Cersil 12 Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo Tag:cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf Cersil 12 Tiga Naga Sakti Karya Kho Ping Hoo
- Cersil Cerita Silat KPH Best 11 Tiga Naga Sakti
- Cersil Cerita Silat Terbaik KPH 10 Tiga Naga Sakti...
- Cersil Cerita Silat KPH 9 Tiga Naga Sakti
- Cerita Silat KPH Asyik 8 Tiga Naga Sakti
- Cerita Silat Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo 7 Tig...
- Cerita Silat KPH 6 Tiga Naga Sakti
- Cerita Silat Cersil Kho Ping Hoo 5 Tiga Naga Sakti...
- Cerita Silat Kho Ping Hoo 4 Tiga Naga Sakti
- Cerita Silat Remaja Kho Ping Hoo 3 Tiga Naga Sakti...
- Cerita Silat Romantis Kho Ping Hoo 2 Tiga Naga Sak...
- Cerita Silat Cinta Kho Ping Hoo 1 Tiga Naga Sakti
- Cersil Cinta Terakhir Kho Ping Hoo 13 Tamat Suling...
- Cersil Ke 8 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Cer...
- Cersil Ke Tujuh Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti...
- Cersil ke 6 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
- Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung
- Cerita Silat Ke 4 Pendekar Yoko
- Cersil Yoko 3 Condor Heroes
- Cersil Yoko Seri Ke 2
- Cerita Silat Cersil Ke 1 Kembalinya Pendekar Rajaw...
- Cerita Silat Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Komp...
- Cersil Ke 25 Tamat Kwee Ceng Bersambung Ke Pendeka...
- Cerita Silat ke 24 Kwee Ceng Pendekar Jujur
- Cersil Ke 23 Kwee Ceng Pendekar Lugu
- Cerita Silat Ke 22 Kwee Ceng
- Cersil Ke 21 Kwee Ceng
- Cerita Silat Ke 20 Cersil Kwee Ceng Rajawali Sakti...
- Cerita Silat Ke 19 Kwee Ceng Jagoan Sakti
- Cersil Ke 18 Kwee Ceng
- Cersil Ke 17 Kwee Ceng Cerita Silat Pendekar Rajaw...
- Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Ke 16 Pendekar Kw...
- Cersil Ke 15 Pendekar Kwee Ceng
- Cersil Hebat Kweeceng Seri 14
- Cersil Cerita Silat Kwee Ceng 13
- Cersil Pendekar Ajaib : Kwee Ceng 12
- Kumpulan Cerita Silat Jawa : Kwee Ceng 11
- Cerita Silat Pendekar Matahari : Kwee Ceng 10
- Cersil Mandarin Lepas :Kwee Ceng 9
- Cersil Langka Kwee Ceng 8
- Cerita Silat Mandarin Online : Kwee Ceng 7
- Cersil Indo Kwee Ceng 6
- Cerita Silat Cersil Kwee Ceng 5
- Cersil Kwee Ceng 4
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 3
- Cersil Pendekar Kwee Ceng 2
- Cersil Pendekar Kwee Ceng ( Pendekar Pemananah Raj...
- Cersil Seruling Sakti dan Rajawali Terbang
- Kumpulan Cersil Terbaik
- Cersil Jin Sin Tayhiap
- Cersil Raisa eh Ching Ching
- Cersil Lembah Merpati
- Cerita Silat Karya stefanus
- Cersil Pedang Angin Berbisik
- Cersil Sian Li Engcu
- Cersil Si KAki Sakti
- Cersil Bendera Maut
- Cersil Pahlawan Gurun
- Cersil Pedang Pusaka Buntung
- Cersil Terbaik Pendekar Kunang Kunang
- Cersil Mandarin Imam Tanpa Byangan
"Aku diajar hidup sebagai petani dan sebagai nelayan."
"Ehh ?" Dara itu memandang heran dan mengangkat kedua
alisnya yang kecil hitam dan panjang sehingga Sian Lun
melongo karena terpesona oleh kecantikan wajah dara itu.
"Untuk apakah pelajaran bertani dan menangkap ikan?"
Kini Sian Lun memandang dengan sinar muta tajam dan
sikapnya sungguh - sungguh ketika dia menjawab, "Cu - moi,
menurut kenyataannya, belajar bertani dan belajar
menangkap ikan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan
manusia dari pada belajar ilmu silat! Lihatlah hasil karya dari
para petani dan nelayan! Hasil karya mereka merupakan
kebutuhan hidup dari banyak orang, bukan kebutuhan mereka
sendiri. Betapa semenjak lahir kita telah berhutang budi
kepada para petani dan nelayan. Akan tetapi, apakah hasil
karya dari para ahli silat? Tak lain hanya kekerasan,
permusuhan dan saling bunuh!"
Dara itu mengerutkan alisnya, berpikir keras karena dia
merasa tidak setuju sepenuhnya dengan ucapan pemuda itu.
"Akan tetapi, Lun-ko, kalau semua orang yang jujur dan baik
menjadi petani dm nelayan sedangkan semua orang yang
jahat menjadi ahli silat, habis siapakah yang akan menentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penindasan dan kejahatan yang dilakukan oleh para penjahat
itu terhadap para rakyat yang lemah? Kalau tidak ada para
pendekar yang ahli silat untuk menghadapi mereka yang
jahat, akan bagaimana jadinya dengan kehidupan ini?"
Sian Lun menarik napas panjang. "Demikianlah
kenyataanya, moi-moi. Betapa banyaknya orang yang
mempergunakan ilmu silat atau kekuatan atau kekuasaan
untuk menindas orang lain sehingga orang-orang yang tidak
suka akan kekerasanpun terpaksa harus mempelajari silat
untuk membela kaum lemah yang tertindas. Memang benar
ucapanmu, ilmu silat, seperti juga ilmu bertani dan mencari
ikan, hanyalah ilmu yang semuanya berguna, tidak baik
maupun buruk sifatnya, karena baik atau buruknya itu
tergantung kepada si manusia yang memiliki ilmu itu. Ilmu
macam apapun di dunia ini, kalau dipergunakan untuk
menyenangkan diri sendiri dan mencelakakan orang lain,
menjadi ilmu jahat dan sebaliknya kalau dipergunakan untuk
menolong orang lain, adalah ilmu yang baik."
Dara itu tertawa dan memandang kepada Sian Lun dengan
girang. "Nah, begitu baru aku setuju, koko ! Jadi, engkau
hanya belajar bertani dan menangkap ikan dari orang sakti
yang membawamu itu? Apakah engkau tidak diberi pelajaran
ilmu silat oleh gurumu? Apakah engkau tidak mempelajari
silat, Lun ko ?"
Sian Lun tersenyum. Dia mengangguk dan menjawab
sederhana, "Ada sedikit aku mempelajari ilmu silat, akan tetapi
hanya sedikit, moi - moi."
"Ah, engkau tentu pandai !"
"Tidak bisa dibandingkan denganmu."
"Ah, aku tidak percaya. Lain kali aku akan minta
petunjukmu, koko Sekarang mari kita cepat-cepat pergi ke
Kwan im bio." Setelah berkata demikian, tubuh dara itu
melesat cepat sekali karena dia sudah mempergunakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ginkang untuk berlari cepat ke depan. Sian Lun tersenyum.
Dara itu memang cerdik sekali, dia harus berhati-hati agar
tidak sembarangan mengeluarkan kepandaian kalau tidak
terpaksa sekali, sesuai dengan ajaran dan sikap mendiang
gurunya. Maka begitu melihat Wan Cu berlari cepat yang dia
tahu adalah akal dara itu untuk menguji kepandaiannya, atau
setidaknya menguji ginkangnya, diapun berlari cepat akan
tetapi tanpa mempergunakan ilmunya, hanya lari cepat biasa
saja mengandalkan kekuatan kedua kakinya. Tentu saja dia
tertinggal jauh sekali oleh dara yang larinya seperti kijang
cepatnya itu! Sebentar saja tubuh dara itu telah berkelebat
dan lenyap di sebuah tikungan jalan.
Ketika Sian Lun tiba di tikungan itu, dia tidak melihat Wan
Cu, akan tetapi dia menahan senyum ketika tiba tiba tubuh
dara itu berkelebat dari atas pohon, menyambar turun ke
depannya seperti seekor burung garuda! Dara itu memang
lincah dan memiliki ginkang yang lumayan dan agaknya kini
sedang memamerkan kepandaiannya kepadanya.
"Ah, engkau membuat aku kaget saja, moi-moi ! Larimu
cepat sekali !"
Wajah cantik itu berseri gembira, matanya bersinar sinar,
akan tetapi mulut yang manis itu tersenyum dan berkata
merendah, "Ah, larimu juga cepat, koko." Kini mereka berjalan
berdampingan dan Wan Cu tidak lagi mempergunakan ilmu
lari cepat, juga tidak lagi bertanya tentang ilmu silat karena
dia merasa sudah cukup menguji tadi. Pemuda ini mungkin
hanya mempelajari sedikit saja ilmu silat !
Akhirnya tibalah mereka di Kuil Kwan-im-bio yang sunyi
letaknya di luar kota itu. Akan tetapi dari jauh saja Sian Lun
sudah memandang dengan hati tegang. Jantungnya berdebar
ketika dia mengenal beberapa orang berada di depan kuil itu.
"Ah, agaknya nenek guru sedang menghadapi tamu !" Wan
Cu berseru dan tiba-tiba dia merasa lengannya dipegang
orang dan ketika dia menoleh, terheranlah dia melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketegangan membayang di wajah pemuda yang biasanya
tenang itu,
"Ada apakah, Lun ko ?"
"Mereka........ mereka adalah orang-orang yang kuceritakan
itu, dari kuil rusak itu......."
"Ah, jadi mereka telah tiba di sini? Bagus, mari kita cepat
membantu nenek......."
Sian Lun hendak mencegah, akan tetapi dara itu sudah
cepat meloncat ke depan dan berlari cepat sehingga terpaksa
Sian Lun juga mengikutinya dari belakang.
Memang benar dugaan Sian Lun, Nampak Tai-lek Hoat-ong
atau Tayatonga, tokoh Khitan raksasa bongkok itu telah
berada di situ, bersama Sin Beng Lama dari Tibet, dan dua
orang tokoh Beng-kauw, yaitu Ui bin Sai-kong dan Hek bin
Sai-kong ! Dan di fihak Kuil Kwan- im-bio nampak seorang
nikouw tua dan seorang kakek pengemis bersama beberapa
orang nikouw Kwan-im-bio yang memandang dengan alis
berkerut.
Sian Lun dapat menduga bahwa nikouw tua itu tentulah
Pek I Nikouw, karena selain sudah tua juga pakaiannya serba
putih, sesuai dengan julukannya, yailu Pek I Nikouw ( Peudeta
Wanita Baju Pulih) Sedangkan kakek berpakaian
pengemis itu agaknya adalah Tiong-san Lo-kai!
Pada saat Wan Cu dan Sian Lun tiba di situ, terdengar Hekbin
Sai kong yang mukanya hitam penuh brewok berkata
nyaring, "Bagus sekali, Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai!
Ayah bunda gadis itu adalah murid kalian ! Kami adalah orangorang
yang tahu aturan, maka kami tidak mau berurusan
dengan mereka, melainkan langsung mendatangi kalian untuk
minta pertanggungan jawab kalian. Gadis cucu murid kalian
itu telah menghina kami, menghina Beng - kauw, oleh karena
itu Beng kauw minta pertanggungan jawab kalian! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebelum Pek I Nikouw atau Tiong san Lo-kai menjawab,
terdengar Wan Cu yang sempat mendengar ucapan tokoh
Beng-kauw itu sudah berseru nyaring sekali. "Memang aku
yang berbuat dan aku yang bertanggung jawab! Aku yang
menghajar tiga orang kurang ajar itu, dan kalau ada orang
lain hendak membela penjahat-penjahat hina itu, majulah, aku
Yap Wan Cu tidak takut menghadapinya !"
"Wan Cu, apa yang telah kaulakukan?" Hampir berbareng
kakek dan nenek itu menegur.
"Harap ji-wi tidak menanggapi omongan mereka ini, teecu
telah menghajar tiga orang laki-laki hina yang telah berani
bersikap kurang ajar kepada teecu di depan Kuil Hok Tek Ceng
Sien di depan banyak orang. Teecu tidak tahu mereka itu
murid-murid Beng-kauw atau murid dari neraka, yang teecu
ketahui hanya bahwa mereka itu hendak kurang ajar kepada
teecu, maka teecu menghajar mereka. Masih baik teecu tidak
membunuh mereka. Kalau sekarang ada antek antek mereka,
atau guru-guru mereka, datang hendak membela, teecu akan
menghadapinya!"
"Bagus! Bocah sombong, kau majulah!" Hek-bin Sai-kong
sudah meloncat ke depan dan begitu kedua tangannya
bergerak, terdengar suara berkerotokan!
''Siapa takut padamu !" Wan Cu juga meloncat ke depan.
"Wan Cu, mundur kau !" Pek I Nikouw membentak, akan
tetapi dasar dara itu luar biasa tabahnya, dia meloncat sambil
menyerang dengan pukulan keras ke arah muka Hek-bin Saikong!
"Plak-plak!" Tubuh dara itu terlempar ke belakang dan dia
tentu sudah roboh terjengkang kalau saja tidak secara
kebetulan dia terlempar ke arah Sian Lun dan menabrak
pemuda ini yang sudah cepat menangkap lengannya.
"Dia lihai sekali, Cu moi........." Sian Lun berbisik, akan
tetapi dara itu memang keras kepala. Dengan marah sekali dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencabut pedangnya dan tanpa memperdulikan bujukan Sian
Lun dan teguran Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai, dia
sudah menerjang ke depan, menyerang Hek-bin Sai-kong
dengan pedangnya.
Kedua tangan pendeta muka hitam itu bergerak dan tahutahu
nampak dua sinar berkelebat. Kiranya dia sudah
mencabut keluar sepasang pedangnya dan dua kali pedang itu
berkelebat, terdengar suara berdencing nyaring dibarengi
teriakan Wan Cu karena kalau dia tidak membuang tubuh ke
belakang, hampir saja ujung pedang lawan menggores
mukanya!. Wajah dara itu menjadi pucat sekali dan pada saat
itu Pek I Nikouw sudah meloncat ke depan dan menarik
lengan Wan Cu, lalu mendorongnya ke belakang. "Apakah
engkau sudah bosan hidup? Mundurlah dan jangan ikut
campur !"
Wan Cu tidak membantah lagi karena maklumlah dia
bahwa fihak lawan terlalu lihai sehingga bukan lawannya,
maka dia lalu mundur dan berdiri di dekat Sian Lun sambil
menyimpan pedangnya. "Benar, dia lihai sekali ......" bisiknya
kepada pemuda itu, tidak tahu betapa pemuda itu masih
berdebar tegang dan betapa pemuda itu tadi sudah siap siap,
menegang seluruh urat syarafnya karena siap untuk
menyelamatkannya apa bila saikong itu menurunkan tangan
kejam !
"Omitohud, agaknya anda benar-benar mendesak kami!"
Pek I Nikouw berkata sambil melangkah maju menghadapi
Hek-bin Sai-kong. "Sebenarnya, apakah yang kalian kehendaki
?"
"Pek I Nikouw, cucu muridmu adalah cucu dari Yap taijin,
dan sudah berani menghina murid kami yang bernama Ma
Siok, bahkan tadi telah berani menyerangku pula. Kalau tidak
ingat bahwa dia itu seorang anak-anak, apakah dia masih
dapat bernapas sekarang? " Hek-bin Sai-kong berkata. "Bukan
hanya urusan pribadi yang membuat kami ditang, melainkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena penghinaan itu berarti penghinaan terhadap Bengkauw
oleh seorang cucu pembesar dan cucu muridmu. Oleh
karena itu, maka aku dan teman-teman datang untuk
menantang engkau dan Tiong-san Lo-kai sebagai kakek guru
dan nenek guru dara itu !"
"Ha-ha ha, bagus sekali, sejak kapankah orang orang Bengkauw
menarik bantuan seorang pendeta Lama dari Tibet dan
seorang tokoh Khitan? Apakah sejak tersiar desas desus
bahwa Beng-kauw bersama orang-orang Tibet dan Khitan
sedang bergerak hendak memperebutkan kedudukan? " Tiba
tiba Tiong-san Lo-kai yang sejak tadi diam saja berkata
dengan tertawa dan menir|ck.
Dengan alis berkerut Tai-lek Hoat-ong bertanya kepada
Hek-bin Saikong, "Hek-bin Sai-kong, siapakah jembel tua ini ?"
"Hemm, Tai-lek Hoat-ong, namamu sudah kukenal karena
selamu beberapa tahun ini engkau sudah banyak melakukan
hal-hal yang menggemparkan. Engkau mau mengenal jembel
tua bangka ini? Aku adalah Tiong-san Lo-kai."
"Aha, inikah orangnya? " Hanya demikian Tai-lek Hoat-ong
berkata, sikapnya menghina sekali.
"Terserah apa yang kalian katakan, Pek I Nikouw din Tiongsan
Lo-kai ! Kami datang berempat dan kalau kalian merasa
takut, hayo cspat ajak cucu murid kalian itu berlutut dan minta
ampun kepada kami, juga memenuhi syaratku seperti kalau
kalian kalah dalam pertandingan melawan kami."
"Hemm, kalau kami takut atau kalah, apakah syaratmu?"
Pek I Nikouw bertanya, suaranya masih halus karena nikouw
ini memang sabar sekali.
"Syaratnya, adalah pengikatan kekeluargaan. Nona ini
harus menjadi isteri muridku yang jatuh cinta kepadanya."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jahanam busuk ! Lebih baik aku mampus!" Wan Cu sudah
menjerit dan tangan kanannya bergerak. Sinar kecil dari
jarum-jarum halus menyambar ke arah Hek bin Sai kong
Itulah jarum-jarum amat terkenal dari Pek I Nikouw yang telah
dipelajari dara itu dari ibunya, yaitu jarum-jarum Cai-li Toat
beng ciam, semacam jarum pencabut nyawa yang luar biasa
ampuhnya.
"Huhh.......!" Hek - bin Sai - kong cepat menggerakkan
tangannya dan lengan baju yang lebar itu menyampok, akan
tetapi dengan terkejut dia terpaksa menarik tubuh atas ke
belakang karena masih ada jarum yang lewat dan mengancam
mukanya. Dia terkejut sekali dan marahlah saikong ini. Akan
tetapi sebelum dia dapat menyerang Wan Cu, Pek I Nikouw
telah meloncat ke depannya sambil menghadang dan
membelakangi cucu muridnya.
"Hek-bin Saikong, pinni (aku) terima tantanganmu! " kata
Pek I Nikouw dengan sikap tenang. "Akan tetapi, kalian tidak
boleh membawa-bawa nona ini! Biarlah kalau pinni dan Tiongsan
Lo-kai kalah, kalian boleh melakukan apa saja terhadap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami, sebaliknya kalau kalian kalah, kalian harus cepat pergi
dan tidak boleh mengganggu wilayah An kian lagi.
Bagaimana?"
"Bagus, terima saja, Hek-bin Sai-kong," terdengar Tai-lek
Hoat-ong berkata dan Hek-hin Sai-kong mengangguk.
"Baik, Pek I Nikouw, kami menerima taruhanmu!"
Dari jawaban ini dan sikap saikong itu, tahulah Pek I
Nikouw dan Tiong-san Lo-kai bahwa yang sesungguhnya
menjadi pemimpin dari empat orang itu adalah orang Khitan
ini.
"Nikouw tua, biarkan aku yang maju menghadapi mereka!"
Tiong-san Lo-kai yang diam-diam merasa penasaran itu
berseru.
"Tidak, Lo kai. Pinni adalah penghuni kuil ini dan menjadi
nyonya rumah, engkau adalah tamu, sungguhpun kita berdua
yang ditantang, akan tetapi pinni biarkan maju dulu. Kalau
pinni kalah barulah engkau yang maju!" bantah Pek I Nikouw.
Memang pada waktu itu, secara kebetulan saja Tiong-san Lokai
berkunjung ke Kuil Kwan-im-bio dalam perjalanannya
menuju ke An-kian untuk menengok muridnya, yaitu Yap Yu
Tek. Dan ucapan nikouw tua itupun bukan tanpa alasan,
karena dia maklum bahwa ilmu kepandaian kakek pengemis
itu masih lebih tinggi setingkat dibandingkan dengan
kepandaiannya, maka sebaiknya dia yang maju lebih dulu dan
kalau dia terdesak oleh lawan, baru kakek pengemis itu yang
turun tangan.
Pada saat itu, Sian Lun sudah melangkah maju dan
memberi hormat kepada Pek I Ni-kouw dan Tiong-san Lo-kai
sambil berkata, "Ji-wi locianpwe, harap ji-wi suka mengijinkan
teecu untuk mewakili ji-wi menghadapi mereka ini."
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai memandang dengan
heran kepada pemuda itu Mereka tadipun sudah melihat
bahwa cucu murid mereka datang bersama pemuda asing ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan kini mendengai bahwa pemuda itu minta persetujuan
mereka untuk mewakili mereka menghadapi empat oiang
lawan yang amat tangguh itu, mereka tentu saja terkejut dan
terheran.
"Siapakah tuan muda ini?" tanya Pek I Nikouw kepada Wan
Cu.
Wan Cu sendiri terkejut mendengar permintaan Sian Lun
dan hatinya terasa hangat karena kagum dan senang
mendengar pemuda itu membela nenek dan kakek gurunya.
Sikap pemuda itu dianggapnya gagah berani dan ini amat
mengagumkan hatinya, walaupun dia merasa lucu betapa
seorang seperti Sian Lun ini berani menghadapi orang-orang
yang demikian lihainya sehingga dia sendiri saja sama sekali
tidak berdaya menghadapi saikong itu, apa lagi yang lain,
yang kelihatan juga amat aneh dan tentu lihai sekali. Sikap
Sian Lun itu membuatnya bangga, maka tanpa ragu-ragu dia
lalu berkata, menjawab pertanyaan Pek I Nikouw
memperkenalkan, "Dia adalah Tan Sian Lun suheng!"
Jawaban ini membuat empat orang lawan itu diam-diam
memandang rendah. Apa artinya pemuda itu kalau hanya
suheng dari nona muda ini, pikir mereka. Ditambah sepuluh
orang lagi seperti pemuda itupun mereka tidak akan takut.
Akan tetapi Pek I Nikouw dan Tiong-sin Lo-kai memandang
dengan alis berkerut dain tentu saja mereka tidak dapat
meluluskan permintaan itu.
"Suhengmu dari mana......?" Pek I Nikouw bertanya lagi
karena kalau cucu muridnya ini mempunyai seorang suheng,
tentu dia mengenalnya, akan tetapi dia merasa tidak pernah
jumpa dengan pemuda ini.
"Dia adalah murid keponakan dari mendiang paman Gan
Beng Han."
"Omitohud........ dia yang dulu dibawa pergi oleh seorang
locianpwe........?" Pek I Nikouw memandang kepada Sian Lun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang hanya mengangguk lalu menundukkan mukanya karena
dia tidak ingin bicara tentang gurunya.
Akan tetapi, melihat bahwa Sian Lun masih amat muda, di
dalam hatinya Pek I Nikouw dan Tiong san Lo-kai tentu saja
sangsi apakah orang semuda ini boleh diandalkan untuk
menghadapi lawan-lawan yang mereka tahu amat lihai. Dan
urusan ini sama sekali tidak menyangkut diri pemuda itu,
maka tentu saja mereka tidak mau membiarkan pemuda itu
terancam bahaya. Apa lagi pemuda itu bukan merupakan
murid segolongan, maka amat tidak baik menyeretnya ke
dalam bahaya sehingga melibatkan perguruan atau partai lain
ke dalam urusan pribadi.
"Terima kasih atas kesediaanmu, sicu, akan tetapi biarlah
pinni dan Lo kai yang akan menghadapi mereka, tua sama
tua," kata Pek I Nikouw yang kemudian menghadapi empat
orang kakek itu dan berkata, "Nah, siapakah yang akan
memberi petunjuk kepada pinni ?"
Agaknya di antara empat orang penantang itu sudah ada
persepakatan, karena tiba-tiba pendeta Lama itu sudah
melangkah maju menghadapi Pek I Nikouw dan mengangkat
kedua tangan memberi hormat. "Siancai, pinceng mendapat
kehormatan untuk melayani Pek I Nikouw, ketua Kwan-im-bio
yang terkenal itu! Karena di fihak kalian ada dua orang yang
maju, maka fihak kamipun akan maju dua orang, yaitu
pinceng sendiri dan Tai lek Hoat-ong."
Pek I Nikouw memandang calon lawan ini dengan penuh
perhatian. Dia hanya pernah mendengar nama Sin Beng
Lama, satu di antara para pendeta Lama dari Tibet yang
berkeliaran di daratan besar, dan yang namanya terkenal di
dunia kang-ouw sebagai seorang yang berilmu tinggi, dan
kabarnya Sin Beng Lama ini adalah murid kepercayaan dari
tokoh besar Tibet yang berjuluk Ba Mou Lama, yaitu ketua
Lama Jubah Merah. Pendeta ini usianya lima-puluh lebih,
bertubuh tinggi kurus dan nampaknya masih kuat, pakaiannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sederhana dan jubahnya berwarna merah, sepatunya berlapis
baja dan di pinggangnya sebelah kiri terselip sebatang tongkat
kuningan yang kecil dan tidak begitu panjang, hanya
sepanjang sebatang pedang biasa. Melihat sepatu itu, Pek I
Nikouw menduga bahwa lawan ini agaknya seorang ahli
tendangan, maka dia mencatat dugaan ini di dalam hatinya.
"Baik, majulah, Sin Beng Lama!" Pek I Nikouw berkata
halus dan nenek tua ini sudah memasang kuda kuda setelah
dia membalas penghormatan Lama itu.
"Lihat serangan!" Sin Beng Lama berseru keras dan dia
mulai menyerang dengan pukulan menyilang. Dua orang ini
kelihatan sungkan sungkan Karena mereka berdua adalah
pendeta-pendeta yang berjubah pendeta pula, biarpun bukan
segolongan namun setidaknya mempunyai aliran yang sama.
Pek I Nikouw adalah seorang nenek yang sudah tua, tidak
kurang dari tujuhpuluh tahun, usianya dan pada dasarnya
nikouw ini tidak menyukai kekerasan sungguhpun dia
merupakan seorang tokoh Thai-sin pai tingkat dua yang
berilmu tinggi. Sudah bertahun-tahun dia tidak pernah
bertempur, bahkan dia lebih tekun memperhatikan persoalan
batin dari pada ilmu silat, maka boleh dibilang dia kurang
latihan. Selain itu, juga tenaganya sudah banyak berkurang,
maka kini sekali bertanding menghadapi seorang lawan yang
lihai, maka tahulah dia bahwa dia menghadapi bahaya. Melihat
cara lawan menyerang dengan ganas, tak tertahankan lagi dia
berseru sedih, "Omitohud........!" dan meloncat ke belakang
untuk menghindarkan diri. Hatinya bersedih mengingat bahwa
dia harus berkelahi melawan seorang pendeta pula !
Memang sesungguhnya amat menyedihkan melihat
kenyataan betapa kekerasan tak pernah meninggalkan
manusia, atau lebih tepat lagi manusia tak pernah dapat
terbebas dari kekerasan, biarpun dia telah memiliki
pengetahuan bertumpuk-tumpuk dan telah mengusahakan
sedapat mungkin untuk menjadi orang baik, menjadi pendeta
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atau bahkan pertapa! Jelaslah bahwa kebersihan manusia
tidak dapat diukur dari kedudukan, usia, bangsa, agama
ataupun kepercayaan. Apa lagi diukur dari pakaian yang
membeda-bedakan manusia sebagai karyawan, usahawan,
seniman, sarjana, pendeta dan sebagainya lagi itu. Yang
menentukan adalah tindakan yang merupakan pelaksanaan
dari pada keadaan batin setiap orang, dan keadaan batin ini
hanya diketahui oleh diri sendiri masing-masing ! Oleh karena
itu, yang dapat membersihkan batin, membebaskan batin,
hanyalah diri sendiri belaka ! Dan pembersihan ini baru
mungkin terjadi apa bila kita masing-masing mengenal diri
sendiri, mengenal diri sendiri yang penuh dengan keinginan,
ingin senang, ingin baik, ingin berhasil, ingin "maju", ingin
melebihi orang lain dalam segala-galanya, dan seribu satu
macam keinginan lagi, mengenal diri sendiri yang penuh
dengan kemunafikan, kepalsuan, kebencian, iri hati,
permusuhan, rasa takut, dan sebagainya. Kitalah yang dapat
mengenal diri sendiri, dengan mengamatinya Setiap saat,
mengamati gerak-gerik jasmani kita, mengamati gerak-gerik
hati dan pikiran kita. Tanpa mengenal kekotoran yang melekat
pada diri sendiri, mana mungkin timbul pembersihan? Kita
selalu menganggap bahwa kita adalah orang yang paling
bersih, paling baik, dan dengan demikian kita tenggelam ke
dalamkepalsuan ini dan yang kotor menjadi tetap kotor,
bahkan menjadi semakin kotor !
Demikian pula dengan halnya Pek I Nikouw. Dia berduka
melihat orang lain menggunakan kekerasan, tanpa menyadari
bahwa tanggapannya terhadap kekerasan orang lainitupun
merupakan kekerasan yang tidak ada bedanya! Mungkin,
seperti yang kita lakukan kalau kita menghadapi kekerasan
orang lain dengan ke kerasan pula, Pek I Nikouw akan
beranggapan bahwa dia mempergunakan kekerasan demi
membela kebenaran! Inilah senjata kita yang selalu kita
pergunakan untuk membela diri sendiri, untuk mcmbenarkan
diri sendiri, untuk mencarialasan mengapa kita melawan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa kita menggunakan kekerasan. Kita selalu
beranggapan bahwa kita marah, kita keras, karena kita
membela kebenaran! Kita sama sekali tidak mau memandang
diri sendiri sehingga nampak jelas bahwa MARAH, BENCI,
BERKERAS itu sendiri sudah TIDAK BENAR! Namun kita pakai
untuk membela kebenaran! Kebenaran siapa?Tentu saja
kebenaran kita sendiri yang boleh saja kita selimuti dengan
umum kebenaran agama, bangsa, golongan dan lain-lain lagi
yang hanya merupakan pengluasan saja dari pada kebenaran
UNTUK AKU. Kita lupa bahwa kalau kita sudah menentukan
suatu kebenaran untuk diri sendiri sendiri, maka sudah tentu
fihak lawan kitapun memiliki ketentuan suatu kebenaran untuk
dirinya sendiri. Maka terjadilah perang kebenaran, perebutan
kebenaran dan sudah jelas dapat kita lihat bersama bahwa
kebenaran yang diperebutkan itu sesungguhnya BUKANLAH
KEBENARAN ADANYA.
Semenjak sejarah dicatat manusia, selalu manusia
berenang dalam lautan kekerasan. Kita menyamakan diri
dengan hal-hal yang kita anggap lebih tinggi dari pada kita.
Melihat diri kita sendiri yang tidak berarti, yang tidak abadi,
maka kita suka melekatkan diri kepada yang kita anggap lebih
besar, seperti bangsa, agama, partai, golongan, keluarga, dan
lain-lain di mana kita mengharapkan akan dapat
"membonceng" untuk mengisi kekosongan dan kedangkalan
diri kita sendiri. Maka terjadilah perpindahan kekerasan. Kalau
tadinya kita memberatkan "aku" masing masing dan menjadi
marah, membenci dan sebagainya kalau aku diganggu, maka
kini terjadi perpindahan atau bahkan pengluasan si "aku" yang
menjadi "negaraku, bangsaku, agamaku, partaiku,
golonganku" sehingga marahlah kita kalau semua itu
diganggu. Bahkan ada yang mengesampingkan dirinya sendiri,
seperti para pendeta dan pertapa, tidak akan marah kalau
dirinya diganggu, akan tetapi awas, jangan mengganggu
agamanya atau golongannya, karena kalau itu diganggu, dia
akan marah dan menggunakan kekerasan ! Padahal,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
golonganku, partai ku, bangsaku dan sebagainya itu hanya
merupakan pengluasan dari pada si aku itu juga!
Dapatkah kita hidup bebas dari segala ikatan, segala
pelekatan, segala penyamaan diri bebas dari si aku dengan
segala bentuknja dan pengluasannya yang penuh dengan
pengajaran kesenangan sehingga menimbulkan kebenaran
sendiri-sendiri dan akibatnya menimbulkan konflik dan
pertentangan?
Karena terus diserang dan didesak oleh lawannya, akhirnya
Pek I Nikouw juga membalas serangan serangan lawan
dengan serangan-serangan maut dan pukulan-pukulannya
yang kelihatannya lemah lembut namun sesungguhnya
mengandung tenaga sinkang yang murni dan masih kuat di
samping ketepatan sasaran yang disambar oleh jari - jari
tangannya yang kecil, yaitu bagian bagian yang mematikan.
Tiba-tiba terdengar Sin Beng Lama mengeluarkan bentakan
nyaring dan terus-menerus. Kiranya dia telah mempergunakan
ilmu tendangannya dan kedua kaki yang terbungkus sepatu
berlapis baja itu sudah menyambar bertubi-tubi dan saling
susul kiri dan kanan- Hebat sekali tendangan - tendangan itu
karena selain cepat dan kuat, juga datangnya secara tidak
terduga duga. Agaknya kedua kaki pendeta Lama ini dapat
melancarkan tendangan diri segala macam posisi. Agak repot
juga Pek I Nikouw menghadapi serangkaian tendangan ini.
Akan tetapi setelah terancam bahaya, nikouw tua ketua Kwanim-
bio yang memang memiliki dasar ilmu silat murni dari Thaisan-
pai ini, mendapatkan kembali ketenangannya dan pulih
kembali kelincahannya yang dahulu, secara otomatis tubuhnya
bergerak dan mengulur langkah-langkah Thai-san sin-po
sehingga akhirnya lawannya sendiri yang terengah-rngah
kehabisan tenaga karena melakukan tendangan lebih
membutuhkan dan menghamburkan tenaga dari pada pukulan
tangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Lihat senjata!" Tiba-tiba pendeta Tibet itu berseru dan
nampak sinar kuning berkelebat. Kiranya dia telah mencabut
tongkat kuningan dan menggunakan senjata ini untuk
melakukan totokan ke arah leher lawan.
Terkejutlah Pek l Nikouw karena nyaris di terkena totokan
maut itu. Cepat dia membuang tubuhnya yang tua ke
belakang dan karena dia meragukan kelincahan tubuhnya
yang sudah tua, dia tidak berani berjungkir balik seperti ketika
masih muda, melainkan terus menjatuhkan diri ke belakang
lalu bergulingan menyelamatkan diri dari pengejaran tongkat.
Ketika dia meloncat berdiri, seorang nikouw yang membawa
pedangnya telah melemparkan pedang itu ke arah Pek I
Nikouw yang cepat menyambar gagang pedangnya. Timbul
kembali semangat Pek I Nikouw setelah merasakan gagang
pedangnya di tangan. Melihat lawan sudah menerjang lagi, dia
memutar pedangnya dan segera pedang itu lenyap bentuknya,
berobah menjadi gulungan sinar yang indah sekali karena
nenek ini telah mainkan ilmu pedang Thai san-pai yang sudah
terkenal keindahannya, yaitu Ngo-lian Kiam-hoat (Ilmu Pedang
Lima Teratai). Berkali-kali terdengar suara berdencing nyaring
kalau pedang bertemu dengan tongkat kuningan dan yang
nampak hanya dua gulungan sinar putih dan kuning, diseling
muncratnya bunga api yang berpijar.
Diam - diam Wan Cu merasa khawatir dan terkejut sekali.
Baru sekarang dia melihat betapa sikapnya tadi amat lucu dan
memalukan. Sedangkan nenek gurunya saja agaknya tidak
mudah mengalahkan seorang lawan, apa lagi dia sebagai cucu
murid Pek I Nikouw? Dan dia tadi membuka mulut besar
menantang mereka! Dan Sian Lun juga menawarkan diri untuk
mewakili nenek dan kakek sakti itu untuk menghadapi lawan!
Wan Cu mengerling ke samping dan melihat betapa wajah
pemuda itu tetap biasa dan tenang saja, sungguhpun pandang
mata pemuda itu mengikuti jalannya pertandingan dengan
penuh perhatian. Huh, mana kau bisa tahu bagaimana
jalannya pertandingan, pikir Wan Cu. Dia sendiri tidak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melihat jelas bagaimana jalannya pertandingan antara nenek
gurunya dan lawannya, karena gerakan pedang dan tongkat
itu begitu cepat sehingga gulungan sinar putih dan kuning itu
menjadi satu dan menyilaukan mata.
"Lun - ko, untung engkau tadi tidak diperbolehkan
mewakili, kalau engkau jadi maju, sungguh berbahaya
bagimu. Lama itu terlalu lihai!" bisik Wan Cu untuk
membuyarkan perhatian Sian Lun karena dia merasa
penasaran melihat pemuda itu pura-pura tertarik melihat
pertempuran yang terlampau cepat sehingga sukar diikuti
pandang mata itu.
"Hemm? Oh, ya, dia lihai sekali........" jawab Sian Lun yang
hanya menengok sebentar 1alu memandang lagi ke depan.
’Uh, jangan pura - pura pandai kau,’ pikir Wan Cu,
mendongkol juga karena pemuda itu seolah-olah tidak
memperhatikan dia, agaknya lebih tertarik menonton
pertandingan yang tak mungkin dapat diikutinya itu dari pada
memandang kepadanya.
"Kalau engkau yang maju, apakah kau mampu melawannya
dan dapat bertahan lebih dari duapuluh jurus?" tanyanya lagi
memancing, maksudnya untuk membikin pemuda itu malu
karena dia makin mendongkol.
"Ahh......... ? Mungkin........ tidak mampu akan tetapi yang
jelas, Pek I Nikouw akan menang....... "
"Apa ........ ? Bagaimana kau tahu........? "
Akan tetapi pada saat itu terdengar suara berdencing
nyaring, disusul suara pendeta Tibet itu memekik kesakitan,
tongkatnya terlepas dan dia meloncat ke belakang, tangan
kanan yang tadi memegang tongkat berdarah karena tergores
pedang. Biarpun pendeta ini tidak tcrluka parah, namun jelas
bahwa dia sudah tidak mungkin bertanding lagi karena tangan
kanannya tidak dapat memainkan senjata dengan baik.
Melihat lawannya mundur dan memandang tongkat yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terlempar ke atas tanah dengan muka pucat, Pek l Nikouw
cepat melemparkan pedangnya kepada seorang nikouw, lalu
mengambil tongkat itu dan menyerahkan kepada Sin Beng
Lama.
"Terima kasih bahwa Sin Beng Lama suka mengalah
terhadap pinni," katanya halus. Sin Beng Lana menyambar
tongkatnya dengan tangan kiri, lalu membalikkan tubuh dan
kembali kepada rombongannya. Pada saat itu menyambar
angin keras dan tubuh Tai-lek Hoat ong yang tinggi besar dan
bongkok itu sudah meloncat ke depan Pek I Nikouw.
"Kepandaian Pek I Nikouw sungguh hebat, ingin sekali saya
belajar kenal dengan kehebatan ilmu Thai san-pai !" kata
kakek bongkok yang tinggi besar itu dan sebelum Pek I
Nikouw menjawab, dia sudah menggerakkan kedua tangannya
ke depan dengan gerakan mendorong secara bergantian.
Ketika menyambar angin yang hebat, Pek I Nikouw terkejut
sekali dan cepat diapun mendorongkan kedua telapak tangan
ke depan karena maklumlah dia bahwa kakek Khitan itu sudah
menyerangnya dengan pukulan jarak jauh mengandalkan
sinkang!
Dua tenaga yang tidak nampak bertemu dan akibatnya Pek
I Nikouw terdorong ke belakang, dan hampir saja terjengkang
kalau dia tidak cepat meloncat ke samping, Tai-lek Hoat-ong
tertawa dan dengan beberapa langkah saja dia sudah
mengejar, lalu menyerang dengan tamparan-tamparan kedua
tangannya yang besar. Kelihatannya perlahan saja dia
menampar, akan tetapi ternyata tamparan itu membawa hawa
pukulan yang amat kuat. Karena Pek I Nikouw tidak sempat
mengelak, dia terpaksa menangkis.
"Plakk!" Tubuh Pek I Nikouw terguling Tiong-san Lo kai
cepat meloncat ke depan sedangkan Pek I Nikouw segera
ditolong oleh para nikouw. Nikouw tua itu bangkit dengan
muka pucat, dia tidak sampai terluka hebat akan tetapi lengan
kanannya seperti lumpuh rasanya. Tahulah dia bahwa tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
percuma tokoh Khitan itu memakai sebutan Tai-lek yang
berarti Tenaga Besar.
Melihat majunya kakek pengemis itu, Tai lek Hoat-ong
tertawa. "Ha-ha-ha, kiranya tidak berapa hebat kepandaian
tokoh Thai-san-pai dan ingin aku mencoba kepandaian Tiongsan
Lo-kai sebagai tokoh Bu tong pai."
Tiong-san Lo-kai tadi sudah menyaksikari kelihaian kakek
tinggi besar bongkok ini dan tahulah dia bahwa lawannya ini
memiliki tenaga besar, sesuai dengan julukannya, oleh karena
itu sebagai seorang tokoh tua yang cerdik dan
banyakpengalamannya di dumi kang otw, dia tentu saja tidak
berniat untuk mengadu tenaga dengan tokoh Khitan itu.
Sambil tersenyum dia memegang tongkatnya melintang di
depan dada seperti orang memegang sebatang pedang, dia
berkata, "Tai-lek Hoat-ong, kiranya engkau hanya seorang tua
Bangka sombong. Mari kita main main sebentar !"
Tai lek Hoat-ong atau Tayatonga juga maklum bahwa
senjata tongkat lawan itu adalah senjata yang berbahaya
karena ulet dan lemas, tidak terbuat dari logam keras yang
dapat dipatahkan dengan tenaganya yang besar, melainkan
terbuat dari kayu yang lemas. Di samping ini, juga tongkat itu
dapat dipergunakan untuk menotok jalan darah dan beberapa
bagian jalan darah yang berbahaya dan lemah tidak mungkin
dilindunginya dengan kekebalan. Akan tetapi karena dia
merasa yakin bahwa kepandaiannya masih beberapa tingkat
lebih tinggi dari pada tingkat lawan, dia tersenyum lebar.
"Baik, baik, kau majulah, jembel tua!"
Mulutnya berkata demikian seolah-olah dia mengalah dan
mempersiapkan lawan untuk mulai menyerang, akan tetapi
ternyata kedua langannya sudah bergerak lebih dulu, yang kiri
mencengkeram ke arah tongkat di tangan inan lawan,
sedangkan yang kanan menampar dengan kekuatan dahsyat
ke arah kepala lawan. Sekali bergerak, tokoh Khitan ini selain
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hendak merampas tongkat, juga hendak membikin pecah
kepala lawan dengan tamparannya yang hebat itu !
Tiong-san Lo-kai cepat menarik tongkatnya ke belakang
dan sambil mengelak dari tamparan itu, tongkatnya berkelebat
menotok ke arah pergelangan tangan kanan yang tadi
menimparnya, kemudian dengan membalikkan tongkat pada
saat lawan menarik kembali tangannya, dia sudah menotok ke
arah tiga jalan darah penting di leher, pundak dan ulu hati
secara susul-menyusuli
"Bagus!" terdengar Tai-lek Hoat-ong berseru keras dan
tiba-tiba kedua tangannya bergerak ke depan dan kini Tiongsan
Lo-kai menahan seruannya karena terkejut bukan main
ketika dari tangan kiri lawan itu menyambar hawa pukulan
yang sekaligus menolak atau mendorong kembali tongkatnya
dan tangan kanan lawan itu kembali sudah mencengkeram ke
arah lambungnya!
Tiong-san Lo-kai cepat memutar tongkatnya membentuk
perisai melindungi lambungnya dan dia lalu cepat mainkan
Ilmu Tiong-san-tung-hoat (Ilmu Tongkat dari Tiong-san) yang
sesungguhnya dia ciptakan dari sumber ilmu pedang Bu-tong
Kiam - hoat.
Sejak tadi Sian Lun tidak pernah lengah memperhatikan
jalannya pertempuran dan dari semula juga dia maklum
bahwa seperti juga Pek I Nikouw, tingkat ilmu kepandaian
Tiong-san Lo - kai, apa lagi tenaga sinkangnya, sama sekali
bukanlah lawan kakek Khitan itu yang benar-benar amat lihai
sekali. Biarpun harus diakuinya bahwa ilmu tongkat yang
dimainkan oleh kakek pengemis itu hebat, namun tidak cukup
kuat untuk melindungi Tai-lek Hoat-ong yang dengan
kekuatan sinkangnya dapat menolak semua serangan tongkat
sebelum tongkat itu dapat mendekati tubuhnya, sebaliknya,
dengan pukulan-pukulan jarak jauh dia sudah dapat membuat
Tiong- san Lo - kai kewalahan dan beberapa kali kakek
pengemis mi terhuyung ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiong-san Lo-kai juga terkejut bukan main dan diapun
maklum bahwa dia bukanlah lawan kakek yang amat sakti ini.
Timbullah rasa khawatir di dalam hatinya, bukan
mengkhawatirkan dirinya sendiri. Dia sudah tua dan
tenaganya memang sudah banyak berkurang dan dia sama
sekali tidak takut mati. Akan tetapi ia mengkhawatirkan cucu
muridnya, juga mengkhawatirkan muridnya, dan keluarga
muridnya yang tentu akan terancam bahaya dari persekutuan
itu kalau sampai dia kalah oleh Tai-lek Hoat-ong. Diapun tahu
bahwa Pek I Nikouw juga tidak berdaya menghadapi mereka
dan siapakah akan mampu melindungi keluarga Yap Yu Tek,
muridnya yang terkasih? Karena kekhawatiran ini, timbul
kenekatan di dalam hati Tiong-san Lo-kai. Dia harus dapat
merobohkan Tai-lek Hoat-ong, kalau perlu dia akan mengadu
nyawanya.
Tiba-tiba kakek pengemis itu mengeluarkan suara bentakan
nyaring sekali karena bentakan ini dilakukan dengan
pengerahan khikang kemudian tongkatnya menyambar
dahsyat sekali karena dia telah menggunakan seluruh tenaga
dan perhatiannya, dipusatkan kepada serangannya itu tanpa
memperdulikan lagi segi pertahanan. Melihat ini, Pek I Nikouw
terkejut bukan main, juga Sian Lun menahan napas karena
maklum bahwa kakek pengemis itu tentu akan celaka.
Tai-lek Hoat-ong juga terkejut melihat serangan tongkat
yang demikian ganas dan dahsyatnya. Biarpun dia sudah
mengelak lalu menangkis, tetap saja kulit lengannya dekat
siku terobek sedikit, akan tetapi pada lain saat, dengan tangan
kanan dia berhasil menangkap kedua tangan lawan pada
pergelangannya dan mengerahkan tenaganya sehingga Tiongsan
Lo-kai tak mampu bergerak lagi, tongkatnya patah-patah
dan kedua pergelangan tangannya telah "terbelenggu" oleh
jari-jari tangan kanan Tai-lek Hoat ong yang mengandung
tenaga amat kuatnya itu. Sambil tertawa mengejek Tai-lek
Hoat-ong mengerahkan tenaga lebih keras lagi dan kakek
pengemis itu memejamkan mata dan menggigit bibir menahan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rasa nyeri yang hebat karena tulang-tulang pergelangan
tangannya serasa akan patah terhimpit jari-jari yang amat
kuat itu. Akan tetapi sedikitpun tidak terdengar keluhan dari
mulutnya dan dia memang sudah siap untuk menerima
kematian kalau serangan nekatnya gagal.
Tiba tiba terdengar bentakan Wan Cu, "Lepaskan sukong
(kakek guru)!" Dara itu dengan nekat telah menerjang ke
depan dan menggerakkan tangan untuk menyerang Tai-lek
Hoat-ong. Akan tetapi dengan tenang saja kakek raksasa
bongkok itu menggerakkan kakinya dan tubuh Wan Cu
terlempar ke belakang !
'Omitohud, engkau sungguh kejam........ !"
Pek I Nikouw berseru dan nenek inipun sudah menerjang
ke depan untuk menolong temannya, akan tetapi tangan kiri
Tai-lek Hoat-ong bergerak mendorong ke depan dan nikouw
tua itu terpaksa mundur kembali terdorong oleh tenaga yang
amat kuat sampai dia terhuyung-huyung.
"Ha-ha-ha, orang-orang macam kalian berani memusuhi
Beng-kauw dan kami?" Tai-lek Hoat-ong berseru mengejek
dan memperkuat cengkeramannya pada kedua pergelangan
tangan Tiong-san Lo-kai.
"Krekkk !" Tulang pergelangan tangan kiri kakek pengemis
itu patah dan kakek itu menggigit bibirnya sendiri sampai
berdarah, namun sama sekali tidak mengeluarkan keluhan.
"Aha, kiranya Tai-lek Hoat-ong yang namanya disohorkan
orang sebagai datuk orang Khitan yang memiliki kepandaian
tinggi, ternyata hanya seorang sombong yang suka melanggar
janjinya sendiri dan hanya mampu menghina lawan yang
sudah tidak berdaya.” Tiba-tiba Sian Lun berkata, suaranya
nyaring dan penuh wibawa sehingga Tai-lek Hoat-ong terkejut
lalu menoleh, memandang kepada pemuda itu dengan alis
berkerut dan mata bersinar penuh amarah,
"Orang muda, apa maksudmu dengan kata kata itu ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apakah bunyi perjanjian antara kedua fihak sebelum
bertanding tadi? Bukankah kalian boleh memperlakukan kami
sesuka hati kalian kalau kami sudah kalah?" kata pula Sian
Lun.
"Ha-ha, memang benar. Dan kalian sudah kalah. Bukankah
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo kai sudah kalah olehku
sehingga aku boleh memperlakukan mereka sesuka hatiku
kecuali....... kecuali kalau nona ini mau menjadi isteri murid
Beng-kauw?" Tai-lek Hoat ong melihat bahwa keuntungannya
akan lebih besar kalau cucu Yap-taijin dapat menjadi isteri
murid Hek bin Saikong karena dengan demikian pembesar itu
menjadi keluarga dan tentu akan menyokong gerakan mereka.
"Siapa bilang sudah kalah? Di antara kami berempat, masih
ada aku yang belum maju bertanding. Hayo cepat lepaskan
Tiong-san Lokai dan kalahkan aku dulu kalau engkau dan
kawan-kawanmu tidak mau disebut pengecut pengecut tak
tahu malu!"
Mendengar ini, tentu saja Tai-lek Hoat-ong menjadi marah
dan sekali mendorong, tubuh Tiong-san Lo-kai terlempar ke
belakang dan kakek ini tentu roboh kalau tidak cepat disambar
oleh Pek I Nikouw yang cepat menolongnya dan
mengobatinya dengan obat penyambung tulang. Sementara
itu, Wan Cu memandang kepada Sian Lun dengan hati penuh
khawatir. Dia tahu bahwa pemuda itu menghinakan kata-kata
yang mengandung akal hanya untuk menyelamatkan kakek
gurunya dan sekarang pemuda itu tentu akan celaka karena
akal apa lagi yang dapat dipergunakannya untuk menghadapi
empat orang yang amat lihai itu?
Di fihak Tai-lek Hoat-ong, Hek-bin Saikong sudah marah
sekali. Tentu saja dia memandang rendah kepada pemuda ini.
Bukankah tadi Yap Wan Cu mengaku pemuda ini sebagai
suhengnya? Apa sih kepandaian suheng dari nona itu?
Sedangkan kakek guru dan nenek gurunya saja sudah kalah,
masa sekarang kakak seperguruannya yang hendak maju?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarlah aku saja yang menghadapi pemuda ingusan ini !"
Hek bin Sai-kong membentak dan Tai-lek Hoat-ong
mengangguk. Tokoh Khitan ini tentu saja merasa terlalu tinggi
untuk melayani seorang pemuda yang menjadi cucu murid
kakek dan nenek yang baru saja dikalahkannya itu dan menilik
dari tingkatnya, tentu Hek-bin Sai-kong sudah lebih dari cukup
untuk mengalahkan pemuda ini.
"Kau tamatkan saja riwayat pemuda bermulut lancang ini!"
kata Tai-lek Hoat-ong dan Hek-bin Sai-kong menyeringai
sambil maju mcnghadapi Sian Lun. Memang sudah menjadi
niat hatinya untuk membunuh pemuda ini. Pemuda ini
kelihatan halus dan tampan, maka di menduga bahwa tentu
ada "hubungan" antar pemuda ini dan nona itu. Kalau nona itu
akan menjadi mantu muridnya, maka pemuda ini harus
dilenyapkan lebih dulu, pikirnya.
"Bocah sombong bosan hidup, coba kau terima ini!"
Ucapan Hek-bin Sai-kong itu diikuti oleh serangan dahsyat.
Kedua tangan kakek itu menyambar dari kanan kiri dan dia
merasa yakin pemuda itu tidak akan mampu mengelak karena
semua jalan keluar sudah ditutupnya dengan gerakan kedua
tangan itu. Melihat ini Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai
mengerutkan alisnya penuh kekhawatiran sedangkan Wan Cu
memandang dengan muka pucat dan mata terbelalak,
membayangkan betapa pemuda yang baru saja dijumpainya
itu tentu akan roboh dan tewas dalam beberapa gebrakan
saja. Namun mereka bertiga tentu saja tidak mampu
menolong karena kalau mereka bergerak, tentu tiga orang
lawan lainnya yang lebih lihai itu akan menghalangi mereka,
dan pula, pertandingan dilakukan satu lawan satu, sebagai
orang-orang gagah merekapun malu untuk melakukan
pengeroyokan.
"Wuuut...... wuuuttt......!!" Hebat memang serangan yang
dilakukan Hek-bin Sai-kong itu. Hati Wan Cu sampai merasa
ngeri melihat kedua tangan yang besar itu terbuka dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencengkeram ke arah tubuh Sian Lun dari kanan kiri. Dia
ingin memejamkan matanya, akan tetapi dipaksanya matanya
terbuka karena dia hendak melihat bagaimana pemuda itu
dapat menyelamatkan diri dari serangan sedemikian
dahsyatnya.
"Plak-plakk!" Wan Cu terbelalak, juga Pek I Nikouw, Tiongsan
Lo-kai, dan tiga orang lain fihak lawan melongo saking
herannya melihat tubuh Hek-bin Sai-kong tiba-tiba "terbang"
ke atas dan terbanting di atas genteng sehingga menimbulkan
suara hiruk-pikuk karena beberapa buah genteng yang keras
itu pecah-pecah ditimpa tubuh kakek bermuka hitam penuh
brewok itu! Mereka tadi hanya melihat pemuda itu
menggerakkan kedua tangan menangkis dan tahu-tahu tubuh
tokoh Beng-kauw itu telah terlempar seperti terbang ke atas!
Kalau semua orang bengong memandang ke atas genteng,
adalah Hek-bin Sai-kong sendiri yang juga kelihatan kaget,
matanya terbelalak, mulutnya mengeluarkan suara ah ah uh
uh dan mukanya pucat sekali.
"Sute, mengapa kau di sana? Lekas turun!” Ui-bin Sai-kong
menghardik karena merasa malu melihat peristiwa yang masih
belum dapat dipercaya sepenuhnya itu dan dia bahkan
menyangka sutenya main main.
"Aughhh....... tidak bisa, suheng..... kakiku....... agaknya
teikilir........."
Dengan gerakan ringan, Ui bin Sai-kong sudah melayang
naik ke atas genteng dan langsung dia memeriksa kaki
sutenya. Memang benar mata kaki sutenya yang kanan
bengkak dan biru. Dia lalu mengempit tubuh sutenya, dibawa
meloncat turun dan dia mengomel, "Siapa suruh kau main
main dan meloncat ke atas genteng?"
"Aku ? Main-main ? Meloncat ke atas genteng ? Siapa yang
meloncat ?" Hek-bin Sai kong mengulang pertanyaan
pertanyaan itu sambil bersungut-sungut karena mendongkol.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia merasa diejek oleh suhengnya itu, padahal Ui-bin Sai-kong
benar benar tidak tahu bahwa sutenya itu bukan "meloncat"
melainkan dilontarkan oleh lawannya yang muda itu.
Akan tetapi Ui-bin Sai-kong sudah terlalu marah untuk
memperhatikan sutenya, maka setelah menurunkan sutenya
dia lalu meloncat ke depan Sian Lun yang masih berdiri
dengan sikap tenang. Ui-bin Sai kong adalah murid pertama
dari para ketua Beng kauw, tingkat kepandaiannya tentu saja
paling tinggi di antara murid-murid yang lain, Karena sekali ini
Ui - bin Saikong hendak menebus rasa malu oleh tingkah
sutenya tadi, maka dia maju sambil memegang sepasang
kongce, yaitu senjatanya yang amat diandalkan. Pendeta
muka kuning ini memandang kepada Sian Lun dengan sikap
bengis dan dia sudah menantang, "Orang muda, hayo
sebutkan namamu sebelum engkau menjadi mayat dan tidak
akan mampu mengaku lagi siapa namamu."
"Namaku adalah Tan Sian Lun," jawab Sian Lun sederhana.
"Tan Sian Lun, benarkah engkau mewakili fihak Pek I
Nikouw untuk menghadapi kami?" tanya pula Ui-bin Sai-kong
karena dia masih tidak percaya bahwa pemuda ini yang
kedudukannya hanya sebagai suheng gadis itu, berarti hanya
cucu muid pula dari Pek I Nikouw, akan dapat mengalahkan
sutenya atau dia. Betapapun, dia tidak mau bersikap kepalang
tanggung, maka dia telah mengeluarkan senjatanva.
"Benar," jawab pula Sian Lun singkat.
"Bagus! Sumoimu, kakek dan nenek gurumu semua sudah
kalah, agaknya engkau sudah bosan hidup. Nah, keluarkanlah
senjatamu orang muda !" bentaknya.
Tiba-tiba Wan Cu melangkah maju mendekati Sian Lun.
"Suheng, kaupakailah pedangku ini!" Dia menyerahkan
sebatang pedang kepada pemuda itu, akan tetapi Sian Lun
tersenyum, menggeleng kepala dan mengisyaratkan dengan
pandang mata dan gerakan tangannya agar dara itu minggir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kemudian dia menghadapi Ui-bin Sai-kong dan berkala
lantang,
"Sai-kong, orang yang membawa senjata hanya orang yang
memang sudah mempunyai iktikad untuk menyerang orang
lain. Aku tidak bermaksud menyerang siapapun, maka aku
tidak membawa senjata. Kalau engkau hendak menggunakan
sepasang kongce itu untuk membunuhku, silakan !"
Ucapan ini sederhana saja, akan tetapi oleh Ui-bin Sai-kong
dianggap sebagai tantangan dan penghinaan besar. Tentu
saja ucapan itu akan membuatnya malu untuk maju dengan
senjata di tangan melawan seorang pemuda bertangan
kosong, akan tetapi pendeta ini lebih cerdik dari pada sutenya.
Dia menduga bahwa kalau berani menghadapi dia yang
bersenjata, hal ini berarti bahwa tentu pemuda itu memiliki
sesuatu yang diandalkan
"Bagus! Semua orang di fihakmu dan fihakku
mendengarkan sebagai saksi bahwa engkau akan menghadapi
sepasang kongceku dengan tangan kosong!"
"Phuhh! Sudah tua bangka dan pendeta pula, masih
bersikap curang dan licik sekali ! Tak tahu malu melawan
orang muda bertangan kosong dengan senjata !" tiba - tiba
Wan Cu memaki.
"Biarlah, Wan Cu. Sepasang senjatanya itu hanya pantas
untuk menakut-nakuti anak kecil saja, aku tidak takut," kata
Sian Lun.
Tadinya ejekan Wan Cu itu sudah membuat wajah Ui-bin
Sai-kong yang biasanya warna kuning itu menjadi agak merah,
akan tetapi jawaban Sian Lun kembali menikam perasaan
hatinya dan dia merasa dihina, maka dengan kemarahan
meluap-luap yang mengatasi perasaan sungkan dan malunya,
dia sudah menggerakkan sepasang senjatanya itu dan
menerjang Sian Lun tanpa banyak cakap lagi, serangan
sepasang kongce ini dahsyat bukan kain dan sama sekali tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
boleh disamakan dengan penyerangan Hek-bin Sai- kong tadi,
sungguhpun tingkat kepandaian kedua orang saikong ini
memang tidak banyak selisihnya. Perbedaannya adalah tadi
Hek bin Sai kong hanya menyerang dengan kedua tangan
kosong yang dilakukan dengan sikap memandang ringan
sehingga pendeta pertama itu tidak mencurahkan seluruh
tenaga dan kepandaiannya kini Ui-bin Sai-kong menyerang
dengan senjata kongce yang menjadi andalannya, dan
serangannya dilakukan sepenuh tenaga dan dia sudah
mengeluarkan jurus pilihannya ketika dua batang senjata itu
berobah menjadi dua gulungan sinar yang menyambar seperti
halilintar ke arah tubuh Sian Lun.
Apa lagi Wan Cu, bahkan Pek I Nikouw dan Tiong-san Lokai
sendiri mengerutkan ali mereka dengan hati khawatir. Dua
orang tua ini menganggap bahwa Sian Lun terlalu
merendahkan lawan dan kini berada dalam bahaya tanpa
mereka berdua mampu untuk mem bantunya.
Akan tetapi, serangan bertubi-tubi yang dilakukan Ui-bin
Sai-kong hanya dielakkan dengan mudah saja oleh Sian Lun
dan pemuda ini menggerakkan tubuhnya secara aneh, ke dua
kakinya melakukan langkah-langkah yang teratur maju
mundur dan ke kanan kiri, seperti orang menari saja, akan
tetapi anehnya gulungan sinar sepasang kongce yang
menyambar-nyambar itu tidak pernah menyentuh ujung
bajunya, apalagi mengenai tubuhnya !
Melihat langkah-langkah ini. Pek I Nikouw dan Tiong-san
Lo-kai makin terheran-heran karena mereka seperti mengenal
dasar-dasar gerakan kaki dari ilmu silat yang dimiliki oleh Lui
Sian Lojin, guru dari mendiang tiga pendekar Naga Sakti, yaitu
Gan Beng Han, Tan Bun Hong dan Kui Eng ! Agaknya pemuda
ini telah mewarisi pula kepandaian pendekar-pendekar itu, dan
kalau memang benar demikian, kepandaiannya tentu tidak
akan melebihi tingkat tiga orang pendekar yang sudah
meninggal itu ! Dan sudah jelas tingkat itu tidak akan lebih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tinggi dari tingkat Pek I Nikouw atau Tiong-san Lo-kai! Mana
mungkin dapat diandalkan untuk menghadapi lawan berat
seperti Sin Beng Lama tokoh Tibet itu, apa lagi lawan Tai - lek
Hoat - ong, kakek raksasa Khitan yang sakti itu?
Betapapun juga, dua orang tua ini dapat mengikuti
jalannya perkelahian itu dengan seksama dan mereka maklum
batwa setidaknya pemuda itu akan mampu mengatasi
lawannya yang sekarang menyerangnya dengan sepasang
kongce sehingga mereka tidak perlu mengkhawatirkan akibat
dari pertempuran ini. Tidak demikian dengan Yap Wan Cu.
Dara ini sejak tadi sudah merasa khawatir sekali. Semenjak
jumpa dengan Sian Lun memang ada perasaan aneh
menyelinap di dalam hatinya, akan tetapi perasaan itu tertutup
oleh perasaan memandang rendah kepada pemuda yang
dianggapnya lemah itu. Maka, begitu melihat Sian Lun berani
maju mewakili dua orang locianpwe untuk menghadapi lawanlawan
yang demikian saktinya, dia merasa heran, terkejut dan
juga senang sekali. Dia kagum bukan main danmenganggap
Sian Lun seorang pemuda yang berjiwa pendekar, gagah
perkasa dan tidak mengenal takut sehingga berani menentang
lawan-lawan yang telah mengalahkan nenek dan kakek
gurunya! Dan ketika dia melihat Sian Lun secara aneh sekali
berhasil membuat Hek-bin Sai-kong terlempar ke atas
genteng, kekagumannya membuat dia harus mengaku dalam
hatinya bahwa dia suka kepada pemuda ini. Hatinya menjadi
makin gelisah ketika Sian Lun menolak pemberian pedangnya
dan kini, melihat pemuda itu mengelak secan aneh, seolaholah
terdesak oleh sepasang kongce yang dahsyat itu, tanpa
berkesempatan untul membalas, hatinya makin bingung dan
khawalir. Dia tidak dapat menahan perasaan gelisah nya lagi
ketika melihat sinar senjata pendeta itu makin hebat
mengurung Sian Lun, dan melompatlah dia ke depan dengan
pedang ditangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pendeta pengecut!" bentaknya dan pedangnya sudah
menerjang dengan ganasnya kepada Ui-bin Sai-kong untuk
menolong Sian Lun.
"Wan Cu, jangan ........!" Pek I Nikouw yang maklum bahwa
pemuda itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan sudah
berteriak, juga Tiong-san Lo-kai berseru mencegah dara itu
bertindak lancang, namun terlambat karena gerakan Wan Cu
sama sekali tidak tersangka-sangka oleh siapapun juga.
Sian Lun sendiri terkejut bukan main ketika melihat Wan Cu
dengan nekat telah menyerbu dan menusukkan pedangnya ke
arah dada Ui-bin Saikong. Saikong itu menggerakkan kongce
di tangan kiri untuk menangkis serangan Wan Cu sepenuh
tenaga, dan menggunakan kongce kanan untuk menyerang
leher Sian Lun.
"Trangg !" Pedang di tangan Wan Cu terlempar jauh dan
kongce itu masih terus menyambar ke dada Wan Cu. Ternyata
tokoh Beng-kauw ini terlalu kuat bagi Wan Cu sehingga selain
pedang dara itu terlempar, juga kini nyawanya terancam
maut! Akan tetapi, tiba-tiba pendeta itu tidak melanjutkan
serangannya kepada Wan Cu karena lengan kirinya merasa
lumpuh, tak dapat digerakkan untuk beberapa detik lamanya.
Tanpa diketahui oleh pendeta itu sendiri, ternyata tadi Sian
Lun telah menyelinap dari bawah kongce yang menyambar
lehernya, dan melihat Wan Cu terancam bahaya, dia cepat
menggerakkan jari tangannya dan menyentuh bawah siku
kanan pendeta itu sehingga kongcenya tidak dapat dilanjutkan
menyerang Wan Cu. Sian Lun lalu menyentuh pundak Wan Cu
dan menggunakan sedikit tenaga untuk mendorong dara itu
ke pinggir. Akan tetapi Wan Cu sudah merasa seperti
dilontarkan maka dia terkejut sekali dan tubuhnya sudah
melayang ke dekat Pek I Nikouw!
"Cu-moi, harap jangan membantuku!" kata Sian Lun sambil
tersenyum kepadanya dan dara itu memandang dengan kedua
pipi berobah merah dan jantung berdebar aneh. Kini dia tahu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
betapa lihainya pemuda itu dan betapa lucu dan
mentertawakan tindakannya tadi yang hendak membantu si
pemuda!
Sementara itu, Ui bin Sai kong yang beluu sadar bahwa
lumpuhnya lengan kirinya untuk beberapa detik sehingga
menggagalkan serangannya terhadap Wan Cu tadi adalah
perbuatan pemuda yang menjadi lawannya, kini menjadi
marah bukan main. "Gadis liar, kautunggu, kubunuh dulu dia
ini, baru engkau!" Setelah berkata demikian, dia memutar
sepasang kongce itu seperii kitiran angin cepatnya menyambar
nyambar ke arah kepala dan tubuh Sian Lun Akan tetapi Sian
Lun tidak mau membuang banyak waktu lagi kini. Tadi sudah
cukup baginya untuk terus mengelak sambil mempelajari sifat
gerakan sepasang kongce itu. Kini dia sudah mengenal
dasarnya dan begitu sepasang kongce itu bergerak, dia sudah
mendahului dengan kedua tangannya, menyambar dari dalam
karena sepasang kongce itu mempunyai gerakan menyambar
dari luar dan sebelum Ui-bin Sai-kong tahu apa yang terjadi,
jari-jari tangannya sudah dicengkeram, nyeri bukan main
rasanya sehingga terpaksa jari-jari tangannya itu melepas
gagang sepasang senjatanya yang terampas dan dengan satu
gerakan cepat Sian Lun membalikkan ujung kedua senjata itu
ke arah lengan pemiliknya.
"Aduhhh .......!" Ui-bin Sai-kong berteriak keras dan
meloncat ke belakang, lalu dengan mata terbelalak
memandang dua batang tombaknya yang sudah menancap di
kedua lengannya dekat siku, menembus daging lengannya!
Dengan kaki terpincang-pincang Hek-bin Sai-long cepat
menolong suhengnya, mencabut sepasang kongce yang
menancap di kedua lengan itu. Untung senjata itu tidak
menembus atau mematahkan tulang, hanya menembus kulit
daging saja, maka cepat Hek bin Sai-kong menaruh obat di
atas luka-luka di kedua lengan suhengnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sin Beng Lama berseru heran, "Omitohud...l" Dia meloncat
ke depan, menghadapi Sian Lun dengan sepasang mata
memandang penuh selidik dan mulutnya berkemak-kemik
membaca jampi jampi penolak bahaya! Akan tetapi Sian Lun
tenang saja menentang pandang mata pendeta Lama dari
Tibet itu, maklum bahwa pendeta itu memiliki kekuatan luar
biasa yang dapat mempengaruhi orang dengan sihirnya. Akan
tetapi Sian Lun adalah seorang pemuda gemblengan kakek
sakti Siangkoan Lojin dan tentu saja sudah dibekali ilmu untuk
menghadapi pengaruh ilmu sihir atau ilmu hitam. Dengan
kekuatan sinkangnya yang hebat, Sian Lun menatap pandang
mata lawan itu dengan tabah dan getaran yang mengandung
hawa aneh sama sekali tidak mempengaruhinya !
Sin Beng Lama juga merasakan adanya penolakan kuat ini,
maka jantungnya sendiri terguncang dan dia cepat
menghentikan serangan ilmu hitamnya. "Omitohud ......, orang
muda yang aneh, engkau sungguh berani menentang kami.
Setelah engkau dapat mengalahkan kedua saikong, mari mainmain
dengan aku sebentar Pendeta Lama itu mengibaskan
lengan bajunya yang lebar dan nampaklah tongkatnya yang
pendek, sebuah tongkat kuningan yang panjangnya hanya
seperti pedang biasa Biarpun tadi kakek ini sudah terluka
tangannya oleh pedang Pek I Nikouw, akan tetapi berkat
pertolongan Tai-lek Hoat-ong, luka itu telah mengering dan
tidak terasa nyeri lagi, dan karena kini yang dihadapi adalah
seorang pemuda, maka dia merasa yakin akan dapat
memenangkannya.
Kembali hati Pek I Nikouw dan Tiong-san I Lo-kai berdebar
tegang melihat Sian Lun menghadapi Sin Beng Lama yang
amat lihai itu dengan tangan kosong saja. Pek l Nikouw sudah
merasakan kelihaian pendeta Tibet itu yang memiliki tingkat
hampir sama dengan dia, maka tentu saja dia merasa amat
khawatir kalau pemuda itu hanya menghadapinya dengan
tangan kosong.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tan-sicu, kaupakailah pedang pinni !" Berkata demikian,
nikouw tua itu melontarkan pedangnya yang meluncur cepat
ke arah Sian Lun. Sian Lun menengok, tersenyum dan
menggeleng kepala.
"Terima kasih, locianpwe, teecu tidak biasa
mempergunakan senjata," katanya dan dengan jari
telunjuknya dia menyentil pedang yang meluncur ke arahnya
itu. Terdengar suara berdencing nyaring dan pedang itu telah,
membalik dan terbang ke arah pemiliknya! Pek I Nikouw
menerima pedangnya dan menarik napas panjang, lalu
berbisik kepada Tiong-san Lo-kai, "Entah bagaimana Lui Sian
Lojin dapat mempunyai murid sepandai ini !"
"Tak mungkin dia murid Lui Sian Lojin tua bangka di Kwihoa-
san itu, kulihat ilmu kepandaiannya tidak kalah oleh kakek
itu," bisik Tiong-san Lo-kai penuh kagum.
Kini Sian Lun menghadapi Sin Beng Lama dan dengan
tenang dia berkata, "Bukankah kedatangan kalian ini memang
bermaksud untuk menyebar maut? Hanya pada lahirnya saja
kalian mengatakan hendak mengadu ilmu, akan tetapi
sesungguhnya kalian memang sengaja hendak membunuh
orang. Persekutuan busuk kalian di dalam kuil tua di hutan itu,
siapakah yang tidak tahu?"
Mendengar ini, Sin Beng Lama dan Tai-Lek Hoat-ong
terkejut bukan main dan pendeta Tibet itu sudah menerjang
tanpa banyak cakap lagi, memutar tongkat kuningannya dan
menyerang dengan totokan-totokan bertubi-tubi yang
kesemuanya mengarah jalan darahkematian
"Hemm, kalau semua orang jahat dan kejam berjubah
pendeta, akan bagaimana jadinya dengan dunia ini?" Sian Lun
membentak dan kini diapun tidak mau memberi hati lagi. Di
sudah mengerahkan tenaganya dan dengan tangan kosong
dia menangkis tongkat itu. Pertemuan antara lengan dan
tongkat kuningan itu membuat Sin Beng Lama tergetar dan
terhuyung ke belakang. Dapat dibayangkan betapa kaget rasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hati pendeta itu, dan kembali di menerjang dengan lebih
dahsyat. Namun, Sian Lun kini menyambut keras lawan keras
dan sambil menangkis tongkat kuningan dengan tangan
kanan, tangan kirinya mengirim tamparan yang disertai
pengerahan tenaga sinkang. Begitu tangannya akan bertemu
tongkat, tangan itu bcrobah menjadi cengkeraman seperti
kuku naga sakti dan tak dapat dielakkan lagi oleh Sin Beng
Lama, tongkat kuningan itu telah kena dicengkeram,
sedangkan tangan kiri pemuda itu masih terus menampar ke
arah pelipis.
Sin Beng Lama terkejut sekali karena merasa betapa dia
tidak mampu menarik kembali tongkatnya yang dicengkeram
lawan, maka dia mengeluarkan suara melengking dan dari
ujung tongkat itu menyambar sinar hitam ke arah dada Sian
Lun. Melihat ini, baik Pek I Nikouw maupun Tiong-san Lo-kai
mengeluarkan seruan tertahan, dan Wan Cu memandang
dengan muka pucat dan mata terbelalak.
"Krekkk !" Tongkat itu hancur dalam cengkeraman Sian Lun
dan secepat kilat tangan kanan yang mencengkeram hancur
tongkat itu kini ditarik ke depan dada. Pemuda itu tak sempat
mengelak dari sambaran sinar hitam mg muncul dari ujung
tongkat tadi, dari jarak sedemikian dekatnya, maka jalan satu
satunya baginya hanya menerima sinar hitam itu dengan
tangannya, sedangkan tangan kirinya masih tetap melanjutkan
tamparan tadi.
"Trikkkkk !" Paku-paku halus yang meluncur dari ujung
tongkat tadi bertemu dengan telapak tangan Sian Lun yang
penuh dengan hancuran kuningan, dan paku paku itu runtuh
semua ke atas tanah. Sin Beng Lama kaget sekali dan dia
sudah miringkan tubuhnya dan menangkis tamparan dengan
lengan kiri dari samping.
"Dukkk ! !" Dan tubuh pendeta Lama itu terguling !
Tentu saja semua orang yang menonton pertandingan itu
hampir tidak percaya melihat pendeta Lama dari Tibet yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakti itu akan terguling hanya dalam beberapa kali gebrakan
saja ! Bahkan Sin Beng Lama sendiripun merasa penasaran
bukan main dan biarpun tubuhnya sudah terguling, dia malah
bergulingan cepat dan tiba-tiba saja sisa tongkat di tangannya
meluncur dari bawah menyambar ke arah tenggorokan Sian
Lun seperti anak panah, kernudian serangan itu disusul oleh
tubuhnya yang sudah meloncat dan seperti seekor harimau
menubruk kambing !
Jilid XXII
“AWAS....!” Wan Cu tak
tertahan lagi menjerit
menyaksikan serangan yang
nekat itu. Akan tetapi dengan
sikap tenang sekali Bian Lun
menggunakan lagi jari
telunjuknya untuk menyentil
tongkat kuningan yang
meluncur ke arah lehernya itu
sehingga terdengar suara
nyaring dan tidak seperti
pedang Pek-I-Nikouw yang tadi
diterbangkannya kembali pada
pemiliknya, kini sisa tongkat
yang disentil itu meluncur ke
bawah dan amblas ke dalam tanah sampai tidak kelihatan lagi.
Dan ketika tubuh Sin Beng Lama menyusul dengan
serangannya yang dahsyat, dengan dua pasang kaki dan
tangannya menubruk, Sian Lun memapakinya dengan
dorongan kedua tangannya, sebelum tubuh lawan itu dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyentuhnya tubuh pendeta itu sudah dipapaki hawa
pukulan dahsyat yang membuatnya kembali terjengkang dan
terbanting sedemikian kerasnya sampai Lama itu menjadi
pingsan seketika !
Tiba-tiba terdengar teriakan keras seperti teriakan seekor
biruang marah dan tubuh tinggi besar agak bongkok dari
Tayatonga atau Tai-lek Hoat-ong sudah melayang ke depan
dan berhadapan dengan Sian Lun. Sepasang mata raksasa
peranakan Khitan ini menatap wajah Sian Lun dengan tajam,
kemudian pandang matanya menggerayangi tubuh pemuda itu
penuh selidik, seolah-olah dia tidak mau percaya kepada
pandang matanya sendiri.
"Orang muda, murid siapakah engkau?" tanyanya dengan
suara dalam karena kakek itu sudah menahan kemarahannya
yang timbul melihat betapa tiga orang temannya telah kalah
semua melawan pemuda ini.
Sian Lun juga membalas pandang mata tajam itu,
kemudian penuda ini menarik napas panjang. Teringat dia
akan cerita dari Ong Gi atau Ong ciangkun tentang keadaan
negara di mana terdapat tiga kelompok yang saling
bertentangan. Dia tahu bahwa kakek ini mewakili Khitan
dalam kelompok persekut Khitan, Tibet, dan Beng-kauw.
"Tai - lek Hoat - ong, siapa adanya guruku tidik ada
sangkut-pautnya sama sekali denganmu. Aku tahu siapa
adanya engkau, seorang tokoh Khitan, seorang asing di negeri
ini. Mengapa engkau hendak melakukan kekacauan di sini?
Lebih baik engkau kembali saja ke negerimu sendiri dan
mengajak pergi teman temanmu ini."
Muka raksasa berpakaian pendeta itu menjadi merah dan
matanya melotot ketika dia mendengar ucapan itu. Kembali
terdengar suara menggereng dari tenggorokannya, seperti
singa.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Hemmm, bocah masih ingusan sudah sombong bukan
main! Kau anak kecil lahu apu tentang kami orang - orang
Khitan? Huh, bocah sombong, kalau tidak ada bangsa kami
orang orang Khitan, tentu kerajaan sudah hancur oleh
pemberontak! Kami adalah bangsa penolong kerajaan ini dari
tangan pemberontak, dan engkau anuk kecil berani menuduh
kami mengacau?"
Bantahan itu merupakan lagu lama bagi Sian Lun yang
sebetulnya telah mendengar penuturan Ong - ciangkun
tentang keadaan kerajaan, maka tentu saja dia tersenyum
mendengar bantahan itu. Maka diapun tidak mau berbantahan
tentang kedudukan orang-orang Khitan di negeri ini. hanya
langsung membicarakan tentang urusan perorangan.
"Tai - lek Hoat-ong, aku tidak sembarangan menuduh
melainkan bicara menurut kenyataan. Kalau engkau tidak
mengacau. mengapa engkau berada di sini dan menantang
para locianpwe di sini, bahkan engkau membela orang Bengkauw
yang hendak kurang ajar terhadap nona ini? "
"Bocah lancang mulut! Engkau sendiri bukankah juga
membela mereka? Bela membela antara sahabat sudah
menjadi kebiasaan orang orang gagah! Memang aku membela
dua orang saudara dari Beng-kauw ini dan sekarang tak perlu
banyak cakap, kalau engkau mewakili mereka, akupun
mewakili fihak kami. Hayo, majulah dan keluarkan semua
kepandaianmu! "
Kakek raksasa Khitan yang berusia enam. puluh tahun lebih
itu telah melolos sabuknya yang ternyata merupakan sebatang
rantai terbuat dari pada emas dan ujung rantai itu terdapat
kaitannya yang berbentuk mata kail. Kaitan ini dipakai untuk
menggunakan rantai emas itu sebagai sabuk, akan tetapi
setelah dilepas, maka kaitan itu merupakan senjata yang
mengerikan sekali. Dengan memegang gagang rantai di
tangan kanan dan jari-jari tangan kirinya memainkan ujung
rantai yang berbentuk kaitan, kakek itu memandang lawannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sinar mata beringas dan seperti seekor kucing
memandang seekor tikus yang hendak dipermainkannya lebih
dulu sebelum dibunuh dan diganyangnya.
"Hoat-ong, sudah kukatakan bahwa aku tidak biasa
membawa-bawa senjata untuk menakut - nakuti orang, maka
kalau kau memaksaku untuk bertanding, aku akan
menghadapimu dengan alat yang ada padaku semenjak lahir
ini !" Sian Lun melonjorkan kedua lengan dan kakinya.
Jawaban dan sikap pemuda ini sama sekali bukan muncul dari
kesombongannya, juga merupakan sikap yang sembrono
karena Sian Lun bukan seorang pemuda bodoh yang suka
menyombongkan diri. Kalau dia berani menantang akan
menghadapi lawan yang bersenjata itu dengan tangan kosong
adalah karena dia sudah mengukur dan sudah dapat menilai
sampai di mana tingkat kepandaian kakek Khitan ini ketika
Tai-lek Hoat ong tadi bertanding melawan Pek I Nikouw dan
Tiong-san Lo-kai. Dia sudah memperhitungkan dan tahu benar
bahwa dengan kedua tangan kosong dia tidak akan kalah oleh
kakek ini, maka diapun berani bersikap seperti itu.
Biarpui kini Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai sudah
percaya benar bahwa pemuda ini sungguh memiliki
kepandaian yang hebat, akan tetapi mereka merasa khawatir
juga melihat pemuda itu hendak melawan jagoan Khitan itu
dengan tangan kosong, karena mereka maklum bahwa Tai-lek
Hoat-ong sama sekali tidak boleh disamakan dengan Sin Beng
Lama, apa lagi dengan dua orang tokoh Beng kuuw itu.
"Ha-ha, sungguh tontonan yang amat menarik di mana
tokoh utama Khitan, seorang kakek gagah perkasa yang
berkedudukan tinggi, dengan senjata lengkap di tangan,
melawan seorang pemuda yang belum ada nama, yang akan
melawannya dengan tangan kosong. Sungguh lucu dan
menarik!"
Jelas bahwa ucapan kakek berpakaian pengemis ini
bermaksud untuk mengejek dan agar orang Khitan mau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi malu dan tidak akan menggunakan senjatanya yang
aneh itu. Akan tetapi, Tai-lek Hoat-ong juga tahu akan
maksud ucapan itu. Dia sudah melihat kelihaian Sian Lun.
maka untuk merasa yakin bahwa dia akan berhasil
merobohkan pemuda itu, dia harus mempergunakan
senjatanya. Maka, karena dia tidak pandai menjawab ejekan
yang tepat itu, dia hanya melotot dan membentak, "Gembel
tua, kautunggu saja giliranmu, kalau bocah ini sudah mampus,
engkaupun akan segera menyusulnya !" Setelah berkata
demikian, tiba tiba dia sudah menerjang dengan dahsyat
kepada Sian Lun tanpa memberi peringatan lagi. Sinar emas
menyilaukan mata menyambar ketika kakek Khitan ini
menggerakkan rantai emasnya ke arah kepala Sian Lun.
Sian Lun maklum bahwa biarpun dia sudah dapat menilai
sampai di mana tingkat kepandaian kakek ini, dia tidak boleh
bersikap lengah karena memang rantai emas itu rnerupakan
senjata yang amat berbahaya dan sesuai dengan julukannya,
kakek ini memiliki tenaga gajah yang amat kuat! Maka begitu
sinar emas itu menyambar, dia menggerakkan tubuhnya
membiarkan sinar itu lewat. Akan tetapi, cepat sekali bagaikan
petir menyambar, sinar yang luput nengenai dirinya itu telah
menyambar balik, kini menuju ke arah lambungnya dari atas!
Kembali Sian Lun mengelak dan sampai belasan jurus dia
dikejar-kejar sinar emas itu dan dia menghindarkan dirinya
dengan jalan mengelak amat cepatnya. Kemudian, setelah dia
mulai dapat mengikuti perkembangan gulungan sinar emas
senjata lawan, mulailah pemuda ini membalas dan sekali dia
membalas, dia telah menggunakan Sin liong jiauw-kang yang
ampuh. Kedua tangannya membentuk cakar naga dan
tubuhnya juga meluncur seperti naga terbang di angkasa,
sekali membalas kedua tangannya itu berputar secara aneh,
lalu mencengkeram dari atas dan dari bawah dengan tenaga
yang berlawanan, yaitu yang dari atas menyambar secara
kasar dan dari bawah menyambar secara halus. Menghadapi
serangan kaligus yang bertentangan ini, kakek Khitan itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berseru kaget dan menjadi bingung, akan tetapi
mengandalkan tenaganya yang besar, dia mengangkat lengan
kiri menangkis dengan tenaga yang sama kerasnya ke arah
lengan kanan lawan yang datang dari atas, sedangkan untuk
menghadapi serangan dengan tenaga halus dari bawah itu,
dia menggerakkan rantainya untuk melibat tangan kiri lawan
atau untuk mengaitnya dengan mata kail yang runcing itu.
Akan tetapi, betapa kagetnya ketika lengannya bertemu
dengan lengan kanan lawan yang tadi menyambar dengan
lebih dulu mengeluarkan hawa pukulan keras, lengannya itu
seperti bertemu dengan agar agar yang amal lunak dan
tenaga keras dari lengan kirinya yang menangkis itu seperti
terserap oleh sesuatu yang lunak sehingga tenaganya lenyap
sepert lemparan batu mengenai air yang dalam! Di sebaliknya,
tangkisannya menggunakan rantai emas itu malah kini akan
dicengkeram oleh tangan kiri lawan yang tiba tiba berubah
menjadi sumber tenaga yang panas dan keras. Kiranya
pemuda itu telah dapat merobah-robah tenaga di kedua
tangannya secara mendadak, hal yang sesungguhnya amatlah
sukar untuk dilakukan!
Akan tetapi, Tai-lek Hoat-ong adalah seorang tokoh banyak
pengalamannya, maka begitu melihat keganjilan ini, dia
maklum dirinya berada dalam bahaya dan akan celakalah
kalau dia melanjutkan kedua tangkisannya itu maka dia
menyimpan kembali tenaganya dan melernpar diri kebelakang
sambil memutar rantai membentuk gulungan sinar untuk
melindungi tubuhnya. Dan dia berhasil lolos dari lubang jarum!
Biarpun pakaiannya menjadi kotor terkena debu ketika dia
melempar tubuh ke belakang lalu bergulingan ke atas tanah,
namun dia terlepas dari serangan balasan Sian Lun, dan kakek
raksasa itu meloncat bangun dengan muka berobah agak
pucat dan tahulah dia bahwa lawannya ini biarpun masih
muda akan tetapi benar-benar memiliki kepandaian yang amat
luar biasa! Dia merasa penasaran sekali, dan juga agak malu
karena dalam segebrakan saja dia hampir celaka! Kenyataan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini sungguh sukar untuk dipercaya karena dia adalah tokoh
utama dari golongan Khitan yang berada di Tiongkok. Rasa
malu dan penasaran membuat kemarahannya makin berkobar
dan dia lalu mengeluarkan teriakan yang amat nyaring,
teriakan yang menggetarkan jantung dan memekakkan telinga
sehingga Wan Cu cepat menutupi kedua telinganya dengan
tangan. Dengan teriakan masih menggema, kakek itu kini
menerjang ke depan dan mengirim serangan yang lebih cepat
dan lebih kuat lagi, rantai emasnya tidak hanya berobah
menjadi sinar emas bergulung-gulung, akan tetapi juga
mengeluarkan suara bercuitan dan berdesingan !
Sian Lun maklum akan kelihaian lawan,! maka dia bersikap
hati-hati sekali, menggunakan kecepatan gerakan dan
kekebalan kedua lengan untuk mengelak dan menangkis,
kemudian kadang-kadang dia membalas dengan tamparan
tamparan atau cengkeraman cengkeraman kedua tangannya
yang memainkan ilmu Cakar Naga Sakti (Sin hong-jiauw kang)
yang amal hebat itu! Biarpun kakek itu kelihatannya lebih
banyak menyerang, namun sesungguhnya dialah yang
terdesak dan terancam karena setiap serangan balasan dari
Sian Lun selalu, membuat dia kewalahan dan nyaris terkena
tangan ampuh pemuda itu, sedangkan semua serangan rantai
emasnya itu hanya lebih condong kepada perlindungan diri
belaka untuk mencegah pemuda itu dapat membalas dengari
serangannya yang luar biasa.
Betapapun juga sudah dua kali Tai-lek Hoat-ong terpental
ketika ujung-ujung jari tangan Sian Lun berhasil mencium
ujung pundak dan pinggiran pinggulnya. Tubuh kakek itu
tergetar dan rasa nyeri menembus ke tulang sungsum, akan
tetapi dia tidak mau menyerah karena merasa malu dan
bahkan menyerang terus, sungguhpun hatinya sudah merasa
kecut dan gentar karena makin yakin dia kini akan kelihaian
lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai menonton dengan mata
terbelalak. Baru sekarang mereka juga tahu benar bahwa
pemuda itu memiliki tingkat yang amat hebat, jauh lebih tinggi
dari pada tingkat mereka, bahkan agaknya masih jauh lebih
tinggi dari pada tingkat kepandaian kakek Khitan itu! Sungguh
luar biasa dan sukar untuk dapat dipercaya! Sedangkan Wan
Cu yang juga terus mengikuti jalannya pertempuran dengan
mata silau dan kepala agak pening karena baginya jalannya
pertandingan itu terlalu cepat, kini merasa makin kagum
kepada pemuda itu. Dan dia merasa makin malu kepada diri
sendiri mengapa tadinya dia berani memandang ringan pada
Sian Lun, bahkan diajaknya pemuda itu berlumba lari,
dianggapnya seperti seorang pemuda yang tingkat kepandaian
silatnya masih rendah saja. Kiranya kini mampu menandingi
lawan seperti Tai-lek Hoat-ong yang telah mengalahkan nenek
guru dan kakek gurunya!
Tiba-tiba terdengar Tai-lek Hoat-ong mengeluarkan suara
bentakan nyaring dan rantai emasnya menyambar ke arah
kepala Sian Lun, dibirengi dengan hantaman tangan kirinya ke
arah lambung. Sian Lun menyambutnya dengan tenang, akan
tetapi juga diam diam mengerahkan tenaganya. Tangan
kirinya menangkis lalu mencengkeram, sedangkan tangan
kanannya memapaki hantaman tangan kiri lawan yang menuju
lambung.
"Desss! Krekkk!" Tubuh Tai-lek Hoat-ong terlempar dan
terjengkang, rantai emasnya patah dan sebagian tertinggal
dalam cengkeraman Sian Lun. Kakek raksasa Khitan itu
meloncat dan siap untuk menerjang lagi, akan tetapi pada
saat itu nampak debu mengebul dibarengi suara derap kaki
kuda. Ada pasukan yang datang ke tempat itu dan melihat ini
Tai-lek Hoat-ong dan teman-temannya segera meninggalkan
tempat itu tanpa pamit lagi!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Heii, pengecut-pengecut, hendak lari ke mana kalian ?"
Wan Cu berteriak, akan tetapi ketika dia hendak mengejar,
Sian Lun mencegahnya.
"Sudahlah, moi moi, biarkan mereka pergi! "
Wan Cu memandang kepada pemuda itu dengan wajah
berseri dan sinar mata penuh kagum. "Aihh, suheng. engkau
benar-benar nakal ! Engkau memiliki kepandaian demikian
tinggi dan lihai, akan tetapi kau pura-pura bodoh dan lemah
sampai aku sendiri kena kau kelabuhi!"
Sian-Lun hanya tersenyum dan pada saat itu, pasukan
sudah tiba di situ. Ternyata itu adalah pasukan keamanan
yang dipimpin sendiri oleh Yap Yu Tek yang mengkhawatirkan
keselamatan puterinya dan juga untuk membantu kalau ada
musub menyerbu Kuil Kwan im- bio seperti yang diberitakan
oleh Tan Sian Lun. Ketika Yap Yu Tek mendengar akan
pertempuran yang terjadi di situ, diceritakan secara lancar dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lincah oleh puterinya, dia merasa kagum bukan main kepada
Sian Lu. Mereka lalu masuk ke dalam kuil dan di situ Pek I
Nikouw memandang kepada Sian Lun dengan sinar mata
penuh selidik.
"Tan-taihiap memiliki kepandaian yang demikian hebatnya,
dan kalau tidak salah pinni melihat dasar-dasar ilmu silat dari
Lui Sian Lojin. Mengingat bahwa mendiang ayah taihiap, juga
mendiang paman dan bibi gurumu yang mendidik taihiap
adalah murid murid dari Lui Sian Lojin, maka ilmu silat yang
taihiap miliki itu tidaklah aneh. Akan tetap tingkat kepandaian
taihiap sedemikian luar biasa! Puteri mendiang Gan-taihiap
ketika masih kecil diajak pergi oleh Lui Sian Lojin dan agaknya
dididik oleh kakek gurunya itu apakah taihiap juga dididik oleh
Lui Sian Lojin? Apakah pertapa di Kwi-hoa-san itu yang
menjadi guru taihiap?"
Sian Lun merasa bingung. Sebenarnya dia tidak ingin
bercerita tentang dirinya, tentang mendiang gurunya. Akan
tetapi menghadapi pertanyaan yang diajukan oleh Pek I
Nikouw itu, yang didukung oleh pandang mata dari Yap Yu
Tek, Yap Wan Cu, dan juga Tiong-san Lo-kai yang agaknya
ingin sekali mendengar jawabannya, dia tidak melihat jalan
lain untuk mengelak.
"Sebenarnya....... saya bukan murid Lui San Lojin
suheng........"
"Suheng.......?" Pek I Nikouw dan Tiong-san Lo-kai berseru
hampir berbareng karena mereka terheran-heran mendengar
pemuda itu menyebut "suheng" kepada kakek gurunya! Lui
Sian Lojin adalah guru dari tiga orang pendekar naga sakti,
guru dari ayah, paman dan bibi pemuda ini, jadi berarti kakek
guru pemuda ini. Bagaimana mungkin pemuda ini
menyebutnya suheng?
"Lun-ko, bukankah kakek sakti itu adalah kakek gurumu,
bagaimana koko menyebutnya suheng?" Wan Cu bertanya
secara langsung, dan terus terang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya..... eh, ketika terjadi keributan....... "
"Kabarnya engkau dibawa pergi oleh seorang sakti........ "
sambung pula Wan Cu.
"Siapakah locianpwe sakti itu, taihiap?" tanya Pek I Nikouw
dan Sian Lun merasa makin canggung dan jengah karena
disebut taihiap (pendekar besar) oleh nikouw tua ini.
"Beliau adalah paman guru dari suheng Lui Sian Lojin. dan
mendiang suhu telah pesan agar saya tidak menyebut-nyebut
namanya......"
"Hmmmm." Tiong-san Lo-kai mengelus jenggotnya dengan
tangan kaku karena pergelangan tangannya sedang dalam
pengobatan dan masih dibalut karena dipatahkan oleh Tai-lek
Hoat-ong tadi "Kalau aku tidak salah, guru dari Lui Sian Lojin
adalah Bu Eng Lojin dan saudara seperguruan dari kukek sakti
ini pernah dikenal sebagai seorang kakek aneh bernama
Siangkoan Lojin....... Akan tetapi dua orang tua itu hanya
tinggal nama saja, tidak pernah muncul lagi di dunia
ramai........apakah engkau hendak mengatakan bahwa
seorang di antara mereka adalah suhumu, taihiap ?"
Sian Lun mengangguk. ”Mendiang suhu memang she
Siangkoan........."
"Omitohud......! Pantas saja taihiap demikian lihai, kiranya
murid seorang sakti dan taihiap masih terhitung sute dari Lui
Sian Lojin !" Pek I Nikouw berseru penuh kagum.
"Dan kalau begitu, mana pantas aku menyebut suheng?
Engkau, kalau dihitung dari tingkat pantas kusebut........susiok
kong (paman kakek guru)!" kata Wan Cu.
Sian Lun hanya tersenyum kepada dara itu, dan mereka
lalu bercakap cakap. Dengan penuh perhatian Sian Lun
mendengarkan penjelasan Yap Yu Tek tentang keadaan
negara dan sebagian besar dari penjelasan itu sudah di
dengarnya dari Ong-ciangkun. Akan tetapi penuturan tentang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adanya babaya yang mengancam pemerintah, bahkan kini
bahaya itu sudah dirasakannya sendiri dengan adanya
penyerbuan orang Khitan, Tibet dan Beng-kauw,
mendorongnya untuk membantu pemerintah. Dia merasa
yakin bahwa kalau ayahnya masih hidup, atau paman dan
bibinya masih hidup, tiga orang pendekar perkasa itu tentu
tidak akan mendiamkan saja negara terancam oleh para
pemberontak yang dibantu oleh orang oraug asing itu.
Sian Lun menceritakan kepada mereka tentang
pertemuannya dengan Ong ciangkun dan tentang cerita
panglima itu.
"Ah, negara sedang kalut dan ketenteraman sedang
terancam bahaya," kata Yap Yu Tek. ”kalau dibiarkan saja,
akhirnya orang-orang macam mereka yang menyerbu ke sini
tadi tentu akan makin menyusun kekuatan dan merajalela,
dan kalau pemberontakan sampai pecah lagi, kembali rakyat
jelata yang akan menderita hebat."
"Saya akan berangkat menyusul Ong-ciangkun di kota raja
dan saya akan membantu pemerintah untuk menentang para
pemberontak itu" kata Sian Lun yang tergugah semangatnya
melihat sikap orang-orang tua yang masih bersemangat itu.
"Bagus !" Yap Yu Tek berseru girang. "Memang orangorang
muda seperti engkau inilah yang amat dibutuhkan oleh
negara untuk menyelamatkan negara !"
Kemudian Yap Yu Tek mengajak Sian Lun untuk singgah ke
rumahnya. Tadinya Sian Lun hendak berpamit dan hendak
langsung melanjutkan perjalanan, akan tetapi Yap Yu Tek
menahannya, dan setelah Wan Cu juga ikut menahannya, dan
mempersilakan dia untuk singgah, terpaksa Sian Lun ikut
bersama rombongan itu, kembali ke kota.
Gan Beng Lian, ibu dari Wan Cu merasa kagum bukan main
mendengarkan penuturan Wan Cu betapa pemuda sederhana
itu telah menghalau semua musuh dan betapa pemuda itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki tingkat kepandaian yang lebih hebat dari pada Pek I
Nikouw atau Tiong-san Lo-kai. Maka timbullah suatu keinginan
di dalam hatinya. Mereka mempersilakan Sian Lun untuk
bermalam di rumah mereka untuk sedikitnya satu malam, dan
malam itu suami isteri Yap ini saling bersepakat untuk menarik
pemuda itu sebagai mantu mereka!
"Ayahnya adalah seorang pendekar sakti yang amat gagah
perkasa, adik seperguruan kakakku Beng Han," antara lain
nyonya membujuk suaminya. ”Dan ibunya adalah orang puteri
pangeran. Sekarang, dia memiliki kepandaian hebat, dan juga
wataknya amat baik, pendiam, sederhana dan tidak sombong.
Dia amat pantas menjadi suami anak tunggal kita."
Yap Yu Tek mengangguk-angguk, akan tetapi alisnya agak
berkerut. "Engkau tentu mengerti betapa senang rasa hatiku
kalau saja aku bisa mendapatkan seorang mantu seperti
pemuda itu, isteriku. Akan tetapi, akupun teringat bahwa
syarat utama bagi suatu perjodohan adalah perasaan cinta
kasih antara dua orang muda yang akan dijodohkan. Tanpa
adanya cinta kasih, aku tidak akan memaksa puteriku......... "
"Akan tetapi aku sudah melihat tanda tanda bahwa anak
kita itu amat kagun dan suka kepada Sian Lun. Lihat saja sinar
matanya kalau dia memandang pemuda itu, dan seri wajahnya
ketika dia menceritakan kegagahan pemuda itu, seolah-olah
dia ingin sekali menonjolkan jasa pemuda itu kepada kita."
Yap Yu Tek tersenyum dan merangkul isterinya. "Mungkin
engkau benar karena aku percaya engkau memiliki perasaan
halus dan mudah menangkap gejala-gejala seperti itu. Baiklah,
besok kita bicarakan dengan Sian Lun."
"Dan malam ini aku akan menjajagi isi hati Wan Cu," kata
Gan Beng Lian dengan hati senang dan penuh harapan.
Ketika malam hari itu Gan Beng Lian mengajukan persoalan
perjodohan itu kepada Wan Cu, dara yang biasanya gagah
perkasa dan tak pernah mengenal takut ini menundukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mukanya yang menjadi merah sekali dan sama sekali tidak
berani menentang pandang mata ibunya! Ibunya tersenyum
dan sudah maklum akan isi hati puterinya. Kalau seorang
gadis tidak menyetujui suatu usul perjodohan, tentu dia akan
langsung saja menolak, marah-marah dan menangis. Akan
tetapi, kalau perawan itu menundukkan muka yang menjadi
merah, menahan senyum dan tidak berani menentang
pandang mata, hanya jari-jari tangannya saja yang
memainkan ujung baju untuk melawan ketegangan hati yang
penuh rasa malu, berarti bahwa gadis itu menerimanya!
"Wan Cu, ibumu tahu akan perasaan hatimu terhadap Sian
Lun. Memang dia seorang pemuda yang patut dikagumi dan
patut dicinta, akan tetapi kami, ayah ibumu, tidak akan
memaksamu kalau engkau tidak setuju. Oleh karena itu,
setujukah engkau kalau besok ayah ibumu membicarakan
perjodohan ini dengan Sian Lun? Kalau engkau tidak setuju,
jawablah, kalau setuju, cukup engkau mengangguk.”
Jari-jari tangan yang memainkan ujung baju itu gemetar,
sejenak Wan Cu mengangkat muka, akan tetapi begitu
bertemu dengan pandang mata ibunya, dia menunduk kembali
dan ada titik air mata jatuh di atas kedua pipinya walaupun
bibirnya menahan senyum! Lalu dia mengangguk perlahan,
menahan isak, dan gadis itu meloncat terus lari keluar dari
kamar ibunya !
Gan Beng Lian tersenyum, akan tetapi tanpa disadari lagi
air matanya bercucuran karena haru. Dia cepat memberi tahu
suaminya bahwa puteri mereka telah menyalakan "lampu
hijau".
"Sian Lun, sebenarnya apa yang hendak kami bicarakan
denganmu ini menurut patut haruslah melalui perantara dan
walimu," demikian pada keesokan harinya setelah makan pagi.
Yap Yu Tek yang didampingi oleh isterinya itu mulai membuka
percakapan yang didengarkan oleh Sian Lun dengan penuh
perhatian akan tetapi juga penuh keheranan karena pemuda
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu belum tahu ke mana arah percakapan yang dimulai oleh
tuan rumah itu.
"Akan tetapi, mengingat bahwa ayah bundamu telah tiada,
juga pamanmu Gan Beng Han dan bibimu telah meninggal
dunia, bahkan gurumu Siangkoan Lojin telah meninggal dunia
pula sehingga engkau hidup sebatangkara dan tanpa wali,
maka terpaksa kami tidak dapat menghubungi seorang
walimu." Sampai di sini, Sian Lun masih juga tidak mengerti,
maka dia hanya mengangguk tanpa mengganggu lanjutan
ucapan pendekar itu.
"Selain itu," tiba - tiba Gan Beng Lian menyambung, "Kami
sudah mengenalmu sejak kecil, dan mengingat bahwa engkau
adalah putera sute dari kakakku Gan Beng Han, bahkan
kemudian seperti putera sendiri dari mendiang Han-koko,
maka boleh dikata bahwa engkau adalah orang atau keluarga
sendiri."
Yap Yu Tek mengangguk. "Benar ucapan bibimu ini, Sian
Lun. Maka kamipun tidak merasa ragu-ragu lagi untuk secara
langsung bicara denganmu mengenai urusan ini."
Makin lama makin memuncak keinginan tahu Sian Lun
karena belum juga dia dapat meraba, apa lagi mengerti, akan
maksud dari ucapan-ucapan suami isteri itu "Urusan apakah
gerangan yang paman dan bibi maksudkan?"
"Urusan perjodohanmu, Sian Lun," kat Gan Beng Lian
cepat-cepat.
Sepasang mata pemuda itu terbelalak lebar menatap wajah
bibinya ini, kemudian menengok dan menatap wajah
pamannya yang tersenyum saja. Sepasang pendekar itu
memandangnya dengan tersenyum dan Sian Lun menjadi
makin bingung.
"Urusan per....... perjodohanku ... ?" akhirnya dia
mengulang dengan gagap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, perjodohanmu dengan puteri kami Sian Lun. Kami
mengambil keputusan untuk menjodohkan Wan Cu
denganmu, tentu saja kalau engkau tidak keberatan," kata
Yap Yu Tek dengan sikap halus, sedangkan Gan Beng Lian
menatap wajah pemuda itu dengan mata berseri-seri. Senang
sekali rasa hati nyonya itu melihat wajah pemuda yang
tampan sederhana itu tiba-tiba berubah merah sekali dan
matanya sejenak terbelalak, akan tetapi wajah itu lalu
menunduk dan pemuda itu menjadi gugup.
"Paman........ dan bibi........ ini....... ini..." Pemuda itu tidak
mampu melanjutkan kata-katanya karena pemberitahuan itu
datangnya sama sekali tak disangkanya dan benar-benar amat
mengejutkan hatinya.
"Kami tahu bahwa engkau tentu terkejut dan bingung, dan
tentu tidak dapat mengambil keputusan ini secara mendadak,
Sian Lun. Akan tetapi pikirkanlah baik-baik. Kalau menurut
perhitunganku, usiamu tentu sudah cukup dewasa, lebih tua
dua tiga tahun dibandingkan dengan Wan Cu," kata nyonya
itu. "Berapakah usiamu tahun ini ?"
”Duapuluh tahun, bibi," Sian Lun menjawab sambil masih
menundukkan mukanya.
"Nah, duapuluh tahun! Sudah cukup dewasa dan adikmu
Wan Cu berusia tujuhbelas tahun. Mengingat akan hubungan
antara orang tuamu dengan keluarga kami, maka kami
anggap amatlah tepat kalau Wan Cu menjadi calon isterimu.
Puteri kami itu begitu bertemu denganmu telah merasa suka
dan kagum sekali." Melihat Sian Lun menunduk dan kelihatan
bingung, dan merasa betapa isierinya terlalui mendesak, Yap
Yu Tek lalu berkata dengan tenang dan lembut, "Sian Lun,
tentu saja kamipun tidak ingin mendesakmu, betapapun
senang hati kami kalau engkau tidak menolak niat kami yang
baik ini. Biarlah kami memberi waktu kepadamu selama
setengah tahun untuk menentukan jawabanmu. Ingatlah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa sementara itu, kami menganggap Wan Cu adalah calon
isterimu, harap engkau tidak melupakan hal ini."
Sian Lun adalah seorang pemuda yang semenjak kecil
ditinggal oleh kedua orang tuanya, kemudian dipelihara oleh
Gan Ben Han dan isterinya, menganggap mereka sebagai
pengganti orang tua akan tetapi segera dia dipisahkan lagi
dari suami isteri ini, bahkan begitu dia kembali kepada
mereka, dia hanya mendapatkan makam mereka. Oleh
kesengsaraan hidup yang bertubi-tubi ini dia menjadi perasa
sekali, maka mendengar ucapan suami isteri ini merasakan
betapa baiknya mereka kepadanya, apalagi dia telah dipilih
sebagai calon mantu, suatu kepercayaan dan budi yang
melimpah ruah kepadanya, dia tidak dapat menahan keharuan
hatinya dan segera dia menjatuhkan diri berlutut di depan
mereka. Suami isteri itu tercengang melihat ini.
"Paman Yap Yu Tek dan bibi, sungguh paman berdua telah
melimpahkan budi yang teramat besar kepada saya yang
sebatangkara, miskin dan papa ini, melimpahkan kepercayaan
yang luar biasa sehingga akan menjadi manusia tak kenal
budilah kalau saya menolak usul paman berdua. Akan tetapi,
apa yang paman berdua kemukakan itu adalah hal yang sama
sekali tidak pernah terpikir oleh saya, tidak pernah saya
sangka-sangka sehingga saya masih bingung, tidak tahu
harus, menjawab bagaimana karena memang sedikitpun tidak
pernah terpikir oleh saya tentang perjodohan. Oleh karena itu,
mohon paman berdua sudi mengampunkan saya yang tidak
mengenal budi ini, dan terima kasih atas kelonggaran yang
paman berikan kepada saya. Demi langit dan bumi, saya tentu
akan menyampaikan jawaban saya sebelum setengah tahun
ini."
Yap Yu Tek saling pandang dengan isterinya kemudian
mereka membangunkan pemuda itu dan menyuruhnya duduk
kembali.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sian Lun, aku yakin sekali bahwa arwah mendiang ayah
bundamu, juga arwah mendiang Han - koko dan isterinya
pasti akan merasa berbahagia kalau engkau dapat berjodoh
dengan Wan Cu. Maka, kuharap saja engkau kelak tidak akan
mengecewakan kami, mengecewakan mereka, dan akan
menerima tali perjodohan ini dengan resmi," kata Beng Lian
dan Sian Lun hanya mengangguk.
Tak lama kemudian Sian Lun berpami untuk melanjutkan
perjalanan ke kota raja, karena sudah bulat tekadnya untuk
mencari Ong ciangkun dan membantu pemerintah
menghadapi golongan-golongan yang menentang pemerintah
dan yang mempunyai kecondongan untuk memberontak atau
membantu pemberontak. Selama dia bercakap-cakap dengan
suami isteri itu. Wan Cu tidak pernah muncul. Sian Lun juga
tidak berani bertanya, karena setelah pernyataan tentang
perjodohan itu oleh Yap Yu Tek berdua, maka nama gadis itu
saja tak berani dia menyebutnya, bahkan teringat akan Wan
Cu saja sudah cukup membuat jantungnya berdebar dan
mukanya menjadi merah. Akan tetapi pemuda ini dapat
menduga bahwa tentu gadis itu sudah tahu akan kehendak
ayah bundanya maka tentu merasa malu untuk bertemu muka
dengan dia. Oleh karena itu, setelah berpamit kepada suami
isteri itu, Sian Lun lalu pergi pada pagi hari itu meninggalkan
kota An-kian, tanpa berani menanyakan Wan Cu sehingga dia
pergi tanpa pamit kepada gadis itu. Akan tetapi, ketika dia
keluar dari kota An-kian dan tiba di tikungan jalan yang sunyi,
terdengar suara halus memanggilnya, "Lun-koko.....!"
Sian Lun berhenti dan menoleh. Kiranya Wan Cu sudah
berada di situ, di tepi jalan dan agaknya memang sudah sejak
tadi menantinya! Jantungnya berdebar dan mukanya menjadi
merah sekali ketika dia melangkah menghampiri dara itu yang
berdiri dengan kepala menunduk. Dara itu memakai pakaian
baru dan kelihatan cantik sekali, akan tetapi pada saat itu Wan
Cu menundukkan mukanya dan hanya mengerling dari bawah
dengan sikap yang malu-malu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Adik Wan Cu........kau .......... di sini.....?" Sian Lun
berkata, suaranya lirih sekali, seperti berbisik, bahkan hampir
tidak dapat keluar dari mulutnya dan kerongkongan lehernya
terasa kering. Dia sendiri merasa heran mengapa dia menjadi
seperti orang ketakutan dan bingung macam ini !
Wan Cu mengangguk. "Aku....... sejak tadi menantimu di
sini, koko."
Melihat sikap dara itu yang malu-malu, mengertilah Sian
Lun bahwa memang gadis ini sudah tahu akan ikatan jodoh
antara merela yang diusulkan oleh orang tua gadis itu, maka
dia menjadi makin canggung dan malu. Sejenak mereka
berdua diam saja, dan keduanya berdiri berhadapan dengan
kepala ditundukkan, masing-masing tidak berani mengangkat
muka untuk saling memandang! Sungguh lucu sekali keadaan
dua orang muda ini, serba canggung dan serba sungkan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malu. Terasa benar kesunyian mencekam hati dan membuat
keduanya makin merasa canggung dan gugup. Akan tetapi
akhirnya Sian Lun dapat menguasai ketegangan hatinya
setelah beberapa kali dia menarik napas dalam,
"Cu moi, aku tidak tahu mengapa engkau menantiku di sini,
akan tetapi maafkanlah aku bahwa aku pergi tanpa pamit
darimu karena....... karena....... setelah orang tuamu bicara
tentang....... eh, perjodohan itu...... entah mengapa, aku
merasa malu untuk menanyakanmu .....maka aku pergi tanpa
pamit."
Wan Cu tersenyum malu-malu akan tetapi melihat pemuda
itu sudah dapat bicara lancar diapun dapat menenangkan
hatinya, dia mengangkat mukanya dan sejenak keduanya
saling pandang, Wan Cu adalah seorang gadis yang biasanya
lincah jenaka dan tak kenal takut, akan tetapi sekarang dia
mengalami hal aneh yang membuatnya malu-malu dan
merasa canggung sekali.
"Koko, akupun......malu bertemu muka denganmu di
hadapan orang lain....... maka ketika mendengar bahwa
engkau akan ke kota, aku sengaja menanti di sini."
Setelah saling menceritakan perasaan hati mereka yang
sama sama malu, aneh sekali bagi kedua orang muda itu,
perasaan canggung dan malu itu malah lenyap! Mereka berani
saling pandang dengan terbuka.
"Cu-moi, aku senang kita dapat saling jumpa di sini dan aku
mendapatkan kesempatan untuk pamit kepadamu. Aku
hendak pergi ke kota raja, moi-moi, dan aku berterima kasih
atas semua kebaikanmu dan kebaikan keluargamu terhadap
diriku." Sian Lun menjura dan segera dibalas oleh Wan Cu.
"Aih! yang seharusnya berterima kasih adalah aku, Lunkoko.
Engkau telah menolongku, bahkan menolong keluargaku
Aku sengaja menghadangmu di sini untuk mengucapkan
terima kasih dan selamat jalan kepadamu..... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, engkau baik sekali, Cu-moi."
"Dan selain itu, aku.......aku.. ." Tiba- tiba dara itu menjadi
gugup kembali dan kini dengan kedua tangan gemetar dia
meraba-raba ke arah lehernya di balik bajunya.
"Ada apakah, moi-moi ?" Sian Lun bertanya, memandang
tajam dan agak khawatir.
Kini kedua tangan yang gugup dan gemetar tadi sudah
berhenti meraba-raba leher, dan sudah turun lagi dan di
tangan kanan itu tergantung seuntai kalung emas dengan
hiasan mata batu giok hijau.
"........ ini........ aku ingin memberikan kalungku ini
kepadamu, koko........ "
"Ehh? Kalung begitu indah dan tentu mahal, untuk apa
kauberikan kepadaku, moi-moi ? Aku seorang laki-laki, tidak
biasa memakai perhiasan .....” Pemuda yang masih hijau ini
bertanya dengan jujur karena memang dia merasa bingung
dan tidak mengerti mengapa dara itu memberikan kalungnya
kepadanya !
Wan Cu adalah seorang gadis kota, tentu saja dia sudah
sering mendengar dan tahu akan arti pemberian benda-benda
berharga antara tunangan atau pacar. Akan tetapi, mendengar
pertanyaan ini dia tidak merasa tersinggung atau marah. Dia
juga tahu bahwa pemuda ini sejak kecil pergi bersama orang
sakti dan pemuda ini amat jujur, benar-benar tidak mengerti
akan pemberian antara muda-mudi itu. Justeru karena ketidak
mengertian pemuda itu, rasa canggung dan malunya meluntur
dan ia tersenyum. "Koko, terimalah pemberianku ini untuk
tanda mata untuk tanda terima kasihku kepadamu. Tanda
mata ini boleh saja kaupakui, atau boleh kau simpan sebagai
kenang-kenangan, koko." Gadis itu menyerahkan kalungnya
dan diterima olehSian Lun dengan jantung berdebar karena
biarpun dia tidak mengerti, akan tetapi ada sesuatu yang
menggerakkan perasaannya dalam pemberian ini, pemberian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebuah kalung yang biasanya menempel di leher dan dada
gadis itu! Ketika menerima kalung, tanpa disengaja jari jari
tangan mereka saling bersentuhan dan ini menimbulkan
getaran yang sedemikian hebatnya sehingga terasa oleh
keduanya sampat ke ujung kaki !
"Terima kasih, moi moi, akan tetapi...... pemberianmu
begini berharga, sedangkan aku ....... aku tidak mempunyai
apa apa untuk diberikan kepadamu. "
Wan Cu menoleh ke kanan kiri dan ke bawah, lalu dia
tersenyum dan berkata, "Biarpun hanya setangkai bunga,
sehelai daun, atau sepotong batu akan merupakan barang
berharga bagiku asal engkau yang memberi kepadaku Lunko."
"Bunga........? Batu.......?" Sian Lun menengok ke kanan
kiri. Tidak ada bunga di situ dan biarpun ada pohon di tepi
jalan, kalau hanya memberi daun rasanya amat tidak patut
mending kalau ada bunga, Dan batu! Banyak batu berserakan
di jalan, dan teringatlah dia ketika dia baru melatih, sinkang di
bawan bimbingan Siangkoan Lojin, dia sering membuat
mainan - mainan dari batu dengan kedua tangannya. Sian Lun
lalu memungut sepotong batu sebesar kepalan tangan,
kemudian dia mengerahkan sinkangnya dan menggosok gosok
batu itu dengan tangan. Nampak debu mengepul dan batu itu
telah digosoknya sampai menjadi semacam bola yang amat
halus permukaannya!
"Aku tidak memiliki apa-apa, moi-moi, nah, biarlah benda
ini, sepotong batu biasa, kuberikan kepadamu."
Wan Cu terbelalak, matanya bersinar-sinar, wajahnya
berseri dan kedua pipinya meniadi kemerahan, hatinya girang
bukan main. Dia menerima batu itu. "Ah, terima kasih, koko,
aku akan menyimpan benda ini selama hidup" Dan kembali
jari-jari tangan mereka saling sentuh. Anehnya, mereka
berdua tidak segera menarik tangan dan jari-jari tangan itu
sampai agak lama saling bersentuhan, dan dari jari-jari tangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka itu keluar getaran hangat yang langsung menyerbu
jantung. "Nah, sekarang aku akan melanjutkan perjalananku,
Cu-moi. Selamat tinggal."
"Selamat jalan, koko, sampai jumpa lagi."
"Sampai jumpa lagi........" Sian Lun mulai melangkah pergi.
"Koko.......!"
Sian Lun menahan langkahnya dan memutar tubuhnya.
Dara itu telah mengikutinya dan kini memandang kepadanya
dengan sinar mata aneh dan lembut, setengah terpejam dan
bulu matanya bergerak-gerak.
"Ada apakah, Cu-moi?"
"Koko, engkau tentu ....... akan cepat datang ke sini, bukan
? "
Sian Lun tersenyum. "Begitu ada kesempatan, aku akan
mengunjungi keluargamu. "
"Sebelum enam bulan?" Suara dara itu mengandung
desakan dan Sian Lun segera teringat akan janjinya terhadap
orang tua dara ini untuk memberi keputusan tentang
perjodohan itu sebelum enam bulan. Teringat akan itu, tibatiba
mukanya berobah merah. Tadinya ada perasaan mesra di
hatinya terhadap dara ini sebagai saudara, atau sebagai
sahabat baik sekali, akan tetapi begitu teringat akan
perjodohan, pemuda ini menjadi gugup dan bingung lagi. Dia
tidak menjawab, hanya mengangguk saja.
Wajah Wan Cu berseri, "Koko, selamat jalan dan
aku.......aku akan menantimu siang malam dengan penuh
harapan...... ". Dan mendekapkan batu itu ke dadanya dan
melihat ini Sian Lun cepat, mengangguk sebagai
penghormatan terakhir dan cepat pergi meninggalkan dara itu.
Setelah melalui sebuah tikungan, baru Sian Lun berani
menengok dan tidak melihat lagi adanya gadis itu, dan barulah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia berjalan perlahan-lahan dan tenggelam dalam lamunan.
Dia merasa heran sekali mengenangkan sikap Wan Cu yang
demikian baik dan mesra terhadap dirinya. Dan dia sendiripun
tidak tahu perasaan apa yang terkandung di hatinya terhadap
dara itu. Dia suka dan kasihan kepada Wan Cu, akan tetapi dia
tidak tahu apakah dia akan suka menjadi suami dara itu
ataukah tidak. Sama sekali dia belum pernah memikirkan
tentang perjodohan, dan pernyataan orang tua gadis itu
sungguh membuat dia bingung. Akan tetapi, mereka telah
demikian baik kepadanya, dan gadis itu sendiri sedemikian
ramah dan baiknya. Orang tua gadis itu adalah pendekarpendekar
gagah perkasa, dan gadis itu seorang yang cantik
dan gagah pula, berbudi baik, keturunan pembesar dan kaya
raya. Apalagi yang kurang? la harus mengakui bahwa orang
yatim piatu miskin seperti dia, seolah-olah menerima ganjaran
yang luar biasa besarnya kalau sampai dapat menjadi suami
Wan Cu! Mana mungkin dia dapat menolak mereka? Apa yang
akan dijadikan alasan untuk menolak Wan Cu? Akan tetapi,
waktunya masih lama dan kini urusan besar dan penting
menantinya, yaitu pertemuan dengan Ong-ciangkun dan
menawarkan tenaganya untuk membantu pemerintah
menentang pemberontakan, mempertahankan ketenteraman
rakyat sesuai dengan yang dipesankan oleh mendiang
gurunya.
Perjodohan? Siapa yang memikirkan hal itu dalam keadaan
sebatangkara seperti dia ini? Tidak ada orang yang dekat
dengannya. Dan setelah kematian Gan Beng Han dan isterinya
maka orang yang terdekat dengan dia adalah, Ling Ling atau
Gan Ai Ling puteri pamannya itu dan barangkali juga Coa Gin
San, murid mendiang paman dan bibinya. Ah, kalau saja ada
mereka berdua, tentu dia dapat memperbincangkan urusan
perjodohan yang diajukan oleh orang tua Wan Cu itu dengan
mereka. Dan biasanya. Gin San amat cerdik dalam
menghadapi soal - soal yang sulit, tentu sahabatnya atau juga
sutenya itu akan menemukan jalan bagaimana baiknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dimanakah mereka berdua? Teringat akan Gin San yang nakal
dan Ling Ling yang lincah jenaka, wajah pemudi itu berseri
gembira, akan tetapi segera menjadi muram ketika dia
teringat bahwa dua orang itu masih belum diketahuinya
berada di mana.
~0-dwkz~bds~234-0~
Kakek itu sudah tua sekali, tentu sudah mendekati seratus
tahun usianya. Dia berdiri di depan guha yang besar itu, dan
biarpun wajahnya penuh keriput usia tua, namun tubuhnya
masih dapat berdiri tegak dengan punggung lurus, dan kedua
kakinya terpentang lebar. Pada wajah yang keriputan itu tidak
terbayang perasaan apapun, namun pandang matanya berseri
ketika dia memandang kepada seorang dara yang berlutut di
depannya. Dara itu berusia delapanbelas tahun, berpakaian
sederhana berwarna hijau. Wajahnya manis sekali, dan
terutama sekali sepasang matanya yang lebar itu demikian
hidup penuh semangat, bulu matanya lentik panjang dan sinar
matanya tajam, terbuka, dan hampir selalu tersenyum
bersama bibirnya. Dara ini adalah .Gan Ai Ling atau Ling Ling,
puteri tunggal suami isteri pendekar Gin Beng Han dan Kui
Eng.
Di sebelah dara itu nampak seorang kakek yang sudah tua
pula, dan kakek inipun berlutut di samping Ling Ling. Kakek
yang berlutut ini bukan lain adalah Lui Sian Lojin, pertapa
puncak Gunung Kwi hoa san yang terkenal bagai seorang
yang lihai dan disegani orang-orang kang ouw.
Melihat Ling Ling berlutut bersama Lui Sian Lojin, mudah
diduga siapa adanya kakek tua renta yang berdiri tegak itu.
Dia bukan lain olah Bu Eng Lojin yang sudah puluhan tahun
bersembunyi saja di dalam guha pertapaan, di tempat rahasia
sekitar Pegunungan Kwi-hoa-san. Seperti kita ketahui, Bu Eng
Lojin adalah guru dari Lui Sian Lojin dan sepuluh tahun yang
lalu, karena merasa kasihan dan tertarik kepada bakat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpendam yang dimiliki oleh Ling Ling, kakek ini berkenan
mengambil Ling Ling sebagai muridnya dan menggembleng
dara itu selama sepuluh tahun, dibantu oleh Lui Sian Lojin
sendiri. Dan memang penglihatan kakek sakti ini tajam sekali,
dugaannya tidak meleset karena lewat tujuh tahun saja Lui
Sian Lojin sudah tidak mampu membimbing Ling Ling lagi,
seluruh kepandaiannya telah tersedot habis oleh sumoinya itu.
Maka Bu Eng Lojin turun tangan sendiri, menggembleng Ling
Ling selama tiga tahun dan kini dara itu telah menjadi seorang
dewasa, cantik manis dan memiliki kepandaian yang
amattinggi, bahkan Lui Sian Lojin sendiri menduga bahwa
tingkat sumoinya itu tentu lebih tinggi sekarang daripada
tingkat kepandaiannya sendiri! Dan padi pagi hari itu, pagipagi
sekali. Bu Eng Lojin keluar dari guha pertapaannya dan
memanggl dua orang muridnya itu.
"Ai Ling," terdengar Bu Eng Lojin berkata sepasang
matanya dengan berseri-seri menatap wajah dara yang
selama tiga tahun terakhir ini setiap hari digemblengnya itu,
"engkau ku panggil pagi ini untuk memberi tahu bahwa hari ini
engkau boleh meninggalkan Kwi-hoa-san karena tidak ada
apa-apa lagi yang dapat kuajarkan kepadamu."
Mendengar ucapan gurunya ini, sepasang mata yang indah
itu melebar, wajah yang manis itu berseri dan mulutnya
tersenyum.
"Oh, terima kasih, suhu! Teecu akan dapat mencari
pembunuh ayah bunda teecu!" katanya tanpa
menyembunyikan perasaannya.
Bu Eng Lojin menggeleng kepalanya dan menarik napas
panjang. "Aku selama ini mendidikmu karena melihat bakat
baik pada dirimu, dan bukan maksudku agar engkau
menggunakan kepandaian untuk melakukan kekerasan.
Tentang urusan pribadimu, sebaiknya engkau menurutkan
nasihat dan petunjuk suhengmu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun kakek itu bicara dengan nada suara halus, namun
Ling Ling dapat menangkap wibawa yang amat kuat, dan dia
menunduk sambil berkata, "Baik, suhu."
"Bu Cin Lok, mulai saat ini, siapapun tidak boleh
menggangguku dari dalam guha. dan engkaupun tidak boleh
menggangguku. Aku takkan keluar lagi sampai kematian
menjemputku, dan kau bimbinglah sumoimu yang masih muda
ini, terserah kepadamu."
Lui Sian Lojin yang bernama Bu Cin Lok itu memberi
hormat. "Teecu akan melaksanakan perintah suhu."
"Bagus! Nah, sampai di sini saja pertemuan terakhir antara
kita, dan sebelum kalian pergi, hendaknya kalian suka
menutupkan batu besar itu ke depan guha, agar aku tidak
akan terganggu oleh siapapun juga." Setelah berkata
demikian, kakek tua renta itu melangkah memasuki guha,
dipandang oleh dua orang muridnya. Sedikit banyak, ada
perasaan terharu di dalam hati Ling Ling karena dia maklum
apa artinya semua ucapan suhunya itu. Dia seolah olah
melihat gurunya itu melangkah ke dalam alam lain, alam
kematian yang seperti berada di balik guha itu !
"Suhu, terima kasih atas semua kebaikan suhu kepada
teecu selama ini!" dia berkata akan tetapi kakek itu melangkah
terus tanpa menengok, memasuki guha sampai bayangannya
ditelan kehitaman dalam guha yang gelap dan belum disentuh
sinar matahari pagi.
"Suhu, selamat tinggal......!" Kembali dara itu berseru ke
arah guha yang gelap itu. Bayangan kakek itu sudah tidak
knampak lagi, akan tetapi kini terdengar suaranya, seperti
gema suara mengaung saja.
"Siapakah yang pergi dan siapa yang datang? Siapakah
yang berpisah dan siapa yang berkumpul? Siapa yang mati
dan siapa yang hidup? Adakah perbedaan di antara kedua
itu?" Lalu sunyi senyap, tidak terdengar suara apapun.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suhu.......!" tidak ada jawaban.
Ling Ling merasa pundaknya disentuh tangan orang. Dia
menengok dan melihat kakek berjenggot putih yang menjadi
suhengnya itu berdiri di belakangnya. "Sudah, mari kita taati
pesan suhu," kata kakek itu dengan suara tenang. "Batu itu
berat sekali dan tenaga badanku yang sudah tua mana
mampu menggerakkannya?"
Ling Ling teringat akan pesan gurunya maka diapun
bangkitlah lalu bersama suhengnya menghampiri batu besar
yang berada di tepi guha. Batu itu besar sekali dan besarnya
memang seukuran dengan mulut guha seolah-olah batu itu
memang sengaja diadakan untuk menjadi pintu atau penutup
guha. Batu itu amat besar dan tentu beratnya ribuan kati,
maka untuk dapat menggerakkannya apa lagi
menggulingkannya, tentu membutuhkan tenaga yang amat
besar. Mula-mula kakek sakti itu menghampiri batu dan
mendorongnya. Batu bergoyang sedikit, akan tetapi dia tidak
mampu menggerakkan lebih lanjut, dan batu yang sudah
bergoyang itu kembali lagi ke tempat semula. Muka kakek itu
agak merah dan napasnya agak terengah
"Biarkan aku mencobanya, suheng!" kata Ling Ling dan
dara ini segera menyingsingkan lengan bajunya sehingga
nampak kulit lengannya yang putih mulus. Dia lalu melangkah
kedepan dan menggantikan suhengnya, menarik napas
panjang sampai dadanya penuh, kemudian menyalurkan
sinkang ke arah kedua lengannyasetelah dia memasang kuda -
kuda yang amat kuat. Kedua telapak tangannya ditempelkan
kepada batu besar itu, mengerahkan tenaga dan diapun
mendorong. Batu itu bergerak! Ling Ling merasa betapa
beratnya batu itu, namun dia menambah tenaganya dan batu
itu mulai menggelinding! Melihat ini, Lui Sian Lojin terbelalak
kagum, lalu diapun melangkah maju dan membantu
sumoinya. Dengan penggabungan tenaga sakti dari dua orang
ini batu akhirnya menggelinding dan menutup guha dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suara keras dan nampak debu mengebul dan tanah tergetar
ketika berat batu itu menimpa mulut guha dan beradu dengan
mulut guha batu itu.
Mereka meloncat mundur dan memandang guha yang kini
sudah tertutup batu besar itu. Lui Sian Lojin mengatur
pernapasannya yang terengah-engah dan dia melirik ke arah
sumoinya. Dara itu berkeringat dan kedua pipinya menjadi
merah sekali, akan tetapi napasnya tidak memburu. Diamdiam
kakek ini merasa kagum bukan main. Tahulah dia bahwa
suhunya telah menurunkan kepandaiannya pada sumoinya ini
yang jelas memiliki sinkang yang bahkan lebih kuat dari
padanya !
"Sumoi, mari kita menghaturkan terima kasih kepada suhu.
Engkau tidak dapat membayangkan betapa hebat suhu telah
bekerja untukmu. Mari!" Dan kakek itupun menjatuhkan diri
berlutut menghadap guha yang sudah tertutup itu. Melihat ini,
biarpun dia belum mengerti benar akan maksud ucapan
subengnya, Ling Ling juga menjatuhkan diri berlutut dan
memberi hormat ke arah guha yang tertutup. Dia mendengar
suara suhengnya berkata lagi lirih, "Sumoi, engkau harus
mengerti bahwa suhu sudah berusia tua sekali, sedikitnya
duapuluh tahun lebih tua dari pada aku. Sedangkan aku
sendiri saja sudah merasa lemah lahir batin, apa lagi suhu,
namun tetap beliau mengerahkan seluruh semangat dan
tenaga terakhir untuk mendidikmu. Beliau tidak hanya telah
mengorbankan tenaga, akan tetapi juga perasaannya ketika
menurunkan semua ilmu kepadamu. "
"Korban perasaan.........! Apa maksudmu, suheng?" tanya
Ling Ling. Kalau gurunya mengorbankan tenaga, hal itu jelas,
akan tetapi dia tidak mengerti mengapa dikatakan suhengnya
bahwa suhunya mengorbankan perasaan. "Suhu tidak suka
akan kekerasan, oleh karena itulah beliau menyembunyikan
dirinya sampai puluhan tahun. Dan suhu tetap mewariskan
ilmunya kepadamu, sungguhpun suhu maklum bahwa dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ilmu itu, engkau akan melakukan tindakan-tindakan kekerasan
yang amat menyedihkan hati beliau."
Kini mengertilah Ling Ling. Dia termenung lalu berkata,
"Suheng, biarpun tindakan keras, kalau dilakukan untuk
menentang kejahatan, bukankah itu merupakan suatu
kebenaran ?"
Kikek itu menarik napas panjang. "Demikian pula yang
menjadi pendirian semua orang, termasuk pendirianku dahulu,
sumoi. Akan tetapi engkau belum mengerti tentang apa yang
dinamakan kebenaran itu. Tindakan keras itu sendiri sudah
tidak benar, bagaimana mungkin mengakibatkan kebenaran?
Dan kalau sudah dinamakan kebenaran, maka itu bukan
kebenaran lagi, karena kebenaranmu tentu akan berlawanan
dengan kebenaran orang lain!" Kakek itu mengeluh. Kemudian
dia memandang wajah sumoinya dengan tajam, lalu dia
berkata lagi, suaranya kini biasa, tidak mengandung
kemurungan seperti tadi,
"Sumoi, sebenarnya aku, seperti suhu, sudah muak dengan
segala macam urusan dunia, urusan antara manusia yang
penuh dengan permusuhan dan kebencian. Akan tetapi,
teringat akan pesan suhu, aku tidak tega membiarkan engkau
pergi begitu saja tanpa bekal pengalaman. Maka, sebelum aku
membiarkan engkau pergi seorang diri menempuh kehidupan
ramai, lebih dulu engkau akan kuajak pergi ke Kiam kok
(Lembah Pedang ) di Pegunungan Tai-hang san."
"Mengapa kita ke lembah itu suheng?"
Kakek itu menarik napas panjang. "Aku tahu bahwa engkau
selama ini tekun mempelajari ilmu silat tentu dengan maksud
untuk mencari pembunuh ayah bundamu untuk membalas
kematian mereka, bukan ?"
Dara itu tiba-tiba memandang keras dan kedua tangannya
dikepal, dan sambil bangkit berdiri dia berkata lantang,
"Dugaan suheng benar sekali !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah! Dari pada membiarkan engkau seorang diri meniadi
setan penyebar maut dan mungkin saja engkau kesalahan
tangan membunuh orang orang yang tidak berdosa, maka
engkau akan kuajak ke sana, karena di sana akan diadakan
pertemuan besar antara tokoh-tokoh dan partai - partai
persilatan. Di sana tentu akan dapat kau temui musuh musuh
ayah bundamu, yaitu ketua ketua Im yang pai dan Im yang
kauw. Aku akan menjaga agar engkau menyelesaikan
perhitungan pribadi ini dengan pribadi pula, dan tidak lalu
memusuhi seluruh orang Im yang-pai."
Ling Ling menjadi girang sekali. "Ah, aku akan dapat
bertemu denganpembunuh ayah bundaku di sana? Bagus!
Mari kita berangkat, suheng!"
Tak lama kemudian, suheng dan sumoi itu meninggalkan
Kwi-hoa san, menuruni puncak puncak dan lereng lereng
pegunungan itu dengan cepat karena dalam keadaan penuh
semangat Ling Ling mempergunakan ginkang untuk berlari
cepat sehingga beberapa kali suhengnya harus berteriak
menyuruh dara itu menunggunya karena dia sendiri tidak mau
berlari-larian seperti dara itu.
"Sumoi, kautunggu aku. jangan berlari terlalu cepat!" teriak
kakek itu yang terpaksa agak mempercepat langkahnya.
"Aku ingin segera sampai di tempat itu, suheng!"
"Hemm, tenanglah. Pertemuan besar itu akan diadakan
pada permulaan bulan depan, kita masih banyak waktu. Pula,
kalau berlari lari seperti engkau itu, mana kita dapat
menikmati keindahan tamasya alam di sepanjang perjalanan?
Juga, aku sudah terlalu tua untuk berlarian secepat itu!"
Setelah kini berjalan di samping suhengnya dan membuka
mata, baru Ling Ling melihat kebenaran kata-kata kakek itu.
Pemandangan alam di sepanjang perjalanan itu amat
indahnya sehingga beberapa kali dara ini memuji, berhenti
sejenak untuk mengagumi alam yang terbentang luas di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
depan kakinya, keindahan yang tak mungkin dapat dilukiskan
dengan kata-kata.
"Aihhhh, lihat telaga jauh di sana itu, suheng! Seperti
cermin tertimpa sinar! Betapa indahnya! Dan puncak bukit di
sana itu! Seperti kepala seekor burung. Aduh, bukan main luas
dan indahnya!"
Melihat sumoinya menunjuk sana-sini, memuji-muji dengan
wajah berseri dan mata bersinar-sinar, Lui Sian Lojin
tersenyum. Teringatlah kakek ini akan sikap anak-anak yang
pernah dipanggulnya, tiga orang anak yang bawanya ke
puncak Kwi hoa san hampir tigapuluh tahun yang lampau.
Mereka itu adalah ayah bunda dari sumoinya ini. Gan Beng
Han dan Kui Eng, bersama Tan Bun Hong, tiga orang anakanak
yang kemudian menjadi murid-muridnya. Seperti
sumoinya inilah sikap Kui Eng, ibu kandung anak ini, begitu
gembiranya menikmati keindahan alam. Ah, sumoi, engkau
belum mengerti tentang kebesaran dan keagungan alam, dan
keindahan yang kaunikmati itu hanya merupakan kesenangan
hampa saja, pikirnya.
Kebesaran dan keagungan alam terdapat di mana-mana,
bukan hanya di pegunungan atau di tepi lautan, bukan hanya
di tempat sunyi, melainkan di manapun kita berada.
Kebesaran dan keagungan alam yang penuh pesona, penuh
hikmat, penuh keajaiban dan mujizat, penuh dengan
ketertiban, setertib awan berarak di angkasa raya, setertib
ombak mengalun beriring-iringan, setertib angin mendesau di
antara pohon pohon. Keagungan ini sudah berada di atas
keindahan dan keburukan, di atas sifat menyenangkan atau
tidak menyenangkan dan hanya nampak atau terasa oleh
mereka yang tidak dipengaruhi oleh batin yang menilai dan
membanding bandingkan karena penilaian dan perbandingan
itu hanyalah kesibukan pikiran yang berpusat kepada si aku.
Keindahan yang nampak karena kecocokan selera bukan lagi
keindahan, karena timbul dari perbandingan dan penilaian,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan hasil perbandingan dan penilaian tentu akan menimbulkan
konflik.
Hanya batin yang hening tidak dikotori oleh perbandingan,
tidak dikotori oleh ingatan akan yang baik atau buruk, yang
senang atau susah hanya batin yang benar-benar hening
tanpa membandingkan, tanpa pendapat, tanpa kesimpulan,
tanpa pamrih, yang akan benar benar bertemu dengan
keagungan dan kebesaran itu. Sekali batin terjerumus ke
dalam perbandingan, tentu akan mengejar yang
menyenangkan dan menjauhi yang tidak menyenangkan,
terseret ke dalam lingkaran setan dari kebalikan kebalikan,
indah buruk, senang susah, baik jahat dan selanjutnya.
Hanya batin yang hening sajalah yang wajar dan akan
bertemu, bahkan menjadi satu dengan KEWAJARAN.
Keindahan yang agung, kebahagiaan, terdapat di dalam batin
yang hening yang tidak mengejar apa apa, tidak kepingin apaapa.
Pengejaran dan keinginan yaitu keinginan yang berada di
luar dari pada kebutuhan jasmani yang pokok, hanya
merupakan permainan dari pikiran atau si aku yang ingin
senang, ingin mengulang apa yang dianggap enak dan nikmat,
dan di dalam pengejaran keinginan untuk senang ini
terkandung kebalikannya, terkandung kekecewaan, rasa takut,
kekhawatiran, dan kesusahan.
Kebahagiaan bukanlah suatu basil usaha, kebahagiaan
tidak mungkin dapat didatangkan melalui daya upaya, tidak
mungkin diperoleh melalui pengejaran. Yang dapat diperoleh
melaluipengejaran hanyalah kesenangan, dan setiap
kesenangan itu membawa rangkaiannya, yaitu kekecewaan,
kebosanan, dan kesusahan. Hal ini jelas sekali. Bukan berarti
bahwa kita HARUS MENOLAK KESENANGAN ! Sebaliknya,
kesenangan mendapatkan keadaan yang lain sama sekali
kalau kita tidak mengejar-ngejarnya. Sesungguhnya, tanpa
pengejaran apapun, yang dinamakan kesenangan itu sudah
bukan kesenangan lagi, melainkan suka cita yang hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dirasakan saat demi saat, tidak meninggalkan bekas dalam
ingatan, karena sekali meninggalkan bekas, maka bekas atau
guratan itu akan membentuk pengejaran yang ingin
mengulangi lagi apa yang telah dialaminya tadi. Dari situlah
timbulnya pengejaran kesenangan! Maka, pertanyaan yang
teramat penting bagi kita, dapatkah kita hidup tanpa kesankesan
yang mencatat dalam pikiran sehingga menimbulkan
pengejaran kesenangan, juga menimbulkan kekhawatiran dan
rasa takut? Pertanyaan ini tak dapat dijawab dengan kata-kata
belaka, hanya dapat dijawab dalam tindakan, dalam
penghayatan hidup sehari-hari.
~0-dwkz~bds~234-0~
Pemandangan alam di sepanjang sungai yang mengalir di
antara lembah - lembah di Pegunungan Tai-hang-san tidak
mudah untuk dilukiskan keindahannya. Setiap lekuk, setiap
tanjakan, setiap jurang, setiap lembah memiliki keindahan
tersendiri yang tiada keduanya. Terutama sekali di sepanjang
sungai drkat lembah yang tebingnya merah, di situ banyak
ditumbuhi berbagai macam pohon bambu yang beraneka
macam.
Ling Ling sampai bengong melihat pohun pohon bambu itu.
"Bukan main! Selama hidupku, baru sekarang aku melihat
pohon-pohon bambu, seperti itu, suheng!" teriaknya.
"Memang," kata suhengnya, "pohon bambu merupakan
satu di antara pohon-pohon keramat bagi rakyat. Rakyat
mengenal "tiga sahabat di musim dingin", yaitu pohon bambu,
pohon tusam dan pohon bunga mei yang dapat bertahan di
musim dingin. Bahkan pohon bambu nampak lebih kuat dan
buku-bukunya lebih menonjol dihembus angin dan embun
musim dingin. Tiga macam pohon itu dianggap sebagai
lambang keteguhan dan keluhuran."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Karena di situ tumbuh bermacam pohon bambu, dan
melihat sumoinya amat tertarik, Lui Sian Lojin lalu mengajak
sumoinya menuruni lembah dan mendekati pohon-pohon
bambu di tepi sungai itu. Kakek yang sudah berpengalaman ini
lalu menjelaskan satu demi satu tentang bambu-bambu yang
tumbuh di situ.
Memang, kiranya hanya di Tiongkok sajalah tumbuh pohonpohon
bambu yang demikian banyak macamnya. Tidak
mengherankan apabila pohon ini merupakan pujaan bagi para
penyair dan pelukis karena keindahannya, kekuatannya, dan
keserbagunaannya. Bambu muda terkenal sebagai bahan
makanan yang lezat, batangnya dapat dipergunakan sebagai
alat bangunan, daunnya dapat dipakai sebagai pembungkus
makanan yang dimasak, akar dan rantingnya merupakan
bahan bakar yang baik, dan keseluruhannya dapat menjadi
contoh lukisan yang indah Ditambah lagi tumbuhnya amat
mudah dan subur, tidak membutuhkan pemeliharaan yang
sulit.
Lui Sian Lojin mulai dengan penuturannya tentang bambu.
"Ada seratus jenis lebih pohon bambu yang kesemuanya
mempunyai keistimewaan masing-masing, bahkan masingmasing
bambu mempunyai dongengnya sendiri-sendiri." Kakek
itu lalu menunjuk sebatang bambu yang indah. Batangnya
berwarna hijau muda, dan pada batang itu nampak garis -
garis hijau tua kehitaman yang lurus dan rata, seperti digaris
saja, ada pula yang agak lebih kecil batangnya dengan batang
berwarna kuning keemasan dengan garis-garis berwarna hijau
tua.
"Yang bergaris lurus seperti dicetak ini adalah Bambu
Dawai Kecapi,” kakek itu menjeiaskan.
Kemudian mereka mengagumi bambu yang batangnya
berwarna hijau berbintik bintik coklat, bintik bintiknya tidak
rata, tapi indah seperti lukisan seniman yang pandai.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
”Yang ini namanya Bambu Berbintik, baik sekali dipakai
menjadi tangkai pancing karena kuat dan lentur, tidak mudah
patah."
"Tapi yang kecil berbintik bintik ini lebih indah batangnya."
kata Ling Ling.
"Itu adalah Bambu Selir Siang," Lui Sian Lojin menjelaskan
"Eh ? Namanya aneh sekali."
"Memang bambu ini mengandung sebuah dongeng kuno.
Pada jamandahuluseorang kaisar bersama dua orang selirnya
yang tercinta berpesiar ke selatan, dan ketika tiba di Cang-wu
(di Propinsi Hui-nan) kaisar menderita sakit sampai meninggal
dunia di tempat itu. Kedua orang selir itu berduka sekali dan
mereka ingin mengikuti kaisar, lalu membunuh diri dengan
terjun ke dalam Sungai Siang. Kemudian mereka menjelma
menjadi dewi sungai dan setiap hari mereka menangisi
kematian kaisar. Air mata mereka yang jatuh ke atas batang
bambu di tepi sungai itu menimbulkan bintik - bintik pada
batang itu. Nah, itulah sebabnya maka bambu jenis ini
dinamakan Bambu Selir Siang."
Ling Ling termenung, terharu mengikuti dongeng tentang
kesetiaan selir kaisar itu.
"Ah, yang itu luar biasa sekali, seperii ular!" tiba tiba Ling
Ling berseru gembira sambil lari menghampiri kelompok
bambu yang memang aneh. Batang bambu ini berlekuk lekuk
seperti ular, dan setiap lekukan merupakan sisik!
"Itu namanya Bambu Sisik Naga, kuat sekali dan indah
untuk dipakai sebagai tongkat, dan akar serta daunnya dapat
dipergunakan sebagai bahan obat yang manjur."
Lui Sian Lojin lalu memperkenalkan bambu bambu itu satu
demi satu didengarkan penuhi perhatian oleh sumoinya.
Memang aneh aneh bambu di situ, karena pada umumnya
batang bambu berbentuk bundar dengan lubang di tengah -
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tengahnya. Akan tetapi kumpulan bambu di tempat itu, ada
yang bentuk ruasnya aneh sekali, juga namanya luar biasa.
Ada bambu yang dinamakan Bambu Muka Manusia
(Phyllostachys bambusoides var, aurea Makino). Ada bambu
yang bentuknya persegi. Malah ada lagi Bambu Tak Berlubang
(Phyllos tachys bambusoides forma). Bambu yang bentuknya
persegi itu mempunyai rebung yang istimewa, rasanya gurih
dan lezat sekali, terkenal sebagai hidangan yang istimewa.
Bambu tak berlubang itu batangnya hanya sebesar jari
tangan, dalamnya tidak berlubang sama sekali. Ada pula
Bambu Hitam Berduri yang mempunyai duri pada sekitar buku
bukunya seolah olah dipasangi sebuah roda gigi. Bambu
Bermiang (Phyllostachys edulis) ketika baru tumbuh penuh
dengan miang (bulu halus). Ada lagi Bambu Daun Manis
(Sinocalamus latiflorus) yang daunnya lebar sekali.
"Di sana itu adalah bambu jenis aneh. Biasanya, orang
akan sukar sekali melihat pohon bambu berkembang.
Biasanya, kalau ada pohon bambu berkembang, hal itu berarti
bahwa pohon itu sudah tua dan mulai layu. Akan tetapi Bambu
Hitam Berduri ini dan Bambu Pahit di sana itu kalau musim
bertunas mengeluarkan bau semerbak harum seperti bunga
mawar.”
Tak terasa lagi sampai hampir dua jam mereka berada di
tempat itu. mengagumi pelbagai jenis batang bambu dan Ling
Ling amat tertarik oleh keterangan suhengnya yang hafal akan
segala macam bambu. Kemudian mereka melanjutkan
perjalanan menuju ke lembah yang bernama Kiam-kok
(Lembah Pedang). Karena kedatangan mereka berdua tepat
pada hari diadakannya pertemuan besar antara tokoh-tokoh
kang-ouw itu, maka ketika mereka tiba di lembah itu, di situ
telah penuh dengan orang. Sebetulnya, yang mengadakan
pertemuan itu adalah dua fihak yang pada saat itu sedang
saling memperebutkan pengaruh di Tiongkok, yaitu fihak Peklian-
kauw dan Uighur di satu hak, dengan fihak Khitan dan
Tibet di lain fihak. Kedua golongan itu mengadakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pertemuan untuk membicarakan permusuhan yang timbul
antara sekutu mereka masing-masing, yaitu Im-yang-kauw
yang menjadi sekutu Pek-lian kauw dan Uighur, dan Beng
kauw yang menjadi sekutu Khitan dan Tibet. Agaknya sudah
mereka sepakati untuk tidak mempertemukan fihak Im yangkauw
dan Beng-kauw agar tidak terjadi keributan dan hanya
sekutu-sekutu mereka saja yang hadir untuk
memperbincangkan hal itu.
Seperti yang diceritakan oleh Ong-ciangkun pada Tan Sian
Lun, pada waktu itu memang terdapat tiga persekutuan yang
seolah-olah sedang saling bertentangan secara diam-diam
berlumba untuk memperkembangkan pengaruh dan
memperebutkan kekuasaan. Yang pertama tentu saja fihak
pemerintah yang didukung oleh para pendekar, "terutama
oleh Thai-san pai dan Siauw-lim-pai Fihak ke dua adalah
persekutuan antara Im-yang kauw, Pek-lian-kauw dan Bangsa
Uighur, Pihak ketiga adalah Beng kauw, Bangsa Khitan dan
Bangsa Tibet, Biarpun fihak ke dua dan ke tiga ini adalah
fihak-fihak yang menentang pemerintah, akan tetapi di antara
mereka telah timbul persaingan sehingga kini para pemimpin
di antara mereka yang khawatir kalau kalau permusuhan
terbuka akan melemahkan kedudukan masing-masing, lalu
mengadakan pertemuan itu untuk membicarakan urusan itu
Yang hadir hanyalah tokoh-tokoh dan jagoan-jagoan semua
fihak, karena merekapun tidak begitu bodoh untuk
mengumpulkan banyak orang di suatu tempat sehingga akan
menimbulkan kecurigaan fihak pemerintah. Akan tetapi kedua
fihak diwakili oleh tokoh-tokoh utama mereka sehingga
pertemuan itu merupakan pertemuan yang cukup penting.
Fihak Khitan di wakili sendiri oleh tokoh besarnya, yaitu An
Hun Kiong, keponakan dari mendiang pemberontak An Lu
Shan yang pernah menggemparkan seluruh Tiongkok. An Hun
Kiong adalah seorang laki-laki tampan gagah berusia kurang
lebih empatpuluh tahun, berwatak keras tegas dan
bersemangat besar seperti mendiang pamannya dan memang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
An Hun Kiong ini memiliki cita-cita besar untuk meneruskan
perjuangan pamannya yang gagal di tengah jalan setelah
hampir saja berhasil itu. An Hun Kiong ini ditemani oleh
gurunya, yaitu kakek sakti Thai-lek Hoat-ong atau yang di
negerinya disebut Tayatonga, kakek raksasa bongkok yang
lihai itu. Selain kakek ini, juga terdapat helasan orang Khitan
yang tinggi besar dan rata-rata memiliki kepandaian tinggi.
Sekutu dari bangsa Khitan ini, yaitu orang-orang Tibet, diwakili
oleh tokoh besarnya sendiri, yaitu Ba Mou Lama, seorang
pendeta Lama Jubah Merah yang usianya sudah tujuhpuluhan
tahun, tinggi kurus muka kuning dengan mata sipit. Kakek ini
lihai bukan main, kabarnya malah lebih lihai dari Thai lek
Hoat-ong, karena kakek ini adalah guru dari Sin Beng Lama,
tokoh Tibet yang lihai itu dan yang juga hadir dalam
pertemuan itu. Selain mereka berdua, ada pula belasan orang
pendeta Lama yang kesemuanya berwajah angker dan
membayangkan kepandaian yang lihai.
Akan tetapi fihak kedua yang. hadir di situ tidak kalah
angker dan menyeramkan dibandingkan dengan fihak Khitan
dan Tibet itu. Fihak ke dua ini terdiri dari wakil Bangsa Uighur
yang bernama Ou Lam Sing, seorang raksasa hitam yang
tubuhnya kelihatan amat kuat. berusia empatpuluh tahun. Dia
ini memang seorang tokoh Uighur yang terkenal sekali, dan
kabarnya memiliki kepandaian silat dan gulat yang sukar dicari
bandingannya. Selain Ou Lam Sing, juga terdapat belasan
orang anak buahnya atau pengawalnya, yang merupakan
jagoan-jagoan Uighur. Adapun sekutunya, dari fihak Pek-liankauw
diwakili sendiri oleh Thai-kek Seng-jin, ketua Pek-liankauw
wilayah timur, seorang kakek berusia enampuluh tahun
yang kepalanya botak dan kakek ini memegang sebatang
tongkat seperti ular, tongkat yang terbuat dari Bambu Sisik
Naga. Kakek ini kelihtannya saja lemah, akan tetapi
sesungguhnya selain memiliki ilmu silat yang tinggi, dia juga
ahli dalam hal ilmu sihir! Di belakang kakek ini berdiri pula
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belasan orang Pek-lian-kauw dengan tanda - tanda bunga
teratai putih di baju mereka.
Selain kedua fihak yang memang hendak membicarakan
urusan sekutu masing - masing yaitu Beng-kauw dan Imyang-
kauw yang tidak hadir, di situ hadir pula tokoh-tokoh
dari kalangan kang-ouw dan liok-lim, yang datang sebagai
saksi saja, juga karena biasanya para petualang di dunia
persilatan paling suka menghadiri pertemuan - pertemuan
besar semacam ini untuk meluaskan pengalaman dan
perkenalan dengan tokoh-tokoh besar. Dengan adanya tokohtokoh
kang-ouw dan liok-lim ini, maka hadirnya Lui Sian Lojin
dan Ling Ling tidak begitu menarik perhatian orang
sungguhpun setiap laki-laki di situ yang melihat Ling Ling
tentu tidak hanya memandang sepintas lalu belaka. Pada saat
itu, sebagian dari para pimpinan kedua fihak sedang menjamu
para tamu yang hadir, membagi-bagikan berguci - guci arak
kepada tamu-tamu yang duduk seenaknya di lembah itu, di
bawah-bawah pohon, di atas-atas batu.dan ada yang duduk
seenaknya di atas rumput. Sementara itu, ditempat yang agak
terpisah, nampak tokoh-tokoh besar kedua fihak sedang
bercakap – cakap. Lui Sian Lojin mengajak sumoinya untuk
mendekati para pimpinan itu, karena dia ingin mengajak
sumoinya untuk menyelidiki keadaan Im-yang-kauw, yaitu
para ketuanya yang dicari-cari oleh sumoinya untuk
memperhitungkan perbuatan mereka yang menyebabkan
kematian ayah bunda dara itu. Mereka berdua mendekati lalu
duduk mendengarkan percakap-mereka.
"Omitohud.......!" terdengar Ba Mou Lama, tokoh Tibet itu
berseru. "Im-yang-pai diserbu oleh pemerintah, bagaimana
yang dipersalahkan Beng-kauw? Andaikata benar penuturan
Thai-kek Seng-jin bahwa nama lm-yang-kauw dipergunakan
oleh anak buah Beng-kauw, akan tetapi hal itu hanyalah
merupakan pelanggaran dari anak buah saja. Penyerbuan
pemerintah itu adalah tanggungjawab pemerintah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepenuhnya, tidak adil kalau dipersalahkan kepada Bengkauw,
"
"Hemm. ucapan itu memang benar," kata Gu Lam Sing,
tokoh Uighur yang membeia sekutunya, yaitu Im-yang-pai.
"Akan tetapi gara - gara Beng-kauw yang mempergunakan
nama Im-yang-kauw maka sahabat sahabat kami itu diserbu
oleh pemerintah sehingga mengalami banyak kerugian.
"Benar, akan tetapi harus diingat bahwa Beng - kauw
hanya melakukan itu demi untuk menentang pemerintah,
bukan semata-mata untuk mencelakai Im-yang-pai!"
terdengar An Hun Kong berkata, suaranya penuh wibawa,
"Maka, sebaiknya kesalahan faham ini dihabiskan sampai di
sini saja dan kita bersama menghadapi pemerintah yang
menjadi musuh utama kita! Dengan bertengkar dan saling
bermusuhan, maka hal itu akan melemahkan kedudukan kita
masing-masing dan akan memudahkan pemerintah untuk
menekan kita. Hanya anak-anak kecil saja yang
mengutamakan urusan urusan pribadi yang tidak penting.
Akan tetapi kita adalah orang-orang dewasa yang dapat
mengesampingkan urusan pribadi yang sepele untuk
menghadapi urusan besar! "
Ucapan itu berwibawa dan semua orang mendengarkan
sambil menundukkan muka karena memang ucapan itu
mengandung kebenaran.
"Fihak Im-yang pai juga tidak mengajak lain fihak
bermusuhan" kata Thai-kek Seng-jin, ketua Pek lian-kauw
yang membela sekutunya, yaitu Im-yang-kauw "Kalau mereka
mengajak bermusuhan, tentu tidak akan minta kepada kami
untuk bicara dengan cu-wi (anda sekalian). Akan tetapi,
mengingat bahwa fihak Beng-kauw yang lebih dulu melakukan
suatu kekeliruan sehingga mengakibatkan fihak Im-yang-kauw
mengalami kerugian, maka sudah layaknyalah kalau fihak
Beng-kauw yang lebih dulu mengulurkan tangan menyatakan
maaf"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada Saat itu, An Hun Kiong bangkit berdiri dan
mengangkat tangan memberi isyarat kepada semua orang
untuk tidak melanjutkan percakapan. Sepasang matanya yang
tajam ditujukan kepada Ling Ling yang dengan terangterangan
menghadapi mereka itu dan ikut mendengarkan
percakapan tadi. "Saudara-saudara, nanti dulu! Agaknya ada
orang luar yang ikut mendengarkan !" katanya dan diapun
menggerakkan kedua kakinya, sekali meloncat telah berada di
depan Ling Ling dan suhengnya yang cepat bangkit berdiri
pula. Peristiwa ini menarik perhatian para tamu lainnya yang
menghentikan percakapan mereks masing-masing dan semua
mata ditujukan kepada laki-laki perkasa tokoh Khitan itu dan
Ling Ling, dara remaja cantik manis yang sejak tadi menarik
perhatian semua orang karena cantiknya.
Sepasang mata An Hun Kiong mengamati kakek dan dara
itu dengan penuh perhatian penuh kecurigaan dan penuh
selidik. Sudah menjadi kelemahan dari orang gagah ini, di
samping cita-citanya yang besar untuk menegakkan kembali
kekuasaan yang pernah diraih oleh pamannya, yaitu dia
mudah tergila-gila kepada wanita cantik! Hanya wanita cantik
sajalah yang mampu mengganggu kesungguhannya dalam
perkara memperjuangkan kekuasaan ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XXIII
MEMANG demikianlah.
Sejarah telah mencatat
betapa banyak sekali "orang
besar" yang jatuh karena
wanita! Sesungguhnyakah
bahwa wanita yang
menjatuhkan mereka? Amat
tidak adil kalau kita menuduh
dan menyalahkan waanita
saja ! Persoalannya terletak
lebih mendalam lagi. Menurut
catatan sejarah, jatuhnya
"orang-orang besar" itu
disebabkan karena tergilagila
kepada wanita, ada pula
yang tergila-gila akan
kekuasaan, akan harta
benda, dan sebagainya. Jadi bukan semata-mata wanita saja
yang menyebabkannya. Tergantung sepenuhnya dari
kelemahan si "orang besar" itu sendiri. Ada yang lemah
terhadap kekayaan, ada yang lemah terhadap kekuasaan, ada
pula yang lemah menghadapi wanita cantik. Dan
sesungguhnya kesemuanya itu bersumber kepada kelemahan
diri sendiri. Batin yang selalu mengenangkan hal hal yang
dianggap paling menyenangkan, akan mengejar ngejarnya
dan akhirnya menjadi hamba dari pada hal yang dianggap
paling menyenangkan itu. Jadi, kalau ada orang besar atau
apapun mudah tergoda atau tergila-gila kepada wanita
sehingga lenyap kewaspadaannya, bukan wanitalah yang
bersalah, melainkan dirinya sendiri yang memuja-muja
kesenangan bergaul dengan wanita itu. Pemujaan ini yang
memelihara dan memperbesar nafsu keinginan yang
membuatnya haus dan mengejar-ngejar pemuasan. Dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setelah kita menjadi hamba dari satu di antara nafsu-nafsu
yang mengejar-ngejar apa yang di inginkan itu, maka kita
kehilangan kewaspadaan, kita menjadi seperti buta dan
tindakan kita didorong oleh nafsu yang memperbudak kita itu.
Demikianlah persoalan yang sebenarnya. Biar kita dikurung
oleh ribuan orang wanita cantik, kalau batin kita jernih dan
kita tidak membayangkan hal-hal yang menimbulkan nafsu
berahi, tentu tidak akan timbul apa pun juga. Sebaliknya,
biarpun kita dijauhkan dari wanita, berada di puncak gunung,
dalam hutan dan tidak pernah bertemu wanita, namun kalau
batin kita penuh dengan bayangan tentang hubungan dengan
wanita yang mendatangkan sesuatu yang kita anggap nikmat
dan menyenangkan, maka kita tetap akan dikejar kejar nafsu
berahi! Di dalam diri kitalah terletak sumber segala hal, yang
baik maupun yang buruk!
"Siapakah engkau, nona?" An Hun Kiong bertanya, di dalam
suaranya terkandung kekaguman akan kecantikan dara remaja
itu dan juga terkandung kecurigaan karena nona itu bersikap
biasa dan terbuka, seolah-olah pertemuan puncak itu
merupakan tontonan lumrah saja, padahal semua tamu yang
lain tidak ada yang berani mendekati mereka yang sedang
berunding.
Lui Sian Lojin yang kawatir kalau-kalau sumoinya
mengeluarkan kata-kata yang dapat menimbulkan keributan,
cepat mengangguk dengan hormat dan berkata,. "Harap
maafkan kami yang tanpa disengaja mengganggu
pembicaraan cu-wi yang penting." Dia terus memberi hormat
kepada An Hun Kiong dan tokoh-tokoh lain yang sudah datang
mendekat pula karena tertarik dan juga curiga. Siapa tahu,
dua orang ini adalah mata-mata pemerintah yang diutus untuk
menyelidiki pertemuan itu.
Kini An Hun Kiong memandang kepada kakek berjenggot
panjang putih itu. Dia memandang penuh selidik dan menoleh
kepada kawan-kawannya, akan tetapi semua tokoh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi sekutunya itu agaknya juga tidak mengenal kakek ini,
pada hal hampir semua tokoh kang-ouw dan liok-lim dikenal
oleh mereka, terutama Thai - kek Sengjin yang mengenal
semua tokoh.
"Siapakah totiang ?" akhirnya An Hun Kiong bertanya.
Lui Sian Lojin tersenyum dan menggeleng kepala. "Aku
bukan seorang pendeta, melainkan seorang tua biasa yang
kebetulan lewat di sini dan melihat keramaian di sini lalu ingin
menonton. Namaku Lui Sian Lojin."
Mendengar nama ini, terdengar seruan di sana-sini, karena
nama Lui Sian Lojin bukanlah nama asing bagi banyak tokoh
kang-ouw. Hanya karena kakek ini selama puluhan tahun tidak
pernah lagi muncul di dunia kang-ouw, maka tidak ada yang
mengenal wajahnya lagi. Tokoh-tokoh tua seperti Thai kek
Seng-jin tentu saja mengenal nama itu, maka dia cepat
berkata dengan sikap hormat, "Ah, kiranya pertapa dari Kwihoa-
san yang hadir !" Dia cepat menjura ke arah Lui Sian Lojin
dan menyambung, "Maafkan bahwa penyambutan kami
kurang hormat karena tidak mengenal Lojin."
Lui Sian Lojin tersenyum dan membalas penghormatan itu.
"Sudah lama mendengar nama besar Thai-kek Seng-jin, maka
pertemuan ini sungguh menyenangkan hati."
Akan tetapi, nama Lui Sian Lojin ini tentu saja tidak dikenal
oleh orang-orang Uighur. Tibet, dan Khitan. Melihat betapa
ketua Pek-lian-kauw itu begitu menghormat kepada kakek
sederhana ini, hati An Hun Kiong merasa tidak senang. Kakek
ini boleh jadi seorang mata-mata, akan tetapi gadis ini
sungguh manis. Maka dengan lantang dia berkata, "Sayang
bahwa kami belum mengenal ji-wi (kalian berdua) sebagai
sahabat, maka kami tidak mengirim undangan. Akan tetapi
belum terlambat kiranya untuk kita menjadi sahabat. Aku
adalah An Hun Kiong dan siapakah namamu, nona ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat pandang mata laki-laki gagah dan tampan itu,
melihat senyum dan kerling matanya yang mengandung
kekurangajaran, Lmg Ling sudah merasa tak senang, maka dia
merasa enggan untuk menjawab. Melihat sikap sumoinya, Lui
Sian Lojin cepat mewakilinya menjawab, "Dia ini adalah
sumoiku yang bernama Gan Ai Ling."
Mendengar ini, semua orang memandang degan penuh
keheranan, juga merasa geli dalam hati. Seorang kakek yang
sudah demikian tuanya mempunyai seorang sumoi yang masih
dara remaja, yang patut menjadi cucu muridnya! Dan
pengakuan ini membuat An Hun Kiong makin memandang
rendah kepada kakek itu. Biarpun sudah tua sekali, akan tetapi
kalau hanya suheng dari dara remaja ini, mana mungkin
memiliki ilmu yang tinggi? Maka timbullah keberaniannya,
karena memang dia sejak tadi sudah tergila - gila kepada dara
yang cantik manis itu.
"Ah, semuda ini sudah menjadi sumoi seorang tokoh besar,
sungguh mengagumkan! Aku merasa gembira sekali dapat
menjadi seorang sahabatmu, nona Gan Ai Ling! Dan sebagai
seorang sahabat aku mempersilakan padamu dan kepada
suhengmu untuk duduk bersama kami dan bercakap - cakap."
Sejak tadi Ling Ling sudah merasa muak dengan sikap
orang she An itu. Memang harus diakui bahwa An Hun Kiong
adalah seorang laki - laki yang gagah dan tampan memiliki
daya tarik besar bagi kaum wanita. Akan tetapi, sikapnya yang
mata keranjang dan sinar matanya yang kurang ajar itu
melenyapkan rasa suka, bahkan mendatangkan perasaan
muak dan marah dalam hati Ling Ling. Dia maklum bahwa
suhengnya tidak menghendaki dia memperlihatkan sikap
keras, maka suhengnya selalu mewakili dia bicara. Setelah kini
orang she An itu menujukan kata-katanya langsung
kepadanya, dia tidak dapat menahan kesabarannya lagi.
"Kami datang ke sini bukan untuk bersahabat dengan
siapapun juga, juga tidak ingin mencampuri urusan siapapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga, melainkau untuk mencari dua orang yang tadinya kami
kira akan muncul di tempat ini!" Suara dara ini memang
nyaring dan mengandung kelincahan, dan biarpun dia tidak
bersikap manis, namun karena wajahnya memang cerah dan
manis, maka ucapan itu terdengar wajar dan tidak
menyinggung hati.
"Apakah bukan aku orang she An yang kaucari, nona?"
tanya An Hun Kiong yang terseret oleh kelincahan dara itu dan
ingin berkelakar.
Ling Ling tersenyum mengejek. Dia belum marah, hanya
merasa tidak suka kepada orang ini. "Mau apa mencari orang
seperti engkau?'' dia balas bertanya.
Andaikata orang lain yang bersikap seperti itu kepadanya,
tentu An Hun Kiong akan marah sekali karena ucapan itu
mengandung penghinaan, dan sama sekali tidak
menghargainya, padahal dia adalah pemimpin orang Khitan
yang gagah perkasa! Akan tetapi karena kata-kata itu keluar
dari mulut manis seorang dara jelita yang telah membuat
hatinya tertarik sekali, An Hun Kiong tidak menjadi marah,
sebaliknya dia tertawa.
"Ah, kita sudah menjadi sahabat, memang tidak usah saling
mencari lagi. Akan tetapi siapakah dua orang yang kaucari itu,
nona? Mungkin aku dapat membantumu untuk menemukan
mereka. "
Kini Ling Ling bersikap sungguh-sungguh
Siapa tahu, dan besar sekali kemungkinannya orang ini
akan dapat membantunya menemuan musuh-musuh besarnya
yang tidak muncul di tempat itu, apa lagi mengingat betapa
percakapan orang-orang ini tadi menyangkut Im yang-kauw.
"Agaknya engkau memang dapat menolongku menemukan
dua orang yang kucari itu. Mereka adalah ketua Im-yangkauw
dan ketua Im yang-pai. Di mana mereka, mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tidak muncul dan di mana aku dapat menemukan
mereka ?"
Semua orang terkejut mendengar ini. Bahkan An Hun Kiong
yang tadinya bersikap main-main dan mengagumi wajah jelita
itu, kini kelihatan terkejut dan sikapnya berubah sungguhsungguh.
"Nona, mau apa engkau mencari ketua Im-yang-kauw dan
ketua Im-yang-pai? " Tiba-tiba Thai-kek Seng-jin bertanya dan
sepasang matanya memandang tajam penuh penyelidikan.
Juga semua orang yang berada di situ memperlihatkan sikap
penuh kecurigaan sehingga Lui Sian Lojin mengerutkan
alisnya, khawatir kalau sumoinya akan menimbulkan
keributan. Akan tetapi sebelum dia sempat mewakili
sumoinya, dara itu sudah lebih dulu menjawab dengan jujur
sambil menentang pandang mata kakek botak itu dengan
sikap menantang,
"Mau apa ? Aku hendak membunuh mereka!"
Tentu saja semua orang menjadi makin terkejut, bahkan An
Hun Kiong sendiri sampai mundur dua langkah. Tak
disangkanya bahwa nona muda yang menarik hatinya ini
ternyata adalah seorang musuh yang berbahaya dan tidak
ragu lagi hatinya bahwa tentu dua orang ini adalah mata-mata
pemerintah !
"Kiranya kalian adalah mata - mata busuk dari kerajaan!"
bentaknya marah.
Kini Lui Sian Lojin maju dan mengangkat kedua tangannya.
"Harap cu-wi tidak salah sangka. Kami mencari ketua Im yang
kauw untuk urusan pribadi, sama sekali tidak ada sangkutpautnya
dengan pemerintah,"
"Siapa percaya omonganmu ?" An Hun Kiong membentak,
kini karena dia merasa curiga bahwa kedua orang itu adalah
mata - mata pemerintah, dia menjadi marah sekali. "Kalau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memang urusan pribadi, mengapa engkau hendak membunuh
mereka, nona?"
"Karena mereka telah membunuh ayah bundaku! Ketua Im
yang kauw telah membunuh ayah bundaku, dan ketua Imyang-
pai telah menyebabkan kerusuhan di Cin-an sehingga
mengakibatkan peristiwa kematian orang tuaku itu !"
"Hemm, siapakah ayahmu, nona ?"
'Ayahku adalah mendiang pendekar gagah perkasa Gan
Beng Han !"
"Ohhh......!" Terdengar seruan di sana sini karena nama ini
banyak dikenal mereka.
Sebetulnya, diam - diam fihak Khitan dan Tibet merasa
girang mendengar bahwa seorang di antara saingan mereka,
yaitu Im-yang pai, dimusuhi orang. Akan tetapi karena An Hun
Kiong tetap menaruh curiga bahwa dua orang itu adalah
mata-mata kerajaan, di samping keinginannya untuk
menangkap hidup-hidup dara yang amat jelita itu untuk
dijadikan korban pemuasan nafsunya, maka orang she An ini
lalu berteriak, "Mereka ini tentu mata-mata pemerintah !" Lalu
dia menoleh kepada belasan orang Khitan yang bertubuh
tinggi besar, yaitu para pengawalnya "Tangkap hidup-hidup
nona ini dan bunuh kakek itu !"
Duabelas orang Khitan yang tinggi besar itu serentak
berloncatan ke depan, dan kini semua tamu sudah mengurung
tempat itu dan menonton dengan penuh perhatian. Mereka
tertarik sekali dan sambil berbisik-bisik semua tamu mengira
bahwa kakek dan gadis remaja itu adalah mata-mata
pemerintah, dan mereka membicarakannya dengan hati
tegang karena tentu dua orang itu akan celaka.
Akan tetapi Ling Ling sama sekali tidak memperlihatkan
sikap takut ataupun gugup sama sekali, bahkan dia berdiri
tegak dengan senyum mengejek, menghadapi duabelas orang
Khitan tinggi besar itu, sedangkan kakek itupun dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tenang-tenang saja berdiri di situ, bahkan memangku kedua
lengannya seolah-olah dia tidak melihat bahaya apapun juga.
Lui Sian Lojin memang sama sekali tidak ingin bermusuhan
dengan siapapun juga, apa lagi dengan orang-orang yang dia
tahu memiliki kepandaian tinggi dan memiliki kedudukan yang
kuat pula ini. Oleh karena itu, dia berbisik, bisikan lirih akan
tetapi cukup terdengar oleh semua orang. "Sumoi, jangan
bunuh orang !" Biarpun dia marah sekali, namun Ling Ling
mentaati pesan suhengnya dan ketika belasan orang itu sudah
bergerak hendak menyerang suhengnya dan menangkap dia,
Ling Ling mendahului mereka dengan teriakan nyaring dan
tubuhnya seperti lenyap, berobah menjadi bayangan yang
berkelebatan ke sana-sini. Terdengar teriakan berturut-turut
dan dalam waktu singkat sekali duabelas orang itu telah roboh
atau terlempar ke sana-sini !
Semua orang terkejut
bukan main melihat betapa
dalam waktu singkat sekali,
dara itu telah merobohkan
duabelas orang jagoan Khitan,
dan Tai-lek Hoat-ong,
guru dari An Hun Kiong yang
melihat keadaan tidak baik
bagi anak buahnya, cepat
meloncat ke depan dan
langsung dia menyerang Lui
Sian Lojin, karena dia
menganggap bahwa tentu
kakek ini yang merupakan
orang terpandai dan yang harus dirobohkan terlebih dulu.
Raksasa Khitan yang agak bongkok ini menyerang dengan
hebatnya. Dia tidak mempergunakan senjatanya yang ampuh,
yaitu sabuk rantai emas, melainkan menyerang dengan
dorongan kedua telapak tangannya sambil mengerahkan
tenaga saktinya yang kuat bukan main.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat penyerangan yang amat hebat ini Lui Sian Lojin
berseru kaget, "Siancai.....!" Dan terpaksa diapun mengulur
kedua lengannya dengan telapak tangannya dia menyambut
dan menolak serangan itu karena dia maklum bahwa untuk
mengelak sudah tidak sempat lagi.
"Desss......! " Hebat bukan main pertemuan dua tenaga
sakti itu, akan tetapi ternyata Tai lek Hoat-ong memiliki
sinkang yang lebih kuat, karena terbukti tubuh Lui Sian Lojin
terpental ke belakang sampai tiga meter sedangkan tubuh Tailek
Hoat-ong hanya terhuyung saja! Wajah Lu Sian Lojin
berobah pucat.
"Ha ha-ha, kiranya hanya sedemikian saja kepandaian Lui
Sian Lojin yang terkenal!" Tai-lek Hoat-ong tertawa mengejek,
"Mari. mari, majulah lagi, Lui Sian Lojin, jangan hanya berani
menghadapi anak buah kami saja"
"Hemm, kami tidak bermaksud memusuhi siapapun," kata
Lui Sian Lojin dengan sikap masih tenang, sungguhpun
mukanya menjadi pucat dan napasnya agak terengah, tanda
bahwa dia telah mengalami guncangan hebat akibat
pertemuan tenaga sakti tadi.
"Suheng, biarlah aku menghadapi tua bangka bongkok
yang sombong ini!" tiba-tiba Ling Ling berteriak dan sekali
menggerakkan kaki, dia telah melayang ke depan Tai-lek
Hoat-ong, lalu berdiri tegak dan bertolak pinggang sambil
memandang dengan sinar mata bercahaya penuh kemarahan.
"Sumoi, jangan mencari keributan !" suhengnya
membentak.
"Jangan khawatir, suheng, aku hanya ingin menunjukkan
bahwa kita tidak takut menghadapi mereka yang hendak
membela musuh musuhku! Heh, tua bangka sombong, kami
tadi telah memperkenalkan diri, bahkan telah menceritakan
maksud kedatangan kami. Engkau ini siapakah dan mengapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau menyambut kami dengan pengeroyokan dan
pengerahan anak buahmu ?"
Tai-lek Hoat-ong tersenyum lebar. Dia sendiri dahulu di
waktu mudanya adalah seorang mata keranjang, maka
biarpun sudah tua, dia masih suka memasang aksi di depan
wanita cantik, apa lagi karena tadi dia sudah mengukur tenaga
Lui Sian Lojin dan mendapat kenyataan bahwa dia lebih kuat
dari pada kakek pertapa dari Gunung Kwi-hoa-san itu. Apa lagi
kini menghadapi sumoi dari kakek itu, tentu saja dia
memandang rendah sekali.
"Ha ha-ha, nona Gan Ai Ling yang manis. Kami sudah
mendengar akan kegagahan ayah bundamu, maka pantaslah
engkau menjadi puteri mereka, engkau masih muda sudah
memiliki kepandaian tinggi dan keberanian besar. Ketahuilah
bahwa aku adalah Tai-lek Hoat-ong. Karena kedatangan kalian
berdua amat mencurigakan, kami semua menduga keras
bahwa kalian tentulah mata-mata pemerintah, maka sudah
sepatutnya kalau kami hendak menangkap kalian Kalau
engkau suka menyerah untuk menjadi tawanan kami, tentu
kami tidak perlu lagi menggunakan kekerasan."
Ling Ling tersenyum manis sehingga An Hun Kiong tidak
tahan untuk diam saja, maka dia berbisik, "Suhu, harap
jangan lukai dia !"
Ling Ling tidak meroperdulikan kata-kata An Hun Kiong itu,
melainkan kini berkata kepada Tai-lek Hoat-ong, "Ah, kiranya
engkau adalah guru dari pemimpin pemberontak itu, Tentu
engkau seorang tokoh Khitan yang terkenal. Kami tidak ada
urusan apapun dengan orang-orang Khitan, akan tetapi
jangan mengira bahwa kami takut kepadamu!"
"Ha ha, mundurlah saja, nona dan biarkan suhengmu yang
maju. Aku merasa malu untuk menghadapi seorang nona
muda seperti engkau, dan kalau aku sudah selesai mengurus
suheng mu, biar engkau nanti melayani muridku saja ha-ha!"
Semua orang yang mendengar kata "melayani" itu tertawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena mereka maklum apa yang dimaksudkan oleh kakek
bongkok itu.
Akan tetapi Ling Ling belum menangkap arti kata yang
menghina dan kotor itu, dan karena dia memang berwatak
lincah jenaka, maka diapun tersenyum ketika menjawab,
"Kakek tua, engkau sudah tua dan bongkok, mana patut
menjadi lawan suheng ? Lebih baik engkau dan kaki tanganmu
mundur saja dan keluar dari Tiongkok, dan membiarkan kami
berdua pergi, katena kalau engkau lanjutkan gangguanmu,
engkau akan menyesal nanti. Mundurlah!"
Tai-lek Hoat-ong tertawa bergelak. "Lucu lucu...... engkau
benar-benar nekat."
"Suhu, harap suhu tangkap dia dan jangan sampai terluka,"
kembali An Hun Kiong berkata.
"Jangan khawatir, dalam sepuluh jurus aku akan menotok
dia roboh! " kata kakek bongkok itu.
"Tua bangka sombong, omong kosongmu tak ada harganya
! " kata Ling Ling yang sudah melangkahkan kakinya ke
depan. "Coba robohkan aku dalam sepuluh jurus !" Setelah
berkata demikian, dara itu sudah menerjang ke depan,
gerakannya lincah dan ringan, cepatnya seperti kilat dan yang
amat mengejutkan hati kakek bongkok itu adalah suara yang
timbul dari gerakan tangan dara itu, suara bercuitan seperti
ada senjata tajam yang digerakkan. Akan tetapi, karena
memang watak tokoh Khitan ini sombong dan terlalu
mengandalkan kepandaian sendiri, dia tetap memandang
rendah dan menyambut kedua serangan yang dilakukan
dengan tangan kiri menyambar dari atas dan tangan kanan
menusuk dari depan itu, sambil tersenyum dan dia berusaha
menggunakan kedua tangannya untuk menangkap
pergelangan kedua tangan lawan.
"Ha-ha, kau boleh juga, nona.......!" Dia mengejek sambil
menyambar dengan kedua tangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Wuuuut, plak plak plak-plak !"
Kakek itu terkejut setengah mati karena ketika tadi kedua
tangannya sudah berhasil mencengkeram pergelangan tangan
nona itu, dia merasa seperti mencengkeram tubuh ular yang
halus dan licin sekali, juga amat keras dan mengeluarkan
hawa dingin menusuk tulang sehingga otomatis dia
melepaskan cengkeraman kedua tangannya, kemudian tibatiba
saja kedua tangan nona itu sudah melakukan tamparan
bertubi-tubi yang membuat dia gelagapan dan harus cepat
menangkis dengan kedua tangannya sambil meloncat mundur
karena tamparan tamparan itu mengandung hawa dingin yang
amat kuat dan yang dijadikan sasaran adalah bagian-bagian
tubuh yang berbahaya dan dapat menimbulkan maut.
"Dia hebat......." bisik Gu Lam Sing, tokoh Uighur yang
raksasa hitam itu kepada Thai-kek Seng-jin. Ketua Pek lian
kauw ini mengangguk dan tersenyum, lalu memandang penuh
kagum kepada Ling Ling.
Kini dara itu sudah menerjang lagi dengan kecepatan yang
luar biasa, membuat Tai-lek Hoat-ong makin terdesak dan
terus main mundur sambil mengelak dan menangkis, sama
sekali tidak memperoleh kesempatan untuk membalas
serangan lawan karena gerakan lawannya yang luar biasa
cepatnya itu. Dia berusaha untuk mengerahkan tenaga
lweekangnya, mengerahkan sinkang dari pusar untuk
mengatasi kecepatan lawan dengan kekuatannya, namun
makin terkejutlah dia ketika mendapat kenyataan bahwa nona
itupun memiliki sinkang yang amat kuat, bahkan tidak kalah
kuat kalau dibandingkan dengan kekuatannya dan jelas malah
lebih kuat dari pada tenaga dari Lui Sian Lojin yang tadi telah
mengadu tenaga dengan dia. Benar-benar dia merasa
penasaran sekali. Apakah dia kehilangan tenaganya? Ataukah
ada suatu keanehan dimana kepandaian sumoi melebihi
tingkat kepandaian suhengnya?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jangankan dapat merobohkannya dalam sepuluh jurus! Kini
sudah lewat tigapuluh jurus lebih dan selama itu keadaan
kakek yang menjudi tokoh Khitan itulah yang terus-menerus
terdesak hebat. An Hun Kiong sendiri sampai memandang
bengong dan mukanya menjadi agak pucat melihat betapa
gurunya didesak sedemikian rupa oleh dara remaja yang
cantik manis itu.
"Hai, tua bangka bongkok, sudah berapa juruskah kita
berkelahi? Mana janjimu yang hendak merobohkan aku dalam
sepuluh jurus? Menotokku sampai roboh? Huh. tak tahu malu
engkau, ya?" Ling Ling mengejek dan lawannya
mempergunakan kesempatan selagi lawannya bicara ini untuk
mengirim penyerangan kilat dengan tonjokan ke arah perut
lawan sambil mengerahkan tenaga sinkang sekuatnya, batu
karangpun akan remuk terkena hantaman ini, apa lagi perut
seorang dara remaja seperti perut Ling Ling. Sukar
dibayangkan akan menjadi apa perut dara itu kalau sampai
terkena tonjokan maut itu.
"Ah, seranganmu kaku dan tak ada artinya !" Ling Ling
kembali mengejek dan biarpun kelihatan pukulan itu hampir
mengenai perut, namun dalam saat terakhir dara itu mampu
mengelak dengan lincahnya, tubuhnya kelihatannya begitu
ringan seperti kapas sehingga se olah - olah terdorong ke
samping oleh hawa pukulan sehingga pukulan itu tentu saja
tidak mengenai sasaran. Pada saat mengelak itu, Ling Ling
menggerakkan kakinya dan ujung sepatunya sempat mencium
lutut lawan. Biarpun tiduk keras, akan tetapi karena yang
dicium ujung sepatu adalah sambungan lutut yang amat
lemah maka kakek itu berjingkrak dan memegangi lututnya
sambil meloncat ke belakang dan meringis, beberapa kali
berloncatan dengan sebelah kaki karena kaki yang tercium
lutufnya itu terasa nyeri kalau diturunkan.
"Hi-hik. kau yang memukul, kenapa kau sendiri yang
kesakitan? Apakah kau mau mempertunjukkan tarian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
monyet?" Ling Ling mengejek terus untuk memanaskan perut
lawan atau untuk membalas sikap sombong lawan yang
hendak merobohkannya dalam sepuluh jurus tadi.
Diam-diam ketua Pek lian kauw itu menjadi girang bukan
main dan dia yang kini berbisik kepada tokoh Uighur yang
menjadi nekutunya. "Hebat....... hebat dia.......!"
Bukan main marahnya hati Tai lek Hoat-ong menghadapi
ejekan dara itu, dan diam-diam diapun makin terkejut karena
kini tahulah dia bahwa dara itu memang lihai bukan main dan
sama sekali tidak boleh dipandang rendah.
"Srat....... singgg...... I" Nampak sinar keemasan dan tahu
tahu di tangan kanan kakek itu telah Nampak sebatang rantai
emas yang ujungnya dipasangi kaitan-kaitan, itulah senjatanya
yang ampuh dan. amat sukar dihadapi lawan.
"Bocah setan, bersiaplah untuk mampus !" bentak kakek itu
yang kini sudah menjadi marah dan sabuk rantainya
menyerang untuk membunuh!
"Suhu.......! " An Hun Kiong berseru karena dia masih
merasa sayang kalau nona itu dibunuh. Akan tetapi gurunya
tidak memperdulikannya lagi, bahkan kini dengan bentakan
nyaring telah menubruk ke depan, didahului oleh ujung rantai
emas itu yang menyambar ganas, kaitannya yang pertama
menyambar mata dan yang ke dua menyambar ke arah dada
Ling Ling !
"Aihhh, ganas.......! " Dara itu masih sempat berteriak
mengejek, kakinya digerakkan secara indah sekali, kaki kanan
ditekuk dan berada di sebelah kaki kiri yang ditekuk juga
sehingga kedudukan tubuhnya setengah berjongkok dengan
lutut kanan menahan lantai, kedua tangan dirangkap ke depan
dada dan siku-sikunya terbuka, lalu tangan itu diangkat ke
atas, dengan cepat sekali jari telunjuknya menyentil ke depan.
"Tinggg !" Kaitan emas itu terkena sentilan dan
menyeleweng dari pada sasaran !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba tiba dara itu dengan gerakan indah memutar tubuhnya
ke kanan dan menggantikan kedudukan kaki kanan yang
tadinya menahun lantai dengan lutut, berbalik lutut kanan itu
diangkat dan digantikan dengan lutut kiri yang menahan
lantai, kedua tangan tetap bertemu di depan dada dan siku
kanannya digerakkan menerima sebuah tendangan lawan
yang disusulkan serangan rantai tadi.
"Dukk !" Dan untuk kedua kalinya kakek itu meringis dan
tubuhnya agak terputar karena yang bertemu dengan siku
adalah bagian mata kakinya yang lemah. Nyeri rasanya dan
dia meringis kesakitan !
Gerakan dara itu memang indah karena dia telah
memainkan jurus Sin liong-paik-kwan-im (Naga Sakti
Menghormat Dewi Kwan im) !
Tai-lek Hoat-ong makin marah dan penasaran, kembali dia
memutar rantainya dan menyerang dengan sapuan ke arah
kedua kaki lawan. Namun Ling Ling yang tadinya masih
setengah berjongkok itu, dengan lincahnya telah meloncat
naik ke atas sehingga kedua kakinya terbebas dari sambaran
rantai yang menyabet di bawah kakinya, kemudian dia
menurunkan kaki dan memainkan jurus Naga Sakti
Menghantam Bumi. Gerakan mi dilakukan cepat, ketika
tubuhnya turun, kaki kanan meloncat ke depan, disusul kaki
kiri, langsung dia memasang kuda-kuda bersudut, yaitu kudakuda
dengan kaki depan ditekuk bagian depan, dan kaki kiri
lurus di belakang, kedua tangannya bergerak menangkap dari
kiri ke kanan, disusul dengan pukulan tangan kiri ke arah
pusar lawan, pukulan menyerong ke bawah yang amat
ampuh, sedangkan siku lengan kanan menunjuk ke atas,
tangan kanan siap pula untuk menyusulkan serangan lain.
Indah dan kuat serta gagah sekali jurus Naga Sakti
Menghantam Bumi ini dan kembali kakek bongkok itu menjadi
gugup karena ketika rantainya tadi luput mengenai sasaran,
kini dia malah terancam bahaya oleh pukulan yang menuju ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pusarnya. Karena rantainya masih berputar, maka dia tidak
sempat menangkis atau balas menyerang, maka jalan satu
satunya untuk menyelamatkan diri baginya hanya melempar
tubuh ke belakang, lalu bergulingan ke atas tanah sambil
menyabetkan rantainya dari bawah bertubi-tubi ke arah tubuh
lawan.
"Hi hiik, kau memang seperti trenggiling bongkok!" Ling
Ling mengejek dengan mudai dia meloncat-loncat, untuk
menghindarkan sambaran rantai, bahkan kadang-kadang
secara memandang rendah sekali dia menggerakkan kakinya
dan dengan ujung sepatunya dia menangkis atau menendang
ke arah ujung rantai emas yang ada kaitannya itu ! Memang
dara ini telah mewarisi ilmu kepandaian yang luar biasa dari
Bu Eng Lojin, kakek buyut gurunya yang telah menjadi
gurunya itu !
Kemudian terdengar suara dara itu melengking nyaring
sekali, mengejutkan semua orang dan tiba tiba saja nampak
tubuh dara itu sudah melayang ke atas dan dari atas dia
sudah meluncur dengan serangan dahsyat sekali ke arah
kepala lawannya, tangan kiri mencengkeram ke arah ubun
ubun kepala sedangkan tangan kanan menghantam ke arah
pundak kiri lawan dibarengi pula kaki yang menendang ke
bawah. Inilah jurus maut yang disebut Naga Sakti Membuat
Gempa, hebatnya bukan kepalang karena dari gerakan kedua
tangan dan kaki itu sudah lebih dulu menyambar hawa
pukulan yang dahsyat dan amat kuatnya,
"Ahhh....!" Tai-lek Hoat ong terkejut dan cepat menarik
tubuh ke belakang, mengebutkan rantai emasnya ke arah
tangan lawan yang hendak mencengkeram ubun-ubun
kepalanya.
"Cappp !" Tangan dara itu bertemu dengan ujung rantai
yang berkait, akan tetapi seperti tanpa memperdulikan kaitan
yang runcing mengerikan itu, Ling Ling menangkap ujung
rantai. Girang hati Tai-lek Hoat-ong karena dia mengira bahwa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangan dara itu tentu akan dapat dilukainya, maka dia menarik
keras rantainya. Akan tetapi pada saat itu, kaki Ling Ling yang
menendang sudah tepat mengenai pergelangan tangan
kanannya yang memegang gagang rantai, berbareng pula
tangan kanan Ling Ling yang tadi luput menghantam pundak,
kini sudah menampar ke arah siku tangan kanan dari lawan
itu. Seketika terasa lumpuh tangan kanan kakek itu setelah
terkena tamparan dan sentuhan ujung kaki Ling Ling dan
tanpa dapat dicegah lagi, rantainya dapat dirampas oleh dara
itu yang kini sudah turun ke atas tanah.
"Mampuslah........!" Tai-lek Hoat-ong yang menjadi marah
itu menubruk. Akan tetapi begitu kedua kakinya menginjak
tanah, Ling Ling memutar kaki kiri ke kiri, kaki kanannya
diangkat tinggi dengan gerakan melingkar sehingga telapak
kaki kanan bersentuhan dengan tangan kanan yang
menghadang datangnya telapak kaki itu, dan pada saat
kakinya melayang itu, kaki ini menendang ke arah kepala
lawan, dibarengi pula dengan gerakan tangan kiri yang
mengelebatkan rantai rampasan itu menotok ke arah leher!
Inilah yang dinamakan jurus Naga Sakti Menghancurkan
Gunung ! Memang ilmu silat dari para petapa di Kwi hoa san
itu berdasar kepada Ilmu Silat Naga Sakti (Sin liong-kun) yang
telah diolah sedemikian rupa oleh Bu Eng Lojin. Bahkan
mendiang Siangkoan Lojin sendiripun mendasarkan ilmu
silatnya pada Sin-liong-kun itu sehingga dia menclptakan Ilmu
Silat Sin-liong-jiauw kang (Cakar Naga Sakti) yang hebat itu.
"Wuuut. plak...... bukkkk !" Tai-lek Hoat-ong masih dapat
menyelamatkan kepalanya namun kaki dara itu masih
mengenai pundaknya dan tubuh tinggi besar agak bongkok itu
terpelanting sampai beberapa meter jauhnya!
"Omitohud, perempuan iblis ini sungguh berbahaya !"
terdengar Ba Mou Lam berseru dan tahu-tahu pendeta Lama
berjubah merah itu telah meloncat ke depan, mencegah Ling
Ling mengejar lawan yang sedang bergulingan itu dan tibaTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tiba terdengar ledakan dua kali seperti cambuk dibunyikan
ketika jubahnya yang lebar itu digerakkan dan kedua ujung
jubah itu sudah menyambar ke arah leher dan dada Ling Ling
dengan kekuatan dahsyat sekali. Kepandaian Ba Mou Lama ini
kalau dibandingkan dengan tingkat Tai-lek Hoat-ong masih
menang dua tingkat maka dapat dibayangkan betapa dahsyat
dan berbahaya serangannya itu. Ketika pendeta Lama ini
menyaksikan kekalahan sekutunya, tanpa ragu-ragu lagi dia
maju sendiri karena dia maklum bahwa dara itu amat lihai dan
di antara teman-temannya, agaknya hanya dia atau ketua
Pek-lian kauw yang dapat mengatasinya. Akan tetapi karena
yang dikalahkan oleh dara itu adalah tokoh Khitan, yaitu
sekutunya, maka tidak
mungkin dia
mengharapkan fihak Peklian
kauw akan mau
maju,dan dia sendiri sudah
maju dan langsung
menyerang dara yang
amat lihai itu.
Serangan tiba-tiba yang
sama sekali tidak
disangkanya itu membuat
Ling Ling terkejut sekali
karena dara ini mengenal
kekuatan dahsyat yang
amat berbahaya.. Dia
cepat mengelak, akan tetapi hawa pukulan itu masih
mendorong pundaknya sehingga dia terpaksa menjatuhkan
diri dan bergulingan agar tidak sampai terluka, dan ketika dia
bergulingan itu dan melihat tubuh berjubah merah itu
mengejar, cepat dia menggerakkan tangan dan rantai emas
rampasan tadi meluncur ke depan memapaki tubuh berjubah
merah itu bagaikan sebatang anak panah!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Omitohud......! " Ba Mou Lama berseru kaget ketika
melihat sinar emas meluncur dari bawah. Cepat dia
menggerakkan lengan kanannya menyampok.
"Tringgg!" Rantai emas itu tertangkis dan terbanting ke
atas tanah, akan tetapi ujung jubah di lengan pendeta itu
terobek pula, tanda bahwa lontaran rantai emas itu tadi
mengandung tenaga yang amat kuat. Wajah berkulit kuning
dari pendeta Tibet itu berobah agak kemerahan. Biarpun
serangannya tadi membayangkan kemenangan tipis, namun
robeknya ujung lengan baju menghapus kemenangannya dan
keadaannya dengan dara itu boleh dikata sekali kalah sekali
menang!
Ling Ling sudah meloncat berdiri dan memasang kuda -
kuda dengan kedua kaki terpentang lebar, kedua lutut ditekuk,
kedua lengan ditekuk pula, yang satu ke atas yang lain ke
bawah, kepalanya miring menghadap lawan dan sepasang
matanya mengeluarkan sinar kilat, sikapnya demikian gagah
sehingga mengagumkan semua orang yang menonton, Lui
Sian Lojin sendiri diam-diam merasa kagum dan yakinlah
hatinya bahwa gurunya benar-benar telah menggembleng
dara itu menjadi seorang yang memiliki ilmu silat tinggi sekali.
Namun hatinya khawatir juga melihat sumoinya menghadapi
pendeta Lama yang jelas merupakan seorang lawan tangguh
yang sakti. Oleh karena itu, melihat sumoinya dan pendeta itu
sudah saling pandang dan siap untuk bertanding, dia lalu
melangkah maju.
"Harap totiang suka bersabar," katanya menjura dengan
hormat. "Di antara kita tidak terdapat permusuhan apa-apa,
dan sudah kami katakan bahwa kami datang hanya khusus
untuk mencari pimpinan Im-yang-kauw, maka apakah
perlunya perkelahian ini dilanjutkan? Totiang adalah seorang
tokoh besar yang sudah berusia lanjut, tentu sudi mengalah
terhadap seorang gadis remaja seperti sumoiku ini!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ucapan itu bernada mengalah, akan tetapi juga merupakan
peringatan bahwa nama besar seorang tokoh seperti Ba Mou
Lama akan terjatuh dan ternoda kalau sampai dia melawan
seorang dara remaja, apalagi kalau sampai kalah!. Oleh
karena itu, pandang mata Ba Mou Lama menjadi agak bingung
dan ragu-ragu. Kesempatan itu dipergunakan oleh Thai-kek
Seng-jin, ketua Pek-lian-kauw yang sejak tadi sudah
memandang kepada Ling Ling penuh kagum dan dengan mata
bersinar-sinar penuh kecerdikan, untuk maju pula dan berkata
dengan suara lantang,
"Siancai.......! Memang tidak perlu perkelahian dilanjutkan!
Ba Mou Lama, kami percaya akan keterangan kedua orang
gagah ini. Seorang gagah perkasa yang memiliki kepandaian
seperti nona Gan ini, apa lagi mengingat akan kegagahan
mendiang ayahnya, tidak mungkin membohong ketika
mengatakan bahwa dia bukan mata-mata pemerintah. Gan -
lihiap, aku Thai - kek Seng-jin percaya kepadamu! Dan Ba
Mou Lama, harap suka mengalah sedikit dan biarkan aku
bicara dengan nona ini."
Ba Mou Lama mengangguk dan terpaksa mundur karena
kalau dia berkeras, bukan saja dia bisa ditertawai orang, akan
tetapi juga amat berbahaya mempertaruhkan nama besarnya
melawan dara yang amat lihai ini, hanya untuk urusan tetek
bengek! Ling Ling yang melihat lawannya mundur, lalu
tersenyum dan menoleh kepada kakek berkepala botak yang
memegang tongkat bambu itu. Tongkat itu menarik hatinya
karena baru saja dia mengagumi banyak macam bambu
bersama suhengnya, maka pertama tama yang menarik
hatinya adalah tongkat di tangan kakek itu. Tongkat itu kalau
dilihat dari jauh persis seekor ular.
'"Bukankah itu Bambu Sisik Naga?" tanyanya, ulahnya
seperti anak anak saja.
Thai-kek Seng-jin tercengang, memandang kepada tongkat
di tangannya, lalu tertawa, "Ha-ha-ha, nona Gan selain ahli
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam ilmu silat, juga ternyata ahli dalam soal bambu. Benar,
lihiap, tongkatku ini terbuat dari bambu Sisik Naga. "
Setelah dugaannya tepat, maka perhatian Ling Ling
terhadap tongkat itupun hilang sudah dan dia kini menatap
wajah kakek berkepala botak yang memiliki sinar mata aneh
itu. "Thai-kek Seng-jin, aku dan suheng tidak membutuhkan
orang percaya kepada kami atau tidak, akan tetapi kami
bukanlah pengecut pengecut yang menyembunyikan maksud
kedatangan kami. Kuulangi bahwa aku datang mencari ketua
Im yang kauw yang bernama Kim sim Niocu karena iblis
betina itu telah membunuh ayah bundaku. Nah apa lagi yang
akan kaubicarakan dengan aku?"
"Siancai....., sungguh mengagumkan. Kepandaiannya
setinggi langit, hatinya sekeras batu dan semangatnya
berkobar seperti api! Karena melihat bahwa perselisihan ini
tidak ada manfaatnya bagi kedua fihak, mengingat bahwa
lihiap sudah pasti tidak berwatak serendah itu untuk menjadi
mata-mata gelap, dan mengingat pula bahwa urusan antara
lihiap dan Im yang kauwcu (ketua Im yang-kauw) adalah
urusan pribadi, maka kami ingin bicara dengan lihiap.
Ketahuilah bahwa kalau lihiap suka ikut bersama kami, kami
akan menunjukkan di mana adanya Im-yang-kauwcu dan kami
sanggup untuk mempertemukan lihiap dengan Im yang
kauwcu agar urusan pribadi dapat diselesaikan secara gagah
dan adil."
"Bagus !" Ling Ling berseru girang dan mengerling ke arah
Tai-lek Hoat-ong dan Ba Mou Lama yang memandang dengan
sinar mata masih mengandung kemarahan. "Itu baru suara
orang gagah! Memang aku tidak ingin mencampuri urusan
orang lain, semata-mata hendak mencari musuh besarku.
Nah, Thai-kek Seng-jin, mari antar aku menemui Im-yangkauwcu
!"
Kakek berkepala botak itu tertawa dan mengerling kepada
Lui Sian Lojin. "Maaf, bukan maksudku untuk tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghormat kepada Lui Sian Lojin, akan tetapi karena urusan
lihiap adalah urusan pribadi, dan karena tidak boleh
sembarangan orang luar untuk bertemu dengan Im-yangkauwcu,
maka jika lihiap hendak berjumpa dengan Im-yang
kauwcu, haruslah sendirian saja, baru mungkin dapat bertemu
dengan perantaraanku."
Ling Ling menoleh kepada Lui Sian Lojin, "Suheng,
maafkan, terpaksa aku akan pergi sendiri, harap suheng
menanti saja di Kwi-hoa-san."
Kakek itu menarik napas panjang. Tadipun sudah terbukti
olehnya bahwa sumoinya ini memiliki kepandaian yang lebih
tinggi dari pada tingkatnya sendiri, maka Tentu saja sumoinya
mampu menjaga diri dan tidak membutuhkan lagi
perlindungannya.
"Baiklah, sumoi, akan tetapi hati hatilah terhadap tipu
muslihat."
"Tidak percuma selama ini suheng membimbingku, suheng
tahu bahwa aku tidak akan mudah ditipu orang."
Akan tetapi Lui Sian Lojin berkata kepada Thai-kek Sengjin,
"Aku hanya tahu bahwa sumoiku pergi bersama ketua Peklian
kauw dan Pek-lian-kauw yang bertangungjawab kalau
sampai terjadi apa apa dengan sumoi.!” Setelah berkata
demikian Lui Sian Lojin meninggalkan tempat itu tanpa
menoleh lagi.
"Thai kek Seng-jin mari kita berangkat!" Ling Ling
mendesak ketua Pek lian-kauw itu.
Thai-kek Seng-jin menoleh ke arah kelompok Khitan dan
Tibet, tersenyum sambil memandang dan berkata halus,
"Maafkan, sahabat sahabat, agaknya terpaksa pertemuan ini
diakhiri sampai di sini saja karena muncul urusan pribadi yang
menyangkut Im-yang- kauwcu" Kemudian tanpa banyak cakap
1agi ketua Pek-lian-kauw ini pergi bersama Ling Ling, diikuti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
oleh semua pengikutnya, juga oleh orang-orang Uighur yang
dipimpin oleh Gu Lam Sing.
Biarpun pertemuan puncak itu gagal di tengah jalan,
namun pertandingan pertandingan yang baru saja
berlangsung di luar perhitungan semula itu sudah cukup
memuaskan para tamu yang hadir, yang kesemuanya
menyatakan kagum bukan main terhadap dara yang berhasil
mengalahkan Tai-1ek Hoat-ong, seorang tokoh besar yang
terkenal sakti itu. Maka seketika terkenallah nama pendekar
wanita remaja Gan Ai Ling, puteri dari mendiang pendekar
Gan Beng Han.
Perjalanan Ling Ling yang mengikuti orang-orang Pek-liankauw
dilakukan dengan cepat dan ternyata tempat yang
didatangi oleh rombongan ini tidak begitu jauh seperti yang
dikawatirkannya semula. Hanya makan waktu perjalanan tiga
hari saja dan mereka telah tiba di tempat yang dituju. Tempat
itu berada di kaki Pegunungan Tai-hang-san, di lembah sungai
Huang-ho, di sebelah selatan Pegunungan Tai-hang-san yang
luas itu. Tempat ini sunyi sekali, merupakan lembah sungai
yang tertutup hutan dan tebing-tebing tinggi. Sungai Huangho
dengan kedua tebingnya yang amat tinggi mengalir di
dalam hutan itu, antara dua belah yang amat terjal, dan di
lembah sungai itulah mereka menuju karena tempat itu
merupakan tempat atau sarang sementara dari sekutu
mereka, yaitu Im-yang-kauw, Pek-lian-kauw, dan bangsa
Uighur.
Biarpun maklum bahwa dia memasuki sarang naga dan
harimau yang amat berbahaya, namun Ling Ling melangkah
dengan tenang memasuki hutan yang angker itu , dan hatinya
tidak merasa gentar sedikitpun juga ketika dia melihat
banyaknya orang-orang yang memakai pakaian seragam, ada
yang di bagian dada baju mereka digambari lambang Imyang,
yaitu bulatan dengan tanda belahan hitam dan putih
ada pula yang pada baju di dada digambari teratai putih,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanda bahwa mereka adalah anggauta-anggauta Pek-liankauw.
Dia maklum bahwa di situ terdapat ratusan orang anak
buah Im-yang pai dan Pek-lian-kauw, belum dihitung puluhan
orang Uighur yang juga berkumpul di dalam hutan yang luas
itu.
Dari samping, Thai-kek Seng-jin memandang kagum Bukan
main, pikirnya, dara ini benar benar gagah perkasa dan kita
amat membutuhkan seorang pendekar seperti ini ! Maka ketua
Pek-lian-kauw ini melanjutkan siasatnya yang amat lihai, yaitu
untuk memikat hati Ling Ling agar mau bekerja sama dengan
Pek-lian-kauw.
"Thai-kek Seng-jin, mana dia ketua Im yang kauw? Aku
ingin segera bertemu dengan dia" kata Ling Ling yang sudah
tidak sabar lagi
"Ah, mengapa lihiap tergesa-gesa? Im-yang kauwcu tidak
mudah dihubungi, apa lagi hanya secara mendadak. Aku harus
memberi tahu lebih dulu dan kiranya besok pagi baru akan
mau datang menemuimu. Sementara itu harap lihiap suka
menjadi tamu kehormatan dari Pek-lian kauw ! "
"Totiang, engkau tabu bahwa aku tidak suka orang main
main denganku. Harap saja engkau tidak mengurangi
kepercayaanku padamu. "
"Aih, mengapa lihiap begitu curiga? Kami merasa kagum
sekali kepada kegagahan lihiap dan kami girang bahwa lihiap
telah berhasil memukul dan memberi malu kepada orangorang
asing Khitan yang sombong itu, juga orang asing Tibet !
Kami berterima kasih kepada lihiap karena mereka itu adalah
saingan saingan dan musuh-musuh kami, maka bagaimana
mungkin kami hendak mempermainkan lihiap? Percayalah,
aku, Thai-kek Seng-jin adalah ketua Pek-lian-kauw di sini, dan
aku berjanji akan mempertemukan lihiap dengan Im-yangkauwcu
agar dapat dilakukan perhitungan yang gagah dan
jujur. Kami adalah orang-orang gagah, kami adalah patriotpatriot
bangsa. Silakan, lihiap, silakan lihiap istirahat di dalam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sementara aku sendiri akan pergi menghubungi Im-yangkauwcu!"
kata Thai kek Seng-jin dengan ramah setelah
mereka memasuki sebuah bangunan besar di tengah hutan
itu. Beberapa orang pelayan wanita menyambut Ling Ling
dengan hormat, dan terpaksa Ling Ling mengangguk dan
membiarkan kakek itu pergi untuk menyampaikan berita
kunjungannya kepada musuh besarnya. Yang menjadi
musuhnya hanyalah ketua Im-yang kauw, yaitu yang
membunuh ayah bundanya. Dia tidak akan mengusik yang lain
kecuali kalau ketua lm yang-pai juga hendak mencampuri
urusan ini. Dan dia sudah mendengar dahulu dari Pek I
Nikouw dan Thian Ki Hwesio betapa lihainya ketua Im-yangkau
itu sehingga ayah dan ibunya sampai tewas di tangannya.
Melihat penyambutan yang ramah dan hormat, Ling Ling tidak
merasa sungkan lagi. Setelah membersihkan tubuhnya dengan
air yang disediakan oleh para pelayan, dia lalu makan
hidangan yang disajikan dengan hati hati agar jangan sampai
makan hidangan yang dicampuri racun, kemudian dia
beristirahat sambil menunggu di dalam sebuah kamar yang
disediakan untuknya. Dia menyuruh semua pelayan keluar dan
duduk bersamadhi di dalam kamar itu, mengumpulkan
kekuatan untuk menghadapi musuh besarnya.
Kamar itu cukup besar dan terhias lukisan lukisan dan
slogan - slogan yang mengandung semangat anti pemerintah.
Ling Ling yang tadinya duduk bersamadhi kini masih duduk,
akan tetapi pandang matanya meneliti keadaan di kamar itu
kalau-kalau ada dipasang jebakan. Sudah banyak dia
menerima peringatan dari suhengnya tentang keadaan di
dunia kang-ouw tentang tipu muslihat licik para tokoh
golongan sesat. Akan tetapi, melihat sikap ketua Pek lian
kauw, juga sikap para pelayan wanita itu, dan keadaan dalam
kamar ini, slogan - slogan itu, dia tidak melihat tanda - tanda
yang menunjukkan bahwa orang-orang di situ adalah
termasuk golongan sesat atau penjahat-penjahat. Bahkan
slogan - slogan itu penuh semangat menentang penindasTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
penindas rakyat, menentang pembesar-pembesar yang korup
dan menentang kekuasaan kaisar yang dianggap
menyengsarakan rakyat !
Ketukan pada pintu kamar membuat Ling Ling meloncat
turun dari atas pembaringan dan berdiri tegak di tengahtengah
kamar, seluruh syaraf syarafnya tegang dan siap
menghadapi apapun.
"Siapa di luar? " dia bertanya tenang pandang matanya
seperti hendak menembus daun pintu.
"Gan lihiap, aku di sini, " jawab orang di luar pintu. Suara
Thai-Kek Seng-jin!
Ling Ling cepat membuka pintu dan keluar dari dalam
kamar itu. Ketua Pek-lian-kauw itu mengajaknya untuk duduk
di dalam ruangan dalam dan setelah memberi isyarat kepada
para pelayan dan pengawal untuk pergi mcninggalkan
ruangan, kakek itu berkata kepada Ling Ling yang duduk di
depannya, "Lihiap, aku telah bertemu dengan Im - yang -
kauwcu dan biarpun dengan perasaan amat menyesal, namun
dia telah menentukan pertemuan antara dia dan lihiap di
dalam lian-bu-thia (ruangan silat) pada besok pagi. Harap
lihiap suka siap"
Ling Ling mengerutkan alisnya. "Hemm, mengapa
menyesal?"
Kakek itu menarik napas panjang. "Dia mengatakan merasa
menyesal sekali bahwa lihiap mendesaknya, karena
sesungguhnya dia tidak ingin bermusuhan denganmu."
"Ahh, boleh jadi dia tidak ingin memusuhiku, akan tetapi
aku tetap akan memusuhinya ! Mengapa harus menanti
sampai besok? Biar aku mendatanginya sekarang juga. Di
mana dia !”
Kakek berkepala botak itu mengangkat kedua tangan ke
atas, akan tetapi mukanya masih ramah. "Aihh, harap lihiap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suka bersabar. Hendaknya ingat bahwa aku yang menjadi
perantara pertemuan antara lihiap dan im-yang kauwcu, maka
sudah selayaknya kalau kita mentaati peraturan sehingga tidak
membuat aku sebagai ketua Pek-lian-kauw kehilangan nama.
Mengapa tergesa-gesa kalau Im-yang kauwcu telah
menentukan tempat dan waktunya. Sebagai ketua agama
tentu saja dia menghendaki agar segala sesuatu dilakukan
secara resmi Yaaah, memang Im-yang-kauwcu seorang yang
mentaati peraturan, seorang ketua yang amat baik, sayang
sekali terpaksa bermusuhan denganmu Gan-lihiap." Kakek itu
menarik napas panjang dan kelihatan seperti orang yang
meyesal sekali.