Selasa, 18 April 2017

Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Ke 16 Pendekar Kwee Ceng

Cersil Pendekar Pemanah Rajawali Ke 16 Pendekar Kwee Ceng
Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf
-
Koan Eng menduga kepada orang gila, yang
menyerang ia kalng-kabutan, atau orang salah
menyangka, tetapi sekarang, mendengar orang
menyebut siri sebagai adik seperguruan dari See
Thong Thian, tahulah ia bahwa orang ini datang
menuntut balas untuk Hong Ho Su Koay, Empat
Siluman dari sungai Hoang Hoo. Ia jadi hendak
membalaskan sakitnya Toat-pek-pian Ma Ceng Hiong.
Karena ini, ia lantas berkelahi semakin hebat.
Tidak lama, kembali Koan Eng kena terdesak, tidak
peduli ia berlaku mati-matian.
Yauw Kee dapat melihat si pemuda terancam bahaya.
Mulanya ia berdiam saja di pojokan menyaksikan
pertempuran itu, ia pun takut pada kotoran, tetapi
sekarang menampak ancaman bahaya itu, tidak dapat
ia berdiam terus-terusan. Ia mencabut pedangnya
sambil mengajukan diri.
"Jangan takut, akan aku bantu kau!" ia berkata. Ia
bahkan segera menikam punggung lawan. Ia murid
kepala dari Ceng Ceng Sanjin Sun Put Jie, dari itu ia
adalah orang dari kaum Coan Cin Pay.
Majunya nona ini ada dalam dugaan Hauw Thong Hay.
Tidak demikian dengan Koan Eng. Maka pemuda ini
menjadi heran berbareng girang, hingga terbangun
semangatnya, kalau tadi ia repot membela diri, hingga
ia tidak dapat melakukkan penyerangan balasan,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekarang ia dapat melakukan itu.
Mulanya Thong Hay jeri juga, ia khawatir si nona lihay,
tetapi selang beberapa jurus, legalah hatinya. Dia
mendapat kenyataan nona ini kurang latihannya. Maka
kemudian, walaupun dikepung berdua, ialah yang
dapat lebih banyak menyerang.
Oey Yong dari dalam kamar mengikuti terus
pertempuran itu. Ia menjadi berkhawatir. Ia
mengetahui dengan baik, lama-lama muda-mudi itu
bisa becelaka di tangan musuh yang telengas ini. Ia
berkhawatir sebab ada keinginannya untuk membantui
tetapi keinginan itu tidak dapat diwujudkan. Mana bisa
ia tinggalkan Kwee Ceng?
"Nona kau pergilah!" berkata Koan Eng kemudian.
"Urusan di sini bukan urusanmu!"
Yauw Kee tak mau mundur. Ia tahu pemuda itu
mengkhawatirkan keselamatanya. Untuk kebaikan hati
itu, ia merasa sangat bersyukur. Tentu sekali, tidak
dapat ia mengangkat kaki membiarkan kawan itu
menghadapi bahaya maut. Maka itu ia menggeleng
kepalanya.
"Kita bermusuh, maka itu kau carilah aku sendiri si
orang she Liok!" Koan serukan Thong Hay. "Lekas kau
membuka jalan untuk nona ini mengundurkan diri!"
Thong Hay tertawa lebar. Sekarang ia telah
memperoleh kepastian muda-mudi ini bukannya hantu
atau iblis, hatinya menjadi besar. Ia pun sudah
menang di atas angin! Bukankah si nona pun cantik
manis?
"Hantu pria aku hendak tangkap, iblis wanita aku
hendak bekuk juga!" katanya dingin. Ia mengulangi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
serangannya yang hebat, hanya terhadap Thia Yauw
Kee, ia tidak menggunai tenaga sepenuhnya.
Koan Eng menjadi bertambah khawatir.
"Nona lekas kau menyingkir!" ia serukan nona itu. "Aku
berterima kasih padamu!"
"Kau she Liok?" tanya si nona perlahan tanpa
menghiraukan anjuran orang untuk mengangkat kaki.
"Benar," menyahut Koan Eng. "Nona sendiri she apa
dan murid siapakah?"
"Guruku she Sun, orang menyebutnya Ceng Ceng
Sanjin," sahut nona Thia. "Aku sendiri…aku…" Ia
hendak menyebut namanya tetapi ia malu.
"Nona," berkata Koan Eng. "Akan aku tahan dia, kau
pergilah menyingkir! Asal aku dapat menolong jiwaku,
nanti aku susul padamu!"
Mukanya Yauw Kee merah. Ia tidak menjawab itu anak
muda, hanya ia membentaki lawannya: "Eh, siluman,
jangan kau lukakan dia! Katahui olehmu, guruku ialah
Sun Cinjin dari Coan CinPay dan dia segera bakal
datnag kemrai!"
Nama Coan Cin Pay sangat terkenal, maka
mendengar disebutnya partai itu, hati Thong Hay
tercekat. Bukankah Thie-kak-sian Giok Yang Cu Ong
Cie It pernah memperlihatkan kepandaiannya di dalam
istana Chao Wang? Meski begitu, ia tidak sudi
mengasih lihat kelemahannya. Maka itu ia sengaja
berseru: "Biarnya tujuh siluman Coan Cit Cit Cu datang
kemari, hendak aku membinasakan semuanya!"
"Orang bosan hidup, kau ngaco belo!" mendadak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdengar seruan dari arah luar.
Kaget ketiga orang itu, dengan sendirinya mereka
pada lompat mundur. Koan Eng khawatir Thong Hay
main gila, ia tarik Yauw Kee ke belakangnya, ia lantas
berdiri di depan si nona seraya ia bersiap dengan
goloknya.
Semua mata mengawasi ke luar. Di ambang pintu
berdiri seorang tojin atau imam usia muda, romannya
tampan, tangannya mencekal kebutan atau hudtim. Ia
bersenyum dingin ketika ia menegaskan pula:
"Siapakah yang membilang hendak membinasakan
Coan Cin Cit Cu?"
"Itulah aku Hauw Looya yang membilangnya!" sahut
Thong Hay takabur. "Kau mau apa?!"
"Baiklah! Sekarang kau cobalah membunuhnya!"
menantang si imam muda. Kata-kata ini disusul sama
gerakan tubuhnya seraya kebutannya mengebut
kemuka si Ular Naga Kepala Tiga.
Ketika itu selesailah Kwee Ceng dengan latihannya,
tempo kupingnya dapat mendengar suara berisik di
luar kamar itu, ia lantas mengintai.
"Mungkinkah benar imam muda ini anggota Coan Cin
Cit Cu?" Oey Yong tanya.
Kwee Ceng segera mengenali imam muda itu, ialah In
Cie Peng muridnya Tiang Cun Cu Khu Cie Kee. Dialah
yang dua tahun lampau pergi ke Mongolia
menyampaikan surat gurunya kepada Kanglam Liok
Koay dan dalam pibu, pertandingan itu, ia kena
dikalahkan dia itu. Maka itu, ia beritahukan si nona
Oey siapa imam itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Dia pun tak dapat melawan Hauw Thong Hay,"
berkata Oey Yong sambil menggeleng-geleng kepala.
Setelah lewat dua tahun, kepandaiannya In Cie Peng
telah bertambah, walaupun demikian, berkelahi samasama
Liok Koan Eng mengepung Hauw Thong Hay
mereka cuma berimbang saja.
Yauw Kee menonton dengan bengong. Ia terkejut
katika ia dipegang oleh Koan Eng dan ditarik ke
belakang si anak muda, habis mana anak muda itu
menyerang Thong Hay yang menyambuti serangannya
In Cie Peng. ia tengah mengusut-usut tangannya itu
tatkala ia mendengar suara Koan Eng, "Nona, awas!"
Itulah Hauw Thong Hay, yang menggunai
kesempatannya akan membokongi si nona, yang ia
tikam pundaknya. Ia tidak menyangka akan serangan
itu, atas pemberian ingat si anak muda, ia lantas
berkelit, setelah mana dalam murkanya ia maju
menyerang. Dengan begitu, Thong Hay jadi dikerubuti
bertiga.
Walaupun ia gagah, sekarang Thong Hay bingung
juga. Memang nona Thia ini tidak lihay, akan tetapi
dikepung berdua, mereka sudah berimbang, dengan
bertambah satu tenaga lagi, ia merasa berat. Ia
menjadi cemas sendirinya, hendak ia meloloskan diri,
tetapi kepungan rapat.
In Cie Peng mempermainkan kebutannya di muka
lawannya itu, lama-lama Thong Hay menjadi seperti
kabur matanya, maka satu kali ia alpa, gerakannya
kurang sebat, ia merasakan pahanya sakit, sebab
goloknya Koan Eng mampir di pahanya itu. Ia menjadi
murka sekali, ia mendamprat leluhur lawannya.
Masih si Ular Naga Kepala Tiga membuat perlawanan.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Karena luka dikakinya itu, kelincahannya menjadi
berkurang. Masih ia diganggu kebutan Cie Peng, yang
membikin ia kewalahan. Kapan tiba saatnya ia
mencoba menikam, Cie Peng libat gaetannya itu,
hingga keduanya jadi saling tarik.
Biar bagaimana, Thong Hay menang tenaga,
kesudahannya saling tarik itu, kebutannya Cie Peng
kena tertarik hingga terlepas. Tapi menang disini,
Thong Hay kalah dilain pihak. Dengan mengadu
tenaga sama Cie Peng, ia menjadi lengah, maka juga
ujung pedangnya Yauw Kee menusuk pundak
kanannya, atas mana terlepaslah tempulingnya yang
bercagak tiga!
In Cie Peng lepas kebutannya itu, ia tidak menjadi
kaget atau bingung, bahkan ia memperlihatkan
kegesitannya, ialah justru lawannya kena tertikam, ia
maju untuk menotok. Tepat ia mengenakan jalan darah
hian-kie, atas mana, Sam-tauw-kauw roboh seketika.
Koan Eng tidak berlaku ayal, ia berlompat untuk
menubruk, lalu dengan menggunai ikat pinggang
lawan, ia ringkus lawannya itu, kedua tangan siapa
ditelikung.
"Lihat, muridnya Coan Cin Cit Cu saja kau tidak
sanggup lawan!" kata In Cie Peng mengejek.
"Masihkah kau hendak membinasakan semua Coan
Cin Cit Cu?"
Thong Hay gusar, ia memaki kalang kabutan. Ia kata ia
toh dikepung bertiga.
Cie Peng tidak sabaran, ia sobek ujung baju orang dan
pakai itu untuk menyumbat mulut orang yang kotor itu,
maka sekarang, si Ular Naga Tiga Kepala melainkan
bisa mendelik mata dan mukanya merah, mulutnya tak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bersuara lagi.
"Suci," berkata Cie Peng kepada Yauw Kee sambil ia
memberi hormatnya. "Kau adalah murid dari Sun
Susiok, maka terimalah hormatnya suteemu."
Yauw Kee membalas hormat sambil merendahkan diri.
"Entah suheng murid paman guru yang mana?" ia
bertanya.
"Siauwtee ialah In Cie Peng, muridnya Tiang Cun Cu,"
menyahut saudara asal seperguruan ini.
Yauw Kee tidak pernah keluar pintu, ia tidak kenal
keenam saudara gurunya tetapi ia pernah mendengar
dari gurunya tentang mereka itu, maka tahulah ia siapa
Tiang Cun Cu itu.
"Kalau begitu, In Suheng, kaulah suhengku," katanya
perlahan. "Adikmu ini she Thia, kau panggil saja
sumoy padaku."
In Cie Peng bersenyum melihat sumoy itu, adaik
seperguruannya, tetapi meski begitu, ia melayani
berbicara, setelah mana ia belajar kenal dengan Liok
Koan Eng.
Orang she Liok itu memberitahukan she dan namanya
tetapi ia tak menyebutkan nama dan gelaran ayahnya
dan menyebut juga pekerjaannya sebagai kepala
perampok di telaga Thay Ouw, ia cuma menerangkan,
ia bermusuh dengan Hauw Thong Hay sebab ia telah
membunuh Ma Ceng Hiong.
"Orang edan ini kosen, dia tidak dapat dimerdekakan!"
berkata nona Thia.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Biarlah aku lantas binasakan dia!" berkata Liok Koan
Eng.
"Ah, jangan!" mencegah nona Thia, yang hatinya
pemurah.
"Tidak apalah dia tidak dibikin mampus!" kata Cie
Peng tertawa. "Sumoy, sudah berapa lama kau berada
disini?"
"Baru saja," sahut si nona dengan wajahnya merah
jengah.
Cie Peng mengawasi muda-mudi ini, pikirannya
bekerja.
"Mereka rupanya pasangan, jangan aku berdiam lama
di sini membuat mereka muak saja…" pikirnya. Maka
ia lantas berkata: "Aku sedang menjalankan tuga yang
diberikan suhu. Aku diperintah pergi ke dusun Gu-keecun
guna menyampaikan berita kepada satu orang.
Nah, sampai di sini saja, harap kita bisa bertemu pula!"
Yauw Kee masih likat.
"In Suheng, kau sedang mencari siapa?" tanyanya
perlahan.
Cie Peng agaknya bersangsi, tetapi sejenak kemudian,
ia pikir: "Thia sumoy orang sendiri, dia berjalan sama
anak muda ini, dia pun bukan orang lain, tidak ada
halangannya untuk aku bicara." Maka ia menjawab
bahwa ia lagi mencari seorang kenalan she Kwee.
Keterangan ini membuatnya beberapa orang terkesiap
hatinya. Mereka yang berada di dalam kamar rahasia,
begitu pun Liok Koan Eng, bahkan pemuda she Liok ini
lantas bertanya: "Adakah ia yang bernama Ceng?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Benar," sahut Cie Peng memberikan kepastian.
"Saudara Liok kenal sahabat she Kwee itu?"
"Siauwtee justru hendak mencari Kwee Susiok itu,"
menyahut Koan Eng.
"Eh, kau memanggil dia susiok?" tanya Cie Peng dan
Yauw Kee berbareng. Nona ini pun heran waktu
pertama mendengar Cie Peng menyebut "sahabat she
Kwee"
"Ayahku setingkat derajatnya dengannya, maka itu
siauwtee memanggil susiok," Koan Eng menjelaskan.
(Susiok artinya paman guru)
Tingkat Liok Seng Hong sederajat dengan Oey Yong,
dengan sendirinya Koan Eng mesti memanggil paman
guru kepada Kwee Ceng. Mengenai Kwee Ceng itu,
Yauw Kee tidak membilang suatu apa akan tetapi
perhatiannya tertarik.
"Apakah kau telah bertemu padanya. Ada di mana dia
sekarang?" Cie Peng menanya dengan cepat.
"Siauwtee pun baru tiba di sini, selagi siauwtee hendak
mencari keterangan, kita bertemu ini orang edan, tidak
karuan dia menyerang kita," menerangkan Koan Eng.
"Kalau begitu, mari kita sama-sama pergi mencarinya,"
kata Cie Peng kemudia.
Oey Yong dan Kwee Ceng saling mengawasi. Mereka
telah mendapat dengar semua pembicaraannya ketiga
orang itu.
"Mereka pasti bakal kembali," kata Kwee Ceng. "Yongjie,
kau bukalah pintu."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mana dapat?" si nona berkata. "Mereka mencari kamu
tentu untuk urusan penting. Kau lagi beristirahat, mana
dapat kau memecah pikiranmu?"
"Tetapi urusannya mesti sangat penting," si anak muda
bilang.
"Biarnya langit ambruk, tidak nanti aku membuka
pintu," si nona kata pasti.
Hati Kwee Ceng tidak tenang, tetapi Oey Yong benar.
Ia pun khawatir si nona menjadi berduka. Maka
terpaksa ia berdiam saja, melanjuti istirahatnya itu.
Benar saja, selang tidak lama, Koan Eng bertiga
kembali ke rumah makannya Sa Kouw. Kaon Eng
berduka, katanya: "Di kampung halamannya sendiri
susiok tidak dapat dicari. Bagaimana sekarang?"
"Urusan penting apakah itu antara kamu berdua,
saudara Liok?" Cie Peng tanya Koan Eng. "Bolehkah
aku ketahui itu?"
Sebenarnya Koan Eng tidak suka memberitahu, tetapi
ketika ia menampak wajah nona Thia, ia mengubah
pikirannya dalam sekejap.
"Omonganku panjang," ia menyahut. "Biarlah aku
bersihkan dulu kotoran di sini, nanti baru kita bicara."
Di rumahnya Sa Kouw ini, sapu pun tidak ada, maka
itu Koan Eng dan Cie Peng menggunai rumput untuk
menyapu kotoran. Setelah itu ketiganya duduk
menghadapi meja.
Koan Eng hendak mulai bicara ketika Yauw Kee
mencegah. "Tunggu dulu!" katanya seraya ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbangkit bertindak mendekati Hauw Thong Hay. Ia
memotong sejuwir ujung baju orang tawanan itu, yang
mana ia pakai menyumpal kedua kupingnya dia itu.
"Biar dia jangan mendapat dengar!" ia menambahkan
dengan tertawa.
"Kau teliti, nona!" Koan Eng memuji. Ia pun tersenyum.
Oey Yong dalam tempat persembunyiannya tertawa di
dalam hatinya. Pikirnya: "Kau masih bicara tentang
teliti! Sudah kami berdua, sukar untuk mengetahuinya,
di sana pun ada rebah Auwyang Kongcu, kau masih
belum ketahui juga……"
Thia Yauw Kee masih hijau, inilah tidak heran. In Cie
Peng biasa mengikuti gurunya tetapi ia dasarnya
semberono. Sedang Koan Eng, yang biasa
memerintah, kurang waspada. Demikian mereka
berbicara, bertindak, tanpa memeriksa dulu tempat di
sekitarnya.
Nona Thia mendapatkan kuping Thong Hay telah
terpapas, ia tercengang, tetapi hanya sejenak.
"Sekarang kau boleh bicara!" katanya tertawa pada
Koan Eng habis ia menyumbat.
Untuk sesaat, agaknya pemuda she Liok itu bersangsi.
"Ah, darimana aku harus mulai?" katanya. "Sekarang
aku lagi mencari Kwee susiok. Sebenarnya tidak
seharusnya aku pergi mencari tetapi tanpa mencari,
tak dapat…."
"Inilah aneh!" berkata Cie Peng.
"Memang. Aku mencari Kwee Susiok bukan untuk
urusannya sendiri hanya untuk keenam gurunya."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ah, Kanglam Liok Koay?" Cie Peng tanya seraya
menepuk meja. "Mungkin kita ada bersamaan tujuan.
Sekarang mari kita masing-masing menulis di tanah,
lalu minta Thia sumoy yang melihatnya, cocok atau
tidak."
Belum lagi Koan Eng menyahuti, sambil tertawa Yauw
Kee mendahului: "Bagus! Nah putarlah tubuhmu dan
menulislah!"
In Cie Peng dan Liok Koan Eng memegang masingmasing
sebatang puntung, sambil belakangmembelakangi,
mereka sudah lantas mencoret-coret di
tanah.
"Thia Sumoy!" kemudian kata Cie Peng tertawa, "Kau
lihat tulisan kita sama atau tidak?"
Yauw Kee melihat coretan mereka itu.
"In Suheng, kau menduga keliru," katanya perlahan.
"Tulisan kamu tidak sama."
"Ah!" seru Cie Peng sambil berbangkit.
Yauw Kee tertawa dan menambahkan: "Kau menulis
'Oey Yok Su' dan dia menggambar sebatang bunga
tho."
Oey Yong heran.
"Mereka mencari engko Ceng, mengapa toh ada
sangkutannya sama ayahku?" ia menduga-duga.
Lalu terdengar suara Koan Eng perlahan: "Apa yang
ditulis In Suheng adalah nama dari kakek guruku, dan
siauwtee tidak berani menulisnya langsung…"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Oh, kakek gurumu?" kata Cie Peng terperanjat.
"Kalau begitu, pikiran kita sama saja. Bukankah Oey
Yok Su itu tocu dari pulau Tho Hoa TO?"
Yauw Kee heran.
"Oh, kiranya begitu!" katanya.
"Karena saudara Liok ada orang kaum Tho Hoa To,"
berkata In Cie Peng, "Dengan begitu dengan mencari
Kanglam Liok Koay, kau tentunya bermaksud tak baik
untuk mereka itu…"
"Sebaliknya, suheng…"
Cie Peng tidak puas orang omong sangsi-sangsi.
"Oleh karena saudara Liok tidak mengangap aku
sebagai sahabat, sudahlah, tak ada gunanya untuk kita
bicara banyak-banyak," katanya. "Ijinkanlah aku
meminta diri."
Ia lantas berbangkit dan memutar tubuh, untuk berlalu.
"Tunggu, In Suheng!" mencegah Koan Eng. "Aku
hendak menutur sesuatu, aku pun hendak memohon
bantuanmu."
Adalah tabiat Cie Peng yang ia paling senang kalau
orang memnita apa-apa padanya, dari itu ia lantas
menjadi girang.
"Baiklah!" katanya. "Sekarang kau boleh bicara!"
"In Suheng," berkata Koan Eng menerangkan, "Kau
adalah orang Coan Cin Pay, maka itu bukankah ada
semacam tugas dari kamu umpama kata kau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendengar sesuatu tentang lain orang, kau akan
lantas memberitahukan atau mengisikinya supaya
orang itu berhati-hati dan berjaga-jaga? Sekarang,
andaikata, ada salah seorang dari pihak seatasan kau
hendak mencelakai seseorang, dan kau
mengetahuinya itu, pantas atau tidak kalau kau
mengisiki orang itu untuk lari menyingkirkan diri?"
In Cie Peng seperti dapat menduga maksud orang. Ia
menepuk pahanya.
"Aku mengerti sekarang," katanya. "Teranglah di
antara kamu pihak Tho oa To ada orang yang tengah
menghadapi kesulitan. Nah, kau bicaralah!"
"Di dalam perkara ini," berkata Koan Eng. "Jikalau aku
memeluk tangan menonton saja, aku jadi berbuat tak
selayaknya, sebaliknya, apabila aku mencampurnya
tahu, aku jadi menentang kaumku sendiri. Maka itu, In
Suheng, walaupun aku ingin memohon bantuanmu, tak
dapat aku membuka mulutku…"
Cie Peng mau menduga, akan tetapi karena orang
tidak menjelaskannya, ia pun tidak dapat mengambil
putusan, maka itu ia menggaruk-garuk kepalanya yang
tidak gatal. Ia nampaknya likat sendiri.
Yauw Kee memandang kedua orang itu, ia mendapat
jalan.
"In Suheng," katanya, "Kau tanyalah Liok Toako. Kalau
ia mengangguk, itulah soalnya, kalau ia menggeleng
kepalanya, itulah bukannya. Asal Liok Toako tidak
mengatakannya sendiri, itu berarti ia tidak melanggar
aturan kaumnya."
"Bagus dayamu ini, Thia Sumoy!" kata Cie Peng
girang. "Saudara Liok, mari dengar aku bicara dulu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tentang urusanku. Guruku yaitu Tiang Cun Cu Khu
Cinjin, diluar keinginannya, telah mendapat suatu
kabar penting, ialah kabar halnya Tocu Tho Hoa To
karena membenci Kanglam Liok Koay, berniat
membunuh jago-jago dari Kanglam itu, hendak
membinasakan mereka serumah tangga. Karena itu
guruku lantas mendahulukan pergi untuk memberi
kisikan. Nyatanya Liok Koay tidak ada dirumahnya,
mereka telah pergi pesiar. Atas itu guruku lantas
menitahkan semua anggota keluarga Liok Koay itu
pergi menyingkirkan diri masing-masing. Maka ketika
Oey Yok Su sampai ke Kee-hin, ia tidak menemukan
seorang juga. Ia menjadi sangat gusar dan
mendongkol, tetapi ia cuma dapat menungkuli diri,
dengan gondok ia berangkat ke Utara. Setelah itu
taklah lagi bagaimana kejadiannya peristiwa. Dan kau,
tahukah kau tentang itu?"
Koan Eng mengangguk.
In Cie Peng berdiam sebentar habis itu ia berkata pula:
"Turut rasaku dia terus mencari kanglam Liok Koay.
Sebenarnya di antara guruku dan Liok Koay ada suatu
perselisihan, tetapi perselisihan itu sudah dapat
disudahi sedang mengenai urusannya, kesalahan
berada di pihak Oey Yok Su maka itu kebetulan Coan
Cin Cit Cu berkumpul di Kanglam, mereka lantas
memisah diri mencari Liok Koay untuk menasehati
mereka untuk berhati-hati menjaga diri, bahkan paling
betul mereka menyingkir jauh-jauh, supaya mereka tak
dapat dicari kakek gurumu itu. Coba kau pikir, tindakan
itu tepat atau tidak?"
Koan Eng mengangguk pula.
Mendengar sampai di situ, Oey Yong berpikir: "Engko
Ceng sudah tiba di Tho Hoa To memenuhi janji,
kenapa ayah hendak pergi mencari pula Liok Koay?" Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak tahu ayahnya telah kena dijual Leng Tie Siangjin
dan mempercayai yang ia telah mati kelelap di laut
hingga dia menjadi sangat berduka dan gusar dan
karenanya hendak menumpahkan amarahnya kepada
Kanglam Liok Koay.
Kembali terdengar suaranya In Cie Peng: "Oleh karena
tidak dapat mencari Liok Koay, guruku ingat Kwee
Ceng yang menjadi murid Liok Koay itu. Kwee Ceng itu
ada orang asal dusun Gu-kee-cun di Lim-an dan
dipercaya betul ia telah kembali ke kampung
halamannya, dari itu aku dititahkan datang kemari
mencari dia di sini. Guruku percaya pastilah Kwee
Ceng mengetahui di mana adanya semua gurunya itu.
Kau telah datang ke mari, saudara Liok, bukankah itu
untuk urusan yang sama?"
Lagi-lagi Koan Eng mengangguk.
"Sekarang telah ternyata Kwee Ceng belum kembali ke
kampung halamannya ini," berkata Cie Peng pula,
"Meskipun begitu guruku telah melakukan
kewajibannya terhadap Liok Koay itu, maka itu
walaupun dia tidak dapat mencari mereka itu, itulah
disebabkan habis daya. Melihat yang mereka dukar
dicari, aku percaya, Oey Yok Su juga tentu tak akan
dapat mencari mereka. Nah, saudara Liok, kau hendak
memohon bantuanku, bukankah itu urusan mengenai
urusan ini juga?"
Untuk kesekian kalinya, Liok Koan Eng kembali
mengangguk.
Bab 50. Menikah!
"Kau hendak menitahkan apa padaku, saudara
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liok, silahkan kau mengatakannya," kata Cie Peng. "Di
mana yang aku bisa, pasti aku akan memberikan
bantuanku padamu."
Atas ini, Liok Koan Eng membungkam.
Yauw Kee tertawa.
"In Suheng, kau lupa," katanya mengingati. "Saudara
Liok tak dapat membuka mulutnya!"
Cie Peng sadar, ia pun tertawa.
"Benar!" ujarnya. "Bukankah saudara Liok hendak
memohon aku berdiam terus disini untuk menanti
sampai pulangnya sahabat Kwee Ceng itu?"
Koan Eng menggeleng kepala.
"Apakah kau menghendaki aku lekas pergi ke segala
tempat untuk mencari Kanglam Liok Koay dan sahabat
she Kwee itu?" Cie Peng tanya pula.
Kembali Koan Eng menggeleng kepala.
"Ah, aku mengerti sekarang!" kata Cie Peng, "Kau
menghendaki aku menyampaikan kabar pada sahabatsahabat
di Kanglam, mereka terkenal, mereka pasti
ada punya sahabat-sahabat kekal, yang nantinya akan
mengisikinya mereka terlebih jauh. Benarkah begitu?"
Lagi-lagi Koan Eng menggeleng kepalanya.
Cie Peng mengutarakan pula beberapa dugaan akan
tetapi Koan Eng tidak membenarkan, Yauw Kee turur
dua kali menanya, ia pun dijawab dengan gelengan
kepala. Maka itu, Oey Yong yang curi dengar turut
menjadi bingung juga.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sekian lama mereka bertiga berdiam saja.
"Thia Sumoy," akhirnya In Cie Peng berkata, "Perlahan
saja kau bicara sama saudara Liok ini, aku tidak dapat
main teka-teki terus-terusan, hendak aku keluar
sebentar. Lagi satu jam, aku akan kembali."
Habis berkata, benar-benar Cie Peng bertindak keluar.
Maka itu di dalam ruangan, kecuali Hauw Thong Hay,
tinggal Liok Koan Eng berdua dengan Thia Yauw Kee.
Si nona bertunduk, ia berpikir. Ia tetap mendapati Koan
Eng berdiam saja, diam-diam ia melirik, justru itu, Koan
Eng pun memandang padanya, maka sinar mata
mereka jadi saling bentrok. Ia jengah sendirinya,
dengan muka merah, ia lekas-lekas melengos, terus ia
tunduk, kedua tangannya membuat main runce
gagang pedangnya.
Setelah itu Koan Eng berbangkit dengan perlahan,
untuk menghampirkan perapian. Di muka dapur itu ada
gambarnya malaikat dapur, kepada malaikat itu ia
berkata: "Touw Ongya, hambamu mempunyai satu
urusan, yang sulit untukku memberitahukannya
kepada lain orang, maka itu baiklah hambamu
menjelaskannya pada ongya saja, dan hambamu
mengharap semoga ongya suka memayunginya."
Mendengar itu girang hatinya Yauw Kee.
"Orang yang pintar!" ia memuji di dalam hatinya. Ia
lantas mengangkat kepalanya untuk mendengar
terlebih jauh.
"Hambamu she Liok bernama Koan Eng," berkata pula
si anak muda. "Hambamu ialah anak dari Chungcu
Liok Seng Hong dari dusun Kwie-in-chung di tepi
telaga Thay Ouw. Ayahku itu telah mengangkat Tocu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yok Su dari Tho Hoa To sebagai gurunya.
Beberapa hari yang lalu guru ayahku itu, ialah kakek
guruku datang ke Kwie-in-chung, ia mengatakan ia
hendak membinasakan semua keluarga Kanglam Liok
Koay, maka itu ia menitahkan ayahku dan supee Bwee
Tiauw Hong turut mencari Kanglam Liok Koay. Bwee
supee bermusuhan dengan Kanglam Liok Koay, inilah
hal yang sangat menggirangkan hatinya. Tidak
demikian dengan ayahku, yang mengagumi kemuliaan
Kanglam Liok Koay. Ayahku menganggap tidaklah
pantas membinasakan orang-orang gagah seperti
mereka itu. Karena itu, ayahku menjadi berduka. Ayah
berniat menitahkan aku mengisiki Kanglam Liok Koay,
untuk Liok Koay menyingkir, tetapi ayah tidak berani
berbuat demikian sebab itu berarti mendurhaka
kepada kakek guru. Maka juga pada suatu malam
ayah menghadapi gambar yang dilukis Sukouw Oey
Yong, yang menjadi putrinya kakek guru, untuk
mengutarakan kesulitannya itu. Hambamu ini telah
mendapat dengar pengutaraan ayahku itu, karenanya
hamba segera berangkat mencari Kanglam Liok Koay,
guna menyampaikan berita dari ancaman bahaya
itu…."
Mendengar itu, Yauw Kee dan Oey Yong kata dalam
hatinya: "Dia cerdik juga, dengan kata-katanya ini dia
ingin lain orang dapat mendengarnya. Dengan caranya
ini, dia menjadi tidak berdurhaka kepada partainya."
Lalu terdengar suara Koan Eng lebih lanjut: "Karena
hambamu tidak dapat mencari Kanglam Liok Koay,
hambamu lantas berangkat kemari. Hambamu ingat
kepada muridnya mereka ialah Kwee Susiok. Siapa
tahu, Kwee Susiok pun tak ketahuan dimana adanya,
Kwee Susiok itu ialah menantu dari kakek guruku…"
Yauw Kee menaruh hati kepada Kwee Ceng. Ia
menaruh hati sendirinya. Maka ia terkesiap juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendengar bahwa Kwee Ceng menantunya Oey Yok
Su. Cuma sebentar perasaannya itu, lantas ia dapat
melegakan hati. Bukankah sekarang perhatiannya
telah ditumpleki kepada Liok Koan Eng, pemuda di
hadapannya ini, yang lebih tampan daripada pemuda
she Kwee itu?
Koan Eng masih bicara seorang diri: "Asal hambamu
dapat mencari Kwee Susiok, maka ia dapat bersama
Oey Sukouw meminta kakek guru membatalkan
niatannya itu. Kakek guru boleh keras hatinya tetapi
tidak nanti ia dapat menolak permintaan anak
mantunya. Hanya, dari suaranya ayahku, mungkin
Kwee Susiok dan Oey Sukouw telah menampak suatu
bencana… Di dalam hal ini, tidak dapat hambamu
menanyakan keterangan ayah."
Mendengar kata-kata ini, Oey Yong tanya dalam
hatinya: "Mustahilkah ayah sudah ketahui engko Ceng
telah terluka parah? Tidak, tidak nanti ia ketahui itu.
Mungkinkah ayah ketahui yang kita terlunta-lunta di
pulau kosong…?"
"In Suheng ialah seorang yang sungguh-sungguh hati
dan nona Thia cerdas dan lemah-lembut," terdengar
suaranya Koan Eng, terlebih lanjut. Mendengar pujian
ini Yauw Kee girang berbareng mukanya merah.
"Meski demikian, mereka tidak dapat menebak apa
yang aku pikir. Sulit adalah Kanglam Liok Koay.
Mereka adalah orang-orang gagah yang kenamaan,
benar mereka bukan tandingan kakek guru, akan tetapi
untuk meminta mereka menyingkir jauh-jauh, itulah
rasanya tidak mungkin. Menyingkir bagi mereka berarti
merusak nama baik mereka, itu tandanya mereka jeri.
Pastilah mereka tidak akan melakukan itu. Bahkan
hambamu percaya, kalau mereka mendengar kabar
yang mereka lagi dicari, mungkin mereka justru akan
berbalik menncari kakek guru!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Diam-diam Oey Yong memuji Koan Eng, yang tidak
kecewa menjadi kepala perampok di Thay Ouw, sebab
nyata ia berpandangan jauh.
"Maka sekarang aku memikir lain," Koan Eng masih
berkata-kata terus. "Coan Cin Cit Cu gagah dan mulia
hatinya, nama mereka kesohor, ilmu silat mereka
mahir, jikalau In Suheng dan nona Thia yang
memohon bantuan guru mereka, suka mengajukan diri
sebagai juru pendamai, mungkin kakek guruku sudi
mendengar suara mereka. Tidak mungkin ada
permusuhan hebat di antara kakek guru dan Kanglam
Liok Koay, dan biarpun Kanglam Liok Koay umpama
kata benar bersalah terhadapnya, jikalau ada orang
kenamaan yang mendamaikan, hambamu percaya
perdamaian bakal didapatkan. Touw Ongya, inilah
kesulitan hambamu. Sia-sia belaka hambamu
mempunya pikiran ini tetapi tidak dapat ia
mengutarakannya kepada lain orang. Dari itu
hambamu mohon sudi apakah ongya dapat
mengaturnya…"
Yauw Kee tahu pembicaraan orang akan berakhir,
maka tidak nanti sampai Koan Eng berhenti bocara, ia
sudah memutar tubuhnya bertindak keluar untuk
mencari Cie Peng, guna menyampaikannya,hanya
baru ia tiba di ambang pintu, kembali ia mendengar
lagi suaranya pemuda she Liok ini. Kata dia ini: "Touw
Ongya, jikalau Coan Cin Cit Cu suka membantu
mendamaikan, sungguh ini suatu perbuatan sangat
besar dan bagus, hanya hambamu berharap dengan
sangat, kapan nanti Coan Cin Cit Cu bicara sama
kakek guru, biarlah mereka tidak menyentuh hingga
kakek guru merasa tersinggung. Kalau tidak, satu
ombak belum sirap, lain gelombang datang menyusul,
itulah artinya celaka. Ongya, sampai disinilah kata-kata
hambamu, tidak ada lagi…"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar itu Yauw Kee tertawa. Di dalam hatinya ia
kata: "Kau sudah bicara habis, sekarang akulah yang
akan bekerja untukmu!" Ia berjalan keluar untuk
mencari In Cie Peng, tetapi telah ia memutari sekitar
rumah makan, tidak ia melihat bayangan si kakak
seperguruan itu. Terpaksa ia berjalan kembali. Atau
tiba-tiba ia mendengar suaranya Cie Peng, perlahan
sekali: "Thia Sumoy…"
"Oh, kau di sini!" kata si nona girang.
Cie Peng memberi tanda dengan tangannya agar si
nona yang berisik. I apun segera menunjuk ke arah
Barat, sambil berkata pula, tetap dengan perlahan
sekali. "Di sana ada orang, tindakannya sebagai setan.
Dia membawa senjata di tubuhnya…"
"Mungkinkah dia orang yang tengah lewat di sini?"
kata Yauw Kee, menghampirkan kakak
seperguruannya itu. Ia mengatakan demikian karena
perhatiannya terpengaruh kata-kata Koan Eng.
In Cie Peng sebaliknya bersikap sungguh-sungguh.
Katanya pula: "Di sana ada beberapa orang, lincah
tubuh mereka, mestinya mereka lihay."
Orang-orang yang ia lihat itu adalah rombongannya
Pheng Lian Houw. Mereka itu menanti Thong Hay,
yang lama tak kembali, mereka menjadi menduga
kawan itu mendapat kecelakaan, tetapi walaupun
demikian, karena mereka sangat mementingkan diri
sendiri, mereka tidak berani pergi untuk mencari dan
menolongi. Mereka jeri terhadap itu orang yang
menyamar hantu di istana, yang sangat lihay….."
In Cie Peng menanti sekian lama, setelah tidak dapat
melihat bayangan orang, iabertindak menghampirkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ke tempat mereka itu tadi. Nyata mereka sudah tidak
nampak lagi.
Sampai di situ, Yauw Kee menuturkan ocehannya
Koan Eng tadi kepada malaikat dapur.
"Begitu rupanya yang ia pikir, mana dapat orang
menerkanya," berkata Cie Peng. "Sekarang begini,
sumoy. Pergi kau bicara sama Sun Susiok, aku sendiri
akan minta bantuan guruku. Asal Coan Cin Cit Cu
suka membantu, di kolong langit ini tak ada urusan
yang tak dapat diselesaikan."
"Hanya kita harus waspada agar urusan tidak berubah
menjadi keonaran," kata nona Thia itu, yang
menyampaikan kata-kata terakhir dari Koan Eng tadi.
"Hm!" kata Cie Peng. "Oey Yok Su itu makhluk macam
apa, mustahil dia dapat melebihkan Coan Cin Cit Cu?"
Ia tertawa dingin.
Yauw Kee ingin minta orang jangan takabur, tetapi
melihat wajah orang muram, ia membatalkan niatnya
itu.
Bersama-sama mereka lantas kembali ke rumah
makan.
"Aku hendak meminta diri," kata Koan Eng kepada dua
orang itu. "Lain hari, kalau kamu lewat di Thay Ouw,
harap kamu berdua sudi mampir di Kwie-in-chung
untuk singgah buat beberapa hari."
Yauw Kee tercengang. Berat rasanya untuk segera
berpisah dengan pemuda itu.
In Cie Peng sendiri memutar tubuh menghadapi
malaikat dapur, untuk berkata: "Touw Ongya, Coan Cin
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cit Cu paling gemar mendamaikan segala
persengketaan. Urusan tak adil bagaimana juga dalam
kalangan kangouw, asal murid-murid Coan Cin
mengetahuinya, pasti mereka tak nanti berpeluk
tangan saja tak mengurusnya!"
Koan Eng mengerti kata-kata itu ditujukan kepadanya,
maka ia pun berkata: "Touw Ongya, semoga ongya
dapat membereskan urusan ini dengan baik, dan
hambamu sangat bersyukur kepada sekalian budiman
untuk kebaikannya sudi mengeluarkan tenaganya."
In Cie Peng pun berkata pula. "Touw Ongya, silahkan
legakan hati. Coan Cin Cit Cu tersohor di kolong langit
ini, asal mereka suka turun tangan, tidak ada urusan
yang tidak dapat diselesaikan."
Koan Eng melengak. Di dalam hatinya ia kata: "Kalau
Coan Cin Cit Cu memaksakan perdamainan, mana
kakek guruku puas?" Maka lekas-lekas ia berkata pula:
"Touw Ongya, ongya mengetahui sendiri kakek guru
biasa bawa maunya sendirinya, dia tidak suka
memperdulikan orang lain, kalau lain orang sudi
bersahabat dengannya, dia suka mendengarnya, tetapi
bila orang bicara dari hal kepantasan, itulah yang ia
paling sebal."
Cie Peng lantas mengasih dengar pula suaranya:
"Haha, Touw Ongya! Coan Cin Cit Cu mana pernah
jerih terhadap lain orang? Urusan ini memang tidak
ada sangkutannya sama pihak kami, guruku pun cuma
menyuruh aku mengasih kabar saja kepada orang lain,
tetapi kalau orang berani main gila terhadap Coan Cin
Cit Cu, hm, biar dia Oey Yok Su atak Hek Yok Su,
nanti Coan Cin Kauw memperlihatkan dia apa yang
bagus!"
Kata-kata Oey Yok Su dan Hek Yok Su itu berarti
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ejekan, karena disini "Oey" itu bukan diartikan she,
hanya "oey - kuning" dan "hek - hitam"
Mendengar itu, Liok Koan Eng menjadi tidak senang.
Maka ia pun lantas berkata: "Touw Ongya, apa yang
barusan hambamu telah mengatakannya, harap
dipandang saja sebagai kata-kata ngelindur. Umpama
kata ada orang tak melihat mata kepada kami, pasti
kami tak sudi menerimanya!"
Mereka itu masing-masing bicara kepada malaikat
dapur, diluar dugaan, kata-kata mereka menjadikan
bentrokan satu pada lain. Yauw Kee menjadi serba
salah, mau ia datang sama tengah tetapi mereka itu
sama-sama muda dan darahnya panas.
Begitulah In Cie Peng telah berkata pula: "Touw
Ongya, ilmu silat Coan Cin Pay adalah ilimu silat sejati
di kolong langit ini, ilmunya orang lain kaum yang
sesat, biar bagaimana luar biasa juga, tidak nanti
dapat dibandingkannya!"
"Touw Ongya," berkata Koan Eng, "Hambamu juga
telah lama mendengar tentang ilmu silat Coan Cin Pay
itu, bahwa banyak orangnya yang lihay, akan tetapi di
antaranya tak mustahil tak ada si tukang ngobrol
belaka!"
Bukan main gusarnya Cie Peng, tangannya segera
menyampok. Maka gempurlah sebelah kepalanya
patung malaikat dapur itu. Dia berseru: "Binatang yang
baik, kau berani mendamprat orang?!"
Koan Eng pun menyampok membikin gempur sebelah
yang lain dari kepala malaikat dapur itu, sambil ia
berseru: "Mana aku berani mendamprat kau? Aku
hanya mencaci manusia tak tahu diri, yang tak melihat
orang!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
In Cie Peng telah menyaksikan kepandaian orang, ia
berada di sebelah atas, ia menjadi tidak takut, maka ia
tertawa dingin dan berkata: "Baiklah, mari kita mainmain,
untuk melihat siapa sebenarnya yang tidak
memandang orang!"
Koan Eng menginsyafi bahwa ia kalah kosen tetapi ia
tidak senang yang pihaknya dpandang enteng, ia
menjadi tengah menunggang harimau hingga tak
dapat turun, maka dengan tangan kanan menghunus
golok, dengan tangan kirinya ia memberi hormat. Ia
berkata: "Baiklah, siauwtee suka sekali menerima
jurus-jurus yang lihay dari Coan Cin Pay!"
Yauw Kee bertambah bingung. Beberapa kali ia
hendak mencegah, saban-saban ia batal sendirinya,
hingga cuma air matanya yang berlinang-linang. Ia
tidak mempunyai keberanian untuk maju di tengah
antara mereka itu.
Cie Peng sudah lantas mengebut hudtimnya, ia
bertindak maju. Mereka berdua sudah lantas
bertempur.
Koan Eng tidak mengharapi kemenangan, ia lebih
mengutamakan pembelaan diri. Ia mainkan sungguhsungguh
ilmu golok warisan Kouw Bok Taysu, ilmu
golok Lo Han Too-hoat.
In Cie Peng memandnag enteng kepada lawannya, ia
lancang maju, maka kagetlah ia ketika hampir saja
lengan kirinya kena terbacok. Karena ini barulah ia
berkaku waspada, kemudian barulah ia menang di
angin.
Oey Yong dari tempat sembunyinya mendengar dan
menyaksikan itu semua. Ia terus menonton. Ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mendongkol juga kepada In Cie Peng, yang berani
mengatai ayahnya yang dikatakan berilmu sesat.
"Kalau bukan engko Ceng lagi sakit, akan aku kasih
rasa padanya!" katanya dalam hati. Tiba-tiba saja, ia
menjerit, "Ah, celaka!"
Koan Eng membacok begitu hebat hingga ia
kehilangan sasarannya. Golok itu terpancing hudtim
Cie Peng, setelah mana orang she In ini menbalas
menotok, dengan jitu, hingga golok lawan terlepas dan
jatuh, setelah mana dia mengebut terus ke muka orang
seraya berkata jumawa: "Ingat baik-baik, inilah jurus
lihay dari Coan Cin Pay!"
Diantara bulu hudtim itu ada tercampur kawat halus,
kalau muka Koan Eng kena terkebut, pasti wajahnya
yang tampan bakal penuh baret dan berlumuran darah.
Koan Eng melihat bahaya, ia berkelit sambil tunduk.
Cie tak mau sudah, ia menyusul dengan kebutannya
itu.
"In Suko!" Yauw Kee berseru. Kali ini si nona
berlompat maju seraya menangkis dengan piasunya.
Ketika ini dipakai oleh Koan Eng untuk memungut
goloknya.
"Bagus!" berseru Cie Peng, tertawa dingin. "Kau telah
membantu orang luar, Thia Sumoy! Nah, kamu berdua,
majulah bersama!"
"Apa katamu!" menegur Yauw Kee murka.
Cie Peng tidak menyahuti, ia hanya menyerang
beruntun tiga kali, membuatnya si nona repot
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menangkis.
Koan Eng mendongkol, ia maju pula. Dengan begitu
Cie Peng benar-benar dikerubuti berdua. Tapi Yauw
Kee tidak mau bertempur dengan kakak
seperguruannya itu, ia lantas lompat mundur.
"Mari maju!" Cie Peng menantang adik
seperguruannya itu. "Dia sendiri tidak dapat melawan
aku. Dengan kau maju, tak usahlah sebentar kau
membantui padanya!"
Oey Yong merasa lucu menyaksikan tiga orang itu,
dari kawan, menjadi lawan, malah mereak jadi
bertempur. Ia memikir, bagaimana urusan mereka itu
dapat diselesaikan. Justru itu ia mendengar satu suara
di pintu dari terbukanya daun pintu, setelah mana
terlihatlah masuknya rombongan Pheng Lian Houw
yang mengiringi Wanyen Lieh dan Yo Kang.
Mereka ini menanti sekian lama tanpa mendengar
sesuatu, See Thong Thian jadi berkhawatir untuk
saudara seperguruannya, dengan membesarkan nyali,
ia masuk untuk membuat penyeledikan, diwaktu
mengintai, ia melihat Cie Peng tengah bertempur sama
Koan Eng. Seorang diri ia tidak berani lancang masuk,
maka ia kembali untuk mengajak kawan-kawannya.
Demikian mereka masuk dengan tiba-tiba.
In Cie Peng dan Koan Eng melihat datangnya banyak
orang itu dengan sendirinya, mereka berhenti
berkelahi, dengan lantas keduanya berlompat mundur.
Belum sempat mereka menjauhkan diri, sebat luar
biasa, See tHong Thian menubruk mereka, akan
menyambar masing-masing tangan mereka itu,
Sedang Pheng Lian Houw dengan cepat pergi
menolongi Hauw Thony Hay dengan melepaskan
belunggunya dan membebaskna totokannya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Thong Hay susah bernapas, maka itu, tanpa menanti
mengeluarkan sumbatannya itu, sambil mencoba
berseru, ia menyerang Yauw Kee, tangannya
menyerbu ke muka si nona.
Nona Thia melihat serangan, ia dapat berkelit mendak.
Thong Hay mendongkol bukan main, mukanya merah.
Kembali ia maju, kali ini dengan dua kepalan
berbareng.
"Tahan!" Pheng Lian Houw berseru. "Mari kita
menanya dulu!"
Thong Hay tidak dapat mendengar cegahan itu, karena
kedua kupingnya pun disumpal.
Koan Eng dicekal keras oleh Thong Thian, separuh
tubuhnya sampai tak bisa digeraki, akan tetapi
menampak Thong Hay menyerang Yauw Kee seperti
kesetanan, entah darimana datangnya, ia berontak
hingga terlepas, terus ia lompat kepada si orang she
Hauw. Akan tetapi Lian Houw awas dan sebat, kakinya
melayang, karena mana, pemuda itu roboh terbanting,
hingga batang lehernya kena dicekuk.
"Kau siapa?!" Lian Houw membentak. "Kemana
perginya itu manusia yang menyaru jadi hantu?!"
Baru Lian ouw menutup mulutnya, atau mana daun
pintu terdengar bersuara, terbuka dengan perlahan.
Semua orang menoleh dengan lantas, akan tetapi
mereka tak melihat orang masuk. Tanpa merasa, hati
mereka ciut sendirinya. Hanya sejenak, di ambang
pintu tertampak seorang wnaita muda dengan rambut
kusut awut-awutan, mulanya kepalanya yang nongol.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nio Cu Ong bersama Leng Tie Siangjin lompat
mencelat.
"Celaka, iblis wanita!" mereka berseru, kaget.
Tapi Pheng Lian Houw bermata jeli, ia melihatnya
orang bukan setan.
"Masuk!" ia memanggil.
Sa Kouw, demikian wanita itu, bertindak masuk sambil
tertawa haha-hihi.
"Oh, begini banyak orang!" katanya seraya mengulur
lidahnya.
Nio Cu Ong yang menjeritkan iblis, menjadi gusar
sekali.
"Kau siapa?!" ia membentak sambil lompat maju,
tangannya menyambar lengan orang. Ia menganggap
orang adalah gadis desa yang tolol. Tapi ia ketemu
batunya!
Sa Kouw tidak sudi tangannya dicekuk, ia kelit seraya
berbalik membalas menyerang, maka "plok!" tanganna
Cu Ong kena dihajar keraas, hingga ia merasakan
sakit. Tentu sekali, dia jadi gusar sekali.
"Ha, kau berlagak tolol!" ia berseru. Dia maju denagn
dua tinjunya berbareng.
"Hahahaha!" mendadak si tolol tertawa seraya
menuding kepala orang yang gundul licin.
Semua orang heran mendengar tertawa itu, Cu Ong
tidak menjadi terkecuali, tapi mereka melengak tidak
lama, atau si orang she Nio sudah mengirim satu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tinjunya - tinju yang kanan.
Sa Kouw menangkis, ia berhasil, akan tetapi tubuhnya
terhuyung. Mengertilah ia yang ia bukan tandingannya
lawan itu, maka tak ayal lagi, ia memutar tubuhnya
untuk lari pergi.
Cu Ong berlaku sebat, dengan satu loncatan ia sudah
menghadang di depan si tolol itu, sikutnya dikerjakan,
maka hidung si nona menjadi sasaran, hingga ia
kesakitan, dan matanya kabur. Lantas ia berteriakteriak:
"Adik yang makan semangka, lekas kau kelluar
menolongi aku! Ada orang memukul aku!"
Oey Yong terkejut.
"Jikalau anak tolol ini tidak dibinasakan, dia bakal
menjadi bahaya untuk kami," pikirnya. Tapi belum lagi
ia mengambil keputusan atau tindakan, mendadak ia
mendengar satu suara "Hm!" perlahan, yang ia kenali
dengan baik sekali.
"Ah, ayah datang!" katanya dalam hatinya, sedang
hatinya berdebaran. Ia segera mengintai pula.
Benar-benar oey Yok Su muncul di situ dengan
jubahnya yang panjang dan hujai warnanya, mukanya
ditutup dengan topeng kulit manusia. Dia berdiri di
ambang pintu!
Tidak ada orang yang mengetahui kapan tibanya ini
orang baru, tidak ada yang melihat datangnya, tidak
ada yang mendengarnya, hingga mungkin ia baru tiba,
mungkin juga ia masuk lebih dulu ke dalam situ. Dia
berdiri tak bergerak. Benar mukanya tidak bercaling
atau bengis, tetapi kulitnya bukan kulit orang hidup,
hanya kulit mayat, maka siapa yang memandangnya,
lekas-lekas ia melengos, tidak berani ia mengawasi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terus.
"Nona, kau siapa?" Oey Yok Su kemudian menanya.
Ia heran melihat gerak-gerik si nona, ia tahu orang
bersilat dengan ilmu silatnya sendiri. "Siapa gurumu?
Mana gurumu?"
Sa Kouw menggeleng kepala. Ketika ia mengawasi
mukanya Oey Yok Su, ia menjublak. Tapi cuma
sebentar, lantas ia tertawa berkakakan dan menepuknepuk
tangan.
Oey Yok Su mengerutkan keningnya, ia berpikir
sejenak, lantas ia mengambil putusan nona ini pasti
ada cucu muridnya, hanya entah dari muridnya yang
mana. Ia memang paling sayang sama muridnya, tidak
sudi ia orang menghinakan muridnya itu. Buktinya
Bwee Tiauw Hong, muridnya yang murtad tetapi tempo
murid itu dikalahkan oleh Kwee Ceng masih ia hendak
melindungi. Apa pula Sa Kouw nona yang tolol dan
polos ini.
"Eh, anak!" tegurnya. "Orang telah serang kau,
mengapa kau tidak membalas menghajarnya?"
Ketika baru-baru ini Oey Yok Su pergi naik ke perahu
mencari putrinya, ia tidak mengenakan topeng, tetapi
kali ini lain, orang tidak segera mengenalinya, kali ini
setelah ia membuka mulutnya, lantaslah Wanyen Lieh
bertiga Yo Kang dan Pheng Lian Houw lantas menjadi
ciut nyalinya. Bahkan ia menduga-duga, jangan-jangan
adalah Oey Yok Su yang menyamar jadi hantu di
dalam istana. Maka ia lantas memikir untuk tidak
bertempur, hanya mencari ketika untuk mengulur
langkah seribu. Untuk ia, jiwanya paling penting, nama
wangi dan malu adalah urusan lain…
"Aku tidak dapat menghajar dia," Sa Kouw menjawab.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Siapa bilang kau tidak dapat menghajar dia?!" bentak
Oey Yok Su. "Kau hajar cecongornya seperti tadi ia
memukul hidungmu! Dia memukul kau satu kali, kau
membalas dia tiga kali lipat ganda!"
Sa Kouw tertawa.
"Bagus!" katanya. Dan ia menghampirkan Nio Cu Ong,
tanpa memikir pula ia bukan tandingan jago itu. Ia
kata, "Kau memukul hidungku satu kali, akan aku hajar
hiudngmu tiga kali!"
Dan ia mengangkat kepalannya, meninju hidung
orang!
Nio Cu Ong tidak sudi mandah dihajar, ia angkat
tangannya, untuk menangkis, atau tiba-tiba ia
merasakan jalan darah kiok-tie-hiat di lengannya
menjadi mati sendirinya, hingga ia tak sanggup
sekalipun untuk melonjorkan lengannya itu. Maka itu,
"Buk!" kenalah hidungnya dihajar si nona tolol itu,
hingga ia kaget bahna sakitnya.
"Yang kedua!" berseru sa kouw tanpa mengasih hati.
Nio Cu Ong memasang kuda-kudanya, tangan kirinya
digeraki. Ia hendak menggunai tipu silat Kim-na-hoat,
Menangkap untuk membikin lengan orang terlepas dari
sambungannya. Tidak sudi ia terus-terusan kena
dihajar. Hanya, belum lagi tangannya itu bentrok
tangan si nona, ia merasakan jalan darahnya pek-jiehoat
lemas sendirinya, hingga habislah tenagany,
Dilain pihak, "Buk!" kembali hidungnya kena dihajar
untuk kedua kalinya, bahkan kali ini hajarannya jauh
lebih hebat, sampai tubuhnya melengak ke belakang.
Selagi Nio Cu Ong kaget dan kesakitan dan heran,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
semua hadirin lainnya tak kurang herannya, kecuali
Pheng Lian Houw seorang ahli senjata rahasia. Ia
mendengarnya, setiap kali Nio Cu Ong menggeraki
tangan, untuk menangkis atau membalas, sabansaban
ada suara halus berkesiar, maka itu ia
menduga, tentulah Oey Yok Su sudah menggunakan
semcama senjata rahasia, mungkin sebangsa jarum, ia
hanya tak dapat melihatnya, tak tahu kapannya senjata
rahasia itu dipakai menyerang. Tentu sekali ia tidak
tahu Oey Yok Su sudah melepaskan jarum rahasia
dari dalam tangan bajunya, jarum mana dapat
menembusi tangan baju itu, untuk meleset kepada
sasarannya. Siapa dapat berkelit dari serangan
semcam itu?"
"Yang ketiga!" terdengar suara pula Sa Kouw, nyaring.
Nio Cu Ong terkejut. Oleh karena tangannya tidak sudi
mendengar kata, sedang ia tidak ingin merasakan pula
bogem netah, lekas-lekas ia bertindak mundur, untuk
menghindarkan diri. Tapi, baru ia mengangkat kakinya
itu, kaki kana atau betisnya, bagian jalan darah pekhay-
hiat, mati sendirinya. Ia kget tak terkira. Itu artinya
ia tak dapat berkelit. Ia menjadi sangat menyesal,
maka tiba-tiba saja matanya menjadi merah, air
matanya mengembang, untuk meluncur keluar. Kalau
sampai ia menangis, habis sudah nama besarnya,
maka ia hendak menyusutnya. Celaka untuknya, tidak
dapat ia menangangkat tangannya. Dari itu, akhirnya
bercucuranlah air matanya itu!
Sa Kouw tolol akan tetapi hatinya pemurah dan lemah,
kapan ia melihat orang menangis, batal ia meninju,
bahkan ia berkata nyaring. "Sudah, jangan kau
menangis! Tidak, aku tidak akan menghajar pula
padamu…"
Hiburan ini tapinya begitu hebat daripada tinjuan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ketiga itu. Nio Cu Ong menjadi terasa terlebih terhina
pula. Begitu hebat mendongkolnya, mendadak ia
muntahkan darah hidup! Tapi ia segera mengangkat
kepalanya, memandang Oey Yok Su.
"Tuan siapakah kau?" ia menanya. "Secara gelap kau
melukai orang, apakah itu perbuatan satu enghiong,
seorang gagah?"
Oey Yok Su tertawa dingin.
"Tepatkah orang semacam kau menanyakan
namaku?" katanya dengan dingin mengejek, lalu
dengan suara nyaring, ia memerintah: "Semua kamu
menggelinding pergi dari sini!"
Semua orang itu menjadi kaget berbareng lega hati.
Mereka telah menyaksikan segala apa, walaupun
mereka gagah, hati mereka toh ciut, jeri mereka
terhadap orang lihay tak dikenal ini. Untuk menyerang,
mereka tak berani, untuk mengangkat kaki mereka
malu, dari itu mereka diam saja, sampai tiba-tiba
datang seruan orang.
Pheng Lian Houw si licik adalah yang bergerak paling
dulu, hendak ia berlalu. Baru dua tindak ia berjalan,
atau mendadak orang menghadang di depan pintu!
Terpaksa ia menghentikan langkahnya, berdiri
menjublak si situ.
"Setan alas!" berseru Oey Yok Su. "Telah aku
melepaskan kamu, untuk kamu pergi, kenapa kamu
berdiam saja? Apakah kamu ingin aku membunuh
mampus pada kamu semua?!"
Pheng Lian ouw ketakutan, ia mengerti bahaya.
"Locianpwee ini menitahkan kita pergi, marilah kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keluar!" ia mengajak kawan-kawannya. Tidak berani ia
ngeloyor sendirian.
See Thong Thian panas hatinya. Ia menyingkirkan
sumbatan kepada mulutnya.
"Minggir untukku!" ia berseru mendongkol. Ia pun maju
ke depan Oey Yok Su, matanya bersinar merah saking
gusarnya.
Oey Yok Su tidak mengambil mumat suara orang yang
bengis itu. Bahkan dengan tawar ia berkata: "Tidak
dapat kau meminta aku membuka jalan! Siapa yang
menyayangi jiwanya, lekas ia molos dari
selangkanganku!"
Thong Thian semua saling mengawasi, muka mereka
merah saking mendongkol. Saking gusar, mereka
menjadi nekat. Mereka pun berpikir, "Walaupun kau
sangat lihay, dapatkah kau melawan kami?"
Maka itu Hauw Thong Hay sudah lantas berseru
sambil berlompat maju, menubruk itu perintang jalan
yang jumawa.
"Hm!" terdengar suaranya Oey Yok Su, yang tahu-tahu
tangannya sudah mencekuk si orang she Hauw itu,
tubuh siapa diangkat tinggi-tinggi, terus dengan
mendadak, tangannya menyambar lengan kiri Thong
Thay, untuk ditarik, menyusul mana, orang galak ini
menjerit keras, sebab sebelah tangannya itu kena
dipatahkan. Habis itu, tubuh korban ini lantas
dilemparkan, dia sendirinya terus dongak memandang
langit, sikapnya acuh tak acuh……..
Thong Hay roboh setengah mati, sakitnya bukan main.
Tangannya yang patah itu mengucurkan darah tak
hentinya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Semua orang kaget, hati mereka ciut.
Kemudian Oey Yok Su menggeraki kepalanya, dengan
matanya perlahan-lahan ia menyapu muka semua
orang.
See Thong Thian dan Pheng Lian Houw semua,
semua sebangsa iblis, merasakan tubuh mereka
menggigil sendirinya. Bukan main kerennya sinar mata
orang ini! Bulu roma mereka pada bangun ssendiri.
"Kamu mao molos atau tidak?" tanya Oey Yok Su
bengis karena orang pada tetap diam saja.
Tidak ada seorang juga yang berani banyak mulut,
tidak ada yang ebrani menerjang atau membangkang,
bahkan Pheng Lian Houw, dengan kepala tunduk,
sudah lantas molos mendahului yang lain-lain!
See Thong Thian melepaskan In Cie Peng dan Liok
Koan Eng, dengan menolong adik seperguruannya, ia
molos menyusul Pheng Lian Houw, diturut oleh
Wanyen Lieh bersama Yo Kang. Yang paling belakang
molos adalah Nio Cu Ong bersama Leng Tie Siangjin.
Sekeluarnya dari pintu rumah makan, mereka
melekaskan tindakan mereka, bahkan tidak berani
mereka menoleh ke belakang.
Oey Yok Su tertawa sambil melengak.
"Koan Eng dan kau nona, diam kamu!" ia berkata.
Koan segera mengenali kakek gurunya itu, akan tetapi
akan orang mengenakan topeng dan menduga kakek
guru ini sengaja tidak hendak memperlihatkan diri, ia
tidak berani memanggil, ia cuma bertekuk lutut
mengasih hormat dengan mengangguk empat kali.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Menyaksikan orang demikian lihay, In Cie Peng
mennduga orang ini bukan sembarang orang, ia lantas
memberikan hormatnya seraya memperkenalkan diri
sambil menyebut nama gurunya, Tiang Cun Cu dari
Coan Cin Kauw.
"Semua orang telah mengangkat kaki!" berkata Oey
Yok Su nyaring. "Aku pun tidak menahan kau, perlu
apa kau masih berdiam di sini? Apakah kau sudah
bosan hidup?"
Cie Peng melengak. Inilah perlakuan yang ia tidak
menyangkanya.
"Teecu ialah muridnya Coan Cin Kauw, bukannya
orang jahat," ia memberi keterangan.
"Habis kalau Coan Cin Kauw, bagaimana?!" tanya Oey
Yok Su sambil tangannya diulur ke meja di mana ada
sepotong kayu, yang mana ia ayunkan ke arah Cie
Peng.
Nampaknya enteng potongan kayu itu dan melayang.
In Cie Peng mengangkat kebutannya untuk
menangkis. Akan tetapi, ketika keduanya bentrok,
muridnya Khu Cie Kee ini terkejut. Ia merasakan
serangan yang keras luar biasa, kebutannya itu kena
tertolak sampai ujungnya mengenai mulutnya hingga ia
merasakan sakit sekali dan mulutnya itu seperti
tambah entah barang apa. Ketika ia telah
memuntahkannya, nyatalah ada beberapa buah
giginya yang copot serentak. Ia menjadi kaget dan
bungkam. Sungguh hebat!
"Akulah Oey Yok Su atah Hek Yok Su!" kata Tong Shia
dingin. "Kamu kaum Coan Cin Kauw, kamu hendak
memandang bagaimana kepadaku?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Mendengar itu, In Cie Peng kaget bukan main, hatinya
berdebaran.
Yauw Kee semenjak tadi diam saja menyaksikan
tingkah pola orang, turut terkejut, hatinya kebat-kebit.
Koan Eng turut berkhawatir, di dalam hatinya ia kata,
"Tentulah kakek guruku ini dengar pembicaraanku
dengan ini tosu muda. Kalau dia pun mendengar katakataku
kepada malaikat dapur barusan, entah dia
bakal menghukum bagaimana kepadaku…"
In Cie Peng memegang pipinya.
"Kaulah pemimpin suatu partai persilatan, mengapa
perbuatanmu begini cupat?" kemudian Cie Peng
menegur si Sesat dari Timur itu. "Kanglam Liok Koay
adalah orang-orang gagah yang berhati mulia,
mengapa kau mendesak mereka demikian rupa?
Mengapakah? Jikalau bukan guruku yang memberikan
kabar, bukankah mereka semua bakal bercelaka di
tanganmu?"
Oey Yok Su menjadi gusar.
"Pantas tak ketemu aku cari mereka di mana-mana,
kiranya ada orang bangsa campuran yang emngadu
biru di antara kita!" katanya nyaring.
Cie Peng menjadi berani, ia berjingkrak.
"Jikalau kau hendak membunuh aku, bunuhlah!" ia
menantang. "Aku tidak takut!"
Oey Yok Su tertawa dingin.
"Bukankah kau telah mencaci aku dibelakangku?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
katanya.
Imam muda itu menjadi nekat.
"Di depanmu pun aku berani mencaci kau!" katanya
sengit. "Kaulah si setan alas, si siluman!"
Koan Eng berkecil hati mendengar keberanian Cie
Peng itu. Semenjak ia menjadi jago, Oey Yok Su
ditakuti semua orang, dari kalangan Hitam dan Putih,
tidak pernah ada orang yang berani berlaku kurang
ajar terhadapnya, maka Cie Peng ini adalah orang
yang pertama.
"Hebat! Ini imam cilik bakal tak ketolongan jiwanya…"
ia mengeluh.
Tetapi anehnya, bukannya marah, Oey Yok Su justru
tertawa. Nyata si Sesat dari Timur ini menghargai dan
menyayangi hati besar bocah ini. Ia ingat pada masa
mudanya, yang juga tidak kenal takut.
"Jikalau kau berani, kau makilah pula padaku!" katanya
bengis sambil ia bertindak menghampirkan.
"Aku tidak takut, hendak aku memaki pula padamu!"
jawab Cie Peng. "Kau iblis, kau siluman!"
"Hai, binatang bernyali besar, kau berani menghina
kakek guruku!" membentak Koan Eng, yang lantas
membacok. Tapi ia bukan hendak mencelakai,
sebaliknya, untuk melindungi. Karena ia mengerti baik
sekali, kalau kakek gurunya yang turun tangan,
celakalah imam muda ini. Ia pikir, bacokannya sendiri,
ke arah alis, tidak meminta jiwa orang. Ia harap
perbuatannya ini nanti merendahkan kegusarannya
kakek guru itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cie Peng berkelit yang berlompat mundur dua tindak.
Ia mendelik, kembali ia pentang mulutnya lebar-lebar.
"Imam kamu yang muda ini hari ini dia tak
menghendaki hidup lebih lama pula!" katanya nyaring
dan sengit, "Hendak aku mencaci kau!"
Koan Eng hendak membacok orang roboh, untuk
menolongi jiwanya, maka tanpa membilang suatu apa,
ia menyerang pula.
"Traang!" demikian satu suara nyaring. Sebab yauw
Kee menalangi Cie Peng menangkis. Nona ini pun
segera berkata nyaring: "Aku pun orang Coan Cin
Kauw! Jikalau kau hendak membunuhnya, nah
bunuhlah kami berdua saudara seperguruan!"
Perbuatan nona Thia ini membuatnya Cie Peng
terkejut dan kagum.
"Bagus, Thia Sumoy!" serunya.
Berdua mereka berdiri berendang, mata mereka
memandang tajam kepada Oey Yok Su.
Sikap mereka ini membuatnya Koan Eng
menghentikan sepak terjangnya.
Oey Yok Su mengawasi sepasang muda-mudi ini, ia
tertawa terbahak.
"Bagus, kamu bersemangat!" katanya memuji.
"Memang aku Oey Lao Shia, aku ada dari bangsa
sesat, maka tepatlah kau memaki aku! Gurumu masih
terhitung orang di bawahan tingkat derajatku, dari itu,
mana bisa aku melayani kamu bangsa sebawahanku?
Nah, kau pergilah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sambil berkata begitu, Oey Yok Su mengulurkan
sebelah tangannya menjambak dada si imam muda,
terus tangannya itu dikibaskan.
Cie Peng kena terjambak tanpa ia berdaya dan tahutahu
tubuhnya sudaha melayang, terlempar ke luar. Ia
kaget bukan main. Ia percaya bahwa ia bakal jatuh
terbanting keras. Kesudahannya ada diluar
dugaannya. Ia jatuh dengan berdiri dengan kedua
kakinya, ia seperti juga dipegangi Oey Yok Su dan
diksaih turun dengan perlahan-lahan!
Muridnya Tiang Cun Cu ini berdiri menjublak.
"Sungguh berbahaya.." katanya dalam hatinya.
Sekarang ini biar nyalinya lebih besar pula, tidak nanti
ia berani mencaci pula si Sesat dari Timur itu,
kepandaian siapa benar-benar luar biasa. Kemudian
dengan pegangi pipinya yang bengkak-bengkak, ia
memutar tubuhnya untuk ngeloyor pergi…
Yauw Kee memasuki pedangnya ke dalam sarungnya,
ia pun membalik tubuhnya untuk berlalu.
"Perlahan dulu!" mencegah Oey Yok Su seraya ia
mengangkat tangannya ke mukanya, untuk
menyingkirkan topengnya. "Bukankah kau suka
menikah dengannya untuk menjadi istrinya?
Benarkah?" Ia menanya seraya menunjuk ke Koan
Eng.
Kaget nona Thia. Inilah ia tak sangka. Dengan
sendirinya mukanya menjadi pucat dan kemudian
berubah menjadi bersemu merah dadu…
"Imam cilik yang menjadi kakak seperguruanmu itu,
memang tetap caciannya padaku," berkata pula Oey
Yok Su. "Bukankah ia mengatakan aku iblis dan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
siluman? Memang tocu dari Tho Hoa To, Tong Shia
Oey Yok Su, siapakah orang kangouw yang tidak
mengetahuinya? Seumurnya aku Oey Lao Shia, yang
aku paling jemukan ialah segala hal wales asih dan
pribadi, segala peradatan dan aturan, dan yang paling
aku bencikan yakni segala nabi atau rasul, segala
kehormatan atau kesucian diri! Semua itu adalah daya
belaka untuk memperdayakan suami-istri tolol, dan
manusia di kolong langit ini, turun menurun telah
dibelesaki ke dalam situ tanpa mereka sadari!
Tidakkah itu sangat menyedihakn, sangat harus
dikasihani dan lucu juga? Oey Yok Su tidak percaya
semua itu! Orang mengatakan Oey Yok Su sesat! Hm!
Sebenarnya hatiku ada terlebih baik daripada segala
nabi yang dipuja di dalam kuil!"
Yauw Kee berdiam, tapi hatinya berdenyutan. Hebat
kata-katanya Oey Yok Su ini. Ia tidak tahu, apa yang si
sesat ini hendak perbuat atas dirinya….
"Kau omonglah terus terang kepadaku," berkata pula
Oey Yok Su, "Benar bukan kau hendak menikah sama
cucu muridku ini? aku paling sukai bocah yang
bersemangat dan polos dan jujur! kau lihat imam cilik
tadi, ia mencaci aku dibelakangku. Coba di depanku
dia takut mencaci lebih jauh, coba dia justru bertekuk
lutut memohon ampun, kau lihat, aku bunuh padanya
atau tidak! Hm! Di saat yang sangat berbahaya kau
membantu imam cilik itu, kau bersemangat, maka itu
tepatlah kau dipasangi sama cucu muridkun ini! Nah,
kau jawablah!"
Yauw Kee girang bukan kepalang. Memang sangat
ingin ia menikah sama Koan Eng. Akan tetapi cara
bagaimana ia dapat membuka mulut dalam urusan
yang mesti direcoki orang tua mereka? Kepada ayah
ibunya sendiri ia malu untuk menjelaskannya, apa pula
kepada orang asing ini, yang ia baru pertama kali
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menemuinya? Pula di situ Koan Eng ada beserta!
Maka ia tetap berdiri diam, wajahnya tetap merah
dadu…
Oey Yok Su mengawasi Liok Koan Eng. Juga pemuda
itu, cucu muridnya, berdiam sambil tunduk. Tiba-tiba ia
ingat pada putrinya. Maka ia menghela napas.
"Jikalau dihendaki kamu berdua, suka aku merecoki
jodoh kamu," katanya perlahan. "Memang di dalam hal
perjodohan, orang tua juga tiak dapat memaksanya…."
Si Sesat dari Timur ini ingat kejadian kepada putrinya.
Coba ia meluluskan anak darahnya itu menikah
dengan Kwee Ceng, tidak nanti anak itu mati
mengenaskan di dasar laut. Karena ini, ia menjadi
uring-uringan.
"Koan Eng!" katanya tiba-tiba nyaring. "Kau jawablah
terus terang, sebenarnya kau menghendaki atau tidak
dia ini menjadi istrimu?!"
Pemuda she Liok itu kaget hingga ia mencelat.
"Cauwsuya," sahutnya cepat, gugup, "Aku hanya
khawatir aku tidak setimpal dengan ini…"
"Tepat, cocok!" berseru Oey Yok Su. "Kaulah cuci
muridku, sekalipun putri raja, tentu dia tepat, dia
setimpal denganmu!"
"Ya, cucu muridmu suka," Koan Eng menjawab
dengan cepat. Ia mengerti kalau ia tidak omong polos
dan terus terang, ia bisa celaka di tangan kakek guru
yang tabiatnya aneh ini.
Kalau tadi ia beroman beringis, sekarang Oey Yok Su
tersenyum.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Bagus!" serunya. "Sekarang kau, nona?" ia terus
tanya nona Thia.
Bukan main girangnya yauw Kee, manis ia mendengar
suaranya Koan Eng. Akan tetapi ia masih menunduki
kepala.
"Tentang hal ini haruslah ayahku yang
memutuskannya…" sahutnya sesaat kemudian.
"Ha, apakah itu segala titah orang tua, segala
perkataan comblang?" kata Oey Yok Su keras.
"Segala itu ialah angin busuknya anjing! Sekarang ini
akulah yang hendak mengambil keputusan! Jikalau
ayahmu tidak mupakat, suruh dia berurusan
denganku!"
Yauw Kee berdiam.
"Kalau begitu, terang kau tidak suka!" berkata Oey Yok
Su. "Kau ada merdeka! Kita harus omong terus terang,
aku Oey Lao Shia, aku larang orang menyesal
kemudian!"
Yauw Kee tersenyum.
"Ayahku cuma pandai berhitung dan menulis, dia tidak
mengerti ilmu silat," katanya, menjelaskan.
Oey Yok Su heran, melengak.
"Biarlah mengadu menghitung dan menulis pun boleh!"
katanya kemudian. "Lekas kau bilang, kau suka atau
tidak menikah dengan cucu muridku ini?"
Nona Thia melirik Koan Eng, roman siapa gelisah. Di
dalam hatinya ia kata: "Ayahku paling sayang padaku,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
asal kau minta orang datang melamar aku, dia tentu
akan menerimanya. Kenapa kau begini bergelisah?"
Oey Yok Su mengawasi cucu muridnya.
"Koan Eng, mari turut aku mencari Kanglam Liok
Koay!" katanya nyaring. "Lain kali kalau kau dan nona
ini bicara pula, sepatah kata saja, akan aku kuntungi
lidah kamu!"
Koan Eng kaget bukan main. Ia tahu benar,
perkataannya si kakek guru tentu bakal diwujudkan.
Maka lekas-lekas ia menghampirkan Yauw Kee,
kepada siapa ia menjura seraya berkata: "Nona Thia,
aku Liok Koan Eng, kepandaian ilmu silatku rendah
sekali, aku pun tidak terpelajar, sebenarnya tidak
setimpal aku denganmu, akan tetapi hari ini kita telah
bertemu, itu tandanya kita berjodoh…"
"Jangan terlalu merendah, kongcu," sahut Yauw Kee
perlahan, "Aku…aku bukannya…."
Koan Eng lekas memotong. Ia jadi ingat tadi si nona
bicara dari hal mengangguk kepala untuk
menggantikan jawaban.
"Nona," demikian katanya. "Jikalau kau mencela aku si
orang she Liok, kau goyanglah kepalamu…"
Di mulut Koan Eng mengatakan demikian, hatinya
sebenarnya goncang keras. Ia menatap si nona, ia
khawatir nona itu benar-benar menggeleng kepala…
Sekian lama, Yauw Kee berdiam saja. Di atas dari
kepalanya, di bawah sampai kakinya, dia tidak
bergerak sedikit juga.
Bukan main girangnya Koan Eng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Nona!" ia berseru, "Kalau kau setuju, kau menerima
baik, sukalah kau mengangguk!"
Tapi, nona Thia itu tetap tidak bergerak.
menampak itu, Koan Eng bergelisah bukan main.
Oey Yok Sun sendiri menjadi tidak sabaran.
"Menggeleng kepala tidak, mengangguk pun tidak,
habis bagaimana?!" katanya.
Yauw Kee tunduk, ia bersenyum ketika ia berkata,
"Tidak menggeleng kepala itu berarti mengangguk…"
Mau tidak mau, Oey Yok Su tertawa berkakakan.
"Hebat Ong Tiong Yang, dia menerima ini macam cucu
murid! Sungguh lucu!" serunya. "Bagus, bagus!
Sekarang juga aku akan menikahkan kamu!"
Koan Eng dan Yauw Kee terkejut. Keduanya lantas
mengawasi orang tua ini, mulut mereka bungkam.
"Mana itu nona tolol?" kemudian Oey Yok Su
menanya. "Hendak aku tanya dia, siapakah gurunya."
Ketiganya menoleh ke sekitarnya, Sa Kouw tidak ada
di antara mereka. Entah kapannya si tolol menghilang
selagi orang berbicara.
"Sudah, tidak usah repot mencari dia," kata Oey Yok
Su kemudian, "Koan Eng, sekarang hayolah kau dan
nona Thia sama-sama menghormati langit dan bumi,
untuk menglangsungkan pernikahan kamu."
"Cauwsuya," berkata Koan Eng. "Kau menyayang cucu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
muridmu ini, untuk itu walaupun tubuhku hancur lebur,
sukar aku membalas budimu, akan tetapi dengan aku
menikah di sini, nampaknya ini terlalu tergesa-gesa…"
"Hus!" membentak Tong Shia. "Kamu murid Tho Hoa
To, apakah kau juga hendak mengukuhi segala aturan
umum? Mari, mari, berdirilah berendeng dan memberi
hormatlah ke luar kepada langit!"
Berpengaruh sekali suaranya pemilik dari pulau Tho
Hoa To ini. Sampai di situ, Yauw Kee dan Koan Eng
bertindak satu pada lain, untuk berdiri berendeng,
untuk terus menjalankan kehormatan.
"Sekarang menghadap ke dalam, menghormati bumi!"
Oey Yok Su berkata pula, "Nah, kau menghormatilah
couwsu kamu! Bagus, bagus, sungguh aku girang!
Sekarang suami istri saling memberi hormat!"
Demikian KoanEng dan Yuaw Kee seperti main
sandiwara di bawah pimpinan Tong Shia, selama
mana Oey Yong bersama Kwee Ceng terus mengikuti
dari kamar rahasia. Mereka heran dan lucu atas sepak
terjangnya orang tua ini.
"Bagus!" terdengar pula suaranya Oey Yok Su.
"Sekarang hendak aku menghadiahkan serupa barang
kepada kamu suami-istri muda. Kamu lihat!"
Seketika itu juga, di dalam ruangan ini terdengar suara
angin menderu-deru, seumpama kata, tembok
bergoyang-goyang…
Oey Yong tidak mengintai tetapi ia tahu, ayahnya
tengah menjalankan ilmu silat yang dinamakan Kongpiauw-
kun atau Angin Ngamuk.
Sekira semakanan the, angin berhenti menderu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kamu lihat, sekarang kamu turuti, untuk berlatih,"
berkata Oey Yok Su. "Mungkin kamu tidak dapat
menangkap seluruh sarinya ilmu silat ini akan tetapi
setelah menyakinkannya, meskipun cuma kulitnya
saja, bila kemudian kamu bertemu pula orang
sebangsa si orang she Hauw tadi, tak usah kau takut
lagi. Koan Eng, pergi kau cari sepasang lilin, malam ini
kamu boleh merayakan pernikahan kamu!"
Koan Eng melengak.
"Cauwsu," katanya tertahan.
"Apa? Habis menghormati langit-bumi, apakah
bukannya merayakan pernikahan di antara lilin di
dalam kamar?" tanya kakek guru ini. "Kamu berdua
ada orang-orang yang menyakinkan ilmu silat,
mustahilkah untuk kamu masih dibutuhkan segala
kamar yang dirias indah dan gubuk reot tak cukup?"
Koan Eng terdesak. Tetapi diam-diam ia bergirang. Ia
lantas pergi untuk membeli lilin sekalian membeli juga
arak putih dan seekor ayam, bersama-sama Yauw Kee
ia pergi ke dapur untuk mematangi itu, setelah mana
mereka melayani sang kakek guru bersantap.
Sejak itu Oey Yok Su tidak banyak omong lagi, bahkan
ia melihat ke langit, otaknya memikirkan anak daranya.
Oey Yong bersusah hati, beberapa kali hendak ia
memanggil ayahnya itu, saban-saban ia
membatalkannya. Ia khawatir ia nanti mengganggu
lukanya Kwee Ceng. Pernah ia mengulur tangan ke
pintu, lekas ia menariknya pulang.
Yuaw Kee dan Koan Eng beberapa kali melirik Tong
Shia, lalu mereka saling mengawasi. Mereka juga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membungkam, tidak ada yang berani membuka mulut.
Auwyang Kongcu rebah di atas rumput, ia merasa
sangat lapar, tetapi ia menguati hatinya, untuk tak
bersuara, tak bergerak. Maka itu ketika itu, di dalam
tiga kamar, keenam orang itu sama-sama rapat
mulutnya. Demikian cuca gelap.
Dengan mulai gelapnya sang jagat, hati Yauw Kee
berdebaran.
"Ah, kenapa si tolol itu masih belum kembali?" berkata
Oey Yok Su. "Kawanan jahanam itu tentulah tak berani
mengganggu dia." Ia menoleh pada Koan Eng. Ia
menanya. "Malam ini malam pengantin, mengapa kau
tidak memasang lilin?"
"Ya," menyahut Koan Eng cepat dan ia menyalakan
api menyulut lilin. Maka itu di antar terangnya api ia
dapat melihat wajahnya nona Thia dengan rambutnya
yang bagus dan pipinya yang putih. Di luar rumah
terdengar suara angin perlahan, dari memainnya daundaun
bambu.
Oey Yok Su menngangkat sebuah bangku, ia lintai itu
di depan pintu, lants di situ ia rebahkan dirinya. Tidak
lama, dari hidungnya mulai terdengar suara
menggeros perlahan, suatu tanda ia sudah tidur pulas.
Yuaw Kee dan Koan Eng masih duduk tak bergeming.
Sang tempo berjalan terus sampai sepasang lilin
padam, habis manjadi cair beku dan sumbunya
menjadi abu, hingga ruangan menadi gelap petang.
Setelah ini mereka berbicara, seperti berbisik-bisik
hingga Oey Yong yang memasang kuping, tidak dapat
menangkap pembicaraan mereka itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Nona Oey berhenti memasang kuping tatkala
merasakan tubuh Kwee Ceng bergerak secara tibatiba,
napasnya seperti memburu. Ia mengerti, itulah
saat genting dari latihan mereka. Maka ia memusatkan
perhatiannya, ia mengempos tenaga dalamnya, untuk
menunjang kawan itu. Ia menanti sampai si anak muda
tenang pula, baru ia mengintai keluar.
Sekarang ini mulai tertampak sinar rembulan, yang
molos masuk dari jendela butut. Dengan begitu
kelihatan juga Koan Eng dan nona Thia duduk
berbareng. Mereka duduk diatas sebuah bangku.
"Tahukah kau hari ini hari apa?" kemudian terdengar si
nona Thia, suaranya perlahan.
"Inilah hari baik dari kita berdua," menyahut Koan Eng.
"Itulah tak usah disebutkan lagi," kata si nona. "Hari ini
bulan tujuh tanggal dua - hari ini ialah hari lahir aku."
Koan girang.
"Oh, sungguh kebetulan!" katanya. "Tidak ada hari
sebaik hari ini!"
Yauw Kee mengulur tangannya menutup mulut orang.
"Sst, perlahan," ia memberi ingat. "Kau lupa daratan,
eh?"
Hampir Oey Yong tertawa mendengar pembicaraan
mereka itu. Justru itu ia pun bagaikan sadar.
"Hari ini tanggal dua, dan engko Ceng baru sembuh
tanggal tujuh," demikian ia ingat. "Rapat partai
Pengemis di kota Gakyang bakal dilakukan tanggal
limabelas. Dalam tempo delapan hari, mana dapat kita
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sampai di sana?"
Nona ini tengah berpikir ketika kupingnya mendengar
siulan panjang di luar rumah makan, disusul tertawa
nyaring yang seperti menggetarkan genteng rumah
makan itu. Ia mengenali suaranya Ciu Pek Thong.
"Hai, tua bangka berbisa bangkotan!" terdengar pula
suaranya si orang tua berandalan itu. "Dari Lim-an kau
mengubar ke Kee-hin, dari Kee-hin kau mengejar balik
ke Lim-an, sudah satu hari satu malam kau
mengejarnya, sampai diakhirnya, kau masih tak dapat
menyandak Loo Boan Tong! Sekarang ini sudah ada
keputusannya tentang kepandaian kita berdua, apalagi
hendak kau bilang?"
Oey Yong terkejut.
"Dari Lim-an ke Kee-hin toh perjalanan limaratus lie
lebih?" pikirnya. "Ah, bagaimana cepat larinya mereka
berdua?"
Itu waktu terdengar suaranya Auwyang Hong: "Meski
juga kau lari ke ujung langit, akan aku kejar kau
sampai di sana!"
Ciu Pek Thong tertawa terbahak.
"Kalau begitu, biarlah kita jangan gegares jangan
tidur!" dia berkata nyaring.
"Biar kita terus kejar-kejaran untuk mendapat tahu,
siapa yang larinya paling kencang, siapa yang paling
ulet. Kau berani atau tidak?!"
"Baik!" menyambut Auwyang Hong. "Mari kita lihat
siapa yang akan lebih dulu mampus kecapaian!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bab 51. Ajalnya Auwyang Kongcu
Sebenta saja terdengar perkataan dan tertawanya
Auwyang Hong dan Ciu Pek Thong berdua, atau
sejenak kemudian, suara mereka terdengar sudah jauh
mungkin di luar belasan tombak.
Koan Eng dan Yauw Kee duduk menjublak. Tak tahu
mereka siapa kedua orang itu, mereka heran. Apa
perlunya dua orang itu muncul di tengah malam buta
rata? Saking ingin tahu, mereka bangun berdiri, terus
sambil berpegangan tangan mereka bertindak ke pintu.
Oey Yong sendiri berpikir: "Mereka berdua hendak
menguji kekuatan kaki mereka, mestinya ayah
menyaksikan mereka itu."
Benar saja, segeralah terdengar suaranya Koan Eng,
"Ah, aneh! Mana Couwcu?"
"Lihat di sana!" berkata Yauw Kee. "Bukankah di sana
ada bayangan tiga orang? Bayangan yang paling
belakang itu mirip sama bayangan couwsu."
"Ya, benar!" berkata Koan Eng. "Kenapa dalam
sekejap saja mereka itu sudah pergi begitu jauh?
Siapakah itu dua orang yang lain? Mereka lihay sekali!
Sang kita tidak dapat melihat mereka…"
Kata Oey Yong dalam hatinya: "Tidak peduli kamu
melihat si bisa bangkotan atau si bocah tua bangkotan
berandalan, untuk kamu berdua tidak ada
faedahnya…"
Habis itu, dua-dua Koan Eng dan Yauw Kee lega
hatinya. Dengan kepergian Oey Yok Su sang kakek
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
guru, mereka menganggap berdua saja di rumah
makan itu. Bukankah Sa Kouw pun pergi tidak karuan
paran?
Koan Eng lantas merangkul pinggang langsing dari
istrinya si pengantin baru.
"Adikku, apakah namamu?" ia menanya perlahan.
Nona Thia tertawa.
"Aku tidak hendak membilangi kamu. Kamu terkalah!"
Koan Eng pun tertawa.
"Kalau bukannya kucing kecil tentulah anjing cilik, !"
katanya.
"Semaunya bukan!" kata si nona, kembali tertawa.
"Itulah si biang kutu gede!"
Koan Eng tertawa pula. Dengan "biang kutu gede"
dimaksudkan harimau.
"Oh, kalau begitu tak dapat aku menangkapnya!"
katanya.
Nona Thia berontak, ia melompat ke meja. Koan Eng
mengejar sambil tertawa-tawa.
Demikian mereka main kejar-kejaran, berputarputaran,
suara tertawa mereka ramai.
Samar-samar Oey Yong menanmpak bayangan
mereka di antara sinar bintang-bintang, ia terus
mengawasi, mulutnya tersenyum sendiri.
"Eh, Yong-jie, coba kau terka, dapatkah dia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menyandak nona Thia atau tidak?" tiba-tiba Kwee
Ceng menanya.
"Dia bakal pasti tercandak!" jawab si nona.
"Kalau sudah kena ditangkap, bagaimana?" Kwee
Ceng menanya pula.
Oey Yong tidak dapat menjawab. Pertanyaan itu
menggeraki hatinya.
Justru itu terdengar suaranya Koan Eng, tandanya ia
telah berhasil menyandak dan membekuk Yauw Kee,
lalu keduanya saling merrangkul, kembali ke bangku
mereka. Mereka bicara dan tertawa dengan perlahan.
Bukan main gembiaranya mereka itu.
Tangan kanan Oey Yong tetap beradu sama tangan
kiri Kwee Ceng, ia merasakan telapakan tangannya si
anak muda makin lama makin panas, tubuhnya pun
bergoyang ke kiri dan ke kanan, bergoyangnya makin
lama makin keras. Ia menjadi terkejut.
"Engko Ceng, kau kenapa?" ia menanya.
Kwee Ceng masih belum sembuh totol, bersenda
guraunya Koan Eng dan Yuaw Kee mengganggu
pemusatan pikirannya, lebih-lebih ia berada berduaan
saja sama Oey Yong. Sulit untuk dia menguasai
dirinya, maka itu tanganya menjadi panas, tubuhnya
bergoyang. Ia tidak jawab si nona, hanya ia ulur
tangan kanannya akan memegang pundak si nona.
Oey Yong bertambah khawatir. Pemuda itu bernapas
memburu keras, hawanya pun bertambah panas.
"Engko Ceng, hati-hati!" ia memperingati, "Kau
tenangkan dirimu, kau tetapkan hatimu!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Aku gagal, Yong-jie," menyahut Kwee Ceng, yang
hatinya goncang. "Aku…aku.."
Habis berkata, ia mencoba bangun untuk berdiri.
"Jangan bergerak!" Oey Yong berteriak saking
bingungnya. Ia gugup.
Kwee Ceng duduk pula, ia mainkan pernapasannya. Ia
merasakan hatinya ruwet, dan dadanya pun seperti
hendak meledak.
"Yong-jie, kau tolongi aku, tolongi…" raratpnya.
Kembali ia hendak berbangkit bangun.
"Jangan bergerak!" Oey Yong melarang pula. "Begitu
kau gerak, akan aku totoki padamu!"
"Benar, lekaslah kau totok!" kata Kwee Ceng. "Aku
tidak dapat menguasai diriku lagi…"
Oey Yong menjadi sangat bingung. Ia tahu, kalau ia
menotok, habis sudah latihan ,mereka berdua, yang
telah dilakoni dengan susah payah, dikemudian hari
mereka harus berlatih dari baru pula. Tapi Kwee Ceng
menghadapi bahaya, asal ia berdiri, maka terancamlah
jiwanya. Tapi ia tak dapat bersangsi, ia tidak boleh
berayal lagi. Dengan menggertak gigi, ia geraki tangan
kirinya, dengan tipu "Lan-hoat Hut-huat-ciu", ia
menotoki jalan darah ciang-bun di tulang rusuk ke
sebelas dari dada kiri si pemuda itu.
Tenaga dalam dari Kwee Ceng telah terlatih
sempurnya sekali, ia dapat menggunai itu secara
wajar, maka tempo jari si nona hampir sampai pada
sasarannya, ia berkelit sendirinya. Dua kali Oey Yong
menotok, dua-dua kalinya gagal. Ketika ia hendak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengulangi untuk ketiga kalinya, mendadak lengan
kirinya tercekal keras, lengan itu kena ditangkap Kwee
Ceng.
Cuaca ketika itu sudah mulai terang. Oey Yong
berpaling, mengawasi si anak muda. Ia mendapatkan
sepasang mata orang merah bagaikan api. Ia terkejut.
Ia pun merasa tangannya ditarik. Mulut Kwee Ceng
mengasih dengar suara tak tegas, terang ia kacau
otaknya. Terpaksa ia menggeraki pundaknya,
membentur tangan orang. Dengan begitu duri dari baju
lapisnya mengenai daging si anak muda.
Kwee Ceng kaget kesakitan, ia tertegun. Justru itu
waktu, kupingnya dapat menangkap keruyuknya ayam
jago. Mendadak saja, otaknya menjadi terang dan
sadar. Dengan perlahan ia lepaskan cekalannya, ia
mengasih turun tangannya. Ia pun malu hingga ia
jengah sendirinya.
Oey Yong mengawasi. Di jidat anak muda terlihat
keringat mengetel. Kulit muka orang pun lesu dan
pucat sekali. Tapi, meskipun itu semua, ancaman
bahaya sudah lenyap. Maka legalah hatinya, ia
menjadi girang.
"Engko Ceng, kita sudah melewati dua hari!" katanya.
"Plok!" demikian satu suara nyaring. Nyata Kwee Ceng
telah menggaplok mukanya sendiri. "Sungguh
berbahaya!" katanya. Ia maish hendak menggaplok
lagi atau si nona mencegah.
"Jangan, itulah tak ada artinya!" kata Oey Yong
tertawa. "Kau ketahui lihaynya Loo Boan Tong, dia
masih tak sanggup mempertahankan dri dari suara
seruling ayahku, apapula kau tengah terluka parah?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tanpa merasa, karena ancaman bahaya itu, Kwee
Ceng dan Oey Yong sudah memasang omong.
Mereka lupa keadaan mereka, mereka tidak ingat lagi
untuk main berbisik saja. Koan Eng dan Yauw Kee
tengah kelelep asmara, mereka tidak mendapat
dengar, tetapi tidak demikian dengan Auwyang Kongcu
di ruang dalam. Pemuda ini memasang kupingnya,
hingga ia mengenali suaranya Oey Yong. Ia kaget
berbareng heran. Ia masih mendengar lagi tapi suara
lantas sirap. Ia menjadi sangat menyesal karena kedua
kakinya luka parah hingga ia tak mampu berjalan.
Tetapi ia ingin berjalan pula, maka terpaksa ia
menggunai kedua tangannya, yang dijadikan seperti
kaki, hingga tubuhnya terangkat ke atas, kakinya naik
tinggi sedangakan kepalanya berada di bawah!
Koan Eng bersama pengantinya berdiri berendeng,
tangan kirinya merangkul leher istrinya itu, terletak di
pundak istrinya. Ia terkejut ketika kupingnya dapat
mendengar suara berkerisiknya rumput, segera ia
menoleh. Maka terlihatlah olehnya seorang berjalan
dengan kedua tangan di jadikan kaki. Ia segera
berbangkit seraya mencabut goloknya.
Auwyang Kongcu telah terluka parah, ia pun sudah
kelaparan, tubuhnya menjadi sangat lemah, ketika ia
lihat berkelebatnya sinar golok, kagetnya tak kepalang,
tidak ampu lagi ia roboh pingsan.
Koan Eng melihat orang tengah sakit, ia lompat maju
untuk mengasih bangun, buat dikasih duduk di atas
bangku, tubuhnya disenderkan pada meja.
Selahi suaminya menolongi orang, Thia Yauw Kee
menjerit kaget. Ia tidak uash mengawasi lama akan
mengenali orang adalah Auwyang Kongcu, yang di
Poo-ceng telah menangkap padanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Koan Eng menoleh dengan lantas karena jeritan
istrinya itu. Ia terkejut akan mendapatkan muka si istri,
yang seperti orang ketakutan sangat.
"Jangan takut," ia menghibur. "Dia telah patah
kakinya."
Tapi istrinya menyahut lain.
"Dia orang jahat, aku kenali dia!" demikian sahutnya.
"Oh!" seru Koan Eng tertahan.
Auwyang Kongcu mendusin sendirinya.
"Bagi aku nasi, aku lapar sekali," ia memohon.
Yauw Kee mengawasi. Ia melihat orang bermata
coleng dan beroman sangat kucel, timbul rasa
kasihannya. Ia memang berperangai halus dan
pemurah hati, ia menjadi tidak tega. Ia menghampirkan
kuali untuk mengisikan satu mangkok nasi, yang mana
ia angsurkan pada pemuda yang bercelaka itu.
Auwyang Kongcu menyammbuti, terus ia makan.
Habis satu mangkok, ia minta pula, maka habislah tiga
mangkok, setelah mana ia merasa tenaganya pulih. Ia
mengawasi Yauw Kee. Mendadak timbul pula pikiran
yang buruk.
"Mana nona Oey," ia tanya.
"Nona Oey yang mana?" Oey Yong balik menanya.
"Nona Oey putrinya Oey Yok Su dari Tho Hoa To,"
Auwyang Hong menjawab.
"Oh, kau kenal nona Oey?" kata Koan Eng. "Kabarnya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dia sudah menutup mata…"
Pemuda itu tertawa.
"Ah, kau hendak memperdayakan aku?" katanya.
"Terus-terang aku telah mendengar suaranya
barusan!" Terus dengan mendadak ia menekan meja
dengan tangan kirinya, atas mana tubuhnya melesat,
hingga dilain saat ia sudah berdiri pula dengan kedua
tangannya. Ia berputaran di ruang itu, untuk mencari
Oey Yong. Sia-sia ia mencari, maka ia memasang
mata sambil memasang kupingnya. Ia mengawasi ke
arah darimana datangnya suara Oey Yong datang,
ialah arah timur. Tapi di situ ada tembok, tidak ada
pintu. Ia sangat cerdas, tak usah berpikir lama, ia
lantas mencurigai lemari.
"Mesti ada rahasianya di situ," demikian pikirnya. Maka
ia lantas menarik meja, dibawa ke depan lemari itu,
habis mana ia naik ke atas meja itu, untuk segera
membuka daun lemari. Ia menyangka ada pintu
rahasia di situ, tapi ia kecele. Ia melihat bagian dalam
lemari yang hitam dan kotor. Ia berputus asa akan
tetapi pikirannya bekerja terus juga. Maka terlihatlah
olehnya mangkok besi, bahkan di situ ia mendapatkan
beberapa tapak jari tangan, yang masih baru.
Mendadak hatinya tergerak. Segera ia mengulur
tangannya, meraih mangkok itu. Ia menarik tetapi
mangkok tidak bergeming. Ia tidak mau sudah,
sekarang ia memutar. Mangkok itu terus bergerak, ia
memutar terus. Maka segeralah terdengar suara apaapa,
disusul sama bergeraknya pintu rahasia hingga di
sana terlihat Oey Yong dan Kwee Ceng lagi duduk di
dalam kamar rahasia itu.
Bukan main girangnya kongcu ini melihat si nona,
hanya menampak Kwee Ceng ada beserta nona itu, ia
berbalik menjadi kaget berbareng iri dan cemburunya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lantas timbul, iri hatinya menyusul.
"Adikku, apakah kau tengah berlatih?" ia menanya. Ia
melihat dua orang itu berdiam saja.
Semenjak tadi Oey Yong merasa pasti rahasianya
bakal ketahuan. Ia telah mengawasi setiap gerakgeriknya
Auwyang Kongcu itu, ketika orang membuka
lemari, ia lantas berpikir.
"Jangan bergerak," ia bisiki Kwee Ceng. "Aku akan
pancing dia datang dekat, lalu kau hajar dia dengan
ang Liong Sip-pat Ciang, untuk menghabiskan
padanya."
"Tetapi aku tidak dapat menggunai tenaga di
tanganku," Kwee Ceng membilang, berbisik juga.
Oey Yong masih hendak berbicara pula atau pintu
sudah terbuka dan Auwyang Kongcu muncul di depan
mereka, maka lekas-lekas ia mengasah otaknya:
"Dengan cara bagaimana aku dapat menghalau dia
hingga dia suka pergi jauh-jauh, supaya aku bisa
melewatkan terus lima hari lima malam dengan
tenang? Kalau aku membuka mulut, bisa celaka engko
Ceng…Bagaimana sekarang?"
Auwyang Kongcu jeri terhadap Kwee Ceng, melihat
orang berdiam saja, ia mengawasi dengan tajam
hingga ia dapat melihat roman yang lesu, mukanya
pucat. Dia lantas ingat pembilangan pamannya bahwa
Kwee Ceng itu pernah dihajar dengan Kuntauw Kodok
di dalam istana, kalau tidak lantas mati, si anak muda
mestinya terluka parah. Maka sekarang, ia melihat
keadaannya Kwee Ceng dan menyaksikan sikapnya
mereka berdua, sebagai orang cerdik, ia lantas dapat
menduga duduknya hal. Untuk mendapat kepastian, ia
hendak mencoba.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Adik, kau keluarlah," ia berkata. "Buat apa berdiam di
dalam kamar ini, cuma-cuma pikiran menjadi pepat…"
Sembari berkata, ia mengulur sebelah tangannya,
berniat menarik ujung baju si nona.
Oey Yong tidak menyahuti, hanya ia angkat
tongkatnya dengan apa ia menghajar kepala orang.
Auwyang Kongcu kaget, dengan lekas ia berkelit.
Hebat serangan itu, sebagaimana anginnya pun
berkesiur keras. Ia lompat jumpalitan, akan trun dari
meja.
Oey Yong menjadi sangat menyesal. Kalau dapat ia
bergerak, ia bisa menyusuli dengan serangan yang
kedua, yang pasti tidak bakal gagal. Sekarang ia cuma
bisa numprah terus, jengkelnya bukan kepalang.
Sementara itu Koan Eng dan Yauw Kee heran bukan
main mendapatkan kamar rahasia itu serta di
dalamnya ada orangnya, mereka sampai diam
menjublak saja. Ketika kemudian mereka mengenali
Oey Yong dan Kwee Ceng, itu waktu si nona Oey
sudah menyerang Auwyang Kongcu, tetapi
serangannya gagal. Setelah itu, pemuda itu naik pula
ke meja, untuk beraksi. Ia jadi berani karena ia melihat
Oey Yong tidak bergerak untuk menyusul padanya,
dugaannya menjadi satu kepastian. Begitulah ia
menyerang si nona, tangan siapa ia hendak tangkap
untuk ditarik. Kalau Oey Yong menghajar dia dengan
tongkat, ia senantiasa main berkelit. Kalau ada
ketikanya, ia menotok.
Oey Yong kewalahan, tidak peduli ilmu tongkatnya
lihay. Ia tidak berani bangun, untuk meninggalkan
Kwee Ceng. Karena ini, lama-lama ialah yang kena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
terdesak.
Koan Eng dan istrinya melihat keadaan buruk untuk
nona Oey itu, dengan serentak mereka maju untuk
membantui. Mereka masing-masing menggunai golok
dan pedang.
Auwyang Kongcu melihat majunya suami-istri itu, ia
tertawa lebar dan panjang, sambil tertawa tubuhnya
bergerak, sebelah tangannya menyambar ke arah
Kwee Ceng.
Pemuda itu melihat bahaya mengancam, akan tetapi ia
tidak dapat menangkis atau berkelit, terpaksa ia tutup
rapat kedua matanya untuk menantikan maut datang.
Oey Yong kaget bukan main, ia segera menyerang.
Auwyang Kongcu sudah bersiap, begitu tongkat tiba, ia
menanggapi, ia mencekal, lalu ia menarik keras.
Dalam tenaga, tentu saja nona Oey kalah, sedang
sebelah tangannya tidak dapat ia gunakan. Bahkan ia
khawatir sekali tangannya itu lepas dari tangan Kwee
Ceng. Sekalipun tubuhnya terhuyung, ia berdaya untuk
mempertahankan diri. Tidak ada jalan lain, terpaksa ia
lepaskan tongkatnya, untuk tangannya itu dipakai
merogoh ke dalam sakunya, untuk meraup jarumnya,
dengan apa ia menyerang ke arah musuh yang licik
itu.
Auwyang Kongcu terkejut. Jarak di antara mereka
cukup dekat, ketika ia melihat barang berkeliauan, ia
lantas menjatuhkan diiri rebah di atas meja. Tanpa
berkelit secara demikian, pastilah ia celaka. Justru itu,
Koan Eng datang dengan bacokannya.
Kembali Kongcu itu kaget, terpaksa ia menggulingkan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
diri ke kanan. Golok Koan Eng mengenai meja, sebab
sasarannya lenyap. Tengah Koan Eng membacok,
jarumnya Oey Yong tiba, menggenai punggungnya. Ia
kaget sebab dengan segera ia merasakan separuh
tubuhnya tak dapat digeraki. Maka ketika Auwyang
Hong menyambar, ia kena dicekuk tanpa berdaya.
Sebat luar biasa, keponakannya Auwyang Hong
mencekal tangan orang.
"Bagus!" katanya.
Itu waktu Yauw Kee pun menyerang. Si nona kaget
dan hendak menolongi suaminya. Tapi Auwyang
Kongcu ada terlalu lihay untuknya. Pemuda itu berkelit,
sambil berkelit, sebelah tangannya menyambar ke
dada orang. Ia kaget bukan main. Celaka kalau
dadanya itu kena dipegang pemuda ceriwis itu. Lekaslekas
ia mambacok. Auwyang Kongcu menarik pulang
tangannya itu, tetapi dia telah berhasil menjambret
baju orang, yang kena dia robek. Saking kaget, hampir
Yauw Kee membikin pedangnya terlepas, mukanya
pucat. Karena ini, ia tidak dapat maju pula.
Auwyang Kongcu duduk numprah di atas meja. Ketika
itu, pintu lemari, atau lebih benar pintu rahasia, sudah
tertutup pula. Ia bergidik sendirinya kapan ia ingat
serangan jarum berbisa dari si nona tadi.
"Budak ini benar-benar lihay," pikirnya. "Tapi biarlah
dia, sekarang aku permainkan saja nona Thia, aku
tanggung mereka berdua bakal jadi kacau pikirannya,
rusak semadhinya. Sampai itu waktu, aku tentu sudah
mempunyai daya untuk menguasai mereka…"
Mengingat itu, bukan main girangnya pemuda itu.
"Eh, nona Thia," ia berkata kepada Yauw Kee. "Kamu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menghendaki dia mati atau hidup?"
Ia maksudkan Koan Eng, yang sudah tidak berdaya
itu. Ia sudah pikir, nona Thia tidak dapat dilawan
dengan keras, mesti dengan halus, supaya ia suka
menyerah sendirinya. Jalan itu ialah Koan Eng harus
dipakai sebagai alat.
Yauw Kee bingung bukan main. Ia lihat suaminya
menutup kedua matanya, tubuhnya tak bergeming.
"Auwyang Kongcu," katanya terpaksa. "Dia dengan
kau tidak ada bermusuhan, aku minta sukalah kau
merdekakan dia…"
"Haha!" tertawa si anak muda. "Kiranya kamu kaum
Coan Cin Pay juga ada harinya kamu minta-minta
kepada lain orang!"
"Dia…dialah murid dari Thoa hoa Ta, jangan kau
celakai dia…" kata pula si nona.
"Siapa suruh dia membacok aku?" kata si anak muda
tetap tertawa. "Jikalau bukannya aku berkelit dengan
cepat, apakah batok kepalaku masih ada di batang
leherku? Jangan kau gertak aku dengan nama Tho
Hoa To! Oey Yok Su itu ialah mertuaku!"
Yauw Kee tidak tahu orang bicara benar atau
mendusta.
"Kalau begitulah kau yang terlebih tua, kau
merdekakanlah dia," kata pula ia. "Biarlah dia
menghanturkan maaf padamu."
"Mana bisa gitu gampang, he?" Auwyang Kongcu pula.
"Jikalau kau menghendaki juga aku melepaskan dia,
kau mesti menerima baik permintaanku."
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yauw Kee mengawasi paras orang, ia mendapat duga
orang bermaksud tidak baik, maka itu ia lantas tunduk,
ia tidak menyahuti.
"Kau lihat!" berkata Auwyang Kongcu, tiba-tiba. Ia
mengangkat tangannya menghajar ujung meja hingga
ujung meja itu semplak seperti bekas dibacok.
Yauw Kee terkejut.
"Suhu juga tidak selihay dia ini," pikirnya.
Auwyang Kongcu mewariskan kepandaiannya
Auwyang Hong, sang paman, maka itu, dia menang
banyak daripada Sun Put Jie. Ia senang mendapatkan
si nona berkhawatir.
"Begini permintaanku," kata dia. "Inilah apa yang aku
titahkan kau lakukan, kau mesti lakukan, jikalau kau
tidak menurut, kau mesti lakukan, jikalau kau tidak
menurut, maka leher dia akan aku bikin macam
begini!" Dia mengasih contoh dengan ancaman
tangannya, seperti tadi ia membacok meja, tetapi kali
ini ia tujukan kepada batang leher Koan Eng.
Nona Thia kaget hingga ia menjerit.
"Kau menurut atau tidak?" Auwyang Kongcu tanya.
Dengan terpaksa Yauw Kee mengangguk.
"Bagus!" seru keponakannya Auwyang Hong. "Begini
barulah anak manis! Nah, pergilah kau menutup pintu!"
Yauw Kee berdiri diam.
"Kau dengar tidak kataku?" Auwyang Kongcu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membentak.
Takut Yauw Kee, maka dengan terpaksa, dengan hati
berdebaran, ia menutup pintu.
"Bagus!" anak muda itu tertawa grang. "Tadi malam
kamu berdua menikah, aku mendengarnya dengan
nyata, cuma anehnya, di dalam kamar pengantin,
kamu tidak membuka pakaian. Di kolong langit ini tidak
ada suami-istri seperti kamu! Sekarang kau
loloskanlah semua pakaianmu, sepotong juga tak
boleh ketinggalan. Jikalau kau tidak menurut, segera
aku kirim suamimu ke alam baka, hingga kau lantas
menjadi janda muda!"
Koan Eng tidak dapat menggeraki kaki tangannya,
tetapi kupingnya mendengar segala apa dengan nyata
dan matanya melihat segala sesuatu, maka itu ia
murka bukan main, hingga matanya seperti mau
melompat keluar, hatinya seperti mau meledak. Ia
hendak meneriaki istrinya buat jangan menuruti
permintaan itu, supaya istri itu pun melarikan diri, apa
celaka, ia tidak dapat membuka mulutnya.
Sementara itu Oey Yong di dalam kamarnya telah siap
sedia. Ialah yang mengunci pula pintu rahasia selagi
Auwyang Kongcu merobohkan Liok Koan Eng. Ia
mencekal pisaunya kalau-kalau si anak muda
menyerang untuk kedua kalinya. Maka ia kaget,
mendongkol berbareng gusar mendengar Auwyang
Kongcu menitah Yauw Kee melepaskan pakaiannya
untuk bertelanjang bulat. Dilain pihak, dasar sifatnya
kekanak-kanakan, ia ingin melihat Yauw Kee akan
meluluskan atau tidak permintaan kongcu Auwyang
itu….
Maka itu masih menantikan….
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Mengapa sulit untuk meloloskan pakaian?" berkata
pula Auwyang Kongcu. "Ketika kau dilahirkan dari
dalam perut ibumu, apakah kau pun berpakaian? kau
bilang, kau hendak melindungi mukamu atau jiwanya
dia?"
Kembali ia menuding kepada Koan Eng.
Nona Thia berdiam, otaknya bekerja keras.
"Nah, kau bunuhlah dia!" kata dia akhirnya, suaranya
dalam.ä
Auwyang Kongcu melengak. Sungguh dia tidak
menyangka si nona dapat memberikan jawaban itu. Itu
menjadi terlebih kaget ketika ia melihat nona itu
mengayun pedangnya ke arah lehernya sendiri.
Dengan lantas ia menimpuk dengan sebatang
jarumnya, jarum Touw-kut-ciam, maka jatuhlah pedang
di tangannya nona itu.
Yauw Kee membungkuk, untuk menjumput pula
pedangnya itu. Atau tiba-tiba:
"Pengurus hotel! Pengurus hotel!"
Itulah suaranya seorang wanita, yang memanggil
pemilik hotel.
Yauw Kee menjadi dapat harapan. Setelah mencekal
pedangnya, ia lompat ke pintu, untuk segera
membukai itu. Maka ia melihat seorang wanita muda,
yang pakaiannya putih, berdiri di muka pintu,
rambutnya dibungkus dengan kain putih juga dan
dipinggangnya tersoren sebatang golok. Dia beroman
kucel tetapi itu tidak menutupi kecantikannya. Ia tidak
kenal nona itu tetapi dia mau anggap orang adalah
penolongnya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Silahkan masuk, nona!" katanya lekas.
Nona itu berdiri bengong melihat "pemilik" rumah
berpakaian mewah tetapi tangan mencekal pedang. Ia
mengawasi sekian lama, baru ia berkata: "Di luar ada
dua peti mati, bolehkah itu dibawa ke dalam?"
Kalau di dalam rumah orang biasa, pasti sekali
jenazah orang tidak dapat dibawa masuk, lain adalah
dengan rumah penginapan, bahkan kali ini dalam
suasana luar biasa itu. Untuk Yauw Kee, jangan kata
baru dua buah, seratus pun ia akan mengijinkannya
dibawa masuk.
"Baik, baik!" sahutnya cepat. "Silahkan!"
Nona itu heran mendapatkan pelayanan istimewa dari
"pemilik" rumah penginapan ini akan tetapi ia lantas
menoleh keluar, untuk menggapaikan. Maka lantas
juga masuk delapan orang yang menggotong dua
buah peti mati, di bawa ke ruang dalam. Ketika ia
berpaling ke arah Auwyang Konngcu, ia kaget sekali,
dengan segera ia menghunus golok dipinggangnya.
Auwyang Kongcu sudah lantas tertawa lebar.
"Inilah dia jodoh yang telah ditakdirkan Thian!" katanya
nyaring. "Dari jodoh telah tertakdir itu, orang tidak
dapat meloloskan diri! Inilah peruntungan baik yang
diantarkan sendiri! Jikalau peruntungan ini tidak
diterima, sungguh durhaka!"
Nona itu bukan lain daripada Bok Liam Cu, yang
pernah ia tawan.
Sesudah bentrok hebat sama Yo Kang di Poo-eng,
ludas sudah pengharapan nona Bok ini, hatinya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
menjadi tawar, cuma tinggal satu hal yang ia berati,
maka itu ia lantas ke Tiong-touw (Peking) dimana ia
ambil jenazah ayah dan ibunya untuk dibawa pulang
ke dusun Gu-kee-cun di Lim-an, untuk dikubur di
kampung halamannya itu. Hebat untuknya, seorang
wanita, membawa-bawa peti mati orang tuanya disaat
negara demikian kacau. Ketika itu tentara Mongolia
tengah menyerang negara Kim. Ia pun, ketika ia
meninggalkan kampung halamannya, usianya baru
baru lima tahun, maka ia tidak ingat lagi kampung
halamannya itu. Maka juga setibanya, begitu melihat
pondokannya Sa Kouw, lantas ia memikir untuk
singgah terlebih dahulu, sambil singgah, ia mencari
keterangan. Maka adalah diluar sangkaannya, disini ia
justru bertemu pula sama keponakannya Auwyang
Hong itu. Tentu sekali ia tidak tahu nona itu dengan
pakaian mewah itu tengah diperhina si anak muda. Ia
belum pernah bertemu dangan nona Thia dan
sekarang ia menyangka nona Thia itu ialah gulagulanya
pemuda itu. Dengan menghunus goloknya, ia
lantas membacok si anak muda, habis mana ia
berlompat untuk lari keluar. Atau ia merasakan angin
menyambar, dari orang yang lompat lewat diatasan
kepalanya. Ia lantas membacok ke atasan kepalanya
itu.
Auwyang Kongcu lihay sekali. Dengan tangan
kanannya, dengan dua jeriji, dia menekan belakang
golok, dengan tangan kiri, ia menangkap lengan si
nona, maka sedetik itu juga, terlepaslah goloknya Liam
Cu, hingga berbareng mereka jatuh ke atas sebuah
peti mati. Keempat tukang gotong kaget hingga
mereka berteriak, mereka roboh, peti matinya jatuh,
mereka babak belur mukanya sebab terkena pikulan
dan saling tubruk.
Dengan tangan kanan merangkul nona Bok, dengan
tangan kanan Auwyang Kongcu menghajar tukangTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
tukang gotong itu hingga mereka ini menjerit-jerit dan
terus merayap, untuk lari keluar, diturut oleh empat
tukang gotong lainnya, hingga mereka tidak memikir
untuk meminta upah pula.
Selama kejadian itu, Yauw Kee lompat kepada Koan
Eng, yang rebah di lantai, untuk dikasih bangun. Ia
bingung sekali, tidak tahu ia bagaimana harus
menyingkirkan diri mereka.
Auwyang Kongcu melihat sikapnya Yauw Kee, dengan
sebelah tangan menekan peti mati, sambil terus
merangkul Liam Cu, ia lompat kepada nona Thia itu,
yang mana ia terus peluk dengan tangan kanannya,
setelah mana ia duduk di atas kursi. Sambil tertawa
lebar, ia berkata: "Adik Oey, kau juga datang ke mari!"
Sedangnya pemuda ini kegirangan, mendadak ada
bayangan yang berlompat dari luar, masuk ke dalam,
maka dilain saat ketahuanlah dia adalah Yo Kang!
Yo Kang ini, sehabisnya dihinakan Oey Yok Su, tidak
meninggalkan Gu-kee-cun. ia bersakit hati dan ingin
sangat dapat melampiaskannya. Karena kerasnya hati,
ia dengan perkenan Wanyen Lieh, ia memisahkan diri.
Di luar Gu-kee-cun, dia berdiam di dalam pepohonan
yang lebat. Diwaktu malam, ia melihat Oey Yok Su,
Auwyang Hong dan Ciu Pek Thong bertiga mondarmandir,
tentu sekali terhadap mereka ia tidak bisa
berbuat apa-apa. Lantas paginya ia melihat Bok Liam
Cu membawa jenazah orang tuanya. Diam-diam ia
menguntit nona ini sampai di rumahnya Sa Kouw. Baru
nona ini masuk ke dalam atau lantas tukang-tukang
gotong peti itu lari serabutan. Ia menjadi heran, maka
lantas ia memburu ke dalam. Di pintu ia mengintai, ia
tidak melihat Oey Yok Su, sebaliknya ia mendapatkan
Auwyang Kongcu duduk di kursi dengan air muka
terang, dirangkulannya kiri kanan ada kedua nona
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
cantik, ialah Bok Liam Cu dan Thia Yauw Kee, yang
lagi dipermainkan. Tidak ayal lagi, ia melompat masuk.
"Oh, siauw-ongya, kau telah kembali!" menegur
Auwyang Kongcu kapan ia melihat pangeran itu.
Yo Kang mengangguk.
Auwyang Kongcu melihat muka orang muram, ia
lantas menghibur.
"Jangan kecil hati, jangan berduka, siauw-ongya,"
katanya. "Juga di jaman dulu Han Si pernah menerima
penghinaan merangkak di bawah selangkangan orang:
Seorang laki-laki dia harus dapat berlaku keras dan
lunak. Itulah tidak ada artinya. Kau sabar saja, kau
tunggu sampai kembalinya pamanku nanti kau boleh
melampiaskan sakit hatimu ini!"
Ia menduga pangeran ini berduka karena bekas
diperhina.
Yo Kang mengangguk pula, tetapi matanya
mengawasi Liam Cu.
Auwyang Kongcu tertawa.
"Siauw-ongya," katanya, "Tidakkah kedua si cantik
kepunyaanku ini tak ada kecelaannya?"
Kembali pangeran ini mengangguk.
Auwyang Kongcu tidak tahu ada hubungan apa di
antara si pangeran dengan Liam Cu itu sebab tempo
mereka itu berdua mengadu kepandaian di jalan besar
di Tong-touw, ia tidak hadir bersama. Mulanya Yo
Kang tidak memperhatikan si nona, sampai si nona itu
mencintai dia dengan sungguh-sungguh hati, hingga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
ada janji untuk menikah, maka itu sekarang, melihat
nona itu dalam rangkulan Auwyang Kongcu, hatinya
panas. Ia dapat mengendalikan diri, dari itu ia tidak
mengentarakan suatu apa.
Lagi-lagi Auwyang Kongcu tertawa dan berkata:
"Semalam ada orang menikah di sini, maka itu di
dalam almari ada arak dan daging ayam! Siauw-ong
tolong kau ambilkan itu, mari kita minum bersama.
Nanti aku menyuruh kedua si cantik ini meloloskan
semua pakaiannya, supaya mereka menari untuk
menggembirakan kau minum arak!"
"Itulah bagus!" sahut Yo Kang tertawa.
Bukan main panasnya hati Liam Cu melihat sikapnya
Yo Kang ini, karenanya hatinya menjadi dingin, ingin ia
membunuh diri di depan kekasihnya itu, supaya ia
bebas dari penderitaan ini. Segera juga ia melihat Yo
Kang mengambil arak dan ayam dan kemudian duduk
minum dan dahar bersama Auwyang Kongcu.
Auwyang Kongcu mengisikan dua cawan arak, ia bawa
itu ke depan mulutnya nona itu, sembari tertawa ia
kata: "Mari minum arak dulu, baru kamu menari!"
Kedua nona ini gusarnya bukan main, hampir mereka
pingsan. Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa juga.
Tubuh mereka sudah di totok pemuda itu. Ketika
cawan arak ditempelkan ke mulut mereka, masih
mereka tidak berdaya. Maka diakhirnya, mereka mesti
menenggak air kata-kata itu.
"Auwyang Sianseng," berkata Yo Kang, "Sungguh aku
mengagumi kepandaian kau! Mari aku beri selamat
padamu dengan secawan arak, habis itu baru kita
menonton tarian!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Kongcu tertawa bergelak, ia menyambuti
araknya itu, untuk dihirup kering. Habis itu ia menotok
bebas Yauw Kee dan Liam Cu, cuma kedua tangannya
masih menekann jalan darah mereka yang dinamakan
sintong-hiat, yang adanya dipunggung. Ia kata: "Baikbaik
saja kamu mendengar perkataanku, dengan
begitu kamu tidak bakal menderita, sebaliknya, kamu
akan mendapat kesenangan!"
Liam Cu menunjuk kepada kedua peti mati itu.
"Yo Kang!" katanya, bengis, "Kau lihat, jenazah
siapakah itu?!"
Pangeran itu memandang ke peti mati yang ditunjuk
itu. Yang pertama ia tampak ialah tulisan tinta merah
yang berbunyi: "Tay Song Gie-su Yo Tiat Sim Sim cieleng".
Artinya, "Jenazah dari Yo Tiat Sim, orang gagah
dari jaman ahala Song". Sebenarnya hatinya terkesiap,
tetapi ia menguatkan diri, ia menunjuki sikap acuh tak
acuh. Bahkan ia kata kepada Auwyang Kongcu:
"Auwyang Sianseng, kau pegangi kedua nona manis
ini, hendak aku meraba-raba kaki mereka, untuk
membuktikan siapakah yang kakinya terlebih mngil…"
Auwyang Kongcu tertawa.
"Siauw-ongya sungguh jenaka!" katanya. "Aku lihat
tentulah kaki dia ini yang terlebih mungil!"
Dan ia meraba kakinya Thia Yauw Kee.
"Ah, belum tentu!" berkata Yo Kang, yang terus saja
membungkuk hingga ke kolonng meja.
Dua-dua Liam Cu dan Yauw Kee sudah mengambil
putusan, begitu mereka diraba, mereka hendak
menendang tempilingan pangeran itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yo Kang, tidak segera meraba, hanya ia tertawa.
"Auwyang Sianseng, kau minum lagi satu cawan!"
katanya, "Habis minum nanti aku beritahu, dugaanmu
cocok atau tidak…."
"Bagus!" sahut Auwyang Kongcu, seraya ia
mengangkat cawannya.
Yo Kang sambil membungkuk melirik di saat pemuda
itu dongak untuk minum, kemudian ia mengeluarkan
tombak buntung dari sakunya, dengan itu dengan
sekuat tenaga - sambil ia mengertak gigi - ia menikam
ke arah perut orang, hingga tombak itu nancap dalam
lima atau enam dim, menyusul mana, ia membaliki
meja!
Kejadian ini mendadak sekali dan luar biasa juga,
maka itu Oey Yong dan Kwee Ceng, juga Bok Liam
Cu, Liok Koan Eng dan Thia Yauw Kee menjadi kaget
dan heran sekali.
Auwyang Kongcu menggeraki kedua tangannya, ia
membuatnya Liam Cu dan Yauw Kee terbalik dari
kursinya, sedang cawan arak di tangannya ditimpuki
ke arah Yo Kang!
Pangeran ini berkelit sambil mendak, maka jatuhlah
cawan itu ke lantai, pecah hancur dengan mengasih
dengar suara nyaring.
Yo Kang berkelit dengan terus menjatuhkan diri, untuk
bergulingan, maksudnya buat lari ke pintu, apa mau ia
terhalang peti mati. Terpaksa ia berlompat bangun dan
memutar tubuhnya, mengawasi Auwyang Kongcu.
Hatinya menjadi ciut kapan ia melihat pemuda itu
berdiri dengan tubuh doyong ke depan, kedua
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tangannya berpegangan pada kursi, sepasang
matanya mendelik, wajahnya seperti tertawa dan
bukannya tertawa. Ia menggigil sendirinya.
Sebenarnya ia berniat lari menyingkir tetapi itu
sepasang mata tajam dan bengis membuatnya kakinya
seperti terpaku.
Auwyang Kongcu melengak dan tertawa.
"Aku si orang she Auwyang telah malang melintang
seumur hidupku, aku tidak menyangka bahwa hari ini
aku mesti mati di tangan kau, binatang!" katanya
bengis. "Cuma satu hal yang aku tidak mengerti!
Siauw-ongya, mengapa kau mencoba membunuh
aku?"
Yo Kang tidak menjawab, hanya dengan menenjot diri,
ia hendak berlompat ke pintu, guna melarikan diri. Ia
telah pikir, setelah berada di luar pintu, baru ia hendak
memberikan keterangannya. Selagi tubuhnya
melayang, mendadak ia merasakan belakang lehernya
kena dicengkram keras sekali, bagaikan terbangkol
gaetan besi, hingga ia tak mampu berlompat lebih
jauh, bahkan sebaliknya, ia jatuh ke atas peti mati -
jatuh bersama-sama tubuhnya Auwyang Kongcu -
yang telah melompat menyambar padanya.
"Kau tidak mau bicara, apakah kau hendak membikin
aku mati tak meram?!" kata Auwyang Kongcu sembari
tertawa. Nyata ia masih kuat sekali.
Yo Kang tahu ia ada bagian mati, hatinya menjadi
besar. Ia tertawa dingin.
"Baiklah, nanti aku memberi keterangan padamu!"
sahutnya. "Tahukah kau, siapa dia?" Ia menunjuk
kepada nona Bok.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Auwyang Kongcu memandang Liam Cu. Nona ini
memegang golok di tangan, siap untuk menerjang,
guna menolongi si pangeran, cuma ia masih bersangsi
sebab ia khawatir nanti melukai kekasihnya.
"Dia…dia.." kata Auwyang Kongcu, yang terus
terbatuk-batuk.
"Dialah tunanganku!" Yo Kang meneruskan. "Dua kali
kau menghina dia, mana aku dapat membiarkannya?"
"Benar," kata Auwyang Kongcu. Dia masih tertawa.
"Mari kita sama-sama pergi ke neraka…!" Dia
mengangkat kepalannya, untuk di kasih turun ke batok
kepalanya si pangeran…….
Liam Cu kaget hingga ia berteriak, hendak ia
menolong tetapi sudah tidak keburu.
Yo Kang memeramkan kedua matanya, ia menantikan
kebinasaannya. Tapi ia menanti sekian lama, ia tidak
merasakan hajaran kepada batok kepalanya. Saking
herannnya, ia membuka matanya.
Auwyanng Kongcu mengasih lihat senyumannya, tapi
tangannya yang mencekuk leher sudah terlepas, maka
tempo si pangeran berontak, ia lantas jatuh menimpa
peti mati. Sebab ia sudah putus jiwa……..
Yo Kang melengak, Liam Cu melongo. Hanya sejenak,
lantas keduanya lari saling menghampirkan, untuk
terus saling berpegangan tangan. Dalam keadaan
seperti itu banyak kata-kata yang hendak dikeluarkan
tetapi tak sepatah yang dapat diucapkan. ketika
mereka memandang mayat Auwyang Kongcu, lantas
terbayang apa yang barusan terjadi, sendirinya mereka
bergidik.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yauw Kee sendiri mengasih bangun pada Koan Eng,
yang totokannya ia bebaskan.
Koan Eng ketahui Yo Kang adalah pangeran Kim
tetapi orang telah membinasakan Auwyang Kongcu, itu
artinya orang telah menolongi padanya, mak aitu ia
lantas memberi hormat sambil menjura, habis mana
dengan membungkam, ia tuntun tangannya istrinya
untuk diajak berlalu dari situ. Sebagai laki-laki, yang
mengenal budi, taidak sudi ia menyerang pangeran itu
untuk membunuhnya.
Senang hatinya Oey Yong menyaksikan Yo Kang dan
Liam Cu bertemu pula satu dengan lain dan
bertemunya dengan itu cara luar biasa. Kwee Ceng
pun mengharap-harap Yo Kang itu nanti mengubah
kelakuannya. Dengan Oey Yong ia saling memandang,
lalu keduanya tersenyum.
Itu waktu terdengar suara Liam Cu.
"Jenazah ayah dan ibumu telah aku bawa pulang,"
katanya kepada Yo Kang.
"Sebenarnya itulah kewajibanku, maka aku hanya
membuat kau bercapai lelah, adikku," Yo Kang bilang.
Liam Cu tidak mau menimbulkan soal lama, ia lalu
menanya bagaimana penguburan harus dilakukan.
Yo Kang mencabut tombaknya dari perut Auwyang
Kongcu.
"Paling dulu, kita kubur mayat dia ini," katanya. "Kalau
kejadian ini diketahui pamannya, walaupun dunia ini
lebar, bai kita tak ada tempat untuk menyembunyikan
diri…"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Liam Cu menurut, dari itu keduanya lantas bekerja.
Mayat Auwyang Kongcu dikubur begitu saja di dalam
pekerangan rumah penginapan Sa Kouw itu. Sesudah
beres, mereka pergi ke kampung, untuk meminta
bantuan sejumlah penduduk guna menggotong dan
mengubur jenazah itu dibelakang rumah. Di sini Yo
Kang seperti tidak punya kenalan lagi, tidak ada orang
yang yang menanyakan dia ini dan itu.
Setelah penguburan, hari pun sudah malam. Untuk
tidur, Liam Cu menumpang pada seorang penduduk
sedang Yo kang mengambil tempat di pondokan.
Besoknya pagi si nona pergi menyamperi ke rumah
penginapan, ia mendapat Yo Kang justru lagi
membanting-banting kaki dan menyesalkan diri tak
hentinya.
"Kau kenapa?" tanya si nona.
"Aku menyesal yang kemaren kita tidak sekalian
membinasakan itu dua orang," Yo Kang menyahuti. Ia
maksudkan Yauw Kee dan Koan Eng. "Aku tolol, aku
dibikin bingung tidak karuan. Mereka sudah pergi, ke
mana mereka harus di cari?"
Nona Bok heran.
"Perlu apa kita membinasakan mereka?" tanyannya.
"Sebab aku telah membunuh Auwyang Kongcu. Kalau
mereka membuka rahasia, kita terancam bahaya…."
Liam Cu berpikir lain. Ia mengerutkan alisnya.
"Seorang laki-laki, dia mesti berani berbuat berani juga
bertanggung jawab!" katanya. "Jikalau kau takut
kemarin tak seharusnya kau membinaskan dia!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Yo Kang menutup mulutnya, akan tetapi hatinya
memikirkan bagaimana ia harus mencari Koan Eng
dan Yauw Kee itu, untuk membinasakan mereka.
"Pamannya Auwyang Kongcu benar lihay," kata lagi
Liam Cu, "Tetapi jikalau kita menyningkir jauh, musthail
dia dapat mencari kita?"
"Adikku, aku memikir lain," berkata Yo Kang.
"Pamannya itu lihay sekali, aku hendak mengangkat
dia menjadi guruku."
"Oh, begitu!" kata si nona heran.
"Sebenarnya sudah lama aku kandung niatku ini," Yo
Kang menerangkan. "Hanya di pihak Auwyang Kongcu
itu ada aturannya yang ditaati turun-temurun, ialah
warisan saban-saban cuma diturunkan kepada satu
orang. Sekarang Auwyang Kongcu telah mati, maka
pasti pamannya itu suka menerima aku sebagai
muridnya!"
Pangeran ini berbicara dengan bangga sekali,
tandanya ia sangat girang.
Liam Cu berdiam, hatinya tawar.
"Jadinya kau membunuh dia bukannya untuk
menolongi aku?" tanyanya. "Kau jadinya ada
maksudmu sendiri!"
"Adikku, kau terlalu bercuriga!" kata Yo Kang tertawa.
"Untukmu aku rela tubuhku hancur lebur!"
"Tentang itu baiklah kita bicarakan di belakang hari
saja," berkata si nona kemudian. "Sekarang apa yang
kau pikir. kau suka menjadi rakyat yang bersetia dari
kerajaan Song yang maha agung atau karena
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
keserakahanmu untuk kedudukan mulia, kau tetap
mengakui musuh sebagai ayahmu?"
Yo Kang mengawasi nona itu, wajah yang cantik dan
potongan tubuhnya yang bagus sangat menggiurkan
hatinya. Hanya kata-kata yang tajam itu membuatnya
tidak senang.
"Kedudukan yang mulia?" katanya. "Kedudukan mulia
apakah itu? Sekarang ini kota Tiong-touw dari kerajaan
Kim telah diserang bangsa Mongolia! Setiap diserang,
setiap kali bangsa Kim itu kalah! Di depan mataku
sekarang ini ada bayangan dari kemusnahan negara
Kim itu!"
Tapi Liam Cu tidak senang mendengar urusan itu.
"Negara Kim kalah, itulah yang paling kita harapkan!"
katanya nyaring. "kau sebaliknya membuatnya
sayang…."
"Adikku, untuk apa kau menimbulkan urusan ini?" Yo
Kang membujuk. "Kau tahu, semenjak kau pergi,
hatiku bersengsara memikirkanmu…" Dengan tindakan
perlahan ia mendekati si nona untuk mencekal
tangnnya.
Mendengar suara orang yang lemah, hatinya Liam Cu
menjadi lemah juga, maka itu ia membiarkan
tangannya dicekal, digenggam perlahan. Cuma karena
itu, kulit mukanya menjadi merah.
Yo Kang hendak merangkul nona itu dengan
tangannya yang hendak ketika tiba-tiba kupingnya
mendengar beberapa kali suara burung yang lagi
terbang, suaranya sangat nyaring. Ia lantas
mengangkat kepala, dongak. Maka ia melihat dua ekor
rajawali putih yang besar terbang berputaran.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Ketika dulu hari Wanyen Lieh mengejar Tuli, Yo Kang
melihat dua ekor rajawali itu, yang kemudian dibawa
pergi ke oleh Oey Yong. Maka itu ia jadi berpikir dan
menanya dalam hatinya: "Kenapa burung ini sekarang
berada disini?" Dengan mencekal terus tangan Liam
Cu, ia pergi keluar. Ia melihat burung itu terbang
berputaran di atasan mereka. Di dekat pohon yang
besar sebaliknya terlihat seorang nona, yang duduk di
atas seekor kuda bagus, lagi memandang ke tempat
yang jauh. Nona itu memakai sepatu kulit, tangannya
mencekal cambuk, dia dandan sebagai wanita
Mongolia.
Sesudah terbang berputaran, kedua burung itu terbang
ke arah jalan besar, hanya tak lama mereka kembali.
Tidak lama dari jalan besar itu terdengar riuh rendah
tindakan kaki kuda, yang dikasih lari.
"Rupanya burung itu memanggil orang," Yo Kang pikir.
"Supaya mereka itu berkumpul sama ini nona
Mongolia…"
Segera juga terlihat debu mengepul naik, disusul sama
mendatanginya tiga penunggang kuda. Selagi mereka
itu mendatangi dekat, terdengarlah suara melesetnya
sebatang anak panah, yang dilepaskan ke arah rumah
penginapan.
Si nona muda mengeluarkan busur dan anak
panahnya, ia terus memanah.
Kapan ketiga penunggang kuda itu mendengar suara
panah tersebut, mereka berseru kegirangan, kudanya
lantas dikasih lari lebih keras lagi. Si nona pun
melarikan kudanya untuk memapaki.
Kedua pihak sudah datang dekat sekira tiga tombak,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
kedua-duanya berseru berbareng, tubuh mereka
mencelat turun dari kuda masing-masing, belum lagi
tubuh mereka tiba di tanah, tangan mereka itu sudah
saling menyambar, maka itu, akhirnya mereka turun di
tanah berbareng.
Menyaksikan kegesitan mereka itu, Yo Kang kaget dan
kagum.
"Bangsa Mongolia demikian pandai menunggang kuda
dan menggunai panah, pantaslah kalau bangsa Kim
kalah!" katanya dalam hati.
Oey Yong dan Kwee Ceng di dalam kamar juga dapat
mendengar suara burung dan kuda berlari-larian.
Mereka tetap memasang kuping. Tidak lama dari bitu,
mereka mendengar orang mendatangi rumah
penginapan sambil berbicara. Kwee Ceng terperanjat
bukan main.
"Ah, kenapakah mereka datang ke mari?" katanya. Ia
kenal baik suara mereka itu. Si nona Mongolia adalah
putri Gochin Baki, yang oleh Jengiz Khan ditunangkan
kepadanya, dan tiga lainnya ialah Tuli, Jebe dan
Borchu.
Putri itu berbicara samvil tertawa dengan kakaknya,
Oey Yong tidak mengerti sepatah kata juga apa yang
dibicarakan itu, sebab mereka menggunai bahasa
Mongolia. Kwee Ceng sebaliknya, hingga kulit
mukanya pucat dan ,erah bergantian. Di dalam hatinya
pemuda ini berkata: "Di dalam hatiku sudah ada Yongjie,
pasti aku tidak dapat menikah dengannya, tetapi
sekarang ia menyusul aku sampai di sini… Mana
dapat aku merusak kepercayaannya. Bagaimana
sekarang?"
"Engko Ceng, siapakah itu nona?" Oey Yong tanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berbisik, "Apakah itu yang mereka bicarakan? Kenapa
kelihatannya kau tidak tenang?"
Kwee Ceng polos dan jujur, sudah beberapa kali ia
hendak mengasih keterangan pada Oey Yong, setiap
kali ia hendak membuka mulutnya, ia gagal selalu,
dengan sendirinya ia menarik pulang apa yang ia pikir
untuk diucapkan itu, tetapi sekarang ia ditanya, mana
dapat ia berdusta?
"Dialah putrinya Jenghiz Khan, Kha Khan dari
Mongolia," menyahut dia. "Dialah tunanganku…."
Oey Yong tercengang, lalu air matanya keluar
mengucur.
"Kenapa kau tidak pernah memberitahukan hal ini
padaku?" ia menanya kemudian.
"Pernah aku memikir untuk memberitahukan kau,
tetapi selalu batal, sebab aku berkhawatir kau tidak
senang," Kwee Ceng menyahut. "Pula ada waktunya
aku tidak ingat urusan itu."
"Dialah tunanganmu, kenapa kau boleh tidak ingat?"
Oey Yong tanya.
"Aku pun tidak tahu jelas. Aku hanya memikir dia
sebagai saudara kandungku….Sebenarnya aku tidak
ingin menikah dengannya."
Oey Yong heran.
"kenapa begitu?" ia menanya.
"Karena pertunangan kami itu ditetapkan oleh Kha
Khan sendiri. Ketika itu perasaanku tidak ketentuan,
ada kalanya aku senang, ada kalanya tidak. Aku
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
melainkan pikir bahwa perkataannya Kha Khan itu
tidak salah. Sekarang ini Yong-jie, mana dapat aku
menyia-nyiakan kau untuk menikah dengan orang
lain?"
"Nah, habis bagaimana?"
"Aku juga tidak tahu…"
Oey Yong berdiam, lalu ia menghela napas.
"Asal didalam hatimu kau selalu perlakukan baik
padaku, biarnya kau menikah dengannya, aku tidak
ambil peduli…" Katanya sesaat kemudian. Ia berhenti
pula sejenak, untuk lantas menambahkan; "Hanya aku
pikir, lebih baik kau tidak menikah dengannya. Aku
tidak bergembira melihat lain wanita setiap hari
mengintil saja padamu, hingga aku khawatir nanti satu
waktu darahku naik hingga aku membuatnya lubang
pedang di dalam dada dia! Kalau sampai itu terjadi,
tentulah kau bakal mencaci aku…Coba dengar, apa
saja yang mereka itu bicarakan?"
Di luar kamar rahasia itu, keempat orang Mongolia itu
memang asyik bicara terus.
Putri Mongolia itu lagi bicara tentang perpisahan
mereka sama saudara-saudara itu.
Sebenarnya, setelah Kwee Ceng dan Oey Yong
lenyap di hutan, kedua burung itu sia-sia mencari
mereka, sebab di tengah laut itu tak ada tempat untuk
menclok, akhirnya mereka terbang ke darat, karena
mereka ingat majikan mereka yang lama, terus mereka
terbang pulang ke Utara. Gochin Baki heran melihat
pulangnya kedua burung itu. Ia melihat ada potongan
kain diikat di kaki burung. Itulah robekan kain layar.
Dirobekan kain itu ada tulisan hurunf Tionghoa. Ia tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mengerti bahasa Tionghoa, ia lantas bawa itu kepada
ibunya Kwee Ceng, Nyonya Kwee atau Lie Peng.
Huruf-huruf itu bunyinya "Yoe Lan" artinya "Mendapat
bahaya". Tentu saja sang putri menjadi berkhawatir,
maka ia lantas berangkat ke Selatan. Itu waktu Jenghiz
Khan lagi memimpin angkatan perangnya menyerang
bangsa Kim dan pertempuran lagi berlangsung di luar
dan di dalam Tembok Besar, maka itu, ke mana si putri
mau pergi, tidak ada orang yang melarangnya.
Kedua burung rajawali itu mengerti maksud nona
majikannya itu, mereka membawa si nona ke Selatan,
untuk mencari Kwee Ceng. Di dalam satu hari, mereka
bisa terbang jauhnya beberapa ratus lie, siang mereka
terbang pergi, malam mereka terbang kembali.
Diakhirnya tibalah mereka di Liam-an. Di sini Gochin
Baki tidak dapat menemui Kwee Ceng, sebaliknya ia
bertemu dengan kakak ketiganya.
Tuli ini lagi menerima tugas dari ayahnya. ia di utus ke
Lim-an untuk berserikat sama kerajaan Song untuk
sama-sama menyerang bangsa Kim. Raja Song -
Song Selatan - merasa kedudukannya aman, ia pun
jeri terhadap bangsa Kim, dari itu ia menyambutnya
ajakan Tuli dengan tawar. Dia pernahkan Tuli di
gedung tetamu, dia berlaku acuh tak acuh terhadap
utusan Mongolia itu. Selama itu datang kabar baik
yang pihak Mongolia menang terus-terusan, sampai
pun kota Tiong-tpuw telah kena dipukul jatuh, itu waktu
lantas berubahlah sikapnya menteri-menteri Song itu,
lantas saja mereka berlaku manis kepada Tuli,
pangeran Mongolia itu. Tuli tidak puas sekali, akan
tetapi karena malang sama tugasnya, untuk berserikat
sama negara Song, terpaksa ia melayani mereka itu.
Demikian perserikatan dilangsungkan. Karena ini
berangkatlah ia kembali ke Utara. Di luar kota Lim-an,
kebetulan ia melihat burung rajawali adiknya, ia
menyangka kepada Kwee Ceng, tidak tahunya ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
bertemu sama adiknya itu. Karena ia ada bersama
Jebe dan Borchu, mereka jadi ada berempat. Mereka
terus singgah di tempatnya Sa Kouw itu.
"Apakah kau bertemu sama anda Kwee Ceng?" sang
adik menanya kakaknya.
Tuli baru mau menjawab atau di luar terdengar suara
berisik dari satu pasukan tentara, yang kemudian
ternyata adalah satu barisan tentara Song yang
ditugaskan mengantar pasukan Mongolia itu.
Yo Kang melihat benderanya pasukan Song itu di
mana dituliskan: "Dengan segala kehormatan
mengantarkan Utusan Mongolia pulang ke Utara".
Melihat itu hanya menjadi bimbang. Baru beberapa
puluh hari yang lalu, dia pun pangeran yang menjadi
utusan rajanya atau sekarang dia sebatang kara.
Dapatkah ia menyia-nyiakan kedudukan yang mulia
itu?
Bab 52. Barisan bintang
Liam Cu mengawasi pemuda itu dengan tingkahnya
yang tidak wajar, ia mengerti yang orang tidak dapat
melupakan kedudukan mulia atau penghidupan yang
mewah, ia menjadi berduka.
Ketika itu punggawa perang yang mengepalai pasukan
pengiring pihak Song itu masuk ke dalam rumah
penginapan, dengan hormat sekali ia menghadap Tuli,
dengan siapa ia berbicara. Tuli pun mengatakan
sesuatu. Habis itu ia memutar tubuhnya, untuk dengan
membentak memberikan titahnya: "Pergi kamu
menanyakan setiap rumah di kampung ini, apa di
rumah mereka ada Kwee Ceng Kwee Koanjin! Jikalau
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak ada, kamu pergi mencari ke lain tempat!"
Titah itu diterima oleh pasukannya, setelah menyahuti,
tentaranya itu bubar.
Tidak lama setelah itu terdengarlah suara ayam ribut
beterbangan atau anjing berlarian serta juga jeritanjeritan
dari laki-laki serta tangisan dari orang-orang
perempuan. Teranglah sudah kawanan serdadu itu
telah menggunai ketikanya yang baik untuk melakukan
perampasan.
Mendengar suara berisik itu, Yo Kang mendapat
pikiran.
"Kenapa aku tidak mau menggunai ketika ini untuk
bersahabat dengan pangeran-pangeran Mongolia ini?"
demikian pikirnya. "Dalam tempo beberapa hari
pastilah dapat aku membinasakan mereka itu. Kalau
Kha Khan dari Mongolia mengetahui itu, pasti ia
menyangka itulah perbuatannya pihak Song, dengan
begitu dengan sendirinya perserikatan mereka bakal
bubar. Dan itulah apsti menguntungkan pihak Kim…."
Dengan cepat Yo Kang mengambil keputusan.
"Adikku, kau tunggu sebentar," ia berkata kepada Liam
Cu. Terus ia pergi menghampirkan si punggawa Song,
ketika ia membentak, tangannya digeraki, dengan
tangan kirinya ia membikin punggawa itu terguling
jatuh celentang, hingga untuk sesaat dia tidak dapat
merayap bangun.
Tuli dan Gochin Baki menyaksikan itu, mereka heran.
Yo Kang melihat keheranan orang itu, ia lantas
bertindak ke ruang tengah. Di sini ia keluarkan tombak
buntungnya, ia angkat itu tinggi melewati kepalanya
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
untuk terus diletaki di atas meja. Lalu, setelah
menekuk kedua lututnya, mendadak ia menangis
menggerung-gerung. Ia segera mengeluh: "Oh,
saudara Kwee Ceng, kau mati secara menyedihkan
sekali…..Pasti aku membalas dendam untukmu! Oh,
saudara Kwee Ceng……"
Tuli dan saudaranya beramai tidak mengerti bahasa
Tionghoa, tetapi mereka mendengar nama Kwee Ceng
disebut-sebut, mereka menjadi heran, maka itu selagi
punggawa merayap bangun, mereka menitahkan
punggawa ini memberikan keterangan.
Dengan suara terputus-putus Yo Kang kata: "Aku ialah
saudara angkatnya Kwee Ceng. Saudara Kwee Ceng
telah orang bunuh mati dengan ditikam dengan ujung
tombak, aku hendak pergi mencari musuhnya guna
membalaskan sakit hatinya itu."
Kapan Tuli dan saudaranya dikasih mengerti, mereka
berdiri menjublak. Jebe dan Borchu sebaliknya,
mereka menangis sambil menumbuki dada. Mereka ini
ingat benar persahabatannya dengan Kwee Ceng itu.
Yo Kang mengarang cerita terlebih jauh dengan
menuturkan halnya ia menghajar mundur bangsa Kim
di Poo-eng. Cerita ini dpercayai Tuli beramai, bahkan
mereka menanyakan penjelasan dan kebinasaannya
Kwee Ceng itu. Yo Kang pandai sekali mengatur
ceritanya, seperti juga itulah peristiwa benar.
Kwee Ceng di dalam kamar rahasia mendengar
ocehan itu, ia pun terbengong. Sebaliknya Gochin
Baki, si putri Mongolia, mendadak ia menghunus golok
di pinggangnya, untuk membunuh diri. Hanya ketika
golok itu hampir mengenai lehernya, tiba-tiba ia
memikir sesuatu, goloknya itu terus ia bacoki kepada
meja sambil ia bersumpah: "Jikalau aku tidak
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membalaskan sakit hatinya anda Kwee Ceng, aku
sumpah tidak sudi menjadi manusia!"
Yo Kang senang sekali. Nyata akalnya sudah
termakan. Ia terus tunduk, ia menangis pula. Karena ia
tunduk, tiba-tiba matanya melihat tongkatnya Oey
Yong, yang dirampas Auwyang Kongcu. Itulah tongkat
yang bersinar hijau bagus. Ia ketarik hatinya, maka ia
jumput tongkat itu.
Oey Yong melihat tongkatnya diambil pemuda itu, ia
mengeluh. Tentu sekali ia tidak bisa keluar untuk
merampasnya.
Tidak lama tentara datang dengan barang hidangan,
Gochin Baki semua tak ada nafsunya untuk menangsal
perut mereka. Bahkan mereka lantas minta Yo Kang
mengantarkan mereka untuk mencari pembunuhnya
Kwee Ceng.
"Marilah!" jawab Yo Kang. Ia membawa tongkat Oey
Yong serta terus bertindak ke pintu, diikuti rombongan
orang Mongolia itu.
"Siapakah yang Yo kang bakal cari?" Kwee Ceng
berbisik pada Oey Yong.
Si nona menggeleng kepala.
"Aku tidak tahu," sahutnya. "Bukankah dia sendiri yang
membacok padamu? Dia sangat licik, di dalam halnya
kelicikan, aku kalah…"
Justru itu di luar rumah terdengar suara orang
bersenandung dengan nada tinggi, katanya: "Malangmelintang
dengan mereka, tanpa ikatan, jikalau hati
tidak kemaruk akan kemulian, diri sendiri taklah
terhina…! Eh, nona Bok, kenapa kau ada di sini?"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Itulah suaranya Tiang Cun Cu Khu Cie Kee. Dia
menanya Bok Liam Cu selagi si nona baru muncul di
ambang pintu. Belum lagi si nona menyahuti, Yo Kang
pun bertindak keluar. Kaget ia melihat gurunya itu,
hatinya berdenyutan. Tentu sekali ia tidak dapat ketika
untuk menyingkirkan diri, maka dengan terpaksa dia
menghampirkan guru itu, di depan siapa dia memberi
hormat sambil berlutut dan mengangguk.
Khu Cie Kee tidak sendirian, di sampingnya ada Tan
Yang Cu Ma Giok, Giok Yang Cu Ong Cie It, Ceng
Ceng Sanjin Sun Put Jie serta In Cie Peng, muridnya.
Kedatangan Khu Cie Kee kali ini pun untuk urusan
muridnya ini.
Ketika itu hari In Cie Peng kena dihajar Oey Yok Su
hingga giginya copot, ia mengadu kepada gurunya.
Kebetulan Khu Cie Kee berada di Lim-an. Dia kaget
dan gusar, maka mau lantas ia mencari Oey Yok Su.
Ma Giok sabar, ia mencegah.
"Oey Lao Shia itu dulu harinya sama kesohornya
dengan almarhum guru kita," kata Cie Kee. "Di antara
kita bertujuh, cuma Ong Sutee yang pernah bertemu
dengannya selama rapat di gunung Hoa San.
Siauwtee mengagumi dia, memang siauwtee ingin
bertemu dengannya, maka inilah ketikanya yang baik.
Siauwtee tidak memikir untuk menempur dia, kenapa
suheng mencegah?"
Ma Giok tertawa dan berkata: "Aku dengar Oey Lao
Shia itu aneh tabiatnya, sedang kau, berangasan,
maka jikalau kamu bertemu muka, kebanyakan bisa
terbit onar. Bahwa ia telah memberi ampun pada Cie
Peng, itu tandanya ia menaruh muka…"
Cie Kee tidak dapat dibujuk, dia mau juga pergi, maka
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu Ma Giok lantas mengundang saudara-saudaranya
untuk pergi ke Gu-kee-cun. Mereka sudah berkumpul
tetapi Ma Giok mengusulkan untuk mereka berlima
yang pergi terlebih dulu. Tam Cie Toan, Lauw Cie Hian
dan Cek Tay Thong menantikan di luar kampung itu,
bersiap membantu kalau ada perlunya. Diluar
sangkaan mereka, bukan mereka bertemu Oey Yok
Su, mereka melihat Bok Liam Cu. Khu Cie Kee
mengenali nona itu, maka itu selagi bersandung, ia
menegur lebih dulu.
Melihat muridnya itu, Khu Cie Kee mengasih dengar
suara di hidung, "Hm!" Dia tidak memperdulikan.
"Suhu," Cie Peng berkata, "Tocu dari Tho Hoa To
menghina teecu justru di dalam ini rumah penginapan."
Cie Peng sebenarnya menyebut Oey Yok Su dengan
nama Oey Lao Shia, yang berarti si Oey tua yang
tersesat atau si Sesat bangkotan, tetapi ia ditegur oleh
Ma Giok, maka ia mengubah sebutannya.
Khu Cie Kee segera menghadapi rumah penginapan
itu, dengan nyaring ia berkata: "Murid-murid Coan Cin
Kay ialah Ma Giok beramai, datang menghadap
kepada Oey Tocu dari Tho Hoa To!"
"Di dalam tidak ada orang," Yo Kang memberitahukan.
"Sayang, sayang," kata Cie Kee yang membantingbanting
kaki. Tapi ia lantas tanya muridnya: "Kau di
sini, apa kau bikin?"
Hati Yo Kang sudah goncang karena melihat guru dan
sekalian paman gurunya itu, maka atas pertanyaan itu,
ia tidak lantas dapat memberikan jawabannya.
Sementara itu Gochin Baki mengawasi Ma Giok, lalu ia
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
lari menghampirkan, terus ia berseru: "Oh, kaulah itu
imam yang membantu aku menangkapi rajawali putih.
Lihatlah, sekarang itu sepasang rajawali telah menjadi
besar sekali!"
Putri Mongolia ini menunjuk pada burungnya sambil
bersiul, atas mana kedua ekor burungnya itu lantas
turun, menclok di kedua belah pundaknya.
Ma Giok tersenyum, ia mengangguk.
"Apakah dia pun datang ke Selatan ini untuk pesiar?"
ia menanya.
Putri ini tahu siapa yang dimaksudkan dengan "dia" itu,
lantas saja ia menangis.
"Anda Kwee Ceng telah dibikin celaka orang hingga
mati!" katanya sengit. "Totiang, tolong kau balaskan
sakit hatinya!"
Ma Giok terkejut hingga ia mencelat. Dengan bahasa
Tionghoa ia lalu memberi keterangan kepada saudarasaudaranya
perkataan putri itu.
Khu Cie Kee dan Ong Cie It pun heran, dengan
berbareng mereka lantas menanyakan apa
sebenarnya telah terjadi.
Putrinya Jenghiz Khan segera menunjuk kepada Yo
Kang.
"Dialah yang membawa berita, katanya ia melihatnya
sendiri," bilangnya. "Coba kau tanyakan dia sendiri!"
Melihat si nona kenal paman gurunya yang tertua, Yo
Kang berkhawatir, maka itu ia lantas kata kepada Tuli
dan si nona itu: "Kamu tunggu dulu di sebelah depan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sana, aku hendak bicara sama beberapa imam ini.
Sebentar aku susul kamu."
Perkataan ini disalin oleh si punggawa. Mendengar itu
Tuli mengangguk, lantas ia ajak adik dan kawannya
pergi ke depan, ke utara kampung itu.
"Siapa yang membunuh Kwee Ceng?!" Cie Kee
menanya, bengis. "Lekas bicara!"
Dalam takutnya Yo Kang berpikir: "Kwee Ceng itu aku
sendiri yang membunuhnya sendiri, sekarang aku
mesti menimpakan kesalahan kepada siapa…?
Baiklah aku menyebut seorang lihay, supaya suhu
mencari dia, supaya dia mengantarkan jiwanya sendiri,
dengan begitu untuk selamanya aku bebas dari mara
bahaya…" Maka dengan lagu suara sangat membenci,
ia menjawab: "Dialah tocu dari Tho Hoa To!"
Menyusuli jawabannya Yo Kang ini, dari kejauhan
terdengar tertawa lebar yang samar-samar, disusul
sama suara nyaring seperti bentroknya cecer
rombeng, lalu disusul lagi sama suara yang perlahan
sekali, tetapi meskipun perlahan, terdengarnya toh
tegas. Suara itu seperti berputaran di luar kampung
lantas pergi jauh………
Akan tetapi Khu Cie Kee kaget berbareng girang.
"Itulah tertawanya Ciu Susiok," katanya.
"Ketiga Suheng pergi menyusul!" kata Sun Put Jie.
"Rupanya suara cecer pecah dan suara memanggil
tadi seperti lagi menyusul susiok," kata Ong Cie It.
Ma Giok nampaknya berduka.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kelihatannya dua orang itu berkepandaian tidak ada
di bawahan Ciu Susiok," katanya.
"Entah mereka itu orang pandai darimana? Ciu Susiok
bersendirian melawan dua musuh, aku khawatir…" Ia
lantas menggoyang-goyangi kepalanya.
Khu Cie Kee dan tiga saudaranya mendengari pula,
sekarang suara itu lenyap, rupanya orang telah pergi
jauh beberapa lie hingga sulit disusul lagi.
"Ada Tam Suko bertiga, kita tidak usah
mengkhawatirkan susiok," kata Sun Put Jie kemudian.
"Aku khawatir mereka tidak dapat menyandak," bilang
Cie Kee. "Coba Ciu Susiok mendapat tahu kita berada
di sini dan dia datang ke mari…"
Oey Yong dapat mendengar semua pembicaraan
mereka itu, ia tertawa sendirinya.
"Ayahku bersama si bisa bangkotan dan tua bangka
berandalan tengah mengadu kepandaian lari!" katanya
di dalam hatinya. "Mereka itu bukannya lagi berkelahui.
Umpama kata mereka benar lagi berkelahi, kamu
beberapa imam hendak membantu, mana kamu dapat
melawan ayahku serta si bisa bangkotan itu?"
Ma Giok yang sabar lalu mengibas tangannya, maka
semua orang lantas masuk ke dalam rumah
penginapan untuk pada berduduk.
"Eh, mari aku tanya kau!" kata Cie Kee pada muridnya.
"Aku mau tahu, sekarang ini kau dipanggil Wanyen
Kang atau Yo Kang?"
Yo Kang takut sekali. Mata gurunya itu sangat tajam
memandang padanya. Kalau ia salah menjawab,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
jiwanya terancam bahaya. Maka lekas-lekas ia
menjawab: "Jikalau bukannya suhu serta Ma Supee
dan Ong Susiok yang memberi petunjuk, sampai
sekarang tentu juga teecu masih dalam kegelapan,
masih teecu tetap mengaku musuh sebagai ayahku.
Sekarang ini tentu sekali teecu she Yo. Baru saja tadi
malam berdua bersama adik Bok ini teecu mengubur
jenazah ayah bundaku."
Senang Khu Cie Kee mendengar jawaban itu, ia
mengangguk-angguk, air mukanya pun berubah tak
bermuram lagi seperti tadi. Sebagai imam jujur, ia
mempercayai orang.
Juga Ong Cie It tidak lagi mendongkol melihat
sekarang Yo Kang ada bersama Liam Cu, yang
tadinya dia gusar karena keponakan murid itu
menyangkal perjodohannya dengan nona Bok.
Kebetulan Khu Cie Kee melihat ke lantai tatkala sinar
matanya bentrok sama tombak buntung. Ia kenali itu
sebagai senjatanya Kwee Siauw Thian. Ia lantas
memungutnya, untuk diusap-usap. Nyata ia berduka.
"Pada sembilanbelas tahun yang lampau," katanya
perlahan, "Di sini aku telah berkenalan dengan
ayahmu serta pamanmu she Kwee, sekarang sesudah
belasan tahun lewat, aku melihat ini peninggalan
tombaknya, sedang sahabatku itu telah pulang ke alam
baka….."
Kwee Ceng mendengar perkataan itu, ia berduka
bukan main. Katanya dalam hatinya: "Khu Totiang
menyebutnya ialah sahabatnya ayahku, tetapi aku
sendiri tidak pernah melihat wajah ayahku itu…."
Kemudian Khu Cie Kee tanya muridnya bagaimana
caranya Oey Yok Su membunuh Kwee Ceng.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Sudah terlanjur, Yo Kang lantas mengarang cerita.
Ketiga imam itu menghela napas, mereka berduka
sekali. Mereka pun mengenal baik itu pemuda she
Kwee.
Selama itu hatinya Yo Kang tidak tenang. Ia pun telah
berjanji kepada Tuli dan Gochin Baki.
"Apakah kamu berdua sudah menikah?" kemudian
Ong Cie It tanya keponakan murid itu, yang ia awasi.
"Belum," sahut Yo Kang. Kali ini ia tidak berani
berdusta.
"Lebih baik kalian lekas menikah!" Ong Cie It bilang.
"Khu Suko, baiklah hari ini kau merecoki jodoh mereka,
supaya mereka lantas menikah."
Oey Yong dan Kwee Ceng saling mengawasi, dalam
hatinya, mereka kata: "Benarkah malam ini kembali
kita akan menonton sepasang pengantin?"
Yo Kang sementara itu telah berkata dengan cepat:
"Terserah kepada suhu!"
Tapi Bok Liam Cu berkata: "Mesti dipenuhkan dulu
satu permintaanku, yang menjadi syaratku, kalau tidak
biarnya mati, aku tidak sudi menikah!"
Nona ini telah lama mengikuti ayahnya merantau maka
itu ia beda daripada Yauw Kee.
Khu Cie Kee tersenyum.
"Baiklah!" bilangnya. "Apakah itu, nona, kau bilanglah!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Ayah angkatku telah dibikin mati oleh Wanyen Lieh,
musuh negaraku," menyahut nona Bok, "Maka itu dia
mesti membalaskan dulu sakit hati ayahku itu!"
"Bagus!" berseru Cie Kee bertepuk tangan. "Nona,
pikiranmu cocok sama pikirannya si imam tua! Nah,
anak Kang, bagaimana dengan kau? Kau setujukah?"
Syarat itu hebat sekali, tentu saja Yo Kang menjadi
ragu-ragu. Selagi ia berpikir, bagaimana ia harus
menjawab, di luar penginapan terdengar suara orang
bernyanyi, suaranya serak, dan nyanyiannya ialah lagu
"Lian Hoa Lok", nyanyiannya bangsa pengemis.
Nyanyian itu lantas disusul sama satu suara halus dan
tajam, katanya: "Tuan-tuan besar sukalah berlaku
murah hati, mengamal untuk satu bun saja…!"
Mendengar suara itu, Bok Liam Cu lantas berpaling, ia
mengenali suara itu.
Di ambang pintu terlihat dua orang pengemis, yang
satu bertubuh jangkung dan gemuk, yang lainnya kate
dan kurus, dan si jangkung gemuk itu umpama kata
sebesar empak kali tubuhnya si kate kurus itu. Maka
itu sangat luar biasa perbedaaan di antara mereka
berdua. Sang tempo telah berselang banyak tahun
tetapi nona Bok masih ingat peristiwa ketika usianya
tigab elas tahun dulu, ketika lukanya dibalut oleh
pengemis itu, sedang Ang Cit Kong, yang menyukai si
nona, telah mengajari dia ilmu silat selama tiga hri.
Liam Cu hendak menghampirkan kedua pengemis itu
tetapi ia bersangsi tempo ia melihat kedua pengemis
itu lantas mengawasi tongkat di tangannya Yo Kang,
lalu setelah mereka saling melirik, terus mereka
menghampirkan pemuda itu. Dengan menyilangkan
kedua tangan mereka, mereka memberi hormat.
Ma Giok semua mengawasi kedua pengemis itu,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dengan hanya melihat tindakan orang dan gerakan
tubuhnya, mereka mendapat tahu dua orang ini mesti
lihay ilmu silatnya. Mereka juga melihat di punggung
orang ada tergendol delapan buah kantung goni, yang
mana adalah tanda tingkatan tinggi dari kaum Kay
Pang. Hanya mereka tidak mengerti kenapa keduanya
demikian menghormat terhadap Yo kang.
Si pengemis kurus lantas berkata: "Saudara yang baik,
beruntung sekali yang di dalam kota Lim-an ini kau
telah menemukan tongkat pangcu kami. Sebenarnya
kami telah mencarinya berputaran! Saudara, entahlah
dimana tahu kemanakah perginya pangcu kami
meminta amal?"
Yo Kang heran diperlakukan demikian. Ia memegangi
tongkat tetapi ia tidak tahu hal ikhwalnya tongkat itu.
Tentu sekali tidak tahu ia bagaimana harus
menjawabnya.
Adalah aturan kaum Kay Pang, melihat tongkat adalah
sama seperti mereka menghadap pangcu mereka
sendiri, dari itu terhadap Yo Kang mereka berlaku
sangat menghormat, tetapi sekarang Yo Kang seperti
tidak memperdulikan mereka, agaknya mereka
bergelisah, lekas-lekas mereka menunjuki sikap lebih
hormat pula.
Si pengemis gumuk turut berkata, katanya:
"Pertemuan di Gak-ciu sudah mendesak harinya, untuk
itu Kan Tianglo dari timur sudha bergerak ke barat."
Yo Kang menjadi semakin tidak mengerti. Tadi ia
mengasih dengar, "Hm!" sekarang ia mengasih dengar
pula suaranya itu.
Pengemis kurus pun berkata pula: "Oleh karena teecu
mencari tongkatnya pangcu, tempo kami telah tersiaTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
siakan beberapa hari, maka sekarang setelah kita
bertemu, seharusnya kita lantas berangkat! Maka itu
baiklah sekarang teecu beramai menemani padamu!"
Biar bagaimana Yo Kang dapat menggunakan
otaknya. Memang ia ingin lekas-lekas menyingkir dari
depan guru dan paman-paman gurunya itu. Maka ia
lantas berlutut kepada mereka, katanya: "Teecu ada
mempunyai urusan penting, tidak dapat teecu
menemani kepada suhu beramai, dari itu, harap teecu
dimaafkan!"
Khu Cie Kee beramai percaya muridnya ini ada
mempunyai urusan penting dengan Kay Pang, mereka
pun tahu, Ang Cit Kong kenal baik dengan Ong Tiong
Yang, almarhum guru mereka, karena itu mereka tidak
berani menahan Yo Kang. Malah sebaliknya, mereka
berlaku hormat kepada kedua pengemis itu, yang
sikapnya demikian halus.
Bok Liam Cu pun suka turut. Bukankah ia ada kenal
dengan dua pengemis itu? Maka ia juga memberi
hormat pada Khu Cie Kee berempat, untuk pamitan.
Begitulah, berempat mereka berangkat.
Khu Cie Kee berempat bermalam di rumah
penginapan itu untuk menantikan Tam Cie Toan
bertiga. Baru besoknya tengah malam, mereka
mendengar suara siulan panjang di luar kampung itu.
Sun Put Jie lantas berkata: "Cek Suheng pulang!"
Ketika itu Khu Cie Kee berempat lagi bersemadhi
tatkala mereka mendengar isyarat dari Kong Leng Cu
Cek Tay Thong, atas mana Ma Giok lantas
memberikan jawabannya perlahan tetapi terang. Cuma
sebentar saja, lantas satu bayangan berkelebat dan
Cek Tay Thong bertindak masuk.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Oey Yong belum pernah melihat imam itu, ia lantas
mengintai.
Malam itu malam tanggal lima bulan tujuh, rembulan
masih kecil, akan tetapi si situ si nona dapat melihat
dengan tegas. Maka ia tampak seorang yang bertubuh
gemuk dan tinggi besar, romannya seperti seorang
pembesar negeri, tangan baju dari jubahnya ada
separuh, cuma sampai sebatas sikut. adi pakaian dia
ini berbeda sekali dengan jubahnya Ma Giok beramai.
Cek Tay Thong ini, semasa belum menjadi imam,
adalah seorang hartawan di Lenghay, Shoatang, dia
pun terpelajar tinggi, baru kemudian dia mengangkat
Ong Tiong Yang menjadi guru. Ketika ia menerima
muridnya ini, Ong Tiong Yang meloloskan jubah yang
ia pakai, kedua ujung bajunya ia kutungi, jubahnya itu
dikasihkan muridnya pakai. Ia pun kata: "Tidak ada
bahaya, tidak ada tangan baju, maka kamulah yang
harus merampungkan sendiri."
Huruf "tangan baju" ada sama suaranya dengan huruf
"menerimakan". Dengan itu mau diartikan, meskipun
guru ini tidak memberikan banyak pengajaran kepada
satu muridnya, dengan peryakinan sendiri, si murid
akan memperolah kemajuan. Cek Toy Thong
mengingat baik-baik perkataan gurunya itu, maka
selanjutnya ia tetap mengenakan jubah tangan
buntung itu.
"Bagaimana dengan Cui Susiok?" tanya Khu Cie Kee
yang tidak sabaran. "Sebenarnya ia lagi bergurau atau
benar-benar bertempur?"
Cek Toy Thong menggeleng kepala.
"Kepandaianku masih rendah sekali, setelah menyusul
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tujuh atau delapan lie, aku lantas kehilangan Cui
Susiok itu," ia menyahut. "Tam Suko bersama Lauw
Suko berada di sebelah depanku."
"Kau letih, Cek Sutee, kau beristirahatlah," katany.
Cek Tay Thong lantas duduk bersila, untuk
menjalankan pernapasannya.
"Diwaktu tadi aku berjalan pulang," kemudian ia
berkata pula, "Di Ciu Ong Bio aku melihat enam orang,
melihat roman mereka, mereka mestinya Kanglam Liok
Koay yang Khu Suheng cari. Lantas aku
menghampirkan mereka, nyata penglihatanku tidak
keliru."
"Bagus!" kata Cie Kee girang. "Sekarang di mana
adanya mereka itu?"
"Sebenarnya mereka itu baru kembali dari Tho Hoa
To," Tay Thong memberi keterangan pula.
Cie Kee terkejut.
"Sungguh mereka bernyali besar berani pergi ke Tho
Hoa To!" katanya. "Pantas kita tidak dapat mencari
mereka."
"Menurut keterangannya Thay-hiap Kwa Tin Ok, ketua
dari Liok Koay, mereka telah membuat perjanjian
dengan Oey Yok Su untuk pergi ke Tho Hoa To, hanya
setibanya mereka di pulau itu, Oey Yok Su tidak ada.
Mendengar kita berada di sini, mereka itu membilang
bahwa dalam satu dua hari ini mereka hendak datang
berkunjung."
Kwee Ceng mendengar pembicaraan itu, mengetagui
semua gurunya tidak kurang suatu apa, ia girang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sekali. Sementara itu, setelah lewat lima hari lima
malam, kesehatannya pun sudah pulih separuhnya.
Di hari keenam lohor kira jam tiga atau empat, dari luar
kampung sebelah timur terdengar suara siulan, atas itu
Khu Cie Kee berkata: "Lauw Sutee kembali bersama
seorang yang lihay, entah siapakah dia…"
Berlima mereka lantas berbangkit, untuk pergi keluar
untuk menyambuti. In Cie Peng jalan di belakang.
Lantas mereka melihat Cie Hian bersama seorang tua
yang rambut kumisnya sudah putih semua, bajunya
pendek, sepatunya sepatu goni, sebelah tangannya
memegang sebuah kipas besar, sembari berjalan ia
berbicara sambil tertawa-tawa. Ketika dia sampai di
muka penginapan, kepada lima anggota Coan Cin Pay
yang menyambutnya, dia cuma mengangguk sedikit,
agaknya dia tidak melihat mata kepada mereka itu.
Tapi Lauw Cie Hian segera mengajarnya kenal: "Inilah
Tiat-ciang Cui-siang-piauw Kiu Locianpwee yang
namanya kesohor di seluruh negera. Hari ini kami
bertemu dengannya, sungguh beruntung!"
Mendengar namanya imam she Lauw itu, Oey Yong
tersenyum, dengan sikutnya ia membentur tubuh Kwee
Ceng, siapa lantas tersenyum juga. Berdua mereka
berpikir: "Marilah kita menyaksikan ini tua bangka
penipu besar mempermainkan ini orang-orang Coan
Cin Kauw!"
Lalu terdengarlah suaranya Ma Giok berlima, yang
bicara sama orang she Kiu ini dengan sikap
menghormat, sedang Kiu Cian Jin lantas mengasih
dengar ocehannya.
Kemudian Khu Cie Kee menanya apa "locianpwee" itu
bertemu sama Ciu Pek Thong, paman gurunya itu.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Loo Boan Tong?" menegaskan orang she Kiu itu. "Dia
telah dibinasakan oleh Oey Yok Su!"
Semua orang Coan Cin Kauw itu menjadi kaget sekali.
"Ah, tidak bisa jadi!" kata Cie Hian selang sesaat.
"Baru saja boanpwee melihat Cui Susiok, karena
larinya sangat keras, boanpwee tidak dapat
menyandak padanya."
Kiu Cian Jin tertawa, ia tidak membilang suatu apa. Ia
rupanya lagi berpikir bagaimana harus menelurkan
kedustaannya.
"Lauw Sutee," tanya Cie Kee, "Apakah kau melihat
tegas romannya itu dua orang yang mengejar Ciu
Susiok?"
"Yang satu mengenakan jubah putih, yang lainnya
jubah hijau panjang. Mereka itu sangat kencang
larinya. Samar-samar aku melihat wajahnya yang
berjubah hijau itu luar biasa sekali, mirip dengan
mayat".
Kiu Cian Jin telah melihat Oey Yok Su di Kwie-inchung,
segera berkata. "Benar! pembunuhnya Ciu Pek
Thong si baju hijau itu ialah Oey Yok Su! Lain orang
mana bisa? Aku hendak mencegah sayang
terlambat…!"
Namanya Tiat-ciang Sui-siang-piauw Kiu Cian Jin
sangat kesohor, enam imam Cona Cin Kauw ini tidak
menyangka bahwa orang tengah membohong,
mendengar hal dibunuhnya Ciu Pek Thong, paman
guru mereka itu, mereka sangat berduka berbareng
gusar.
"Tam Suko dapat lari lebih keras daripada aku,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
mungkin dia mendapat kesempatan melihat
bagaimana caranya susiok dibunuh," kata Cie Hian.
"Aku khawatir Tam Suko pun nampak bahaya…" kata
Sun Put Jie yang berkhawatir. Ia berhenti tiba-tiba dan
mukanya pucat.
Khu Cie Kee lantas menghunus pedangnya.
"Mari kita menyusul!" serunya. "Kita mesti menolongi
dan membalaskan sakit hati!"
"Jangan!" berteriak Kiu Cian Jin, yang khawatir mereka
ini dapat mencari Ciu Pek Thong. "Oey Yok Su ketahui
kamu berada di sini, segera juga dia bakal datang ke
mari. Oey Lao Shia itu ada sangat jahat, aku si orang
tua tidak dapat membiarkan dia! Aku juga tidak
membutuhkan bantuannya lain orang, maka biarlah
kamu berdiam saja di sini menantikan kabar baik dari
aku!"
Khu Cie Kee semua sangat percaya dan menghormati
orang tua ini, mereka tidak membantah. Pula, kalau
mereka mengejar, mereka khawatir nanti mengambil
jalan salah hingga jadi tidak dapat bertemu sama Oey
Yok Su, dari situ, suka mereka menanti saja. Maka
mereka berjalan keluar mengantarkan kepergiannya
orang tua itu, mereka sikapnya sangat menghormat.
Setelah keluar dari ambang pintu, Kiu Cian Jin
memutar tubuhnya seraya mengibaskan tangan serta
mulutnya berkata: "Tidak usah kau mengantar sampai
jauh! Meskipun Oey Lao Shia lihay sekali, ako toh
mempunyai jalan untuk mengalahkan dia! Kamu lihat!"
Ia tidak lantas berjalan terus hanya menghunus
sebatang pedang dari pinggangnya, dengan itu ia
menikam perutnya, hingga mereka menjadi kaget. Tiga
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dim dari pedang itu telah tertancap separuhnya! Akan
tetapi si orang tua tertawa dan kata: "Di kolong langit
ini, senjata tajam apa juga tidak dapat melukakan aku,
maka janganlah tuan-tuan kaget dan takut! Jikalau aku
menyusul tetapi tidak bertemu dan sebaliknya Oey Lao
Shia itu datang ke mari, jangan tuan-tuan melayani dia
bertempur, khawatir nanti kamu terluka, kamu tunggu
saja kembaliku!"
"Sakit hati paman guru, yang menjadi keponakan
muridnya, tak dapat kami tidak membalasnya!" berkata
Khu Cie Kee.
Mendengar itu, Kiu Cian Jin menghela napas.
"Kalau begitu, terserah!" katanya, berduka. "Ini dia
takdir! Jikalau kamu hendak membalas sakit hati, satu
hal kamu mesti ingat!"
"Tolong locianpwee memberikan petunjuk," Ma Giok
minta.
Kiu Cian Jin lantas mengasih lihat roman sungguhsungguh.
"Begitu kamu melihat Oey Lao Shia, kamu metsi lantas
mengepung dengan sungguh-sungguh!" katanya.
"Jangan kau bicara kendari sepatah kata juga! Kalau
tidak, sukarlah sakit hati kamu terbalaskan! Ingat baikbaik!"
Habis berkata, ia memutar tubuhnya, untuk terus
berlalu, pedangnya masih nancap terus diperutnya
itu……
Khu Cie Kee semua saling mengawasi dengan berdiri
menjublak. Mereka ada orang-orang dengan
pengetahuan dan pemandangan yang luas tetapi
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
belum pernah mereka menyaksikan orang menublas
perut demikian rupa, dapat bicara, tertawa dan
berjalan dengan tenang! maka itu maulah mereka
menduga bahwa kepandaian orang tua itu sangat luar
biasa. Sama sekali mereka tidak pernah menyangka
bahwa mereka telah dijual Kiu Cian Jin. Pedang itu
bertekuk tiga, kalau tekukan yang pertama membentur
sesuatu, yang dua lagi segera ngelepot masuk, jadi
ujung pedang cuma mengenai ikat pinggang dan
nancap, hanya nampaknya betul seperti terpendam di
dalam perut. Dia telah menerima undangan Wanyen
Lieh, dia bertugas mulutnya menyebar racun kata-kata
untuk membuatnya orang-orang gagah di jamannya itu
bentrok satu dengan lain, agar bangsa Kim (kin atau
Chin) mendapat ketika menyerbu ke Selatan, guna
menumpas alaha Song.
Seperginya orang tua itu, Khu Cie Kee berenam tak
tenang hatinya, sampai mereka tidak bernafsu dahar
dan minum. Mereka terus menanti. Ketika tiba sang
tengah malam dari tanggal tujuh, mendadak mereka
mendengar sama-samar suara orang di arah utara,
seperti dua orang saling susul, atau sebentar
kemudian, tibalah dua orang itu di depan rumah
penginapan.
Enam orang Coan Cin Kauw ini duduk bersemadhi di
atas tumpukan rumput, dengan itu jalan mereka
memelihar diri smabil berlaku sabar sebisanya, cuma
In Cie Peng, yang latihannya masih lebih rendah,
sudah tidur pulas. Mendengar suara itu, mereka lantas
berlompat bangun.
"Musuh mengejar Tam Sutee," berkata Ma Giok.
"Berhati-hatilah semua!"
Untuk Kwee Ceng, malam itu pun malam terakhir,
guna memenuhkan waktu istirahat tujuh hari tujuh
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
malam. Tindakan mereka itu besar faedahnya. Bukan
saja Kwee Ceng sendiri sembuh lukanya di dalam,
juga rapat lukanya di luar, pula tenaga dalam mereka
mendapat kemajuan besar. Tempo beberapa jam lagi
adalah tempo yang terpenting. Tapi Oey Yong berduka
dan berkhawatir kapan ia mendengar perkataannya
Ma Giok itu.
"Kalau yang datang benar ayah, inilah hebat," pikirnya.
"Coan Cin Cit Cu tentu bakal lantas menyerang dan
mengerebuti….Aku tak dapat keluar, untuk mencegah
guna mengasih penjelasan. Bagaimana? Aku khawatir
sangat mereka ini bakal bercelaka di tangan ayah.
Kematian mereka itu tidak ada sangkutnya dengan aku
sendiri, tidak demikian dengan engko Ceng. Engko
Ceng ada sangkutannya dengan mereka itu. Pasti
engko Ceng akan bertindak……Tidakkah itu bakal
meludaskan usaha kita berhari-hari dan bemalammalam
ini, sedang ini adalah detik-detik terakhir? Aku
khawatir, tidak cuma ilmu silatnya juga jiwanya akan
terancam bahaya…" Maka ia lantas berbisik di kuping
lawannya itu: "Engko Ceng, kamu mesti berjanji
padaku, tidak peduli bakal terjadi apa juga yang besar
dan penting, kau tidak boleh keluar dari sini!"
Kwee Ceng mengangguk dengan lantas.
Segera juga siulan terdengar di luar pintu penginapan.
"Tam Sutee, lekas mengatur barisan Thian Kong Pak
Tauw!" Khu Cie Kee berseru.
Mendengar nama barisan itu, Kwee Ceng jadi sangat
ketarik hatinya. Di dalam kitab Kiu Im Cin-keng ada
disebut-sebut nama bintang-bintang itu, sebagai pokok
untuk pernyakinan kemahiran, penjelasan lainnya tidak
ada, maka itu, ia ingin ketahui kepandaiannya Coan
Cin Cit Cu. Segera ia mengintai.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Justru pemuda ini mengintai, justru pintu tergabrukan
terbuka dan seorang imam melompat masuk, hanya
disaat jubahnya berkibar dan kaki kirinya baru
melewati ambang pintu, mendadak ia terhuyung dan
mundur pula keluar. Inilah sebab musuhnya telah tiba
dan sudah menyerang padanya.
Khu Cie Kee bersama Ong Cie It berlompat ke pintu,
dimana mereka berdiri berendeng, kedua tangan
mereka diajukan ke depan, maka tenaga mereka
bentrok sama tenaga dari luar. Sebagai kesudahan
dari itu, kedua imam ini mundur dua tindak, lawannya
mundur dua tindak juga. Ketika ini digunai Tam Cie
Toan untuk berlompat masuk.
Di bawah sinar rembulan terlihat tegas orang di luar itu
awut-awutan rambutnya, mukanya ada dua goresan
darahnya, pedang di tangan kanannya tinggal
sepotong, entah bekas dikutungi dengan senjata apa.
Setiba di dalam, tanpa mengucap sepatah kata, Tam
Cie Toan lantas duduk bersila, untuk bersemadhi,
sikapnya itu diturut oleh keenam saudaranya. Di luar
pintu lantas terdengar suara yang keras dan seram:
"Imam tua she Tam, jikalau bukan nyonya besarmu
memandang kepada Ma Giok yang menjadi kakak
seperguruanmu, pasti siang-siang aku telah
mengantarkan jiwamu! Perlu apa kau memancing
nyonya besarmu datang ke mari? Siapa itu barusan
yang membantu padamu? Kau terangkanlah kepada
Mayat Besi dari Hek Hong Siang Sat!"
Di tengah malam buta itu, suaranya Bwee Tiuw Hong
ini membuatnya tubuh orang menggigil sendirinya.
Setelah itu, kembali sunyi senyap. Apa yang dapat
terdengar melainkan suara kutu. Hanya sebentar
kemudian, terdengar suara seperti mereteknya tulangTIRAIKASIH
WEBSITE http://kangzusi.com/
tulang dan otot-otot. Kwee Ceng tahu itulah tanda
Bwee Tiauw Hong, yang rupanya hendak menyerbu ke
dalam. Habis itu terdengar: "Sekali tertinggal sampai
pula beberapa puluh tahun…"
Itulah senandungnya Ma Giok, suaranya halus dan
sabar.
Lalu Tam Cie Toan menyambungi: "Dengan rambut
kusut jalan sepanjang hari bagaikan edan." Suara itu
besar dan kasar, hingga Kwee Ceng mengawasi
anggota Coan Cin Cit Cu yang kedua ini, muka siapa
berdaging dan berotot, alisnya gompiok, matanya
besar, tubuhnya besar dan kekar. Sebelum
menyucikan diri, ialah asal tukang besi di Shoatang,
tabiatnya jujur dan polos, dari itu, gelarannya ialah
Tiang Cin Cu.
Orang yang ketiga bertubuh kate dan kurus, mukanya
seperti kera. Dialah Tiang Seng Cu Lauw Cie Hian,
yang turut bersenandung. "Di bawah pesaben haytong
menanam bibit." Dia bertubuh kecil tetapi suaranya
nyaring sekali.
Tiang Cun Cu Khu Cie Kee pun menyambuti: "Di
dalam perahu di antara daun teratai ada dewa Thay It
Sian." Ia lantas disambungi Giok Yang Cu Ong Cie It
"Tak ada beda maka boleh keluar dari batok kosong."
Kong Leng Cu Cek Tay Thong turut bersenandung
juga: "Ada orang yang dapat sadar sebelum
dilahirkan." Ia dituruti oleh Ceng Ceng Sanjin Sun Put
Jie, katanya, "Pergi keluar sambil tertawa dan merdeka
bebas."
Sebagai penutup bersenandunglah Tan Yang Cu Ma
Giok, "Mega di telaga See Ouw, rembulan di langit!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bwee Tiauw Hong terkejut mendengar suara mereka
itu, suara yang menandakan tenaga dalam yang mahir.
Maka berpikirlah dia: "Mustahilkah Coan Cin Cit Cu
berkumpul di sini semua? Ah, tidak bisa jadi! Kecuali
Ma Giok, suara mereka itu lain…."
Selama di jurang di padang pasir Mongolia, Bwee
Tiauw Hong pernah mendengar suara Ma Giok serta
Kanglam Liok Koay yang menyamar sebagai Coan Cin
Cit Cu, dengan kupingnya ynag jeli sekali, ia bisa ingat
dan membedakan suara orang. Ia tidak mempunyai
mata, maka itu ia mengandal pada kupingnya.
Sekarang ia mendengar suara yang lain sekali kecuali
suara Tan Yang Cu Ma Giok. Sampai sekarang ia
masih belum tahu bahwa dulu hari ia telah
diperdayakan Ma Giok.
"Ma Totiang!" ia lantas menanya. "Semenjak kita
berpisah, bukankah kau baik-baik saja?"
Ia masih ingat imam itu, yang dulu hari itu berlaku baik
terhadapnya, dari itu, mengenai perbuatannya Tam
Cie Toan, ia masih memandang ketua Coan Cin Cit Cu
itu. Sebenarnya, ketika Cie Tong gagal menyusuk Ciu
Pek Thong, di tengah jalan ia melihat salah satu Hek
Hong Sang Sat ini, yang lagi berlatih. Ia tahu Tiauw
Hong sangat jahat, ia memikir untuk menyingkirkan si
jahat ini dari dalam dunia. Ia berhati mulia, tak tega ia
menyaksikan Tiuw Hong berlatih dengan sasaran
orang hidup. Maka ia lantas menyerang. Diluar
dugaannya, ia dikalahkan. Tiauw Hong mengenali
orang ada iman dari Coan Cin Kauw, ia ingat Ma Giok,
maka ia cuma melukainya, tidak mau ia merampas
jiwanya, meski begitu, ia mengejar terus sampai di
rumah penginapan itu.
"Terimas kasih, terima kasih!" menyahut Ma Giok. "Tho
Hoa To dengan Coan Cin Kauw tidak mendendam
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
tidak bermusuh, apakah benar gurumu bakal segera
datang kemari?"
Bwee Tiauw Hong melengak.
"Untuk apa kamu menanyakan guruku?" ia menanya.
Tapi Khu Cie Kee bertabiat keras. Ia membentak:
"Perempuan siluman! Lkeas kau suruh gurumu datang
ke mari, supaya dia belajar kenal dengan
kepandaiannya Coan Cin Cit Cu!"
"Kau siapa?!" tanya Tiauw Hong gusar.
"Khu Cie Kee! pernahkah kau mendengar namaku?"
Tiauw Hong mengasih dengar suaranya yang aneh,
tubuhnya mencelat. Ia menyerang ke arah darimana
suara jawaban itu datang, tangan kirinya menutup diri,
tangan kanannya menjambak, mencengkeram ke
kepala!
Kwee Ceng mengetahu lihaynya Bwee Tiauw Hong,
bahwa serangannya itu sangat hebat, biar Cie Kee
lihay, tak dapat ia melawan keras dengan keras. Akan
tetapi dia melihat si imam tetap duduk bersila, tidak
mau menangkis, tidak mau berkelit, ia menjadi kaget.
"Celaka!" katanya dalam hatinya. "Kenapa Khu Totiang
bernyali begini besar?"
Bwee Tiauw Hong mengarah batok kepalanya Khu Cie
Kee, selagi ia menjambak itu, mendadak datang
serangan angin dari kiri dan kanannya. Itulah serangan
berbareng dari Lauw Cie Hian berdua Ong Cit It. Ia
mau melanjutkan serangannya itu, maka tangan
kirinya dikibaskan, guna menangkis. Di luar
dugaannya, hebat serangan angin itu, tidak dapat ia
menghalaunya, maka terpaksa ia berlompat mumdur
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
sambil jumpalitan. Cie Hian dan Cie It, dengan tenaga
dalam im dan yang, telah menggabungkan diri. Ia
menjadi kaget dan heran. Ia menyangsikan itulah
serangan orang Coan Cin Kauw. Maka ia lantas
berseru dengan pertanyaannya, "Apakah Ang Cit Kong
dan Toan Hongya ada di sini?"
"Kitalah Coan Cin Cit Cu!" berkata Khu Cie Kee
tertawa. "Di sini mana ada Ang Cit Kong dan Toan
Hongya?"
Tiauw Hong bertambah heran.
"Si imam tua she Tam bukan tandinganku, kenapa di
antara saudara-saudaranya ada yang begini lihay?"
pikirnya. "Apa mungkin kepandaian mereka berlainan
tanpa memperdulikan tingkatan mereka tua atau
muda?"
Kwee Ceng pun heran seperti Tiauw Hong melihat Khu
Cie Kee terbebaskan oleh Lauw Cie ian dan Ong Cie It
itu. Hebat Tiauw Hong kena dibikin terpental mundur.
Ia menduga kedua imam itu berimbang sama si Mayat
Besi. Memang cuma Ang Cit Kong, Ciu Pek Thong,
Oey Yok Su dan Auwyang Hong yang mempunyai
tenaga demikian besar. Kalau Caon Cin Cit Cu, inilah
aneh…
Tiauw Hong beradat keras, kepalanya besar. Kecuali
gurunya, ia tidak takut siapa juga. Makin ia terhajar,
makin ia penasaran. Demikian kali ini. Setelah berdiam
sebentar, tangannya meraba ke pinggangnya. Ia
mengsaih keluar cambuk lemasnya, Tok-liong Ginpian,
cambuk perak si Naga Beracun.
"Ma Totiong, maafkan, hari ini terpaksa berlaku kurang
ajar!" katanya.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Kata-kata yang baik!" Ma Giok menjawab.
"Aku hendak menggunia senjata, maka itu, kamu
hunuslah senjata kamu!" kata si buta.
"Kami bertujuh, kau sendirian," berkata Ong Cie It.
"Kau pun tidak bisa melihat apa-apa! Maka itu, biar
bagaimana kami tidak dapat menggunakan senjata.
Kami akan tetap duduk bersila, kau majulah!"
Tiauw Hong bersuara dingin.
"Jadi kamu hendak melayani cambuk perakku dengan
duduk diam saja?" tanyanya.
"Ah, perempuan siluman!" Cie Kee membentak.
"Malam ini malam ajalmu tiba, buat apa kau masih
banyak omong lagi?"
"Hm!" Tiauw Hong berseru di hidungnya, sedang
tangannya lantas diayun, hingga cambuknya terus
meluncur ke arah Sun Put Jie. Cambuk panjang yang
banyak gaetannya itu bergerak perlahan bagaikan
seekor ular besar berlegot.
Oey Yong memasang kuping mendengarkan kedua
pihak mengadu mulut, ia tahu cambuknya Tiauw Hong
lihay sekali, maka heran Coan Cin Cit Cu mau
melayani tanpa senjata dan tanpa bergerak juga dari
tempatnya bercokol masing-masing. Ia menjadi ingin
melihat. Ia menarik Kwee Ceng, agar kawan itu
menyingkir. Buat ia menggantikan mengintai. Begitu ia
menyaksikan caranya tujuh imam itu berduduk, ia
menjadi heran.
"Itulah keletakan bintang-bintang Pak Tauw," pikirnya.
"Ah, tidak salah, barusan Khu Totiang menyebutkan
tentang Thian kong Pak Tauw. Inilah rupanya barisan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
itu."
Oey Yok Su mengerti ilmu alam, ketika Oey Yong
masih kecil, suka ia membawanya berangin waktu
malam, maka sambil mengasih anak itu duduk di
pangkuannya, sering ia menunjuk ke langit dan
membritahukan kepada si anak tentang bintangbintang.
Oey Yong ingat benar petunjuk ayahnya itu,
maka sekarang, dengan sekali lihat, ia ketahui Coan
Cin Cit Cu ini telah menempatkan diri sebagai tujuh
bintang Pak Tauw itu, bintang-bintang Utara.
Di antara tjuh imam itu, Ma Giok yang mengambil
kedudukan thian-kie, Tam Cie Toan thian-soan, Lauw
Cie Hian thian-khie, dan Khu Cie Kee thian-koan,
sedang Ong Cie It giok-heng, Cek Thay Thong kayyang,
dan Sun Put Jie yauw-kong. Kedudukan thiankoan
paling penting, dia yang menghubungi yang tiga
dengan yang tiga lagi, dari itu kedudukan ini ditempati
Khu Cie Kee yang ilmu kepandaiannya paling lihay.
Yang kedua yang penting ilaha giok-heng, maka itu
diambil Ong Cie It.
Oey Yong sangat cerdas, selagi Kwee ceng mengwasi
sekian lama tapi tak mengerti suatu apa, ia hanya
menampak sekelebatan, lantas ia mengerti. Tujuh
imam itu menggabungkan diri dengan tangan kiri
mereka menyambung sama tangan kanan.
Sambungan tangan itu mirip dengan tangan dia dan
Kwee Ceng, guna membantu pemuda ini mengobati
diri.
Cambuknya Tiauw Hong bergerak perlahan ke arah
kepala Sun Put Jie. Kelihatannya saja perlahan,
ancamnannya sebenarnya hebat. Imam wanita itu
tetap tidak bergerak. Selagi mengawasi, Oey Yong
melihat jubah orang, di situ ia mendapatkan sulaman
sebuah tengkorak. Ia heran, hingga ia berpikir: "Coan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Cin Kauw ada dari kalangan murni, kenapa jubahnya
sama dengan jubah Tiauw Hong dari kalangan sesat?"
Ia pasti tidak tahu, tempo Ong Tiong Yang menerima
muridnya ini, dia telah menghadiahkan gambar
tengkorak dan murid ini, yang ingat budi gurunya,
lantas menyulamkan itu pada jubahnya.
Disaat cambuk hampir mengenai sasarannya, ialah
bagian gigi dari tengkorak di jubah Sun Put Jie itu, tibatiba
cambuk itu berbalik sendirinya, berbalik dengan
kaget bagaikan kepala ular kena dibacok, bagaikan
anak panah melesat, menyambar kepada pemiliknya!
Tiauw Hong kaget, tidak sempat ia menggerakkan
tangannya, sebab tangannya itu bergetar, terpaksa ia
kelit kepalanya, hingga ujung cambuk lewat di atas
rambutnya. "Sungguh berbahaya.." ia kata dalam
hatinya. Sesudah itu baru ia dapat menguasai pula
cambuknya itu. Ia lalu menyerang ke arah Ma Giok
dan Khu Cie Kee.
Dua-dua imam itu duduk diam adalah Tam Cie Toan
dan Ong Cie It yang menyerang dan membuatnya
cambuk mental.
Oey Yong memasang mata, ia dapat melihatnya.
Kalau satu imam menangkis, ia menggunai sebelah
tangannya dan tangan yang lain diletaki di pundak
seorang saudaranya. Ia lantas mengerti. Cara mereka
itu sama dengan caranya sendiri mengobati Kwee
Ceng. Itu artinya, tujuh orang menggabung tenaganya
melawan Bwee Tiauw Hong satu orang.
Apa yang dinamakan barisan bintang Thian Kong Pak
Tauw ini adalah semacam ilmu kepandaian paling
mahir dari kaum Coan Cin Kauw. Itulah karya
ciptaannya Ong Tiong Yang, sesudah imam itu
memutar otaknya melatih diri dengan bersusah payah
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
dan mengambil tempo lama. Untuk melayani lawan,
tak usah orang diserang sendiri yang menangkis atau
berkelit, hanya kawan di sampingnya yang membalas
menyerang, kalau kawan ini menyerang, tenaganya
jadi berlipat ganda kuatnya, sebab ia dibantu oleh yang
lain-lainnya.
Tiauw Hong mencoba kagi beberapa kali, habis itu,
berbareng heran, ia menjadi berkhawatir. Lama-lama
ia merasa, kalau ia menyerang, bukan lagi cambuknya
dibikin terpental seperti semula hanya seperti ditarik,
meski ia masih dapat menggunai itu, kalangan
bergeraknya cambuk seperti diperciut. Sia-sia ia
mencoba untuk menariknya, guna mengulurnya. Ia
merasa dirinya terancam tetapi ia masih penasaran.
Tak mau ia membiarkan cambuknya dirampas oleh
musuh-musuh yang melawannya sambil duduk
bercokol saja. Tapi karena ia penasaran an bersangsi,
ia melenyapkan saatnya yang baik. Coba ia
melepaskan cekalannya dan lompat mundur, tentu ia
selamat……
Kalau barisan bintang-bintang utara itu bergerak,
kecuali oleh pemegang pusat thian-koan, gerakannya
tidak dapat dihentikan. Bahkan ketujuh imam itu
bergeraknya semakin cepat.
Bwee Tiauw Hong menggertak gigi. Ia tahu, kalau ia
terus melawan, ia bakal celaka. Maka itu, dengan
berat, ia terpaksa melepaskan juga cambuknya. Tetapi
sekarang sudah kasep. Lauw Cie Hian sudah lantas
menarik dengan kares. Dengan menerbitkan suara,
cambuk menghajar dinding tembok, hingga rumah
penginapa itu bergetar, genting-gentingnya pada
berbunyi, debu meluruk jatuh. Menyusul itu tubuhnya
Tiauw Hong terbetot satu tindak ke depan.
Tindakan cuma satu tetapi itulah tindakan yang
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
memutuskan. Kalau tadi ia melepaskan cambuknya
dan lompat, lalu lompat pula mundur, ia bisa memutar
tubuhnya untuk lari ke luar. Mungkin ia bakal disusul
tetapi tidak nanti ia tercandak. Di dalam saat
berbahaya ini, ia masih mencoba membela diri. Ia
menjambak ke kiri dan kanan. Ia segera kebentrok
tangannya Sun Put Jie dan Ong Cie It. Menyusul itu,
Ma Giok dan Cek Tay Thong pun menyerang dari
belakang. Ia majukan kaki kirinya setengah tindak,
sambil berseru nyaring, ia menerbangkan kaki
kanannya. Dengan begitu dengan saling susul ia
menendang lengannya kedua imam yang belakangan
itu, di jalan darah gwa-kwan dan hwee-cong.
"Bagus!" Khu Cie Kee dan Lauw Cie Hian memuji.
Dengan saling susul, mereka ini menolong dua
saudaranya dari bahaya itu.
Kaki kanan Tiauw Hong belum lagi menginjak tanah,
kaki kirinya sudah bergerak pula. Dengan begitu ia
menyingkir dari serangannya Cie Kee dan Cie It.
Ketika kaki kanan itu diturunkan, ia maju lagi satu
tindak. Dengan begini berarti ia telah masuk semakin
dalam ke dalam barisannya ketujuh imam. Itu artinya,
kecuali ia dapat merobohkan salah satu musuh, ia
tidak mempunyai jalan lagi untuk nerobos keluar dari
dalam barisan itu.
Oey Yong heran dan terkejut. Di antara sinar rembulan
ia menyaksikan Tiauw Hong dengan rambut panjang
ynag awut-awutan itu, berlompatan pergi datang dan
tangan dan kakinya menjambak dan menendang tak
hentinya. Hebat setiap jambakan dan tendangannya itu
mengasih dengar suara angin. Tidak peduli segala
gerakannya itu, yang hebat, maka Coan Cin Cit Cu
tetap bercokol tak bergeming, cuma tangan mereka
yang ekerja, saling sambut dengan rapi, tetap mereka
mengurung si Mayat Besi.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Bwee Tiauw Hong telah berkelahi dengan menggunai
dua macam ilmu silatnya, yaitu pelbagai jambakan Kiu
Im Pek-kut Jiauw dan hajaran Cwie-sim-ciang yang
dahsyat, ia terus mencoba untuk menerjang keluar
tetapi selalu ia gagal, saban-saban ia tertolak mundur.
Saking gusarnya, ia sampai berkoak-koak secara
aneh.
Sekarang ini, kalau Coan Cin Cit Cu menghendaki
nyawa orang, cukup mereka melakukan satu
penyerangan, akan tetapi mereka atau salah satu
diantaranya, tidak mau menurunkan tangan yang
terakhir.
Mulanya Oey Yong heran, atau sebentar kemudian ia
sabar.
"Ah, aku mengerti sekarang!" katanya dalam hatinya.
"Terang mereka ini meminjam Bwee Suci untuk
melatih barisan bintang mereka ini! Memang sukar
dicari orang yang sekosen suci, yang dapat dipakai
menguji barisannya ini. Rupanya mereka hendak
membikin lawannya letih hingga mati sendirinya baru
mereka mau berhenti…….."
Dugaan nona Oey ini cocok separuhnya. Memang
benar Ma Giok beramai memakai Tiauw Hong sebagai
kawan berlatih, tetapi untuk membinasakan, itulah
mereka tak pikir. Tidak gampang mereka melakukan
pembunuhan.
Sampai di situ, Oey Yong tidak mau menonton lebih
lama pula. Ia tidak berkesan baik terhadap Bwee
Tiauw Hong, si suci, kakak seperguruan, toh ia tak
tega mengawasi lebih jauh. Maka itu, ia berikan tempat
mengintainya kepada Kwee Ceng. Maka sekarang ia
cuma mendengar, angin serangan sebentar keras
sebentar kendor, tandanya pertempuran masih
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
berlanjut terus.
Kwee Ceng menonton tetapi ia tetap tidak mengerti
akan cara berkelahinya ke tujuh imam itu.
"Mereka menggunai kedudukan bintang Pak Tauw,"
Oey Yong membisiki. "Apakah belum pernah
melihatnya?"
Baru sekarang pemuda ini mendusin. Ia ingat bunyinya
kitab kedua dari Kiu Im Cin-keng. Sekarang ia
mengerti sendirinya. Karena itu ia menjadi tertarik
hingga tanpa merasa ia berlompat bangun.
Oey Yong kaget, segera ia menahan.
Kwee Ceng pun sadar, lekas-lekas ia berdiam. Tapi ia
masih mengintai pula. Sekarang ia mengerti betul
kegunannya barisan Thian Kong Pak Tuaw itu. Ketika
di Tho Hoa To menyaksikan Ang Cit Kong menempur
Auwyang Hong ia memperoleh kemajuan besar, kali ini
ia mendapatkan kemajuan serupa, dengan begitu,
pengetahuannya menjadi bertambah.
Lama-lama maka letihlah Bwee Tiauw Hong, ia hampir
tak dapat bertahan pula. Dilain pihak, juga tenaganya
Coan Cin Cit Cu agaknya berkurang, mereka mulai
kendor. Justru itu di pintu terdengar suara orang.
"Saudara Yok, kau maju lebih dulu atau kau suka
mengalah untuk aku mencoba-coba?" demikian suara
itu.
Kwee Ceng terkejut. Ia mengenali baik suaranya
Auwyang Hong. Entah kapan datangnya See Tok, si
Bisa dari Barat itu.
Juga Coan Cin Cit Cu kaget semuanya, dengan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
serentak mereka melirik ke arah pintu. Di samping
pintu itu berdiri berendeng dua orang, yang satu
bajunya hijau yang lainnya putih. Mereka mengetahui
akan adanya musuh-musuh yang tangguh, dengan
berbareng mereka berseru, dan dengan berbareng
mereka menghentikan pertempuran untuk berbangkit
berdiri.
"Bagus betul" berkata Oey Yok Su, "Tujuh rupa bulu
campur aduk ini mengepung satu muridku! Saudara
Hong, jikalau aku memberi pengajaran kepada
mereka, bisakah kau membilangnya aku menghina
kepada yang muda?"
Auwyang Hong tertawa, ia menyahuti: "Mereka yang
terlebih dulu tidak menghormati kau! Jikalau kau masih
tidak mengasih lihat sedikit dari ilmu kepandaianmu,
pasti ini kawanan anak muda tidak mengetahui
lihaynya pemilik dari Tho Hoa To!"
Ong Cie It pernah melihat Tong Shia dan See Tok di
Hoa San, heran ia mendapatkan orang muncul
berbareng dengan tiba-tiba, hendak ia maju untuk
memberi hormat, atau Oey Yok Su sudah maju dengan
sebelah tangan terayun. Ia hendak menangkis tapi
sudah tidak keburu, maka dengan satu suara "Plok!"
pipinya kena digaplok, tubuhnya lantas terhuyung,
hampir ia menubruk lantai.
Khu Cie Kee kaget sekali. "Lekas kembali ke tempat
masing-masing!" ia berseru.
Akan tetapi belum sempat saudara-saudaranya itu
menaati seruannya atau plak-plok tak hentinya,
dengan bergantian mukanya Tam Cie Toan, Lauw Cie
Hian, Cek Tay Thong dan Sun Put Jie telah tergaplok
seperti muka Ong Cie It. Setelah itu bayangan pun
berkelebat ke mukanya Tiang Cun Cu sendiri,
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
demikian rupa, hingga tak tahu ia bagaimana harus
menangkisnya, maka tidak ayal lagi, ia mengibas
tangannya, mengarah dadanya Oey Yok Su!
Bab 53. Ajalnya Bwee Tiauw Hong
Khu Cie Kee adalah yang terpandai dari Cit Cu, Oey
Yok Su memandang ia terlalu enteng, maka dadanya
itu kena terkibas hingga ia merasakan sakit. Dengan
sebat ia menutup diri, lalu dengan tangan kirinya
menyambar tangan baju si penyerang, tangan
kanannya mencari biji mata lawan itu.
Khu Cie Kee meronta sekuatnya, ujung bajunya itu
robek.
Itu waktu Ma Giok maju bersama Ong Cie It, akan
tetapi Oey Yok Su sudah berlompat ke belakang Cek
Tay Thong, ketika kakinya dilayangkan, Kong Leng Cu
roboh jungkir balik!
Di dalam kamar rahasia, Kwee Ceng menyerahkan
lubang intaian kepada Oey Yong, maka giranglah nona
ini menyaksikan ayahnya menunjuki kepandaiannya
itu, coba ia tidak ingat kawannya mesti menanti lagi
satu dua jam untuk nsembuh betul, tentulah ia sudah
menepuk tangan bersorak-sorai.
Adalah Auwyang Hong yang berdiri di pintu sambil
tertawa berkakakan, dengan mulutnya dibuka lebarlebar:
"Yang Ong Tiong Yang terima adalah ini
segerombolan kantung nasi!"
Cie Kee penasaran sekali. Semenjak belajar silat,
belum pernah ia dikalahkan begini rupa.
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
"Berdiri rapi di tempat masing-masing!" ia berteriak
pula.
Akan tetapi Oey Yok Su tidak sudi memberikan
kesempatan. Ia bergeraak ke timur dan barat, ia
menyerang kalang-kabutan hingga semua lawannya
itu menjadi kelabakan, barisannya tidak dapat diatur
pula. Bahkan pedangnya Ma Giok dan Tam Cie Toan
telah dipatahkan Tong Shia dan dilemparkan ke lantai.
Khu Cie Kee bersama Ong Cie It lantas merangsak
dengan pedang di tangan masing-masing. Itulah jurus
yang istimewa dari ilmu pedang Coan Cin Pay.
Oey Yok Su tidak berani memandang enteng lagi, ia
berkelahi dengan hati-hati.
Ma Giok cerdik, diam-diam ia menggunai ketika akan
lompat ke dudukan thian-kie dan terus saja ia
memegang pimpinan. Tam Cie Toan dan Lauw Cie
Hian lantas menyusul mengambil kedudukan mereka.
Perbuatan mereka ini lantas diikuti oleh yang lainlainnya.
Sebentar saja, barisan Thian Kong Pak Tauw lantas
teratur rapi. Dengan begitu, jalannya pertempuran juga
berubah menjadi lain. Thian Koan bersama giok-heng
lantas menhadapi lawan di depan, thian-kie dan kayyang
yang terus menyerang dari samping, sedang
yauw-kong dan thian-soan di belakang turut
merangsak. Cie Kee maju di bantu Cie Peng.
Oey Yok Su meseti melayani musuh di empat
penjurunya.
"Saudara Hong!" katanya tertawa. "Ong Tiong Yang
toh dapat meninggalkan ini macam ilmu kepandaian!"
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
Tong Shia bicara sambil tertawa, meski begitu, ia
merasakan lawan menjadi beda, tenaga mereka itu
menjadi besar sekali. Maka sekarang ia bersilat
dengan Lok Eng Ciang-huat, ia berputaran di dalam
Thian Kong Pak Tauw itu, hingga tubuhnya seperti
melayang-layang dan tangannya beterbangan…
Oey Yong mengenali ilmu silat ayahnya itu.
"Ketika ayah mengajari ilmu silat ini, aku menyangka
hanya ilmu kosong dan satu berisi atau tujuh berisi dan
satu kosong," katanya di dalam hati, "Tidak tahunya
setelah dipakai bertempur benar-benar, semua lima
kosong dan tujuh berisi itu dapat diubah pergi pulang."
Pertempuran ini besa sekali dengan perlawanan Tiauw
Hong tadi. Si nona menonton sambil menahan napas.
Bahkan Auwyang Hong yang lihay pun turut ketarik
sampai ia menjadi kagum sekali.
Selagi orang bertaruh seru itu, tiba-tiba terdengar satu
suara jeritan, "Aduh!" disusul mana tubuh jatuh
terguling. Nyata korban itu ialah In Cie Peng. Dia tidak
sanggup melayani Oey Yok Su berputaran, matanya
kabur, kepalanya pusing, dunia dirasakan bagai
berputar, di depan matanya entah ada berapa banyak
musuhnya itu, diakhirnya, setelah penglihatannya
gelao, tidak ampun lagi ia roboh sendirinya!
Coan Cin Cit Cu memusatkan pikiran mereka. Mereka
tahu, asal ada satu saja yang hatinya goncang,
mereka tidak bakal ketolongan lagi, atau Coan Cin Pay
bakal runtuh dan musnah.
Oey Yok Su pun gelisah. Ia sudah kepalang, ia
bersangsi untuk bertempur terus atau berhenti.
Perlawanan hebat dari Khu Cie Kee beramai itu
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
membuat kedua pihak sama unggulnya.
Sementara itu ayam-ayam sudah berkokok dan sinar
matahari mulai mengintai di arah timur.
Dengan lewatnya sang waktu itu, selesai sudah batas
tempo istirahatnya Kwee Ceng. Ia telah sembuh dan
memperoleh kembali kesehatannya seperti sediakala.
Di luar kamarnya orang bertempur umpama kata langit
terbalik dan bumi ambruk tetapi ia sendirinya tetap
tenang, ia duduk diam. Baru sesaat kemudian, ia
mengintai ke luar kamar rahasianya, atau ia menjadi
terkejut.
Oey Yok Su bertindak dengan perlahan, kakinya
mengikuti garis patkwa, atau segi delapan, setiap
gerakan tangannya berlahan juga. Ketika Oey Yong
menggantikan Kwee Ceng mengintai, ia tahu betul
ayahnya lagi menggunakan ilmu silatnya yang tak
sembarang dipakai.
Segera juga bakal datang saat yang memutuskan.
Coan Cin Cit Cu berkelahi dengan seantero
tenaganya. Mereka pun menginsyafi bahaya yang
tengah mengancam mereka. Berkali-kali mereka
mengasih dengara suara satu sama lain, untuk
mengasih isyarat, guna menambah semangat masingmasing.
Di batok kepala mereka mulai terlihat hawa
panas mengkedus, sedang jubah mereka telah basah
kuyup. Hilanglah ketenangan mereka sebagaimana
tadi mereka melayani Bwee Taiuw Hong.
Auwyang Hong terus menonton sambil ia
memperhatikan barisannya imam-imam dari Coan Cin
Kauw itu. Ia mengharap-harap Oey Yok Su nanti
mengurus semua tenaganya hingga ia mendapat luka
di dalam. Dengan begitu, kapan kembali di adakan
TIRAIKASIH WEBSITE http://kangzusi.com/
rapat besar di Hoan San, rapat yang kedua, untuknya
akan kurang satu lawan yang tangguh. Akan tetapi
Tong Shia benar-benar lihay, meski Khu Cie Kee
semua bekerja sekerasnya, mereka itu masih tidak
dapat merampas kemenangan.
Menyaksikan pertempuran yang sangat memakan
tempo itu, Auwyang Hong menjadi tidak sabar.
Dasarnya ia berbisa, setelah berpikir sekian lama, ia
mendapat satu akal licik.
Pertempuran itu berjalan semakin perlahan, tapi itu
tandanya bahwa bahaya semakin dekat.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru