Rabu, 03 Mei 2017

Cerita Silat Romantis Kho Ping Hoo 2 Tiga Naga Sakti

Cerita Silat Romantis Kho Ping Hoo 2 Tiga Naga Sakti Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cerita Silat Romantis Kho Ping Hoo 2 Tiga Naga Sakti
kumpulan cerita silat cersil online
Cerita Silat Romantis Kho Ping Hoo 2 Tiga Naga Sakti
Tiga orang pendekar muda itu melanjutkan perjalanan
mereka dengan cepat karena mereka tidak ingin kemalaman di
dalam hutan. Setelah bermalam di dusun Siong hwa-cung,
dirumah seorang petani tua yang ramah, di mana mereka
kembali mendengar akan keadaan para penghuni dusun, para
petani yang memang amat sengsara, pada keesokan harinya,
pagi-pagi sekali mereka bertiga meninggalkan dusun dan
melanjutkan perjalanan menuju ke tempat di mana untuk
pertama kalinya mereka berjumpa dengan guru mereka, yaitu
di dusun Hong-yang. Menjelang tengah hari mereka tiba di
dusun ini.
Melihat dusun tempat kelahiran mereka, Bun Hong dan Kui
Eng merasa terharu sekali dan terbayanglah semua peristiwa
yang lalu di depan mata mereka sehingga diam diam Kui Eng
menggunakan saputangannya untuk menghapus air mata
yang menitik turun ke atas pipinya. Memang harus diakui
bahwa tanah tumppah darah,yaitu tempat di mana seseorang
dilahirkan dan di mana darah ibu tertumpah di waktu
melahirkan, merupakan tempat yang takkan terlupakan, apa
lagi kalau sejak lahir orang, tinggal di tempat kelahiran itu,
maka banyak terdapat kenangan, baik yang indah maupun
yang buruk, yang sukar untuk dilupakan dan membuat orang
merasa seperti ada pertalian gaib antara dia dan tempat itu.
Dusun Hong, yang telah mengalami banya perubahan
semenjak mereka pergi. Rumah-rumah baru telah dibangun,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi orang-orang yang tinggal di dusun itu sebagian
besar adalah pendatang baru dari lain tempat. Biarpun masih
ada pula penduduk lama yang kembali ke tempat itu dan
mendirikan rumah lagi karena rumah mereka yang dulu telah
dibakar pemberontak, akan tetapi oleh karena Bun Hong dan
Kui Eng pergi meninggalkan Hong-yang di waktu mereka
masih kecil, maka tidak ada orang yang mengenal mereka.
Mereka berduapun tidak melihat ada orang yang mereka
kenal. Sungguh aneh rasanya memasuki kampung halaman
sendiri, memasuki tempat kelahiran sendiri seperti orang
orang-asing! Biarpun banyak rumah baru dibangun namun
pohon-pohon, selokan selokan air, batu-batu jalan,
pemandangan gunung yang menjulang di kejauhan, semua itu
tidak pernah berubah dan tempat itu sama sekali tidak asing
bagi mereka.
Ketika kedua orang muda itu mencoba untuk bertanya
kepada orang orang di situ tentang keadaan keluarga Tan dan
keluarga Kui, yaitu hartawan Tan dan kepala kampung Kui
yang tadinya amat terkenal di dusun itu, jawaban yang
mereka dapat dari para penduduk lama hanyalah tarikan
napas panjang dan gelengan kepala sambil dibarengi kata
kata sedih.
"Semua habis, semua binasa........"
Sehari itu mereka bertiga melakukan penyelidikan, bertanya
sana sini, sambil melihat lihat keadaan di dusun Hong-yang.
Namun usaha mereka menyelidiki keadaan keluarga Tan dan
Kui sia-sia belaka dan akhirnya mereka pergi ke dusun tempat
kelahiran Beng Han. Dusun ini amat kecil dan biarpun kini
sudah penuh pula dengan penduduk, namun keadaan dusun
ini amat miskin dan penghidupan rakyat dusun ini amat
sengsara dan serba kekurangan membuat tiga orang pendekar
itu merasa terharu dan kasihan sekali.
Pada masa itu, para pembesar yang berkuasa di kota raja,
mengadakan peraturan pajak yang amat menekan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengisap darah para petani, dan menentukan pajak sebanyak
limapuluh sampai seratus kati gandum bagi setiap mouw
(petak) sawah. Pajak ini luar biasa beratnya, karena meliputi
bagian terbesar dari hasil tanah, bahkan di waktu musim
kering sawah tidak dapat menghasilkan gandum sebanyak
itu.Oleh karena mendapat contoh dari para pembesar tinggi
dengan peraturan-peraturan itu, maka para pmilik tanah di
kampung-kampung dan para petugas yang mendapatkan
kekuatan seperti kepala kampung dan lain-lain, tidak mau
kalah dan mengekor contoh ini dengan setia. Merekapun
menetapkan pajak pajak yang berat bagi para petani sehingga
keluh-kesah rakyat kecil membubung tinggi sampai ke langit
tanpa ada yang mendengar agaknya.
Kepala kampung di Hong-yang adalah seorang pendatang
baru yang kaya raya, seorang she Gu. Dusun kecil tempat
kelahiran Beng Han juga termasuk wilayah kampung Hongyang
itu, yang merupakan sebuah kecamatan, maka kepala
kampung Gu ini boleh dinamakan camat. Untuk dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan lancar, camat Gu ini
memelihara belasan orang tukang pukul karena banyak terjadi
pertentangan, keributan dan ketegangan dengan para petani
yang merasa penasaran dikenakan pajak yang terlampau
berat itu. Tiap orang petani yang tidak dapat memenuhi dan
membayar pajaknya, akan ditangkap dan dihukum dengan
beberapa puluh kali cambukan pada punggungnya. Apabila
terdapat petani yang membangkang dan hendak melawan,
tukang-tukang pukul itulah yang akan beraksi dan
menghentikan segala sikap membangkang itu dengan
pukulan-pukulan dan kadang-kadang denean pembunuhan.
Biarpun camat Gu ini boleh disebut kejam dan jahat,
namun dia hanyalah merupakan sebuah mata rantai kecil saja
dari kekuasaan jahat yang berkuasa pada waktu itu. Camat
inipun berada di bawah kekuasaan pembesarnya yang berada
di kota An-kian, yang kekuasaannya meliputi wilayah
kecamatan Hong yang dan dusun-dusun di sekitarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembesar itu berpangkat bupati, seorang she Yap dan dialah
yang menetapkan besarnya pajak bagi para petani di dusun -
dusun, sehingga terpaksa camat Gu harus memerintahkan
kepada para kepala dusun untuk mentaati perintahnya.
Namun, seperti yang selalu terjadi, di mana terdapat
makanan enak dan mudah, selalu anjing - anjing berebutan.
Camat iuipun tidak mau kalah dalam perlombaan menumpuk
kekayaan untuk diri sendiri, demikian pula para kepala dusun
sehingga akibatnya, mereka itu mengkorup hasil pajak,
bahkan ada.yang memberi tambahan ekstra untuk diri sendiri
pada jumlah pajak yang sudah amat berat menekan itu.
Ketika tiga orana pendekar muda itu mendengar akan
keadaan ini dari para petani, bukan main marah dan
penasaran rasa hati mereka. Terutama sekali Kui Eng yang
dahulu menjadi puteri seorang kepala kecamatan yang jujur.
Terbangun semangatnya ketika seorang petani tua yang
mendengar cerita kawannya itu menarik napas panjang dan
berkata, tanpa diketahuinya bahwa puteri orang yang
dibicarakannya itu berada di depannya, "Aihh, alangkah
baiknya kalau Kui-taijin (pembesar Kui) masih hidup dan
menjadi camat kami........"
Kui Eng maklum bahwa petani tua itu memuji ayahnya,
akan tetapi dia tidak mau memperkenalkan diri sebagai puteri
camat Kui itu. Dia lalu mengajak dua orang suhengnya untuk
pergi ke rumah camat she Gu itu.
"Kita harus memberi pelajaran kepada camat pemeras itu!"
katanya dengan sengit.
Kedua orang suhengnya mempunyai pendapat yang sama,
maka mereka bertiga lalu pergi menuju ke rumah camat Gu
yang merupakan sebuah gedung besar dan mewah. Keadaan
gedung ini sungguh berlawanan sekali dengan kemiskinan
yang nampak di sekitarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Para tukang pukul atau pengawal yang menjaga di depan
gedung itu, merasa curiga ketika melihat tiga orang muda itu
memasuki pekarangan gedung dengan langkah tegap dan
pandang mata tajam bersinar, maka mereka cepat
berkerumun menghadang. Melihat bahwa tiga orang itu
membawa pedang, maka seorang di antara mereka yang
bertubuh pendek dan gemuk dan menjadi pimpinan di antara
kelompok penjaga itu, cepat bertanya dengan sikap hormat
namun dengan pandang mata penuh selidik.
"Sam - wi (anda bertiga) hendak mencari siapa ?"
Melihat sikap orang ini cukup menghormat, Beng Han lalu
melangkah maju dan mengangkat kedua tangan ke depan
dada untuk memberi hormat sambil menjawab, "Kami bertiga
ingin bertemu dengan Gu-taijin."
Kecurigaan para pengawal itu makin bertambah dan kini
berubahlah sikap si pendek gejnuk Dia memandang mereka
bertiga penuh selidik, dan ketika pandang matanya ditujukan
kepada Kui Eng, pandang mata itu seolah olah menggerayangi
seluruh tubuh dan wajah dara ini sehingga muka Kui Eng
menjadi merah sekali saking malu dan juga marahnya.
"Siapa nama dan ada keperluan apa?" tanya si gendut
dengan lagak angkuh.
Melihat perubahan sikap ini, Bun Hong tak dapat menahan
kesabarannya dan dengan suara kaku dia berkata, "Laporkan
saja kepada camat Gu agar dia keluar menjumpai kami, soal
nama dan keperluan kami, engkau si gendut sombong tidak
perlu tahu !"
Marahlah pengawal gemuk itu. Dia adalah seorang kepala
tukang pukul yang amat terkenal ditakuti oleh semua
penduduk di seluruh wilayah Hong-yang. Belum pernah ada
orang berani bersikap kasar kepadanya, apa lagi menghinanya
seperti yang dilakukan oleh pemuda tampan ini. Dengan mata
melotot besar, biji matanya separuh keluar dari kelopaknya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia membentak, "Kalian ini orang-orang kurang ajar! Pergilah
dari sini! Gu-taijin sedang sibuk dan tidak ada waktu untuk
melayani orang-orang maeam kalian!"
Melihat ini, Beng Han segera berkata dengan suara halus
sambil mencegah sutenya mendahuluinya dengan kata-kata
atau perbuatan yang hanya akan menimbulkan keributan,
"Twako, harap jangan mencari perkara dengan kami. Kami
tidak mempunyai urusan denganmu, kami hanya ingin bicara
dengan Gu-taijin."
Akan tetapi, kepala
pengawal yang gendut itu
sudah marah sekali dan
dia berkata dengan katakata
yang bernada kaku,
"Setiap orang yang
hendak menghadap Gutaijin
harus bersikap
sopan dan tidak boleh
membawa senjata. Kalau
kalian mau menanggalkan
pedang, menyerahkan
kepada kami kemudian
menanti di sini sambil
berlutut, barulah kami
mau melaporkan tentang
kunjungan kalian kepada
beliau."
"Apa?" Kui Eng melangkah maju dengan mata bersinar
marah "Menanggalkan pedangku? Eh, babi gemuk, dengarlah!
Kami sengaja membawa pedang untuk kami pergunakan
mengetuk kepala orang she Gu itu beserta kaki tangannya,
termasuk engkau !" Kui Eng berdiri di depan kepala pengawal
gendut itu sambil bertolak pinggang, sikapnya menantang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekali. Beng Han mengenakan alisnya, akan tetapi karena
sudah terlanjur, dia tidak dapat lagi mencegah sumoinya.
"Perempuan kurang ajar!" Pengawal gemuk itu lalu
mengulurkan tangan hendak mencengkeram dada Kui Eng
yang mulai tumbuh menonjol, dengan maksud untuk memberi
hajaran dan membikin malu wanita muda yang begitu berani
menghina dan memakinya itu.
Akan tetapi, dengan gerakan ringan sekali Kui Eng
memutar tubuhnya sehingga cengkeraman si gendut itu hanya
menangkap angin dan sebelum pengawal itu tahu apa yang
terjadi dengan dirinya, tahu-tahu tubuhnya terpelanting dan
dadanya terasa nyeri sekali terkena tamparan tangan kanan
Kui Eng yang dilaku kan amat cepatnya sehingga hanpir tidak
terlihat oleh orang yang dipukulnya.
"Plakkk ! Aduh! ...... " tubuh si gendut terguling dan karena
memang tabuhnya yang gemuk itu terlalu berat baginya,
maka dia terbanting seperti balok runtuh .
Dengan marah para pengawal maju mengeroyok. Tiga
orang pendekar muda dari Kwi hoa-san itu mengamuk,
menggunakan kaki tangan untuk merobohkan mereka. Bun
Hong dan Beng Han menangkap-nangkapi mereka dan
melemparkan tubuh mereka ke kanan kiri, sedangkan Kui Eng
menggunakan kedua kakinya untuk merobohkan setiap orang
yang berani menyerang. Mendengar keributan ini, semua
pengawal yang berada di sekitar gedung itu datang berlarian
dan sebentar saja tiga orang muda itu telah dikepung dan
dikeroyok oleh duapuluh orang pengawal yang semua
mempergunakan senjata.
Melihat keadaan yang cukup gawat ini, Beng Han berseru
kepada sute dan sumoinya, "Kita boleh menggunakan pedang,
akan tetapi hanya untuk melindungi diri, jangan membunuh
orang! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nampak tiga sinar berkilat ketika tiga orang muda itu
mencabut pedang masing-masing dan di antara bunyi
teriakan-teriakan para pengeroyok, terdengar suara
mendesing mengikuti tiga gulung sinar yang menyambarnyambar
dahsyat. Segera terdengar suara nyaring
berkerontangan ketika senjata-senjata para pengeroyok
disambar tiga gulung sinar itu, disusul pekik kaget dan
kesakitan dari mereka yang terluka tangan dan lengannya
sehingga mereka yang senjatanya belum terpental jatuh
terpaksa harus melepaskan senjata itu karena tangan mereka
terluka oleh sambaran pedang yang amat hebat itu.
Camat Gu yang mendengar suara ribut-ribu di luar, cepat
keluar untuk melihat dan menegur. Ketika dia berlari dan
keluar melihat tiga orang muda yang amat lihai sedang di
keroyok oleh para tukang pukulnya, dan melihat banyak di
antara tukang pikulnya sudah roboh dan terluka. dia terkejut
sekali dan cepat memutar tubuhnya hendak berlari masuk lagi.
Akan tetapi, tiba-tiba berkelebat bayangan orang dan tahu
tahu seorang gadis cantik jelita dan gagah perkasa telah
berdiri di depan nya dan menodongkan pedang yang runcing
tajam di dadanya!
Camat Gu bukanlah seorang lemah. Sedikit banyak dia
pernah mempelajari ilmu silat, maka melihat ada orang
menodongnya apalagi yang menodongnya hanya seorang dara
remaja, dia herseru keras, tubuhnya bergerak ke samping dan
dari samping dia melayangkan kakinya menendang ke arah
tangan yang memegang pedang, disusul oleh cengkeraman
tangannya ke arah pundak dara itu!.
Cepat juga gerakan Camat Gu ini, akan tetapi gerakan
kilatnya yang hanya biasa saja itu mana dapat dipakai untuk
menandingi seorang dara yang selama duabelas tahun
digembleng seorang sakti seperti Lui Sian Lojin! Kui Eng
menarik pedangnya, menggunakan tangan kiri untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyabet kaki yang menendang sambil miringkan tubuh
mengelak dari cengkeraman tangan.
"Dukkk....... aihhh........!!" Gu taijin yang kena dihantam
kakinya oleh tangan kiri kecil yang dimiringkan itu, mengaduh
aduh dan memegangi kaki yang menendang sambil
berloncatan lucu Wajahnya meringis, akan tetapi ketika
kembali ujung pedang itu menyentuh dadanya, menembus
bajunya dan menggigit kulitnya, dia lalu men jatuhkan diri
berlutut, tubuhnya menggigil ketakutan dan dengan suara
gemetar dia berkata,
"Lihiap........ ampunkan....... saya........"
Sementara itu, para tukang pukul telah dapat dihajar
babak-belur dan jatuh bangun oleh Beng Han dan Bun Hong.
Senjata mereka berserakan di mana-mana, dan dengan tubuh
bengkak-bengkak dan ada yang patah tulangnya mereka
merangkak-rangkak dan mencoba bangun sambil memandang
ke arah camat Gu yang agaknya telah dibuat tidak berdaya
oleh dara perkasa itu, dengan mula terbelalak.
Melihat betapa sumoi mereka telah menodong seorang
yang berpakaian mewah, Beng Han dan Bun Hong cepat
meloncat dan mendekati. Pedang mereka kini juga
ditodongkan ke tubuh camat itu dari kanan kiri, membuat Gutaijin
makin ketakutan.
"Apakah engkau camat Gu ?" Beng Han membentak dan
ujung pedangnya menggigit kulit punggung pembesar itu.
"Be....... benar.......... harap ampunkan saya......."
"Orang she Gu!" Kui Eng membentak dan kini pedangnya
menempel di batang leher kepala daerah itu "Apakah kau
benar-benar ingin hidup ?"
Dengan tubuh menggigil seperti orang terserang demam
Gu-taijin mengangguk-angguk kepalanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ampunkan saya. ... dan saya akan memenuhi permintaan
samwi...... berapa tailkah yang sam-wi inginkan....... "
"Desss !"' Kui Eng menendang sehingga tubuh itu
terjengkang, Gu taijin mengeluh dan memandang pucat.
Kui Eng menudingkan pedangnya dekat hidung pembesar
itu. "Keparat ! Kaukira kami sebangsa perampok macam
engkau ?" Pedangnya bergerak, akan tetapi lengannya
disentuh oleh Beng Han sehingga dara itu mengurungkan
niatnya.
"Gu-Taijin !" kata Beng Han, suaranya tegas dan nyaring.
"Kalau kau ingin hidup, mulai sekarang engkau harus merubah
peraturan pajak pada para petani yang miskin. Engkau adalah
pembesar di daerah ini. dan seorang pembesar sepatutnya
menjadi ayah dan pembimbing yang baik dari seluruh
penduduk, mengatur, membela, dan menjaga agar semua
orang hidup dalam kebahagiaan. Akan tetapi, sebaliknya
engkau malah memeras mereka yang sudah hidup miskin itu,
dan engkau hidup mewah dari hasil cucuran peluh dan darah
mereka !"
"Anjing macam ini sebaiknya dibunuh saja, suheng !" kata
Bun Hong dengan suara sengaja dibikin nyaring untuk
menakut-nakuti kepala daerah itu.
"Benar, bunuh saja. suheng!" kata pula Kui Eng yang
maklum akan maksud ji-suheng-nya (kakak seperguruan ke
dua).
Makin ngerilah hati pembesar itu. Maklumlah dia sekarang
bahwa yang datang mengamuk ini bukan sebangsa perampok
yang hendak merampok harta kekayaan, melainkan tiga orang
pemuda pendekar.
"Baik........ baik........ akan saya atur sebaiknya, akan
tetapi......... bagaimanakah kami dapat mengurangi pajak
yang sudah ditetapkan ? Kami hanva menjalankan perintah
atasan " Dia membela diri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Siapa yang menentukan besarnya pajak-pajak itu ?" tanya
pula Beng Han.
"Kami menerima perintah dari atasan kami, yaitu Yap -
taijin......."
"Hemm. di mana tinggalnya Yap-taijin itu?"
"Beliau........ beliau adalah Bupati An-kian dan tinggal di
kota itu........daerah kecamatan ini. Hong-yang dan seluruh
dusun di sekitarnya, termasuk wilayahnya dan berada di
bawah kekuasaan beliau.......,"
Beng Han mengangguk-angguk. "Hemm. kami akan
mendatangi bupati keparat itu. Akan tetapi mulai sekarang,
engkau harus membubarkan semua tukang pukulmu dan
jangan berlaku sewenang-wenang terhadap rakyat. Kalau
engkau tidak merobah kelakuanmu, pasti kami akan datang
kembali dan mengambil kepalamu!" Bun Hong berkata dengan
suara mengancam.
"Dan jangan mengira bahwa kami hanya mengeluarkan
ancaman kosong belaka!" kata Kui Eng. "Lihat, apakah
lehermu lebih keras dari pada balok itu?"
Gadis itu memandang ke atas di mana terdapat sebatang
balok sebesar pinggang orang melintang dan penyangganya
adalah sebatang balok yang lebih besar lagi. Kui Eng sudah
meloncat ke atas dan pedang di tangan kanannya berkelebat
ke arah balok penyangga yang merupakan tiang itu Melihat
perbuatan ini, Beng Han dan Bun Hong juga meloncat ke atas
dan pedang mereka berkelebat menyambar balok. Kemudian
mereka meloncat pergi tanpa pamit lagi dan dengan beberapa
loncatan saja tubuh tiga orang pendekar muda itu lenyap dari
situ.
Gu-taijin dan para tukang pukulnya memandang dengan
bimbang. Setelah mereka yakin bahwa tiga orang itu sudah
pergi jauh, mereka lalu cepat memeriksa dan gegerlah
keadaan disitu ketika mereka memperoleh kenyataan betapa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tiang penyangga itu, tepat di bagian paling atas. telah
terbabat putus seperti digergaji saja, di tiga tempat! Tiang itu
demikian besar, terbuat dari kayu yang amat kuat, dan tempat
yang dibacok itu demikian tinggi, namun dengan sekali
loncatan saja tiga orang muda itu sudah dapat membabatnya
putus seperti digergaji. Tentu saja Gu-taijin bergidik
menyaksikan kehebatan ini.
Hari itu juga, Gu-taijin memanggil tukang kayu untuk
menggantikan tiang itu agar rumahnya di bagian depan tidak
sampai ambruk, kemudian dia membubarkan semua tukang
pukulnya. Semenjak hari itu, benar saja Gu-taijin mengadakan
perubahan terhadap semua sepak-terjangnya dan dia
melakukan tugasnva sebagai seorang pembesar yang baik
sehingga penduduk Kecamatan Hong-yang dan sekitarnya
merasa beruntung, sekali. Mereka mendengar cerita tentang
perbuatan tiga orang pendekar muda yang telah
menundukkan Camat Gu, maka mereka amat berterima kasih
kepada tiga orang muda itu dan karena sepak-terjang mereka
seperti amukan tiga ekor naga sakti dari langit, maka mereka
itu menamakan mereka Tiga Naga Sakti.
-0odwkz-234o0-
Telah diceritakan di bagian depan bahwa nyonya Gan atau
Ong Siok Nio, ibu dari Gan Beng Kan, yang melarikan diri
sambil menggendong anak perempuannya yang bernama Gan
Beng Lian, ketika diganggu oleh para perampok telah
diselamatkan oleh seorang nikouw yang berpakaian putih dan
berjuluk Pek I Nikouw, ketua dari Kwan-im-bio di luar tembok
kota An-kian. Setelah tinggal di dalam bio (kuil) itu, akhirnya
Ong Siok Nio atau nyonya Gan ini lalu mencukur rambutnya
dan menjadi nikouw dengn julukan Siok Thian Nikouw.
Beng Lian hidup dt dalam lingkungan para nikouw, bahkan
diangkat murid oleh Pek I Nikouw. Semenjak kecil dia telah
digembleng oleh Pek I Nikow dalam ilmu silat tinggi, dan juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia belajar ilmu membaca dan menulis dari para nikouw yang
lain.
Sebelas tahun kemudian, yaitu setahun yang lalu sebelum
tiga orang pendekar Kwi-hoa-san turun gunung, terjadi
peristiwa yang amat menarik di kota An-kian. dan peristiwa ini
juga membuka rahasia dara remaja Kuil Kwan-im-bio yang
kelihatan lemah lembut itu sebagai seorang wanita muda yang
berkepandaian tinggi, gadis manis berusia limabelas lahun
yang dengan kegagahannya telah menggemparkan kota Ankian!.
Ketika itu, kota An-kian geger karena gangguan seorang
penjahat yang melakukan pencurian pencurian dan juga
melakukan gangguan terhadap wanita-wanita anak isteri
orang. Seorang jai-hoa cat (penjahat pemetik bunga,
pemerkosa wanita) yang selain memperkosa wanita kemudian
ada yang dibunuhnya, juga mencuri benda benda berharga,
seorang penjahat yang kabarnya amat lihai sekali. Telah ada
beberapa rumah orang hartawan di An-kian didatanginya dan
sejumlah besar emas permata telah dicurinya. Bahkan sudah
ada lima orang wanita yang diperkosanya, seorang diantara
mereka itu dibunuhnya ketika melawan, dan dua orang gadis
lagi menggantung diri sampai mati karena merasa telah
ternoda dan hilang kehormatan nya, suatu aib yang mereka
anggap lebih hebat dari pada maut dan yang akan membuat
hidup mereka selanjutnya akan penuh dengan aib dan
kehinaan.
Tentu saja peristiwa peristiwa itu menimbulkan
kegemparan di dalam kota An-kian. Para hartawan
memperkuat penjagaan rumah mereka, dan para orang tua
yang merasa mempunyai anak-anak perempuan yang cantik,
juga mereka yang merasa mempunyai isteri-ister cantik, setiap
malam merasa gelisah karena sewaktu-waktu penjahat
pemetik bunga itu boleh jadi akan datang mengganggu
mereka!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembesar di kota An-kian adalah Bupati Yap Kam Kun. Yaptaijin
ini adalah seorang pembesar yang berbeda dengan para
pembesar lainnya di waktu itu. Jarang pada jaman itu
menemui seorang pembesar seperti Yap-taijin. Dia melakukan
tugasnya dengan taat dan keras menurut perintah dari
atasannya, menurut hukum yang sudah ditentukan. Sedikitpun
dia tidak melakukan perbuatan yang bersifat buruk dan tidak
mau melakukan korupsi sehingga keadaannya tidaklah kaya
raya seperti halnya lain lain pembesar pada umumnya.
Ketika Yap-taijin mendengar pelaporan tentang gangguan
penjahat yang berani mengacaukan kotanya, dia meniadi
marah dan mengerahkan pasukan untuk menangkap jai-hoacat
itu. Akan tetapi, ternyata penjahat itu memiliki kepandaian
silat yang tinggi dan ketika beberapa kali dia kepergok dan
dikepung, dia tidak dapat ditangkap. Sebaliknya malah,
banyak anggota petugas penjaga keamanan yang roboh
terluka, dan ada beberapa orang yang tewas oleh lukalukanya
itu. Tentu saja hal ini sangat menggemparkan,
terutama sekali ketika kepala penjaga, seorang perwira yang
terkenal gagah dan memiliki kepandaian tinggi, juga telah
terluka dadanya oleh golok penjahat itu.
Yap-taijin menjadi penasaran juga khawatir Kalau dia tidak
cepat cepat memperoleh jalan untuk membasmi atau
menangkap penjahat itu, tentu An-kian dan sekitarnya
menjadi tidak aman, penduduk akan merasa gelisah dan
pengacauan penjahat itu sama saja dengan menantang dia
sebagai kepala daerah Kabupaten An-kian! Sudah lama dia
mendengar bahwa ketua Kuil Kwan im-bio yang berjuluk Pek I
Nikouw adalah seorang pendeta wanita yang berilmu tinggi,
maka ke sanalah pembesar ini menuju pada suatu pagi, untuk
menjumpai nikouw itu dan minta bantuan pendeta wanita itu
agar suka turun tangan menangkap si penjahat yang
mengganggu kota An kian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek l Nikouw menerima pembesar ini dengan ramah, akan
tetapi alisnya berkerut ketika dia mendengar permintaan dari
Yap taijin. Dengan suara halus dia berkata. "Taijin, pinni
(saya) adalah seorang wanita tua yang lemah dan tidak
memiliki kemampuan apa-apa. Urusan ini adalah menjadi
tanggung, jawab taijin sebagai pembesar di tempat ini.
Mengapa taijin tidak mendatangkan perwira-perwira yang
gagah untuk membasmi penjahat ini? Tidak sepatutnya kalau
seorang nikouw harus mengurus segala macam kejahatan."
Pek I Nikouw, seperti hampir semua orang gagah, memang
merasa kurang puas terhadup para petugas pemerintah yang
sebagian besarnya pandai memeras rakyat dan
mengumpulkan harta benda untuk diri sendiri belaka.
"Maafkan saya, suthai." kata Yap Kam Kun dengan Sikap
hormat "Memang seharusnya saya tidak boleh mengganggu
ketenteraman hidup suthai, dan memang sudah menjadi
kewajiban saya untuk mengurus sendiri hal ini. Akan tetapi,
siapa lagi yang dapat saya harapkan untuk menghadapi
penjahat yang amat lihai ini ? Para penjaga keamanan telah
berusaha menangkapnya namun selalu gagal, bahkan kepala
penjaga telah menderita luka parah. Kalau suthai tidak sudi
mengulurkan tangan membantu, apakah akan jadinya dengan
kota kita ini?”
Pek I Nikouw menarik napas panjang. "Taijin pandai
mengumpulkan hasil pajak untuk disetorkan kepada
pemerintah, mengapa tidak pandai menolak bahaya yang
sedemikian kecilnya saja ? Apakah akan kata rakyat yang telah
memeras keringat untuk membayar pajak apabila gangguan
sekecil ini saja fihak pemerintah tidak mampu mengatasinya ?"
Yap Kam Kun adalah seorang yang bijaksana maka karena
dia maklum akan kenyataan yang buruk dari para petugas
pemerintah, maka mendengar sindiran ini dia hanya
menundukkan kepalanya. Dia maklum akan keburukan
pemerintah pada waktu itu. akan tetapi sebagai seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembesar yang hanya berpangkat bupati, dia dapat berbuat
apakah? Yang dapat dia lakukan hanya mentaati peraturan
pemerintah melalui atasannya dan menjalankan tugasnya
sebaik mungkin tanpa penyelewengan untuk keuntungan diri
pribadi.
Melihat pembesar itu tidak dapat menjawab dan diam saja,
Pek I Nikouw berkata lagi, "Mengapa kaisar tidak teringat akan
ajaran Nabi Khong Cu tentang Sembilan Jalan Kebenaran
sebagai syarat memimpin negara dan rakyat? Tahukah taijin
akan maksud pinni ? Apakah taijin masih ingat syarat ke enam
dari pada sembilan jalan kebenaran itu ?"
-0odwkz=234-o0-
Jilid III
YAP-TAIJIN menganggukkan kepalanya. "Saya masih ingat
dengan baik. Syarat ke enam
itu kalau tidak salah
berbunyi: Mencintai rakyat
seperti anak sendiri."
"Nah, itulah! Mengapa
sekarang rakyat bukan diberi
kecintaan dan kasih sayang,
diperhatikan nasib mereka
dan diperlakukan seadiladilnya
sehingga mereka itu
dapat bekerja dengan
gembira dan memperbanyak
hasil pertanian ? Sebaliknya,
rakyat diperas habis habisan,
diperlakukan dengan tidak
adil, dibiarkan menderita dan
sengsara. Kalau timbul kejahatan-kejahatan yang datang dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kegelapan pikiran disebabkan oleh semua penderitaan ini,
salah siapakah itu ? "
Yap-taijin mendengar semua ucapan pendeta wanita itu
dengan kepala tunduk dan tidak dapat membantah. Memang,
dia sendiripun maklum bahwa kaisar yang sekarang
memegang kendali pemerintah, amat lemah sehingga lupa
akan segala petunjuk dan nasihat yang diajarkan oleh para
cerdik pandai, para arif bijaksana di jaman dahulu. Ujar Nabi
Kong Cu yang disinggung oleh Pek I Nikouw tadi adalah ujar
ujar yang terdapat dalam kitab Tiong Yong yang berbunyi
demikian :
Untuk mengatur negara dan memimpin rakyat terdapat
sembilan jalan kebenaran : Memperbaiki diri pribadi
menghargai para cerdik pandai mencintai seluruh anggauta
keluarga menghormati pembesar - pembesar tinggi
membimbing pembesar-pembesar rendahan mencintai rakyat
seperti anak sendiri mengundang ahli-ahli pembangunan
menyambut tamu dengan ramah tamah memupuk
persahabatan dengan negara lain.
Setelah mendengarkan segala macam ucapan yang
dikeluarkan oleh Pek I Nikouw sebagai penyesalan dan
teguran kepada keadaan pemerintah pada waktu itu yang
timbul dari penyesalan dan kemarahan yang lama ditahantahan
dalam hati nikouw itu Yap-taijin lalu berkata, suaranya
tenang dan halus,
"Semua ucapan suthai memang benar belaka, akan tetapi
apakah daya kita? Suthai hanya seorang pendeta, akan tetapi
sayapun hanya seorang petugas yang tidak mempunyai
wewenang untuk mencampuri urusan ketatanegaraan yang
berada dalam tangan para pembesar tinggi di kota raja.
Mungkin baru sepatah kata saja keluar dan mulut saya, saya
akan ditangkap dan dihukum bersama seluruh keluarga saya.
dituduh memberontak. Oleh karena itu, suthai, kalau memang
suthai sudi menolong dan bermurah hati, hendaknya jangan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
suthai mengingat akan keadaan pemerintah. Hendaknya
suthai menganggap bahwa suthai tidak menolong seorang
bupati petugas pemerintah, melainkan menolong rakyat atau
penduduk An-kian yang sedang berada dalam kegelisahan dan
ketakutan dengan adanya gangguan penjahat itu."
Pek I Nikouw mengangguk-angguk. "Yap-taijin, Pinni sudah
tahu akan keadaanmu dan sering kali pinni hanya dapat
menarik napas panjang. Seorang pembesar bijaksana seperti
taijin sesungguhnya tidak layak menghambakan diri kepada
pemerintah seburuk yang berkuasa sekarang ini. Alangkah
baiknya kalau taijin menjadi pembesar pemerintahan yang
baik. Tentu penduduk di daerah ini akan menikmati hidup
sebagaimana mestinya. Akan tetapi segala peristiwa yang
terjadi pada seseorang timbul dari perbuatannya sendiri,
sebagai buah dari pada pohon yang ditanamnya sendiri. Taijin
seorang yang jujur dan bersih, akan tetapi sayang sekali taijin
kurang memperhatikan keadaan keluarga sendiri sehingga
tidak tahu bahwa di dalam rumah telah ada seorang penjaga
yang cukup tangguh."
Yap-taijin terkejut dan memandang kepada nikouw itu
dengan bingung dan heran. "Apakah maksud suthai?"
Pek I Nikouw tersenyum. "Sudahlah, nanti taijin tentu akan
mengerti sendiri. Sekarang pulanglah dengan hati tenteram
karena malam hari ini pinni akan mengutus murid pinni pergi
mencari dan menangkap penjahat itu."
Bukan main girangnya hati pembesar itu. Walaupun dia
belum tahu siapa adanya murid nikouw itu, akan tetapi dia
telah merasa lega oleh karena kalau murid itu tidak pandai,
tidak nanti nikouw tua ini akan mengutusnya menangkap
penjahat yang ganas. Dia lalu menjura dan menghaturkan
terima kasihnya, lalu pulang ke gedungnya.
Setelah pembesar itu pergi, Pek I Nikouw lalu memanggil
Beng Lian. Gadis yang telah berusia limabelas tahun ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghadap gurunya dan mendengarkan kata-kata gurunya
dengan penuh perhatian.
"Muridku, Beng Lian, engkau belum pernah bertempur
menghadapi lawan yang sungguh-sungguh, maka berhatihatilah
engkau melakukan tugas yang hendak pinni berikan
kepadamu ini."
"Tugas apakah, subo ?"
Pek 1 Nikouw lalu menceritakan tentang penjahat cabul
yang mengacau kota An-kian, dan tentang permintaan
bantuan dari Yap taijin sendiri yang baru saja meninggalkan
kuil.
"Agaknya penjahat itu bukan penjahat biasa dan memiliki
kepandaian tinggi. Oleh karena itu, malam ini kau pergilah
menyelidik di atas genteng rumah-rumah kota An kian. Kalau
engkau tidak berhasil menemukan sesuatu, sebaiknya engkau
bersembunyi di wuwungan yang paling tinggi dan mengintai.
Siapa tahu penjahat itu muncul. Akan tetapi, jangan
sembarangan engkau mempergunakan jarummu kalau
penjahat itu ternyata tidak terlalu kuat untuk kau lawan."
Pek 1 Nikouw memberi banyak nasihat kepada Beng Lian
yang segera mempersiapkan diri untuk melakukan tugas
pertama semenjak dia belajar ilmu silat. Biarpun usianya pada
waktu itu baru limabelas tahun, namun dia memiliki ketabahan
hati yang besar dan keberaniannya ini dipertebal oleh
pengertiannya bahwa dia sedang menghadapi semacam tugas
yang baik, yaitu menolong orang-orang terhindar dari
pengaruh dan kekuasaan jahat yang merajalela di An-kian.
Sementara itu, setelah hari menjadi gelap, di atas genteng
gedung Yap taijin nampak sesosok bayangan putih
berkelebatan cepat sekali dan kalau kebetulan ada orang yang
melihatnya, tentu dia akan ketakutan dan menyangka bahwa
yang bergerak-gerak itu adalah bayangan iblis. Akan tetapi
bagi yang berpandangan tajam dan dapat mengikuti gerakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat itu tentu akan terheran-heran mengenal bahwa
bayangan itu bukan lain adalah Pek I Nikouw, pendeta wanita
tua yang menjadi kepala dari Kuil Kwan-im-bio di luar tembok
kota An-kian. Dengan gerakan amat cepat, amat jauh bedanya
dengan sikap sehari-hari nikouw itu yang lemah lembut, Pek I
Nikouw meloncat ke bagian belakang gedung, melayang turun
dan tak lama kemudian dia sudah mengintai diri jendela kamar
yang berada di sudut kiri ruangan belakang.
Di dalam kamar itu nampak seorang pemuda tampan yang
sedang membaca sebuah kitab tebal dengan asyiknya. Karena
gerakan Pek I Nikouw dilandasi ginkang yang sudah sempurna
sehingga amat ringan dan sama sekali tidak menimbulkan
suara apa-apa, seperti gerakan seekor kucing saja, maka
pemuda itu yang sedang tenggelam dalam dunia khayal dari
isi kitab yang dibacanya, sama sekali tidak mendengar
sesuatu. Tiba-tiba nikouw itu mengayunkan tangan kirinya dan
sebuah benda putih melayang dan menancap didepan pemuda
itu. di atas meja dekat
tangannya!
Dan kini terjadi hal
yang luar biasa. Pemuda
yang tampan berpakaian
seperti seorang
sasterawan itu, yang
kelihatannya lemah dan
seorang kutu buku tulen,
tiba-tiba dengan cepat
sekali telah meniup
padam lampu di atas
meja, kemudian sekali
dia mengayun tubuhnya,
dari atas kursi itu dia
telah meloncat ke
jendela, membuka daun jendela dan di lain saat tubuhnya
telah meloncat ke atas genteng. Gerakannya amat ringan dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
indah ketika dia melayang naik ke atas genteng karena dia
telah mempergunakan gerak loncat Yan-cu-coan-in (Burung
Walet Menerjang Awan).
Akan tetapi, betapapun ringan dan cepatnya gerakan
pemuda itu, ketika dia telah berada di atas genteng dan
menengok ke sana-sini mencari-cari, dengan matanya yang
bersinar-sinar tajam, di situ kosong dan sunyi saja, tidak
nampak bayangan seorangpun manusia!. Pemuda itu menarik
napas panjang, dapat menduga bahwa orang yang
menyambitkan sesuatu tadi memiliki ginkang yang amat tinggi
dan orang itu agaknya memang sengaja tidak hendak
menjumpainya, maka diapun meloncat urun lagi, memasuki
kamarnya dan menyalakan kembali lampu yang
dipadamkannya tadi. Di atas meja nampak sehelai kertas yang
dilipat-lipat dan kertas ini tadi telah dibawa melayang
sebatang jarum yang disambitkan dan yang kini menancap di
atas meja.
Pemuda itu mengerutkan alisnya memeriksa jarum itu di
bawah sinar lampu tanpa menyentuhnya. Setelah dia merasa
yakin bahwa jarum itu tidak beracun, barulah dia
mencabutnya, dan membuka lipatan kertas yang ternyata
merupakan sepucuk surat yang ditulis dengan tulisan tangan
halus. Dibacanya dengan cepat, lalu dia menggeleng-geleng
kepala dan berbisik, "Aihh, benar lihai sekali Pek I Nikouw!
Tepat seperti yang pernah dikatakan oleh suhu." Dia membaca
lagi surat itu penuh perhatian.
Yap - kongcu,
Kentang akan menjadi busuk kalau disimpan saja. Ilmu
kepandaian akan menjadi sia-sia tanpa dipergunakan. Suhumu
melarang engkau menonjolkan dan menyombongkan
kepandaian, akan tetapi tentu akan marah pula melihat
kongcu enak-enak saja membiarkan penjahat mengganggu
rakyat di kota kongcu sendiri. Jangan khawatir gurumu tidak
senang melihat engkau turun tangan membasmi penjahat,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pinni yang akan bertanggung jawab kalau dia marah
kepadamu.
Dari pinni, Pek I Nikouw.
Pemuda tampan itu termenung agak bingung. Tentu saja
dia sudah mendengar akan jaihoa-cat yang mengganggu kota
An-kian. Akan tetapi karena teringat akan pesan suhunya yang
dengan keras melarang dia untuk memperlihatkan kepandaian
silatnya, maka dia diam saja dan hanya mengharapkan
penjahat itu pada suatu malam berani datang mengganggu
gedung ayahnya sehingga dia dapat turun tangan
membunuhnya dengan diam-diam. Kini, menerima surat Pek 1
Nikouw, hatinya bingung.
Siapakah pemuda ini ? Dia adalah putera tunggal dari Yaptaijin,
namanya Yu Tek. Semenjak kecil, Yap Yu Tek tekun
mempelajari ilmu sastera, sesuai dengan kehendak ayahnya.
Akan tetapi, sesungguhnya semenjak dia masih kecil, pemuda
itu ingin sekali mempelajari ilmu silat. Dia tertarik akan ilmu
silat setelah dia membaca sejarah dan cerita-cerita tentang
kepahlawanan dan kegagahan para pendekar budiman.
Berkali-kali dia minta kepada ayahnya agar supaya dia
diperbolehkan belajar ilmu silat. Akan tetapi ayahnya
berpendirian lain. Menurut pendapat orang tua ini, ilmu silat
hanya akan mendatangkan malapetaka saja!
"Lihatlah, betapa orang-orang kasar, tukang-tukang pukul,
dan orang-orang hukuman sebagian besar terdiri dari orangorang
yang tadinya belajar ilmu silat. Mereka mempergunakan
kepandaian mereka untuk melakukan kejahatan!" kata
pembesar itu kepada anak tunggalnya. Yu Tek amat berbakti
kepada ayahnya dan dia tidak berani banyak membantah,
pernah dia mengemukakan pendapatnya.
"Ayah, bukankah segala macam kejahatan yang timbul itu
tergantung dari batin sesedang?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang demikian kalau dipikirkan secara sepintas lalu
saja. Akan tetapi, orang-orang yang tadinya lemah dan tidak
berkesempatan melakukan kejahatan, sejak dia memiliki
kepandaian dan kekuatan, dia lalu menjadi lupa dan berubah
menjadi jahat! Keadaan di luar seringkali lebih berkuasa dari
pada tenaga batin dan keadaan di luar sering kali menguasai
batin seseorang. Jangan, anakku, tidak perlu engkau
mempelajari segala macam ilmu memukul atau membunuh
orang, lebih baik engkau pergunakan waktumu untuk
mempelajari kesusasteran dan filsafat hidup yang akan lebih
berguna untukmu."
Dengan adanya pernyataan ayahnya ini, Yu Tek tidak lagi
berani bicara tentang ilmu silat. Pada suatu malam dia
membaca cerita tentang pahlawan-pahlawan di jaman dahulu.
Demikian tertarik hatinya sehingga dia berkata seorang diri
yang diucapkan dengan kata-kata cukup keras.
"Aihh, alangkah akan senangnya hatiku kalau aku bisa
melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh para
pendekar gagah ini......."
Tiba-tiba dari jendela terdengar suara orang menjawab
kata-katanya itu, "Apa sukarnya? Kemauan besar disertai
ketekunan memungkinkan segala hal!"
Yu Tek terkejut sekali dan anak yang baru berusia sepuluh
tahun itu lari menghampiri jendela dan dia menjenguk keluar.
Dilihatnya seorang tua yang berpakaian penuh tambalan
sedang duduk di luar kamarnya. Entah bagaimana kakek
pengemis itu dapat memasuki pekarangan yang dikelilingi
tembok yang tinggi itu. Kakek ini membawa sebatang tongkat
bambu di tangan kirinya dan tangan kanannya memegang
sebuah cawan arak yang usang. Melihat kakek pengemis ini,
Yu Tek mengerutkan alisnya, terheran-heran, kemudian dia
bertanya, "Kakek tua, engkaukah yang mengucapkan katakata
tadi?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Di sini tidak ada orang lain, kalau bukan aku yang
mengucapkan kata-kata tadi, tentulah bayang-bayanganku"
jawab kakek itu sambil memandang dengan matanya yang
bersinar aneh dan tajam.
Yu Tek mengamat-amati pengemis itu dan hatinya meragu.
"Kakek," katanya dengan suara mengandung celaan. "Engkau
sendiri kulihat kurang memiliki kemauan keras dan
ketekunan!"
Kakek itu bangkit berdiri dan memandang kepada Yu Tek
dengan sinar mata penuh keheranan. Setelah berdiri, ternyata
bahwa kakek itu amat tinggi dan kurus, "Eh, kongcu, apakah
artinya ucapanmu tadi?"
"Kakek tua, engkau tadi mengatakan bahwa dengan
ketekunan dan kemauan besar, segala hal mungkin dicapai.
Akan tetapi, kalau engkau memiliki ketekunan dan kemauan
besar, tidak mungkin engkau berada dalam keadaan begini
miskin dan sengsara."
"Ha-ha-ha ha! Ha ha-haaa........!" Kakek itu tertawa
bergelak sehingga suaranya bergema di seluruh gedung. Ayah
Yu Tek yang kebetulan lewat tidak jauh dari tempat itu segera
menghampiri kamar anaknya dan mendengar langkah kaki
orang mendatangi dari dalam, tiba-tiba saja tubuh kakek
pengemis itu mencelat ke atas, berpusing-pusing dan lenyap
ditelan kegelapan malam!
Yap Kam Kun muncul dan memandang kepada anaknya
yang berdiri di dekat jendela. Dia bertanya heran, "Yu Tek,
suara apakah tadi yang kudengar? Seperti orang tertawa
keras? Apakah engkau tidak mendengarnya? "
Yu Tek yang sedang berdiri termenung itu terkejut melihat
betapa tubuh pengemis itu menghilang seperti itu, dan dia
masih bingung ketika ayahnya muncul, maka dia hanya dapat
menjawab gagap.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Suara....... apakah? Ah mungkin suara burung malam,
ayah."
Bupati Yap masuk ke dalam kamar puteranya, menjenguk
keluar jendela, lalu menutupkan daun jendela itu sambil
berkata, "Sudah jauh malam, Yu Tek, tidurlah. Tidak baik
membuka jendela di waktu malam, kau bisa terserang angin."
Setelah merasa yakini bahwa tidak ada sesuatu yang
mencurigakan, pembesar ini meninggalkan kamar puteranya.
Yu Tek menanti sampai langkah kaki ayahnya tidak
terdengar lagi. Kemudian dia bergegas menghampiri jendela
dan membukanya. Ternyata kakek pengemis yang tadi
menghilang, kini telah berdiri lagi di tempat semula, di luar
jendela kamarnya!.
"Kongcu, engkau mempunyai pertimbangan yang wajar dan
kecerdasan yang mengagumkan. Tadi kau mengagumi para
pendekar. Maukah engkau memiliki kegagahan seperti para
pendekar itu?"
"Hemm, bicara tentang keinginan memang mudah, kakek
tua. Akan tetapi bagaimana mungkin........"
"Kalau kongcu suka belajar ilmu silat tinggi .... "
"Tentu saja aku suka sekali, akan tetapi ayah selalu
melarangku. Pula, siapakah yang akan sanggup mengajar ilmu
silat tinggi kepadaku sehingga aku dapat memiliki kegagahan
seperti para pendekar itu?"
"Kongcu, biarpun tua dan buruk, kiranya aku, Tiongsan Lokai
(Pengemis Tua dari Tiongsan), masih sanggup
menggemblengmu menjadi seorang pendekar yang gagah
perkasa."
"Akan tetapi, kakek tua, keadaanmu sendiri........o ya,
engkau belum menjawab pertanyaanku tadi."
"Tentang kemiskinanku ? Ha ha, kongcu, kalau aku ingin
kaya raya, apakah sukarnya? Akan tetapi aku lebih suka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pengemis tua, hidup mengembara seperti seekor
burung, bebas lepas di udara dan aku mengemis bukan untuk
mencari sesuap nasi, melainkan aku mengemis untuk
membebaskan diriku dari segala keinginan yang tiada
habisnya "
Ucapan kakek tua ini terlalu sulit untuk dimengerti oleh Yu
Tek, akan tetapi sikap kakek ini menarik hatinya. Kakek ini
memang benar bukan seperti pengemis-pengemis lainnya.
Biasanya, seorang pengemis selalu akan bersikap menjilat-jilat
dan selalu mengeluh dan merasa iba kepada diri sendiri. Akan
tetapi kakek ini kelihatan begitu bebas, begitu jelas kelihatan
tidak terikat oleh apapun juga, biarpun sikap dan wataknya
aneh namun wajar dan tidak dibuat-buat, tidak
menyembunyikan suatu pamrih tertentu untuk keuntungannya
sendiri. Yu Tek makin tertarik dan akhirnya dia mempersilakan
kakek itu memasuki kamarnya lewat jendela dan mereka
berdua lalu bercakap-cakap sampai jauh malam!.
Pengemis tua itu bukanlah orang sembarangan. Dia
seorang tokon luar biasa yang berilmu tinggi dan dunia kangouw
hanya mengenal nama julukannya, yaitu Tiongsan Lo-kai.
Ketika kakek ini tanpa disengaja mendengar ucapan anak
bupati itu, kemudian melihat ketajaman otak dan melihat
bakat yang amat baik pada diri anak itu, pula mendengar akan
keinginan Yu Tek untuk belajar silat dan menjadi seperti para
pendekar gagah perkasa di jaman dahulu, kakek ini merasa
tertarik sekali. Apa lagi setelah mereka berdua bicara di dalam
kamar itu sampai jauh malam, kakek itu makin menjadi kagum
karena bocah itu benar-benar luar biasa sekali, semuda itu
telah mempunyai pengetahuan yang amat luas tentang
sastera, sejarah dan filsafat hidup yang didapatnya dari kitabkitab
lama.
Pada malam hari itu juga, Tiongsan Lo kai mengangkat Yu
Tek sebagai muridnya. Yu Tek telah menyaksikan kelihaian
kakek itu, maka dia pun menerimanya. Apa lagi karena setelah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka bercakap-cakap, Yu Tek mendapatkan kenyataan
bahwa biarpun pakaiannya seperti pengemis, namun
sesungguhnya kakek itu mempunyai kepandaian tinggi, ilmu
pengetahuan yang amat luas. Menjelang fajar dia
menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Tiongsan Lo kai dan
memberi hormat seperti seorang murid terhadap gurunya.
"Yu Tek," kakek itu berkata kepada muridnya."Aku
mengangkatmu sebagai murid hanya dengan harapan agar
kelak engkau menjadi seorang gagah dan seorang pendekar
pembela keadilan. Kaulah yang kelak akan mewarisi
kepandaianku dan aku akan mati dengan ikhlas apabila
engkau kelak menjadi seorang yang patut disebut seorang
pendekar budiman. Aku tidak menghendaki sesuatu darimu,
kecuali satu syarat yang harus kau taati benar-benar. Syarat
itu adalah bahwa sebelum engkau tamat belajar silat dan
mendapat perkenanku, engkau tidak boleh sekali-kali
membocorkan kepandaianmu kepada orang lain. Bahkan
kepada ayahmu sendiri engkau tidak boleh memberi tahu
tentang pelajaran silat dari-ku ini, Kalau engkau membocorkan
hal ini, jangan menyesal kalau aku akan pergi dan tidak mau
datang lagi, dan selamanya aku tidak akan mau mengakumu
sebagai muridku."
Yu Tek berjanji akan mentaati pesan suhunya ini dan
semenjak saat itulah dia menjadi murid Tiongsan Lo-kai.
Beberapa malam sekali, kakek itu diam-diam datang ke kamar
Yu Tek dan mereka lalu berlatih silat di pekarangan belakang,
di waktu malam hari. Yu Tek ternyata berotak terang dan
cepat sekali dia dapat menguasai dasar-dasar ilmu silat yang
diajarkan oleh suhunya sehingga Tiongsan Lo-kai menjadi
girang sekali. Dia menggembleng pemuda itu sampai kurang
lebih delapan tahun lamanya. Sering kali kakek itu
meninggalkan muridnya sampai beberapa bulan lamanya dan
meninggalkan pesan agar muridnya berlatih seorang diri dan
mematangkan semua pelajaran ilmu silat yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diajarkannya. Kalau dia datang kembali, dia menguji kemajuan
muridnya dan memberikan pelajaran-pelajaran selanjutnya.
Selama waktu itu, benar saja Yu Tek menyimpan rahasia ini
rapat-rapat sehingga tidak ada seorangpun yang dapat
menduga bahwa pemuda yang halus tutur sapanya dan sopan
santun tingkah lakunya ini adalah seorang pemuda yang
memiliki kepandaian ilmu silat tinggi.
Akan tetapi pada suatu malam, ketika guru dan murid ini
sedang berlatih silat, dari jauh nampak sepasang mata yang
tajam mengintai mereka. Ketika menjelang fajar, ketika kakek
itu berkelebat pergi meninggalkan gedung bupati, tiba tiba di
depannya berkelebat sesosok bayangan putih dan Pek-I
Nikouw telah berdiri di depannya.
"Lokai, kau diam - diam telah mempunyai seorang murid
yang berbakat. Kionghi, kiong-hi (selamat)."
Kakek jembel itu tertawa riang ketika melihat siapa
orangnya yang menegurnya di waktu fajar ini. Dia telah
mengenal nikouw yang berpakaian serba putih, gerakannya
lemah lembut namun cepat sekali, dan matanya tajam luar
biasa itu.
"Pek I Nikouw, matamu memang awas benar, akan tetapi
kuharap engkau tidak akan membocorkan rahasia ini."
"Untuk apa pinni harus membocorkan rahasiamu ? Pinni
hanya mendengar dari murid pinni bahwa dia melihat
bayangan hitam berkelebat masuk di gedung bupati dan
keluar pula di waktu fajar. Menurut muridku itu, bayangan itu
cepat sekali gerakannya sehingga dia tidak dapat melihat
siapa orangnya. Karena ingin tahu, pinni sendiri melakukan
penyelidikan di pagi hari ini. Kiranya engkau orang tua yang
keluar masuk gedung ini. Sungguh tidak pernah kuduga!"
"Hemm. hemm....... aku sudah melihat muridmu itu. Gadis
cilik itu memang pantas menjadi muridmu. Dia berbakat baik
sekali," kakek itu memuji.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, di seluruh kota An-kian, hanya Pek I Nikouw
saja yang tahu bahwa putera Yap-taijin memiliki ilmu
kepandaian tinggi karena menjadi murid Tiongsan Lo-kai
sehingga ketika Yap-taijin mengunjunginya untuk minta
pertolongannya menghalau penjahat yang mengacau An kian,
dia mengeluarkan ucapan yang mengandung sindiran itu.
Kemudian, pada malam hari itu, Pek I Nikouw menggunakan
kepandaiannya untuk membangkitkan semangat Yu Tek agar
pemuda ini tidak bersembunyi saja dan suka turun tangan
membasmi-penjahat yang mengganggu penduduk kota Ankian.
Setelah membaca surat Pek I Nikouw itu, Yu Tek
termenung. Apakah suhunya benar-benar tidak akan marah?
Suhunya dulu berpesan agar dia tidak membuka rahasia,
maka kalau sekarang dia keluar untuk menyelidiki penjahat
itu. dengan diam-diam, tanpa pengetahuan siapapun juga, hal
ini bukan berarti dia membuka rahasia!. Dia akan bertindak
dengan diam-diam. Apa lagi Pek I Nikouw sudah menanggung
bahwa apa bila suhunya marah, nikouw itu yang akan
bertanggung jawab, dan suhunya pernah bercerita tentang
Pek I Nikouw ketua Kwan-im-bio di luar kota An-kian itu yang
amat mengindahkan. Setelah termenung dan berpikir-pikir,
akhirnya Yu Tek lalu berganti pakaian yang ringkas, kemudian
dia melompat keluar dari jendela kamarnya, terus melayang
naik ke atas tembok pekarangan dan meninggalkan gedung
ayahnya secara diam-diam.
Dengan gerakan yang ringan dan gesit, pemuda ini berlarilarian
di atas genteng rumah-rumah sambil memasang mata.
Menjelang tengah malam, dia melihat bayangan orang di atas
rumah seorang hartawan di sebelah barat. Jantungnya
berdebar tegang dan dia lalu berindap menghampiri dan
bersembunyi, melakukan pengintaian. Bayangan itu adalah
bayangan seorang laki-laki bertubuh tinggi besar yang
memiliki gerakan cerat dan ringan sekali, menandakan bahwa
dia memiliki ilmu kepandaian yang tinggi.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat betapa orang tinggi besar itu membawa sepasang
golok yang terselip pada pinggangnya, Yu Tek tidak merasa
ragu-ragu lagi bahwa tentu inilah penjahat yang suka mencuri
dan memperkosa wanita itu. Dia sudah mendengar bahwa
penjahat itu bersenjata sepasang golok, bertubuh tinggi besar
dan lihai sekali.
Ketika dia melihat penjahat itu membuka genteng dan
mengintai ke dalam, dia lalu melompat ke atas genteng
gedung hartawan itu sambil membentak, "Penjahat rendah,
menyerahlah engkau! "
Penjahat itu terkejut bukan main karena dia tidak
mendengar langkah orang dan tahu-tahu pemuda ini telah
berada di belakangnya dan membentaknya. Maklumlah dia
bahwa pemuda ini merupakan lawan tangguh, akan tetapi
melihat pemuda itu bertangan kosong, dia tidak merasa jerih.
Tanpa banyak cakap lagi, dia meloncat dan mencabut
sepasang goloknya, langsung menerjang Yu Tek dengan
gerakan sepasang golok yang dahsyat dan berbahaya.
Yu Tek memang tidak pernah membawa senjata. Bahkan
oleh gurunya, dia hanya dilatih ilmu silat tangan kosong dan
ilmu tongkat yang dapat dimainkan dengan menggunakan
segala macam bentuk tongkat yang menjadi keahlian seorang
ahli silat di kalangan dunia pengemis. Kini, menghadapi
terjangan lawan dengan sepasang goloknya yang dahsyat itu,
Yu Tek cepat menggerakkan tubuhnya. Maklum bahwa
sepasang golok lawan ini amat berbahaya, dia lalu
menggerakkan tubuh dan kaki tangannya sesuai dengan ilmu
Silat Tangan Kosong Pek-houw-jiauw-kang, semacam ilmu
silat yang mempergunakan kedua tangan dibuka untuk
menangkap dan mencengkeram lawan, ilmu silat yang khusus
dipergunakan untuk menghadapi lawan yang bersenjata
dengan tangan kosong.
Yu Tek mempergunakan kelincahan dan keringanan
tubuhnya untuk mengelak dari setiap sambaran golok dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
balas menyerang dengan cengkeraman, pukulan atau totokan,
dilakukan berselang-seling sukar diduga dan karena semua
sasaran kedua tangan dan kakinya adalah bagian bagian
tubuh berbahaya, maka serangan balasannya itu tidak kalah
berbahayanya dibandingkan dengan sepasang golok lawan.
Akan tetapi, ternyata permainan siang-to (sepasang golok)
dari lawannya itu hebat sekali. Sepasang golok itu lenyap
bentuknya, berubah menjadi dua gulungan sinar yang saling
menggunung, kadang-kadang yang sebatang bergerak untuk
menyambut remua serangan Yu Tek sedangkan pada saat itu
juga, golok ke dua membarengi dengan bacokan atau
tusukan. Yu Tek merasa menyesal mengapa dia tadi tidak
mempersiapkan senjata. Gurunya adalah seorang tokoh dari
Tiongsan yang telah menciptakan semacam ilmu tongkat luar
biasa sehingga dengan sebatang tongkat bambunya, Tiongsan
Lo-kai telah merantau keempat penjuru dan telah
menjatuhkan entah berapa banyak lawan yang lihai dan yang
menggunakan senjata pusaka.
Yu Tek juga diberi pelajaran Tiongsan Tunghwat (Ilmu
Tongkat dari Tiongsan) ini, maka kini dia merasa kecewa
mengapa tadi dia tidak mencari sebatang kayu atau bambu
untuk dipergunakan menghadapi sepasang golok lawan yang
tangguh ini. Ilmu tongkatnya itu dapat dimainkan dengan
segala macam bentuk kayu, bahkan sebatang ranting kecilpun
sudah memadai! Dengan hanya bertangan kosong, biarpun dia
dapat mempergunakan ginkangnya untuk menjaga diri dengan
elakan cepat kesana - sini, namun dia tidak diberi banyak
kesempatan untuk balas menyerang sehingga mulailah dia
terdesak!.
Yu Tek yang masih menggunakan kegesitannya selalu
menghindarkan diri dari desakan lawan itu mencari akal. Jika
pertempuran di atas genteng ini dilanjutkan, tidak mungkin
baginya untuk mencari sebatang kayu yang dapat
dipergunakan sebagai senjata tongkat, maka dia lalu mencari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesempatan. Ketika golok lawannya menyambar ke arah
kedua kakinya, pemuda ini meloncat tinggi dan jauh, lalu
melayang turun ke bawah genteng sambil berseru, "Penjahat
rendah! Kalau engkau memang jantan, mari kita lanjutkan
pertempuran di atas tanah!"
Penjahat itu tertawa mengejek oleh karena dia maklum
bahwa pemuda itu hebat sekali ilmu ginkangnya sehingga
kalau menghadapinya di atas genteng memang tidak
menguntungkan baginya. Tidak demikian kalau dia mendesak
pemuda itu di atas tanah, tentu dia akan dapat membunuhnya
dengan mudah. Maka dia cepat mengejar, melompat turun
dan menyerang dengan golok-goloknya makin dahsyat pula.
Pertempuran di atas tanah, diterangi oleh bulan sabit
dibantu bintang-bintang yang cukup terang. Sayang sekali
bahwa tempat di mana mereka melompat turun adalah
semacam pelataran yang amat bersih dan tidak kelihatan ada
ranting atau kayu sepotongpun! Sedangkan penjahat itu
setelah berada di atas tanah, makin hebat serangannya
sehingga Yu Tek menjadi makin terdesak.
"Ha-ha-ha, bocah sombong, mampuslah kau!" penjahat itu
tertawa dan membentak,kini sepasang goioknya dimainkan
secara luar biasa. Dia telah merobah permainan goloknya
dengan ilmu golok yang disebut Tee-tong-to, yaitu ilmu golok
yang dimainkan dengan bergulungan cepat dan ketika kedua
goloknya menyambar-nyambar, maka yang menjadi sasaran
utama adalah kedua kaki Yu Tek! Pemuda ini terkejut sekali
dan ke manapun dia melompat, selalu tubuh lawannya yang
bergulingan itu datang pula dengan cepat dan goloknya
menyambar-nyambar ganas.
Menghadapi-serangan-serangan dari bawah itu, Yu Tek
sama sekali tidak mendapat kesempatan untuk melakukan
serangan balasan, maka dia menjadi gugup sekali. Sebetulnya,
dalam hal ilmu silat dan kegesitan, dia tidak kalah oleh
penjahat itu, akan tetapi oleh karena selama hidupnya dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belum pernah menghadapi lawan dan belum pernah
bertempur! maka dia kalah pengalaman. Apa lagi kini dia
harus menghadapi lawan tangguh dengan tangan kosong,
maka tentu saja keadaannya! amat berbahaya sekali.
"Hyaaaatt.......!!" Kembali penjahat itu bergulingan dan kini
kedua goloknya menyambar dari kiri kanan, melakukan
gerakan menggunting ke arah kedua kaki Yu Tek. Pemuda itu
terkejut, tidak dapat melompat ke kanan atau kiri maka dia
meloncat tinggi ke atas. Dapat dibayangkan betapa kagetnya
ketika tubuhnya melayang turun, kembali dua batang golok itu
sudah memapakinya. Cepat dia berjungkir balik dan
menendangkan kedua kakinya ke arah dua batang golok.
Tendangannya yang dilakukan untuk menangkis itu memang
tepat, mengenai pinggir golok golok itu sehingga kedua
senjata itu terpental, akan tetapi pada saat itu kaki kanan
penjahat tinggi besar itu menyambar dan mengenai paha Yu
Tek.
"Dess....... Brukkk!!" Tubuh Yu Tek terbanting keras dan
penjahat itu tertawa, lalu menubruk dengan goloknya.
"Penjahat keji, jangan sombong!" Tiba-tiba terdengar
bentakan halus dan nyaring, dibarengi dengan berkelebatnya
sinar pedang yang menyambar ke arah leher si penjahat yang
sedang menubruk Yu Tek.
Tentu saja penjahat itu terkejut bukan main dan lebih
mementingkan keselamatan dirinya dari pada membunuh
pemuda yang roboh itu Cepat dia menggerakkan goloknya
menangkis, sedangkan golok kedua membabat ke arah
pinggang penyerangnya. Namun dengan mudah wanita itu
menangkis sambil meloncat ke kiri karena memang
serangannya tadi ditujukan untuk menolong pemuda yang
terancam bahaya.
Penjahat itu kini membuka matanya dengari lebar dan
penuh kemarahan. Ketika melihat bahwa yang menyerangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
secara hebat tadi hanya dara remaja yang usianya paling
banyak enambelas tahun, dia terheran-heran, lalu tertawa.
"Ha-ha-ha, kiranya seekor kuda betina! Masih begini muda
sudah pandai mainkan pedang, sungguh merupakan seekor
kuda betina liar yang amat menarik! Selama ini belum pernah
aku memperoleh seekor kuda betina seperti engkau, nona.
Mari kau ikut bersamaku menikmati........"
"Jahanam busuk!" Beng Lian, dara itu, menyerbu dengan
pedangnya yang bergerak cepat sekali, meluncur seperti kilat
menyambar. Dara ini marah bukan main mendengar ucapan
yang kotor itu. Seperti telah kita ketahui, dara remaja ini
melaksanakan perintah suhunya untuk melakukan
penyelidikan dan mencari penjahat yang mengganggu
ketenteraman kota An-kian. Pedangnya bergerak-gerak
dengan lembut namun di dalam kelembutan itu mengandung
kekuatan dahsyat sehingga begitu bertemu dengan golok si
penjahat, penjahat itu berseru kaget dan kehilangan
senyumnya karena dia maklum bahwa biarpun masih amat
muda, dara ini sama sekali tidak boleh dipandang ringan.
Terjadilah pertempuran yang amat seru di antara mereka, dan
berkali-kali terdengar suara berdencing nyaring dan bunga api
berhamburan ketika pedang bertemu dengan golok.
Sementara itu, Yu Tek telah meloncat bangun dan melihat
bahwa dara yang menolongnya itu cukup tangguh untuk
menjaga diri, dia lalu meninggalkan untuk mencari sebatang
ranting kayu. Setelah mendapatkan sebatang, dia maju lagi
dan menggerakkan ranting kayu sebesar lengan itu dan kini
keadaannya bagaikan seekor harimau yang tumbuh sayap.
Ranting itu bergerak-gerak laksana seekor ular hidup dan
menyerang si penjahat dengan totokan-totokan luar biasa
yang mengarah jalan darah di seluruh tubuhnya.
Si penjahat terkejut setengah mati. Tak disangkanya bahwa
pemuda itu begini lihainya setelah mempergunakan tongkat.
Sibuklah dia dikeroyok oleh dua orang muda yang gesit dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tangkas ini, sehingga dia. mengambil keputusan untuk
melarikan diri karena maklum bahwa dia bukanlah lawan
mereka. Akan tetapi, pedang di tangan Beng Lian dan
terutama sekali ranting di tangan Yu Tek tidak
memungkinkannya untuk melarikan diri sehingga akhirnya dia
melawan dengan nekat.
Suara pertempuran ini amat berisik dan membangunkan
penghuni gedung itu. Tuan rumah dan para pelayannya
terbangun dan dengan obor di tangan mereka memburu
ketempat itu. Mereka terkejut sekali melihat bahwa di dekat
rumah itu terjadi pertempuran hebat antara seorang laki-laki
tinggi besar yang dikeroyok oleh sepasang orang muda yang
lihai. Bukan main kagum dan heran hati mereka ketika
mengenal bahwa pemuda itu adalah putera Bupati Yap,
sedangkan dara cantik itu adalah murid ketua Kwan-im-bio!
Tak seorangpun di antara mereka pernah menyangka bahwa
dua orang muda itu pandai ilmu silat.
Terdengar seruan-seruan kaget dan kagum. Hartawan itu
lalu cepat menyuruh seorang pelayan memberi laporan
kepada Yap-taijin.
Yap-taijin terkejut ketika mendengar bahwa puteranya
bertempur melawan penjahat. Dia tidak percaya dan cepat lari
ke kamar anaknya. Ternyata Yu Tek tidak berada di dalam
kamarnya. Maka dengan diikuti oleh para pengawal, Yap-taijin
lalu lari menuju ke rumah hartawan itu di mana masih
berlangsung pertempuran yang hebat itu. Ketika Yap-taijin
tiba di tempat itu, dia hampir tidak percaya kepada kedua
matanya sendiri melihat betapa puteranya dengan gagah
sedang mendesak penjahat itu dengan sebatang ranting kayu,
bersama seorang gadis yang dikenalnya sebagai gadis
kelenteng yang nampak lemah lembut itu.
Pada saat itu, Yu Tek dan Beng Lian sedang mengurung
penjahat itu dengan senjata mereka dan tiba-tiba dengan
gerakan menempel dan mengait, ranting kayu di tangan Yu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tek berhasil membetot dan merampas sebatang golok di
tangan kiri penjahat itu, sehingga tak dapat dicegah lagi golok
itu terlepas dari pegangannya, penjahat itu terkejut dan
sebelum dia dapat mengelak, pedang Beng Lian telah
menusuk lengan kanannya sehingga golok di tangan kanan
inipun terlepas pula. Yu Tek melepaskan tendangan kilat ke
arah lututnya dan robohlah penjahat itu. Para pengawal, atas
perintah Yap taijin cepat menubruk dan mengikat kaki tangan
penjahat itu, lalu menyeretnya ke tempat tahanan.
Yu Tek merasa terkejut dan takut-takut melihat ayahnya
telah berada di situ. Akan tetapi ayahnya tidak marah, bahkan
lalu memeluknya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Pembesar ini merasa menyesal. Dia seperti seorang buta saja,
tidak tahu bahwa putera tunggalnya memiliki ilmu kepandaian
yang amat tinggi. Pantas saja Pek I Nikouw mencelanya
sebagai seorang yang kurang memperhatikan keluarganya.
Semua orang memuji-muji kepada Yu Tek, akan tetapi
pemuda itu segera berkata kepada ayahnya karena dia
teringat akan dara remaja yang tadi membantunya
menangkap penjahat, "Ayah, yang berjasa menangkap
penjahat itu adalah nona ini........" Dia menengok ke arah
gadis itu dan betapa kagetnya melihat tempat itu telah kosong
dan gadis itu telah pergi ke mana.
Yap taijin tersenyum dan berkata, "Aku sudah tahu, Tek-ji
(anak Tek). Nona tadi adalah murid dari Pek I Nikouw dan
memang ketua Kuil Kwan-im-bio itu yang mengutus muridnya
untuk turun tangan setelah aku minta bantuannya."
Pulanglah ayah dan anak ini dengan hati girang. Yu Tek
merasa girang karena selain usahanya yang pertama kali
menentang kejahatan itu berhasil baik, juga melihat betapa
ayahnya tidak marah melihat dia menjadi seorang ahli silat
secara diam-diam, bahkan ayahnya merasa bangga. Di lain
fihak, bupati itu merasa girang karena memperoleh
kenyataan yang mengejutkan bahwa diam diam puteranya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi seorang pendekar yang menentang kejahatan dan
yang berhasil menangkap penjahat yang telah
memusingkannya dan yang telah menakutkan hati semua
penduduk kota An-kian. Dia percaya akan penuturan
puteranya, percaya bahwa guru puteranya tentulah seorang
sakti yang selain mendidik ilmu silat kepada puteranya, juga
telah menurunkan jiwa pendekar kepada pemuda itu.
Berita tentang penangkapan penjahat yang ditakuti dan
dibenci itu oleh putera Yap-taijin segera tersiar luas sampai
jauh di luar kota An kian. Juga bahwa Kuil Kwan-im-bio di luar
tembok kota An-kian itu ternyata mempunyai seorang dara
perkasa yang berilmu tinggi.
Semenjak terjadinya peristiwa itu, Yu Tek kini sering kali
mengunjungi Kuil Kwan-im-bio, bukan saja untuk menjumpai
Pek I Nikouw dan minta petunjuk petunjuk dalam hal ilmu
silat, akan tetapi sesungguhnya yang terutama sekali adalah
untuk dapat bertemu dengan Beng Lian! Semenjak dia
bertemu dengan dara remaja ini dan mendapatkan
pertolongannya, ada sesuatu tumbuh di dalam hati sanubari
pemuda itu, sesuatu yang amat aneh, yang selama hidup
belum pernah dirasakannya, sesuatu yang membuat dia selalu
ingin mengunjungi Kwan-im-bio dan yang membuat dia sering
kali berjumpa dengan Beng Lian di dalam mimpi!.
Pek I Nikouw adalah seorang nikouw yang selain sakti, juga
memiliki kewaspadaan dan kebijaksanaan. Sikap Yu Tek yang
sering kali datang mengunjunginya itu dapat dia selami dan
diam-diam diapun menemui Siok Thian Nikouw. ibu dari Beng
Lian untuk membicarakan hubungan antara dua orang muda
itu. Memang di waktu meraka saling berjumpa setiap kali
pemuda itu datang berkunjung, kelihatan biasa saja. Namun
pandang mata mereka, sinar mata yang memancar keluar dari
tatapan mata Yu Tek, senyum dikulum yang menghias mulut
Beng Lian, semua ini menjadi tanda-tanda baginya bahwa
"ada apa - apa" terjadi dalam hati kedua orang muda itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pemuda itu amat baik, biarpun dia putera seorang yang
berpangkat tinggi di kota ini, namun dia tidak tinggi hati. Juga
ayahnya terkenal sebagai seorang pembesar yang jujur dan
bijaksana. Selain itu, Yu Tek juga memiliki kepandaian yang
cukup tinggi, apa lagi murid dari Tiong-san Lo-kai, seorang
tokoh besar di dunia kang-ouw yang selalu menentang
kejahatan. Kita akan beruntung sekali kalau mempunyai
seorang mantu seperti Yap Yu Tek," demikian antara lain Pek I
Nikouw berkata kepada Siok Thian Nikouw.
"Omitohud........" Siok Thian Nikouw merangkap kedua
tangan seperti orang berdoa. "Kami telah menerima budi
suthai, telah menerima petunjuk-petunjuk yang amat berguna,
telah menerima kasih sayang yang berlimpah. Oleh karena itu,
saya hanya menyerahkan saja kepada kebijaksanaan suthtai
dalam hal ini, dan tentu saja saya menyerahkan kepada
keputusan Beng Lian sendiri untuk menentukan jodohnya "
"Siancai.....pernyataanmu yang menyerahkan kepada
keputusan. Beng Lian sendiri untuk memilih dan menentukan
jodohnya memang seharusnya dilakukan oleh setiap orang ibu
yang benar-benar mencinta anaknya Akan tetapi, membiarkan
anak mengambil keputusan sendiri tanpa mengambil perduli
sama sekali dan dengan sikap masa bodoh, sama sekali
tidaklah bijaksana. Biarpun pemilihan terakhir memang
sepenuhnya berada di tangan anak yang akan mengalaminya
senditi, namun orang tua tidaklah benar kalau melepas tangan
sama sekali karena mungkin saja anak yang masih hijau itu
akan memilih keliru. Sudah selayaknyalah kalau orang tua
mengamat-amati agar pemilihan anaknya tidik sampai keliru
yang kelak akan menjerumuskannya ke dalam lembah
kesengsaraan."
Siok Thian Nikouw mengangguk-angguk dan dua orang
wanita pendeta ini lalu membicarakan tentang pemuda yang
agaknya tertarik kepada Beng Lian itu. "Tentu saja sebagai
fihak wanita, amatlah tidak baik kalau kita yang membicarakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hal perjodohan ini dengan orang tua pemuda itu karena
penolakan dari fihak pria merupakan penghinaan yang sukar
dapat dihapus dari sanubari kita. Akan tetapi tunggu sampai
Tiong-san Lo-kai muncul di An-kian, pinni tidak ragu-ragu
untuk bicara dengan dia sebagai guru dari Yu Tek," kata pula
Pek I Nikouw dan Siok Thian Nikouw hanya menyetujui saja.
Diam-diam Siok Thian Nikouw berdoa di dalam hatinya demi
kebahagiaan puterinya, anak yang tinggal satu satunya itu
karena dia menganggap bahwa putera-nya, Beng Han, tentu
menjadi korban keganasan pasukan pemberontak pula.
=0o-dwkz-234-o0=
Yu Tek menyambut kedatangan gurunya dengan berlutut.
Melihat sikap muridnya yang tidak seperti biasanya ini, Tiongsan
Lo-kai memandang dengan alis berkerut. Memang putera
pembesar ini selalu hormat kepadanya, akan tetapi malam hari
ini berbeda dari biasanya, wajah muridnya nampak serius dan
tentu ada sesuatu yang telah terjadi.
"Suhu teecu mohon suhu sudi mengampuni kesalahan
teecu."
Kakek itu mengelus jenggotnya. "Hemmm, kesalahan
apakah yang kaulakukan, muridku?"
"Teccu telah melanggar pantangan suhu, yaitu terpaksa
teccu telah memperlihatkan kepandaian ketika teccu turun
tangan menangkapi penjahat sehingga bukan hanya ayah
yang mengetahui keadaan teecu, melainkan hampir semua
penghuni kota ini sekarang mengetahuinya belaka."
Dengan singkat Yu Tek lalu menceritakan peristiwa yang
terjadi ketika dia menangkap penjahat jai-hoa-cat yang
mengacau kota An-kian beberapa pekan yang lalu. Gurunya
mendengarkan dengan perhatian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebetulnya teecu yang sudah mendengar akan pengacuan
penjahat itu, karena teringat akan pesan dan larangan suhu,
tidak berani turun tangan. Akan tetapi, pada malam hari itu
teecu menerima surat ini dari Pek I Nikouw........" Yu Tek
menyerahkan sehelai kertas tulisan Pek I Nikouw itu kepada
gurunya.
Tiong-san Lo kai menerima surat itu dan membacanya, lalu
kakek ini tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya.
Melihat betapa gurunya tidak memperlihatkan sikap marah, Yu
Tek menjadi lega dan dia melanjutkan, "Betapapun juga,
suhu, teecu tidak pernah menyebut nama suhu di hadapan
siapa-pun juga, bahkan Ketika ayah bertanya tentang nama
suhu, teecu berkata terus terang bahwa teecu tidak berani
menyebut nama suhu sebelum mendapat perkenan dari suhu
sendiri."
Kakek itu mengelus jenggotnya dan menarik napas
panjang. "Syukurlah, kalau begitu, Yu Tek. Kukatakan terus
terang kepadamu bahwa apabila orang luar mendengar bahwa
engkau adalah murid Tiong-san Lo-kai, berarti engkau telah
menarik datangnya bahaya yang mengancam dirimu.
Sekarang lebih baik engkau mengetahuinya bahwa gurumu ini
dimusuhi oleh banyak sekali orang jahat yang dahulu pernah
roboh di tanganku. Mereka itu senantiasa berusaha untuk
membalas dendam sehingga boleh dibilang bahwa aku selalu
diintai bencana. Hal ini sama sekali tidak kutakuti karena
sebagai orang gagah, sudah seharusnya orang yang telah
berani berbuat harus berani pula bertanggung jawab atas
segala akibat perbuatannya itu. Akan tetapi, kalau sampai
mereka tahu bahwa engkau adalah muridku, aku khawatir
kalau mereka itu datang dan mengganggu serta memusuhi
engkau dan keluargamu. Inilah sebabnya maka aku minta
kepadamu agar engkau merahasiakan hubungan antara kita."
Mendengar ucapan gurunya ini, Yu Tek teringat akan katakata
dan larangan ayahnya dahulu untuk mempelajari ilmu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
silat, bahwa mempelajari ilmu silat itu hanya mendatangkan
musuh-musuh dan memupuk dendam dan sakit hati dalam
dada orang orang yang dikalahkannya. Kini ucapan itu terbukti
pada diri gurunya. Akan tetapi, di merasa penasaran dan tidak
setuju dengan pendirian suhunya.
"Maafkan teecu, suhu. kalau teecu berani mengemukakan
pendapat teecu yang bodoh. Teecu yakin bahwa orang-orang
yang dulu suhu robohkan tentulah orang orang jahat yang
memang patut untuk dibasmi, dan perbuatan suhu itu
memang adil dan benar. Mengapa kita harus takut akan
segala usaha pembalasan dendam mereka ? Teecu sebagai
murid suhu malah berkewajiban untuk menjunjung tinggi
nama suhu, dan sudah selayaknya pula apa bila teecu
membantu suhu sekuat tenaga untuk menghadapi mereka
yang datang hendak menuntut balas. Kalau suhu minta
kepada teecu merahasiakan kenyataan bahwa teecu adalah
murid suhu, bukankah hal ini berarti bahwa suhu hendak
membikin teecu menjadi seorang pengecut ? Maaf, teecu
mohon petunjuk suhu, karena, teecu masih belum mengerti
benar."
Kakek itu kembali menarik napas panjang. "Kata-katamu itu
memang tidak keliru, muridku. Akan tetapi ketahuilah bahwa
sukar sekali bagi seorang manusia untuk menginsyafi
kesalahan diri sendiri, demikian pula halnya dengan orangorang
yang pernah kukalahkan itu. Kita boleh menyebut
mereka jahat, akan tetapi belum tentu mereka sadar bahwa
mereka itu jahat. Bahkan sebaliknya, mereka itulah yang
menganggap bahwa aku seorang jahat yang suka mencampuri
urusan mereka dan membikin rugi mereka. Dan mereka itu
mempunyai kawan-kawan, murid, dan saudara-saudara yang
tentu saja membela mereka, memusuhi aku tanpa mengetahui
duduknya persoalan dan dengan sendirinya menganggap aku
jahat, seperti halmu sendiri yang biarpun tidak menyaksikan
sendiri kejahatan musuh-musuhku, telah percaya penuh
bahwa tentu mereka berada di fihak yang salah. Inilah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebabnya, muridku, maka aku tidak mau menarik engkau
terjerumus ke dalam jurang balas-membalas ini. Harus kuakui
bahwa biarpun aku yakin akan kejahatan mereka yang pernah
kukalahkan itu, akan tetapi kawan-kawan mereka yang
sekarang ikut memusuhi aku belum tentu terdiri dari orangorang
jahat pula."
"Ahh........ kiranya demikian ruwet persoalannya. Kalau
begitu benar juga kata-kata ayah ......" tanpa disengaja
terlompat kata-kata ini dari mulut Yu Tek.
"Hemm, apa maksudmu ? "
Karena sudah terlanjur mengeluarkan kata-kata itu,
terpaksa Yu Tek lalu menceritakan betapa dulu ayahnya
melarang dia belajar ilmu silat oleh karena ayahnya berkata
bahwa orang yang memiliki ilmu kepandaian ini, hanya akan
melibatkan dirinya ke dalam balas-membalas yang tiada
habisnya.
"Memang tak dapat disangkal akan kebenaran kata-kata
ayahmu itu, Yu Tek. Akan tetapi kalau semua orang
berpegang kepada kebenaran pendapat itu, lalu siapakah yang
menghadapi orang-orang jahat yang menggunakan
kepandaian mereka untuk berlaku sewenang-wenang?
Siapakah yang akan membela orang-orang lemah yang
tertindas? Memang harus kita sadari bahwa segala sesuatu di
permukaan dunia ini selalu bermuka dua, ada baiknya tentu
ada buruknya, ada untung tentu ada pula ruginya. Akan tetapi
kurasa, asal kita dapat mengatur langkah, memilih jalan yang
benar, kita tidak akan tersesat."
Setelah berbicara dengan muridnya dan mengenal sikap
dan pendirian pembesar Yap ayah dari muridnya itu, hati
Tiong-san Lo-kai tergerak dan tertarik, maka diam-diam pada
suatu malam dia menemui Yap-taijin dan memperkenalkan
dirinya. Bukan main terkejut dan herannya hati pembesar ini
ketika melihat bahwa orang yang memberi pelajaran ilmu silat
kepada puteranya adalah seorang kakek pengemis! Kedua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang tua ini lalu bercakap-cakap dan timbullah rasa kagum
dan suka di dalam hati Yap-taijin ketika memperoleh
kenyataan bahwa biarpun tubuhnya mengenakan pakaian
jembel, namun di dalam tubuh itu terdapat batin yang bersih
dan semangat yang gagah perkasa serta pengetahuan yang
luas dan tinggi.
Banyak hal yang mereka bicarakan dan Yap-taijin
mendapat kenyataan bahwa kakek yang menjadi guru
puteranya itu ternyata tidak asing dengan segala hal, dari
urusan ketatanegaraan, tentang keadaan di kota raja, tentang
pemerintahan, tentang perang dengan pemberontak, sampai
ke soal-soal kesusasteraan dan kebudayaan. kemudian
mereka bicara tentang Yu tek dan Tiong-san Lo kai berkata,
"Taijin, kemarin malam Pek I Nikouw menemui saya dan dia
mengajukan usul untuk menjodohkan muridnya yang bernama
Gan Beng Lian dengan putera taijin."
"Ah, nona yang gagah perkasa itu?" Yap-taijin bertanya.
"Benar, nona yang membantu Yu Tek menangkap penjahat
itu."
Sampai beberapa lamanya pembesar itu termenung. Dia
adalah seorang pembesar, dan anaknya hanya satu. Yu Tek
seorang pemuda! yang baik dan berbakti, memiliki pengertian
mendalam tentang kesusasteraan dan juga kini menjadi
seorang pemuda perkasa dengan ilmu silat yang tinggi.
Menurut pendapat umum, tentu tidak sepadan kalau
puteranya itu berjodoh dengan seorang gadis kuil. Akan tetapi
Yap-taijin bukanlah seorang yang terikat oleh perbedaan
kedudukan dan keadaan duniawi.
"Lo - sicu," katanya tenang. "Dalam soa perjodohan, saya
tidak berpendirian terlalu kukuh. Perjodohan merupakan
ikatan selama hidup bagi seseorang yang bertalian erat
dengan kebahagiaan orang itu. Maka, demi kebahagiaan
putera saya, pemilihan jodoh saya serahkan bulat-bulat
kepada putera saya, dan saya sebagai ayahnya hanya akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengamati agar jangan sampai putera saya salah pilih. Saya
pribadi amat kagum dan suka kepada nona yang gagah
perkasa murid Pek I Nikouw itu. Akan tetapi, keputusannya
saya serahkan kepada Yu Tek sendiri."
Semenjak dara remaja yang berpakaian putih dan amat
gagah perkasa itu membantu Yu Tek menangkap penjahat,
beberapa kali pembesar ini sudah mengunjungi Kwan - im -
bio, selain untuk bercakap-cakap dengan Pek I Nikow yang
luas pengetahuannya, juga pembesar ini melihat bahwa gadis
yang gagah itu ternyata adalah seorang dara yang cantik
jelita, lemah lembut, halus dan sopan santun, juga selain ilmu
silat, cukup terdidik pula dalam hal ilmu membaca menulis.
Maka kini, mendengar usul perjodohan itu, sebagian besar
dari perasaan hatinya sudah menyetujuinya.
"Ha - ha - ha, jawaban taijin ini saja sudah menunjukkan
bahwa taijin adalah seorang ayah yang cukup bijaksana dan
tidak memikirkan diri sendiri. Kalau begitu, sebaiknya kita
memanggil Yu Tek dan menanyakan pendiriannya sekarang
juga!"
Terseret oleh kegembiraan kakek itu, Yap-taijin lalu
memanggil puteranya. Yap Yu Tek merasa terkejut dan heran
melihat betapa gurunya telah duduk di dalam ruangan tamu.
Melihat muridnya itu berdiri dan memandang dengan mata
terbelalak, kakek itu tertawa. "Ha ha ha, jangan heran, Yu
Tek. Aku telah. berkenalan dengan ayahmu dan merasa
menyesal mengapa tidak dulu dulu aku mengenalnya."
Yap-taijin juga berkata, "Kami telah bicara banyak dan aku
kagum sekali kepada gurumu, Yu Tek. Sekarang kami berdua
memanggilmu untuk mengetahui pendirianmu tentang jodoh."
"Jodoh?" Yu Tek bertanya, matanya terbuka lebar dan dia
memandang ayah dan gurunya bergantian, tidak mengerti apa
yang mereka maksudkan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Benar, jodoh untukmu, Yu Tek. Kami bicara tentang
seorang gadis yang pantas menjadi calon isterimu"
Tiba-tiba wijah pemuda tampan itu menjadi merah sekali.
Dia merasa jantungnya berdebar tegang dan mukanya terasa
panas.
"Akan tetapi...... teecu ......... sama sekali tidak pernah
memikirkan...... pernikahan...... "
"Ha-ha-ha, bukan untuk tergesa-gesa menikah, Yu Tek.
Uatuk tergesa-gesa menikah tentu akan dipilih hari, bulan dan
tahun yang baik dan tepat. Akan tetapi kami membicarakan
tentang ikatan jodoh, jadi agar ada calon isterimu yang sudah
ditentukan dari sekarang, seorang gadis yang amat baik."
"Tapi........ hal ini belum pernah saya pikirkan, ayah, dan
begini tiba-tiba....... saya menjadi bingung......"
"Yu Tek, bagaimana pendapatmu tentang nona Gan Beng
Lian?" tiba-tiba Tiong-san Lo-kai bertanya.
Ketika gurunya tiba-tiba menyebutkan nama ini, jantung Yu
Tek. berdebar makin keras dan dia hanya memandang wajah
gurunya dengan melongo. Melihat wajah muridnya yang
biasanya kelihatan cerdik itu kini melongo seperti wajah
seorang bodoh, kakek itu tertawa geli .
"Yu Tek," terdengar ayahnya berkata. "Aku dan gurumu
telah membicarakan tentang gadis murid Pek I Nikouw itu dan
kami berdua merasa suka kepada gadis itu. Kami berdua
merasa setuju sekali kalau gadis itu menjadi calon isterimu.
Akan tetapi, kami ingin mendengar dulu pendapatmu sebelum
mengajukan pinangan untuk mengikat tali perjodohan di
antara kalian."
Mendengar ucapan ayahnya itu, Yu Tek menundukkan
mukanya yang menjadi merah sekali. Dia merasa malu
dan...... girang, akan tetapi bagaimana dia dapat menyatakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perasaannya ini? Untuk menjawabpun terasa amat sukar
baginya, seolah-olah kerongkongannya tercekik.
"Eh, Yu Tek, apakah kau tiba-tiba menjadi gagu? Ayahmu
bertanya kepadamu. Hayo kau-jawablah sejujurnya!" Gurunya
berkata mendesak.
Akhirnya Yu Tek mengangkat muka memandang kepada
ayahnya dan gurunya.
"Tentang hal itu........ ah, tentang ikatan jodoh itu ......."
Dia menggagap, lalu menarik napas panjang menenteramkan
hatinya yang terguncang, lalu menyambung dengan sikap
lebih tenang, "Sebagai seorang anak, tentu saja saya hanya
dapat menyerahkan hal itu kepada keputusan ayah saja.'"
Setelah berkata demikian, dia kembali menundukkan
mukanya.
Yap-taijin dan Tiong san Lo-kai saling pandang dan
tersenyum. Sebagai orang orang tua yang berpengalaman,
jawaban ini saja sudah cukup bagi mereka. Akan tetapi Tiongsan
Lo-kai yang selalu berwatak terbuka, masih belum puas.
"Yu Tek, andaikata ayahmu memilihkan seorang gadis yang
kau anggap buruk baik rupanya maupun kelakuannya,
andaikata pilihan ayahmu itu adalah seorang gadis yang sama
sekali tidak kau cinta atau suka apakah engkaupun akan
menerimanya begitu saja?"
"Tentu saja tidak!" jawab Yu Tek menggeleng kepala.
"Jadi kalau tidak cocok, engkau akan menolaknya ?" desak
gurunya.
"Kiranya begitulah, suhu,"
''Dan sekarang, kalau ayahmu menjodohkan engkau
dengan nona Beng Lian, apakah engkau tidak menolaknya ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sejenak guru dan murid ini berpandangan, lalu Yu Tek
menundukkan mukanya dan menggeleng kepala, "Tidak,
suhu."
"Jadi kau setuju dan suka kepadanya, bukan ?"
Yu Tek tak dapat menjawab, lalu akhirnya dapat juga dia
mengeluarkan kata-kata sambil menunduk, "Hal itu.....
terserah kepada ayah dan teecu........memang kagum
kepadanya......"
Yap-taijin dan Tiong-san Lo-kai tertawa.
"Bagus!" kata Yap taijin. "Yu Tek, semenjak nona itu
membantu kita, memang aku telah tertarik dan aku sudah
menyelidiki tentang dia. Nona itu bernama Gan Beng Lian,
ibunya seorang janda yang kini telah masuk menjadi nikouw
dengan nama Siok Thian Nikouw. Nah, aku akan memilih hari
baik dan akan mengajukan pinangan kepada ibunya dan
gurunya di Kuil Kwan-im-bio. Bahkan ibumu sendiri sudah pula
menyatakan kagum dan sukanya kepada gadis ini. Maka,
setelah ayah bundamu suka, gurumupun setuju, dan engkau
sendiri tidak menolak, bereslah sudah, ha-ha-ha!"
Demikianlah, pada suatu hari yang dianggapnya hari baik,
Yap-taijin mengajukan pinangan kepada Siok Thian Nikouw
dan Pek I Nikouw.
Tentu saja pinangan itu diterima dengan hati dan tangan
terbuka. Diam-diam Siok Thian Nikouw merasa girang dan
bangga sekali. Hati ibu yang mana yang tidak akan merasa
bahagia kalau puterinya dipinang oleh seorang bupati untuk
dijodohkan dengan putera tunggalnya yang selain tampan,
juga ahli dalam ilmu bun dan bu yang tinggi?.
Ketika Beng Lian ditanyai pendapatnya, dara ini
menundukkan mukanya yang merah, matanya berlinang air
mata akan tetapi mulutnya tersenyum, sama sekali tidak
menjawab hanya jari-jari tangannya meremas - remas ujung
bajunya sampai hancur tanpa disadarinya, kemudian sambil
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengeluarkan suara seperti rintihan, seperti isak tangis akan
tetapi juga seperti kekeh tawa, dia lari meninggalkan ibu dan
gurunya, memasuki kamarnya! Sikap ini sudah lebih dari
cukup bagi dua orang wanita itu maka tanpa ragu-ragu lagi
mereka menerima pinangan itu.
Secara resmi diikatlah pertunangan antara Yu Tek dan
Beng Lian. Dan semenjak itu, mereka berdua makin giat
berlatih dan menerima ilmu-ilmu terakhir dari guru-guru
mereka. Yu Tek menyempurnakan Ilmu Tiong-san Tung-hwat
yang amat aneh gerakannya, sedangkan Beng Lian pun
memperdalam Ilmu pedang Ngo-lian Kiam-hwat (Ilmu Pedang
Lima Teratai) dari gurunya.
Setahun kemudian semenjak peristiwa penangkapan
penjahat yang mengacau kota An-kian itu, kepandaian dua
orang muda itu telah maju pesat sekali. Pada suatu hari,
Tiong-san Lo-kai yang selama setahun itu tinggal di rumah
Yap-taijin, berpamit dan pergi merantau seperti biasa dengan
berjanji bahwa kelak di waktu Yu Tek melangsungkan
pernikahannya, dia akan menghadiri.
=0o-dwkz-234-o0=
Semenjak pertunangan di antara mereka, atas nasihat Pek
I Nikouw, tidak jarang Yu Tek dan Beng Lia berlatih silat
bersama untuk memperdalam ilmu silat masing-masing. Tentu
saja maksud Pek I Nikouw bukan hanya agar mereka dapat
memperdalam ilmu silat mereka, melainkan juga terutama
sekali untuk memberi kesempatan kepada calon suami isteri
itu untuk saling menyelami dan.mengenal watak masingmasing
lebih baik dan menumbuhkan keakraban dan cinta
kasih di antara mereka agar makin mendalam pula. Akan
tetapi sebagai seorang wanita cerdik, pendeta ini hanya
menekankan perlunya latihan silat bersama untuk
memperdalam kepandaian mereka itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ilmu silat tidak saja membutuhkan pemikiran yang
mendalam, akan tetapi terutama sekali latihan-latihan kaki,
tangan, mata dan telinga sehingga ilmu itu mendarah daging,
seolah-olah menjadi satu dan meresap ke dalam seluruh uraturat
di tubuh sehingga dalam segala keadaan, kepandaian itu
telah tersedia dan siap untuk dipergunakan sebagai penjaga
keselamatan diri dari serangan-serangan lawan. Maka apa bila
ilmu ini lama tidak dipergunakan atau dilatih, akan
berkuranglah daya kegunaannya. Berlatih seorang diri dan
berlatih menghadapi seorang lawan mempunyai perbedaan
yang besar sekali, maka ada baiknya apa bila kalian rajin
berlatih bersama, karena dengan demikian, kalian membuat
gerakan kaki tangan kalian menjadi lincah. Juga dari serangan
masing-masing kalian dapat menambah pengalaman dalam
menghadapi serangan lawan."
Sebagai sepasang orang muda yang saling bertunangan
dan saling mencinta, tentu saja latihan bersama ini
mendatangkan kegembiraan dan kebahagiaan. Sering kali Yu
Tek datang berkunjung ke Kwan-im-bio di mana mereka
berdua berlatih di bawah pengawasan dan petunjuk Pek I
Nikouw. Ada kalanya Beng Lian datang ke gedung kabupaten
dan berlatih ilmu silat bersama tunangannya di lian - bu - thia
(ruangan belajar silat) yang sengaja dibangun oleh Yap-taijin
untuk puteranya .
Pada suatu senja, Beng Lian dan Yu Tek berlatih silat di
lian-bu-thia yang letaknya di belakang gedung dekat taman
bunga. Seperti biasa Yu Tek memainkan sebatang tongkat
bambu sedangkan Beng Lian menggunakan sebatang pedang.
Mereka bertanding dengan seru, seolah-olah bukan sedang
berlatih melainkan sedang bertempur sungguh-sungguh.
Sukar untuk dikatakan siapa yang lebih tinggi kepandaiannya
di antara mereka.
Pedang Beng Lian yang dimainkan dalam Ilmu Pedang Ngolian
Kiam-hwat itu bergerak cepat sehingga bentuk pedangnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lenyap, yang nampak hanya gulungan sinar pedang berwarna
putih yang mengeluarkan bunyi berdesing-desing. Tongkat
bambu di tangan Yu Tek juga bergerak secara luar biasa
sekali, menyambar-nyambar sebagai sinar hijau yang panjang
dan tidak terduga gerakan-gerakannya, seperti seekor ular
sakti yang hidup saja.
Dulu, ketika untuk pertama kali mereka berlatih bersama,
keduanya amat terkejut dan merasa bingung menghadapi
senjata masing masing sehingga mereka bersilat dengan hatihati
dan tidak berani menggerakkan senjata secara
sembarangan karena khawatir kalau-kalau senjata mereka
akan saling melukai. Akan tetapi, setelah sering kali
melakukan latihan bersama, mereka telah saling mengenal
ilmu silat masing-masing dan berani menggerakkan senjata
lebih cepat sehingga kalau kini mereka berlatih, tubuh mereka
lenyap tergulung sinar senjata mereka yang seakan-akan
saling membelit dan menjadi satu. Bahkan anehnya, dalam
latihan ini, mereka merasa saling berdekatan dan saling belai,
seolah-olah mereka dapat menumpahkan rasa cinta kasih
mereka melalui gerakan senjata mereka! Terasa kemesraan
yang amat mendalam di waktu mereka saling serang itu!
Pada saat itu, ketika mereka sedang terlibat dalam latihan
sungguh-sungguh, tiba-tiba mereka mendengar suara wanita
yang lantang dan nyaring, seakan-akan wanita itu sedang
marah dan membentak-bentak orang lain. Tentu saja dua
orang muda ini merasa heran dan menghentikan gerakan
mereka. Kini terdengarlah suara itu dan dalam ruangan lianbu-
thia, suara yang terdengar di sebelah luar ruangan itu.
"........ sebagai seorang pembesar seharusnya engkau
melindungi rakyat dan mencegah tindakan para camat dan
kepala dusun yang memeras rakyat!" suara wanita itu berkata
lantang. "Tidak tahukah engkau betapa rakyat amat miskin
dan sengsara? Apakah Kau hendak mempertahankan
kedudukanmu dan kemuliaanmu dengan menginjak dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencekik rakyat ? Rakyat yang tidak berdaya hanya dapat
menerima semua kekejaman itu dengan keluh kesah, akan
tetapi kami tidak akan membiarkan saja para pembesar
berlaku sewenang-wenang!"
Bukan main kagetnya hati Yu Tek dan Beng Lian
mendengar ucapan yang keluar dari mulut seorang yang tidak
mereka kenal suaranya itu. Cepat mereka melompat keluar
dari lian-bu - thia dan berlari menuju ke ruangan depan.
Mereka melihat beberapa orang pengawal telah roboh dalam
keadaan tertotok tidak berdaya sedangkan Yap-taijin berdiri
tertegun sambil memandang kepada tiga orang muda yang
berada di situ dengan mata terbelalak penuh keheranan.
Yu Tek dan Beng Lian memandang tajam dan melihat
bahwa tiga orang itu terdiri dari dua orang pemuda tampan
dan seorang gadis cantik. Mereka bertiga kelihatan begitu
gagah. Gadis cantik itulah yang sedang menudingkan
telunjuknya ke muka Yap-taijin sambil membentak - bentak
marah.
"Kalau engkau tidak mencabut kembali peraturan
pemungutan pajak yang mencekik leher para petani miskin itu,
jangan menyesal kalau kami akan turun tangan memberi
hajaran kepadamu!" Seorang di antara pemuda-pemuda itu,
yang berwajah tampan dan bermuka putih, berkata sambil
meraba gagang pedangnya.
Yu Tek dan Beng Lian menjadi marah bukan main melibat
sikap mereka terhadap Yap-tuijin.
"Manusia-manusia kurang ajar, jangan menjual lagak di
sini!" bentak Yu Tek dengan kedua mata memandang berapiapi,
sedangkan Beng Lian dengan pedang di tangan sudah
siap siaga pula.
Tiga orang muda itu bukan lain adalah Kui Eng, Bun Hong,
dan Beng Han Seperti telah dituturkan di bagian depan,
mereka bertiga telah menundukkan camat she Gu di HongTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
yang, dan dari camat ini mereka mendengar bahwa peraturan
pajak itu ditentukan oleh atasannya, yaitu pembesar she Yap
atau Bupati Yap di An-kian.
Mereka lalu menuju ke An-kian untuk memberi hajaran pula
kepada Bupati Yap, maka pada hari ini, di waktu senja,
mereka sudah menyerbu gedung Bupati Yap, merobohkan
beberapa orang pengawal sampai mereka berhadapan sendiri
dengan Yap-taijin.
Kini, mendengar bentakan Yu Tek mereka bertiga cepat
memutar tubuh memandang. Mereka menyangka bahwa tentu
tukang-tukang pukul pembesar ini yang muncul. Akan tetapi
alangkah heran hati mereka ketika melihat bahwa yang
datang adalah seorang pemuda berpakaian seperti seorang
sasterawan yang memegang sebatang tongkat bambu
bersama seorang gadis cantik berpakaian putih sederhana
yang memegang sebatang pedang!.
"Eh, dua orang bocah lancang, jangan kalian ikut
mencampuri urusan orang-orang dewasa!" Kui Eng
membentak dengan suara mengejek.
Merahlah wajah Beng Lian mendengar ini. Usia gadis cantik
itu tidak banyak selisihnya dengan dia, paling banyak satu dua
tahun akan tetapi gadis itu bersikap seolah-olah dia dianggap
masih ingusan!
"Kau wanita sombong, apakah kaukira hanya engkau
seorang yang memiliki kepandaian dan keberanian?" teriaknya
dan dia sudah maju menyerang dengan pedangnya.
Kui Eng tertawa mengejek sambil mencabut pedangnya
dan menangkis, balas menyerang, dan segera dua orang dara
ini sudah saling serang dengan sengit dan seru. Bun Hong dan
Beng Han tercengang menyaksikan ilmu pedang gadis
berpakaian putih itu yang luar biasa dan sama sekali tidak
boleh dipandang ringan, maka mereka berduapun segera
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mencabut pedang masing-masing karena dari luar telah
datang rombongan pengawal dengan senjata di tangan.
"Kalian mencari penyakit!" bentak Yu Tek dan segera dia
maju menyerang dengan tongkat bambunya kepada Bun Hong
dan Beng Han. Kembali dua orang pemuda ini terkejut sekali
karena tidak mereka sangka bahwa pemuda yang berpakaian
seperti sasterawan lemah ini ternyata memiliki ilmu tongkat
yang demikian hebatnya. Hampir saja pundak Bun Hong
terkena totokan karena ketika Yu Tek menyerang tadi,
tongkatnya menyambar dan menyabet ke arah pinggang
mereka berdoa. Beng Han melompat dan mengelak, akan
tetapi Bun Hong mengangkat pedangnya untuk membacok
tongkat bambu yang menyambar itu.
Akan tetapi, alangkah kagetnya ketika sebelum tongkat itu
bertemu pedang, tiba-tiba tongkat itu membuat gerakan
membalik dan langsung menotok jalan darah di pundaknya.
Nyaris dia dirobohkan dalam gebrakan pertama ini kalau saja
Bun Hong tidak memiliki kegesitan yang luar biasa sehingga
dia dapat mengelak dengan jalan melempar tubuh ke
belakang.
Dengan marah Bun Hong lalu membalas dengan
serangkaian serangan dahsyat, akan tetapi semua
serangannya dapat dielakkan dan ditangkis oleh pemuda
sasterawan itu. Bun Hong merasa penasaran sekali.
Dia merasa seolah-olah dipandang rendah karena pemuda
sasterawan itu menghadapi dan melawannya hanya
menggunakan senjata sebatang bambu kuning saja! Dia tidak
tahu bahwa senjata ini memang senjata istimewa dari
lawannya. Mereka segera bertempur dengan seru di ruangan
itu.
Melihat ini, Yap-taijin beberapa kali mengangkat tangan ke
atas untuk mencegah sambil berseru, "Tahan! Tahan .......
jangan bertempur........!" akan tetapi orang-orang muda yang
sudah "naik darah" itu mana. mau mendengar seruannya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terutama sekali Kui Eng dan Bun Hong yang merasa
penasaran sekali karena mereka berdua tidak dapat segera
meroboh kan Beng Lian dan Yu Tek.
Sementara itu, rombongan pengawal yang terdiri dari
belasan orang itu. tadinya tidak berani turun tangan karena
mereka merasa gentar menghadapi kelihaian tiga orang muda
yang tadi dengan mudah merobohkan beberapa orang
penjaga, akan tetapi setelah melihat bahwa Yap-Yu Tek dan
Gan Beng Lian turun tangan, mereka menjadi berani, dan
bersemangat lalu maju untuk mengeroyok .
Pertempuran hebat terjadi di ruangan depan gedung
kabupaten itu dan tiga orang muda itu terkurung di tengahtengah.
Akan tetapi, pedang mereka bergerak dan
menyambar-nyambar bagaikan tiga ekor naga sakti
mengamuk-sehingga para pengeroyoknya yang terdiri dari
para pengawal itu tidak berani mengepung terlalu dekat. Kalau
hanya menghadapi para pengawal itu saja, Kui Eng, Bun Hong
dan Beng Han sama sekali tidak merasa gentar, akan tetapi
dua orang muda yang menahan serbuan mereka itu benarbenar
hebat, sedangkan di antara para penjaga ada pula yang
memiliki kepandaian lumayan dan kini makin banyak pengawal
datang berlarian dari luar.
Kui Eng maklum bahwa untuk mencapai kemenangan, dia
dan dua orang suhengnya harus menurunkan tangan kejam,
maka dia merasa serba salah. Gadis remaja baju putih yang
menghadapinya amat tangguh dan agaknya takkan mudah
baginya untuk mengalahkan dara ini, karena selain ilmu
pedang dara itu cukup lihai, juga dia harus memperhatikan
pengeroyokan para penjaga yang menyerangnya dari
belakang, kanan dan kiri.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Perempuan sombong
menyerahlah saja sebelum
engkau terlukai" kata Beng
Lian dengan suara
mengandung ejekan.
Kui Eng menjadi marah.
"Pengecut. Kalau benar
kalian gagah, marilah kita
bertempur seorang lawan
seorang, jangan main
keroyokan!? "
Akan tetapi Beng Lian
yang menganggap tiga
orang itu pengacaupengacau
yang menghina calon ayah mertuanya, hanya
tersenyum mengejek dan tiba-tiba tangan kirinya bergerak
tiga batang jarum yang mengeluarkan sinar putih menyambar
ke arah dua lengan Kui Eng dan serangan senjata rahasia ini
disusul pula dengan tusukan pedangnya ke arah dada lawan
dengan gerak tipu Dewi Memetik Kembang Teratai.
Kui Eng terkejut sekali melihat. Sambaran jarum-jarum itu
yang amat cepat. Dia tidak mungkin lagi dapat menangkis
dengan pedangnya karena jarum-jarum itu menyambar cepat
ke arah kedua lengannya. Maka dengan mengeluarkan suara
melengking nyaring, tubuh gadis ini mencelat ke atas dan
seperti gerakan seekor burung walet, dia berjungkir balik dan
membuat poksai (salto) beberapa kali di udara sebelum
tubuhnya melayang turun kembali dan langsung dia mengirim
serangan hebat kepada Beng Lian.
Bukan main kagum hati Beng Lian menyaksikan gerakan
ini. Maklumlah dia bahwa dalam hal ilmu ginkang, dia kalah
terhadap gadis cantik itu. Akan tetapi, dia tidak menjadi
gentar dan tetap tabah menghadapi Kui Eng sehingga mereka
segera bertempur lagi dengan seru.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sementara itu, Bun Hong juga bertempur dengan ramai
sekali melawan Yu Tek, agak sibuk juga karena Yu Tek
dibantu oleh beberapa orang pengawal yang cukup pandai.
Melihat ini, Beng Han meninggalkan para pengeroyoknya dan
membantu sutenya sehingga mereka berdua dikepung rapat
seperti halnya Kui Eng pula.
Adanya dua orang muda yang muncul dengan tiba-tiba itu
menggagalkan rencana Beng Han dan dua orang adik
seperguruannya; Mereka sama sekali tidak pernah menyangka
bahwa di ruman pembesar itu; terdapat dua orang muda yang
demikian tinggi kepandaiannya. Beng Han maklum bahwa
kalau perempuran dilanjutkan, tentu mereka terpaksa harus
membunuh banyak korban, maka dia lalu berseru keras
kepada Bun Hong dan Kui Eng,
"Sute! Sumoi! Mari kita pergi dulu, jangan sembarangan
membunuh orang!"
Biarpun hati mereka belum merasa puas dan masih marah,
namun Bun Hong dan Kui Eng tidak berani menyangkal
perintah suheng mereka yang harus mereka taati itu. Mereka
maklum pula akan berbahayanya keadaan mereka. Maka
mereka lalu memutar senjata mereka dengan cepat sehingga
beberapa batang golok para pengawal terpental, kemudian
mereka mempergunakan kesempatan itu untuk meloncat
keluar dari ruangan itu.
"Orang-orang sombong hendak lari kemana?" teriak Beng
Lian sambil melompat mengejar, diikuti oleh Yu Tek. Malam
telah tiba dan di luar sudah mulai gelap.
Kui Eng menjadi marah dan menoleh. "Pengecut yang
hanya berani main keroyok!" dia memaki.
"Siapa takut melawan engkau?" Beng Lian balas
membentak. "Kalau kau belum puas dengan kekalahan ini,
datanglah ke Kuil Kwan im-bio, aku akan menantimu di sana
dan kita boleh bertempur sampai seribu jurus!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
=0o-dwkz-234-o0=
Jilid IV
"BAGUS" jawab Kui Eng. "Besok pagi-pagi aku datang ke
sana untuk memaksamu berlutut
minta ampun kepadaku !"
Kemudian dia melompat ke atas
genteng menyusul dua orang
suhengnya.
"Aihh, sumoi, mengapa kau
mencari perkara dan menjanjikan
untuk datang ke kuil memenuhi
tantangan gadis baju putih itu ?"
Beng Han menegur sumoinya. Mereka bertiga duduk di dalam
ruangan sebuah kuil tua yang kosong. Setelah mereka
melakukan penyerbuan ke gedung tihu, tentu saja mereka
tidak berani bermalam di dalam rumah penginapan umum dan
mereka menggunakan kuil tua itu sebapai tempat
persembunyian. Mereka tentu saja tidak tahu bahwa Yap-tihu
diam-diam melarang orang-orangnya untuk melakukan
pengejaran terhadap tiga orang muda yang datang mengacau
itu. Yap-tihu maklum bahwa tiga orang muda itu bukanlah
penjahat-penjahat, melainkan pendekar-pendekar muda yang
kurang pengalaman dan hendak bertindak sebagai patriotpatriot
pembela rakyat tanpa penyelidikan terlebih dahulu.
"Hemm, dia sombong sekali!" Kui Eng berkata, bersungutsungut.
"Kalau tidak kusambut tantangannya, tentu dia akan
menjadi besar kepala !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebetulnya bukan gadis baju putih itu yang sombong,
melainkan kita sendiri yang terlalu memandang rendah lawan.
Tidak kusangka bahwa gadis itu demikian tinggi ilmu silatnya,
juga pemuda yang bersenjata bambu itu amat lihai," kata Bun
Hong sejujurnya.
"Dan kau sudah menerima tantangannya, sumoi, tak dapat
dihindarkan lagi kita akan menghadapi lawan-lawan tangguh
karena tentu fihak mereka telah siap siaga. Baru saja turun
gunung kita sudah menanam bibit permusuhan dengan orangorang
gagah," kata pula Beng Han yang amat
mengkhawatirkan keselamatan sumoinya itu.
Ditegur oleh dua orang suhengnya, hati Kui Eng menjadi
panas dan dia bangkit berdiri, memandang kepada dua orang
suhengnya itu di bawah sinar empat batang lilin yang mereka
nyalakan di ruangan kuil tua itu, lalu dia berkata dengan nada
suara marah dan bibir cemberut.
"Twa-suheng dan ji suheng, kalau sekiranya merasa takut
menghadapi gadis baju putih itu, biarlah besok pagi aku
sendiri yang akan datang ke sana memenuhi tantangannya
dan kalian berdua tinggallah saja bersembunyi di sini! ".
Mendengar ucapan ini dan melihat kemarahan sumoi mereka,
Beng Han dan Bun Hong yang duduk di atas lantai itu saling
pandang lalu tertawa.
"Ah, sumoi, mengapa kau berkata demikian?" Beng Han
berseru sambil tersenyum. "Kau tentu mengertf bahwa aku
bersedia membelamu dengan taruhan nyawaku !"
"Memang kau tidak adil, sumoi, menyangka kami takut dan
tidak suka membelamu. Aku tidak akan membiarkan kau
menghadapi lawan seorang diri saja!" Bun Hong menyambung
sambil memandang tajam.
Kui Eng menatap wajah kedua orang suhengnya itu
berganti-ganti, kemudian tiba-tiba kedua pipinya menjadi
merah dan sambil menundukkan muka dan duduk kembali ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
atas lantai, dia bertanya dengan lirih, "Kalian baik sekali
kepadaku dan bahkan bersedia membelaku dengan taruhan
nyawa, mengapakah?"
Melihat sikap Kui Eng dan mendengar pertanyaan ini, dua
orang pemuda itu tertegun, saling pandang dan seolah olah
mereka dapat membaca isi hati masing-masing, mereka lalu
menundukkan muka pula dan tidak dapat menjawab. Jantung
mereka berdebar kencang dan tanpa mereka sadari, muka
merekapun menjadi merah. Tiga orang saudara seperguruan
itu duduk di lantai ruangan kuil tua, di bawah penerangan
empat batang lilin yang berkelap-kelip tertiup angin yang
masuk dari luar melalui dinding-dinding yang retak, menunduk
dan tidak mengeluarkan kata-kata, masing-masing tenggelam
dalam lamunannya sendiri.
Baru saat itulah terasa dan terpikir oleh mereka apa yang
sebenarnya terkandung di dalam hati sanubari mereka
masing-masing. Tanpa disadarinya sebelum ini, baik Bun Hong
maupun Beng Han mengandung perasaan cinta yang besar
dalam hati mereka terhadap sumoi mereka ini, bukan hanya
cinta kasih sebagai seorang suheng terhadap seorang
sumoinya, melainkan cinta kasih dari seorang pria terhadap
seorang wanita! Kesadaran akan kenyataan yang timbul
sebagai jawaban atas pertanyaan Kui Eng ini membuat Bun
Hong membungkam dan hanya mengangkat muka
memandang kepada Kui Eng dengan sinar mata tajam,
bibirnya bergerak-gerak tanpa suara karena ditahan-tahannya
agar jangan menyalurkan teriakan suara hatinya yang
menyatakan cinta! Adapun Beng Han yang lebih tenang dan
lebih kuat batinnya, sudah dapat menenangkan hatinya
kembali dan dia segera berkata dengan suara tenang dan
mantap untuk membuyarkan suasana yang menekan,
menegangkan dan mencekam hati itu.
"Aih, sumoi! Kita adalah saudara-saudara seperguruan,
kalau kita tidak saling membela, habis siapakah yang akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membela kita? Kalau misalnya engkau melihat aku atau sute
berkelahi dengan orang lain, apakah engkau juga tidak akan
segera membantu tanpa diminta lagi?"
Lega rasa hati Kui Eng dan Bun Hong ketika mendengar
ucapan ini yang seketika melenyapkan canggung, sungkan
dan malu yang tadi menekan hati mereka. Kini barulah mereka
dapat mengangkat muka dan saling memandang tanpa
perasaan ragu-ragu atau malu-malu.
"Ucapan suheng benar sekali !" kata Bun Hong, ”betapapun
juga, kita tidak mempunyai permusuhan pribadi dengan gadis
baju putih itu. Maka kalau besok kita pergi ke Kuil Kwan-imbio,
kita harus mendasarkan kedatangan kita itu untuk berpibu
(mengadu ilmu silat) saja, tidak ada hubungannya dengan
penyerbuan kita ke gedung tihu."
"Memang sebaiknya begitu," kata Beng Han. "Yang
membuat aku heran adalah mencapa dua orang itu secara
mati matian membela Yap-tihu ? Mereka itu nampaknya bukan
seperti pengawal - pengawal atau tukang-tukang pukul
bayaran, lebih patut kalau mereka itu segolongan dengan kita
yang mencontoh sepak terjang para pendekar. Akan tetapi
kalau Yap tihu seorang pembesar jahat yang suka menindas
rakyat demi keuntungan diri sendiri, bagaimana dia dapat
dibela oleh dua orang muda yang demikian lihainya itu ! "
"Siapa tahu kalau pemuda itu adalah putera tihu sendiri.
Kulihat wajahnya mirip sekali dengan wajah Yap-tihu," kata
Kui Eng.
"Hal ini harus kita selidiki lebih mendalam," Beng Han
berkata sambil mengerutkan alisnya. "Kita tidak boleh
bertindak sembarangan. Besok setelah kita mengunjungi
Kwan-im-bio, sebaiknya kita menjumpai tihu lagi dan mencari
penjelasan secara baik baik. Kalau memang dia seorang jahat
yang tidak mau menginsyafi kekeliruannya dan hendak
menggunakan kekerasan, baru kita turun tangan dan jangan
memberi ampun kepadanya lagi."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang sebaiknya begitu, suheng. Kita mendengar bahwa
dia menjadi biang keladi kesengsaraan rakyat dengan
peraturan pajak yang mencekik leher, hanya dari mulut Gutaijin.
Siapa tahu kalau-kalau dia melakukan fitnah atas diri
Yap-tihu ! Maka besok kta selidiki dulu dengan bertanya-tanya
kepada para penduduk kota ini. Mereka tentu tahu orang
macam apa adanya tihu itu!"
Tiga orang pendekar muda itu saling menyetujui dan
mereka lalu mengaso dan tidur secara bergiliran. Dua orang
tidur dan seorang menjaga agar jangan sampai mereka
diserbu musuh sewaktu ketiganya pulas.
Sementara itu, setelah tiga orang penyerang muda itu
melarikan diri, Yap-tihu memanggil para kepala pengawal dan
melarang mereka melakukan pengejaran. "Mereka bukan
penjahat, maka tidak perlu dikejar. Mereka itu pendekarpendekar
gagah, tentu akan dapat membedakan orang setelah
mereka melakukan penyelidikan." Demikian katanya kepada
para kepala pengawal.
Kemudian Yap-tihu mengajak Yu Tek dan Beng Lian ke
dalam dan mengadakan perundingan, "Aku merasa heran
sekali terhadap mereka. Siapakah mereka bertiga itu ? Aku
merasa yakin bahwa mereka itu bukan datang dengan niat
merampok atau niat buruk lainnya. Akan tetapi kalau mereka
itu pendekar-pendekar gagah seperti yang kuduga, mengapa
mereka memusuhi aku dan memaki aku sebagai pembesar
lalim yang memeras rakyat? Sungguh aneh dan
mengherankan.!"
Yap-tihu menggeleng-geleng kepalanya.
"Ayah, mungkin mereka itu adalah anak-anak atau kawankawan
dari orang-orang jahat yang merasa sakit hati kepada
ayah yang telah menyuruh tangkap dan menghukum mereka,
dan mereka bertiga itu datang untuk membalas dendam
dengan dalih memburukkan nama ayah," kata Yu Tek.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Entahlah, akan tetapi sikap mereka tidak seperti orangorang
jahat, bahkan menurut pendapatku, mereka itu adalah
pendekar pendekar muda yang membela rakyat, karena ketika
gadis itu mengeluarkan kata-kata, dia menegurku yang dia
tuduh memeras rakyat dengan pajak yang berat."
"Betapapun juga, mereka itu telah menjatuhkan fitnah dan
bertindak terlalu sembarangan tanpa menyelidik terlebih
dahulu, seolah-olah mereka hendak menyombongkan ilmu
kepandaian mereka! Mereka telah menghina kita tanpa
menyelidiki lebih dulu. Ayah adalah seorang pejabat yang jujur
dan memegang teguh peraturan serta menjalankan tugas
dengan baik, sedikitpun tidak pernah memeras rakyat untuk
keuntungan pribadi. Mengapa mereka berani berlancang mulut
dan menuduh yang bukan-bukan?" Yu Tek berkata dengan
marah.
"Juga mereka itu amat sombong, seolah-olah hanya
mereka saja yang memiliki kepandaian," kata Beng Lian
dengan penasaran. "Sungguh merendahkan orang-orang Ankian.
Karena itu saya telah menantang mereka untuk datang
mengadu kepandaian besok pagi di kuil. Kalau benar benar
kita sampai kalah biarlah subo yang turun tangan memberi
hajaran kepada mereka."
"Kita harus hati-hati, moi-moi. Hal ini sebaiknya kita
beritahukan kepada gurumu agar kita jangan sampai salah
tangan dan bermusuhan dengan pendekar-pendekar kangouw."
"Benar sekali pendapat Yu Tek," kata Yap-tihu. "Urusan ini
menyangkut orang-orang kang-ouw, maka sebaiknya kalau
kita minta nasihat dari Pek I Nikouw. Sebaiknya sekarang juga
kalian pergi menghadap orang tua itu mohon nasihatnya agar
kita dapat bersiap-siap uptuk menghadapi mereka besok
pagi."
Yu Tek dan Beng Lian lalu pergi ke Kuil Kwan-im-bio dan
menceritakan segala peristiwa yang terjadi itu kepada Pek I
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nikouw. Nenek ini menarik napas panjang dan berkata kepada
mereka,
"Semenjak lama hati pinni telah mengkhawatirkan bahwa
sewaktu-waktu akan terjadi hal seperti ini. Hanya kita yang
mempunyai hubungan dekat dengan Yap-tihu sajalah yang
mengetahui bahwa dia adalah seorang pembesar yang jujur
dan baik, akan tetapi orang luar belum tentu akan
menganggapnya demikian. Yu Tek, ayahmu menguasai
seluruh dusun di wilayah ini dan ayahmulah yang memberi
perintah langsung kepada para kepala kampung dalam hal
menjalankan peraturan, termasuk pemungutan pajak dan
penentuan besarnya dan lain-lain. Padahal, kita semua tahu
bahwa perintah yang disampaikan oleh ayahmu tentang
pemungutan pajak tani itu, yang datangnya dari kota raja,
adalah peraturan yang tidak adil dan mencekik leher para
petani. Tentu saja orang-orang gagah akan menyangka bahwa
ayahmulah yang bersalah dalam hal ini."
"Akan tetapi, suthai, semua uang pajak itu tidak ada yang
dimakan oleh ayah, melainkan seluruhnya disetorkan kepada
pemerintah!"
"Benar, akan tetapi siapa tahu akan hal itu?" Nikouw tua ini
menarik napas panjang. "Jamannya sudah berubah, para
pejabat pemerintah hampir semua melakukan korupsi dari
yang tingkat paling rendah sampai yang paling tinggi, maka
segelintir dua gelintir pembesar yang jujur dan baik di antara
mereka itu tentu akan nampak buruk pula. Siapa bisa percaya
bahwa di jaman seperti ini ada pembesar seperti ayahmu yang
tidak mau melakukan korupsi demi keuntungan diri pribadi?"
"Betapapun juga, suthai, orang yang disebut pendekar
seharusnya melakukan sesuatu dengan teliti dan menyelidiki
dengan seksama terlebih dahulu sebelum bertindak. Tidak
seperti mereka itu yang bertindak secara sembarangan saja "
kata Yu Tek dengan nada suara jengkel.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Nikouw itu menarik napas panjang. "Kalian tadi
menceritakan bahwa mereka adalah orang-orang yang masih
muda sekali, sebaya dengan kalian, karena itu mereka masih
berdarah panas. Bagaimana mereka akan dapat bersikap
sabar dan teliti? Orang-orang muda selalu terdorong oleh
darah panas. Biarlah, kalau besok mereka datang ke sini, pinni
yang akan menyambut mereka dan membereskan kesalah
fahaman ini."
"Akan tetapi, subo, sebelum itu biarkanlah teecu mencoba
dulu kepandaian mereka itu!" kata Beng Lian, bibirnya masih
cemberut karena masih panas dan marah hatinya teringat
akan gadis yang menjadi lawannya itu.
Pek I Nikouw tersenyum mendengar ini. "Nah, apa kata
pinni? Orang muda selalu terpengaruh oleh darah panas!" Dia
lalu berkata kepada Yu Tek, "Sebaiknya engkau pulang dulu
dan menjaga ayahmu. Besok pagi-pagi ke sini untuk
menyambut mereka. Dan kau sebaiknya mengaso dan tidur
agar besok pagi badanmu sehat untuk menghadapi pibu yang
kau inginkan itu, Beng Lian."
Yu Tek lalu memberi hormat, berpamit dan pergi.
Sedangkan Beng Lian lalu memasuki kamarnya di mana
ibunya masih duduk membaca doa. Ketika Siok Thian Nikouw
mendengar penuturan anaknya tentang peristiwa itu, hatinya
menjadi gelisah dan dia berkata, "Beng Lian, jangan kau
bersikap angkuh dan terlalu mengandalkan kepandaianmu
untuk berkelahi. Kau harus mentaati kata-kata gurumu dan
menyerahkan hal itu kepada gurumu yang akan bertindak
bijaksana."
Semua nikouw dalam Kuil Kuan-im-bio telah mendengar
tentang peristiwa itu dan ramailah mereka membicarakan hal
itu. Mereka merasa tertarik sekali ketika mendengar bahwa
besok pagi akan datang tiga orang gagah untuk mengadu ilmu
silat melawan Beng Lian dan Yu Tek di ruangan kuil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Yu Tek telah
datang ke Kuil Kwan-im-bio bersama ayahnya! Mula-mula Pek
I Nikouw merasa heran melihat kedatangan tihu ini, apa lagi
karena kedatangannya hanya berdua dengan Yu Tek, sama
sekali tanpa pengawal. Akan tetapi hati nikouw tua ini menjadi
kagum dan senang ketiga dia mendengar penjelasan Yap-tihu
bahwa pembesar itu ingin sekali bertemu dengan para
penyerbu itu untuk mengadakan pembicaraan secara
mendalam dan kalau perlu mengadakan perundingan untuk
menghindarkan salah faham.
"Sikap Yap-taijin dalam hal ini amat bijaksana. Kalau semua
pembesar bersikap seperti taijin, tidak mengandalkan
kedudukan untuk bersikap congkak dan bertindak sewenangwenang,
maka keadaan negara tentu tidak akan sekacau ini,
rakyat akan hidup tenang dan tenteram, di mana-mana tidak
akan timbul ketidakpuasan dan penasaran."
Yap-tihu menghela napas panjang. "Saya tidak berpamrih
sesuatu, suthai, tidak bermaksud agar dianggap sebagai
pembesar baik. Saya hanya bertindak sebagaimana mestinya
dan menjalankan tugas saya sebaiknya. Hanya itulah."
"Omitohud, semoga Kwan Ini Pouwsat memberkahi niat
hati taijin yang bijaksana."
Mereka semua sudah berkumpul di situ. Yap-tihu dan Pek I
Nikouw duduk di atas bangku dan dua orang muda itupun
duduk di dekat mereka. Siok Thian Nikouw dan beberapa
orang nikouw pimpinan duduk di belakang dan nikouw-nikouw
lain berdiri. Hati mereka tegang dan waktu dirasakan merayap
lambat sekali.
Setelah matahari naik cukup tinggi dan keadaan menjadi
terang, datanglah tiga orang muda yang telah ditunggutunggu
itu. Mereka datang dari pintu depan, disambut oleh
seorang nikouw penjaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan suara tenang Kui Eng menyatakan kepada penjaga
ini bahwa dia bersama dua orang suhengnya datang untuk
memenuhi undangan nona baju putih di kuil itu, Nikouw
penjaga yang memang sudah tahu, segera mempersilakan
mereka langsung menuju ke lian-bu-thia yang letaknya di
belakang kuil, sebuah pekarangan terbuka yang luas.
"Silakan, sam-wi telah ditunggu di lian-bu-thia," katanya.
Seorang nikouw lain mengantar mereka memasuki
pekarangan itu.
Kui Eng berjalan di depan dengan langkah lebar dan sikap
yang gagah. Dengan pakaiannya yang berwarna hijau, gadis
ini nampak cantik jelita dan gagah perkasa sehingga
menimbulkan rasa kagum dalam hati para nikouw yang berdiri
di kanan kiri jalan masuk kuil itu .
Ketika mereka bertiga memasuki pekarangan dan melihat
banyak nikouw berdiri dan memandang kepada mereka Kui
Eng, Bun Hong, dan Beng Han merasa agak sungkan dan
maju juga karena para pendeta wanita itu mengingatkan
mereka bahwa mereka berada di tempat suci.
Mereka datang ke sebuah kuil dari para pendeta yang
memuja Kwan Im Pouwsat, dewi kebajikan dan belas kasih
bukan untuk bersembahyang atau memuja, melainkan untuk
pibu dan mengadu kepandian silat! .
Beng Han sendiri mulai berdebar jantungnya. Hatinya
terasa tidak enak sekali karena sungguh tidak masuk akal
kalau orang yang hendak mereka lawan itu adalah seorang
jahat. Mungkinkah seorang jahat dapat tinggal di tempat suci
itu? Maka dia lalu mendekati sumoinya dan berbisik,
"Sumoi, harap kau suka menahan kesabaranmu, tidak baik
bersikap kurang pantas kepada orang lain di tempat suci ini."
Kui Eng mengerti akan maksud hati suhengnya, maka dia
mengangguk. Dia sendiripun sudah mulai meragu. Namun tiga
orang pendekar muda yang merasa tidak enak hati ini tidak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa jerih dan mereka memasuki lian-bu-thia dengan
langkah tetap. Di pintu pekarangan ini, mereka disambut oleh
Beng Lian yan berpakaian serba putih, amat sederhana. Gadis
ini berdiri menyambut bersama Yu Tek. Kedua orang muda ini
menjura ketika menyambu kedatangan Kui Eng bertiga,
kemudian terdengar Beng Lian berkata dengan suara Iantang,
"Sahabat yang gagah ternyata telah menepati janji ! Mari,
silakan masuk ke lian-bu thia di mana kita boleh bermain-main
tanpa khawatir untuk dikeroyok!"
Ucapan Beng Lian yang bersikap hormat ini mengandung
tantangan, maka tanpa banyak cakap lagi Kui Eng
mengangguk dan mengikuti Beng Lian dan Yu Tek memasuki
lian-bu-thia itu bersama dua orang suhengnya.
Ruangan yang merupakan pekarangan terbuka dengan
lantai batu ini amat luas dan ketika tiga orang pendekar muda
itu masuk ke tempat itu, mereka melihat bahwa disitu telah
duduk Yap-tihu, Pek l Nikouw dan Siok Thian Nikouw bersama
nikouw-nikouw pimpinan lainnya. Orang-orang tua ini hanya
duduk dengan diam saja karena memang mereka telah
memberi kesempatan kepada Beng Lian dan Yu Tek untuk
mengadakan penyambutan lebih dulu dan menguji ilmu
kepandaian para tamunya.
Tiga orang pendekar itu terkejut sekait melihat hadirnya
Yap-tihu di tempat itu. Akan tetapi karena tidak nampak para
pengawal yang ada hanya beberapa orang nikouw tua yang
tidak mereka kenal, dan karena pembesar itu pun hanya
duduk diam, maka mereka juga diam saja tidak menegurnya.
"Nah, di tempat ini kira bisa main main seorang lawan
seorang dalam mencoba ilmu kepandaian masing-masing
untuk menghilangkan rasa penasaran," kata Beng Lian sambil
tersenyum kepada para tamunya. ”Silakan seorang di antara
samwi enghiong maju untuk main-main sebentar!"
Melihat sikap fihak tuan rumah yang sederhana dan gagah,
sama sekali tidak membayangkan kesombongan itu, Kui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segera melangkah maju dan menjawab, "Biarlah aku yang
bodoh memperlihatkan kebodohanku. "
Bun Hong dan Beng Han segera mengundurkan diri dan
berdiri dengan kedua kaki terpentang di sudut lian-bu-thia itu.
"Ah, kalau kau yang maju, biarlah aku yang melayanimu,"
kata Beng Lian dengan masih tersenyum. Seperti mendapat
komando maju kedua orang gadis itu telah mencabut pedang
mereka secara berbareng.
Sementara itu, Siok Thian Nikouw memandang ke arah
wajah Beng Han dengan jantung berdebar keras. Kedua
kakinya menggigil dan tubuhnya agak gemetar ketika dia
menatap wajah itu dan tahi lalat di tengah dahinya...
mengingatkan dia kepada puteranya yang dulu tewas dalam
kekacauan ketika terjadi perang pemberontakan. Alangkah
sama wajah pemuda itu dengan wajah mendiang puteranya.
Hampir saja nikouw ini membuka mulut untuk, bertanya, akan
tetapi oleh karena pada saat itu puterinya telah mencabut
pedang dan berhadapan dengan gadis gagah berbaju hijau
yang memegang pedang pula, terpaksa dia mengalihkan
pandangan mata dan perhatiannya kini tertuju kepada Beng
Lian dengan hati cemas.
"Anakku, jangan berkelahi sungguh-sungguh!" Dia tidak
dapat menahan hatinya dan mengeluarkan kata-kata ini
kepada Beng Lian.
Beng Lian menoleh kepada ibunya dan tersenyum, "Jangan
kuatir, ibu, ini hanya pibu untuk mengukur kepandaian
masing-masing."
Kemudian Beng Lian menghadapi Kui Eng dan berkata
dengan sikap tenang. "Nah, silakan, sobat yang manis!"
Setelah kini bertemu dengan gadis baju putih itu di siang
hari dan dapat melihat wajahnya dengan jelas, melihat
suasana di tempat itu dan mendengar ucapan nikouw yang
disebut ibu oleh gadis lawannya itu, kemarahan hati Kui Eng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semalam kini menjadi buyar. Dia melihat betapa wajah gadis
baju putih itu manis dan sikapnya lemah lembut sehingga
menimbulkan rasa suka di dalam hatinya. Kini dia mengerti
bahwa sikap keras gadis baju putih ini malam tadi adalah
karena keadaan, karena dia dan dua orang suhengnya adalah
penyerbu-penyerbu yang dianggap jahat tentu saja !.
Di lain fihak, melihat kecantikan Kui Eng, sikapnya yang
gagah dan tidak mengenal takut ketika memasuki kuil
bersama dua orang suhengnya untuk memenuhi
tantangannya, membuat Beng Lian merasa kagum dan suka.
Ketika mereka berhadapan dengan pedang di tangan masingmasing,
mereka berdua mendapat perasaan seolah-olah
mereka sedang menghadapi seorang kawan yang mengajakberlatih
silat, bukan menghadapi seorang lawan dalam pibu
yang harus dijatuhkan.
Kui Eng tidak berlaku sungkan lagi dan dia segera berseru
"Lihat pedang!" dan mulailah dia menyerang dengan gerakan
indah dan kuat.
Beng Lian menangkis dengan baik dan balas menyerang.
Serangan pertama ini menyisihkan keraguan dan kebimbangan
mereka karena mereka maklum bahwa lawan yang dihadapi
dapat menjaga diri dengan baik dan memiliki kepandaian
tinggi, maka mereka segera mempercepat gerakan dan
terjadilah pertandingan adu pedang yang amat seru dan
menarik.
Dua orang dara ini memiliki ginkang yang seimbang,
mereka keduanya memiliki kelincahan, maka gerakan mereka
yang cepat itu membuat tubuh mereka sebentar saja lenyap
terbungkus gulungan sinar pedang mereka yang menjadi satu.
Sinar terang bergulung-gulung, saling tekan dan saling desak.
Langkah-langkah kaki mereka hampir tidak terdengar, tertutup
oleh bersiutnya dan berdesingnya suara pedang memecah
hawa dan disusul berdentingnya pedang beradu yang
menimbulkan bunga api berpijar-pijar menyilaukan mata! Para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nikouw, terutama sekali Siok Thian Nikouw, menjadi cemas
juga menyaksikan pertempuran yang seru dan hebat itu. Akan
tetapi Pek I Nikouw, Yap Yu Tek, dan kedua orang suheng dari
Kui Eng yang memiliki kepandaian tinggi menonton dengan
sikap tenang saja. Bahkan Pek I Nikouw nampak tersenyum
karena dia dapat melihat betapa kedua orang dara yang
sedang bertanding dengan hebat dan seru kelihatannya itu
ternyata secara mengherankan sekali telah saling mengalah
dan tidak menyerang dengan sungguh - sungguh! Mereka
tidak mau saling mengeluarkan jurus-jurus yang berbahaya,
melainkan bertanding seperti orang mendemonstrasikan
keindahan dan kelincahan mereka saja! Mereka bahkan seperti
dua orang yang sedang berlatih saja!.
Kui Eng maklum bahwa kalau pertempuran itu dilakukan
dengan sungguh-sungguh, dia tidak perlu merasa khawatir
karena dia masih menang dalam hal ginkang, dan gerakan
pedangnya lebih ganas. Akan tetapi, oleh karena malam tadi
dia melihat betapa gesit dan lihainya gadis baju putih ini
menggunakan jarum-jarum halus sebagai senjata rahasia,
kalau lawannya mempergunakan jarum, jarumnya, dia harus
berlaku hati-hati sekali. Kini melihat lawannya sama sekali
tidak mau mempergunakan jarum-jarumnya, diapun tahu
bahwa gadis itu tidak bermaksud buruk, maka dia sendiripun
tidak terlalu mendesak. Kalau dia mau tentu dia dapat
mendesak lawannya dengan pedangnya yang memang
setingkat lebih tinggi dari pada lawan.
Beng Lian juga maklum akan hal ini, maka setelah
bertempur hampir seratus jurus, dia lalu melompat ke
belakang sambil berseru, " Sobat yang cantik, kepandaianmu
benar amat hebat. aku Gan Beng Lian mengaku kalah "
Tiba-tiba Beng Han mengeluarkan seruan aneh dan
memandang kepada Beng Lian dengan wajah pucat. Tak
terasa lagi dia melompat ke depan, gerakannya demikian
gesitnya sehingga mengejutkan Beng Lian bahkan Yu Tek juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sudah melompat ke depan untuk melindungi kekasihnya Akan
tetapi pemuda yang bertahi lalat di dahinya itu tidak
menyerang, melainkan menatap waiah Beng Lian seperti
orang melihat setan di tengahari, dan berkata seperti orang
mabuk, "Coba kau sebutkan namamu lagi!"
Beng Lian terbelalak, memandang wajah pemuda itu
dengan tajam seperti orang mengingat-ingat, lalu berkata
gagap, "Aku adalah Gan Beng Lian dan... . dan.... kau
mengingatkan aku akan wajah seorang yang pernah kukenal
......."
"Beng Lian, ya Tuhan........! Kalau tidak keliru, dia itu
adalah kakakmu sendiri!" Suara ini gemetar bercampur isak
dan mendengar ini Beng Han cepat menengok. Ketika dia
bertemu pandang dengan Siok Thian Nikouw, tiba-tiba seluruh
tubuhnya menggigil. Sekarang dia mengenal wajah nikouw
yang kepalanya gundul ini ! Selagi dia memandang dengan
bimbang, Nikouw itu sudah bangkit dan terhuyung
menghampirinya.
"Bukankah engkau anakku Beng Han.......?"
Bukan main terkejut hati Beng Han mendengar suara ini.
Lenyap segala keraguan hatinya. Beng Lian melangkah
mundur dua tindak sambil memandang dengan mata
terbelalak dan muka pucat. Ketika mereka berpisah dahulu,
Beng Lian baru berusia empat tahun, akan tetapi oleh karena
ibunya sering kali membicarakan tentang kakaknya, kini dia
masih dapat mengingatnya dengan baik. Melihat pemuda itu
memandang kepada ibunya dengan air mata meleleh dan
menitik turun laksana permata terlepas dari untaiannya, Beng
Lian lalu menjerit, "Kau benar-benar Beng Han kakakku..... "
Lalu ditubruknya pemuda itu dan dipeluknya sambil
menangis Beng Han balas memeluk adiknya dan keduanya lalu
berlutut dan merangkul kedua kaki Siok Thian Nikouw yang air
matanya bercucuran, mukanya pucat, bibirnya bergerak-gerak
tanpa mengeluarkan suara dan kedua tangannya diangkat dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dikembangkan ke atas seolah-olah menghaturkan terima kasih
kepada Thian.
"Beng Han........ anakku ....... kau benar-benar masih
hidup.......?"
"Ibu.......!" Beng Han mendekap dan menciumi kaki ibunya.
"Terima kasih kepada Kwan Im Hud couw .......! Terima
kasih kepada Thian........!" Siok Thian Nikouw lalu berlutut dan
mendekap kepala puteranya. Ibu dan kedua orang anaknya itu
berpeluk pelukan sambil
menangis karena terharu
dan girang. Pertemuan
yang sama sekali tidak
disangka sangka!.
"Omitohud....... betapa
maha murah dan maha
adilnya Thian yang selalu
memberkahi mereka yang
benar" Pek I Nikouw
berkemak-kemik membaca
doa karena betapapun
juga, perasaan hatinya
tersentuh keharuan yang
membuat dia segera berdoa
dan memejamkan kedua
matanya.
Melihat peristiwa itu. tak terasa pula Kui Eng ikut
mengucurkan air matanya. Dia teringat akan keluarganya
sendiri, teringat akan ibunya yang dilarikan penjahat, dan
ayahnya yang terbunuh mati. Juga Bun Hong berdiri bagaikan
patung, memandang ke arah tiga orang yang sedang saling
rangkul itu dengan bingung karena iapun teringat akan kedua
orang tuanya yang telah tewas oleh kaum pemberontak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah keharuan hati mereka agak reda, Siok Thian
Nikouw lalu bertanya kepada puteranya, "Beng Han, mengapa
pula kedua orang kawanmu ini ? "
"Ibu, mereka adalah adik seperguruanku, sute Bun Hong
dan sumoi Kui Eng," Beng Han memperkenalkan dan kedua
orang muda itu lalu menjura sebagai pemberian hormat
kepada nikouw itu. Beng Lian lalu memegang tangan Kui Eng
dan berkata dengan wajah berseri girang,
"Aihh, cici ! Kiranya engkau adalah sumoi dari kakakku! Aku
sungguh merasa girang dapat berkenalan dengan engkau
yang cantik jelita dan gagah ini !"
Kui Eng tersenyum manis dan berkata "Engkau pandai
sekali dan manis, adik Beng Lian. Kalau saja kuketahui bahwa
engkau adik perempuan suhengku, tentu aku tidak akan
berani berlaku kurang ajar. Maafkan saja kekasaranku tadi
terhadapmu."
Beng Lian lalu memperkenalkan subomya kepada ketiga
orang pendekar muda itu. "Ini adalah guruku, Pek I Nikouw
ketua dari Kwan im-bio ini."
Terkejutlah tiga orang muda itu Kui Eng memandang
kepada Pek I Nikouw yang duduk tenang sambil tersenyum
ramah baru Beng lian saja sudah memiliki ilmu pedang
sehebat itu, apa lagi gurunya ! Untunglah bahwa pertempuran
itu tidak menjadi permusuhan hebat karena kalau demikian
halnya, tentu dia dan kedua orang suhengnya akan
menghadapi lawan yang luar biasa tangguhnya.
Kui Eng, Bun Hong dan Beng lan lalu menjura kepada Pek I
Nikouw. Beng Han mewakili dua orang adik seperguruannya,
berkata.
"Suthai yang mulia, maafkanlah teecu bertiga yang tidak
tahu diri dan telah bersikap kurang ajar di tempat suthai yang
suci ini."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek I Nikouw tersenyum. "Omitohud....... ! orang-orang
muda yang gagah perkasa ! Sungguh terbukti betapa Thian
adalah adil dan murah hati. Pinni memang telah menyangka
bahwa kalian tentulah orang-orang gagah pembela rakyat.
Tidak tahunya seorang di antara kalian bahkan masih kakak
dari muridku sendiri."
Siok Thian Nikouvv lalu berkata kepada Beng Han, "Anakku,
biarpun aku merasa girang sekali dan mengucap syukur
kepada Thian Yang Maha Kuasa, akan tetapi terus terang saja
aku merasa tidak puas melihat sepak terjangmu ini. Kau dan
kedua orang adik seperguruanmu ternyata terlampau
menurutkan hati yang terburu nafsu dengan memusuhi Yaptihu
!. Tahukah kau siapa adanya pemuda ini? Dia ini adalah
Yap Yutek, putera Yap-tihu dan dia adalah calon adik iparmu
karena dia adalah tunangan dari adikmu Beng Lian. Dan Yaptihu
adalah seorang pembesar budiman yang bijaksana dan
adil. Apa sebabnya kalian bertiga memusuhinya?"
Beng Han dan dua orang adik seperguruannya itu
tercengang. Beng Han merasa girang sekali mendengar bahwa
adiknya telah bertunangan dengan seorang pemuda tampan
yang telah dia kenal kelihaiannya itu, maka ketika Yu Tek
menjura dan memberi hormat kepadanya, dia lalu membalas
penghormatan itu dan berkata girang. "Ah, saudaraku yang
baik, harap kau memaafkan aku yang ceroboh!"
"Sebaliknya, twako," kata Yu Tek sambil tersenyum, "aku
merasa kagum sekali melihat twako dan kedua orang gagah
ini."
Kui Eng yang keras hati masih merasa penasaran
mendengar teguran ibu Beng Han itu, dan mendengar
pernyataan bahwa pembesar itu adalah bijaksana dan adil, dia
tidak dapat menahan rasa penasaran di hatinya dan tanpa
menujukan kata katanya kepada orang tertentu seperti bicara
kepada diri sendiri, dia berkata, "Kalau memang benar bahwa
Yap-tihu adalah seorang pembesar yang adil dan bijaksana,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengapa dia mengadakan peraturan pemungutan pajak yang
mencekik leher rakyat kecil yang miskin" Sambil berkata
demikian dia memandang ke arah tihu yang telah berdiri dan
orang tua ini tersenyum sedih.
"Sam-wi enghiong." katanya dengan suara halus.
"Memang, dipandang sepintas lalu, aku tidak lain adalah
seorang pembesar yang berlaku sewenang-wenang. Ini sudah
menjadi nasib burukku yang bekerja kepada pemerintah yang
kurang memperhatikan keadaan rakyatnya. Silakan duduk dan
harap suka dengarkan penuturanku yang sebenarnya dan apa
adanya, bukan untuk membela diriku." Pembesar itu lalu
duduk dan tiga orang muda itu pun duduk di atas bangku
yang sudah disediakan oleh para nikouw.
"Orang-orang muda, dengarlah penjelasan pinni," tiba-tiba
Pek I Nikouw berkata. "Kalau Yap-taijin yang memberi
penjelasan, tentu kalian akan menganggap bahwa dia
berbohong atau setidaknya mencari-cari alasan untuk
membersihkan diri. Pinni adalah orang luar yang sama sekali
tidak ada sangkut-pautnya dengan pemerintahan, maka
keterangan pinni kiranya dapat kalian terima dan percaya."
"Teecu bertiga mendengarkan dan akan percaya
keterangan suthai," kata Beng Han.
"Yap-tihu adalah seorang pejabat yang setia dan
memegang peraturan dengan keras. Hal ini tidak boleh
disalahkan, bahkan patut dipuji oleh karena memang
seharusnya demikian sikap seorang pembesar yang bijaksana.
Peraturan-peraturan yang dia perintahkan kepada semua
kepala kampung adalah peraturan yang datangnya dari kota
raja dan sebagai seorang, pejabat, tentu saja Yap-tihu tidak
berani menentangnya. Menentang perintah atasan berarti
membangkang atau bahkan dianggap memberontak. Adapun
mengenai dirinya sendiri, pinni yang cukup tahu dan mengenal
bahwa dia adalah seorang pembesar yang adil dan bijaksana,
yang sama sekali tidak pernah bertindak sewenang-wenang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengandalkan kekuasaannya, yang sama sekali pantang
untuk bertindak korupsi demi untuk kesenangan diri dan
keluarga sendiri. Peraturan yang dirasakan amat menekan
rakyat petani itu bukanlah peraturan yang dibuat oleh Yap-tihu
ini sendiri, dan dia hanyalah seorang pelaksana yang setia
kepada tugasnya. Hal ini harus kalian mengerti baik-baik."
Mendengar penuturan ini, insaflah tiga orang muda itu.
Mereka merasa tidak enak sekali dan maklumlah kini bahwa
selama ini mereka hanya menegur petuga-petugas yang
menjadi pelaksana belaka. Para petugas itu hanyalah rantingranting
dan daun-daun saja.Kalau pohon itu menghasilkan
buah yang buruk, maka membabati ranting ranting dan daundaunnya,
mengobati-ranting-ranting dan daun daunnya akan
sia-sia belaka. Penyakit itu letaknya adalah pada si pohon,
yaitu pada pusatnya, pada pemerintahannya atau pejabat
tinggi yang berwewenang menentukan pajak itu. Kalau mau
mengobati, haruslah pohonnya, dan kalau mereka hendak
membela rakyat, mereka harus mendatangi yang menjadi
pusat penyakit itu-Di kota raja!.
Mereka bangkit menjura kepada Yap-tihu dan Beng Han
mewakili mereka berkata, "Ah, kalau demikian halnya, taijin,
harap sudi memaafkan kami bertiga orang-orang muda yang
bodoh dan ceroboh sehingga kami telah mendatangkan
kekacauan, berlaku kurang ajar ke pada taijin dan
mengganggu ketenteraman keluarga taijin."
Pembesar itu menarik napas panjang dan wajahnya
kelihatan sedih sehingga waiah itu nampak lebih tua dari pada
usianya. "Tidak apa, tidak apa....... " jawabnya, "Bahkan aku
merasa malu sekali bahwa kalian orang-orang muda
mempunyai semangat dan pribudi yang jauh lebih tinggi dari
pada aku. Biarlah besok pagi aku akan mengajukan
permohonan berhenti dari jabatanku."
"Ayah........!" Yu Tek berkata lirih dan memandang ayahnya
dengan kaget .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek I Nikouw juga terkejut sekali mendengar ini dan cepat
dia berkata, "Yap-taijin janganlah taijin berkata demikian!
ingatlah kalau orang lain yang menjadi pembesar di kota ini,
tentu keadaan rakyat bahkan menjadi makin tertindas!
Pembesar lain biasanya selain menjalankan peraturan yang
datang dari kota raja, mereka tentu akan melakukan
penindasan-penindasan lain yang timbul dari nafsu ingin
menimbun harta untuk kepentingan diri sendiri. Kasihanilah
rakyat di An-kian dan daerahnya dari penghisapan seperti itu,
taijin. Kalau terjadi taijin mengundurkan diri dan An-kian
dipimpin oleh pembesar lain yang korup dan sewenang
wenang, agaknya pinni sendiri akan mengikuti jejak tiga orang
muda ini dan menentang mereka dengan kekerasan!".
Yap-tihu menghela napas panjang dan berkata, "Suthai
yang baik, memang itulah yang membuat saya sehingga
sekarang masih menguatkan hati untuk memegang jabatan
ini. Ah, ijinkanlah saya pulang dulu karena hal ini benar-benar
mendukakan hati saya dan membingungkan pikiran saya."
Yap-tihu lalu menjura kepada semua orang dan berjalan
pulang, diikuti oleh Yap Yu Tek yang juga merasa berduka
melihat keadaan ayahnya itu. Dia dapat menyelami perasaan
ayahnya dan merasa kasihan sekali karena ayahnya
menghadapi hal yang amat sulit untuk dipilih. Terus menjabat
kedudukan itu berlawanan dengan hati nurani karena
peraturan dari atasan amat menghimpit rakyat. Keluarpun
tidak tepat karena kedudukannya akan diganti oleh pembesar
lain yang lebih menyengsarakan rakyat pula!
Kini terbukalah mata Kui Eng, Bun Hong, dan Beng Han.
Diam-diam mereka merasa menyesal bahwa mereka telah
salah tangan menuduh seorang yang bijaksana sebagai
seorang jahat. Kemarahan mereka kini beralih ke kota raja,
dan diam-diam mereka mengambil keputusan untuk sewaktuwaktu
pergi ke kota raja melihat keadaan dan menyelidiki para
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembesar tinggi yang menjadi biang keladi kesengsaraan
rakyat jelata.
"Sam wi enghiong, sebenarnya siapakah guru kalian?
Permainan pedang nona ini mengingatkan pinni kepada
seorang kenalanku, yaitu Lui Sian Lojin, kata Pek I Nikouw.
"Memang teecu adalah murid Lui Sian Lo-jinl" kata Kui Eni
dengan girang.
"Omitohud......! Syukurlah! Kiranya masih orang
segolongan sendiri. Ah, suhunya amat lihai, tentu saja murid
muridnya gagah perkasa pula ! ".
Demikianlah, pertemuan yang semula dikhawatirkan akan
berekor menjadi permusuhan ini ternyata berubah menjadi
pertemuan mesra dan menghasilkan persahabutun yang akrab
di antara mereka. Siok Thian Nikouw memaksa puteranya
untuk bermalam di kuil itu agar mereka dapat melepas rindu
dan bercakap-cakap, menceritakan pengalaman masingmasing
semenjak mereka berpisah. Pek I Nikouw yang
dimintai perkenan, mengijinkan dengan senang hati karena dia
percaya penuh kepada murid-murid Lui shan Lojin ini. Kalau
bukan putera Siok Thian Nikouw dan murid-murid Lui Sian
Lojin, tidak mungkin dua orang pria hu diperkenankan
bermalam di situ; karena merupakan pantanganlah bagi
seorang pria untuk bermalam di kuil nikouw itu. Pek I Ni-kouw
lalu menyuruh seorang nikouw mempersiapkan sebuah kamar
untuk Beng Han dan Bun Hong, sedangkan Kui Eng mendapat
kamar bersama Beng Lian yang telah menjadi kawan baiknya.
Malam hari itu, Beng Han berada di ruang belakang,
bercakap cakap dengan ibunya, menuturkan semua
pengalamannya sehingga ibunya merasa girang sekali.
"Anakku, tadinya aku telah menganggap bahwa engkau
juga menjadi korban keganasan para pemberontak liar itu,
syukurlah bahwa Thian masih melindungimu dan dapat
mempertemukan kita kembali. Bagiku, kau seakan-akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang anak yang baru bangkit kembali dari kuburan......."
ia menyusut air matanya.
"Beng Han, karena tadinya menyangka bahwa kau telah
tewas, maka aku tanpa sengaja mendahului, kutunangkan
adikmu dengan putera Yap-tihu........"
Beng Han tersenyum girang. "Aku girang sekali melihat hal
itu. Menurut pandanganku, Yu Tek adalah seorang pemuda
yang amat baik dan pantas sekali menjadi suami adikku. Dan
ayahnya juga seorang pembesar yang bijaksana, hal ini baru
kuketahui sekarang."
"Akan tetapi, Beng Han, menurut kebiasaan dan adatistiadat
kita, seorang saudara muda tidak boleh dikawinkan
sebelum kakaknya menikah. Kau sekarang telah berusia
hampir duapuluh tahun, dan semenjak aku masuk menjadi
nikouw, tidak ada kebahagiaan lain yang kuharapkan selain
melihat engkau dan adikmu hidup bahagia dan mendapatkan
jodoh yang cocok. Kausenangkanlah hati ibumu, anakku, dan
janganlah adikmu itu harus menanti terlalu lama Kau harus
menikah dulu sebelum dia dapat menjadi isteri Yu Tek,
anakku."
Wajah pemuda itu menjadi merah sekali ketika dia
mendengar kata-kata ibunya itu. Jantungnya berdebar tidak
karuan dan selama hidupnya baru sekali inilah dia memikirkan
bahwa dia adalah seorang pria yang sudah dewasa, dan sudah
tiba saatnya baginya untuk memikirkan tentang perjodoh ini .
"Ibu, aku masih belum mempunyai pikiran tentang hal itu
sama sekali........" jawabnya sambil menundukkan mukanya.
Hening sejenak. Nikouw itu menatap wajah puteranya yang
menunduk, kemudian dia berkata, "Beng Han, kulihat
sumoimu, nona Kui Eng itu adalah seorang gadis yang cantik
dan berilmu tinggi, juga baik sekali. Menurut pandanganku,
dia memiliki wajah yang menunjukkan keluhuran budi dan
kemurnian hati. Kalau saja engkau suka ....... dan kalau saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ada harapan, aku akan merasa girang sekali mempunyai
mantu seperti dia......."
Jantung di dalam dada Beng Han berdebar keras
mendengar ini, mukanya makin merah karena dia malu sekali.
Memang dia amat mencinta gadis yang menjadi sumoinya itu
dan dia akan merasa berbahagia kalau dia dapat memperisteri
gadis yang selalu menjadi kenangannya itu, kalau dia dapat
untuk selamanya berdampingan dengan Kui Eng sebagai
suami isteri, melindunginya selama hidupnya dengan taruhan
nyawanya ! Dia telah bergaul dengan Kui Eng semenjak
mereka berdua masih kanak-kanak, dia telah tahu dan
mengenal betul isi hati dan perangai gadis itu. Akan tetapi dia
merasa ragu-ragu apakah gadis itu akan suka menjadi
isterinya ! Hal ini sama sekali tidak pernah terpikirkan olehnya.
"Dan kau cinta padanya, bukan ? "
Kembali Beng Han menundukkan mukanya, sama sekali
tidak dapat menjawab, jantungnya berdebar tegang dan
mukanya terasa panas. Kalau dia tidak merasa begitu tegang
dan berdebar-debar sehingga telinganya penuh dengan bunyi
degup jantungnya sendiri, agaknya dia akan dapat mendengar
suara yang tidak wajar di luar ruangan itu karena biasanya
pemuda mi amat waspada dan memiliki pendengaran yang
amat tajam. Akan tetapi, percakapan dengan ibunya tentang
Kui Eng membuat dia kehilangan kewaspadaannya.
"Jawablah. anakku. Engkau mencinta gadis yang menjadi
sumoimu itu, bukan ?" Pertanyaan itu mengandung desakan
karena hati ibu ini ingin sekali melihat puteranya lekas-lekas
mendapatkan jodoh yang tepat.
"Ibu, bagaimana aku berani menyatakan cinta kasihku
kepadanya kalau aku belum mengetahui perasaan hatinya?"
Akhirnya Beng Han menjawab sejujurnya, karena dia tidak
sangsi lagi bahwa dia mencinta sumoinya, hanya apakah
sumoinya juga mencinta dia, itulah yang membuatnya raguragu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah, kalau begitu engkau mencinta dia! Bagus, anakku, aku
akan menyuruh adikmu untuk bertanya tentang hal itu
kepadanya."
"Jangan, ibu........I" Beng Han berkata dengan ragu-ragu
karena dia khawatir sekali kalau-kalau Kui Eng akan
menolaknya. Dia merasa ngeri membayangkan penolakan
sumoinya itu dan betapa akan malu dan sedihnya kalau
sumoinya sampai menolak cinta. Dari pada mengalami hal
yang mengerikan itu, lebih baik tidak menyampaikan sama
sekali dan masih terus berhubungan dengan sumoinya seperti
biasa dan sewajarnya saja.
"Beng Han. dengarlah. Dari pada penyimpan rahasia hati
dan menanggung rindu seorang diri yang berarti menyiksa
batin sendiri, lebih baik berterus terang. Berlakulah sebagai
laki-laki yang gagah! Bukankah sejak kecil engkau dilatih
untuk menjadi orang gagah? Mengapa kini engkau merasa
ngeri menghadapi segala kemungkinan ini? Bersiaplah untuk
menerima pukulan yang bagaimana hebatpun dengan gagah,
anakku. Aku tahu bahwa engkau khawatir kalau-kalau
pinanganmu ditolaknya, bukan?"
Beng Han mengangguk tanpa menjawab, alisnya berkerut
dan dia termenung.
"Beng Han, kurasa sumoimu tidak akan menolaknya. Pula,
andaikata dia menolakmu, hal itu malah lebih baik bagimu
untuk mengetahui bahwa harapan dan kandungan hatimu ini
tak mendapat balasan dan dengan pengetahuan ini engkau
tidak akan menderita karena mengharap-harapkan hal yang
takkan mungkin terjadi! Lebih baik kau mendengar
penolakannya sehingga engkau dapat melenyapkan kerinduan
dan harapan hatimu dari pada engkau menyimpannya saja
menjadi semacam penyakit yang akan meracuni hatimu."
Setelah hening sejenak, akhirnya Beng Han berkata dengan
suara halus penuh perasaan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang sesungguhnyalah, ibu. Aku menyayang dan
mencinta sumoi semenjak kami masih kecil. Ketika aku
pertama kali bertemu dengan suhu dan kami dibawa ke
puncak gunung, kuanggap sumoi sebagai pengganti adikku.
Akan tetapi, setelah kami menjadi dewasa, aku....... aku
mempunyai perasaan lain terhadap dirinya, aku.......aku cinta
padanya, ibu."
"Baiklah, anakku, .Besok akan kubicarakan hal ini dengan
dia agar hatiku menjadi puas dan tenteram."
Ucapan Siok Thian Nikouw ini membuat muka Beng Han
menjadi kemerahan dan hatinya merasa girang sekali. Dia
tidak tahu bahwa ucapan itu membuat muka orang lain yang
berdiri mendengarkan percakapan itu di luar ruangan menjadi
pucat sekali. Orang itu adalah Bun Hong ! Pemuda ini keluar
dari kamar hendak mencari Beng Han dan tidak sengaja dia
ikut mendengarkan pengakuan Beng Han akan cintanya
kepada Kui Eng dan janji ibu suhengnya itu untuk meminang
Kui Eng.
Bun Hong merasa seperti disambar petir dan cepat dia
memejamkan matanya mengatasi kepeningannya agar dia
jangan sampai terhuyung. Rasa duka menyelinap di dalam
hatinya, rasa duka bercampur penasaran dan juga marah dan
kecewa. Dia menaruh hati cinta kepada sumoinya itu yang
timbul semenjak mereka berdua menjadi dewasa. Dan kini
mendengar pengakuan suhengnya bahwa suhengnya juga
mencinta Kui Eng dan mendengar bahwa suhengnya itu
hendak di jodohkan dengan Kui Eng, dia merasa hatinya
tertikam dan seperti diremas hancur.
Setelah rasa peningnya hilang, dengan hati-hati sekali Bun
Hong meninggalkan tempat itu. cepat kembali ke kamarnya
dengan kedua kaki lemas. Dia segera berkemas dan setelah
menggunakan pena bulu dan kertas yang dicoret-coret
membuat sepucuk surat yang ditinggalkan di atas meja, dia
lalu diam-diam meninggalkan kamar itu sambil membawa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
semua bungkusan pakaiannya, kemudian melompat ke atas
genteng dan menghilang di malam gelap !.
Setelah dia berhasil keluar dari Kuil Kwan-im-bio itu tanpa
ada yang tahu, barulah Bun Hong melepaskan kedukaannya
dan terdengar dia berlari sambil terisak-isak menangis.
Semenjak kehilangan seluruh keluarganya kemudian menjadi
murid suhunya, baru sekali inilah Bun Hong mengalami
kedukaan yang amat hebat, yang membuat dia menangis
seperti anak kecil !
Perasaan cinta yang terkandung dalam hati seorang pria
terhadap seorang wanita atau sebaliknya, memang
merupakan suatu "permainan” yang amat hebat, aneh, dan
berkuasa sekali dalam kehidupan manusia! Semenjak sejarah,
berkembang, persoalan 'cinta" ini telah menjadi bahan
inspirasi dari para sasterawan dan seniman. Betapa banyaknya
cerita-cerita dan sajak-sajak indah tentang cinta ditulis,
dipanggungkan, dan dinyanyikan para seniman.
Kisah-kisah cinta selalu mengandung segi-segi kehidupan
manusia yang penuh dengan romantika, kebahagian dan
kedukaan, suka-duka dan manis pahit yang membumbui
kehidupan manusia. Kisah cinta bisa terjadi sedemikian
bahagianya sampai mengharukan hati dan memancing
keluarnya air mata, akun tetapi sebaliknya juga dapat terjadi
sedemikian menyedihkannya sampai menghancurkan
perasaan dan memancing air mata pula. Dapat mengangkat
seseorang ke sorga yang paling tinggi namun dapat pula
menjerumuskan seseorang ke neraka yang paling rendah !
Hampir sebagian banyak dari usia manusia dikuasai oleh apa
yang dinamakan cinta ini, cinta antara pria dan wanita!
Akan tetapi, sungguh menyedihkan betapa jarang ada
manusia yang sungguh-sungguh mengenal cinta! Walaupun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
setiap mulut pernah menyebut cinta, namun benarkah cinta
yang kita dengung-dengungkan dalam cerita-cerita, dalam
sajak-sajak, dalam nyanyian-nyanyian itu? Ataukah itu
hanyalah namanya saja cinta akau tetapi didalamnya
mengandung pengejaran akan kesenangan? Baik kesenangan
itu berupa ingin menguasai, ingin memiliki, ingin
melampiaskan nafsu berahi, yang pada hakekatnya hanyalah
pengejaran kesenangan untuk diri pribadi?
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru