Kamis, 20 April 2017

Cerita Silat Ke 22 Pendekar Yoko Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti

Cerita Silat Ke 22 Pendekar Yoko Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju. cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia cerita silat kho ping hoo cerita silat mandarin online cerita silat mandarin full cerita silat jawa kumpulan cerita silat cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis cerita silat jadul indonesia cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti cersil indonesia pendekar mabuk cersil langka cersil dewa arak cerita silat jaman dulu cersil jawa download cerita silat mandarin full cerita silat mandarin online cersil mandarin lepas cerita silat mandarin pendekar matahari cerita silat jawa pdf cersil indonesia pdf cersil mandarin beruang salju kumpulan cerita silat pdf Cerita Silat Ke 22 Pendekar Yoko Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti
kumpulan cerita silat cersil online
-Setiba di luar kamar anak perempuannya, Kwe Cing
mengetok pelahan pintu kamar dan me-manggih "Anak Hu,
apa kau sudah tidur?"
Kwe Hu berbangkit dan menjawab: "Kau kah, ayah?"
suaranya terdengar rada gemetar.
Nyo Ko terkesiap juga, ia pikir jangan-jangan paman Kwe
sengaja datang ke kamar si nona untuk melindunginya karena
mengetahui kedatanganku ini? Baik, biar kulabrak kau lebih
duIu! Demikian tekad anak muda itu.
Daiam pada itu Kwe Hu telah membuka pintu kamarnya, ia
memandang sekejap pada sang ayah, lalu menunduk. Kwe
Cing melangkah ke dalam kamar dan menutup pintu, lalu
duduk di kursi di depan tempat tidur dan terdiam untuk sekian
lamanya.
Setelah ayah-anak itu sama-sama bungkam agak lama,
akhirnya Kwe Cing membuka suara: "Selama beberapa hari ini
kemana saja kau?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kwe Hu melirik sang ayah sekejap, lalu menjawab dengan
tergagap: "Setelah ..... setelah melukai Nyo-toako, anak
takut... takut didamprat ayah, maka... maka..."
"Maka kau bersembunyi begitu?" sambung Kwe Cing,
Sambil menggigit bibirnya, terpaksa Kwe-Hu mengangguk
"Jadi maksudmu menunggu setelah kegusaranku mereda
barulah kau pulang?"
Kembali Kwe Hu manggut-manggut, mendadak ia
menubruk ke pangkuan sang ayah dan berseru dengan terguguk:
"Apakah engkau masih marah pada anak, ayah?"
Dengan penuh rasa kasih sayang Kwe Cing membelai
rambut anak gadisnya, katanya dengan pelahan: "Tidak, aku
tidak marah, selamanya aku tak pernah marah, aku cuma
sedih bagimu."
"O, ayah!" teriak Kwe Hu sambil mendekap sang ayah dan
menangis tersendat sendat.
Kwe Cing menengadah memandangi langit-langit kamar
tanpa bicara lagi. Agak lama setelah tangis Kwe Hu mereda
barulah dia berkata pula: "Kakek Nyo Ko, namanya Nyo Thisim,
dengan kakekmu Kwe Siau-thian, keduanya adalah
saudara angkat. Ayahnya dan ayahmu ini juga mengikat
sebagai saudara, semuanya ini kan sudah kau ketahui."
Kwe Hu mengiakan. Maka Kwe Cing lantas melanjutkan:
"Meski tingkah laku Nyo Ko itu ter-kadang suka dugal tapi
pembawaannya berbudi luhur, beberapa kali dia pernah
menyelamatkan jiwa ayah-bundamu, usianya masih muda,
tapi jasanya cukup besar bagi negara dan bangsa, hal inipun
kau mengetahui,"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena nada ucapan sang ayah semakin bengis Kwe Hu
tidak berani menanggapi.
Tiba-tiba Kwe Cing berbangkit dan berkata pula:
"Selain itu ada lagi suatu hal yang tidak diketahui olehmu,
biarlah sekarang kuceritakan padamu. Bahwa ayah Ko-ji, yaitu
Nyo Khong, dahulu perbuatannya memang sangat tercela,
sebagai kakak angkatnya aku tak dapat menasehati dia dan
menuntunnya ke jalan yang benar, akhirnya dia tewas secara
mengerikan di biara Thi-jio-bio di kota Kahin, Walaupun
kematian paman Nyo itu bukan dilakukan oleh ibumu, tapi
matinya disebabkan oleh ibumu, jadi sebenarnya keluarga
Kwe kita utang cukup banyak kepada keluarga Nyo."
Untuk pertama kalinya sekarang Kyo Ko mendengar
tentang sebab musabab serta tempat kematian ayahnya itu,
seketika dendam kesumat yang terpendam dalam lubuk
hatinya itu berkobar kembali.
Dalam pada itu terdengar Kwe Cing sedang berkata:
"Sebenarnya ada maksudku hendak menjodohkan kau pada
Ko-ji sekadar mengurangi penyesalanku dalam hidupku ini,
siapa tahu... siapa tahu... Ai!"
Mendadak Kwe Hu mendongak dan berkata: "Ayah, dia
telah menggondol lari adik dan telah banyak mengucapkan
kata-kata kotor yang merendahkan anakmu ini, Coba ayah,
biarpun keluarga Nyo mereka mempunyai hubungan erat
dengan keluarga Kwe kita, apakah anak boleh dihina dan
dicerca begitu saja olehnya dan tidak boleh membantah dan
melawannya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sekonyong-konyong Kwe Cing membentak: "Sudah jelas
kau telah mengutungi lengannya, cara bagaimana dia dapat
menghina dan mencerca kau? Dan di mana pedang itu?"
Kwe Hu tidak berani berbantah lagi, ia mengeluarkan Ciwi-
kiam itu dari bawah kasur. Setelah memegang pedang itu,
Kwe Cing menggetarnya pe-lahan, seketika terdengar suara
mendengung Lalu katanya dengan pedih:
"Anak Hu, manusia hidup harus bisa mawas diri, setiap
tindak-tandak harus dilakukan dengan jujur tanpa merugikan
siapapun juga. Biasanya meski ayah sangat bengis padamu,
tapi sayangku padamu tidak kurang daripada ibumu."
Sampai dengan kalimat2 terakhir ini suaranya berubah
menjadi halus dan lunak.
Maka dengan suara pelahan Kwe Hu menanggapi "Ya,
anak juga tahu."
"Baiklah, sekarang ulurkan lengan kananmu," kata Kwe
Cing tiba-tiba. "Kau telah memotong sebelah lengan orang,
akupun memotong sebelah lenganmu. Selama hidup ayahmu
jujur dan adil, biarpun puteriku sendiri kalau berbuat salah
juga takkan kubela."
Sebelumnya Kwe Hu juga menyadari dirinya pasti akan
dihukum oleh sang ayah, tapi sama sekali tak menduga bahwa
ayahnya tega menabas lengan-nya. Keruan ia ketakutan
hingga muka pucat seperti mayat dan berteriak: "Ayah!"
Nyo Ko juga tidak menduga bahwa Kwe Cing sedemikian
tinggi luhur budinya, iapun berdebar menyaksikan adegan luar
biasa itu, Terlihat wajah Kwe Cing yang kereng itu menatap
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
puterinya dengan tajam, mendadak pedangnya bergerak terus
menabas.
Akan tetapi dengan cepat luar biasa mendadak seorang
melompat masuk kamar melalui jendela, belum tiba segera
pentungnya menangkis pedang Kwe Cing, siapa lagi dia kalau
bukan Ui Yong.
Tanpa bicara Ui Yong menyerang tiga kali, semuanya tipu
serangan lihay dari Pak-kau-pang-hoat, karena ilmu
permainan pentung itu memang sangat hebat, pula Kwe Cing
tidak berjaga-jaga, mau-tak-mau ia terdesak mundur dua-tiga
tindak oleh sang isteri.
"Lekas lari, anak Hu!" satu Ui Yong.
Namun Kwe Hu tidak secerdik sang ibu, menghadapi
peristiwa luar biasa ini, ia menjadi melenggong dan berdiri
mematung.
Dengan tangan kiri membopong bayi dan tangan kanan
memutar pentungnya, segera Ui Yong gunakan pentungnya
untuk menolak tubuh Kwe Hu sehingga terjungkal keluar
jendela, "Lekas kembali ke Tho-hoa-to dan mohon
Kwakongkong (maksudnya Kwa Tin-ok) ke sini untuk mintakan
ampun pada ayahmu!" seru Ui Yong sambil memutar kembali
pentungnya untuk mengalangi Kwe Cing, lalu ia berseru pula:
"Lekas pergi, kuda merah tertambat di depan!"
Rupanya Ui Yong cukup kenal watak sang suami yang
polos dan jujur itu, bahkan terkadang juga kepala batu, tapi
juga sangat mementingkan setia kawan dan menghormati
orang tua.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sekali ini anak perempuannya telah berbuat salah besar,
tentu tak terhindar dari hukuman berat, maka sebelumnya ia
telah suruh orang menyiapkan kuda merah itu di luar pintu
lengkap dengan pelana terpasang serta perbekalan
seperlunya, ia pikir kalau berhasil meredakan amarah
suaminya, kalau perlu biar Kwe Hu diomeli dan dipukul
sekadarnya dan bereskan persoalannya, kalau tidak terpaksa
Kwe Hu disuruh lekas lari ke tempat yang jauh, kelak kalau
amarah sang suami sudah mulai kendur barulah puterinya itu
akan disuruh pulang.
Tadi sehabis ribut mulut di kamar dan Kwe Cing terus
menuju kamar anak perempuannya, segera Ui Yong
merasakan gelagat kurang enak, cepat ia menyusul ke sana
dan dapatlah menyelamatkan lengan puterinya ttu.
sebenarnya kepandaian Ui Yong sekali-sekali bukan tandingan
Kwe Cing, tapi biasanya Kwe Cing rada segan pada isterinya,
pula melihat Ui Yong memondong bayi, betapapun tidak tega
menggunakan pukulan berat untuk menghalau sang isteri,
karena sedikit ragu dan teralang itulah Kwe Hu sempat kabur
keluar rumah.
Sudah tentu semua kejadian itu dapat disaksikan oleh Nyo
Ko di tempat sernbunyinya, ketika Kwe Hu terlempar keluar
jendela, kalau dia terus melompat turun dan menyerangnya,
terang Kwe Hu sudah binasa sejak tadi. Tapi mengingat
sekeluarga itu sedang kalang kabut dan pokok pangkalnya
adalah disebabkan diriku, kalau kubinasakan dia selagi orang
dalam kesusahan, betapapun rasanya tidak enak dan tidak
tega.
Dalam pada itu Ui Yong masih terus memutar pentungnya
dan mendesak mundur Kwe Cing pula, kini Kwe Cing sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kepepet di tepi ranjang dan takdapat mundur lagu Mendadak
Ui Yong berteriak "Terima ini!" Berbareng bayi dalam
pondongannya terus dilemparkan kepada sang suami.
Dengan melengak Kwe Cing menangkap bayi itu, Ui Yong
lantas mendekatinya dan membujuk dengan suara halus:
"Kakak Cing, harap kau mengampuni anak Hu."
Namun Kwe Cing menggeleng, jawabnya: "Yong ji,
masakah aku sendiri tidak sayang pada puterinya sendiri? Tapi
dia telah berbuat kesalahan sebesar itu, kalau tidak diberi
hukuman setimpal, betapapun hati kita takkan tenteram, pula
cara bagaimana kita akan menghadapi Ko-ji? Ai, lengannya
buntung sebelah, tiada orang yang merawatnya pula, entah
bagaimana keadaannya sekarang?"
Mendengar ucapan yang penuh perasaan itu, Nyo Ko tahu
sang paman senantiasa memikirkan dirinya, tanpa terasa ia
menjadi terharu dan hampir meneteskan air mata.
"Sudah sekian hari kita mencarinya dan tak menemukan
jejaknya, kalau terjadi sesuatu tentu kita sudah menemukan
bekas-bekasnya." kata Ui Yong.
"Apalagi kepandaian Ko-ji sudah tidak dibawah kita, meski
terluka parah juga takkan beralangan."
"Baiklah, akan kupanggil kembali anak Hu." kata Kwe Cing.
"Saat ini dia sudan keluar kota dengan kuda merah, mana
dapat menyusulnya lagi?" kata Ui Yong dengan tertawa.
"Saat ini baru lewat tengah malam, tanpa Lengpay (tanda
perintah) dariku atau Lu-tayjin, tidak mungkin dia dapat keluar
kota," kata Kwe Cing pula.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baiklah, terserah kau," jawab Ui Yong sambil menghela
napas, lalu ia mendekati sang suami untuk menerima bayinya.
Tanpa sangsi Kwe Cing mengangsurkan bayi itu, di luar
dugaannya, baru saja kedua tangan Ui Yong menyentuh gurita
si bayi, sekonyong-konyong tangannya terus menyelonong ke
iga Kwe Cing, dengan ilmu Tiam-hiat yang khas ajaran Ui Yoksu
yang terkenal dengan nama "Lau-hoa-hut-hiat-jiu"
mendadak ia tutuk kedua Hiat-to penting di bagian iga sang
suami.
Dengan kepandaian Kwe Cing yang maha sakti sekarang
ini, kalau Ui Yong tidak main licik, betapapun sukar hendak
menutuk suaminya itu. Rupanya ketika dia melemparkan Kwe
Boloh kepada suaminya memang sudah diatur rencananya ini,
Menghadapi isterinya yang cerdik pandai ini Kwe Cing benarbenar
mati kutu, seketika dia kaku pegal dan menggeletak di
atas ranjang tanpa bisa berkutik.
Sambil membopong bayinya Ui Yong terus membukakan
sepatu dan baju luar sang suami dan dibaringkan di tempat
tidur serta diberi bantal pula agar dapat tidur dengan baik, lalu
dari baju Kwe Cing diambilnya Lengpay.
Sudah tentu Kwe Cing menyaksikan ini tapi tak berdaya,
Kemudian Ui Yong merebahkan bayinya pula di samping
sang suami agar ayah dan anak itu tidur bersama, lalu mereka
diselimuti pula dan berkata: "Kakak Cing, maaf, nanti kalau
anak Hu sudah kuantar keluar kota, pulangnya akan
kubuatkan beberapa macam daharan lezat untuk minta maaf
padamu."
Kwe Cing hanya menyeringai saja tanpa bisa menjawab,
isterinya yang sudah setengah umur ini ternyata masih nakal
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seperti dahulu. Terlihat Ui Yong melangkah pergi dengan
tersenyum. Dalam keadaan tertutuk begitu, andaikan
menggunakan tenaga dalam sendiri untuk membobol Hiat-to
yang tertutuk itu paling cepat diperlukan satu jam baru jadi,
jelas betapapun sukar lagi menyusul puterinya, persoalan ini
benar-benar membuatnya serba runyam.
Ui Yong sayang pada anak, ia kuatir Kwe Hu seorang diri
pergi ke Tho-toa-to mungkin akan mengalami kesulitan di
tengah jalan, maka cepat ia kembali ke kamarnya untuk
mengambil kaos kutang pusaka yang biasa dipakainya segera
ia memburu ke pintu gerbang selatan, setiba di sana,
tertampak Kwe Hu sedang ribut dengan perwira penjaga yang
tidak mau membukakan pintu.
Perwira itu bicara dengan hormat dan berusaha
menjelaskan bahwa tanpa idzin khusus dari Lu-ciangkun dan
Kwe-tayhiap, malam-malam membuka pintu gerbang pasti
akan dihukum penggal kepala, sebab itulah perwira itu
menyatakan keberatan untuk mengeluarkan si nona.
Ui Yong kenal kecerobohan puterinya itu yang juga kurang
pengalaman itu, menghadapi kesukaran bukannya mencari
akal, tapi malahan mengumbar kemarahan dan berteriakteriak
yang tiada gunanya. Cepat ia mendekati mereka dan
memperlihatkan Lengpay yang diambilnya dari baju sang
suami tadi.
Melihat Lengpay itu memang aslinya, pula dibawa sendiri
oleh Kwe-hujin, terpaksa perwira penjaga itu minta maaf dan
membukakan pintu, bahkan ia meminjamkan kudanya kepada
nyonya Kwe itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ui Yong merasa kebetulan dengan kuda pinjaman itu, Kwe
Hu juga sangat girang melihat kedatangan sang ibu, segera
keduanya melarikan kuda mereka keluar kota.
Karena merasa berat untuk berpisah dengan puterinya, Ui
Yong terus mengantar hingga cukup jauh dari kota, karena
habis perang, beberapa ratus li di utara kota Siangyang boleh
dikatakan tandas tanpa penduduk, sebaliknya di bagian
selatan Siang-yang belum mengalami keganasan pasukan
Mongol, walaupun suasana juga kurang aman, tapi
penghidupan rakyat tetap berlangsung seperti biasa.
Kira-kira sudah lebih 20 li, pagipun tiba, ibu dan anak itu
sampai di suatu kota kecil, beberapa toko sudah membuka
dasar menanti tamu, Ui Yong lantas mengajak puterinya
masuk sebuah rumah makan untuk sarapan dan habis itupun
mereka terus berpisah.
Dengan mengembeng air mata Kwe Hu menuruti ajakan
sang ibu. Dalam hati ia sangat menyesalkan perbuatan sendiri
yang telah mengutungi lengan Nyo Ko sehingga
mengakibatkan kemarahan ayahnya dan terpaksa harus
berpisah dengan ibunda pula kembali ke Tho-hoa-to, di sana
hanya akan ditemani seorang kakek buta saja, yaitu Kwe
kongkong, ia membayangkan dirinya pasti tidak betah hidup di
pulau terpencil itu.
Begitulah kedua orang lantas pesan sarapan di rumah
makan itu, Ui Yong lantas menyerahkan kaos pusaka yang
kebal senjata itu kepada Kwe Hu dengan pesan supaya dipakai
untuk menjaga segala kemungkinan, banyak pula dia memberi
nasihat agar ini dan itu bila di tengah jalan mengalami
kesulitan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kasih sayang seorang ibu sedemikian besarnya, ketika
sekilas melihat tidak jauh dari rumah makan itu ada sebuah
toko makanan dan menjual buah2an, timbul hasrat Ui Yong
untuk memberi bekal beberapa buah apel pada puterinya
untuk dimakan dalam perjalanan. Maka iapun berkata: "Anak
Hu, hendak-lah kau makan sekenyangnya agar nanti tidak
kelaparan, suasana kacau begini, bisa jadi di depan sukar
ditemukan rumah makan lagi. Aku pergi sebentar ke sana
untuk membeli sedikit buah." - Habis ini ia lantas menuju ke
toko buah2an.
Sesudah memilih belasan buah apel yang merah besar,
baru saja mau membayar, tiba-tiba di belakang ada suara
seorang perempuan sedang berkata: "Berikan 20 kati beras,
satu kati garam, masukkan pada karung ini."
Ui Yong merasa tertarik oleh suara yang nyaring itu, ia
coba meliriknya, kiranya seorang Tokoh berbaju kuning
sedang membeli rangsum di toko beras sebelah, Pada tangan
kiri Tokoh itu memondong seorang bayi perempuan, tangan
kanan sedang mengeluarkan uang. Popok yang dikenakan
bayi itu terbuat dari sutera merah dan tersulam seekor kuda,
jelas itulah buah tangan Ui Yong sendiri.
Seketika hati Ui Yong tergetar hebat sehingga buah apel
yang di pegangnya jatuh kembali ke keranjang penjualnya.
Siapa lagi bayi itu kalau bukan Kwe Yang, puteri kandung
yang baru beberapa hari dilahirkannya itu.
Dari samping dapat dilihatnya pula Tokoh itu ternyata
adalah Jik-lian-siancu Li Bok-chiu.
Ui Yong sendiri belum pernah bertemu dan bertempur
dengan iblis perempuan ini, tapi melihat pinggangnya terselip
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sebuah kebut, matanya buta sebelah serta dandanannya,
segera ia yakin pasti Li Bok-chiu adanya.
Sejak melahirkan Kwe Yang, dalam keadaan kacau dan
gugup ia cuma pernah memandang beberapa kejap kepada
bayi itu. sekarang ia coba mengamat-amati puterinya itu,
ternyata mata alisnya sangat indah, dan mukanya molek,
meski orok yang baru berumur beberapa hari, namun jelas
adalah calon perempuan cantik kelak.
Dilihatnya pula air muka bayi itu ke-merah2an dan
tampaknya sangat sehat, padahal adiknya, si Kwe Bo-loh,
yang disusuinya sendiri juga tidak sesehat dan semontok ini.
Begitulah karena kejut dan girangnya, hampir saja Ui Yong
meneteskan air mata, Si penjual buah sampai melongo heran
melihat Ui Yong berdiri kesima dan tidak jadi membawa apel
yang dibelinya itu.
Sementara itu Li Bok-chiu sudah selesai membayar dan
mengangkat karungnya terus bertindak pergi, Tanpa pikir Ui
Yong lantas menguntit ke sana. Karena keadaan, sudah
mendesak, ia tidak sempat kembali ke rumah makan untuk
memberitahukan Kwe Hu, Yang dia kuatirkan hanya Kwe Yang
saja, ia pikir orok itu berada di tangan iblis keji itu, kalau
merebutnya kembali dengan kekerasan, bisa jadi akan
membikin celaka bayi itu.
Karena itu ia tidak segera bertindak melainkan terus
mengintil di belakang Li Bokchiu.
Rada cemas juga Ui Yong melihat Li Bok-chiu terus keluar
kota dan menuju ke arah barat, pikirnya: "lblis ini adalah
Supek Nyo Ko, walaupun kabarnya mereka tidak akur satu
sama lain, tapi anak Hu telah mengutungi lengan Nyo Ko,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kobong-pay mereka telah mengikat permusuhan dengan
keluarga Kwe, jika Ko-ji dan nona Liong sedang menunggu
iblis ini di depan sana, itu berarti aku harus melawan mereka
bertiga dan rasanya sukar untuk mengalahkan mereka, jalan
paling baik adalah selekasnya aku harus bertindak."
Dalam pada itu Li Bok-chiu telah membelok ke selatan dan
masuk ke sebuah hutan, cepat Ui Yong mengeluarkan
Ginkangnya dan secepat terbang mengitar ke samping hutan
sana agar mendahului di depan Li Bok-chiu, di situ mendadak
ia melompat keluar dan menghadangnya.
Ketika mendadak di depannya muncul seorang nyonya
muda cantik, rada terkejut juga Li Bok chiu, akan tetapi segera
ia dapat menenangkan diri.
"Aha, yang kuhadapi sekarang tentulah Jik lian-siancu Litotiang,
selamat bertemu!" sapa Ui Yong dengan tertawa.
Dari gaya lompatan Ui Yong tadi, Li Bok-chiu yakin orang
pasti bukan tokoh sembarangan pula melihat orang bertangan
kosong sebuah pentung bambu hijau terselip di tali
pinggangnya, seketika tergerak-pikirannya, dengan tersenyum
ia lantas menaruh karungnya dan memberi hormat sambil
berkata. "Sudah lama siaumoay (adik) mengagumi nama
kebesaran Kwe-hujin dan baru sekarang dapat berjumpa,
sungguh beruntung dan menggembirakan."
Di dunia persilatan kini, tokoh wanita terkemuka hanya Ui
Yong dan Li Bok-chiu berdua saja yang paling termashur.
Meski ilmu silat Siao-liong-li juga lihay, tapi usianya masih
muda, namanya belum begitu terkenal, sedangkan Ui Yong
adalah puteri kesayangan Tang-sia (si latah dari timur) Ui Yoksu
serta isteri tercinta Kwe Cing, jabatannya juga tinggi, yaitu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ketua Kay-pang, organisasi kaum jembel yang paling
berpengaruh.
Sedangkan Li Bok-chiu terkenal dengan kebut mautnya,
jarum berbisa serta pukulan "panca-bisa" yang tidak kenal
ampun.
Kini keduanya kepergok bersama, hati kedua-nya samasama
terkejut dan heran bahwa pihak lawan ternyata
sedemikian cantik. Karena itu dalam hati masing-masing sama
was-was dan tidak berani meremehkan pihak lawan.
Maka dengan tertawa Ui Yong lantas berkata pula: "Ah, Litotiang
terhitung kaum Cian-pwe, mengapa bicara secara
begitu sungkan?"
"Kwe-hujin sendiri adalah ketua Kay-pang, tokoh dunia
persilatan terkemuka, selama ini siaumoay sangat kagum dan
hormat" jawab Li Bok chiu.
Begitulah setelah kedua orang sama-sama bicara dengan
rendah hati, kemudian Ui Yong menuju sasarannya:."Wah,
bayi dalam pondongan Li-totiang ini sungguh sangat
menyenangkan. Putera siapakah ini?"
Dapatkah Ui Yong merebut kembali anaknya dari tangan Li
Bok-chiu?
Dengan cara bagaimana Nyo Ko akan menyelamatkan Siaoliong-
li serta mengalahkan Kim-lun Hoat-ong dan lainnya ?
(Bacalah jilid ke 41)
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jilid 41
"Kalau kukatakan, sungguh sangat memalukan harap Kwehujin
jangan mentertawakan diriku." kata Bok-chiu.
"Ah, mana kuberani," ujar Ui Yong, Diam-diam ia bersiap
kalau segera saling bergebrak, tapi sebelum menggunakan
kekerasan iapun berusaha mencari akal untuk bisa merebut
kembali puterinya itu.
Dalam pada itu terdengar Li Bok - chiu telah
menjawabnya: "Sungguh malang juga perguruan Ko-bong-pay
kami dan mungkin juga aku memang tidak becus mengajar
Sumoayku, anak ini adalah puteri liong-sumoayku di luar
nikah...."
Sudah tentu Ui Yong sangat heran mendengar keterangan
ini, sudah jelas Siao-liong-li tidak pernah hamil, darimana bisa
melahirkan di luar nikah? Padahal bayi ini jelas puteriku, apa
maksud tujuannya.
Sebenarnya bukanlah Li Bok-chiu sengaja hendak
membohongi Ui Yong, soalnya dia memang menyangka bayi
itu adalah anak haram hasil hubungan Siao-liong li dengan
Nyo Ko.
Dia dendam pada mendiang gurunya karena dianggap pilih
kasih, pada sang Sumoay dan menurunkan pusaka Giokli-simkeng
padanya. Sekarang kebetulan Ui Yong bertanya tentang
bayi itu, maka dia sengaja hendak merusak nama baik
Sumoaynya.
Begitulah Ui Yong lantas berkata pula: "Nona Liong
tampaknya sopan dan suci, masakah berbuat sejauh itu,
sungguh sukar dibayangkan Dan siapakah ayah anak ini?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ayah anak ini?" Li Bok-cbiu mencgas. "Hah, kalau disebut
akan lebih memalukan lagi, ialah murid Sumoayku, si Nyo Ko."
Meski Ui Yong pintar berlagak, tak urung mukanya
menjadi merah juga dan merasa gusar, Maklumlah, kalau
anaknya dianggap anak haram Siao-Iiong-Ii masih mendingan,
tapi dikatakan ayah bayi itu ialah Nyo Ko, ini berarti
menghinanya.
Namun rasa gusar itu hanya sekilas saja terlintas
dimukanya, segera ia tenang kembali dan berkata.
"Anak ini sungguh sangat menyenangkan. Eh, Li-totiang,
bolehkah kupondong sebentar." Segera ia mendekatinya
sambil mulutnya berkecek2 untuk meminang anak bayi itu.
Sejak dapat merebut Kwe Yang, selama beberapa hari Li
Bok-chiu tinggal di pegunungan yang sepi dan hidup gembira
dengan momong bayi itu, setiap hari dia memeras susu macan
tutul utk minuman si bayi.
Meski dia sudah banyak berbuat kejahatan tapi
pembawaan setiap manusia pada umumnya tidaklah jahat,
soalnya dia patah hati dalam cinta, dia menjadi benci kepada
sesamanya dan sakit hati kepada kehidupan ini, wataknya
berubah menjadi nyentrik, dari nyentrik berubah menjadi keji.
Tapi Kwe Yang itu memang bayi yang cantik
menyenangkan sehingga mengetok hati keibuannya,
terkadang kalau dia merenung di tengah malam sunyi, terpikir
olehnya andaikan Siao-liong-li akan menukar bayi itu dengan
Giok-li-sim-keng juga takkan diterimanya. sekarang Ui Yong
dilihatnya hendak memondong si bayi, ia menjadi senang
sebagaimana layaknya seorang ibu akan merasa gembira dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bangga kalau puteranya dipuji orang, maka tanpa pikir ia terus
menyodorkan Kwe Yang.
Ketika tangan Ui Yong sudah menyentuh popok dari Kwe
Yang, tanpa terasa air mukanya menampilkan rasa kasih
sayang seorang ibu yang tiada taranya.
Sudah sekian lama siang dan malam ia memikirkan
keselamatan anak perempuan ini, sekarang dia dapat
menemukannya dan memondongnya, tentu saja girangnya tak
terlukiskan.
Li Bok-chiu juga seorang yang maha pintar dan cerdik,
melihat air muka Ui Yong luar biasa itu, seketika hatinya
tergerak "Kalau dia cuma suka pada anak kecil dan ingin
memondongnya, mengapa hatinya terguncang sedemikian
rupa? Tentu dibalik hal ini ada sesuatu yang tidak beres.
Karena itulah mendadak ia menarik kembali Kwe Yang yang
sudah disodorkan itu, berbareng ia terus melompat mundur.
Baru saja kakinya menempel tanah dan hendak menegur
apa kehendak Ui Yong sebenarnya, tiba-tiba Ui Yong sudah
membayanginya melompat maju. Cepat Li Bok-chiu
menyambutnya dengan karung yang dipanggulnya itu,
seketika 20 kati beras dan satu kati garam berhamburan ke
muka Ui Yong.
Sudah tentu sukar bagi Ui Yong untuk menghalau hujan
beras dan garam itu, sebisanya dia meloncat ke atas sehingga
beras-garam itu menyamber lewat di bawah kakinya. Pada
kesempatan itu juga Li Bok -chiu lantas melompat mundur
Iagi, kebutnya lantas disiapkan dan berkata dengan tertawa:
"Kwe-hujin, apakah kau hendak merebut anak ini untuk Nyo
Ko?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Pikiran Ui Yong dapat bekerja dengan cepat, sekejap itu
dia sudah mengambil keputusan apa yang harus dilakukannya
selanjutnya, kalau lawan sudah curiga, terpaksa harus
memakai kekerasan untuk merebut kembali si Kwe Yang cilik
itu.
Maka dengan tertawa ia menjawab: "Ah, aku cuma tertarik
pada anak yang montok ini dan ingin memondong-nya, tapi
kau ternyata tidak sudi dan terlalu merendahkan diriku."
"Kwe-tayhiap dan Kwe-hujin termashur di seluruh jagat,
selamanya siaumoay sangat kagum, kini dapat menyaksikan
sedikit gerak tubuhmu dan ternyata memang tidak bernama
kosong." kata Li Bok-chiu, "Tapi siaumoay masih ada urusan
lain, biarlah kumohon diri saja." - Rupanya dia kuatir kalau
Kwe Cing juga berada di sekitar situ, maka dia menjadi jeri,
setelah bicara begitu segera ia hendak melangkah pergi.
Ui Yong lantas meloncat maju, selagi tubuhnya masih
mengapung di udara, lebih dulu pentung bambu penggebuk
anjing sudah dilolosnya dan begitu kaki menyentuh tanah,
segera ia menutulkan pentungnya ke punggung Li Bok-chiu.
Diam-diam Li Bok-chiu mendongkol padahal bicaranya
cukup ramah dan sungkan, kalau orang sudah mulai
menyerangnya, terpaksa ia harus melayaninya. Cepat
kebutnya menyabet ke belakang untuk menangkis pentung
lawan, menyusul iapun balas menyerang satu kali,
Pak-kau-pang-hoat memang sangat hebat dan cepat luar
biasa, setelah beberapa jurus saja Li Bok-chiu sudah merasa
kewalahan. Dasar ilmu silatnya memang lebih rendah sedikit
daripada Ui Yong, apalagi sekarang dia memondong bayi,
tentu saja gerak-geriknya lebih-lebih tidak leluasa.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu Ui Yong terus bergerak mengitarnya,
pentungnya menyerang dengan lebih kencang hanya sekejap
saja Li Bok-chiu sudah terdesak hingga kelabakan.
Namun Li Bok-chiu juga cerdik, melihat serangan pentung
Ui Yong itu selalu menjauhi si bayi, maka tahulah dia akan
kelemahan lawan, seperti juga waktu menempur Nyo Ko, bayi
ini malah menjadi perisai yang baik baginya. Dengan tertawa
ia lantas berkata: "Kwe-hujin, jika engkau ingin menjajal
kepandaianku kukira masih banyak kesempatan di lain waktu
saja, kenapa mesti kau paksakan sekarang ini? Kalau sampai
salah seorang antara kita salah tangan, bukankah anak yang
menyenangkan ini akan menjadi korban?"
Melihat Li Bok-chiu mulai menggunakan anak itu sebagai
tameng, Ui Yong menjadi ragu apakah orang memang benarbenar
tidak tahu bayi itu adalah anakku atau cuma pura-pura
saja? Karena pikiran ini segera ia sengaja memancingnya
dengan berkata.
"Demi keselamatan anak ini, sudah belasan jurus kuberi
kelonggaran padamu, kalau tidak lekas kau taruh anak itu,
terpaksa aku tidak pedulikan mati-hidupnya lagi." Sembari
berkata pentungnya terus menutuk kaki kiri lawan.
Ketika Li Bok-chiu hendak menangkis dengan kebutnya,
namun pentung Ui Yong lantas memutar ke atas untuk
menjojoh dada orang. Tikaman ini cukup cepat lagi jitu, yang
diarah justeru adalah tubuh si Kwe Yang kecil yang berada
dalam pondongan Li Bok-chiu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kalau saja serangan ini mengenai sasarannya, sekalipun Li
Bok chiu sendiri juga akan ikut terluka parah, apalagi Kwe
Yang kecil itu, pasti jiwanya akan melayang seketika.
Namun Ui Yong benar-benar sudah menguasai pentungnya
dengan sesuka hati, meski tampaknya ujung pentung sudah
menempel popok bayi, tapi sedikitpun bayi itu tak terluka
kalau pentung itu tidak disodorkan lebih maju lagi.
Tentu saja Li Bok-chiu tidak tahu, ia kuatirkan keselamatan
si bayi, maka cepat ia melompat ke samping dan karena itu
juga ia sendiripun tak terjaga, tahu-tahu kaki kirinya
keserempet pentung dan hampir terjungkal setelah
sempoyongan dan dapat berdiri tegak, lalu ia berpaling dan
berkata:
"Kwe-hujin, percuma saja kau terkenal sebagai pendekar
berbudi, mengapa kau tega melukai seorang bayi, apa kau
tidak malu?"
Melihat sikap orang tidaklah pura-pura, diam-diam Ui Yong
bergirang karena orang terjebak oleh akalnya, dengan tertawa
iapun menjawab: "Anak ini toh bukan bibit yang baik, buat
apa dibiarkan hidup di dunia ini?"
Habis berkata ia terus menyerang pula dan sengaja
mengincar Kwe Yang saja.
Dibawa lompat kian kemari oleh Li Bok-chiu, agaknya Kwe
Yang kecil itu merasa tidak enak, mendadak ia menangis
keras-keras.
Diam-diam Ui Yong merasa kasihan, tapi serangannya
justeru bertambah kencang, kalau saja Li Bo-k-chiu tidak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berusaha bertahan sekuatnya, tampaknya setiap jurus
serangan Ui Yong bisa menewaskan bayi itu.
Li Bok-chiu menjadi serba susah, mendadak ia menangkis
dengan kebutnya. lalu berseru: "Kwe-hujin, sebenarnya apa
kehendakmu?"
Dengan tertawa Ui Yong menjawab: "Li-lotiang, kata
orang, di dunia Kangouw saat ini hanya Li-totiang dan diriku
saja tergolong tokoh wanita terkemuka, kebetulan kita
bertemu di sini, bagaimana kalau kita coba-coba menentukan
siapa yang lebih unggul."
Diam-diam Li Bok-chiu mendongkol dengusnya: "Hm,
kalau Kwe-hujin sudi memberi pengajaran, sungguh kebetulan
bagiku."
"Tapi kau membawa anak kecil itu, kalau ku-menang juga
kurang berharga," ujar Ui Yong "Sebaiknya kau taruh dulu
bayi itu, lalu kita bertanding dengan segenap kemahiran
masing-masing."
Li Bok-chiu pikir ucapan Ui Yong itu ada benarnya juga,
apalagi melihat cara menyerang Ui Yong tadi, tampaknya tidak
kenal ampun sedikitpun terhadap anak sekecil itu. ia coba
memandang sekelilingnya, terlihat di sebelah kanan sana di
tengah-tengah beberapapohon besar ada tanah rumput yang
tumbuh lebat - tanah rumput itu cocok sekali sebagai kasuran,
segera ia membawa Kwe Yang ke sana dan ditaruh di atas
rumput, lalu memutar balik dan berkata: "Baiklah, mari kita
mulai!"
Setelah saling gebrak belasan jurus tadi: Ui Yong tahu
kepandaian Li Bok-chiu seimbang dengan dirinya, kalau
sekarang puterinya direbut kembali, untuk kabur juga sukar
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
jika Li Bok chiu balas menyerang seperti perbuatan dirinya
tadi, malahan kalau lengah sedikit saja mungkin Kwe Yang
kecil itu bisa celaka, jalan paling baik hanya kalau
mengalahkan Li Bok-chiu, membinasakan dia atau melukainya
dengan parah, habis itu barulah puterinya itu dapat di rebut
kembali dengan selamat.
Apalagi iblis ini sudah banyak berbuat kejahatan, kalau
kubinasakan dia juga setimpal dengan perbuatannya, Berpikir
begini, seketika timbui hasratnya membunuh Li Bok-chiu.
Sudah biasa Li Bok-chiu menjalankan keganasannya,
segala cara keji juga tak segan digunakannya, dalam hal ini ia
suka ukur orang lain dengan dirinya sendiri. Ketika dia melihat
Ui Yong selalu melirik ke arah si bayi, timbul sangkaannya
kalau Ui Yong sukar mengalahkan dia, bisa jadi memulai
menyerang bayi itu untuk memencarkan perhatiannya. Sehab
itulah ia terus mengadang di depan Ui Yong sehingga sukar
juga bagi Ui Yong untuk merebut kembali puterinya itu.
Dalam sekejap itu Ui Yong juga sudah memikirkan
beberapa macam akal, ia yakin setiap akalnya dapat
membinasakan Li Bok-chiu, tapi betapapun juga akan
membahayakan si Kwe Yang kecil, karena itulah ia menjadi
ragu-ragu. Pikirnya: "Melihat sikap iblis ini, tampaknya dia
sangat sayang pada anak Yang, andaikan sementara ini Yangji
tak dapat kurebut kembali, tapi keselamatannya juga tidak
perlu dikuatirkan maka sebaiknya aku jangan sembarangan
bertindak agar tidak keliru mencelakai Yang-ji."
Setelah berpikir lagi, Ui Yong lantas berkata. "Li-totiang,
kepandaian kita berselisih tidak jauh dan sukar untuk
menentukan kalah menang dalam waktu singkat. Dalam
pertempuran kita nanti kalau mendadak ada binatang buas
dan hendak makan anak itu, bukankah kita juga akan ikut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terganggu. Kukira bayi kita bereskan saja dulu dan kitapun
dapat bertempur sepuas-puasnya," - Habis berkata ia
memungut sepotong batu kecil terus diselentikkan kearah Kwe
Yang dengan mengeluarkan suara mendesing.
Itulah ilmu silat tenaga jari sakti Tho-hoa-to yang terkenal,
Li Bok-chiu sendiri pernah melihat Ui Yok-su memainkan ilmu
ini, ia tahu tenaga selentikan ini luar biasa hebatnya. Maka
cepat ia gunakan kebutnya untuk menyampuk sambil
membentak "Apa alangannya bayi itu bagimu? Mengapa
berulang kali kau ingin mencelakai dia?"
Diam-diam Ui Yong merasa geli, padahal cara menyelentik
batu itu tampaknya lihay, tapi sebenarnya dia menggunakan
gerakan memelintir, seumpama Li Bokchiu tidak
menyampuknya juga batu itu akan mencelat ke samping bila
menyentuh tubuh Kwe Yang takkan melukainya.
Tapi supaya Li Bok-chiu tidak curiga, Ui Yong sengaja
mengolok-olok malah: "Hah, sedemikian sayang Li-totiang
terhadap bocah ini, orang yang tidak tahu boleh jadi akan...
akan mengira kau... haha..."
"Mengira aku apa, memangnya mengira dia anakku?"
damperat Li Bok-chiu dengan gusar, mukanya menjadi merah
jengah pula.
"Kau adalah Tokoh (pendeta agama To/Tao, lelaki disebut
Tosu dan wanita disebut Tokoh) dengan sendirinya tidak
mungkin melahirkan anak, orang lain tentu mengira bocah ini
adalah anak...anak adik perempuanmu," ujar Ui Yong dengan
tertawa, ia cukup licin, dalam adu mulut iapun tidak mau rugi,
bahwasanya Kwe Yang dikatakan sebagai anak adik
perempuan Li Bok-chiu, hal ini sama halnya dengan
mengatakan Li Bok-chiu adalah anak Ui Yong dan Kwe Cing,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dia sengaja mengucap begini untuk membalas perkataan Li
Bok-chiu tadi yang mengatakan bahwa Nyo Ko adalah ayah
Kwe Yang.
Sudah tentu Li Bok-chiu tidak tahu maksud Ui Yong, iapun
tidak menaruh perhatian melainkan cuma mendengus saja,
lalu berkata: "Baiklah, silakan Kwe-hujin mulai maju saja!"
"Kutahu kau selalu menguatirkan keselamatan bocah itu,
di waktu bertempur tentu juga perhatianmu akan terpencar
sekalipun kukalahkan kau juga kurang berharga," kata Ui
Yong. "Begini saja, akan kucari beberapa tali rotan untuk
mengelilingi anak itu agar binatang buas tidak dapat
mendekatinya, habis itu kita boleh bertempur sepuasnya."
Habis berkata ia lantas mengeluarkan sebuah
pisau kecil berangkai emas, ia memotong rotan2 yang
banyak tumbuh di sekitar situ. Semula Li Bok-chiu merasa
sangsi dan berjaga dengan rapat agar Ui Yong tidak
menyerobot bayi itu, tapi kemudian dilihatnya orang
melingkari rotan itu pada beberapa pohon di sekelilingnya Kwe
Yang cilik, jaraknya cukup jauh, dengan demikian binatang
buas memang teralang untuk mendekati bocah nu. Diam-diam
ia mengakui akal Ui Yong yang baik itu.
Dilihatnya Ui Yong terus melingkari pohon-pohon itu
dengan rotan sebaris demi, sebaris selapis demi selapis pula,
makin lama makin banyak, tertampak pula wajah Ui Yong
tersenyum aneh seperti orang bermaksud buruk, mau-tak-mau
Li Bok-chiu menjadi kuatir, cepat ia berseru: "Sudahlah,
cukup!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baiklah jika kau bilang cukup," kata Ui Yong dengan
tertawa, "Nah, Li-totiang, kau pernah bertemu dengan
ayahku, bukan?"
"Benar," jawab Li Bok-chiu.
"Kudengar dari Nyo Ko, katanya kau pernah menulis
empat kalimat olok-olok terhadap ayahku beserta anak
muridnya, apakah betul?" tanya Ui Yong.
Li Bok-chtu terkesiap, ia pikir kiranya untuk urusan inilah
Ui Yong sengaja merecokinya sekarang, Dengan nada dingin
iapun menjawab: "Ketika itu mereka berlima mengerubuti aku
seorang, ini juga fakta."
"Hm sekarang kita boleh satu lawan satu dan lihat saja
nanti siapakah yang akan ditertawakan orang Kangouw?"
jengek Ui Yong.
Dengan gusar Li Bok-chiu lantas membentak; "janganlah
kau temberang, ilmu silat Tho-hoa-to sudah banyak kulihat,
paling-paling juga begitu2 saja dan tiada sesuatu yang
istimewa."
"Huh, jangankan ilmu silat Tho-hoa-to, sekalipun bukan
ilmu silatnya juga belum tentu kau mampu melayaninya,"
jengek Ui Yong pula, "Lihatlah, kalau kau mampu, coba saja
keluarkan orok itu.
Diam-diam Li Bok-chiu terkejut "Apakah dia telah
mencelakai anak itu?" Segera ia melompat ke sana, setelah
melintasi sebaris lingkaran rotan itu dan membelok kekiri, tibatiba
terlihat pagar rotan mengalang di depan, yang terbuka
adalah jalan yang membelok ke kanan, tanpa pikir ia terus
menyusur ke sana, terdengar suara Kwe Yang cilik sedang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menangis, hatinya rada lega, tapi setelah membelok dan
memutar lagi beberapa kali, aneh, tahu-tahu dia berputar ke
luar pagar rotan lagi. Keruan ia menjadi bingung, jelas dia
terus memutar ke bagian dalam, mengapa sekarang berbalik
berputar keluar?
Tanpa pikir lagi ia terus melompat pula ke bagian dalam
pagar rotan itu, namun tali rotan berjari itu melingkar ke sanasini
secara serabutan, sedikit lena, "bret" ujung jubahnya
terobek sebagian tercantol duri rotan itu, Maka ia tidak berani
gegabah lagi, kini ia bertindak dengan lebih hati-2, baru saja
ia mengamat-amati lingkaran2 rotan itu dengan lebih teliti,
mendadak dilihatnya Ui Yong sudah berada di dalam pagar
rotan dan sedang memondong si orok.
Kejadian ini sungguh membuatnya terkejut luar biasa,
cepat ia berseru: "Hei, lepaskan anak itu!"
Segera ia menyusuri lingkaran pagar rotan itu dengan
lebih cepat, lingkaran seluas beberapa meter persegi antara
beberapa pohon itu ternyata sukar diterobosnya, dia berlarilari
ke kanan dan ke kiri, setelah maju kemudian memutar
mundur lagi, setelah mengitar beberapa kali, akhirnya dia
berada lagi di luar pagar rotan itu.
Sudah banyak pengalaman Li Bok-chiu, tapi belum pernah
menemukan kejadian seaneh ini, ia menjadi heran apakah di
dunia ini benar-benar ada "lingkaran setan"? Lalu cara
bagaimana mengatasinya?
Selagi dia merasa bingung, dilihatnya Ui Yong telah
menaruh kembali anak itu, lalu memutar ke sana dan
membelok ke sini, dengan bebas dan seenaknya saja Ui Yong
dapat keluar dari lingkaran pagar rotan itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tiba-tiba Li Bok-chiu menyadari duduknya perkara,
teringat olehnya kejadian malam itu ketika melawan Nyo Ko,
Thia Eng dan Liok Bu siang, keliga muda-mudi itu telah
memasang gundukan tanah di luar gubuk mereka dan dirinya
ternyata tidak mampu menyerang dari depan. sekarang
lingkaran rotan yang dibuat Ui Yong ini tentu juga berdasarkan
ilmu hitung Kiu-kiong-pat-kwa khas Tho-hoa-to.
Setelah merenung sejenak, segera ia dapat mengambil
keputusan harus menghalau musuh dulu, habis itu barulah
menyingkirkan tali rotan itu satu persatu. Kalau sekarang,
menerobos begitu saja dan musuh menyerang dari arah yang
lebih menguntungkan tentu dirinya akan terjebak dan kalah.
Karena pikiran ini, segera ia melompat pergi beberapa
meter jauhnya, ia malah sengaja menjauhi pagar rotan itu
untuk mengawasi setiap gerik-gerik lawan, sementara ia tidak
menghiraukan urusan Kwe Yang lagi.
Tadi Ui Yong sudah bergirang ketika melihat Li Bok-chiu
tersesat di tengah lingkaran rotan, tapi mendadak terlihat iblis
itu melompat pergi diam-diam iapun merasa kagum akan
keputusan lawan yang cepat dan tegas itu.
Oleh karena keselamatan Kwe Yang sekarang sudah
terjamin, ia tidak perlu membagi pikiran lagi, segera pentung
bambunya bergerak, dengan jurus "An-kau-keb-tau (tahan
kepala anjing mengangguk ke bawah), segera ia menyabet
leher Li Bok-chiu.
Akan tetapi kebut Li Bok-chiu lantas melingkar ke batang
pentung, "sret", berbareng ujung kebut terus menyabet ke
muka Ui Yong. BegituIah keduanya saling serang dengan
cepat dan sama-sama mengeluarkan segenap kemampuan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
masing-masing, hanya sekejap saja mereka sudah bergebrak
sepuluh kali.
Usia Li Bok-chiu lebih tua daripada Ui Yong, dengan
sendirinya iapun lebih ulet, namun gerak serangan Pak-kaupang-
hoat lawan sungguh hebat sekali, bahwa dia mampu
bertahan berpuluh jurus serangan Ui Yong boleh dikatakan
jarang terjadi di dunia persilatan ia menyadari kalau
berlangsung lebih lama lagi, tidak lebih dari sepuluh gebrakan
pula dirinya pasti akan kalah.
Pentung bambu Ui Yong itu bukan senjata tajam, tapi
setiap Hiat-to di tubuhnya selalu menjadi incaran, kalau
tertutuk mustahil jiwanya tidak melayang?
Setelah menangkis beberapa jurus lagi, dahi li Bok-chiu
sudah mulai berkeringat, sebisanya ia menyabet dua-tiga kali
dengan kebutnya, habis itu ia terus melompat mundur dan
berseru: "Pang - hoat Kwe-hujm memang hebat, aku mengaku
kalah. Hanya saja ada sesuatu yang kutidak paham dan perlu
minta penjelasanmu"
"Ah, masakah pakai penjelasan segala?" ujar Ui Yong
dengan tertawa.
"Semua orang tahu ilmu permainan pentungmu ini adalah
kepandaian khas Kiu-ci-sin-kay (pengemis sakti berjari
sembilan) Ang Cit-kong, kalau ilmu silat Tho-hoa-to juga
hebat, mengapa Kwe-hujin tidak belajar ilmu silat dari ayah
sendiri, tapi malah belajar kepandaian orang lain?"
Ui Yong tahu maksud Li Bok-chiu, karena tidak dapat
menandingi permainan pentungnya, maka sengaja mengolokTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
olok agar dia menggunakan ilmu silat lain. Maka ia lantas
menjawab dengan tertawa: "Kalau kau sudah tahu Pang-boat
ini adalah ajaran khas Kiu-ci-sin-kay, tentunya kaupun kenal
nama ilmu permainan pentung ini."
Li Bok-chiu hanya mendengus saja dengan muka cemberut
tanpa menjawab..
Dengan tertawa Ui Yong lantas berkata pula: "permainan
pentung ini disebut penggebuk anjing, maksudnya asal
melihat anjing boleh gebuk saja, hanya inilah soalnya
masakah perlu penjelasan pula?"
Melihat akalnya tidak berhasil menipu Ui Yong
menggunakan ilmu silat lain, kalau adu mulut dirinya juga
kalah, segera ia selipkan kebutnya pada tali pinggang, lalu
menjengek: "Hm, di-mana-mana pengemis memang pintar
me-rengek2, nyatanya sang pangcu juga pintar main mulut,
baru sekarang aku kenal!" Habis ini ia terus menuju ke sana
dan duduk di bawah pohon.
Kalau Li Bok-chiu mau mengaku kalah dan terus pergi,
tentu inilah yang diharapkan Ui Yong, Tapi ibu itu ternyata
cuma duduk saja di sana, setelah berpikir segera Ui Yong tahu
maksudnya. jelas iblis itu merasa berat meninggalkan anak
Yang yang mungil itu, kalau sekarang dirinya mengambil
bocah itu, pasti Li Bok-chiu yang bergantian mengganggu-nya,
dalam keadaan begitu tentu dirinya akan serba susah pula.
Tampaknya kalau Li Bok-chiu tidak dibinasakan atau
dilukai, sekalipun anak Yang dapat ditemukan juga sukar
membawanya pulang dengan selamat.
Segera ia mendekati Li Bok-chiu dengan langkah yang
memakai hitung Pat-kwa, tampaknya mengarah ke kanan dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membelok lagi ke kiri tanpa sesuatu yang aneh, tapi kalau
mendadak Li Bok-chiu berusaha kabur, tak peduli melompat
ke arah manapun pasti sukar terhindar dari cegatan Ui Yong.
Begitulah pentung Ui Yong lantas menutul ke muka Li Bok
chiu.
Li Bok-chiu menangkis dengan sebelah tangan sambil
membentak: "Hah, sejak matinya Tan Hian-hong dan Bwe
Ciau-hong, nyatanya Ui Yok-su memang benar tiada ahli waris
lagi."
Ucapan ini mengolok-olok pula mendiang murid Ui Yok-su
yang berkelakuan jahat itu dan sekaligus juga menyindir Ui
Yong yang cuma mampu menggunakan Pak-kau -pang-hoat
dari Kay-pang melulu.
Padahal Giok-siau-kiam-hoat, ilmu pedang seruling
kemala, kepandaian khas Tho-hoa-to juga sudah dilatih Ui
Yong dengan baik, soalnya dia tidak membawa pedang, kalau
pentung digunakan sebagai pedang, senjata yang dipakai
tidak cocok, boleh jadi sukar mengalahkan lawan tangguh
seperti Li Bok-chiu ini.
Karena itu ia hanya menjawab dengan tertawa: "Ya,
memang brengsek juga beberapa murid busuk ayahku itu,
mereka mana dapat dibandingkan dengan Li-totiang dan nona
liong yang sama-sama suci bersih dari suatu perguruan."
Li Bok-cbiu menjadi murka, mukanya yang putih itu
berubah merah padam, begitu lengan bajunya mengebas, dua
jarum berbisa segera menyamber perut Ui Yong.
Perlu diketahui bahwa Li Bok-chiu meski jahat dan
membunuh orang tak terhitung banyaknya, tapi dia tetap
bertubuh perawan suci bersih, dia anggap Siao-liong-li berbuat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tidak baik, maka ia menjadi gusar mendengar Ui Yong
mempersamakan dia dengan sang Sumoay dan segera
menyerang dengan jarum berbisa yang keji.
Berdirinya Ui Yong dengan Li Bok-chiu kini sangat dekat,
untuk mengelak jelas tidak keburu lagi, terpaksa ia memutar
pentung bambu sekencangnya untuk menyampuk jatuh
jarum-jarum berbisa itu. Syukur permainan pentungnya sudah
dikuasainya sedemikian sempurna sehingga jarum yang kecil
itu dapat di-tangkisnya, walaupun begitu ketika jarum itu
menyamber lewat di mukanya, terendus juga bau amis yang
memuakkan.
Selagi Ui Yong terkesiap, dilihatnya dua buah jarum musuh
menyamber tiba pula. Cepat ia melengos ke samping sehingga
jarum-jarum itu menyamber lewat di tepi telinganya.
Diam-diam ia menjadi kuatir kalau jarum-jarum yang
beterbangan akan nyasar mengenai Kwe Yang, maka cepat ia
berlari keluar hutan itu.
Segera Li Bok-chiu mengudaknya, ia sangka Ui Yong
hanya mahir memainkan pentung bambu saja, ilmu silat jenis
lain bukan tandingannya, maka begitu melompat keluar hutan
ia lantas membentak: "Kalah menang belum jelas, mengapa
kau hendak pergi begitu saja?"
Ui Yong memutar balik dan menghadapinya dengan
tersenyum, Li Bok-chiu lantas mengolok-olok lagi: "Kwe-hujin,
caramu menangkis jarumku tetap juga memakai pentungmu?"
Berbareng ia terus menubruk maju lagi.
Ui Yong pikir kalau pentung bambu tidak disimpan
kembali, kalahpun Li Bok-chiu tetap merasa penasaran. Maka
ia lantas menyelipkan pentung bambu pada tali pinggang, lalu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menjawab dengan tertawa: "Baiklah, sudah lama kudengar
Ngo-tok-sin-ciang (pukulan sakti panca bisa) Li-totiang telah
banyak membunuh orang, sekarang kucoba belajar kenal
dengan ilmu pukulanmu itu."
Li Bok chiu menjadi melengak malah, ia heran kalau orang
sudah tahu betapa lihay ilmu pukulannya yang berbisa itu
malah menantang bertanding pukulan, bukan mustahil dibalik
ini ada sesuatu yang tidak beres.
Tapi iapun tidak menjadi jeri, segera ia menjawab: "Baik,
akupun ingin belajar Lok-eng-ciang-hoat dari Tho-hoa-to yang
hebat."
Dilihatnya Ui Yong melancarkan pukulannya, segera ia
memapaknya dengan telapak tangan kiri, menyusul tangan
kanannya juga menghantam pundak lawan, Kedua pukulan
sekaligus ini cukup keras dan lihay, tampaknya tidak mudah
bagi Ui Yong untuk menangkis.
Tak terduga ketika menghantam dengan tangan kanan,
bahkan Li Bok-chiu tambahi pula dengan menyambitkan dua
buah jarum berbisa ke bagian perut Ui Yong.
Sungguh lihay luar biasa antara pukulan itu disertai
dengan jarum berbisa, pada umumnya orang tentu hanya
berjaga terhadap pukulannya yang berbisa itu, siapa tahu
kalau dari jarak sedekat itu menggunakan senjata rahasia,
Sebab itulah banyak tokoh-tokoh terkenal kena dirobohkan
olehnya.
Akan tetapi Ui Yong tidak menjadi gngup cepat ia tarik
kembali pukulannya tadi untuk menangkis pukulan tangan
kanan Li Bok-chiu, berbareng sebelah tangannya merogoh
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
baju seperti hendak mengambil senjata rahasia buat balas
menyerang.
Namun kelihatannya sudah terlambat, baru saja tangannya
mau ditarik keluar dari bajunya, kedua jarum berbisa dari Li
Bok-chiu sudah tinggal beberapa senti jauhnya di perutnya.
Dalam keadaan begitu, biarpun Ui Yong mempunyai
kepandaian setinggi langit juga tidak sempat menghindar lagi,
Tentu saja Li Bok-chiu sangat girang, dilihatnya dengan jelas
jarum-jarum itu menembus baju dan menancap ke dalam
tubuh Ui Yong.
"Aduuh!" Ui Yong menjerit sambil memegangi perutnya
dan menungging, tapi mendadak tangan kirinya terus
memukul juga ke dada Li Bok-chiu.
Pukulan Ui Yong sungguh sangat cepat dan di luar
dugaan. "Bagus!" Li Bok-chiu berseru sambil mendoyongkan
tubuhnya ke belakang, berbareng kedua tangannya juga
lantas dipukulkan ke dada Ui Yong.
Ia yakin setelah Ui Yong terkena jarumnya, dengan cepat
racun jarum itu pasti akan bekerja dan menjalar, maka
pukulannya ini cuma berharap akan mendorong Ui Yong
sejauhnya dan biarkan lawan mati keracunan.
Tak terduga, Ui Yong ternyata tidak berusaha menangkis
kedua tangan Li Bok-chiu melainkan tubuh bagian atasnya
tampak sedikit bergerak, Li Bok-chiu mengira mungkin badan
Ui Yong mulai kaku setelah terkena jarumnya. Tapi ketika
kedua tangannya menempel baju di dada lawan, mendadak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kedua telapak tangannya terasa kesakitan seperti tercocok
benda tajam sebangsa jarum.
Dalam kagetnya cepat Li Bok-chiu melompat mundur,
waktu ia berikan kedua tangannya, terlihat di tengah kedua
telapak tangan ada luka tusukan yang kecil, sekitar luka itu
berwarna hitam, jelas itulah tanda terkena jarum berbisanya
sendiri.
Keruan ia terkejut dan gusar pula, tapi juga bingung dan
heran mengapa bisa terjadi begitu?
Segera dilihatnya Ui Yong telah mengeluarkan dua buah
apel dari bajunya, pada kedua apel itu masing-masing
tertancap jarum perak, Baru sekarang Li Bok-chiu tahu
duduknya perkara, Kiranya di dalam baju UiYong tersimpan
dua buah apel, yaitu sebagian apel yang dibelinya dan sempat
dibawanya tadi.
Ketika Li Bok-chui menyambitkan jarum, Ui Yong tidak
mengelak, tapi tangannya dimasukkan ke baju untuk
menggeser apel ke tempat yang tepat menjadi sasaran jarum
musuh. Habis itu Li Bok-chiu dipancingnya pula untuk
memukul pada jarum yang menancap di buah apel.
Sesungguhnya Li Bok-chiu juga cerdik pandai tapi
sekarang ia benar-2 rnati kutu menghadapi lawan yang
banyak tipu akalnya seperti Ui Yong ini mau-tak-mau ia harus
mengaku kalah, ia merogoh saku dengan maksud mengambil
obat penawari tapi segera didengarnya angin keras
menyamber tiba, kedua tangan Ui Yong telah menghantam ke
mukanya.
Cepat menangkis dengan tangan kiri, tiba-tiba dilihatnya
kelima jari tangan Ui Yong terbuka dari mengebut ke bagian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
iganya, kelima jari terbuka dengan gaya yang indah seperti
bunga anggrek.
Hati Li Bok-chiu tergerak, ia pikir mungkin inilah Lan-hoahut-
hiat-jtu (mengebut Hiat to dengan gaya bunga anggrek)
yang terkenal itu, Cepat ia menangkis dan urung mengambil
obat, dengan kuku jari ia coba mencakar jari musuh.
Ui Yong lantas menarik kembali tangannya, menyusul
tangan lain dengan jari terbuka mengebut pula ke Hiat to di
pundaknya, Habis itu jari merapat menjadi telapak tangan,
segera Ui Yong memukul lagi dengan tangan satunya dan
begitu seterusnya secara bergantian.
Muka Li Bok-chiu menjadi pucat, baru sekarang ia
mengetahui ilmu sakti Tho-hoa-to memang benar-benar luar
biasa jangankan dirinya sudah terkena racun, sekalipun dalam
keadaan sehat juga bukan tandingan Ui Yong.
Begitulah ia ingin lekas-lekas meloloskan diri untuk
mengambil obat penawar, tapi Ui Yong terus menyerangnya
tanpa kendur sedikitpun Padahal racun jarumnya itu sangat
lihay, sementara itu kadar racun sudah mulai menjalar dari
lengannya ke atas, asalkan menjalar sampai ulu hati, maka
binasalah dia tak tertolong Iagi.
Melihat wajah orang semakin pucat, gerakannya juga
semakin lemah, Ui Yong tahu kalau menyerang lagi sebentar
tentu lawan takkan tahan ia pikir kejahatan orang sudah lewat
takaran, kalau sekarang mati oleh jarumnya sendiri juga
pantas dan kebetulan dapat membalas sakit hati kematian ibu
kedua Bu cilik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Karena itulah ia menyerang lebih cepat tanpa kendur
sedikitpun berbareng iapun jaga rapat agar tiada kesempatan
bagi lawan untuk melancarkan serangan balasan.
Li Bok-chiu merasa lengannya mulai kaku pegal, sejenak
kemudian rasa kaku itu sudah sampai ketiak, kini kedua
tangannya sudah tidak mau menurut perintah lagi, Cepat ia
berseru: "Berhenti dulu" Berbareng ia melompat ke samping,
lalu berkata pula dengan putus asa.
"Kwe-hujin, selama hidupku membunuh orang tak
terhitung banyaknya, memangnya tidak kuharapkan hidup
sampai sekarang, mengadu tenaga maupun mengadu akal
memang aku bukan tandinganmu kalau sekarang kumati di
tangan mu juga tidak perlu penasaran Hanya saja aku ingin
memohon sesuatu padamu, entah kau sudi menerima tidak?"
"Urusan apa?" tanya Ui Yong sambil mengawasi lawan, ia
kuatir Li Bok-chiu sengaja mengulur waktu untuk mengambil
obat penawar.
Namun terlihat kedua tangan Li Bok-chiu sudah kaku lurus
melambai ke bawah, terdengar ia berkata: "Kwehujin, aku
tidak akur dengan sumoayku tapi anak itu sungguh sangat
menyenangkan maka kumohon kemurahan hatimu agar kau
suka merawatnya dan jangan mencelakai jiwanya."
Hati Ui Yong tergetar mendengar permohonan Li Bok-chiu
yang diucapkan dengan hati tulus itu, sungguh tak tersangka
olehnya bahwa iblis yang sudah menggunung kejahatannya itu
mendekati ajal juga ternyata bisa mengeluarkan kasih
sayangnya kepada seorang bayi, Maka iapun lantas
menjawab: "Ayah-ibu anak ini bukanlah orang biasa, kalau
diberikan hidup di dunia bisa jadi akan membikin susah saja
padaku, maka lebih baik..."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kumohon kemurahan hatimu..." kembali Li Bok-chiu
memohon.
Ui Yong sengaja hendak mencoba lagi, ia mendekati iblis
itu dan mengebut Hiat-to yang membuatnya takbisa berkutik
lagi, lalu merogoh bajunya serta mengeluarkan botol obat, lalu
bertanya: "Apakah ini obat penawar racun jarummu itu?"
Tanpa pikir Li Bok-chiu mengiakan, Lalu Ui Yong berkata
pula: "Dalam satu hari aku tak dapat membunuh dua orang,
jika ingin kuampuni jiwamu, maka anak itu harus kubunuh-,
sebaliknya kalau kau rela mati, jiwa anak itu dapat kuampuni."
Sama sekali tak terpikir oleh Li Bok-chiu bahwa dia masih
diberi kesempatan untuk hidup, tapi kalau minta Ui Yong
membunuh saja anak itu terasa tidak tega, sebaliknya
menggunakan jiwa sendiri untuk menukar jiwa anak itupun
terasa tidak rela.
Dalam pada itu dilihatnya Ui Yong telah menuang sebutir
obat dari botol dan diperlihatkan padanya, yang ditunggu
hanyalah jawabannya saja. Karena itu ia menjadi nekat: "Baik,
aku...."
Tapi Ui Yong ternyata sudah mempunyai pertimbangannya
sendiri, ia lihat Li Bok-chiu ragu-ragu sekian lama, betapapun
hal ini menandakan ada pertentangan batin dalam hati nurani
iblis itu.
Bagaimanapun dia akan menjawab, melulu tentu pikiran
bajik ini saja sudah pantas untuk mengampuni jiwanya, Bahwa
dia sudah berlumuran darah dan penuh dosa, tentu kelak ada
orang membinasakan dia.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Maka ia terus memotong ucapan Li Bok -chiu tadi dengan
tertawa: "Li-totiang, sesungguhnya aku harus berterima kasih
atas perhatianmu terhadap anak Yang."
"Apa katamu? Anak Yang siapa?" tanya Li Bok-chiu dengan
bingung.
"Ketahuilah bahwa anak ini she Kwe bernama Yang, dia
adalah puteri Kwe-tayhiap dan diriku baru lahir dia sudah
jatuh ke tangan nona Liong, entah cara bagaimana terjadinya
sehingga engkau salah paham mengira dia itu puteri nona
Liong. Berkat perawatanmu selama ini sehingga anak Yang
tampak bertambah sehat dan kuat, sungguh aku merasa
berterima kasih." -- Habis berkata ia lantas memberi hormat
dan menjejalkan obat yang dipegangnya itu ke mulut Li Bokchiu,
lalu bertanya: "Apakah cukup?"
"Racun itu sudah mulai menjalar harus kuminum tiga biji
obat itu," jawab Bok-chiu dengan cepat.
Segera Ui Yong menyuapi dua biji obat ke mulut Li Bokchiu,
ia pikir obat penawar ini mungkin ada gunanya kelak,
maka tidak dikembalikan kepada iblis itu melainkan
dimasukkan ke saku sendiri, lalu berkata dengan tertawa:
"Setelah tiga jam Hiat-to yang kututuk akan punah sendiri dan
kau dapat pergi sesukamu."
Habis itu cepat ia berlari ke dalam hutan tempat ia
menaruh Kwe Yang tadi, ia pikir "Sudah selang sekian lama,
entah anak Hu sudah pergi belum, kalau dia sempat melihat
adik perempuannya tentu dia akan sangat gembira."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cepat ia memutar masuk ke tengah pagar rotan. Akan
tetapi setelah tiba di tempatnya seketika ia melongo kaget,
sekujur badan lantas menggigil seperti kejeblos ke dalam liang
es.
Kiranya lingkaran pagar rotan yang dibuatnya itu masih
tetap utuh tanpa sesuatu tanda yang mencurigakan, namun
bayangan Kwe Yang sudah tak tertampak lagi. Keruan
jantungnya ber debar2 seperti mau rontok, sekalipun biasanya
dia banyak tipu akalnya, sekarang ia menjadi bingung dan
kelabakan sebisanya ia berusaha menenangkan diri: "Jangan
gugup, tenang, tenang! Hanya sebentar saja aku bertempur
dengan Li Bok-chiu di Iuar sana, anak Yang digondol orang,
tentu orang itupun belum jauh perginya."
Segera ia memanjat ke pucuk pohon yang paling tinggi di
situ dan coba memandang sekeliling, Tanah di luar kota
Siangyang cukup datar, dipandang dari pucuk pohon itu dapat
mencapai belasan li jauhnya tapi ternyata tiada terlihat
sesuatu tanda yang mencurigakan. sementara ini pasukan
Mongol sudah mundur jauh ke utara, tanah datar yang luas ini
tiada orang berlalu lalang, kalau saja ada seorang dan seekor
kuda tentu akan kelihatan meski dalam jarak yang jauh.
Ui Yong pikir kalau pencuIik itu belum pergi jauh tentu
masih berada di sekitar sini saja. Segera ia berusaha mencari
di sekitar pagar rotan, ia berharap dapat menemukan sesuatu
jejak pencuIik itu, Tapi keadaan tali rotan itu sedikitpun tiada
tergeser atau rusak, hilangnya anak itu pasti bukan digondol
oleh binatang buas dan sebagainya.
Padahal pagar rotan yang dilingkari menurut perhitungan
tai tongpatkwa khas Tho-hoato itu, di dunia ini kecuali anak
murid Tho-hoa-to sendiri tiada orang luar yang memahaminya,
sekalipun tokoh sebesar macam Kim-lun Hoat-ong juga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
takdapat bergerak bebas di tengah pagar rotan yang
diaturnya-ini, apakah mungkin ayah sendiri yang datang?
Begitulah ia menjadi sangsi Mendadak ia menjerit-di dalam
hati: "Ah, celaka!" Tiba-tiba teringat olehnya ketika kepergok
Kim-lun Hoat ong beberapa waktu yang lalu, dalam keadaan
kepepet ia telah mengatur barisan batu untuk menahan
musuh, tatkala itu Nyo Ko datang menolongnya, maka ia
lantas menguraikan secara ringkas garis besar barisan batu
yang diaturnya itu kepada anak muda itu.
Teringat kepada Nyo Ko, seketika kepala Ui Yong menjadi
pusing dan menambah rasa kuatirnya, Anak muda itu sangat
pintar, diberitahu satu dapat dipahaminya tiga, walaupun
hitungan Kiu-kiong-pat-kwa itu tidak mudah dipelajari dalam
waktu singkat, tapi setelah tahu garis besarnya, untuk
memecahkan pagar rotan itu tidaklah sulit.
"Anak Hu telah menabas kutung sebelah lengannya, sakit
hatinya kepada keluarga Kwe semakin mendalam, sekali anak
Yang jatuh ditangannya, maka pasti tamatlah jiwanya"
Begitulah Ui Yong menjadi sedih teringat kepada puteri
yang baru lahir beberapa hari itu sudah akan mengalami nasib
seburuk itu, tanpa terasa ia meneteskan air mata.
Namun Ui Yong sudah banyak pengalaman dan kenyang
gemblengan, pintar lagi cerdik, dia bukan perempuan biasa
yang tak berdaya bila sedang berduka. Setelah berpikir
sejenak, cepat ia menghapus air mata, lalu mulai mencari lagi
jejak datang perginya Nyo Ko.
Akan tetapi aneh juga, di sekitar situ ternyata tiada
sesuatu bekas kaki yang dapat ditemukan. Ia menjadi heran,
biarpun Ginkang Nyo Ko sudah maha tinggi, kalau menginjak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ditanah pasti akan meninggalkan bekas, memangnya dia
datang-pergi dengan terbang?
Dugaan Ui Yong ini ternyata cukup mendekati kebenaran,
Kwe Yang memang telah dibawa pergi oleh Nyo Ko dan
datang perginya anak muda itu juga menyerupai terbang di
udara.
Seperti telah diceritakan, malam itu Nyo Ko menyaksikan
Ui Yong menutuk tokoh Kwe Ceng dan menyuruh Kwe Hu
pulang ke Tho-hoa-to, maka Nyo Ko lantas menguntit dari
kejauhan, lantaran merasa berat harus berpisah dengan
puterinya, maka Ui Yong tidak memperhatikan penguntitan
NyoKo itu.
Ketika Ui Yong memergoki Li Bok-chiu, lalu kedua tokoh
perempuan itu bertempur keluar hutan, diam-diam Nyo Ko
sudah merancang tindakan apa yang harus dilakukannya. Dia
memanjat ke atas pohon besar dan meraih seutas rotan tua
dan panjang, ujung rotan ia ikat pada dahan pohon, lalu ia
menggandul pada tali rotan serta diayun ke tengah lingkaran
pagar rotan yang dibuat Ui Yong untuk mengurung Kwe Yang
cilik itu.
Kuatir kalau Ui Yong dan Li Bok-chiu akan segera masuk
kembali ke hutan itu, maka Nyo Ko lantas menggunakan
kedua kakinya mengepit tubuh Kwe Yang kecil itu dan sekali
ayun dia keluar lagi dari pagar rotan itu, Dilihatnya UiYong
masih bertempur dengan Li Bok-chiu, cepat ia menyelinap
keluar hutan dan kabur pergi
Ginkang Nyo Ko sekarang boleh dikatakan tiada
tandingannya lagi di dunia ini, hanya sekejap saja sudah tiba
kembali di kota kecil itu, dilihatnya Kwe Hu sedang celingukan
sambil menuntun kuda merah menunggu kembalinya sang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ibu. setelah dekat, mendadak Nyo Ko terus mencemplak ke
atas kuda merah itu dari belakang.
Keruan Kwe Hu terkejut, ia menoleh dan melihat yang
menunggangi kuda merah ternyata Nyo Ko adanya, ia
menjerit kaget ia melihat Nyo Ko menyeringai padanya, "sret"
cepat ia melolos pedang Ci-wi-kiam yang lemas tajam milik
Tokko Kiu-pay itu telah dirampas oleh Kwe Cing, maka yang
dibawa Kwe Hu sekarang cuma pedang biasa saja, kalau Nyo
Ko mau membinasakan dia boleh dikatakan teramat mudah,
akan tetapi ketika melihat si nona ketakutan hingga muka
pucat, Nyo Ko hanya mendengus saja, lengan baju kanannya
yang kosong itu terus dikebaskan dan membelit pedang Kwe
Hu, tangan kirinya terus merebut tali kendati kuda, kedua
kakinya mengepit kencang, terus saja kuda merah itu
membedal cepat ke depan.
Kwe Hu terkesima menyaksikan perginya Nyo-Ko itu,
ketika ia periksa pedang sendiri, ternyata batang pedangnya
sudah bengkok seperti arit. Nyata tindakan Nyo Ko tadi hanya
sebagai "pamer kekuatan" saja, maksudnya ingin memberi
tahu bahwa kalau dia mau, biarpun lengan kanannya sudah
buntung, hanya sekali kebas lengan baju saja cukup membikin
jiwanya melayang!
BegituIah Nyo Ko melarikan kuda merah itu cepat ke utara
dengan membawa Kwe Yang cilik, hanya sebentar saja
berpuluh li sudah dilaluinya, sebab itulah ketika Ui Yong
memandang dari pucuk pohon juga tidak melihat
bayangannya.
Keadaan Nyo Ko sekarang benar-benar serba susah dan
sukar mengambil keputusan, mestinya iapun bermaksud
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menabas sebelah lengan Kwe Hu untuk membalas dendam,
tapi sampai detik terakhir dia ternyata tidak tega turun
tangan. ia coba memandang Kwe Yang cilik, bayi itu sedang
tidur dengan lelapnya dan wajahnya yang cantik mungil.
Tiba-tiba timbul pikirannya: "Paman dan bibi Kwe
kehilangan puterinya ini, biar kubawa pergi dan takkan
kukembalikan mereka sebagai pembalasan dendamku,
penderitaan batin mereka saat ini mungkin jauh melebihi aku."
Sekaligus Nyo Ko melarikan kudanya hingga dua tiga ratus
li jauhnya, sepanjang jalan mulai banyak rumah penduduk, ia
lantas meminta sedikit susu sapi atau susu kambing dari
petani yang ditemukan untuk menyuapi Kwe Yang, Kini dia
mempunyai kuda bagus, maka ia bertekat akan langsung
pulang ke kuburan kuno untuk mencari Siao-liong-li.
Hanya beberapa hari saja ia sudah sampai di Cong-lamsan.
Teringat kepada masa lalu, terharulah hati Nyo Ko. Setiba
di depan kuburan kuno, ia lihat batu nisan kuburan besar itu
masih berdiri dengan tegaknya seperti dahulu. Tapi pintu
kuburan sudah tertutup rapat ketika diserbu oleh Li Bok-chiu
dahulu, untuk masuk ke dalam kuburan tiada jalan lagi selain
melalui jalan di bawah tanah dan harus selulup ke dasar
sungai.
Dengan kesaktian Nyo Ko sekarang, menyelam air dan
menyusun jalan bawah tanah itu tentu bukan soal lagi
baginya, akan tetapi bagaimana dengan Kwe Yang, ia menjadi
serba susah, kalau orok dibawa menyelam, jelas takkan tahan
dan pasti mati.
Tapi bila teringat kalau Siao-liong-li berada dalam kuburan
dan segera akan dapat bertemu dengan kekasihnya itu, ia
menjadi tidak sabar lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Segera ia menaruh Kwe Yang di dalam sebuah gua di
dekat kuburan itu, ia menguruki mulut gua dengan ranting
kayu dan belukar kering, ia pikir baik Siao-liong-li dapat
ditemukan dalam kuburan atau tidak, yang pasti dia akan
segera keluar lagi untuk mengatur Kwe Yang.
Selesai memasang perintang di mulut gua, lalu ia memutar
ke belakang kuburan, Tapi baru belasan langkah, tiba-tiba
terdengar samar-samar beradunya senjatar terbawa desiran
angin, ia terkesiap, ia yakin arahnya tepat Tiong-yang-kiong,
ia menjadi ragu-ragu.
Pada saat lain tiba-tiba terdengar mendengungnya roda
perak yang mencelat ke udara, segera ia mengenali roda itu
adalah senjata khas milik Kim lun Hoat-ong.
Sekali ini Nyo Ko tidak tahan akan rasa ingin tahunya,
cepat ia mengeluarkan Ginkang dan lari ke tempat datangnya
suara, yaitu Giokhi--tong di belakang istana Tiong-yangkiong.
Pada saat itulah Siao-liong-li tergencet oleh pukulan dahsyat
kei lima tokoh Coan-cin-kau dan roda emas Kim lun Hoat-ong
sehingga terluka parah.
Kalau saja Nyo Ko datang lebih dini sejenak tentu Siaoliong-
li akan terhindar dari malapetaka itu. Tapi apa mau
dikata lagi, segala apa memang tak dapat seluruhnya
memenuhi kehendak manusia.
Nasib orang, suka-duka kehidupan manusia dan dengan
segala segi2nya acapkali terjadi hanya karena selisih dalam
sedetik itu saja.
Begitulah ketika mendadak Siao liong-li melihat sebelah
lengan Nyo Ko buntung, seketika ia lupa pada luka sendiri
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
yang parah, dengan penuh perhatian dan kasih sayang ia
menanyai sebab-sebab buntungnya lengan anak muda itu.
Dengan bersemangat Nyo Ko berkata: "Kokoh, memang
sudah kuduga, setelah lenganku buntung, kau tentu akan
semakin sayang padaku."
Siao-liong-li hanya tertawa manis saja dan tidak menjawab
sebenarnya ia cuma ingin bertemu sekali lagi dengan Nyo Ko
sebelum ajalnya, kini angan-angan nya itu sudah tercapai,
tiada lain lagi yang diharapkannya.
Kedua muda-mudi itu saling pandang dengan mesranya,
perasaan mereka seperti terlebur menjadi satu, biarpun
dikelilingi musuh-musuh tangguh, namun keduanya sama
sekali tidak ambil pusing.
Melihat Nyo Ko muncul tiba-tiba, Coan-cin-ngo-su merasa
urusan ini tambah sukar diselesaikan Segera Khu Ju-ki
berseru: "Tiong-yang-kiong adalah tempat suci dan keramat,
sebenarnya apa maksud kalian mengacau ke sini?"
Dengan gusar Ong Ju-it juga ikut membentak.
"Nona Liong, meski Ko-bong-pay kalian dan Coan-cin-pay
kami ada selisih paham, untuk itu kita dapat
menyelesaikannya sendiri, mengapa kau sengaja mengundang
orang-orang asing dan kaum perusuh ini hingga mencelakai
anak murid kami sebanyak ini?"
Siao-liong-li terluka parah, mana dia dapat menjelaskan
duduknya perkara dan berdebat dengan mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan pelahan Nyo Ko mendukung pinggang Siao-liong-li
dan berkata dengan suara halus: "Kokoh, marilah kita pulang
ke kuburan kuno dan jangan urus orang-orang ini."
"Lenganmu masih sakit tidak?" tanya Siaoliong-li.
Nyo Ko menggeleng, jawabnya dengan tertawa: "Tidak,
sudah lama sembuh."
"Apakah racun bunga cinta ditubuhmu itu tidak kumat?"
tanya pula si nona.
"Terkadang juga kumat, tapi tidak begitu lihay seperti
dulu," ujar Nyo Ko.
Setelah dilukai Siao-liong-li, sejak tadi Ci-keng sembunyi di
belakang dan tak berani nongol, kemudian muncul Coan-cinngo-
Cu keluar dari tempat menyepinya, ia menjadi kuatir
kalau guru dan paman guru itu mengusut persoalannya, tentu
jabatan ketua dirinya akan gagal dan bahkan akan dihukum
berat.
Karena itu ia menjadi nekad, ia pikir keadaam ini harus
dibakar lebih lanjut agar tambah kacau sehingga kelima orang
tua itu tidak sempat mengurut persoalannya, dengan begitu
barulah ada kesempatan baginya untuk menang kalau Kim-tun
Hoat-ong dapat menumpas Coan-cin-ngocu akan lebih baik
lagi baginya sehingga selamanya dia tidak perlu kuatir lagi.
Ci-keng tahu akan ilmu silat Nyo Ko sudah jauh diatas
dirinya, tapi kini melihat anak muda itu buntung sebelah
lengannya, tangan kiri yang baik itu digunakan memegang
Siao-liong-ii sehingga keadaannya itu hampir boleh dikatakan
tak bisa berkutik kalau diserang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Selama ini Ci-keng paling benci kepada bekas murid
murtad ini, kini ada kesempatan baik, tentu tak dilalukan
begitu saja. Segera ia mengedipi muridnya, yaitu Ceng-kong,
lalu membentak: "Murid murtad Nyo Ko, kedua Cosuya
menanyai kau, mengapa kau diam saja?"
Nyo Ko menoleh dan memandangnya dengan sorot mata
penuh kebencian pikirnya: "Kokoh telah dilukai kalian para
Tosu busuk ini, sementara ini takkan ku urus, kelak saja akan
kubikin perhitungan dengan kalian." ia memandang sekejap
pula pada pihak Tosu Coan-cin-kau itu, lalu memayang Siao
liong-Ii dan melangkah pergi.
"Maju!" bentak Ci-keng, berbareng Ceng-kong terus
menubruk maju dan menusuk pedang mereka di iga kanan
Nyo Ko.
Ci-keng adalah tokoh terkemuka dari angkatan ketiga
Coan-cin-kau, meski ia sendiri terluka, tapi tidak begitu parah,
sekarang ia menyerang ke bagian lengan Nyo Ko yang
buntung itu, yakin lawan pasti tidak mampu balas menyerang,
tentu saja serangannya sangat berbahaya.
Meski Khu Ju-ki juga tidak senang atas sikap Nyo Ko yang
angkuh dan tidak menghormati orang tua itu, tapi mengingat
pesan Kwe Cing serta teringat kepada hubungan baik antara
guru dan murid (ayah Nyo Ko, Nyo Khong dan Kwe Cing
adalah murid Khu Ju-ki), mau-tak-mau ia harus mencegah
serangan Ci-keng yang lihay itu, cepat ia membcntak:
"Berhenti, Cikeng!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sedangkan si dogol Be Kong-co juga lantas berteriak-teriak
memaki: "Huh, Tosu koparat tidak tahu malu, kenapa kau
menusuk bagian lengan orang yang buntung?"
Akan tetapi di luar dugaan semua orang, mendadak tubuh
Ceng-kong yang besar itu mencelat ke udara sambil berkaokkaok,
"blang", dengan tepat Ceng-kong menumbuk tubuh
Nimo Singh.
Dengan kepandaian Nimo Singh sebenarnya tubrukan
Ceng-kong bukan soal baginya, tapi lantaran kedua kakinya
sudah buntung dan menggunakan tongkat saja, dengan
sendirinya tangannya tak dapat pula menolak, maka
tumbukan itu membuat Nimo Singh jatuh terjungkal.
Tapi begitu punggungnya menempel tanah, seketika ia
melompat bangun lagi menegak sebelah tongkatnya terus
mengemplang sehingga punggung Ceng-kong terhantam
dengan keras dan jatuh semaput.
Dalam pada itu tahu-tahu pedang Ci-keng juga terinjak
oleh kaki Nyo Ko, Ci-keng berusaha menarik sekuatnya hingga
muka merah padam, tapi pedangnya tidak bergeming
sedikitpun.
Kejadian ini berlangsung dengan cepat luar biasa, orang
yang berkepandaian sedikit rendah hampir tidak tahu cara
bagaimana Nyo Ko mengatasi kedua penyerang itu. Tapi Kimlun
Hoatong, Siau siang-cu, In Kik si dan Coan-cin-ngo cu
dapat melihatnya dengan jelas.
Rupanya waktu kedua pedang penyerangnya mendadak
lengan baju kanan Nyo Ko yang kosong itu mengebas dengan
tenaga dahsyat sehingga tubuh Ceng-kong yang gemuk itu
terlempar tinggi dan menumbuk Nimo Singh, sedangkan CiTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
keng memang tidak dapat dipersamakan dengan muridnya itu,
ketika mendadak merasa lengan baju orang menyambar
dengan kuat, sebisanya ia menahan tubuhnya di tempat
sehingga kebasan Nyo Ko itu tidak dapat mengguncangnya.
Akan tetapi pedangnya yang terjulur itu lantas tertekan ke
bawah sehingga kena diinjak oleh kaki Nyo Ko.
Karena sudah digembleng oleh arus air bah, dengan
sendiri tenaga kaki Nyo Ko luar biasa kuatnya, injakannya itu
sungguh laksana tindihan gunung, meski Ci-keng berusaha
menarik pedangnya sepenuh tenaga tetap tak bergoyang
sama sekali
"Tio-totiang," kata Nyo Ko dengan dingin, "dahulu di
depan Kwe-tayhiap sudah kau katakan bukan lagi guruku,
kenapa sekarang kau mengungkap soal guru dan murid!
mengingat pernah kupanggil kau sebagai guru, biar kuampuni
kau saja!" - Habis berkata, mendadak ia tarik kembali tenaga
injakannya.
Padahal saat itu Ci keng sedang menarik sekuatnya,
keruan tenaga tarikannya serentak terbetot kembali
seluruhnya "blang", dengan tepat gagang pedang menyodok
dada sendiri, kontan ia muntah darah, pandangannya menjadi
gelap dan jatuh terlentang.
Melihat itu, Ong Ju-it dan Lau Ju-hian lantai menyerang
dari kanan kiri, tapi mendadak sesosok bayangan menerjang
tiba dari samping, "trang-trang" kedua pedang sama
terguncang pergi.
Kiranya yang menerjang tiba itu adalah Nimo Singh, dia
ditubruk terjungkal oleh Ceng-kong walaupun Ceng-kong juga
digebuknya hingga kelengar, tapi rasa gusarnya masih belum
terlampias, ia pikir pangkal pokoknya adalah gara-gara Nyo
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ko, maka ia lantas menerjang maju lagi, tongkat kirinya
menangkis kedua pedang kedua Tosu itu, tongkat kanan terus
mengemplang ke kepala Nyo Ko dan Siao-liong-li.
Saat itu Siao-liong-li sama sekali tak bertenaga, dengan
lemas ia menggelendot di tubuh Nyo Ko, sedangkan Nyo Ko
juga tahu kepandaian Nimo Singh tak dapat di samakan
dengan Ci-keng dan Ceng-kong, bila mengebas dengan lengan
baju saja mungkin sukar menghalau hantaman tongkat yang
hebat itu. Maka cepat ia menggeser sedikit kekiri lengan baju
kanan digunakan melibat pinggang Siao-liong-li yang ramping
agar si nona menggelendot di sisi kanan dadanya, lalu tangan
kiri di gunakan menarik Hian-tian-po-kiam, itu pedang pusaka
tumpul dan berat terus di angkat ke atas.
Terdengar suara "bluk" yang keras, tangan Nimo Singh
tergetar sakit, tongkat besinya mencelat ke udara dan jatuh ke
belakang gua Giok-bi-tong sana.
Nyo Ko sendiri juga kaget karena tidak mengira pedang
tumpul milik Tokko Kiu-pay memiliki kekuatan begitu hebat
dalam pada itu meski sebelah tangan Nimo Singh serasa kaku,
tapi dasarnya memang tangkas dan nekat, ia mengerang terus
meloncat ke atas dengan bantuan sebelah tongkatnya,
menyusul tongkat itu terus menghantam pula ke bawah.
Kembali Nyo Ko menangisnya dengan pedang tumpul itu.
ia pikir tadi sudah mencoba tenaga kekerasan, biarlah
sekarang kucoba tenaga lunak, maka begitu menyentuh
senjata musuh, pedangnya terus melengket dengan tongkat,
kalau saja dia mau mengerahkan tenaganya, seketika Nimo
Singh dapat dilemparkan, jika dibanting ke dinding karang,
pasti tubuh Nimo Singh akan hancur.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sebenarnya Nyo Ko juga tidak kenal ampun lagi apabila
mengingat Siao-liong-li telah dilukai sedemikian rupa, ia
merasa manusia-sia jahat ini pantas dibinasakan semua.
Tapi ketika dia hendak mengerahkan tenaga, tiba-tiba
dilihatnya tubuh Nimo Singh yang terapung di udara itu tidak
mempunyai kaki lagi, ia menjadi teringat kepada dirinya
sendiri yang juga buntung sebelah tangan.
Dasar hati nuraninya memang baik, tiba-tiba timbul rasa
senasib nya, pedangnya tidak jadi dicungkit ke atas,
sebaliknya terus ditekan ke bawah sehingga tongkat besi Nimo
Singh itu menancap ke dalam tanah hampir separohnya.
Dengan masih memegangi tongkatnya Nimo Singh
bermaksud mencabutnya, akan tetapi tangan kanan yang
tergetar tadi masih kaku kesakitan sehingga sukar
mangeiuarkan tenaga.
"Biarlah kuampuni jiwamu sekarang, apakah kau masih
mempunyai muka buat tinggal lebih lama di Tionggoan?"
jengek Nyo Ko.
Muka Nimo Singh merah padam tak bisa menjawab selain
berdiri melongo saja di tempatnya.
Walaupun kekalahan Nimo Singh secara luar biasa itu juga
di luar dugaan Siau-siang-cu dan In Kik-si, tapi mereka tidak
mengira bahwa cuma dalam sebulan saja kekuatan Nyo Ko
telah maju sepesat ini, mereka malah menyangka Nimo Singh
yang tidak becus setelah kedua kakinya buntung. Segera In
Kik-si memburu maju dan mencabutkan tongkat serta
diserahkan kembali pada Nimo Singh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah menerima tongkat, segera Nimo Singh menahan
tubuhnya lagi dan bermaksud melompat jauh menyingkir ke
sana, tak terduga rasa kaku lengannya ternyata belum hilang,
baru saja menekan "bluk", kembali ia jatuh terjungkal pula.
Siau-siang-cu adalah manusia yang culas, asal orang lain
celaka, baik kawan ataupun lawan baginya bukan soal, yang
pasti ia justeru merasa senang, ia pikir si cebol Hindu sekali ini
pasti tamat riwayatnya, selekasnya Nyo Ko yang sudah cacat
badan ini kutangkap lebih dulu, inilah kesempatan baik untuk
mencari jasa dan menyohorkan nama. Maka ia lantas
melompat maju dan berseru: "Hai, bocah she Nyo, beberapa
kali kau sudah mengacaukan pekerjaan Ongya, sekarang lekas
kau ikut pergi saja."
Mengingat luka Siao- liong-Ii yang parah, Nyo Ko pikir
kalau musuh-musuh ini tidak lekas dihalau tentu sebentar
akan sukar menyelamatkan sang Kokoh, maka dengan suara
pelahan ia coba tanya Siao liong-Ii: "Apakah kau kesakitan,
Kokoh?"
"Mendingan, tidak begitu sakit," jawab Siao- liong-li.
Nyo Ko lantas menoleh kepada Siau-siang-cu dan berkata:
"Baiklah maju!"
Siau-siang-cu menyeringai seram, katanya: "Ktu cuma
bertangan satu, kalau kukalahkan kau dengan dua tangan
rasanya tidak adil." Segera ia sisipkan tangan kirinya pada tali
pinggang, tangan kanan memutar pentungnya dan berkata
pula: "Akupun menggunakan sebelah tangan saja agar
matipun kau takkan menyesali."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko ingin lekas menyelesaikan persoalan, ia tidak ingin
banyak omong, mendadak pedang tumpul di tangan kiri terus
mengarah lurus pinggang Siau-siang-cu.
Melihat pedang yang kasar kehitam-hitaman serta tumpul
laksana sepotong besi tua saja, Siau-siang-cu percaya senjata
ini tentu ada sesuatu yang istimewa, akan tetapi di mulut ia
tetap menghina, ka-tanya, "Huh, darimana kau menemukan
besi tua ini?" Habis berkata ia terus menghantarkan
pentungnya pada pedang tumpul.
Tanpa menggoyangkan pedangnya, Nyo Ko hanya
mengerahkan tenaga saja ke batang pedang itu, maka
terdengarlah suara "bluk" sekali, tahu-tahu pentung Siausiang-
cu itu patah menjadi beberapa potong dan mencelat
betebaran.
"Celaka," keluh Siau-siang-cu sambil mundur dengan cepat
Akan tetapi Nyo Ko tidak tinggal diam, pedangnya
menjulur kedepan, ia sodok ke kanan satu kali dan pukul ke
kiri satu kali, kontan kedua lengan Siau-siangcu patah semua.
Melihat gelagat jelek, cepat ln Kik-si menubruk maju
sambil putar ruyungnya terus mengadang di depan Siau-siangcu.
ln Kik-si adalah saudagar besar batu permata negeri
Persia, dengan sendirinya pandangannya sangat tajam,
terutama dalam hal ngekir benda mestika, ketika menyaksikan
pedang Nyo Ko itu menggetar terbang tongkat Nimo Singh
tadi, dia sudah yakin pedang Nyo Ko itu pasti benda mestika,
dari warnanya yang aneh ia menaksir pedang itu mungkin
terbuat dari besi murni yang jarang ditemukan Kemudian
dilihatnya lagi pentung Siausiang-cu juga tergetar hingga
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
patah menjadi beberapa potong, ia tambah yakin pedang itu
pasti benda pusaka.
Pada umumnya In Kik-si tidak terlalu jahat, cuma sejak
kecil ia telah berdagang intan permata, maka setiap kali
melihat benda mestika yang aneh, tentu dia ketarik dan
dengan segala jalan ia ingin memilikinya, apakah harus dibeli,
ditipu atau kalau perlu direbut dan dicuri.
Pedang pusaka Nyo Ko sekarang juga sangat menarik
perhatiannya, seketika timbul keserakahannya ingin memiliki,
segera ia putar ruyungnya yang lemas itu terus membelit
pedang lawan.
Nyo Ko sendiri tidak terlalu benci pada In Kik-si karena
sikapnya yang cukup ramah dan sopan, ketika melihat ruyung
orang menyamber tiba, di atas ruyung tertampak penuh
bertatahkan batu permata, maka ia lantas membiarkan
pedangnya dibelit oleh ruyung orang, katanya: "ln-heng,
selama ini kita tiada permusuhan apa-apa, sebaiknya lekas
tarik kembali ruyungmu dan memberi jalan padaku,
Ruyungmu penuh batu mestika, sungguh sayang kalau sampai
rusak."
"Apakah betul begitu?", ujar In Kik-si dengan tertawa,
sekuat nya ia terus membetot. Akan tetapi Nyo Ko tetap
berdiri tegak seperti tonggak tanpa bergeming sedikitpun
In Kik-si menjadi penasaran, tapi iapun tahu kepandaian
lawan sangat lihay, kalau tidak menggunakan akal tentu
pedang mustika itu sukar direbut Dengan tertawa ia lantas
berkata: "Kepandaian Nyo-heng maju sepesat ini, sungguh
harus diberi selamat dan menggembirakan, Siaute menyerah
kalah" Sambil mengucap begitu, mendadak tangan lain
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mengeluarkan sebilah belati terus menikam ke dada Siaoliong-
li.
Tujuan In Kik-si sebenarnya tidak hendak mencelakai
nyawa Siao-liong li, soalnya ia tahu Nyo Ko sangat
memperhatikan si nona, kalau melihat nona itu terancam
bahaya, tentu akan menolongnya mati-matian maka
tikamannya pada Siao-liong-li sesungguhnya cuma gertakan
belaka, dengan begitu dia akan berhasil merebut pedang
pusaka Nyo Ko.
Benar juga, Nyo Ko menjadi kaget melihat Siao lior.g-li
diserang, Pada saat itulah In Kik-si lantas membentak: "Lepas
pedang!" Sekuatnya ia lantas membetot rayungaya untuk
merampas pedang lawan.
Ternyata Nyo Ko lantas menuruti kehendaknya dan
melepaskan pedangnya, cuma sekalian di dorong ke depan,
pedang panjang dan belati pendek, karena dorongan itu, jarak
kedua orang bertambah jauh sehingga belati yang pendek itu
tidak dapat mencapai tubuh Siao-liong-li. Rupanya karena
kuatirnya Nyo Ko telah mendorong pedangnya cukup keras
sehingga membuat In Kik-si ter-huyung ke belakang, pedang
yang berat itu berikut ruyung yang masih melibat itu terus
menumbuk ke tubuh In Kiksi.
Meski Nyo Ko juga tiada maksud melukai jiwa In Kik-si,
tapi untuk menyelamatkan Siao-liong-li, tenaga dorongan yang
dikeluarkannya tidak kepalang hebatnya, In Kik-si merasa
seperti di tolak oleh tangan maha dahsyat, Sekuatnya dia
mengerahkan tenaga dan mendorong ke depan namun begitu
ia tetap tergentak mundar lagi beberapa langkah baru
kemudian dapat berdiri tegak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mukanya berubah pucat, tampaknya tetap tersenyum,
namun senyuman yang getir.
Kiranya In Kik-si merasa isi perutnya seakan-akan jungkir
balik, seluruh urat nadinya serasa kacau balau, ia tidak berani
sembarangan bergerak lagi dan juga tidak berani
menggunakan tenaga, Nyo Ko teIah melangkah maju dan
mengambil kembali pedangnya, ketika ia angkat pedang itu, di
bawah cahaya sang surya, pandangan semua orang menjadi
silau, batu permata telah berhamburan berserakan.
Rupanya ketika kedua orang sama-sama mengerahkan
tenaga, batu permata yang tertatah pada ruyung In Kik si itu
telah tergetar hancur dan rontok.
Dibandingkan Nimo Singh dan Siau-siang-cu, pribadi In
Kik-si terlebih baik, namun karena keserakahannya, luka yang
dideritanya menjadi lebih parah daripada kedua kawannya itu.
Nyo Ko gemas karena In Kik-si hendak menikam Siongliong-
li dengan belatinya, maka ia tidak perdulikan luka
saudagar persi yang cukup berat itu, segera ia berseru: "Kimlun
Hoat-ong, utang-piutang kita perlu diselesaikan sekarang
atau ditunda saja lain hari?"
Kim lun Hoat-ong sangat licik, dilihatnya Nyo Ko ber-turuturut
mengalahkan Nimo Singh, Siau-siang-cu dan In Kik-si
yang semuanya hanya berlangsung dalam sekali dua gebrak
saja, betapa tinggi ilmu silat anak muda itu sungguh sukar
diukur lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kalau dirinya juga memandangi sekarang, meski tidak
sampai kalah seperti ketiga kawannya, tapi untuk menang
rasanya juga tidak gampang.
Namun begitu berada di depan orang sebanyak ini, kalau
dirinya kena di gertak begitu saja lantas pergi, betapapun ia
ingin menjaga harga diri. ia pikir: "Bocah ini sudah buntung
sebelah lengannya, meski tangan kirinya juga lihay, bagian
kanan yang buntung pasti lemah, kalau kuserang saja bagian
kanan. dia tentu juga menguatirkan keadaan Siao-liong-li, jika
berlangsung agak lama, tentu pikirannya akan kacau."
Setelah ambil keputusan demikian, ia lantas menyiapkan
kelima rodanya, ia tahu pertarungan sekarang ini
sesungguhnya mengenai mati-hidup dan dipuji atau terhina
selamanya, sedikitpun tidak boleh gegabah.
Segera ia melangkah maju, dengan tertawa ia berkata:
"Saudara Nyo, kuucapkan selamat padamu atas penemuan
istimewa yang kau dapatkan ini sehingga kau memiliki pedang
sakti yang tiada tandingannya ini"
Siao liong li menggelendot dalam rangkulan Nyo Ko,
samar-samar ia melihat Kim-lun Hoat-ong telah maju dengan
rodanya, ia pikir melulu tenaga Nyo-Ko seorang pasti tak
dapat menandingi paderi itu, dengan suara pelahan ia lantas
berkata: "Ko-ji, berikanlah pedang padaku, marilah kita
binasakan dia dengan Giok-li-kiam-hoat kita."
Nyo Ko menjadi terharu, jawabnya: "Jangan kuatir Kokoh,
aku sendiri mampu melayani dia."
Siao-Iiong-li lantas cepat menggeser ke kanan sedikit agar
dapat mengaling lebih banyak di depan Nyo Ko. Sungguh
terharu dan terima kasih pula Nyo Ko, serunya: "Kokoh,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sekarang kita menempur kawanan iblis ini. andaikan matipun
kita tidak menyesal lagi." - Segera pedangnya mengacung ke
depan.
Hoat-ong tidak berani menghadapinya dari depan, cepat ia
melompat mundur, menyusul lantas terdengar suara
mendengung, roda timahnya telah menyamber. Waktu Nyo Ko
angkat pedangnya menabas, roda itu terus memutar ke
belakangnya dan terbang kembali ke arah Hoat-ong sehingga
tabasan Nyo Ko mengenai tempat kosong.
Habis itu suara mendengung lantas bergemuruh dengan
gemerdapnya sinar perak dan cahaya emas.
Hnta buah roda K,im-lun Hoat-ong telah dihamburkan
sekaligus dari jurusan yang ber-beda2.
Kuatir menambah parah luka Siaoliong-li, Nyo Ko tidak
berani banyak bergerak, ia terus berdiri saja di tempatnya.
Ternyata hamburan kelima roda Kim-lun Hoat-ong itupun
cuma serangan percobaan saja, setelah roda2 itu berputar
sekeliling,lalu terbang kembali lagi ke tangan Hoat-ong.
Melihat Nyo Ko tidak mau bergeser dari tempatnya,
tahulah Hoat-ong akan jalan pikiran anak muda itu, ia menjadi
girang dan yakin dirinya pasti akan berada pada pihak yang
lebih menguntungkan kalau saja menyerang dari jauh dan
terus berpisah tempat, dengan cara inipun dirinya pasti takkan
kalah,
Dengan kedudukan Kim-lun Hoat-ong sebenarnya tidak
layak menempur Nyo Ko yang cacat badan-serta harus
melindungi seorang yang terluka parah. Namun Hoat-ong juga
tahu kesempatan baik sekarang ini sukar dicari lagi di
kemudian bari, kalau saja luka Siao-liong-ti sudah sembuh,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengan gabungan kedua muda-mudi itu jelas dirinya bukan
tandingannya, andaikan Siao-liong-li tewas oleh luka-nya,
sesudah Nyo Ko tida mempunyai tanggungan lagi, dirinya juga
bukan tandingan anak muda itu.
Sebab itulah ia bertekad harus membinasakan kedua
muda-mudi itu sekarang mumpung ada kesempatan bagus,
bahwa cara bertempur sekarang ini pantas dan adil atau tidak
bukan soal baginya.
Keadaan demikian juga cukup dipahami semua orang,
merekapun merasa Kim-lun Hoat-ong kurang terhormat
menempur Nyo Ko sekarang, segera si dogol Be Kong-co
berteriak: "Hai, Hwesio gede, kau terhitung ksatria atau
bukan? Kau tahu malu tidak?"
Akan tetapi Hoat-ong berlagak pilon saja, kelima rodanya
tetap beterbangan pulang pergi dan kian kemari mengitari Nyo
Ko berdua, begitu roda2 itu ditangkap kembali segera
disambitkan pula oleh Hoat-ong, terkadang tinggi mendadak
bisa rebah, lain saat lurus ke depan, tapi tahu-tahu membelok
lagi ke samping, suara yang ditimbulkan juga berbeda, ada
yang mendengung keras, ada yang mendenging nyaring.
Sekonyong-konyong terdengar Be Kong-co menjerit kaget,
kiranya sebuah roda mendadak menyamber dari samping
terus membelok menyerempet kepalanya sehingga kulit
kepalanya terkelupas sebagian berikat secomot rambutnya
dan berdarah jatuh ke tanah. Roda itu cukup besar dan berat
pula, tapi ketika mengupas kulit kepalanya seakan2 sebuah
pisau cukur saja yang tipis, yang hebat adalah serempetan itu
sedemikian tepatnya hingga tiba pas mengupas kulit berikut
rambut saja, kalau lebiti tinggi sedikit tentu takkan mengupas
kulit kepalan sebaliknya kalau kerendahan sedikit tentu jiwa
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Be Kong co sudah melayang, Semua orang sama melongo
ngeri melihat kehebatan roda Kim-lun Hoat-ong itu.
Nyo Ko menguatirkan keadaan Siao-liong-li, tambah lama
tertahan di situ berarti berkurang pula kesempatan
menyembuhkannya, segera kaki kirinya melangkah maju,
tubuh Siao-liong-li dibawanya maju sedikit, menysul kaki
kanan juga melangkah lagi.
"Awas"! tiba-tiba Kim-lun Hoat-ong berseru, tahu-tahu
kelima rodanya bergabung menjadi satu dan terbagi menjadi
dua baris terus menyamber dari depan kepada Nyo Ko berdua.
Namun Nyo Ko juga mengerahkan tenaga pada tangan
kirinya, sedikit ujung pedangnya bergetar "trang trang-trang",
ketiga roda emas, tembaga dan besi kena dicungkit ke
samping, menyusul pedangnya terus menghantam ke bawah,
pandangan semua orang terasa silau, menyusul debu pasir
lantas mengepul roda perak dan roda timah telah tertabas
pecah menjadi dua oleh pedang Nyo Ko dan jatuh ke tanah.
Pada saat itu juga Hoai-ong juga membentak sambil
menubruk maju, tangan kirinya memotong miring ke tepi roda
tembaga sedangkan roda emas dan besi terus ditangkapnya,
menyusul lantas dihantamkan ke kepala Nyo Ko.
Nyo Ko tidak menangkis, sebaliknya pedang pusakanya
terus menusuk lurus ke dada musuh, Pedang lebih panjang
daripada roda, sebelum roda lawan sempat menghantam
kepada Nyo Ko, ujung pedang anak muda itu sudah
mengancam dan cuma beberapa senti saja di depan dada
Hoat-ong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cara bagaimana Nyo Ko mengakhiri pertarungan sengit ini dan
membawa pulang Siao-liong-li ?
Bagaimana nasib Coan-cin kau dengan anak muridnya yang
sebagian berkhianat itu?
(Bacalah jilid ke-42)
Jilid 42
Akan tetapi maju mundurnya Hoat-ong sungguh cepat luar
biasa, tak kelihatan bergerak, tahu-tahu tubuhnya mencelat
beberapa meter ke samping.
Nyo Ko juga bergerak dengan cepat, segera pula ia
menarik pedangnya ke belakang, "trang", roda tembaga yang
menyamber lagi dari belakang ditebasnya menjadi dua,
bahkan sebelum kedua potong roda itu jatuh, pedangnya
menyabet pula dari samping sehingga kedua potong roda
tembaga tertabas lagi menjadi empat, walaupun pedang itu
tumpul, tapi digunakan dengan tenaga dalam yang kuat,
ternyata tajamnya tidak alang kepalang.
Hanya sekejap saja tiga antara lima roda Kim-lun Hoat-ong
telah dihancurkan namun paderi Tibet ini. benar-benar
tangkas luar biasa, makin kalah semakin bersemangat ia putar
roda emas dan besi dan menyerang pula lebih kencang.
Namun Nyo Ko bertahan dengan tenang-tenang saja, betapa
Hoat-ong mengitarinya dan menyerang dari arah manapun
tetap tak dapat mendekatinya.
Setelah berpuluh jurus lagi, mendadak kedua roda Hoatong
itu saling bentur, menyusul terus di tolak ke depan,
dihantamkan ke tubuh Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Cepat pedang Nyo Ko juga menusuk ke depan, "creng",
dengan tepat pedang itu menahan di tepi roda emas, tenaga
dalam kedua orang sama-sama di kerahkan pada senjata
masing-masing hingga keduanya sama tergetar, seketika
kedua orang hanya berdiri saja, dan saling bertahan.
Nyo Ko merasa tenaga lawan terus menerjang tiba secara
bergelombang dan tak putus2, makin lama makin kuat, diamdiam
ia terkejut, tak disangkanya tenaga dalam lawan
ternyata sehebat ini, meski sebelum ini mereka pernah
bertarung beberapa kali, tapi baru sekali ini mereka mengadu
Lwekang.
Karena sekarang mereka mengadu tenaga dalam, dengan
sendirinya kehebatan pedang tumpul Nyo Ko itu sukar
digunakan sebaliknya sudah berpuluh tahun Kim-Iun Hoatrong
menggembleng diri, tentu saja dia lebih ulet daripada Nyo Ko,
jika berlangsung lama, akhirnya Nyo Ko yang kewalahan.
Ia pikir tiada gunanya main ngotot begini, akan kupancing
dia mendekat, lalu kukebut mukanya dengan lengan baju
kanan secara mendadak.
Karena pikiran ini, pelahan Nyo Ko menarik pedangnya ke
belakang, jarak kedua orang tadinya hampir dua meter,
lambat laun mengkeret menjadi, satu setengah meter, lalu
satu meter dan semakin dekat pula.
Kedua murid Hoat-ong, yaitu Darba dan Hotu, sejak tadi
juga mengawal di samping sang guru, mereka menjadi girang
melihat gurunya berada di atas angin, tapi merekapun prihatin
melihat sang guru mengadu Lwekang dengan Nyo Ko,
maklumlah mengadu tenaga dalam secara begitu tidak
mungkin main licik atau bermaksud menghindar kalau meleng
bahkan jiwa bisa melayang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Darba berhati jujur dan berpikir sederhana, yang
diperhatikan hanya keselamatan sang guru, maka tanpa
terasa ia ikut melangkah maju melihat gurunya semakin
mepet lawannya, sedangkan Hotu juga ikut melangkah maju
dua-tiga tindak, tapi yang menjadi tujuannya adalah mencari
kesempatan untuk menyerang Nyo Ko, dia main kipas-kipas
seperti orang mencari angin, tapi kalau lawan meleng sedikit
saja segera senjata rahasia pada kipasnya itu akan segera
dihamburkan.
Namun disebelah sana Khu Ju-ki dan Ong Ju-it juga tidak
tinggal diam, mereka sudah berpengalaman melihat
gelagatnya segera mereka menduga Hotu dan Darba
bermaksud ikut menyerang membantu sang guru, mereka
saling pandang sekejap dan berpikir "Meski Nyo Ko memusuhi
Coan-cin-kau, tapi seorang lelaki sejati harus bertindak secara
terang-terangan, baik kalah atau menang harus ditentukan
menurut kepandaian sejati, mana boleh kaum durjana berbuat
sesukanya di atas Cong-lam san sini."
Begitulah mereka lantas melangkah maju juga dengan
pedang terhunus dan menatap tajam mengawasi gerak-gerik
Hotu. Biarpun, sudah ubanan semua, namun wajah kedua
Tosu tokoh Coan-cin-kau ini masih merah segar, sorot mata
mereka yang tajam membuat Hotu keder dan tidak berani
sembarangan bergerak.
Dalam pada itu tangan Nyo Ko sudah semakin mengkeret,
jarak Hoat-ong dengan dia sekarang kurang dari satu meter,
ia pikir kalau Hwesio tua mendesak maju lagi sedikit segeraakan
kusabet dia dengan lengan baju kanan, andaikan tak
dapat membinasakan dia, sedikitnya juga akan membikin dia
kepala pusing dan mata berkunang-kunang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hoat-ong terkesiap juga ketika melihat bahu kanan Nyo Ko
bergerak sedikit, sebagai orang yang maha cerdik segera ia
tahu maksud si anak muda, pikirnya: "Kebasan lengan bajumu
memang hebat tapi biarlah kutahan disabet oleh lengan
bajurmu ketika itu tenaga tangan kirimu tentu akan
berkurang, kalau aku menyerang sepenuh tenaga secara
mendadak tentu kaupun akan terluka parah."
Selama menggelendot di tubuh Nyo Ko, keadaan Siaoliong-
li semakin lemah hingga hampir tak sadarkan diri, ketika
anak muda itu mengerahkan tenaga dalam, jalan darahnya
bertambah cepat, suhu badannya semakin panas, karena rasa
panas badan anak muda itu semakin bertambah, Siao-liong-li
lantas membuka mata, dilihatnya dahi Nyo Ko ada butiran
keringat, ia coba mengusapnya dengan lengan baju.
Ketika melihat anak muda itu menatap tajam ke depan
dengan sikap prihatin iapun mengikuti arah yang dipandang
itu, tapi ia menjadi kaget, dilihatnya sepasang mata Kim-lun
Hoat-ong-melotot seperti gundu dengan sorot mata yang
buas, jaraknya sangat dekat di depannya.
Dengan rada takut Siao-liong-li memejamkan lagi
matanya, waktu membuka mata pula dilihatnya wajah Hoatong
dengan4 mata melotot itu bertambah dekat lagi, Akhirnya
ia mendongkol dia menggelendot dalam pelukan kekasih,
justeru orang melototnya secara menjemukan!
Tak terpikir olehnya bahwa saat itu Hoat-ong sedang
menempur Nyo Ko, ia hanya anggap Hwesio itu adalah musuh
dan juga tidak ingin Hwesio itu mengganggu kebahagiaannya
disamping Sang kekasih, maka ia lantas mengeluarkan sebuah
jarum tawon putih, perlahan-lahan ia mencolokkan jarum itu
ke mata kiri Hoat-ong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Jangankan jarum itu berbisa, biarpun jarum biasa, kalau
bola mata tertusuk juga pasti buta seketika. Hanya saja tujuan
Siao-liong-li cuma ingin menghalau pandangan mata musuh
yang menjemukan itu, pula dia terluka parah, maka waktu
menjulurkan jarumnya itu menjadi tak bertenaga dan maju
dengan sangat pelahan.
Namun saat itu Hoat-ong sedang mengadu tenaga dalam
dengan Nyo Ko, sedikit bergeser saja pasti akan celaka, Maka
ketika jarum Siao-liong-li itu menusuk tiba dengan pelahan,
sama sekali ia tidak dapat mengelak atau melawannya.
Tertampaklah jarum sudah semakin mendekat dan makin
mendekat, dari belasan senti menjadi beberapa senti di depan
matanya dan kini tinggal satu dua senti saja, Mendadalc Hoatong
berteriak keras-keras, kedua rodanya didorong ke depan,
ia sendiri lantas berjumpalitan ke belakang, namun begitu
tenaga Nyo Ko yang terkumpul pada pedangnya itu sukar
dielakan semua, baru saja Hoat-ong dapat berdiri, tubuhnya
lantas tergeliat dan akhirnya jatuh terduduk.
"Suhu!" teriak Darba dan Hotu berbareng, mereka terus
menubruk maju hendak memayang bangun sang guru.
Sementara itu Nyo Ko telah ayun pedangnya hingga roda
emas dan besi lawan terbelah menjadi dua, menyusul ia terus
memburu maju, pedangnya memotong ke tubuh Kim-Iun
Hoat-ong yang terduduk itu.
Hoat-ong belum mampu menghimpun kembali tenaganya,
dia terduduk dengan lunglai dan tidak sanggup melawan
sedikitpun Cepat Darba angkat gadanya dan Hotu juga angkat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kipas bajanya ke atas untuk menahan bacokan pedang Nyo
Ko.
Namun tenaga bacokan Nyo Ko itu sangat hebat, apalagi
bobot pedangnya memang juga berat, seketika Darba dan
Hotu merasa kaki lemas dan tidak tahan, serentak mereka
bertekuk lutut, walau pun begitu mereka tetap bertahan matimatian
demi untuk menyelamatkan sang guru.
Daya tekanan Nyo Ko semakin kuat, Darba dan Hotu
angkat senjata mereka dan bertahan sepenuh tenaga, tulang
punggung mereka serasa mau patah, rasa tulang sekujur
badan berbunyi berkeriukan: Tiba-tiba Hotu berkata: "Suheng,
tahanlah sejenak, biar ku tolong Suhu, habis itu segera
kubantu kau lagi."
Dengan gabungan tenaga kedua orang saja tidak mampu
menahan, apalagi cuma Darba sendirian, mana dia mampu
menahan daya tekanan pedang Nyo Ko itu. Tapi dia m,emang
orang yang polos dan berbudi, demi keselamatan sang guru ia
rela mengorbankan segalanya, segera ia mengiakan ucapan
Hotu itu dan sekuamya mengangkat gadanya ke atas.
Hotu dan Darba bicara dalam bahasa Tibet, sehingga Nyo
Ko tidak paham apa artinya, hanya tiba-tiba dirasakan tenaga
gada lawan bertambah, ketika dia hendak menekan ke bawah
lebih kuat, saat itulah Hotu melompat mundur.
Nyata Hotu adalah manusia licik dan licin mana dia
bermaksud menyelamatkan sang guru, yang benar adalah
ingin menyelamatkan diri sendiri. Begitu lolos segera ia
berseru: "Suheng, siaute akan pulang untuk berlatih lagi,
sepuluh tahun kemudian akan kucari bocah she Nyo ini untuk
membalas sakit hati Suhu dan kau!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Habis berkata ia terus berlari pergi secepat terbang dan
menghilang dalam sekejap saja.
Merasa diakali Sutenya Darba menjadi murka, diingatnya
Nyo Ko adalah retnkarnasi (penjelmaan) Toasuhengnya, ia
heran mengapa orang berbuat begini terhadap guru sendiri?
Segera ia berseru: "Toasuheng, harap engkau ampuni jiwaku,
nanti setelah kuantar pulang Suhu dengan selamat, akan
kucari Sute yang durhaka itu untuk kucincang hingga hancur
lebur, habis itu akan kuserahkan diriku dan terserah cara
bagaimana Toasuheng akan berbuat padaku, baik mau
dibunuh atau dibakar, sedikitpun siaute pasti takkan
melawan."
Dengan sendirinya Nyo Ko tidak paham apa arti ocehan
Darba itu, tapi dilihatnya Hotu lari meninggalkan Suhu dan
Subeng yang sedang terancam bahaya maut, betapapun ia
juga bersimpatik pada Darba yang setia dan jujur itu. Waktu ia
menoleh sedikit, dilihatnya Siao-liong-li sedang memandang
padanya dengan penuh rasa kasih mesra.
Alangkah bahagia perasaan Nyo Ke, seketika rasa ingin
membunuh untuk menuntut batas sakit hati segala terlempar
ke awang2, terasa segala dendam dan benci di dunia ini
bukan apa-apa lagi, segera ia angkat pedangnya dan berkata
kepada Darba: "Baiklah, kau pergi saja!"
Segera Darba berbangkit tapi lantaran terlalu banyak
keluar tenaga, seluruh tubuh menjadi lemas ia tidak kuat
memegangi gadanya lagi dan jatuh ke tanah. Cepat ia
menyembah beberapa kali pada Nyo Ko sebagai tanda terima
kasihnya, sementara itu Kim-lun Hoat-ong masih duduk di
tanah tak bisa berkutik, tanpa bicara lagi Darba lantas
memanggul sang guru dan dibawa pergi tanpa menjemput
kembali gadanya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Menyaksikan Nyo Ko hanya dengan satu tangan saja dapat
mengalahkan semua tokoh terkemuka pihak MongoI, para
Busu Mongol menjadi ketakutan, serentak mereka berteriak
dan beramai-ramai membawa Siau-siang-cu, In Kik-si dan
Ntano Singh yang terluka parah, hanya sekejap saja
merekapun kabur.
Hanya Be Kongco saja yang tetap berdiri di situ, ia
mendekati Nyo Ko dan mengangkat ibu jarinya, katanya: "Adik
cilik, sungguh hebat."
"Be-toako" jawab Nyo Ko, "kawan-kawanmu adalah
manusia-sia busuk semua, kau pasti rugi jika berkumpul
dengan mereka, kukira lebih baik kau mohon diri pada Kubilai
dan pulang saja ke kampung halamanmu."
"Ucapanmu memang betul," ujar Be Kong-eo, ia
memandang sekejap pada Siao-liong-li yang tetap cantik
motek itu meski dalam keadan terluka parah, lalu berkata
pula: "Kapan kau akan menikah dengan nona ini, bagaimana
kalau kutinggal di sini untuk meramaikan pestamu?"
Nyo Ko tersenyum getir sambil memggeleng kepala, lalu ia
memandang sekeliling, beberapa ratus Tosu yang masih
merubung disekitarnya itu.
"Aha, betul, masih ada kawanan Tosu busuk ini,
bagaimana kalau kubantu kau membereskan mereka?" kata
Be Kong-co.
Sudah tentu Nyo Ko tidak ingin orang lain ikut
menyerempet bahaya baginya, segera ia berseru: "Kau lekas
pergi saja, aku sendiri dapat melayani mereka."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Be Kong-co melengak, tapi cepat ia mengerti, serunya
sambil bertepuk tangan: "Benar, benar! Bahkan Hwesho gede
dan mayat hidup yang lain itupun bukan tandinganmu
kawanan Tosu busuk ini masakah mampu melawan kau? Eh,
adik cilik dan nona cantik, aku Be Kong-co mohon diri!"
Habis itu ia terus melangkah pergi sambil menyeret
toyanya hingga menimbulkan bunyi gemerantang ketika toya
tembaganya menggesek batu di sepanjang jalan.
Be Kong-co tidak tahu bahwa ada "perang dingin" antara
Kim-lun Hoat-ong dan kawannya sendiri, waktu Nyo Ko
menempur mereka satu per-satu, mereka masing-masing
sengaja menonton belaka dengan harapan akan menarik
keuntungan dari hasil pertarungan itu.
Coba kalau mereka mengerubut maju sekaligus, biarpun
kepandaian Nyo Ko setinggi langit juga sukar melayani
keroyokan lawan sebanyak itu. Apalagi sekarang kalau harus
menghadapi pihak Coan-cin-kau, kawanan Tosu itu sudah
terlatih dan penuh disiplin, kalau Khu Ju-ki sudah memberi
perintah, daya tempur mereka bahkan jauh lebih hebat
daripada Kim-lun Hoat-ong dan begundalnya itu.
Begitulah dengan pedang menahan tanah, Nyo Ko
pandang kawanan Tosu itu dengan dingin.
Dengan suara lantang Khu Ju-ki lantas berkata : "Nyo Ko,
kepandaianmu sudah terlatih sedemikian tinggi dan sudah
melebihi kaum kita, Namun ibegitu, menghadapi Coan-cin-kau
kami yang berjumlah beberapa ratus orang ini, apakah kau
kira mampu meloloskan diri?"
Sejauh Nyo Ko memandangi yang tertampak memang
gemerdepnya pedang belaka, setiap tujuh orang Tosu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terbentuk menjadi satu regu berderet-deret susun menyusun
sehingga dirinya dan Siao-liong-li terkepung di tengah,
walaupun setiap barisan pedang itu terbentuk dari tujuh Tosu
yang berkepandaian biasa saja, namun daya tempurnya cukup
menandingi seorang tokoh kelas satu, kini di sekitar Nyo Ko
sedikitnya ada beberapa puluh barisan pedang.
Sudah tentu anak muda itu pantang menyerah, ia coba
melangkah maju, serentak tujuh Tosu itu mengadangnya
dengan ujung pedang siap menusuk. Waktu Nyo Ko
menusukkan pedangnya, seketika ke tujuh Tosu itu
menangisnya dengan tujuh pedang pula, terdengarlah suara
gemerantang ramai, tujuh pedang patah semua, yang
terpegang di tangan para Tosu itu tertinggal garan pedang
saja, keruan para Tosu itu kaget dan cepat meloncat ke
samping.
Cepat Ong Ju-it memberi komando dan segera barisan
pedang lain mengadang pula kedepan Nyo Ko. Namun sekali
pedang anak muda itu menyabet, biarpun kawanan Tosu itu
juga bergerak cepat menggeser tempat, tidak urung dua Tosu
telah menjerit, seorang terluka pinggang dan yang lain
tertabas pahanya keduanya lantas roboh terguling.
Pada saat kun Khu Ju-ki juga telah memberi perintah,
empat belas pedang sekaligus mengancam bagian belakang
Nyo Ko dan Siao-liong-li. Kalau Nyo Ko putar pedangnya ke
belakang, andaikan sekaligus dapat mengguncang pergi
senjata2 itu, tapi kalau salah satu pedang itu tertinggal tentu
Siao-liong-li akan terluka pula. Karena sedikit ragu itulah,
segera tujuh pedang lain kembali mengancam pula dari
samping.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam keadaan begini sekalipun Nyo Ko berjuang matimatian
juga sukar untuk menyelamatkan Siao-liong-li,
untunglah Khu Ju-ki lantas berseru memberi perintah sehingga
ke-21 pedang yang geroerdep itu cuma mengancam di depan
tubuh Nyo Ko berdua.
"Nona Liong dan Nyo Ko, guru2 kita dahulu mempunyai
hubungan yang erat, Coan-cin-kau kami sekarang
mengalahkan kalian karena jumlah orang banyak, menangpun
tidak gemilang rasanya, apalagi t nona Liong dalam keadaan
terluka parah," demikian kata Khu Ju-ki. "Sejak dulu orang
bilang: permusuhan lebih baik di bereskan daripada
diributkan. Bagaimana kalau perselisihan kita sekarang juga
kita anggap selesai mulai sekarang tanpa mempersoalkan
siapa benar dan salah?"
Sebenarnya antara Nyo Ko dan Coan-cin-kau juga tiada
sesuatu dendam yang mendalam, dahulu Hek Tay-thong salah
mencelakai Sun-popoh, untuk itu Hek Tay-thong sangat
menyesal dan rela menebus kesalahan itu dengan jiwanya,
jadi persolan itu sudah beres. sekarang kedatangannya juga
untuk mencari Siao-liong-li saja dan tiada maksud memusuhi
Coan-cin-kau, karena itu apa yang dikatakan Khu Ju-ki itu
dapat diterimanya, iapun berpikir tiada artinya bertempur
dengan orang-orang Coan-cin-kau, yang paling penting harus
menyelamatkan jiwa sang Kokoh lebih dulu.
Belum ia menjawab, tiba-tiba sorot mata Siao-liong-li
pelahan memandang sekeliling kawanan Tosu itu, lalu
bertanya dengan suara pelahan: "Mana In Ci-peng?"
Setelah terhantam roda punggungnya serta dada tertusuk
pedang, luka In Ci-peng cukup parah, cuma seketika belum
mati, ia menggeletak di samping sana dalam keadaan
kempaskempis. Ketika samar-samar ia mendengar namanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
disebut oleh suara yang lembut seketika hatinya tergetar
hebat, entah darimana datangnya tenaga, serentak ia
berbangkit dan menerobos ke tengah barisan pedang sambil
berseru: "Aku berada di sini, nona Liong!"
Sejenak Siao-liong-li menatapnya, tertampak jubah Cipeng
penuh berlumuran darah dan bermuka pucat, putus asa
dan remuk redam hati Siao-liong-li katanya dengan gemetar
kepada Nyo Ko: "Ko ji, kesucianku telah dinodai orang ini,
biarpun sembuh juga takdapat kuhidup bersamamu. Namun
dia dia menyelamatkan aku dengan mati-matian, maka kau
tidak perlu... tidak perlu lagi membuat susah dia. pendek kata,
nasibku sendiri yang buruk."
Dasar hatinya memang suci bersih, ia tidak pantang
omong apapun dihadapan orang, meski di depan be-ratus2
orang tetap diucapkannya pengalamannya yang pahit itu.
setelah merandek sejenak, ia tersenyum manis dan berkata
pula pada Nyo Ko dengan lirih: "Kini, mati di sisimu, hatiku...
hatiku terasa sangat bahagia."
Sampai di sini tiba-tiba teringat sesuatu olehnya,
disambung pula: "Puteri Kwe-tayhiap itu telah mengutungi
lenganmu, dia pasti tak dapat meladeni kau dengan baik, lalu
siapa yang akan menjaga kau kelak?"
Teringat pada persoalan ini, ia menjadi sedih, dengan
suara lemah ia berkata pu!a: "Ko-ji, selanjutnya kau akan
hidup sendirian, tiada... tiada seorangpun menemani kau..."
"Jangan kuatir, kau takkan meninggal," kata Nyo Ko
dengan suara halus, "Kita pasti akan berada bersama untuk
selamanya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tadi ketika mendengar pesan Siao-liong-li pada Nyo Ko
agar jangan membikin susah padanya, semuanya dianggap
nasibnya sendiri yang buruk, ucapan Siao-liong-li itu membikin
perasaan In Ci-peng sangat terharu, hatinya seperti disayatsayat,
tidak kepalang menyesalnya atas perbuatannya yang
salah itu sehingga mengakibatkan si nona menderita batin
selama hidup, sungguh matipun sukar menebus dosanya itu.
Segera ia berseru kepada Coan-cin-ngo-cu: "Suhu dan
para Susiok, semua ini adalah karena perbuatanku dosaku
teramat besar, hendaklah kalian jangan sekali membikin susah
nona Liong dan Nyo-siauhiap." - Habis berkata, ia melompat
maju dan menubruk ke ujung barisan pedang para Tosu itu,
seketika tubuhnya tertembus oleh beberapa pedang dan
binasa.
Kejadian ini sama sekali di luar dugaan semua orang,
keruan para Tosu itu berteriak kaget, Tapi mereka menjadi
paham setelah mendengar ucapan Siao-Hong-li serta
pengakuan In Ci-peng tadi, jelas In Ci-peng telah melanggar
kesucian Siao-liong-li dengan cara-cara yang rendah.
Karena kesalahan ternyata terletak pada pihak sendiri,
Coan-cin-ngo-cu menjadi malu, namun serba susah juga,
untuk menyatakan penyesalan mereka dan minta maaf.
Setelah memandang sekejap kepada para Sute-nya,
segera Khu Ju-ki memberi perintah agar barisan pedang itu
membubarkan diri. seketika terdengarlah suara gemerincing
nyaring pedang dimasukkan ke-sarungnya serta terluang
sebuah jalan bagi kepergian Siao-liong-li dengan Nyo Ko.
Nyo Ko masih merangkul pinggang Siao-Iiong-li dengan
lengan bajunya yang tak berlengan itu, tiba-tiba teringat
olehnya bahwa jiwa sang Kokoh tinggal beberapa saat saja,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
apakah dapat tertolong sungguh sukar dibayangkan. Dahulu
dia pernah tanya padaku apakah aku mau mengambil dia
sebagai isteri waktu itu aku bingung dan tidak menjawabnya
sehingga kemudian timbul macam-macam kejadian yang
merisaukan. Kini keadaan sudah mendesak, waktu tidak
banyak lagi, harus kubikin Kokoh merasa senang dan puas.
Maka dengan suara keras ia lantas bersuara:
"Kokoh, persetan tentang guru dan murid atau soal
kebersihan nama segala, asalkan kita berdua saling mencintai,
masakah di dunia ini ada soal nasib buruk segala? Bagaimana
orang lain akan berpikir dan bicara mengenai diri kita, peduli
amat, biarkan mereka pusing kepala sendiri."
Senang sekali hati Siao-liong-li, ia pandang anak muda itu
dan bertanya: "Ucapanmu ini apakah timbul dari lubuk hatimu
sungguh-sungguh atau demi untuk menyenangkan aku
sengaja kau ucapkan kata-kata enak didengar ini?"
"Sudah tentu sungguh-sungguh," jawab Nyo Ko.
"Tanganku buntung dan kau tambah kasih sayang padaku.
Kau mengalami bencana, akupun semakin kasih sayang
padamu."
"Benar, di dunia ini kecuali kita berdua sendiri memang
tiada orang lain yang mau perhatikan kita," ujar Siao-Iiong-li
dengan pelahan.
Beberapa ratus Tosu yang sudah lama tirakat dan jauh
dari urusan kehidupan manusia itu menjadi serba runyam
ketika mendadak mendengar u-capan kedua muda mudi yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
penuh kasih mesra itu, semuanya saling pandang dengan
wajah merah jengah.
Segera Sun Put-ji membentak: "Lekas kalian pergi saja
dari sini, Tiong-yang-kiong adalah tempat suci, tidak pantas
kalian mengucapkan kata-kata tidak sopan di sini."
Akan tetapi Nyo Ko malah berseru pula: "Dahulu Tiongyang
Cosu dan Lim-cosu sebenarnya adalah suatu pasangan
yang setimpal, tapi entah sebab tata adat apa yang
menyebabkan gagalnya perjodohan mereka dan meninggalkan
penyesalan selama hidup, Kokoh justeru kita menikah di
hadapan pemujaan Tiong-yang Cosu untuk melampiaskan rasa
dongkol Lim-cosu kita."
Siao-liong-li tertawa manis, ia menghela napas dan
menjawab: "Koji, kau sungguh baik padaku,"
Tentang hubungan cinta antara mendiang Ong Tiong-yang
dan Lim Tiau-eng, hal ini cukup diketahui oleh Coan-cin-ngocu.
Maka hati mereka tergetar demi mendengar Nyo Ko
mengungkat urusan itu. Sun Put-ji lantas membentak pula:
"Mendiang guru kami mendirikan Coan-cia-kau ini dengan
kepintaran dan keyakinan yang penuh, jika kau berani
sembarangan omong dan bertindak di sini, jangan menyesal
jika pedangku tidak kenal ampun padamu," Sret, segera ia
melolos pedangnya.
padahal melulu kepandaian Sun Put-ji sendiri sejak dulu
juga bukan tandingnan Nyo Ko, tapi sekali bergerak, tentu beratus2
Tosu itu takkan tinggal diam. Maka Nyo Ko hanya
melirik sekejap saja padanya dan tidak menggubris, ia
membatin : "Betapapun aku harus segera menikah dengan
Kokoh, Kalau tidak dilaksanakan di sini, jangan-jangan setelah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
meninggalkan Tiong-yang-kiong ini Kokoh lantas tak tertolong
lagi, tentu Kokoh akan meninggal dengan menyesali
Biasanya Nyo Ko memang suka bertindak menuruti
kehendaknya, sekali dia menyatakan ingin menikah di
hadapan pemujaan Tiong-yang Cosu, maka apapun yang akan
terjadi pasti akan dilaksanakannya.
Dilihatnya sebagian besar kawanan Tosu itu sudah
menghunus pedangnya dan siap tempur ia lantas berkata :
"Sun- totiang, jadi kau sengaja mengusir kami?"
Dengan suara ketus Sun Put-ji membentak pula: "Pergi,
lekas pergi! selanjutnya Coan-cin-kau putus hubungan dengan
Ko-bong-pay, paling baik kalau kita tidak bertemu lagi!"
Tadinya Nyo Ko berdiri menghadapi Tiong-yang-kiong, ia
menghela napas panjang mendengar ucapan Sun Put-ji yang
tegas itu, ia membalik tubuh dan melangkah ke kuburan kuno,
dua langkah ia berjalan, berbareng ia mengembalikan pedang
pada pinggangnya, lengan baju kanan mengebas dan
memayang Siao-liong-Ii. Tiba-tiba ia menengadah dan tertawa
terbahak-bahak. Begitu keras suara tertawanya hingga
mengejutkan semua orang.
Baru selesai tertawa, mendadak ia melepaskan Siao-Iiong-
Ii-dan melompat mundur, tahu-tahu Hjat-to bagian
pergelangan tangan kanan Sun Put-ji kena dipegangnya,
Ketika Siao Iiong-ir kehilangan sang-gahan dan mulai
sempoyongan pada saat itu juga Nyo Ko sudah melompat tiba
pula dengan membawa Sun Put-ji.
Gerakan melompat mundur dan maju sungguh cepat dan
gesit luar biasa, belum lagi para Tosu menyadari apa yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terjadi, tahu-tahu Sun Put-ji sudah berada dalam
cengkeraman Nyo Ko dan tak bisa berkutik.
Sebenarnya tokoh berpengalaman sebagai Khu Ju-ki, Ong
Ju-it, Sun Put-ji dan lain-lain juga sudah waswas sebelumnya
kalau mendadak Nyo Ko melancarkan serangan dan menawan
salah seorang kawannya untuk dijadikan sandera. Mereka
menyaksikan Nyo Ko menyimpan kembali senjatanya dan
melangkah pergi, tangan satunya digunakan pula untuk
memayang Siao-liong-li, siapa tahu anak muda itu sengaja
mengacaukan perhatian lawan dengan tawanya, lalu
mendadak melakukan sergapan dan berhasil menawan Sun
Put-ji.
Serentak para Tosu itu berteriak-teriak dan merubung
maju dengan pedang terhunus, tapi mereka menjadi mati kutu
dan tidak berani sembarangan bertindak karena Sun Put-ji
berada dalam genggaman musuh.
Dengan suara pelahan Nyo Ko berkata: "Maaf, Suntotiang,
terpaksa kulakukan begini dan membikin susah kau."
ia terus gandeng tangan Sun Put-ji itu, bersama Siao-liong-Ii
mereka lantas melangkah pelahan ke pendopo Tiong-yangkiong,
Para Tosu mengikut dari belakang, semuanya merasa
gusar dan kuatir pula, tapi tidak berani bertindak.
Setelah memasuki pintu halaman dan menyusun serambi
samping, akhirnya Nyo Ko dan Siao-liong-li sampai di ruangan
induk Tiong-yang-kiong dengan Sun Put-ji sebagai
sanderanya, Nyo Ko menoleh dan berseru kepada para Tosu:
"Hendaknya kalian menunggu di luar ruangan, siapapun
dilarang masuk, Kami berdua sudah tidak memikirkan jiwa
lagi, kalau sampai bergebrak, biarlah kami gugur bersama
Sun-totiang sekaligus."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagaimana, Khu suheng?" tanya Ong Ju-it pelahan.
"Tenang saja dan bertindaklah menurut keadaan" jawab
Khu Ju-ki. "Tampaknya dia tidak bermaksud jahat pada Sunsumoay."
Coan-cin-ngo-cu selamanya malang melintang di dunia
Kangouw, namanya dihormati kawan dan disegani lawan, tak
tersangka sekarang mereka malah mati kutu menghadapi
seorang anak muda yang masih hijau begitu, sungguh mereka
mendongkol tapi juga geli sendiri.
Nyo Ko lantas mengambil sebuah kasuran bundar untuk
tempat duduk Sun Put-ji sambil menutuk pula Hiat-to bagian
punggungnya,agar tidak dapat bergerak, Para Tosu ternyata
tidak berani masuk sebagaimana telah diperingatkannya tadi,
lalu ia memayang Siao-liong-li ke depan lukisan Ong Tiong
yang, mereka berdiri berjajar.
Karena waktu kecilnya pernah belajar di Tiong-yang-kiong,
bagi Nyo Ko lukisan Ong Tiong-yang itu sudah tidak asing lagi,
sekarang ia coba memandang beberapa kali lukisan itu,
terlihat Tojin yang terlukis itu menghunus pedang dengan
gagahnya, usianya antara 30 tahun, di tepi lukisan ada tiga
huruf: "Hoat-su-jin" (orang hidup mati, artinya orang yang
hidup ini tiada ubahnya seperti orang sudah mati), Lukisan itu
cuma terdiri dari beberapa goresan saja, tapi orang yang
terlukis itu tampak gagah perkasa, jelas goresan itu berasal
dari tangan pelukis yang mahir.
Tiba-tiba Nyo Ko teringat bahwa di dalam kuburan kuno
itu juga ada sebuah lukisan diri Ong Tiong-yang, meski lukisan
di Tiong-yang-kiong, ini tokoh yang dilukiskan ini berdiri
menghadap ke depan dan lukisan di kuburan itu bagian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
samping, namun gaya goresan pelukisnya jelas sama, Segera
ia berkata: "Kokoh, lukisan inipun buah tangan Lim cosu."
Siao-liong-li mengangguk dan tersenyum manis padanya,
katanya dengan suara lirih: "Kita menikah di hadapan lukisan
Tiong-yang Cosu, sedangkan lukisan ini adalah buah tangan
Lim-cosu, sungguh sangat kebetulan dan baik sekali."
Nyo Ko lantas menggeser dua buah kasuran bundar dan
dijajarkan di depan lukisan, lalu berseru: "Tecu Nyo Ko dan
perempuan she Liong sekarang mengikat menjadi suami- isteri
di depan Tiongyang-Cosu, beberapa ratus Totiang dari Coancin-
kau yaing hadir di sini adalah saksi semua." - Sembari
berkata ia terus berlutut di atas sebuah kasuran, ketika
melihat Siao-liong-li masih berdiri tegak, segera ia berkata
puIa: "Kokoh, sekarang juga kita melangsungkan upacara
nikah, hendaklah kaupun berlutut di sini!" .
Siao-liong-li termenung diam, kedua matanya tampak
merah dengan air mata berIinang2. sejenak barulah ia
berkata: "Ko-ji, tubuhku sudah tidak bersih lagi, pula ajalku
sudah dekat, buat apa.... buat apa kau begini baik padaku?"
Sampai di sini tak tertahankan lagi air matanya bercucuran
laksana butiran mutiara.
Nyo Ko lantas berdiri lagi dan mengusapkan air mata si
nona, katanya dengan tertawa: "Kokoh, masakah kau masih
belum memahami hatiku?"
Siao-liong-li mengangkat kepalanya memandangi Nyo Ko,
terdengar anak muda itu berkata pula: "Sungguh kuharap kita
berdua dapat hidup seratus tahun lagi agar kusempat
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membalas budi kebaikanmu dahulu padaku, andaikan tidak
dapat, kalau Thian (Tuhan) cuma berkenan memberi hidup
satu hari saja kepada kita, maka bolehlah kita menjadi suamiisteri
satu hari, jika cuma diberi hidup lagi satu jam, biarlah
kitapun menjadi suami-isteri satu jam."
Tidak kepalang rasa haru Siao-Siong-li melihat
kesungguhan hati anak muda itu dengan sorot matanya yang
penuh kasih mesra, wajahnya yang pedih perlahan-lahan
menampilkan senyuman manis, air mata masih meleleh di
pipinya, namun jelas tak terkatakan rasa bahagianya, pelahan
iapun berlutut di atas kasuran itu.
Nyo Ko lantas berlutut pula, keduanya lantas menyembah
kepada lukisan itu, hati mereka merasa bahagia, segala duka
derita di masa lalu serta ajal yang sudah dekat sama sekali
tidak berarti apa-apa bagi mereka. BegituIah mereka saling
pandang dengan tersenyum, dengan suara pelahan Nyo Ko
ber-doa: "Tecu Nyo Ko dan Siao-liong-li saling mencintai
dengan setulus hati, semoga selalu dilahirkan menjadi suami
isteri, kekal dan abadi."
Dengan suara pelahan Siao-liong-li juga mengikuti doa
Nyo Ko itu dengan khidmat.
Sun Put-ji duduk di sebelah mereka, meski tubuh tak bisa
bergerak, tapi dia dapat melihat dan mendengar, sikap dan
ucapan,kedua anak muda itu dapat diikutinya dengan jelas.
Semakin melihat semakin dirasakannya tindak tanduk kedua
orang muda itu sungguh suci murni, biarpun perbuatan
mereka itu melanggar adat, namun semua itu timbul dari
pikiran yang bersih, dari jiwa yang luhur.
"Kini kami sudah terikat menjadi suami-isteri, sekalipun
harus mati dengan segera juga tidak menyesal lagi," demikian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pikir Nyo Ko. Semula ia kuatir kawanan Tosu itu akan
menyerbu ke dalam ruangan untuk merintangi perbuatan
mereka itu, kini rasa kuatir itu telah lenyap semuanya. Dengan
tertawa ia berkata: "Kokoh, diriku adalah murid yang murtad
Coan-cin-pay, hal ini sudah terkenal di dunia persilatan
Engkau sendiri ternyata juga seorang murid maha murtad."
"Benar," jawab Siao-liong-li. "Suhu,melarang aku
memikirkan cinta, melarang aku menerima murid lelaki, lebihlebih
dilarang menikah, tapi sebuahpun aku tidak
mematuhinya, jadi penderitaan kita ini memang juga
setimpal."
"Biarlah, sekali murtad tetaplah murtad," seru Nyo Ko.
"Ong-cosu dan Lim-cosu jauh lebih perkasa, lebih ksatria
daripada kita, namun mereka justeru tidak berani menikah.
Kalau kedua Cosu itu mengetahui di alam baka belum tentu
beliau2 itu akan menyalahkan kita."
Selagi Nyo Ko menyatakan tekadnya itu dengan penuh
bersemangat dan bangga, pada saat itulah sekonyongkonyong
terdengar suara gemuruh di atap rumah disertai
dengan berhamburnya genting pecah dan kasxti pecah,
menyusul sebuah genta seberat beberapa ratus kati anjlok
dari atas tepat di atas kepala Sun Put-ji.
Tergerak hati Nyo Ko dan seketika iapun paham duduknya
perkara, secepatnya ia melompat maju, tangan kiripun sudah
melolos Hian-tiat-pokiam, pedang tumpul yang berat itu.
Kiranya perbuatan Nyo Ko dan Siao-liong-li yang
melangsungkan upacara nikah di ruangan besar Tiong-yangkiong
itu telah menimbulkan rasa gusar para Tosu Coancinkau.
Diantara Coan-cin ngo-cu itu Lau Ju-hian paling
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
banyak tipu akalnya, ia tahu kalau menyerbu ke dalam
mungkin Sun Put-ji akan menjadi korban lebih dulu.
Tiba-tiba ia mendapatkan akal, ia bisik-bisik berunding
dengan Ong Ju-it, Khu Ju ki dan Hek Tay-thong bertiga, habis
itu ia memberi pesan kepada anak muridnya agar mengambil
genta raksasa yang beratnya ribuan kati di belakang istana,
Khu Ju-ki berempat lantas menggotong genta raksasa itu dan
meloncat ke atas wuwungan, lalu mendadak genta itu
dijatuhkannya ke bawah sehingga atap rumah berlubang,
genta itu dijatuhkan tepat di atas tubuh Sun Put ji.
Asalkan Sun Put-ji tertutup di dalam genta dan Nyo Ko
tidak dapat mencelakai dia, maka beramai-ramai kawanan
Tosu itu akan dapat mengerubut dan menawan Nyo Ko
berdua.
Akal itu sebenarnya sangat bagus, tapi Lau Ju-hian tidak
tahu bahwa kini ilmu pedang Nyo Ko benar-benar sudah maha
sakti, tenaga dalamnya juga maju banyak, sekali pedang
tumpul itu ditusukkan ke depan, "trang", tahu-tahu genta
raksasa itu tergeser menceng sedikit ke samping dan jatuhnya
tepat akan menindih tubuh Sun Put-ji.
Kejadian ini dapat disaksikan dengan jelas Lau Ju-hian
berempat dari atas, mereka sama menjerit kaget dan berduka,
sama sekali mereka tidak mengira tenaga anak muda itu
sedemikian hebatnya, Lau Ju-hian sampai memejamkan
matanya untuk menyaksikan nasib buruk Sun Put-ji yang akan
tertimpa genta itu.
Tak terduga segera terdengar Khu Ju-ki berseru: "Terima
kasih atas kemurahan hatimu!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu Lau Ju-hiaa membuka kembali matanya, ia menjadi
heran, ternyata genta itu telah mengurung rapat Sun Put-ji di
dalamnya, di samping genta tiada sesuatu tanda bekas
tertindihnya Sun Put-ji bahkan ujung jubahnya juga tidak
kelihatan.
Rupanya waktu Nyo Ko melihat genta yang ditolak oleh
pedangnya itu bakal menimpa Sun Put-ji dan pasti akan
membuatnya binasa, tiba-tiba teringat olehnya bahwa baru
saja kami menikah, tidaklah baik kalau mencelakai jiwa orang,
apalagi Tokoh tua itu juga tidak jahat, hanya wataknya saja
yang rada aneh.
Karena pikiran itulah, secepat kilat ia mengebaskan lengan
bajunya untuk mendorong kasur yang diduduki Sun Put ji itu
sehingga tepat tertutup rapat di dalam genta.
Khu Ju-ki berempat menjadi serba salah sekarang, mereka
merasa tidak pantas lagi memusuhi Nyo Ko, namun anak
muridnya tadi sudah diberi pesan bila genta itu sudah
dijatuhkan ke bawah, serentak mereka harus menyerbu ke
dalam pendopo, Anak murid mereka tentu tidak dapat
menyaksikan apa yang terjadi di bagian dalam, maka saat itu
kawanan Tosu itu beramai-ramai sudah mulai menyerbu.
Melihat suasana rada gawat, cepat Nyo Ko gantungkan
pedang pada pinggangnya, ia rangkul Siao-liong-li terus
dibawa, lari ke ruangan belakang.
"Perhatian para anak murid, jangan sekali-sekali
mencelakai jiwa mereka berdua," seru Khu Ju-ki dengan suara
lantang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu para Tosu itu lantas mengudak ke
belakang sambil berteriak-teriak. Sebelum itu Lau Ju-hian juga
sudah menyiapkan 21 murid pilihan di halaman belakang
pendopo, baru saja Nyo Ko keluar, tertampak sinar pedang
gemerdapan, mereka telah dipapak oleh barisan pedang.
Tiba-tiba Nyo Ko berpikir bahwa lebih baik menerjang
keluar melalui lubang atap yang jebol oleh genta raksasa tadi,
meski di atas atap ada dijaga oleh keempat tokoh utama Coan
cin-pay, tampaknya mereka berempat takkan melancarkan
serangan maut padaku. Karena pikiran ini, segera ia berlari
kembali ke ruangan pendopo,
Kedua tangan Siao-liong-li merangkul kencang di leher Nyo
Ko, katanya dengan suara lembut: "Kita sudah terikat menjadi
suami-isteri, cita2 hidup kita sudah tercapai. Adalah baik kalau
kita dapat menerjang keluar, andaikan tidak dapat juga tidak
menjadi soal."
"Benar," kata Nyo Ko, begitu kakinya bekerja . "blakbluk",
kontan dua Tosu yang mengadangnya didepaknya hingga
terjungkal
sementara itu ruangan pendopo itu sudah penuh berjubel
kawanan Tosu, karena itu barisan pedang Coan-cin-pay itu
sukar dikerahkan Namun lengan kiri Nyo Ko digunakan
memondong Siao-liong-li, hanya dengan kakinya saja ia dapat
merobohkan musuh dan dengan sendirinya sukarlah baginya
untuk lolos dari kepungan.
Diam-diam ia menjadi gemas terhadap para Tosu itu.
"Blang", kembali seorang Tojin ditendangnya terjungkal dan
menumbuk jatuh pula dua kawannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tengah ribut-ribut sekonyong-konyong dari luar sana
berlari masuk seorang tua berjenggot dan berambut ubanan
semua, di belakang si kakek mengikut suatu gerombolan besar
tawon madu, orang itu ternyata Ciu Pek-thong adanya.
Pendopo Tiong-yang-kiong itu kacau balau sehingga
bertambah seorang Ciu Pek-thong juga tidak menjadi
perhatian orang Coan-cin-kau.
Tapi begitu tiba, segera kawanan tawon mencari
sasarannya untuk disengat, keruan keadaan tambah gaduh,
Ka-wanan tawon madu itu bukanlah tawon biasa, tapi adalah
tawon putih piaraan Siao-liong-li di kuburan kuno itu.
Begitu tersengat tawon itu, seketika timbul rasa sakit dan
gatal yang tak tertahankan. saking tidak tahan, sebagian Tosu
itu sama ber-guling2 di lantai sambil berteriak-teriak, keruan
suasana tambah kacau.
Kiranya Ciu Pek-thong teramat kagum dan tertarik setelah
menyaksikan Siao-liong-li dapat mengundang dan memimpin
gerombolan tawon di luar kota Siangyang tempo hari, di luar
tahu Siao-liong-li ia telah mencuri botol madu tawon nona itu
dengan maksud akan menirukan kepandaian Siao-liong-li
mengumpulkan barisan tawon.
Tak terduga, biarpun beberapa puluh ekor tawon dapat
dipancing datang, tapi lantaran caranya tidak tepat,
segerombolan tawon itu tidak mau tunduk pada perintahnya.
Ketika permainannya itu kemudian kepergok Siao-liong-li,
Ciu pek-thong jadi malu dan cepat-cepat kabur. Tadinya dia
bermaksud mencari Kwe Cing, tapi kuatir ketemu Siao-liong-li
lagi di sana, ia batalkan maksudnya ke kota itu, setelah
ditimbang, akhirnya ia ambil keputusan mengunjungi CongTiraikasih
Website http://cerita-silat.com/cc
lam-san, tujuan utama dapat bertemu dengan para Sutit
(murid keponakan) yang sudah belasan tahun tidak bcrjumpa,
selain itu iapun ingin mencari Tio Ci-keng untuk ditanyai
mengapa berani mengapusi dan mencelakai sang Susiokco?
Sepanjang jalan Ciu Pek'thong mempelajari madu tawon
yang dicurinya dari Siao-liong-li itu, lama2 iapun dapat meraba
sedikit cara-cara memerintah kawanan tawon.
Perlu diketahui bahwa sifat Ciu Pek-thong memang kocak,
ke-kanak-anakan, suka humor, senang gara-gara dan cari
perkara serta ugal2an, sebab itulah dia di beri julukan "Lo
wan-tong" atau si anak tua nakal, tapi sesungguhnya dia
bukan orang bodoh, bahkan sebenarnya otaknya sangat
cerdas dan pintar, kalau tidak masakah ilmu silatnya dapat
mencapai setinggi itu?
Begitulah karena hasratnya ingin meniru Siao-liong-li mainmain
dengan tawon, setibanya di Conglam-san ia benar-benar
ketemu batunya. Tawon putih itu berbeda daripada tawon
madu biasa, bentuk badannya lebih besar, sengatannya juga
berbisa, begitu mencium bau madu yang dibawa Ciu Pekthong,
serentak datanglah kawanan tawon itu sehingga
membikin Ciu Pek-thong merasa kewalahan malah.
Kawanan tawon putih itu sudah biasa mengikuti suara dan
gerak tangan Siao-liong-li, dengan sendirinya sukar bagi Ciu
Pek-thong untuk menghalaunya, tidak hanya itu saja, bahkan
terus mengikutinya. Melihat gelagat jelek, Ciu Pek-thong
berlari ke Tiong-yang-kiong dengan tujuan mencari suatu
tempat sembunyi yang baik. Kebetulan saat itu Tiong-yangkiong
sedang kacau balau dan ramainya bukan main:
Sekilas ia melihat Siao-liong-li berada di situ, ia terkejut
dan bergirang pula, cepat ia melemparkan botol madu kepada
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siao-liong-li sambil berseru. "Wah, celaka, aku tidak sanggup
melayani tuan-tuan besar tawon ini, lekas kau menolong aku!"
Sekali kebas lengan bajunya dapatlah Nyo Ko menangkap
botol madu itu, dengan tersenyum Siao liong-li menerima
botol itu. Dalam pada itu gerombolan tawon itu beterbangan
memenuhi ruangan pendopo, Khu Ju-ki berempat cepat
melompat turun dari atap rumah untuk memberi hormat
kepada sang Susiok.
Segera Hek Tay-thong berseru: "Lekas ambil obor, ambil
obor!"
Para anak murid Coan-cin-kau menjadi sibuk, ada yang
memutar pedang untuk mengusir kawanan tawon, ada yang
cari selamat dengan menutupi muka dan kepala dengan
lengan jubah, ada pula yang berlari pergi mengambil obor.
Ciu Pek-thong tidak pedulikan Khu Ju-ki dan lain-lain,
batok kepala anak tua nakal itu sendiri sudah benjal-benjol
tersengat tawon, yang dia harapkan adalah mencari suatu
tempat sembunyi yang ia dapat diselundupi oleh tawon, Ketika
tiba-tiba melihat sebuah genta besar terletak di situ, ia
menjadi girang, Cepat ia mengungkap genta itu, tapi
dilihatnya di bawahnya sudah ada seorang, tanpa diperhatkan
siapa orang itu, ia lantas berkata: "Maaf, silakan menyingkir
dulu."
Berbareng ia dorong Sun Putji keluar, ia sendiri lantas
menyusup ke dalam genta, sekali lepas tangan, "blang", genta
itu segera menutup rapat lagi. Girang luar biasa Ciu Pek thong
berada di dalam genta, ia pikir biarpun gerombolan tawon
yang ber-laksa2 jumlahnya juga tak dapat mengejarnya serta
menyengatnya lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu Nyo Ko telah membisiki Siao liong-li:
"Cepat kau memerintahkan bantuan tawon, kita terjang keluar
saja,"
Biasanya yang selalu memberi perintah adalah Siao-liongli,
sekarang baru saja menjadi isterinya, untuk pertama kalinya
ia dengar si Nyo Ko bicara seperti memberi perintah padanya,
hati Siao-liong-li merasa sangat bahagia, pikirnya: "Ternyata
dia tidak anggap aku sebagai gurunya lagi dan sungguhsungguh
menganggap diriku sebagai isterinya."
Segera Siao-liong-li mengiakan dengan suara lembut dan
penurut, ia lantas angkat botol madu dan diguncangkan
beberapa kali sembari berseru beberapa kali. Karena bertemu
dengan majikannya, kawanan tawon lantas bergerombol
menjadi satu dalam waktu sekejap saja, Siao-liong-li terus
memberi tanda dan membentak pula, gerombolan tawon itu
lantas terbagi menjadi dua barisan, baris pertama mendahului
di depan, barisan lain berjaga di belakang, Siao-liong-li dan
Nyo Ko seakan-akan di-kawal oleh kedua barisan tawon itu
terus menerjang ke belakang Tiong-yang-kiong.
Karena gara-gara kedatangan Ciu Pek-thong, Khu Ju-ki
dan kawan-kawannya menjadi serba runyam, tampaknya Nyo
Ko berdua sudah mundur ke belakang istana, segera ia
memberi perintah agar anak muridnya tidak mengejar. Ong
Ju-it lantas membuka Hiat-to Sun Put-ji yang tertutuk itu,
sedang Khu Ju-ki berusaha membuka genta.
Ciu Pek-thong yang sembunyi di dalam genta dengan
sendirinya tidak tahu apa yang terjadi di luar, ketika
merasakan genta itu hendak dibuka orang, ia menjadi kuatir
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dan berteriak: "Haya, celaka! Dengan kedua tangannya ia
menahan dinding genta dan ditekan ke bawah.
Karena tenaga dalam Khu Ju-ki tidak lebih kuat daripada
sang Susiok, "trang", baru tersingkap sedikit, segera genta itu
jatuh lagi ke bawah.
Dengan tertawa Khu Ju-ki berkata kepada para Sutenya:
"Susiok kembali bergurau lagi. Ma-rilah kita bekerja sama."
Segera Khu Ju-ki, Ong Ju-it, Lan Ju-hian dan Hek Taythong
berempat sama sama menggunakan sebelah tangan
untuk menahan genta itu, sekali bentak seketika genta itu
terangkat ke atas, Tapi mereka lantas bersuara heran ketika
tidak melihat bayangan seorangpun di bawah genta, Ciu Pekthong
ternyata sudah lenyap entah ke mana.
Selagi mereka melongo heran, tiba-tiba sesosok bayangan
menyelinap keluar, Ciu Pek-thong sudah berdiri di situ dengan
bergelak tertawa, Rupanya tadi dia sengaja pentang kaki dan
tangannya menahan di dinding genta bagian dalam sehingga
tubuhnya ikut terangkat ke atas, kalau genta itu tak di jungkir
atau orang melongok ke bagian dalam genta tentu takkan
melihatnya.
Khu Ju-ki dan lain-lain lantas mengulangi lagi memberi
hormat, tapi Ciu Pek-thong telah goyang-goyang tangannya
dan bersem: "Sudah, anak-anak tidak perlu banyak adat"
padahal usia Khu Ju-ki dan kawan-kawan nya itu sudah
berusia lanjut, tapi Ciu Pek-thong masih tetap menyebut
mereka "anak-anak" saja.
Baru saja mereka hendak tanya sang Susiok, sekilas Ciu
Pek-thong melihat Tio Ci-keng hendak mengeluyur pergi,
sambil membentak segera ia melompat ke sana dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
membekuknya seraya memaki: "Eh, hendak lari kau? jangan
kau harap, hidung kerbau bangsat!"
Segera ia menyingkap genta raksasa itu -Cikeng terus
dilemparkan ke dalam, sekali lepas tangan, genta itu lantas
menutup rapat lagi, malahan mulut Ciu Pek-thong belum
berhenti memaki: "Hidung kerbau bangsat, hidung kerbau
maling!"
"Hidung kerbau" adalah istilah olok-olok pada kaum Tosu,
Padahal yang hadir di situ sekarang, kecuali Ciu Pek-thong
sendiri, selebihnya adalah Tosu semua, maka makian Ciu Pekthong
itu sama saja -memaki seluruh anggota Coau-ciu kau,
Tapi lantaran sudah kenal sifat sang Susiok, Khu Ju-ki berlima
hanya saling pandang dengan menyengir saja.
"Susiok," Ong Ju-it coba bertanya, "entah cara bagaimana
Ci-keng bersalah kepada Susiok? Tecu pasti akan memberi
hukuman setimpal padanya."
"Hehe, hidung kerbau bangsat ini memancing aku ke gua
itu untuk mencuri panji, tapi di sana banyak tersembunyi
labah2 besar, untung ada nona cilik itu, wah mana nona cilik
itu? Nyo Ko mana pula?" begitulah Ciu Pek-thong menutur
dengan tidak teratur
Sudah tentu Ong Ju-it tidak paham apa yang dimaksudkan
sang Susiok, hanya kelihatan orang tua itu celingukan kian
kemari ingin mencari Siao-hong-li. Pada saat itulah ada murid
memberi laporan bahwa Nyo Ko dan Siao-liong-Ii telah
mengundurkan diri ke belakang gunung dan masuk ke Congkeng-
kok (ruangan perpustakaan)
Keruan Khu Ju-ki berlima terkejut, Cong-keng-kok adalah
tempat penting Coan-cin-kau, di mana tersimpan berbagai
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kitab pusaka serta dokumen2-rahasia yang menyangkut
kepentingan agama mereka, kalau terjadi sesuatu akan berarti
bahaya besar bagi nasib Coan-cin-kau mereka.
Cepat Khu Ju-ki berseru: "Marilah kita menyusul ke sana!
Tadi Nyo Ko itu tidak melukai Sun-sumoay, sebaiknya
permusuhan ini diubah menjadi persahabatan."
Sun Put-ji mengiakan, beramai-ramai mereka lantas berlari
ke belakang. Hanya Ong Ju-it saja merasa kuatir Ci-keng mati
sesak napas di dalam genta, betapapun Ci-keng adalah
muridnya yang tertua, apalagi tindak tanduk sang Susiok
biasanya terkenal angin-anginan, dalam urusan ini belum pasti
Ci-keng yang bersalah, maka nanti masih harus ditanyai lebih
jelas.
Karena itu ia lantas mengambil sepotong batu, ia singkap
sedikit genta itu dan batu itu diganjalkan di bawahnya sebagai
jalan hawa. Habis itu barulah ia berlari menyusul ke sana.
Setiba di depan Cong-keng-kok, terlihat ber-ratus2 anak
murid sedang berkaok-kaok, tapi tiada seorangpun yang
berani naik ke loteng Cong-keng kok itu. Segera Khu Ju-ki
berseru: "Nona Liong dan Nyo-siauhiap, segala persoalan
biarlah kita anggap selesai dan marilah kita berkawan saja
bagai-mana?"
Selang sejenak ternyata tidak terdengar sesuatu suara
jawab, Khu Ju-ki lantas berkata pula: "Nona liong terluka,
silakan turun saja dan berdaya untuk menyembuhkannya.
Kami berjanji pasti takkan membikin susah kalian."
Akan tetapi sekian lamanya tetap tiada sesuatu suara
apapun, pikiran Lau lu-hian tergerak, katanya: "Khu-suko,
tampaknya mereka sudah pergi."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Mana bisa?" ujar Ju-ki.
"Lihatlah kawanan tawon yang beterbangan serabutan
itu," kata Ju-hian sambil mengambil sebuah obor dari seorang
muridnya, lalu ia mendahului berlari ke atas loteng.
Beramai-ramai Khu Ju-ki dan lain-lain juga ikut ke sana,
benar juga ruangan perpustakaan itu ternyata kosong tiada
seorangpun, di meja tengah ruangan itu tertaruh botol madu
tawon itu, Seperti menemukan jimat saja, cepat Ciu Pek-thong
menyamber botol itu dan dimasukkan bajunya.
Semua orang coba memeriksa sekitar Cong-keng-kok,
tetap tiada menemukan sesuatu tanda yang mencurigakan,
hanya pada lantai di pojok ruangan sana ada setumpuk kitab,
namun tiada tanda berkurangnya jumlah kitab, hanya peti
tempat kitab-kitab itu sudah lenyap,
Tiba-tiba Hek Tay-thong berseru: "He, mereka kabur
melalui sini" .
Semua orang mendekati jendela itu di bagian belakang
loteng itu, terlihat seutas tali terikat pada jendela itu, ujung
tali yang lain terikat pada pohon di tebing sebelah sana.
Antara Cong-keng-kok dan tebing sana teralang oleh sebuah
jurang yang lebarnya belasan meter, sebenarnya buntu tiada
jalan tembus, sama sekali tak terduga bahwa Nyo Ko dapat
menyeberang ke sana dengan melalui seutas tali itu dengan
Ginkangnya yang hebat.
Nyo Ko dan Siao-liong-li melangsungkan upacara nikah di
pendopo Tiong-yang-kiong, betapapun orang-orang Coan-cinkau
merasa kehilangan muka karena takdapat mencegah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perbuatan kedua muda-mudi itu kini kedua lawan telah pergi,
Coan-cin-ngo-cu saling pandang dengan senyum kecut,
namun hati terasa lega juga.
Yang paling dongkol dan penasaran sebenarnya adalah
Sun Put-ji, tapi setelah menyaksikan cinta kasih Nyo Ko dan
Siao-liong-li yang suci murni itu, pula pada detik yang
berbahaya Nyo Ko juga menyelamatkan dia, tanpa terasa Sun
Put-ji seperti kehilangan apa-apa dan bungkam saja.
BegituIah Coan-cin-ngo-cu dan Ciu Pek-thong lantas
kembali lagi ke ruangan pendopo untuk menanyai seluk-beluk
datangnya utusan raja Mongol kita pertengkaran antara
golongan In Ci-peng dengan komplotan Tio Ci-keng dan
mendadak Siao-liong-li muncul sehingga terjadi pertarungan
sengit itu.
Dengan sejujurnya Li Ci-siang dan Song Tek-hong lantas
memberikan laporan secara jelas. Khu Ju-ki meneteskan air
mata dan berkata: "Meski Ci-peng berbuat salah, tapi dia juga
telah membela Coan-cin-kau dengan mati-matian dan tidak
sudi menyerah pada Mongol, jasanya juga tidak kecil."
"Benar, kesalahan Ci-peng tidak lebih besar daripada
jasanya, betapapun kita tetap mengakui dia sebagai pejabat
lama," kata Ong Ju-it dan di-tunjang oleh Lau Ju-hian dan
Lain-lain.
Kalau Khu Ju-ki dan lain-lain sedang sibuk menanyai Li Cisiang
untuk membereskan persoalan selanjutnya, Ciu Pekthong
ternyata tidak mau ambil pusing, ia lagi sibuk
memainkan botol madu itu, beberapa kali ingin membuka
botol itu untuk memancing kedatangan kawanan tawon, tapi
iapun takut kalau sekali tawon sudah datang tak bisa di balau
pergi lagi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu seorang murid memberi laporan bahwa
ada lima orang murid lainnya sedang menderita tersengat
tawon dan mohon paraguru berusaha mengobatinya, Hek Taythong
lantas teringat pada pemberian madu tawon oleh Sunpopoh
dahulu! Segera mendekati Ciu Pek-thong dan berkata:
"Kebetulan Susiok membawa sebotol madu tawon ini, mohon
kemurahan hati Susiok agar sudi membagikan madu ini untuk
para cucu murid yang tersiksa itu."
Mendadak Ciu Pek-thong mengangkat kedua tangannya,
ternyata botol madu tadi sudah tak kelihatan lagi, katanya:
"Aneh, entah mengapa, botol madu itu lenyap mendadak."
Padahal dengan jelas Hek Tay-thong melihat barusan saja
botol madu itu masih dipegangi sang Susiok, mana bisa hilang
mendadak, tentu sang Susiok sengaja tidak mau memberi,
namun terhadap paman guru dengan sendirinya tidak sopan
mendesaknya dengan kata-, maka Hek Tay-thong menjadi
serba sulit.
Kembali Ciu Pek-thong tepuk-tepuk bajunya dan
mengebas lengan baju beberapa kali, lalu berkata pula: "Nak,
aku kan tidak menyembunyikan botol madu itu. jangan kau
anggap aku pelit dan tidak mau memberi!"
Rupanya si "anak tua nakal" ini memang suka jahil dan
gemar mainan seperti anak kecil, sampai tua sifatnya ini tetap
tidak berubah, ia pikir kalau cuma disengat tawon saja, palingpaling
cuma kesakitan dan takkan mampus, sebaliknya madu
tawon yang sukar dicari ini tidak boleh diberikan begitu saja.
Sebab itulah baru saja Hek Tay-thong membuka mulut
segera ia selusupkan botol madu itu ke lengan baju, ketika ia
mengangkat tangannya, botol itu terus menyusup ke kelek
dan menerobos ke dada sampai ke perut, waktu ia kerut kan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
perutnya, kembali botol itu menerobos ke dalam celananya
dan dari kaki celana botol itu jatuh pelahan di belakang
tungkak kaki, Karena Lwekang Ciu Pek-thong sudah sangat
tinggi sehingga kulit daging sekujur badannya dapat dikuasai
dengan sesukanya, maka sedikitpun tidak mengeluarkan suara
ketika botol madu yang kecil itu diselundupkannya sampai di
lantai.
Melihat sang Susiok tidak mau memberi, Ong Ju-it dan
lain-lain tidak berani memaksa, ia pikir tunggu nanti saja kalau
sang paman guru lagi memainkan botol madu itu, lalu secara
mendadak diminta lagi, tentu tiada alasan baginya untuk
menolak, ia pikir urusan penting sekarang adalah
menyelesaikan dulu soal penghianatan Tio Ci-keng.
Maka dengan tegas ia lantas menyatakan pendiriannya itu:
"Hek-sute, urusan lain kita tunda dahulu, kita harus
membereskan dulu soal murid khianat Tio Ci-keng."
Serentak semna orang menyatakan setuju. Semua saudara
seperguruannya cukup kenal watak Ong Ju-it yang jujur dan
adil, biarpun murid sendiri juga pasti tidak dibela kalau
berbuat kesalahan, apalagi sekarang melakukan penghianatan
yang tak terampunkan.
Tapi pada saat itu juga dari bawah genta tiba-tiba Ci-keng
berkata dengan suara lemah: "Ciu-susiok-co, jika engkau
menolong jiwaku, segera akan kukembalikan madu tawon ini,
kalau tidak akan kuminum habis, bagaimanapun juga aku toh
akan mati."
Ciu Pek-thong terkejut, cepat ia membalik ke belakang,
benar juga botol madu itu sudah lenyap. Kiranya dia berdiri
tepat di samping genta raksasa itu. Ci-keng mendekam di
dalam genta dan botol madu kebetulan jatuh di depannya, ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dengar Hek Tay-thong memohon madu pada Ciu Pek-thong
dan tidak berhasil, maka botol itu lantas dicomotnya melalui
lubang genta yang diganjal batu itu.
Dengan botol madu itu sebagai alat pemerasan untuk
menyelamatkan jiwanya, cara ini sebenarnya terlalu ke-kanakanakan
dan tipis harapan, tapi di antara putus harapan itu
sedikitnya masih ada setitik harapan untuk hidup, untuk itulah
Ci-kcng berusaha sebisanya
Ternyata Ciu Pek-thong menjadi kuatir mendengar
ancaman Ci-keng itu, cepat ia berseru: "He, he, jangan kau
minum madu itu, segala urusan dapat kita rundingkan."
"Jika begitu engkau harus berjanji akan menyelamatkan
jiwaku," kata Ci-keng pula.
Khu Ju-ki dan lain-lain juga terkejut, mereka kenal sang
Susiok yang berjuluk "Lo-wan-tong" itu berwatak lain daripada
yang lain, kalau saja paman guru itu menyanggupi permintaan
Ci-keng itu, maka sukar lagi menghukum murid murtad itu,
Cepat Ju-ki bicara: "Susiok, dosa murid murtad ini tak
terampunkan, jangan sekali engkau mengampuni dia."
Ciu Pek-thong berjongkok dan mendekatkan kepalanya ke
celah genta dan berseru pula "He... he, jangan kau minum
madu itu""
"Jangan gubris dia, Susiok," kata Lau Ju-hian. "Apa
sulitnya jika Susiok ingin mendapatkan madu itu, kini
permusuhan kita dengan nona Liong sudah berakhir, sebentar
kita dapat pergi ke tempatnya untuk memohon beberapa botol
madu seperti itu, Kalau nona Liong sudah mau memberi
sebotol padamu, tentu dia akan memberi lagi sebotol
sedikitnya."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tapi Ciu Pek-thong menggeleng dan menjawab: "Belum
tentu, belum tentu!" Sudah tentu ia tak berani memberitahu
bahwa madu itu adalah hasil copetannya dari Siao-liongli dan
tadi setelah dikembalikan kepada si nona, rupanya botol itu
tertinggal di Cong-keng-kok, kalau meminta pada Siao-liong-li
lagi belum tentu nona itu mau memberi lagi, andaikan diberi
juga akan digunakan sebagai obat dan dia takkan
mendapatkan bagian.
Dalam pada itu tiba-tiba terdengar suara mendengung
pelahan, ada beberapa ekor tawon putih tampak terbang
masuk ke pendopo situ dan mengitari genta.
Pikiran Ciu Pek thong tergerak, cepat ia melongok lagi ke
bawah genta dan berseru: "Ci-keng yang kau ambil itu
mungkin bukan madu tawon."
"Benar, benar madu tulen, mengapa bukan?" ujar Cikeng
gugup.
"Kukira bukan, bisa jadi madu palsu," ujar Ciu Pek-thong.
"Supaya aku percaya, coba kau buka tutup botol agar aku
dapat mencium baunya, tulen atau palsu segera akan terbukti.
Tanpa pikir Ci-keng membuka sumbat botol dan berkata:
"Baiklah, coba kau menciumnya! Wah, harum dan sedap
baunya, masakah palsu?"
Ciu Pek-thong sengaja menarik napas panjang beberapa
kali dengan hidungnya, lalu berkata: "Uh, rasa2nya bukan
madu, seperti bau sirup! Coba ku-cium beberapa kali!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Ci-keng genggam botol madu itu sekcncangnya dengan
kedua tangannya, kuatir kalau orang mendadak menyingkap
genta terus merampas botolnya, berulang ia menyatakan
"Harum dan sedap sekali, betul tidak?"
Dalam pada itu bau harum madu tawon itu sudah teruar
memenuhi ruangan pendopo itu, Ciu iPek-thong sengaja
bersin satu kali dan berkata dengan tertawa: "Wah, aku
sedang pilek, hidungku mampet!" - Sembari bicara iapun
kucek hidung dan memicingkan sebelah mata kepada Khu Juki
dan lain-lain.
Sudah tentu Cikeng juga menduga orang sedang main
akal ulur waktu, segera ia mengancam pula: "Awas, jangan
kau menyentuh genta ini, sekali tanganmu memegang genta
segera kuminum habis madu ini."
sementara itu tawon putih yang berdatangan sudah
tambah menjadi puluhan ekor dan sedang mengitari genta
besar itu dengan suaranya yang mendengung, Mendadak Ciu
Pek-thong mengebaskan lengan bajunya sambil membentak:
"Masuk ke sana dan sengat dia!"
Kawanan tawon itu belum tentu mau tunduk pada
perintahnya, tapi saat itu bau harum madu itu semakin keras,
benar saja beberapa ekor tawon itu lantas menerobos ke
dalam genta melalui celah-celah yang diganjal batu itu.
Segera terdengar Ci-keng menjerit, menyusul terdengar
suara jatuhnya benda pecah disertai bau harum yang semakin
keras, nyata Ci-keng telah kena disengat tawon, saking
kesakitan botol madu yang dipegangnya terjatuh dan hancur
berantakan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bangsat keparat!" bentak Ciu Pek-thong dengan gusar,
"Memegang botol saja tidak becus!"
Segera ia bermaksud menyingkap genta itu untuk
memberi beberapa kali tamparan pada Ci-keng yang
dianggapnya tak becus, tiba-tiba segerombol tawon putih
membanjir tiba karena tertarik oleh bau madu yang harum itu,
be ramai-ramai kawanan tawon itu lantas menyusup ke dalam
genta.
Ciu Pek-thong sudah merasakan betapa lihay sengatan
tawon itu, ia sudah kapok mendekatinya, Dilihatnya tawon
yang menyusup ke dalam genta itu bertambah banyak,
sedangkan tempat luang di dalam genta itu terbatas, tubuh Cikeng
berlepotan madu tawon, setiap kali bergerak pasti
menyenggol kawanan tawon itu, keruan berpuluh, beratus
bahkan beribu sengatan tawon memenuhi badannya.
Semula orang masih mendengar jeritan ngerinya, sebentar
kemudian suaranya menjadi lemah dan akhirnya tak terdengar
lagi, jelas karena terlalu hebat kena racun sengatan dan telah
melayang jiwanya.
Mendadak Ciu Pek-thong pegang baju dada Lau Ju-hian
dan berteriak: "Baik, Ju-hian, sekarang kau harus
memohonkan sebotol madu kepada nona Liong bagiku."
Lau Ju-hian menyeringai serba susah, tadi dia cuma
berharap Ciu Pek-thong jangan mudah menyanggupi
pemerasan Ci-keng, maka dia menyatakan akan memintakan
madu tawon kepada Siao liong-li bagi sang Susiok, sekarang
dia dicengkeram, terpaksa ia menjawab: "Susiok, lepaskan
tangahmu, akan kumintakan niadunya." Lalu ia membetulkan
bajunya dan melangkah ke arah kuburan kuno
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Khu Ju-ki tahu kepergian Lau Ju-bian ini sangat
berbahaya, kalau Siao- liong-li selamat tidaklah menjadi soal,
tapi kalau lukanya parah dan tak bisa sembuh, entah berapa
banyak orang Coan-cin-kau yang akan dibunuh lagi oleh Nyo
Ko. Karena itu ia lantas berseru: "Marilah kita ber-sama-sama
ikut ke sana!"
Hutan di dekat kuburan kuno itu sudah lama dilarang
masuk oleh anak murid Coan-cin-kau sesuai ketentuan
mendiang Ong Tiong-yang, maka setiba di pinggir hutan itu,
dengan suara lantang Khu Ju-ki berseru: "Nyo-siauhiap,
apakah luka nona sudah baikan? Di sini adalah beberapa biji
obat, silakan ambil ini!"
Akan tetapi sampai sekian lama tiada terdengar jawaban
orang. Khu Ju-ki mengulangi lagi seruannya dan tetap sunyi
senyap saja keadaannya hutan.
Kelihatan rimbun dengan pohon-pohon tua yang tumbuh
di bawah pohon juga penuh semak beluka, mereka coba
menyusuri tepian hutan itu dan tidak tampak tanda ada orang
menuju ke arah kuburan kuno, tampaknya Nyo Ko dan Siao-
Iiong-li tidak pulang ke sana melainkan meninggalkan Cong-
Iam-san.
Dengan girang dan kuatir pula semua orang kembali ke
Tiong-yang-kiong, mereka bergirang karena Nyo Ko dan Siao
liong-Ii sudah pergi jauh, tapi juga kuatir kalau luka Siaoliong-
li tak bisa disembuhkan, untuk itu tentu Nyo Ko akan
membalas dendam dan celakalah Coan-cin-kau.
Ternyata si anak tua nakal Ciu Pek-thong juga tampak
senang dan sedih, dia sedih karena tidak berhasil
mendapatkan madu tawon, senangnya karena dia tidak perlu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bertemu lagi dengan Siao-liong-li sehingga perbuatannya
mencopet madu takkan terbongkar.
Selama berpuluh tahun tinggal di Cong-lamsan ternyata
orang-orang Coan-cin-kau itu sama sekali tidak dapat menerka
ke mana perginya Nyo Ko dan Siaoliongli.
Kiranya waktu suasana di Tiong-yang-kiong menjadi kacau
oleh datangnya gerombolan lebah, segera-Siao-liong-li
memimpin barisannya sebagai pengaman dan menerjang ke
belakang gunung, dilihatnya ada sebuah bangunan kecil
berloteng di atas bukit situ, Nyo Ko tahu itulah Cong-keng-kok
yang merupakan salah satu tempat penting di Tiong-yang
kiong ini, segera ia pondong Siao-liong-li ke atas loteng itu.
Baru saja mereka sempat mengaso sejenak, segera
terdengar pula suara hiruk pikuk di bawah, berpuluh Tosu
sudah menyusul tiba, cuma tangga loteng itu rada sempit dan
sukar memainkan barisan pedang, maka kawanan Tosu itu
tidaki berani sembarangan menyerbu ke atas.
Setelah mendudukkan Siao-liong-li di atas kursi, Nyo Ko
coba memeriksa keadaan sekitar loteng itu, dilihatnya di
belakang Cong-keng-kok itu adalah sebuah sungai gunung
yang dalam, namun sungai itu tidak begitu lebar, Tiba-tiba ia
mendapatkan akal, ia keluarkan tali yang biasanya diikat pada
dua batang pohon digunakan tempat tidur, ia ikat ujung tali
itu pada tiang Cong-keng-kok dan ujung tali yang lain
dibawanya melompat ke seberang sungai dan diikat pada
sebatang pohon.
Lalu ia melompat kembali ke Cong-keng-kok dan bertanya
kepada Siao-Iiong-li: "Sebaiknya kita pulang ke mana?",
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau bilang ke mana, aku hanya ikut saja padamu," jawab
Siao liong-li sambil menghela napas.
Dari air muka si nona dapat lah Nyo Ko menerka
pikirannya, tentu yang diharapkannya adalah pulang kembali
ke kuburan kuno itu. Cuma cara bagaimana masuk ke sana,
inilah yang menjadi persoalan Dalam pada itu suara ribut di
bawah sana tambah ramai rasanya tak dapat tahan lebih lama
lagi di sini.
Nyo Ko dapat memahami pikiran Siaoliong-li, tapi si nona
juga dapat meraba pikiran anak muda itu, dengan suara halus
ia berkata: "Akupun tidak harus pulang ke kuburan kuno itu,
jangan kau pikirkan hal ini." - ia tersenyum manis, lalu
menambahkan "Asalkan senantiasa berada bersamamu, ke
manapun aku setuju,"
Inilah cita2 Siao-liong-li yang pertama setelah mereka
menikah, maka Nyo Ko bertekad akan melaksanakan
keinginan si nona, kalau tidak ia merasa tidak sesuai sebagai
suaminya ia coba memandang ruangan loteng itu, dilihatnya di
belakang rak buku di sudut sana ada sebuah peti kayu, tibatiba
tergerak pikirannya, cepat ia mendekati peti itu, ternyata
peti itu digembok dengan sebuah gembok besi.
"Dengan mudah saja Nyo Ko puntir patah gembok itu dan
membuka tutup peti ternyata penuh terisi kitab dan
sejenisnya. Segera ia angkat peti itu sehingga isi peti itu
tertumplek semua di lantai.
Peti itu terbuat dari kayu kamper, tebalnya lima senti dan
sangat kukuh, ia coba melompat dan meraba atas rak buku,
benar juga penuh tertutup oleh kain minyak. yaitu untuk
menjaga kalau kebocoran agar tidak merusak kitab-kitab itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dia tarik dua helai kain minyak itu dan dimasukkan ke
dalam peti, lalu peti itu diseberangkan lebih dulu dengan
melalui jembatan tali tadi, kemudian ia kembali lagi untuk
memondong Siao-Iiong-ii ke sana, "Marilah, kita pulang ke
rumah asal" katanya dengan tertawa.
Siao-liong-li sangat girang, jawabnya dengan tersenyum:
"Bagus sekali caramu mengatur!"
Kuatir si nona berkuatir, Nyo Ko lantas menambahkan:
"Pedangku ini sangat hebat, apapun di dasar sungai yang
merintangi peti ini tentu dapat kubereskan dengan pedang ini,
aku akan berjalan dengan cepat, engkau pasti takkan sumpek
di dalam peti,"
"Cuma ada sesuatu yang tidak baik bagiku"
"Apa itu?" tanya Nyo Ko dengan me1engak.
"Untuk waktu tertentu aku takdapat melihat kau," jawab si
nona.
Sambil bicara merekapun sudah sampai di seberang. Nyo
Ko jadi teringat kepada Kwe Yang yang tertinggal di gua itn,
katanya segera: "Nona keluarga Kwe juga kubawa ke sini. Apa
yang harus kulakukan menurut pendapatmu?"
Siao-liong-li melenggong, tanyanya dengan suara rada
gemetar: "Apa katamu? Kau.. kau membawa puteri Kwetayhiap
itu ke sini?"
Melihat sikap si nona yang aneh itu, Nyo Ko melengak
juga, tapi cepat ia paham sebab musababnya, tentu Siaoliong-
li salah paham dan mengira dia membawa Kwe Hu ke
sini, segera ia mencium pelahan pipi si nona dan berkata: "Ya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
puteri Kwe-tayhiap yang kubawa ke sini, tapi bukan nona yang
membuntungi lenganku melainkan orok yang baru lahir tiada
sebulan itu."
Muka Siao-liong-li menjadi merah jengah, ia rangkul Nyo
Ko kencang-kencang dan tak berani memandangnya, selang
sejenak barulah ia berkata: "Bolehlah kita membawanya serta
ke kuburan kuno. Jika ditinggalkan lebih lama di hutan ini,
boleh jadi jiwanya akan melayang."
Nyo Ko menjadi kuatir juga, sudah sekian lama dia
teralang di Tiong-yang-kiong, entah bagaimana keadaan Kwe
Yang yang disembunyikan di dalam gua itu. Cepat ia menuju
ke gua itu, ternyata keadaan sunyi sepi tiada suara tangisan
anak kecil, ia tambah kuatir, lekas-lekas ia menyingkirkan
belukar kering dan masuk ke gua, dilihatnya Kwe Yang sedang
tidur dengan lelapnya, kedua pipi bayi itu kelihatan kemerah2an
menyenangkan "Biar kubopong dia," kata Siao
liong-li.
kuatir si nona kurang tenaga karena belum sehat, Nyo Ko
mengusulkan anak itu ditaruh saja di dalam peti, lalu ia
mencari belasan Lamkwa (wa-toh, sebangsa labu besar warna
kuning) hasil tanaman kawanan Tosu Coan-cin-kau, ia
memasukkan waloh itu ke dalam peti dan diseret ke tepi
sungai.
Setelah Siao-liong-li juga didudukkan di dalam peti sambil
memondong Kwe Yang, pelahan Nyo Ko lantas menutup peti
itu dan dibungkus pula dengan kain minyak, habis itu barulah
memasukkan peti itu ke sungai. ia menarik napas panjang
terus menyelam ke dasar sungai sambil menarik peti itu
melalui jalan waktu keluar dari kuburan kuno itu tempo hari.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sejak digembleng di bawah air terjun itu, kini tenaga
dalam Nyo Ko boleh dikatakan tiada taranya, berjalan di
bawah sungai kecil itu bukan soal lagi baginya.
Dasar sungai itu ternyata tidak rata, terkadang meninggi,
lalu merendah lagi. Nyo Ko terus menyusuri sungai itu, kalau
teralang oleh batu karang sehingga peti itu tak dapat lewat,
segera ia menahannya dengan pedang dan segala rintangan
dapatlah dibereskan, ia kuatir Siap-liong-li sumpek di dalam
peti, maka jalannya sangat cepat, tidak lama kemudian ia
sudah timbul lagi ke atas sungai dan sampai di jalan rahasia di
bawah tanah yang menuju ke kuburan kuno.
Lekas-lekas ia membuka peti itu, dilihatnya Siao-Ijong-li
dalam keadaan lemas dan setengah sadar, mungkin karena
terluka parah sehingga tidak tahan dikurung dalam peti yang
rapat itu, sebaliknya Kwe Yang tampak berteriak-teriak dan
menangis penuh semangat. Rupanya orok itu diberi minum
susu macan selama sebulan sehingga jauh lebih sehat
daripada bayi biasa.
Dengan lemah Siao liong-li tersenyum bahagia dan
berkata: "Akhirnya kita pulang juga ke rumah!" - Habis
berkata ia tak tahan lagi dan memejamkan mata
Nyo Ko tidak memandangnya lagi dan mem-biarkannya
tetap duduk di dalam peti, ia seret peti itu ke tempat tinggal
mereka di dalam kuburan kuno itu. Dilihatnya segala sesuatu
di situ masih tetap serupa seperti waktu ditinggalkan dahulu,
Sambil memeriksa kamar2 batu di situ dan mengamat-amari
pula barang-barang yang pernah dipakainya sejak kecil, tibatiba
anak muda itu timbul semacam perasaan yang sukar
dilukiskan, seperti girang rasanya, tapi juga mengandung rasa
haru dan duka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Waktu ia menoleh, dilihatnya Siao liong-li berdiri
berpegang pada samakan kursi dengan air mata berlinanglinang.
Dengan cara apa Nyo Ko menyembuhkan luka-luka Siao-Iiongli?
Berhasilkah Ui Yong merebut puterinya atas petunjuk Li Bokchiu
dalam kuburan kuno?
(Bacalah jilid ke -43)
Jilid 43
Kini kedua orang sudah terikat menjadi suami-isteri, cita2
yang terkandung selama ini sudah terkabul merekapun sudah
pulang di kediaman lama, selanjutnya tidak akan tersangkut
pula dengan macam-macam suka-duka dan permusuhan di
dunia fana, namun dalam hati kedua orang sama-sama
merasa berduka dan sedih tak terkatakan.
Keduanya sama tahu bahwa luka Siao-liong-li teramat
parah, sudah terkena hantaman roda Kim-lun Hoat ong,
terkena pula pukulan gabungan Coan-cin-ngo-cu yang hebat
itu, dengan tubuhnya yang lemah gemulai itu jelas tidak
tahan.
Walaupun sebelumnya kedua orang sudah berulang2
memikirkan asalkan cita2 mereka terkabul dan dapat
berkumpul kembali, sekalipun harus mati seketika juga rela.
Tapi setelah keduanya benar-benar sudah menikah dan
berkumpul menjadi satu, rasanya menjadi berat sekali untuk
berpisah dan mati.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Mereka sama-sama masih muda dengan kisah hidup yang
menderita, selama ini belum pernah merasakan bahagianya
orang hidup, kini mendadak mencapai cita2 paling utama
orang hidup, tapi dengan segera mereka akan berpisah puIa.
Nyo Ko termangu sejenak, ia ke kamar Sun-popoh dan
membongkar tempat tidurnya untuk di pindahkan ke samping
"dipan kemala dingin", ia atur bantal kasurnya dengan baik
dan membaringkan Siao-liong-li di situ.
Sisa bahan makanan sudah rusak, namun ber-botol2 madu
tawon yang dikumpulkan Siao liong-li dahulu tetap baik, Nyo
Ko menuang setengah mangkuk madu yang kental itu dan
dicampur dengan air untuk diminumkan pada Siao-liong-li
serta Kwe Yang cilik, habis itu ia sendiri juga minum satu
mangkuk.
Ia coba memandang sekeliling kamar batu itu, pikirnya:
"Aku harus bersemangat untuk menggirangkan hati Kokoh,
kesedihanku tidak boleh kentara sedikitpun pada wajahku."
Begitulah ia lantas mencari dua batang lilin yang paling
besar serta dibungkusnya dengan kain merah, lalu disulutkan
dan ditancapkan di atas meja, katanya dengan tertawa: "lnilah
kamar pengantin kita dengan lilin bahagianya."
Cahaya lilin menambah semaraknya kamar batu itu. Siao
liong-li duduk di tempat tidurnya, terlihat tubuh sendiri penuh
kotoran dan noda darah, dengan tersenyum ia berkata:
"Macamku ini mana mirip pengantin baru!"
Tiba-tiba ia ingat sesuatu, katanya pu'a: "Ko-ji, coba kau
ke kamarnya Lim-cosu dan bawa kemari peti berlapis emas
itu."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Meski pernah tinggal beberapa tahun di kuburan ini, tapi
kamar bekas tempat tinggal Lim Tiau-eng tak berani
dimasukinya, apalagi barang-barang tinggalannya, tentu saja
tidak berani dijamahnya. Kini Siao-liong-li menyuruhnya,
segera Nyo Ko ke sana dan mengambilkan peti yang diminta
itu.
Peti itu tidak terlalu berat, juga tidak digembok, tapi tepian
peti dilapis emas dan banyak ukiran yang indah. "Menurut
Sun-popoh, katanya peti ini berisi pakaian pengantin Lim-cosu,
tapi kemudian beliau urung menikah, maka barang-barang
inipun tidak jadi dipakai," kata Siao-liongli.
Nyo Ko mengiakan saja dan meletakkan peti itu di batu
kemala dingin itu, setelah tutup peti di buka, benarlah di
dalamnya tersimpan sebuah kopiah berukir burung Hong
dengan hiasan mutiara, ada sepotong baju sulaman emas
serta gaun sutera merah.
Semuanya terbuat dari bahan pilihan, meski sudah selang
berpuluh tahun, tapi tampaknya masih seperti baru.
"Coba keluarkan isinya, ingin kulihat." kata Siao-liong-li.
Nyo Ko lantas mengeluarkan satu persatu isi peti itu, di
bawah pakaian pengantin ternyata ada sebuah kotak rias dan
sebuah kotak barang-barang perluasan Gincu dan pupur
dalam kotak rias itu sudah kering, tapi minyak wanginya
ternyata masih ada sisa setengah botol kecil.
Ketika kotak perhiasan dibuka, seketika pandangan
mereka menjadi silau, macam-macam perhiasan yang jarang
terlihat, ada tusuk kundai bermutiara, gelang kemala dan
mutu manikam yang lain.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Biasanya Siao-liong-li dan Nyo Ko jarang melihat bendabenda
mestika seperti itu, merekapun tidak tahu betapa
bernilainya barang-barang perhiasan itu, yang jelas mereka
melihat barang-barang itu terbuat dengan sangat halus dan
indah, maka merekapun sangat tertarik.
"Bagaimana kalau kubersolek menjadi pengantin baru?"
ujar Siao-liong-li dengan tersenyum.
"Kau sudah terlalu lelah, mengasoJsipleBaf latti,
bersoleklah besok," kata Nyo Ko.
Siao-liong-Ii menggeleng, katanya: "Tidak, inilah hari
bahagia pernikahan kita, Aku suka menjadi pengantin baru,
Tempo hari di Coat-ceng-kok itu Kongsun Ci ingin menikah
dengan aku dan akupun urung berdandan sebagai pengantin
baru."
"Hah, masakah itu dapat dianggap menikah? itukan cuma
khayalan Kongsun Ci saja!" ujar Nyo Ko dengan tersenyum
Begitulah Siao-liong-li lantas mencampuri bedak dan Gincu
dengan sedikit air dan mulailah bersolek menghadap cermin.
Selama hidup untuk pertama kali inilah dia memakai pupur
dan gincu.
Air mukanya sebenarnya memang putih bersih dan tidak
perlu berbedak lagi, cuma dia habis terluka parah, mukanya
pucat pasi, setelah kedua pipinya diberi pupur dan sedikit
gincu, sungguh kecantikannya sukar dilukiskan.
Ia berhenti sejenak, lalu menyisir rambut, katanya dengan
gegetun: "Bicara menyisir rambut, sama sekali aku tidak bisa,
Ko-ji, kau bisa tidak?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Akupun tidak bisa! Kukira engkau lebih cantik jika rambut
tidak tersisir," ujar Nyo Ko.
"Apa ya?" Siao-liong-Ii tersenyum. ia lantas memakai
anting2 dan gelang serta perhiasan kepala lainnya, di bawah
cahaya lilin sungguh cantik molek tak terperikan. Dengan
berseri-seri ia menoleh pada Nyo Ko, maksudnya supaya dipuji
beberapa patah kata oleh anak muda itu.
Tapi dilihatnya wajah Nyo Ko ada bekas air mata, jelas
anak muda itu sedang berduka, Siao-liong-li berusaha
menahan perasaan dan anggap tidak tahu, dengan tersenyum
ia bertanya pula: "Ko-ji, bagus tidak dandananku ini?"
"Ba... bagus sekali!" jawab Nyo Ko dengan rada terguguk,
"lni kupasangkan kopiahnya."
Segera ia angkat kopiah pengantin ke belakang si nona
dan dipasang di atas kepalanya.
Dari bayangan cermin dapatlah Siao-liong-li melihat anak
muda itu telah mengusap air matanya dengan lengan baju,
ketika berada di belakangnya anak muda itu sengaja
memperlihatkan wajah riang-nya serta berkata: "Selanjutnya
kupanggil engkau "Niocu" (isteriku) atau tetap menyebut
Kokoh padamu?"
Dalam hati Siao-Iiong-Ii membatin: "Masakah masih ada
"selanjutnya" segala bagi kita? Akan tetapi ia berusaha
memperlihatkan rasa gembiranya dan menjawab dengan
tersenyum: "Rasanya tidak pantas jika tetap memanggil
Kokoh. sebaliknya sebutan Niocu, Hujin dan sebagainya terasa
agak ke-tua-an!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Baiklah, selanjutnya engkau memanggil Ko-ji padaku dan
akan kupanggil Liong-ji padamu, jadinya adil, tiada yang rugi,"
ujar Nyo Ko dengan tertawa, "Kdak kalau sudah punya anak,
lalu ganti panggilan: He, pakne bocah atau ibunya anak dan...
dan kalau anak itu sudah besar dan beristeri atau bersuami "
Semu!a Siao liong-li hanya tersenyum saja mendengarkan
ocehan Nyo Ko yang ngalor-ngidul itu, akhirnya ia tidak tahan
dan mendadak mendekam di atas peti dan menangis sedih.
Nyo Ko tahu perasaan si nona, ia mendekati dan
memeluknya, katanya dengan suara halus: "Liong-ji. kau tidak
baik, buat apa kita pedulikan urusan selanjutnya, Yang jelas
saat ini kau takkan mati dan akupun takkan mati, marilah kita
bergembira ria, siapapun tidak perlu memikirkan urusan esok."
Siao-Iiong li mengangkat kepalanya dan mengangguk
dengan tersenyum.
"Lihatlah betapa indahnya sulaman burung Hong pada
gaun pengantin ini,,biarlah kubantu kau mengenakannya."
kata Nyo Ko pula, lalu ia menegakkan tubuh si nona dan bantu
mengenakan pakaian pengantin merah itu.
Siao-liong-Ii mengusap air matanya dan pipinya diberi lagi
sedikit pupur, dengan tersenyum bahagia ia lantas duduk di
samping lilin merah.
Dalam pada itu Kwe Yang terbaring di ujung tempat tidur
itupun mementang kedua biji matanya yang hitam itu sedang
memandangi dengan penuh keheranan, Mungkin dalam hati
kecilnya itupun merasakan dandanan Siao-liong-li itu sangat
cantik dan menarik.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Aku sudah selesai berdandan, cuma sayang di dalam peti
ini tiada pakaian pengantin laki-laki. terpaksa kau harus begini
saja," ujar Siao-liong-li.
"Coba kucari lagi, mungkin ada barang-barang lain yang
indah," kata Nyo Ko sembari membongkar isi peti yang lain
dan dipindahkan ke atas tempat tidur, Melihat ada sebuah
bunga-bungaan buatan emas, Siao liong-li lantas
mengambilnya dan diselipkan di atas rambut Nyo Ko.
"Ya, begini barulah mirip2 pengantin baru," ujar Nyo Ko
dengan tertawa.
Ia terus membongkar isi peti itu, sampai di dasar peti,
dilihatnya ada satu tumpuk surat yang diikat dengan benang
merah, benang merah itu sudah luntur, sampul surat juga
sudah kekuning-kuningan. "Ku-temukan surat-urat ini," seru
Nyo Ko sambil mengangkat tumpukan surat itu.
"Coba dilihat surat apa itu?" kata Siao-Iiong-li.
Setelah ikatannya dilepas, Nyo Ko melihat sampul surat
pertama itu tertulis: "Kepada sayangku Lim Tiau-heng,
pribadi!" dan pada sudut lain ada sebuah huruf "Say". Suraturat
itu berjumlah lebih 20 pucuk, semuanya sama tertulis
begitu.
Nyo Ko tahu sebelum Ong Tiong-yang terikat menjadi
Tosu, nama partikelirnya adalah "Say", lengkapnya Ong Say,
Dengan tertawa ia berkata : "Tampaknya surat-urat ini adalah
surat cinta Ong-cosu kepada Lim-cosu kita, apakah boleh kita
membacanya?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sejak kecil Siao-liong-li menghormati sang cakal bakal itu
sebagai malaikat dewata, maka cepat ia menjawab: "Tidak,
tidak boleh!"
Nyo Ko tertawa dan mengikat kembali bundel surat itu,
katanya kemudian:."Kawanan Tosu Coan-cin-kau itu sungguh
terlalu kolot, melihat kita menikah dihadapan lukisan Tiongyang
Cosu, lalu kita dianggap seperti berdosa dan tidak dapat
diampuni." Aku justeru tidak percaya bahwa Tiong-yang Cosu
tidak mencintai Lim-cosu kita, Kalau saja kita perlihatkan
surat-urat cinta Ong-cosu ini pasti kawanan Tosu tua itu akan
meringis."
Sembari berkata iapun memandangi Siao-liong li dan
merasa berduka bagi Lim Tiau-eng. Pikirnya: "Lim-cosu hidup
sunyi di dalam kuburan ini, tentunya beliau ingin sekali dapat
memakai baju pengantin ini dan selalu gagal, jaai kami berdua
ini ternyata jauh lebih beruntung daripada beliau."
Tiba-tiba terdengar Siao-liong-li berkata: "Ya, kita memang
lebih beruntung daripada Lim-cosu, tapi mengapa kau menjadi
tidak gembira?"
Nyo Ko mengiakan, mendadak iapun melengak dan
bcrtanya: "He, kau tidak bicara, mengapa engkau mengetahui
pikiranku?"
"Kalau tidak dapat mengetahui jalan pikiranmu mana
sesuai untuk menjadi isterimu?" jawab Siao-liong-li dengan
tertawa.
Nyo Ko mendekatinya dan duduk ditepi tempat tidur,
dengan lengan kiri ia merangkul Siau liong li, tak terbilang
rasa gembira dan bahagia mereka, diharapkan semoga saat2
demikian ini takkan berubah selamanya, kekal abadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sampai sekian lama keduanya guling peluk dan terdiam.
Selang sebentar lagi, keduanya sama memandang pada
bundel surat tadi dengan penuh pandang dengan tertawa,
keduanya sama-sama menyorotkan sorot mata yang nakal.
Maklumlah, usia mereka masih sama-sama muda,
sehingga belum hilang sifat anak-anak mereka, walaupun tahu
tidak pantas membaca surat pribadri mendiang cakal bakal,
tapi rasa ingin tahu sukarlah dibendung.
Tiba-tiba Nyo Ko berkata: "Bagaimana kalau kita hanya
membaca sepucuk saja? Pasti tidak membaca lebih dari itu."
"Ya, akupun ingin sekali mengetahui isi surat-itu," jawab
Siao-liong-li. "Baiklah, kita hanya membaca sepucuk saja."
Dengan girang Nyo Ko lantas membuka ikatan bundel
surat tadi. Siao-liong-li berkata pula: "Kalau isi surat itu
membikin orang berduka, hendaknya kau jangan bersuara
membacanya bagiku."
Nyo Ko mengiakan, ia coba mengambil sampul pertama
dan dilolos keluar suratnya, lalu mulai membacanya: "Adik
Eng, kemarin dulu pasukan kita bertempur dengan pasukan
musuh dan mengalami kekalahan kecil dengan kerugian
beberapa ratus orang..." ternyata isi surat itu
memberitahukan-keadaan medan perang dan bagian akhir
surat itu Ong Tiong-yang minta agar Lim Tiau-eng suka
menjual sebagian harta benda untuk dijadikan perbekalan
pasukan. Ber-turut-urut ia membaca lagi dua-tiga pucuk surat
lain dan isinya hampir semuanya sama, yakni mengenai situasi
medan perang belaka, hampir tidak pernah menyinggung
urusan pribadi mereka.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko menghela napas dan berkata pula: "Tiong-yang
Cosu benar-benar seorang pahlawan teladan dan ksatria
sejati, segenap jiwa raganya dicurahkan bagi perjuangan
sehingga melupakan kepentingan pribadi, pantaslah kalau
Lim-cosu menjadi dingin hatinya,"
"Tidak!" ujar Siao-liongIi. "Ketika menerima surat-urat ini,
justeru Lim-cosu merasa sangat senang."
"Darimana kau tahu?" tanya Nyo Ko heran.
"Sudah tentu aku tidak tahu, aku cuma menafsirkan
menurut hati sesama orang perempuan saja." jawab Siaoliong-
li. -"Coba kau, lihat isi surat itu, yang diuraikan selalu
situasi medan perang yang makin genting, namun Ong cosu
tetap tidak lupa menulis surat kepada Lim-cosu dalam
keadaan yang gawat dan sulit itu, coba katakan, apakah itu
tidak berarti senantiasa Ong-cosu terkenang kepada Limcosu?"
"Ya, benar, memang betul," sahut Nyo Ko sambil
mengangguk Lalu ia membaca lagi surat yang lain. Surat
itupun mengabarkan pasukan yang dipimpin Ong Tiong-yang
mengalami kekalahan lagi karena jumlah pasukan musuh jauh
lebih besar. Selain itu pada akhir surat juga ditanyakan
keadaan luka Lim Tiau-eng, meski singkat saja, tapi penuh
simpatik dan perhatian
Siao-liong-li hanya tersenyum hambar, ia menyadari
betapa parah lukanya sendiri, namun iapun tidak ingin
membikin kecewa anak muda itu, katanya kemudian:
"Tampaknya surat-urat itu tiada yang menyangkut rahasia
pribadi, boleh kau membacanya semua."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko lantas membuka lagi surat-urat yang lain,
kebanyakan juga berceritera tentang pengalaman tempur di
medan perang, tapi selanjutnya lebih sering lagi kalahnya
sehingga nada Ong Tiong-yang semakin guram dan putus asa.
"isi surat ini cuma memerosotkan semangat orang saja,
biarlah kita bicara urusan lain saja."
"Eh, apa ini?" mendadak nada Nyo Ko berubah menjadi
bersemangat, tangan yang memegang surat itupun rada
gemetar, lalu ia membacanya dengan suara lebih keras:
"kudengar di kutub utara yang maha dingin sana ada batu
dengan nama Han-giok (kemala dingin), khasiatnya dapat
menghilangkan penyakit lama dan menyembuhkan luka yang
sukar diobati, untuk itu akan kuusahakan mendapatkannya
bagi adik Eng..."
He, Liong-ji yang dimaksudkan ini apakah bukan Hangiokjoan
(dipan kemala dingin) ini?"
Melihat wujih Nyo Ko yang menampilkan rasa girang
seperti orang yang putus asa mendadak menemukan titik
sinar harapan itu, dengan suara gemetar Siau-liong-Ii pun
menjawab: "Apakah... apakah... maksudmu kemala dingin ini
dapat menyembuhkan lukaku ini-?"
"Akupun tidak tahu," jawab Nyo Ko. "Tapi Tiong-yang
Cosu berkata demikian, tentu ada alasannya. Dan nyatanya
kemala dingin ini kan sudah didapatkannya dan berada di sini?
Bukankah memang sudah menjadikannya menjadi dipan untuk
tempat tidur? bukankah luka beliau yang parah itu akhirnya
juga sembuh?"
Cepat-cepat Nyo Ko membuka lagi surat yang lain dengan
harapan kalau-kalau isi surat lain ada, yang menguraikan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tentang cara penyembuhan dengan kemala dingin itu, tapi
istilah "kemala dingin" ternyata tidak pernah disebut lagi
kecuali di dalam surat tadi."
Nyo Ko mengikat kembali bundel surat itu dan ditaruh ke
dalam pcti, lalu ia duduk termenung. Ia pikir kalau dipan
kemala dingin itu memang mempunyai khasiat sehebat itu,
tentu juga dapat menyembuhkan luka Siao-liong-li, hanya
caranya saja yang belum di ketahui.
"He, apa yang kau renungkan?" tegur Siao-liong-li dengan
tertawa.
"Sedang kupikirkan cara bagaimana menyembuhkan kau
dengan dipan ini, apa harus dihancurkan dan dicampur
dengan obat lain, entahlah!" gumam Nyo Ko.
"Tentunya kau masih ingat pada Sun-popoh? Sekiranya
dipan kemala dingin ini dapat menyembuhkan Iuka dalam
yang parah, masakah Sun popoh tidak tahu?
Harapan Nyo Ko yang tadinya berkobar2 itu seketika
padam seperti di siram air dingin demi mendengar ucapan
Siao liong-li itu.
Perlahan Siao liong-li membelai rambut Nyo Ko, katanya
dengan suara lembut "Ko-ji tidak perlu kau memikirkan
lukaku, buat apa kau membikin susah sendiri? sekarang akan
kuceritakan sesuatu mengenai guruku."
Meski cukup lama tinggal bersama Siao-liong-li, tapi jarang
sekali Nyo Ko mendengar si nona bercerita tentang mendiang
gurunya itu, maka cepat ia menanggapi "Ya,lekas ceritakan!"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tahukah kau sebab apa meninggalnya Suhuku?" tanya
Siao-Iiong-li.
Nyo Ko menggeleng, Siao-Iiong-li lantas melanjutkan
"Beliau menyepi di sini dan jarang keluar, tapi pada suatu
ketika beliau pernah keluar menyelesaikan sesuatu urusan
penting mengenai Suci sehingga kena dipedayai seorang
jahat. Suhu tidak mau banyak urusan meski mengalami
kesukaran. Siapa tahu orang jahat itu diberi hati justeru minta
rempala, Suci diculiknya pula, sebenarnya kepandaian Suhu
jauh melebihi orang jahat itu, cuma dalam hal Am-gi (senjata
rahasia) saja orang jahat itu memang lebih lihay.
Suhuku adalah pelayan pribadi Lim-cosu, sifatnya ramah
dan penurut, hatinya bajik dan jarang marah, tapi demi
membela Suci, beliau terpaksa membuat dua macam senjata
rahasia, yakni Giok-hong-kim-ciam (jarum emas tawon putih)
dan Peng pok-gin-ciam (jarum perak inti es) yang berbisa itu,
akhirnya Suci dapat direbut kembali setelah mengalahkan
musuh.
Tapi dalam pertarungan itu Suhu juga terluka parah,
walaupun bertahan sampai beberapa tahun, akhirnya juga takdapat
disembuhkan, ilmu pukulan Panca Bisa andalan Suci itu
adalah ajaran orang jahat itu, Suci (Li Bok-chiu) berkumpul
sekian lama dengan orang itu sehingga tanpa terasa
terpengaruh juga oleh sifat jahatnya. Lantaran ini, sampai
meninggalnya Suhu tetap merasa sedih."
Terkenang kepada gurunya yang berbudi itu, tanpa terasa
hati Siao-liong-li menjadi terharu.
Pikiran Nyo Ko sendiri terasa kusut, tadinya ia merasa
menemukan titik harapan dapat menyembuhkan Siao-liong-li,
tapi lantas tenggelam pula dalam kegelapan, ia pikir memang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
juga masuk diakal, andaikan dipan kemala dingin itu dapat
menyembuhkan luka dalam yang parah, mengapa Sun-popoh
dan guru Siao-liong-li itu tidak menggunakan untuk
menyembuhkan diri mereka?"
Karena urusan sudah begini, ia pikir sebaiknya jangan
dirisaukan lagi, akan lebih baik jika bicara hal-hal yang
menyenangkan saja dengan si nona agar hatinya gembira.
Begitulah ia lantas berkata: "Jarum emas lebih lembut dan
jarum perak lebih panjang, tapi menghadapi musuh ternyata
jarum emas lebih berguna daripada jarum perak. Tampaknya
kakek guru memang lebih sayang padamu, makanya jarum
emas diajarkan padamu dan jarum perak diturunkan pada Lisupek."
Siao-liong-li tersenyum, katanya: "Suhu memang sangat
baik padaku, ya guru ya seperti ibu, kalau beliau mengetahui
aku mendapatkan suami sebaik ini, entah betapa beliau akan
bergirang."
"Ah, juga belum tentu, beliau kan melarang anak muridnya
menikah," ujar Nyo Ko.
"Tapi guruku sangat baik hati dan sayang padaku, mulamula
mungkin beliau tidak mengidzinkan, lama2 kalau melihat
keteguhan hatiku, tentu beliau juga akan menuruti
permintaanku," kata Siao-liong-li.
"Hanya, hanya Li-suci saja yang berdosa kepada Suhu".
"Bagaimana?" tanya Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Waktu Suhu bertarung dengan orang jahat itu,
sebenarnya orang itu sudah tertutuk oleh Suhu dan takbisa
berkutik, siapa tahu secara diam-2 Suci telah membebaskan
orang itu, rupanya Suci ingat kepada budi orang itu yang telah
mengajarkan ilmu pukulan berbisa padanya. Setelah orang itu
dapat bcrgerak, secara mendadak dia menyerang Suhu,
karena tidak berjaga-jaga, maka Suhu terkena pukulannya."
"Siapakah nama orang jahat itu? Dia mampu menandingi
Suco (kakek guru), tenlu iapun tokoh silat terkemuka jaman
ini."
"Suhu tidak pernah memberitahukan nama orang itu
padaku, Dia ingin hatiku bebas dari segala cita rasa dan tidak
kenal suka duka dan budi atau dendam, menurut Suhu, kalau
nama orang ini kuketahui, tentu akan kuingat selalu dan boleh
jadi kelak akan kucari dan menuntut balas pudanya."
"Ai. Suco sungguh orang baik budi," ujar Nyo Ko dengan
gegetun.
Lalu Siao-Iiong-li berkata pula: "Setelah terluka, Suhu
lantas berpindah kamar dan menjauhi dipan kemala dingin ini.
Menurut beliau, dingin akan mengalangi kemajuan ilmu Kobong-
pay kita, maka bagus sekali jika menggunakan dipan
kemala dingin ini untuk membantu berlatih Lwe-kang, akan
tetapi orang yang terluka tentu tidak tahan."
Melihat Siao-liong-li ada tanda-tanda lelah Nyo Ko berkuta:
"Silakan tidur saja, akan kutunggui kau di sini."
"Tidak, aku tidak lelah, malam ini kita tidak tidur," jawab
Siao-Iiong-li sambil pentang lebar-lebar matanya.
sesungguhnya dalam hati kecilnya berkuatir akan luka sendiri
yang parah itu, kalau sampai tertidur dan untuk seterusnya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tidak pernah mendusin lagi, itu berarti takkan bertemu lagi
dengan Nyo Ko selamanya, Karena itulah ia lantas
menambahkan "Ajaklah aku bicara saja, Eh, kau sendiri
tampaknya lelah?"
"Tidak, aku tidak lelah," jawab Nyo Ko menggeleng, "Jika
tidak ingin tidur, bolehlah kau memejamkan mata untuk
menghilangkan kantuk."
Siao-liong-li mengiakan dan pelahan memejamkan
matanya, lalu berkata dengan suara pelahan. "Suhu sering
berkata padaku bahwa ada satu hal yang tidak dipahaminya
sampai akhir hayatnya. Ko-ji, kau sangat pintar, coba ikut
memikirkan soal ini."
"Soal apa?" tanya Nyo Ko
"Ketika orang jahat itu tertutuk oleh Suhu dengan ilmu
Tiam-hiat khas ciptaan Lim-cosu, selama hidup Lim-cosu
hanya diajarkan kepada Suhuku dan Suhuku tak
mengajarkannya kepada Li-suci, entah cara bagaimana Li-suci
dapat membukakan Hiat-to orang jahat yang tertutuk itu."
"Mungkin waktu suco berlatih sendiri, di luar tahu beliau
Li-suci telah mengintip dan mempelajarinya secara diamdiam,"
kata Nyo Ko.
"Tidak, tidak bisa, kau sendiripun tahu," ujar Siao-long-li.
Nyo Ko pikir ilmu Tiam-hiat perguruan sendiri memang
sangat aneh dan ruwet, betapapun sukar-dipelajari dari
mengintip. Selagi ia hendak bicara pu!a, terasa Siao-liong-li
yang bersandar pada badannya itupun berdiam, napasnya
terhembus halus, ternyata sudah tertidur.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sambil termangu memandangi wajah si nona, pikiran Nyo
Ko bergolak, selang tak lama, sebuah lilin telah padam karena
sudah habis tersulut, tidak lama kemudian lilin kedua juga
padam.
Tiba-tiba Nyo Ko membayangkan kedua lilin itu seperti
dirinya dan Siao-liong-li, setelah tersulut habis, akhirnya lantas
padam, tamat
Selagi ter mangu2, didengarnya Siao liong li menghela
napas panjang dan berkata: "Tidak, aku tidak mau mati, Ko ji,
aku tidak mau mati! kita harus hidup terus, hidup untuk
selamanya."
"Benar, kita takkan mati, engkau pasti akan sehat kembali
setelah istirahat beberapa hari lagi," kata Nyo Ko. "Bagaimana
rasa dadamu sekarang?"
Tapi Siao-Iiong li tidak menjawab, rupanya ucapannya tadi
hanya mengigau saja, Nyo Ko coba meraba kening si nona,
ternyata panas sekali, ia menjadi kuatir dan sedih pula.
pikirnya dalam hati: "Li-Bok-chiu yang jahatnya kelewat
takaran sampai saat ini masih hidup segar bugar, sebaliknya
Liong ji selama hidup tidak pernah berbuat sesuatu.apa yang
merugikan orang lain kini sudah dekat dengan ajalnya. Oh,
Thian yang maha kasih, dimanakah letak keadilanmu?"
Selamanya Nyo Ko tidak gentar apapun juga, dalam
keadaan tak berdaya, tanpa terasa ia geser tubuh Siao-liong-li
ke sampingnya sendiri lantas-berlutut dan berdoa di dalam
batin: "Thian yang welas asih semoga memberi berkah
selamat kepada Liong-ji, untuk itu aku rela.... aku rela..." Pada
hal untuk keselamatan Siao-liong-li, tiada- sesuatupun yang
diragukannya untuk diperbuat guna menebus jiwa si nona.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
BegituIah sedang dia berdoa dengan khidmat-nya, tibatiba
terdengar Siao-liong-li berkata: "Ya benar Auyang Hong,
Sun-popoh bilang pasti Auyang Hong adanya, Ko-ji, eh, Ko-ji,
ke mana kau?" Sambil berseru mendadak iapun bangun
berduduk.
Karena itu cepat Nyo Ko kembali berduduk di samping si
nona dan memegangi tangannya sambil berkata: "Aku berada
di sini."
DaIam tidurnya mendadak merasa kehilangan sandaran,
seketika Siao-liong-li terjaga bangun, tapi ia menjadi girang
dan lega, setelah melihat Nyo Ko masih tetap berada di
sampingnya.
"Jangan kuatir, aku takkan meninggalkan kau untuk selama2nya,"
kata Nyo Ko. " seumpama kelak kita harus keluar
dari kuburan kuno ini, aku akan tetap berjaga di sampingmu
tanpa berpisah selangkahpun":
Di dunia luar sana sesungguhnya memang jauh lebih
bagus daripada tempat yang sunyi dan seram ini" ujar Siao
Iiong-li, "Cuma aku lantas takut begitu berada di luar sana."
"Kini kita tidak perlu takut lagi," kata Nyo-Ko, "beberapa
bulan pula bila kesehatanmu sudah pulih, kita berdua akan
pergi ke selatan. Konon cuaca di sana selalu cerah dan
pemandangan indah. Di sana kita tidak perlu lagi main senjata
segala, kita akan bercocok tanam, berkebun dan beternak,
kita juga akan punya anak banyak..."
Siao-liong-li juga membayangkan kehidupan yang indah
itu, katanya: "Ya, selamanya - kita takkan main senjata
segala, tiada orang memusuhi kita dan kitapun takkan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berkelahi dengan orang lain, kita berkebun dan piara ayam,
piara itik. Ai apabila aku boleh tetap hidup..."
Begitulah keduanya terdiam sejenak, meski berada di
dalam kuburan kuno, tapi dua buah hati mereka selalu
melayang jauh ke selatan yang alamnya indah permai itu,
selamanya mereka belum pernah menginjak daerah selatan,
tapi hidung serasa sudah mencium bau harum bunga dan
telinga mendengar kicauan burung merdu.
Siao-liong-li benar-benar tidak tahan lagi, lapat-lapat ia
hendak pulas pula, tapi sesungguhnya ia tidak ingin tidur,
katanya: "Aku tidak ingin tidur, bicaralah padaku!"
"Tadi dalam tiduran kau mengigau tentang Auyang Hong,
mengenai urusan apa itu?" tanya Nyo Ko.
Seperti diketahui, waktu kecilnya Nyo Ko pernah mengakui
Auyang Hong sebagai ayah angkat, kemudian didengarnya
dari orang Coan-cin-kau bahwa Auyang Hong itu berjuluk "Setok"
(si racun barat), namanya sangat busuk di dunia
persilatan malahan Tam Jutoan, salah satu dari tujuh tokoh
Coan-cin-pay itu tewas di tangannya.
Kemudian Nyo Ko masuk perguruan Ko-bong-pay dan tak
berani lagi bicara mengenai Auyang Hong. sekarang dia sudah
menikah dengan Siao-liong-li dan segala apapun boleh
dibicarakan, maka iapun terheran-heran mendengar igauan
Siao-liong-li tadi.
"Apakah aku menyebut Auyang Hong?" demikian jawab
Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau juga mengatakan bahwa Sun-popoh bilang pasti dia,"
kata Nyo Ko pula.
Baru sekarang Siao-liong-li teringat, katanya:
"Ah, ya, menurut Sun-popoh, katanya orang yang melukai
Suhuku pasti Se-tok Auyang Hong, Katanya di dunia ini yang
mampu melukai guruku boleh dikatakan dapat dihitung
dengan jari, sedangkan ilmu pukulan keji seperti Ngo-toksinciang
itu selain Auyang Hong pasti tiada orang lain yang sudi
menggunakannya. Tapi sampai detik terakhir ajalnya guruku
tetap tidak mau mengatakan penjahat yang melukainya itu.
Sun-popoh bertanya kepadanya apakah penyerang itu Auyang
Hong adanya? Namun Suhu tetap menggeleng dan tersenyum
saja, lalu menghembuskan napasnya yang penghabisan."
Share:
cersil...
Comments
0 Comments

Postingan Cersil Terbaru