Rabu, 03 Mei 2017

Cerita Silat Remaja Kho Ping Hoo 3 Tiga Naga Sakti

Cerita Silat Remaja Kho Ping Hoo 3 Tiga Naga Sakti Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cerita Silat Remaja Kho Ping Hoo 3 Tiga Naga Sakti
kumpulan cerita silat cersil online
Cerita Silat Remaja Kho Ping Hoo 3 Tiga Naga Sakti
Betapa indahnya cinta! Indah dan suci! Tanpa cinta,
tanaman takkan berbunga, pohon takkm berbuah, kembang
kehilangan harumnya, kicau burung kehilangan merdunya,
matahari kehilangan sinarnya! Namun, betapa bahayanya
nafsu pengejaran kesenangan, nafsu pementingan diri yang
kita namakan cinta itu! Berbahaya dan kalau sudah
mencengkeram kita, dia mempermainkan kita dan mampu
menyeret kita menjadi permainan antara kesenangan dan
penderitaan! Mampu membangkitkan cemburu dan benci.
Bahkan tidak jarang seorang korban menjadi gila, atau
membunuh diri sebagai korban "cinta" seperti itu. Atau
membunuh saingannya, atau menyeretnya menjadi orang
yang kehilangan kesusilaan, kehilangan pedoman hidup,
kehilangan segala-galanya !
Dengan hati penuh keriangan dan harapan, Beng Han
kembali ke dalam kamarnya setelah mengadakan pembicaraan
dengan ibunya. Dia merasa heran ketika melihat kamar itu
kosong Ke mana perginya Bun Hong? Dia mencari-cari dengan
matanya, akan tetapi di sekitar tempat itu tidak nampak
bayangan sutenya itu, maka dia lalu memasuki kamar dan
tampaklah olehnya sehelai surat yang ditinggalkan oleh Bun
Hong di atas meja tadi. Didekatinya surat itu, diambil lalu
dibacanya.
Suheng Gan Beng Han,
Maaf, tanpa kusengaja aku telah mendengar tentang
pertunanganmu dengan sumoi. Kionghi (selamat), suheng.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kudoakan semoga engkau hidup berbahagia dengan sumoi.
Tidak ada pemuda lain yang lebih berharga untuk menjadi
suami sumoi selain dari pada engkau !.
Aku hendak pergi ke kota raja, membasmi para pembesar
jahat dan kalau perlu kaisarnya sekali demi keselamatan
rakyat kecil yang tertindas !
Sutemu yang sebatangkara,
Tan Bun Hong
Beng Han duduk termenung sambil memegangi surat itu
dan membacanya sampai beberapa kali. Seolah olah dia
mendengar kata-kata yang dituliskan itu dari mulut sutenya
sendiri, diucapkan dengan suara sedih dan mengharukan.
Terbayanglah di depan matanya semua sikap Bun Hong
terhadap Kui Eng dan kepedihan hebat mengganggu hatinya.
Tiba-tiba sadarlah dia bahwa sangat boleh jadi bahwa sutenya
itu juga mencinta Kui Engl Dia merasa terharu sekali, karena
kalau memang benar demikian halnya, maka ternyata bahwa
sutenya itu telah bersikap mengalah terhadap dia dan telah
pergi dengan membawa hati yang patah.
Peristiwa ini sekaligus melenyapkan perasaan gembira yang
tadi memenuhi hatinya. Dimasukkannya surat itu ke dalam
saku bajunya dan semalam suntuk dia tidak dapat
memejamkan kedua matanya. Dia membayangkan keadaan
sutenya dan berulang kali dia menarik napas panjang.
Tidurnya gelisah sekali. Terjadi perang dalam batinnya. Sama
sekali tidak disangkanya bahwa mereka bertiga, yang
semenjak kecil tak pernah berpisah kini terpaksa berpisah
dalam keadaan yang amat tidak menyenangkan itu, berpisah
karena sama-sama mencinta Kui Eng! .
Sampai pada keesokan harinya, karena semalam tidak
dapat pulas, Beng Han turun dari tempat tidurnya. Setelah
mencuci muka, dia tidak berani lagi keluar dari kamarnya. Dia
maklum bahwa pagi hari itu ibunya dan adiknya akan bicara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan Kui Eng untuk mengajukan pinangan terhadap gadis
itu. Dia merasa malu untuk bertemu muka dengan Kui Eng,
maka dia berdiam saja di dalam kamarnya dengan jantung
berdebar penuh ketegangan penuh kekhawatiran kalau-kalau
pinangannya ditolak. Kalau sampai ditolak, alangkah akan
sedih dan malunya Akan tetapi seandainya diterima dan Kui
Eng mendengar tentang kepergian Bun Hong, bagaimana
nanti? Apakah sumoinya itu tidak akan mengerti juga akan
duduknya persoalan, tidak akan menduga bahwa Bun Hong
pergi karena ikatan jodoh antara mereka ?
Susah senang, puas kecewa, itulah isinya kehidupan
manusia! Baik susah maupun senang, puas maupun kecewa,
adalah akibat dari adanya keinginan! Makin banyak keinginan
seseorang, makin banyak pula dia diombang-ambingkan
antara susah senang, puas kecewa. Kalau tercapai apa yang
diinginkan, tentu puas dan senang. Kalau tidak tercapai apa
yang diinginkan, tentu kecewa dan sedih.
Akan tetapi, baik senang maupun susah, semua hanyalah
sementara saja, selewat saja! Yang tercapai keinginannya dan
senang, hanya sebentar saja senang karena kembali dia akan
dicengkeram oleh keinginan lain yang lebih besar atau
dianggap lebih menarik dan begitu dia dicengkeram oleh
keinginan baru ini berarti dia membuka kemungkinan untuk
mengalami susah atau senang yang baru lagi, puas atau
kecewa yang berikutnya lagi ! Sebaliknya, yang tidak tercapai
keinginannya dan menjadi susah kecewa, itupun hanya
sebentar saja karena diapun dapat menghibur hatinya dengan
harapan baru untuk rnemperoleh senang dari keinginan yang
baru lagi. Tidak ada kesenangan maupun kesusahan yang
abadi, semua itu hanya lewat sekelebatan saja berselangseling,
ganti-berganti seperti siang dan malam.
Akan tetapi yang penting, dapat kah kita hidup terbebas
dari cengkeraman nafsu keinginan yang menyeret kita dalam
permainan gelombang susah senang, puas kecewa ini ? Kita
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat melihat perubahan setiap saat dari susah senang
sebagai akibat keinginan itu dalam diri kita sendiri setiap hari,
setiap saat !
Tepat seperti dugaan Beng Han yang sedang duduk gelisah
seorang diri di dalam kamarnya, pagi hari itu Siok Thian
Nikouw bersama puterinya, Gan Beng Lian, berhadapan
dengan Kui Eng di kamar dalam itu. Dengan suara yang halus
nikouw itu membuka percakapan setelah secara manis Kui Eng
menghaturkan selamat pagi.
"Nona Kui Eng, sebelum pinni melanjutkan pembicaraan ini
harap suka memaafkan kami ! "
Kui Eng tersenyum dan memandang wajari nikouw itu
dengan lucu. "Aihh !, kenapa suthai berkata demikian? Kalau
ada yang sepatutnya minta maaf, adalah saya yang telah
mengganggu ketenteraman suthai."
"Nona, pinni telah mengadakan pembicaraan yang
sungguh-sungguh dengan puteraku Beng Han dan karenanya
pinni sudah mengetahui sampai jelas hubunganmu yang amat
baik dengan dia sebagai saudara-saudara seperguruan.
Setelah pinni mendengar semua penuturannya itu dan pinni
melihat engkau, nona, timbullah keinginan dalam hati pinni
untuk mempererat hubungan itu menjadi hubungan keluarga.
Terus terang saja, nona Kui Eng, pinni ingin sekali
menjodohkan Beng Han dengan kau, dan apa bila kau tidak
merasa keberatan, pinni akan merasa amat berbahagia dan
bersyukur kepada Thian Yang Maha Agung untuk mempunyai
seorang mantu seperti engkau, nona Kui Eng."
Kui Eng membelalakkan matanya, mulutnya berkali-kali
mengeluaikan suara "ahh....." dan "obh.......", mukanya
kadang kadang menjadi pucat dan kadang kudang merah, lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia menundukkan mukanya dan tak terasa lagi air matanya
mengalir turun membasahi kedua pipinya. Melihat ini, Beng
Lian yang duduk di dekatnya lalu memeluknya dengan mesra.
Sampai lama Kui Eng tidak mampu mengeluarkan kata-kata,
dan dia berusaha keras untuk menekan gelora hatinya yang
membuat dadanya naik turun dan napasnya terengah-engah.
"Ahh....... suthai........ ohh........!"
"Tenanglah, enci Kui Eng, tenanglah.....” Beng Lian berbisik
di dekat telinganya.
Siok Thian Nikouw tersenyum menyaksikan sikap dara itu
dan berkata, "Omitohud....... harap kau tenang, nona. Bukan
maksud pinni untuk membuat kau begitu gugup......."
Ucapan yang halus dari nikouw itu dan sikap yang manis
dari Beng Lian akhirnya dapat menenangkan hati Kui Eng. Dia
menghapus air matanya dengan saputangannya, kemudian
menatap wajah nikouw yang tersenyum penuh kesabaran itu.
"Suthai, mohon dimaafkan sebanyaknya. Saya merasa
terharu sekali dan menghaturkan banyak terima kasih atas
budi kecintaan hati suthai yang telah memberi penghormatan
besar sekali kepada saya yang bodoh dan tidak berharga ini.
Akan tetapi, suthai, pada waktu sekarang ini, selain saya
belum mempunyai pikiran sama sekali tentang persoalan
perjodohan, juga saya harus terlebih dahulu mencari ibu saya
dan kemudian tentang soal perjodohan itu, terserah kepada
orang tua saya itulah."
Biarpun jawaban itu tidak tersangka-sangka olehnya dan
hatinya merasa kecewa, namun Siok Thian Nikouw
mengangguk-angguk sambil tersenyum ramah dan berkata,
"Memang seharusnya demikian, nona. Pinni juga telah
mendengar dari Beng Han tentang peristiwa dan malapetaka
yang menimpa keluargamu, seperti juga yang telah menimpa
keluarga kami. Biarlah kau mencari ibumu lebih dulu,
kemudian pinni hendak mengulangi pinangan ini kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ibumu. Pinni menyampaikannya sekarang hanya dengan
maksud agar kau mengetahui isi hati kami ibu dan anak."
Dengan kata-kata ini nikouw itu hendak "mengikat" Kui Eng
sehingga nona ini telah bertunangan dengan Beng Han,
biarpun secara tidak resmi. Dan agaknya Kui Eng mengerti
pula akan hal itu, maka dia segera berkata dengan muka
menunduk.
"Maafkan saya, suthai bukan sekali-kali saya menolak
kehendak suthai yang mengandung maksud baik itu, akan
tetapi harap saja hal ini ditunda dan dilupakan dulu. Saya
tidak berani menerima atau mengadakan janji sesuatu oleh
karena sesungguhnya saya belum ingin mengikatkan diri
dengan tali perjodohan. Maaf, suthai........"
Siok Thian Nikouw menarik napas panjang. Kasihan Beng
Han. pikirnya. Dan kasihan hatinya sendiri ! Karena dari
jawaban ini walaupun tidak secara langsung merupakan
penolakan, namun sedikitnya membayangkan perasaah hati
gadis ini yang masih ragu-ragu dan tidak meyakinkan, yang
berarti bahwa pada saat sekarang ini Kui Eng belum
mempunyai perasaan cinta terhadap Beng Han!
"Kalau begitu! nona, harap kau lupakan saja semua ucapan
pinni tadi. Kalau kelak kau telah bertemu kembali dengan
ibumu, barulah kita bicarakan hal ini lebih lanjut."
Kui Eng lalu mengundurkan diri dari hadapan Siok Thian
Nikouw dan dia duduk termenung di dalam kamarnya.
Pikirannya kacau tidak karuan oleh peristiwa tadi. Terasa
pening dan bingung. Dia teringat akan orang tuanya, dan
mulailah dia sadar bahwa dia kini telah menjadi seorang gadis
dewasa dan sudah sewajarnya kalau dia dipinang orangl
Membayangkan ini, tak terasa air matanya bertitik turun
membasahi pipinya. Dipinang orang tanpa ada ibunya ! Dan
yang meminangnya adalah twa suhengnya. Gan Beng Han !
Sungguh tak disangka-sangkanya hal itu akan terjadi. Menjadi
isteri twa- suheng ! Lucu kedengarannya, lucu mengharukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memang dia dapat menduga bahwa twa-suhengnya, juga jisuheng
nya, menaruh hati kepadanya. Hal ini sungguhpun tak
pernah diucapkan mulut mereka, namun dari pandang mata
mereka, ucapan dan gerak-gerik mereka, terkandung
kemesraan yang menyentuh hati wanitanya dan yang
membuat dara ini merasa dan mengerti bahwa dua orang
suhengnya itu mencintanya. Dan ini seorang di antara mereka
telah mengajukan pinangan!.
Selagi dara itu duduk termenung dan mengusap air
matanya, masuklah Beng Lian ke dalam kamar yang mereka
pakai berdua itu. Begitu masuk, Beng Lian segera duduk di
sampingnya, memeluk pinggang dan memegang lengannya.
"Cici, harap jangan kau menyesal. Maafkan ibuku kalau kau
anggap dia terlalu lancang."
"Ah, sama sekali tidak, adik Lian. Sama sekali tidak! Bahkan
akulah yang merasa menyesal sekali bahwa terpaksa aku
belum dapat memberi keputusan sehingga setidaknya aku
telah membuat ibumu kecewa Kalianlah yang sepatutnya
memaafkan aku, adik Lian."
Betapapun juga, sebagai adik kandung Beng Han yang baru
saja berkumpul dengan kakaknya dan yang tentu saja
mengharapkan kebahagiaan bagi kakaknya itu, hati Beng Lian
sedikit banyak merasa tidak puas dan kecewa yang
mengandung penasaran pula atas penolakan Kui Eng. Biarpun
Kui Eng tidak menjawab secara pasti, menerima atau menolak,
namun kenyataan bahwa dara ini tidak menerima pinangan
ibunya, dapat dianggap sebagai suatu penolakan halus. Maka,
tanpa sengaja untuk menyerang, hanya terdorong oleh rasa
kecewanya. Beng Lian berkata, "Cici Eng, cinta kasih
seseorang memang tidak dapat dipaksakan. Aku tahu bahwa
engkau tidak mencinta.kakakku. Memang kalau dibandingkan,
Han-koko kalah tampan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kui Eng terkejut sekali dan merenggutkan lengannya yang
dipegang oleh Beng Lian, lalu bangkit berdiri dan memandang
dengan mata terbelalak. "Apa......., apa maksudmu........??"
Beng Lian merasa bahwa dia telah kesalahan bicara, dan
berusaha hendak memperbaiki kesalahannya, akan tetapi
karena gugupnya, dia bahkan menambahkan,
"Maksudku....... eh,dibandingkan dengan saudara Bun Hong,
kakakku itu memang kalah tampan."
Pucatlah wajah Kui Eng mendengar ini, kemudian muka itu
berubah merah sekali, merah karena marah!
"Beng Lian!" katanya dengan ketus. "Kauanggap aku ini
orang apakah? Dengarlah baik-baik, aku tidak mencinta
kakakmu dan juga tidak mencinta ji-suheng! Aku telah
menolak pinangan ibumu, dan habis perkara! Jangan kau
hubung-hubungkan dengan lain hal dan jangan kau
menyangka yang bukan-bukan!"
Melihat kemarahan Kui Eng, Beng Lian merasa terkejut dan
menyesal mengapa dia telah berlancang mulut. Padahal dia
hanya bermaksud untuk membenarkan sikap gadis itu karena
perjodohan haruslah didasari dengan cinta kasih antara kedua
orang yang dijodohkan, seperti dia dengan Yu Tek. Selagi dia
hendak minta maaf, Kui Eng telah menyambar buntalan
pakaiannya dan berlari keluar dari kamar itu dengan mata
merah menahan tangis!.
Ketika tiba di ruangan depan, dia bertemu dengan Beng
Han yang sedang menanti berita dari ibunya dengan hati
berdebar. Pertemuan yang tak disangka-sangkanya ini
membuat Beng Han merasa malu sekali dan sungkan, akan
tetapi dia dapat menenangkan hatinya dan bertanya. "Sumoi,
apakah malam tadi kau dapat enak tidur?"
Akan tetapi, terkejutlah Beng Han ketika melihat wajah Kui
Eng yang nampaknya marah itu. Apa lagi Kui Eng membawa
buntalan dan matanyajelas basah !.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, sumoi, kenapakah kau ......?" Hatinya menjadi kecut
dan perasaannya tidak enak sekali.
"Twa-suheng," kata Kui Eng, sambil cepat-cepat
menghapus dua butir air mata yang memaksa turun dari
kedua matanya. "Aku........ aku pergi dulu, hendak mencari
ibuku. Maafkan bahwa terpaksa aku harus memisahkan diri
dari kau dan ji-suheng."
Bukan main terkejut hati Beng Han mendengar ucapan ini.
Kedua matanya terbelalak dan mukanya berubah pucat.
Dengan gagap dia berkata, "Akan tetapi....... sumoi........
kernana kau hendak pergi....... dan apa yang terjadi........?"
"Entahlah, ke mana saja kedua kakiku membawaku.
Pokoknya, aku hendak mencari ibu."
Beng Han adalah seorang pemuda yang berpemandangan
luas. Dia telah dapat menduga bahwa tentu sikap gadis ini ada
hubungannya dengan pinangan ibunya. Pinangan itu telah
gagal ! Bukan hanya gagal, bahkan mengakibatkan sumoinya
merasa tidak enak dan hendak pergi meninggalkannya. Dia
menarik napas panjang.
"Sumoi....... ah, kalau keputusanmu memisahkan dirimu ini
karena... karena pinangan ibuku kepadamu, ahh..... kau
maafkanlah aku, sumoi. Kelancanganku mengajukan pinangan
ini telah kutebus mahal sekali. Sute telah meninggalkan aku,
apakah sekarang kaupun hendak meninggalkan aku pula?"
Kui Eng yang tadinya menunduk dan tidak berani
memandang wajah suhengnya, kini mengangkat mukanya. "Jisuheng
meninggalkan kau? Kemanakah perginya?" dia
bertanya heran.
Beng Han hanya menarik napas panjang dan menyerahkan
surat Bun Hong kepada sumoinya. Merahlah wajah Kui Eng
membaca pemberian selamat Bun Hong kepada Beng Han
atas pertunangannya dengan dia! Timbul rasa kasihan di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam hatinya terhadap twa suhengnya ini, maka katanya
perlahan sambil menunduk,
"Twa-suheng, percayalah bahwa aku tetap menghormati
dan menganggap suheng sebagai kakakku sendiri. Biarlah kita
bertemu lagi di lain waktu!" Setelah berkata demikian, Kui Eng
lalu mengembalikan surat itu, menjura kepada suhengnya
kemudian berlari cepat meninggalkan Kuil Kwan-im-bio itu.
Beng Han menggerakkan tangan dan bibirnya, namun tidak
ada suara yang keluar dan dia hanya mengikuti kepergian
sumoinya itu dengan pandang mata sayu dan bingung.
Setelah bayangan sumoinya lenyap, Beng Han segera
berlari untuk menjumpai ibunya dengan hati yang tidak enak
rasanya. Karena ibunya menceritakan kepadanya tentang
jawaban sumoinya, pemuda ini hanya menundukkan mukanya
dengan kedukaan yang disembunyikan. Dari jawaban ini dan
juga dari ucapan sumoinya ketika hendak pergi, maklumlah
dia bahwa perasaan cinta kasihnya terhadap sumoinya itu
hanya bertepuk tangan sebelah saja, tidak terbalas!.
Beng Han adalah seorang pemuda yang berbatin kuat.
Biarpun dia mengalami pukulan batin yang hebat secara
berturut-turut, pertama karena kepergian Bun Hong yang
patah hati, ke dua karena kepergian Kui Eng. dan ke tiga
ketika mendengar cerita ibunya tentang penolakan halus gadis
yang dipinangnya itu, namun dia segera dapat mengubur dan
menyembunyikan luka hatinya itu di bawah kemauannya yang
kuat.
"Ibu, harap ibu sudi memaafkan sute dan sumoi yang kini
telah pergi meninggalkan kuil tanpa pamit kepada ibu dan
kepada Pek I Suthai guru Beng Lian........"
"Eh?? Mereka pergi........? Sejak kapan?"
"Sumoi baru saja pergi, katanya hendak mencari ibunya.
Karena....... karena urusan pinangan itu, maka aku tidak dapat
banyak bertanya, juga tidak mampu mencegahnya karena aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tahu bahwa dia mempunyai kemauan yang amat keras. Dan
mengingat akan jawabannya,agaknya...... hemm.......
sebaiknyalah kalau untuk sementara ini kami saling
berpisah......."
"Dan sutemu?" tanya ibu yang masih bingung dan terkejut
mendengar berita kepergian saudara-saudara seperguruan
puteranya secara tiba-tiba itu. "Kapan dia pergi dan mengapa
pula ?"
Beng Han tidak berani memperlihatkan surat sutenya. Dia
tidak ingin ibunya tahu akan persoalan cinta kasih antara
mereka, yaitu cinta kasih yang terkandung dalam hati sutenya
terhadap sumoinya. Dia hanya berkata setelah menarik napas
panjang .
"Sute Bun Hong memang mempunyai watak yang aneh,
ibu. Aku amat menghawatirkan keadaannya, karena dia
memiliki watak yang amat aneh dan keras, lagi terlalu berani
sehingga kadang-kadang tanpa menggunakan perhitungan
yang masak. Kalau dia dibiarkan seorang diri saja di kota raja,
dia tentu akan menghadapi bahaya. Oleh karena itu, ibu
sekarang juga aku harus menyusulnya, untuk membantu dan
membelanya kalau kalau ada bahaya mengancam dirinya."
Siok Thian Nikouw mengerutkan alisnya.
"Tapi........tapi......kau baru saja datang dan kau baru saja
bertemu kembali dengan ibumu dan adikmu........bagaimana
engkau ukan pergi lagi begini tiba-tiba, anakku ? "
Beng Han berlutut di depan ibunya. "Ibu setelah aku
bertemu dengan ibu dan adik Lian, dan mengetahui bahwa ibu
berdua tinggal di kuil ini dalam keadaan selamat, hatiku
merasa amat bahagia dan lega. Setiap waktu anak dapat
saja datang ke sini untuk menjenguk ibu. Akan tetapi saat ini,
anak sedang dalam perjalanan bersama sute dan sumoi. Aku
sendiri telah berhasil menemukan keluargaku, akan tetapi
tidak demikian dengan sute dan sumoi. Maka, sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sepatutnya kalau aku mewakili suhu membantu dan
melindungi mereka, ibu. Sumoi harus kubantu mencari orang
tuanya, dan sute....... ah, dia sudah kehilangan semua
keluarganya, maka harus kubantu dan kulindungi dari bahaya.
Ijinkan anak pergi, ibu, dan tidak lama lagi aku pasti akan
datang lagi menjenguk ibu dan adik Lian."
Siok Thian Nikouw meraba-raba kepala puteranya.
"Omitohud...., kehendak Thian tidak dapat dilawan siapapun.
Kalau memang demikian kehendak hati dan tekadmu, anakku,
baiklah. Pergilah engkau memenuhi tugasmu, kau lindungi
sutemu dan kau bantu sumoimu mencari keluarganya. Akan
tetapi pesanku, tentang urusanmu dengan Kui Eng janganlah
kiranya hal ini mematahkan hatimu, nak. Bersabarlah sampai
gadis itu bertemu dengan ibunya, baru aku akan mengajukan
pinangan pula." Demikian pesan Siok Thian Nikouw kepada
putera-nya. Beng Han hanya mengangguk-angguk.
Kemudian dia berkemas, berpamit dari Pek I Nikouw yang
berpesan agar pendekar muda ini dan kedua orang saudara
seperguruannya berlaku hati-hati di kota raja karena di sana
terdapat banyak sekali orang pandai yang menjadi kaki tangan
para pembesar, lalu pergilah Beng Han meninggalkan Kwanim-
bio.
Ketika dia tiba di luar kota An-kian, tiba-tiba terdengar
suara orang memanggil dari belakang, dia cepat berpaling dan
ternyata adiknya. Beng Lian, yang menyusulnya dengan
berlari cepat. Setelah tiba disitu, berhadapan dengan
kakaknya, Beng Lian menangis dengan sedih,membuat Beng
Han menjadi terheran-heran. Tadi ketika dia berpamit di
depan ibunya, adiknya ini diam saja biarpun memandang
dengan wajah sayu, akan tetapi mengapa sekarang menyusul
dan tiba-tiba saja menangis sedih? Hatinya menjadi tidak
enak.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Eh, Lian-moi, apakah yang terjadi? Apakah terjadi sesuatu
di Kwan-im-bio?" tanyanya, teringat akan ibunya. Adiknya itu
menggeleng kepala dan terus menangis terisak-isak.
"Hemm, kalau begitu apakah kau menangis karena
kepergianku ini ? Lian moi yang baik, jangan kau seperti anak
kecil. Engkau juga seorang dara yang gagah perkasa, maka
tidak patutlah kalau menangis karena urusan kecil ini. Hapus
air matamu, adikku!"
Kembali Beng Lian menggeleng-geleng kepalanya sebagai
sangkalan terhadap dugaan kakaknya itu, dan tangisnya
makin menjadi-jadi.
Beng Han memegang pundak adiknya, "Lian-moi,
tenanglah, adikku. Sebenarnya, apakah yang terjadi dengan
dirimu? Apakah ada hubungannya dengan Yu Tek?
Katakanlah, dan aku akan membantumu, adikku !"
Kini Beng Lian menggeleng kepala makin keras, lalu
menutupi mukanya dengan kedua tangan, "Han-ko; aku.......
aku telah berdosa kepadamu......."
"Eh? Apa kau mengingau? Dosa apa yang kau lakukan?"
Beng Han tersenyum dan memandang heran.
"Aku........ akulah yang membuat enci Eng marah-marah
dan pergi meninggalkanmu, ko-ko......."
"Hemm, apakah yang telah kaulakukan?"
"Aku....... aku merasa kecewa dan menyesal karena dia
telah menolak pinangan ibu, lalu....... lalu kukatakan
kepadanya bahwa dia tidak mencintaimu dan....... dan........
kubayangkan kepadanya bahwa dia mencinta........ jisuhengnya......."
Kemudian dengan suara terputus-putus Beng
Lian menceritakan semua percakapan yang terjadi antara dia
dan Kui Eng, yang mengakibatkan kemarahan Kui Eng
sehingga dara itu pergi meninggalkan kuil.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar penuturan itu, Beng Han menggeleng - geleng
kepalanya dan menarik napas panjang. Kemudian dia berkata,
suaranya halus tanpa mengandung kemarahan.
"Adikku, engkau memang telah berlaku keterlaluan dan
lancang. Akan tetapi, semua itu kau lakukan karena terdorong
oleh rasa kecewa dan penasaran, dan aku dapat
memakluminya. Betapapun juga,
dugaanmu bahwa dia tidak
mencintaku memang tepat.
Akulah yang bodoh dan tidak
tahu diri, sehingga membolehkan
ibu melamarnya. Dugaanmu
bahwa dia mencinta Bun Hong
sute juga beralasan, karena aku
sendiripun kini menyangka
demikian. Akan tetapi, tentu saja
hal itu tidak semestinya
dikatakan kepadanya, karena
tentu akan membuat hatinya
tersinggung. Dia memang
berwatak keras. Akan tetapi
sudahlah, yang sudah terjadi biarlah berlalu, kalau aku dapat
bertemu dengan dia, aku yang akan memintakan maaf
untukmu. Hatinya baik sekali, aku yakin, dia akan suka
memaafkanmu. Dan harap pengalaman ini menjadi pelajaran
bagimu, agar lain kali engkau lebih berhati-hati kalau bicara
tentang hal yang menyangkut diri orang lain, Lian-moi."
Dengan masih terisak, dara itu mengangguk. 'Han-ko,
kau........ mau memaafkan aku, bukan........... !"
Beng Han menyapukan tangan kanannya untuk memegang
dagu adiknya dan mengangkat muka yang manis itu sehingga
mereka saling berpandangan. "Adikku, tentu saja aku
memaafkan engkau ! Senyumlah, kalau tunanganmu melihat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
engkau bermuram-durja, dia tentu akan ikut bersedih !
Jagalah dia baik-baik."
Beng Han mencium dahi adiknya kemudian membalikkan
dirinya dan melanjutkan perjalanan dengan cepat. Beng Lian
berdiri memandang dengan air mata berlinang sampai
kakaknya itu lenyap dari pandangan matanya .
Jilid V
KEBAJIKAN atau
kebaikan tabiat atau
kelakuan adalah suatu sifat,
suatu kewajaran yang
terjadi atau dilakukan tanpa
unsur kesengajaan oleh si
pelaku. Kalau kebajikan
dilakukan dengan sengaja
disertai kesadaran dari
pelaku bahwa dia
melakukan kebajikan, maka
tak dapat disangkal lagi,
perbuatan baik atau
kebajikannya itu dilakukan
dengan adanya pamrih
tersembunyi di balik
perbuatan itu.
Bermacam-macam dan bertingkat-tingkat adanya pamrih
yang tersembunyi ini, ada pamrih untuk keuntungan lahiriah,
ada pula pamrih keuntungan batiniah. Akan tetapi tetap saja
sama, karena pamrih yang tersembunyi dalam setiap
perbuatan itu pada hakekatnya hanyalah keinginan untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperoleh kesenangan lahir maupun kesenangan batin.
Bahkan ada pamrih tersembunyi dalam perbuatan baik yang
tidak disadari lagi oleh yang berbuat, pamrih yang mengendap
di bawah sadar.
Dan setiap perbuatan betapapun baiknya setiap kebajikan,
yang dilakukan dengan kesadaran bahwa hal itu adalah
kebajikan dan dengan demikian mengandung pamrih, adalah
suatu kepalsuan. Bukan baik karena memang pada dasarnya
dan sewajarnya memang baik, melainkan kebaikan yang
dibuat-buat, seperti pemulas untuk menutupi ying buruk.
Kebajikan tidak mungkin dapat dipelajari, dalam arti kata
dilatih, atau ditiru-tiru dari anjuran kitab-kitab atau guru-guru.
Karena kebajikan yang hanya dilakukan untuk meniru-niru
atau menyesuaikan diri dengan suatu pelajaran, adalah
kebajikan pura-pura atau palsu, munapafik adanya. Kalau di
dalam hati masih ada rasa benci, lalu dalam perbuatan, katakata
siikap dan lain-lain memperlihatkan keramahan dan
kebaikan budi, bukankah itu palsu namanya ?
Kalau begitu, bagaimanakah yang dinamakan kebajikan
atau kebaikan itu: Kalau kelakuan itu adalah suatu sifat, suatu
kewajaran, tidak disadari lagi sebagai suatu kebajikan oleh
yang melakukannya, kalau tidak terdapat kebencian lagi di
dalam hati, maka terdapatlah cinta kasih di dalam perbuatan.
Dan dengan cinta kasih, maka setiap perbuatan adalah bajik !.
Kebaikan yang timbul karena latihan, hanyalah tiru-tiru dan
palsu.Kebaikan seperti ini mudah sekali luntur, mudah goyah
dan mudah berubah, bagaikan pakaian saja kalau tertimpa
panas dan hujan, akan luntur dan lapuk, memperlihatkan apa
yang tersembunyi di baliknya. Terutama sekali dalam keadaan
dikecewaan, maka timbullah dendam, penasaran, yang
meengundang kebencian. Dan kalau sudah di cengkeram oleh
kebencian, maka semua latihan kebaikan itu pun akan
terlupakan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong sejak kecil digembleng oleh gurunya. bukan
hanya digembleng ilmu silat, akan tetapi juga digembleng
pelajaran-pelajaran untuk menjadi seorang pendekar yang
baik budi dan gagah perkasa. Akan tetapi, begitu dia
mengalami kegagalan dalam cintanya, begitu dia mengalami
kekecewaan yang amat hebat yang menekan perasaannya dan
menghancurkan hatinya , dia diserang perasaan iba diri yang
amat besar sehingga dia menjadi tidak perduli lagi akan
pelajaran-pelajaran yang pernah diterima dari gurunya
tentang kebajikan! Apa lagi setelah dia memasuki kota raja,
mulailah terjadi perubahan dalam kehidupan Tan Bun Hong,
pendekar muda ang memiliki kepandaian tinggi itu.
Ketika memasuki kota raja. Bun Hong terpesona. Betapa
jauh bedanya keadaan kota raja dengan keadaan di dusundusun.
Kalau di dusun dia melihat segala macam penderitaan
dan kemiskinan, di kota raja penuh dengan kemewahan dan
kesenangan. Rumah-rumah gedung yang besar dan megah
mendatangkan pemandangan vang amat jauh bedanya
dengan pondok-pondok bobrok di dusun-dusun. Pakaian
orang-orang di kota raja indah-indah beraneka warna,
berbeda sekali dengan pakaian para petani yang compangcamping,
tambal-tambalan dan lapuk dan kotor terkena
lumpur dan debu .
Di dusun, dia telah merupakan seorang pemuda yang
gagah dan berpakaian indah, hingga banyak mata
memandangnya dengan kagum dan iri. Akan tetapi setelah
berada di kota raja , Bun Hong merasa betapa pakaiannya
termasuk buruk dan tidak ada seorang pun yang
memperhatikannya.
Bun Hong melihat banyak pemuda yang berpakaian indah
hilir-mudik di sepanjang jalan raya kota raja yang lebar.
Sebagai seorang putera hartawan di waktu kecilnya, Bun Hong
memang suka sekali akan kemewahan dan keindahan pakaian.
Model pakaian yang dipakai oleh para pemuda di kota raja,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terutama pakaian para pelajar yang indah dan mewah
membuat dia mengilar dan timbul keinginannya untuk
mempunyai pakaian seperti itu.
Segalanya dimulai dengan keinginan! Dalam pengejaran
keinginan, manusia sering kali men jadi buta. Demikian pula
dengan Bun Hong .Semenjak kecil dia digembleng gurunya,
dan gurunya telah berpesan kepada semua muridnya bahwa
seorang pendekar harus selalu menentang kejahatan dan
membela mereka yang lemah tertindas, harus selalu menjadi
pembela kebenaran dan keadilan.
Harus hidup sederhana dan tidak menginginkan barangbarang
yang bukan menjadi miliknya. Semua ini adalah
pelajaran-pelajaran, contoh-contoh, dan si murid diharuskan
menauladan pelajaran dan contoh ini !. Karenanya, maka
kebaikan yang nampak pada diri si murid bukanlah wajar lagi
! Bukan kebaikan aseli dari si murid, melainkan kebaikan
tiruan belaka dari si contoh. Kebaikan itu bukan menjadi sifat
dan watak lagi, melainkan hanya merupakan kebiasaan,
merupakan pakaian belaka. Maka mudah luntur dan hilang.
Gurunya pernah menasihati murid-muridnya bahwa dalam
keadaan terpaksa, jika memang membutuhkan, muridnya
boleh saja minta dari orang lain atau kalau perlu boleh
mengambil dari orang-orang yang kelebihan.
Memang terdapat "kebiasaan" para petualang di dunia
kang-ouw untuk mengambil milik para hartawan, yaitu
mengambil uang sekedar mencukupi kebutuhannya untuk
biaya perjalanan Orang-orang kang-ouw yang memegang
teguh pelajaran mereka, tidak akan mau mengambil yang
lebih dari pada yang mereka butuhkan, itupun mereka ambil
dari hartawan yang benar-benar mampu dan tidak akan terasa
berat kalau kehilangan sedikit uang yang mereka butuhkan.
Kalau melanggar ketentuan ini. maka hal ini dianggap suatu
penyelewengan dan dianggap menyimpang atau merendahkan
nama para pendekar kang-ouw !.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi pada malam hari pertama kedatangannya di
kota raja itu, ketika seluruh penghuni kota telah tidur, di atas
genteng rumah gedung seorang hartawan besar berkelebat
bayangan hitam yang amat gesit gerakannya. Bayangan itu
memasuki gedung tanpa terlihat oleh seorangpun dan tak
lama kemudian dia keluar lagi sambil membawa sebuah
kantung yang penuh berisi dengan uang emas ! Orang ini
bukan lain adalah Bun Hong yang melakukan pencurian dalam
gedung hartawan itu. Akan tetapi yang diambilnya bukan
sekedar sejumlah uang untuk keperluan biaya perjalanannya,
melainkan jauh lebih banyak lagi. Dia mengambil sekantung
uang emas yang tentu saja jauh melampaui kebutuhannya„
Bun Hong maklum bahwa dia telah melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan kehidupan seorang pendekar kang-ouw.
Akan tetapi sekali ini dia tidak ambil perduli, Kedukaan dan
rasa penasaran membuat hatinya menjadi nekat, kepahitan
membuat dia menjadi tidak perdulian. Semua ini didorong oleh
hati mudanya yang suka sifat pesolek, membuat dia
melakukan pelanggaran. Dia telah melakukan pencurian atas
keinginannya untuk membeli pakaian-pakaian indah, seindah
pakaian para muda di kota raja. Dengan mudah saja dia
berhasil mengambil uang emas sekantung dari tumpukan
harta orang kaya itu. Agaknya si kaya itu tidak akan merasa
bahwa uangnya berkurang demikian banyaknya uang emas
berpeti-peti dalam gudang uang di rumah gedung itu.
Pada keesokan harinya, Bun Hong telah berganti rupa. Dia
telah berubah menjadi seorang pemuda sasterawan yang
berpakaian indah, terbuat dari kain sutera berwarna biru yang
bersulamkan benang emas dan renda-renda berwarna kuning
dan merah di lehernya. Wajahnya yang memang tampan itu
bertambah ganteng Dia menyembunyikan pedangnya di
bawah jubah yang lebar dan sebagai pelengkap, tangan
kirinya memegang sebuah kipas bulu yang indah dan mahal! .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun hatinya terpikat oleh kemewahan dan kekayaan
yang berlimpahan di kota raja yang besar dan ramai itu,
namun Bun Hong masih belum melupakan maksudnya
semula datang ke kota raja. Dia meninggalkan Beng Han dan
Kui Eng dengan hati hancur dan sedih, karena cinta kasihnya
terpaksa direnggut dari hatinya. Dia mencoba untuk
melupakan Kui Eng karena dia harus mengalah terhadap
suhengnya, dan dia tidak mau menghalangi perjodohan antara
Kui Eng dan Beng Han, dua orang yang paling disayang dan
dicintanya di permukaan bumi ini. Maka, untuk melupakan
kesedihannya, dan agar jangan menghalangi mereka, dia
mengambil keputusan untuk melanjutkan usaha mereka
bertiga semula, yaitu hendak membasmi kekejaman
peraturan pemungutan pajak bagi para rakyat kecil. Dia tidak
melupakan tugas ini, biarpun hatinya tertarik oleh kemewahan
kota raja.
Setelah berdandan sebagai seorang kongcu hartawan atau
seorang sasterawan putera seorang bangsawan, pakaian baru
sepatu baru dan kipas baru, mulailah Bun Hong melakukan
penyelidikan. Dia berjalan-jalan dan mencari keterangan
tentang pembesar-pembesar yang berwewenang mengatur
urusan pajak bagi daerah-daerah itu. Akan tetapi, jawaban
yang didapatkan dalam penyelidikannya ini bersimpang-siur.
Ada yang mengatakan bahwa peraturan itu datang dari kaisar
sendiri, ada pula yang mengatakan bahwa yang mengeluarkan
peraturan itu adalah Thio-thai-kham, yaitu pembesar kebiri
yang berkuasa besar di istana. Ada pula yang berkata bahwa
peraturan itu berada dalam wewenang Pangeran Song,
bendahara kerajaan yang berhak menerima semua penyetoran
hasil pajak.
Dengan menyamar sebagai seorang sasterawan yang
datang dari luar kota raja dan ingin memasuki ujian bagi
sasterawan untuk mencapai gelar siucai, dengan mudah Bun
Hong dapat mengajak orang-orang bicara tentang itu tanpa
menarik kecurigaan. Sudah sepatutnya kalau seorang calon
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siucai yang mengejar kedudukan mencari tahu untuk
mengenal keadaan pemerintahan.
Setelah mendengar keterangan keterangan itu, Bun Hong
tidak berani bertindak ceroboh. Dia telah melihat betapa
penjagaan yang dilakukan di setiap gedung pembesar tinggi d
kota raja amatlah kuatnya. Juga, banyak dia melihat perwiraperwira
dan pengawal-pengawal kerajaan yang ditemuinya di
jalan-jalan dan di rumah-rumah makan, dan dari gerak-gerik
mereka tahulah dia bahwa di antara mereka terdapat banyak
yang memiliki kepandaian tinggi. Dia harus sabar, dia harus
mempelajari keadaan dengan baik dan berlaku hati-hati, agar
jangan sampai usahanya gagal sebelum dimulai. Dia merasa
suka dan betah tinggal di kota raja yang ramai dan banyak
pemandangannya itu. Setiap hari pemuda ini keluar dari
kamar rumah penginapan yang disewanya dan pergi berjalanjalan.
Pada suatu hari dia mendengar berita bahwa Pangeran
Song Hai Ling, pembesar yang menjadi bendahara istana,
hendak mengadakan kunjungan ke Kuil Bhok-thian-si yang
besar dan megah. Kunjungan ini adalah dalam rangka
pembayaran kaul dari pangeran itu yang hendak memenuhi
janji. Beberapa bulan yang lalu Pangeran Song pernah jatuh
sakit yang cukup berat. Dalam penderitaannya itu, sang
pangeran berjanji bahwa kalau dia sembuh dari penyakitnya,
dia akan melakukan sembahyangan besar di kuil itu bersama
seluruh keluarganya, dan mengadakan pesta keramaian di kuil
itu. Dan kebetulan sekali penyakitnya sembuh, maka pangeran
ini lalu mengumumkan bahwa dia akan memenuhi janji itu.
Karena yang hendak melakukan sembahyang adalah
seorang pembesar yang berkedudukan tinggi, kaya raya dan
berpengaruh karena pangeran ini adalah keluarga dari kaisar,
maka tentu saja semenjak dua hari sebelumnya, para hwesio
Kuil Bhok-thian-si telah mengadakan persiapan besar-besaran.
Lantai kuil dicuci dan digosok sampai mengkilat, semua tiang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
digosok dan yang sudah luntur catnya dicat kembali, dan
semua alat sembahyang diganti dengan yang baru! Semenjak
dua hari sebelum kunjungan itu, kuil ditutup untuk umum
yang hendak datang bersembahyang.
Untuk meramaikan perayaan dan sembahyangan ini,
Pangeran Song Hai Ling mendatangkan serombongan pemain
sandiwara klasik yang memainkan cerita tentang kehidupan Bu
Ong, raja besar yang amat dipuja di seluruh Tiong-kok oleh
karena kebijaksanaannya. Bahkan di alam kuil besar itupun
terdapat arca raja besar ini. Memang Pangeran Song sengaja
mengadakan pertunjukan itu yang maksudnya selain untuk
meramaikan pesta, juga untuk memberi penghormatan
kepada Bu Ong.
Karena adanya pertunjukan ini, sandiwara yang dimainkan
oleh perkumpulan sandiwara terbaik di kota raja, maka
semenjak pagi sebelum sembahyang besar dimulai, orangorang
telah memenuhi halaman kuil yang luas itu untuk
nonton sandiwara. Dan tentu saja banyak pula di antara
mereka yang datang untuk menonton keluarga pembesar itu,
karena mereka telah mendengar bahwa selain mempunyai
bayak selir yang cantik-cantik, Pangeran Song Hai Ling juga
mempunyai dua orang anak perempuan yang telah remaja
puteri dan kabarnya memiliki kecantikan yang tidak kalah oleh
kecantikan bidadari dari kahyangan!.
Mendengar tentang kunjungan Pangeran Song yang
merupakan seorang di antara mereka yang akan diselidikinya,
Bun Hong segera ikut datang ke kuil itu dan mencampurkan
dirinya dengan para penonton yang berjubelan di luar kuil. Dia
menyelinap di antara para penontor dan dengan sepasang
lengannya yang kuat, dengan mudah saja Bun Hong mencari
jalan dan sebentar saja dia telah berhasil menerobos ke depan
dan berdiri di baris terdepan. Kalau ada yang merasa
penasaran, setelah melihat pakaian dan lagak pemuda ini,
orang itu tidak berani sembarangan menegornya karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyangka bahwa dia adalah seorang putera bangsawan atau
mungkin keluarga Pangeran Song. Kini Bun Hong berdiri dekat
pagar yang mengelilingi ruangan depan kuil itu, di mana telah
dipasang meja sembahyang yang besar dan yang bertilam
sutera bersulamkan benang emas! Di pinggir kanan,
rombongan sandiwara yang sehabis sembahyang nanti akan
mulai dengan pertunjukan mereka, yaitu di atas panggung
yang telah disediakan, kini hanya duduk dengan rapi dan
musik mereka telah berbunyi perlahan-lahan semenjak pagi
tadi sehingga suasana pesta sudah mulai terasa.
Tak lama kemudian terdengarlah bentakan-bentakan dan
beberapa orang penjaga yang memegang cambuk telah
mencari jalan dan mencambuki para penonton yang
menghalangi jalan.
"Tar-tarrr ! Minggir, minggir ! Buka jalan antuk rombongan
Song-taijin ! Tar-taarr !"
Cambuk itu meledak-ledak di atas kepala para penonton,
tidak sampai mengenai orang karena hanya dimaksudkan
untuk memaksa mereka membuka jalan saja. Para penonton
terkuak ke kanan kiri dan dengan cepat jalan yang menuju ke
pintu masuk kuil itu telah terbuka. Barisan pengawal dengan
golok telanjang di tangan, terdiri dari belasan orang yang
bertubuh tinggi besar dan kelihatan kuat sekali, dengan
langkah kaki tegap dan gagah mendahului rombongan dan
masuk ke dalam halaman depan, lalu terpecah menjadi dua
kelompok dan mereka berdiri berjajar di kiri kanan jalan
masuk itu. Bunyi roda kereta terdengar dan masuklah sebuah
kereta yang indah, tertutup jendelanya oleh tirai-tirai sutera
hijau, dan kereta itu berhenti di depan kuil. Tirai-rirai
tersingkap dan turunlah rombongan keluarga pembesar itu.
Semua orang segera membungkuk untuk menghormati
seorang laki-laki berusia kurang lebih empatpuluh lima tahun
yang turun dari kereta dan berjalan dengan tenang sambil
mengebut-ngebutkan kipas di tangannya. Laki-laki ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memandang ke kanan kiri sambil mengangguk-anggukkan
kepala sebagai pembalasan hormat yang diberikan orang
kepadanya.
Bun Hong membuka mata lebar-lebar dan dengan penuh
perhatian dia memandang wajah pembesar itu. Wajah
pembesar ini menunjukkan seorang yang peramah dan tidak
kejam, bahkan matanya selalu memandang dengan berseri
gembira dan mulutnya tersenyum, membayangkan kesabaran.
Sinar matanya yang memandang penuh pengertian itu
membayangkan bahwa orang ini telah mempunyai
pengalaman hidup yang mendalam dan dari sinar matanya
yang tajam penuh selidik, orang mendapat perasaan bahwa
pangeran ini memiliki kewibawaan dan pengertian yang lebih
tinggi dari orang lain. Tubuhnya, sedang saja, agak pendek
dan langkah kakinya tenang dan pendek. Timbul keraguan di
dalam hati Bun Hong karena dia tidak melihat sinar kekejaman
di wajah pembesar ini. Agaknya tidak pantas kalau orang
dengan wajah seperti ini dapat menurunkan peraturan kejam
yang| mencekik leher dan kehidupan rakyat jelata, pikirnya
meragu.
Suara berisik dari para penonton membuat dia menengok
dan perhatiannya segera berpindah dari wajah pembesar itu.
Serombongan wanita yang cantik-cantik, mengikuti seorang
wanita setengah tua yang juga menerima penghormatan dari
semua orang. Akan tetapi pandang mata para penonton,
terutama sekali para prianya, sebagian besar ditujukan kepada
wanita-wanita muda cantik yang mengikuti nyonya itu. Nyonya
itu adalah Song-hujin, dan para wanita cantik itu adalah selirselir
dari sang pangeran. Nyonya Song bersikap lemah lembut
dan jelas memperlihatkan keagungan seorang bangsawan
tinggi, sedangkan para selir yang masih muda-muda dan
berpakaian indah gemerlapan itu bersikap gembira, namun
jelas kegenitan mata mereka ketika sambil lewat mereka
melempar kerling mata yang liar dan tajam ke kanan kiri, di
mana banyak terdapat pemuda-pemuda tampan dan gagah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka ini seperti sekelompok burung yang sudah terlalu lama
dikurung dalam sangkar dan kini memperoleh sedikit
kebebasan di luar!.
Kemudian sekali, muncullah dari sebuah kereta, dua orang
yang dinanti-nanti oleh hampir semua orang muda yang
memerlukan datang hanya untuk dapat memandang kepada
dua orang ini. Mereka ini adalah dua orang gadis remaja yang
berusia paling banyak tujuhbelas tahun. Keduanya sama
cantik jelita, sama manis menarik, melangkah dengan lemah
lembut dan dengan lenggang lemah gemulai. Berbeda dengan
para selir ayah mereka, kedua orang dara remaja ini berjalan
dengan sikap malu-malu ketika mereka merasa betapa banyak
mata kaum pria ditujukan ke arah mereka. Mereka saling
berbisik dan berjalan dengan muka ditundukkan.
Dara yang lebih tua bertubuh tinggi semampai dengan
muka berdagu runcing dan sepasang mata lebar dan tajam
sinarnya bagaikan mata burung Hong. Kulit mukanya halus
putih kemerahan, bedak dan gincu tipis-tipis dan sepasang
alisnya yang melengkung dengan ujung yang runcing dan
berwarna hitam sekali, menambah kemanisan wajahnya. Yang
lebih muda juga cantik jelita, akan tetapi mukanya bundar,
dan sepasang matanya kocak sedangkan bibirnya yang indah
bentuknya itu selalu tersenyum, menandakan bahwa dia
adalah seorang dara yang berwatak riang jenaka.
Setelah semua rombongan memasuki ruangan dalam dari
kuil itu, meja sembahyang lalu di atur oleh para hwesio yang
kelihatan sibuk sekali. Ayam dan bebek yang masih utuh dan
sudih matang, ditaruh di atas piring perak dan diatur di atas
meja sembahyang. Melihat ayam dan bebek yang tak berbulu
lagi dan yang kulitnya nampak kekuningan dan gemuk itu,
membuat para penonton mengilar. Juga ada kepala babi yang
gemuk, yang menyeringai seperti mengejek kepada para
penonton, dan masakan-masakan yang banyak sekali
macamnya, memenuhi meja yang besar itu. Kemudian lilinTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
lilinpun dinyalakan oleh para hwesio dengan sikap yang
khidmat.
Para hwesio mulai membaca liamkeng, berdoa dan
mengatur upacara sembahyang itu. Mula-mula, pangeran itu
yang maju ke depan untuk bersembahyang. Akan tetapi baru
saja pangeran itu menerima hio-hio yang sudah mengepulkan
asap dan hendak mulai bersembahyang, tiba-tiba terdengar
bentakan nyaring, "Pembesar laknat! Kau hidup mewah dari
perasan keringat kami!"
Dari rombongan penonton, tahu-tahu meloncat keluar
seorang laki-laki yang bertubuh tinggi besar dan berpakaian
seperti seorang petani, tangannya memegang sebatang
cangkul dan dengan gerakan cepat dia telah lari ke depan
meja sembahyang itu. Petani itu berusia kurang lebih
tigapuluh tahun dan dengan nekat dia lalu menyerang
Pangeran Song Hai Ling dengan cangkulnya. Pangeran Song
yang sedang memegang hio dan hendak mulai
bersembahyang itu tentu saja menjadi terkejut sekali, sampai
tidak mampu bergerak dan hanya memandang kepada
penyerangnya dengan mata terbelalak. Sungguh berbahaya
sekali keadaan pangeran itu pada saat itu karena si petani
yang mengamuk itu telah mengayun cangkulnya ke arah
kepala si pangeran.
"Heiiiitt !" Tiba-tiba seorang perwira yang memimpin
barisan penjaga, seorang yang tentu saja selalu waspada dan
memiliki kepandaian, cepat menubruk ke depan. Dia tidak
sempat lagi menyerang si petani itu, maka jalan satu-satunya
bagi perwira ini hanyalah mendorong pundak si pangeran ke
kiri sehingga ketika cangkul itu menyambar, tubuh pangeran
itu terhindar dari senjata itu.
"Brakk........ !! " Cangkul menghantam meja dan kepala
babi itu terloncat sambil menyeringai, juga ayam dan bebek
beterbangan seolah-olah hidup kembali. Meja itu ambruk dan
semua masakannya tumpah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gegerlah keadaan di situ, terdengar jerit para selir yang
ketakutan, dan beberapa orang penjaga lalu maju
mengeroyok si petani yang mengamuk seperti seekor kerbau
gila.Paculnya menyambar-nyambar dengan ganas dan dua
orang penjaga berteriak kesakitan karena lengan mereka kena
dihantam cangkul. Akan tetapi pada kesempatan yang baik si
perwira tadi berhasil menendang lutut penyerang yang
mengamuk itu sehingga cangkulnya terlepas dan tubuhnya
terguling roboh! Beberapa batang golok yang berkilauan
saking tajamnya terayun
hendak merobek-robek tubuh
pengacau itu, akan tetapi tibatiba
berkelebat bayangan biru
dan tahu-tahu Bun Hong
sudah berada di tengahtengah
para pengawal dan
ketika kaki tangannya
bergerak, beberapa batang
golok terlempar !
"Tahan semua, jangan
bunuh dia!" Bun Hong
membentak dan segera dia
membangunkan petani tadi.
Perwira pengawal yang tadi
menjatuhkan si petani yang
mengamuk, menjadi marah dan dia mengira bahwa Bun Hong
tentulah kawan dari pengacau ini, maka dengan gerakan kilat
dia menusukkan pedangnya ke arah dada Bun Hong dari
samping sehingga terdengar lagi pekik ketakutan dari
beberapa orang wanita yang merasa ngeri.
Akan tetapi, dengan gerakan tenang sekali, Bun Hong
miringkan tubuhnya sehingga pedang itu meluncur lewat di
dekat tubuhnya. Tangannya meluncur dan jari-jari tangannya
menyentil ke arah pergelangan tangan perwira itu. Perwira itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berteriak kaget dan pedangnya terlepas dan tahu-tahu pedang
itu telah berpindah ke tangan Bun Hong!
Tentu saja perwira yang terkejut itu menjadi marah sekali.
"Pemberontak hina! Kau mencari mampus!"
Bun Hong tersenyum. "Sabar, sobat. Siapa yang
memberontak? Aku hanya mencegah terjadinya pembunuhan
di sini."
"Tidak kaulihatkah tadi betapa petani yang pemberontak ini
menyerang taijin ? Apakah kau hendak membela
pemberontak?"
"Orang ini tidak gila, dan tentu ada alasan-alasannya
mengapa dia sampai berani menyerang seorang pembesar.
Penyerangannya gagal, maka tidak perlu dia dibunuh. Kaulah
yang tidak tahu aturan, karena kalau kau membunuh dia di
tempat ini, bukankah itu berarti bahwa engkau mengotori
tempat yang suci ini dan membuat sembahyangan itu tidak
ada gunanya lagi !. Ataukah di tempat ini terdapat kebiasaan
lain sehingga untuk bersembahyang orang harus
menggunakan seorang manusia sebagai korban ?"
Perwira itu masih penasaran dan marah. "Kurung, serbu
dan tangkap dia !" Semua anak ahnya sudah bergerak maju.
Akan tetapi tiba-tiba pangeran itu berseru nyaring, "Semua
penjaga mundur! Biarkan petani itu bebas dan pulang, jangan
di ganggu dia !".
Para pengawai dan perwira komandannya terbelalak
memandang kepada sang pangeran, seolah-olah tidak
mengerti apa yang diartikan oleh pangeran itu, akan tetapi
tidak ada seorangpun di antara mereka yang berani bergerak.
Petani itu juga memandang kepada Pameran Song dengan
muka penuh keheranan, tak pernah disangkanya bahwa
pangeran itu begini murah hati, mengampuni seorang yang
tadi hendak membunuhnya. Bahkan Bun Hong sendiri
tertegun mendengar perintah itu. Dia lalu menganggukkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepalanya kepada petani itu yang seperti baru sadar cepat
keluar dari kuil sambil membawa cangkulnya dan segera lari
menghilang di antara orang banyak yang men jadi panik itu.
Pangeran Song lalu menjura kepada Bun Hong sambil
berkata, "Enghiong yang gagah ucapanmu tadi amat berkesan
di dalam hati kami. Silahkan kau duduk di dalam dan setelah
upacara sembahyang ini selesai, saya ingin sekali mengajakmu
bercakap-cakap"
Bun Hong balas menjura. Dia sudah merasa kagum
terhadap pembesar ini yang telah meng ampuni petani tadi,
kagum dan juga timbul rasa herannya. Ingin dia mengenal
pangeran ini dan mengajaknya bercakap-cakap tentang segala
hal mengenai penindasan yang diderita oleh kaum petani
khususnya dan rakyat kecil pada umumnya itu. Orang seperti
pangeran yang bijaksana ini tentu akan dapat mengerti. Dan
dia maklum bahwa setelah terjadi peristiwa tadi, apabila dia
berada di luar, tentu dia hanya akan menjadi perhatian semua
orang maka dia lalu menjura dan melangkah masuk diantar
oleh seorang hwesio yang bersikap hormat kepadanya.
Ketika dia melewati keluarga pangeran itu. dan mereka
memandangnya, tanpa disengaja Bun Hong mengangkat
muka dan bertemu pandang denean puteri pangeran vang
terbesar. Seperti ada getaran aneh terasa oleh jantungnya
yang berdebar aneh dan sesaat pandang mata kedua orang
muda ini saling melekat. Darahnya terkesiap dan dia merasa
betapa mukanya menjadi panas karena darahnya naik
nemenuhi urat di seluruh mukanya.
Pandangan dari mata yang indah seperti mata burung Hong
yang ditujukan kepadanya penuh kekaguman itu membuat
Bun Hong merasa bingung. Dia lalu menundukkan mukanya
dan melanjutkan langkahnya memasuki ruangan belakang di
mana dia dipersilakan, duduk menunggu.
Meja sembahyang sudah diatur lagi dengan cepat oleh para
hwesio dan upacara sembahyang segera dilanjutkan dengan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepat. Setelah terjadi peristiwa itu, Pangeran Song melakukan
sembahyang hanya untuk memenuhi janjinya dan segalanya
dipersingkat sehingga tak lama kemudian, selesailah sudah
upacara sembahyangdari seluruh keluarganya untuk
menghaturkan terima kasih kepada malaikat penjaga
kelenteng yang sudah membantu kesembuhan pembesar itu.
Pangeran Song lalu cepat menuju keruangan belakang di
mana Bun Hong masih duduk menunggu. Melihat pangeran
ini, Bun Hong cepat bangkit berdiri. Dia melihat betapa
pangeran ini datang sendirian saja tanpa pengawal. Hal ini
kembali membuat hatinya tunduk karena bukankah jelas
perbuatan pangeran ini menaruh kepercayaan sepenuhnya
kepadanya ?
"Enghiong yang gagah perkasa, aku merasa suka sekali
melihat sikapmu yang amat gagah perkasa dan bijaksana.
Kalau kau sudi mengikat persahabatan dengan aku, marilah
kuundang enghiong untuk ikut bersama kami ke gedungku
agar kita dapat bicara dengan lebih leluasa."
Bun Hong memang ingin sekali mengadakan hubungan
dengan pembesar ini untuk menyelidiki tentang pemerasan
yang dilakukan oleh pembesar-pembesar terhadap rakyat,
maka sambil membungkuk dia memberi hormat dan berkata,
"Banyak terima kasih atas perhatian dan keramahan taijin.
Sungguh telah memberi penghormatan besat sekali terhadap
saya yang bodoh."
Pangeran Song menjadi makin kagum dan girang. Pemuda
ini tidak hanya amat lihai ilmu silatnya sehingga perwira yang
memimpin para pengawalnya juga sama sekali tidak berdaya
menghadapi pemuda ini, akan tetapi di samping kepandaian
yang tinggi itu, pemuda inipun tahu akan sopan santun dan
bersikap-baik sekali.
Dengan terjadinya peristiwa penyerangan itu, dan karena
pertemuannya dengan Bun Hong maka Pangeran Song
membatalkan niatnya untuk mengajak keluarganya berpesta di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuil, dan dia lalu memerintahkan para pengawal untuk
mempersiapkan kereta dan keluarga itu berangkat kembali ke
gedungnya, diikuti oleh Bun Hong yang duduk bersama
Pangeran Song di dalam sebuah kereta. Pertunjukan
sandiwara memang dilanjutkan, akan tetapi pertunjukan ini
sekarang merupakan tontonan dan hiburan bagi para
penonton.
Para penonton ramai membicarakan peristiwa tadi. Mereka
memuji-muji kebijaksanaan Pangeran Song yang mengampuni
petani yang menyerangnya tadi. Juga mereka memuji-muji
pemuda tampan yang turun tangan mencegah pembunuhan
atas diri si petani oleh para pengawal.
"Dia lihai sekali! Orangnya begitu tampan dan halus, akan
tetapi lihat betapa tadi dengan mudahnya dia merampas
pedang perwira itu!"
"Dan kita tidak tahu bagaimana dia dapat merobohkan para
pengawal yang tadi akan mengeroyok mati si petani!"
"Dia memang gagah sekali, pantas mendapat
penghormatan dari Pangeran Song."
"Akan tetapi dia tadi membela petani yang hendak
membunuh Pangeran Song."
"Memang aneh. Siapa tahu, dia akan beruntung sekali.
Mungkin dia akan diambil mantu!"
Bermacam-macam pendapat para penonton yang
membicarakan peristiwa itu. Kalimat terakhir tentang si
pemuda yang mungkin akan diambil mantu oleh Pangeran
Song membuat banyak pemuda yang mendengarnya menjadi
termenung dengan hati penuh iri. Alangkah bahagianya orang
yang menjadi suami puteri Song yang cantik jelita, baik yang
sulung maupun yang bungsu.
Tidaklah aneh apabila manusia selalu menganggap bahwa
hal yang tidak dimilikinya itu sebagai hal yang paling indah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan akan mendatangkan kebahagiaan kalau dapat diraihnya.
Perbandingan mendatangkan iri hati, mendatangkan keinginan
untuk memperoleh segala sesuatu yang tidak dimilikinya.
Karena itulah semua manusia di dunia ini hanya saling
pandang dan saling mengiri, menganggap bahwa! keadaan
orang lain lebih senang dari pada keadaan dirinya sendiri,
sedangkan kesenangan itu tentu selalu dianggap dapat dicapai
melalui keadaan yang belum dimilikinya.
Karena itu bermacam-macam anggapan timbul sebagai
jalan menuju ke arah kebahagiaan, ada yang menganggap
bahwa jalan itu melalui harta kejayaan, ada yang menganggap
melalui kedudukan, kekuasaan, nama besar, kepintaran,
kehormatan, kesehatan, isteri cantik, suami ganteng, banyak
anak, atau tidak punya anak, dan masih banyak lagi. Inilah
sebabnya maka yang memiliki satu lebih di antara semua
syarat itu, namun masih merasa tidak bahagia karena syarat
lain yang dianggap paling tepat tidak dimilikinya. Kesenangan,
segala macam bentuk kesenangan, hanya akan nampak
sebagai kebahagiaan selama kesenangan itu belum dimiliki.
Akan tetapi sekali kesenangan yang diidamkan itu telah
dimilikinya,maka akan ternyatalah bahwa kesenangan itu
sama sekali tidak seindah yang didambakan semula, dan sama
sekali tidak dapat mendatangkan kebahagiaan. Inilah
sebabnya mengapa manusia selalu saling pandang dan saling
mengiri.
Dapatkah kita hidup tanpa membanding-bandingkan, tanpa
menginginkan sesuatu yang tidak ada pada kita? Dapatkah
kita membuka mata dan memandang apa adanya tanpa
dihalangi oleh bayangan-bayangan harapan dan keinginan,
sehingga kita dapat menemukan keindahan dan kebahagiaan
yang sudah ada dalam segala sesuatu, dalam apa adanya?
Pertanyaan, ini takkan dapat dijawab kecuali kalau kita
menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari membuka mata
dan telinga, hidup dalam saat ini secara wajar, tanpa
memandang ke depan tanpa menengok ke belakang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan hidup di alam kenangan hari-hari kemarin dan bukan
pula hidup di alam khayal dari hari-hari esok. melainkan hidup
sungguh-sungguh dalam hari ini, saat ini, detik demi detik !.
Ketika Bun Hong mengikuti Pangeran Song. memasuki
istana pangeran itu, dia memandang penuh kekaguman.Dia
seperti terpesona karena selama hidupnya belum pernah dia
menyaksikan sebelah dalam istana seindah itu. Istana itu
mewah dan penuh dengan perabot rumah yang belum pernah
dilihat sebelumnya Lukisan-lukisan yang menempel di dinding
adalah lukisan-lukisan yang indah yang jarang terlihat di luar
gedung dan yang sudah pasti amat mahal harganya, hasilhasil
karya dari seniman-seniman kuno. Meja kursi dan semua
perabot rumah yang terdapat di situ terukir indah sekali, dan
banyak terdapat barang-barang porselen yang aneh-aneh
warnanya. Namun, Bun Hong pandai menekan perasaan
kagumnya sehingga dia berjalan dengan langkah, biasa dan
tetap, seakan-akan pemandangan di dalam gedung indah itu
bukan apa-apa baginya .
Sebetulnya, andaikata dia tidak melihat Bun Hong yang
selain tampan dan gagah, akan tetapi juga dalam segebrakan
saja dapat merampas pedang perwira yang melindungi
keselamatannya, mungkin saja Pangeran Song akan
membiarkan saja petani yang berani mencoba untuk
membunuhnya tadi dibunuh oleh para pengawalnya, karena
memang hal itu sudah sewajarnya dan sepatutnya. Akan
tetapi, ketika melihat Bun Hong, dia merasa amat kagum dan
tertarik serta timbul di dalam hatinya suatu maksud yang amat
baik. Dia maklum bahwa pada dewasa itu, terdapat gejalagejala
akan timbulnya pemberontakan, di mana-mana
terdapat rakyat yang menyatakan ketidak puasan hati mereka,
bahkan sudah ada kelompok-kelompok yang terpaksa dibasmi
karena memperlihatkan sikap memberontak. Semenjak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pemberontakan besar yang dipimpin oleh An Lu Shan, belum
pernah negara menjadi aman dan tenteram kembali secara
sempurna.
Dengan adanya gejala-gejala yang amat tidak
menyenangkan hati itu, yang bahkan nampak pula dalam
peristiwa percobaan pembunuhan atas dirinya, sebagai
seorang pembesar tinggi, keselamatannya selalu terancam.
Sebagai pembesar tinggi tentu saja dia dianggap sewenangwenang,
kejam dan sebagainya, maka centu banyak ancaman
dari fihak mereka yang tidak puas, atau dari mereka yang
merasa kalah pengaruh. Maka, melihat seorang pemuda yang
demikian gagahnya, dia lalu mendapat pikiran yang
menguntungkan. Kalau saja dia dapat menarik tangan Bun
Hong untuk berdiri di fihaknya, setidaknya keselamatannya
akan terjamin! Pangeran Song Hai Ling ini memang amat
cerdik. Tentu saja dia tidak tahu sama sekali bahwa justeru
tadinya pemuda ini mempunyai maksud untuk membasmi para
penindas rakyat dan bahkan hendak menyelidikinya!.
Setelah mempersilakan pemuda itu duduk di atas sebuah
kursi berukir indah dan memerintahkan para pelayan untuk
menghidangkan makanan lezat dan arak wangi, Pangeran
Song lalu bertanya, ''Sicu, kau datang dan manakah, dan
siapakah namamu yang terhormat ?"
"Saya ternama Tan Bun Hong, berasal dari dusun Hongyang."
Kemudian dengan ringkas Bun Hong menceritakan
tentang riwayatnya, betapa seluruh keluarganya habis binasa
oleh gerombolan pengacau dan pemberontak yang
mengadakan keributan ketika dia masih kecil.
Pangeran Song Hai Ling menarik napas panjang dan
memandang wajah pemuda yang duduk di depannya dengar,
sinar mata penuh iba "Ah, memang tahun-tahun yang lalu
adalah tahun tahun celaka yang merupakan bencana besar,
tidak saja bagi keluarga kerajaan, bahkan juga bagi rakyat
jelata. Mudah-mudahan saja jangan sampai terulang kembali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peristiwa pemberontakan yang hanya mendatangkan
malapetaka."
"Taijin, keamanan hidup yang penuh damai tidak hanya
diidamkan oleh kaisar dan keluarga kerajaan, akan tetapi
bahkan menjadi idam - idaman tiap orang manusia di negara
kita," kata Bun Hong sambil menatap wajah pangeran itu
dengan tajam. "Akan tetapi ternyata nasib rakyat jelata
memang amat buruk. Setelah mengalami penderitaan dari
gangguan para pemberontak, lalu tiba musim kering yang
panjang dan membuat bencana kelaparan melanda di mana
mana, kini rakyat jelata ditambah lagi dengan peraturan
pemerintah sendiri yang mencekik leher rakyat kecil. Hampir
seluruh hasil sawah para petani diharuskan untuk membayar
pajak yang luar biasa beratnya sehingga bagi para petani
sendiri tidak ketinggalan sisa untuk mengisi perut! Tai-jin
adalah seorang pembesar tinggi di kota raja, sudah tentu lebih
mengetahui akan hal ini dari pada saya yang bodoh dan tidak
tahu apa-apa ini."
Pangeran Song Hai Ling menarik napas panjang dan untuk
beberapa lamanya tidak dapat menjawab, hanya menatap
wajah pemuda itu. Hal ini membuat Bun Hong makin bernafsu
untuk melanjutkan kata-katanya dan mengeluarkan isi
hatinya.
"Setiap pemberontakan yang dicetuskan oleh golongan
yang hanya ingin memperebutkan kekuasaan tentu akan
hancur karena rakyat selalu menentang peperangan dan
rakyat selalu akan membela pemerintah. Akan tetapi kalau
rakyat terlampau ditindas sehingga rakyat sendiri yang
memberontak terhadap pemerintah, maka akan rusaklah
kehormatan dan keharuman nama pemerintah. Peristiwa tadi,
ketika petani itu menyerang taijin, merupakan tanda yang
buruk sekali bagi pemerintah sekarang. Mengapa seorang
petani yang biasanya hidup sederhana dan jujur, juga setia
dan tidak mempunyai banyak kehendak, sampai berani
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
melakukan penyerangan terhadap seorang pembesar tinggi?
Hal ini sama sekali bukan hanya mengenai dan menyangkut
diri taijin pribadi, melainkan merupakan gejala timbulnya rasa
tidak puas dari rakyat kecil terhadap para pembesar tinggi
atau pemerintah pada umumnya."
Pangeran itu mengangguk-angguk, mendengarkan dengan
penuh perhatian karena memang hatinya tertarik sekali. Dia
maklum bahwa pemuda ini mengemukakan hal-hal yang patut
direnungkan, bukan semata-mata pencetusan hati karena
dendam seperti yang dilakukan oleh petani tadi.
"Maafkan kalau saya bicara lancang, taijin. Menurut
pendapat saya, hubungan antara rakyat jelata dengan para
pemimpin adalah seperti hubungan antara anak-anak
terhadap orang tuanya. Kalau anak sampai berani melawan
orang tuanya, sudah tentu ada apa-apa yang tidak beres
dengan anak atau orang tua itu. Kalau si anak, dalam hal ini
rakyat jelata yang tidak di pengaruhi keinginan
memperebutkan kedudukan, jadi tidak mempunyai kesalahan,
maka ketidak beresan itu terletak kepada fihak si orang tua.
Terus terang saja, taijin, saya sendiri tidak dapat terlalu
menyalahkan petani tadi yang melakukan perbuatan itu
karena tidak tahan lagi melihat betapa anak isterinya
kelaparan karena semua gandum telah habis dibayarkan untuk
pajak! Melihat anak isteri di rumah kelaparan, atau melihat
taijin mengadakan sembahyang secara mewah, tentu timbul
rasa penasaran yang membuatnya seperti gila, lupa segala
dan terjadilah penyerangan tadi. Saya sendiripun tidak kan
ragu-ragu untuk membasmi para pembesar yang memeras
dan mencekik batang leher rakyat yang sudah miskin dan
sengsara itu!" Bun Hong telah membuka kartunya dan mulai
memperkenalkan diri yang sebenarnya.
Sejenak lamanya Pangeran Song memandang tajam
kepada pemuda itu, kemudian dia berkata, ”Tan-sicu, katakatamu
memang benar, biarpun kalau ucapanmu tadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar oleh pembesar lain, tak salah lagi kau akan
ditangkap dan dituduh memberontak! Ketahuilah bahwa aku
memang bertugas menerima dan mengumpulkan hasil-hasil
pajak dari para pembesar daerah yang menerimanya dari
rakyat, akan tetapi peraturan-peraturan yang dilaksanakan itu
adalah keputusan dari kaisar sendiri. Aku adalah seorang
anggota keluarga kerajaan dan seorang penjabat pula, sudah
lama aku merasa sedih melihat betapa kaisar sekarang berada
dalam kekuasaan para pembesar thaikam yang
mempengaruhinya, sehingga boleh dibilang yang berkuasa di
istana adalah para thaikam, orang seperti aku ini mempunyai
kekuasaan apakah? Tidak lain aku hanya menjalankan tugas
yang telah diberikan kepadaku. Ketahuilah Tan-sicu !, bahkan
kaisar sendiri agaknya sungkan untuk menentang para
thaikam, apa lagi aku, seorang pangeran yang hanya
berpangkat bendahara!"
Kemudian secara panjang lebar Pangeran Song
menceritakan tentang kekuasaan para thaikam, terutama
sekali Thio-thaikam yang mempunyai pengaruh besar sekali.
Pangeran Song seperti juga para pembesar lain, merasa takut
dan benci kepada Thio-thaikam walaupun mereka tidak berani
memperlihatkan kebencian itu secara berterang, oleh karena
Thio-thaikam yang berpangkat koksu (guru negara) itu
memandang rendah kepada semua pembesar. Kedudukannya
amat tinggi, semua nasehatnya diurut belaka oleh kaisar dan
pengaruhnya amat luas. Selain mempunyai pengaruh besar
terhadap kaisar, juga Thio-thaikam mempunyai banyak kaki
tangan yang berilmu tinggi.
Sebenarnya, di luar tahunya orang lain, adanya kaisar amat
segan dan tunduk kepada thio-thaikam ialah karena pembesar
kebiri ini mempunyai hubungan erat dengan pemerintah Turki
barat yang disebut Bangsa Shalo. Thio thaikam merupakan
sekutu dari pemerintah ini yang mengadakan hubungan baik
dengan kaisar. Maka, mengingat akan kelemahan sendiri,
terpaksa kaisar selalu menuruti kehendak Thio-thaikam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga boleh dibilang kaisar telah menjadi boneka yang
digerakkan oleh thio-thaikam !.
Pangeran Song sendiri tidak tahu akan persoalan dengan
Kerajaan Shato itu. Dia hanya menceritakan betapa koksu
itulah yang sesungguhnya mengatur segala ketetapan pajak
dan lain-lain. Mendengar akan keadaan di istana itu, betapa
kaisar seperti boneka yang digerakkan oleh seorang pembesar
kebiri, Bun Hong merasa marah sekali. Kini tahulah dia siapa
orangnya yang harus ditentangnya, siapa yang menjadi biang
keladi kesengsaraan rakyat itu. Dia harus dapat menentang
dan kalau mungkin membunuh Thio-thaikam !.
Dengan mata berapi dia mengepal tinju dan berkata, "Kalau
begitu, biarlah saya pergi memenggal leher keparat itu !"
Pucatlah wajah Pangeran Song mendengar ucapan ini.
Setelah memandang ke kanan kiri dan mendapat kenyataan
bahwa ucapan pemuda itu tadi tidak terdengar oleh orang
lain, baru legalah hatinya.
"Tan-sicu, harap kau jangan terlalu ceroboh mengucapkan
kata-kata seperti itu. Ketahuilah bahwa pengaruh Thiothaikam
besar sekali sehingga boleh dibilang di setiap tempat
terdapat kaki tangannya. Berlaku hati-hati, sicu, dan kalau
bisa, buanglah jauh-jauh niatmu itu. Maksud hatimu itu kalau
dilaksanakan sukarnya melebihi kalau engkau hendak mencari
buah sian-tho di taman sorga ! Selain penjagaan yang
mengawal diri Thio-thaikam amat kuat sekali, juga rumah
gedung Thio-thaikam penuh dengan perwira yang berilmu
tinggi. Sebelum kau melewati pintu pertama, kau tentu sudah
akan tertangkap atau terbunuh." Pangeran Song sengaja
mengeluarkan kata-kata ini untuk memanaskan hati pendekar
muda itu, karena sesungguhnya, tidak ada kegembiraan yang
lebih besar baginya selain mendengar bahwa pada suatu hari
pembesar kebiri yang dibencinya itu akan mati dibunuh
orang!.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Terima kasih, taijin. Tentu saja saya akan berlaku hati-hati
sekali. Sebenarnya saya hanya menjalankan tugas sebagai
seorang yang menjunjung tinggi keadilan, karena
mengandalkan bantuan pembesar-pembesar lain, agaknya
tidak akan ada gunanya karena semua pembesar agaknya
lebih mementingkan kesenangan mereka sendiri dari pada
memperhatikan penderitaan rakyat jelata."
Merah wajah Pangeran Song mendengar ini. "Orang muda,
hendaknya jangan engkau terlalu memandang rendah kepada
kami. Terus terang saja, pernah aku mengajukan protes dan
minta pengurangan tentang pemungutan pajak ini, akan tetapi
apa hasilnya? Hampir saja aku mendapat bencana dari Thiothaikam
kalau aku tidak mempergunakan banyak sekali uang
emas untuk menyenangkan hatinya. Kalau tidak ada dia dan
para thaikam lain yang semua menjadi kaki tangannya, orangorang
seperti aku ini tidak akan membiarkan rakyat tercekik,
dan kami pasti akan mengajukan surat permohonan kepada
kaisar agar peraturan itu dirubah."
Berseri wajah Bun Hong mendengar ini.
"Kalau begitu, ijinkanlah saya mengundurkan diri, taijin,
dan dengarkanlah saja, tidak lama lagi thaikam keparat itu
tentu takkan berada di samping kaisar lagi!"
Pangeran Song berdiri dan mengantar tamunya keluar.
"Terserah kepadamu saja, Tan-sicu, akan tetapi ingat bahwa
aku tidak ikut-ikut dalam urusan ini, dan ingatlah bahwa aku
telah memperingatkanmu akan bahayanya niatmu itu.
Betapapun juga, setiap saat engkau memerlukan bantuan,
asalkan tidak berada di luar kemampuanku, pasti aku akan
membantui mu."
"Terima kasih, taijin, akan saya ingat janji itu dan ternyata
taijin adalah seorang pembesar yang amat bijaksana dan
hanya melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Sudah dua
orang pembesar yang kujumpai, pertama adalah Yap tihu dari
An-kian dan ke dua adalah taijin sendiri. Selamat tinggal."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah pertemuannya dengan Pangeran Song, bangkit lagi
jiwa kependekaran di dalam diri Bun Hong. Dia merasa girang
sekali bahwa akhirnya dia bisa mendapat tahu siapa biang
keladi yang menelurkan peraturan pajak yang demikian
mencekik leher rakyat itu Akhirnya dia akan dapat melakukan
perbuatan menggemparkan yang gagah perkasa sebagaimana
yang diidamkan oleh suhunya. Dia tidak akan merasa kalah
terhadap suhengnya kalau ita berhasil. Kalau dia berhasil
membunuh thaikam itu, kemudian dengan bantuan Pangeran
Song dan para pembesar lain dapat memperingan peraturan
pajak itu, berarti bahwa dia telah dapat menolong jiwa
puluhan ribu atau ratusan ribu rakyat kecil yang miskin. Dan
untuk usaha seperti itu, biarpun harus mengorbankan nyawa,
ia akan rela ! .
Istana Thio thaikam menyambung dengan istana kaisar dan
letaknya di sebelah belakang istana kaisar itu Istana thaikam
ini tinggi dan besar, megah sekali, dikelilingi tembok yang
tebal dan tinggi pula. Di setiap pintu gerbangnya terdapat
penjaga-penjaga yang siang malam menjaga dengan tertib
dan keras.
Bun Hong menyelidiki tempat itu di waktu siangnya,
berjalan-jalan dan seakan-akan mengagumi keindahan gedung
itu dari luar. Karena di jalan di luar istana itu banyak pula
orang yang datang dari luar kota raja dan mengagumi istana
itu, maka penyelidikannya itu dak menimbulkan kecurigaan.
Setelah berjalan nengelilingi istana itu, maklumlah Bun Hong
bahwa untuk dapat masuk ke dalam istana melalui pintu
gerbang adalah hal yang tidak mungkin. Dengan jalan
melompati pagar tembok juga amat sukar sekali karena
tembok itu tinggi bukan main dan di atasnya dipasangi
tombak-tombak runcing yang menghalangi setiap orang yang
hendak meloncat dari bawah. Selain itu, di atas tembokTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
tembok yang tinggi itu dipasangi lampu-lampu penerangan
kalau malam sehingga tempat itu dapat dilihat oleh para
penjaga di pintu gerbang. Akan tetapi, Bun Hong tidak
menjadi putus asa dan beberapa kali dia mengelilingi pagar
tembok itu, mencari-cari bagian yang lemah dan yang
sekiranya dapat membantunya memasuki istana thaikam. itu.
Malam itu gelap gulita. Tidak ada sedikitpun bulan di
malam itu. Bahkan bintang-bintang yang memenuhi angkasa
kinipun tidak kelihatan karena tertutup mendung yang tipis
namun rata dan luas itu. Di dalam lindungan kegelapan malam
ini, Bun Hong menyelinap dengan amat gesitnya mendekati
pagar tembok yang mengelilingi istana Thio-thaikam. Tadi
siang dia telah menyelidiki dengan seksama dan telah
menemukan jalan yang dianggapnya akan dapat menolongnya
masuk ke lingkungan istana tanpa diketahui penjaga. Di ujung
barat terdapat sebagian tembok yang gelap oleh karena di
dekat tempat itu terdapat sebatang pohon yang besar. Daundaun
pohon inilah yang menghalangi sinar penerangan dan
bayangannya menggelapkan sebagian dari tembok itu. Sudah
direncanakan semenjak siang hari tadi bagaimana dia harus
memasuki istana.
Dengan amat hati-hati Bun Hong melompat dan
bersembunyi di belakang batang pohon yang besar itu sambil
mengintai ke arah pintu gerbang yang berada tidak jauh dari
situ Dilihatnya bayangan beberapa orang penjaga berdiri dan
berjalan hilir-mudik dengan tombak di tangan. Setelah
dilihatnya penjaga penjaga itu berjalan menuju ke timur
sehingga agak menjauhi pohon, secepat monyet bergerak, dia
memanjat pohon itu dan sebentar saja dia sudahi berada di
atas cabang pohon, bersembunyi di balik daun-daun pohon
yang lebat dan mengintai pula. Dia tadi tidak meloncat karena
kalau dia meloncat, setidaknya dia tentu akan menimbulkan
goyangan pada cabang pohon. Dengan memanjat dia dapat
bergerak lebih hati-hati dan tidak menimbulkan guncanganguncangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bun Hong menanti beberapa saat lamanya karena para
penjaga itu kini sudah membalikkan tubuh lagi dan berjalan
kembali ke arah barat sampai di dekat pohon. Dia mendengar
mereka bercakap-cakap perlahan kemudian membalikkan
tubuh dan berjalan kembali ke timur. Kesempatan ini
dipergunakan nya untuk melontarkan sehelai tali ke atas, dan
tali itu mengait ujung tombak yang berada di atas pagar
tembok. Kemudian dengan cekatan sekali dia mengayun
tubuhnya ke atas sambil berpegang kepada tali itu dan dapat
hinggap di atas tombak-tombak itu seperti seekor burung saja.
Orang yang tidak memiliki ginkang yang hebat jangan
mencoba-coba untuk meloncat ke atas ujung tombak-tombak
yang runcing itu!.
Bun Hong segera menyelinap dan berjongkok di belakang
barisan tombak sambil mengintai ke bawah. Para penjaga itu
masih jauh dan tidak ada yang melihat lompatannya tadi.
Sebetulnya, ia sama sekali tidak takut menghadapi beberapa
orang penjaga itu. Akan tetapi kalau sampai dia ketahuan,
biarpun dia akan sanggup merobohkan mereka dengan
mudah, akan tetapi kalau mereka berteriak membual gaduh,
tentu para pengawal dan para perwira yang berada di dalam
gedung itu akan mende ngar dan mereka akan keluar semua
sehingga sebelum dia berhasil memasuki istana, dia akan
mengalami pengeroyokan hebat yang berarti menggagalkan
usahanya.
Dengan hati-hati Bun Hong mengikatkar ujung tali kuatkuat
pada sebatang tombak besi dan melemparkan tali itu
bergantungan ke bawah, di sebelah dalam tembok. Setelah
melihat bahwa keadaan di sebelah dalam tembok itupun gelap
dan sunyi, dia lalu merayap turun melalui tali yang panjang itu
ke sebelah dalam. Begitu kakinya menyentuh tanah, dia
berjongkok di dalam bayangan tembok yang gelap, lalu
bergerak maju dengan cepat setelah dia memeriksa untuk
mengenal tempat di mana talinya bergantung itu. Dengan
sepasang mata terbuka lebar penuh kewaspadaan, juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
telinganya mendengar kan setiap suara, seluruh urat
syarafnya menegang dalam keadaan siap menghadapi segala
kemungkinan yang dapat terjadi. Dia berada di daerah musuh,
tempat yang amat berbahaya. Akan tetapi tugasnya amat
penting dan mulia, tugas seorang pendekar, seorang pembela
kebenaran dan keadilan demi untuk menolong rakyat jelata!
Pikiran ni menenangkan hatinya, mendatangkan ketabahan
luar biasa.
Benar sebagaimana yang dikatakan oleh pangeran Song,
penjagaan di istana itu kuat sekali dan di mana-mana
dipasangi teng atau lampu penerangan yang menerangi
seluruh tempat. Di mana-mana terdapat penjaga yang
suaranya dapat didengarnya ketika mereka itu bercakapcakap.
Bun Hong merasa gemas juga. Jalan yang
menghubungkan pekarangan belakang di mana dia berada
dengan kompleks istana itu melalui sebuah pintu saja, sebuah
pintu tembusan tanpa daun pintu yang nampak sunyi. Akan
tetapi di atas pintu tembusan terdapat sebuah lentera besar
yang bernyala terang sehingga kalau dia berlari di bawahnya
tentu dia akan terlihat oleh para penjaga yang terdapat di
sekitar tempat itu. Untuk melompat naik ke atas genteng,
terlalu banyak resikonya karena dia masih berada di luar
halaman gedung pertama sehingga dia akan mudah terlihat
dari luar. Bun Hong bersembunyi di balik semak-semak sambil
memutar otak mencari akal, kemudian wajahnya berseri dan
dia lalu memilih sebuah batu kerikil yang bundar dan
ditimang-timangnya batu kecil itu di dalam tangan kanannya.
Kemudian dia menahan napas, memusatkan panca
inderanya dan dilontarkannya batu kecil itu ke arah lentera.
Bidikannya tepat. Batu kecil itu dilontarkan melalui atas
lentera dan tepat sekali masuk ke dalam lentera melalui
lubang di atasnya dan batu itu tepat jatuh menimpa sumbu
lampu sehingga sumbu yang bernyala itu seketika menjadi
padam ketika tertutup batu. Cepat sekali Bun Hong
mempergunakan kesempatan selagi keadaan menjadi gelap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pekat itu untuk berlari, mempergunakan ginkangnya dan
dengan ilmu berlari cepat dia berkelebat memasuki pintu.
Baiknya dia berlaku cepat sekali karena segera dia
mendengar suara orang berkata, "Leng ko, lentera di atas
pintu kiri itu padam."
"Ah, mungkin kehabisan minyak !"
"Baru kemarin diisi lagi! "
"Kalau begitu tentu sumbunya minta diganti atau tertiup
angin. Biarlah, tempat itu sudah cukup mendapat penerangan
dari lentera lain." jawab orang ke dua yang dari suaranya
terdengar bahwa dia sedang merasa malas.
Bun Hong tidak memperdulikan semua itu dan dia cepat
menuju dekat gedung, kemudian dia mengenjot tubuhnya ke
atas genteng. Tubuhnya melayang dengan ringannya dan
kedua kakinya tidak mengeluarkan suara ketika dia menginjak
genteng karena dia tadi telah mempergunakan ilmunya
meringankan tubuh ketika meloncat.
Untuk beberapa lama dia mendekam di belakang
wuwungan yang gelap, memandang ke kanan kiri. Ternyata
keadaan di atas istana itu sunyi sekali, maka dia lalu bergerak
maju dengan perlahan dan hati-hati, menyusuri bagian atas
genteng yang gelap. Dia mulai menjadi bingung karena
bangunan itu besar sekali sehingga dia tidak tahu harus
menyelidiki bagian mana. Akhirnya dia melompat saja ke atas
genteng dari bangunan yang paling tinggi karena di bawah
genteng itu kelihatan yang paling terang! Dengan amat hatihati
dia membuka genteng di bagian ini dan mengintai ke
bawah.
Ruangan di bawah itu luas dan diterangi oleh beberapa
buah lampu besar sehingga keadaannya terang sekali.
Ruangan yang selain luas juga amat mewah, dengan perabotperabot
rumah yang bahkan lebih mewah daripada yang dia
lihat di dalam istana Pangeran Song. Bun Hong memandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan teliti dan melihat bahwa ada beberapa orang laki-laki
duduk mengelilingi sebuah meja besar sambil bercakap-cakap
dan makan minum. Empat orang laki-laki yang berpakaian
seperti pembesar-pembesar duduk bercakap-cakap dengan
dua orang yang mukanya agak kehitaman dan hidungnya
mancung sekali, pakaiannyapun aneh menandakan bahwa
mereka adalah orang-orang asing. Ketika melihat kepala
mereka mengenakan sorban, Bun Hong dapat menduga
bahwa mereka tentulah orang-orang dari barat. Dia pernah
melihat beberapa orang dari Nepal, India dan Turki di kota
raja. Di sudut duduk tiga orang yang berpakaian seperti
panglima atau perwira pengawal.
Bun Hong menjadi bingung lagi. Dia tidak tahu yang mana
di antara mereka adalah Thio-thaikam orang yang dicarinya
itu, bahkan dia tidak tahu apakah di antara mereka terdapat
orang itu. Maka dia menjadi ragu ragu dan hanya mengintai
sambil mendengarkan percakapan mereka. Memang dia sudah
memperoleh keterangan dan gambaran dari Pangerar Song
tentang thraikam itu, akan tetapi karena empat orang itu
semua berpakaian pembesar, maka dilihat dari atas, muka
mereka itu hampir sama. Hanya ada seorang di antara merek
berempat yang tubuhnya agak gemuk dan mukanya merah
dan yang inilah menurut persangkaannya tentu Thio-thaikan.
Hanya dia harus berlaku hati-hati dan yakin dulu sebelum
turun tangan dan menyerang orang yang lain dari pada yang
dicarinya.
Hatinya girang bukan main ketika dia melhat seorang di
antara dua orang asing itu berkata dalam Bahasa Han yang
kaku sambil mengangguk kepada pembesar gemuk bermuka
merah itu, "Pendapat Thio-taijin benar sekali dan kami merasa
setuju sepenuhnya!" .
Kini yakinlah hati Bun Hong bahwa pembesar gemuk
bermuka merah itu adalah orang yang dicari-carinya. Dengan
dada berdebar tegang dia lalu mencabut keluar pisau belati
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang sudah dipersiapkan sebelumnya, lalu dia nengeluarkan
pula sehelai kertas putih yang sudah ditulisnya dengan hurufhuruf
besar PEMBESAR LALIM PEMERAS RAKYAT HARUS
MATI DI UJUNG PEDANG.
Kertas itu ditusuknya dengan pisau tadi dan dipegangnya
dengan tangan kiri. Kemudian tangan kanannya mencabut
pedangnya dan dengan cepat dia menyabetkan pedang itu ke
arah genteng beberapa kali sehingga terdengar suara hiruk
pikuk dan terbukalah lubang yang cukup besar.
"Pembesar laknat rasakanlah pembalasan rakyat tertindas!"
teriaknya sambil melompat turun melalui lubang itu dengan
gerakan liong-jip-hai (Naga Hitam Masuk ke Laut).
Ketika Bun Hong menggunakan pedangnya membuat
lubang di atap itu, orang-orang yang berada di sebelah bawah
sudah merasa terkejut dan heran. Kini melihat seorang
pemuda berpakaian hitam yang memakai saputangan
menutupi muka dari bawah mata ke bawah, melompat atau
melayang turun dari atas dengan kecepatan seperti burung
terbang dan membawa pedang di tangan, mereka menjadi
makin kaget. Bun Hong memang lebih dulu menutupi
mukanya dengan saputangan sebelum dia melompat turun
tadi untuk menjaga agar dia jangan di kenal orang andaikata
usahanya gagal.
Tiga orang perwira yang tadi duduk di sudut segera
mencabut senjata masing-masing, bahkan dua orang asing
yang duduk di situ juga mencabut golok mereka yang
bentuknya lengkung dan lebar.
Ketika tubuh Bun Hong sudah tiba dibawah tiga orang
perwira dan dua orang asing itu menerjangnya sambil
memutar senjata mereka, Seorang perwira berseru keras,
''Bangsat kecil engkau mengantar kematianmu sendiri "
Bun Hong tidak gentar menghadapi mereka dan dia segera
menggerakkan pedangnya dengan hebat. Akan tetapi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kagetlah dia ketika para lawannya itu menangkis dan dia
mendapatkan nyataan bahwa tenaga para lawannya itu besar
sekali dan gerakan mereka juga cepat dan dahsyat. tanda
bahwa mereka itu memiliki kepandaian tinggi. Dia tidak tahu
bahwa perwira-perwira itu memang jagoan-jagoan di situ dan
dua orang asing itu adalah panglima-panglima Turki yang
menjadi utusan dan tentu saja memiliki kepandaian yang
hebat pula.
Namun Bun Hong tidak menjadi takut. Dia mengamuk dan
memutar pedangnya sehingga pedangnya berubah menjadi
segulung sinar yang menyilaukan mata tertimpa sinar lampu,
dan dia sudah menghadapi lima orang lawan itu dengan
nekat. Yang paling lihai di antara mereka adalah perwira yang
tinggi kurus. Ilmu golok perwira ini luar biasa lihainya
sehingga setelah bertenpur beberapa belas jurus saja Bun
Hong maklum bahwa amat sukarlah bagi dia untuk dapat
menangkan lima orang ini yang mengeroyoknya. Maka dia lalu
mengeluarkan bentakan nyaring, pedangnya berkelebatan
mendesak lima orang pengeroyoknya dan tangan kirinya
bergerak, mengayun pisau itu ke arah pembesar gemuk
bermuka merah tadi.
"Syuuuuttt....... cappp !" Pembesar gemuk itu menjerit dan
mendekap pundak kanan yang tertancap pisau itu dengan
tangan kirinya. Ketika tadi ada sinar menyambar ke dadanya,
ia berusaha mengelak, namun kurang cepat sehingga pisau itu
masih menancap di pundak kanannya. Pembesar itu
terhuyung ke belakang, merobek kertas yang berada di pisau
itu, membaca tulisannya dan mukanya menjadi makin merah.
"Pemberontak hina! Tangkap penjahat kurang ajar ini!
Tangkap dia hidup-hidup, jangan lepaskan dia!" Dia berteriakteriak
dan bersama tjga orang pembesar lain dia lalu lari
melalui sebuah pintu.
Menghilangnya pembesar-pembesar itu di susul dengan
munculnya banyak pengawal yang mengurung tempat itu!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pembesar yang bertubuh gemuk bermuka merah itu memang
benar Thio-thaikam adanya, dan tiga pembesar lainnya adalah
juga thaikam-thaikam yang menduduki tempat penting dan
menjadi kaki tangannya. mereka sedang menerima utusanutusan
dari Turki itu menjamunya sambil bercakap-cakap
ketika Bun Hong datang menyerbu.
Bun Hong segera dikurung rapat-rapat. Ketika melihat
betapa beberapa perwira datang lagi mengurungnya, dia
menjadi gelisah dan putus asa. Usahanya gagal sama sekali
bahkan sambitannya tadi hanya melukai pundak pembesar itu.
Untuk menghadapi lima orang lawan pertama ini saja dia
sudah merasa kewalahan, apa lagi kalau ditambah lebih
banyak lagi. Kini dia mendapat kenyataan bahwa keterangan
Pangeran Song bahwa di situ banyak terdapat perwira lihai
memang benar adanya. Dia menjadi marah dan sambil
mengeluarkan teriaka n dahsyat dia memutar pedangnya dan
mainkan jurus jurus ilmu Pedang Kwi-hoa Kiam hoat yang
amat lihai itu.
Bun Hong memang memiliki ginkang yang baik sekali dan
kegesitannya berkat ginkangnya ini banyak menolongnya
dalam pertempuran yang berat sebelah itu. Dia dapat
mengelak lincah dan selalu berlompatan ke sana-sini sehingga
sukarlah bagi para lawannya untuk dapat
mengurungnya.Untung baginya ruangan itu luas sekali. Dia
menggunakan tiang-tiang batu yang banyak terdapat di
ruangan itu untuk berlindung, lari ke tiang sana melompat ke
belakang tiang sini, dan selalu mencari kesempatan untuk
melarikan diri. Kalau ada seorang lawan yang berani
mendekatinya, ia cepat mendesaknya dengan gerakangerakan
kilat sehingga dengan cara demikian, dia dapat
terlepas dari kepungan dan berhasil merobohkan lima orang
pengeroyok yang kurang tinggi kepandaiannya. Dengan siasat
seperti ini. karena kelincahannya dan ilmu pedangnya yang
tinggi tingkatnya sehingga kalau hanya menghadapi mereka
seorang lawan seorang atau paling banyak tiga orang saja dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
takkan kalah, maka semua lawan yang mengeroyoknya!
menjadi gemas dan kewalahan juga.
"Panggil bala bantuan, kepung tempat ini! Jangan biarkan
anjing itu melepaskan diri! " Terdengar bentakan Thio-thaikam
yang sidah dibalut luka di pundaknya dan kini menonton dari
jauh dengan kawalan ketat.
Bun Hong maklum bahwa keadaannya yang dia sadari
berbahaya itu akan bertambah celaka kalau bala bantuan
didatangkan pula. Apa lagi tempat itu dikepung ketat, maka
akari lenyaplah harapan untuk meloloskan diri. Maka saatnya
untuk meloloskan diri adalah sekarang ini. "Awas pisau !!"
teriaknya.
Lima orang yang mengeroyoknya dibantu oleh pendatang
pendatang baru yang sudah banyak yang roboh itu tadi telah
melihat betapa lihainya pemuda ini menyambit dengan pisau
sehingga melukai Thio-taijin. maka gertakan itu membuat
mereka berlaku hati-hati dan melompat mundur menjauhi
agar jangan menjadi sasaran pisau yang disambilkan dari
jarak terlalu dekat. Akan tetapi, Bun Hong hanya menggertak
belaka dan dia mempergunakan kesempatan selagi mereka
meloncat ke belakang itu untuk cepat berlari keluar dari
ruangan itu, merobohkan empat orang pengawal yang
mencoba untuk menghadangnya di pintu, kemudian setelah
tiba di luar dia cepat mengayun tubuhnya meloncat naik ke
atas genteng.
Para pengeroyoknya dan beberapa orang perwira lain yang
sudah datang mengejar, juga berloncatan naik ke atas
genteng, terus mengejarnya. Bun Hong mengerahkan
tenaganya untuk berlari secepat mungkin, akan tetapi ke
nanakah dia harus lari ? Tempat di sekitar istana itu dikelilingi
tembok tinggi dan apabila dia lari ke tembok di mana
tergantung talinya tadi, sebelum dia dapat memanjat naik,
tentu dia akan lebih dulu dapat disusul. Maka dia lalu berlari
ke jurusan lain agar para pengejarnya tidak melihat tali yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih tergantung di sebelah dalam tembok tadi. Sambil berlari
dia mencari akal.
Dia teringat bahwa para penjaga di sebelah dalam dan luar
tembok memakai semacam mantel berwarna biru panjang dan
memakai sebuah topi yang khas. Ia mendapat akal baik dan
ketika mendengar teriakan-teriakan para pengejarnya dari
belakang, dia lalu melompat ke kanan dan segera turun dari
atas genteng. Akan tetapi, di bawahpun sudah banyak
terdapat penjaga-penjaga yang ketika melihat dia melompat
turun segera mengeroyoknya sambil berteriak-teriak.
Dengan mudah Bun Hong merobohkan beberapa orang
pengeroyok yang terdiri dari penjaga-penjaga biasa itu Akan
tetapi para perwira yang tadi mengejarnya telah sampai pula
ke tempat itu dan mereka menyerbu sambil berseru, "Kurung
dan tangkap dia hidup hidup ini perintah Thio-taijin !".
Perintah ini menguntungkan Bun Hong. Nafsu Thio-thaikam
yang ingin melihat dirinya tertangkap hidup-hidup,
memeriksanya dan menyiksanya agar mengaku siapa yang
menyuruhnya, telah menyelamatkan nyawa Bun Hong!. Kalau
semua pengeroyok itu mengarah nyawanya dan
mengeroyoknya mati matian, agaknya dia tidak mungkin akan
dapat mempertahankan dirinya lagi.
Akan tetapi oleh karena mereka hanya berusaha merampas
pedangnya, berusaha menangkapnya, maka sampai sekian
lamanya Bun Hong masih dapat melawan dengan baik.
bahkan telah banyak pengeroyok yang kepandaiannya tidak
tinggi, roboh dan menjadi korban amukan pedangnya.
Di antara para perwira pelindung Thio-thaikam. yang
merupakan pengawal-pengawal pribadinya terdapat tiga orang
yang amat terkenal sebagai orang-orang yang sakti dan
memiliki ilmu silat amat tinggi. Orang pertama adalah seorang
pendeta tosu yang telah berhasil di "beli"-nya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tosu ini bernama Tek Po Tosu, seorang tokoh dari kun-lunsan
yang lihai sekali ilmu silatnya, terutama sekali permainan
siang-kiam (sepasang pedang) dan tenaga sinkangnya juga
amat kuat. Tosu ini merupakan pelindung dan penasihatnya,
menjadi pengawalnya yang nomor satu dan mendapatkan
tempat dalam sebuah kamar besar di istana pembesar itu.
Orang ke dua adalah seorang panglima pengawal bertubuh
tinggi besar bernama Bong Kak Im, seorang ahli silai yang
keahliannya bermain senjata kampak yang besar dan tajam
mengerikan. Senjata ini adalah sepasang kampak, dimainkan
dengan gerakan cepat, aneh, dan didorong oleh tenaga otot
yang amat kuat sehingga sukarlah mengalahkan sepasang
kampak di tangan Bong Kak Im ini. Adapun orang ke tiga
adalah Bong Kak Liong, juga seorang perwira dan dia ini
adalah adik kandung dari Bong Kak Im. Bong Kak Liong
pandai sekali bermain golok tunggal.
Pada saat terjadi penyerbuan yang dilakukan oleh Bun
Hong itu, kebetulan sekali Tek Po Tosu dan Bong Kak Im tidak
berada di dalam istana, sedang menjalankan tugas ke luar
kota, menjadi utusan Thio thaikam. Hal ini tentu saja amat
menguntungkan Bun Hong oleh karena apabila seorang di
antara dua orang tokoh itu berada di istana, tentu dia akan
dapat dirobohkan dan ditangkap dengan mudah.
Kini yang menyerangnya dengan hebat hanyalah Bong kak
Liong, perwira tinggi kurus yang memainkan golok secara luar
biasa sekali itu. Di antara semua pengeroyoknya, hanya
perwira tinggi kurus ini saja yang merepotkan Bun Hong,
karena gerakan goloknya memang dahsyat sekali dan pemuda
itu terpaksa mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya
untak menjaga diri. Kalau dia bertanding melawan Bong Kak
Liong seorang saja, belum tentu dia akan kalah, akan tetapi
oleh karena perwira yang tangguh ini dibantu oleh banyak
perwira yang rata-rata memiliki kepandaian yang cukup tinggi,
maka keadaan Bun Hong benar-benar terjepit. Namun dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
masih berhasil mempertahanlan dirinya dan dia tidak pernah
mau melepaskan saputangan yang menyembunyikan
mukanya.
Melihat betapa amat sukarnya menangkap pemuda ini,
Bong Kak Liong menjadi marah bukan main. Marah, penasaran
dan juga malu! Dia disohorkan orang sebagai jagoan nomor
tiga di istana Thio-thaikam. seorang jagoan yang disegani,
akan tetapi sekarang, dibantu oleh puluhan orang anak
buahnya, dia masih belum juga dapat merobohkan seorang
pengacau muda! Kalau tidak ada pesan keras dari Thiothaikam
agar jangan membunuh pemuda ini melainkan
menangkapnya hidup-hidup, tentu sudah dibunuhnya pemuda
ini!.
Bun Hong sudah merasa lelah, maka diapun berlaku nekat.
Dia harus merobohkan dulu perwira kurus yang memegang
golok ini. Kalau tidak demikian, agaknya tak mungkin dia akan
dapat lolos! Maka sambil mengerahkan tenaganya, tiba-tiba
Bun Hong menubruk ke arah perwira itu, menyerangnya
dengan cepat .
Perwira kurus itu mengeluarkan bentakan nyaring dan
mengerahkan sinkangnya, menggerakkan goloknya untuk
menangkis dengan sekeras-kerasnya, dibarengi dengan
sambaran kakinya yang melakukan tendangan Soan-hong-twi,
yaitu tendangan angin berputaran yang amat berbahaya bagi
lawan.
Bun Hong terkejut bukan main karena selain tangkisan
golok dan tendangan itu, pada saat yang sama dua batang
pedang perwira lain sudah menyambar ke arah kedua kakinya!
Ternyata bahwa fihak lawan kini menggunakan siasat lain,
biarpun tidak membunuhnya namun bertekad mati-matian
untuk menangkapnya kalau perlu merobohkan dan
melukainya asal tdak membunuhnya.
Dengan lompatan kilat Bun Hong dapat menghindarkan diri
dari tendangan Soan-hong-wi dan bacokan pedang pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kakinya, akan tetapi tangkisan golok yang amat keras itu
membuat pedangnya terlempar dari pegangannya !.
Ternyata bahwa karena bertempur terlalu lama dan dia
sudah lelah sekali menghadapi sekian banyaknya pengeroyok,
telapak tangan Bun Hong mengeluarkan keringat sehingga
gagang pedangnya menjadi basah dan licin. Ketika pedang itu
terlempar, Bun Hong masih menghadapi tendangan Soanhong-
twi yang masih dilanjutkan. Tendangan ini memang
merupakan tendangan berantai, yang dilakukan dengan kedua
kaki yang susul-menyusul, makin lama makin cepat! Bun Hong
tahu apa yang harus dilakukannya. Cepat dia menggerakkan
tubuhnya dalam gerakan atau langkah yang dinamakan Jiauw
pouw poan-soan, yaitu bertindak berputar-putar dengan
gesitnya menghindarkan diri dari tendangan-tendangan lawan
yang bertubi tubi itu. Gerakannya cepat dan indah sehingga
perwira tinggi kurus itu mengeluarkan seruan kagum.
Bun Hong makin lelah. Tahulah dia bahwa kalau dia terus
mengadakan perlawanan, akhirnya dia akan roboh tertawan,
kehabisan tenaga. Maka kini dia mengeluarkan suara
melengking nyaring dan ketika seorang pengawal
menyerangnya dengan tusukan tombak, dia menangkap
tombak ini. menariknya kuat-kuat dan berhasil menangkap
pengawal itu. Diangkatnya tubuh pengawal itu dan diputarputarnya
sebagai perisai! Tentu saja para pengeroyoknya
cepat menarik kembali senjata mereka agar tidak melukai
kawan sendiri. Kesempatan ini dipergunakan oleh Bun Hong
untuk mundur dan dia lalu melemparkan tubuh pengawal itu
ke arah para pengeroyoknya. Setelah itu, dia lalu melompat
naik ke atas genteng pula, yang segera dikejar oleh para
perwira, dipimpin oleh Bong Kak Liong. Kembali terjadi kejarkejaran
diatas genteng dan Bun Hong merasa makin lelah.
Dengan cepat Bun Hong menuju ke sebelah istana sambil
memutar otak dengan cepat ia mencari akal. Ketika melihat
penjaga yang bermantel biru dan bertopi lebar berkumpul dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berjaga-jaga di situ, di bawah genteng kemudian berteriakteriak
memandang kepadanya, dia melompat turun di tengahtengah
mereka! Tentu saja para penjaga itu menjadi terkejut
dan gempar. Bun Hong menggunakan kaki tangannya dan
beberapa orang penjaga roboh terjungkal.
Tadinya dia berniat merampas sebatang pedang, akan
tetapi tiba-tiba dia teringat akan akal yang hendak
dipergunakannya, maka dia lalu menangkap seorang penjaga,
menotok jalan darah sehingga tubuh penjaga itu menjadi
lemas!. Dia memutar-mutar tubuh penjaga itu membuka jalan,
kemudian segera berlari menuju ke bagian barat dari istana
itu. Sambil berlari tangan kirinya mengambil beberapa buah
batu dan ketika lewat di bawah lentera-lentera, dia
menyambiti sehingga kaca lentera-lentera itu pecah dan
apinya padam. Keadaan menjadi agak gelap dan cepat dia
menyeret tubuh penjaga itu ketempat gelap, melepaskan
mantel birunya dan topi-penjaga, dan segera memakai mantel
dan topi itu.
Dengan penyamaran ini, dia lalu berlari lagi menuju ke
tembok di mana tadi dia meninggalkan talinya yang masih
bergantung. Dia bernapas lega ketika melihat bahwa talinya
masih berada di tempat tadi. Maka cepat di melompat dan
memanjat tali itu naik ke atas .
Pada saat itu, para perwira yang mengejar dan mencaricarinya
tiba di tempat itu. dm ketika mereka melihat seorang
penjaga memanjat tali, mereka berteriak-teriak, "Haii Ke mana
larinya bangsat itu ?"
Bun Hong tidak menjawab, bahkan memanjat makin cepat
ke atas. Seorang perwira memegang tali itu dan menggoyanggoyangnya
sehingga tubuh Bun Hong ikut pula tergoyanggoyang.
"Heiii ! Kau tahu ke mana larinya penjahat tadi ?" teriak
perwira itu. Pada saat itu tubuh Bun Hong sudah sampai di
atas tembok tinggal beberapa kaki saja dari tombak yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terpasang di atas tembok, maka dia memberanikan hatinya
dan menjawab. "Dia lari melalui tali ini ! Aku akan
mengejarnya!"
Untung sekali bahwa tempat itu agak gelap, tertutup oleh
bayangan pohon yang menjulang tinggi di luar tembok, maka
orang-orang di bawah tidak melihat bahwa pakaian orang di
atas itu berbeda dengan pakaian penjaga, perbedaan yang
tidak begitu kentara karena selain gelap juga tertutup oleh
mantel berwarna biru dan topi yang lebar itu.
Para perwira lalu menyerbu ke arah pintu gerbang, hendak
mencari penjahat itu di luar tembok. Sementara itu, Bun Hong
sudah sampai di atas tembok dan cepat dia melompat ke
cabang pohon, karena untuk menggunakan tali, hanya
membuang-buang waktu saja. Gerak cepatnya mendatangkan
kecurigaan kepada para perwira. Bong Kak Liong yang melihat
gerakan itu, tahu bahwa mereka telah tertipu oleh karena
tidak mungkin ada seorang penjaga biasa yang memiliki
ginkang sehebat itu!.
"Kejar !" serunya sambil lari ke arah pintu gerbang. "Dialah
penjahatnya !"
Ketika rombongan perwira itu keluar dari pintu gerbang,
Bun Hong telah berhasil melompat turun dari pohon dan
setelah membuang mantel dan topi pinjaman itu, dia lalu
melarikan diri secepatnya. Para perwira tetap mengejarnya,
dan ketika Bun Hong melompot naik ke atas genteng rumahrumah
di kota raja itu, para perwira yang dikepalai oleh Bong
Kak Liong juga melompat naik dan terus mengejarnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid VI
PADA waktu itu, mendung
telah tertiup angin dan
membuka langit di atas kota
raja. Bintang-bintang
memenuhi angkasa sehingga
mendatangkan cahaya yang
remang-renang. Dengan
adanya cahaya bintangbintang
ini, bayangan Bun
Hong dapat terlihat
menghitam di atas gentenggenteng
rumah, memudahkan
para perwira untuk mencari
dan mengikuti jejaknya, Bun
Hong menjadi gelisah sekali.
Biarpun dia telah dapat
meninggalkan para pengejarnya agak jauh di belakang,
namun dia telah merasa lelah sekali. Kedua kakinya telah
menjadi lemas dan kini dia tidak bersenjata lagi. Kalau dia
kembali ke hotelnya, tentu mereka akan mengejar ke sana,
dan semua hotel tentu akan diperiksa.
Berlari keluar kota raja tidak mungkin karena semua
penjaga pintu gerbang tentu telah mendapat perintah untuk
memperketat penjagaan! Tidak ada tempat persembunyian
yang baik baginya di kota raja dan kemanapun dia
bersembunyi, akhirnya pasti akan tertangkap juga sebelum dia
sempat keluar dari kota raja. Memang benar bahwa para
perwira itu tidak ada yang pernah melihat wajahnya yang
sejak tadi tertutup saputangan, akan tetapi dia adalah seorang
asing di kota raja, kalau bertemu dengan mereka tentu akan
di curigai dan akhirnya ketahuan juga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Betapapun juga, dia harus dapat bersembunyi dan
beristirahat. Kalau tenaganya sudah pulih, kalau dia sudah
dalam keadaan siap lagi dia tak takut menghadapi apapun
juga.Dia akan melawan mati-matian. Akan tetapi sekarang, dia
telah kehabisan tenaga.
Dalam berlari-lari dengan tenaga terakhir ini, tak terasa lagi
dia tiba di atas genteng rumah gedung atau istana Pangeran
Song Hai Ling! Tiba-tiba timbul sebuah pikiran di otak nya.
Pangeran itu adalah seorang yang baik hati dan juga
mempunyai pengaruh besar. Mengapa dia tidak menggunakan
kesempatan ini untuk minta perlindungan kepadanya ?
Bukankah pangeran itu pernah menyatakan bahwa dia
bersedia membantunya ?
Tanpa berpikir panjang lagi karena dia sudah hampir tidak
kuat melanjutkan pelariannya, Bun Hong melayang turun ke
dalam gedung itu dan menggunakan tenaganya untuk
membuka jendela kamar, lalu melompat naik ke dalam!
Beberapa orang penjaga yang melihatnya sudah maju
menubruk, akan tetapi ketika mereka melihat Bun Hong yang
dikenal oleh mereka sebagai sahabat majikan mereka maka
mereka menjadi ragu ragu.Pada saat itu muncullah Pangeran
Song Hai Ling sendiri dari dalam.
"Kau, kau........? " tanyanya dengan kaget sekali.
"Taijin, sekaranglah waktunya bagi taijin untuk menolong
saya!" kata Bun Hong dengan napas terengah-engah karena
lelahnya.
Dengan isyarat tangannya, pangeran itu menyuruh para
pengawalnya untuk menutupkan jendela yang dibuka secara
paksa dari luar oleh Bun Hong tadi, lalu berkata, "Jangan
memberi tahu tentang kedatangan sicu ini kepada siapapun
juga." Lalu dia menggandeng tangan Bun Hong dan diajaknya
pemuda itu memasuki ruangan dalam.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sicu, apakah yang terjadi ?" tanya pangeran itu dengan
alis berkerut dan mata penuh selidik setelah dia mengajak Bun
Hong duduk di ruangan itu.
''Celaka, saya telah gagal membunuh keparat she Thio itu,
taijin. Saya hanya berhasil melukai pundiknya, sekarang
perwira-perwiranya mengejar-ngejar saya, sedangkan pedang
saya telah lenyap dan tubuh saya amat lelah ........ tolonglah
saya, taijin."
Wajah pangeran itu menjadi pucat sekali dan dia nampak
gugup. "Celaka.......! Kalau mereka tahu bahwa engkau
bersembunyi di sini, akan celakalah kami sekeluarga, sicu!
Harap kau suka menaruh kasihan kepada kami sicu.
Bersembunyilah di tempat lain. Tidak mungkin aku dapat
menolongmu tanpa membahayakan keluargaku sendiri,"
katanya denga suara mengandung ketakutan hebat.
Bun Hong tercengang dan menjadi bingung juga. "Jadi
taijin tidak mau menolong saya....?! "
'"Bukan tidak mau, akan tetapi ......... ?"
Pada saat itu, terdengar teriakan-teriakan di luar istana itu,
dibarengi dengan ketukan ketukan pada pintu yang dilakukan
dengan keras sekali.
"Celaka........!" Tubuh pangeran itu menjadi gemetar saking
takut dan khawatirnya, Tiba-tiba dia memegang tangan Bun
Hong dan ditariknya pemuda itu ke dalam.
"Hayo cepat kau ikut aku ke dalam!"
Bun Hong menurut saja karena sudah merasa tidak
berdaya dan keduanya lalu berlari keruangan sebelah dalam,
bahkan pangeran itu terus membawanya ke bagian ruangan
wanita.
Dia mengetuk pintu sebuah kamar dan ketika pintu dibuka
dari dalam, ternyata bahwa kamar itu adalah kamar tidur dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Song Kim Bwee dan Song Kim Hwa, dua orang putri remaja
dari pangeran itu!.
Bukan main terkejut dan herannya kedua orang dara
remaja itu ketika mereka melihat ayah mereka datang
bersama seorang pemuda yang berpeluh pada dahinya dan
yang berpakaian ringkas berwarna hitam. Lebih heran lagi
mereka ketika mereka berdua mengenal pemuda itu sebagai
pemuda yang kemarin mendatangkan rasa kagum di hati
mereka ketika terjadi keributan di Kuil Bhok-thian-si.
"Ada ....... ada apakah, ayah ....... ?" Song kim Bwee
bertanya dengan mata terbelalak.
"Lekas, kau sembunyikan Tan-sicu ini lekas, kalau mereka
tahu dia berada di rumah kita, binasalah kita semua!" kata
Pangeran Song dengan cepat dan tubuhnya menggigil,
mukanya pucat sekali. "Kim Bwee, kau berpura-pura sakit dan
suruh adikmu menjagamu. Sembunyikan Tan sicu dalam
kamar ini. Di mana saja! Cepat!!"
Pangeran Song lalu keluar dari kamar, menutupkan
pintunya dan berlari ke arah pintu depan yang masih digedor
orang dari luar dan di mana para pengawal telah berkerumun
akan tetapi tidak berani membukanya tanpa perkenan dari
Pangeran Song itu.
Ketika atas perintah Pangeran Song pintu itu dibuka, yang
muncul adalah Panglima Bong Kak Liong dan di belakangnya
terdapat banyak perwira yang memegang senjata di tangan.
Sebenarnya, tidak akan ada orang berani menggedor pintu
gedung Pangeran Song di tengah malam buta seperti itu!
Pangeran itu adalah seorang anggota keluarga kaisar, dan
seorang pembesar yang berkedudukan tinggi, akan tetapi,
Bong Kak Liong adalah seorang panglima yang menjadi
kepercayaan dan tangan kanan Thio-thaikam, apa lagi malam
ini dia melaksanakan perintah Thio-thaikam, maka dengan
berani dia menggedor-gedor pintu gedung pangeran itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena dia merasa yakin bahwa penjahat yang mengacau di
istana majikannya dan dikejar-kejarnya itu tadi masuk dan
bersembunyi di dalam gedung pangeran ini.
Dia tidak takut menghadapi kemarahan Pangeran Song Hai
Ling, karena bukankah dia melaksanakan perintah Thio
thaikam? Biar istana kaisar akan dimasuki tanpa takut-takut
kalau Thio-thaikam yang memerintahkannya! Betapapun juga,
dia bersikap hormat di depan pangeran itu dan cepat dia
menjura untuk memberi hormat dan berkata dengan sikap
hormat dan sungguh-sungguh,
"Maafkan hamba, taijin......."
Dengan sikap tenang dan mengerutkan alisnya tanda
bahwa perbuatan perwira itu amat mengganggunya, Pangeran
Song Hai Ling berKata, nada suaranya penuh tegoran, "Ah,
kiranya Bong-ciang-kun yang datang di tengah malam begini
dan menggedor pintu. Tidak tahu ada urusan apa gerangan
yang membuat kami sekeluarga menjadi terkejut sekali?"
Betapapun juga, Bong Kak Liong merasa tidak enak juga.
Kalau sampai pencariannya gagal dan dia dituduh menghina
pangeran ini dan kemudian Pangeran Song melapor ke istana,
tentu sedikitnya dia ? akan mendapat tegoran keras dan Thiothaikam
akan memarahinya. Maka cepat-cepat dia
mengangkat kedua tangan memberi hormat.
"Mohon maaf sebanyaknya apa bila hamba herani
mengganggu taijin, karena menggedor pintu ini semata-mata
untuk menjaga keselamatan taijin sekeluarga," Bong Kak
Liong berkata dengan sikap hormat dan amat hati-hati. "Maaf,
taijin. Di dalam rumah taijin bersembunyi seorang penjahat
berbahaya yang tadi sudah menyerang dan mengacau di
dalam istana Thio- taijin."
Pangeran Song Hai Ling kini tidak perlu lagi bermain
sandiwara berpura-pura kaget karena berita itu memang
sudah membuat dia merasa amat cemas dan terkejut sekali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga mukanya berubah pucat dan tubuhnya agak
menggigil.
''Apa........? Pen...... penjahat ? Bagaimana dia bisa masuk
ke gedungku? Tidak mungkin, ciangkun, engkau tentu keliru
dan salah lihat! ?"
"Harap paduka jangan khawatir, taijin, kami akan
mencarinya sampai dapat dan menyeretnya keluar dari dalam
gedung ini," jawab Bong-ciangkun.
"Kalau begitu silakan, memang sebaiknya begitu. Akan
tetapi harap ciangkun dan para perajurit jangan bersikap kasar
agar tidak mengagetkan keluarga kami. Carilah sampai dapat!"
kata sang pangeran dengan wajah pucat.
Bong Kak Liong menghaturkan terima kasih, kemudian
dengan golok di tangan dia memimpin anak buahnya untuk
menggeledah dan mencari penjahat di dalam gedung itu.
Biarpun tadi dia mengatakan bahwa dia hendak menolong
pangeran itu dari ancaman penjahat yang diduga bersembunyi
di situ, akan tetapi sebenarnya dia melakukan penggeledahan,
seolah-olah dia sudah menduga bahwa sang pangeran itu
sengaja menyembunyikan penjahat yang dikejar-kejarnya tadi.
Dia mencari di seluruh kamar, bahkan kamar Pangeran
Song dan isterinya, juga kamar-kamar para selirpun tidak
dilewatinya. Dan biarpun mulut dan tangan para penggeledah
itu tidak berani mengatakan dan menyentuh apa-apa, namun
pandang mata mereka mengusap usap tubuh dan wajah para
selir muda yang cantik-cantik, merayu dan membelai mereka
itu dengan pandang mata mereka dan senyum mereka yang
penuh arti.
Bukan main marah dan mendongkolnya rasa hati pangeran
itu melihat kekurang ajaran ini, akan tetapi dia tidak dapat
berbuat apa-apa karena mereka itu tidak melakukan atau
mengatakan sesuatu, dia tidak berani menegur karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
khawatir kalau-kalau pemuda yang bersembunyi itu akhirnya
akan ditemukan dan dia tidak akan dapat menyangkal pula.
Akhirnya, saat yang amat ditakuti dan dinanti-nanti penuh
debaran jantung yang gelisah itupun tibalah. Bong Kak Liong
tiba di depan kamar puterinya yang daun pintunya tertutup
dari dalam. Kamar di mana pemuda itu tadi disuruhnya
bersembunyi!
"Taijin, kamar siapakah ini?" tanya Bong Kak Liong sambil
menuding daun pintu dengan goloknya, seolah-olah dia
hendak membuka pintu itu dengan sekali bacok.
"Ciangkun, jangan buka kamar ini. Kamar ini adalah kamar
puteriku, harap kau tidak mengganggu dia!"
Bong Kak Liong cepat menjura dengan hormat. "Taijin,
hamba tidak begitu berani mati ntuk mengganggu siocia. Akan
tetapi maafkanlah hamba, taijin. Hamba hanya melakukan
tugas yang diperintahkan oleh Thio-taijin. Penjahat itu harus
dapat ditangkap dan sudah hamba ceritakan bahwa penjahat
itu lihai bukan main dan amat berbahaya. Tadi hamba melihat
dia menyelinap dan lenyap di halaman rumah ciangkun, maka
hamba harus mencarinya sampai dapat, selain untuk
menangkapnya juga untuk membebaskan keluarga ciangkun
dari ancaman bahaya maut. Bagaimana kalau dia memasuki
kamar ini dan bersembunyi di didalam ?"
Pangeran Song memperlihatkan muka marah "Bongciangkun!
Berani benar kau mengeluarkan kata-kata yang
bukan-bukan! Kamar ini! adalah kamar kedua orang puteriku,
bahkan!! puteriku yang sulung sedang kurang enak badan,!
apakah kau begitu tidak percaya kepada kami?"
Ucapan itu dikeluarkan dengan suara keras dan memang
menjadi maksud hati sang pangeran agar ucapannya
terdengar oleh kedua orang puterinya yang berada di dalam
kamar itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bong Kak Liong merasa ragu ragu, karena dia merasa
khawatir kalau-kalau pangeran ini akan marah, akan tetapi dia
harus melakukan tugasnya dan harus berhasil menangkap
penjahat tadi. Rasa takutnya terhadap pangeran ini tidak ada
artinya apa bila dibandingkan dengan rasa takutnya terhadap
Thio-taijin. Pula, dia dan anak buahnya sudah lama
mendengar dan melihat bahwa dua orang puteri pangeran ini
cantik-cantik seperti bidadari, maka setelah sekarang terbuka
kesempatan, mengapa tidak sekalian menjenguk kamar
mereka sekedar nengobati jerih payah mereka?
"Harap taijin suka memaafkan kami dan suka memaklumi
tugas hamba yang amat berat ini. Betapapun juga hamba
harus mendapatkan kepastian dan menyaksikan dengan kedua
mata sendiri bahwa penjahat itu tidak bersembunyi didalam
kamar ini. Bukan hamba menuduh yang tidak-tidak, akan
tetapi bagaimana kalau penjahat itu mengancam ji-wi siocia di
sebelah dalam kamar ? Bagaimana pula hamba akan melapor
kepada Thio-taijin kalau ditanya nanti dan beliau mendengar
bahwa ada sebuah kamar yang hamba lewati dan tidak hamba
periksa ?"
Perwira yang cerdik ini sengaja membawa-bawa nama
Thio-taijin untuk menggertak atau untuk perisai.
Pada saat keadaan menjadi tegang itu karena betapapun
juga tentu saja Pangeran Song Hai Ling tidak ingin melihat
rahasianya terbuka, apa lagi membiarkan orang-orang ini
menemukan penjahat bersembunyi di dalam kamar puteriputerinya,
tiba-tiba saja daun pintu kamar itu terbuka dari
dalam dan muncullah Song Kim Hwa di ambang pintu.
Dara remaja ini cantik bukan main, dengan rambut sedikit
awut-wutan dan pakaian longgar karena dia mengenakan
pakaian tidur, dengan muka tanpa bedak akan tetapi kelihatan
halus dan kemerahan. segar seperti setangkai bunga bermandi
embun di pagi hari.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sepasang matanya yang lebar dan indah itu terbuka
dengan penuh kekagetan melihat demikian banyaknya orang
asing di depun kamarnya, dan bibirnya yang mungil dan
merah basah itu bergerak manis ketika dia bertanya, "Ayah,
ada apakah ramai ramai ini ? Mengapa terdapat begini banyak
orang berada di sini ? Cici sedang sikit, mengapa ayah
membiarkan saja orang orang kasar ini membuat gaduh ?"
Bong Kak Liong menjadi merah mukanya sedangkan semua
anak buahnya bengong dengan mata terbelalak dan mulut
ternganga terpesona menghadapi dara remaja yang demikian
cantiknya itu. Cepat perwira itu menjura dengan hormat
kepada Song Kim Hwa sambil berkata dengan sikap sopan,
"Harap sioci sudi memaafkan hamba. Hamba khawatir kalaukalau
penjahat berbahaya yang sedang kami kejar-kejar itu
bersembunyi di dalam kamar ini dan mencelakai ji-wi siocia."
Pucatlah muka Kim Hwa mendengar ucapan ini saking
gelisahnya, dan hal ini baik sekali karena memang Bong Kak
Liong mempunya persangkaan bahwa dara remaja yang cantik
ini merasa terkejut dan takut mendengar ada penjahat
sehingga menimbulkan kesan bahwa dara ini tidak tahu apaapa
tentang penjahat itu. Dan Kim Hwa tergolong seorang
dara remaja yang cerdik sekali, maka diapun cepat menahan
jerit di belakang punggung tangannya.
"Penjahat........? Aihhh, lekas kau tangkap dia, ciangkun!
Benar-benarkah ada penjahat di dalam gedung kami ?"
"Kami sedang mencari-carinya," kata Pangeran Song yang
merasa lega karena dia melihat bahwa kamar itu kosong, tidak
nampak bayangan Bun Hong, sedangkan Kim Bwee nampak
berbaring di atas pembaringan sambil berkerudung selimut.
"Apakah betul-betul tidak ada siapa-siapa di dalam kamarmu,
anakku? "
Kim Hwa memandang kepada ayahnya. "Yang ada
hanyalah cici yang mulai panas lagi tubuhnya, ayah." Sambil
berkata demikian, dia membuka daun pintu itu agak lebar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sehingga Bong Kak Liong dapat melihat dengan jelas betapa
kamar itu benar-benar kosong, hanya terdapat seorang gadis
cantik lainnya yang sedang rebah di atas pembaringan sambil
menutupi tubuhnya dengan selimut, mukanya nampak pucat
sekali karena sedang menderita sakit.
Bong Kak Liong meneliti kamar itu dengan pandang
matanya yang tajam. Tidak ada apa-apa yang mencurigakan,
maka dia cepat menjura kembali.
"Maaf........ maaf......., siocia! harap suka menutupkan
kembali pintu kamar itu, tidak baik bagi saudaramu kalau
terkena angin malam. Maafkanlah kami."
Kim Hwa menutupkan daun pintunya kembali dan Bong Kak
Liong lalu memimpin anak buahnya untuk mencari di lain
bagian. Akan tetapi, di dalam gedung itu sama sekali tidak
mereka temukan bayangan Bun Hong. Bong ciangkun merasa
penasaran sekali, akan tetapi karena terbukti bahwa penjahat
muda itu tida bersembunyi di situ, terpaksa dengan hati
kecewa dan penuh penasaran dia minta maaf lagi dan
berpamit dari pangeran itu.
Setelah melihat bahwa pemuda itu tidak dapat ditemukan
di dalam gedungnya, barulah Pangeran Song Hai Ling berani
memperlihatkan kemarahannya.
"Bong-ciangkun, kelakuanmu tadi sungguh sungguh tidak
patut! Apa kaukira kami menyembunyikan seorang penjahat ?
Bagus, bagus Di manakah adanya aturan-aturan lama?
Sampai-sampai seorang perwira biasapun berani saja
menghina keluarga kami!"
Bong Kak Liong cepat berlutut dengan sebelah kaki dengan
penuh perasaan menyesal dan khawatir, "Harap taijin sudi
mengampunkan hamba. Hamba hanyalah petugas yang
menjalankan perintah Thio-taijin belaka......."
"Apakah Thio-taijin juga memberi perintah kepadamu untuk
memeriksa semua kamar-kamarku dan juga kamar puteriku,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seakan-akan kami sekeluarga bersekongkol dengan penjahat
dan menyembunyikan seorang penjahat didalam kamar kami!"
"Tidak........ tidak....... akan tetapi....... ampun ..... "
Baru saja Bong Kak Liong berkata dengar gagap tidak
karuan sampai di situ, Pangeran Song Hai Ling sudah
membanting daun pintu didepan hidung perwira itu.
Bong-ciangkun segera pergi dengan hati mendongkol
bukan main. Dia segera memaki-maki para anak buahnya
yang disebutnya tolol dan bodoh sehingga mengejar seorang
penjahat saja sampai tidak dapat tertangkap.
Memang demikianlah selalu keadaan hidup dalam
kebudayaan dan masyarakat kita. Yang di atas selalu
memarahi dan menekan, menginjak yang di bawah. Bongciangkun
yang dimaki oleh orang yang lebih tinggi
kedudukanya, tidak berani membalas ke atas lalu meluapkan
kemendongkolannya ke bawah, kepada anak buahnya. Nanti,
tentu saja, si anak buah yang mendapat kemarahan dari
atasannya ini dan tidak berani membalas, akan melampiaskan
kemarahannya kepada yang lebih bawah lagi, mungkin
pembantunya, mungkin kepada isterinya atau kepada
anaknya!
Kebudayaan kita memberi contoh betapa yang di atas
menginjak yang di bawah, sehingga hukum yang
didengungkan sebadai alat antuk menjadi cermin keadilan bagi
semua orang tanpa pandang tingkat, ternyata hanya menjadi
alat bagi mereka yang berada diatas untuk menginjak yang di
bawah ''berdasarkan hukum". Oleh adanya kenyataan seperti
ini. anehkah itu kalau semenjak kecil, manusia dididik oleh
keadaan untuk berlumba memperebutkan kedudukan setinggi
mungkin? Lebih baik menginjak daripada diinjak, lebih baik
menekan daripada ditekan, demikianlan agaknya yang
menjadi pedoman hidup semua orang. Betapa menyedihkan
jadinya kehidupan di dunia kita ini .
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bong-ciangkun selain merasa mendongkol karena ditegur
dan dimarahi pangeran itu, juga dia merasa penasaran dan
heran sekali. Dia telah melakukan penggeledahan dengan
cermat sekali dan selagi dia memimpin penggeledahan gedung
itu telah dikurung, juga di atas genteng dilakukan penjagaan
sehingga penjahat itu tidak mungkin untuk keluar dan
melarikan diri dari dalam gedung itu. Padahal tadi mereka
melihat sungguh-sungguh betapa penjahat itu lenyap di
sekitar halaman gedung Pangeran Song. Maka dia lalu
memerintahkan beberapa orang anak buahnya untuk
mengadakan pengintaian di sekeliling gedung itu sambil
bersembunyi, sedangkan dia sendiri lalu kembali dengan cepat
memberi laporan kepada Thio-thaikam.
(Oo-dwkz-234-oO)
Lama setelah para penggeledah itu meninggalkan gedung
Pangeran Song, dan daun pintu kamar kedua orang puteri
pangeran itu telah dikancing dari dalam, selimut yang tadi
menutupi tubuh Kim Bwee terbuka dan di dekat tubuh dara itu
nampak Bun Hong sedang meringkuk dan tadi tertutup
selimut! Pemuda ini segera melompat turun dan menjura di
depan Kim Bwee yang juga sudah bangkit dan duduk di tepi
pembaringan dengan muka merah dan air mata mengalir
turun di sepanjang kedua pipinya.
Ketika tadi Pangeran Song minta kepada dua orang
puterinya untuk menyembunyikan Bun Hong, Kim Bwee dan
Kim Hwa menjadi bingung sekali dan setelah ayah mereka
pergi, kedua orang dara itu hanya saling pandang dengan
muka merah sekali tidak berani memandang wajah Bun Hong.
Juga pemuda itu merasa malu sekali dan akhirnya dapat juga
dia berkata dengan suara halus,
"Ji-wi siocia (nona berdua), harap ji-wi suka memberi maaf
kepada saya. Sesungguhnya bukan kehendak saya untuk
mengganggu ji-wi dan untuk bersembunyi di kamar ji-wi, akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tetapi ....... ayah ji-wi yang mengajak saya kesini karena
terpaksa......."
"Mengapa kau dikejar-kejar, taihiap?" Kim Hwa
memberanikan diri bertanya tanpa memandang wajah pemuda
itu. "Kami mendengar dari ayah bahwa engkau adalah seorang
pendekar besar, mengapa sekarang dikejar-kejar dan harus
bersembunyi?"
Bun Hong menarik napas panjang, lau dia menceritakan
pengalamannya sampai sekarang dia dikejat kejar oleh para
kaki tangan Thio-thaikam.
"Kalau begitu, apabila mereka itu menemukan engkau
berada di sini, tentu kami sekeluarga akan tertimpa bencana
hebat!" Kim Hwa berkata pula dengan cemas.
"Itulah sebabnya maka ayah jiwi menyuruh saya masuk ke
dalam kamar ini agar para pengejar tidak akan menyangkanya
dan tidak akan menemukan saya di dalam gedung ini."
Oleh karena merasa kikuk dan canggung menghadapi dua
orang dara yang cantik jelita dalam kamar mereka yang dihias
perabotan kamar serba indah dan yang mengeluarkan bau
harum sedap itu, Bun Hong menjadi seakan-akan gagu dan
tidak dapat mengeluarkan banyak kata-kata, bahkan dia
hanya duduk diatas kursi yang dipersilakan oleh Kim Hwa,
tidak berani banyak bergerak!.
Berhadapan degan dua orang dara jelita di dalam kamar
mereka ini, Bun Hong yang terkenal sebagai seorang pendekar
gagah perkasa kini seperti berubah menjadi seorang penakut
yang kehilangan nyalinya! Dia hanya duduk seperti arca dan
hanya kadang kadang saja dia mengerling kearah Song Kim
Bwee dengan jantung berdebar-debar. Dara ini nampak jauh
lebih cantik jelita dari pada ketika dia melihatnya di kuil dahulu
itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba terdengar suara para penggeledah itu di luar pintu
kamar dan suara Pangeran Song yang mencegah mereka
membuka pintu, mereka mendengar ucapan yang nyaring dari
pangeran itu yang mengatakan bahwa anaknya yang seorang
sedang tidak enak badan. Kedua orang dara itu menjadi pucat
sekali dan tubuh mereka menggigil, sedangkan Bun Hong
telah bersiap-siap untuk menerjang keluar. Akan tetapi tibatiba
Song Kim Bwee yang sejak tadi hanya diam saja, hanya
duduk di tepi
pembaringan sambil
mempermainkan ujung
lengan bajunya yang
panjang dengan muka
ditundukkan, kini tibatiba
melompat berdiri dan
mendekati Bun Hong
sambil berbisik,
"Taihiap, lekas........!
Lekas kau naik ke
pembaringanku ......
cepat......... "
Dalam keadaan seperti
itu. Bun Hong tidak lagi
merasa kikuk atau malumalu.
Dia adalah seorang
pemuda yang cerdik, maka ucapan dara ini segera dapat dia
tangkap maksudnya. maka diapun segera naik ke
pembaringan dan menurut saja ketika Kim Bwee menutupi
tubuhnya dengan selimut yang harum baunya. Bun Hong
meringkuk di bawah selimut dan memasang telinga, siap
untuk menghadapi segala kemungkinan.
Akan tetapi tiba-tiba dia merasai ada sesuatu yang halus
dan lunak menyentuh tubuhnya dan keharuman yang luar
biasa sedapnya memabukkannya. Karena tadinya dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memejamkan mata. kini dia segera membuka matanya dan
dadanya berdebar keras ketika dia mendapatkan bahwa tubuh
Kim Bwee juga berada di bawah selimut pula dan hanya
kepala gadis itu saja yang tersembul keluar dari selimut .
Kiranya yang lembut halus, lunak dan hangat tadi adalah
tubuh gadis itu yang menempel di tubuhnya!. Ternyata tanpa
ragu-ragu lagi dara itu telah berpura-pura sakit, sesuai dengan
kata-kata ayahnya, dan kini dengan rebah berkerudung
selimut, dara itu menyembunyikan tubuh Bun Hong yang
meringkuk di dekatnya, di bawah selimut. Tentu saja Bun
Hong merasa malu dan sungkan sekali. Dia tidak berani
berkutik, bahkan bernapaspun dia tidak berani! Bun Hong
mendengarkan percakapan yang terjadi ketika Kim Hwa
membuka pintu.
Dara remaja itu ternyata cerdik sekali dan setelah melihat
encinya rebah berselimut dan pemuda itu telah
disembunyikannya dengan baik di bawah selimut encinya, lalu
membuka pintu dan menjalankan aksinya dengan sempurna
sehingga tidak saja para pengejar itu dapat ditipunya bahkan
ayahnya sendiripun merasa heran sekali. Sesungguhnya
Pangeran Song sendiri tidak pernah mengira bahwa Bun Hong
disembunyikan di dalam selimut, dan disangkanya bahwa
pemuda itu sudah pergi dari kamar atau bersembunyi di lain
tempat.
Ketika Bun Hong meloncat turun dan menjura di depan
nona Song Kim Bwee dia melihat dara ini duduk dengan air
mata mengalir disepanjang kedua pipinya. Bun Hong merasa
terharu sekali dan cepat dia menjura lagi.
"Siocia." suaranya gemetar penuh perasaan "banyak terima
kasih saya haturkan atas budi pertolongan nona, dan saya
mohon beribu maaf atas gangguan saya ini........"
Kim Bwee kini terisak dan air matanya bercucuran makin
deras. Dengan tersendat-sendat dia berkata,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Taihiap........ kau tentu memandang aku sebagai seorang
gadis yang tak tahu malu ....... dan rendah sekali ....... ah,
apakah kata orang kalau mendengar tentang peristiwa ini.....?
Taihiap, kau harus tahu bahwa aku melakukan hal yang
melanggar kesopanan itu semata-mata untuk menolong leher
kami sekeluarga dari ancaman pedang hukuman ....... bukan
karena hendak menolongmu........ "
Bun Hong sadar bahwa dia telah keliru bicara, maka cepat
sekali dia berkata, "Tentu aja, siocia. Siocia telah berlaku amat
cerdik dan bijaksana sekali."
Song-taijin mengetuk pintu. Kim Hwa terkejut dan cepat
menegur dari dalam, "Siapa di luar ?"
"Aku datang sendiri, Kim Hwa. Bukakan pintu," terdengar
suara ayahnya.
Daun pintu dibuka dan Song-taijin masuk ke dalam kamar
itu dengan muka masih pucat. Ketika dia melihat Bun Hong
berdiri di dalam kamar itu, dia merasa heran bukan main.
Akan etapi sebelum dia sempat menegurnya, Kim Bwee telah
lari menghampiri dan menjatuhkan diri di depan kakinya
sambil menangis tersedu-sedu.
"Ahh....., ehh........, kau kenapakah........ ?" Bangsawan itu
bertanya dengan heran.
Pada saat itu. Song-hujin juga berlari masuk ke dalam
kamar. Setelah para perajurit pergi, barulah keluarga
bangsawan itu seperti hidup kembali. Ketika terjadi
penggeledahan tadi, nyonya ini berdiam di dalam kamarna
dengan ketakutan, bergerakpun rasanya berat karena kedua
kakinya menggigil. Nyonya ini sama sekali tidak tahu apakah
yang sedang terjadi, kini, melihat betapa puterinya menangis
dan berlutut di depan kaki Suaminya dan melihat seorang
pemuda berdiri di kamar puterinya, dia menjadi khawatir dan
heran sekali.
"Apa yang telah terjadi....?" tanyanya dengan gugup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan singkat Kim Hwa lalu menuturkan segala peristiwa
itu kepada ayah dan ibunya. Betapa untuk menolong keluarga
mereka dari bencana, sama sekali tidak menyebut-nyebut
tentang menolong pemuda itu, terpaksa Kim Bwee telah
menyembunyikan Bun Hong kedalam........ selimutnya sendiri.
"Enci terpaksa melakukan hal itu, ibu. hanya merupakan
satu satunya jalan. Kalau sampai ........ taihiap ini ditemukan
di dalam kamar kami, tentu kita sekeluarga akan celaka
dituduh bersekongkol dan selain itu, juga nama kami akan
tercemar. Harap ayah dan ibu suka mengampuni kami berdua"
Mendengar cerita ini. nyonya Song segera menangis dan
dengan marah dia menegur suaminya, menudingkan
telunjuknya ke depan muka suaminya sampai hampir
menyentuh hidungnya sehingga bangsawan itu mundur
mudur.
'"Dasar kau yang tidak dapat menjaga nama! Bergaul
dengan segala penjahat dan pembunuh! Kalau sudah terjadi
begini, bukankah engkau telah mencemarkan nama dan
kehormatan anakmu sendiri?'
Tadinya Bun Hong merasa heran sekali mengapa Kim Bwee
menangis sedemikian sedihnya. Akan tetapi setelah
mendengar ucapan nyonya ini, maklumlah dia bahwa
sesungguhnya merupakan suatu hal yang amat memalukan
dan menodai nama kehormatan gadis itu yang telah
menyembunyikan seorang pemuda asing di dalam selimutnya
dan rebah bersama di atas pembaringan. Maka dia menjadi
makin malu dan dia menundukkan mukanya yang berubah
merah sekali, bingung karena tidak tahu apa yang harus
dilakukannya atau diucapkannya menghadapi keluarga yang
sedang merana itu .
Pangeran Song Hai Ling membanting-banting kakinya dan
memegang lengan Bun Hong yang segera ditariknya keluar
dari dalam kamar itu. "Hiburlah hatinya dan jaga jangan
sampai dia melakukan hal yang bukan-bukan!" katanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepada isterinya, dan makin terkejutlah hati Bun Hong ketika
dia dapat menduga apa maksud kata-kata pengeran itu.
Mungkinkah dara itu yang telah menolong dan
menyelamatkan nyawanya, saking merasa ternoda dan malu
akan meirbunuh diri? Ah. celakalah kalau sampai terjadi hal
seperti itu!.
Pangeran Song Hai Ling mengajak Bun Hong ke ruangan
tengah dan mempersilakannya duduk menghadapi meja.
Pelayan dipanggil untuk membawa arak, selain untuk
menghangatkan tubuh juga untuk menenangkan hati yang
berdebar-debar. Pangeran itu lalu mengumpulkan semua
pelayannya, juga kepala perwira pengawalnya. Setelah
mereka semua berkumpul di dalam ruangan itu, dia lalu
berkata "Kalian lihat baik baik Pemuda ini adalah sanak
keluarga kami sendiri yang dituduh penjahat oleh Thiothaikam.
Kalian tahu orang macam apa Thio-thaikam itu. Oleh
karena itu, jangan ada seorangpun di antara kalian yang
membocorkan hal ini keluar. kalau ada yang bertanya tentang
pemuda ini katakan saja bahwa kalian tidak melihat siapa
siapa di sini. Mengerti? Aku percaya akan kesetiaan kalian dan
andai kata ada yang berkhianat, akupun mempunyai jalan
untuk membasminya sekeluarga."
Para pelayan dan pengawal Song-taijin adalah pegawaipegawai
yang setia dan mereka semua memang membenci
Thio thaikam. maka tentu saja mereka menyanggupi untuk
bersetia dan tidak membocorkan rahasia itu. Setelah mereka
semua meninggalkan ruangan itu, barulah Pangeran Song
bertanya kepada Bun Hong tentang apa yang telah terjadi dan
mengapa pemuda itu sampai dikejar-kejar.
Bun Hong lalu menceritakan semua pengalamannya dengan
jujur. Betapa dia berusaha untuk membunuh Thio-thaikam
dan betapa percobaannya itu gagal karena penjagaannya
memang sangat kuat, bahkan dia lalu dikejar kejar dan hampir
saja binasa di tangan para penjaga.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendengar penuturan itu. Pangeran Song menarik napas
panjang. "Hemm, kau masih beruntung, taihiap. Kalau malam
ini Tek Po Tosu dan Bong Kak Im berada disana, sukar bagimu
untuk dapat melepaskan diri dari kepungan mereka.
Ketahuilah bahwa Bong Kak Im adalah kakak dari Bong Kak
Liong tadi, dan kepandaiannya masih lebih lihai dari dari
adiknya. Sedangkan Tek Po Tosu adalah tokoh nomor satu
yang membantu Thio-thai-kam, dan tentu saja kepandaiannya
jauh lebih lihai lagi. Akan tetapi syukurlah bahwa bahaya telah
lewat sehingga tidak saja engkau masih selamat, bahkan kami
sekeluarga yang nyaris celakapun dapat terhindar dari
bencana hebat," sambungnya sambil menarik napas lega.
Tan Bun Hong juga menarik napas panjang, hatinya terasa
tidak enak sekali. Dia maklum bahwa bukan saja dia telah
menerima budi pertolongan, bahkan berhutang nyawa kepada
keluarga bangsawan ini, akan tetapi juga di samping itu telah
mendatangkan aib dan keadaan bahaya kepada keluarga ini.
Maka dia cepat bangkit, menjura dan berkata, "Hanya Thian
yang mengetahui betapa besar rasa terima kasih saya kepada
paduka sekeluarga dan saya merasa tidak layak untuk berdiam
lebih lama di sini, hanya memancing bahaya bagi keluarga
paduka. Oleh karena itu, pangeran, perkenankan saya untuk
pergi sekarang juga meninggalkan istana ini."
"Eh, eh ........ jangan pergi sekarang, taihiap. Jangan!
Setelah adanya peristiwa tadi, tentu terdapat banyak penjaga
yang berkeliaran di dalam kota, dan kalau mereka melihat
engkau keluar dari gedung ini sekarang, tentu kau akan
dicurigai dan kembali keluarga kami akan dicurigai pula. Tadi
kau katakan bahwa ketika kau menyerbu istana Thio-thaikam,
Engkau telah menutupi mukamu dengan saputangan. Hal ini
baik dan cerdik sekali, karena dengan demikian, tidak ada
orang yang mengenal mukamu. Besok saja, dengan terangterangan
kau boleh keluar dari rumah kami dan keluar kota
tanpa menimbulkan kecurigaan, sebagai seorang tamu atau
keluarga kami."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, Bun Hong terpaksa membenarkan ucapan itu
dan dia tinggal di dalam gedung itu untuk malam itu dan
semalam itu dia dan Pangeran Song tidak tidur, bergadang
dan bercakap-cakap di dalam ruangan itu. Meeka telah merasa
lega dan menyangka bahwa bahaya benar-benar telah lewat,
sama sekali tidak pernah menduga bahwa Thio-thaikam yang
amat cerdik itu masih mempunyai rencana yang hendak
dilakukan untuk menyelidiki keadaan Pangeran Song. Malam
itu, selain meninggalkan penjaga-penjaga di sekitar istana
pangeran Song. Bong Kak Liong juga cepat melapor kepada
Thio-thaikam dan pembesar kebiri yang amat cerdik ini
merasa curiga sekali lalu mengatur rencana untuk menyelidiki.
Kebetulan sekali malam itu kedua orang pengawalnya yang
amar dipercaya, yaitu Tek Po Tosu dan Bong Kak Im telah
pulang, maka mereka semua lalu mengadakan perundingan,
bagaimana untuk membongkar rahasia dan mencari pemuda
yang mereka kira tentu disembunyikan oleh Pangeran Song
itu.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali. Pangeran Song
Hai Ling yang sedang duduk bercakap-cakap dengan Bun
Hong di ruang tengah, dikejutkan oleh pelaporan penjaga
bahwa telah berkunjung di pagi buta itu tiga orang tamu
agung yang bukan lain adalah... Thio-thaikam sendiri yang
diiringi oleh Bong Kak Liong dan Tek Po Tosu!.
Bukan main kaget dan takutnya hati Pangeran Song
mendengar ini sehingga untuk beberapa lamanya dia berdiri
dari kursinya, memandang Bun Hong dengan muka pucat dan
dia seperti patung.
"Apakah saya harus pergi bersembunyi lagi taijin?" Bun
Hong bertanya dengan sikap tenang karena pemuda ini
sedikitpun tidak takut. Dia bukan seorang penakut, tidak takut
mati dan kalau perlu dia akan melawan sampai hembusan
napas yang terakhir.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Jangan........, tidak ada gunanya.......! " jawab Pangeran
Song dengan alis berkerut dan otak berjalan mencari akal.
"Hemm, kau duduklah saja dengan tenang dan jangan kau
merasa heran apa bila kau kuperkenalkan sebagai calon
mantuku!" Lalu tergesa-gesa Pangeran Song meninggalkan
pemuda itu untuk menuju ke pintu depan menyambut
kedatangan tamu agung itu.
Sementara itu, Bun Hong merasa terkejut dan duduk
dengan bengong. Mendengar ucapan Pangeran Song tadi, dia
menjadi bingung Dia akan diperkenalkan sebagai calon mantu
sang pangeran? Sebagai tunangan Kim Bwe yang cantik jelita?
Ah, tidak boleh jadi! Mana mungkin nona itu sudi menjadi
calon isterinya? Dan pula.......tiba-tiba saja dia teringat kepada
Kui Eng, sumoinya yang amat dicintanya itu. Lalu terbayang
pula bahwa Kui Eng tentu sudah menjadi tunangan suhengnya
sehingga tidak perlu lagi dia mengenangkan gadis itu. Dia
menjadi tunangan Kim Bwee dara yang cantik seperti bidadari
itu! Calon mantu pangeran! Ah. betapapun juga. dia harus
menolak pertunargan yang hanya dilakukan dengan pura-pura
dan hanya untuk menipu Thio thaikam belaka itu!. Dia tidak
sudi bersikap pengecut di depan Thio thaikam. Lebih baik dia
melakukan perlawanar bertempur mati-matian. Dia tidak
takut, biarpun harus menghadapi Tek Po Tosu yang kabarnya
memiliki ilmu sangat tinggi itu. Lebih baik mati sebagai seekor
harimau dari pada hidup seperti seekor babi!
Akan tetapi, tiba-tiba dia teringat bahwa kalau dia
memberontak, tentu seluruh keluarga Song akan tertimpa
bencana hebat. Tentu keluarga itu akan dianggap keluarga
pemberontak, bersekongkol dengan seorang penjahat dan
pemberontak. Mereka sekeluarga tentu akan ditangkap dan
dihukum, mungkin dihukum mati karena dituduh pemberontak
dan menjadi pengkhianat. Bukan itu saja, juga nama
keturunan keluarga Song akan menjadi cemar untuk
selamanya! Dan mereka itu telah bersikap demikian baik
kepadanya, bahkan dia telah berhutang nyawa kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka. Apakah dia kini harus menjadi sebab kebinasaan
mereka ? Tidak! Dia harus mencegah keluarga ini celaka, apa
lagi celaka disebabkan oleh dia. Dia bahkan harus berusaha
menyelamatkan mereka! Kalau dia mengingat betapa nona
Kim Bwee telah menyelamatkannya, dengan cara yang sukar
dapat dilakukan oleh gadis lain, dengan taruhan kehormatan
dan nama baiknya, maka tidak mungkin dia membalas semua
kebaikan itu dengan sikap tidak perduli melihat mereka
terancam bahaya.
Bun Hong tidak sempat berpikir lebih jauh lagi oleh karena
pada saat itu, para tamu telah masuk dengan langkah lebar,
diikuti oleh Pangeran Song. Bun Hong mengenal Thio thai kam
yang nyaris dibunuhnya semalam. Pembesar gendut bermuka
merah ini berjalan tenang dengan pundak dibalut karena
lukanya. Pembesar gendut ini diiringkan oleh seorang tosu
yang bertubuh tinggi kurus berusia sedikitnya lomapuluh
tahun yang bersikap tenang pendiam bersama seorang
perwira yang malam tadi telah menyerangnya dengan golok
secara hebat yaitu Bong Kak Liong!.
Baiknya Pangeran Song yang amat cerdik itu semalam telah
menyuruh Bun Hong berganti pakaian dengan meminjamkan
pakaian sasterawan kepada pemuda itu sehingga ketika para
tamu itu masuk di dalam ruangan itu mereka melihat seorang
pemuda sasterawan yang berwajah tampan dan bersikap
halus duduk di atas sebuah bangku di ruangan itu.
Ingin sekali Bun Hong melompat dan menerkam thaikam
itu untuk dibunuhnya dengan satu kali pukul, akan tetapi dia
dapat menekan perasaannya, bahkan ketika diperkenalkan.
dia lalu menjatuhkan diri berlutut sebagaimana layaknya
seorang sasterawan muda memberi hormat kepada seorang
yang sedemikian tingginya seperti Thio-thaikam.
"Pangeran, siapakah pemuda tampan ini ? Belum pernah
saya melihatnya," kata Thio thaikam. sedangkan Bong Kak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Liong memandang dengan sinar mata tajam penuh selidik.
Hanya tosu itu yang memandang dengan sikap tak acuh.
"Dia? Ah, taijin. Dia ini adalah calon mantu saya, tunangan
puteri saya yang sulung, yaitu Song Kim Bwee. Dia bernama
Tan Bun Hong. berasal dari Hong yang."
"Sungguh mengherankan, mengapa malam tadi hamba
tidak melihat kongcu ini?" Tiba-tiba Bong Kak Liong berkata
sehingga Thio-thaikam memandang kepada Bun Hong dengan
sinar mata tajam seperti mata burung hantu mengintai tikus.
Untung bahwa Pangeran Song masih dapat menekan
hatinya dan wajahnya tidak berubah sungguhpun dia bingung
sekali dia tidak tahu harus menjawab bagaimana atas
pertanyaan yang datangnya tiba tiba dan sama sekali tidak
tersangka-sangka itu.
Akan tetapi Bun Hong yang memang bersikap tenang sejak
tadi, sama sekali tidak takut dan tidak gugup, dapat menjawab
dengan cepat sambil tersenyum,
"Bong-ciangkun," katanya dengan suara tenang, "dalam
keadaan seperti itu, penuh ketegangan, mana ciangkun dapat
memperhatikan saya yang tak berguna ini? Terus terang saja
saya melihat kejadian itu karena malam tadi saya juga ikut
melakukan penjagaan bersama para pengawal di gedung ini
dan karena siauwte mengenakan pakaian penjaga, tentu saja
ciangkun tidak melihat siauwte."
Pangeran Song adalah seorang yang amat hati-hati dan
semua penjaga dan pengawalnya adalah orang-orang yang
setia dan dipercaya penuh. Ketika mendengar ucapan Bun
Hong itu seorang pengawal yang tadi ikut mengantar tamu
masuk, kini diam-diam pergi keluar dan dengan bisik-bisik
cepat menyebar perintah kepada semua kawannya agar
mereka mengaku bahwa Bun Hong benar-benai ikut
melakukan penjagaan dengan mereka pada malam hari itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Biarpun hati mereka masih curiga, akan tetapi mendengar
jawaban ini, Thio-thaikam dan Bong-ciangkun menganggukangguk.
Sementara itu. tiba tiba Tek Po Tosu lalu melangkah
ke depan menghadapi Bun Hong dan berkata, "Tan-kongcu,
mendengar bahwa kongcu adalah calon menantu pangeran,
sudah sepantasnya kalau pinto ikut menghaturkan kionghi
(selamat) kepada kongcu!"
Sambil berkata demikian, pendeta To itu lalu mengangkat
kedua tangan ke depan dada, membungkuk dan memberi
hormat.
Angin pukulan yang hebat menyambar kearah dada Bun
Hong yang juga sudah membalas penghormatan itu dengan
menjura, sambil berkata, "Terima kasih banyak atas kebaikan
hati totiang"
Akan tetapi Ban Hong terkejut bukan main ketika melihat
bahwa penghormatan tosu itu di barengi dengan serangan
gelap, yaitu menggunakan kekuatan sinkang untuk
menyerangnya dengan pukulan jarak jauh! Tentu saja dia
hendak menolak angin pukulan itu, menangkis atau mengelak.
Akan tetapi Bun Hong adalah orang yang cerdik, cepat dia
maklum bahwa tosu ini sedang mengujinya! Kalau dia dapat
menghadapi serangan pukulan dengan tenaga lweekang ini.
berarti bahwa "calon mantu" Pangeran Song itu adalah
seorang yang memiliki pandaian tinggi dan tentu saja hal ini
dapat dihubungkan dengan penjahat semalam! Kalau dia
menangkis atau mengelak, berarti rahasianya akan
terbongkar. Karena itu. maka Bu Hong menyimpan kembali
tenaga sinkangnya tetap menjura dan membiarkan serangan
itu memukul ke arah pundaknya karena setelah dia menjura,
maka serangan ke arah dada itu menuju ke pundaknya.
Tek Po Tosu memang seorang yang amat lihai. Dia memiliki
ilmu kepandaian yang tinggi. Selain lihai sekali ilmunya siangkiam
(sepasang pedang) yang kabarnya jarang ada
tandingannya, juga dia adalah seorang ahli lwekeh yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memiliki sinkang kuat sekali. Hal itu tidaklah mengherankan
karena tosu ini sesungguhnya adalah seorang tokoh dari partai
persilatan besar Khong-thong-pai di lereng Pegunungan Kunlun.
Maka ilmu kepandaiannya amat tinggi dan dia dapat
menjadi tangan kanan atau pembantu utama dari Thiothaikam.
Ketika melihat betapa pemuda sasterawan itu sama
sekali tidak tahu akan serangannya, diapun cepat menarik
kembali tenaga pukulannya dengan mengibaskan kedua
tangannya yang tadi diangkat ke depan dada, Bun Hong
hanya merasa tiupan angin halus yang berubah arah. Diamdiam
dia kagum dan kaget bukan main!. Orang yang telah
dapat menguasai tenaga pukulan yang dipergunakan untuk
menyerang orang dari jarak jauh, dapat menariknya kembali
atau menyelewengkannya hanya dengan kibasan tangan saja.
menandakan bahwa tingkat kepandaian orang itu sudah tinggi
sekali dan tenaga sinkang yang dikuasainya sudah amat kuat.
Dia sendiri tidak akan mampu melakukan hal seperti itu!
Jelaslah bahwa tosu ini adalah seorang lawan yang amat
berat.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru