Minggu, 07 Mei 2017

Cersil 4 Serial Kisah Si Naga Langit Khoping Hoo Hebat

Cersil 4 Serial Kisah Si Naga Langit Khoping Hoo Hebat Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cersil 4 Serial Kisah Si Naga Langit Khoping Hoo Hebat
kumpulan cerita silat cersil online
Cersil 4 Serial Kisah Si Naga Langit Khoping Hoo Hebat
Cia Song menekan pundak orang itu. "Hayo,mengaku, atau engkau ingin kusiksa lebth dulu?"
Tekanan pundak itu mendatangkan rasa nyeri yang luar biasa. Rasa jantung orang itu sepertl
dltusuk ratusan batang jarum sehingga dia merintih lemah.
"Ya.... ya.... saya.... saya yang melakukan...perkosaan... itu....!"
"Keparat terkutuk!" Kwee Bun To menampar.
"Plakkkk!" tangan yang kokoh tegang itu menampar pipi. Giam Ti terpelanting dari tempat
dia berlutut dan bibirnya yang tebal pecah berdarah. Dia mengaduh dan mencoba bangkit,
akan tetapi Kwee Bun To kembali mengayun kaki menendang, mengenai dadanya.
"Dessss....!" Tubuh Glam Tl terjengkang dan dla muntah darah. Akan tetapl Thian Liong
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 185
merasa heran mengapa guru sllat itu membatasl pukulan dan tendangannya. Kalau guru silat
yang lihai itu menghendaki, sekali tampar saja kepala orang itu pasti akan pecah. Akan tetapi
ternyata tamparan dan tendangan itu tidak membuat Giam Ti tewas dan ini merupakan bukti
bagi Thian Liong bahwa guru silat itu sengaja tidak membunuh orang itu. Atau pemerkosa itu
yang memiliki slnkang yang cukup, tinggi sehingga dia dapat melindungi dirinya dengan
kekebalannya.
Tiba-tiba Thian Liong terkejut sekali ketika dia melihat Cia Song tiba-tiba menerjang maju
dan mengayun tangan terbuka memukul ke arah kepala Giam Ti.
"Wuuuttt.... prakkk!" Tangan itu menghantam kepala Giam Ti. Orang itu terpelanting roboh
dan tidak mampu bergerak lagi, tewas dengan kepala retak!
Kwee Bun To terbelalak. Agaknya dia juga terkejut sekali seperti Thian Liong. Juga Cu Sian
Hwesio mengerutkan alisnya.
"Omitohud....! Cia Song, mengapa engkau lakukan itu? tegurnya.
"Cia-sicu, kenapa engkau membunuhnya?" Kwee Bun To juga menegur.
Cia Song menghela napas panjang.
”Susiok, maafkan teecu karena teecu tak dapat menahan amarah terhadap penjahat ini. Teecu
merasa sakit hati karena dia melakukan perbuatan keji dan melempar fitnah kepada murid
Siauw-lim-pai. Kwee-kauwsu, kenapa engkau menegur aku yang membunuhnya? Aku juga
mendendam kepadanya dan bukankah engkau juga sedang menyiksanya untuk
membunuhnya? Aku tidak suka melihat orang disiksa, kalau memang dia jahat dan hendak
dihukum bunuh, segera lakukan saja dan tidak perlu menyiksanya. Itu terlalu kejam bagiku."
"Omitohud....! Bagaimanapun juga, ada benarnya pendapat Cia Song tadi. Menyiksa dulu
sebelum dibunuh amatlah kejamnya. Kwe-kauwsu, sekarang pelaku kekejian itu sudah
tertangkap dan sudah dihukum mati sehingga jelas bahwa di antara engkau dan kami tidak ada
urus-an apapun. Harap engkau suka meninggalkan btara kami dengap damai dan sebagai
seorang sahabat." kata Cu Sian Hwesio sambil memberi hormat kepada guru silat itu. "Biarlah
kami yang akan mengurus jenazah Giam Ti ini."
Kwe Bun To mengerutkan alisnya dan memandang kepada mayat kepala gerombolan itu.
"Memang urusan antara kita sudah beres dan ternyata murid Siauw-lim-pai tidak bersalah.
Maafkan slkapku tadi. Akan tetapi, sungguh menyesal sekali bahwa Cia-sicu membunuh
orang ini. Itu lancang dan tergesa-gesa namanya"
Cia Song melangkah maju menghadap guru silat itu. "Maaf, Kwee-kauwsu. Bagaimana
engkau dapat mengatakan aku lancang dan tergesa-gesa? Aku tidak membunuh dia karena
kesalahannya kepadamu, melainkan aku membunuhnya karena dia melempar fitnah kepada
Siauw-liin-pai! Dan aku tidak tergesa-gesa, karena aku membunuhnya setelah melihat engkau
juga sedang menyiksanya dan hendak membunuhnya.
"Hemm, siapa bilang aku mau membunuhnya? Aku tadi hanya ingin menghajarnya, tidak
membunuhnya."
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 186
"Akan tetapi mengapa? Bukankah dia .. dia telah menodai puterimu?"
"Justeru itulah! Kalau dia mati, lalu bagaimana dengan nasib anakku? Tadinya mauku agar
dia mempertanggung-jawabkan perbuatannya dan mengawini anakku!'"
"Omitohud! Kenapa tidak engkau katakan sejak semula, Kwee-kauwsu? Kalau Cia Song tahu,
pinceng yaktn diftl tidak akan membunuhnya'." kata Cu Sian Hwesio.
"Benar sekali. Ah, maafkan aku, Kwee-kauwsu. Siapa yang dapat mengira bahwa engkau
akan mengambil dia sebagai mantu. Dia? Orang jahat terkutuk ini menjadi mantumu, menjadi
suami nona Kwee Bi Hwa? Sungguh tidak patut orang macam dia mendapat kehormatan
seperti itu! Sungguh sama sekali tidak pernah kusangka, maka maafkan aku, Kwee-kauwsu."
Kwee Bun To menghela napas panjang. "Sudahlah, semua sudah terjadi. Agaknya memang
nasib keluarga kami yang buruk. Selamat tinggal!" Guru silat itu lalu melangkah pergl,
langkahnya loyo menunjukkan bahwa perasaan hutinya sedang gundah memikirkan nasib
puterinya.
Setelah terjadinya peristiwa itu, Thian Liong masih tinggal di biara Siauw-lim selama dua
bulan lagi. Sedangkan Cia Song telah meninggalkan Siauw-lim-pai untuk merantau dan
melakukan tugas sebagai pendekar yang membela keadilan dan kebenaran, menentang yang
jahat dan membela yang lemah.
Thian Liong membutuhkan waktu tiga bulan untuk mempelajari ilmu dari Kitab Sam-jong
Cin-keng. Setelah melihat bahwa Thian Liong benar-benar sudah menguasai ilmu itu, Hui
Sian Hwesio memanggilnya menghadap dan hwesio itu berkata, "Souw Thian Liong,
pelajaranmu telah selesai. Lega hati pinceng bahwa murid Tiong Lee Cin-jin telah menguasai
ilmu dari kitab yang d»a temukan. Dengan begini, selain dapat membalas budi kebaikan
Tiong Lee Cin-jin yang telah mengembalikan kitab pusaka Siauw-lim-pai, juga Siauw-lim-pai
telah membuktikan .bahwa kami bukanlah partai yang serakah dan tidak pelit untuk membagi
ilmu kepada sahabat baik."
"Akan tetapi sekarang teecu bukan orang luar, suhu, melalnkan juga murid Siauw-lim-pai."
"Ha-ha, omltohudt Bagus sekalt kalau engkau merasa demikian, Thian Liong, Memang,
pinceng sudah mengakui engkau menjadi murid pinceng dan selanjutnya dalam sepak
terjangmu, jangan lupa bahwa engkau selain murid Tiong Lee Cin-jin, juga murid Siauw-limpai.
Kalau kelak engkau mempergunakan ilmu dari Sam-jong Cin-keng untuk melakukan
perbuatan jahat, terpaksa pinceng sendiri yang akan mencari dan menghukummu.'"
"Peringatan dan nasihat suhu akan selalu teecu ingat dan laksanakan dengan baik."
"Pinceng yakln dan percaya kepada-mu. Nah, sekarang, berangkatlah engkau melanlutkan
perjalananmu dan sampatkan salam hormat pinceng kepada yang mulia Tiong Lee Cin-jin.
Engkau pernah bercerita bahwa kitab pusaka Kun-lun-pai yang ditemukan gurumu dan yang
harus kaukembalikan kepada Kun-lun-pai telah dicuri orang dari tanganmu. Pinceng anjurkan
agar engkau carl kitab itu sampal dapat, Thian Liong. Karena itu merupakan tanggung
Jawabmu dan agar jangan mengurangl artl kebaikan yang ditunjukkan oleh yang mulia Tiong
Lee Cin-jin."
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 187
"Baik, suhu. Memang teecu sudah mengambil keputusan untuk mencari kitab itu sampai dapat
dan tldak akan kembali kepada suhu tlong Lee Cln-jin sebelum kitab Itu dapat teecu temukan,
dan teecu serahkan kepada Kun-lun-pai."
Thian Liong lalu betpamit dari semua . Hwesio di biara itu dan meninggalkan Siauw-lim-si,
berjalan kaki dan menggendong buntalannya.
* *
Kakek Itu telah berusia kurang lebih tujuh puluh tahun. Tubuhnya besar gendut dan tinggi.
Biarpun usianya. sudah lanjut, tubuhnya masih sehat dan subur, juga wajahnya yang bundar
gemuk itu belum dihias keriput. Kepalanya yang gundul itu memakai sebuah peci berwarna
kuning dan jubahnya kunlng dengan kotak-kotak tnerah. Dari pakaiannya inl mudah diketahui
bahwa dia adalah seo-rang pendeta Lama, yaitu pendeta Bud-dhis dari Tibet. Mengherankan
sekaH melihat seorang pendeta Tibet berada di sebuah di antara puncak-puncak pegunungan
Kun-lun. Bahkan sudah kurang lebih sepuluh tahun pendeta Lama itu bersem-bunyi di puncak
Kun-lun-san. Pendeta Lama ini bukan laln adalah Jlt Kong Lama.
Sepertl sudah dlcerltakan di baglah depan kisah inl, Jit Kong Lama adalah seorang pendeta
pelarlan darl Tibet. Karena melakukan penyelewengan, hidup bersenang-senang menuruti
nafsu, dia terancam hukuman dari Dalai Lama dan terpaksa dia melarikan diri dar tidak berani
kembali ke Tibet: Dia juga gagal untuk merebut kitab-kitab pusaka dari tangan Tiong Lee
Cin-jin. Kemudian dia menyelamatkan Han Bi Lan yang berusia tujuh tahun dari tangan
penculik anak itu, yaitu Ouw Kan, tokoh atau dukun dari Suku Uigur. Kemudian, dia
mengambil Bi Lan sebagai muridnya dan sudah sepuluh tahun gadis itu menjadi rnuridnya.
Dalam usianya yang sudah tua, Jit Kong Hwesio yang dulu hidup malang melintang
mengandalkan kesaktiannya dan banyak mengalami suka duka dan pertentangan, merasa
berubah hidupnya ketika bersama Bi Lian bersembunyi di puncak Kun-lun-san. Dia merasa
tenteram dan damai, dan dia merasa amat sayang kepada Bi Lan.
Matahari telah condong ke barat. Burung-burung beterbangan pulang sarang Jit Kong Lama
duduk di depan pondok kayu dan menatap ke depan, termenung. Hatinya merasa tidak enak
sekali. Sudah tiga hari Bi Lan pergi meninggalkan pondok. Pamitnya hanya untuk bermalnmain
di sekitar pegunungan Kun-lun-san. Dia merasa yakin bahwa muridnya itu tidak akan
meninggalkannya tanpa memberita-hu. Karena itulah dia merasa tidak enak khawatir kalaukalau
muridnya itu meng-alami halangan. Memang, dia sudah menggembleng Bi Lan selama
hampir sepuluh tahun. Dia telah mengajarkan semua ilmunya yang terampuh dan gadis yang
kini berusia tujuh belas tahun itu kini telah menjadi seorang yang tangguh dan tidak
sembarangan orang akan mampu mengalahkannya. Akan tetapi dia tahu bahwa betapapun
lihainya, Bi Lan hanyalah seorang gadis muda yang kurang pengalaman, walaupun dia tahu
bahwa muridnya itu memiliki kecerdikan yang luar biasa.
"Suhu.....! Aku datang.......'!" Tiba-tiba terdengar suara melengking dari jauh dan Jit Kong
Lama tersenyum mengenal suara muridnya. Gadis itu telah menjadi begitu manja kepadanya,
bahkan begitu akrabnya sehingga berani beraku dan berengkau kepadanya! Diapun
menganggap gadis itu seperti anaknya sendiri yang tidak pernah dipunyainya.
Segera tampak Bi Lan berlarian seperti terbang mendaki lereng-lereng puncak terakhlr. Tak
lama kemudian la sudah berdlrl di depan Jlt Kong Lama dengan senyumnya yang cerah dan
manis. jit Kong Lama mendadak melihat segala, sesuatu menjadl cerah dan indah.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 188
"Bi Lan, ke mana saja engkau selama tiga hari ini? Engkau membikin aku gelisah saja!"
kakek itu menegur, akan tetapi sambil tersenyum lebar.
"Aih, suhu. Mengapa mengkhawatirkan aku? Aku bukan anak kecil lagi. Dan pula, tidak
percuma selama ini aku berguru kepadamu! Aku dapat menjaga diri. Aku membawa kabar
gembira, suhu. Aku menemukan sebuah kitab pusaka pelejaran silat yang langka, kuno dan
ampuh sekali! Akan tetapi setelah kupenksa isinya, aku menjadi bingung. Bahasanya kuno
banyak huruf yang tidak kumengerti. Karena itu, aku harap suhu suka membimbingku
mempelajari ilmu silati itu."
"Eh? Kitab pusaka? Coba perlihatkan padaku!" kata Jit Kong Lama sambil ter-senyum dan
mengira muridnya bicara berlebihan. Bi Lan mengambil kitab dari buntalannya dan
menyerahkannya kepada gurunya.
Jlt Kong Lama menerima kitab itu dan membuka-buka lembarannya. Bi Lan berdiri
memandang dan merasa glrang dan bangga melihat kakek itu membelalakkan mata dan
tampak terkejut dan heran sekali.
"Omitohud....!" Saking kaget dan herannya, Jit Kong Lama mengucapkan pujian ini yang
selama sepuluh tahun ini hampir terlupa olehnya. "Ini adalah Kitab Ngo-heng Lian-hoan Kunhoat,
kitab pusaka milik Kun-lun-pai! Dari mana engkau mendapatkan kitab ini, Bi Lan?
Engkau tidak mencurinya dari Kun-lun-pai, bukan?"
Bi Lan memandang gurunya dengan bibir cemberut manja. "Aih, suhu. Aku tidak
mencurinya, hanya meminjaiTi. Kalau aku sudah selesai mempelajarinya, pasti kukembalikan
kepada Kun-luri-pai kalau memang kitab ini milik Kun-lun-pai."
"Kitab pusaka ini memang merupakan puaaka Kun-lun-pai yang amat lang-ka!" Kakek itu
mengahgguk-angguk dan membalik-balikkan lembaran kitab itu. "Sungguh pelajaran silat
yang hebatl Sayang aku sudah terlalui tua untuk mempelajarinya."
"Aku mendapatkannya bukan untukmu, suhu, akan tetapi untuk aku sendiri. Asal suhu mau
membimbingku dan memberi penjelasan, aku tentu akan dapat menguasai ilmu itu."
"Baiklah. Akan tetapi setelah selesai harus kau kembalikan. Kalau sampai Kun-lun-pai
mengetahui bahwa engkau mengambil kitab pusaka mereka, engkau tentu akan dimusuhi
dan.... wah, berat sekali kalau harus bermusuhan dengan sebuah partai persilatan sebesar Kunlun-
pai yang mempunyai banyak sekali orang-orang sakti!"
"Aku pasti akan rnengembalikannya kelak, suhu. Sekarang, ajarilah aku!" .
Setelah menyimpan buntalan pakai.an-nya dalam kamar, mulailah Bi Lan dilatih oleh Jit
Kong Lama menurut kitab itu. Mula-mula dia memberi petunjuk seperti yang tertulis di
halaman pertama.
"Kitab ini mengandung ilmu silat tangan kosong yang disebut Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat
acau singkatnya Ilmu Silat Berantal Lima Unsur utama, yaltu, alr, apl, logam dan kayu. Lima
unsur inl mempunyai hubungan erat satu sama lain dan hubungan inl mengatur keseimbangan.
Tanah mengalahkan air, alr mengalahkan api, api mengalahkan logam, logam mengalakan
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 189
kayu dan kayu mengalahkah tanah. Juga kebalikannya, mereka saling menunjang. Kelimanya
saling melengkapi sehingga mengatur keseimbangan dan kesempurnaan keadaan di bumi.
Tanah berkedudukan di tengah, logam dl utara, kayu di selatan, air di ba-wah dan api di timur.
Tubuh kita merupakan alam kecil yang juga terikat pada hukum gerakan kellma unsur itu"
Demi-klanlah, semalam suntuk Jit Kong Lama menjelaskan tentang Ngo-heng (Lima Unsur
Pokok) kepada murldnya. Kemudian pada hari-harl selanjutnya dia inulal memblmblng Bi
Lan berlatih ilinu silat yang luar biasa dan yang menjadi pusa-ka perguruan Kun-lun-pai. Pada
waktu itu, jarang ada murid Kun-lun-pai yang mengenal ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kunhoat
karena kitab itu telah hilang seratus tahun lebih. yang lalu. Bahkan ketua Kun-lun-pai
saat itu, Kui Beng Thaisu yang berusia tujuh puluh tahun, hanya menguasai tidak lebih dari
tujuh bagian saja dari ilmu itu.
Demikianlah dengan amat tekun dan tldak mengenal lelah Bi Lan mempelajari ilmu silat dari
kitab pusaka itu. Saking tekunnya, setiap hari ia berlatih tanpa mengenal waktu sehingga
waktu meluncur dengan cepat tanpa ia sadari dan tahu-tahu setahun sudah berlalu sejak ia
mempelajari ilmu silat itu. Setelah setahun berlatih keras, barulah. Ia berhasil menguasal.
seluruh ilmu silat itu.
Pagi hari itu Jlt Kong Lama sudah bangun dan mandi sehingga dia tampak segar. Namun ada
sesuatu dalam sinar matanya yang mengandung kemuraman. Wajah bulat gemuk yang
biasanya selalu di-hias senyum itu pagi ini tampak lesu. Dia duduk menanti Bi Lan yang pagipagi
sekali tadi sudah mandi dan sekarang sedang sibuk di bagian belakang pondok kayu itu
menyiapkan minuman pagi untuknya. Akhirnya Bi Lan memasuki ruangan depan dan
meletakkan sebuah poci air teh dan cawannya ke atas meja sambil berkata, "Minumlah, suhu,
selagi air teh ini masih panas." Dara itu kemndian hendak kembali ke belakang.
"Bi Lan, duduklah, aku ingin bicara denganmu." kata jit Kong Lama.
Bi Lan menahan langkahnya, lalu kembali dan duduk di seberang meja. la memandang wajah
gurunya dan baru melihat wajah yang muram dan kehilangan kecerahannya itu.
"Eh? Ada apakah, suhu? Suhu tampaknya sedang memikirkan sesuatu dan merasa tidak
gembira." tegurnya.
"Bi Lan, engkau telah berhasil menguasai Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat, rnaka stidah
sepahtasnya dan tiba saatnya bagimu untuk mengemballkan kitab pusaka itu kepada Kun-lunpai."
"Ah, tentu saja, suhu! Memang akupun sedang memikirkan hal itu dan besok atau lusa aku
akan mengembalikarinya ke sana. Akan tetapi hal itu tidak perlu disedihkan, bukan? Kitab
pusaka itu memang hak milik mereka dan akukan sudah menguasai seluruhnya?"
"Aku tidak menyedihkan hal itu, Bi Lan, Akan tietapi tahukah engkau babwa engkau sudah
sebelaa tahun mempelajarl llmu darlku?"
Bi Lan mengangguk. "Aku tahu, suhu. Setahun yang lalu, ketika aku belum menemukan kitab
Ngo-heng Llan-hoan Kun-hoat, aku sudah sepuluh tahun berada di sini bersamamu dan sudah
selesai belajar."
"Kau tahu apa artinya itu? Apakah engkau lupa akan janjiku kepadamu dulu?"
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 190
"Aku tidak lupa, suhu. Suhu akan mengajarku selama sepuluh tahun. Karena itulah, setahun
yang lalu aku sengaja turun dari sini dan selama tiga hari bermaln-main di sekitar Kun-lunsan.
Kemudlart aku mendapatkan kitab itu dan ingin sekali mempelajarinya sehlngga aku
tinggal setahun lagi di sini. Berarti aku sudah sebelas tahun tinggal bersama suhu. Aku tahu
bahwa sudah tiba saatnya aku harus turun gunung, mencari orang tuaku, membalaskan
kematian Nenek Lu-ma yang dibunuh oleh tokoh Uigur yang bernama Ouw Kan seperti yang
suhu pernah ceritakan, dan iuga tidak lupa mencari musuh suhu yang bernama Tiong Lee Cinjin
untuk membunuhnya. Akan tetapi, mengingat bahwa suhu sekarang telah begini tua,
bagaimana aku tega untuk meninggalkanmu hidup seorang diri disini?"
Wajah yang bulat itu kini berseri kembali, mulutnya tersenyum dan Jit Kong Lama
menjulurkan kedua tangannya di atas meja, menangkap tangan Bi Lan dan menggenggamnya.
"Terima kasih, Bi Lan. Tidak percu-ma aku dahulu menyelamatkanmu, tidak sia-sia aku
mendidikmu selama sebelasg tahun. Aku telah mendapatkan hadiah yang teramat besar dan
tak ternilai harganya, hadiah yang mendatangkan iteba-hagiaan yang tak pernah kurasakan
selama, hidupku, yaitu kasih sayangmu, Bl Lan. Selama ini engkau menyayangku se~ perti
ayahmu sendiri, memasak, mencuci pakaian untukku. Engkau begitu manis, seperti matahari
dalam hidupku. Ah, terima kasih Bi Lan." Sepasang mata kakek itu menjadi basah.
Bi Lan tersenyum. "Aih, suhu ini, ada-ada saja! Sudah tentu saja aku sayang kepada suhu!
Suhu bukan hanya menjadi guruku, juga menjadi pengganti orang tuaku, suhu mendidikku
dengan pe-nuh kasih sayang, tentu saja aku sayang kepada suhu. Karena itu pula aku tidak
tega meninggalkanmu, suhu."
"Tidak, Bi Lan. Aku selama sebelas tahun ini juga belajar dengan tekun, be-lajar untuk
menguasai nafsu-nafsu keinginanku sendiri, keinginan yang mengejar kesenangan hati bagiku
sendiri. Nafsu keinginan untuk menang sendiri inilah yang dulu ipenyeretku ke dalart
kesesatan sehingga terpaksa aku harus meninggalkan Tibet. Dan sekarang aku juga telah
tamat belajar seperti engkau, Bi Lan. Aku menemukan jawabannya bahwa ha-nya dengan
kasih sayang murni terhadap segala sesuatu yang tampak dalam dunia ini, terutama terhadap
sesama manusia, maka aku akan mampu menundukkan nafsu-nafsuku sendiri. Dengan
mengesampingkan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan orang lain, maka
nafsu dalam diriku akan menjadi jinak.
Aku tidak mau menuruti keinginan hati sendiri dengan menahanmu di sampingku. Tidak,
engkau harus turun gunung engkau harus mencari orang tuamu dan menentang si jahat Ouw
Kan. Dan engkau tidak perlu lagi mencari Tiong Lee Cin-jin karena akulah yang bersalah
terhadap dia. Pergilah, Bi Lan, pergilah tinggalkan aku dan doa restuku selalu menyertaimu."
Kakek itu melambaikan tangan ke arah luar pintu pondok.
"Akan tetapi, bagaimana aku akan tega meninggalkanmu seorang diri di sini, suhu? Suhu
sudah tua, siapa yang akan membuatkan air teh? Siapa yang akan memasakkan makanan?
Siapa yang akan mencucikan pakaian suhu dan siapa yang akan merawat dan membersihkan
isi rumah dan halaman?"
Kakek itu tersenyum. "Jangan khawatir, aku dapat melakukannya sendiri. Dahulu, sebelum
engkau menjadi muridku, akupun hidup seorang diri."
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 191
"Akan tetapi suhu sekarang sudah tua sekali. Ah, begini saja baiknya, suhu.. Mari suhu ikut
bersama aku pergi ke Lin-an. Di kota raja itu orang tuaku memiliki rumah yang cukup besar.
Suhu dapat tinggal bersama kami di sana!"
Jit Kong Lama menggeleng kepala sambil tersenyum. ”Tidak, Bi Lan. Aku harus kembali ke
tempat asalku."
"Apa? Ke Tibet? Akan tetapi suhu akan dimusuhi di sana!" kata Bi Lan yang sudah pernah
mendengar cerita gurunya bahwa gurunya seorang pelarian dari Tibet.
Jit Kong Hwesio tersenyum lebar. "Sekarang aku mengerti bahwa aku tidak akan dapat
melarikan diri dari jangkauan karma. Aku tahu bagaimana untuk menghadapi para pendeta
Lama di Tibet, yaitu dengan kasih sayang! Aku sudah tua, kalau mereka ingin membunuhku,
silakan. Akan tetapi aku tetap akan meng-hidupkan kasih sayang di dalam hatiku. Sudahlah,
Bi Lan. Keputusanku sudah tetap. Engkau harus turun gunung dan jangan meinikirkan aku
lagi. Tugasmu di masa depan masih banyak sekali dan jauh lebih penting daripada
memikirkan tentang diriku."
Bl Lan tidak dapat membantah lugi. la lalu membungkus semua pakalannya dalam sebuah
buntalan. la tidak membawa senjata karena memang tidak memiliki senjata. Gurunya
mengajarkan ilmu-ilmu silat tinggi sehingga benda apapun di tangannya dapat
dipergunakannya sebagai senjata, terutama sekali sepotong kayu yang menjadi senjata
tongkat. Setelah siap berkemas, ia menghampiri gurunya. Mereka berdirl berhadapan di depan
pintu pondok karena kakek itu mengantar muridnya sampai di depan pintu. Mereka saling
berhadapan.
Bi Lan memandang wajah yang bulat dan yang tersenyum itu, namun ia melihat mata Itu
demikian sayu. "Selamat tinggal, suhu." katanya lirih.
"Selamat jalan, Bi Lan. Semoga hidupmu selalu bahagia, muridku.... anakku...." Bi Lan
mengeraskan hatinya namun tidak dapat menahan keharuan hatinya.
"Suhu....!" la berseru dan merangkul kakek itu. Jit Kong Lairta juga merangkul Bi Lan dan
mengelus kepala gadis itu dengan tangannya.
"Berangkatlah, anakku, jangan memperlihatkan kelemahan hati seperti ini." katanya
menghibur. Bi Lan menangis sejenak, terisak di dada gurunya. Kemudian ia menguatkan
hatinya dan tiba-tiba ia teringat betapa selama ini ia bersikap akrab dan tidak menghomati
gurunya, maka ia lalu menjatuhkan dirinya berlutut di depan kaki gurunya.
"Suhu...." ia merangkul kedua kaki gurunya.
Jit Kong Lama mengejap-ngejapkan mata untuk mengusir dua titik air mata , dari pelupuk
matanya. Kemudian dia membungkuk, memegang kedua pundak gadis itu dan menariknya
berdiri. Kakek Itu menepuk-nepuk pundak Bi Lan dan tersenyum lebar. "Aih, engkau
membikin aku malu saja mempunyal murid yang cengeng! Hei Bi Lan, sama-sama
menggerakkan mulut dan mengeluarkan suara, mengapa tidak tertawa saja daripada
menangis? Tertawa lebih enak dilihat dan didengar, ha-ha-ha-ha"
Bi Lan segera tersenyum. Biasanya, setiap hari, gurunya ini memang selalu berkelakar dan
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 192
tertawa. Kedua orang Itu tertawa dan aneh sekall melihat mereka tertawa dengan kedua mata
basah.
"Selamat tinggal, suhu, selamat berpisah. Aku sayang kepadamu, suhu!"
"Selamat jalan, selamat berpisah. akupun sayang kepadamu, Bi Lan!"
Bi Lan lalu melompat pergi. Pada sebuah tikungan, ia menoleh dan melambaikan tangan
dibalas oleh gurunya yang masih tertawa!
Setelah Bi Lan pergi meninggalkahi pondok kayu di sebuah di antara puncak-puncak Kunlun-
san, Jit Kong Lama juga meninggalkan pondok itu. Kakek ini tidak membawa apa-apa
kecuali tongkat panjang berkepala naga. Dia menurunt puncak dan menuju ke barat karersa
dia inengambil keputusan untuk kembali ke Tibet, siap menyambut apapun yang akan
menimpa dirinya.
Pada sore harinya setelah Jit Kong Lama pergi, muncul seorang laki-lakl berusia kurang lebih
empat puluh tahun, berkepala gundul dan memakai peci kuning, berjubah pendeta Lama dan
membawa sebatang pedang di pungungnya. Pendeta Lama ini bertubuh kekar, wajahnya
penuhbrewokj ,dan matanya menyeramkan, mencorong seperti mata harimau. Mulut dan
matanya menibayahgkan keke-rasan hati. Dia menendang daun pintu pondok sampai jebol,
lalu masuk dan memeriksa ke dalam pondok itu. Tak lama kemudian dia keluar lagi,
bersungut-sungut karena tidak menemukan seorangpun di sana. Dia lalu mengamuk. Kedua
kakinya menendangi pondok kayu itu. Terdengar suara hiruk pikuk dan pondok kayu itupun
ambruk. Tihang-tihang kayunya patah-patah. Atapnya ambruk dan rata dengan tanah. Setelah
melampias-kan kemarahannya kepada pondok kosong itu, diapun segera memutar tubuh meninggalkan
pondok lalu menggunakan ilmunya berlari cepat sekali menuju ke markas. Kunlun-
pai.
Sementara itu» menjelarig tengah hari, para murld Kun-lun-pai laki maupun wanita, sedang
sibuk bekerja. Ada yang bekerja dalam kompleks perkampungan Kun-lun-pai, ada pula yang
bekerja di ladang. Seperti biasa, lima orang murid laki-laki duduk di gardu penjagaan di pintu
gerbang Kun-lun-pai.
Pada siang hari itu, Hui In Sian-kouw, Ketua Kun-lun-pai bagian wanita datang berkunjung
ke kuil induk dan mengadakan percakapan dengan Kui Beng Thaisu, Ketua umum Kun-lunpai
yang menjadi suhengnya. Hui In Sian-kouw se-perti biasa melaporkan keadaan para murid
wanita, dan menceritakan bahwa sumoinya (adik perempuan seperguruannya.) Biauw In
Suthai yang menjalani hukuman prihatin di pondok pengasingan tekun bersamadhi. Sudah
setahun leblh Biauw In Suthai dan menurut hukumannya, ia masih harus berprihatin di
pondok pengasingan itu selama dua tahun lagi.
"Biarlah, Biauw In sumoi memang membutuhkan itu untuk dapat melunakkan kekerasan
hatinya yang luar biasa.
Mudah-mudahan saja sekali ini usahanya berhasil." kata Kui Beng Thaisu sambil mengelus
jenggotnya yang panjang dan putih. "Akan tetapi, apakah kedua orang muridnya itu belum
juga pulang?"
Hui In Siankouw menghela napas dan menggeleng kepalanya. "Kasihan Kim Lan dan Ai Yin.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 193
Sudah setahun lebih Kim Lan pergi mencari Souw Thian Liong. Bagaimana mungkin ia akan
mampu membunuh Thian Liong, biar ia dibantu Ai Yin sekalipun? Tingkat kepandaian Thian
Liong jauh lebih tinggi."
"Ya, memang kasihan mereka itu menjadi korban kekerasan hati guru mereka. Akan tetapi
yang pinto (aku) herankan, mengapa sampai sekarang Thian Liong belurn JugaJ datang ke
sini menyerahkan kitab pusaka kita? Apakah dia belum berhasil menemukan kitab yang
'katanya dicuri orang itu?"
"Pinni (aku) juga heran, suheng. Menurut penglihatanku, murid Tiong Lee Cin-jin itu
bijaksana dan dapat dipercaya sepenuhnya. Akan tetapi sampai kini dla belum juga datang.
Mungkin pencuri kitab itu lihai sekali sehingga dia belum dapat menemukannya, suheng."
Pada saat itu, tiba-tiba seorang murid Kun-lun-pai memasuki ruangan itu dan melihat bahwa
Kui Beng Thaisu dan Hui In Sian-kouw sedang duduk bercakap-cakap, dia segera berlutut.
"Mohon ampun, losuhu, lo-suthai, kalau teecu mengganggu...." katanya gagap. Wajah murid
berusia tiga puluhan tahun ini tampak pucat.
"Tenanglah dan bicara dengan jelas, Apa yang terjadi maka engkau segelisah ini?" tanya Kui
Beng Thaisu.
"Di luar pintu gerbang datang seorang pendeta Lama yang berkeras ingin masuk untuk
bertemu dengan pimpinan Kun-lun-pai. Teecu berlima melarangnya dan ingin melapor lebih
dulu ke dalam, akan tetapi dia memaksa dan merobohkan teecu berlima. Dia memaksa masuk
dan kini dia dihadapi ketiga suhu di pekarangan depan."
"Hemm, seorang pendeta Lama? Mengapa seorang pendeta Lama datang membawa
kekerasan? Aneh sekali! Mari, sumoi, kita melihat ke sana!"
Hui In Sian-kouw mengangguk dan keduanya segera keluar diikuti murid yang melapor tadi.
Setelah tiba di depan beranda, mereka melihat seorang yang ber-kepala gundul dan
berpakaian seperti pendeta Lama berusia empat puluh tahun lebih, tubuhnya kekar mukanya
brewokan dan kulitnya coklat gelap seperti kulit orang India, sedang dikeroyok oleh tiga
orang tosu (pendeta To) yang menjadi guru-guru pelatih para murid Kun-Lun-pai bagian pria.
Tiga orang sute termuda dari Kui Beng Thaisu yang berusia kurang lebih lima puluh tahun itu
masing-masing menggunakan sebatang pe-dang dan ketiganya menyerang pendeta -Lama itu
dengan Ilmu pedang Kun-lun-pal yang dahsyat, yaitu Tian-lui Kiam-sut (Ilmu Pedang Kilat
Guntur). Akan tetapi, pendeta Lama itu hanya menggunakan kedua ujung bajunya yang
longgar dan panjang uhtuk melawan. Kedua ujung bajunya itu menyambar-nyambar dan
ftiendatangkan angtn dahsyat yang kuat sekall sehingga terdengar suara berdesir-desir.
Ketika pendeta Lama itu melihat munculnya Kui Beng Thaisu dan Hui In Sian-kouw, dia
secara tiba-tiba mengebutkan kedua ujung lengan bajunya ke arah tiga orang pengeroyoknya.
Tiga orang tosu itu cepat menyambut dengan pedang mereka.
"Wuuuuttt.... plak-plak-plak....!" Ttga orang tosu itu terjengkang dan terhuyung ke belakang
ketika pedang mereka bertemu dengan ujung lengan baju.
!"Siancai.....i Kalian berttga mundur-, lah, sute. Sungguh tidak patut menyam-but kunjungan
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 194
rekan dari Tibet dengan pedang di tangan!" kata Kui Beng Thai-su yang berdlrl di atas tangga
bersnda itu. Tiga orang sutenya segera 'mundur dan berdiri dt bawah tangga, menantl
perintah.
Pendeta Lama ttu tersenyum mengejek memandang kepada Kui Beng Thaisu dan Hui In"
Siankouw. "Kami bukan rekan kalian!"
Kui Beng Thaisu berkata hormat namun tegas, "Sobat. klta sama-sama bertugas untuk
mengajarkan kebaikan dan menunjukkan jalan kebenaran kepada manusia, maka kita adalah
rekan. Mengapa engkau mengatakan bahwa engkau bukan rekan kami?"
"Hemm, dengan siapakah aku berhadapan? Apakah kalian berdua ini yang menjadi pirnpinan
Kun-lun-pai?" tanya pendeta Lama itu.
"Perkenalkan. Pinto adalah Kui Beng Thaisu, ketua umum Kun-lun-pai dan ini adalah sumoi
Hui In Sian-kouw, ketua bagian wanita. Siapakah engkau, sobat?"
"Aku berjuluk Gwat Kong Lama dari Tibet,! utusan istimewa dari Yang Mulia Dalai Lama di
Lhasa."
"Siancai....! Kiranya engkau adalah utusan istimewa dari Dalai Lama! Kami merasa terhormat
sekali menerima kunjunganmu." kata Kui Beng Thaisu.
"Hemm, Kui Beng Thaisu, kalian mengaku mengajarkan kebaikan dan menunjukkan jalan
kebenaran kfepada manusia, akan tetapi apa yang kalian ajarkan' itu tidak cocok dengan
perbuatan kalian sebagai pimpinan Kun-lun-pai!"
"Gwat Kong Lama!" bentak Hul In Sian-kouw, kehilangan kesabaran. "Kalau kedatanganmu
ini bermaksud baik, tidak semestinya engkau mengeluarkan kata-kata celaan tanpa bukti itu!
Pergilah dari sini, Kami tidak suka berurusan dengan orang kasar sepertimu!"
"Hemm, kalian menyangkal? Kalau telah menyembunyikan seorang pendeta Lama yang telah
bertahun-tahun menjadi buruggn kami. Yang Mulia Dalai Sama mengutas aku untuk
menangkap buruan itu dan menurut penyelidikanku, dia bersembunyi di Kun-lun-sah.
Kemarin sore aku menelusuri pondoknya di sebuah puncak pegunungan Kun-lun ini, akan
tetapit dla telah kabur. Bukankah itu berarti bahwa Kun-lun-pai sengaja melindungi buronan
kami? Hayo cepat akui di mana adanya Jit Kong Lama, buruan kami Itu!"
"Sial ....!" seru Kui Beng Thaisu. "Kami tidak mengenal Jit Kong Lama, tidak tahu bahwa dia
tinggal di daerah Kun-lun-san. Kami juga tidak tahu sekarang dia berada di mana."
"Gwat Kong Lama, tuduhanmu sungguh kasar. Kami memang tidak tahu, akan tetapi
andaikata kami tahu juga, tidak akan kami beritahukan kepadamu yang bersikap sekasar ini!"
kata Hui In Sian-kouw dengan hada suara marah.
Mendengar ini, Gwat Korig Lama memandang dengan mata mencorong kepada Hui In Siankouw.
"Bagus, kalau begi-tu aku akan menggeledah seluruh peru-mahan Kun-lun-pai dan
akan, mencarl sendiri. Aku yakin dia kalian sembunyikan di sini!" Setelah berkata demikian,
Gwat Kong Lama melangkah lebar hendak memasuki kuil besar. Akan tetapi cepat tubuh Hui
In Sian-kouw berkelebat dan wanita berusia enam puluh satu tahun ini telah menghadang di
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 195
depan pendeta Lama itu.
"Berhentl!" bentaknya. "Siapapun tidak boleh memasuki perkampungan kami tanpa ijin'"
"Ho-hp, bagus sekali! Aku memang ingin sekali melihat sampai di mana kehebatan ilmu
kepandalan para pimpinan Kun-lun-pai. Cabut senjatamu Hui In Sian-kouw dan mari kita
bertanding untuk menentukan siapa di antara kita yang lebih unggul. Kalau aku nienang, aku
akan menggeledah perkampungan Kun-lun-pal inl. Sebaliknya kalau aku kalah, aku akan
pergi tanpa banyak cakap lagi."
"Gwat Kong Lama, kami tidak pernah bermusuhan dengan para pendeta Lama di Tibet,
karena itu pinni tidak ingin rnenggunakan senjata untuk bertanding. Cukup dengan tangan
kosong saja untuk membuktikan siapa di antara kita yaog lebih benar."
"Bagus! Engkau hendak mengandalkan kun-hoat (ilmu silat) dari Kun-lun-pai? Mari, kita
lihat siapa yang lebih tangguh. Pendeta Lama berkulit' kehitaman Itu memasang kuda-kuda
dengan berdirl dengan kedua kaki berdiri di atas ujung jari dan kedua tangan menyembah di
depan dada.
Hui In Siankouw juga memasang ku-da-kuda ilmu silat Kun-lun-pai dengati mengembangkan
sedikit kedua kaki dan kedua tangannya dikembangkan lebar dl depan dan belakang tubuhnya.
"Hui In Siankouw, aku telah siap. Mulailah!" tantang Gwat Kong Lama.
"Engkau adalah tamu, silakanf mulai dulu!" kata Hui In Siankouw.
"Baik, lihat seranganku!" Lama itu berseru dan tiba-tiba dia sudah menerjang maju, kedua
tarigannya bergerak cepat melakukan serangan beruntun dari kanan kiri. Hui In Sian-kouw
adalah ketua Kun-lun-pai bagian wanita, tehtu sa-ja ilmu silatnya sudah matang dan tinggi.
Dengan gerakan cepat ia Wengelak ke belakang dan memutar- tub.(A untuk balas menyerang.
Akan tetapi pendeta Lama itu telah menyusulkan tendangan bertubi-tubi dengan kedua
kakinya. Kem-bali Hui In Sian-kouw bergerak lincah untuk mengelak. Setelah mendapat
kesempatan melepaskan diri dari kurungan serangan beruntun lawannya, ia membalas dengan
serangan tangan kirinya yang menusuk ke arah lambung dengan jari-jari, tangan terbuka.
"Syuuuttt .. plakk!" Tubuh Hui In Sian-kouw terdorong ke belakang ketikal serangannya itu
ditangkis oleh lawan. Tahulah ia bahwa lawannya memiliki tenaga sinkang yang amat kuat.
Terdengar pendeta Lama itu tertawa mengejek danj kini dia menerjang dengari dahsyat dan
ganas sekali. Pukulan dan tendangan bertubi-tubi mendesak Hul In Sian-kouw sehingga ia
tidak mampu membalas. Akan cetapi, wanita ini mengerahkan ginkangnya (ilmu meringankan
tubuhnya) dan tubuhnya berkelebatan menjadi bayang-bayang yang dengan cepat dapat
menghindarkan dlri dari semua serangan Gwat Kong Lama. Dengan sendirinya Hui In Siankouw
terdesak terus oleh lawannyal yang sering tertawa mengejek. Akan tetapi karena Hui In
Sian-kouw memilikl ginkang yang istimewa, piaka betapa gencar dia mendesaknya, belum
juga ada pukulan atau tendangan yang dapat mengenai sasaran. Gwat Kong Lama merasa
seolah-olah dia menyerang sebuah bayang-bayang saja! Dia menjadi marah dan penasaran.
Dia mulai memperhati-kan gerakan Hui In Sian-kouw yang demikian ringan dan tahulah dia
ilmu silat apa yang mendasari gerakan pendeta wanita itu. Maka tiba-tiba Gwat Kong La-ma
mengubah gerakannya dan dia mein-^ bentak nyaring.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 196
"Sambutlah ini!"
Hui In Sian-kouw terkejut sekali ketika menghadapi serangan yang seperti menyambung
gerakannya sendiri, dan pada dasarnya menutup semua gerakannya. Serangan dahsyat
menyambar dan ketika dia menghindar dengan elakan cepat tahu-tahu tangan pendeta Lama
itu telah mengancam pelipis kirinya.'
Kui Beng Thaisii, ketua Kun-lun-pai yang sudah berusia lebih dari tujuh puluh tahun terkejut.
Sejak tadi dia menonton pertandingan itu hatinya merasa lega karena dia merasa yakin bahwa
gin-kang (ilmu meringankan tubuh) sumoinya cukup tangguh untuk dapat menghindarkan diri
dari ancaman serangan pendeta Lama itu. Akan tetapi dla terkejut ketika melihat perubahan
gerakan Gwat Kong Lama. Biarpun hanya tinggal lima atau enam bagian saja dari ilmu silat
pusaka Kun-lun-pai itu yang masih diingatnya, namun dia tahu bahwa pendeta Lama itu kini
menyerang sumoinya dengan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat! Pa-dahal kitab itu
sudah lama hilang dari Kun-lun-pai dan setahun yang lalu, murid Tiong Lee Cin-jin yang
bernama Souw Thian Liong itu datang dan mengatakan bahwa sebetulnya dia diutus suhunya
untuk mengembalikan kitab yang hi-lang itu dan yang ditemukan Tiong Lee Cin-jin dalam
perjalanannya ke barat, akan tetapi bahwa kitab itu hilang, ada yang mencurinya. Kini tibatiba
muncul seorang pendeta Lama yang menyerang sumoinya dengan menggunakan jurus
ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat! Tentu saja Hui In Sian-kouw terdesak karena ilmu
itu merupakan dasar dari ilmu-ilmu perguruan Kun-lun-pai sehingga seolah dasar gerakan
pendeta wanita itu tertutup atau mendapatkan imbangan dari gerakan pendeta Lama bermuka
brewok itu.
"Pergilah!" tiba-tiba Goat Kong Lama membentak, tangan kanannya mendorong dan biarpun
Hui In Sian-kouw sudah cepat mengelak, namun tetap saja pundak kirlnya terkena dorongan
itu dan tubuh pendeta wanita ini terhuyung ke belakang dan untung saja mempunyai gin-kang
(ilmu meringankan tubuh) yang hebat sehingga sebelum roboh terjengkang ia sudah dapat
berjungkir balik tiga kali ke belakang sehingga tidak sampai jatuh. Wajahnya menjadi pucat
dan dengan jujur ia merangkap kedua tangan depan dada dan berkata lirih.
"Siancai....! Aku mengaku kalah." Kui Beng Thaisu menghampiri pendeta Lama itu.
"Goat Kong Lama, engkau suqgguh keterlaluan. Tidak malu melawan kami dengan llmu kami
sendlri yang kitabnya hilang."'
"Tidak perlu banyak blcara lagi, Kul Beng Thaisu. Aku hanya akan menggeledah dan mencari
kalau-kalau kalian menyembunyikan orang yang kucari itu dl dalam kuilmu.
"Hemm, jangan harap engkau akan dapat menghina pergunlan Kun-lun-pai selama pinto (aku)
masih berada di sini!" Kui Beng Thaisu yang biasanya penyabar itu kini berkata dengan muka
merah karena pendeta Lama ini agaknya sama sekali tidak percaya kepadanya dan h^n-dak
memasuki kuil tanpa ijin yang ber-arti suatu pelanggaran dan penghinaan.
"Kalau begitu, terpaksa akupun harus merobohkanmu, Kui Beng Thaisu!" kata pendeta Lama
itu dan kedua orang pendeta itu sudah siap untuk saling serang. Akan tetapi pada saat itu
terdengar su-ara lembut namun nyaring berwibawa.
"Tahan! locianpwe Kui Beng Thaisu, silakan locianpwe (orang tua gagah) mundur. Akulah
lawan pendeta asing ini!" Sesosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu seorang gadis cantik
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 197
berpakaian merah muda telah berdiri di depan Goat Kong Lama.
Melihat bahwa yang datang hanyalah seorang gadis yang masih muda, paling banyak delapan
belas tahun usianya, tentu saja Kui Beng Thaisu tidak percaya bahwa gadis semuda ini akan
mampu menandlngi Goat Kong Lama yang selain memillkl tingkat kepandaian tinggi, juga
mcmiliki banyak pengalaman. Bahkan sumoinya saja tidak mampu menandinginya, apa lagi
gadis semuda ini. Selain itu, dia tidak mengenal gadis asing ttu, bagaimana dia dapat
membiarkan gadis itu mencampuri urusan Kun-lun pai dengan pendeta Lama itu.
"Nona, terima kasih atas pembelaanmu. Akan tetapi, harap engkau murdur dan jangan
mencampuri urusan Kun-lun-pai yang membela diri terhadap desakan Gwat Kong Lama Inl.
Kaml sungguh akan merasa amat menyesal kalau sampal engkau sebagai orang luar terluka
atau cldera karena membela Kun-lun-pai." kata pendeta ketua Kun-lun-pai itu deingan suara
lembut.
"Loclanpwe, maafkan aku. Sesungguhnya masih terhltung cucu murid locianpwe sendirl. Aku
sengaja datang untuk menghadap loclanpwe dan memperkenalkan dirl. Akan tetapi aku tadl
melihat pendeta Lama inl menyerang Kun-lun-pai, karena itu aku harus menandinglnya.
Locianpwe saksikan saja, aku pasti akan mempergunakan ilmu silat Kun-lun-pai dan tidak
berani mempergunakan ilmu silat lain." Gadis itu berkata lantang. Gadis ini bukan lain adalah
Han Bi Lan. (Seperti kita ketahui, Bi Lan berpisah dari gurunya dan oleh gurunya ia
diharuskan merigembalikan kitab puSaka Kun-lun-pai, yaitu Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat
yang dulu, setahun yang lalu dicurinya dari buntalan pakaian Thian Liong. Kini la telah
mempelajari dan menguasal ilmu itu sepenuhnya. Ketika tadi ia datang ke Kun-lun-pai ia
sempat menyaksikan kunjungan Goat Kong Lama. Melihat Gwat Kong Lama mengalahkan
Hui In Sian-kouw dengan menggunakan jurus-jurus dari Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat, ia
merasa penasaran sekali. la merasa bersalah. Karena ia mencuri kitab itu, maka pendeta
wanita itu tidak dapats menguasai ilmu itu dan dikalahkan pendeta Lama itu justru
menggunakan Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat. la ingin menebus kesalahannya, maka cepat ia
menawarkan diri untuk menandingi pendeta Lama itu.
Mendengar gadis itu mengaku sebagai murid Kun-lun-pai, Kui Beng Thai-!u menoleh kepada
Hui In Sian-kouw yang juga memandangi kepada Bi Lan dengan heran. "Sumoi, apakah
engkau mengenal nona ini sebagai murid Kun-Lin pai. Hui In Sian-kouw menggeleng
kepalanya tanpa menjawab karena ia merasa heran dan juga kagum sekali akan keberariian
gadis muda itu. Gadis itu tadi tentu melihat ia dikalahkan pendeta Lama itu, mengapa ia masih
nekat hendak menandingi Goat Kong Lama dan berjanji akan melawan pendeta itu dengan
ilmu silat Kun-lun-pai? Ilmu silat Kun-lun-pai yang mana mampu menandingi Goat Kong
Lama, kecuali Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat selengkapnya atau ilmu simpanan yang masih
dirahasiakan suhengnya sebagai ketua Kun-lun-pai?
Sementara itu, Goat Kong Lama sudah tidak sabar lagi. Melihat sikap ngotot para pimpinan
Kun-lun-pai yang-melarang dia melakukan penggeledahan ke dalam bangunan-bangunan
Kun-lun-pal, semakin besar kecurigaannya bahwa yang dicarinya, Jit Kong Lama, pasti
bersembunyi di dalam kuil itu.
"Hei, bocah!" tegurnya kepada Bi Lan. "Engkau anak-anak jangan turut campur. Aku hanya
akan menggeledah kuil ini untuk mencari seseorang yang kuduga tentu bersembunyi di sini,
akan tetapi para pimpinan Kun-liln-pai ini menghalangi aku. Minggirlah dan jangan mencari
penyakit!"
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 198
Tiba-tiba Bi Lan mengerutkan alisnya. Pendeta ini adalah seorahg pendeta Lama, seperti
suhunya. Juga namanya Goat Kong Lama, mirip nama suhunya Jit Kong Lama! Janganjangan
yang dicari pendeta Lama ini adalah suhunya? Apakah ada hubunganantara gurunya
dan pendeta Lama ini? Akan tetapi usia mereka jauh berbeda. Pendeta Lanta ini berusia
sekitar empat puluh dua tahun, sedangkan suhunya sudah berusia tujuh puluh satu tahun!
"Heh, Goat Kong Lamal Engkau sendlrl belum begitu tua, jangan berlagak seperti seorang
kakek-kakek! Apakah yang kaucari itu bernama Jit Kong Lama?
Goat Kong Lama memandang Bi Lan dengan mata terbelalak.
"Omitohud! Bagaimana engkau bisa tahu?"
"Tak penting bagaimana aku bisa tahu, akan tetapi kiranya hanya akulah satu-satunya orang
yang tahu di mana adanya orang yang kaucari itu. Beliau tidak berada di dalam kuil ini!"
"Hah? Engkau tahu? Katakan, nona, di mana dia?" tanya Goat Kong Lama dengan penuh
semangat dan harapan. "Aku melakukan perjalanan ribuan Li jauhnya hanya untuk mencari
dia'."
"Katakan dulu, apamukah Jit Kong Lama itu?"
"Dia adalah supekku (uwa guruku). Bi Lan teringat akan pengakuan suhunya bahwa dulu
suhunya adalah seorang yang sesat dan berdosa. Pantas memilikl murid keponakan sekasar
ini!
"Hemm, kiranya dia itu uwa gurumu? Lalu mau apa engkau mencarinya Bi Lan mendeaak,
ingin tahu apakah orang ini kawan ataukah lawan gurunya karena gurunya pernah
mencerltakan bahwa gurunya merupakan seorang pelarian dari Tibet dari dimusuhi para
pendeta Lama di sana.
"Ih, engkau ini bocah perempuan cerewet amaT sih? Hayo katakan di mana adanya Jit Kong
Lama!" bentak Goat Kong Lama kehabisan kesabaran.
"Tidak akan kukatakan kalau engkau belum menjawab pertanyaanku. ini. Mau apa engkau
mencarinya?"
Goat Kong Lama menjadi merah mukanya. Dia marah sekali, akan t6tapi merasa tidak
mampu menang berbantahan dengan gadis yang lincah dan pandai blcara itu, maka diapun
menjawab dengan nada kasar dan keras. "Aku akan menangkap pengkhianat itu, menyeretnya
kembali ke Tibet hidup atau mati!"
Tentu saja Bi Lan marah sekali mendengar orang ini hendak menyeret suhunya. Akan tetapi ia
menahan perasaannya dan tersenyum mengejek.
"Hemm, begitukah? Kurasa engkau tidak akan becus melakukan itu!"
”Bocah! Jangan mempermalnkan aku! Hayo katakan dl mana adanya Jtt Kong Lama!" bentak
Goat Kong Lama sambll melangkah maju mendekat.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 199
"Sekarang begini saja, Goat Kong Lama. Engkau lancang berani menyerbu Kun-lun-pai,
maka aku sebagai murid Kun-lun-pai menantangmu bertanding, mewakili para pemimpin
Kun-lun-pai. Kalau engkau dapat mengalahkan aku, barulah aku akan memberi tahu
kepadamu di mana adanya Jit Kong Lama. Akan tetapi kalau engkau yang kalah engkau
Harus mohon maaf kepada locianpwe Kui Beng Thaisu. Beranikah engkau menerima
tantanganku ini?"
Kui Beng Ttiaisu, Hui In Sian-kouw dan para murid Kun-lun-pai yang sekarang telah
berkumpul di pekarangan itu, terkejut dan heran melihat keberanian gadis muda itu yang
seolah mempermainkan pendeta Lama yang amat lihai itu. Mendengar bahwa gadis itu
mengetahui di mana adanya orang yang dicari Goat Long Lama, maka ini berarti bahwa gadis
itu mempunyai urusan langsung dengan pendeta Lama itu, bukan sekedar mencampuri urusan
Kun-lun-pai. Karena itu Kui Beng Thaisu tidak mempunyai alasan untuk melarang gadis itu
menandingi Goat Kong Lama. Pendeta Lama itu sendiri mendengar tantangan Bi Lan,
tersenyum mengejek.
"Heh-heh, baik, kuterima tantaniganmu. Katakan dulu siapa namamu, agar aku mengetahul
dengan siapa aku bertandlng."
"Namaku Han Bi Lan. Nah, bersiaplah engkau untuk mohon maaf kepada pimpinan Kun-lunpai!"
"Nanti dulu! Taruhannya harus ditambah. Kalau engkau yang kalah, selain engkau
mengatakan di mana adanya Jit Kong Lama, juga engkau harus menjadi penunjukan jalan dan
mengantar aku sampai aku dapat menemukan orang itu!" Sambil berkata demikian, pendeta
Lama itu tersenyum, senyum yang mengandung ejekan yang kurang ajar. Semua orang dapat
merasakan bahwa ucapan pendeta Lama itu mengandung arti bahwa kalau ia kalah Bi Lan
harus menemaninya, tentu saja dengan maksud yang tidak senonoh terbukti dari senym dan
panjdangan mata itu.
Wajah Bi Lan menjiadi merah. Akari tetapi dasar ia seorang gadis yang lincah, nakal, cerdlk
dan pandai .bermaln kata-kata, maka la berkata, Akupun menambah taruhan Ini. Kalau
engkau yang kaiah, engkau harus mohon maaf kepada locianpwe Kui Beng Thaisu dengan
berlututl"
Goat Kong Lama yang memandang rendah kepada Bi Lan dan merasa yakin bahwa dia pastl
akan mampu mengalahkan gadls muda Itu, mengangguk. "Balk, janji taruhan ini disaksikan
orang banyak dan harus dipenuhi!"
Bi Lan juga tersenyum, lalu ia menanggalkan pakaiannya dan meletakkan dl atas lantai, dekat
tempat Kul Beng Thalsu dan Hui In Slan-kouw berdiri. Kemudlan ia menghadapl pendeta
Lama itu dan berkata, "Nah, aku sudah slap, Goat Kong Lama. Mulailah karena engkau yang
mendatangkan keributan ini!"
Goat Kong Lama ingin cepat menye-lesaikan pertandingan itu, maka dia sudah cepat
menyerang dan dia langsung menggunakan jurus Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat mengingat
tadi dia mengaiahkan Hui In Sian-kouw dengan ilmu silat ini. Dia yakin bahwa dengan ilmu
pusa-ka Kun-lun-pai sendiri ini yang telah lama hilang dari perguruan Kun-lun-pai, akan
mudah sekali baginya untuk mengalahkan Bi Lan sebagai murid muda Kun-lun-pai.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 200
"Hiiyyeeehhh!" bentaknya dan lengannya yang kekar panjang itu sudah menyambar ke arah
dada gadis itu dengan cengkeraman. Sebuah serangan berbahaya dan juga tidak sopan! Kui
Beng Thaisu yang mengenal jurus ilmu silat pusaka itu memandang dengan penuh perhatian
dan sepasang alisnya berkerut. Bagaimana mungkin gadis muda itu akan mampu bertahan
menghadapi serangan ilmu silat Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat itu? Dia sendiripun hanya
sempat mem-pelajari ilmu itu sebanyak lima atau enam bagian saja dan melihat gerakan
pendeta Lama itu, biarpun agaknya dia juga belum menguasai ilmu itu sepenuhnya, namun
setidaknya sudah menguasai lima bagian dan hal ini saja sudah cukup membuat dia lihai
sekali. Bahkan Hui In Sian-kouw juga tadi tidak mampu menandinginya.
"Heiiittt....!!" Bi Lan berteriak melengking dan tubuhnya sudah mengelak dengap cepat dan
mudah. Tentu saja mudah baginya karena ia sudah menguasai Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat
sepenuhnya, maka jurus serangan yang amat dikenalnya itu tentu saja dengan mudah dapat
dihindarkannya. la tahu ke mana lawan akan nienyerang dan bagaimana perkembangan
serangan selanjutnya. Serangan dari ilmu silat ini memang beratai dan di sinilah terletak
kehebatannya. Begitu cengkeraman tangan kiri Goat Kong Lama tadi luput, tangan kanannya
sudah menyambung dengan tamparan ke arah leher dan ini diikuti pula dengan tendangan
kedua kaki secara bergantian! Hebat serangan beruntun ini, akan tetapi karena sudah hafal
maka Bi Lan mudah saja menghindarkan diri. la juga bergerak dengan ilmu silat yang sama
dan gerakantiya juga berantal. Begitu menghindarkan diri dari tendangan bertubl Itu, ia
menyambung elakannya dengan serangan balik. Tiba-tiba saja tangan kirinya membuat
gerakan memotong dengan tangan miring seperti orang menggunakan golok menebang pohon
ke arah kaki yang meluncur lewat samping tubuhnya!
Goat Kong Lama terkejut sekali. Cepat dia menarik kembali kakinya, akan tetapi Bi Lan
sudah menyambung serangannya dengan totokan ke arah dada dan serangan inipun
dlsambung dengan tendangan kaklnya yang menyambar ke arah pusar. Goat Kong Lama
menjadi heran dan bingung dan terpaksa dia menibuang tubuh ke belakang dan bergulingan dl
atas tanah karena hanya itu satu-satunya cara untuk mematahkan rangkaian serangan gadls
Itu. Dla melompat bangun dan berdlrl dengan mata terbelalak memandang lawannya Itu.
Dalam segebrakan saja dia hampir kalah oleh gadis yang Juga mempergunakan ilmu silat
Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat!
Sementara itu, Kui Peng Thaisu dan Hui In Sian-kouw saling pandang dengan terheran-heran.
Gadis itu memainkan Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat dengan gerakan yang sempurnal Akan
tetapi mereka tahu benar bahwa tidak ada murid Kun-lun-pai, apa lagi yang begitu muda,
yang menguasai ilmu pusaka yang telah lama hilang itu. Bahkan Kui Beng Thalsu sendlrl
hanya menguasai paling banyak enam bagian dan Hui In Sian-kouw paling banyak tiga baglan
saja. Biauw In Su-thal bahkan tidak pernah mempelajarinya. Akan tetapi Goat Kong Lama
menguasai ilmu itu dengan baik dan kini gadis muda itu bahkan menguasainya lebih baik
lagi!
Setelah tahu bahwa gadis muda yang dipandang rendah itu ternyata dapat bersllat dengan ilmu
Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat secara sempurna, Goat Kong Lama maklum bahwa dia tidak
akan menang kalau menggunakan ilmu itu. Kalau ingin menang, dia harus mempergunakan
ilmunya sendiri dan dia ingin mempermalukan gadis itu dengan menggunakan ilmu sihirnya.
Maka, mulutnya berkemak-kemlk dan sepasang matanya sepertl mencorong menatap wajah
Bi Lan. Gadis Itu mendengar mantram yang dlucapkan lirih oleh Goat Kong Lama. la
tersenyum. Tentu saja ia mengenal baik penggunaan sihir melalui pandang mata dan suara itu.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 201
lapun diam-diam mengerah kan tenaga batin seperti diajarkan gurunya, dengan berani
membalas tatapan mata Goat Kong Lama. Diam-diam pendeta Lama itu terkejut melihat
betapa sinar mata gadis itu juga mencorong dan berani menyambut sinar matanya yang penuh
kekuatan sihir, Bahkan sambil tersenyum!
Jilid 12 .....
Goat Kong Lama lalu mengembangkan kedua lengannya, dan perlahan-lahan kedua
tangannya bergerak ke atas kepala dalam bentuk sembah, kemudian didorongkan ke depan
dan mulutnya mengeluarkan dengungan aneh. Tiba-tiba ada angin menyambar ke depan.
Angin itu berpusing dan menerjang Bi Lan. Akan tetapi Bi Lan merangkap kedua tangan
depan dada seperti sembah, kedua matanya terpejam. la membiarkan angin itu berpusing di
sekitar tubuhnya. Angln berpusing kuat dan membawa tanah dan debu ke atas, akan tetapi
tidak kuat mengangkat tubuh Bi Lan. Kini perlahan-lahan Bi Lan mengembangkan kedua
tangannya dan mendorong ke depan. Angin berpusing itu kini meninggalkannya dan
membalik menyerang Goat Kong Lama! Pendeta Lama itu terkejut. Tubuhnya hamplr
terpelanting oleh putaran angln dan cepat dla menghentlkan sihirnya. Angin berhentl dan
wajah pendeta Lama Itu menjadl pucat.
Goat Kong Lama mengerahkan tenaganya dan membentak dengan auara menggetar penuh
wibawa. "Han Bi Lan, berlututlah engkau"
Bi Lan juga mengerahkan tenaga ba-tin dalam suaranya ketika ia berkata, "Siapa yang
berlutut? Aku ataukah engkau? Yang pasti engkau, Goat Kong Lama. Hayo, berilah contoh!"
Goat Kong Lama terkejut karena tiba-tiba tanpa dapat ditolaknya lagi, kedua lututnya menjadi
lemas dan dia ja-tuh berlutut. Akan tetapi dia segera me-nyadari keadaan yang tidak wajar ini
dan cepat meloncat berdiri lagi. Terdengar suara tawa dari para murid Kun-lun-pai yang
merasa senang melihat pendeta La-ma itu dipermainkan. Sementara itu, Kui Beng Thaisu dan
Hui In Sian-kouw menjadi semakin heran. Mereka tahu bahwa dua orang itu tadi mengadu
kekuatan sihir. Siapakah gadis muda yang selain menguasal Ngo-heng Llan-hoan Kun-hoat
juga memilikl llmu slhlr yang demlkian kuai inl?
Goat Kong Lama maklum bahwa dengan slhlrpun dia tldak akan mampu mengalahkan gadls
aneh ini. Maka sambil mengeluarkan gerengan dahsyat, dia segera menerjang ke depan dan
menyerang gadis itu dengan cepat. Semua serangan dilakukan dengan kedua tangan terbuka
dan miring, seringkali gerakannya seperti orang menyembah dan gerakan silatnya lemah
lembnt, namun setiap sambaran tangan yang menerjang meng-andung tenaga yang kuat. Bi
Lan segera mengenal ilmu silat Kwan Im Sin-caang (Tangan Sakti Dewi Kwan Im) itu. Untuk
menyenangkan hati para pimpinan Kun-lun-pai, ia tetap memainkan ilmu silat Ngo-heng
Lian-hoan Kun-hoat. Terjadilah pertandingan hebat dan seru. Tentu saja pihak Bl Lan lebih
untung. la mengenal dan hafal sekali ilmu silat Kwan Im Sin-ciang yang diajarkan Jlt Kong
Lama kepadanya. Maka menghadapl serangan dengan ilmu silat ini tentu saja ia sudah
mengenal lika-liku dan perkembangannya sehingga mudah menghindarkan diri. Sebaliknya,
Goat Kong Lama yang tidak menguasai Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat sepenuhnya, hanya
mengu-asai setengahnya saja, menjadi repot menghadapi desakan Bi Lan.
Beberapa kali kaki atau tangan gadis itu mengenai sasaran, akan tetapi Goat Kong Lama
melindungi dirinya dengan ilmu kebal yang kuat sehingga dia tidak sampai roboh. Selain itu,
juga Bi Lan tidak menggunakan tenaga sepenuhnya karena bagaimanapun juga, gadis ini tahu
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 202
bahwa lawannya adalah murid keponakan suhunya sehingga masih terhitung saudara
seperguruan sendiri.
Akan tetapi mellhat Goat Kong. Lattia belum juga mau mengaku kalah walau-pun sudah
beberapa kali terkena tendangan atau tamparannya, Bi Lan menjadi marah juga. Orang ini tak
tahu diri, pikirnya dan perlu diberi hajaran yang leblh keras.
"Haiiittt.... Ia menyerang dengan serangkaian serangan dari Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat
yang sambung menyambung. Goat Kong Lama berusaha untuk mempertahankan diri dengan
tangkisan dan elakan, akan tetapi karena Jurus yang dipergunakan Bi Lan int meru-; pakan
jurus-jurus llmu sllat yang belum pernah dipelajarinya, maka dia menjadi bingung tidak
mengenal perkembangannya dan tidak dapat menghindarkan diri lagt ketika kaki kiri gadis itu
mencuat dengan cepat dan kuat ke arah dada kanannya. Sekali ini Bi Lan mengerahkan tenaga
sln-kangnya.
"Desss,...!" Biarpun Goat Kong ama telah mellndungi dirlnya dengan ilmu kebalan, namun
tendangan itu terlalu kuat menembus kekebalannya dan diapun terjengkiing dan terbantlng
jatuh. Dia merasa dada kanannya nyeri dan ketika dirabanya, tahulah dia bahwa sebuah tulang
iganya patah.
Goat Kang Lama terkejut dan merasa penasaran sekall. Menang kalah merupakan hal blasa
dalam pertandingan silat, akan tetapi dia merasa dipermalukan dl depan semua anggauta Kunlun-
pai yang berkumpul di situ dan yang kini semua tersenyum gembira melihat kemenangan
Bi Lan. Dia meraba punggung-nya dan sratt...! Tangan kanannya telah mencabut pedang.
Pada saat itu, Kui Beng Thaisu dan Hui In Sian-kouw melompat ke depan. "Siancai....! Goat
Kong Lama, pertandingan ini bukan permusuhan, mengapa menggunakan senjata? Kalau
engkau menggunakan senjata, terpaksa kami akan rnengusirmu dengan kekerasan! Engkau
jelas telah dikalahkan seorang murid Kun-lun-pai, mengapa masih nekat? Han Bi Lan,
sebagai murid Kun-lun-pai, engkau kami minta untuk menceritakan di mana adanya pendeta
Lama yang dicari Goat Kong Lama Itu agar tidak ada urusan lagi antara Kun-lun-pal dan dla."
Bl Lan menghadapi Goat Kong Lama yang terpaksa menyarungkan kemball pe-dangnya
karena kalau sampai para pimpinan Kun-lun-pai marah dan turun tangan, tak mungkin dia
akan dapat lolos. Baru melawan gadis itu saja sudah berat sekali.
”Goat Kong Lama. Kalau engkau merasa sebagai orang gagah kenapa tldak memenuhi,
Janjlmu tadl? Engkau telah kalah dan engkau harus mohon ampun kepada pimplnan Kun-lunpal.
Setelah itu baru akan dapat kuberitahu dimana adanya Jit Kong Lama.
Goat Kong Lama tidak dapat menyangkal lagl akan kekalahannya tadi, maka dengan muka
merah dia lala menjatuhkan dirl berlutut menghadap Kui Beng Thaisu dan berkata, "Kui Beng
Thaisu, pinceng (aku) bersalah dan minta maaf."
"Sudahlah, Goat Kong Lama. Kami tidak dapat menerima penghormatah seperti ini. Semua
itu hanya kesalahpahaman belaka. Yang sudah biarlah berlalu. Bangkitlahl" Ketua Kun-lunpai
itu menggerakkan tangan kanannya ke depan dan Goat Kong Lama merasa ada angln amat
kuat menyambar dan seolah mengangkatnya sehlngga dia terpaksa bangklt berdiri. Dia
terkejut sekali dan menyesal bahwa tadl dia terlalu memandang rendah orang. Ternyata ketua
Kun-lun pai yang sudah tua inl memillkl tenaga sakti yang luar biasa!
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 203
"Han Bl Lan, sekarang katakan dl mana adanya Jit Kong Lama." katanya kepada Bi Lan, kini
lenyaplah sikapnya yang angkuh tadi.
"Dia sudah pergi ke barat, hendak kembali ke Tibet dan menyerahkan diri kepada para
pimpinan Lama di sana." kata Bl Lan dan dalam suaranya terkandung kesedihan mengenang
gurunya yang disayangnya itu.
Pendeta Lama itu memandang kepadanya dengan alis berkerut dan sinar matanya
membayangkan ketidak-percayaannya. "Bagaimana aku dapat mempercayai keterangan itu?"
"Engkau harus percaya karena aku adalah muridnya!" kata Bi Lan.
"Engkau.... engkau.... muridnya?" kata Goat Kong Lama dengan mata ter-belalak. "Tapi....
engkau tadl melawanku dengan Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat....!"
"Benar. Aku juga murid Kun-lun-pal. Akan tetapi Jit Kong Lama juga guruku. Kau lihat ini!"
kata gadl? itu dan ia segera membuat gerakan silat dengan kedua tangan miring seperti orang
memuja.
"Kwan Im Sin-ciang (Tangari Sakti Dewi Kwan Im)....!" seru Goat Kong Lama.
"Dan lihat ini!" Bi Lan memungut sebatang ranting kayu lalu bersilat beberapa jurus dengan
ranting kayu itu.
"Kim Bhok Sin-tung-hoat (Ilmu Tongkat Sakti Kayu Emas)'." kembali Goat Kong Lama
berseru. "Kau.... .kau benar muridnya!"
"Nah, percayakah engkau sekarang?'"
Suhu Jit Kong Lama sudah pularig ke Tibet untuk menyerahkan diri, bertaubat dan menebus
semua dosanya. Pergilah!"
Goat Kong Lama mengangguk-angguk, mengangkat kedua tangan depan dada, menghadapi
pimpinan Kun-lun-pai, membungkuk lalu berkata "Omitohud! Pinceng mohon maaf dan
mohon diri!" Setelah berkata demikian, pendeta Lama itu memutar tubuhnya lalu berlari cepat
seperti terbang meninggalkan tempat itu.
Kini Bi Lan menghadapi Kui Beng Thaisu dan Hui In Sian-kouw. Dua orang pimpinan Kunlun-
pai itu menatap wajah Bi Lan dengan penuh keheranan. Mereka merasa penasaran sekali.
Murid pendeta Lama Tibet dan sekaligus juga murid Kun-lun-pai yang dibuktikannya dengan
kemahiran ilmu silat pusaka Kun-lun-pai! Banyak pertanyaan yang memenuhi hati Kui Beng
Thaisu. Betapapun Juga, gadis ini telah membela nama Kun-lun-pai dengan mengalahkan
Goat Kong Lama tadi. Dan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi
hatinya, dia merasa tidak leluasa karena di sltu berkumpul semua murid Kun-lun-pai. "Nona
Han Bi Lan, engkau tadi me-ngatakan bahwa engkau datang ini untuk menghadap kami?"
tanya ketua Kun-lun-pai itu.
"Benar, locianpwe." jawab Bi Lan sambil menghampiri buntalan pakaiannya.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 204
"Kalau begitu, mari kita masuk dan bicara di dalam." ajak ketua Kun-lun-pai itu. Bi Lan
mengangguk dan ia mengikuti Kui Beng Thaisu dan Hu in Sian-kouw memasuki kuil.
Setelah mereka duduk dalam ruangan tengah yang tertutup, Bi Lan meletakkan buntalan
pakatannya di atas meja. "Nah, sekarang janganlah membuat kami terlalu lama keheranan dan
menduga-duga, nona Han Bi Lan. CeritaKanlah mengapa engkau datang ke Kun-lun-pai dan
hendak bertemu dengan kami?" tanya Kui Beng Thaisu.
"Dan bagaimana pula engkau mengaku sebagai murid Kun-lun-pai dan menguasai, Ngo-heng
Lian-hoan Kun-hoat?" tanya pula. Hui In Sian-kouw.
Bi Lan tersenyum, akan tetapi menghela napas panjang. "Panjang ceritanya dau sebelumnya
saya harap locianpwe pimpinan Kun-lun-pai suka memaafkan saya. Saya sudah sebelas tahun
lamanya ikut suhu Jit Kong Lama yang mengasingkan diri di sebuah puncak Kun-lun-san,
mempelajari ilmu-ilmu dari suhu. Beberapa hari yang lalu, saya berpisah dari sUhu yang ingin
kembali ke Tibet, Tugas saya yang pertama adalah berkunjung ke Kun-lun-pai, menghadap
para pimplnan Kun-lun-pai. Akan tetapi baru saja tiba di pekarangan kuil saya melihat Goat
Kong Lama, mendengar pembicaraannya dan melihat betapa dia menantang bertanding
kepada para pimpinan Kun-lun-pai. Karena itulah maka saya memberanikan diri
menghadapinya untuk membela Kun-lun-pai karena saya merasa sebagai kewajiban saya
membe-la Kun-lun-pai."
"Tapi..,. engkau menguasai ilmu si-lat pusaka kami...." kata Hui In Sian-kouw.
Bi Lan tersenyum. "Terjadinya kurang lebih setahun yang lalu. Pada suatu hari saya bertemu
dengan seorang pemuda sombong. Ketika melihat bahwa dia membawa kitab-kitab kuno
dalam buntalan pakaiannya, saya lalu meminjam sebuah kitab tanpa dia ketahui."
"Siancai! Itu namanya mencuri!" se-ru Hui In Sian-kouw.
Bi Lan tersenyum manis memandang wajah pendeta wanita itu dan matanya. bersinar-sinar
nakal. "Saya hanya ingin memberi pelajaran padanya agar dla ti-dak sombong. Biar tahu rasa
dia! Ketika saya melihat bahwa kitab itu berisi pelajaran ilmu silat, saya tertarik sekall dan
saya mendengar darl suhu bahwa kltab Itu adalah kltab pusaka mlllk Kun-lun-pal. Saya
mengambll keputusan untuk memlnjam kitab itu dan di bawah bimbingan dan petunjuk suhu,
saya mempelajari dan melatihnye selama setahun. Karena saya memang merasa pinjam, maka
setelah selesai saya pelajari dan saya kuasai, begitu berpisah dari suhu, saya langsung
tnenghadap pimpinan Kun-lun-pai untuk mehgembalikan Kitab Ngo-heng Lian-hoan Kunhoat
ini." la membuka buntalan pakaiannya mengambil kitab itu dan menyerahkannya kepada
Kui Beng Thaisu.
Kui Beng Thaisu menerima kitab itu memeriksanya sebentar dan dia mengangguk-angguk,
"Sian-cai....! Memang inilah kitab kaml yang hilang puluhan tahun yang lalu itu. Nona Han Bi
Lan, pemuda yang kaumaksudkan itu adalah murid dari Tiong Lee Cin-jin yang bermaksud
mengembalikan kitab itu kepada kami. Dia melaporkan bahwa kitab itu hilang dalam
perjalanan. Kiranya engkau yang mengambllnya."
"Saya memlnjamnya, locianpwe, dan harl Inl saya kembalikan. Harap Locian-pwe suka
memaafkan saya."
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 205
"Kaml memaafkanmu, nona. Bagaimanapun juga, engkau sudah berani membela Kun-lun-pai
dengan taruhan nyawa dan mengaku sebagai murid Kun-lun-pai. Kalau engkau murid Kunlun-
pai, maka mempelajari Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat tentu tidak bersalah karena tingkat
kepandaianmu juga sudah memadai. Karena itu, engkau baru sah kami terima sebagai murid
Kun-lun-pai kalau engkau mengakui pinto (aku) sebagai guru dan. ini adalah Hui In Siankouw,
sumoiku yang menjadi ketua kun-lun-pai bagian wanita, jadi ia juga gurumu."
Bi Lan mengerti apa yang dirnaksudkan kakek itu, maka iapun segera berlutut memberi
hormat kepada kedua orang tua itu, memberi hormat kepada Kui Beng Thaisu dan menyebut
"suhu" lalu kepada Hui In Sian-kouw dengan menyebut "subo (ibu guru)". Hui In Sian-kouw
menyentuh kedua pundak Bi Lan dan pienyuruhnya bangkit dan duduk kembali.
Setelah kedua orang ketua Kun-lun-pai ini menerima Bi Lan sebagai murid Kun-lun-pai,
gadis itu lalu diperkenalKan kepada semua murid Kun-lun-pai. Semua murid merasa girang
dan kagum mempunyai saudara seperguruan yang demikian lihai. Hui In Sian-kouw tidak
lupa untuk rnemperkenalkan Bi Lan kepada Biauw In Suthai yang masih menjalani hukuman
dalam Pondok Pengasingan. Pendeta wanita ini ketika diberitahu tentang Han Bi Lan yang
telah membela Kun-lun-pai dan kini diakui sebagai murid yang sah dari Kun-lun-pai, mau
menerima Bl Lan berkunjung kepadanya di Pondok Pengasingan.
Bi Lan memasuki pondok yang sepi itu dan segera berlutut menghadap pendeta wanlta yang
juga duduk dl atas lantai sambil bersila itu. Bi Lah sudah mendengar tentang Biauw In Su-thal
yang menjalani hukuman dan ia merasa kasihan kepada pendeta wanlta yang masih tampak
berwajah manls itu. Baru mengaslngkan dlrl selama setahun saja wajah Biauw In Suthai
sudah berubah, tidak ada garis-garls yang menunjukkan kekerasan hatlnya lagl pada
wajahnya.
"Bibi guru.,.,.1" Bi Lan menegur ragu.
Blauw In Suthal membuka mata, memandang kepada Bi Lan dan ia tersenyum kagum. "Ah,
engkau cantik jelita dan lincah sekali! Engkau yang bernama Han Bi Lan dan yang telah
membela Kun-lun-pai dan mengalahkan pendeta Lama yang amat lihai? Setelah berkunjung
ke sini dan mengembalikan kitab engkau lalu hendak pergl ke mana, Bi Lan?"
"Saya akan melanjutkan perjalanan saya, bibi guru. Saya akan kembali ke rumah orang tua
saya di Liang-an (Hang-chouw)."
"Ah, ke kota raja kerajaan Lam Sung (Sung Selatan)? Jauh sekali. Bi Lan, engkau adalah
murid Kun-lun-pai yang telah menguasai Ngo-heng Lian-hoan Kun-hoat, berarti tlngkat
kepandaianmu sudah tinggi sekali. Aku ingin minta bantuanmu, maukah engkau menolongku,
Bi Lan?"
Bi Lan merasa heran sekali. Bantuan apa yang dibutuhkan pendeta wanita ini? la hanya
mendapat keterangan dari para murid Kun-lun-pai dan juga dari Hui In Sian-kouw bahwa
Biauw In Suthai ini sedang merijalani hukuman dan diharuskan tinggal di Pondok
Pengasingan untuk bersamadhi dan bertaubat. Kini wanita yang sudah menjalani hukuman
selama setahun itu ingin minta pertolongannya!'
"Bibi guru, tentu saja saya suka me-nolongmu, asal saja tidak melanggar peraturan Kun-lunpai
dan tidak berlawanan dengan hati nurani saya sendiri." jawabnya hati-hati.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 206
Biauw In Suthai mengangguk-angguk.
"Bagus sekali. Memang demikianlah seharusnya seorang pendekar dan murid Kun-lun-pai
yang baik. Tidak seperti aku dahulu yang hanya menurutkan gejolak perasaan hati sendiri.
Kekerasan hatiku membuat dua orang murid yang kusayangi sekarang Ini, pergi mencarl
seseorang untuk membunuhnya dan aku mlnta bantuanmu, yaitu apabila dalam perjalananmu
engkau menjumpai mereka, sampaikanlah pesanku bahwa peraturan pernikahan itu sekarang
sudah kubatalkan dan katakan agar mereka berdua tidak lagi berusaha membunuh laki-laki
itu"
Bl Lan mendengarkan dengan heran. "Bibi guru, apakah bibi guru tldak mau memberi
penjelasan kepada saya agar saya mengerti duduknya perkara? Siapakah kedua orang murid
bibi guru itu dan siapa pula laki-laki yang hendak mereka bunuh itu? Mengapa pula hendak
mereka bunuh?"
Biauw In Suthai menghela napas panjang. "Baiklah, akan kujelaskan, Bi Lan. Setahun yang
lalu, muridku Kim Lan dalam pertandingan silat dikalahkan seorang pemuda. Sudah 'menjadi
peraturanku ketika itu bahwa muridku yapg kalah oleh seorang pria harus menjadi isterinya.
Kalau pria itu menolaknya, maka muridku harus membunuh prla itu. Kiiri Lan kalah dan pria
itu menolak menjadi .suaminya, maka Kim Lan lalu pergi untuk mencari pemuda itu dan
membunuhnya. Ai Yin, muridku yang kedua, ikut pergi bersama sucinya (kakak
seperguruannya). Pemuda itu bernama Souw Thian Liong, murid Tiong Lee Cin-jin."
"Murid Tiong Lee Cin-jin? Bibi maksudkan, peniuda itu yang tadinya membawa kitab untuk
diserahkan kepada pimpinan Kun-lun-pai?" Bi Lan teringat akan Souw Thian Liong yang
tadinya belum ia ketahui namanya.
"Benar, Bi Lan. Dialah orangnya yang telah mengalahkan Kim Lan akan tetapi tidak mau
menjadi suaminya."
"Tapi..... tapi, bibi! Bagaimarta ada aturan seperti itu? Kalau kalah harus menjadi isteri orang
yang mengatahkan dan kalau pria itu menolak atau dibunuh? Aneh sekali peraturan itu bibi.
Maafkan saya, akan tetapi bagaimana mungkin perjodohan dapat dipaksakan sepertl Itu?" kata
Bi Lan sambil menahan tawa karena hatinya merasa geli. Peraturan itu dianggapnya konyol.
Biauw In Suthai menghela napas panjang. "Sekarang akupun dapat melihat betapa bodohnya
peraturan yang kubuat menurutkan perasaan hari itu. Karena itu, suheng menegurku dan
menyuruhku bertaubat di sini selama tiga tahun. Aku menyesal, maka tolonglah aku, Bi Lan.
Kalau engkau bertemu dengan Kim Lan dan Ai Yin, cegah mereka membunuh Souw Thian
Liong dan katakan bahwa peraturanku itu sudah kucabut."
Bi Lan mengangguk. "Baiklah, bibi. Mudah-mudahan saya akan dapat bertemu dengan
mereka."
Setelah meninggalkan Pondok Penga-singan itu, Bi Lan tak dapat menahan rasa geli hatinya
dan ia tertawa sendiri. Peraturan yang aneh! Dalam pertanding-an sudah dikalahkan pemuda
itu, bagai-^inana dapat membunuhnya? Hemm, jadi pemuda itu bernama Souw Thian Liong,
.murid Tiong Lee Cin-jin? Ilmu silatnya memang hebat dan ia sudah menyaksi-kannya sendiri
ketika pemuda itu meno-. long para saudagar yang diganggu 'pe-rampok-perampok llhai.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 207
Setelah tinggal dl Kun-lun-pai selama dua harl, Bi Lan lalu berpamlt untuk melanjutkan
perjalanannya. la Ingin menjenguk ayah Ibunya dl kota raja dan hatinya berbahagia sekali
membayangkan ia akan bertemu dan berkumpul kenbali dengan orang tuanya. Tentu selama
ini orang tuanya amat mengkhawatirkan keselamatannya. la membayangkan betapa akan
gembiranya hati ayah ibunya kalau bertemu dengannya. Dan iapun akad mencari Ouw Kan
yang telah membunuh Lu Ma, pelayan tua yang setia dan yang menurut ibunya masih bibi
ibunya sendirl dan yang amat mencintanya. la rnasih ingat bahwa ayah ibunya adalah orangorang
gagah yang memimpin pasukan dan ketlka menlnggalkannya, mereka berangkat untuk
perang membantu pasukan besar Jenderal Gak Hui. lapun ter-ingat bahwa ia pesan kepada
ayahnya untuk membawa oleh-oleh sebatang pedang bengkok yang biasa dipakai perwira
Kerajaan Kin. Bi Lan tersenyum kalau ingat akan hal ini. Apakah kini ayahnya sudah
membawakan oleh-oleh itu dan maslh menyimpannya?
* * *
"Tidak, ayah....... tidak...... aku tidak percaya!" Gadis itu menangis sesenggukan. la adalah
Kwee Bi Hwa, berusia kurang lebih sernbilan belas tahun. Gadis ini hlemiliki wajah yang
manis sekali, kecantikan yang khas, tidak seperti perempuan bangsa Han lainnya.
KeJelitaannya terasa asing. Memang sesungguhnya, ada kecantikan suku Mancu dalam
dirinya. "Ayahnya, Kwee Buh To, adalah seorang peranakan Mancu yang menjadi guru silat
dari perguruan silat Pek-eng Bukoan (Perguruan Silat Garuda Putih) dan tlnggal d! daerah
utara. Isteri Kwee Bun To Juga seorang wanita Mancu, maka tldak mengherankan kalau
kecantikan yang dimiliki Kwee B Hwa adalah kecantlkan peranakan Han dan Mancu. Ketlka
bangsa Yu-cen nenguasai daerah utara dan mendirikan dinasti Kin, Kwee Bun To melarikan
diri, membawa istri dan seorang anaknya. Akan tetapi isterinya mati dalam perjalanan dan
akhirnya dia tlnggal dl pegunungan dekat Siauw-Lim-pai.
Seperti telah dlceritakan di bagian depan, pada suatu malam seseorang me" tnasuki kamar Bi
Hwa, menotoknya dan memperkosanya. Kwee Bun To marah sekall dan menyerbu Siauwlim-
sl karena merasa yakin bahwa pelakunya adalah murid Siauw-lim-pai. Akan tetapi
kemudian ternyata bahwa pelakunya yang berhasil ditangkap Cia Song, murid Siauw-lini-pai
yang llhai itu, adalah seorang kepala perampok dan pemerkosa itu kemudian dibunuh Cia
Song. Dengan hati sedih Kwee Bun To pulang dan menceritakan hal itu kepada puterinya. Bi
Hwa menyambut cerita ayahnya itu dengan tangis.
Kwee Bun To memandang puterinya dan menghela napas panjang. Dia merasa iba sekali
kepada puterinya yang tersayang. Puterlnya adalah satu-satunya orang yang dia miliki di
dunla ini, satu-satunya orang yang paling dekat dengan hatinya. Dla mau berkorban apa saja,
kalau perlu nyawanya, untuk puterinya.
"Bi Hwa, percayalah, akupun menyesal bukan main. Tadinya aku bermaksud minta
pertanggungan lawab Giam Ti dan ia harus menikahimu untuk mencucl aib. Akan tetapi
murid Siauw-lim-pai Itu terlanjur turun tangan membunuhnya.
Bl Hwa sudah menguatkan hatlnya dan menghentlkan tanglsnya, la meng-angkat mukanya
yang agak pucat dan sepaaang matanya yang merah karena? tangls. "Ayah, aku sukar dapat
percaya bahwa pelakunya adalah seorang kepala perampok. Bagaimana dia beranl
mengganggu keluarga ayah?"
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 208
"Anakku, bagaimana aku tldak akan mempercayanya? Ketika dia ditangkap Cia Song murid
Siauw-lim-pai itu dan dihadapkan padaku, penjahat itu telah mengaku sendlri. Dan Ingat, dia
bukan kepala perampok biasa. Dia menJadl kepala gerombolan yang bersarang di Buklt
Angsa tak jauh dari sini. Julukannyai Hui-houw-ong (Raja Harimau Terbang) sedikitnya
menunjukkan bahwa dia memiliki kepandaian yang tinggi juga."
"Aku masih merasa penasaran, ayah. Orang itu sangat lihai. Ketika memasuki kamarku, sama
sekali aku tidak mendengar apa-apa. Hal inl menunjukkan dia tentu memiliki gin-kang (ilmu
me-ringankan tubuh) yang sempurna. Paria hal, aku biasanya peka sekali, sedikit saja suara
mencurigakan sudah cukup untuk membangunkan aku. Dan totokannya itu! Benar-benar
melumpuhkan seluruh tubuhku. Bukan main lihainya'."
"Sudahlah, Bi Hwa. Tidak perlu penasaran lagi. Bagaimanapun juga, pelakunya sudah
mengaku dan sudah terhukum mati. Aku merasa lelah sekali lahir batin, periu mengaso." kata
Kwee Bun To sambil memasuki kamarnya.
Bi Hwa. masih duduk termenung. Ia merasa menyesal sekali, dan kecewa mendengar bahwa
yang memperkosanya dahulu adalah seorang kepala perampok, seorang penjahat. Kalau saja
pelakunya itu seotang murid Siauw-lim-pai, seorang pendekar seperti yang disangkanya
semula, tentu ia tidak akan merasa sehina itu. Akan tetapi seorang kepala perampok?
Andaikata penjahat Itu tertangkap hldup-hldup pun ia tidak akan sudi menjadl isteri seorang
kepala perampoki Akan tetapi hatinya masih belum puas.
la masih penasaran sekali. la masih ingat benar. Pria yang memperkosanya malam itu,
walaupun dalam keadaan gelap dan ia sama sekali tidak dapat melihat wajahnya, namun tidak
mungkin laki-laki Itu seorang penjahat yang kasar dan kejam. Biarpun tidak mengucapkan
sepatahpun kata, biarpun la tldak dapat melihat orangnya, namun lakl-lakl itu demlkian lemah
lembut! Tidak mungkin dia seorang kepala perampok, seorang penjahat yang kasar dan
kejam!
la harus menyelidikinya sendiri! Ayahnya kadang terlalu keras, lebih banyak penggunakan
tenaga daripada akal. Timbullah semangat Bi Hwa dan pada keesokan harinya, Kwee Bun To
mendapatkan kamar anakpya kosong dan hanya menemukan sepucuk surat tulisan tangan
anaknya yang ditujukan kepadanya.
Ayah,
Saya pergi merantau untuk menghibur hati yang gundah. Harap ayah Jangan mencari saya
karena saya tidak akan pulang sebelum kedukaan ini lenyap.
Kalau sudah tiba saatnya saya pasti pulang;
Anak:
Kwee Bi Hwa.
Pada saat Itu muncul keinginan Kwee Bun To untuk mengejar anaknya, dan mencegahnya
pergi. Dia sudah melompat keluar kamar dan hendak lari mengejar keluar rumah, Akan tetapi
setibanya di luar rumah, dia berhenti dan sekali lagi dibacanya surat anaknya. Dia
menggeleng kepalanya dan menghela napas panjang, lalu menyimpan surat itu dan masuk
kembali ke dalam rumah. Tidak dia tidak akan melakukan pengejaran. Dia mengenal baik
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 209
puterinya itu. Di balik kelembutannya, anak itu mempunyai hati yang keras, tekad yang bulat
seperti yang dimiliki kaum wanita suku Mancui pada umumnya. Anaknya sudah mengambil
keputusan untuk pergi merantau dan ia tidak akan mau dicegah, tidak akan dapat dilarang
ataupun dibujuk. Apa lagi anaknya itu bukan seorang wanita lemah. Sejak kecil sudah belajar
dan berlatih silat dengan baik dan termasuk seorang yang berbakat. Anaknya tidak akan
mudah diganggu orang jahat. la pandai menjaga dan membela diri. Hal itu tidak perlu dia
khawatirkan. Dia ha-nya merasa sedih harus berpisah dari puterinya. Akan tetapi dia maklum
bahwa kalau dia menghalangi niat puterinya, hal itu akan membuat Bi Hwa marah dan
berduka. Maka, dengan hati berat ayah ini mengambil keput.usan untuk rnenanti saja di situ
sampai puterinya pulang.
Pada keesokan harinya, Kwee Bi Hwa berjalan seorang diri mendaki lereng dekat puncak
Bukit Angsa. Tidak sukar ba-ginya untuk menemukan bukit ini yang tidak berada terlalu jauh
dari tempat tinggalnya yang berada di bukit lain dari pegunungan itu. Bukit Angsa itu dard
jauh sudah tampak. Blarpun tlngginya ti-dak banyak bedanya dengan buklt-buklt lain yang
memenuhl daerah pegunungan iltu, namun Bukit Angsa mempunyai cirl yang khas, yaitu
bentuk puncaknya. Puncak bukit dengan pohon-pohon besar itu, tampak dari jauh membentuk
seekor angsa!
Setelah Bl Hwa tiba dl dekat puncak tlba-tlba berkelebatan bayangan belasan orang dan dia
sudah dik-epung oleh orang-orang yang tampak bengis menyeramkan. Mereka aemua
membawa sebaiang golok dengan tangan kanan. Dl baju mereka baglan dada terdapat luklsan
seekor harimau terbang! Tahulah Bi Hwa ia berhadapan dengan gerombolan yang dipimpin
oleh Hui-houw-ong Giam Ti, pemlmpin Gerombolan Harimau Terbang. Seorang di antara
mereka, yang agaknya menjadl pemimpin, ketika melihat sebatang ipedang tergantung dl
punggung gadis manis itu. bersikap hati-hati dan dia melangkah maju menghadapi Bi Hwa
dan bertanya.
"Nona, siapakah engkau dan apa kehendakmu datang dan melanggar daerah kekuasaan
kami?"
"Tidak perlu kalian tahu siapa aku. Aku sengaja datang ke sini hendak mencari keterangan
tentang seorang yang bernama Hui-houw-ong Giam Tl." kata Bi Hwa.
Mendengar jawaban ini, orang-orang itu tampak terkejut dan marah. Mereka mengepung ketat
dan siap dengan golok mereka.
"la mata-mata musuhi"
"Bunuh ia untuk menyembahyangi arwah Giam Toa-ko!"
Lima belas orang itu serentak menyerbu. Bi Hwa dari segala jurusan. Bi Hwa menggerakkan
tangan kanannya dan tampak sinar berkilat ketika ia mencabut pedang. Kemudian sinar
pedangnya bergulung-gulung ketlka ia menyambut serangan,mereka. Sinar pedang itu
menyambar-nyambar . dilkuti tamparan tangan kirl dan tendangan kaklnya. Terdengar
terlakan para pengeroyok dan merekapun roboh berpelantingan, terkena tamparan atau
tendangan, sedangkan golok mereka patah dan terpental ketika bertemu sinar pedang. Lima
belas orang itu terkejut bukan main dah mereka menjadi ketakutan lalu melarikan diri pontang
panttng ke arah puncak.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 210
Bi Hwa melakukan pengejaran ke puncak Bukit Angsa. Di puncak la menemukan sarang
gerombolan yang merupakan sebuah perkampungan dengan rumah-rumah kayu sederhana.'
Ketika ia memasuki perkampungan itu, di situ tampak sepi. Semua-pondok tertutup pintu dan
jendelanya. Akan tetapi ia maklum bahwa para anggauta gerombolan itu masih berada di situ,
bersembuyi dalam rumah-rumah yang tertutup.
Bi Hwa mellhat sebuah rumah yang paling besar di antara rumah-rumah lain. la menghampiri
rumah besar itu, berdirl di depannya lalu berseru sambll mengerahkan sin-kangnya sehlngga
suaranya terdengar melengklng nyarlng dan menggetar dl seluruh perkampungan itu.
"Hel, semua anggauta gerombolan Macan Terbang, keluarlah Aku tidak Ingin mencelakai
kalian. Kedatanganku hanya ingin minta keterangan dari kalian! Hayo keluar, kalau tidak aku
akan marah dan akan kubakar seluruh perkampungan ini!"
Gertakannya berhasil. Rumah-rumah mulai membuka pintunya dan bermunculanlah para
anggauta gerombolan yang tadi mengeroyoknya dan bersama mereka keluar pula wanitawanita
dan kanak-kanak, yaitu keluarga mereka. Setelah pemimpin mereka menjatuhkan diri
berlutut, semuanya lalu berlutut bersama keluarga mereka. Jumlah para anggauta gerombolan
itu sebanyak dua puluh orang lebih dan keluarga mereka lebih banyak lagi.
"Li-hiap (pendekar wantta), ampunkan kami...." kata pemimpin gerombolarr itu. Bi Hwa
memperhatikan seorang wanita cantik berusia kurang lebih dua puluh llma tahun yang
menuntun seorang anak perempuan berusia sekitar empat tahun keluar dari rumah besar,
diikuti beberapa orang wanita berpakaian. pelayan. Wanita inipun mengajak anaknya
menjatuhkan diri berlutut.
"Aku tidak akan mencelakai kalian asalkan kalian mau memberitahu padaku dengan
sejujurnya tentang Hui-houw-ong Giam Ti. Siapa di antara kalian yang dapat memberi
keterangan yang lengkap tentang dia?
"Saya dapat, lihiap. Saya Giam Kui, adik kandung kakak Giam Ti." kata laki-laki berusia dua
puluh tujuh tahun yang tadi bersikap sebagai pimpinan gerombolan itu.
"Saya juga bisa, lihiap. Saya adalah isteri Hui-houw-ong Giam Ti." kata wanita cantik tadi
dengan suara lembut.
"Baik, kalian berdua boleh menjawab semua pertanyaanku dengan sejujurnya. Dan yang lain
bubarlah, lakukan pekerjaan kalian masing-masing."
Semua anggauta gerombolan tampak lega dan mereka lalu bubaran. Isteri Giam Ti bangkit
dan berkata, "Li-hiap, mari silakan masuk rumah agar kita lebih leluasa bicara."
Bl Hwa mengangguk dan ia laiu diiringkan Nyonya Giam Ti yang memondong anaknya, dan
Giam Kui. Para pelayan terus masuk ke belakang untuk mempersiapkan minuman, sedangkan
Bi Hwa dipersilakan duduk di ruangan depan.
"Sekarang katakan, di mana adanya Hui-houw-ong Giam Ti?" tanya Bi Hwa sebagai
pancingan.
Isteri dan adik mendiang Giam Ti itu tampak terkejut dan saling pandang dengan heran.
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 211
"Akan tetapi...., lihiap.... dia sudah mati...." kata Nyonya Giam Ti dengan suara terisak.
”Apa yang telah terjadi dengan dia? Coba ceritakan dengan sejelasnya Jangan berbohong!"
Nyonya Giarii Ti menoleh kepada adik iparnya dan berkata, "Adik Giam Kui, engkau yang
lebih tahu duduk persoalannya. Engkau ceritakanlah kepada lihiap." Giam Kui mengangguk
lalu berkata.
"Kejadian itu baru beberapa hari yang , lalu, lihiap. Seorang pemuda yang amat lihai datang
ke perkampungan kami ini dan dia mengamuk, merobohkan kami semua, termasuk kakak
saya Giam Ti. Kemudian dia memaksa kakak saya untuk ikUt dengannya dan melaksanakan
semua perintahnya dengan ancaman bahwa kalau kakak saya tidak mau menurut, dia bukan
saja akan membunuh kakak Giam Ti, akan tetapi dia juga akan menyiksa dan membunuh
kakak ipar ini dan anaknya. Karena tidak mampu melawan dan takut akan ancaman itu, kakak
Giam Ti pergi dengan dia." Giam Kui menghentikan ceritanya dan memandang wajah Bi Hwa
seolah dia sebetulnya tidak perlu bercerita karena gadis perkasa di depannya itu tentu telah
mengetahui semua peritiwa itu.
"Hemm, begitukah? Tahukah engkau siapa nama pemuda itu?" tanya Bi Hwa.
Dua orang itu saling pandang lagi dan menggeleng kepala.
"Kami semua tidak ada yang tahu siapa dia, li-hiap. Dia seorang pemuda yang tampan dan
gagah sikap dan gerak geriknya halus, akan tetapi dia lihai bukan main. Usianya sekitar dua
putuh. lima tahun." kata Giam Kui.
"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya Bi Hwa.
"Kakak saya tidak pulang malam itu dan pada keesokan harinya, ada utusan dari Siauw-lim-si
yang mengabarkan bahwa kakak saya telah tewas dan kami disuruh mengambil jenazahnya
yang telar berada di luar kuil." kata Giam Kui dan kakak iparnya menangis terisak.
"Sekarang katakan, bagaimanakah tingkat ilmu silat Giam Ti itu? Apakah dia lihai sekali?
Apakah tingkatnya jauh lebih tinggi dibandingkan tingkatmu?" tanya Bi Hwa kepada Giarn
Kui.
”Li-hiap, dia adalah kakak saya dan juga kakak seperguruan saya. Memang tingkat
kepandaiannya lebih tinggi dari pada tingkat saya, akan tetapi tidak jauh selisihnya."
Mendengar ini Bi Bwa mengerutkan alisnya. Tingkat ilmu silat Giam Kui ini tidak berapa
tinggi, dalam dua tiga gebrakan saja roboh olehnya. Kalau tingkat kepandaian Giam Ti hanya
sedikit lebih tinggi dari adiknya ini, tidak mungkin di malam itu mampu memasuki kamarnya
tanpa terdengar dan dapat menotoknya.
"Jawablah sejujurnya, apakah lebih sebulan yang lalu dia pernah menyerbu rumah Kwee Bun
To yang berada di puncak bukit sana itu? Pada malam hari dia melakukan penyerbuan itu?"
Giam Kui mengerutkan alisnya dan menggeleng kepalanya. "Ah, tidak sama sekali, lihiap.
Terus terang saja, walaupun kami suka melakukan pekerjaan merampok, namun kami tidak
pernah menggapggu penduduk sekitar pegunungan ini. Kami takut kepada Siauw-lim-pai dan
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 212
kami hanya minta sumbangan dari orang-orang luar yang kebetulan lewat di daerah ini."
"Hemm,! pertanyaan terakhir dan kuharap kallan menjawab dengan terus terang karena
Jawaban ini penting bagi penyelidikanku. Apakah Glam Tl seorang laki-laki yang mata
keranjang dan suka mengganggu wanlta?"
"Ah, sama sekall tidak" Nyonya Glam Ti tiba-tiba berterlak. "Mendiang suamlku adalah
seorang suaml yang baik. Dia amat mencinta saya dan mencinta anak kami!"
Bi Hwa merasa sudah cukup mendapatkan keterangan yang memuaskan hatinya. la bangkit
berdiri dan berkata kepada Giam Kui. "Nah, cukuplah keterangan kalian. Terima kasih dan
aku berpesan kepada semua ahggauta gerombol-an ini untuk mengubah cara hidup dan cara
kerja kalian. Hentikanlah pekerjaan kalian merampok itu. Giam Kui, engkau pimpinlah anak
buahmu untuk bekerja sebagai petani dengan rajin. Kulihat bukit ini memiliki tanah yang
amat subur. Kalau kalian rajin dan tekun, bertani di sini tentu akan mendatangkan hasil yang
cukup baik. Juga terdapat banyak binatang buruan dalam hutan-hutan di pegunungan ini.
Kalian dapat juga menjadi pemburu binatang. Kulit dan daglngnya dapat kalian jual. Jangan
melakukan kejahatan lagi karena kalau kalian masih tidak mau mengubah jalan hidup kalian,
pada suatu hari tentu akan muncul pendekar yang membasmi kalian. Bahkan aku sendlrl kalau
kelak mendapatkan kalian masih menjadi gerombolan perampok, tentu takkan tlnggal diam
dan takkan memberi ampun."
"Baik, lihlap, kami akan mentaati pesan lihiap." kata Giam Kui yang memang sudah merasa
jerih melihat kematian kakaknya.
Bi Hwa meninggalkan Buklt Angsa dengan hatl puas. Yakinlah kini hatinya bahwa yang
memperkosanya dahulu Itu jelas bukan Hul-houw Giam Tl.
Sambil berjalan menuruni bukit itu Bi Hwa termenung. Akan tetapi mengapa Giam Ti
mengaku di depan ayahnya bahwa dia yang melakukan pemerkosaan itu? pan mengapa murid
Siauw-lim-pai itu menangkapnya? Kemudian malah membunuhnya? Tidak salah lagi,
pikirnya. Pasti ada rahasia di balik peristiwa ini dan satu-satunya orang yang patut
dicurigainya adalah murid Siauw-lim-pai itu. la sudah melihat pemuda itu. Pemuda yang
tampan dan halus budinya. Dan menurut ayahnya, pemuda itu yang bernarna Cia Song,
memiliki tingkat ilmu silat amat tinggi!
Bi Hwa mengepal kedua tangannya. Tak salah lagi! Tentu Cia Song itulah pelakunya! Ketika
ayahnya menuntut ke Siauw-lim-pai, Cia Song berjanji kepada ayahnya untuk dalam waktu
sebulan menangkap pelaku pemerkosaan itu. Cia Song juga datang ke rumahnya untuk
mendengar sendiri keterangan dari mulutnya. Semua itu hanya untuk mengelabuhi ayahnya
saja. Tentu pemuda itu menangkap Giam Ti dan memaksa kepala gerombolan itu untuk
mengaku bahwa dialah pelakunya. Agaknya Giam Ti terpaksa membuat pengakuan palsu
karena takut kalau-kalau isteri dan anaknya dibunuh seperti yang diancamkan Cia Song ketika
datang dan menangkapnya. Setelah Giam Ti terpaksa mengakui perbuatannya yang
sebenarnya tidak dilakukan-nya untuk melindungi isteri dan anaknya, Cia Song lalu
membunuhnya agar rahasianya tidak ada yang rnengetahui dan membocorkannya.
"Pasti begitulah yang telah terjadi'" desis mulut Bi Hwa dan ia. mengepal lagi tangan
kanannya. "Cia Sohg, engkau harus mempertanggung-jawabkan perbuatanmu. Aku akan
mencarimu dan sampai mati aku tidak akan berhenti mencarimu sampai aku dapat bertemu
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 213
dengan-mu!" Setelahimengambilkeputusan ini dalam hatinya, Bi Hwa lalu melanjutkannya
berlari cepat, dan kedua matanya menjadi basah.
* * *
Bi Lan memasuki kota raja Lin-an yang merupakan ibu kota Kerajaan Sung Selatan dengan
berjalan perlahan-lahan. la tidak mengacuhkan pandang mata pa-ra pria di jalanan yang
ditujukan kepadanya karena hal itu sudah biasa baginya. Semenjak berpisah dari Jit Kong
Lama dan turun gunung, di setiap kota dan dusun yang dilewatinya, ia selalu melihat mata
para pria yang memandang kepadanya dengan kagum.- Ia tidak memperdulikan lagi pandang
mata mereka itu karena ia sendiri sedang asik terkagum-kagum melihat bangunan-bangunan
besa? di kota raja Lin-an. Ketika ia menlnggalkan kota raja, dilarikan oleh kakek Ouw Kan
yang menculiknya, ia baru berusia tujuh tahun. Selama lebih dari sebelas tahun la
meninggalkan kota ini, dan sekarang ia memasuki kota ini dengan rasa kagum brkan main.
Segalanya sudah berubah. Bangunan-bangunan besar dan indah. Taman-taman yang luas.
Toko-toko penuh bermacam-macam barang. rumah-rumah penginapan dan rumah-rumah
makan. la menjadi bingung dan tidak mengenal jalan. la sudah lupa di mana letak rumah
orang tuanya! "
Kemudian ia teringat. Rumah orang tuanya berada di sebelah barat istana raja. Tidak begitu
jauh dari istana, sekitar satu kilometer saja jauhnya. Teringat akan ini, ia lalu mencari istana
kaisar. Dengan bertanya-tanya, mudah saja.! ia menemukan bangunan-bangunan megah istana
itu. Dari sini diambilnya jalan yang menuju ke barat. Setelah berjalan sekitar satu kilometer,
ia menjadi bingung lagi karena rumah-rumah di situ sudah banyak berubah ia tak dapat
mengenal lagi yang mana rumah orang tuanya. Hatinya yang tadinya semakin tegang setelah
ia mengambil jalan inl, berubah menjadi bingung. Yang mana rumah orang tuanya?
la berhenti di depan sebuah rumah besar yang tampaknya baru. Pekarangan rumah itu mirip
dengan pekarangan rumah orang tuanya dahulu. Dan bentuk rumahnya juga sama, hanya yang
ini tampak baru. Ah, tak salah lagi. Inilah ru-mah orang tuanya. Pohon tua di sebelah kiri itu,
di mana ia sering bermain, masih ada.
Dengan hati gembira penuh harapan Bi Lan memasuki pekarangan itu. Karena hatinya tegang
dan pandang matanya ditujukan penuh perhatian ke arah bangunan, ia tidak tahu bahwa sejak
tadi beberapa pasang mata menatap dan mengikuti gerak-geriknya dari sebuah gardu
penjagaan yang terdapati di peka-rangan itu.
Bi Lan melangkah masuk. "Hei, nona! Berhenti!" terdengar bentakan dan tiba-tiba dari
sebelah kanannya muncul litna orang berpakaian perajurit yarig membawa tombak, langsung
mereka itu berdiri .menghadang di depannya, memandang dengan sikap keren akan tetapi
mulut mereka menyeringai secara kurang ajar.
Bi Lan memandang mereka dengan heran. Dahulu, rumah orang tuanya tidak dijaga oleh
perajurit, maka ia menjadi ragu lagi apakah ia memasuki pekarangan rumah, yang kellru.
Seorang perajurit jangkung dan agak-pya menjadi kepala penjaga, mengamati wajah dan
tubuh Bi Lan dengan pandang mata "lapar", kemudian bertanya dengan suara keren. "Nona
manis, engkau tidak boleh memasuki pekarangan ini begitu saja tanpa ijln dari kami! Engkau
siapakah dan apa kehendakmu memasuki pekarangan ini?"
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 214
Melihat sikap yang ceriwis itu, Bi Lan tldak mau memperkenalkan namanya. Langsung saja ia
bertanya.
"Bukankah ini rumah Perwira Han Si Tiong?"
Si jangkung itu memandang kepada Bl Lan dengan mata terbuka lebar karena heran, lalu
menoleh kepada teman-temannya dan tertawa, diikuti suara tawa teman-temannya. Mereka
adalah perajurit-perajurit yang berusia antara dua puluh dua dan dua puluh lima tahun,
Tentu saja mereka tidak mengenal nama itu karena pada waktu Perwira Han Si Tiong tinggal
di situ, belasan tahun yang lalu, mereka masih kecil dan belum menjadi perajurit.
"Ha-ha-ha, nona manis, apakah engkau bermimpi?" kata si jangkung sambil menengok ke
arah rumah yang ditunjuk oleh Bi Lan. "Gedung ini adalah milik dan tempat tinggal Ciang
Kongcu (Tuan Muda Ciang) dan kami tidak mengenal Siapa itu Perwira Han Si Tiong!"
Bi Lan mengerutkan alisnya. Setelah klni melihat keadaan pekarangan dan ru-mah gedung itu,
walaupun terdapat banyak perubahan, namun ia merasa yakin bahwa inilah rumah orang
tuanya. la memandang lima orang perajurit dan maklum bahwa mungkin mereka inl tidak
tahu apa yang terjadi sebelas tahiin lebih yang lalu karena pada waktu itu mereka ini tentu
belum menjadl perajurlt. Akan tetapl, penghunl baru rumah inl tentu tahu di mana adanya
orang tuanya. Mungkin saja orang tuanya sudah plndah tempat atau dltugaskan di kota lain.
"Kalau begitu aku akan bertemu dengan Ciang Kongcu." kata Bl Lan.
Mendengar Ini, lima orang perajurit itu menyerinyai semakin lebar. "Wah, ini namanya
domba muda gemuk menghampiri harimau yang sedang lapar! Engkau akan ditelannya bulatbulat!"
kata seorang perajurit.
Si jangkung tertawa, "Ha-ha, itu benar, nona. Engkau begini cantik, begini lembut. Daripada
daglngmu yang lembut dicabik-cabik harimau kelaparan, lebih baik engkau kujadikan
isteriku. AKU ftasih perjaka ting-ting dan sebentar lagi naik pangkat. Marl kita bicara di
dalam gardu, biar lebih bebas, leluasa aan asik."
Si jangkung itu menjulurkan tangan-nya menangkap pergelangan tangan kanan gadis itu dan
hendak menarlknya untuk diajak memasuki gardu penjagaan, ditertawakan oleh empat orang
temannya. Bi Lan menjadi marah Sekali. Sekali menggerakkan tangan kanannya, ia sudah
menusuk lambung orang itu dengan jari-jari tangannya.
"Hukk....!" Tubiih si jangkung ditekuk ke depan karena perutnya terasa nyeri bukan main dan
ketika dia membungkuk itu, Bi Lan menangkap dan menjambak rambutnya sehingga topi
seragamnya terlepas dan rambutnya terurai. Bi Lan menjarnbak rambut dan menekan kepala
itu sehingga si jangkung mengaduh-aduh dan kepalanya tertekan ke bawah, tak dapat meronta
karena dia masih menderita nyeri hebat pada perutnya yang disodok tadi! Empat orang
temannya terkejut dan cepat mereka itu menerjang maju, hendak memukul dengan tombak
mereka. Akan tetapi, Bi Lan menggerakkan tangan kiri dan kaki kanait enipat kali. Empat
orang perajurit itupun roboh terbariting dengan keras, tombak mereka. terpental dan terlepas.
Sekali sambar, Bi Lan telah merampas tombak dari tangan si jangkung, kemudian melepaskan
jambakan dan menggunakan kaki kiri menginjak kepala itu dari belakang sehingga muka si
jangkung tertekan dan mencium tanah!
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 215
Bi Lan menodongkan ujung toitibak runcing itu pada punggung si jangkung, menghardik.
"Berani engkau kurang ajar kepadaku?"
Si jangkung ketakutan dan tanpa terasa celananya menjadi basah.
"Ampun, nona, ampunkan saya.... saya tidak beranl lagi...."
Empat perajurit lain merangkak bangun dan merekapun tidak berani menye-rang melihat
betapa nona itu ternyata lihai bukan main dan kini mengancam komandan mereka dengan
tombak.
"Hayo cepat antar aku menewui penghuni rumah ini. Jangan banyak tingkah kalau engkau
tldak ingin tombakmu . Ini menembus dadamu!" Bi Lan menghardik sambil melepaskan
tekanan kakinya pada kepala orang Itu.
"Baik.... baik.;..nona....'" Si jangkung merangkak dan bangkit berdiri sambil meringis dan
memegangi perutnya yang masih nyerl, Mukanya, terutama bibir dan hidungnya, berlepotan
tanah.
"Hayo maju!" Bi Lan menodongkan tombaknya di punggung si jangkung Itu yang berjalan
menuju ke gedung dengan agak terpincang dan muka ditundukkan. Dia merasa takut sekali
karena ujung tombak yang runcing itu terasa benar menekan punggungnya.
Setelah mereka tiba di pendapa, tiba-tiba pintu depan rumah gedung itu terbuka dari dalam
dan muncullah empat orang laki-laki dari dalam. Bi Lan memandang penuh perhatian.
Seorang dari mereka adalah pria berusia enam puluh tahun lebih, berpakaian gagah dan indah,
pakaian seorang panglima perang, bertu-buh tinggi besar dan pandang matanya angkuh
seperti pandang mata seorang yang sadar dan bangga akan kedudukan dan kekuasaannya.
Orang ke dua juga berpakaian seperti seorang panglima, ha-nya tidak sementereng pakaian
panglima tlnggi besar itu. Usia orang ke dua itu sekitar lima puluh tahun, tubuhnya tinggi
kurus, mukanya begitu kurus mirtp muka tikus, akan tetapi matanya tajam dan bergerak-gerak
membayangkan kecerdikan. Orang ke tiga berpakaian seperti seorang tosu (pendeta Agama
To) tubuhnya pendek gendut, tampak lucu. Usianya sekitar enam puluh lima cahun, mukanya
berwarna kekuningan, muiutnya tersenyum mengejek dan pandang mata-nya agak
memandang rendah segala sesuatu. Adapun orang ke empat masih muda, sekitar tiga puluh
tahun. Tubuhnya tinggi besar, wajahnya tampan dan gagah dengan alisnya yang hitam tebal.
Dia berpakaian seperti seorang pemuda bangsawan, pakaiannya indah dan dia pesolek,
rambutnya licin berminyak, bahkan kulit mukanya ada tanda-tanda bekas bedak. Di
pinggangnya tergantung sebatang pedang yang sarungnya cerukir indah.
"Apakah aku berhadapan dengan pemilik dan penghuni rumah ini?" tanya Bi Lan sambil
memandang empat orang itu.
Orang muda bangsawan itu melangkah maju. "Nona, akulah pemilik rumah ini. Nona
slapakah dan ada keperluan apakah mencarl aku?"
Mendengar ini, Bi Lan mengayunkan kaki menendang dan perajurit jangkung itu terlempar
dan jatuh terbantihg bergulingan. Bi Lan melemparkan-tombak itu ke dekat orang itu sambil
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 216
membentak, "Pergilah!" Tombak itu menancap di atas tanah, dekat si jangkung yang
terlempar keluar ke pekarangan.
Setelah itu Bi Lan menghadapi empat orang itu. Sikapnya tenang saja biar" pun ia berhadapan
dengan orang-orang yang melihat pakaiannya tentu merupakan orang-orang berkedudukan
tinggi.
"Jadi engkaukah yang sekarang menempati rumah ini?" tanya Bi Lan sambil memandang
kepada pemuda tinggi besar itu. la sudah dapat menduga agaknya orang inl yang tadi oleh
para perajurit penjaga disebut sebagai Ciang Kongcu.
"Benar aekali, nona. Aku, Ciang Ban, yang menjadi penghuni rumah ini. Apakah yang dapat
aku bantu untukmu?" Ciang Ban, atau lebih dikenal sebagai Ciang Kongcu, berkata sambil
tersenyum ramah setelah dia melihat jelas betapa cantik jelitanya gadis itu. Diapun melihat
betapa gadis itu lihai dan kuat sekali, tidak hanya dapat memaksa kepala jaga mengantarnya,
akan tetapi juga dari tendang-annya tadi tahulah dia bahwa gadis itu memiliki ilmu silat yang
tangguh.
"Aku ingin mengetahui tentang penghuni lama rumah ini, yaitu Perwira Han Si Tiong dan
isterinya. Kalau mereka tidak tinggal di sini lagi, di mantakah mereka sekarang berada?"'
Mendengar pertanyaan ini, Ciang Kongcu menoleh kepada tiga orang lain yang keluar
bersamanya, kemudian panglima yang tinggi besar dan berpakaian indah mewah itu berkata,
"Perwira Han Si Tiong? Ah,, tentu saja kami mengenalnya dengan baik, nona. Dia adalah
rekan dan sahabat kami. Akan tetapi, siapakah engkau, nona?"
Mendengar bahwa panglima tua tinggi besar itu mengaku sebagai sahabat ayahnya dan hal ini
sewajarnya karena mereka sama-sama perwira kerajaan, Bi Lan segera menjawab, "Saya
adalah Han Bi Lan, dan saya ingin mengetahui di mana adanya ayah dan ibu saya."
"Ahh! Kiranya engkau puteri Han ciangkun yang diculik penjahat ketlka masilh kecil? Senang
sekall kami mellhat engkau dalam keadaan selamat, nona Han. Akan tetapl marllah klta
masuk dan bicara di dalam tldak pantas kita bicara sambil berdiri di luar."
"Terima kasih, kata Bi Lan dan ia mengikuti mereka masuk ke ruangan dalam yang luas.
Begitu memasuki rumah itu, Bi Lan merasa terharu karena rumah di mapa ia dilahtrkan dan
dibesarkan sampai berusia tujuh tahun. Setelah memasuki rumah itu, ia yakin benar bahwa ini
rumah orang tuanya dahulu walaupun prabot rumahnya telah diganti dengan barang-barang
yang indah dan mahal.
Setelah mereka Han Bi Lan dan empat orang itu duduk, Ciang Ban atau Ciang Kongcu
memperkenalkan tiga, orang lainpya kepada gadis itu. "Han Siocla (Nona Han), perkenalkan.
Ini adalah ayahku bernama Ciang Sun Bo atau disebut Ciang Goan-swe (Jenderal Ciang),
sekarang menduduki jabatan panglima besar." Bi Lan memandang kepada panglima yang
tinggi besar itu. Ciang Goan-swe mengangguk dan tersenyum kepadanya.
"Ha-ha, Han Siocia. Aku adalah sahabat baik ayahmu. Agaknya engkau telah lupa kepadaku,
akan tetapi aku masih ingat kepadamu yang ketika itu masih kecil. Engkau baru berusia tujuh
tahun ketika engkau dilarikan penculik. Kami telah mengerahkan pasukan penyelidik untuk
mencarimu, namun tidak berhasil."
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 217
"Dan ini adalah Lui Ciangkun (Perwira. Lui), pembantu ayahku." Ciang Kongcu
memperkenalkan perwira tinggi kurus bermuka tikus itu.
"Nama lengkapnya Lui Wan
"Han Soicia, akupun mengenal baik ayahmu, Perwira Han Si Tiong yang gagah itu." kata Lui
Ciangkun dengan pandang matanya yang cerdik. Bi Lan hanya mengangguk karena semua itu
tidak ingin ia ketahui. Yang ingin ia ketahui adalah di mana ia dapat bertemu dengan orang
tuanya.
"Dan totiang (bapak pendeta) ini adalah Hwa Hwa Cin-jin. Dia adalah guruku, Han Siocia."
Clang Kongcu memperkenalkan pendeta itu.
"Siancai! Han siocia adalah seorang gadis yang cantik dan gagah perkass sekali. Pinto (aku)
senang dapat bertemu denganmu."
"Terima kasih atas perkenalan ini, Ciang Kongcu. Akan tetapi saya ingin sekali mengetahui di
mana saya dapat bertemu dengan ayah ibu saya."
Ciang Kongcu tidak menjawah melainkan menoleh kepada ayahnya. Ciang Goanswe kini
yang menjawab pertanyaan Bi Lan, sedangkan Ciang Kongcu memberi isarat kepada tiga
orang itu. Lul Ciangkun segera bangkit dan berkata, "Saya akan menyampalkan perintah
Ciang Kongcu." Perwira tinggi kurus ini lalu pergi ke belakang.
"Han Siocla," kata Ciang' Goanswe. "Kiranya akulah yang lebih tahu akan keadaan orang
tuamu daripada sernua orang yang berada di sini karena ayahmu masih terhitung pembantuku.
Kurang lebih sebelas tahun yang lalu, Han-ciang-kun dan isterinya berangkat ke perbatasan
utara untuk memimpin Pasukan Halilintar berperang melawan musuh di utara."
Bi Lan mengangguk tak sabar. "Saya maslh ingat akan semua itu, Clang Goanswe, Ketika
ayah ibu pergi berperang, datang si jahanam Ouw Kan yang berjuluk Toat-beng Coa-ong Itu
ke rumah ini, membunuh Luma dan tukang kebun yang tidak berdosa, lalu mencullk saya.
Clang Goan-swe mengangguk-angguk. "Benar, agaknya orang tuamu mempunyai musuh
yang hendak membalas dendam, akan tetapi karena orang tuamu tidak berada di rurrtah, maka
musuh itu lalu menculikmu. Kami telah mengerahkan pasukan untuk mencari, namun sia sia
sehingga kami putus asa. Maka, bukan main girang rasa hati kami ketika hari ini tiba-tiba
engkau muncul dalam keadaan sehat dan selamat, Han Siocia. kami sudah menganggap
keluargamu seperti keluarga sendiri!"
"Tapi di manakah sekarang orang tua-ku, Ciang Goan-swe?" tanya Bi Lan tak sabar.
Jenderal Ciang menghela napas pan-jang. "Sesungguhnya, hal itu kaigi cidak mengetahulnya.
Ketlka mereka pulahg setelah menang dalam perang, mereka kaml berltahu tentang peristiwa
d! rumah Ini, bahwa engkau dlculik penjahat tanpa kaml ketahui slapa penculik itu. Ayah
ibumu lalu pergl darl slnl, katanya hendak mencarlmu dan ayahmu bahkan mengemballkan
pangkatnya kepada Sribaginda Kaisar karena dla akan pergi mencarimu. Dan sampal sekarang
orang tua-mu itu tidak pernah kembali ke sini. Kami prihatin sekali, Han Siocia, akan tetapi
setelah kini engkau kembali dalam ke-adaan selamat kami merasa girang bukan maln.
Tentang orang tuamu, jangan khawatir, kami tentu akan menyebar pe-nyelidik ke seluruh
penjuru untuk mencari mereka sampai dapat ditemukanl"
Kisah si Naga Langit > karya Kho Ping Hoo > published by buyankaba.com 218
Bi Lan merasa girang dengan janjl ini. Memang akan sukarlah baginya mencari orang tuanya
kalau ia tidak tahu ke mana mereka pergi. Kalau Jenderal Ciang menyebar banyak penyelidik,
tentu hasilnya akan jauh lebih baik.
la bangkit berdiri dan merangkap ke-dua tangan depan dada. "Terima kaslh, Goan-swe."
Jenderal Ciang melambaikan tangan menyuruh gadis itu duduk kembali. "Aih, nona, atau
lebih baik kusebut Bi Lan saja. Orang tuamu sudah seperti saudara denganku, maka engkau
kuanggap sebagai keponakanku sendiri. Jangan sebut aku Goanswe, cukup dengan Paman
Ciang saja!"
Kalau begitu, aku adalah toa-ko (kakak) bagimu dan pngkau siauw-moi (adik perempuan)
bagiku!" kata Ciang Kongcu sambil tersenyum,
Pada saat itu, Kui Ciangkun memasuki ruangan itu diikuti beberapa orang pelayan wanita
yang membawa hidangan yang maslh mengepul,
Melihat ini, Bi Lan berkata, "Aih, Paman Ciang, tidak perlu repot-repot...." ,
"Sama sekali tidak repot, Bi Lan. Saking gembiranya hati kami, melihat engkau muncul
dalam keadaan selamat dan sehat seolah-olah kami melihat seorang keponakan yang telah
mati hidup kembali, maka kami ingin menyambutmu dengan pesta dan piakan bersama! Mari,
jangan sungkan-sungkan!" kata Jenderal Ciang dengan gembira sambil menuangkan anggur
ke dalam cawan di depan Bk Lan.
Bi Lan bangkit berdiri. "Maafkan saya, paman. Saya.... saya ingin ke kamar mandi sebentar."
Jenderal Ciang tersenyum dan mengangguk maklum. Tentu gadis itu ada keperluan ke kamar
mandi, mungkin hendak membuang air kecil. Maka dia menoleh kepada seorang pelayan
wanita.
"Antarkan Nona Han ke kamar mandi”.
Pelayan itu lalu menghampiri Bi Lan yang bangkit berdiri dan mengikuti pelayan itu masuk
ke bagian dalam. Kamar mandi rumah gedung itu masih di tempat yahg dulu. Ada dua buah.
Yang besar untuk keluarga dan yang kecil untuk para pelayan. Bi Lan memasuki kamar mandi
yang besar dan menutup daun pintunya.
Setelah Bi Lan kembali ke ruangan tamu, hidangan sudah lengkap di atas meja. Uap yang
sedap memenuhi ruangan itu. Bau sedap masakan bercampur dengan bau harum minuman
anggur dan arak.
"Mari kita minum untuk menyambut keponakanku Han Bi Lan dan imengucapkan selamat
datang!" kata Jenderal Ciang sambil mengangkat cawan araknya. Semua prang mengangkat
cawan masing-masing dan minum untuk kehormatan Bi Lan. Gadis ini merasa gembira juga
men-dapatkan ppnyambutap geramah ku, Maka, iapun tidak sungkan-sungkaqi lagi ketika
mereka mulai makan minum dengan gembira.
Jilid 13 .....

Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru