gnnpang mau mendengar kata-kata orang Iain.
Niat Ui Yong hendak mencari puteri kecil itu, tapi
mengingat situasi sangat genting, setiap saat pasukan MongoI
bisa dikerahkan menyerang Siangyang mana boleh karena
urusan anak-anak harus menjelajah Kangouw lagi? Maka
sesudah berunding dengan Kwe Cing, segera ia tulis empat
pucuk surat dan suruh empat anak murid Kay-pang yang
dapat dipercaya pergi mencari Kwe Yang agar anak dara itu
bisa lekas pulang.
Kiranya hari itu sesudah Kwe Yang mendengar cerita sang
ibu, ia lantas tertidur. Tapi mimpi buruk datang terus menerus
sebentar dilihatnya Nyo Ko menabas buntung lengannya yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tinggal satu itu, lain saat terbayang Nyo Ko terjun ke jurang
yang beribu tombak dalamnya hingga hancur lebur.
Karena impian buruk itu, Kwe Yang terjaga bangun
dengan keringat dingin, ia terduduk dipinggir ranjang dan
termenung-menung "Toakoko telah beri tiga jarum emas
padaku dan sanggup menerima tiga permohonanku yang pasti
akan dilakukan untukku.
Kini jarum emas tinggal sebuah saja padaku, justru dapat
kugunakan untuk mohon dia jangan cari jalan " pendek
(bunuh diri), ia adalah seorang pendekar, seorang jantan, apa
yang dikatakan tentu di pegang janjinya, biar sekarang juga
aku pergi mencarinya."
Lantas ia tinggalkan sepucuk surat singkat pada orang
tuanya, lalu pergilah ia keluar kota.
Tapi Nyo Ko bersama Ui Yok-su tatkala itu entah sampai
dimana, sesungguhnya sukar untuk dicari. Setelah 30 40 li
Kwe Yang menempuh perjalanan tanpa tujuan, ia mulai
merasa lapar, ia pikir harus tangsal perut dulu pada suatu
rumah makan. Tapi di luar kota Siangyang penduduknya yang
takut datangnya pasukan musuh sudah lama mengungsi,
jangankan rumah makan, bahkan rumah penduduk satupun
tiada isinya.
Selamanya Kwe Yang belum pernah keluar rumah
sendirian, sama sekali tak terduga olehnya orang melawat
jauh sesungguhnya sulit seorang diri ia duduk termenung2
diatas batu ditepi jalan sambil bertopang dagu.
Ia berduduk sebentar, ia pikir tiada rumah makan, cari
sedikit buah2an untuk sekedar tangsal perut juga lumayan,
Tapi ketika memandang sekelilingnya, beberapa li
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sekelilingnya hanya tanah tandus tanpa suatu pohon, apalagi
buah2an.
Selagi ia rada bingung, tiba-tiba terdengar derapan kuda
ber-detak2, seorang penunggung kuda berlari cepat duri timur
ke barat, ketika sudah dekat terlihatlah penunggangnya
adalah seorang Hwesio tua yang berperawakan tinggi kekar,
memadai jubah kuning, kasa bersemampir dipundaknya,
diatas kepalanya memakai sebuah kopiah bundar yang
bercahaya emas mengkilat.
Kuda itu lari dengan cepat sekali, sekejap saja sudah
lewat, tapi tiba-tiba paderi itu putar kuda kembali dan
mendekati Kwe Yang dengan rasa heran.
"Nona cilik, siapakah kau?" demikian tanyanya "Kenapa
seorang diri kau berada di sini?"
Melihat sorot mata orang tajam bagai kilat, hati Kwe Yang
rada terkesiap, segera ia teringat pada It-teng Taysu yang
pernah dilihatnya di tambak Hek-liong-tam, diam-diam ia pikir:
"lt-teng Taysu itu sangat welas nsiii, tentu paderi beralis putih
inipun orang baik."
Maka jawabnya: "Aku bernama Kwe Yang, baru datang
dari Siangyang, hendak cari seseorang."
"Kau hendak mencari siapa?" tanya paderi tua itu.
Kwe Yang tersenyum sambil miringkan kepalanya dan
katanya: "Hwesio tua suka campur urusan orang lain, aku tak
mau beritahukan padamu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cobalah kau terangkan siapakah orang yang hendak kau
cari, boleh jadi di tengah jalan tadi aku melihatnya bukankah
bisa kuberi petunjuk padamu," ujar paderi tua.
Betul juga pikir Kwe Yang, maka jawabnya: "Orang yang
kucari itu sangat mudah dikcnali, ialah seorang laki-laki muda
tanpa lengan kanan. ia mungkin berada bersama dengan
seekor rajawali raksasa, boleh jadi berada sendirian puIa."
Kiranya paderi tua ini bukan lain ialah Kim-lun Hoat-ong.
Mendengar orang yang dimaksud kan Kwe Yang itu ternyata
Nyo Ko adanya, ia terkejut, tapi pada lahirnya ia tenangtenang
saja dan pura-bergirang.
"He, orang yang hendak kau cari itu she Nyo bernama Ko,
bukan?" katanya cepat. Kwe Yang menjadi girang: "Ya, kau
kenal dia?"
"Tentu saja aku kenal, kami adalah sobat lama," demikian
kata Kim-lun Hoat-ong dengan tertawa: "Scwaktu kami
berkenalan, boleh jadi kau masih belum lahir."
Muka Kwe Yang yang cantik sedikit merah, tapi tanyanya
pula: "Toahwesio, siapakah nama gelaranmu?"
"Aku bernama Cumulangmah," sahut Kim lun Hoat ong.
"Apa Cumi? Mamah? Ah, begitu panjang, susah
diucapkan." kata Kwe Yang dengan tertawa.
"Cu mu Iang- mah" Hoat-ong mcnegas sekata demi
sekata,
"O, Cumulangmah, Apakah kau tahu dimana Toakokoku
berada?" tanya si anak dara lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kiranya Kim-lun Hoat-ong sengaja bilang namanya
Cumulangmah, nama puncak tertinggi dipegunungan
Himalaya, yaitu terkenal juga dengan nama Mount Everest,
dengan nama samaran ini Hoat-ong seakan-akan anggap ilmu
silatnya di seluruh jagat tiada bandingannya.
Maka jawabnya: "Kau punya Toakoko? Siapa dia?"
"lalah Nyo Ko," sahut Kwe Yang,
"Ha, kau panggil Nyo Ko sebagai Toakoko, katanya kau
she Kwe?" tanya Hoat ong.
Kwe Yang rada jengah, namun jawabnya: "Ya, kami
adalah pamili turun temurun, waktu kecil ia pun tinggal di
rumahku."
Tergerak hati Hoat-ong, segera ia tanya, "Aku mempunyai
seorang kenalan baik, ia berilmu silat sangat tinggi, namanya
terkenal di seluruh jagat, juga she Kwe, namanya Cing, Entah
nona kenal padanya tidak?"
Terkejut Kwe Yang, dalam hati ia membatin : "Aku telah
minggat dari rumah, kalau dia adalah sobat ayah, mungkin
sekali aku akan diseret pulang, lebih baik tak kukatakan saji."
- Maka jawabnya kemudian: "Apakah kau maksudkan Kwe
Ciog, Kwe-tayhiap? ia adalah angkatan tua dari keluarga Kwe
kami. Apakah Touhwesio hendak berkunjung padanya?"
Kim lun Hoat-ong adalah seorang yang sangat pintar dan
ccrdik, pula sudah kenyang asam garam, sikap Kwe Yang yang
aneh ini segera dapat dilihatnya.
Maka katanya pula dengan menghela napas: "Aku dan
Kwe tayhiap menang sobat kental dan sudah lebih 20 tahun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tak berjumpa, tempo hari di laerah utara aku mendengar
berita buruk, katanya Kwe-tayhiap telah meninggal, aku
menjadi sedih, maka cepat datang kemari, Ai, seorang
pahlawan besar tidak diberkahi umur panjang, sungguh Thian
tidak adil."
Berkata sampai di sini air matanya benar bercucuran
membasahi jubahnya.
Kiranya Lwekang Kim-Iun Hoat-ong sudah terlatih amat
tinggi, seluruh otot daging tubuhnya dan pernapasan dapat
diatur sesuka hatinya, untuk menghentikan denyutan jantung
sementara saja tidak sukar, apalagi hanya mencucurkan air
mata bikinan.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru