Rabu, 19 April 2017

Cerita Silat ke 18 Return Of The Condor Heroes

Cerita Silat ke 18 Return Of The Condor Heroes Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf
kumpulan cerita silat cersil online
Cerita Silat ke 18 Return Of The Condor Heroes
Segera Kwe Cing berkata pula: "Negara kami luas dan
rakyat banyak dengan peradaban yang tinggi, sejak jaman
baheula hingga sekarang belum pernah bertekuk lutut kepada
bangsa lain, Meski orang Mongol mendapatkan kemenangan
untuk sementara, kelak pasti juga akan dienyahkan dari sini
dengan kehancuran yang sukar dibayangkan. Untuk itulah
hendaklah Ongya suka merenungkannya lebih masak agar
tidak menyesal di kemudian hari."
"Terima kasih atas petua paman," jawab Kubilai dengan
tertawa.
Melihat sikap orang yang meremehkan ucapannya jtu,
segera Kwe Cing berkata pula: "Baiklah-kumobon diri sekarang
juga, sampai bertemu pula."
"Antar tamu!" seru Kubilai kepada anak buahnya.
Hoat ong dan lain-lain saling pandang dengan bingung dan
semuanya menatap ke arah Kubilai, mereka pikir dengan
susah payah Kwe Cing sudah dipancing masuk perangkap,
masakah sekarang akan dilepaskan begitu saja?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi jelas kelihatan Kubilai telah mengantar Kwe Cing
keluar kemah dengan penuh hormat, betapapun mereka juga
tak berani sembarangan bertindak.
Sambil melangkah keluar kemah, diam-diam Kwe Cing
mengakui kehebatan Kubilai yang tidak boleh diremehkan itu,
ia mcngedipi Nyo Ko sambil mempercepat langkahnya ke
tempat kuda.
Mendadak dari samping muncul delapan orang Mongol
yang kekar, seorang diantaranya menegur "He, kau ini Kwe
Cing bukan? Kau telah banyak menewaskan saudara2 kami di
Siangyang, sekarang kau berani berlagak ke sini Ongya
membiarkan kau pergi, tapi kami tidak dapat tinggal diam."
Sekali menggertak, serentak kedelapan orang terus
menubruk maju, dengan Judo gaya Mongol mereka terus
hendak menjambret baju Kwe Cing.
Berkelahi secara Mongol ini adalah kebanggaan orang
MongoI, kedelapan orang ini bahkan adalah jago Judo Mongol
yang paling lihay dan sengaja disiapkan oleh Kubilai di situ
untuk menangkap Kwe Cing.
Namun Kwe Cing yang sejak kecil tinggal di Mongol juga
mahir kepandaian orang Mongol seperti menunggang kuda,
memanah dan bantingan: (Judo) ala Mongol. Begitu melihat
orang-orang itu hendak memegangnya, cepat kedua
tangannya meraih ke kanan dan kiri, kaki kanan berbareng
menyapu, hanya sekejap saja empat orang telah dipegangnya
terus dibanting, empat orang lagi kena diserampang oleh
kakinya hingga terjungkal.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yang digunakan Kwe Cing adalah kepandaian bantingan
gaya Mongol asli, cuma dia mempunyai dasar ilmu silat yang
tinggi, tenaganya kuat luar biasa, tentu saja kedelapan orang
itu bukan tandingannya.
"Di luar kemah berjaga seribu perajurit pribadi Kubilai,
seribu orang ini semuanya mahir bantingan, maka bersorak
sorailah mereka demi menyaksikan sekaligus Kwe Cing dapat
merobohkan delapan jagoan mereka itu.
Kwe Cing mengepalkan kedua tangannya dan
menanggalkan kopiahnya sambil berputar satu keliling, ini
adalah adat orang MongoI sebagai balas menghormat kepada
sorak pujian para penonton setelah berhasil membanting jatuh
lawannya.
Karena sikap Kwe Cing itu, sorak sorai pasukan Mongol itu
bertambah gemuruh.
Setelah merangkak bangun, kedelapan orang Mongol itu
memandangi Kwe Cing dengan terkesima bingung, entah
mesti menubruk maju lagi atau disudahi sampai di sini saja?
Segera Kwe Cing memberi tanda kepada Nyo Ko agar
berangkat Tapi pada saat itu juga terdengarlah suara tiupan
tanduk sahut menyahut di sana sini, beberapa pasukan
Mongol tampak berseliweran di kejauhan sana, rupanya
Kubilai telah mengerahkan pasukannya, Kwe Cing dan Nyo Ko
sudah terkepung rapat di tengah.
Melihat kekuatan musuh yang hebat itu, diam-diam Kwe
Cing terkejut ia pikir biarpun berkepandaian setinggi langit
juga sukar menembus kepungan musuh seketat itu, Sungguh
tak tersangka bahwa Kubilai akan mengerahkan pasukannya
sebanyak itu hanya untuk melayani Kwe Cing seorang saja, ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kuatir Nyo Ko merasa gentar maka ia sendiri sedapatnya
bersikap tenang, katanya kepada anak muda itu: "Kuda kita
cukup cepat, marilah kita terjang saja dan rampas dua buah
perisai musuh untuk menjaga kalau musuh memanah kuda
kita," - Lalu ia membisiki pula "Lekas menerjang dulu ke
selatan, habis itu kita putar balik ke utara,"
Semula Nyo Ko melengak heran, Siangyang terletak di
selatan, mengapa sang paman mengajaknya menerjang ke
utara malah? Tapi ia lantas paham maksud Kwe Cing itu, tentu
sebelumnya Kubilai telah pusatkan pasukannya di sebelah
selatan untuk mengadang dia yang jelas akan kabur pulang ke
Siangyang, sebab itulah penjagaan di sebelah utara tentu
kosong.
Terjang dulu ke selatan, lalu membalik terjang ke utara
secara tak terduga", dengan demikian kepungan musuh pasti
akan dapat dibobolkan. "Wah, cara bagaimana harus
kugagalkan rencananya ini?" demikian pikir Nyo Ko
Baru saja timbul pikiran Nyo Ko ini, tiba-tiba dari kemah
Kubilai sudah melayang keluar beberapa orang dalam sekejap
saja orang-orang itu sudah mengadang di depan Kwe Cing,
menyusul terdengar suara meraung di udara, sebuah roda
tembaga dan sebuah roda besi menyamber berbareng ke arah
kuda Kwe Cing dan Nyo Ko.
Nyata Kim-lun Hoat-ong sudah ikut turun tangan untuk
merintangi lolosnya mereka.
Melihat samberan kedua roda itu sangat keras, Kwe Cing
tak berani menangkapnya dengan tangan, ia menunduk ke
bawah, kedua tangannya menekan sekuatnya pada leher
kedua kuda mereka. seketika kaki depan kuda-kuda itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bertekuk lutut dan sepasang roda musuh pun menyamber
lewat di atas kepala kuda.
Roda2 itu berputar satu kail di udara, lalu terbang kembali
ke tangan Hoat-ong, Karena rintangan itu pula, tahu-tahu
Nimo Singh dan In Kik-si sudah menyusul tiba, habis itu Kimlun
Hoat-ong dan Siau-siang-cu juga memburu datang.
Mereka berempat terus mengelilingi Kwe Cing dan Nyo Ko.
Sebagai tokoh kelas satu di dunia Kangow, Kim-lun Hoatong,
Siau-siang-cu dan lain-lain sama sekali tidak sudi
merosotkan derajat mereka dengan cara main kerubut. Akan
tetapi lantaran Kanghu Kwe Cing terlalu lihay, pula setiap
orang mereka ingin sekali mendapatkan gelar "jago nomor
satu Mongol", dengan sendirinya mereka saling berlomba
mendahului.
Segera kelihatan sinar senjata gemerlapan menyilaukan
mata, kecmpat orang sudah menyiapkan senjata masingmasing.
Kini yang dipegang Kim-lun Hoat-ong adalah senjata roda
emas, In Kik-si bersenjata Kim-pian (ruyung emas)
bertaburkan mutiara dan batu permata. Siau-siang-cu
memegang sebatang pentung, pendekar pentung yang biasa
dibawa anggota keluarga yang kematian orang tua. Adapun
senjata Nimo Singh paling aneh, senjatanya melilit pada
lengannya dan dapat mulur mengkeret, tampaknya seperti
ular hidup,
Kwe Cing menyadari kalau keempat lawan ini tidak
dibereskan tentu sukar dirinya untuk lolos. Kedudukan kedua
pihak adalah 2 lawan 4, untuk menang jelas sulit, tapi asalkan
dapat merobohkan salah seorang musuh, untuk lolos rasanya
tidak susah, ia coba mengamat-amati gerakan keempat lawan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan cara memegang senjata, tampaknya diantara empat
lawan itu In Kik-si adalah paling lemah. Secara mendadak Kwe
Cing terus menghantam sekaligus dengan kedua tangan
menuju muka Siausiang-cu..
Tanpa mengelak Siau-siang-cu malah menegakkan
pentungnya dan menutuk telapak tangan Kwe Cing, Sudah
tentu Kwe Cing tak berani meremehkan musuh ini, ia tahu
semakin sepele senjata yang digunakan, semakin tinggi pula
ilmu silat orang itu.
Maka ia tidak berani menyambut pentung orang, cepat ia
membaitki tangannya ke sana, dengan gerakan "Sinliong-pahbwe",(
naga sakti menggoyang ekor), dengan tepat senjata
ruyung In Kik-si kena dicengkeramnya. caranya membaliki
tangan untuk rebut senjata musuh sungguh cepat dan gesit
luar biasa.
Segera ln Kik-si bermaksud menyendal ruyungnya untuk
menggempur musuh, namun sudah terlambat, ujung ruyung
sudah terpegang Kwe Cing.
Tapi pengalaman In Kik-si sangat luar, hampir ilmu silat
dari aliran manapun diketahuinya, meski tidak semuanya
dilatihnya dengan baik, namun kepandaiannya memang
banyak ragamnya, begitu terasa senjatanya terpegang musuh,
segera ia ikuti gaya tarikan Kwe Cing terus menubruk maju
malah, berbareng itu tangan lain telah bertambah dengan
sebatang belati.
"Bagus!" seru Kwe Cing, kedua tangannya digunakan
sekaligus, tangan kanan tetap memegangi ujung ruyung
lawan, tangan kiri berusaha merebut belati. Dalam keadaan
tangan kanan merebut senjata kanan dan tangan kiri merebut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
senjata kiri lawan jadi kedua tangan Kwe Cing telah berada
dalam keadaan bersilang.
Tadinya In Kik-si mengira dengan tikaman belatinya pasti
dapat memaksa musuh melepaskan ruyungnya, siapa tahu
bukannya Kwe Cing menghindar, sebaliknya belati itupun
hendak dirampasnya, jadi bukan saja ruyung takdapat
dipertahankan bahkan belati juga akan terlepas.
Pada saat bahaya itulah tiba-tiba roda emas Hoatong dan
pentung Siau-siang-cu juga menyerang tiba berbareng. Diamdiam
Kwe Cing kagum terhadap kelihayan lawan karena tak
berhasil membetot lepas ruyung musuh.
Mendadak ia menggertak dan mengerahkan tenaga dalam
sekuatnya melalui ruyung itu, seketika In Kik-si merasa
dadanya seperti dipalu, mata berkunang2 dan darah segar
lantas tersembur dari mulutnya.
Pada saat itu pula Kwe Cing lantas melepaskan
pegangannya pada ruyung dan membaliki tangannya untuk
melayani serangan roda emas serta pentung.
In Kik-si tahu lukanya tidak ringan, pelahan ia
meninggalkan kalangan pertempuran dan duduk bersila ditepi
sana untuk menahan muntah lebih lanjut.
Melihat In Kik-si dilukai oleh Kwe Cing, Hoat-ong dan Siausiang-
cu disamping senang ju-Ift merasa keder. Mereka
senang karena berkurang dengan seorang saingan yang ikut
berebut "jago nomor satu Mongol", tapi melihat betapa
lihaynya Kwe Cing, mereka juga keder dan kuatir kalau
merekapun terjungkal di tangan lawan itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah ketiga orang sama-sama tidak berani
sembarangan bertindak, mereka sama berjaga dengan rapat.
Disamping melayani kedua lawan, diam-diam Kwe Cirig
menyelami kedua macam senjata aneh yang dipegang Siausiang-
cu dan Nimo Singh itu, pantang pendek yang dibawa
Siau-siang-cu itu terbuat dari baja, kecuali keras dan berat
seketika sukar diketahui keanehan yang Iain, sedangkan
senjata bentuk ular milik Nimo Singh itu menyerang dengan
jurus yang aneh sekali.
Senjata itu berbentuk ular berbisa yang berkepala segitiga,
badan ular dapat melingkar dengan lemas, kepala dan ekor
ular tampak runcing dan sangat tajam, yang lihay adalah
sukar diduga bilamana badan ular itu akan melingkar dan ke
arah mana kepala atau ekor ular itu akan menyerang.
Tapi di tangan Nimo Singn senjata ular itu berterbangan
naik turun dan berputar-putar dengan aneka macam
perubahan yang hebat
Dahulu Kwe Cing pernah bertempur melawan tongkat ular
milik Auyang Hong ular aneh yang melilit pada tongkatnya itu
adalah ular tulen dan berbisa luar biasa. Tapi senjata ularularan
Nimo Singh sekarang meski juga aneh, namun cuma
bentuknya saja seperti ular, tapi sebenarnya benda mati,
betapapun pasti ada titik kelemahannya. Sebab itulah Kwe
Cing lebih jeri terhadap serangan roda Kim-lun Hoatong
daripada Nimo Singh.
Setelah berlangsung belasan gebrakan, sekonyongkonyong
terdengar suara raungan seorang, kelihatan seorang
tinggi besar menerjang tiba, siapa lagi dia kalau bukan Be
Kong-co. senjata Be Kong-co adalah sebatang toya yang
panjang lagi besar, tanpa bicara ia terus mengemplang kepala
Kwe Cing dari belakang Nimo Singh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Padahal waktu itu empat tokoh itu sedang bertempur
dengan sengitnya dan sama-sama berjaga dengan sangat
rapat, hakikatnya tiada peluang sedikitpun bagi orang lain.
Tenaga pukulan dan samberan senjata mereka sudah
berbentuk menjadi satu jaringan kekuatan yang maha
dahsyat.
Maka kemplangan toya Be Kong-co itu kontan terbentur
oleh jaringan tenaga yang dibentuk empat orang yang sedang
saling gempur lagi.
meski tanpa mengeluarkan suara, namun toya itu
mendadak terpental balik, kalau saja Be Kong-6a tidak
memiliki tenaga sakti, tentu toya itu sudah mencelat terlepas
dari tangannya atau bisa jadi toya itu akan mengemplang
kepalanya sendiri hingga pecah berantakan.
Tapi begitu merasa gelagat jelek. Be Kong-co terus
berteriak keras dan mengerahkan kekuatannya untuk
menahan toyanya sehingga tidak sampai merugikan diri
sendiri, walaupun begitu juga tangannya terasa kesemutan
dan lecet berdarah.
"Aneh, aneh.!" ia berseru, dan mengerahkan tenaga pula,
sekuatnya ia mengemplang lagi.
Ia, mengemplang Kwe Cing dengan berdiri di belakang
Nimo Singh, yang berdiri di depannya sana adalah Kim-lun
Hoat-ong, diduganya kemplangan Be Kong-co ini pasti akan
menimbulkan kekuatan lebih besar, tapi ia cuma menyeringai
saja dan tidak mencegahnya.
Nyo Ko juga menyaksikan keadaan itu, ia tahu kepandaian
Be Kong-co terlalu jauh dibandingkan keempat tokoh itu, kalau
ikut bertempur akan bikin susah dirinya sendiri ia suka kepada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
orang dogol yang barhati polos itu, pula beberapa kali Be
Kong-co membelanya, maka ia tidak tega menyaksikan si
dogoI dicelakai Segera ia membentak: "Be Kong-co awas
seranganku!"
Berbareng pedangnya terus menusuk ke punggung orang
dogol itu.
Be Kong-co melengak bingung, katanya: "Adik Nyo,
mengapa kau menyerang padaku?"
"Orang goblok, lekas kau enyah dari sini!" damperat Nyo
Ko sambil melancarkan pula beberapa kali tusukan sehingga
Be Kong-co kelabakan berusaha mengelak dan terpaksa
melompat mundur sehingga cukup jauh dari kalangan
pertempuran Kwe Cing berempat.
Setelah mendesak lagi beberapa langkah, kemudian Nyo
Ko membisiki Be Kong-co dengan suara tertahan: "Be-toako,
jiwamu sudah kuselamatkan, kau tahu tidak?"
"Apa katamu?" tanya Be Kong-co dengan bingung.
"Ssst, jangan keras-keras, nanti didengar mereka," desis
Nyo Ko.
"Ada apa?" kembali Be Kong-co menegas dengan mata
terbelaIak. "Apa yang mesti kutakuti terhadap Hwesio gede
piaraan biang anjing itu?" - suaranyatetap keras, bahaya
adalah bicara biasa,namun bagi orang lain sudah serupa orang
berteriak.
"Baiklah, kalau begitu kau jangan bicara lagi, turut saja
perkataanku," kata Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Penurut juga Be Kong-co, ia mengangguk dan tidak
bersuara pula.
Nyo Ko lantas berkata padanya: "Kwe Cing bisa ilmu sihir,
begitu dia membaca mantera segera kepala lawan dapat
dipenggalnya. Maka lebih baik kau berdiri sejauhnya dari dia.
Mata Be Kong-co terbelalak lebar, setengah percaya dan
setengah tidak.
Karena ingin menolong jiwa si dogol, Nyo-Ko tahu jalan
paling baik adalah mengibulinya, kalau dikatakan ilmu silat
Kwe Cing sangat hebat tentu dia tidak mau menyerah kalah,
tapi kalau bilang Kwe Cing mahir ilmu sihir, besar
kemungkinan si dogol mau percaya.
Karena itu, untuk lebih meyakinkan kepercayaan Be Kongco,
Nyo-Ko berkata pula: "Tadi kau mengemplangnya dengan
toyamu, toyamu tidak membentur apa-apa terus terpental
balik malah, kan aneh bukan? saudagar Persi itu sangat tinggi
ilmu silatnya, mengapa sekali gebrak juga dilukainya?"
Be Kong-co mau percaya ucapan Nyo Ko ini, ia manggutmanggut,
lalu memandang Kim-lun Hoat-ong, Siau-siang-cu
dan Lain-lain deogan agak ragu.
Nyo Ko tahu apa yang sedang dipikirkan Be-Kong-co,
segera ia menambahi pula. "Hwesio gede itu punya jimat dan
telah diberikan kepada mayat hidup serta setan cebol itu,
mereka membawa jimat, dengan sendirinya tidak gentar
terhadap ilmu sihir lawannya. Apa Hwesio gede itu tidak
memberi jimatnya padamu?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan gemas Be Kong-co menjawab "Tidak!"
"Ya, bangsat gundul itu memang tidak dapat diajak
bersahabat, ia juga tidak memberi jimatnya padaku, biarlah
nanti kita bikin perhitungan dengan dia," kata Nyo Ko.
"Benar!" seru Be Kong-co, "Lantas bagaimana sekarang?"
"Kita menonton saja, makin jauh makin baik," ujar Nyo Ko.
"Kau memang orang baik, adik Nyo," kata Be Kong-co.
"Syukur kau mau memberitahukan padaku."
Segera ia seret toyanya dan mundur lebih jauh untuk
mengikuti pertarungan Kwe Cing berempat itu.
Sementara itu Kwe Cing sedang mengeluarkan ilmu silat
yang terkenal: "Hang-liong-cap-pek-ciang" (delapan belas
jurus penakluk naga), meski tinggi juga ilmu silat Hoat-ong
bertiga, tapi biasanya mereka tinggal terpencil di daerah yang
jarang bergaul dengan orang luar, pengalaman dan
pengetahuan mereka terbatas, dibandingkan In Kik-si jelas
pengetahuan mereka boleh dikatakan teramat dangkal.
Melihat ilmu pukulan yang dahsyat itu, mereka bertiga
sama sekali tidak kenal asal-usulnya, mereka hanya
mengepung Kwe Cing di tengah, mereka pikir asalkan mereka
mengepung sekuatnya, tentu lawan takkan tahan lama
mengerahkan tenaga pukulan sehebat itu.
Pendapat mereka memang masuk diakal, umumnya angin
badai tak pernah berlangsung sepanjang hari, hujan keras
juga jarang semalam suntuk, semakin keras tenaga yang
dikeluarkan semakin sukar pula berlangsung lama.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak tahunya selama 20-an tahun Kwe Ong giat berlatih
"Kiu-im-cin-keng?" itu kitab pusaka kunci saripati ilmu silat
yang tak terkatakan hebatnya, semula tenaga yang
dikeluarkannya tidak begitu menonjol, tapi setelah belasan
jurus, tahu- tenaga pukulan Hang-liong-cap-pek-ciang bisa
ber-ubah kadang-kadang kuat, tiba-tiba menjadi enteng lagi,
mendadak membadai, tahu-tahu mereda lagi, dari maha kuat
bisa berubah menjadi maha lunak, inilah ilmu sakti yang
belum sempat dipahami oleh mendiang Ang Chit-kong dahulu.
Nyata sedikitpun dia tidak terdesak oleh ketiga lawannya
yang amat tangguh itu, sebaliknya Kwe Cing malah terus
menyerang, makin bertempur makin leluasa.
Sungguh kejut dan kagum Nyo Ko tak terhingga, Ketika di
kuburan kuno dahulu pernah juga dia mempelajari "Kiu-imcin-
keng", cuma tiada petunjuk dari orang lain sehingga tidak
diketahui kehebatan kitab pusaka yang begini luar biasa, ia
coba mengikuti ilmu pukulan Kwe Cing itu dan dicocokkan
dengan kunci ilmu yang dipelajarinya dari Kiu-im-cin-keng itu,
seketika ia banyak mendapatkan teori baru yang sangat
bermanfaat dan diingatnya dengan baik-baik, seketika iapun
lupa akan membunuh Kwe Cing untuk menuntut balas sakit
hatinya.
Ilmu silat antara Kim - lun Hoat-ong dan Kwe Cing
sebenarnya setingkat, meski Kwe Cing lebih banyak
mendapatkan penemuan aneh, tapi usia Hoat-ong lebih tua
20-an tahun, itu berarti keuletannya lebih tua 20 tahun pula,
kalau satu lawan satu sedikitnya ribuan jurus baru dapat
menentukan menang kalah.
Hoat-ong dibantu Siau-siang-cu dan Nimo Singh,
sebenarnya tidak ada baginya mengalahkan lawannya, cuma
Hang liong-cap-pek-ciang yang dimainkan Kwe Cing itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
teramat lihay, ditambah lagi langkah Paktau-tin ajaran Coancin-
kau yang digunakan Kwe Cing itu sukar diraba arahnya,
seorang seakan-akan berubah menjadi tujuh orang, selain itu
pertama kali In Kik-si sudah dilukainya lebih dulu, hal ini telah
membikin jeri lawan pula, maka Hoat-ong bertiga menjadi
tidak berani sembarangan menyerang, dengan begitu Kwe
Cing dapat bertahan dengan satu lawan ketiga orang itu.
Setelah beberapa puluh jurus lagi, lambat-laun roda emas
Kim-lun Hoat-ong mulai memperlihatkan daya tekanannya,
ular besi Nimo Singh juga makin kencang menyerang, diamdiam
Kwe Cing mengeluh kalau pertarungan berlangsung lebih
lama dan tiba-tiba pihak lawan datang lagi seorang pembantu,
maka pasti dirinya tak sanggup bertahan lagi, sedangkan Nyo
Ko yang menempur si gede itu entah bagaimana keadaannya.
Maklumlah, terpaksa ia harus memusatkan perhatian
untuk melayani lawannya sehingga tidak sempat mengikuti
pertarungan Nyo, Ko melawan Be Kong co di sebelah sana itu.
Tiba-tiba terdengar suara suitan aneh, kedua kaki Siausiang-
cu kaku menegak dan meloncat ke atas, dari udara
pentungnya terus menutuk. Cepat Kwe Cing mengegos ke
samping, mendadak pandangannya terasa gelap, dari ujung
pentung orang tersembur keluar asap hidup, seketika
hidungnya mencium bau busuk amis, kepala menjadi rada
pening Kwe Cing mengeluh, ia tahu pentung lawan itu
tersimpan barang racun, cepat ia melangkah mundur.
Siau-siang-cu menjadi heran sekali, sudah jelas Kwe Cing
telah mengendus racun yang disemburkan dari pentungnya,
tapi tidak jatuh kelengar dan bahkan seperti tidak berhalangan
apa-apa, padahal biarpun singa harimau atau binatang buas
apapun juga akan jatuh pingsan jika tersembur oleh racun
yang disemburkannya itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera ia meloncat lagi ke atas, untuk kedua kalinya ia
menutuknya pula dengan pentungnya yang berbisa itu.
Dahulu waktu dia berlatih ilmu "mayat hidup" di daerah
pegunungan yang sunyi, kebetulan dilihatnya seekor katak
kecil sedang bertempur melawan seekor ular besar, katak pura
itu menyemburkan hawa berbisa dan merobohkan lawannya
yang jauh lebih besar itu.
Dari situlah Siau-siang-cu mendapatkan ilham, ia
menangkap katak puru dan diambil lendir berbisanya untuk
disembunyikan di dalam pentungnya.
Pangkal pentung ini ada pesawat rahasianya, sekali
ditekan dengan jari akan segera menyemburkan asap berbisa,
waktu menyemburkan asap berbisa itu Siau-siang-cu sengaja
meloncat ke atas supaya daya guna racun itu tambah keras.
Biasanya asap berbisa itu tidak pernah meleset
merobohkan musuh, siapa tahu tenaga dalam Kwe Cing
sedemikian kuatnya dan sanggup bertahan.
Kim-lun Hoat-ong dan Nimo Singh meski bukan sasaran
racun Siau-siang-cu itu, tapi merekapun ikut mengendus racun
dan terasa muak, cepat mereka melompat mundur, Siausiang-
cu sendiri sudah memakai obat penawar sehingga tidak
kuatir keracunan, ia angkat pentungnya dan menubruk maju
lagi.
Sebelum lawan menggunakan racun pula, mendadak Kwe
Cing menyambutnya dengan pukulan dahsyat ke dengkul
musuh. Terpaksa Siau-siang-cu tarik kembali pentungnya
untuk menangkis, walaupun begitu tidak urung tubuhnya
tergentak mundur beberapa langkah oleh tenaga pukulan Kwe
Cing yang lihay itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu Kwe Cing berpaling ke sana, dilihatnya senjata ular
Nimo Singh sedang menyambar tiba.
di siang hati bolong jelas kelihatan ular besi lawan itu
dapat mulur mengkeret, tampaknya juga ada sesuatu yang
aneh, jika mendadak membidikkan senjata rahasia, seketika
sukar ditahan. Cepat Kwe Cing mendahului menghantam ke
dada musuh sebelum senjata ular lawan itu mendekat.
Nimo Sing menyadari betapa hebat tenaga pukulan Kwe
Cing, lekas-lekas ia tarik kembali senjata ularnya, kedua
tangan memegangi kedua ujung senjata dan berusaha
menangkis pukulan lawan. Akan tetapi cara Kwe Cing
menggunakan tenaga pukulannya ternyata lain daripada yang
lain, bagian tengah tidak membawa tenaga, sebaliknya tenaga
pakaiannya memencar ke sekeliling titik sasaran jadi tangkisan
Nimo Singh lantas terasa hampa, sebaliknya perut dan muka
segera merasakan samberan tenaga pukulan yang dahsyat.
Untung gerak-gerik Nimo Singh juga cepat dan gesit, pula
tubuhnya pendek kecil, lekas ia menjatuhkan diri, disertai
dengan beberapa kali jumpalitan laksana boIa saja ia
menggelinding ke sana sehingga luput dari hantaman Kwe
Cing itu.
Melihat ada kesempatan baik, cepat Kwe Cing melompat
pergi saja - Tanpa ayal ia melangkah ketempat peluang yang
di tinggalkan Nimo Sing tadi.
Kim-lun Hoat-ong terkejut melihat musuhnya loIos dari
kepungan, cepat ia menubruk maju.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu Kwe Cing telah dicegat oleh barisan
pasukan Mongol, belasan tumbak telah di tusukkan kearahnya,
Mendadak Kwe Cing angkat kedua tangannya, beberapa
tombak disampuk pergi, sekali tangannya membalik, dua
prajurit kena dicengkeramnya terus dilemparkan ke arah Hoat
ong sambil berseru: "Awas, tangkap ini."
Kalau Kim-lun Hoat-ong tidak pegang kedua perajurit
Mongol itu, tentu keduanya akan terbanting mampus,
sebaliknya kalau kedua orang itu di tangkapnya, itu berarti dia
teralang dan kesempatan itu akan digunakan Kwe Cing untuk
kabur lebih jauh.
Dasarnya memang keji, tanpa pikir Hoat-ong terus
memiringkan tubuh ke samping dan ditunjuknya kedua
perajurit itu dengan bahunya, kontan kedua orang itu
terpental beberapa meter jauhnya dan terguling binasa.
Segera pula roda emas mengepruk ke punggung Kwe Cing.
Asalkan Kwe Cing menangkis atau balas menyerang maka
sukar lagi untuk kabur.
Cepat Kwe Cing merampas dua tumbak dan menusuk ke
belakang, Caranya merampas dan menyerang dilakukannya
dalam sekejap saja, sedang kakinya tidak pernah berhenti,
tusukannya ke belakang seperti punggungnya bermata saja,
tumbak yang satu menusuk bahu kanan Hoat-ong sedang
tombak lain menusuk kaki kirinya, jitu lagi keras.
Diam-diam Hoat-ong memuji ketangkasan lawan, segera
menggunakan roda emas untuk menghantam, "krak-krak",
kedua tumbak itu patah semua, karena sedikit merandek
itulah Kwe Cing sempat menyusup ke tengah pasukan
MongoI.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pasukan Mongol itu mendapat perintah Kubilai agar
menawan hidup-hidup Kwe Cing, sekarang sasarannya itu
malah menerobos ke tengah barisan, dengan sendirinya
mereka menjadi serba salah, menawannya sukar, melukainya
tidak boleh.
Yang terdengar hanya suara benturan senjata dan
bentakan di sana-sini yang riuh, keadaan menjadi kacau dan
Hoat-ong bertiga malah teralang.
Dengan sembunyi di tengah pasukan musuh. Kwe Cing
malah dapat lolos dengan leluasa seperti menyusup ke tengah
rimba lebat saja. Beberapa kali lompat dapatlah dia mendekati
seorang Pek-hu-tiang, sekali betot ia seret orang itu dari
kudanya segera ia cemplak ke atas kuda rampasan itu terus
menerjang ke sana-sini, sebentar saja ia sudah menerobos
keluar barisan musuh dan membedakan kudanya secepat
terbang.
Waktu ia bersuit, kuda merah kesayangan yang menunggu
jauh disana itu lalu berlari mendatangi. Asalkan Kwe Cing
sudah berada di atas kuda mestikanya, biarpun Kubilai
mengerahkan segenap pasukannya yang paling tangkas juga
sukar menyusulnya lagi
Dari jauh Nyo Ko dapat melihat kuda merah itu sedang
menghampiri Kwe Cing, diam-diam ia me-ngeluh, tiba-tiba ia
mendapat akal, oepat ia berteriak: "Aduh, mati aku!"- Habis ini
ia sengaja sempoyongan seperti akan roboh, berbareng ia
membisiki Be Kong-oo: "Lekas menyingkir, jangan bicara
padaku, lekas pergi sejauhnya!"
Jeritannya mengaduh itu dilakukan dengan tenaga dalam
yang kuat, meski di medan perang yang gaduh itu juga pasti
didengar oleh Kwe Cing, ia yakin sang paman pasti akan putar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
balik untuk menolongnya, tapi kalau Be Kong-co masih berada
jadi sekali dipukul oleh Kwe Cing jiwanya dogol itu akan
melayang, sebab itulah dia suruh Be Kong-co lekas pergi.
SemuIa Be Kong-co melengak heran, tapi segera ia pikir
Nyo Ko pasti mempunyai maksud tertentu, tanpa membantah
lagi terus angkat langkah seribu dan berlari ke kemah Kubilai.
Benar juga setelah mendengar jeritan Nyo Ko tadi Kwe
Cing menjadi kuatir, tanpa menunggu mendekatnya kuda
merah segera ia putar kuda rampasannya tadi dan menerjang
lagi ke tengah pasukan, ke arah beradanya Nyo Ko.
Sedikit pikir saja Kim-lun Hoat-ong lantas paham maksud
tujuan Nyo Ko itu, maka ia tidak merintanginya melainkan
membiarkan Kwe Cing menerjang lewat di sampingnya, tapi
kemudian baru ia mencegat jalan mundur lawan itu.
Setiba di dekat Nyo Ko, dengan kuatir Kwe Cing lantas
berseru: "Ko-ji, bagaimana kau?"
Nyo Ko pura-pura sempoyongan dan menjawab:
"sebenarnya orang gede itu bukan tandinganku tapi entah
mengapa, mendadak dadaku sesak dan perutku sakit"
Alasannya ini cukup masuk diakal, sebab ilmu silat Be Kong-co
tidak tinggi, kalau dia bilang dikalahkan orang dogol itu tentu
Kwe Cing takkan percaya, tapi kalau menyatakan tenaganya
mau-tak-mau Kwe Cing akan percaya terutama dihubungkan
dengan kejadian semalam, di mana Kwe Cing menyangka
lwekang anak muda jta mengalami kemacetan, kalau sekarang
penyakitnya komat lagi adalah lazim.
Segera Kwe Cing melompat turun dari kudanya dan
berseru: "lekas naik di punggungku, biar kugendong kau!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tidak, Kwe-pepek," jawab Nyo Ko pucat "jiwaku tidak
soal, tapi engkau adalah tulang punggung pertahanan kota
Siangyang, segenap perajurjt dan rakyat jelata di sana sedang
menantikan kepulanganmu, engkaulah tumpuan harapan
mereka."
"Kau datang bersamaku, mana boleh kutinggalkan kau di
sini?" ujar Kwe Cing," hayo lekas menggemblok di
punggungku."
Ketika nampak Nyo Ko masih ragu-ragu, segera Kwe Cing
berjongkok dan menarik anak muda-itu ke atas punggungnya.
Pada saat itu juga kuda rampasannya tadi telah roboh binasa
oleh beberapa panah musuh.
Sudah biasa Kwe Cing menyerempet bahaya, semakin
gawat keadaannya semakin gagah berani pula dia dan
menghadapinya dengan tenang. "Jangan takut, Ko ji, kita pasti
dapat menerjang keluar." demikian katanya kepada Nyo Ko,
segera ia berdiri dan menerjang ke sebelah utara.
Sementara itu Hoat-ong, Nimo Singh dan Siau siangcu
juga sudah menyusul tiba, Kwe Cing melihat kepungan musuh
di sekelilingnya terlebih rapat daripada tadi. Di bawah panji
kebesaran di depan kemah sana tampak Kubilai sedang
menyaksikan pertarungan sengit itu sambil bicara dengan
seorang Hwesio, melihat sikapnya yang "adem ayem" itu jelas
Kubilai yakin kemenangan sudah pasti berada ditangannya.
Kwe Cing menjadi gusar, ia menggertak keras dan
mendadak menerjang ke arah Kubilai dengan menggendong
Nyo Ko, hanya beberapa kali lompatan saja ia sudah sampai di
depan Kubilai. Keruan para pengawal Kubilai terkejut,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
beramai-ramai mereka mengacungkan tumbak untuk
menerjang Kwe Cing
Akan tetapi pukulan Kwe Cing luar biasa dahsyatnya, siapa
yang berani merintanginya pasti celaka, Ketika seorang
pengawal pribadi Kubilai kena dihatiam terpental asal dia
menyerobot maju lagi beberapa langkah, tentu pukulannya
dapat mengena.
Beberapa pengawal itu berusaha mengadang dengan matimatian,
namun sukar juga menandingi Kwe Cing yang perkasa
itu. Melihat keadaan berbahaya, cepat Kim-lun Hoat-ong
menyambitkan toda emasnya dari kejauhan. Namun sedikit
menunduk kepala dapatlah roda itu dihindari oleh Kwe Cing
sambil masih terus menerjang maju.
Nyo Ko pikir sampai Kubilai kena ditawan Kwe Cing
sebagai sandera, dalam keadaan terpaksa tentu pihak Mongol
akan melepaskannya. Kalau sekarang aku tidak turun tangan,
mau tunggu kapan lagi? Dalam keadaan agak ragu-ragu ia toh
bertanya lagi: "Paman Kwe, apakah ayahku berniat amat jahat
dan berdosa sehingga engkau harus membinasakan dia?"
Melengak juga Kwe Cing atas pertanyaan itu, tapi keadaan
tidak mengidzinkannya untuk berpikir ia menjawab: "Dia
mengaku musuh sebagai ayah, berkhianat dan melakukan
kejahatan setiap orang dapat membunuhnya,"
"O, begituI" kata Nyo Ko, tanpa ragu ia terus angkat
pedangnya dan hendak menikam ke kuduk sang paman.
Pada saat itulah mendadak bayangan berkelebat, sebuah
pentung menghantam pedangnya sehingga pedangnya
tertangkis ke samping. Waktu Nyo Ko melirik, kiranya yang
bertindak itu adalah Siausiang-cu. ia menjadi heran mengapa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
oranj| berbuat begitu, tapi segera iapun sadar: "Ya, kail
sengaja menggagalkan usahaku membunuh Kwe Cing agar
gelar jago nomor satu itu tidak jatuh kepadaku, Huh, kau
mayat hidup ini mana tahu tujuanku hanya ingin menuntut
balas saja, tentang nama kosong itu masakah pernah
kupikirkan?".
Segera ia putar pedangnya, beberapa kali gebrakan ia
desak pentung Siau-siang-cu ke samping menyusul ia hendak
menikam lagi ke punggung Kwe Cing.
Waktu itu Kwe Cing lagi melayani gempuran kim-Iun Hoatong
dan Nimo Singh, ia tidak maut tahu Nyo Ko sedang main
gila di atas punggungnya disangkanya anak muda itu lagi
menempur Siau siang cu dengan mati-matian, malahan ia
lantas memperingatkan Nyo Ko: "Awas, Ko-ji, pentungnya itu
dapat menyemburkan asap berbisa!"
Nyo Ko mengiakan, sementara itu pentung Siau-siang-cu
menyambar tiba pula. Keadaan itu dapat dilihat dengan jelas
oleh Kim-lun Hoat-ong.
Nimo Singh yang berdiri di depan sana, jelas Nyo Ko akan
berhasil, tapi selalu digagalkan.oleh Siau-siang cu, dengan
gusar mereka lantas membentak: "Hai, Siau-siang cu, kau
main gila apa?"
Siau-siang-cu menyeringai seram, mendadak pentungnya
menghantam Kwe Cing, ketika untuk ketiga kalinya Nyo Ko
hendak menikam punggung Kwe Cing, mendadak Siau-siangcu
menangkis lagi pedangnya.
Mengingat Nyo Ko lagi kurang sehat, Kwe Cing
menguatirkan anak muda itu tidak sanggup melayani serangan
Siau-siang-cu, segera ia membaiki tangan kiri dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menghantam ke dada musuh itu, seketika tubuh Siau-siang-cu
tergetar dan terpaksa mundur dua-tiga tindak.
Dalam keadaan bebas tanpa rintangan, asal ditikam lagi
tujuan Nyo Ko pasti akan tercapai tapi dilihatnya iga kiri Kwe
Cing menjadi tidak terjaga karena serangannya kepada Siausiang-
cu, kesempatan itu telah digunakan Nimo Simgh untuk
menerobos maju, senjata ularnya terus me-nusuk.
Karena kuatir tikaman akan berhasil setelah mundur
segera Siau-siang-cu menubruk lagi dengan cepat,
pentungnya terus menutuk hiatto maut di punggung Nyo Ko
untuk membuat anak muda itu mau-tak-mau harus menjaga
lebih dulu.
Sementara itu tangan kanan Kwe Cing sedang melayani
Hoat-ong, kedua orang sedang mengadu tenaga dalam, tapi
dia dan Nyo Ko justeru terancam bahaya sekaligus, dasar
watak Kwe Cing memang berbudi luhur, dia tidak
menyelamatkan diri sendiri, tapi menolong Nyo Ko lebih dulu,
tangan kirinya terus menyampuk dengan jurus Sin-Iiong-pahbwe"
(naga sakti goyang ekor), dengan tepat pentung Siausiang-
cu terhantam, sekujur badan Siau-siangcu terasa panas,
mukanya yang pucat seketika berubah merah.
Tapi pada saat yang sama, senjata ular Nimo Singh juga
sudah menyamber tiba, Kwe Cing sedang mengerahkan
sebagian besar tenaganya untuk melayani Kim-lun Hoat-ong
serta menghantam Siau-siang-cu sehingga tiada sisa tenaga
untuk menahan serangan Nimo Singh itu, dalam keadaan
kepepet sedapatnya menarik tubuhnya sedikit ke belakang.
Serangan Nimo Singh itu dapat dielakkan, walaupun begitu
kepala ular besi itu toh masuk juga pada iganya sedalam dua
tiga senti-seketika Kwe Cing mengerahkan tenaga dan otot
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tangannya mengencang, daya tusuknya senjata ular tertahan
dan sukar menancap lebih dalam dan sebelah kaki Kwe Cing
lantas menendang hingga Nimo Singh terjungkal.
Tadinya Nimo Sing sudah bergirang melihat serangannya
berhasil mengenai sasarannya dan yakin Kwe Cing pasti akan
binasa dan gelar jago nomor satu akan jatuh padanya,
sungguh tak terduga. bahwa dalam keadaan kepepet Kwe
Cing sanggup mengeluarkan kepandaian lihay dan ia sendiri
malah kena di tendang tepat pada dadanya kontan tiga tulang
rusuknya patah.
Kalau disebelah sini ber-turut-urut Siau-siang-cu dan Nimo
Singh kecundang, di sebelah sana Kim-lun Hoat-ong terus
mendesak lebih kuat dengan tenaga pukuIannya, lantaran
luka pada iga kiri sehingga tenaga dalam Kwe Cing banyak
terkuras, Kwe Cing tidak sanggup bertahan lagi, terasa suatu
tenaga maha dahsyat menimpanya, kalau paksakan diri
mengadu tenaga tentu jiwa sendiri akan melayang Terpaksa
dilepaskan pertahanannya dan menerima sebuah pukulan
dengan Lwekang tingkat tinggi telah dilatih selama sepuluh
tahun ini. "Wuaakkk", tumpahlah darah segar keluar dari
muIutnya.
Walaupun jiwa sendiri terancam bahaya namun Kwe Cing
masih tetap memikirkan keselamatan Nyo Ko, serunya: "Lekas
rebut kuda dan lari, Ko-ji, akan kutahan kejaran musuh
bagimu!"
Betapapun hati Nyo Ko tergetar dan darah bergolak dalam
rongga dadanya demi menyaksikan sang paman membelanya
mati-matian tanpa menghiraukan keselamatan sendiri, tak
terpikir lagi olehnya tentang dendam kesumat segala, ia pikir
sedemikian luhur budi paman Kwe, kalau aku tidak membalas
budi kebaikannya ini berarti percumalah hidupku ini.!
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera ia melompat turun dari gendongan sang paman, ia
putar pedangnya sedemikian kencang untuk melindungi Kwe
Cing. ia mengamuk seperti banteng ketaton, ia menyerang
mati-matian.."
Kim-lun Hoat ong dan Siau-siang-cu tercengang melihat
tindakan anak muda itu, seru mereka: "Hai, Nyo Ko, apaapaan
kau ini?"
Nyo Ko tidak menjawab "sret", ia menusuk Hoat-ong,
begitu musuh mengelak "sret" serangannya beralih ke arah
Siau-siang-cu.
Melihat Nyo Ko seperti orang kalap, tanpa terasa mereka
sama melompat mundur.
"Jangan urus diriku, Ko-ji, lekas kau menyelamatkan
dirimu!" seru Kwe Cing.
"Kwe-pepek, akulah yang bikin susah padamu, biarlah aku
mati bersama kau saja," teriak Nyo Ko sambil putar
pedangnya dengan kencang dia hanya melindungi Kwe Cing
saja tanpa menghiraukan bahaya yang mengancam dirinya
sendiri
Kim-lun Hoat-ong dan Siau-siang-cu sama-sama ingin
berebut gelar "jago nomor satu", karena itu mereka saling
berlomba menawan atau membunuh Kwe Cing, senjata
mereka berbareng menyerang. Tapi Nyo Ko telah putar
pedangnya begitu hebat sehingga kedua orang itu tak dapat
mendekat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di sekeliling mereka beribu-ribu perajurit Mangol bersorak
sorai riuh rendah mengikuti pertarungan sengit itu. Berulangulang
Kwe Cing mendesak Nyo Ko lekas lari, tapi anak muda
itu tetap bertempur membelanya, ia menjadi cemas dan
berterima kasih pula, akhirnya ia merasa lemah dan tidak
sanggup bertahan Iagi, kedua kakinya terasa lemas,jatuh
terduduk.
Nimo Singh benar-benar tangkas, meski tulang rusuknya
patah tiga buah, ia angkat senjata ular dan mendekat dengan
pelahan untuk membunuh Kwe Cing, Sekuatnya Nyo Ko
menghalau ini, ia tahu sendirian sukar menahan tiga lawan,
mendadak ia menarik Kwe Cing ke punggungnya dengan
nekat ia terus menerjang keluar.
Kepandaian Nyo Ko memangnya bukan tandingan Kim-lun
Hoat-ong, kini dia menggendong Kwe Cing, tentu saja dia
tidak sanggup bertahan, Beberapa gebrakan kemudian lengan
kirinya telah kena dilukai oleh roda emas Hoat-ong.
Pada detik yang berbahaya itulah sekonyong-konyong
pasukan Mongol yang mengepung itu tersiak ke samping,
seorang tua berkaki pincang bertongkat besi tampak
menerjang datang dengan memutar senjatanya yang
berbentuk palu besar.
"Lekas terjang keluar, Nyo Ko, akan kulindungi kau dari
belakang!" seru kakek pincang itu. Kiranya dia adalah Pang
Bik-hong, murid Ui Yok-su.
Seperti diketahui, dia dipaksa wajib kerja bagi pasukan
Mongol untuk menggembleng dan membuat senjata, tapi
diam-diam ia bercita2 akan membunuh beberapa perwira
Mongol namun selama ini belum ada kesempatan. Kebetulan
hari ini ia terdengar suara pertempuran yang sengit, dari
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tempat ketinggian ia melihat Kwe Cing dan Nyo Ko dikepung,
segera ia menerjang ke sisi untuk membantu merek.,
Ia putar palunya yang besar itu dengan kencang, siapa
yang kebentur pasti kepala remuk dan tulang patah, karena
itu dia berhasil membuka suatu jalan berdarah, Tentu saja
Nyo Ko bergirang, cepat ia menerobos ke sana. Tapi Kim-lun
Hoat ong tidak tinggal diam, ia putar rodanya dan sekaligus
mengadang di depan Nyo Ko dan Pang Bik-hong, ia sambut
semua serangan kedua orang itu..
Hanya kalau pentung Siau-siang-ou menghantam ke
punggung Kwe Cing, maka Hoat-ong lantas memberi
kesempatan pada Nyo Ko untuk menangkisnya agar serangan
Siau-siang-cu itu gagal mengenai Kwe Cing.
Tapi jika rodanya mengepruk Kwe Cing, Siau-siang-cu juga
lantas ayun pentungnya untuk menangkiskannya, untunglah
kedua orang itu saling berlomba membunuh Kwe Cing, kalau
tidak biarpun Nyo Ko bertempur mat2an juga sukar untuk
menyelamatkan jiwa Kwe Cing.
sementara itu Kwe Cing dan Nyo Ko sudah bertempur
sekian lamanya di tengah kepungan musuh yang ketat itu,
Kim-lun Hoat-ong tidak sangsi lagi, cepat ia menubruk maju,
rodanya terus menghantam dan beradu dengan pedang Nyo-
Ko Kun-cu-kiam yang didapatkan Nyo Ko dari Coat-ceng-kok
itu sangat tajam, roda Hoat-ong tertabas secuil, tapi Hoat-ong
terus mendorong rodanya ke depan dengan tenaga kuat,
kuatir Kwe Cing terluka, Nyo Ko tak berani mengegos ke
samping, terpaksa ia menangkis pula dengan pedangnya,
karena roda itu sudah menyerang dulu ke samping
belakangnya, maka lengannya kembali tergores luka dan
mengucurkan darah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Meski lukanya tidak parah, namun sekali ini, pembuluh
darah teriris oleh tepian roda yang tajam, darah terus
mengalir, lambat laun Nyo Ko merasa lemas, tenaga juga
semakin kurang, sedangkan musuh menyerang lebih gencar
sehingga tak sempat membalut lukanya.
Dengan putar tongkat dan palunya Pang Bik-hong
bermaksud membantu, namun pukulan Hoat-ong telah
membuatnya kelabakan.
Melihat kesempatan baik, mendadak Siau-siang cu
melompat ke atas, pentungnya terus menutuk kepala Kwe
Cing, segera ia hendak menggunakan asap berbisa. Tentu saja
Nyo Ko terkejut, dengan menggendong Kwe Cing, gerakgeriknya
menjadi kurang gesit, tanpa pikir ia mengulur tangan
kiri untuk menangkap ujung pentung musuh menyusul pedang
di tangan kanan terus menusuk.
Keadaan Nyo Ko sekarang sama sekali tidak terjaga, kalau
mau dengan mudah saja Hoat-ong dapat membinasakan anak
muda itu, tapi Hoat-ong sengaja hendak memperalat Nyo Ko
untuk menghalau serangan Siau-siang-cu, maka setelah
mendesak mundur Pang Bik-hong, segera ia mencengkeram
punggung Kwe Cing, dengan menawan Kwe Cing hidup-hidup
berarti suatu jasa maha besar.
Dalam pada itu Nyo Ko telah mengeluarkan segenap
kemahirannya, ia merebut pentung dan menusuk dengan
pedang, kedua gerakan ini dilakukan dengan sekaligus belum
lagi kaki Siau-siang-cu menancap kembali di atas tanah, tahutahu
pentungnya sudah dipegang lawan, malahan
pandangannya menjadi silau, ujung pedang Nyo Ko sudah
nyamber tiba di depan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam keadaan kepepet, tiada jalan lain kecuali pentung
diIepaskannya, tubuhnya terus balik ke belakang dan dengan
begitu jiwanya dipertahankan.
Sementara itu Pang Bik-hong menjadi melihat keadaan
cukup gawat, kembali tongkat dan palunya menghantam ke
punggung Kim-Iun Hoat-ong, Terpaksa Hoat-ong membaliki
rodanya untuk menangkis, "trangtrang", tangan tergetar sakit
namun sebelah tangannya masih terus mencengkeram ke
punggung Kwe Cing.
Pang Bik-hong meraung keras, tongkat dan palu
dibuangnya terus menubruk maju dengan kalap, ia rangkul
tubuh Kim-Iun Hoat-ong sekencang-kencangnya, seketika
kedua orang jatuh terguling, Tidak kepalang gusar Hoat-ong,
"blang". ia hantam pundak Pang Bik-hong hingga isi perut
murid Ui Yok su itu serasa terjungkir balik dan rontok.
Namun Pang Bik-hong benar-benar sudah nekat, ia telah
menyaksikan keganasan pasukan Mongol dan betapa
hebatnya Siangyang digempur serta cara Kwe Cing berusaha
menghalau musuh dengan mati-matian, ia tidak kenal Kwe
Cing dan juga tidak orang adalah menantu gurunya, cuma ia
pikir kalau Kwe Cing mati, tentu kota Siangyang juga jatuh,
sebab itulah ia sudah bertekad akan menoIong Kwe Cing
sekalipun jiwa sendiri harus terbunuh...
Begitulah tanpa ampun Kim-lun Hoat-ong menghantam
beberapa kali, seketika otot Pang Bik-hong putus dan tulang
remuk, walaupun terluka parah, namun rangkulannya tidak
menjadi kendur, bahkan semakin kencang sehingga kesepuluh
jarinya ambles ke dalam daging tubuh Kim-lun Hoat-ong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tadinya perwira dan perajurit Mongol hanya menyaksikan
pertarungan sengit itu, mereka yakin Kim-lun Hoat-ong dan
Lain-lain pasti akan berhasil kini mendadak tampak Hoat-ong
terguling dan Siau-siang-cu melompat mundur, serentak
mereka terus mengerubut maju. Dalam keadaan demikian,
sekalipun tidak terluka juga Kwe Cing dan Nyo Ko sukar
menahan terjangan beribu2 orang itu.
Diam-diam Nyo Ko mengeluh nasibnya sekali ini pasti akan
tamat Tapi sebelum ajal ia pantang menyerah, tanpa pikir ia
putar pentung rampasannya dari Siau-siang-cu. Mendadak
terdengar mendesis dari ujung pentung itu tersembur keluar
asap, kontan sepuluh perajurit Mongol yang paling depan itu
roboh terguIing.
Kiranya tanpa sengaja Nyo Ko telah menyentuh pesawat
rahasianya itu dan menyemprotkan asap berbisa yang
tersimpan di dalamnya.
Tercengang juga Nyo Ko, tapi segera iapun sadar apa
artinya itu, cepat ia gendong Kwe Cing dan melangkah ke
depan. Dilihatnya pasukan musuh membanjir tiba pula dari
kanan-kiri, cepat ia tekan pesawat rahasia pentung itu, asap
hitam tersembul keluar lagi dan berpuluh perajurit musuh
kembali terguling.
Meski perwira dan perajurit Mongol, pada umumnya
sangat tangkas di medan perang, tapi rata2 percaya tahayul,
serentak mereka ber-teiak2: "Awas, dia bisa ilmu sihir, lekas
menyingkir lekas!.."
Dengan leluasa dapatlah Nyo Ko menerjang lagi ke depan,
ketika ia persuit, kudanya yang kurus itu mendekatinya dari
sana, Nyo Ko sendiri sudah lelah, ia taruh Kwe Cing di atas
kuda, ia sendiri tidak sanggup lagi lomoat ke atas kudanya, ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
hanya tepuk pelahan pantat kuda itu dan berkata: "Kuda baik,
lekas lari !"
Kuda itu sangat cerdik pula, dahulu Nyo Ko
menyelamatkan jiwanya maka iapun cinta kepada majikannya,
sebelum sang majikan naik di punggungnya, ia hanya angkat
kepala dan meringkik saja, betapapun tidak mau lari dengan
cepat.
Karena keadaan sangat gawat, pasukan Mongol sedang
mengejar datang, terpaksa Nyo Ko gunakan pentungnya untuk
menjojoh pantat kuda agar berlari, "Lekas kabur, kuda baik."
serunya
Tak terduga karena ulahnya, tutukan pentung itu rada
menceng dan mengenai kaki Kwe Ceng. sebenarnya Kwe Cing
dalam keadaan hampir tak sadar, tutukan pentung itu
membuatnya membuka matanya, segera ia tarik Kyo Ko ke
atas kuda.
Merasakan sang majikan sudah berada di punggungnya,
kuda itu meringkik girang dan membeda secepat terbang.
Terdengar suara tiupan tanduk riuh rendah di sana sini,
pasukan Mongol mengejar dengan kencang, segera Kwe Cing
bersuit, kuda merahnya berlari mendekati kuda kurus itu dan
menggosokkan moncongnya pada tubuh Kwe Cing...
Nyo Ko tahu kuda sendiri itu betapapun tak dapat
menandingi kecepatan kuda merah Kwe Cing itu, sementara
itu pasukan Mongol melepaskan panah dari belakang. ia
rangkul Kwe Cing dan sekuatnya melompat keatas kuda
merah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itu juga terdengar suara mendengung di
belakang, roda emas Hoat-ong sedang menyambar tiba.
Sedih juga Nyo Ko, ia tahu si pandai besi she Pang jelas
telah menjadi korban keganasan Kim-lun Hoat-ong. Dalam
pada itu roda musuh sudah semakin mendekat, ia berusaha
mendekam di atas kuda dengan harapan roda itu menyamber
lewat di atas tubuhnya, Tapi dari suara mendengung itu
kedengaran berada di bagian bawah, agaknya sasaran roda itu
adalah kaki kuda.
Serangan Kim-lun Hoat-ong ini sungguh keji, Setelah
memukul mati Pang Bik-hong tadi, waktu ia berdiri kembali,
dilihatnya Kwe Cing dan Nyo Ko sudah menyemplak ke atas
kuda, untuk mengubernya jelas tidak keburu lagi segera ia
mengumpulkan tenaga dan menyambitkan roda emasnya.
Yang diarah adalah kaki kuda, ia pikir andaikan Nyo Ko
atau Kwe Cing tentu korbannya akan tetap dibawa lari oleh
kuda itu, hanya kalau kaki tertabas patah barulah maksud
tujuannya akan tercapai
Begitulah ketika mendengar roda musuh semakin
mendekat, terpaksa Nyo Ko membaliki pedang ke belakang
untuk menangkis, ia menyadari tenaga sendiri sudah lemah,
tangkisan itu tetap sukar menahan roda musuh, soalnya sudah
kepepet ia hanya berbuat sebisanya saja.
Tampaknya roda itu semakin mendekati tinggal satu
meteran saja dari kaki kuda, suara mendengungnya terdengar
mengejutkan Nyo Ko coba, mengacungkan pedangnya ke
bawah untuk melindungi kaki kuda. Siapa duga kuda merah
itu seperti sudah keranjingan setan saja, larinya semakin
kencang, sekejap kemudian jarak roda dan kaki itu-tetap
semeteran dan tidak bertambah dekat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sungguh girang Nyo Ko tak terpikirkan, ia tahu samberan
roda emas musuh itu makin lama tentu ma-kin lemah. Benar
juga, sejenak pula jarak roda ini dengan kaki kuda itu sudah
bertambah jauh, kini sudah ada dua meteran, habis itu lantas
tiga meter, empat meter dan semakin jauh tertinggal di
belakang Akhirnya "trang" roda emas itu jauh ke tanah.
Selagi bergirang, Yo Ko mendengar suara ringkikan kuda,
waktu ia menoleh ke belakang, dilihatnya kudanya sendiri tadi
telah terkapar dengan panah menancap di perut. Hati Nyo Ko
menjadi pedih dan tanpa terasa mencucurkan air mata
mengingat jasa kuda kurus itu.
Dalam pada itu kuda merah masih terus membedal
secepat terbang, dalam sekejap saja pasukan Mongol yang
mengejar itu sudah jauh tertinggal di belakang. Sambil
merangkul tubuh Kwe Cing, kemudian Nyo Ko bertanya
"Bagaimana keadaanmu Kwe-pepek?"
Putra atau putrikah anak Ui Yong yang akan lahir, bertepatan
dengan kemelut kota Siang Yang?
Dapatkah Nyo Ko menyelamatkan jiwa Kwe Cing? Dan tidak
akan menuntut balas kematian ayahnya?
(Bacalah jilid ke 33)
Jilid 33
Kwe Cing hanya bersuara lemah sekali dan tidak
menjawabnya. Waktu Nyo Ko memeriksa pernapasannya,
terasa napasnya cukap keras, agaknya tidak menjadi soal
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sementara ini, hatinya terasa lega dan ia sendiri lantas
pingsan malah.
Entah berapa lama ia mendekap di atas kuda dalam
keadaan lelap, ketika mendadak dilihatnya di depan beriburibu
perajurit musuh mengadang pula hendak menangkap Kwe
Cing, segera ia memutar pedangnya sambil berteriak-teriak:
"Jangan mencelakai paman Kwe!" - ia memudar pedangnya
serabutan dan mendadak pandangannya menjadi samarsamar
di sana-sini banyak wajah orang yang sedang
memperhatikannya, waktu ia mengawasi lebih jelas, tiba-tiba
sebuah wajah yang sangat dikenalnya tampak tersenyum
padanya. Siapa lagi dia kalau bukan Siaoliong li.
Nyo Ko merasa sepeiti dalam mimpi saja, serunya: "He,
Kokoh, engkau juga berada disini. Lekas - lari, jangan pikirkan
diriku, Kwepepek, mana Kwe-pepek?"
"Tenanglah, Ko-ji, kau sudah pulang di sini, Kwe-pepekmu
juga selamat, jangan kuatir," kata Siao-liong-li dengan suara
lembut
Sangat lega hati Nyo Ko mendengar keterangan itu, baru
sekarang ia merasakan tubuhnya lemas lunglai, ruas
tulangnya seakan-akan terlepas semua, segera ia pejamkan
mata pula.
Didengarnya suara Ui Yong sedang berkata: "Dia sudah
siuman dan tak beralangan lagi, engkau masih mengawasi dia
di sini."
Terdengar Siao-liong-li mengiakan, lalu Ui Yong melangkah
pergi. Tapi sebelum keluar kamar, tiba-tiba terdengar suara
kresek di atap ramah, air muka Ui Yong berubah, sekali ayun
tangannya tiup padam api lilin.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko juga kaget dan cepat berduduk, dia cuma terluka
luar lantaran banyak mengeluarkan tenaga pula terlalu seIama
daIam pertempuran, sebab itulah dia jatuh pingsan. Tapi
setelah istirahat sekian lama, pula Ui Yong telah memberi obat
mujarab buatan Tho-hoa-to. tenaganya sudah pulih sebagian
besar, maka begitu mendengar suara mencurigakan segera ia
berbangkit hendak menghadapi musuh.
Namun dalam keadaan gelap Siao-liong-li sudah
mengadang di depannya dengan pedang terhunus desisnya
kepada Nyo Ko: "jangan bergerak, Ko-ji, kujaga kau di sini!"
Dalam pada itu terdengar suara gelak tertawa seorang di
atas rumah, katanya: "kedatangan ku adalah untuk
menyampaikan surat, tak kuduga bahwa menurut adat
menerima tamu kalian adalah dalam keadaan gelap gulita." -
Dari suaranya dapat dikenali orang ini adalah murid Kim-lun
Hoat-ong, yakni pangeran Hotu.
"Menurut adat istiadat bangsa kami, menerima tamu yang
terhormat harus di tempat yang terang, untuk menghadapi
tamu yang suka main sembunyi paling baik dilakukan pada
malam gelap gulita," jawab Ui Yong.
Seketika Hotu tak dapat berdebat lagi, pelahan ia
melompat turun ke pelataran dan berscru: "Sepucuk surat ini
diaturkan kepada: Kwe-Tayhiap."
Ui Yong membuka pintu kamar dan menjawab: "Baiklah,
silakan masuk!"
Namun Hotu ragu-ragu karena kamar itu gelap gulita, ia
berdiri di luar kamar dan berkata pula: "lnilah suratnya, harap
diterima saja?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau mengaku sebagai tamu, mengapa tidak mau masuk
kemari?" tanya Ui Yong.
"Laki-laki sejati tidak sudi tersudut di tempat berbahaya,
perlu waspada kemungkinan di jebak" ujar Hotu.
"Huh, masakah ada laki-laki sejati mengukur orang lain
dengan jiwa rendah seorang pengecut?" jengek Ui Yong.
Muka Hotu menjadi merah, diam-diam ia mengakui
ketajaman mulut Ui Yong, kalau berdebat pasti bakal kalah,
daripada malu lebih baik mundur teratur saja. Maka ia tidak
bicara pula, dengan pandangan tajam ke arah pintu ia
menyodorkan surat yang dibawanya itu.
Ui Yong menjulurkan pentung bambunya dan mendadak
menutuk kemuka orang, keruan Hotu terkejut dan cepat
melompat mundur, tahu-tahu tangannya terasa kosong, surat
yang dipegangnya entah kabur kemana?
Kiranya ketika pentingnya menutuk, berbareng Ui Yong
terus memutar ujung pentung ke bawah untuk menyanggah
surat yang disodorkan Hotu itu, ketika Hotu melompat
mundur, surat itu seperti meiengket di ujung pentung dapat
ditarik oleh Ui Yong. soalnya dia sedang hamil tua dan tidak
ingin menemui tamu, sebab itulah dia tidak mau berhadapan
dengan musuh.
Setelah terkejut segera pula dia berubah menjadi lesu,
semangatnya yang menyala ketika memasuki Siangyang
seketika lenyap sebagian besar menghadapi kelihayan Ui Yong
itu, segera ia berseru: "Surat sudah kuserahkan sampai
bertemu pula petang besok!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Ui Yong mendongkol atas kekurang-ajaran
orang yang berani datang dan pergi sesukanya di kota
Siangyang mi, mendadak ia ambil poci teh yang terletak di
atas meja itu, air teh yang masih panas didalam poci itu terus
dipancur-kan ke sana.
Sebenarnya sejak tadi Hotu sudah siap siaga menghadapi
segala kemungkinan kalau ada senjata rahasia menyambar
keluar dari dalam kamar, akan tetapi pancuran air teh panas
itu datangnya tanpa suara apa-apa, tiada suara mendenging
seperti senjata rahasia tajam umum nya, maka ketika dia
mengetahui apa yang terjadi, tahu-tahu leher, dada dan
lengannya sudah basah kuyup oleh air teh yang panas itu, ia
menjerit terkejut dan cepat mengegos puja ke samping.
Namun Ui Yong sudah berdiri ditepi pintu sebelum Hotu
berdiri tegak, cepat pentung bambunya menjulur ke lengan
gaya "menjegal" dari Pakkau-pang-hoat (ilmu permainan
pentung penggebuk anjing), "plok", ia sabet kaki Hotu hingga
pangeran Mongol itu jatuh terjungkal.
Cepat Hctu melompat bangun, tapi gaya menjegal
pentung Ui Yong masih terus bekerja dengan cepat, belum
lagi dia berdiri sudah dirobohkan pula dan begitu seterusnya
dia jatuh bangun hingga kepala pusing tujuh keliling.
Sebenarnya ilmu silat Hotu tidaklah rendah, kalau
bertempur benar-benar dengan Ui Yong rasanya takkan
dirobohkan secara begitu mengenaskan walaupun
kepandaiannya memang masih kalah tinggi dan dibawah
pangcu kaum jembel yang sedang hamil tua ini. Tapi lantaran
mendadak dia disembur air teh panas, dia mengira kena
serangan obat berbisa yang sangat lihay dan bisa jadi jiwanya
akan melayang, kalau tertahan lebih lama dan air racun itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bekerja, bukan mustahil badannya akan membusuk dan entah
bagaimana dia akan tersiksa.
Dalam keadaan kejut dan ragu-ragu itulah mendadak Ui
Yong menyerangnya pula, bahkan pentungnya menyambet
ber-turut-urut tanpa berhenti, sama sekali dia tidak sempat
balas menyerang, keruan dalam kegelapan itu ia jatuh bangun
hingga hidung bocor kepala benjut.
Sementara kedua saudara Bu juga mendengar keributan
itu dan memburu tiba, segera Ui Yong menyuruh mereka
meringkus Hotu.
Mendadak Hotu mendapat akal, ia tahu kalau bangun lagi
pasti akan di jegal jatuh pula, maka ia pura-pura menjerit dan
terbanting jatuh, padahal tubuhnya memang sudah kesakitan
maka sekalian ia lantas berbaring di situ untuk mengaso,
Ketika kedua saudara Bu menubruk maju hendak
menawannya, sekonyong-konyong Hotu menjulurkan kipasnya
dan sekaligus tutuk Hiat-to kaki kedua orang, menyusul ia
dorong tubuh kedua saudara Bu untuk merintangi pentung Ui
Yong, ia sendiri terus melompat ke sana dan naik ke atas
pagar tembok.
"Ui pangcu, lihay benar permainan pentung-mu, tapi
goblok amat anak didikmu!" serunya dengan tertawa.
"Huh, tubuhmu sudah terkena air beracun, mana orang
lain mau menyentuh tubuhmu?" jengek Ui Yong.
Seketika Hotu melengak kaget, ia merasa air panas yang
mengenai tubuhnya itu berbau teh, entah air racun macam
apa?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Rupanya Ui Yong dapat menerka pikirannya, ia berkata
pula: "Kau terkena racun, tapi sama sekali kau tak tahu nama
racunnya, tentu matipun kau tidak rela, Baiklah, biar
kuberitahukan, air racun itu bernama Cu-ngo-kian-kut teh (teh
pembusuk tulang sampai lohor)."
"Cu-ngo-kian-kut-teh?" Hotu mengulang istilah itu..
"Benar," ujar Ui Yong. "Setetes saja racun itu mengenai
tubuh, maka sekujur badan akan membusuk hingga kelihatan
tulangnya pada waktu Iohor. Nah, kau masih ada waktu
beberapa jam, lekas pulang saja untuk mengurus tempat
kuburanmu."
Hotu tahu Ui-pangcu dari Kay-pang ini terkenal lihay dan
cerdik, bahwa dia mampu meracik obat racun seperti apa yang
dikatakan itu memang tidak perlu disangsikan lagi, seketika ia
menjadi termangu bingung, apa mesti pulang menanti ajal
atau merendah diri untuk mohon obat penawarnya?
Ui Yong juga tahu pangeran Mongol itu bukan orang
bodoh, tentang air racun segala hanya dapat menipunya
sementara, lama2 tentu juga akan diketahui kebohongannya.
Maka ia lantas berkata pula. "Sebenarnya kita tiada dendam
apa-apa, kalau kata-katamu tidak kasar, tentu jiwamu takkan
melayang."
Dari naga ucapan orang Hotu merasa ada setitik sinar
harapan untuk hidup, tanpa pikir harga diri lagi segera ia
melompat turun dari pagar tembok, ia memberi hormat dan
berkata: "Ya,Cayhe-tadi berlaku kasar padamu, mohon Uipangcu
sudi memaafkan."
Berdin di belakang pintu dapatlah Ui Yong meraba
secomot kotoran debu, lebih dulu ia ludahi dan dipelintir
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menjadi butiran, Dengan pelahan ia selentikkan "obat pil" itu
kepada Hotu sambil feerkata: "Baiklah, lekas minum!"
Cepat Hotu menangkap "pil" itu dan tanpa pikir terus
ditelan mentah-mentah, walaupun rasanya agak pahit namun
jiwa selamat paling perlu, ia memberi hormat pula dan
mengucapkan terima kasih kepada Ui Yong, Kini ia sudah
patah semangat ia mundur-mundur ke tepi pagar tembok baru
melompat ke atas dan angkat kaki.
Ui Yong menghela napas gegetun setelah Ho tu pergi,
dibukanya Hiat-to kedua saudara Bu yang terkutuk tadi.
Teringat olehnya kata-kata ejekan Hotu tadi, "Iihay sangat
permainan pentung Ui-pangcu, tapi goblok amat anak
didikmu", ia menjadi sedih melihat kedua saudara Bu. Meski
caranya menjatuhkan Hotu tadi tidak menggunakan tenaga,
tapi perutnya terasa rada sakit juga, ia duduk mengaso di
kursi.
Sementara itu Siao-liong-li telah menyalakan api lilin, Ui
Yong coba membuka surat antaran Hotu itu dan dibacanya,
Kiranya surat itu dari Kim-lun Hoat ong yang menyatakan
kagum atas ketangkasan Kwe Cing, yang dapat datang dan
pergi di tengah pasukan Mongol itu, untuk itulah Kim-lun
Hoat-ong menyatakan hendak mengadakan kunjungan
balasan ke Siangyang besok.
Tentu saja Ui Yong terkejut, ia perlihatkan surat itu kepada
Nyo Ko dan Siao-liang li- Katanya: "Meski tembok benteng
Siangyang sangat kuat, tapi sukar menahan tokoh-tokoh
persilatan. Paman Kwe terluka parah, akupun tidak mampu
berbuat banyak, sedangkan musuh akan datang secara benarbenar
bagaimana baiknya nanti?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Paman Kwe..." belum lanjut ucapan Nyo-Ko, tiba-tiba
dilihatnya Siao liong li melirik padanya dengan sinar mata
yang mengandung arti menyalahkannya menyelamatkan jiwa
Kwe Cing, seketika ia tidak melanjutkan perkataannya.
Ui Yong menjadi curiga, ia tanya pula: "Nona-Liong,
kesehatan Ko-ji juga belum pulih, nanti terpaksa harus
mengandalkan engkau dan Cu Cu-liu, Cu-toako menghadapi
kedatangan musuh."
Siao-liong-li tidak biasa berdusta dan ber-pura-pura, apa
yang dipikirkan. itu pula yang dikatakan, dengan tak acuh ia
lantas menjawab: "Aku cuma melindungi Ko-ji seorang, matihidup
orang lain tiada sangkut paut dengan kami.."
Tentu saja Ui Yong bertambah heran, seketika iapun tidak
dapat bertanya lebih banyak, hanya dikatakan kepada Nyo Ko:
"Menurut paman Kwe, semuanya berkat perjuanganmu."
Teringat kepada maksudnya hendak membunuh Kwe Cing,
Nyo Ko merasa malu diri, jawabnya: "Ah siautit tidak becus
hingga membikin Kwe pepek terluka."
"Kau sendiri istirahat dulu, kalau musuh datangi jika tidak
mampu melawan dengan tenaga dapatkah kita mengalahkan
mereka dengan akal," ujar Ui Yong, Lalu ia berpaling kepada
Siao-liontg-Ii "Nona Liong, marilah ikut padaku, aku ingin
bicara sebentar dengan kau."
"Tapi dia....." Siao-liong-li ragu-ragu memandangi Nyo Ko.
Sejak pulangnya anak muda itu, Siao-liong-li terus
menunggunya di situ, maka ia merasa berat meninggalkan
anak muda itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Musuh menyatakan akan datang besok, ku-yakin malam
ini pasti takkan terjadi sesuatu," ujar Ui Yong, "Marilah ikut,
apa yang hendak kubicarakan ada hubungannya dengan Koji."
Siao-liong-li mengangguk. Lebih dulu ia membisik
beberapa pesan kepada Nyo Ko, habis itu baru ikut Ui Yong
keluar kamar, Ui Yong membawanya ke kamarnya sendiri,
letelab menutup pintu kamar barulah ia berkata: "Nona Liong,
kau bermaksud membunuh kami suami istri, bukan?"
Walaupun watak siao-liong-li polos bersih, tapi dia
bukanlah orang bodoh, dia bertekad akan membunuh Kwe
Cing dan Ui Yong untuk menolong jiwa Nyo Ko, kalau Ui Yong
memancingnya dengan kata-kata mana dapat mengelabuinya,
tapi sekarang Ui Yong dapat meraba wataknya yang lugu,
tanpa tedeng aling-aling ia tanya secara langsung, Karuan
Siao-liong-li menjadi melengak dan menjawab dengan
tergagap "Ka... kalian baik kepada kami, mengapa kami...kami
membunuh kalian?"
Melihat sikap orang, Ui Yong tambah yakin akan
dugaannya segera ia berkata pula: "Kau tidak perlu
merahasiakannya lagi, sudah kuketahui maksud kalian, Ko-ji
menganggap kami yang membinasakan ayahnya, maka dia
ingin membunuh kami untuk menuntut balas, Kau suka
kepada Ko-ji dan hendak membantu terlaksana cita2nya itu."
Karena isi hatinya dengan jitu kena dikatai, dasar Siaoliong-
li memang tidak bisa berdustai, seketika ia terdiam,
sejenak kemudian barulah ia menghela napas dan berkata:
"Sungguh aku tidak paham!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tidak paham apa? tanya Ui Yong.
"Sebab apa tadi Ko ji menyelamatkan Kwe-tayhiap dengan
mati-matian, padahal dia sudah berjanji dengan Kim-lun Hoatong
akan membunuh Kwe- tayhiap," kata Siao-liong-li.
Terkejut juga Ui Yong mendengar keterangan itu, bahwa
dia sudah menduga ada maksud jahat pada Nyo Ko, tapi sama
sekali tak tersangka anak muda itu akan bersekongkol dengan
pihak Mongol. Maka iapun tenang-tenang saja dan berlagak
sudah mengetahui semuanya, katanya: "Mungkin dia melihat
Kwe-tayhiap sangat baik hati padanya, akhirnya dia sendiri
tidak tega turun tangan."
Siao-liong-li mensangguk, katanya dengan sedih: "Urusan
sudah telanjur begini, apa mau dikatakan lagi? Kalau dia tidak
memikirkan jiwanya sendiri, ya terserah padanya, Aku sudah
tahu dia adalah orang paling baik di dunia ini, dia lebih suka
mati sendiri daripada mencelakai musuhnya."
Sekilas timbul beberapa pertanyaan dalam benak Ui Yong,
tapi sukar juga menarik kesimpulan dari arti ucapan Siaoliong-
li itu. Dilihatnya air muka si nona sangat sedih dan
cemas, sedapatnya iapun menghiburnya: "Tentang kematian
ayah Ko-ji itu memang banyak lika-likunya, biarlah kelak kita
membicarakannya secara lebih jelas, Lukanya tidak parah,
setelah istirahat beberapa hari tentu akan sehat kembali, kau
tidak perlu berduka."
Siao-liong-li memandangi Ui Yong dengan termangumangu,
sejenak kemudian mendadak air matanya bercucuran,
katanya dengan ter-gagap2: "Tapi... tapi jiwanya hanya...
hanya tinggal tujuh hari, mana mungkin istirahat lagi hehe...
beberapa hari segala..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Jiwanya tinggal tujuh hari apa maksudmu?" Ui Yong
menegas dengan terkejut "Lekas jelaskan. kita pasti dapat
menolongnya."
Siao-liong-li menggeleng pelahan, tapi akhirnya ia
menceritakan juga kejadian di Cui-sian-kok itu tentang cara
bagaimana Nyo Ko terkena racun bunga cinta dan Kiu Jian-jio
cuma memberinya setengah butir pil Coat-ceng-tan serta
memberi waktu 18 hari untuk membunuh Kwe Cing dan Ui
Yong, habis itu baru setengah butir Coat-ceng-tan yang lain
akan diberikan lagi.
Diceritakan juga betapa tersiksanya apabila racun bunga
cinta itu mulai bekerja dan bahwa di dunia ini hanya tersisa
separoh Coat-ceng-tan itu yang dapat menolong jiwa Nyo Ko.
Semakin kejut dan heran Ui Yong oleh cerita itu, sama
sekali tak terduga olehnya bahwa Kiu Jian-jiu itu tokoh Bu-Iim
yang terkenal belasan tahun yang lalu itu masih mempunyai
seorang adik perempuan serta membangkitkan malapetaka
sehebat itu.
Setelah bercerita secara ringkas, akhirnya Siao liong-li
berkata: "Jadi umurnya tinggal tujuh hari lagi, seumpama
malam ini kalian suami-istri dapat dibunuh juga tak sempat
lagi untuk kembali ke Coat-ceng-kok, lalu untuk apa lagi
kubikin celaka kalian? Tujuanku hanya menolong Ko-ji,
mengenai dendam kematian ayahnya segala aku tidak urus."
SemuIa Ui Yong mengira maksud tujuan Nyo-Ko hanya
ingin menuntut balas kematian ayahnya jtu, siapa tahu di
dalam urusan ini masih banyak lika-liku soal lain, jika begitu
berarti anak muda itu membunuh diri kalau dia batalkan
niatnya membunuh Kwe Cing, sungguh luhur pengorbanan
Nyo Ko yang tiada bandingannya ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah Ui Yong mondar mandir di dalam kamar dengan
bingung, betapapun cerdik pandainya, tak berdaya juga
menghadapi keadaan yang serba sulit ini ia pikir beberapa jam
lagi musuh akan menyerbu tiba secara besar-besaran, meski
tadi ia menghibur Nyo Ko agar jangan kuatir dan bahwa dapat
mengalahkan musuh dengan akal andaikan tidak mau
melawannya dengan kekuatan. Tapi bagaimana akalnya itu
sungguh sukar diperoleh.
Bahwasanya Siao-liong-li hanya memikir dan mencintai
Nyo Ko dengan setulus hatinya, sedangkan pikiran Ui Yong
justeru bercabang dua, setengahnya ia berikan kepada sang
suami dan separuh lain terbagi kepada anak perempuannya.
Yang dipikirkannya kini hanya "Bagaimana caranya
menyelamatkan kakak Cing dan anak Hu?"
Tiba-tiba terpikir olehnya: Kalau Ko-ji dapat mengorbankan
dirinya sendiri demi orang lain, mengapa aku tidak? Karena
pikiran ini, segera ia berpaling kepada Siao-liong-Ii dan
berkata, dengan ikhlas: "Nona Liong, aku mempunyai akal
yang dapat menolong jiwa Ko-ji, apakah kau mau menurut
padaku?"
Saking girangnya tubuh Siao-liong-li sampai gemetar,
jawabnya "Biarpun aku harus.... harus matipun... Ai,
sebenarnya matipun bukan apa-apa bagiku, sekalipun
berpuluh kali lebih susah daripada mati juga aku... aku akan
menurut."
"Baik," kata Ui Yong, "Urusan ini hanya kau dan aku saja
yang tahu, jangan sekali-sekali kau bocorkan kepada orang
lain, Ko-ji sekalipun tidak boleh kau beritahu. Kalau tidak
semuanya akan gagal total."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ber-uIang2 Siao-liong-li mengiakan lalu Ui Yong berkata
pula: "Jika musuh datang nanti, hendaklah kau dan Ko-ji
melindungi Kwe-tayhiap sekuat tenaga, bila bahaya ini sudah
lalu, segera kuserahkan kepalaku ini padamu dan Ko-ji dapat
menggunakan kuda merah ke Coat-ceng-kok untuk
menukarkan sisa obat yang diperlukannya itu.
Siao-liong-li melengak, "Apa katamu?" ia menegas karena
belum paham apa maksudnya.
Dengan suara halus Ui Yong menjelaskan "Cintamu kepada
Ko-ji melebihi jiwamu sendiri, bukan? Asalkan dia selamat,
biarpun kau sendiri akan mati juga kau rela dan gembira,
bukan?"
Ucapan Ui Yong dengan jitu mengenai lubuk hati Siao
liong-li, nona itu mengangguk dan berkata.
"Sebab serupa kau, akupun cinta kepada suamiku," ucap
Ui Yong dengan tersenyum hambar. Kau tidak punya anak
sehingga tidak tahu perasaan kasih sayang seorang ibu
kepada anaknya sesungguhnya tidak kurang daripada kasih
sayang antara suami isteri. Aku cuma minta kau melindungi
keselamatan suami dan putriku, selebihnya apa lagi yang
kuharapkan?"
Siao-liong-li berpikir sejenak, belum lagi ia menjawab Ui
Yong telah berkata pula: "Kalau kau mau bergabung dengan
Ko-ji tentu tidak sukar mengalahkan si gundul Kin lun Hoatong,
Sudah beberapa kali Ko-ji menolong jiwa kami suami
istri, masakah sekali saja aku tak dapat menolong jiwanya?
Kuda merah itu sehari dapat berlari ratusan li, tidak sampai
tiga hari tentu dapat mencapai Coatceng-kok, ingin kukatakan
padamu, Kiu Jian-li dan Nyo Khong semuanya mati di
tanganku dan tiada sangkut pautnya dengan Kwe-tayhiap. jika
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kepalaku sudah diserahkan, walaupun masih belum puas tentu
juga Kiu Jian-jio akan memberikan obatnya kepada Ko-ji.
selanjutnya kalian berdua semoga dapat berjuang bagi negara
dan bangsat andaikan tidak dapat dan ingin mengasingkan diri
dipegunungan sunyi juga aku merasa berterima kasih."
Cukup tegas ucapan Ui Yong, kecuali itu memang tiada
jalan lain lagi, Beberapa hari terakhir ini Siao-liong-li selalu
memikirkan cara bagaimana akan membunuh Kwe Cing dan Ui
Yong untuk menyelamatkan jiwa Nyo Ko, tapi sekarang hal itu
terucap dari mulut Ui Yong sendiri, ia menjadi merasa tidak
enak malah berulang-ulang ia menggeleng dan berkata:
"Tidak, tidak bisa!"
Selagi Ui Yong hendak membujuknya lebih lanjut, tiba-tiba
terdengar Kwe Hu berseru di luar kamar "lbu, ibu! Engkau di
mana?"suaranya kedengaran gelisah dan bingung.
Ui Yong terkejut cepat ia menjawab: "Ada urusan apa, Huji?"
Kwe Hu mendorong pintu dan melangkah masuk, tanpa
pedulikan hadirnya Siao-lieng-li di situ, ia terus menubruk ke
dalam pelukan sang ibu dan berseru: "lbu, kedua kakak Bu
telah..." mendadak ia menangis dan tidak dapat melanjutkan.
"Ada api lagi?" tanya Ui Yong sambil mengerutkan dahi.
"Mereka . . . mereka kakak beradik telah keluar... keluar
benteng untuk ber... berkelahi," tutur Kwe Hu dengan ter
sendat2.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Berkelahi apa?" bentak Ui Yong dengan bengis saking
gusarnya. "Maksudmu mereka kakak beradik saling
berhantam?"
Jarang sekali Kwe Hu melihat ibunya marah, ia menjadi
takut, jawabnya dengan suara gemetar:
"Ya... ya, kuminta mereka jangan berkelahi tapi mereka
tidak mau menurut Katanya akan berkelahi mati-matian,
mereka menyatakan diantara mereka hanya akan pulang
seorang saja, yang kalah, andaikan tidak mati juga takkan
pulang Idgi untuk menemuiku."
Ui Yong tambah gusar, ia pikir musuh berada di depan
mata, jiwa segenap penduduk kota berada di ujung tanduk,
tapi kedua saudara Bu itu masih sempat saling bunuh untuk
berebut seorang nona. Saking gusarnya hingga mengganggu
kandungannya yang sudah besar itu, seketika keringat dingin
memenuhi dahinya.
"Tentu kau lagi yang mengacau." kata Ui Yong dengan
suara berat "coba ceritakan yang jelas, apa yang telah kau
lakukan, sedikitpun tidak boleh dusta."
Kwe Hu melirik sekejap ke arah Siao-Iiong-!i, mukanya
berubah merah dan ragu-ragu untuk bicara.
Siao-liong-li sendiri lagi memikirkan Nyo Ko dan tiada
minat buat mendengarkan cerita tentang saling hantamnya
kedua saudara Bu itu, segera ia mohon diri dan menuju ke
kamar Nyo Ko, sepanjang jalan ia terus merenungkan apa
yang diuraikan Ui Yong tadi.
Sesudah Siao-liong-Ii pergi barulah Kwe Hu berkata pula:
"Bu, setelah kedua kakak Bu gagal berusaha membunuh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kubilai dan tertawan musuh sehingga membikin susah ayah,
semua itu adalah kesalahan anak. Kalau persoalan ini tidak ku
tuturkan bukankah sia-sia saja kasih sayang ayah-ibu
padaku?"
BegttuIah ia lantas bercerita tentang persaingan kedua
saudara Bu kepadanya dan cara bagaimana dia menyuruh
mereka membunuh musuh sebagai syarat utama untuk
mendapatkan dirinya, tapi akibatnya kedua pemuda itu
tertawan musuh.
Ui Yong tahu anak perempuannya ini terlalu dimanjakan
sejak kecil, meski berbuat salah juga tidak mau mengaku
salah, Maka iapun tidak mengungkat kejadian yang sudah lalu
itu, ia hanya berkata: "Mereka sudah pulang dengan selamat,
mengapa keluar benteng lagi untuk berkelahi?"
"Hal ini adalah salahmu, Bu," ujar Kwe Hu.
"Sebab engkau mengatakan mereka adalah murid yang
goblok."
"Kapan pernah kukatakan demikian?" jawab Ui Yong
melengak.
"Menurut cerita mereka, tadi Hotu datang menyampaikan
surat tantangan, ibu menyuruh mereka menangkap Hotu, tapi
Hiat-to mereka malah kena ditutuk dan engkau mengomeli
mereka sebagai "murid goblok"
Ui Yong menghela napas, katanya: "Kepandaian mereka
memang kalah tinggi, apa mau di-katakan lagi? "Mund goblok"
adalah olok-olok yang diucapkan Hotu,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Pantas," ucap Kwe Hu "lbu tidak membalas olok-olok
Hotu itu berarti mengakui kebenaran - ucapannya, Maka
kedua saudara Bu merasa penasaran keduanya bertengkar
sendiri dan saling menyalahkan, yang satu bilang saudaranya
kurang cepat menawan Hotu, yang lain menuduh sang kakak
merintangi pandangannya sehingga sukar bertindak.
Dari ribut mulut akhirnya mereka meloIos senjata, Aku
mengomeli mereka, jika perbuatan mereka dilihat orang dan
dilaporkan kepada ayah, kuancam akan menghajar mereka,
Karena itu mereka menyatakan akan berkelahi keluar benteng
saja."
"Banyak persoalan penting yang harus kuselesaikan,
urusan mereka tak dapat kupikirkan lagi, mereka suka ribut,
biarkan saja," ujar Ui Yong.
"Tapi... tapi kalau terjadi apa-apa antara mereka, lantas
bagaimana, ibu"? kata Kwe Hu sambil merangkul pundak sang
ibu.
"Kalau mereka terluka di medan perang barulah perlu
dikuatirkan sekarang mereka saling berhantam antara saudara
sendiri, biar mampus juga syukur," kata Ui Yong dengan
gusar.
Melihat sikap sang ibu yang bengis itu berbeda sekali
dengan biasanya yang sangat memanjakan dirinya, Kwe Hu
tidak berani bicara lagi, ia menangis dan berlari pergi...
Sementara itu fajar sudah tiba, Ui Yong berduduk sendiri
di dalam kamar, meski dalam hati sangat gemas terhadap
perbuatan kedua saudara Bu, tapi mengingat kedua kedua
anak muda itu dibesarkannya sejak kecil, betapapun ia merasa
kuatir.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Teringat pula bencana yang bakal menimpa, tanpa terasa
ia mencucurkan air mata, Kemudian iapun teringat kepada
keadaan Kwe Cing, cepat ia menuju kamar sang suami untuk
menjenguknya.
Dilihatnya Kwe Cing sedang duduk semadi di atas ranjang,
walau mukanya rada pucat, tapi napasnya teratur, tampaknya
setelah istirahat beberapa hari lagi dapatlah sehat kembali.
Perlahan-lahan Kwe Cing membuka matanya, ketika
melihat sang isteri ada tanda bekas air mata, namun
tersenyum simpul, ia lantas berkata: "Yong-ji, kau tahu lukaku
tidak beralangan, kenapa kau berkuatir?, kukira kau sendiri
yang perlu mengaso se-baik-baiknya."
"Ya, beberapa hari terakhir ini perutku terasa
mengencang, agaknya putera atau puterimu segera akan
berjumpa ayah,-" ujar Ui Yong dengan tertawa. Agar Kwe Cing
tidak berkuatir, maka soal Hotu datang menyampaikan surat
tantangan dan kepergian kedua saudara Bu untuk berkelahi
itu sama sekali tak diceritakannya.
"Hendaklah kau suruh kedua saudara Bu perketat patroli di
atas benteng, musuh tahu aku terluka, mungkin kesempatan
ini akan digunakan mereka untuk menyerang," ujar Kwe Cing.
Ui Yong mengiakan. Lalu Kwe Cing bertanya pula tentang
keadaan Nyo Ko.
Bclum lagi Ui Yong menjawab, terdengar suara tindakan
orang dari luar, suara Nyo Ko telah menanggapi "Kwe-pepek,
aku cuma terluka luar saja, setelah minum obat pemberian
Kwe-pekbo, kini sudah sehat kembali" Habis itu anak muda
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itupun melangkah masuk dan berkata pula- "Baru saja
kuperiksa keadaan penjagaan di atas benteng, tampaknya
semangat tempur segenap saudara kita berkobar-kobar,
hanya kedua saudara..." Sampai di sini mendadak Ui Yong
berdehem dan mengedipinya, Nyo Ko dapat menerima arti
isyarat itu,cepat ia menyambung: "kedua saudara Bu
menyatakan bahwa paman terluka demi menolong jiwa
mereka, kalau musuh berani menyatron ke sini, mereka pasti
akan bertempur mati-matian untuk membalas budi kebaikan
paman."
"Ai, setelah peristiwa itu tentunya merekapun bertambah
pengalaman sedikit dan tidak terlalu meremehkan orang lain,"
kata Kwe Cing.
Tiba-tiba Nyo Ko bertanya: "Kwe-pekbo, apakah Kokoh
tidak datang ke sini?"
Tadi kami bicara sebentar, mungkin dia kembali ke
kamarnya untuk mengaso." jawab Ui Yong, "Sejak kau terluka
dia terus menunggui kau tanpa tidur."
Nyo Ko pikir apa yang dibicarakan antara Siao-liong li
dengan Ui Yong itu tentu akan diberitahukan padanya, bisa
jadi kembalinya Siao-liong-li tadi kebetulan dirinya sedang
pergi tidak bertemu.
Rupanya setelah berkumpul lagi beberapa hari dengan
Kwe Cing dan Ui Yong, Nyo Ko merasa suami-isteri itu benarbenar
berjuang bagi negara dan bangsa tanpa memikirkan
kepentingan pribadi, hati Nyo Ko menjadi sangat terharu,
apalagi setelah kejadian di tengah pasukan Mongol itu, di
mana Kwe Cing telah menyelamatkannya dengan mati-matian,
maka maksudnya hendak membunuh Kwe Cing seketika
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dibuang seluruhnya dan berbalik ia bertekad akan membalas
budi kebaikan Kwe Cing dengan segenap tenaganya.
Ia tahu racun bunga cinta dalam tubuhnya akan bekerja
tujuh hari lagi, tapi ia sengaja melupakannya dan sedapatnya
ingin berbuat sesuatu yang baik di dalam tujuh hari ini agar
tidak sia-sia menjadi manusia. Sebab itulah begitu dia sadar
kembali dan merasa sehat, segera ia ikut ronda akan
kemungkinan serbuan musuh.
Begitulah ia menjadi kuatir akan diri Siao-liong-li, segera ia
hendak pergi mencarinya. Pada saat itulah tiba-tiba di atas
wuwungan rumah sana seorang bergelak tertawa dengan
suaranya yaag nyaring menggetar telinga, menyusul terdengar
pula suara benturan logam yang mendengking, jelas Kim-lun
Hoat-ong yang telah tiba.
Air muka Kwe Cing berubah seketika, cepat ia tarik Ui
Yong ke belakangnya. Dengan suara tertahan Ui Yong
berkata: "Engkoh Cing mana lebih penting mempertahankan
Siangyang atau cinta kasih kita? Lebih penting keselamatanmu
atau ke-sdamatanku?"
"Benar, kepentingan negara lebih utama," jawab Kwe Cing
sambil melepaskan pegangannya kepada sang isteri
Segera Ui Yong siapkan pentung bambu dan mengadang
diambang pintu, ia menjadi ragu-ragu pula pada Nyo Ko, anak
muda ini entah akan ikut menghalau musuh atau berbalik
akan menuntut batas dendam pribadi pada saat orang sedang
terancam bahaya.
Karena itulah meski dia berjaga di ambang pintu, tapi
pandangannya justeru mengawasi gerak-gerik Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tanya jawab singkat Kwe Cing dan Ui Yong tadi ternyata
seperti bunyi guntur yang menggelegar dalam pendengaran
Nyo Ko, Bahwa dia sebenarnya sudah bertekad akan
membantu Kwe Cing hanya disebabkan dia terharu oleh budi
luhur sang paman dan rela berkorban baginya.
Tapi kini mendadak didengarnya sang paman menyatakan:
"Kepentingan negara lebih utama", segera teringat pula
ucapan Kwe Cing di luar Siangyang kemarin yang
menganjurkannya mengabdi bagi rakyat dan negara, seketika
pikiran Nyo Ko terbuka dan paham arti semua luapan itu.
Dilihatnya betapa kasih sayang paman dan bibinya itu,
disaat menghadapi bahaya mereka tetap mengutamakan
kepentingan negara dan bangsa, sebaliknya dirinya senantiasa
melulu memikirkan sakit hati pribadi dan tidak melupakan
cinta ibunya dengan Siao liong-Ii, bilakah dirinya pernah ingat
kepada kepentingan negara yang lebih utama dan penderitaan
rakyat jelata di bawah keganasan musuh? Kalau dibandingkan,
maka dirinya sendiri sungguh rendah dan memalukan sekali.
Setelah menginsafi semua itu, seketika lega dadapun
lapang terngiang kembali ajaran Ui Yong di Tho-hoa-to dahulu
yang mengutamakan pendidikan budi pekerti itu, semua itu
kini menjadi sangat jalas dan terang dalam benaknya, tanpa
terasa ia menjadi malu, tapi bangkit juga semangatnya.
Maklumlah watak Nyo Ko memang ekstrim, sejak kecil
kenyang siksa derita, sebab itu tindak tanduknya sering rada
nyentrik. Tapi setelah mendengar percakapan Ui Yong dan
Kwe Cing tadi, kepalanya seperti mendadak dikemplang,
pikirannya menjadi terbuka, seketika dia memasuki hidup
baru.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Meski apa yang dipikirnya itu hanya terjadi sekilas saja,
tapi Ui Yong dapat melihat perobahan air muka Nyo Ko itu dari
rasa bimbang menjadi malu, dari bersemangat berubah
menjadi tenang, tapi entah apa yang dipikirkan anak muda itu.
"Jangan kuatir," tiba-tiba Nyo Ko mendesis kepada Ui
Yong, mendadak ia bersuit nyaring dan menuju ke depan
pintu dengan pedang terhunus- Dilihatnya Kim-lun Hoat-ong
berdiri di atas rumah dengan memegang sepasang rodanya.
"Adik Nyo, kau suka miring ke sana dan doyong ke sini,
pagi merah sore biru, bagus ya rasanya menjadi pengecut
yang. bolak-balik?" ejek Hoat-ong.
0i waktu biasa tentu Nyo Ko akan gusar mendengar ejekan
itu, tapi sekarang pikirannya sudah terang, ia tidak gubris
sindiran orang, dengan tertawa malahan ia menjawab :
"Ucapanmu memang benar, Hoat-ong, entah mengapa aku
menjadi kesetanan dan membantu Kwe Cing lari ke sini,
Begitu sampai dt sini ia lantas menghilang entah ke mana dan
tak dapat kuketemukan Iagi. Aku menjadi menyesal, apakah
kau tahu dia sembunyi di mana?"
Habis itu ia lantas melompat ke atas rumah dan berdiri
tidak jauh di sebelah Hoat-ong.
Dengan perasaan sangsi Kim - lun Hoat - ong melirik Nyo
Ko, ia pikir anak muda ini banyak tipu akalnya, entah benar
tidak ucapannya itu, dengan tertawa ia lantas berkata: "Dan
bagaimana kalau dapat menemukan dia?"
"Segera kutusuk dengan pedangku ini," jawali Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hm, kau berani menusuk dia?" jengek Hoat-ong.
"Siapa bilang menusuk dia?" ujar Nyo Ko.
"Habis menusuk siapa?" Hoat-ong menegas dengan
bingung.
"Sret", mendadak Kuncukiam yang terhunus di tangan Nyo
Ko itu menusuk iga kiri Hoat-ong dengan cepat luar biasa.
"Sudah tentu menusuk kau!" seru Nyo Ko sekaligus
Di tengah sendau guraunya mendadak Nyo Ko
melancarkan serangan lihay itu, kalau saja Kim-lun Hoat-ong
kurang tinggi kepandaiannya tentu jiwanya sudah melayang
oleh tusukan itu. Untung dia dapat bergerak dengan cepat,
dalam keadaan bahaya itu dia kerahkan tenaga pada lengan
kiri dan menyampuk ke samping, dengan demikian ujung
pedang Nyo Ko dapat ditangkis, walaupun begitu tidak urung
lengannya terluka juga oleh pedang pusaka itu, darahpun
bercucuran.
Meski sudah tahu Nyo Ko banyak tipu akalnya, tapi sama
sekali Hoat-ong tidak menduga anak muda itu akan
menyerangnya sekarang secara mendadak, segera roda emas
ditangan kanannya bergerak dan ber-turut-urut ia balas
menyerang dua kali, berbareng itu roda perak di tangan kiri
juga menghantam.
Nyo Ko tidak gentar sedikitpun, musuh menyerang tiga
kali, kontan iapun batas menusuk tiga kali, katanya dengan
tertawa: "Ketika di tengah pasukan Mongol kau telah melukai
aku dengan rodamu, sekarang beruntung aku dapat membalas
kau dengan sekali tusukan, Cuma ujung pedangku ini ada
sesuatu yang aneh, kau tahu tidak?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan gusar Hoat-ong melancarkan serangan gencar
sambil bertanya: "Sesuatu yang aneh apa maksudmu?"
"Kau tahu pedangku ini kuperoleh dari Coat-ceng-kok
tempat Kongsun Ci yang mahir menggunakan racun itu," kata
Nyo Ko dengan berseri-seri. "Nah, kelak kau boleh mencari dia
untuk membikin perhitungan."
Hoat-ong terkejut, ia menjadi sangsi apakah benar
Kongsun Ci telah memoles racun pada ujung pedang, karena
bimbang hatinya, serangannya menjadi rada kendur.
Padahal pedang Nyo Ko itu sama sekali tidak berbisa.
soalnya ia ingat pada cara Ui Yong menggertak lari Hotu
dengan air teh itu, maka iapun menirukan cara itu untuk
mengacaukan pikiran musuh yang lihay ini.
Meski lukanya tidak terlalu parah, tapi darah mengucur
terus, seumpama pedang Nyo Ko itu tidak berbisa, lama2
kalau darah keluar terlalu banyak tentu akan lemah
tenaganya, maka Kim-lun Hoat-ong lantas menyerang dengan
lebih gencar agar bisa mengalahkan Nyo Ko.
Namun Nyo Ko cukup cerdik, ia bertahan dengan rapat
sedangkan serangan roda Hoat- ong itu semakin dahsyat.
Mendadak roda emasnya itu menghantam bagian atas dan
roda peraknya menyabet dari samping. Merasa tidak sanggup
menangkisnya, cepat Nyo Ko melompat mundur.
Kcsempatan itu segera digunakan Hoat-ong untuk
merobek kain baju buat membalut luka, akan tetapi Nyo Ko
segera menubruk maju dan menyerang lagi, sedapatnya ia
mengganggu Hoat-ong agar tidak sempat mengurus lukanya,
Begitulah beberapa, kali Hoat-ong tidak berhasil membalut
lukanya, tiba-tiba ia mendapat akal, ketika Nyo Ko dipaksa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melompat mundur, ia sendiri juga lantas melompat - mundur,
menyusul ia menimpukkan roda emas untuk mendesak Nyo Ko
terpaksa harus menghindari lagi, dengan begitu jarak kedua
orang bertambah jauh, ketika Nyo Ko memburu maju lagi,
sekejap itu telah dapat digunakan Hoat-ong untuk membalut
lukanya.
Pada saat itu juga di sebelah sana terdengar suara nyaring
benturan senjata, waktu Nyo Ko memandang ke sana,
dilihatnya Siao-liong-li sedang menandingi kerubutan Siausiang-
cu dan Nimo Singh. Meski pentung Siau-siang-cu sudah
dirampas Nyo Ko kemarin, tapi sekarang dia memegang
pentung yang serupa, hanya pentung ini entah juga berbisa
atau tidak.
Nyo Ko pikir Kwe Cing dan Ui Yong berada dalam kamar di
bawah, kalau diketahui Kim-Iun Hoat-ong tentu urusan bisa
runyam, ia pikir Hoat-ong harus dipancing pergi sejauhnya,
cuma tindakan ini harus dilakukan, secara wajar tanpa
menimbulkan curiga musuh, Karena itulah ia sengaja berseru:
"Jangan kuatir, Kokoh, akan kubantu kau!" Habis ini ia sengaja
meninggalkan Kim-lun Hoat-ong dan melompat ke sana,
begitu sampai di belakang Nimo Singh. segera pedangnya
menusuk punggung musuh itu.
Setelah dilukai Nyo Ko sudah tentu hati Kim lun Hoat-ong
sangat gusar, kalau orang lain tentu akan menguber Nyo Ko
untuk membalas dendam.
Tapi dia memang seorang pemimpin besar, setiap tindak
tanduknya selalu dipikir secara panjang, ia pikir tujuan utama
kedatangannya ini adalah membunuh ICwe Cing, sakit hati
pada anak muda nakal yang telah melukainya ini biarlah
kubalas kelak. Begitulah ia lantas berteriak keras-keras:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Wahai, Kwe Cing? Ada tamu datang dari jauh, mengapa kau
tidak sudi menemuinya?"
Dia berteriak beberapa kali dan tetap tiada jawaban orang,
hanya dari sebelah lain ada suara orang bertempur yaitu
kedua muridnya, Darba dan Hotu, sedang mengeroyok Cu Cu-
Iiu. Dilihatnya pertempuran antara Siau-siang-cu dan Nimo
Singh melawan Nyo Ko serta Siao liong-li juga sukar di
tentukan kalah menang dalam waktu singkat, sementara itu di
bawah rumah sudah ramai orang banyak, agaknya pasukan
penjaga benteng juga mendengar datangnya musuh, maka
dikerahkan ke sini untuk menangkap musuh penyelundup ini.
Biarpun tidak gentar terhadap perajurit yang tidak mahir
ilmu silat itu, tapi kalau berjumlah banyak tentu juga repot
menghadapinya, segera Hoat-ong berteriak pula: "Wahai Kwe
Cing, percumalah nama kepahlawananmu yang termashur
selama ini, mengapa sekarang kau terima menjadi kura2 yang
mengerutkan kepala!"
Ia berteriak-teriak dengan tujuan memancing keluar Kwe
Cing, akan tetapi Kwe Cing tetap tidak mau muncul Tiba-tiba
Hoat-ong mendapat akal keji, ia melompat turun ke
pekarangan belakang, di situ ada kayu bakar yang mudah
dijilat api, segera ia mengeluarkan alat ketikan api dan
membakar kayu dan benda-benda lain yang mudah terbakar,
Dengan gesit ia lari kian kemari, ber-turut-urut ia menyalakan
api di beberapa tempat, lalu ia melompat lagi ke atas rumah,
ia pikir kalau api sudah berkobar masakah kau Kwe Cing
takkan menongol ?
Walaupun Nyo Ko sedang menempur Siau siang-cu
berdua, tapi pandangannya tidak pernah meninggalkan gerakgerik
Kim-lun Hoat-ong, ketika melihat orang mulai membakar
rumah, bagian utara dan selatan tempat berdiam Kwe Ciag
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itupun mengepulkan asap api, ia menjadi kuatir, karena sedikit
lengah hampir saja dadanya tersabet oleh ular baja Nimo
Singh, syukur pada detik terakhir ia sempat menarik dadanya
sedikit hingga terhindar dari maut
Diam-diam Nyo Ko berkeringat dingin dan bersyukur dapat
menyelamatkan diri., Segera terpikir pula olehnya Kwe
pepeknya terluka parah dan sang bibi sedang menantikan
kelahirannya, di tengah api yang sudah berkobar itu, kalau
tidak lekas lari tentu akan terkurung oleh api. Tapi kalau lari
keluar tentu pula akan dipergoki oleh Kim-lun Hoat-ong.
Terpaksa ia meninggalkan Siao-liong-li sendiri menghadapi
kedua lawan tangguhnya lebih duIu ia menyerang Siau-siangcu,
habis itu ia terus melompat turun ke rumah dan maju ke
tengah asap api itu, untuk mencari Kwe Cing.
Dilihatnya Ui Yong berduduk di tepi ranjang menjagai Kwe
Cing, asap tebal bergulung-gulung me-rembes ke dalam
kamar. Kwe Cing memejamkan mata sedang menghimpun
tenaga, kedua alis Ui-Yong berkerut rapat, namun air
mukanya tampak tenang-tenang saja, ia tersenyum ketika
melihat Nyo Ko.
Hati Nyo Ko rada lega melihat kedua orang itu tidak
merasa cemas atau gugup, segera ia berkata kepada Ui Yong:
"Akan kupancing pergi musuh, harap bibi memindahkan
paman ke tempat yang aman."
Habis berkata dengan pelahan ia menanggalkan kopiah
Kwe Cing, cepat pula ia berlari keluar ruang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong tercengang dan tidak paham tingkah itu, tapi ia
tahu anak muda itu banyak tipu akal2 nya, dilihatnya api
sudah semakin berkobar mendekati kamar, cepat ia
memayang Kwe Cing dan berkata: "Marilah kita pindah ke
tempat lain." -Tapi baru saja ia mengangkat sang suami, tibatiba
perutnya kesakitan keras, tanpa tertahan ia mengaduh
dan terduduk kembali di tepi ranjang.
Diam-diam ia mendongkol terhadap jabang bayi yang
berada dalam kandungannya itu, sungguh brengsek, tidak
lambat tidak cepat, justeru mau lahir pada saat segenting ini,
bukankah sengaja hendak bikin celaka kedua orang tua?
Padahal hari lahirnya sebenarnya masih beberapa hari lagi,
tapi lantaran beberapa hari terakhir ini ia terus sibuk sehingga
menggoncangkan janin dalam kandungannya itu lahir terlebih
cepat...
Begitulah Nyo Ko keluar kamar Kwe Cing dilihatnya para
perajurit sedang berteriak-teriak dan sibuk memadamkan api,
ada pula yang memanah ke atas rumah dan ada pula yang
memutar senjata berjaga di bawah rumah.
Ia incar seorang pemira muda yang sedang memanah,
mendadak ia tutuk Hiat-to perwira itu, menyusul kopiah Kwe
Cing terus dipasang pada kepala perwira itu, kemudian ia
menggendongnya terus melompat ke atas rumah.
Saat itu Siau-siang-cu dan Nimo Singn yang mengerubut
Siao-liong-li serta Darba dan Hotu mengroyok Cu Cu-Iiu sudah
tampak unggul, sedangkan Kim-lun Hoat ong sedang
mempermainkan Kwe Hu dengan ancaman sepasang rodanya,
ia sengaja tidak mencelakai jiwa nona itu, hanya tepian roda
yang tajam sengaja mengiris kian kemari di depan wajah Kwe
Hu, jaraknya cuma satu-dua senti meter saja, kalau tersenggol
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pasti rusaklah muka Kwe Hu yang cantik itu, dengan begitu
ber-ulang Kim-lun Koat-ong membentak agar nona itu
mengaku di mana ayah-bundanya bersembunyi.
Rambut Kwe Hu tampak semerawut, pedangnya sudah
kutung sebagian, tapi ia masih terus bertahan dengan nekat,
ia anggap tidak mendengar semua pertanyaan Kim-lun Hoatong.
Selagi Kim-lun Hoat-ong berusaha memaksa pengakuan
Kwe Hu, sekonyong-konyong dilihatnya Nyo Ko menggendong
seorang dan berlari cepat ke barat-laut. Ah, Orang yang
digendongnya itu tidak bergerak, tentu Kwe Cing adanya.
Sambil bersiul panjang Hoat-ong terus meninggalkan Kwe
Hu dan mengudak kesana.
Melihat itu, Siau-siang-cu, Nimo Singh, Darba dan Hotu
berempat juga meninggalkan lawan mereka dan ikut
mengejar, Cu Cu liu menguatirkan Nyo Ko yang sendirian itu
pasti bukan tandingan musuh sebanyak itu, cepat iapun
menyusul ke sana untuk membantu Nyo Ko dan melindungi
Kwe Cing.
Waktu melompat ke atas rumah dan lewat di samping
Siao-liong-li tadi, Nyo Ko sempat mengedipi Siao-liong-li
disertai senyuman yang aneh penuh arti, Siao-liong li tahu
anak muda itu sedang "main" lagi, hanya tidak tahu tipu daya
apa yang sedang dilakukannya.
Tampaknya kekuatan musuh terlalu besar, maka iapun
bermaksud mengejar kesana untuk membantunya. Tapi pada
saat itu juga tiba-tiba di bawah rumah ada suara tangisan
jabang bayi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"He, ibu telah melahirkan adik!" seru Kwe Hu dengan
girang sambil melompat turun.
Siao-liong-li menjadi tertarik dan ingin tahu orang
melahirkan, pula ia yakin isyarat Nyo Ko yang banyak tipu
akalnya itu pasti mempunyai makna tertentu, maka segera
iapun ikut ke dalam rumah untuk melihat anak yang dilahirkan
Ui Yong.
Sementara itu Kim-lun Hoat-ong mengejar dengan
kencang, tampaknya jaraknya dengan Nyo Ko makin dekat, ia
menjadi gjrang, pikirnya: "Coba sekali ini apakah kau mampu
lolos dari tangan ku!"
Ginkang aliran Ko-bong pay (kuburan kuno) yang dipelajari
Nyo Ko itu boleh dikatakan tiada tandingannya di dunia ini,
meski dia menggendong seorang, tapi mengingat semakin
jauh meninggalkan Kwe-pepeknya berarti keselamatan sang
paman ter-jamin, karena itu ia berlari secepatnya seperti
kesetanan, seketika Kim-lun Hoat-ong tak dapat menyusulnya.
Begitulah Nyo Ko terus berlari-lari di atas deretan rumah,
ketika kemudian mendengar langkah orang dibelakangnyn
semakin mendekat, segera ia melompat ke bawah rumah, lalu
dia berputar kian kemari diantara gang2 sempit dan main
kucing2an dengan Kim-lun Hoat-ong.
Meski Ginkang Nyo Ko lebih tinggi setingkat daripada
Hoat-ong, tapi dia dibebani menggendong seorang, kalau
kejar mengejar ditanah datar tentu sejak tadi sudah disusul
oleh Hoat-ong, untung dia lari putar sini-dan belok sana di
antara gang dan lorong sempit rumah-rumah penduduk
sehingga Hoat-ong tetap tak dapat menangkapnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Hoat-ong berkata: "Saudara Sing, cepat jaga
dimulut gang ini, biar kumasuk ke sana untuk menangkap
setan cilik itu."
Mendadak Nimo Singh mendelik dan menjawab:
"Memangnya aku mesti tunduk kepada perintahmu?"
Hoat-ong pikir si Hindu cebol ini sukar di-ajak berunding,
tanpa berkata lagi ia terus melompat ke atas rumah, dari
ketinggian ia memandang sekitarnya, kebetulan dilihatnya Nyo
Ko meringkuk pada pojok tembok dengan menggendong "Kwe
Cing", agaknya sedang melepas lelah.
Girang sekali Hoat-ong, dengan ber-jinjit, ia merunduk
maju, bara saja ia hendak menubruk ke bawah, mendadak
Nyo Ko menjerit sekali, dengan cepat sekali anak muda itu
menyusup ke tengah kabut asap yang tebal dan seketika
kehilangan jejaknya.
Tujuannya Hoat-eng mengobarkan api adalah untuk
memaksa keluarnya Kwe Cing, sekarang dimana-mana api
berkobar dan asap tebal bergulung-gulung, jadinya malah
sukar menemukan Kwe Cing.
Selagi dia celingukan ke sana-sini, tiba-tiba terdengar
seruan Darba: "lni dia, di sini!"
Cepat Hoat-ong memburu ke sana, dilihatnya Darba
dengan gadanya yang berat itu sedang kececar oleh serangan
pedang Kyo Ko. Dua kali lompatan saja dapatlah Hoat-ong tiba
di sana dan mencegatnya dulu jalan lari anak muda itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diluar dugaan mendadak Nyo Ko menerjang ke depan,
"bluk", tahu-tahu Darba diterjangnya hingga terjungkal pada
saat itu juga roda perak Hoat-ong juga sudah disambitkan
Samberan roda perak itu cepat luar biasa, Nyo Ko tidak
sempat mengelak, "cret", dengan tepat pundak Kwe Cing
tergores luka yang cukup dalam.
Dengan girang Hoat-ong berseru: "Kena kau sekali ini!"
Tak tahunya Nyo Ko sedikitpun tidak peduli- akan mati
hidupnya Kwe Cing dan masih terus ber-Uri ke depan. Tapi
begitu sampai di ujung lorong sana, mendadak seorang
bersuara seram menghaIanginya: "Menyerahlah, anak kecil!" -
Kiranya Siao-siang -cu adanya.
Keadaan Nyo Ko sekarang benar-benar kepepet bagian
depan diadang musuh, jalan mundur juga tersumbat, waktu ia
mendongak, diatas pagar tembok pun berdiri Nimo Singh,
Tanpa Nyo Ko melompat ke atas, kontan Nimo Singh
mengemplangnya dengan ular bajanya, untuk mendesak anak
muda itu turun ke lorong buntu lagi.
Nyo Ko pikir setelah sekian lamanya tentu Kwe Cing dan Ui
Yong sudah lolos dari bahaya, segera ia cengkeram perwira
yang digendongnya itu terus disodorkan kepada Nimo Sinnh
sambil terseru: "lni, kuserahkan Kwe Cing padamu!"
Kaget bercampur girang Nimo Singh, disangkanya Nyo Ko
memang suka bolak-balik memihak sana-sini dan sekarang
mendadak anak muda itu berputar haluan lagi serta
memberikan pahala besar padanya, maka tanpa pikir ia terus
tangkap tubuh orang yang dilemparkan padanya itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak terduga Nyo Ko terus menyusuli dengan sekali
tendang dan tepat mengenai pantat Nimo-Singh, kontan Hindu
cebol terjungkal ke bawah tembok dan tentu pula
kesaktiannya, tapi Nimo-Singh sama sekali tidak memusingkan
sakit atau tidak, bahkan ia terus berteriak-teriak girang: "Kwe
Cing berhasil kutangkap! Kwe Cing sudah kutangkap!"
Tentu saja Siau-siang-su dan Darba tidak membiarkan
pahala besar itu dicaplok sediri oleh Nimo Singh, cepat mereka
memburu maju untuk merebut, ketiga orang sama memegangi
anggota badan perwira tadi, ada yang pegang tangan, ada
yang memegang kaki, sekali mereka membetot, karena tenaga
mereka sama-sama kuat, seketika tubuh perwira itu terbeset
menjadi tiga bagian.
Kopiah yang dipakainya lantas terjatuh, Nimo Singh
bertiga dapat melihat jelas orang yang mereka rebut-kan itu
ternyata bukan Kwe Cing adanya, keruan mereka melengak
dan tak dapat bersuara.
Ketika melihat Nyo Ko membuang Kwe Cing yang
digendongnya terus melarikan diri, segera Hoat-ong menduga
pasti ada sesuatu yang tidak beres, maka waktu melihat ketiga
kawannya itu melengak kesima, ia lantas memaki: "Goblok"
Segera Hoat-ong mengudak lagi ke arah Nyo Ko, ia pikir
andaikan Kwe Cing, tidak berhasil ditangkap, kalau dapat
menawan Nyo Ko juga tidak sia-sia kedatangannya ke
Siangyang ini.
Namun sementara itu Nyo Ko entah sudah kabur ke mana,
jelas sukar menemukannya. Hoat-ong berpikir sejenak, segera
ia dapat menarik kesimpulan "Bocah itu sengaja
menggendong seorang Kwe Cing palsu dan main kucing2an
dengan aku, tentu tujuannya memancing aku mengejarnya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jika begitu jelas Kwe Cing pasti berada ditempat yang kubakar
tadi. Dia memakai akal licik, biarlah akupun menggunakan
akalnya itu untuk menjebak dia." - Karena itu ia tidak peduli
lagi ke mana kaburnya Nyo Ko, ia terus menuju ke tempat
yang paling ganas dimakan api.
Padahal saat itu Nyo Ko sedang mengawasi gerak-gerik
Hoat-ong, ia bergelantungan di bawah emper rumah, ketika
melihat Hoat-ong berlari cepat ke tempat sembunyi Kwe Cing,
ia menjadi kuatir, ia tidak tahu waktu itu Ui Yong sudah
memindahkan suaminya ke tempat lain atau belum, maka
cepat iapun mengintil Hoat-ong.
Setiba di dekat tempat Kwe Cing tadi, mendadak Hoat-ong
melompat ke bawah sambil membentak: "Bagus, kau Kwe
Cing! Kiranya kau berada di sini, lekas ikut saja padaku?"
Keruan Nyo Ko kaget, selagi hendak melompat turun, tibatiba
terdengar suara gemerincing, suara beradunya senjata,
lalu terdengar pula suara bentakan Hoat-ong: "Nah, Kwe Cing
lekas menyerah saja kau."
Menyusul suara mendering benturan senjata berbunyi pula
ber-turut-urut. seketika Nyo Ko tahu apa yang terjadi, ia
tertawa sendiri dan mengomel di daIam hati: "Setan gundul,
hampir saja kuterjebak olehmu, Sayang akalmu yang busuk itu
kurang cermat, kau pura-pura mengeluarkan suara benturan
senjata segala, padahal dalam keadaan terluka mana Kwe
pepek sanggup menempur kau dengan senjata, Hnw kau ingin
menipu aku, aku justeru sembunyi di sini untuk menonton
sandiwaramu."
Begitulah mendadak terdengar Hoat-ong berteriak pula:
"Aha, sekali ini kau pasti mampus, NyoKo!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja Nyo Ko terkejut, ia heran mengapa dirinya
dikatakan pasti mampus? Tapi segera ia paham maksudnya,
agaknya Kim - lun Hoat - ong tidak berhasil memancing
dirinya keluar, sekarang berbalik hendak memancing
munculnya Kwe Cing muncul menolongnya.
Terdengar Hoat-ong bergelak tertawa dan berkata pula:
"Hahaha, Nyo Ko, sekali ini jiwamu melayang di tanganku,
agaknya memang nasibmu begini."
Belum habis ucapannya se-kenyong2 bayangan putih
berkelebat seorang gadis menerobos keluar dari tengah
gumpalan asap sana dan menubruk ke arah Hoat-ong, Cepat
Nyo Ko berseru: "Aku berada di sini, Kokoh!"
Gadis itu memang Siao-liong-li adanya, Hoat ong lantas
putar rodanya dan mencegat di depan Siao-liong-li. Rupanya
suara Hoat-ong yang mengatakan jiwa Nyo Ko pasti akan
melayang itu telah membikin kuatir Siao - liong - li, tanpa pikir
ia terus menerjang keluar untuk menolongnya.
Terpaksa Nyo Ko ikut menerjang maju untuk mengerubuti
Hoat-ong, Kedua muda-mudi saling pandang dengan
tersenyum bahagia, seketika Giok-ii-kiam-hoat dimainkan
dengan sangat indah, sinar pedang mereka mengurung rapat
Kim-lun Hoatong.
Diam-diam Hoat-ong mengeluh: "CeIaka, ini benar-benar
mengundang bahaya untuk mencelakai diri sendiri!"
Sementara itu api masih berkobar dengan hebatnya,
banyak tiang dan belandar berjatuhan Mendadak Hoat-ong
perlihatkan keperkasaannya, sekali kedua rodanya diangkar
sekaligus ia tangkis kedua pedang lawannya, habis itu cepat ia
mundur ke kiri sana.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sekali ini jangan membiarkan dia lolos lagi, harus
binasakan bibit bencana ini!" seru Nyo Ko kepada Siao-liong-Ii
sambil memburu maju, "sret", kontan ia menusuk punggung
Hoat-ong.
Sejak kecundang oleh Giok-li-kiam-hoat tempo hari
dengan tekun lioat-ong telah merenungkan sejurus ilmu silat
yang dapat mematahkan ilmu pedang itu, walaupun begitu ia
mengakui Giok-li-kiam-hoat yang dimainkan secara berganda
itu teramat lihay, apakah dirinya dapat mematahkannya atau
tidak sesungguhnya iapun tidak berani memastikannya,
sekarang keadaan berbahaya tanpa pikir ia keluarkan ilmu silat
ciptaannya yang baru itu: Ngo-lun-tay-coan" (putaran Iima
roda sekaligus) untuk mencobanya,
Begitulah serentak ia keluarkan semua senjata rodanya,
terdengar suara gemerincing nyaring, tiga buah rodanya terus
melayang di udara, sedangkan setiap tangannya tetap
memegangi sebuah roda pula.
Kelima rodanya itu terbuat dari emas, perak, besi,
tembaga dan-timah, bobotnya tidak sama, besar kecilnya juga
rada berbeda, akan tetapi secara bergiliran ia menyambitkan
dan menangkap kembali rodanya, lalu disambitkan pula dan
begitu seterusnya, samberan roda itu terkadang lurus dan
terkadang miring, seketika Nyo Ko dan Siao-liong-Ii dibikin
bingung.
Melihat cara serangan musuh sangat aneh dan lihay,
sedapatnya Nyo Ko dan Siao liong-li mendempel punggung,
mereka berjaga sedapatnya untuk mengamati serangan
musuh, habis itu baru mencari jalan untuk mematahkannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kelima roda Kim-lun Hoat-ong itu terus beterbangan, akan
tetapi Nyo Ko dan Siao-Iiong-li telah memutar pedangnya
hingga berwujud sebuah jaringan sinar perak, betapapun
hebatnya roda Hoat-ong itu tetap sukar menembus
pertahanan lawan. Diam-diam Hoat-ong patah semangat, ia
pikir percumalah latihanku selama ini, ternyata lima rodaku
sekaligus juga sukar menandingi permainan ganda ilmu
pedang mereka.
Selagi Hoat-ong merasa lesu, se-konyong dari pangkuan
Siao-liongli ada suara menguak beberapa kali, itulah suara
tangisan jabang bayi.
Hal ini tidak saja membuat Hoat-ong terkejut, bahkan Nyo
Ko juga melengak heran. Ketiga orang sama tertegun
sehingga pertarungan mereka menjadi mengendur dengan
sendirinya.
Dengan tangan kiri Siao-liong-li menepuk pelahan
pangkuannya sambil berkata: "Jangan menangis sayang,
lihatlah kuhajar Hwesio tua ini." -Tak tahunya bayi itu malah
menangis semakin keras.
"Anak Kwe-pekbo?" tanya Nyo Ko dengan suara lirih.
Siao-liong-li mengangguk dan menusuk satu kali pada
Kim-lun Hoat-ong.
Kim-lun Hoat-ong menangkis dengan roda emasnya ia
tidak dengar jelas pertanyaan Nyo Ko tadi seketika ia tidak
paham untuk apakah Siao-liong-Ii membawa seorang bayi,
tapi mengingat nona itu dibebani seorang bayi, tentu daya
ilmu pedangnya akan berkurang dan sebaliknya sangat
menguntungkan dirinya, maka cepat ia lancarkan serangan
gencar kepada Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Lekas Nyo Ko balas menyerang beberapa kali agar tekanan
musuh kepada Siao-liong li berkurang berbareng ia mendesis
pula kepada Siao-liong-li.
"Apa paman dan bibi Kwe baik-baik saja?"
"Ui-pangcu sempat memayang Kwe-tayhiap
menyelamatkan diri dari lautan api....." trang" ia tangkis roda
musuh yang menyerangnya, lalu menyambung: "Keadaan
waktu itu sangat gawat, belandar rumah sudah hampir runtuh,
syukur aku sempat menyelamatkan anak perempuan ini dari
tempat tidur.
"Anak ini perempuan?" Nyo Ko menegas sambil menabas
kaki Hoat-ong untuk memaksa musuh menarik kembali
serangannya kepada Siao-liong-li.
Tadinya ia pikir Kwe Cing sudah punya anak perempuan,
anaknya yang bakal lahir tentu anak laki-laki, siapa tahu
kembali mendapatkan anak perempuan, hal ini rada diluar
dugaannya.
Siao-liong-Ii mengangguk dan menjawab: "Ya,
perempuan, lekas kau membawanya..." sembari berkata
tangan kirinya terus menjulur ke pangkuannya dan bermaksud
menyerahkan orok itu kepada Nyo Ko.
Akan tetapi bayi itu menangis keras, sedang saat serangan
Hoat-paig semakin gencar, tiga buah roda ber-putar-putar di
atas kepala, begitu ada peluang lantas menyerang ke bawah,
kedua roda yang di-peganginya terlebih lihay pula cara
menyerangnya, Nyo Ko juga cuma dapat bertahan sekadarnya
dengan segenap tenaganya, sehingga sukar menerima
penyerahan bayi dari Siao-liong-li. .
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena itu berulang-ulang Siao-liong-li berseru pula "Lekas
bawa bayi ini dan gunakan kuda merah itu ke..." trang-trang,
roda Hoat-ong menyerang lebih gencar hingga Siao-liong-li
tidak dapat melanjutkan ucapannya.
Dalam keadaan demikian, apa yang terpikir oleh Nyo Ko
dan Siao-liong-li menjadi berbeda sehingga daya tempur Giokli-
kiam-hoat sukar dikerahkan.
Nyo Ko pikir bayi itu harus diterima dulu agar Siao-liong-li
tidak terpencar perhatiannya, maki pelahan ia menggeser ke
sana, Siao - liong-li juga ingin menyerahkan bayi itu kepada
Nyo Ko, jadi kedua orang ada perpaduan pikiran, segera daya
tempur ilmu pedang mereka bertambah kuat, Kim lun Hoatong
terdesak mundur lagi.
Segera Siao - liong - li menyodorkan bayi itu kepada Nyo
Ko dan baru saja anak muda itu mengulur tangan hendak
menerimanya, sekonyong-konyong bayangan hitam berkelebat
roda besi Hoat-ong menghitam ke badan bayi itu, Kuatir bayi
itu terluka, Siao-liong-li lepaskan bayi itu, berbareng
tangannya Iurus memutar ke atas untuk mencengkeram roda
isi itu.
Samberan roda besi itu sangat keras, pula tepian cukup
tajam, kalau orang lain pasti tidak berani menyentuhnya, tapi
Siao-liong-li memakai sarung tangan buatan dari benang emas
yang halus, sekalian pedang dan golok pusaka juga berani
dipegangnya dan dipatahkan olehnya.
Maka waktu menempel roda musuh, sekapan ia tolak ke
samping lalu dengan gerakan miring ia hentikan putaran roda.
Pada saat itu juga Nyo Ko sudah dapat memondong bayi
tadi dan berseru memuji demi menyaksikan Siao-liong-li
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
merampas roda musuh, Kalau saja roda itu langsung
menghantam Siao-liong-Ii tentu sukar dipegangnya tapi
lantaran sasaran roda itu adalah si bayi, maka Siao-liong-li
berhasil menangkapnya dari samping, Tampaknya inilah
kelemahan permainan "panca-roda" Kim-lun Hcat-ong,
Siao liong-li sangat senang karena dapat menangkap
senjata lawan, tiba-tiba ia menirukan gaya permainan Hoatong,
roda besi itu terus menghantam musuh, ia pikir biar
"senjata makan tuannya".
Hoat-ong menjadi kejut dan malu karena senjatanya
terampas musuh, dengan sendirinya pula ii tidak dapat
memainkan "panca roda" dengan begitu ia terus simpan
kembali kedua roda yang lain, hanya dua roda saja yang
dipegangnya untuk menyerang.
Sambil merangkul bayi itu, Nyo Ko berseri kepada Siaoliong-
li agar membinasakan dulu musuh gundul itu. Siao-liongli
mengiakan, segera mereka menyerang dengan sepasang
pedang ditambah lagi roda rampasan.
Tak terduga, makin Iaraa daya serangan mereka bukanlah
bertambah kuat, sebaliknya malal sering kacau, kerja sama
terasa kurang "sreg", keruan Siao-liong-li merasa bingung, ia
tidak tahu apa sebabnya.
Ia lupa bahwa Giok-li-kiam-hoat itu memiliki daya tempur
yang hebat adalah karena adanya perpaduan perasaan antara
pasangan yang memainkan ilmu pedang itu. sekarang di
antara sepasang pedang mereka bertambah lagi roda besi, hal
ini menjadi seperti di antara sepasang kekasih telah di susupi
oleh orang ketiga yang menimbulkan gangguan, dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sendirinya paduan pikiran "menreka menjadi teralang dan
kerja sama merekapun menjadi kacau.
Setelah beberapa jurus lagi dan terasa semakin payah,
Siao-liong-li menjadi gelisah, katanya kepada Nyo Ko: "Hari ini
kita tak dapat mengalahkan dia, lekas kau membawa anak ini
ke Coat-ceng-kok..."
Segera Nyo Ko paham maksudnya, kalau sekarang juga
berangkat dengan kuda merah itu tentu dalam tujuh hari
dapat mencapai Coat-ceng-kok, meski kepala Kwe Cing dan Ui
Yong tak dapat di bawanya, tapi anak perempuan mereka
yang dibawa ke sana, tentu Kwe Cing dan isterinya akan
segera menyusul ke sana dan Kiu Jian-jio dapat berusaha
menuntut batas kepada mereka.
Dalam keadaan begitu mau tak-mau Kiu Jian-jio harus
memberikan separoh obatnya kepada Nyo Ko dan bila racun
dalam tubuhnya sudah punah, kelak ia masih dapat berdaya
untuk menyelamatkan anak bayi ini.
Usaha mengulur waktu ini rasanya dapat diterima oleh Kiu
Jian-jio, sebab kalau Kwe Cing dan Ui Yong datang kesana
untuk mencari anaknya, dalam keadaan lumpuh dan ingin
menuntut balas, mau-tak-maii Kiu Jian-jio mengharapkan
bantuan Nyo Ko, sebab itulah sisa obat yang masih ada itu
betapapun harus diberikan kepada anak muda itu.
Jika hal ini terjadi dua hari yang lalu tentu tanpa ragu-ragu
Nyo Ko akan melaksanakannya, tapi sekarang dia benar-benar
sangat kagum dan hormat kepada jiwa kepahlawanan Kwe
Cing, sungguh ia tidak ingin membikin susah anak perempuan
orang demi untuk kepentingannya sendiri, karena itulah ia
menjadi ragu dan berkata: "Kokoh, urusan ini tidak boleh
begitu..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau... kau..." belum lanjut ucapan Siao-liong li, "bret",
mendadak baju bahu kirinya ter-robek oleh roda emas Kim-lun
Hoat ong.
"Jika kulakukan hal ini, sungguh aku malu terhadap Kwepepek,"
kata Nyo Ko pula. "Pula aku tidak sesuai lagi untuk
menggunakan pedangku ini!" Sembari berkata iapun acungkan
Kun-cu-kiam (pedang laki-laki sejati) ke atas.
Sudah tentu Siao-liong-li sama sekali tidak tahu bahwa
jalan pikiran Nyo Ko telah berubah mendadak segenap
usahanya hanya ditujukan untuk menyelamatkan Nyo Ko,
sekarang mendengar anak muda itu segan kepada musuh
pembunuh ayahnya dan ingin menjadi laki-laki sejati, sejenak
Siaoliong-li menjadi bingung.
Dan karena tiada kesatuan pikiran antara mereka, ilmu
pedang yang mereka mainkan menjadi kurang baik, segera
Hoat-ong melangkah maju, sikutnya lantas menyodok bahu
kiri Nyo Ko.
Betapa lihay tenaga Hoat-ong, keruan saja Nyo Ko
merasakan setengah tubuhnya kaku kesemutan, bayi yang
dipondongnya itu terlepas dan jatuh. Padahal waktu itu
mereka bertempur di atas rumah, langsung saja orok itu
terbanting ke bawah.
Nyo Ko dan Siao-liong-li menjerit kaget dan segera
bermaksud melompat ke sana untuk menyelamatkan bayi itu,
namun sudah terlambat.
Sementara itu dari percakapan Nyo Ko berdua. dapatlah
Hoat-ong mengetahui bahwa bayi itu adalah anak Kwe Cing
dan Ui Yong, ia pikir bila Kwe Cing tak dapat ditangkap, boleh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
juga anak perempuannya diculik untuk di jadikan sandera agar
dia menyerah, dan sama saja suatu jasa besar bagiku?
Dalam pada itu keadaan bayi yang terjatuh ibawah itu
tampaknya sangat berbahaya, cepat ia sambitkan roda
emasnya ke sana, dengan tepat roda itu menyangah di bawah
gurita bayi itu dan terus melayang ke sana satu meteran di
atas permukaan tanah, bayi itu tersanggah di atas dengan
antengnya.
Serentak tiga orang melompat turun buat berebut roda itu,
Tempat berdiri Nyo Ko paling dekat. Ginkangnya juga tinggi, ia
melihat roda itu makin melayang makin rendah, sebentar bagi
pasti akan jatuh ke tanah. Cepat ia menubruk ka sana,
badannya berguling maju roda bayi itu hendak dirangkulnya
sekaligus agar bayi itu tidak terluka.
Ketika tangannya hendak meraih, mendadak roda emas
Hoat-ong itu mengapung ke atas, sebuah tangan menjulur
dari samping, roda emas itu terpegang dan bayi itupun
diserobot lagi..
Waktu Nyo Ko melompat bangun, sementara itu Hoat-ong
dan Siao-liong-li juga sudah memburu tiba, "He, itulah
Suciku!" seru Siao-liong-li.
Dari jubah orang yang berwarna kuning dan tangan lain
membawa kebut, Nyo Ko juga tidak sangsi lagi memang benar
penyerobot bayi itu ia adalah Li Bok chiu. Mengingat watak Li
Bok-chiu yang kejam, nasib bayi itu pasti celaka bila berada
dalam cengkeraman iblis itu, tanpa pikir ia terus mengudak ke
sana.
Siao-liong-li juga lantas berteriak-teriak. "Suci, Suci bayi itu
besar artinya bagiku, untuk apa kau menyerobotnya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Li Bok-chiu tidak menoleh, dari jauh ia menjawab: "Hm,
turun temurun ahli waris Ko-bong pay kita adalah perawan
yang suci bersih, tapi anak saja sudah kau iahirkan, sungguh
tidak tahu malu."
"ltu bukan anakku, lekas kau kembalikan padaku" teriak
Siao-liong-li.
Selagi dia hendak mengejar sekuat tcnaga, tiba-tiba
sesosok bayangan melompat keluar dari samping sambil
berseru: "Selamat bertemu pula, nona Liong!"
Sama sekali Siao-liong-li tidak memandang siapa gerangan
orang ini, sedikit mengegos segera ia bermaksud menyelinap
lewat di sebelah orang.
Tapi orang itu telah mengulur kipasnya dan menutuk
pelahan ke Koh-eng-hiat dibahunya sambil berseru: "Ah,
masakah nona cantik bersikap dingin"
"Jangan merecoki aku!" bentak Siao-liong-li sambil
menangkis dengan pedang dan tetap tidak memandang orang
itu.
Kembali kipas orang itu menutuk lengannya katanya
sambil tertawa: "Sungguh malang, mengharapkan pandangan
mesra si cantik sekejap saja tak dapat kuperoleh."
Sementara itu Li Bok-chiu, Hoat-ong dan Nyo Ko sudah
cukup jauh di depan, tampaknya sukar untuk menyusul
mereka, baru sekarang Siao liong-li berpaling, kiranya orang
yang mengadangnya dengan memegang kipas ini adalah
pangeran Hotu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dapatkah bayi Ui Yong yang baru dilahirkan itu diselamatkan
oleh Siao-liong-li dan Nyo Ko?
Cara bagaimana Nyo Ko mendapatkan sisa obat dari Kiu Jianjio?
(Bacalah jilid ke-34)
Jilid 34
Biasanya Siao-liong-li memang tidak pernah unjuk rasa
gusar atau gembira, kecuali cinta kasihnya kepada Nyo Ko,
urusan lain sama sekali tak pernah terpikir olehnya. Maka
melihat Hotu bicara dengn cengar-cengir, iapun tidak ambil
pusing, hanya dikatakannya dengan tak acuh: "Aku lagi ada
urusan penting, masakah kau tidak melihatnya?"
Melihat sikap si nona ramah tamah tanpa marah, Hotu
bergirang, segera ia berkata pular.
"Sejak berpisah, betapa rindu hatiku akan dikau, Siau-ong
ingin bicara sesuatu, entah nona sudi mendengarkan tidak?"
Tapi Siao-liong-li sedang menguatirkan Nyo Ko serta bayi
itu, ia hanya mendengus saja dan tidak menggubrisnya lagi
sekali mengegos segera ia menyelinap lewat samping orang.
Sejak pertama kali Hotu mengunjungi Cong-lam-san untuk
meminang Siao - liong - li, sebelum bertemu muka si nona dia
sudah lari terbirit-birit karena diusir oleh gerombolan tawon,
hal ini sungguh membikin pamornya merosot habiskan,
kemudian di perjamuan Eng - hiong - yan dia melihat sendiri
wajah Siao-liong-li yang cantik molek, dia benar-benar
kesemsem dan rindu kasmaran pula siang dan malam,
sekarang kebetulan dapat berjumpa berhadapan sendirian,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mana dia mau membiarkan si nona pergi begitu saja tanpa
mengutarakan isi hatinya yang rindu dendam itu.
BegituIah ketika Siao - liong - li hendak tewat, cepat ia
pentang kedua tangannya dan mengadangnya-katanya sambil
tertawa: "Siau - ong benar-benar ingin mengutarakan cinta
pada nona, masakah nona sama sekali tidak sudi
mendengarkan?"
Siao-liong-li menjadi aseran melihat orang merecokinya,
"sret", segera ia menusuk kekiri dan mendadak berputar pula
ke kanan, kontan pundak kanan Hotu berlumuran darah.
Sambil menahan sakit Hotu balas menyerang satu kali
sambil berkata: "Mcngapa engkau setega ini?"
Kembali Siao-liong-Ii hanya mendengus saja, pedangnya
berputar pula, sekali ini menusuk pinggang lawan.
Melihat tipu serangan si nona cukup keji, tapi air mukanya
tetap tenang dan ramah tamah, Hotu menyangka orang
sengaja hendak menguji ketulusan cintanya, maka ia sengaja
menurunkan kipasnya dan tidak balas menyerang pula, namun
masih mengadang di depan si nona.
Kembali Siao-liong-li menusuk pula, tapi Hotu malah
membusungkan dada menyambut serangan itu, ia pikir si
nona pasti takkan membunuhnya. Keruan Siao-liong-li menjadi
melengak malah dan tidak tahu apa maksud orang, sedikit ia
miringkan ujung pedang, "cret", bahu Hotu yang tertusuk
pedangnya.
Tusukan ini cukup parah, seketika Hotu merasa kesakitan
luar biasa, tapi hatinya malah bergirang, pikirnya: "Nyata dia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memang sengaja menguji ketulusan hatiku dan tidak menusuk
dadaku."
Sementara itu Siao-liong-li lantas menggeser cepat ke
belakang Hotu, kuatir digoda lagi, pedangnya terus membalik
lagi menusuk, sedangkan kakinya melangkah tanpa berhenti.
Dari suara angin yang keras itu Hotu merasa tusukan si
nona sekali ini tampaknya bukan cuma menguji saja, tapi bila
kena bukan mustahil jiwa akan melayang, maka cepat ia
mendoyongkan tubuh ke belakang, waktu ia berdiri tegak lagi,
ternyata Siao-liong-li sudah kabur jauh dan sukar disusul.
Walaupun pedang Siao-liong-li berhasil menusuk Hotu, tapi
pikirannya lagi tertuju kepada keselamatan Nyo Ko, apa yang
terjadi dengan Hotu itu sama sekali tidak diperhatikan
olehnya. ia lihat Li Bok-chiu bertiga berlari menuju ke utara,
maka cepat iapun memburu ke jurusan sana.
Sementara itu suasana dalam kota sedang ribut, di manamana
pasukan dikerahkan menangkap mata2 musuh, Namun,
Siao-liong-li tidak ambil pusing semua ituy ia terus berlari ke
pintu bentengwaktu
itu Loh Yu-kah sedang ronda dengan sekelompok
anggota Kay-pang. Melihat Siao-liong-li, segera Loh Yu-kah
bertanya: "Nona Liong, apakah Ui pangcu dan Kwe-tayhiap
baik-baik saja?"
Siao-liong-li tidak menjawab, sebaliknya ia malah
bertanya: "Apakah kau melihat Nyo-kongcu dan Kim-lun
Hoatong serta seorang tokoh yang membawa anak bayi?"
"Semuanya melompat ke sana," jawab Loh-Yu-kah sambil
menuding keluar benteng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siao-Iiong-li melengak, ia pikir tembok benteng begitu
tinggi, cara bagaimana ketiga orang itu turun ke sana, apakah
mereka takkan patah tulang dan pecah kepala?
Sekilas dilihatnya seorang perajurit sedang menyikat bulu
kuda merah, itu kuda mestika kesayangan Kwe Cing, terkesiap
hati Siao-liong-Ii, ia pikir kalau Nyo Ko tidak menggunakan
kuda mestika ini jelas sukar mencapai Coat-ceng-kok dalam
waktu singkat, segera ia memburu maju dan menarik tali
kendali kuda itu, katanya kepada Loh Yu-kah: "Aku ada urusan
penting keluar kota, sementara ku pinjam pakai kuda ini."
Yang dikuatirkan Loh Yu-kah hanya keselamatan Ui Yong
dan Kwe Cing saja, kembali ia tanya: "Apakah Ui-pangcu dan
Kwe-tayhiap baik-baik saja!"
"Mereka tidak kurang apa-apa," jawab Siao-Iiong li. "Bayi
yang baru dilahirkan Ui- pangcu telah di culik orang, aku harus
merampasnya kembali."
Loh Yu-kah terkejut cepat ia memerintahkan membuka
pintu benteng, baru saja pintu geybang terbuka sedikit dan
sebelum jembatan gantung di-turunkan lurus, cepat sekali
Siao-lion-li sudah membedakan kuda merah itu keluar benteng
secepat terbang,
Waktu Siao-liong-li memandang ke kaki tembok benteng
sana, di lihatnya dua mayat perajurit hancur mumur
menggeletak di saaa, di sebelahnya ada pula bangkai seekor
kuda juga terbanting hancur, selain itu tiada sesuatu tanda
lain yang men-curigakan. Diam-diam ia merasa heran cara
bagai mana Nyo Ko, Hoat-ong dan Li Bok-chiu melompat turun
tembok benteng yang tinggi itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi mengingat Nyo Ko bertiga tidak beralangan apa-apa,
segera ia mengejar ke sana cepat untuk membantu anak
muda itu merebut kembali anak bayi itu.
Akan tetapi sejauh pandangannya ke depan suasana sunyi
senyap tiada bayangan seorang, entah ketiga orang itu sudah
lari ke mana. Dalam keadaan bingung tak berdaya, Siao-liongli
tepuk-tepuk leher kuda merah itu sambil berguman: "Wahai
kudaku sayang, aku hendak menyelamatkan majikan mudamu
yang baru lahir itu, lekas membawaku ke sana."
Entah kuda itu benar-benar paham perkataannya atau
tidak, mendadak kuda merah itu menegak kepala dan
meringkik keras, segera pula membelai ke arah timur laut
sana.
Kiranya waktu Nyo Ko dan Hoat-ong mengejar Li Bok-chiu,
sampai di atas benteng, mereka pikir menghadapi jalan buntu,
Li Bok-chiu pasti akan dapat di bekuk.
Tak terduga Li Bok-chiu memang kejam tapi juga cerdik,
setiba diatas benteng, sekonyong-konyong ia tangkap seorang
perajurit terus dilemparkan kebawah, menyusul iapun
melompat turun. Ketika perajurit itu hampir menyentuh tanah,
pada saat itulah sebelah kaki Li Bok-chiu menutul pada
punggung perajurit itu sehingga daya turunnya itu berkurang,
habis itu ia terus melompat ke depan dan turun diatas tanah
dengan enteng, bahkan bayi dalam pangkuan nya juga tidak
terkaget sementara itu perajurit tadi telah terbanting mampus.
Diam-diam Heat-ong mengakui kelihayan Li Bok chiu,
iapun menirukan cara orang, iapun mencengkeram seorang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perajurit dan dilemparkan ke bawah benteng, akhirnya iapun
dapat melompat turun dengan selamat.
Nyo Ko menjadi ragu-ragu menyaksikan kejadian itu,
kecuali dahulu ia membinasakan seorang anggota Kay-pang
secara tidak sengaja, selama ini dia belum pernah lagi
membunuh seorangpun, apalagi harus mengorbankan jiwa
orang lain untuk dipakai sebagai batu loncatan dirinya,
betapapun ia tak tega.
Namun keadaan sudah mendesak, tiba-tiba ia mendapat
akal, ia dorong seekor kuda keluar benteng, ketika kuda itu
hampir jatuh ke tanah barulah dia menutul punggung kuda
terus mengejar ke sana mengikuti jejak Hoat-ong.
Sebenarnya keadaan Nyo Ko rada lemah karena
sebelumnya telah bertempur sengit di tengah pasukan Mongol
dan terluka oleh roda Kim-lun Hoat-ong, darah mengucur
cukup banyak, apalagi tadi bertempur lagi sekian lama,
sesungguhnya ia hampir tidak kuat.
Tapi mengingat puteri Kwe Cing diculik musuh, ia pikir
apapun yang terjadi bayi itu harus direbut kembali.
Sebenarnya kekuatan lari ketiga orang sangat cepatnya, Li
Bok-chiu dibebani seorang bayi, Hoat-ong terluka dan kuatir
racun bekerja pada lukanya itu, maka ia tidak berani
mengerahkan segenap tenaga untuk mengejar. Sebab itulah
kecepatan lari mereka bertiga tidak seperti biasanya, setelah
belasan li meninggalkan kota Siangyang, jarak mereka bertiga
tetap bertahan belasan meter jauhnya, Hoat-ong tidak
sanggup menyusul Li Bok chiu, Nyo Ko juga tidak mampu
menyusul Hoat-ong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah berlari-lari pula, Li Bok-chiu melihat Hoat-ong dan
Nyo Ko masih terus mengintil di belakangnya dilihatnya di
depan sana banyak bukit-bukitan. beberapa li lagi akan dapat
mencapai lereng bukit itu, maka ia percepat larinya, ia pikir
kalau sudah masuk ke lembah pegunungan sana tentu akan
mudah mencari tempat sembunyi.
Meski Siao-liong-li menyatakan bayi itu bukan anaknya,
tapi melihat cara Nyo Ko mengudaknya dengan mati-matian,
ia menduga bayi itu pasti anak haram hasil hubungan gelap
antara Nyo Ko dengan siao-liong-li, asalkan bayi ini
dipegangnya sebagai sandera, rasanya kitab pusaka Giok-lisim-
keng oleh sumoay akan terpaksa ditukarkan pada bayi itu.
Begitulah makin lama mereka makin menanjak ke dataran
yang tinggi, sekitar pepohonan lebat melulu, jalan juga likaliku.
Hoat-ang menjadi kuatir kalau sebentar lagi Li Bok-chiu
akan menyusup ke semak-semak pepohonan itu sukar lagi
ditemukan.
Selama ini Hoat-ong belum pernah bergebrak dengan Li
Bok-chiu, tapi dari Ginkangnya yang tinggi itu, ia yakin orang
pasti seorang lawan yang tangguh. Dia sudah kehilangan dua
rodanya, sebenarnya tidak ingin menyambitkan roda yang
bersisa tiga itu, namun keadaan sudah mendesak dan tidak
boleh ragu-ragu lagi, segera ia membentak sekerasnya: "Hai
perempuan itu, lekas taruh anak itu dan jiwamu akan
kuampuni, kalau tidak menurut, jangan kau salahkan aku tidak
kenal kasihan!"
Tapi Li Bok-chiu menyambut dengan ngikik tawa, larinya
bahkan tambah cepat.
Dengan gemas Hoat ong mengayun tangannya sebuah
rodanya terus menyamber ke punggung Li Bok-chiu, samberan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
itu sungguh amat dahsyat, mau tak-mau Li Bik-chiu harus
menyelamatkan diri, terpaksa ia membalik dan memutar
kebutnya, baru saja kebutan hendak mengebas ke roda
musuh, dilihatnya roda itu berputar dan memancarkan cahaya
kemilau, kalau kebut sendiri kebentur bukan mustahil akan
terhantam putus, cepat ia mengegos ke samping untuk
menghindari serangan roda itu.
Saat itu juga Hoat-ong telah menubruk maju, roda
tembaganya menyamber pula, sekali ini roda itu terbanting ke
samping lebih dulu, habis itu memutar balik dan menyambar
ke arah Li Bok-chiu.
Li Bok-chiu juga belum berani menangkis roda itu, ia
melompat mundur dan sedikit membungkuk, kembali
samberan roda itu dapat dihindari dengan Ginkang yang
tinggi. Sementara itu Hoat-ong sudah menubruk maju lagi,
roda perak tadi ditangkapnya kembali lebih dulu, sedangkan
roda timah terus mengepruk ke pundak musuh..
Namun kebut Li Bok-chiu juga lantas mengebas hingga
bulu kebut itu berubah menjadi be-ribu bintik emas dan
bertebaran ke muka Hoat-ong, Terpaksa Hoat ong lemparkan
roda timah tadi ke atas untuk menangkis kebut lawan
berbareng ia tangkap kembali roda tembaga, menyusul ia
benturkan roda tembaga dan roda perak yang dipegangnya itu
hingga menerbitkan suara nyaring menggetar sukma,
suaranya berkumandang jauh di lembah pegunungan itu
sahut-menyahut hingga lama.
Habis itu Hoat ong putar kedua rodahya dan menyerang
lebih gencar lagi.
Menghadapi lawan tangguh, semangat Li Bok chiu
terbangkit, tak diduganya Hwesio gemuk besar ini memiliki
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tenaga sekuat ini, bahkan tipu serangannya juga cepat lagi
lihay. Segera ia mengeluarkan segenap kemahirannya untuk
menempurnya.
Dalam pada itu Nyo Ko juga sudah menyusul tiba,
dilihatnya kedua orang sedang bertempur dengan sengit, tiga
buah roda terbang kian kemari diselingi sebuah kebut yang
naik turun dengan cepat-nya. Untuk sementara Nyo Ko hanya
mengikuti pertarungan mereka sambil melepaskan lelah serta
cari kesempatan baik untuk merebut kembali si bayi.
Bicara tentang tenaga dalam dan ilmu silat sebenarnya
Hoat-ong lebih tinggi setingkat daripada li Bok-chiu, apalagi Li
Bok-chiu memondong seorang bayi, sepantasnya dalam
beberapa puluh jurus saja dia pasti akan keok.
Tak di sangkanya bayi yang tadinya selalu dilindunginya
dan kuatir di celakai oleh Hoat-ong, setiap kali bila roda
mendekati badan bayi itu, cepat lawan lantas menarik kembali
serangannya malah.
Sedikit berpikir saja Li Bok-chiu lantas paham duduknya
perkara, rupanya Hwesio gede ingin merebut bayi ini,
makanya tidak ingin mencelakainya, dasar watak Li Bok-chiu
memang keji dan kejam.
Sudah tentu ia tidak pedulikan mati hidup orang lain,
apalagi sekarang setelah mengetahui jalan pikiran Hoat-ong,
diam-diam ia bergirang, Setiap kali bila dia terdesak seperti
tidak sengaja ia lantas menggunakan si jabang bayi sebagai
tameng untuk menggagalkan serangan maut musuh.
Dengan demikian bayi ini bukan lagi merupakan beban,
bahkan berubah menjadi perisai yang sangat berguna
baginya, asalkan dia angkat bayi itu untuk menangkis
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
betapapun lihay jurus serangan musuh juga akan di gagalkan
seluruhnya.
Begitulah beberapa kali serangan maut Hoat Ong telah di
tangkis oleh perisai bayi Li Bok-chiu, karuan Nyo Ko
kelabakan, ia kuatir kalau terjadi sedikit kekeliruan antara
kedua orang itu, maka bayi yang berusia belum genap satu
hari itu pasti akan melayang jiwanya.
Baru mencari akal buat rebut kembali bayi itu, dilihatnya
roda perak Hoat-ong ditengah kanan mendadak menghantam
dari luar ke bagian dalam, sedangkan roda tembaga di tengah
kiri menyodok ke depan. Gerakan kedua roda seperti
merangkul hingga Li Bok-chiu terkurung antara kedua tangan
Hoat-ong.
Muka Li Bok-chiu menjadi merah dan memaki gerakan
serangan si Hwesio yang kurang ajar itu, cepat kebutnya
menyabet ke belakang untuk menangkis roda perak,
sedangkan bayi di bawa di depan dada untuk membela diri,
Namun sebelumnya Hoat-ong sudah memperhitungkan
gerakan susulannya, mendadak tangan kiri melepaskan roda
tembaga ke atas untuk menyerang muka Li Bok-chiu.
Jarak roda itu dengan Li Bok-chiu hanya satu-dua kaki saja
dan mendadak disambitkan dengan cepat sekali, tentu saja
sukar di tangkis, untung Li Bok-chiu sudah berpengalaman
luas, sudah berpuluh tahun malang melintang di dunia
Kangouw, dalam keadaan gawat mendadak ia doyongkan
tubuhnya ke belakang, kedua kakinya memaku kencang di
tanah, kebutnya terus balas menyerang pundak musuh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hoat-ong sempat mengegos hingga kebut itu
menyerempet lewat pundaknya sementara itu tangan kiri yang
kosong itu sempat memotong ke lengan kiri Li Bok-chiu,
seketika Li Bok-chiu merasakan lengannya kaku linu, ia
menjerit tertahan dan melompat mundur, namun tangannya
sudah terasa kosong, bayi itu sudah direbut oleh Kim-lun
Hoat-ong.
Selagi Hoat-ong bergirang, sekonyong-konyong dari
samping menubruk tiba seorang, Nyo Ko telah samber bayi itu
dari tangan Hoat-ong terus bergulingan ke tanah, pedangnya
diputar kencang untuk melindungi anak bayi itu, lalu
melompat bangun dan siap menghadapi musuh.
Rupanya Nyo Ko melihat saat yang bagus sebelum Hoatong
dapat memondong si bayi dengan baik, tanpa
menghiraukan jiwa sendiri ia terus menerjang maju dan sekali
serobot ternyata berhasil dengan baik.
Begitulah dalam sekejap saja bayi itu telah berpindah
tangan antara ketiga orang itu, Li Bok chiu berseru memuji:
"Bagus, Ko-ji!"
Hoat-ong menjadi gusar, benturan rodanya menerbitkan
suara berdering pula, menyusul roda di tangan kanan terus
menghantam, Sambil mengegos segera Nyo Ko bermaksud
angkat kaki Tiba-tiba terdengar suara angin menyamber,
kiranya Li Bok-chiu dengan mengayun kebutnya telah
mengadangnya sambil berkata dengan tertawa: "Jangan pergi
dulu, Ko-ji, kita harus melabrak Hoat ong ini!?
Karena roda Hoat-ong sudah menghatam pula, terpaksa
Nyo Ko memutar pedangnya untuk menangkis. Setelah
bertempur beberapa hari ber-turut-urut kedua pihak sudah
sama apal tipu serangan masing-masing, begitu saling labrak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segera terjadilah serangan kilat, dalam sekejap saja berpuluh
jurus sudah berlangsung.
Diam-diam Li Bok-chiu terkejut, ia heran mengapa dalam
waktu sesingkat ini kepandaian Nyo Ko sudah maju
sedemikian pesat, tampaknya aku bukan lagi tandingannya,
bahkan mendiang Suhu juga belum tentu bisa melebihi dia.
Akan tetapi karena Nyo Ko harus memikirkan keselamatan
si bayi, betapapun dayi itu adalah puteri sang paman yang
dihormatinya itu, maka sedikitpun ia tak berani menirukan
cara Li Bok-chiu memperalat bayi itu sebagai tameng. Dan
justeru inilah akhirnya Hoat-ong dapat melihat kelemahannya,
kini ia lebih banyak mengerahkan serangannya kepada si bayi,
dengan demikian Nyo Ko menjadi kelabakan dan sukar
bertahan.
"Li-supek, lekas bantu aku rnenghalau bangsat gundul ini,
urusan lain boleh kita bicarakan nanti"
-Sekilas Hoat-ong melirik Li Bok-chiu, tertampak
perawakan yang ramping menggiurkan meski usianya sudah
lewat setengah umur, tapi gayanya tetap menarik, dengan
tersenyum simpul ia mengikuti pertarungan mereka dan
tampaknya tidak bermaksud membantu pihak manapun.
Diam-diam Hoat ong sangat heran bahwa Tokoh ini
ternyata paman guru si Nyo Ko, tapi mengapa tidak
membantu anak muda itu? jangan-jangan ada rencana licin di
balik persoalan ini? Paling penting sekarang bocah she Nyo ini
harus lekas dikalahkan dan bayi itu direbut kembali.
Begitulah Hoat-ong lantas pergencar serangannya
sehingga Nyo K-o terkurung rapat di bawah cahaya rodanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Li Bok-chiu tahu musuh takkan mencelakai si bayi maka ia
tidak ambil pusing terhadap teriakan minta tolong Nyo Ko itu,
ia hanya, tersenyum saja sambil bersimpuh tangan dengan
adem ayem.
Setelah bertempur lagi sebentar, dada Nyo Ko mulai terasa
sakit, ia tahu tenaga dalam sendiri tak dapat menandingi
lawan, kalau bertempur lebih lama lagi jelas sukar bertahan.
Sudah sekian lama ia tidak mendengar suara tangis si bayi, ia
menjadi takut terjadi apa-apa, dalam seribu kesibukannya itu
ia coba memandang sekejap kepada si bayi, tertampak wajah
si kecil itu putih bersemu merah, molek menyenangkan, kedua
matanya yang hitam itu sedang memandang padanya.
Padahal bayi itu belum genap satu hari dilahirkan dengan
sendirinya belum tahu apa-apa tapi air mukanya kelihatan
tenang dan tenteram, sama sekali tak mirip seorang bayi yang
baru saja dilahirkan.
Biasanya Nyo Ko tidak cocok dengan Kwe Hu, tapi
menghadapi orok dalam pangkuannya ini, tiba-tiba timbul
semacam pikiran aneh dalam benaknya: "Kini aku
membelanya mati-matian, kalau nasibnya mujur dan jiwanya
dapat diselamatkan, tujuh hari lagi aku sendiri akan mati,
kelak kalau dia sudah sebesar kakaknya itu entah dia akan
teringat kepadaku atau tidak?"
Karena rangsangan perasaannya itu, entah dari mana
datangnya kesedihan, tiba-tiba matanya menjadi merah dan
hampir-hampir meneteskan air mata.
Bahwa Nyo Ko sudah kewalahan melayani serangan Hoatong
itu juga disaksikan oleh Li Bok-chiu, semula ia merasa
tidak tega dan bermaksud maju membantu, tapi segera
terpikir pula olehnya bahwa kepandaian Nyo Ko sudah lebih
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tinggi daripada dia, jika sekarang tidak meminjam kepandaian
si Hwesio ini untuk membunuhnya, kelak tentu akan
mendatangkan bencana baginya. Karena itu ia tetap
menonton saja tanpa membantu.
Di antara tiga orang ini ilmu silat Hoat-ong paling tinggi, Li
Bok-chiu paling kejam, tapi bicara tentang tipu akal adalah
Nyo Ko. Setelah bersedih sebentar segera pula ia memikirkan
akal cara meloloskan diri, ia jadi teringat kepada tipu akal
Khong Bheng di jaman Sam-kok, waktu itu di antara tiga
negara, Co jo dari negeri Gui terhitung paling kuat dan negeri
Han pimpinan Lau Pi paling lemah, untuk melawan Co Jo
terpaksa Lau Pi berterikat dengan Lun Koan dari negeri Go.
Kalau sekarang Li Bok-chiu tidak mau membantu terpaksa
dirinya sendiri yang harus membantu Li Bok-chiu, untuk ini
segera Nyo Ko menyerang dua kali untuk menahan Hoat-ong,
habis itu cepat ia melompat mundur dan mendadak
menyodorkan bayi itu kepada Li Bok-chiu sambil berseru:
"Terima ini!"
Kejadian ini benar-benar di luar dugaan Li Bok-chiu,
seketika ia tidak paham apa maksud Nyo Ko, tapi tanpa pikir ia
terima jabang bayi itu.
Dalam pada itu Nyo Ko telah berseru pula "Li Supek, lekas
lari membawa anak itu, biar kutahan bangsat gundul inil"
Berbareng ia melancarkan serangan maut untuk mendesak
mundur Hoat-ong.
Lik Bok-chiu mengira si Nyo Ko mengharapkan bantuannya
sebagai sang paman guru dan tentu takkan membikin susah
anaknya, maka dalam keadaan bahaya bayi itu diserahkan lagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
padanya, tentu saja ia bergirang dan anggap sangat kebetulan
baginya.
Sama sekali tak terpikir olehnya bahwa cara itu adalah tipu
akal Nyo Ko, begitu Li Bok-chiu hendak angkat kaki,
mendadak Hoat-ong menghantamnya pula dengan roda perak,
Karena tiada jalan lain, terpaksa Li Bok-chiu memutar balik
kebutnya untuk menangkis.
Melihat maksud tujuannya sudah tercapai Nyo Ko
menghela napas lega. Tapi dia tetap memikirkan keselamatan
si orok dan tidak dapat berpeluk tangan tanpa urus seperti Li
Bok - chiu tadi, Setelah istirahat sejenak, segera ia angkat
pedang dan menerjang Hoat-ong dari samping.
Sementara itu sang surya sedang memancarkan cahaya
yang terang, di tengah hutan lebat itu tetap tembus oleh
cahaya matahari, semangat Nyo Ko terbangkit, ia mainkan
pedangnya terlebih keras. "trang, trang", tiba-tiba roda perak
Hoat-ong terkupas sebagian oleh Kuncu-kiam yang tajam itu.
Kim-lun Hoat-ong juga tidak kurang saktinya, meski
terkejut, namun gerak serangannya semakin lihay.
Tiba-tiba Nyo Ko mendapat akal, serunya: "Li-supek, awas
roda tembaganya itu, bagian yang terkupas itu ada racunnya,
jangan kau tersentuh olehnya."
"Memangnya kenapa?" ujar Li Bok-chiu tak acuh.
"Racun yang terpoles di pedangku ini sangat lihay" kata
Nyo Ko.
Tadi Hoat-ong dilukai oleh pedang Nyo Ko, memangnya
dia berkaatir kalau pedang anak muda itu beracun, tapi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
setelah sekian lama bertempur tiada terasa tanda aneh pada
lukanya, maka ia tidak berkuatir lagi, Sekarang Nyo Ko
menyebutnya pula, mau-tak-mau hatinya tergetar dan
semangatnya menjadi lesu mengingat kekejian Kongsun Ci itu,
mustahil pedang Nyo Ko yang diambil dari tempatnya itu tidak
-dipoles dengan racun.
Mendadak Li Bok chiu berseru "Tusuk dia dengan
pedangmu yang beracun itu, Ko-ji!" -Berbareng ia mengayun
tangannya seperti menyambitkan senjata rahasia.
Cepat Hoat-ong memutar rodanya menjaga rapat
tubuhnya, tapi gerakan Li Bok-chiu itu ternyata gertakan
belaka, kesempatan itu telah di gunakannya untuk berlari ke
sana secepat terbang.
Walaupun meragukan terkena racun, tapi Hoat-ong sangat
tangkas, ia merasa lukanya tidak geli dan juga tidak bengkak,
betapapun ia tak mau pulang dengan tangan hampa, maka
cepat ia terus mengudak ke jurusan Li Bok-chiu.
Nyo Ko pikir kalau sebentar bertempur dan sebentar udakmengudak,
akhirnya tentu akan membikin susah orok yang
baru dilahirkan itu, jalan keluar yang baik adalah menghalau
Hoat-ong dengan gabungan tenaga mereka berdua dan
urusan lain dapat diselesaikan belakang. Maka ia lantas
berteriak: "Tak perlu lari, Li-supek, bangsat gundul ini terkena
racun jahat, hidupnya tak tahan lama lagi"
Baru habis ucapamrya, dilihatnya. Li Bok-chiu sedang
melompat ke depan dan menyusup ke arah sebuah gua di
bukit sana. Hoat-ong kelihatan merandek kesima dan tidak
berani ikut menerobos ke dalam gua.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena tidak tahu apa tujuan Li Bok-chiu membawa lari
bayi itu, kuatir kalau mendadak bayi itu dibinasakan maka
tanpa pikirkan keselamatan sendiri Nyo Ko terus menguber ke
sana, ia putar pedangnya untuk menjaga diri, segera ia
menerjang ke dalam gua, Terdengarlah suara gemerincing
beberapa kali, pedangnya menyampuk jatuh tiga buah Pengpok-
sin-ciam, jarum berbisa yang dihamburkan Li Bok-chiu.
"Aku, Li-supek!" seru Nyo Ko. Di dalam gua gelap guiita,
tapi Nyo Ko sudah biasa memandang lalam kegelapan,
dilihatnya Li Bok-chiu merangkul si bayi dan tangan lain sudah
siapkan segenggam jarum berbisa lagi.
Untuk meyakinkan orang bahwa dia tidak bermaksud jahat
Nyo Ko sengaja membalik tubuh dan menghadap kesana, lalu
berkata: "Biarlah kita bersatu untuk menghalau bangsat
gundul itu?" Segera ia berjaga di mulut gua dengan pedang
terhunus.
Hoatong menduga sementara ini kedua lawan takkan
berani menerobos keluar lagi, ia lantas berduduk disamping
gua dan membuka baju untuk memeriksa lukanya.
Dilihatnya bagian luka merah segar, tiada tanda-tanda
keracunan, waktu ia pencet terasa sakit sedikit. Waktu ia
mengerahkan tenaga dalam terasa tiada sesuatu alangan
apapun juga.
Girang bercampur gemas juga Hoat ong, girangnya karena
pedang si Nyo Ko ternyata tidak berbisa sebagaimana
dikatakan anak muda itu, gemasnya karena dia telah dikibuli
oleh bocah itu sehingga dia berkuatir percuma sekian lama.
Ia coba mengawasi gua itu, mulut gua itu ter-aling-aling
rerumputan lebar gua itu hanya tiba cukup dimasuki seorang,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
padahal tubuhnya sendiri tinggi besar, kalau menerjang
kesana dan bergerak kurang leluasa, mungkin akan disergap
malah oleh kedua lawan di dalam gua itu.
Seketika ia tidak mendapatkan akal yang baik, pada saat
itulah tiba-tiba ada suara orang berseru padanya: "He, Hwesio
gede, apa yang kau lakukan disitu?"
Hoat-ong mengenali itulah suara si Hindu cebol Nimo
Smgh, ia tetap mengawasi gua itu sambil menjawab "Tiga
ekor kelinci menyusup ke dalam gua, aku hendak
menghalaunya keluar."
Rupanya dari jauh Nimo Singh melihat berkelebatnya roda
Kim-lun Hoat-ong" yang beterbangan di udara, ia tahu pasti
Hoat-ong sedang bertempur dengan musuh, maka cepat ia
menyusul kesini, Waktu tiba di tempat sementara Nyo Ko
berdua sudah menyusup ke dalam gua.
Melihat Hoat - ong sedang mengawasi dengan penuh
perhatian,Nimo Sing menjadi girang, tanyanya cepat: "Kwe
Ceng lari ke dalam gua?"
Hoat-ong mendengus dan berkata: "Ada seekor kelinci
jantan dan seekor kelinci betina ada pula seekor anakan
kelinci"
"Hahaa, jadi selain Kwe Cing dan isterinya, si bocah Nyo
Ko itu juga berada di situ," seru Nemo Singh kegirangan.
Hoat-ong tidak menggubrisnya dan membiarkan dia
mengoceh sendirian ia memandang sekelilingnya, segera ia
mendapatkan akal, ia mengumpulkan ranting kayu dan
rumput kering serta di tumpuk di mulut gua, lalu dibakarnya
rumput kering itu. Kala itu angin sedang meniup dengan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kencangnya, tanpa ayal asap tebal lantas tertiup ke dalam
gua.
Waktu Hoat-ong mulai menimbun kayu dan rumput kering,
Nyo Ko tahu maksud keji orang, sedangkan pihak musuh telah
bertambah pula dengan datangnya Nimo Singh, Dengan suara
pelahan ia berkata kepada Li Bok-chiu: "Akan kuperiksa
apakah gua ini ada jalan tembus atau tidak."
Segera ia merunduk ke dalam sana, kira-kira belasan
meter jauhnya, ternyata gua itu sudah buntu, ia putar balik
dan berkata pula dengan suara terta han: "Li-supek, mereka
menyerang dengan asap bagaimana kita harus bertindak?"
Li Bok-chiu pikir menerjang dengan kekerasan jelas sukar
loIos.dari kejaran Hoat-ong, sembunyi di dalam gua bukan
cara penyelesaian yang baik, jika keadaan benar-benar
mendesak, jalan satunya terpaksa melarikan diri dengan
meninggalkan anak orok toh Karena pikiran ini, sedikitpun ia
tidak cemas, ia menyeringai dan tidak menjawab pertanyaan
Nyo Ko itu.
Tidak lama gumpalan asap yang membanjir ke dalam gua
semakin tebal, untuk sementara mereka dapat menahan
napas, tapi bayi itu tidak tahan lagi, ya batuk ya menangis
tiada hentinya.
"Hehe, kau kasihan padanya, bukan?" jengek Li Bok-chiu
pada Nyo Ko.
Setelah mengalami perjuangan mati-matian, dalam hati
Nyo Ko memang sudah timbul kasih sayang kepada bayi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perempuan itu, ia menjadi tidak tega mendengar tangisnya
yang semakin keras itu.
"Biar kupondong dia!" katanya sambil mengulurkan kedua
tangan dan mendekati Li Bok-chiu.
Tapi Li Bok-chiu lantas menyabetnya dengan kebut sambil
membentak: "Jangan mendekat aku? apa kau tidak takut pada
Peng-pok-sin-ciam!"
Cepat Nyo Ko melompat mundur, nama jarum nerbisa itu
mengingatkannya masa kecilnya dahulu ketika untuk pertama
kalinya bertemu dengan, Li-Bok-chiu, hanya sebentar saja ia
memegang jarum perak itu, tapi racun sudah menjalar ke
tubuhnya, syukur ayah angkatnya, yaitu Auyang Hong, telah
menolongnya dengan mengajarkan Lwekang yangj istimewa
itu sehingga racun dapat didesak keluar.
Tiba-tiba ia mendapat akal, ia membalut tangannya
dengan robekan kain baju, ia menuju, ke mulut gua dan
menjemput ketiga jarum berbisa yang disambitkan Li Bok-chiu
tadi, ia tancapkan jarum-jarum itu pada tanah dengan ujung
runcing ke atas, habis itu ujung jarum yang menongol sedikit
itu diculik pula dengan pasir tanah agar gemilapnya jarum itu
tidak kelihatan. Saat itu mulut gua tertutup oleh asap tebal
sehingga tindakan Nyo Ko itu tidak dilihat oleh Kim-lun Hoatong
dan Nimo Singh.
Selesai mengatur lalu Nyo Ko mundur lagi ke dalam gua
dan membisiki pada Li Bok-chiu: "Aku sudah ada akal
menghalau musuh, harap Li-supek pura-pura menimang bayi
itu supaya jangan me-nangis." Habis berkata, mendadak ia
berteriak: "Aha, di belakang gua ini ada jalan tembusnya, Iisupek,
lekas kita pergi!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Semula Li Bok-chiu melengak dan mengira apa yang
dikatakan Nyo Ko itu memang betul, tapi Nyo Ko lantas
membisikinya pula: "Hanya pura-pura saja agar bangsat
gundul itu terjebak olehku."
Sudah tentu teriakan Nyo Ko itu dapat didengar oleh Kimlun
Hoat-ong dan Nimo Singh, mereka terkejut, mereka coba
pasang kuping, di dalam gua sunyi senyap, suara tangisan
bayi juga sayup-sayup semakin lirih, mereka tidak tahu bahwa
mulut si bayi telah sengaja ditutup oleh lengan baju Nyo Ko,
keruan mereka mengira Nyo Ko bersama Li Bdk-chiu benarbenar
sudah kabur melalui belakang gua.
Watak Nimo Singh tidak sabaran, tanpa pikir ia terus
berlari memutar ke belakang gua, maksudnya hendak
mencegat musuh, Tapi pikiran Hoat-ong terlebih cermat,
setelah mendengarkan dengan teliti, ia merasa suara tangisan
anak bayi itu cuma lirih tertahan saja dan tiada tanda-tanda
semakin menjauh, ia tahu pasti si Nyo Ko sedang main gila
hendak menipunya ke belakang gua, lalu anak muda itu akan
menerjang keluar dari mulut gua.
Diam-diam ia mentertawai akal Nyo Ko yang dangkal itu,
ia pikir biar kusembunyi saja di samping mulut gua, begitu
kalian keluar segera kumampuskan kalian.
Namun Nyo Ko juga tidak kalah cerdiknya, kembali ia
berteriak pula: "He, cepat Li-supek, bangsat gundul itu sudah
pergi, marilah kita lari keluar !" Habis ini tiba-tiba ia membisiki
pula "marilah kita menjerit bersama untuk memancing dia
masuk ke sini."
Li Bok-chiu tidak tahu akal bulus apa yang pedang diatur
Nyo Ko itu, tapi ia tahu anak muda itu sangat licin, ia sendiri
beberapa kali pernah dikibuli kalau dia sudah mengatur
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perangkap, rasanya pasti akan berhasil, betapapun ia
mempunyai sandera anak bayi itu. asalkan Hoat-ong sudah
dihalau pergi, akhirnya Nyo Ko harus menukar si bayi dengan
Giok-li-sim-keng.
Maka ia lantas mengangguk tanda setuju, kedua orang
segera menjerit berbareng "Aduh!"
Nyo Ko pura-pura terluka parah dan merintih keras-keras,
teriaknya: "Keparat, mengapa kau bertindak sekeji ini
padadaku?" - Lalu ia mendesis pula dengan suara tertahan:
"Lekas engkau berlagak terancam jiwamu!"

Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru