Minggu, 07 Mei 2017

Cersil 17 Tamat Tiga Naga Sakti Karya Emas Kho Ping Hoo

Cersil 17 Tamat Tiga Naga Sakti Karya Emas Kho Ping Hoo Tag:cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cersil 17 Tamat Tiga Naga Sakti Karya Emas Kho Ping Hoo
kumpulan cerita silat cersil online
Cersil 17 Tamat Tiga Naga Sakti Karya Emas Kho Ping Hoo
"Siancai, sicu datang dan utara? Tentu melihat keributan di
kota raja ketika diduduki orang-orang Tibet, bukan? Kalau
begitu tentu sicu tidak tahu keadaan di Beng-kauw. Beng
kauw merayakan pesta untuk menghormati ketua mereka
yang baru, dan juga untuk merayakan persahabatan antara
Beng kauw dan Lam ong !"
Tentu saja Gin San terkejut sekali akan tetapi dia menahan
perasaannya sehingga wajahnya seperti orang tidak perduli.
"Ah, kalau begitu tentu ramai sekali. Tidak tahu siapakah
ketuanya yang baru, totiang ? Kalau tidak salah, saya
mendengar bahwa ketuanya adalah seorang she Kwan."
"Ketuanya yang baru amat lihai, masih terhitung suheng
yang paling pandai dari bekas ketua Kwan Liok. Dia bernama
Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek, seorang tokoh yang baru saja.
muncul namun telah menggetarkan dunia kang ouw. Apa lagi
Lam-ong yang menjadi datuk dunia kang-ouw di selatan
berkenan mau menjadi sahabatnya, ini saja sudah merupakan
bukti bahwa ketua baru Beng-kauw itu benar-benar amat
lihai."
Gin San menghaturkan terima kasih, lalu. kembali kepada
sumoi dan suhengnya. Mereka mendengarkan penuturannya
dengan tertarik, kemudian Gin San berkata, "Setelah terjadi
seperti yang kukhawatirkan, yaitu kedudukan ketua direbut
oleh Ouw Sek, sebaiknya kita ke sana secara diam diam,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menyelinap di antara para tamu atau penonton di luar, melihat
gelagat dulu sebelum turun tangan "
Mereka lalu menitipkan kuda mereka kepada seorang
petani di sebuah dusun dengan memberi biaya secukupnya
untuk memelihara tiga ekor kuda itu, kemudian melanjutkan
perjalanan mereka dengan kaki menuju ke Telaga Po-yang.
Karena mereka bertiga merupakan tiga orang muda yang
tampak gagah perkasa, maka para orang kang ouw yang
melihat mereka di tengah perjalanan itu mengira bahwa
mereka bertiga tentulah juga tamu-tamu yang hendak
berkunjung ke Beng kauw,.
Sian Lun, Ling Ling, dan Gin San menyelinap di antara para
tamu dan penonton yang nyata telah memenuhi markas Bengkauw
itu. Perayaan itu diadakan di tempat terbuka di tepi
telaga, di mana dibangun sebuah panggung besar dan luas
sekali. Di atas panggung inilah fihak tuan rumah
mempersilakan para tamu kehormatan untuk duduk,
sedangkan tamu-tamu lain yang tidak dianggap sebagai tamutamu
kehormatan cukup untuk duduk di bagian bawah
panggung Bangku bangku di bawah panggung telah penuh
sehingga banyak di antara tamu yang ingin menonton itu
duduk saja di batu-batu atau di atas rumput, dan banyak pula
yang berdiri mengelilingi tempat itu. Keadaan ini
menguntungkan tiga orang pendekar muda itu yang dapat
menyelinap di antara para penonton tanpa menarik perhatian
dan tidak dapat dilihat oleh fihak tuan rumah. Pada saat tiga
orang pendekar muda itu tiba di situ, dengan hati panas dan
marah Gin San: melihat betapa musuh besarnya, Pek-ciang
Cin-jin Ouw Sek memang duduk di atas panggung sambil
tersenyum-senyum cerah. Juga Ling Ling marah melihat
musuh besarnya. Bu Siauw Kim, duduk dengan tersenyum
manis di sebelah kiri Ouw Sek. Akan tetapi Sian Lun terkejut
bukan main mengenal seorang kakek tua renta yang bertubuh
tinggi kurus agak bongkok, bermata sipit sekali dengan alis
tebal, jenggotnya panjang, pakaiannya mewah seperti pakaian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hartawan besar, dan tangan kirinya memegang sebatang
huncwe ( pipa tembakau } yang mengepulkan asap putih.
Kakek itu bukan lain adalah Lam-ong Oh Ging Siu, itu Raja
Selatan yang menjadi seorang di antara datuk-datuk dunia
hitam yang amat lihai Teringatlah pemuda ini akan kematian
gurunya, Siangkoan Lojin, yang tewas karena luka selelah
bertanding melawan kakek sakti ini ! Juga dia mengenal Lamthian
Seng-jin. pembantunya atau barangkali muridnya, kakek
berusia limapuluh enam tahun itu yang dia tahu juga amat
lihai duduk di belakang Lam ong.
Jilid XXXIII
TIBA-TIBA Ouw Sek bangkit
berdiri dan berjalan ke tepi
panggung, lalu menjura ke
empat penjuru sambil tersenyum
lebar. Ketika dia membuka mulut,
terdengarlah suaranya yang
menggetarkan empat penjuru
karena memang orang ini
sengaja mengerahkan khikangnya
untuk memamerkan
kekuatannya. Dan memang hebat
sekali suara itu, menggetar dan
seolah olah dapat menembus
dada menggetarkan jantung
sehingga banyak sekali kaum
kang-ouw yang hadir terkejut bukan main dan memandang
serta mendengarkan dengan penuh perhatian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Selamat datang dan terima kasih kepada cu-wi (anda
sekalian) dalam pesta ini. Pesta ini dirayakan oleh Beng kauw
untuk memperkenalkan diri kami sebagai ketua baru dari
Beng-kauw Karena kami adalah muka baru di sini, maka kami
mohon kepada lociaopwe Lam-ong Oh Ging Siu yang sudah
dikenal oleh cu-wi untuk memperkenalkan diri kami. Ohlocianpwe,
silakan!" kata Ouw Sek sambil menjura ke arah
Lam-ong. Kakek tinggi kurus ini tersenyum dan bangkit dari
kuisinya, terus melangkah menghampiri Ouw Sek. Dia hanya
mengangguk ke empat penjuru dengan sikap angkuh, sikap
seorang datuk yang ditakuti.
"Cu-wi tentu mengenal
siapa aku!" katanya dengan
suaranya yang parau
namun terdengar
mengguntur. "Hendaknya
cu-wi ketahui bahwa ketua
Beng kauw baru ini adalah
Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek !
Biarpun dia ini baru
muncul, namun sungguh
dia patut sekali menjadi
ketua Beng kauw, karena
aku dapat memastikan
bahwa ilmu kepandaiannya
amat tinggi sehingga
mengagumkan aku orang
tua ini ! Sekian agar cuwi maklum !" Kakek itu mengangguk
dan kembali ke kursinya.
"Penasaran.......... !!"
Suara ini terdengar melengking nyaring disusul
berkelebatnya bayangan orang yang meloncat naik ke atas
panggung dari bawah. Sian Lun, Ling Ling, dan Gin San
memandang dengan kaget. Mereka tahu bahwa dari cara
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang itu meloncat, jelas bahwa orang ini memiliki ginkang
yang hebat dan mereka makin terheran heran ketika
mendapat kenyataan bahwa yang kini berada di atas
panggung itu adalah seorang pemuda yang usianya kurang
lebih duapuluh lima tahun, bertubuh tinggi tegap berpakaian
putih sederhana, namun wajahnya tampan dan gagah sekali,
sikapnya juga gagah, dan sinar matanya amat tajam.
Pakaiannya yang putih sederhana itu ringkas, di pinggangnya
tergantung sebatang pedang dengan gagang dan, sarungnya
yang butut, tanda bahwa pedang itu sudah amat tua.
Ouw Sek juga memandang dengan mata terbelalak, akan
tetapi sebagai seorang ketua tentu saja dia tidak bersikap
lancang, melainkan tersenyum dan berkata, "Agaknya sicu
mempunyai suatu urusan untuk dibicarakan. Silakan !" Dan
diapun lalu duduk kembali dengan sikap angkuh, yang
dianggapnya patut menjadi sikap seorang ketua besar dan
membiarkan orang muda yang tampan dan gagah itu untuk
bicara tanpa menentangnya.
Pemuda itu sejenak memandang ke pada Ouw Sek, lalu
memandang ke arah Lam-ong, kemudian berkata dengan
suara lantang sehingga terdengar oleh semua orang yang
berkumpul di sekitar panggung itu. Suara ini bukanlah seperti
suara Ouw Sek tadi yang memamerkan kekuatan khikangnya,
akan tetapi suara biasa saja yang amat nyaring karena
kekuatan batin yang bersih terkandung dalam suara itu, suara
seorang yang berjiwa gagah sebagai seorang pendekar sejati.
"Aku bernama Louw Cin Han, datang dari Nan - ping, Aku
adalah seorang murid Siauw-lim-pai yang datang ke sini
mengikuti jejak seorang penjahat yang melarikan gadis orang
dengan paksa. Jejak itu membawaku ke sini dan kebetulan
sekali karena aku adalah sangat baik dari ketua Beng-kauw,
yaitu Kwan Liok lo-enghiong. Aku tahu bahwa Beng-kauw
adalah perkumpulan yang bersih dari orang-orang gagah,
semenjak dipimpin oleh mendiang Bu Heng Locu locianpwe.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi setelah aku tiba di sini menyaksikan pertemuan
atau pesta ini, aku melihat dua hal yang; amat membikin
hatiku menjadi penasaran dan yang memaksaku untuk turun
tangan!"
Suasana menjadi hening dan tegang setelah pemuda yang
mengaku murid Siauw-lim-pai ini bicara seperti itu. Semua
orang tahu bahwa Siauw - lim - pai adalah sebuah
perkurnpulan besar yang memiliki banyak ahli - ahli silat yang
amat pandai. Bahkan boleh dibilang bahwa ilmu-ilmu silat
sebagian besar bersumber kepada ilmu silat aseli dari Siauwlim-
pai. Maka munculnya pemuda yang mengaku murid Siauwlim-
pai ini sudah mengejutkan, karena tiap orang murid
Siauw-lim-pai tentu seorang yang gagah perkasa, seorang
pendekar sejati. Apa lagi kini pemuda itu agaknya menentang
ketua baru, maka semua orang merasa tegang hatinya. Juga
Sian Lun, Ling Ling, dan Gin San memandang dengan kaget
dan juga kagum. Apa lagi Ling Ling. Gadis ini merasa betapa
jantungnya berdebar tegang secara luar biasa begitu dia
melihat pemuda tampan gagah dengan pakaian sederhana itu
berdiri di atas panggung itu dengan sikap sedemikian berani
dan gagahnya. Dia merasa seolah olah melihat bayangan
orang gagah perkasa yang hanya muncul dalam dunia
impiannya. Betapa gagahnya, betapa beraninya pemuda itu
muncul dan menentang orang-orang seperti Ouw Sek dan Bu
Siauw Kim, belum lagi orang orang yang tentu amat pandai
seperti Lam-ong dan lain-lain itu. Padahal pemuda itu hanya
sendirian saja! Seketika timbul rasa kagum dan sukanya dan
dara ini sudah mengambil keputusan uniuk membantu
pemuda itu! Padahal dia belum tahu apa yang menyebabkan
pemuda itu bersikap menentang Ouw Sek seperti itu.
Ouw Sek bersikap tenang saja, bahkan masih tersenyum.
Jelas bahwa dia memandang rendah kepada pemuda itu.
Tentu saja dia pun tahu bahwa Siauw-lim-pai adalah sebuah
perkumpulan yung tidak boleh dipandang rendah, memiliki
tokoh tokoh yang amat sakti. akan tetapi pemuda yanp
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
usianya paling banyak separuhnya itu, memiliki kepandaian
apakah? Pula, dia berada di pusat Beng-kauw di mana dia
menjadi ketuanya, dan di situ hadir pula sahabatnya, Lam-ong
Oh Ging Siu yang memiliki kepandaian tinggi pula, sejajar
dengan kepandaiannya. Takut apakah ?
"Orang muda she Louw, kami sedang mengadakan pesta
perayaan, engkau adalah seorang tamu, baik diundang
maupun tidak, mengapa sikap dan ucapanmu seperti hendak
mengacau dan memusuhi kami?" Biarpun kata katanya itu
bernada teguran, namun masih terdengar manis karena
memang Ouw Sek yang cerdik itu hendak memancing rasa
suka para tamu dan menimpakan kesan buruk kepada
pemuda itu. Dan dia memang berhasil. Para tokoh kang-ouw
diam diam memuji kesabaran dan kebijaksanaan ketua haru
Beng kauw itu,. sebaliknya memandang kepada pemuda
Siauw-lim-pai itu dengan alis berkerut, menganggap pemuda
itu seperti hendak mengagulkan Siauw-lim-pai dan berani
mengacau pesta orang dengan sikap bermusuh
Akan tetapi pertanyaan yang menyudutkan itu tidak
membuat Louw Cin Han menjadi bingung. Dia memandang
kepada Ouw Sek dengan sinar mata tenang, kemudian
terdengar dia berkata lantang, "Aku tidak ingin bermusuhan
dengan siapapun, tidak pula ingin mengacau. Beng kauw
adalah sahabatku, mana mungkin aku hendak mengacau Beng
kauw? Akan tetapi, ada dua hal yang mendatangkan
penasaran. Pertama adalah kenyataan bahwa penjahat yang
jejaknya kuikuti, yang melarikan gadis orang, ternyata kini
menjadi tamu terhormat dari Beng kauw, dan ke dua,
pengangkatan kauwcu (ketua agama) baru dari Beng-kauw
sungguh aneh. Mengapa ketua lama, yaitu saudara Kwan Liok
tidak hadir, demikian pula dua orang sutenya yang
kesemuanya merupakan murid murid terkasih dari mendiang
Bu Heng Locu? Pula, aku mendengar bahwa ketua yang
diangkat sekarang ini telah menyebabkan tewasnya Bu Heng
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Locu locianpwe, bahkan membunuh pula Lima Penasihat
terhormat dari Beng- kauw !"
"Louw Cin Han. engkau benar sombong dan lancang !"
Ouw Sek membentak, kini tidak dapat menahan
kemarahannya karena pemuda ini begitu berani memburukkan
namanya di depan orang orang kang-ouw dan menceritakan
tentang perbuatannya yang lalu itu. Dia sudah bangkit berdiri
dan mukanya berobah merah. "Coba katakan, siapa penjahat
yang kaubilang menjadi tamu kehormatan itu ?" Ouw Sek
memang cerdik sekali. Karena mengingat bahwa pemuda itu
adalah murid Siauw-lim-pai sehingga amat tidak baik kalau
sampai dia sendiri saja yang menentangnya, yang berarti
tentu menimbulkan ketidakenakan dengan Siauw-lim pai. Oieh
karena itu, dia sengaja memancing agar pemuda itu
menyebutkan namu penjahat yang dikatakannya menjadi
tamunya itu. karena dia sendiripun tidak tahu siapa orang
yang dimaksudkan oleh Louw Cin Han agar orang itu dapat
dibikin malu dan tentu akan memusuhi pula pemuda ini
sehingga dia dapat cuci tangan dan biarkan orang lain yang
menghukum pemuda lancang ini !
Ditanya begini, pemuda itu lalu menudingkan telunjuknya
ke arah kakek tua tinggi kurus yang duduk di samping Ouw
Sek.
"Dialah orangnya! Ya, agar semua orang kang-ouw
mengetahui bahwa penjahat yang melarikan gadis orang itu
bukan lain adalah Lam-ong Oh Ging Siu yang terkenal sebagai
datuk di selatan !"
Sejenak sunyi sekali di situ karena semua orang menahan
napas, kemudian disusul oleh suara bisik-bisik yang
menimbulkan suasana gaduh. Semua orang tcrkejut dan
khawatir sekali akan kelancangan pemuda ini. Bukan saja
herani menentang ketua Beng kauw yang baru, akan tetapi
bahkan pemuda ini secara terang-terangan memaki Lam-ong
sebagai penjahat yang melarikan gadis orang ! Benar benar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seorang pemuda yang mencari mati sendiri! Tentu saja semua
orang yang hadir tidak menjadi heran dan tidak merasa aneh
mendengar bahwa Lam - ong telah melarikan gadis orang.
Datuk kaum sesat di selatan ini selain terkenal sebagai
seorang yang memiliki kepandaian tinggi, juga memiliki
kekayaan besar, dia terkenal pula sebagai seorang kakek tua
bangka yang amat lemah terhadap wanita sehingga selain dia
mempunyai puluhan orang selir, dia masih saja haus dan
rakus kalau melihat wanita cantik di luaran. Dengan
kepandaiannya dan dengan hartanya, apabila dia melihat
wanita cantik, tidak perduli isteri orang atau anak siapapun,
tentu akan didapatkannya wanita itu! Ada orang tua yang
mendadak menjadi kaya raya setelah gadisnya dibeli oleh Lam
ong karena kakek ini berani membayar dengan harta yang
banyak untuk mendapatkan wanita yang digilainya. Akan
tetapi ada pula orang tua, biarpun dia ini juga merupakan ahli
silat kenamaan, yang tewas dan gadis atau isterinya dirampas
oleh Lam-ong karena dia tidak mau menyerahkannya atau
menjualnya,
Oleh karena inilah, semua orang kang ouw yang hadir di
situ tidak merasa heran akan cerita tentang kerakusan Lamong
terhadap wanita, melainkan terheran-heran bagaimana
seorang pemuda seperti Louw Cin Han itu berani mati
membuka rahasia kejahatan Lam-ong di depan umum seperti
itu! Yang merasa girang sekali adalah Ouw Sek! Tak
disangkanya bahwa yang dimaksudkan pemuda itu adalah
Lam-ong! Dengan demikian, tentu saja ia mendapatkan
seorang rekan yang amat kuat untuk menghadapi Siauw-limpai,
kalau kalau pertentangan melawan pemuda ini
mengakibatkan permusuhan dengan perkumpulan itu.
Sementara itu, Gin San dan Ling Ling yang sudah
mendengar penuturan Sian Lun tentang Lam-ong,
memandang dengan penuh perhatian. Gin San berbisik, "Jadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
siluman tua itukah yang mengakibatkan tewasnya suhumu,
suheng ?”
Sian Lun mengangguk dan diam-diam dia mengkhawatirkan
pemuda itu "Sungguh lancang dan berani sekali orang she
Louw itu, " bisiknya.
"Kita harus membantunya .......!" Tiba-tiba terdengar Ling
Ling berbisik dan di dalam suaranya terkandung suatu
kepastian yang membuat kedua orang subengnya menengok
dan memandang sumoi itu. Mereka berdua melihat Ling Ling
tengah memandang kepada orang she Louw itu dengan penuh
kagum!
Pada saat itu terdengar gerengan yang seperti suara
harimau mengaum, mengejutkan semua orang dan ternyata
Lam-thian Seng jin pembantu atau murid utama dari Lam ong
telah meloncat dan berdiri menghadapi Lauw Cin Han
Sepasang mata kakek berusia lima-puluh enam tahun ini
mencorong seperti mata harimau dan mukanya yang biasanya
pucat menjadi lebih pucat kehijauan.
Lauw Cin Han yang rnerupakan seorang pemuda yang
sudah banyak merantau di dunia kang-ouw dapat menduga
siapa adanya kakek ini. Dia sudah mendengar bahwa Lam-ong
selalu ditemani oleh muridnya atau pembantunya, yang setia,
yang terkenal dengan nama Lam-thian Seng-jin. Dan sebagai
seorang pemuda yang pernah digembleng dalam ilmu-ilmu
silat yang tinggi, melihat wajah yang pucat kehijauan dengan
sepasang mata yang mencorong dan gerengan seperti
harimau itu tadi tahulah dia bahwa kakek ini adalah seorang
ahli lweekang atau orang yang memiliki tenaga dalam amat
kuatnya. Maka diapun tidak berani memandang rendah dan
bersikap tenang namun waspada. Louw Cin Han adalah adalah
seorang murid tingkat tinggi dari Siauw lim pai, dan biarpun
usianya baru duapuluh lima tahun akan tetapi dia telah lulus
sebagai murid kelas tiga, tingkat yang cukup tinggi dan
mengagumkan yang dapat dicapai oleh seorang muda seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dia dalam perguruan Siauw-lim pai. Dia seorang pemuda yang
sudah yatim piatu dan semenjak kecil dia dirawat oleh para
hwesio Siauw-lim-si di kota Nan-ping. Akan tetapi karena para
hwesio melihat bahwa dia tidak berbakat rnenjadi hwesio,
melainkan lebih berbakat menjadi pendekar, maka Cin Han
menerima gemblengan ilmu silat, lebih banyak dari pada
grmblrngan ilmu agama dan ilmu sastera. Akhirnya, dia
menjadi seorang tokoh Siauw-lim pai, yang patut dibanggakan
oleh Siauw-lim-pai, karena sepak terjangnya sebagai seorang
pendekar yang gagah perkasa dan budiman.
Ketika pemuda perkasa ini sedang melakukan perjalanan
tak jauh dari Telaga Po-yang, dia mendengar akan malapetaka
yang menimpa keluarga Phang piauwsu, seorang sahabatnya,
piauwsu (pengawal barang) terkenal yang tinggal di kota Kan
kouw. Sahabatnya itu terluka dan puteri sahabatnya itu,
seorang gadis berusia tujuhbelas tahun, telah dilarikan orang.
Phang piauwsu tidak mengenai siapa penculik gadisnya, hanya
menceritakan bahwa malam itu ada bayangan berkelebat dan
disusul jeritan gadisnya, akan tetapi bayangan penjahat itu
lihai bukan main karena dalam beberapa jurus saja dia telah
roboh dan penjahat itu melarikan gadisnya menghilang di
tempat gelap. Dia hanya tahu bahwa penjahat itu membawa
sebatang huncwe yang diselipkan di pinggang.
Mendengar malapetaka ini. Cin Han segera melakukan
pengejaran. Dia mencari jejak penjahat itu dan akhirnya, jauh
dari kota Kan kouw, setelah melalui perjalanan tiga hari tiga
malam dan sudah mendekati telaga Po-yang.
Dia menemukan gadis she Phang itu dalam keadaan
menggantung diri di sebuah dusun sunyi ! Dari pemilik rumah
dusun itu dia mendengar bahwa gadis ini datang bersama dua
orang kakek dan gadis itu selalu menangis, kemudian pagi hari
itu, tiba tiba saja tanpa pamit dua orang kakek menghilang
dan gadis itu telah membunuh diri dengan jalan menggantung
lehernya menggunakan ikat pinggangnya!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dapat dibayangkan betapa marahnya hati Cin Han
mendengar ini dan dia mendapat gambaran yang jelas akan
wajah dua orang kakek itu dari petani dusun itu, dan setelah
tiba di tempat Beng-kauw mengadakan pesta perayaan
tahulah dia bahwa hal yang memang sudah disangka
sangkanya semenjak dia mendengar dari Phang piauwsu
bahwa penjahat itu mempunyai sebatang huncwe adalah
benar, yaitu bahwa penjahatnya adalah Lam-ong, datuk kaum
sesat yang terkenal mata keranjang itu! Maka dengan berani
dia lalu tampil ke depan dan membongkar rahasia kakek cabul
itu. Selain ini, dia juga merasa curiga akan tampilnya ketua
baru Beng-kauw. Dia bersahabat baik dengan Kwan Liok,
ketua Beng kauw dan sudah mendengar dari Kwan Liok akan
kematian empat or«ng saudara saudara seperguruannya,
bahkan akan kematian Bu Heng Locu sebagai akibat
pengacauan murid murtad yang bernama Ouw Sek. Dan kini,
melihat Ouw Sek tahu-tahu menjadi ketua, dan kawannya itu
tidak nampak hadir, demikian pula dua orang sute dari Kwan
Liok, tentu saja dia menjadi penasaran dan dia kemukakan
pula hal itu.
Kini, Lam-thian Seng-jin sudah berdiri menghadapi Cin Han
yang bersikap tenang. Kakek ini merupakan murid dan
pembantu Lam-ong yang amat setia. Dia sendiri tidak
mempunyai kesukaan mengganggu wanita, bahkan biarpun
usianya sudah limapuluh enam tahun, dia tidak menikah Akan
tetapi karena setianya dan amat memuja gurunya, dia tidak
pernah menentang kebiasaan gurunya membujuk atau
memaksa wanita itu, bahkan siap untuk membantu gurunya
andaikata Lam ong menyuruhnya menculik wanita sekalipun!
Maka begitu mendengar gurunya dimaki oleh orang muda itu,
dia tidak dapat menahan kemarahannya dan. sudah
menggereng dan menghampiri Cin Han.
"Bocah she Louw, engkau sudah bosan hidup? Mari kuantar
engkau ke neraka !" bentaknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han tersenyum mengejek. "Hemm, bukankah engkau
ini Lam-thian Seng-jin? Gurumu telah melakukan perbuatan
hina dan sesat, dan aku sebagai orang muda memperingatkan
dia, engkau sebagai muridnya hendak membela gurumu yang
sesat?"
"Besar mulut kau !" Kakek itu membentak dan dia sudah
menggerakkan tubuhnya dan tangan kirinya menyambar ke
depan, menampar ke arah kepala pemuda Siauw lim pai itu.
Cin Han merasa betapa ada
hawa panas sekali menyambar
ke arah mukanya. Dia tahu
bahwa kakek ini memiliki
sinkang yang amat kuat, dan
bahwa pukulan itu mengandung
tenaga sinkang panas, maka
cepat dia melangkah mundur
mengelak dan menggerakkan
iengan dari samping untuk
menangkis.
"Dukk !" Lengannya dapat
menangkis lengan lawan dan
Lam-thian Seng-jin merasa
betapa lengannya itu tergetar
hebat. Terkejutlah dia dan baru dia tahu bahwa pemuda ini
bukanlah semacam gentong kosong yang hanya nyaring
suaranya namun tidak ada isinya. Pemuda ini bersikap amat
beraninya karena memang telah menguasai kepandaian
Siauw-lim-pai yang terkenal. Dari pertemuan tenaga tadi saja
Lam-thian Seng-jin sudah dapat mengetahui bahwa pemuda
Siauw lim pai ini ternyata memiliki tenaga yang kuat. Padahal
dia tadi melakukan pukulan dengan Ilmu Lui kong ciang
(Tangan Geledek) yang amat kuat, namun pemuda itu mampu
menangkisnya. Marah dan penasaranlah kakek ini dan dia lalu
menerjang dan menyerang seperti angin badai mengamuk!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cin Han bergerak dengan tenang dan mantap, mainkan Ilmu
Silat Lo han kun yang amat tenang dan tangguh dari Siauwlim
- pai sehingga ke manapun fihak lawan menyerang, dia
selalu dapat mengelak dan menangkisnya, juga membalas
dengan pukulan-pukulan yang mengeluarkan angin yang
bersiutan saking kerasnya.
Sian Lun pernah menandingi Lam-thian Seng-jin dan tahu
bahwa kakek ini amat lihai. Akan tetapi menyaksikan pemuda
gagah itu yang demikian tenang dan mantap, diam-diam dia
kagum juga. Pemuda itu benar-benar memiliki dasar ilmu silat
yang aseli dan bersih, setiap gerakannya tidak menyia-nyiakan
tenaga, karena setiap gerakan ada artinya, kalau tidak
menjaga diri tentu menyerang, bukan seperti ilmu- ilmu silat
lain yang terlalu banyak kembangannya sehingga banyak
membuang tenaga hanya untuk pamer belaka.
Ling Ling diam-diam khawatir dan terkejut melihat bahwa
kakek itu ternyata lihai sekali, gerakannya demikian cepat dan
serangan-serangannya mengandung kekuatan sinkang yang
besar Sedangkan pemuda itu baginya terasa terlalu tenang
dan lamban, maka dara ini sudah menegang seluruh
syarafnya, siap untuk melindungi pemuda gagah itu apabila
dia melihat ada bahaya mengancam. Gin San juga menonton
dengan tenang-tenang saja dan sejak tadi dia memandang ke
arah Ouw Sek, diam-diam menduga-duga bagaimana akan
jadinya kalau dia dan Ouw Sek sudah bertanding. Dia tahu
bawah kepandaian Ouw Sek tinggi sekali, dan bahwa segala
ilmu yang didapatnya dari Maghi Sing akan sia-sia saja kalau
dipergunakan untuk menyerang Ouw Sek karena semua telah
dikenal oleh orang itu, kecuali Cap sha Tong-thian. Maka
diam-diam dia mengingat ingat ilmu ini dan mengatur siasat
jurus jurus mana yang akan dipergunakan untuk menghadapi
lawan tangguh itu nanti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tiba-tiba Sian Lun berbisik kepada sute dan sumoinya,
"Kalau terjadi pertempuran, biarkan aku menghadapi Lam
ong........"
"Dan aku menghadapi Ouw Sek......" sambung Gin San
cepat.
Barulah Ling Ling sadar bahwa dia sudah mempunyai
lawan. Tadi dia terlalu memperhatikan pemuda itu sehingga
dia hampir lupa bahwa musuh besarnya berada di situ pula,
"Aku akan menghadapi Bu Siauw Kim." katanya singkat dan
kini dia memandang ke arah wanita cantik itu. Akan tetapi
hanya sebentar karena kembali dia mengalihkan pandang
matanya ke atss panggung di mana pemuda Siauw-lim pai itu
masih bertanding seru melawan Lam-thian Seng-jin.
Pertempuran antara Cin Han dan Lam-thian Seng-jin
memang amat seru dan menegangkan, keduanya mempunyai
tenaga yang seimbang dan kalau ilmu silat dan gerakan Lamthian
Seng-jin kasar dan cepat, adalah sebaliknya dengan
gerakan Cin Han yang halus dan tenang, mantap dan
kelihatan lambat namun semua lubang telah tertutup sehingga
sukar bagi lawan untuk menembus benteng pertahanannya.
Cin Han maklum bahwa lawannya amat pandai dan hal ini
tidak mengejutkan hatinya. Dia sudah mendengar akan
kelihaian Lam-thian Seng-jin, apalagi kesaktian Lam-ong.
Kalau dia tadi berani tampil ke depan menentang mereka
bukan karena terdorong kelancangan atau kesombongannya,
bukan memandang rendah law»n, melainkan terdorong oleh
jiwa kependekarannya yang pantang mundur menghadapi
siapapun juga untuk menentang kejahatan. Diapun maklum
bahwa keselamatannya terancam., namun mati bukan apaapa
bagi seorang pendekar, kalau kematian itu terjadi dalam
membela keadilan dan kebenaran, menentang kejahatan.
Semua tamu yang terdiri dari orang-orang kang-ouw itu tentu
saja merasa tegang dan juga girang bahwa mereka disuguhi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tontonan yang amat menarik bagi mereka yang rata-rata
memiliki kepandaian amat tinggi itu.
Tidak ada seorangpun di antara para tamu, berani
mencampuri perselisihan yang diteruskan dengan perkelahian
itu. Mereka semua mengenal siapa adanya Lam-thian Seng-jin
murid Lam-ong dan tidak seorangpun berani mencampuri
urusan Lam-ong yang selain kaya raya dan sakti, juga terkenal
mempunyai banyak sekali anak buah dan terkenal pula
bertangan besi atau kejam terhadap musuh yang berani
menentangnya Akan tetapi mereka itu juga segan untuk
bermusuhan dengan pemuda perkasa murid tangguh dari
Siauw-lim-pai itu, karena nama Siauw-lim-pai sudah membuat
mereka lebih suka menjauhkan diri, terutama sekali mereka
yang tergolong kaum sesat.
Bagi Sian Lun bertiga, kini mereka tidak merasa khawatir.
Mereka tentu saja berpihak kepada pemuda Siauw-lim-pai itu
dan dengan pengetahuan mereka yang mendalam tentang
ilmu silat, mereka dapat melihat jelas bahwa pemuda perkasa
itu tidak akan kalah. Biarpun kelihatan Lam-thian Seng-jin
bergerak sangat cepat sebaliknya pemuda itu kelihatan tenang
saja, namun sesungguhnya kakek itu tak mampu berbuat
banyak dan kini setiap serangan balasan dari Cin Han
membuat dia terdesak hebat. Kakek itu mulai memburu
napasnya, sedangkan pemuda itu masih segar, bahkan
gerakan - gerakannya kini makin mantap dan kuat.
Hal ini tentu saja dapat dilihat pula oleh Lam - ong, juga
oleh Ouw Sek dan Bu Siauw Kim. Lam-ong mengerutkan
alisnya yang amat tebal itu dan matanya yang sipit menjadi
makin sipit lagi, hampir terpejam, alisnya bergerak-gerak dan
makin sering dia menghembuskan asap dari huncwenya. Sian
Lun tak pernah melepaskan perhatiannya terhadap Si Huncwe
Maut yang kini berjuluk Lam-ong ini. Dan apa yang
dikhawatirkannyapun terjadilah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lam-ong tiba-tiba bangkit berdiri dan sekali kakinya
bergerak, dia sudah melayang ke depan, huncwe di mulutnya
ditiup dan sinar api meluncur dari huncwe itu, bunga api
beterbangan menyembur ke arah Cin Han !
Sian Lun berseru keras, akan tetapi dia kalah dulu oleh Ling
Ling yang sudah melayang seperti seekor naga terbang, dan
dari atas dia langsung menerjang dengan kedua kakinya
menendang ke arah mata dan leher Lam-ong! Mulutnya
membentak nyaring sekali.
"Tua bangka curang pengecut tak tahu malu! "
Lam-ong terkejut bukan main menyaksikan gerakan
ginkang yang demikian ringan dan cepatnya, maka dia tidak
melanjutkan serangannya kepada Cin Han, melainkan
menggerakkan huncwenya menotok ke arah betis dara cantik
yang menendangnya dari atas itu !
Ling Ling juga kaget bukan main. Serangan tendangannya
dari atas tadi dilakukannya dengan cepat sekali dan jarang
ada orang mampu mengelak dan menyelamatkan diri. Akan
tetapi kakek ini bukan hanya dapat menghindar, bahkan
memapaki serangannya itu dengan serangan lain, yaitu
totokan ke arah betis kakinya! Maka diapun berseru keras,
kedua kakinya mengelak dan tahu-tahu ujung kakinya
memapaki kepala huncwe dan dengan meminjam tenaga
lawan dia mengenjot dan tubuhnya sudah berjungkir balik
membuat salto tiga kali di udara.
"Sumoi, mundurlah !" terdengar bentakan Sian Lun dan
pemuda ini sudah meloncat dan tahu-tahu sudah berada di
depan Lam-ong sehingga kakek ini tidak dapat mendesak Ling
Ling yang melajang turun ke atas panggung dengan
indahnya!.
Sementara itu, Cin Han tadi terkejut setengah mati melihat
bunga api beterbangan seperti kunang-kunang menyambarnya
dan terasa amat panas. Dia segera melempar tubuhnya ke
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
belakang dan terus menjatuhkan diri bergulingan sehingga
terbebas dari serangan bunga api yang amat lihai itu. Ketika
dia melihat bayangan seorang dara yang "terbang" dan
menyerang Lam-ong, Cin Han terkejut dan kagum bukan main
karena dia mengenal ginkang yang luar biasa sekali. Di Siauwlim-
si hanya para locianpwe yang sedikitnya bertingkat dua
saja yang akan mampu membuat gerakan ginkang seperti
yang dilakukan dara itu.
Ketika dara itu membuat salto di udara, hampir dia berseru
karena kagumnya, dan ketika akhirnya Ling Ling melayang
turun dan hinggap di atas panggung, tak jauh dari tempat dia
berdiri, dia makin kagum dan bahkan terpesona karena tidak
pernah disangkanya bahwa bayangan yang luar biasa itu
ternyata adalah seorang dara remaja yang demikian cantik
jelitanya! Dia memandang, tepat pada saat Ling Ling juga
memandangnya. Dua pasang mata yang bersinar tajam
bertemu, bertaut dan melekat, kemudian Ling Ling
menundukkan mukanya yang menjadi kemerahan Cin Han
cepat rnenjura dan berkata halus, "Nona, terima kasih atas
pertolonganmu."
Ling Ling mengangkat muka dan tersenyum, kemudian
melihat Sian Lun telah berhadapan dengan Lam-ong, dia lalu
meloncat turun lagi di tempatnya yang tadi.
Sementara itu, Lam-thian Seng-jin yang melihat betapa
bantuan gurunya digagalkan orang, sudah menerjang lagi
kepada Cin Han yang menyambutnya dengan gagah. Mereka
sudah bertempur lagi dan kini Cin Han menghunus pedangnya
karena maklum bahwa dia harus mempertahankan diri matimatian.
Pedang tua di pinggangnya itu ternyata hanya buruk
gagang dan sarungnya saja, karena begitu dicabut nampaklah
cahaya berkilauan, tanda bahwa mata pedang itu tajam sekali.
Lam-thian Seng-jin adalah seorang ahli lweekeh dan juga
ahli tiam-hoat, maka diapun cepat menghunus sepasang
senjatanya, yang berbentuk alat tulis. Itulah semata sepasang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
poan-koat pit-yang amat ampuh untuk dipergunakan menotok
jalan darah lawan. Mereka segera terlibat dalam pertempuran
yang lebih seru dan mati-matian lagi.
Lam - ong yang tadinya terkejut melihat munculnya Ling
Ling, kini makin kaget melihat pemuda tampan yang berdiri di
depannya. Dia memandang tajam penuh perhatian, merasai
seperti pernah berjumpa dengan pemuda itu akan tetapi dia
sudah lupa lagi di mana karena memang banyak sekali orangorang
yang pernah menjadi musuhnya.
"Hemm, siapakah engkau?" bentaknya marah karena
pemuda ini tadi menghalanginya untuk mendesak gadis yang
berani menyerangnya.
"Lam-ong. sudah lupakah engkau akan pertemuan antara
kita di tepi telaga itu ?" Sian Lun berkata dengan tenang dan
memandang tajam.
Tiba-tiba wajah kakek itu berobah, alisnya berkerut dan
sejenak dia memandang ke kanan kiri seperti orang
ketakutan! Dia teringat sekarang. Pemuda ini adalah murid
Siangkoan Lojin ! Dan timbul perasaan jerihnya karena dia
maklum bahwa kepandaian Siangkoan Lojin sungguh tak
dapat diukur berapa tingginya! Akan tetapi dia memberanikan
hatinya, apa lagi karena di situ ada Ouw Sek dan seluruh
anggauta Beng-kauw. Betapapun lihainya kakek Siangkoan
Lojin, tak mungkin dapat menandingi dia yang dibantu oleh
Ouw Sek, Bu Siauw Kim dan para anggauta Beng-kauw! Maka
dia lalu tertawa, perutnya bergerak gerak dan wajahnya
memandang ke angkasa.
"Ha ha ha, kiranya engkau bocah tukang pancing di telaga
itu? Mana suhumu ? Kalau memang dia datang, suruh dia
lekas keluar!" tantangnya, sebenarnya bukan tantangan
melainkan pancingan untuk meyakinkan hatinya apakah benar
kakek yang amat lihai itu ikut datang bersama muridnya ini.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Lun adalah seorang pemuda yang gagah perkasa dan
jujur, maka mendengar ucapan itu dia berkata, "Aku datang
sendiri untuk membuat perhitungan denganmu, Lam ong!"
Kakek itu tertawa makin keras, hatinya girang bukan main.
Sementara itu, Ouw Sek dan Bu Siauw Kim tentu saja
mengenal pemuda itu dan juga Ling Ling yang tadi menyerang
Lam-ong, maka keduanya cepat bangkit dan maju
menghampiri, siap untuk membantu Lam-ong. Akan tetapi
baru saja Ouw Sek muncul dari bawah panggung berkelebat
bayangan orang dan tahu tahu di situ sudah berdiri Co Gin
San menghadapi Ouw Sek sambil memandang tajam dengan
sikap marah. Melihat pemuda ini. Ouw Sek terbelalak, lalu
tertawa bergelak.
"Aha, kiranya ada tikus kecil ini yang datang mengirim
nyawa! bagus sekali!"
Dan kembali bayangan Ling Ling melayang naik, lalu
menyambar turun ke bawah dan di depan Bu Siauw Kim.
"Siluman betina, sekarang jangan harap engkau akan dapat
lolos dari tanganku!" bentak Ling Ling kepada Bu Siaw Kim.
Musuh sudah berhadapan dengan musuh! Maka mereka itu
tidak mau banyak cakap lagi dan segera masing-masing
bergerak dengan cepat Nampak senjata-senjata tajam
berkilauan ketika Gin San dan Ling Ling sudah mencabut
pedang mereka, pedang kekuasaan pemberian kaisar !
"Lihat pedang kami ini !" Gin San yang cerdik membentak
kepada semua orang kang-ouw yang berada di situ. "Ini
adalah dua pedang hadiah kaisar, pedang kekuasaan dan
siapa menentang kami berarti menentang kaisar! Kami datang
untuk menangkap atau membunuh Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek
dan Bu Siauw Kim, dua orang yang baru saja melarikan diri
dari kota raja setelah mereka membantu pemberontakan
orang-orang Tibet! Ouw Sek ini adalah pemberontak, pelarian,
dan juga murid murtad dari Beng-kauw ! "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di antara para orang kang-ouw itu ada yang-mengenal
pedang kekuasaan seperti itu, maka tentu saja mereka merasa
gentar dan semua orang makin tidak berani mencampuri
urusan antara Lam-ong, Beng-kauw, Siauw-lim-pai dan orangorang
yang mempunyai pedang kekuasaan dari kaisar itu!
"Coa Gin San bocah ingusan yang sombong. Kepalamu
akan kuhancurkan di sini !" bentak Pek-ciang Cin-jin Ouw Sek
sambil menerjang dengan senjatanya yang istimewa, yaitu
tongkat emasnya yang berat dan berkilauan. Gin San cepat
menggerakkan pedangnya menangkis.
"Cringgg!!"
Nampak bunga api berpijar. Pedang pemberian kaisar itu
tentu saja bukan pedang sembarangan, melainkan senjata
tanda kekuasaan yang terbuat dari baja aseli yang terpilih.
Maka kedua orang seperguruan ini sudah mulai bertanding
dengan amat bebatnya ! Di samping pedangnya di tangan
kanan, Gin San juga mencabut suling bambunya dan
menggunakan sulingnya itu untuk kadang - kadang menyelingi
serangan pedangnya dengan totokan-totokan maut Biarpun
senjata itu hanya suling bambu, akan tetapi karena digerakkan
dengan pengerahan sinkang, maka bahayanya tidak lebih kecil
dan pada senjata pedang di tangan. Ouw Sek memaklumi hal
ini, maka diapun tidak berani berlaku lengah, mengimbangi
serangan pemuda itu dengan sepenuh tenaganya sehingga
lenyaplah bayangan kedua orang tokoh tinggi Beng kauw ini,
terbungkus sinar-sinar berkilauan dari tongkat emas, suling
bambu, dan pedang.
Sian Lun juga sudah bergebrak melawan Lam-ong yang
lihai itu. Lam-ong tadinya memandang rendah dan dengan
sikap sombong sekali dia menyemburkan asap huncwenya ke
arah pemuda itu. Sian Lun sudah tahu akan kelihaian
semburan asap yang didorong oleh tenaga khikang yang kuat
itu, akan tetapi diapun sudah tahu bagaimana caranya
menghindarkan diri. Dia meniru perbuatan mendiang gurunya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika diserang asap yaitu mengerahkan khikang dan meniup
ke arah asap itu. Ketika asap membuyar, dia sudah meloncat
ke samping dan mengirim totokan dengan tangan kiri ke arah
pelipis lawan sedangkan tangan kanannya mencengkeram ke
arah pusar. Serangan ini bukan main hebatnya sehingga
mengejutkan hati Lam-ong yang tadinya masih memandang
rendah. Dia berseru keras dan melangkah mundur sambil
memutar huncwenya. Kini dia tidak berani main-main lagi.lalu
memutar huncwenya cepat-cepat untuk menyerang Sian Lun.
dan kadang-kadang tangan kirinya melakukan pukulanpukulan
dan tamparan-tamparan yang luar biasa dahsyatnya.
Sian Lun sudah mengenal pukulan tangan kiri yang
mengandung Ilmu Pek see ciang yang luar biasa ampuhnya
itu. Pengalamannya ketika dia menghadapi kakek ini,
kemudian penuturan mendiang gurunya, telah membuat dia
waspada dan dia kini meniru siasat gurunya ketika
menghadapi dan pernah mengalahkan kakek ini, yaitu
mengandalkan ginkangnya. Dia tahu bahwa pukulan Pek see
ciang lawan itu sama sekali tidak boleh dilawan dengan
kekerasan, dan bahwa satu-satunya keunggulan yang dimiliki
terhadap kakek Raja Selatan ini hanyalah ginkang atau
kecepatan gerakan. Maka diapun segera mengerahkan
ginkangnya dan berkelebatan menandingi musuh besar yang
amat tangguh ini.
Pertandingan antara Bu Siauw Kim dan Ling Ling juga amat
seru dan mati-matian. Harus diakui oleh Bu Siauw Kim bahwa
menghadapi dara perkasa ini, dia benar-benar kalah tingkat
dan segera dia telah didesaknya dengan hebat. Ling Ling juga
mempergunakan pedang hadiah kaisar itu seperti Gin San dan
dengan pedang di tangan, Ling Ling terus menekan dan
mendesak karena dalam hal ginkang dia jauh menang. Bu
Siauw Kim mempertahankan diri sedapat mungkin dengan
mengandalkan sabuk hitamnya dan kadang kadang tangan
kirinya melancarkan pukulan Thian-lui Sin ciang. Namun,
semua itu sia-sia saja karena Ling Ling bergerak sedemikian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cepatnya sehingga, kadang kadang seperti lenyap dari
pandang mata Bu Siauw Kim dan tahu-tahu dara itu
menyerangnya dari belakang. Hal ini membuat Bu Siauw Kim
berputar-putar dan menjadi pening.
Di dekat tempat di mana dua orang wanita ini bertempur
mati-matian. Cin Han juga terus mendesak lawannya, yaitu
Lam thian Seng jin yang kini menjadi makin gentar karena
gurunya sudah menemui lawan, demikian pula fihak tuan
rumah, dan ternyata bahwa semua lawan yang masih muda
itu amat lihai. Dengan nekat dia menggerakkan sepasang
poan-koan pit, berusaha untuk menghalau pedang lawan.
Akan tetapi, ilmu pedang yang dimainkan Cin Han adalah Ilmu
Pedang Siauw-lim Kiam-sut yang amat kokoh kuat bagaikan
gelombang samudera di waktu menyerang, dan bagaikan
bukit karang di waktu bertahan, maka makin lama Lam-thian
Seng-jin makin terengah engah kehabisan napas dan tenaga.
Anehnya, Cin Han dan Ling Ling selalu saling
memperhatikan dan mereka berdua merasa lega bahwa
masing-masing dapat mendesak lawan! Dan pada saat Lamthian
Seng-jin terhuyung karena desakan Cin Han, tiba-tiba
sekali Ling Ling meloncat ke samping dan secara tak terdugaduga
mengirim tendangan.
"Dess!" Tendangan itu cepat dan tepat sekali mengenai
paha Lam-thian Seng-jin. Kakek itu mengeluh dan terhuyung,
hampir roboh, didesak terus oleh Cin Han, sementara itu Ling
Ling sudah memutar pedang mendepak Bu Siauw Kim dengan
hebat pula!
"Terima kasih, nona........!" Cin Han masih sempat berseru
kurena merasa dibantu oleh dara yang telah menjatuhkan
hatinya itu. Ling Ling hanya tersenyum girang saja
melanjutkan desakannya terhadap Bu Siauw Kim.
Tiba-tiba Lam-thian Seng-jin mengeluarkan teriakan
melengking tiga kali. Ini merupakan tanda bagi anak buahnya!
Memang, ke manapun Lam-ong pergi, tentu dia dikawal oleh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serombongan anak buahnya yang merupakan tukang-tukang
pukulnya. Ketika dia menjadi tamu di Beng kauw, dia tidak
ingin anak buahnya menimbulkan keributan, maka anak
buahnya itu disuruh menanti di bagian lain di tepi telaga,
menerima hidangan-hidangan tersendiri dan boleh berpesta
sendiri. Kini, begitu mendengar suara tanda rahasia dari Lamthian
Seng-jin, mereka terkejut, cepat berkumpul dan
berlarian menuju ke tempat pesta yang kini menjadi tempat
pertempuran itu.
Dan tak lama kemudian setelah Lam-thian Seng-jin
mengeluarkan teriakan melengking tadi, semua orang
mendengar suara nyanyian yang terdengar parau nyaring,
datang dari dalam hutan di sebelah. Makin lama suara ini
makin terdengar nyata dan tak lama kemudian muncullah
sedikitnya tiga puluh orang dengan senjata lengkap di tangan,
berbaris rapi dan sikap mereka mengancam. Inilah rombongan
anak buah Lam-ong yang berupa tukang-tukang pukul, orangorang
kasar yang biasa melakukan apa saja yang
diperintahkan Lam-ong, dan sudah biaaa mempergunakan
kekerasan untuk menindas fihak yang lemah !
Suara itu sebenarnya bukan nyanyian, melainkan suara
orang berirama seperti membaca sajak.
"Siapakah yang menguasai dunia selatan?
Siapakah yang merajai laut selatan?
Semua telaga, sungai dan lautan
berikut semua isinya, milik siapa?"
Begitu pertanyaan-pertanyaan itu berhenti tigapuluh orang
lebih itu menjawab dengan serentak, suara mereka
bergemuruh, "Lam-ong........:..!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat munculnya serombongan orang tinggi besar yang
bersenjata lengkap ini, para tamu menjadi khawatir dan
mereka menduga bahwa pertempuran tentu akan menjadi
hebat dan besar, maka kebanyakan dari mereka lalu mulai
mengundurkan diri dan hanya menonton dari tempat aman di
kejauhan. Tigapuluh orang itu membuat gerakan mengurung
panggung,
"Maju..... , maju........! Hancurkan musuh-musuh kita !"
Terdengar Lam-ong berkata sambil tertawa. Biarpun dia belum
sampat terdesak oleh lawannya yang muda, akan tetapi dia
mendapat kenyataan bahwa murid dari Siangkoan Lojin ini
benar benar amat lihai, dan juga teman teman lawannya, dara
dan pemuda itu memiliki gerakan gerakan yang amat tangkas.
Maka timbul pula kekhawatirannya dan hatinya girang bahwa
pembantunya atau muridnya telah memanggil anak buahnya
untuk membantu.
Akan tetapi pada saat itu, dari arah bangunan-bangunan
pusat Beng-kauw, bermunculan serombongan orang yang
dipimpin oleh tiga orang dan mereka ini berjumlah hampir
seratus orang yang langsung mengurung tempat itu dengan
sikap mengancam. Seorang di antara tiga orang pemimpin itu
berseru dengan suara lantang, "Orang-orang luar harap
jangan mencampuri urusan Beng kauw !"
Ouw Sek terkejut bukan main ketika mengenal bahwa
mereka itu adalah anak buah Beng-kauw, dan yang memimpin
adalah Kwan Liok! Padahal, ketika dia datang dan muncul di
situ, dia telah mempergunakan kepandaian, dan bendera
keramatnya untuk memaksa semua anggauta Beng-kauw
tunduk kepadanya dan dia bahkan menjebloskan Kwan Liok
dan dua orang sutenya ke dalam kamar tahanan,
memerintahkan para anak buah Beng-kauw untuk menerima
dia sebagai ketua dan untuk menjaga agar tiga orang bekas
pimpinan Beng kauw itu tidak sampai lolos. Bagaimana kini
Kwan Liok dan dua orang sutenya berhasil keluar, bahkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memimpin semua anak buah Beng-kauw yang kelihatannya
kini taat kepada mereka bertiga itu ?
Ternyata di antara para anggauta Beng-kauw, tidak ada
seorangpun yang suka kepada Ouw Sek. Sama sekali tidak,
sebaliknya malah mereka itu semua membenci murid murtad
yang telah membunuh Lima Penasihat Tua itu dan
mengakibatkan kematian Bu Heng Locu pula, di samping
membunuh empat orang muridnya. Akan tetapi karena
mereka maklum akan kelihaian Ouw Sek, dan terutama sekali
karena betapapun juga kenyataannya menunjukkan bahwa
Ouw Sek menguasai bendera keramat maka terpaksa mereka
tidak berani membantah ketika orang ini datang dan
menguasai Bengkauw, memenjarakan Kwan Liok dan dua
orang sutenya, lalu mengangkat diri sendiri menjadi ketua
Beng-kauw yang baru. Akan tetapi, ketika mereka melihat
munculnya Coa Gin San tokoh Beng-kauw yang mereka suka
dan hormati itu, dan setelah terjadi pertandingan antara Gin
San dan Ouw Sek, para anak buah Beng.kauw itu lalu menjadi
nekat karena merasa ada yang akan membela mereka dan
menandingi Ouw Sek. Mereka lalu membebaskan Kwan Liok
dan dua orang sutenya, kemudian di bawah pimpinan tiga
orang tokoh Beng-kauw ini mereka menyerbu keluar dan tepat
pada saat anak buah Lam-ong mengurung panggung mereka
muncul dengan sikap mengancam.
Tiba-tiba Ouw Sek berseru sambil mengerahkan
khikangnya.
"Aku perintahkan kalian untuk mundur dan jangan
mengganggu para sahabat pengikut dari Lam-ong itu!" Sambil
berkata demikian Ouw Sek sudah mencabut bendera keramat
dan mengibarkannya.
"Kawan-kawan semua, dengar! Aku perintahkan kalian
untuk maju dan melawan gerombolan penjahat itu! Jangan
takut terhadap manusia rendah budi, murid palsu dan murtad
ini!" Tiba-tiba Gin San juga berseru dengan, nyaring dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diapun sudah mengeluarkan bendera keramatnya dan
mengobat-abitkan di atas kepala.
Tentu saja tidak sukar bagi orang-orang Beng-kauw untuk
memilih siapa yang harus mereka taati di antara kedua orang
yang sama-sama mempunyai bendera keramat itu. Mereka di
bawah pimpinan Kwan Liok dan dua orang sutenya lalu
menyerbu tigapuluh lebih pengikut Lam-ong sehingga
terjadilah pertempuran yang amat gaduh. Melihat ini, para
tamu cepat mundur karena mereka tidak ingin mencampuri
urusan antara Beng - kauw dan Lam-ong.
Bukan main hebatnya pertempuran yang terjadi di atas dan
di bawah panggung. Ouw Sek yang menjadi marah sekali
telah menyerang lagi dengan dahsyat dan ganas, sehingga Gin
San terpaksa harus mengerahkan seluruh tenaga dan
mengeluarkun semua kepandaiannya untuk menjaga diri
karena serangan-serangan lawan benar-benar merupakan
sambaran-sambaran maut yang amat berbahaya.
Karena terlalu mengkhawatirkan dan mencurahkan
sebagian dari perhatiannya kepada Cin Han untuk melindungi
pemuda yang amat nenarik hatinya itu, sampai sekian
lamanya Ling Ling belum juga mampu merobohkan Bu Siauw
Kim. Dan memang dia menghendaki agar pemuda Siauw-limpai
itu lebih dulu merobohkan lawannya sehingga tidak
terancam bahaya. Maka ketika dia melihat kesempatan
terbuka kembali dia meloncat dan menyerang Lam-thian Sengjin
dengan pedangnya.
"Trakk !" Senjata poan-koan-pit sebelah kiri dari Lam-thian
Seng-jin yang menangkisnya menjadi patah dan saat itu
dipergunakan oleh Cin Han untuk menubruk maju! Poan-koanpit
yang kanan menangkis, menempel pada pedang dan saat
itu Cin Han sudah menghantamkan kepalan tangan kirinya ke
depan. Pukulan yang amat kuat itu dengan tepat mengenai
dada lawan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Desss!!" Lam-thian Seng-jin berteriak dan terlempar
kemudian terbanting ke bawah panggung ! Sial baginya,
tubuhnya yang pingsan itu terjatuh di tengah-tengah para
anggauta Beng-kuuw yang segera menghujankan senjata
mereka, maka tewaslah pembantu dan murid setia dari Lamong
itu!
Ling Ling sudah menerjang lagi kepada Bu Siauw Kim, dan
kini Cin Han melompat ke depan dan membantunya,
"Mundurlah, aku tidak perlu dibantu," kata Ling Ling sambil
menangkis sambaran ujung sabuk hitam Bu Siauw Kim.
"Nona, kau telah membantuku merobohkan lawan,
sekarang giliranku membantumu!" jawab Cin Han dan dia
terus memutar pedangnya menyerang Bu Siauw Kim. Wanita
ini tentu saja menjadi semakin kewalahan. Melawan Ling Ling
seorang diri saja sudah repot baginya, apa lagi kini ditambah
dengan pemuda Siauw-lim-pai yang cukup lihai itu. Dia mulai
mundur-mundur dan mencari jalan keluar untuk melarikan diri.
Ling Ling maklum akan sikap lawan ini, maka dia mendesak
makin hebat sambil berseru keras,
"Iblis betina, ke mana engkau hendak pergi? Engkau harus
menebus nyawa ayah bundaku”. Pedangnya menyambarnyambar
ganas dan karena Ling Ling mengerahkan
ginkangnya, maka kecepatannya luar biasa sekali dan pada
saat itu Cin Han juga sudah menusukkan pedangnya.
"Ihhh........!" Bu Siauw Kim mengeluh karena repot sekali
dan tiba-tiba tangan kirinya bergerak dan nampak sinar merah
menyambar ke depan. Itulah saputangan merah beracun yang
telah dikenal oleh Ling Ling.
"Awas saputangan beracun !" teriak Ling Ling
memperingatkan Cin Han. Pemuda itu kaget dan sudah
melangkah mundur, sedangkan Ling Ling memutar
pedangnya. Terdengar kain robek dan saputangan merah itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hancur berkeping-keping terkena sambaran sinar pedang Ling
Ling.
"Orang muda tampan, lihatlah baik-baik, tegakah engkau
menyerang seorang wanita yang lemah tak berdaya ?" Tibatiba
terdengar suara Bu Siauw Kim halus setengah terisak.
Suara itu demikian halus mengharukan, menimbulkan rasa iba
dan Cin Han sudah menarik kembali pedangnya dan
melangkah mundur, berdiri bengong karena dia telah
terpengaruh kekuatan sihir yang dipergunakan oleh Bu Siauw
Kim. Dan pada saat dia bengong itu, tiba-tiba Bu Siauw Kim
menubruk dan memukulnya dengan Ilmu Thian-lui Sin-ciang
ke arah kepalanya, tanpa memperdulikan tusukan pedang dari
kiri yang dilakukan oleh Ling Ling! Ini adalah siasat dari wanita
cantik itu. Dia sudah melihat dengan matanya yang penuh
pengalaman bahwa di antara kedua orang muda itu terdapati
daya tarik yang membuat mereka saling melindungi, daya
tarik yang dapat menjadi permulaan cinta asmara. Oleh
karena itu, dia tidak memperdulikan tusukan Ling Ling dan
lebih dulu menghantam kepala Cin Han karena dia yakin
bahwa Ling Ling tidak akan mendiamkan saja pemuda itu
terpukul mati. Perhitungannya memang tepat. Melihat betapa
Cin Han bengong saja dan sama sekali tidak mengelak
maupun menangkis ketika Bu Siauw Kim menghantam, Ling
Ling terkejut bukan main. Cepat dia menarik kembali
pedangnya dan dengan ginkangnya yang luar biasa, dia
mendahului Bu Siauw Kim, menubruk ke depan dan
mendorong tubuh Cin Han ke samping.
"Plakk !" Tamparan dengan Ilmu Thian-lui Sin-ciang dari Bu
Siauw Kim itu tidak mengenai kepala Cin Han yang sudah
terpelanting oleh dorongan Ling Ling, akan tetapi mengenai
pundak Ling Ling sehingga dara ini terdorong dan terhuyung
dengan muka pucat.
"Nona......!" Cin Han berseru kaget, akan tetapi Ling Ling
hanya merasa sedikit nyeri pada pundaknya yang telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dilindunginya dengan sinkang, dan hanya bajunya di bagian
pundak saja yang terobek. Dengan marah dia lalu menerjang
lagi kepada Bu Siauw Kim, dan Cin Han juga membantunya
dengan putaran pedangnya. Sekali ini Bu Siauw Kim yang
sudah pening dan lelah itu tidak mampu mengelak atau
menghindarkan diri dari kedua pedang itu. Biarpun dia sudah
memutar sabuk hitamnya, namun tetap saja dari bawah
nampak sinar berkelebat dan pedang di tangan Ling Ling
menyambar dan memasuki perutnya.
Bu Siauw Kim menjerit mengerikan dan roboh terjengkang,
kedua tangan mendekap perut karena ketika pedang dicabut
kembali, darahnya mengucur dan muncrat dari luka di perut
yang ditembusi pedang sampai ke punggung tadi.
"Kau pergilah menghadap ayah bundaku !" Ling Ling
berseru dengan suara terisak dan dia mengirim tusukan lagi
yang menembus dada Bu Siauw Kim. Kembali Bu Siauw Kim
menjerit dan roboh terpelanting, tewas seketika. Sejenak Ling
Ling berdiri dengan air mata bercucuran karena girang dan
juga berduka, teringat akan kedua orang tuanya yang tewas
oleh wanita itu.
"Nona...... " Cin Han mendekati dan memanggil halus.
Ling Ling sudah sadar dan menengok kemudian tersenyum
dan menghapus air matanya. Suara pertempuran
menyadarkannya, dan begitu dia menengok dan melihat
bahwa dua orang suhengnya belum juga mampu
mengalahkan lawan, dia cepat meloncat dan membantu Gin
San yang sedang bertanding melawan Ouw Sek tak jauh dari
situ. Dengan pedang terputar mengeluarkan cahaya
berkilauan dia membantu dan karena memang serangannya
itu selain kuat juga luar biasa cepatnya. Ouw Sek terkejut dan
cepat dia meloncat ke samping untuk menghindarkan tusukan
yang datangnya amat cepat dan bertubi itu. Gin San girang
melihat sumoinya telah mampu merobohkan lawan dan
membantunya, maka dengan penuh semangat diapun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menggerakkan pedangnya pula mendesak Ouw Sek yang kini
terpaksa memutar tongkat emasnya lebih cepat pula untuk
melindungi dirinya.
Hati Cin Han lega melihat bahwa nona yang amat
mengagumkannya dan yang telah berkali kali menolongnya itu
tidak apa-apa, bahkan kini sudah membantu suhengnya
dengan semangat bernyala dan seperti seekor naga betina
sakti, maka diapun lalu meloncat dan memutar pedangnya
membantu Sian Lun, karena memang kedatangannya adalah
teiutama sekali untuk menentang Lam-ong yarg telah
menculik gadis orang dan menyebabkan gadis itu membunuh
diri.
Saat itu, Sian Lun sedang mati-matian menandingi Lam-ong
yang memang lihai bukan main itu dan hanya dengan
pengerahan gin-kangnya maka pemuda ini mampu
mengimbangi Lam-ong yang memang memiliki tingkat
kepandaian yang amat tinggi. Melihat datangnya pemuda
Siauw-lim-pai yang membantunya, memang Sian Lun merasa
girang karena betapapun juga, pemuda Siauw-lim-pai ini lihai
dan memiliki ilmu kepandaian yang dasarnya kokoh kuat, dan
cukuplah untuk membuat lawannya menjadi sibuk. Akan tetapi
di samping kegirangannya, diapun menjadi khawatir. Kalau
dibuat perbandingan, tingkat kepandaian pemuda Siauw-limpai
ini masih di bawah tingkat dia atau sute dan sumoinya,
maka menghadapi lawan seperti Lam-ong benar-benar amat
membahayakan keselamatannya.
"Saudara Louw, hati - hatilah!" teriaknya ketika dia melihat
Lam-ong agaknya hendak mendesak pengeroyok yang lebih
ringan ini.
Louw Cin Han dengan gagahnya memutar pedang
melindungi tubuhnya sehingga untuk beberapa jurus lamanya
Lam-ong tidak dapat mendesaknya, apa lagi karena Sian Lun
juga melancarkan pukulan-pukulan yang mengandung sinkang
amat kuatnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Melihat kakek itu terdesak oleh pengeroyokan mereka, hati
Cin Han menjadi besar dan hal ini membuatnya agak lengah
dan dia lupa akan peringatan Sin Lun tadi. Dengan semangat
seperti seekor harimau dia mendesak maju, menusukkan
pedangnya ke arah tenggorokan kakek tinggi kurus itu.
Melihat gerakan ini. Lam-ong cepat menggerakkan huncwenya
menangkis.
"Tringgg !" Huncwe bertemu dengan pedang dan Cin Han
merasakan lengannya tergetar dan dia tidak mampu menarik
kembali pedangnya yang sudah melekat pada huncwe. Dan
pada saut itu Lam ong menyemburkan asap dari mulutnya ke
arah muka Cin Han.
"Cepat mundur !" Sian Lun berseru, akan tetapi Cin Han
tidak mau melepaskan pedangnya. Terpaksa Sian Lun lalu
mengerahkan khikang meniup asap dari samping. Asap
raembuyar dan tidak jadi menyerang muka Cin Han, akan
tetapi pada saat itu, tangan kiri Lam-ong sudah bergerak
menampar kepala Cin Han.
"Celaka..........." Sian Lun menubruk dan menangkis, akan
tetapi tangan kakek itu hanya menyeleweng dan masih dapat
menampar pundak Cin Han.
"Plakk!" Tubuh Cin Han terlempar seperti daun kering dan
terbanting jatuh ke atas papan, pedangnya terlepas menancap
pada papan panggung.
"Aihhh.......! " Ling Ling berteriak kaget melihat ini dan dia
sudah meloncat mendekati tubuh yang rebah terlentang itu,
meninggalkan Gin San menghadapi Ouw Sek sendirian saja.
Melihat tubuh itu lemas lunglai dan wajah yang tampan
gagah itu pucat seperti mayat, Ling Ling menjadi cemas sekali
dan tanpa memperdulikan apa-apa karena dia sendiri lupa
akan sikapnya yang tidak wajar ini, dia sudah menjatuhkan
diri berlutut di dekat tubuh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Cepat dia meraba dada dan nadi, membuka pelupuk mata
yang terpejam itu dan hatinya merasa lega. Pemuda ini tidak
mati, hanya pingsan dan mengalami luka di sebelah dalam
tubuhnya. Marahlah Ling Ling. Setelah mengangkat tubuh Cin
Han dan menaruhnya di sudut panggung, di tempat aman, dia
lalu mengeluarkan suara melengking nyaring dan tubuhnya
sudah meloncat seperti seekor burung walet meluncur dan
tahu-tahu dia sudah menyerang Lam-ong kalang kabut
dengan amat dahsyatnya!
"Sumoi, tenanglah..........!" Sian lun memperingatkan
karena cara menyerang seganas itu biarpun amat berbahaya
bagi lawan, namun juga membahayakan diri sendiri. Kini Lamong
benar benar kewalahan. Dia menang kuat dalam sinkang,
menang pengalaman dan menang matang gerakan silatnya,
akan tetapi dalam hal kecepatan, dia kalah jauh dan memang
inilah kelemahannya. Menghadapi Sian Lun, dia sudah merasa
sulit menang karena dia kalah cepat, apa lagi kini ditambah
Ling Ling yang lebih cepat lagi gerakannya !
Betapapun juga, memang kakek ini merupakan datuk besar
dunia selatan dan ilmu kepandaiannya sudah hebat sekali
sehingga biarpun terus didepak, dia masih mampu
mempertahankan diri dengan huncwenya, sungguhpun sekali
ini dia harus mengeluarkan seluruh kepandaiannya dan
mengerahkan seluruh tenaganya
Sementara itu, para pengikut Lam-ong mulai kocar-kacir
terdesak oleh orang-orang Beng kauw yang jauh lebih besar
jumlahnya itu. Hampir separuh jumlah mereka sudah roboh
dan sisanya mulai merasa gentar, apalagi melihat betapa
majikan mereka dikeroyok oleh dua orang muda yang amat
lihai dan masih belum juga memperoleh kemenangan. Hal ini
amat mengherankan hati mereka dan juga mendatangkan
perasaan gentar karena biasanya, kalau majikan mereka itu
yang turun tangan sendiri, semua lawan dapat disikat habis
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dalam waktu singkat saja. Akan tetapi sekali ini, malah
majikan mereka yang terdesak lawan !
Pertandingan antara Gin San melawan Ouw Sek benarbenar
amat seru, hebat dan mati-matian. Dua orang lihai yang
memiliki kepandaian dari satu sumber ini mengeluarkan
seluruh kepandaian mereka, dan hanya dengan Ilmu Cap-sha
Tong-thian sajalah Gin San mampu mempertahankan diri dan
menandingi lawan tangguh ini. Ilmu silat lainnya selain telah
dikenal oleh lawan, juga dia malah masih kalah setingkat,
kalah latihan sehingga gerakan gerakannya kalah matang.
Akan tetapi menghadapi Cap sha Tong-thian yang gerakangerakannya
aneh luar biasa dan tidak dikenal oleh Ouw Sek,
membuat dia ini merasa bingung dan kadang-kadang terdesak
juga. Betapapun juga, setelah mereka bertanding sampai
lama, sudah tiga kali Gin San terkena pukulan lawan, dan
biarpun tongkat emas itu telah ditangkisnya dengan pedang
atau suling bambu, tetap saja dua kali pundak kirinya kena
diserempet sehingga pinggir bahunya atau pangkat lengan
yang berdaging itu mengeluarkan darah dan satu kali paha
kanannya juga kena pukulan tongkat emas! Akan tetapi,
karena luka-luka yang dideritanya tidak hebat, hanya
merupakan luka daging dan kulit saja, hal ini tidak membuat
Gin San menjadi lemah, bahkan sebaliknya membuat dia
merasa penasaran dan gerakannya makin menghebat.
Kenekatan dan kehebatan pemuda ini membuat Ouw Sek
makin lama makin berkurang kepercayaannya terhadap diri
sendiri dan diam-diam dia harus mengakui bahwa pemuda
yang menurut kedudukan masih terhitung murid
keponakannya sendiri ini benar-benar merupakan lawan yang
amat tangguh dau hebat, sehingga kalau dia tidak berhatihati,
tentu dia sendiri tidak akan mampu mengalahkannya.
Maka hatinya mulai menjadi gentar, apalagi melihat betapa
Lam-ong, sahabat yang amat diandalkannya itu kini terdesak
hebat oleh Sian Lun dan Ling Ling, sedangkan Lam-thian
Seng-jin dan Bu Siauw Kim sudah tewas, dan anak buah LamTiraikasih
Website http://kangzusi.com/
ong juga sudah terdesak hebat oleh anak buah Beng-kauw
yang kini berbalik memusuhinya itu. Hatinya keder dan
nyalinya mengecil.
Kekhawatiran hebat inipun diderita oleh Lam-ong Oh Ging
Siu. Kakek yang sudah berpengalaman ini maklum bahwa
kalau dilanjutkan, tentu dia akhirnya akan roboh juga. Usianya
yang sudah amat tua membuat tenaganya tidak sepenuh
dahulu, juga napasnya tidak sekuat dahulu. Kini dia mulai
terengah dan tubuhnya sudah letih sekali. Apa lagi melihat
keadaan sahabatnya Ouw Sek, juga tidak lebih baik dari pada
dirinya. Dengan hati penuh penasaran, diam diam Lam-ong
merasa berduka sekali. Satu kali ini nama Lam-ong sebagai
Raja Selatan akan hancur oleh orang-orang muda ini! Akan
tetapi, nama jatuh dapat dibangunkan lagi, kalau nyawa sudah
melayang tentu tidak mungkin ditarik kembali ke dunia. Pikiran
ini membuat dia mengambil keputusan bulat dan tiba-tiba dia
mengeluarkan bentakan nyaring yang menggetarkan seluruh
tempat itu, tangan kanannya memutar huncwe sedangkan
tangan kirinya melancarkan tamparan-tamparan Pek see-ciang
yang amat ampuh itu ke depan, ke arah Sian Lun dan Ling
Ling. Dua orang muda ini sudah mengenal kelihaian lawan,
maka tentu saja mereka cepat meloncat ke belakang untuk
menghindarkan diri dari serangan-serangan dahsyat itu, dan
pada saat itu, Lam-ong sudah melayang turun dari panggung,
jauh sekali karena dia sudah mempergunakan ginkang
melampaui kepala mereka yang sedang berkelahi di bawah
panggung sambil mulutnya berseru sebagai tanda kepada
para anak buahnya,
"Kita pergi dulu !"
Tepat pada saat itu, Ouw Sek memang juga sudah
mengambil keputusan untuk melarikan diri saja sebelum
terlambat, maka hampir berbareng dia juga mempergunakan
ginkangnya meloncat ke lain jurusan, jauh dari panggung dan
terus melarikan diri. Melihat larinya Ouw Sek, Gin San yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa betapa sukarnya mengalahkan orang itu, tidak
mengejar, melainkan membantu Sian Lun dan Ling Ling yang
berusaha mengejar Lam ong. Akan tetapi, kakek Itu sudah
menghilang dan agaknya memang anak buahnya sudah
menyediakan seekor kuda untuknya karena tak lama
kemudian tiga orang muda itu mendengar derap kaki kuda.
Mereka masih berusaha mengejar, namun ternyata bahwa
kuda yang ditunggangi oleh Lam-ong merupakan seekor kuda
luar biasa yang dapat berlari amat kencangnya sehingga
mereka maklum bahwa tubuh mereka yang sudah letih oleh
pertempuran itu takkan mungkin dapat menyusul. Apa lagi
pada saat itu tiba-tiba Ling Ling sudah berlari kembali ke
panggung, Gin San dan Sian Lun cepat menyusul dan mereka
berdua saling pandang ketika melihat betapa sumoi mereka itu
telah berlutut dan memeriksa tubuh Cin Han yang sudah
siuman namun masih rebah terlentang di sudut panggung itu.
"Bagaimana lukanya, sumoi ?" tanya Sian Lun sambil
mendekat. Juga Gin San memandang sebentar.
"Saya........ saya tidak apa apa........ harap lihiap dan
taihiap tidak khawatir ........" kata Cin Han yang kini menyebut
Ling Ling "lihiap" karena dia mendapat kenyataan betapa
lihainya nona yang mengagumkan hatinya itu. Melihat bahwa
teman baru itu memang tidak terancam bahaya, Gin San lalu
melompat turun dan membantu teman-temannya, yaitu Kwan
Liok yang memimpin anak buah Beng-kauw, untuk
menggempur anak buah Lam-ong. Makin repotlah anak buah
Lam-ong yang kini melawan sambil mundur, dan akhirnya
mereka itu roboh semua, hanya ada beberapa orang saja di
antara mereka yang tadi tempat menyelamatkan diri.
Pertempuranpun selesai sudah dan kini para anggauta Bengkauw
merawat teman teman yang luka, dan membersihkan
tempat itu dengan menyeret mayat-mayat lawan untuk
dikuburkan sebagaimana mestinya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan dibantu oleh Sian Lun, Ling Ling mengobati luka
yaug diderita oleh Cin Han dengan menggunakan sinkaog
mereka, mengusir hawa beracun pukulan Pek-see-ciang yang
mengeram di pundak dan di dada Cin Han. Tadinya Cin Han
menolaknya.
"Biarlah, lihiap. Luka ini dapat disembuhkan dengan obat
luka dalam yang saya bawa...."
"Pukulan Lam-ong berbahaya sekali, kalau tidak cepat
dibersihkan hawa pukulan beracun itu, bisa berbahaya.
Bekerjanya obat luka dalam amat lambat, biar kudorong
keluar dengan sinkang." Ling Ling mendesak dan dia sudah
menempelkan telapak tangannya ke pundak pemuda itu.
"Jangan sungkan, saudara Louw Cin Han, apa yang
dikatakan sumoi memang benar." kata Sian Lun yang juga
menempelkan telapak tangannya ke dada pemuda yang masih
rebah itu. Cin Han tidak membantah, hanya menatap wajah
Ling Ling dengan penuh terima kasih dan penuh kemesraan
karena dia merasa amat kagum kepada dara perkasa yang
menurut pandangannya amat cantik itu seperti Kwan Im
Pouwsat ini! Ketika Ling Ling membalas pandang mata itu,
sinar mata mereka saling bertemu dan dia menundukkan
mukanya yang berobah merah dan jantungnya berdebar tidak
karuan !
Karena Sian Lun dan Ling Ling memiliki tenaga sinkang
yang amat kuat, maka dalam waktu singkat saja semua hawa
beracun telah terusir keluar dan bersih dari tubuh Cin Han.
Pemuda ini berterima kasih sekali, bangkit berdiri dan menjura
kepada mereka.
"Ah, di antara kita yang sudah sama sama menghadapi
lawan bahu-membahu, perlukah ada sikap sungkan-sungkan
lagi?" Sian Lun menolak pernyataan terima kasih itu dan Ling
Ling hanya tersenyum saja. Akan tetapi ketika pemuda itu
mengeluarkan bungkusan obat-obat buatan Siauw-lim-pai dari
kantungnya, tanpa diminta Ling Ling cepat membantunya dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan sentuhan-sentuhan tangan yang halus mesra sehingga
mengharukan hati Cin Han, Ling Ling memasangkan koyo,
yaitu obat tempel, pada pundak yang matang biru itu,
kemudian dara ini mencarikan air matang untuk dipakai
minum obat oleh Cin Han yang merasa makin terharu dan
berterima kasih.
Atas undangan Kwan Liok yang merasa berhutang budi
kepada mereka, empat orang muda ini malam itu tinggal di
Beng-kauw, dijamu sebagai tamu - tamu agung. Dan dengan
hati girang, Sian Lun dan Gin San melihat betapa terdapat
hubungan yang makin mesra dan akrab antara pemuda
Siauw-lim-pai itu dengan Ling Ling, dapat dilihat jelas dari
gerak gerik, pandang mata, dan suara yang keluar ketika
mereka saling bicara. Diam-diam dua orang muda ini merasa
bersyukur karena mereka melihat bahwa pemuda murid
Siauw-lim-pai itu selain memiliki kepandaian yang cukup lihai,
juga memiliki kegagahan yang mengagumkan. Mereka berdua
merasa senang dan setuju sekali kalau sumoi mereka berjodoh
dengan seorang pemuda seperti itu !
Memang terdapat daya tarik yang amat kuat antara dua
orang muda, yaitu Louw Cin Han dan Gan Ai Ling ini. Mereka
saling merasa tertarik, apalagi ketika mereka saling
mendengar bahwa masing masing adalah seorang anak yatim
piatu. Persamaan nasib ini membuat mereka makin tertarik
karena perasaan itu diperkuat lagi oleh perasaan iba kasih.
Dan agaknya mereka berduapun tidak hendak
menyembunyiknn perasaan itu, dan senja hari itu, setelah
mereka semua makan malam dijamu oleh Kwan Liok, Cin Han
dan Ling Ling berdua duduk di dalam taman dan bercakapcakap
dengan asyiknya !
Sementara itu, Sian Lun diam-diam memanggil Gin San dan
merekapun bicara berdua saja.
"Sute, engkau tentu melihat keadaan sumoi dan Cin Han,
bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gin San tersenyum dan mengangguk.
"Bagaimana pendapatmu dengan hubungan mereka itu,
sute? "
Karena dia menangkap sesuatu dalam suara suhengnya,
Gin San mengangkat muka memandang wajah tampan itu
penuh selidik.
"Suheng apa maksudmu menanyakan hal ini kepadaku? "
Sian Lun menarik nafas panjang, "Maaf, sute. Terus terang
saja, hatiku bimbang dan ragu. Marilah kita berterus terang.
Aku tadinya mengira bahwa engkau...... engkau cinta kepada
sumoi........"
"Tentu saja aku mencintai sumoi!"
"Bukan begitu maksudku, mencinta sebagai seorang
pemuda terhadap seorang dara......., bahkan diam diam aku
mengharapkan kalian akan saling berjodoh ........."
Kini Gin San yang menundukkan mukanya dan berkali-kali
dia menarik napas panjang karena terbayanglah saat saat di
mana hampir saja dia memperkosa sumoinya itu ! Semua itu
gara gara Bu Siauw Kim yang kini telah tewas, atau....... garagara
nafsu berahinya yang bangkit dan berkobar setelah dia
berkenalan dengan Bu Siauw Kim. Teringat pula dia kepada
Liang Hwi Nio yang telah menyerahkan diri kepadanya dengan
suka rela. Dia lalu menggeleng kepalanya.
"Tidak, suheng. Di antara sumoi dan aku tidak ada
perasaan cinta asmara seperti yang kaumaksudkan itu. Maka,
akupun diam-diam merasa gembira sekali melihat hubungan
antara Cin Han dengan sumoi."
Sian Lun merasa girang sekali, dadanya tersa lapang. Dia
memegang lengan sutenya dan berkata, "Bagus! Tadinya aku
sudah khawatir sekali, sute. Aku teringat akan riwayat orang
tuaku dan orang tua sumoi....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Riwayat bagaimana, suheng ? "
Sian Lun menggeleng kepala. Dia mendengar tentang cinta
segi tiga antara ayah bunda Ling Ling dan mendiang ayahnya,
cerita yang didengarnya dari Siang Bwee menurut penuturan
mendiang ibu dari Siang Bwee. Akan tetapi riwayat itu
disimpannya dalam hati sendiri dan dia tidak mau
menceritakannya kepada Gin San yang biarpun menjadi
sutenya, tetap saja merupakan "orang luar".
"Jadi engkau juga setuju kalau sumoi berjodoh dengan
pemuda Siauw-lim-pai itu, sute?"
"Tentu saja, kalau memang sumoi menghendakinya"
"Sute, kita sebagai kakak-kakaknya berkewajiban untuk
mengurus sumoi, bukankah dia sudah yatim piatu dan adalah
kewajiban kita untuk membuatnya bahagia? Dari sikapnya,
aku merasa bahwa antara sumoi dan Cin Han terdapat
hubungan kasih, dan aku akan membicarakan hal ini dengan
sumoi. Sedangkan engkau kuberi tugas untuk bicara dengan
terus terang kepada Cin Han. Kalau memang keduanya sudah
setuju, biarlah aku yang akan memberi tahu kepada bibi Gan
Beng Lian yang merupakan satu-satunya keluarga dari sumoi."
Gin San mengangguk-angguk dan menyatakan
persetujuannya, Demikianlah, malam itu, dua orang pemuda
ini menantikan Ling Ling dan Cin Han yang masih asyik
bercakap-cakap di dalam taman. Percakapan biasa saja, saling
menceritakan riwayat dan pengalaman masing masing, seperti
jamak percakapan dua orang yang baru saja berkenalan.
Namun, di balik percakapan itu, suara mereka, pandang mata
mereka, senyum mereka, semua mengandung getaran yang
aneh, yang menjadi wakil dari hati masing-masing yang
menggetarkan lagu asmara.
Karena malam mulai larut dan keduanya merasa tidak enak
kalau melanjutkan pertemuan di dalam taman, padahal kalau
menurut perasaan hati mereka agaknya mereka tidak akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernah merata jemu dan puas biarpun bercakap-cakap sampai
semalam suntuk, Cin Han dan Ling Ling kembali ke kamar
masing-masing. Setelah tiba di dalam kamar yang disediakan
oleh Beng-kauw untuknya, Cin Han melempar tubuh ke atas
pembaringan tanpa membuka pakaian dan sepatu. Rasa nyeri
pundaknya ketika dia menjatuhkan diri di atas pembaringan
itu tidak dihiraukannya dan dia segera terlentang dan
melamun, berulang kali menarik napas panjang. Wajah dan
senyum Ling Ling disertai pandang mata yang amat mesra itu
tak pernah lenyap dari pandang matanya. Baru sekali ini Cin
Han merasakan keanehan ini. Dia begitu tertarik kepada Ling
Ling sehingga dia sendiri merasa khawatir. Gadis itu demikian
tinggi ilmunya, biarpun usianya baru delapanbelas tahun,
tujuh tahun lebih muda dari padanya, namun dia seolah-olah
harus mengangkat muka kalau memandang kepada dara itu!
Mana mungkin seorang dara sehebat itu mau rnemperhatikan
dia ? Akan tetapi...... sikap dara itu demikian manis budi,
demikian mesra dan baik!
"Tok-tok tok !"
Cin Han meloncat turun memandang ke arah pintu kamar
itu dengan hati berdebar, harap harap cemas. Ling Ling kah
yang mengetuk pintu kamarnya? Ah, rasanya tidak mungkin !
Tapi........ tapi....... "Siapakah itu?" tanyanya halus sambil
menghampiri pintu,
"Louw-twako, ini aku Gin San, harap buka pintu, aku ingin
bicara sebentar!"
Ada rasa kecewa akan tetapi juga lega di dalam hati Cin
Han. Kecewa karena ternyata pengetuk pintu itu bukan Ling
Ling, akan tetapi juga lega bahwa orang itu bukan Ling Ling !
Karena kalau Ling Ling yang mengetuk pintu kamarnya, hal itu
sungguh amat tidak patut ! Cepat dibukanya pintu kamarnya
dan dia melihat Coa Gin San berdiri di depan pintu sambil
tersenyum ramah,
"Maaf kalau aku mengganggumu, Louw-twako."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ah. tidak, mari masuk, Coa taihiap. Ada urusan penting
apakah yang membuat taihiap malam-malam datang
mengunjungiku?" tanya Cin Han yang merasa agak khawatir
karena tentu terjadi urusan penting sekali maka pendekar ini
mencarinya malam-malam.
Cin San memasuki kamar pemuda Itu sambil tersenyum.
"Ah, tidak apa-apa, twako, hanya aku ingin bicara
denganmu, bicara mengenai diri sumoi"
Tentu saja Cin Han merasa terkejut bukan main, akan
tetapi sebagal seorang gagah, dia dapat menekan
perasaannya itu sungguhpun wajahnya berubah sedikit, dan
dia lalu mempersilakan tamunya duduk, Gin San lalu duduk
dan mereka duduk berhadapan, sejenak mereka saling
pandang seolah olah hendak menyelidiki keadaan masingmasing.
Melihat ketenangan pemuda Siauw-lim-pai itu setelah
dia tadi secara terus terang menyebut nama sumoi-nya, diam
diam Gin San merasa kagum.
"Begini, twako. Kita berdua adalah orang-orang yang
menghargai kegagahan, oleh karena itu kuharap engkau suka
bersikap gagah dan terbuka, tidak perlu menyimpan hal-hal
rahasia di dalam hati demi kebaikan kita semua. Setujukah
engkau twako ? "
"Tentu saja. taihiap !"
"Ah, mengapa engkau begitu sungkan dan menyebutku
taihiap? Engkau sendiripun seorang pendekar yang gagah
perkasa, twako. Karena usiamu lebih tua beberapa tahun
dariku, sebaiknya kalau engkau menyebut namaku saja,
jangan memakai taihiap segala, membuatku menjadi kikuk
saja,"
"Terima kasih, Coa-te. Sekarang katakanlah apa yang
terkandung dalam hatimu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Begini, Louw ko........" Agak berat juga rasanya untuk
membicarakan persoaan cinta orang lain, maka kegugupan itu
nampak dalam pembukuan kata-kata Gin San, yang selalu
memakai "begini", "Engkau tentu sudah tahu bahwa sumoi
adalah seorang anak yatim piatu, maka sudah sewajarnyalah
kalau suheng dan aku sebagai saudara-saudara tuanya
mewakilinya sebagal wali dan kami harus memperhatikan
keadaannya. Kami berdua melihat betapa dalam pertemuan
pertama, terdapat suatu hubungan akrab dan mesra antara
engkau dan sumoi. Kalau aku boleh berlancang mulut,
agaknya di antara kalian berdua ada perasaan cinta kasih.
Benarkah itu, Louw-twako?"
Tentu saja ditanya demikian. Cin Han merasa seolah-olah
dia diserang dengan pedang! tajam secara langsung,
membuat dia gelagapan! dan mukanya berobah marah sekali,
matanya terbelalak ketika dia memandang kepada Gin San.
Akan tetapi melihat wajah pemuda di depannya yang memiliki
ilmu kepandaian amat hebat itu, wajah yang ramah dan
tersenyum, dengan pandang mata lembut, Cin Han mengerti
bahwa pemuda itu tidak main-main dan pertanyaan itu keluar
dari hati yang sejujurnya.
"Wah, ini........ ini......” katanya gagap, akan tetapi dia lalu
mengangkat dadanya dan mengambil keputusan untuk
bersikap terbuka dan jujur pula, sesuai dengan sikap seorang
pendekar yang menjunjung tinggi kegagahan. "Terus terang
saja, Coa-te, aku...... aku memang kagum sekali kepada Ganlihiap,
aku kagum dan tertarik........"
"Dan cinta .... ? " Gin San menyambung.
"Hal itu .... ah, bagaimana aku berani ......, akan tetapi .....
" Cin Han merasa bingung dan tersudut.
"Akan tetapi engkau tentu akan menerima dengan girang
kalau dapat terikat perjodohanmu dengan sumoi, bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja! Demi Thian, aku akan berbohong kalau
menyangkal itu! Akan tetapi....... sungguh aku tidak berani
selancang itu........ karena tidak mungkin kiranya dia......
dia..... mau kepada seorang bodoh seperti aku......."
Cin San mengangguk-angguk. Benar ucapan suhengnya.
Memang pemuda ini baik sekali dan agaknya tidak akan keliru
pilihan sumoinya, tentu saja kalau benar dugaan dia dan
suhengnya bahwa sumoi mereka itu mencinta pemuda Siauwlim-
pai ini.
"Louw twako, terus terang saja, aku dan suheng melihat
keakraban hubungan antara kalian, oleh karena itu aku
ditugaskan untuk menemuimu dan melakukan pendekatan dan
bicara secara terbuka denganmu. Pada saat ini juga, suheng
sedang bertanya kepada sumoi, dan kalau memang benar
seperti yang kami duga, dan sumoi juga jatuh cinta
kepadamu, kami berdualah yang akan berusaha untuk
mengikatkan jodoh itu, tentu saja lewat saluran kekeluargaan
yang wajar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jilid XXXIV
BERMACAM perasaan teraduk
dalam hati Cin Han, dia terheran,
terkejut,, terharu dan juga
berterima kasih sekali. Maka dia
cepat bangkit dari duduknya dan
menjura dengan penuh rasa
hormat dan terima kasih. Ah,
kiranya ji-wi (kalian) adalah
orang-orang budiman di samping
pendekar-pendekar sakti!. Aku
berterima kasih sekali dan semoga
Thian yang akan membalas segala
budi kebaikan ji-wi."
Gin San teraenyum. "Ahh, kami
berbuat ini demi kebahagiaan sumoi, twako. Sama sekali
bukan kebaikan namanya! Nah, sekarang aku pamit, akan
kutunggu keputusan suheng setelah bicara dengan sumoi, dan
besok pagi kami memberi kabar kepadamu." Gin San lalu
bangkit, mengangguk dan keluar dari kamar itu meninggalkan
Cin Han yang setelah menutupkan kembali pintu kamar, lalu
duduk lerlongong di atas pembaringannya. Tentu saja
peristiwa ini akan membuat dia tak mungkin dapat tidur
semalam suntuk !
Sementara itu, di dalam kamar Ling Ling, Sian Lun juga
mengajukan pertanyaan yang sama kepada sumoimya, Ling
Ling duduk dengan kepala ditundukkan, kedua pipinya
kemerahan dan sampai beberapa lamanya dia tidak mampu
menjawab. Tiba tiba dia mengangkat mukanya, memandang
wajah suhengnya dan berkata, "Twa-suheng, kenapa suheng
mengajukan pertanyaan semacam ini kepadaku? Pantaskah
itu? Dan patut pulakah kalau aku menjawabnya? Engkau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar benar mendesakku dan membuat aku menjadi kikuk
dan bingung, tidak tahu bagaimana harus menjawab, suheng
!"
Sian Lun menarik napas panjang. "Maafkanlah aku sumoi,
dan aku tidak menyalahkanmu kalau engkau merasa
penasaran dan marah atas kelancanganku. Akan tetapi,
ketahuilah, sumoi, bahwa engkau telah dewasa dan kami
berdua. Gin San sute dan aku, merasa bertanggung jawab dan
berkewajiban untuk memperhatikan keadaanmu. Kami akan
merasa berdosa dan malu terhadap mendiang ayah bundamu
kalau kami tidak mengurus dirimu. Kami berdua telah melihat
sikap kalian berdua dan kalau kami tidak salah sangka, di
antara engkau dan saudara Louw Cin Han pasti terdapat
perasaan cinta kasih. Nah, itulah sebabnya aku bertanya
kepadamu, sumoi. Jawablah terua terang agar kami berdua
dapat mengambil tindakan yang tepat demi kebahagiaanmu.
Akulah yang akan menyampaikan kepada bibi Gan Beng Lian,
dan sekarangpun sute sedang bicara dengan hati terbuka
dengan saudara Louw Cin Han,"
Mendengar ucapan yang begitu panjang lebar dan terus
terang dari Sian Lun, tiba-tiba Ling Ling menangis, menutupi
muka dengan kedua tangannya dan sesenggukan. Teringatlah
dia akan ayah bundanya dan keharuan mendengar betapa dua
orang suhengnya demikian memperhatikan dirinya membuat
dia tidak dapat menahan runtuhnya air matanya.
Sian Lun membiarkan saja sumoinya menangis karena
diapun mengerti bahwa sumoinya dilanda keharuan dan tentu
teringat kepada orang tuanya. Setelah tangis sumoinya
mereda, dia berkata halus, "Sumoi, kalau memang sudah ada
kecocokan antara kalian berdua, percayalah aku dan sute
yang akan berusaha agar kalian dapat berjodoh......, oleh
karena itu, jawablah sumoi, apakah engkau setuju ?"
Sambil menahan isaknya, Ling Ling mengangkat mukanya,
sejenak memandang kepada suhengnya yang sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dianggapnya sebagai kakak sendiri itu, kemudian dia
menunduk lagi dan menganggukkan kepalanya. Anggukan
yang tidak bersuara, namun cukup jelas, lebih jelas dari pada
kalau dia membuka suara, karena tentu dia akan tergagap dan
malu-malu.
"Bagus ! Aku girang sekali, sumoi, karena akupun yakin
bahwa pilihan hatimu itu sama sekali tidak keliru." Sian l.un
lalu keluar dari kamar sumoinya. Tak lama kemudian
munculkah Gin San dan sutenya ini menceritakan tentang
jawaban Cin Han. Keduanya tertawa dengan gembira,
kemudian mengaso setelah mengambil keputusan untuk
merayakan ikatan jodoh sumoi mereka itu pada keesokan
harinya !
***
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali. Ling Ling keluar
dari dalam kamarnya. Semalam suntuk dia tidak dapat tidur
barang sekejap karena hatinya penuh dengan urusan yang di
bicarakan oleh Sian Lun kepadanya semalam. Biarpun dia
tidak tidur semalam, namun air sejuk membuat tubuhnya
terasa segar, atau mungkin perasaan gembira yang aneh yang
membuat tubuhnya senyaman itu rasanya. Dia langsung pergi
ke taman ketika dia mendengar bunyi kokok ayam jantan dan
kicau banyak burung dari taman itu, yang menambah ke
riangan hatinya.
Akan tetapi ketika dia hendak pergi ke bangku di dekat
kolam ikan di tengah taman itu, tiba-tiba dia menghentikan
langkah kakinya! Jantungnya berdebar dan mukanya berobah
merah sekali. Dia sudah membalikkan kaki dan badan hendak
pergi, akan tetapi suara Cin Han memanggilnya, "Lingmoi......."
Kiranya pemuda yang dilihatnya duduk di atas bangku itu
telah mendengar dan melihatnya! Ling Ling makin merasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
malu, akan tetapi dia memaksa diri membalik dan memandang
pemuda itu, lalu bertanya, "Kau.... sepagi ini sudah di sini?
Bagaimana dengan lukamu!" Dia merasa malu, bingung dan
juga gembira sekali mendengar pemuda itu menyebutnya
Ling-moi (dinda Ling), tidak seperti kemarin menyebut nona
kemudian menyebut lihiap.
Cin Han bangkit dan menghampiri dara itu sambil
tersenyum "Aku sudah sembuh, berkat pertolonganmu, Linmoi.
Aku semalam tidak tidur sekejap matapun, maka sepagi
ini sudah berada di sini, akan tetapi engkau sendiri...... pagi
benar engkau sudah bangun....... "
"Akupun tidak dapat tidur sama sekali.... " Ling Ling
menjawab, tersenyum dan menunduk, tidak berani lama-lama
menentang pandang mata pemuda itu.
Hening sejenak. Keduanya berdiri saling berhadapan. Ling
Ling menunduk dan Cin Han memandang wajah yang
menunduk itu, jantungnya berdebar tegang. Yang terdengar
hanya kicau burung pagi memenuhi taman menyambut
cahaya kemerahan sang matahari yang belum menampakkan
diri. Taman itu sunyi, tidak ada orang lain kecuali mereka
berdua.
"Ling-moi........!" Akhirnya suara lembut Cin Han memecah
kesunyian.
Ling Ling hanya menjawab panggilan itu dengan
mengangkat muka dan memandang wajah pemuda itu. Dua
pasang sinar mata bertemu «dan melekat.
"Ling-moi....... semalam...... semalam Coa-te...... bicara
denganku dan katanya Tan-te juga membicarakan urusan itu
denganmu....... "
Berat bagi Cin Han untuk menyebutkan urusan perjodohan
itu dengan terang terangan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Namun Ling Ling tentu saja sudah dapat menangkap
artinya dan dia mengangguk, masih tanpa jawaban dengan
suaranya, hanya pandang matanya nampak mesra sekali.
"Lalu....... lalu bagaimana jawabanmu, Ling-moi?
Bagaimana pendapatmu tentang ...... tentang ikatan jodoh
itu?" Cin Han mulai semakin berani melihat sikap Ling Ling
yang diam itu.
Dengan sinar mata tajam penuh selidik Ling Ling balas
bertanya, "Bagaimana denganmu ? "
"Aku ? Ah, tentu saja aku setuju sekali, Ling-moi. Aku
merasa seperti kejatuhan bintang dan bulan kalau sampai hal
itu dapat terlaksana, aku
masih hampir tidak percaya
kalau hal itu dapat terlaksana,
kalau........kalau kau sudi dan
mau menjadi calon
jodohku..... "
Kedua pipi yang halus itu
menjadi merah kembali,
sepasang mata yang indah itu
berseri dan menjadi agak
basah, bibir yang manis itu
tersenyum, lalu muka itu
menunduk. "Aku...... akupun
........ telah setuju, Han
koko......."
"Ling-moi........!" Cin Han
menahan seruannya dan kedua tangannya memegang tangan
Ling Ling. Mereka saling berpegang tangan, dari jari-jari
tangan mereka yang semua berjumlah duapuluh itu keluar
getaran-getaran kasih sayang yang amat mendalam dan jelas
terasa oleh mereka berdua. Jantung dalam dada mereka
berdebar keras, jari-jari tangan itu agak gemetar dan
keduanya tidak mampu lagi berkata-kata, hanya berdiri saling
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berpegang tangan, Ling Ling menundukkan mukanya dan Cin
Han memandang mesra.
Entah berapa lamanya mereka saling berpegang tangan
seperti itu dan tiba-tiba terdengar suara ketawa disusul
munculnya Sian Lun dan Gin San! Ling Ling terkejut dan
merasa malu sekali, akan tetapi karena Cin Han
menggenggam kedua tangannya, dia tidak tega untuk
meronta dan melepaskan diri.
"Ah, kiranya kalian berdua sudah berada di sini dan
agaknya sudah saling bicara!" kata Sian Lun dengan sikap
gembira.
"Aihhh........ini namanya meninggalkan kami yang menjadi
comblang! Harus dihukum dengan tiga cawan arak!" Gin San
tertawa dan Ling Ling menjadi semakin malu. Cin Han
tersenyum dan melepaskan kedua tangan kekasihnya, lalu ia
menjura ke arah kedua orang muda itu tanpa kata – kata.
Sian Lun yang merasa kasihan kepada sumoinya, tidak mau
menggoda terus dan berkata, "Kita harus merayakan peristiwa
ini dan marilah kita bicara di di dalam" Mereka berempat lalu
memasuki rumah dan Gin San memerintahkan kepada Kwan
Liok untuk mempersiapkan hidangan dan arak untuk pesta
kecil di antara mereka berempat itu.
Tak lama kemudian mereka berempat sudah menghadapi
hidangan panas dan arak di atas meja. Mereka menyuruh
pergi semua anggauta Beng-kauw yang hendak melayani
mereka, kemudian setelah mengisi cawan masing-masing
dengan arak, Sian Lun berkata, "Dalam urusan antara Louwtwako
dan sumoi, yang terpenting adalah persetujuan kalian
berdua. fihak keluarga atau wali hanya tinggal
mengesahkannya saja, Maka, terimalah ucapan selamat kami
atas persetujuan kalian berdua untuk saling terikat dalam
perjodohan ini !"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kiong-hi, sumoi dan Louw-twako!" Gin San juga
mengangkat cawan araknya.
Biarpun keduanya merasa malu-malu, akan tetapi Ling Ling
dan Cin Han terpaksa mengangkat cawan arak mereka dan
mereka berempat minum arak dari cawan masing-masing.
"Sekarang aku hendak bertanya kepadamu Louw-twako.
Apakah yang hendak kaulakukan untuk mengesahkan ikatan
jodoh ini, mengingat bahwa kedua orang tuamu sudah tidak
ada lagi?" Sian Lun bertanya dengan suara sungguh sungguh.
Cin Han menarik napas panjang. "Keadaanku sama dengan
Ling - moi, bahkan kalau Ling moi masih mempunyai kalian
berdua sebagai suheng-suheng yang amat baik, aku hidup
sebatangkara di dunia ini. Akan tetapi, ada guruku, seorang
hwesio di Kuil Siauw-lim-si, dan aku dapat mohon pertolongan
beliau untuk menjadi waliku dan mengajukan pinangan
dengan sah. Akan tetapi, kepada siapakah suhu harus
mengajukan pinangan atas diri Ling-moi?"
Sian Lun memandang kepada sumoinya. "Sumoi,
bagaimana pendapatmu? Kita harus menjawab pertanyaan
Louw - twako dan menentukan siapa walimu."
Ling Ling adalah seorang dara yang gagah perkasa dan
tidak pernah mengenal takut Akan tetapi, betapapun juga dia
adalah seorang wanita yang pada masa itu terikat ketat oleh
peraturan tata susila, maka ditanya tentang perjodohan, dia
merasa malu sekali, menunduk dan suaranya hanya terdengar
lirih, "Aku ........menyerahkan kepada suheng saja......."
Sian Lun mengangguk, lalu berkata, "Kalau menurut
pendapatku, satu-satunya keluargamu sekarang adalah bibi
Gan Beng Lian, oleh karena itu biarlah aku yang akan
membicarakan dengan keluarga bibi Gan Beng Lian dan
sebaiknya suhu dari Louw twako mengajukan pinangan ke
sana saja, yaitu keluarga paman Yap Yu Tek di An - kian."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ha-ha ha, suheng. Katakan saja keluargamu juga, karena
bukankah paman Yap Yu Tek adalah calon ayah mertuamu?"
Gin San menggoda. "Dan sebaiknya nanti kalau suheng
melaksanakan pernikahan, mengundang Louw twako dan
suhunya dan saat itu dipergunakan bagi suhu Louw twako
untuk mengajukan pinangan. Bukankah itu baik sekali?"
Biarpun pemuda ini bicara sambil berkelakar, akan tetapi
usulnya itu baik sekali dan diterima oleh mereka bertiga
dengan girang. Setelah menentukan rencana ini, mereka lalu
makan minum dan bercakap-cakap dengan gembira, diseling
sendau-gurau. Gin San yang merasa bahagia sekali bahwa
sumoinya telah mendapatkan jodoh, demikian pula
suhengnya. Dia sendiri diam-diam membayangkan wajah tiga
orang wanita, yaitu Liang Hwi Nio yang telah menyerahkan diri
kepadanya dengan sukarela, kemudian Yo Giok Hong si janda
cantik jelita dan puterinya, Tio Bi Cin dara remaja yang manis
itu !
Pada hari itu juga mereka saling berpisah. Sian Lun
bersama Ling Ling menuju ke kota raja, karena Sian Lun
hendak pulang dulu melapor sebagai seorang panglima, dan
kemudian baru dia akan mengantar sumoinya ke An-kian, ke
rumah bibi sumoinya atau rumah keluarga calon isterinya. Gin
San tidak ikut ke kota raja, dia hendak melakukan
pembangunan kembali Beng-kauw yang menjadi rusak oleh
gangguan Ouw Sek, dan juga untuk sementara dia akan
berada di Beng-kauw pusat di tepi Telaga Po-yang ini, untuk
melindungi Beng-kauw kalau kalau Ouw Sek masih akan
melanjutkan gangguannya. Sedangkan Louw Cin Han setelah
dengan berat hati berpamit, lalu kembali ke Sin-yang di Hopeh,
untuk menghadap suhunya, yaitu Bi Lam Hwesio,
seorang tokoh besar tingkat dua di perguruan Siauw-lim pai di
Kuil Siauw-lim-si.
***
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa bulan kemudian, di rumah gedung milik Panglima
Muda Tan Sian Lun diadakan pesta yang meriah, yang
dikunjungi oleh banyak tamu dari bermacam tingkat, ada para
panglima kota raja yang berpakaian gemerlapan, banyak pula
tokoh-tokoh kang-ouw yang berkedudukan tinggi, dan
suasana amatlah gembira karena pada hari itu Panglima Muda
Tan Sian Lun telah melangsungkan pernikahannya dengan Yap
Wan Cu, puteri tunggal dari suami isteri pendekar Yap Yu Tek
dan Gan Beng Lian di An-kian.
Sepasang mempelai
melakukan upacara
sembahyang dan semua tamu
menonton dengan wajah
berseri gembira. Yang menarik
perhatian, kecuali sepasang
mempelai, adalah seorang
wanita muda cantik jelita yang
melayani kedua orang
mempelai itu dengan penuh
keramahan dan perhatian, juga
dari sepasang mata yang indah
itu tersinar kasih sayang yang
amat mesra. Wanita cantik ini
bukan lain adalah Ci Siang
Bwee, selir terkasih dari Sian
Lun ! Wajahnya berseri-seri, dan hatinya luar biasa girang dan
bangganya melihat wajah kekasihnya yang demikian tampan
berseri, bersanding dengan mempelai wanita yang demikian
cantik! Dia merasa bangga, bersyukur dan bergembira mejihat
waiah kekasihnya nampak demikian bahagia. Dengan penuh
perhatian dia melayani mereka, bahkan kadang-kadang
membantu sendiri para dayang untuk mengipaskan kipasnya
yang harum kepada kedua mempelai agar mereka tidak terlalu
gerah.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Siang Bwee melayani sepasang mempelai sampai semua
tamu bubaran, kemudian dia sendiri yang mengantar
mempelai menuju ke kamar pengantin. Setibanya di pintu
kamar itu, sebelum menutupkan kamar pengantin, Sian Lun
menoleh dan beberapa detik lamanya dua pasang mata, yaitu
mata Sian Lun dan Siang Bwee bertemu dan melekat. Siang
Bwee tersenyum dan menjura dengan hormat, kemudian
membantu menutupkan daun pintu itu sehingga bayangan
kekasihnya dan pengantin wanita lenyap dari pandang
matanya. Dia menarik napas panjang, kemudian membalikkan
tubuh untuk pergi ke kamarnya sendiri, di jalan dia
menggunakan saputangan menghapus dua tetes air mata
yang turun ke atas kedua pipinya. Bukan air mata kesedihan,
bukan air mata cemburu. Tidak! Cintanya terhadap Sian Lun
sama sekali tidak mengundung cemburu. Dia hanya ingin
melihat kekasihnya itu berbahagia! Dan dia terharu dan juga
gembira menyaksikan kekasihnya menjadi pengantin. Itulah
yang mendorong keluar dua tetes air mata tadi! Dia tidak
cemburu karena dia tahu bahwa Sian Lun mencintanya! Dan
sudah sepatutnya kalau kekasihnya itu menjadi suami seorang
dara yang demikian cantik dan gagah seperti Yap Wan Cu,
seorang gadis keturunan baik-baik puteri tunggal suami isteri
pendekar dan cucu seorang bupati yang terkenal sebagai
pembesar yang budiman dan adil. Sedangkan dia, dia hanya
keturunan biasa, dan dia hanyalah seorang bekas dayang
pembesar pengkhianat Thio-taikam, kemudian dijadikan
dayang istana, dan akhirnya diserahkan kepada Tan Sian Lun
sebagai selirnya. Dia hanya seorang selir, akan tetapi dia
mempunyai cinta kasih yang amat mendalam terhadap Tan
Sian Lun! Dan dia tahu, pria itupun amat mencintanya! Siang
Bwee memasuki kamarnya, tanpa melepaskan pakaian indah
yang dipakai dalam pesta itu, dia menjatuhkan diri di atas
pembaringannya, memejamkan mata dan membayangkan
semua kemesraan yang telah dialaminya bersama kekasihnya
itu. Diam-diam dia tersenyum dan merasa berbahagia sekali.
Dialah wanita pertama dalam hidup Sian Lun, seperti juga Sian
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lun adalah pria pertama dalam hatinya, sungguhpun tubuhnya
telah diberikanja secara terpaksa kepada An Hun Kiong.
Dengan jari tangan gemetar Siang Bwee meraba-raba dan
mengelus perutnya, bibirnya bergerak-gerak seolah-olah dia
berdoa, dan memang sesungguhnyalah dia berdoa kepada
Kwan Im Pouwsat, dewi yang selalu dipujanya.
Sementara itu, di antara para tamu, terdapat Louw Cin Han
bersama suhunya, yaitu Bi Lam Hwesio, tokoh Siauw-lim-pai
dari Sin-yang itu. Setelah selesai menghadiri perayaan
pernikahan Sian Lun dan Wan Cu, Cin Han bersama suhunya
lalu pergi mengunjungi keluarga Yap Yu Tek di An-kian.
Kedatangan mereka disambut dengan gembira oleh keluarga
ini, yang sebelumnya telah mendengar berita tentang ikatan
jodoh itu dari Sian Lun. Ling Ling yang tinggal di rumah
bibinya, juga menyambut dengan muka merah akan tetapi dia
lalu lari ke dalam karena tidak dapat menahan rasa malu di
hatinya, perasaan malu yang bercampur bahagia.
Karena memang sudah diketahui dan disetujui sebelumnya,
maka pinangan yang diajukan oleh Bi Lam Hwesio untuk
muridnya, meminang Ling Ling, diterima dengan baik oleh Yap
Yu Tek dan isterinya. Bulan dan hari baikpun dipilihlah oleh
kedua fihak, dan resmilah pertunangan mereka.
Tak lama kemudian, kembali di rumah keluarga Yap ini
diadakan perayaan pernikahan, yaitu pernikahan dari Ling Ling
dengan Cin Han. Dan tentu saja dalam kesempatan ini, Sian
Lun bersama isterinya, dan Gin San hadir dan menjadi orangorang
pertama yang menerima penghormatan sepasang
mempelai sebagai suheng-suheng dari mempelai puteri, juga
menjadi orang-orang pertama yang memberi selamat kepada
mempelai. Bahkan sepasang mempelai mengajak Sian Lun,
Wan Cu, dan Gin San untuk makan semeja, di mana mereka
ber senda-gurau dengan bebas.
"Ha-ha, tinggal sute sekarang yang masih membujang.!
Hayo, sute, kapan nih kami akan menerima undanganmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Lun yang mukanya merah karena agak banyak minum
arak itu menegur.
"Benar, kapan ji-suheng memilih jodohnya? Sebetulnya aku
harus minta maaf sebanyaknya telah melanggar ji-suheng,!"
kata pula Ling Ling yang telah timbul kembali kejenakaannya
setelah hawa arak membuat rasa jengah dan malunya
berkurang.
"Ha-ha, memang sumoi harus minta ampun dan menurut
patut paikwi (berlutut) kepadaku!" Gin San berkata sambil
tertawa.
"Kau kira aku takut paikwi untuk minta maaf? Aku takut
kualat" Dan Ling Ling benar-benar hendak paikwi sehingga Gin
San menjadi repot mencegahnya.
Cin Han yang tersenyum melihat semua ini lalu berkata.
"Biarlah aku mewakili isteriku untuk dihukum !"
"Ha-ha, inilah suami yang setia dan mencintai" Gin San
tertawa. "Memang aku ingin mendenda sumoi yang
melanggarku, mendahuluiku dalam pernikahan dengan minum
tiga cawan arak!"
"Biarlah aku.yang mewakilinya !" Cin Han berkata dan dia
lalu minum tiga cawan arak, diikuti oleh suara ketawa mereka.
Suasana menjadi makin meriah, akan tetapi Sian Lun
mendesak lagi.
"Hayo katakan, sute, kapan kiranya kau memperkenalkan
calonmu? Apakah engkau ingin membujang selama hidup?"
"Jaga saja tanggal mainnya, suheng !" Gin San tertawa.
"Terlalu banyak calonku sehingga aku sendiri bingung
memilih, yang mana yang paling baik !"
Kembali mereka tertawa, dan malam itu dilewati dalam
suasana gembira dan berbahagia, terutama sekali oleh
sepasang mempelai setelah mereka akhirnya dapat memasuki
kamar pengantin berdua saja. Kebahagiaan yang tak dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diceritakan di sini, yang tak dapat dituturkan dengan kata-kata
dan hanya mungkin dapat dirasakan oleh mereka yang pernah
mengalami menjadi sepasang pengantin di malam pertama itu
saja.
Sementara itu, kelakar yang terjadi di meja makan ketika
Ling Ling menjadi pengantin itu mendatangkan kesan
mendalam di hati Gin San. Dia mulai berpikir-pikir tentang
dirinya sendiri. Betapa kehidupan ini berobah-robah, sama
sekali tidak seperti yang dikehendakinya semula! Dahulu, di
waktu dia masih kecil, ketika dia menggembala kerbau
bersama Sian Lun, dia sering kali mimpi indah berenang dalam
lautan kemewahan, memiliki kedudukan tinggi di kota raja.
Akan tetapi ternyata sekarang yang menjadi panglima adalah
Sian Lun, yang dulu sama sekali tidak pernah mimpi seperti
itu, bahkan sebaliknya bercita cita menjadi seorang pendekar.
Memang, mereka bertiga, dia, Sian Lun, dan Ling Ling telah
bertindak sebagai pendekar-pendekar yang menentang
kejahatan dan pemberontakan. Akan tetapi kini dia malah
menjadi seorang tokoh perkumpulan Agama Beng kauw.
Sedangkan sumoinya dan suhengnya telah berumah tangga,
Sian Lun tinggal di kota raja bersama isterinya, sedangkan
Ling Ling ikut bersama suaminya ke selatan, tinggal di kota
Sin-yang di Hu peh. Dan dia sendiri? Apakah dia akan terus
menjadi tokoh Beng-kauw, dan setelah menjadi tokoh
perkumpulan agama ini lalu hidupnya membujang terus
seperti seorang pendeta atau pertapa? Ah, tidak mungkin dia
sanggup hidup seperti itu. Dia mendambakan kasih sayang
wanita, bahkan kadang-kadang dia merasa hampir tidak kuat
lagi mengekang nafsu berahinya kalau dia teringat akan
pengalaman pengalamannya bersama Bu Siauw Kim,
kemudian bersama Liang Hwi Nio !
Hwi Nio telah menyerahkan diri kepadanya, menyerahkan
kehormatanya sebagai seorang perawan. Apakah dia harus
mengawini Hwi Nio? Ah, gadis Im-yang-kauw itu menganggap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pernikahan sebagai hal yang sia-sia belaka, meremehkan
pernikahan sehingga kalau menjadi isterinya, siapa tahu kelak
tidak menghormati ikatan perjodohan mereka. Juga Hwi Nio
tidak menuntut kepadanya agar mereka menjadi suami isteri.
Lalu dia teringat kepada Tio Bi Cin. Dara yang manis itu,
dengan sepasang matanya yang seperti sepasang bintang
kejora!
Teringat akan Bi Cin, Gin San mengeluarkan robekan pita
rambut dara yang pernah diambilnya sebagai tanda mata itu,
dan diciumnya pita rambut itu sambil tersenyum. Benar ! Dara
itulah pilihannya! Akan tetapi ibunya? Bukankah Yo Giok Hong,
ibu Bi Cin, janda muda yang masih cantik jelita itu juga jatuh
cinta kepadanya? Dia mengeluarkan cincin emas pemberian
Giok Hong, dan dia tersenyum.
"Perduli apa dengan ibunya ! Kalau dia mencintaku, dan
mencinta puterinya, dia harus menyetujui pernikahanku
dengan Bi Cin !"
Setelah mengambil keputusan ini, berangkatlah Gin San
menuju ke tempat tinggal ibu dan anak itu, yaitu di lereng
pegunungan kecil di dekat Cin an.
Ketika tiba di tempat itu, Gin San melihat ibu dan anak
yang cantik dan manis itu sedang menjemur akar-akar obat.
Mereka memang mengumpulkan obat obat untuk dijemur dan
dijual ke kota, dan dengan pengetahuan mereka tentang obat
obatan, perusahaan ini cukup mendatangkan hasil yang baik.
Melihat kedua orang itu, Gin San kagum karena mereka
masih sama saja seperti ketika dia tinggalkan dahulu, bahkan
janda itu tidak nampak makin tua, dan puterinya malah kini
makin manis, bagaikan bunga sedang mekarnya, tubuhnya
makin padat dan hilang sifat kekanak kanakannya. Ibu dan
anak itu agaknya mendengar kedatangan Gin San, mereka
menoleh dan Bi Cin melemparkan keranjang yang
dipegangnya sehingga akar-akar obat itu berhamburan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"San-ko...... ! Ah, San ko......... akhirnya kau datang
juga.......!" Bi Cin berteriak, berlari-larian dan langsung
menubruk dan merangkul Gin San, menangis mengguguk di
atas dada pemuda itu yang juga merangkulnya.
"Gin San.......!" Yo Giok Hong juga berseru akan tetapi
mukanya menjadi pucat dan matanya terbelalak melihat
betapa puterinya merangkul Gin San sambil menangis.
"Apa.......! apa artinya ini....... ? Bi Cin, sungguh tak tahu malu
engkau ! Lepaskan dia, engkau bukan anak-anak lagi "
Akan tetapi Bi Cin yang teringat betapa pria yang dicintanya
ini pernah juga bermain gila dengan ibunya, mendekap makin
ketat dan juga Gin San tidak melepaskan rangkulannya karena
kini dia merasa yakin akan pilihannya, bahwa dara ini memang
mencintanya.
Dengan kedua tangan masih merangkul Gin San, Bi Cin
menoleh dan berkata kepada ibunya, "Ibu, aku cinta kepada
San-ko, kami berdua saling mencinta !"
Mendengar pengakuan puterinya ini. Giok Hong menjadi
kaget bukan main. Sepasang matanya terbelalak dan sejenak
hidungnya yang berbentuk mancung indah itu berkembangkempis,
tanda bahwa hatinya dilanda kemarahan. Lalu dia
memandang kepada Gin San, dan bertanya dengan suara
lantang,
"Gin San, apa artinya ini??"
"Ucapan Cin-moi benar, bibi, kami saling mencinta dan
kedatanganku ini adalah untuk meminangnya.......... "
"San-ko......!!" Bi Cin setengah menjerit saking girangnya
dan pelukannya menjadi semakin ketat.
Seketika wajah janda itu menjadi pucat, sepasang matanya
terbelalak menatap wajah Gin San dan terdapat sinar mata
kemarahan yang hebat dari kedua matanya.
"Akan tetapi....... "
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bibi," Gin San memotong cepat. "Dahulu bibi mengatakan
bahwa bibi sayang, kepadaku karena aku adalah murid
mendiang suhu Gan Beng Han, dan kalau bibi sayang kepada
puteri tunggal bibi, seperti yang kupercaya. tentu bibi tidak
akan menghalangi kami berdua yang saling mencinta untuk
berjodoh menjadi suami isteri."
Bi Cin melepaskan rangkulannya dari leher Gin San, lalu dia
berlari menghampiri ibunya, menjatuhkan diri berlutut di
depan kaki ibunya sambil sesenggukan berkata, "Ibu....... ibu
....... luluskanlah permintaan ini........ "
Sejenak Yo Giok Hong bingung, terjadi perang dalam
batinnya antara cinta berahinya terhadap pemuda yang
diharapkan menjadi pengganti kekasihnya itu, dan sayangnya
terhadap puterinya. Akhirnya dia mengangguk, mengusap dua
butir air matanya dan mengelus kepala puterinya, kemudian
mengangkat muka memandang Gin San dan berkata, "Baiklah,
mari kita masuk dan membicarakan soal itu."
Dengan girang Bi Cin dan Gin San mengikuti janda itu
memasuki rumah, dan Bi Cin dengan sikap manja
menggandeng tangan Gin San yang merangkul pinggangnya
yang kecil ramping itu. Setibanya di dalam, Giok Hong lalu
duduk dan minta kepada Gin San untuk duduk di atas kursi di
depannya, terhalang meja.
"Bi Cin, kau masaklah air dan buatkan minuman untuk Gin
San, biarkan aku bicara dengan dia," perintah Giok Hong.
Bi Cin memandang wajah kekasihnya dengan mesra. "Sanko,
aku pergi ke dapur dulu ya?"
Gin San tersenyum dan mengangguk sambil mengedipkan
mata. Dara itu lari ke dapur sambil tersenyum gembira. Sudah
berbulan-bulan lamanya dia merindukan kekasihnya itu, dan
sekarang Gin San datang lalu langsung mengajukan pinangan.
Hati siapa takkan merasa gembira? Sambil bersenandung kecil
dia mempersiapkan air teh untuk disuguhkan kepada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kekasihnya itu sementara kekasihnya bicara dengan ibunya
tentang pelaksanaan perjodohannya dengan pendekar itu!
Sementara itu, setelah puterinya pergi, Giok Hong
memandang Gin San dengan sinar mata tajam, lalu dia
bertanya.
"Coa Gin San! Benarkah engkau datang untuk meminang
puteriku?"
Gin San mengangguk. "Kami saling mencinta, semenjak
dahulu aku berada di sini."
"Tapi......... tapi......... bagaimana dengan aku........? Gin
San, apakah engkau akan melupakan aku begitu saja?"
Pertanyaan ini keluar dengan suara lirih dan pilu, sepasang
matanya ditujukan kepada wajah pemuda itu dengan
memelas, penuh permohonan.
Gin San menarik napas panjang, mengerling ke arah pintu
yang menembus ke dalam kemudian berkata lirih, "Bibi Giok
Hong. aku tidak akan melupakanmu, tidak akan melupakan
segala kebaikanmu. Apa lagi, sekarang engkau telah menjadi
calon ibu mertuaku, bibi..."
Giok Hong memejamkan mata, seolah-olah sebutan ibu
mertua itu menusuk perasaannya.
"Benarkah engkau tidak akan melupakan aku? Engkau mau
menerima cintaku?" dengan berani janda ini yang haus akan
kasih sayang pria bertanya.
Tentu saja Gin San terkejut bukan main.
"Ini....... ini......." katanya gagap karena dia tidak mengerti
bagaimana harus menjawab. Mana pantas dia harus menerima
cinta ibu mertuanya ?
"Dengar baik-baik Gin San. engkau mengajukan pinangan
terhadap puteri tunggalku dan aku akan menerimamu dengan
satu syarat yaitu bahwa engkau akan mau menerima cintaku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ingat, sebelum engkau jatuh cinta kepada puteriku, lebih dulu
kita telah saling tertarik, engkau tidak akan mampu
menyangkal hal ini. Aku masih menyimpan potongan rantai
perak darimu...... dan..... dan cincinku itu.... !
Wanita itu menunjuk ke arah jari-jari tangan Gin San.
"Kenapa engkau membuangnya?"
"Tidak kubuang, ada kusimpan di sini......." cepat Gin San
menjawab dan mengeluarkan cincin yang diberi tali dan
digantungkan di lehernya itu. Wajah Giok Hong yang masih
cantik itu berseri dan bibirnya tersenyum.
"Bagaimana, kau menerima syaratku itu?"
Terpaksa Gin San mengangguk. Syarat itu baginya tidaklah
berat, sama sekali tidak, bahkan terlalu ringan, terlalu mudah
dan enak baginya!
"Baiklah, bibi. Aku menerima syarat itu."
Giranglah hati Giok Hong dan dia lalu menentukan bulan
dan tanggal hari pernikahan antara Bi Cin dan Gin San. Ketika
Bi Cin keluar membawa air teh dan hidangan, dia melihat
betapa wajah ibunya berseri-seri, dan bahkan dengan gembira
ibunya menyambutnya dengan rangkulan.
"Anakku, dia telah meminangmu dan ibumu telah
menerimanya. Mulai saat ini engkau adalah tunangan Coa Gin
San dan kami telah menentukan bulan dan tanggal hari
pernikahanmu!"
Bi Cin merasa girang sekali, memandang kepada Gin San
dengan mata bersinar-sinar akan tetapi diapun tidak dapat
menahan rasa malunya dan menundukkan muka sambil
tersenyum simpul !
Karena Gin San merupakan tokoh besar Beng-kauw, maka
pernikahannya dirayakan secara meriah oleh Beng-kauw, dan
sejumlah besar tokoh- tokoh dari kalangan bu-lim (rimba
persilatan) hadir dalam pesta itu. Tentu saja tidak ketinggalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sian Lun berdua isterinya, juga Louw Cin Han dan Ling Ling
datang menghadiri perayaan pernikahan itu!. Sian Lun dan
Ling Ling memberi selamat dan memuji kecantikan pengantin
wanita pilihan Gin San, menggoda sute dan suheng ini
sehingga suasana menjadi gembira sekali.
Berkat sepak terjang tiga orang muda ini ketika mereka
membantu pemerintah mengusir penjajah dan pemberontak,
maka nama tiga orang muda ini menjadi terkenal sekali di
dunia persilatan dan mereka dijuluki Tiga Naga Sakti, julukan
yang pernah dimiliki pula oleh orang tua dan guru mereka,
yaitu mendiang Gan Beng Han, Kui Eng, dan Tan Bun Hong.
Akan tetapi dibandingkan dengan tingkat kepandaian orangorang
tua itu tentu saja tiga orang muda ini menang jauh !
Maka seluruh dunia kang-ouw menghormati mereka, apa lagi
setelah seorang di antara mereka, yaitu Gan Ai Ling. menjadi
mantu dari tokoh Siauw-lim-pai, atau lebih tepat lagi, menjadi
isteri murid tokoh Siauw-lim-pai.
Tidak perlu diceritakan secara terperinci kegembiraan yang
terdapat dalam pesta pernikahan tokoh Beng-kauw yang amat
terkenal itu, dan setelah semua tamu berpamit dan di antar
ucapan terima kasih oleh sepasang mempelai, akhirnya Gin
San tinggal berdua saja dengan pengantin wanita. Mereka
diantar memasuki kamar pengantin yang dirias indah dan
berbau harum dupa pengantin, dan akhirnya mereka hanya
berdua saja di kamar itu. Sempurnalah kebahagiaan sepasang
mempelai itu di malam yang dingin dan sunyi itu, di mana,
mereka berdua saling menumpahkan rasa cinta mereka tanpa
ada yang mengganggu. Sampai jauh lewat tengah malam
kamar itu benar-benar sunyi karena Bi Cin telah tidur nyenyak
dalam pelukan suaminya.
Akan tetapi, pendengaran telinga Gin San yang amat peka
dan tajam berkat ilmunya yang tinggi, dapat menangkap
ketukan perlahan pada daun jendela kamar itu. Dia merasa
curiga sekali. Terbayanglah ancaman bahaya. Bukankah di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dunia ini masih ada Ouw Sek, musuh besarnya, dan orangorang
jahat berilmu tinggi seperti Lam-ong? Dengan hati-hati
karena tidak ingin mengagetkan isterinya yang tidur pulas
dengan senyum kelegaan di bibirnya, Gin San menarik
lengannya yang tertindih leher isterinya, kemudian cepat dia
mengenakan pakaiannya lalu mengenakan sepatu dan
meloncat turun dari pembaringan tanpa menimbulkan suara
sedikitpun. Bagaikan seekor kucing dia berindap-indap
menghampiri jendela. Kembali jendela itu diketuk perlahan
dari luar, tiga kali.
Karena curiga, Gin San melangkah mundur. kemudian dari
jarak jauh dia menggunakan tenaga sinkangnya mendorong
ke arah daun jendela. Daun jendela itu terbuka seketika dan
Gin San memandang terbelalak ke luar jendela, di mana
nampak wajah Giok Hong! Janda ini memandang kepadanya
penuh kemesraan dan melambaikan tangannya menyuruh dia
keluar!
Ya ampun! Demikian hati
Gin San mengeluh, akan
tetapi dia tidak berani
membantah. Dia menoleh
kepada isterinya. Bi Cin, yang
masih tidur pulas, dan
perlahan lahan dia
menghampiri jendela dan
meloncat keluar, diterima oleh
Giok Hong yang segera
merangkul dan menciumnya
dengan mesra! Wanita itu lalu
menutupkan daun jendela
kamar puterinya, kemudian
tanpa berkata apa-apa
menarik lengan Gin San, dibawanya masuk ke dalam
kamarnya lewat belakang!
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Gin San tak mampu menolak, terpaksa dia melayani hasrat
cinta berahi janda itu, dan memang semenjak nafsu berahinya
dibangkitkan oleh mendiang Bu Siauw Kim, pemuda ini
bergairah sekali, maka "gangguan" ini disambutnya dengan
gembira pula ! Dalam malam pertamanya menjadi pengantin.
Gin San harus melayani dua orang wanita!
Baru menjelang pagi Giok Hong melepaskan dia dan
membolehkan dia kembali ke kamarnya. Dengan berjingkatjingkat
seperti maling pengantin pria ini memasuki kamarnya
melalui jendela, lalu diam-diam merebahkan tubuhnya yang
lemas dan lelah itu di samping isterinya yang masih pulas,
diam-diam dia mengeluh dan mencela diri sendiri juga yang
pada malam pertama itu telah membohongi atau
mengkhianati isterinya dengan wanita lain, bahkan wanita lain
itu adalah ibu mempelai wanita sendiri! Akan tetapi di balik
keluhan ini. Gin San tersenyum puas membayangkan apa yang
telah dialaminya tadi. membayangkan betapa ibu mertuanya,
Janda yang masih cantik itu, jauh lebih ganas dan memuaskan
dari pada Bi Cin yang tentu saja sama sekali belum
berpengalaman seperti ibunya ! Dan diam-diam dia memuji
"nasib baiknya" itu sendiri.
Mungkin pria lain juga akan merasa iri hati melibat "nasib"
Gin San ini. Akan tetapi, orang-orang lain tentu saja hanya
mengingat dan memperhitungkan segi untung dan enaknya
belaka, sama sekali tidak melihat adanya kenyataan bahwa di
samping kesenangan sudah pasti terdapat segi-segi buruknya.
Memang tidak dapat disangkal bahwa pengalaman itu
menyenangkan hati Gin San, akan tetapi di samping itu juga
menimbulkan kegelisahan Kalau-kalau isterinya akan
mengetahui hubungannya dengan ibu mertuanya, dan dia
selalu merasa was-was, apa lagi kalau Giok Hong terlalu
berani memperlihatkan cintanya, dengan ucapan-ucapan atau
perbuatan yang membayangkan "kegemasan" terhadap
dirinya di depan Bi Cin. Dia tahu bahwa sekali waktu tentu
akan diketahuinya juga oleh Bi Cin, apa lagi isterinva itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahulu sudah tahu bahwa ada apa apa di antara suaminya
dan ibunya ! Dan agaknya sekali waktu tentu akan meledak
pertentangan antara ibu dan anak itu, yang keduanya
berlumba memperebutkan cintanya!
Memang kita manusia di dunia ini selalu mengejar
kesenangan. Kita hanya memandang ke depan, meraih
kesenangan sebanyak mungkin. Dan pengejaran kesenangan
ini sering kali. dan sudah pasti, menimbulkan perbuatanperbuatan
yang keras dan kejam, tidak memperdulikan orang
lain, bahkan kadang-kadang tidak segan mencelakakan orang
lain demi tercapainya kesenangan yang dikejar-kejarnya.
Semua tanaman tentu berkembang dan berbuah dan semua
perbuatan kita sudah pasti mendatangkan akibat. Tanaman
yang baik pasti mengeluarkan kembang dan buah yang baik
pula, sebaliknya perbuatan buruk sudah tentu akan
menghasilkan atau mengakibatkan hal bal yang buruk pula. Ini
adalah suatu kenyataan yang wajar. Namun, kita tidak pernah
mengihgat atau memikirkan hal itu, karena mata kita telah
dibutakan oleh sinar kesenangan yang menyilaukan, sehingga
kita tidak dapat melihat kesengsaraan yang bersembunyi di
balik sinar kesenangan yang kita kejar-kejar itu. Biasanya,
setelah kesengsaraan yang bersembunyi di balik sinar
kesenangan dan menanti saat baik itu menerjang dan
mencengkeram kita, barulah kita sadar, namun apakah artinya
kesadaran yang sudah terlambat ! Adalah jauh lebih baik kalau
kita selalu waspada setiap saat, sehingga mata kita tidak
dibutakan oleh sinar kesenangan dan kita dapat melihat segala
yang tersembunyi di balik semua itu. Ini bukan beiarti bahwa
kita harus menolak atau memantang semua kesenangan,
sama sekali bukan. Bukan suatu anjuran untuk kita hidup
sebagai pertapa di puncak gunung, karena bertapa itupun
suaru pengejaran kesenangan, sungguhpun kesenangannya
telah bersalin rupa menjadi agung dan disebut ketenangan,
kedamaian, kesucian dan sebagainya. Tidak, bukan
memantang apapun, melainkan waspada dan memandang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan penuh perhatian sehingga kita memasuki segala
sesuatu dengan mata terbuka, bukan degan membuta !
Biasanya, kita makan atau minum sesuatu tanpa melihat
apakah makanan atau minuman itu tidak merusak kesehatan
kita, karena mata kita hanya mengejar keenakan atau
kesenangan yang didapat dari makanan atau minuman itu.
Seperti seorang pemabok, dia hanya ingat akan kesenangan
yang didapat dari minuman kerasnya, sama sekali tidak ingat
lagi akan bahayanya bagi kesehatan. Dengan membuka mata
penuh kewaspadaan, maka bahaya itu akan nampak jelas, dan
kalau sudah nampak jelas, apakah kita mau lagi makan atau
minum benda yang merusak kesehatan itu. Demikian pula
dengan kesenangan-kesenangan lainnya. Kita silau oleh sinar
kesenangan yang kita nikmati, sehingga kita tidak lagi melihat
bahaya yang tersembunyi di balik kesenangan itu. Tidak
demikiankah kenyataan dalam kehidupan kita sehari-hari, di
mana kita selalu membuta karena mengejar kesenangan dan
kenikmatan sehingga timbullah bermacam-macam penderitaan
dan kesengsaraan? Ada orang bilang itulah romantika
kehidupan! Sesungguhnya romantika yang kita buat sendiri!
Dan di dalam romantika itu, celakanya, lebih banyak susahnya
dari pada senangnya!
Ada bermacam-macam pengertian. Ada orang yang
mengerti bahwa mabok-mabokan itu tidak baik, namun tetap
saja dia minum-minum sampai mabok. Hal ini terjadi karena
dia telah terbiasa, tubuhnya telah ketagihan dan mencandu,
dan pengertian yang dimilikinya hanyalah pengertian arti
kata.kata belaka. Pengertian teori belaka. Pengertian
semacam ini hanya menjadi pengetahuan mati yang biasanya
dipergunakan untuk berdebat, akan tetapi tanpa ada
penghayatan dalam kehidupan sehari-hari. Ada pula
pengertian yang hanya ditumpuk, membuat dia menjadi orang
yang pintar dan serba tahu, namun ini juga hanya merupakan
pengetahuan belaka yang kadang-kadang dijadikan
kebanggaan diri, tanpa ada penghayatan dalam hidup.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pengertian yang sesungguhnya bukan hanya teidapat dalam
sel-sel otak belaka, melainkan bersatu dalam tindakan karena
sudah menjadi kecerdasan Pengertian dapat dibangkitkan
melalui pengamatan dengan penuh kewaspadaan, penuh
perhatian, terhadap diri sendiri dan keadaan sekeliling, tanpa
penilaian baik buruk, benar salah. Biasanya, jarang sekali kita
sadar akan diri sendiri, biasanya kita bergerak dalam hidup
seperti robot. Selagi makan, pikiran melayang entah ke mana,
demikian pula selagi kita mandi, menggosok gigi, dan
sebagainya. Dapatkah kita hidup saat demi saat, menghayati
apa yang sedang kita, lakukan, sedang kita ucapkan, sedang
kita pikirkan, mengamatinya dengan penuh perhatian dan
kewaspadaan?
Gin San menjadi korban
dari nafsunya sendiri.
Pengalamannya yang
pertama kali dengan
mendiang Bu Siauw Kim
dijadikan pedoman
hidupnya untuk mengejar
kesenangan! Maka
kesenangan yang timbul
dari nafsu berahi itu amat
dipentingkan, menjadi yang
terutama dalam
kehidupannya. Maka dia
menerima dengan membuta
saja syarat dari ibu
mertuanya, tanpa melihat
lagi apakah perbuatannya
itu tidak akan menyusahkan diri sendiri dan orang lain! Yang
penting baginya hanyalah kesenangan dan kenikmatan dari
kesenangan itu.
Mulailah dia hidup penuh kepalsuan, membohongi isterinya,
menjaga agar jangan sampai isterinya tahu akan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
hubungannya dengan Giok Hong, ibu mertuanya. Dan tentu
saja, asap tak dapat dibungkus, bau busuk tak dapat
disembunyikan. Sebelum isterinya sendiri tahu, banyak orang
Beng-kauw sudah tahu akan hubungan yang menggelikan,
memalukan dan juga mengherankan itu.
Pada suatu pagi, ketika Gin San berjalan-jalan di belakang
rumahnya, di tepi Telaga Po - yang, ketika hari masih pagi
sekali dan suasana masih amat sunyi, tiba-tiba dia melihat
sesosok bayangan manusia berlari menghampirinya. Karena
kabut yang naik dari telaga masih agak tebal, maka
pemandangan menjadi suram dan dia tidak segera mengenal
orang yang berlari-lari itu. Namun dia cukup waspada dan siap
siaga, karena siapa tahu bahwa yang datang itu adalah
seorang musuh. Ouw Sek umpamanya. Akan tetapi setelah
agak dekat, dia melihat bahwa bayangan ini berbentuk tubuh
seorang wanita yang ramping, dan wanita itu datang
kepadanya sambil memondong sesuatu dengan kedua
tangannya.
Kini wanita itu tiba di depannya dan mereka dapat saling
pandang dengan jelas.
"Hwi Nio.......!" Gin Sin berseru dan matanya terbelalak
memandang wanita muda yang memondong seorang bayi itu.
Liang Hwi Nio, wanita yang cantik itu, tersenyum sehingga
nampak deretan giginya, dan muncul lesung pipit di tepi
bibirnya yang berbentuk indah
"Aihh, Gin San koko...... betapa aku menantikan saat ini
sejak kemarin. Aku menanti-nantimu, akan tetapi engkau tidak
pernah nampak sendirian.......!"
"Hwi Nio....... kau........ kau ke sini mau apa.......?" Gin San
bertanya gagap karena pertemuan ini sungguh sama sekali tak
pernah disangkanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mau apa? Ah, koko, perlukah engkau bertanya lagi?
Pertama-tama, tentu saja karena aku rindu padamu, dan
kedua kalinya, aku ingin mintakan nama untuk puteramu ini."
"Pu..... te ..... ra...... ku......" Wajah Gin San berobah pucat
dan dia menoleh ke kanan kiri, lalu ke arah rumah yang masih
sunyi itu. "Dapatkah....... kita....... bicara di tempat lain........?"
sambungnya khawatir.
Hwi Nio tersenyum manis, "Tentu saja, mari ikut aku !"
Gin San mengikuti wanita itu yang menuju ke sebuah
perahu yang dilabuhkan tak jauh dari situ. Tanpa bicara
mereka memasuki perahu itu dan Gin San lalu mendayung
perahu itu ke tengah telaga, lenyap di dalam selimutan kabut.
Setelah mereka tak melihat lagi daratan. Gin San lalu
bertanya, "Hwi Nio, apa artinya ini? Anak siapa itu ?"
"Anak kita, koko, Setelah pertemuan kita dahulu itu, aku
mengandung dan........ tiga bulan yang lalu terlahirlah anak
ini. Aku masih belum memberi nama, karena aku ingin minta
nama darimu,"
"Anakku........?" Gin San memandang anak itu dengan
jantung berdebar.
"Tentu saja anakmu, anak siapa lagi? Lihat mulutnya,
hidungnya, persis mulut dan hidungmu, koko, hi-hik !" Hwi Nio
tertawa dan memberikan anak itu kepada Gin San.
Gin San menerimanya dan memondong, memangku anak
ttu sedangkan Hwi Nio lalu melepas jangkar agar perahu itu
tidak bergerak. Seorang anak laki-laki yang baru berusia tiga
bulan, bertubuh montok sehat dan berwajah tampan. Akan
tetapi tiba tiba anak itu menangis dan Gin San cepat-cepat
menyerahkannya kepada Hwi Nio. Ibu muda ini menerima
puteranya, lalu tanpa malu-malu lagi dia membuka baju
mengeluarkan buah dada sebelah kiri dan meneteki anaknya
yang minum air susu dengan lahapnya. Melihat buah dada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelah kiri dan meneteki anaknya yang minum air susu
dengan lahapnya. Melihat buah dada yang padat penuh dan
berkulit putih bersih itu, dan melihat anak itu menetek dengan
lahapnya, tak terasa lagi Gin San menelan ludah. Kebetulan
Hwi Nio sedang memandang kepadanya dan ibu muda ini
tertawa kecil.
"Tunggulah sampai dia tidur, koko, aku.....aku rindu
padamu....... "
Gin San tidak menjawab, pikirannya bingung sekali, teringat
dia akan isterinya, dan ibu mertuanya. Apakah sekarang harus
ditambah seorang lagi? Dia benar-benar bingung karena tanpa
disangkanya, tahu-tahu dia sudah mempunyai seorang anak!
Tak lama kemudian anak itu tidur pulas, lalu ditidurkan di
sudut oleh ibunya. Kemudian Hwi Nio menghampiri Gin San
dan merangkulnya dengan mesra,
"Koko, engkau sungguh kejam, sampai setahun lamanya
engkau tak pernah datang mengunjungiku !" katanya sambil
memeluk dan mencium.
Gin San yang sudah timbul gairah nya melihat Hwi Nio
menyusui anaknya tadi, membalas rangkulannya dan mereka
berdua melepaskan rindu masing-masing di atas perahu itu.
Gin San terpaksa harus memenuhi tuntutan Hwi Nio yang
telah merasa amat rindu itu, sungguhpun dia sudah merasa
lelah karena semalam dia harus melayani isterinya dan ibu
mertuanya !
Ketika anak itu terbangun dan menangis, baru mereka
mengakhiri permainan cinta mereka. "Koko, kauberikanlah
nama untuk anak kita ini."
Gin San memang sudah berpikir tentang itu tadi. "Namakan
dia Bu Siang," jawabnya pendek
"Bu Siang ? Coa Bu Siang........ nama yang gagah," kata
Hwi Nio dengan girang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa she Coa..........?"
"Bukankah engkau juga she Coa, koko ? "
"Tapi........ kita tidak kawin........"
"Hemm, upacara pernikahan apa sih artinya? Yang penting,
kita berdua tahu anak siapa dia ini "
"Hwi Nio, ketahuilah bahwa aku telah menikah........"
"Ya, dengan Tio Bi Cin, dan engkau melahap sekalian
ibunya, bukan? Kaukira aku tidak tahu? Huh, dasar laki-laki
mata keranjang kau !"
Gin San terkejut bukan main, mukanya menjadi merah
sekali. Akan tetapi dia segera memutar otak, membela diri
dengan menggunakan kepercayaan agama yang dianut oleh
wanita ini.
"Siapa bilang mata keranjang? Kami suka sama suka, kalau
wanita dan pria sudah suka sama suka, apa salahnya, seperti
juga kita berdua ?"
Hwi Nio menjebikan bibirnya yang mungil dan merah. "Huh,
bisa saja kau!" Dan telunjuknya menuding dahi Gin San yang
tertawa dan Hwi Nio juga tertawa. "Terserah kalau ada seribu
orang wanita mencintamu, akan tetapi engkau tidak boleh
melupakan aku dan anak kita! "
"Mana bisa aku lupa kepadamu yang cantik manis ini ?” Gin
San mendekat, merangkul dan mencium bibir Hwi Nio dengan
mesra. Anak kecil yang dipondong oleh ibunya itu terjepit dan
menangis.
"Ihh, dasar engkau perayu !" Hwi Nio mendorong Gin San
yang jatuh terjengkang di lantai perahu. Keduanya kembali
tertawa tawa. Mereka berdiam di atas telaga, dalam perahu
itu sampai sehari penuh. Mereka makan bekal makanan yang
dibawa Hwi Nio dan beberapa kali Gin San hendak pulang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
akan tetapi dilarang dan ditahan oleh Hwi Nio sehingga
terpaksa Gin San harus melayani wanita itu sampai sore.
Setelah merasa puas dan terobati rindunya, barulah Hwi
Nio mengantar Gin San ke darat, kemudian setelah mereka
kembali saling berciuman dengan mesra, Hwi Nio menjalankan
perahu meninggalkan Gin San yang terdiri bengong
memandang sampai perahu itu lenyap. Terngiang kata-kata
Hwi Nio sebagal pesanan terakhir tadi. "Kalau sampai terlalu
lama engkau tidak mencariku, aku akan datang mencarimu !"
Gin San menarik napas panjang. Semua "main-main" yang
dulu itu kini menjadi sungguhan! Hwi Nio melahirkan anak
keturunannya. Hwi Nio biarpun tidak minta dinikahinya,
menuntut dilanjutkan hubungan di antara mereka. Dan di
rumah masih ada Bi Cin, dan Giok Hong! Dia mulai menjadi
bingung dan khawatir. Bagaimana kalau ibu dan anak itu tahu
akan hubungannya dengan Hwi Nio? Padahal, di antara
mereka berdua itu sendiri sudah ada semacam persaingan
yang dilakukan secara diam-diam.
"San-ko, ke mana saja engkau sehari ini?" Tiba-tiba
terdengar bentakan halus. Dia terkejut, menoleh, dan melihat
Bi Cin berdiri dengan alis berkerut tanda kesal hatinya.
"Aku ? Ah....., aku...... aku sedang berjalan-jalan, berjumpa
teman lama dan kami bercakap-cakap sambil berperahu,
sampai lupa waktui"
"Teman lama? Hemm, mana dia ?"
"Dia sudah pergi........ "
Bi Cin menggandeng tangannya dan mengajaknya pulang.
Gin San merasa lega, akan tetapi kekhawatiran tetap
menyelubungi hatinya. Sampai berapa lama dia dapat
bertahan dalam keadaan yang selalu menegangkan dan
mengkhawatirkan hati ini? Namun, dasar dia seorang pria
muda yang sedang besar semangatnya dan besar gairahnya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terhadap wanita, dia merangkul Bi Cin dan menciumi pipi
isterinya itu.
"Ihh, ceriwis engkau! Masa di jalan mencium orang! Kalau
kelihatan orang bagaimana ?" Bi Cin membentak akan tetapi
sambil tersenyum.
Melihat senyum ini, Gin San lalu menambahi ciumannya
bukan di pipi, melainkan di mulutnya. Dia tidak tahu betapa di
balik sebatang pohon besar, ada sepasang mata memandang
dengan sinar berapi penuh cemburu.
Baru setelah dia melepaskan ciumannya dan sambil
bergandeng tangan dia mengajak Bi Cin pulang, dia melihat
berkelebatnya bayangan Giok Hong dari balik pohon.
Jantungnya kembali berdebar dan ada perasaan tidak enak:
menusuk hatinya. Sialan, pikirnya. Apakah dia selalu harus
bersembunyi kalau bermain cinta dengan Bi Cin, dengan Giok
Hok, atau dengan Hwi Nio? Namun, dasar mata keranjang,
kegelisahan itupun segera diusirnya dan sambil bersenandung
kecil dia menarik tangan isterinya, diajak memasuki kamarnya!
Kita hidup dikelilingi seribu satu macam kesenangan, Hanya
batin yang cerdas dan sehat sajalah yang mampu untuk
melihat kesenangan apa yang tidak merusak, baik merusak
diri sendiri atau orang lain, lahir dan batin. Menuruti hati
mengejar kesenangan dengan membuta berarti momasuki
lembah yang akan menuntun ke arah kekecewaan, kebosanan
dan akhirnya penderitaan. Tidak ada kesenangan yang abadi
di dunia ini, semua kesenangan berakhir dengan kebosanan,
kekecewaan, dan rasa takut akan kehilangan kesenangan itu.
Memang, dipandang sepintas 1alu, hidup berkecimpung
dalam buaian nafsu berahi dilayani oleh tiga orang wanita
cantik seperti Gin San itu amatlah menyenangkan. Akan tetapi
itu hanyalah pandangan orang lain belaka, atau pandangan
mereka yang belum memiliki kesenangan itu! Kalau kita sudah
memilikinya, seperti Gin San, maka di samping kesenangan
itu, terdapat pula kegelisahan, kebingungan, dan ketakutan !
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Demikianlah, sampai di sini berakhirlah cerita Kisah Tiga
Naga Sakti ini, dan seperti biasa, harapan pengarang adalah
mudah-mudahan di samping merupakan bacaan hiburan yang
mengasyikkan, cerita ini juga mengandung manfaat sebagai
pembuka mata dan kesadaran akan keadaan kehidupan kita.
Sampai jumpa di lain karangan!
TAMAT.
Solo, medio Mei 1976
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru