Kamis, 20 April 2017

Cerita Silat Ke 24 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti

Cerita Silat Ke 24 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cerita Silat Ke 24 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
kumpulan cerita silat cersil online
Cerita Silat Ke 24 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
 Sebenarnya luka It-teng cukup parah, tapi demi menolong
sang Sute, Cn Cu-liu serta Siao-liong-li yang takdapat ditunda2
lagi, segera ia menyatakan tidak beralangan dan
mendahului berangkat, sekali melesat tahu-tahu sudah
beberapa meter jauhnya
Cepat Nyo Ko bertiga mengikut kencang dari belakang
Setelah minum obat tadi, Siao-liong-ii merasa bagian perutnya
terasa hangat, semangat terbangkit, ia melancarkan
Ginkangnya dan sekaligus sudah melampaui di depan It-teng
Taysu.
Cu-in terkejut, tak disangkanya bahwa nona cantik molek
begini juga memiliki ilmu silat setinggi ini. Semalam melulu
menghadapi Nyo Ko saja dirinya sudah kalah, apalagi kalau
perempuan muda inipun ikut maju, jelas dirinya pasti kalah
terlebih cepat. Tiba-tiba timbul rasa ingin menangnya, segera
"tancap gas" dan menguber cepat ke depan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yang seorang adalah ahli waris Ko-bong pay dengan
Ginkangnya yang tiada bandingannya di dunia ini, seorang lagi
adalah jago tua yang pernah termasyhur dengan julukan
"Tiat-ciang-cui-siang-hui" (telapak tangan besi mengapung di
atas air) yang menggambarkan betapa hebat ilmu pukulannya
seru kecepatan berlarinya.
Hanya sekejap saja kedua orang sudah saling uber
menguber di kejauhan dan sejenak pula hanya tampak dua
titik hitam saja di tanah salju sana.
Kuatir pikiran jahat Cu-in mendadak timbul lagi dan
mencelakai Siao liong-li, cepat Nyo Ko mengejar ke sana.
Ginkangnya sebenarnya bukan tandingan kedua orang itu, tapi
dia miliki tenaga dalam yang kuat, dengan sendirinya tenaga
kakinya juga lain daripada yang lain, semula jaraknya dengan
kedua orang itu sangat jauh, tapi setelah sekian lamanya,
bayangan kedua orang di depan itu muIai nampak dan
semakin jelas kelihatan.
Selagi Nyo Ko asyik mengejar, tiba-tiba terdengar It-teng
menegur di belakang: "Hebat benar tenaga dalammu,
siapakah gurumu, bolehkah kuketahui."
Nyo Ko terkejut, dia mengejar kedua orang didepan itu
tanpa menoIeh, disangkanya It-teng- sudah jauh ditinggalkan
di belakang, siapa tahu tanpa besuara Hwesio tua itu tetap
mengintil rapat di belakangnya.
Segera ia mengendurkan langkah dan jalan berjajar
dengan paderi itu, jawabnya: "Kepandaianku ini adalah ajaran
isteriku."
"Tapi tampaknya isterimu toh tidak lebih hebat
daripadamu?" ujar It-teng heran.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Entah mengapa selama beberapa bulan terakhir ini
tenagaku mendadak bertambah kuat luar biasa, Cayhe sendiri
tidak tahu apa-sebabnya."
"Apakah kau makan suatu obat penambah tenaga? seperti
Jinsom atau Lengci dan sebagainya?"
Nyo Ko. menggeleng, Tapi tiba-tiba teringat sesuatu
olehnya, cepat katanya pula: "Wanpwe pernah makan
beberapa puluh biji buah warna merah segar, habis makan
buah2an itu tenaga lantas-banyak bertambah, entah buahan
itu ada sangkut-pautnya atau tidak dalam hal ini?"
"Buah merah segar? Apakah besarnya hampir sama jeruk
nipis, rasanya manis dan tanpa biji?"
"Benar, buah itu memang tiada terdapat biji Wanpwe
merasa heran, kalau buah tidak berbiji lalu cara bagaimana
membibitnya?"
"Barimana kaudapat buah itu?" tanya It-teng.
"Tecu diberi oleh seekor burung rajawali raksasa," jawab
Nyo Ko.
"Wah, sungguh suatu penemuan yang sukar dicari. Buah
merah segar itu namanya Cu-koh (buah merah), jauh lebih
sukar dicari dan bernilai daripada Jinsom dan Lengci yang
paling bagus. Cu-koh itu niscaya tumbuh di lereng2 gunung
yang sukar di jangkau manusia, biasanya berbuah beberapa
puluh tahun sekali, bisa jadi ratusan tahun juga tidak pernah
berbuah sekalipun. Agaknya rajawali raksasa itu benar-benar
rajawali sakti."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, memang rajawali sakti!" tukas Nyo Ko. iapun berpikir
kalau rajawali itu dapat diminta mencarikan beberapa biji buah
merah itu untuk Liong-ji, tentu akan besar manfaatnya bagi
kesehatannya. Tapi menurut keterangan Taysu ini, katanya
buah merah itu bisa jadi ratusan tahun juga tidak pernah
berbuah sekali, entah kesempatan mendapatkan buab merah
itu kelak masih terluka atau tidak?
Begitulah sambil bicara kaki merekapun tidak lemah
berhenti, beberapa lama kemudian, jarak mereka dengan
Siao-liong-li dan Cu-in sudah bertambah dekat, It-teng dan
Nyo Ko saling pandang dengan tersenyum.
Rupanya Ginkang mereka memang tidak sehebat Siaoliong-
Ii dan Cu-in, tapi dalam hal lomba lari jarak jauh,
kepastian terakhir terletak pada tenaga dalam dan bukan
bergantung kepada Ginkang, Ginkang hebat tak didukung oleh
tenaga dalam yang tahan lama, akhirnya pasti mengendur
larinya.
Di antara kedua orang yang berlomba di bagian depan
itupun ada perbedaan, Siao-Iiong-li tampak ketinggalan
beberapa meter pula di belakang. Agaknya soal kekuatan
Siao-liong-li juga kalah sedikit daripada Cu in.
Tengah berlari dan setelah melintasi sebuah tanjakan,
tiba-tiba Nyo Ko menuding ke depan dan berkata kepada Itteng:
"He, aneh, mengapa di depan sana ada tiga orang?"
Siapakah orang ketiga yang ikut berlari di belakang Siao-liong-
Ii dan Cu-in itu?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dapatkah It-teng Taysu menyembuhkan Siao-Iiong-li serta
menolong Sute dan muridnya?
(Bacalah jilid ke 46)
Jilid 46
Benar juga, tidak jauh di belakang Siao liong-li ternyata
ada seorang pula yang ikut berlari dengan cepat. sekilas
pandang saja Nyo Ko lantas merasakan Ginkang orang ketiga
ini tidak di bawah Siao-liong-li dan Cu-in, malahan orang
ketiga ini tampak memanggul sesuatu benda yang amat besar,
seperti sebuah peti, namun langkahnya tetap gesit dan cepat,
jaraknya selalu beberapa meter saja di belakang Siao-Iiong-li.
It-teng Taysu juga heran, sama sekali di luar dugaannya
bahwa di pegunungan sunyi ini ber-turut-urut bertemu dengan
orang kosen, semalam bertemu dengan sepasang suami isteri
muda yang hebat, sekarang orang yang ikut berlari di depan
itu jelas adalah seorang kakek.
Sementara itu Siao-liong-li yang ketinggalan di belakang
Cu-in itu semakin menjauh jaraknya, ketika didengarnya di
belakang ada suara langkah orang, disangkanya Nyo Ko yang
telah menyusul tiba, maka ia lantas berkata: "Ko-ji, Ginkang
Toa-hwesio ini teramat hebat, aku tidak sanggup menandingi
dia, coba saja kan menyusulnya."
Tiba-tiba orang di belakangnya itu tertawa dan berkata:
"Silakan kau mengaso dahulu di atas petiku ini, setelah
tenagamu pulih, tentu kau akan melampaui Hwesio itu,"
Merasa suara orang bukan Nyo Ko, cepat Siao liong-li
mcnoleh, dilihatnya seorang tua berjenggot dan berambut
putih, siapa lagi kalau bukan Lo-wan-tong Ciu Pek-thong, si
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Anak Tua Nakal, Dengan tertawa simpatik orang tua itu sambil
menunjuk peti yang dipangguInya itu "Sini, mari sini, naik ke
atas peti ini!"
Peti itu adalah barang Tiong-yang-kiong, mungkin tempat
menyimpan kitab Coan-cin-kau, untuk menyelamatkannya dari
amukan api, maka Ciu Pek thong telah menggondolnya lari.
Selagi Siao-liong-li tersenyum dan belum menjawab atas
tawaran orang tua itu, mendadak Ciu pek thong menyelinap
maju ke depan Siaoliong-li, sekali tangannya menolak
pinggang si nona dengan enteng, Siao-liong-li di dukungnya
ke atas peti yang di pangguInya itu. Gerakannya sangat cepat,
caranya aneh pula, sebelum Siao-liong-ii menghindar atau
menolak, tahu-tahu ia sudah diangkat ke atas peti. Mau-tak
mau Siao-liong-li memuji betapa hebat ilmu silat Coan-cin-pay
yang memang mempunyai keunggulan sendiri itu, bahwa para
Tosu di Tiong-yang kiong itu tidak mampu menandingi dirinya
hanya karena mereka belum menguasai sampai puncaknya
ilmu silat perguruan mereka.
Sementara itu Nyo Ko dan It-teng juga sudah mengenali
Ciu Pek-thong adanya. Hanya Cu-in saja yang kuatir disusul
Siao-liong-li, ia masih ngebut ke depan tanpa menyadari di
belakangnya telah bertambah seorang lagi.
Dengan langkah cepat dan mantap Ciu Pek-thong terus
mengintil di belakang Cu-in, dengan suara tertahan ia
membisiki Siao-Iiong-li: "Sebentar lagi langkahnya pasti akan
lamban."
"Dari mana kau tahu?" tanya Siao-Iong-li dengan tertawa.
"Aku pernah berlomba lari dengan dia, dari Tionggoan
kami udak mengudak sampai di wilayah barat dan dari sana
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memutar balik lagi ke Tionggoan, berpuluh ribu li kami telah
berlari, tentu saja kutahu kemampuannya," tutur Ciu Pekthong
dengan tersenyum.
Duduk diatas peti itu, Siao-liong-li merasa sangat anteng
dan setabil melebihi naik kuda, dengan suara pelahan ia tanya
dengan tertawa: "Lo-wan-tong, untuk apa kau membantu
aku?"
"Siapa yang tidak suka membantu nona cantik seperti kau
ini, kaupun tidak nakal dan centil seperti si Ui Yong," jawab
Ciu Pek thong. "Malahan kaupun tidak pernah marah biarpun
aku telah mencuri madumu."
Begitulah mereka berlari dengan Siao-liong-li membonceng
di panggul Ciu Pek-thong, benar juga, tidak lama kemudian
lambat laun langkah Cu-in mulai mengendur. Pada saat itulah
Ciu Pek-thong lantas berkata: "Pergilah!" - Berbareng
pundaknya terus menyembul dan tubuuh Siao-liong-li lantas
melayang jauh ke depan.
Karena cukup istirahat begitu mulai lari lagi, hanya sejenak
saja Siao-liong-li sudah dapat melampaui Cu-in, setelah itu ia
sengaja menoleh dan tersenyum. Keruan Cu-in terkejut, lekaslekas
ia "tancap gas" pula dan ngebut sekuatnya.
Namun Ginkang kedua orang memangnya selisih tidak
jauh, kini yang seorang sudah cukup beristirahat, yang lain
sejak tadi berlari-lari tanpa berhenti, maka jarak kedua orang
makin lama makin menyolok dan sukar lagi bagi Cu-in untuk
menyusuInya.
Selama ini Cu-in sangat bangga akan dua macam
kepandaiannya yang khas dan merasa tiada tandingannya di
dunia ini, tapi dalam sehari semalam saja ilmu pukulannya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
telah dikalahkan Nyo Ko, kini Ginkangnya dikalahkan pula oleh
Siao-liong-li, seketika ia lantas lesu dan patah semangat,
kedua kakinya terasa lemas seakan-akan tidak mau menurut
perintah lagi Diam-diam ia berkuatir apakah ajalnya sudah
dekat sehingga nona jelita begitu saja mampu menyusulnya?
Semalam napsu jahatnya memuncak dan melukai sang
guru, sehabis itu hatinya tidak tenteram, kini dia tak sanggup
lagi menyusul Siao-liong-li meski sudah mengerahkan segenap
tenaganya, keruan pikirannya semakin kacau dan merasa
segala urusan di dunia ini sama sekali sukar dibayangkan.
Kejadian Ciu Pek-thong membantu Siao-liong-li itu dapat
dilihat dengan jelas oleh Nyo Ko yang mengintil di belakang, ia
tertarik juga oleh perbuatan jahil si Anak Tua Nakal, segera ia
percepat pula langkahnya mendekati Ciu Pek-thong serta
menegur dengan tertawa: "Terima kasih banyak2, Ciulocianpwe"
"Sudah lama sekali aku tidak berjumpa dengan si tua Kiu
Jian-yim ini, mengapa semakin tua semakin konyol sehingga
akhirnya cukur rambutnya hingga kelimis dan menjadi
Hwesio."
"Dia telah mengangkat It-teng Taysu sebagai guru,
masakah engkau tidak tahu?", tutur Nyo Ko sambil menuding
ke belakang.
Ciu Pek-thong terkejut, serunya: "He, apakah Toanhongya
juga datang?"
Waktu ia menoleh dan melihat bayangan It-teng, cepat ia
berseru pula: "Wah, tidak enak, paling selamat angkat langkah
seribu saja. Habis ini mendadak ia berlari menjurus ke
samping terus menyusup ke dalam pepohonan yang rimbun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko sendiri tidak tahu apa itu "Toan Hongya" (raja she
Toan) yang diucap Ciu Pek-thong itu, dilihatnya dalam sekejap
saja Anak Tua Nakal itu sudah menghilang tanpa bekas, diamdiam
ia merasa tindak tanduk orang tua itu sungguh aneh dan
jarang ada bandingannya.
Melihat Ciu Pek thong telah kabur menjauhi dirinya, It teng
lantas mendekati Nyo Ko, dilihatnya Cu-in lesu dan Iemas,
sikapnya semula yang bersemangat dan tangkas mendadak
hilang dan entah ke mana, maka dengan suara halus ia coba
menghiburnya: "Masakah jalan pikiranmu masih belum
terbuka menghadapi soal kalah dan menang begini?"
Cu-in melenggong bingung. It-teng berkata puIa: "Setiap
kehendak tentu ada kelemahannya dengan kepandaianmu
yang tinggi, kalau saja engkau tidak berkeras ingin menang,
masakah kau tidak mengetahui bahwa di belakangmu telah
bertambah seorang penguntit?"
Sampai di sini, tiba-tiba terdengar Siao-Iiong-Ii berseru di
depan sana :"He, lekas kemari, lihatlah ini..
Cepat Nyo Ko bertiga menyusul kesana, tertampak Siaoliong-
li menunjuk pada sebatang pohon, kulit batang pohon itu
terkupas, sebagian terlukis sebuah ujung panah yang
mengarah ke utara, di bawah panah ada tisi kan beberapa
huruf kecil yang berbunyi: "Arah ke Coat-ceng-kok."
Huruf-huruf itu dicocok dengan jarum dan bersemu kehitam-
hitaman. Agaknya huruf-huruf ini dicocok dengan jarum
berbisa Li Bok-chiu," kata Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Benar," jawab Siao-Iiong-li. "Tapi Suciku selamanya tidak
pernah ke Coat-ceng-kok, dia tidak mengenal jalanan ke
sana."
Nyo Ko termenung sejenak, lalu berkata pula. "Kwe-hujin
dan nona Kwo masih menyimpan Pek-pok-gin-ciam bekas milik
Li Bok-chiu. Paman Bu tahu jalanan ke Coat-ceng-kok,
mungkin tulisan ini dibuat oleh rombongan mereka."
"Untuk ditujukan kepada siapa petunjuk ini?" tanya Siao
Iiong-li.
"Muridku she Cu itu banyak tipu akalnya, dia terkurung di
sana dan sempat mengirim berita mohon bantuan padaku,
bisa jadi Sam-thong juga mengetahui aku akan datang ke
sini," kata It-teng Taysu.
Begitulah mereka berempat lantas mempercepat
perjalanan mereka, lima hari pertama mereka dapat berjalan
dengan cepat, tapi pagi hati keenam luka It-teng tenyata
bertambah parah dan mulai tidak tahan berjalan..
Segera Cu-in berjongkok dan memaksa menggendong Itteng
Taysu, dengan begitu mereka melanjutkan perjalanan
tanpa terhenti Lewat lohor, sampailah rombongan mereka di
mulut lembah Coat ceng kok itu.
"Apakah kita perlu memberitahukan kedatangan kita agar
adikmu menyambut kedatangan Taysu," tanya Nyo Ko kepada
Cu-in.
Belum lagi Cu-in menjawab tiba-tiba terdengar di tengah
lembah sana sayup-sayup ada suara beradunya senjata. Kuatir
akan keselamatan adik perempuan nya itu yang mungkin
sudah bergebrak dengan Bu Sam-thong dan lain-lain, cepat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cu-in berkata:" Marilah kita masuk saja langsung ke sana
untuk mencegah pertarungan mereka, "
Beramai-ramai mereka lantas berlari ke arah datangnya
suara itu. Sesudah dekat, terlihat beberapa orang berseragam
hijau dengan senjata terhunus sedang berjaga di luar semaksemak
pohon sana dan suara beradunya senjata
berkumandang dari dalam pepohonan yang rimbun itu,
sedangkan orang-orang yang bertempur tidak kelihatan sama
sekali.
Melihat kedatangan musuh lagi, orang-orang berbaju bijau
itu. berteriak-teriak sambil menyingkir ke sayap kanan dan kiri
dengan maksud hendak mendesak musuh ke tengah
pepohonan. Tapi sesudah berhadapan, mereka mengenali
Siao-liong-li dan Nyo Ko, serentak mereka merandek dengan
melenggong.
Salah seorang yang menjadi kepala rombongan orangorang
berbaju hijau itu lantas menegur Nyo Ko.
"Cubo (majikan perempuan - Cukong majikan Ielaki)
menugaskan Nyo-kongcu ke Siangyang, apakah tugas itu
sudah berhasil dengan baik?"
Sudah tentu tugas yang dimaksudkan itu adalah
membunuh Kwe Cing dan Ui Yong, Nyo Ko tidak menjawab
sebaliknya malah bertanya: "Siapa yang sedang bertempur
itu?"
Orang itu tidak menjawab, tapi melirik dengan sangsi,
karena tidak tahu kedatangan Nyo Ko ini adalah kawan atau
lawan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kedatanganku ini tidak bermaksud buruk," jawab Nyo Ko
tersenyum, "apakah Kongsun-hujin baik-baik saja, begitu pula
nona Kongsun?"
Hilanglah rasa waswas orang berbaju hijau itu mendengar
jawaban Nyo Ko itu, katanya kemudian: "Terima kasih, Cubo
dan nona baik-baik semuanya."
Cu-in bergirang mendengar adik perempuannnya baik-baik
saja.
Orang berbaju hijau tadi bertanya pula: "Dan siapakah
kedua Toa-hwesio ini? Apakah sehaluan dengan keempat
perempuan di dalam hutan itu?
"Keempat perempuan? siapakah mereka?" tanya Nyo Ko....
"Keempat perempuan itu telah menyerbu dalam doa
jurusan, Cubo memberi perintah agar mereka diusir, tapi
mereka membangkang dan sekarang telah dipancing ke dalam
lingkaran bunga cinta, di luar dugaan, begitu keempat
perempuan itu saling, bertemu, mereka lantas saling labrak
malah," demikian keterangan orang itu.
Nyo Ko terkejut mendengar keempat perempuaa itu
terkurung di tengah lingkaran bunga cinta, seketika iapun
tidak tahu siapakah keempat perempuan yang dikatakan itu.
Kalau Ui Yong, Kwe Hu, Wanyan Peng dan Yalu Yan, mengapa
mereka berempat saling labrak? Karena itulah ia lantas
berkata: "Jika tidak keberatan, tolong, perlihatkan padaku,
kalau kukenal mereka, boleh jadi dapat kulerai mereka untuk
ber-sama-sama menghadap Kokcu."
Orang berbaju hijau itu yakin keempat perempuan yang
sudah terkurung di tengah tetumbuhan bunga cinta itu pasti
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sukar meloloskan diri, maka ia tak menolak permintaan Nyo
Ko, segera ia membawa Nyo Ko berempat ke dalam hutan,
Maka tertampaklah di suatu tanah yang rendah yang penuh
dilingkari bunga-bunga yang indah permai ada empat
perempuan yang terbagi dalam dua partai sedang bertempur
dengan sengit.
Menyaksikan keadaan pertarungan keempat orang itu,
serentak Nyo Ko dan Siao-liong-li terkejut bahkan Siao-liong-li
sampai berseru kuatif. Kiranya tempat di mana keempat
perempuan itu bertempur adalah sebuah tanah rumput seluas
tiga empat meter persegi yang sekitarnya penuh dipagari
bunga cinta yang berduri itu, pagar bunga cinta yang
mengitari tanah rumput dibagian tengah itu rata2 melebar
sampai belasan meter jauhnya, biarpun orang yang memiliki
Ginkang maha tinggal dunia ini juga tidak mampu ke luar dari
pagar bunga cinta itu dengan sekali lompat, bahkan dua kali
lompatan juga sukar.
It-teng Taysu dan Cu-in tidak begitu heran menyaksikan
keadaan itu karena mereka tidak tahu betapa lihaynya bunga
cinta itu, tapi Nyo Ko dan Siao-liong-li sudah merasakan
siksaan bunga itu, maka begitu melihat mereka lantas
berkuatir bagi keempat perempuan itu,
"Kiranya Suci adanya," kata Siao-liong-li kemudian. "Dia
datang terlebih dulu dari pada kita"
Kiranya dua di antara keempat perempuan itu memang Li
Bok-chiu dan muridnya, yaitu Ang Leng-po. Mereka samasama
bersenjatakan pedang, mungkin setelah kebutnya patah
di dalam kuburan kuno Li Bok-chiu belum sempat membuat
kebut baru, sedangkan ke dua perempuan yang menjadi
lawan mereka masing-masing menggunakan senjata Liu yapto
(golok panjang: sempit) dan seorang lagi memegang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sebangsa seruling, potongan tubuh keduanya sama-sama
langsing, langkah mereka cepat dan gesit, tampaknya ilmu
silat mereka juga tidak lemah walaupun jelas bukan tandingan
Li Bok-chiu.
"Kiranya kedua saudara misan inilah," demikianlah Nyo Ko
membatin setelah mengenali kedua orang yang bukan lain
daripada Thia Eng dan Liok Bu-siang.
Bertempur di tengah arena yang cuma tiga-empat meter
luasnya memerlukan kecermatan yang luar biasa, sedikitpun
tidak boleh salah langkah, dengan demikian bagi yang lemah
ilmu silatnya menjadi rada kerepotan.
Untungnya Li Bok-chiu kurang leluasa menggunakan
pedangnya yang bukan senjatanya sehari-hari, sedangkan
Thia Eng sejak mendapatkan didikan langsung dari Ui Yok-su,
sebagian kepandaiannya yang bagus itu juga telah diajarkan
kepada Liok Bu-siang, selama beberapa bulan ini mereka
sudah maju pesat, ditambah lagi Ang Leng-po merasa kasihan
pada Bu-siang yang pernah belajar bersama di bawah
pimpinan Li Bok-chiu, ia tidak tega melancarkan serangan
maut, karena itulah Bu-siang dan Thia Eng masih sanggup
bertahan meski keadaan mereka sudah mulai payah.
"Tanpa sebab apa-apa mengapa mereka berempat bisa
menerobos ke tengah pagar bunga cinta itu dan bertempur di
situ?" tanya Nyo Ko kepada orang berbaju hijau.
Orang itu sangat bangga dan bercerita dengan
pongahnya: "lnilah perangkap rahasia yang diatur oleh
Kongsun-kokcu, sekali mata2 musuh menyusup ke tengah
pagar bunga cinta itu, begitu kami tutup jalan masuknya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
maka semua jalan menjadi buntu dan tak mungkin bisa keluar
lagi."
"Apakah mereka sudah terkena racun bunga cinta itu?"
tanya Nyo Ko kuatir,
"Seumpama belum kena, kukira cuma soal waktu saja,
sebentar lagi," kata orang itu,
Nyo Ko menjadi heran cara bagaimana orang-orang ini
mampu memancing atau memaksa Li Bok-chiu ke dalam pagar
bunga cinta itu. Akhirnya ia ingat, pasti orang-orang berbaju
hijau ini telah menggunakan barisan berpisau yang lihay itu. ia
menjadi kuatir kalau Thia Eng dan Bu-siang juga kena racun
bunga cinta, maka di dunia ini tiada obat lagi yang dapat
menyembuhkan mereka.
Dengan suara lantang ia lantas berseru: "Thia-cici dan
Liok-cici, ini-ku diriku Nyo Ko berada di sini. Kalian harus hatihati
terhadap bunga-bunga berduri di sekitar kalian itu, tidak
kepalang lihaynya racun bunga itu, awas jangan sampai
tertusuk !"
Li Bok-chiu yang cerdik itu sejak mula sudah menduga
pasti ada sesuatu pada bunga cinta itu, kalau musuh
mengurung mereka dengan tumbuh-tumbuhan berduri itu
tentu ada sebabnya, maka diam-diam ia teIah membisiki Ang
Leng--po agar ber-hati-hati dan sebisanya menjauhi bunga
berduri itu.
Thia Eng dan Liok Bu siang juga bukan nona bodoh, tentu
saja merekapun melihat keadaan yang tidak beres itu, sebab
itulah mereka bertempur dengan waspada dan menghindari
sentuhan pada tetumbuhan itu. Kini demi mendengar
peringatan Nyo Ko, di antara keempit orang itu dua orang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
merasa terkejut dan dua orang bergirang, tapi merekapun
bertambah was-was terhadap tetumbuhan di sekitar mereka
itu, pertarungan merekapun bertambah sengit mencari
selamat sendiri.
Bahwasanya Thia Eng din Liok Bu-siang bertempur demi
menuntut balas kematian keluarga mereka, maka mereka
sudah tidak memikirkan kelamaan sendiri asalkan dapat
membinasakan musuh. sebaliknya Li Bok-chiu berhasrat harus
membunuh kedua "nona" itu agar dapat digunakan sebagai
batu loncatan untuk melompat dari kepungan pagar bunga
cinta itu.
Kedatangan Siao liong-li dan Nyo Ko sebenarnya telah
membikin Li Bok-chiu menjadi kuatir, untunglah mereka
teralang oleh pagar bunga cinta dan tidak dapat memberi
bantuan. Segera ia membentak: "Leng-po, lekas menyerang
jika kau tidak ingin lekas mati di sini"
Sejak kecil Ang-Leng-po sangat takut kepada sang guru,
cepat ia mengiakan dan pedangnya lantas menusuk ke arah
Thia Eng. Tekanan kepada Liok Bu-siang menjadi kendur, tapi
Thia Eng lantas terancam bahaya.
Ketika Thia Eng angkat serulingnya menangkis serangan
Ang Leng po dari belakang itu, mendadak secepat kilat
pedang Li Bok-chiu juga menyerang ke tenggorokannya.
Dengan sendirinya Bu-sing tidak tinggal diam, segera goloknya
menangkis. Namun Li Bok-chiu telah angkat pedangnya
berbareng sebelah kakinya kena memegang pergelangan
tangan Bu-siang sehingga goloknya terlepas dari pegangan
dan jatuh ke tengah bunga cinta. Menyusul itu pedang Li Bok
Chiu bergerak pula, ber-turut-urut dia, menusuk tiga kali
sehingga Thia Eng tidak mampu menangkisnya dan terpaksa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mundur ke belakang, kalau dia mundur lagi selangkah tentu
akan menginjak bunga berduri itu.
"Awas, Eng-ci, jangan mundur lagi!" seru Bu-siang kuatir.
"Tidak mundur boleh maju saja!." jengek Li Bok-cniu
sambil melangkah mundur satu tindak.
Thia Eng tahu, orang pasti tidak bermaksud baik, tapi
tempat berdirinya itu memang sangat berbahaya, maka tanpa
pikir ia lantas melangkah maju.
"Hm, berani amat kau !" jengek Li Bok-chiu pula,
pedangnya bergerak, serentak sinar pedangnya mengurung
rapat tubuh Thia Eng bagian atas.
Dari jauh Nyo Ko dapat menyaksikan permainan ilmu
pedang Li Bok chiu yang lihay itu, kalau tidak memaharai gaya
serangan itu, kebanyakan orang tentu akan berusaha
melindungi tubuh sendiri bagian atas, karena itu bagian perut
menjadi tak terjaga dan pasti akan terserang. Tanpa ayal lagi
Nyo Ko-lantas pungut sepotong batu kecil dan mendadak
diselentikkan.
Begitu cepat batu itu meluncur ke depan mengarah Li
Bokchiu yang tinggal satunya itu. Pada saat itu pula ujung
pedang Li Bok-chiu juga sedang menyerang bagian perut Thia
Eng. Ketika tiba-tiba mendapat serangan batu, kalau serangan
pada Thia Eng diteruskan dan dapat membinasakan gadis itu,
namun mata sendiri juga sukar diselamatkan Terpaksa ia
menarik kembali pedangnya untuk menyampuk batu itu,
"trang", batu itu tersampuk jauh.
Sambitan batu Nyo Ko itu adalah ilmu jari sakti ajaran Ui
Yok-su, cuma belum sempurna dilatihnya, maka dia hanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dapat menggunakannya untuk menggertak musuh dan
menolong teman, Untung sejak sebelah mata Li Bok-chiu buta,
sisa mata satu-satunya itu selalu dijaganya dengan baik, kalau
tidak mungkin dia berani mengambil risiko membinasakan
Thia Eeng lebih dulu, habis itu baru berusaha menundukkan
kepala untuk menghindari sambitan batu.
Kalau serangan itu dilakukan oleh Ui Yok-su tentu batu itu
akan menggetar jatuh pedang Li Bok-chiu atau sedikitnya
membuat pedang itu terpental walaupun tidak sehebat Ui Yoksu,
namun sedikit-ilmu ajarannya itu juga telah berhasil
menyelamatkan jiwa murid kesayangannya.
Setelah lolos dari renggutan sang maut, wajah Thia Eng
yang memang putih itu menjadi semakin pucat, Melihat itu,
segera Li Bok-chiu membentak: "Awas, datang lagi!"
pedangnya bergerak, serangan seperti tadi kembali
dilancarkan pula.
Thia Eng sudah mendapatkan pengalaman tadi dan ia tahu
sasaran musuh adalah bagian perutnya, maka serulingnya
lebih diutarnakan melindungi bagian tubuh tersebut.
Di luar dugaan, serangan Li Bok-chiu ternyata beraneka
macam perubahannya ujung pedangnya benar-benar menusuk
pula ke perut Thia Eng, tapi berbareng iapun menubruk maju,
jarinya berhasil menutuk "Giok-tong-hiat" di dada nona itu,
ketika Thia Eng melenggong, segera kaki Li Bok chiu menyapu
pula hingga Liok Bu-siang didepak jatuh, menyusul ujung
kakinya menendang pula Hiat-to di bagian dengkul Thia Eng.
Beberapa gerakan itu berlangsung dengan cepat luar
biasa, dalam sekajap saja Thia Eng dan Liok Bu-siang kena
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dirobohkan semua, meski Nyo Ko hendak menolongnya juga
tidak keburu lagi.
"Suhu!" seru Ang Leng-po kuatir.
Tapi Li Bok-chiu lantas cengkeram punggung Thia Eng dan
di lempar kesana menyusut Bu siang juga dilemparkannya
sambil berkata: "Leng-po, cepat lompat keluar dengan
menginjak tubuh mereka berdua...." belum habis ucapannya,
mendadak Nyo Ko melompat maju dan sempat menangkap
tubuh Thia Eng sebelum nona itu terjatuh ke tengah bunga
cinta". Habis itu lantas melompat maju lagi.
Meski Hiat-to bagian dada dan kaki tertutuk, tapi kedua
tangan Thia Eng masih dapat bergerak, segera ia merangkul
Liok Bu-siang yang saat itu sedang melayang ke arahnya itu
sambil berseru: "Nyo-toako, engkau..." seketika darah
bergolak dalam dalam dadanya, memangnya dia sudah jatuh
cinta pada Nyo Ko, kini pemuda itu menerjang ke tengah
bunga cinta itu untuk menoIongnya tanpa memikirkan
keselamatan sendiri, sungguh ia menjadi sangat terharu dan
terima kasih tak terhingga.
Rupanya waktu melihat Thia Eng dan Liok Busiang
dilemparkan Li Bok-chiu ke tengah semak-semak bunga cinta,
semula Nyo Ko dapat meraba maksud keji Li Bok-chiu yang
hendak menggunakan kedua nona itu sebagai batu loncatan
untuk keluar dari kepungan pagar bunga cinta itu, maka tanpa
pikir ia terus menerjang maju untuk menolong kedua nona itu.
Setelah berhasil menangkap tubuh kedua orang itu, cepat
ia melompat mundur menurunkan mereka.
Kaki Thia Eng tertutuk sehingga tidak dapat berdiri, cepat
Siao-liong-li membukakan Hiat-to yang tertutuk itu....Ketiga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
nona sama memandangi Nyo Ko, tertampak kaki celananya
sudah robek terkena duri, kakinya juga berlumuran darah,
entah berapa banyak duri bunga berbisa itu telah melukainya.
Thia Eng mengembeng air mata dan tidak sanggup membuka
suara, Liok Bu-siang juga cemas dan berkata: "Mestinya
engkau.... tidak perlu menolong diriku mengapa... mengapa
engkau bertindak begini ?"
Dengan tertawa Nyo Ko menjawab "memangnya aku
sudah terkena racun bunga itu", kalau tercocok lagi duri
bunga itu juga tidak ada bedanya."
Sudah tentu semua orang tahu banyak dan sedikit terkena
racun bunga itu besar perbedaannya.
Ucapannya itu jelas hanya untuk menghibur ketiga nona
ini saja.
Tiba-tiba Liok Bu-siang-berseru pula: "He, Tolol, ken...
kenapa lengan kananmu? Mengapa buntung?"
Siao-liong-li tidak kenal Thia Eng dan Bu-siang, tapi
melihat mereka cantik manis, dalam hatinya sudah timbul rasa
suka, apalagi melihat mereka sangat memperhatikan Nyo Ko,
sekejap saja ia sudah anggap mereka sebagai teman karib.
Dengan tersenyum ia lantas bertanya: "Mengapa engkau
memanggilnya tolol? sama sekali dia tidaklah tolol"
"Ah, maaf, karena sudah terbiasa memanggilnya begitu,
seketika aku lupa," jawab Bu-siang ia saling pandang sekejap
dengan Thia Eng, lalu bertanya: "Cici ini apakah..."
"lalah...." belum selesai Nyo Ko menerangkan cepat Thia
Eng menyambung: "Tentunya Siao-liong-li cianpwe bukan?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, memang sudah kuduga, sungguh cantik laksana
bidadari," demikian Bu-siang menambahi.
Rasa cemburu pasti ada pada setiap orang, apalagi
perempuan Dahulu, ketika melihat Nyo Ko sangat mencintai
Siao-liong-li, betapapun timbul rasai cemburu dalam hati Thia
Eng dan Bu-siang, tapi sekarang setelah bertemu, makin
dipandang makia terasa Siao-liong-li memang cantik molek
dan sederhana, lain daripada yang lain tanpa terasa timbul
pikiran rendah dirinya, keduanya sama membatin: "Memang
diriku tak dapat dibandingkan dia."
Bu siang yang berwatak tidak sabaran itu segera bertanya
pula:"He, Nyo-toako, sebab apakah lenganmu itu terkutung?
Apalah lukanya sudah sembuh?"
"Sudah lama sembuh, "jawab Nyo Ko. "Putus karena
dikutungkan orang."
"Keparat!" omel Bu-siang. "Bangsat manakah yang pantas
mampus itu? Tentu dia menggunakan akal licik dan keji,
bukan?, Apakah perbuatan iblis perempuan yang jahat itu?"
Tiba-tiba suara seseorang mendengus di belakangnya:
"Hm, apakah tidak rendah caramu memaki di luar tahu
orangnya?"
Bu-siang dan Thia Eng terkejut, cepat mereka berpaling,
terlihatlah yang bicara itu adalah seorang nona cantik, siapa
lagi kalau bukan Kwe Hu. Dengan tangan memegang garan
pedang air muka Kwe Hu tampak marah, di sebelahnya berdiri
pula beberapa orang, baik lelaki maupun perempuan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan heran Bu-siang lantas menjawab: "He, kan bukan
kau yang kumaki, yang kumaki adalah bangsat keparat yg
membuntungi lengan Nyo-toako."
"Sret", mendadak Kwe Hu melolos pedangnya sebagian
dan berkata pula dengan gusar: "Akulah yang mengutungkan
lengannya. Aku sudah minta maaf padanya, akupun sudnh
kenyang didamperat ayah ibuku, tapi kalian masih memaki
aku secara keji di belakangku..." sampai di sini matanya
menjadi memberambang merah penuh rasa penasaran
Kiranya rombongan Bu Sam-thong, Kwe Hu, Yalu Ce dan
kedua saudara Bu kemudian bergabung kembali dengan Ui
Yong serta Wanyan Peng dan Yalu Yan, lalu mereka lantas
menuju ke Coat-ceng-j kok, karena Bu Sam-thong sudah tahu
jalannya maka rombongan mereka tiba lebih dini setengah
hari daripada rombongan It-teng dan Nyo Ko, cuma
rombongan Ui Yong lebih dulu berusaha mencari paderi Hindu
dan Cu Cu-Iiu, tapi tidak ketemu, maka banyak waktu yang
terbuang secara sia-sia.
Mengenai beradanya Li Bok-chiu dan Ang Leng-po di Coatceng-
kok, begitu pula Thia Eng dan Liok Bu-siang, keadaan
mereka sebaliknya ber-beda2. Li Bok-chiu berdua datang ke
situ tanpa sengaja karena mereka mengikuti tanda-tanda
petunjuk jalan yang ditinggalkan Bu Sam-thong, sedangkan
kedatangan Thia Eng berdua adalah karena terpancing oleh
kejahilan Ciu Pek-thong.
BegituIah Ui Yong, Bu Sam-thong dan lain-lain lantas
memberi hormat kepada It-teng Taysu, lalu diperkenalkan
pula kepada lain-lainnya. Thia Eng belum pernah bertemu
dengan kakak seperguruannya seperti Ui Yong ini, namun
namanya sudah lama didengarnya serta dikaguminya, maka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengan sangat hormat ia lantas menyembah kepada Ui Yong
sambil memanggil "Suci!"
Dari Nyo Ko memang Ui Yong sudah mendengar bahwa
akhir2 ini ayahnya telah menerima lagi seorang murid
perempuan, kini melihat sang Sumoay ini cukup cantik, ia
menjadi menyukainya dan bertanya tentang keadaan ayahnya.
Sementara itu beberapa orang berbaju hijau tadi lantas
kabur melaporkan kedatangan musuh itu kepada Kiu Jian-jio.
Kwe Hu dan Liok Bu-siang masih saling melotot, meski
tidak berkelahi, tapi sama-sama merasa benci. Apa lagi dari
ibunya Kwe Hu disuruh memberi hormat serta memanggil
"Susiok" kepada Thia Eng, tentu saja ia kurang senang, suara
panggilan nya juga sangat kaku.
Sedang Nyo Ko dan Siaoliong-li bergandengan tangan
berdiri rada jauh, melihat Kwe Yang dalam pondongan Siaoliong-
li itu, ia lantas berkata: "Liong-ji kembalikan saja, anak
ini pada ibunya."
Siao-liong li setuju, ia menciumi dulu pipi mungil anak bayi
itu, lalu mendekati Ui Yong dan berkatal "Kwe hujin, terimalah
anakmu ini."
Dengan girang Ui Yong menerimanya. Sejak dilahirkan
baru sekarang Kwe Yang berada dalam pangkuan sang ibu,
sungguh rasa girang Ui Yong sukar dilukiskan.
"Nona Kwe," dengan suara lantang Nyo Ko berkata kepada
Kwe Hu, "itu dia, adikmu dalam keadaan sehat walafiat tanpa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kurang, sesuatu apapun sama sekali aku tidak
menggunakannya untuk menukar obat bagiku."
"lbuku datang dengan sendirinya kau tidak berani," jawab
Kwe Hu dengan gusar, "Kalau kau tidak bermaksud begitu,
untuk apa kau membawa lari adikku ke sini?"
Kalau menurut watak Nyo Ko biasanya tentu kontan dia
balas mengejeknya, tapi beberapa bulan terakhir ini dia telah
banyak mengalami gemblengan lahir batin, pertengkaran
mulut begitu, sudah tidak menarik baginya, maka ia hanya
tersenyum tawar saja, lalu menyingkir dengan menggandeng
tangan Siao-Iiong li.
Bu-siang memandang sekejap kearah Kwe Yang lalu
berkata kepada Thia Eng: "inilah puteri bungsu Sucimu?
Semoga setelah dia besar kelak tidak terlalu galak dan warok!"
Sudah tentu Kwe Hu dapat merasakan ucapan yang
menyindirnya itu, segera ia menanggapi: "Adik-ku akan galak
dan warok atau tidak, sangkut paut apa dengan kau? Apa
maksud ucapanmu ini?"
"Aku tidak bicara dengan kau," jawab Bu-siang. "Orang
jahat dan galak, setiap orang di dunia ini boleh ikut urus,
mengapa tiada sangkut paut denganku."
Jiwa Bu-siang pernah diselamatkan Nyo Ko dalam lubuk
hati nona itu hanya anak muda itulah yang selalu dipikirkan
olehnya, misalnya waktu sama-sama terancam bahaya, Busiang
rela menyerahkan setengah potong saputangan wasiat
kepadanya, itulah pertanda dia rela mengorbankan jiwa
sendiri, demi keselamatan Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini mendengar anak muda itu dikutungi oleh Kwe Hu,
tentu saja ia ikut sakit hati dan gusar pula. Wataknya memang
tidak sabaran seperti Thia Eng, meski di depan orang banyak
iapun tidak dapat menahan perasaannya itu.
Begitulah dengan murka Kwe Hu lantas balas
mendamprat: "Keparat! Kau perempuan pincang..."
"Hu-ji! jangan kurang ajar!" bentak Ui Yong cepat.
Pada saat itulah tiba-tiba terdengar suara orang menjerit
di sebelah sana, semua orang lantas memandang ke sana,
tertampaklah di tengah lingkaran semak-semak bunga cinta
itu Li Bok-chiu mengangkat tubuh Ang Leng-po, jeritan itu
adalah suara Ang Leng-po yang ketakutan itu.
Rupanya It-teng, Ui Yong, Thia Eng dan lain-lain asyik
bercengkerama sehingga melupakan Li Bok-chiu dan muridnya
itu.
"Celaka, Suhu hendak menggunakan Suci sebagai batu
loncatan!" seru Bu-siang kuatir. Sejak kecil dia tinggal
bersama Li Bokchiu, maka ia cukup kenal watak sang guru
yang keji dan ganas itu, Biarpun Ang Leng-po merupakan
jatuhnya orang yang paling dekat dengan dia, tapi kalau
terancam bahaya, sang guru itu tidak segan-segan
menerbitkan jiwa muridnya demi keselamatannya sendiri
Selagi semua crang melengak kaget, tertampak Li Bokchiu
sedang melemparkan Ang Leng-po ke semak-semak
bunga cinta yang berduri itu, menyusul ia sendiri lantas
melompat ke sana, sekali kakinya menutul tubuh Leng-po.
serentak dia melompat pula sekuatnya ke depan sambil
tangan menarik Ang Leng-po dan dilemparkan lagi, lalu
digunakan lagi sebagai batu loncatan, dengan begitu tiga kali
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lompatan saja dia akan dapat keluar dari kurungan semaksemak
bunga itu. Dia juga kuatir akan dicegat Ui Yong dan
rornbongannya, maka arah yang dia ambil adalah berlawanan
dengan tempat berdiri rombongan Ui Yong itu.
Di luar dugaan, ketika untuk kedua kalinya dia hendak
melompat lagi ke depan, mendadak Ang Leng-po berteriak
keras-keras dan ikut melompat juga ke atas terus merangkul
erat-erat paha kiri Li Bok-chiu seketika tubuh Li Bok-chiu
tertarik ke bawah, dalam keadaan terapung tiada jalan lain
bagi Li Bok-chiu kecuali mengayun kakinya yang lain, "bluk",
dengan keras dada Ang Lengpo tertendang isi perutnya
tergetar hancur dan binasa seketika.
Namun begitu tangan Ang Leng-po masih merangkul
sekencang-kencangnya sehingga kedua orang sama
terbanting jatuh ke semak-semak bunga, walaupun tempatnya
hanya dua-tiga kaki saja dari tepi semak-semak namun selisih
jarak sekian itu pun telah membikin Li Bok-chiu ikut
merasakan siksaan beribu-ribu duri bunga yang berbisa itu.
Perubahan itu mula-mula sama sekali tak terduga oleh
siapapun dan berakhir secara mengerikan pula, semua orang
menyaksikan dengan melongo dan berdebar.
Dalam pada itu Li Bok-chiu telah berjongkok dan
mementang tangan Ang Leng-po yang masih merangkul erat
pada kakinya itu, dilihatnya muridnya itu sudah mati, namun
matanya tetap melotot penuh benci dan dendam.
Li Bok-chiu tahu dirinya telah keracunan bunga berduri itu,
untuk itu harus mencari obat penawarnya di lembah ini. Selagi
dia hendak melangkah pergi, tiba-tiba terdengar Ui Yong
berseru padanya: "Li-cici, coba kemari, ingin kukatakan
sesuatu padamu."..
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan rada sangsi Li Bok-chiu mendekati Ui Yong, lalu
bertanya: "Ada apa?" Diam-diam ia berharap maksud Ui Yong
memanggilnya itu hendak memberi obat atau paling tidak
akan memberi petunjuk ke mana harus mencari obat penawar.
Maka berkatalah Ui Yong, "Untuk keluar dari kurungan
semak-semak bunga itu sebenarnya kau tidak perlu
mengorbankan jiwa muridmu."
"Hm, jadi kau hendak mengguruiku?" jengek Li Bok chiu.
"Mana aku berani," jawab Ui Yong dengan tertawa, "Aku
cuma ingin mengajarkan sesuatu akal padamu, mestinya
cukup kau menggali tanah dan membungkusnya dengan
bajumu menjadi dua karung, lalu dilemparkan ke semaksemak
bunga itu, bukankah akan merupakan batu loncatan
yang sangat bagus? Kan kau dapat keluar dengan baik dan
jiwa muridmu juga tidak perlu melayang."
Muka Li Bok-cbio menjadi merah dan lain saat berubah
pucat pula penuh rasa menyesal. Apa yang diucapkan Ui Yong
itu sebenarnya tidak sulit dilakukan soalnya dia terburu napsu
dan tidak memikirkannya tadi sehingga satunya orang yang
paling dekat telah menjadi korban dan ia sendiripun belum
terhindar dari bencana, Maka dengan gemas ia menjawab:
"Sudah tertambat kalau dibicarakan sekarang!"
"Ya, memang benar sudah terlambat." ujar Ui Yong,
"Padahal terkena racun bunga itu atau tidak bagimu tiada
bedanya."
Dengan gusar Li Bokchiu mendelik pada Ui Yong karena
tidak paham apa arti ucapan itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebenarnya sudah terang kau terkena racun patah hatimu,
akibatnya kau berbuat sesuka hatimu, mencelakai orang lain
dan bikin susah sendiri puIa, sampai saat ini memang sudah
sangat tertambat bagimu," kata Ui Yong dengan gegetun.
Serentak timbul pula rasa angkuh Li Bok-chiu, jawabnya: "
jiwa muridku itu akulah yang menyelamatkannya, kalau aku
tidak membesarkan dia, mungkin sejak dulu dia sudah mati,
jadi dia hidup dariku dan mati pula bagiku, ini kan maha adil."
"Setiap orang tentu terlahir dari ibu dan ayah, sekalipun
ayah-ibu juga takkan membunuh putra putri sendiri, apalagi
orang luar ?" kata Ui Yong.
Segera Bu Siu-bun melangkah maju dengan pedang
terhunus dan membentakt "Li Bok-chiu kejahatanmu sudah
kelewat takaran, ajal mu sudah sampai sekarang, maka terima
saja kematianmu dan tidak perlu banyak bacot."
Menyusul Bu Tun-si, Bu Sam-thong serta Yalu Ce, Yalu
Yan, Wanyan Peng dan Kwe Hu berenam serentak juga
mendesak maju dari kanan dan kiri.
Sorot mata Li Bok-chiu menyapu sekeliling tawarnya itu,
jelas semua orang penuh rasa benci padanya, ia pikir melulu
seorang Ui Yong saja tukar dilawan apa lagi masih ada Nyo Ko
dan Siaoliong-li. Dilihatnya Liok Bu-siang dan Thia Eng juga
lantas melangkah maju dengan senjata masing-masing.
"Orang she Li, secara keji kau telah membunuh segenap
keluargaku, kalau sekarang hanya jiwamu sendiri saja yang
membayar utangmu itu kan masih terlalu murah bagimu?"
seru Liok Busiang. "Kalau bicara kejahatanmu melulu caramu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membunuh Ang-suci barusan, kematianmu saja tidak cukup
untuk menebas dosamu."
Dalam keadaan demikian ternyata Kwe Hu masih sempat
melirik pada Liok Bu-siang dan mengejeknya: "Hm, itulah
perbuatan gurumu yang baik itu!,"
Bu-siang balas melotot, jawabnya: "Segala perbuatan
harus di tanggung sendiri dosanya, yang benar jangan kau
meniru tingkah-lakunya."
Li Bok-chiu berseru: "Siausumoay, apakah sama sekali kau
tidak memikirkan hubungan baik saudara seperguruan lagi?"
Selama hidupnya malang melintang di dunia Kangouw
tampa kenal belas kasihan kepada siapa-pun, sekarang dia
sendiri malah memohon kebaikan hati Siao liong-li, nyata
karena dia merasa terdesak dan keadaan sangat gawat bagi
nya, selain itu mau-tak-mau hatinya merasa menyesal juga
setelah membinasakan Ang Leng-po tadi sehingga
membuatnya patah semangat.
Selagi Siao-liong-li hendak menjawab, tiba-tiba Nyo-Ko
menanggapi dengan suara lantang: "Kau telah mengkhianati
perguruan dan membunuh murid sendiri, masakah kau masih
berani bicara tentang seperguruan segala?"
"Baik"!" seru Li Bok-chtu sambil menghela napas,
pedangnya bergerak dan menambahkan pula:
"Nah, majulah kalian semuanya, semakin banyak semakin
baik."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tanpa bicara lagi kedua Bu cilik lantas menusuk dengan
pedang mereka, menyusul Liok Bu-siang dan Thia Eng
menubruk maju dari samping kiri.
"Bu Sam-thong, Yalu Ce dan lain-lain juga tidak mau
ketinggalan, serentak mereka menyerang.
Mereka telah saksikan Li Bok-chiu membinasakan
muridnya dengan keji, maka mereka sama benci dan murka,
sebab itulah serangan mereka sama sekali tidak kenal ampun
lagi. Bahkan orang alim seperti It-teng Taysu juga merasa iblis
perenv fmt,ti ittf mcraang pantas dimakan daripada hidupnya
akan mencelakai orang lain pula, Terdengarlah suara
gemerantang beradunya senjata, betapapun tinggi kepandaian
Li Bok-chiu juga tidak mampu menghadapi kerubutan orang
banyak dan tampak nya sekejap saja tubuhnya pasti akan
dicincang oleh berbagai senjata itu.
Pada saat itulah mendadak Li Bok-chiu menngayun tangan
kirinya sambil menggertak: "Awas senjata rahasia!"
Setiap orang cukup kenal betapa lihaynya Peng-pok-ginciam,
jarum berbisa andalan Li Bok-chiu itu, karena itu
serentak mereka terkesiap, Pada saat itu, tahu-tahu Li Bokchiu
telah melompat ke atas untuk kemudian turun kembali
dibalik semak-semak bunga cinta sana. Dalam kaget dan
gusarnya, semua orang sama berteriak kuwatir pula.
Rupanya dalam keadaan kepepet, Li Bok-chiu lantas ingat
bahwa dirinya telan tercocok oleh duri bunga cinta itu, kalau
duri itu berbisa, biarpun tercocok lebih banyak lagi juga sama
saja, jadinya masuk kembalinya dia ke tengah semak-semak
bunga itu juga tak terduga oleh orang cerdik seperti Ui Yong
dan Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Terlihat Li Bok-chiu lantas menyusuri semak-semak bunga
itu dan menerobos ke pepohonan.
"Marilah kita kejar!" seru Siu-bun sambil mendahului
berlari ke sana, namun jalanan di tengah hutan itu ternyata
berliku-liku, hanya belasan tombak jauhnya dia sudah
berhadapan dengan jalan simpang tiga sehingga dia bingung
ke arah mana harus ditelusurinya.
Selagi sangsi, tiba-tiba dari depan sana muncul lima gadis
jelita berbaju hijau dan orang yang paling depan membawa
sebuah keranjang bunga, empat kawannya yang ikut di
belakang membawa pedang. Gadis yang berada di depan itu
lantas bertanya "Kokcu menanyakan kedatangan kalian, ini
entah ada keperluan apa?"
Dari jauh Nyo Ko lantas, mengenali gadis itu, cepat ia
berseru: "He, nona Kongsun, inilah kami yang datang!"
Kiranya gadis jelita itu adalah Kongsun Lik-oh.. Begitu
mendengar suara Nyo Ko seketika sikapnya lantas berubah,
dengan tingkah cepat ia mendekat anak muda itu dan
raenyapa: "Ah, kiranya Nyo- toako sudah kembali, tentu
engkau telah berhasil dengan baik? Marilah lekas menjumpai
ibu!"
"Nona Kongsun, marilah kuperkenalkan beberapa Cianpwe
ini," kata Nyo Ko, lalu ia perkenalkan It-teng Taysu, Cu in dan
Ui Yong.
Kongsun Lik-oh tidak tahu bahwa Hwesio baju hitam di
depannya ini adalah Kuku (paman adik Ibu) sendiri, ia hanya
memberi hormat sekadarnya dan tidak menaruh perhatian
apa-apa, Tapi ketika mendengar Nyo Ko menyebut Ui Yong
sebagai nyonya Kwe, segera ia tahu inilah musuh besar Sang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ibu yang ingin dibunuhnya itu, ternyata Nyo Ko tidak
membunuhnya, bahkan membawanya ke sana, mau-tak-mau
ia menjadi ragu dan curiga tanpa terasa ia mundur dua tiga
tindak dan tidak memberi hormat lagi, lalu berkata: "Ibuku
menyilakan para tamu keruangao tamu untuk minum."
Setelah semua orang dibawa ke ruangan besar, tertampak
Kiu Jian-jio berduduk di kursi di tengah lapangan itu, dan
berkata: "Perempuan loyo dan cacad tidak dapat menyambut
tetamu secara wajar, harap dimaafkan."
Dalam ingatan Cu-in, adik perempuannya yang menikah
dengan Kongsun Ci dahulu itu adalah sedang nona jelita
berusia 18 tahun, siapa tahu sekarang vang dihadapinya
ternyata adalah seorang nenek buruk rupa dan sudah botak.
Terkenang pada kisah-hidup masa lampau, seketika pikiran
Cuin menjadi kacau.
Melihat sorot mata muridnya tiba-tiba berubah aneh, It
Teng menjadi kuatir. Sudah banyak It-teng menuntun orang
ke jalan yang baik, hanya muridnya inilah yang sukar
diinsafkan dari kejahatannya? di masa lalu, soalnya ilmu silat
Cu-in teramat tinggi, dahulu adalah seorang pemimpin besar
suatu organisasi terkenal, seorang tokoh dunia persilatan dan
disegani, maklumlah kalau lebih sulit memperbaiki wataknya
itu daripada orang biasa.
Apalagi sekarang dia menjelajah Kangouw lagi, setiap
langkah selalu menimbulkan kenangan masa lampaunya dan
sukar menahan gejolak perasaannya.
Kiu Jian-jio menjadi terheran-heran, melihat Nyo Ko
muncul lagi dalam keadaan sehat walafiat setelah lewat waktu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang ditentukan dan datang kembali, tadinya dia menyangka
anakmuda itu sudah mampus oleh racun bunga cinta yang
jahat itu.
"Kiranya kau belum mampus?" demikian ia tanya.
"Aku sudah minum obat penawar racun dan sudah
sembuh," jawab Nyo Ko dengan tertawa..
Mau- tak mau Kiu Jian-jio menjadi sangat heran di dunia
ini ternyata ada obat penawar lain yang dapat menyembuhkan
racun ..bunga cinta ini, tapi mendadak pikirannya tergerak,
segera ia mendengus: "Hm, kau tidak perlu berdusta. Kalau
kau mendapatkan obat penawar yang mujarab, untuk apa
Hwesio Hindu dan orang she Cu itu menyelinap ke sini?"
"Kiu cianpwe." kata Nyo Ko, "dimanakah kau menyekap
paderi Hindu dan Cu locianpwe Sudilah engkau membebaskan
mereka saja."
"Hm, tangkap harimau gampang, melepaskan nya sulit..."
jengek Kiu Jian-jio.
Ucapan juga beralasan. Maklumlah anggauta badannya
cacat, bahwa paderi Hmdo dan Cu Cu-liul ditawannya adalah
berkat pesawat rahasia yang-teratur di Coat-eeng kok ini.
Kalau ke dua tawanan itu dibebaskan paderi Hindu itu tidak
menjadi soal karena tidak mahir ilmusilat, tapi Cu Cu-liu tentu
sakit hati dan akan menuntut balas, padahal tiada seorangpun
anak murid Coat-ceng-kok ini mampu menandingi Cu Cu-liu
yang lihay ini.
Nyo Ko pikir kalau nenek itu sudah bicara langsung
dengan kakak kandungnya mengingat hubungan baik sesama
saudara, mungkin segala urusan dapat diselesaikan dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
baik, Maka dengan tersenyum. ia berkata pula: "Kiu-cianpwe,
harap kau, melihat yang jelas, siapakah yang kubawa ke sini
ini? Tentu engkau akan kegirangan jika mengenalinya."
Namun mereka kakak beradik sudah berpisah berpuluh
tahun, kini Cu-in telah memakai jubah paderi pula, walaupun
Kiu jian jio sudah tahu sang kakak telah menjadi Hwesio, tapi
dalam ingatannya kakaknya itu adalah seorang pemuda yang
gagah perkasa, seketika mana dia dapat mengenali paderi tua
berjubah hitam ini.
Hanya dari Kongsun Lik-oh telah didapatkan laporan
bahwa Ui Yong juga datang, maka sorot matanya memandang
tiap orang dan akhirnya mendelik pada Ui Yong.
"Bagus! inilah Ui Yong bukan? Kau yang membunuh
Toakoku?" tiba-tiba ia berkata dengan mengertak gigi penuh
rasa dendam.
Nyo Ko terkejut, tujuannya hendak mempertemukan
mereka kakak beradik, tapi Kiu jian-jio ternyata mengenali
musuhnya lebih dulu, cepat ia menyela: "Kiu-locianpwe,
persoalan ini ditunda saja dulu, lihatlah lagi siapa ini yang
datang!"
"Memangnya Kwe Cing juga datang" bentak Kiu Jian-jio.
"Bagus! Bagus! Mana dia?" Lalu dia memandang Bu Samthong
dan mengamati Yalu Ce pula, ia merasa yang seorang
terlalu tua dan yang lain masih muda, semuanya tidak
memper Kwe Cing, ia menjadi bingung dan berusaha
menemukan Kwe Cing diantara orang banyak.
Sekonyong-konyong sinar matanya kebentrok pandang
dengan Cu-in, seketika hati masing-masing juga lantas
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tersentuh, Cu-in terus melompat maju sambil berseru: "Sammoay
(adik ketiga)!"
Kiu Jian-jio juga berteriak "Jiko (kakak kedua)!" serentak
keduanya lantas terdiam dan sukar mengutarakan perasaan
masing-masing.
Sejenak barulah Kiu Jian-jio bertanya: "Jiko, mengapa
engkau menjadi Hwesio?"
"Kaki tanganmu mengapa cacat, Sammoay?" jawab Cu-in.
"terjebak oleh akal keji bangsat Kongsun Ci itu." tutur Kiu
Jian-jio.
"Kongsun Ci siapa?" Cu-in menegas. "O, apakah Moaytiang
(adik ipar) maksudmu? Dimana dia sekarang?"
"Tidak perlu lagi kau menyebutnya Moaytiang segala!"
kata Kiu jian-jio dengan gregetan: "Keparat itu hakekatnya
adalah manusia berhati binatang dia telah mencelakai dan
menyiksa diriku hingga demikian ini."
Cu-in tak dapat menahan rasa murkanya, teriaknya: "Ke
mana perginya jahanam itu? Akan kucincang dia hingga
hancur lebur untuk melampiaskan dendammu."
"Meski aku terperangkap, untung tidak mati, sedangkan
Toako kita malah sudah tewas," kata Kiu Jian-jio dengan
dingin.
"Ya," jawab Cu-in dengan muram.
"Dan, mengapa kau diam saja?" bentak Kiu Jian-jio
mendadak, "Percuma kau memiliki Ilmu silat setinggi itu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengapa sampai sekarang tidak menuntut belas bagi Toako
kita, di maoa letak ke-Itmknmn kepada saudara tendiri?"
Cu-in melengak kaget dan bergumam: "Menuntut balas
bagi Toako"
Saat ini juga perempuan hina Ui Yong juga berada di sini,
lekas kau bunuh dia, habis itu cari lagi Kwe Cing dan
binasakan dia," bentak Kiu Jian jio pula.
Dengan bingung Cu-in memandang Ui Yong, sorot
matanya tiba-tiba berubah aneh, Cepat It-teng mendekatinya
dan berkata dengan suara halus: "Cu-in, Cut-keh"-lang (orang
yang sudah meninggalkan rumah) mana boleh timbul lagi
pikiran membunuh? Apalagi kematian kakakmu juga akibat
perbuatan sendiri dan tidak bisa menyalahkan orang."
Cu-in menunduk, setelah termenung sejenak lalu berkata:
"Ucapan Suhu memang benar, Sammoay, sakit hati ini tidak
dapat dibalas."
Mendadak Kiu Jian-jio mendamperat It-teng dengan
melotot "Hweshio tua suka mengaco-belo. Jiko, keluarga Kiu
kita terkenal gagah perwira, Toako kita dibunuh orang dan
kau tinggal diam, lalu terhitung ksatria macam apakah kau
ini?"
Pikiran Cu-in menjadi kacau, ia bergumam puIa:
"Terhitung ksatria macam apa diriku?"
"Ya, begitulah!" seru Kiu Jian jio pula. "Dahulu kau malang
melintang di dunia Kangouw, betapa disegani namamu
sebagai Tiat-ciang-cui-siang-biau, tak tersangka setelah
usiamu lanjut, kau telah berubah menjadi pengecut. Kiu Jianyim,
dengarkan perkataanku ini, kalau kau tidak menuntut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
balas bagi Toako, maka kaupun jangan mengakui diriku
sebagai adikmu."
Melihat semakin hebat desakan Kiu Jian-yim diam-diam
semua orang mengakui kelihayan nenek botak itu...
Dahulu Ui Yong pernah merasakan sekali pukulan Kiu Jianyim
yang kini bernama Cu-in Hwesio itu, untung dia ditolong
lt-teng Taysu sehingga lolos dari renggutan elmaut, dengan
sendirinya ia cukup kenal betapa lihaynya bekas ketua Tiat
ciang pang itu. Maka sejak tadi ia sudah memperhitungkan
beberapa jalan cara menyelamatkan diri apabila musuh
menyerang mendadak.
Ternyata Kwe Hu tidak dapat menahan perasaannya lagi,
segera ia berteriak: "Ayah-ibuku hanya tidak ingin banyak
urusan, memangnya kau kira beliau2 itu takut pada nenek
reyot macam mu ini. Kalau banyak cingcong lagi, jangan kau
salahkah nonamu ini jika kubertindak kasar padamu."
Mestinya Ui Yong hendak mencegah sikap Kwe Hu itu, tapi
lantas terpikir olehnya bahwa tindakan puterinya itu paling
tidak akan memencarkan perhatian Cu-in yang hampir
terpengaruh hasutan Kiu Jian-jio itu.
Melihat sang ibu tidak mencegahnya, Kwe Hu lantas
berseru pula: "Setidaknya kami ini kan tamu, kau tidak
nyambut secara hormat tapi malah bersikap kurang sopan,
hm, malahan kau berani membual tentang keluarga ksatria
segala?"
Dengan dingin Kiu Jian-jio memandang Kwe Hu bertanya:
"Kau inikah puterinya Kwe Cing dan Ui Yong."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Benar," jawak Kwe Hu.-"Kalau mampu, kau sendiri boleh
turun tangan untuk menuntut balas, kakakmu sudah menjadi
Hwesio, mana boleh timbul lagi pikiran yang tidak senonoh?"
Seperti bergumam Kiu Jian-jio berkata: "Bagus, jadi kau ini
putrinya Kwe Cing dan Ui Yong... kau puterinya Kwe Cing
dan..." belum lagi selesai ucapannya, sekonyong-konyong
"berrrr", satu biji kurma tersembur dari mulutnya dan
menyembur ke-batok kepala Kwe Hu dengan cepat dan tepat.
Sudah tentu semua orang tidak menyangka bahwa selagi
nenek botak itu bicara mendadak bila mengeluarkan senjata
rahasia dengan mulutnya. Karena tidak terduga-duga, dan lagi
ilmu menyembur biji kurma itu memang kepandaian khasnya
yang maha sakti, bahkan tokoh macam Kongsun Ci juga kena
dibutakan sebelah matanya, apa lagi sekarang Kwe Hu,
jangankan hendak menangkis, ingin menghindarpun tak
sempat terpikir olehnya.
Diantara para hadirin itu hanya Nyo Ko dan Siao-liong li
saja yang tahu kepandaian khas Kiu Jian-jio itu, tapi dasar
pikiran Siao liong li sederhana dan polos, sama sekali tak
terpikir olehnya bahwa si nenek bisa mendadak menyerang
orang.
Hanya Nyo Ko saja yang senantiasa waspada,
pandangannya tidak pernah bergeser dari wajah Kiu Jian-jio,
begitu melihat bibirnya bergerak, segera pula dia melompat
maju, secepat kilat ia lolos pedang dipinggang Kwe Hu terus
disampukkan, "Trang" menyusul terdengar pula suara "creng",
biji kurma tersampok jatuh, tapi pedang itu juga patah
menjadi dua terbentur biji kurma itu.
Keruan semua orang menjerit kaget, saking terkejutnya
bahkan muka Ui Yong dan Kwe Hu menjadi pucat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Ui Yong mawas diri: "Sudah kuduga dia pasti
mempunyai cara keji, tapi sama sekali tidak menduga bahwa
anggauta badannya tanpa bergerak sedikitpun, tahu-tahu dia
dapat melancarkan serangan senjata rahasia sekeji itu,"
Kiu Jian-jio mendelik kepada Nyo Ko, tak diduganya bahwa
anak muda itu berani menolong si Kwe Hu, segera ia
mendjengeknya: "Tadi kau terkena racun bunga cinta lagi,
biarpun sekarang belum bekerja racunnya, rasanya kaupun
takkan tahan lebih lama dari pada tiga hari saja, Kini obat
yang ada cuma bersisa setengah biji yang dapat menolong
jiwamu, masakah kau tidak percaya?"
Waktu menolong Kwe Hu, dalam sekejap itu tentu tak
sempat terpikirkan hal itu dalam benak Nyo Ko, kini
mendengar ucapan Kiu Jian-jio itu, seketika ia menjadi lemas,
ia lantas memberi hormat dan menjawab: "Kiu-locianpwe,
Wanpwe sendiri tidak bersalah apapun padamu, kalau kau
sudi memberi obat, sungguh kebaikan mana takkan kulupakan
selamanya."
"Ya, dapatnya kumelihat dunia ini lagi boleh dikatakan
berkat pertolonganmu," jawab Kiu Jian-jio. "Tapi aku si nenek
Kiu ini pada asasnya kalau sakit hati pasti menuntut balas dan
kalau utang ini belum tentu kubalas, Kau telah berjanji akan
mengambil kepala Kwe Cing dan Ui Yong kesini. untuk itulah
akan kuberikan obat padamu. Siapa duga janji tidak kau
tepati, sebaliknya kau malah menyelamatkan musuhku, lalu
apa yang perlu dikatakan tegi?"
"Melihat urusan bisa runyam, cepat Kongsun Likoh ikut
bicara: "Mak, dendam Kuku kan tiada sangkut-pautnya
dengan Nyo-toako, Harap engkau suka... suka menaruh belas
kasihan."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tapi separuh obat ini hanya akan kuberikan kepada
menantuku dan takkan kuberikan begitu saja kepada orang
luar," jawab Kiu Jian jio.
Keruan Kongsun Lik-oh menjadi malu dan gelisah,
mukanya berubah merah.
Setelah ber-uIang2 ditolong Nyo Ko, baru sekarang Kwe
Hu percaya bahwa jiwa Nyo Ko sesungguhnya memang luhur
dan sama sekali tiada maksud memperalat adik
perempuannya untuk menukar obat.
Teringat kepada tindakan sendiri yang beberapa kali
membikin celaka anak muda itu, sebaliknya orang selalu
membalas sakit hati dengan kebaikan, mau-tak-mau Kwe Hu
menjadi menyesali dirinya sendiri dan berterima kasih pula
kepada anak muda itu.
Segera ia berseru: "Nyo-toako, segala perbuatan siaumoay
diwaktu yang lalu memang salah semua, mohon engkau suka
memberi maaf."
Nyo Ko hanya tersenyum saja, senyuman getir. Pikirnya:
"Mengaku salah dan minta maaf adalah paling gampang, tapi
tahukah kau betapa aku dan Liong-ji telah menderita akibat
perbuatanmu itu?"
Dalam pada itu dilihatnya Kiu Jian-jio sedang melotot
padanya, jelas kalau dirinya tidak menyanggupi untuk
menikahi putrinya, tentu si nenek takkan memberi setengah
biji obat penolong jiwa itu, kalau suasana begini berlangsung
terus, yang serba susah tentulah Kongsun Lik-oh dan Siaoliong-
li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka dengan lantang dan tegas ia lantas berkata: "Aku
sudah memperistri nona Liong ini, sekalipun Nyo Ko harus
mati, mana boleh kujadi manusia yang tidak berbudi dan tidak
setia?"
Habis berkata ia lantas putar tubuh dan berjalan pergi
sambil menggandeng tangan Siao-liong-li, pikirnya biarkan
mereka ribut disini, kesempatan ini akan kugunakan untuk
menolong paderi Hindu dan paman Cu.
Ucapan Nyo Ko itu tidak saja membikin melengak Kiu Jianjio,
bahkan hati Thia Eng, Liok Bu-siang, Kongsun Lik oh dan
lain-lain juga tergetar.
"Hm, hagus, bagus! jika kau ingin mampus, pedulikan apa
dengan aku?" jengek Kiu Jian-jio, lalu ia berpaling dan berkata
kepada Cu-in: "Jiko, kabarnya Ui Yong adalah ketua Kaypang?
jadi Tiat-ciang-pang kita tidak berani melawannya?"
"Tiat-ciang-pang?" Cu in menegas, "Ah, sudah lama bubar,
masakah kau sebut Tiat ciang pang lagi"
"O, pantas, pantas!" kata Kiu Jian-jio. "Lantaran kau sudah
tidak punya sandaran, makanya nyalimu menjadi kecil."
Begitulah Kiu Jian-jio terus berusaha menghasut
sedangkan Kongsun Lik-oh tidak lagi mendengarkan perkataan
sang ibu, pandangannya mengikuti langkah Nyo Ko yang
sedang berjalan keluar itu. Mendadak ia berlari maju dan
berteriak: "Nyo Ko, kau manusia yang tidak setia dan tak
berbudi, anggaplah mataku ini yang buta."
Nyo Ko tertegun bingung, ia heran nona yang biasanya
sabar dan pendiam itu mengapa sekarang kehilangan akal
sehatnya? Apakah karena mendengar pernikahanku dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Liong-ji, lalu dia menjadi putus asa dan murka? Dengan rasa
menyesal ia lantas berpaling dan berkata: "Nona Kongsun..."
Mendadak Kongsun Lik-oh memaki: "Bangsat keparat,
akan kubikin kau datang mudah dan pergi sukar..." meski
mulutnya memaki, tapi air mukanya ternyata ramah tamah
dan ber-ulangi mengedip mata memberi isyarat.
Melihat itu Nyo Ko tahu pasti ada sebab-sebab-nya, segera
iapun balas membentak: "Memangnya aku kenapa?
Betapapun Coat-ceng-kokmu ini takkan mampu mempersulit
diriku."
Dia menghadap ke dalam sehingga dapat diIihat Kiu Jianjio
dengan jelas, maka sama sekali ia tidak berani
memperlihatkan air muka yang mencurigakan.
Kongsun Lik-oh lantas memaki pula: "Bangsat cilik, betapa
benciku padamu, ingin kupotong, kau menjadi dua dan
mengorek keluar hatimu..."
Mendadak mulutnya menyemprot, sebuah biji kurma terus
manyamber ke arah Nyo Ko.
Sebelumnya Nyo Ko sudah bersiap, segera ia menangkap
benda kecil itu dan mendengus: "Hm, lekas kau kembali sana
dan takkan kuganggu kau, hanya sedikit kepandaianmu ini kau
kira dapat menahan diriku?"
Kembali Kongsun Lik-oh mengedipi pula agar anak muda
itu lekas pergi, habis itu mendadak ia menutupi mukanya
sendiri sambil menjerit: "Oh, ibu! Dia... dia menghina anak!"
Segera ia berlari balik ke arah sang ibu sambil menangis,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
cintanya hanya bertepuk sebelah tangan", impiannya telah
buyar, dengan sendirinya rasa dukanya itu benar-benar timbul
dari lubuk hatinya dan bakan pura-pura
MeIihat air mata puterinya berlinang-linang, Kiu Jian-jio
lantas membentak: "Anak Oh, apa-apaan kau ini? jiwa bocah
itu sendiri takkan tahan beberapa hari saja, mengapa kau
menangis baginya?"
Kougsun Lik-oh terus mendekap di atas lutut sang ibu dan
menangis dengan sedihnya. Sandiwara nona Kongsun ini
ternyata dapat mengelabui semua orang terkecuali Ui Yong,
diam-diam nyonya cerdik itu merasa geli. Pikirnya: "Rupanya
dia pura-pura benci dan memaki Nyo Ko agar ibunya tidak
curiga, dengan begitu dia akan mencari kesempatan untuk
mencuri obat. Sungguh tidak nyana bocah Nyo Ko ini selalu
menimbulkan kisah cinta di mana-mana sehingga nona cantik
sebanyak ini sama ter-gila-gila padanya." Berpikir sampai di
sini, tanpa terasa ia memandang ke arah Thia Eng dan Liok
Bu-siang.
Setelah menangkap biji kurma yang disemburkan Kongsun
Lik-oh tadi, segera Nyo Ko melangkah pergi bersama dengan
Siao-liong li sambil merenungkan ucapan Kongsun Lik-oh tadi
yang aneh itu, seketika ia tidak paham apa maksudnya.
Siao-liong-li juga melihat air muka dan isyarat Konsun Likoh,
ia tahu sikap nona itu cuma pura-pura saja, segera ia
membisiki Nyo Ko: "Ko-ji, dia pura-pura marah padamu,
mungkin supaya ibunya tidak curiga agar memudahkan dia
mencuri obat."
"Semoga begitulah hendaknya," jawab Nyo Ko. Setelah
kedua orang membelok ke sana, melihat sekitarnya tiada
orang lain, cepat Nyo Ko memeriksa biji kurma yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
digenggamnya itu. Ternyata bukan biji kurma melainkan biji
kanah, waktu di pencet, biji kanah itu lantas pecah menjadi
dua.
Kiranya di dalamnya tersimpan secarik kertas kecil, "Haha,
ucapan nona Kongsun itu ternyata mengandung teka-teki,"-
ujar Siao-liong-li dengan tertawa. "Dia bilang: "ingin kupotong
kau menjadi dua dan mengorek keluar hatimu segala, kiranya
demikian artinya."
Cepat Nyo Ko membentang Kertas itu dan di-baca
bersama, ternyata di situ tertulis : "Setengah biji obat itu
tersimpan rapi oleh ibu, tentu akan kuupayakan untuk
mencarinya dan kuserahkan padamu, paderi Hindu dan Cucianpwe
terkurung di Hwe-wan-sit (kamar panggang)", lalu di
samping tulisan itu terlukis sebuah seketsa peta yang
menunjukkan tempat yang dimaksud.
Nyo Ko sangat girang, segera ia berkata: "Marilah kita
lekas pergi ke sana, kebetulan tiada orang yang akan
merintangi kita."
Coat-ceng-kok itu sangat luas dan dikitari bukit, selama
turun temurun leluhur Kongsun Ci telah membangun lembah
ini dengan berbagai macam pesawat rahasia yang mujijat,
sampai di tangan Kongsun Ci dan Kiu Jian-jio bahkan telah
banyak diperbaiki dan ditambah lagi dengan jalanan yang berliku-
liku dan sukar diterobos.
Namun Nyo Ko dan SiaoliongIi dapat menggunakan
Ginkang mereka menuju ke tempat tujuan menurut petunjuk
Kongsun Lik-oh dalam petanya itu. Tidak lama sampailah
mereka di suatu tempat yang rindang oleh belasan pohon
raksasa, di bawah rumpun pohon itu adalah sebuah
omprongan besar, yaitu bangunan yang bisa digunakan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membakar genting dan bata, menuruI peta Kongsun Lik-oh, di
tempat inilah paderi Hindu dan Cu Cu liu terkurung.
Dengan ragu-ragu Nyo Ko minta Siao liong-li menunggu
saja di luar, ia sendiri lantas menerobos ke dalam omprongan
itu. Tapi baru melangkah masuk pintu omprongan yang sempit
itu, serentak hawa panas menyerang mukanya disusul dengan
suara bentakan orang: "Siapa itu?"
"Kokcu memerintahkan agar tawanan dibawa ke sana,"
jawab Nyo Ko.
Orang itu lantas muncul dari balik dinding bata sana dan
menegur-dengan heran: "He, Kau?"
Nyo Ko melihat orang berseragam hijau, segera ia
menjawab pula : "Ya, Kokcu menyuruh aku membawa Hwesio
dan orang she Cu ini."
Murid Coat-ceng-kok itu tahu Nyo Ko pernah menolong
jiwa sang Kokcu sekarang, hubungan Lik-oh dengan dia juga
sangat erat, besar kemungkinan anak muda ini kelak akan
menggantikan sebagai Kokcu baru, maka ia tidak berani
bersikap kasar, dengan hormat ia bertanya pula: "Tapi... tapi
adakah tanda perintah Kokcu?"
Tanpa menjawab Nyo Ko hanya berkata: "Ada, bawa aku
melihat mereka dahulu!"-Orang itu mengiakan dan Nyo Ko
dibawa masuk ke dalam.
Setelah memutar ke sebelah dinding sana, hawa panas
semakin hebat, terlihat dua kuli sedang mengangkat kayu
bakar, sekarang lagi musim dingin, tapi kedua orang itu
telanjang tubuh bagian atasnya sebuah celana pendek saja
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang dipakainya, sedangkan keringat bercucuran di sekujur
badan mereka.
Tempo hari waktu mula-mula Nyo Ko datang ke Coatceng-
kok ini dia pernah bertanding Lwekang Kim lun Hoatong,
Nimo Singh dan lain-lain di kamar berapi itu, ntaka
tahulah dia tentu Cu Cu-liu dan paderi Hindu itu juga sedang
di-siksa dengan api oleh Kiu Jian-jio.
Orang berbaju hijau itu menggeser sebuah batu dan
tertampaklah sebuah lubang, Ketika Nyo Ko mengintip ke
sana, dilihatnya di bagian dalam sana adalah sebuah kamar
batu seluas tiga meter persegi, Cu Cu1iu sedang duduk
menghadap dinding dan lagi meng-gores2 dinding batu
dengan jari telunjuk, agaknya sedang berlatih seni tulisnya
yang terkenal indah itu. sedangkan paderi Hindu itu berbaring
di lantai, entah masih hidup atau sudah mati.
"Cu-toasiok, kudatang menolong kau." seru Nyo Ko.
Cu Cu-Iiu menoleh dan berkata dengan tertawa: "Aha, ada
kawan datang dari jauh, dapatlah, aku bergembira sekarang!"
Diam-diam Nyo Ko kagum atas kesabaran Cu Cu-liu itu,
padahal sudah tertahan sekian tama di situ. Scgera ia
bertanya: "Apakah paderi sakti sedang tidur?"
Dia mengajukan pertanyaan ini dengan hati berdebar,
soalnya mati-hidup Siao-liong-li besar hubungannya dengap
keadaan paderi asing itu.
Cu Cu-liu tidak lantas menjawab, selang sejenak barulah ia
menghela napas dan berkata: "Meski Susiok tidak mahir ilmu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
silat, tapi kepandaiannya menahan dingin dan melawan panas
takdapat kutandingi, cuma beliau..."
Sampai di sini, tiba-tiba Nyo Ko merasa diri belakang ada
angin berkesiur, jelas ada orang sedang menyerangnya.
Tanpa menoleh, sikutnya terus menyodok ke belakang, tapi
sebelum menyentuh tubuh musuh, tahu-tahu angin
menyamber lewat disamping telinga dan orang itupun menjerit
terus jatuh terguling.
Kiranya dari lubang balik jendela batu itu Cu Cu-liu dapat
melihat apa yang akan terjadi, sekenanya ia comot sepotong
kerikil terus disambitkan dengan tenaga jari sakti It yang ci
dan tepat mengenai Hiat-to penyergap itu.
Waktu Nyo Ko membalik tubuh, dilihatnya yang
menggeletak di situ adalah seorang murid berbau hijau yang
tidak di-kenalnya, sedangkan orang yang membawanya masuk
ke situ itu tampak meringkuk di pojok sana dengan ketakutan.
"Lekas membuka pintu dan membebaskan mereka keluar."
bentak Nyo Ko.
"He, mana kuncinya!" jawab orang itu dengan heran,
"Katanya engkau diutus oleh Kokcu, betul tentu beliau akan
menyerahkan kuncinya padamu."
Nyo Ko menjadi tidak sabar, bentaknya: "Minggir sana"-
Segera ia angkat pedang wasiatnya, sekali tusuk, "blang",
dinding tebalnya satu bata itu lantas tembus suatu lubang
besar, Orang berbaju hijau itu menjerit kaget. Ber- ulang2 Nyo
Ko menusuk tiga kali dengan pedangnya dan membabat dua
kali secara menyilang, segera lubang tadi bertambah lebar
sehingga cukup di terobos oleh tubuh manusia.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Menyaksikan betapa sakti cara Nyo Ko mem-bobol dinding
batu itu, kejut Cu Cu-liu sungguh luar biasa melebihi orang
berbaju hijau itu, Dia didesak oleh barisan jaring berkait yang
dikerahkan Kiu Jian-jio itu sehingga terjebak ke dalam rumah
garangan ini. Siang dan malam di tempat tahanan dia telah
berusaha membebaskan diri dengan It-yang-ci yang sakti.
Dengan jarinya yang kuat itu dia telah meng-korek2 celahcelah
batu, tujuannya kalau celah-celah batu itu sudah mulai
melebar, lalu dapatlah melolos batu dinding dan dapat
melarikan diri.
Tapi dinding itu, dibangun dengan balok batu raksasa dan
sukar digoyangkan dengan tenaga manusia, kini menyaksikan
beberapa kali ayun pedangnya segera Nyo Ko dapat
membobolnya, betapa lihay tenaga saktinya sungguh tak
pernah dilihatnya.
Tanpa terasa ia berseru memuji kesaktian Nyo Ko. Segera
pula dia angkat tubuh paderi Hindu dan dikeluarkan melalui
lubang dinding.
Cepat Nyo Ko menariknya keluar, waktu ia pegang lengan
paderi itu dan terasa rada hangat, hatinya menjadi lega,
apalagi kemudian diketahui paderi itupun masih bernapas
dengan baik.
Setelah Cu Cu-liu menerobos keluar, lalu berkata: "Susiok
hanya pingsan saja, rasanya tidak beralangan,"
"Mungkin beliau tidak tahan hawa panas, lekas mencari
hawa segar diluar sana," ajak Nyo Ko sambiI membawa paderi
Hindu itu keluar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siao-liong-li sedang menunggu dengan gelisah, ketika
melihat Nyo Ko bertiga keluar, dengan girang ia lantas
memapak maju.
"Supaya cepat siuman akan kucarikan air untuk cuci muka
paderi sakti," kata Nyo Ko.
"Tidak, Susiok pingsan karena kena racun bunnga cinta."
tutur Cu Cu-liu.
Nyo Ko dan Siao-Iiong-li sangat heran dan tanya
berbareng: "Mengapa bisa begitu?"
Dengan menghela napas Cu Cu-liu menutur: "Menurut
cerita Susiok, katanya bunga cinta begitu sudah lenyap dari
bumi negeri Thian-tiok (Hindu) dan entah cara bagaimana
tersebar ke daerah Tionggoan sini, kalau tersebar lebih luas
lagi tentu akan mendatangkan bencana besar, dahulu di
negeri Thian-tiok bunga ini juga telah menimbulkan korban
yang tidak sedikit.
Selama hidup Susiok mempelajari ilmu penyembuhan
racun, tapi kadar bunga ini teramat aneh, ketika masuk ke
lembah ini beliau sudah tahu sukar mendapatkan obatnya
yang mujarab, yang diharapkan hanya mencari suatu resep
cara pengobatannya saja. Dengan tubuh Susiok sendiri untuk
mencoba racun bunga ini untuk mengetahui betapa kadar
racunnya, dengan begitu akan dibuat obat penawarnya."
"Kata Budha: kalau aku tidak masuk neraka, siapa yang
akan masuk neraka? Demi menyelamatkan sesamanya, paderi
sakti rela menghadapi bahaya sendiri sungguh harus dipuji
dan sangat mengagumkan," demikian kata Nyo Ko, "Dan
entah sampai kapan kiranya paderi sakti dapat siuman
kembali?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Susiok telah mencocok tubuh sendiri dengan duri bunga
itu, katanya kalau perhitungannya tidak meleset, setelah tiga
hari tiga malam tentu beliau dapat siuman kembali dan sampai
kini sudah hampir genap dua hari," tutur Cu-liu.
Nyo Ko saling pandang dengan Siao-liong-li, kata mereka:
"Paderi ini harus pingsan tiga-hari tiga-malam, jelas dia
keracunan sangat berat. Untungnya kadar racun bunga ini
bekerja menurut keadaan orangnya, jika timbul napsu birahi,
akan bekerja dengan sangat lihay.
Paderi Hindu yang alim dan suci ini menganggap segala
apa di dunia ini hanya kosong belaka, melulu ini saja beliau
jelas di atas orang biasa."
Sejenak kemudian Siao-liang-li bertanya "Kalian
mendapatkan bunga jahat itu?"
"Setelah kami terkurung di sini, kemudian datang seorang
nona jelita menjenguk kami."
"Apakah nona yang berperawakan langsing, bermuka putih
dan pada ujung mulut ada sebuak andeng-andeng kecil?"
Siao-liong li menegas.
"Betul," jawab Cu Cu-liu.
Siao-liongli tersenyum kepada Nyo Ko, lalu berkata pula
kepada Cu Cu-liu: "Nona itu adalah puteri Kokcu sini, nona
Kongsun Lik-oh, ketika mendengar kalian berdua datang
mencari obat demi Nyo Ko, tentu saja dia melayani kalian
dengan istimewa, kecuali tidak berani membebaskan kalian,
apapun yang kalian minta tentu akan diturutinya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dapatkah paderi Hindu itu menemukan obat penawar racun
bunga cinta?
Cara bagaimana Cuin akan bertindak akibat hasutan adik
perempuannya, yaitu Kiu Jian-jio dan bagaimana pula cara Itteng
Taysu mengatasinya?.
(Bacalah jilid ke-47)
Jilid 47
"Memang benar," ujar Cu Cu-liu, "kettka susiok minta dia
membawakan tangkai bunga cinta dan kumohon dia bantu
menyiarkan berita minta bantuan kepada Suhu, semuanya
telah dia laksanakan dengan baik, Caranya dia memanggang
kami di tempat ini juga dikurangi apinya sehingga kami dapat
bertahan sampai sekarang, Sering kutanya siapa dia, tapi dia
tak mau menjelaskan, tak tersangka dia adalah puteri sang
Kokcu."
"Malahan bisanya kami menemukan kalian di sini juga atas
petunjuk nona itu," tutur Siao-Iiong-li.
"Gurumu It-teng Taysu juga sudah datang," demikian Nyo
Ko menambahkan.
"Aha, lekas kita keluar," seru Cu Cu-liu kegirangan.
"Tiba-tiba Nyo Ko mengerut kening dan berkata pula:
"pula Cu-in Hwesio juga ikut datang, dalang urusan ini
mungkin ada kesulitan."
"Kalau Cu-in Suheng juga datang kan lebih baik?" ujar Culiu
heran. "Pertemuan kembali mereka kakak beradik,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sedikitnya Kiu-kokcu akan memikirkan hubungan baik
persaudaraan mereka."
Nyo Ko lantas menceritakan keadaan Cu-in yang kurang
waras itu serta cara bagaimana Kiu Jian-jio telah menghasut
sang kakak.
"Jika Kwe hujin juga sudah berada di sini, maka segala
urusan tentu akan beres," ujar Cu Cu-liu, "Kwe-hujin pintar
dan cerdik, ditambah lagi Suhuku serta kelihayan Nyo-heng,
betapapun besarnya persoalan juga tidak perlu dikuatirkan
lagi. Yang kupikirkan sekarang justeru kesehatan Susiok."
Nyo Ko juga merasa paderi Hindu itu perlu diselamatkan
lebih dulu, maka ia lantas mengusulkan. "Marilah kita mencari
dulu suatu tempat yang aman untuk menyegarkan pikiran
paderi sakti. Biarlah kita menjagai dia."
"Tapi mana ada tempat yang aman?" ujar Cu-liu sambil
berpikir, ia merasa setiap tempat di Coat-ceng-kok ini sama
aneh dan berbahayanya. Tiba-tiba hatinya tergerak dan
berkata pula: "Kukira tetap berada di sini saja."
Nyo Ko melengak, tapi segera ia paham maksud orang,
katanya dengan tertawa. "Ucapan Cu-toasiok memang sangat
tepat. Tempat ini tampaknya berbahaya, tapi sebenarnya
adalah tempat yang paling aman di lembah ini, asalkan kita
tawan kedua orang berbaju hijau ini agar tidak membocorkan
kejadian di sini, maka bereslah segala urusan."
"Urusan ini tidak sulit," kata Cu Cu-Iiu dengan tertawa
sambil menutukkan jarinya dari jauh lalu ia pondong paderi
Hindu itu dan berkata pula. "Tinggal di rumah omprongan ini
tentu aman dan tenteram bagiku, Nyo heng berdua lebih baik
pergi lagi ke sana untuk membantu guruku apabila perlu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Teringat kepada keadaan lt-teng Taysu yang masih
terluka, sedangkan sifat baik-buruk Cu in sukar diraba, kalau
dirinya menunggui paderi Hindu itu rasanya terlalu
mementingkan dirinya sendiri. Sekarang Cu Cu-liu telah
membawa paderi itu ke dalam rumah garangan itu, segera
iapun mengajak Siao-liong-li kembali ke tempat semula.
Sementara itu di ruangan besar Coat ceng-kok sudah lain
lagi suasananya. Berulang-ulang Kiu-Jian-jio berusaha
memancing dan menghasut sang kakak, nadanya semakin
keras dan mendesak . It-teng Taysu diam saja dan
menyerahkan kepada keputusan Cu-in sendiri sedangkan Cuin
tampak bingung, sebentar ia pandang adik perempuannya,
lain saat dipandangnya sang guru, kemudian memandang pula
kepada Ui Yong.
Yang satu adalah saudara sekandung sendiri, seorang lagi
adalah gurunya yang berbudi, sementara itu yang seorang lain
lagi adalah musuh pembunuh kakaknya, seketika pikirannya
menjadi kacau dan terjadi pertentangan batin yang hebat.
Menyaksikan sikap Cu-in yang aneh, sebentar bimbang
dan lain saat beringas itu, diam-diam Liok Bu-siang menjadi
kuatir, Dilihatnya Nyo Ko sejak tadi keluar dan sampai sekian
lama belum kembali, pelahan ia lantas menarik tangan Thia
Eng dan diajak keluar.
"Piauci, ke mana perginya si Tolol itu?" tanya Bu-siang
sesudah di luar.
Tapi Thia Eng tidak menjawabnya melainkan berkata: "Dia
terkena racun bunga yang jahat, entah bagaimana
keadaannya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya," Bu-siang ikut kuatir juga, Mendadak ia
menambahkan: "Sungguh tidak nyana akhirnya dia dan
gurunya..."
"Tapi nona Liong itu memang cantik molek, orangnya juga
baik, hanya gadis seperti dia setimpal menjadi jodoh Nyotoako,"
ujar Thia Eng dengan muram.
"Darimana engkau mengetahui nona Liong itu orang baik?
Bicara dengan dia saja kau belum pernah" kata Bu-siang.
Tiba-tiba suara seorang perempuan menjengek di
belakangnya: "Hm, kakinya kan tidak pincang, dengan
sendirinya dia orang baik,"
Cepat Bu-siang membalik tubuh sambil melolos goloknya,
dilihatnya yang bicara itu adalah Kwe Hu. Melihat Bu-siang
melolos golok, segera Kwe Hu juga melolos pedang yang
tergantung di pinggang Yalu Ce yang berdiri di sampingnya,
dengan mata melotot ia menantang: "Hm, kau ingin bergerak
dengan aku?"
Mendadak Bu-siang berkata dengan tertawa,: "Hihi,
mengapa kau tidak menggunakan pedangnya sendiri?"
Perlu diketahui bahwa sejak kakinya cacat, Bu-siang
sangat menyesal terhadap cirinya sendiri itu, orang lainpun
tiada yang pernah menyinggung dihadapannya, sekarang dia
bertengkar dengan Kwe Hu dan beberapa kali nona itu selalu
menyindir kakinya yang pincang itu, tentu saja ia sangat
gusar, maka kontan ia balas menyindir pedang Kwe Hu yang
dipatahkan oleh semprotan biji kurma Kiu Jian jio.
Kwe Hu menjadi gusar juga, balasnya: "Biar pun dengan
pedang pinjaman juga dapat kulabrak kau," Habis berkata
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pedangnya terus diobat-abitkan hingga mengeluarkan suara
mendengung.
"Nah, tidak tahu tua atau muda, rupanya anak keluarga
Kwe memang tidak kenal sopan santun dan menghormati
orang tua," jengek Bu-siang "Baik, biar ku-ajar adat padamu
agar kau mengerti cara bagaimana harus menghormati orang
tua."
"Huh, memangnya kau ini orang tua macam apa?" omel
Kwe Hu dengan mendongkol.
"Haha, sungguh bocah yang tidak tahu adat!" Bu-siang
mengolok-olok dengan tertawa, "Piauciku adalah Susiokmu,
kalau kau tidak memanggil tante padaku juga harus
memanggil bibi, Kalau tidak percaya boleh kau tanya Piauciku
ini." -Lalu iapun menuding Thia Eng,
Ketika Thia Eng bertemu dengan Ui Yong, memang betul
Kwe Hu juga mendengar ibunya menyebut nona itu sebagai
Sumoay, namun dalam hati ia merasa penasaran dan anggap
sang kakek agak keterlaluan masakah sembarangan
memungut seorang murid muda belia begitu, apalagi
dilihatnya usia Thia Eng sebaya dengan dirinya, rasanya juga
tidak mempunyai kepandaian yang berarti.
Kini dia diolok-olok Liok Bu-siang, dengan gemas ia lantas
menjawab "Hm, memangnya siapa yang berani menjamin
tulen atau palsu, Gwakong ( kakek luar ) termashur, siapa
yang tidak kenal nama beliau dan tentunya juga, banyak
manusia yang tidak tahu malu pengin mengaku sebagai anakcucu
murid beliau."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Walaupun pembawaan Thia Eng berbudi halus dan
pendiam, mau-tak mau ia merasa keki juga mendengar
ucapan Kwe Hu itu, namun saat ini perhatiannya hanya tertuju
kepada keselamatan Nyo Ko, ia tidak ingin bertengkar
mengenai urusan tetek bengek itu, segera ia berkata:
"Piaumoay, marilah kita pergi mencari Nyo toako saja."
Bu-siang mengangguk, katanya pula kepada Kwe Hu:
"Nah, kau dengar sendiri bukan ? Dia menyebut diriku sebagai
Piaumoay! Memang nama Kwe-tayhiap dan Ui-pangcu juga
termashur di seluruh jagat, tentunya juga tidak sedikit
manusia tidak tahu malu yang ingin menjadi - putera-putri
beliau2 itu"
Habis ini ia sengaja mencibir, lalu melangkah pergi-
Sejenak Kwe Hu melengak, ia tidak paham siapakah yang
ingin mengaku sebagai putera-puteri ayah-bundanya? Tapi
segera ia dapat menangkap ucapan Liok Bu-siang itu, jelas
secara tidak langsung orang hendak memaki dia sebagai anak
haram, menganggap dia bukan anak kandung ayah-ibunya.
Sesungguhnya ucapan Bu-siang inipun rada keji,
sedangkan watak Kwe Hu juga memang pemberang, begitu
mengetahui arti ucapan Bu-siang itu, ia tidak tahan lagi,
segera ia memburu maju, tanpa bicara pedangnya terus
menusuk ke punggung lawan.
Mendengar angin tajam menyamber dari belakang cepat
Bu-siang memutar goloknya menangkis "trang", lengan terasa
kesemutan.
"Hm, kau berani memaki aku anak liar?" bentak Kwe Hu
murka, kembali ia menyerang secara ber-tubi2.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sambil menangkis Liok Bu-siang menjengek pula: "Hm,
Kwe-tayhiap adalah orang yang berbudi luhur, Ui-pangcu
adalah puteri kesayangan Tho-hoa-tocu, mereka betapa tinggi
budi pekerti beliau itu."
"Memangnya perlu kau jelaskan pula? Tidak perlu kau
memuji ayah-bundaku untuk membaiki aku" dengus Kwe Hu,
disangkanya Bu-siang memuji ayah-ibunya dengan setulus
hati, maka daya serangannya menjadi rada kendur.
Tak tahunya Bu-siang lantas menyambung pula: "Tapi
bagaimana dengan kau sendiri? Huh, kau telah membuntungi
lengan Nyo toako, tanpa cari keterangan lebih dulu lantas
memfitnah orang, tindak tanduk cara begini mana ada
kemiripan dengan kepribadian Kwe tayhiap dan Ui-pangcu,
betapapun orang harus merasa sangsi."
"Sangsi apa-apa" tanya Kwe Hu.
"Hm, boleh kau pikir sendiri, buat apa tanya?" jengek Busiang
ketus.
Pertengkaran kedua nona itu disaksikan Yalu Ce, ia tahu
watak Kwe Hu lebih lugu dan tidak secerdik Busiang, kalau
adu mulut pasti kalah maka ia lantas menyela: "Nona Kwe,
jangan bicara lebih banyak lagi dengan dia."
Dalam marahnya Kwe Hu ternyata tidak paham maksud
anak muda itu, ia menjawab. "Kau jangan ikut campur, aku
justeru ingin tanya dia lebih jelas."
Bu-siang juga melotot kepada Yalu Ce dan taerkata; "Huh,
kelak baru kau tahu rasa."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Muka Yalu Ce menjadi merah, ia tahu arti ucapan Bu-siang
itu, jelas si nona dapat melihat dia telah jatuh cinta kepada
Kwe Hu, maka Bu-siang sengaja ber olok-olok, maksudnya jika
mendapat isteri yang galak dan warok begitu kelak pasti akan
banyak mendatangkan kesukaran bagimu.
Melihat air muka Yalu Ce mendadak berubah merah, Kwe
Hu menjadi curiga dan bertanya: "Apakah kau juga
menyangsikan aku ini bukan anak kandung ayah-ibuku?"
"Tidak, tidak," cepat Yalu Ce menjawab, "Marilah kita pergi
saja, jangan urus dia."
Tapi Bu-siang lantas menanggapi "Sudah tentu dia sangsi,
kalau tidak mengapa dia mengajak kau pergi?"
"Muka Kwe Hu menjadi merah padam, tangan memegang
pedang, tapi takdapat mendebatnya."
Yalu Ce kuatir si nona salah paham, terpaksa ia bicara
lebih gamblang, katanya: "Cara bicara nona ini tajam dan
menusuk perasaan, kalau mau ber-tanding boleh bertanding
saja, tapi jangan banyak omong."
"Nah, tahu tidak kau? Maksudnya kau tidak pintar omong
dan bodoh bicara, semakin banyak bicara semakin memalukan
saja," sela Bu-siang pula.
Dalam hati Kwe Hu sekarang memang sudah timbul
perasaan aneh terhadap Yalu Ce, anak gadis yang baru
merasakan madu nya cinta selalu timbul perasaan kuatir dan
cemas, setiap ucapan orang lain yang menyangkut sang
kekasih, walaupun tidak beralasan sama sekali, tentu akan
dipikirkannya secara boIak-balik serta dimamah dan
dirasakannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Apa-lagi sejak kecil Kwe Hu selalu dimanjakan orang tua,
kedua teman ciliknya, yaitu kedua saudara Bu juga sangat
penurut padanya, kecuali Nyo Ko yang terkadang suka
melawannya, hampir tak pernah dia bertengkar dengan
siapapun, kini mendadak dia menghadapi seorang lawan yang
pintar putar lidah, seketika dia terdesak di bawah angin, ia
tahu kalau bicara lagi tentu dirinya akan lebih banyak pula di
olok-olok, dengan gusar dia lantas memaki: "Perempuan
dingklang, kalau sebelah kakimu tidak kubacok pincang pula,
biarlah aku tidak she Kwe."
"Hm, tidak perlu kau membacok kakiku juga kau tidak she
Kwe lagi, memangnya siapa tahu kau ini she Li atau she Ong,"
jawab Bu-siang. Secara tidak langsung ia selalu memaki Kwe
Hu sebagai "anak haram".
Keruan Kwe Hu tidak tahan lagi, segera ia melancarkan
serangan dan terjadilah pertarungan sengit.
Kepandaian yang diajarkan Kwe Cing dan Ui Yong kepada
kesayangannya ini adalah ilmu pilihan kelas wahid, cuma ilmu
silat yang hebat ini harus dimulai dengan memupuk dasar dan
latihan yang tekun, sedangkan bakat pembawaan Kwe Hu
justeru lebih banyak menuruni sang ayah dari pada sang ibu,
sebab itulah kemajuan ilmu silat yang dilatihnya agak lamban,
banyak jurus-jurus serangan lihay belum dapat digunakannya
dengan baik.
Walaupun begitu toh Liok Bu-siang tetap bukan
tandingannya, ditambah lagi sebelah kakinya pincang, gerak
gerik nya tidak leluasa, sedangKan Kwe Hu menyerang
dengan beringas, pedangnya selalu mengincar bagian bawah
dan ingin menusuk lagi kaki sebelah lawan,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Thia Eng mengernyitkan kening menyaksikan
pertarungan mereka, pikirnya: "Meski cara ber-olok-olok
Piaumoay agak tajam, tapi nona Kwe ini juga terlalu garang,
pantas lengan Nyo-toako tertabas buntung olehnya, Kalau
berlangsung lebih lama lagi mungkin sekali kaki Piaumoay
juga sukar diselamatkan."
Dilihatnya Bii-siang terus terdesak mundur dan Kwe Hu
menyerang semakin gencar, "bret" tiba-tiba gaun Bu-siang
terobek,menyusul dia menjerit pelahan dan mundur dengan
sempoyongan dan muka pucat Kwe Hu terus melangkah maju,
kakinya lantas menyapu, dia sengaja hendak membikin Busiang
terjungkal untuk melampiaskan rasa gemasnya.
Terpaksa Thia Eng bertindak melihat keadaan itu, ia
melompat maju mengadang di depan Kwe Hu dan berseru.
"Harap berhenti, nona Kwe!"
Waktu Kwe Hu angkat pedangnya dan tertampak ada
setitik darah, tahulah dia kaki Bu-siang telah dilukainya,
dengan berseri-seri ia lantas tuding nona itu dan berolok:
"Nah, nonamu sengaja memberi ajaran padamu agar
selanjutnya kau jangan sembarangan mengoceh!"
Padahal Bu-siang adalah nona yang berwatak keras,
kepala batu, tidak takut kepada apapun juga, Li Bok-chiu yang
begitu kejam juga tidak membuatnya jera, malahan dia berani
kabur dengan mencuri kitab pusaka sang guru itu. sekarang
meski dikalahkan Kwe Hu dan darah merembes membasahi
gaunnya namun ia tidak menjadi jeri, sebaliknya ia tambah
marah dan berteriak:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Huh, hanya pedangmu saja mampu menyumbat mulut
orang seluruh jagat?" ia tahu Kwe Hu suka membanggakan
ayah-ibunya, maka ia sengaja mengolok-oloknya sebagai
"anak haram" dan bukan puteri kandung kedua orang tuanya
itu.
"Kau mengoceh apa lagi?" bentak Kwe Hu dengan gusar
sambil melarikan maju dan pedangnya disurung pula ke depan
dada orang.
Thia Eng berdiri di tengah mereka, melihat ujung pedang
menyeleweng tiba, segera ia gunakan jarinya menahan batang
pedang Kwe Hu itu terus didorong pelahan ke samping sambil
melerai: "Piau-moay, nona Kwe, kita berada di tempat
berbahaya, janganlah kita cecok urusan tidak berarti ini."
Kwe Hu terkejut dan gusar karena pedangnya, didorong ke
samping dengan enteng oleh tangan Thia Eng. segera ia
membentak: "Hm, kau hendak membela dia bukan? Baiklah
kalian boleh maju bersama, aku tidak takut biarpun satu lawan
dua. Hayolah lolos senjatamu!"
Habis berkata ujung pedangnya terus mengacung ke dada
Thia Eng dan menantikan lawan melolos seruling kemala yang
terselip di pinggang itu.
Namun Thia Eng tersenyum hambar saja, kata-nya: "Aku
melerai perkelahian kalian, masakah aku sendiri ikut
bertengkar? Yalu-heng, hendaklah kaupun melerai nona Kwe."
"Benar, nona Kwe," ucap Yalu Ce. "Kita berada di wilayah
musuh, kita harus waspada dan hati-hati."
"Bagus, kau tidak bantu diriku, sebaliknya kau membela
orang lain," seru Kwe Hu dengan mendongkol ia lihat Thia Eng
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
cukup cantik dan manis, tiba-tiba timbul pikirannya janganjangan
anak muda itu menyukai nona itu.
Sedikitpun Yalu Ce tidak dapat menangkap jalan pikiran
Kwe Hu itu, ia menyambung ucapannya tadi: "Cu-in Hwesio itu
rada aneh sikapnya, lekas kita ke sana untuk melihat ibumu."
Namun Liok Bu-siang teramat cerdik dan pintar, sepatah
kata dan sedikit tingkah Kwe Hu saja segera dapat diterka isi
hati seterusnya itu, cepat ia berkata puIa: "Hah Piauciku jauh
lebih cantik daripadamu, pribadinya juga halus budinya, ilmu
silatnya juga lebih tinggi, hendaklah kau berhati-hati sedikit!"
Setiap kalimat Bu-siang itu cukup menusuk perasaan Kwe
Hu, keruan ia menjadi murka, tapi ia lantas pikirnya: "Aku
harus ber-hati-hati apa?"
"Huh, kecuali aku orang tolol, kalau tidak masakah aku
tidak memilih Piauciku dan sebaliknya menyukai kau," jengek
Bu-siang.
Ucapan ini jauh dari jelas dan gamblang, tentu saja Kwe
Hu tidak tahan lagi, begitu pedangnya bergerak, segera ia
menusuk ke iga Bu-siang dengan mengitar ke samping Thia
Eng.
Diam-diam Thia Eng mengerut kening melihat serangan
Kwe Hu yang ganas itu, ia pikir sekalipun ucapan Piaumoay itu
menyinggung perasaanmu, betapapun kita kan bukan musuh,
mengapa tanpa kenal ampun kau melancarkan serangan
mematikan sekeji ini?
Secepat kilat Thia Eng menghimpun tenaga pada jarinya,
begitu pedang Kwe Hu menyelinap lewat dan sebelum
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mencapai sasarannya, secepat kilat ia terus menyelentik,
"creng", kontan pedang Kwe Hu terlepas dan jatuh ke tanah.
Selentikan Thia Eng itu adalah ilmu jari sakti ajaran Ui
Yok-su, karena kekuatan Thia Eng cuma setingkat dengan
Kwe Hu, maka cara menyelentik-nya itu dilakukannya secara
mendadak, begitu pedang orang terlepas, langkah selanjutnya
juga sudah diperhitungkan o!ehnya, segera melangkah maju,
pedang itu diinjak, seruling kemala terus dikeluarkan di Hiat-to
di tubuh Kwe Hu.
Karena didahului orang, keadaan Kwe Hu menjadi serba
salah, kalau berjongkok untuk rebut pedang, beberapa Hiat to
itu pasti akan bertutuk, sebaliknya kalau melompat mundur
untuk menghindar, maka pedang itu berarti dirampas lawan.
Karena kurang pengalaman Kwe Hu- menjadi serba runyam,
mukanya menjadi merah dan tidak tahu, apa yang harus
dilakukan.
"Hai, nona itu, mengapa kau menginjak pe-dangku?" tibatiba
Yalu Ce membentak, berbareng ia terus menubruk maju
hendak mencengkeram seruling orang.
Naraun Thia Eng sempat menyurutkan tangannya, ia
membalik tubuh dan menarik Bu-siang terus diajak pergi.
Cepat Kwe Hu jemput kembali pedangnya dan berteriak :
"Nanti dulu! Marilah kita bertanding dengan baik!"
"Haha, masih mau bertanding " sebelum Bu-siang
mengolok-olok lebih lanjut, cepat sekali Thia Eng telah
menyeretnya melompat ke depan, hanya sekejap mereka
sudah berada jauh di sana,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yalu Ce segera menghibur Kwe Hu, katanya : "Nona Kwe,
hanya kebetulan saja dia berhasil, sebenarnya kalah menang
kalian belum jelas."
"Memangnya," kata Kwe Hu dengan penasaran "tadi
pedangku sedang mengincar si pincang, mendadak dia turun
tangan, Tampaknya dia ramah tamah, ternyata bertindak
secara licik."
Yalu Ce mengiakan saja, wataknya jujur, tidak biasa
menyanjung puji orang, katanya: "Kepandaian nona Thia itu
tidak lemah, lain kali kalau bergebrak lagi hendaklah kau
jangan meremehkan dia,"
Kwe Hu kurang senang mendengar pujian Yalu Ce kepada
Thia Eng itu, tanpa pikir ia bertanya : "Kau bilang ilmu silatnya
bagus?"
"Ya," jawab Yalu Ce.
"Baiklah, kalau begitu jangan kau hiraukan diriku lagi dan
berbaik saja dengan dia," kata Kwe Hu dengan gusar sambil
melengos.
"He, maksudku agar kau jangan meremehkan dia, supaya
kau hati-hati, itu tandanya kubela kau atau membantu dia?"
cepat Yalu Ce menjelaskan.
Kwe Hu pikir arti ucapan anak muda itu memang benar
membela dirinya, maka rianglah hatinya.
Segera Yalu Ce berkata pula. "Malah tadi akupun bantu
kau merebut kembali pedangmu, masakah kau masih marah
padaku?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, marah padamu!" omel Kwe Hu sambil berpaling
kembali, namun dengan tertawa gembira.
Yalu Ce menjadi girang juga, Pada saat itulah dari ruangan
pendopo sana berkumandang suara orang me-raung2 disertai
suara nyaring benturan senjata.
"Ai, lekas kita melihat ke sana!" seru Kwe Hu.
Tadi dia merasa sebal oleh ocehan Kiu Jian-jio mengenai
kejadian di masa talu, ia tidak tahu bahwa setiap kata nenek
itu mengandung ancaman bahaya maut bagi ibunya, maka ia
lantas mengeluyur keluar dan tanpa sebab telah bertengkar
dengan Bu-siang dan Thia Eng, kini ia menjadi kuatir bagi
sang ibu demi mendengar suara ribut itu, cepat ia berlari
kembali ke sana.
Begitu dia masuk, dilihatnya It-tcng Taysu lagi berduduk di
tengah ruangan, tangan meraba-raba tasbih dan mulut
mengucap Budha, air mukanya agung dan welas-asih,
sedangkan Cu-in Hwesio sedang berlari-lari mengitari ruangan
besar itu sambil mengeluarkan suara raungan buas, belenggu
pada tangannya sudah terbetot putus dan saling bentur
dengan suara gemerincing.
Kiu Jian-jio kelihatan duduk ditempatnya tadi dengan
wajah membesi, mukanya memang buruk, kini menjadi
tambah bengis dan menakutkan sementara itu Ui Yong, Bu
Sam-thong dan lain-lain berada di pojok sana sambil
mengawal gerak-gerik Cu-in.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah berlari-lari sekian lama, dahi Cu-in tampak
berkeringat ubun-ubunnya mengepulkan uap putih tipis dan
makin lama makin tebal, lari Cu-in itupun semakin cepat.
Mendadak It-teng Taysu membentak lantang: "Cu-in,
wahai, Cu-in! sampai kini apakah kau masih belum menyadari
perbedaan antara bajik dan jahat?"
Cu-in tampak melengak, uap putih di atas kepalanya
mendadak lenyap, tubuhnya tergeliat, lalu jatuh terjungkal.
"Anak Oh, lekas bangunkan Kuku!" bentak Kiu Jian-jio.
Buru-buru Kongsun Lik-oh berlari maju untuk
membangunkan sang paman, Ketika Cu-in membuka mata,
dilihatnya wajah si nona hanya belasan senti di depan
matanya, samar-samar terlihat alis yang lentik dan mulut yang
mungil, wajah yang cantik molek itu mirip benar dengan adik
perempuannya dahulu, Tiba-tiba ia berseru: "Sammoay,
berada di manakah aku ini?"
"Kuku! Kuku! Aku Lik-oh!" ucap Lik-oh.
"Kuku? Siapa Kukumu?" - demikian Cu-in berguman, "Kau
memanggil siapa?"
"Jiko, dia adalah puteri adikmu!" teriak Kiu Jian-jio, "dia
minta kau membawanya menemui Kuku tertua."
Cu-in terkejut mendadak, katanya: "O, Kuku tertua?
Kakakku? Ah, kau tak dapat melihatnya lagi, dia sudah
terjatuh hancur lebur ke jurang Tiat ciang hong."
Teringat kepada kejadian masa Ialu, seketika mukanya
menjadi beringas, ia melompat bangun, Ui Yong ditudingnya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan membentak: "Ui Yong, kau yang membunuh Toakoku,
Kau... kau harus mengganti jiwanya!"
Setelah masuk lagi ke ruangan situ. Kwe Hu berdiri di
samping sang ibu dan memondong adik perempuannya. ketika
mendadak melihat Cu-in mencaci-maki ibunya secara bengis,
dia orang pertama yang tidak tahan, segera ia melangkah
maju beberapa tindak dan balas mendamperat: "Kau jangan
kasar kepada ibuku Hwesio, nonamu ini takkan membiarkan
kau main gila."
Kiu Jian-jio lantas menjengek: "Hm, berani benar anak
perempuan ini..."
"Siapa kau?" segera Cu-in bertanya.
"Sudah kukatakan sejak tadi, apa kau tuli?W jawab, Kwe
Hu. "Kwe-tayhiap adalah ayahku, Ui pangcu ialah ibuku."
"Hm, jadi Kwe Cing dan Ui Yong malah sudah mempunyai
dua anak," teriak Cu-in dengan beringas.
Melihat nadanya berubah buas, Ui Yong menjadi kuatir,
cepat ia menyuruh Kwe Hu mundur Akan tetapi Kwe Hu
mengira Cu-in gentar kepada ibunya terbukti sejak tadi tidak
berani menyerang maka tanpa pikir ia malah melangkah maju
dan mengejek: "Huh, kalau kau mampu bolehlah lekas kau
menuntut balas, kalau tidak becus, sebaiknya kau tutup mulut
saja!"
"Bagus ucapanmu, kalau mampu bolehlah lekas menuntut
balas!" bentak Cu-in dengan suara menggelegar sehingga
cangkir sama bergetar di atas meja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sama sekali Kwe Hu tidak menyangka seorang Hwesio
dapat mengeluarkan suara sekeras itu, ia menjadi terkejut dan
kebingungan Pada saat itulah telapak tangan kiri Cu-in telah
memukul, tangan kanan juga lantas mencengkeram sekaligus.
Dua rangkum tenaga maha dahyat terus membanjir tiba, pikir
Kwu Hu hendak menghindari akan tetapi sudah kasip.
Tanpa berjanji Ui Yong, Bu Sam-thong dan Yalu Ce bertiga
melompat maju berbareng, pandangan mereka-cukup tajam,
mereka tahu cengkeraman tangan kanan Cu-in itu tampaknya
ganas, tapi tidak selihay pukulan tangan tangan kiri yang
mematikan ttu, Sebab itulah tangan mereka memapak
bersama, "blang", tiga arus tenaga dahsyat menyentak tangan
kiri Cu-in.
Terdengar Cu-in bersuara tertahan dan tetap berdiri di
tempatnya, sebaliknya Ui Yong bertiga tergetar mundur
beberapa langkah, Kekuatan Yalu Ce paling cetek, dia
tergentak mundur paling jauh, berikutnya adalah Ui Yong.
Sebelum berdiri tegak kembali dia mengawasi puterinya
lebih dulu, dilihatnya Kwe Yang cilik sudah dicengkeram oleh
Cu-in, sedangkan Kwe Hu berdiri mematung, rupanya Saking
kagetnya hingga lupa menghindar.
Ui Yong menjadi kuatir kalau-kalau Kwa Hu dilukai, tenaga
pukulan lawan, Cepat ia melompat maju pula dan menarik
mundur anak gadisnya itu sembari mengeluarkan pentung
penggebuk anjing tmtuk bela diri, sekali pentung pusakanya
itu sudah siap, betapapun dahsyat tenaga pukulan Cu-in juga
takkan melukainya lagi.
Sebenarnya Kwe Hu tidak terluka sedikitpun, cuma
pikirannya menjadi kacau, dia baru sempat menjerit kaget
setelah bersandar di tubuh sang ibu, sementara kedua
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
saudara Bu, Yalu Yan, Wanyan Peng dan lainnya segera
meloIos senjata juga ketika melihat Cu-in akhirnya
melancarkan serangan.
Beramai-ramai anak buah Kiu Jian-jio juga menyebar dan
siap siaga, asalkan sang Kokcu memberi aba-2, serentak
merekapun akan menyerbu. Hanya It - teng Taysu saja yang
tetap duduk bersila di tengah ruangan dan anggap tidak
mendengar dan tidak melihat apa yang terjadi di sekitarnya,
dia tetap mengucapkan doa, meski tidak keras suaranya,
namun cukup jelas terdengar
Mendadak Cu-in mengangkat tinggi2 Kwe Yang cilik dan
berteriak: "lnilah puteri Kwe Cing dan Ui Yong, setelah
kubunuh anak ini barulah kubinasakan kedua orang tuanya."
Dengan girang Kiu Jian-jio menanggapi "Bagus, Jiko yang
baik, dengan begitulah engkau baru benar-benar ketua Tiatciang-
pang yang tiada bandingannya."
Dalam keadaan demikian, jangankan seorang-pun yang
hadir ini mampu mengalahkan Cu-in, sekalipun ada yang
berkepandaian lebih tinggi dari dia juga akan mati kutu dan
sukar menyelamatkan Kwe Yang kecil dari tangan orang yang
sudah kalap itu.
"Nyo toako! Nyo-toako! Di mana engkau? Lekas kemari
menolong adikku!" sekonyong-konyong Kwe Hu berseru.
Menghadapi bahaya begini tiba-tiba dia ingat kepada Nyo Ko.
Maklumlah, beberapa kali Kwe Hu mengalami kesukaran
dan tiap kali Nyo Ko yang berhasil menyelamatkan dia di luar
dugaannya, kini adiknya terancam dan tampaknya tiada
seorangpun yang mampu bertindak, secara otomatis lantas
timbul harapannya agar Nyo Ko datang menolongnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi saat itu Nyo Ko sedang bergandengan tangan
dengan Siao-Iiong-li menikmati pemandangan senja indah
pegunungan ini, sama sekali tak terpikir olehnya di ruangan
besar sekarang sedang timbul adegan yang mendebarkan itu.
Begitulah dengan tangan kanan mengangkat Kwe Yang ke
atas dan tangan kiri siap membela diri, Cu-in mengejek seruan
Kwe Hu tadi: "Huh, Nyo Ko apa? siapakah Nyo Ko itu? Saat ini
biar-pun Tang-sia Se-tok, Lam-te, Pak-kay dan Tiong-sinthong
datang ke sini sekaligus paling-2 juga jiwaku Kiu Jianyim
saja yang dapat diganggunya, tapi jangan harap akan
dapat menolong anak dara cilik ini."
Pelahan Itteng mengangkat kepalanya dan menatap Cu-in,
terlihat kedua matanya merah membara penuh napsu
membunuhi segera ia berkata: "Cu-in kau hendak menuntut
balas pada orang, kalau orangpun hendak menuntut balas
padamu, lalu bagai mana?"
"Siapa yang berani boleh coba maju!" bentak Cu-in.
Sementara hari sudah dekat magrib, cuaca mulai remangremang
dan air muka Cu-in juga semakin seram tampaknya.
Pada saat itulah mendadak Ui Yong bergelak tawa, suara
tawanya mendadak meninggi dan lain saat merendah laksana
suara tawa orang gila. Begitu seram suara tertawanya hingga
membikin orang merinding.
"lbu!" seru Kwe Hu kuatir. Bu Sam-thong, Yalu Ce dan
lain-lain juga serentak memanggil "Kwe-hujin!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Semua orang kuatir jangan-2 karena memikirkan anaknya
berada dalam cengkeraman musuh, mendadak pikiran Ui Yong
menjadi tidak waras.
Terlihat Ui Yong membuang pentung bambu, lalu
melangkah maju dengan rambut terurai serawutan, suara
tawanya melengking tajam dan menyeramkan, berbeda sama
sekali daripada sikapnya yang ramah se hari-2
"lbu!" seru Kwe Hu sambil menarik lengan Ui Yong. Tapi
sekali mengibas, kontan Kwe Hu terpelanting jatuh, habis itu
Ui Yong terus pentang kedua tangan hendak merangkul tubuh
Cu in dengan terbahak-bahak.
Kejadian ini juga sama sekali diluar dugaan Kiu Jian-jio, ia
mengawasi tingkah laku Ui Yong itu dengan mata mendelik
dan sangsi.
"Jangan kuatir Kwe-hujin, kita pasti dapat merampas
kembali puterimu," seru Bu Sam-thong.
Namun Ui Yong tidak menggubrisnya, kedua tangan tetap
terpentang sembari melototi Cu-in, katanya: "Lekas kau cekik
mati anak itu! Cekik lehernya yang keras, jangan kendur!"
Wajah Cu-in tampak pucat sebagai mayat, sambil
merangkul Kwe Yang dalam pangkuannya, Cuin berkata
dengan tergagap: "Sia...siapa kau?"
Mendadak Ui Yong tertawa ter-kekeh2 terus menubruk
maju. Meski tangan kiri Cu in sudah bersiap namun sebegitu
jauh tidak berani me-nyerang, ia hanya menggeser kesamping
menghindari tubrukan Ui Yong itu, lalu ia tanya pula: Kau...
kau siapa?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Apakah kau sudah lupa semuanya?" jawab Ui Yong
dengan suara seram, "Malam itu di atas istana kerajaan Tayli
kau memegang seorang anak... ya, ya, seperti inilah kau
memegangnya, bocah itu kau siksa hingga setengah mati,
akhirnya jiwanya sukar tertolong pula, dan aku... aku adalah
ibu bocah itu, Nah, lekas kau mencekik mampus dia, lekas,
kenapa tidak lekas kau lakukan?"
Mendengar sampai di sini, sekujur badan Cu-in lantas
menggigil peristiwa beberapa puluh tahun yang lalu mendadak
terbayang olehnya, Tatkala itu dia sengaja melukai putera
Lau-kuihui, yaitu selir kesayangan Lam-ie (raja di selatan)
Toan Hong-ya, yang kini berjuluk It-teng Taysu, tujuannya
supaya Toan Hong-ya mau mengorbankan tenaga dalamnya
yang dipupuk selama berpuluh tahun itu untuk
menyelamatkan jiwa anaknya (yang sebenarnya adalah hasil
hubungan gelap antara Lau-kuihui alias Eng Koh dengan Ciu
Pek- thong, si Anak Tua Nakal), namun Toan Hong ya tega
benar tidak mau mengobati anak itu sehingga anak itu
akhirnya meninggal.
Kemudian beberapa kali Eng Koh bertemu dengan Cu-in
dan secara kalap melabraknya, kalau perlu siap untuk gugur
bersama. Dalam keadaan begitu, biarpun ilmu silat Cu-in jauh
lebih tinggi daripada Eng Koh juga merasa jeri, maklumlah,
merasa berdosa, maka tidak berani melawan dan lebih suka
kabur saja.
Ui Yong tahu itulah kelemahan terbesar selama hidup Cuin,
dilihatnya cara Cu-in mengawasi Kwe Yang mirip benar
kejadian dahulu, maka dia menjatuhkan taruhan terakhir
dengan sengaja menyerukan Cu-in mencekik mati Kwe Yang
saja.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja Bu Sam-thong, Yalu Ce dan Lain-lain tidak tahu
maksud tujuan Ui Yong, mereka menyangka ketua Kay-pang
itu mendadak gila sehingga ucapannya tidak karuan
juntrungannya. Padahal tindakan Ui Yong ini sesungguhnya
teramat cerdik dan berani, biarpun kaum lelaki juga belum
tentu sanggup bertindak demikian. Dia telah mengetahui
benar kelemahan musuh, inilah kecerdikannya, iapun berani
menyuruh orang mencekik anaknya, inilah keberaniannya
yang luar biasa.
Begitulah seketika Cu-in menjadi ragu-ragu dipandangnya
Ui Yong, lalu memandang pula ke arah It-tcng Taysu,
kemudian mengamat-amati anak yang dipegangnya itu.
Sekonyong-konyong ia tidak mampu menahan rasa
penyesalannya sendiri, tiba-tiba ia berteriak: "Mati, sudah
mati! Ai, anak baik-baik begini telah kucekik mati."
Pelahan ia mendekati Ui Yong dan menyodorkan bayi itu
sambil berkata pula. "Akulah yang membikin mati anak ini,
boleh kau membinasakan diriku sebagai pengganti jiwanya."
Girang Ui Yong tak terhingga, segera ia hendak menerima
kembali anaknya, mendadak terdengar It-teng membentak:
"Balas membalas, tuntut menuntut, sampai kapan
berakhirnya? Golok jagal di tangan, kapan akan kau
lemparkan ?"
Cu-in terkejut, pegangannya jadi kendur, Kwe Yang terus
terjatuh ke lantai, Namun Ui Yong cukup cekatan sebelum
badan anak bayi itu menyentuh lantai, sebelah kakinya tahutahu
sudah diayunkan dan tepat mengenai tubuh Kwe Yang
hingga mencelat ke sana, berbareng itu Ui Yong lantas
berteriak dan ter-kekeh2: "Ah, anak ini telah dibunuh olehmu.
Bagus, bagus sekali!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Padahal tendangannya tadi tampaknya agak keras, namun
sesungguhnya cuma punggung kakinya saja yang menjungkit
pelahan di punggung ,anak itu terus ditolak ke sana dengan
enteng. ia tahu keselamatan anak bayi itu bergantung dalam
sedetik itu saja, kalau dia berjongkok menyamber anak itu,
bisa jadi pikiran Cu-in mendadak berubah lagi dan meraih
kembali si Kwe Yang cilik.
Tubuh Kwe Yang mencelat dengan anteng ke arah Yalu
Ce, maka dengan tepat anak muda itu dapat menangkapnya,
dilihatnya sepasang biji mata Kwe Yang yang hitam itu
terbelalak, mulut terbuka hendak menangis, keadaannya segar
bugar tanpa cidera apapun.
Yalu Ce paham sebabnya Ui Yong sengaja mengirim Kwe
Yang ke arahnya itu adalah karena watak Kwe Hu suka
gegabah, maka sang ibu tidak berani menyuruh menerima
bayi itu. Cepat Yalu Ce lantas mendekap mulut Kwe Yang
untuk mencegah tangisnya, berbareng iapun berteriak-teriak:
"Wah, anak ini telah dibinasakan Hwesio ini!"
Muka Cu-in pucat seperti mayat, seketika dia sadar dan
bebas, ia memberi hormat kepada lt-teng dan berkata:
"Terima kasih banyak2 atas bantuan Suhu!"
It-teng membalas hormat dan menjawab: "Selamatlah
engkau telah mencapai kesempurnaan!"
Kedua orang berhadapan dengan tertawa, lalu Cu-in
melangkah pergi. Cepat Kiu Jian-jio berseru:
"He, Jiko, kembali..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cu-in menoleh dan berkata "Kau suruh aku kembali, aku
justeru hendak menyuruh kau kembali juga." Habis itu ia
lantas bertindak pergi tanpa berpaling lagi.
"Bagus, bagus!" berulang-ulang It-teng menyatakan
syukurnya, lalu ia mengundurkan diri ke sudut ruangan dan
duduk semadi tanpa bicara lagi.
Ui Yong mengikat kembali rambutnya yang kusut tadi, dari
Yalu Ce ia terima kembali si Kwe Yang cilik. Cepat Kwe Hu
merangkul sang ibu, serunya dengan kejut2 girang: "O, kukira
ibu benar-benar telah kurang waras!"
Kemudian Ui Yong mendekati It-teng Taycu dan memberi
hormat, katanya: "Taysu, karena kepepet sehingga Siautit
terpaksa mengungkat kejadian masa lampau, mohon Taysu
sudi memaafkan."
"Yong ji, Yong-ji. kau benar-benar Khong Bengnya kaum
wanita," ujar It-teng dengan tersenyum.
Di antara hadirin itu hanya Bu Sam-thong saja yang lapatlapat
mengetahui kejadian dahulu, orang lain sama melongo
heran karena tidak tahu apa yang dimaksudkan percakapan Itteng
dan Ui Yong.
Bahwa akhirnya menjadi begini, hal inipun di luar dugaan
Kiu Jian-jio, ia tahu sekali kakaknya sudah pergi, selanjutnya
jelas sukar bertemu lagi, Melihat bayangan Cu-in sudah
lenyap, perasaannya menjadi pilu, tapi terasa bimbang dan
menyesal pula ketika ingat ucapan Cu-in sebelum pergi tadi:
"Kau suruh aku kembali, justeru akupun hendak menyuruh
kau kembali." Jelas ucapan itu bernada memberi nasehat agar
lekas menahan diri dan kembali ke jalan yang baik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi rasa menyesal itu hanya sekilas saja lantas
lenyap, dengan angkuh ia lantas berkata: "Silakan kalian
duduk saja disini, aku tidak dapat menemani lama2."
"Nanti dulu!" seru Ui Yong tiba-tiba, "Kunjungan kami ini
adalah untuk memohon Coat-ceng-tan."
Kiu Jian-jio lantas mengangguk kepada mu-rid-murid
berseragam hijau di sebelahnya, serentak anak murid seragam
hijau itu bersuit, dari setiap sudut lantas muncul empat orang
berseragam hijau dengan membawa jaring ikan berkait dan
meng-adang jalan ke luar semua orang.
Dalam pada itu empat pelayan lantas angkat kursi yang
diduduki Kiu Jian-jio dan dibawa masuk ke ruangan dalam.
Melibat kelihayan barisan jaring berkait itu, diam-diam Bu
Sam-thong, Yalu Ce dan lain-lain sama terkejut mereka
menjadi bingung pula cara bagaimana membobol barisan
jaring musuh itu.
Karena sedikit ragu itulah, tahu-tahu pintu depan dan
belakang ruangan pendopo itu berkeriutan dan merapat,
semua orang berseragam hijau lantas menyelinap ke luar lebih
dulu.
Cepat kedua saudara Bu cilik menerjang keluar dengan
pedang terhunus, akan tetapi sudah terlambat "blang", pintu
telah merapat, kedua batang pedang Bu Tun-si dan Bu Siubun
yang sempat diselipkan ke tengah daun pintu itu patah
seketika terjepit Tampaknya daun pintu besar itu terbuat dari
baja yang kuat.
"Tidak perlu kuatir" cepat Ui Yong mendesis. "Untuk keluar
dari sini tidaklah sulit, cuma kita harus memikirkan suatu akal
cara bagaimana membobol barisan jaring musuh yang berkait
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu dan cara bagaimana mencuri obat untuk menyelamatkan
kawan kita."
Sementara itu Kongsun Lik-oh juga ikut sang ibu masuk ke
ruangan dalam, di situ ia bertanya tindakan apa pula yang
akan dilakukan ibunya, Kiu Jian-jio sendiri merasa sulit dengan
perginya sang kakak, namun musuh pembunuh kakak kini
berada di depan matanya, betapapun ia tidak dapat tinggal
diam.
Maka setelah berpikir, kemudian ia berkata kepada Lik-oh:
"Coba kau pergi ke sana, awasi apa yang dilakukan Nyo Ko
dan ketiga anak dara itu."
Perintah sang ibu sesuai benar dengan keinginan Lik-oh,
segera ia mengangguk dan berlari ke rumah garangan itu.
Sampai di tengah jalan, tiba-tiba didengarnya ada suara orang
bicara di depan sana, jelas itulah suaranya Nyo Ko, menyusul
terdengar suara jawaban Siao-liong-li dan lapat-lapat seperti
menyebut "nona Kongsun."
Waktu itu hari sudah gelap, cepat Lik-oh menyelinap ke
semak pohon, ia ingin tahu apa yang sedang dibicarakan
kedua muda-mudi itu mengenai dirinya.
Dengan langkah pelahan ia lantas merunduk maju,
dilihatnya Nyo Ko dan Siao-liong li berdiri berendeng di sana,
terdengar Nyo Ko lagi berkata:
"Kau bilang kita harus berterima kasih kepada nona
Kongsun, kukira memang betul, Semoga paderi sakti ini lekas
siuman, permusuhan ini selekasnya dapat diakhiri sisa racun
dapat dibasmi seluruhnya, bukankah bagus begitu?... Aduuh!"
jeritan mengaduh secara mendadak ini membikin. Lik-oh kaget
karena tidak diketahui apa yang mengakibatkan Nyo Ko
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menjerit. ia coba mengintip dari tempat sembunyinya, samarsamar
dilihatnya Nyo Ko tergeletak di tanah dan Siao-liong-li
sedang memegangi lengannya.
Bagian punggung Nyo Ko seperti berkejang dan
tampaknya sangat sakit Terdengar Siao-liong-li bertanya
padanya: "Apakah racun bunga cinta kambuh lagi?"
"Iy.. .. iyaa . . .." sahut Nyo Ko dengan gigi berkeretukan.
"Pedih hati Kongsun Lik- oh dan kasihan pula melihat
penderitaan Nyo Ko itu, pikirnya: "Dia sudah minum separoh
Coat-ceng tan, kalau separoh-nya dimakan lagi tentu racunnya
akan punah, separoh obat yang tersisa itu betapapun harus
ku-mintakan kepada ibu."
Selang sejenak, pelahan Nyo Ko berbangkit dan menghela
napas panjang.
"Ko-ji, kumatnya penyakitmu semakin kerap dan jaraknya
juga semakin pendek, malahan kelihatan juga tambah parah."
kata Siao-liong-li. "Padahal harus sehari lagi barulah paderi
Hindu itu akan siuman, seumpama dia dapat meracik obat
penawarnya rasanya juga tidak.... tidak mengurangi
penderitaanmu ini."
Sebenarnya dia hendak mengatakan "juga tidak keburu
lagi menolong kau", tapi akhirnya ia ubah ucapannya itu.
Dengan tersenyum getir Nyo Ko menjawab "Nenek
Kongsun itu sangat kepala batu, obat penawarnya juga
tersimpan dengan rapat, kalau dia tidak suka-rela mau
memberikan obatnya padaku, biarpun senjata mengancam di
lehernya juga belum tentu dia mau menyerah dan
memberikan obatnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku mempunyai akal," ujar Siao-liong-li.
Nyo Ko sudah dapat meraba jalan pikiran isterinya itu,
katanya: "Liong-ji, jangan lagi kau mengemukakan
kehendakmu ini. Kita suami-isteri saling mencintai dengan
segenap jiwa raga, kita akan bersyukur kalau kita dapat hidup
sampai kakek-kakek dan nenek2, kalau tidak dapat, ya
anggaplah memang sudah takdir, di antara kita berdua sekalisekali
tidak boleh diselingi dengan orang ketiga."
Dengan suara terguguk Siao-Iiong li berkata:
"Tapi... tapi nona Kongsun itu kulihat pribadinya sangat
baik, hendaklah kau menurut perkataanku."
Tergerak hati Kongsun Lik-oh mendengar percakapan
mereka itu, ia tahu Siao-liong-li sedang menganjurkan Nyo Ko
menikahi dirinya untuk mendapatkan obat penawar.
Segera terdengar Nyo Ko berseru lantang: "Liong ji, nona
Kongsun itu memang orang baik. sesungguhnya di dunia ini
memang banyak nona2 yang baik, Misalnya itu nona Thia Eng,
nona Liok Bu-siang, semuanya juga gadis yang baik budi dari
setia kawan. Namun kita berdua sudah saling cinta mencintai
mana boleh timbul lagi pikiran lain.
Umpamanya kau sendiri, jika ada seorang lelaki yang
sanggup menyembuhkan racun dalam tubuhmu dengan syarat
kau harus menjadi istrinya, apakah kau juga mau?"
"Aku kan perempuan, sudah tentu lain soal-nya," jawab
Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hah, orang lain berat lelaki dan enteng perempuan, aku
Nyo Ko justeru berat perempuan dan enteng lelaki," kata Nyo
Ko dengan tertawa.
Sampai di sini, tiba-tiba terdengar suara kresekan di
semak pohon sana, cepat Nyo Ko berseru: "Siapa itu?" Lik-oh
tahu jejaknya telah diketahui orang, baru saja mau menjawab,
tiba-tiba suara seorang lain menjawab: "Aku, ToloI!"
Menyusul Liok Bu siang dan Thia Eng lantas muncul dari
semak-semak pohon sana. Kiranya tidak cuma Kongsun Lik-oh
saja yang mengintip di situ, Bu-siang dan Thia Eng juga
berada di dekatan sana, Kesempatan itu segera digunakan Likoh
untuk menyingkir pikirannya lantas bergolak juga tak
menentu: "Jangankan berbanding nona Liong, meskipun
nona2 Liok dan Thia saja juga sukar bagiku untuk
menandinginya, baik ilmu silat maupun lahiriah, apalagi bicara
mengenai hubungan baiknya dengan Nyo-kongcu.
Sejak kenal Nyo Ko, tanpa kuasa Kongsun Lik-oh
kesemsem kepada pemuda itu, meski sejak mula iapun
mengetahui Nyo Ko sangat mencintai Siaoliong-li, tapi selalu
diharapkannya semoga dapat bertemu sekali lagi dengan dia,
sebab itulah ia terus menanti di Coat-ceng-kok, kini setelah
mendengar percakapan mereka, ia menjadi lebih tahu bahwa
cinta dirinya cuma bertepuk sebelah tangan saja dan tidak
mungkin terkabul
Kedua orang tuanya adalah manusia-sia yang culas dan
sukar bergaul dengan orang luar, sebab itulah sejak kecil
Kongsun Lik-oh menjadi sangat pendiam dan tersiksa batin,
kini hancur pula segala harapannya, ia bertekad takkan hidup
lagi, dengan langkah limbung ia lantas berjalan ke sana.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan pikiran melayang, jalannya menjadi tanpa arah
tujuan dan tidak menyadari dirinya berada di mana, cuma dia
cukup apal jalanan sekitar situ, maka biarpun di malam gelap
juga tidak sampai terperosot ke jurang atau jatuh-ke sungai,
suatu suara seakan-akan mengiang dalam benaknya:
"Aku tak ingin hidup lagi, aku tidak ingin hidup lagi!"
Begitulah ia terus berjalan tanpa tujuan, entah sudah
berapa Iama, tiba-tiba didengarnya dibalik dinding karang
sebelah sana sayup-sayup ada suara orang sedang bicara.
Waktu ia memperhatikan keadaan setempat lebih cermat ia
terkejut.
Kiranya dalam keadaan ling-lung, tanpa terasa ia teIah
berada di suatu tempat di sebelah barat lembah yang jarang
dikunjungi manusia. Waktu ia menengadah tertampak sebuah
puncak gunung menjulang tinggi di depan itulah Coat-cenghong
(puncak putus tinta) yang sangat curam di lembah ini.
Pada pinggang Coat-ceng-hong itu adalah suatu tebing
yang menyerupai dinding dan entah-sejak kapan ada orang
mengukir tiga huruf besar di situ, bunyinya "Toan-jong-kah"
(tebing putus usus), tebing itu halus licin dan selalu dikelilingi
awan dan kabut, sekalipun burung juga sukar hinggap di
puncak gunung itu.
Di bawah puncak gunung itu adalah jurang yang tak
terperikan dalamnya dengan tumbuhan yang lebat walaupun
pemandangan alam di situ sangat indah permai, namun
karena curamnya dan mungkin akan terjerumus ke dalam
jurang jika kurang hati-hati, maka penduduk setempat jarang
yang datang ke situ, sekalipun anak buah Kongsun Ci yang
memiliki ilmu silat tinggi juga jarang menginjak tempat itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi sekarang ternyata ada orang bicara disitu, entah siapa
gerangannya?
Selain ingin mati saja memangnya Kongsun Lik-oh tidak
mempunyai kehendak lain lagi, Tapi sekarang timbul rasa
ingin tahunya, segera ia menempel di belakang batu karang
dan coba mendengarkan dengan cermat.
Tapi setelah mengenali suara orang yang bicara, hatinya
lantas berdebar Kiranya pembicara itu ialah ayahnya.
Meski ayahnya berbuat salah terhadap ibunya dan juga
tidak sayang padanya, namun ibunya sudah membutakan
sebelah mata ayahnya dengan sempritan biji kurma serta
telah mengusirnya pergi dari Coat-ceng-kok, betapapun Lik,-
oh masih menaruh belas kasihan seorang anak terhadap
ayahnya, ia menjadi heran setelah mendengar suara sang
ayah, ternyata ayahnya tidak meninggalkan Coatceng kok
melainkan masih sembunyi di tempat yang jarang didatangi
manusia.
Terdengar ayahnya sedang betkata: "Matamu diciderai
oleh si bangsat cilik Nyo Ko, mataku juga buta juga boleh
dikatakan akibat perbuatan bangsat cilik itu, jadi kita boleh
dikatakan se... senasib dan setanggungan, hehehe!" Meski ia
terkekeh, namun orang yang diajak bicara itu ternyata tidak
menanggapinya.
Lik-oh menjadi heran siapakah gerangan yang diajak
bicara sang ayah itu? seketika iapun tidak ingin siapakah yang
matanya pernah diciderai Nyo Ko, sedangkan nada ucapan
sang ayah kedengaran rada-rada bangor, apakah lawan
bicaranya itu adalah seorang perempuan?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di dengar nya Kongsun Ci berkata pula: "Kita bertemu di
sini juga boleh dikatakan ada jodoh, bukan saja senasib dan
setanggungan". bahkan juga... juga sama-sama bermata...
bermata..."
"Huh, kau mentertawakan aku ini buruk rupa bukan?" tibatiba
seorang perempuan mendamperat.
"O,walah, janganlah kau marah, bukan begitu maksudku."
jawab Kongsun Ci cepat "Aku justru sangat senang bertemu
dengan kau."
"Aku telah terluka oleh bunga cinta dan kau sama sekali
tidak menghiraukan, malahan kau menggodai diriku saja,"
omel pula perempuan itu.
Baru sekarang Kongsun Lik-oh ingat siapa orang ini,
Kiranya adalah Li Bok-chiu, iapun heran bahwa mata Li Bokchiu
katanya juga diciderai oleh Nyo Ko.
Memang betul lawan bicara Kongsun Ci itu ialah Li Bokchiu,
dia terkena racun bunga cinta dan ingin mendapatkan
obat penawarnya, tapi jalanan di Coat-ceng-kok berliku-liku
dan ruwet, dia kesasar kian kemari dan akhirnya sampai di
tebing curam itu dan kebetulan mempergoki Kongsun Ci juga
sembunyi disitu.
Dengan sembunyi disitu Kongsun Ci sedang menunggu
kesempatan agar dapat membunuh Kiu Jian-jio untuk merebut
kembali kedudukan Kokcu, sedangkan kedatangan Li Bok-chiu
ke situ hanya kebetulan.
Keduanya pernah bergebrak dan sama-sama tahu lihaynya
masing-masing, maka pertemuan ini lantas menimbulkan
pikiran yang sama pula akan bergabung untuk tujuan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bersama, setelah bicara sebentar ternyata kedua orang
merasa cocok satu sama lain.
Usia Li Bok-chiu sebenarnya tidak muda lagi, tapi sejak
kecil dia berlatih Lwekang sehingga wajahnya masih halus dan
cantik. Kongsun Ci telah gagal mengawini Siao-liong-li,
kemudian gagal pula menculik Wanyan Peng, kini bertemu
dengan Li Bok-chiu, kembali timbul pikirannya:
"Setelah kubunuh perempuan jahat she Kiu itu, biarlah
kunikahi nona ini saja, Baik wajahnya maupun ilmu silatnya
adalah kelas pilihan, meski buta sebelah, tapi sangat setimpal
menjadi jodohku."
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru