Cersil 13 Tiga Naga Sakti Asmaraman S. Kho Ping Hoo Tag:cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf Cersil 13 Tiga Naga Sakti Asmaraman S. Kho Ping Hoo
- Cersil 12 Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo
- Cersil Cerita Silat KPH Best 11 Tiga Naga Sakti
- Cersil Cerita Silat Terbaik KPH 10 Tiga Naga Sakti...
- Cersil Cerita Silat KPH 9 Tiga Naga Sakti
- Cerita Silat KPH Asyik 8 Tiga Naga Sakti
- Cerita Silat Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo 7 Tig...
- Cerita Silat KPH 6 Tiga Naga Sakti
- Cerita Silat Cersil Kho Ping Hoo 5 Tiga Naga Sakti...
- Cerita Silat Kho Ping Hoo 4 Tiga Naga Sakti
- Cerita Silat Remaja Kho Ping Hoo 3 Tiga Naga Sakti...
- Cerita Silat Romantis Kho Ping Hoo 2 Tiga Naga Sak...
- Cerita Silat Cinta Kho Ping Hoo 1 Tiga Naga Sakti
- Cersil Ke 8 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Cer...
- Cersil Ke Tujuh Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti...
- Cersil ke 6 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
- Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung
- Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko
- Cersil Yoko 3 Condor Heroes
- Cersil Yoko Seri Ke 2
- Cerita Silat Cersil Ke 1 Kembalinya Pendekar Rajaw...
- Cerita Silat Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Komp...
- Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendeka...
- Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
- Cersil Ke 23 Kwee Ceng Pendekar Lugu
- Cerita Silat Ke 22 Kwee Ceng
- Cersil Ke 21 Kwee Ceng
- Cerita Silat Ke 20 Cersil Kwee Ceng Rajawali Sakti...
- Cerita Silat Ke 19 Kwee Ceng Jagoan Sakti
- Cersil Ke 18 Kwee Ceng
- Cersil Ke 17 Kwee Ceng Cerita Silat Pendekar Rajaw...
- Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Ke 16 Pendekar Kw...
- Cersil Ke 15 Pendekar Kwee Ceng
- Cersil Hebat Kweeceng Seri 14
- Cersil Cerita Silat Kwee Ceng 13
- Cersil Pendekar Ajaib : Kwee Ceng 12
- Kumpulan Cerita Silat Jawa : Kwee Ceng 11
- Cerita Silat Pendekar Matahari : Kwee Ceng 10
- Cersil Mandarin Lepas :Kwee Ceng 9
- Cersil Langka Kwee Ceng 8
- Cerita Silat Mandarin Online : Kwee Ceng 7
- Cersil Indo Kwee Ceng 6
- Cerita Silat Cersil Kwee Ceng 5
- Cersil Kwee Ceng 4
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 3
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 2
- Cersil Pendekar Kwee Ceng ( Pendekar Pemananah Raj...
- Cersil Seruling Sakti dan Rajawali Terbang
- Kumpulan Cersil Terbaik
- Cersil Jin Sin Tayhiap
- Cersil Raisa eh Ching Ching
- Cersil Lembah Merpati
- Cerita Silat Karya stefanus
- Cersil Pedang Angin Berbisik
- Cersil Sian Li Engcu
- Cersil Si KAki Sakti
- Cersil Bendera Maut
- Cersil Pahlawan Gurun
- Cersil Pedang Pusaka Buntung
- Cersil Terbaik Pendekar Kunang Kunang
- Cersil Mandarin Imam Tanpa Byangan
Ling Ling tidak mau memperpanjang percakapan tentang
urusannya dengan musuh besarnya itu, yang agaknya amat
disegani dan dikagumi oleh ketua Pek-lian-kauw ini. Dia tidak
menjawab, melainkan melihat keadaan ruangan di mana dia
duduk berhadapan dengan kakek itu. Juga ruangan ini, seperti
kamar di mana dia beristirahat tadi, rapi dan terhias tulisan
tulisan bersemangat dan lukisan lukisan indah. Ingin dia
mengetahui lebih banyak tentang perkumpulan yang dipimpin
oleh kakek ini. Semenjak kecil dia berada di tempat
tersembunyi di Kwi-hoa-san, maka dia tidak mengenal Pek lian
kauw, biarpun suhengnya pernah mengatakan bahwa Pek-lian
kauw semenjak dulu adalah perkumpulan orang-orang yang
suka memberontak terhadap pemerintah.
"Totiang, apakah sebenarnya perkumpulan lian kauw yang
kaupimpin ini? Agama apakah Pek lian kauw (Agama Teratai
Putih) itu ?"
Mendengar pertanyaan ini, kakek itu memandang dengan
tajam, lalu menarik napas dan berkata, "Nama sebutan agama
itu hanya sebagai penutup maksud sebenarnya dari
perkumpulan kami, lihiap. Perkumpulan kami mempelajari inti
Agama Buddha dan Agama To, akan tetapi bukan
keagamaanlah yang terpenting bagi kami, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perjuangan membela rakyat. Kami adalah orang-orang yang
membela rakyat yang tertindas, menentang kelaliman dan
pemerintah yang lalim dan sewenang-wenang. Kami adalah
orang-orang gagah yang tidak sudi melihat rakyat tertekan
dan selama belum terdapat pemerintahan yang benar-benar
bijaksana dan melindungi rakyat, perkumpulan kami akan
selalu ada dan bergerak."
Ling Ling memandang kakek itu dan diam diam merasa
kagum juga melihat kakek ini bicara penuh semangat dan
mengepal tinju, sepasang mata kakek itu bersinar-sinar!
"Akan tetapi, kenapa perkumpulanmu memakai nama Peklian-
kauw? Apa yang dimaksudkan dengan Teratai Putih ? "
Kakek ini tersenyum, kelihatan bangga menerima
pertanyaan itu dan memperoleh kesempatan untuk
menerangkannya. "Lihiap tentu tahu bahwa bunga teratai
merupakan bunga yang dianggap keramat dalam Agama
Budda bahkan Kwan im Pouwsat digambarkan duduk di atas
teratai putih. Teratai adalah lambang kesucian, karena biarpun
bunga itu hidup di atas air berlumpur yang kotor, namun
bunganya tetap putih bersih ! Bunga itu kami pakai sebagai
nama perkumpulan kami untuk menggambarkan bahwa
biarpun keadaan dunia ini sudah kotor dengan banyaknya
orang - orang yang berhati busuk, apa lagi kaum pembesar
yang kotor dan menindas rakyat, namun kami bersih seperti
bunga teratai putih !"
”Memang demikian keadaan kita pada umumnya. Kita suka
sekali untuk menggambarkan diri sendiri sebagai yang terbaik,
yang terbersih, yang paling suci ! Kita tidak pernah
memandang diri sendiri seperti apa adanya diri kita ini, berikut
kemarahan kita, kedengkian kita, kebencian kita. ambisiambisi
kita, keinginan keinginan kita yang tak kunjung habis,
pamrih-pamrih kita, rasa iri dan takut, akan tetapi kita hanya
membayangkan suatu gambaran yang muluk tentang diri kita.
Kita ingin menonjolkan kebaikan kita, kita ingin dikebut orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
baik! Sungguh merupakan suatu kebutaan yang menyedihkan.
Tindakan yang kita lakukan dengan pamrih agar kita disebut
baik, bukanlah tindakan baik lagi namanya, melainkan suatu
kepalsuan, suatu tindakan yang merupakan sarana untuk
mencapai "gelar" kebaikan. Apa lagi kebaikan yang ditonjoltonjolkan,
perbuatan yang ditonjol-tonjolkan sebagai
perbuatan baik agar kita dicap sebagai manusia baik, jelas
merupakan tindakan yang kotor dan munafik, dan di balik
semua kepalsuan itu tersembunyi keinginan untuk
memperoleh kesenangan! Dalam hal ini yang dianggap
kesenangan adalah "menjadi orang baik" itulah ! Maka
berebutlah kita untuk "menjadi orang baik" karena hal itu
mendatangkan perasaan senang dan bangga !"
Kenyataan ini mungkin sekali akan menimbulkan
pertanyaan bagi sebagian orang, yaitu. Setelah melihat
kenyataan menyedihkan dalam kehidupan manusia di dunia ini
yang penuh dengan kebencian, permusuhan dan
kesengsaraan, lalu apakah yang harus kita lakukan kalau kita
tidak boleh melakukan kebaikan dengan disadari bahwa yang
kita lakukan itu adulah kebaikan ?
Kita sudah melihat jelas kepalsuan akan tindakan yang
disadari sebagai tindakan baik, karena di situ terkandung
unsur kesengajaan untuk berbuat baik dan menjadi orang
baik. Segala macam tindakan dalam bentuk apapun juga,
tindakan yang dinilai baik atau tidak baik, adalah tindakan
yang mengandung kepalsuan apabila tindakan itu keluar dari
pikiran yang menilai, memilih dan yang selalu menujukan
semua hal demi keuntungan diri sendiri, keuntungan lahir
maupun keuntungan batin. Pikiran merupakan dasar dari
semua perbuatan palsu, yang bersumber kepada kepentingan
diri pribadi. Tindakan seperti itu jelas akan menimbulkan
konflik, baik konflik dalam batin sendiri maupun konflik keluar,
antara manusia, kemudian antara kelompok, antara suku,
antara bangsa. Karena anggapan baik yang berdasarkan
penilaian sendiri itu sudah pasti bukan kebaikan lagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melainkan "menguntungkan diri sendiri" dan kebaikan macam
itu sudah pasti akan bertemu dengan kebalikannya, yaitu
penilaian orang lain, Yang kita anggap baik itu belum tentu
dianggap baik oleh orang lain, mungkin saja dianggap jahat
dan buruk! Demikian pula, yang dianggap baik oleh orang lain
belum tentu kita terima sebagai suatu kebaikan. Ini sudah
jelas dan merupakan kenyataan yang dapat kita lihat sehari
hari dalam kehidupan kita!
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk merobah keadaan
kehidupan yang kacau dan penuh pertentangan di dalam
dunia ini? APAPUN yang kita lakukan dengan pamrih, tidak
akan dapat merobah keadaan, bahkan malah menambah
kekacauan karena tindakan kita itupun berpamrih dan
mengakibatkan kekalutan dan pertentangan pula. Inilah yang
menyebabkan timbulnya pemberontakan- pemberontakan,
revolusi revolusi yang tak kunjung padam selama dunia
berkembang. Keadaan seperti apa adanya tidak mungkin
dapat berobah selama diri sendiri belum berobah ! Keadaan
seperti apa adanya tidak mungkin DI - robah, akan tetapi
keadaan itu akan mempunyai arti yang lain sama sekali
apabila diri sendiri sudah berubah! Jadi pertanyaan: Apa yang
harus kita lakukan itu hanya dapat dijawab dengan : Kita tidak
harus melakukan apa-apa!
Kita tidak dapat merobah keadaan apa adanya, juga
perobahan dalam diri sendiri tidak dapat kita robah!
Perobahan batin tidak dapat DIROBAH melainkan akan
berobah sewajarnya apa bila kita sadar, mengerti dan
waspada!. Bukan kita, atau sesuatu di atas batin, yang
waspada terhadap batin, melainkan batin itu sendiri waspada
terhadap gerak-geriknya sendiri, terhadap tindakantindakannya
sendiri lahir batin, terhadap kesibukannya sendiri
setiap saat, memandang, mengamati, waspada, penuh
perhatian, tanpa ingin apa-apa, tanpa ingin merobah, tanpa
ingin menjadi baik, tanpa menyalahkan atau membenarkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling Ling adalah seorang dara yang jujur dan belum dapat
membedakan kepalsuan, maka mendengar keterangan ketua
Pek lian kai itu dia memandang kagum dan hatinya mulai
tertarik. Kiranya Pek-lian-kauw adalah perkumpulan orang
orang gagah, pikirnya. Hatinya mulai terasa tidak enak karena
dia memusuhi ketua Im-yang kauw yang agaknya menjadi
sahabat dari Pek-lian-kauw.
"Bagaimana dengan Im-yang-kauw?" tanyanya, hatinya
mulai terasa kecut dan dia berharap akan mendengar bahwa
Im-yang kauw tidaklah sebaik Pek-lian-kauw. Akan tetapi
harapannya itu kosong karena dia mendengar keterangan
yang jelas tentang Im-yang-kauw dari kakek itu.
"Im-yang-kauw adalah sekutu kami, karena Im-yang-kauw
juga memperjuangkan kepentingan rakyat dan menentang
pemerintah yang menindas rakyat jelata. Im-yang-kauw
adalah perkumpulan orang-orang gagah yang bersedia
mengorbankan nyawa demi membela kepentingan rakyat
jelata!" Ucapan dari kakek ini terdengar gagah dan agung
sekali, dan seorang dara seperti Ling Ling tentu saja tidak
dapat melihat lebih mendalam. Si aku dari kita masing masing
adalah pikiran yang amat licik dan pandai. Setelah melihat
bahwa si aku ini hanya dangkal, maka si aku lalu melekat
kepada yang dianggap lebih besar, seperti rakyat, bangsa,
negara, agama, dan sebagainya lagi. Dalih yang didengungkan
tidak lagi "demi aku" melainkan "demi rakyat", "demi agama",
"demi negara", dan selanjutnya. Jelas bahwa "demi apapun
juga" masih bersumber kepada aku, rakyatKu, bangsa Ku, dan
selanjutnya dan tak dapat disangkal pula bahwa sikap ini akan
menciptakan kebalikan atau lawannya sehingga akan lahirlah
permusuhan dan pertentangan, yaitu antara "agamaku" dan
"agamamu", antara bangsaku dan bangsamu, dan
selanjutnya.
"Akan tetapi mengapa Im-yang kauw menimbulkan
kekacauan di Kuil Ban hok-tong di Cin-an sehingga kemudian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyeret ayah ibuku sehingga kemudian ayah ibuku
bermusuhan dengan Im-yang-kauw dan terbunuh oleh
ketuanya ?" Ling Ling bertanya, penasaran.
Kakek itu menggeleng - geleng kepalanya! "Aku tidak
berhak bicara tentang hal itu. lihiap, karena sebaiknya engkau
mengetahuinya dari Im yang kauw sendiri. Akan tetapi yang
jelas, Im yang kauw tidak memusuhi orang orang gagah."
"Dan mendiang ayah bundaku ? Apakah mereka bukan
orang gagah?"
"Bukan begitu maksudku, lihiap. Siapa tidak mengenal
nama besar Gan-taihiap yang menjadi ayahmu, dan ibumu
yang juga seorang pendekar wanita? Maksudku, Im-yangkauw
sama sekali tidak pernah memusuhi orang-orang gagah,
termasuk orang tuamu."
"Akan tetapi ayah bundaku tewas di tangan ketua lm-yangkauw!"
"Kesalahfahaman bisa saja terjadi di manapun juga, akan
tetapi mengenai urusan orang tuamu dengan fihak Im-yangkauwcu,
biarlah engkau bicarakan sendiri dengan dia kalau
besok engkau berjumpa dengannya. "
Malam itu Ling Ling tidak dapat tidur. Semua yang
dibicarakannya dengan Thai-kek Seng-jin teidengar kembali di
telinganya. Kalau Im-yang kauw tidak memusuhi ayah
bundanya, mengapa ketua Im-yang-kauw membunuh ayah
bundanya ? Dan mengapa pula Im-yang-kauw diserbu oleh
pasukan pemerintah dan dihancurkan kalau memang Im-yangkauw
bukan perkumpulan pemberontak yang jahat? Apa
artinya semua keterangan ketua Pek-lian kauw itu? Mulailah
dia ragu-ragu dan bingung, akan tetapi kemudian dia
mengambil keputusin bahwa apapun yang terjadi,
kenyataannya adalah bahwa ayah bundanya terbunuh. Kalau
ketua Im-yang-kauw mengakui hal ini. dia tidak akan
memperdulikan urusan lain kecuali membalas dendam atas
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kematian ayah bundanya dan membunuh orang yang
menewaskan orang tuanya itu. Setelah mengambil keputusan
ini dalam hatinya, dia dapat tidur pulas.
Ketegangan meliputi hati Ling Ling ketika pada keesokan
harinya, pagi-pagi dia sudah berjalan bersama Thai-kek Sengjin
menuju ke ruangan lian-bu-thia dari bangunan yang luas
itu. Wajah dan tubuh Ling Ling segar karena dia pagi-pagi
sekali sudah bangun dan mandi, dan wajahnya segar
kemerahan dan berseri. Biarpun hatinya merasa tegang,
namun dia sama.sekali tidak kelihatan tegang atau khawatir.
Bahkan dia mengambil sikap tidak perduli ketika melihat
betapa kini dia memasuki lorong yang terjaga oleh orang
orang Im-yang-kauw atau Im-yang-pai yang berbaris rapi
Ketika mereka tiba di lian bun-thia, sebuah ruangun tembok
yang luas dan biasa dipergunakan sebagai tempat berlatih
silat dari para anggauta Pek-lian kauw, di situ nampak duduk
para pimpinan Pek-lian kauw dan juga nampak para pengawal
dengan pakaian gagah dan lencana Im-yang-kauw dan Peklian-
kauw menjaga sekitar ruangan. Dan di tengah ruangan itu
yang sudah dikosongkan, kelihatan berdiri seorang wanita
cantik ! Jantung Ling Ling berdebar penuh ketegangan.
Sedikitpun dia tidak merasa gentar, akun tetapi
membayangkan bahwa dia akan berhadapan dengan
pembunuh ayah bundanya, sungguh membuat jantungnya
berdebar tegang. Dan dia dahulu mendengar bahwa
pembunuh ayah bundanya adalah seorang wanita cantik yang
amat lihai, yaitu wanita yang bernama Kim-sim Niocu, ketua
dari Im yang kauw! Maka, melihat seorang wanita cantik yang
berdiri tegak di tengah ruangan itu seperti ditarik besi
sembrani, kedua knki Ling Ling melangkah cepat menghampiri
wanita itu.
Dua orang wanita itu berdiri saling berhadapan, saling
memandang, sama cantiknya akan tetapi kecantikan mereka
itu sungguh berbeda, bahkan berlawanan. Ling Ling adalah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang dara remaja yang cantik manis, kejelitaan yang wajar
seperti setangkai bunga yang segar dan baru mulai merekah.
Sebaliknya, wanita itu amat cantik, kecantikan yang megah
dan meriah membayangkan kematangan seorang wanita
penuh pengalaman.
Ling Ling tak berkejap memandang penuh perhatian. Sukar
menaksir usia wanita itu, karena melihat bentuk tubuhnya
yang masih ramping padat, wajahnya yang ayu, dia seperti
serang wanita yang tidak akan lebih dari tigapuluh tahun
usianya. Pakaiannya dari sutera serba putih bersih dan
mengkilap, sehingga sabuknya yang berwarna hitam
melingkari pinggangnya itu nampak jelas sekali. Melihat
kecantikan wanita ini, dan juga pakaiannya yang serba putih,
Ling Ling teiingat akan penuturan yang pernah didengarnya
dahulu dan dia menduga-duga bahwa tentu inilah wanita yang
menjadi ketua Im-yang-kauw itu. Apa lagi melihat betapa
semua anggauta Im - yang - kauw di tempat itu kelihatan
diam tak berani berani bergerak, kelihatan sangat
menghormati wanita ini.
"Ahhhh, tak salah lagi, mata dan mulutmu mengingatkan
aku kepada ayahmu, Gan Beng Han taihiap, anak manis!" Tiba
- tiba wanita cantik itu berkata, suaranya halus merdu dan
ketika dia bicara sambil tersenyum, bibirnya terbuka
memperlihatkan deretan gigi yang putih dan rapi.
"Dan engkau siapa?" tanya Ling Ling, suara dingin dan
kaku karena dia makin jakin bahwa inilah musuh besarnya.
"Apakah engkau ketua Im - yang - kauw ?"
Wanita cantik itu mengangguk! "Namaku Bu Siauw Kim,
dan memang akulah ketua Im yang - kauw. Engkau Gan Ai
Ling?"
Ling Ling mengerutkan alisnya dan mengangguk, dalam
hati dia menduga bahwa tentu wanita ini sudah bersiap sedia
karena sudah tahu akan kedatangannya, maka dia harus
waspada jangan sampai terjebak oleh tipu muslihat musuh.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ai Ling, ada keperluan apakah engkau mencariku, anak
manis ?"
Makin panas rasa hati Ling Ling melihat sikap manis ini dan
mendengar ucapan yang ramah itu, karena dia menganggap
sikap itu palsu!
"Iblis betina, tidak perlu kau bersikap manis kepadaku !
Engkau tahu bahwa aku adalah puteri Gan Beng Han dan Kui
Eng dan aku tahu bahwa ayah ibuku itu telah tewas di
tanganmu! Maka perlukah engkau bertanya lagi mengapa aku
mencarimu? Aku datang untuk membunuhmu ! Bersiaplah
engkau !" Setelah berkata demikian, Ling Ling sudah
memasang kuda-kuda dengan gagahnya.
Akan tetapi wanita cantik itu. Bu Siauw Kim atau Kim-sim
Niocu atau Im-yang-kauwcu menarik napas panjang dan
kelihatannya berduka. "Orang tuamu dan Im-yang-kauw
menjadi korban fitnah....... ! Kematian ayah bundamu adalah
akibat cemburu....... ! Ah, betapapun juga, tidak kusangkal
bahwa memang mereka tewas di tanganku, dalam suatu
perkelahian yang adil dan jujur, satu lawan satu."
"Aku tahu dan tak perlu kautekankan hal itu! Maka akupun
datang sendiri untuk menantangmu mengadakan perhitungan
dan bertanding satu lawan satu, sampai seorang di antara kita
menggeletak tak bernyawa! Dan kalau engkau tidak berani
dan hendak melakukan pengeroyokan, akupun tidak akan
mundur dan tidak takut ! "
Im-yang-kauwcu itu tidak marah melihat sikap penuh
tantangan dari dara itu, bahkan dia memandang kagum, lalu
berkata, "Bukan main! Masih begini muda sudah memiliki
ketabahan besar, sungguh hebat dan tidak mengecewakan
menjadi puteri Gan taihiap.......!"
"Im-yang-kauwcu, engkau takkan dapat melarikan diri di
balik kata-kata manis! Hutang nyawa harus membayar
nyawa!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anak yang baik, sampai sekarang aku masih merasa
menyesal oleh terjadinya peristiwa itu, dan aku tidak akan lari.
Aku bersedia membayarnya dengan nyawa, tentu saja kalau
engkau dapat mengalahkan aku. Akan tetapi sedangkan ayah
bundamu sendiri tidak mampu mengalahkan aku, bagaimana
engkau akan melawanku? Lebih baik engkau melihat
kenyataan dan marilah kita hidup bersama, engkau kujadikan
anakku, Ai Ling. engkau akan kusayang, sebagai pengganti
ayahmu ........"
"Tutup mulut, iblis betina! Bersiaplah engkau!" Ling Ling
membentak marah dan dia sudah menyerang dengan
hebatnya. Sikap wanita itu demikian baik, demikian ramah dan
kata-katanya mengandung kasih sayang, maka Ling Ling mulai
tergerak hatinya, dan hal ini membuat dia makin marah, kini
sebagian marah kepada diri sendiri mengapa ada rasa suka di
hatinya terhadap wanita yang menjadi musuh besarnya ini.
Maka dia tidak mau mendengar lebih lanjut dan mulai
menyerang.
Melihat serangan yang amat ganas dan hebat ini, barulah
Kim-sim Niocu atau Im-yang-kauwcu terkejut bukan main. Dia
sudah mendengar dari Thai-kek Seng-jin bahwa gadis puteri
bekas kekasihnya ini memiliki kepandaian hebat, bahkan telah
mengalahkan seorang tokoh seperti Tai-lek Hoat-ong dan
berani melawan Ba Mou Lama, akan tetapi dia masih belum
percaya kalau tidak menandinginya sendiri. Maka diaturlah
pertemuan itu, pertemuan yang memang telah direncanakan
terlebih dahulu oleh ketua Pek-lian-kauw yang cerdik itu.
Maka, ketika ketua Im-yang-kauw itu mulai bergerak
mengelak dan balas menyerang, tidak ada seorangpun di
antara para anggauta Im-yang-kauw atau Pek-lian kauw yang
bergerak mengeroyok, dan hal ini saja sudah menambah
kagum hati Ling Ling yang tadinya mengira bahwa dia tentu
akan dikeroyok. Kiranya wanita yang menjadi musuh besarnya
ini selain cantik sekali dan bersikap baik dan ramah, juga
bensr benar gagah perkasa dan tidak mau menggunakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengeroyokan terhadap musuh yang datang hendak
membunuhnya.
Karena dalam gebrakan-gebrakan pertama. Ling Ling sudah
melihat kenyataan yang mengejutkan hatinya bahwa wanita
ini benar-benar luar biasa lihainya, bahkan lebih lihai dari pada
Tai-lek Hoat-ong karena gerakan wanita ini halus dan di dalam
kelembutannya menyembunyikan kedahsyatan yang
berbahaya, maka dia tidak berani memandang rendah dan
begitu bertanding dia sudah mengeluarkan ilmu silat aselinya,
yaitu Kwi-hoa Sin-liong dan sambil mengerahkan tenaga
sinkang yang dia kuasai di bawah bimbingan Bu Eng Lojin.
Maka setiap gerakan dara ini mengandung hal pukulan yang
hebat, bukan hanya terasa oleh lawannya bahkan
mengeluarkan suara bersuitan nyaring !
"Bukan main....... !", berulang - ulang ketua Im-yang-kauw
itu memuji, dan dia terpaksa harus mengerahkan seluruh
tenaga dan kepandaiannya untuk menghadapi serangan
serangan maut itu.
Akan tetapi, betapapun lihainya Im yang kauwcu,
betapapun halus dan ringan gerakannya dan kuat sinkangnya,
menghadapi desakan murid Bu Eng Lojin ini, setelah lewat
tigapuluh jurus dia merasa tidak kuat juga ! Gerakan dara itu
sedemikian cepat dan dahsyatnya sehingga pada jurus - jurus
terakhir Im-yang-kauwcu tidak lagi dapat membalas serangan,
melainkan hanya dapat menangkis dan mengelak sambil
mundur saja !
"Iblis betina, engkau harus menghadap ayah dan ibu di
alam baka! Haiiitttt!" Dara itu mengeluarkan suara melengking
nyaring dan dia sudah menerjang cepat dengan jurus amat
ampuh, yaitu tubuhnya berputar seperti gasing dan tiba-tiba
dari putaran tubuhnya itu mencuat serangan kaki atau jari
tangannya untuk menotok jalan darah di tubuh lawan secara
tiba-tiba dan tidak terduga-duga. Inilah jurus maut yang amat
hebat, bahkan Lui Sian Lojin sendiri belum pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mempelajarinya karena merupakan satu di antara jurus- jurus
rahasia yang diajarkan oleh Bu Eng Lojin kepada muridnya
tercinta ini. Jurus ini disebut Naga Mengamuk Dari Balik Awan,
Putaran tubuh seperti gasing itu membentuk bayangan, seolah-
olah menjadi awannya dan dari dalam "awan" itu secara
tak disangka-sangka keluar serangan - serangan kaki dan
tangan, seperti naga sakti mengamuk dari balik awan yang
menyembunyikan dirinya Maka tentu saja semua serangan itu
datangnya berbahaya karena tidak dapat disangka terlebih
dulu.
"Aihhh.....!" Im yang kauwcu menjerit lirih ketika melihat
serangan ini, karena sama sekali dia tidak tahu dari mana
lawannya akan menyerangnya dan tahu-tahu dara itu sudah
menyerang secara bertubi-tubi dengan tendangan dan
totokan, dan kemanapun dia mengelak, lawan atau bayangan
yang berputaran itu terus mengejarnya. Betapapun lincah
gerakannya akhirnya pangkal paha Kim-sim Niocu terkena
tendangan kaki Ling Ling.
"Auhhh...! " Wanita itu menggulingkan tubuhnya dan
meloncat lagi dengan muka berobah merah. Biarpun
tendangan itu merobek celananya dan memperlihatkan kulit
pahanya yang putih mulus, namun dia tidak sampai terluka
parah karena tadi masih keburu menjatuhkan diri sehingga
tendangan itu hanya menyerempet saja. Betapapun juga tentu
saja hal ini membuktikan bahwa lawannya benar-benar amat
lihai, maka diapun lalu melolos sabuk hitamnya. Sabuk ini
teibuat dari pada sutera hitam, akan tetapi dijadikan pengikat
pinggang ramping itu hanya untuk menyimpan saja, karena
sabuk ini sebenarnya adalah senjatanya yang ampuh sekali !
"Ai Ling, engkau memang hebat dan aku tidak akan
penasaran kalau sampai roboh olehmu! Akan tetapi aku belum
menyerah Nah, kaukeluarkanlah senjatamu untuk melawan
sabukku ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling Ling berdiri tegak, bertolak pinggang, tersenyum
mengejek, hatinya senang dan besar karena dia merasa
bahwa dia akan dapat mengatasi musuh besarnya ini, dan
memang dia tidak biasa menggunakan senjata. "Iblis betina
pembunuh ayah ibuku, kaulihatlah baik-baik. Aku tidak pernah
menggunakan senjata dan aku tidak mempunyai senjata lain
kecuali, kaki tanganku. Nah, majulah !"
Diam-diam Im-yang-kauwcu terkejut bukan main. Di dalam
dunia persilatan, sudah bia«a orang mengandalkan bantuan
senjata-senjata, dan karena merasa bahwa dirinya kurang
kuat maka orang membawa senjata dan mempelajari
bermacam senjata untuk melindungi diri, untuk menyerang
dan bertahan. Bahkan seorang yang tingkatnya sudah tinggi
dalam ilmu silat sekalipun. masih mengandalkan bantuan
senjata, sungguhpun senjata itu tidak lagi menyolok, seperti
tongkat, sabuk dan sebagainya. Makin tinggi tingkat seorang
ahli silat, makin ringan dan sederhanalah senjata yang
dibawanya. Akan tetapi dara remaja ini tidak membawa
senjata dan hanya mengandalkan kaki tangan! Hal ini
menunjukkan bahwa dara ini sudah mewarisi ilmu yang amat
tinggi sehingga dia tidak lagi membutuhkan bantuan senjata.
Diam-diam dia kagum sekali, dan ikut merasa bangga bahwa
puteri bekas kekasihnya, anak yang dia saksikan kelahirannya,
kini telah menjadi seorang dara yang demikian saktinya! Dia
teringat ketika untuk pertama kalinya dia bertemu dengan Gan
Beng Han melihat pendekar itu berlatih silat di dalam taman
rumahnya. Teringat dia betapa dia melihat isteri pendekar itu
sedang melahirkan, melahirkan anak yang kini menjadi dara
ini ! Teringat betapa dia membujuk dan memaksa Gan Beng
Han uniuk melayaninya bermain cinta, dan teringat semua itu,
timbul kembali rasa rindu dan cintanya kepada Beng Han dan
kini dia memandang anak kekasihnya itu dengan sepasang
mata agak basah oleh air mata karena timbul penyesalan
besar bahwa kekasihnya itu.mati di tangannya !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Gan Ai Ling, kuulangi lagi, ayahmu mati bukan karena aku
sengaja membunuhnya, dan aku menyesal bukan main. Aku
siap untuk menebus dengan nyawaku, kalau engkau mampu
mengalahkan aku. Kalau tidak, dan engkau sampai roboh dan
mati pula di tanganku, maka hidupku selanjutnya hanya akan
penuh dengan penyesalan belaka. Akan tetapi bagaimanapun
juga, kita adalah orang-orang gagah yang hidup di ujung
pedang, maka kita harus berani menghadapi kenyataan. Nah,
anak manis, mari kita lanjutkan perhitungan ini!"
Kembali perasaan hati Ling Ling tersentuh oleh sikap dan
kata-kata wanita itu. Kalau saja wanita ini bukan pembunuh
ayah bundanya kalau hanya perselisihan biasa saja, mau
rasanya dia membuang dendam itu dan bersahabat dengan
wanita ini. Akan tetapi yang dihadapinya adalah seorang
pembunuh ayah bundanya maka bagaimanapun juga dia
harus membunuh wanita ini! Tanpa mengeluarkan kata kata
lagi, Ling Ling lalu menerjang dengan ganas disambut oleh
Im-yang kauwcu dengan gerakan tangan dan nampaklah
gulungan sinar hitam sabuknya itu berkelebatan dengan
mengeluarkan suara bersuitan. Terjadilah perkelahian yang
dahsyat, lebih hebat dari pada tadi dan kini gerakan kedua
orang wanita itu sedemikian cepatnya sehingga yang nampak
hanyalah bayangan berkelebat-kelebat di antara gulungan
sinar hitam sabuk di tangan ketua Im-yang-kauw itu.
Mereka yang menyaksikan pertandingan itu merasa kagum
bukan main. Kepandaian ketua Im yang kauwcu ini masih
lebih tinggi dari pada tingkat kepandaian ayah wanita itu,
yaitu Kok Beng Thiancu, kakek ketua Im yang pai! Juga Thai
kek Seng-jin sendiri, ketua Pek-han-kauw, tidak berani
memandang rendah wanita ini dan tokoh Pek-lian-kauw ini
sendiri meragukan apakah dia akan mampu menandingi Imyang-
kauwcu. Kini, ketua Im-yang-kauw itu bertemu tanding
dan biarpun ketua itu telah menggunakan senjata sabuknya
yang amat terkenal itu, ternyata dara remaja itu dapat
mengimbanginya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Thai-kek Seng - jin memandang dengan wajah berseri.
Dara remaja itu merupakan tenaga yang amat hebat!
Bagaimanapun juga, dia harus dapat menarik dara itu menjadi
sekutunya! Akan tetapi, mengingat bahwa dara itu adalah
puteri mendiang pendekar Gan Beng Han, tentu dara itu tidak
mau sudah sebelum dapat membalas dendam atas kematian
ayah bundanya, sebelum ketua Im-yang-kauw tewas di
tangannya! Kalau perintang ini sudah disingkirkan, kiranya
tidak akan sukar membujuknya untuk menentang pemerintah,
karena bukankah mendiang Gan Beng Han dan dua orang
saudara seperguruannya, yaitu mendiang Tan Bun Hong dan
mendiang Kui Eng yang menjadi isterinya, dahulu juga
terkenal sebagal Tiga Naga Sakti yang pernah menentang
pembesar di kota raja ?
Ketika Thai kek Seng-jin memandang lagi dan mengikuti
jalannya pertandingan, dia makin terkejut karena ternyata
bahwa kini gerakan sabuk hitam itu mengendur, gulungan
sinar hitam mulai mengecil dan ketua Im-yang-kauw itu
kembali mulai terdesak hebat oleh pukulan-pukulan dara yang
amat lihai itu.!
"Bukan main, engkau hebat sekali !" terdengar ketua Im -
yang - kauw itu berseru dan dorongan Ling Ling membuat dia
terguling, akan tetapi cepat sabuknya mencuat ke depan,
menotok ke arah dada Ling Ling yang sedang menubruknya.
Melihat sinar hitam meluncur ke arah dadanya. Ling Ling
memekik keras dan menyampok dengan tangan kirinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XXIV
"BRETTT!" Ujung sabuk
hitam itu pecah dan robekrobek!
Dan dara itu sudah
melangkah maju, siap mengirim
pukulan maut kepada Im-yangkauwcu
yang mulai bangkit.
Keadaan amat berbahaya bagi
ketua Im yang-kauw itu! Akan
tetapi tiba tiba Thai-kek Sengjin
menggerakkan tangannya
tanpa ada yang melihatnya.
"Dukkk.......!" Im - yangkauwcu
masih dapat menangkis
pukulan maut yang dilancarkan
oleh Ling Ling, yaitu pukulan
yang bernama Sin - liong - tong
- te (Naga Sakti Menghantam Bumi) Pukulan ini hebat bukan
main, dilakukan dengan tangan kiri menyerong ke bawah
mengarah pusar lawan dan pukulan itu mengandung tenaga
sinkang yang amat kuat. Im-yang-kauwcu yang sedang
terhuyung; karena sabuknya terobek tadi, menghadapi
pukulan ini dengan gugup dan biarpun dia masih mampu
memapaki pukulan dengan tangkisan lengan kanannya,
namun dia terdorong dan terguling ke atas tanah!
Pada saat Ling Ling sudah siap untuk terus mendesak, tibatiba
terdengar suara mendesis dan nampak asap hitam
mengepul tebal menggelapkan pandang mata Ling Ling. Di
antara gumpalan asap Ling Ling melihat lawannya meloncat
maka diapun menerjang ke depan antara gumpalan asap
sambil membentak, "Hendak lari ke mana kau?" Akan tetapi
asap itu menggelapkan pandangan matanya dan dia sudah
kehilangan lawannya. Ketika dia menjadi penasaran dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
marah memukul ke kanan kiri dalam gumpalan asap hitam itu,
terdengar suara lawannya dari belakangnya,
"Nona manis, aku di sini....... "
Ling Ling cepat membalikkan tubuhnya dan benar saja, dia
melihat Kim-sim Niocu berdiri di belakangnya, memegang
sehelai sapu tangan merah, Melihat saputangan merah ini,
teringatlah Ling Ling akan cerita orang bahwa ayahnya
dikalahkan wanita ini dengan saputangan merah yang beracun
itu, maka timbullah kemarahannya. Kalau tadi dia melihat
wajah cantik itu amat menyenangkan dan menimbulkan rasa
suka, kini dia melihat wajah itu ketakutan dan sinar matanya
seperti palsu dan tidak jujur, maka lenyaplah semua perasaan
sayang di hatinya terhadap ketua Im-yang-kauw itu dan dia
sudah menubruk dengan menggerakkan kedua tangannya
secara cepat. Wanita berpakaian putih itu menggerakkan
saputangan merahnya, akan tetapi Ling Ling yang sudah
marah dan juga waspada itu mendorongkan tangan kirinya ke
arah saputangan sehingga hawa pukulannya menahan
saputangan dan racun yang disebarkannya, sedangkan tangan
kanannya sudah menyambar seperti kilat ke arah kepala
lawannya. Wanita itu berusaha mengelak, namun kurang
cepat.
"Prakkk!" Kepala itu kena disambar tangan kanan Ling Ling
dan terdengar jerit mengerikan ketika ketua Im yang-kauw itu
terjungkal roboh dengan kepala retak berdarah dan tewas
eketika !
Terdengar teriakan-teriakan dan jerit tangis. Melihat semua
orang menangis dan berlarian menghampiri, Ling Ling sudah
siap untuk mengamuk menghadapi pengeroyokan. Akan
tetapi, dia tercengang ketika melibat semua orang
menjatuhkan diri berlutut dan menangisi jenazah dari Imyang-
kauwcu itu! Bahkan para tokoh yang hadir di situ
kelihatan berduka sekali. Lebih-lebih Kok Beng Thiancu, kakek
gagah perkasa yang berpakaian sederhana itu, yang tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hanya duduk menonton tanpa bergerak sedikitpun. Dengan
suara lirih namun menggetar dan terdengar jelas oleh Ling
Ling, kakek ini berlutut dan mengelus rambut kepala yang
berdarah itu.
"Ahhh, anakku, sungguh buruk sekali nasibmu........
menjadi korban cinta sehingga di waktu hidup engkau
menderita, kini engkau tewas pula gara gara cinta kasihmu
dengan Gan Beng Han........"
Ling Ling terkejut bukan main mendengar ini, akan tetapi
dia hanya memandang heran dan tidak berani bertanya. Dia
sendiri merasa, menyesal bahwa dia terpaksa harus
membunuh wanita cantik yang ramah itu, dan dia makin
menyesal melihat betapa wanita itu amat dicintai orang
sehingga semua orang di situ kini berduka cita oleh
kematiannya. Akan tetapi, dia terpaksa harus melakukan
pembunuhan itu, demi membalas kematian ayah bundanya.
Maka terheranlah dia mendengar ucapan yang keluar dari
mulut kakek itu.
Ling Ling menoleh kepada Thian-kek Seng jin yang
memang sudah berdiri di sebelahnya dengan kepala
menunduk dan wajahnya kelihatan berduka pula. Pada saat
Ling Ling menoleh, dia melihat kakek ini menarik napas
panjang. "Siapakah dia... .?" Ling Ling berbisik sambil
menggerakkan muka ke arah kakek gagah perkasa yang
berlutut dan mengelus elus kepala jenazah itu.
"Dia adalah Kok Beng Thiancu, ketua Im-yang-pai........"
"Ah, dia ayah Im-yang-kauwcu ?" tanyanya terkejut.
"Benar, Gan-lihiap, beliau adalah ayah dari...... mendiang
kauwcu........ ahh, sungguh kasihan Bu Siauw Kim......." Suara
kakek ini mengandung isak tertahan sehingga Ling Ling
merasa makin menyesal.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah maksudnya ketika mengatakan bahwa puterinya
menjadi korban cinta dengan ...... ayahku..... ?" tanya Ling
Ling dengan suara lirih.
Kembali kakek ketua Pek-lian kauw itu menarik napas
panjang, "Marilah kita bicara di dalam, lihiap. Sesungguhnya
kami semua sama sekali tidak pernah memusuhi ayahmu.
Hanya keadaan yang timbul karena cinta kasih maka terjadi
peristiwa sampai menyebabkan kematian ayah bundamu.
Mendiang ayahmu dan ibumu adalah pendekar - pendekar
besar yang kami hormati dan seperti juga menjadi perjuangan
kami untuk melindungi rakyat dari kelaliman para pembesar,
ayah bundamu di waktu mudanya juga terkenal sebagai
pendekar pendekar pelindung rakyat dan pernah
menggegerkan kota raja dan istana sehingga mereka bersama
seorang saudara mereka terkenal dengan sebutan Tiga Naga
Sakti. Marilah kita bicara di dalam, setelah kematian Im-yangkauwcu
maka tidak ada alasan lagi bagimu untuk memusuhi
kami."
Ling Ling yang merasa bahwa tentu terkandung rahasia
besar dalam riwayat ketua Im yang-kauw dengan ayahnya,
tidak membantah dan bersama dengan ketua Pek lian-kauw
juga diikuti pula oleh Kok Beng Thiancu, dan pergi ke ruangan
sebelah dalam. Sebelum ikut masuk pula, Kok Beng Thiancu
dengan suara parau namun sikapnya tenang sekali
memerintahkan anak buahnya untuk mengurus jenazah
puterinya.
Ling Ling merasa tidak enak dan seperti bersalah ketika dia
duduk di dalam ruangan yang amat luas itu, hanya bertiga
dengan Thian kek Seng-jin dan Kok Beng Thiancu. Beberapa
kali dia menatap wajah kakek di depannya yang menjadi ayah
kandung wanita yang baru saja dibunuhnya, namun wajah
yang agak pucat itu hanya nampak sedih, sama sekali tidak
membayangkan kemarahan atau kebencian kepadanya ! Hal
ini membuat dia makin merasa tidak enak, dia merasa seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang berdosa berhadapan dengan orang-orang yang baik
dan sabar. Ling Ling adalah seorang dara remaja yang lincah,
jujur dan keras hati. Keadaan yang tidak enak itu amat
menyiksanya dan akhirnya dia bangkit berdiri dan mengepal
tinjunya.
"Aku telah membunuh orang, telah membunuh Im-yangkauwcu,
dan aku siap sedia menanggung segala akibatnya!
Tidak perlu orang bersikap pura-pura dan kalau ada yang
tidak senang, silakan maju !"
Dua orang kakek itu mengangkat muka dan mereka
tersenyum sedih. Kok Beng Thiancu merangkap kedua tangan
di depan dada, berkata halus, "Gan lihiap, sudah dikehendaki
oleh Siauw Kim sendiri bahwa dia harus mati ditangan puteri
orang yang dicintanya, maka tidak ada lagi urusan dendam di
antara kita. Sewaktu hidupnya dia sudah menyiksa diri dengan
penyesalan, maka kematiannya di tanganmu malah menebus
semua penyesalannya itu."
Ling Ling duduk kembali dan memandang kepada kakek ini.
Seorang kakek yang berwajah dan bersikap gagah, pikirnya.
"Beberapa kali engkau menyebut adanya cinta antara
mendiang ayahku dan........ mendiang kauwcu. Apakah artinya
itu ?"
Kok Beng Thiancu menarik napas panjang. ”Memang perlu
kauketahui semuanya, lihiap, agar terhapus benar-benar
permusuhan diantara kita yang tidak ada gunanya itu.
Sesungguhnya, di antara anakku dan ayahmu terdapat
pertalian kasih sayang yang amat mendalam, pertama kali
mereka saling jumpa ketika ibumu sedang melahirkanmu,
lihiap. Dan terjadilah jalinan cinta kasih antara mereka. Akan
tetapi Siauw Kim terpaksa menjauhkan diri dengan hati hancur
oleh kenyataan bahwa ayahmu telah beristeri. Siauw Kim rela
berkorban dengan kesengsaraan batin, tidak mau mendekati
ayahmu agar tidak mengganggu ketenteraman rumah tangga
ayahmu........" Kakek itu berhenti sebentar dan menundukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya dengan sedih, Ling Ling memandang tanpa pernah
berkedip dia sangat tertarik dan diam diam merasa terharu.
Benarkah ada jalinan cinta antara mendiang ayahnya dan
mendiang Jm-yang-kauwcu? Dia mengingat kembali wajah
kauwcu yang cantik dan sikapnya yang manis. Tidak
mengherankan kalau ada pria jatuh cinta kepada kauwcu itu,
dan mungkin sekali ayahnya juga jatuh cinta.
"Akan tetapi, dasar nasibnya yang sial .........!" kakek itu
melanjutkan. "Tanpa kami sangka sangka, terjadilah
malapetaka itu. Im-yang-pai diserbu oleh pasukan pemerintah,
didahului oleh ayah dan ibumu yang menuduh kami menculik
murid mereka. Pertemuan antara Siauw Kim dan ayahmu
terjadi lagi tanpa disangka sangka dan cinta kasih yang sudah
bertahun-tahun dipendam saja itu bersemi kembali, bahkan
lebih hebat sehingga ketahuan oleh ibumu. Ibumu menjadi
cemburu dan marah lalu diserangnya anakku. Anakku
mengalah, akan tetapi karena ibumu sudah murka saking
marahnya yang dibakar oleh cemburu, terjadi perkelahian itu
dan akhirnya ibumu roboh dan tewas ketika berkelahi
melawan anakku. Melihat isterinya tewas, ayahmu berduka
dan menyerang anakku, terjadi perkelahian dan tewas pula
ayahmu di tangan anakku........"
Hening sejenak dan Ling Ling memejamkan kedua
matanya, membayangkan semua peristiwa yang menyedihkan
itu. Dia percaya akan apa yang di ceritakan oleh kakek ini,
karena melihat sikap mendiang Im-yang-kauw-cu yang
mencinta ayahnya, diapun sudah menduga akan terjadinya
permusuhan karena cemburu ini.
"Ayah bundamu tewas, anakku merana karena menyesal
dan bersedih, dan Im-yang-pai dibasmi oleh pasukan
pemerintah. Kami ayah dan anak bersama sisa anggautaanggauta
Im-yang pai menyelamatkan diri, terlunta-lunta.
Akan tetapi hal itu tidak mengapa, yang membuat aku amat
berduka adalah melihat keadaan Siauw Kim. Semenjak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peristiwa itu, dia seperti bosan hidup. Kalau tidak mengingat
akan kegagahan, tentu dia sudah membunuh menyusul pria
yang dicintanya. Akhirnya engkau muncul, maka terbukalah
jalan bagi Siauw Kim untuk menyusul ayahmu, sungguhpun
harus diakui bahwa dia tewas karena kalah pandai dalam
pertandingan tadi olehmu, lihiap.”
Kembali hening sekali setelah kakek itu selesai bercerita.
Ling Ling menarik napas panjang, kemudian berkata lirih,
"Betapapun! juga, salahnya puterimu sendiri mengapa
mencinta seorang pria yang sudah beristeri........!"
"Memang benar, lihiap. Akan tetapi betapa, mungkin
menyalahkan orang yang jatuh cinta. Akan tetapi aku girang
bahwa sekarang dia telah bersatu dengan orang yang
dicintanya...!"
"Hemm, kau harus ingat bahwa di sana ada pula ibuku, Kok
Beng Thiancu," bantah Ling Ling.
"Siancai ...... di sana tidak ada lagi perasaan cemburu,
lihiap dan kami yakin mereka bertiga itu akan dapat hidup
rukun dan damai. Hal ini akan dapat kami buktikan kelak,
lihiap dapat melihat sendiri kerukunan mereka bertiga......... "
Sepasang mata yang tajam itu terbelalak memandang
ketua Pek-lian-kauw ini. "Apa maksudmu ?"
Kok Beng Thiancu yang menjawab, "Lihiap sahabat Thaikek
Seng-jin ini memang memiliki ilmu gaib dan dia dapat
mendatangkan roh-roh orang yang telah mati sehingga kini
dapat bertemu atau melihat ujud mereka."
"Ah, benarkah?"
Thai-kek Seng jin mengangguk perlahan sambil tersenyum.
"Roh roh orang gagah seperti ayah bunda lihiap dan Im-yangkauw
paling rnudah dihubungi dan tentu akan sudi jika
kuundang untuk memperlihatkan ujud mereka di hadapan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihiap. Dari sikap mereka kita akan dapat melihat bagaimana
keadaan mereka bertiga di alam baka...."
"Aihh..... benarkah itu? Thai-kek Seng-jin, harap kau suka
lakukan itu untukku! Aku ingin sekali melihat ayah bundaku!"
teriak Ling Ling dengan gembira karena tentu saja dia ingin
sekali melihat arwah ayah bundanya!
Akan tetapi ketua Pek-lian-kauw itu menggeleng kepalanya.
"Tidak dapat dilakukan sekarang, lihiap. Arwah baru dapat
diundang datang kalau jenazahnya sudah lenyap, baik sudah
hancur lebur jika dikubur atau sudah menjadi abu jika dibakar.
Oleh karena itu, kami harap lihiap bersabar menanti sampai
jenazah kauwcu diperabukan, barulah lihiap dapat melihat
keadaan mereka bertiga."
"Pula, setelah lihiap mendengar riwayat anakku dan
ayahmu, apakah lihiap tidak mau menganggap Im-yang-pai
sebagai sahabat? Kok Beng Thiancu bertanya dengan suara
halus. Ling Ling menarik napis panjang. "Sesungguhnya,
akupun menyesal terpaksa harus membunuh Im-yangkauwcu.
Aku tidak mempunyai permusuhan apapun dengan
Im-yang pai. Akan tetapi, peristiwa di kuil ketika aku masih
kecil, kekacauan yang dilakukan oleh Im-yang-pai menjadi
sebab timbulnya malapetaka yang menewaskan orang tuaku. "
"Harap lihiap suka mendengarkan dengan sebaiknya. Sudah
dikatakan oleh mendiang anakku pula kepada lihiap, kami
fihak Im-yang-pai sama sekali tidak pernah melakukan
kekacauan di Kuil Ban-hok-tong itu. Kami telah menjadi
korban fitnah, demikian pula orang tuamu. Yang menyamar
dan mengaku sebagai anggauta-anggauta Im-yang-pai dan
mengacau di kota Cin-an itu adalah orang-orang Beng-kauw,
bukan kami! "
"Hemm, bagaimana aku dapat yakin bahwa hal itu bukan
perbuatan Im-yang-pai? Apa buktinya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kok Beng Thiancu mengepal tinju dan menarik napas
panjang. "Memang, sepintas lalu semua orang menyalahkan
Im-yang-pai, akan tetapi kalau lihiap mau berlaku adil dan
menyelidiki dengan sesungguhnya, kalau lihiap mau bersama
kami menghadapi Beng-kauw, lihiap tentu akan melihat bukti
dan kenyataannya kelak. Beng-kauw telah bersekutu dengan
orang-orang asing, dengan orang Khitan dan orang Tibet.
Beng-kauw menentang pemerintah bukan untuk membela
rakyat dari kelalima melainkan untuk menjual tanah air kepada
bangsa asing!"
Ling Ling mengerutkan alisnya, meragu, "Benarkah Imyang-
pai tidak bersalah dalam kerusuhan yang mengakibatkan
kematian ayah bundaku itu? "
"Lihiap, kami tidak perlu banyak bicara membela diri.
Sebaiknya lihiap melihat buktinya sendiri kelak. Sayang bahwa
puteriku telah tewas, padahal puteriku yang merupakan
pejuang paling gigih untuk menentang Beng-kauw dan untuk
membela rakyat dari kelaliman." Kok Beng Thiancu kembali
menarik napas panjang dan suaranya terdengar penuh
kedukaan.Ling Ling merasa tidak enak sekali-
"Kalau benar bahwa Beng-kauw telah memalsukan nama
Im-yang-pai, berarti Beng-kauw yang menjadi biang keladi
tewasnya orang tuaku dan aku akan membasmi Beng-kauw!"
kata Ling Ling.
"Siancai.......... harap lihiap tidak terlalu ceroboh dan
terburu nafsu. Tidak mudah menghadapi Beng-kauw seorang
diri saja. Beng-kauw merupakan perkumpulan yang amat
besar dan kuat, memiliki hanyak orang sakti, apa lagi setelah
bersekutu dengan para pendeta Lama dari Tibet dan tokoh
tokoh Khitan, sebaiknya kalau lihiap bekerja sama dengan
kami menghadapi mereka, demi rakyat jelata, " kata Thai-kek
Seng-jin.
Ling Ling termenung. "Akan kita lihat nanti."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sekarang kami persilakan lihiap menjadi tamu agung kami,
kalau lihiap suka, untuk ikut memberi penghormatan terakhir
kepada jenazah anakku......." kata Kok Beng Thiancu.
"Dan sekalian menanti sampai jenazah selesai diperabukan
agar lihiap dapat bertemu dengan arwah orang tua lihiap dan
arwah mendiang kauwcu." sambung Thai-kek Seng-jin cepat.
Akhirnya Ling Ling setuju untuk menanti sampai upacara
memperabukan jenazah selesai. Untuk itu dia harus bermalam
di tempat itu seiama lima hari, dan selama itu dia melihat
banyak tamu yang terdiri dari tokoh tokoh dunia kang-ouw
datang berlayat, karena nama Im-yang-kauwcu telah terkenal
di seluruh pelosok. Dia merasa terharu juga mendengar
betapa ketua Im-yang-pai dan ketua Pck-lian kauw berikut
anak buah mereka, merahasiakan sebab kematian Im-yang
kauwcu, hanya mengatakan bahwa kauwcu itu tewas karena
penyakit. Hal ini adalah untuk menghabiskan permusuhan
antara mereka, demikian kata Kok Beng Thian kepadanya.
Ling Ling menanti dengan sabar sampai melihat sendiri peti
jenazah itu habis dimakan api dalam suatu upacara
pembakaran yang cukup meriah. Diam-diam dia
membayangkan ayah bundanya. Apakah ayah bundanya
merasa puas dengan hasilnya membalas dendam dan
membunuh musuh besar itu? Dan benarkah bahwa ayahnya
pernah saling mencinta dengan wanita yang kini jenazahnya
dimakan api itu? Seperti orang melamun Ling Ling
memandangi asap yang bergumpal-gumpal membubung ke
udara. Dia tidak tahu betapa sejak tadi Thai-kek Seng-jin,
ketua Pek-lian-kauw, memandang wajahnya dan mulut kakek
itu berkemak-kemik.
Tiba-tiba kakek itu mendekatinya dan berkata, suaranya
terdengar aneh, tergetar dan berbisik-bisik, namun penuh
wibawa, "Gan-lihiap, lihat baik-baik........ kauwcu telah
meninggalkan raganya........."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling Ling menoleh dan melihat sepasang mata kakek itu
memandangnya dengan tajam dan dia meiasakan sesuatu
yang aneh menyerap ke dalam hatinya, dan melihat kakek itu
menuding ke arah api, dia nunoleh dan memandang. Bukan
main kaget dan herannya, sampai kedua matanya terbelalak
ketika dia melibat Kim-sim Niocu yang cantik itu berada di
antara gumpalan asap, melambai dan tersenyum kepadanya,
kemudian perlahan-lahan menghilang.
Ling Ling meloncat berdiri, akan tetapi tangan Thai-kek
Seng-jin yang besar menyentuh lengannya. "Harap lihiap
tenang dan tidak mengganggu arwah yang sedang melakukan
perjalanan ......"
Ling Ling duduk kembali, matanya masih terbelalak,
wajahnya pucat, akan tetapi dia segera menggosok kedua
matanya dengan punggung tangan. Kini dia tidak melihat lagi
wanita cantik itu, melainkan asap bergumpal-gumpal
"Be...... benarkah itu........? Mungkinkah aku dapat
melihatnya..........?" Dia berbisik.
Kakek itu mengangguk. "Itu tandanya bahwa dia senang
sekali kepadamu, lihiap, bahwa dia tidak menaruh dendam
kepadamu. Dan sikapnya itu memudahkan kita untuk dapat
bertemu dengan dia. Mudah-mudahan dia berhasil untuk
mengajak datang ayah ibumu."
"Ah, mudah-mudahan........" Ling Ling juga berbisik, seperti
kepada diri sendiri, dan jantungnya berdebar penuh
ketegangan.
Malam itu di luar gelap sekali. Langit mendung dan
bintang-bintang di langit tertutup awan mendung yang gelap.
Hawa amat dingin karena angin malam berhembus liar.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suasana di dalam ruangan yang besar itu lengang dan
menyeramkan bagi Ling Ling. Keseraman itu datang karena
dia akan dipertemukan dengan arwah ayah bundanya di
dalam ruangan ini. Asap hio yang mengepul harum menambah
keseraman ruangan yang sunyi itu. Hanya dia Kok Beng
Thiancu, dan Thai-kek Seng-jin bertiga saja yang hadir di
ruangan itu. Setelah melayani ketua Pek-lian-kauw,
mengangkat meja dan mempersiapkan segala keperluan yang
dibutuhkan oleh ketua Pek-lian-kauw itu, maka beberapa
orang pendeta Pek-lian-kauw lalu meninggalkan ruangan itu
pula. Kini hanya dia tiga orang itulah yang berada di dalam
ruangan. Belasan batang lilin yang dipasang di tiap penjuru di
ruangan itu menimbulkan cahaya yang bergoyang-goyang dan
menambahi keseraman suasana. Mereka duduk berhadapan
menghadapi sebuah meja bundar dan membentuk segitiga.
Ketua Pek-lian-kauw duduk di sebelah kanan Ling Ling,
sedangkan ketua Im-yang-pai duduk di sebelah kirinya.
Dinding sebelah kiri Ling Ling merupakan bagian yang paling
menyeramkan karena dinding ini tertutup oleh kain berwarna
hitam sehingga melihat dinding ini seperti melihat daerah tak
terkenal yang amat dalam dan penuh rahasia.
"Lihiap, mendatangkan .arwah merupakan ilmu yang amat
sukar dan membutuhkan ketelitian dan ketertiban. Oleh
karena itu, kalau lihiap menghendaki agar kami berhasil
mendatangkan arwah ayah bundamu, saya minta agar lihiap
suka mentaati segala petunjuk dan permintaan saya, demikian
pula Kok Beng Thiancu tidak boleh membantah sedikitpun."
Ling Ling mengangguk dan dia melihat ketua Im-yang-pai
itupun mengangguk. Dia sama sekali asing tentang urusan ini,
dan karena dia memang amat mengharapkan untuk dapat
melihat ayah bundanya, tentu saja dia sanggupi mentaati
semua petunjuk kakek ini.
"Dan pantangannya adalah agar lihiap sama sekali tidak
boleh mengeluarkan suara dan sama sekali tidak boleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bergerak meninggalkan bangku di mana lihiap duduk. Biarkan
saya yang bercakap-cakap dengan mereka kalau kita berhasil
mengundang mereka, lihiap hanya melihat dan mendengarkan
saja."
"Baik, Thai-kek Seng-jin," jawab Ling Ling dengan jantung
berdebar tegang. Dia masih belum dapat percaya begitu saja
bahwa kakek ini dapat mengundang datang arwah ayah
bundanya yang telah mati.
Kini terdengar ketua Pek-lian-kauw itu membaca mantera
berbisik-bisik dan mengeluarkan .sebuah kantung merah dari
saku jubahnya yang lebar Ling Ling dan Kok Beng Thiancu
hanya memandang penuh ketegangan.
"Telentangkan kedua tangan kalian di ata meja!" tiba-tiba
Thai-kek Seng-jin berkata suaranya penuh wibawa namun
tidak bernada memerintah, melainkan memohon. Ling Ling
melihat betapa ketua Im-yang-pai meletakkan kedua tangan di
atas meja dan kedua tangan itu ditelentangkan, maka diapun
lalu mengikuti gerakan ini tanpa banyak bicara. Nampak
olehnya betapa besar perbedaan antara kedua tangannya dan
kedua tangan Kok Beng Thiancu yang berada di sebelah
kirinya. Kedua tangannya itu berkulit putih halus, sedangkan
kedua telapak tangan ketua Im-yang-pai itu besar, kasar
sekali, dengan guratan-guratan mendalam dan warnanya
kemerahan, kuku-kukunya panjang dan kotor tak terpelihara.
Kini Thai-kek Seng-jin mengeluarkan beberapa buah benda
dari dalam kantung merah dan meletakkan benda-benda itu di
atas meja. Melihat benda benda itu, Ling Ling terkejut dan
terheran, juga ngeri. Benda pertama adalah sebuah tengkorak
anak kecil, dengan lubang mata yang terlalu besar dan mulut
yang giginya masih utuh dan rapi. Ketika masih mempunyai
wajah, anak itu tentu elok rupanya. Selain tengkorak itu. juga
nampak sebuah pisau yang amat tajam mengkilap, seikat hio,
tujuh batang lilin merah, dan seekor burung dara yang diikat
kedua kaki dan sayapnya sehingga tidak mampu terbang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kecuali hanya menggerakkan kepalanya ke kanan kiri dan
sepasang matanya yang bening kemerahan itu melirik ke
sana-sini, penuh ketakutan.
Sambil terus mengucapkan mantera-mantera dalam bahasa
yang aneh dan tidak dimengerti oleh Ling Ling, ketua Pek-liahkauw
itu menyalakan tujuh batang lilin dan menaruhnya di
atas meja dengan sudut-sudut teratur yang aneh. Kemudian
dia menyalakan pula seikat hio itu dan mengepulkan asap
tebal yang harum, menambah keharuman kamar yang sudah
sejak tadi penuh asap dupa itu. Thai-kek Seng-jin membagi
seikat hio itu menjadi tiga, bagian yang terbanyak
diberikannya kepada Ling. Ling.
"Lihiap, peganglah hio-hio ini dengan kedua tangan, angkat
tinggi di depan dahi dan pusatkanlah seluruh perhatian dan
pancaindera lihiap kepada orang tua lihiap, mohon ke
datangan arwah mereka sekarang ke tempat ini.”
Ling Ling tidak membantah, menerima segebung hio itu
dan mengangkatnya ke atas kedua ibu jarinya menempel di
dahi dan dia lalu memejamkan mata, mengheningkan cipta
ditujukan kepada orang tuanya yang telah tiada
Tak lama kemudian terdengar lagi suara Thai-kek Seng-jin,
"Cukup, lihiap, kini taruhlah hio itu di sini."
Ling Ling membuka matanya dan dia melihat bahwa hio-hio
di tangan kedua orang kakek tadi sudah ditancapkan atau
dimasukkai ke dalam lubang di ubun-ubun tengkorak itu
Diapun lalu memasukkan semua hio itu ke dalam lubang
tengkorak kecil dan kini asap makin menebal, suasana makin
menyeramkan.
"Telungkupkan kedua tangan kalian di atas meja dan
pejamkan mata........" Suara Thai-kek Seng-jin terdengar
seperti dari tempat jauh dan Ling Ling lalu mentaati perintah
ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jantung di dalam dada Ling Ling makin menegang.
Suasana amat menyeramkan dan yang terdengar hanya suara
aneh dari kakek itu membaca mantera dan asap hio
menyesakkan napas. Namun berkat kepandaiannya, Ling Ling
dapat mengatur napas dan dapat menolak pengaruh asap itu.
Tak lama kemudian, dia terkejut bukan main karena merasa
betapa papan meja di mana tangannya tertelungkup itu
tergetar, makin lama makin hebat.
"Siapa yang datang........?" Terdengar Thai-kek Seng- jin
bertanya dengan suara yang gemetar. Sunyi sampai lama dan
meja itu terguncang makin keras. Ling Ling yang merasa
heran itu membuka mata, tidak melibat apa-pa. Dua orang
kakek itu masih duduk dengan kedua tangan bertelungkup
seperti dia. Tidak ada yang bergerak, akan tetapi jelas meja
itu terguncang, kini makin liar sampai keempat kaki meja
bundar itu terdengar berdetak seperti kaki kuda. Dia berusaha
mempergunakan sinkangnya untuk menekan meja itu, namun
hasilnya sia-sia! Meja itu tetap saja bergerak-gerak tanpa
dapat dilawan oleh kekuatan sinkangnya !
"Siancai......, kami mengundang arwah-arwah tertentu
datang dengan niat baik..... siancai....!"
Kembali terdengar suara Thai-kek Seng-jin dan perlahanlahan
guncangan pada meja itupun melemah dan akhirnya
berhenti sama sekali.
"Harap kalian membuka mata........" Thai-kek Seng-jin
berkata dan Ling Ling memang sejak tadi sudah membuka
kedua matanya. Dia melihat kakek itu berkeringat dan kini
ketua Pek-lian-kauw itu menggunakan ujung lengan baju
untuk: mengusap peluhnya, dan sepasang matanya yang
bersinar-sinar aneh itu menatap wajah Ling Ling.
"Usaha kita akan berhasil, lihiap. Sekarang harap lihiap dan
Kok Beng Thiancu mengikuti upacara."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan gerakan lengan bajunya yang dikibaskan, ketua
Pek - lian - kauw itu meniup padam beberapa batang lilin di
sekitar kamar itu sehingga kini yang menyala hanya tujuh
batang lilin merah di atas meja. Tentu saja keadaan ruangan
itu menjadi agak gelap dan remang-remang saja, menambah
seram suasana. Dan gerakan kakek itu yang memadamkan
lilin dengan kibasan lengan baju dari jauh, diam-diam
membuat Ling Ling kagum dan tahulah dia bahwa kakek ini
memiliki kepandaian tinggi dan akan merupakan lawan yang
tangguh dan berbahaya.
"Lihiap, karena arwah ayah bundamu dan arwah Im-yang
kauwcu adalah arwah orang-orang gagah, maka untuk
mengundang mereka haruslah diadakan pengorbanan dan
harus ada nyawa suci yang menjemput mereka."
"Nyawa suci........?" Suara Ling Ling lirih dan agak gemetar.
Kakek itu tersenyum dan tangan kirinya meraba burung
dara yang terikat di atas meja. "Inilah dia nyawa suci. Dan
karena ada lihiap dan Thiancu di sini yang merupakan
anggauta keluarga sedarah, maka akan lebih mudah
mendatangkan mereka bertiga itu. Nah, harap ji-wi lihat baikbaik
dan dengan penuh perhatian, saya akan mulai melakukan
upacara pengorbanan!"
Tangan kiri kakek itu mengambil burung dara,
membalikkannya dengan dada di atas dan meletakkannya di
atas meja, tangan kanan mengambil pisau kecil yang amat
tajam tadi, kemudian perlahan-lahan dia menggunakan pisau
itu untuk membelah dada burung dara putih itu. Pisau vang
tajam itu merobek kulit daging, membuka dada dan
terdengarlah suara rnencicit perlahan. Burung itu merontaronta,
merintih-rintih dan darah mengucur keluar dari dada
yang terbuka. Melihat betapa dada itu terbuka dan darah
merah kelihatan jelas sekali di balik bulu-bulu putih, melihat isi
dada yang masih hidup bergerak gerak, Ling Ling merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
muak dan hampir saja muntah kalau dia tidak cepat
menggunakan sinkangnya bertahan.
"Lihiap. Untuk mengundang ayah bundamu, kita
membutuhkan dua tetes darahmu. Nah, tusukkan pisau ini di
ibu jari tangan kirimu."
Ling Ling tidak membantah. Diambilnya pisau itu dan
dengan ujungnya yang runcing dia menusuk ujung ibu jari
tangan kirinya.
"Teteskan dua tetes darah ke dalam sini, cepat selagi dia
masih hidup!"
Ling Ling merasa ngeri, akan tetapi tidak berani
membantah dan dia membawa ibu jari yang terluka itu ke atas
burung yang terbuka dadanya. Dua tetes darah menitik turun
memasuki dada yang terbuka itu!
"Sekarang engkau, Thiancu. Setetes darahmu untuk
mengundang puterimu," kata pula ketua Pek-lian-kauw
dengan suara parau.
Ketua Im-yang pai juga meniru perbuatan Ling Ling tadi
dan menjatuhkan setetes darahnya ke dalam burung dara
yang terbuka dadanya
"Sekarang, harap kalian meletakkan tangan menelungkup
di atas meja seperti tadi. Gan lihiap, kaucurahkan semua
perhatianmu bayangkan wajah ayah bundamu, dan engkau
bayangkan wajah puterimu, Thiancu, harap lakukan ini benarbenar,
karena itulah syarat utamanya, Dan jangan ganggu aku
kalau terjadi apa apa "
Dengan jantung berdebar tegang Ling Ling lalu meletakkan
kedua telapak tangan di atas meja sambil memejamkan mata.
Otomatis dia mentaati perintah kakek itu dan kini dia
mencurahkan seluruh ingatannya untuk membayangkan wajah
ayah bundanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba meja itu tergetar dan bergerak-gerak kembali,
dan suara ketua Pek-lian kauw yang tadinya membaca
mantera dan doa dalam bahasa asing, kini menjadi kacau
baiau. Kadang kadang mertjadi tinggi kecil seperti suara
wanita, merdu dan nyaring, akan tetapi kadang-kadang
berobah rendah dan parau seperti suara pria, dan bercampur
aduk seolah-olah ada banyak sekali orang bicara di dalam
tubuh kakek itu melalui mulutnya! Suasana dalam kamar itu
makin menyeramkan dan Ling Ling hampir tidak dapat
menahan dirinya lagi karena tegangnya. Dia membuka
matanya dan memandang kepada ketua Pek-lian-kauw itu. Dia
merasa ngeri. Wajah kakek itu menjadi tidak karuan, kerutmerut
dan berobah robah. matanya mendelik dan suara yang
keluar dari mulutnya makin kacau-balau. Akan tetapi tadi
kakek ini sudah pesan agar tidak diganggu kalau terjadi apaapa
dengan dirinya. Dan dia melihat bahwa ketua Im-yang-pai
juga telah membuka mata.
"Lihiap, Seng-jin mulai mendapatkan hubungan dengan
arwah-arwah....... mari kita pejamkan mata kembali agar
jangan mengganggu, biarkan dia memilih arwah arwah yang
betul seperti yang kita kehendaki........"
Ling Ling menurut dan kembali dia memejamkan kedua
matanya akan tetapi dia membuka kedua telinga lebar-lebar
untuk menangkap segala gerak-gerik ketua Pek-lian-kauw dan
apapun yang terjadi di dalam ruangan itu. Suara campur aduk
dan hiruk pikuk dari mulut Thai-kek Seng-jin makin lama
makin mereda, lirih dan akhirnya berhenti sama sekali.
Suasana amat hening mencekam dan mejapun tidak lagi
bergoyang-goyang. Ling ling seperti merasa mendengar detak
jantungnya sendiri dan detak jantung orang lain yang tidak
dapat ditentukannya jantung siapa. Asap dupa makin
menyeakkan napas.
Tiba-tiba terdengar suara halus merdu. "Ai Ling. kami
datang......."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ling Ling bampir terlonjak kaget. Itulah suara Im-yangkauwcu!
Suaranya begitu dekat! Dan suara itu bukan suara
palsu, karena dia masih ingat benar akan suara wanita musuh
besarnya yang telah dibunuhnya itu! Ling Ling cepat membuka
matanya dan menoleh ke kiri.
Hampir dia menjerit dan
sepasang matanya terbelalak
memandang ke arah dinding
yang tertutup kain hitam itu.
Di situ kini nampak bayangan
tiga orang! Dia segera
mengenal wajab ayahnya,
dan ayahnya menggandeng
tangan ibunya yang berdiri di
sebelah kanannya, akan
tetapi tangan kiri ayahnya
memeluk pinggang ramping
dari Im-yang-kauwcu! Ketua
Im-yang kauw itu tersenyum
manis sekali dan matanya bersinar-sinar memandang ke arah
Ling Ling!
Ling Ling hendak melompat, hendak bangkit, akan tetapi
dia merasa kakinya seperti lumpuh, bahkan seluruh tubuhnya
tidak dapat digerakkan, kedua tangannya yang menelungkup
di atas permukaan meja itu seperti melekat pada meja, tak
dapat diangkatnya. Dia hanya dapat mengeluh dan suara yang
keluar dari mulutnya hampir tak dikenalnya sendiri.
"Ayah........ ibu........!"
"Tenanglah, Gan-lihiap, jangan bergerak, jangan ganggu
mereka agar mereka tidak takut dan lari, tenang dan
dengarkan saja baik-baik." Terdengar bisikan suara Thai-kek
Seng-jin, seolah-olah kakek itu menempelkan mulut di dekat
telinganya. Ling Ling tak kuasa membantah dan dia
mengangguk, matanya tak pernah berkedip memandang ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada wajah ayah dan ibunya. Ayah dan ibunya, atau lebih
tepat bayangan ayah dan ibunya itu tidak berkata-kata, akan
tetapi dengan perlahan kedua bayangan itu lalu menudingkan
telunjuk mereka ke arah Im-yang- kauwcu yang dirangkul
pinggangnya oleh ayahnya, seolah-olah mereka memberi
isyarat agar Ling Ling berhubungan dengan wanita cantik itu.
"Ai Ling, aku berterima kasih kepadamu. Engkau telah
mengirimku ke alam baka, sehingga aku dapat berkumpul
kembali dengan orang yang kucintai. Di sini kami tidak
mengenal cemburu, lihat ibumu tidak cemburu padaku. Ai
Ling, kami bertiga menjadi korban kepalsuan dan fitnah dari
Beng-kauw, oleh karena itu, atas nama ayah bundamu kami
minta agar engkau suka membantu Im-yang-pai untuk
menentang Beng kauw, untuk membalas penasaran ayah
bundamu."
"Biarkan mereka bicara sendiri! Ayah, ibu ...........
ucapkanlah kata-kata kepadaku.......! "
Tiba-tiba Ai Ling atau Ling Ling merasa lengannya disentuh
orang, sentuhan tangan yang kasar dan teidengar suara Thaikek
Seng-jin, "Tenanglah, Gan-lihiap........ "
Tiba-tiba bayangan ayahnya berkata lirih, suaranya seperti
tidak bernada, "Kami tidak boleh lama........."
Dan ibunya juga bersuara, suaranya juga hampa, "Selamat
tinggal......."
"Ayah.......! Ibu.......! " Ling Ling menjerit dan memaksa diri
untuk bangkit. Dengan pengerahan tenaga sinkang sekuatnya
akhirnyi kekuatan gaib yang seperti menekannya itu buyar dan
dia mampu bangkit untuk meloncat Akan tetapi pada saat itu
terdengar ledakan dan nampak asap kuning memenuhi udara
dalam ruangan itu, dan Ling Ling merasa pandang matanya
gelap, tiga bayangan "arwah" itu berlari-lari dan akhirnya dia
tidak melihat apa-apa lagi karena dia sudah terguling dan
pingsan Ketika dia siuman, Ling Ling mendapatkan dirinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah rebah di atas pembaringan dalam sebuah kamar, Dia
cepat bangkit duduk dan melihat dua orang kakek tadi sudah
berada di dalam kamar itu, duduk di atas bangku dan mereka
segera bangkit berdiri melihat dia siuman.
"Kami menyesal sekali bahwa pertemuan dengan arwah itu
menimbulkan guncangan batin sedemikian hebatnya
kepadamu, lihiap." Kata Thai-kek Seng-jin dengan suara
penuh penyesalan
Ling Ling teringat semuanya dan menarik napas panjang,
"Aku sudah melihat sendiri..... akan tetapi masih sukar untuk
percaya...... mereka nampak seperti berduka, sebaliknya .....
Im yang kauwcu kelihatan begitu gembira........"
"Hal itu tidak aneh, lihiap. Orang yang sudah lama mati
akan merasa sedih melihar keluarganya masih tidak mau
melupakannya dan menderita karena kematiannya, seperti
juga orang tuamu tentu merasa sedih kalau lihiap masih terus
menderita karena kematian mereka, karena kematian adalah
hal wajar yang tidak semestinya dibuat duka. Sebaliknya,
kauwcu yang baru saja meninggal tentu girang dapat
berhubungan dengan kita Oleh karena itu, memang
sebetulnya tidak baik mengganggu ketenangan arwah orang
yang sudah mati."
Ling Ling mengangguk, membenarkan ucapan ketua Pek
lian-kauw itu.
"Semua adalah kesalahan Beng-kauw !" ketua Im yang pai
berkata dengan suara penuh kemarahan. "Kalau tidak garagara
perbuatan Beng-kauw yang pengecut dan curang,
mempergunakan nama Im-yang-pai untuk mengacau di Cinan,
tentu tidak akan mengakibatkan kematian orang tuamu
dan puteriku, lihiap. Aku bersumpah untuk membalas dendam
ini, dan kalau lihiap sudi bekerja sama dengan kami
menghadapi Beng-kauw yang amat kuat, kami akan merasa
senang sekali."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kami rasa sepatutnya demikianlah, mengingat betapa kini
Gan-taihiap dan isterinya telah bersatu dengan kauwcu, maka
akan baik sekali dan akan menggirangkan mereka bertiga
kalau Gan - lihiap sudi bekerja sama dengan kami semua,
menghadapi Beng - kauw, bukan hanya untuk membalas
kejahatan mereka. akan tetapi juga untuk membela rakyat
dari penindasan mereka yang hendak menguasai Tiongkok,"
sambung ketua Pek-lian kauw.
Akhirnya Ling Ling dapat terbujuk dan dia bangkit berdiri,
mengepal tinjunya dan berkata. "Aku suka bekerja sama
dengan kalian untuk hal hal yang baik. Akan kuhadapi Beng
kauw karena secara tidak langsung, merekalah yang
menyebabkan kematian orang tuaku !"
Pada saat itu. pintu ruangan terketuk orang, Setelah Thaikek
Seng-jin menjawab, muncul seorang anggauta Pek-liankauw
yang melaporkan bahwa ada dua orang muda she Liang
datang dan minta diperkenankan menghadap Kok Beng
Thiancu. Mendengar disebutnya dua orang muda she Liang,
ketua Im yang pai itu lalu menjawab, "Minta mereka segera
masuk ke sini sekarang juga !"
Setelah anggauta Pek-lian-kiuw itu keluar. Kok Beng
Thiancu berkata kepada tuan rumah, yaitu Thai-kek Seng-jin
dan Ling Ling, "Dua orang kakak beradik she Liang itu adalah
anak murid kami yang pergi melakukan penyelidikan ke
selatan, menyelidiki keadaan Beng kauw."
Tak lama kemudian masuklah dua orang muda, seorang
pemuda tampan dan seorang gadis cantik. Di pinggang
pemuda itu tergantung sebatang golok tipis, sedangkan di
pinngang gadis itu tergantung sebatang pedang. Ketika
keduanya melihat Kok Beng Thiancu, mereka lalu
menjatuhkan diri berlutut dan menyebut "Supek........... "
Dua orang muda itu bukan lain adalah Liang Kok Sin dan
adiknya, Liang Hwi Nio. Seperti pernah kita ketahui, dua orang
kakak beradik ini adalah putera dan puteri dari mendiang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liang Bin Cu, seorang tokoh Im-yang-pai tingkat tiga yang
terbunuh oleh fihak Beng kauw dan kemudian lencananya
dipergunakan oleh Beng-kauw untuk menyamar sebagai
orang-orang Im-yang pai dan d pakai untuk mengacau di Kuil
Ban-hok-tong dalam kota Cin-an. Seperti telah diceritakan di
bagian depan, Liang Bin Cu tewas tanpa diketahui siapa
pembunuhnya dan di mana mayatnya. Akan tetapi berkat
penyelidikan dua orang anaknya, yaitu Liang Kok Sin dan
Liang Hwi Nio, akhirnya kedua orang muda ini beihasil
mengikuti jeiak ayahnya dan tahulah mereka bahwa ayahnya
tewas oleh orang-orang Beng kauw sehingga mereka
menyusul ke selatan dan menyerbu sarang Beng- kauw.
"Kok Sin dan Hwi Nio. kalian baru kembali? Lekas ceritakan
bigaimana hasil perjaIanan kalian menyelidiki keadaan Bengkauw?'"
tanya kakek itu.
Mendengar pertanyaan ini, Liang Hwi Nio menangis, dan
Liang Kok Sin memperlihatkan muka penasaran dan berduka.
"Teecu berdua telah gagal, supek. Bukan hanya gagal, bahkan
hampir saja Hwi Nio mengalami penghinaan dan hampir saja
teecu berdua menjadi korban." Dengan singkat pemuda itu
lalu menuturkan tentang perjalanan mereka ke selatan dan
betapa mereka telah berhasil bertanding melawan tokoh-tokoh
Beng-kauw akan tetapi mereka kalah dan tertawan,
sungguhpun mereka telah berhasil menewaskan dua orang
tokoh wanita Beng-kauw.
"Hemm, Beng-kauw sungguh curang, mengeroyok dua
orang muda dan mengajukan tokoh-tokohnya !" Kok Beng
Thiancu mengepal tinju. "Akan tetapi, setelah kalian berdua
tertawan, bagaimana masih dapat datang ke sini?"
Sebelum adiknya menjawab, Kok Sin lebih dulu berkata
dengan cepat, "Teecu berdua dimasukkan dalam tahanan
karena mereka sedang sibuk dengan upacara pembakaran
jenazah Maghi Sing, datuk mereka. Dan selagi para penjaga
lengah, teecu berdua berhasil meloloskan diri dan melarikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diri ke sini. Untung mereka sedang sibuk, maka tidak ada yang
memperhatikan teecu berdua, supek. "
Hwi Nio mengerling ke arah kakaknya. Dia mengerti bahwa
kakaknya tidak senang menceritakan bahwa mereka berdua
diselamatkan oleh seorang pemuda tokoh Beng-kauw pula,
apa lagi mengingat betapa dia jatuh cinta kepada penolongnya
itu. Kakaknya di sepanjang jalan marah kepadanya,
menganggap peristiwa itu amat memalukan dan tentu saja
kakaknya tidak berani bercerita tentang pemuda itu kepada
guru besar ini. Hal ini malah menggirangkan hati Hwi Nio
karena dia hendak menyimpan cinta kasihnya kepada Coa Gin
San itu sebagai rahasianya sendiri yang amat menyenangkan
dan dia percaya bahwa pemuda gagah perkasa itupun cinta
kepadanya dan pada suatu waktu dia pasti akan bertemu
kembali dengan kekasihnya.
"Supek, bagaimana keadaan suhu?" Mendengar pertanyaan
Hwi Nio ini, Kok Beng Thiancu terbelalak. "Suhumu? Apa yang
terjadi dengan dia? Kami sendiri sedang bingung memikirkan
mengapa sekian lamanya dia tidak pernah muncul di sini
sehingga tidak melihat ketika........ puteraku tewas........ "
"Apa........? Kauwcu tewas.......?" Kok Sin berseru kaget
sekali. Tadi ketika mereka berdua datang secara tergesa-gesa,
mereka tidak melihat betapa suasana di tempat itu sedang
berkabung dan ada tanda putih di pintu gerbang.
"Kauwcu tewas dalam pertempuran yang adil," kata Kok
Beng Thiancu dengan tenang dan dia lalu menceritakan
dengan singkat pertempuran antara Im-yang-kauwcu
melawan Ling Ling dalam urusan pribadi mereka.
"Urusan itu telah selesai sekarang, bahwa Gan-lihiap
menyadari bahwa kedua fihak menjadi korban fitnah Bengkauw,
maka Gan-lihiap mengambil keputusan rntuk merobah
permusuhan menjadi persahabatan. Ayah bunda Gan lihiap
tewas di tangan Im-yang-kauwcu, sebaliknya Im-yang-kauwcu
tewas di tangan Gan lihiap, maka hal itu sudah dikatakan adil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mulai sekarang, Gan lihiap akan membantu Im-yang-pai dan
Pek-lian-pai dalam menghadapi Beng kauw dan musuh-musuh
kita.'' sambung ketua Pek lian kauw.
Kedua orang muda murid Cin Beng Thian cu itu
memandang kepada Ling Ling yang juga memandang kepada
mereka, kemudian mereka berbangkit dan menjura kepada
gadis itu dengan penuh kagum. Hampir mereka berdua tidak
percaya bahwa seorang dara semuda ini sebaya dengan Liang
Hwi Nio, mampu mengalahkan bahkan menewaskan Im-yang
kauw padahal kedua orang muda ini tahu betul betapa lihainya
sang kauwcu. bahkan lebih lihai dari guru mereka atau supek
mereka ! Di lain fihak, Ling Ling juga diam-diam mengakui
bahwa kedua orang anak murid Im-yang-pai ini gagah perkasa
dan bersikap sopan. Maka dia membalas menghormat.
"Duduklah kalian dan ceritakan tentang sute Cin Beng
Thiancu. apa yang telah terjadi dengan dia? " tanya Kok Beng
Thiancu kepada dua orang murid keponakan itu.
Kok Sin dan Hui Nio lalu duduk dan berceritalah mereka
betapa ketika mereka menyerbu ke sarang Beng-kauw, selain
untuk menyelidiki keadaan Beng kauw juga untuk membalas
dendam atas kematian ayah mereka, yaitu Liang Bin Cu.
muncul suhu mereka yang membantu mereka. Betapa
kemudian dalam pertempuran, suhu mereka terluka dan pergi,
sedangkan mereka di berdua tertawan, akan tetapi akhirnya
dapat meloloskan diri.
Mendengar penuturan ini, Kok Beng Thiancu menarik napas
panjang. Dia lalu menoleh kepada Ling ling dan berkata. "Nah,
engkau telah mendengar sendiri. Gan lihiap, betapa lihainya
Beng-kauw. Suteku itu lihai sekali, tingkatnya hampir sama
dengan tingkat kepandaianku. dan dua orang muridnya ini
telah digemblengnya selama sepuluh rahun. Namun, suleku
terluka dan mereka ini tertawari!" Kakek itu menarik napas
panjang dan memandang kepada dua orang murid
keponakannya itu, lalu rnelanjutkan, "Lihiap, mereka inilah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
putera - puteri dan tokoh Im- yang-pai yang telah lenyap
dibunuh oleh fihak Beng-kauw yang bernama Liang Bin Cu.
Dan lencana yang dipakai oleh orang - orang Beng-kauw
ketika mereka mengacau Kuil Ban-hok-tong di Cin-an adalah
lencana rampasan yang mereka ambil dari Liang Bin Cu itulah.
Biarpun tidak ada buktinya, kami yakin bahwa Liang Bin Cw
telah mereka bunuh, maka kedua orang puteranya setelah
tamat belajar lalu pergi menyelidiki ke Beng-kauw, bahkan
dilindungi oleh sute Cin Beng Thiancu, namun akhirnya gagal
juga."
Ling Ling mengerutkan alisnya. Kini dia tahu bahwa
sesungguhnya yang jahat adalah Beng-kauw, sama sekali
bukan Im yang-kauw atau Im-yang-pai. Permusuban antara
Im-yang pai dan orang tuanya terjadi karena fitnah itu. Dan
untuk pengacauan di Cin-an yang sesungguhnya dilakukan
oleh Beng kauw itu, fihak Im-yang pai telah menderita
karenanya, yaitu diserbu oleh pasukan pemerintah. Orang
tuanya telah salah sangka, demikian pula orang-orang gagah
yang membantu pasukan pemerintah untuk menyerbu Imyang-
pai telah keliru menyalahkan orang. Dan untuk menebus
kesalahan itu, dia harus membantu Im yang pai !
"Hemm, orang-orang Beng-kauw palsu dan jahat. Aku siap
untuk menghadapi mereka. Kok Beng Thiancu !" katanya
perlahan, namun suaranya mengandung keteguhan hati yang
penuh wibawa sehingga diam-diam Kok Sin memandang
kagum bukan main sampai mulutnya agak terbuka dan
matanya terbelalak. Baru dia sadari ketika jari tangan adiknya
menyentuh dan menowelnya. dan cepat dia menundukkan
muka kembali.
"Kita harus berhati hati lihiap. Selain mereka itu lihai dan
memiliki tokoh - tokoh yang tinggi ilmunya, juga Beng-kauw
dibantu oleh tokoh - tokoh Khitan dan Tibet yang lihai pula.
Oleh karena itu, kita harus mengumpulkan tenaga dan sekali
menyerbu ke Beng-kauw di muara Huang Ho tepi pantai PoTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
hai itu, harus dapat berhasil karena kalau sampai gagal, akan
sukarlah kita membalas semua kejahatan Beng - kauw kelak"
kata Kok Beng Thiancu.
"Benar sekali, kita tidak boleh ceroboh dan sekali pukul
haruslah berhasil," sambung ketua Pek-lian-kauw. "Untuk itu,
aku akan mengundang tokoh - tokoh perkumpulan kami dan
setelah keadaan kita kuat, baru kita akan bersama-sama
menghantam Beng-kauw dan membasmi sampai ke akarakarnya.
Selama Beng-kauw dan sekutu mereka belum
hancur, maka perjuangan kita tidak akan mengalami
kemajuan."
Ling Ling yang tidak begitu mengerti tentang urusan
perjuangan, hanya mengangguk saja dan bersedia menanti.
Dia menjadi tamu kehormatan di sarang Pek-lian-kauw itu,
dihormati semua orang orang Im yang pai yang juga untuk
sementara menumpang pada Pek-lian-kauw dan dihormati
pula oleh semua anggauta Pek lian-kauw. Diam diam Kok Sin
makin tergila gila kepada dara cantik jelita yang amat .lihai ini,
akan tetapi tentu saja dia tidak berani lancang menyatakan
perasaan hatinya, mengingat bahwa gadis itu bukanlah gadis
biasa, melainkan seorang tamu agung yang memiliki
kepandaian amat tinggi, lebih tinggi dari kepandaian supeknya
bahkan menurut desas-desus, masih lebih lihai dari pada
ketua Pek-lian-kauw sendiri!
Beberapa hari kemudian semenjak Ling Ling tinggal sebagai
tamu agung di sarang Pek-lian kauw. Dara ini sebenarnya
merasa tidak betah tinggal di tempat itu, akan tetapi karena
dia ingin sekali bersama dengan dua perkumpulan itu
menyerbu dan membalas dendam kepada Beng-kauw, maka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia mempertahankan diri sambil menanti sampai tiba saatnya
mereka berangkat menyerang Beng-kauw
Malam itu sunyi sekali. Untuk melewatkan waktu senggang,
seperti biasa Ling Ling membaca kitab. Di Pek-lian kauw
terdapat banyak kitab-kitab kuno dan Ling Ling suka sekali
membaca kitab kuno berisi dongeng-dongeng tentang para
dewata dan tentang raja-raja bijaksana di jaman kuno.
Dengan penerangan lima batang lilin, dia membaca kitab kuno
tentang perjalanan Tong Sam Cong, seorang pendeta Buddha
yang melawat ke See-thian (Dunia Barat) untuk memperdalam
ilmunya tentang Agama Buddha dan untuk mencari kitab-kitab
agama itu. Pendeta ini memiliki pengawal pengawal yang
amat sakti, di antaranya yang paling sakti adalah seorang
manusia monyet atau Raja Monyet yang bernama Sun Go
Kong atau Kauw Cee Thian Di sepanjang perjalanan menuju
ke See-thian (India) itu. Tong Sam Cong menghadapi
penghadangan-penghadangan para siluman, mengalami
godaan-godaan iblis yang amat .hebat mengerikan, namun
selalu dapat diatasinya berkat keteguhan imannya dan
kelihaian para pembantunya. Cerita itu disebut See-yu-ki
(Perjalanan ke Barat) dan amat menarik karena mengandung
adegan-adegan tegang, lucu, mengherankan dan juga
mengandung filsafat - filsafat tinggi. Memang sesungguhnya
cerita See-yu-ki itu mengandung pelajaran Agama Buddha,
melambangkan perjalanan manusia menuju kepada tingkat
yang lebih luhur dan disepanjang hidupnya mengalami
rintangan-rintangan, godaan godaan yang kalau tidak kuat
dihadapinya akan menyeret manusia ke jurang kesesatan dan
kenistaan, sebaliknya kalau kuat menghadapinya akan
menaikkan tingkat kehidupan manusia ke tempat yang lebih
luhur.
Tentu saja bagi seorang muda seperti Ling Ling, yang
menarik baginya adalah bagian bagian mengadu ilmu antara
para pengawal Tong Sam Cong melawan para siluman, yang
memang merupakan cerita yang amat menarik sekali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikian asyiknya Ling Ling membaca kitab itu sehingga
baru dia mendengar dan menjadi terkejut ketika tiba tiba ada
suara aneh tertangkap oleh pendengarannya. Padahal
biasanya, sedikit suara yang tidak wajar saja tentu sudah
membangkitkan kecurigaan dan kewaspadaan gadis ini. Suara
itu sejak tadi terdengar dan baru sekarang dia terkejut dan
cepat dia meniup padam lima batang lilin itu, meletakkan
kitabnya di atas meja, kemudian bagaikan seekor kucing saja
dia sudah meloncat keluar dari kamarnya melalui jendela.
Setelah berada di luar kamarnya, makin jelas terdengar
olehnya suara orang berbantahan dan suara itu terdengar di
luar perkampungan Pek lian-kauw itu. di luar pintu gerbang.
Dia cepat berloncatan ke tempat itu dan di bawah sinar lampu
yang tergantung di luar pintu gerbang dia melihat Kok Beng
Thiancu berdiri di samping Thai-kek Seng- jin dan di belakang
kedua orang kakek ini nampak para penjaga, yaitu orang
orang Im-yang pai dan Pek-lian-kauw. Dua orang kakek itu
berhadapan dengan seorang laki laki muda yang berpakaian
serba putih, sederhana, namun sikapnya amat tinggi hati dan
senyumnya mengejek.
"Tidak perlu kalian sembunyikan, hayo suruh keluar dia,
wanita iblis ketua Im-yang-kauw untuk bertanding
melawanku," agaknya ucapan ini sudah beberapa kali
dikeluarkan oleh pemuda itu denpan nada suara mengejek.
"Orang, muda, sebelum engkau memberi tahu siapa
adanya engkau dan dari mana engkau datang, apa perlumu
dengan Im-yang-kauwcu, kami tidak dapat melayanimu,"
jawab Thai-kek Seng jin. "Engkau berada di markas Pek lian
kauw, dan kami adalah ketua di sini, maka kami yang
mengambil keputusan tentang penerimaan tamu !"
"Heh heh, memang cocok sekali Im-yang-kauw dengan Pek
lian kauw! Orang Pek lian-kauw, aku tidak ingin bermusuh
dengan Pek-lian-kauw, juga aku tidak ada sangkut-paut
dengan Im-yang kauw. Aku datang karena urusan pribadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan ketua Im yang kauw yang disebut Kim-sim-Niocu.
Hayo suruh dia keluar dan membereskan urusan pribadi, dan
kalian tidak perlu turut campur. Kalau aku tidak memandang
kepada Pek lian-kauw apa kalian kira aku mau berdiri di luar
pintu gerbang? Masuk ke dalam dan mencari sendiri apa sih
sukarnya? Akan tetapi aku tidak mau ribut dengan orangorang
lain, dan akupun tidak perlu memperkenalkan diri,
kecuali kepada iblis betina Kim-sim Niocu!"
"Keparat, mulutmu busuk dan hatimu congkak! Kim-sim
Niocu tidak ada, yang ada adalah Kok Beng Thiancu, ayahnya.
Hayo kaulawan saja akui" Setelah berkata demikian, Kok Beng
Thiancu yang sudah tidak sabar lagi sejak tadi mendengar
puterinya disebut iblis betina itu, menerjang ke depan dengan
tamparan tangan kirinya yang ampuh. Karena dia tidak
mengenal pemuda itu, tidak tabu sampai di mana kelihaian
pemuda yang menantang puterinya ini, maka diapun tidak
melakukan penyerangan sekuatnya, melainkan menampar saja
untuk mencoba kepandaian orang.
"Wuuuttt........ plakkkl" Kok Beng Thiancu berseru kaget
dan cepat menarik kembali tangannya yang tertangkis itu,
karena merasa betapa lengannya tergetar hebat, tanda bahwa
lawan muda ini memiliki sinkang yang amat kuat!
"Hemm, aku tidak mau bermusuhan dengan perkumpulan
atau orang lain. bukan berarti aku takut gertakan! Suruh saja
iblis betina itu keluar, ayahnya atau keluarganya yang lain
tidak ada urusannya dengan aku !" kata pemuda itu, suaranya
nyaring dan sikapnya makin berani.
"Bocah sombong, engkau sudah bosan hidup! " bentak Kok
Beng Thiancu dan kini dia sudah menerjang dengan amat
dahsyatnya. Karena tahu bahwa lawannya adalah seorang
yang berkepandaian tinggi, kini ketua im-yang-pai itu tidak
segan-segan lagi menurunkan tangan maut. Dia bertepuk
tangan tiga kali dan terdengarlah suara meledak seperti dua
benda keras diadu dan nampak asap mengepul Itulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tandanya bahwa ketua Im-yang-pai ini telah mengerahkan
tenaga Thian-lui Sin-ciang (Tangan Sakti Geledek) yang
ampuhnya bukan buatan itu! Dan tubuhnya sudah meloncat,
terdengar suara lengkingan nyaring dari mulutnya ketika dia
menyerang dengan pukulan-pukulan kilat ke arah bagian
tubuh yang berbahaya dari pemuda itu.
"Bagus! Aku memang ingin sekali mencoba kelihaian ketua
Im-yang-pai!" pemuda itu sama sekali tidak kelihatan gentar
dan cepat tubuhnya sudah melesat dan mengelak dari
serangan lawan, kemudian dia sudah membalas dengan
tendangan yang amat cepat datangnya, menyambar ke arah
pusar lawan. Kok Beng Thiancu juga mengelak, lalu mendesak
lagi degan pukulan-pukulan Thian-lui Sin-ciang.
Setelah tiba di dekat pintu gerbang, Ling Ling tidak turun
melainkan bersembunyi di atas pintu dan menonton ke arah
pertempuran; di bawah itu dengan sinar mata kagum sekali.
Dia melihat betapa pemuda itu amat aneh gerakannya dan
juga memiliki gerakan yang mengandung tenaga dahsyat !
Kehebatan pemuda itu segera dirasakan pula oleh Kok
Beng Thiancu, karena semua pukulan Thian-lui Sin-ciang yang
amat ampuh darinya itu dapat ditangkis dengan mudah oleh
lawan. Bahkan setiap tangkisan membuat tubuhnya tergetar
hebat. Padahal pukulan Thian lui Sin-ciang itu mengandung
hawa panas yang luar biasa dan yang jarang dapat ditangkis
lawan tanpa melukai lengan penangkisnya. Kini, tangkisan
pemuda itu membuat dia tergetar dan terhuyung.
"Mundurlah, aku tidak butuh bertanding denganmu atau
siapa juga kecuali dengan iblis betina Kim-sim Niocu!" pemuda
itu membentak dan kini dia menampar dengan seenaknya,
namun dari telapak tangannya menyambar hawa pukulan
yang ketika ditangkis oleh ketua Im yang-pai membuat kakek
itu terhuyung ke belakang dan hampir terjungkal kalau saja
tidak disambut oleh Thai-kek Seng-jin!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kini ketua Pek-lian-kauw itu melangkah maju, tangannya
bergoyang dan lengan bajunya yang lebar dan panjang itu
bergoyang pula "Orang muda," suaranya terdengar penuh
wibawa. "Sungguh perbuatanmu ini tidak pantas dan
melanggar sopan santun dunia kang-ouw! Biarpun engkau
berurusan dengan Im-yang-pai, akan tetapi pada saat ini Imyang-
pai menjadi tamu dari Pek-lian-kauw dan engkau
mendatangi markas Pek-lian-kauw. Oleh karena itu,
engkaupun menjadi tamu pula dari kami dan. sudah
sepatutnya engkau mengaku kepada tuan tumah apa maksud
kedatanganmu dan siapa adanya engkau, dari golongan
mana"
"Hemrn, justru karena Im-yang-pai menjadi tamumu, maka
aku tdak mau masuk ke dalam dan kalau engkau merupakan
tuan rumah yang baik, tidak perlu engkau mencampuri urusan
di antara para tamu. Lebih baik suruh Kim-sim Niocu keluar
dan kami akan menyelesaikan urusan pribadi kami sendiri
tanpa campur tangan dari Pek-Iian kauw atau siapapun juga!"
Jawaban yang tegas ini tentu saja mendatangkan perasaan
marah dalam hati Thai-kek Seng-jin. Dia adalah ketua Pek lian
kauw yang terkenal, selain terkenal di dunia kang-ouw juga
jarang ada tokoh kang-ouw yang tidak menaruh hormat
kepadanya dan tidak memandang mukanya. Akan tetapi,
pemuda yang sama sekali tidak terkenal di dunia persilatan ini
kelihatan memandang rendah kepadanya! Dia tahu bahwa
pemuda ini memiliki kepandaian silat yang amat tinggi
sehingga Kok Beng Thiancu sendiri tidak mampu
menandinginya. Biarpun dia tidak takut karenanya, namun dia
tahu bahwa kalau dia menghadapi pemuda ini mengandalkan
ilmu silatnya, tentu akan terjadi pertandingan yang amat seru
dan dia belum yakin akan dapat menang. Oleh karena itu, dia
mengambil keputusan untuk menaklukkan pemuda ini dengan
ilmu sihir saja agar dia tidak kehilangan muka sebagai seorang
tokoh Pek lian-kauw.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah sombong, engkau tidak tahu siapa aku? Aku adalah
Thai-kek Seng-jin, ketua Pek-lian-kauw dan engkau ini bocah
ingusan sudah sepatutnya kalau menghormatku dengan
berlutut Hayo kau berlutut dan memberi hormat seperti
seorang anak yang baik !" Suaranya berobah menjadi penuh
getaran dan berwibawa, sampai terasa oleh Ling Ling yang
bersembunyi sambil mengintai. Ada kekuatan gaib terkandung
dalam suara itu yang membuat jantung Ling Ling berdebar
penuh ketegangan, seolah-olah ada kekuatan tersembunyi
yang hampir memaksa dia untuk menjatuhkan diri berlutut,
akan tetapi dia tidak melakukannya karena perintah itu tidak
ditujukan kepadanya. Andaikata perintah itu ditujukan
kepadanya dia tidak tahu apakah dia akan mampu
rnembangkang terhadap perintah seperti itu. Dan diapun
menduga bahwa tentu pemuda itu akan menjatuhkan diri
berlutut! Akan tetapi dugaannya ternyata meleset jauh sekali!
"Ha ha, aku bukan anak kecil yang dapat kau takut-takuti!l"
Pemuda itu tertawa mengejek dan getaran suara ketua Pekiian-
kauw ltupun lenyaplah.
Bukan main kagetnya hati Thai-kek Seng-jin. Dia tadi tidak
hanya mempergunakan ilmu sihirnya dalam suara, akan tetapi
juga dalam pandang matanya dan telah mengerahkan
kekuatannya. Akan tetapi pemuda itu tidak terpengaruh sama
sekali dan hal ini hanya berarti bahwa pemuda itupun
menguasai kekuatan rahasia dari ilmu sihir pula! Akan tetapi
kakek ini masih penasaran.
"Bocah sombong, engkau sudah bosan hidup kiranya. Lihat,
harimau saktiku akan menerkammu !" Dan kakek itu
mengangkat tongkat bambunya. Suaranya masih bergema
dengan penuh wibawa ketika tiba tiba saja Ling Ling melihat
tongkat itu berobah menjadi seekor harimau yang sebesar
kerbau dan harimau ini dengan dahsyatnya menerkam ke arah
pemuda itu !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi pemuda itu masih tertawa saja. "Permainan
sulapmu menarik sekali!" katanya dan pemuda itu mengambil
sebuah batu, melontarkannya ke atas sambil berkata, "Naga
saktiku akan melawan harimaumu!"
Dan Ling Ling hampir tak dapat percaya akan matanya
sendiri ketika nelihat seekor naga mengeluarkan bunyi
mengakak, melebihi nyaringnya bunyi auman harimau itu dan
bertemulah dua ekor binatang sakti yang buas itu di tengah
udara! Terdengar suara keras dan dua ekor binatang buas itu
lenyap dan runtuh sebagai sebatang tongkat bambu dan
sepotong batu ! Thai-kek Seng-jin menggerakkan tangannya
dan tongkat bambu itu melayang kembali ke tangannya,
sedangkan pemuda itu hanya tersenyum saja.
Bukan main kagetnya hati Thai-kek Seng jin. Tidak salah
dugaannya pemuda itu ternyata menguasai ilmu sihir pula dan
telah memecahkan ilmu sihirnya dengan ilmu sihir juga.
'"Orang muda, siapakah engkau dan dari golongan
manakah?" tanyanya, suaranya agak berubah, sikapnya agak
menghormat.
Pemuda itu bukan lain adalah Coa Gin San. Seperti telah
diceritakan di bagian depan, pemuda ini mengunjungi Cin-an
dan setelah dia mendengar bahwa gurunya, Gan Beng Han
dan isteri gurunya itu tewas oleh ketua Im-yang-kauw, dia
segera pergi menyelidiki dan mencari di mana adanya Imyang-
kauwcu itu untuk membalaskan dendam kematian suami
isteri yang menjadi gurunya dan juga menjadi penolongnya
dan dianggapnya sebagai ayah bunda sendiri itu. Dia tahu
bahwa yang mengakibatkan semua bencana itu adalah Bengkauw,
akan tetapi karena kematian suami isteri itu di tangan
Im-yang-kauwcu, maka dia harus membalaskan kematian
mereka. Setelah dia melakukan penyelidikan dan mendengar
bahwa Im-yang-pai telah diobrak-abrik pasukan pemerintah
dan kini mereka mengungsi ke sarang Pek-lian-kauw, tanpa
ragu-ragu lagi dia lalu mendatangi Pck-lian-kauw.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi, dia sendiri adalah tokoh nomer satu di Bengkauw,
pengganti gurunya yaitu mendiang Maghi Sing! Maka
dia mengambil keputusan untuk tidak memperkenalkan diri,
baik namanya apa lagi kedudukannya di Beng kauw? Dia
hanya ingin menyelesaikan dendam pribadi atas kematian Gan
Beng Han bersama isterinya kepada ketua Im-yang-kauw, dan
dia tidak ingin terseret ke dalam permusuhan antara Im-yangpai
dan Beng-kauw yang dia tahu benar adalah disebabkan
oleh kecurangan Beng-kauw. Demikianlah, ketika Thai-kek
Seng jin bertanya lagi tentang nama daa golongannya. Gin
San hanya tersenyum saja dengan sikap tenang dan dingin.
"Sudah kukatakan bahwa aku tidak mempunyai urusan
apapun dengan Im-yang-kauw atau Pek lian kauw, oleh
karena itu tidak ada perlunya aku memperkenalkan diriku. Aku
hanya mempunyai urusan pribadi dengan ketua Im-yang-kauw
atau Kim-sim Niocu, maka suruhlah dia keluar dan kami
berdua akan menyelesaikan urusan kami di luar tahu kalian !"
Thai-kek Seng-jin merasa dipandang rendah, sekali. "Bocah
keparat, engkau sungguh sombong. Sebagai tamu engkau
sungguh tidak mengenal aturan! Kamilah tuan rumahnya dan
kalau kami menolak engkau sebagai tamu, engkau mau apa?"
"Kalau kalian tidak mau menyuruh keluar Kim-sim Niocu,
aku akan terpaksa mencari sendiri di dalam, karena aku yakin
dia bersembunyi di dalam sarang Pek- lian -kauw ini!"
"Keparat, kaurobohkan dulu Thai-kek Seng-jin !" bentak
kakek itu dan dia segera menerjang ke depan, menggerakkan
tongkat bambu di tangannya dengan kecepatan kilat dan
tongkat bambu itu berubah menjadi sinar hijau bergulunggulung
dan menyambar ke arah Gin San. Sebagai ketua Peklian-
kauw wilayah timur, tentu saja ilmu kepandaian Thai-kek
Seng-jin sudah mencapai tingkat tinggi sekali dan tenaga
sinkangnya juga amat hebat, apa lagi karena dia merupakan
seorang ahli sihir pula Dan tongkat di tangannya itu terbuat
dari pada bambu Sisik Naga bagian bawah yang amat kuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tebal, berwarna hijau kekuningan dan berlekuk-lekuk dan
agak melilit seperti badan seekor naga kecil.
Gin San maklum bahwa lawannya adalah seorang yang
lihai, maka diapun tidak mau main main dan menghadapinya
dengan penuh perhatian. Dia memusatkan perhatiannya pada
gerakan lawan dan menghindarkan diri dari ancaman tongkat
yang berubah menjadi sinar kehijauan bergulung-gulung itu
dengan mengandalkan ginkangnya yang istimewa. Tubuhnya
berkelebat ke sana-sini sehingga lenyaplah bentuk tubuhnya,
yang nampak hanya bayangannya saja yang beikelebatan di
antara sinar-sinar hijau itu. Semua orang yang melihat
pertandingan ini, kecuali Kok Beng Thiancu dan Ling Ling,
merasa pening saking cepatnya gerakan dua orang itu. Kok
Beng Thiancu kagum bukan main sampai berkali kali memuji
karena belum pernah dia, kecuali Gan Ai Ling, melihat seorang
muda yang memiliki kepandaian sehebat ini. Sedangkan Ling
Ling juga memandang kagum karena dia dapat mengikuti
gerakan kedua orang itu dan harus diakuinya bahwa pemuda
itu memang hebat ilmu silatnya. Dia merasa tertarik sekali dan
ingin dia menguji kepandaian pemuda itu dengan
kepandaiannya sendiri. Akan tetapi dia ingin melihat dulu
kesudahan dari pertandingan antara pemuda itu melawan
Thai-kek Seng-jin yang dia tahu juga amat lihai
Memang hebat sekali pertandingan antara, kedua orang itu.
Akan tetapi melihat kenyataan bahwa kalau ketua Pek-liankauw
itu menggunakan senjatanya yang paling diandaikan
sedangkan lawannya hanya bertangan kosong sudah
menunjukkan bahwa tingkat kepandaian pemuda itu
sesungguhnya lebih tinggi dari pada tingkat ilmu silat Thai-kek
Seng-jin! Dan memang sebenarnya demikianlah, ilmu ilmu
yang diwarisi oleh Gin San dari mendiang Maghi Sing adalah
ilmu ilmu silat yang amat hebat. Setelah lewat seratus jurus
menghadapi senjata tongkat yang lihai itu mengandalkan
ginkangnya, Gin San tahu bahwa kalau dia tidak
mengeluarkan ilmu simpanannya, biarpun dia tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalah, namun tentu akan makan waktu agak lama untuk
merobohkan lawan yang ulet dan berpengalaman ini. Akan
tetapi, ilmu simpanannya, yaitu Cap-sha Tong thian (Tiga
belas Pukulan Menggetarkan Langit) adalah ilmu yang amat
luar biasa, dan sekali dipergunakan tentu akan menewaskan
lawan, maka dia tidak mau sembarangan mengeluarkannya
kalau tidak terpaksa. Dan dia tidak ingin memperdalam
permusuhan dengan Pek-lian-kauw. Akan tetapi, melihat
tongkatnya masih juga belum berhasil, ketua Pek lian kauw itu
marah sekali dan dia mengeluarkan suara melengking tinggi
dan kini tongkatnya berubah gerakannya, lebih ganas dan
aneh karena dia kini juga mengeluarkan ilmu simpanan dari
Pek-lian-kauw yang hanya dikuasai oleh golongan ketua
perkumpulan itu. Ilmu ini adalah Pek-lian-sin-kun tingkat atas,
yang hanya diajarkan kepada para ketua cabang dari Pek-liankauw
saja. Ilmu Pek lian-sin kun dapat dimainkan dengan
tangan kosong atau dengan senjata apapun juga, memiliki
perkembangan yang luas dan gerakannya disesuaikan dengan
ilmu sihir sehingga hanya dapat dikuasai oleh para ketua
cabang Pek - lian - kauw. Karena gerakannya diselingi
kekuatan sibir, maka tentu saja amat berbahaya.
Terkejut juga hati Gin San melihat perobahan gerakan ini
dan dia merasakan betapa dari gerakan-gerakan itu meluncur
tenaga-tenaga rahasia yang amat dahsyat sehingga dalam
belasan jurus saja hampir telinga kirinya tertusuk ujung
tongkat. Dia melempar diri kebelakang dan lawannya terus
mendesaknya sehingga kini pemuda itu berada dalam keadaan
terdesak hebat.
Tiba-tiba pemuda itu mengeluarkan bentakan nyaring sekali
dan dalam keadaan terdesak itu tiba-tiba dia membuat
gerakan aneh, tubuhnya direndahkan setengah berjongkok
dan kedua tangannya mendorong ke depan. Angin dahsyat
menerjang ke depan dan biarpun Thai-kek Seng jin cepat
mengelak, namun tetap saja hawa pukulan itu menerjangnya
dengan dahsyat. Dia menangkis dengan tongkatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Krakkk !" Tongkat bambu yang amat kuat itu bertemu
dengan tangan Gin San dan patah, sedangkan tubuh kakek itu
terdorong ke belakang, dia terhuyung dengan muka pucat.
Itulah jurus ke tiga yang aneh dan Ilmu Cap-sha Tong-thian
dari Gin San !
Pada saat itu dari
atas pintu gerbang
menyambar turun
sesosok bayangan yang
amat cepat
gerakannya, seperti
seekor burung rajawali
menyambar
mangsanya. Begitu
melayang turun, Ling
Ling langsung
menerjang pemuda itu
dengan tendangan
kakinya dari atas,
mengarah kepala
pemuda itu !
"Plakk....... " Gin San
terkejut melihat
serangan itu dan cepat menangkis dengan kedua lengannya.
"Ahhh......! " Seruan ini keluar dari mulut mereka berdua,
karena pertemuan antara lengan dan kaki itu membuat tubuh
Ling Ling terpaksa membuat gerakan jungkir balik, poksai
(bersalto) tiga kali baru turun ke atas tanah, sedangkan Gin
San yang menangkis juga terhuyung ke belakang, terdorong
oleh kekuatan dahsyat dari tendangan itu. Keduanya terkejut
dan maklum bahwa lawan memiliki sin-kang yang amat hebat!
Akan tetapi ketika Gin San melihat bahwa penyerangnya yang
lihai itu adalah seorang wanita yang cantik jelita, dia lalu
bertolak pinggang dan tertawa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha - ha, kiranya siluman betina Kim-sim Niocu akhirnya
muncul jugal. Bagus, kita boleh membuat perhitungan!"
"Tutup mulutmu yang lancang dan buka lebar-lebar
matamu! Jangan sembarangan menyamakan aku dengan
orang yang sudah mati!" bentak Ling Ling.
"Apa? Siapa yang mati ? Kau........ kau bukan Kim-sim
Niocu, ketua dari Im-yang-kauw?" tanya Gin San sambil
menatap wajah yang cantik itu, yang tidak dapat dilihatnya
dengan jelas karena penerangan di situ memang hanya
remang - remang.
"Apakah matamu sudah buta?" Ling Ling membentak.
"Mendiang Im-yang-kauwcu dua kali lebih tua dariku, tolol!"
"Ehhh........ jadi dia benar-benar sudah mati? Kim-sim
Niocu, atau Im-yang-kauwcu itu sudah........ sudah
mendiang......."
"Cerewet! Biarpun tidak ada dia, jangan kira di sini tidak
ada orang berani melawanmu, dan jangan kira kau boleh
seenak perutmu sendiri berlagak di sini. Terimalah ini !"
berkata demikian, Ling Ling sudah menerjang dengan
hebatnya, memukul dengan tangan kiri disusul dengan
tamparan tangan kanan.
Mendengar suara angin bercicit nyaring keluar dari kedua
tangan dara itu, Gin San merasa terkejut dan kagum bukan
main. Cepat dia menggunakan ginkangnya untuk mengelak
dari pukulan tangan kiri dara itu, akan tetapi betapa kagetnya
ketika dara itu mengimbangi kecepatannya dan tangan kanan
yang menampar itu telah menyusul cepat, mengarah lehernya!
"Ehh........!" Gin San berseru kaget akan tetapi tangan
kirinya cepat menangkis dan dia mengerahkan sinkangnya
ketika menangkis ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dukk !" Kembali keduanya menahan seruan kaget karena
pertemuan lengan itu membuat tubuh mereka tergetar hebat,
sampai terasa hampir lumpuh lengan mereka masing-masing !
Pada saat itu, Thai-kek Seng-jin dan Kok Beng Thiancu
sudah menerjang maju diikuti pula oleh para anak buah Peklian-
kauw dan Im-yang-pai yang menyerbu dari setiap
penjuru. Melihat ini, Gin San lalu meloncat tinggi ke belakang,
berjungkir balik dan cepat menerobos keluar dari kepungan
dan melarikan diri. Tadi dia memperhatikan dan melihat ada
bendera dan tanda-tanda kain putih, tandi berkabung di pintu
gerbang, maka dia percaya bahwa Kim-sim Niocu memang
sudah meoinvgul dunia, maka perlu apa dia bertahan terus ?
Pula, gadis cantik itu lihai bukan main, jauh lebih lihai dari
pada ketua Im-yang-pai atau bahkan ketua Pek-lian kauw!
Melawan gadis itu saja sudah merupakan lawan tangguh dan
berbahaya, apa lagi ditambah dua orang kakek itu dan semua
anak buahnya! Dia tidak gentar, akan tetapi untuk apa dia
mempertaruhkan nyawa menghadapi mereka tanpa alasan
sama sekali? Yang dimusuhinya hanyalah Im-yang kauwcu,
setelah wanita itu meninggal dunia, tidak ada alasan baginya
untuk bermusuh dengan Im-yang pai atau Pek lian kauw. Apa
lagi mengingat betapa Beng kauw pernah melakukan
perbuatan curang dan bersalah terhadap Im-yang pai. Maka
larilah Gin San dikejar-kejar oleh para anggaota Pek-lian-kauw
dan Im yang pai. Akan tetapi malam itu gelap dan pemuda itu
dapat berlari cepat sekali sehingga sebentar saja para
pengejarnya sudah kehilangan jejaknya.
Seorang gadis masih terus mengejar dan tiba-tiba tangan
seorang pemuda memegang lengannya.
"Hwi-moi, cukup, tak perlu mengejar lagi!" kata Liang Kok
Sin yang memegang lengan adiknya, Liang Hwi Nio. "Pula, kita
tidak mampu melawannya, mau apa kau mengejarnya ?"
Liang Hwi Nio menoleh dan memandang kepada kakaknya
Di bawah sinar bintang-bintang di langit yang suram, dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang kepada kakaknya dan pemuda itu melihat bahwa
adiknya itu tadi mengejar sambil bercucuran air mata.
"Hemm, kau menangis? Karena dia........? "
Gadis itu terisak dan merangkul kakaknya, membenamkan
muka di dada kakaknya, "Koko, aku........aku cinta
padanya........"
"Hemmm !" Kok Sin menggeram gemas. ''Apa artinya
cintamu kalau dia tidak cinta padamu ? "
"Dia cinta padaku, aku yakin akan hal itu. Dia cinta padaku
seperti aku juga cinta padanya koko........... "
"Hwi Nio, jangan bodoh ! Ingat, dia adalah tokoh Bengkauw,
mengerti? Dan siapakah yang membunuh ayah kita?
Ayah kita mati di tangan orang-orang Beng - kauw dan kau
jatuh cinta kepada seorang tokoh Beng-kauw?'
"Tapi........ tapi bukan dia pembunuh ayah.........dan dia....
dia telah menyelamatkan kita, koko........ "
"Diam! Apa kau ingin semua orang tahu bahwa puteri
mendiang Liang Bin Cu yang terbunuh oleh Beng-kauw kini
tergila-gila kepada seorang tokoh Beng kauw ?"
"Koko.......!" Hwi Nio menangis dan dia masih sesenggukan
ketika kakaknya mengajaknya pulang, diam-diam tangan
kanannya menggenggam potongan mata rantai perak ikat
pinggang pemuda yang dipujanya itu, menggenggamnya dan
menekankannya pada dadanya.
Sementara itu, Kok Beng Thiancu dan Thai-kek Seng jin
merasa penasaran dan marah sekali setelah mereka kembali
ke dalam gedung dan membicarakan pemuda itu bersama
dengan Ling Ling.
"Takkan salah dugaanku !" kata Thai-kek Seng-jin sambil
mengepal tinjunya. "Bocah itu tentu datang dari Beng-kauw!
Sungguhpun aku sendiri tidak mengenal ilmu silatnya yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lihai, atan tetapi dia paham ilmu sihir! Dan memang tiga orang
ketua Beng-kauw adalah ahli-ahli sihir."
"Agaknya dia seorang murid dari tiga ketua Beng-kauw,"
kata Kok Beng Thiancu.
Jilid XXV
MENDENGAR ini, Thai-kek
Seng-jin menggeleng kepala keraskeras.
"Tidak mungkin! Aku pernah
menyaksikan tingkat kepandaian
mereka bertiga, dan terus terang
saja, menghadapi mereka bertiga,
kiranya aku tidak akan kalah. Akan
tetapi tingkat kepandaian bocah itu
luar biasa sekali !"
"Sungguh aneh, belum pernah
aku mendengar akan seorang
tokoh Beng-kauw yang memiliki
kepandaian lebih tinggi dari tiga orang ketuanya dan masih
sedemikian mudanya. Ah, belum lama ini Kok Sin dan Kwi Nio
menyerbu Beng-kauw, kiranya mereka tentu melihat atau
pernah mendengar tentang tokoh itu," kata Kok Beng Thiancu
dan segera dia memanggil dua orang murid keponakan itu.
Wajah Hwi Nio masih pucat, akan tetapi hanya Ling Ling yang
memandang heran karena dara ini tahu benar bahwa Hwi Nio
habis menangis!
"Kalian berdua kupanggil untuk kami tanya tentang
pemuda yang tadi mengacau di sini. Ketika kalian berdua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyerbu Beng-kauw, apakah kalian tidak melihat pemuda
itu? Kami menduga bahwa dia adalah seorang tokoh Bengkauw,"
tanya Kok Beng Thiancu.
Hwi Nio menunduk saja, akan tetapi tiba-tiba Kok Sin
berkata, "Memang benar, supek. Pemuda itu adalah seorang
tokoh Beng - kauw, kalau tidak salah dia adalah adik
seperguruan dari ketiga orang ketua Beng-kauw, karena
disebut sute oleh mereka."
"Ahhh.......!" Kok Beng Thiancu dan Thai-kek Seng-jin
saling pandang.
"Sute dari ketiga orang ketua Beng-kauw? Kalau begitu dia
murid terakhir dari Maghi Sing!," Kok Beng Thiancu
mengangguk-angguk. "Boleh jadi sebelum mati, Maghi Sing
telah meninggalkan ilmu yang lebih tinggi kepada muridnya
yang terakhir itu."
Thai-kek Seng-jin juga mengangguk-angguk, kemudian
berkata, "Beng-kauw telah berani secara terang - terangan
memusuhi Pek-lian-kauw dengan mengirim bocah itu
mengacau di Pek-lian-kauw. Oleh karena itu, akan
merendahkan nama kita kalau kita tidak segera turun tangan,
membalas dan menyerbu Beng-kauw yang sombong. Gan-
Iihiap, harap lihiap sudi membantu kami, karena inilah saatnya
lihiap membalas kepada Beng-kauw yang dulu pernah
mengacau di Cin-an menggunakan nama Im - yang - pai."
''Aku memang ingin sekali menandingi tokoh - tokoh Beng -
kauw," kata Ling Ling yang merasa penasaran karena tadi
tidak sempat bertanding sampai puas melawan pemuda
sombong itu karena dua orang kakek ini turun tangan
mengeroyok bersama anak buahnya dan pemuda itu keburu
melarikan diri.
"Selama beberapa hari ini, kami sudah mengadakan
hubungan dengan para pembantu kami. Sekutu kami, yaitu
jagoan-jagoan Uighur, akan datang malam nanti, dan juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beberapa orang tokoh Pek- lian- kauw akan berkumpul malam
nanti. Besok pagi kita berangkat menyerbu ke sarang Bengkauw
di tepi pantai Po-hai, di muara Sungai Huaug-ho! "
Demikianlah Thai-kek Seng-jin dan Kok beng Thiancu
segera mempersiapkan jagoan-jagoannya, untuk diajak
menyerbu Beng-kauw dan hati mereka besar karena di
samping mereka terdapat Gan Ai Ling yang boleh mereka
andalkan. Tadipun mereka melihat sendiri betapa pemuda
Beng-kauw yang amat lihai itu menemukan tandingan ketika
bergebrak melawan Ling Ling. Dara ini sendiri bersikap tenang
karena dia tidak memperdulikan urusan Pek - lian - kauw
ataupun Im - yang - pai. Kalau dia mau bersama mereka
untuk menghadapi Beng-kauw adalah karena dia sendiri tidak
senang kepada Beng-kauw yang telah berlaku curang dan
yang menjadi penyebab dari kematian ayah bundanya.
"Tan-taihiap....... Ah, sungguh girang hatiku bertemu
dengan taihiap di sini! Sudah lamakah taihiap berada di kota
raja? Selamat datang dan silakan duduk!" Perwira Ong yang
gagah perkasa itu meloncat dari tempat duduknya ketika dia
menerima kunjungan Sian Lun, wajahnya berseri dan matanya
yang lebar dan tajam itu bersinar sinar. Mereka saling
memberi hormat dan dengan hati gembira pula bertemu
dengan perwira muda perkasa yang memang dicarinya ini,
Sian Lun lalu duduk bersama tuan rumah dalam ruangan
tamu.
Seperti kita ketahui, Sian Lun telah berjumpa dengan
keluarga Yap Yu Tek, bahkan telah membantu keluarga itu
ketika diserang oleh tokoh-tokoh Beng-kauw, Tibet dan
Khitan. Melihat betapa negara terancam oleh gerombolangerombolan
asing yang bersekutu dengan pemberontakTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
pemberontak, Sian Lun tergerak hatinya, terutama memang
tadinya sudah digerakkan oleh percakapannya dengan Ongciangkun,
maka diapun lalu berpamit dari keluarga yang
menariknya sebagai calon mantu itu untuk pergi ke kota raja
dan mencari Ong-ciangkun. Tidak sukar baginya menemukan
tempat tinggal Perwira Ong Gi yang biarpun masih muda
sudah amat terkenal itu, dan seperti yang dibayangkannya
kedatangannya itu disambut secara ramah dan gembira oleh
tuan rumah,
"Aku sengaja datang ke kota raja untuk mencarimu, Ongciangkun,"
kata Sian Lun, terus terang.
"Ah, bagus! Dan engkau tidak mengalami kesukaran
mendapatkan tumahku ini, bukan ?"
"Tidak, mudah sekali. Kiranya semua orang mengenal
belaka kepada Perwira Ong Gi yang gagah perkasa." Sian Lun
memandang ke sekitar ruangan tamu itu. Sebuah rumah yang
tidak berapa besar, sederhana namun cukup menyenangkan.
"Hemm, enak tempat tinggalmu ini Ong-ciangkun. Engkau
tinggal bersama keluargamu ?"
Sambil tersenyum lebar perwira itu menggleng kepalanya.
"Orang tuaku adalah keluarga petani, sejak nenek moyang
menjadi petani, mana mungkin mau meninggalkan sawah
ladang untuk tinggal di kota yang berisik dan berdebu? Hanya
aku seorang yang menyeleweng dari pekerjaan nenek
moyang. Ha ha !" Ong-ciangkun tertawa.
Sian Lun tersenyum juga. Orang ini selain gagah perkasa,
juga amat jujur dan sama sekali tidak memandang rendah
kepada kaum petani yang biasanya dianggap sebagai
golongan masyarakat yang rendah dan bodoh. Dia bahkan
seperti bangga mengaku datang dari keluarga petani. Benarbenar
perwira ini hebat, pikirnya kagum.
"Maksudku bukan keluarga orang tuamu yang terhormat,
ciangkun, melainkan keluarga mu sendiri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Aku? Berkeluarga? Ha ha, aku belum berkeluarga,
seperti...... engkau juga agaknya. Orang yang pekerjaannya
perang dan selalu diancam maut seperti aku ini, apa baiknya
berkeluarga? Jangan-jangan hanya akan meninggalkan janda
muda dan anak-anak kecil tanpa ayah !" Kembali perwira itu
tertawa, kemudian sambungnya dengan suara yang lebih
sungguh-sungguh, "Engkau datang tentu membawa keperluan
penting, taihiap. Cukup kiranya sendau-gurau ini. Apa
keperluanmu? Katakan saja dan jangan khawatir, di sini tidak
ada orang lain kecuali beberapa orang pelayan yang berada di
belakang. Aku tinggal seorang diri saja di rumah ini."
"Memang benar, ciangkun. Kedatanganku ini adalah karena
aku ingat akan anjuranmu dahulu, dan aku ingin
menyumbangkan tenaga untuk membantu pemerintah
menghalau gerombolan-gerombolan yang mengancam
keamanan rakyat dan negara" Sian Lun lalu menceritakan
pengalamannya ketika dia melawan orang orang Beng-kauw,
Khitan dan Tibet.
"Ketika pasukanmu menghadapi orang-orang Pek-lian-kauw
dan Uighur, aku masih belum yakin benar akan bahaya itu.
Akan tetapi selelah aku melihat sendiri gerombolan ke dua,
yaitu Beng-kauw, Khitan dan Tibet, yang hendak menyerang
keluarga Yap-taijin, baru aku merasa yakin dan aku
mengambil keputusan untuk membantu pemerintah
menghadapi mereka sampai bersih."
"Bagus ! Aku girang sekali, taihiap! Kalau pemerintah dapat
memperoleh bantuan orang-orang muda seperti engkau, aku
yakin dalam waktu singkat saja negara kita akau dapat kita
bersihkan dari gangguan gerombolan-gerombolan itu. Mari,
mari kau ikut bersamaku menghadap Thio taijin."
"Siapakah Thio-taijin itu, ciangkun?"
"Thio taijin? Ah, semua orang di kota raja ini semua kota
besar mengenal siapa beliau! Thio-taijin adalah penghimpun
orang-orang gagah dan beliau adalah seorang kepercayaan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kaisar. Marilah, engkau akan senang bertemu dengan Thio
taijin yang bijaksana," kata Ong-cingkun dan hati Sian Lun
girang sekali bahwa akan dipertemukan dengan orang yang
kedudukannya demikian tinggi, kepercayaan Kaisar.
Siapakah Thio - taijin yang dimaksudkan oleh Ong Gi itu ?
Dia ini bukan lain adalah Thio-thaikam! Pembesar kebiri yang
gendut bermuka merah itu ternyata kini masih berkuasa di
istana! Seperti telah diceritakan di bagian depan dari cerita ini,
belasan atau duapuluh tahun yang lalu. Thio thaikam sudah
menjadi pembesar kebiri yang amat berpengaruh di istana
bahkan menjadi orang kepercayaan nomor satu dari Kaisar
tua, yaitu Kaisar Hian Tiong atau Kaisar Beng ong (712—755).
Ketika terjadi penggantian Kaisar setelah kematian Kaisar tua,
diganti oleh puteranya, yaitu Kaisar Su Tiong, dengan amat
pandainya Thio-thaikam dapat menempatkan dirinya
sedemikian rupa sehingga Kaisar muda inipun terjatuh ke
dalam pengaruhnya, sungguhpun kini keadaan agak berlainan
dan Thio-thaikam itu seakan-akan dapat menyulap dirinya
menjadi seorang pembesar yang amat keras dan baik! Dengan
cerdiknya dia dapat menahan diri dan dapat menyembunyikan
keserakahan dan korupsinya, kini dia menjadi seorang
pembesar yang berjiwa patriot! Apa lagi Kaisar baru, bahkan
sasterawan Han Gi yang bijaksana dan yang kini diangkat
menjadi Penasehat Angkatan Perang itupun dapat dikelabui
dan menganggap bahwa Thio-thaikam adalah seorang
pembesar setia yang amat baik !
Thio-thaikam dengan sikap keras memusuhi dua
gerombolan yang anti pemerintah, yaitu gerombolan
gabungan Beng-kauw-Tibet-Khitan dan gabungan Im-yangkauw,
Pek-lian-kauw dan Uighur. Dengan pandainya, Thiothaikam
dapat menarik hati orang-orang gagah dan dengan
dalih menindas kaum pemberontak dan gerombolan -
gerombolan asing itu, dia malah dapat menarik fihak Siauwlim-
pai, Thai-san-pai dan lain-lain untuk memihak pemerintah.
Hal ini sebetulnya ada sebabnya. Seperti telah kita ketahui,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belasan tahun yang lalu Thio-thaikam ini diam-diam bersekutu
dengan orang-orang Turki dan dia sendiri mempunyai ambisi
untuk merampas tahta kerajaan. Akan tetapi usahanya itu
gagal di tengah jalan dan untuk membersihkan namanya, dia
terpaksa kini harus memakai jubah patriot, apa lagi karena
pemberontakan Beng-kauw, Im-yang-kauw dan Pek-lian kauw
itu sebagian besar disebabkan karena tidak puas dengan
adanya para pembesar korup dan jahat, terutama sekali
karena perkumpulan-perkumpulan itu amat membenci dia.
Inilah sebabnya maka dengan gigihnya Thio-thaikam berusaha
untuk menghancurkan mereka dengan bersembunyi di balik
pasukan-pasukan pemerintah dan dengan dalih membela
negara membasmi kaum pemberontak!
Perang, permusuhan, pertentangan terjadi di mana-mana
di permukaan bumi ini. Umum hanya menganggap bahwa
perang itu terjadi; antar bangsa, antar ideologi, antar ras,
antar agama, tanpa ada yang. mau membuka mata melihat
kenyataan apakah sebenarnya yang menjadi SEBAB UTAMA
dari semua pertentangan dan perang itu! Seperti jalannya
seekor ular, dari leher ke bawah sampai ke ekornya, hanya
mengikuti saja dengan membuta ke mana sang kepala
membawanya! Demikian pula dengan anggauta-anggauta
partai, anggauta-anggauta kelompok ras, anggauta - anggauta
perkumpulan agama, dan keluarga rakyat jelata. Maka jelaslah
bahwa yang menentukan adalah sang kepala ! Kalau sang
kepala itu merupakan seorang manusia yang masih besar
nafsu-nafsunya, masih mementingkan diri sendiri belaka,
mementingkan ambisi pribadinya, maka jelaslah bahwa segala
sepak terjangnya akan didasarkan kepada pengejaran
kesenangan untuk pribadinya, dan untuk ini dia tidak segansegan
menempuh segala cara, kalau perlu mengenakan jubah
perjuangan rakyat dan negara untuk menutupi ambisi
pribadinya yang mengejar ke senangan dalam bentuk apapun
juga. Kesenangan pribadi ini dapat berupa pengejaran harta
benda, pengejaran kedudukan, pengejaran kemuliaan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengejaran nama dan sebagainva lagi. Beruntunglah rakyat
yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang tidak lagi menjadi
hamba dari nafsu nafsu pribadinya, karena pemimpin seperti
itu tentu benar benar memperhatikan kesejahteraan rakyatnya
dan segala tindakannya ditujukan demi untuk mendatangkan
kebahagiaan kepada rakyatnya. Akan tetapi, pemimpin yang
mengutamakan kepentingan nafsu pribadi akan menyeret
rakyat ke dalam permusuhan dan perang, menyeret rakyat ke
dalam kematian, bunuh-membunuh, dan kesengsaraan !
Sudah menjadi kenyataan yang tak dapat dibantah lagi
bahwa perang, dengan dalih apapun juga, hanya
mendatangkan kesengsaraan bagi manusia, di manapun juga
di dunia ini! Dalam perang, baik bagi yang kalah maupun bagi
yang menang, pasti muncul kebencian, dendam, bunuhmembunuh,
yang akan berekor panjang sekali, dan yang
kesemuanya akan menjerumuskan manusia ke dalam
kesengsaraan belaka. Mungkin ada segelintir manusia yang
menikmati kesenangan akibat menang perang, yaitu para
pemimpin yang berambisi untuk kepentingan pribadi dan yang
memperoleh kemenangan dalam perang, dan di samping
beberapa gelintir manusia ini, juga........ iblis sendiri !
Thio-thaikam adalah seorang manusia hamba dari nafsu
dan ambisinya. Demi pengejaran kesenangan bagi dirinya
sendiri, kalau perlu dia mampu untuk beralih rupa, dan
semenjak sasterawan Han Gi menjadi pembesar tinggi, dia
merobah taktiknya dan kini Thio-thaikam berobah menjadi
seorang pembesar "patriot" yang terkenal dan disegani karena
pengaruh dan kekuasaannya yang besar di istana.
Sian Lun merasa seperti seorang asing, dan seperti seorang
bodoh ketika dia memasuki gedung besar di kompleks istana
itu. Segala-galanya serba besar, serba megah dan indah
sehingga beberapa kali dia menjadi bengong dan takjub.
Patung-patung dan ukiran-ukiran besar dan indah, warna
warni yang belum pernah dilihat sebelumnya, lukisan-lukisan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan tulisan-tulisan bergaya indah tergantung di ruanganruangan
yang amat luas, semua itu membuat dia melongo
keheranan. Juga pengawal-pengawal yang berpakaian megah
dan gemerlapan menjaga di tempat-tempat yang dilaluinya
dengan sikap tegak seperti arca batu membuatnya kagum.
Namun dia merasa senang melihat betapa setiap orang
pengawal selalu bersikap hormat kalau bertemu dengan Ongciangkun
dan akhirnya Ong ciangkun disambut oleh kepala
pengawal.
Setelah Ong ciangkun menyatakan bahwa dia ingin
menghadap Thio- thaikam membawa seorang tamu yang
merupakan seorang pemuda lihai yang ingin menyumbangkan
tenaganya kepada kerajaan, pengawal itu lalu mempersilakan
mereka menanti di dalam ruangan tamu yang luas sekali. Ongciangkun
mengajak Sian Lun duduk dalam ruangan itu dan
Sian Lun melihat bahwa ruangan itu luasnya sampai tiga-puluh
meter persegi, hanya terdapat beberapa tempat duduk di
sudut dan dinding ruangan itu terhias oleh lukisan-lukisan dan
tulisan-tulisan yang bersifat gagah. Di sudut-sudut ruangan itu
berdiri seorang pengawal dengan tombak di tangan.
Tak lama kemudian, pintu di sebelah dalam terbuka dan
muncul empat orang pengawal mendahului datangnya
seorang laki-laki berusia enampuluhan tahun, tubuhnya
gendut dan mukanya merah dan dihias senyum ramah,
pakaiannya mewah dan kepalanya memakai topi ke-besaran
yang terhias emas. Di belakang laki-laki gendut ini berjalan
lima orang pengawal pribadinya yang berpakaian ringkas dan
kelihatannya sigap dan kuat.
Ketika laki - laki gendut itu yang bukan lain adalah Thiothaikam
melihat Ong-cian-kun, wajahnya berseri dan
senyumnya makin melebar. Dia mengangkat tangan ke atas
sebagai salam dan berseru "Aih, kiranya Ong-ciangkun yang
datang !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ong - ciangkun cepat bangkit dan memberi hormat, diikuti
oleh Sian Lun.
"Taijin, hamba datang membawa berita yang
menggembirakan paduka," kata panglima muda itu dengan
penuh hormat. Memang, Thio-thaikam telah memiliki
kedudukan yang demikian tingginya, tidak kalah oleh
kedudukan para menteri negara sehingga panglima muda itu
amat menghormatinya.
"Ha-ha, kedatanganmu saja sudah menggembirakan, apa
lagi kalau ditambah dengan berita yang menggembirakan.
Duduklah, ciangkun, dan engkau pula, orang muda," katanya
mempersilakan. Dua orang muda itu duduk kembali
menghadapi pembesar itu yang duduk di alas kursi
kebesarannya, terhalang meja. lima orang pengawal
pribadinya berdiri dengan sikap gagah di belakangnya, siap
menjaga keselamatan pembesar itu dengan taruhan nyawa
mereka. Sedangkan para pengawal lain, tanpa diperintah telah
mengerti akan tugas mereka, semua bubar dan meninggalkan
ruangan itu untuk menjaga di luar ruangan itu agar mereka
tidak dapat mendengar percakapan si pembesar gendut.
Hanya lima orang pengawal pribadi itu saja yang selalu
diperbolehkan mendengarkan semua percakapan Thio -
thaikam, karena mereka itu adalah pengawal - pengawal
pribadi yang sudah amat dipercaya dan amat setia terhadap
Thio - thaikam.
"Taijin, hamba datang untuk menghadapkan kepada
paduka, seorang pendekar muda yang berkepandaian tinggi
dan inilah Tan Sian Lun taihiap, yang menyatakan ingin
membantu pemerintah untuk menumpas para pemberontak.
Hamba sendiri ketika menggiring tawanan orang-orang Peklian
kauw tentu akan gagal bahkan mungkin tewas kalau tidak
ada Tan-taihiap yang telah menolong hamba."
Mendengar ucapan itu, Thio-thaikam menendang kepada
Sian Lun dengan sinar mata penuh selidik dan jelas dia tertarik
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukan main Memang pembesar ini suka sekali mengumpulkan
orang-orang pandai untuk menjadi pembantu pembantunya,
dan tentu saja dengan dalih mengamankan negara namun
sesungguhnya diam-diam dia ingin menarik para orang lihai
itu agar setia kepadanya, bukan kepada negara!
"Ah, sungguh menyenangkan sekali! Siapakah orang tua
Tan-taihiap dan dari perguruan atau golongan manakah
taihiap?" tanya pembesar gendut itu dengan senyum ramah
dan dia menatap wajah pemuda yang tampan gagah itu
dengan kagum. Semenjak dia dikebiri dan tidak lagi mampu
melakukan hubungan dengan wanita, sifat orang she Thio ini
berubah dan dia mulai merasa suka kepada pria-pria muda
yang tampan. Makin tua, kesukaan ini makin mendalam dan
akhir-akhir ini dia dikenal sebagai seorang pembesar yang
mempunyai banyak pelayan pria-pria muda tampan yang
menjadi "peliharaan" dan kekasihnya! Tentu saja dalan hal
memuaskan kesenangan istimewa ini, Thio - thaikam berlaku
hati-hati sekali dan dia tidak mau sernbarangan
memperlihatkan kepada orang lain, juga tidak berani
mencoba-coba menggoda para pembantunya yang muda dan
umpan, sungguhpun di dalam hatinya dia merasa suka sekali.
Maka, orang-orang muda gagah dan tampan seperti Ongciangkun
belum pernah digoda olehnya sehingga, Ongciangkun
sendiri menolak desus - desus yang pernah
didengarnya tentang kesukaan aneh, dari pembesar gendut
ini.
Mendengar pertanyaan itu, Sian Lun mengerutkan alisnya.
Dia pernah mendengar dari pamannya, Gan beng Han berdua,
bahwa ayah dan ibunya telah tewas ketika ayahnya yang:
menjadi pecdekar itu sedang berjuang membasmi pembesar
yang murtad, dan ibunya terkena akibatnya, terbunuh pula
bersama keluarga ibunya, yaitu keluarga Pangeran Song yang
dicap, sebagai pemberontak. Tentu saja dia tidak ingin
menceritakan tentang orang tuanya itu, maka dengau hormat
dia menjawab, "Semenjak bayi, hamba telah ditinggal mati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayah ibu hamba sehingga hamba sendiri tidak pernah
mengenal ayah bunda, dan hambapun tidak menjadi anggauta
dari golongan atau perguruan manapun juga."
"Hemm, sungguh aneh kalau taihiap memiliki kepandaian
yang begitu tinggi akan tetapi tidak termasuk golongan
manapun. Siapakah yuru taihiap ? "
"Guru hamba hanyalah seorang pertapa yang tiada nama,
taijin, dan beliau tidak termasuk golongan manapun, dan
sekarang suhu hamba telah meninggal dunia maka harap
taijin sudi memaafkan karena hamba tidak berani menyebutnyebut
namanya."
Biarpun pemuda itu seperti hendak menyembunyikan
keadaan dirinya, namun karena sikapnya merendah dan
hormat, Thio-thaikam tidak merasa kecewa atau marah.
Selama beberapa lama ini, dia sudah banyak berhubungan
dengan orang-orang kang-ouw dan sudah banyak melihat
keanehan-keanehan sikap para tokoh kang ouw itu, maka
sikap pemuda ini yang hendak menyembunyikan keadaan
dirinya dianggap biasa saja. "Kebetulan sekali bahwa istana
membutuhlah beberapa orang pengawal bagian dalam yang
baru, Karena ada beberapa orang pengawal tua yang
dipensiun. Akan tetapi, untuk menjadi pengawal istana, apa
lagi pengawal bagian dalam, haruslah memenuhi dua syarat,
yaitu pertama, harus memiliki ilmu kepandaian yang boleh
diandalkan, dan ke dua, harus memiliki kesetiaan yang telah
teruji dan terbukti pula. Maka, bagaimana kalau sekarang, di
depan Ong-ciangkun, kami hendak menguji kepandaianmu,
Tan taihiap ?"
"Kalau paduka sudah sudi untuk menguji hamba, itu berarti
bahwa paduka sudah menaruh kepercayaan kepada hamba.
Hamba tahu bahwa tidak mudah masuk menjadi pengawal,
maka kalau paduka hendak menguji, silakan,! hamba sudah
siap," jawab Sian Lun dengan sikap tenang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagus !" Ong-ciangkun berseru girang. "Akan tetapi harap
paduka jangan menyuruh hamba yang mengujinya.
Kepandaian hamba tidak ada seperempat bagian dari
kepandaian Tan taihiap, tajjin !"
Makin girang hati Thio thaikam mendengar pengakuan jujur
dari Ong-ciangkun ini. Kepandaian panglima muda itu saja
sudah cukup terkenal, akan tetapi panglima muda itu begitu
merendah, maka jelaslah bahwa ilmu kepandaian pemuja she
Tan ini tentu hebat. Akan tetapi dia belum yakin benar, maka
dia lalui memberi isyarat dengan mata dan tangan kepada
seorang di antara pengawal pribadinya.
Pengawal kepala ini adalah seorang laki laki yang bertubuh
jangkung kurus, bermata sipit sekali dan hidungnya pesek. Dia
merupakan orang terlihai di antara lima orang pengawalnya,
dan bahkan lebib lihai dari pengawal-pengawal istana pada
umumnya. Orang ini bernama Liem Kiat dan berjuluk Ang seeciang
Tiat-liong ( Naga Besi Bertangan Pasir Merah). Usianya
kurang lebih empatpuluh tahun dan semenjak masih muda
menjadi pengawal pribadi dari Thio-thaikam maka dia amat
dipercaya dan kini menjadi kepala pengawai pribadi yang amat
dipercaya.
"Liem Kiat, kau ujilah kepandaian Tan-taihiap ini," kata si
pembesar dengan senyum lebar Banyak sudah orang-orang
yang mengaku pandai setelah dihadapkan kepada
pengawalnya ini, dihajar babak belur sehingga pergi lagi
dengan malu dan dia tidak ingin kecelik dan memperoleh
pembantu - pembantu macam begitu,
Liem Kiat melangkah maju memberi hormat kepada
majikannya, kemudian berjalan menjauh ke tengah ruangan
yang luas itu, lalu menghadap ke arah Sian Lun simbil
membungkuk dan berkata, "Saudara Tan, majulah dan mari
kita main-main sebentar."
Dari sebutannya itu saja, kepala pengawal iui masih belum
mau mengakui bahwa pemuda sederhana ini pantas disebut
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
taihiap, maka dia menyebutnya saudara. Sungguhpun di
depan majikannya dia tidak berani bersikap congkak namun
jelas dari pandang matanya, yang sempit dan sipit itu dia
amat memandang rendah kepada Sian Lun. Pemuda ini
menoleh kepada Ong-ciangkun yang mengangguk-angguk
seperti memberi dorongan kepadanya dan agar tidak raguragu
untuk melayani tantangan dan ujian pembesar itu.
Sian Lun menoleh kepada pembesar gendut itu, menarik
napas panjang dan berkata, "Baiklah, taijin, maafkan hamba !"
Lalu dia menghadap pengawal jangkung itu dan berkata, "Kau
mulailah !"
Pengawal itu tentu saja ingin sekali memperlihatkan
kepandaiannya kepada majikannya yang tentu akan merasa
bangga kalau dia mampu merobohkan pemuda yang kelihatan
sederhana ini secepat mungkin. Oleh karena itu. diapun lalu
memasang kuda - kuda, kemudian membentak nyaring untuk
memberi tanda kepada lawan bahwa dia mulai menyerang dan
langsung saja dia sudah menerjang dengan jurus yang paling
diandalkannya, dan pukulan bertubi dengan kedua tangannya
itu dilakukan dengan pengerahan tenaga sekuatnya.
Julukan Liem Kiat si jangkung ini adalah Ang-see ciang Tiatliong.
Mungkin saja julukan Tiat-liong (Naga Besi) itu hanya
kosong belaka, akan tetapi julukan Ang-see-ciang (Tangan
Pasir Merah) bukanlah kosong. Sian Lun melihat betapa kedua
tangan lawannya itu. sampai ke pergelangaa tangan, kelihatan
kemerahan dan tahulah dia bahwa kedua tangan lawan itu
amat berbahaya, telah digembleng dengan semacam pukulan
ampuh yang mungkin beracun. Oleh karena itu, diapun tidak
mau memandang rendah dan begitu menangkis, dia sudah
mengeluarkan sebagian tenaga sinkangnya.
"Plak....... desss!!" Bukan main terkejut dan menyesalnya
hati Sian Lun, Kiranya dia terlalu banyak mengeluarkan tenaga
sehingga begitu kedua lengan bertemu, tubuh lawannya
terlempar jauh ke belakang sampai membentur dinding! Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang belum banyak pengalaman ini belum dapat menilai
sampai di mana ketinggian ilmunya sendiri sehingga dia tidak
menyangka bahwa Ilmu Ang-see-ciang yang boleh jadi amat
ganas bagi lawan kebanyakan itu baginya tidak ada artinya
sama sekali!
"Uhhhhh.......!" Si jangkung mengeluh dan bangkit dengan
muka pucat, matanya yang sipit agak dilebarkan karena dia
benar-benar terkejut dan tidak mengerti bagaimana dalam
segebrakan saja dia sudah terlempar seperti itu. Dia tadi
hanya merasa betapa tubuhnya seperti dilanda angin badai
yang tak dapat ditahannya!
"Maafkan..... Maafkan......" kata Sian Lun sambil menjura
ke arah si jangkung itu yang masih merasa agak pening
kepalanya.
"Bagaimana, Liem Kiat. apakah engkau tidak akan
melawannya lagi?" Thio-taijin bertanya dengan hati tegang
karena pembesar inipun terkejut bukan main melihat betapa
pengawal pribadinya yang amat diandalkannya itu ternyata
kalah dalam segebrakan saja! Sungguh hal ini sukar dapat
dipercaya!
Pengawal itu cepat melangkah maju dan menjatuhkan diri
berlutut di depan majikannya dengan wajah masih pucat.
"Mohon paduka sudi memberi ampun kepada hamba. Tantaihiap
adalah seorang sakti, hamba bukan lawannya sama
sekali dan hamba yakin bahwa tak ada seorangpun pengawal
di istana ini yang akan mampu melawannya."
Wajah Thio-taijin makin terheran dan sepasang matanya
bersinar-sinar. Banyak sudah dia berkenalan dan menerima
bantuan orang pandai, akan tetapi belum pernah dia bertemu
dengan seorang yang masih begitu muda namun telah
memiliki kepandaian sedemikian hebatnya.
"Kalau begitu kau lekas panggil Ciong Bu-su ke sini!"
perintahnya kepada pengawalnya yang kalah itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liem Kiat memberi hormat kemudian pergi meninggalkan
ruangan itu. Thio - taijin lalu menoleh kepada Sian Lun yang
masih berdiri agak menanti di tengah ruangan. "Tan-taihiap,
harap kau duduk dulu. Kami masih ingin mengujimu untuk
menghadapi seorang komandan pengawai dari istana yang
akan menentukan apakah engkau akan dapat diterima sebagai
pengawal dalam di istana atau tidak."
Sian Lun menjura lalu dengan tenang dia kembali duduk di
atas kursinya yang tadi. Ong-ciangkun memandangnya
dengan sinar mata penuh kagum, akan tetapi diam-diam Sian
Lun merasa menyesal mengapa tadi dia terlalu mengerahkan
tenaga sehingga dalam segebrakan saja dia telah
mengalahkan pengawal Thio-taijin. Bukan niatnya untuk
terlalu menonjolkan atau memamerkan kepandaiannya. Maka
dia mengambil keputusan untuk lebih berhati - hati dengan
kepandaiannnya kalau menghadapi lawan dalam ujian itu lagi
nanti.
Tak lama kemudian datanglah Liem Kiat bersama seorang
laki laki berusia limapuluh tahun yang bertubuh tinggi besar
dan bermuka agak kehitaman. Dari potongan badan dan
sigapnya saja sudah nampak jelas bahwa orang ini memiliki
tenaga yang besar dan tubuhnya kukuh kuat seperti pagoda
besi ! Pakaiannya indah gemerlapan karena dia berpakaian
komandan pasukan pengawal Gi lim kun, yaitu pasukan
pengawal Kaisar, merupakan pasukan pengawal pribadi yang
bertugas di sebelah dalam istana, dan yang biasanya
mengawal Kaisar ke manapun Kaisar pergi. Sebagai komandan
pasukan Gi lim-kun, tentu saja orang ini sudah mempunyai
kedudukan yang cukup tinggi akan tetapi begitu berhadapan
dengan Thio-taijin yang memanggilnya begitu saja, dia cepat
memberi hormat dengan sikap merendah. Hal ini saja sudah
membuktikan bahwa Thio-taijin memang memiliki pengaruh
dan kekuasaan besar di dalam istana sehingga komandan
yang menjadi orang kepercayaan Kaisar, bahkan yang
bertugas melindungi keselamatan Kaisar ini demikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghormatnya. Kepada Ong-ciangkun dia hanya melirik saja
dan mengangguk sedikit, sedangkan kepada Sian Lun dia tidak
memperdulikannya sama sekali, "Taijin memanggil saya, ada
keperluan, apakah? " tanyanya dengan singkat dan agaknya
memang komandan pasukan pengawal ini tidak pandai bicara
dan tidak biasa banyak bicara, karena memang biasanya dia
lebih banyak bertindak dari pada bicara.
"Ciong Bu-su, aku menemukan seorang calon pengawal sri
baginda yang baik sekali. Tan taihiap inilah orangnya, harap
Ciong Bu-su suka mengujinya lebih dulu agar kita sama
mengetahui bahwa dia memang benar benar memenuhi
syarat" Ternyata terhadap komandan pengawal Kaisar ini
Thio-taijin juga mengambil sikap cukup hormat.
Kini Ciong Bu-su, komandan pengawal tinggi besar itu,
mulai menaruh perhatian kepada Sian Lun. Dia menoleh dan
memandang Sian Lun dengan sinar mata tajam seperti
menaksir dan menilai, dari atas ke bawah dan agaknya timbul
keraguan dalam pandang matanya. Thio-taijin melihat hal ini
dan dia tertawa. "Ciong Bu-su harap jangan pandang rendah
kepada Tan-taihiap. Aku berani tangguug bahwa di antara
seluruh anggauta pasukan Gi-1im kun, tidak ada seorangpun
yang akan mampu menandinginya."
Mendengar ini. sinar mata yang memandang pemuda itu
mengalami perobahan, kini bersinar-sinar penuh perhatian dan
kedua alisnya berkerut. Tanpa banyak cakap lagi Ciong Bu-su
bangkit berdiri, lalu melangkah ketengah ruangan sambil
berkata kepada Sian Lun, "Orang muda, mari kita saling
mengukur kepandaian."
Orang ini wataknya terbuka dan terus terang, pikir Sian
Lun. Mengajaknya bertanding tanpa banyak basa-basi lagi!
Maka diapun bangkit berdiri, menjura ke arah Thio taijin dan
pembesar ini sambil tersenyum lebar menggerakkan
tangannya dengan girang karena menganggap bahwa pemuda
tampan itu sungguh gagah perkasa dan tahu aturan pula !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ciangkun. maafkau kelancanganku dan silakan!" Sian Lun
berkata setelah dia berhadapan dengan orang tinggi besar
bermuka hitam itu. Sejenak mereka berdiri berhadapan tanpa
bergerak, hanya dua pasang mata itu saling pandang seperti
hendak mengukur keadaan lawan dengan pandang mata. Sian
Lun berdiri seenaknya saja sedangkan Ciong Bu-su mulai
memasang kuda kuda. Dari pasangan kuda kuda ini saja
sudah dapat nampak oleh Sian Lun bahwa orang ini memiliki
tenaga yang amat kuat, jauh lebih kuat dari pada pengawal
jangkung tadi. Maka diapun bersikap waspada, sungguhpun
kini dia lebih hati hati dan tida ingin mengulangi kesalahan
seperti tadi sehingga dia mengalahkan lawan hanya dalam
segebrakan saja.
Tadinya Ciong Bu-su menanti agar pemuda itu memasang
kuda kuda karena dari pasangan kuda kuda, itu dia akan
mencoba untuk mengenal aliran persilatan yang dimiliki oleh
pemuda itu. Akan tetapi pemuda itu berdiri biasa saja,
seenaknya dan sama sekali tidak memasang kuda-kuda yang
kuat. Hal ini hanya dapat diartikan bahwa pemuda itu hanya
seorang ahli silat yang masih mentah, atau sebaliknyi seorang
ahli silat yang telah memiliki ilmu amat tinggi sehingga tidak
dapat dikenal kuda-kudanya karena setiap gerakan, setiap
kedudukan badan sudah merupakan kuda-kuda dan setiap
saat seluruh urat syaraf dalam badan seorang ahli yang sudah
mencapai tingkat tinggi selalu siap sedia !
"Awas serangan!" Tiba-tiba Ciong Bu-su berseru dengan
suara nyaring sekali dan tubuhnya sudah menerjang ke depan.
Gerakannya kuat dan cepat, jauh bedanya dengan gerakan
Liem Kiat tadi, yang hanya mengandalkan tenaga kasar dan
terutama hanya mengandalkan Ang-see-ciang. Serangan
Ciong Bu-su ini mendatangkan hawa pukulan yang amat
kuatnya, berhawa panas dan sebelum pukulannya tiba, lebih
dulu ada hawa panas menyambar ke arah Sian Lun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan mudah Sian Lun mengelak dan dari sambaran
angin itu dia sudah dapat mengukur sampai di mana kekuatan
lawan. Setelah dia dapat
mengira-ngira, barulah pada
serangan selanjutnya dia
berani menangkis dengan
kekuatan yang seimbang,
tidak seperti ketika
menangkis serangan
pengawal jangkung tadi
sehingga dia terlalu kuat
bagi lawan. Serangan
bertubi-tubi dari Ciong Busu
dihadapinya dengan
elakan dan kadang-kadang
dia menangkis.
"Duk - duk – dukk!"
Ciong Bu - su mengeluarkan seruan kaget karena setiap
kali tertangkis dia merasakan lengannya sakit sekali! Tak
disangkanya bahwa pemuda itu benar-benar memiliki
kekuatan luar biasa! Dia merasa penasaran dan menyerang
terus dengan lebih dahsyat, namun percuma saja, semua
serangannya dapat dielakkan atau ditangkis oleh Sian Lun!
Dan pemuda itu sama sekali tidak pernah membalas. Setelah
lewat limapuluh jurus, Ciong Bu-su merasa puas dan tahulah
dia bahwa kalau pemuda itu membalas serangannya, belum
tentu dia akan mampu bertahan sampai limapuluh jurus!
"Sudahlah, pemuda ini behar-benar memenuhi syarat,
taijin!" katanya sambil menghentikan serangannya dan
memandang dengan mata terbelalak karena heran dan kagum
kepada Sian Lun.
"Eh, kenapa berhenti, Ciong Bu-su? Dia atau engkau belum
ada yang kalah!" kata Thio. taijin heran.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Komandan pengawal Gi-lim-kun itu menghampiri Thiotaijin
dan mengulur kedua lengan, memperlihatkan lengannya
sambil menggulung lengan baju Kiranya kedua lenganeya
nampak matang biru!
"Inilah buktinya bahwa pemuda itu memang hebat, taijin.
Dia cukup pandai untuk menjadi anggauta pengawal Gi - lim -
kun."
"Bagus, bagus! Kalau begitu, biarlah dia kau terima menjadi
anak buahmu untuk menguji kesetiaannya. Aku titipkan dulu
kepadamu dan kalau kelak dia berjasa, akan kuajukan kepada
sri baginda sendiri."
Ciong Bu-su mengangguk. Sudah sering dia menjadi
penguji dan akhirnya orang - orang pandai yang telah
memperlihatkan jasanya diambil oleh pembesar istana ini
sebagai pembantu dan diberi kedudukan yang lebih tinggi.
"Akan tetapi, Thio-taijin yang bertanggung jawab......?"
tanyanya.
"Tentu saja! Dia datang bersama Ong-ciangkun tentu dapat
dipercayai" jawab pembesar gendut itu sambil menoleh ke
arah Ong Gi.
"Hamba menanggungnya dengan taruhan nyawa hamba !"
kata Ong-ciangkun yang menjadi gembira dan bangga bukan
main melihat betapa Sian Lun telah berhasil lulus dari ujian,
bahkan tadi dia menyaksikan betapa pemuda itu dapat
menghadapi semua serangan hebat dari Ciong Bu-su selama
limapuluh jurus tanpa membalas sedikitpun! Hal ini saja sudah
amat luar biasa. Mendengar ucapan ini, diam . diam Sian Lun
merasa terharu karena ucapan itu hanya dapat keluar dari hati
yang sudah menaruh kepercayaau sepenuhnya kepadanya.
Dia tidak akan memalukan Ong-ciangkun dan tidak akan
mengecewakan kepercayaan itu, demikian dia berjanji seorang
diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan pandainya, Thio-thaikam lalu menjamu mereka
bertiga dengan hidangan hidangan mewah dan dalam
perjamuan ini dia memuji-muji Sian Lun. Dan pada hari itu
juga, diterimalah Sian Lun sebagai anggauta dari pasukan Gilim
kun, bertugas menjaga di dalam istana. Karena dia belum
membuktikan kesetiaannya, maka tentu saja Ciong Bu-su
belum berani menugaskan dia untuk mengawal pribadi Kaisar
di tempat tempat terbuka, melainkan hanya menugaskannya
untuk meronda di dalam istana dan menjaga keselamatan
istana.
Seperti telah kita diketahui, Tiongkok baru saja dilanda
perang dan pemberontakan yang besar, perang saudara yang
amat mengerikan dan menjatuhkan korban banyak sekali di
antara rakyat. Dan biarpun pemberontakan itu telah berhasil
dipadamkan, namun akibatnya masih terasa sampai belasan
tahun lamanya. Perang terbuka memang sudah tidak terjadi
lagi, namun perang dalam batin masih terus berlangsung,
berupa dendam golongan dan pribadi karena kerugian dan
bencana yang mereka derita di waktu perang. Yang menang
mabuk kekuasaan, yang kalah memupuk dendam. Keadaan
seperti ini mana mungkin dapat diharapkan adanya
ketenteraman? Hanya kalau yang mabok kekuasaan di satu
fihak dan yang memupuk dendam di lain fihak sudah tidak ada
lagi maka barulah dapat diharapkan adanya ketenteraman dan
perdamaian yang sungguh- sungguh.
Setelah pemberontakan yang dimulai oleh An Lu Shan
dapat dipadamkan. Kaisar Su Tiong dan para menterinya
hidup dalam keadaan mulia dan gembira, lupa diri dan mabok
kemenangan, sama sekali tidak menghiraukai adanya fihak
fihak yang menaruh dendam karena di samping berenang
dalam lautan kemenangan, mereka itu telah mempercayakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keselamatan diri mereka pada bala tentara yang dikerahkan
untuk melakukan pembersihan di mana-mana. Hal ini
menimbulkan tindakan sewenang wenang dari mereka yang
menang, dan untunglah bahwa Kaisar Su Tiong mengangkat
Sasterawan Han Gi menjadi penasihat sehingga sasterawan
yang bijaksana ini dapat mengendalikan dan mencegah
terjadinya kesewenang-wenangan lebih lanjut lagi. Namun
tentu saja pembesar baru yang bijaksana ini tidak akan dapat
mengawasi seluruh pelaksana yang tersebar di mana-mana
itu, dan masih saja terjadi hal hal yang bertentangan dengar
kehendaknya Kalau saja peraturan yang diadakan oleh Han Gi
ditaati oleh semua petugas agaknya negara akan menjadi
aman dan dendam dendam dan penasaran akan mereda dan
akhirnya menghilang karena adanya peratuian-peraturan yang
menguntungkan rakyat.
Akan tetapi, sebagian para pembesar tentu hanya lahirnya
yang menyetujui peraturan-peraturan yang meringankan
beban rakyat itu, akan tetapi pada batinnya mereka sama
sekali tidak setuju karena peraturan peraturan itu biarpun
meringankan beban rakyat, memperkecil hasil yang dapat
mengalir ke dalam kantung mereka sendiri, maka diam-diam
mereka mengadakan aturan aturan sendiri yang menyimpang
dari pada peraturan yang ditentukan oleh Menteri Han Gi.
Maka, tetap saja rakyat menderita di bawah kelaliman
pembesar seperti ini, dan perasaan dendam dan penasaran
menjadi makin menebal.
Akibat dari perang saudara itu, kekuatan pemerintah
menjadi lemah dan di sana sini muncul gerombolangerombolan
penjahat yang menyaingi tindakan para penbesar
lalim untuk mengganggu dan menggerogoti kehidupan rakyat
jelata. Akan tetapi banyak pula gerombolan yang mendendam
kepada pemerintah, dan gerombolan-gerombolan seperti ini
banyak memperoleh dukungan rakyat yang memang sudah
penasaran terhadap pemetintah sehingga timbullah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengacauan pengacauan di man-mana oleh gerombolangerombolan
itu.
Di antara gerombolan-gerombolan yang menentang
pemerintah ini terdapat gerombolan yang menamakan dirinya
Hek-san-pang (Perkumpulan Kipas Hitam). Hek san pang
bukanlah perkumpulan baru, bahkan sudah ada semenjak
duapuluh tahun lebih yang lalu. Seperti telah diceritakan di
bagian depan dari cerita ini. Hek-san-pang pernah
dihancurkan oleh pendekar wanita Kui Eng atau nyonya Gan
Beng Han ketika wanita itu masih muda. dan perkumpulan itu
dibubarkan, sarangnya dibakar oleh pendekar wanita ini. Akan
tetapi tiga saudara Can yang menjadi ketua Hek-san-pang
masih hidup dan mereka bertiga lalu diam-diam membentuk
lagi perkumpulan mereka, bahkan akhir - akhir ini Hek-sanpang
terkenal karena pengacauan- pengacauan mereka
terhadap pemerintah dimana-mana. Mulah kemudian mereka
berani mengadakan kekacauan di sekitar kota raja !
Tiga orang ketua Hek-san-pang yang bernama Can Kok,
Can An, dan Can Sam kini tidak lagi memimpin perkumpulan
itu. Yang menggantikan mereka adalah Can Hun Sek, putera
tunggal dari Can Sam yang telah meninggal dunia. Can Kok
juga sudah meninggai dunia dan yang masih hidup diantara
ketiga saudara Can itu hanyalah Can An, kakek pendek kate
bermuka putih yang kini usianya sudah enampuluh lima tahun
dan dia sudah tidak mau berurusan lagi dengan dunia ramai,
tinggal dipensiun oleh keponakannya yaitu Can Hun Sek.
Kalau tiga orang ketua Can itu dahulu terkenal dengan
kepandaian mereka, terutama sekali permainan senjata kipas
mereka, makn kini kepandaian Can Hun Sek malah lebih hebat
dari pada kepandaian ayahnya atau kedua orang pamannyal
Selain mewarisi ilmu-ilmu dari ketiga orang ketua Hek-sanpang
itu, dia juga berguru kepada banyak guru silat yang
pandai sehingga dia menguasai banyak macam ilmu silat, akan
tetapi tentu saja yang menjadi keahliannya adalah permainan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kipasnya dan ilmunya menotok yang menjadi ilmu andalan
mendiang ayahnya.
Can Hun Sek berusia tigapuluh lima tahun, tubuhnya tinggi
tegap, sikapnya lincah, pakaiannya mewah dan dia memang
seorang pesolek yang berwajah tampan, bersikap genit dan
cabul. Sampai berusia tigapuluh lima tahun dia tidak mau
menikah, sungguhpun dia mempunyai belasan orang selir dan
masih suka mengganggu wanita-wanita di luar, baik yang
sudah bersuami maupun yang belum, dengan
mempergunakan ketampanannya atau kepandaiannya. Selain
sifat-sifat itu, Can Hua Sek ini paling membenci pemerintah,
dan dia bahkan berusaha untuk dapat membunuh Kaisar yang
amat didibencinya, karena dia menganggap bahwa Kaisarlah
yang bersalah sehingga dia sampai menjadi anak penjahat
dan hidup di lingkungan keluarga penjahat !
Memang kedengarannya aneh sekali! Seperti kita ketahui
dari bagian depan, mendiang Can Sam adalah adik angkat dari
dua saudara kate Can Kok dan Can An, dan sebetulnya Can
Sam bukanlah seorang yang berwatak jahat. Dia hanya
terseret saja oleh dua orang kakak angkatnya itu. Biarpun dia
tidak dapat membantah kepada dua orang kakak angkatnya
dan terpaksa menjadi ketua ke tiga dari Hek-san pang, namun
di dalam hatinya, Can Sam merasa selalu berduka dan
penasaran bahwa dia sampai terjerumus menjadi ketua dari
perkumpulan yang sering melakukan kejahatan itu. Maka,
ketika dia memperoleh seorang putera, diam diam dia
mendidik puteranya agar menjadi seorang yang baik, menjejali
puteranya itu dengan pelajaran pelajaran yang patriotic dan
dia mengharapkan puteranya menjadi seorang pendekar yang
budiman! Akan tetapi, pelajaran yang langsung bagi seorang
anak adalah kelakuan dari orang tuanya! Tidak mungkin
seorang ayah mengajar anaknya agar jangan memaki kalau si
ayah sendiri mempunyai kebiasaan memaki! Seorang penjudi
tidak mungkin mengajar anaknya agar jangan suka berjudi.
Demikian pula dengan Can Sam, Dia mengajar anaknya agar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjauhi kejahatan akan tetapi dia sendiri bergelimang
kejahatan dan kehidupan di sekeliling anaknya itu penuh
dengan kejahatan! Maka, biarpun pikiran anak itu dijejali
kebaikan kalau setiap harinya dia berada di lingkungan yang
jahat, akan sia sialah semua pelajaran itu. Kebaikan kebaikan
itu hanya akan menjadi semacam pengetahuan kosong
belaka! Apalagi setelah Can Sam meninggal dunia dalam suatu
pertempuran menghadapi pasukan pemerintah, tidak ada lagi
yang mengamati kelakuan Can Hun Sek dan anak ini tumbuh
meniadi seorang yang tidak ada bedanya dengan semua
anggauta lingkungannya! Bahkan lebih hebat iagi karena
memang dia memiliki bakat yang amat baik dalam ilmu silat
sehingga dia dapat mewarisi kepandaian tiga orang ketua
Hek-san pang, bahkan karena dia amat senang ilmu silat, dia
memperdalam ilmunya itu dengan belajar dari guru guru silat
lain.
Akhirnya, sebagai orang paling kuat di Hek-san pang,
setelah Can An merasa lemah dan tua, Can An mengangkat
keponakannya ini menjadi ketua Hek-san pang dan semenjak
Can Hun Sek menjadi ketua, perkumpulan itu menjadi makin
kuat akan tetapi juga makin jahat!
Karena jejalan pelajaran dari mendiang ayahnya itulah yang
membuat Can Hun Sek kadang-kadang merasa menyesal
sekali mengapa dia tidak bisa menjadi seorang pendekar yang
baik! Dan semua ini dia salahkan kepada Kaisar! Apa lagi
ditambah dengan dendam bahwa ayahnya tewas ketika
bertempur melawan pasukan kerajaan, membuat
kebenciannya terhadap Kaisar dan kerajaan makin mendalam.
Dia merencanakan untuk membunuh Kaisar? Inilah tujuan
satu satunya dalam hidupnya, dan dia akan merasa bahagia
kalau sampai berbasil membunuh Kaisar. Tumpuan harapan
satu-satunya ini merupakan hasil dari kumpulan pendidikan
ayahnya yang mengharapkan dia menjadi seorang pendekar
budiman. Can Hun Sek menganggap bahwa kalau sampai dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berhasil membunuh Kaisar yang dianggapnya lalim dan
membikin sengsara dia dan rakyat, maka jasanya itu akan
mengatasi jasa semua pendekar yang bagaimanapun juga!
Maka, sejak bertahun tahun yang lalu dia mengatur siasat
untuk mendapatkan kesempatan mendekati dan membunuh
Kaisar ! Untuk itu, dia berusaha menyelundupkan anak
buahnya dan akhirnya, beberapa bulan yang lalu, dia berhasil
menyelundupkan seorang gadis cmtik yang menjadi dayang
dalam istana Kaisar!
Gadis itu jatuh dalam rayuannya, akan tetapi Hun Sek yang
cerdik tidak mau mengganggunya dan berjanji mengawininya
menjadi isteri kalau gadis itu dapat membantunya sampai
berhasil. Berkat rayuannya yang lihai, akhirnya gadis itu
bersedia membantunya dan dengan perantaraan seorang
pembesar di kota raja yang dapat pula dipengaruhinya, Su
Hong, gadis itu diterima menjadi dayang dalam istana Kaisar!
Can Hun Sek girang bukan main, akan tetapi dia harus
sabar menanti sampai berbulan-bulan karena gadis
pembantunya itu harus pandai-pandai membawa diri agar
dapat menjadi kepercayaan Kaisar. Karena kalau hanya
menjadi dayang yang bekerja di sebelah luar saja maka belum
memenuhi syarat untuk membantu dengan rencananya yang
besar, yaitu membunuh Kaisar!
Akhirnya, yang dinanti-nanti oleh Can Hun Sek itupun
tibalah. Gadisnya itu, Su Hong, berhasil diangkat menjadi
pelayan di sebelah dalam sehingga dia bebas keluar masuk di
dalam kamar - kamar Kaisar. Biarpun dia tidak dipilih oleh
Kaisar untuk melayaninya dan menjadi calon selir seperti
diharapkan oleh semua pelayan atau dayang, namun oleh
kepala dayang dia dipercaya untuk bekerja di sebelah lain!
Berita ini didengar oleh Hun Sek dengan girang dan bahkan
pada suatu hari dia memperoleh kesempatan untuk datang
berkunjung kepada Su Hong dengan mengaku sebaga kakak
kandungnya! Kunjungan ini dimanfaatkan untuk mempelajari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
keadaan istana dan diam diam dia mengatur rencana untuk
dapat menyerbu istana dalam usahanya membunuh Kaisar,
dan tentu saja dia mengatur siasatnya itu dengan Su Hong.
Sementara itu, Kaisar yang selalu hidup dalam kesenangan
sama sekali tidak pernah menduga bahwa ada orang yang
berani mengatur rencana untuk menyerbu istana, apa lagi
membunuhnya! Pada jaman itu, kehidupan seorang Kaisar
sedemikian senang, mulia dan penuh kuasa sehingga akan
amat sukarlah dipercaya oleh orang-orang yang hidup di
jaman sekarang Kaisar dianggap sebagai "wakil Tuhan" atau
"putera Tuhan" sehingga apapun yang dikehendakinya adalah
benar dan harus terlaksana. Oleh karena itu, dalam mengejar
kesenangan dan kenikmatan hidupnya, seorang Kaisar tidak
mengenal batas lagi. Demikian pula dalam mengejar
kesenangan menurutkan dorongan nafsu berahinya, seorang
Kaisar boleh berbuat sesuka hatinya tanpa ada yang berani
menentangnya, bahkan setiap perbuatannya dianggap benar
belaka.
Seperti hampir kebanyakan para raja di jaman dahulu,
Kaisar Su Tiong juga merupakan seorang pria yang lemah
terhadap kekuasaan nafsu berahinya. Hal ini merupakan
kelemahan hampir setiap orang pria yang telah memperoleh
kedudukan dan kekuasaan tinggi. Di dalam istana itu penuh
dengan selir-selir Kaisar yang muda-muda dan cantik-cantik,
bahkan tiap bulan pasti ditambah jumlahnya karena Kaisar Su
Tiong ingin mendapatkan seorang gadis baru yang masih
perawan setiap bulannya, sedikitnya dua atau tiga orang.
Karena inilah, maka dalam waktu beberapa tahun saja
haremnya penuh dengan selir selir yang muda. Celakanya,
Kaisar itu adalah seorang pria pembosan sehingga seorang
selir baru yang sudah didekatinya selama beberapa minggu
saja sudah menimbulkan bosan kepadanya dan untuk
menjaga agar haremnya tidak terlalu penuh, banyak selir-selir
lama yang dikeluarkan dari situ, dihadiahkan kepada para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pengawalnya yang dianggap berjasa! Dan begitu yang lama
dikeluarkan, selalu ada yang baru dimasukkan.
Biarpun hidupnya siang malam dikelilingi wanita-wanita
muda yang cantik cantik, yang akan melakukan apa saja yang
dikehendakinya, namun seperti biasa pada setiap manusia,
apabila nafsu ditaati, maka nafsu tidak menjadi reda. Nafsu
sifatnya mirip api. makin diberi umpan, makin berkobar dan
membesar, makin menuntut umpan yang lebih banyak lagi!
Demikian pula dengan nafsu berahi. Makin dituruti, makin
menuntut yang lebih sering dan lebih banyak. Kaisar Su Tiong
agaknya tidak pernah mengenal puas dan cukup. Adanya selir
yang demikian banyaknya masih belum membuat dia jinak,
bahkan dia makin menjadi beringas setiap kali dia melihat
seorang gadis baru yang belum pernah melayaninya untuk
memuaskan nafsunya.
Dapat dibayangkan bagaimana keadaan pemerintahan di
jaman dahulu kalau kaisar-kaisarnya seperti Kaisar Su Tiong
itu hidupnya. Siang malam yang memenuhi benaknya
hanyalah kenikmatan-kenikmatan jasmani yang dikejarkejarnya
selalu. Urusan pemerintahan tentu saja lalu terjatuh
ke dalam genggaman tangan para pembesar yang berkuasa
dan Kaisar hidup sebagai boneka belaka.
Yang lebih menghidupkan kehausan Kaisar akan nafsu
berahinya ini, atau yang lebih mengobarkan api berahi dalam
dirinya adalah sikap para wanita itu sendiri. Pada jaman itu
hampir setiap orang wanita mendambakan perhatian Kaisar!
Kalau sampai terpilih olehi Kaisar, apa lagi sampai dipanggil
untuk melayani Kaisar di atas pembaringan, baru dipilih
sebagai dayang saja sudah merupakan suatu kehormatan
besar yang amat didambakan oleh setiap orang wanita!
Karena, dipilih ke dalam istana berarti kemuliaan, kehormatan,
dan kemewahan ! Apa lagi yang dibutuhkan oleh seorang
wanita kalau sudah memperoleh kebormatan dan
kemewahan? Demikianlah pendapat umum di jaman itu. Maka,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap orang wanita yang memperoleh kesempatan mendekati
Kaisar, yaitu para dayang, para puteri pembesar, bahkan para
isteri pembesar, selalu berusaha untuk menarik perhatian
Kaisar, karena biarpun isteri seorang pembesar kalau sampai
berhasil menarik perhatian Kaisar, apa lagi sampai berhasil
dipanggil ke dalam kamarnya, akan berarti kemuliaan, bukan
hanya untuk si wanita, bahkan untuk keluarganya, karena
sang suami tentu akan memperoleh kenaikan pangkat! Hal ini
tentu saja membuat Kaisar makin gila dalam mengejar wanita
cantik!
Akan tetapi, demikian banyaknya wanita muda dan cantik
merubung diri Kaisar sehingga kalau tidak cantik benar- benar,
tentu saja akan sukar untuk menarik perhatian Kaisar Su
Tiong. inilah sebabnya rrengapa Su Hong, gadis yang menjadi
kaki tangan Can Hun Sek itu, selalu gagal untuk menarik
perhatian Kaisar dan dia boleh merasa beruntung sudah
diangkat menjadi pelayan dalam sehingga boleh memasuki
kamar Kaisar setiap kali Kaisar membutuhkan sesuatu,
bersama dengan para dayang lain. Padahal Su Hong juga
merupakan seorang gadis yang cukup cantik!
Pilihan kaisar malah terjatuh kepada Ci Siang Bwee,
seorang dayang muda yang juga baru saja dijadikan pelayan
dalam. Dayang ini adalah seorang dayang yang dihaturkan
oleh Thio thaikam sendiri untuk Kaisar, dalam usaha pembesar
gendut itu untuk selalu mencari muka dan menyenangkan hati
junjungannya.
Berbeda dengan setiap orang dayang yang berada di dalam
istana itu. dan mendatangkan keheranan kepada semua
wanita di situ, begitu Siang Bwee mendengar bahwa dia
terpilih oleh Kaisar, dia terus menangis dengan sedihnya. Dia
menyesali nasibnya yang sial. karena dia menarik perhatian
Kaisar tanpa disengajanya. Ketika itu, bersama Su Hong dan
beberapa orang dayang lainnya, dia melayani Kaisar dan para
selir Kaisar yang bersenang-senang di dalam taman. Pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
waktu itu Kaisar yang merasa bingung untuk memilih siapa di
antara para selirnya yang malam itu harus melayaninya karena
semua selirnya cantik - cantik belaka dan semuanya bergairah
untuk dipilih, memperoleh suatu permainan baru.
"Kalian duduk berkeliling membentuk sebuah lingkaran dan
aku akan memilih seorang di anura kalian dengan mata
tertutup." kata Kaisar yang pandai mencari permainan baru
untuk memuaskan nafsu nafsunya itu. Sambil tertawa
cekikikan, duapuiuh lebih selir muda yang pada waktu itu
bergilir untuk melayani Kaisar, lalu memilih tempat duduk di
dalam taman itu, ada yang duduk di atas rumput di atas
bangku, atau di atas akar pohon, membentuk lingkaran dan
Kaisar berada di tengah-tengah mereka. Lalu Kaisar menyuruh
seorang dayang untuk menutupi mata Kaisar dengan
mengikatkan saputangan sutera. Setelah itu, sambil tertawatawa
Kaisar lalu bergerak perlahan-lahan, maju dengan kedua
tangannya terpentang, meraba-raba ke depan, mencari-cari.
Sekali ini dia ingin memilih calon teman tidur semalam itu
tidak mengandalkan dua matanya, melainkan mengandalkan
jari-jari tangannya. Dengan jantung berdebar tegang oleh
permainan baru itu, para selir menanti-nanti dan
mengharapkan akan terpilih oleh tangan Kaisar yang merabaraba
itu. Kaisar meraba sana-sini, kalau dapat memegang
orang selir, jari-jari tangannya meraba-raba, kemudian
melepaskannya lagi dan mencari yang lain.