Kamis, 04 Mei 2017

Cersil Cerita Silat KPH 9 Tiga Naga Sakti

 Cersil Cerita Silat KPH 9 Tiga Naga Sakti Cersil KPH 9 Tiga Naga Sakti Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cersil Cerita Silat KPH 9 Tiga Naga Sakti
kumpulan cerita silat cersil online
Cersil Cerita Silat KPH 9 Tiga Naga Sakti
"Ya, sayembara. Aku mempunyai suatu teka-teki, suatu
rahasia alam yang sampai kini belum ada ahli yang mampu
memecahkannya. Nah, siapa di antara locianpwe bertiga
mampu menjawab teka teki atau pertanyaan abadi ini,
menjawab dengan tepat, jujur, dan tidak dapat dibantah
kebenarannya, dialah yang menang dan aku tentu memilih
dia!"
Kaum penganut Beng kauw adalah orang-orang yang suka
akan segala macam ilmu klenik, suka akan segala kemujijatan
dan akan "kebatinan" yang muluk-muluk, penuh rahasia dan
yang mengandung mistik, juga mereka terkenal suka akan
permainan kata-kata yang tinggi-tinggi dan sukar diartikan.
Maka kini mendengar usul anak kecil ini, tentu saja mereka
tertarik bukan main, wajah mereka berseri dan mereka ingin
sekali segera mendengar apa gerangan teka-teki yang
mengandung rahasia alam itu! Mereka yang gila akan hal-hal
aneh ini, yang gemar berbantahan dengan hal-hal yang
mereka namakan "soal-soal batiniah", yang abstrak-abstrak,
yang gaib gaib, tentu saja sama sekali tidak tahu bahwa
mereka sedang dipermainkan oleh anak nakal ini! Seorang
anak kecil berusia sepuluh tahun seperti Gin San ini mana tahu
tentang segala klenik dan kebatinan? Kalau dia membual dan
menantang itu adalah karena dia hendak menggunakan akal
mengulur waktu sambil mencari siasat dan kesempatan untuk
menyelamatkan diri. Tentu saja anak ini hanya mengenal teka
teki kanak-kanak, segala macam cangkriman permainan
kanak-kanak yang kadang-kadang memang mengandung
pertanyaan pertanyaan yang tak masuk di akal dan bahkan
orang tuapun tidak mampu menjawabnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lekas katakan apa teka-teki itu ! " kata Kwan Cin Cu
sambil mendekat.
"Hayo keluarkan semua pertanyaanmu tentang ilmu gaib,
pasti dapat kujawab ! " Hok Kim Cu menyombongkan diri.
"Hi-hik, memang engkau menyenangkan sekali!" kata Thian
Bhok Cu sambil mengelus dagu Gin San, "Pandai berteka teki,
hi-hik!" Gin San mengkirik. Balu tengkuknya meremang ketika
merasakan usapan jari-jari yang dilakukan demikian mesra
dan halus. Dagunya terasa geli dan bulu tengkuknya
meremang.
"Teka-tekiku ini hanya sebuah dan agar tidak sampai
berebut dan tidak ikut-ikutan, maka sebaiknya kalau locianpwe
bertiga memberi jawaban dengan tulisan di atas kertas.
Dengan demikian kalian tidak dapat saling menjiplak !"
"Bagus, bagus" Kwan Cin Cu berseru. "Itu benar sekali !"
sambung Hok Kim Cu.
"Anak yang baik, anak yang tampan, anak yang pandai, hihik!"
Thian Bhok Cu memuji-muji. Mereka lalu sibuk
mengambil kertas dan alat tulis, persis seperti tiga orang anak
kecil yang hendak diuji kepandaian mereka oleh seorang guru
sekolah mereka ! Diam-diam Gin San merasa geli juga
sungguhpun dia masih bingung karena dia belum bisa
menemukan kesempatan untuk melarikan diri.
"Nah, sebelum aku memberitahukan teka-tekiku,
hendaknya locianpwe bertiga ingat betul bahwa yang menang
adalah dia yang dapat memberi jawaban yang tepat, jujur,
dan yang tidak dapat dibantah lagi kebenarannya. Kalau
jawaban itu masih dapat dibantah, maka jawaban itu berarti
tidak benar ! "
Tiga orang kakek itu memandang kepada Gin San dengan
mata tak pernah berkedip, dan dengan penuh perhatian dan
ketegangan, dan mereka mengangguk menyetujui. Memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu saja jawaban yang benar adalah yang tepat dan yang
tidak dapat dibantah lagi kebenarannya. Ini sudah sewajarnya!
"Nah, dengarkan sekarang teka-tekiku yang menjadi
rahasia alam, sam-wi locianpwe !" kata Gin San dengan suara
lantang dan denga lagak menggurui ! "Pertanyaan teka-teki
itu adalah: Siapakah di antara telur dan ayam yang lebih dulu
berada di dalam dunia ini ?"
Tiga orang kakek yang sudah memasang telinga penuh
perhatian dan ketegangan itu, sejenak melongo, kemudian
muka mereka menjadi merah karena mereka merasa
dipermainkan ! Ada rasa geli juga dan dalam hati mereka di
samping kemarahan. Pertanyaan itu merupakan teka teki
senda gurau yang dilakukan oleh anak anak !
"Jangan main main kau !" bentak Kwa Cin Cu marah. ,
"Siapa main main, locianpwe? Bukankah merupakan
pertanyaan yang amat baik? Kita sudah sama mengenal apa
itu telur dan apa ayam, akan tetapi dapatkah locianpwe
bertiga menjawab mana di antara keduanya itu yang lebih
dulu berada di dalam dunia? Nah, jawablah, akan tetapi harus
tepat dan jawaban harus tidak dapat dibantah pula
kebenarannya.”
Tiga orang kakek: itu mengerutkan alisnya dan mulailah
mereka berpikir- pikir. Mereka sudah biasa membicarakan dan
mempelajari tentang rahasia alam, rahasia perbintangan,
rahasia nasib manusia dan sebagainya lagi. Dan kini mereka
dihadapkan dengan pertanyaan remeh yang biasanya untuk
permainan kanak-kanak! Akan tetapi, begitu mereka
memikirkan dengan mendalam, nampaklah oleh mereka
kesukaran dalam menjawab pertanyaan itu. Makin
direnungkan, makin sulitlah jawabannya, karena jawaban
apapun yang diberikan adalah serba salah. Padahal bagi Gin
San sesungguhnya dia tidak ingin benar benar bermain tekateki
melawan tiga orang kakek itu. Dia tidak perduli apakah
ayamnya yang ada lebih dulu, ataukah telurnya. Yang penting
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagi dia adalah penguluran waktu untuk menyelamatkan diri.
Maka dia membiarkan tiga orang kakek itu mengerutkan alis,
Kadang-kadang memejamkan mata, menggosok-gosok dahi,
pelipis, menjambak-jambak rambut, mengeluh dan
menggereng. Akan tetapi celakanya, setiap kali dia
menggerakkan kaki hendak menjauhkan diri, tentu ada
seorang di antara mereka yang memandangnya sehingga dia
selalu harus membatalkan niatnya untuk lari.
Kini tiga orang kakek itu mulai mencorat-coret di atas
kertas masing masing. Mereka itu demikian tekun, persis tiga
orang anak sekolah menghadapi ujian ! Ketika melihat tiga
orang kakek itu sudah mulai menulis dan mencurahkan
seluruh perhatian kepada kertas di depan mereka, diam diam
dan perlahan-lahan Gin San keluar dari dalam ruangan itu
dengan hati hati sekali. Jantungnya berdegup tegang dan dia
berjalan keluar dengan kaki belakang diangkat. Akan tetapi
baru saja dia keluar dari ruangan, tiba tiba tubuhnya tertarik
ke belakang. Dia terkejut bukan main dan menengok. Betapa
heran dia melihat bahwa tidak ada siapapun yang menariknya,
yang ada hanyalah Thian Bhok Cu yang masih duduk dan kini
meluruskan tangan kiri ke depan. Dari telapak tangan si kakek
genit inilah terdapat hawa yang menyedotnya sedemikian kuat
sehingga dia tertarik kembali ke dalam ruangan itu ! Seolah
olah dari telapak tangan itu mengandung daya tarik besi
semberani yang mujijat. Dan sesungguhnyalah, kakek ketiga
dari Beng-kauw ini telah mempergunakan sinkang yang amat
kuatnya untuk menarik kembali Gin San yang hendak
melarikan diri.
"Hi hik, kau hendak berkeliaran ke mana anak manis? Lihat,
jawabanku sudah selesai!” katanya sambil menyerahkan
kertas yang dilipatnya itu kepada Gin San. Anak ini terpaksa
duduk kembali dan menerima kertas lipatan itu. Ketika dia
membukanya dan membacanya, hampir saja dia tertawa
bergelak. Jawaban kakek genit ini sungguh lucu bukan main,
jawaban yang belum pernah didengarnya dari siapapun juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika dia bermain teka-teki dengan Sian Lun, Ai Ling dan
anak-anak lain. Jawaban itu hanya merupakan beberapa huruf
singkat yang berbunyi: Yang lebih dulu ada ialah TAHI AYAM!
Seperti ketika dia bermain teka-teki dengan anak-anak,
sekarangpun dia sudah menyusun bantahan-bantahan untuk
jawaban itu karena syarat untuk menang adalah jawaban yang
tidak dapat dibantah kebenarannya !
Dua orang kakek lainnya juga menyerahkan kertas mereka
dan dengan girang Gin San melihat bahwa untuk jawaban
kedua orang kakek inipun dia sudah siap dengan bantahannya
seperti biasa dia lakukan bersama anak-anak. Jawaban Kwan
Cin Cu adalah : Ayam yang lebih dulu ada. Sedangkan
jawaban Hok Kim Cu adalah: Telur lebih dulu!
Gin San tersenyum dan menggenggam tiga gulungan
kertas jawaban itu, dan memandang kepada mereka yang
menanti penuh harapan untuk menang. "Aku telah membaca
jawaban locianpwe bertiga. Pertama akan kubacakan jawaban
locianpwe ini." Dia menuding kepada Kwan Cin Cu karena dia
belum mengenal nama mereka.
"Heh, anak baik. Aku adalah Kwan Cin Cu, dia ini suteku
Hok Kim Cu dan yang itu adalah sute Thian Bhok Cu. Hayo
kaukatakan, bukankah jawabanku yang benar?" kata Kwan Cin
Cu.
"Baiklah kubacakan jawaban locianpwe Kwan Cin Cu," kata
pula Gin San sambil membuka kertas jawaban ilu. "Locianpwe
menjawab bahwa AYAM yang lebih dulu ada. Bagaimana,
alasannya maka locianpwe menjawab demikian?"
"Tentu saja demikian" kata Kwan Cin Cu dan dia
mengerutkan alisnya seperti biasanya para "ahli kebatinan"
kalau sedang berdebat tentang apa yang mereka namakan
soal - soal kebatinan! "Teka-teki itu berbeda dengan
pertanyaan tentang dua hal berlawanan yang mengandung
unsur Im dan Yang. Kalau dua hal pertentangan yang
mengandung unsur Im dan Yang, misalnya gelap dan terang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kiri dan kanan atas dan bawah, dingin dan panas dan
sebagainya, tentu keduanya kait - mengait dan saling
melahirkan, saling membunuh pula. Misalnya gelap dan
terang. Keduanya tentu tercipta secara berbareng, karena
kalau tidak ada ge'ap. mana bisa muncul terang, sebaliknya
kalau tidak ada terang, mana bisa kita mengenal gelap, Kita
mengatakan sesuatu itu kiri karena ada .kanan dan
sebaliknya. Itulah adanya dua unsur berlawanan sifatnya
namun satu juga, unsur yang mengandung Im dan Yang.
Akan tetapi pertanyaanmu itu sama sekali tidak mengandung
unsur Im dan Yang, dua unsur yang berlawanan itu,
melainkan mengandung dua unsur yang kunamakan, unsur
biang dan anak! Kalau ada dua unsur biang dan anak, sudah
tentu yang ada lebih dulu adalah biangnya, bukan anaknya.
Seperti juga bumi adalah unsur biang, dan segala
pertumbuhan adalah unsur anak, maka tentu bumi yang ada
lebih dulu. Maka atas dasar perhitungan itulah maka AYAM
yang lebih dulu ada dari pada TELUR. Nah, betul tidak?"
Seorang anak kecil seperti Gin San dijejali teori-teori yang
muluk-muluk macam itu, tentu saja menjadi pening seketika!
Dia hanya mengajukan dalil kanak-kanak seperti biasa kalau
dia bermain teka-teki dengan anak anak lain.
"Jawabanmu itu baik sekali, locianpve, akan tetapi tetap
saja masih dapat dibantah. Kaubilang bahwa ayam yang lebih
dulu ada, akan tetapi ingatlah bahwa ayam itu menetas dari
telur, maka kalau belum ada telurnya, mana mungkin ada
ayamnya?"
"Ha ha-ha! Bagus sekali! Engkau memang patut menjadi
anakku ! Ha - ha, bantahanmu itu sekaligus menghancurkan
teori suheng, dan juga berarti membenarkan jawabanku!" kata
Hok Kim Cu sedangkan Kwan Cin Cu yang mendapatkan
bantahan itu sudah mengerutkan alis lagi, memijat - mijat
pelipisnya memutar mutar otak memikirkan persoalan pelik
itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nanti dulu, locianpwe Hok Kim Cu!" kata Gin San sambil
membuka kertas jawaban kakek ini. "Locianpwe menjawab
bahwa TELUR yang ada lebih dulu."
"Tentu saja dan pasti benar!" kata Hok Kim Cu penuh
semangat. "Seperti kaukatakan dalam bantahanmu terhadap
suheng tadi, tidak akan ada ayam kalau tidak ada telur karena
ayam menetas dari telur. Selain itu, juga sesuatu berasal dari
kekosongan! Alam semesta adalah kosong pada mulanya!
Lihatlah pohon besar itu. Asalnya tumbuh dari biji dan kau
boleh buka biji itu, pasti semua biji buah tepat pada tengahtengahnya
adalah kosong! Dan telur merupakan lambang
kekosongan! karena kekosongan itu digambarkan sebagai
suatu bulatan. Telur mengandung unsur Thai kek! Dari Thai
kek terciptalah Im Yang dan barulah segaia sesuatu dapat
tercipta melalui In Yang. Akan tetapi yang ada lebih dulu
adalah Thai - kek, karena tanpa Thai - kek tidak ada sesuatu
yang dapat tercipta di alam semesta ini! Maka, jelaslah bahwa
yang ada lebih dulu adalah TELUR, setelah telur menetas
barulah tercipta AYAM. Nah, bukankah tepat sekali dan tidak
bisa dibantah lagi jawabanku ?" Hok Kim Cu girang sekali dan
kembali sepasang mata Gin San seperti menjadi juling karena
dia bingung mendengarkan uraian tentang segala macam Thai
- kek dan Im Yang itu. Dan seperti yang biasa dia lakukan
kalau dia membantah anak - anak yang mencoba untuk
menjawab teka - teki itu kini dia cepat menghadapi Hok Kim
Cu yang kegirangan itu.
"Nanti dulu, locianpwe Hok Kim Cu. Seperti juga jawaban
locianpwe Kwan Cin Cu tadi, jawabmu memang baik sekali.
Akan tetapi tetap saja masih dapat dibantah. Kau bilang
bahwa telur yang lebih dulu ada akan tetapi ingatlah bahwa
telur itu baru ada kalau sudah keluar dari perut ayam, maka
sebelum ada ayam, mana mungkin ada telurnya ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hi-hi hik ! Lucunya ! Hi-hik, barangkali ji-suheng yang
bertelur! Ji-suheng bertelur dulu, baru telurnya itu menetas
menjadi ayam, hi-hik "
"Sute, tutup mulutmu!" Hok Kim Cu membentak dan diapun
segera tenggelam dalam pemikiran yang mendalam
menghadapi masalah yang "berat" ini.
"Hi-hi-hik jelaslah bahwa jawaban twa-suheng dan jisuheng
tidak memenuhi syarat karena masih bisa dibantah.
Akan tetapi, anak yang baik, engkau tentu tidak bisa
membantah kebenaran jawabanku!"
Gin San membuka kertas terakhir dan sambil menahan geli
hatinya dia membacanya dan berkata, "Jawaban locianpwe
Thian Bhok Cu amat lucu. Locianpwe menjawab bahwa yang.
lebih dulu ada yalah TAHI AYAM ! Mengapa demikian,
locianpwe ?"
"Heh-heh-hi-hi-hik !" kakek genit itu terkekeh-kekeh dan
dua orang suhengnya memandang heran mendengar jawaban
yang luar biasa itu. "Urusan antara ayam dan telur adalah
melalui pantat ayam. Aku sudah berpikir bahwa kalau
menjawab telur lebih dulu, tentu salah karena sebelum ada
telurnya harus ada ayamnya, dan kalau menjawab ayam lebih
dulu, tentu salah pula karena sebelum ada ayamnya harus ada
telurnya lebih dulu. Dan mengingat bahwa yang keluar dari
pantat ayam itu selain telur adalah tahinya, maka pasti bahwa
tahi ayam itulah yang lebih dulu ada ! Heh heh, benar, atau
benar anak manis?"
Mau tak mau Gin San tertawa juga, apa lagi mendengar
dua orang kakek yang lain mendengus-dengus marah
memaki-maki karena jawaban itu mereka anggap ngawur.
"Jawaban locianpwe itu baik sekali, akan tetapi tetap saja juga
masih dapat dibantah "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, kau bisa membantah ? Aihh, anak baik, mengapa
mesti dibantah ? Bukankah lebih baik membiarkan aku
menang dan engkau menjadi muridku yang tersayang ?”
Gin San menggelengkan kepalanya. "Jawaban locianpwe itu
tidak benar karena menyeleweng dari pada pertanyaannya.
Pertanyaannya adalah mana yang lebih dulu ada antara ayam
dan telur, sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan tahi
ayam segala macam! Jadi jawaban itupun tidak benar dan
tidak tepat. Sayang, aku harus menyatakan bahwa locianpwe
bertiga kalah dalam sayembara ini dan tidak ada yang menang
di antara kalian."
Tiga orang kakek itu mengerutkan alis mereka dengan
marah. "Hemm, habis bagaimana baiknya? Sute berdua, anak
ini seperti setan, mempermainkan kita, lebih baik dibunuh
saja!" kata Kwan Cin Cu.
"Ah, jangan, suheng!" kata Hok Kim Cu.
"Benar, jangan dibunuh, suheng!" kata pula Thian Bhok Cu
yang mempertahankan. Tentu saja kedua orang kakek ini
mempertahankan karena mereka itu mempunyai pamrih untuk
memiliki anak itu. Dengan demikian, kedudukan Kwan Cin Cu
biarpun dia yang tertua di antara mereka, menjadi tidak begitu
kuat karena dia harus berhadapan dengan dua orang sutenya!
"Begini saja," tiba-tiba Gin San yang sudah memperoleh
akal itu berkata, "baiknya diadakan sayembara lagi, aku akan
melarikan diri dan........"
"Nanti dulu!" bentak Kwan Cin Cu. "Anak setan, engkau
jangan harap dapat mempermainkan dan membohongi tiga
orang ketua Beng - kauw secara demikian saja tanpa
tanggung jawab!" Dia sengaja menyebut nama tiga orang
ketua Beng-kauw untuk membikin marah dua orang sutenya.
"Teka-tekimu tadi hanyalah akal busukmu untuk menipu
kami!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat sinar mata tiga orang kakek itu kini ditujukan
kepadanya dengan penuh kemarahan, Gin San menjadi gentar
juga dan cepat dia bertanya, "Apa maksudmu, locianpwe? Aku
sama sekali tidak menipu dan jelaslah bahwa kalian bertiga
memang tidak mampu menjawab teka-tekiku tadi dengan
tepat, jujur, dan tidak dapat dibantah kebenarannya "
"Tentu saja, karena memang teka-teki itu tidak ada
jawabannya yang tepat dan benar. Hayo kau sekarang
memberi jawabannya, baru kami akan mengaku bahwa
jawaban kami keliru. Sebelum kau dapat menjawab teka-teki
akal busuk itu jangan harap kau dapat bicara lagi!"
Hok Kim Cu dan Thian Bhok Cu kinipun mulai merasa
bahwa mereka dipermainkan dan ditipu. Memang kalau
mereka pikirkan, amat memalukan sekali kalau sampai
terdengar orang luar betapa mereka, tiga orang ketua Bengkauw
yang bukan hanya terkenal memiliki ilmu kepandaian
tinggi sekali akan tetapi juga terkenal sebagai jago-jago debat,
kini dipermainkan oleh seorang bocah yang masih ingusan!
Mereka mengangguk - angguk mendengar kata - kata suheng
mereka itu.
"Benar, kau harus memberi tahu kami jawabannya," kata
Hok Kim Cu.
"Wah, kalau kau tidak bisa menjawab, aku tidak bisa
melindungimu lagi, anak manis, " kata pula Thian Bhok Cu
dengan nada suara menyesal karena sesungguhnya dia
merasa sayang sekali kalau anak laki laki ini sampai dibunuh."
Dalam permainannya dengan anak - anak sudah biasa bagi
Gin San menghadapi tuntutan ini, maka dia tetap bersikap
tenang. "Tentu saja aku dapat menjawab teka-teki itu, sam-wi
locianpwe! Aku dapat menjawab secara tepat, jujur dan tidak
dapat disangkal lagi kebenarannya." Anak ini tersenyum,
wajahnya berseri, mulut dan matanya membayangkan
kenakalan dan kecerdikan seolah-olah dia sedang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempermainkan tiga orang sakti yang ditakuti banyak orang
kang ouw itu.
"Hayo cepat jawab!" Kwan Cin Cu membentak marah.
"Aku tidak tahu'" kata Gin San.
Tiga orang kakek itu terbelalak dan Kwan Cin Cu
mengeluarkan suara gerengan. "Apa? Apa maksud itu ?"
'"Itulah jawabannya, sam-wi locianpwe. Jawaban teka teki
itu adalah: Aku tidak tahu !"
"Anak setan, kau harus mampus !" Kwan Cin Cu sudah
menegerakkan tangan dan baru bergerak saja sudah ada
angin dahsyat menyambar ke arah tubuh Gin San. Akan tetapi
pada saat itu, dua orang sutenya juga menggerakkan tangan
dan ada angin lain yang menyambar dan mengangkat tubuh
Gin San ke atas sehingga anak itu terhindar dari sambaran
angin pukulan maut yang dilakukan oleh Kwan Cin Cu tadi,
akan tetapi tubuhnya terbanting dan Gin San menyeringai
karena pantatnya terasa nyeri oleh bantingan keras.
"Anak manis, kau jangan main main dengan twa-suheng !
Hayo jawab yang benar, kalau tidak, aku tidak tanggung lagi
akan keselamatan nyawamu," Thian Bhok Cu membujuk.
Gin San menggosok gosok pantatnya yang nyeri, kemudian
dia berkata, "Siapa yang main main? Aku menjawab
sebenarnya. Mengapa sam-wi locianpwe tidak mau berpikir
dengan tenang dan belum apa-apa sudah marah? Memang
jawaban yang paling tepat, paling jujur dan yang tidak dapat
dibantah lagi kebenarannya untuk teka-teki itu adalah, "Aku
tidak tahu."
Kembali tiga orang itu tertegun dan terbelalak, dan Hok
Kim Cu berkata, "Hayo jelaskan”
“Jawaban yang berbunyi: ‘aku tidak tahu’ adalah jawaban
yang paling tepat karena jawaban itu adalah jujur sekali dan
tidak dipat dibantah lagi kebenarannya," Gin San berkata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggunakan akal bocah untuk mempertahkan kebenaran
jawabannya.
Kembali Kwan Cin Cu marah, akan tetapi Hok Kim Cu cepat
berkata, "Nanti dulu, suheng! Aku melihat kebenaran dalam
kata katanya itu. Kalau dia menjawab: ‘aku tidak tahu’,
memang ia jujur sekali dan siapakah yang dapat membantah
orang yang tidak tahu? Kita hanya dapat membantah jawaban
- jawaban yang tegas dan yang didasari oleh pengetahuan.
Akan tetapi bagaimana kita bisa membantah orang yang tidak
tahu? Tidak tahu berarti tidak mempunyai pendapat apa-apa,
maka tentu saja tidak bisa dibantah. Dan jawabannya itu
memang tepat, jujur dan benar. Memang dia tidak tahu
bagaimana menjawab teka-teki maka dia mengatakan tidak
tahu. Itulah, jawaban yang benar, suheng,"
Tiga orang kakek itu termenung dan kecewa. Mereka
adalah jagoan-jagoan dalam pengetahuan kebatinan dan
segala macam mistik, akan tetapi kini mereka ditundukkan
oleh seorang anak yang mengatakan bahwa dia tidak tahu.
Tanpa disengajanya, bahkan tanpa disadarinya Gin San
memang telah mengatakan kata yang merupakan kunci
rahasia dari segala kebijaksanaan, kunci dari segala pintu
menuju ke arah kebijaksanaan. "Aku tidak tahu" betapa
indahnya keadaan orang yang tidak tahu, kosong dan bersih,
dan keadaan tidak tahu ini mendorong orang untuk
menyelidiki segala sesuatu dengan penuh perhatian. Keadaan
tidak tahu inilah pangkal segala-galanya! Akan tetapi, betapa
sukarnya bagi kita untuk mengaku terus terang bahwa kita
tidak tahu. Tidak tahu apa-apa! Betapa sukar mulut ini
berkata: Aku tidak tahu! Kita selalu merasa bahwa kita ini tahu
segala-galanya, makin banyak yang kita ketahui, makin
banyak pengetahuan bertumpuk di dalam otak, kita merasa
betapa kita ini makin pandai. Padahal, hanya batin yang
tumpul dan picik dan sombong sajalah yang membuat mulut
berkata: "Aku tahu" Apakah gerangan yang kita ketahui? Yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kita ketahui hanyalah hal-hal yang mati! Hal-hal yang sudah
tertentu, hal-hal mati yang tidak akan berubah sajalah yang
dapat kita ketahui. Dan perasaan "aku tahu" ini membuat kita
selain menjadi kepala besar dan sombong, juga membuat kita
berhenti menyelidik, dan perasaan "aku tahu" ini
mendatangkan macam pertentangan.
Dua orang berkelahi karena mereka itu keduanya merasa
tabu, merasa benar. Dua kelompok bangsa bertempur,
perang, karena mereka itu masing-masing merasa tahu,
merasa benar. Coba andaikata kedua fihak merasa tidak ahu,
tentu tidak merasa benar sendiri. Coba kedua fihak itu
mengesampingkan pengetahuan nereka masing-masing akan
kebenaran, dengan batin kosong keduanya membuka mata
memandang kenyataan, sama-sama mempelajari fakta yang
mereka hadapi, yaitu permusuhan yang timbul di antara
mereka, maka sudah pasti kedua fihak itu akan waspada dan
sadar akan kekeliruan dan kepicikan mereka masing-masing
yang berdasarkan pendapat "aku tahu" tadi. Demikian pula
tiga orang kakek tadi, karena mereka masing-masing
berpendapat bahwa mereka itu tahu, dan jawaban atau
pendapat mereka akan masalah yang mereka hadapi atau teka
- teki itu, yang menurut mereka adalah benar, maka mereka
itu mempertahankan kebenaran mereka sendiri-sendiri,
padahal tiga macam jawaban yang mereka anggap benar itu
saling bertentangan! Coba andaikata mereka bertiga itu
berbatin kosong seperti yang terkandung dalam jawaban Gin
San, yaitu masing-masing benar-benar TIDAK TAHU, maka
kiranya ketiganya akan dapat sama - sama melakukan
penyelidikan dan membuka mata penuh kewaspadaan !
Dalam kehidupan kita sehari - hari dapat kita lihat betapa
bentrokan- bentrokan, pertentangan-pertentangan, semua
ditimbulkan oleh pikiran bahwa "akulah yang tahu", "akulah
yang benar". Pengetahuan adalah catatan dari ingatan akan
hal-hal yang lalu, yang mati. Tentu saja penting bagi kita
untuk memiliki pengetahuan tentang hal-hal lahiriah, ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengetahuan yang ada hubungannya dengan jasmaniah. Akan
tetapi, dapatkah kita menyelidiki hal-hal yang baru, hal hal
yang tidak dapat diraba dengan pikiran, memakai alat
pengetahuan mati itu ? Hal ini jelas tidak mungkin. Hanya
dalam keadaan "tidak tahu” itu sajalah kita dapat memulai
dengan penyelidikan kita akan tahu hal-hal yang baru. Buku
tulis yang kosong bersih barulah berguna untuk ditulisi
sesuatu yang baru, akan tetapi buku tulis yang kotor dan
penuh dengan tulisan-tulisan malang-melintang tidak ada
gunanya lagi.
Tiga orang kakek itu termenung dan berkali-kali mereka
memandang kepada anak yang diam-diam juga merasa
gelisah sendiri. Tiba tiba terdengar Kwan Cin Cu tertawa
bergelak, diikuti oleh dua orang sutenya.
"Ha-ha ha, tiga orang ketua Beng kauw, hari ini
mempelajari sesuatu dari seorang bocah nakal!" kakek itu
berkata. Dia juga melihat kebenaran dalam jawaban Gin San
tadi, dan sebagai orang pertama dari pimpinan Beng-kauw
tentu saja Kwan Cin Cu cukup bijaksana untuk mengakui hal
ini. "Sekarang, setelah kami bertiga tidak ada yang menang,
lalu bagaimana? Engkau tadi hendak mengajukan usul lagi,
apakah kau hendak mengajukan sebuah teka teki lain lagi
untuk kami jawab ?"
Bukan main lega rasa hati Gin San. Akalnya mengajukan
teka-teki kanak kanak itu ternyata berhasil memperpanjang
waktu, akan tepi apa gunanya kalau dia tetap saja masih
belum lolos dari tempat berbahaya itu ?
"Begini, locianpwe bertiga adalah orang-orang yang
memiliki kepandaian seperti dewa. Oleh karena itu, kiranya
hanya dengan sayembara mengadu kepandaian saja maka
akan dapat diputuskan siapakah yang berhak memiliki diriku
yang tak berharga ini,"
"Keparat! Engkau ingin mengadu domba antara kami?"
Kwan Cin Cu membentak marah. Memang or«ng pertama dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng-kauw ini selalu curiga kepada orang lain dan mudah
sekali marah.
"Mana aku berani? Aku hanya ingin mengusulkan agar samwi
locianpwe berlumba mencari dan mengejar aku sampai
dapat. Biarkan aku pergi melarikan diri dan setelah sehari
semalam baru sam - wi locianpwe mengejar !" kata Gin San.
Tadinya memang dia ingin melihat tiga orang ini saling serang
dalam perkelahian memperebutkannya agar dia dapat
melarikan diri, akan tetapi mendengar bentakan Kwan Cin Cu
tadi dia lalu kembali kepada rencananya semula,
"Hi-hik, kau anak nakal, kau mau menipu kami?" Thian
Bhok Cu berkata.
"Sama sekali tidak locianpwe. Kalian bertiga adalah orangorang
sakti, biar aku mempunyai sayap dan dapat terbang ke
langit sekalipun, tentu locianpwe bertiga akan dapat
menangkapku kembali."
"Anak setan, jangan kau mencoba untuk mengelabui kami.
Engkau larilah sekarang juga dan kami akan
memperebutkanmu tanpa bergerak dari tempat kami duduk. Ji
- sute dan sam - sute, bersiaplah. Kita memperebutkan tanpa
menyentuh tubuhnya, kita memperebutkan dia sambil sekalian
berlatih sinkang!" kata Kwan Cin Cu dan kata-katanya itu
merupakan keputusan terakhir yang tidak dapat dibantah lagi
oleh dua orang sutenya.
Gin San memandang bingung, akan tetapi ketika
mendengar bahwa dia boleh pergi, dia lalu membalikkan
tubuhnya dan lari keluar dari ruangan itu secepatnya. Hatinya
sudah merasa girang karena kakek itu berjanji tidak akan.
bergerak dari tempat duduk mereka, dan dia percaya bahwa
orang - orang tua itu tidak akan melanggar janji. Maka dia
berlari secepatnya dengan hati girang dan juga berdebar
tegang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba - tiba, ketika dia sudah tiba di pintu Gin San menjerit
kaget karena tiba-tiba saja tubuhnya terbetot ke belakang
oleh tenaga yang amat kuat.
Dia roboh dan terus bergulingan seperti bola ditiup angin
keras, kembali ke tengah ruangan itu. Dia meloncat dengan
kaget dan melihat tiga orang kakek itu masih duduk,
membentuk segi tiga di ruangan itu dan mereka itu hanya
melonjorkan tangan kanan mereka ke depan. Dari tangan tiga
orang kakek itu keluar hawa yang amat kuat dan kini dia
merasa tertarik ke sana-sini seolah-olah diperebutkan oleh tiga
tangan tidak nampak yang amat kuat. Mulailah dia tersiksa
hebat karena dia terdorong ke sana-sini, terbetot ke sana-sini.
Dia terjatuh, terseret, bangun lagi, tertahan terdorong dan
terguling-guling lagi. Sebentar ke kanan, sebentar ke kiri dan
dia merasa tubuhnya sakit semua! Tiga orang kakek itu mulai
mengadu tenaga sinkang mereka memperebuikan anak yang
sial itu.
Mendadak terdengar Kwan Cin Cu mengeluarkan seruan
keras dan tubuh Gin San tertarik dengan cepatnya ke arah
kakek itu. Lengan kanan kakek ini yang dilonjorkan ke arahnya
menggetar, tanda bahwa kakek ini menggunakan tenaga
sinkang untuk "menyedot" dengan amat kuatnya, dan dengan
hati cemas Gin San melihat betapa perlahan-lahan kini
tubuhnya terus terseret ke arah kakek yang hendak
membunuhnya, minum darahnya dan menghisap otaknya itu.
Dia merasa ngeri. Akan tetapi, terdengar dua orang kakek
yang lain juga mengeluarkan seruan keras dan Gin San
merasa betapa perlahan-lahan dia terbetot kembali menjauhi
Kwan Cin Cu. Kiranya dua orang kakek yang lainnya itu
mengerahkan tenaga dan bersatu untuk melawan tenaga
tarikan dari tangan Kwan Cin Cu. Kini terjadilah perebutan
yang hebat dan Gin San makin tersiksa, jatuh bangun dan
tertarik ke sana-sini. Aku harus dapat memilih, pikirnya,
karena kalau sampai dia terjatuh ke tangan kakek tertua yang
pasti akan membunuhnya, dia tidak akan tertolong lagi. Juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia tidak sudi terjatuh ke tangan Thian Bhok Cu, kakek genit
yang menjijikkan dan mengerikan hatinya itu. Pilihannya jatuh
kepada Hok Kim Cu. Biarpun kakek ini juga seorang yang aneh
dan dia tahu bukan orang baik baik, akan tetapi lebih mending
terjatuh ke tangan kakek ini dan dijadikan anaknya dari pada
terjatuh ke tangan dua orang kakek yang lain. Dengan pikiran
ini, Gin San lalu merangkak dan menuju ke arah tempat duduk
Hok Kim Cu.
Ketika itu, tiga orang kakek itu sedang saling
mempertahankan. Kwan Cin Cu mengerahkan tenaga untuk
merampas Gin San, sedangkan dua orang sute yang masingmasing
tidak akan mampu menandingi kekuatan suheng
mereka itu menyatukan tenaga untuk mencegah anak itu
terjatuh ke tangan sang suheng. Kini, setelah ada usaha dari
Gin San sendiri untuk merangkak mendekati Hok Kim Cu,
tentu saja Kwan Cin Cu menjadi kalah kuat. Akan tetapi, ketika
Than Bhok Cu melihat betapa anak itu makin dekat dengan jisuhengnya.
diapun merasa khawatir. Kalau anak itu telah
menjadi anak angkat ji-suhengnya, dia tidak bisa
mengharapkan dapat mendekati anak itu, karena tentu dijaga
keras dan dilarang oleh ji suhengnya. Baginya sama saja,
kalau anak itu terjauh ke tangan twa suhengnya atau jisuhengnya,
berarti dia tidak kebagian. Maka kini secara tibatiba
dia membalik, membantu twa-suhengnya dan mencegah
anak itu mendekati Hok Kim Cu dengan tarikan tenaga
sinkangnya dari jauh! Dan tiba-tiba Gin San yang sudah mulai
mendekati Hok Kim Cu itu tiba-tiba tertarik dari belakang dan
terjengkang, terseret ke belakang lagi sampai di tengahtengah
ruangan! Kembali dia ditarik ke sana-sini oleh tenagatenaga
sakti.
Pada saat Gin San sudah merasa pening dan tubuhnya
sakit-sakit oleh tenaga tarikan dari tiga jurusan itu, tiba-tiba
terdengar suara tertawa aneh, disambung suara yang
menggetarkan seluruh ruangan. "Huah-ha-ha! Kalian seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kanak-kanak saja, berlatih sinkang mempermainkan seorang
bocah !"
Tiga orang itu terkejut dan seketika tenaga sinkang mereka
lenyap, Gin San merasa bebas dan anak ini cepat
menggerakkan tubuh, bangkit berdiri. Diapun terkejut sekali
ketika tiba tiba di depannya, dalam ruangan itu, seperti setan
yang pandai menghilang saja, entah dari mana datangnya,
telah berdiri seorang kakek yang amat aneh. Kalau mahluk ini
tidak memakai pakaian manusia, tentu dia akan mengiri
bahwa yang berdiri di situ adalah seekor binatang macam
monyet dan setengah manusia Kakek ini sukar ditaksir
usianya, sudah tua sekali, rambutnya sudah putih semua dan
panjang, digelung ke atas kepala dan diikat dengan tali
merah. Wajahnya penuh kerut merut seperti pecah-pecah,
berwarna hitam dan muka itu lebih menyerupai monyet
daripada manusia, dengan hidungnya yang pesek dan
mulutnya yang lebar agak menonjol ke depan. Telinganya
lebar sekali, dua kali lebar telinga manusia biasa, sepasang
matanya yang bundar kecil itu liar memandang ke kanan kiri,
tidak pernah diam. Tubuhnya pendek akan tetapi kedua
lengannya tergantung lepas di kanan kiri tubuhnya panjang
sekali sampai melewati lutut!
Melihat munculnya kakek aneh ini, dan merasa betapa
tenaga mujijat tiga orang kakek yang tadi menyiksanya dan
memperebutkannya itu kini melepaskannya, timbul harapan
Gin San dan dia cepat menjatuhkan diri berlutut Menghadap
kakek mirip kera itu dan berkata
"Locianpwe, harap suka menolong saya........"
Akan tetapi kakek yang bermuka hitam itu kembali tertawa,
suara ketawanya lirih saja akan tetapi melengking nyaring dan
tiba-tiba saja Gin San terpelanting roboh dan dia mengeluh
karena kepalanya seperti dipukul palu godam rasanya. Dia
menutupi kedua telinganya dengan tangan, akan tetapi tetap
saja suara ketawa itu menembus dan dia merasa betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kedua telinganya seperti ditusuk benda runcing dan
jantungnya seperti ditikam! Untung suara ketawa itu segera
berhenti dan sebelum Gin San duduk kembali, dia mendengar
tiga orang kakek itu berkata dengan suara hampir berbareng,
"Suhu....... !"
"Suhu, teecu bertiga bukan sedang berlatih melainkan
sedang memperebutkan anak ini, anak yang datang dari fihak
musuh," kata Kwan Cin Cu.
"Teecu ingin mengambilnya sebagai anak teecu, pengganti
anak teecu yang mati," kata Hok Kim Cu.
"Dan teecu ingin mengambilnya sebagai murid," sambung
Thian Bhok Cu.
Jilid XVI
BUKAN main kagetnya hati
Gin San ketika mendapat
kenyataan bahwa kakek seperti
monyet itu adalah guru dari tiga
orang kakek yang menawannya!
Dan dia minta tolong kepada
guru mereka! Celaka, pikirnya,
kalau tadi saja dia masih merasa
sukar sekali untuk meloloskan
diri, apalagi sekarang dengan
adanya kakek iblis yang suara
ketawanya saja sudah hampir
membunuhnya! Tidak ada
harapan lagi baginya! Pikiran ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat Gin San menjadi marah dan nekat. Dia lalu bangkit
berdiri, memandang kepada kakek tua renta itu dengan sinar
mata berapi, lalu dia berteriak nyaring dan lari ke arah kakek
pendek seperti monyet itu dengan kepala di depan, nyeruduk
seperti seekor kerbau gila! Pendeknya dia akan menggempur
apa saja yang menghalang di depannya dan akan melarikan
diri sampai mati!
Kakek yang seperti monyet itu bukan lain adalah Maghi
Sing, atau yang berjuluk See-thian Sian-su, kakek dari India
yang menyebarkan Agama Manichaeism yang di Tiongkok
disebut Agama Beng-kauw (Agama Terang). Kakek ini usianya
sudah delapanpuluh tahun lebih, seorang pertapa di lereng
Pegunungan Himalaya yang memilki ilmu kepandaian amat
tinggi, bukan hanya kesaktian mujijat dan ilmu ilmu sihir dan
klenik, akan tetapi juga pandai ilmu-ilmu silat yang aneh-aneh.
Tiga orang ketua Beng-kauw itu adalah murid muridnya.
Ketika Maghi Sing melihat anak itu rnenyerangnya dengan
serudukan kepala, dia terbelalak dan tersenyum lebar,
matanya bersinar sinar penuh keheranan dan juga
kegembiraan. Dia membiarkan kepala anak iiu menyeruduk
perutnya yang agak gendut.
"Cepp........!" Kepala Gin San memasuki rongga perut kakek
itu dan Gin San merasa seolah-olah kepalanya terbenam ke
dalam agar-agar yang amat lunak! Akan tetapi ketika dia
hendak menarik kepalanya, dia tidak berhasil karena kepala itu
telah menancap melekat ke dalam perut, bahkan seperti
disedot.
"Heh heh heh, anak ini pemberani juga," katanya.
"Suhu, jangan bunuh dia!" kata Thian Bhok Cu dan Hok
Kim Cu berbareng.
"Suhu, lebih dulu berikan darah dan otaknya kepada teecu
untuk menyempurnakan Toat-beng tok-ciang yang teecu
sedang latih!" kata Kwan Cin Cu. Tiga orang kakek ini maklum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan kesaktian guru mereka dan kepala anak itu bisa terbakar
setelah terjepit dalam perut kakek sakti dari Himalaya itu!
Mendengar ucapan tiga orang muridnya, Maghi Sing yang
tadinya hendak menghancurkan kepala itu atau
membakarnya, membatalkan niatnya dan mulai tertarik. "Eh,
hendak kulihat anak macam apakah sih dia ini yang kalian
perebutkan ?"
Setelah berkata demikian, Maghi Sing melepaskan jepitan
perutnya dan Gin San merasa kepalanya terlepas, akan tetapi
karena peningnya dia hampir pingsan dan kini merasa betapa
tubuhnya diangkat ke atas dan kepalanya dipijat-pijat dan
diraba - raba. Seperti dalam mimpi dia mendengar kakek aneh
itu berkata girang, "Wah, persis sekali! Sama benar dengan
aku! Wah, mencari di seluruh duniapun belum tentu bisa
mendapatkan yang kebetulan seperti ini ! Bukan main !" Kakek
itu terus nyerocos bicara dalam Bahasa Tibet campur India
dan sampai tidak karuan bunyinya sehingga tiga orang
muridnya sendiripun tidak mengerti.
"Apa yang suhu maksudkan ?" mereka bertanya ketika
melihat suhu mereka itu yang mengangkat tubuh anak itu dan
meraba - raba kepalanya kini berjingkrak seperti monyet
menari-nari dengan penuh kegirangan.
"Kalian tidak tahu ?" Kakek itu berhenti menari. "Lihat baikbaik
anak ajaib ini. Sama benar dengan aku, bukan ? Seperti
pinang, dibelah dua ! Lihat ini, telinganya !" Dia menjewerjewer
telinga Gin San. Tiga orang muridnya memandang dan
mereka mengerutkan alis. Telinga Gin Sin biarpun agak besar
akan tetapi biasa saja seperti telinga manusia umumnya, akan
tetapi sebaliknya telinga kakek itu luar biasa lebarnya, dua kali
lebar telinga Gin San, dan kakek itu mengatakan bahwa
telinga mereka sama !
"Hi hik, suhu ! Teecu lihat telinga suhu jauh lebih besar!"
kata Thian Bhok Cu genit.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tolol kau! Bakan ukurannya, melainkan bentuknya, eh,
tulang mudanya. Sama benar! Dan mukanya ini. Ah, persis
sekali dengan mukaku, mirip, malah sama benar tiada
bedanya seujung rambutpun !"
Tiga orang kakek ketua Beng - kauw itu menahan perasaan
heran dan geli hati karena biarpun mereka sudah tua, akan
tetapi mereka belum lamur dan masih dapat melihat betapa
bedanya muka antara anak dan kakek itu. Muka Gin San
adalah tampan sekali, sebaliknya muka kakek itu buruk seperti
monyet. Akan tetapi karena maklum akan kesaktian guru
mereka dan bahwa pernyataan guru mereka itu tentu ada
dasarnya, mereka tidak berani membantah.
"Tulang pipinya, dahinya, dagunya, wah, semuanya sama.
Nih, lihat! Terutama sekali bentuk kepalanya yang belakang,
besar menonjol penuh otak tidak seperti kepala kalian yang
kosong! Ini tandanya anak ini dapat menjadi seperti aku kelak
! Heh, anak yang baik, siapakah namamu ?"
Gin San sudah ketakutan akan tetapi dia menyembunyikan
rasa takutnya. Dia sama sekali tidak berdaya dalam pegangan
kakek itu, tubuhnya menjadi lemas kehilangan tenaga.
”Namaku Coa Gin San."
Kakek itu berjingkrak dan kembali menari-nari, membawa
tubuh Gin San berputar putar sambil tertawa-tawa.
"Gin San? Gin San berarti Gunung Perak! Aha ha-ha! Benarbenar
para dewata yang telah mengirim engkau kepadaku! Eh,
kalian bertiga dengar baik baik. Ketika aku dahulu bertapa di
puncak Gunung Perak, yaitu satu di antara puncak Himalaya
yang selalu tertutup salju seperti perak, disana aku
memperoleh ilham mendapatkan mustika. Sampai puluhan
tahun aku menanti terbuktinya ilham itu dan kiranya sekarang
benar-benar aku memperoleh mustika itu! Anak inilah, mustika
itu! Gin San si Gunung Perak! Ha-ha-ha, mustika inilah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelak akan mengangkat dan menjunjung tinggi-tinggi nama
Beng-kauw!"
Tiga orang kakek ketua Beng kauw itu hanya saling
pandang, terheran dan terkejut akan tetapi mereka tidak
dapat berbuat sesuatu, tidak berani membantah dan mereka
hanya memandang dengan mata terbelalak ketika guru
mereka itu membawa pergi Gin San dari tempat itu sambil
tertawa-tawa dan menari-nari kegirangan seperti seorang
anak kecil memperoleh mainan baru!
Demikianlah, mulai saat itu, Gin San menjadi murid Maghi
Sing atau See-thian Sian-su. Gin San adalah seorang anak
yang memang suka sekali mempelajari ilmu silat. Dia sudah
tahu akan kelihaian tiga orang ketua Beng-kauw, maka kini
menjadi murid guru dari tiga orang kakek itu, dia merasa
girang sekali karena dia mendapat kenyataan betapa saktinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakek aneh seperti monyet yang kadang-kadang seperti gila
itu. Dia mulailah dia menerima latihan yang aneh-aneh.
Kadang-kadang dia di suruh bertapa menggantung diri dengan
kaki di atas, sampai berhari - hari dan setelah napasnya,
empas-empis saja maka dia diturunkan oleh gurunya, seolaholah
dihidupkan kembali dengan ramuan obat-obatan dan
totokan-totokan di seluruh tubuhnya. Kadang kadang dia
diharuskan bertapa dengan seluruh tubuh dikubur kecuali
kepalanya saja, ditanam di dalam tanah sampai ke lehernya
dan dibiarkan berhari - hari sampai dia jatuh pingsan baru
dikeluarkan! Dan ada kalanya dia diharuskan bertapa dengan
duduk bersila di dalan air, sampai ke lehernya. Gin San
menyaksikan kesaktian gurunya itu ketika dia disuruh
bersamadhi di dalam air sekolam. Gurunya itu memasukkan
tangan kirinya dan mengerahkan tenaga dan........ air itu
makin lama menjadi makin dingin. Dia mempertahankan diri
dan karena dinginnya air itu perlahan-lahan, maka dia dapat
bertahan juga walaupun akhirnya pingsan karena air itu
akhirnya menjadi beku dan luar biasa dinginnya! Atau kakek
aneh itu memasukkan tangan kanannya ke dalam air
mengerahkan tenaga dan air itu makin lama menjadi makin
panas, sampai dia tidak tahan karena air itu hampir mendidih!
Akan tetapi latihan ini dilanjutkan terus dan belum sampai
setengah tahun saja, Gin San sudah dapat menahan sampai
air itu membeku atau mendidih! Mulailah dia melatih diri di
bawah bimbingan Maghi Sing yang sakti, mempelajari dasardasar
ilmu silat tinggi dan segala macam ilmu sihir
berdasarkan Agama Beng-kauw.
Anak yang cerdik ini pada hakekatnya tidak suka akan
pelajaran Agama Beng-kauw, akan tetapi karena dia tahu
benar betapa sakti gurunya itu dan karena dia suka untuk
memperoleh pelajaran segala macam ilmu itu, maka dia tidak
menyatakan ketidaksenangannya itu dalam kata-kata maupun
perbuatan. Dia tahu bahwa pada hakekatnya, segala macam
agama Beng-kauw, bertujuan baik untuk menuntun nanusia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menuju ke jalan yang baik, menjauhi dan menentang
kejahatan. Akan tetapi, seperti juga telah terjadi dengan
semua agama di dunia ini, manusia bahkan mempergunakan
sebagai kedok, sebagai penghias muka belaka, hanya
memperoleh abu dan asapnya akan tetapi tidak menghayati
apinya, hanya terpesona oleh kulit dan warnanya tidak
mendalami isinya.
Gin San juga tidak membantah ketika Maghi Sing
mempersiapkan anak ini agar kelak menjadi tokoh besar yang
akan membawa kemajuan bagi Beng-kauw, dan untuk
persiapan ini, selalu dia mengajarkan ilmu-ilmu silat dan ilmuilmu
sihir kepada Coa Gin San, juga dia mengundang guruguru
kesusasteraan untuk mengajar kesusasteraan kepada Gin
San agar Gin San kelak benar-benar menjadi seorang yang
bun bu coan-jai (ahli silat dan surat).
~0-dwkz~bds~234-0~
Pemberontakan An Lu San yang berlaru larut, dan
dilanjutkan oleh pemberontakan-pemberontakan para
pengikutnya, biarpun akhirnya dapat ditindas, namun telah
mendatangkan kekacauan di seluruh Tiongkok. Di kota raja
sendiri dan daerahnya, para pembesar Bangsa Uighur yang
merasa telah berjasa dan sudah keenakan tinggal di daerah
yang kaya ini, tidak ingin kembali ke tempat asal mereka yang
penuh dengan padang tandus. Beberapa puluh orang tokoh
Uighur yang tadinya ikuti membantu Kerajaan Tang (Tongtiauw)
dalami usahanya mengusir para pemberontak, kini
seolah-olah menjadi tamu terhormat dan bersikap sombong
dan sewenang-wenang, apa lagi mereka ini mempunyai
sahabat-sahabat baik di kalangan orang-orang yang memiliki
kedudukan tinggi dan berkuasa di istana kaisar. Dan semenjak
terjadi peristiwa pembasmian Im-yang-kauw oleh pemerintah,
maka para tokoh Uighur ini lalu mendekati Im-yang-kauw
yang menaruh dendam kepada pemerintah dan kepada orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang Buddhis yang didukung oleh partai-partai persilatan
Siauw-lim-pai dan Thai san-pai. Diam-diam terjalinlah
persekutuan antara para tokoh Uighur dengan Im-yang-kauw
yang dalam keadaan terjepit itu telah memperoleli bantuan
pula dari Pek-lian-kauw, perkumpulan agama lain yang cukup
besar dan berpengaruh juga perkumpulan yang selalu
dimusuhi oleh pemerintah. Secara diam-diam persekutuan
antara Uighur, Im-yang-kauw, dan Pek-lian kauw ini berusaha
untuk merebut pengaruh dan kekuasaan di antara para
pembesar dan terjadiah persaingan dengan kelompok lain.
Kelompok ke dua adalah kelompok persekutuan antara
Bangsa Khitan, Bangsa Tibet, yang memasuki Tiongkok
melalui perkumpulan yang mereka jadikan sekutu, yaitu
perkumpulan Agama Beng kauw! Bangsa Khitan ini dipimpin
oleh An Hun Kiong, yaitu keponakan dari mendiang
pemberontak An Lu San yang masih berdarah Khitan, dengan
bantuan kepala pasukan Suku Khitan yang terkenal, yaitu
Taya-tonga, guru dari An Hun Kiong. Dan Taya-tonga yang
amat pandai ilmu silat dan pandai pula ilmu perang ini
bersahabat dengan pemimpin orang-orang Tibet, yaitu Ba Mou
Lama, seorang Lama berjubah merah dari aliran Lama Merah
di Tibet, sedang yang lihai sekali dan ahli dalam ilmu sihir.
Para tokoh Khitan yang merasa sakit hati atas tewasnya An Lu
San, bergabung dengan tokoh tokoh Tibet dan dibantu pula
oleh perkumpulan Beng-kauw inipun mulai dengan gerakan
mereka, menghubungi para gubernur yang berpengaruh untuk
menentang kerajaan dan menentang pula kelompok Uighur.
Dengan demikian, terdapatlah dua kelompok yang amat
kuat itu, yaitu kelompok Uighur, Im-yang kauw, Pek-liankauw,
dan kelompok Khitan, Tibet, Beng-kauw, yang secara
rahasia memperkuat kedudukan mereka masing-masing untuk
memperebutkan kekuasaan di kota raja. Adapun kerajaan
sendiri semenjak pemberontakan An Lu San menjadi amat
lemah. Kaisar Hian Tiong menjadi amat lemah. Kaisar Hian
Tiong menjadi boneka yang dipengaruhi oleh para menter
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dorna dan para pembesar kebiri yang berkuasa di dalam
istana. Bahkan setelah Kaisar Hian Tiong diganti oleh
puteranya, yaitu Kaisar Su Tiong (Mu Cung), keadaan kaisar
baru inipun tidak lebih baik dari pada keadaan ayahnya,
sungguhpun Kaisar Su Tiong sudah berusaha untuk
mengadakan berbagai macam perobahan. Di antaranya, dia
telah membebaskan sasterawan Han Gie, bahkan mengangkat
sasterawan ini menjadi penasihat dari kementerian
peperangan. Namun, Kaisar Su Tiong ini masih belum dapat
melenyapkan bahaya bagi kerajaannya, yaitu bahaya ancaman
persekutuan-persekutuan yang kuat itu dan terutama sekali
bahaya yang datang dari keadaan dalam istana sendiri yang
berupa pengaruh dari kekuasaan para pembesar dorna,
terutama para thaikam yang dipimpin oleh Thio-thaikam!
Dengan adanya bentrokan bentrokan untuk memperebutkan
pengaruh dan kekuasaan itu, maka terjadilah kekacauan di
dalam negeri dan kekacauan ini mengundang para penjahat di
seluruh pelosok untuk bangkit. Setiap ketidak tertiban pasti
menimbulkan kekacauan-kekacauan baru, dan dalam keadaan
tidak tertib ini kaum sesat berpesta-pora karena pemerintah
terlampau lemah untuk mengawasi dan mengekang mereka.
Dunia kang-ouw dan liok-lim menjadi ramai, para tokoh sesat
bermunculan dan para pertapa yang tadinya hendak
menyucikan diri sampai mati dalam keadaan damai dan
tenteram, terpaksa meninggalkan guha-guha pertapaannya
untuk menentang kejahatan - kejahatan yang mengancam
ketenteraman hidup manusia itu
Waktu berlalu dengan amat cepatnya seperti
nenyambarnya halilintar, akan tetapi memang ada kalanya
waktu merayap amat perlahan seperti siput merayap. Kalau
tidak diperhatikan, waktu berlalu amat cepatnya dan tahutahu,
sepuluh rahun telah lewat semenjak peristiwa yang
terjadi di Kuil Ban-hok-tong ketika diadakan perayaan
penyambutan benda suci yang diarak itu. Sudah sepuluh
tahun lamanya Coa Gin San, anak yatim piatu yang dipungut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh mendiang suami isteri Gan Beng Han dan Kui Eng itu,
digembleng secara hebat luar biasa oleh Maghi Sing, kakek
sakti itu, seolah-olah kakek yang tua renta itu hendak
memasukkan seluruh kepandaian yang telah dipelajannya
selama puluhan tahun itu kepada muridnya ini dalam waktu
sesingkat itu! Dan agaknya bukan tidak beralasan mengapa
kakek sakti itu tergesa-gesa hendak menurunkan seluruh
kepandaiannya kepada Gin San yang dianggapnya sebagai
calon guru besar atau calon pemimpin besar Beng-kauw,
karena begitu selesai dia menurunkan ilmunya terakhir,
sesudah sepuluh tahun itu dia lalu duduk bersila untuk tidak
bangkit kembali, karena dia telah menghembuskan napas
terakhir !
Kematian Maghi Sing ini merupakan peristiwa besar sekali.
Sebuah peti mati dari kayu cendana hitam diletakkan di
ruangan besar yang merupakan guha terbesar di pantai Po-hai
yang menghadap ke laut dan dilakukan upacara
sembahyangan yang dihadiri oleh banyak tokoh, terutama dari
tokoh - tokoh Khitan dan Tibet yang menjadi sekutu Beng -
kauw selama ini.
Markas Beng-kauw itu hanya terdiri dari guha - guha di
sepanjang pantai Po hai, akan tetapi pada hari perkabungan
dan upacara sembahyangan itu, di pantai Po hai dipasang
banyak tenda dan kursi untuk para tamu sedangkan peti
jenazah itu berada di guha terbesar yang sudah dipasangi
panggung sehingga nampak dari jauh. Peti hitam itu berkilau
tertimpa matahari pagi ketika semua tamu sudah berkumpul,
dan di atas panggung dekat peti itu duduk bersila tiga orang
kakek dan seorang pemuda. Tiga orang kakek itu adalah tiga
orang pimpinan Beng-kauw,yaitu Kwan Cin Cu, Hok Kim Cu,
dan Thian Bhok Cu. Sedangkan pemuda itu adalah seorang
pemuda tampan, berpakaian serba putih, wajahnya serius
namun bibirnya nampak seperti orang tersenyum, dan
sepasang matanya juga bersinar-sinar penuh semangat.
Pemuda ini bukan lain adalah Coa Gin San yang ketika itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telah berusia duapuluh tahun dan telah menjadi seorang
pemuda dewasa yang tampan dan kelihatannya lemah-lembut,
namun sesungguhnya dia telah merupakan seorang manusia
sakti yang telah mewarisi hampir seluruh kepandaian dari
Maghi Sing atau See-thian Sian-su! Biarpun waktu itu sinar
matahari telah menyinari seluruh permukaan guha, namun di
dalam guha itu masih dipasangi banyak obor dan lampu
sehingga keadaannya menjadi terang sekali Obor-obor dan
lampu-lampu ini dipasang semenjak Maghi Sing meninggal
dunia dan tidak pernah padam, dan ini merupakan suatu
kepercayaan dari orang-orang Beng-kauw yang memuja sinar
terang.
Semua anggauta Beng-kauw di utara datang untuk
memberi penghormatan terakhir kepada Maghi Sing yang
dianggap sebagai pendiri Beng-kauw di utara itu. Jumlah
mereka tidak kurang dari tigaratus orang !Dan para tamu yang
memenuhi seluruh pantai itu terdiri dari banyak golongan,
akan tetapi yang menjadi tamu-tamu kehormatan adalah
beberapa orang tokoh Khitan yang dipimpin oleh seorang pria
tampan dan gagah berusia tigapuluh tahun, bertubuh tinggi
besar. Dia ini adalah An Hun Kiong, keponakan dari mendiang
pemberontak An Lun San. Juga gurunya, Tayatonga, juga
peranakan Khitan seperti orang she An itu, ikut pula
hadir.Tayatonga ini mempunyai julukan Tai-lek Hoat-ong dan
namanya yang membayangkan tenaga besar itu memang
pantas dengan tubuhnya yang seperti raksasa, akan tetapi
punggungnya bongkok. Usianya sudah enampuluh tahun lebih
dan dia duduk dengan tenang dan tidak pernah kelihatan
bicara. Selain guru dan murid peranakan Khitan ini, nampak
juga seorang pendeta Lama yang berkepala gundul dan
berjubah merah. Inilah Ba Mou Lama, seorang kakek tinggi
kurus yang usianya sekitar enampuluh lima tahun, bermuka
kuning seperti orang berpenyakitan dan matanya sipit sekali,
seperti terpejam selalu, akan tetapi mulutnya selalu tersenyum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengejek membayangkan kesombongan besar dan
memandang rendah kepada segala yang berada di depannya.
Selain para anggauta Beng-kauw sendiri dan tokoh-tokoh
yang menjadi sekutu Beng-kauw, juga terdapat banyak tamu,
terdiri dari utusan-utusan para gubernur dan pembesar yang
menaruh simpati kepada Beng kauw sebagai sekutu mereka
dalam menentang fihak Uighur dan kerajaan. Dan selain
mereka ini, terdapat pula tokoh-tokoh berbagai aliran
persilatan di dunia kang-ouw yang merupakan orang-orang
aneh dengan bermacam pakaian, ada yang seperti tosu, ada
yang seperti hwesio, petani, ahli silat, bahkan ada pula yang
berpakaian pengemis. Semua tamu yang datang secara
bergilir memberi penghormatan terakhir di depan peti mati
dengan bersembahyang mempergunakan hio (dupa biting)
sebagaimana lajimnya. Hio-louw (tempat abu dupa) yang
amat besar berdiri di depan peti mati, di atas meja dan
hiolouw itu sudah penuh dengan hio yang mengepulkan asap
harum memenuhi pantai terbuka itu.
Kini semua tamu telah selesai bersembahyang dan semua
orang menanti upacara selanutnya. Peti mati berisi jenazah itu
akan dibakar seperti kebiasaan orang-orang Beng kauw yang
memuji api sebagai unsur terang. Hidup adalah terang, mati
adalah gelap, maka kematian harus diterangkan dengan sinar
api, yaitu dibakar, demikianlah keyakinan mereka,
pembakaran yang dilakukan dengan api akan menerangi roh si
mati sehingga terbebas dari kegelapan.
Tiba-tiba datang dua orang yang menarik perhatian. Dua
orang tamu baru ini langsung menuju ke depan peti mati dan
mereka berdua menarik perhatian karena mereka adalah
seorang pemuda dan seorang dara yang tampan gagah dan
cantik jelita. Pemuda itu berpakaian ringkas berwarna kuning
dengan sabuk hitam, wajahnya tampan dan sikapnya gagah,
usianya kurang lebih duapuluh tahun, di punggungnya
nampak sebatang golok tipis dengan sarung golok sederhana.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis yang berdiri di sebelahnya itu cantik dan manis sekali,
terutama mulutnya karena sepasang bibirnya berbentuk indah
dan nampak ada lesung pipit di kedua tepi mulutnya setiap
kali dara itu menggerakkan bibir. Di punggung gadis ini
nampak sebatang pedang dengan ronce merah, dan seperti si
pemuda, dara inipun berpakaian serba kuning berkembang
dan sabuknya merah. Akan tetapi, bukan hanya ketampanan
dan kecantikan wajah pemuda dan dara itu saja yang menarik
perhatian semua orang, melainkan terutama sekali karena
sebuah lambang medali yang tergantung di dada mereka dari
leher, lambang medali dari baja yang terukir lukisan bulat
dengan garis lengkung Im-yang membagi bulatan itu menjadi
dua, diwarnai hitam dan putih dan di bawah gambaran Imyang
itu tertulis tiga huruf IM YANG PAI. Itulah tanda medali
yang biasa dipakai oleh para anggota Im-yang-pai yang sudah
mempunyai tingkat! Dan biasanya, tokoh Im-yang-pai yang
berhak memakai tanda medali ini, menyembunyikannya di
dalam baju, dan memang tergantung di leher. Akan tetapi,
pemuda dan dara ini agaknya sengaja mengeluarkan medali
itu sehingga tergantung di depan dada, seolah-olah mereka
berdua secara demonstratip hendak memperkenalkan diri
bahwa berdua adalah tokoh-tokoh Im-yang-pai. Para anggota
Im-yang-pai biasa tidak boleh menggunakan lambang ini, dan
mereka hanya ditandai dengan gambar yang sama, gambar
Im - yang pada dada baju mereka.
Tentu saja suasana menjadi tegang karena semua maklum
bahwa Im-yang-pai bukan termasuk sahabat dari Beng-kauw,
bahkan menurut desas-desus terjadi senucam persaingan dan
permusuhan yang tidak terbuka antara Im-yang kauw dan
Beng kauw. Maka kehadiran dua orang muda-mudi ini untuk
menyampaikan belasungkawa sungguh merupakan hal yang
menegangkan dan mengherankan orang.
Akan tetapi, karena melihat betapa tiga orang pimpinan
Beng-kauw yang duduk bersila di belakang peti jenazah itu
hanya memandang tak acuh dan tidak memberi isyarat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesuatu, maka dua orang saikong yang bertugas melayani
tamu dengan menyalakan dupa segera menyambut mereka
berdua dengan dupa-dupa yang bernyala. Dua orang saikong
ini bukanlah orang-orang sembarangan karena mereka ini
adalah murid-murid utama dari para pimpinan Beng - kauw.
Yang pertama adalah saikong bermuka kuning yang sepuluh
tahun yang lalu memimpin penyerbuan ke Kuil Ban-hok-tong,
sedangkan orang ke dua adalah saikong bermuka hitam
brewok yang membantunya. Saikong muka kuning ini
bernama Ui-bin Saikong dan sutenya bernama atau berjuluk
Hek-bin Saikong. Dalam urutan tingkat di Beng-kauw, mereka
adalah tingkat dua, yaitu setingkat lebih rendah dari tiga oran
guru mereka yang menduduki jabatan ketua. Karena melihat
betapa tiga orang pimpinan mereka tidak memberi isyarat
sesuatu, maka dua orang saikong inipun menyambut pemuda
dan dara itu dan menjura sambil menyerahkan dupa
membara. Diam-diam mereka berdua yang pernah menyamar
sebagai orang-orang Im-yang-pai mengacau di Kuil Ban-hoktom.
itu merasa tegang karena maklum bahwa pemuda dan
dara ini adalah tokoh - tokoh Im-yang-pai yang tentu datang
bukan dengan niat baik. Akan tetapi karena memandang
rendah dua orartg yang masih muda remaja ini, Ui-bin Saikong
dan Hek - bin Saikong bersikap tenang saja,
Akan tetapi pemuda dan dara itu hanya menerima masingmasing
seratang hio saja dan mereka lalu mengacungkan hio
itu ke atas kepala di depan peti jenazah itu. Kemudian
terdengarlah suara pemuda itu dengan lantang, ”See-thian
Sian-su adalah pendiri Beng-kauw yang termashur, akan tetapi
sayang sekali ketika hidupnya membiarkan rnurid-muridnya
bertindak sewenang-wenang. Sekarang setelah mati, tentu
akan bertemu dengan arwah ayah kami Liang Bin Cu yang
telah dibunuh oleh orang-orang Beng-kauw dan mudahmudahan
arwah ayah kami dapat mengampuninya!"
Setelah berkata demikian, dua orang muda itu lalu
melemparkan hio mereka dan hio biting itu meluncur ke depan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan menancap di atas peti jenazah yang terbuat dari kayu
cendana yang harum dan keras itu! Semua orang sudah
terkejut sekali mendengar ucapan tadi, kini menjadi makin
terkejut karena orang yang mampu melempar hio biting
sampai menancap diatas peti jenazah yang demikian keras,
tentu memiliki tenaga sinkang yang amat kuat!
Ui-bin Saikong dan Hek-bin Saikong terkejut dan marah
bukan main. Sebelum tiga orang guru mereka turun tangan,
mereka berdua sudah menerjang ke depan, menyerang dua
orang yang telah berani menghina peti jenazah sukong
mereka itu.
Pemuda dan dara itu meloncat ke belakang dan si pemuda
dengan gagahnya berseru, "Apakah sudah menjadi kebiasaan
Beng-kauw menyambut tamu-tamunya dengan keroyokan? "
Mendengar teguran ini, Kwan Cin Cu yang masih duduk
bersila berseru, "Kami tidak pernah menghina tamu, akan
tetapi juga tidak pernah membiarkan tamu menghina kami!"
Kepada dua orang saikong itu dia berseru, "Kalian mundurlah
dulu!" Dengan penasaran dan mata melotot dua orang
saikong itu terpaksa mundur ke tempat semula, yaitu di kanan
dan kiri peti jenazah.
Kwan Cin Cu masih duduk bersila, sedangkan dua orang
sutenya ikut memandang. Han; Gin San seorang yang masih
menundukkan mukanya, agaknya tidak memperdulikan apa
yang terjadi.
"Ji-wi adalah tokoh tokoh Im-yang-pai dan kedatangan ji-wi
merupakan penghormatan bagi kami, dan kami berterima
kasih bahwa ji-wi sudi menyatakan belasungkawa dengan
kunjungan ini. Akan tetapi ji-wi bertindak keterlaluan.
Siapakah ji-wi dan apa sebenarnya yang ji-wi inginkan ?"
Kwan Cin Cu masih menahan kesabarannya karena merasa
tidak enak kepada para tamu lain kalau dalam keadaan
berkabung itu Beng-kauw mengadakan keributan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tamu yang datang untuk menghormati peti jenazah guru
mereka.
Pemuda itu kini memandang kepada Kwan Cin Cu,
kemudian dengan suara lantang dia berkata, "Kami berdua
adalah kakak beradik, namaku Liang Kok Sin dan adikku ini
bernama Liang Hwi Nio. Kami berdua adalah putera dan puteri
dari mendiang ayah kami yang bernama Liang Bin Cu, seorang
tokoh Im-yang pai yang tentu namanya sudah dikenal baik
oleh Beng-kauw. Kami datang untuk minta pertanggungan
jawab Beng-kauw yang telah membunuh ayah kami dan
kemudian menggunakan tanda anggauta Im-yang-pai dari
ayah kami untuk mengacau dan mencemarkan nama baik Imyang-
pai !"
Para tokoh Beng-kauw itu terkejut sekali. Ui-bin Saikong
dan Hek-bin Saikong yang menegang peranan penting dalam
penyerbuan mempergunakan nama Im-yang-pai itu,
memandang dengan muka berubah. Peristiwa yang terjadi
lebih dari sepuluh tahun yang lalu itu merupakan rahasia
pergerakan Beng-kauw, dan ternyata sekarang telah diketahui
oleh dua orang muda dari Im-yang-pai ini! Thian Bhok Cu
yang bersikap lemah lembut itu, yang merupakan orang yang
dahulu membunuh Liang Bin Cu tokoh Im-yang-pai itu, tiba -
tiba berkata dengan suaranya yang melengking tinggi seperti
suara seorang wanita, "Bohong ! Apa buktinya bahwa kami
membunuh Liang Bin Cu dari Im-yang-pai itu? Ingat, tuduhan
tanpa bukti adalah fitnah keji !"
Suasana menjadi tegang karena para tamu kini
mencurahkan perhatian mereka kepada dua orang kakak
beradik yang bernyali besar berani menuduh kepada Bengkauw
itu.
"Benar! Apa buktinya ?" Ui-bin Saikong berteriak.
"Tanpa bukti adalah fitnah keji !" Hek-bin Saikong juga
berteriak. Teriakan dua orang ini disambut oleh para anggauta
Beng-kauw yang menuntut agar dua orang muda dari ImTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
yang-pai itu dapat menunjukkan buktinya. Menghadapi suara
begitu banyak orang, tentu saja pemuda dan dara itu menjadi
terdesak dan kalah pengaruh. Akan tetapi Liang Kok Sin,
pemuda berusia duapuluh tahun itu, kelihatan tenang saja
ketika dia mengangkat kedua tangan ke atas minta perhatian
dan agar semua orang diam. Setelah suasana menjadi tenang
kembali dia lalu menghadapi Kwan Cin Cu.
"Beng-kauw telah bertindak demikian cerdik dan curang
sehingga tidak ada saksi melihat betapa ayah kami dibunuh.
Akan tetapi kami dari Im-yang-kauw berhasil mengadakan
kontak dengan arwah ayah kami dan dengan jelas arwah,
ayah kami memberi tahu bahwa yang membunuhnya adalah
murid ketiga dari Maghi Sing atau See-thian Sian-su,
sedangkan yang memimpin penyerbuan di Kuil Ban-hok-tong
adalah si muka kuning dan si muka hitam ! Bagi kami,
keterangan dari arwah ayah kami merupakan bukti mutlak,
oleh karena itu hari ini kami sengaja datang untuk minta
pertanggungan jawab dari Beng - kauw atas perbuatan
mereka yang jahat itu !"
Suasana menjadi sunyi dan makin tegang setelah pemuda
itu mengakhiri kata-katanya dan semua anggauta Beng-kauw
memandang ke arah ketua-ketua mereka dengan muka
berobah. Karena apa yang dikatakan oleh pemuda itu.
memang tepat sekali! Akan tetapi Kwan Cin Cu masih tenangtenang
saja, kemudian dia nemandang tajam kepada pemuda
dan gadis itu, dan berkata dengan suara lantang karena
memang dia sengaja bicara keras agar terdengar leh semua
tamu yang hadir dan diam-diam mencurahkan perhatian
terhadap peristiwa ini:
"Orang-orang muda pengacau!" teriaknya. "Bukti dan
alasan yang kalian ajukan itu adalah permainan kanak-kanak
dan sama sekali tidak boleh dipercaya. Mana bisa ocehan
orang mati dapat dijadikan bukti? Pendeknya, kami dari Bengkauw
tidak dapat menerima bukti itu dan kalian mau apa?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lebih baik kalian berdua lekas pergi dari sini dan jangan
mengacau kami yang sedang berkabung ini."
Akan tetapi, tiba-tiba pemuda dan gadis itu menggerakkan
tangan dan mereka telah mencabut senjata masing-masing.
Pemuda itu mencabut sebatang golok tipis sedangkan adiknya
telah mencabut sebatang pedang. Dengan melintangkan
senjata di depan dada, kedua orang muda ini bersikap
menantang dan wajah mereka membayangkan kesungguhan.
"Sudah sepuluh tahun kami berdua bersumpah akan
membalas kematian ayah kami. Setelah kini kami mengetahui
benar bahwa Beng kauw yang telah membunuh ayah kami
tanpa dosa, maka kami minta pertanggungan jawab Bengkauw
dan kami tidak akan pergi dari sini sebelum Beng-kauw
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka yang rendah
itu. Kami sial mempertahankan sumpah kami dengan nyawa
kami !"
"Bocah sombong! Berani kau bersikap kurang ajar di Bengkauw
?" teriak Kwan Cin Cu yang hampir tidak dapat
mempertahankan kemarahannya lagi.
"Kami bukan bermaksud kurang ajar, kami menuntut
keadilan dan kalau Beng kauw begitu tidak tahu malu untuk
mengeroyok kami, silakan!" Kini Liang Hwi Nio, gadis manis
dengan lesung pipit di ujung bibirnya itu berkata lantang.
"'Sombong......!" Tiba-tiba dua orang nenek melompat ke
depan. Mereka ini adalah dua orang sumoi dari Ui-bin Saikong
dan Hek-bin Saikong yang dulu ikut membantu dua orang
suheng mereka dalam penyerbuan ke Kuil Ban-hok-tong.
Karena rahasia itu sudah terbongkar, maka diam-diam nenek
ini menjadi khawatir dan melihat sikap kakak beradik yang
mereka anggap sombong ini, mereka lalu melompat maju.
"Suhu, perkenankan kami berdua menghadapi dan
menghajar dua orang muda bermulut lancang yang berani
menghina Beng-kauw kita ini!" berkata seorang di antara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka kepada Kwan Cin Cu. Kakek tinggi besar ini berpikir
sejenak. Dua orang nenek itu adalah murid-muridnya yang
memiliki kepandaian tinggi, setingkat dengan kepandaian Uibin
Saikong dan Hek-bin Saikong, maka tentu saja boleh
diandalkan. Kalau dia sendiri atau kedua orang sutenyayang
maju menghadapi dua orang muda yang masih bocah itu,
tentu akan merendahkan nama besar Beng-kauw. Juga kalau
yang maju adalah Ui-bin Saikong dan Hek-bin Saikong, hal ini
akan ditertawakan orang karena dua orang saikong itu
merupakan tokoh-tokoh penting dari Beng-kauw, merupakan
murid-murid utama dari para ketua Bang-kauw. Sebaliknya,
dua orang nenek itu tidak terkenal, sungguhpun kepandaian
mereka sudah setingkat dengan kepandaian dua orang
saikong itu, maka majunya dua orang nenek ini mewakili
Beng-kauw pasti tidak begitu mengherankan dan tidak
merendahkan nama Beng-kauw. Maka dia lalu mengangguk
dan berkata kepada Liang Kok Sin dan adiknya.
"Eh, dua orang muda dari Im-yang-pai yang sombong dan
nekat! Para tamu menjadi saksi bahwa kalian datang mencari
perkara, sama sekali bukanlah Beng-kauw yang hendak
memusuhi Im-yang-pai. Kalian menantang, maka baiklah fihak
kami mengajukan dua orang wanita ini untuk menghadapi
kalian, Disaksikan oleh para tamu bihwa kalian yang datang
mengacau, maka kalau sampai kalian tewas dalam
pertandingan ini, bukan berarti Beng kauw hendak menantang
Im-yang-kauw atau lm-yang-pai!" Kakek ini sengaja bicara
keras agar terdengar semua orang.
''Kami mengerti!" bentak Liang Kok Sin "Kami berdua
datang bukan sebagai utusan Im-yang-pai, melainkan sebagai
anak-anak dari mendiang ayah kami hendak menuntut balas
atas kematian ayah kami dan minta pertanggungan jawab dari
Beng-kauw yang telah membunuhnya tanpa dosa. Kami akan
menandingi dua orang jago yang mewakili Beng-kauw dan
biarlah hal ini menjadi bukti nanti. Kalau Beng-kauw memang
tidak bersalah dan tidak pernah membunuh ayah kami. biarlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jago kalian yang menang dan kami akan menyerahkan nyawa
untuk menyusul ayah kami sebagai anak-anak yang tidak
berbakti dan tidak mampu membalas kematian ayah.
Sebaliknya, kalau Beng-kauw bersalah, maka arwah dari ayah
kami pasti akan melindungi kami dan kami akan keluar
sebagai pemenang dalam pertandingan ini!"
Setelah berkata demikian, kakak beradik itu melintangkan
senjata masing-masing di depan dada, menghadapi dua orang
nenek itu.
Dua orang nenek itu sudah melangkah ke depan dan tanpa
banyak cakap keduanya telah mengeluarkan senjata masingmasing,
yaitu sebatang pedang yang berkilauan saking
tajamnya. Dua orang nenek ini bukanlah orang-orang
sembarangan. Mereka adalah murid-murid dari tiga orang
ketua Beng-kauw itu dan dalam hal kepandaian silat, baik
tenaga sinkang maupun ginkang, kiranya mereka tidak berada
di bawah-tingkat Ui bin Saikong maupun Hek-bin Sai-kong.
Yang seorang bermuka penuh keriput, matanya sipit hampir
terpejam dan mulutnya selalu tertutup rapat seperti orang
merengut. Nenek ini berjuluk Mo-kiam (Pedang Iblis) karena
memang hebat sekali permainan pedangnya, sedangkan
nenek ke dua berjuluk Leng-kiam (Pedang Dingin) dan biarpun
permainan pedangnya tidak sehebat Mo-kiam Kui-bo (Biang
Pedang Iblis) namun pedangnya yang menyambar-nyambar
itu mengeluarkan hawa dingin karena memang nenek ini
adalah seorang ahli tenaga Im-kang. Berbeda dengan Mokiam
Kui-bo, nenek ini mukanya penuhi bopeng dan mulutnya
menyeringai selalu sehingga nampak giginya karena memang
bibirnya terlalu pendek untuk dapat merapat.
Setelah memperoleh perkenan dari guru mereka yang
pertama, Mo-kiam Kui-bo cepat menerjang Kok Sin,
sedangkan Leng-kiam Kui-bo menggerakkan pedangnya
menyerang Hwi Nio. Kedua orang nenek ini memandang
rendah kepada dua orang murid Im-yang pai itu, karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat usia mereka, tentu ilmu silat mereka masih mentah
dan mana mungkin dapat menandingi dua orang nenek yang
menjadi tokoh Beng-kauw ini? Demikianlah pula jalan pikiran
Kwan Cin Cu maka ketua pertama dari Beng-kauw ini tadi
menyetujui dua orang muridnya itu untuk maju mewakili
Beng-kauw.
Liang Kok Sin dan Liang Hwi Nio adalah putera dan puteri
dari Liang Bin Cu, seorang tokoh tingkat tiga dari Im-yang pai.
Kalau saja mereka berdua itu hanya memperoleh kepandaian
mereka dari mendiang ayah mereka, sudah tentu saja mereka
tidak mungkin akan dapat menandingi dua orang nenek itu.
Akan tetapi, semenjak ayah mereka lenyap dan dikabarkan
tewas, dua orang anak ini memperoleh pendidikan langsung
dari Cin Beng Thiancu, yaitu ji-pangcu (ketua yang ke dua)
dari Im-yang-pai. Cin Beng Thiancu dengan tekun mendidik
dua orang anak ini sehingga sepuluh tahun kemudian, dua
orang anak itu telah memiliki tingkat kepandaian yang kiranya
masih lebih tinggi tingkatnya dari pada tingkat mendiang ayah
mereka sendiri yang menjadi tokoh tingkat tiga dari Im-yangpai!
Ketika Kok Sin melihat berkelebatnya sinar yang amat cepat
dari Mo-kiam, pemuda ini dengan tenang lalu menggeser
kakinya mundur dan golok tipisnya berkelebat ke depan,
membentuk lingkaran sinar yang berkilauan dari dalam
gulungan sinar yang menahan serangan nenek keriputan itu,
tiba-tiba nampak sinar mencuat dan itu adalah serangan
balasan dari Kok Sin yang mengarah leher si nenek.
"Ehhh........!" Mo-kiam Kui-bo berseru kaget dan cepat
memutar pergelangan tangan yang memegang pedang
sehingga pedangnya membuat gerakan menyontek dari
bawah ke atas.
"Cringgg..........!" Keduanya terkejut karena pertemuan
antara golok dan pedang itu membuat mereka merasakan
getaran hebat pada lengan mereka, tanda bahwa lawan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki tenaga yang amat kuat dan seimbang dengan tenaga
sendiri. Melihat kenyataan ini, Mo-kiam Kui-bo tidak berani lagi
memandang rendah dan dia lalu berseru keras, pedangnya
bergerak dengan amat cepatnya menyerang lawan. Akan
tetapi Kok Sin juga menggerakkan goloknya dengan cepat
sehingga terjadilah pertempuran yang amat seru dan yang
dilakukan dengan mengandalkan kecepatan gerakan senjata
mereka.
Di lain fihak, pertandingan antara Leng-kiam Kui-bo
melawan Liang Hwi Nio juga sudah terjadi dengan amat
hebatnya. Mula-mula, seperti juga kawannya, Si Pedang
Dingin ini memandang rendah kepada gadis berusia
delapanbelas tahun yang manis itu, maka sambil menyeringai
lebar nenek ini menggerakkan pedangnya yang mengeluarkan
hawa dingin dan suara bercicit itu ke arah leher gadis itu, lebih
condong untuk memamerkan kepandaian dan menggertak dari
pada menyerang dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi, dara
itu menyambutnya dengan tenang saja, pedangnya digetarkan
dan menangkis pedang lawan.
"Trangg...... singgg.......!" Pedang itu saling bentur dan
tiba-tiba pedang dara yang menangkis itu terus melesat dan
menyeleweng ke arah dada si nenek dengan kecepatan yang
sama sekali tidak tersangka-sangka oleh lawan.
"Aihh........!" Nenek itu masih menyeringai karena memang
bibirnya cupet, akan tetapi mukanya berubah dan matanya
terbelalak. Hanya dengan jalan melempar tubuh ke belakang
sajalah dia terhindar dari ancaman ujung pedang gadis itu.
Keringat dingin membasahi tubuh nenek itu dan dia menjadi
marah bukan main. Karena memandang rendah hampir saja
dia roboh dalam segebrakan saja ! Kini dia sama sekali tidak
memandang rendah lagi, bahkan penasaran dan marah.
Mulutnya mengeluarkan lengking panjang dan dia sudah
menyerang sambil mengerahkan tenaganya sehingga
menyambar - nyambarlah hawa dingin yang menggiriskan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi Hwi Nio yang maklum akan kelihaian lawan itu
bersikap tenang, memutar pedangnya dan mainkan
pedangnya dengan cermat dan mengerahkan sin-kangnya
untuk menandingi tenaga Im kang yang dingin dari nenek itu.
Terjadilah pertandingan silat yang amat seru dan matimatian
di halaman itu, di depan peti jenazah yang menjadi
saksi mati di samping saksi hidup yang ratusan orang
jumlahnya di tempat itu. Semua orang menahan napas karena
ternyata bahwa kepandaian empat orang yang bertanding
mati-matian itu memang seimbang ! Berkali-kali terdengar
suara senjata tajam bertemu, berdencing diikuti bunga api
yang berpijar dan muncrat-muncrat ke mana-mana, diselingi
oleh teriakan dan lengkingan suara mereka yang
menggetarkan jantung. Mereka bertanding dengan matimatian,
di fihak dua orang kakak beradik itumerupakan
pertandingan suci untuk membalas kematian ayah mereka
sedangkan di fihak dua orang nenek itu juga merupakan suatu
pertandingan yang mulia karena mereka mewakili nama Bengkauw
!Kini mereka bertanding dengan ganas dan cepat,
kadang-kadang bertukar lawan, kadang-kadang bukan satu
lawan satu lagi melainkan dua lawan dua, saling membantu
kawan dan mengeroyok lawan. Bukan main hebatnya
pertandingan itu dan lewat limapuluh jurus, belum ada yang
kelihatan menang, sungguhpun kini kakak beradik itu mulai
mendesak lawai karena dalam kerja sama, ternyata kakak
beradik ini lebih kompak dibandingkan denga dua orang nenek
itu. Hal ini adalah karena memang Cin Beng Thiancu, guru
mereka, tokoh ke dua dari Im-yang pai itu, telah menurunkan
Kiam-to siang tin atau Barisan Pedang dan Golok Berpasangan
kepada kakak beradik itu agar di dalam pertempuran
keroyokan, kakak beradik itu dapat saling membantu. Dan
ternyata kini menghadapi dua orang nenek itu, setelah mereka
bertempur secara bahu-membahu, kakak beradik ini dapat
mengacaukan permainan pedang dari kedua orang nenek itu
dengan kerja sama mereka yang amat baik itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para anggauta Beng-kauw, terutama para tokohnya,
memandang dengan alis berkerut, karena dua orang nenek itu
makin terdesak bahkan kini Leng-kiam Kui-bo telah terluka,
pangkal lengannya tercium ujung pedang Hwi Nio sehingga
berdarah.
Melihat keadaan dua orang muridnya itu, Kwan Cin Cu
menjadi khawatir sekali. Tak disangkanya sama sekali bahwa
kedua orang muda lm-yang-pai itu ternyata amat lihai
sehingga dua orang muridnya yang utama seperti dua orang
nenek itu sampai terdesak dan hampir kalah. Kalau sampai
dua orang muridnya kalah, hal ini bukan saja merendahkan
nama Beug-kauw. akan tetapi juga akan dijadikan bukti oleh
dua orang Im - yang - pai itu bahwa memang benar ayah
mereka terbunuh oleh Beng- kauw. Maka kekhawatiran hati ini
menimbulkan niat curang di dalam hati Kwan Cin Cu. Diamdiam
dia lalu mengerahkan khikangnya, mengirim suara tanpa
terdengar orang lain kepada sutenya, yaitu Hok Kim Cu dan
mengajak sutenya itu membantu dua orang muridnya itu. Hok
Kim Cu mengangguk dan dua orang kakek tokoh Beng-kauw
ini lalu mengerahkan kekuatan batin mereka dan mulailah
mereka mempergunakan Ilmu Sin-gan Hoat-lek, semacam
ilmu sihir yang mempergunakan kekuatan yang disalurkan
melalui pandang mata mereka.
Terjadilah hal yang aneh dalam pertempuran itu. Tiba tiba
Kok Sin dan Hwi Nio mengeluarkan seruan aneh. Mereka
berdua merasakan adanya getaran yang amat hebat dan kuat
sekali, yang mendorong dan memaksa mereka untuk
mengangkat muka dan menoleh ke arah dua orang tokoh
Beng-kauw itu, dan begitu mereka menoleh, mereka melihat
betapa dua pasang mata tokoh pertama dan ke dua dari
Beng-kauw itu mencorong seperi mata harimau! Mereka
terkejut dan betapapun mereka telah mengerahkan tenaga
batin untuk mengalihkan pandang mata dan memperhatikan
lawan, tetap saja mata mereka seperti ditarik dan dipaksa
untuk harus memandang kepada dua orang kakek itu. Tentu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
saja karena mereka sering sekali menoleh dan memandang ke
arah dua orang kakek itu, gerakan mereka menjadi kacau dan
kembali mereka berseru keras dan terhuyung karena ujung
pedang dua orang nenek itu telah melukai pundak mereka,
bahkan nyaris menewaskan mereka kalau saja mereka tadi
tidak cepat membuang diri sehingga hanya pundak mereka
saja yang terluka !.
Melihat keadaan dua orang muda itu, Mo-kiam Kui-bo dan
Leng-kiatn Kui-bo girang sekali. Mereka maklum bahwa guruguru
mereka membantu, maka melihat dua orang muda itu
terhuyung, di bawah sorak-sorai gembira dari para anggauta
Beng- kauw yang girang melihat jagoan fihak mereka menang,
kedua orang nenek ini dengan ganas lalu menubruk ke depan
untuk mengirim serangan maut. Kok Sin dan Hwi Nio masih
saja menoleh - noleh kepada dua orang kakek itu dan nyawa
mereka berada dalam cengkeraman maut. Akan tetapi tibatiba
terdengar Kwan Cin Cu dan Hok Kim Cu berseru aneh
sekali dan dua orang muda itu merasa betapa getaran itu
lenyap seketika. Pada saat itu, dua orang nenek yang sudah
yakin akan kemenangan mereka, menubruk maju dan gerakan
mereka hanya terdorong rasa gembira karena menang
sehingga kurang hati-hati. Saat itu dipergunakan oleh Kok Sin
dan Hwi Nio yang sudah terbebas dari pengaruh getaran luar
biasa tadi untuk meloncat ke samping dan ketika golok dan
pedang mereka berkelebat menyambar, dua orang nenek itu
menjerit dan roboh, tewas seketika karena serangan dua
orang muda itu mengenai sasaran yang tepat. Golok Kok Sin
hampir membabat putus leher Mo-kiam Kui-bo sedangkan
pedang di tangan Hwi Nio menembus dada Leng kiam Kui-bo!
Sorak-sorai tadi seketika berhenti dan semua mata
terbelalak memandang ke arah dua orang nenek yang sudah
roboh dan tak dapat diragukan lagi pasti tewas itu. Suasana
menjadi hening sekali. Kwan Cin Cu dan Hok Kim Cu kini
masih menoleh dan memandang kepadi Coa Gin San, pemuda
yang sejak tadi duduk bersila di depan peti dengan tenang itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka memandang kepada Gin San dengan mata bersinarsinar
penuh kemarahan karena dua orang tokoh utama dari
Beng-kauw ini ketika tadi membantu murid mereka, secara
tiba-tiba merasa betapa getaran sinar pandang mata mereka
yang mengandung Ilmu Sin-gan Hoat lek, tiba-tiba saja
membuyar dan bahkan tubuh mereka tergetar oleh pengaruh
hawa yang amat kuat, yang datangnya dari sebelah kiri
mereka di mana sute mereka itu duduk bersila. Ketika mereka
menengok, mereka melilat betapa dari sepasang mata sute
mereka itu keluar sinar dan getaran yang amat kuat dan yang
telah membuyarkan tenaga mereka tadi, bahkan kini mereka
berdua merasa betapa mereka sendiri tergetar dan
terpengaruh hebat sekali. Kiranya sute mereka itu telah
menentang mereka, mencegah mereka membantu dua orang
murid mereka dengan mempergunakan Ilmu Sin gan Hoat-lek
yang luar biasa kuatnya, jauh lebih kuat dari pada tenaga
batin mereka berdua digabung menjadi satu ! Setelah Gin San
mengalihkan pandang matanya dan menunduk kembali,
barulah dua orang kakek itu dapat bergerak dan pada saat itu
mereka mendengar jerit dua orang nenek dan melihat betapa
murid murid mereka itu roboh dan tewas di tangan dua orang
muda dari Im-yang-pai itu. Marahlah tiga orang ketua Bengkauw
itu. Dua orang tokoh Beng-kauw tewas di depan peti
mati jenazah guru mereka, dan lebih celaka lagi, di depan
kesaksian para tamu yang terdiri dari tokoh-tokoh kang ouw!
Hal ini sungguh merupakan pukulan hebat bagi nama Bengkauw.
Karena merasa terhina dan marah, tiga orang ketua itu
mengeluarkan seruau keras dan tubuh mereka bertiga telah
mencelat ke depan, ke tengah lapangan menghadapi dua
orang nuda Im-yang-pai yang berdiri dengan tegak itu,
pundak mereka masih berdarah karena terluka dalam
pertandingan tadi.
Kwan Cim Cu mendekati mayat dua orang nenek itu dan
setelah memeriksa dan mendapat kenyataan bahwa mereka
berdua telah tewas, dia memberi isyarat dan beberapa orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anggauta Beng-kauw maju dan mengusung keluar dua mayat
itu. Kemudian Kwan Cin Cu menghadapi dua orang muda itu
dengan mata beringas.
"Kalian dua orang penjahat hina dari Im-yang-pai! Kalian
berani mengacau dalam upacara perkabungan guru besar
Beng-kauw, bahkan berani turun tangan menewaskan dua
orang murid kami! Tak mungkin kami dapat membiarkan saja
penghinaan terhadap Beng-kauw ini Majulah dan perlihatkan
kepandaian kalian!
Sebelum Kok Sin dan Hwi Nio bergerak terdengar suara
tertawa nyaring dan suara ini mengandung kekuatan khikang
yang besar sehingga mengejutkan semua orang yang hadir
Dari rombongan para tamu yang amat banyak itu muncullah
seorang kakek yang bertubuh tinggi besar, bermuka hitam
dan pandang matanya bengis, pakaiannya serba putih dan dia
melangkah lebar ke depan sambil membuka jubahnya
sehingga nampaklah lambang Im Yang di dadanya, pertanda
bahwa dia adalah seorang tokoh Im-yang-pai yang
berkedudukan tinggi! Melihat kakek ini, semua orang terkejut,
juga para tokoh Beng-kauw karena mereka mengenal kakek
ini sebagai seorang jagoan Im-yang-pai, bahkan merupakan
ketua nomor dua dari Im - yang - pai, sute dari ketua Imyang-
pai sendiri. Kakek ini bukan lain adalah Cin Beng
Thiancu, ji-pangcu dari Im-yang-pai atau guru dari kakak
beradik yang baru saja membunuh dua orang nenek jagoan
Beng-kauw itu.
"Ha-ha-ha, hutang nyawa bayar nyawa, itu sudah wajar di
kalangan persilatan. Dua orang murid Beng-kauw tewas dalam
suatu pertempuran yang adil, apa lagi yang harus dibuat
penasaran? Tidak seperti mendiang Liang Bin Cu yang tewas
tanpa diketahui sebabnya, tewas oleh kecurangan yang
menjijikkan! Apakah sekarang tiga orang ciangbunjin dari
Beng-kauw yang terhormat dan terkenal sekali itu hendak
maju mengeroyok dua orang murid muda dari Im-yang-pai?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kwan Cin Cu memandang marah. Kakek Im-yang-pai ini
jelas datang untuk mencari perkara atau setidaknya diamdiam
melindungi dua orang muda itu, karena Cin Beng
Thiancu tadi tidak kelihatan bersembahyang di depan peti
jenazah. Maka dengan mata melotot, ketua pertama dari
Beng-kauw itu membentak, "Gurunya boleh maju, ketua dan
semua nenek moyang Im-yang-pai dan datuk datuk lm-yangkauw
boleh maju semua!" Kwan Cin Cu yang sudah marah
sekali itu hampir tercekik oleh suaranya sendiri, terbatukbatuk,
menarik napas panjang lalu berkata lagi, "Kami bertiga,
kalian orang-orang Im yang pai juga bertiga, tidak ada
penasaran lagi. Sambutlah!"
Sambil berkata demikian Kwan Cin Cu sudah mencabut
goloknya yang lebar dan berkilauan karena terbuat dari perak,
kemudian dia sudah menerjang maju dan menyerang Cin
Beng Thiancu dengan dahsyat. Pada saat yang hampir
berbareng, Hok Kim Cu sudah menggerakkan pedang
emasnya menyerang Liang Kok Sin sedangkan Thian Bok Cu
menggerakkan tongkat kayunya menyerang Liang Hwi Nio
sambil tersenyum mengejek dengan sikapnya yang genit.
Cin Beng Thiancu cepat mencabut pedangnya dan
menangkis serangan Kwan Cin Cu lalu balas menyerang,
sedangkan dua orang kakak beradik itu biarpun sudah terluka
pundaknya, dan lelah, namun sedikitpun mereka tidak merasa
gentar dan sudah menyambut serangan Hok Kim Cu dan
Thian Bhok Cu dengan gagah berani. Terjadilah kini
pertempuran yang lebih hebat dari pada tadi, akan tetapi
dengan mudah sekali dapat dilihat bahwa sekali ini fihak Im
yang-pai jauh kalah kuat, apa lagi dua orang muda itu yang
segera didesak hebat oleh Hok Kim Cu dan Thian Bhok Cu.
Hanya perkelahian antara Cin Beng Thiancu dan Kwan Cin Cu
sajalah yang seimbang dan amat ramai karena kedua orang
tokoh ini ternyata memiliki tingkat kepandaian yang seimbang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Diam-diam Coa Gin San mengerutkan alisnya. Hatinya
merasa tidak senang sekali dengan tindakan tiga orang
suhengnya itu. Tadi, ketika dia melihat twa-suheng dan jisuhengnya
diam-diam membantu dua orang nenek dengan
ilmu sihir, dia merasa terkejut dan tidak senang sekali. Tentu
saja bukan niatnya untuk berfihak kepada dua orang muda
Im-yang-pai itu, akan tetapi dia sebagai murid dari mendiang
See-thian Sian-su atau Maghi Sing, harus membela nama
Beng-kauw sebagai perkumpulan besar. Kalau dia membiarkan
saja dua orang suhengnya itu melakukan kecurangan, sudah
tentu hal ini akan mencemarkan nama besar Beng kauw
karena di tempat itu hadir banyak orang pandai, maka tentu
kecurangan kedua orang suhengnya itu akan diketahui orang
lain. Maka diam-diam dia lalu menghalangi dua orang
suhengnya itu bertindak curang sehingga akibatnya, dua
orang nenek itu tewas oleh fihak musuh. Akan tetapi, bagi Gin
San, lebih baik dua orang murid Beng-kauw itu tewas dalam
pertandingan yang jujur dan mati sebagai orang-orang gagah
dari pada memperoleh kemenangan secara curang!
Tak disangkanya bahwa para suhengnya menjadi marah
oleh kematian dua orang nenek itu dan kini tiga orang
suhengnya sudah memaksa fihak lawan untuk bertanding.
Padahal dia tahu benar bahwa tingkat kepandaian dua orang
muda Im-yang-pai yang sudah terluka itu jauh kalau
dibandingkan dengan tingkat kepandaian para ketua Bengkauw
itu. Maka, diam-diam Gin San mengerutkan alisnya dan
dia mengambil keputusan untuk mencegah terjadinya
pembunuhan terhadap kedua orang muda itu yang
dianggapnya sudah sepatutnya kalau menuntut balas atas
kematian ayah mereka. Pula dia sendiri menjadi saksi akan
kecurangan fihak Beng kauw yang mempergunakan nama Imyang-
pai untuk melakukan pengacauan sehingga Im-yang-pai
yang terkena fitnah, maka biarpun dia sebagai murid Maghi
Sing mempunyai kecondongan untuk bersetia kepada Bengkauw
dan menjunjung tinggi nama Beng-kauw, akan tetapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diam - diam dia tidak senang kepada para suhengnya yang
kini berusaha membunuh orang-orang Im-yang-pai. Dia
memang harus membela Beng-kauw, akan tetapi membela
Beng-kauw dengan perbuatan curang sama saja dengan
mengotori nama Beng kauw Dia harus mencegah siapapun
yang akan mencemarkan nama Beng-kauw dengan perbuatan
yang curang !
Ketika dia memandang ke depan, dia melihat betapa
pertempuran antara Kwan Cin Cu dan kakek Im-yang-pai itu
masih seimbang, bahkan Kwan Cin Cu kelihatan masih kalah
sedikit dalam hal tenaga sinkang karena buktinya setiap kali
senjata mereka bertemu, lengan tangan Kwan Cin Cu tergetar
dan golok peraknya terpental! Akan tetapi, pertandingan
antara dua orang muda dan dua orang kakek Beng-kauw itu
sama sekali tidak seimbang. Dan biarpun kini dua orang muda
itu kembali membentuk Kiam-to-siang-tin, sehingga dapat
saling melindungi, namun tetap saja mereka terdesak hebat
dan kini Hok Kim Cu berganti lawan, mendesak Liang Hwi Nio
sedangkan Thiang Bhok Cu yang tersenyum-senyum genit itu
mempermainkan Liang Kok Sin. Pandang mata yang tajam
dari Gin San lalu melihat hal yang tidak wajar. Ternyata bahwa
ji-suheng dan sam-suhengnya itu tidak bertanding dengan
sungguh-sungguh! Dari pandang matanya. Gin San dapat
menduga dan timbullah rasa jengkelnya. Pandang mata Hok
Kim Cu yang ditujukan kepada Hwi Nio yang cantik, tiada
bedanya dengan pandang mata Thian Bhok Cu yang ditujukan
kepada Kok Sin yang tampan ! Pandang mata yang
mengandung penuh nafsu berahi !
Teringatlah Gin San akan watak-watak dan sifat-sifai kedua
orang itu dan diam-diam dia menjadi marah. Para suhengnya
itu memang bukan orang orang yang baik! Untuk menjaga
agar tidak sampai terjadi perbuatan yang amat memalukan
Beng kauw, maka dia lalu mengerahkan khikangnya dan
mengirim suara dari jauh dengan Ilmu Coan-im-jip bit yang
amat kuatnya sehingga tiba tiba Hok Kim Cu dan Thian Bhok
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cu mendengar bisikan-bisikan suara sute mereka itu dengan
jelas, seolah-olah sutenya itu bicara di dekat telinga mereka.
"Ji suheng! Sam suheng! Jangan main main, cepat
robohkan mereka, akan tetapi jangan sekali-kali membunuh
mereka!"
Dua orang kakek itu terkejut. Mereka maklum bahwa sute
mereka adalah murid terkasih, dari mendiang guru mereka,
akan tetapi mereka masih belum sadar bahwa sute yang muda
itu kini memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi dari tingkat
mereka! Tadi, Kwan Cin Cu dan Kok Kim Cu terkejut karena
ilmu sihir mereka ditolak oleh kekuatan pandang mata Gin
San, dan kini ketua ke dua dan ke tiga itu terkejut karena
mereka mendengar suara melalui Ilmu Coan-im-jip-bit yang
sedemikian kuatnya sehingga seolah-olah guru mereka sendiri
yang berbisik dari jauh kepada mereka. Akan tetapi, karena
ucapan bisikan dari sute mereka itu memang cocok dengan isi
hati mereka yang memang tidak ingin membunuh pemuda
tampan dan dara cantik itu, keduanya tersenyum dan
terdengar bentakan-bentakan nyaring disusul dengan
robohnya tubuh Kok Sin dan Hwi Nio yang telah tertotok oleh
kedua orang lawan mereka yang jauh lebih lihai itu.
Melihat hal ini, Gin San cepat berkata, suaranya halus
namun terdengar oleh semua orang, "Dua orang ini adalah
pengacau - pengacau, akan tetapi karena mereka terdorong
oleh urusan pribadi, maka mereka bukanlah musuh Beng
kauw dan mereka sebaiknya ditahan dulu dalam kamar
tahanan untuk diputuskan kelak hukuman bagi mereka kalau
sudah selesai penyempurnaan jenazah suhu." Mendengar
ucapan itu, semua tamu merasa setuju karena memang
keputusan ini adil dan beberapa orang anggauta Beng - kauw
lalu diperintah untuk membawa pergi dua orang Im-yang-pai
yang sadah tertawan itu.
Ketika Cin Beng Thiancu melihat betapa dua orang
muridnya itu tertawan, hatinya menjadi gelisah sekali dan dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga merasa marah. "Keparat, bebaskan murid-muridku!"
bentaknya dan dia menerjang dengan dahsyat sehingga Kwan
Cin Cu terpaksa mengelak mundur, kemudian orang pertama
dari tiga ketua Beng-kauw ini memutar goloknya dan balas
menyerang. Akan tetapi, kini Cin Beng Thiancu yang sudah
marah sekali itu mengerahkan seluruh tenaga dan
mengeluarkan semua kepandaiannya untuk mendesak Kwan
Cin Cu. Sebetulnya, dalam tingkat kepandaian Kwan Cin Cu
sebagai orang pertama dari Beng kauw, tidaklah kalah
dibandingkan dengan tingkat ilmu silat yang dimiliki orang ke
dua dari Im-yang-pai itu, bahkan masih lebih tinggi sedikit.
Akan tetapi, yang membuat Kwan Cin Cu sampai terdesak
adalah pukulan - pukulan tangan kiri dari Cin Beng Thiancu
yang bernama Thian-lui - sin-ciang itulah. Pukulan tangan kiri
inipun didorong oleh tenaga yang luar biasa kuatnya, sehingga
setiap kali terjadi pertemuan senjata atau tangan, Kwan Cin
Cu yang sudah mengerahkan seluruh tenaganya itu selalu
terdorong ke belakang."
Gin San sejak tadi mempelajari keadaan dua orang itu,
kemudian dia mempergunakan khikangnya, dengan Ilmu
Coan-im-jip-bit dia membisikkan petunjuk kepada twasuhengnya,
"Suheng, Beng-kauw mengutamakan terang dan
halus, yang terang mengalahkan yang gelap, yang halus
menandingi yang kasar. Sudah terang fihak lawan
mengandalkan kekasaran mengapa tidak menggunakan
kehalusan?"
Mendengar bisikan ini, terkejutlah Kim Cin Cu. Terkejut dan
girang. Memang tadi dia selalu merasa penasaran dan dia
telah mengerahkan seluruh kekuatan sinkangnya. Dia terlalu
mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga memandang
rendah semua orang, bahkan dia tidak percaya kalau orang ke
dua dan Im-yang-pai ini akan mampu menandingi sinkangnya!
Itulah sebabnya maka dia tadi melawan keras dengan keras,
karena dia tidak sudi kalau disangka takut menghadapi
kekuatan lawan, merasa malu kalau tidak mampu menghadapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keras lawan keras. Kini, setelah mendengar bisikan itu,
barulah dia sadar dan tahu akan kebodohannya sendiri. Pada
saat itu, Cin Beng Thiancu yang sudah marah melihat dua
orang muridnya tertawan, menerjang dengan amat
dahsyatnya seperti seekor gajah mengamuk. Kwan Cin Cu
yang sudah sadar itu lalu mengerahkan sinkangnya, meloncat
ke belakang dengan cepatnya, kemudian ketika lawan
mendesak, dia menyambut dengan gerakan yang sama sekali
berlainan dengan tadi! Kini dia tidak pernah menangkis,
melainkan mengelak dan mulailah dia menggunakan serangan
balasan dengan golok peraknya dibantu dengan pukulan
tangan kirinya yang amat ampuh, yaitu Toat-beng-tok-ciang,
ilmu pukulan beracun yang amat keji, yang melatihnya saja
harus mengorbankan darah dan otak banyak anak-anak yang
masih bersih!
Perhitungan Gin San memang tepat. Setelah kini Kwan Cin
Cu tidak melayani adu tenaga keras lawan keras, maka orang
pertama Beng-kauw itu tidak lagi terdesak, sebaliknya malah
mendesak hebat karena Cin Beng Thian-cu yang hanya
mengandalkan kelebihan tenaganya kini terpaksa harus
mengakui keunggulan ilmu silat lawan yang tidak lagi melayani
adu tenaga. Biarpun dia masih berusaha membela diri sampai
limapuluh jurus lebih, akan tetapi pengerahan tenaga yang
berlebihan membuat dia lelah, juga gerakannya menjadi kacau
dan tiba-tiba dia mengeluh ketika pukulan Toat-beng-tokciang
yang tidak dapat dielakkan lagi itu mengenai
lambungnya. Dia merasa betapa lambungnya nyeri bukan
main, seperti ditusuk tusuk jarum dan dia terhuyung dengan
lemah. Ketika Kwan Cin Cu hendak melanjutkan serangannya
untuk mengirim pukulan maut kepada lawan yang sudah tidak
berdaya itu, tiba tiba nampak bayangan putih berkelebat dan
tahu-tahu Gin San telah berdiri di depannya
membelakanginya, dan pemuda ini dengan penuh wibawa
berkata kepada Cin Beng Thiancu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Twa-suheng telah menangkan pertandingan ini, kami
orang-orang Beng-kauw adalah orang-orang gagah yang tidak
menyerang lawan yang sudah kalah. Apakah engkau masih
tidak mau terima kalah dan hendak melanjutkan
pertandingan? Hayo lekas pergi dan jangan lagi mengganggu
upacara penyempurnaan jenazah guru kami ! "
Mendengar ini, Cin Beng Thiancu lalu memandang kepada
Gin San dengan sinar mata penuh kagum dan juga penuh
pengertian. Dia melihat munculnya seorang tokoh yang masih
muda namun hebat sekali di Beng-kauw. Dia melihat betapa
cepat gerakan pemuda ini dan melihat sikapnya yang halus
namun penuh wibawa, seolah-olah pemuda ini bahkan lebih
berpengaruh dari pada orang pertama dari Beng-kauw yang
telah mengalahkannya itu. Dia telah terluka hebat, mungkin
luka yang akan menghilangkan nyawanya. Melawan lagi tidak
ada gunanya lagi, maka dia lalu menjura kepada pemuda ini
yang betapapun juga telah menyelamatkan nyawanya di saat
itu, karena tanpa munculnya pemuda ini tentu Kwan Cin Cu
akan melanjutkan serangannya dan dia tidak akan mungkin
dapat melindungi nyawanya lagi.
"Saya yang bodoh mengaku kalah......" katanya sambil
menekan lambungnya dan menarik napas dalam-dalam karena
lambungnya terasa nyeri bukan main. "Akan tetapi...
bagaimana dengan dua orang muridku.......?"
"Mereka menyatakan sendiri bahwa mereka datang bukan
sebagai orang-orang Im-yang-pai, melainkan karena urusan
pribadi. Karena mereka mengacau tempat kami, maka
terpaksa kami tahan dan akan kami adili kelak. Pergilah, dan
obati lukamu dengan ini, kalau terlambat, dalam waktu tiga
hari kau tentu akan tewas." Gin San mengeluarkan sebungkus
obat bubuk dari saku bajunya. Obat ini adalah obat yang
istimewa, yang dibuatnya sendiri menurut petunjuk mendiang
gurunya, bukan hanya untuk mengobati luka akibat pukulan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Toat- beng-tok-ciang dari suhengnya, melainkan mengobati
luka dalam macam apapun juga.
Menerima obat dari musuh merupakan hal yang amat
merendahkan, maka Cin Beng Thiancu menjura dan menolak.
"Terima kasih, kalau aku tidak mampu mengobati sendiri,
sudah selayaknya aku mati." Setelah beikata demikian, kakek
bermuka hitam ini lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan
pergi dengan langkah lebar, dan dengan tubuh agak
membungkuk karena dia menekan lambungnya.
Kwan Cin Cu dan dua orang sutenya memandang kepada
Gin San dengan penasaran, akan tetapi sebelum mereka
sempat menegur sute mereka itu, Gin San sudah beikata
lantang, "Saat penyempurnaan jenazah suhu telah tiba !." Dan
memang telah diatur sebelumnya untuk upacara ini maka
begitu Gin San berseru demikian, empat orang kakek tua
renta, yaitu mereka yang bertugas untuk melakukan upacara
sembahyang dan pembakaran jenazah, sudah melangkah
maju, kemudian mengitari peti jenazah sambil membaca
mantera. Terpaksa Kwan Cin Cu dan dua orang sutenya tidak
berani banyak bicara lagi karena suasana itu haruslah
khidmat. Mereka hanya melempar pandang mata yang heran
dan marah kepada Gin San, kemudian merekapun berlutut dan
merangkak mendekati peti mati, kemudian bersama Gin San,
mereka berempat mengangkat peti jenazah itu dan
memanggulnya menuju ke tempat yang sudah disediakan
untuk pembakaran jenazah, yaitu di pantai laut tak jauh dari
guha itu.
Setelah upacara sembahyang oleh kakek-kakek Beng-kauw
selesai, maka tiga orang murid dari Maghi Sing lalu
menyalakan tumpukan kayu di atas mana peti jenazah
diletakkan dan terbakarlah tumpukan kayu itu, membakar peti
jenazah yang sudah disiram minyak. Api bernyala dan
menjilat-jilat seperti lidah - lidah iblis yang menikmati
santapan yang dihidangkan, dan asap mengepul tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lepas dari pada pandangan dan pendapat-pendapat yang
terikat oleh kepercayaan-kepercayaan, tradisi-tradisi, dan
peraturan-peraturan agama yang kaku dan sempit, tak dapat
disangkal lagi bahwa menyempurnakan jenazah manusia
dengan jalan membakarnya merupakan cara yang paling baik.
Pertama, jelas bahwa yang mati tidak lagi mengganggu yang
hidup dengan penggunaan tanah yang menimbulkan tempat -
tempat yang dianggap angker sehingga tanah itu dapat
dimanfaatkan oleh yang hidup. Ke dua, keluarga yang masih
hidup tidak lagi terikat oleh kewajiban merawat kuburan dan
mengunjunginya setiap waktu yang telah ditentukan oleh
tradisi. Ke tiga, dengan cara pembakaran ini maka semua
penyakit yang mungkin masih melekat pada jenazah dan yang
mungkin menimbulkan bahaya penularan, dapat dibasmi habis
oleh api.
Api yang membakar kayu dan peti jenazah itu menyala
makin tinggi dan kini peti jenazah itu terbuka dan nampaklah
jenazah Maghi Sing yang mulai terbakar. Semua orang
memandang ngeri. Kakek yang di waktu hidupnya merupakan
seorang tokoh yang amat tinggi ilmunya itu kini nampak
seperti hidup ! Kaki dan tangannya bergerak-gerak di dalam
api! Semua orang mengerti bahwa gerakan itu disebabkan
oleh api yang menyedot dan mengeringkan air di tubuh yang
mati itu. Akan tetapi, Gin San memandang dengan mata
terbelalak dan penuh perhatian. Bibirnya bergerak-gerak dan
hanya dia sendiri yang mendengar bisikan hatinya, "Terima
kasih, suhu." Memang amat luar biasa gurunya itu. Sebelum
gurunya meninggal dunia, Gin San diberi suatu ilmu silat yang
luar biasa, yang diciptakan oleh Maghi Sing menjelang
kematiannya. Ilmu silat itu amat sukar dilatih, bahkan untuk
gerakan jurus terakhir dari ilmu silat yang hanya terdiri dari
tigabelas jurus itu, Gin San belum juga dapat menguasainya
karena gurunya sudah keburu meninggal dunia. Dan tadi,
melihat gerakan kaki tangan jenazah gurunya yang terbakar
api, Gin San melihat gerakan jurus terakhir itu dengan amat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jelas! Seolah-olah jenazah itu sebelum musnah menjadi abu,
telah memberi contoh dan mengajarkan kepadanya
bagaimana harus mainkan jurus ke tigabelas dari ilmu silat
yang dinamakan oleh gurunya Cap-sha Tong-thian (Tigabelas
Yang Menggemparkan Langit)!
Terdengar bunyi ledakan cukup keras ketika api
memecahkan tengkorak, dan para tamu mulai berpamitan
meninggalkan tempat itu. Menjelang senja, barulah api padam
dan para murid Maghi Sing lalu dengan hati-hati
mengumpulkan abu dari Maghi Sing dan memasukkannya ke
dalam tempat abu yang memang sudah disediakan di situ.
Dengan khidmat mereka lalu membawa tempat abu itu ke
dalam guha besar. Masih harus dilakukan upacara
sembahyangan dan perkabungan sampai beberapa hari
lamanya sebelum abu itu dihanyutkan ke laut.
~0-dwkz~bds~234-0~
Liang Hwi Nio mulai dapat menggerakkan tubuhnya setelah
perlahan-lahan jalan darahnya terbebas dari totokan. Seluruh
tubuhnya terasa sakit-sakit dan dia mengeluh lirih, lalu bangkit
duduk di atas pembaringan di mana dia tadi direbahkan oleh
para anggauta Beng-kauw yang menawannya. Dia menoleh ke
kanan kiri. Dia terkurung dalam sebuah kamar batu yang
kokoh kuat. Pintu yang tertutup itu terbuat dari besi tebal.
Kamar batu itu kosong, hanya terdapat pembaringan itu dan
sebuah meja kecil di mana terdapat dua batang lilin bernyala
di tempat lilin. Api dua batang lilin yang bernyala terang dan
tenang, sedikitpun tidak bergoyang itu menandakan bahwa
kamarnya itu rapat, dan lubang hawa di atas pintu itu tidak
dapat menciptakan angin di dalam kamar. Ketika Hwi Nio
membungkuk untuk memeriksa betis kanannya yang terluka
pula, rambutnya yang terlepas itu terurai menutup mukanya.
Dia lalu duduk pula, menggunakan kedua tangan untuk
menggelung rambutnya. Gerakan ini menggambarkan seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wanita muda remaja yang cantik dan manis sekali dengan
bentuk tubuh yang indah. Hwi Nio memang seorang dara
berusia delapan belas tahun yang cantik manis, terutama
sekali bentuk tubuhnya yang membuat dia nampak manis
sekali. Sepasang bibirnya yang penuh, tipis dan lunak
kemerahan, nampak lembut dan memikat sekali dihias lesung
pipit di sudut bibir.
Ketika Hwi Nio merasa betapa pundaknya yang terluka
amat nyeri, dia lalu meraba pundaknya. Dia menyeringai.
Darahnya sudah mengering, akan tetapi justeru hal itu
membuat luka itu mengeras dan kaku, nyerinya bukan main.
Disingkapnya bajunya untuk memeriksa lukanya. Ketika dia
menyingkap baju di pundak, nampaklah kulit dada dan
pundaknya yang putih kekuningan dan halus bersih.
"Hemmm, mulus sekali........!" Suara parau dan besar ini
mengejutkan hati Hwi Nio dan cepat-cepat dia menutupkan
lagi bajunya sambil menoleh ke arah pintu dari mana tadi dia
mendengar suara laki - laki yang parau besar itu. Daun pintu
terbuka dan muncullah seorang laki-laki tinggi kurus yang
bukan lain adalah Hok Kim Cu, ketua nomor dua dari Bengkauw!
Wajahnya kemerahan dan mulutnya tersenyum-senyum
lebar, gerak-geriknya menunjukkan bahwa Hok Kim Cu
agaknya terlalu banyak minum arak. Dan memang
demikianlah. Ketika dia melangkah mendekati, dalam jarak
dua meter saja Hwi Nio sudah mencium bau arak keras
berhamburan.
Dengan sinar mata penuh kemarahan dan kebencian Hwi
Nio memandang kakek itu, kedua tangannya dikepal dan dia
siap untuk menerjangnya, sungguhpun dia sudah luka-luka
dan maklum bahwa dia sama sekali bukanlah tandingan tokoh
ke dua dari Beng-kauw ini.
"Nona, engkau memang cantik manis, dan engkau patut
menjadi calon ibu dari anakku."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan main kagetnya hati Hwi Nio mendengar ini. Matanya
terbelalak dan bibirnya gemetar ketika dia membentak, "Tutup
mulutmu yang kotor! Aku telah menjadi tawanan, mau apa
kau datang ke sini? Keluar, atau aku akan mempertaruhkan
nyawaku!"
"Hemm, nona manis, jangan bersikap galak seperti itu.
Ketahuilah bahwa aku, Hok Kim Cu, berniat baik terhadap
dirimu. Aku adalah seorang yang menaruh hati sayang
kepadamu. Isteriku tidak akan dapat mempunyai anak lagi
dan anakku yang tersayang telah meninggal dunia. Begitu
melihatmu, aku tahu bahwa engkaulah yang akan dapat
memberi keturunan kepadaku, engkaulah yang pantas
menjadi calon ibu anakku. Aku akan mengangkatmu menjadi
isteriku nona, menjadi isteri ketua nomor dua dari Bengkauw........"
"Iblis tua yang busuk!" Hwi Nio memaki dan saking
marahnya dia sudah menerjang maju dengan pukulan kedua
tangannya.
"Plak! Plak!" Kedua pergelangan tangan dara itu sudah
ditangkap oleh kedua tangan Hok Kim Cu dan sekali tarik,
tubuh dara yang padat dan hangat itu sudah dirangkulnya,
dan mulut yang menghamburkan bau arak itu mencoba untuk
menciumnya. Akan tetapi Hwi Nio meronta-ronta, dengan
penuh rasa jijik dia mengelak dengan miringkan muka ke
sana-sini untuk menghindari dari serbuan hidung dan mulut
yang berbau arak itu.
"Lepaskan aku! Tua bangka hina, lepaskan aku!" Dia
meronta dan menjerit-jerit, akan tetapi di dalam rangkulan
kakek itu, dia sama sekali tidak mampu melepaskan diri.
"Dengar, nona manis. Kalau kau menurut dengan baik-baik,
aku akan mengangkatmu menjadi nyonya ketua dan kelak
anakmu akan menjadi seorang yang terhormat dan berilmu
tinggi. Akan tetapi kalau kau tidak mau tunduk ......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak sudi! Lebih baik aku mati! Lepaskan! Lepaskan........
atau kaubunuh saja aku!" Hwi Nio meronta-ronta, menjerit
dan meludah ke arah muka yang beberapa kali telah berhasil
menciumi mukanya itu.
"Kalau kau menolak, aku tidak akan membunuhmu, akan
tetapi engkau akan menjadi permainanku. Apa sukarnya
bagiku untuk memperkosamu?"
"Aku akan bunuh diri........!"
"Ha-ha, kaukira aku begitu bodoh? Engkau akan kurantai,
kau tidak akan dapat membunuh diri dan setelah kelak engkau
melahirkan seorang putera untukku, kau akan kuserahkan
kepada anak buahku agar dikeroyok dan dipermainkan sampai
mati. Nah, kaupilih saja, menurut dan menjadi isteriku atau
memilih yang ke dua itu ?"
"Tidak sudi! Lepaskan.........kau keparat, kau jahanam
busuk........! "
"Bagus, kalau begitu engkau memang lebih suka
diperkosa!" Kakek itu menggerakkan tangannya dan seketika
Hwi Nio tidak mampu meronta lagi karena tubuhnya sudah
menjadi lemas ditotok.
"Brett .....!" Beberapa kali tangan kakek itu bergerak
merenggut, pakaian yang membungkus tubuh Hwi Nio robek
dan sambil tersenyum Kim Cu lalu memondong tubuh yang
sudah lemas dan telanjang itu ke pembaringan. Hwi Nio hanya
dapat bercucuran air mata tanpa dapat menjerit atau meronta.
"Ji-suheng..........!"
Hok Kim Cu yang sudah merebahkan tubuh calon
korbannya ke atas pembaringan dan pandang matanya sudah
merah, mulutnya sudah menyeringai karena desakan nafsu
berahi itu, terkejut dan menoleh. Kiranya Coa Gin San telah
berdiri di dalam kamar itu memandang kepadanya dengan
sinar mata yang membuat kakek ini merasa serem dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
gemetar. Sinar mata sutenya itu serupa benar dengan sinat
mata mendiang gurunya, demikian tajam menusuk seperti
menembus jantung dan menjenguk isi hatinya, dengan
wibawa yang luar biasa kuatnya ! Dia tersenyum menutupi
rasa canggungnya.
"Eh, kau, sute? Terima kasih bahwa engkau telah
mencegah kami tadi untuk membunuh dua orang Im-yang-pai
itu, dan memang kau benar, tidak baik membunuh mereka,
apa lagi wanita ini karena aku telah mengambil keputusan
untuk mengangkatnya sebagai isteriku, sute."
"Ji-suheng! Sungguh tidak patut perbuatan ini dilakukan
oleh seorang ketua Beng kauw! Aku mencegah kalian
membunuhnya bukan untuk membiarkan kau menghina dan
hendak memperkosanya! Ayah mereka dibunuh oleh seorang
di antara suheng, dan mereka kini datang membalas dendam
dan membunuh dua orang murid, hal itu sudah selayaknya
dan aku akan membebaskan mereka agar permusuhan dapat
dipadamkan dan agar Beng-kauw kembali ke jalan benar!"
"Sute.......!" Hok Kim Cu memandang terbelalak dengan
penuh keheranan akan tetapi juga penasaran "Apakah kau
telah menjadi gila bicara seperti itu kepadaku? Siauw-sute,
tadipun kami sudah merasa heran melihat sikapmu, ketika kau
membantu dua orang Im-yang-pai ini sehingga
mengakibatkan tewasnya dua orang murid kami !"
"Hemm, mana mungkin aku membiarkan suheng bertiga
mencemarkan nama Beng-kauw dengan perbuatan curang,
secara diam-diam menggunakan Hoat-lek untuk membantu
kedua orang Kui-bo itu! Aku tidak membantu dua orang Imyang-
pai, melainkan mencegah kalian mengotorkan nama
Beng-kauw dengan kecurangan kalian. Sudahlah suheng,
harap jangan kaulanjutkan niatmu yang keji dan kotor
terhadap nona itu."
"Bocah lancang mulut! Kau ini siapakah berani sekali
menentangku? Sute, pergilah dan jangan mencampuri urusan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pribadiku. Ketahuilah bahwa aku ingin sekali mempunyai anak,
dari nona ini yang akan menjadi calon ibu anakku. Kau
Keluarlah!"
Jilid XVII
"AKU tidak akan
mencampuri urusan
pribadimu dan tentu aku
tidak akan mencampuri
kalau memang nona ini
suka menjadi calon ibu dari
anakmu. Akan tetapi kalau
kau memaksa orang,
berarti engkau hendak
memperkosa dan aku tidak
mungkin dapat tinggal diam
melihat Beng-kauw dinodai
oleh perbuatan kotor
seorang pemimpinnya.
Nona, apakah engkau suka
menjadi isteri Ji-suhengku
ini?" Tiba-tiba Gin San bertanya ke arah dara yang masih
rebah terlentang diatas pembaringan itu.
"Tidak sudi! Lebih baik mati........!" Biarpun kaki tangannya
tidak mampu bergerak, Hwi Nio masih mampu mengeluarkan
suara penuh kemarahan itu.
"Nah, kaudengar sendiri, Ji-suheng, harap kau keluar dari
sini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah sombong!" Tiba-tiba Hok Kim Cu menggereng dan
tangannya menyambar ke arah kepala sutenya, menyerang
dengan dahsyat sekali.
"Ji-suheng, mengingat budi suhu, aku tidak akan
menurunkan tangan kejam kepadamu" kata Gin San dan
tangan kirinya menangkis.
"Dukk.......!" Akibat tangkisan itu, tubuh Hok Kim Cu
terlempar dan terbanting ke dinding batu dengan kerasnya!
Bukan main kagetnya Hok Kim Cu, kepalanya menjadi pening
dan matanya terbelalak. Semenjak sutenya keluar diri dalam
guha pertapaan suhunya, belum pernah dia mengukur
kepandaian sutenya itu, akan tetapi satu kali tangkisan itu saja
sudah membuka matanya bahwa sutenya yang masih amat
muda ini ternyata telah mewarisi kehebatan suhunya dan
memiliki sinkang yang luar biasa sekali. Dia merasa jerih, lalu
dia melompat dan berlari keluar dari dalam kamar batu itu
dengan muka merah.
Gin San dengan tenang menoleh, lalu mengambil pakaian
dara itu, melemparkan pakaian dengan ditimpukkan ke arah
tubuh Hwi Nio. Timpukan itu sekaligus mengenai jalan darah
dan membebaskan Hwi Nio dari totokan! Gadis itu cepat
mengenakan kembali pakaiannya, akan tetapi karena tadi
direnggut robek, maka bagian dadanya tetap terbuka sehingga
repotlah dia memegangi baju bagian dada itu.
Gin San menoleh karena pendengarannya dapat
menangkap gerakan gadis itu yang sudah selesai berpakaian.
Melihat betapa dara itu memandang kepadanya dengan mata
terbelalak, mukanya sebentar pucat sebentar merah dan
kedua tangannya memegangi baju yang robek, Gin San lalu
menanggalkan jubahnya dan menyerahkan jubahnya kepada
gadis itu.
"Kau pakailah ini untuk menutupi bajumu, nona," katanya
halus.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu memandang tajam, kelihatan heran dan bingung,
kemudian tanpa berkata apa-apa dia menerima jubah itu dan
memakainya, menutupi bajunya yang robek, lalu tiba-tiba dia
memandang dengan muka pucat kepada Gin San sambil
berkata, "Sin-ko ..... !"
Gin San mengangguk. ''Kakakmu? Marilah kita mencari dia."
Setelah berkata demikian, pemuda ini melangkah keluar dari
kamar itu, diikuti oleh Hwi Nio yang merasa girang dan
berterima kasih sekali. Akan tetapi dia ini masih merasa
terheran - heran. Jelas bahwa pemuda tampan sederhana ini
adalah seorang tokoh Beng-kauw, bahkan sute dari tiga orang
ketua Beng-kauw, akan tetapi mengapa pemuda ini
menolongnya? Dan anehnya pula, mengapa pemuda ini
agaknya lebih berkuasa dan lebih kuat dari pada suheng -
suhengnya? Bahkan dia baru sekarang mengerti, dari
percakapan antara pemuda ini dan kakek tinggi kurus yang
hampir memperkosanya tadi, bahwa pemuda ini telah
membantu dia dan kakaknya ketika menghadapi dua orang
nenek sehingga mencapai kemenangan, kemudian pemuda ini
pula yang diam-diam menyelamatkan nyawanya yang hampir
terbunuh oleh para tokoh Beng-kauw, dan yang terakhir,
pemuda yang menjadi tokoh Beng - kauw dan sute dari para
ketua Beng - kauw ini malah menyelamatkannya dari bahaya
yang amat mengerikan ketika dia hampir diperkosa oleh Hok
Kim Cu tadi. Apakah artinya itu semua? Dia mengerling ke
arah pemuda itu yang melangkah dengan tenang, wajahnya
yang tampan itu kelihatan serius akan tetapi bibirnya
tersenyum ramah. Pemuda yang hebat, pikirnya dan seketika
dara itu merasakan jantungnya berdebar dan mukanya
menjadi merah sekali sampai ke leher dan telinganya ketika
dia teringat betapa pemuda ini tadi telah melihat dia dalam
keadaan telanjang !
Pemuda itu berhenti di depan sebuah kamar yang pintunya
tertutup. Hwi Nio juga berhenti dan memandangnya. Gin San
memejamkan mata, mengerahkan pendengarannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendengar suara dari dalam kamar itu. Hwi Nio juga
mendengarkan akan tetapi dara ini tidak mendengar sesuatu.
Maka heranlah dia ketika melihat pemuda itu mengetuk pintu
kamar itu sambil berseru memanggil, "Sam-suheng, harap
buka pintu "
Terdengar suara bersungut-sungut di sebelah dalam kamar
itu, lalu disusul suara tak senang, "Kaukah itu, sute? Aku
sedang sibuk, kalau ada urusan nanti sajalah !"
Hwi Nio memandang wajah pemuda itu yang masih
tersenyum akan tetapi dari sepasang mata pemuda itu berkilat
sinar kemarahan. "Sam-suheng, harap buka pintu ini, kalau
tidak terpaksa aku membukanya dari luar!"
"Sute, kau kurang ajar sekali! Kau tidak akan berani !"
Baru saja suara Thian Bhok Cu yang melengking nyaring itu
berhenti, Gin San mendorong daun pintu dan kunci daun pintu
menjadi patah, daun pintunya terbuka dan Gin San melangkah
masuk diikuti oleh Hwi Nio.
"Sin-ko......!" Hwi Nio berseru dengan suara tertahan Dia
melihat kakaknya itu duduk di atas kursi dengan kaki tangan
terikat pada kursi itu, baju kakaknya terbuka sehingga nampak
dada yang bidang itu, wajah kakaknya merah sekali matanya
melotot karena marahnya, sedangkan di dekat kakaknya
duduk kakek genit yang merangkul lehernya dan agaknya
sedang membelai tawanan itu dan membujuk bujuknya ketika
daun pintu terbuka secara paksa dari luar! Tentu saja Hwi Nio
tidak mengerti apa yang terjadi. Sama sekali tidak pernah
terbayangkan olehnya bahwa kakaknya itu sedang dirayu oleh
kakek Thian-Bhok Cu yang memiliki kelainan itu, yang
bertubuh pria namun berhati wanita ! Dia hanya mengira
bahwa kakaknya itu terancam bahaya, maka Hwi Nio segera
meloncat ke depan untuk menolong kakaknya.
"Perempuan jahat, kau mau apa? Minggirlah!" bentak Thian
Bhok Cu dengan galak sambil mendorongkan tangannya ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
arah Hwi Nio yang datang menghampiri kakaknya. Memang
Thian Bhok Cu adalah seorang kakek yang aneh sekali. Di
waktu dia masih muda, dia adalah seorang pria tulen dan
normal, bahkan termasuk seorang pria yang mata keranjang
dan suka mempermainkan wanita. Akan tetapi semenjak
beberapa tahun yang lalu, dia menjadi berobah sama sekali.
Dia menjadi pembenci wanita, tidak sudi berdekatan dengan
wanita dan mulailah dia mendekati kaum pria, terutama yang
tampan dan muda. Dia mulai bermain cinta dengan kaum pria!
"Plakk!" Tubuh Thian Bhok Cu terdorong ke belakang ketika
serangannya terhadap Hwi Nio tadi ditangkis oleh Gin San.
''Sauw - sute, apa yang kaulakukan ini?' Kakek itu
membentak dan matanya terbelalak lebar memandang
sutenya dengan penuh rasa penasaran dan juga keheranan.
"Sim suheng, kau tidak boleh mencemarkan nama besar
Beng-kauw dengan perbuatan yang hina !" kata Gin San dan
matanya mencorong.
"Sute, sikapmu inilah yang hina! Aku telah bersepakat
dengan ji suheng, bahwa gadis ini akan menjadi milik jisuheng,
sedangkan dia ini menjadi milikku. Bahkan twasuheng
telah menyetujuinya. Kenapa engkau sekarang hendak
melarang? Dan gadis itu, kenapa ikut pula bersamamu?"
"Sam-suheng, mereka berdua ini harus dibebaskan. Bengkauw
bukanlah perkumpulan penculik manusia, apa lagi untuk
tujuan hina seperti itu," kata Gin San dengan suara tenang
penuh wibawa.
Sepasang mata itu terbelalak penuh kemarahan. Thian
Bhok Cu lalu menyambar tongkatnya yang tadi disandarkan di
sudut kamar, kemudian dengan marah dia membentak,
"Mereka berdua ini adalah musuh-musuh Beng-kauw, kalau
tidak boleh dipermainkan, sebaiknya dibunuh saja!" Tiba-tiba
dia menggerakkan tongkatnya dan menyerang ke arah Kok Sin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang masih terikat di atas kursi. Serangannya ganas sekali,
tongkatnya menyambar dahsyat ke arah kepala pemuda itu.
"Wiuuuttt....... dukkk !"
Sebelum tongkat itu mengenai kepala Kok Sin yang sudah
tidak berdaya sama sekali, tiba-tiba tongkat itu bertemu
dengan sebatang lengan yang amat kuat dan yang telah
menangkis tongkat itu. Lengan Gin San ! Tongkat itu
membalik dan tangan yang memegangnya tergetar hebat.
"Sute, kau........kau melindungi musuh "
Thian Bhok Cu berteriak penuh kemarahan, penasaran dan
keheranan.
Gin San menggeleng kepalanya dengan tenang "Aku tidak
melindungi siapapun, hanya melindungi nama baik Bengkauw.
Mulai sekarang, akulah yang mewakili dan
menggantikan suhu untuk mengawasi Beng kauw agar tidak
diselewengkan, sam-suheng."
Thian Bhok Cu terkejut mendengar ini
"Ah........ ah, kau........ kau berkhianat? Biar kulaporkan
kepada ji-suheng dan twa-suheng !" Setelah berkata demikian,
laki-laki yang tidak normal itu lalu meloncat keluar dari dalam
kamarnya.
Hwi Nio sedang berusaha untuk melepaskan ikatan tangan
dan kaki Kok Sin akan tetapi belum juga berhasil. Gin San
melangkah maju dan kelihatannya dia hanya meraba saja talitali
itu, akan tetapi hasilnya, tali-tali yang mengikat kaki dan
tangan pemuda itu putus putus semua dan Kok Sin menjadi
bebas.
"Cepat pakai bajumu, mari kuantar kalian keluar sebelum
ada yang mencoba untuk menghalangi kalian pergi dari sini,"
kata Gin San dan melihat gawatnya keadaan, kakak beradik
itu tidak banyak cakap lagi dan cepat mengikuti Gin San keluar
dari dalam guha besar itu. Biarpun terdapat banyak anggauta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beng-kauw di luar guha-guha itu dan di sepanjang pantai
Teluk Po-hai, namun melihat kakak beradik itu berjalan diantar
oleh Gin San, tidak ada seorangpun yang berani bertanya, apa
lagi menghalang. Tiga orang ketua Beng-kauw tidak nampak
batang hidungnya dan dengan hati lega Gin San lalu mengajak
mereka pergi ke barat, meninggalkan pantai itu.
Malam itu bulan muncul sepotong, namun dibantu oleh
bintang bintang yang bertaburan di langit cerah, cuaca
menjadi remang remang agak biru kekuningan dan udara
amat sejuknya. Tiba-tiba Gin San berhenti. Mereka telah tiba
di tapal batas daerah yang dikuasai Beng-kauw.
"Nah, kalian boleh melanjutkan perjalanan dan harap kalian
jangan lagi berani menempuh bahaya datang ke sini. Ayah
kalian tewas oleh Beng-kauw, akan tetapi kalian juga telah
berhasil menewaskan dua orang anggauta Beng-kauw, maka
anggap saja bahwa perhitungan itu sudah lunas."
Kok Sin ingin menyatakan terima kasihnya, akan tetapi
karena dia ingat bahwa pemuda berpakaian putih ini adalah
seorang tokoh Beng-kauw pula maka dia menahan diri, lalu
menggandeng tangan adiknya sambil berkata, "Hwi moi, mari
kita pergi!"
Gin San berdiri tegak memandang dua bayangan yang
berlari pergi itu, kemudian dia menarik napas panjang,
membalikkan tubuhnya dan hendak kembali ke guha-guha di
pantai Teluk Po - hai yang menjadi sarang dari Beng-kauw itu.
Akan tetapi, baru beberapa langkah dia berjalan, tiba tiba dia
berhenti karena dia mendengar suara langkah kaki halus
berlari mendatangi dari belakangnya. Sebelum, dia menoleh,
terdengar suara halus, "Taihiap! ......... tunggu dulu........!"
Gin San sudah maklum siapa yang datang itu, karena dari
suara langkah kakinya tadi dia sudah tahu bahwa yang datang
adalah dara manis itu. Dengan heran dia membalikkan
tubuhnya dan mereka berdiri berhadapan dalam jarak hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu meter. Dua pasang mata bertemu dan sejenak mereka
saling pandang dan gadis itu lalu menunduk.
"Taihiap, harap maafkan kami berdua ... . "
"Maafkan kalian? Apa maksudmu nona?"
"Kami pergi meninggalkan taihiap seperti dua orang yang
tidak ingat akan budi.......... "
"Ah, tidak ada yang melepas budi dan memang tidak perlu
kalian ingat, nona."
"Tidak, taihiap, walaupun taihiap adalah seorang tokoh
Beng-kauw, namun ternyata taihiap berbeda dengan mereka
semua. Taihiap telah melimpahkan budi yang tak ternilai
besarnya, bukan hanya menyelamatkan nyawa kami berdua
ketika kami bertanding, juga membantu kami menangkan dua
orang nenek itu, kemudian taihiap malah.......menyelamatkan
aku dari ancaman bahaya yang lebih hebat dari pada maut.
Dan kami....... kami pergi begitu saja tanpa menghaturkan
terima kasih, bahkan tanpa mengetahui nama taihiap........"
Hwi Nio berhenti sebentar dan menarik napas panjang.
"Karena itulah maka aku datang kembali, taihiap, dan aku
minta maaf, juga aku menghaturkan banyak terima kasih
kepadamu. Budimu yang amat besar itu selama hidup takkan
kulupakan....... "
"Cukuplah, nona." Gin San memotong cepat sambil
tersenyum. "Kalau kaulanjutkan pujian-pujianmu itu, salah
salah aku bisa terbang ke langit ke tujuh dan kepalaku bisa
berubah menjadi sebesar gantang! Betapapun juga, kalau
diusut, kesalahannya terletak kepada Beng-kauw dan semua
perbuatanku tadi hanyalah untuk mencegah Beng-kauw
melanjutkan kesalahan kesalahannya. Nah, selamat jalan,
nona, mudah-mudahan kelak kita dapat saling bertemu
kembali dalam keadaan yang lebih menyenangkan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gadis itu menengadah dan menatap wajah yang tampan
dan tersenyum itu. Dia sendiripun tersenyum mendengar
kelakar itu. Pemuda yang: luar biasa, pikirnya. Tampan,
sederhana, ilmunya tinggi sekali dan cara bicaranya demikian
ramah dan suka berkelakar.
"Bolehkah aku mengenal namamu, taihiap? "
"Ah, jangan sebut aku taihiap, namaku adalah Coa Gin San,
nama biasa saja, nona."
"Coa taihiap, aku Liang Hwi Nio selama hidupku tidak akan
melupakan budimu, terutama sekali pertolonganmu di dalam
kamar tadi, menyelamatkan aku dari bahaya yang lebih
mengerikan dari pada kematian........" Tiba-tiba wajah itu
menjadi merah sekali. Lalu Hwi Nio mengeluarkan sebuah
hiasan rambut dari gelung rambutnya, hiasan terbuat dari
emas dan batu permata merah, berbentuk bunga teratai.
"Coa-taihiap, harap taihiap suka menerima persembahanku ini
sebagai tanda terima kasih dan persahabatanku "
Gin San menerima bunga teratai emas itu memandanginya
sebentar lalu memasukkannya ke dalam saku bajunya,
kemudian sambil tersenyum dia berkata, "Tanpa benda inipun
aku. tidak akan pernah dapat melupakanmu, nona. Terutama
sekali peristiwa dalam karnar tadi. .selama hidupku aku tidak
akan dapat melupakan!"
Mendengar ucapan itu dan bertemu pandang dengan sinar
mata yang penuh arti itu, melihat bibir yang tersenyum itu,
Liang Hwi Nio merasa betapa jantungnya berdebar keras.
Teringat dia betapa pemuda penolongnya ini tadi telah
melihatnya dalam keadaan telanjang ! Wajahnya menjadi
merah sekali dan dia lalu menundukkan mukanya dengan bibir
tersenyum malu - malu. Senyumnya memang hebat! Hwi Nio
adalah seorang dara yang cantik dan manis, akan tetapi
kecantikannya itu akan merupakan kecantikan biasa saja kalau
dia tidak tersenyum. Akan tetapi begitu dia tersenyum,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
wajahnya menjadi manis bukan main, penuh daya pikat dan
Gin San sendiri memandang dengan mata terbelalak.
"Engkau........ engkau memang cantik jelita dan manis
sekali, Hwi-moi!" tiba-tiba dia berkala. Mendengar pemuda itu
menyebutnya "adik Hwi", dara itu mengerling dan senyumnya
makin menonjolkan lesung pipit di ujung bibirnya. Tiba-tiba,
tanpa disadari oleh keduanya. Kedua tangan Gin San sudah
memegang tangan dara itu. Seperti, dalam mimpi, Hwi Nio
juga balas memegang dan dia mengeluarkan rintihan halus
ketika tiba-tiba saja dia sudah berada dalam dekapan Gin San
dan seperti mengandung daya tarik yang mujizat, kedua mulut
itu sudah saling menghampiri dan bertemu dalam ciuman
yang amat mesra! Sampai lama mereka berdua seperti tidak
sadar. Baru setelah kehabisan napas, Hwi Nio melepaskan
dirinya dan terengah-engah, memandang kepada wajah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemuda itu dengan mata terbelalak dan muka agak pucat
karena hatinya merasa ngeri mengingat apa yang baru saja
terjadi itu ! Gin San tersenyum, matanya mengeluarkan sinar
lembut dan tangannya melolos rantai perak yang dipakainya
sebagai ikat pinggang.
Mata dara itu terus mengikuti kedua tangan Gin Sun yang
melolos rantainya seperti seorang yang berada dalam mimpi
Hwi Nio masih terlampau kaget ketika sadar dari keadaan
yang membuat dia seperti terpesona tadi, dan kini otomatis
tangan kirinya menutup bibir dan tangan kanannya menekan
dada. Hampir dia tidak percaya akan apa yang telah
dilakukannya, atau lebih tepat apa yang telah terjadi tadi. Dia
telah membiarkan saja dirinya dipeluk dan dicium seperti itu,
bahkan ada kecondongan di hatinya untuk menyambut
pencurahan cinta asmara dari pemuda itu!
"Hwi - moi, engkau memang manis sekali. Aku tidak akan
melupakanmu, Hwi moi, dan sebagai tanda mata aku tidak
memiliki apa-apa kecuali sebuah mata rantai dari ikat
pinggangku ini."
Hwi Nio melihat betapa jari-jari tangan yang mengandung
kekuatan luar biasa itu mematahkan sebuah mata rantai dari
perak itu seperti orang mematahkan lidi saja, kemudian dia
menerima mata rantai yang seperti sebuah cincin perak itu,
menerimanya dengan tangan gemetar,
"'Hwi-moi.........1" Tiba-tiba suara kakaknya itu
menyadarkan Hwi Nio dan dia lalu menatap wajah pemuda itu
dengan semesra-mesranya, kemudian dia lalu berbisik,
"Koko....... aku...... aku akan selalu menanti kedatanganmu
di I-kiang, di tepi Sungai Yang-cekiang........ " Setelah berbisik
demikian, Hwi Nio membalikkan tubuhnya dan lari
meninggalkan Gin San yang masih berdiri dengan senyum
lebar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah tidak terdengar lagi jejak langkah dara itu, Gin San
menggerakkan tangannya menyentuh bibirnya dan
membayangkan ciuman tadi, lalu menarik napas panjang dan
menggelengkan kepalanya. "Dara yang manis, terutama sekali
lesung pipit di ujung bibirnya....!"
Akan tetapi telinganya dipasangnya baik baik dan dia
menggunakan kepandaiannya untuk mendengar apa yang
dipercakapkan oleh kakak beradik di tempat yang sudah cukup
jauh itu.
"Hwi - moi, apa yang kaulakukan tadi?. Mengapa kau
membiarkan dirimu dipeluk dan dicium?" sang kakak menegur.
Lalu terdengar suara lirih dari dara itu "Sin-ko, aku....... aku
cinta padanya...."
"Sialan!" gerutu kakaknya dan kemudian Gin San tidak
dapat mendengarkan lagi percakapan itu karena kakak beradik
itu bicara sambil berlari pergi.
Sambil tersenyum - senyum dan bibirnya masih merasakan
kehangatan bibir Hwi Nio. pengalaman pertama yang benar -
benar membuat jantungnya berdebar kencang dan membuat
matanya berseri, Gin San membalikkan tubuh dan melangkah
tenang, kembali ke tepi pantai Po - hai.
Akan tetapi, tidak disangka-sangkanya bahwa dia akan
menghadapi penyambutan yang luar biasa. Dari jauh dia
sudah melihat betapa di pantai Po-hai itu amat terang -
benderang danmempercepat langkahnya menghampiri tempat
itu, dia melihat bahwa semua anggauta Beng-kauw telah
berkumpul di pantai dan puluhan obor telah dipasang dan tiga
orang ketua Beng kauw duduk di tengah-tengah lapangan
yang dibuat oleh para anggauta Beng-kauw yang duduk
membentuk lingkaran lebar. Semua orang telah menanti
kedatangannya! Suasana sunyi sekali,tidak ada seorangpun
anggauta Beng-kauw yang bergerak dan ketika Gin San
muncul, semua kepala bergerak ke arahnya dan semua mata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandangnya dengan sinar mata penuh tuntutan !
Mengertilah Gin San bahwa tiga orang suhengnya telah
mengatur semua itu untuk mengadili dan menghukumnya!
Akan tetapi, dia tetap tenang saja karena memang dia telah
siap sedia untuk menghadapi semua itu sebagai akibat dari
pada tindakannya tadi. Dengan langkah tenang dia memasuki
lingkaran itu menghampiri tiga orang suhengnya yang duduk
bersila di atas pasir dengan sikap angker itu.
Gin San langsung menghadapi tiga orang suhengnya dan
diapun duduk bersila di depan mereka bertiga, kemudian
bertanya, "Sam - wi suheng. apakah maksudnya
mengumpulkan para anggauta dan membuka persidangan
ini?"
"Coa Gin San!" Terdengar suara Kwan Cin Cu mengguntur,
terdengar oleh semua anggauta Beng- kauw yang hadir,
"Sebagai seorang anggauta yang murtad, engkau berlututlah
untuk mendengarkan keputusan pengadilan Beng-kauw !"
Ucapan itu penuh wibawa dan terdengar menegangkan hati
semua anggauta, dan suasana menjadi hening sekali setelah
ketua nomor satu dari Beng-kauw itu menghentikan katakatanya
yang bergema. Kini tiga orang ketua itu menatap
wajah Gin San dengan penuh kemarahan. Di bawah sinar api
obor yang amat terang, wajah pemuda itu tetap tenang dan
sejak tadi senyumnya tidak pernah meninggalkan bibirnya
yang masih berdenyut merasakan kehangatan bibir Hwi Nio.
Gin San memandang wajah twa-suhengnya dengan tajam
penuh selidik, kemudian di bawah pandang mata semua orang
yang hadir, pemuda ini berkata, suaranya tenang dan halus
namun sedikitpun tidak mengandung rasa jerih terhadap para
suhengnya itu.
"Kwan Cin Cu twa-suheng, kalau benar aku merupakan
seorang anggauta murtad, tentu tanpa diperintah dua kali aku
akan suka berlutut dan menyerahkan jiwa ragaku untuk
dihukum oleh Beng-kauw. Akan tetapi aku tidak merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mendurhakai Beng-kauw, maka tuduhan itu hanya merupakan
fitnah belaka tanpa bukti - bukti. Oleh karena itu, sebelum aku
mentaati perintahmu, lebih dulu aku ingin mendengar fitnah
apa yang dijatuhkan kepadaku sehingga twa-suheng dapat
menyebut aku sebagai seorang murid yang murtad!" Tentu
saja bantahan yang berani dari pemuda ini amat mengejutkan
dan tidak-terduga oleh para anggauta, maka hati mereka
menjadi makin tegang dan mereka menanti apa yang akan
terjadi selanjutnya dengan bingung juga. Sebagai anggauta,
tentu saja mereka harus taat kepada Kwan Cin Cu yang
menjadi ketua pertama, akan tetapi semua anggauta sudah
mendengar bahwa pemuda ini adalah murid terkasih dari
mendiang Maghi Sing yang jenazahnya baru saja diperabukan
tadi.
"Coa Gin San, engkau masih pura - pura bertanya tentang
kesalahanmu? Dengarlah dan agar semua anggauta menjadi
saksi! Baru saja suhu meninggal dunia, sute Coa Gin San ini
telah melakukan dosa-dosa besar, pengkhianatanpengkhianatan
yang jelas membuktikan bahwa dia adalah
seorang murid dan anggauta yang murtad dan patut dihukum!
Dalam waktu semalam saja dia telah melakukan tiga macam
pelanggaran atau dosa yang tidak dapat diampuni lagi!"
Mendengar ini, semua anggauta menjadi berisik, saling
bicara untuk menduga-duga apa gerangan yang dilakukan
oleh pemuda yang tampan dan kelihatan tenang dan selalu
tersenyum itu. Gin San masih tersenyum dan terdengarlah dia
bicara lantang sehingga semua orang diam mendengarkan.
"Kwan Cin Cu suheng, jelaskanlah apa adanya tiga dosa
itu!"
"Pertama, Coa Gin San telah berdosa karena dalam
pertempuran siang tadi dia telah membantu fihak lawan dan
juga malam ini dia telah berani melawan dan menentang
kedua orang suhengnya. Ke dua, dia telah berkhianat,
membebaskan dua orang tawanan Beng-kauw tanpa ijin dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami, tiga orang ketua yang berhak memutuskan tentang
tawanan. Dan ke tiga, dia telah memeluk dan mencium
seorang adis Im-yang-pai, berarti dia bermain cinta lengan
fihak musuh."
Hebat sekali tuduhan-tuduhan itu dan semua anggauta
Beng-kauw kini memandang kepada Gin San dengan alis
berkerut. Mereka semua tidak pernah bergaul dengan Gin San
yang semenjak datang ke situ terus ditarik oleh Maghi Sing ke
dalam guha untuk digembleng, maka pemuda ini boleh
dibilang agak asing bagi para anggauta Beng-kauw yang tentu
saja lebih dekat dengan tiga orang ketua mereka. Hal ini
membuat hati mereka condong mementang Gin San. Akan
tetapi pemuda yang menerima tuduhan berat itu masih
tersenyum dan masih duduk bersila dengan tenangnya,
sepasang matanya bergantian menentang wajah tiga orang
suhengnya. Kemudian terdengarlah suaranya menjawab
lantang,
"Sam-wi suheng sebagai ketua dari Beng-kauw ternyata
lancang menjatuhkan fitnah kepada orang yang tidak
bersalah. Tiga macam tuduhan itu hanya fiinah dan saya
dapat menangkisnya satu satu berdasarkan kenyataan.
Pertama, dalam pertempuran siang tadi saya sama sekali tidak
membantu fihak lawan. Saya melihat betapa twa-suheng dan
ji-suheng mempergunakan Sin-gan Hoat-lek untuk
mempengaruhi lawan dan diam-diam membantu dua orang
Kui-bo. Saya tidak ingin melihat Beng-kauw menggunakan
kecurangan, apa lagi di sini hadir banyak orang pandai yang
tentu akan melihat kecurangan itu dan karenanya tentu nama
Beng-kauw akan tercemar. Saya hanya mencegah kedua
suheng melakukan kecurangan, jadi sama sekali tidak
membantui musuh! Dan memang benar malam ini saya
melawan dan menentang ji-suheng dan sam-suheng, akan
tetapi hal itu saya lakukan karena saya tidak ingin melihat
mereka melakukan penyelewengan penyelewengan yang tidak
perlu saya jelaskan di sini. Ke dua, saya sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berkhianat dengan membebaskan dua orang tawanan itu.
Mereka itu datang bukan sebagai orang-orang Im-yang-pai,
melainkan karena urusan pribadi, karena ayah mereka
terbunuh oleh Beng-kauw, hal yang memang sesungguhnya
demikian. Saya tahu sendiri bahwa ayah mereka terbunuh
oleh Beng-kauw dan sudah sepatutnya kalau mereka datang
untuk membalas dendam. Maka, perlu apa mereka ditawan?
Apa lagi, saya melihat gejala-gejala tidak sehat dalam
penawanan itu, maka saya lalu membebaskan mereka. Dan
soal ke tiga, agaknya memang saya telah diintai dan saya
tidak menyangkal bahwa saya berpeluk cium dengar gadis itu,
akan tetapi hal itu terjadi bukan karena paksaan, melainkan
karena kehendak kami berdua. Apa salahnya dengan itu?
Beng-kauw mengajarkan agar segala sesuatu kita lakukan
dengan berterang. Kalau saya melakukan paksaan, barulah
saya berdosa. Nah, saya yakin bahwa semua saudara
anggauta Beng-kauw dapat mengerti akan pembelaan saya."
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru