Kamis, 20 April 2017

Cerita Silat ke 20 Kembalinya Pendekar Yoko

Cerita Silat ke 20 Kembalinya Pendekar Yoko Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Cerita Silat ke 20 Kembalinya Pendekar Yoko

Sementara itu suara bicara kedua orang itu berubah
menjadi lirih, tapi jarak Siao-liong-li sekarang sangat dekat,
pendengarannya tajam pula, biarpun kedua orang bisik-bisik
cara bicaranya juga dapat didengarnya dengan jelas.
Terdengar Ci-peng lagi berkata: "Tio-suheng, setiap hari
siang dan malam kau selalu menyiksa aku, sebenarnya apa
tujuanmu?"
"Kau sendiri paham, masakah perlu kuterangkan?" jawab
Ci-keng.
"Apa yang kau kehendaki dariku telah kusanggupi aku
cuma memohon urusan ini jangan kau sebut lagi, tapi makin
lama makin sering kau mengungkatnya, apakah sengaja
hendak menyiksa aku sampai mati seketika di depanmu sini?"
"Hm, akupun tidak tahu, yang jelas aku tidak tahan dan
harus kuucapkan," jengek Ci-keng pula.
Mendadak In Ci-peng perkeras suaranya dan berkata:
"Hm, memangnya kau kira aku tidak tahu? Yang benar kau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
cemburu, kau cemburu padaku pada saat menikmati surga
dunia itu."
Ucapan Ci-peng ini sangat aneh, Ci-keng ternyata tidak
menjawab seperti hendak mengejek, tapi tak terucapkan.
Selang sebentar kembali Ci-peng bicara lagi:
"Ya, memang benar, malam itu di balik semak-semak
bunga mawar itu dia tak bisa berkutik karena Hiat-to tertutuk
oleh Auyang Hong sehingga cita2ku dapat terpenuhi. Ya, tidak
perlu aku menyangkal didepanmu, andaikan tak kukatakan
padamu juga kau takkan tahu, betul tidak? Karena sudah
terlanjur kuberitahukan padamu, lalu kau terus menerus
menggoda aku dan menyiksa pikiranku. Akan tetapi, akan
tetapi aku tidak menyesal, tidak, sedikitpun tidak menyesal...."
sampai akhirnya suaranya berubah menjadi halus dan lembut
seakan-akan orang sedang mengingat.
Sambil mendengarkan hati Siao-liong-li serasa mendelung
ke bawah, otaknya serasa mengingat "Masakah dia dan bukan
Ko-ji yang kucintai itu? Tidak, tidak mungkin pasti Ko-ji
adanya, dia berdusta, dusta!"
Terdengar Ci-keng berkata pula dengan suara kaku dingin:
"Ya, dengan sendirinya kau tidak menyesal sedikitpun,
sebenarnya kau tidak perlu katakan padaku, akan tetapi
saking senangnya karena kau telah melakukan hal itu dan
merasa perlu diutarakan pada seseorang. Nah, karena itu
akupun membicarakan hal itu padamu setiap hari, setiap saat
aku mengingatkanmu, tapi mengapa kau menjadi takut
mendengarnya?"
Mendadak terdengar suara "blang-blung" beberapa kali,
kiranya Ci-peng mem-bentur2kan kepala sendiri pada tembok,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lalu berkata: "Baiklah, bicaralah, bicara lagi agar setiap orang
di dunia ini tahu semua, akupun tidak takut. .. .tidak...
tidak..."
"O, Tio-suheng, aoa yang kau inginkan dariku sudah
kusanggupi, yang kumohon sukalah kau jangan
mengungkapnya lagi."
Dalam waktu yang singkat saja ber-turut-urut Siao-liong-li
mendengar dua pertanyaan yang membuat hancur hatinya,
seketika dia berdiri termangu-mangu di luar jendela, meski
dapat mendengar jelas pembicaraan Ci-peng dan Ci-keng itu,
tapi arti percakapan mereka itu seketika sukar dipahami.
Sementara terdengar Ci-keng lagi berkata dengan tertawa:
"Orang beragama seperti kita ini sekali kejeblos harus dapat
mengendalikan diri agar bisa kembali kearah yang terang,
bahwa senantiasa aku mengingatkanmu akan nama Siaoliong-
li supayai kau menjadi biasa mendengarnya dan
kemudian menjadi jemu, dari jemu menjadi benci, ini kan
maksud baikku untuk menyelamatkanmu dari jalan tersesat."
"Dia adalah jelmaan bidadari manabisa kujemu dan benci
padanya?" ujar Cipeng, Habis ini mendadak suaranya berubah
keras: "Hm, tidak perlu kau bicara muluk-muluk, pikiranmu
yang keji dan berbisa masakah aku tidak tahu? Yang benar
adalah kau iri kepadaku, kedua karena kau dendam pada Nyo
Ko, kau ingin mengungkapkan peristiwa ini untuk
menghancurkan kehidupan mereka guru dan murid, menyesal
selama hidup."
Hati Siao-liong-li berdetak keras demi mendengar nama
Nyo Ko disebut, tanpa terasa iapun menggumam pelahan
nama anak muda itu dan timbul semacam perasaan bahagia
yang tak terhingga, dia berharap kedua Tosu akan terus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membicarakan si INyo Ko, asal ada orang menyebut nama
anak muda itu maka gembiralan hatinya.
Terdengar Ci-keng juga perkeras suaranya dan berkata
dengan gemas: "Hm, kalau aku tak dapat membikin anak
jadah itu sekarat, hm, rasanya tak terlampias dendamku ini.
Cuma.. cuma..."
"Cuma ilmu silatnya teramat tinggi dan kita bukan
tandingannya begitu bukan?" jengek Ci peng.
"ltuIah belum pasti," kata Ci - keng. "Sedikit ilmu silat
golongannya yang liar itu kenapa mesti di-herankan? In-sute,
boleh kau lihat saja. suatu ketika kalau dia kepergok olehku,
hm, tentu dia akan tahu rasa, tidak nanti kubiarkan dia mati
dengan enak saja, kalau bukan kedua biji matanya tentu akan
kukutungi kedua tangannya agar mati tidak hidup tidak,
tatkala mana nonamu si Siao-liong-li itu boleh menyaksikannya
supaya senang hatinya."
Siao-liong-li bergidik mendengar itu, kalau waktu biasa
tentu dia sudah menerjang ke situ dan menghabisi jiwa kedua
orang itu, tapi sekarang pikirannya lagi bingung, kaki tangan
terasa lemas tak bertenaga. .
Sementara itu In Ci-peng sedang mendengus "Hm, kau
cuma mimpi kosong belaka, ilmu silat golongan kita rasanya
sukar menandingi ilmu silat golongan liar macam mereka itu."
"Keparat, kau ada main dengan Siao-liong-li, lantas ilmu
silatnya juga kan puji setinggi langit," damperat Cikeng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Rupanya Ci-peng sudah kenyang dihina selama ini,
sekarang iapun tidak tahan lagi, segera ia balas membentak:
"Apa katamu? Kau punya perasaan tidak, jadi manusia harus
tahu batas-batas tertentu."
Ci-keng merasa titik kelemahan orang sudah tergenggam
dalam tangannya, asalkan hal itu di-umumkan di Tiong-yangkiong,
akibatnya In Ci-peng pasti akan dijatuhi hukuman mati,
sebab itulah dia menghina In Ci-peng dengan segala macam
cara dan selama ini Ci-peng tak berani melawan Sedikitpun.
Tapi sekarang Ci-peng ternyata berani melawannya
dengan kata-kata kasar, ia menjadi gusar, mendadak ia
melangkah maju terus menggampar.
Ci-peng tidak menduga sang Suheng akan menghantamnya,
cepat ia menunduk, "plok", dengan tepat
kuduknya yang kena tampar.
Betapapun Ci-keng adalah jago kelas satu dari Coan-cinkau
angkatan ketiga, tentu saja pukulanya itu cukup berat,
tubuh Ci-peng sempoyongan dan hampir jatuh terjerungkup.
Saking gemasnya ia cabut pedang dan balas menusuk.
Tapi Ci-keng sempat mengegos ke samping dan
mengejek: "Bagus, ternyata kau berani bergebrak dengan
aku." Segera iapun mencabut pedangnya dan balas
menyerang.
"Setiap hari kau menyiksa aku, paling-paling juga cuma
mati, biarlah sekarang kau bunuh aku saja dan bereslah
segalanya," ucap Ci peng dengan geram.
Habis itu ia terus melancarkan serangan, Dia adalah murid
tertua Khu Ju-ki, kepandaiannya dengan Tio Ci-keng tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berbeda banyak, apa yang mereka pelajari juga sama, maka
sebenarnya sukar dibedakan unggul dan asot. Tapi lantaran
dendamnya sudah menumpuk, yang diharapkan sekarang
biarlah mati bersama saja.
Akan tetapi Ci-keng mempunyai perhitungan lain, dia tidak
mau mencelakai jiwa Ci-peng, sebab itulah setelah dua-tiga
puluh gebrakan, akhirnya Ci-keng sendiri malah terdesak ke
pojok kamar.
Dengan sendirinya suara pertengkaran kedua Tosu itu
segera diketahui anggota Kay-pang yang dinas jaga dan cepat
pula dilaporkan kepada Kwe Hu. Lekas-lekas nona itu
mendatangi tempat itu, dilihatnya Siao-liong-li berdiri di luar
jendela, ia lantas menyapanya: "Liong-Kokoh!"
Siao liong-Ii berdiri termangu-mangu saja di situ seperti
tidak mendengar teguran Kwe Hu itu.
Tentu saja Kwe Hu heran, iapun tidak lantas masuk ke
rumah itu melainkan ikut berdiri di situ, maka terdengarlah
suara olok-olok dan sindiran kasar Ci keng sambil menangkis
serangan Ci-peng, setiap ucapannya semuanya menyangkut
diri Siao-liong-li.
Sebagai nona muda yang sopan, Kwe Hu merasa tidak
pantas berdiri di situ mendengarkan kata-kata kotor kedua
orang yang bertempur di dalam rumah itu, segera ia
bermaksud tinggal pergi saja.
Tapi dilihatnya Siao-liong-li tetap berdiri terkesima, katakata
kotor kedua orang itu seakan-akan tak dihiraukan-nya
sama sekali, Kwe Hu menjadi heran, ia coba tanya dengan
suara pelahan: "Apakah betul apa yang mereka katakan itu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku... akupun tidak tahu." jawab Siao-liong-li dengan
bingung, "Tampaknya memang begitu." .
Seketika timbul perasaan menghina dalam hati Kwe Hu, ia
mendengus sekali terus tinggal pergi tanpa bicara lagi.
Ci-peng dan Ci-keng tergolong jago silat pilihan, meski
dalam pertempuran sengit selera mereka mendengar ada
suara orang bicara diluar, "Trang" begitu kedua pedang
beradu terus ditariknya kembali bersama dan serentak
bertanya: "Siapa itu?"
"Aku," jawab Siao-liong-li.
Seketika seluruh badan Ci-peng merinding, ia menegas
dengan suara gemetar "Kau? Kau siapa?"
"Siao-liong-li!"
Begitu nama ini diucapkan, bukan saja In Ci-peng
terkesima seperti patung, bahkan Ci-keng juga kaget setengah
mati dan menggigil ketakutan.
Dengan mata kepala sendiri Ci-keng menyaksikan betapa
Siao-liong-li telah mengobrak-abrik Tiong-yang-kiong, sampai
paman gurunya yang lihay seperti Hek Tay-thong juga kalah
dan hampir saja mati bunuh diri.
Sama sekali ia tak menduga bahwa Siao-liong-li juga
berada di Siangyang, ia pikir ucapannya sendiri tadi besar
kemungkinan telah didengar semua oleh si nona. Seketika ia
menjadi ketakutan setengah mati dan entah cara bagaimana
harus melarikan diri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Perasaan In Ci-peng aneh luar biasa sehingga tak terpikir
olehnya akan menyelamatkan diri, sebaliknya ia terus
membuka daun jendela, Dilihatnya di situ berdiri seorang
perempuan jelita berbaju putih, siapa lagi kalau bukan Siaoliong-
li yang dirindukannya siang dan malam itu.
"Kau....kau" Ci-peng menegas dengan melongok
"Benar, aku." jawab Siao-liong-li. "Apa yang kalian katakan
tadi apakah betul seluruhnya?"
"Be.... betul" Ci-peng mengangguk, "Boleh kau bunuh saja
diriku!"
Habis berkata ia terus menyodorkan pedangnya keluar
jendela. Sorot mata Siao-liong li memancarkan sinar yang
aneh, hatinya pedih dan pilu tak terperikan, begitu sedih dan
begitu gemas, rasanya biarpun membunuh seratus orang atau
seribu orang juga dirinya bukan lagi seorang nona yang suci
bersih dan tak dapat lagi mencintai Nyo Ko secara mendalam
seperti dahulu.
Ketika Ci-peng menyodorkan pedangnya, Siao-liong-li tidak
menerimanya, ia hanya pandang kedua Tosu itu dengan
bingung.
Apakah Siao-liong li akan membunuh kedua Tosu berdosa itu
dan cara bagaimana dia akan meninggalkan Nyo Ko?
Dapatkah bayi adik Kwe Hu itu di selamatkan?"
(Bacalah jilid ke -37)
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 37
Ci-keng melihat kesempatan baik, ia pikir perempuan ini
dalam keadaan kurang waras, mungkin sudak gila, kalau
sekarang tidak lekas kabur hendak tunggu kapan lagi? Maka
cepat ia tarik Ci-peng dan berkata dengan menyeringai:
"Lekas pergi saja, tampaknya dia merasa berat untuk
membunuh kau-"
Habis berkata ia menarik Ci-peng sekuatnya dan berlari
keluar pintu sana.
Ci-peng menjadi linglung melihat wajah Siao-liong-Ii,
seluruh badan terasa lemas tak bertenaga, karena tarikan Cikeng
itu ia menjadi terhuyung-huyung dan ikut berlari keluar.
Cepat Ci-keng mengeluarkan Ginkangnya untuk berlari
cepat, semula Ci-peng ditarik oteh Ci-keng tapi segera iapun
dapat mengeluarkan Ginkang sendiri. Kedua adalah jagoan
Coan-cin-pay angkatan ke tiga, maka lari mereka ini sungguh
cepat melebihi lari kuda, mereka menyusur kian kemari di
jalan-jalan dalam kota, sebentar saja mereka sudah sampai di
pintu gerbang sebelah timur.
Di pintu gerbang itu ada penjaga belasan anggota Kaypang
dan dua regu perajurit, anggota Kay-pang yang menjadi
pemimpin kenal pada Ci-keng dan Ci-peng sebagai Tosu dari
Coan - cin - pay, bicara tentang kedudukan kedua Tosu itu
terhitung Suheng Kwe Cing, maka demi mendengar Ci-keng
bilang ada urusan penting harus keluar benteng, kebetulan
waktu ku tiada serangan dari pasukan musuh, maka cepat
diperintahkan membuka pintu benteng.
Begitu pintu gerbang baru terbuka sedikit, cepat sekali Cikeng
lantas melompat keluar disusul oleh Ci-peng, Selagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
orang Kay-pang itu memuji kehebatan Ginkang kedua Tosu
itu, mendadak sesosok bayangan putih berkelebat keluar
benteng pula, dengan terkejut ia membentak: "Siapa itu?"
Namun bayangan orang itu sudah lenyap, waktu ia
melongok keluar benteng, karena fajar baru menyingsing,
belasan meter di depan masih remang-remang tertutup oleh
kabut, maka tiada sesuatupun yang kelihatan. Diam-diam
anggota Kay-pang itu mengomel.
Ia pikir barangkali matanya sendiri yang mulai lamur
sehingga pandangannya kabur.
Ci-keng berdua masih terus berlari hingga belasan li
jauhnya baru berani melambatkan lari mereka.
Dengan kuatir dan bersyukur pula Ci-keng mengusap
keringat dingin yang membasahi dahinya sambil menggumam:
"Wah, bahaya, sungguh bahaya!"
Tapi waktu ia berpaling ke belakang, tanpa terasa kakinya
menjadi lemas, hampir saja jatuh ter-jungkal. Kiranya tidak
jauh di belakangnya itu sudah berdiri seorang perempuan
muda berbaju putih dan sedang memandangnya dengan
melenggong, siapa lagi dia kalau bukan Siau-liong-li.
Sungguh kaget Ci-keng tak terperikan, ia menjerit satu kali
dan segera menarik tangan Ci-peng untuk diajak lari pula,
Sungguh tak tersangka olehnya bahwa Siao-liong-li yang
dikiranya sudah jauh ditinggalkan di kota Siangyang sana
tahu-tahu masih mengintil dibelakangnya, cuma cara berjalan
nona itu tidak bersuara, meski mengintil dalam jarak dekat
juga tidak diketahuinya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sekaligus ia berlari agak jauh barulah dia coba menoleh ke
belakang, dilihatnya Siao-liong li menguntit di belakang dalam
jarak tetap, seperti tadi.
Dengan pikiran bingung dan takut Ci-keng segera "tancap
gas" lebih kencang sambil menyeret Ci-peng. Dia tidak berani
lagi sering2 menoleh, sebab setiap kali memandang
kebelakang, setiap kali pula hatinya bertambah takut, lambatlaun
kakinya mulai lemas, rasanya tangan yang memegangi
lengan Ci-peng mulai tak bertenaga lagi.
"ln-sute," katanya kemudian, "kalau sekarang dia mau
membunuh kita boleh dikatakan sangat mudah, tapi dia tidak
melakukan hal ini, kukira dia pasti mempunyai maksud
tertentu."
"Maksud tertentu apa?" tanya Ci-peng. . ,
"Kukira dia ingin menawan kita, lalu membongkar
perbuatanmu yang kotor itu di depan para ksatria agar nama
baik Coan-cin-pay akan runtuh habis-habisan."
Hati Ci-peng terkesiap, terhadap mati-hidupnya sendiri
sebenarnya tak terpikir lagi olehnya, kalau saja Siao-liong-li
akan membunuhnya pasti dia takkan melawan, tapi jika
mengenai nama baik Coan-cin-pay, betapapun ia harus
membelanya mati-matian, apalagi jika runtuhnya kehormatan
Coan-cin pay itu disebabkan oleh perbuatannya.
Teringat alasan ini dia menjadi kuatir juga, segera larinya
bertambah cepat mendampingi Ci-keng.
Kedua orang berlari ke daerah yang sunyi dan sukar
dicapai orang lain, terkadang mereka menoleh, tapi Siao-liong-
Ii selalu berada dalam jarak puluhan meter di belakang,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan Ginkang Ko-bong-pay yang tiada tandingannya itu,
kalau mau sebenarnya dengan mudah Siao-liong-li dapat
melampaui kedua buruannya.
Cuma dia memang masih polos, jalan pikirannya
sederhana, menghadapi persoalan maha besar ini dia menjadi
bingung dan tidak tahu cara bagaimana harus bertindak.
Karena itu terpaksa ia hanya mengintil saja di belakang
mereka, selalu dalam jarak itu2 saja tapi juga tidak
membiarkan lolosnya kedua orang itu.
Pikiran Ci-peng dan Ci-keng memangnya sangat bingung,
apalagi Siao-liong-li terus menguntit dan tidak diketahui apa
maksud tujuannya, makin dipikir makin takut mereka.
Mereka berlari dari pagi hingga siang, dari siang hingga
sore hari sudah 6-7 jam mereka berlari-lari kesetanan,
betapapun kuatnya tenaga dalam mereka akhirnya juga
terempas-empis, langkahpun mulai sempoyongan dan tidak
sanggup berlari cepat lagi.
Dalam pada itu panas matahari yang menyengat itu telah
membuat mereka mandi keringat, malahan juga lapar dan
haus, ketika tiba-tiba nampak di depan ada sebuah sungai
kecil, mereka menjadi nekat.
Mereka pikir andaikan akan tertangkap di situ masabodohlah,
Begitulah mereka terus menjatuhkan diri di tepi
sungai kecil itu dan minum air sekenyangnya.
Dengan pelahan Siao-liong-li juga mendekati sungai
bagian hulu, iapun meraup air untuk diminum, permukaan air
sungai mencerminkan seorang nona jelita berbaju putih
dengan ikal rambut hitam dan wajah cantik molek laksana
dewi kahyangan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi, perasaan Siao-liong-li serasa hampa, dukanya tidak
kepalang sehingga cermin dirinya itu tidak menariknya
melainkan termangu-mangu saja memandangi bayangan
sendiri di dalam air itu.
Sambil minum air, Ci-keng berdua senantiasa, melirik Siaoliong
li, melihat nona itu termangu-mangu seakan-akan lupa
daratan pada dunia fana ini, cepat mereka saling memberi i
syarat, dengan pelahan mereka berbangkit dan berjalan berjengket2
menjauh ke sana. Beberapa kali mereka menoleh
dan melihat si nona masih termenung memandang air sungai,
segera mereka percepat langkah terus berlari ke depan.
Mereka mengira sekali ini pasti dapat lolos dari kuntitan
Siao-liong-li, siapa duga, ketika kebetulan Ci-peng berpaling,
ternyata si nona sudah mengintil lagi di belakang mereka.
Seketika muka Ci-peng pucat pasi seperti mayat, serunya:
"Sudahlah, sudahlah Tio suheng, kita toh tak dapat lolos,
terserah saja apakah dia akan membunuh atau mencincang
kita." Habis berkata ia terus berhenti dan berdiri di situ.
Ci-keng menjadi gusar dan membentak: "Kau mati juga
pantas, tapi mengapa aku harus mati bersamamu?" Segera ia
tarik tangan sang Sute untuk diajak lari pula.
Akan tetapi Ci-peng sudah putus asa dan tidak ingin lari
lagi, Dasar Ci-keng memang pemberang, tanpa bicara lagi
sebelah tangannya terus menggampar.
"Mengapa kau pukul aku?" teriak Ci - peng dengan gusar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat kedua orang itu saling hantam lagi, Siao-liong-li
menjadi heran.
Pada saat itulah dari depan sana tampak mendatangi dua
penunggadg kuda, rupanya dua kurir Mongol yang bertugas
mengirim surat atau berita. pikiran Ci-keng bergerak, dengaa
suara tertahan ia berkata pada Ci-peng: "Mari kita rebut kuda
mereka. Kita pura-pura berkelahi supaya tidak menimbulkan
curiga Siao-liong-li."
Ci-peng-menurut, mereka pura-pura berhantam lagi sambil
menggeser ke jalan raya, Karena jalan terhalang, kedua
perajurit MongoI itu menahan kuda mereka sambil
membentak-bentak.
Tapi Ci-keng mendadak melompat ke atas, seorang satu
seketika kedua perajurit Mongol itu disodok terjungkal ke
bawah kuda rampasan itulah mereka terus kabur cepat ke
utara.
Kedua ekor kuda itu adalah kuda perang piIihan,
perawakannya gagah dan larinya cepat. Waktu mereka
menoleh, ternyata Siao-liong-li tidak mengejar lagi, maka
legalah hati mereka. Mereka terus melarikan kuda ke utara,
belasan li kemudian sampailah mereka pada jalan
persimpangan tiga.
"Dia melihat kita kabur ke utara, sekarang justeru
membelok ke timur," kata Ci-keng sambil membelokkan kuda
ke kanan dan diikuti Ci-peng.
Menjelang magrib, sampailah mereka di suatu kota kecil.
Sehari suntuk mereka berlari tanpa mengisi perut barang
sedikitpun, sudah tentu mereka sudah lelah dan lapar. Segera
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mereka mencari suatu warung makan dan pesan satu piring
daging dan beberapa bakpau.
Sambil duduk menunggu daharan, hati Ci-keng masih
berdebar-debar mengenang bahaya yang dihadapi nya tadi, ia
tidak tahu mengapa Siao liong-li melulu menguntit saja dan
tidak segera turun tangan.
Dilihatnya Ci-peng juga duduk menunduk dengan muka
pucat dan seperti orang linglung.
Tidak lama makanan yang dipesan telah disuguhkan,
segera mereka makan minum. Belum seberapa lama, tiba-tiba
terdengar suara ribut di luar, seorang sedang membentakbentak
dan bertanya "Siapa pemilik kedua ekor kuda ini?
Mengapa berada di sini?" Dari logat suaranya agaknya orang
Mongol.
Ci-keng berdiri dan mendekati pintu, dilihatnya seorang
perwira Mongol dengan beberapa anak buah sedang bertanya
mengenai kedua ekor kuda rampasan Ci-keng berdua itu,
pelayan rumah makan tampak ketakutan dan menyembah.
Lantaran seharian diuber Siao-liong-li dan rasa dongkol Cikeng
belum terlampiaskan kini ada orang mencari gara-gara,
segera ia tampil ke muka dan berteriak: "Kudaku, ada apa?"
"Dapat darimana?" tanya perwira itu. "milikku sendiri,
peduIi apa dengan mu?" jawab Ci-keng.
Tatkala mana di utara Siangyang sudah berada dalam
pendudukan pasukan Mongol, rakyat Song hidup di bawah
penindasan secara kejam, mana ada orang berani bersikap
kasar terhadap perwira Mongol?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi lantaran melihat perawakan Ci-keng gagah dan kuat,
membawa pedang pula, diam-diam perwira itu rada jeri, ia
lantas tanya pula: "Kau dapat beli atau mencuri?"
"Beli atau mencuri apa?" jawab Ci-keng dengan gusar.
"Kuda ini adalah piaraanku sendiri."
"Tangkap" mendadak perwira itu memberi aba2. serentak
beberapa perajurit itu mengerubut maju dengan senjata
terhunus.
"Hm, berdasarkan apa kalian menangkap orang." bentak
Ci keng sambit meraba pedangnya.
"Berani kau melawan, maling kuda?" jengek perwira
Mongol itu. "Haha, barangkali kau sudah makan hati macan,
maka berani melawan perwira markas besar? Hayo kau
mengaku mencuri tidak?" - Berbareng ia menyingkap bulu
paha belakang kuda hingga kelihatan cap bakar dua huruf
Mongol.
Rupanya setiap kuda perang Mongol pasti di tandai
dengan cap bakar untuk menjelaskan kuda itu termasuk
pasukan dan kelompok mana, Ci-keng merampas kuda itu di
tengah jalan, sudah tentu ia tidak tahu seluk-beluk tanda cap
bakar sega!a.
Karena itu ia menjadi tak bisa menjawab. Tapi dia sengaja
berdebat secara ngotot: "Siapa bilang kuda perang Mongol? Di
tempat kami banyak juga kuda yatg kami beri cap bakar
seperti ini? Memangnya tidak boleh dan melanggar aturan?"
"Perwira itu menjadi gusar, belum pernah ada orang yang
berani membantah padanya, masakah sekarang ada maling
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kuda yang malah menantang-nya. Segera ia melangkah maju
terus hendak mencengkeram baju dada Ci-keng.
Akan tetapi tangan kiri Ci-keng menagkis dan membalik,
tangan perwira itu berbalik kena dipegangnya. Menyusul
tangan kanan Ci-keng terus mencengkram punggung perwira
itu dan diangkat ke atas, setelah diputar beberapa kali terus
dilemparkan
Tanpa ampun -perwira itu terbanting ke dalam sebuah
toko barang pecah belah, seketika terdengarlah suara
gemerantang nyaring ber-turut-urut, rak mangkok piring dan
barang-barang porselin lain sama roboh dan hancur
berantakan...
Muka perwira itupun babak belur terluka oleh pecahan
beling serta tertindih oleh rak yang ambruk.
Cepat para perajurit Mongol memberi pertolongan
sehingga lupa menangkap orang.
Ci-keng terbahak-bahak gembira dan masuk kembali ke
warung makan untuk meneruskan daharannya tadi.
Karena ribut-ribut itu, toko2 yang tadinya buka dasar
seketika sama tutup pintu. Tetamu yang sedang makan
diwarung itupun segera buyar. Maka jumlah tentara Mongol
terkenal ganas dan kejam, tapi sekarang ada orang Han
memukuli perwira Mongol, maka akibatnya dapatlah
dibayangkan, bukan mustahil seluruh kota akan dibumihanguskan.
Belum banyak Ci-keng mengisi perutnya, tiba-tiba kuasa
rumah makan itu mendekatinya dan berlutut di depannya. CiTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
keng tahu maksud orang, pasti kuatir perusahaannya ikut
terkena getahnya, maka minta penyelesaian se-baik-baiknya.
Dengah tertawa ia lantas berkata: "jangan kuatir kau,
setelah makan kenyang segera kami angkat kaki dari sini."
Tapi kuasa rumah makan itu tetap menyembah dengan
muka pucat.
Ci-peng lantas berkata kepada Ci-keng: "Rupanya dia takut
bila kita pergi, sebentar lagi pasukan Mongol akan datang
minta pertanggungan jawabnya."
Ia memang lebih cerdik daripada Ci-keng, setelah berpikir
sejenak," segera ia berkata pula kepada kuasa rumah makan
itu. "Lekas ambilkan lagi dataran yang lezat, apa yang telah
kami perbuat, adalah tanggung jawab kami sendiri, kenapa
mesti takut?"
Kuasa rumah makan itu mengiakan dengan girang, cepat
ia merangkak bangun dan memerintahkan daharan ditambah
dan membawakan arak pula.
Sementara itu perwira Mongol yang babak belur itu telah
dibangunkan anak buahnya dan dibawa pergi. Dengan tertawa
Ci-keng berkata kepada Ci-peng: "ln-sute, sudah seharian kita
kenyang tersiksa, sebentar biarlah kita labrak mereka
sepuasnya."
Ci-peng hanya mendengus saja tanpa menanggapi
sementara itu pelayan sibuk membawakan daharan, Sesudah
makan lagi sekadarnya, mendadak Ci-peng berbangkit,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pelayan yang ladeni disebelah-nya dihantamnya hingga
terjungkal.
Keruan si kuasa rumah makan kaget, cepat ia mendekati
dan minta maaf bila ada kesalahan pelayanan Tapi kaki Cipeng
lantas melayang pula, dengan tepat dengkul kuasa
rumah makan itu didepak sehingga jatuh terguling.
Ci-keng tidak tahu maksud tujuan sang Sute, disangkanya
rasa dongkol Ci-peng itu sengaja dilampiaskan atas diri si
pelayan. Ja berusaha mencegahnya tapi mendadak Ci-peng
mendomplangkan meja yang penuh mangkok piring makanan
itu, menyusul dua orang pelayan dipukul roboh lagi.
Cara memukul Ci-peng itu disertai dengan tutukan Hiat-to,
maka setelah jatuh, orang-orang itu sama tergeletak tak bisa
berkutik. Habis "ngamuk", Ci-peng kebut2 baju sendiri, lalu
berkata: "sebentar kalau pasukan Mongol datang dan melihat
kalian ku labrak sedemikian rupa, tentu kalian takkan dimarahi,
Nah, paham tidak? Kalau perlu kalian boleh saling
hantam lagi agar kelihatan lebih babak belur."
Baru sekarang orang-orang itu mengerti apa maksud
tujuan Ci-peng memukuli mereka, setelah menyatakan akal
bagus. segera mereka saling hantam pula hingga baju robek
dan hidung bengkak.
Pada saat itulah terdengar suara derapan kaki kuda, ada
beberapa orang mendatang pula, serentak orang-orang rumah
makan itu sama merebabkan diri sambil berteriak mengaduh
kesakitan serta minta ampun segala.
Setiba di depan rumah makan itu, benar juga
penunggang2 kuda itu lantas berhenti dan masuklah empat
perwira Mongol, dibelakangnya ikut pula seorang paderi Tibet
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang bertubuh tinggi kurus dan seorang asing yang pendek
dan hitam, orang asing itu sudah buntung kedua kakinya,
kedua tangan memegang tongkat penyanggah ketiak.
Melihat keadaan rumah makan yang porak poranda itu,
para perwira Mongol itu sambil me-ngerut kering, segera pula
mereka membentak: "Lekas bawakan santapan enak, kami
buru-buru mau berangkat lagi!"
Kuasa rumah makan tadi melengak, baru sekarang ia tahu
rombongan ini bukanlah kawan rombongan pertama tadi, ia
menjadi bingung, kalau perwira Mongol yang dilabrak In Cipeng
tadi datang kembali, lalu cara bagaimana akan
menghadapinya?
Tengah sangsi, perwira2 Mongol itu menjadi tidak sabar
dan menyabetkan cambuk kudanya, Kuasa rumah makan itu
terpaksa mengiakan dengan menahan rasa sakit, celakanya
dia tak dapat bangun, syukur ada pegawai lain telah melayani
kawanan Mongol itu dan mengaturkan meja kursi.
Paderi Tibet itu bukan lain daripada Kim-lun Hoat-ong dan
orang asing hitam pendek dan kaki buntung itu adalah Nimo
Singh. Mereka merawai diri beberapa hari di lembah sunyi itu.
sesudah Hoat-ong mengeluarkan sisa racun dalam tubuh dan
luka kaki Nimo Singh mulai sembuh barulah mereka
meninggalkan lembah itu serta bertemu dengan perwira2
Mongol itu di tengah jalan, lalu bersama-sama pulang ke
markas besar Kubilai.
Tentu saja Ci-peng dan Ci-keng terkejut melihat datangnya
Kim-lun Hoat-ong, mereka sudah pernah menyaksikan
kelihayan paderi Tibet itu, malahan kedua muridnya saja, yaitu
Darba dan Hotu yang dulu pernah menyatroni Tiong-yangkiong,
sukar ditandingi tokoh-tokoh Coan-cin-pay, apalagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sekarang kepergok Kim-lun Hoat-ong sendiri, diam-diam
mereka kebat-kebit. Mereka saling memberi tanda dan segera
mencari jalan buat meloloskan diri.
Meski Ci-keng berdua kenal Kim-lun Hoat-ong, sebaliknya
Hoat-ong tidak kenal kedua Tosu itu, Walaupun keadaan
rumah makan itu berantakan, namun suasana perang tatkala
itu tidak membuatnya heran jika menyaksikan keadaan rusak
itu.
Karena kepergiannya ke Siangyang sekali ini mengalami
kekalahan, ia merasa malu bila nanti bertemu dengan Kubilai,
maka yang dia pikirkan sekarang adalah cara bagaimana harus
bicara kepada tuannya itu, sehingga kehadiran dua orang
Tosu di rumah makan ini tidak digubris olehnya.
Pada saat itu tiba-tiba terjadi kegaduhan di luar rumah
makan. sekawanan perajurit Mongol menerjang masuk, begitu
melihat Ci-keng berdua, sambil membentak-bentak terus
hendak menangkapnya.
"Lari melalui pintu belakang". demikian kata Ci-peng
dengan suara tertahan kepada Ci-keng sembari
mendomplangkan sebuah meja sehingga mangkuk piring
berserakan di lantai, berbareng mereka terus melompat
menuju ke pintu belakang.
Sebab Kim-lun Hoat-ong duduk dekat pintu depan, kalau
lari lewat di sebelahnya bisa jadi dia akan mengalangi mereka.
Ketika hampir menuju ke ruangan belakang, sekilas Cipeng
menoleh dan melihat Hoat-ong masih asyik minum tanpa
gubris kekacauan di rumah makan itu, diam-diam ia tergirang,
asalkan paderi itu tidak ikut campur tentu tidak sukar untuk
kabur.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak terduga mendadak sesosok bayangan melayang tiba,
orang cebol buntung tahu-tahu melompat ke sana, sebelah
tongkatnya lantas menghantam sekaligus Ci-peng dan Cikeng.
Sudah tentu Ci-pehg berdua belum kenal siapa Nimo
Singh, cepat mereka mengelak. Heran juga Nimo Singh karena
serangannya tidak mengenai sasarannya, ia merasa kedua
Tosu ini ternyata bukan jago Iemah.
Segera kedua tongkatnya bergantian yang satu dibuat
menyanggah tubuh dan yang lain digunakan menyerang, dari
bagian luar ia terus desak mundur Ci-peng berdua dan dengan
sendirinya: Ci-peng berdua balas menyerang dan berusaha
meloloskan diri.
Meski kepandaian Nimo Singh lebih tinggi dari pada Cipeng
berdua, tapi lantaran kedua kakinya buntung belum
lama, tenaganya belum pulih seluruhnya, apalagi belum biasa
memakai tongkat begitu, lama2 ia sendiri menjadi kewalahan
dikerubuti Ci-peng dan Ci-keng.
Melihat kawannya rada kerepotan, pelahan Hoat-ong
mendekati mereka, ketika pedang Ci-keng menusuk dada
Nimo Singh dan orang Keling ini menangkisnya dengan
tongkat, namun pedang Ci-peng sekaligus juga mengancam
iga kanan Singh yang tak terjaga, kalau tidak ingin tertembus
perutnya terpaksa Nimo Singh harus melompat ke samping.
Ketika Hoat-ong melangkah tiba, kebetulan Nimo Singh
melompat ke atas, maka tangan kiri Hoat-ong lantas
digunakan mendukung bokong Nimo Singh dan
memondongnya, sedang tangan kanan memegangi lengannya.
Saat itu tongkatnya masih menempel pedang Ci-keng, ketika
Hoat-ong menyalurkan tenaga dalamnya melalui tongkat Nimo
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Singh, seketika Ci-keng merasa tangan kanan tergetar dan
dada terasa sesak. "trang", pedang terpaksa dilepaskan dan
jatun ke lantai.
Meski tenaganya belum cukup kuat, namun perubahan
serangan Nimo Singh sangat cepat begitu pedang Ci-keng
jatuh, segera ia memutar tongkatnya dan menempel pula
pedang Ci-peng. Ketika Hoat-ong menyalurkan lagi tenaga
dalamnya, sekuatnya Ci-peng juga melawan tenaga dalam,
akan tetapi cara menguasai tenaga dalam Kim-lun Hoat-ong
memang luar biasa bisa keras bisa lunak, "krek", tahu-tahu
pedang Ci-peng juga patah, yang terpegang-olehnya hanya
setengah potong pedang saja.
Dengan pelahan Hoat-ong menurunkan Nimo Singh, begitu
kedua tangannya meraih, tahu-tahu pundak kedua Tosu sudah
terpegang olehnya, katanya dengan tertawa: "Kita belum
pernah kenal, kenapa saling labrak? Kepadaian kalian boleh
dikatakan Jagopedang kelas satu di sini, Bagaimana kalau
duduk dulu dan marilah omong2."
Cara memegang Hoat-ong itu biasa saja, tapi ternyata
sukar dielakkan Ci-peng berdua, mereka merasa ditindih oleh
tenaga maha kuat cepat mereka mengerahkan tenaga dalam
untuk melawan dan tidak berani menjawab.
Sementara itu pasukan Mongol yang menerjang masuk itu
telah mengepung semua orang, perwira yang memimpin
adalah seorang Cian-hu-tiang komandan seribu orang, dia
kenal Kim-Iun Hoat-ong sebagai Koksu atau Imam Negara
yang sangat dihormati pangeran Kubilai, cepat ia mendekati
dan memberi hormat sambil menyapa: "Koksuya, kedua Tosu
ini mencuri kuda perang dan memukul anggota tentara kita,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
harap Koksuya suka..." sampai di sinj, tiba-tiba ia mengamatamati
In Ci-peng, lalu berkata mendadak: "Hei, bukankah
engkau ini In Ci-peng, In-totiang?"
Ci-peng mengangguk dan tidak menjawab, ia merasa tidak
kenal perwira Mongol yang menegurnya ini.
Pegangan Hoat-ong lantas dikendurkan, diam-diam iapun
mengakui Lwekang kedua Tosu itu ternyata cukup hebat
meski usia mereka rata2 baru 40-an.
Perwira Mongol itu lantas berkata pula dengan tertawa:
"Apakah In-totiang sudah pangling padaku? 19 tahun yang
lalu kita pernah berkumpul di gurun pasir sana dan makan
panggang kambing, masakah sudah lupa, Namaku Sato!"
Setelah mengamati dan mengingat sejenak, Ci-peng
menjadi girang dan berseru: "Aha, betul, betul! sekarang kau
berewok lebat sehingga aku pangling padamu."
"Selama ini kami terus berjuang kian kemari sehingga
rambut dan jenggot juga putih semua, tapi wajah Totiang
ternyata tidak banyak berubah," ujar Sato dengan tertawa,
"Pantas Jengis Khan Agung kami mengatakan kaum beragama
seperti kalian ini hidup laksana malaikat dewata,"
Lalu ia berpaling kepada Hoat-ong dan menutur:
"Koksuya, In-totiang ini dahulu pernah berkunjung ke negeri
kami atas undangan Jengis Khan Agung kita, kalau dibicarakan
kita adalah orang sendiri"
Hoat-ong manggut-manggut, lalu melepaskan pundak Cipeng
berdua.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Supaya diketahui, dahulu waktu Jengis Khan mulai jaya,
dia pernah mengundang kaum Tosu dari Coan-cinkau ke
Mongol agar mengajarkan ilmu panjang umur kepadanya.
Untuk itu Khu Ju-ki telah berangkat ke sana dengan membawa
18 anak muridnya, In Ci-peng adalah murid tertua dengan
sendirinya ia ikut serta.
Untuk mereka, Jengis Khan telah mengutus 200 perajurit
sebagai pengawal rombongan Khu Ju-ki itu, tatkala mana Sato
cuma seorang perajurit biasa saja dan termasuk dalam
pasukan pengawal itu, sebab itulah dia kenal In Ci-peng.
Selama 20 tahun Sato terus naik pangkat hingga menjadi
Cian-hu-tiang dan secara kebetulan bertemu kembali dengan
Ci-peng, tentu saja ia sangat gembira, segera ia suruh
menyediakan makanan untuk menghormati Ci-peng, urusan
kuda dan memukuli perajurit Mongol dengan sendirinya tak
diusut pula.
Kim-Iun Hoat-ong juga pernah mendengar nama Khu Ju-ki
dan mengetahui dia adalah tokoh nomor satu Coan-cin-pay,
sekarang dilihatnya kepandaian Ci-peng berdua juga tidak
lemah, diam-diam ia mengakui ilmu pedang dan Lwekang
Coan-cin-pay memang lihay.
Dalam pada itu Sato sibuk menanyai Ci-peng tentang
kesehatan ke-18 murid Coan-cin-kau yang lain, bicara kejadian
dimasa lalu, Sato menjadi bersemangat dan sangat gembira,
Pada saat itulah tiba-tiba masuk seorang perempuan muda
berbaju putih. serentak Hoat-ong, Nimo Singh, Ci-peng dan Cikeng
sama terkesiap, Ternyata pendatang ini adalah Siaoliong-
Ii.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diantara orang-orang itu hanya Nimo Singh yang tidak
punya rasa dendam, segera ia menegur. "Hai, pengantin
perempuan Cui-sian-kok, baik-baik ya kau?"
Siao-liong-li hanya mengangguk saja tanpa menjawab, ia
pilih meja dipojok sana dan berduduk tanpa gubris orang lain,
ia memberi pesan seperlunya kepada pelayan agar
membuatkan santapan.
Air muka Ci-peng berdua menjadi pucat dan hati berdebar,
Hoat-ong juga kuatir kalau segera Nyo Ko menyusul tiba,
selamanya dia tidak gentar apapun kecuali permainan ganda
ilmu pedang Nyo Ko dan Siao-liong-li.
Begitulah ketiga orang sama memikirkan urusan sendiri
dan tidak bicara lagi melainkan makan saja, Ci-peng berdua
sebenarnya sudah kenyang makan, tapi kalau mendadak
terdiam bisa jadi akan menimbulkan curiga orang lain,
terpaksa mereka makan lagi tanpa berhenti agar mulut tidak
mengangur.
Hanya Sato saja yang tetap gembira ria, ia tanya Ci-peng :
"ln-totiang, apakah engkau pernah bertemu dengan Pangeran
kami?"
Ci-peng hanya menggeleng saja tanpa bicara. Sato lantas
menyambung: "Wah, pangeran kita ini sungguh pintar dan
bijaksana, beliau adalah putera keempat pangeran Tulai,
setiap perajurit sayang padanya, sekarang aku hendak
menghadap beliau memberi laporan keadaan, kalau kedua
Totiang tiada urusan lain, bagaimana kalau ikut serta
menghadap beliau?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ci-peng sedang bingung, maka tanpa pikir ia menggeleng
pula, Tapi pikiran Cikeng lantas tergerak ia tanya Hoat-ong:
"Apakah Taysu juga hendak menghadap Ongya?"
"Ya," jawab Hoat-ong "Pangcran Kubilai adalah pahlawan
yang tiada bandingannya di jaman ini, kalian harus berkunjung
dan berkenalan dengan beliau."
"Baiklah," cepat Ci-keng menanggapi "Kami akan ikut
Taysu dan Sato-ciangkun ke sana." Habis ini kakinya
menyenggol pelahan kaki Ci-peng serta mengedipinya.
Sebenarnya Ci-peng terlebih cerdik daripada Ci-keng,
cuma saja begitu melihat Siao-liong-li seketika ia menjadi
linglung, Selang sejenak barulah dia ingat apa maksud tujuan
Ci-keng itu, rupanya ingin meloloskan diri dari kejaran Siao
liong-li dengan bernaung di bawah lindungan Kim-lun Hoatong.
Begitulah setelah makan, ber-turut-urut semua orang
lantas berangkat. Diam-diam Hoat-ong merasa lega karena
selama ini Nyo Ko tidak kelihatan muncul, pikirnya: "Coan-cinkau
adalah suatu sekte agama berpengaruh di Tionggoan,
kalau saja dapat dirangkul tentu akan banyak bermanfaat bagi
pihak Mongol. Apalagi tujuannya ke Siangyang telah
mengalami kegagalan total, kalau dapat mengajak pulang
kedua Tosu Coau-cin-kau ini kan juga suatu jasa besar."
Sementara itu hari sudah mulai gelap, mereka terus
melarikan kuda dengan cepat, ketika di belakang terdengar
pula derapan kaki binatang, Ci-keng menoleh dan samarsamar
kelihatan Siao-liong-li masih mengikuti dari jauh dengan
menunggang seekor keledai.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kim-luo Hoat-ong juga merinding setelah mengetahui
Siao-liong-li membuntuti mereka, Diam-diam iapun heran
mengapa Siao-liong-li berani mengikutinya sendirian, padahal
satu-lawan-satu jelas nona itu pasti bukan tandinganku,
jangan-jangan dia membawa bala bantuan secara
tersembunyi?
Demikianlah Kim-lun Hoat-ong menjadi sangsi, padahal
kalau sekarang dia berani menyongsong kedatangan Siaoliong-
li dan melabraknya, tentu nona itu akan celaka, kalau
tidak terbunuh juga tertawan, Tapi Hoat-ong baru saja
berkenalan dengan Ci-peng berdua dari Coan cin-pay, ia
menjadi kuatir kalau kebetulan kecundang, hal ini tentu akan
menurunkan pamornya, sebab itulah dia lebih suka cari
selamat dan pura-pura tidak tahu penguntitan Siao-liong-li.
Setelah menempuh perjalanan setengah malaman, sampai
di suatu hutan, Sato memerintahkan pasukan berhenti
mengaso, Masing-masing duduk istirahat di bawah pohon,
kelihatan Siao-liong-li juga turun dari keledainya dan duduk di
sana dalam jarak beberapa puluh meter jauhnya.
Semakin misterius gerak-gerik si nona, semakin
menimbulkan curiga Kim-lun Hoat-ong dan tidak berani
sembarangan bertindak
Yang paling ketakutan tentu saja, In Ci-peng, memandang
saja dia tidak berani: sesudah cukup mengaso, kemudian
pasukan berangkat lagi, setelah jauh meninggalkan hutan itu,
terdengar suara "keteplak-keteplak" yang samar-samar,
ternyata Siao-liongli tetap menguntit di belakang dengan
keledainya.
Sampai pagi mendatang, Siao-liong-li tetap mengintil di
belakang dalam jarak itu2 juga.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu rombongan mereka sampai di suatu tanah
datar yang luas, sepanjang mata memandang tiada
menampak suatu bayangan apapun. Diam-diam timbul pikiran
jahat Kim-lun Hoat-ong, ia membatin: "Sejak kudatang ke
Tionggoan belum pernah ketemu tandingan, tapi akhir2 ini
ber-turut-urut dikalahkan oleh ilmu pedang gabungan Nyo-Ko
dan nona ini. sekarang dia terus membuntuti aku, tentu dia
mempunyai maksud buruk, sebelum dia bertindak, kenapa
tidak kubinasakan dia dahulu secara tak terduga olehnya,
seumpama nanti bala bantuannya tiba tentu juga tidak keburu
menoIongnya. Dan jika nona ini sudah mati, di dunia ini tiada
orang lain lagi yang mampu melebihi aku."
Setelah ambil keputusan itu, baru saja dia mau menahan
kudanya untuk menantikan datangnya Siao-liong-li, tiba-tiba
dari depaa ada suara gemuruh datangnya serombongan orang
disertai debu mengepul dan suara keleningan kuda atau unta.
"Wah, terlambat jika tahu bala bantuannya akan datang
sekarang, tentu sejak tadi kubinasakan dia," demikian Hoatong
membatin karena tidak sempat lagi menindak Siao-liongli.
Pada saat lain tiba-tiba terdengar Sato berseru
menyatakan herannya, Waktu Hoat-ong melongok jauh ke
sana, terlihat rombongan yang datang itu sangat aneh,
seluruhnya empat ekor unta tanpa penunggang, pada
punggung unta pertama di sisi kanan terpancang sebuah
bendera besar, ujung tiang bendera itu ikut berkibaran pula
tujuh ikat bulu putih, itulah panji pengenal Kubilai.
"Barangkali Ongya yang datang?" guman Sato sambil
keprak kudanya menyongsong ke depan, Kira-kira beberapa
puluh meter dari rombongan unta itu. Sato lantas turun dari
kudanya dan berdiri di tepi jalan dengan hormat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kim-lun Hoat-ong merasa tidak leluasa lagi untuk
membunuh Siao-liong-li jika betul Kubilai yang datang, ia ingin
menjaga harga diri, sebab kalau sampai dilihat Kubilai bahwa
dia membunuh seorang perempuan muda, tentu dia akan
dipandang hina.
Sementara itu keempat unta tadi masih terus berlari cepat
mendatangi tapi Hoat-ong tidak turun dari kudanya melainkan
perlahan-lahan memapak kedepan. Terlihat di antara tempat
luang keempat ekor unta itUi ada berduduk seorang secara
terapung, orang itu berjenggot dan beralis putih dengan
wajah selalu tersenyum, kiranya adalah Ciu Pek-thong yang
baru mengacaukan Cui-sian-kok itu.
Terdengar Ciu Pek-thong berteriak dari jauh: "Bagus,
bagus! Hwesio gede dan si cebol hitam, kita berjumpa kembali
di sini, ada lagi nona cilik yang cantik molek itu!"
Hoat-ong sangat heran, ia tidak mengerti mengapa Cui
Pek-thong bisa duduk terapung di tengah-tengah keempat
unta itu. Tapi sesudah dekat barulah dia tahu duduknya
perkara, kiranya di antara unta2 itu terbentang beberapa utas
tali yang ujungnya terikat pada punuk tiap-tiap unta dan di
tengah - tengah persilangan tali itulah Ciu Pek-thong
berduduk.
Ciu Pek-thong adalah Sute cikal-bakal Coan-cin-kau, yaitu
Ong Tiong-yang yang pernah menjalin cinta dengan nenek
guru Siao-liong-li, bicara tentang kedudukan di Coan-cin-kau
sekarang dialah paling top, tapi selangkahpun dia tidak pernah
menginjak Tiong-yang-kiong dan jarang pula berhubungan
dengan Ma Giok, Khu Ju-ki dan lain-lain, sebab itulah Ci-peng
dan Ci-keng tidak mengenalnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Meski, mereka pernah mendengar cerita dari guru masingmasing
bahwa mereka mempunyai seorang Susiokco (kakek
guru muda), tapi sudah lama tidak ada kabar beritanya, besar
kemungkinan sudah meninggal dunia, maka sekarang
merekapun tidak menduga bahwa tokoh aneh ini adalah sang
Susiokco yang maha sakti itu.
BegituIah Hoat-ong mengernyitkan dahinya melihat
kelakuan Ciu Pek-thong itu, ia pikir ilmu silat orang ini teramat
tinggi dan sukar dilawan, ia coba menanyainya: "Apakah
Ongya berada di belakang sana?"
"Kira-kira 40 li dibelakang sana adalah perkemahannya,"
jawab Ciu Pek-thong dengan tertawa sambil menuding ke
belakang "Eh, Toa-hwesio, kunasehati kau sebaiknya kau
jangan pergi ke sana,"
"Sebab apa?" tanya Hoat-ong heran, "Sebab dia sedang
marah-marah. jika kau ke sana, mungkin kepalamu yang
gundul itu akan dipenggal olehnya," ujar Pek thong.
"Ngaco-balo!" omel Hoat-ong dengan mendongkoI. "Sebab
apa Ongya marah?"
Sambil menuding panji tanda pengenal Kubilai itu, Pekthong
berkata dengan tertawa: "Lihat ini, panji kebesaran
Ongyamu ini kena kucuri, mustahil dia tidak marah-marah ya"
Hoat-ong meIengak, diam-diam iapun percaya apa yang
dikatakan itu, ia yakin Ciu Pek-thong pasti tidak berdusta,
Segera ia tanya pula: "Untuk apa kau mencuri panji kebesaran
Ongya?"
"Kau kenal Kwe Cing bukan?" tanya Pek-thong
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, ada apa?" Hoat-ong mengangguk.
"Dia adalah saudara mudaku." tutur Pek thong dengannya
sudah belasan tahun kami tidak bertemu, aku sangat kangen
padanya, maka aku buru-buru hendak menjenguk kesana.
Kudengar dia sedang berperang dengan orang Mongol di
Siang-yang, maka aku sengaja mencuri panji kebesaran
pangeran Mongol ini sebagai kado untuk saudara-angkatku
itu."
Hoat-ong kaget. ia pikir urusan bisa celaka, sedang
Siangyang belum dapat dibobol, sekarang panji kebesaran
panglimanya direbut musuh, hal ini teramat memalukan. "Hm
ia harus mencari akal untuk merampas kembali panji ini."
Mendadak terdengar Ciu Pek-thong membentak, empat
ekor unta itu terus bergerak dan berbondong-bondong berlari
ke sana, setelah mengitar satu lingkaran, lalu berlari kembali,
panji besar itu berkibar tertiup angin Ciu Pek-thong berdiri
menegak di tengah persilangan tali, dengan tangan
memegang tali kendali keempat unta, lagaknya seperti
panglima besar saja, dengan berseri-seri ia melarikan
kawanan unta itu, sesudah dekat, "tarrr", cambuknya berbunyi
dan serentak unta2 itu lantas berhenti, entah dengan cara
bagaimana Ciu Pek-thong ternyata dapat mengendalikan
unta2 itu dengan sangat penurut
"Toa-hwesio, bagus tidak barisan unta pimpinanku ini?"
tanya Pek-thong dengan tertawa.
"Bagus sekali!" jawab Hoat-ong sambil mengacungkan ibu
jarinya, tapi diam-diam ia sedang memikirkan cara bagaimana
merebut kembali panji itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba Ciu Pek-thong mengangkat tangannya dan
berseru: "Toahwesio, nona cilik, Lo wan-tong mau berangkat!"
Mendengar sebutan "Lo-wan-tong" itu, serentak Ci-peng
dan Ci-keng berseru: "Susiokco!" - Berbareng merekapun
melompat turun dari kudanya.
"Apakah ini Ciu-locianpwe dari Coan-cin-pay?" tanya Cipeng.
Biji mata Ciu Pek-thong4 tampak ber-putar-putar, lalu
menjawab: "Hm, ada apa? Kalian ini anak murid "hidung
kerbau" yang mana?"
Dengan hormat Ci-peng menjawab: "Tio Ci-keng adalah
murid Giok-yang-cu Ong-totiang dan Tecu sendiri In Ci-peng
murid Tiang-jun-cu Khu-totiang."
"Huh, Tosu kecil Coan-cin-kau makin lama makin tidak
keruan, tampaknya kalian juga tidak becus," dengus Pekthong,
mendadak kedua kakinya memancal ke depan,
sepasang sepatunya terus me-nyamber ke muka Ci-peng
berdua.
Ci-keng terkejut, cepat ia hendak menangkapnya. Tapi Cipeng
sudah yakin orang tua ini pasti Ciu Pek-thong adanya, ia
pikir kalau Susiokco mau memberi hukuman, betapapun tidak
boleh menghindar apalagi tenaga samberan sepatu itu
tampaknya juga tidak keras, kalau kena rasanya tidak terlalu
sakit, karena itulah ia tidak ambil pusing samberan sepatu dan
tetap memberi hormat.
Di luar dugaan, ketika sepatu itu menyamber sampai di
degan muka Ci peng berdua, sekonyong-konyong dapat
memutar balik. Tangan Ci-keng menangkap tempat kosong,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sementara itu kedua buah sepatu telah masuk kembali ke kaki
Ciu Pek-thong.
Meski perbuatan Ciu Pek-thong itu lebih menyerupai
permainan jahil, tapi kalau tidak memiliki tenaga dalam yang
maha sakti pasti tidak dapat melakukannya. Kim-lun Hoat-ong
dan Nimo Singh sudah pernah menyaksikan Anak Tua Nakal
itu mempermainkan orang di kemah Kubilai dengan pura-pura
menimpukkan ujung tumbak, maka mereka tidak merasa
heran, sebab dasarnya sama saja seperti permainan sepatu
terbang ini.
Akan tetapi Ci-keng menjadi amat kaget tak terhingga,
dengan kepandaiannya sekarang, betapapun lawan
menyerangnya dengan senjata rahasia juga pasti dapat
ditangkapnya tanpa meleset, siapa tahu sebuah sepatu butut
yang tampaknya menyamber tiba dengan pelahan itu ternyata
takdapat ditangkapnya, Keruan ia tidak berani ragu lagi,
segera ia ikut menyembah dan memperkenalkan namanya.
"Hahaha," Ciu Pek-thong tertawa, "Penilaian Khu Ju-ki dan
Ong Ju-it sungguh rendah, mengapa menerima murid-murid
tak becus begini? Sudahlah, siapa minta disembah kalian?" -
Habis ini mendadak ia membentak: "Serbu!" - serentak
keempat ekor unta terus membedal cepat ke depan.
Namun secepat burung terbang Hoat-ong lantas melayang
ke sana dan mengadang di depan kawanan unta sambil
berseru: "Nanti dulu!" Kedua tangannya menahan di batok
kepala dua ekor unta yang di depan, seketika pula unta2 yang
sedang berlari itu dapat dihentikan dan bahkan didorong
mundur beberapa langkah.
Ciu Pek-thong menjadi gusar, teriaknya: "Toa-hwesio,
apakah kau mengajak berkelahi? Sudah belasan tahun LoTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
wan-tong tidak menemukan tandingan kepalanku memang
sedang gatal, marilah kita coba-coba beberapa jurus!"
Sifat Ciu Pek-thong memang keranjingan ilmu silat,
semakin tua bukannya semakin loyo, tapi kepandaiannya
semakin tinggi sehingga tiada seorangpun yang berani
bergebrak dengan dia. Tapi iapun tahu ilmu silat Kim-lun
Hoat-ong cukup lihay dan dapat diajak berkelahi maka segera
ia gosok kepalan dan ingin bergebrak
Namun Hoat-ong meng-goyang-goyang tangannya dan
berkata: "Tidak, selamanya aku tidak sudi bergebrak dengan
manusia tidak tahu malu, kalau kau memaksa, silakankau
pukul saja dan pasti takkan kubalas."
Tentu saja Pek-thong menjadi gusar, damperat-nya:
"Mengapa kau berani menganggap aku adalah manusia tidak
tahu malu?"
"Habis, sudah jelas kau tahu aku tidak berada di tempat,
kau mencuri panji kebesaran ini, apa namanya perbuatanmu
ini kalau bukan tak tahu malu?", jawab Hoat-ong.
"Huh, kau merasa bukan tandinganku maka ketika aku
pergi, kesempatan baik lantas kau gunakan. Hehe, Ciu Pekthong,
kau benar-benar tidak punya muka."
"Baik, aku dapat menandingi kau atau tidak marilah kita
berkelahi saja dan segera dapat di ketahui," tantang Pekthong.
Hoat-ong sengaja menggeleng dan menjawab. "Sudah
kukatakan aku tidak sudi bertempur dengan manusia tidak
tahu malu, kau tak dapat memaksa aku. Kepalanku cukup
terhormat kalau menghantam badan manusia tidak tahu malu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kepalaku bisa berbau busuk dan takkan hilang bau busuknya
selama 3 tahun 3 bulan."
Ciu Pek-thong tambah murka, teriaknya: "Habis
bagaimana menurut kau?"
"Kau harus menyerahkan kembali panji itu padaku dan
malam nanti boleh kau coba mencuri nya lagi." ujar Hoat-ong,
"Aku akan berjaga di markas sana, kau boleh merebutnya
secara terang-terangan atau mencurinya secara gelap2an,
asalkan kau dapat memegangnya lagi, segera aku menyerah
dan mengakui kau memang pahlawan besar dan ksatria
terhormat!"
Watak Ciu Pek-thong paling kaku, mudah dibakar, sesuatu
urusan, semakin sulit semakin ingin diiakukannya. Segera ia
cabut panji besar itu terus dilemparkan pada Hoat-ong sambil
berseru: "Baik, terimalah, malam nanti akan kucuri kembali,"
Begitu tangan Hoat-ong menangkap panji itu, segera
diketahui tenaga lemparan Ciu Pek-thong sangat kuat, cepat ia
bertahan, tapi tidak urung tergetar mundur dua-tiga tindak,
Karena pegangan Hoat-ong pada unta tadi dilepaskan,
serentak ke-empat unta itu lantas berjingkrak terus membedal
lagi ke depan.
Semua orang mengikuti bayangan Ciu Pek-thong dengan
barisan unta yang aneh itu hingga jauh dan menghilang.
Sejenak Hoat-ong tertegun, kemudian ia serahkan panji
kebesaran itu kepada Soto dan mengajaknya berangkai Iagi,
Diam-diam iapun merenungkan cara bagaimana harus
menghadapi Lo-wan-tong yang tindak tanduknya aneh dan
sukar diraba itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi seketika ia takdapat menemukan akal yang bagus.
Ketika tanpa sengaja ia menoleh, dilihatnya Ci-peng dan Cikeng
sedang bicara bisik-bisik sambil beberapa kali, berpaling
dan melirik Siao-liong-li, tampaknya kedua Tosu itu sangat
takut.
Tergerak hati Hoat-ong, ia pikir jangan-jangan penguntilan
nona itu ditujukan kepada kedua Tosu ini. Segera ia coba
memancing dengan kata-kata: "In-toheng, apakah kau
memang kenal nona Liong itu?"
Air muka Ci-peng tampak berubah dan mengiakan
pelahan, Hoat-ong tambah yakin akan dugaan tadi, Segera ia
tanya pula: "Kalian telah berbuat salah padanya dan dia
hendak mencari perkara kepada kalian, begitu bukan? Nona
itu memang sangat lihay, kalian memusuhi dia, lebih banyak
celaka daripada selamatnya."
Sudah tentu Hoat-ong tidak tahu menahu pertengkaran
antara kedua Tosu itu, cuma dilihatnya kedua orang itu
merasa gelisah dan bisik-bisik, maka dia sengaja
memancingnya dan dugaannya memang tidak meleset"
Namun Ci-keng juga lantas menanggapi: "Tapi nona
itupun pernah berselisih dengan Taysu, malahan Taysu pernah
kecundang di tangannya, masakah kekalahan itu tidak Taysu
balas?"
"Darimana kau tahu?" dengus Hoat-ong.
"Kejadian itu tersiar di seluruh jagat, siapa yang tidak
tahu?" ujar Ci-keng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Hoat-ong mengakui kelihayan kedua Tosu itu,
maksudnya hendak menakutinya, ternyata Cikeng berbalik
hendak memperalatnya. Rasanya urusan ini lebih baik
dibicarakan secara terus terang saja. Maka ia lantas berkata:
"Nona Liong itu hendak membunuh kalian dan kalian merasa
bukan tandingannya, maka kalian ingin perlindunganku,
bukan?"
Dengan gusar Ci-peng menjawab: "Biarpun mati juga aku
tidak perlu minta perlindungan orang, apalagi Taysu juga
belum tentu bisa mengalahkan dia."
Melihat sikap Ci-peng yang tegas dan berani itu, Hoat-ong
menjadi sangsi, jangan-jangan perkiraannya tidak betul. Tapi
dengan tertawa ia lantas berkata: "Jika dia main berganda
dengan Nyo Ko, tentu saja ilmu pedang mereka cukup lihay.
Tapi sekarang dia sendirian, kaIau mau dapat kubinasakan dia
dengan mudah."
"Belum tentu bisa," ujar Ci-keng sambil menggeleng.
"Setiap orang Kangouw sama tahu bahwa Kim-lun Hoat-ong
sudah pernah dikalahkan oleh Siao-liong-Ii!"
"Haha, sudah lama aku bertapa, tiada gunanya kau
membakar aku dengan perkataanmu itu?" jawab Hoat-ong.
Dari ucapan Ci-keng itu kini ia yakin benar bahwa Tosu itu
memang berharap dirinya bergebrak dengan Siao-;iong-li.
Scbelnm Ciu Pek-thong muncul tadi sebenarnya ada
maksud Kim-lun Hoat-ong untuk membinasakan Siao-liong-li,
tapi sekarang dia telah berjanji dengan Ciu Pek-thong agar
mencuri lagi panji kebesaran Kubilai, untuk itu tenaga kedua
Tosu rasanya ada gunanya, jka Siao-liong-li dibunuh lebih dulu
berarti hilanglah alat pemerasnya terhadap kedua Tosu ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka dengan sikap tak acuh ia lantas berkata pula: "Jika
begitu, baiklah kuberangkat lebih dulu, nanti kalau kalian
sudah selesaikan urusan nona itu, silakan berkunjung ke
kemah Ongya sana."
Habis berkata ia terus melarikan kudanya ke depan, jelas
tujuannya agar kedua Tosu itu tidak mengikuti dia.
Tentu saja Cikeng menjadi gelisah, kalau paderi Tibet itu
pergi dan Siao-liong-li memburu tiba, entah cara bagaimana
dirinya akan disiksa oleh nona itu, apalagi kalau ingat betapa
sakitnya sengatan tawon di Cong lam-san dahulu, tanpa
terasa nyalinya menjadi pecah.
Tanpa memikirkan harga diri lagi segera ia melarikan
kudanya menyusul ke depan sambil berseru: "Nanti dulu,
Taysu! Jalanan di sini kurang kupahami, kalau sudi memberi
petunjuk tentu takkan kulupakan budi pertolonganmu?"
Diam-diam Hoat-ong tertawa geli mendengar seruan Cikeng
itu, ia pikir tentu Tosu ini bersalah pada nona Liong itu
sehingga ketakutan sedemikian rupa.
Sedangkan Tosu she In itu tampaknya adem ayem saja
rupanya tidak tersangkut dalam persoalan mereka, dengan
tertawa ia lantas menjawab: "Baiklah, bisa jadi nanti akupun
perlu bantuanmu."
"Jika Taysu memerlukan tenagaku, pasti akan kulakukan,"
cepat Cikeng menanggapi.
Hoat ong lantas meneruskan perjalanan dengaft berjajar
dengan Ci-keng sambil menanyai keadaan Coan-cin-kau
Sekaratig dan dijawab seperlunya saja oleh Ci-keng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan pikiran linglung Ci-peng mengikut dari belakang
tanpa memperhatikan apa yang dibicarakan kedua orang itu.
Sementara itu Hoat-ong sedang berkata: "Konoti Matotiang
sudah mengundurkan diri dari tugasnya dan
menyerahkan jabatan ketua kepada Khu-totiang yang
kabarnya juga sudah tua, kukira jabatan ketua berikut tentu
akan jatuh pada gurumu, Ong-totiang."
Agaknya perkataan Hoat-ong itu rada menyentuh isi hati
Ci-keng, tiba-tiba air mukanya rada berubah, jawabnya: "Usia
guruku juga sudah lanjut sehingga beliau akhir2 ini jarang
mengurusi pekerjaan umum, besar kemungkinan jabatan
ketua nanti akan dilanjutkan oleh In-sute ini."
Melihat air muka Ci-keng menampilkan rasa penasaran,
dengan suara lirih Hoat-ong coba membakarnya: "tampaknya
ilmu silat Ih-foheng ini juga tak melebihi Tio-toheng sendiri,
mengenai kecerdikan dan kecekatan kerja tentu juga selisih
jauh dengan dirimu, kan jabatan ketua yang penting itu
seharusnya diserahkan kepadamu."
Hal ini sebenarnya sudah terpendam selama beberapa
tahun dalam hati Ci-keng, sekarang Hoat-ong yang
membeberkan isi hatinya, tentu saja rasa dendam dongkolnya
semakin kentara, padahal secara Iisan In Ci-peng sudah
ditetapkan sebagai pejabat ketua yang akan datang, semula
Ci-keng hanya penasaran dan iri saja, tapi sejak dia mengenai
kesalahan Ci-peng, segera ia berdaya upaya hendak merebut
kedudukannya.
Ci-keng yakin kalau dia membeberkan rahasia In Ci-peng
yang diam-diam jatuh cinta dan bahkan telah menodai Siaoliong-
li, akibatnya Ci-peng pasti akan dihukum mati. Tapi
iapun menyadari dirinya kurang disukai para paman gurunya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
antar sesama saudara seperguruan juga banyak yang tidak
cocok padanya, ia pikir akhirnya jabatan ketua itu toh juga
takkan jatuh padanya, sebab itulah sampai sekarang ia belum
membongkar dosa Ci-peng itu.
Dari gerak dan sikap kedua Tosu ini Hoat-ong dapat
menerka jalan pikiran Ci-keng, ia pikir: "Kalau kubantu dia
merebut jabatan ketuanya, tentu kelak dapat kuperalat
dengan baik, pengaruh Coan- Cinkau cukup besar dan tentu
akan bermanfaat bagi penyerbuan Ongya ke selatan, bagiku
berarti pula suatu jasa besar dan mungkin lebih besar
daripada jasa membunuh Kwe Cing."
Begitulah diam-diam Hoat-ong merancangkan tindakan
selanjutnya, menjelang lohor, sampailah rombongan mereka
di markas besar Kubilai, sebelum masuk ke kemah, Hoat ong
coba berpaling, dilihatnya Siao-liong-li dengan keledainya
berdiri jauh di sana dan tidak mendekat lagi, ia pikir dengan
beradanya nona itu, mustahil kedua Tosu ini takkan masuk
perangkapku.
Setelah berhadapan dengan Kubilai, ternyata pangeran
Mongol itu sedang uring-uringan berhubung panji
kebesarannya dicuri orang, padahal panji itu adalah simbol
kebesaran dan kepemimpinan, maju mundurnya pasukan
selalu mengikuti arah kibaran panji itu, tapi sekarang dicuri
orang tanpa berdaya, hal ini sama saja mengalami kalah
perang besar-besaran.
Kubilai sangat girang melihat Kim-lun Hoat ong sudah
kembali, cepat ia berdiri menyambut Kubilai memang seorang
pemimpin berbakat dan bijaksana melebihi sang kakek, yaitu
Jengis Khan, untuk sementara dikesampingkan urusan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kehilangan panji itu, tapi lantas menerima Ci-peng berdua
yang diperkenalkan oleh Hoat-ong itu sebagai tanda
simpatiknya terhadap kaum ksatria, Segera pula ia menyuruh
menyediakan perjamuan.
In Ci-peng tetap lesu Iinglung, segenap pikiran-nya hanya
melayang kepada diri Siao-liong-li, sebaliknya Ci-keng adalah
manusia yang kemaruk kedudukan, melihat raja Mongol
sedemikian menghormatinya, ia menjadi kegirangan.
Sama sekali Kubilai tidak menyinggung tentang kegagalan
usaha Hoat-ong membunuh Kwe Cing, "ia hanya terus memuji
kesetiaan Nimo Singh pada tugasnya sehingga kedua kakinya
menjadi korban, Maka dalam perjamuan ini Nimo Singh diberi
tempat utama dan berulang-ulang mengajak minum padanya.
Dengan demikian bukan saja Nimo Singh menjadi lebih
bulat kesetiaannya, orang lain juga merasakan budi kebaikan
pangeran Mongol itu sungguh sangat luhur.
Selesai perjamuan Hoat-ong mengiringi Ci-peng dan Cikeng
mengaso ke perkemahan di samping sana. Ci-peng
sudah lelah lahir batin, maka begitu membaringkan diri ia
terus pulas tertidur
"Tio-toheng, daripada iseng, marilah kita jalan keluar,"
ajak Hoat-ong.
Mereka lantas berjalan keluar kemah, Dari jauh kelihatan
Siao-liong-li berduduk di bawah pohon dan keledainya juga
tertambat di sana, Tanpa terasa air tbuka Ci-keng berubah
lagi, Tapi Hoat-ong pura-pura tidak tahu, malahan ia sengaja
mengajak omong yang dan menanyai berbagai keadaan Coancin-
kau.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lantaran sudah anggap Hoat-ong sebagai teman karibnya,
Ci-keng lantas menjawab dengan terus terang.
Sambil bicara sambil berjalan terus ke depan, lambat-laun
mereka sampai di tempat yang sepi, tiba-tiba Hoat-ong
menghela napas dan berkata: "Tio-toheng, sungguh tidak
mudah Coan-cin-kau kalian dapat berkembang sebaik ini, tapi
terus terang ingin kukatakan bahwa para paman gurumu itu
mengapa begitu gegabah untuk menyerahkan jabatan ketua
yang penting itu kepada In-toheng?"
Sebenarnya sudah lama Ci-keng menginginkan kedudukan
itu, akan tetapi ia sendiri menyadari harapannya terlalu tipis,
maka iapun menghela napas demi mendengar Hoat-ong
menyebut hal itu, lalu iapun memandang sekejap ke arah
Siao-Iiong-li.
"Urusan nona Liong itu adalah soal kecil, asalkan aku mau
turun tangan, dengan mudah saja dapat kubereskan dia dan
kau tak perlu lagi kuatir." kata Hoat-ong, "Justeru yang
penting adalah jabatan ketua agama kalian itu tidak boleh
jatuh di tangan orang yang kurang tepat."
"Kalau Taysu dapat memberi petunjuk jalan yang baik,
selama hidupku rela menuruti perintahmu" jawab Ci keng.
Tentu saja janji inilah yang di-harap2kan Kim lun Hoatong,
segera ia menegas: "Kata-kata seorang lelaki sejati harus
ditepati dan tidak boleh menyesal di belakang hari."
"Sudah tentu," jawab Cikeng.
"Baik, dalam waktu tiga bulan akan ku usahakan kau
diangkat menjadi ketua Coan-cin-kau" kata Hoat-ong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Girang sekali Ci-keng, tapi mengingat urusan ini
sesungguhnya amat suIit, mau-tak-mau ia menjadi ragu-ragu.
"Apakah kau percaya?" tanya Hoat-ong.
"Percaya, pasti percaya," jawab Ci-keng. "Kepandaian
Taysu maha sakti, tentu engkau mempunyai daya upaya yang
bagus."
"Sebenarnya aku tiada sangkut paut apapun dengan
agama kalian, siapapun yang menjadi ketuanya juga sama
saja bagiku, tapi entah mengapa, baru berkenalan rasanya
aku sudah cocok dengan kau dan ingin membantu kau," kata
Hoat-ong dengan tertawa,
"Maka langkah pertama kita harus diusahakan ada seorang
kuat di dalam agamamu yang akan menjadi pendukungmu.
Saat ini siapakah yang paling tinggi menurut angkataanya di
agamamu!"
"lalah Ciu susiokco yang kita jumpai di tengah jalan tadi,"
jawab Ci-keng.
"Benar, kalau dia membantu kau dengan sepenuh tenaga,
maka tiada seorangpun yang dapat menandingi kau lagi," ujar
Hoat-ong.
"Betul, apa yang dikatakan Susiokco sudah tentu
mempunyai bobot dan harus diturut oleh Ma-supek, Khusupek
dan lain!" kata Ci-keng dengan girang, "Tapi dengan cara
bagaimana Taysu akan membuat Ciususiokco memihak
diriku?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tadi dia telah berjanji padaku akan datang ke sini untuk
mencuri panji kebesaran Ongya," tutur Hoat-ong, "Nah
menurut pendapatmu, dia datang atau tidak?"
"Tentu saja datang," jawab Ci-keng.
"Tapi panji ini justeru tidak kita kerek pada tiangnya
melainkan kita sembunyikan di suatu tempat yang
dirahasiakan Di tengah perkemahan yang beratus buah ini,
biarpun Ciu Pek-thong mempunyai kepandaian setinggi langit
juga takkan menemukan panji itu hanya dalam semalam saja."
"Ya, memang," ujar Ci-keng, Tapi dalam hati ia anggap
cara bertaruh begitu kurang jujur, andaikan menang juga
kurang terhormat.
"Tentunya kau anggap pertaruhan cara demikian kalau
menang juga kurang terhormat begitu bukan?" tanya Hoatong
tiba-tiba. "Tapi semua ini adalah demi kepentinganmu."
Ci-keng jadi melenggong memandang Hoat-ong, lebih
tidak paham seluk beluknya.
Hoat-ong menepuk pelahan pundak Ci-keng, dan berkata
pula: "Begini, akan kukatakan padamu tempat penyimpanan
panji itu, kemudian secara diam-diam kau memberitahukannya
kepada Ciu Pek-thong agar dia menemukan panji itu, jadi kau
akan berjasa besar baginya."
"Benar, benar, dengan demikian Ciu-susiokco pasti akan
senang," seru Ci - keng dengan girang. tapi segera berpikir
olehnya, katanya lagi: "Namun pertaruhan Taysu itu kan
menjadi kalah?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Yang penting adalah persahabatan kita, soal kalah
menang urusan pribadi bukan apa-apa bagiku" kata Hoat-ong.
Tentu saja Ci-keng sangat berterima kasih, katanya: "Budi
kebaikan Taysu entah cara bagaimana harus kubalas."
Hoat-ong tersenyum, katanya: "Asalkan kau sudah
mendapatkan bantuan Ciu Pek-thong, lalu kubantu lagi
dengan perencanaan yang lebih sempurna, dengan begitu
jabatan ketua pasti akan jatuh ditanganmu." - Habis ini dia
menuding bukit di sebelah sana dan berkata: "Marilah kita
lihat2 ke bukit sana."
Kira-kira beberapa li dari perkemahan Kubilai itu memang
ada beberapa buah bukit, dengan cara jalan cepat mereka,
hanya sekejap saja sudah sampai di tempat tujuan.
"Marilah kita mencari suatu gua sebagai tempat
menyimpan panji," kata Hoat-ong.
Bukit pertama tandus dan tiada sesuatu gua, ber-turuturut
mereka melintasi dua-tiga bukit, sampai bukit ketiga yang
banyak pepohonan itu, malahan banyak pula guanya.
"Bagus sekali bukit ini," ujar Hoat-ong. Dilihatnya diantara
celah-celah dua batang pohon besar ada sebuah gua, mulut
gua ter-aling-aling oleh pohon sehingga tidak mudah terlihat.
Segera ia berkata pula: "Nah ingatlah tempat ini, sebentar
kusembunyikan panji itu, di dalam gua ini, malam nanti kalau
Ciu Pek thong datang boleh kau membawanya ke sini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan gembira Ci-keng mengiakan saja, ia mengamatamati
pula kedua pohon besar dan ingat baik-baik tempat itu,
ia pikir pasti takkan salah.
Setiba kembali di perkemahan, setelah makan malam, Cikeng
berusaha mengajak bicara dengan Ci-peng, tapi Ci-peng
masih lesu saja dan sungkan bicara.
Sementara itu malam sudah tiba, mendekat tengah
malam, Ci-keng terus ngeluyur keluar dan duduk di samping
sebuah gundukan pasir, Dilihatnya penjaga berkuda meronda
kian kemari dengan ketat, dalam hati ia sangat kagum atas
kepandaian Ciu Pek-thong yang maha sakti itu, di tengah
penjagaan sekeras itu orang tua itu ternyata mampu pergi
datang sesukanya dan berhasil mencuri panji kebesaran
Kubilai.
Suasana sunyi senyap, langit membiru kelam hanya kelapkelip
bintang yang jarang-jarang. Tiba-tiba terpikir oleh Cikeng:
"Kalau apa yang dikatakan Hoat-ong terlaksana, tiga
bulan kemudian aku akan menjadi ketua Coan-cin-kau, tatkala
mana namaku akan termashur di segenap penjuru, beribu
Tokoan (kuil agama To) dengan penganut yang tak terhitung
jumlahnya akan tunduk semua pada perintahku Hm, tatkala
itu kalau mau mencabut nyawa bocah she Nyo itu boleh
dikatakan mudah seperti merogoh barang di saku sendiri."
Begitulah makin dipikir makin senang hatinya sehingga dia
berdiri dan memandang jauh ke sana, samar-samar tertampak
Siao-liong-li masih duduk di bawah pohon itu, segera terpikir
pula olehnya: "Nona Liong itu memang cantik luar biasa dan
setiap orang pasti suka padanya, pantas Ci-peng edan
kasmaran padanya, Tapi seorang ksatria sejati yang
mengutamakan tugas besar mana boleh hilang akal dan
tergoda oleh kecantikan wanita?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itulah tiba-tiba terlihat sesosok bayangan orang
berlari datang dengan cepat dan menyusuri kian kemari di
antara perkemahan itu, hanya sekejap saja bayangan itu
sudah sampai di bawah tiang bendera, orang itu berjubah
longgar, jenggotnya yang putih bergoatsi tertiup angin, siapa
lagi kalau bukan Ciu Pek-thong.
Melihat tiang itu kosong tiada benderanya, Pek-thong
terkesiap, tadinya ia menyangka Kim-hin Hoat-ong pasti
menyembunyikan jago-jago di sekitar situ untuk mencegatnya
dan inilah yang dia harap, sebab dengan demikian dia dapat
berkelahi sepuasnya, siapa tahu tiang bendera itu ternyata
kosong, ia coba memandang sekeliling, tertampak beribu-ribu
kemah berderet-deret dan kemana harus mencari panji
kebesaran Kubilai.
Segera Ci-keng menyongsong ke depan, bara saja ia
hendak menyapa, tapi lantas terpikir jika begitu saja dia
memberitahu tempat bendera itu, pasti akan menimbulkan
rasa sangsi orang malah, sebaiknya dibiarkan orang tua itu
mencari dengan kelabakan, nanti kalau sudah tak dapat
menemukannya barulah kumuncul dan memberitahukan
tempat penyimpanan bendera, dengan begitu dia batu
merasakan betapa berharganya bantuanku dan pasti ikan
sangat berterima kasih padaku.
Segera ia sembunyi di balik sebuah kemah untuk
mengawasi gerak-gerik Ciu Pek-thong, dilihatnya sekali lompat
saja orang tua itu telah memanjat ke atas tiang bendera,
hanya beberapa kali kedua tangannya bekerja, segesit kera
pucuk tiang bendera itu telah dicapainya, Diam-diam Ci-keng
melongo kaget, padahal usia Ciu Pek-thong itu sedikitnya
sudah lebih 90 jika belum genap seabad, tapi gerak-gerik-nya
ternyata masih gesit dan tangkas seperti orang muda,
sungguh luar biasa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setiba di atas pucuk tiang bendera, Ciu Pek-thong
memandang sekelilingnya, yang terlihat cuma ribuan panji
kecil yang berkibaran, hanya panji helai milik Kubilai itulah
yang tidak nampak, ia menjadi gusar dan berteriak: "Hai, Kimlun
Hoat-ong, ke mana kau menyembunyikan Ongki (panji
raja) itu?"
Bcgitu keras dan nyaring suaranya sehingga
berkumandang jauh dan didengar oleh segenap perajurit
Mongol, bahkan suara kumandang juga sayup-sayup
terdengar membalik dari kejauhan sana.
Sebelumnya Hoat-ong sudah lapor pada Kubilai tentang
urusan ini, maka perkemahan pasukan Mongol itu tetap sunyi
senyap saja meski mendengai suara teriakan Ciu Pek-thong
itu.
Terdengar Ciu Pek-thong menggembor lagi. "Wahai, Kimlun
Hoat-ong, kalau kau tidak menjawab, segera akan kumaki
kau!"
Selang sebentar pula dan tetap tiada orang menggubris,
terus saja Ciu Pek-thong mencaci-maki "Kim-lun busuk, Hoatong
anjing, kau ini ksatria macam apa? Kau lebih tepat disebut
kura2 yang mengerutkan kepala?"
Sekonyong-konyong di sebelah timur sana ada orang
berseru: "Lo-wan-tong, Ongki yang kau cari beradij di sini,
kalau mampu bolehlah kau mencurinya,"!
Secepat terbang Ciu Pek-thong terus melayang turun dan
berlari ke sana sambil membentak: "Kemana?,"
Tapi sesudah berseru tadi, lalu orang itu tidak bersuara
lagi, sambil memandangi kemah yang tak terhitung banyaknya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu, Ciu Pek-thong merasa bingung dan tidak tahu cara
bagaimana harus bertindak.
Pada saat itulah mendadak di sebelah barat sana ada
suara melengking teriakan orang macam menguiknya babi
disembelih: "Ongki berada di sini!"
Seperti kesetanan Ciu Pek-tbong terus memburu ke sana,
Suara orang itu masih terdengar tanpa berhenti, tapi makin
lama makin lirih dan akhirnya lenyap tak terdengar lagi.
Dengan terbahak-bahak Ciu Pek - thong berteriak pula:
"Hahaha, Hoat-ong busuk, memangnya kau sengaja main
kucing2an dengan aku ya? Haha, sebentar kalau kubakar
perkemahan kalian ini barulah kau nyaho!"
Diam-diam Ci-keng berkuatir, kalau betul orang tua ini
main bakar, urusan memang bisa berubah runyam Cepat ia
melompat keluar dari tempat sembunyinya dan mendesis:
"Ssst! Ciu-susiokco, tidak boleh main bakar.
"Eh, kau, Tosu kecil!" tegur Pek-thong. "Kenapa kau bilang
tidak boleh main bakar."
"Mereka justeru sengaja memancing kau menyalakan api,"
demikian Cikeng sengaja membual "Di tengah perkemahan ini
penuh tersimpan bahan peledak, sekali engkau menyalakan
api. seketika semuanya-akan meledak dan badanmu akan
hancur lebur."
Ciu Pek-thong menjadi kaget dan memaki. "Keji juga
muslihat busuk mereka ini."
Ci-keng bergirang karena orang tua itu percaya kepada
ocehannya, Segera ia berkata pula: "Cucu murid mengetahui
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
muslihat mereka dan kuatir Susiokco terjebak, maka sejak tadi
hati cucu murid sangat cemas dan gelisah, sebab itulah
kutunggu di sini"
Wo, baik hati juga kau," ujar Ciu Pek-thong--"Untung kau
memberitahu padaku, kalau tidak kan Lo-wan-tong sudah
mampus."
"Malahan cucu murid dengan menyerempet bahaya
mendapat keterangan tempat penyimpanan Ongki itu, marilah
Susiokco ikut padaku," bisik Ci-keng.
Akan tetapi Ciu Pek-thong lantas menggeleng dan berkata:
"Jangan, jangan kau katakan padaku, kalau aku tak dapat
menemukannya, anggaplah aku kalah."
Rupanya pertaruhan mencuri panji ini bagi Ciu Pek-thong
adalah suatu permainan yang sangat menarik," kalau saja Cikeng
memberi petunjuk, andaikan berhasil juga terasa kurang
nikmat baginya, apalagi setiap perbuatannya selamanya
dilakukan secara terang-terangan dan tidak suka main
sembunyi2an.
Karena bujukannya tidak berhasil, Ci-keng menjadi
kelabakan, mendadak teringat bahwa kelakuan sang Susiokco
ini lain daripada yang lain, untuk bisa berhasil harus dengan
cara memancingnya. Segera ia berkata pula: "Susiokco, jika
begitu akan kucari sendiri Ongki itu, lihat saja nanti kau lebih
dulu berhasil atau aku." Habis berkata ia ierus mendahului
berlari kearah bukit-bukit.
Tidak jauh berlari, Ci-keng coba melirik kebe-lakang dan
dilihatnya Ciu Pek-thong juga mengintilnya, langsung saja ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berlari ke bukit ketiga yang ada pepohonan itu, di situ ia
menggumam sendiri: "mereka mengatakan Ongki itu
disembunyikan dalam gua yang teraling oleh dua pohon besar,
mana ada dua pohon besar yang dikatakan itu?"
Ia sengaja pura-pura celingukan kian kemari, tapi tidak
mendekati gua yang dikatakan Kim-lun Hoat-ong.
Tiba-tiba terdengar Ciu Pek-thong berseru gembira. "Aha,
kutemukan lebih dulu di sini!" Berbareng ia terus menerobos
ke sela-sela kedua pohon.
Diam-diam Ci-keng tersenyum karena maksud tujuannya
sudah tercapai, ia pikir setelah sang Susiokco berhasil
menemukan Ongki, pasti dia akan berterima kasih padaku,
apalagi dia pasti merasa utang budi padaku karena aku telah
menghindarkan dia dari kematian apabila dia jadi menyalakan
api.
Dengan hati senang ia lantas mendekati gua itu tapi
mendadak terdengar jeritan Ciu Pek-thong, suaranya ngeri
menyeramkan, menyusul terdengal teriakannya: "Ular! Ular
berbisa!"
Keruan Ci-keng kaget, sebelah kaki yang sudah melangkah
ke dalam gua itu cepat di tariknya kembali, lalu berseru:
"Susiokco, masakah di situ ada ular berbisa?"
"Buk... bukan ular.... bukan ular..."
Terdengar teriakan Ciu Pek-thong, suaranya sudah jauh
lebih lemah.
Kejadian ini sama sekali di luar dugaan Tio Ci Keng, cepat
ia menjemput sepotang kayu kering dan dinyalakan sebagai
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
obor, lalu digunakan menerangi kedalam gua, Dilihatnya Ciu
Pek-thong tergeletak di tanah, tangan kiri memegangi sehelaibun
panji dan berulang-ulang dikebutkan seperti sedang
menghalau sesuatu makhluk aneh.
"Susiokco, ada apakah ?" tanya Ci-keng kuatir.
"Aku digigit... digigit makhluk ber... makhluk berbisa...."
kata Pek thong dengan suara lemah dan terputus-putus
sampai di sini tangannya juga lantas melambai ke bawah dan
tidak kuat mengebutkan kain bendera lagi...
Ci-keng heran, makhluk berbisa apakah yang sedemikian
lihaynya sehingga dapat membuat Ciu Pek-thong yang maha
sakti itu tak dapat berkutik dalam waktu sesingkat itu? Segera
dilihatnya kain panji yang dipegang Ciu Pek-thong itu ternyata
sebuah panji tentara biasa dan bukan panji kebesaran Kubilai
yang di cari itu.
Diam-diam ia tambah ngeri. Kiranya paderi Tibet itu
sengaja menipu aku memancing Susiokco ke sini, tapi di
dalam gua ini telah disebarkan makhluk berbisa."
Dalam keadaan demikian, bagi Ci-keng yang penting
adalah menyelamatkan jiwanya sendiri, mana sempat dia
sempat memikirkan mati-hidupnya Ciu Pek-thong, iapun tidak
berani memeriksa keadaan sang Susiokco dan makhluk
berbisa apa yang menggigitnya itu, tanpa bicara lagi ia
membuang obofnvl dan melarikan diri.
Tapi sebelum obor itu jatuh ke tanah, mendadak berhenti
di tengah jalan, rupanya kena ditangkap oleh tangan
seseorang, terdengar orang itu berkata: "Kenapa, masakah
orang tua ditinggalkan begitu saja?" suaranya halus nyaring,
tertampak baju putih berkelebat jelas itulah Siao-liong-li, di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bawah cahaya obor wajahnya yang moIek itu tampak tidak
mengunjuk perasaan girang atau gusar.
Sungguh kejut Ci-keng tak terkatakan. Sama sekali tak
terduga bahwa Siaoliongli berada begitu dekat di belakangnya,
ingin sekali ia melarikan diri, tapi kakinya terasa berat dan
sukar melangkah.
Padahal dari jauh Siao-liong-li mengawasi dia, setiap gerak
gerik Tio Ci-keng tak pernah terlepas dari pengamatannya,
Ketika Ci-keng memancing Ciu Pek-thong ke bukit ini, diamdiam
Siao-liong-li juga menguntit di belakangnya. Sudah tentu
Ciu Pek-thong mengetahuinya, tapi ia tidak ambil pusingi
hanya Ci-keng saja yang tidak tahu.
Dengan obor yang dipegangnya itu Siaoliong-li lantas
menerangi tubuh Ciu Pek-thong, terlihat muka orang tua itu
samar-samar bersemu hijau, segera ia Iepaskan sarung
tangan benang emas, lalu memegang tangan Ciu Pek-thong
dan diperiksa. Seketika Siao-liong-li terperanjat ternyata ada
tiga ekor labah2 sebesar ibu jari sedang menggigit tiga jari
tangan kiri Ciu Pek-thong.
Bentuk ketiga ekor labah2 itu sangat aneh, seluruh badan
berloreng merah dan hijau menyolok, sekali pandang saja
orang akan merasa ngeri.
Siao-liong-li tahu makhluk berbisa apapun semakin bagus
warnanya semakin jahat racunnya, apa lagi labah2 ini belum
pernah dilihatnya, biarpun memakai sarung tangan juga tak
berani ditangkapnya, cepat ia ambil sepotong ranting kayu
dan bermaksud pencukit ketiga ekor labah2 itu.
Tak terduga labah2 itu ternyata menggigit kencang sekali
di jari Ciu Pek-thong, beberapa kali Siao liong-li mencukitnya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tetap tak terlepas: Tanpa pikir lantas menyambitkan tiga buah
Giokhong-ciam (jarum tawon putih), kontan ketiga ekor
labah2 tertembus perutnya dan mati seketika.
Cara Siao-liong-Ii menyambitkan jarumnya itu sangat
bagus sekali, tenaga yang digunakan begitu tepat, labah2 itu
mati tertusuk jarum, tapi tidak sampai melukai Ciu Pek-thong.
Kiranya labah2 itu disebut "Cay swat-tu" (labah2 salju
panca warna) dan hidup di pegunungan bersalju daerah Tibet,
tergolong satu di antara tiga jenis makhluk berbisa paling
jahat di dunia ini. Kim-lun Hoat-ong membawa labah2 berbisa
ini ke Tionggoan maksudnya hendak mengadu kepandaian
menggunakan racun dengan ahli racun di Tionggoan.
Tempo hari waktu dia berusaha membunuh Kwe Cing,
karena tiada rencana menggunakan racun, maka dia tidak
membawa labah2 berbisa ini. Tak terduga ia sendiri malah
kena jarum berbisa Li Bok chiu.
Saking gemasnya setiba kembali di markas Kubilai ia lantas
keluarkan kotak penyimpan labah2 itu dan disiapkan untuk
menghadapi Li Bok-chiu apabila kepergok lagi setiap saat.
Cara bagaimana Siaoliongli menghalau serangan Kim-lun
Hoat-ong dan menyelamatkan jiwa Ciu Pek-thong?
Benarkah Tio Ci-keng akan diangkat jadi ketua Coan-cin-kau
dengan dukungan Kim-lun Hoat-ong?
(Bacalah jilid ke-38)
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 38
Kini dia bertaruh mencuri bendera dengan Ciu Pek thong
dan juga bertemu dengan orang yang kemaruk menjadi ketua
agama seperti Tio Ci-keng ini, maka diam-diam ia telah
mengatur tipu muslihat kejii lebih dulu dia menaruh sebuah
bendera di daiarrt gua itu, di dalam bendera terbungkus tiga
ekor labah2 berbisa.
Labah2 panca warna itu sangat ganas, sekali menggigit
dan merasakan darah, maka takkan dilepaskan sebelum
kenyang mengisap darah korban-nya. Kadar racunnya juga
sangat jahat dan tak dapat disembuhkan dengan obat,
sekalipun Hoat-ong sendiri juga tidak mempunyai obat
penawarnya.
Sebabnya dia tak berani selalu membawa labah2 itu
adalah untuk menjaga segala kemungkinan kelengahan diri
sendiri, sebab akibatnya sukar di bayangkan.
Tak tersangka sambitan tiga buah jarum Siao-liong-li itu
dengan tepat telah mengenai sasarannya dan sekaligus juga
telah menyelamatkan nyawa Ciu Pek thong. Soalnya begini:
Giok-hong-ciam itu mengandung racun tawon putih, meski
kadar racunnya tidak sejahat labah2 panca warna itu, tapi
begitu tertusuk oleh jarum itu, sebelum ajalnya labah itu telah
mengeluarkan serum penangkis racun.
Perlu diketahui bahwa berkat memiliki serum penangkis
racun itu dalam tubuhnya, maka labah2 tidak sampai mati
sendiri oleh racun yang terkandung dalam badannya itu.
Ketika serum anti racun itu menyemprot keluar dari mulut
labah2 dan masuk dalam darah Ciu Pek-thong, hanya sebentar
saja labah2 itu jatuh dan mati. Bayangkan saja, kalau racun
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
labah2 itu juga cuma dapat ditawarkan olehnya sendiri dan
lain cara pengobatan lain, tatkala itu belum ada cara
pembuatan serum anti racun seperti jaman sekarang, dengan
sendirinya juga tidak dapat mengambil serum anti racun itu
dari tubuh labah2.
Untunglah Siao Iiong- li buru-buru ingin menolong Ciu
Pek-thong, fmla seram melihat bentuk labah2 yang
mengerikan itu, maka dia telah menggunakan senjata
rahasianya yang halus itu, tapi justeru kebetulan telah
menyelamatkan nyawa orang tua itu.
Setelah ketiga ekor labah2 itu jatuh ke tanah dan mati,
melihat warnanya yang loreng2 itu, Siao-liong-li tetap merasa
ngeri.
Ciu Pek-thong yang tadinya menggeletak kaku itu
sekarang mendadak dapat menggerakkan tangan kirinya dan
bertanya dengan suara pelahan: "Barang apakah yang
menggigit aku, sungguh lihay amat."
Tampaknya dia hendak bangun, tapi baru sedikit
mengangkat badannya kembali ia jatuh terbaring lagi.
Siao-liong-li sangat girang melihat Ciu Pek-thong tidak
mati, ia coba memeriksa sekitar gua dengan obor, ia merasa
lega setelah tidak lagi menemukan labah2 berbisa seperti tadi,
ia coba tanya: "Ciu-loyacu, engkau tidak mati kan?"
"Rasanya belum mati sama sekali, baru mati separoh dan
hidup setengah, haha haha..."
Ciu Pek-thong ingin tertawa keras, tapi segera terasa kaki
dan tangannya kaku kejang sehingga suara tertawanya
kedengaran aneh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itulah tiba-tiba seorang bergelak tertawa di luar
gua, suaranya keras menggetar telinga, lalu terdengar
ucapannya: "He, Lo-wan-tong! Ongki itu sudah dapat kau curi
belum? pertaruhan kita ini dimenangkan kau atau aku?" - jelas
itulah suaranya Kim-lun Hoat-ong.
Cepat Siao-liong-li memadamkan api obor dengan
tangannya yang memakai sarung benang mas yang tidak
takut senjata tajam maupun api. sedangkan Ciu Pek-thong
lantas berkata dengan suara lemah: "Permainan ini sudah
jelas Lo-wan-thong yang kalah, bisa jadi jiwaku juga akan
kuserahkan padamu. He, Hoat-ong busuk barang apakah
labah2 yang kau sebarkan ini, sungguh jahat amat."
Meski suaranya kedengaran lemah, tapi suara tertawa
Hoat-ong yang keras ternyata tak dapat melenyapkan suara
perkataannya itu. Keruan Hoat-ong terkejut, sudah jelas dia
tergigit oleh labah2, tapi ternyata belum mati.
Dalam pada itu Ciu Pek-thong berkata pula. "Kau Tio Cikeng
si Tosu brengsek, kau makan dalam bela luar, terlalu,
Boleh katakan kepada Khu supekmu, suruh dia bunuh saja
kau!"
Tentu saja Ci-keng sangat ketakutan dan bersembunyi di
belakang Kim-lun Hoat-ong.
"Eh, Tosu she Tio ini sangat baik, malahan Ongya kami
akan memohon pada Sri Baginda agar mengangkat dia
menjadi ketua Coan-cin-kau," kata Hoat-ong dengan-tertawa.
Ciu Pek-thong menjadi gusar, segera ia hendak
mcndamperat pula, tapi racun labah2 itu sungguh luar biasa
jahatnya, meski sebagian kadar racunnya sudah hilang,
namun sedikit sisa saja sudah cukup membinasakan orang,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
untung tenaga dalam Ciu Pek-thong sangat kuat, tapi sedikit
kendur saja tenaganya segera ia jatuh pingsan Iagi.
"Kim-lun Hoat-ong." tiba-tiba Siao-liong-li ikut bicara, "Kau
adalah mahaguru satu aliran tersendiri namun kau
menggunakan makhluk berbisa begini apakah kau tidak malu?
Lekas keluarkan obat penawar untuk menyembuhkannya."
Melihat Ciu Pek-thong jatuh pingsan, Hoat-ong mengira
racun dalam tubuh orang tua itu telah bekerja dan orangnya
mati, diam-diam ia sangat girang dan merasa tidak perlu lagi
gentar terhadap Siao-liongli. Apalagi bila teringat ucapan Tio
Ci-keng siang tadi yang mengatakan semua orang mengetahui
dia pernah dikalahkan Siao-liong-li, maka sekarang dia
bertekad akan menawan si nona untuk memperlihakan
kemampuannya.
Mendadak tangan kiri Hoat-ong disodorkan sedangkan
tangan kanan terus mencengkeram Siao liong li sambil
berseru: "Ini obat penawarnya, terimalah kau."
Siao-liong-li terkejut, cepat iapun bergerak, terdengar
suara "tring" nyaring, selendang berkeleningan segera
mengetok Hiat-to pergelangan tangan musuh.
"Hm, kalau aku sampai bergebrak ber-jurus-jurus dengan
kau kan akan ditertawakan oleh Tosu she Tio itu," demikian
Hoat-ong membatin sambil menghindari serangan Siao-liongli,
menyusul iapun mengeluarkan sepasang rodanya, sekali
digesekkan, terdengarlah suara nyaring mengilukan.
Cepat Siao-liong-li menarik balik tali sutera-nya setelah
serangannya luput, segera ia menghantam pula Tay-cui-hiat di
punggung lawan, serangan kedua ini sangat cepat dan ganas
pula, tampaknya sukar untuk dielakkan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi Hoat-ong terus meloncat ke atas sambil
memuji: "Kepandaianmu ini sungguh jarang ada bandingannya
di kalangan wanita."
BegituIah kedua orang bertempur di lorong gua yang
sempit itu, dalam sekejap saja belasan jurus sudah lalu, kalau
Hoat-ong menyerang sekuatnya sebenarnya sukar bagi Siaoliong-
li untuk menahan nya, tapi beberapa hari yang lalu Hoatong
baru saja terluka oleh jarum berbisa, bahkan jiwanya
hampir melayang, sekarang dilihatnya gaya ilmu silat Siaoliong-
li serupa dengan Li Bok-chiu, malahan jurus serangannya
terlebih bagus dan lihay daripada Li Bok-chiu, sudah tentu ia
menjadi waswas dan tidak ingin kejeblos untuk kedua kalinya.
Sebab itulah hatinya sangat gelisah karena tak dapat
mengalahkan lawan dengan cepat, tapi iapun tidak berani
menyerang secara sembrono. Dalam kegelapan terdengarlah
suara mendering benturan roda emas dan perak terseling oleh
suara "tring-ting" genta kecil pada ujung senjata Siao-liong-li,
bagi orang yang tidak tahu mungkin malah menyangka kedua
orang sedang menabuh alat musik.
Ci-keng berdiri menonton dari tempat rada jauh, setiap kali
mendengar suara nyaring benturan senjata, setiap kali pula
jantungnya berdebar.
Teringat kematian sang Susiokco itu biarpun bukan
direncanakan oleh dirinya, tapi apapun juga tak terlepas dari
ikut tersangkut dosa membunuh orang tua demikian ini tiada
ampun dalam dunia persilatan, kalau saja Hoat-ong dapat
membunuh Siao liong-li tentu saja urusan menjadi beres
seluruhnya, tapi kalau Siao-Iiong-li yang menang, akibatnya
tentu bisa runyam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena Hoat-ong tidak dapat menyerbu ke dalam gua,
dengan sendirinya sukar pula baginya untuk mengalahkan
Siao-liong-li, sebentar saja mereka sudah bergebrak beberapa
puluh jurus dan tetap belum bisa dibedakan unggul dan asor.
Siao-liong-li menjadi gelisah dan kuatir, dilihatnya Ciu Pekthong
menggeletak tak bergerak sedikitpun, besar
kemungkinan jiwanya akan melayang, pikirnya hendak
menolongnya, tapi serangan Hoat-ong teramat gencar dan
sukar menarik diri.
Pertarungan di tempat gelap itu sudah tentu lebih
menguntungkan Siao-Iiong-li karena dia sudah lama hidup di
kuburan kuno yang gelap itu.
Ketika dilihatnya Hoat-ong menyerang dari sisi kanan dan
sebelah kirinya tak terjaga, cepat ia memutar tali sutera
bergenta emas itu untuk mengetok iga kirinya, berbareng
belasan jarum Giok-hong-ciam lantas dihamburkan.
Karena jaraknya teramat dekat, pula samberan jarum itu
tak mengeluarkan suara, ketika Hoat-ong merasakan gelagat
jelek, sementara itu jarak jarum sudah tinggal beberapa senti
saja di depan tubuhnya.
Syukur ilmu silatnya memang maha tinggi, dalam detik
berbahaya itu roda peraknya terus berputar dan tepat
menggulung tali sutera bergenta Iawan, berbareng itu kedua
kakinya terus memancar sekuat nya dia mengapung ke atas
sehingga belasan jarum berbisa itu menyamber lewat dr
bawah kakinya.
Dalam keadaan kepepet, saking kerasnya dia
menggunakan tenaga, ketika tubuhnya mengapung ke atas,
kedua tangannya juga ikut terangkat, maka sepasang roda
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berikut tali sutera bergenta milik Siao-liong-li itu juga ikut
terbetot lepas dari cekalannya dan mencelat ke udara dengan
menerbitkan suara nyaring gemerincing..
Sebelum tubuh lawan turun kembali, segera Siao-liong-li
menghamburkan pula segenggam Giok-hong-ciam. Dalam
keadaan masih terapung di udara, betapapun tinggi ilmu
silatnya juga sukar menghindari apalagi jaraknya sekarang
juga sangat dekat, keadaannya menjadi terlebih bahaya
daripada tadi.
Namun Hoat-ong benar-benar maha sakti, ketika meloncat
ke atas tadi sudah terpikir olehnya kemungkinan pihak lawan
akan menyusulkan serangan lagi, maka kedua tangannya
sudah siap menarik baju sendiri, begitu dipentang, seketika
jubahnya terobek menjadi dua bagian, pada saat itu juga
jarum Siao-liong-li sudah menyamber tiba pula, namun kain
baju yang dipegangnya lantas di-kebut2kan sehingga jarumjarum
berbisa itu tergulung seluruhnya ke dalam baju.
Sambil terbahak2 Hoat-ong tancap kakinya ke bawah dan
melemparkan baju robek, tangan di ulurkan untuk menangkap
sepasang roda yang baru jatuh dari atas. Dua kali dia lolos
dari ancaman maut, semuanya berkat kehebatan ilmu silatnya
dan juga kecerdikannya sehingga pada detik terakhir dia
masih dapat menyelamatkan diri, malahan dengan begitu
senjata Siao-liong-li dapat direbutnya.
Setelah unggul, segera Hoat-ong mengadang di mulut
gua, katanya dengan tertawa: "Nah, nona Liong, masakah kau
tidak lekas menyerah?"
Tapi dia masih kuatir kalau Siaoliongli memasang
perangkap apa-apa di dalam gua, maka dia tidak berani
menyerbu ke dalam, Dia tidak tahu bahwa saat itu Siao-liong-li
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
justeru lagi kelabakan, senjatanya hilang, jarum juga sudah
terpakai sebagian besar, kini tangannya cuma bersisa satu
genggam jarum berbisa itu dan sembunyi di samping mulut
gua.
Hoat-ong menunggu sebentar dan tidak nampak Sesuatu
apa, tiba-tiba timbul akalnya, dia jemput kedua potong
robekau bajunya tadi, lalu kedua rodanya dilemparkan ke
dalam gua, selagi roda2 itu menggelinding, ia terus melompat
dan berdiri di atas roda.
Tindakannya ini adalah untuk menjaga kemungkinan
jarum berbisa di atas tanah, menyusul ia terus putar kain
bajunya untuk melindungi tubuhnya, kira-kira dua-tiga meter
di dalam gua, sebelah tangannya lantas meraih untuk
menangkap lawan.
Robekan bajunya tercocok berpuluh jarum berbisa yang
disambitkan Siao-liong-li tadi sehingga berubah menjadi
semacam senjata yang lihay, dengan tertawa ia berkata: "Nah,
nona Liong, boleh kau coba senjataku yang menyerupai kulit
landak ini"
Belum lenyap suaranya, sekonyong-konyong tangannya
terasa kencang, ujung kain baju yang diputarnya itu
mendadak terpegang oleh Siao liong-li. Maklumlah ia memakai
sarung tangan benang emas yang tidak mempan ditabas
senjata tajam, jangankan cuma kain baju yang penuh jarum,
sekalipun pedang juga berani direbutnya.
Karena tak terduga2, dengan kaget cepat Hoat ong
membetot sekuatnya, tapi sedikit merandek itu ia telah
memberi kesempatan kepada Siao-liongli untuk
menghamburkan genggaman jarumnya. Ti-dak kepalang kaget
Hoat-ong, dalam keadaan kepepet timbul juga akalnya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sebisanya dia tarik tubuh Ciu Pek-thong yang menggeletak di
atas tanah itu untuk digunakan sebagai tameng, menyusul ia
terus melompat keluar gua dengan mandi keringat dingin dan
napas terengah-engah, diam-diam ia bersyukur jiwanya dapat
lolos dari lubang jarum.
Sementara itu berpuluh jarum berbisa Siao-Iiong-li telah
menancap semua pada tubuh Ciu Pek-thong. Mau-tak-mau
nona itu merasa menyesal karena orang yang sudah mati
masih harus tersiksa oleh jarumnya itu.
Di luar dugaannya, tiba-tiba Ciu Pek-thong terus berteriak:
"Aduh, sakitnya! Barang apalagi yang menggigit aku ini?"
Keruan Siao-liong-li kaget dan bergirang pula, cepat ia
tanya: "He, Ciu Pek-thong, jadi kau belum mati?" Dasar nona
yang masih polos dan tidak tahu tata kehidupan, sama sekali
ia tidak paham cara bagaimana seharusnya memanggil
seorang tua seperti Ciu Pek-thong, maka langsung saja ia
sebut namanya.
Ciu Pek-thong lantas menjawab: "Tadi rasanya sudah mati
dan sekarang telah hidup kembali. Entah matinya kurang
beres atau hidupnya belum cukup?"
"Syukurlah kalau kau tidak mati," ujar Siao-liong-li "Hoatong
itu sangat ganas, aku tidak dapat menandingi dia." Segera
ia keluarkan batu sembrani untuk mencabuti jarum-jarum
yang menancap di tubuh Ciu Pek-thong itu.
Ciu Pek-thong terus mencaci-maki: "Bangsat Hoat-ong itu
sungguh pengecut, selagi aku mati belum siuman kembali, dia
malah mencocoki aku dengan jarum sehalus ini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan tersenyum Siaoliongli menjelaskan: "Ciu Pekthong,
akulah yang mencocoki kau dengan jarum ini." Lalu
secara ringkas ia ceriterakan pertarungan tadi, kemudian
ditambahkan pula: "Jarumku ini berbisa, apakah kau
kesakitan?"
"O, tidak, malahan rasanya sangat enak, coba kau cocoki
aku lagi" jawab Ciu Pek-thong.
Sudah tentu Siao-liong-Ii mengira orang tua itu cuma
bergurau saja, ia lantas mengeluarkan satu botol porselen
kecil dan berkata pula: "lni adalah madu tawon yang khusus
dapat menyembuhkan racun jarumku ini, coba kau minum
sedikit."
"Tidak, tidak!" Ciu Pek - thong menggeleng. "Enak rasanya
jika dicekoki oleh jarummu ini, rasanya jarum ini adalah lawan
labah2 berbisa ini"
Siao-liong-li tidak sependapat, tapi orang tidak mau
menerima, maka iapun tidak memaksa. ia pikir lwekang orang
tua ini sukar diukur, racun labah2 itu saja tidak dapat
membunuhnya, tentu juga takkan beralangan hanya terkena
racun jarum tawon putih.
Padahal racun tawon meski cukup libay, tapi juga dapat
digunakan menyembuhkan macam-macam penyakit seperti
encok dan lain-lain, sebab itulah tiada peternak tawon yang
mengidap penyakit encok, Namun Siao-Iiong-li dan Ciu Pekthong
tidak paham ilmu pengobatan, mereka tidak tahu racun
dapat menawarkan racun, ternyata racun labah2 dalam tubuh
Ciu Pek-thong telah banyak dipunahkan oleh racun jarum
tawon Siao-liong-li itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dari luar gua Kim-lun Hoat-ong dapat mendengar suara
pembicaraan Ciu Pek-thong, terdengar suaranya penuh tenaga
seperti orang sehat, tentu saja Hoat-ong kaget, ia pikir apakah
orang ini memiliki tubuh malaikat sehingga tidak mempan
segala macam racun?
Mumpung tenaga dalam orang ini belum pulih seluruhnya
harus segera kubinasakan, kalau tidak kelak pasti akan
mendatangkan bahaya besar. Akan tetapi sepasang rodanya
sudah terlempar ke dalam gua, terpaksa ia putar tali sutera
berkelening milik Siao-liong-li dan berseru: "Nona liong, ku
pinjam saja senjatamu ini." - Sekuatnya ia ayun tali sutera itu
ke dalam gua.
Karena ilmu silatnya sudah mencapai tingkatan yang tiada
tara-nya, segala jenis senjata dapat dimainkannya dengan
sesuka hati, maka tali sutera itupun dapat digunakannya
sebagai cambuk, bahkan sangat baik untuk menyerang dari
jauh dan tidak perlu lagi kuatir disambit oleh jarum berbisa
Siao-liong-li
Seketika timbul hati kanak-anak Siao-liong-li, iapun jemput
roda emas dan perak milik Kim-lun Hoat-ong itu, "creng", ia
benturkan kedua roda dan menerbitkan suara nyaring, lalu
berseru: "Baik, kita boleh bertukar senjata dan bertempur
lagi."
Tapi baru saja dia angkat kedua roda itu, ternyata
bobotnya luar biasa, terlalu berat baginya untuk digunakan
Rupanya roda emas itu terbuat dari emas murni, beratnya
lebih 30 kati, terpaksa Siao-liong-li menarik kedua roda itu
untnk menjaga di depan dada.
Hoat-ong melihat kesempatan baik, segera ia menubruk
maju, tangannya terus meraih hendak merebut kedua roda
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu. Tapi Siao Iiong-li lantas menyurut mundur satu langkah,
berbareng roda perak yang lebih enteng itu terus disambitkan
Sebenarnya sambitan roda perak ini cuma gertakan saja,
pada saat lain segera iapun menghamburkan lagi berpuluh
Giok-hong-ciam, jarum-jarum ini berasal dari tubuh Ciu Pekthong
yang dicabutnya sudah hilang kadar racunnya, andaikan
tercocok juga tidak beralangan.
Tapi Hoat-ong sudah kapok, dia tidak berani menangkap
roda perak melainkan terus melompat mundur ke atas
sehingga terluput dari tancapan jarum-jarum itu.
Ciu Pek-thong bergelak tertawa dan berseru. "Bagus, kalau
bangsat gundul itu berani mendekap boleh kau serang dia
dengan jarum. sebentar kalau tenagaku sudah pulih, segera
kukeluar, menangkapnya dan nanti kita gebuki pantatnya."
"Tapi, ah, jarumku sudah habis sama sekali," kata Siao-
Iiong-li.
"Wah, kalau begitu bisa konyol," ujar Ciu Pek-thong sambil
garuk-garuk kepala.
Kedua orang, yang satu tua bangka dan yang lain muda
jelita, mereka sama-sama lugu dan polos, sama sekali tidak
punya pikiran buruk terhadap orang lain, apa yang mereka
pikirkan, itu pula yang mereka ucapkan.
Sebaliknya Kim-lun Hoat-ong adalah manusia yang cerdik
dan banyak tipu akal, hanya dia tidak kenal watak Ciu Pekthong
dan Siao liong-Ii, ia tidak percaya bahwa di dunia ini
ada orang yang mau berterus terang akan kelemahannya
sendiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Menurut jalan pikirannya, kalau kedua orang itu
mengatakan habis jarumnya, tentu adalah sebaliknya dan
sengaja memancing dia mendekat untuk kemudian
menyerangnya dengan cara yang tak terduga, Apalagi kalau
ingat pada kedua kaki Nimo Singh yang sudah buntung itu
akibat terkena jarum berbisa Li Bok-chiu, betapapun dia masih
ngeri dan setiap tindakannya menjadi terlebih hati-hati....
Setelah berkutak-kutek sekian lama, lambat laun fajarpun
menyingsing, Ciu Pek-thong duduk bersila dan mengerahkan
tenaga dalamnya untuk mendesak keluar sisa racun yang
masih mengeram dalam tubuhnya.
Tapi racun labah2 itu sungguh ganas luar biasa, setiap kali
ia mengerahkan tenaga tentu dada terasa sesak dan muak,
sekujur badan juga terasa gatal pegal, kalau diam saja tanpa
mengerahkan tenaga malah terasa aman, ia mencoba
beberapa kali namun tetap begitu, akhirnya ia putus asa dan
berkata: "racun labah2 ini rasanya sukar disembuhkan."
Sudah tentu Hoat-ong yang mengintai di luar gua tidak
tahu, kesukaran Ciu Pek-thong ini, sebaliknya ia menjadi kuatir
melihat orang tua itu sedang menghimpun tenaga, Tiba-tiba
timbul akalnya yang keji, segera ia mengeluarkan kotak yang
berisi labah2 panca warna itu. Begitu tutup kotak dibuka,
terlihatlah belasan ekor labah2 itu ber-gerak2 dengan warna
warni yang menarik.
Hoat-ong mengambil satu jepitan terbuat dari tungu
badak, dengan jepitan itu dijepitnya seutas benang labah2 dan
dikibaskan pelahan, benang lipas itu membawa serta seekor
labah2 loreng itu dan menempel pada dinding muIut gua
sebelah kiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Beberapa kali Hoat-ong berbuat dengan cara yang sama,
ia lepaskan seluruh labah2 itu, setiap ekor labah2 membawa
seutas benang lipas dan penuh menempel sekitar mulut gua..
Mungkin sudah lama labah2 itu tidak diberi makan dan
tentu saja kelaparan dan perlu segera mencari mangsa, maka
dalam waktu singkat saja kawanan labah2 ini lantas membuat
sarang di mulut gua, hanya sebentar saja mulut gua itu sudah
tertutup oleh bentangan belasan sarang labah2, kalau labah2
loreng itu sangat berbisa, tentu sarangnya itu juga berbisa,
dengan demikian Siao-liong-li dan Ciu Pek-thong menjadi
terkurung di dalam gua.
Waktu kawanan labah2 itu membuat sarang, Siao-liong-li
dan Ciu Pek-thong sangat tertarik dan hanya menonton belaka
tanpa peduli sampai akhirnya lubang gua yang cukup lebar itu
penuh sarang labah2, sedangkan labah2 berbisa berwarna
loreng pun merayap kian kemari.
"Sayang jarumku sudah habis, kalau tidak tentu akan
kubersihkan semua," ujar Siao-liong-li dengan suara tertahan.
Segera Ciu Pek-thong menjemput sepotong kayu dan
bermaksud membobolkan sarang labah2 itu, tapi mendadak
terlihat seekor kupu-kupu besar terbang mendekat dan tahutahu
telah terperangkap oleh sarang labah2.
Seharusnya serangga yang terjebak sarang labah2 itu
akan meronta-ronta dan sebisanya berusaha lari dengan
membobol sarang labah2, tapi kupu-kupu yang besar ini
seketika tak bisa bergerak lagi begitu lengket dengan benang
sarang tabah2 itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena itulah cepat Siao-liong-li berseru kepada Ciu Pekthong:
"Awas, jangan mendekatinya, sarang labah2 itupun
berbisa!"
Ciu Pek-thong terkejut, cepat ia mundur kembali, ia pikir
tenaga sendiri sukar dipulihkan dalam waktu singkat, boleh
juga berduduk lagi lebih lama di dalam gua ini. Tapi Siaoliong-
li menjadi gelisah, ia tidak tahu keadaan yang serba tak
bisa ini entah akan berlangsung hingga kapan, apalagi tidak
diketahui sisa racun dalam tubuh orang tua ini apakah sudah
terkuras bersih atau belum.
Karena itu ia lanH tas bertanya: "Ciu Pek-thong, caramu
mengerahkan tenaga untuk menguras racun apakah cukup
sehari semalam Iagi?"
Ciu Pek-thong menggeleng, jawabnya: "Wah, jangankan
cuma sehari semalam, biarpun seratus hari seratus malam
juga tak berguna."
"Ah, lalu bagaimana baiknya?" kata Siao-Iiong-li kuatir.
"Kalau saja bangsat gundul itu mau mengantar rangsum
kepada kita, apa jeleknya kalau kita tinggal beberapa tahun
lagi di sini," ujar Ciu Pek thong dengan tertawa.
Siao-liong-li menghela napas, katanya: "apabila Nyo Ko
berada di sini, sekalipun tinggal selamanya di sini juga aku
mau."
Ciu Pek-thong menjadi gusar, katanya: "Persetan dengan
Nyo Ko segala, memangnya orang seperti aku ini kurang
menarik dibandingkan si Nyo Ko itu? Apakah ilmu silatnya
lebih tinggi daripadaku. Kurang apalagi jika aku yang
menemani kau di sini?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada dasarnya kedua orang ini lugu dan polos, sebab
itulah meski ucapan Ciu Pek-thong itu rada-rada tak genah,
tapi Siao-liong-li juga tidak ambil pusing, deengan tersenyum
ia menjelaskan: "Soalnya Nyo Ko mahir memainkan ilmu
pedang Coan-cin-pay yang lihay itu, kalau dia main
berpasangan dengan aku akan dapat mengalahkan Hwesio
Tibet ini."
"Hahaha, bicara tentang ilmu pedang Coan-cin-pay,
memangnya si Nyo Ko bisa melebihiku" ujar Ciu Pek-thong
dengan tertawa.
Tapi permainan ganda kami ini disebut Giok-li kiam-hoat,
untuk ini harus cinta mencintai antara dia dan aku, dengan
adanya paduan perasaan baiklah dapat mengalahkan musuh,"
tutur Siao-liong-li.
Bicara tentang cinta, seketika hati Ciu Pek-phong kebatkebit,
cepat ia menggeleng dan berkata: "Stop... stop! jangan
kau ucapkan lagi, Hanya ingin kukatakan padamu bahwa
tinggal selama beberapa di dalam gua ini, sebenarnya bukan
soal, Dulu aku pernah berdiam di dalam sebuah gua di Tho
hoa-to selama belasan tahun, aku sendirian tanpa seorang
teman, terpaksa aku berkelahi dengan diriku sendiri, tapi
sekarang kita tinggal berdua, berbicara dan dapat tertawa,
keadaan jelas sangat berbeda."
"Aneh, berkelahi dengan dirinya sendiri, bagai mana
caranya itu?" tanya Siao-Iiong-li terheran-heran.
Chiu Pek-thong sangat senang ada orang tertarik pada
kepandaiannya yang khas itu, segera ia menjelaskan secara
ringkas ilmu ciptaannya itu, yakni cara berkelahi dengan
tangan kanan melawan tangan kiri satu orang melakonkan
peranan dua orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hati Siao-Iiong-Ji tergerak, ia pikir kalau ilmu aneh ini
dapat kupelajari dengan tangan kiri ku mainkan Coan-cin-kiam
hoat dan tangan kanan memainkan Giok-li-kiam-hoat,
sehingga jadilah gabungan ilmu pedang dari dua orang.
Hanya saja kepandaian khas ini mungkin sukar dipelajari
dalam waktu singkat. Segera ia bertanya: "Apakah ilmu ini
sukar dipelajari?"
Dibilang sukar memang sangat sukar, dikatakan mudah
juga sangat mudah," ujar Ciu Pek-thong. "Ada orang ingin
belajar, tapi selama hidup tak berhasil, sebaliknya ada orang
yang dapat mempelajarinya dengan baik hanya dalam waktu
beberapa hari saja, Nah, kau kenal suami isteri yang bernama
Kwe Ceng dan Ui Yong bukan?"
Siau-liong-li mengangguk.
"Nah, coba katakan, siapa yang lebih pintar diantara
mereka suami dan isteri itu?"
"Kwe-hujin sangat pintar dan cerdas, diberitahu satu
segera paham seratus, menurut Ko-ji, katanya di jaman ini
mungkin tiada manusia lain yang lebih cerdas daripadanya.
Sedangkan Kwe tayhiap memang tinggi ilmu silatnya, tapi soal
kecerdasan hanya biasa saja."
"Hanya biasa apa?" ujar Ciu Pek thong dengan tertawan
"Lebih tepat dikatakan goblok. Nah, coba katakan, aku ini
pintar atau goblok?"
"Kau sudah, tua, tapi masih ketololan dan dari cara
bicaramu juga angin-anginan," jawab Siao-liong li dengan
tertawa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Benar ucapanmu memang, tidak salah" kata Pek-thong,
"llmu kanan kiri saling berkelahi itu adalah, hasil pemikiranku
kemudian kuajarkan adik Kwe dan cuma beberapa hari saja
sudah dikuasainya. Lalu dia mengajarkan lagi kepada istrinya,
tapi apa yang terjadi? Haha, jangan kau kira si Ui Yong itu
pintarnya seperti setan, tapi ilmu ciptaanku itu justeru tidak
berhasil dipelajari olehnya. Tadinya kukira Kwe Cing keliru
mengajarnya, maka aku sendiri juga memberi petunjuk,
namun pada pelajaran pertama saja dia gagal, coba, kan aneh
dan lucu toh?"
"Bagaimanakah pelajaran pertama ilmu kepandaianmu
itu?" tanya si nona.
Pertama kali adalah "tangan kiri melukis per-pegi dan
tangan kanan menggambar bundaran", tapi meski berulangulang
ia menggambar tetap tidak jadi, Sebab ituIah kukatakan
ada orang segera berhasil sekali belajar, tapi juga ada yang
belajar selama hidup tetap tidak menguasai. Mungkin semakin
pintar orang nya semakin tidak jadi."
"Masakah dunia ini ada orang bodoh lebih unggul belajar
kepandaian daripada orang pintar? Heh, aku tidak percaya,"
kata Siao-liong-li.
Dengan tertawa Ciu Pek-thong berkata pula: "Kulihat
kecerdasanmu dan kecantikanmu seimbang dengan si Ui
Yong, ilmu silatmu juga selisih tidak jauh daripada dia. Kalau
kau tidak percaya, sekarang kau boleh coba melukis sebuah
persegi dengan tangan kirimu dan berbareng menggambar
pula sebuah bundaran dengan tangan kananmu."
Sudah tentu Siao-liong-li ingin mencobanya, segera ia
mengulurkan kedua jari telunjuk dari kedua tangannya dan
berbareng menggambar di tanah, tapi hasilnya memang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sangat mengecewakan gambar persegi lebih tepat dikatakan
jorong dan gambar bundaran malahan mirip persegi.
Ciu Pek-thong terbahak-bahak, katanya: "Nah, apa
kataku? Kau anggap dirimu sangat pintar, nyatanya pekerjaan
sepele begitu juga tidak bisa."
Siao-liong-li tersenyum, ia coba menghimpun semangat
dan memusatkan pikiran, ia mengulurkan kedua jari pula dan
sekenanya menggambar lagi sebuah persegi dan sebuah
bundaran, sekali ini perseginya benar-benar persegi dan yang
bundar benar-benar bundar-dar.
"He, kau.... kau..." tidak kepalang kejut Ciu Pek-thong.
Sejenak baru disambungnya lagi: "Apakah sebelum ini kau
sudah pernah mempelajarinya?"
"Belum pernah," jawab Siao liong-li. "Memangnya apa
sulitnya?"
"Habis cara bagaimana kau bisa melukisnya sebaik ini?"
ujar Ciu Pek-thong sambil garuk-garuk kepala.
"Aku sendiripun tidak tahu caranya," jawab Siao liong-li.
"Yang pasti aku tidak memikirkan apa-apa dan sekali jariku
menggores lantas jadi."
Segera ia memberi demonstrasi lagi, kembali kedua
tangannya mencorat-coret di tanah, -"tangan kiri menuliskan
"Lo-wan-thong" dan tangan kanan menulis "Siao-Iiobg-li"
kedua tangan menulis berbareng, tulisannya rajin dan indah
laksana tertulis dari satu tangan saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ciu Pek-thong menjadi girang, katanya: "Wah, tampaknya
kepandaian ini sudah kau pelajari sejak kau bjerada di dalam
kandungan ibumu."
BegituIah Ciu Pek thong lantas mengajari Siao liong-li ilmu
berkelahi "Satu orang melakukan dua peranan", kalau tangan
kiri menyerang tangan kanan lantas bertahan dan begitu pula
sebaliknya, ia ajarkan seluruhnya kepada si nona segenap
teori kanghu (Kungfu) hasil pemikirannya ketika terkurung di
gua Tho-hoa-to dahulu itu..
Sebenarnya Kanghu ciptaan Ciu Pek thong ini kuncinya
terletak pada "Hun-sim-ji-yong" (membagi perhatian untuk
dua peranan). Justeru orang yang cerdik pandai, orang yang
banyak berpikir dan suka berpikir, malahan sulit disuruh
belajar ilmu berkelahi ini. .
Adapun Siao-liong-li sejak kecil sudah digembleng
menghilangkan perasaan dan napsu, ilmu dasar itu sudah
terpupuk dengan kuat, meski kemudian dia jatuh cinta kepada
Nyo Ko sehingga banyak mengganggu ilmunya itu, tapi
sekarang hatinya lagi terluka dan membuatnya patah hati dan
putus asa, maka sebagian besar ilmunya yang telah
dikuasainya dahulu itu telah pulih kembali dalam keadaan
lapang pikiran dan benak kosong, sedikit diberi petunjuk oleh
Ciu Pek-thong segera dapat dipahaminya.
Clu Pek-thong sendiri belum sembuh, tapi ia dapat
memberi petunjuk dengan ucapan dan gerakan tangan secara
mengasyikkan, Siao-liong li juga tertarik dan berulang-ulang
mengangguk sambil merentangkan tangan kanan
menggunakan Giok-li-kiam-hoat dari- Ko-bong-pay dan tangan
kiri menggunakan Coan-cin-kiam-hoat dari Coan-cin-pay,
hanya dalam waktu beberapa jam saja sudah dapat dipahami
seluruhnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cukuplah, aku sudah paham semua," kata Siao-liong-li,
kedua tangannya lantas coba-coba main beberapa jurus dan
ternyata sangat tepat tanpa sesuatu kesalahan.
Keruan Ciu Pek-thong melongo bingung, berulang2 ia
menyatakan herannya.
Dalam pada itu Kim-lun Hoat-ong dan Tio Ci-keng masih
terus berjaga di luar gua, mereka cuma mendengar suara Ciu
Pek-thong dan Siao liong-li yang berbicara tak ber-henti-henti
sampai sekian lama, ada omong ada tawa, sedikitpun tidak
kesal sebagaimana orang tahanan umumnya.
Tentu saja merekapun heran, mereka coba pasang kuping
ikut mendengarkan tapi secara terputus mereka hanya dapat
menangkap beberapa kalimat pembicaraan Ciu Pek-thong
berdua, malahan sama sekali tidak paham arti ucapannya.
Suatu ketika Siao-liong-li berpaling dan kebetulan melihat
Hoat-ong dan Ci-keng sedang melongak-longok ke dalam gua
seperti maling mengincar jemuran, segera ia berbangkit dan
mengajak Ciu Pek-thong: "Marilah kita pergi."
"Kemana?" tanya Pek-thong melengak.
"Keluar sana dan membekuk bangsat gundul itu untuk
memberikan obat penawar padamu,"
"Apakah kau yakin dapat mengalahkan dia?" Pek-thong
bertanya sambil tarik-tarik janggutnya sendiri.
Belum lagi Siao-liong-li menjawab, tiba-tiba terdengar
suara mengaungnya tawon, seekor tawon madu tampak
terjebak ke dalam sarang labah2 di mulut gua dan meronta2
berusaha melepaskan diri, Kalau tadi kupu-kupu yang besar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu seketika mati begitu menyentuh benang sarang labah2,
ternyata tawon madu ig kecil ini tidak takut pada racun labah2
loreng setelah meronta-ronta, akhirnya sarang labah2 itu
malah kebobolan satu lubang, Seekor labah2 lorong
mengawasi dengan garangnya didekat tawon kecil tu, tapi
tidak berani maju untuk menyerangnya.
Ketika tinggal di kuburan kuno itu dahulu, Siao-liong li
pernah memiara gerombolan tawon madu dan dapat
menguasainya dengan baik, malahan dia anggap kawanan
tawon itu sebagai sahabat baik, sekarang melihat tawon kecil
terperangkap, ia menjadi tidak tega dan ingin menolongnya.
Tiba-tiba terpikir olehnya: "Meski bentuk labah2 ini sangat
menakutkan, tapi tawonku mungkin tidak takut pada-nya." -
Segera ia mengeluarkan botol porselen dan membuka
tutupnya, ia kerahkan tenaga dalam maka hawa panas
tersalur dari telapak tangannya. botol itu.
Hanya sebentar saja Siao-liong-li menggenggam botol kecil
itu, lalu teruar bau harum madu tawon keluar gua menembus
sarang labah2.
Ciu Pek-thong menjadi heran dan bertanya "Apa yang kau
lakukan?"
"Ini permainan suiapan yang menarik, kau ingin tahu
tidak?" jawab Siao-liong li.
"Wah, bagus, bagus sekali" seru Pek-thong kegirangan.
Tapi sulapan apakah itu.
Siao-liong li cuma tersenyum saja tanpa menjawab, diamdiam
ia mengerahkan tenaga dalamnya lebih kuat untuk
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menambah panasnya botol porselen agar bau harum madu
teruar lebih cepat dan lebih keras.
Tatkala itu adalah musim panas, bunga hutan di lembah
pegunungan sedang mekar semerbak, di mana-mana terdapat
gerombolan tawon liar yang mencari sari bunga. Ketika
mencium bau harum madu serentak kawanan tawon
membanjir dari segenap penjuru.
Setiap tawon sama menerjang isi dalam gua, tapi begitu
menempel benang jaring labah2 lantas melengket dan
berontak sekuatnya untuk membebaskan diri, ada sebagian
tergigit mati oleh labah2 berbisa itu, tapi ada juga tawon yang
sempat menyengat tubuh labah2. Meski labah2 adalah
makhluk maha berbisa, tapi makhluk yang satu dimatikan oleh
makhluk yang lain, agaknya tawon adalah musuh besar labah2
itu, begitu tersengat dan kena racun tawon, pelahan labah2
itupun kaku dan mati akhirnya.
Begitulah terjadi perang tanding antara kawanan tawon
dengan labah2 berbisa itu, yang paling senang adalah Ciu Pekthong,
ia berjingkrak kegirangan menonton pertempuran aneh
itu, sebaliknya Kimlun Hoat-ong dan Ci-keng yang berada di
luar gua menjadi melongo kesima dan tidak tahu apa yang
harus mereka lakukan.
Waktu itu kawanan labah2 masih di atas angin, hanya dua
ekor saja yang mati, sebaliknya kawanan tawon sudah binasa
beberapa puluh ekor, Namun tawon liar itu makin membanjir
tiba, semula cuma beberapa ekor saja, lalu beberapa puluh,
bertambah lagi beberapa ratus dan akhirnya beribu-ribu,
hanya sekejap saja jaring labah2 yang memenuhi mulut gua
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu menjadi bobol sama sekali, belasan ekor labah2 berbisa itu
mampus semua tersengat tawon.
Ci-keng sudah kapok karena dahulu pernah merasakan
siksaan sengatan tawon, maka begitu melihat gelagat jelek,
diam-diam ia mengeluyur ke semak-semak pohon sana, Hoatong
sendiri cuma menyayangkan matinya labah2 itu,
kehancuran barisan labah2 yang sukar dimengerti itu
disangkanya karena dikerubut oleh kawanan tawon liar, ia
pikir mungkin tawon suka bergerombol dan bersatu
menghadapi musuh bersama sehingga kawanan Iabah2 itu
dibinasakan seluruhnya ia tidak tahu bahwa datangnya
gerombolan tawon itu sebenarnya sengaja dipancing oleh bau
madu yang disiarkan oleh Siao-liong-li.
Malahan Hoat-ong memikirkan pula cara bagaimana agar
dapat memaksa Ciu Pek-thong dan Siao-Iiong-li keluar gua
untuk kemudian dibinasakan semua.
Namun Siao-Iiong-li sudah bertindak lebih dulu dengan
kuku jarinya ia mencukil sedikit madu tawoni lalu disentilkan
ke arah Hoat-ong, lalu jari telunjuk menuding ke kanan sekali
dan ke kiri sekali, berbareng mulutnya juga membentakbentak
dua kali, Mendadak kawanan tawon yang beribu-ribu
jumlahnya itu terus menyamber keluar gua, ke arah Hoat-ong.
Keruan kaget Hoat-ong tidak kepalang, cepat ia membalik
tubuh dan sekuatnya melompat ke sana hingga beberapa
meter jauhnya, Ginkangnya memang sudah mencapai
tingkatan maha tinggi, betapapun cepat terbang kawanan
tawon itu ternyata masih kalah cepat daripada lompatan Hoatong.
Sekejap saja ia sudah jauh meninggalkan kejaran
kawanan tawon itu. Karena tidak dapat menyusul sasarannya
pawanan tawon itupun lantas buyar sendiri-sendiri.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ber-uIang2 Siao-liong-Ii membanting kaki dan menyatakan
sayang.
"Sayang apa?" tanya Ciu Pek-thong.
"Dia berhasil kabur, kita tak dapat lagi merebut obat
penawarnya," kata Siao-liong li
Kiranya tadi Siao-liong-li mengerahkan kawanan tawon
hendak mengurung Kim-lun Hoat-ong dari kanan dan kiri, tak
terpikir olehnya bahwa kawanan tawon itu bergabung secara
liar dan bukan terdiri dari satu sarang, dengan sendirinya tidak
penurut sebagaimana tawon putih yang di kuburan kuno itu.
Kalau sekadarnya disuruh mengejar dan menyengat
musuh sih bisa, lebih dari itu jelas tidak mungkin.
Namun begitu CiuPek-thong juga sudah kagum luar biasa
terhadap kesaktian Siao liongli yang lahir mengendalikan
kawanan tawon itu, ia merasa permainan ini jauh lebih
menarik daripada semua permainan yang pernah dilihatnya,
seketika ia menjadi lupa pada badan sendiri apakah sisa
racunnya dapat dipunahkan seluruhnya atau tidak.
Karena sarang labah2 di mulut gua sudah hapus, segera
Siao-Iiong-li melompat keluar, lalu ia memanggil Ciu Pekthong
agar ikut keluar.
Menyusul Ciu Pek-thong juga melompat keluar, tapi segera
ia terbanting jatuh, "Wah, cialat! Tenaga sukar dikeluarkan!"
katanya dengan gegetun, Mendadak sekujur badan gemetar
dan gigi berkertukan.
Kiranya jatuhnya itu telah memancing bekerjanya sisa
racun labah2 yang masih mengeram dalam tubuhnya, seketika
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia menggigil kedinginan seperti kejeblos ke dalam peti es, bibir
dan mukanya menjadi pucat pasi.
"He, Ciu Pek-thong, kenapa kau?" tanya Siao-liong-li
kaget.
Ciu Pek-thong masih menggigil jawabnya dengan suara
gemetar: "Lekas.... lekas kau cocok aku dengan.... dengan
jarum itu."
"Tapi jarumku ini berbisa," kata Siao-liong-li.
"Ya, justeru.... justeru karena berbisa itulah, lekas!" pinta
Pek thong pula.
Tergerak pikiran Siao-liong-li, teringat pertempuran antara
kawanan tawon dengan labah2 berbisa tadi, ia pikit janganjangan
racun tawon merupakan lawan racun labah2 itu?
Segera ia jemput sebuah jarum dan mencoba mencocoki
lengan Ciu Pek-thong.
Mendadak Pek-thong berteriak: "Bagus! Lekas tusuk
beberapa kali lagi!"
Ber-turut-urut Siao-liong-ii mencocoki beberapa kali lagi
dan ber-ulang Ciu Pek-thong berteriak bagus. tampaknya
kadar racun di jarum itu sudah lenyap, lalu Siao-Iiong-li
berganti jarum yang lain, seluruhnya belasan jarum digunakan
mencocoki tubuh Ciu Pek-thong, Akhirnya orang tua itu tidak
menggigil lagi, ia menghela napas lega dan berkata: "Ehm,
menyerang racun dengan racun, memang resep paling
mujarab."
Habis itu ia coba mengerahkan tenaga dalam, tapi masih
ada sisa racun yang belum hilang, mendadak ia menepuk
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
paha dan bersemi "Aha, tahukah aku. Nona Liong, racun
tawon pada jarummu itu agaknya kurang segar, sudah basi."
"Jika begitu, apakah kau mau kalau kusuruh |awanan
tawon liar itu untuk menyengat kau?" ujar Siao-liong-li dengan
tertawa.
"Aha, terima kasih sebelumnya, lekas kau
mengundangnya, lekas!" seru Giu Pek-thong.
Siao-liong-li lantas membuka pula botol madunya untuk
memancing kedatangan kawanan tawon liar, setiap tawon itu
sama mengantupi badan Ciu Pek-thong, bukannya mengeluh
sakit, sebaliknya, Anak Tua Nakal itu malah tertawa gembira,
ia membuka bajunya sekalian, punggung yang telanjang itu
sengaja dibiarkan disengat oleh kawanan tawon, berbareng
iapun mengerahkan tenaga dalam untuk melancarkan jalan
darah dan menghalau sisa racun labah2.
Agak lama juga ia diantupi tawon sehingga punggungnya
penuh bintik merah bekas sengatan, akhirnya sisa racun dapat
dihilangkan semua, kalau disengat lagi lantas terasa sakit,
Maka berteriaklah Ciu Pek-thong: "Cukup, sudah cukup! Kalau
diantupi lagi jiwaku bisa melayang!"
Siao-liong-li tersenyum dan menghalau pergi kawanan
tawon itu. Lalu ia menjemput tali sutera berkeleningan yang
terjatuh di samping sana, kemudian ia tanya Ciu Pek-thong:
"Aku akan pergi ke Cong-Iam-san, kau ikut tidak?"
Ciu Pek-thong menggeleng dan menjawab: "Tidak, aku
masih ada urusan lain, silakan engkau pergi sendiri saja."
"Oya, kau perlu ke Siangyang untuk membantu Kwetayhiap,"
kata Siao-Iiong-li. Menyebut nama "Kwe-tayhiap" ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lantas ingat pula kepada Kwe Hu, dari Kwe Hu lantas
terkenang kepada Nyo Ko.
"Ciu Pek-thong," katanya kemudian dengan muram, "jika
kau bertemu dengan Nyo Ko, janganlah kau bilang pernah
bertemu dengan diriku."
Akan tetapi Ciu Pek-thong tidak menjawabnya, waktu
Siao-liong-li mengawasi, tertampak orang tua itu sedang
berkomat-kamit, entah apa yang sedang di gumamkan,
malahan mimik wajahnya sangat aneh, entah lagi main gila
apa?
Selang sejenak barulah mendadak Ciu Pek-thong
mendongak dan bertanya: "Apa katamu tadi?"
"O, tidak apa-apa," jawab Siao-liong-li. "Sampai bertemu
pula."
Tampaknya Ciu Pek-thong tidak menaruh perhatian
kepada ucapan Siao-liong-li itu, ia cuma mengiakan, lalu
berkomat-kamit lagi.
Tanpa-bicara lagi Siao-liong-li lantas berangkat sendiri,
setelah melintasi suatu tanah tanjakan sana, tiba-tiba
terdengar suara bentakan Ciu Pek-thong, suaranya seperti lagi
menirukan Siao-liong-Ii ketika mengendalikan kawanan tawon.
Siao-liong-li sangat heran, diam-diam ia memutar balik ke
tempat, tadi dan mengintai dari balik pohon. dilihatnya Ciu
Pek-thong memegangi sebuah botol porselen kecil dan sedang
berjingkrak-jingkrak sambil berkaok-kaok aneh, Waktu SiaoTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
liong-li meraba sakti sendiri, ternyata botol madunya itu sudah
lenyap entah sejak kapan telah dicuri si Anak Tua Nakal itu.
Rupanya suara Ciu Pek-thong itu rada-rada mirip cara
Siao-liong-li memberi perintah kepada kawanan tawon, tapi
lebih banyak salahnya, meski ada juga beberapa ekor tawon
yang muncul karena mencium bau harum madu, tapi tiada
satupun yang tunduk kepada perintah Ciu-Pek-thong, tawon2
itu cuma terbang kian kemari mengitari botol porselen.
Siao-liong-li tertawa geli melihat tingkah Anak Tua Nakal
itu, segera ia menampakkan diri dan berseru "Sini, kuajarkan
kau!"
Melihat rahasianya terbongkar dan ketangkap basah
dengan bukti barang curiannya, Ciu Pek thong menjadi malu,
tanpa bicara lagi ia terus berlari pergi dan dalam sekejap saja
sudah menghilang.
Siao-liong-li bergelak tertawa melihat tingkah laku si tua
yang lucu itu, Suara tertawanya berkumandang membalik,
mendadak ia merasa hampa dan kesepian, tanpa terasa ia
meneteskan air mata.
Bilamana ia mengadu kecerdasan dan tenaga dengan Kimlun
Hoat-ong, kemudian ia ditemani Lo-wab-tong dan
bercanda sekian lama, kini musuh sudah kabur, kawan pun
sudah pergi, di dunia ini bisanya tertinggal ia seorang diri saja.
Sepanjang jalan ia menguntit Ci-keng dan Ci-peng, ia
merasa kedua Tosu itu sangat busuk, biarpun dicincang
hingga hancur lebur juga sukar terlampias rasa dendamnya.
padahal sekali dia turun jangan saja kedua orang itu pasti
akan binasa, namun hati selalu enggan, rasanya sekalipun
mereka dibinasakan, habis mau apa lagi?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sendirian ia duduk termangu-mangu di bawah pohon,
akhirnya ia menggumam sendiri: "Agaknya harus mencari
mereka lagi!"
Ia lantas turun dari bukit itu dan mencemplak atas keledai
yang dilepas untuk makan rumput bawah bukit itu, baru saja
ia mau berangkat ke arah pasukan Mongol, tiba-tiba di depan
debu mengepul tinggi disertai suara terompet bergema riuh,
pasukan tampak sedang bergerak ke selatan secara besarbesaran,
jelas pihak Mongol mulai menggempur Siangyang
lagi.
Siao-liong-li menjadi ragu-ragu, di tengah pasukan besar
itu, cara bagaimana mencari kedua Tosu itu. Tapi pada saat
itu juga, sekonyong-konyong tiga penunggang kuda berlari
lewat di bawah bukit, para penunggang kuda itu jelas
berjubah kuning dan berkopiah kaum Tosu.
Siao-liong-li menjadi heran mengapa bisa bertambah
seorang Tosu lagi, ia coba mengamati dari jauh, jelas yang
paling belakang adalah Ci-peng sedangkan Ci-keng
mengaburkan kudanya bersama Tosu ketiga yang berusia jauh
lebih muda.
Tanpa pikir Siao-liong-li lantas keprak keledainya menyusul
ke sana.
Ketika mendengar suara ketoprakan kaki kuda In Cipeng
menoleh ke belakang dan ternyata Siao liong-li sudah
mengintil lagi, keruan air mukanya berubah pucat. segera Cikeng
dan Tosu yang muda juga mengetahui penguntilan Siaoliong-
li.
"Siapakah perempuan muda ini, Tiosupek?" tanya Tosu
muda itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Dia adalah musuh besar Coan-cin-kau kita, sutit jangan
banyak bertanya," jawab Ci-keng.
Toso muda itu terkejut, tanya pula dengan suara rada
gemetar: "Apakah dia ini Jik-lian siancu Li Bok-chiu?"
"Bukan, tapi Sumoaynya," kata Ci-keng.
Kiranya Tosu muda itu bernama Ki Ci-seng, meski
namanya juga pakai "Ci", tapi dia termasuk anak murid Coancin-
kau angkatan ke empat, lebih rendah satu angkatan
daripada In Ci-peng dan Tio ci-keng.
Yang diketahuinya hanya Li Bok-chiu telah beberapa kali
bertengkar dengan para kakek-gurunya malahan pihak Coancin
mereka beberapa kali kecundang.
Begitulah Ci-keng lantas cambuk kudanya agar berlari
lebih cepat dan diikuti oleh Ci-peng berdua. Kanya sekejap
saja Siao-liong-li sudah tertinggal jauh. Namun keledai belang
yang ditunggangi Siao-jong-li itu sangat kuat larinya, meski
tidak cepat namun dapat berlari secara teratur tanpa lelah,
Sedangkan kuda-kuda itu setelah berlari cepat, kemudian
megap-megap napasnya dan mulai lamban larinya sehingga
keledai belang dapat menyusulnya lagi.
Waktu Ci-keng menoleh dan melihat Siao-liong li sudah
mendekat, cepat ia cambuk kudanya lagi, tapi kudanya cuma
lari kencang sebentar, lalu lari lambat pula.
"Tio-supek, tampaknya kita tak dapat lari, marilah kita
membalik kesana untuk mencegatnya dan biar In-supek lolos
sendiri," kata Ki Ci-seng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan wajah geram Ci-keng menjawab: "Hm mudah saja
kau bicara, memangnya kau tidak ingin hidup lagi?"
"Tapi... tapi In-supek mengemban tugas berat sebagai
pejabat ketua, kita harus berusaha menyelamatkan dia," ujar
Ci-seng.
Ci-keng sangat mendongkol ia hanya mendengus saja
tanpa menjawab.
Melihat air muka sang paman guru yang marah itu, Ciseng
tidak berani bicara lagi, ia tunggu setelah Cipeng
mendekat, lalu berbisik padanya "In-supek, paling penting
engkau harus jalan lebih dulu."
"Ah, biarkan saja dia menyusul ke sini," jawab Ci-peng tak
acuh.
Diam-diam Ci-seng sangat kagum melihat sikap sang
paman guru yang sangat tenang itu, ia pikir sikap ksatria
demikian sungguh sukar dicari bandingannya di antara tokoh
angkatan ketiga, pantas para kakek guru memilih In-supek
sebagai pejabat ketua, betapapun ia tidak tahu bahwa
perasaan Ci-peng saat ini sungguh aneh luar biasa, andaikan
Siao-liong-li ingin membunuhnya, maka iapun sudah siap
memasangkan lehernya di depan si nona, sedikitpun tiada
pikirannya buat melawan lagi.
Melihat kedua kawannya tidak cemas akan datangnya
musuh, Ci-keng menjadi serba susah, hendak lari lebih dulu
terasa malu, untunglah sementara ini tiada tanda-tanda Siaoliong-
li akan bertindak kepada mereka. Namun hatinya tetap
kebat-kebit, sebentar ia lantas menoleh ke belakang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah tiga orang di depan dikuntit seorang dari
belakang, mereka meneruskan perjalanan ke utara tanpa
bicara lagi, sementara itu suara gemuruh gerakan pasukan
Mongol ke selatan sudah Ienyap, hanya terkadang samarsamar
terdengar suara riuh umatnya pertempuran di kejauhan
yang terbawa angin, tapi setelah arah angin berganti, suara
itupun tak terdengar.
Sepanjang jalan, karena menghindari gangguan pasukan
tentara yang besar itu, semua rumah penduduk boleh
dikatakan kosong melompong, bahkan ayam dan anjingpun
tak tertampak seekorpun, Kalau tempo hari Ci-peng dan Cikeng
berlari ke jurusan yang sepi, malahan terkadang dapat
ditemukan rumah makan kecil yang sederhana dipedusunan,
kini mereka melalui jalan besar, jangankan rumah makan,
sebuah rumah penduduk yang utuh pun sukar ditemukan.
Malamnya Cipeng bertiga lantas mondok di sebuah rumah
bobrok yang tiada daun pintu dan jendela, Sekali-sekali Cikeng
coba mengintip keluar, di lihatnya Siao-liong-li telah
memasang seutas tali antara dua batang pohon besar, di atas
tali yang terbentang itulah si nona berbaring..
Ci-seng juga ikut mengintai, melihat betapa hebat
kepandaian Siao-liong-li, hatinya menjadi takut. Hanya Ci-peng
tidur dengan nyenyaknya, tanpa perdulikan urusan lain,
semalaman Ci-keng tidak bisa pulas, sebentar bangun
sebentar berbaring, ia sudah bersiap-siap apabila ada suara
yang mencurigakan segera ia akan kabur lebih dulu.
Esok paginya mereka melanjutkan perjalanan lagi, karena
semalam suntuk tidak tidur, ditambahi rasa takutnya yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menumpuk, ia menjadi rada pusing kepala di atas kudanya.
Ci-seng mendampingi
Ci-peng ketinggalan di belakang, dengan lesu Ci-peng
menanyai Ci-seng tentang keadaan di Cong-lam-san akhir2 ini
serta kesehatan para paman guru dan gurunya.
Menurut Ci-seng, Coan-cin-ngo-cu kelima murid utama
Coan cin-kau, tadinya tujuh orang, Tam Ju-hoat dan Ma Giok
sudah meninggal sehingga tinggal lima orang) sekarang mulai
bertapa atau menyepi untuk waktu yang cukup lama, bisa
setahun atau paling sedikit tiga bulan, sebab itulah ln Ci-peng
diharapkan pulang ke Tiong-yang-kiong untuk menerima tugas
sebagai pejabat ketua.
Ci-peng termangu-mangu mendengar cerita itu, ia
menggumam sendiri: "Kepandaian beliau2 itu tiada taranya,
entah apalagi yang hendak mereka latih?"
Dengan suara tertahan Ci-seng membisiki: "Konon kelima
kakek guru bertekad menyelami dan menciptakan semacam
ilmu yang dapat mengalahkan jlimu silat Ko-bong-pay."
"Oh," Ci-peng bersuara singkat dan tanpa terasa menoleh
memandang sekejap kepada Siao-liong-li.
Kiranya sesudah Siao-liong-li bergabung dengan Nyo Ko
mengalahkan Kim-Iun Hoat-ong di pertempuran besar ksatria
dahulu, ilmu silat kedua muda-mudi telah menggemparkan
dunia persilatan, Tapi lantaran Nyo Ko berdua sedang mabok
kepayang mereka tidak lagi memikirkan kejadian itu.
Namun dunia persilatan sudah kadung geger, katanya ilmu
silat di dunia ini tiada yang dapat menandingi pewaris dari KoTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
bong-pay. Sudah tentu desas-desus begitu, banyak di-bumbui
pula.
Apalagi kejadian itu juga disaksikan oleh Hek Tay-thong,
Sun Put-ji, Ci peng dan Ci-keng, ditambah pula berita
kemudian mengatakan Kim-lun Hoat-ong sekali lagi dikalahkan
Nyo Ko dan Siao-liong-li sehingga paderi itu lari terbirit-birit,
tentu saja semua itu sangat mencemaskan pimpinan Coan-cinkau,
terutama kalau teringat pada suatu ketika Li Bok-chiu,
Siao-liong-li atau Nyo Ko pasti akan menuntut balas kepada
mereka.
Menghadapi Li Bok-chiu seorang saja sukar, apalagi
ditambah Nyo Ko dan Siao-liong-li berdua, Bahwa diantara Li
Bok-chiu dan Siao-liong-li juga terjadi sengketa ternyata tidak
diketahui oleh pihak Coan cin-kau.
Kini pucuk pimpinan Coan-cin-kau hanya tinggal lima
orang saja, semuanya sudah sama tua dan loyo, sedangkan
anak murid angkatan muda juga tiada tokoh yang menonjol,
kalau nanti pihak Ko-bong-pay datang, pasti Coan-cin-pay
mereka akan kalah habis-habisan.
Sebab itulah kelima tokoh Coan-cin-kau itu memutuskan
menyepi untuk memikirkan satu macam ilmu silat maha hebat
sebagai persiapan untuk menghadapi pihak Ko-bong-pay.
Lantaran itu pula In Ci-peng dipanggil pulang ke Cong-lam-san
untuk menerima tugas sebagai pejabat ketua.
Begitulah mereka terus melanjutkan perjalanan ke barat
laut, Siao-liong-li masih tetap menguntit di belakang dalam
jarak tertentu.
Suatu hari sampailah mereka di wilayah Siam-say, sudah
dekat dengan Cong-lam-san. Ci-peng tidak mengerti apa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kehendak Siao-liong-li itu yang menguntitnya terus menerus,
pikirnya: "Apakah dia hendak melapor kepada Suhuku tentang
perbuatanku yang rendah itu atau dia akan mengobrak-abrik
Coan-cin-kau lagi untuk menuntut balas sakit hatinya? Atau
bisa jadi dia akan pulang ke Ko-bong pay yang satu jurusan
dengan kami ini atau... atau...." sampai di sini ia tidak berani
melanjutkan pikirannya lagi, yang jelas ia sudah tidak
memikirkan mati- hidup selanjutnya, maka rasa takutnya
menjadi banyak berkurang pula.
Selang beberapa hari, akhirnya mereka sampai di kaki
gunung Cong lam, segera Ci-seng melepaskan sebuah anak
panah berwarna. Tak lama kemudian empat Tosu tampak
berlari turun dari atas gunung dan memberi hormat kepada
Ci-peng serta menyambut kembalinya dengan hangat.
Tosu yang tertua lantas berkata: "Menurut keputusan
kelima paman guru, begitu Jing-ho Cin-Jti (gelar agama In Cipeng)
tiba diharuskan segera bertugas sebagai pejabat ketua,
tentang upacara serah terima boleh menunggu nanti sehabis
Khu-susiok selesai menyepi."
"Apakah kelima paman guru sudah mulai menyepi," tanya
Ci-peng.
"Sudah mulai 20 hari lebih," jawab Tosu itu".Tengah
bicara, ber-turut-urut datang pula belasan Tosu yang lain dan
menyambut pulangnya ln Ci peng dengan tetabuhan,
berbondong-bondong Ci-peng lantas di arak ke atas gunung
sehingga Ci-keng tertinggal di belakang tanpa diperhatikan.
Tentu saja Ci-keng mendongkol dan gemas serta iri pula,
namun dalam hati iapun bergirang "Nanti kalau kedudukan
pejabat ketua sudah kupegang barulah "kalian tahu rasa."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Menjelang petang sampailah rombongan mereka di depan
Tiong-yang-kiong, penghuni istana agama yang berjumlah
lebih 500 orang itu sama berbaris memanjang di luar pintu
disertai suara genta dan tambur yang ditabuh ber-taIu2.
Melihat keadaan yang khidmat itu, Ci-peng yang tadinya
lesu itu seketika bersemangat kembali. Di bawah iringan 16
murid tertua ia masuk ke ruangan pendopo untuk memberi
sembah kepada lukisan Ong Tiong-yang, yaitu cakal-bakal
Coan-cin-kau, lalu masuk lagi ke ruangan berikutnya untuk
memberi hormat kepada tujuh kursi yang biasanya menjadi
tempat duduk Coan-cin-jit-cu jika berkumpul. Habis itu ia balik
lagi ke ruangan pendopo di depan.
Murid Khu Ju-ki yang kedua, yakni Li Ci-iang, lantas
mengeluarkan surat keputusan sang ketua dan dibacakan di
depan orang banyak, menurut surat keputusan itu, In Ci-peng
diperintahkan nenerima jabatan ketua.
Dengan sendirinya Ci-peng berlutut dan menerima
perintah itu dengan perasaan terima kasih dan malu. Sekilas ia
melihat Ci-keng berdiri di sebelah, air mukanya tersenyum
mengejek, seketika hati Ci-peng tergetar.
Sehabis menerima surat perintah itu, Ci-peng berdiri dan
hendak memberikan kata sambutan sekadarnya, pada saat
itulah tiba-tiba masuk seorang Tosu penjaga dan melapor:
"Lapor ketua, ada tamu di luar."
Ci-peng melengak, sama sekali tak diduganya bahwa Siaoliong-
ii akan berkunjung padanya secara terang-terangan
begitu, ia menjadi bingung cara bagaimana harus
menghadapinya? Namun urusan sudah telanjur begini, hendak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
laripun tidak bisa lagi, terpaksa ia berkata: "Silakan tamunya
masuk ke sini."
Tosu itu berlari keluar, tidak lama ia masuk lagi dengan
membawa dua orang. Tapi semua orang menjadi heran
melihat kedua tamu ini, lebih-lebih Ci-peng, ia tidak tahu
untuk maksud apakah kedatangan kedua orang ini.
Kiranya kedua tamu ini yang seorang berdandan sebagai
perwira Mongol dan seorang lagi adalah Siau-siang-cu yang
pernah dilihatnya di markas Kubilai tempo hari.
"Ada titah Sri Bagtnda Raja memberi anugrah kepada
pejabat ketua Coan-cin-kau!" segera perwira Mongol itu
berseru lantang, ia terus maju ke tengah dan mengeluarkan
segulungan sutera kuning dan di bentang, lalu membaca:
"Pejabat ketua Coan-cin-kau dengan ini dianugrahi sebagai
pemimpin besar golongan agama To dengan gelar ....."
sampai di sini dilihatnya tiada seorangpun berlutut untuk
menerima anugrah itu, maka ia lantas berteriak: "Silakan
pejabat ketua menerima titah Sri Baginda ini!"
Ci-peng melangkah maju dan memberi hormat kepada
perwira itu, lalu berkata: "Ketua kami Khu-cinjin saat ini
sedang menyepi, maka untuk sementara Siauto ditugaskan
sebagai pejabat ketua, Anugrah raja Mongol ini bukan
ditujukan kepadaku maka Siauto tidak berani menerimanya."
"Sri Baginda memberi pesan bahwa Khu-cinjin adalah
tokoh yang dihormatinya dan diketahui usianya sudah lanjut
serta tidak tahu apakah beliau masih sehat atau sudah wafat,
sebab itulah anugrah ini bukan ditujukan kepada Khu-cinjin
pribadi melainkan ditujukan kepada pejabat ketua Coan-cinpay
sekarang," demikian kata perwira Mongol itu dengan
tertawa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tapi... tapi Siauto tidak berjasa apa-apa. sesungguhnya
tidak berani terima anugerah," ujar Ci-peng dengan ragu-ragu.
Tapi perwira itu mendesak akhirnya Ci-peng menambahkan:
"Karena persoalan ini cukup penting dan datangnya
mendadak, silakan Tayjin duduk minum sebentar di ruangan
dalam, biarlah Siauto mengadakan perundingan dahulu
dengan para saudara seperguruan."
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru