Kamis, 20 April 2017

Cersil Ke 27 Pendekar Yoko

Cersil Ke 27 Pendekar Yoko Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cersil Ke 27 Pendekar Yoko
kumpulan cerita silat cersil online
Cersil Ke 27 Pendekar Yoko
Dia pernah mendengar cerita dari ibunya bahwa Ii-teng
Taysu adalah tokoh angkatan tua, pernah menolong jiwa
ibunya, juga terhitung kakek guru kedua saudara Bu, hanya
selama ini paderi sakti itu belum pernah dilihatnya. Kini tibatiba
didengarnya ada orang menyebut "lt-teng", tentu saja ia
terkejut dan bergirang.
Nyo Ko juga sangat gembira mendengar suara It-teng, ia
tahu yang digunakan it-teng Taysu adalah Lwekang maha
sakti, yaitu ilmu menyiarkan gelombang suara dari tempat
beberapa li jauhnya, semakin tinggi Lwekangnya, semakin
halus pula suaranya sehingga mirip orang bicara dari dekat
saja.
Kagum sekali mendengar suara It-teng Taysu yang luar
biasa itu, betapapun ia merasa tenaga dalam sendiri tak dapat
menandingi paderi sakti itu, pikirnya pula: "Kiranya nenek ini
bernama Engkoh. Entah ada urusan apa It teng Taysu ingin
menemui-nya? jika paderi itu suka tampil ke muka, mungkin
sekali rase ini akan bisa diperoleh."
Kiranya nenek penghuni Hek-liong-tam ini memang betul
bernama Eng-koh. Sewaktu masih menjadi raja negeri Tayli,
aslinya It-teng Taysu she Toan dan terkenal sebagai tokoh
Raja di Selatan di dunia Kangouw.
Sebagai raja, sudah tentu cukup banyak selir-nya, Eng-koh
adalah salah satu selir kesayangannya ketika itu, Tapi suatu
waktu Toan-hongya (raja Toan) kedatangan tamu yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terkenal, yaitu Ong Tiong-yang dari Coan-cin-kau beserta
Sutenya, yakni si Anak Tua Nakal Ciu Pek-thong.
Mungkin sudah suratan nasib, selama tinggal beberapa
lama di negeri Tayli, dasar watak Ciu Pek-thong memang suka
keluyuran, maka secara kebetulan dia pergoki Eng-koh sedang
berlatih silat (ajaran Toan-hongya), karena sifatnya yang jahil
dan tidak sirik mengenai adat lelaki dan perempuan, Ciu Pekthong
telah mendekati Eng-koh dan mengajaknya ngobrol
tentang ilmu silat (Ciu Pek-thong itu memang orang yang
keranjingan ilmu silat).
Bicara punya bicara, akhirnya keduanya jatuh cinta dan
"ada main" serta membuahkan seorang anak laki-laki.
Ketika Toan-Hongya kedatangan musuh, yaitu Kiu Jian-yim
yang kemudian terkenal sebagai Cu-in Hwesio, secara licik Kiu
Jian-yim telah melukai anak haram hasil "semokel" antara Ciu
Pek-thong dan Eng-koh itu, tujuannya untuk memaksa Toanhongya
menyelamatkan orok itu dengao It-yang-ci, dengan
demikian tenaga dalamnya terpaksa harus dikorbankan dan
sukar dipulihkan dalam waktu singkat, pada saat demikian Kiu
Jian-yim yakin pasti dapat mengalahkan Toan-hongya.
Tak terduga tipu muslihatnya ternyata diketahui Toanhongya,
pula dia cemburu karena hubungan gelap Eng-koh
dengan Ciu Pek-thong itu, maka dia bertekad tidak mau
menolongnya, akhirnya anak itupun mati.
Toan-hongya sangat menyesal, akibatnya ia cukur rambut
dan menjadi Hwesio dengan gelar It-teng. Kematian anaknya
sudah tentu membuat Eng-koh juga sakit hati dan merana, ia
terus minggat dari negeri Tayli, suatu ketika di puncak HoaTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
san dipergokinya Kiu Jian-yim, tapi tidak berhasil
membunuhnya, iapun bertemu dengan Ciu Pek-thong dan
ingin bicara dengan dia, tapi asal melihat bayangan Eng-koh
seketika si Anak Tua Nakal itu kabur lebih dulu, soalnya dia
malu dan merasa ber-dosa, maka tidak berani menemui bekas
kekasih itu. Eng-koh lantas mengembara tanpa tujuan dan
akhirnya menetap di Hek-liong-tam ini.
Sebenarnya sudah belasan hari It-teng Taysu berada di
tepi Hek- liong-tam dan setiap hari selalu berseru untuk
mohon bertemu, Namun Eng-koh masih sakit hati karena
dahulu bekas raja Tayli itu tega tidak mau menolong jiwa
anaknya, maka dia tetap tidak mau menemuinya.
Begitulah Eng-koh tampak lesu dan mundur berduduk di
atas onggokan kayu, sorot matanya kelihatan dendam dan
benci.
Selang tak lama, terdengar It-teng berseru pula: "Dari
jauh It-teng datang ke sini, hanya untuk mohon bertemu
sejenak dengan Eng-koh."
Namun Eng-koh tetap tidak menggubrisnya.
Nyo Ko menjadi heran, ia pikir kepandaian It-teng jauh
lebih tinggi daripada Eng-koh, kalau dia mau menemuinya ke
sini toh nenek ini tak dapat menolaknya, mengapa dia mesti
memohon dari kejauhan?
Dalam pada itu terdengar It-teng berseru memohon lagi,
setelah Eng-koh tetap tidak memberi jawaban, lalu tidak
diulangi lagi, suasana kembali sunyi.
"Toakoko," kata Kwe Yang, "It-teng Taysu itu adalah tokoh
yang luar biasa, maukah kita ke sana menemuinya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baik, memangnya aku ingin menemui beliau,"
"jawab Nyo Ko.
Terlihat Eng-koh berbangkit pelahan dengan sorot mata
bengis, meski Nyo Ko merasa tidak gentar padanya, tapi tidak
enak juga perasaannya melihat sikap orang ini, Segera ia
pegang tangan Kwe Yang dan berkata: "Marilah pergi!" Sekali
melayang, segera kedua orang meluncur ke tengah tambak.
Setelah berpuluh meter di bawa meluncur Nyo Ko, Kwe
Yang lalu bertanya: "Toakoko, berada di manakah Taysu?
suaranya seperti berada di sebelah sini saja."
Dua kali Nyo Ko dipanggil "Toakoko" dengan suara yang
halus dan mesra, hatinya terkesiap juga pikirnya "Cintaku
kepada Liong-ji suci murni dan tak mungkin bergoyah,
betapapun aku tidak boleh terjerumus lagi kejaringan asmara.
Usia nona cilik ini masih muda dan ke-kanak-anakan, ada
lebih baik selekasnya berpisah dengan dia agar tidak
menimbulkan hal-hal yang tidak diharapkan" - Akan tetapi
berada di atas lumpur bcrselimutkan salju itu, sedetikpun tidak
boleh berhenti, lebih-lebih tidak mungkin mengendurkan
pegangannya pada tangan si nona.
"Toakoko", kembali Kwe Yang berkata, "ku-tanya kau,
apakah engkau tidak mendengar."
"lt-teng Taysu berada di timur laut sana, kira-kira dua-tiga
li dari sini," jawab Nyo Ko. "Suaranya kedengarannya dekat,
tapi sebenarnya berada cukup jauh. dia menggunakan ilmu
jian-li-toan- im" (me-ngirim gelombang suara dari jauh)."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"He, apakah engkau juga mahir ilmu itu?" tanya Kwe
Yang. "Maukah engkau mengajarkan padaku? Kelak kalau kita
berpisah di tempat jauh agar akupun dapat bicara denganmu
dengan ilmu itu, kan menyenangkan bukan?"
"Namanya saja mengirim gelombang suara dari jauh,
sebenarnya kalau dapat mencapai dua-tiga li sudah luar
biasa," ujar Kwe Yang dengan tertawa, "Untuk mencapai
kepandaian setingkat lt-teng Taysu, biarpun secerdas kau juga
harus berlatih hingga rambut ubanan."
Kwe Yang sangat senang karena orang memuji-nya
cerdas, katanya pula: "Ah, aku ini cerdas apa? Kalau aku
mempunyai dua bagian kecerdasan ibuku saja aku sudah
merasa puas."
Tergerak hati Nyo Ko, dari raut muka si nona ia melihat
samar-samar ada beberapa bagian menyerupai Ui Yong,
Pikirnya: "Tokoh-tokoh yang kukenal selama hidup baik lelaki
maupun perempuan, kalau bicara tentang kepintaran dan
kecerdasan rasanya tiada orang lain yang mampu menandingi
Kwe pekbo, apakah mungkin nona cilik ini adalah puteri bibi
Kwe?"
Tapi segera ia tertawa geli sendiri dan anggap jalan
pikirannya itu terlalu meng-ada2, masakah di dunia ini bisa
terjadi sedemikian kebetulan? Kalau benar nona ini puteri
Kwe-pekbo, mana mungkin paman dan bibi Kwe
membiarkannya berkeliaran di Iuaran. Maka ia coba bertanya
kepada Kwe Yang: "Siapakah ibumu?"
"lbu ya ibu, meski kukatakan juga kau tidak kenal," jawab
Kwe Yang dengan tertawa "Eh, Toa-koko, kepandaianmu lebih
tinggi atau kepandaian It-teng Taysu lebih tinggi?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Usia Nyo Ko sekarang sudah mendekati setengah baya,
iapun kenyang mengalami gemblengan kehidupan dan
merasakan betapa pahit getirnya sejak berpisah dengan Siaoliong-
Ii, walaupun semangat ksatrianya tidak berkurang, tapi
sifat dugal-nya di masa mudanya sudah hampir lenyap
seluruhnya, Maka ia menjawab: "lt-teng Taysu sangat
terhormat di dunia persilatan, berpuluh tahun yang lalu
namanya sudah sama tingginya dengan Tho-hoa tocu dan
lain-lain, beliau adalah Lam-te (raja di selatan), yaitu satu
diantara lima tokoh terkemuka di jaman itu, mana aku dapat
dibandingkan beliau."
"Wah, jika begitu, kalau engkau dilahirkan lebih dini
beberapa puluh tahun yang lalu, tentu tokoh tertinggi waktu
itu bukan lagi lima orang, tapi enam jadinya. Konon mereka
disebut Tang-sia Se-tok, Lam-te, Pak-kay dan Tiong-sin-thong,
lalu engkau berjuluk apa? Ah, pasti juga Sin-tiau-tayhiap. Oya,
masih ada lagi Kwe-tayhiap dan Kwe-hujin."
Nyo Ko bertanya pula: "Apakah kau pernah melihat Kwetayhiap
dan Kwe-hujin?"
"Sudah tentu aku pernah melihat mereka, malahan mereka
sangat sayang padaku," sahut Kwe Yang, "Eh, Toakoko,
apakah engkau juga kenal beliau2 itu? Nanti kalau urusan di
sini sudah beres2 maukah kita pergi menyambangi mereka?"
Nyo Ko benci pada Kwe Hu yang telah membuntungi
lengannya, setelah lewat sekian tahun, rasa benci itu semakin
menipis. Tapi Siao-liong-li mengidap racun dan terpaksa harus
berpisah 16 tahun, persoalan ini takdapat tidak membuatnya
sangat dendam kepada Kwe Hu. Maka dengan hambar saja ia
menjawab: "Tahun depan bisa jadi aku akan berkunjung
kepada Kwe-tayhiap dan isterinya, tapi harus tunggu dulu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
setelah kuberjumpa dengan isteriku dan kami berdua akan
pergi ke sana bersama."
Begitu menyebut Siao-Iiong-li, tanpa terasa timbul
hasratnya yang menyala, Kwe Yang dapat merasakan telapak
tangan Nyo Ko yang mendadak menjadi panas. Segera ia
bertanya pula. "lsterimu tentu sangat cantik dan ilmu silatnya
pasti pula sangat tinggi."
"Kukira di dunia ini tiada orang lain yang lebih cantik
daripada dia," kata Nyo Ko. "Bicara tentang ilmu silat, saat ini
dia tentu juga melebihi diriku."
Kwe Yang menjadi sangat hormat dan kagum, katanya:
"Toakoko, engkau harus membawa diriku menemui isterimu,
maukah kau berjanji?"
"Mengapa tidak?" ujar Nyo Ko dengan tertawa, "Kuyakin
nyonyaku juga pasti suka padamu, Saat mana barulah kau
benar-benar memanggil aku Toakoko."
"Apakah sekarang aku tidak boleh memanggil demikian
padamu?" t mya Kwe Yang dengan melenggak.
Karena sedikit merandek itulah, sebelah kakinya lantas
kejeblos ke dalam lumpur, Untung Nyo Ko lantas menariknya
melompat jauh ke depan. Tertampaklah di kejauhan sana
berdiri seorang dengan jenggot panjang dengan memakai
jubah paderi warna kelabu, siapa lagi kalau bukan It- teng
Taysu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Nyo Ko berseru: "Tecu Nyo Ko memberi hormat
kepada Taysu!" Sambil menarik Kwe Yang sekaligus ia
meluncur ke depan paderi sakti itu.
Tempat berada It teng itu di tepi kolam lumpur Hek-liongtam
itu, ia menjadi girang ketika mendengar nama Nyo Ko.
maka ia lantas membangunkannya ketika Nyo Ko datang
menyembah padanya, katanya dengan tertawa"
"Baik-baikkah selama ini, saudara Nyo? Pesat amat
kemajuan ilmu sakti-mu, sungguh menggembirakan dan
mengagumkan."
Waktu Nyo Ko berbangkit dilihatnya di belakang It-teng
sana menggeletak seorang dengan muka pucat lesi seperti
mayat, ia melengak. Ketika ia awasi, kiranya Cuin Hwesio
adanya.
"Kenapakah Cu-in Taysu?" tanya Nyo Ko terkejut.
"Dia dilukai orang, meski sudah kutolong sepenuh tenaga
tetap sukar menyembuhkan dia," tutur It-teng menyesal.
Nyo Ko coba mendekati Cu-in dan memeriksa nadinya,
terasa denyutnya amat Iemah, lama sekali barulah berdenyut
pelahan sekali, kalau saja Lwe kang Cu-in tidak kuat, mungkin
sudah lama menghembuskan napas penghabisan.
"Kepandaian Cu-in Taysu sedemikian tinggi, entah
siapakah yang mampu melukainya?" tanya Nyo Ko heran.
"Kami bermaksud pulang ke Tayli waktu itu karena ada
kabar bahwa pasukan Mongol ada maksud menyerbu ke
daerah selatan," tutur It-teng. "Sebelum berangkat, Cu-in
telah keluar untuk mencari keterangan keadaan, di tengah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jalan kepergok seorang dan mereka bertempur selama tigahari-
tiga-malam, akhirnya Cu in terluka parah."
"Ah, kiranya keparat Kim-lun Hoat-ong datang ke
Tionggoan lagi," ujar Nyo Ko sambil membanting kaki ke
tanah.
"He, Toakoko, darimana engkau mengetahui orang itu
ialah Kim-lun Hoat-ong?" tanya Kwe Yang heran, "padahal Itteng
Taysu tidak menyebut dia."
"lt-teng Taysu bilang mereka bertempur selama tiga-haritiga-
malam, maka jelas luka Cu-in bukan disergap musuh yang
licik," jawab Nyo Ko. "Di dunia ini, orang yang mampu melukai
Cu-in Taysu rasanya jumlahnya dapat dihitung dengan jari,
dan di antaranya beberapa orang ini hanya Kim-lun Hoat-ong
saja tergolong orang jahat."
"Toakoko, lekas engkau mencari bangsat itu dan hantam
dia untuk membalaskan sakit hati Toahwesio ini," ujar Kwe
Yang.
Tiba-tiba Cu-in yang menggeletak dengan kempas-kempis
di tanah itu membuka matanya sedikit dan menggeleng
pelahan kepada Kwe Yang.
"Kenapa? Memangnya kau tidak ingin membalas dendam?"
tanya Kwe Yang heran, "Ah, barangkali maksudmu Kim-lun
Hoat-ong itu terlalu lihay dan kuatir Toakoko tak dapat
menandingi dia?"
"Kau salah sangka, nona cilik," sela It-teng. "Soalnya
muridku ini telah banyak berbuat dosa, selama belasan tahun
ini dia berusaha menebus dosanya itu dan ternyata tak pernah
tercapai, hal inilah selalu mengganjal hatinya dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membuatnya matipun tidak tenteram. Jadi bukan maksudnya
ingin orang membalaskan sakit hatinya, tapi justeru
mengharapkan pengampunan dari seseorang agar dia dapat
mangkat dengan hati tenteram."
"Apakah nenek di kolam lumpur ini yang dia inginkan?"
tanya Kwe Yang, "Hati nenek ini sangat keras, jika bersalah
padanya, tidak nanti dia mengampuni orang begitu saja."
"Justeru begitulah," kata It-teng dengan menghela napas,
"Kami sudah memohonnya di sini selama tujuh-hari-tujuhmalam
dan sama sekali dia tidak mau menemui kami."
Tiba-tiba hati Nyo Ko tergerak, teringat olehnya ucapan si
nenek tentang anaknya yang terluka dan orang yang dimintai
pertolongan tidak mau menyembuhkannya itu. Segera ia
bertanya: "Apakah berhubungan dengan anaknya yang terluka
dan tak tertolong itu?"
Badan It-teng tampak bergetar, sahutnya sambil
mengangguk: "Ya, kiranya kaupun sudah tahu?"
"Tecu tidak tahu," jawab Nyo Ko. "Cuma tadi Locianpwe di
tengah kolam itu menyinggungnya sedikit." Lalu iapun
mengisahkan pengalaman-nya bertemu dengan si nenek tadi.
"Dia bernama Eng-koh," tutur It-teng pula, "dahulu ialah
isteriku. wataknya memang keras. Ai, kalau tertunda lebih
lama lagi mungkin Cu in tidak tahan."
Seketika timbul macam-macam tanda tanya dalam benak
Kwe Yang, tapi ia tak berani bertanya.
Dengan gegetun Nyo Ko lantas berkata: "Setiap orang
tentu pernah berbuat salah, kalau menyadari salahnya, maka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
apa yang sudah lampau bisalah dianggap selesai, Rasanya
jiwa Eng-koh ini juga teramat sempit." - Dilihatnya ajal Cu-in
sudah dekat, seketika timbul jiwa ksatrianya yang ingin
menolong, segera ia menambahkan: "Taysu, maafkan jika
Tecu memberanikan diri memaksa Engkoh keluar ke sini."
Dapatkah Nyo Ko memaksa Eng-koh keluar dari tempat
sembunyinya?
Apakah Eng-koh mau memberikan rase piaraannya kepada
Nyo Ko untuk menolong jiwa Su Siok-kang?
(Bacalab jilid ke - 53)
Jilid 53
It-teng termenung sejenak, ia pikir kedatangannya dengan
Cu-in ini adalah untuk minta ampun kepada Eog-koh, rasanya
tidak pantas memakai kekerasan. Tapi permohonan dengan
sopan sudah sekian lamanya dan Eng-koh tetap tidak mau
menemuinya, tampaknya kalau tetap memohon begitu saja
juga percuma. jika Nyo Ko mempunyai caranya sendiri,
rasanya boleh juga dicoba, seumpama tidak berhasil, palingpaling
juga cuma gagal bertemu saja, Maka ia lantas
menjawab:
"Jika Nyo heng dapat membujuknya keluar, tentu segala
persoalan menjadi beres, cuma sebisanya jangan sampai
menimbulkan sengketa baru sehingga malah menambah dosa
mereka."
Nyo Ko mengiakan, Lalu ia merobek sapu-tangan menjadi
empat potong, dua potong digunakan, menyumbat telinga Cu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
in, dua potong lain di si nona menyumbat lubang kupingnya,
Habis itu ia lantas menghimpun tenaga dalam dan minta maaf
dulu kepada It-teng lalu ia menengadah dan mengeluarkan
suara nyaring panjang.
Suara suitannya ini mula-mula nyaring bening dan
berkumandang jauh, lama2 suaranya berubah melengking
tajam, lalu berubah keras gemuruh laksana bunyi guntur.
Meski kupingnya sudah disumbat kain, tidak urung muka Kwe
Yang berubah pucat karena getaran suara yang membuat
jantungnya berdebar-debar.
Suara gemuruh itu terus berlangsung secara
bergelombang sehingga mirip deburan ombak samudera, Kwe
Yang merasa dirinya seperti berdiri di tanah lapang dan guntur
terus berbunyi mengelilinginya, ia menjadi takut dan gelisah.
"Toakoko, lekas berhenti, aku tidak tahan," teriaknya.
Akan tetapi suaranya ternyata tenggelam di tengah suitan
Nyo Ko yang hebat itu, bahkan ia sendiri tidak mendengar
apa-apa, terasa pikiran menjadi linglung dan pandangan
kabur, Untung pada saat itulah It-teng telah mengulurkan
tangannya untuk memegangi telapak tangan Kwe Yang.
segera terasalah hawa hangat tersalur dari tangan paderi sakti
itu.
Tahulah dia paderi sakti itu sedang membantunya dengan
tenaga dalamnya yang kuat, Segera iapun memejamkan mata
dan mengerahkan tenaga dalam sendiri. Sejenak kemudian,
meski suara gemuruh tadi masih tetap memekak telinga,
namun pikirannya sudah tidak bergolak lagi.
Setelah bersuit panjang sekian lamanya, ternyata Nyo Ko
tetap bersemangat dan kuat, sedikitpun tiada tanda-tanda
lelah. Diam-diam It-teng merasa kagum, ia merasa semasa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mudanya dahulu juga tidak sekuat Nyo Ko sekarang ini,
apalagi kini usianya sudah lanjut, jelas takdapat dibandingkan
anak muda itu.
Selang tak lama, tertampaklah sesosok bayangan
meluncur dari Hek liong tam sana. Sekali Nyo Ko
mengebaskan lengan bajunya, suara suitan lantas berhenti.
Baru saja Kwe Yang menghela napas lega dan belum lagi
pulih air mukanya, terdengar bayangan orang tadi berseru
melengking dan jauh: "Toanhongya, caramu malang
melintang memaksa aku keluar, sebenarnya ada urusan apa?"
"Adik Nyo inilah yang mengundang kau," jawab It-teng.
Tengah bicara, tahu-tahu bayangan orang tadi sudah
mendekat. Siapa lagi kalau bukan Eng koh. Dia menjadi raguragu
mendengar jawaban It-teng ttu, ia heran di dunia ini
kecuali Toan-hongya ternyata ada lagi yang memiliki kekuatan
sehebat ini padahal orang yang mukanya sukar diketahui
dengan pasti ini berambut hitam, umurnya paling banyak juga
belum ada 40 tahun, tapi Lwekangnya ternyata selihay ini,
sungguh luar biasa dan mengagumkan.
Sebenarnya Eng-koh bertekad tidak mau menemui Toanhongya
alias It-teng Taysu, tapi suara Nyo Ko tadi telah
membuatnya gelisah, ia tahu jika dirinya tidak keluar, sekali
tenaga dalam orang dikerahkan, maka pikirannya pasti akan
terguncang dan mungkin sekali akan roboh dan terluka dalam.
Karena itulah terpaksa ia keluar walaupun dengan sikap
ogah2an.
"lni, rase ini kuberikan padamu, anggaplah aku menyerah
padamu dan lekas pergi dari sini," kata Eng-koh kepada Nyo
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ko dengan rasa dongkol. Habis itu dia pegang leher seekor
rasenya terus hendak dilemparkan ke arah Nyo Ko.
"Nanti dulu," seru Nyo Ko, "urusan rase adalah soal kecil,
ada urusan penting yang hendak dibicarakan It-teng Taysu,
harap engkau suka mendengarkannya."
Eng-koh memandang It-teng dengan sikap dingin,
katanya: "Baiklah, silakan Hongya memberitahu."
"Kejadian di masa lampau laksana impian belaka, sebutan
diwaktu dahulu buat apa digunakan lagi?" ujar It-teng dengan
gegetun. "Eng-koh, apakah kau masih kenal dia?" - Berbareng
iapun menuding Cu-in yang menggeletak di tanah itu.
Kini Cu-in memakai jubah Hwesio, bahkan mukanya sudah
banyak berbeda daripada pertemuan di Hoa-san lebih 30
tahun yang lalu, Maka hakikatnya Eng-koh sudah pangling,
katanya setelah memandang sekejap ke arah Cu-in: "Mana ku
kenal Hwesio ini?"
"Dahulu siapakah yang menyerang anakmu dengan cara
keji?" tanya lt-teng.
Seketika tubuh Eng-koh gemetar, air mukanya berubah
pucat, lalu berubah menjadi merah, katanya dengan suara
terputus-putus: "Jadi...... jadi dia ini bangsat Kiu Jian-yim itu?
Biarpun... biarpun tulang belulangnya menjadi abu juga tetap
kukenali.
"Kejadian itu sudah berpuluh tahun yang lalu dan kau
masih tetap dendam dan tidak melupakannya," ujar It-teng
dengan menghela napas. "Orang ini memang betul Kiu Jianyim.
Sedangkan mukanya saja kau pangling, tapi dendam
lama itu belum pernah kau hipakan."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendadak Eng-koh menubruk ke sana, kesepuluh jarinya
laksana kaitan terus hendak ditancapkan ke dada Cu-in, ia
coba mengamat-amati wajahnya, samar-samar ia merasa rada
mirip Kiu Jian-yim, tapi setelah diawasi lebin teliti, rasanya
seperti bukan. Kedua pipi paderi ini cekung dan menggeletak
tak bergerak, tampaknya sudah tiga perempat mati.
"Apakah orang ini benar-benar Kiu Jian-yim," teriak Engkoh
bengis, "Untuk apa dia menemui aku?"
"Dia memang betul Kiu Jian yim," kata It-teng"
"Dia merasa dosanya terlalu besar dan sudah memeluk
agama Buddha serta menjadi muridku, nama agamanya ialah
Cu-in."
"Hm, setelah berbuat dosa, dengan menjadi Hwesio lantas
segala dosanya akan punah, pantas di dunia ini tambah
banyak orang menjadi Hwesio," jengek Eng-koh.
"Dosa tetap dosa, mana mungkin ditebas dengan menjadi
Hwesio?" ujar It-teng. "Kini Cu-in terluka parah, ajalnya
tinggal beberapa saat saja, teringat olehnya, dosanya
mencelakai anakmu, dia merasa tidak tenteram, maka
sekuatnya ia bertahan hembusan napas terakhir dan dari jauh
datang kesini untuk memohon ampun padamu atas dosanya."
Dengan mata melotot Engkoh memandangi It-teng hingga
lama sekali, wajahnya mengunjuk penuh rasa dendam dan
benci, seakan-akan seluruh duka derita selama hidupnya ingin
dilampiaskannya dalam sekejap ini.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat air muka Eng-koh yang menyeramkan itu, Kwe
Yang menjadi takut. Terlihat kedua tangan Eng-koh telah
diangkat dan segera akan dijatuhkan atas tubuh Cu-in.
walaupun merasa takut tapi dasar pembawaan Kwe Yang
memang berbudi luhur, segera ia membentak: "Nanti dulu!
Dia sudah tak bisa berkutik, tapi kau hendak menyerangnya
pula. sebab apa kau tega berbuat demikian?"
"Hm, dia membunuh anakku, selama berpuluh tahun aku
menanti dengan menderita dan akhirnya aku dapat mencabut
jiwanya dengan tanganku sendiri walaupun rasanya sudah
agak terlambat tapi kau masih bertanya sebab-sebabnya?"
jengek Eng-koh.
"Kalau dia sudah menyadari kesalahannya dan mengaku
berdosa, kejadian yang sudah lampau, buat apa diungkatungkat
lagi?" ujar Kwe Yang.
"Hehehehe!" Eng-koh terkekeh sambil menengadah. "Enak
saja kau bicara, anak dara, Coba jawab andaikan yang
dibunuhnya adalah anakmu, lalu bagai mana?"
"Dari... darimana aku mempunyai anak?" jawab Kwe Yang
gelagapan.
"Atau yang dibunuhnya adalah suamimu, ke-kasihmu, atau
Toakokomu ini?" jengek Eng-koh pula.
Muka Kwe Yang menjadi merah, katanya: "Ngaco-be!o!
Dari... darimana datangnya suami atau kekasihku?"
Makin bicara makin meluap rasa gusar Eng-koh, mana dia
tak mau banyak omong lagi, sambil menatap Cu-in segera
tangannya hendak menghantam ke bawah. Tapi mendadak
terlihat Cu-in menghela napas dengan menyungging senyum
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan berkata dengan perlahan: "Terima kasih Eng-koh sudi
menyempurnakan diriku."
Eng-koh jadi melengak dan pukulannya tidak jadi
diteruskan, bentaknya: "Menyempurnakan apa katamu?"
Tapi segera ia paham maksud orang, rupanya Cu-in yakin
pasti dirinya mati, maka dia ingin diberi satu pukulan agar
dapat mati di tangannya, jadi pukulan yang dahulu pernah
menewaskan anaknya telah dibalas dengan pukulan maut
pula, dengan begitu dosanya menjadi tertebus.
Dengan tertawa dingin Engkoh lantas berkata. "Masakah
begini enak bagimu? Aku takkan membunuh kau, tapi akupun
tak pernah mengampuni kau!" Kalimat2 ini diucapkan dengan
tegas dan seram sehingga membuat orang mengkirik.
Nyo Ko tahu watak It-teng Taysu welas asih dan tidak
mungkin bersitegang dengan bekas selirnya itu, sedangkan
Kwe Yang adalah anak kecil, apa yang dikatakan tentu tidak
mendapat perhatian Eng-koh, kalau dirinya tidak ikut campur
tentu urusan ini takkan beres.
Maka dengan ketus ia lantas berkata: "Eng-locianpwe,
persoalan suka-duka di antara kalian sebenarnya tidak jelas
bagiku, hanya saja ucapan dan tindak-tanduk cianpwe terasa
agak keterlaluan bagiku, betapapun aku menjadi ingin ikut
campur tangan urusan ini."
Eng-koh berpaling dengan terkesiap, dia sudah pernah
bergebrak dengan Nyo Ko, dari suara suitan-nya tadi iapun
tahu kepandaian orang ini jauh di atasnya dan tidak mungkin
ditandingi. Sungguh tak terduga dalam keadaan demikian ada
orang tampil ke muka dan main kekerasan padanya setelah
dipikir dan pikir lagi, tanpa terasa ia menjadi sedih dan merasa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
nasibnya teramat tidak beruntung, terus saja ia duduk
mendeprok dan menangis tergerung-gerung.
Tangisnya Eng-koh ini tidak saja membuat bingung Nyo Ko
dan Kwe Yang, bahkan juga di luar dugaan It-teng Taysu.
Terdengar Eng-koh menangis sambil mengomeli "Kalian ini
bertemu dengan aku, cara halus tidak dapat lantas memakai
kekerasan, tapi orang itu tidak mau menemui aku, kenapa
kalian tidak ambil pusing?"
"He, Locianpwe, siapakah yang tidak mau bertemu dengan
kau?" tanya Kwe Yang cepat "Bagaimana jika kami membantu
kau?"
Tanpa menjawab Eng-koh melanjutkan keluhannya:
"Kalian hanya dapat menganiaya kaum wanita macam diriku,
kalau ketemu tokoh yang besar-besar lihay masakah kalian
berani mengutiknya?"
Kwe Yang lantas menanggapi lagi: "Anak kecil seperti
diriku sudah tentu tak berguna, tapi di sini sekarang kan ada
It-teng Taysu dan Toakoko-ku, memangnya kita ikut kepada
siapa?"
Eng-koh termenung sejenak, mendadak ia berbangkit dan
berseru: "Baik, asalkan kalian mencari dia dan membawanya
ke sini untuk menemui aku dan biarkan dia bicara sebentar
dengan aku, maka apapun kehendak kalian, ingin rase atau
minta aku berdamai dengan Kiu Jian-yim, semuanya
kuterima."
"Eh, Teakoko, apakah transaksi ini dapat diterima?" tanya
Kwe Yang kepada Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Siapakah yang ingin cianpwe temui, masakah begitu
sulit?" tanya Nyo Ko.
"Boleh kau tanya dia." jawab Engkoh sambil menuding Itteng
Taysu.
Sekilas melihat air muka bersemu merah, Kwe Yang
menjadi heran, masakah sudah tua begitu masih bisa malumalu
seperti anak perawan.
Melihat Nyo Ko dan Kwe Yang sama menatap ke arahnya,
dengan pelahan It-teng lantas menutur: "Yang dia maksudkan
adalah Ciu-suheng, Lo-wan-tong Ciu Pek-tong."
"Ah, kiranya Lowantong yang dimaksudkan," seru Nyo Ko
girang, "Dia sangat baik padaku, biarlah kupergi mencari dan
membawanya ke sini untuk menemuinya."
"Namaku Eng-koh, kau harus katakan jelas-jelas
kepadanya bahwa dia akan dibawa ke sini menemui aku," kata
Eng-koh. "Kalau tidak, begitu melihat bayanganku segera dia
kabur dan sukar lagi mencarinya. Asakan dia mau datang ke
sini maka setiap permintaan kalian pasti akan kupenuhi."
Nyo Ko coba melirik It-teng, terlihat paderi itu menggeleng
pelahan, maka diduganya di antara Ciu Pek-thong dan Engkoh
pasti ada persengketaan berat dan keduanya tidak
mungkin dipertemukan. Tapi lantas teringat olehnya bahwa
Ciu Pek-thong itu berpikiran seperti anak kecil, bukan mustahil
akan dapat memancingnya ke sini dengan sesuatu akal aneh,
Maka ia lantas berkata:
"Lo wan-tong itu berada di mana sekarang? Pasti akan
kudayakan untuk mengajaknya ke sini."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kira-kira lebih 200 li dari sini ke utara ada sebuah lembah
Pek-hoa-kok (lembah seratus bunga), dia mengasingkan diri di
sana dan mencari kesenangan dengan beternak lebah," tutur
Eng koh.
Mendengar kata-kata "beternak lebah", seketika Nyo Ko
terkenang kepada Siao liong-li. Teringat olehnya dahulu Ciu
Pek-thong diajari oleh Siao-liong-li cara memiara tawon dan
menguasainya, tanpa terasa hatinya menjadi sedih dan mata
merah katanya kemudian:
"Baiklah, sekarang juga Wanpwe akan mencari Lo-wantong,
harap kalian tunggu saja di sini." Habis itu ia tanya letak
Pek-hoa-kok lebih jelas, lalu melangkah pergi.
Tanpa bicara Kwe Yang lantas ikut di belakangnya, Nyo Ko
lantas mengisiki anak dara itu: "ilmu silat It-teng Taysu maha
tinggi, orangnya juga welas asih, kau tinggal sementara di sini
dan mohon belajar sedikit kepandaian padanya, asalkan beliau
mau memberi petunjuk, maka beruntungan bagimu."
"Tidak, kuingin ikut kau pergi menemui Lo-wan-tong itu,"
kata Kwe Yang.
Nyo Ko mengernyit kening, katanya: "Sebenarnya inilah
kesempatan yang sukar dicari, mengapa kau sia-siakan?"
"Aku tidak ingin belajar ilmu apapun," ujar Kwe Yang,
"Setelah ketemu Lo-wan-tong tentu kau akan pergi, akupun
harus pulang, maka biarlah aku ikut pergi saja dengan kau."
Arti ucapan ini adalah merasa waktu berkumpul tidak banyak
lagi, kalau dapat berdampingan dengan sang toa-koko lebih
lama lagi inilah yang diharapkan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat anak dara itu marasa berat untuk berpisah dengan
dirinya, diam-diam Nyo Ko merasa ter-haru, dengan
tersenyum ia lantas berkata: "Semalaman kau tidak tidur,
apakah kau tidak letih kantuk?"
"Kantuk sih memang kantuk, namun aku tetap ingin ikut
kau," kata Kwe Yang.
"Baiklah," segera Nyo Ko gandeng tangan anak dara itu
dan melayang ke depan secepat terbang dengan Ginkang
yang tinggi.
Karena tarikan Nyo Ko ini, seketika tubuh Kwe Yang terasa
enteng, langkahnya tanpa mengeluarkan tenaga sedikitpun,
dengan tertawa ia ber-kata: "Apabila tanpa digandeng olehmu
dan aku sendiri sanggup berlari secepat ini, maka puaslah
aku."
"Ginkangmu sudah mempunyai dasar yang baik, kalau
berlatih terus, akhirnya kau pasti mencapai tingkatan seperti
ini," ujar Nyo Ko. Mendadak ia menengadah dan bersuit.
Kwe Yang kaget dan cepat mendekap kuping-nya, tapi Nyo
Ko tidak bersuit lagi, maka tertampaklah si rajawali raksasa itu
muncul dari balik semak-semak pohon.
"Tiau-heng, ada sesuatu urusan kita harus ke utara,
mariah engkaupun ikut," kata Nyo Ko.
Rajawali itu lantas tegak leher dan berkaok beberapa kali,
entah paham entah tidak, yang jelas dia lantas ikut berangkat
bersama Nyo Ko.
Kira-kira dua tiga li jauhnya, lari rajawali itu semakin
cepat, meski Kwe Yang mengganduI Nyo Ko masih juga tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mampu menyusul burung itu. Rupa-nya rajawali itu menjadi
tidak sabar lagi, tiba-tiba ia berhenti dan mendakkan tubuh di
depan Kwe Yang. "Tiau-heng bersedia menggendong kau"
kata Nyo Ko dengan tertawa, "Kau harus berterima kasih
padanya."
Kwe Yang tidak berani kasar lagi kepada rajawali itu, lebih
dulu ia memberi hormat, lalu mencemplak ke atas
punggungnya.
Segera rajawali itu mengayunkan langkahnya yang lebar,
seketika Kwe Yang merasa seperti di-bawa- terbang,
pepohonan di kedua samping sama melayang ke belakang,
meski belum secepat terbang kedua ekor rajawali di
rumahnya, namun sudah lebih cepat daripada kuda lari.
"Nyo Ko kelihatan mengintil di sebelah burung itu tanpa
ketinggalan sedikitpun, terkadang ia malah mengajak bicara
dan bergurau.
Senang sekali hati si nona, ia merasa pengalamannya
sekali ini jauh lebih aneh dan menggembirakan, daripada
pengalaman sebelumnya.
Menjelang lohor, sudah lebih 200 li mereka lalui, Nyo Ko
terus melintasi bukit menurut petunjuk Eng-koh, akhirnya
pandangannya terbeliak, di depan sana sebuah lembah
menghijau permai dengan aneka macam bunga mekar
mewangi, sepanjang jalan mereka menyelusuri tanah salju
melalu, sampai di sini seakan-akan memasuki suatu dunia lain,
serentak Kwe Yang bersorak gembira dan melompat turun dan
punggung rajawali sambil ber-teriak:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Wah, pintar sekali Lo wan-thong menikmati hidup,
sungguh suatu tempat ajaib yang sukar dicari. Eh, Toakoko,
coba katakan, mengapa tempat ini sedemikian indahnya?"
"Lembah ini menghadapi selatan, gunung di belakangnya
mengalingi angin dari utara, mungkin di bawah tanah banyak
tambang batu bara dan belerang atau sebangsanya, makanya
suhu tanah di sini cukup hangat, sebab itu pula suasana selalu
semarak seperti di musim semi dan bunga mekar serentak."
BegituIah sambil bicara mereka terus memasuki lembah
gunung itu. Setelah membelok lagi beberapa kali, terlihatlah di
depan sana sebuah selat diapit tebing gunung di kanan kiri, di
tengahnya tumbuh tiga pohon Siong tua menjulang tinggi
laksana malaikat penjaga pintu selat. Menyusul lantas
terdengar suara mendengung riuh ramai, banyak sekali, tawon
putih beterbangan di sekitar pohon.
Nyo Ko tahu Ciu Pek-thong pasti berada di situ, segera ia
berseru lantang: "Hai, Lo-wan-tong, adik Nyo Ko membawa
kawan cilik ingin bermain dengan kau!"
Sebenarnya tingkatan Nyo Ko selisih jauh dengan Ciu Pekthong,
menyebutnya kakek juga belum cukup, namun ia tahu
Ciu Pek-thong itu tua2 nakal, kocak dan suka bermain seperti
anak kecil, semakin blak2an dengan dia tanpa membedakan
tua dan muda, semakin senang dia.
Benar saja, baru lenyap suaranya, segera dari balik pohon
sana menongol satu orang, Sekali pandang, Nyo Ko berjingkat
kaget.
Belasan tahun yang lalu ketika Nyo Ko pertama kali kenal
Ciu Pek-thong, rambut alis Anak Tua Nakal itu sudah putih
seperti perak, sekarang wajahnya memang tidak berubah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sedikitpun tapi rambut, jenggot dan alisnya malahan berubah
menjadi sebagian putih dan sebagian hitam sehingga
tampaknya jauh lebih muda daripada dulu.
"Hahaha... adik Nyo, mengapa baru sekarang kau datang
mencari aku?" demikian Ciu Pek-thong lantas menyambut
dengan bergelak tertawa.
"Aha, kau memakai kedok segala untuk me-nakut2i siapa
sih?" - Berbareng itu sebelah tangannya terus terjulur hendak
meraih kedok tipis yang dipakai.
Cengkeraman Ciu Pek-thong itu mengarah sebelah kiri,
tapi sedikit menarik pundak kanan, kepala Nyo Ko berbalik
miring ke kiri malah dan anehnya cengkeraman Ciu Pek-thong
itupun mengenai tempat kosong.
Kelima jarinya yang terpentang itu berhenti di sisi leher
Nyo Ko, Lo-wantong tampak rada melengak, habis itu lantas
terbahak2 dan memuji: "Adik Nyo, hebat benar kepandaianmu
Mungkin sudah jauh melebihi waktu muda Lo-wan-tong
dahulu"
Rupanya dalam satu kali cengkeram dan satu kali
mengegos itu, kedua orang telah sama-sama memperlihatkan
ilmu silat mereka yang tinggi luar biasa.. sebenarnya
cengkeraman Ciu Pek-thong itu mencakup sasaran cukup luas,
jangankan Nyo Ko menghindar dengan miringkan kepala,
sekalipun melompat juga sukar menghindari cengkeramannya
itu, dalam keadaan terpaksa bisa jadi Nyo Ko menangkis
dengan keras lawan keras barulah dapat mematahkannya.
Tapi sedikit angkat pundak kanan tadi Nyo Ko lantas siap
dengan lengan bajunya, rupanya Ciu Pek-thong juga tahu
kemungkinan itu, terpaksa ia siap menangkis dan karena itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
raihan tangannya menjadi kendur sehingga Nyo Ko dapat
memiringkan kepalanya dan bebas dari cengkeraman itu.
Sudah tentu Kwe Yang tidak tahu seluk-beluk gebrakan
itu, ia merasa senang mendengar Ciu Pek-thong memuji Nyo
Ko, segera ia berkata: "Eh, Ciu-loyacu, kepandaianmu
sekarang lebih tinggi atau lebih tinggi waktu masih muda?"
"Waktu muda rambutku putih, kini rambutku hitam,
dengan sendirinya sekarang lebih hebat daripada dulu," jawab
Ciu Pek-thong.
"Tapi sekarang engkau takdapat mengalahkan Toakokoku,
dengan sendirinya dahulu lebih-lebih bukan tandingannya,"
ujar Kwe Yang.
Ciu Pek thong tidak marah, ia hanya tertawa dan
bertanya: "Hahaha, nona cilik sembarangan omong!" -
Mendadak kedua tangannya bekerja sekaligus, satu pegang
bagian kuduk dan lainnya mencengkeram punggung, tubuh
Kwe Yang terus diangkat tinggi2 dan diputar tiga kali,
dilemparkannya pelahan ke atas untuk kemudian ditangkap
kembali, lalu diturunkan pelahan ke tanah.
Kwe Yang datang bersama Nyo Ko, rajawali sakti itu tahu
si nona adalah teman Nyo Ko, ia menjadi marah melihat Lowah-
tong mempermainkan-Kwe- Yang, "Bret", mendadak
sebelah sayapnya menyabet ke arah Lo-wan-tong.
Seketika Ciu Pek-thong merasakan angin keras
menyamber tiba, ia pikir akan kucoba betapa hebat kekuatan
binatang ini. Segera ia mengerahkan tenaga, kedua tangannya
terus menghantam ke depan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Rajawali sakti itu memang makhluk luar biasa, sayapnya
yang terpentang itu ada dua-tiga meter lebarnya, maka
terdengarlah suara "blang", kedua, tenaga saling bentur, Ciu
Pek-thong tetap berdiri tak bergeming, tenaga sabetan sayap
rajawali yang dahsyat itupun menyamber lewat ke samping.
Segera rajawali itu hendak menyusuIkan serangan lain,
tapi Nyo Ko cepat membentaknya: "Jangan, Tiau-heng! Kawan
kita ini adalah orang kosen angkatan tua!"
Rajawali itu lantas mengurungkan serangannya, tapi tetap
bersikap angkuh.
"Besar juga tenaga hewan ini, pantas berani berlagak,"
ujar Ciu Pek-thong dengan tertawa
"Usia Tiau-heng ini entah sudah berapa ratus tahun, jelas
jauh lebih tua daripadamu," ujar Nyo Ko. "He, Lo-wan tong,
mengapa dari tua kau kembali muda, rambutmu yang sudah
ubanan semuanya kini malah berubah hitam."
"Habis apa mau dikata?" jawab Ciu Pek-thong dengan
tertawa. "Rambut dan jenggot ini tidak mau dipimpin, dahulu
dia lebih suka dari hitam menjadi putih, terpaksa kubiarkan,
sekarang dia ingin dari putih menjadi hitam, ya, akupun tak
berdaya dan masa bodoh."
"Tapi kelak kalau kau semakin lama makin kecil, setiap
orang yang ketemu kau suka raba-raba kepalamu dan
memanggil kau adik kecil, nah, jika begitu barulah menarik,"
ujar Kwe Yang.
Sekelika Ciu Pek-thong benar-benar rada kuatir, ia berdiri
menjublek tanpa bicara lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Padahal di dunia inii tidak mungkin terjadi orang tua
kembali muda, soalnya sifat Ciu Pek-thong itu lugu, polos,
selama hidup tidak kenal kuatir sedih.
Lwekangnya juga sangat tinggi, ditambah lagi dia suka
makan tumbuh-tumbuhan pegunungan sebangsa Ho siu-oh,
Hok-leng (bahan obat, kuat) dan madu tawon, semua itu
besar manfaatnya bagi kesehatan, sebab itulah rambut-alisnya
yang tadi nya putih malah kembali menjadi hitam.
Malahan juga sering terjadi orang tua yang sudah ompong
tumbuh gigi lagi, tulang yang sudah lapuk berubah menjadi
kuat, apalagi Ciu Pek thong memang paham cara merawat diri
sehingga umurnya sudah dekat seabad masih tetap segar dan
bersemangat
Mendengar ucapan Kwe Yang yang membuat kuatir tidak
perlu bagi Ciu Pek-tbong itu, diam-diam Nyo Ko merasa geli,
segera ia berkata: "Ciu-heng, asalkan kau mau menemui satu
orang, kujamin kau takkan berubah menjadi kecil."
"Menemui siapa?" tanya Ciu Pek-thong "Jika kusebut nama
orang ini, jangan kau terus pergi begitu saja," kata Nyo Ko.
Bahwa watak Ciu Pek-thong hanya lugu saja, tapi sekalisekali
bukan orang bodoh, Kalau tidak masakah dia mampu
meyakinkan ilmu silat setinggi ini. Maka diam-diam telah dapat
menangkap maksud kedatangan Nyo Ko, segera ia menjawab:
"Di dunia ini ada dua orang-yang takdapat kutemui,
seorang ialah Toan hongya dan yang lain ialah bekas selirnya,
Eng-koh. Kecuali mereka berdua, siapapun aku mau
menemuinya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Diam-diam Nyo Ko pikir harus menggunakan akal
pancingan, segera ia berkata pula: "Ah, kutahu, tentu kau
pernah dikalahkan mereka, ilmu silatmu lebih rendah daripada
mereka, makanya kau kapok dan takut bertemu dengan
mereka."
"Tidak, tidak," sahut Lo-wan tong sambil meng-ge!eng2.
"Soalnya perbuatanku terlalu kotor dan rendah, aku merasa
bersalah kepada mereka, maka malu untuk bertemu dengan
mereka,"
Nyo Ko melengak, sama sekali tak terduga olehnya bahwa
begitulah sebabnya Cui Pek-thong tak berani bertemu dengan
Eng-koh. Tapi dia dapat berpikir cepat, segera ia
menambahkan "Kalau kedua orang itu terancam bahaya dan
jiwa mereka sudah dekat ajalnya, apakah kaupun tidak sudi
memberi pertolongan?"
Melenggong juga Ciu Pek-thong, dalam hati ia sangat
menyesal dan merasa berdosa terhadap It-teng dan Eng-koh,
kalau kedua orang itu ada kesukaran, biarpun mengorbankan
jiwa sendiri juga dia akan menolong mereka tanpa ragu
sedikitpun.
Tapi sekilas ia melihat Kwe Yang tersenyum simpul, sama
sekali tiada rasa cemas dan kuatir, segera ia menjawab
dengan tertawa: "Aha, kau ingin menipuka ya? Kepandaian
Toan-hongya maha sakti, mana mungkin dia terancam
bahaya? Andaikan benar dia menemukan lawan maha lihay,
kalau dia tidak sanggup menandingi ya, maka akupun tidak
mampu."
"Terus terang kukatakan, sesungguhnya Eng-koh sangat
rindu padamu, betapapun kau diminta ke sana menemuinya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seketika air muka Ciu Pek-thong berubah sambil menggoyang-
goyang kedua tangannya, katanya: "Adik Nyo, jika kau
mengungkat urusan ini sepatah kata lagi, segera kusilakan kau
keluar dari Pek-hoa-kok ini dan jangan menyalahkan aku jika
aku tidak kenal sahabat lagi."
Setelah mengalami gemblengan selama belasan tahun,
sifat latah Nyo Ko sudah lenyap, tapi semangat jantannya
tidak menjadi berkurang, sekali bajunya mengebas, segera ia
menjawab: "Ciu-Ioheng seumpama kau ingin mengusirku
pergi dari sini, kukira juga tidak begitu mudah."
"Hehe, memangnya kau ingin berkelahi dengan aku?" kata
Lo-wan-tong dengan tertawa.
"Boleh juga jika kau ingin berkelahi," jawab Nyo Ko. "Kalau
aku kalah, segera kupergi dari sini dan takkan menginjak
tempatmu lagi, tapi kalau kau kalah, kau harus ikut aku pergi
menemui Eng-koh."
"Tidak, tidak, salah!" seru Ciu Pek-thong. "Pertama, mana
bisa kukalah daripada anak muda seperti kau ini. Kedua,
seumpama aku kalah juga aku takkan menemui Lau-kui-hui
(Lau, she Eng-koh)"
Nyo Ko menjadi marah, katanya: "Jika kau menang adalah
hakmu untuk tidak menemui dia, tapi kalau kau kalah juga
tetap tidak mau, lalu apa taruhan kita?"
"Sekali aku bilang tidak mau menemui dia-ya tetap tidak
mau, tidak perlu banyak omong lagi, hayolah mulai!" seru Ciu
Pek-thong sambil menyingsing lengan baju dan gosok-gosok
kepalan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko pikir Lo-wan-tong ini sukar dipancing dan ditipu,
terpaksa harus memakai kekerasan. Kalau benar-benar harus
bergebrak rasanya juga tidak yakin pasti akan menang, tiada
jalan lain, terpaksa harus melihat gelagat saja nanti.
Watak Ciu Pek-thong memang keranjingan ilmu silat,
meski tinggal terpencil di Pek-hoa-kok masin tetap berlatih
setiap hari, tapi kepandaiannya sudah maha tinggi, dengan
sendirinya sukar mencari pamer berlatih.
Kini melihat Nyo Ko mau bertanding dengan dirinya, tentu
saja ia menjadi gatal tangan dan ingin coba-coba selekasnya,
ia pikir kalau tertunda Iama2, jangan nanti Nyo Ko mencari
alasan dan membatalkan niatnya, kan hilanglah kesempatan
baik ini? Karena itu, segera ia mendahului membentak,
menjotos ke depan, yang dimainkan adalah 72 jurus "Khongbeng-
kun-hoat", ilmu pukulan sakti.
Cepat Nyo Ko angkat tangan kiri dan balas menghantam
satu kali, mendadak ia merasa tenaga pukulan orang seperti
ada juga seperti tidak ada, kalau dirinya menghantam benarbenar
terasa per cuma, sebaliknya kalau tidak jadi diterusnya,
rasanya juga berbahaya. Diam-diam ia terkejut dan menyadari
benar-benar ketemu tandingan berat yang belum pernah
ditemukannya.
Segera ia memainkan ilmu pukulan yang dilatihnya secara
giat selama belasan tahun di bawah damparan ombak
samudera itu, ia balas menyerang dengan dahsyat.
Terdengar suara gemuruh, tiga kali ia melancarkan
pukulan keras hingga pepohonan di sekitarnya sama tergetar,
seketika terjadilah hujan kelopak bunga beraneka warna,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Semula Nyo Ko rada kuatir kalau usia Ciu Pek-thong sudah
lanjut dan tidak tahan tenaga pukulannya yang semakin
dahsyat ini, maka setiap pukulannya selalu ditahan sedikit,
tapi setelah beberapa kali bergebrak dan melihat tenaga dan
ilmu pukulan lawan bahkan di atasnya, kalau dirinya meleng
sedikit saja mungkin malah bisa dirobohkan oleh si Anak Tua
Nakal, maka iapun tidak sungkan-sungkan lagi dan
melayaninya dengan sepenuh tenaga.
Ciu Pek-thong menjadi semakin bersemangat, teriaknya:
"Kepandaian hebat, ilmu pukulan lihay! Wah, perkelahian ini
benar-benar menarik dan memuaskan!"
Lingkaran yang dicapai tenaga pukulan mereka semakin
meluas, selangkah demi selangkah Kwe Yang terpaksa
mundur terus, sedangkan si rajawali tetap berdiri di
tempatnya dengan sayap setengah terpentang dan siap
membela Nyo Ko bila perlu, rupanya burung itupun tahu lawan
yang dihadapi Nyo Ko sekarang teramat lihay.
Melihat ilmu pukulan yang dilatihnya selama berpuluh
tahun itu tidak dapat mengalahkan Nyo Ko, diam-diam Ciu
Pek-thong memuji kehebatan Iawannya, Mendadak ia ganti
siasat, kini tangan kiri mengepal dan tangan kanan pakai
telapak tangan, kedua tangan menyerang dengan cara yang
berbeda, inilah ilmu silat ciptaan Ciu Pek-thong-sendiri yang
pernah diajarkan kepada Kwe Cing dan Siao-liong-li itu, yakni
dua tangan menyerang dengan cara yang berbeda,
Dengan demikian-seorang Lo-wan-tong seperti berubah
menjadi dua orang, ia menggempur Nyo Ko dari kiri-kanan.
Dengan melulu sebelah tangannya melawan serangan Ciu
Pek-tbong yang hebat tadi memangnya Nyo Ko merasa tak
dapat menang, apalagi sekarang satu harus lawan dua
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
serangan berlainan, tentu saja ia tambah kewalahan. Diamdiam
ia terkejut dan terpaksa lengan baju yang kosong itupun
digunakan menyambut sebagian serangan orang tua itu.
Meski Kwe Yang tidak dapat memahami di mana letak
kehebatan tipu serangan kedua orang itu, tapi dari sama kuat
berubah menjadi Nyo Ko yang terdesak, betapapun ia dapat
melihat keadilan itu, tentu saja ia terkejut dan heran pula,
tiba-tiba teringat olehnya waktu ayahnya mengajarnya pernah
menggunakan kedua tangan melayani dirinya dan adik
lelakinya sekaligus dengan gerakan yang berbeda, tampaknya
apa yang dimainkan Ciu Pek-thong sekarang adalah
kepandaian yang sama seperti ayahnya itu.
Sudah tentu Kwe Yang tidak tahu bahwa ilmu silat aneh ini
justeru Ciu Pek-thong yang mengajarkan kepada Kwe Cing,
dia malah menyangka mungkin si anak Tua ini telah mencuri
belajar kepandaian khas sang ayah. Karena itulah ia lantas
berteriak-teriak: "He, berhenti, berhenti! Tidak adil, tidak adil,
Lo-wan tong! Toakoko, jangan mau lagi bertanding dengan
dia!"
Ciu Pek thong melengak sambil melompat mundur,
bentaknya: "Tidak adil bagai mana?"
"Seranganmu yang aneh ini tentu kau curi dari ayahku,
sekarang kau gunakan berkelahi dengan toakokoku, huh, apa
kau tidak malu?" omel Kwe Yang.
Berulang-ulang mendengar Kwe Yang menyebut Nyo Ko
sebagai "toakoko", Ciu Pek-thong menyangka anak dara itu
benar-benar adik perempuan Nyo Ko, tapi seketika ia tidak
ingat siapakah ayah Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ah, nona cilik sembarangan omong," katanya kemudian
dengan tertawa, "ilmu aneh ini adalah hasil-renunganku di
dalam gua dahulu, masakah kau tuduh kucari belajar dari
ayahmu?"
"Baiklah, seumpama kau tidak mencuri belajar, kau
mempunyai dua tangan, sedangkan Toakokoku lanya sebelah
tangan, perkelahian sudah berlangsung sekian lama, apalagi
yang dipertandingkan? Coba kalau Toakoko juga punya dua
tangan, tentu sejak tadi sudah kalah."
Ciu Pek-thong melengak, katanya kemudian: "Ya,
beralasan juga ucapanmu, tapi biarpun dia mempunyai dua
tangan juga tak dapat sekaligus memainkan dua macam ilmu
silat." Habis berkata ia lantas bergelak tertawa.
"Huh jelas kau tahu lengan Toakokoku takkan tumbuh lagi,
makanya kau bicara seenaknya, jika kau benar-benar laki-laki
sejati dan pahlawan tulen, cara bertanding ini harus dilakukan
dengan adil. dengan demikian barulah dapat dibedakan benarbenar
siapa yang lebih unggul atau asor."
"Baik jika begitu ke dua tanganku akan memainkan
semacam ilmu pukulan saja," kata Ciu Pek-thong.
"Hehe, masakah ada cara begitu? Kau benar-benar tidak
tahu malu," ejek Kwe Yang.
Ciu Pek-thong menjadi kurang senang, omeInya: "Habis
apakah aku harus meniru dia dan membiarkan sebelah
lenganku dikutungi perempuan,"
Kwe Yang melengak dan memandang sekejap ke arah Nyo
Ko, pikimya: "Kiranya sungguh kejam dia!" Segera ia
menjawab: "Tidak pertu lenganmu dibikin buntung, cukup
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
asalkan sebelah tanganmu diikat pada pinggangmu, kalian
bertanding lagi sama-sama satu tangan, kan jadi adil bukan?"
Karena merasa cara bertanding yang diusulkan Kwe Yang
ini, cukup menarik, pula yakin kepandaian sendiri cukup
dikuasai dengan satu tangan maka tanpa tawar menawar lagi
segera ia menyelipkan lengan kanan ke ikat pinggang, lalu
berkata pada Nyo Ko: "Baiklah, kita mulai lagi, supaya kau
kalah tanpa menyesal."
Nyo Ko diam-diam saja selama Kwe Yang bicara dengan
Ciu Pek-thong, dia tidak pantang orang menyebut lengannya
buntung, tapi ia percaya pada dirinya sendiri dan merasa tidak
lebih lemah daripada orang yang bertangan lengkap, maka
demi nampak Ciu Pek-thong mengikat tangan sendiri untuk
menghadapinya, jelas ini sikap meremehkan dirinya, segera ia
berkata dengan tegas!
"Lo-wan-tong, caramu ini bukankah memandang rendah
pada diriku? Kalau dengan lengan tunggal aku tidak mampu
menandingi kau, biarlah nanti aku... aku..." menuruti
wataknya ia hendak mengatakan "aku membunuh diri di Pekhoa-
kok ini", tapi mendadak ia ingat janjinya bertemu dengan
Siao--liong-li sudah dekat waktunya, mana boleh diri-nya
berpikiran pendek begini, maka ia tidak meneruskan
ucapannya itu.
Kwe Yang sangat menyesal, maksudnya ingin membela
Nyo Ko, tak tahunya malah menimbulkan suasana yang tidak
mengenakkan ini, Cepat ia mendekati Nyo Ko dan berkata:
"Toakoko, akulah yang salah..." lalu ia mendekati Ciu Pekthong
dan menarik tangannya yang terselip di ikat pinggang
itu bahkan tali pinggangnya di betotnya hingga putus, lalu
katanya: "Meski dengan satu tangan saja pasti toakokoku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dapat menandingi kedua tanganmu, kalau tidak percaya boleh
kau mencobanya."
Tanpa menunggu Ciu Pek-thong bicara lagi, sedikit
melangkah ke samping, segera Nyo Ko mendahului
menghantam.
Cepat Ciu Pek-tong membalas dengan tangan kiri, Meski
tangan kanannya tak terikat lagi, tapi ia pikir takkan melayani
Nyo Ko dengan dua tangan, maka tangan kanan tetap
dijulurkan ke bawah tanpa digunakan. Walaupun begitu,
karena tipu serangannya tetap lihay, maka Nyo Ko masih juga
kewalahan.
Diam-diam Nyo Ko penasaran, masakah dirinya yang lebih
muda tak dapat mengalahkan seorang kakek yang usianya
sudah dekat seabad, lalu kepandaian yang terlatih selama
belasan tahun ini dikemanakan perginya?
Ia merasakan daya pukulan Ciu Pek-thong ini semakin
keras dan kuat, sama sekali berbeda dengan "Khong-beng
kun-hoat" yang mengutamakan lunak tadi. Tiba-tiba
pikirannya tergerak, teringat olehnya "Kiu im cin-keng yang
pernah dibacanya di dinding kuburan kuno di Cong-Iam-san
dahulu itu, rasanya gerak serangan Cui Pek-thong sekarang ini
adalah sebagian daripada ilmu silat yang tercantum dalam
kitab pusaka yang terukir itu, kalau tidak salah ia ingat
namanya Hok-mo-kun-hoat (ilmu pukulan penakluk iblis).
Mendadak Nyo Ko membentak: "Apa artinya Hok mo kun
hoatmu ini? Silakan kau menggunakan kedua tanganmu dan
sambut aku punya Im -jian-soh-hun-kun" ini!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ciu Pek-thong melengak karena nama ilmu pukulannya
sendiri dengan tepat dapat disebut oleh Nyo Ko, ia tambah
melongo demi mendengar lawan hendak memainkan "lm-jiansoh-
hun-kun" (ilmu pukulan pengikat sukma) segala.
Sejak kecil Ciu Pek-thong sudah "gila silat" ilmu silat dari
golongan dan aliran manapun sudah hampir seluruhnya
diketahuinya, tapi nama "lm jan-soh-hun-kun"" baru pertama
kali ini didengarnya, Dilihatnya lengan tunggal Nyo Ke
terpanggul di punggung, matanya memandang jauh,
langkahnya mengambang dan bagian dada tidak terjaga,
gayanya itu sangat berlawanan dengan teori ilmu silat
manapun juga.
Segera Ciu Pek-thong melangkah maju satu tindak, tangan
kiri berlagak siap menyergap, maksudnya ingin memancing
reaksi lawan. Tapi Nyo Ko seperti tidak tabu saja dan tidak
menggubrisnya.
"Awas!" seru Ciu Pek-thong terus menghantam ke perut
Nyo Ko, ia kuatir melukai lawan, maka pukulan ini hanya
memakai tiga bagian tenaga saja.
Tak terduga baru saja kepalan hampir mengenai tubuh
Nyo Ko, mendadak terasa perutnya seperti bergetar, dada
mendekuk terus mental keluar lagi. Karuan Ciu Pek-thong
terkejut dan cepat melompat mundur, kalau orang
mendekukkan perut untuk menghindari serangan adalah
kejadian biasa, tapi menggunakan kulit daging dada untuk
menyerang musuh, sungguh belum pernah terlihat dan
terdengar.
Tentu saja Ciu Pek-thong ingin tahu, segera ia
membentak: "Ilmu silat apa ini namanya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"lnilah jurus ke-13 dari Im-jian-soh-hun-ciang, namanya
"Sim-keng-bak-tiau" (hati kaget daging kedutan)!"
Ciu Pek-thong menggumam mengulangi nama jurus itu:
"Sim-keng bak-tiau? Tak pernah dengar? tak pernah dengar!"
"Sudah tentu kau tidak pernah dengar," ujar Nyo Ko,
"soalnya Im-jian-soh-hun-ciang adalah 17 jurus ilmu pukulan
ciptaanku sendiri."
Kiranya sejak di tinggal menghilang oleh Siao-liong-li,
kemudian Nyo Ko bersama si rajawali sakti menggembleng diri
di bawah darnparan ombak samudera yang dahsyat, beberapa
tahun kemudian, kecuali Lwekangnya bertambah kuat rasanya
tiada apa-2 lagi yang dapat dilatihnya, tapi rindunya kepada
SiaoliongIi tak pernah pudar, bahkan semakin hari semakin
menjadi sehingga tambah kurus dan kehilangan gairah hidup.
Suatu hari dia gerak badan bebas di tepi pantai, saking
isengnya ia ayun tangan dan gerakkan kaki untuk melemaskan
otot, mungkin tenaga dalamnya sudah mencapai tingkatan
yang sempurna sehingga sekali hantam saja ia telah
menghancurkan tempurung punggung seekor penyu raksasa,
Dari sinilah ia mulai merenung dan akhirnya menciptakan Imjian-
soh-hun-ciang-hoat yang meliputi 17 jurus dan
mengutamakan tenaga dalam yang kuat.
Bahwa Nyo Ko dapat berdiri dan menciptakan ilmu silat
baru tidaklah perlu diherankan. SeIama hidupnya telah
mendapat ajaran mahaguru ilmu silat berbagai aliran, seperti
ilmu silat Coan cinkau Giok-li-sim-keng dari Ko-bong-pay
sendiri serta Kiu-im-cin-keng yang sudah diapalkannya di luar
kepala itu, dari Auyang Hong diperoleh ajaran Ha-mo-kang,
ilmu weduk katak, Ang Jit-kong juga mengajarkan Pah-kaupang
hoat, Ui Yok-su menurunkan Giok-siau-kiam-boat dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sian-ci-sin thong, kecuali It-yang-ci dari It-teng Taysu, hampir
seluruh ilmu silat paling disegani di dunia ini telah dipelajari,
maka tidaklah sulit baginya untuk meleburnya lalu
menciptakan yang baru.
Hanya saja lengannya buntung sebelah, sebab itulah dia
tidak mengutamakan tipu serangan melainkan terletak pada
tenaganya, bahkan sengaja dimainkan secara berlawan
daripada teori ilmu silat umumnya.
Ilmu pukulannya itu diberi nama "Im-jiansoh-im-ciang"
dan selama ini belum pernah digunakan, baru sekarang dia
keluarkan setelah bertemu dengan lawan maha tangguh
seperti Ciu Pek-thong yang keranjingan ilmu silat ini.
Karuan Anak Tua Nakal ini sangat senang demi
mendengar si Nyo Ko berhasil menciptakan ilmu pukulan
sendiri, segera ia berseru gembira: "Aha, kebetulan, aku ingin
belajar kenal dengan ilmu ciptaanmu itu," Habis berkata
segera ia melangkah maju dan menyerang pula, yang
digunakan tetap tangan kiri saja.
Nyo Ko juga tetap anggap tidak tahu saja, "brek", ia
memukul ke atas, tapi tenaga pukulannya itu dapat menyebar
ke bawah dalam lingkup yang cukup luas. Ciu Pek-thong
merasa sukar untuk menghindar segera ia angkat tangan
menangkis, "Plak", kedua tangan saling bentur, tanpa terasa
Ciu Pek-thong tergeliat oleh getaran itu.
Kalau orang lain pasti sudah sesak napas dan roboh binasa
oleh tenaga pukulan Nyo Ko yang dahsyat itu, tapi cepat Lowan-
tong dapat mengatur pernapasannya, lalu bersorak
memuji. "Bagus ! Apakah namanya jurus ini?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Namanya "Ki-jin-yu-thian" (si tolol menguatirkan
runtuhnya langit )! " jawab Nyo Ko. "Dan awas, jurus
berikutnya adalah " Bu-tiong-seng-yu" i tidak ada tapi mengada2
)!"
Ciu Pek-thong melengak sambil mengulang nama jurus itu,
segera ia mengikik geii, "Butiong-seng-yu", nama ini sungguh
aneh dan jenaka, bisa saja bocah ini memberi nama jurus
serangan ini,demikian pikirnya.
Segera ia meng-gosok-gosok kepalan dan menubruk maju
lagi, Dilihatnya tangan Nyo Ko melambai ke bawah, sedikitpun
tidak pasang kuda-kuda dan siap ber-tempur, tapi begitu
serangan Ciu Pek-thong dilontarkan mendadak kaki dan
tangan Nyo Ko bergerak serentak, telapak tangan kiri, lengan
baju kanan, kedua kakinya dan juga gerak kepalanya, bahkan
punggung dan perut, hampir semua tempat di sekujur
badannya dapat digunakan untuk melukai musuh.
Meski sebelumnya Ciu Pek-thong sudah menduga
lawannya pasti mempunyai jurus simpanan yang hebat, tapi
tidak menduga bahwa sekujur badan lawan dapat dikerahkan
untuk menyerang hanya sekejap saja belasan macam gaya
serangan dilontarkan sekaligus.
Keruan Ciu Pek-thong kerepotan juga menghadapi
serangan aneh itu, tangan kirinya yang tidak digunakan mautak-
mau terpaksa diangkat untuk menangkis dan dengan
sepenuh tenaga barulah serangan Nyo Ko dapat di patahkan.
"He, Ciu-loyacu, tampaknya dua tangan tidak cukup
bagimu, paling baik kalau kau mempunyai satu tangan lagi!"
seru Kwe Yang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sama sekali Ciu Pek-thong tidak marah, ia hanya
mengomel: "Brengsek! Memangnya kau kira namaku si tangan
tiga?"
Diam-diam Nyo Ko juga kagum terhadap kelihayan Ciu
Pek-thong yang dapat mematahkan setiap serangannya
dengan baik, segera ia berseru pula: "Awas, jurus selanjutnya
bernama "Do-ni-taysui (basah kuyup dan berlumpur)!"
Ciu Pek-thong dan Kwe Yang sama tertawa dan bersorak:
"Haha, nama bagus!"
"Jangan memuji dulu, rasakan saja serangan ini!" seru Nyo
Ko, lengan baju kanan terus bergerak enteng, sedangkan
telapak tangan kiri lantas menyodok ke depan dengan kuat.
Tentu saja Ciu Pek-thong tidak berani ayal, segera iapun
mengeluarkan Hok-mo-kunhoat dengan tangan kanan dan
tangan kiri menggunakan Khong-beng-kun yang enteng,
jadinya keras lawan keras dan enteng lawan enteng, kedua
orang sama-sama membentak sekali, lalu sama-sama mundur
pula beberapa tindak.
Setelah mengadu pukulan lagi, kedua orang sama-sama
mengagumi pihak lawan, diam-diam Nyo Ko merasa tidak
mudah untuk mengalahkan si Tua Nakal ini, kalau mesti
mengadu tenaga dalara, bukan mustahil akibatnya akan mati
konyol bersama seperti halnya Ang Jit-kong dan Auyang Hong
dahulu, kiranya juga tidak perlu sampai berakhir demikian.
Maka ia lantas menghentikan serangannya, dengan sikap
rendah hati ia memberi hormat dao berkata: "Ciu-locianpwe,
sungguh aku sangat kagum padamu dan terima mengaku
kalah." Lalu ia berpaling dan berkata kepada Kwe Yang: "Adik
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
cilik, Ciu-locianpwe jelas tidak terima undangan kita, marilah
kita pergi saja."
"Nanti dulu!"" tiba-tiba Ciu Pek-thong mencegah malah.
"Kau bilang linu pukulanmu ini meliputi 17 jurus, sedangkan
kau baru mengeluarkan empat jurus, itu berarti masih ada 13
jurus yang belum kau mainkan, Mengapa sekarang kau mau
pergi begini saja?"
"Selamanya kita tidak bermusuhan dan dendam apapun
juga, buat apa kita mengadu jiwa? Biarlah Wanpvve mengaku
kalah saja," kata Nyo Ko.
"Tidak, tidak bisa," seru Ciu Pek thong sambil goyanggoyang
kedua tangannya. "Kau belum kalah, akupun tidak
menang. Jika kau ingin keluar Pek-hoa-kok ini. kau harus
memainkan ke-17 jurus ilmu pukulanmu secara lengkap."
Rupanya Ciu Pek-thong menjadi sangat terpikat oleh
nama-nama jurus serangan seperti "Sim-keng-bak-tiau", Ki jinyu-
thian", "Bu-tiong seng yu" dan "Do-ni tay-sui" segala, ia
merasa namanya menarik dan permainannya juga aneh,
biarpun orang biasa juga ingin tahu permainan selengkapnya,
apalagi dasar pembawaan si Tua Nakal ini memang "gila silat",
tentu saja ia lebih-lebih ingin tahu ilmu pukulan ciptaan Nyo
Ko itu.
Tapi Nyo Ko sudah mempunyai perhitungan sendiri, ia
sengaja jual mahal, jawabnya: "Hah, sungguh aneh, Engkau
menolak undanganku, terpaksa kupergi saja dan habis
perkara. Memangnya orang mengundang tamu malah hendak
ditahan di sini?"..
Dengan sikap memelas Ciu Pek-thong berbalik memohon:
"O, adik yang baik, betapapun sukar kubayangkan ke-13 jurus
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ilmu pukulanmu itu. Kumohon belas kasihanmu, sudilah kau
menguraikan namanya padaku, sebagai imbalannya,
kepandaian apa yang kau inginkan, tentu kuajarkan
kepadamu"
Hati Nyo Ko tergerak, segera ia berkata: "Ku-kira tidak
sulit jika kau ingin tahu lengkap ilmu pukulanku ini, Akupun
tidak ingin minta belajar kepandaianmu sebagai imbalan cukup
asalkan kau berjanji ikut pergi menemui Eng-koh."
"Biarpun kau potong kepalaku juga aku tidak mau
menemuinya," jawab Ciu Pek-thong dengan serba susah.
"Jika begitu, kumohon diri saja," segera Nyi Ko hendak
melangkah pergi pula.
Namun Ciu Pek-thong terus melompat maju mencegatnya,
tangan bergerak, segera ia menghantar sambil berkata: "Adik
yang baik, coba mainkan lagi jurus seranganmu selanjutnya!"
Nyo Ko menangkis serangan Lo-wan-tong itu, tapi yang
digunakan adalah ilmu pukulan Coan-cin-pay. Beberapa kali
Ciu Pek-thong menyerang pula dengan pukulan lain, namun
Nyo Ko tetap dengan ilmu silat Coan-cin-pay dan apa yang
per:nah dipelajari dari Kiu-im-cin-keng, dengan demikian
serangan Ciu Pek-thong selalu gagal mencapai sasarannya.
Untuk mengalahkan Ciu Pek-thong memang juga tidak
mudah bagi Nyo Ko, tapi kalau cuma mempertahankan diri
saja, betapa Anak Tua itupun takbisa berbuat apa?, Nyo Ko
tidak ambil pusing orang menyerangnya dengan cara-cara
memancing, ia justeru tidak memperlihatkan lagi jurus
serangan baru dari Im-jian-soh-hun-ciang, hanya terkadang ia
mengulangngi keempat jurus yang telah diperlihatkannya tadi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan hal ini tentu saja semakin mengitik-ngitik rasa ingin tahu
si Anak Tua Nakal.
Sampai lama sekali Ciu Pek thong tetap tak berdaya
memaksa Nyo Ko memenuhi harapannya betapapun usianya
sudah lanjut, tenaga terbatas, lama2 iapun merasa lelah, ia
tahu sukar lagi memancing dan memaksanya, mendadak ia
melompat mundur dan berseru: "Sudahlah, sudahlah! Biarlah
aku menyembah delapan kali padamu dan memanggil guru
padamu, dengan begitu sukalah kau mengajari aku?"
Diam-diam Nyo Ko merasa geli bahwa di dunia ini ada
orang yang "gila silat" sedemikian rupa, cepat ia
menjawab:"Ah, mana berani kuterima. Biar-lah "kuberitahu
saja nama ke-13 jurus sisanya dari Im jian-soh-hun ciang itu."
Seketika Ciu Pek-thong berjingkrak kegirangan serunya;
"Aha, sungguh adik yang baik!"
Tapi Kwe Yang lantas menyela: "Nanti dulu dia kan tidak
mau ikut kita ke sana, maka jangan kau mengajarkan dia."
Namun Nyo Ko justeru sengaja hendak membikin si Anak
Tua itu kepingin tahu, jika sudah tahu nama jurusnya, tentu
akan semakin tertarik. Maka dengan tersenyum ia menjawab:
"Kukira cuma mengetahui namanya saja tidaklah menjadi
soal."
"Ya, hanya nama jurusnya saja, kan tidak soal?" cepat Ciu
Pek-thong menukas.
Nyo Ko lantas duduk di bawah pohon, lalu berkata:
"Dengarkan yang betul, ,Ciu-heng, sisa ke 13 jurus itu disebut:
Bok-beng-ki-miau (bingung tidak paham), Yak-yu-soh-sit
(seperti kehilangan sesuatu), To-heng-gik-si (tindak terbalik
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan berbuat berlawanan), Keh-hoa-soh-yang (menggaruk
gatal dari balik sepatu), Lik-put-ciong-sim (keinginan besar
tenaga kurang), Bin-bu-jin-sik (muka pucat tanpa pcrasaan)"
Begitulah Kwe Yang sampai terpingkal-pingkal geli
mendengar nama-nama yang aneh itu, sebaliknya Ciu Pekthong
mengikuti dengan penuh perhatian sambil menggumam
dan mengulang nama-nama jurus itu.
Ciu Pek-thong menjadi seperti orang linglung saking
kesemsemnya pada nama ke-13 jurus itu, sampai lama sekali
ia merenung, lalu berkata: "Coba, jurus "Bin-bu-jin-sik" itu
cara bagaimana menggunakannya menghadapi musuh?"
"Jurus ini memang banyak perubahannya," tutur Nyo Ko.
"Jurus ini intinya terletak pada milik muka yang berubah-ubah,
sebentar gembira, lain saat gusar, mendadak sedih. tiba-tiba
girang pula sehingga membuat perasaan musuh juga tidak
tenteram dan teratasi, akibatnya kalau kita gembira musuh
ikut gembira, kita sedih musuh juga sedih, dalam keadaan
demikian musuhpun tunduk sama sekali di bawah perintah
kita, inilah caranya mengalahkan musuh tanpa tenaga dan
tanpa suara, lebih tinggi setingkat daripada cara mengatasi
musuh dengan suara suitan dan lain sebagainya."
"Ah, agaknya jurus itu perubahan dari "Liap-sim-tay-hoat"
ilmu pengaruhi pikiran, sejenis ilmu hipnotis) yang terdapat
dalam Kiu-im-cin-keng."
"Benar," jawab Nyo Ko.
"Lantas bagaimana dengan jurus "To-heng-gik-si"?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendadak Nyo Ko menjungkir dengan kepala di bawah
dan kaki di atas, lalu tubuhnya berputaran tangan
menghantam, katanya: "lnilah Co-heng giksi yang juga banyak
gerak perubahannya. ilmu ini bersumber dari ilmu silat Se- tok
Auyang Hong tentunya"
Ciu Pek-thong mengangguk, "Betul" kata Nyo Ko setelah
berbangkit kembali, semua ilmu pukulan ini masih banyak
corak perobahannya, seringkali saling bertentangan dan sukar
dijelaskan."
Ciu Pek-thong tetap tidak paham, tapi ia tidak berani tanya
lagi, ia tahu biar pun ditanyai juga Nyo Ko takkan
menerangkan.
Melihat Anak Toa Nakal itu garuk-garuk kepala dan
tampaknya kelabakan ingin tahu, diam-diam Kwe Yang merasa
kasihan, ia mendekatinya dan berbisik padanya: "Ciu-loyacu,
sebenarnya apa sebabnya engkau tidak mau menemui Eng
koh? Eh, bagaimana kalau kita mencari suatu akal untuk
memohon Toakoko mengajarkan kepandaiannya ini padamu?"
Cin Pek-thong menghela napas, katanya "Tentang Eng
koh, memang akulah yang bersalah karena perbuatanku
waktu masih muda, kalau kuceritakan rasanya tidak enak."
"Tidak apa-apa" ujar Kwe Yang. "Kalau sudah kau
ceritakan tentu terasa lebih enak daripada selalu disimpan di
dalam hati. Umpamanya aku juga pernah berbuat salah, tapi
kalau ditanya ayah dan ibu, tentu aku bicara terus terang dan
selesailah persoalannya kalau sudah diomeli ayah-ibu. Kalau
tidak misalnya kita berdusta atas perbuatan sendiri, tentu
rasanya tidak tenteram."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Melihat wajah si nona yang kekanak-anakan itu, Ciu Pekthong
memandang sekejap pula pada Nyo Ko, lalu berkata:
"Baiklah, akan kuceritakan perbuatanku yang tidak senonoh di
waktu muda itu, tapi jangan kau tertawakan diriku."
"Tidak, tak ada yang akan menertawai kau, anggaplah kau
sedang berkisah mengenai diri orang lain, Nanti akupun akan
bercerita kesalahan yang pernah kulakukan," habis berkata
Kwe Yang lantas geser lebih mendekati si Tua Nakal dengan
sikap yang akrab sekali.
"Kau juga pernah berbuat salah?" Pek-thong memandangi
wajah yang halus dan cantik itu.
"Tentu saja, memangnya kau kira aku tak dapat berbuat
salah?" ,
"Baiklah, coba kau ceritakan dulu sesuatu perbuatanmu
itu."
"Hah, tidak cuma sekali saja, bahkan beberapa kali pernah
ku berbuat salah," tutur Kwe Yang. "Misalnya pernah satu kali
seorang perajurit penjaga benteng tertidur dalam tugasnya,
ayah memerintahkan meringkus perajurit itu dan akan kami
penggal kepala, aku merasa kasihan padanya dan tengah
malam kubebaskan perajurit itu, Tentu saja ayah sangat
marah, tapi aku mengaku terus terang dan dipukul ayah, tapi
lantas habis perkara, dan masih banyak lagi kejadian lainnya"
Ciu Pek-thong menghela napas, katanya. "Permasalahan
itu belum apa-apa kalau dibandingkan perbuatanku ini-" - Lalu
berceritalah dia hubungannya dengan Lao-kuihui alias Eng-koh
sehingga mengakibatkan kemarahan Toan-Ongya dan
meninggalkan tahtanya untuk menjadi Hwesio, sebab itulah ia
merasa malu untuk bertemu muka dengan kedua orang itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang mendengarkan cerita itu dengan asyiknya,
sampai Ciu Pek-thong habis berkisah dan wajahnya tampak
merasa malu, lalu Kwe Yang bertanya. "Selain Lau-kuihui itu,
Toan-hongya masih mempunyai beberapa orang selir lagi?"
"Kerajaan Tayli tidak besar, dengan sendirinya tidak
mempunyai ratusan atau ribuan selir seperti raja Song kita,
tapi puluhan selir kukira pasti ada," jawab Ciu Pek-thong.
"Nah, kalau dia mempunyai berpuluh orang selir,
sedangkan kau seorang isteri saja tidak punya, sebagai
sahabat sepantasnya dia hadiahkan lau kuihui padamu kan?"
ujar Kwe Yang.
Nyo Ko mengangguk tanda setuju atas ucapan Kwe Yang
itu, diam-diam ia pikir jalan pikiran si nona yang tidak suka
terikat oleh adat kebiasaan umum itu sangat cocok dengan
seleranya.
Ciu Pek-thong lantas menjawab "Waktu itu Toan-hongya
juga berucap begitu, tapi Lau-kuihui adalah selir
kesayangannya, untuk ini dia sampai meninggalkan tahta dan
rela menjadi Hwesio, suatu tanda perbuatanku itu
sesungguhnya sangat berdosa padanya."
"Keliru kau" mendadak Nyo Ko menyela. "sebabnya Toan-
Ongya menjadi Hwesio adalah karena dia merasa bersalah
padamu dan bukan kau yang bersalah padanya, masakah kau
belum tahu persoalan ini?"
"Aneh, dia berbuat salah apa padaku?" tanya Ciu Pekthong
terheran-heran.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Soalnya ada orang mencelakai anakmu dan dia sengaja
tidak mau menolongnya sehingga bocah itu akhirnya
meninggal" tutur Nyo Ko.
Selama berpuluh tahun ini Ciu Pek-thong tidak tahu bahwa
hubungan gelapnya dengan Eng koh telah menghasilkan
seorang anak laki-laki, maka ia tambah heran mendengar
ucapan Nyo Ko, cepat ia menegas: "Anakku apa maksudmu"
"Akupun tidak tahu seluk-beluknya, hanya kudengar dari
It-teng Taysu," jawab Nyo Ko. Lalu iapun menguraikan
kembali apa yang didengarkan dari It-teng di tepi Hek liongtam
itu."
Mendadak mengetahui dirinya pernah mempunyai seorang
anak laki-laki, seketika kepala Ciu Pek-thong merasa seperti
disamber geledek, ia melenggong kaget hingga lama sekali,
hatinya sebentar sedih sebentar girang, teringat kepala nasib
Eng-koh yang malang dan menderita selama puluhan tahun
ini, ia menjadi tambah menyesal dan merasa kasihan padanya.
Melihat keadaan Ciu Pek-thong itu, diam-diam Nyo Ko
merasa si Tua Nakal ini sesungguhnya juga seorang yang
berperasaan dan dirinya kenapa meski sayang menjelaskan 17
jurus Imjiansoh-hun-ciang itu.
Segera ia berkata: "Ciu-locianpwe, baiklah ku perlihatkan
secara lengkap ilmu pukulan ini, kalau ada kekurangannya
masih diharapkan petunjukmu." Habis ini ia memainkan ilmu
pukulan ciptaannya sambil mulut mengucapkan nama-nama
jurus yang bersangkutan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ciu Pek-thong paham isi Kiu-im-cin-keng, maka uraian Nyo
Ko itu dengan mudah saja dapat di terima dan dimengerti
dengan baik, hanya dua-tiga jurus yang tetap sukar dipahami
letak intisarinya. meski sudah diulangi dan dijelaskan lagi oleh
Nyo Ko, namun Ciu Pek-thong tetap tidak paham.
Rupanya ilmu pukulan itu hasil ciptaan Nyo Ko setelah
berpisah dengan Siao-liong-li sehingga setiap jurus itu seakanakan
menggambarkan kisah cintanya. Dengan menghela
napas ia lantas berkata: "Ciulocianpwe. 15 tahun yang lalu
isteriku berpisah dengan aku, karena rindu timbul ilham dan
terciptalah jurus ilmu pukulan ini. Locianpwe sendiri tidak
kenal apa artinya sedih dan duka, engkau senantiasa riang
gembira, dengan sendirinya engkau tidak dapat mengerti apa
rasanya orang yang sedih dan duka."
"Ah, isterimu mengapa berpisah dengan kau??" tanya Ciu
Pek-thong. "Dia sangat cantik, hatinya juga baik, jika kau cinta
dan merindukan dia adalah pantas."
Nyo Ko tidak ingin mengungkat tentang kecerobohan Kwe
Hu yang melukai Siao-liong-li dengan jarum berbisa itu, maka
ia cuma sekedarnya katakan isterinya keracunan dan dibawa
pergi Lam-hay-sin-ni dan baru dapat sehat lagi 16 tahun
kemudian"
Habis itu ia lantas menceritakan rasa rindu sendiri dan
berdoa siang dan malam agar Siao-liong-Ii dapat pulang
dengan selamat, Akhirnya ia menambahkan "Kuharap dapat
bertemu sekali lagi dengan dia, untuk itu biarpun tubuhku ini
harus hancur lebur juga aku rela."
Sebegitu jauh Kwe Yang tidak tahu rasa rindu Nyo Ko
kepada isterinya ternyata begini mendalam, ia menjadi terharu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan mencucurkao air mata, ia pegang tangan Nyo Ko dan
berkata dengan suara lembut:
"Somoga Thian memberkahi dan akhirnya, kalian dapat
berjumpa dan berkumpul kembali."
Sejak berpisah dengan Siao-liong-li, untuk pertama kalinya
ini Nyo Ko mendengar ucapan orang yang simpatik dan tulus,
ia merasa sangat berterima kasih dan tak pernah melupakan
selama hidup ini, ia lantas berbangkit sambil menghela napas,
ia memberi hormat kepada Ciu Pek-thong dan berkata:
"Sekarang kumohon diri saja, Ciu-locianpwe!" Lalu ia ajak
Kwe Yang dan melangkah pergi.
Setelah belasan langkah, Kwe Yang menoleh dan berseru
kepada si Tua Nakal: "Ciu-locianpwe, Toakokoku sedemikian
rindu kepada isterinya, Eng koh juga sangat merindukan
engkau, tapi engkau tetap tidak mau menemui Eng-koh tega
benar kau ini?"
Ciu Pek-thong terkesiap, air mukanya berubah hebat.
Nyo Ko lantas membisiki Kwe Yang: "Adik cilik, jangan
menyinggung lagi, setiap orang mempunyai cita2 masingmasing,
tiada gunanya banyak bicara."
Begitulah mereka lantas melangkah ke arah datangnya
tadi,
"Toakoko," tiba-tiba Kwe Yang berkata pula, "jika kutanya
tentang isterimu, apakah kau akan berduka lagi?"
"Tidak," jawab Nyo Ko, "Toh beberapa bulan lagi dapatlah
kuberjumpa dengan dia."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cara bagaimana engkau berkenalan dengan beliau?"
tanya Kwe Yang.
Nyo Ko lantas bercerita kisah hidupnya sejak kecil
sebatangkara, lalu diantar Kwe Cing ke Coan-cinpay untuk
belajar sjlat, di sana dianiaya sesama saudara seperguruan
sehingga minggat dan masuk ke kuburan kuno, di sanalah dia
berkumpul dengan Siao liong-li, lama2 timbul rasa cinta antara
mereka dan setelah mengalami macam-macam suka-duka
akhirnya terikat menjadi suami isteri.
Kwe Yang mendengarkan cerita itu dengan penuh
perhatian, diam-diam ia terharu terhadap cinta murni Nyo Ko
yang suci dan mendalami itu, akhirnya ia berkata pula.
"Semoga Thian memberkahi pertemuan kembali kalian berdua
dengan selamat!"
"Terima kasih, adik cilik, akan kuingat selalu kebaikan
hatimu ini, kalau sudah bertemu dengan isteriku kelak tentu
juga akan kuberitahukan tentang dirimu," ujar Nyo Ko.
"Setiap hari ulang tahunku, ibu dan aku suka
bersembahyang dan berdoa, ibu menyuruhku menyebut tiga
buah nazar, tapi setelah kupikirkan hingga lama, tak pernah
kutahu nazar apa yang harus kusebutkan. Tapi pada hari
ulang tahun yang akan datang sudah kusiapkan nazarku, akan
ku katakan harapanku semoga Toakoko berjumpa dan hidup
bahagia dengan isterinya yang cantik."
"Lalu apa kedua nazarmu yang lain?" tanya Nyo Ko,
Kwe Yang tersenyum, katanya: "Takkan ku katakan
padamu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itulah, tiba-tiba dibelakang sana ada orang
berteriak-teriak-, "Hai, adik Nyo, tunggu! Nyo Ko, tunggu!"
Dari suaranya dapat dikenali adalah suara Ciu Pek-thong.
Nyo Ko sangat girang, cepat ia berpaling, benar saja
dilihatnya Ciu Pek-thong sedang berlari datang secepat
terbang sambil berseru: "Adik Nyo, sudah kupikirkan dengan
baik, kuharap engkau lekas mambawaku menemui Eng-koh!"
"Nah, memang seharusnya begitu," ujar Kwe Yang, "Kau
tahu betapa orang merindukan dirimu."
"Ya, setelah kalian berangkat, kupikirkan ucapan adik Nyo
tadi dan semakin kupikir semakin tidak enak rasa hatiku,"
tutur Pek-thong. "Kurasa kalau aku tidak menemuinya, maka
selama hidupku ini pasti tak dapat tidur nyenyak, soalnya aku
ingin tanya sesuatu padanya."
Nyo Ko dan Kwe Yang tidak tanya soal apa yang hendak
ditanyakan si Tua Nakal itu kepada Eng-koh, yang jelas
perjalanan mereka ini ternyata tidak sia-sia, maka mereka
sangat gembira.
Kalau menuruti watak Ciu Pek-thong yang tidak sabar,
seketika juga ingin bertemu dengan Eng-koh, namun malam
sudah tiba, Kwe Yang merasa lelah dan lapar serta kantuk
pula, Maka tiga orang dan satu rajawali lantas bermalam
dibawah pohon. Esoknya pagi-pagi mereka sudah melanjutkan
perjalanan, sebelum lohor mereka sudah sampai di tepi Hekliong-
tam.
Melihat Nyo Ko benar-benar dapat mengundang datang
Ciu Pek-thong, sungguh girang Eng-koh tak terlukiskan,
hatinya berdebar-debar dan mulut melongo, seketika tak
dapat mengucapkan sekatapun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ciu Pek-thong mendekati Eng-koh, dengan suara keras ia
bertanya: "Eng-koh, anak kita itu punya satu atau dua pusar
kepala?"
Eng-koh melengak, sama sekali tak terduga olehnya
bahwa kekasihnya yang terpisah sejak muda dan kini dapat
berjumpa kembali setelah sama-sama tua, tapi pertanyaan
yang diucapkan pertama-tama justeru adalah urusan yang
tidak penting, yakni tentang pusar kepala segala, Tapi ia
lantas menjawab: "Dua pusar kepalanya."
"Hahaha, jadi sama seperti aku, sungguh anak yang
pintar," seru Ciu Pek-thong kegirangan. Tapi ia lantas
menghela napas dan menambahkan: "Tapi, tapi sayang sudah
mati, sayang sudah mati!"
Rasa suka-duka Eng-koh tak tertahan Iagi, segera ia
menangis keras-keras.
"Jangan menangis, jangan menangis!" demikian Pek-thong
menghiburnya sambil menggabloki punggungnya dengan
keras. Lalu katanya kepada It-teng: "Toan-hongya, kupikat
isterimu, tapi kaupun tak mau menolong jiwa anakku, jadi kita
anggap saja seri, urusan dimasa lampau tidak perlu di-ungkap
lagi."
It-teng menuding Cu-in yang menggeletak di tanah itu dan
berkata: "lnilah pembunuh anakmu itu, sekali hantam boleh
kau binasakan dia!"
Pek-thong memandang sekejap ke arah Cu-in, lalu
berkata: "Kau saja yang turun tangan, Eng-koh!"
Sekejap Eng-koh memandang Cu-in, lalu berkata dengan
lirih: "Jika bukan lantaran dia, selama hidup ini mungkin aku
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tak dapat berjumpa pula dengan kau, apalagi orang mati tak
dapat dihidupkan kembali, biarlah kita merayakan pertemuan
kita ini dan melupakan dendam masa lalu saja,"
"Betul juga ucapanmu, baiklah kita mengampuni dia," ujar
Pek-thong.
Keadaan Cu-in sangat parah, dia bertahan dengan sisa
tenaganya dengan harapan akan mendapat pengampunan
dari Eng-kob, kini mendengar sendiri Ciu Pek-thong dan Engkoh
bersedia mengampuni dosanya itu, hatinya sangat
terhibur, katanya dengan lemah kepada It-teng:
"Banyak terima kasih atas penyempurnaan Suhu!" Lalu
iapun mengucapkan terima kasih pada Nyo Ko, habisi itu ia
lantas menutup mata untuk selamanya.
It-teng menunduk dan membacakan doa bagi kepergian
Cu-in, habis itu bersama Nyo Ko dan Kwe Yang mereka
mengubur Cu in di situ, Memandangi kuburan Cu-in itu, Nyo
Ko menjadi terharu, teringat olehnya ketika dia dan Siao-liong
li baru saja menikah dan memergoki Cu-in yang kumat di
puncak gunung bersalju itu, tak tersangka tokoh yang
termashur dengan telapak tangan besi itu kini sudah kembali
ke asalnya.
Eng-koh dan Ciu Pek-thong saling pandang dengan penuh
rasa haru, banyak sekali ingin mereka bicarakan, tapi entah
cara bagaimana harus mulai. Kemudian Ehg-koh
mengeluarkan kedua ekor rase kecil itu, katanya: "Nyokongcu,
budi pertolonganmu sukar kubalas, kedua ekor
binatang ini bolehlah kau ambil saja."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi Nyo Ko hanya menerima seekor saja, katanya:
"Cukup seekor saja dan terima kasih!"
Tiba-tiba It-teng berkata: "Nyo-kongcu, boleh kau bawa
kedua ekor rase itu, tidak perlu kau membunuhnya, cukup
membelih pahanya dan ambil darahnya secangkir kecil setiap
hari, kukira luka kawanmu itu dengan cepat dapat
disembuhkan."
Nyo Ko dan Eng-koh sangat girang, kata mereka: "Kalau
jiwa rase dapat diselamatkan adalah paling baik."
Segera Nyo Ko terima kedua ekor rase itu dan mohon diri
pada It-teng, Eng-koh dan Ciu Pek-thong.
"Sehabis ambil darahnya, lepaskan saja disana, tentu
kedua rase itu akan pulang sendiri ke sini," pesan Eng-koh.
Mendadak Ciu Pek-thong menyela: "Eh, Toan-hongya dan
Eng-koh, silakan kalian tinggal beberapa hari di Pek-hoa-kok
sana. Adik Nyo, setelah menyembuhkan luka kawanmu,
silakan juga bersama adik kecil itu bermain ke tempatku."
Nyo Ko menerima undangan itu dengan baik, ia berjanji
kalau urusannya sudah beres tentu akan berkunjung ke sana.
Habis itu ia lantas melangkah pergi bersama Kwe Yang, ia
merasa sangat gembira karena sekaligus dapat membuat Ciu
Pek-thong dan Eng-koh berkumpul kembali sehingga Cu-in
juga dapat mati dengan tenteram, pula dengan mudah
mendapatkan kedua ekor rase kecil itu.
Setiba kembali di Ban-siu-san-ceng, kelima saudara Su
sangat girang melihat Nyo Ko berhasil membawa pulang
kedua ekor rase yang diharapkan itu, berulang-ulang mereka
mengucapkan terima kasih kepada Nyo Ko. Segera mereka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mulai mengambil darah rase dan diminumkan kepada Su Siokkang.
Malamnya diadakan perjamuan besar dan Nyo Ko diangkat
sebagai tamu kehormatan utama. Ma-cam2 santapan lezat,
terutama yang sukar diperoleh dan biasanya dianggap
santapan yang mewah di restoran jaman kini, seperti bibir
singa, paha harimau, telapak kaki beruang dan belalai gajah,
biasanya sejenis makanan seperti itu saja sukar diperoleh,
sekarang sekaligus ada belasan macam yang dihidangkan.
Su-si-hengte dan Gerombolan Setan Se-san tidak
mengutarakan terima kasih mereka lagi kepadi Nyo Ko, yang
pasti di dalam hati mereka sudah menganggap Nyo Ko
sebagai tuan penolong mereka, kelak kalau ada urusan dan
memerlukan tenaga mereka, biarpun di suruh terjun ke jurang
jugi mereka takkan menolak.
Di tengah perjamuan yang meriah itu, semua asyik bicara
tentang pengalaman masing-masing serta kejadian-kejadian
menarik di dunia Kangouw, Hanya Kwe Yang saja yang duduk
termenung tanpa bicara, padahal anak dara ini biasanya
sangat gembira ria, rupanya ia sedang bersedih mengingat
dalam waktu tidak lama lagi harus berpisah dengan Nyo Ko.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba di sebelah sana
berkumandang suara melengking seekor kera, menyusul suara
kera yang lain juga lantas membalas sehingga ributlah
suasana. Air muka Su-si-bengte tampak berubah. Su Beng-ciat
lantas minta maaf lan mohon diri sebentar untuk memeriksa
keadaan di sana.
Semua orang tahu tentu di luar hutan sana ada musuh
yang datang, Toa-thau-kui berkata:
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"!Paling baik yang datang itu adalah pangeran Hotu, biar
kita labrak dia untuk membalas sakit hati Su-samko"
Belum habis ucapannya, tiba-tiba terdengar Su Beng-ciat
membentak di luar sana: "Siapa itu malam-malam berkunjung
ke sini? Silakan berhenti!"
Lalu suara seorang perempuan menjawab:
"lAdakah seorang cebol berkepala besar di sini? ingin
kutanya dia kemana dia membawa adik perempuanku?"
Kejut dan girang Kwe Yang mendengar suara Kwe Hu itu,
ia coba melirik Nyo Ko dan melihat sorot matanya berkedip
aneh, diam-diam ia heran, seketika ia tidak jadi berseru
memanggil "Cici"
"Hei, kau tahu aturan tidak, mengapa tidak menjawab
pertanyaanku, sebaliknya kau terobosan sesukamu?" demikian
terdengar Su Beng-ciat mendamperat.
Segera terdengar Kwe Hu membentak: "Menyingkir!" -
Menyusul lantas terdengar suara nyaring beradunya senjata,
agaknya nona itu hendak menerjang masuk, tapi dirintangi
Beng-ciat dan kedua orang itu lantas bergebrak.
Bagaimana kesudahan pertarungan Kwe Hu dengan Su Bengciat
dan dapatkah Kwe Hu menemukan Kwe Yang?
Apakah Nyo Ko mau menemui Kwe Hu?
(Bacalah jilid ke - 54)
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 54
Sejak berpisah dengan Kwe Hu di Coat-ceng-kok dahulu,
sudah belasan tahun Nyo Ko tidak pernah berjumpa dengan
nona itu, kini mendadak mendengar suaranya, seketika
macam-macam perasaan berkecamuk dalam benaknya.
Didengarnya suara benturan senjata sudah mulai menjauh,
agaknya Su Beng-ciat berhasil memancing Kwe Hu ke tempat
lain.
"Yang dicarinya adalah diriku, biar kutemui dia," seru Toathau-
kui sambil berlari keluar Menyusul Su Ki-kiang dan Hong
It-ong juga ikut ke sana.
Tiba-tiba Kwe Yang berbangkit dan berkata kepada Nyo
Ko: "Toakoko, ciciku datang mencari diri-ku, kini aku harus
pulang."
Nyo Ko terkejut: "Jadi dia. . .. . dia itu cicimu?"
"Ya, jawab Kwe Yang, "Kuingin melihat Sin-tiau-tayhiap,
paman Toathau kui lantas membawaku ke sini menemuimu,
Aku... aku sangat senang..." belum habis ucapannya
mendadak kepalanya menunduk terus berlari pergi.
Sekilas Nyo Ko melihat dua tetes air mata meleleh di pipi
anak dara itu, tiba-tiba terpikir olehnya, "Dia ingin menemui
aku, tentu adaurusan penting, mengapa sekarang pergi begitu
saja tanpa bicara apa-apa?" - Segera ia menyusul ke sana dan
berseru: "Adik cilik, jika kau ada kesulitan, boleh katakan saja
padaku."
Kwe Yang tersenyum dan menjawab: "Ah, tidak, aku tiada
kesulitan apa-apa."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di bawah cahaya bulan muda yang remang-remang Nyo
Ko dapat melihat wajah si nona yang putih bersih itu masih
basah air mata, dengan suara lembut ia lantas berkata pula:
"Kiranya kau adalah anak dara Kwe Tayhiap dan Kwe-hujin,
apakah Tacimu nakal padamu?"
Menurut perkiraan Nyo Ko, tidak mungkin puteri Kwetayhiap
yang termashur itu mengalami kesulitan, besar
kemungkinan Kwe Hu yang suka se-wenang2 itu telah
menghina atau memukuli adik perempuan nya ini.
Ternyata Kwe Yang menjawab dengan tertawa: "Sekalipun
Cici nakal padaku juga aku tidak takut padanya, kalau dia
mengomel aku lantas adu muIut dengan dia, betapapun dia
juga tak berani memukuli aku."
""Habis untuk apa kau mencari aku? Silakan bicara terus
terang saja."
"Di tempat penyeberangan sana kudengar orang bercerita
tentang tindakanmu yang baik budi dan yang sangat terpuji
itu, hatiku menjadi sangat kagum dan sangat ingin melihat
wajahmu, selain itu tiada sesuatu maksudku yang lain lagi.
Dalam perjamuan tadi aku teringat kepada pameo yang
mengatakan:
"Tiada pesta yang tidak bubar di dunia ini. Hatiku menjadi
sedih, siapa tahu pesta tadi Selum bubar dan aku. . . . .aku
harus segera pergi," sampai di sini suara Kvve Yang menjadi
rada tersendat.
Tergetar hati Nyo Ko, teringat olehnya waktu anak dara ini
dilahirkan, beberapa saat kemudian dirinya lantas
memondongnya dan membawanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika dikejar oleh Kim-lun Hoat-ong, malah kemudian
terjadi perebutan beberapa kali antara dirinya dengan Kim-lun
Hoat-ong dan Li Bok chi, juga pernah menangkap induk
harimau tutul untuk dijadikan mak inangnya yang
menyusuinya, akhirnya dibawanya lagi ke kuburan kuno itu
dan dipelihara sekian lamanya di sana. Tak tersangka
sekarang dapat bertemu pula di sini dan jabang bayi dahulu
itu kini telah berubah menjadi gadis remaja yang molek.
Tanpa terasa Nyo Ko berdiri termangu-mangu
mengenangkan kejadian di masa lampau di bawah sinar bulan
yang remang-remang itu.
Selang sejenak, Kwe Yang berkata puIa: "Toa-koko, aku
harus pergi sekarang, Aku hanya ingin minta tolong sesuatu
padamu."
"Katakan saja," ujar Nyo Ko.
"Bilakah engkau akan bertemu dengan isterimu?"
"Antara musim dingin tahun ini,"
"Setelah engkau berjumpa dengan isterimu, sukalah
engkau mengirim kabar padaku di Siang-yang agar aku ikut
bergirang bagimu."
Nyo Ko sangat berterima kasth, ia pikir meski anak dara ini
dilahirkan dari ibu kandung yang sama dengan Kwe Hu, tapi
tabiat keduanya ternyata sangat berbeda, Segera ia bertanya
pula: "Apakah ayah-ibumu sehat2 semua?"
"Ayah dan ibu semua baik-baik saja." jawab Kwe Yang.
Tiba-tiba timbul suatu pikirannya, cepat ia memyambung pula:
"Toakoko, setelah engkau berjumpa dengan isterimu, maukah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kalian datang ke Siangyang dan menjadi tamu kami? Ayah-ibu
dan kalian suami-isteri sama-sama kesatria besar jaman ini,
tentu kalian akan sama cocok satu sama lain."
"Hal ini biarlah kita lihat dulu keadaan nanti," jawab Nyo
Ko, "Eh, adik cilik, tentang pertemuan kita ini sebaiknya
jangan kau ceritakan pada Cicimu, kukira juga tidak perlu
diceritakan pada ayah-ibumu."
"Sebab apa?" Kwe Yang menjadi heran, Tiba-tiba teringat
olehnya ketika orang-orang sama mengobrol di kota
tambangan itu, tampaknya Cici kurang senang dengan Sintiau-
hiap yang di-sebut-sebut itu, bisa jadi diantara mereka
pernah terjadi sengketa apa-apa. Maka ia lantas
menambahkan: "Baiklah, takkan kuceritakan pada mereka."
Dengan mata tak berkedip Nyo Ko memandangi anak dara
itu, dalam benaknya terbayang wajah kecil si orok yang
pernah dipondongnya 15 tahun yang lalu itu. Karena
dipandangi sedemikian rupa, Kwe Yang menjadi rada malu
dan menunduk.
Timbul pikiran Nyo Ko ingin membela dan melindungi anak
dara di depannya sekarang ini sama halnya seperti
perlindungannya kepada jabang bayi yang lemah pada masa
belasan tahun yang lalu itu. Segera ia berkata pula:
"Siaumoaycu, (adik perempuan cilik), ayah-ibumu adalah
pendekar besar masa kini dan dihormati siapapun juga, jika
kau ada kesulitan kiranya juga tidak perlu bantuanku Namun
kejadian di dunia ini seringkali berubah-ubah, suka duka sukar
diduga. Andaikah kau mempunyai sesuatu persoalan yang
tidak ingin dikatakan kepada ayah-ibumu dan perlu bala
bantuan, maka bolehlah kau mengirim berita padaku, aku
berjanji akan membereskannya bagimu dengan se-baikbaiknya."-
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang tertawa manis, katanya: "Engkau sungguh
sangat baik padaku, Cici sering pamer di depan umum bahwa
dia adalah puteri Kwe-tayhiap dan Kwe-hujin, terkadang aku
merasa risi dan kikuk bagi ucapannya itu, Betapapun
termasyhurnya ayah dan ibu kan tidak pantas kalau hal itu
selalu ditonjolkan. Tapi nanti kalau kukatakan kepada orang
bahwa Sintiau- tayhiap adalah Toakokoku, maka Cici pasti
takdapat menirukannya."
Meski ucapan Kwe Yang ini setengah bergurau, namun
jelas tampak rasa bangganya karena dapat berkenalan dengan
Nyo Ko.
"Ah, cicimu mana menghargai orang macam diriku ini?"
ujar Nyo Ko dengan tersenyum. Setelah merandek sejenak
sambil meng-hitung-hitung dengan menekuk jari, lalu ia
berkata pula: "Tahun ini kau sudah berusia 15, ya, bulan
sepuluh, tanggal 22, 23, 24 ya, kau lahir pada tanggal 24
bulan sepuluh, betul tidak?"
Kwe Yang terheran-heran, serunya: "He! Memang benar,
darimana kau tahu?"
Nyo Ko tersenyum dan tidak menjawab, katanya pula:
"Kau dilahirkan di Siangyang, makanya kau diberi nama Yang,
betul tidak?"
"He, jadi kau tahu semuanya, tadi pura-pura tidak kenal
padaku," seru Kwe Yang, "Engkau pasti sahabat baik ayahku."
.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Seperti melamun, Nyo Ko tidak menjawabnya, tapi berkata
pula dengan menengadah: "Pada hari itu, pertarungan hebat
melawan Kim-lun Hoat-ong, Liong-ji memondong anak itu..."
Kwe Yang tidak paham apa yang digumamkan Nyo Ko itu,
sayup-sayup ia dengar suara benturan senjata di sebelah
sana, ia menjadi kuatir kalau cicinya dilukai Su Beng-ciat,
segera ia berkata: "Toakoko, aku benar-benar akan pergi
sekarang."
Nyo Ko masih menggumam: "Tanggal 24 bulan sepuluh,
sungguh cepat sekali, 16 tahun sudah hampir lalu." Mendadak
ia tersadar karena teguran Kwe Yang tadi dan berkata: "Ah,
kau hendak pergi... Ehm, pada tanggal 24 bulan sepuluh
nanti, katamu akan sembayang dan berdoa untuk
mengemukakan tiga buah nazar pada Thian."
Rupanya ia jadi teringat pada ucapan Kwe Yang tadi
bahwa waktu sembayang dan berdoa, anak dara itu akan
memohon Thian memberi berkah supaya dia lekas bertemu
kembali dengan Siao-Iiong-li.
Tiba-tiba Kwe Yang berkata pula: "Eh, Toakoko, jika kelak
akupun mohon tiga soal padamu, apakah engkau dapat
menyanggupi?"
"Asalkan dapat kukerjakan sekuat tenagaku tentu akan
kuterima," jawab Nyo Ko tegas, Lalu dari sakunya ia
mengeluarkan sebuah kotak kecil, dikeluarkannya tiga buah
jarum lembut yang biasa digunakan Siao-liong-li sebagai
senjata rahasia itu dan diberikannya kepada Kwe Yang,
katanya "Jika kulihat jarum ini nanti, sama saja seperti kulihat
wajahmu. Kalau kau tak dapat menemui aku sendiri, boleh
kau suruh orang membawa jarum ini untuk menyampaikan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
keinginanmu padaku dan tentu akan kulaksanakannya
bagimu."
"Terima kasib," ucapan Kwe Yang sambil menerima jarumjarum
itu, lalu berkata puIa: "Sekarang akan kukemukakan
keinginanku yang pertama." - segera ia mengembalikan
sebuah jarum itu kepada "Nyo Ko dan menambahkan
"Kuminta engkau menanggalkan kedokmu agar aku dapat
melihat wajah aslimu "
"Soal ini terlalu kecil dan mudah dilaksanakan karena aku
tidak ingin dikenali kawan lama, maka sengaja memakai
kedok," kata Nyo Ko dengan tertawa, "Tapi caramu
sembarangan menggunakan sebuah jarum emas ini, apakah
tidak sayang?"
"Jika muka aslimu saja tidak kuketahui mana dapat
dikatakan kukenal kau? ini sekali-sekali bukan soal kecil," ujar
Kwe Yang.
Harus diketahui bahwa kaum pendekar jaman dahulu
paling taat pada janji yang pernah diucapkan, karena sudah
menyanggupi, dengan menyerahkan jarum itu sekalipun Kwe
Yang minta Nyo Ko berbuat sesuatu yang maha sulit juga
akan dilakukannya tanpa pikir, Karena itu juga iapun tak dapat
menolak permintaan si nona yang pertama ini, "Baiklah,"
katanya sambil menanggalkan kedoknya.
Seketika pandangan Kwe Yang terbeliak, di depannya
muncul seraut wajah yang cakap dengan alis panjang tebal
dan mata besar bercahaya cuma sudah lama memakainya, air
mukanya agak pucat dan kekurus2an. "Ahhh!" terasa Kwe
Yang berteriak.
"Kenapa?" tanya Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Muka Kwe Yang menjadi meraj, "O, tidak apa-apa,"
jawabnya, Tapi dalam hatinya berkata: "Sungguh tidak nyana
engkau begini cakap."
Setelah tenangkan diri, kembali Kwe Yang menyerahkan
pula jarum kedua dan berkata: "Sekarang ini kukatakan
cita2ku yang kedua."
Nyo Ko tersenyum dan berkata: "Katakau saja beberapa
tahun lagi juga belum terlambat. Anak gadis belum tahu
urusan, yang kau ucapkan hanya cita2 kanak-anak saja."
Karena itulah ia tidak lantas menerima jarum kedua itu.
Tapi Kwe Yang lantas menaruh jarum digenggaman
tangan Nyo Ko dan berkata: "Cita2ku yang kedua ini adalah
pada tanggal 24 bulan sepuluh yang akan datang, yakni pada
hari ulang tahunku nanti, hendaklah kau datang ke Siangyang
daa menemui aku untuk bercakap-cakap sebentar."
Meski permintaannya yang kedua ini lebih repot, daripada
permintaan yang pertama, namun bersifat ke-kanak-anakan.
Maka dengan tertawa Nyo Ko menjawab "Baiklah, kusanggupi
memangnya apa susahnya? Cuma aku hanya menemui kau
sendiri saja, ayah-ibu dan Cicirnu takkan kutemui."
"Terserah padamu," ujar Kwe Yang dengan tertawa, jari
tangannya yang lentik dan putih halus itu memegangi jarum
ketiga yang berkilau di bawah cahaya bulan, katanya pula:
"Tentang permintaanku yang ketiga ini..."
Nyo Ko meng-geleng-geleng kepala, pikirnya: "Busyet!
Memangnya aku Nyo Ko begini mudah berjanji pada orang?
sungguh nona cilik yang tidak tahu urusan, janjiku
dianggapnya seperti permainan anak kecil saja."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mendadak wajah Kwe Yang tampak merah jengah,
katanya dengan tertawa: "Cita2ku yang ketiga ini sementara
belum terpikir olehku, biarlah kelak akan kukatakan padamu."
- Habis ini ia membalik dan lari ke sana sambil berteriakteriak:
"Cici! Cici!"
Kwe Yang terus menuju ke arah datangnya pertempuran
dilihatnya Kwe Hu sedang bertempur sengit melawan Su
Beng-ciat dan Toa-thau kui. Hoan It-ong dan Su Ki kiang
mengikuti pertarungan itu di samping dengan siap siaga.
"Cici, inilah aku," seru Kwo Yang, "Beberapa orang ini
adalah teman sendiri."
Selama ini Kwe Hu banyak mendapat petunjuk dari ayahibunya,
suaminya yaitu Yalu Ce juga tokoh silat pilihan, maka
kepandaiannya sekarang sudah berbeda jauh dengan daripada
belasan tahun yang lalu.
Cuma wataknya berangasan dan tidak telaten berlatih
sebab itulah tingkat ilmu silatnya selalu berkisar antara kelas
dua atau tiga saja meski ayah-bunda dan suami nya terhitung
tokoh terkemuka. Kini meski dia sanggup menempur
kerubutan Su Beng-ciat dan Toa-thau-kui dengan sama
kuatnya, tapi lama2 tentu dia akan kewalahan dan terdesak di
bawah angin.
Tengah gelisah karena takdapat mengalahkan lawan
dengan cepat, tiba-tiba Kwe Hu mendengar seruan sang adik,
segera ia membentak "Lekas kemari, Moaymoay!"
Su Beng-ciat mendengar sendiri Kwe Yang memanggil Nyo
Ko sebagai Toakoko, kini didengarnya pula Kwe Hu menyebut
Kwe Yang sebagai Moaymoay atau adik perempuan, seketika
ia terkesiap dan ragu-ragu apakah wanita ini adalah isteri atau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
adik Sin-tiau-tayhiap? Karena itulah serangannya yang sedang
dilontarkannya pada saat itu segera ditarik kembali, berbareng
iapun melompat mundur.
Kwe Hu sendiri tahu lawan sengaja mengalah, tapi hatinya
sudah kadung mendongkol tanpa pikir pedangnya terus
menasuk, "sret" dengan tepat dada Su Beng-ciat tertusuk.
Keruan Toa-thau kui terkejut dan berseru: "Hei, mengapa
kau..."
Tapi sekali pedang Kwe Hu lantas berkelebat, tahu-tahu
lengan Toathaukui juga terluka.
Dengan pongahnya Kwe Hu lantas membentak pula: "Nah,
rasakan lihaynya nyonyamu ini!"
"He, Cici, kubilang orang-orang ini adalah teman sendiri."
seru Kwe Yang pula.
Kwe Hu menjadi gusar dan membentak: "Lekas pulang
bersamaku! Siapa kenal temanmu yang tidak keruan ini?"
Luka di dada Su Beng-ciat itu ternyata tidak ringan. dia
terhuyung-huyung dan jatuh tersungkur. Cepat Kwe Yang
memburu ke sana dan membangunkannya sambil bertanya:
"Su-goko, bagaimana lukamu?"
Darah segera mengucur dari dada Su Beng-ciat hingga
baju Kwe Yang berlepotan lekas anak dara itu merobek ujung
bajunya untuk membalut luka orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sementara itu Kwe Hu sedang mendesak pula: "Hayo
lekas berangkat lekas! setiba di rumah nanti kulaporkan
kepada ayah dan ibu, mustahil kau tak kan dipukuli hingga
kau minta-minta ampun."
Dengan gusar Kwe Yang menjawab: "Kau sembarangan
melukai orang, akan kulaporkan juga kepada ayah dan ibu."
Melihat muka Kwe Yang merah padam dan mengembang
air mata, Su Beng-ciat menghiburnya dengan tertawa yang di
paksakan: "jangan kuatir, nona cilik, lukaku ini takkan
membuatku mati."
Di samping Su Ki-kiang memegangi gadanya dengan
napas terengah-engah, seketika ia menjadi ragu-ragu apa
mesti melabrak Kwe Hu atau menolong adiknya dahulu.
Mendadak Kwe Hu menjerit kaget, kiranya dari depan dua
ekor harimau loreng telah mendekatinya secara diam-diam,
segera ia hendak menyingkir ke kiri, tapi terlihat pula dua ekor
singa jantan sudah mendekam di situ, waktu ia menoleh, di
sebelah kanan bahkan berdiri empat ekor macan tutul.
Rupanya dalam sekejap itu Su Tiong-beng sudan memimpin
kawanan binatang buas itu dan mengepung rapat Kwe Hu.
Keruan muka Kwe Hu menjadi pucat dan hampir-hampir
jatuh kelengar, Syukur pada saat itu juga suara seorang di
dalam hutan hutan berseru: "Gote, bagaimana lukamu?"
"Mendingan, tidak begitu parah!" sahut Su Beng-ciat.
"Oh, perintah Sin-tiau-hiap agar kedua nona ini dibiarkan
pergi saja," kata orang itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Su Ki-kiang bersuit beberapa kali, kawanan
binatang buas itu lantas memutar tubuh dan menghilang ke
dalam semak-semak.
"Su-goko, atas nama Ciciku kuminta maaf padamu," kata
Kwe Yang.
Sesungguhnya luka Su Beng-ciat itu membuatnya sangat
sakit, dengan meringis ia menjawab:
"Mengingat Sin tiau-tayhiap, sekalipun Cicimu membunuh
aku juga tidak menjadi soal."
Kwe Yang hendak bicara pula, tapi Kwe Hu lantas
menariknya sambil membentak: "Hayo pulang!" Berbareng
anak dara itu terus diseret berlari keluar hutan.
Melihat kedua kakak beradik itu sudah per-gi, Su-si hengte
dan Gerombolan Setan lantas berlari keluar untuk memeriksa
keadaan Su Beng ciat dan Toa-thau- kui, beramai-ramai
mereka mencela tindakan Kwe Hu yang tidak pantas itu, cuma
ucapan merekapun tidak berani kasar kerena belum
mengetahui ada hubungan apa antara Kwe Hu dan Nyo Ko.
Dengan gemas Su Ki-kiang berkata: "Nona cilik itu sangat
baik hati, tapi kakaknya ternyata begitu galak, sudah jelas adik
Ciat mengalah pada-nya, tapi dia malah melukainya secara
keji, Coba kalau tusukannya masuk sedikit lagi tentu jiwa adik
Ciat sudah melayang."
"Marilah kita tanya kepada Sin-tiau-hiap tentang asal usul
perempuan itu," kata Toa thau-kui. "Di tempat penyeberangan
sana berulang-ulang dia juga mengeluarkan kata-kata yang
tidak baik terhadap Sin tiau- hiap."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pada saat itulah dari balik pohon sana muncul seorang dan
berkata, "Syukurlah luka Su-goko tidak terlalu parah. Tindaktanduk
perempuan itu memang semberono dan cerohoh,
ketahuilah bahwa lenganku ini justeru ditebas kutung
olehnya."
Melihat yang bicara itu adalah Nyo Ko, semua orang sama
melengak dan tak dapat bicara lagi, setiap orang sama sangsi
dan ingin tahu, tapi tidak berani bertanya.
Begitulah Kwe Hu telah membawa Kwe Yang kembali ke
tempat penyeberangan, sementara itu air sungai Kuning yang
membeku itu sudah cair, kakak beradik bertiga dapat
menyeberang dan pulang ke Siangyang, sepanjang jalan Kwe
Hu masih terus mengomeli Kwe Yang yang dianggap suka
berkeluyuran dengan orang-orang yang tidak keruan.
Tapi Kwe Yang berlagak tuli saja dan tidak menggubris
omelan sang Taci, mengenai pertemuannya dengan Nyo Ko
juga sama sekali tak disinggungnya.
Setiba di Sianyang, pertama-tama Kwe Hu lantas melapor
kepada ayah-bundanya bahwa Kwe Yang dalam perjalanan
tidak mau tunduk padanya dan banyak menimbulkan
keonaran, lalu iapun menceritakan apa yang terjadi selama
Kwe Yang menghilang dua hari dua malam, tentu saja ia
bumbui-bumbui pula, tambahi kecap dan imbuhi sambel.
Kwe Cing sendiri sedang pusing kepala oleh situasi militer
beberapa hari terakhir ini, maka ia tambah marah demi
mendengar laporan Kwe Hu itu, segera ia bertanya: "Yang-ji,
benar tidak laporan cici ini?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang mengikik tawa, katanya: "Ah, cici memang suka
geger, aku ikut seorang teman pergi melihat keramaian,
kenapa sih mesti diributkan?"
"Teman apa? Siapa namanya?" taaya Kwe-Cing.
Kwe Yang melelet lidah, lalu menjawab: "Ah, lupa kutanyai
namanya, cuma kudengar orang memanggil dia Tea-thau-kui
begitu."
"Seperti orang dari "Gerombolan Setan Se-san," tukas Kwe
Hu.
Kwe Cing juga dengar nama "Gerombolan Setan Se-san"
itu, meski tak dapat dikatakan gerombolan penjahat, tapi juga
bukan kaum ksatria yang baik, maka ia tambah marah demi
mendengar anak perempuan itu bergaul dengan orang-orang
macam begitu, Cuma perangainya memang sabar dan
pendiam, biarpun marah ia hanya mendengus geram saja dan
tidak berkata lagi, sedangkan Ui Yong lantas mengomeli Kwe
Yang.
Malamnya Kwe Cing suami-isteri mengadakan perjamuan
keluarga untuk menghibur pulangnya Kwe Hu dan Kwe Boh-
Io, tapi sengaja tidak menyediakan tempat duduk bagi Kwe
Yang. Yalu Ce berusaha membujuk kedua mertuanya, tapi
malah diomeli Kwe Cing agar sebagai kakak ipar seharusnya
ikut mendidik adiknya, Karena itulah terpaksa Yalu Ce tak
berani mengusik lagi.
Kiranya Kwe Cing dan Ui Yong merasa pernah terlalu
memanjakan Kwe Hu sehingga banyak menimbulkan petaka,
maka sekarang caranya mendidik Kwe Yang dan Kwe Boh-lo
telah berubah sama sekali.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sejak kecil diawasi dengan keras, sifat Kwe Boh-lo
pendiam seperti sang ayah sehingga tak menjadi soal, tapi
Kwe Yang sejak kecil sudah suka berbuat hal-hal yang aneh
dan sukar di-jajaki jalan pikirannya, lahirnya ia menurut, tapi
di dalam hati ia memberontak
Ketika ia diberitahu oleh pelayan bahwa Tuan dan Nyonya
mengadakan perjamuan keluarga dan Ji siocia (puteri kedua)
sengaja tidak diundang, keruan Kwe Yang menjadi marah,
bahkan ia lantas mogok makan sekalian selama dua hari.
Sampai hari ketiga, Ui Yong jadi kasihan sendiri, di luar
sang suami ia membuat beberapa macam daharan lezat,
disertai menghibur dan membujuk barulah anak perempuan
bungsu itu mau makan dan gembira lagi. Tapi dengan
demikian, maksud orang tua mendidik anaknya dengan keras
kembali luntur dan sia-sia pula.
Sementara itu pasukan Mongol sudah berhasil menyerbu
ke negeri Tayli di daerah Hunlam (Yu-nan), sesudah
menduduki kerajaan kecil selatan itu, pasukan induk beralih
pula ke utara, sedangkan pasukan Mongol yang lain dari utara
juga menerobos ke selatan sehingga dua induk pasukan telah
bergabung hendak menggempur Siangyang untuk akhirnya
melalap kerajaan Song sekaligus.
Waktu pasukan Mongol mulai menyerbu Tayli, Kwe Cing
menyebarKan Eng hiong-tiap (kartu undangan para ksatria)
agar para pahlawan berkumpul di Siangyang untuk
merundingkan siasat menghadapi musuh, keberangkatan Kwe
Hu dan kedua adiknya ke utara itu adalah mengemban tugas
yang diberikan sang ayah itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tak terduga gerak cepat pasukan Mongol ternyata luar
biasa, dalam waktu singkat Tayli sudah ditumpas, sebab itulah
ketika para pahlawan mulai berkumpul di Siangyang,
sementara itu kekuatan pasukan Mongol juga mulai mendekati
kota itu.
Eng-hiong-tay hwe atau musyawarah besar para pahlawan
ditetapkan pada tanggal 15 bulan sepuluh dan direncanakan
berlangsung selama 10 hari. Hari ini baru tanggal 13, jadi
masih dua hari sebelum hari rapat, sementara itu para
pahlawan dan ksatria dari segenap penjuru ber-bondongbondong
telah tiba di Siangyang.
Kwe Cing dan Ui Yong sibuk mengurusi tugas pertahanan,
maka urusan menyambut tamu telah diserahkan kepada Loh
Yu-ka dan Yalu Ce. Di antara tamu-tamu yang sudah tiba itu
ada Cu Cu-liu, Su-sui Hi-un dan Bu Sam-thong, kedua Bu cilik
bersama Yalu Yan dan Wanyan Peng juga sudah datang,
begitu pula Hui-thian-pian-hok Kwa Tin-ok.
Pejabat ketua Coan-cin-kau waktu itu, Li Ci siang, dengan
16 murid utama Coan-cin-pay juga sudah tiba, begitu pula
para tertua Kay-pang serta tokoh-tokoh pengemis yang
berkantong tujuh dan delapan.
Seketika kota Siangyang penuh dengan jago-jago silat
terkemuka. Banyak di antara tokoh-tokoh persilatan yang
jarang muncul di dunia Kangouw kini juga hadir mengingat
pertemuan Siangyang sekali ini menyangkut nasib negara dan
bangsa, pula mereka kagum pada budi pekerti Kwe Cing
suami isteri, maka hampir semua orang yang menerima kartu
undangan pasti hadir.
Malam hari tanggal 13 bulan sepuluh, Kwe Cing suamiisteri
mengadakan perjamuan kecil pribadi di di kediamannya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan mengundang Cu Cu-liu, Bu Sam-thong dan beberapa
kenalan lama untuk beramahtamah.
Loh Yu-ka juga diundang, tapi sampai malam ketua
Pangcu itu belum tampak hadir, semua mengira dia sibuk oleh
pekerjaan sehingga tidak menyangka sesuatu.
Tengah mereka bersuka ria dan berbincang macammacam
kejadian Bu-lim selama belasan tahun terakhir ini, Yalu
Ce, Kwe Hu dan anak-anak muda yang bersatu meja tersendiri
juga asyik bercengkerama, tiba-tiba datang seorang murid
Kay-pang berkantong delapan dan ber-bisik-bisik kepada Ui
Yong, seketika air muka Ui Yong tampak berubah dan berkata
dengan suara gemetar: "Bisa terjadi demikian?"
Semua orang sama berpaling memandang nyonya rumah
itu. Terdengar Ui Yong berkata pula kepada anggota Kay-pang
itu: "Yang hadir di sini adalah orang kita sendiri, boleh kau
bicara saja, bagaimana awal mula kejadian ini?"
Segera anggota Kay-pang itu menutur. "Lewat lohor tadi,
Loh-pangcu membawa tujuh murid kantong tujuh patroli ke
utara kota, siapa tahu sampai malam tiba beliau belum
nampak pulang, Tecu menjadi kuatir dan bersama teman2 lain
terbagi dalam beberapa kelompok keluar kota untuk
mencarinya, akhirnya di kelenteng Yo-tayhu di kaki gunung
Hian diketemukan jenazah Loh-pangcu."
Mendengar kata-kata "jenazah", tanpa terasa semua orang
sama menjerit kaget. Sampai di sini, suara anggota Kay-paog
itupun ter-sendat2. Maklumlah meski ilmu silat Loh Yu-ka tidak
terlalu tinggi, tapi orangnya berbudi dan bijaksana sehingga
mendapat dukungan luas di kalangan anggota.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Murid Kay-pang tadi melanjutkan penuturannya: "Kedua
murid tujuh kantong yang mengiringi pangcu itupun
menggeletak di samping beliau, seorang sudah tewas yang
lain belum putus napasnya sehingga sempat memberi
keterangan bahwa mereka kepergok pangeran MongoI yang
bernama Hotu. Pangcu yang kena sergap lebih dulu, kedua
murid kantong tujuh itu bertempur mati-matian dan akhirnya
juga dicelakainya."
"Hehe, jadi Hotu, Hotu!" demikian gumam Kwe Cing
saking menahan gusarnya, ia jadi menyesal dahulu telah
memberi ampun kepada pangeran Mongol itu di Cong-lamsan,
tahu begini tentu waktu itu sudah dibinasakan.
"Apakah Hotu itu meninggalkan ucapan apa?" tanya Ui
Yong.
"Tecu tidak berani omong," kata anggota Kay-pang itu.
"Kenapa lidak berani omong," tukas Ui Yong. "Tentunya
dia bilang supaya Kwe Cing disuruh lekas menyerah kepada
pihak mongol, kalau tidak, maka contohnya ialah Loh Yu-ka
itu, begitu bukan?"
"Hu jin sungguh hebat, memang begitulah ucapan keparat
Hotu itu," jawab si anggota Kay-pang.
Be ramai-ramai semua orang lantas pergi memeriksa
jenazah Loh Yu-ka, terlihat punggungnya terkena sebatang
tulang-tulang kipas buatan dari baja, tulang iganya juga
patah, jelas lebih dulu Hotu menyergapnya dengan senjata
rahasia, habis itu menghantamnya pula dengan tenaga
dahsyat hingga binasa, semua orang menjadi gusar dan
berduka pula menyaksikan itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Saat itu di Siangyang berkumpul beribu-ribu anggota Kaypang,
maka suasana menjadi sedih ketika kabar tewasnya Loh
Yu-ka disiarkan.
Sehari-harinya Kwe Yang sangat akrab dengan Loh Yu-ka,
sering ia menyeret orang tua itu diajak ke tempat sepi seperti
kelenteng Yo-tayhu itu untuk minum arak sambil merecoki
orang itu menceritakan kejadian-kejadian menarik di dunia
Kangouw, kalau sudah begitu, maka acapkali berlangsung
hingga hampir sehari suntuk dan kedua orang tua dan muda
itu sama-sama gembiralah.
Kelenteng Yo-tayhu itu tidak jauh di luar kota, ketika
mendengar kawan tua itu meninggal di kelenteng itu, Kwe
Yang ikut berduka, segera ia membawa satu Holo (buii2) berisi
arak penuh serta menjinjing sebuah keranjang sayur, seperti
biasanya ia terus menuju ke kelenteng itu.
Saat itu sudah hampir tengah malam, Kwe Yang
mengeluarkan dua pasang sumpit dari keranjangnya dan
diatur secara berhadapan, dituangnya dua cawan arak pula,
lalu berkata: "Paman Loh, setengah bulan yang lalu kita baru
saja makan-minum dan mengobrol di sini, siapa duga
sekarang engkau telah mengalami malapetaka, apabila
arwahmu mengetahui, silakan kemari minum arak lagi
bersamaku ini."
Habis berkata, ia siram secawan arak itu di lantai, ia
sendiri lantas menenggak habis secawan. Teringat kepada
teman karib yang kini telah tiada itu, ia menjadi berduka
katanya sambil mencucurkan air mata: "Paman Loh, marilah
kita habiskan pula secawan!" - ia menyiram lagi secawan arak
di lantai dan ia sendiri kembali menghabiskan secawan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kemampuan minum arak Kwe Yang sebenarnya sedikit
sekali, cuma sifatnya yang terbuka dan suka bergaul dengan
orang-orang Kangouw, maka iapun ikut-ikutan minum arak
dan bicara seperti orang dewasa. Kini setelah menghabiskan
dua cawan, mau-tak-mau mukanya menjadi merah, kepala
rada pening.
Dalam kegelapan tiba-tiba seperti ada bayangan orang
berkelebat di luar pintu kelenteng sana, ia terkejut dan
bergirang, disangkanya arwah Loh Yu-ka benar-benar telah
datang, segera ia berseru: "Apakah paman Loh? marilah kita
minum dan mengobrol"
Hatinya berdebar-debar, tapi juga sangat ingin melihat
arwah halus Loh Yu ka. Tapi segera didengarnya seorang
menegurnya: "Tengah malam buta kau main gila apa di sini?
ibu mencari kau, lekas pulang!" secepat itu pula seorang
lantas menyelinap masuk, kiranya Kwe Hu adanya.
Kwe Yang sangat kecewa, katanya: "Aku sedang
memanggil arwah paman Loh untuk bertemu di sini, dengan
gangguanmu ini mana dia mau datang lagi? Cici, silakan kau
pulang dahulu, segera aku menyusul."
"Kembali kau mengaco belo lagi, dalam benakmu yang
kecil itu selalu berpikir hal-hal yang tidak karuan. Mana bisa
arwah Loh Yu-ka mau menemui kau?"
"Biasanya dia sangat akrab denganku, apalagi sudah
kusanggupi akan memberitahukan sesuatu padanya sudah
kujanjikan akan kuberitahu pada hari ulang tahunku. Siapa
tahu, dia tidak dapat menunggu lagi," sampai di sini, anak
dara itu menjadi berduka lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sekejap saja kau lantas menghilang, segera ibu menduga
kau datang ke sini dan ternyata tepat dugaan ibu," kata Kwe
Hu. "Hm, se-nakal2nya monyet kecil macammu ini masakah
dapat mengelabuhi perhitungan ibu? Kau benar-benar teramat
bandel, ibu sangat marah, coba kalau Hotu itu bersembunyi di
sekitar sini, sedangkan tengah malam buta kau sendirian
berada disini, kan sangat berbahaya?"
Kwe Yang menghela napas, katanya "Aku terkenang
kepada paman Loh sehingga tidak memikirkan bahaya lagi, O,
Cici yang baik, temanilah duduk sebentar di sini, boleh jadi
arwah paman Loh akan datang benar-benar menemui aku.
Cuma engkau jangan bersuara agar tidak mengejutkan dia."
Biasanya Kwe Hu kurang menghormati Loh Yu-ka,
menurut anggapannya bisanya Loh Yu-ka diangkat menjadi
Pangcu adalah karena dukungan ibunya, maka ia pikir kalau
betul arwah Loh Yu-ka akan datang juga tidak perlu ditakuti,
iapun tahu watak kepala batu adiknya itu, sekali sudah
menyatakan hendak menunggu di situ, maka sukar-lah
disuruhnya pulang begitu saja kecuali kalau ayah-ibu datang
sendiri dan mengomelinya.
Maka ia lantas berduduk, katanya dengan gegetun: "Jimoay,
usiamu makin menanjak, tampaknya kau semakin kekanak-
anakan. Tahun ini kau sudah 16 tahun, selang dua-tiga
tahun lagi juga akan punya mertua, memangnya sesudah di
rumah mertua kau juga akan angin-anginan seperti ini?"
"Memangnya apa bedanya?" ujar Kwe Yang. "Setelah kau
menikah dengan Cihu (kakak ipar, suami kakak), bukankah
kaupun tetap bebas merdeka seperti waktu masih gadis?"
"He, mana boleh kau membandingkan Cihu-mu dengan
orang Iain?" jawab Kwe Hu dengan bangga, "Dia adalah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ksatria sejati jaman kini, pengetahuan dan pandangannya
sudah tentu jauh lebih daripada orang lain, dengan sendirinya
dia takkan mengekang kebebasanku.
Bakat seperti Cihumu itu jasanya jarang ada bandingannya
di antara jago-jago angkatan muda sekarang. Kelak kalau
bakal suamimu ada setengah kepandaiannya saja, kukira
ayah-ibu sudah cukup merasa puas."
Mendengar ucapan sang Taci yang sombong itu, Kwe Yang
balas mcncibir, katanya: "Sudah tentu Cihu adalah tokoh yang
hebat, cuma aku tidak percaya bahwa di dunia ini tiada orang
lain yang melebihi dia."
"BoIeh lihat saja nanti kalau kau tidak percaya" ujar Kwe
Hu.
"Aku justeru mempunyai seorang kenalan yaog berpuluh
kali lebih hebat daripada Cihu," kata Kwe Yang.
Keruan Kwe Hu menjadi gusar, teriaknya: "Siapa dia?
Hayo katakan lekas!"
"Untuk apa kukatakan? Asalkan aku sendiri tahu di dalam
hati saja, kan cukup?" jawab Kwe Yang.
"Huh, apakah kau maksudkan Li-samte? atau Ong Kiam
bu? Atau Tio Si-kong?" jengek Kwe Hu-Yang disebutnya itu
adalah beberapa ksatria muda yang ganteng kenalan mereka.
Namun Kwe Yang menggeleng, katanya: "Bukan, bukan!
Memadai Cihu saja mereka tidak dapat, mana bisa dikatakan
lebih hebat berpuluh kali daripada nya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Habis siapa?" Kwe Hu menegas-, "Ya, kecuali Gwakong
kita, atau ayah dan ibu atau paman Cu Cu-liu dan beberapa
ksatria angkatan tua,"
"Tidak, orang yang kumaksud itu justeru lebih muda
daripada Cihu, wajahnya juga lebih cakap, sedangkan ilmu
silatnya jauh lebih tinggi daripada Cihu, hakikatnya bedanya
seperti langit dan bumi, sama sekali tak dapat
dibandingkan...."
Setiap kalimat diucapkan Kwe Yang, setiap kali pula
disambut oleh Kwe Hu dengan mencemoohkan: "Cis, cis, cis!"
Tapi Kwe Yang tidak peduli, ia menyambung pula: "Jika
kau tidak mau percaya, ya terserah padamu, Pokoknya orang
itu sangat baik budi, siapapun yang ada kesukaran, tak peduli
kenal atau tidak selalu dia suka memberi pertolongan."
Bicara sampai akhirnya, wajahnya yang cantik itu tampak
memandang kesima ke depan seperti mengenangkan sesuatu
yang sukar dilupakannya.
Dengan gusar Kwe Hu lantas berkata: "Dalam benakmu
yang kecil ini selalu berkhayal saja. Baik-lah, setelah matinya
Loh Yu-ka, jabatan Pangcu menjadi lowong, tadi ibu
mengatakan, mumpung para pahlawan berkumpul di sini,
maka kesempatan ini sebaiknya digunakan mengadakan
pemilihan Pangcu. Biarlah orang banyak ikut bertanding, siapa
yang berkepandaian paling tinggi, dia yang diangkat menjadi
Pangcu, dengan begitu persengketaan antara Ut-ih-pay (aliran
baju kotor) dan Ceng-ih-pay (aliran baju bersih) dalam
Kaypang dapat dihindarkan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kalau orang yang kau anggap hebat itu benar-benar lihay,
nah boleh kau suruh dia maju dan bertanding dengan Cihumu
untuk memperebutkan kedudukan Pangcu."
"Hihi, belum tentu dia kepengin menjadi Pangcu kaum
jembel begitu," ujar Kwe Yang dengan tertawa.
"Hm, kau berani meremehkan kedudukan Pang-cu?"
semprot Kwe Hu dengan marah. "Dahulu kedudukan itu
pernah di jabat Ang Jit-kong, ibu kita juga pernah
menjabatnya, masakah kau berani menghina Ang- lokongkong
dan ibu?"
"Baik aku pernah menghina beliau2 itu, kan kau sendiri
yang bilang? Kau sendiripun tahu aku sangat akrab dengan
paman Loh dan bergaul baik dengan kaum jembel lain,"
"Baiklah, boleh kau suruh pahlawanmu itu bertanding
dengan Cihumu," kata Kwe Hu pula. "Sementara ini para
ksatria sama berkumpul di Siangyang, lihat saja nanti, siapa
pahlawan dan siapa kerbau, sekali gebrak segera akan
ketahuan."
"Cici, bicaramu memang suka melamur tak genah, bilakah
kubilang Cihu adalah kerbau? Kalau dia kerbau, bukankah
engkaupun menjadi hewan? Padahal kita dilahirkan dari satu
ibu, kan aku ikut kurang terhormat?"
Kwe Hu menjadi serba runyam, ya dongkol dan geli, ia
lantas berbangkit dan berkata: "Aku tidak ada waktu buat
ribut dengan kau. Hayolah pulang, jangan-jangan nanti aku
ikut didamprat"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang bersifat lincah dan pintar bicara, biasanya
memang suka adu mulut dengan sang Ta-ci, segera ia berolok-
olok pula: "Ai, engkau kan nyonya muda yang sudah
menikah, biasanya ayah dan ibu juga paling sayang padamu,
engkau juga isteri calon pangcu, siapakah gerangannya yang
sudah makan "hati harimau sehingga berani mendamperat
kau?"
Mendengar adiknya menyebutnya "isteri calon Pangcu",
hati Kwe Hu menjadi senang, katanya: "Sekian banyak kaum
ksatria berkumpul di sini, siapa orangnya yang tidak ingin
menjadi Pangcu? Cihumu juga belum tentu akan terpilih,
sebaiknya kau jangan bicara muluk-muluk dahulu agar tidak
ditertawakan orang."
Kwe Yang termangu-mangu sejenak pula, dilihatnya bulan
setengah bulat itu menghiasi cakrawala yang kelam, suasana
sunyi sepi, katanya kemudian dengan gegetun: "Tampaknya
arwah paman Loh takkan datang, Cici, mengapa begini cepat
mengangkat Pangcu? pengganti paman Loh kan dapat ditunda
sementara waktu agar kita dapat lebih lama mengenangkan
jasa beliau."
"Kembali kau bicara seperti anak kecil," ujar Kwe Hu "Kaypang
adalah organisasi terbesar di dunia Kangouw, naga
tanpa kepala, mana boleh jadi?"
"Ibu bilang kapan akan diadakan pemilihan Pangcu?"
tanya Kwe Hu.
"Tanggal 15 adalah hari pembukaan Eng-hiong-tay-hwe
dengan acara utama bagaimana menghimpun para pahlawan
dari segenap penjuru untuk bersama-sama melawan Mongol.
Musyawarah itu bisa berlangsung hingga lima enam hari atau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bisa juga 8-9 hari. Jadi pemilihan ketua Kay-pang itu kukira
baru dapat diselenggarakan pada tanggal 23 atau 24 nanti."
"Ahhhh!" Kwe Yang bersuara tertahan "Ada apa?" tanya
Kwe Hu.
"Tidak apa-apa," jawab Kwe Yang, "Soalnya tanggal 24
adalah bertepatan dengan hari ulang tahun-ku, Karena
kesibukan kalian dalam pemilihan pangcu itu, tentunya ibu
menjadi tidak sempat merayakan hari ulang tahunku nanti."
"Hahahaha!" Kwe Hu bergelak tertawa, "Cuma hari ulang
tahun anak dara seperti kau ini memangnya begitu penting?
Mana boleh kau anggap urusan penting pemilihan pangcu itu
justeru mengganggu hari ulang tahunmu? Haha, kalau
didengar orang bisa jadi gigi orang akan rontok
menertawakanmu, Ai, mungkin di dunia ini hanya kau saja
yang selalu ingat kepada urusan tetek bengek begitu?"
Dengan muka merah padam Kwe Yang menjawab:
"Umpama ayah tidak ingat ibu pasti ingat. kau bilang urusan
tetek bengek, aku justeru bilang ini urusan penting, Sekali ini
ulang tahunku genap berusia 16. kau tahu tidak?"
Kwe Hu tambah geli dan ber-oIok2: "Ya, ya! Pada hari itu
nanti, berpuluh ksatria dan pahlawan yang berada di
Siangyang ini akan hadir memberi selamat kepada Kwe-jisiocia
kita, setiap orang akan menyumbangkan kado padamu, sebab
tahun ini Kwe-jisocia kita genap berusia 16 dan bukan lagi
anak dara melainkan sudah nona besar, Hahahaha!"
"Orang lain mungkin takkan ambil pusing, tapi paling
sedikit ada seorang pahlawan besar pasti ingat kepada hari
ulang tahunku, dia sudah berjanji akan datang menemui aku,"
kata Kwe Yang dengan rasa bangga.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ah, pahlawan besar apakah? Ya, tahulah aku, tentu
pahlawan yang jauh lebih hebat daripada Cihumu itu," ujar
Kwe Hu. "lngin kukatakan padamu, pertama, di dunia ini
hakikatnya tiada tokoh nomor satu begituan, hanya benakmu
sendiri yang berkhayal seperti itu. Kedua, seumpama ada
orang begitu, betapa banyak urusan penting yang harus
dilakukannya, mana dia mau datang memberi selamat kepada
anak dara seperti kau ini. Kecuali dia juga menghadiri Enghiong-
tay-hwe, kalau tidak masakah dia datang ke Siangyang
ini."
Hampir-hampir menangis Kwe Yang oleh olok-olok sang
taci, sambil banting2 kaki ia berseru: "Dia sudah berjanji
padaku, dia sudah berjanji. Dia takkan menghadiri Eng-hiong
tay-hwe dan juga tak ikut berebut pangcu segala."
"Dia bukan Enghiong, dengan sendirinya ayah takkan
mengirim Eng-hiong-tiap padanya," kata Kwe Hu. "Sekalipun
dia ingin menghadiri pertemuan besar ini kukira juga belum
memenuhi syarat."
Kwe Yang mengusap air matanya dengan sapu-tangan
kecil, katanya. "Jika begitu akupun takkan hadir pada
pertemuan kalian itu, masa-bodoh kalian hendak mengangkat
Pangcu segala, betapapun ramainya juga aku takkan
meiihatnya."
"Aduh, jika Kwe-jisiocia kita tidak hadir, lalu bagaimana
jadinya Eng-hiong-tay-hwe itu nanti?" demikian Kwe Hu berolok-
olok pula. "Yang terpilih menjadi Pangcu nanti juga
kurang gemilang, mana boleh kau tidak hadir."
Sambil menutupi kedua telinganya Kwe Yang terus berlari
keluar kelenteng, Tapi mendadak bayangan berkelebat tahutahu
diambang pintu kelentertg telah berdiri seorang dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengalang jalan keluarnya, keruan Kwe Yang kaget, cepat ia
melompat mundur sehingga tidak bertubrukan dengan
pengadang-nya itu.
Di bawah cahaya bulan tertampak perawakan orang itu
sangat jangkung, mukanya hitam, anehnya tubuh bagian atas
ternyata sangat cekak, hanya bagian pinggang ke bawah yang
teramat panjang. Setelah diawasi lebih teliti baru tahu jelas,
rupanya kedua kaki orang itu buntung, kedua ketiaknya di
sanggah dengan sepasang tongkat yang panjangnya-hampir
dua meter, karena itulah lengan celananya menjadi
bsrgoyang-gontai di bagian bawah, orang pendek memakai
egrang sehingga menjadi orang jangkung.
"He, kau, Nimo Singh!" seru Kwe Hu terkejut.
Kiranya orang ini memang betul Nimo Singh adanya. Sekali
ini raja Mongol memimpin sendiri pasukannya ke selatan,
maka segenap jago silat benua barat dan Mongol telah
dikerahkan, setiap orang sama berharap dapat memamerkan
kemahirannya dalam pertempuran nanti untuk mendapatkan
pahala dan kedudukan.
Meski kedua kaki Nimo Singh sudah buntung, tapi ilmu
silatnya belum punah, selama gembleng belasan tahun itu,
sepasang tongkat penyanggah tubuhnya itu dapat dimainkan
terlebih lihay daripada sebelum buntung kakinya.
Sementara ini pasukan Mongol masih ratusan li di utara
Siangyang, tapi para pengintai yang terdiri dari jago-jago silat
pilihan seperti Nimo Singh dan lain-lain sudah tiba lebih dulu
di sekitar Siangyang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Malam ini maksudnya hendak menginap di kelentong Yotayhu
ini tak terduga didengarnya percakapan Kwe Hu berdua,
keruan ia menjadi kegirangan, ia tahu berhasilnya Siangyang
dipertahankan sekian lama oleh kerajaan Song adalah berkat
perjuangan Kwe Cing, kalau sekarang kedua puteri
kesayangannya ini ditawan, andaikan tak dapat memaksa Kwe
Cing menyerah, sedikitnya juga dapat mengacaukan
semangatnya dan sungguh suatu jasa besar baginya bila
dilaporkan kepada raja Mongol.
Karena itulah ia lantas menjawab: "Eh, nona Kwe,
sungguh bagus daya ingatanmu, ternyata kau tidak pangling
padaku, Baiklah, supaya tidak membikin susah kedua pihak,
silakan kalian ikut padaku saja."
Gusar dan kuatir pula Kwe Hu, ia tahu ilmu silat orang
Hindu ini sangat lihay, sekalipun dirinya kakak beradik maju
sekaligus juga bukan tandingannya. Tanpa terasa ia melotot
gusar pada Kwe Yang, pikirnya: "Semua ini gara-garamu, coba
cara bagaimana harus menghadapi bahaya di depan mata
sekarang?"
Sebaliknya Kwe Yang telah berkata pada Nimo Singh: "Eh,
kenapa kedua kakimu itu begitu aneh? Sebelum buntung
dahulu apakah juga sepanjang itu?"
Nimo Singh hanya mendengus saja dan tidak
menggubrisnya, tapi lantas berkata pula kepada Kwe Hu:
"Kalian berjalan di depan, jangan sekali-sekali timbul pikiran
hendak melarikan diri." - Nyata dia telah anggap kakak
beradik itu sebagai tawanannya yang sudah berada dalam
genggamannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang lantas berkata pula: "He, cara bi-caramu ini
sungguh aneh, tengah malam buta kau suruh kami kakak
beradik pergi ke mana?"
"Jangan banyak bicara, lekas ikut pergi!" bentak Nimo
Singh, ia kuatir kedatangan musuh yang kini banyak
berkumpul Siangyang dan usahanya ini mungkin bisa gagal,
maka ingin lekas-lekas pergi.
"Jimoay, si cebol ini adalah jagoan pihak Mongol,
kepandaiannya cukup lihay, marilah kita mengerubutnya dari
kanan dan kiri," bisik Kwe Hu kepada adiknya. Habis barkata,
"sret", segera ia melolos pedang terus menusuk ke pinggang
musuh.
Kwe Yang tidak membawa senjata, ia lihat Nimo Singh
tidak mempunyai kaki, bisanya berdiri adalah berkat
tongkatnya saja, sekarang sang Taci menyerangnya, apakah
dia bisa menangkisnya?
Dasar hati Kwe Yang memang welas asih, maka ia berbalik
berseru: "He, Cici, orang ini harus dikasihani jangan dilukai!" .
Tak terduga, belum lenyap suaranya, mendadak Nimo
Singh menyangga tubuhnya dengan tongkat kiri, tongkat
kanan terus menyabet, "trang" tongkat membentur pedang
Kwe Hu dan memercikkan lelatu api dalam kegelapan, pedang
Kwe Hu hampir saja terlepas dan cekalan.
Seketika Kwe Hu merasa tangannya kesemutan dan dada
sakit Cepat ia menggeser ke samping dan menyerang pula, ia
mainkan "Wat-li-kiam hoat" dan menempur Nimo Singh
dengan sengit.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Wat li-kiam hoat atau ilmu pedang gadis cantik diajarkan
Kwe Cing kepada puterinya ini untuk mengenang salah
seorang gurunya dari Kanglam-jit-koay, yaitu Han Siao-eng
yang tewas secara mengenaskan di Mongol.
ilmu pedang ini mengutamakan kelincahan dan kegesitan,
akan tetapi karena terbatas oleh tenaga, betapapun Kwe Hu
memang bukan tandingan Nimo Singh.
Melihat cara Nimo Singh menggunakan kedua tongkatnya
dengan bergantian, yang satu digunakan menyangga tubuh,
yang lain lantas digunakan menyerang, gerak geriknya cepat
dan gesit tiada ubahnya seperti orang yang berkaki, apalagi
kedua tongkatnya itu sangat panjang, dari atas menggempur
ke bawah, daya serangannya menjadi lebih hebat, jelas sang
Taci tidak sanggup melawannya, baru sekarang Kwe Yang
merasa kuatir.
Sesungguhnya kepandaian Nimo Singh memang jauh lebih
tinggi daripada Kwe Hu, hanya kepandaian nona itu adalah
ajaran Kwe Cing dan Ui Yong yang lihay, maka dapatlah Kwe
Hu bertahan sekian lama, tapi dirasakannya tekanan tongkat
musuh semakin berat sehingga sukar ditangkis lagi.
Nampak kakaknya terdesak, tanpa pikir lagi Kwe Yang
lantas menubruk maju dengan bertangan kosong.
"Kena!" mendadak Nimo Smgh berteriak tongkat kiri
menutul lantai, tubuhnya mengapung ke atas, kedua tongkat
digunakan sekaligus untuk menyerang, tongkat yang satu
kena menutuk bahu kiri Kwe Yang, tongkat lain tepat menutuk
Hiat to di dada Kwe Hu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Yang tergeliat sempoyongan dan mundur beberapa
tindak. sedangkan Kwe Hu cukup berat ditutuk oleh tongkat
lawan, ia tidak tahan dan "bluk", jatuh terduduk.
Gesit luar biasa Nimo Singh, cepat lagi keji, begitu
tongkatnya menutul pelahan, segera ia mendesak maju ke
depan Kwe Hu sambil menjengek: "Nah, sudah kukatakan ikut
saja padaku..."
Di luar dugaannya, mendadak Kwe Hu sambil berseru:
"Jimoay, lekas lari ke belakang!"
Nimo Singh terkejut, sudah jelas Hiat-to di dada Kwe Hu
kena ditutuknya dengan ujung tongkat, mengapa nona itu
masih dapat bergerak dengan bebas? ia tidak tahu bahwa Kwe
Hu memakai baju wasiat berduri landak (Nui-wi-kah)
pemberian sang ibu, disangkanya keluarga Kwe punya ilmu
kekebalan yang tidat mampu ditutuk dan tidak mempan
dilukai.
Padahal setelah terkena tutukan tongkat tadi, meski tidak
beralangan apa-apa, namun rasa sakitnya juga tidak kepalang,
dan kurang leluasa lagi buat bergerak. Tapi Kwe Yang lantas
memainkan ilmu pukulan "Lok-eng-ciang-hoat" dan melindungi
di belakang sang Taci sambil berseru: "Cici, engkau saja lari
lebih dulu!"
Namun sebelum mereka angkat kaki, tahu-tahu Nimo
Singh melayang lewat di atas mereka dan mengadang di
depan Kwe Hu sambil membentak "jangan bergerak!"
Kwe Yang menjadi gusar dan mendamperat: "Tadinya kau
harus dikasihani tak tahunya kau begini jahat!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hahaha!" Nimo Singh bergelak tertawa. "Anak dara,
rupanya kau belum kenal kelihayan kakek sebelum tahu rasa."
Habis ini, kedua tongkatnya bergantian melangkah maju
sehingga menerbitkan suara "tok-toktok" yang keras, dengan
muka menyeringai selangkah demi selangkah ia mendesak
maju. Keruan Kwe Hu dan Kwe Yang melangkah mundur
dengan ketakutan.
Selama hidup Kwe Yang belum pernah melihat wajah
orang sebengis ini, dilihatnya kedua mata Nimo Singh melotot,
mukanya beringas dan muIutnya menyeringai iblis, tampak
pula taringnya yang runcing putih, seakan-akan drakula yang
akan menerkam dan menggigit lehernya, saking takutnya ia
menjerit ngeri.
Pada saat itulah tiba-tiba Kwe Yang mendengar suara
halus berkata di belakangnya: "Jangan takut, serang dia
dengan Am-gi (senjata rahasia)!"
Dalam keadaan gawat begitu, tak berpikir lagi oleh Kwe
Yang siapa yang bicara itu, segera ia meraba bajunya, tapi
lantas disadarinya dia tidak membawa senjata apapun juga,
katanya dengan cemas: "Aku tidak membawa Am-gi."
Sementara itu Nimo Singh telah mendesak maju Iagi, ia
menjadi bingung dan terpaksa kedua tangannya disodorkan ke
depan dengan gaya membela diri.
Tak terduga baru saja tangannya menjulur ke depan,
sekonyong-konyong dari belakang seakan-akan ditiup
serangkum angin, lengannya terasa tergetar pelahan,
sepasang gelang untiran emas yang dipakainya itu tahu-tahu
terlepas dari pergelangan tangannya dan melayang ke depan,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"tring-tring", sepasang gelang emas itu membentur kedua
tangan Nimo Singh.
Tampaknya benturan itu sangat pelahan, tapi entah
mengapa, Nimo Singh ternyata tidak sanggup memegangi lagi
kedua tongkatnya dan mendadak ia terlempar keras ke
belakang, "blang-blang" dua kali kedua tongkat membentur
dinding dan membikin debu pasir sama rontok.
Karena tongkat penyangganya terlepas dari cekalan, tubuh
Nimo Singh lantas jatuh, tapi si cebol ini memang lihay juga,
baru punggungnya menempel lantai, sekali melejit, tahu-tahu
ia meloncat lagi ke atas, sepuluh jarinya yang berkuku
panjang tajam itu terus menubruk ke arah Kwe Yang.
Dalam kagetnya tanpa pikir Kwe Yang cabut tusuk kundai
kemala hijau yang dipakainya itu terus disambitkan ke depan,
terasa angin meniup pula lari belakangnya, tusuk kundai itu
disurung cepat ke depan.
Melihat samberan tusuk kundai itu sangat aneh, cepat
kedua telapak tangan Nimo Singh memapak ke depan, tapi
terdengarlah dia bersuara tertahan, lalu jatuh terdukuk pula
dan tidak bergerak lagi.
Kuatir musuh main akal licik, cepat Kwe Yang melompat ke
samping Kwe Hu dan berseru dengan-suara gemetar: "Cici,
le.... lekas lari!"
Tapi mereka melihat Nimo Singh tetap diam saja tanpa
bergerak sedikitpun ditunggu lagi sejenak juga tetap begitu,
Kwe Hu menjadi berani katanya: "Apakah dia kena penyakit
angin duduk dan mati mendadak?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera ia membentak "Nimo Singh, kau main gila apa?"
Kwe Hu pikir musuh sudah kehilangan tongkat dan tidak
leluasa bergerak, tentunya tidak perlu ditakuti lagi, dengan
pedang terhunus ia lantas mendekatinya. Dilihatnya kedua
mata Ntmo Singh mendelik dengan penuh rasa ketakutan,
mulut ternganga lebar ternyata sudah mati sejak tadi.
Kejut, heran dan girang pula Kwe Hu, cepat ia menyulut
lilin pada altar sembahyangan, "belum lagi ia sempat
memeriksa lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara orang
berteriak di luar kelenteng. "Hu-moay Jimoay, apakah kalian
berada di dalam kelenteng? Nyata itulah suaranya Yalu Ce.
Dengan girang Kwe Hu lantas menjawab: "Lekas kemari,
kakak Ce, sungguh kejadian sangat aneh!"
Sejenak kemudian Yalu Ce berlari masuk dengan dua
anggota Kay-pang berkantong enam, Iapun terkejut melihat
Nimo Singh tewas menggeletak di situ, ia tahu ilmu silat Nimo
Singh sangat tinggi, sekalipun dirinya juga bukan
tandingannya, tapi kini jagoan Hindu itu ternyata bisa dibunuh
oleh isterinya, sungguh sangat di luar dugaan.
Segera ia mengambil tempat lilin dari tangan Kwe Hu dan
mendekati Nimo Singh, setelah diperiksanya, ia tambah
keheranan Ternyata kedua telapak tangan Nimo Singh sama
berlubang, sebuah tusuk kundai kemala hijau tepat menancap
pada Sin-ting-hiat di batok kepalanya.
Padahal tusuk kondai kemala itu sangat mudah patah,
namun dapat menembus telapak tangan seorang jago silat
kenamaan dan dan sekaligus membinasakannya maka betapa
lihay kepandaian pemakai tusuk kundai ini sungguh sukar
diukur dan dibayangkan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Yalu Ce lantas berpaling dan tanya Kwe Hu:
"Apakah Gwakong datang ke sini? Lekas pertemukan aku
dengan beliau."
Kwe Hu menjadi heran, jawabnya: "Siapa yang bilang
Gwakong datang ke sini?"
"Bukan Gwakong?" Yalu Ce menegas, mendadak ia
menjadi girang dan menambahkan "Aha, jika begitu Guruku
yang datang!"
Lalu ia memandang sekeliling situ, namun tidak dilihatnya
sesuatu jejak Ciu Pek-thong, gurunya itu jenaka dan suka
bergurau bisa jadi sengaja sembunyi untuk membuatnya
kaget, Cepat ia berlari keluar kelenteng dan melompat ke
wuwungan untuk memeriksa sekitar, namun tiada sesuatupun
yang ditemukannya, terpaksa ia melompat turun kembali.
"He, apa-apaan kau bilang Gwakong dan Suhu segala?"
tegur Kwe Hu dengan bingung.
Yalu Ce lantas bertanya cara bagaimana mereka kepergok
Nimo Singn dan mengapa orang itu bisa tewas begitu saja?
Kwe Hu lantas menceritakan apa yang terjadi tadi, tentang
tusuk kundai adiknya itu dapat menancap mati Nimo Singh, ia
sendiripun tidak dapat menjelaskan.
"Di belakang jimoay pasti ada seorang kosen yang
membantu secara diam-diam," ujar Yalu Ce. "Ku kira orang
yang memiliki kepandaian setinggi ini jaman kini selain ayah
mertua hanyalah Gwakong kita Uitocu, guruku, It-teng Taysu
serta Kim-lun Hoat-ong saja berlima.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kim-lun Hoat-ong adalah Koksu Mongol, tentunya dia
takkan membunuh kawan sendiri, sedangkan It teng Taysu
tidak sembarangan mau melanggar pantangan membunuh,
maka kukira kalau bukan Gwakong tentulah guruku, Jimoay,
coba jelaskan, siapakah gerangan orang yang membantumu
itu?"
Kelika menyambitkan tusuk kundainya tadi dan
membinasakan Nimo Singh, Kwe Yang segera menoleh dan
tidak melihat bayangan seorangpun, maka diam-diam ia
meresapi ucapan "jangan takut, serang dia dengan Am-gi", ia
merasa suara itu sudah dikenalnya, ia menjadi sangsi apakah
Nyo Ko adanya? Maka waktu ditanya Yalu Ce, seketika ia tak
dapat menjawab karena dia masih kesima merenungkan suara
itu.
"He, kenapa kau, Jimoay?" seru Kwe Hu sambil menarik
lengan adiknya, ia kuatir jangan-jangan adiknya itu menjadi
Iinglung karena kejadian yang menakutkan tadi.
Tiba-tiba air muka Kwe Yang berubah menjadi merah dan
menjawab: "O, tidak apa-apa."
"Cihu bertanya padamu siapa yang membantu tadi, kau
dengar tidak?" kata Kwe Hu dengan mendongkol.
"O, siapakah yang membantuku membinasakan orang
jahat ini? Ah, sudah tentu dia! Kecuali dia siapa lagi yang
memiliki kepandaian setinggi ini?" kata Kwe Yang.
"Dia? Dia siapa?" Kwe Hu menegas. "Apakah pahlawan
besar yang kau katakan itu?"
"O, tidak, tidak! Kumaksudkan arwah halus paman Loh,"
jawab Kwe Yang cepat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cis!" semprot Kwe Hu sambil mengipatkan tangan
adiknya itu.
"Memangnya apakah kau melihat sesuatu bayangan
orang?" kata Kwe Yang pula, "Pastilah paman Loh yang
melindungi aku secara diam-diam. Kau tahu, semasa hidupnya
paman Loh sangat karib denganku."
Sudah tentu Kwe Hu menyangsikan cerita Kwe Yang itu,
namun memang nyata tadi dirinya tidak melihat sesuatu
bayangan orang dan tahu-tahu Nimo Singh sudah mati.
Sementara itu Yalu Ce sedang memeriksa kedua tongkat
Nimo Singh, katanya dengan gegetun: "Kepandaian sehebat
ini, sungguh sangat mengagumkan."
Waktu Kwe Hu dan Kwe Yang ikut meneliti, tertampak
setiap tongkat itu terbingkai sebuah gelang emas untiran.
Padahal gelang itu cuma terbuat dari untiran emas yang halus,
tapi orang dapat mendorongnya dengan tenaga dalam yang
dahsyat dan membentur jatuh kedua tongkat Nimo Singh,
pantasIah kalau Yalu Ce merasa gegetun dan kagum tidak
kepalang.
"Marilah kita perlihatkan pada ibu, siapakah sebenarnya
orang yang membantu jimoay secara diam-diam itu, tentu ibu
mengenalnya," ujar Kwe Hu.
Nimo Singh dan sepasang tongkatnya segera dibawa
kedua anak murid Kay pang dan ikut Yalu Ce pulang ke kota.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika Kwe Cing dan Ui Yong mendengar cerita Kwe Hu
dan membayangkan betapa berbahaya kejadian itu, mau takmau
Kwe Cing terperanjat.
Semula Kwe Yang menyangka keonaran yang
diterbitkannya ini pasti akan mendapat persen damperatan,
tapi Kwe Cing justeru gembira oleh keberanian dan tinggi budi
puteri kecil yang menurunkan gaya sang ayah itu, ia tidak
mendamperat, malah menghiburnya. Begitu pula demi
nampak sang suami tidak gusar, maka Ui Yong segera saja
merangkul puteri kecil itu dengan penuh sayangnya.
Tapi kemudian setelah dilihatnya mayat Nimo Singh serta
keadaan kedua tongkatnya, Ui Yong termenung-menung,
kemudian ia baru tanya Kwe Cing: "Cing-toko, siapakah
orangnya menurut kau?"
"Tenaga dalam orang ini mengutamakan keras dan kuat,
setahuku,selamanya hanya ada dua orang" sahut Kwe Cing.
"Ya, tapi guru berbudi kita Ang Jit-kong sudah lama wafat,
pula bukan kau sendiri," ujar Ui Yong.
Ia coba menanya lebih jelas tentang kejadian di kelenteng
itu, namun tetap tak bisa diterkanya.
Sesudah Kwe Hu dan Kwe Yang kembali ke-kamar masingmasing,
segera Ui Yong berkata lagi pada sang suami: "Cingkoko,
kau tahu tidak puteri ke-dua kita ada apa-apa yang
membohongi kita."
"Membohong? Membohong apa?" tanya Kwe Cing heran.
Nyata wataknya sangat sederhana dan jujur, maka tidak
pernah ia mencurigai orang lain.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sejak kembalinya dari utara mengantar kartu undangan,"
demikian tutur Ui Yong, "seorang diri ia selalu termenungmenung,
cara bicaranya malam ini juga sangat aneh."
"Ia terkejut, sudah tentu pikirannya tidak tenang," ujar
Kwe Cing.
"Bukan, bukan," sahut Ui Yong, "la sebentar malu-malu
kucing, lain saat tersenyum kecil, itu sekali-sekali bukan
karena terkejut,.tapi, dalam hatinya justeru merasa senang
tak terkatakan."
"Anak kecil mendadak mendapat bantuan orang kosen,
sudah tentu akan terkejut serta kegirangan, apapun tak perlu
dibuat heran," kata Kwe Cing Iagi.
Ui Yong tersenyum, ia tidak buka suara pula, tapi dalam
hati ia berkata: "Perasaan anak perempuan yang dirundung
asmara, waktu mudamu saja kau tak paham, sampai tua juga
kau tetap tak mengerti!"
Karena itu, lalu iapun belokkan pokok percakapan mereka
tentang siasat2 yang harus digunakan, untuk menghadapi
musuh serta acara-cara penyambutan tamu dalam perjamuan
ksatria besok.Habis itu masing-masingpun pergilah mengaso.
Tapi di atas ranjang Ui Yong sukar pulas, sebentar2 ia
terbayang oleh sikap puteri kecil yang aneh itu, pikirnya:
"Pada waktu anak perempuan ini baru lahir lantas mengalami
kesukaran, selama ini aku selalu berkuatir hidupnya akan
banyak terjadi alangan, tapi syukurlah selama 16 tahun ini
telah dilewatkan dengan selamat, apakah mungkin sekarang
inilah bakal terjadi sesuatu atas dirinya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Apabila teringat olehnya musuh sudah dekat, malapetaka
yang akan datang bakal dihadapi oleh setiap penduduk kota,
jika sebelumnya bisa diketahui, sedikit apa-apa yang bakal
terjadi juga ada gunanya untuk ber jaga2.
Namun tabiat puteri kecil ini sangat aneh, apa yang tak
ingin dikatakannya tetap tak dikatakan, betapapun orang tua
membujuk dan mendamperatnya, ia tetap bungkam dalam
seribut basa, dalam keadaan begitu orang tua jadi kewalahan.
BegituIah makin dipikir perasaan Ui Yong semakin tak
enak, diam-diam ia berbangkit dan menuju ke pintu kota, ia
suruh penjaga benteng membukakan pintu terus menuju ke
kelcmeng Yo-tayhu di barat kota.
Tatkala itu sudah jauh lewat tengah malam, bintang
guram dan rembulan suram.
Ui Yong keluarkan ilmu entengi tubuhnya yang tinggi
berlari ke sana. Ketika dekat kelenteng Yo-tayhu itu, tiba-tiba
terdengar di belakang tugu "Tui-lui pi ada suara percakapan
orang, Lekas-lekas Ui Yong mendekam ke tanah dan
merunduk maju pelahan, setelah beberapa tombak dari tugu
itu, ia mengumpet di belakang pohon besar.
Terdengar seorang berkata: "Sun-toako, In kong (tuan
penolong) suruh kita menanti dibelakang Tui-lui-pi (tugu
mencucurkan air mata) ini. Sebab apakah tugu ini diberi nama
yang begini menyedihkan, bukankah ini alamat jelek?"
"lnkong agaknya selalu hidup kurang senang, oleh sebab
itu bila mendengar nama-nama tentang Tui-pi (mengucurkan
air mata)," Yu-jiu" (bersedih) dan lain-lain yang menyedihkan
lantas mudah teringat akan nasibnya," demikian sahut orang
she Sun itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ah, orang berkepandaian tinggi seperti Inkong,
seharusnya tiada urusan sulit baginya," ujar orang yang
duluan, "Tapi kulihat wajahnya senantiasa bermuram durja.
Tui-lui-pi" ini mungkin sekali dia sendiri yang menamakannya."
"ltulah bukan," sahut orang she Sun, "Aku pernah
mendengar cerita kuno bahwa kelenteng Yo-taybu ini didirikan
orang di kaki bukit Hian, ini untuk memperingat seorang
menteri bernama Yo Koh yang sangat cinta pada rakyat di
daerah sekitar sini, maka telah didirikan pilar (atau tugu)
sebagai tanda jasanya.
Rakyat yang melihat pilar ini lantas ingat pada
kebaikannya dan saking terharu banyak yang menangis, sebab
itu pilar ini disebut Tui-lui-pi (tugu mencucurkan air mata),
Tan lakte, hidup manusia kalau bisa seperti Yo tayhu ini
barulah boleh dikata seorang laki-laki sejati."
"lnkong selamanya membela keadilan di Kangouw hingga
banyak dipuji orang, bila ia menjadi pembesar negeri di
Siangyang, boleh jadi namanya akan lebih cemerlang daripada
Yo tayhu nya orang she Tao."
"Benar," sahut si orang she Su, "malahan Kwe-tayhiap
yang namanya terkenal diseluruh jagat memiliki kebaikan yang
meliputi apa yang dipunyai Yo-tayhu dan Inkong kita."
Mendengar kedua orang itu memuji suaminya, sudah tentu
diam-diam Ui Yong senang, tapi ia lantai berpikir juga:
"Siapakah gerangannya Inkong (tuan penolong) yang mereka
maksudkan itu? Apakah mungkin orang yang diam-diam
menolong Yang-ji itu?"
Sementara itu terdengar si orang she Sun berkata pula.
"Kita berdua dahulu bermusuhan dengan Inkong, tapi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kemudian jiwa kita malah dia yang menolong. Caranya
menghadapi musuh seperti kawan sendiri. sungguh boleh
dikata melebihi Yo Koh, Yo-tayhu. Menurut cerita kuno,
dijaman Sam Kok waktu itu, Yo Koh menjaga Siangyang dan
bertempur melawan panglima Tang Go yang bernama Liok
Gong, sewaktu Yo Koh menyerbu daerah Tang Go, waktu
perlu memotong tanaman rakyat untuk rangsum pasukannya,
ia berkeras mengganti kerugian penduduk setempat Waktu
Liok Gong sakit, ia malah mengirim obat untuknya dan Liok
Gong pun sama sekali tidak curiga terus mcminumnya,
sesudah minum obat itu ternyata lantas sembuh sakitnya.
Begitulah betapa tinggi martabat Yo Koh sebagai manusia,
sampai musuh sekalipun sangat menghormati dan segan
padanya,"
"Sewaktu Yo Koh meninggal, perwira dan tentara Tang Go
yang menjadi musuhnya juga ikut menangis sedih, Caranya
menaklukkan hati manusia berdasarkan kebajikan itulah baru
benar-benar disebut Enghiong (pahlawan sejati)."
"He, Sun samko," tiba-tiba si orang she Tan berseru, "kau
sebut-sebut Yo Koh, bukankah nama ini sama suaranya
dengan nama Inkong kita. . ..."
"Sssst, diam, ada orang datang!" mendadak orang she Sun
itu mendesis.
Ui Yong terkejut, benar segera terdengar dari bawah bukit
ada suara orang berlari mendatangi dalam hati iapun berpikir:
"Nama yang sama suaranya dengan "Yo Koh",, apakah
mungkin adalah Nyo Ko? Ah, tidak, tidak mungkin,
Sungguhpun, ilmu silat Ko-ji banyak maju juga tak nanti
meningkat sampai tarap yang susah diukur itu." ..
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selang tak lama, orang yang datang itu tepuk-tepuk
tangan tiga kali, lantas orang she Sun itu membalas tepuk
tangan, orang yang datang itu mendekati tugu Tui-lui-pi, lalu
katanya: "Sun dan Tan berdua saudara, Inkong suruh kalian
tak usah menunggunya lagi, Tapi disini ada dua kartu nama
Inkong agar kalian berdua lekas mengirimkannya. Sun-samte
mengirimkan kartu ini kepada Tio-lokunsu di Sin-yang, HoIam,
Sedang Tan-lakte hendaklah mengirimkan kartu yang ini
kepada Liong-ah Thauto di Oh-ah-san. Katakanlah pada
mereka bahwa mereka berdua diminta berkumpul di sini
dalam waktu sepuluh hari."
Maka terdengarlah orang she Sun dan Tan itu menyahut
dengan hormat dan menerima kartu undangan itu.
Percakapan orang-orang itu membikin Ui Yong semakin
heran dan terkejut.
Kiranya Tio-lokunsu atau si guru silat tua sho Tio yang
disebut itu adalah keturunan lurus dari kerajaan Song, ilmu
pukulan 32 jurus Tiang kun dan 18 jurus permainan toyanya
sangatlah terkenal. Sedang Liong-ah Thauto atau si paderi
berambut bisu dan tuli dari Oh-ah-san adalah jago silat
pendaman yang sangat tersohor di daerah Ohlam. Cuma sejak
kecilnya bisu dan tuli, meski ilmu silatnya sangat tinggi,
namun selamanya tiada hubungan dengan orang luar.
Karena adanya Eng-hiong-tay-hwe atau perjamuan besar
kaum ksatria, Kwe Cing dan Ui Yong tahu kedua orang itu
suka menyepi dan pasti tidak suka tampil ke dunia ramai, tapi
untuk menghormati nama mereka, toh kartu undangan tetap
dikirim, namun betul juga, kedua orang itu membalas dengan
surat, dengan alasan halus mereka menolak untuk hadir.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi kini "lnkong" yang disebut itu apakah benar-benar
begitu hebat hingga melulu berdasarkan secarik kartu
namanya lantas kedua tokoh terpendam itu sudi datang dalam
waktu 10 hari yang ditentukan? Demikian Ui Yong berpikir
penuh tanda tanya.
Tapi bila ia pikir pula, tiba-tiba ia menjadi kuatir. Besok
perjamuan besar kaum ksatria sudah akan dibuka, kini ada
seorang sedang mengumpulkan tokoh-tokoh Kangouw
ternama ke Siangyang, apakah tujuannya? jangan-jangan
hendak membantu pihak Mongol?
Namun bila mengingat watak Tio-lokunsu dan Liong-ah
Thauto yang khas, agaknya bukanlah sebangsa manusia
khianat, pula "lnkong" yang disebut itu bila benar orang yang
membantu Yang-ji membunuh Nimo Singh itu, maka jelas pula
orang itu adalah kawan pihak sendiri.
Begitulah selagi Ui Yong mengasah otak sendiri,
sementara itu terdengar ketiga orang tadi sedang bisik-bisik
pula sebentar, namun jaraknya sudah jauh, maka tak
terdengar jelas, hanya sayup-sayup terdengar si orang she
Tan itu bilang:
"selamanya Inkong tak memberi tugas pada kita, sekali ini
kita harus melakukannya dengan baik.... kita harus menaikkan
pamornya... kado kita esok.... kata-kata lain tak yang jelas.
"Baiklah, sekarang juga kita berangkat, kau jangan kuatir,
rencana Inkong pasti takkan kapiran," demikian lantas
terdengar si orang she Sun mengiakan. Habis itu, ke tiga
orang lantas turun bukit dengan cepat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sesudah orang pergi jauh, Ui Yong masuk kelenteng itu
dan memeriksanya, tapi tiada sesuatu tanda-tanda aneh yang
dilihatnya.
Bangunan kelenteng itu sangat megah dan kuat tapi
karena pasukan musuh telah mendekat, maka penghuninya
sudah lama lari ke kota hingga tiada seorang pula.
Sungguhpun Ui Yong orang pintar, tapi seketika juga
bingung oleh orang yang disebut "lnkong" atau tuan penolong
itu, iapun tak ingin "mengeprak rumput mengejutkan ular"
dengan menangkap ke tiga orang itu untuk ditanyai, maka
sampai fajar menyingsing, barulah ia kembali ke kota.
Ketika sampai disimpang jalan dekat pintu barat kota, tibatiba
dilihatnya ada dua penunggang kuda secepat terbang
menyerempet lewat, cepat Ui Yong menyingkir kepinggir jalan,
waktu diawasinya, ternyata kedua penunggang itu adalah lakilaki
kekar semua.
Setiba disamping jalan itu, seorang memutar kuda ke
barat-laut dan yang lain membalik ke barat-daya.
Ketika hendak berpisah, terdengar seorang diantaranya
berseru: "lnsat, jangan lupa bilang pada Thio-toagocu bahwa
dalang, pesinden dan penabuh-nya harus dia sendiri yang
membawanya dan pula jangan lupa membawa tukang
pembuat bunga api!"
"Ah, tak perlu kau mengingatkan aku terus menerus, kau
sendiri disuruh pergi memanggil tukang isak yang kesohor itu,
jika terlambat sehari, kau akan diomeli orang banyak," sahut
kawannya itu. Habis itu, cepat sekali kedua orang itu lantas
berpisah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Perlahan Ui Yong masuk ke kota dalam hati ia tambah
heran, nama Thio-toagocu (si selendang besar she Thio)
sudah dikenalnya sebagai seorang berpengaruh di Hanggau,
masakah ada seorang secara begitu mudah bisa
memanggilnya datang, apakah ini juga suruhan "lngkong"
yang disebut itu. Mereka main secara besar-besaran,
sebenarnya apakah maksudnya?
BegituIah penuh tanda tanya dalam hati Ui Yong.
Mendadak hatinya terkesiap, katanya: "Ya... ya, sekarang
tahulah aku, pasti inilah sebabnya."
Cepat ia kembali ke rumah serta menanyai sang suami:
"Cing-koko, apakah tamu undangan kita ada yang ketinggalan
dikirim kartu?"
"Ketinggalan mengirimkan undangan?" tanya Kwe Cing
heran "Tapi kita sudah memeriksanya beruIang kali, rasanya
tiada yang ketinggalan."
Apakah benar Nyo Ko yang dimaksud sebagai "lnkong" oleh
orang-orang Kangouw itu?
Siapakah akhirnya yang berhasil merebut jabatan pangcu
kaum jembel?
(Bacalah jilid ke - 55)
Jilid 55
"Memangnya akupun berpikir begitu," ujar Ui Yong,
"Karena kuatir ada yang ketinggalan tak di undang, maka
orang gagah mana saja, walaupun tidak terlalu dikenal juga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kita kirimkan kartunya. Tapi apa yang kulihat tadi jelas sekali
ada seorang tokoh besar yang merasa sakit hati hingga akan
mengadakan suatu perjamuan besar kaum ksatria untuk
mengkonkireni kita."
Namun Kwe Cing yang berjiwa luhur dan berhati terbuka,
bukannya iri, sebaliknya ia girang, katanya. "Aha, itulah
kebetulan jika ada seorang Enghiong yang bercita2 sama,
itulah paling baik. Kita akan mendukung dia sebagai Bengcu
(ketua perserikatan) dan biar dia memimpin para ksatria untuk
melawan MongoI, kita sendiri tunduk pada perintahnya saja."
Namun Ui Yong lantas mengkerut keningnya, katanya:
"Tapi melihat tindak-tanduknya, tidak mirip hendak melawan
musuh, ia telah kirim undangan kepada Tio-lokunsu di
Sinyang, Liong-ah Thauto di Oh-ah-san, Thio-toagocu dan
lain-lain lagi."
Tapi Kwe Cing malahan bertambah girang, ia tepuk meja
serta berseru: "Ha, jika orang ini sanggup mengundang Tiolokunsu,
Liongah Thauto dan Thio toagocu ke Siangyang, pasti
kekuatan kita akan bertambah bcsar. Yong-ji, tokoh-tokoh
seperti itu, kita harus bersahabat baik-baik dengan mereka."
Namun Ui Yong tidak menyahut lagi, sementara itu
petugas memberitahu bahwa tamu-tamu telah datang hingga
terpaksa Kwe Cing dan Ui Yong sibuk menyambut.
Saking sibuknya harus menyambut tetamu yang datang
ber-bondong-bondong dari segala pelosok itu, terhadap
pengalamannya semalam sementara tak sempat dipikirkan lagi
oleh Ui Yong.
Esok harinya adalah Eng-hiong-tay-hwe, pertemuan besar
ksatria itu tidak kurang disediakan 400 meja perjamuan,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
komandan militer kota pemerintah Song, Lu Bun-hwan, telah
menyuguh sendiri arak kehormatan kepada para ksatria atau
pahlawan itu.
Dalam perjamuan, ketika semua orang berbicara tentang
keganasan serdadu Mongol yang membunuh rakyat dan
merebut tanah airnya, semua orang merasa murka sekali,
beramai-ramai semua orang akan bertempur matian melawan
musuh -"
Dan malam itu juga dengan suara bulat Kwe Cing dipilih
sebagai Bengcu atau ketua perserikatan, semuanya
bersumpah dengan darah dan berjanji melawan musuh hingga
titik darah penghabisan.
Di lain pihak sesudah hari itu Kwe Yang bertengkar dengan
sang Taci di kelenteng Yo-taybu serta menyatakan takkan ikut
hadiri perjamuan besar ksatria itu, betul juga ia tak
menampakkan diri melainkan makan-minum sendirian
dikamarnya, katanya pada dayang yang melayaninya: "Taci
pergi menghadiri perjamuan ksatria itu, aku sendirian enakenak
makan-niinum, masa kalah gembiranya daripada dia?"
Kwe Cing dan Ui Yong sendiri lagi pusatkan pikiran untuk
menghadapi musuh, sudah tentu mereka tak sempat menilik
kelakuan anak dara yang lagi ngambek itu, Kwe Cing boleh
dikatakan sama sekali tak tahu menahu.
Ui Yong pernah juga menanyakan, tapi iapun tahu adat
puteri kecil itu memang aneh, maka ia hanya ganda
tersenyum saja.
Dalam perjamuan besar itu kebanyakan para pahlawan
adalah jago minum, sesudah banyak minum hingga pengaruh
alkhohol sudah bekerja, lantas saja banyak yang lupa daratan,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ada juga yang lantas memamerkan ilmu silat mereka sebagai
selingan.
Betapapun juga akhirnya Ui Yong terkenang pada puteri
kecilnya itu, maka katanya pada Kwe Hu: "Coba kau pergi
memanggil adikmu itu keluar untuk melihat keramaian ini,
perjamuan seperti ini, selama hidup orang belum tentu dapat
menyaksikannya satu kali."
"Ah, aku justeru tak mau mengundangnya," sahut Kwe Hu.
"Adik memangnya lagi ngambek dan ingin mencari gara-gara
padaku, bukankah aku cari penyakit bila pergi kesana."
"Biar aku saja menyeret Ji-ci kemari," ujar Kwe Boh-lo.
Lalu iapun berbangkit dan menuju kebelakang.
Tapi tak lama Boh-lo telah kembali sendirian, belum lagi ia
buka suara atau Kwe Hu sudah mendahului berkata: "Gimana?
Aku kan sudah bilang ia takkan datang sekarang betul tidak?"
Melihat wajah puteranya itu penuh rasa keheranan segera
Ui Yong bertanya: "Apa yang dikatakan Ji-ci?"
"Sungguh aneh, mak!" sahut Boh-lo.
"Sebab apa?" tanya sang ibu.
"Kata Ji-ci, di kamarnya sedang diadakan perjamuan kecil
kaum ksatria, maka takkan menghadiri perjamuan besar
ksatria ini!" demikian Boh-lo menerangkan.
Namun Ui Yong hanya tersenyum, katanya: "Ji-cimu itu
memang suka berpikir yang tidak-tidak, biarkanlah."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Mak, tapi di kamar Ji-ci benar-benar ada tetamunya," kata
Kwe Bob-lo lagi. "Diantaranya lima laki-laki dan dua wanita,
semuanya lagi minum arak bersama Ji-ci."
Dengar itu, mau tak-mau Ui Yong mengkerut kening, ia
pikir anak dara ini makin lama semakin berani, masakah
kamar seorang perawan memasukkan orang laki-laki untuk
makan-minum sesukanya? sungguh nama julukan Siau-tongsia
yang diberikan orang benar-benar tidak salah.
Tapi hari ini semua orang lagi bergembira, tidak pantas
untuk soal sekecil ini puteri itu harus didamperat hingga
menghilangkan kegembiraan semua orang.
"Cobalah kau pergi mengundang teman2-adikmu itu agar
minum arak ke ruangan besar ini, biar ramai-ramai bergembira
bersama," demikian katanya kepada Kwe Hu, Nyata ia
mengira Boh-lo tak pandai menghadapi tamu, maka puteri
sulung ini yang di suruhnya sekarang.
Kwe Hu sendiri memang juga heran dan ingin mengetahui
kamar adiknya itu kedatangan tamu siapakah, ia cukup kenal
watak sang adik yang tak pedulikan adat perbedaan laki-laki
perempuan segala macam dan lapisan masyarakat suka
bergaul, ia pikir teman yang lagi minum arak bersamanya itu
tentu sebangsa orang-orang tak keruan.
Kini mendengar perintah sang ibu segera iapun berbangkit
menuju ke kamar Kwe Yang.
Ketika hampir dekat kamar adiknya itu, terdengarlah suara
anak dara itu lagi berseru: "Hai, Gin-koh, suruhlah koki
membawakan lagi dua guci arak!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pelayan yang disebut itu menyahut sekali, lalu terdengar
Kwe Yang menambahkan: "Dan pesan pula koki lekas masak
dua paha kambing serta memotong 20 kati daging rebus yang
hangat2."
Maka pergilah pelayan menerima perintah itu.
Kemudian terdengar suara seorang seperti bunyi
gembreng pecah berkata pula: "Kwe-jikohnio (nona Kwe
kedua) benar- bertangan sangat terbuka, sayang aku Jin-tu-cu
tidak kenal sejak dulu, kalau tahu, sudah lama aku berkawan
dengan kau."
"Berkawan sekarang juga belum terlambat," sahut Kwe
Yang tertawa.
Mendengar percakapan itu, Kwe Hu mengkerut kening,
waktu ia mengintip melalui sela-sela jendela, terlihatlah dalam
kamar adiknya itu terletak sebuah meja pendek, delapan
orang berduduk dilantai, diatas meja sendok-piring simpang
siur tak ter-atur, perjamuan sedang berlangsung dengan
meriahnya.
Yang duduk menghadap kemari terlihat adalah seorang
gemuk gede, simbar dada hingga bulu dadanya yang hitam
lebat itu kelihatan, disebelah kirinya adalah seorang sastrawan
berjenggot cabang tiga, pakaiannya rajin bersih. Dan
sebelahnya lagi adalah seorang wanita setengah umur, cuma
mukanya penuh codet bekas luka, sedikitnya berpuluh tempat.
Dan yang duduk disebelahnya lagi adalah segarang thauto
berambut memakai sebuah ikat rambut emas yang berkilau2,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia sedang menggerogoti sepotong ayam panggang dengan
lahapnya:
Sedang tiga orang lainnya duduk mungkur, maka tak jelas
muka mereka, agaknya yang dua adalah kakek2 yang beruban
rambutnya dan seorang lagi adalah Nikoh (paderi wanita)
berbaju hitam.
Kwe Yahg sendiri duduk diantara orang-orang itu,
wajahnya yang cantik itu sudah bersemu merah, suatu tanda
pengaruh alkohol, tapi anak dara ini asyik beromong tak
pernah diam, nyata sekali hatinya sangat bergembira.
Tidak lama kemudian koki telah antarkan masakan yang
diminta tadi, maka semuanya orang makan sepuas-puasnya
pula, malahan yang minum dan makan paling banyak adalah
si Nikoh berbaju hitam itu.
Diam-diam Kwe Hu pikir, melihat betapa gembiranya
mereka, seumpama diundang keruangan besar di depan sana
juga mereka tak mau pergi.
Dalam pada itu terlihatlah seorang kakek2 beruban
diantaranya telah berdiri, lalu berkata: "perjamuan ini rasanya
sudah mencukupi delapan bagian, biarlah hari ini kita sampai
di sini saja, kelak kalau hari ulang tahun nona, pasti kami akan
makan minum lebih besar pula, Kini orang tua ada sedikit
hadiah. harap saja nona Kwe jangan mencela!"
Habis berkata, dikeluarkannya sebuah kotak terbungkus
sutera dan diletakkan di meja.
"Pek-cau-siao hadiah apakah yang kau berikan itu, hayolah
perlihatkan." segera kakek yang lain berteriak. Sembari
berkata iapun ulur tangan membuka kotak itu sendiri. Tapi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
segera ia berseru tertahan: "Ah, ini adalah "Jian-lian-swatsom"
(Kolesom salju berumur ribuan tahun), dari mana kau
memperolehnya?" - Lalu benda mestika itupun dijemputnya
dan di-amat2i.
Dari sela-sela jendela dapatiah Kwe Hu melihat jelas kakek
itu memegangi sebatang Jin-som seputih salju yang
panjangnya kira-kira satu kaki, bentuknya menyerupai benar
anak orok, kepala, tubuh dan anggota badan semuanya
lengkap, malahan kulitnyapun bersemu merah, sungguh
semacam benda mestika yang sukar didapatkan saking
kagumnya hingga semua orang ber-keplok2 memuji.
Tampaknya kakek yang dipanggil Pek-cau sian atau Dewa
Seratus Rumput itu menjadi senang, katanya: "Jian-lian-swatsom
ini manjur menyembuhkan penyakit yang paling berat
dan untuk memunahkan segala racun, boleh dikata khasiatnya
dapat menghidupkan yang masti dan menyambung umur yang
hidup. Bahwa nona hidup bahagia hingga berumur seabad,
memangnya tak memerlukannya. Tunggu saja sampai hari
ulang tahun seabad, ambil Jim som ini dan meminumnya agar
nona panjang umur lagi seratus tahun, bukan kah sangat
bagus."
Semua orang bertepuk tangan sambil tertawa, mereka
memuji kakek itu pandai mengucapkan kata-kata pujian.
Dalam pada itu orang gemuk gede yang bernama Jin-tuicu
(si jagal orang) lantas mengeluarkan sebuah kotak besi juga,
katanya dengan tertawa: "Nah, aku menghadiahi nona
semacam mainan, hanya untuk bikin tertawa nona saja, tapi
tak bisa dibandingkan dengan benda mestika hadiah Pek Causian-
ong tadi."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dan ketika kotak besi itu dijeplakkan, mendadak dari
dalam kotak meloncat keluar dua Hwe-sio gemuk terbuat dari
besi, panjangnya masing-masing kira-kira tujuh dim, lalu yang
satu memukul dan yang lain menendang terus saling serangmenyerang.
Betapa lucu boneka besi itu hingga semua orang tertawa
geli, Ternyata dari gerak gerik pukulan-pukulan kedua boneka
besi itu adalah ilmu pukulan "Siau-limlo-han-kun" yang
terkenal, tak lama kemudian, sesudah alat putaran (pergas)
dalam boneka besi itu habis barulah mendadak kedua boneka
itu berhenti dengan berdiri tegak, gayanya mirip jago silat
kelas satu.
Melihat ini semua orang tidak sanggup tertawa lagi,
sebaliknya mereka berwajah kuatir.
"Jin-tu-cu," tiba-tiba wanita yang bermuka codet itu
berkata, "jangan kau jaga mukamu, tapi malah mendatangkan
penyakit bagi nona Kwe. Thi-lo-han" (orang-orangan besi) ini
adalah milik Siau-lim-si, darimana kau dapat mencurinya?"
"Hehe," sahut Jin-tu-cu tertawa, sungguhpun aku Jin-tu-cu
bernyali sebesar langit juga tak berani coba-coba gerayangi
Siau-lim-si, Tapi ini justeru adalah Bu-sik Siansu, itu paderi
utama ruangan Lo-han-tong dari Siau-lim-si yang menyuruh
aku membawanya kemari, ia bilang tepat pada hari ulang
tahun nona pasti akan sampai di Siangyang untuk memberi
selamat. Nah, yang inilah baru benar-benar adalah hadiahku
sendiri yang tak berarti!"
Habis berkata, ia buka lapisan bawah kotak besi itu hingga
tertampaklah sepasang gelang kemala hitam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Gelang hitam itu tertampak ber-kilat2, bentuknya tidak
menarik, mendadak Jin-tu-cu melolos sebilah golok terus
membacok gelang kemala itu, maka terdengarlah suara
"trang" yang nyaring, golok itulah yang membal ke atas,
sebaliknya gelang kemala tak kurang apapun.
Maka bersoraklah memuji semua orang, Menyusul itu
lantas si sastrawan, Nikoh, Thau-to dan si wanita muka codet
masing-masing juga memberi kado kepada Kwe Yang,
semuanya barang aneh dan mestika yang jarang dilihat. Tentu
saja Kwe Yang kegirangan, dengan senyum simpul semua
kado itu diterimanya.
Menyaksikan itu Kwe Hu semakin terperangah sekali putar
tubuh, segera ia lari kembali keruangan depan dan ceritakan
semua apa yang dilihatnya kepada sang ibu.
Mendengar itu kejut Ui Yong melebihi Kwe Hu, segera ia
mengajak Cu Cu-liu dan bertiga masuk ke ruangan dalam.
Lalu Ui Yong tuturkan apa yang dilihat Kwe Hu tadi kepada
Cu-Iiu, itu murid tertua dari It-teng Taysu.
Cu Cu-liu ikut ter heran2, katanya: "Jin-tuicu dan Pek causian?
Mengapa mereka bisa datang ke Siangyang sini? si Nikoh
berbaju hitam itu mungkin sekali adalah Coat hou-jiu Seng-in
Suthay yang membunuh orang tak berkesip, sedang kipas
lempit si sastrawan itu terlukis satu setan Bu-siang (setan
gentayangan), ehm, apakah mungkin ialah Coan-lun-ong Thio
It bin?"
Sembari berkata Ui Yong berulang-ulang mengangguk
sebaliknya Cu-liu sendiri geleng-geleng kepala, katanya: "Tapi
hal ini teranglah tak mungkin. berapakah usia nona Kwe,
kecuali akhir2 ini pernah keluar sekali, selain itu belum pernah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kakinya menginjak tempat lebih jauh 10 li di luar Siangyang,
mana bisa ia kenal orang-orang kosen dari segala pelosok itu?
Pula, Bu-sik siansu dari Siaulim-si itu sudah berpuluh tahun
tak pernah turun gunung, orang lain sengaja mohon bertemu
saja ditolak, mana mungkin sekarang ia malah datang ke
Siangyang melulu untuk memberi selamat ulang tahun kepada
seorang nona? Menurut pendapatku, tentu nona cilik ini
sengaja bersekongkol dengan kawannya dan membesarkan
segalanya untuk menggoda encinya."
"Tapi nama-nama seperti Seng-in Suthay, Thio It-bin dan
lain-lain jarang kita sebut-sebut, darimana Yang-ji bisa kenal
mereka, hendak main-main juga tidak selengkap itu," ujar Ui
Yong termangu-mangu.
"Marilah kita coba menemui mereka menurut aturan, jika
mereka adalah teman Kwe-jikohnio kedatangan mereka ke
Siangyang ini pasti tiada maksud jahat," kata Cu-Iiu kemudian.
"Akupun berpikir begitu," sahut Ui Yong. "Cuma Seng-lo
Suthay, Coan-lun-ong Thio It-biti dan lain-lain itu biasanya
lurus2 serong tak tertentu, walaupun kita tak jeri, tapi kalau
terlibat permusuhan, rasanya cukup akan bikin kepala pusing,
kini pasukan musuh dekat didepan mata, betapapun tak boleh
lagi memencarkan perhatian untuk melayani manusia-sia aneh
ini..."
Sampai di sini, mendadak terdengar suara seorang
bergelak ketawa di luar jendela dan berkata. "Kwe-hujin, kami
datang ke Siangyang melulu untuk memberi selamat ulang
tahun dan tiada maksud jahat lain, kenapa harus menjadi
pusing kepala?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika mengucapkan "tiada maksud jahat, kenapa harus
pusing kepala," ternyata suara itu sudah menjauh.
Cepat Ui Yong, Cu Cu-Iiu dan Kwe Hu memburu ke pinggir
jendeia, terlihatlah satu bayangan berkelebat diatas pagar
sana, gerak tubuh itu cepat luar biasa, hingga sekejap saja
sudah menghilang.
Sedianya Kwe Hu hendak mengudak, tapi Ui Yong telah
menariknya "Jangan sembrono, tak mungkin kau bisa
menyandaknya!" Dan ketika ia mendongak tiba-tiba terlihat di
atas dahan pohon diluar itu tertancap sebuah kipas putih yang
terpentang.
Kipas itu tingginya empat tombak lebih, Kwe Hu menduga
dirinya tak mampu sekali loncat meraihnya, maka serunya:
"Mak!"
Ui Yong meogangguk, dengan enteng saja ia meloncat,
tangan kirinya menahan pelahan disuatu dahan terus
mencelat naik pula keatas dan kipas itupun dapat dicabutnya
turun.
Ketika mereka periksa kipas itu dibawah sinar lampu di
dalam rumah, terlihatlah disebelah kipas itu terlukis setan Busiang
putih yang lidahnya melelet panjang dengan muka
berseri-seri, kedua tangannya terangkap mengunjuk hormat,
disampingnya tertulis 14 huruf besar yang berbunyi.
"Selamat hari ulang tahun nona Kwe kedua, semoga hidup
seabad dan berumur panjang"
Waktu Ui Yong membalik kipas itu, disebelahnya juga
tertulis kata-kata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hek-ih-ni Seng-in, Pek- cau-sian, Jin tu-cuw Kiu-su-sing,
Kau-bak Thauto, Han Bu hou dan Thio It-bin, menyampaikan
salam hormat kepada Kwe-thayhiap serta Kwehujin, selamat
hari ulang tahun puteri kesayangan kalian, kedatangan kami
yang lancang ini tak berani lagi tinggal lebih lama, haraplah
maaf, maaf."
Beberapa baris tulisan itu belum kering tinta-nya,
tulisannya kuat dan bergaya, Cu Cu-Iiu adalah ahli seni-tulis,
maka segera ia memuji: tulisan bagus, tulisan bagus!"
"Nah, teranglah sekarang, marilah kita pergi melihat Yangji,"
kata Ui Yong kemudian.
Waktu mereka sampai dikamar anak dara itu, pelayan
sedang membersihkan sisa daharan dan mangkok piring kotor
"Mak, Cu-pepek, Cici, lihatlah kalian, inilah kado yang
kuterima dari tetamu," demikian kata Kwe Yang segera.
Menyaksikan benda-benda seperti Jin-lian-swat-som, Tiatlo-
han kembar, gelang kemala hitam serta kado2 lain hadiah
Coat-hou-jiu Seng-in Suthay dan Coan-luo-ong Thio It-bin cs.,
sudah tentu Ui Yong dan Cu-liu sama merasa heran sekali.
Ketika Kwe Yang menjeplak alat penggerak hingga
sepasang boneka besi itu bersilat saling pukul puIa, tampaklah
anak dara itu amat girangnya.
Ui Yong menunggu selesai kedua boneka itu memainkan
"Lo-han-kun" dari Siau-lim-si itu, lalu tanyanya: "Yang-ji,
sebenarnya apakah yang terjadi, coba ceritakanlah pada ibu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ah, biasa saja, beberapa kawan baru mengetahui aku
Shejit (hari ulang tahun), maka mereka memberikan kado
padaku," sahut Kwe Yang tertawa.
"Darimana kau kenal orang-orang ini?" tanya sang ibu.
"Juga baru hari ini kukenal mereka." sahut Kwe Yang.
"Tadi waktu aku seorang diri minum arak didalam kamar, tibatiba
terdengar Han-cici, itu enci yang bernama Han Bu hou,
menyapa diluar jendela, katanya: "Adik cilik, kami beramairamai
mengiringi kau minum, mau tidak?"
Aku menyahut: "Baik sekali! Marilah masuk, marilah
masuk!" -Dan merekapun melompat masuklah dari luar,
malahan mereka menyatakan pada tanggal 24 tepat hari ulang
tahun ku nanti mereka akan datang pula memberi selamat.
Ya, entah dari mana mereka tahu saat hari ulang tahunku.
Mak, apakah mereka kenalanmu dan ayah. Bila tidak, kenapa
mereka beri kado begini banyak padaku?"
"Ayahmu dan aku tidak kenal mereka," sahut Ui Yong,
"Tentunya mereka datang atas undangan seorang sobatmu
yang aneh, bukan?"
"Aku tidak punya sobat aneh, kecuali Cihu," sahut Kwe
Yang tertawa.
"Ngaco, Cihu-mu kenapa kau katakan aneh?" semprot Kwe
Hu.
Kwe Yang me-Ielet2 lidah, sahutnya tertawa. "Sesudah
menikahi kau, tidak anehpun Cihu ber-ubah aneh."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera Kwe Hu angkat tangannya hendak memukul
namun sambil terkikik Kwe Yang sembunyi di belakang sang
ibu
"Sudahlah, taci-adik jangan bergurau Iagi," ujar Ui Yong,
"Coba, Yang-ji, jawablah, tadi Coan-lun-ong dan Pek-cau-sian
itu me-nyebut2 tentang Eng hiong-tay-hwe yang akan kita
adakan itu tidak?"
"Tidak," sahut Kwe Yang. "Hanya kedua kakek yang
bernama Pek-cau-sian dan Kiu-su-sing itu bilang sangat
mengagumi ayah."
Sesudah Ui Yong tanya lagi dan melihat Kwe Yang benarbenar
tidak membohongi apa-apa, lalu katanya: "Baiklah,
lekas tidurlah!" - Bersama Cu Cu-liu dan bersama Kwe Hu
merekapun keluar dari kamar anak dara itu.
"Mak," tiba-tiba Kwe Yang menyusul keluar kamar. "lni
Jian-lian-swat-som agaknya sangat berfaedah, harap ibu
memakannya separah dan ayah separoh."
"Bukankah itu kado Pek-cau-sian untuk ulang tahunmu?"
sahut Ui Yong.
"Aku sudah terlahir dan juga sudah besar, tapi tiada sedikit
jasapun, tapi ibulah yang selama ini benar-benar terlalu
capek," ujar Kwe Yong.
Ui Yong pikir janganlah mengecewakan maksud baik puteri
kecil ini, maka Jin-som itu diterimanya, bila terkeuang olehnya
pada hari Kwe Yang dilahirkan lantas banyak mengalami halhal
yang berbahaya tanpa terasa ia menghela napas.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ketika Kwe Cing kembali ke kamar dan bercerita pada
sang isteri tentang semangat para ksatria yang bersatu padu
dan siap berjuang sepenuh tenaga untuk melawan musuh,
tampaknya ia menjadi luar biasa girangnya.
Ui Yong menceritakan juga tentang kehadiran Seng in
Suthay dan Pek-cau sian cs. dalam perjamuan Kwe Yang,
seketika Kwe Cing melengak. "Bisa terjadi hal begitu?"
demikian ia menegas.
Ketika ia periksa Jian-lian-swat-som itu, ternyata memang
benda mustika yang sukar diperoleh.
"Ha, nona cilik kita agaknya pengaruhnya jauh melebihi
orang tuanya," ujar Ui Yong tertawa.
Tapi Kwe Cing tak bersuara, ia menunduk memikirkan
tindak-tanduk orang-orang sebangsa Seng in Suthay, Coan lun
ong dan Han Bu hou itu.
"Cing-koko," kata Ui Yong pula, "urusan pemilihan Pangcu
apa lebih baik dimajukan beberapa hari, bila tidak, sampai hari
ulang tahun Yang-ji dan Bu-sik siansu cs. benar-benar datang
rasanya terlalu banyak campur aduk orang-orang luar,
mungkin akan terjadi hal-hal di luar dugaan."
"Tapi aku malah ada suatu pikiran," ujar Kwe Cing, "Kita
justeru tunggu sampai tanggal 24 baru mulai memilih pangcu
agar suasana bertambah semarak. Bila Bu-sik siansu dan
Liong-ah Thauto benar-benar hadir, kita lantas minta mereka
agar suka bersatu padu melawan musuh penjajah, bukankah
demikian ini menjadi lebih baik?"
Namun aku kuatir kalau-kalau mereka hanya pura-pura
datang memberi selamat saja, tapi tujuannya hendak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengacau," sahut sang isteri, "Coba kau pikir, ada hubungan
apakah mereka dengan Yang-ji yang masih kecil ini, masakah
mereka datang melulu untuk memberi selamat Shejit
padanya? Sejak dahulu kala yang lurus dan yang serong tidak
pernah berdiri sejajar, mungkin masih ada sebagian besar ahli
silat didunia ini yang tak suka kau diangkat menjadi Bu-lim
Bengcu (ketua himpunan persilatan)."
Tiba-tiba Kwe Cing berdiri dan terbahak-bahak. "Yong-ji,"
katanya, "perbuatan kita asal tidak merugikan negara dan
bangsa, tentang Bu-lim Bengcu ini siapapun yang
menjabatnya bagiku serupa saja, Apalagi yang serong takkan
menangkan yang lurus, jika mereka benar-benar bermaksud
jahat, biar kita melayani mereka.
Kau punya "Pak-kau-pang hoat" (ilmu permainan pentung
penggebuk anjing) dan aku punya "Hang-liong-sip-pat-ciang"
(18 jurus ilmu pukulan penakluk naga) sudah ada belasan
tahun tak pernah dipertunjukkan dan agaknya tidaklah perlu
jeri pada orang"
Melihat semangat sang suami masih menyala-nyala tidak
kurang daripada masa dahulu, maka kata Ui Yong dengan
tertawa: "Baiklah aku menurut saja pada keputusan pimpinan.
Dan minumlah Jin-som salju dari Yang-ji ini, agaknya
khasiatnya cukup membandingi latihan selama lima-enam
tahun"
"Ah, tidak"" sahut Kwe Cing, "kau sudah melahirkan tiga
anak, kekuatanmu tentunya banyak berkurang, kaulah yang
perlu tambah jamu kuat.
Nyata cinta kasih antara suami isteri itu benar-benar kekal,
sesudah tolak menolak akhirnya Kwe Cing berkata: "Sudanlah,
biar Jin-som ini kita simpan saja. Beberapa hari lagi dalam
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pertarungan ksatria2 tentu ada kawan kita yang terluka, dan
benda ini kita simpan untuk menolong jiwa mereka."
Besok paginya perjamuan besar kaum ksatria itu masih
terus dilangsungkan dan di kamar Kwe Yang perjamuan "kecil
kaum ksatria juga tetap diadakan.
Sudah siang2 Ui Yong pesan koki agar memasak se-baikbaiknya
untuk tetamu puteri kecilnya itu.
Kwe Hu sendiri sedang mencurahkan seluruh perhatiannya
untuk persiapan kemungkinan sang suami, yaitu Yalu Ce, yang
bakal merebut kedudukan Pangcu Kay-pang. Maka terhadap
urusan tamu-tamu aneh sang adik itu sama sekali tak
dihiraukannya.
Beberapa hari keadaan demikian itu telah berlangsung
dalam pertemuan para ksatria itu sudah selesai dirundingkan
dan ditetapkan siasat cara bagaimana menggalang seluruh
kekuatan kaum patriot dan cara mengacaukan bala bantuan
Mongol serta pertahanan kota. Para pahlawan sama
menggosok-gosok kepalan penuh semangat menanti
datangnya musuh untuk bertempur.
Akhirnya tibalah tanggal 24, pertemuan besar sudah
selesai, acara selanjutnya adalah pemilihan pangcu atau ketua
Kay-pang, persatuan kaum jembel. sehabis makan siang,
beramai-ramai para ksatria lantas menuju ke alun2 di selatan
kota.
Di tengah alun2 itu terlihatlah satu panggung tinggi megah
sudah dipasang, di atas panggung itu kosong bersih tanpa
sebuah bangkupun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hal ini memang sudah menjadi peraturan Kay-pang turun
temurun, tak perduli pertemuan besar rapat kecil, selamanya
mereka duduk ditanah sebagai tanda tidak meninggalkan adat
asli kaum jembel atau pengemis.
Hanya di sebelah timur panggung teratur beberapa ratus
kursi itu melulu disediakan untuk para tamu undangan yang
tidak termasuk anggota Kay-pang.
Belum lohor, disekitar panggung itu sudah berjubel lebih
dua ribu anggota Kay-pang, semuanya adalah anggota lama
dan tergolong tokoh, paling rendah tingkatannya adalah anak
murid berkantong empat.
Kedua ribu anggota Kay pang itu tadinya berada di bawah
pimpinan empat orang Tianglo atau tertua, yakni yang mulamula
terdiri dari Loh-tianglo, yaitu Loh Yu-ka, lalu Kan tianglo,
Kho-tianglo dan Peng-tianglo.
Loh-tianglo naik pangkat menjadi Pangcu, sekarang mati
dibokong musuh. Peng-tianglo telah mengkhianat dan
terbunuh oleh Cu-in, Kan-tianglo mati tua dan kini tinggal
seorang Nio-tianglo saja yang merupakan tertua satu-satunya.
Sedang lowongan ketiga Tianglo yang lain itu telah diisi oleh
murid berkantong delapan yang dinaikkan pangkatnya.
BegituIah anggota2 Kay-pang itu sama duduk di tanah
mengitari panggung itu menurut daerah masing-masing,
sedang beribu ksatria itu duduk dikursi tempat peninjau. Yalu
Ce suami-isteri, Bu Tun si dan Yalu Yen, Bu Siu-bun dan
Wanyen Peng cs, karena termasuk angkatan muda, mereka
duduk dibarisan kursi yang paling belakang.
Sesudah berlatih giat selama belasan tahun ini, mereka
merasa sudah banyak maju, maka diam-diam sama
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
memikirkan cara bagaimana nanti akan unjuk kepandaian
mereka dihadapan orang banyak.
Kwe Boh lo waktu itu berduduk disamping sang Cici, Kwe
Hu, pemuda ini menjadi kegirangan melihat suasana yang
begitu ramai, katanya:
"Ji-ci benar-benar aneh, suasana seramai ini ternyata tak
mau menonton."
"Ah, hati si kecil aneh itu memang sukar menerkanya,"
sahut Kwe Hu menjengek.
Dalam pada itu terlihatlah disebelah timur sana seorang
anak murid Kaypang berkantong delapan telah berdiri dan
menempelkan sebuah kulit keong besar kemulutnya dan
ditiupnya hingga mengeluarkan suara "hauk-bauk", kiranya
telah tiba waktunya antara pukul satu lewat Iohor.
Segera Ui Yong melompat ke atas panggung, ia memberi
hormat kepada hadirin, lalu dengan suara hutang berkata,
"Perkumpulan kami hari ini mengadakan rapat besar, berkat
para pahlawan dan ksatria angkatan tua sudi mengunjungi
serta banyak kawan muda yang sudi hadir sebagai peninjau,
sungguh segenap anggota perkumpulan kami merasa bangga
dan berterima kasih-"
Habis ini ia memberi hormat lagi hingga para ksatria di
bawah panggung sama berdiri membalas hormatnya.
"Mendiang Loh-pangcu kami" demikian Ui Yong
melanjutkan kata pembukaannya, "selama hidupnya selalu
berbudi dan berjuang untuk kepentingan rakyat dan negara
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
secara tak kenal lelah. Sayang kemarin dulu telah dicelakai
bangsat Hotu di kelenteng Yo-tayhu di bukit Hiansan. Dendam
ini tidak terbalas, sungguh merupakan suatu noda yang
memalukan bagi perkumpulan kita..."
Sampai di sini para anggota Kay-pang yang ingat pada
kejujuran dan kebaikan budi Loh Yu ka, segera banyak yang
terguguk-guguk menangis dan ada pula yang mengertak gigi
mengumpat maki si bangsat Hotu.
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru