Cersil Ke 5 Yoko Bibi Lung Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil
cersil indo
cersil mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil langka
cersil mandarin lepas
cerita silat pendekar matahari
kumpulan cerita silat jawa
cersil mandarin beruang salju.
cerita silat pendekar mataharicerita silat indonesia
cerita silat kho ping hoo
cerita silat mandarin online
cerita silat mandarin full
cerita silat jawa
kumpulan cerita silat
cerita silat jawa pdf cerita silat indonesia gratis
cerita silat jadul indonesia
cerita silat indonesia pendekar rajawali sakti
cersil indonesia pendekar mabuk
cersil langka
cersil dewa arak
cerita silat jaman dulu
cersil jawa download cerita silat mandarin full
cerita silat mandarin online
cersil mandarin lepas
cerita silat mandarin pendekar matahari
cerita silat jawa pdf
cersil indonesia pdf
cersil mandarin beruang salju
kumpulan cerita silat pdf
-"Aku toh tidak hendak menempuh ujian, untuk apamengapalkan segala bacaan itu ?" sahut Nyo Ko.
Mendongkol tercampur geli Cui Ci-hong mendengar
jawaban ini. ia pura-pura marah, tetapi maksud sesungguhnya
hendak menjajal apa betul-betul Nyo Ko sama sekali tidak
mengerti ilmu silat perguruannya sendiri Oleh karenanya
segera ia tarik muka dan membentak: "Bicara dengan orang
tua, kenapa kurangajar ?" Habis berkata, sekonyong-konyong
ia angkat sebelah tangannya mendorong ke pundak Nyo Ko.
Cui Ci-hong terhitung pula salah satu jago angkatan ketiga
dari Coan-cin-kau yang setingkatan dengan In Ci-peng dan
Thio Ci-keng, meski kepandaiannya masih dibawah kedua
orang tersebut namun sudah cukup pula untuk malang
melintang dikalangan Kangouw. Maka dapat dimengerti
tenaga dorongannya pada Nyo Ko ini telah dia keluarkan
dengan tepat sekali, tiba cukup untuk jatuhkan lawannya, jika
orang yang didorong tidak paham ilmu silat, karena dorongan
ini pasti terjengkang, tetapi kalau mengerti silat dari cabang
lain, besar kemungkinan akan kumpul tenaga buat bertahan
supaya tubuh tidak terdoyong ke belakang, hanya orang yang
belajar silat Coan-cin-kau saja yang bisa hindarkan dorongan
ini dengan gaya doyong ke belakang.
Diluar dugaan, Ci-hong merasakan dorongannya percuma
saja, sebab Nyo Ko telah sedikit miringkan pundaknya,
sehingga tenaga mendorongnya sebagian besar mengenai
tempat kosong, Nyo Ko hanya terhuyung-huyung mundur
beberapa langkah saja, tetapi tidak sampai jatuh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Keruan Ci-hong kaget dan curiga pula. Batin-nya dalam
hati: "Dengan tenaga mengelak tadi seharusnya dia memiliki
latihan sekitar sepuluh tahun dari ilmu silat aliran perguruan
sendiri sungguh aneh, umurnya masih begini muda, pula baru
setengah tahun masuk perguruan, mana bisa dia memiliki
keuletan yang begini dalam ? Dengan kemampuannya ini, tadi
waktu bertanding seharusnya dia tidak perlu ngawur main
seruduk sini dan terjang sana, apa mungkin didalamnya
terdapat sesuatu tipu muslihat ?"
Nyata dia tidak tahu bahwa didalamnya memang banyak
sebab-sebab yang dia sendiri tidak mengetahui. Dahulu Ma
Giok pernah mengajarkan Lwekang Coan-cin-kau kepada Kwe
Ceng, dan Kwe Ceng telah mengajarkan sedikit dasar
kepandaian itu kepada Cin Lam-khim ibu Nyo Ko.
Sewaktu Nyo Ko berumur beberapa tahun, ibunya lantas
mengajarkan cara-cara semadi melatih Lwekang yang dia
peroleh dari Kwe Ceng itu. Oleh sebab itulah, dalam
perkelahian Nyo Ko tadi sama sekali ia tidak mengerti tipu
serangan silat, sebaliknya soal Lwekang ia malah mempunyai
dasar kekuatan sepuluh tahun lamanya, Cui Ci-hong tidak tahu
hal ini, sudah tentu ia terheran-heran.
Dilain pihak Nyo Ko yang kena didorong tadi merasakan
dadanya menjadi sesak, hampir-hampir tak bisa bernapas, ia
sangka Ci-hong juga bermaksud menghajarnya.
Dalam keadaan memang sudah mata gelap, sekalipun
waktu itu Khu ju-ki datang sendiri juga dia pantang mundur,
apalagi hanya seorang Cui Ci-hong. Karena itu, segera ia
menyeruduk lagi ke arah perut orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi Cui Ci-hong tidak mau ladeni anak kecil ini, ia
tersenyum oleh kenekatan orang sambil mengegos buat
hindarkan serudukan itu.
Ia sengaja mau tahu kepandaian apa yang dimiliki Nyo Ko,
maka ia berkata pula: "Ceng-kong, coba kau adu beberapa
jurus dengan Nyo-sute, tetapi enteng saja kalau turun tangan,
jangan pukul terlalu keras !"
Tentu saja Ceng-kong sangat senang, memangnya dia
mengharap-harap ada perintah demikian ini, maka tanpa
berkata lagi segera ia melompat ke depan Nyo Ko, tiba-tiba ia
ulur tangan kiri pura-pura memukul ketika Nyo Ko berkelit ke
kanan, mendadak tangan kanannya menggablok cepat dan
keras, keruan tidak ampun lagi lantas terdengar suara "bluk",
tepat dada Nyo Ko kena dihantam.
Pukulan itu cukup berat, kalau bukannya Nyo Ko
mempunyai kekuatan Lwekang belasan tahun lamanya, pasti
dia akan muntah darah oleh genjotan itu. walaupun demikian,
tidak urung Nyo Ko merasakan dadanya sakit tidak kepalang
dan mukanya pucat seperti kertas.
Nampak sekali pukul tidak bikin lawan cilik-nya terguling,
diam-diam Ceng-kong merasa heran juga, maka menyusul
kepalan kanan diayunkan pula, sekali ini ia menjotos kemuka
Nyo Ko.
Dengan sendirinya Nyo Ko angkat tangannya hendak
menangkis. Cuma sayang, maksudnya memang hendak
menangkis, tetapi sama sekali ia tidak paham gerak tipu silat
buat menangkis, maka kembali dia dimakan mentah-mentah
oleh Ceng-kong. Dengan sengaja ia kesampingkan jotosannya
ini, tapi cepat ia menjojoh dengan kepalan kiri, maka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terdengar suara "plak" dibarengi dengan suara jeritan tertahan
Nyo Ko, nyata hantaman dengan tepat kena diperutnya.
Saking sakitnya sampai Nyo Ko menungging sambil
pegang perutnya dengan meringis-ringis. Di luar dugaan,
sekali bocah ini menjengking ke bawah, tanpa sungkansungkan
lagi Ceng-kong tambahi serangan lain pula, ia angkat
telapak tangannya terus memotong ke kuduk orang.
Serangan yang mengarah tempat berbahaya ini, Cengkong
menaksir Nyo Ko pasti akan kelenger seketika, dengan
demikian ia telah berhasil balas sakit hati tempo hari.
Siapa tahu, Nyo Ko betul-betul anak perkasa, jiwa gagah
berani Engkongnya Nyo Thi-sim sudah diwariskan semua
kepadanya, sama sekali bocah ini tidak menyerah, hantaman
tadi hanya membikin dia terhuyung sedikit saja dan tetap
belum jatuh, hanya kepalanya dirasakan pusing dan berat,
tenaga pun habis tanpa bisa membalas lagi.
Nampak keadaan bocah ini sudah payah, kini Ci-hong baru
mau percaya bahwa Nyo Ko memang betul-betul tidak paham
ilmu silat Karenanya dengan cepat ia berteriak mencegah:
"Berhenti, Ceng-kong !"
"Nah, sekarang kau takluk padaku tidak ?" demikian
bentak Ceng-kong pada Nyo Ko.
Diluar dugaannya, Nyo Ko masih tetap berkepala batu.
"lmam busuk, imam bangsat, siapa yang sudi takluk
padamu ? Ada kalanya kau pasti akan kubunuh !" teriak Nyo
Ko dengan penuh dendam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Keruan tidak kepalang gucar Ceng-kong karena caci-maki
ini, susul menyusul ia kirim kedua kepalan pula dan tepat
mengenai batang hidung Nyo Ko.
Memangnya kepala Nyo Ko sudah puyeng dan berat oleh
pukulan-pukulan tadi, kini pandangannya menjadi gelap
hingga mata berkunang-kunang, ia terhuyung-huyung hendak
jatuh. Tetapi entah darimana, mendadak seluruh badannya
seakan-akan mengalir hawa panas yang timbul dari pusarnya,
sementara ia lihat jotosan ketiga kali Ceng-kong sudah datang
mengarah mukanya pula, dalam keadaan kepepet, secara
otomatis ia terus berjongkok dari mulutnya mengeluarkan
suara "kok" sekali, berbareng kedua telapak tangannya
disodok ke depan hingga dengan tepat mengenai perut Cengkong.
Sungguh hebat sekali pukulan ini, tahu-tahu sesosok tubuh
segede kerbau telah mencelat pergi sejauh beberapa tombak,
dengan mengeluarkan suara gedebuk disusul dengan debu
pasir yang berhamburan dengan kaku Ceng-kong menggeletak
telentang di atas tanah tanpa bisa berkutik lagi.
Tapi waktu para imam penyaksikan Ceng-kong menghajar
Nyo Ko yang jauh lebih kecil itu mereka pada mengunjuk rasa
tidak-adil, bagi orang-orang yang lebih tinggi tingkatannya,
kecuali Thio Ci-keng saja yang memang masih dendam pada
Nyo Ko, yang lain beramai-ramai sudah bersuara mencegah.
Siapa tahu dalam keadaan mendadak itu tiba-tiba Cengkong
bisa dipukul Nyo Ko hingga mencelat begitu jauh untuk
kemudian menggeletak dengan kaku tanpa bisa berkutik lagi.
Semua orang ternganga heran, beramai-ramai kemudian
mereka maju memeriksa keadaan Ceng-kong.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun bagi Nyo Ko, sama sekali iapun tidak mengira
hantamannya itu bisa membawa hasil yang begitu hebat, Hamo-
kang yang dia lontarkan ini, pertama kalinya pernah dia
binasakan seorang anak murid Kay-pang di Tho-hoa-to tempo
hari, kini sekali pukul Ceng-kong kena dijatuhkan lagi hingga
mencelat.
"Haya, celaka, mati, sudah mati orangnya !"
"Wah, napasnya sudah putus, tentu jerohan-nya telah
remuk !" - "Celaka, lekas lapor Ciang-kau Cosu !" - Demikian
Nyo Ko dengar suara teriakan kalang kabut para imam yang
terkejut itu.
Ia pikir sekali ini dirinya benar-benar telah ter-bitkan onar
lagi, karena itu, dalam bingungnya tanpa pikir panjang lagi
segera ia angkat langkah seribu, ia lari pergi tanpa arah
tujuan.
Di lain pihak para imam itu sedang ribut oleh keadaan
Ceng-kong yang belum diketahui mati atau hidup, maka
kaburnya Nyo Ko ternyata tiada seorangpun yang
memperhatikan.
Setelah Thio Ci-keng periksa keadaan luka Ceng-kong
yang parah, sembilan dari sepuluh bagian terang tiada
harapan buat hidup lagi, ia menjadi kaget tercampur gusar.
"Nyo Ko, Nyo Ko ! Di mana kau ? ilmu siluman apakah
yang kau pelajari itu ?" demikian segera ia berteriak-teriak.
Meski ilmu silat Ci-keng tidak tergolong lemah, tetapi
selamanya dia tinggal di Tiong-yang-kiong, maka
pengalamannya kurang luas, Ha-mo-kang yang digunakan Nyo
Ko itu ternyata tidak dikenalnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah dia telah berteriak-teriak memanggil beberapa
kali, namun sama sekali tidak terdengar Nyo Ko menjawab,
waktu para imam itu mencarinya namun tak melihat bayangan
Nyo Ko lagi.
Alangkah murka Thio Ci-keng, segera ia memberi perintah
mengejar ke segenap jurusan, ia pikir Cong-lam-san yang
luasnya beberapa puluh li itu seluruhnya di bawah pengaruh
Tiong-yang-kiong, masakah bocah sekecil itu mampu lari ke
mana ?
Bercerita tentang Nyo Ko, ketika dengan gugup ia
melarikan diri, sama sekali ia tidak pilih arah, secara ngawur ia
lari secepat mungkin dan yang dipilih ialah hutan belukar yang
lebat.
Tidak lama ia berlari terdengar olehnya dari belakang
orang berteriak riuh ramai, semua penjuru ada orang sedang
berteriak namanya: "Nyo Ko, Nyo Ko ! Hayo lekas keluar, ke
mana kau hendak lari ?"
Karena teriakan itu, hati Nyo Ko semakin gugup hingga
larinya pun semakin tak genah, Tiba-tiba ia lihat ada bayangan
orang berkelebat di-depannya, nyata ada satu To-su telah
pergoki dia dan menyergap tiba, Lekas Nyo Ko putar tubuh
berlari kearah lain, akan tetapi celaka baginya, di sana sudah
mengadang pula imam yang lain.
"Nah, ini dia I Disini orangnya, di sini!" demikian imam itu
berteriak-teriak.
Dengan kalap Nyo Ko menerjang dengan kepala
menunduk, akan tetapi Tosu tadi siap papaki dia, dengan
tangan terpentang, segera imam itupun menubruk maju.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun sekali ini Nyo Ko sudah siap siaga, sekonyongkonyong
ia berjongkok, kembali ia keluarkan ilmu weduk katak
buat serang orang, dengan sekali sengkelit, tubuh imam itu
dia lemparkan ke-belakang.
Meski imam itu tidak sampai terluka parah, tapi terbanting
jatuh hampir kelengar dan seluruh badan. babak-belur.
Imam-imam yang lain menjadi jeri demi nampak gerak
serangan Nyo Ko yang lihay dan ganas, mereka tidak berani
sembarangan maju lagi, hanya berdiri di tempat jauh mereka
berteriak-teriak pula memanggil kawan.
Beruntun-runtun Nyo Ko berhasil menangkan dua imam
dengan Ha-mo-kang atau ilmu weduk katak, rasa takutnya
tadi menjadi banyak berkurang, tetapi kakinya toh tidak
pernah berhenti, ia masih terus lari ke depan dengan cepat.
Sesudah berlari-lari, achirnya para imam tadi menjadi jauh
ditinggalkan olehnya, diam-diam ia merasa girang. Di luar
dugaannya, sekonyong-konyong dari belakang satu pohon
besar melompat keluar seorang imam setengah umur yang
bermuka putih tampan dan mengadang di depannya.
Waktu Nyo Ko awasi, ia kenal imam ini adalah murid Khu
Ju-hi yang tertua In Ci-peng, kedudukannya terhitung paling
tinggi di antara anak murid Coan-cin-kau angkatan ketiga,
Oleh karenanya lekas-lekas ia belok ke kiri hendak kabur lagi.
Tak tahunya gerak tubuh ln Ci-peng luar biasa cepatnya,
sekali ia ulur tangannya, sekatika baju dada Nyo Ko kena di
jamberetnya.
"Marilah, ikut padaku!" dengan tersenyum In Ci-peng
berkata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Namun Nyo Ko tidak menyerah begitu saja, kembali ia
gunakan ilmu Ha-mo-kang, kedua telapak tangannya dengan
cepat dipukulkan ke depan.
In Ci-peng tahu akan lihaynya pukulan ini, ia menjadi
terkejut, lekas-lekas ia mendahului orang, sebelum tenaga
pukulan Nyo Ko dilontarkan, kedua tangannya dengan
kencang mencengkeram dulu pergelangan Nyo Ko, dengan
paksa Ha-mo-kang yang hendak dilontarkan itu dia tolak
kembali
Harus diketahui bahwa Ha-mo-kang sebenarnya adalah
ilmu kelas wahid dari dunia persilatan cuma sayang Nyo Ko
belum banyak mempelajarinya dan waktunya pun tidak lama,
dengan sendirinya ia bukan tandingan murid Coan-cin-kau
angkatan ketiga yang tangguh ini
Oleh karena tangannya dipegang orang, dalam gugupnya
Nyo Ko berjingkrak-jingkrak, dan selagi ia hendak mencaci
maki, tiba-tiba terdengar Ci-peng menghela napas, lalu Nyo Ko
pun dilepaskan.
"Sudahlah, lekas kau lari saja, biar aku melindungi kau
disini," demikian ia berkata pula. "Jika kau kena ditangkap
kembali oleh gurumu, maka jiwamu yang kecil ini pasti tidak
terampun-kan lagi."
Kiranya tadi waktu Nyo Ko bertanding dengan imam cilik,
tatkala itu In Ci-peng tidak ikut menyaksikan, tapi kemudian
anak muridnya telah lapor kepadanya apa yang terjadi
sesudah Ceng-kong kena dihantam oleh ilmu weduk katak Nyo
Ko. Maka lekas-lekas iapun menyusul datang hendak cari tahu
bagaimana kelanjutannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini sesudah berhadapan dengan Nyo Ko dan melihat
mulut anak ini pecah, hidung bengkak mukanya penuh
berlepotan darah, ia menduga bocah ini tentu telah
mengalami hajaran yang kejam pula, Ci-peng memang cukup
kenal watak Ci -keng yang keras, orangnya tak berbudi, ia
sendiri tidak akur dengan Ci-keng, lebih-lebih bila ter ingat
olehnya ayah Nyo Ko yang masih terhitung saudara seguru
dengan dirinya, tiba-tiba hatinya menjadi lemah, ia tidak tega
kalau sampai Nyo Ko ditawan kembali oleh Ci-keng, maka ia
sengaja melepaskan anak ini.
Sebaliknya Nyo Ko menjadi heran ketika mendengar orang
mau lepaskan dirinya begitu saja, sesaat itu ia jadi bingung, ini
dapat dimengerti karena beberapa tahun ini ia sudah kenyang
merasakan segala hinaan, terhadap siapa saja tiada seorang
pun yang dia percayai.
Karena itu, ia kuatir Ci-peng sengaja lepaskan dirinya
untuk kemudian ditangkap lagi, maka tanpa menoleh segera
Nyo Ko lari ke depan, sementara sayup-sayup ia dengar di
belakang sana In Ci-peng sedang cekcok mulut dengan orang.
Berlari-lari dalam jarak panjang ini sebenarnya sangat
payah bagi Nyo Ko, syukur ia mempunyai kekuatan dasar
Lwekang belasan tahun Iamanya.
Maka dia masih sanggup bertahan dengan seluruh
tenaganya.
Kemudian ia pilih jalan lain, kini ia lari menyusun semaksemak
dan berbelak-belok di antara batu-batu pegunungan
yang tak teratur, sementara cuaca sudah mulai gelap, seluruh
badannya terasa lemas, hampir-hampir ia jatuh terkulai saking
letihnya napasnya yang sudah kempas-kempis.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Setelah duduk sejenak, selagi Nyo Ko hendak berdiri buat
melanjutkan buronnya, tiba-tiba ia dengar di belakangnya ada
suara orang mendengus.
Keruan saja Nyo Ko kaget, dengan cepat ia menoleh,
tetapi ia menjadi tambah kaget hingga jantungnya seakanakan
melocat keluar dari mulutnya. Kiranya dibelakangnya
sudah berdiri satu imam dengan mata mendelik dan alis
mengerut tegak dan berjenggot panjang, siapa dia kalau
bukan Thio Ci-keng yang pernah dia angkat menjadi guru.
Sesaat itu kedua orang menjadi saling pandang dengan
mata mendelik gusar, untuk beberapa detik itu mereka samasama
tidak bergerak sedikitpun.
Akan tetapi sekonyong-konyong Nyo Ko berteriak sekali
berbareng ia putar tubuh terus lari.
Sudah tentu Thio Ci-keng tidak membiarkan anak ini lari
begitu saja, ia menyerobot maju terus mencengkeram tengkuk
orang.
Tahu akan ancaman bahaya ini, tiba-tiba Nyo Ko mendak
dan menubruk kedepan, dengan cepat ia meraup sepotong
batu terus ditimpukkan ke belakang,.
Karena serangan mendadak yang tidak termasuk teori ilmu
silat ini, terpaksa Ci-keng mengegos menghindarkan diri, habis
ini ia mengudak lagi terlebih cepat hingga jarak mereka
semakin dekat.
Dalam keadaan demikian Nyo Ko sudah tidak hiraukan
akibatnya lagi, sesudah berlari kesetanan beberapa langkah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
pula, tiba-tiba di depannya adalah tebing yang curam, ia tidak
pusingkan di bawah sana apakah jurang yang dalam atau
sungai yang berbahaya, tanpa pikir ia ceburkan diri ke bawah,
seketika iapun tidak tahu apa-apa lagi.
Sesudah dekat, Ci-keng coba melongok ke bawah tebing
yang curam itu, ia lihat tubuh Nyo Ko sedang menggelinding
ke bawah mengikuti tanah miring yang menghijau dengan
rumputnya yang lebat, kemudian lantas menghilang ke dalam
semak-semak di bawah pohon yang rindang.
Ci-keng sendiri tidak berani ikut melompat ke bawah
begitu saja, maka ia telah cari jalan lain, ia memutar ke tanah
miring itu dan kemudian mengikuti bekas-bekas yang tergilas
oleh tubuh Nyo Ko yang menggelinding itu dan mencari ke
dalam hutan dibawah sana.
Tetapi hutan itu semakin dimasuki ternyata semakin lebat
hingga akhirnya sedikitpun sinar matahari tidak tertampak,
Saat itu ia sudah menempuh sejauh beberapa tombak ke
dalam hutan, ketika mendadak ia teringat bahwa daerah itu
adalah "kuburan kuno" dimana kakek gurunya, Tiong-yang
Cosu pernah menetap, ia ingat bahwa Coan-cin-kau mereka
selamanya ada peraturan keras yang melarang siapapun untuk
mendatangi daerah kuburan ini. Akan tetapi bila Nyo Ko harus
dilepaskan saja, inilah Ci-keng tidak rela.
"Nyo Ko, Nyo Ko, lekas keluar !" segera ia berteriak-teriak.
Tetapi meski ia ulangi beberapa kali teriakan-nya, sama
sekali tiada jawab yang terdengar, ia menjadi murka, dengan
tabahkan hati ia melangkah maju lagi beberapa tindak, dalam
keadaan remang-remang tiba-tiba terlihat olehnya di atas
tanah sana berdiri satu pilar batu, waktu ia tegasi sambil
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
berjongkok, maka terbacalah olehnya apa yang tertulis diatas
batu itu, yakni yang berarti: "Orang luar berhenti disini."
Tulisan yang melarang orang maju lebih jauh ini,
membikin Ci-keng menjadi ragu-ragu, ia bingung apa maju
terus atau tidak ? Karena itu segera ia berteriak lagi: "Hayo
keluar, Nyo Ko ! Kau bangsat cilik ini, kalau nanti tertangkap
pasti kuhajar mampus kau !"
Baru habis ia menggembor sekonyong-konyong terdengar
suara riuh aneh mendengung dari dalam hutan, menyusul itu
segerombolan bayangan kelabu tiba-tiba berkelebat,
serombongan tawon putih telah menyambar keluar di antara
daun pepohonan.
Tentu saja Ci-keng sangat terkejut, lekas-lekas ia kebutkan
lengan bajunya dengan maksud mengusir kawanan tawon itu,
ia memiliki tenaga dalam yang kuat, dengan sendirinya tenaga
kebutan lengan bajunya itupun tidak kecil, diluar dugaan, baru
saja ia mengebas beberapa kali, mendadak kawanan tawon itu
terpencar menjadi dua barisan, yang satu menyamber dari
depan dan yang lain menyergap dari belakang.
Keruan Ci-keng semakin kaget sedikitpun ia tak berani ayal
lagi, segera ia putar lengan bajunya buat melindungi seluruh
tubuhnya.
Siapa tahu, kawanan tawon putih ini ternyata sangat
pintar, beberapa kali mereka gagal menyerang, segera dari
dua barisan mereka terpencar menjadi empat barisan, dari
empat jurusan mereka lantas mengepung.
Dalam keadaan demikian, Ci-keng tak berani bertahan
lebih lama lagi, sambil ayun lengan bajunya untuk melindungi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kepala dan mukanya, segera ia putar tubuh dan angkat
langkah seribu.
Namun kawanan tawon itu tidak membiarkan sasarannya
kabur begitu saja, dengan mengeluarkan suara "ngungngung"
yang riuh, segera mereka menguber.
Walaupun terbangnya tidak terlalu cepat namun tawon
putih ini menguber terus tiada hentinya, kemana Ci-keng lari,
ke sana mereka mengudak, Ci-keng lari ke timur, mereka ikut
ke timur, lari ke barat, mereka ngintil ke barat hingga akhirnya
Ci-keng kewalahan sendiri Ketika lengan bajunya sedikit
terlambat mengebut, secepat kilat dua ekor tawon putih sudah
menerobos masuk melalui lowongan itu dan masing-masing
mengantup sekali di pipi kanannya.
Luar biasa sakitnya sengatan itu hingga Ci-keng meringis,
karena itu, cara mengebas lengan bajunya menjadi kacau dan
asal kena saja, "Hari ini jiwaku pasti melayang !" demikian ia
pikir, sebab ia sangka rombongan tawon itu segera pasti akan
merubung kepala dan mukanya lagi.
Tak tahunya, dugaannya ternyata meleset, sekali sengat
kawanan tawon itu rupanya merasa sudah cukup, agaknya
mereka tidak mau banyak buang tenaga, sesudah bisa tawon
mulai bekerja hingga Ci-keng berkelejotan kesakitan di tanah
rumput, segera kawanan tawon itu mundur teratur kedalam
hutan.
Kembali pada Nyo Ko tadi, sesudah dia tergelinding masuk
ke dalam hutan dengan pingsan, entah berapa lama sudah
lewat, ketika tiba-tiba terasa olehnya tubuhnya kesakitan
seperti ditusuk sesuatu, saking sakitnya ia membuka matanya,
maka tertampaklah tawon putih yang tidak terhitung
banyaknya sedang beterbangan mengitari tubuh nya,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kupingnya seakan-akan pekak oleh suara "ngung-ngung yang
berisik dari kawanan tawon itu.
Bagaimanapun Nyo Ko memang masih kecil, sesudah
menderita sehari penuh dengan segala siksaan, akhirnya ia
tidak sanggup bertahan lagi, kembali ia jatuh pingsan pula.
Lewat lama sekali, tiba-tiba mulutnya terasa dicekoki oleh
semacam cairan yang dingin segar dan harum pula yang
perlahan-lahan mengalir masuk tenggorokannya. Dalam
keadaan masih setengah sadar ia merasa enak sekali cairan
itu, maka perlahan-lahan ia coba buka matanya, akan tetapi ia
menjadi begitu kaget ketika terlihat olehnya di depannya
berdiri seorang nenek berwajah jelek keriput seperti kulit
ayam yang penuh borok. Saking kagetnya, hampiri Nyo Ko
jatuh semaput lagi.
Sementara itu manusia bermuka jelek itu telah pentang
mulut Nyo Ko pula mencekokinya dengan cairan manis tadi.
Hendaklah diketahui bahwa cairan manis ini adalah madu
tawon yang diperoleh dari rombongan tawon putih itu yang
khasiatnya sangat mujarab untuk menyembuhkan segala
racun, kalau buat sembuhkan antupan tawon itu sendiri,
sudah tentu lebih-lebih mujarab lagi.
Karena itulah dengan segera Nyo Ko merasakan tubuhnya
menjadi segar bugar, iapun tahu manusia jelek itu tidak
bermaksud jahat padanya, maka ia telah tersenyum sebagai
tanda berterima kasih.
Manusia jelek itupun balas bersenyum, lapi karena
senyumannya ini, mulutnya bergerak, otot daging di mukanya
ikut terkerut, mukanya yang sudah jelek seketika bertambah
lebih jelek hingga sukar dilukiskan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kembali Nyo Ko terkejut, tetapi aneh, ia merasa dibalik
muka orang yang jelek tersembunyi perasaan yang welas-asih,
kalau dibandingkan sikap dingin para imam di Cong-lam-san
itu, ia merasa sikap nenek jelek ini bikin dirinya lebih hangat.
"Popoh, jangan kau biarkan Suhu datang menangkap aku,"
demikian kemudian ia berkata.
Mendengar anak ini menyebut dirinya sebagai Popoh atau
nenek, wanita tua bermuka jelek itu sangat senang.
"Siapakah Suhu-mu, nak ?" tanyanya kemudian.
Mendengar suara pertanyaan yang penuh simpatik ini, Nyo
Ko menjadi terharu, memangnya perasaan halusnya gampang
terguncang, kini mendengar kata-kata yang lemah lembut,
seketika ia tak sanggup menjawab, malahan ia terus menangis
tersedu-sedu.
Dengan pelahan wanita tua itu pegang tangan Nyo Ko, ia
tidak menghiburnya, melainkan membiarkan Nyo Ko menangis
sepuas-puasnya, wajahnya tetap tersenyum sambil
memandang bocah ini dengan kepala miring, diantara sinar
matanya penuh mengandung rasa kasih sayang.
"Sudah baikkah kau ?" tanya nenek ini kemudian dengan
suara halus sesudah Nyo Ko puas menangis.
Watak Nyo Ko memang suka pada kehalusan dan tidak
doyan kekerasan, kalau orang lain menghantam dia, menghina
dia, sekali-kali tidak nanti dia mencucurkan air mata barang
setetespun di hadapan orang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kini didengarnya suara si wanita tua yang lemah lembut
dan penuh simpatik, hatinya semakin terharu hingga kembali
ia menangis lagi.
"Sudahlah, anak baik, jangan menangis, jangan menangis
! sebentar tubuhmu tentu tidak akan sakit lagi," sambil
menghibur, wanita tua jelek itu lantas keluarkan
saputangannya untuk mengusap air mata Nyo Ko.
Tetapi semakin ia menghibur, tangis Nyo Ko semakin keras
dan bertambah sedih, karenanya berbalik, si nenek merasa
kelabakan, bingung tidak tahu apa yang harus diperbuatnya
lebih lanjut.
"Sun-popoh, kenapa kau bikin anak orang menangis begitu
rupa ?" tiba-tiba terdengar suara orang bertanya, suara halus
merdu di luar kerai
Ketika Nyo Ko angkat kepalanya memandang, ia lihat
sebuah tangan halus putih bersih sedang menyingkap kerai,
menyusul masuklah seorang gadis jelita.
Gadis ini mengenakan baju putih mulus terbuat dari sutera
halus dengan gaya yang sangat menarik, usianya belum ada
dua puluhan tahun, kecuali rambutnya yang kelihatan hitam,
selebihnya serba putih di seluruh badannya, wajahnya pun
ayu luar biasa, namun kulit dagingnya tidak kentara warna
darah sedikitpun, lapat-lapat membawa semacam perbawa
yang aneh seperti dewi kayangan saja yang tidak mengenyam
daharan keduniawian.
Apakah Nyo Ko akan diangkat murid oleh Siau-liong-li dan
membelanya dari rebutan imam Coan-cin-kau ?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Gara-gara Nyo Ko dapatkah Coan-cin-chit-cu mengalahkan
Siau-liong-li ?
Bacalah jilid ke-7
Jilid 7
Mendengar orang mengatakan dia menangis, dengan
muka merah segera Nyo Ko berhenti menangis, ia menunduk
malu, tetapi segera ia melirik lagi pada gadis jelita itu, ia lihat
orang sedang memandang juga padanya, maka cepat ia
menunduk kembali.
"Aku sudah kewalahan, kau saja yang menghiburnya,"
demikian terdengar Sun-popoh berkata dengan ketawa.
Gadis jelita itu lantas mendekati pembaringan Nyo Ko, ia
lihat luka dijidatnya bekas diantup tawon putih, ia ulur
tangannya buat meraba dengan maksud ingin mengetahui
apakah Nyo Ko demam atau tidak.
Begitu tangannya menempel jidat Nyo Ko, tanpa terasa
anak ini jadi menggigil, ternyata tangan gadis itu dingin bagai
es.
"Tidak apa-apa, kau sudah minum madu tawon, sebentar
lagi tentu kau akan sembuh kembali." demikian kata gadis itu.
"Kau bernama siapa, nak ?"
Nyo Ko tidak lantas menjawab, ia pandang orang lagi
dengan mendongak ketika sinar matanya kebentrok dengan
sinar mata si gadis, dalam hatinya tiba-tiba timbul semacam
perasaan aneh yang sukar diucapkan, ia merasa gadis ini luar
biasa cantiknya, luar biasa ayunya, tetapi dibalik kecantikan itu
si gadis tanpa mengunjuk perasaan sedikitpun.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Nyo Ko menjadi bingung, ia tidak tahu orang sedang gusar
atau lagi senang, sedang sedih atau lagi girang, tanpa terasa
ia merasa heran, ia membatin gadis ini sebenarnya
manusiakah ? Setankah atau sebangsa malaikat dewata ?
Ketika ia dengar suara orang yang nyaring halus itu seperti
tidak berperasaan sedikitpun, seketika Nyo Ko tak bisa
menjawab pertanyaan orang tadi.
"lni adalah Liong-cici, ia adalah tuan rumah di sini, apa
yang dia tanya hendaklah kau jawab saja!" demikian
terdengar Sun-popoh berkata padanya dengan tertawa.
Kiranya gadis jelita berbaju putih mulus ini memang bukan
lain daripada Siao-liong-li yang menjadi tuan rumah "kuburan
orang hidup" (artinya orang hidup tinggal dalam kuburan
seakan-akan sudah mati). Sun-popoh ini adalah pelayan yang
dahulu mendampingi gurunya Siao-liong-Ii, tapi sejak sang
guru wafat, dalam kuburan hanya tinggal mereka berdua saja
yang hidup berdampingan.
Hari itu mereka dengar suara mengaungnya tawon putih,
mereka tahu tentu ada orang melanggar tapal batas tanah
kuburan di hutan itu, maka Sun-popoh telah keluar buat
memeriksanya, di sana ia dapatkan Nyo Ko sudah jatuh
pingsan, maka dialah yang telah menolong jiwa anak itu.
Sebenarnya menurut peraturan kuburan kuno itu, orang
luar siapapun tidak diperbolehkan masuk barang setengah
langkahpun apalagi orang laki-laki, hal ini lebih-lebih
melupakan pantangan besar, Akan tetapi karena usia Nyo Ko
masih kecil, pula seluruh badannya kelihatan babak-belur
bekas luka, meski wajah Sun-popoh sangat jelek dan kelihatan
bengis, namun hatinya sebenarnya sangat welas-asih, maka ia
telah turun tangan menolong Nyo Ko dengan melanggar
kebiasaannya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Begitulah sesudah mendapat penjelasan dari Sun-popoh,
dengan cepat Nyo Ko lantas melompat bangun, ia turun dari
pembaringannya dan berlutut menjura pada Sun-popoh dan
Siao-liong-Ii.
"Tecu Nyo Ko dengan ini memberi hormat pada Sun-popoh
dan Liong-kokoh," demikian ia perkenalkan diri sambil panggil
orang sebagai nenek dan bibi.
Keruan Sun-popoh kegirangan dan tertawa lebar, lekaslekas
ia membangunkan bocah itu, "Ah, kiranya kau bernama
Nyo Ko. Sudahlah, jangan pakai adat - istiadat segala,"
demikian ia berkata.
Hal ini memang pantas, sebab sudah beberapa puluh
tahun Sun-popoh tinggal di dalam kuburan, selama itu pula
tidak pernah ia bergaul dengan orang luar, kini demi nampak
wajah Nyo Ko cakap, cekatan dan pintar pula, dalam hati ia
menjadi luar biasa menyukainya.
Sebaliknya Siao-liong-li ternyata tetap bersikap dingin saja,
ia hanya mengangguk sekali, habis ini ia ambil tempat duduk
pada suatu kursi ditepi ranjang sana.
"Cara bagaimanakah kau bisa sampai disini? Dan mengapa
terluka ? Orang jahat siapakah yang telah hajar kau
sedemikian rupa ?" demikian Sun-popoh bertanya lagi, Di
mulut ia bertanya, tapi sebelum orang menjawab ia sudah
sibuk mengambilkan barang makanan dan suruh Nyo Ko
makan.
Setelah makan sedikit kue yang diberikan itu, kemudian
Nyo Ko menceritakan nasib dan asal usul dirinya, ia ceritakan
seluruhnya dari awal sampai akhir, Memangnya Nyo Ko pandai
bicara, maka ceritanya menjadi sangat menarik, ditambah lagi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
ia baru saja dihajar orang, dengan sendirinya lagu kata-katanya
menjadi makin bernapsu.
Sun-popoh berulang-ulang menghela napas karena terharu
oleh nasib bocah ini, malahan kadang-kadang ia menimbrung
dengan beberapa kata pendapatnya, tapi semua kata-kata
yang dia lontarkan ternyata selalu bernada membela Nyo Ko
saja, sebentar ia cela Ui Yong yang suka pilih kasih mengeloni
puterinya sendiri, sebentar lagi ia maki Thio Ci-keng yang
berpikiran sempit dan tak berbudi dan tega menghajar satu
anak kecil.
Hanya Siao-liong-li masih tetap tidak unjuk sesuatu
pendapatnya, ia masih duduk dengan tenang saja, cuma di
waktu Nyo Ko bercerita pernah bertemu dengan Li Bok-chiu, ia
telah saling pandang beberapa kali dengan Sun-popoh.
"O, anakku yang harus dikasihani!" demikian berulangulang
Sun-popoh menyebut sambil merangkul Nyo Ko sesudah
bocah ini selesai menutur.
Sebaliknya Siao-liong-li perlahan-lahan berdiri dan tidak
pedulikan keadaan kedua orang yang saling rangkul itu.
"Sudahlah, lukanya sudah tidak berbahaya lagi, Sun-popoh,
kini kau boleh antar dia pergi!" tiba-tiba ia berkata.
Tentu saja Sun-popoh kaget, begitu pula Nyo Ko
tercengang.
"Tidak, aku tidak mau kembali ke sana, matipun aku tidak
mau kembali kesana !" teriak Nyo Ko.
"Kohnio (nona), anak ini kalau kembali lagi ke Tiong-yangkiong
pasti akan dihajar lagi oleh gurunya," kata Sun-popoh
coba membujuk Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tidak, kau antar dia kembali ke sana, katakan pada
gurunya agar jangan bikin susah anak ini," sahut Siao-liong-li.
"Ai, ini adalah urusan dalam orang lain, mana bisa kita ikut
campur," ujar Sun-popoh.
"Kau boleh antarkan sebotol Giok-hong-cio (madu tawon
putih) dan bicara padanya, tidak nanti imam tua itu tidak
menurut," kata Siao-liong-li lagi.
Kata-kata Siao-liong-li ini diucapkan dengan suara halus,
tetapi sebagai majikannya, dengan sendirinya mengandung
semacam perbawa yang sukar dibantah. Karena itu, Sunpopoh
telah menghela napas, ia cukup kenal tabiat Siao-liongli
yang kukuh, percuma saja meski banyak bicara, ia tatap Nyo
Ko pula dengan penuh rasa kasih sayang.
Di luar dugaan, sekonyong-konyong Nyo Ko melompat
maju terus memberi hormat pada mereka berdua. Tierima
kasih pada Popoh dan Kokoh yang telah menyembuhkan
lukaku, sekarang aku mohon diri saja," demikian ia berkata.
"Ke mana kau hendak pergi ?" dengan cepat Sun-popoh
tanya.
Nyo Ko menjadi tertegun oleh pertanyaan ini, memang
sebelumnya ia tidak tahu akan menuju kemana, "Dunia masih
cukup luas, kemana saja aku bisa pergi," jawabnya kemudian.
Ia berkata dengan ketus, akan tetapi di antara matanya
jelas kelihatan mengunjuk perasaan sedih.
"Adik cilik, bukannya aku tidak mau terima kau menginap
di sini, tetapi sesungguhnya ada peraturan keras di sini yang
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melarang orang luar datang kemari, hendaklah kau jangan
menyesal," demikian Siao-liong-li berkata padanya.
"Kokoh jangan bilang begitu, kelak saja kita berjumpa
pula," sahut Nyo Ko dengan lantang.
Walaupun ia berkata dengan menirukan lagak orang tua,
tetapi karena suaranya masih ke-kanak-kanakan, maka
kedengarannya sangat lucu, Sun-popoh merasa geli juga dan
kasihan pula, ia lihat mata anak itu basah tetapi sedapat
mungkin bertahan jangan sampai butiran air mata itu
menetes.
"Sudahlah, Kohnio, kini sudah jauh malam, kenapa tidak
biarkan dia berangkat besok pagi saja," segera ia membujuk
Siao-liong-li pula.
Namun percuma saja, apa yang sudah diputuskan Siaoliong-
li, siapapun tidak mungkin bisa membatalkan
maksudnya, maka ia telah geleng-geleng kepala.
"Popoh, apa kau lupa pada peraturan yang ditetapkan
Suhu dahulu ?" demikian ia peringatkan Sun-popoh.
Karena itu, Sun-popoh menjadi tak berdaya, lalu ia berdiri,
dengan suara rendah ia berkata pada Nyo Ko: "Mari, nak,
akan kuberi sesuatu mainan padamu".
Diluar dugaan, mendadak Nyo Ko kesut air matanya, habis
ini dengan kepala menunduk supaya tangisnya tidak terlihat
orang, ia lantas berlari keluar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tidak, aku tak mau, akupun tidak perlu diantar kau,"
serunya.
Akan tetapi baru saja ia berlari sampai am-bang pintu,
tiba-tiba terdengar suara teriakan orang yang berkumandang
dari luar, suara itu sangat keras dan sedang berkata : "Anak
murid Coan-cin-kau, In Ci-peng, atas perintah Suhu mohon
bertemu Liong-kohnio"
"Di luar ada orang mencari kau, jangan kau keluar dulu,"
lekas Sun-popoh menahan Nyo Ko.
Seketika muka Nyo Ko menjadi pucat, ia terkejut
tercampur gusar, saking terguncang perasaannya hingga
tubuh juga gemetar.
"Sun-popoh, pergilah kau bicara pada me-reka," kata Siaoliong-
li.
"Baiklah," sahut Sun-popoh sesudah memikir sejenak,
habis ini ia berpaling dan berkata pada Nyo Ko : "Kau tinggal
dulu disini, biar aku bicara dengan mereka."
Siapa tahu adat Nyo Ko justru tidak kenal apa artinya
takut, lebih-lebih ia tidak mau tunduk pada kekerasan, maka
dengan suara lantang ia menjawab: "Popoh, tak usah urus
diriku lagi. Berani berbuat berani bertanggung javvab, biar aku
sendiri yang menghadapi mereka, aku sudah terlanjur
membunuh orang, biar aku ganti dengan jiwaku agar dibunuh
mereka."
Habis berkata dengan langkah lebar ia lantas berjalan
keluar.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi kuburan kuno yang sebenarnya lebih tepat
dikatakan istana dibawah tanah itu luar biasa besar dan
luasnya, Dahulu Ong Tiong-yang berlatih silat dan bertapa
juga dilakukan di sini, kemudian ditempati bekas kekasihnya
bahkan keadaan dalam kuburan telah banyak ditambah dan
diperindah hingga keadaan jalanan di dalamnya luar biasa
ruwet perubahannya, kalau bukan orang yang sudah kenal
betul jalan-jalan di dalamnya, pasti orang akan kesasar untuk
selamanya tidak dapat keluar Iagi.
Karena itulah dengan cepat Sun-popoh lantas menyusul ia
pegang tangan Nyo Ko dan digandeng hanya sekejap saja
sesudah menyusur hutan rindang itu mereka sudah sampai di
tanah lapang didepan hutan sana.
Di bawah sinar bulan yang terang, tertampaklah di sana
sudah berdiri enam atau tujuh orang imam dengan berjajar,
kecuali itu ada pula empat imam pekerja yang menggotong
Thio Ci-keng serta Ceng-kong yang terluka parah itu.
Dengan munculnya Nyo Ko, seketika para imam itu
menjadi berbisik, mereka saling bicara dengan suara pelahan
sambil melangkah maju beberapa tindak secara serentak.
Dalam pada itu, tanpa menunggu orang buka suara lagi
segera Nyo Ko melepaskan gandengan Sun-popoh terus lari
maju ke depan.
"lni, aku ada disini, hendak disembelih atau mau dikorek
boleh terserah sesukamu!" dengan suara keras ia memapaki
para imam itu,
Tentu saja sikap Nyo Ko ini sama sekali di luar dugaan
imam-imam Coan-cin-kau itu, sama sekali tidak disangka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
bahwa bocah sekecil ini mempunyai watak yang begitu keras
dan berani mati.
Tetapi diantara imam-imam itu segera ada satu yang
maju, dengan sekali tarik, tahu-tahu Nyo Ko kena diseretnya
ke sebelah sana.
"Hm, aku toh tidak bakal lari, apa yang kau kuatirkan ?"
dengan kepala batu Nyo Ko masih menjengek.
Tentu saja imam itu tidak mau menerima ejekan itu, ia
adalah muridnya Thio Ci-keng, ia telah menyaksikan keadaan
gurunya yang diantup tawon dan belum diketahui bakal mati
atau hidup, dan semua itu adalah gara-gara Nyo Ko, dengan
sendirinya ia sangat benci pada bocah ini, kini mendengar
orang malah mengejek padanya, dengan gemas ia angkat
kepalan terus memukul ia hantam batok kepala Nyo Ko.
Sebenarnya Sun-popoh bermaksud bicara secara baik-baik
dengan para imam itu, tetapi mendadak secara paksa Nyo Ko
diseret kesana, melihat ini saja ia tak tega, apalagi mendadak
ia menyaksikan Nyo Ko dihajar pula, tentu saja api amarahnya
lantas membakar. Tanpa ayal lagi ia lantas menyerobot maju,
begitu lengan bajunya mengebut, sekali saja tangan imam
yang memegang Nyo Ko itu kena disabet.
Karena serangan ini, seketika imam itu merasakan
tangannya sakit pedas seperti kena dipukul oleh ruyung baja
saja, mau-tidak-mau ia harus melepaskan Nyo Ko, dan selagi
ia hendak bentak bertanya, tahu-tahu Sun-popoh menyamber
tubuh Nyo Ko terus diangkat, tanpa bicara wanita tua ini putar
tubuh lantas berjalan pergi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sudah tentu imam-imam yang lain tidak biarkan orang
pergi begitu saja, segera ada tiga imam yang lain mengudak
maju, "Lepaskan orangnya !" teriak mereka.
"Kalian mau apa ?" sahut Sun-popoh menoleh dengan
tertawa dingin.
Di antara para imam itu In Ci-peng terhitung paling tahu
adat, ia mengerti manusia-sia yang tinggal di dalam kuburan
kuno itu rapat sekali hubungannya dengan perguruannya
sendiri, maka tak berani ia berlaku gegabah, lekas-lekas ia
membentak mencegah kawan-kawannya,
"Lekas mundur, jangan kurangajar kepada orang tua,"
demikian katanya, Habis ini dia sendiri maju memberi hormat
pada Sun-popoh, ia perkenalkan diri pula: "Tecu In Ci-peng
memberi hormat pada Cianpwe"
"Lalu kalian mau apa ?" tanya Sun-popoh pula.
"Anak ini adalah murid Coan-cin-kau kami, mohon cianpwe
suka menyerahkan dia," sahut Ci-peng.
"Hm, serahkan dia ? Enak saja kau buka mulut," damperat
Sun-popoh dengan suara bengis, "Dihadapanku saja kalian
berani hajar dia secara begini kejam, apalagi nanti kalau
sudah berada di rumah, entah cara bagaimana kalian akan
siksa dia. Kini kau ingin aku melepaskan dia, maka aku bilang
tidak bisa! Sekali tidak, seribu kali tetap tidak !"
"Tetapi anak ini terlalu nakal dan berani pada guru.
cianpwe tentu tahu dalam Bu-lim orang paling menghormat
pada orang tua, maka kalau kami menghukum padanya,
agaknya pantas juga," kata Ci-peng dengan menahan marah.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hm, berani pada guru apa segala, hanya ocehan sepihak
belaka," kata Sun-popoh lagi dengan gusar, Lalu ia tuding
Ceng-kong yang rebah ditempat usungan itu dan
menyambung pula: "Bocah ini bertanding dengan imam
sebesar itu, memangnya itu peraturan Coan-cin-kau kalian ?
sebenarnya bocah ini tidak mau maju, tetapi kalian paksa dia
turun kalangan, Dan kalau sudah saling gebrak, dengan
sendirinya ada yang menang dan ada yang kalah, kalau imam
gemuk itu sendiri yang tak becus dan/kena dihantam, kenapa
harus salahkan orang lain ?"
Wajah Sun-popoh memangnya sudah jelek karena marah,
kulit mukanya menjadi merah padam, keruan rupanya
semakin menakutkan.
Dalam pada itu ber-turut-urut sudah datang lagi belasan
imam yang lain, mereka pada berdiri di belakang In Ci-peng
dan sedang bisik-bisik membicarakan wanita tua bermuka
jelek yang tak mereka kenal ini.
"Tentang siapa yang benar dan salah dalam pertandingan
itu, kami tentu akan melaporkannya pada Ciangkau Cosu kami
untuk diambil keputusannya," demikian sahut Ci-peng lagi.
"Maka harapIah Locianpwe kembalikan anak itu."
Waktu itu Nyo Ko masih merangkul dalam pondongan
Sun-popoh, ia bisik-bisik pada orang tua itu buat menghasut:
"Popoh jangan mau percaya, imam ini banyak sekali tipu
musIihatnya, jangan kau kena diakali."
Mendengar Nyo Ko berlaku begitu aleman dan berulangulang
memanggil Popoh atau nenek padanya, Sun-popoh
menjadi girang sekali, dalam hati ia telah ambil suatu
keputusan yang pasti, yalah tidak akan menyerahkan Nyo Ko
pada In Ci-peng.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Oleh karenanya dengan suara keras ia lantas berteriak
pula: "Kau inginkan anak ini, lalu apa yang hendak kalian
perbuat atas dirinya ?"
"Tecu mempunyai hubungan saudara seperguruan dengan
ayah anak ini, pasti tidak bakal membikin susah anak kawan
yang sudah meninggal harap Locianpwe jangan kuatir," sahut
Ci-peng.
"Hm, dengan apa aku harus percaya padamu ?" jengek
Sun-popoh. "Aku tidak biasa banyak bicara dengan orang luar,
maaf saja aku tak bisa tinggal lebih lama di sini."
Habis berkata, lalu ia angkat kaki hendak kembali ke
dalam hutan lagi,
Tatkala itu Thio Ci-keng sedang digotong orang, lukanya
yang diantup tawon terasa jarem dan gatal luar biasa, tetapi
pikirannya cukup terang dalam segala hal ia dengar Ci-peng
adu mulut dengan Sun-popoh sekian lamanya, ia menjadi
gusar, Sewaktu Sun-popoh hendak melangkah pergi,
mendadak ia melompat bangun dari usungan terus
mengadang di depan Sun-popoh.
"Dia adalah muridku,. apa aku hendak hajar dia atau
hendak memaki dia, semuanya terserah padaku, Kau tidak
perbolehkan guru mengajar, murid, apa di dunia persilatan
terdapat peraturan semacam ini ?" demikian ia membentak.
Melihat kepala orang bengkak sekali lipat daripada
biasanya, pula dari lagu suaranya, tahulah Sun-popoh pasti
imam ini adalah guru Nyo Ko. Atas teguran itu, seketika ia
menjadi tak bisa menjawab.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Oleh karena sudah tiada alasan, terpaksa ia menjawab
secara membandel: "Ya, justru aku tak perkenankan kau
mengajar dia, kau mau apa ?"
"Anak ini pernah apa dengan kau ? Berdasarkan apa kau
ikut campur tangan ?" bentak Ci-keng pula dengan murka.
Kembali Sun-popoh tertegun oleh pertanyaan ini. Tetapi ia
semakin bandel pula, maka tanpa pikir ia menjawab dengan
suara keras:
"Dia sudah bukan anak murid Coan-cin-kau kalian lagi,
tahu? Anak ini sudah mengangkat nona Siao-liong-li kami
sebagai guru, maka baik atau jelek akan dirinya, dibumi ini
hanya Siao-liong-li seorang saja yang boleh mengurusnya,
Nah, kalau kalian tahu gelagat, lekas enyah dan jangan coba
ikut campur urusan ini."
Kata-kata ini ternyata sangat mengejutkan para imam itu
hingga seketika mereka menjadi gempar.
Kiranya menurut peraturan Bu-lim atau dunia persilatan
siapa saja sebelum mendapat perkenan dari guru asalnya
sekali-sekali dilarang mengangkat guru lagi pada orang laim
jika hal itu dilakukan maka itu berarti "suatu penghianatan
yang maha besar dan pasti tidak bisa diampuni oleh orang
sesama punia persilatan.
Oleh karena itu, meski ketemu guru yg. kepandaiannya
berlipat ganda lebih tinggi dari guru yang pertama juga tak
boleh sesukanya memanjat ke atas lebih tinggi.
Kini Sun-popoh didebat oleh Thio Ci-keng hingga tak bisa
menjawab, pula ia memang tidak pernah berhubungan
dengan tokoh-tokoh kalangan persilatan dengan sendirinya ia
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tidak kenal semua aturan-aturan itu, ia hanya buka mulut
sekenanya, tak tahunya katanya tadi justru melanggar
pantangan besar persilatan.
Keruan saja para imam Coan-cin-kau menjadi gusar
semua. Ci-keng sendiri waktu itu lagi kesakitan hebat dan luar
biasa rasa gatalnya, ia sudah tak tahan lagi oleh siksaansiksaan
itu, ia merasa adu jiwa saja malah lebih enak.
Oleh karena itu dengan kertak gigi menahan sakit segera
ia tanya : "Nyo Ko, apa hal itu memang betul ?"
Nyo Ko masih kecil usianya, dengan sendirinya ia tidak
kenal segala peraturan Kangouw segala, ia lihat Sun-popoh
terus membela dirinya dan ribut mulut dengan gurunya, tentu
saja apa yang dikatakan orang tua ini ia perkuat.
"Ya, memang betul, kau mau apa ? Kau imam busuk ini
sudah pukul aku sedemikian rupa, untuk apa aku mengaku
kau sebagai Suhu lagi ? Memang aku sudah angkat Sun-popoh
sebagai guru, pula sudah menyembah Liong-kokoh sebagai
Suhu," demikian dengan suara keras ia menjawab.
Bukan buatan gusar Ci-keng hingga dadanya hampirhampir
meledak, tanpa pikir lagi sekonyong-konyong ia
melompat maju, berbareng kedua tangannya lantai
mencengkeram ke tubuh Nyo Ko.
Sudah tentu Sun-popoh tidak tinggal diam, "lmam liar, apa
kau cari mampus ?" damperatnya segera, sebelah tangannya
berbareng menangkis.
Thio Ci-keng adalah jago kelas satu di antara anak murid
Coan-cin-kau angkatan ketiga, kalau soal ilmu silat ia masih di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
atas In Ci-peng, meski tubuhnya luka parah, namun
pukulannya tadi ternyata sangat hebat.
Begitulah, maka tangan kedua belah pihak saling bentur,
seketika mereka merasa kesemutan hingga masing-masing
tergetar mundur beberapa tindak.
"Hm, imam liar, boleh juga kau," jengek Sun-popoh
sesudah kenal kepandaian orang.
Dilain pihak, sekali menyerang tidak kena, segera
serangan keduanya menyusul, kembali Ci-keng hendak
menjamberet lagi.
Sekali ini Sun-popoh tak berani pandang enteng pula
lawannya, ia mengegos kesamping, habis ini, sekonyongkonyong
sebelah kakinya tanpa kelihatan bergerak atau tahutahu
sudah melayang menendang dikatakan tidak kelihatan
oleh karena itu adalah "kun-lay-tui" atau kaki tersembunyi di
dalam Kun" (gaun panjang), yakni kain yang dia pakai hingga
menutupi seluruh kakinya.
Sebagai jago Coan-cin-kau angkatan ketiga, tentu saja Cikeng
tidak gampang diserang, ketika mendadak mendengar
menyambernya angin, segera ia bermaksud menghindarkan
diri Tak tersangka, tiba-tiba lukanya yang diantup tawon itu
luar biasa gatelnya, tanpa tahan ia menjerit sambil pegang
kepalanya terus berjongkok, keruan tidak ampun lagi, justru
pada waktu ia menjerit dan berjongkok, kaki Sun-popoh yang
melayang itu dengan tepat kena tendang iganya.
Karena tendangan keras ini, Ci-keng sampai mencelat ke
udara, walaupun demikian, selagi terapung di udara ia masih
menjerit-jerit saking gatelnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
In Ci-peng menjadi kaget oleh kejadian itu, lekas-lekas ia
melayang ke atas menangkap tubuh Ci-keng supaya tidak
terbanting, kemudian ia turunkan tubuh sang Suheng dengan
pelahan, sementara itu ia lantas memberi tanda pada imamimam
lain buat mengepung maju, maka terpasanglah seketika
barisan bintang "Pak-tau-tin" yang maha lihay dari Coan-cinkau.
Sun-popoh tidak kenal akan jaringan barisan lawannya,
maka sesudah menangkis beberapa kali rangsakan musuh,
segera ia mengerti akan lihaynya, ditambah lagi sebelah
tangannya harus membopong Nyo Ko, ia hanya bisa melayani
musuh dengan sebelah tangan saja, maka hanya belasan
gebrak saja ia sudah kewalahan hingga berulang-ulang
terancam bahaya.
Oleh karena tiada jalan lain, terpaksa Sun-jpopoh letakkan
Nyo Ko ke bawah, lalu dengan kedua tangannya ia papaki
lawan,
Tapi tiba-tiba terdengar suitan dari barisan Pak-tau-tin
lawan, menyusul mana ada dua imam telah menyerobot maju
hendak menangkap Nyo Ko.
Sun-popoh menjadi kaget, diam-diam iapun mengeluh, ia
mengerti barisan bintang lawan itu sukar dipatahkan, dirinya
terang tak ungkulan buat melawannya, Karena itu, disamping
kakinya digunakan menendang kedua imam yang hendak
menawan Nyo Ko, berbareng pula dari mulutnya mendadak
mengeluarkan suara mendengung.
Suara "ngung-ngung" itu mula-mula hanya pelahan saja,
karena itu para imam tidak menaruh perhatian, tetapi lama
kelamaan suara mendengungnya menjadi keras, lambat laun
para imam itu merasakan tidak enak sekali oleh suara itu,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
makin lama semakin susah menahan, sampa akhirnya banyak
yang mendekap kuping dengar tangan, sebab itu juga, daya
serangan mereka tadi ikut terpengaruh dan menjadi kendur.
Di antara imam-imam itu hanya In Ci-peng seorang yang
selalu berlaku waspada dalam menghadapi Sun-popoh ini, ia
cukup kenal kepandaian cianpwe yangl tinggal di dalam
kuburan kuno itu adalah setingkat dengan kakek gurunya,
Tiong-yang Cosu, dengan sendirinya orang keturunannya pasti
bukan kaum lemah.
Maka sejak mendengar suara "ngung-ngung" yang
tercetus dari mulut Sun popoh, Ci-keng mengira orang sedang
menggunakan ilmu gaib sebangsa hipnotis, maka ia telak
pusatkan seluruh semangatnya dan menantikan segala
kemungkinan.
Tak terduga, meski sudah lama suara "ngung-ngung" itu
terdengar, walaupun semakin keras juga, namun perasaan
maupun semangatnya sama sekali tidak menjadi goyah. Tentu
saja ia heran.
Sedang ia . terasa aneh, mendadak ia ingat pula akan
sesuatu, tanpa tertahan luar biasa terkejutnya.
Karena itu, segera ia hendak perintahkan kawannya agar
lekas mundur, tetapi sudah terlambat dari jauh sudah
terdengar berkumandangnya suara "ngung-ngung" yang riuh
dan keras dan pada suara mendengung dari mulut Sun-popoh.
"Celaka, lekas kita lari!" seru Ci-peng cepat.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tentu saja imam-imam yang lain menjadi heran, mereka
tertegun oleh teriakan Ci-peng, dalam hati mereka tidak habis
mengerti, sebab sudah terang mereka telah berada di atas
angin, mengapa tiba-tiba Ci-peng berteriak-teriak dan takut
pada wanita tua yang jelek ini ?
Dalam pada itu, sekonyong-konyong segumpal bayangan
kelabu berkelebat serombongan tawon putih tiba-tiba
menyamber keluar dari hutan terus menubruk ke atas kepala
para imam itu.
Karena sudah menyaksikan penderitaan Ci-keng yang
disengat tawon, para imam itu bukan buatan takutnya demi
nampak kawanan tawon putih yang menyamber tiba itu,
serentak mereka putar tubuh terus lari terbirit-birit. Dengan
cepat kawanan tawon putih itupun segera mengejar.
Melihat larinya musuh dan tahu para imam itu tidak bakal
sanggup melepaskan diri dari antupan tawonnya, Sun-popoh
bergelak ketawa senang.
Tak terduga, mendadak satu imam tua tampil ke depan
dari para imam yang lari kesetanan itu, tangan imam tua itu
membawa dua obor yang coraknya sangat aneh, tiba-tiba
obor itu diayun ke depan, seketika obor itu menyala terlebih
hebat dan dari ujung api obor yang membakar itu
mengepulkan asap yang sangat tebal.
Oleh karena asap tebal inilah seketika barisan tawon putih
itu menjadi kacau, dengan cepat pula mereka lantas terbang
kembali.
Terkejut sekali Sun-popoh oleh perubahan hebat dan
cepat ini, waktu ia mengamat-amati imam tua itu, ia lihat
rambut orang sudah putih, begitu pula alisnya, raut mukanya
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lonjong, melihat rupanya tentulah jago tinggi dari Coan-cinkau.
"Hai, kau imam tua ini siapa ? Mengapa kau berani
menghalau tawonku ?" segera Sun-popoh membentak.
"Aku bernama Hek Tay-thong, terimalah hormatku,
Popoh!" sahut imam tua itu dengan tertawa.
Walaupun Sun-popoh selamanya tidak pernah bergaul
dengan orang dari, kalangan Bu-lim, tapi karena letak Tiongyang-
kiong hanya berdampingan saja deiigan tempat
kediamannya, maka iapun kenal nama Hek Tay-thong yang
termasuk satu di antara tujuh murid utama Ong Tiong-yang,
itu cakal bakal Coan-cin-kau.
Karenanya ia menjadi kaget demi mendengar nama orang,
ia pikir imam semacam In Ci-peng saja ilmu silatnya tidak
lemah, sudah tentu imam tua ini terlebih susah dilawan,
sementara hidungnya mencium pula bau sumpek dari asap
tebal yang terhembus dari obor orang hingga terasa ingin
muntah, pula kawanan tawon sudah tak bisa diandelkan lagi
sebagai bantuan, melihat gelagat jelek, diam-diam ia coba
mencari jalan buat mundur teratur.
"Eeeh, Khu Ju-ki, Ong Ju-it, kalian ikut datang juga ?
Hayolah maju sekalian, tidak nanti aku Sun-popoh gentar!"
demikian tiba-tiba ia berkata dengan tertawa sambil menuding
ke belakang Hek -Tay-thong.
Tentu saja Hek Tay-thong tertegun, "He, kenapa Khu dan
Ong berdua Suheng telah datang juga ?" demikian ia
membatin Diluar dugaan, ketika ia menoleh, mana ada
bayangan Khu Ju-ki dan Ong Ju-it? Waktu ia berpaling
kembali, tahu-tahu orang yang berhadapan dengan dia tadi
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sudah menghilang, yang terdengar hanya suara bergelak
ketawa panjang yang berkumandang dari tengah hutan, nyata
Sun-popoh dan Nyo Ko sudah pergi jauh dengan jalan
mengakali dirinya.
"Kita harus kejar atau tidak ? Hek-susiok," tanya In Cipeng.
Hek Tay-thong menggeleng kepala, "Tidak",, sahutnya
kemudian, "Cosuya telah menentukan peraturan keras yang
melarang kita masuk ke dalam hutan itu, marilah kita kembali
dahulu untuk berunding."
Sementara itu Sun-popoh dengan menggandeng Nyo Ko
sudah berada kembali di dalam kuburan kuno itu, sesudah
mengalami peristiwa tadi, hubungan kedua orang telah
bertambah eratnya.
Nyo Ko masih kuatir kalau Siao-liong-li tetap tidak mau
menerima dia untuk tinggal bersama.
"Jangan kuatir, pasti akan kumintakan agar dia suka
terima kau," ujar Sun-popoh untuk membesarkan hati anak
itu.
Nyo Ko lantas disuruh menunggu dan me-ngaso dahulu di
kamar depan, ia sendiri lalu pergi bicara dengan Siao-liong-li.
Akan tetapi lama sekali ditunggu2 masih belum nampak
Sun-popoh kembali, keruan Nyo Ko menjadi tambah kuatir dan
tak sabar pula.
"Terang bibi Siao-liong-li tidak mau terima aku disini,
sekalipun Sun-popoh bisa memaksa padanya agar suka
menerima, tapi hidupku di sini selanjutnya jadi tidak menarik
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lagi," demikian Nyo Ko pikir, Dan sesudah ia pikir lagi pergidatang,
akhirnya ia ambil keputusan dan diam-diam berjalan
keluar sendiri.
Tetapi baru saja ia melangkah keluar kamar, tiba-tiba Sunpopoh
telah kembali dengan tergesa-gesa.
"Kau hendak ke mana ?" tanya orang tua itu.
"Popoh," jawab Nyo Ko dengan suara lesu, "biarlah aku
pergi saja, kelak kalau aku sudah besar, nanti aku datang
menyambangi engkau lagi."
"Tidak, jangan kau pergi sendiri," kata Sun-popoh cepat,
"biar aku antar kau ke suatu tempat lain, agar orang-tak bisa
menghina kau lagi."
Mendengar kata-kata ini, maka tahulah Nyo Ko bahwa
Siao-liong-li ternyata betul-betul tidak mau terima dirinya
tinggal di situ. Karenanya hatinya menjadi sedih.
"Sudahlah, tak perlu lagi," sahutnya kemudian dengan
kepala menunduk "Memangnya aku adalah anak nakal,
kemana saja pasti tiada orang yang mau terima diriku,
Sudahlah, jangan Popoh repotkan diri lagi."
Sun-popoh ini berwatak keras lurus, tadi ia telah berdebat
setengah harian dengan Siao-liong-li urusan penerimaan Nyo
Ko, karena Siao-liong-li tetap berkeras tidak mau terima, hati
orang tua ini menjadi sangat mendongkol kini melihat lagi Nyo
Ko yang harus dikasihani seketika darah panasnya menjadi
bergolak.
"Tidak, nak, orang lain tak suka padamu, Popoh justru
menyukai kau," demikian katanya penuh rasa sayang, "Marilah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kau ikut padaku, tidak perduli ke mana saja, selalu Popoh
akan berada disampingmu."
Tentu saja Nyo Ko sangat girang, segera ia gandeng
tangan orang tua itu, lalu mereka berdua keluar lagi dari pintu
kuburan.
Dalam marahnya Sun-popoh ternyata tidak membekal
barang-barang lain maupun pakaian lagi, dan ketika ia coba
merogoh sakunya, tiba-tiba tangannya menyentuh sebuah
botol kecil, ia menjadi teringat botol ini berisi madu tawon
yang tadinya bermaksud diberikan pada Tio Ci-keng.
Terpikir pula olehnya bahwa imam itu meski jahat, tapi
dosanya masih belum perlu harus sampai mati, kalau madu
tawon ini tidak diminum, tentu luka antupan tawon yang
dideritanya itu sukar sembuh kembali.
Karena pikiran ini, dengan tangan kiri pondong Nyo Ko,
lalu berangkatlah dia menuju ke Tiong-yang-kiong.
Tatkala itu sebagian Tiong-yang-kiong sudah diperbaiki,
walaupun hanya sebagian kecil saja yang pulih dan jauh sekali
kalau dibandingkan dengan kemegahan yang dulu, namun
sedikitnya sudah ada rumah genting dan kamar papan.
Sementara itu demi mengetahui dirinya dibawa Sun-popoh
ke Tiong-yang-kiong pula, Nyo Ko menjadi kaget.
"He, Popoh, untuk apalagi kau ke sana ?" tanyanya cepat
dengan suara pelahan.
"Antar obat untuk gurumu," sahut Sun-popoh.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dalam pada itu, Tiong-yang-kiong yang dituju sudah
berada di depan mereka, Sesudah dekat, segera Sun-popoh
melompat ke atas pagar tembok, dari sini ia hendak melompat
turun ke pelataran bagian dalam.
Tetapi sebelum ia melompat turun, mendadak suasana
gelap dan sunyi itu digemparkan oleh bunyi genta yang keras
dan ramai, menyusul dari jauh maupun dekat hanya terdengar
suara suitan belaka.
Dengan kejadian mendadak ini, insaflah Sun-popoh kalau
dirinya telah terjebak ke dalam kepungan musuh, sungguhpun
ilmu silatnya tinggi dan nyalinya besar, namun tidak urung ia
merasa jeri juga.
Harus diketahui bahwa Coan-cin-kau adalah satu aliran
persilatan terbesar dikalangan Bu-lim, penjagaan yang
dilakukan ditempat mereka ini biasanya sangat keras, apalagi
beberapa hari paling belakang ini selalu ada orang datang
mencari setori, sudah tentu penjagaan semakin diperkuat dan
dimanapun terdapat orang.
Kini ada orang melompati pagar tembok mereka, seketika
juga genta dibunyikan sebagai tanda bahaya, Dengan tanda
ini, bukan saja semua anak murid Coan-cin-kau yang berada
di dalam istana lantas keluar memapak musuh dalam berbagai
kelompok, bahkan tidak sedikit pula para imam yang
menyebar jauh keluar, pertama2 untuk mengepung musuh
yang berani menyerbu tempat mereka, kedua untuk
merintangi bala bantuan musuh yang datang belakangan.
Begitulah demi nampak suasana yang berobah menjadi
hebat ini, mau-tak-mau Sun-popoh merasa kebat-kebit juga.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Hai, Thio Ci-keng, lekas keluar, aku ingin bicara dengan
kau," demikian ia lantas berteriak.
Akan tetapi Ci-keng sendiri tidak muncul, sebaliknya dari
pendopo tengah sana tiba-tiba keluar satu imam setengah
umur.
"Malam buta cianpwe berani masuk ke kuil kami,
sebenarnya apakah maksud tujuannya ?" segera imam itu
menegur.
"lni buat Thio Ci-keng, ini adalah obat penawar racunnya
sengatan tawon," sahut Sun-popoh, Berbareng ini, ia
lemparkan botol madu tawon pada orang.
Imam itu ulur tangannya menyambut botol kecil yang
dilemparkan itu, tetapi ia setengah percaya setengah sangsi,
"Untuk apa ia berlaku begini baik hati, tadi sudah melukai
orang, sekarang berbalik mengantarkan obat ?" demikian ia
berpikir.
"Obat apakah ini ?" kemudian ia tanya dengan suara
keras.
"Tak perlu tanya, asal kaiu minumkan dia seluruh isinya,
tentu kau akan lihat chasiatnya," sahut Sun-popoh.
"Tetapi darimana aku bisa tahu kau bermaksud baik atau
bertujuan jahat, dan bagaimana pula aku tahu ini betul-betul
obat penawan racun atau racun malah, Thio-suheng sudah
kau aniaya begitu rupa, kenapa sekarang kau berbalik berbaik
hati hendak menolongnya ?" kata imam itu dengan curig.,
Dasar watak Sun-popoh memang tulus, mendengar orang
mencurigai maksud baiknya, bahkan kata-katanya tidak enak
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
didengar, keruan api amarahnya tidak bisa ditahan lagi, Tibatiba
ia letakkan Nyo Ko ke bawah, habis ini dengan sekali
lompat ia mendekati orang, begitu tangannya meraih secepat
kilat botol madu tawon tadi telah direbutnya kembali.
"Buka mulutmu !" tiba-tiba ia berkata pada Nyo Ko sambil
mencopot tutup botol.
Nyo Ko menjadi bingung oleh perintah orang yang
mendadak ini, tetapi ia menurut juga dan mengangakan
mulutnya.
Waktu Sun-popoh baliki botol madu tawon itu, maka
tertuanglah seluruh isi botol itu ketenggorokan Nyo Ko.
"Nah, enak bukan, mendingan daripada dicurigai orang
sebagai racun," demikian katanya mencemooh imam itu. "Koji,
mari kita pergi!"
Lalu dengan menarik tangan Nyo Ko segera ia mendekati
pinggir pagar tembok.
Rupanya imam tadi dari merasa malu berobah menjadi
gusar, diam-diam iapun menyesalkan dirinya yang seharusnya
jangan banyak curigai. Kini tampaknya obat yang diantar
orang ternyata memang betul-betul obat pemunah, kalau Thio
Ci-keng tidak tertolong oleh obat yang jitu, mungkin sukar
untuk bertahan sampai besok.
Oleh karena kuatirnya itu, segera ia melompat ke atas dan
mencegat didepan orang sambil pentang kedua tangannya,
"Locianpwe, kenapa kau harus marah-marah padaku, aku
hanya berkata main-main saja, tapi kau anggap sungguhan,"
demikian ia coba membujuk "Jika memang betul obat
penawar, maka mohonlah engkau suka berikan sekarang."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Akan tetapi Sun-popoh sudah terlanjur menjadi sengit, ia
benci pada lidah orang yang tak bertulang, putar balik tidak
menentu, maka ia menjawab dengan tertawa dingin.
"Obat tadi sayang hanya ada sebotol saja, ingin lebih
banyak sudah tidak ada lagi. Hitung-hitung nyawa Thio Cikeng
melayang di tanganmu sendiri". demikian kata Sunpopoh,
berbareng ia baliki sebelah tangannya terus tambahi
orang dengan sekali tempelengan sambil membentak: "Kau
tidak menghormati kaum Cianpwe, kau inilah yang harus
dihajar adat!"
Pukulan ini begitu aneh gerakannya dan cepat pula,
ternyata imam itu tak mampu berkelit, maka terdengarlah
suara "plak" yang keras, dengan tepat sebelah pipinya kena
ditampar.
Melihat kawan mereka dihantam, dua imam lain yang
menjaga dipinggir pintu menjadi gusar. "Seumpama betul kau
adalah kaum Cianpwe, mana boleh kau berlaku tidak semenamena
di Tiong-yang-kiong !" bentak mereka berbareng, Habis
ini, yang satu memukul dengan tangan kiri dan yang lain
dengan tangan kanan, bersama-sama mereka menyerang dari
samping.
Sun-popoh sudah pernah kenal lihaynya Pak-tau-tin dari
Coan-cin-kau, maka ia tak berani terlibat dalam pertempuran
dengan mereka, apa lagi kini dirinya sudah masuk "sarang
harimau", tentu saja ia lebih perlu pakai perhitungan, maka
dengan sekali loncat segera ia melompat ke atas tembok yang
lebih tinggi.
Tampaknya diatas tembok sana tiada seorangpun siapa
duga, baru saja ia hendak tancapkan kaki di atas sana,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
mendadak dari sebelah luar seorang lain meloncat naik
memapaki padanya.
"Turun saja !" bentak orang itu sambil kedua telapak
tangannya mendorong dari depan.
Waktu itu Sun-popoh sedang terapung di udara, terpaksa
dengan tangan kanan ia balas dorongan orang itu, karenanya
satu tangan lantas saling bentur dengan dua tangan, masingmasing
sama tergetar mundur dan turun ke bawah kedua sisi
tembok.
Nampak penyatron terjatuh kembali, segera ada enam
atau tujuh imam mengerubut maju dengan teriakan ramai
mereka desak Sun-popoh sampai dipojok dinding.
Para imam ini adalah jago pilihan murid Coan-cin-kau
angkatan ketiga, tampaknya mereka memang sengaja dipilih
untuk menjaga pendopo besar kuil mereka, maka dalam
sekejap saja secara bergantian, seperti ombak saja secara
bergelombang mereka merangsak maju beberapa kali.
Sun-popoh terpepet dipojok tembok, ia bermaksud tarik
Nyo Ko buat menerjang keluar, tetapi barisan telah dipasang
kuat oleh para imam itu tetap menahan dia ditempatnya,
sudah beberapa kali Sun-popoh berusaha menerjang lagi,
tetapi selalu didesak mundur kembali
Sebenarnya kalau Sun-popoh seorang diri saja, maka
kepandaian para imam ini sekaH2 tidak nanti bisa
merintanginya, cuma sekarang ia harus membagi
perhatiannya untuk melindungi Nyo Ko, maka ilmu
kepandaiannya menjadi tak bisa dikeluarkan seluruhnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sesudah belasan jurus lagi, Thio Ci-kong, adik,
seperguruan Thio Ci-keng, yang ditugaskan mengepalai
penjagaan pendopo depan, ketika mengetahui lawan sudah
tak berdaya lagi, segera ia memberi perintah menyalakan api
lilin.
Sejenak kemudian tertampaklah belasan lilin raksasa telah
menyala terang diseluruh ruangan pendopo itu, muka Sunpopoh
yang tersorot api lilin itu ter-tampak pucat seram,
mukanya yang memang jelek kini kelihatannya lebih
menakutkan lagi.
"Jaga rapat dan berhenti dulu menyerang," tiba-tiba Thio
Ci-kong berseru.
Karena itu, ketujuh imam yang mengerubuti Sun-popoh
tadi segera melompat mundur ke belakang, tetapi mereka
masih bersiap dan menjaga di tempat masing-masing dengan
kuat.
Sun-popoh menarik napas lega sesudah kepungan musuh
menjadi kendur.
"Hm, nama Coan-cin-kau yang disegani di seluruh jagat
nyata bukan omong kosong belaka," demikian ia masih
mengejek "Coba, belasan orang muda kuat bersama
mengerubuti seorang nenek yang loyo dan seorang anak kecil,
hm, hm, sungguh lihay, sungguh hebat !"
Muka Thio Ci-kong menjadi merah oleh ejekan orang.
"Kami tidak pandang apa kau orang tua atau dia anak
kecil," demikian ia coba menjawab, "kami hanya ingin
menangkap penyatron yang berani terobosan di Tiong-yangkiong
kami, baik kau nenek2 ataupun laki-laki sejati, kalau
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
sudah berani masuk ke sini dengan tubuh tegak, maka
sedikitnya harus keluar dengan tubuh membungkuk
"Hm, apa artinya tubuh membungkuk ?" sahut Sun-popoh
dengan tertawa dingin, "Apa kau maksudkan nenekmu yang
tua ini harus merangkak keluar dari sini, ya bukan ?"
Ci-kong tadi telah merasakan tempelengan orang tua ini
dan sampai sekarang masih terasa sakit, sudah tentu dia tidak
mau selesai dengan begitu saja.
"Jika kau ingin pergi bebas, itupun tidak sukar, asal kau
mau turut tiga syarat kami," demikian katanya kemudian,
"Pertama, kau telah melepaskan tawon dan mencelakai Thiosuheng,
maka obat penawarnya tadi harus kau tinggalkan.
Kedua, anak ini adalah murid Coan-cin-kau, kalau tidak
mendapat idzin Cosuya, mana boleh dia melepaskan diri dari
ikatan perguruan secara gampang, maka dia harus kau
tinggalkan juga di sini. Dan ketiga, kau telah berani
menerobos masuk ke Tiong-yang-kiong, kau harus menjura di
depan "pemujaan Tiong-yang Cosu untuk minta maaf."
"Hahahaaa," tiba-tiba Sun-popoh menjawab dengan gelakketawanya,
"Memang sudah sejak dulu aku katakan pada
Siao-liong-li kami bahwa para imam Coan-cin-kau tiada
satupun yang berguna, nah, buktinya apa sekarang, kapan
perkataan nenekmu pernah salah? - Baiklah, segera aku
berlutut dan menjura minta maaf padamu."
Sambil berkata, betul juga ia lantas membungkuk hendak
berlutut
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Tindakan orang tua ini justru sama sekali tak diduga Thio
Ci-kong sebelumnya, karena itu ia menjadi tertegun,
sementara ia lihat Sun-popoh betul-betul telah bertekuk lutut
dan pada saat itu juga, sekonyong-konyong berkelebatlah
sinar mengkilap, tahu-tahu sebuah Am-gi atau senjata rahasia
menyam-ber ke arahnya.
"Haya !" teriak Ci-kong saking kaget. Lekas juga ia hendak
berkelit, akan tetapi menyamber-nya Am-gi itu ternyata
secepat kilat, tidak ampun lagi tepat menancap di pundak
kirinya.
Kiranya itu adalah sebuah anak panah kecil yang
terpasang di punggung di dalam baju, asal orangnya
menundukan kepalanya, maka anak panah itu lantas
menjeplak dan menyamber keluar dengan cepat hingga sukar
untuk menghindarinya.
Untung Sun-popoh tiada maksud hendak mengarah
jiwanya, maka orang tua itu sengaja bikin menceng tempat
yang dia incar, ia tidak arahkan tenggorokan melainkan
menancap di pundak lawan.
Nampak Ci-kong terkena senjata orang, para imam yang
lain menjadi kaget tercampur gusar, segera mereka
membentak lalu serentak pula menghunus senjata mereka.
Semua Imam Coan-cin-kau biasanya memakai senjata
pedang, oleh sebab itu sesaat di seluruh pelataran hanya
tertampak sinar pedang belaka yang kemilauan.
Tapi Sun-popoh hanya berdiri dengan tenang saja sambil
bersenyum dingin, dalam hati ia insaf juga bahwa urusan hari
ini tentu akan runyam, tapi dasar wataknya memang keras,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
seperti jahe saja, semakin tua semakin pedas, maka tak nanti
ia sudi menyerah pada orang.
"Kau takut tidak, nak ?" tiba-tiba ia berpaling menanya
Nyo Ko.
Nampak pedang para imam yang begitu banyak, diamdiam
Nyo Ko sedang berpikir: "Jika Kwe-pepek yang berada di
sini, lebih banyak lagi imam-imam busuk ini tidak nanti aku
takut Tetapi kini hanya mengandalkan kepandaian Sun-popoh
saja, terang kami berdua tak akan bisa meloloskan diri."
Maka waktu ditanya Sun-popoh, dengan suara keras ia
segera menjawab: "Popoh, biarkan mereka membunuh diriku
saja, Urusan ini tiada sangkut pautnya dengan engkau, lekas
engkau pergi saja dari sini."
Mendengar kata-kata anak yang kepala batu ini, pula
selalu memikirkan keselamatan dirinya, keruan Sun-popoh
semakin sayang dan kasihan pada Nyo Ko.
"Tidak, biar Popoh ikut bersama kau mati di sini, supaya
para imam busuk ini merasa puas," demikian jawabnya
dengan suara lantang.
Habis ini, mendadak ia membentak sekali: "Kena !"
Sekonyong-konyong ia ulur tangannya, pergelangan tangan
dua imam segera kena di cekalnya, waktu ia menekuk dan
memuntir tangan orang, tahu-tahu kedua pedang imam-imam
itu sudah berpindah tangan, telah kena direbut Sun-popoh.
"Kau berani tidak melabrak imam-imam busuk ini, nak ?"
tanya Sun-popoh sambil memberikan sebatang pedang
rampasannya itu kepada Nyo Ko.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Sudah tentu aku tak takut," sahut Nyo Ko. "Cuma sayang
di sini tiada orang luar yang menyaksikan kejadian ini."
"Orang luar apa ?" tanya Sun-popoh tak mengerti.
"Bukankah nama Coan-cin-kau tiada bandingannya di
seluruh jagat ini ?" kata Nyo Ko. "Kalau cara mereka menghina
dan mengeroyok seorang nenek dan satu anak kecil seperti
sekarang ini tiada orang luar yang menyiarkan kejadian ini,
bukankah sangat sayang ?"
Nyata meski usia Nyo Ko masih muda, tetapi ia sangat
cerdik, tadi ia mendengar Sun-popoh adu mulut dengan Thio
Ci-kong, segera ia tahu di mana letaknya titik berat
perdebatan mereka, maka dengan sengaja ia mengolok-olok
nama baik Coan-cin-kau. suaranya memangnya nyaring dan
melengking sebagaimana suara anak-anak, maka kata-katanya
tadi semuanya dapat didengar para imam yang berada
dipendopo itu hingga ada sebagian besar merasa malu diri
oleh sindiran itu, mereka pikir kalau harus mengeroyok
seorang nenek dan seorang anak, sesungguhnya hal ini
memang tidak patut.
"Biar aku pergi melaporkan pada Ciangkau Cosu (guru
besar pejabat ketua) dan minta petunjuknya," segera
terdengar ada diantara mereka yang berbisik-bisik.
Akan tetapi Thio Ci-kong ternyata berpikir lain, ia sudah
terluka oleh Am-gi di pundaknya, ketika anak panah hendak
dia cabut, tiba-tiba dapat diketahui bahwa ujung anak panah
itu ternyata berujung pancing yang membalik, kalau sudah
nancap, semakin hendak dicabut semakin terasa sakit pula.
Karenanya ia menjadi kuatir kalau anak panah itu berbisa,
ia pikir kalau tidak menawan wanita tua ini dulu dan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menggeledah obat pemunahnya, mungkin jiwaku bisa
melayang.
"Tidak, tangkap dia lebih dulu, kemudian baru lapor
Ciangkau Cosu dan minta keputusan-nya," begitulah dengan
cepat ia mencegah, Lalu dengan suara keras ia membentak
lagi: "Hayo, para Sute,maju bersama dan tawan dia !"
Akibat pikiran Thio Ci-kong yang sesat inilah, kelak terlalu
menimbulkan banyak peristiwa-peristiwa, sebab tatkala itu Ma
Giok sendiri sedang bertapa disuatu gubuk yang didirikan di
atas bukit di belakang Tiong-yang-kiong yang jauhnya belasan
li, maka semua urusan keagamaan telah diserahkan pada In
Ci-peng. Apabila Ma Giok sendiri tahu Sun-popoh menerjang
masuk istana mereka itu, tentu ia selesaikan urusan itu
dengan kata halus dan mencegah anak muridnya berbuat
kurang hormat pada orang tua.
Tetapi sayang ia tidak keburu mendapat tahu, sedang Hek
Tay-thong yang waktu jtu berada di Tiong-yang-kong, karena
tabiatnya juga keras, maka terjadilah drama yang membawa
ekor panjang ini.
Begitulah, sementara para imam digerakan Thio Ci-kong
mengerubut maju, lambat laun jaring-jaring Pak-tau-tin
mereka mulai sempit, tampaknya dengan segera Sun-popoh
akan tertawan hidup-hidup oleh mereka. Tak terduga, meski
tujuh imam itu mendesak sampai jarak antara tiga langkah
lagi dari orang tua ini, namun Sun-popoh masih bisa menjaga
diri dengan rapat luar biasa, bagaimanapun mereka
menyerang tetap tak mampu maju lebih dekat lagi.
Kalau Pak-tau-tin ini langsung dipimpin Thio Ci-kong
sendiri dan ikut bergerak sebenarnya masih bisa banyak
berubah pula siasat mengepungnya, tapi karena Ci-kong
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terluka pundaknya, ia kuatir anak panah itu berbisa, kalau dia
bergerak, mungkin bekerjanya racun akan bertambah cepat,
maka dia hanya berdiri disamping sambil memberi pe-tunjuk2
saja, dan karena dia sendiri tidak maju. Dengan sendirinya
daya tekanan barisan bintang-bintang pereka menjadi kurang
kuat.
Begitulah sesudah lama masih belum bisa kalahkan orang,
pelahan para imam itu menjadi kelabakan sendiri. Dalam pada
itu mendadak terdengar Sun-popoh menggertak sekali, tibatiba
ia lemparkan pedang di tangannya terus menyerobot
maju selangkah, tahu-tahu ia menerobos di bawah sinar
pedang dan secepat kilat berhasil menjamberet dada seorang
imam muda, berbareng imam itu ia angkat pula.
"lmam busuk, sekarang kalian mau beri jalan atau tidak ?"
teriak Sun-popoh murka.
Karena kawannya tertawan secara tak terduga-duga, maka
seketika imam-imam yang lain jadi tertegun. Tetapi pada saat
itu juga tiba-tiba dari belakang imam-imam Coan-cin-kau itu
menyerobot kelus satu orang, sekali geraki tangannya, dengan
Kim na-jiu-hoat (ilmu cara mencekal dan menangkap
mendadak ia menyanggah lengan Sun-popoh, sebelum Sunpopoh
bisa melihat jelas rupa orang yang datang mendadak
ini atau sudah terasa olehnya pergelangan tangan menjadi
pegal linu, tahu imam muda yang dia tawan tadi kena direbu
orang itu, menyusul lagi segera ada angin santa menyamber
dari depan, nyata orang itu telah menambahkan sekali
pukulan yang mengarah ke muka Sun-popoh.
"Cepat benar gerak pukulan orang ini," diami Sun-popoh
membatin, Oleh karenanya secepat kilai pula ia balas dengan
pukulan juga.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kedua telapak tangan saling bentur hingga bersuara,
nyata Sun-popoh sendiri tergetar mundur setindak.
Orang itu hanya tergetar mundur juga, tetapi hanya
menggeser sedikit saja, habis ini, pukulan kedua kalinya
segera dikirim lagi tanpa berhenti dahulu.
Seperti tadi, kembali Sun -popoh angkat tangannya
menangkis, dan karena saling beradunya tangan, kembali Sunpopoh
tergetar mundur setindak pula, sebaliknya orang itu
malah bisa melangkah maju sedikit, lalu disusul lagi dengan
pukulan yang ketiganya.
Demikianlah secara susul-menyusul dan satu lebih cepat
dari yang lain, beruntun-runtun orang itu menyerang tiga kali,
dan Sun-popoh beruntun terdesak mundur tiga tindak,
karenanya orang tua ini sempat memandang wajah
penyerangnyai ketika pukulan keempat kalinya dilontarkan
orang itu pula, kini Sun-popoh sudah membelakangi tembok,
ia sudah kepepet dan tiada jalan mundur lagi.
Tetapi pukulan sekali ini tidak penuh dikeluarkan oleh
orang itu, begitu saling tempel dengan tangan Sun-popoh
yang menangkisnya segera dengan suara lantang ia bersuara:
"Popoh, hendaklah kau memberikan obat penawarnya dan
tinggalkan anak ini saja !"
Waktu Sun-popoh menegasi maka tertampaklah olehnya
orang ini rambut alisnya sudah putih semua, air mukanya
kuning hangus, siapa lagi dia kalau bukan Hek Tay-thong yang
siang harinya telah usir tawonnya dengan asap obor itu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sun-popoh menyadari kepandaian dan keuletan imam tua
ini masih di atas dirinya, jika tenaga pukulan ke-empat kalinya
ini dilontarkan penuh, mungkin dirinya tidak kuat menahan
lagi, Akan tetapi wataknya yang keras itu tidak meng-idzinkan
dia menyerah mentah-mentah.
"Kau ingin aku tinggalkan bocah ini, untuk itu harus kau
bunuh nenekmu dahulu," demikian ia membentak.
Hek Tay-thong tahu orang tua ini mempunyai hubungan
baik dengan mendiang gurunya, maka dia tak ingin
mencelakainya, tenaga pukulannya masih dia tahan dan tidak
dilontarkan.
"Kita bertetangga selama puluhan tahun, untuk apa harus
cekcok oleh karena satu anak kecil saja ?" ia berkata dengan
halus.
Akan tetapi Sun-popoh ternyata tidak gampang diajak
berunding.
"Hm," demikian jawabnya dengan menjengek,
"memangnya aku datang kesini dengan maksud baik
mengantar obat, jika tak percaya kau boleh tanya anak
muridmu, apa aku bohong tidak ?"
Karena keterangan ini, segera Hek Tay-thong hendak
menoleh buat bertanya, Diluar dugaannya sekonyong-konyong
Sun-popoh menggeraki sebelah kaki-nya, tahu-tahu melayang
terus menendang ke bagian selangkangannya.
Tendangan ini ternyata sangat keji, pula datangnya tanpa
suara dan tiada tanda sama sekali, tubuhnya tidak bergerak,
Kun-nya juga tidak bergoyang tetapi tahu-tahu kaki sudah
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
melayang tiba, disinilah letak lihaynya "Kun-lay-tui" atau ilmu
tendangan kaki dari balik Kun itu.
Karenanya, sewaktu Hek Tay-thong mengetahui dirinya
diserang, sementara kaki Sun-popoh sudah melayang sampai
di dekat perutnya, sekali pun dengan cepat ia bisa melompat
mundur, namun pasti tidak keburu Iagi.
Akan tetapi Hek Tay-thong bukan anak murid Tiong-yang
Cinjin yang diakui ahli silat nomor satu di seluruh kolong langit
ini kalau dengan begitu ia kena diserang, sudah banyak pula
pertem-puran2 besar pernah dia hadapi, maka dalam keadaan
sangat berbahaya itu, tanpa pikir lagi ia kumpulkan tenaga
pada tangannya terus mendorong ke depan, karena itu Sunpopoh
tak kuat menahan hingga kena disurung mundur.
Tatkala itu punggung Sun-popoh sudah mepet pagar
tembok, ketika mendadak didorong orang dengan kuat, ia
menjadi tak tahan, terdengarlah suara "bluk" yang keras
disusul dengan berhamburnya bata dan kapur pasir tembok
yang gugur, tanpa ampun lagi Sun-popoh muntah darah
segar, habis ini ia terkulai ke tanah untuk selanjutnya tak
sadarkan diri lagi.
Tidak kepalang kejut Nyo Ko melihat orang tua yang
disayanginya itu jatuh semaput, dengan cepat ia tengkurap
menutupi badan Sun-popoh yang sudah menggeletak tak
berkutik itu.
"Kalau kalian hendak bunuh orang, bunulah aku saja,
siapapun tak boleh mencelakai Popoh !" demikian teriaknya.
Rupanya suara teriakan ini masih bisa didengar oleh Sunpopoh,
orang tua ini telah pentang sedikit matanya dan unjuk
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
senyumnya, "Ya, nak, biar kita berdua mati bersama di sini,"
katanya dengan suara lemah.
Tiba-tiba Nyo Ko pentang kedua tangannya melindungi
Sun-popoh, dengan membelakangi Hek Thay-thong dan lainlain,
sedikitpun ia tidak hiraukan keselamatan dirinya sendiri
lagi.
Dengan serangannya tadi, Hek Tay-thong sesungguhnya
telah menggunakan pukulan berat, nampak lawannya terkulai,
dalam hati ia berbalik sangat menyesal, dengan sendirinya
tidak nanti ia susulkan serangan lain pula, maka segera ia
ingin mengetahui keadaan luka Sun-popoh dengan maksud
akan memberi obat untuk menyembuhkan lukanya, tapi
karena dialangi tubuh Nyo Ko yang tengkurap hingga keadaan
si nenek tak dapat di-lihatnya.
"Nyo Ko, menyingkir kau, biar aku periksa keadaan
Popoh," dengan suara lembut ia coba membujuk.
Akan tetapi mana Nyo Ko mau menurut, bahkan dengan
kedua tangannya ia malah merangkul Sun-popoh dengan
kencang.
Hek Thay-thong ulangi lagi bujukannya sampai beberapa
kali dan Nyo Ko masih tetap tidak gubris padanya, akhirnya ia
menjadi gelisah, ia tak sabar lagi, segera ia tarik punggung
Nyo Ko.
"lmam busuk, tak boleh kau mencelakai Popoh," segera
Nyo Ko berteriak-teriak.
Dalam keadaan ribut-ribut itu, sekonyong-konyong
terdengar suara orang menyindir dari belakang mereka: "Hm,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menganiaya nenek dan anak kecil terhitung orang gagah
macam apakah ini ?"
Suara itu begitu ketus dan dingin hingga hati Hek Taythong
seakan-akan tergetar, cepat ia menoleh, maka
tertampaklah olehnya seorang gadis yang sangat cantik tahutahu
sudah berdiri di am-bang pintu pendopo besar mereka,
Seluruh badan gadis ini mengenakan pakaian berkabung yang
putih mulus, entah mengapa sinar matanya itu seakan-akan
menyorotkan rasa dingin yang tak terhingga bagi orang yang
menatap padanya.
Hek Tay-thong kaget oleh munculnya orang secara
mendadak ini ia tahu, apabila genta tanda bahaya Tiong-yangkiong
mereka berbunyi maka dalam jarak sejauh belasan li
yang terdapat penjagaan rapat luar biasa itu segera akan
terdengar, akan tetapi datangnya gadis jelita ini sebelumnya
ternyata tiada seorangpun yang memberitahu dengan tanda
bahaya, entah cara bagaimana gadis jelita ini masuk secara
diam-diam tanpa konangan.
"Siapakah nona ? Ada keperluan apakah ?" segera ia
menanya.
Akan tetapi gadis itu tidak menjawab melainkan
melototinya sekali sambil mendekati Sun-popoh yang
menggeletak tak berdaya itu.
Sementara itu rupanya Nyo Ko sudah tahu siapa gerangan
yang datang ini, ia telah mendongak dan dengan suara pilu ia
berkata: "Liong-kokoh, Sun-popoh telah dipukul mati oleh
imam jahat ini!"
Kiranya gadis jelita berbaju putih ini memang betul Siaoliong-
li adanya, Tadi waktu Sun-popoh membawa Nyo Ko
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
meninggalkan kuburan, lalu masuk ke kuil imam Coan-cin-kau
dan bergebrak dengan mereka, semua ini selalu dikuntit Siaoliong-
li dari belakang dan disaksikannya dengan jelas, ia
menduga tidak nanti Hek Tay-thong turun tangan yang
mematikan, maka selama itu ia tidak unjuk diri, siapa tahu
keadaan sekonyong-konyong berubah hingga akhirnya Sunpopoh
terluka parah, ia bermaksud menolong namun sudah
tidak keburu lagi.
Dan ketika dengan mati-matian Nyo Ko berusaha
melindungi Sun-popoh, kejadian inipun dapat dilihatnya,
dalam hati ia pikir anak ini ternyata mempunyai jiwa jantan
juga, Maka kini demi nampak anak ini berkata sambil matanya
mengembeng air mata, Siao-liong-li lantas angguk-angguk :
"Ya, setiap orang pasti akan mati, itu bukan soal apa-apa."
Aneh sekali jawabannya ini, padahal sejak kecil Sun-popoh
yang membesarkan dia, hubungan mereka boleh dikata
laksana ibu dan anak, akan tetapi dasar watak Siao-liong-li
memang dingin, ditambah lagi sejak kecil ia sudah berlatih
Lwe-kang, sudah dilatihnya hingga tanpa emosi sedikit pun,
sama sekali ia tidak pernah mengunjuk rasa suka-duka
ataupun senang dan marah. Memang luka Sun-popoh yang
berat itu terang sukar disembuhkan kembali, dengan
sendirinya terasa pilu juga olehnya, akan tetapi rasa duka-pilu
ini boleh dikatakan hanya sekilas saja berkelebat di lubuk
hatinya untuk kemudian lantas lenyap, air muka gadis ini
masih tetap tidak mengunjuk sesuatu perasaan.
Di lain pihak, demi mendengar Nyo Ko memanggil gadis
jelita itu sebagai "Liong-kokoh" (bibi Liong) maka tahulah Hek
Tay-thong bahwa gadis cantik ayu yang berada di hadapannya
ini bukan lain adalah Siao-liong-li yang pernah mengusir
Pangeran Hotu dari Monggol tanpa unjuk diri itu, keruan ia
jadi lebih-lebih heran.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Hendalah diketahui bahwa sejak Pangeran Hotu ngacir dari
Cong-lam-san, peristiwa ini sekejap saja lantas tersiar luas di
kalangan Kangouw, meski setapak saja Siao-liong-li belum
pernah menginjak kakinya ke bawah gunung Cong-lam-san,
akan tetapi namanya ternyata sudah tersohor di dunia
persilatan dan disegani setiap orang,
Begitulah dengan pelahan Siao-liong-li berpaling dan
memandang para imam Coan-cin-kau itu satu per satu, kecuali
Hek Tay-thong yang Lwe-kangnya terlatih lebih dalam hingga
hatinya lebih tenang tidak gampang terpengaruh maka imamimam
yang lain semuanya melihat kedua mata bola gadis jelita
ini seakan-akan sebening dan mengkilap seperti air, tetapi
memancarkan sinar dingin menusuk seperti es, karenanya tak
tertahan mereka sama bergidik seperti orang kedinginan.
"Bagaimana keadaanmu, Popoh ?" tiba-tiba Siao-liong-li
tanya Sun-popoh sambil berjongkok untuk memeriksa lukanya.
"Nona," sahut Sun-popoh dengan menghela napas lemah,
"selama hidupku tiada pernah aku memohon sesuatu padamu,
sekalipun memohon, kalau sudah kau tolak, tetap kau tolak,"
Siao-liong-li adalah gadis yang luar biasa pintarnya, maka
demi mendengar lagu perkataan orang, ia lantas tahu kemana
orang hendak ber-kata.
"Dan sekarang apa yang hendak kau mohon padaku ?"
tanyanya kemudian sambil mengerut kening.
Sun-popoh angguk-angguk, ia tuding Nyo Ko, tetapi
seketika tak sanggup mengucapkan sesuatu.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau ingin aku menjaga dia ?" tanya Siao-liong-li lagi.
"Ya," jawab Sun-popoh dengan sisa tenaga yang masih
ada padanya. "Kau harus menjaga dia seumur hidupnya,
jangan kau biarkan dia dihina orang barang sedikitpun.
Bagaimana, kau sanggup tidak ?".
"Menjaga dia seumur hidup ?" mengulangi Siao-liong-li
dengan ragu-ragu.
"Ya," kata Sun-popoh lagi dengan suara keras, "Nona, jika
aku si-tua ini tidak mati, akupun akan menjaga kau seumur
hidup, Di waktu kecil-mu, makan, tidur, mandi, ngompol,
semua ini apa bukan nenek sendiri yang mengerjakannya ?
Dan semua ini balasan apa yang pernah kau limpah-kan
padaku ?"
Karena kata-kata Sun-popoh ini, Siao-liong-li meng-gigit2
bibir, agaknya pertentangan batinnya sedang bekerja hebat.
"Baiklah, aku menyanggupi permohonanmu," katanya
kemudian tegas.
Maka puaslah Sun-popoh oleh jawaban ini, dari mukanya
yang jelek itu tertampak senyuman lembut, matanya
kemudian menatap Nyo Ko, rupanya seperti ada sesuatu yang
hendak dia katakan pada bocah itu, tetapi napasnya sudah
memburu hingga tak sanggup bersuara.
Nyo Ko yang cerdik itu tahu maksud si orang tua, maka
dengan cepat ia tempelkan telinganya ke mulut orang.
"Popoh, adakah sesuatu yang hendak kau katakan padaku
?" tanyanya dengan suara pelahan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Mepetlah sedikit Iagi," pinta Sun-popoh.
Betul juga Nyo Ko berjongkok terlebih rendah hingga
kupingnya menempel dengan bibir orang.
"Baju kapas yang ku.... pakai ini harus kau simpan baikbaik,
di... di..." demikian kata Sun-popoh dengan suara lemah
sekali hingga akhirnya napasnya tak sampai, maka berhentilah
dia, mendadak ia menyemburkan darah segar hingga
seluruh muka Nyo Ko dan banjunya basah kuyup oleh darah,
habis ini Sun-popoh tutup matanya dan menghembuskan
napasnya yang terakhir.
"Popoh, Popoh !" Nyo Ko menjerit-jerit, ia menggelendot di
atas badan orang tua yang sudah tak bernyawa lagi itu dan
menangis tergerung-gerung.
Tangisan Nyo Ko ini betul-betul mengharukan sekali dan
timbul dari hatinya yang murni, para imam yang
mendengarkan itu mau-tidak-mau ikut tergerak juga
perasaannya, lebih-lebih Hek Tay-thong, ia menjadi menyesal
tidak kepalang.
"Popoh," kata Hek Tay-thong kemudian sambil mendekati
jenazah Sun-popoh dan memberi hormat, "tak disengaja aku
telah menewaskan kau, hal ini sesungguhnya bukan tujuanku,
Dosa utang jiwa sudah menimpa pada diriku, mana berani aku
mengelakannya. Harap mangkatlah engkau dengan baik dan
tenang !"
Mendengar kata-kata orang yang seakan-akan sedang
sembahyang ini, Siao-liong-li hanya berdiri saja tanpa buka
suara, Sehabis Hek Tay-thong berkata, kemudian mereka
berdua lantas saling berhadapan dan saling pandang.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagaimana ? Kau tidak lantas bunuh diri, apa perlu aku
sendiri yang turun tangan ?" kata Siao-liong-li tiba-tiba dengan
mengkerut kening.
Hek Tay-thong terhitung imam yang beribadat tinggi, akan
tetapi demi mendengar kata-kata Siao-liong-li tadi, tidak urung
ia melengak juga.
"Ha, apa ?" ia menegas.
"Apa ?" sahut Siao-liong-li mengejek "Hm, bunuh orang
harus ganti jiwa, maka lekaslah kau bunuh diri supaya urusan
menjadi selesai, dengan begitu aku lantas ampuni jiwa semua
orang di dalam kuilmu ini."
Keruan kata-kata yang luar biasa ini seketika membikin
suasana menjadi gempar, sebelum Hek Tay-thong buka suara
pula atau para imam yang lain sudah pada ribut, sementara
itu di pendopo depan sudah berkumpul imam Coan-cin-kau
sebanyak tiga-empat puluh orang, seketika juga mereka pada
balas mendamperat beramai-ramai atas ucapan Siao-liong-li
yang tak pantas tadi.
"Eh, nona cilik, lekas kau pergi saja, kami tidak akan
merintangi kau lagi!"
"Hm, perempuan sekecil ini, berani betul kau mengoceh
seenaknya !" Begitulah antara lain kata-kata yang terdengar
diucapkan para imam itu.
Mendengar kawannya mengeluarkan kata-kata kurang
hormat, lekas Hek Tay-thong memberi tanda supaya diam.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di lain pihak Siao-liong-li ternyata anggap sepi saja berisik
imam-imam tadi, dengan pelahan ia keluarkan segulung
sutera putih yang halus tipis dari dalam bajunya.
Semua orang menjadi heran dan saling pandang, mereka
tidak tahu hendak digunakan apakah sutera putih ini.
Tetapi lantas tertampak Siao-liong-li menjereng kain
suteranya itu, ia masukkan potongan kain putih itu pada
tangan kirinya, lalu tangan yang kanan dipakainya pula kain
putih yang lain., Kiranya kain sutera putih itu adalah sepasang
sarung tangan.
"Nah, imam tua, kalau kau tamak hidup dan takut mati,
tak berani kau bunuh diri, maka bolehlah lolos senjatamu
sekarang !" dengan suara pelahan Siao-liong-li lantas
menantang.
Hek Tay-thong tersenyum sedih atas tantangan Siao-liongli
ini.
"Sudahlah, aku telah salah mencelakai Sun-popoh, maka
tak ingin bertengkar dengan kau lagi, bolehlah kau membawa
Nyo Ko pergi dari kuil ini," katanya kemudian.
Menurut jalan pikiran Hek Tay-thong. meski Siao-liong-li
bisa mengusir pangeran Hotu hingga namanya terkenal
dikolong langit, tapi apapun juga mengandalkan kekuatan
tawon putih piaraannya, dalam usia semuda ini, sungguhpun
ilmu silatnya mendapatkan ajaran guru kosen juga tidak akan
letih kuat dari pada Sun-popoh. Oleh karena itu, kalau dia
mengidinkan Siaolliong-Ii pergi membawa Nyo Ko, boleh
dikatakan ia ingin urusan ini menjadi damai dan tidak terjadi
percekcokan lagi, jadi sesungguhnya ia sudah berlaku murah
hati.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siapa tahu, kata-katanya tadi seperti tidak didengar oleh
Siao-Iiong-Ii, ketika tangan kiri si gadis bergerak, sekonyongkonyong
seutas kain sutera putih melayang terus menyamber
ke muka Hek Tay-thong.
Gerak serangan ini datangnya terlalu cepat dan tanpa
suara, sebelumnya pun tiada tanda-tanda Siao-liong-ii hendak
melontarkan serangan, di bawah sorotan cahaya api lilin,
ujung selendang sutera itu tertampak pula terikat dengan
sebuah bola kecil berwarna emas.
Melihat tipu serangan orang yang begitu cepat, pula
senjata yang dipakai ini aneh luar biasa, seketika Hek Taythong
menjadi bingung, ia tidak tahu cara bagaimana harus
menangkisnya, Tetapi usianya sudah lanjut, dengan sendirinya
segala sesuatu dia lakukan dengan sangat tenang, meski ia
yakin kepandaian sendiri lebih tinggi beberapa kali lipat dari
lawannya, namun tak berani juga ia sambut serangan tadi,
maka dengan mengegos saja ia berkelit kekiri.
Di luar dugaan selendang sutera Siao-liong-li yang
membawa senjata di bagian ujung itu ternyata bisa memutar
di tengah udara, ketika Hek Tay-thong berkelit kekiri, tahutahu
selendang sutera inipun ikut mengarah ke kiri, maka
terdengarlah suara "ting-ting-ting" tiga kali, bola kecil yang
terikai pada ujung selendang itu tiba-tiba berbunyi sendirinya
tiga kali terus menutul ke mukanya mengarah tiga tempat
Hiat-to.
Cara menyerang tiga tempat sekaligus ini, cepat dan jitu,
sekalipun Hek Tay-thong sudah banyak berpengalaman,
belum pernah juga dilihat nya, apalagi diantara serangan itu
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terseling pula bunyi "ting-ting" yang nyaring, meski tidak keras
suaranya, namun aneh sekali hingga hati orang terguncang.
Dalam kagetnya oleh perubahan serangan ini, lekas-lekas
Hek Tay-thong mendayongkan tubuhnya ke belakang, ia
keluarkan gerakan "thi-pan-kio" (jem-batan papan besi) dan
membiarkan bola diujung selendang itu menyamber lewat di
atas hidungnya, Tetapi ia kuatir pula bola emas itu mendadak
mengetok lagi ke bawah, maka sewaktu tubuhnya mendoyong
ke belakang tadi, mendadak pula ia geser tubuh kesamping,
ilmu silat Hek Tay-thong sudah terlatih sampai tingkatan yang
bisa dilakukan sekehendak hatinya, maka gerakan ke samping
diwaktu tubuhnya mendoyong itu tidak sulit bagi-nya.
Karena gerakan ini rupanya tidak tersangka juga oleh
Siao-liong-li, maka terdengarlah suara "ting-" sekali, bola
emasnya ternyata benar telah mengetok tanah.
Dengan bola emasnya ini, biasanya Siao-1iong-li bisa
mengetok Hiat-to orang secara ber-tuntun2 dan susul
menyusul dengan jitu sekali, kini melihat Hek Tay-thong
sanggup meluputkan diri di waktu terancam bahaya, mautidak-
mau dalam hati Siao-liong-li memuji ketangkasan imam
Coan-cin-kau yang hebat ini.
Ketika Hek Tay-thong bisa berdiri tegak lagi, tertampaklah
mukanya berubah kecut.
Di antara para imam yang menyaksikan gebrakan tadi,
semuanya juga menjadi geger, Para imam itu kalau bukan
anak murid Hek Tay-thong tentu adalah murid-murid
keponakannya, terhadap ilmu silatnya biasanya boleh dikata
kagum tidak terhingga, tapi demi melihat caranya menghindari
serangan orang, meski belum sampai terluka, namun jelas
mengelak dengan ter-gopoh2, terang dalam keadaan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
terdesak. Dengan kuatir segera ada empat imam lain
mengayunkan pedang mereka untuk merintangi Siao-liong-li.
"Ya, memangnya sejak tadi seharusnya kalian gunakan
senjatamu !" terdengar Siao-liong-li menyambut.
Habis ini, begitu kedua tangannya bergerak, tahu-tahu
kedua ujung selendang suteranya seperti ular perak saja melingkar-
lingkar ke depan dan terdengarlah bunyi suara "tingting"
dua kali, bahkan menyusul berbunyi pula dua kali, tahutahu
tempat "tay-yan-hiat" di pergelangan tangan keempat
imam itu telah kena ditutuk semua oleh bola emas, senjata
merekapun sama jatuh ke tanah hingga menerbitkan suara
gemerincing yang nyaring.
Karena serangan serentak yang mematahkan semua
tusukan empat imam itu, keruan imam-imam yang lain
menjadi jeri dan ternganga, tiada lagi yang berani coba-coba
ikut turun tangan.
Semula Hek Tay-thong menyangka Siao-liong-li tidak
memiliki ilmu silat yang tinggi, siapa tahu, hanya sekali
gebrakan saja dirinya sudah hampir kecundang, tanpa terasa
timbul juga rasa marah-nya, segera dari tangan salah seorang
anak muridnya ia ambil sebatang pedang, ia hendak tempur
orang lagi dengan senjata,
"llmu kepandaian Nona ternyata hebat, nyata Pinto (imam
miskin, sebutan diri sendiri kaum Tosu) telah kurang hormat
dan salah duga, Baik-lah, mari, kini biar Pinto minta petunjuk
beberapa gebrakan yang hebat," demikian ia berkata.
Siao-liong-li tidak menjawab melainkan hanya anggukangguk,
habis ini kembali terdengar "ting-ting" dua kali,
selendang suteranya tiba-tiba menyambet dari kiri ke kanan.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kalau diurut menurut tingkatan, sebenarnya Hek Taythong
masih lebih tinggi setingkat daripada Siao-liong-li, maka
waktu mulai bergebrak, seharusnya Siao-liong-li menghormati
kaum yang lebih tua dan mengalah dulu diserang tiga kali.
Akan tetapi kesemua ini ternyata tidak dihiraukan olehnya,
begitu maju malah dia lantas menyerang lebih dulu dengan
tipu-tipu yang mematikan, segala peraturan Bu-lim atau dunia
persilatan ternyata dianggap sepi saja.
"Meski ilmu silat gadis ini mempunyai titik kelihayan yang
tersendiri, tapi dia tidak paham apa-apa tentang etika, terang
dia kurang berpengalaman dalam pertempuran, meski
kepandaiannya tinggi, tidak nanti melebihi aku," demikian Hek
Tay-thong berpikir.
Karena itu, segera pedangnya bergerak, Kiam-hoat dari
Coan-cin-pay yang tiada bandingannya itu segera dikeluarkan,
ia layani samberan selendang sutera putih Siao-liong-li dengan
sama cepat dan sama lihaynya.
Imam-imam yang lain pada menonton disamping dengan
penuh perhatian, di bawah sinar lilin yang bergoyang-goyang,
kelihatanlah satu gadis jelita berbaju putih sedang menempur
seorang imam tua dengan jubah kelabu, yang satu cantik
molek, yang lain tua ubanan, pertarungan mereka makin lama
makin seru.
Sebenarnya kalau soal Kiam-hoat, karena Hek Tay-thong
sudah melatih ilmu pedang selama puluhan tahun, di dalam
Coan-cin-kau dia terhitung jago nomor tiga atau empat, tetapi
kini sudah beberapa puluh jurus saling gebrak dengan Siao
liong-li, sedikitpun ternyata dia tak bisa memperoleh
keunggulan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Siao-liong-li memainkan selendang suteranya, begitu cepat
dan hidup seperti naga sakti, pula bola emas yang terikat pada
ujung selendang itu tiada hentinya mengeluarkan suara "tingting"
yang nyaring, suara ini lebih mengacaukan perasaan
lawan.
Setelah lama masih belum bisa mengalahkan orang, meski
Hek Tay-thong sendiri juga belum tentu bisa kalah, tapi bila
teringat dirinya sudah terkenal sebagai jago terkemuka di
kalangan Bu-lim, jika harus bergebrak dua-tiga ratus jurus
dengan gadis jelita ini, sungguhpun achirnya menang toh pasti
kehilangan pamor juga. Oleh karena itu ia menjadi gopoh,
begitu Kiam-hoatnya berubah, ia menyerang terlebih lambat
malah.
Aneh bahwa tiap gerak serangannya jauh lebih lambat dari
tadinya, akan tetapi sebaliknya daya tekanan pedangnya
justru bertambah beberapa kali lipat lebih kuat. Kalau tadi
pedangnya selalu harus menghindari gubetan selendang
sutera orang, tapi kini setelah daya tekanannya bertambah, ia
ber-berbalik mengincar buat menabas bola emas di ujung
selendang itu.
Setelah beberapa jurus lagi, tiba-tiba terdengar suara
"cring" yang keras, bola emas Siao-liong-li saling bentur
dengan pedang, Tetapi Hek Tay-thong lebih ulet dan lebih
kuat, pedangnya membikin bola emas orang mendal ke atas
dan terpental balik mengarah muka Siao-liong-li sendiri.
Sudah tentu kesempatan baik ini tidak dilewatkan oleh Hek
Tay-thong, berbareng ia kirim serangan yang lain, diiringi
sorak sorai gembira para imam yang menonton, ujung
pedangnya telah menerobos di antara kain selendang lawan
terus mengarah pergelangan tangan Siao-liong-li.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Dengan, serangan ini Hek Tay-thong yakin sedikitnya
lawan akan membuang kain selendangnya kalau pergelangan
tangannya tidak mau tertusuk pedang.
Siapa duga Siao-liong-li justru tidak menghindari serangan
itu, hanya tangannya membalik dan dengan sekali tangkap ia
malah pegang senjata orang, menyusul ini lantas terdengar
suara "pletak", ternyata pedang Hek Tay-thong telah patah
menjadi dua.
Sungguh hebat sekali ke jadian ini hingga semua imam
sama menjerit kaget, dengan cepat pula Hek Tay-thong lantas
melompat mundur ke belakang sambil masih memegangi
sepotong pedangnya, ia berdiri terkesima.
Kiranya sarung tangan yang dipakai Siao-liong-li itu
terbuat dari benang emas putih yang paling halus tetapi
sangat ulet pula, walaupun tipis dan lemas, tapi tidak mempan
oleh senjata2 biasa, sekalipun golok pusaka atau pedang
tajam, sukar juga untuk menembusnya.
Sudah tentu hal ini tak diketahui Hek Tay-thong, ia
menjadi bingung karena mendadak orang berani tangkap
senjatanya dan dengan tenaga tekukan yang tepat telah
mematahkan pedangnya secara mentah-mentah.
Dalam keadaan kecundang sedemikian ini, dengan muka
pucat Hek Tay-thong sampai tak bisa berpikir bahwa pada
sarung tangan itulah terletak khasiat segala ketangkasan Siaoliong-
li, ia malah mengira gadis ini betul-betul sudah dapat
berlatih semacam ilmu yang kebal dan tak mempan segala
macam senjata.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Bagus, bagus, baik Pinto mengaku kalah !" demikian
katanya kemudian dengan suara terputus-putus. "Nah, nona,
bolehlah kau membawa pergi anak ini".
"Ha, sesudah kau mencelakai Sun-popoh, lalu bicara
seenaknya, sekali ngaku kalah lantas anggap beres begini saja
?" Siao-liong-li mengejek.
"Haha, memang betul katamu, aku ini betul-betul sudah
pikun !" kata Hek Tay-thong sambil mendongak.
Habis ini ia angkat pedangnya yang sudah patah itu terus
menggorok kelehernya sendiri dengan maksud membunuh
diri.
Akan tetapi sebelum pedang menempel lehernya,
mendadak terdengar suara "creng" yang nyaring, tangannya
tergetar keras, dari luar pagar tembok mendadak menyamber
tiba sebuah mata uang hingga pedangnya terbentur jatuh.
Dengan tenaga Hek Tay-thong, bukanlah soal gampang
orang hendak pukul jatuh senjatanya dengan sesuatu benda,
Dalam terkejutnya itu, segera pula Hek Tay-thong tahu siapa
yang telah datang ia mengenali tenaga sambitan mata uang
itu.
"Khu-suheng, aku tak becus telah mencemarkan nama
baik golongan kita, maka terserahlah padamu sajalah !"
serunya kemudian sambil memandang ke arah datangnya
mata uang tadi.
"Hek-sute, kalah-menang adalah soal biasa, kalau sekali
mengalami kekalahan lalu mesti gorok leher sendiri, maka
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
suhengmu ini sekalipun punya delapanbelas kepala tentu
sudah habis tergorok," demikian terdengar orang menjawab
dari luar kelenteng dengan tertawa.
Ketika suara itu berhenti segera pula orangnya sudah
muncul, dengan pedang terhunus Khu Ju-ki sudah melompat
masuk melintasi pagar tembok itu.
Watak Khu Ju-ki paling suka blak2an, maka begitu datang
segera pedangnya menusuk ke lengan kiri Siao-liong-li sambil
berseru: "Tiang-jun-cu Khu Ju-ki minta petunjuk pada
tetangga terhormat kita."
"Ha, kau imam tua ini terhitung suka terus terang juga,"
sahut Siao-liong-li.
Berbareng itu, tangan kirinya menjulur, kembali ia dapat
menangkap pula pedang Khu Ju-ki yang menusuk itu.
"Awas, Suheng !" teriak Hek Tay-thong kuatir karena
pengalamannya tadi.
Akan tetapi sudah terlambat, ketika Siao-liong-li gunakan
tenaga menekan, Khu Ju-ki pun salurkan tenaga ke batang
pedangnya, karena itu terjadilah tenaga lawan tenaga, keras
lawan keras, maka terdengarlah suara "krak", kembali pedang
patah menjadi dua, tetapi tangan Siao-Iiong-li tidak urung
tergetar hingga pegal linu, dada pun terasa rada sakit.
Cukup sekali gebrakan ini saja Siao-liong-li sudah tahu
bahwa kepandaian Khu Ju-ki masih jauh di atas Hek Taythong,
sedang ilmu kepandaian sendiri "Giok-li-cin-keng"
masih belum sempurna, terang tiada harapan buat menang,
maka tanpa pikir lagi ia buang pedang patah yang disebutnya
itu, lalu dengan cepat ia kempit mayat Sun-popoh dan tangan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
lain pondong Nyo Ko, begitu kedua kakinya menutul, tiba-tiba
tubuhnya mencelat ke atas, dengan enteng sekali seperti daun
saja ia melayang keluar dari pagar tembok.
Mendadak nampak Ginkang (ilmu entengi tubuh) orang
yang hebat sekali ini, Khu Ju-ki dan Hek Tay-thong hanya
saling pandang saja dengan terperanjat Khu Ju-ki dan Hek
Tay-thong sudah saling gebrak dengan Siao-liong-li tadi,
mereka bisa ukur ilmu silat Siao-liong-li yang meski tinggi, tapi
belum pasti bisa menangkan mereka, namun ilmu entengi
tubuh yang barusan dilihatnya itu sungguh belum pernah
mereka saksikan selama ini.
"Sudahlah, sudahlah!" kata Hek Tay-thong dengan
menghela napas panjang penuh menyesal.
"Hek-sute, percuma saja kau berlatih diri dalam agama
selama sekian tahun, tapi sedikit ke cundang saja kau lantas
putus asa ?" ujar Khu Ju-ki. "Harus kau ketahui bahwa
saudara2 kita yang dikirim ke Soasay sekali ini, sama juga
telah mengalami kekalahan habis-habisan."
"Hah, kenapa ? Lalu ada yang terluka tidak ?" tanya Hek
Tay-thong kaget oleh berita sang Suheng.
"Cerita ini terlalu panjang, marilah kita menemui Masuheng
dahulu," sahut Khu Ju-ki.
Kiranya sesudah melukai beberapa orang di-daerah Ohtjiu,
Kanglam, Jik-lian-sian-cu Li Bok-chiu mengerti terlalu
banyak onar yang dia lakukan, maka ia telah menyingkir jauh
ke daerah Soasay buat hindari percecokan, akan tetapi
angkara murkanya ternyata tidak menjadi padam, di sana
kembali dia celakai beberapa orang gagah dari Bu-lim, keruan
akhirnya bikin gusar kalangan umum hingga pemimpin Bu-lim
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
setempat telah menyebarkan undangan mengajak kawan
segolongan untuk mengeroyok Li Bok-chiu.
Di antara yang diundang itu terdapat pula Coan-cin-kau.
Tatkala itu Ma Giok telah berunding dengan Khu Ju-ki, mereka
berpendapat meski Li Bok-chiu banyak melakukan kejahatan,
tapi mengingat hubungan kakek gurunya dan gurunya sendiri,
Tiong-yang Cinjin yang sangat erat, sedapat mungkin dibikin
akur saja percecokan itu dan memberi jalan hidup baru
kepada Li Bok-chiu untuk hari depan.
Oleh sebab itu, Lau Ju-hian dan Sun Put-ji lantas dikirim
dahulu ke utara. Siapa tahu Li Bok-chiu ternyata tidak mau
kenal kebaikan orang dan bahkan terus saling gebrak,
akhirnya Lau Ju-hian dan Sun Put-ji berdua terkalahkan di
bawah tangannya.
Belakangan Khu Ju-ki dan Ong Ju-it, kedua jago utama
Coan-cin-pay ini menyusul memberi bantuan, Tetapi Li Bokchiu
ternyata sangat licin, ia insaf seorang diri sukar
berlawanan dengan jago-jago begitu banyak, maka ia
menggunakan kata-kata pancingan kepada Khu Ju-ki dan Ong
Ju-it dan akhirnya menetapkan peraturan satu lawan satu
pada hari yang tertentu.
Hari pertama yang turun bertanding adalah Sun Put-ji,
tetapi diam-diam Li Bok-chiu telah gunakan tipu keji, ia telah
melukai tokoh wanita Coan-cin-kau itu dengan jarum berbisa
yang sangat jahat itu. Habis ini ia sendiri malah mengunjungi
rumah orang untuk memberikan obat penawar racunnya,
dalam keadaan demikian tidak bisa tidak Khu Ju-ki harus
menerimanya.
Dan dengan begitu pula imam-imam Coan-cin-kau boleh
dikatakan sudah menerima budi orang, menurut peraturan
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Kangouw lalu mereka tidak boleh bermusuhan lagi dengan Li
Bok-chiu, tentu saja mereka hanya saling pandang dan
tertawa getir belaka terus pulang ke Cong-lam-san.
Syukur Khu Ju-ki buru-buru pulang lebih dahulu dan tidak
mengiringi Ong Ju-it pesiar ke Thay-heng-san, karenanya
pada saat yang sangat tepat telah berhasil menolong jiwanya
Hek Tay-thong.
Kembali bercerita mengenai Siao-Iiong-li, sesudah
pondong Nyo Ko dan lain tangan merangkul mayat Sunpopoh,
kembalilah mereka ke Hoat-su-jin-bong atau kuburan
kuno itu.
Setelah Nyo Ko diturunkan, mayat Sun-popoh direbahkan
pada dipan yang biasa buat tidur, sedang Siao-liong-li sendiri
dengan bertopang dagu duduk di kursi sambil termenungmenung.
Sebaliknya Nyo Ko masih mengemblok di atas jenazah
Sun-popoh dan masih menangis terguguk-guguk.
"Orang sudah mati, untuk apa ditangisi ?" kata Siao-liong-li
tiba-tiba sesudah agak lama Nyo Ko tersedu-sedan, "Hari ini
kau menangisi dia, kelak kalau kau sendiri mati, entah siapa
yang akan menangisi kau ?"
Nyo Ko tercengang oleh kata-kata Siaonliong-Ii yang
terlalu menusuk perasaan ini. Tapi bila dipikir lebih jauh,
terasa ada betulnya juga, Karenanya ia menjadi makin
berduka, tak tahan lagi ia menangis tergerung-gerung.
Sama sekali hati Siao-liong-li tidak tergerak oleh tangisan
anak itu, dengan sikap dingin saja ia menyaksikan Nyo Ko
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
menangis, mukanya sedikitpun tidak memberi sesuatu tanda
perasaan.
"Marilah kita menanam mayatnya, ikutlah padaku !"
katanya kemudian sesudah agak lama, Habis ini ia angkat
mayat Sun-popoh dan menuju sebelah barat.
Lekas-lekas Nyo Ko mengusap air matanya dengan baju,
cepat ia ikut di belakang orang.
Di dalam kuburan itu tiada sinar terang sedikitpun
terpaksa Nyo Ko harus pentang matanya selebar mungkin,
dengan begitu lapat-lapat baru dia bisa melihat bayangan baju
Siao-liong-li yang putih itu.
Sesudah berjalan me-Iingkar2, belok sana dan tikung sini
akhirnya Siao-liong-li membuka sebuah pintu batu yang
kelihatannya sangat berat, kemudian mereka masuk ke dalam
sebuah kamar batu yang sangat luas. Di sini Siao-liong-li
mengeluarkan ketikan api dan menyalakan pelita minyak
diatas meja batu.
Setelah ada sinar terang, segera Nyo Ko memandang
keadaan kamar besar ini, tetapi mau-tidak-mau ia rada
bergidik oleh suasana yang seram, ia lihat ruangan yang
begini besar ternyata kosong belaka tiada isi Iain kecuali
beberapa buah peti mati dari batu yg berjajar di tengah
ruangan.
Waktu Nyo Ko memperhatikan ia lihat dua peti mati
diantaranya tertutup rapat, sedang tiga peti lainnya tutupnya
hanya dirapatkan separoh saja, dipandang dari jauh dalam
peti kelihatan gelap, tidak diketahui di dalamnya ada mayat
atau tidak.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cosu-popoh (kakek guru) tidur di dalam sini," kata Siaoliong-
li sambil menuding peti mati yang pertama, lalu ia tuding
peti mati kedua dan sambung lagi: "Dan Suhu tidur di sini."
Waktu Nyo Ko lihat jari si nona menuding peti mati yang
ketiga, hatinya menjadi berdebar-debar, ia tidak tahu Siaoliong-
li bakal bilang siapa yang tidur di situ, tapi ia lihat tutup
peti itu belum dirapatkan, jika di dalamnya sudah ada isinya,
bukankah itu sangat menakutkan ?
"Dan Sun-popoh tidur di sini," demikian ia dengar Siaoliong-
li menyambung lagi.
Karena kata-kata inilah baru Nyo Ko tahu bahwa peti mati
itu memang kosong, diam-diam ia merasa lega, Tetapi bila ia
lihat di samping sana masih ada dua peti mati lagi yang
kosong, tanpa terasa ia menjadi heran dan ingin mengetahui.
"Dan kedua peti yang itu, Liong-kokoh ?" tanyanya
kemudian.
"Yang satu buat Suci (kakak seperguruan perempuan) Li
Bok-chiu dan yang lain buat aku sendiri," sahut Siao-liong-li.
Karena jawaban ini, seketika Nyo Ko terkesima.
Nyo Ko tumbuh dewasa dibawah asuhan Siao-liong-li,
apakah dia mampu menuntut balas kepada Tio Ci-king bekas
gurunya ?
Apa pula yang akan dilakukan In Ci- peng dan Tio Ci-keng
waktu menghadapi tubuh Siao-liong-li yang montok padat itu
telanjang bulat dalam keadaan pingsan ?
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Bacalah jilid ke- 8-
Jilid 8
"Apakah Li Bok-chiu Kokoh akan kembali ke sini?"
tanyanya.
"Kalau guruku sudah mengatur begini akhirnya dia pasti
akan kembali," kata Siao-liong-li. Dan sekarang ternyata masih
kurang satu peti lagi, sebab guruku tidak pernah menduga kau
akan datang ke sini."
Keruan Nyo Ko kaget oleh kata-kata ini.
Tidak, aku tidak perlu !" sahutnya cepat.
"Aku sudah berjanji pada Sun-popoh untuk menjaga kau
seumur hidup, kalau aku tidak meninggalkan tempat ini,
dengan sendirinya kaupun tetap disini," ujar Siao-liong-li.
Mendengar si nona berbicara soal mati-hidup orang seperti
soal biasa saja, akhirnya Nyo Ko juga tidak takut-takut lagi.
"Seumpama kau tidak perbolehkan aku keluar, tapi kalau
kau sudah mati, bukankah aku dapat keluar sendiri," sahutnya
kemudian.
"Kalau aku sudah bilang akan menjaga kau seumur hidup,
sudah tentu aku tak akan mati lebih dulu dari pada kau," kata
Siao-liong-li
Keruan Nyo Ko heran, "Mana bisa ?" ia debat "Bukankah
umurmu lebih tua dari padaku ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Ya, tapi sebelum aku mati pasti aku bunuh kau lebih
dulu," kata Siao-liong-li.
Namun meski usia Nyo Ko masih kecil, nyata ia tidak
kurang akal "Itu kan belum tentu bisa, aku punya kaki,
memangnya aku tak bisa lari ?" demikian ia berpikir
Begitulah si Nyo Ko ini, belum dia angkat guru pada Siaoliong-
li, tapi diam-diam ia sudah adu kepintaran dengan orang.
Sementara itu Siao-liong-li telah mendekati peti mati yang
ketiga, ia dorong tutup peti ke belakang, ia angkat jenazah
Sun-popoh dan hendak dimasukkan ke dalam peti.
Tiba-tiba Nyo Ko ingat pesan Sun-popoh pada saat yang
terakhir bahwa : "Baju kapas yang kupakai ini hendaklah kau
simpan baik-baik, di..."
dan sebelum habis dikatakan atau orang tua itu sudah
keburu putus napasnya, Kalau orang tua itu minta dirinya
menyimpan baik-baik baju kapas itu, mengingat perkenalan
mereka yang baik, kalau disimpan sebagai tanda mata untuk
hari kelak, sesungguhnya pantas juga.
"Kokoh, baju kapas Popoh itu ditinggalkan untukku saja,"
serunya segera sambil menyerobot maju.
Sebenarnya Siao-liong-li tidak suka pada sifat-sifat
insaniah yang menjemukan, ia lihat watak Nyo Ko yang suka
bergirang, marah-marah, menangis2 dan tertawa segala,
meski belum ada satu hari berkenalan dengan Sun-popoh, tapi
bocah ini sudah merasa begitu berat ditinggalkan orang tua
itu, rasa Siao-liong-li menjadi muak, maka atas permintaannya
tadi, ia mengkerut kening, namun tidak urung ia copot baju
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
kapas itu dari badan Sun-popoh dan dilemparkan pada Nyo
Ko.
Setelah terima baju kapas itu, karena terharunya kembali
Nyo Ko mewek-mewek hendak menangis lagi. Tetapi Siaoliong-
li telah melototinya, lalu ia masukkan mayat Sun-popoh
ke dalam peti ia tarik penutup petinya, maka terdengarlah
suara yang keras, tutup peti mati itu telah menutup dengan
rapat sekali.
Karena merasa sebal kalau-kalau Nyo Ko menangis lagi,
maka tanpa pandang sedikitpun pada bocah ini segera Siaoliong-
li mengajak: "Mari keluar !"
Berbareng itu ia kebaskan lengan bajunya, empat pelita
minyak di dalam kamar itu sekaligus tersirap, keadaan
seketika menjadi gelap guIita, Oleh karena kuatir kalau dirinya
akan dikurung di kamar peti mati itu, lekas-lekas Nyo Ko
membawa baju kapas Sun-popoh itu terus ikut keluar.
Tinggal di dalam kuburan kuno yang bagaikan istana di
bawah tanah itu, hakikatnya tidak diketahui dan tak dapat
membedakan siang atau malam, Tetapi sesudah sibuk
setengah harian, kedua orang sudah merasa letih, maka Siaoliong-
li suruh Nyo Ko tidur ke kamar Sun-popoh saja.
Sejak kecil Nyo Ko terluntang-luntung di kalangan
Kangouw seorang diri, sering ia harus menginap di kelenteng
bobrok di hutan yang sunyi maka nyalinya sebenarnya sudah
terlatih sangat berani Tetapi aneh, sejak melihat peti mati
batu tadi dan sekarang diharuskan tidur sendirian, entah
mengapa ia menjadi merasa takut tak terhingga.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Oleh karena itu, meski Siao-liong-li sudah mengulangi
kata-katanya menyuruh dia pergi tidur, dia masih tetap
menjublek saja.
"Kau dengar tidak perkataanku ? Apa kau tuli ?" bentak
Siao-liong-li menjadi gemas.
"Aku takut," sahut Nyo Ko.
"Takut apa ?" tanya Siao-liong-li.
"Entah, tapi aku tak berani tidur sendirian," kata Nyo Ko.
Melihat wajah anak ini memang takut, dalam hati Siaoliong-
li pikir umur anak ini masih kecil, tidaklah perlu harus
menghindarkan peraturan pemisahan antara 1aki2 dan wanita,
Karenanya dengan menghela napas kemudian ia berkata :
"Baik-lah, kau tidur sekamar dengan aku."
Lalu ia bawa Nyo Ko ke kamar tidurnya sendiri.
Siao-liong-li sudah biasa hidup dalam kegelapan
selamanya dia tidak perlu menyalakan pelita atau lilin, tetapi
sekarang sepesial ia menyulut satu lilin untuk Nyo Ko.
Waktu melihat wajah Siao-liong-li yang begitu cantik ayu
tiada bandingannya, pula baju yang dia pakai putih bersih
seperti salju tanpa debu sedikitpun semula Nyo Ko menyangka
kamar si gadis ini tentunya teratur dengan indah sekali.
Tak terduga, begitu ia memasuki kamar orang, seketika ia
merasa kecawa, Kiranya kamar Siao-liong-li kosong
melompong tanpa sesuatu pajangan, serupa saja keadaannya
dengan kamar peti mati tadi.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Di dalam kamar hanya terdapat satu lonjor batu hijau yang
digunakan sebagai ranjang, di atas ranjang ini tergelar
selembar tikar dan terdapat pula selapis kain sutera putih
yang rupanya dipakai sebagai selimut. Kecuali itu tiada
sesuatu benda lain yang dilihatnya.
"Entah aku harus tidur di mana ? Mungkin dia akan suruh
aku tidur di lantai", demikian Nyo Ko membatin.
"Kau tidur saja di ranjangku," tiba-tiba ia dengar Siaoliongli
berkata padanya.
"Itu tidak baik, biar saja aku tidur di lantai." sahut Nyo Ko.
Tak terduga, tiba-tiba Siao-liong-li menarik muka oleh
jawabannya itu.
"Kurangajar, berani kau mernbangkang," damperatnya..
"Aku adalah gurumu, apa yang kukatakan kau harus menurut,
tahu ? Kau berani berkelahi melawan gurumu dari Coan-cinkau
itu, hal itu masa bodoh, Tetapi lain, kalau kau berani
membangkang perintahku segera juga kucabut nyawamu !"
"Tak perlu kau begini galak, akan kuturut saja semua
perkataanmu " demikian Nyo Ko menyahut.
"Berani kau adu mulut ?" bentak Siao liong-li.
Namun si Nyo Ko memang anak bandel, ia lihat wajah
Siao-liong-li sangat cantik dan usianya muda, sedikitpun tidak
mirip seorang "Suhu", karenanya ia melelet-lelet lidah atas
bentakan tadi, habis ini ia diam saja.
Sudah tentu kelakuannya ini dapat dilihat Siao-liong-li,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kenapa kau melelet lidah ? Kau tak terima bukan ?"
damperatnya lagi.
Nyo Ko tak berani menjawab sekali ini, ia copot sepatunya
terus naik ke atas ranjang buat tidur
Tetapi baru saja ia merebah, tiba-tiba terasa olehnya hawa
sedingin es yang merasuk tulang, saking kagetnya sampai ia
meloncat turun dengan kaki telanjang.
Nampak kelakuan Nyo ko yang lucu ini, sungguhpun Siaoliong-
li tidak pernah mengunjuk sesuatu tanda perasaannya,
tidak urung hampir-hampir saja ia mengeluarkan suara
tertawa geli.
"Ada apa ?" ia coba tegur dengan menahan gelinya.
Namun Nyo Ko memang terlalu cerdik, sekilas saja ia
sudah melihat ada tanda-tanda tertawa pada wajah Siaoliong-
li. Oleh karenanya ia tidak menjadi takut oleh teguran
itu, bahkan ia tertawa sendiri.
"Di atas ranjang ini ada apa-apanya yang aneh, kiranya
engkau sengaja mempermainkan aku," demikian jawabnya.
"Siapa mempermainkan kau. Memang beginilah ranjang
ini, lekas kau naik lagi dan tidur," kata Siao-liong-li dengan
sungguh-sungguh. Habis ini ia sengaja ambil kemoceng (bulu
ayam) dari belakang pintu, dengan alat ini ia lantas
mengancam: "lni jika kau berani merosot turun lagi, rasakan
nanti, sepuluh kali sabetanku !"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
Sekali lompat dengan enteng Siao-liong-li merebahkan diri
diatas tali kecil yang dianggapnya seperti ranjang empuk
Sudah tentu tak terbilang kagum Nyo Ko oleh kepandaian
yang luar biasa ini.
Melihat sigadis berlaku sungguh-sungguh, terpaksa Nyo Ko
naik ke atas ranjang batu dan tidur lagi.
Sekali ini Siao-liong-Ii sengaja menyingkirkan baju kapas
tinggalan Sun-popoh, ia pindahkan ke tempat yang tak dapat
dijamah tangan Nyo Ko.
Sebaliknya karena pengalaman tadi, sekali ini Nyo Ko tidak
terkaget lagi, ia rebah diatas ranjang batu yang dingin itu.
Akan tetapi ranjang itu sama saja seperti balok es yang
maha dingin, semakin tidur rasanya semakin dingin, sampai
akhirnya saking tak tahan seluruh tubuh Nyo Ko jadi gemetar,
ia menggigil kedinginan hingga kedua baris giginya
gemerutuk.
Tak lama, hawa dingin ranjang batu itu semakin men-jadi2
serasa meresap kedalam tulang sungsum, sungguh ia tak
tahan lebih lama lagi.
Ketika Nyo Ko melirik Siao-liong-li, ia lihat wajah nona itu
mengunjuk senyum, tapi bukan senyum, terhadap
penderitaannya itu seakan-akan merasa senang dan
bersyukur. Diam-diam Nyo Ko mendongkol Tetapi ia masih
berusaha melawan rasa dingin yang menembus keluar dari
ranjang batu itu dengan sepenuh tenaganya.
Sementara ia lihat Siao-liong-li telah keluarkan seutas tali
sebelah ujung tali ia ikat pada sebuah paku yang menancap di
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
dinding sebelah timur, lalu tali ini ditarik dan diikat kencang
pada paku yang berada di dinding sebelah barat.
Tali yang dipasang ini kira-kira setinggi manusia, dengan
sekali lompatan enteng Siao-liong-li telah merebah di atas talu
tali itu dianggapnya sebagai ranjang saja, Bahkan berbareng
lompatannya tadi, sekali ayun tangannya, dengan angin
pukulannya ia sirapkan api lilin.
Sungguh tidak terbilang kagumnya Nyo Ko oleh
kepandaian orang yang luar biasa itu.
"Kokoh, maukah kau mengajarkan kepandaian seperti itu
kepadaku besok ?" dalam kegelapan ia coba tanya si nona.
"Hm, terhitung apa kepandaian semacam ini ?" jengek
Siao-liong-li. "Asal kau belajar dengan baik, masih banyak lagi
kepandaian yang jauh lebih lihay yang akan kuajarkan
padamu."
Tabiat Nyo Ko meski nakal tetapi sangat ter-guncang
perasaannya demi mendengar Siao-liong-li dengan sungguhsungguh
akan diajarkan kepandaian pada-nya, tanpa terasa ia
menjadi tunduk dengan sepenuh hati, perasaan mengkalnya
tadi seluruhnya dia lemparkan ke-awang2, dalam rasa terima
kasihnya itu, saking terharunya ia mengucurkan air mata.
"Kokoh, kau begini baik terhadapku, tapi tadi aku malah
benci padamu," demikian katanya dengan suara berat
"ltu tidak perlu dibuat heran," sahut Siao-liong-Ii, "Aku
telah usir kau, sudah tentu kau benci padaku."
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tetapi soalnya bukan itu," kata Nyo Ko, "Semula aku
mengira kau sama saja seperti guruku yang lalu, hanya
mengajarkan segala kepandaian yang tak berguna."
Mendengar bocah itu berkata sembari menggigil
kedinginan tiba-tiba Siao-liong-li menanya: "Dinginkah kau ?"
"Ya, dingin sekali," sahut Nyo Ko, "Di bawah ranjang ini
ada apa-apa yang aneh, mengapa begini hebat rasa dinginnya
?"
"Kau suka tidur di situ tidak ?" tanya Siao-liong-li pula.
"Aku... aku tak suka," sahut Nyo Ko ragu-ragu.
"Huh, kau tak suka ?" jengek Siao-liong-li, "Ketahuilah
bahwa entah ada berapa banyak tokoh2 Bu-lim di seluruh
jagat ini yang justru ingin meniduri ranjang ini, tetapi tak
pernah kesanpaian cita-citanya."
"Aneh, bukankah itu berarti cari siksaan belaka ?" ujar Nyo
Ko heran.
"Hm, siksaan ?" jengek Siao-liong-Ii, "Kira-nya aku sayang
dan kasihan padamu, tetapi kau malah anggap tersiksa,
sungguh tidak kenal kebaikan orang."
Mendengar lagu suaranya agaknya memang tidak
bermaksud jelek dengan menyuruh dirinya tidur di atas
ranjang dingin ini, maka Nyo Ko lantas memohon dengan
suara lunak.
"Kokoh yang baik, apakah paedahnya ranjang dingin ini,
maukah kau menerangkannya padaku ?"
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau harus tidur seumur hidup di atas ranjang ini,
faedahnya pasti akan kau ketahui kelak", sahut Siao-liong-li
"Nah, sekarang pejamkan matamu dan tak boleh bicara Iagi"
Dalam kegelapan lalu terdengar suara gemerisik yang
pelahan sekali dari baju sutera yang dipakainya, agaknya Siaoliong-
li telah membalik tubuh, Sungguh sukar dimengerti
padahal hanya tidur di atas seutas tali yang terapung diudara,
tetapi bisa membalik tubuh sesukanya.
Karena kata-kata terachir tadi yang bernada keren, maka
Nyo Ko tak berani bertanya lagi, betul juga ia lantas pejamkan
mata untuk tidur, Akan tetapi hawa dingin yang menghembus
keluar dari bagian bawah terus-meneras menyerang, mana
bisa ia terpuIas.
Lama kelamaan, tak sangguplah Nyo Ko bertahan pula.
"Kokoh, aku tak tahan lagi," dengan suara pelahan ia
memanggil
Namun suara pernapasan Siao-Iiong-li lapat terdengar
agaknya sinona sudah tertidur.
Kembali Nyo Ko memanggil dua kali lagi dengan pelahan
dan tetap tiada jawaban, "Biarlah aku turun ke bawah
sebentar, tentu dia takkan tahu," demikian ia pikir.
Maka dengan perlahan-lahan ia merosot turun ke pinggir
ranjang, ia berlaku hati-hati sekali dengan menahan napas
agar tidak mengeluarkan suara.
Siapa tahu, baru saja ia menginjak lantai sekonyongkonyong
terdengar suara gemerisik yang sangat pelahan,
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
tahu-tahu Siao-liong-li sudah melompat turun dari atas talinya,
sekali cekal tangan kiri Nyo Ko telah dipegangnya terus
ditelikung ke belakang, bahkan ia digusur ke atas tanah.
Karena tindakan tiba-tiba ini, Nyo Ko menjerit kaget tetapi
sehabis ini ia lantas bungkam dalam segala bahasa.
Sementara itu Siao-liong-li telah angkat kemocengnya,
dengan keras ia sabet pantat Nyo Ko.
Nyo Ko tahu percuma saja meski minta ampun, oleh
karena itu dengan mengertak gigi kencang-kencang ia
menahan rasa sakit sabetan kemoceng orang, Luar biasa
sakitnya lima kali sabetan yang pertama, tetapi pada sabetan
ke-enam kalinya, Siao-liong-li turunkan tangannya dengan
enteng saja, sampai dua kali yang terakhir, kuatir Nyo Ko tak
tahan gebukannya, ia memukul terlebih pelahan lagi
Setelah genap menyabet sepuluh kali, lalu Siao-liong-li
jambret tubuh Nyo Ko dan dilemparkan lagi ke atas ranjang
batu.
"Awas! Berani kau turun lagi, segera kau rasakan pula
kemoceng ini!" bentaknya mengancam.
Tanpa bersuara Nyo Ko merebah di atas ranjang batu itu,
ia dengar Siao-liong-li telah kembalikan kemocengnya ke
belakang pintu tadi, lalu melompat pula ke atas tali buat tidur.
Siao-liong-li menyangka Nyo Ko tentu akan menangis dan
bikin ribut lagi oleh hajarannya itu, tak terduga, sepatah
katapun anak muda itu tak bersuara, ini betul-betul tak pernah
disangkanya
"Ko-ji, kenapa kau diam saja ?" tanyanya kemudian
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Tiada yang perlu kukatakan, sekali engkau bilang pukul,
tentu aku akan dipukulnya, percuma saja meski aku minta
ampun," sahut Nyo Ko.
"Hm, tetapi dalam hatimu kau tentu mencaci maki
padaku," kata Siao-liong-li.
"Tidak, aku takkan mencacimaki kau, betapapun engkau
masih jauh lebih baik daripada guruku yang dahulu," kata Nyo
Ko.
"Sebab apa ?" Siao-liong-li menjadi heran.
"Ya, sebab meski engkau memukul aku, tetapi dalam
hatimu kau tetap sayang dan kasihan padaku, makin pukul
makin pelahan, engkau kuatir kalau aku kesakitan," kata Nyo
Ko.
Muka Siao-liong-li rada merah karena isi hatinya dengan
jitu kena dikatai, syukur dalam kegelapan hingga tidak sampai
dilihat Nyo Ko.
"Cis, siapa sayangi padamu, kalau lain kali kau tak
menurut kata lagi, tentu akan kupukul terlebih keras,"
omelnya kemudian.
Mendengar lagu suara orang sudah berubah menjadi
halus, Nyo Ko jadi dapat hati.
"Lebih keras engkau memukul, tetap aku suka." demikian
katanya dengan cengar-cengir.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Cis, agaknya tulangmu memang gatal, sehari tidak
rasakan gebukan, tentu kau tak bisa tidur nyenyak," omel
Siao-liong-li pula.
"ltupun harus me-Iihat2 siapa yang memukul aku," kata
Nyo Ko. "Jika orang yang suka padaku menghajar diriku,
sedikitpun aku pasti tidak den-dam, mungkin malah merasa
senang, sebab dia hajar aku karena ingin aku berbuat baik,
Tetapi bila orang yang benci diriku, sekalipun dia hanya
memaki sekata atau mendeliki mata padaku, kelak kalau aku
sudah dewasa, satu persatu pasti akan kucari dia buat
membikin perhitungan."
"Coba katakan, siapa yang benci kau dan siapa-apa lagi
yang suka padamu ?" tanya Siao-liong-li
"ltu sudah kuingat baik-baik dalam hati," kata Nyo Ko.
"Tentang orang yang benci padaku boleh tak perlu disebut,
tetapi orang yang sayang padaku ada aku punya Mak (ibu)
yang sudah meninggal, ayah angkatku Auwyang Hong, paman
Kwe Ceng dan ada lagi Sunpopoh dan engkau."
"Hm, jangan harap aku akan sayang padamu," sahut Siaoliong-
li dengan tertawa dingin. "Aku hanya menurut pesan
Sun-popoh, dia minta aku menjaga kau, maka aku lantas
menjaga kau, selama hidupmu ini jangan kau harapkan aku
akan berbaik hati padamu."
Memangnya Nyo Ko sedang kedinginan, demi mendengar
kata-kata orang ini, sama saja ia telah ditambahi dengan
siram se-ember air dingin. "Kokoh, aku ini yang kurang baik
apa ? Kenapa engkau begini benci padaku ?" tanya Nyo Ko
menahan rasa mendongkolnya.
Tiraikasih Website http://cerita-silat.com/cc
"Kau baik atau tidak, peduli apa dengan aku ?" sahut Siao-
Iing-li dingin, "Tetapi akupun tidak benci kau. Selama hidup ini
aku tinggal di dalam kuburan ini, aku tak suka pada siapapun
dan tak benci pada siapapun !"
"Selama hidup tinggal di sini ? itu kan tidak menarik," kata
Nyo Ko. "Kokoh, pernah tidak kau keluar."
"Tak pernah kuturun dari Cong-lam-san ini," sahut Siaoliong-
li. "Di luar sana paling banyak juga cuma ada gunung
ada pohon, ada matahari ada rembulan, apanya yang menarik
?"